Anda di halaman 1dari 23

Periode

Indonesia Jelita
Created by : Group 2
Periode Indonesia Jelita

Periode Indonesia Jelita adalah periode seni rupa yang


berkembang setelah periode perintis. Periode Indonesia Jelita juga
sering disebut Indie Mooi atau Hindia Molek. Periode Indonesia
Jelita berlangsung sekitar tahun 1920 sampai dengan tahun 1938.
Periode ini ditandai dengan munculnya pelukis-pelukis muda
yang memiliki konsep berbeda dengan periode perintisan, yaitu
melukis keindahan dan keelokan alam Indonesia. Selain itu, keadaan
ini juga ditandai dengan datangnya para pelukis luar/barat atau
sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam.
Ciri-ciri lukisan

Pengambilan obyek alam yang indah


Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan
penonjolan nilai spiritual
Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia
The Day’s
end Mount
Abdullah SR
Mountain
Landscape
Wakidi
Gunung
Merapi
Basuki Abdullah
Balinese
legend
W. Spies
Full moon
ceremony
Arie Smith
Tokoh Pelukis pada periode
Indonesia Jelita
Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
Mas Pirngadi (1875-1936)
Wakidi
Basuki Abdullah
Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli,
Lee Mayer (Jerman) dan W.G. Hofker
Abdullah Suriobroto
Abdullah Suriobroto

Abdullah Suriosubroto (Semarang, 1878 - Yogyakarta, 1941) adalah


seorang pelukis Indonesia. Dia adalah anak angkat Wahidin Sudirohusodo, seorang
tokoh gerakan nasional Indonesia. Dia adalah juga ayah pelukis Indonesia terkenal
Sudjono Abdullah dan Basoeki Abdullah.
Mengikuti jejak ayah angkatnya, Abdullah masuk sekolah kedokteran di
Batavia (kini Jakarta). Kemudian dia meneruskan kuliahnya di Belanda. Di sana, dia
beralih ke seni lukis dan masuk sekolah seni rupa. Sepulangnya di Indonesia, dia
meneruskan kariernya sebagai pelukis.
Abdullah dipandang sebagai pelukis Indonesia yang pertama pada abad ke-
20. Dia senang melukis pemandangan. Dia dimasukkan dalam aliran yang dijuluki
"Mooi Indie" ("Hindia Indah"). Abdullah mulai menetap beberapa tahun di Bandung
agar dekat dengan alam yang dia lukis. Kemudian dia pindah ke Yogyakarta, di mana
dia meninggal tahun 1941.
Basuki Abdullah
Basuki Abdullah

Basuki Abdullah merupakan salah satu maestro pelukis Indonesia. Ia lahir di


Surakarta, tanggal 25 Januari 1915 dan meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun. Ia
dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi
Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana negara dan kepresidenan
Indonesia, karyanya juga dikoleksi oleh para kolektor dari berbagai penjuru dunia.
Bakat melukisnya diwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubroto, yang juga seorang
pelukis dan penari. Sejak umur 4 tahun Basuki Abdullah mulai gemar melukis beberapa
tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan
Krishnamurti.
Basuki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis
wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik
atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang
ulung, diapun melukis pemandangan alam, fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan
dan sebagainya.
Ir. Soekarno Ibu dan Anak Upacara Pembakaran Jenazah di Bali
Henk Ngatung
Henk Ngatung

HendrikSetelah tidakJoel
Hermanus menjabat,
NgantungHenk
ataumengalami krisis
juga dikenal finansial
dengan namayang cukup parah
sehingga
Henk Ngantung (lahir ia harus Sulawesi
di Manado, menjual Utara,
rumahnya di pusat kota
1 Maret1921 dan kemudian pindah ke
– meninggal
perkampungan.
di Jakarta, 12 Desember Meski
1991 pada umurdemikian, kesetiaan
70 tahun) adalah Henk melukis
pelukis terus berlanjut meski
Indonesia
dia digerogoti
dan Gubernur Jakarta penyakit
untuk periode jantung dan
1964-1965. glaukoma
Henk yang membuat
merupakan seorang mata kanan buta
dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis
pelukis dan budayawan, ia juga memprakarsai berdirinya Sanggar Gotong
dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar.
Royong. Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha Ciputra
Sebelummemberanikan diri mensponsori
menjadi Gubernur Jakarta, Henkpameran
dikenalpertama
sebagai dan terakhir Henk, karya
pelukis
tanpa pendidikanterakhir
formal. Henk adalah
Bersama sebuahAnwar
Chairil lukisandan
berjudul
AsrulIbu daniaAnak.
Sani, ikut
medirikan "Gelanggang". Henk juga pernah menjadi pengurus Lembaga
Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958. Henk di angkat sebagai
Gubernur Jakarta pada tahun 1964, ia dianggap memiliki bakat artistik
sehingga diharapkan mampu untuk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
Gadis Toraja Memanah
Pantai Tanah Lot-Bali

Perahu-Perahu di pantai
Lee Man Fong

Kumpulan
Lee Man lukisannya diterbitkan dalam
Fong (1913-1988) adalahbuku Lee Man
seorang Fong: Indonesia
pelukis Oil Paintings, volume I
yang
dilahirkandandiII Tiongkok.
dan diterbitkan oleh museumdan
Ia dibesarkan Art Retreat. Buku inipendidikannya
mendapatkan ditulis oleh kritikus
di seni
Indonesia Agus Dermawan T., sementara seleksi karya dilakukan oleh Siont Tedja.
Singapura. Di sana
Kedua buku ia
yangbelajar melukis berisi
keseluruhannya dengan 700seorang
halaman pelukis
ini berisiLingnan, danpilihan
471 lukisan
belakanganmilikdengan seorang dari
banyak kolektor guru yang dunia.
seluruh mengajarkannya lukisan minyak. Pada
tahun 1933 iaPadapergitahun
ke Indonesia dankekacauan
1966, karena tinggal dipolitik
sana selama 33 tahun.
di Indonesia, Lee ManPada masa
Fong hijrah ke
Singapura
Perang Dunia II iadan lama menetap
ditawan di sana,
Jepang, dan sehingga
setelah ia bahkan
Indonesia dianggap
merdeka, ia sebagai
menjadipelukis
Singapura.Tahun 1988 ia meninggal di Puncak, Jawa Barat, karena sakit.
pelukis istana Presiden Soekarno dan menjadi warga negara Indonesia. Lukisan-
lukisan Lee Man Fong diakui sebagai perintis pelukis Asia Tenggara. Pada Tahun
1964 ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk membuat buku yang berjudul
"Lukisan-Lukisan dan Patung dari Koleksi Presiden Soekarno dari Republik
Indonesia" buku ini berisi seluruh karya-karya seni yang dimiliki Presiden
Soekarno dan semuanya berjumlah 5 Volume.
"Twin horses by the tree" by Lee
man fong, Medium: oil on board,
Size: 90cm x 120cm, Year: 1959

View of old bridge in Ling Yin" by Lee man fong, Medium:


oil on board, Size: 102cm x 50cm, Year: 1958
"Yong Quan temple, Fuzhou, China"
by Lee man fong, Medium: oil on "Trip to Sha Leng" by Lee man
board, Size: 60.5cm x5 9.5cm, fong, Medium: oil on board,
Size: 61cm x 90cm, Year:1957
Year: 1956

Anda mungkin juga menyukai