Anda di halaman 1dari 2

Suatu malam yang gelap terdengar suara deras hujan di luar sana.

Suasana malam ini


cukup tenang namun menegangkan. Sayup-sayup terdengar suara seekor burung gagak
hitam di dahan sebuah pohon. Pohon beringin besar yang berada di halaman sebuah rumah
kosong tepat depan rumahku. Apalagi posisi jendela kamarku menghadap langsung ke
rumah tersebut. Rumah kosong itu sudah tak berpenghuni sejak sepuluh tahun yang lalu.
Sepi, sangat gelap, misterius dan membuat bulu kuduk berdiri jika aku menatap lekat rumah
tersebut. Terlebih malam ini aku sedang sendirian di rumah menunggu sepupuku yang akan
datang menemaniku selama orang tuaku dinas ke luar kota.

Samar-samar aku mendengar suara tangisan dari arah rumah kosong tersebut. Entah hanya
perasaanku, entah khayalanku karena sedang sendirian. Sekelebat aku juga melihat ada
sosok bayangan manusia di balik jendela rumah kosong tersebut. Apa aku tidak salah
melihat? Ku coba berdoa dalam hati. Perasaanku bergemuruh. Aku segera menelpon Vina
sepupuku.

Aku, Chika Jessica. Aku tinggal dengan nenek ku di rumah peninggalan kakek ku. Karena
kedua orang tuaku yang sedang dinas diluar kota. Aku mempunyai sepupu yang rumahnya
tak jauh dari rumah nenek kami, namanya Vina. Kami sangat dekat, hampir tiap hari kami
bermain dan belajar bersama karena kami juga satu sekolah.

" Vina di mana kamu? Aku takut nih sendirian di rumah. Cepetan ya ke sini!". Vina
menjawab telepon dengan tenang,"Chika sabar ya, aku sedang naik motor nih, 5 menit lagi
akan tiba di rumahmu. Tunggu aku menelepon barulah kamu membuka pintu ya!"

Tiba tiba listrik di seluruh rumah padam. Aku mencoba mencari lampu emergency, namun
nahas tidak aku temukan di saat genting begini. Alhasil aku hanya memakai lampu dari
ponselku saja. Huftt baterai ponselku malah sekarat 10%. Aku mencoba menenangkan hati
yang saat ini bergejolak melawan rasa takut. Saat aku akan menelpon Vina kembali tiba-tiba
bel pintu berbunyi, aku menghembuskan napas lega. Pikirku Vina yang sudah datang, aku
segera membuka pintu dan seketika angin kencang menusuk tulang. Chika tidak
menemukan siapapun di sana. Siapakah yang memencet bel tengah malam dan hilang
begitu saja. Bulu kuduknya kembali merinding, buru-buru aku menutup pintu. Nafasnya
kembali menderu. Keringat mengucur deras dari dahinya, aku berusaha menelepon Vina
namun tak kunjung diangkat.

Hatiku semakin gusar apalagi hujan turun dengan sangat derasnya di luar sana. Vina
menelpon mengabari jika ia masuk melalui pintu belakang.

Aku segera berlari menuju pintu belakang. Debaran jantungku semakin terpacu cepat saat
ingin membuka pintu. Ketika aku berhasil membukanya, tiada siapa-siapa juga di sana.
Suasana malam yang mencekam membuatku panik. Saat akan menutup pintu tiba tiba Vina
menepuk pundakku.

“Kamu kenapa Vin kok di belakang, aku panggil panggil nggak nyaut ”

“lohh kok udah disini Vin?”


“udah dari tadi kamu tak panggil engga nyaut nyaut”

Chika terdiam merenung

“ayo masuk disini dingin”

“yaudah sana duluan aku mau menutup pintu dulu”

Saat akan menutup pintu tiba tiba ada sekelebat bayangan yang lewat begitu cepat, bulu
kuduk ku kembali meremang. Aku langsung menutup pintu dan berlari menemui Vina.
Jantungku berdentang kencang lagi, aku sangat takut saat itu.

Lampu sudah menyala kembali. aku dan vina duduk di ruang tamu. aku menceritakan
semua rentetan kejadian yang aku alami sebelum vina datang.

vina hanya tersenyum lalu berkata

“kalo dari rumah itu memang sering, banyak yang sering di ganggu. kemarin ada kejadian
yang lewat rumah itu di tampak in bentuknya padahal siang hari. orangnya langsung jatuh
dari motor sampai sekarang engga bisa bangun” jelas Vina padaku.

“sampai seperti itu?” aku terkejt bukan main, semenyeramkan itu ternyata rumah i seberang
sana.

“iya, kamu hati hati saja ya. katanya memang jail ‘itunya’” ujar Vina meyakinanku.

brakk

tiba tiba buku dalam rak terjatuh.

Aku dan vina sama sama terkejut dan memandang satu sama lain

“vin……”

“udah engga papa ayo tidur di kamar, tadi sudah kamu kunci kan pintu belakang?” Vina
memastikan keadaan.

“iya, udah”

Aku dan Vina pergi ke kamar berdua, kami memutuskan tidur bersama karena aku sangat
ketakutan. Aku tidak bisa kembali tidur karena terbayang semua kejadian tadi masih terputar
jelas diotakku. Vina sudah tertidur disampingku, mungkin karena dia sudah tau dan sudah
lama tinggal disekitar sini. Sedangkan aku baru tau hari ini dan mengalaminya secara
langsung.

Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB namun rasa kantukku tak kunjung datang.
Bayangan itu masih jelas, suara ditelfon tadi masih terbayang.

Anda mungkin juga menyukai