“Klik. . Klak. .Klik. . Klak”. Beberapa kali ku tekan tombol itu tapi lampu
tak kunjung menyala. “Ahh. . Sialan. Kenapa harus sekarang lampu
kaampreettt”. Aku memaki karena begitu kesal. Ku buka pintu kamar
dan berjalan perlahan di dalam rumah yang redup di terpa cahaya
bulan yang menembus melalui lubang-lubang ventilasi di sekeliling
rumah.
“Yaa Allah makhluk apa ini” ? ?Aku menjerit dengan suara lirih karena
ketakutan. Dan tiba-tiba makhluk itu bangkit dari posisinya yang
tadinya terduduk di samping meja makan dan perlahan berjalan
mendekatiku.
“Yaa Allah apa mungkin wanita ini mengira aku yang menabrak dan
membunuh anaknya”. Ucapku dalam hati. Dengan sekuat tenaga ku
angkat kaki ku yang masih terasa lemah, kemudian berlari ke arah
ruang tamu.
“Apalagi ini yaa Allah”. Ucapku lirih. Aku semakin ketakutan. Aku
melangkah mundur perlahan, dan lelaki itu malah bergerak maju dan
memasuki area ruang tamu. “Iiiiicaaaaaa. . .” Aku mendengar samar-
samar lelaki itu memanggil namaku dari balik masker yang menutupi
separuh wajahnya.
Dan “ohh tidak”, sosok laki-laki itu kini memegang erat kaki ku
yang meronta. “Yaa Allah, tolong hamba, selamatkan Hamba”. Di posisi
yang disekap dua makhluk ini, aku masih terus berdoa, mencoba
melepaskan diri meskipun terasa tidak mungkin. Setelah meronta-
ronta, dan memberikan perlawanan, akhirnya aku pasrah tidak
berdaya.
“Jika memang ini jalan hidupku, aku pasrah Yaa Allah”, ucapku
dalam hati.
“Apa yang terjadi dengan diri ku”, aku berbicara pada diriku sendiri.
Aku masih bingung dengan apa yang terjadi.
“Icaa. .Icaa. . anak ku, tenang nak, kamu kenapa”. Kurasakan
seseorang dari arah belakang menggoncang pundak ku. Aku berbaalik.
“ibuu. . . .? Sejak kapan ibu ada disini?”. Tanya ku heran.
“Ica kamu nggak apa-apa kan nak”. Aku menoleh ke arah pintu, di
dekat kaki ku ayah terduduk dengan tatapan khawatir, dengan masker
menggantung di leher.
“Bu, ini bau apa yaa ? ?”. Ayah bertanya dengan hidungnya yang
bergerak-gerak mencari sumber bau. Ibu mendekati ku, duduk tepat di
sampingku dan adik ku Reihan di pangkuannya. “Iyaa Yah, ini bau apa
yaa? Ibu juga rasa kok”. Jawab Ibu dengan hidungnya mengendus-
endus mencari sumber bau.
SELESAI