Anda di halaman 1dari 6

Ternyata Itu Kamu

Malam ini terasa begitu sunyi, angin berhembus kencang, kudengar dahan-dahan pohon yang panjang
itu bersaut-saut dari arah jendela, seakan-akan mengisyaratkan bahwa aku ada disini, selalu ada disini,
tapi sayang kamu tidak melihatku. Bukan hanya itu, suara jangkrik kian memekakan telinga, suara tokek
pun tak kalah hebatnya, seperti sedang membuat sebuah konser kemenangan di tengah malam yang
hening ini. Kulangkahkan kakiku dengan susah payah, berat sekali kaki ini diajak untuk melangkah,
padahal berat badanku hanya 45 kilo, ah payah! Kenapa badanku lemas sekali, ingin sekali rasanya
langsung berbaring di tempat tidurku tanpa harus menaiki anak tangga ini.

Sebentar lagi jam menunjukan pukul 12 malam, aku tak sadar ternyata aku tertidur di ruang tengah
setelah menonton film horor, entah bagaimana akhir ceritanya mataku sudah tak tahan menahan
kantuk yang kian menyerang ini. Tak terasa aku sudah di depan pintu kamarku, kubuka perlahan gagang
pintu dan terdengar... Hah! Apa itu? Seperti suara hembusan nafas yang sangat panjang! Seketika angin
dingin menerpa wajahku "wushhh" seperti itu suaranya, aku kaget! secara spontan aku berteriak "Siapa
disana!!!" Ku amati sekeliling kamar, mencari-cari apakah ada orang di dalam kamarku, setiap sudut ku
hampiri, setiap celah ku periksa, ah mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi kenapa rasa was-was ini
tidak menghilang, masih bergelut dalam pikiranku. Langsung ku berlari menghampiri ranjang, ku pakai
selimut untuk menutupi seluruh tubuhku, sambil menutup mata bibir tak henti mengucap doa. Sampai
akhirnya aku tertidur setelah sekian lama aku berusaha untuk mengatasi ketakutan ini.

Mentari nampaknya sudah tak malu-malu memancarkan sinarnya, cahaya sudah mulai masuk melewati
pentilasi jendela kamarku, ah silau rasanya ketika mataku perlahan terbuka, dan butuh waktu cukup
lama untuk mengumpulkan tenaga agar mata ini segar kembali, setelah kejadian malam kemarin
badanku cukup lelah, mengingat hal itu rasa takutku kini kembali merebak dalam tubuhku, hawa
disekitar pun terasa berbeda padahal ini masih pagi, seketika badanku panas dingin, rasanya sudah tak
karuan padahal tadi aku baik-baik saja. Ah sudah jangan mengganggu lagi, jangan terbayang lagi,
sungguh aku sudah muak!

Aku segera bergegas menuju kamar mandi, mungkin sedikit sentuhan air hangat dapat menenangkanku.
Merendamkan seluruh tubuhku di dalam bathtub yang bermandikan air panas, ah semoga urat-urat
tegangku dapat rileks kembali. Tapi, apa yang aku bayangkan tidak sesuai dengan rencana! Air panas
yang aku dambakan tak kunjung keluar dari keran. Brakkk! Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh! Ya
Tuhan apalagi ini, sekarang vas bunga yang terjatuh, besok apa lagi? Hah apa lagi? Lampu kedap-kedip
sendiri? Atau pintu tertutup sendiri? Apaaa... katakan apa lagi? mau kamu apa!!!. Astaga, apa yang baru
aku katakan? Tak terasa mulut ini begitu licin mengumpat, aku gelisah sangat gelisah! Inginku menangis
sejadi-jadinya, kumohon aku tidak bermaksud berbicara seperti itu, apa yang kamu mau dariku.

Dan alangkah kagetnya aku seketika ada suara anak perempuan sedang tertawa terbahak-bahak melihat
keadaanku yang kacau ini. Ternyata dia sedang duduk di atas meja belajarku!, ya Tuhan cobaan apalagi
ini. Sambil terisak aku bertanya kepadanya "Apa yang kamu mau dariku?" Anak kecil itu hanya tertawa
dan terus tertawa, sampai dia berhenti dan menatapku tajam! Aku tak tahan dengan tatapan itu,
badanku lemas, tak bertenaga. Dia terus menatapku dengan matanya yang berlumuran darah, sembari
berkata "KAMU SUDAH MELUPAKANKU!". Apa yang aku lupakan? Kenapa kamu terus mengganggu
kehidupanku! Jawab aku!!! Pergi dari kehidupanku sekarang!!!.

Astaga, dia terus berjalan kearahku, dekat semakin dekat, dia terus mendekat, sampai akhirnya...
Mataku dan matanya bertemu! Senyum yang menyeringai kehadapan wajahku, jelek sekali! sangat jelek
sekali!. Bibirnya yang robek membuat bulu kudukku berdiri, darah tak henti-hentinya keluar dari
bibirnya, tetesan demi tetesan terus mengalir. Muka yang pucat, kulitnya yang retak membuat badanku
semakin lemas, ya Tuhan bahkan matanya yang hampir keluar itu masih bisa berputar-putar! Semua
gerak-gerikku dapat terbaca dengan mudah. Sampai akhirnya jarak antara wajahku dan wajahnya hanya
berjarak 5 senti, dan tiba-tiba...... "Wahhhhhhh" Dia berteriak dihadapanku, rasanya seperti dia ingin
memakan ku! Aku menjerit-jerit, menangis histeris seperti orang gila, kencang sekali sangat kencang!
Sampai terdengar oleh ibuku. Ibu bergegas menaiki anak tangga, dengan cepat ibu membuka pintu dan
bertanya "kamu kenapa? Istighfar nak, ingat yang diatas" Tapi aku malah berteriak, semakin histeris,
berbicara aneh tak karuan seperti orang yang kesurupan. Aku tertawa terbahak-bahak, seakan-akan
telah memenangkan suatu perlombaan, tapi tawaku sangat tak wajar, mataku membesar, merah sekali,
tanganku tak henti-hentinya memukuli apa yang ada, mencakar-cakar tembok bahkan aku tak segan
berguling-guling diatas lantai! Aku berteriak dengan kencang "HAHA... RASAKAN AKIBAT ULAHMU INI".
Setelah itu, aku badanku yang kecil ini dengan mudahnya rubuh seketika, sampai dimana aku pingsan
tidak sadarkan diri.

Terdengar banyak orang yang menangis, sembari mengucapkan doa. Kemudian aku terbangun, dan
benar di sekelilingku sudah banyak orang, ketika aku tersadar semua orang langsung mengerubuniku,
menciumku, memelukku, sembari di iringi oleh air mata. Aku terheran apa yang sedang terjadi? Ibu, apa
yang telah terjadi kepadaku? Ibu tidak menjawab dia hanya berbicara sudah nak kamu istirahat saja,
badanmu pasti lelahkan?, iya bu benar. Ntah kenapa emang badanku sangat pegal sekali, capek, remuk,
seperti orang yang sudah berkelahi, dipukul habis-habisan, bahkan seperti dikeroyok oleh banyak orang,
sakit sekali, aku tidak bisa merasakan kenikmatan dalam tubuhku. Tapi... aku masih penasaran kenapa
semua orang menangisiku? sebenarnya apa yang sudah terjadi kepadaku? Aww... Semakin keras aku
mengingatnya semakin sakit kepalaku, sakit sekali, memang lebih baik aku mengistirahatkan kembali
tubuhku ini.

Akupun terbangun, kulihat di sekeliling kamarku sudah tidak ramai lagi, hanya saja ibu masih ada di
sampingku. Mungkin dia tidak mau hal yang buruk menimpaku lagi. Aku duduk termenung memikirkan
apa yang telah terjadi, seberapa keras aku mengingatnya tetapi hasilnya masih nihil, aku sama sekali
tidak mengingatnya. Aku hanya melamun terus melamunkan hal ini, aku yakin kejadian yang aku alami
ini sangat penting! Tapi mengapa aku tidak mengingatnya sama sekali. Pandanganku kosong, pikiranku
kalut, hatiku resah, sebenarnya apa arti dari semua perasaan ini.

Jam dinding menunjukkan bahwa sekarang pukul 02.00 dini hari, waktu untuk semua manusia tertidur
dan mengistirahatkan badan yang tak bertenaga ini, tetapi aku malah terbangun. Dan memikirkan hal-
hal yang memang sekali tidak membekas dalam pikiranku. Tak sengaja pandanganku yang kosong,
hatiku yang pilu, pikiranku yang kacau, mataku yang sayu, yang dari tadi tak henti-hentinya aku
memperhatikan setiap sudut kamarku, dan aku melihatnya! ada seorang anak perempuan yang berdiri
di pojok kamarku, rambutnya yang panjang menutupi wajahnya! Dia tertunduk seakan banyak sekali
beban, tersungkur seakan dia tak mampu lagi untuk mengangkat wajah, dan dia sedang melihat
kebawah! Ke lantai kamarku! Merinding sekali aku melihatnya, hatiku was-was tak henti-hentinya aku
mengucapkan doa kepada sang Ilahi, tapi... Ah payah! Kenapa untuk situasi seperti ini, aku tidak dapat
mengingat doa dengan lancar! Aku merutuki diriku sendiri. Ibu yang ada di sampingku masih lelap
tertidur,aku tidak mau sampai membangunkannya, ku tutup mulutku menggunakan kedua tanganku
agar aku tidak berteriak. Nafasku tersengal-sengal seperti orang yang sudah mengikuti lomba marathon,
tak terasa tetesan demi tetesan air mataku mulai berjatuhan satu persatu, dan kian menderas.

Sampai akhirnya... Dia sadar bahwa aku sedang memperhatikannya! Rasa takut dan was-was itu muncul
kembali! Dengan cepat dia mengangkat wajahnya dan langsung menatapku dengan penuh ambisi,
rasanya dia ingin membunuhku! Dia menatapku tajam, bola matanya yang hampir keluar itu terus
menatapku, bak bagaikan elang yang tidak mau kehilangan mangsanya. Nyaliku kembali menciut, aku
membangunkan ibu sembari menangis. Ibu bangun bu, bangun!!! Tangisku pecah, aku tidak bisa
membendungnya lagi, aku menangis sekencang mungkin. Tetapi... Astaga! Kenapa ibu tidak
mendengarku sama sekali, bahkan setelah aku goyang-goyangkan badannya ibu masih lelap tertidur.
Bagaimana ini? Aku takut sekali, dia masih terus menatapku dan apa yang aku bayangkan menjadi
kenyataan!. Dengan cepatnya dia memiringkan wajahnya, dan berteriak " KAU MELUPAKANKU!".

Aku kembali tidak sadarkan diri, dia kembali merasuki ku, tubuhku diambil alih olehnya. Punggungku
terasa panas sekali, seperti terbakar api yang sangat besar, rasanya kulitku seperti hendak mengelupas!
Tolong sakit sekali. Badanku seperti remuk sangat remuk, bahkan aku tidak bisa merasakan tulangku
kembali, ibu... Tolong aku bu, wanita jelek ini kembali mengambil alih tubuhku. Aku mengikuti semua
apa yang dia mau, dia tertawa terbahak-bahak menggunakan badanku, tenagaku kurang bahkan sangat
lemah untuk mengambil alih tubuhku kembali. Dia menampar-nampar pipiku berulang-ulang! Sampai
darah mengucur di bibirku, bahkan dia tak segan-segan mengambil silet yang terlegeletak di meja
belajarmu. Berhenti, kumohon berhenti apa yang mau kamu lakukan, kumohon sakit... Sangat sakit
sekali... Benda kecil yang tajam itu mulai menyayat kulitku, begitu banyak sayatan yang dia berikan.
Tolong berhenti... Kumohon, sakit sekali. Darah bercucuran dimana-mana, tanganku sudah tak berdaya,
seakan dia sedang membuat karya seni dengan silet dan kulitku sebagai medianya, aku berteriak
histeris, tetapi apa daya tubuhku diambil alih olehnya, seberapa kencang aku berteriak percuma! Tidak
ada satu suara pun yang keluar dari mulutmu. Hiks hiks hiks... Kumohon kembalikan tubuhku. Berhenti
menyakitiku. Sebenarnya apa salahku?.

Dengan mudahnya dia keluar dari tubuhku, kesadaranku perlahan mulai kembali. Awww... Kurasakan
setiap sayatan di lenganku, luka di pipiku semuanya begitu terasa, sangat menyakitkan aku menangis
dan bertanya kepadanya "Sebenarnya apa yang kamu mau dariku? Apa salahku? Tolong katakan
sekarang!". Dia melotot tajam kepadaku dan menyeringai " KAU SUDAH MELUPAKANNYA! KAU YANG
TELAH MEMBUATKU! KAU YANG MELUPAKANKU!" apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Tolong
ceritakan semuanya secara detail agar aku paham, sambil terseguk-seguk aku bertanya kepadanya,
bahkan berbicara pun aku sudah tak kuat.
Dia tertawa kembali, tapi kali ini berbeda, tawanya sedikit mereda tidak seperti sedang mengancam. Dia
tersenyum kembali tetapi dia tidak seperti wanita jelek. Wajahnya berubah menjadi sesosok anak kecil
yang cantik, rambutnya tertata rapih, bibir mungilnya yang merah, hidungnya yang kecil menambah
aura kecantikannya. Dan seketika itu, dia menghampiriku kembali dan merasuki ku, bukan seperti yang
tadi, dia tidak mengendalikan tubuhku. Lantas apa yang dia mau? "Aku akan memberi tahu, apa yang
sebenarnya sedang terjadi" Ucapnya. Dia memberikan gambaran masa lalu, seperti sebuah rekaman
yang diputar kembali dan isinya... Adalah kenanganku.

Dia memutar kenangan yang aku lupakan. Dahulu, aku adalah korban kekerasan oleh ayahku, aku selalu
di pukul dan di siksa. Aku tak tahan melihat perlakuan ayah terhadap ibu, kerjaannya selalu mabuk-
mabukan, memaksa ibu untuk memberikan uang hanya untuk bermain judi, memperlakukan kami
layaknya hewan ternak yang tidak punya harga diri. Sampai saatnya dimana malam hari itu, ayah pulang
ke rumah dengan keadaan mabuk parah, dia menggedor-gedor kamarku. Berteriak-teriak seperti orang
gila, aku ketakutan dan tidak membuka kamarku, tapi ayah bersikeras dan terus memukul-mukul pintu,
sampai akhirnya dia mendobrak pintu kamarku dan... Yang terjadi adalah, aku di paksa untuk
melayaninya! Betapa terpuruk nya aku, bahkan aku tidak pernah mengingat kejadian ini, percaya tidak
percaya begitu kejadiannya. Tak terbayang usiaku dulu masih berusia 8 tahun, dan aku sudah menjadi
korban kekerasan seksual oleh ayahku sendiri. Aku trauma dibuatnya, sampai akhirnya aku selalu sendiri
dan termenung.

Ibu tidak tahu kejadian itu, aku memilih lebih baik diam, tidak bergaul dengan teman-teman, sampai
kesehatanku menurun. Tak sengaja aku selalu berbicara kepada angan yang kosong, menjadikannya
sebuah teman ilusi, menganggapnya selalu ada untukku tertawa bersama dan bermain bersama. Sampai
orang lain menganggap aku gila. Aku selalu berbicara di depan cermin, seakan-akan dia memang hidup,
sangat nyata. Keluh kesahmu selalu aku bagi untuknya. Dan aku memberi nama " Kiara" Teman ilusi ku,
teman yang aku buat sendiri dengan anganku, teman hanya untukku saja. Sampai akhirnya aku
kecelakaan, dan mengalami amnesia. Semuanya aku tidak ingat, apalagi untuk kejadian yang
menyakitiku. Dan termasuk Kiara, aku melupakannya, dia sangat kesepian, sampai akhirnya hari dimana
dia terus mengusikku, dia ingin memberi tahu bahwa "Aku ada, aku ada disini! Kenapa kamu tidak
melihatku? Aku rindu bermain bersamamu, kamu jahat".

Gadis kecil itu sudah mengingatkanku semua, dia kembali keluar dari tubuhku. Aku menatapnya sangat
dalam. "Maafkan aku Kiara" Aku tidak mengingatmu, ini bukan kehendakku, aku kembali menangis,
sembari menutup wajahku. "Ternyata Itu Kamu" Memori yang telah aku lupakan, teman ilusi yang aku
buat sendiri, teman tak terlihat, sisi burukku yang aku buat sendiri sampai bisa menjelma sebagai sosok
anak kecil yang aku bayangkan. Tapi sekarang kita sudah berbeda, aku tidak bisa menjadi seperti dulu
lagi, aku tidak akan melupakanmu kembali meski kita tidak bisa bersama seperti dulu maaf, aku
berbicara lirih kepadanya dan dia tersenyum kepadaku kata yang terakhir dia ucapkan adalah "Jangan
lupakan aku lagi" Dan seketika dia menghilang.

Tamat
BIONARASI

Halooo, perkenalkan nama aku Uswah Sakinah, kalian bisa memanggilku dengan sebutan Uswah, aku
lahir di bulan September di daerah Kabupaten Bandung. Kalian tidak perlu tahu umurku, yang penting
aku masih muda hahaha. Sekarang aku sedang menjalankan study-ku di salah satu Universitas Swasta di
Kota Bandung. Tepatnya di Universitas Islam Nusantara, aku sedang menempuh semester dua.

Aku mempunyai hobi membaca dan bernyanyi, aku suka novel bergenre fantasi!, tapi sekarang sedang
menekuni novel genre sasatra, seperti novel karya Pramoedya Ananta Toer, Eka Kurniawan dsb. Eh
sampai lupa, aku memilih prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Apa lagi ya yang mau disampaikan, hemm nampaknya cukup sampai disini saja ya! Kalau mau tau lebih
lanjut, boleh deh mampir bentar di ig ku! @skhuswah_ terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai