Anda di halaman 1dari 3

Bayangan Di Balik Kegelapan

Malam itu terasa sangat sunyi ditambah cuaca begitu dingin sehingga terasa begitu mencekam.
Kebetulan malam ini aku sendirian di rumah, karena Ayah sedang ada pekerjaan ke luar kota.

“Kreeeetttt,” perlahan ku lihat jendela kamarku terbuka dengan sendirinya. “Mungkin angin,”
pikirku. Aku berjalan ke arahnya dalam langkah keraguan, perlahan ku raih jendela itu dan…
“Ternyata benar hanya angin,” napasku serasa berjalan lancar kembali. Aku segera meraih
laptopku hendak mengerjakan tugas yang sangat menumpuk, saat sedang sibuk dengan tugasku,
lalu… sekelebat bayangan terlihat berlari di belakangku.

“Si… siapa itu?” Nadaku terdengar gemetaran. Suara keran terdengar menyala di kamar mandi
yang berada di kamarku, sontak aku berbalik dan hendak melihatnya. “Aaahhh….” Kepalaku
terasa begitu pening, seperti banyak kunang-kunang beterbangan di sekitarku, “di mana aku?”
dengan kondisi yang masih linglung aku berusaha bangkit dan mengenali tempat sekitarku.
Pohon-pohon yang besar serasa mengelilingiku, dengan langkah yang juntai aku berusaha pergi
dari tempat itu.

“Ini hutan? Di mana sebenarnya aku?” Seketika langkahku terhenti saat ku sadari setelah lama
berjalan langkahku selalu terhenti di tempat yang sama.
“Hahaha kaulah yang selama 18 tahun ini aku cari, kekuatanmu adalah milikku, maka berikanlah
kekuatan itu padaku!” Suaranya terdengar bergema di setiap penjuru hutan itu, suasana siang
sesaat berubah menjadi malam. Tubuhku gemetaran, kakiku tak mampu menopang tubuhku, aku
jatuh bersimpuh dalam tanah, seolah ada kekuatan yang mengendalikanku.
“Aaahh!! hentikan!” teriakanku rasanya sudah sangat keras tapi suaraku sama sekali tidak
terdengar. “Apa yang terjadi? Kembalikan aku ke dunia asalku!” jantungku berdegup kencang
seolah akan ke luar. Tubuhku terasa mengkerut, jari-jariku mulai kehilangan dagingnya, wajahku
terasa kaku, tubuhku terasa begitu lemas. “Si..siapa kamu?” sebisa mungkin aku berusaha
mengeluarkan suaraku.

“Aku adalah putri kegelapan, sekian lama aku mencari manusia yang mampu memberikan
kekuatan yang dapat membuatku abadi, dan dengan tubuh, wajahmu aku akan hidup kekal
sebagai ratu abadi, ratu kegelapan, dan rohmu akan ku jadikan budakku untuk selamanya!
Hahaha,” matanya yang berwarna keemasan terlihat melotot ke arahku seolah akan ke luar.
Rambutnya yang acak-acakan memanjang dengan sendirinya, di balik bayangku yang mulai
menghilang, aku melihat wajahku berdiri tepat di depanku.

“Mungkinkah? Wajah dan tubuhku?” tulang-tulangku terasa ditarik ke luar dengan paksa, kini
sekujur tubuhku sudah tak mampu bergerak sedikit pun.
“Tidak, tidak, tidaaakkkk!” Batinku terus berontak. Kini semakin jelas ku lihat tubuhku berdiri
tegak memandangiku. Lalu ia berjalan memasuki ruang terdalam di hutan.
“Ke mana sebenarnya arah langkahku?” Tubuhku sudah terbujur kaku di tanah merah di hutan
kematian itu.
“Aku sudah mati?”
“Tiiidaaaakkkk!”
“Kenapa sayang, kamu mimpi buruk?” Tanya Ayah yang duduk di sampingku.
Aku berlari ke arah cermin besar di kamarku, “Apa yang terjadi, aku sudah mati?” wajah itu kini
terlihat benar-benar menatapku dengan jelas. “Tidak mungkin,” jadi begitulah caraku hidup
abadi, begitulah caraku menjadi putri sejati, dan sebenarnya akulah putri kegelapan itu, dan
sekaranglah waktu di mana aku harus mengganti tubuhku mencari wanita berusia 18 tahun yang
memiliki kekuatan keabadian, tapi bukankah wanita itu aku? Dan bukankah tubuhku sedang
terkujur kaku di hutan kematian itu?
“Aku tak ingin jadi putri kegelapan, aku harus mengambil kembali ragaku di hutan itu, aku akan
kembali ke sana!” Ku perhatikan setiap detail tubuhku, “tak ada yang berubah dariku!” aku
bangkit dari tanah merah di hutan kematian itu, tubuhku sudah penuh dengan lumpur. “Berapa
lama aku tertidur hingga tubuhku sudah seperti itu?” Aku berjalan masuk ke arah hutan terdalam,
“aku ada 2, bagaimana mungkin?” Aku semakin pening dengan keadaan yang sama sekali tak
pernah ku mengerti. Kemarin aku di rumah sekarang aku di hutan, dan nanti di mana? Aku
bukanlah putri kegelapan! Bukan! Sekian lama aku berjalan hingga aku terhenti di sebuah pohon
besar, di sana ku lihat seorang gadis sedang duduk membelakangi arahku.

“Itu aku?” Tanyaku ragu.


Perempuan itu langsung menoleh ke arahku, “Kau adalah putri kegelapan!” katanya mendekat.
“Tidak, bukan! Kau yang putri kegelapan bukan aku!” jawabku mencoba menjauh.
“Aku adalah kau, dan kau adalah aku, aku dan kau adalah satu, aku adalah putri kegelapan dan
kau juga! Raga kita adalah satu, jika kau ada maka aku ada, dan jika aku lenyap kau juga akan
lenyap, begitu pun sebaliknya,” sorot matanya terlihat begitu tajam menatapku.
“Jika kau dan aku adalah satu, maka kau harus lenyap, dan kesalahan besar untukmu jika kau
berkata seperti itu, kau harus lenyap!” Bentakku.
“Jika aku lenyap kau juga akan lenyap!”
Aku langsung mengambil kayu runcing yang berada tak jauh dariku, seketika ku hempasnya
dalam menembus dadaku dan terasa begitu menekan jantungku, ku dengar dia berteriak
kesakitan, dan tubuhnya perlahan menghilang. Aku merasakan darah terus mengalir dan
jantungku berdenyut nyeri, aku mati. Seketika ku lihat bayanganku di balik cermin, “Aku tak
akan mati,” Ku cabut dan ku buang jauh kayu itu sementara darah terus berceceran mengikuti
langkahku.

Anda mungkin juga menyukai