Anda di halaman 1dari 9

Naskah Drama Kelompok 3

Anggota dan perannya :

1. Bayu Dzakwan Nasywaayana : pemeran Bapak

2. Dahayu Ghaida Selena : Sutradara dan penulis naskah

3. Dian Klarasati : pemeran Bu Sari

4. Elva Risma Dwi Alyadi : pemeran Bawang Merah

5. Erin Novita Sari : pemeran Bawang Putih

6. Hildan Fathorik : properti

7. Reva Irmayati : pemeran Nenek

8. Robiatul Adawiyah : properti

9. Shafira Ainurrahmah : properti

Bawang Merah dan Bawang Putih

BABAK 1

BAPAK dan BAWANG PUTIH MASUK. SOUND SIANG HARI.

Bapak Bawang Putih duduk di teras rumah sambil membawa caping, ia baru pulang dari sawah.
Bawang Putih datang membuatkan teh. LATAR SIANG HARI.

Bawang Putih : Sudah siang pak, istirahat dulu. Ini Bawang Putih buatkan teh untuk bapak.

Bapak : Terima kasih nak. Rasanya lelah sehabis bekerja di sawah. Tenaga bapak sudah tidak
sama dengan dulu, sekarang sudah tua dan mudah lelah.

Bawang Putih dan Bapak termenung. Terdiam sejenak.

Bawang Putih : Sudah 2 tahun ya pak, ibu meninggalkan kita. Rumah rasanya sepi tanpa ibu.
Bapak sudah mulai tua dan sakit-sakitan. Apa mungkin ini saatnya bapak mencari pengganti ibu,
pak?
Bapak : (Terdiam sejenak, menghela napas) Apakah boleh nak? Rasanya bapak masih belum
sanggup mencari pengganti ibumu. (Tertunduk sedih)

Bawang Putih : Tidak apa-apa pak. Putih sedih melihat bapak seperti ini. Putih setuju jika bapak
mencari pengganti ibu. Tapi Putih ingin ibu itu baik kepada Putih juga pak.

Bapak : Baik kalau begitu nak, bapak pertimbangkan saran darimu itu. Terimakasih ya nak.

Putih : Sama-sama pak. (Tersenyum)

BAPAK KELUAR

BABAK 2

———

BAWANG PUTIH MENGAMBIL BAJU DAN ALAT JAHIT (sudah disediakan di latar belakang)

SOUND SORE HARI

2 Minggu kemudian di rumah Putih pada sore hari. (GANTI LATAR SORE HARI)

Bawang Putih sedang menjahit baju di kursi halaman rumahnya pada sore hari. Bapak datang
ditemani seorang ibu dan seorang anak perempuan sebaya Bawang Putih.

Bapak : Bapak pulang nak. Tadi habis dari pasar menjual beras.

Bawang Putih : Eh bapak sudah pulang (berdiri dari kursi lalu salim). Putih lagi menjahit baju
pak. (Terdiam sejenak melihat belakang bapak) Emm... Bapak datang sama siapa?

Bapak : Oh iya, sebelumnya mari Bu, nak Merah, kita duduk dulu. (Mempersilakan duduk)
Mempertimbangkan saranmu 2 minggu yang lalu, Bapak ingin memperkenalkan calon istri
bapak. Ini Bu Sari (sambil menunjuk Bu Sari), dan ini Bawang Merah yang akan jadi saudaramu.
(sambil menunjuk Bawang Merah) Bu Sari dan Bawang Merah mengangguk sambil tersenyum).

Putih : Hai aku bawang putih. (Tersenyum antusias dan mengulurkan tangan)

Merah : (Acuh tak acuh. Bu Sari menyenggol tangan Merah) Oh iya aku bawang merah. Seneng
deh akhirnya bisa bertemu kamu. (Beruba jadi Antusias)

Bapak : Bapak sudah mengenal Bu Sari sejak lama, tapi hanya sebatas teman biasa. Beliau orang
yang baik dan ramah. (Menatap Bu Sari, lalu menatap Putih)
Bawang Putih : Saya Bawang Putih bu. (Mengangguk sambil tersenyum ramah) Oh iya, saya
buatkan teh dulu ya Bu. (Hendak beranjak dari kursi)

Bu Sari : (Menahan tangan Bawang Putih) Eh, nggak perlu repot-repot nak. Duduk di sini saja.
Ini ibu bawakan makanan buat kamu, ibu masak sendiri. (Tersenyum ramah)

Bawang Putih : Wah, terima kasih banyak Bu. Ibu baik sekali. (Menerima sambil tersenyum)

Bu Sari : Sama-sama nak.

Bapak melihat sambil tersenyum.

Bapak : Jadi gimana nak? Apakah kamu setuju, Bu Sari menjadi ibu barumu?

Bawang Putih : (terdiam sejenak, menoleh ke arah Bu Sari dan Bawang Merah) Emm.. Bu Sari
dan Bawang Merah keliatannya baik pak. Aku setuju saja jika itu memang pilihan bapak.
(Tersenyum).

Bapak : Terima kasih nak. (Tersenyum)

Bawang Putih : Kira-kira kapan akan mengadakan pernikahan pak?

Bawang Merah : (antusias) Lebih cepat lebih baik! Ya kan bu? (Menoleh ke Bu Sari)

Bu Sari : (melotot berpura-pura kaget) Ahaha kamu bisa aja nak. (Memukul pelan bahu Bawang
Merah)

Bu Sari : Maafkan anak saya pak.

Merah : Apaansih Bu.

Bu Sari : Nggak kerasa waktu sudah semakin sore, sebaiknya ibu dan merah pulang dulu ya.
(Sambil beranjak berdiri bersama merah)

Putih : Oh iya Bu (beranjak berdiri dari kursi bersama bapak) hati-hati di jalan ya Bu, Bawang
Merah. (Salim)

IBU DAN BAWANG MERAH KELUAR. BAWANG PUTIH KELUAR.

BABAK 3

—————

BAPAK MENGAMBIL TAS BAJU YG DISEDIAKAN DI LATAR.

SOUND PAGI HARI


Tak terasa, sudah sebulan berlalu semenjak Bapak dan Bu Sari menikah. Selama ini, Bu Sari dan
Bawang Merah memperlakukan Bawang Putih dengan baik. Tepat hari ini, Bapak pamit pergi
bekerja ke luar kota. GANTI LATAR PAGI HARI

Bapak : Nak, sudah sebulan bapak menikah dengan ibumu. Seperti yang bapak bilang kemarin,
bapak pamit pergi kerja ke luar kota. Kamu baik-baik dirumah dengan ibu dan Merah ya.

Bawang Putih : bapak tenang aja,putih pasti akan baik baik saja kan sudah ada ibu,bapak hati-
hati di jalan. (Salaman)

Bu Sari : Hati-hati suamiku. (Salaman.)

Bawang Merah : Hati-hati pak. (Salaman. Senyum tidak tulus)

Bapak pun pergi.

SOUND MENGINTIMIDASI.

Bu Sari : Putih, pergilah kamu mencuci baju di sungai! Sekarang! (Kasar. Tangan bersedekap)

Bawang Merah : Iya sana! Jangan males kamu! (Kasar, sinis)

Bawang Putih : (Agak kaget) Baik Bu. (Menunduk, mengambil tenggok, bergegas pergi ke
sungai)

Bawang Putih berjalan ke sungai dan mengeluarkan baju dari tenggok. Ia mulai mencuci baju
namun ada 1 baju yang hanyut terbawa arus sungai.

Putih : [Monolog] Kok Ibu jadi galak sih? Apa Ibu sedih ya karena ditinggal Bapak pergi ke luar
kota? Mungkin iya, keliatannya ibu cinta banget sama bapak. Yaudah deh, yang penting
sekarang nyuci baju dulu. (Masih positif thinking)

Putih : (Termenung, heran, menghela napas. Melamun) Ya ampun.. baju itu kan baju
kesayangan Merah. Hanyutnya udah jauh lagi. Udah mau malam pula, aku harus pulang
sekarang. Ah iya, nanti aku jelasin ke merah, pasti dia mau mengerti.

Bawang Putih bergegas pulang.

Bawang Putih : Bawang Merah, aku minta maaf. Saat aku mencuci baju tadi, satu bajumu tidak
sengaja hanyut di sungai.

Bawang Merah : Apa?! Dasar ceroboh! Nyuci aja nggak becus! (Marah, berkacak pinggang)

Bawang Putih : Aku minta maaf. Tadi aku ingin mencarinya tapi hari sudah mulai gelap.
(Tertunduk)
Bawang Merah : (mendekat) Aku nggak mau tau! Pokoknya kamu cari baju itu sampai ketemu!
Sekarang! (Mendorong pundak Bawang Putih) Jangan pulang sebelum membawa pulang baju
kesayanganku itu.

Bu Sari : Kalau kamu nggak berhasil membawa pulang baju anak saya, kamu akan mendapat
hukuman! Liat saja nanti!

Bawang Putih : Iya baik. (Berbalik pergi)

Bawang Putih bergegas kembali ke sungai mencari baju Bawang Merah. Hari sudah semakin
gelap dan ia mulai menyusuri sungai.

Bawang Putih : Hah.. hari udah mulai gelap, tapi baju kesayangan bawang merah belum juga
ketemu. (Mengusap keringat di dahi)

IBU DAN BAWANG MERAH MASIH DISITU. PURA-PURA NGOBROL.

Ia terus berjalan menyusuri sungai.

Bawang Putih : Ah, disana ada gubuk. Siapa tau penghuni nya menemukan baju Bawang Merah.

Bawang Putih bergegas pergi ke gubuk. Disana ada seorang nenek sedang duduk di halaman
depan.

Bawang Putih : Permisi nek. Nama saya Bawang Putih. Saya sedang mencari baju berwarna
merah yang hanyut saat saya mencuci tadi, apakah nenek melihatnya?

Nenek : Mari duduk dulu nak. (Tersenyum ramah, menepuk kursi di sebelahnya) Nenek tau baju
itu, tadi nenek mengambilnya.

Bawang Putih : Wah, bolehkah Putih ambil kembali nek?

Nenek : Tentu saja boleh. Tapi dengan syarat, bermalam lah disini dulu dan bantu nenek
mengerjakan pekerjaan rumah ya.

Putih : (mengangguk mantap) Baik nek.

Nenek:hari sudah gelap nak,mari masuk kedalam kita istirahat dulu

Putih:iya nek

Nenek:(menyiapkan tempat tidur)

Putih:ehh nek biar putih saja yang menyiapkan tempat tidur,nenek duduk dulu saja
Nenek:baiklah nak, terimakasih yaa(sambil melihat bawang putih sambil tersenyum terkagum
kagum)

Putih:(menyiapkan tempat tidur)sudah selesai nek,mari kita istirahat.

BABAK 4

———

GANTI LATAR PAGI HARI

SOUND PAGI HARI

Keesokan harinya, Bawang putih sedang menyapu halaman rumah nenek dengan rajin. Nenek
datang menghampiri membawa baju merah. Beliau juga membawa kelapa yang diletakkan di
dekat kursi.

Nenek :(menepuk pundak Putih) Nak, ini baju yang kamu cari.

Bawang Putih : (mengambilnya) Wah, terima kasih banyak nek.

Nenek : Kamu anak yang rajin. Sebelum pulang, kemarilah. Nenek ingin memberimu kelapa.
(Sambil berjalan ke kursi)

Bawang Putih : (mengambil kelapa) Ini apa ya Nek? (Menatap heran)

Nenek : Ini hanya sekedar pemberian nenek karena kamu sudah banyak membantu nenek.

Putih : Terima kasih banyak nek. Putih pamit pulang ya nek. (Salim)

Nenek : Iya nak, hati-hati di jalan.

Putih berjalan pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah. Ibu dan Bawang Merah sedang duduk di kursi.

Bawang Putih : Ibu, Bawang Merah. Putih pulang dan bawa baju kesayangan Merah.

Bawang Merah : (berdiri dari kursi, mengambil kasar bajunya) Nah gini dong. Jadi anak tu yang
berguna dikit. Jangan bisanya nyusahin doang. (Memutar bola mata)
Bu Sari : Iya! Kamu udah ibu rawat dan beri makan, jangan jadi benalu doang. (Tangan
bersedekap. Sinis, memutar bola mata)

Bawang Putih : Iya maaf Bu, maaf Merah. Putih janji nggak akan seperti kemarin lagi.

Bawang Merah : Yaudah sana. (Usir kasar)

Bawang Putih pun pergi ke dapur dan membuka kelapa.

Bawang Putih : Wah, isinya emas. (Berteriak kaget dengan suara kencang. Bawang Merah dan
Bu Sari datang.)

Bawang Merah : (Merebut kelapa) Ih, kamu nyuri ya?! Dapet darimana emas ini? Cepat ngaku!

Bawang Putih : Nggak Merah, aku dapet itu dari nenek di gubuk pinggir sungai. Beliau yang
menemukan bajumu. (Menunduk takut)

Bu Sari : Merah, kamu cepat kesana! Langsung saja pergi ke gubuk nenek itu dan meminta
kelapa. Kita bisa kaya kalau mengumpulkan emas. (Antusias)

Bawang Merah : Siap bosku. (Hormat, memberikan kelapa kepada Bu Sari)

Bawang Merah bergegas pergi ke gubuk nenek itu. Terlihat nenek itu sedang menyapu halaman
rumahnya.

Bawang Merah : Nek! Aku minta kelapa dong! Kayak yang nenek kasih ke bawang putih.

Nenek : (terheran) Kamu boleh mendapatkannya dengan syarat, bermalam lah disini dan bantu
nenek mengerjakan pekerjaan rumah.

Bawang Merah : Ogah ah! Buruan kasih aja nek.(Bersedekap, menoleh ke arah berlawanan)

Nenek menggeleng heran. Beliau bergegas ke rumah dan kembali membawa kelapa.

Nenek : Ini nak.

Bawang Merah : Oke nek. (Mengambil lalu pergi). Nenek hanya menggelengkan kepala heran.

Sampai di rumah, Bu Sari sedang duduk dan Bawang Putih sedang menyapu halaman.

Bawang Merah : Bu, aku bawa kelapa nih. (Teriak girang)

Bu Sari : Ayo cepat dibuka nak! (Girang)

Setelah dibuka, ternyata isi kelapa tersebut adalah ular.


Bawang Merah : Aaaa, kenapa isinya ular gini! Dasar nenek kampret! (Teriak)

Bu Sari : Aaaa (teriak bersamaan)Tanganku(Panik)

Bawang Merah : Tangan ibu kenapa? Digigit?

Bu Sari : Iya! Udah tau pake nanya lagi!

Merah : Yee kan aku cuma tanya Bu! Aduh tanganku juga digigit!

Bawang Putih yang terkejut pun hanya bisa melihat kejadian itu.

Bu Sari: putih putih(teriak) tolong kami.

Putih : Ibu dan Bawang merah kenapa?! (Menghampiri)

( Ibu dan bawang merah sudah merasa sekarat)

Bu Sari : " jangan bnyk omong, cepat bantuuu!!!! Ibu dan bwng merah sudah tidak tahan lagii"

Merah : " putih tolong CEPAT!!!.

Putih : Putih harus apa Bu? (Panik)

Bu Sari : Cepet cari bantuan bodoh!

Putih bergegas keluar. (KE ARAH GUBUK) Terlihat nenek datang dari kejauhan. Nenek datang
tergopoh-gopoh ke arah dapur bersama bawang putih. Mereka melihat ibu dan bawang merah
sudah mati.

Nenek : Mereka terlalu serakah. Mereka memperlakukan Bawang Putih semena-mena.


Sementara mereka hanya bermalas-malasan!

Nenek dan Bawang Putih menatap kematian Bu Sari dan bawang merah dengan sedih.

Nenek : Nak, kamu sekarang sudah bebas dari gangguan ibu dan saudara tirimu. (Memegang
tangan Bawang Putih)

Bawang Putih : Terima kasih nek. (Terharu)

Tiba-tiba Bapak Bawang Putih datang.

Bapak : Bawang Putih, apa yang terjadi disini?(sambil menjatuhkan tas)

Bawang Putih : Loh, bapak pulang?(melihat bapak)


Bapak : Iya nak, kemarin di perjalanan kapal yang bapak tumpangi rusak karena badai. Jadi
bapak memutuskan kembali. Apa yang terjadi dengan ibu dan saudara mu?

Nenek : Ibu dan saudara tiri nya sudah mendapatkan ganjaran atas apa yang telah mereka
lakukan. Mereka memperlakukan bawang putih semena-mena saat anda tidak ada.

Bapak : (kaget, menoleh ke bawang putih) Apa benar begitu nak?

Bawang Putih : Iya pak.

Nenek : Sekarang semua sudah baik-baik saja. Saya harap, kalian bisa hidup damai berdua.
Rawat bapakmu ya nak. Nenek pergi dulu. Mari nak.(Tersenyum penuh arti ke bawang putih
dan bapak nya)

Bapak : Terima kasih banyak. (Menunduk)

Bawang putih : Hati-hati nek! (Tersenyum, melambaikan tangan)

Bawang Putih dan bapaknya pun hidup bahagia berdua. Ibu dan saudari tiri Bawang Putih yang
jahat sudah pergi dan tidak mengusik kehidupan mereka lagi. TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai