Kata Pengantar
ii
dalam berkatya khusunya pada karya tulis. Dan
buku ini juga diharapkan dapat memberikan
berbagai macam pelajaran bagi semua orang yang
telah membaca.
Penyusun
iii
Daftar Isi
iv
Cerita Pendek Dian Nurhasanah
.................................................................146
v
SECERCAK MIMPI
By :Angelina Z
1
keluarga miskin dan jauh dari kata
berkecukupan.ibunya bernama Rukmini, sedang
bapaknya bernama Mansur. Mereka adalah seorang
pedagang sayur dengan pendapatan yang tak
seberapa. Ia juga mempunyai adik laki-lakiyang
baru saja menginjak usia 7 tahun. Nina tinggal
dalam rumah tua peninggalan kakek dan neneknya.
rumah yang hampir reot berukuran 4x6 meter
dekat kaki gunung Slamet. bukankah ukuran rumah
yang cukup sempit untuk 4 orang manusia?. Ya
begitulah kehidupan Nina. Walau tercekik dengan
keadaan serba kekurangan, namun sama sekali tak
menyurutkan tekatnya untuk mewujudkan
mimpinnya menjadi seorang Dokter. Iya, seorang
Dokter, sebuah impian yang sedari kecil ia
dambakan.
2
Kreek..Krek..”pertanda bapak akan berangkat
bekerja
3
”Oh iya…kamu yang cepat buatnya, keburu
bapakmu berangkat kerja…kasihan” Tambahnya.
4
“iya nak” sahut bapak dengan suara khas
serak-serak basah.
5
Tak sepatah katapun keluar dari mulut
Nina, matanya berkaca-kaca mendengar bentakan
bapaknya. Ia berlari melewati adiknya yang tengah
mendengarkan radio menuju kamar dan
dihentakkan pintu kamar sekuat-kuatnya
“GUBRAKK” hentakan pintu Nina sampai
mengagetkan ibunya hingga piring yang sedang
dicucinya merucut jatuh dan pecah. Adiknya hanya
melongo tak mengerti apa-apa dengan tingkah
kakaknya.bapaknya yang melihat kekesalan Nina
akhirnya tak menghabiskan makanan tersebut dan
memutuskan untuk berangkat bekerja. tak lupa
turut serta membawa topi putih kesayangannnya.
6
mendengar isak tangis anaknya. akhirnya ibunya
mengintip kamar nina dari celah pintu yang terbuka
dan mendengarkan rengekan anaknya.
7
Jam demi jam telah bergulir, waktu
menunjukkan pukul 2 siang pertanda bapak akan
segera pulang. dan benar saja 5 menit kemudian
terlihat bapak dengan gerobaknya diujung tikungan
dengan nafas terengah-engah dan muka memerah
yang mulai menuju rumah. terlihat badannya
terkulai lemas dengan keringat yang menetes dari
peluhnya. Sesampainya dirumah, bapak langsung
merobohkan badannya di teras depan. Nina yang
biasannya menyambut kedatangan bapaknya
dengan secangkir kopi panas kini tak lagi. Terlihat
Nina yang masih meringkuk di pojok kamar
mendengarkan lagu favoritnya dengan mata lebam
dan perut tak terisi sejak pagi buta.
8
Kala itu ibu Nina mengahantarkan kopi itu
sendiri tanpa bantuan Nina, karena ibu tau Nina
masih jengkel dengan kejadian pagi tadi. Ibunya
yang tidak ada pekerjaan rumahpun akhirnya
bersantai sejenak diteras rumah dengan bapak dan
menanyakan terkait kejadian pagi tadi. lantas bapak
menceritakan mendetail serentetan peristiwa itu.
9
“Sudah jangan terlalu dipikirkan, nanti ibuk
coba bicarakan dengan Nina ya, siapa tau dia mau
mengerti ” ucap ibuk.
10
restu ibuk untuk merantau ke luar negeri sebagai
pekerja bangunan. Gajinya lumayan untuk
kehidupan kita dan sekolah anak anak kita. bapak
tadi dapat informasi dari teman bapak seorang agen
penyalur tenaga kerja yang menawarkan lowongan
ini buk.perkiraan berangkat seminggu lagi.bapak
terima ya buk..demi menyekolahkan anak
kita”.imbuh bapak.
11
diminumkannya teh itu. dan ibunya mulai
melontarkan jawaban atas keinginan suaminya itu
dengan ditemani Nina disana. Ibunya menyatakan
keputusan dengan berat, ia mengizinkannya untuk
pergi merantau. Nina yang tak tau apa-apa hanya
melongo berharap penjelasan dari ibunya. setelah
mengetahui seluk beluk keinginan bapaknya Nina
lantas memeluk bapaknya dengan erat sekaligus
meminta maaf atas perbuatannya pagi tadi. hari itu
diwarnai tangis sedu sedan dalam bilik kamar ibu.
12
travel berwarna putih yang sudah siap menjemput
bapak.
13
mengambil barang bawaannya dan berlalu
meninggalkan keluargannya. dilambaikan tangan
Nina pertanda perpisahan dengan bapak.
14
Warung itu hanya menjual gorengan saja, sesuatu
yang bisa ibu kerjakan dengan mudah ketika harus
mengurus adik dirumah.
15
Suara tersebut membuat Nina terbangun
dari tidur lelapnya. Dilihatnya jam menunjukkan
pukul sebelas malam. dengan mata yang setengah
sadar, diambilnya handphone dimeja seberang
kasur tidurnya. dan…
16
terlalu kegirangan. tiba tiba pintu kamar Nina
terbuka, setelah ditengok ternyata ibunya
yangdatang karena suara gaduh yang ditimbulkan
nina.
17
handphonenya kembali berbunyi, tak tau nomor
siapa. diangkatnya telepon itu siapa tau bapak
menghubungi lewat handphone temannnya.
18
penumpang di pesawat tersebut telah hancur
bersamaan dengan meledaknya kapal tersebut.
karena timsar hanya ditemukan cacahan daging
yang mengambang dilaut. jantung Nina berdegup
kencang. tatkala mendengar kabar itu, Nina terdiam
mematung. badannya lemas tak bertenaga,
wajahnya pucat bagaikan mayat. ibu yang melihat
Nina bingung dengan apa yang terjadi padannya.
19
menyaksikan raut muka tua ibunya yang penuh
kekhawatiran. paras cantik Nina mulai basah
berlinang air mata yang sudah tak terbendung sejak
tadi.
20
hanya mengandalkan hasil warunguntuk
penyambung hidupnya. kepiluannya tambah
menjadi memikirkan nasib anak anaknya yang
masih sekolah. Sungguh berat nasib ibu rukmini,
harus banting tulang kesanakemari mencari
rezeki.dilain itu Nina yang juga sedari tadi bingung
memikirkan nasib kedepannya. bagaimana caranya
ia bisa kuliah. sedang uangpun tak punya. Ibunya
hanya penjual gorengan. ditambah Nina adalah
seorang pengangguran. selama ini ia dan keluarga
hanya bergantung pada pendapatan almarhum
bapaknya.
“Ninnnn….Ninaa Asssalamualaikum….”
Celetuk seseorang sembari mengetuk pintu.
21
Tatkala Nina membuka pintu, terlihat Dewi
sahabat baiknya datang berkunjung. dewi adalah
teman sekolah sekaligus teman curhat ketika Nina
tengah menghadapi masalah keluargannya.
kedatangan Dewi disambut hangat dengan senyum
sumringah dibibirnya. kedatangannya membuat
Nina sempat tertegun. pasalnya ini adalah
kedatangan Dewi pertama kalinya. dengan nada
ramahnya Nina mempersilahkan Dewi untuk
masuk dan menunngu sebentar sembari ia
membuatkan minuman.
22
rekomendasi Beasiswa penuh dari pemerintah yang
telah disetujui. Nina memang tergolong murid yang
unggul di sekolahnya, banyak prestasi yang telah ia
raih.jadi tak heran jika pihak sekolah
merekomendasikanya. sontak Nina yang membaca
surat tersebut mulutnya menganga seolah tak
percaya. haru bercampur sedih bergejolak menjadi
satu. disatu sisi ia bahagia karena mimpinya akan
segera terwujud. disisi lainia harus memikirkan
nasib keluargannya jika nanti ia tinggal. Ia tersadar
jika nanti banyak beban yang akan ibunya pikul.
tapi satu yang terus difikirkan nina. sebuah mimpi
yang terus menyelimuti benaknya. Ini adalah cara
nina menggapai semua cita-citanya. Ini sudah
didepan mata. tinggal selangkah lagi apa yang
menjadi mimpi Nina akan digapainnya.
23
kosong tanpa suara sedikitpun. Ibunya lantas
bertanya.
24
daganganya untuk segera ditata di warung kecilnya
tanpa berucap sepatah kata apapun. Dewi yang
sedaritadi merasa janggal akan raut muka Nina
yang mulai menunjukkan rasa khawatir langsung
meminta maaf kepada Nina.
25
Hari sudah semakin siang, pertanda Dewi
harus segera berpulang. terlihat Dewi yang
membereskan tas kecilnya mulai bersiap-siap
berpamitan. saat Dewi beranjak keluar dari dalam
rumah, dilihatnya ibu Nina sedang sibuk dengan
para pembelinya. Dewi hanya mengucap selamat
tinggal dan menitipkan salam saja kepada ibunya.
26
khawatir dengan ibu dan adikmu disini. Insyaallah
hasil dari jualan gorengan ini cukup untuk biaya
hidup sehari hari”. Ucap ibu dengan nada
lembutnya.
27
bisa dibilang lumayan. dan untungnya sistem kerja
toko tersebut sift, jadi Nina bisa mengambil jam
malam tanpa terlalu banyak menyita waktunya.
meskipun begitu Nina tetap harus ekstra cerdas
untuk membagi waktu agar ia tetap bisa fokus
antara bekerja, kuliah dan belajarnya sebenarnya
ibunya sempat menegur Nina agar fokus dengan
kuliah saja dan melarangnya untuk mengirim uang
kekampung halaman. tapi Nina mengabaikan hal
tersebut dan selalu berkata akan baik baik saja
untuk menenangkan hati ibunya.
28
kampusnya dan seperti tahun-tahun lalu uang yang
ia dapatkan sebagian disisihkan untuk dikirim ke
kampung halamannya dan sebagian ditabung. Ia
hidup hanya mengandalkan uang dari Beasiswanya.
29
handphonenya berbunyi. awalnya ia enggan untuk
mengangkatnya karena berfikir yang menelfon
adalah teman teman usil adik Nina. karena
beberapa minggu ini seringkali tejadi hal-hal
seperti itu, jadi ibunya bersikap cuek. alasan
lainnya, Nina tidak pernah menelfon ibunya
diwaktu pagi, namun telfon tetap berbunyi hingga 5
kali yang membuat ibunya jengkel hingga ia
memutuskan untuk mengambil handphonennya
didalam tas wadah uangnya. dan ternyata setelah di
lihat, ternyata Nina yang sudah menelfon berulang
kali. diangkatnya telfon itu dan….
30
Nina lantas menjelaskan tujuannya
menelfon pagi pagi buta. Ia memberitahukan
bahwa Nina akan segera diwisuda. Nina meminta
ibunya untuk datang di acara wisudannya besok.
Nina juga sudah membooking sebuah travel untuk
menjemput ibunnya sungguh senang hati ibunya
mendengar bahwa anaknya akan segera lulus tak
dia sangka ia berhasil menemani putrinya hingga
ia meraih cita citanya isak haru ibunya mulai
menjadi. ia masih tak sadar dengan apa yang ia
dengar. Saking senangnya ibunya membagi-
bagikan jualannya kepada warga desa sebagai
lambang terimakasihnya kepada tuhan.
31
kenaikan kelas. alhasil ibunya hanya berangkat
seorang diri. “tiiiiin…tiiiiin…” suara klanson
berbunyi cukup keras dari luar. bunyi itu seakan
mengingatkan kembali sewaktu suaminya hendak
pergi merantau. memang sungguh menyesakkan
jika diingat lagi.
32
didalam rumah karena terburu-buru saat travelnya
sudah datang.
33
sepatah katapun ia hiraukannya. Ia terus berlari dan
berlari hingga “BRUAKK” sebuah motor dengan
laju kecepatan tinggi menghantam badan Nina.
tubuhnya terpental ke bahu jalan. luka dikepalanya
membuat darah segarnya terus mengucur dijalanan.
Ibunya yang melihat kejadian tersebut sontak
menjerit memanggil nama Nina. ia berlari sekuat
tenaga dengan kaki rentannya menemui Nina.
diangkatnya tubuh anaknya yang setengah tersadar
itu. Ibunya yang tak tega terus saja menangisi putri
satu satunya.
34
bu, dan aku berterimakasih kepadamu dan kepada
almarhum bapak. tanpa jasa kalian aku takkan
pernah menginjakkan kakiku sampai disini”. Ucap
Nina serambi mengangkat topi wisudannya.
35
ikhlas, ibu siap mengiringi kepergianmu.kini
Kamusudah tak merasakan sakit lagi nak.
berbahagialah kamu bersama bintang bintang
disurga. Temui bapakmu. bilang padannya kamu
telah berhasil membanggakan ibumu”. Ucap
ibunnya dengan nada sesenggukan.
36
Biografi Penulis
37
PERI PENDIDIKAN
38
guru lama yang menyapanya dengan penuh
semangat. Guru lama tersebut menyapanya dengan
riang lalu memberikan kunci kelasnya dan segera
pergi. Kepergian guru itu membuat Lili tersadar
bahwa guru itu orang paling bahagia hari ini karena
terbebas dari tempat ini. Ada penyesalan yang
dalam di lubuk hati Lili dengan apa yang ia
harapkan, namun penyesalan itu sirna setelah Lili
mengembalikan niatnya yakni menjadi secercah
harapan untuk pendidikan bangsa.
39
tua, ia hanya berusaha tersenyum dan menjawab
“Lalu, jika ilmu yang kubawakan ini adalah jalan
mencari uang, apakah kalian tetap menolak?” Pak
tua itupun menjawab “Ah, omong kosong apa itu,
ilmumu akan banyak menyita waktu anak kami dan
itu menunda mereka untuk mendapatkan
uang.Sudahlah lebih baik kau menyerah sekolah ini
akan menjadi kenangan belaka takkan ada murid
yang pintar disini”.Dengan muka masam pak tua
meninggalkan Lili. Lili yang ditinggalkan oleh pak
tua itupun semakin bertekad, walau penuh dengan
ketidak yakinan ia akan mencoba membuktikan
bahwa ia bisa menjadikan anak-anak disini sama
dengan anak-anak lain di kota besar yang berhak
mendapatkan ilmu pendidikan.
40
mengacukannya bahkan ada seorang murid yang
menanyainya “Baiklah bu, jam berapa waktu
sekolah ini berakhir aku harus mengamen untuk
makan malamku nanti”. Lili menjawab dengan
lembut “Sabar sayang, kita belum memulai mari
jangan terburu-buru”. Ketika Lili akan memulai
pelajaran sesaat itu datang seorang ibu yang sangat
marah, ia menarik putrinya dengan kasar sambil
berkata “Kamu ini anak nakal, buat apa kamu
kesini?,sudah ku bilang sekolah ini hanya menyita
waktumu bekerja”. Sang anakpun menjawab
“Maafkan aku ibu, aku hanya ingin mengikuti
teman-teman, aku ingin membaca dan menulis
belajar agar aku bisa seperti bu guru”.Sang ibu
semakin marah dan menyeret anak itu pergi tanpa
mempedulikan Lili yang menghalanginya
jalannya.Lili hanya bisa bersabar, lalu memulai
kembali pelajaran.Ia mengalami kesulitan karena
buku-buku yang dibawanya ternyata tidak cocok
untuk sekarang, yang mana para anak-anak disini
41
sama sekali bbelum bisa membaca dan ia kesulitan
mengajari satu persatu Karena anak-anak memiliki
umur yang berbeda. Jadi hari itu Lili hanya mengisi
pertemuan pertama dengan perkenalan. Setelah
pulang sekolah Lili menyadari betapa sulitnya
keadaanya saat ini selain menghadapi orang tua
yang tidak percaya bahwa sekolah itu penting,
anak-anak yang belum bisa apa-apa serta fasilitas
yang tidak mendukung membuatnya merasa ini
begitu berat.
42
pun pergi ke bank dan mengambil semua
tabungannya. Setelah itu lili pergi ke toko
perlengkapan sekolah membeli beberapa
perlengkapan serta tak lupa ia mampir ke toko cat
untuk membeli cat warna-arni karena seingatnya
dinding sekolah itu sangat kumuh dan sudah mulai
rapuh. Hal ini lakukan semata-mata untuk
memperbaiki sekolah itu dan ia berkeyakinan
dengan menjadikan kelas tempat yang layak untuk
belajar aakan memotivasi para siswa untuk lebih
giat belajar.
43
membelikan cemilan untuk mengisi isstirahat dan
ia mulai mengobrol dengan kakek itu. “Aku merasa
bahagia akhirnya ada peri baik sepertimu yang mau
membantu anak-anak disini.Tidak tinggal diam
dengan keadaan sekolah ini”. Ujar sang kakek pada
Lili, Hal ini membuat Lili sangat bahagia lalu
tersenyum kecil dan bertanya pada sang kakek
“Aku hanya melakukan tugasku sebagai manusia
yang harus saling membantu kek, lalu apakah aku
boleh tau apakah kakek berkenan membantuku?”.
Sang kakek menjawab “Apapun yang bisa
kuperbuat untukmu akan kuberikan, namun
beginilah keadaanku aku hanya kakek tua yang tak
punya apa-apa?”.Lili tersenyum dan meraih kedua
tangan kakek lalu berkata “Kakek punya sesuatu
yang sangat menakjubkan, bantulah aku di kelas ini
sebagai guru seni untuk anak-anak.Karena ku yakin
kakek adalah seorang pelukis terbaik bagi mereka”.
Sang kakek sedikit ragu, namun dengan sedikit
44
desakan dari Lili sang kakekpun mengiyakan
permintaanya.
45
mengharapkan hormat dari merek tpi tunjukkanlah
bahwa kamu pantas dihormati dengan menjadi
pintar dan mengalahkan mereka. Untuk saat ini kita
bisa Saling menghormati tidak harus
mengharapkan orang-orang kaya itu”.Mendengar
itu anak-anak pun bersemangat dan terus belajar.
46
sangat bersemangat menyekolahkan anaknya
disana.Berbagai prestasi anak-anak mulai di cetak
hingga Kila sebagai seorang siswa berhasil
membawa juara satu tingkat daerah sebagai penulis
cerpen dan mendapatkan sorotan dari dinas
pendidikan. Hal ini membuat dinas pendidikan
berubah dan memberikan bantuan serta menjadikan
Lili sebagai kepala sekolah, sekarang sekolah itu
memiliki banyak guru dan beroperasi semestinya.
47
salah satu peri kecil yang mengajarkan kita, bahwa
hidup adalah sebuah ilmu pendidikan ketika kita
ingin dianggap ada dan dihormati kita harus belajar
untuk mendapatkannya bukan hanya mengikutu
arus kehidupan dan menerima nasib yang ada.Kita
bisa berusaha dan memperjuangkan kehidupan ini
untuk kita genggam dan miliki karena kehidupan
adalah ilmu yang nyata bagi kita.
48
Biografi Penulis
49
tenggelam, namun setidaknya ia pernah membaca
bahwa mimpi itu terukir pada dirinya. Perjuangan
sekecil apapun baginya bukanlah harapan untuk
sebuah hasil, ia hanya percaya bahwa apa yang ia
lakukan selalu berguna bagi orang lain. Tujuan
hidupnya hanyalah berbagi karena ia yakin sebaik-
baiknya manusia adalah orang yang berguna untuk
sesama.
50
KELASKU
By: AfifaturRohmah
51
Fani ialah anak yang misterius, dingin, dan
terkesan aneh. Meskipun begitu, ia anak yang
pintar, bahkan mungkin ia lebih pintar dari si
Nanda (peringkat pertama di kelas). Aku bisa
menilainya seperti itu sebab dalam kerja kelompok
ia selalu memberikan ide-ide yang cemerlang. Aku
bingung kenapa ia menutupi kepintarannya.
"Fani, ide yang kamu berikan sangatlah hebat.
Kenapa kamu tidak menunjukkan kemampuanmu?"
Celetukku.
"Ya, betul kenapa kamu selalu diam?" Ujar Lala.
Fani hanya tersenyum lembut menatap kami.
Di lain sisi ada anggota kelompok sebelah yang
hanya bermain-main dan selalu cari perhatian sana-
sini, ialah Sarah. Ia merupakan anak yang sering
membuat ribut dan suka cari masalah. Kelompok
itu sangat berisik sehingga mereka dimarahi Bu
Riska.
(Seminggu kemudian) Kerajinan prakarya mulai
melakukan tahap lima sebelum finishing dan
52
rencana akan dikumpulkan Minggu depan. Aku,
Lala, dan Fani mulai merakit miniature rumah
bagian atapnya. Kami melakukannya dengan penuh
ketelitian dan ketekunan. Begitu juga dengan
kelompok lain yang melakukan hal yang hampir
serupa. Saat berjalan kemeja belakang untuk
mengambil lem, Lala tidak sengaja menabrak Sarah
yang sedang membawa minuman sehingga tumpah
kebajunya.
"Sialan! Kalau jalan lihat-lihat!" Bentak Sarah.
"Maaf aku tidak sengaja" ungkap penuh sesal Lala.
Krakkk… Sarah mematahkan stik milik kelompok
lain dan timbullah kegaduhan.
"Kenapa kau mematahkan stik milik kelompok
kami?" Ujar Nanda.
"Apa! Mau protes! Sini aku hancurin semua
kerajinan kalian!" Tegas Sarah.
Sarah yang kesal langsung pergi keluar kelas. Kami
sekelas hanya menggelengkan kepala melihat
kelakuan Sarah yang meresahkan.
53
Keesokan harinya aku dating pagi-pagi sekali
dikarenakan ada jadwal piket. Betapa terkejutnya
aku ketika melihat kerajinan prakarya kami begitu
berantakan dengan kerusakan yang parah. Bukan
hanya satu atau dua kelompok, melainkan kerajinan
semua kelompok yang ada di kelas. Peristiwa
tersebut mengejutkan satu sekolah sehingga kelas
kami dilakukan investigasi.
Satu kelas kami langsung mencurigai Sarah
karena ucapan kemarin. Desas-desus pun tak dapat
dipungkiri mengenai Sarah. Sarah pun dipanggil di
ruang BK untuk diinvestasi. Sarah diberi beberapa
pertanyaan dari Bu Yani (guru BK).
"Apakah kamu benar kemarin mengatakan ucapan
yang dikatakan Nanda? Tanya Bu Yani.
"Benar Bu, tapi yang merusak kerajinan itu bukan
saya" jawab Sarah dengan raut muka ketakutan.
"Kata Nanda kemarin kamu ikut voli ya? Lalu
kamu memilih pulang lebih akhir dari anggota voli
lainnya?" Ujar Bu Yani.
54
"Memang iya, saya pulang lebih akhir untuk ganti
baju. Tolong Bu Yani itu bukan saya". Jawab Sarah
dengan penuh kepasrahan.
Ucapan Sarah kemarin dan pulang lebih akhir
mempertegas dugaan ku kalau tersangka dibalik
kekacauan ini ialah Sarah. Akan tetapi, kenapa
Sarah tidak mengakui kesalahannya. Itukan Sarah
jadi wajar saja kalau dia tidak mengaku, pikirku.
Jam menunjukkan pukul 14.00 yang
menandakan sekolah telah usai. Kami sekelas
memutuskan untuk langsung pulang atau
meninggalkan sekolah. Begitu juga aku dan Lala
langsung pulang rumah kami masing-masing.
Sesampainya di rumah, aku baru ingat kalau ada
catatan tugasku tertinggal sehingga mengharuskan
ku untuk kembali kesekolah. Aku kembali
kesekolah dengan terburu-buru. Setelah sampai
kesekolah aku langsung berlari menuju kelasku.
Betapa kagetnya aku melihat seorang siswi yang
sedang menggenggam stik kerajinan dengan niat
55
membantingnya. Mengejutkan lagi ketika aku
melangkah lebih dekat kepada siswi itu dan
mengetahui bahwa dia ialah Fani.
"Fani?" Ucapku dengan penuh keheranan.
"Oh..ada apa? Jawabnya dengan santai.
" Jadi yang merusak kerajinan prakarya itu kamu?"
Tanyaku.
"Iya" jawab Fani.
"Kenapa?" Ujarku.
"Kenapa! Aku melakukan ini karena aku muak
dengan kalian. Aku benci kalian semua. Kalian
yang tidak menganggapku bagian dari kelas ini.
Kalian yang selalu memanfaatkanku. Sebenarnya
aku ingin marah ke kalian, tetapi aku tidak bisa.
Aku lebih memilih diam-diam untuk membalas
dendam kepada kalian semua. Aku ingin melihat
kalian tersiksa. Aku ingin melihat kalian menderita.
Aku ingin keburukan menimpa kalian." Ungkap
Fani dengan penuh kemarahan.
56
Mendengar hal itu aku langsung terdiam. Aku
merasa bersalah kepada diriku sendiri karena tidak
mengerti masalah Fani yang sesungguhnya.
Ternyata Fani memendam semua kemarahan
kepada kami. Aku pernah melihat Fani selalu
menawarkan untuk mengerjakan tugas makalah
ketika ada tugas kelompok. Jadi ini salah satu alas
an Fani merasa dimanfaatkan. Aku tidak tahu apa
yang harus kukatakan kepada Fani yang sekarang
ini ada di depanku.
"Sekarang kamu sudah tahu pelaku pengrusakan
ini." Cetus Fani sambil melangkah pergi.
Aku segera mengambil catatan tugasku dan
langsung pulang. Di tengah perjalanan aku masih
memikirkan Fani. Sebegitu marahnya Fani kepada
kami sampai merusak kerajinan prakarya kami.
Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti
biasa. Kegiatan belajar mengajar juga tidak
adamasalah. Akan tetapi, investigasi mengenai
pengrusakan kerajinan prakarya masih tetap
57
berlanjut. Aku melihat Fani sedang mengerjakan
tugas seperti biasa dan terkesan tidak ada apa-apa.
Sampai saat ini pelaku yang sebenarnya belum
diketahui. Aku memilih untuk tidak memberitahu
pelaku pengrusakan kerajinan prakarya dan
bertingkah seperti biasanya. Walaupun kasus ini
belum selesai, bukti-bukti yang kuat tertuju pada
Sarah sehingga semua orang percaya bahwa pelaku
dari kasus ini ialah Sarah.
58
BiografiPenulis
59
untuk mengikuti kompetisi cerita pendek "The
World As Real Education". Dengan mengikuti ini,
ia berharap untuk bisa termotivasi untuk semangat
mengembangkan bakatnya. Ia juga menginginkan
menjadi penulis yang hebat dan sukses di masa
depan.
60
KESAKSIAN TIGA LUWUK
61
Saat ia mengingat tentang usianya yang tidak lagi
belia, ia segera berjalan ke arah selatan. Kali ini,
ritme kakinya sedikit cepat. Buru-buru ia
menyingkap ruangan bertabir hitam. Sebuah
ruangan yang kelam meskipun mentari sedang
bersinar terang. Ia memasuki ruangan itu.
Pikirannya berkutat pada tiga buah candrasa
Luwuk. Ia ingat bahwa benda itu adalah pemberian
dari kakeknya, Ki Luwuk. Tidak sembarang orang
bisa menyandangnya. Hanya lapisan bangsawan
dan kesatria saja. Tapi, usianya sudah cukup lanjut
jika harus terus menyimpan benda itu. Ia
mengambil sebuah kotak kusam dan usang. Saat
kotak itu dibuka, sebuah cahaya menyambar seperti
kilat. Mendadak ruangan itu berubah terang.
Diambilnya tiga buah candrasa dari kotaknya.
62
logam tersebut berkarat, tumpul, dan sangat tampak
ketidakgunaannya. Kejadian tersebut terus berulang
hingga candrasa ketiga. Ia menyerahkan candrasa
itu kepada ketiga bocah lelaki yang sedari kecil ia
asuh.
1
Kepanjangan dari Thole. Merupakan sebuah
panggilan untuk seorang anak laki-laki di Jawa.
2
Baik, Guru.
63
tapi tidak dengan dalamnya. Sebuah perbedaan
yang kentara. Sedangkan Wongso nampak bingung
dengan perintah gurunya yang dianggapnya
nyeleneh. Hanya Noto -bocah yang lebih tua dari
keduanya- yang tampaknya berpikit keras. Ia ragu,
untuk apa benda ini, kenapa harus tumpul jika
akhirnya akan digunakan, padahal kita bertiga
sudah besar dan mampu menggunakannya, dan
kenapa hanya untuk bermain. Dan kenapa tidak
diajari langsung oleh Guru. Padahal Guru bisa
semua hal. Bahkan ia bisa menjadi juru tanak
untuk masakan kita sehari-hari? Ada apa?
Kesempatan pertama menjalankan titah Sang Guru
hanya digunakan mereka untuk membolak-balikkan
candrasa itu. Mereka bertanya-tanya untuk apa
logam tumpul itu. Kesempatan belajar itu
mengkristal dan berbuah kegaliban.
64
itu kan buta dan congek. Kalau cuman gelut3, aku
pinter. Aku juga tidak keberatan kalau disuruh
melindungi Guru. Jadi, nggak perlu belajar dengan
candrasa tumpul itu. Menghabiskan waktu saja.”
3
Berkelahi.
65
“Aku tidak suka candrasa yang logamnya
berkarat,” sambil menatap kedua saudaranya. Ia
melanjutkan, “Aku tidak suka bermain senjata.”
66
duduk bersila. Ia terlihat berpikir keras. Jari-jari
tangan kanannya menari-nari. Ia bergumam lirih
No, So, Guno. Slamet, Le. Beberapa detik setelah
itu, matanya ditutup. Ruangan yang sudah gelap
kian gulita. Kedua tangannya di naikkan dan
disatukan. Ia memasuki buana yang tidak bisa
dimengerti oleh manusia biasa. Dalam
pertapaannya, terlihat pipinya basah.
***
4
Ilmu itu seperti air, Le.
67
Kemudian, gurunya bangkit dari
peraduannya dan berjalan, memandangi ketiga
bocah itu. Tatapannya dalam, ganal tatapan seorang
bapak kepada anaknya. Jika definisi Bapak adalah
yang merawat, membesarkan, mendoakan,
mencurahkan kasih sayang untuk anaknya, maka
memang dia adalah Bapak dari ketiga bocah itu. Ia
melanjutkan,
5
Sebuah kubangan air yang tidak bermuara, tidak
juga dalam, dan biasanya berwarna keruh.
68
menghidupi tanaman. Dan tanaman akan hidup,
berbuah, bertunas, dan nanti kita makan. Semua itu
karena air, Le.”
69
tersebut terlihat sebuah air terjun. Ia terkesima
dengan peristiwa di luar nalar itu. Bahkan, saking
tak karuan rasanya, ia tak sadar bahwa celananya
telah basah dengan kencingnya. Di belalakkan
matanya berkali-kali, diyakinkan hatinya terus
menerus bahwa orang itu adalah gurunya. Ia tak
tahu pasti apa yang dilakukan gurunya. Ia tak
mampu menahan ketakutannya dan ketakjubannya.
Ia memutuskan kembali ke rumah dengan
mengunci mulutnya selamanya.
***
70
masih disana. Di pojok rumah di samping pohon
mangga. Dibiarkannya terpapar hujan, tersentuh
panas mentari.
71
berbulan-bulan lalu mereka mengintai pajak bumi
dari daerah itu. Tapi, karena Patih Gajah Mada
masih sugeng6, mereka tak pernah mampu
melancarkan aksinya. Dan kabar moksanya patih
kondang itu tersebar. Para kafilah bersyukur dan
akhirnya menyerang daerah itu.
6
Hidup.
72
tangisnya hanya sesenggukan, lambat laun
tangisnya menjadi keras. Ia memanggil-manggil
gurunya. Sambil menangis, pikirannya berkelebat
kemana-mana. Ilmu itu seperti air. Bahwa ilmu
tidak bisa dipindahkan tanpa perantara. Entah
buku, guru, atau yang lain. Bahwa ilmu itu seperti
air. Itu artinya guru adalah air. Guru dan ilmu itu
menyatu menjadi air. Bahwa tidak ada guru yang
ingin menyesatkan muridnya. Bahwa aku telah
bersalah dengan Guru.
73
candrasanya. Bahwa candrasa luwuk adalah saksi
dimana mereka pernah melakukan kesalahan besar
pada gurunya. Mereka memperhatikan gurunya
bertarung. Lebih tepatnya memastikan. Gurunya
adalah petarung hebat. Dengan keterbatasannya, ia
mampu bertahan. Bapak tua itu bertarung dengan
gagah, tidak tergesa-gesa, dan tepat sasaran. Ia
sebenarnya mampu menghadapi kafilah itu. Hanya
saja, sang waktu membuat tubuhnya semakin
lemas. Satu jam kemudian, suara candrasa
terdengar. Tiga bocah itu berhenti. Mereka saling
memandang satu sama lain.
74
Biografi Penulis
75
YAKIN BISA
By: Rovita AuliaRahma
76
ingin anak-anaknya cerdas dan pintar “kalimat
itu selalu dilontarkan pak sugeng, kepala
sekolahku di SD.
77
“Nduk, sudahlah bantu bapak ibukmu ini
dirumah bantu mencari rumput atau bekerja saja”
78
“Iya pak”
*
*
*
*
Corona Covid-19 sebagai Pandemi Global.
KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) resmi mengumumkan wabah Covid-19
sebagai pandemi global. Hal ini diumumkan
79
Rabu (11/3/2020) malam. KOMPAS.com -
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem
Makarim mengungkapkan, pembelajaran jarak
jauh bisa diterapkan permanen setelah pandemi
Covid-19 selesai
80
“Ini pak, ada corona pak gak boleh keluar rumah.
Dan sekolah-sekolah pada disuruh belajar online
pak”
1 minggu kemudian…
*
*
*
*
Hari ini , pertama kali aku masuk sekolah
81
online menggunakan aplikasi zoom bertemu
dengan guru pun online, perkenalan satu-satu
juga online. Aku merasa aneh karena ini
pengalaman pertama dan belum terbiasa
melakukan kegiatan ini. Sampai ditengah
pembelajaran, tiba-tiba aku keluar dari aplikasi
zoom sendiri aku panik, takut ketinggalan
informasi dan setelah beberapa menit aku cek-
cek dan memang ternyata kuotaku habis. Aku
kebingungan karena dirumahku nggak ada wifi
dan kalau mau cari wifi juga rumah tetangga
agak jauh, dan disaat itu juga aku dipanggil
ibuku untuk membantu memotong rumput di
depan rumah.
82
“Kok sebentar-sebentar to nduk, ayoo”
Aku disitu bingung dan akhirnya aku memilih
untuk menyusul membantu ibu dan entahlah aku
pasrah dengan sekolahku hari ini.“Lia” Tanya pak
sugeng “dalem pak sugeng” “gak sekolah lia?”
“sekolah pak, baru
tadi masuk sekolah,
kebetulan online pak”
“oh iya, yang
semangat ya.”
“aamiin, makasih banyak pak sugeng”
83
orang tuaku karena aku selalu ingat pesan
mereka untuk menjadi anak yang berprestasi, dan
tanpa pikir panjang aku langsung daftar hari itu
juga namun ada kendala, jadi waktu
pengumpulannya sangat mepet, 3 hari harus
dikumpulkan. Disitu aku berpikir keras mencari
judul yang sesuai dengan tema yang diberikan
dan seperti biasa ketika aku sedang belajar atau
ada kelas aku dipanggil orang tuaku untuk
membantumereka.
84
kurang mengerti aku” karena aku tidak ingin
berdebat aku memilih untuk membantu ibuku
dan melanjutkan mengerjakan tugas nanti.
Namun dari sini aku semakin semangat, ingin
membuktikan kepada kedua orang tuaku kalau
aku ini enggak malas-malasan, aku memang
belajar sungguhan. Setelah selesai membantu
ibuku aku izin untuk melanjutkan belajar dan
menulis cerpen agar cepat selesai. Tak terasa aku
sudah belajar hampir 12 jam menatap layar
laptop, tinggal sedikit lagi selesai namun mata ini
sudah tidak kuat akhirnya memutuskan untuk
dilanjut besoksaja.
85
“Lia, kamu ikut lomba to?” Tanya pak sugeng
“Loh pak, kok tau?”
“Iya, kemaren bapak dikasih tau anak bapak”
“Oalah, anak bapak juga ikut lomba itu?” “Iya lia,
semoga menang ya”
“Iya pak terimakasih doanya, semoga anak bapak
juga menang”
86
“Alhamdulillah nduk” jawab bapak
*
*
*
*
Tantangan terberat dari adanya pandemic
ini kita harus bisa membagi waktu karena orang
tuaku mengira aku hanya malas-malasan saja
mereka mengira aku tidak belajar namun
tantangan itu berhasil aku lewati dengan
memberikan bukti nyata kepada kedua orang
tuaku. Dan disitu mendikbud Nadiem Makarim
juga mengatakan bahwa masa pandemic Covid-
87
19 jadi waktu yang tepat untuk berinovasi dalam
pendidikan Masuk ke sekolah yang dari dulu
menjadi impianku, dan mendapatkan prestasi itu
sebuah kebahagiaanku, yang muncul dari rasa
puas “Alhamdulillah akhirnya aku bias
membuktikan kepada orang tuaku bahwa
memang aku itu serius belajar bukan kok males
malesan gak mau membantu orang tua”. Dan ya,
mereka senang, mereka bangga denganku. Aku
bersyukur atas semua rangkaian kisah yang Allah
berikan ini, karena aku percaya semua itu pasti
akan ada hikmah di baliknya. Dan benar kata
bapak jokowi yang mana beliau mengatakan
pandemic virus corona (COVID-19) memberikan
begitu banyak pelajaran. Pernyataan tersebut
disampaikan pak jokowi lewat aku media social
resminya.
Catatan :
88
perempuan
“gabah” : padi
“nggih” : iya
“sik” : sebentar
89
Biografi Penulis
90
JEJAK RAGIL
“Assalamualaikum”
91
“Alhamdulillah mbak, koneksinya selalu bagus
kalau di sekolah. Tapi, ya gitunggak yakin aku,
saingannya kayaknya lebih banyak”
92
bertanya langsung ke BK mengenai hal tentang
perkuliahan. Sepertinya, hanya di Ruang BK ia
merasa biasa. Di ruang kelas bahkan di jalan saat
bertemu temannya ia merasa ciut. Yah, entah sejak
kapan ia merasa ada yang kurang.
93
Ragil tipe anak yang sungkan dengan orang lain, ia
termasuk pendiam dan bingung ketika memulai
pembicaraan. Termasuk dengan keluarganya, sejak
masuk SMA ia menjadi lebih diam.Tapi meski
begitu ia selalu berusaha merubah sikapnya yang
merugikan orang tuanya dulu.
94
Dengan dukungan dari mbak Rika dan guru
BKnya, ia bertekat melanjutkan kuliah dengan
mendaftar beasiswa. Ia merasa bahwa orang tuanya
belum sepenuhnya rela kalau ia melanjutkan
sekolah.
95
memang mbaknya Ragil itu, kerja di toko dan
shiftnya selalu berubah.
96
Untuk menghormati, Ragil menjawab seadanya,
“Terima kasihbu tawarannya, Ragil sudah daftar
kuliah,” ucap Ragil sambil senyum.
97
memperlihatkan seberapa kesungguhan untuk
memohon kepada sang pencipta untuk kelancaran.
98
Jangan berpikir bahwa kamu gagal maka tidak ada
lagi harapan, jadikan ini proses mencari, untuk
kamu menemukankeberhasilan,” ucap mbak Rika
tersenyummenenangkan sambil mengusap bahu
adiknya itu.
99
Terdengar helaan nafasdari Ragil, dengan wajah
serius dia menepuk pundak mbaknya itu sambil
berkata “Terima kasih nona untuk tutur kata
bijaknya, engkaumemang motivator yang aku
tunggu.” Ragil berusahamenahan tawanya melihat
ekspresi mbak Rika.
100
Setelah mendapat motivasi dari mbaknya tadi,
rasanya semangatnya terisi kembali. Bahkan
berkali-kali lipat lebih semangat.
101
Ragil dan Rifki, pergi ke sekolah dengan
menggunakanmotor milik Rifki.
102
pelajaran. Setelah memarkirkan motor, mereka
berdua berjalan beriringan karena BKK dan BK
berada bersebelahan. Sambil berjalan mereka
melihat sekitar, tidak menyangka bahwa mereka
sudah lulus.
103
“GaknyangkaGil, Dulu kamu bandel banget. Pas
masuk SMK sampai sekarang kok bisa jadi
pendiemgini, heran sih tapi baiknya sekarang gak
harus masuk BK kayak di SMP,”
104
ketahuan merokok. Bener-benernekatwaktu SMP
dulu, mungkin karena pergaulan yang salah.
Untung ada Rifki waktu SMP yang mau mengajak
Ragilmenjauh dari pergaulan buruk itu.
105
“Gil, nanti tak tunggu di depan sini ya, biasanya
kamu lama. Pasti duluan aku,” ucap Rifki dan
langsung masuk ke dalam ruangan itu.
106
“Eh, kok udahajaGil. Kirainduluan aku keluarnya.
Makanya aku lama-lamin nanya di dalem hehe,”
ucap Rifki cengengesan.
107
“Udah kok buk, cuman minta surat keterangan. Ibu
libur kerja?” tanya ulang Ragil
108
“Sudah pak, nomornya sulit dihubungi. Mungkin
sinyalnya jelek, karena baru hujan,”
109
Ragil untuk tahu itu mbaknya. Ragil sedikit berlari
untuk membantu mbaknya itu. Namun sebelum
sampai di tempat mbaknya, ada dua orang
berboncengan motor yang berhenti di
dekatmbaknya. Perasaan Ragil tidak enak, ia berlari
lebih cepat untuk sampai di tempat mbaknya
itu.Terlihat mbaknyaada cek cok dan lebih
parahnya orang yang di bonceng menarik tas
mbaknya dengan kasar.
110
“Mbak bingung mau jawabnya,satu-satu dong.
Tenang mbak ndak papa” balas mbak Rika tenang
tapi, telihat tubuhnya sedikit bergetar. Ragil tahu
mbaknya itu pasti ketakutan.
111
“Tapi jangan bilang bapak sama ibuk ya Gil, nanti
khawatir mereka,” ucap mbak Rika dengan wajah
melas.
112
Hari ini tepat hari Selasa, Ragil akan melaksanakan
ujian. Ia mengambil jurusan PsikologiIslam.
Meskipun jauh dari jurusan saat di SMK, dulu ia
dari jurusanTeknik Kendaraan Motor. Meskipun
tidak sama, ia tetap suka dengan pilihannya saat ini.
Ia mulai menyukai Psikologi saat ada kelas industri
di sekolahnya, sekolah mendatangkan beberapa
trainer bahkan HRD dari perusahaan-perusahaan.
Itulah awal mula ia termotivasi dan ingin kuliah
dengan jurusan Psikologi, untuk mengetahui lebih
dalam mengenai perilaku dan pemahaman
mengenai masalah mental sehat yang masih minim
di masyarakat termasuk di desaku.
113
“Ibu setiap malamdoain semua anak ibu, semoga
lancar ya Gil,” ucap ibu
114
“Gampang, liat nantiaja. Gih, masuk sana” usir
mbak Rika dengan halus
115
menjatuhkannya.Tapi nihil tidak ada apapun, masih
ada waktu 20 menitan lagi. Ia kemudian menelepon
mbaknya.
116
tidak bisa mengikuti ujian. Ragil akhirnya
memutuskan untuk kembali ke ruangannya tadi.
Sampai di ruangan sudah ada pengawas yang
berjaga.
117
Ragil yang nama panjangnya disebut langsung
terkesiap, ia bingung kenapa namanya dipanggil.
Apa pihak kampus tahu kalau ia kehilangan salah
satu berkasnya, tapi itu tidak mungkin atau
mbaknya yang melapor.
118
bersyukurnya orang itu mau mencari pemilik kartu
ujian.
“Iya, silakan,”
119
“Dasar kamu ini buat mbak hampir muterin
kampus kamu loh tadi. Kamu kok nggak bilang
kalau udah ketemu, lelah ini mbakmu” ucap
mbaknya yang sepertinya kesal dengan adiknya
itu.Baru saja datang sudah langsung kena omel, ya
memang ini salah Ragil juga sih.
120
“Nggak usah, udah sana pergi. Bentar lagi ujian
kedua kan. Awas aja ada yang ilang lagi, mbak
tinggal di sini kamu,”
121
mengambil jurusan yang sama dengan Ragil. Pukul
10.45 Ujian selesai, Ragil keluar bersama teman
barunya ini.
122
Sesampainya di rumah sekitar jam 12 an, tepat saat
adzandzuhur. Ragil langsung masuk kamar
beberapa saat kemudian pergi ke kamar mandi. 15
menit kemudian ia sudah bersiap-siap dengan baju
khas orang ke masjid.
“Waalaikumsalam,”
123
“Masyaallah, sering-sering ke masjid ya,”ucap
salah satu ibu itu.
“Waalaikumsalam,”
124
“Gil, Ragil” panggil sang ibu, Ragil yang semula
duduk di depan rumah langsung masuk ke dalam.
125
“Assalamualaikum”
126
“Waalaikumsalam,”
“Waalaikumsalam,”
127
bapak di suruh rawat inap. Bersyukur keluarga
Ragil karena mendapat keringanan dari bantuan
kartu kesehatan. Setelah suasana mulai kondusif,
pak Rudi pamit pulang dan berpesan untuk
mengabari beliau jika ada apa-apa. Pak Rudi sangat
baik, beliau bahkan tidak mau menerima uang
pemberian dari ibu, bahkan uang membeli solar
sekalipun.
128
cepat membaik bisa pulang,” ucap ibu menenagkan
mbak Rika yang terlihat masih cemas.
129
Ragil keluar sebentar dari ruang inap, dan duduk di
kursi panjang di depan ruangan itu.
130
“Wajahmu meyakinkan kalau kamu gak lolos Gil,
ngeselin banget kamu,” ucap mbak Rika
131
berdoa adalah kuncinya. Selalu hormati orang
tuamu tidak perlu memberikan egomu ketika
meraih kepercayaan. Tidak perlu memberikan
pembuktian dengan perkataan saja, buktikan
dengan perbuatanmu maka mereka yang tidak
percaya akan luluh dengan sendirinya. Tidak perlu
meninggikan ego untuk mencapai sesuatu, cukup
kepercayaan akan kemampuan dirimu dan
menjadikan pengalaman atassemua jalan masa
lalumu, dapat membuatmu menjadi orang yang
lebih kuat dari apa yang kamu bayangkan.
132
Biografi Penulis
133
ALLINA
134
Allina terdiam sejenak, lalu menghela nafas
panjang menatap nanar wajah ibuknya‘Buk,
selamaini Kulo mesti manut njenenganto?, Ibuk
suwun kulo ngrelaaken sekolah Aliyah damel
mlebet pondok, nggeh tetep kulo lampahi’.
135
sesering yang Allinabisa’. Ia mengusap pipi
basahnya lalu melanjutkan perkatannya ‘Allina
butuh ilmu yang banyak dan pengalaman yang
memadai untuk mendidik dzurriyyah-dzurriyyah
kulo nanti. Ibuk pernah dawuh kepada Allina
bukan? bahwa ibu itu madrasah pertama bagi anak-
anaknya?’
136
dunia perekonomian, namun tak serta merta
melupakan kewajibannya dirumah.
Mendidikseorang putri sholehah Fatimah, dan
menjadi istri terbaik Rasulullah.Ia juga masih ingat
sosok LubndadariCordoba, wanita bangsawan yang
diberi amanah menjadi kepala dewan perpustakaan
yang menyimpan 500 ribu koleksi buku
Andalusia.Selama masa hidupnya, ia bekerja
sebagai sekretaris Khalifah, sebagai juru tulis, dan
kemudian sebagai sekretaris pribadi putra Abd Al-
Rahman Hakam II Ibn Abdur-Rahman.Ada juga
sosok Arwa Al Sulayhiseorang Ratu Yaman yang
dijuluki sebagai Young Queen of Sheba atau
Balqhis Al-Sughrakarena keadilannya dan
perhatiannya terhadap kesejahteraan rakyat negeri
Yaman. Gelar itu disamakan dengan figur Ratu
Bilqis pada masanya.Ia dikenal cerdas dan ulet
dalam berbagai bidang keilmuan terutama sastra,
kebudayaan dan Studi agama. Walaupun hidup
dalam kekuasaan yang begitu cemerlang, Ratu
137
Arwa selalu setia dalam merawat dan menemani
sauminya yang lumpuh, sekaligus merawat 4 orang
anak yang masih sangat belia.
138
‘A..Assalamu’alaikum’ jantungnya bergemuruh tak
karuan. Ia benar-benar takut jika sudah
menyangkut panggilan dari abahnya.
139
Allina tergugu, matanya sudah penuh dengan bulir-
bulir air mata yang hampir menetes.
140
anak-anak allina kelak? Tegakah njenengan melihat
allinamendzolimi anak-anak allina nanti
disebabkan kebodohan allina sendiri?’
141
Selesai sholat jamaah usai dan masjid mulai
lenggang dari jamaah. Ia mengambil mushaf yang
diletakkannya diatas jendela masjid. Ayat demi
ayat yang ia lantunkan membuatnya merasa jauh
lebih baik dan tabah. Ia masih ingat nasehat
kyainya dulu, tentang masalah dan jalan keluar.
Beliau dawuh bahwa seberapabesarmasalahmu,
hanya akan terhitung begitu kecil Dimata Allah.
Kehendak, kuasa, dan apapun yang ada dunia ini
semua milik Allah termasuk hati manusia.
Mintalah sesuatu padaNya karena kita tak punya
apa-apa tanpaNya.
142
‘Abah sudah musyawarah sama ibumu’
‘pripun bah ?’
143
bertentangan dengan fitrahmu sebagai wanita.
Sekolah boleh tinggi tapi harus ingat untuk
kembali’
144
Biografi Penulis
145
AKU DAN PENDIDIKAN
146
Dikta adalah orang yang cukup berada, ayahnya
adalah manager salah satu perusahaan ternama di
Jakarta. Aku dan Dikta adalah sahabat sejak SMP,
dia tau bagaimana kondisi ekonomi ku yang bisa
dibilang hanya cukup untuk makan, sekolah, dan
kebutuhan lainnya.
147
saat di rumahnya ia langsung bergelut dengan
dirinya sendiri,
148
“hei nak dengarkan ini ya, kamu ga perlu
dimasukkan ke hati, buktikan saja omongan guru
itu bahwa kamu juga bisa lolos perguruan tinggi,
sudah jangan terlalu dipikirkan sekarang ayo kita
makan siang, ibu sudah buatkan makanan kesukaan
kamu”
149
“ibu, jangan menangis”, Erwin yang sedang
menenangkan ibunya agar tidak menangis
150
Hari berikutnya seperti biasa Erwin berangkat ke
sekolah dengan memikirkan bagaimana cara
mendaftarkan dirinya menjadi ojek online
walaupun hal itu sudah ditolak oleh ibunya,
151
“hmm bagaimana kalau aku pinjamkan saja
motorku, kamu pakai saja”, karena rasa empatinya
itu, Dikta pun akhirnya meminjamkan motornya.
152
Setelah mengambil motornya, lalu ia segera
berangkat ke kantor ojek online untuk mendaftar
tidak lupa tadi pagi sudah menyiapkan berkas-
berkasnya yang akan diperlukan nantinya secara
diam-diam tanpa sepengetahuan dari ibunya.
Setelah 1 jam mendaftar, nama Erwin sudah
terdaftar sebagai driver ojol dan hal pertama yang
dilakukan sebelum bekerja, ia di training dulu
dengan diajarkan cara penggunaan aplikasinya.
153
“Waalaikumsalam, oh Erwin langsung masukkan
saja motornya di garasi”, jawabnya Dikta.
154
mencari kemana beasiswanya karena ia sangat buta
informasi tentang beasiswa.
155
Kringggg, tanda bel masuk berbunyi. Erwin dan
Dikta masuk ke kelas yang berbeda, Erwin masuk
kelas 12 ipa 2 sedangkan Dikta masuk kelas 12 ipa
1. Selepas pulang sekolah, Erwin mencari info di
ponselnya. Mimpi Erwin adalah masuk perguruan
tinggi di Luar Negeri karena ingin mengikuti jejak
sepupunya yang telah lulus masuk ke Korea
University jurusan College of Art and Design.
Sepupunya ini memang tergolong orang yang
pintar, dia berhasil mendapatkan beasiswa KGSP
tahun 2010.
156
bekas. Saat ingin mengeluarkan motor, tanpa
disangka ibunya muncul dari luar dan bertanya
kepada Erwin,
157
supaya sekolah kamu itu ga terganggu, ya sudah
hati-hati di jalan ya nak”, jawab ibu.
158
“iya ibu doakan yang terbaik untuk Erwin”, jawab
ibu
159
lolos atau tidak. Saat Erwin sedang istirahat di
warung, ada nomor telpon masuk yang tidak
diketahui namanya, dia angkat telpon itu,
160
“eh kenapa nak tiba-tiba memeluk ibu?”, tanya
ibunya dengan raut muka kebingungan
161
namanya tes wawancara, semua peserta di
wawancara apakah mereka pantas atau tidak.
Seperti biasa, Erwin pun lancar dalam menjawab
pertanyaan yang dibeberkan oleh pihak mitsui
bussan.
162
langsung bergegas memberitahukan ibunya yang
sedang menyuci baju,
163
Setelah menunggu berjam-jam lamanya, Erwin
masuk ke dalam ruangan dan di interview selama
30 menit. Tidak sebentar namun juga tidak lama,
Erwin sangat gugup namun jika ia menjawab
dengan gugup kemungkinan untuk gagal kana
menjadi besar jadi ia memutuskan untuk bagaimana
caranya agar tidak gugup lagi dengan cara berpikir
positif. Setelah di interview selama 30 menit,
Erwin bergegas mencari makan karena sudah
waktunya makan siang. Ia tidak memikirkan lagi
tes interview itu, baginya jika gagal tidak apa
masih banyak beasiswa lainnya. Makanan yang di
piring pun sudah habis, Erwin segera pulang untuk
bersiap bekerja lagi.
164
acara pernikahan tersebut, ponsel Erwin di telpon
kembali oleh pihak mitsui bussan,
165
“Alhamdulillah nak kamu lulus beasiswa”,
mengucapkan selamat sambil menangis
166
“iya nak ibu selalu doakan, kamu juga jaga
kesehatan disana jangan sampe sakit kalau kangen
ibu, tinggal telfon saja”, jawab ibu dengan nada
ikhlas melepaskan anaknya
167
tahun lamanya, mereka mengikuti tes EJU yang
terdiri dari Japanese as Foreign, fisika, kimia,
biologi, Japan and The World, dan matematika.
Semua soal yang diujikan adalah dalam bentuk
bahasa Jepang. Tidak lupa untuk berdoa agar
hasilnya memuaskan karena target yang ia tuju
adalah University of Tokyo, yang menjadi salah
satu universitas nomor 1 di Jepang. Mungkin bagi
orang ini adalah mimpi yang terlalu tinggi dan
tidak realistis, namun Erwin tidak akan menyerah
ia pasti bisa untuk lulus di University of Tokyo
tersebut. Karena dia ingat dengan kata-kata
‘mimpilah setinggi mungkin, ibarat kita mimpi
untuk mendapatkan angka 10 namun jika jatuh, ia
akan terjatuh di angka 8 atau 7’. Sebelum hari ujian
itu tiba, ia menyempatkan untuk menelfon ibunya
yang berada di Indonesia,
168
“gimana nak keadaannya? sehat? sebentar lagi
ujian masuk perguruan tinggi, semoga nilai kamu
bagus ya nak, ibu kangen banget sama kamu”,
tanya ibu
169
“iya bu ini sebentar lagi Erwin mau tidur,
assalamualaikum”, jawab Erwin
170
terus berlalu sampai jam ujian pun berakhir, Erwin
keluar dari ruangan ujian lalu dia mencari makan
untuk makan siang.
171
ku pindah ke Jepang dan tinggal di Shinjuku”,
jawab Dikta
172
email masing-masing dan hasilnya mereka berdua
lulus di pilihan masing-masing,
173
“ah benar juga ayo!”, jawab Dikta
174
“alhamdulillah nak ya allah kamu akhirnya lulus,
ibu bangga sekali sama kamu, tapi kok bisa satu
kampus sama Dikta?”, tanya ibu
175
terkejut dengan Erwin karena semasa sekolah dulu
tidak sengaja mengucapkan kata yang tidak pantas
dan guru tersebut meminta maaf kepada Erwin atas
perkataannya dahulu.
176
Biografi Penulis
177
TUHAN, AKU BERSYUKUR RENCANAKU
GAGAL
By : Ushwatun Khasanah
178
"Assalamu'alaikum.. " Kuucapkan bersama teman-
temanku ketika memasuki ruangan ini.
179
Paginya di sekolah pun kami mulai berlatih,
sebab ini adalah bulan untuk memperingati
kemerdekaan maka KBM sedikit dilonggarkan
untuk mempersiapkan perlombaan 17an. Begitupun
dengan kami yang menjadi delegasi untuk
mengikuti perlombaan qari'. Masih ada waktu satu
minggu jadi kami terus berlatih, kadang berlatih
dengan Abah, kadang dengan kakak kelas, kadang
juga berlatih sendiri.
H-3
180
'Abah, bisakah nanti aku memenangkan
perlombaan itu. Bukan untukku tapi hadiah untuk
kesabaran Abah dalam mengajariku. Tak sampai
hati jika harus mengecewakanmu lagi, cukup!'
181
Hari ini adalah hari perlombaan qari', hari yang
sudah ditunggu sejak lama. Sungguh gugup yang
kurasa, tapi aku harus fokus dan sesekali mengingat
wajah Abah agar tak ada keraguan lagi dalam diri.
182
dan kemudahan pada hari ini.' dalam hati
kulangitkan doa pada-Nya.
183
diriku tapi karena tak bisa membuat beliau bangga.
Padahal beliau sangat percaya padaku.
Malam Hari
184
membuat Abah bangga, jalan lain yang menjadi
kenangan-kenangan untuk sekolahku.
END
185
Biografi Penulis
186
SEMUA BERAWAL DARI KKN
187
oleh lembaga penyelenggara KKN. Belum ada
aktivitas mengenai tatap muka untuk pembahasan
kuliah kerja nyata saat itu. Pada minggu kedua dan
ketiga, dimulailah perencanaan serta pelaksanaan
segala kegiatan yang berhubungan dengan desa
Banaran. Suatu desa yang berada di daerah
Kauman Tulungagung.
188
Hingga pada akhirnya kami harus berpisah,
berpamitan satu sama lain karena sudah ditutupnya
kegiatan kerja nyata di desa tersebut yang
mengharuskan kita harus pulang ke rumah masing-
masing. Namun, sebelum kami benar-benar pulang
ke rumah, kami memutuskan untuk pergi ke tempat
wisata bersama-sama Setelah kami rasa sudah
cukup lama dan menjelang sore hari, kami
memutuskan untuk kembali ke posko, karena
masing-masing dari kami tidak mengendarai
kendaraan sendiri-sendiri, namun saling
berboncengan. Disinilah awal moment keharuan
terjadi, saat kami saling bersalaman, mengucapkan
perpisahan satu sama lain kami semua bersikap
seperti biasanya dengan tertawa. Saat di perjalanan
pulang masing-masing, sebagian dari kami sudah
merasakan kerinduan yang akan kami pendam
setelah ini, kami menangis namun tidak berani
untuk ditunjukkan satu sama lain karena takut jika
189
mengetahuinya disaat itu, tangis kami akan
semakin menjadi-jadi.
190
kelompok KKN bertemu di desa Banaran. Dalam
foto tersebut, kami berada dalam satu ikatan, kami
saling bersandingan yang diwaktu itu belum saling
mengenal satu sama lain, namun kami berdelapan,
berada dalam satu rangkaian. Saat ada kegiatan
kerja bakti yang diadakan oleh desa, mahasiswa
yang bisa mengikuti juga hanya kami bertujuh, satu
teman kami sedang sakit dan teman-teman
mahasiswa lainnya tidak ada yang bisa menghadiri
kerja bakti ini. Kebetulan-kebetulan kecil ini yang
menjadikan kami meyakini, bahwa memang kami
ditakdirkan untuk menjadi sahabat, menyandingkan
segala perbedaan dan menjadi teman yang sulit
untuk dilupakan.
191
menyepakati untuk mengerjakan tugas tersebut di
rumah salah satu dari kami yaitu di rumah ketua
kelompok, tidak lupa ketua juga mengumumkan
kepada mahasiswa lainnya untuk datang
kerumahnya. Kami berdelapan selalu hadir dalam
pengerjaan setiap tugasnya dan hanya dua sampai
empat orang tambahan dari teman-teman
mahasiswa lainnya, kebanyakan dari teman-teman
lain sulit untuk dihubungi dan belum berkenan
hadir. Dari hal tersebut, hal kecil atau besar, suka
atau duka tetap kami lakukan bersama.
192
dan Desi). Semoga kita selalu dalam lingkup ikatan
pertemanan yang baik, rukun dan bermanfaat.
193
Biografi Penulis
194
SELAMETAN
By :Vanisha Amelia
195
betapa sedihnya diriku kala itu menerima kabar
bahwa pesawat yang dikendarai oleh ayah sudah
menjalankan tugas dikeabadian.
Sampai sekarang pun sebenarnya aku masih
sedih, namun aku sudah lebih menerima kenyataan
bahwa ayah sudah tenang di sisi-Nya. Ah, karena
aku orang Jawa asli maka ada tradisi yang namanya
“selametan”. Selametan ini diadakan pada berbagai
acara misalnya saat syukuran, melahirkan anak
dengan selamat, dan mengirim doa untuk orang
yang sudah meninggal dunia. Ada hari-hari tertentu
juga dalam menggelar selametan ini, misalnya
ketika selametan untuk bayi dilakukan pada saat
hari pertama, 7 hari, 36 hari, 3 bulan, 7 bulan, serta
1,5 tahun usia bayi. Berbeda jika untuk orang
meninggal, selametan dilakukan pada 7 hari
berturut-turut sejak seseorang meninggal,
kemudian pada hari ke-40, hari ke-100, hari ke-
1000, dan setiap tahun pada hari di mana seseorang
tersebut meninggal.
196
Aku tinggal di lingkungan desa yang mana
memang masih sangat kental akan persaudaraannya
dengan tetangga, jadi ketika hari ini di rumah repot
banyak tetangga dan saudara-saudara yang dating
untuk membantu. Selametan kali ini agak berbeda.
Jika biasanya hanya memberikan nasi serta lauk-
pauk dalam wadah atau biasa disebut dengan
berkat untuk orang-orang sekitar yang datang,
namun karena ini adalah bulan puasa maka
diadakanlah buka bersama disamping tetap
memberikan berkat untuk orang-orang.
Aku bersyukur selametan berjalan dengan
lancar. Orang-orang yang datang juga banyak,
dimana mereka pun mendoakan ayahku yang sudah
berada di sisi-Nya. Saudara-saudara dari keluarga
ayah maupun ibu juga berdatangan untuk hal yang
sama. Aku sangat terharu akan hal itu. Sebelum
adzan isya’ dikumandangkan, selametan sudah
selesai. Aku dan ibuku sebagai tuan rumah
mengucapkan terimakasih kepada semua orang
197
yang telah dating membantu kami dan mendoakan
ayah. Tanpa mereka semua acara tidak akan bisa
berjalan.
Ketika semua orang sudah pulang ibu dan
aku memutuskan untuk sholat isya’ berjamaah dan
ibu menjadi imam untukku. Saat berdoa, aku
mendengar suara ibu yang serak dan kedengaran
seperti menangis ketika menyebut nama
ayah.Mungkin karena hari ini peringatan tiga tahun
ayah meninggal, ibu menjadi lebih sensitive dari
biasanya. Mendengar ibu yang menangis
membuatku juga turut menitikkan air mata,
mengingat hal-hal membahagiakan ku bersama
ayah.
Selesai berdoa aku mencium tangan ibuku
dengan khidmat. Ibu membelai kepalaku dengan
sangat lembut, aku semakin larut dalam rasa sedih.
Ibu kemudian mendongakkan wajahku agar
menghadap ke beliau. Kami sama-sama terdiam,
namun aku merasa seperti mendapatkan energi
198
yang sangat kuat dari ibu, yakni energy kasih
sayang yang tiada tandingannya.
Setelah melaksanakan kewajiban, kami
memilih untuk istirahat dengan menonton televise
bersama. Aku menyiapkan teh untuk ibu, karena
aku tahu ibu pasti sangat capek karena acara hari
ini. Ibu yang menunggu di depan televisi tiba-tiba
berkata,“Key, ibu bahagia kamu tumbuh dengan
sangat baik meski sudah tiga tahun ayah tidak
bersama kita.” Ibu tersenyum dengan sangat tulus.
Aku hanya bias menjawab perkataan ibu dengan
senyuman juga.
Kami kemudian menonton televise sambil
ngobrol sedikit-sedikit. Aku juga menyinggung
tentang banyaknya tetangga dan saudara yang
dating membantu kami.
“Bu, tadi banyak banget ya orang yang bantuin
kita, Keyra nggak nyangka deh.”
199
Sambil tersenyum ibu menjawab, “Ibu juga kaget,
Key. Banyak sekali orang baik yang membantu kita
hari ini.”
Aku hanya manggut-manggut saja.
“Key, mungkin kamu di sekolah belajar bahwa kita
harus saling menyayangi dan membantu sesama
manusia. Tapi apakah kamu tahu bahwa di dunia
ini banyak sekali terjadi pembunuhan,
penganiayaan, dan penyiksaan terhadap manusia?”
“Hmmm… Keyra nggak paham apa maksud Ibu.”
“Begini, sayang….” Ibu memandangku dengan
tersenyum, lagi. “Terkadang, ada beberapa ilmu
yang tidak kamu dapatkan di sekolah. Apakah di
sekolah kamu diajari bagaimana cara menyayangi
seseorang yang sudah tiada?”
“Sepertinya tidak, Bu.”Aku menjawab pertanyaan
Ibu dengan wajah yang masih bingung.
“Nah, itulah Key. Orang-orang yang membantu
kita tadi adalah orang-orang yang sayang dan
peduli kepada ayah kamu, Nak. Ibu-ibu tetangga
200
mengungkapkan rasa kasih sayang dan
kepeduliaannya dengan cara membantu Ibu
menyiapkan makanan untuk orang yang mengaji.
Dan orang yang mengajipun juga mengungkapkan
rasa kasih saying serta kepedulian mereka dengan
cara mengirimi ayah doa. Key juga, kan, setiap hari
mendoakan ayah. Key tahu, kan, kalau orang yang
sudah meninggal itu hanya butuh kiriman doa?”
“Tahu, Bu.” Sepertinya aku mulai paham, batinku.
“Begitulah, Nak, salah satu cara mengungkapkan
rasa kasih kita kepada manusia yang sudah tiada.
Acara hari ini juga sebagai salah satu ilmu tentang
bagaimana kita melestarikan budaya Jawa. Key di
sekolah belajar tentang bagaimana saling
menyayangi sesama teman, kepada guru, dan
kepada warga sekolah lain. Tapi tentang bagaimana
cara menyayangi orang yang sudah tiada, Key
belajar hal itu di luar sekolah.”
Ibu terdiam sebentar kemudian meneruskan
kalimatnya,“ada banyak hal di dunia ini yang Key
201
tidak mempelajarinya di sekolah. Orang-orang
yang membunuh, menganiaya, menyiksa, sejatinya
mereka juga paham bahwa wajib hukumnya
menyayangi sesama manusia. Namun mereka tidak
bisa mengamalkan ilmu mereka di dunia nyata.Jadi
pesan Ibu, Key juga harus bisa mengambil
pelajaran di manapun dan kapanpun Key berada.
Dan jangan lupa, Key juga harus mengamalkan
ilmu-ilmu baik yang telah Key dapat. Dunia ini
luas, terlalu luas jika Key hanya mengandalkan
ilmu yang Key dapat di sekolah.”Ibu mengakhiri
kalimatnya sambil tersenyum dan mengusap
puncak kepalaku.
Aku mulai paham dengan apa yang
dikatakan oleh ibu. Ilmu yang ada di dunia ini tak
terbatas, begitu juga dengan sumbernya. Acara
selametan ini adalah salah satu contohnya. Tentang
bagaimana kita melestarikan adat kebudayaan,
saling membantu sesama, menyayangi dan peduli
terhadap orang yang sudah tiada. Hah…. Ternyata
202
apa yang aku ketahui masih sangat sedikit. Semoga
dengan ini aku bisa lebih terbuka lagi untuk belajar
di manapun dan kapanpun, seperti pesan ibu.
Teruntuk ayah, Key minta maaf belum bisa
menjadi anak yang berbakti selama ayah masih
hidup. Mulai sekarang, Key berjanji akan belajar
lebih giat lagi mengenai hal-hal yang belum Key
ketahui. Ayah yang tenangya di sana, ibu dan Key
sangat menyayangi ayah. Semoga ayah juga senang
dengan doa-doa dari selametan yang Ibu dan Key
gelar hari ini.
203
BiografiPenulis
204
di media sosial Facebook Vanisha Amelia atau
Instagram @itsme.vans.
205
NEVER GIVE UP
###
206
ponsel miliknya, sedangkan Hasan yang
disebelahnya hanya geleng - geleng kepala sembari
memperhatikan Adi. "Di, udahan ngevlog nya udah
ditunggu pak Samsul tu." Kata Hasan yang segera
berlari menuju ketempat pak Samsul berdiri. Pak
Samsul adalah guru olah raga mereka, yang melatih
mereka untuk mempersiapkan lomba lari.
###
207
motivasi dirinya saat ia merasa lelah. Lari adalah
hidupnya.
208
berani menyentuh anak itu sebelum polisi dan
ambulan datang. Di tengah segerombol orang ada
seorang pemuda yang merasa familiar dengan anak
itu, "Pak saya kenal anak itu, ayo langsung bawa
kemobil saya saja, akan saya bawa ke rumah sakit."
Seketika itu orang-orang membopongnya kedalam
mobil, dan pemuda itu membawanya ke rumah
sakit terdekat.
###
6 Bulan kemudian...
209
bulan lalu, pasalnya setelah kejadian itu Adit
menjadi anak yang pemurung dan suka menyendiri,
tidak ada keceriaan lagi diwajahnya. Adi terpuruk
karena masih belum bisa menerima kenyataan
bahwa tulangnya yang patah tidak bisa kembali
normal seperti dulu dan menyebabkan dirinya tidak
boleh terlalu lelah dan tidak bisa lari dengan
kencang.
###
210
menyadari kalau aku mengangguk. "Kakimu
bagaimana ? Sudah mendingan?" Pertanyaan ketiga
itulah yang berhasil membuatku berbicara, "kakak
tau dari mana?" Tanyaku. "Aku kemarin yang
membawamu kerumah sakit" jelas Kak Bima.
"Ow.. jadi abang yang membawaku ke rumah sakit,
terimakasih bang, maaf aku baru tau, dan maaf juga
karena tadi cuek sama Abang tadi." Pemuda itu
tersenyum, ia tau Adi sedang tidak baik-baik saja
"kenalin namaku Bagas" ucap pemuda itu sembari
mengulurkan tangannya. Adipun meraih tangan itu
sembari memperkenalkan diri "Aku Adi bang".
Setelah berkenalan mereka diam sibuk dengan
pikirannya masing-masing. Dari arah lapangan
Hasan melambaikan tangan kepada Adi yg duduk
di kursi penonton. "Kamu sukak banget ya sama
lari?" Bagaspun memecah keheningan, "hmmm..
lari itu udah kayak ruh bang, nggak ada capeknya
kalau soal lari. Tapi itu dulu sih, sekarang mah
udah nggak bisa lagi. Mimpinya udah sirna" jawab
211
Adi sambil tersenyum kecut. " berlari itu tentang
saling mengejar, entah itu mengejar seseorang,
mengejar sesuatu, bahkan mengejar waktu
sekalipun. Ada banyak versi dari definisi lari.
Kalau kakimu tak sanggup untuk berlari,
setidaknya pakailah akalmu untuk berlari". "Bang,
akal kok buat lari, gimana caranya cobak" tanya
Adi dengan sedikit nyengir. "Nih ya di Abang
bilangin, lari itu nggak cuman menggerakkan kaki
dengan cepat, setidaknya mengejar teman-temanmu
di kelas dalam urusan akademik juga termasuk
bagian dari lari. Jika kaki tak bisa kau gunakan, kau
masih punya akal untuk berfikir, bahkan tanganmu,
matamu, mulutmu, semuanya masih berfungsi
dengan baik. Jadi ayolah berlomba-lomba dalam
sebuah kebaikan juga dengan berlari, mengejar
sesuatu, kamu bisa di kalau kamu mau, dari yang
Abang bisa kamu itu punya semangat gunain
semangatmu itu jangan disia-siain. Singa yang ada
didalam dirimu sudah waktunya untuk bangun".
212
Adi hanya terdiam, tidak menimpali perkataan
Bagas.
###
###
213
menyerah. Seyuman kedua orang tuaku yang
semakin tua yang selalu menjadi patokan
semangatku. Oh iya satu lagi, teruntuk bang Bagas
yang telah menyadarkan ku, kata terima kasih tak
cukup untuk membalasnya, dia juga yang
mengenalkan ku pada permainan ini semenjak
pertemuan kita saat itu. Dia melihat kegigihan ku
sejak pertama aku berlatih lari digor, kata bang
Bagas kegigihanmu hanya akan menjadi lumut jika
dibiarkan, sedangkan tak semua orang mempunyai
sebuah kegigihan. Kata-kata itu yang
menguatkanku.
214
dengan sesuatu yang lebih besar lagi, kau bisa
segalanya, asalkan kau yakin dan berusaha untuk
mampu. Inilah aku seorang bocah bernama Adi.
215
Biografi Penulis
216
seberapa bahkan tidak ada apa-apanya jika
dibandingkan dengan penulis-penulis yang lain .
It's just fill my spare time, because tidak ada waktu
yang bisa diulang untuk sebuah kejadian, tapi
waktu datang memberikan kesempatan untuk
sebuah perubahan.
217
KAKAK ADIK TANPA STATUS (KAKTUS)
218
“Cinta gak bikin kenyang, dek.” Kata seseorang
disampingku yang berseragam sama seperti
pemilikmata teduh itu.
219
disana, Aklesh. Iya itu namanya. Langkahnya
semakin mendekat kearahku dan masih saja kutatap
dua bola mata coklat pekat itu. Hingga akhirnya
aku tersadar dari lamunanku. Oh tidak sekarang dia
tepat didepan wajahku. Dia mengembangkan
senyumnya. Oh kakak rasanya aku ingin pingsan
detik itu juga.
220
Oh tidak, jantungku benar-benar tidak bisa diajak
bekerja sama. Semoga Kak Kle tidak mendengar
deg-deganku ini.
221
paling depan, oleh sebab itu aku berangkat sangat
pagi.
“Aku udahsarapan,Kak.”
222
“Lain kali baca dulu papan pengumuman.SMA ini
baru buka jam 06.00” KakKle memberi tahu
sembari mengobati lukaku.
223
mengambil kotak makan itu namun Kak
Klemenjauhkan kotak makan dariku.
224
“Itu nasi goreng yang kubuat tadi pagi. Awalnya
buat bekal aku makan, tapi aku mau makan nasi
goreng buatan Kakak. Jadi Kakak makan nasi
gorengku aja ya.” Ucapku sembari tersenyum
kearahnya.
225
rentetan 12 angka dibawahnya. Sebertinya ini
nomor WAnya.
226
“Masnya mau pesan apa?” Tanya pelayan pada
Kak Kle.
227
“Aku sempat melihat CCTV ruang kesenian dan
kamu terlihat bernyanyi sangat menghayati. Jadi
gimana? Mau atau tidak?” Tawar Kak Kle.
228
Tapi apa yang telah terjadi
Lihat tawamu, ku yang menjadi
Sayang kepadamu
229
“Berbagi itu indah ya, Kak.” Ucapku saat duduk
ditamanbersama Kak Kle setelah semua makanan
dibagikan.
230
benar-benar seperti adik manisnya. Sejak pertama
dekat dan dekap, hanya nyaman yang bisa
kudefinisikan. Perasaan lain tak bisa kujelaskan
pada tulisan ini. Oh iya, kudengar sekarang Kak
Kle dekat dengan seorang wanita. Kak Nadya
namanya. Kelas 12 juga. Sama seperti Kak Kle.
231
padamu.” Topik ini mulai tak bersahabat
ditelingaku.
“Dari?”
232
“Aku harus pulang kak. Mama pasti marah jika
aku pulang terlambat.” Padahal Mama tak pernah
marah karena setahuMama,Aku selalu pulang
bersama Kak Kle.
233
Pasti tidak akan cocok dan sangat aneh jika fotoku
yang terpajang di papan pengumuman itu.
234
Biografi Penulis
235
IAIN Tulungagung jurusan Psikologi Islam.
Beruntung sekali diawal kuliah menjuarai lomba
Essay tingkat Fakultas. Hobby menulis saya seperti
sudah mendarah daging hingga saya membuat akun
Podcastdiaplikasi Anchor dan Spotifydengan nama
Serasa. Hal ini saya lakukan untuk menyuarakan
tulisan-tulisan saya. Saya dapat dihubungi melalui
akun instagram saya @brendaprmn.
236
BURHAN
By:Hanifah Ainunnisa'
237
lumayan dekat dengan Burhan bahkan bukan
dengan Burhan saja tetapi dengan semua orang di
tempatnya tinggal, karena sifatnya yang bisa dekat
dengan siapa saja serta mulutnya yang tak bisa
berhenti berbicara pada hal dia tergolong sebagai
orang pendatang disana, meski demikian dia adalah
anak yang baik dan suka membantu tetangganya.
Itulah sosok seorang Siti. "Astagfirullah bang
Burhan kau tak tengok itu baliho di mana-mana
memajang tulisan MarhabanYa Ramadhan selamat
menunaikan ibadah puasa dan dengan percaya
dirinya kau minum itu es teh di bawah spanduk pak
Anies Baswedan yang mengucapkan selamat
menjalankan ibadah puasa, macam mana kau ni
bang". Cerocos si Siti dengan ekspresi
menggeleng-gelengkan kepalanya. Hanya dengan
satu tarikan nafas berbicara, dia memang juara
dalam hal berbicara."Dateng-dateng nyerocos aja
kerjaannya, udah anak kecil diem aja. Oh iya satu
lagi itu tulisan di spanduk bagi yang
238
menjalankannya Yaudah berarti ucapan itu nggak
berlaku buatku"timpal Burhan. "Udah ah susah
bilang sama bang Burhan, Siti pergi dulu". Siti pun
pergi meninggalkan Burhan.
###
239
berkelahi lelaki itu mengeluarkan pisau" udah
nyerah aja, akan ku beri kau waktu untuk kabur aku
tak akan melukaimu, jika kau bersikeras membantu
perempuan itu aku akan menghabisi mu"perampok
itu menggertak Burhan. "Hidupku ini sudah tidak
berguna, bahkan jika kau membunuhku lalu kau
melepaskan perempuan itu aku akan suka rela
memberikan tubuh ini"ucap Burhan tanpa gentar
sedikit pun. Perkelahian semakin sengit. Dibalik
semak hayya diam-diam menelefon polisi meminta
pertolongan.
###
240
3 Minggu setelah kejadian itu Burhan pun
diperbolehkan untuk pulang kerumah. Setiap hari
Hayya selalu menemaninya. Rasa bersalah selalu
membuat Hayya ingin menangis saat melihat
Burhan. Suatu hari Hayya bertanya kepada Burhan
"kenapa kau bersikeras membantuku ?"Tanya
Hayya sambil berkaca-kaca. Burhan pun
menjawab"hidupku sudah tidak berguna lagi, lalu
untuk apa aku hidup, ibu ku ia pernah berada
diposisi mu, tanpa ada orang yang peduli padanya,
dan dia..mengalami kekerasan, tidak terselamatkan.
Semenjak saat itu hidupku pun hancur, aku tak mau
ada orang lain yang akan menjadi sepertiku".
Hayya terenyuh mendengar Burhan bercerita.
Semenjak saat itu Hayya membantu Burhan untuk
bangkit dari keterpurukannya. Mereka memutuskan
hidup bersama dengan ikatan yang halal. Disitulah
akhir cerita Burhan.
241
Biografi Penulis
242
Sinopsis Singkat
243
lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan
menjadi pemilik masa depan”. Jadi jangan pernah
berhenti dalam mencari pendidikan dan terus
belajar, karena sebenarnya pendidikan dan
pembelajaran akan terus abadi.
244
245