Anda di halaman 1dari 4

Jiwa Yang Kosong

Malam ini bukan malam pertama aku merasakan kekosongan jiwa, ini adalah malam yang kesekian
kalinya aku termenung di tepi cendela kamar ku, mataku terfokus kepada gelapnya malam yang
berkabut menandakan akan turun hujan.

"Huh. Sepertinya akan ada hujan deras sebentar lagi".ucapku sambil melihat keatas langit

Belum sempat aku beranjak hujan pun turun dengan sangat lembut hingga aku membuka jendela kamar
ku dan merasakan rintikan hujan berbaur dengan dingin nya angin malam.

" Aku tidak tau sampa kapan begini hidupku kosong setiap hari tiada yang membuat bahagia, marah,
kesal atau apalah itu" Alibiku dengan posisi tangan terlentang menikmati hujan

Setelah puas menikmati hujan aku bergegas menutup lagi jendela kamar ku karna hujan sudah mulai
deras dan tidak baiknya angin malam. Ku bergegas ke tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuh ku
sambil mendengar kan gemercik hujan dan perlahan kesadaran ku mulai menghilang menuju ke alam
mimpi

( Pagi)

Aku bukan anak manja yang harus dibangunkan oleh ketukan pintu oleh bundaku, tetapi jika sudah
terlewat batas jam sekolah ku suara bunda seperti alunan musik rock yang menggelegar seantero bumi
ya contoh nya seperti saat ini

"Tok tok toktok. Ararya bangun ini sudah siang apa kamu mau terlambat ke sekolah, bunda hitung
sampai 3 jika kamu tidak keluar bunda pastikan kamu akan ditingal oleh Papamu dan kamu akan
berakhir kesekolah naik kendaraan unum ". Teriakan bunda di depan pintu kamarku

" 1.....2.....3 Ararya Abyas Putri Baheera buka pintunya bunda dobrak nih" Penekanan bunda sambil
mengebor pintu dengan keras

Jika bunda sudah memangilku dengan nama lengkap itu pertanda aku sedang dalam masalah besar
Seketika mata kecilnya terbelalak dan lari terbirit-birit menuju pintu untuk membukakan bunda

Cklek.. (Suara pintu elaah)....

"Apa si bun pagi-pagi udah ngajak pidato aja, inget bun ga baik tau marah pagi-pagi ini cepet tua ntar
kalau bunda tua jadi jelek papa cari bunda baru lagi buat Rya " Ucapku sambil mengucek mata karna
masih ngantuk

"Dasar kamu ya, kamu do'ain bunda cepet tua ha, sana cepet buruan kamu beres-beres bunda tunggu di
meja makan".Setelah mengucapkan itu bunda pergi menuju ruang makan

Aku melihat kelakuan bunda terdiam seketika


" Hah.. Gitu doang tumben suara merdu itu tidak berlangsung lama ah sudahlah biarkan aja" Sambil
mengambil handuk dan menuju kekamar mandi

Skip ruang makan

Truk truk truk (suara derup langkah kaki ku menuruni anak tangga)

"Pagi semua" Sapa ku kepada kedua orang tuaku dan abang ku . Yaps aku anak kedua dan terakhir

"Pagi Cantik, sayang, Dek" Jawab mereka serentak , aku langsung bergegas menuju meja makan dan
duduk de sebelah abang

"Tumben dek udah bangun" Tanya abang dengan muka bingung melihat aku sudah rabi dengan baju
seragam

"Bunda tu bang gedor-gedor pintu Rya, suruh cepetan keburu ditinggal papa" Jawabku sambil
menikmati makanan yang sudah diambilkan bunda

"Emang papa mau kemana pa kok abang gak di ajak juga" Tanya bang Ilyam dengan memasang muka
serius

"Lah gak tau adek tuh, papa gak ke mana-mana tuh kan sekarang waktunya Quality time dengan kalian
mumpung libur" Elak papa

Byurrrr uhuk uhuk Aku tersedak mendengar pernyataan papa bahwa hari ini hari libur. Ternyata ini
adalah akal bunda agar aku bangun libeh awal karena biasanya hari libur aku masih bermalas-malasan di
kamar sampai siang

"Eh dek hati-hati dong kalau minum" Panik abang dengan mengusap pelan punggung ku

Alih-alih aku menjawab pertanyaan abang aku malah sibuk menatap bunda dan ayah secara bergantian
sepertinya mereka sudah bersekongkol merencanakan kegaduhan pagi ini

"Bundaaaaaaa, Papaaaa bikin sebel aja ih pagi-pagi" Aku memasang wajah masam, berhubung aku
sudah menyelesaikan sarapan pagi aku langsung berdiri dari meja makan untuk berganti pakaian rumah
tanpa memperdulikan gelak tawa semua orang dimeja makan

"Kamu sih bun liat tuh Rya jadi manyun kan" Ucap ayah ku kepada bunda

"Enak aja Bunda disalahin, siapa cobak yang nyaranin buat prank dia pagi-pagi gini" Elak bunda

"Bun, yah aku kasian deh sama adek semenjak dia pergi hidup adek kosong seperti ada raga tanpa jiwa"
Sela abang Ilyam dengan mata terfokus ke lantai dua letak kamar ku dan bang Ilyam

"Benar kata abang, bunda juga merasakan itu adek menjadi sosok yang berbeda dulu dia si cengeng,
manja, cerewet sekarang menjadi sosok yang berbeda" Ucap bunda dengan sendu

(Skip malam hari)


Dimalam ini seperti biasa , aku duduk di tepi ranjang dengan meng scroll sosmed, saat aku tengah asik
dengan dunia maya, kaki ku yang awalnya aku ayun-ayun kan menendang sesuatu di bawah tempat
tidur tanpa menunggu lama aku taruh HP di meja

Aku berjongkok dan menarik sebuah kotak berukuran sedang ,aku membawa kotak itu ke meja belajar

"Uhuk uhuk kotak apa an sih berdebu banget perasaan gak pernah nyimpen kotak disitu deh emmm apa
mungkin aku lupa. Ah taulah mending aku buka aja nih kotak" Dialog ku kepada diriku sendiri

Saat aku buka kotak itu aku seperti mengenal barang-barang ini aku buka perlahan-lahan seakan takut
dan penasaran apa isi kotak ini. Saat kotak sudah terbuka sempurna mataku terbelalak perasaan ku saat
ini tak karuan ,kuambil satu bingkai kecil yang menunjukkan dua remaja berbeda gender ini sedang
saling tatap dan tersenyum seakan dunia selanjutnya masih berpihak kepada mereka.

Aku memejamkan mataku yang sudah penuh dengan air mata ini. kilatan masalalu yang menghatuiku
saat ini, masalalu yang membuat aku seperti ini, masalalu yang penuh penyesalan , kenangan masalalu
yang tak ingin aku lupakan karena di masalalu itu ada sosok pria yang sangat teramat aku cintai .

"A apa hari yang kau katakan itu adalah hari kepergian mu Albiru" Dengan suara yang terbata-bata

"Kamu pernah berjanji kepada ku jika akan kembali dengan raga dan jiwa, mengapa saat kamu kembali
yang aku dapatkan hanya raga tanpa jiwa Albiru, kamu pembohong Albiru" Badan ku luruh ke lantai
dengan tubuh yang bergetar.

Tanpa aku sadari bang Ilyam sudah didekat ku dan ikut duduk di lantai

"Dek dia sudah tenang disana, jangan nangis lagi ok dia pasti akan marah jika kamu seperti ini" Abang
membawa ku dalam dekapan hangat nya

"Bang, Rya gak mau lagi deket sama laki-laki, Rya gak mau lagi punya perasaan ini bang Rya takut untuk
kehilangan semakin Rya mengenal orang semakin besar pula peluang untuk kehilangan mereka bang Rya
takut"

"Dek jangan gitu isi perasaan mu dengan apa yang membuat kamu bahagia, Albiru pernah pesen sama
abang. Jika dia sudah pergi jauh dan tidak bisa menemani Rya lagi, maka Rya juga harus wajib untuk
menemukan orang yang bisa membuat Rya bahagia dan menjaga Rya" Penjelasan abang Ilyam dengan
lembut

Didepan pintu kamar ada kedua orang tua Rya dan Ilyam mereka menatap sendu putri nya karena
kehilangan sosok penjaga nya

"Bunda gak tahan pa liat adek kayak gitu" Ucap bunda dengan air mata yang mengalir

"Sama Bun, Ayah juga gitu tapi bagaimana lagi Tuhan sudah berkehendak. Semoga adek kelak bisa
menemukan orang yang bisa membuat dia bahagia" Ucap papa sambil memeluk pinggang istrinya.
Di dalam kamar dengan posisi aku berasa di pelukan bang Ilyam

"Dek tidur ya udah malam besok bisa kesiangan kalau kamu tidur larut"

"Iya bang" Aku langsung bergegas ke tempat tidur bang Ilyam membantu menyelimuti tubuh ku dengan
tangan yang mengusap sayang kepala ku serta mengecup lembut dahulu

"Selamat malam little Princessnya abang"

Skip

Anda mungkin juga menyukai