Anda di halaman 1dari 3

Bagian 3

Nina namanya. Wanita yang tidak sengaja aku pungut dan sekarang aku harus menafkahinya.
Dunia ini memang ajaib, tapi juga aneh. Untunglah, kosku tergolong kos yang bebas, satpam saja
tidak ada. Jaraknya juga jauh dari pemukiman yang ramai, harus lewat jalan kuburan. Dan depan
kosku juga ada pematang sawah yang terhampar luas. Semalam aku tidur di lantai karena tempat
tidurku ditiduri Nina. Dan sekarang ia masih tertidur pulas.
Hari ini aku hanya ingin hidup. Menikmati segelas kopi, menghirup udara segar dan mendengar
kicauan burung yang saling bersapaan. Dari kamar sebelah keluar seorang wanita dengan celana
hotpants dan baju lumayan ketat, Setelah selesai menguap, ia menatapku sambil tersenyum,
“Selamat pagi, dek ganteng”.
“Selamat pagi, Mba ayu. Semalam pulang jam berapa, mba ?”
“Jam 4 subuh, soalnya semalam harus melayani pejabat yang sudah lama menduda. Dan lagi
om-nya juga kuat, hehe”
“Wah, kenapa Mba ayu tidak diajak menikah saja,ya. Kan, mba ayu juga seharusnya sudah
harus menikah ?” candaku, pada Wanita pemilik rambut yang panjang ini. Sementara, candaanku
hanya dibalas dengan dengusan olehnya.
Seketika kami hening, tercium sesuatu dari dalam kosku, dan aku tau ulah siapa ini. Mba ayu
mengendus-undus keheranan “Kamu masak,ya ?”
“Eh,iya mba. Aku lagi masak nasi goreng” tamatlah riwayatku.
“Nasi goreng ?” mba ayu semakin heran dengan jawabanku barusan “Kenapa ditinggal ? Kalau
begitu, biar mba saja yang masak”
Dengan sigap aku menghentikan langkah mba ayu, aku harus bisa mencegahnya,“Ah, biar aku
saja”
“Aneh. Kamu bawa teman,ya ?” Habislah aku “Aaa, jangan-jangan kamu bawa pacar kamu,ya.
Astaga, sejak kapan kalian pacaran,kenapa tidak bilang-bilang ke mba. Awas, mba mau liat
orangnya”
Matilah aku. Kalau sampai aku kedapatan membawa wanita di dalam kamar kos, mba ayu akan
mengatai aku dengan kata yang tidak-tidak.
“Makanannya sudah ja…” Ah, tamatlah sudah, Nina membuka pintunya. Dua wanita itu kini
saling bertatap-tatapan, saling terpaku. Dan setelah ini, mba ayu akan segera mengeluarkan kata-
kata candaan tapi menyakitkan.
“Ayo,masuk dek” Kata mba Ayu dengan nada suara yang datar. Sedangkan, nina yang
memakai celemek, sambil memegang serok ditangannya.
Mba ayu kini duduk bersebelahan dengan Nina, sembari memegang tangannya. Memperhatikan
wajahnya,dari ujung rambut sampai ujung kaki,” Kamu dan dia ketemu dimana ? cantik sekali”
“Ceritanya panjang, mba” aku hanya bisa menjawab dengan suara lirih. Sedangkan, nina hanya
bisa diam ditatap seperti itu.
“Kalian pacaran ?”
“TIDAK”
Mba ayu tertawa mendengar respon kami, seperti ia baru mendengar lawakan yang amat
menggelitik. Aku malu setengah mati, salah tingkah, dan tidak tau harus berbuat apa.
“Lucu sekali kalian ini. Lalu, kalian berdua kenapa bisa ada dalam satu kamar ? Wah, aku tidak
menyangka kamu bisa membawa seorang wanita ke kamar,cantik pula. Oh iya, namamu siapa ?”
“Nina…nama saya Nina”
Mba ayu lebih menjadi tertawanya setelah mendengar jawabannya. Memangnya ada yang lucu
dari nama itu. Nina dengan polosnya melihat dirinya, memastikan jika ada hal yang perlu
ditertawakan darinya,” Adakah yang lucu dari nama saya ?”
“Tidak,tidak. kekikukanmu yang membuat aku tertawa. Tenang saja, aku tak akan berbuat apa-
apa padamu, Nina”
Syukurlah, mba ayu tidak berbuat yang tidak-tidak pada kami, terutama aku. Paling tidak
untuk saat ini. ”Perkenalkan” Mba ayu mengulurkan tangan tanda perkenalan “Namaku Ayu
puspita. Sebelum ada kamu, aku yang biasa memasakkan makanan untuk si ganteng ini.
Tapi,syukurlah, setidaknya aku bisa tidur tanpa harus memikirkan si ganteng ini makan apa hari
ini”
“Namaku Bagus,mba,bukan ganteng”
Mba ayu kembali tertawa terbahak-bahak, bahkan hampir susah bernafas. Entah titik mana yang
lucu dari namaku. Hmm, ada-ada saja jenis manusia di hidupku ini.
“Namamu ya, bagus. Dan itu bagus,hahahahaha”
Nina juga nampak tertawa kecil. Lebih enak dipandang wajahnya saat tertawa bahagia,daripada
memasang wajah ibanya yang tak bisa aku tolak. Beberapa saat kemudian, tawa mba ayu
mereda. Nina menyiapkan Nasi goreng untuk kami sarapan. Mba ayu juga ikut mencicipi, dan
kali ini ia tak menertawakan masakan Nina. “Enak” katanya.
“Bagus,kan kamu mau kerja. Kalau begitu, kamu nina, temani mba ngobrol di kamar mba,ya”
Nina menggeleng. Setelah itu, aku masuk ke kamar mandi. Nina dan mba ayu masih diluar
berbincang sedikit, setelah itu pamit pergi ke kamarnya mba ayu. Tapi sayup-sayup terdengar
suara wanita lain. Ah,sial ini pasti Anna,perempuan yang aku temukan dompetnya. Aku percepat
mandiku dan keluar hanya dengan sehelai handuk.
“Wah, hebat ya kamu, ternyata ada wanita lain yang sengaja kamu sembunyikan” ucap mba ayu
sambil tertawa.
Ekspresi nina nampak kaget. Aku belum sempat menceritakan tentang yang satu ini padanya,
aku yakin ia pasti kecewa. Ah,bagaimana ini ?.
“Nanti akan aku jelaskan sebentar, aku harus buru-buru ke tempat kerja”
Sementara itu wanita yang satu ini nampak kebingungan. Tapi sebelum ia bertanya situasinya,
mba ayu sudah menggaetnya pergi ke kamar mba ayu. Huh, sepertinya hidupku memang
ditakdirkan tidak akan tenang.

Anda mungkin juga menyukai