KELOMPOK 1
Jayanti Rauf (471 419 021)
Hafipa Yenayo (471 419 028)
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
E. Aturan Batas Ambang Logam Berat Besi (Fe) berdasarkan Sumber Hukum
Republik Indonesia..............................................................................................5
B. Kesimpulan...................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan dari logam berat semakin menjadi masalah dan
menjadi perhatian besar karena efek buruk yang ditimbulkannya di seluruh dunia.
Polutan anorganik ini dibuang ke perairan, tanah, dan atmosfer melalui aktivitas
Geologi seperti penambangan logam yang berkembang pesat dengan pembuangan
limbah yang tidak tepat (Briffa dkk, 2020).
Logam berat (heavy metal) berbeda dengan logam biasa lainnya, logam
berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada organisme khusunya manusia.
Dapat dikatakan bahwa hampir semua logam berat dapat menjadi racun yang akan
meracuni tubuh makhluk hidup apabila kadarnya melebihi batas normal yang
mampu ditahan oleh sistem tubuh manusia. Contoh logam berat yang berbahaya
adalah merkuri (Hg), kadmium (Cd), timah hitam (Pb), dan khrom (Cr) (Thomas,
2011). Namun demikian, meski semua logam berat dapat menyebabkan keracunan
pada makhluk hidup, sebagian dari logam-logam berat tersebut bersifat esensial
yang tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup contohnya seperti Besi (Fe) (Palar,
1994).
Beberapa logam berat mempengaruhi fungsi biologis dan pertumbuhan,
apabila terakumulasi dalam satu atau lebih organ yang berbeda dan menyebabkan
banyak penyakit serius seperti keracunan, kanker, sesak nafas, cacat lahir,
hepatitis insomnia dan lain sebagainya (Supriyantini & Endrawati, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Logam Berat Besi (Fe)?
2. Dimana saja keterdapatan Logam Berat Besi (Fe) di Alam?
3. Bagaimana Logam Berat Besi (Fe) dalam aktivitas Geologi dan
penggunaannya?
4. Bagaimana bahaya pencemaran Logam Berat Besi (Fe) terhadap
Kesehatan?
1
5. Bagaimana aturan Batas Ambang Logam Berat Besi (Fe) berdasarkan
Sumber Hukum Republik Indonesia?
6. Apa saja kasus pencemaran Logam Berat Besi (Fe) di Indonesia?
7. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan pencemaran unsur Besi
(Fe)?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Logam Berat Besi (Fe)
2. Mengetahui keterdapatan Logam Berat Besi (Fe) di Alam
3. Mengetahui Logam Berat Besi (Fe) dalam aktivitas Geologi dan
penggunaannya?
4. Mengetahui pencemaran Logam Berat Besi (Fe) terhadap Kesehatan
5. Mengetahui aturan batas ambang unsur Besi (Fe) berdasarkan Sumber
Hukum Republik Indonesia
6. Mengetahui kasus pencemaran Logam Berat Besi (Fe) di Indonesia
7. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan pencemaran Logam Berat
Besi (Fe)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Selain itu pasir
Besi sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri baja dan industri alat
berat lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir ini memiliki peranan yang
sangat penting. Berbagai permintaan dari berbagai pihak meningkat cukup tajam.
Berdasarkan kejadiannya endapan Besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis.
Pertama endapan Besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua endapan
Besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir Besi
terbentuk karena proses rombakan dan sedimenasi secara kimia dan fisika. Dari
mineral-mineral bijih Besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling
tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral
bijih utama yang dibutuhkan dalam industri Besi. Mineral-mineral pembawa Besi
dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, endapan Besi yang berharga dalam
geologi ekonomis umumnya berupa magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3),
limonite (FeO(OH)nH2O), siderite (FeCO3). Kadang kala dapat berupa mineral:
Pirit, Pirotit, Marcasit, dan Chamosit, Pembentukan genetik endapan primer
mineral besi berkaitan dengan proses endogen yaitu magmatik, pirometasomatik,
dan hidrotermal, sedangkan endapan sekunder mineral besi berkaitan dengan
proses eksogen yaitu sedimentasi, diagenesis dan pelapukan. Mineralisasi endapan
mineral besi oleh proses hidrotermal dapat terbentuk berupa pods, lenses dan urat-
urat (veins), dicirikan dengan dominan hadirnya mineral magnetit, dan hematit,
serta sedikit pirit dan kalkopirit, yang menempati batuan volkanik dan batuan
beku terbreksikan (Andriansyah, 2019).
4
keracunan, kerusakan usus, muntah, kematian mendadak, penuaan dini, cacat
lahir, gusi berdarah, kanker hematologi, sembelit, diabetes, sirosis, ginjal, diare,
pusing, mudah lelah, hipertensi, hepatitis, insomnia (Parulian, 2009).
5
area pertambangan. Dimana kandungan Besi (Fe) pada badan sungai telah
melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan pada PP No. 22 Tahun 2021
Berdasarkan dua penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya
pencemaran Logam Berat Besi (Fe) melalui aktivitas Geologi yaitu penambangan
(pengambilan sumber daya geologi ekonomis dari dalam bumi). Namun demikian,
belum ada jurnal yang membahas secara spesifik terkait pencemaran Logam Berat
Besi (Fe) terhadap kesehatan masyarakat yang terdampak.
6
BAB III
PENUTUP
A. Saran
Pencemaran logam berat khususnya Besi (Fe) perlu diperhatikan secara
serius, karena mengingat akan timbulnya akibat buruk bagi keseimbangan
lingkungan hidup dan perlu adanya penelitian lanjutan tentang kandungan logam
berat Besi yang mencemarkan lingkungan berakibat pada kesehatan manusia.
B. Kesimpulan
Berdasarkan makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Logam berat Besi (Fe) merupakan logam berat yang menjadi salah satu
unsur pembentuk kerak bumi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
dalam jumlah yang tidak melebihi batas normal, karena konsentrasi
dengan jumlah melebihi ambang batas normal akan menimbulkan efek
toksik atau racun yang telah diatur berdasarkan standar Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2002, konsentrasi Besi
(Fe) tidak boleh lebih dari 0.3mg/l.
2. Endapan Besi yang memiliki nilai ekonomis umumnya berupa magnetite
(Fe3O4), hematite (Fe2O3), limonite (FeO(OH)nH2O), siderite (FeCO3).
3. Kelebihan unsur Besi dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan,
kerusakan usus, muntah, kematian mendadak, penuaan dini, cacat lahir,
gusi berdarah, kanker hematologi, sembelit, diabetes, sirosis ginjal diare,
pusing, mudah lelah, hipertensi, hepatitis, insomnia.
4. Pencemaran Logam Berat Besi (Fe) terjadi akibat adanya aktivitas
penambangan (pengambilan sumber daya geologi ekonomis dari dalam
bumi). upaya yang bisa dilakukan untuk pencegahan dan
penanggulangan pencemaran Logam Berat Besi (Fe) yaitu hanya dengan
menurunkan konsentrasi unsur logam beratnya, karena logam berat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, R. (2019). Model Genesa Endapan Besi di Kecamatan
Kendawangan, Ketapang, Kalimantan Barat. J. Appl. Sci. 1(2), 41–49.
Briffa, J., Sinagra, E., & Blundell, R. (2020). Heavy metal pollution in the
environment and their toxicological effects on humans. Heliyo. 6(9), 1-26.
Keputusan Menteri Kesehatan. (2022). Syarat-syarat dan Pengawasan Kuantitas
Air Minum. KepMenKes RI No. 907/MENKES/SL/VII/2002.
Kiswanto, K., Wintah, W., & Rahayu, N. L. (2020). Analisis Logam Berat (MN,
FE, CD), Sianida dan Nitrit pada Air Asam Tambang Batu Bara. Jurnal
Litbang Kota Pekalongan, 18(1), 20-26
Kurniawan, F., Hanifah, T.A., & Bali, S. (2015). Analisis Logam (Fe, Pb), Nitrat
(No3-), dan Sulfida (S2-) pada Limbah Tambang Batubara PT. Tri Bakti
Sarimas di Desa Pangkalan Kuansing. JOM FMIPA, 2(1), 212-221.
Marganingrum, D., & Noviardi, R. (2010). Pencemaran Air dan Tanah di
Kawasan Pertambangan Batubara PT. Berau Coal, Kalimantan Timur.
Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 20(1), 11-20.
Palar, H. (1994). Pencemaran & Toksiologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Parulian, A. (2009). Monitoring dan Analisis Kadar Aluminium (Al) dan Besi
(Fe) Pada Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Sunggal. Medan:
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2021). Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021.
Putranto, Thomas. (2011). Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Airtanah.
Teknik, 32(1), 62-71.
Subardja, A. (2007). Pemulihan Kualitas Lingkungan Penambangan Batubara:
Karakterisasi dan Pengendalian Air Asam Tambang di Berau. Laporan
Teknis Proyek DIPA Puslit Geoteknologi – LIPI TA 2007.
Supriyantini, E., & Endrawati, H. (2015). Kandungan Logam Berat Besi (Fe)
Pada Air, Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung
Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis, 18(1), 38–45.