Kimia Bioanorganik
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Ta’ala. Karena atas ijin-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat sebagai bahan diskusi di kelas pada mata kuliah KIMIA
BIOANORGANIK semester awal 2018/2019 dan sebagai salah satu syarat dan penilaian
kelulusan mata kuliah ini. Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak
dosen atas arahan dan ilmunya selama proses perkuliahan, serta teman-teman yang terlibat
Kami sadari makalah ini masih mengadung banyak kekurangan, oleh karena itu
terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk melengkapi
makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
ukuran serta memenuhi berbagai fungsi. Mineral yang dihasilkan organisme dapat berupa
mineral kristal ataupun sebagai mineral amorf. Banyak kristal diproduksi secara biologis
(atau kristal biogenik) yang digunakan untuk menguatkan jaringan sehingga dapat
dari predator.
Mineral magnetik digunakan sebagai kompas kecil yang memungkinkan organisme untuk
moluska (siput, kerang, tiram, dll) cangkangnnya dapat melindungi hewan dari predator.
Modifikasi hasil biomineralisasi pada udang dan kepiting menjadi produk yang lebih baik
dan dapat mempermudah aktivitas manusia dapat dilakukan dengan tehnik mutilasi dan
ablasi diduga bisa mempercepat proses molting serta dengan Vitomolt yang merupakan
bakau. Semakin tinggi dosis vitomolt memberikan pertumbuhan yang semakin tinggi pula
namun tidak demikian terhadap persentase molting. Maka dari itu, penulis menganggap
5. Bagaimana modifikasi hasil biomineralisasi pada udang dan kepiting agar menjadi
1.3 Tujuan
1. Mengetahui defenisnibiomineralisasi.
2. Mengetahui fungsibiomineralisasi.
3. Mengetahui contoh-contohbiomineralisasi.
4. Mengetahui prosesbiomineralisasi.
5. Mengetahui modifikasi hasil biomineralisasi pada udang dan kepiting menjadi produk
1.4 Manfaat
biomineralisasi baik dari segi fungsi, contoh, proses dan modifikasnya yang digunakan
ISI
2.1 Biomineralisasi
sistem kristal tertentu dan terbentuk secara alami. Ada sekitar 4.000 mineral yang berbeda,
dimana masing-masing mineral memiliki sifat fisik tersendiri yang unik. Sifat fisik
mineral seperti warna, kecerahan, kekerasan, kilau, berat jenis, belahan, pecahan, derajad
magnetik, kelarutan dan masih banyak lagi sifat fisik yang lainnya. Sifat-sifat fisik
mineral berguna untuk mengidentifikasi mineral. Karakteristik sifat fisik yang utama dari
sebuah mineral sangat menentukan komposisi atau sifat kimia dan kekuatan ikatan dalam
struktur internalmineral.
Jenis dan klasifikasi mineral yang paling sering dipakai adalah berdasarkan pada
kemiripan dan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Klasifikasi ini dicetuskan oleh
James D. Dana (dalam Kraus, Hunt, dan Ramsdell, 1951). Secara singkat jenis dan
- Kelompok Native Element; dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau
komposisi kimia saja. Contohnya emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt), bismuth (Bi),
(belerang). Contohnya pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS),
- Kelompok Sulfida; dicirikan oleh kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang). Contohnya pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS),
dan Kalkopirit(CuFeS2).
dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-). Mineral
Oksida contohnya korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2). Mineral
limonite(Fe2O3.H2O).
- Kelompok Halida; dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen elektronegatif,
seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Contohnya Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan
Kriolit(Na3AlF6).
- Kelompok Sulfat; dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sufat. contohnya barit,
mengakumulasi mineral terutama kedalam struktur biologis (tulang, gigi dan cangkang).
Biomineralisasi sangat erat kaitannya dengan morfologi suatu organisme dan melibatkan
sebagai mineral kristal, atau mungkin relatif tidak teratur, dan disebut sebagai mineral
amorf. Kristal yang keras banyak yang diproduksi secara biologis sebagai kristal (atau
Kebanyakan mineral amorf digunakan untuk menyimpan ion atau berfungsi sebagai fasa
prekursor padat dari kristal serta dapat dengan mudah dibentuk menjadi berbagai bentuk.
Beberapa mineral amorf digunakan untuk stiffening, dan beberapa crystalline. Mineral
Mineral magnetik digunakan sebagai kompas kecil yang memungkinkan organisme untuk
disusun dalam tumpukan untuk diproduksi warna indah dalam ikan. Beberapa mineral
biogenik yang paling menarik dapat ditemukan pada jenis kerang yaitu (siput, kerang,
2.3.1 Magnetit
Magnetit adalah mineral oksida besi dengan rumus kimia Fe3O4 dan banyak
ditemukan dalam batuan beku, metamorf, dan batuan sedimen. Magnetit sangat mudah
untuk di identifikasi, karena mineral ini merupakan salah satu dari hanya beberapa mineral
yang tertarik pada magnet. Sifat fisik mineral ini yaitu berwarna hitam, buram, kilap
antara 5 -6,5. Mineral ini juga sering ditemukan dalam bentuk kristal isometrik. Di alam,
Kristal kecil dari magnetit sering hadir dalam banyak batuan. Dalam proses
kristalisasi pada batuan beku, bentuk magnetit berupa kristal kecil akan mencair, dan
karena mereka bersifat magnetik sehingga mereka akan menyesuaikan diri dengan arah
dan polaritas medan magnet bumi. Mineral magnetit akan mempertahankan orientasi
medan magnet bumi dalam batuan pada saat proses kristalisasi terjadi. Saat ini, ahli
geologi dapat mempelajari sifat magnetik batuan dari berbagai umur dan merekonstruksi
sejarah perubahan medan magnet bumi hanya dari orientasi mineral magnetit. Sifat ini
juga dapat digunakan untuk mempelajari pergerakan benua dari waktu ke waktu. Orientasi
serupa dari butiran kecil magnetit terjadi juga pada pengendapan partikel sedimen, dan
dapat digunakan sebagai petunjuk sejarah magnet bumi pada beberapa jenis batuan
sedimen.
ditemukan di berbagai hewan, termasuk lebah madu, merpati rumahan, dan lumba-lumba.
Hewan-hewan ini peka terhadap medan magnet bumi, membantu kemampuan mereka
untuk bernavigasi.
Berikut 9 binatang yang memiliki indera keenam seperti dilansir dari Mother
1. Laba-laba
Semua laba-laba memiliki sensor reseptor atau mekanoreseptor yang disebut celah
sensilla yang memungkinkan mereka bisa merasakan tekanan mekanik pada rangka luar
mereka. Manfaatnya mereka bisa memperkirakan ukuran, benda, dan jenis makhluk yang
terperangkap dalam jaring laba-laba mereka. Dengan adanya indera keenam ini, laba-laba
bisa mengetahui perbedaan gerakan serangga, angin, atau gunting rumput saat mereka
berjalan di sarang mereka.
2. Ular
Ular berbisa ini memiliki indera keenam, seperti sepasang biji yang terletak di
antara lubang hidung dan matanya. Organ ini sangat sensitif pada panas, sehingga ular
bisa mendeteksi adanya inframerah. Dengan organ ini, ular bisa memperkirakan jarak dan
ukuran mangsa mereka, bahkan bila indera lainnya tak berfungsi. Alat ini memungkinkan
3. Merpati
medan magnet Bumi yang berfungsi sebagai kompas. Kemampuan ini disebut
magnetoreception dan beberapa burung memiliki kemampuan yang baik, seperti burung
merpati. Burung merpati memiliki struktur yang mengandung besi di paruhnya, tersusun
dalam bentuk 3 dimensi. Hal ini memungkinkan burung ini memiliki sensitivitas orientasi
gaung suara untuk menentukan posisinya. Suara dapat merambat lebih baik di air daripada
sekitarnya berdasarkan suara gelombang ombak, seperti sonar. Kemampuan ini adalah
adaptasi yang nyata, utamanya bagi pesut dan lumba-lumba sungai, karena jarak pandang
yang terbatas di air yang keruh. Lumba-lumba bisa menentukan arah dalam sungai keruh
yang bercabang- cabang, bahkan bila mata mereka dalam keadaan tertutup.
5. Hiu
Elektroreseptor adalah kemampuan mengagumkan dari hiu dan ikan pari untuk
mendeteksi medan listrik di sekitar mereka. Hiu kepala martil yang kepalanya berbentuk
unik itu ternyata didesain untuk menerima getaran arus listrik. Air laut yang asin,
merupakan konduktor atau penghantar terbaik bagi arus listrik. Hiu sangat sensitif dan
bisa merasakan hantaran listrik ini dari mangsanya, dari kontraksi otot ikan-ikanlain.
6. IkanSalmon
Ikan ini, entah bagaimana, bisa menemukan jalan mereka kembali untuk bertelur
di sungai yang sama di mana mereka lahir, meskipun mereka sudah bermigrasi jauh di
laut luas selama kehidupan dewasa mereka. Meskipun sebagian besar masih menjadi
misteri bagi ilmu pengetahuan, diduga ikan ini memanfaatkan deposit mineral
ferromagnet di otaknya, magnetite, untuk bisa merasakan medan magnet Bumi. Hal ini
juga memungkinkan mereka sensitif pada penciuman, dan bisa membedakan bau aliran
7. Kelelawar
dari pantulan suara, untuk menangkap mangsa mereka dan menavigasi lokasi saat mereka
Mereka memiliki laring atau pangkal tenggorokan yang bisa menghasilkan suara
yang dikeluarkan melalui mulut dan hidung. Saat mengeluarkan suara itulah mereka bisa
menangkap gaung dari sekitar, dan bisa berfungsi seperti radar. Faktanya, wajah mereka
yang berkeriput itu lebih berfungsi seperti telinga untuk menangkap suara.
8. Platipus
Binatang bermuka unik seperti bebek, mamalia namun bertelur ini memiliki
elektro reseptor seperti halnya hiu. Mereka merasakan getaran listrik dari kulitnya, yang
bisa merasakan medan listrik dari mangsa mereka yang berkontraksi. Seekor platipus
9. Penyu Laut
Seperti ikan salmon yang bisa kembali ke tempat lahir mereka setelah bermigrasi
jauh, penyu laut juga lebih suka kembali ke pantai tempat mereka lahir sebagai sarang.
2.3.2 Hematit
Hematit adalah salah satu mineral yang paling melimpah di permukaan bumi
maupun di kerak bumi yang dangkal. Hematit merupakan oksida besi dengan komposisi
kimia Fe2O3. Mineral ini merupakan mineral pembentuk batuan yang umumnya
Hematit memiliki berbagai macam kegunaan, tetapi dari sisi nilai ekonomis, hanya sedikit
hematit yang digunakan sebagai bijih utama dari besi. Hematit lebih banyak digunakan
untuk menghasilkan pigmen, bahan pelindung radiasi, ballast, dan masih banyak produk-
produk lainnya.
Hematit memiliki kenampakan yang sangat variabel. Kilapnya dapat berkisar dari
submetallic sampai metallic dengan sistem kristal trigonal. Rentang warna hematit berada
pada merah hingga coklat dan hitam hingga abu-abu perak. Mineral ini hadir dalam
berbagai bentuk yang meliputi lembaran, padat, kristal, botryoidal, berserat, Oolitic, dan
lain sebagainya. Meskipun hematitmemiliki kenampakan yang sangat variabel, mineral
ini akan selalu menghasilkan cerat kemerahan. Cerat yang berwarna kemerahan inilah
sebagai petunjuk penting untuk mengidentifikasi hematit. Hematit tidak bersifat magnetik
dan tidak selalu tertarik oleh magnet. Namun, banyak jenis dari hematit yang mengandung
Komposisi Hematit
Hematit murni memiliki komposisi berat sekitar 70% besi dan 30% oksigen. Sama
seperti material alami lainnya, hematit jarang ditemukan dengan komposisi yang murni.
Hal ini utamanya berlaku pada deposit sedimen dimana hematit terbentuk secara
2.3.3 Zeolit
Zeolit adalah nama kelompok besar mineral yang mempunyai sifat atau ciri utama
porous, tersusun atas mineral aluminosilikat (struktur dasar mereka saling interloking
tetrahedral pada SiO4 dan AlO4) yang mengandung cukup banyak air, serta tingginya
kemampuan pertukaran kation. Sifat yang demikian membuat zeolit banyak di fungsi kan
sebagai bahanpenyerap.
Nama zeolit sebenarnya berasal dari bahasa Yunani, yaitu "zeo" yang berarti
"mendidih", dan "litos" yang berarti "batu". Zeolit diberi nama seperti itu karena saat
kamu memanaskannya, maka mereka biasanya melepaskan air dalam bentuk uap.
Kegunaan Zeolit
Mineral zeolit sangat luar biasa untuk menyerap, menahan, melepaskan, serta
menukar bahan kimia, nutrisi, racun maupun ion yang berbeda sesuai kebutuhan.
2.3.4 Hidroksiapatit
berpori saat ini menjadi kebutuhan yang mendasar bagi rekonstruksi tulang yang patah
atau retak. Aplikasi non medis dari keramik berpori HA meliputi media kemasan untuk
kromatografi kolom, sensor gas, katalis dan host bahan HAp dapat disintesis secara kimia
dari bahan awal yang mengandung kalsium dan fosfor menggunakan beberapa metode
merupakan mineral utama yang ditemukan dalam tulang dan gigi. Komposisi email gigi
terdiri dari 97% nano-hidroksiapatit dan komposisi dentin terdiri dari 70% hidroksiapatit.
Kegunaan senyawa ini adalah membuat tulang dan gigi jadi kaku dan keras. Selain itu,
nano-hidroksiapatit juga membuat gigi jadi tampak putih cemerlang dan menutup pori-
Kristal HA sintetik mempunyai ukuran Yang sama dengan kristal HA tulang, yaitu
b = 9,42 Ă dan c = 6,88 Ă (1 Ă = 10-10 m). Secara stokiometri Ca/P HA memiliki ratio
1,67 dan secara kimia sama dengan mineral tulang manusia.5,8 Adanya kesamaan struktur
kimia dengan mineral jaringan tulang manusia, maka HA sintetik menunjukkan daya
afinitasnya dengan baik yaitu dapat berikatan secara kimiawi dengan tulang.
Terdapat tiga lapisan struktur mutiara yaitu: (1). Periostrakum luar yang sebagian
besar terdiri dari protein; (2). ostrakum medial atau lapisan prismatik, terdiri dari kristal
kalsit dalam matriks organik; dan (3). hipostrakum dalam atau lapisan nakre (‘mother of
pearl’), yang terdiri dari kristal aragonite dalam matriks organik. Struktur utama dalam
pembentukan nakre terbentuk dari proses mineralisasi. Nakre dikenal juga ‘mother of
pearl’ (MOP) merupakan lapisan yang membentuk struktur dinding bata tiga dimensi
dimana mortar dari lapisan tipis biopolimer (20-30 nm) dan 95 % aragonite(CaCO3).
2.4 ProsesBiominerlisasi
melibatkan lebih dari satu tahap. Matriks organik baru yang diendapkan oleh
osteoblas mulai menjalani proses mineralisasi pada hari ke-5 hingga ke-10 setelah
deposisi dengan nukleasi sekunder. Maksudnya "nukleasi sekunder" adalah kristal yang
sudah ada bertindak sebagai situs nukleasi untuk kristal yang baru. Tahap pertama ini
membuahkan kandungan mineral jadi 50% hingga 70% dari nilai maksimal. Setelah
beberapa hari atau minggu, kecepatan mineralisasi sangat menurun dan tahap mineralisasi
sekunder pun dimulai. Proses tahap kedua ini berkaitan dengan peningkatan jumlah,
ukuran, dan kesempurnaan kristan yang berlangsung secara lambat hingga DMB
Hematit banyak ditemukan sebagai mineral primer dan sebagai produk alterasi
dalam batuan beku, metamorf, dan batuan sedimen. Mineral ini dapat mengkristal selama
proses diferensiasi magma atau presipitasi dari cairan hidrotermal yang bergerak melalui
massa batuan. Hematit juga dapat terbentuk selama proses metamorfosis kontak ketika
Mineral Zeolit sering terbentuk melalui interaksi batuan vulkanik, abu serta air
tanah alkali. Dengan demikian, Kamu dapat sering menemukan kristal zeolit spektakuler
nan sangat indah dalam rongga (vesicle) maupun vugs pada batuan vulkanik seperti basalt
( biasanya dalam bentuk amygdules atau rongga berisi kristal zeolit ). Zeolit juga dapat
untuk berproliferasi dan berdiferensiasi pada proses regenerasi tulang. Dalam fase hidup
osteoblas. Namun ketika dewasa, sel ini berada dalam keadaan istirahat dan memerlukan
proses vaskularisasi. Dimensi dan bentuk pori merupakan faktor penting terjadinya proses
penetrasi sel osteoblast dan menjadi media yang baik bagi sel osteoblas untuk menempel.
Proses penempelan sel osteoblas ke permukaan matriks bone graft berlangsung secara
permukaan matriks bone graft. Proses penempelan sel osteoblas ke seluruh permukaan
material bone graft tergantung dari kompatibilitas permukaan material bone graft, dan
ekspresi dari komponen biologis adhesif, yang meliputi sekresi ECM (extra cellular
matrix) serta hasil penempelan sel dengan permukaan material. Proses ini, dimediasi oleh
formasi fokus adhesi dan pembentukan plak yang tersusun dari integrin transmembran
yang menghubungkan antara sitoskeleton dengan ECM hasil sekresi antara material
dengan sel. Fase adhesi ini melibatkan protein ECM, protein membran sel reaksi
dalam media fosfat dengan metode hidrotermal. Kulit kerang merupakan komposit
mineral dan biopolimer terdiri dari 95% berat hingga 99% berat CaCO3 dalam bentuk
kristal aragonit dan sejumlah kecil oksida dan juga ada (0,696% SiO2, 0,649% MgO,
0,419% Al2O3, 0,33% SrO, 0,204% P2O5, 0,984% Na2O, 0,724% SO3) dan 1% hingga 5%
makro molekul organik. Lapisan aragonit di permukaan kulit kerang menjadi lapisan HAp
2.5 Modifikasi Hasil Biomineralisasi Pada Udang Dan Kepiting Menjadi Produk
Kepiting produk perikanan merupakan salah satu sumber protein hewani yang
dibutuhkan manusia untuk pertumbuhan dan memelihara kesehatannya. Mineral
Selenium dalam kepiting berperan sebagai antioksidan dan untuk mencegah kerusakan sel
dari radikal bebas penyebab kanker dan penyakit jantung.asak lemak omega-3 dalam
kepiting berfungsi menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah sehingga mencegah
Selama ini kepiting bakau biasa hanya dapat dikonsumsi sekian persen saja dari
seluruh bagian tubuhnya. Bagian terbesar dari tubuh kepiting berupa limbah cangkang
sebesar 60 %. Hanya sekitar 40% saja dari tubuhnya yang merupakan bagian yang bisa
dimakan (edible portion) karena kepiting bakau memiliki cangkang yang keras. Untuk
dikonsumsi harus dalam keadaan lunak yaitu yang baru molting (ganti kulit).
bobot, panjang, dan lebar karapaks akan terjadi setelahmolting. Selama masa
pertumbuhan menjadi dewasa, kepiting akan mengalami pergantian kulit, antara 17-20
kali tergantung kondisi lingkungan dan pakan yang tersedia. Pada umumnya semua jenis
dari fase larva sampai dewasa kepiting bakau akan mengalami secara terus – menerus
proses ganti kulit. Pada saat ganti kulit tubuh kepiting bakau seluruhnya akan lunak.
Selain itu untuk molting kepiting juga memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung.
Salinitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses molting pada
kepiting bakau. Bahan organik secara alami juga dapat membantu proses molting pada
kepiting. Kedalaman air tambak untuk molting dalam budidaya disarankan 70 cm ke atas,
karena apabila kurang dari itu, akan menghambat kepiting untuk molting. Demikian juga
lumut yang menutupi bagian badan kepiting lunak dapat menghambat proses molting yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematiaan karena sifat dasar lumut yang mengikat.
Tehnik mutilasi dan ablasi diduga bisa mempercepat proses molting. Tapi
untuk mendukung apakah tehnik mutilasi atau ablasi yang lebih dominan dalam
Vitomolt adalah stimulan molting yang terbuat dari ekstrak bayam (Amaranthus spp.).
pertumbuhan dan molting kepiting bakau(Scylla spp). Penelitian dilakukan pada bulan
April hingga Juni 2010. Ada tiga dosis vitomolty yang diuji, yakni :9μg/g, 15μg/g, dan2
terhadap pertumbuhan dan molting kepiting bakau. Semakin tinggi dosis vitomolt
memberikan pertumbuhan yang semakin tinggi pula namun tidak demikian terhadap
persentase molting. Dosis vitomolt 15μg/g kepiting adalah dosis optimal menginduksi
diekstrak dari tanaman bayam (Amaranthus spp). Fujaya et al. (2007; 2008; 2009)
melaporkan bahwa injeksi ekstrak bayam mampu menginduksi molting dan pertumbuhan
pada kepiting. Namun demikian, dosis optimal yang memberikan produksi kepiting lunak
tertinggi dengan waktu yang lebih singkat belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
Meyer (2007) menjelaskan bahwa proses molting dimulai ketika sel-sel epidermal
laju sintesis protein akibat rangsangan hormon molting menyebabkan terjadinya apolisis
terbentuknya prokutikula baru. Ketika eksoskeleton baru telah siap, kontraksi otot dan
garis ecdysial sutures dan akhirnya tubuh dengan eksoskeleton baru keluar dari
eksoskeletonlama.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) dosis vitomolt sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan molting kepiting bakau, 2) penambahan dosis vitomolt akan
memberikan pertumbuhan yang lebih baik, tetapi tidak diikuti oleh persentase molting
yang tinggi. Dosis vitomolt optimal untuk menginduksi molting pada kepiting bakau
adalah 15 ug/g kepiting, 3) Dosis vitomolt 15 ug/g kepiting memberikan jumlah produksi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dancangkang).
Mengarahkankemagnetan
- Modifikasi hasil biomineralisasi pada udang dan kepiting menjadi produk yang lebih
baik dan dapat mempermudah aktivitas manusia dapat dilakukan dengan tehnik
mutilasi dan ablasi diduga bisa mempercepat proses molting serta dengan Vitomolt
dan molting kepiting bakau. Semakin tinggi dosis vitomolt memberikan pertumbuhan
3.2 Saran
Ardhiyanto, H., 2012, Stimulasi Osteoblas Oleh Hidroksiapatit Sebagai Material Bone
Graft Pada Proses Penyembuhan Tulang, Stomatognatic (J. K. G Unej), 9(3); 162-164.
Arriola, F. J., 1990, A Preliminary Study of Life History of Scylla serrate Forskal, Phil.
J. Sci. 73(4); 437-456.
Fujaya, Y., Aslamyah S., Mufidah, L.F., Mallombasang, 2009. Peningkatan Produksi Dan
Efisiensi Proses Produksi Kepiting Cangkang Lunak (Soft Shell Crab) Melalui Aplikasi
Teknologi Induksi Molting Yang Ramah Lingkungan, Laporan Penelitian Riset
Andalan Perguruan Tinggi Dan Industri (RAPID) tahun ke 1. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Fujaya, Y., Suryati, E., 2007. Pengembangan Teknologi Produksi Rajungan (Portunus
Pelagicus) Lunak Hasil Perbenihan Dengan Memanfaatkan EkstrakBayam
(Amaranthaceae) Sebagai Stimulan Molting,
Laporan Penelitian Program Insentif Riset Terapan tahun ke-1. Universitas
Hasanuddin.Makassar.
Fujaya, Y., Suryati, E., 2008. Pengembangan Teknologi Produksi Rajungan (Portunus
Pelagicus) Lunak Hasil Perbenihan Dengan Memanfaatkan EkstrakBayam
(Amaranthaceae) Sebagai Stimulan Molting,
Laporan Penelitian Program Insentif Riset Terapan tahun ke-2. Universitas
Hasanuddin.Makassar.
Hanafi, A. dan Sulaeman, 1992, Teknologi Kepiting Bakau. (Scylla Serrata) dan pasca
panen. Makalah disampaikan pada seminar sehari Prospek pengembangan dan Pemasaran
kepiting Bakau sebagai Komoditas Ekspor Non Migas. Ujung Pandang. 21 April 1992.
https://boneandspine.com/bone-mineralization-process/
Khairiah, dkk., 2012, Pengaruh Mutilasi Dan Ablasi Terhadap Molting Kepiting Bakau
(Scylla Serrata) Sebagai Kepiting Lunak, Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa
2(1); 81-91.
Orimo H., 2010, The mechanism of mineralization and the role of alkaline phosphatase
in health and disease (Mekanisme mineralisasi dan peran
alkalin fosfat pada kesehatan dan penyakit), J Nippon Med Sch, 77(1); 4-12.
Parfitt, Michael, 2011, What Is Bone Mineralization? (Apa mineralisasi tulang itu?),
The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, Vol. 88.
Y Bala, D Farlay and G. Boivin, 2012, Bone mineralization: From tissue to crystal in
normal and pathological contexts (Mineralisasi tulang: Dari jaringan ke kristal dalam
konteks normal dan patologis),Osteoporosis International24(8).