Anda di halaman 1dari 17

Greatest strength and regret

Oleh Naysila Gladis Al-Qoria

BAB I
Ananta Eila seorang perempuan pekerja keras yang menyukai hal-hal Fiction. Hidupnya
selalu dipenuhi dengan kerja kerja dan kerja. Maka dari itu selain bekerja di bidang keuangan
Ananta selalu membaca tentang novel fantasi Romance ataupun fantasi thriller.

Keluarganya hancur seperti debu tidak tersisa satupun. Dirinya seperti tidak dianggap di
Keluarganya selalu menjadi opsi kedua dalam permasalahan apapun itu.

Kedua orang tua-nya hanya memikirkan bagaimana mencari uang sebanyak banyaknya.
Meskipun cara tersebut sangat salah untuk dilakukan tetapi keduanya tetap saja menghalalkan
semuanya.

Akhirnya setelah Lima tahun bersama kedua orang tuanya bercerai dikarenakan ekonomi
keluarga menurun. Ananta memutuskan untuk tidak tinggal bersama dengan salah satu kedua
orang tuanya.

Ananta bersyukur bisa bersekolah dengan jalur beasiswa jadi dirinya hanya perlu
melanjutkan sekolah dengan nilai bagusnya tanpa harus membayar sekolah.

Setelah lulus dari Sekolah menengah atas Ananta langsung melamar di berbagai perusahaan.
Dan akhirnya Ananta diterima di perusahaan yang lumayan terkenal. Ananta selalu berusaha
keras untuk menyelesaikan semua tugasnya dengan cepat agar dirinya di rumah tidak perlu
memikirkan semua pekerjaannya.

Di Apartemen Ananta berusaha tidak bekerja dirinya selalu menyibukkan diri dengan
hobinya. Salah satunya membaca novel remaja, thriller maupun tentang kerajaan.

Semalam Ananta membaca novel romance kerajaan.

Tokoh utama yang selalu berakhir happy sedangkan untuk antagonis maupun figuran dibuat
menderita.

Ananta merasa kesal karena Tokoh kesayangan-nya berada di figuran dan berakhir dibunuh
oleh kaisar dari wilayah kekaisaran.
"Ck, kenapa Tokoh utamanya menye-menye banget"

"Harusnya jadi antagonis kenapa jadi protagonis"

"Author-nya menye-menye nih" Gerutu Ananta melihat sifat tokoh protagonis. Dirinya
semakin merasa kesal setelah tahu endingnya tokoh kesayangan-nya dibunuh oleh kaisar.

Ananta mencoba merebahkan diri di kasur dengan memejamkan matanya dan menghilangkan
perasaan kesal terhadap novel yang baru saja ia baca.

Keesokan harinya

Sinar matahari menampakkan diri dari sela sela jendela. Ananta menggeliat kecil membuka
matanya.

Tidak kalah terkejutnya Ia melihat sekeliling kamar yang berbeda sekali dengan kamarnya.
Ananta beranjak dari kasur berjalan menuju kaca besar di sudut kamar.

Rasanya Ananta ingin pingsan seketika melihat dirinya yang menjadi cantik sekali. "Ada apa
ini? Kenapa ia bisa menjadi cantik seperti ini? Seingatnya dulu ia sangat buruk rupa
daripada teman-temannya"

Ananta yang masih shock atas perubahan dirinya terdengar pintu kamarnya dibuka oleh
seseorang. Ananta menoleh ke arah pintu menampakkan seorang pria yang tampan
mengalahkan idolanya. "Dia bukan manusia ya? Kenapa sangat tampan sekali" seru Ananta
dalam hati.

Merasa dirinya pecinta cogan jadi ingin langsung memandang pria di depannya ini terus
menerus. Beberapa saat mereka berdua tidak mengatakan sesuatu. Ananta melihat ekspresi
pria di depannya ini yang awalnya datar tidak berekspresi berubah menatap Ananta lembut.

Ananta masih tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Kenapa Ia terjebak di dalam tubuh
perempuan cantik ini. Mengapa juga pakaiannya dan pria di depannya ini sama-sama seperti
di dalam cerita kerajaan? Apakah Ananta tersesat di dalam novel bertema kerajaan?
Memikirkan semua itu membuat Ananta pusing sendiri lebih baik dirinya membuka suara
terlebih dahulu dengan pria di depannya ini.

"Mohon maaf anda siapa? dan kenapa saya bisa berada di kamar ini ya?" Tanya Ananta.
Tidak masalah bukan jika dirinya bertanya siapa tahu pemikirannya tadi hanya imajinasi
seperti biasanya.

Pria di depannya ini mengerutkan alisnya seolah tidak mengerti pertanyaan-nya.


"Heii tolong dijawab jangan hanya menatap saya" gerutu kesal Ananta yang tidak melihat
reaksi pria itu.

Pria didepannya ini menghela nafas kasar.

"Ayra kamu kenapa dirimu bertanya seperti itu?" Tanya Pria itu dengan pandangan bingung.

"Tunggu, kau memanggilku siapa? Ah dan kau juga siapa namamu?" Ananta yakin dengan
sebutan nama dari pria ini bahwa dirinya telah masuk kedalam novel.

Pria itu semakin memandang Ananta bingung "Nama dirimu? Dan namaku?" Ananta pun
mengangguk.

Dengan sabar menghadapi kekonyolan adiknya Pria itu menjawab "Kamu Ayrana Ravaella
dan diriku Alaric Ryder anak dari Grand Duke kedua di wilayah utara."

Ananta sangat terkejut mendengar nama nama itu. Sungguh dia tidak memikirkan sama sekali
novel kerajaan ini. Kenapa dari sekian banyaknya novel kerajaan dirinya harus masuk ke
novel yang ia benci.

"Kenapa kau menanyakan-nya Ayra? Apakah habis terbentur tembok?" Alaric didepannya ini
tidak percaya adiknya tidak mengetahui namanya sendiri. Sepertinya memang adiknya
terbentur sesuatu tadi.

Niat ingin melihat kondisi adiknya tetapi dirinya yang dibuat bingung dengan tingkah laku-
nya. Tadi sebelum dirinya masuk kedalam kamarnya Alaric diberitahu oleh pelayan adiknya
bahwa adiknya jatuh pingsan. Seketika Alaric merasa cemas mendengar perkataan pelayan
tersebut. Tetapi sampainya di kamar adiknya bersikap yang tidak sewajarnya?

"Ayra kamu tidak pa-pa? Jika ada yang kaku pikiran ataupun ada yang sakit lapor ke kakak
okey?" Tutur Alaric perhatian memperhatikan adiknya dengan seksama.

Ananta sendiri melihat ke arah kakaknya lagi yang sedang berbicara. Ananta sendiri
mengangguk menyetujui usulan dari kakaknya. Setelah itu Alaric dengan mengikuti ego-nya
yang tinggi Ia meninggalkan kamar adiknya.

"Kenapa harus masuk ke tokoh ini sih? Nantikan akhirnya dirinya meninggal. Aku harus
mengubahnya tidak boleh berjalan seperti di novel" gumam Ananta sendiri di kamar.

****

Sekarang kita panggil Ananta dengan Ayrana atau Ayra.


Ayra sudah memasuki meja makan melihat keluarganya yang sudah berkumpul di beberapa
kursi. Meskipun Marquess Hichon belum memasuki ruang meja makan. Ayra sungguh
canggung berada di sekitar keluarga orang asing.

Ayra sendiri mempunyai sifat yang manja dan lemah lembut. Anak yang sangat disayangi
oleh keluarganya. Selalu dituruti apa yang dia inginkan membuat sikap Ayra sangat manja.
Tetapi sekarang ayrana sudah dimasuki oleh orang lain yang jelas sangat berbeda dari Ayra
dulu, ya meskipun ada sedikit sikap manja dari pemilik tubuh anaknya ini. Tetap saja
sekarang Ayra akan mengubah pandangan orang lain tentang dirinya.

Pandangan orang lain tentang dirinya seorang gadis yang suka sekali bergantung dengan
ayahnya yang seorang Marquess. Terkadang saat dirinya ingin membeli di pasar orang-orang
memandang-nya dengan mencemooh, sinis dan masih banyak lagi. Sekarang Ayra akan
mengubah sifatnya.

Marquess Hichon memasuki ruang makan menduduki bangku di pojok. Ekspresi Marquess
datar tetapi tatapannya mengarah ke arah Ayra. Melihat Ayra dengan pandangan yang sulit
diartikan. Ayra sendiri yang ditatap seperti itu memberikan pandangan bingung terhadap
ayahnya.

"Kenapa ayah menatap putrinya seperti itu? Apakah saat ini Ia akan mengatakan bahwa
akan menikah-kannya dengan seorang Grand Duke Dixon? Bagaimana bisa aku
menghindari pernikahan ini" Ucap Ayra dalam hati. Dirinya sangat resah apakah dirinya
akan baik-baik saja menikah dengan Grand Duke Dixon. Jikalau dirinya menikah dengan
Grand Duke Dixon Ayra harus membuat dirinya tidak terjebak dengan putri raja. Ayra akan
menjauhi tokoh utama dalam novel ini.

Acara makan malam pun tiba. Keluarga Hichon makan dengan dihiasi oleh suara ibunya yang
selalu mengoceh. Sedangkan Marquess Hichon, Alaric dan Ayrana diam mendengarkan.

"Ayrana" Semua orang di dalam ruang makan itu diam tidak ada yang berbicara sedikit pun.

"Iya ayahanda?" Jawab Ayra meskipun dirinya tahu apa yang akan dibicarakan.

"Grand Duke Dixon sebentar lagi akan sampai. Ayah ingin kamu ikut ke ruang tengah untuk
berbicara sesuatu" Jelas Marquess Hichon.

Ayra terkejut.

Bagaimana bisa secepatnya ini? Bukankah lusa Grand Duke Dixon akan datang? Kenapa
malam ini? Ayra tidak bisa mengekspresikan wajahnya saat ini.
"Ayra kamu sebaiknya bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Grand Duke Dixon" Ujar
ibunya. Ayra pun dengan terpaksa meninggalkan ruang makan kembali ke kamarnya dan
bersiap-siap.

Disisi lain

"Sebaiknya kita melakukan rencana yang sudah kita susun sekarang juga. Ini waktu yang
tepat untuk menghancurkan Grand Duke Dixon dan raja" Ucap salah satu seseorang di tengah
hutan yang lebat.

"Kalian cepat laksanakan tugas kalian!" Perintah orang tersebut terhadap anak buahnya.

"Baik" jawab mereka dan berjalan meninggalkan seorang itu sendiri di dalam kegelapan
malam.

****

Ruang tengah yang sudah dihiasi oleh beberapa dekorasi. Tamu yang ditunggu-tunggu sudah
duduk manis menghadap Marquess Hichon. Tatapan orang didepan Marquess Hichon sangat
melebihi es utara yang beku. Tidak ada ekspresi sama sekali.

Ayra memasuki ruang tengah melihat tamu spesial sudah datang memberikan salam terhadap
Grand Duke Dixon dengan tradisi putri bangsawan. Grand Duke Dixon sendiri hanya
menganggukan kepalanya sebagai menerima salam dari Ayra.

Ayra duduk disamping Marquess Hichon. Mereka berbincang sebentar sebelum akhirnya
menyuarakan atas apa yang akan terjadi.

"Marquess Hichon louis ingin mengatakan kedatangan saya malam ini" Ucap Grand Duke
Dixon dengan ekspresi datar menatap asisten-nya.

"Salam dari saya Marquess Hichon. Saya akan menyampaikan tujuan saya dan Grand Duke
kemari. Grand Duke sedang mencari duchess di kediaman duchy karena suatu alasan yang
tidak bisa saya sampaikan pada saat ini tetapi nantinya anda akan mengetahui apa yang
terjadi" ujar panjang lebar louis menjelaskan kedatangannya ke kediaman Marquess Hichon.

Tanpa menunjukkan ekspresi yang berbeda Marquess berkata"Kehormatan bagi saya Grand
Duke Dixon sudah mau untuk mendatangi kediaman Marquess. Saya tahu apa maksud
kedatangan kalian kemari. Untuk kali ini saya akan menerima lamaran Grand Duke…"

"Tetapi saya mohon jangan menyakiti anak perempuan satu-satunya saya. Saya tidak akan
segan-segan untuk membunuh kalian jikalau putri saya dalam bahaya meskipun jabatan saya
lebih rendah dari kalian saya akan melawan!" Lanjut Marquess Hichon tegas seakan tidak
peduli orang didepannya ini orang penting ataupun tidak.
"Saya akan selalu melindungi putri anda Marquess Hichon dan saya tidak akan pernah
melibatkan putri anda dalam masalah rumit seperti ini" Jawab Grand Duke Dixon dengan
percaya diri.

Ayra yang hanya diam pun mulai resah. Dikarenakan dalam novel Ayra akan mati dengan
sihir kuat dari penyihir Agung yang sedang bersembunyi. Ayra kali ini tidak akan diam saja
membiarkan penyihir Agung itu berkeliaran di sekitar kekaisaran dan duchy nantinya.

"Anda harus meminta persetujuan dari putri saya terlebih dahulu Grand Duke Dixon" Saran
ayah ayra ke Grand Duke Dixon yang hanya diam memperhatikan Ayra dengan lekat.

"Ayra apakah dirimu mau menerima lamaran dari Grand Duke Dixon?" Tanya ayahnya
terhadap Ayra. Ayra sendiri menghela nafas berat. Dirinya tidak ingin terlibat dalam masalah
tokoh utama tetapi bagaimana bisa dirinya menolak? Karena dirinya sendiri mempunyai
kekuatan sihir yang membuat Grand Duke Dixon melamar dirinya.

"Ya saya mau ayah" jawab Ayra tanpa merengek mengapa dirinya harus menikah dengan
Grand Duke Dixon. Ayra sendiri mempunyai kekasih tetapi kekasihnya sedang bertugas
untuk membela kekaisaran.

Ayah Ayra menatap putrinya heran. Segampang itu putrinya menerima lamaran dari orang
asing? Sementara Grand Duke Dixon tidak pernah sama sekali berinteraksi dengan putri satu-
satunya ini. Mungkin jika mengenal putranya Marquess akan biasa saja.

"Kedua belah pihak sudah memutuskan. Bagaimana pernikahannya digelar lima hari lagi?
Semakin cepat lebih baik" Louis pun memberi saran atas waktu yang ditentukan.

Ayra dan Grand Duke Dixon menyetujuinya dan mereka pun membicarakan bagaimana
pakaian pengantin, dekorasi atau hiasan saat pernikahan dan masih banyak lagi yang mereka
bicarakan.
BAB II
Hari pernikahan Ayra dengan Grand Duke Dixon pun tiba. Mereka berdua sudah dihiasi
dengan maksimal mungkin. Ayra yang cantik menggunakan gaun peninggalan duchess
terdahulu sedangkan Grand Duke Dixon memakai pakaian kekaisaran yang membuat Grand
Duke Dixon semakin tampan dan mempesona.

Pernikahan berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan. Mereka mengucapkan sumpah
janji Pernikahan tanpa adanya jeda.

Ayra menatap kagum terhadap Grand Duke Dixon yang sangat mempesona bahkan terlihat
tampan dengan mengucapkan sumpah janji pernikahan di hadapan perantara kuis suci.

Grand Duke Dixon pun menatap Ayra dalam. Dirinya cukup tahu bagaimana sikap Ayra
selama beberapa hari yang lalu. Ia selalu melihatnya dengan pandangan yang tidak dapat
diartikan tetapi memiliki kejelasan bahwa Grand Duke Dixon sangat senang menikah dengan
orang yang ditunggu-tunggunya selama ini.

Setelah acara pernikahan selesai Ayra dan Grand Duke Dixon langsung kembali ke duchy
karena ada beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan Grand Duke Dixon. Ayra pun
mengikuti apa yang diperintahkan suami meskipun dirinya masih ingin menginap satu malam
di rumahnya.

Berat hati Ayra meninggalkan kediaman-nya. Ia memeluk ibunya dengan erat seakan tidak
mau pergi. Alaric pun diam sembari mengelus rambut adiknya dengan lembut. Marquess
Hichon sendiri menasehati Grand Duke Dixon sedari tadi setelah acara selesai.

Akhirnya Ayra dan Grand Duke Dixon pergi meninggalkan kediaman Marquess Hichon.
Perjalanan dari kediaman Marquess Hichon ke duchy membutuhkan sekitar tiga hari dan
Grand Duke Dixon menyuruh anak buahnya membuatkan di dalam kereta kuda terdapat
kasur. Ayra pun bisa dengan tenang beristirahat.

Sesampainya di duchy Grand Duke Dixon dan Ayra berjalan menuju ke arah kamar tidur-
nya. Meskipun sudah berstatus suami-istri tetap saja mereka pisah kamar. Dan mereka
melanjutkan kegiatan selanjutnya lalu beristirahat.

Sudah lima bulan Ayra tinggal di duchy awal cerita novel akan dimulai pada bulan kelima
ini. Penyihir akan melakukan rencananya. Membuat orang-orang di sekitar kekaisaran
menjadi gila termasuk Grand Duke Dixon. Ayra tidak ingin semua rencana Penyihir tersebut
terjadi.
Ayra ingin menyelidiki penangkal racun gila itu tetapi masalah satu datang. Kekasih Ayra
mengirim surat pernyataan tidak terima.

Isi surat "Dengan hormat Duchess Ayrana saya ingin bertemu dengan engkau di pasar
ibukota. Saya ingin berbicara dengan kekasih saya yang menikah tanpa memberitahu
kekasih-nya. Dimohon untuk duchess Ayrana bisa menghadiri ajakan dari seorang count
Lamont. -Clovis Dagael Lamont"

Ayra menghela nafas kasar. Mengapa Clovis kembali sebelum dirinya menyelesaikan satu
misi pun? Ayra benar-benar tidak menyangka clovis akan datang secepat ini.

Meskipun begitu Ayra sudah bersiap-siap untuk menemui Clovis ia akan berangkat bersama
tangan kanannya selama ini yang tidak diketahui orang-orang walaupun Grand Duke Dixon
sudah memberi pengawal yang sangat banyak. Ayra tetap memilih pergi dengan tangan
kanannya secara diam-diam.

Ayra sudah sampai di ibukota sebelum itu ia mendapat surat kembali dari Clovis yang akan
menemui-nya di restaurant sebrang Timur. Dalam keadaan seperti ini Ayra harus tegas belum
lagi novel yang membuatnya meninggal akan segera dimulai.

****

Ayra memijat kepalanya pusing. Ia tak habis fikir dengan ucapan Clovis tadi. Jelas-jelas Ayra
sudah mempunyai suami bergelar yang hampir setara dengan kaisar. Sementara Clovis?
Hanya seorang Count. Ayra tidak menghina jabatan Clovis. Hanya saja bagaimana bisa ia
akan membunuh Grand Duke Dixon dengan tangannya sendiri?

Ayra benar-benar pusing memikirkan semua ini.

Flashback on

"Selamat siang count Clovis. Apa kabarmu?" Ayra memberi salam kehormatan putri
bangsawan pada umumnya.

Clovis diam menatap Ayra dengan pandangan kecewa, marah, sedih menjadi satu. Mengapa
Ayra secepat itu untuk menerima lamaran dari Grand Duke kedua? Pada saat itu ia berjuang
membela negara tetapi kekasihnya akan menikah dengan orang lain yang jelas itu adalah
Grand Duke.

"Selamat siang duchess Ayra. Saya sangat senang bisa bertemu dengan duchess saat ini."
Jawab Clovis setelah berdiam diri cukup lama.

"Clovis cepat katakan apa yang ingin kau katakan?" Tanya Ayra tanpa basa-basi terlebih
dahulu.
"Sebaiknya duchess duduk terlebih dahulu agar lebih nyaman saat berbicara" Jawab lagi
Clovis yang masih memandang Ayra dengan tatapan dalamnya.

"Mohon maaf Count Clovis sebaiknya anda cepat mengatakan apa tujuan anda mengundang
duchess kemari" Ucap potong tangan kanan Ayra. Ia tahu bahwa duchess-nya ingin segera
menyelesaikan semua ini dengan cepat agar rencananya akan segera berjalan. Dan ingin
segera menemui suaminya yang baru saja kembali dari kekaisaran.

Clovis diam tidak tahu harus berkata apa. Dirinya terlalu terlena dengan keindahan di
depannya ini. Tetapi mengapa keindahan di depannya ini sudah menikah dengan orang lain.
Apakah salah jika ia mempunyai niat untuk merebut haknya kembali? Clovis ingin Ayra
kembali kepadanya. Ia tak sanggup hidup tanpa ada Ayra disisi-nya.

Ayra mewarnai kehidupan-nya yang sangat membosankan dan tidak tahu harus hidup untuk
apa. Clovis hidup selama ini yang berjuang di medan perang hanya untuk ingin segera Ayra
menjadi pendamping hidupnya dan hidup bahagia. Tetapi Ayra-nya sudah menikah dengan
Grand Duke kedua di wilayah kekaisaran ini. Memang Clovis punya kekuatan untuk
menyaingi Grand Duke dingin nan kejam di wilayah utara ini? Clovis hanya anak seorang
count jabatan di bawah Grand Duke.

Maka dari itu setelah mendengar kekasihnya menikah dengan Grand Duke Dixon Clovis
tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa merenung apa kesalahannya sampai-sampai Ayra
meninggalkan-nya menikah dengan Grand Duke Dixon. Apakah karena Grand Duke Dixon
lebih berkuasa daripada dirinya yang hanya anak seorang Count? Jika begitu Clovis tidak
menyangka.

"Ekhm, Ayra bolehkah aku bertanya mengapa kau meninggalkan-ku dan menikah dengan
Grand Duke Dixon? Apa aku membuat kesalahan padamu sehingga dirimu memilih menikah
dengan Grand Duke Dixon?" Tanya Clovis meminta penjelasan terhadap Ayra.

Sebelum Ayra menjawab tangan kanan Ayra memotong "Mohon sopan santun anda Count
Clovis terhadap duchess. Berbicaralah secara formal"

"Saya mengajak berbicara berdua sebagai Ayrana Ravaella kekasihnya saya. Seharusnya
anda tahu dimana tempat anda" jawab Clovis dingin menatap tajam ke arah tangan kanan
Ayrana.

Ayra yang melihat perdebatan antara dua orang di depannya ini. Segera menghentikan ia
tidak ingin ada pertengkaran disaat seperti ini. Ayra harus segera menyelesaikan masalahnya
dengan Clovis terlebih dahulu.

"Sudah sir Aciel.." Ayra beralih menatap ke arah Clovis.


"Dan Count Lamont mungkin saatnya saya mengatakan ini. Kenapa saya memilih menikah
dengan Grand Duke Dixon? Karena saya ingin menyelamatkan dunia ini dari sihir hitam agar
tidak hancur lebur. Dengan adanya suami saya Max, saya bisa berlindung dan
mengungkapkan semuanya atas suami saya nantinya."

"Saya bisa membuat pertemanan di antara kita. Tetapi tidak ada hubungan lebih dari teman
karena saya menghargai suami saya. Jika anda berkenan kita bisa bersatu untuk membuat
kekaisaran ini dipegang oleh orang yang bertanggung jawab." Lanjut Ayra tegas.
Menjelaskan semuanya tanpa kecuali.

Clovis diam beberapa menit dan akhirnya dengan terpaksa ia akan berteman dengan Ayrana.
Meskipun ia bukan lagi kekasihnya Clovis akan tetap melindungi nya dari bahaya di sekitar.

Flashback off

Ayra menghela nafas menatap ke arah kebun di kediaman suaminya ini. Meskipun kebun itu
indah tetap saja pikiran Ayra masih terarah ke masa depannya dinovel maupun tidak.

****

Di novel dijelaskan bahwa akar permasalahan semuanya dari raja atau kaisar sendiri.
Dirinya yang tidak bisa berpegang teguh atas apa yang harus ia lakukan membuat masa
depan novel ini akan hancur akan sihir yang sudah direncanakan dari lama.

Tetapi munculnya tokoh utama perempuan yang terlahir dari penyihir atau mempunyai
darah penyihir ini. Bersatu dengan Grand Duke Dixon atau bisa disebut suaminya Max.
Adanya kerjasama ini membuat mereka berdua jatuh cinta. Ya Max meninggalkan Ayra yang
sudah diculik penyihir Agung dan dijadikan tahanan oleh penyihir Agung tersebut.

Mereka berdua memulai percintaan mereka disaat penyihir Agung memberinya pelajaran
yang tidak bisa orang lain lakukan. Ayra diberi minuman yang tidak masuk akal sehingga
membuat Ayra semakin lemah. Penyihir Agung tersebut berfikir bahwa Max akan datang
menyelamatkan istrinya tetapi kenyataannya tidak.

Ayra seakan akan dibuat menderita setiap harinya karena meminum minuman sihir hitam
yang dibuat oleh penyihir Agung itu. Yang tentu saja berefek melemahkan kondisi seseorang
dan otak seseorang.

Hari hari berlalu Ayra selalu disiksa oleh anak buah penyihir Agung. Tubuh Ayra yang tidak
bisa berbuat apa-apa dan otaknya yang juga sudah mulai tidak berfungsi. Membuat kondisi-
nya sangat mengenaskan.
Disisi Max dan tokoh utama perempuan di dalam novel tersebut mencari cara agar penyihir
Agung itu musnah dan tidak akan kembali lahir. Max seakan lupa bahwa ia mempunyai istri
yang sekarang disiksa kejam oleh bawahan penyihir Agung itu.

Setelah menemukan cara Max langsung bertindak membunuh atau membasmi semua
golongan atau pengikut penyihir Agung. Setelah dua bulan lebih akhirnya Max dan tokoh
utama perempuan di dalam novel itu memusnahkan penyihir Agung atas kekuatan tokoh
utama perempuan itu juga.

Dilain sisi Ayra sudah mati mengenaskan didalam menara tinggi tempat tinggal penyihir
Agung itu. Jasadnya seakan menghilang ditelan oleh bumi. Dan ending di novel tersebut
happy ending karena Max dan tokoh utama perempuan itu menikah atas izin kaisar juga.

BAB III

Max menghampiri Kaisar yang menatapnya dengan pandangan remeh ke arah Max. Max
yang dipandang seperti itu mengetahui apa maksud kaisar memanggil-nya.

"Max kamu harus mengetahui cara agar penyihir Agung tidak menyerang kekaisaran. Dirimu
sebagai Grand Duke yang bertugas melindungi wilayah kekaisaran." Ucap kaisar seenaknya
memerintah max melindungi tanpa ia kasih strategi agar bisa melindungi wilayah kekaisaran
utara.

Max diam tidak bisa berkutik ia hanya bisa mengiyakan apa perintah kaisar. Ia harus segera
membuktikan bahwa ia berhak atas haknya. Kaisar selalu merendahkan-nya tetapi untuk
sekarang tidak bisa.

Disisi lain Ayra pergi ke arah hutan mencari buku sihir yang menunjukkan agar penyihir
Agung lemah dan tidak bisa berkutik. Dari kejauhan Ayra melihat pekarangan penyihir
Agung. Di tempat itu terdapat suasana yang sangat berbeda dengan wilayah duchy.

Perjalanan ayra tidak semudah itu. Ia harus melewati beberapa tanaman dan beda sihir di
wilayah ini. Dirinya yang tidak mempunyai sihir sedikit kesusahan untuk melawan
semuanya. Tetapi untungnya ada sir Aciel yang mempunyai darah penyihir.

Ayra pun juga ditemani oleh Alaric karena Alaric bisa mengetahui beberapa jejak buku sihir
tersebut. Alaric pun mempunyai darah sihir dari nenek moyang keluarga Ayra.

Dahulu terdapat sebuah pohon yang terkenal bisa menghasilkan sihir. Ada seseorang yang
mengetahui dan melakukan bertapa dibawah pohon itu. Pohon itu bernama Ryder. Setelah
beberapa bulan nenek moyang keluarga Ayra bertapa, ia mempunyai kekuatan lebih atau
disebut sihir dan tiba-tibaada sebuah buku kusam jatuh. Nenek moyang Ayra membaca
bahwa buku itu buku sihir. Akhirnya nenek moyang ayra mendalami beberapa teknik sihir
dari buku sihir tersebut.

Ya nenek moyang Ayra adalah orang yang melakukan bertapa dibawah pohon tersebut. Pada
akhirnya beberapa keturunannya ia namai dengan ada kata 'Ryder'. Termasuk Alaric adalah
salah satu keturunan yang mewariskan darah penyihir.

Orang-orang lain yang mengetahui bahwa nenek moyang Ayra mempunyai kekuatan sihir
mulai meminta untuk memberikan cara agar bisa memiliki kekuatan sihir. Tetapi selama lima
tahun ada seseorang menolak adanya sihir hitam diwilayah kekaisaran ini. Ia tidak ingin
orang-orang hanya mengandalkan kekuatan sihir-nya tetapi tidak sama sekali bekerja keras.

Beberapa orang yang tidak tertarik sihir tersebut setuju atas usulan dari seorang itu. Seorang
itu bertekad memusnahkan sihir hitam. Karena dirinya mengetahui efek besar dari sihir
hitam. Ia tidak ingin membuat orang lain merasakan kejam-nya sihir hitam. Seseorang itu
ialah Ibu dari Max Ratu pertama di kekaisaran abad empat ini. Tetapi ada satu kejadian yang
membuatnya meninggal dunia.

Satu tahun kemudian munculah seorang penyihir yang sangat angkutan dan sombong.
Dirinya seakan-akan menjadi penguasa pada saat itu. Kekuatan sihir-nya sudah tidak main-
main. Karena memiliki kekuatan yang sama dengan nenek moyang Ayra. Seterusnya
keturunan keturunan mereka lahir dan semakin merusak dunia. Maka itu Ayra dan Max ingin
memusnahkan penyihir angkuh itu.

Kembali di Ayra.

Buku sihir hitam tersebut sudah disembunyikan oleh nenek moyang Ayra karena tidak ingin
orang-orang memusnahkan buku sihir hitam tersebut. Persembunyian buku sihir hitam itu
sangat tidak diketahui oleh orang-orang meskipun mereka mempunyai kekuatan sihir.

Hanya seorang keturunan Hichon yang bisa menemukan jejak buku sihir hitam tersebut.
Termasuk Alaric ia mengetahui beberapa petunjuk seperti adanya jejak jejak kaki raksasa.
Tetapi Ayra tidak mengetahui karena dirinya tidak diberi kekuatan lebih.

Sir Aciel pun hanya bisa mencium bau-bau debu untuk menemukan buku sihir hitam itu.

Mereka bertiga memasuki terowongan yang berada didekat tempat penyihir Agung. Ayra
melihat ke arah tempat tinggal penyihir Agung itu yang hanya ada beberapa orang. Ayra
yakin bahwa mereka semua sudah berangkat ke arah kekaisaran.
"Kak kita harus cepat untuk menemukan buku sihir itu dan segera mencari cara agar penyihir
Agung lemah. Mereka semua sudah berangkat ke kediaman kekaisaran" seru Ayra tergesa-
gesa. Dirinya tidak akan mengira mereka akan segera bertindak secepat ini juga.

"Ya Ayra kakak yakin di terowongan ini kita bisa menemukan buku sihir dan menemukan
cara agar penyihir Agung melemah" Jawab Alaric yang terus menelusuri terowongan gelap
itu.

"Tenang saja duchess kita akan segera menemukan-nya. Saya sudah mencium kedekatan
buku sihir tersebut" Sir Aciel pun menjawab kegelisahan Ayra.

Ayra mengangguk dan mengikuti setiap langkah kakaknya dan sir Aciel.

****

Max menginap beberapa hari di kekaisaran. Karna agar bisa terus melindungi wilayah
kekaisaran ini.

Max menghela nafas kasar ia harus segera menemukan cara agar penyihir Agung itu musnah.
Max memejamkan matanya sebentar tetapi seakan akan ada seseorang perempuan
menghampiri Max.

"Max nak cepat bangun tepat temukan beberapa cara di perpustakaan belakang agar dirimu
bisa melawan penyihir Agung itu" Seru seorang perempuan mengalun merdu di pendengaran
Max.

Max terbangun setelah mendengar ucapan seseorang perempuan itu. Dirinya tidak
mengetahui siapa seorang perempuan yang berada di mimpinya. Meskipun begitu Max
bangkit dan mengikuti arahan dari seorang didalam mimpinya.

Sesampainya di perpustakaan belakang. Max yakin bahwa perpustakaan ini tidak lagi
digunakan dan tidak pernah ada yang berkunjung. Ia membuka pintunya saja harus
melakukan sihir.

Mencari buku strategi melawan penyihir Agung seperti arahan seorang didalam mimpinya.

Penyihir Agung sendiri sudah sampai di wilayah kekaisaran.

"Untuk semuanya berikan setiap sudut wilayah kekaisaran ini dengan sihir terkuat kita. Agar
semua orang tidak bisa kabur hahahaha" Ujar keras penyihir Agung memerintahkan para
bawahannya. Sedangkan dirinya memberikan sihir di setiap sudut tempat tinggal kaisar.

Kaisar yang mendengar adanya kekuatan lain dan asing baginya. Segera keluar istana.
Ternyata setiap sudut istana-nya sudah dilapisi kekuatan sihir hitam paling berbahaya.
"Lama tidak berjumpa denganmu Kaisar" ucap salam penyihir Agung menatap remeh ke arah
kaisar.

"Apa mau mu? Aku sudah tidak mengganggu apa yang kau punya" Tanya Kaisar heran sekali
kepada penyihir Agung.

"Jangan bodoh! Aku hanya ingin menguasai semua wilayah di kekaisaran ini" Jawab penyihir
Agung memandang remeh ke arah kaisar.

"Jangan serakah penyihir Agung! Kau sudah membuat istri ku meninggal dan merebut semua
kekuatan yang ada didalam dirinya. Dirimu tidak punya hak untuk menguasai kekaisaran
ini!" Ucap marah kaisar ke arah penyihir angkuh didepannya ini.

"Hahahaha itu nasib mu kaisar. Aku memang serakah dan sekarang aku ingin mengambil alih
kekuasaan wilayah di kekaisaran ini" Jelas penyihir Agung.

Max datang dari arah belakang ia sudah mengetahui bahwa penyihir buruk rupa ini akan
datang pada saat hari ini.

"WAH wah ada Grand Duke Dixon salam saya dari murid nenek moyang anda" Penyihir
Agung memberi salam ke Max.

Max sendiri menatap tajam ke arah penyihir buruk rupa itu. Rahangnya semakin mengeras
mengetahui bahwa wilayah kekaisaran sudah di lapisi oleh sihir hitam.

"Tidak usah banyak bicara sebaiknya kita lakukan apa tujuan mu kemari" Ujar tegas Max.

"Baiklah jika mau-mu seperti itu Grand Duke Dixon" Jawab penyihir Agung percaya diri
bahwa ia akan menang.

Peperangan pun dimulai beberapa prajurit kekaisaran sudah berkumpul dan diberi tahu
strategi dari buku yang diambil-nya tadi. Kaisar pun melawan anak kanan penyihir Agung.

Sedangkan Max melawan penyihir Agung dengan semua kekuatan-nya dia arahkan.

****

"Kak kita tinggal menemukan satu lagi cawan tersebut. Bagaimana kita akan mendapatkan-
nya?" Tanya Ayra kepada Alaric.

Mereka bertiga sudah menemukan buku sihir hitam dan membacanya yang menyatakan
bahwa penyihir Agung bisa dikalahkan dengan membakar cawan-cawan langkah di sekitar
wilayah penyihir ini.
"Kita harus ke arah barat sana Ayra. Tetapi kau tetap disini saja karena disana berbahaya"
jawab Alaric Ayra pun hanya menganggukan kepalanya. Ia juga tidak ingin menyusahkan
Alaric dan sir Aciel jika dia ikut.

Alaric dan sir Aciel melewati beberapa semak belukar yang sudah diberi sihir sehingga bisa
menyerang mereka berdua.

Alaric dengan cepat menangkis beberapa serangan tanaman belukar sir Aciel pun sama.
Mereka berdua harus melawan tanaman tanaman sihir ini. Membuat waktu mereka semakin
terbuang sia sia.

Setelah melawan beberapa tanaman belukar. Alaric dan sir Aciel berjalan ke arah gubuk kecil
di tengah-tengah rindang-nya tanaman sihir.

Mereka berdua memasuki gubuk itu dan menemukan cawan terakhir. Tetapi kali ini cawan-
nya terlihat berbeda karena terdapat tulisan yang bertulis…

"Bakar lah di atas sungai di dekat duchy. Sungai itu akan segera menghancurkan cawan
cawan ini"

Alaric dan sir Aciel saling menatap memberi pandangan yang sama. Mereka berdua langsung
pergi dari gubuk itu dan segera menghampiri Ayra yang sedang menunggu-nya.

Ayra melihat kedatangan kedua orang yang ditunggu-tunggunya akhirnya datang. Ayra
segera berjalan ke arah mereka dan bertanya "Bagaimana? Apakah sudah menemukan cawan
terakhir?"

"Sudah Adikku. Sekarang waktunya kita kembali ke duchy dan membakarnya diatas sungai
duchy" Jawab Alaric.

"Ya duchess sebaiknya kita segera menuju duchy kembali." Sahut Sir Aciel juga.

Ayra mengangguk dan mereka bertiga pun melakukan perjalanan pulang ke duchy.
Perjalanan ke duchy membutuhkan waktu setengah hari. Setelah sampai di wilayah duchy
Clovis sudah menunggu di depan gerbang istana duchy.

Clovis yang.melihat bertiga selamat menghela nafas lega. Selama mereka pergi Clovis selalu
khawatir dengan perjalanan mereka yang tidak mudah.

"Akhirnya kalian kembali" Seru Clovis di depan duchy.

Ayra mengangguk semangat dan berkata "Ya Clovis kita bertiga sudah menemukan cara
memusnahkan penyihir Agung itu"
"Syukurlah" Ujar Clovis yang mengucap syukur.

Alaric melihat perbincangan keduanya segera memotong "Ayo sebaiknya sekarang kita
segera membakar cawan cawan itu" Ajak Alaric ke arah sungai duchy.

Clovis yang tidak mengerti pun hanya bisa mengikuti ketiganya.

Setelah sampai di pinggir sungai duchy. Alaric segera menyalakan api dan membawa cawan
cawan itu di atas sungai duchy.

Ayra yang melihat itu tersenyum lega. Tetapi tubuhnya terasa sangat sakit setelah cawan
cawan itu dibakar. Dirinya seakan-akan juga ikut terbakar. Ayra tidak kuat panasnya yang
ada di tubuh dirinya.

"Shhh sakit sekali" rintih Ayra membuat orang-orang sekitar segera menghampiri-nya dan
menghwatirkannya.

Karena tidak tahan atas semua rasa sakit-nya ini Ayra memejamkan mata semuanya menjadi
gelap gulita.

"Ayra Ayra kenapa dirimu? BANGUN AYRA" Teriak Alaric mengguncang tubuh mungil
Ayrana.

Dilain sisi Max, kaisar dan yang lainnya terkejut melihat tubuh penyihir Agung dan
pengikutnya menjadi abu.

Apa ada seseorang yang membantu dirinya untuk melawan penyihir Agung ini? Max
bertanya tanya di dalam hatinya. Siapa yang membantunya.

****

Ayra terbangun dengan alat medis yang terpasang ditubuhnya. Ayra melihat sekeliling dan
sangat terkejut-nya.

Setelah ia tahu bahwa dirinya kembali dimasa-nya? Apakah ia transmigrasi hanya untuk
membantu masa depan kekaisaran?

Disekitar brankar Ayra yang sekarang sudah menjadi Ananta kembali ada banyak sekali
keluarga nya yang berkumpul dan menatap lega kerahanya.

"Syukurlah Ananta dirimu sudah bangun ibu sangat merindukanmu" Gumam ibunya lirih
sembari memeluk dirinya.
Ananta masih tidak percaya bahwa ia sudah kembali di dunianya.

Ingat Ananta tidak suka kembali ke dunianya karena tidak ada satupun orang yang
memperhatikannya. Dan ia harus kembali bekerja keras bagai kuda seperti dahulu kembali.

Tetapi sekarang dirinya sudah menjadi Ananta Eila bukan lagi menjadi Ayrana Ravaella.

THE END

Anda mungkin juga menyukai