Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KUMPULAN CERPEN

KELOMPOK 1

Iswara Reysha Said


Ahmad Taufik S.W
Ahmad El Fawzan

KELAS IX.10

SMP NEGERI 1 KENDARI

KENDARI

2021
Secangkir Kopi
Cerpen Karangan: Syarla Feonisa
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 21 September 2021

Cerita ini mengenai seorang perempuan delapan belas tahun yang menyukai rasa
stroberi. Dia menyukai stroberi bukan karena tanpa alasan, tapi karena dulu, waktu kecil,
ibunya sering memberikannya susu rasa stroberi, itulah kenapa sampai dewasa, dia
menyukai rasa stroberi.
Yang lebih lucu lagi, meski pagi ataupun malam yang berhawa dingin, dia selalu
menjadikan milkshake stroberi sebagai temannya. Teman begadang, teman mengerjakan
tugas, teman dalam hal apapun. Bahkan, Pou, cangkir favoritnya sudah hafal kalau pada
pukul delapan malam, dia akan menjadi wadah dari milkshake stroberi kesukaan
perempuan itu.
Semuanya berjalan seperti itu, sampai suatu hari, Pou melihat satu kotak
persediaan kopi ada di atas meja dapur, tak jauh dari posisinya biasa ditaruh. Cangkir
berwarna mocca dengan tangkai berbentuk hati tersebut sedikit bingung, kenapa
pemiliknya tiba-tiba membeli kopi, yang padahal selama dia berada di apartemen ini,
perempuan tersebut tak pernah meminum kopi sama sekali.
Rasa bingung yang Pou rasakan semakin bertambah ketika malam itu, dirinya
dipakai sebagai wadah dari kopi yang hangat dengan gula yang sedikit. Pou dapat melihat,
ekspresi perempuan itu pun terlihat seperti tidak terlalu menyukai rasa dari kopi ini.
Lalu, kenapa pemiliknya ini tetap meminum kopi tersebut, jika dia tak suka?
Meminum kopi bukanlah suatu hal yang buruk. Hanya saja, Pou mengkhawatirkan
hal yang tak biasanya dilakukan oleh perempuan tersebut.
“Hey, kau tau apa yang terjadi dengan Stella?” tanya Pou kepada Greco, botol air minum
yang selalu berada di kamar perempuan tersebut.
“Kenapa dia meminum kopi akhir-akhir ini?”“Apa yang buruk dari hal tersebut?” tanya
Greco. “Kenapa kalau dia minum kopi?” “Tidak, itu bukanlah hal yang buruk,” jawab Pou.
“Hanya tak biasa.”
Greco tersenyum. “Kupikir, pemilik kita sedang jatuh cinta.”
Pou melebarkan matanya. “Jatuh cinta? Dengan siapa?”
“Aku lupa namanya. Yang pasti, inisialnya B,” jawab Greco. “Lelaki itu berusia enam tahun
lebih tua. Dia mencintai kopi. Mungkin, itulah kenapa Stella mencoba meminum kopi.”
“Agar sama?”
“Kau tak mengerti. Kupikir, bukan itu alasannya,” ucap Greco. “Dia hanya ingin ikut
merasakan apa yang lelaki itu rasakan.”
“Tapi, untuk apa?”
“Ah, itulah kenapa kau tak punya pasangan sampai sekarang. Kau kurang peka,” ledek
Greco. “Sama halnya ketika kau dipisahkan dengan orang yang kau cintai oleh jarak yang
terbentang jauh, tapi ketika kau keluar dan melihat bulan, kalian melihat bulan yang
sama.”
Pou terdiam sejenak. Apakah seistimewa itu rasa cinta sampai hal kecil begitu terasa
berbeda?
“Mungkin, mereka hanya ingin mengikis rasa rindu yang ada dengan merasakan rasa yang
sama,” tambah Greco. “Kau tak bisa menyalahkan orang yang sedang mencintai dan saling
merindu.”
“Apakah dia secinta itu kepada lelaki tersebut?” tanya Pou lagi.
“Kupikir begitu. Setiap kali dia meraihku dan hendak menegukku, dia juga meraih
hapenya untuk mengingatkan lelaki tersebut untuk jangan lupa minum air putih. Yah,
lelaki itu bukanlah tipe orang yang rajin minum air putih.”
“Cinta memang sedikit aneh,” komentar Pou.
“Cinta itu tidak aneh. Kau takkan menganggap cinta aneh jika kau mengerti rasanya
mencintai seseorang.
Tamat

Pesan moral : janganlah kamu berburuk sangka pada orang lain kerana hal keci. Dan
cinta darat mengubah segalanya pada dirimu
Si Raja Hutan
Cerpen Karangan: Toha
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 23 September 2021

Pada suatu hari di tepi pantai ada sebuah kerajaan yang bernama
rotonoiskandaimanata di situ hiduplah seorang raja yang bernama dion dia suka menolong
semua penduduk hutan sampai pada suatu hari sumur di hutan dikuasai oleh para macan
tutul putih dan hitam akhirnya semua penduduk hutan lapor pada raja dion lalu raja dion
bilang “Pada penduduk hutan kalian semua rakyatku pakailah sumur yang ada di istana”
lalu rakyat hutan membilang “Hore-hore kita bisa memakai sumur lagi tapi bagaimana
dengan baginda raja” lalu raja dion bilang “Biar aku yang bilang ke pada para macan tutul
putih dan hitam untuk membebaskan sumur di hutan lagi” lalu para rakyat di hutan
mereka tinggal di istana karna raja dion takut kalo para macan tutul putih dan hitam
menyerang para penduduk hutan
Ternyata para macan tutul putih dan hitam membakar rumah-rumah penduduk
hutan lalu penduduk hutan mereka bilang kepada raja dion untuk kita berperang supaya
para macan tutul putih dan hitam itu tidak lancang lagi lalu raja dion bilang ke para
tentara supaya bersiap untuk perang sama macan tutul putih dan hitam.
Dimulailah peperangan “Selama macan tutul putih dan hitam belum menyerah kita akan
tetap berjuang demi keselamatan rakyat supaya para macan tutul putih dan hitam
menyerah karna kita harus merebut kembali kedamaian rakyat hutan yang sejahtera,
damai, tentram, adil, dan makmur”.
Tiba-tiba para macan tutul putih dan hitam mengebom rumah-rumah penduduk
hutan dan hancurlah semua rumah penduduk hutan dalam beberapa detik akhirnya raja
dion berpidato “Wahai pendudukku kalian harus menerima dan bersabar atas peperangan
ini supaya kita bisa kembali seperti semula (dulu)”.
Akhirnya tembakan demi tembakan pun terdengar menggelegar di hutan dan
hutan yang dulunya banyak pepohonan dan bersih sekarang darah-darah berceceran di
mana-mana dan mayat-mayat berserakan di mana-mana, tiba-tiba terdengar suara
pesawat dari macan tutul putih dan hitam yang membawa prajurit macan tutul putih dan
hitam lalu mereka menjatuhkan bom di daerah pesisir hutan
Raja monyet rupanya mendengar berita kalau ada kerajaan yang berperang, lalu
raja monyet mencari tahu ternyata kerajaan yang berperang adalah kerajaannya raja
dion lalu raja monyet menghadap raja dion dia bilang kalau kerajaan monyet mau
mengajukan diri untuk membantu si raja dion lalu raja dion menerima bantuan dari raja
monyet dan raja dion memberikan 1 buah logam emas seberat 1 ton sebagai tanda
berterima kasihnya raja dion dengan raja monyet
Tiba-tiba serangan dari macan tutul putih dan hitam kembali, kali ini lebih parah
serangannya bukan cuma pesisir melainkan semua bagian hutan ahirnya mereka yang di
pesisir hutan pindah ke istana lalu sekian lama setelah pengeboman itu muncullah
perselisihan antara penduduk hutan dan macan tutul putih dan hitam peselisihan terjadi
begitu lama karena macan tutul putih dan hitam telah menculik raja dion supaya mereka
bisa mengganti dengan raja yang baru yaitu raja mereka dan penduduk hutan menolak
karna mereka sayang dengan raja dion
Akhirnya macan putih dan hitam mengembalikan raja dion dan memberikan surat
yang berisi “Wahai rajaku raja dion kami dari macan tutul putih dan hitam menyatakan
perminta maaf atas selama ini mereka memerangi raja dion” dan surat ini diterima raja
dion dengan baik dan akhirnya penduduk hutan kembali damai.
Tamat.

Pesan moral : berbuat baik kepada orang lain maka kau akan dihromati suatu saat
nanti, dan orang-orang akan membantumu jika kau kesusahan
Gara & Ghost Friend
Cerpen Karangan: Riska Yunita
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 6 August 2021

“ Temenin aku main layang-layang ya” Suara Gara menghentikan kegiatanku. Aku
membuat mahkota dari bunga-bunga yang tumbuh di halaman rumah Gara.
“Cantik kan Gar?”
“Cantik tapi jadi engga’ cantik kalo kamu yang pakai” suara tawa Gara terlihat
menyebalkan.
“Gara… cinta itu apa?”
“Hmm…kaya’ chiki mungkin.”
“Enak dong tapi kok bunda nangis ya? Kata aunty Ima karena cinta.”
“Hmm… mungkin cintanya masuk angin.”
“Hahahaha iya ya bisa jadi.”
Hari semakin gelap dan aku tau aku harus pulang sebentar lagi tidak akan aman,
terlalu ramai.
“Gara engga’ mau ikut?”
“Kemana?”
“Rumah.”
“Gimana masuknya?”
“Tinggal masuk saja.”
Gara kini menatapku penuh tanya tapi ia tetap diam. Layangannya semakin tinggi
sebentar lagi pasti ibu Gara akan berteriak marah untuk menyuruhnya pulang.
“Ah engga’ tau deh rumah kita berbeda” ekspresi Gara terlihat lucu ia pasti sudah
menyerah berpikir.
“GARA! AYO PULANG NAK!” Itu ibu Gara dengan baju pink kesukaan aku kata Gara ia
akan memberikan aku baju pink juga kalau aku ulangtahun tapi sayang sekali aku tidak
ingat apapun selain aku memiliki ibu juga.
“Ara kata ibuku rumahmu itu bukan rumah tapi…”
“Tapi apa? Karena jelek ya?”
“Tidak jelek tapi kalo rumah itu seperti rumahku ada pintu, jendela terus kalo masuk
bilang salam.”
“Jadi itu apa kalo bukan rumah?”
“Kuburan Ara.”
Tamat
Pesan moral : janganlah kau meninggalkan sahabatmu, karena sahabatmu yang selalu
menenmani kita saat kita bersedih dan sendiri
Matematika Kronis
Cerpen Karangan: Winarti
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 28 June 2012
Senyap ini merongrong ditiap sudut kelasku. Diam seribu kata penuh makna. Hiruk
pikuk yang ramai dengan celotehan masa putih abu-abu, seakan senyap dalam jangka
waktu enam puluh menit. Otak teman-temanku tertekan dengan keras, berfikir sekua-
kuatnya dan berjuang semampunya dalam jangka waktu enam puluh menit. Itulah yang
sedang dirasakan teman-teman seperjuanganku. Menghadapi ulangan matematika yang
mengerikan. Aku binggung tak alang kepalang, teman-temanku hanya berfikir dangkal.
Matematika adalah pelajaran yang yang tidak begitu di segani di kelasku. Tapi tidak
denganku, aku lebih suka pelajaran matematika dari pada pelajaran seni tari, seperti
contoh kawan sekelasku. Namanya Yana, dia teman sebangku ku. Dia paling anti dengan
yang namanya matematika, setiap ulangan matematika tak pernah dia tidak mengeluh. “
Aku tidak bisa matematika Whin….aku benci matematika.” Ucapnya dengan wajah
memelas. Mungkin saja dia tidak suka dengan ilmu pasti, tapi kenapa dia masuk jurusan
IPA yang notabennya setiap hari tidak akan luput dengan hitungan. Setiap hari pati ada
tiga mata pelajaran menghitung dari matematika, fisika dan kimia. Teman-teman
sekelasku pusing saat itu juga dibuat soal hitungan pasti, yang harus segera di
selesaikan dan tidak ingin mendapatkan nilai dibawah 75. Oh teman-teman, cobalah
kalian sedikit bersimpatik dengan matematika, ilmu itu tidak terlalu susah kok. Hanya
ada satu kunci menyelesaikannya kawan. Pertama sukailah guru matematika terlebih
dahulu. Kedua , musnahkan prinsip-prinsip hidupmu dengan mengandalkan kebetulan.
Ketiga bukalah buku matematika mu tiap harinya walau hanya sepuluh sampai dua pulih
menit saja. Setidaknya pahami maksudnya. Keempat yaitu jangan takut untuk mencoba.
Tragis memang melihat pusing melanda kepala teman-temanku.
“Waktu selesai harap di kumpulkan di depan !” ucap pak Agus guru matematika paling
disiplin. Teman-temanku tersentak seketika tak beraturan.
“ Belum selesai pak… lima menit lagi ya pak “teriak kawan-kawanku histeris.
“ Selesai tidak selesai segera di kumpulkan”
Seketika kertas ulangan yang sudah bertuliskan lambang-lambang tulis eksak sudah
berada ditangan guru matematika.
Kawan-kawanku berhamburan saat itu juga.
“Jawabanmu nomer dua berapa ?” tanya Zuba kepada Yani anak rangking satu di kelasku.
“Jawabanku g(x) = 4x+20x²+25x³.”
“Apa??? Jawabanku salah donk kalau gitu” balas Zuba tidak sadarkan diri. Tubuhnya
terhempas dilantai begitu saja tak beraturan, teman-teman sekelasku semuanya syok
mendadak. “ Gimana ini ?? Zuba pingsan seketika “ ucap Yani.
” Kenapa kok bisa pingsan?? Bagaimana cara mengangkatnya ke UKS ??” ujar Seto.
Teman-teman sekelasku binggung sekali kalau Zuba yang pingsan, kami binggung
kalau Zuba yang pingsan repot sekali membawanya, karena tubuhnya yang besar jadi
harus ekstra tenaga menganggjkatnya.
Terik matahari panasnya tak terhingga menyerap tulang-tulangku tak kenal apapun. Kulit
hitamnku semakin lama semakin panas, menusuk di sumsum tulang rusuk ku. Siang ini
waktu telah menunjukkan waktu 14.00 WIB, saatnya membuang rasa stress mendalam
akibat ulah matematika kronis. Mandi selama tiga jam menjadi salah satu pilihan
terakhir bagi penderita matematika kronis. Seperti tragedi siang tadi Zuba yang tengah
pingsan oleh matematika. setelah di wawancarai mengapa dia tiba-tiba pingsan dia
menjawab dengan wajah memelas.
“ Kepalaku pening seketika saat mendengar jawaban matematika Yani. Itu melenceng
jauh dengan jawabanku” cetusnya.
“ Aku harus gimana whin”” gimana nati kalau aku remidi??. Otakku sudah buntu, mampet
dan tidak bisa di bersihkan lagi.” Sambung Zuba.
Sebegitu kroniskah matematika hingga membuat kawan-kawanku tak berdaya
mengahadapinya. Bermandikan air bening satu bak mandi penuh selama tiga jam memang
pilihan tepat meluruhkan lambang-lambang eksak yang tak mempunyai sentuhan seni.
Akupun tak mau kalah, kumanjakan seluruh tubuhku dengan sentuhan klasik air bening
yang transparan. Tiga jam penuh kamar mandi ku pakai tanpa gangguan dari siapapun.
Tidak pula ibuku, ayahku, dan kakak adikku. Otakku seakan di ganti dengan otak yang
baru. Segar tak terperikan, oh nikmatnya hidup ini jika tak ada yang mengaggu.
“Tilulitt tilulitt” ponselku berdering seketika, itu tandanya ada sms yang masuk. Ku
selesaikan upacara mandiku dalam rangka membuang gejala virus-virus matematika
kronis, untuk segera membuka sms yang tengah menghiasi layar ponselku.
Upacara mandiku 3 jam penuh sukses tanpa gangguan whin
Sender : Yana
Ah dasar Yana upacara mandiku juga berjalan dengan sangat sukses dan lancar tanpa
gangguan dari siapapun.
Upacara mandiku juga berjalan dengan lancar tanpa halangan
To : Yana.
Tragedi matematika tidak berakhir sampai di sini, ada ulangan pasti juga ada
hasil ulangan. Pagi ini ada pelajaran matematika, kabarnya hari ini pak Agus akan
membagikan hasil ulangan kemarin. Kawan-kawanku sudah menyiapkan mental sekuat-
kuatnya.
“ Oh mimpi apa aku tadi malam, pagi-pagi begini sudah ada matematika. oh Tuhan
selamatkan aku dari virus-virus matematika kronis ini.” Ucap Uus
“Iya siapkan mental sekuat-kuatnya sajalah.”
Hentakan kaki terdengar semakin kerras dan mendekat ke ruang kelasku.
“ Selamat pagi anak-anak” ucap pak Agus guru matermatika.
“Pagi pak……” balas kalwan-kawanku sekelas.
“ Hari ini saya ingin membagikan hasil ulangan kemarin, saya sangat kecewa dengan hasil
ulangan di kelas ini. Hanya ada lima anak saja yang tuntas dan lolos dari KKM “ desis pak
Agus dengan ekspresi kecewa. Saat itu juga syok melanda di otak kami masing-masing.
“Akan saya bacakan yang lolos KKM, hanya ada lima anak saja yaitu Yani, Seto, Rangga,
Tino dan Whina saja.dan yang lain tidak lulus KKM.”
Braakkkkkk aku kaget melihat kejadian di pagi ini. Teman-temanku sekelas
pingsan semua kecuali lima anak yang di sebutkan tadi. Oh syok telah melanda jiwa-jiwa
kawanku. Virus matematika kronis telah menyerang seisi kelas XI IPA 2. Sampai saat ini
belum ada yang bisa menyembuhkan penyakit matematika kronis. Oh Tuhan kelasku
kacau akibat matematika kronis.

Pesan moral : setiap mata pelajaran memilki tingkat kemudahan dan kesulisatan
dalam memahaminya. Pada kasus matematika, kita haru giat belajar dan membuat diri
kita nayaman dalam belajar matematika tanpa harus tertekan dengan banyaknya
rumus dan angka sehingga kita tidak terkena matematika kronis.
Permen Ajaib
Cerpen Karangan: Rusmiyati Suyuti
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 4 December 2012

MY STORY (WHEN I WAS 4 YEARS OLD)


Tidak banyak yang kuingat di masa-masa kecil dulu, tapi yang pasti aku tinggal
bersama embah putriku karena kedua orang tuaku pergi merantau ke daerah Sumatera.
Embahku tinggal di sebuah dusun terpencil di Kabupaten Pati, Jawa Tengah sejak usiaku
masih beberapa bulan sampai kemudian aku 9 tahun baru tinggal bersama kedua orang
tuaku setelah mereka memutuskan untuk menetap di kelurahan yang ada di daerah
Kabupaten Pati. Aku bersama kakak laki-lakiku diasuh oleh Embah dan Bu Lek, Embah
kakungku sudah meninggal jauh sebelum aku lahir sedangkan Bu Lekku masih lajang.
Ada satu peristiwa yang masih aku ingat saat berusia 4 tahun dulu, mungkin tidak
serinci kisah sebenarnya tapi hal ini masih berefek sampai saat aku sudah di bangku
SMU. Awal mula kejadian ini waktu aku bermain ke rumah sepupu yang terletak kira2
1km dari rumah Embah, aku diajakin main ke rumah tetangga sepupu disana sudah ada
anak-anak yang lain juga.
Ada seorang anak laki-laki sebaya denganku yang menjadi pusat perhatianku
selama bermain bersama tersebut, tingkah lakunya benar-benar membuat penasaran. Dia
selalu mengeluarkan suara seperti sedang menyesap permen.
“Bud, kamu sedang apa ngisep permen kok ga habis-habis dari pagi tadi?” Tanyaku
“Ini enak banget tau, kamu mesti nyoba…!” Jawabnya
“Emang itu permen apa?”
“Permen ini tidak usah beli, gratis! Kamu cukup tidak usah menggosok gigi seminggu,
permen ini otomatis ada di mulut kamu, manis banget!”
Karena aku penasaran, setelah pulang ke rumah aku beniat untuk mendapatkan
permen seperti Budi juga yaitu dengan cara tidak menggosok gigi selama seminggu. Hari
pertama masih baik-baik saja, aku acuhakn saja meski mulut terasa asam. Hari ke dua
aku masih bertahan, mulut terasa asam dan sedikit bau tidak enak keluar dari mulutku.
Hari ke tiga bau mulut sudah menyengat dan rasa asampun sangat tidak enak, aku
menghindari interaksi dengan orang-orang di sekitar. Beberapa orang sudah menegur
kenapa mulutku bau sekali, ada yang menanyakan kamu ga gosok gigi ya dan ada pula
menanyakan makanan apa yang ku makan sehingga berakibat seperti itu. Hari berikutnya
masih tetap sama, tetap bertahan untuk tidak gosok gigi meski sudah terasa ngilu, bau,
dan asam yang teramat sangat. Hari keenam hampir saja aku menangis karena
ketidaknyamanan, tapi segera teringat perjuanganku tinggal satu hari lagi untuk
mendapatkan permen ajaib yang istimewa itu. Hari terakhir yaitu hari yang ke tujuh
pagi-pagi sekali “Huaaaaaaaaaaaaaaaa……….!!!! Hik..hik…hik…!!! Aku menangis sekencangnya
karena merasakan sakit gigiku yang teramat sangat, Embah dan Bu Lek serta merta
berlarian ke kamarku dan bertanya apa yang terjadi padaku. Kemudian aku menunjukkan
mulutku dengan jari telunjuk dan mereka terkejut melihat perubahan yag terjadi.
“Kamu kenapa Ros?” Tanya Embah
“Gigiku sakit banget Mbah?” Jawabku
“Lho, kok bisa?” Embah bertanya lagi
Akupun menjawabnya, “Iya Mbah, aku ga gosok gigi seminggu… Karena kata Budi kalau
aku ga gosok gigi seminggu nanti aku bisa mendapatkan permen langsung ada di mulutku
tanpa harus membeli dan katanya lagi rasa permen itu enak sekali, ga habis-habis.
Huuuuu…hu…hu…”
“Oalaaah….pantesan beberapa hari ini kalau kamu bicara ada bau-baunya gimana gitu,
ternyata ga gosok gigi to… Semnggu lagi… Benjolan yang di gigi Budi itu bukan permen
tapi gusinya yang bengkak seperti kamu ini karena tidak menggosok gigi. Yo wes nanti
jam 9 kita ke Puskesmas di Wedari biar diperiksa gigimu, lain kali Tanya dulu sama
Embah atau Bu Lek kalau mau melakukan sesuatu y… dan tentunya ga diulangi lagi kan
bertahan untuk tidak gosok gigi selama seminggu lagi…” Ceeramah Bu Lek sembari
senyum-senyum.
Aku hanya nyengir menahan sakit gigiku sambil mengiyaka yang dikatakan Bu Lek.
Aku benar-benar kapok untuk mencoba tidak gosok gigi lagi, gigi gerahamku sudah mulai
berlubang dan sampai SMU masih kumat nyeri giginya.
Tamat

Pesan moral : jangan mudah dalam mengikuti kebiasaan orang lain, tanpa mencari
tahu hal yang akan berdapak bagi diri sendiri. Dan menjaga keberhisan gigi sangat
penting bagi kesehatan. Dengan menggosok dan membersikan gigi setiap hari dapat
membuat kita terhindar dari bau mulut dan sakit gigi
Anti Air
Cerpen Karangan: Robi
Kategori: Cerpen Lucu (Humor)
Lolos moderasi pada: 28 January 2013

Bermalas-malasan memang cara yang tepat dan akurat buat mengisi hari-hari
saat nganggur, dari pada ngelakuin hal-hal yang negatif kan bisa merugikan diri sendiri
dan orang lain. Betul??? Tapi saking malasnya setiap hari gw sibuk dikamar ampe badan
gw putihan karena jarang terkena sinar matahari xixixixix
Repotnya gw tinggal di sukabumi dan semua orang juga pasti tau kalo di sini tuh
udaranya dingin rek, jadi punya kebiasaan buruk lagi neh, yaitu males mandi J*lagiankan
gw dirumah aja ga kemana-mana, ngapain juga mandi boros-borosin sabun aja!!! dengan
begini kan gw bisa menghemat sabun so membantu perekonomian keluarga kan betul???
heu heu…
Gw si enjoy aja walau berhari-hari ga mandi lagian orang-orang disekitar gw juga
kayanya ga ngerasa keganggu tuh, paling ponakan gw yang baru dua tahun jadi nangis pas
gw cium trus langsung kabur pas gw nyoba ngedeketin “ma… si om bau!!!!” begitu teriakan
ponakan gw yang lagi lucu-lucunya *ah dasar anak kecil terlalu jujur
Tapi gara-gara males mandi gw dapet julukan baru dari nyokap yaitu doger ke
dua, sebenarnya doger itu nama kucing kesayangan nyokap. Bushet deh gw disamain sama
kucing padahalkan gantengan gw kemana-mana dari pada si doger “ter la lu…!!!”L tapi
mungkin itu ungkapan kekesalan nyokap karena gw males mandi
Gw jadi inget kejadian waktu kecil dulu,saat gw males mandi bokap dengan gagah
perkasa ngangkat tubuh gw dan ngelemparin gw ke kolam ikan heu heu… ,tapi sekarang ko
dia diem aja ya apa udah ga seperkasa dulu lagi??? Xixixixix
Bushet…!!! udah hampir seminggu bro gw ga mandi paling cuman gosok gigi sama
cuci muka doang heu heu * itu juga kalo lagi pengen J beruntung stok deodoran masih
banyak so aman dari bau badan J kayanya bentar lagi gw bakal masuk muri nih yaitu
sebagai orang terlama ga mandi xixixixix
Tapi ternyata kelamaan ga mandi bikin rezeky tambah seret buktinya setiap gw
ngelamar kerja pasti ditolak *itu si lo nya aja kali yang ga mutu!!! Selain rezeki yang
seret jodoh juga seuseut ga ada seorang cewe pun yang rela gw deketin *yaiayalah mana
ada cewe yang mau sama cowo bau!!!
Akhirnya dengan sangat terpaksa gw mandi juga dari pada hidup gw jadi makin
seret, tapi percaya ga percaya saat gw mandi kampung pasir jengjing tempat gw tinggal
diguyur hujan lebat padahal biasanya panas loh… J ternyata mitos zaman dulu benar kalo
mandiin kucing pasti ujan gede… xixixixix
Tamat
Pesan moral : kebiasaan buruk akan mendatangkan hal buruk juga. Perkara mandi itu
sangatlah penting bagi kebersihan tubuh dan agar terhindar dari bau badan.
Jiwa Yang Kosong
Cerpen Karangan: Dinbel pertiwi
Kategori: Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 3 September 2021

Namaku Reyna aku lahir dari keluarga sederhana. aku memiki saudara kembar
namanya Reyhan kami selalu kompak dalam hal apapun. Hingga ayah dan ibu bangga pada
kami. bahkan mereka berpesan pada kami agar kami bisa saling menjaga dan menyayangi
satu sama lain.
Pada suatu hari kami berencana untuk berlibur ke vila milik paman, di Bogor. Aku
yang mengemudikan mobil. Reyhan duduk disampingku, sedangkan ayah dan ibu duduk di
belakang kami. Saat kami sedang asyik menikmati perjalanan sambil mendengarkan lagu
dan bernyanyi riang.
Duar!…. Cekittttttttt!
Tiba-tiba aku merasa menabrak sesuatu. Dan saat aku menoleh kebelakang.
Ternyata aku menabrak seekor kucing hitam.
Spontan aku langsung turun dari mobil untuk melihat keadaan kucing itu. Saat aku
melihat keadaan kucing itu. Aku syok karena kucing itu mati mengenaskan dengan leher
yang hampir putus dan kaki yang sudah putus.
Ketika aku berniat untuk menguburnya. Reyhan malah melarangku dan mengajakku
untuk segera pergi. Karena aku takut akhirnya aku mengikuti saran Reyhan untuk segera
pergi. Saat aku bertanya mengapa Reyhan mengajakku untuk segera meninggalkan lokasi.
Dia berkata “aku ngga mau dilaporkan oleh warga ke polisi dan akupun terlibat”. Bahan
diapun menyuruhku untuk merahasiakan kejadian tadi pada kedua orangtua kami. Yang
untungnya mereka sedang tertidur lelap. Hingga tak lama setelah kejadian. Reyhan
memberiku botol minum yang dia keluarkan dari tas mini yang dibawanya.
Namun dua hari setelah kejadian. Keadaan keluargaku jadi berubah. Kehangatan
keindahan berlibur yang dibayangkan. Seolah sirna karena ayah kami sering bersikap
aneh terlebih saat malam hari. Seperti pada malam ini. Tepatnya pukul 01.00 dini hari.
Tiba-tiba ayah kami kejang-kejang, matanya melihat ke atas, bahkan kejadiannya
berlangsung cukup lama dan membuat kami semua panik. ditengah kepanikan akupun
segera memanggil seorang dokter untuk mengobati ayah. Namun sejak kejadian itu
semakin hari sifat ayah makin aneh. Ayah jadi sering berbicara sendiri, marah tanpa
sebab bahkan tiba-tiba menangis tanpa sebab. Tak heran jika Reyhan semakin marah dan
memusuhiku.
Bahkan kini bukan hanya Reyhan saja yang marah serta memusuhiku. Ibu hingga
keluarga besar ayah juga ikut marah dan memusuhiku.
Pesan moral : segala perbuatan yang kita lakukan akan berdampak pada kehidupan
kita sehari-hari. Jangan mengabaikan dan menyembunyikan suatu hal, jika hal itu
perlu dibicarakan dengan orang tua agar dicarikan solusi dari permasalan kita.
Bangkit Dibalik Ratusan Kegagalan
Cerpen Karangan: Nur Hanifah Ahmad
Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Perjuangan
Lolos moderasi pada: 6 September 2021

Sudah enam bulan wanita penjaja tulisan itu merutinkan kegiatan mengirim
tulisan di media massa. Hingga bulan ke enam ini tercatat sudah ada seratus dua puluh
tiga tulisan yang terkirim di berbagai media. Kesemuanya belum ada yang dimuat.
Sedih terasa kuat menjalar di hati. Rasa lelah mengirim tulisan kerap
menghampiri. Beruntung selalu berhasil Ia tampik segala rasa lelah dan sedih itu. Rasa
sedih Ia jadikan semangat untuk terus menulis. Rasa lelah membuat Ia semakin kuat
untuk bangkit di tengah kelelahan yang menderu sama kuatnya.
Mimpi besar wanita penjaja tulisan yang berstatus sebagai mahasiswa itu masih
berujung di koran. Mimpi besar tulisan dimuat di koran sudah ada di benaknya Sejak
SMP. Hanya saja saat itu Ia tidak tau cara yang tepat untuk mengirim tulisan ke koran.
Semasa SMA mimpi besar tulisan dimuat di koran masih bersemayam indah di
benaknya. Lima kali sempat ia coba untuk selalu mengirim tulisan di koran melalui e-mail
dan pos. Lagi-lagi tidak berhasil. Di tulisan ke lima Ia menyerah.
Menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi intra kampus membawa Ia bertemu
dengan kelompok pegiat literasi tepat delapan bulan sebelum tulisan yang dikirim
mencapai angka seratus dua puluh tiga. Awal mula ia mengikuti karena ajakan teman satu
organisasi yang juga ikut kelompok tersebut, membuat Ia langsung mengiyakan
ajakannya.
Hal yang membuat Ia bahagia bergabung dengan kelompok pegiat literasi yaitu
semua anggota tampak mencintai literasi. Terbukti dengan selalu ramainya kegiatan
rutin latihan seputar bab literasi satu minggu sekali yang selalu ramai. Membuat Ia
hampir tidak pernah melewatkan kegiatan ini
Anggota pegiat literasi sebagian besar memiliki rekam jejak tulisan di berbagai
lini. Ada yang tulisannya dimuat di koran, ada yang sering menjuarai berbagai lomba
menulis, dan ada pula yang sudah memiliki banyak buku. Membuat Ia yang belum memiliki
rekam jejak menulis sebesar anggota yang lain, menjadi semakin kuat untuk menyamai
teman-temannya.
Pelajaran tentang pengiriman ke media ia dapatkan dari kegiatan di kelompok
pegiat literasi. Ia pun melangkah sesuai yang ia pelajari di dua bulan setelah Ia
bergabung di kelompok pegiat literasi.
Bulan ke enam dengan kegagalan, Ia coba membaca ulang semua tulisan yang
pernah Ia kirim ke berbagai media. Jenis tulisannya yaitu opini, cerpen, berita dan puisi.
Sekedar merefleksikan diri atas berbagai kegagalan.
Pertama, Ia tersenyum malu di tulisan bulan pertama mengirim. Banyak tulisan
yang tidak sesuai paragraf dan tema. Ada pula tulisan dengan bahasa-bahasa yang
terlalu berlebihan. Ia coba memaklumi karena di bulan pertama Ia masih masa belajar.
Kedua, sedikit demi sedikit tampak Ia tersenyum dengan semangat. Tulisannya
semakin baik di bulan kedua dan ketiga dengan beberapa kesalahan di paragraf dan isi
yang terkadang tidak memiliki kaitan dengan tema.
Ketiga, Ia semakin banyak sering tersenyum semangat. Tulisannya menjadi
semakin jauh lebih baik di bulan ke empat sampai ke enam. Kesalahan semakin sedikit.
Ia pun kembali fokus lagi di waktunya yang tengah berhadapan dengan berbagai
tulisannya. Kemudian tersadar dan berkata dalam hati “Kalau sekarang Aku bisa menilai
baik-buruk tulisanku, itu artinya ilmuku tentang dunia menulis sudah… sudahh… sudah
semakin baik. Oke ini tanda sedikit lagi Aku yakin bisa membuka pintu keberhasilan
tulisan dimuat di koran. Kan kukejar lagi”.
Benar keyakinannya. Satu minggu setelah ia mengulang membaca tulisan Ia, satu
tulisan Ia berhasil dimuat di koran untuk pertama kali. Ia sangat bahagia. Sampai-sampai
sebagian besar honor tulisan yang mencapai angka dua ratus ribu Ia gunakan untuk
syukuran.
Setelah satu tulisannya dimuat untuk pertama kali, di minggu yang lain tiga
tulisan lainnya juga dimuat di berbagai media. Bulan berikutnya dan berbagai bulan
seterusnya kini diwarnai kebahagiaan. Tulisan Ia menjadi sangat sering dimuat di koran.
Satu tahun setelah tulisan pertama dimuat, Ia sudah berhasil menerbitkan buku
yang cukup diminati banyak kalangan. Membuat Ia memiliki nama besar di kancah
kepenulisan.
Tanpa terasa 15 tahun sudah Ia mewarnai dunia dengan berbagai karya tulisnya.
Dunia sudah mengenal nama Ia sebagai penulis best seller dunia International.
Hadiah terindah dari Ia untuk 15 belas tahun keberhasilannya yaitu menulis 2
buku. Pertama, buku tentang perjalanannya meraih kesuksesan. Buku kedua, buku pamit
pulang terhadap dunia karena menderita kanker di berbagai tempat di tubuhnya yang
disembunyikan dari dunia.
Benar saja, enam hari setelah buku resmi diliris Ia yang bernama “Ia” meninggal
dunia karena kanker. Dunia baru menyadari semua kisah yang ada di buku yang ia liris
adalah kisah nyata “Ia”.
Meninggalnya “Ia” membawa duka yang dalam bagi dunia International. Namun
kisah perjuangan yang tidak kenal menyerah di balik banyaknya kegagalan meraih mimpi
dan kisah hidupnya menghadapi kanker dengan tetap berusaha terlihat baik-baik saja
dihadapan orang lain membuat dunia International mengenangnya dengan Indah.
Tidak ketinggalan, tulisan-tulisannya banyak yang diarsipkan di sebuah museum
literasi dan terus dinikmati jutaan orang dari generasi kegenerasi.
Nama “Ia” akan tetap abadi di dunia International meski raga “Ia” telah bersemayam
indah di kerak bumi.
Tamat
Pesan moral : Setipa orang memilki cita-cita dan mimpi. Dalam mendapatkan dan
meraih hal itu dibuthkan suatu proses yang panjang. Dari proses yang kita lewati
banyak yang harus diperjuangkan dengan semangat yang besar dan optimisme dalam
menggapai cita-cita serta mimpimu.
Dialog Uang Dalam Kotak Amal
Cerpen Karangan: Kiptiah Hasan
Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 30 May 2012

“Asyik.. Asyik… aku masuk ke dalam kotak amal.” Goci berteriak senang.
Ia pun langsung berbaur dengan dengan uang-uang lainnya, ada si Sebi (seribu), si Gopi
(lima ratus), si Sepu (Sepuluh ribu), si Dopu (dua puluh ribu), si Limbu (lima puluh ribu)
dan si Sertu (seratus ribu).
“Hai kawan-kawan. Senangnya bertemu dengan kalian di sini. Ssemoga kita bisa menjadi
saksi dari orang-orang yang menaruh kita ke dalam kotak amal ini.” Goci menyapa semua
uang di dalam kotak amal bening itu.
Semua uang tersenyum menyambut kedatangan si Goci.
Kotak amal bening yang berada di Masjid Akbar, senantiasa menjadi pemandangan umum
para jamaah yang hilir mudik hendak melaksanakan shalat. Keberadaannya di depan pintu
masjid sangat strategis, tidak jarang orang-orang dengan senangnya “menitipkan”
uangnya ke dalam kotak amal. Tapi ada juga yang enggan atau pura-pura tidak melihat
bahwa di depannya ada kotak amal.
Dan hari ini adalah hari bersejarah bagi Goci. Bukan karena nilainya yang termasuk besar
yang ada di dalam kotak amal. Tapi karena si pemilik Goci sebelumnya yang ia tahu
bukanlah orang yang tergolong mampu. Hanya si bapak tukang sapu jalanan. Goci sempat
melirik wajah bapak itu sebelum memasukkan Goci kedalam kotak amal. Tersirat
keikhlasan dalam wajah lugunya. Goci sempat mendengar gumaman bapak itu, “Ya Allah,
terimalah sedekahku untuk rumah-Mu, semoga uang ini bisa bermanfaat.”
Sebelum berada di kotak amal dan milik si bapak tukang sapu jalanan, Goci adalah milik
orang kaya yang memberikan Goci pada bapak tukang sapu jalanan. Sebagai imbalan
karena telah membantu menyapu halaman rumahnya, alasan orang kaya itu memberi.
Dan kejadian itu belum berlangsung lama. Hanya sekitar dua puluh menit sebelum Goci di
masukkan kedalam kotak amal, beberapa saat sebelum azan ashar berkumandang. Tapi
bapak tukang sapu jalanan itu merasa bahwa uang yang di dapat hari ini sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya bersama istri dan keempat anaknya yang masih
kecil, maka Goci pun langsung berpindah ke kotak amal.
Goci amat terharu. Ia bisa menjadi tabungan kebaikan bagi bapak tukang sapu jalanan.
Nilai yang biasanya hanya di berikan dari kantong orang-orang kaya. Tapi kali ini bukan
orang kaya yang memasukkan Goci ke kotak amal, hanya orang biasa. Yang mungkin
karena ketulusannya bisa menjadi istimewa di hadapan Allah.
Goci ingat. Ketika pemiliknya masih orang kaya, ia berada di dompet pemiliknya dalam
waktu lama. Justru yang sering keluar dari dompet adalah si Limbu dan si Sertu. Itupun
yang Goci tahu, kawannya itu meninggalkan dompet pemiliknya tatkala Goci dan kawan-
kawan berada di pusat perbelanjaan mewah.
Pernah suatu kali, pemiliknya itu pergi ke Masjid Akbar. Saat itu, ia hendak
melaksanakan sholat zuhur sehabis makan siang. Seusai sholat ia melirik ada kotak amal
bening. Sempat berfikir lama, akhirnya ia merogoh kantong dan menemukan si Sebi. Dan
masuklah si Sebi ke kotak amal itu sebagai penghuni.
Meski Goci dan Sebi pernah di miliki oleh orang yang sama sebelumnya, tapi mereka
belum pernah berjumpa. Mereka sadar bahwa mereka pernah di miliki oleh orang yang
sama justru ketika mereka berjumpa dalam kotak amal, saat mereka berbagi cerita.
“Mungkin karena aku hanya berada di kantong celana sedangkan kau di dompet, jadinya
kita tidak pernah bertemu.” Sebi memberikan penjelasan kepada Goci.
“Alhamdulillah kita bertemu di sini ya Sebi. Padahal aku berharap yang memasukkanku ke
dalam kotak amal adalah orang kaya itu.” Goci pun menerawang.
“Tidak apa Goci, justru kamu akan menjadi lebih bernilai nanti di akhirat. Karena
jumlahmu yang termasuk besar bagi bapak tukang sapu jalanan, tapi tidak
menghalanginya untuk memberi yang terbaik untuk agamanya….” Si Limbu dengan bijak
menghibur Goci.
“… karena setahuku, jika yang memberikanmu adalah orang kaya itu akan berbeda nilai
dalam pandangan Allah.” Limbu menambahkan.
“ Loh, emang kenapa ? Bukankah Allah hanya melihat keikhlasan hambaNya dalam
memberi ?” Tanya Gopi penasaran.
“Memang benar, keikhlasan adalah yang utama. Tapi di samping itu bagi orang kaya, Goci
mungkin tidak seberapa berharga dan orang kaya itu pasti punya banyak uang senilai
Goci bahkan yang nilainya jauh lebih besar. Tapi bagi yang tidak mampu, mungkin Goci
bisa jarang ia temui. Atau bahkan jika punya pun pasti sangat berharga untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya.” Ujar Limbu.
“…. Makanya Allah menilai usaha orang yang tidak mampu, lebih besar ketika beramal
dengan jumlah yang sama dengan apa yang di berikan oleh orang kaya. Karena alasan
tersebut.” Sertu menambahkan penjelasan dari Limbu.
“Benar… benar… benar.” Dopi dan Gopi tersenyum.
“Iya kawan-kawan. Mungkin jumlahku termasuk kecil bagi orang kaya, tapi ternyata tidak
semua orang kaya mau memasukkanku ke dalam sini.” Goci terlihat senang.
“Siapapun yang memasukkan kita ke dalam kotak amal ini, semoga hanya di landasi
keikhlasan karena Allah, bukan karena ingin di lihat atau terpaksa.” Kata Sebi.
“Aamiin.” Uang itu serempak berucap.
Dan di sore nan sejuk itu, angin mengiringi langkah si bapak tukang sapu jalanan menyisir
setiap jalan di ibu kota dan membersihkannya dari sampah-sampah. Dan uang-uang di
kotak amal itu melantunkan doa terbaiknya untuk si bapak.
“Secara fisik bapak itu terlihat miskin, namun hatinya sangat kaya. Ia adalah orang kaya
sesungguhnya.” Goci berucap lirih.
Rasulullah saw bersabda, “Satu dirham bisa mengalahkan seratus ribu dirham. Seseorang
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin satu dirham bisa mengalahkan seratus
ribu dirham?” Beliau menjawab, “Ada seseorang yang memiliki dua dirham, lalu
mengambil salah satu darinya dan menyedekahkannya. Yang lain, memiliki banyak harta,
lalu mengambil darinya seratus ribu dirham saja.” (HR. Ahmad)

Pesan moral : Sedekah itu penting. Setiap apa yang kita sedekahkan tidak
bergantung pada banyaknya jumlah yang harus dikeluarkan untuk sedekah, tapi
keikhlasan dalam bersedekah.
Tergantung Niat
Cerpen Karangan: Kiptiah Hasan
Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 30 May 2012

Lembayung senja menemani langkah Fatin. Bergegas ia menuju ke jalan besar untuk
menunggu angkutan umum yang akan mengantarnya pulang ke rumah.
“Lagi dan lagi, saya sendiri.” Ucap Fatin lirih.
Sambil terus berzikir, ia menatap secara seksama arah datangnya angkutan.
****
Sore itu adalah sore kesekian Fatin hadir sendiri menghadiri pengajian pekanan di rumah
Mbak Khaira –guru ngaji Fatin-. Keempat rekannya tidak hadir, Aisyah dan Naura
berhalangan hadir sedangkan Rayya dan Naila tidak ada keterangan.
Pukul empat lewat Fatin telah tiba di rumah Mbak Khaira setelah sebelumnya menelpon
Aisyah, apakah mengaji atau tidak. Karena Aisyah tidak mendapat kabar apapun dari
Mbak Khaira, ia pikir pengajian tetap di adakan. Fatin pun dengan mantap berangkat
untuk menuntut ilmu, meskipun hari itu ia merasakan tidak enak badan.
Sesampainya di rumah Mbak Khaira, ternyata belum ada kawan-kawan yang lain.
“Assalamu’alaikum… “ Fatin memberi salam.
Tidak ada yang menyahut, Fatin pun mengulangi salam.
“Assalamu’alaikum… Assalamu’alaikum…”
“Wa’alakumsalam warrahmatullah wabarakatuh.” Terdengar sahutan salam dari arah
dalam rumah.
Terlihat kakak Mbak Khaira keluar rumah dan menyambut Fatin.
Dengan tersenyum Fatin langsung bertanya, “Mas, Mbak Khaira nya ada di rumah ?”
“Khaira nya sedang keluar. Tunggu di dalam saja dik.” Jawabnya ramah.
Fatin pun masuk ke dalam ruangan yang memang di sediakan khusus untuk pengajian.
Sepi. Hanya ada rak-rak berisi kitab dan buku-buku islam.
Sambil menunggu kawan lainnya, Fatin beranjak mengambil buku dari rak. Ia memilih
kisah mengenai para tabi’in wanita. Pelan-pelan ia membaca, hingga tanpa sadar sudah
berpuluh-puluh halaman telah di bacanya. Satu jam berlalu sejak ia datang tapi belum
ada tanda-tanda bahwa kawannya akan hadir. Hanya kabar Naura yang ia tahu, karena
ketika baru sampai rumah Mbak Khaira, Fatin mendapat SMS dari Naura yang
mengabarkan jika ia tidak hadir di karenakan sedang tidak enak badan.
Hari semakin beranjak sore. Ternyata Fatin telah menunggu hampir satu setengah jam,
tetapi Mbak Khaira belum juga terlihat akan pulang.
Sedang asyik membaca, kakak Mbak Khaira masuk membawakan minuman untuk Fatin.
“Sendiri dik ? Yang lain kemana ?” Tanya Mas Farhan, kakak Mbak Khaira.
“Emm… yang dua izin berhalangan yang dua lagi tidak ada kabarnya.” Jawab Fatin
singkat.
“Oh, gitu.. ya sudah di minum dulu tehnya.”
“Makasih mas.”
Mas Farhan tersenyum dan kembali ke dalam rumah.
Fatin larut dalam keasyikan membaca kisah tabi’in wanita. Sungguh patut di jadikan
tauladan, bagaimana taat dan shalihnya para wanita zaman dahulu. Mereka hidup setelah
zaman sahabat Rasululullah tapi keshalihan mereka tidak berbeda dari para sahabat.
Wanita-wanita nan cerdas, selalu haus dalam hal keilmuan. Melayani suami dengan penuh
kesetiaan dan ketulusan. Dan mampu mencetak generasi muslim yang tangguh dan
bertaqwa. Fatin tersenyum membaca kisah-kisah tersebut. Tak jarang senyumnya
mengembang.
“Semoga kelak, aku mampu menjadi seperti mereka.” Ucap Fatin dalam hati.
Tanpa terasa, azan maghrib berkumandang. Mas Farhan tiba-tiba muncul di hadapan
Fatin.
“Kayaknya Khaira masih lama nih pulangnya. Apa kamu mau sholat dulu ?”
“Emm… saya sedang tidak sholat mas. Kalau begitu saya pamit saja ya mas.”
Fatin yang sedang asyik membaca, bergegas membereskan buku bacaan dan tasnya.
Kemudian langsung pamit pulang.
“Terimakasih ya mas. Salam saja untuk Mbak Khaira. Assalamu’alaikum.”
“Iya dik, nanti saya sampaikan. Hati-hati ya. Wa’alaikumsalam.”
****
Sepanjang perjalanan, Fatin merasa bimbang. Kenapa Rayya dan Naila tidak ada
kabarnya. Apa mungkin mereka sudah tahu jika Mbak Khaira tidak ada di rumah sehingga
mereka tidak hadir ? Kenapa mereka tidak memberitahu saya ? Pertanyaan-pertanyaan
tanpa jawaban itu terus memenuhi otak Fatin.
Ia sempat berfikir, kenapa tadi ia tidak datang saja.
“Astaghfirullah.” Seketika Fatin beristighfar menyadari bahwa keikhlasannya sedang
tergadai.
Tak sekali itu saja Fatin hanya hadir sendirian. Dulu, pada awal-awal ia ikut pengajian
itu, ia sempat merasa aneh. Karena seringkali ia hadir sedangkan Mbak Khaira tidak ada
di tempat, tetapi Mbak Khaira tidak menginformasikan kepada semua muridnya untuk
memberitahukan bahwa pengajian pekanan di liburkan. Kemudian, lambat laun Fatin
paham. Bahwa maksud Mbak Khaira melakukan seperti itu karena mengajarkan
kemandirian kepada muridnya. Meskipun Mbak Khaira sedang berhalangan mengisi
pengajian namun pengajian harus tetap di lanjutkan meskipun hanya di hadiri beberapa
orang saja.
Setelah mengetahui hal tersebut, Fatin bersyukur karena bisa mengikuti pengajian rutin
setelah beberapa lama vakum. Meskipun bisa di bilang tidak tiap minggu pengajian di
lakukan, karena ada saja hal-hal yang membuat pengajian menjadi tertunda atau bahkan
tidak di gelar. Tidak adanya orang yang datang selain Fatin, adalah salah satu contohnya.
Tapi dari sana pula, Fatin belajar tentang sebuah keikhlasan dalam menuntut ilmu.
Beberapa kali datang dan beberapa kali tidak ada orang tidak membuat Fatin mundur
dari ajang para pencari ilmu. Bukan tidak pernah Fatin merasa jengkel karena kondisi
tersebut, tapi Fatin berusaha keras untuk berfikir positif dan yakin bahwasanya Allah
tidak akan menyia-nyiakan niat baik hambaNya untuk menuntut ilmu.
Fatin kini berusaha untuk meluruskan niat. Apapun yang ia jalani, termasuk mengaji
adalah karena Allah. Ada atau tidak adanya orang, semoga tercatat menjadi amal
shalihnya. Yakin, bahwa tidak ada yang sia-sia jika kita berniat karena Allah.
Fatin akan terus berusaha memperbaiki setiap niatnya. Walaupun Fatin tahu, bahwa itu
tidak mudah. Saat kita sudah berusaha lurus, ada saja halangan untuk
membengkokannya. Hanya Allah, tempat Fatin mengadu. Fatin juga tidak ingin hanya
karena masalah tersebut lalu hengkang mencari pengajian lainnya. Karena di sana Fatin
telah menemukan kenyamanan, Fatin berusaha untuk mencari hikmah dalam setiap
peristiwa. Setiap pertemuan pengajian, Fatin usahakan nikmati semaksimal mungkin. Ia
serap ilmu yang di berikan Mbak Khaira. Ia juga nikmati kebersamaan persaudaraan
dalam lingkaran pengajian. Karena menurut Fatin, berteman dengan orang shalih adalah
keharusan untuk membentengi dirinya dari hal-hal buruk. Selain beragam kawan lainnya
yang di miliki Fatin tentunya. Sebab teman adalah pencerminan dirinya.
Hari itu, Fatin pun pulang ke rumahnya dengan senyum yang terukir di dalam hatinya.
Dari ‘Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi bahwa ia berkata, “Aku mendengar Umar bin
Khattab RA berkata di atas mimbar, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Semua
amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia
niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia
nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju”
(HR. Bukhari)
Nabi SAW mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu
seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak
wangi akan membuatmu harum karena kamubisa membeli minyak wangi darinya atau
sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi
akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“.
(HR.Bukhari dan Muslim)

Pesan moral : Memulai suatu hal dengan niat yang baik maka hasil yang didapatkan
adalah hal baik pula. Dan memilih teman yang baik adalah hal penting karena teman
yang baika akan membawa pengaruh baik pula bagi kita.

Anda mungkin juga menyukai