Anda di halaman 1dari 8

“DIMANA TUHAN”

Berawal disebuah kamar, seorang pria dengan wajah gundanya terdiam sendiri merenungi hari
yang penuh dengan kesedihan mendalam karena kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam
hidupnya, seseorang yang dulunya sering menjadi semangat serta motivasi dalam hidup, sesorang yang
selalu dia jadikan tempat untuk bercerita saat dirinya tak tahu lagi mau kemana.

Tapi, sekarang semua telah berbeda karena orang tersebut telah tiada, dan orang itu adalah Ayahnya.
Semenjak itu Pria malang tersebut selalu suka menyendiri melawan hari-harinya sendiri tanpa
menghiraukan orang-orang yang ada disampingnya. Semenjak Ayahnya telah tiada kini Ia hidup sendiri,
jauh dari keluarga dan menjalani hidup apa adanya dengan kesedihan yang sangat mendalam yang
selalu Ia pendam dalam hatinya.

Ia menjalani hidupnya dengan penuh semangat, tersenyum walau rapu dan tertawa walau sakit. Karena
hanya dengan senyuman itu Ia bisa menutupi segala kerapuhan yang selalu Ia pendam dalam hatinya.

Seorang pria yang penuh dengan ambisi untuk mengubah hidup, kini Ia berjuang sendiri untuk tetap
bertahan hidup jauh di kota orang, menjalani hidup baru dan mencoba memperbaiki apa yang ada.

Dan pria itu adalah Aku, Aku adalah Ahmad Fauzi, orang kadang memanggilku uchy mungkin hidup yang
kujalani tak seindah hari-hari orang lain. Walaupun begitu tapi aku tetap semangat menjalani apa yang
ada. karena aku sadar bahwa kehidupan itu ibarat bola api, tak selamanya sinar yang muncul akan selalu
membara dan terang, tapi ada kalanya juga sinar yang membara dan terang itu akan berubah menjadi
kecil dan padam. Itu mengajarkan Aku tentang arti hidup yang sebenarnya, tak ada yang abadi dan tak
selamanya pula apa yang kita ingin selalu bisa kita miliki. (FLASBACK) Sembari mengingat masa
lalu ,mengingat saat itu di mana Aku baru terlahir ke dunia.

Malam itu, angin bertiup sangat kencang, bitang pun menghilang dari keindahan, langit biru itu
diselimuti oleh kegelapan malam, cahaya bulan tak terang seperti biasanya. Malam itu, adalah malam
yang penuh dengan misteri. Dimalam itu juga, lahir seorang anak laki-laki yang lucu, imut, dan
menggemaskan. Ia lahir tanpa seorang bidan, sebelum ia lahir, ibunya sudah tidak tahan untuk
melahirkan, akhirnya.

“Oa oaa oaa oaa” tangisan seorang anak yang lucu itu membuat ibunya tersenyum lega. Namun
sayangnya, ayahnya tidak menyambut kehadirannya. Karena sebagai seorang militer ia harus
memperjuangkan negaranya saat perang. Suara burung yang menakutkan menyelimuti rumah itu,
hingga datang seorang polisi ke rumah itu.
“Ada apa pak?” Tanya salah seorang warga dirumah itu.
“apakah ini rumah ibu anis istri bapak burhan seorang militer”
“iyah, benar. Istrinya baru melahirkan, apakah ada yang mau disampaikan?”
“bapak burhan meninggal dalam peperangan, sekarang jasadnya di tampat militer pemerintahan”
“pak polisi, apakah itu benar? Pak sekarang bahagia telah ada dirumah ini, jangan menhancurkan
senyumnya pak, tidak mungkin pak burhan meninggal, dia terlihat sehat sehat saja pak, mungkin dia
hanya kecapean, jangan mengada ada nyawa seseorang”.
“Maaf pak, itulah kenyataannya, kalau begitu saya permisi dulu”.
Ternyata, percakapan itu didengar oleh bu anis, ia yang sedang tertidur lemah, tak bisa melakukan
apapun, hanya tangisan dan kesedihan yang bisa ia lakukan. Kebahagiaan dan kesedihan bersatu
menyelimuti rumah itu.

Hingga ia tumbuh besar, hanya dengan seorang ibu yang senantiasa menemani dan menafkahinya.
Seorang ibu yang super hero, dengan segala pengorbanan dan kerja kerasnya mendidik anaknya dengan
baik sebagai seorang ibu juga seorang ayah.

“ibu, aku mirip gak sama ayah?” Tanyanya polos sambil melihat cermin.

“iya anakku, kamu sangat mirip dengan ayahmu, kamu manis, lucu, tak berbeda dengan ayahmu yang
baik”

“emang ayah dimana bu?”

“ayahmu sedang bersama tuhan di sana, di tempat yang indahhh sekali”

“sama tuhan? Siapa tuhan bu? Tuhan jahat gak bu?”

“Tuhan adalah sahabat ayah nak, tuhan itu sangat baik, dia itu sangat sayang sama kita semua”.

“kalau gitu uchy pengen lihat ayah, uchy juga mau lihat tuhan, uchy pengen kasih tau sama mereka
kalau nanti uchy mau jadi seorang militer pejuang bangsa.” kata kata manis yang keluar dari mulut
mungilnya itu, membuat hati ibunya terharu, tanpa mengetahui tugas seorang militer, ia
mengatakannya dengan bijak dan tegas.

“aminn… kenapa uchy ingin jadi militer, emang uchy tau apa itu seorang militer?”
“uchy pengen kaya ayah, kata ibu ayah seorang militer yang baik, kalau uchy udah gede, uchy mau jadi
militer”.

“ibu, militer itu jahat gak bu?”

“tidak sayang, militer itu adalah tugas yang baik, demi mempertahankan negaranya, ia rela
mengorbankan nyawanya, dan meninggalkan keluarganya”. Ibunya menjelaskan dengan suara tersedu
sedu, sambil sesekali mengusap air matanya

“ibu menangis ya?” Tanyanya polos sambil menatap ibunya.

“tidak nak, ibu hanya terharu dengan seorang militer”

“apa ayah juga mau mempertaruhkan nyawanya untuk negara bu?”

“tentu saja, ia siap merelakan nyawanya demi negara, bahkan saat kamu lahir pun…” ibunya tidak kuat
menahan air matanya itu.

“kenapa bu, pas uchy lahir kenapa?”

“tidak apa apa nak”

“ibu, ibu kok menagis, apa uchy salah ngomong yah sama ibu?”

“tidak nak, uchy anak ibu yang paling ibu sayang, ibu pengen, suatu saat uchy menjadi anak yang soleh”

“anak soleh itu apa bu?”

“anak soleh itu anak yang berbakti pada orangtua, yang mau membantu orang tua, yang sayang pada
orangtuanya, meskipun orangtuanya telah meninggal.”

“kalau gitu, uchy juga mau lah jadi anak soleh, kan orangtua uchy masih ada”

“iyah, kamu harus jadi anak yang soleh, biar nanti masuk surga”.

“iya bu, kalau udah gede, uchy mau jadi anak soleh dan menjadi militer.

Waktu berjalan sangat cepat, hingga uchy tumbuh dewasa menjadi lelaki yang gagah dan berani. Ia
tumbuh menjadi anak yang soleh, ia menjaga dan merawat ibunya dengan baik. Di usia yang tidak
terbilang muda lagi, ia memanfaatkan sisa hidupnya, hanya untuk menjaga anak semata wayangnya. Tak
bisa dipungkiri, cita cita anaknya yang ingin menjadi seorang militer, menjadi kehawatiran terbesar bagi
ibunya. ia sangat takut, jika nasibnya yang dulu, akan terulang kembali kepada anaknya.

Alhamdulillah, uchy diterima di sekolah militernya. Dengan ambisi yang tinggi, ia benar benar menekuni
cita citanya sebagai militer. Namun sesibuk apapun, ia tidak pernah meninggalkan ibunya sendiri di
rumah.

Dalam perkembangan uchy, tak jarang, ia sering menanyakan ayahnya, selalu mengulang ulang tentang
ayahnya, sampai ia pun mencari ayahnya.

“ibu, kata ibu, ayah akan pulang, tapi sampai uchy sebesar ini, ayah tak kunjung pulang. Apa ayah sudah
meninggal bu? Dulu ketika uchy masih kecil, ibu bilang ayah sedang bersama dengan tuhan. Sekarang
uchy pengen tau, dimana tuhan itu bu? uchy mau menemuinya!”

Ibunya hanya bisa diam dengan kesedihannya. Ia tidak mau menghancurkan mimpi anaknya, oleh
karenanya ia tidak mau menceritakan kejadian yang telah menimpa ayahnya.

“ibu, kenapa setiap uchy biacar tentang ayah, ibu selalu menangis? Jika ibu tak mau bicara tentang ayah
sama uchy, uchy akan cari tahu sendiri.”

“Jangan nak, kamu tidak..”

“ibu, uchy mau pergi dulu. Jangan cari uchy, uchy tidak akan kembali sebelum uchy ketemu sama
tuhan.”

“tapi nak..”

uchy terlanjur pergi, dengan membawa tas penuh dengan pakaian.

Disela-sela kesibukannya, ia selalu memikirkan ayahnya, namun ia tak pernah bercerita kepada teman
temannya atau orang orang di sekitarnya tentang ayahnya, maupun tentang sahabat ayahnya, tuhan.

“aku sangat bingung, emangnya dimana tuhan membawa ayah, sampai selama ini. Kata ibu, tuhan tidak
jahat, tapi, menurutku tuhan itu jahat. katanya tuhan sahabat ayah, tapi tuhan tidak menyayangi ayah.
Kenapa tuhan membawa ayah dan memisahkannya dari keluarganya!” ucapnya dalam hati.

Dalam renungannya, ia melihat temannya membaca buku, tentang tuhan.

“ehhhhh, coba liat bukumu” ucap uchy pada temannya.


“nih” jawab temannya.

“kok, tuhan sih judulnya?”

“emang kenapa? Ada yang salah!!”

“enggak, tuhan kan sahabat ayahku”

“haduhhh uchy, tuhan juga sahabat ayahku, sahabat ibuku, dan sahabatku juga”

“kok bisa begitu? Kapan kamu berkenalan dengannya?”

“yah bisa lah, aku atau ayahku tak pernah berkenalan dengannya, karena ku tau, setiap saat ia pasti
selalu mengawasiku”

“baik, kalau gitu katakan padaku, dimana tuhan sekarang?”

“kamu ngomong apa sih?, tuhan itu gak ada dimana mana, kamu aneh!!”

“enggak, aku gak aneh. Tuhan itu ada, dan dulu dia membawa ayahku entah kemana sampai sekarang.
Oleh karena itu, aku mencarinya.”

“jangan ngada ngada deh uchy, kamu itu aneh banget!! Tuhan masa dicari”

“kalau kamu memang gak tau tuhan kemana, jangan menghinaku, aku akan cari tau sendiri”

Kemudian, uchy pun pergi untuk mencari tau lagi tentang tuhan. Ia pergi ke toko buku, satu persatu
toko buku ia kunjungi untuk mengetahui tentang tuhan. Hingga akhirnya, ia mendapatkan buku yang
berjudul “Inilah tuhanku”. Lalu, ia membeli buku itu, dan membawanya pulang ke kosannya.

Sampai di kosan, ia membacanya dengan teliti, kata demi kata, kalimat demi kalimat, agar ia memahami
siapa itu tuhan, dan dimana tuhan. Namun, beberapa hari setelah membacanya, tetap saja, dia tak tahu
dimana tuhan berada. Kemudian, ia membeli kembali buku buku yang berhubungan dengan tuhan.
Tetap saja, dia masih tidak mengerti dan mengetahui keberadaan tuhan.

Sudah beberapa bulan ia tidak pulang ke rumahnya, sedangkan, dirumahnya ibunya sedang sakit. Ia juga
tidak mengetahui keadaan ibunya, atau mengabari keadaannya pada ibunya. Tidak ada Komunikasi di
antara mereka berdua, tak tau, semarah apa ia pada ibunya sehingga uchy seseorang yang sholeh dan
selalu mementingkan ibunya, kini malah tidak pernah menjenguk ibunya tau menyanyakan kabarnya
beberapa bulan ini.

Hingga suatu hari, ia mendengarkan siraman rohani di dekat kosan tempat ia tinggal. Mendengar
siraman rohani yang bercerita tentang ibu itu, mengingatkan uchy akan ibunya. Sebenarnya ia juga
sangat rindu pada ibunya yang superhero, Yang telah merawatnya dari kecil hingga ia dewasa hanya
seorang diri. Tanpa lelah ia menafkahi keluarganya yang sangat ia cintai. Tak henti henti linangan air
mata sang ibu untuk mendoakan sang buah hati tercinta.

Pada saat itu, uchy pun sadar. Bahwa amarahnya tak akan bisa memperbaiki semuanya. Kemudian, ia
menelepon ibunya untuk mengurangi rasa rindunya. Dan alhamdulillah ibunya mengangkatnya.

“ibu?”

“ia nak, apa kabarmu? Ibu sangat merindukanmu. Kenapa kamu tidak menghubungi ibu, ibu selalu
mengkhawatirkanmu. Apa kamu masih marah sama ibu. Jangan menghukum ibu seperti itu nak, kamu
adalah satu satunya anak ibu, ibu sangat menyayangimu. Ayoo cepat pulang nak, ibu akan menceritakan
semuanya padamu, ibu akan menceritakan tentang ayahmu, tentang tuhan, dan semua yang hal yang
telah ibu sembunyikan darimu. Cepatlah pulang nak”

“kabar ku baik bu, gimana kabar ibu? Maafin uchy bu, selama ini udah marah sama ibu, selama ini uchy
tidak menjadi anak yang sholeh, seperti apa yang ibu inginkan. uchy sangat menyesal bu. uchy juga
sangat merindukan ibu, uchy pengen jadi anak yang soleh lagi. Ia bu, sekarang juga uchy akan pulang bu.
Ibu tunggu uchy yah disana”

“syukurlah jika kamu baik baik saja, kabar ibu baik nak, dan ibu sudah memaafkanmu. Ibu akan
menunggumu sampai kamu pulang”

“ya udah, kalau gitu, uchy tutup dulu ya bu teleponnya”

“iyah, hati hati di jalan nak, ibu sangat menyayangimu”

“iya ibu, uchy juga sayang sama ibu”

Tak butuh waktu lama, ia pun langsung pergi untuk kembali ke tempat asalnya, dan menemui ibunya.
perjalanannya yang hampir memakan waktu 5 jam, menjadikannya sangat gelisah, ia ingin cepat cepat
menemui ibunya. Tak sabar rasanya untuk memeluk ibunya, dia pun berjanji, tak akan pernah untuk
meninggalkan ibunya lagi, dan akan selalu menjaganya dengan sepenuh hati.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya ia tiba di rumahnya. Namun, ketika sampai, disana ada
bendera kuning terpajang di depan rumahnya. Sedangkan hanya ibunya seorang diri yang tinggal di
rumah itu. Seketika tubuhnya pun lemas dan gemetar. Ia tak bisa berkata apa apa. Air matanya terus
mengalir, sampai akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri. Kemudian, salah satu warga membawanya masuk
kerumahnya. Tak lama setelah itu, dia pun sadar.

“apa yang telah terjadi di rumah ini? Apa yang telah terjadi pada ibuku? Dimana ibuku?” ucapnya
khawatir.

“Ibumu telah tiada nak, ia sakit 2 bulan yang lalu dan sekarang dia sudah tiada” ucap salah satu warga
disana.

“Bagaimana bisa? Saya baru saja bercakap dengan ibuku lewat telepon, ia akan tetap menungguku
sampai aku pulang ke rumah” ucapnya dengan menangis tersedu sedu.

“sebenarnya, pas kamu meneleponnya, ia sedang berada di rumah sakit nak”

“tidak, ini tak mungkin terjadi!!! Takk mungkinnn!! Tak mungkin!!!”. Sambil berteriak dan menangis. Ia
tak percaya jika ibunya telah tiada, ia sudah berjanji akan selalu menjaga ibunya, dan tak akan pernah
meninggalkan ibunya lagi.

Kemudian ia langsung pergi dan memeluk mayat ibunya yang tergeletak di ruang tamu.

“ibuuuu, ibu kenapa ninggalin uchy bu, ibuuu bangun bu, bangun ibu, ibu bilang ibu akan tetap
menunggu uchy sampai uchy pulang. Sekarang uchy udah pulang, ayo bangun bu!! Ibu hanya becanda
kan bu, ibu bangunn bu!!!” Tangisnya yang histeris sambil mengoyang goyang kan tubuh ibunya.

“yang sabar nak.. tuhan sangat menyayanginya, oleh karenanya, ia membawanya pergi”

Ia pun langsung terkejut.

“tuhan? Siapa tuhan? Dimana tuhan?. Ia telah membawa ayahku, dan sekarang, apa maksudmu dia
telah membawa ibuku?”
“tuhan adalah dia yang telah menciptakan kita, dan seluruh alam ini. Suatu saat ia akan mengambil
ciptaannya lagi, termasuk manusia. Dialah yang maha adil dan maha bijaksana.”

“Berarti ayahku? … berarti ayahku sudah tiada seperti apa yang dialami ibuku sekarang? Kenapa tuhan
membawanya? Kenapa harus ayah dan ibuku?”

“sabar nak, semua ini adalah takdir yang telah allah rencanakan sebelum lahir, qada dan qadarnya
seseorang telah tercacat di kitabnya. Kamu harus menerimanya, karena bagaimana pun itulah
keputusannya.”

Sekarang ia mengerti, siapa tuhan. Tuhan yang dulu pernah diceritakan oleh ibunya, tuhan yang telah
merubahnya, tuhan yang telah menciptakannya. Dia bukan seperti apa yang ia pikirkan.

Kadang ia merasa tak rela dengan semua ini. Namun, apalah daya, semua sudah terjadi. Mungkin, ini
memang sudah menjadi takdirnya. Dan ia harus bisa menerimanya dengan patuh dan arif. Siapa tuhan?
Tak perlu ada dalam pikirannya lagi. Karena tuhan adalah sahabatnya dan juga sahabat makhluknya.
yang selama ini memberinya rezeki, nikmat, kemudahan, di langit dan di bumi adalah tuhan. Mulai saat
itupun, ia bersahabat dengan tuhan. Langit yang mendung, kini menjadi lebih bersinar, karena cahaya
yang selama ini terkubur dalam sebuah rahasia, telah terpancar dan menerangi alam semesta ini.

Anda mungkin juga menyukai