Anda di halaman 1dari 7

Tema:Aku Kenangan Dan Harapan

Judul:Catatan Malam Kirana


Terlihat dua sejoli sedang duduk dibawah pohon rindang di sebuah taman yang
luas,seakan hanya ada mereka berdua di taman tersebut. Terlihat beberapa pasang mata
memperhatikan apa yang tengah dibicarakan oleh sepasang kekasih tersebut.karena mereka
terlihat sangat bahagia sampai-sampai mereka tidak ada hentinya tertawa. Angin sepoi-sepoi
menyapu halus rambut wanita yang tengah tertawa riang mendengar candaan dari kekasihnya.
Wanita tersebut bernama Kirana yang tinggal di perumahan elit. Dia adalah anak tunggal dari
sepasang suami istri yang kaya Dea dan Dimas. Kirana adalah wanita yang cantik,berkulit putih
mulus,rambut hitam pekat bergelombang,hidung mancung,mata lebar dan dengan postur tubuh
yang terbilang pendek sehingga membuatnya nampak cantik dan imut. Sedangkan lelaki tersebut
bernama Yandi. Dia juga adalah lelaki yang serba berkecukupan tentunya,karena ayahnya adalah
pemlik perusahaan terkenal di Australia. Karena itu,banyak teman-teman yang sangat
mendukung akan hubungan keduanya. Yandi pernah tinggal selama bertahun-tahun di Australia
dengan pergaulan yang tidak terpantau oleh kedua orang tuanya. Akibatnya setelah kembali ke
Jakarta dia menjadi lelaki yang bebas mengekspresikan tingkah lakunya,sehingga beberapa kali
dia akan dipenjara namun segera dibebaskan dengan uang jaminan dari ayahnya.

“Pulang ke rumah aku yuk” ajak Yandi

“Iya ,disini nggak nyaman lagi diperhatiin banyak orang” setuju Kirana.

Akhirnya mereka beranjak pergi meninggalkan tempat teduh dan sejuk tersebut ke padat
dan panasnya jalan raya kota Jakarta yang sangat ramai. Tetapi tidak dirasakannya oleh sepasang
kekasih yang tengah dipenuhi dengan canda dan tawa yang dibuat oleh Yandi. Dia memang
lelaki yang harmonis,setiap hari dia selalu membuat kekasihnya tertawa lepas dengan candaanya
yang sangat menggelikan untuk Kirana. Selepas tiba di depan rumah Yandi,pintu gerbang
terbuka lebar dan langsunglah terpampang jelas rumah Yandi yang besar dan mewah. Dibukakan
Kirana dan Yandi pintu oleh pengawal-pengawal yang bertugas menjaga keamanan rumah
tersebut. Hampir beberapa jam mereka menghabiskan waktu bersama sampai akhirnya Kirana
memilih untuk pulang dan diantarkan Yandi hingga depan rumahnya yang sama besarnya dengan
rumah Yandi. Setelah mengantarkan Kirana pulang, Yandi langsung pamit pulang ke rumahnya.

“Nggak mau mampir dulu?” tanya Kirana

“Langsung pulang aja deh” jawab Yandi

“Yaudah hati-hati di jalan ya” kata Kirana yang dibalas anggukan oleh Yandi.Dengan segera
Yandi pergi meninggalkan rumah Kirana.
Malam ini langit dipenuhi bintang-bintang dan terangnya bulan. “sungguh indah sekali”
pikir Kirana terkagum melihat pemandangan lagit malam yang begitu indah. Sambil jemari
tangan Kirana menggoreskan tinta demi tinta bolpoin pada buku yang biasa ditulisnya saat
malam hari tiba. Tempatnya mencurahkan semua isi hatinya yang tidak bisa ia ceritakan kepada
siapapun. Hingga jemarinya terasa lelah dan langsung ia rebahkan tubuhnya ke tempat tidur yang
nyaman, karena rasa kantuknya yang sangat berat sampai membuatnya tertidur.

Tempat ketika dia ingin mengadu hanyalah sebuah diary kecil yang indah. “Tidak
bisakah ada satu saja yang dapat membantuku mengusir rasa ketidaknyamanan ini?” tulisnya.

Karena memang Kirana mempunyai masalah yang sangat ia hindari namun tidak bisa karena
sebuah rasa sayang yang lebih besar daripada rasa takutnya.

Keesokan harinya, Kirana terbangun dengan keadaan yang sudah segar dan bugar. Tidak
seperti tadi malam, ia sangat kelelahan. Kemudiaan bangkit dan melangkah menuju kamar
mandi. Beberapa menit berada di kamar mandi Kirana keluar dengan wajah yang terlihat segar
dan setelah berpakaian kembali,Kirana turun menuju ruang makan yang disana telah tersedia
berbagai macam makanan yang lezat.

“Bi’,papa sama mama dimana?” tanya Kirana.

“Sudah berangkat kerja tadi pagi nona” jawab Bibi yang menyiapkan sarapan untuk majikannya
tersebut.

“Ohh..,kebiasaan” ucap Kirana yang langsung saja melahap sarapannya.

Banyak sekali hal yang Kirana pikirkan setelah itu. “Orang tuaku sungguh tidak peduli
lagi padaku? “.” Apakah kebahagiaan mereka ketika aku tidak ada?” dan masih banyak lagi hal
yang dipikirkannya. Orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga rasanya
Kirana sudah tidak lagi mempunyai orang tua. Sedih? Tentu saja. Siapapun orang itu pasti ada
saatnya ia merindukan belaian dan kasih sayang orang tua.

Beberapa menit setelah itu, terdengar suara mesin mobil memasuki pekarangan rumah
Kirana. Selang beberapa menit kemudian Yandi masuk dengan mengenakan celana jeans
panjang, baju berwarna putih, serta topi putih menghiasi kepalanya, dan tidak lupa ia
mengenakan sepatu putih ber-merk bagus. Kirana bangkit dari tempat duduknya dan segera
berlari menuju Yandi yang tengah tersenyum manis kearahnya.sungguh tampan sekali dia
dengan hidung mancung, pipi agak tirus, mata sipit dan bulu mata yang cukup lentik, bibir
tipisnya lagi-lagi menarik sebuah senyuman termanis yang dimilikinya. Kirana menghambur
langsung ke pelukan Yandi yang sudah menjadi kekasihnya tujuh bulan yang lalu.

Singkat cerita, waktu itu kirana hendak pergi ke acara pernikahan teman papanya dan dia
dipaksa untuk mengikuti acara tersebut. Selagi acara masih berlangsung dengan sangat
meriahnya kirana tetap tidak tertarik untuk berbaur dengan para tamu undangan lainnya. Kirana
keluar untuk mencari udara segar. Sesampainya di depan ruangan tempat diadakannya acara,
ternayata ada sebuah taman yang indah dengan dekorasi yang sangat menarik dengan lampu
taman yang sengaja dibuat redup. Kirana sangat terpesona melihat semua yang ada di sana.
Dengan tiba-tiba seorang lelaki ikut berdiri di samping Kirana dengan senyuman yang indah .
tidak salah lagi lelaki itu Yandi

“Kenapa disini? Nggak ikut ke dalam?” Tanya Yandi memulai pembicaraan .

“Nggak , aku lagi mencari udara segar” Jawab Kirana.

“Biar kutebak, kamu pasti nggak suka ikut acara beginian, kan?” Tebak Yandi dan itu memang
benar.

“Iya. Membosankan.” Jawab kirana singkat.

“Ah, ini memamng membosankan. Aku temani disini nggak apa-apa , kan?” Tanya Yandi
diiringi senyuman yang membuat Kirana menatap Yandi tanpa sadar dan ikut tersenyum. Sesaat
Kirana tersadar dan gugup menjawab..

“I-iya boleh kok.” Respon dari Kirana berhasil membuat Kirana membuang muka dari Yandi.
“Memalukan sekali.” Pikir Kirana dalam hati. Setelah mereka berbincang-bincang lebih banyak
mereka berdua mulai merasa nyaman bersama dan lebih mengenal satu sama lain. Hingga
akhirnya..

“Kirana, aku ingin kamu menjadi kekasihku.” Seketika wajah Kirana merah berseri dengan
disinari oleh lampu taman yang redup.

“Bukankah ini terlalu cepat?” Tanya Kirana .

“Kenapa tidak? Kalau kita sudah saling merasa nyaman.” Jawab Yandi percaya diri.

“Begitu ya, iya aku mau” kata Kirana yang membuat Yandi merasa senang dan tidak dibuat
kecewa oleh Kirana. Sejak itu mereka menjadi sepasang kekasih sampai sekarang. Cerita tentang
pertemuan awal Kirana dengan Yandi singkat.

Setelah menghambur ke pelukan Yandi, Kirana langsung mengajak Yandi duduk di sofa .
“Kok kesini nggak bilang dulu?” Kirana memulai pembicaraan.

“Yah, habisnya sudah aku line tapi nggak ada respon dari kamu. Jadinya aku langsung kesini
saja.” Jelas Yandi.

“Oh iya, aku lupa kalau handphone aku ada di kamar, tunggu sebentar, ya.”Kirana segera
mengambil handphone di kamarnya. Dan tanpa Kirana sadari, Yandi mengikuti langkahnya
menuju kamar. Setelah Kirana berhasil menemukan benda persegi panjang itu.
“Sudah ketemu?” tanya Yandi berhasil membuat Kirana kaget karena ia tidak menyadari bahwa
Yandi berada tepat di belakangnya.

“Ngagetin aja deh. Sudah nih.”

“Iya sorry, hehehe.” Ucap Yandi akhirnya. Setelah itu Yandi mengajak Kirana jalan-jalan.
Mereka bersenang-senag sampai lupa waktu dan pulang saat larut malam.

Kirana diantar Yandi pulang hanya sampai di gerbang. Kirana masuk ke dalam rumah
dan mendapati kedua orang tuanya terlihat marah.

“Darimana saja kamu?” Tanya Dea selaku mama Kirana

“Oh, sekarang baru mama tanya kirana habis darimana?!” Balas Kirana. Kedua orang tuanya
terlihat semakin jengkel terhadap putri satu-satunya itu.

“Sudahlah ma, pa nggak usah sok peduli sama Kirana. Toh selama ini Kirana sudah terbiasa
nggak punya keluarga.” Perkataan Kirana menusuk hati orang tuanya.

“Kamu jangan ngomong sembarangan, syukur saja papa dan mama sewa bibi untuk merawat
kamu saat kita tidak ada disini.” Bentak Dimas, papa Kirana.

“Percuma, pa. kirana nggak butuh siapapun. Kirana Cuma butuh papa sama mama!” Ucap
Kirana.

”Papa dan mama juga bekerja untuk menghidupimu,mencari uang yang banyak”.ucap mama
Kirana.

”Kirana nggak butuh uang ma,yang Kirana butuh kasih sayang dan perhatian dari kalian berdua!
Sampai-sampai mama dan papa nggak tau apa yang sudah Kirana perbuat diluar sana!!” tegas
Kirana.

Akhirnya Kirana tidak dapat membendung airmatanya. Kirana berlari ke luar rumah
dengan keadaan menangis dan tidak memperdulikan perkataan kedua orang tuanya. Dia berusaha
menelpon Yandi dan berhasil. Yandi segera menjemputnya di tempat Kirana sekarang, yang
masih dengan keadaan airmata tetap mengalir.

“Ran kamu kenapa?” tanya Yandi terlihat panik.

“Malam ini aku nginap di rumah kamu ya,nanti aku certain semuanya disana” terang Kirana.

“Yaudah” jawab Yandi singkat.

Akhirnya Yandi pergi membawa Kirana ke rumahnya yang megah. Malam ini tidak ada
orang disana karena kedua orang tuanya sedang ada pekerjaan yang harus diurus di luar Negeri.
Setelah sampai Yandi membawa Kirana menuju kamarnya dan dengan serius mendengarkan
cerita Kirana yang lagi-lagi membuatnya merangkul kekasihnya tersebut.Yandi mengerti
bagaimana sedihnya Kirana saat itu. Yandi menggenggam tangan Kirana lembut yang mulai
terasa dingin sambil masih merangkulnya.

“Nggak apa-apa Ran, ada aku disini yang akan selalu buat kamu merasa aman dan aku nggak
akan ngebiarin kamu sedih lagi” kata Yandi berusaha menenangkan hati Kirana.

Perlahan tapi pasti, Yandi mulai melakukan hal yang tidak sewajarnya kepada Kirana.
Kirana tetap diam dan tidak berontak akan perlakuan dari Yandi karena mereka pernah
melakukan hal seperti ini sebelumnya. Tindakan yang melampaui batas dan hukum agama,
seperti perlakuan suami kepada istrinya. Dan ketika Yandi sedang menggauli Kirana pintu tiba-
tiba dibuka secara paksa.

“Kirana!!” bentak Dimas ayah kirana yang entah kapan datang ke rumah Yandi. Dihajarnya
Yandi yang masih saja menyentuh Kirana.

“Papa!! Ngapain sih disini” bentak Kirana sambil melerai papanya yang terus saja menghajar
Yandi yang tetap diam saja tanpa ada perlawanan.

“Cowok kurang ajar kamu, beraninya menyentuh putriku!!” bentak Dimas lagi

Dengan segera Dimas menarik keluar Kirana dari rumah Yandi dengan keadaan pemilik
rumah yang sudah dalam keadaan babak belur akibat dihajar oleh Dimas. Kirana dimarahi oleh
kedua orang tuanya setelah kejadian tersebut.

“Apa-apaan kamu bergaul dengan lelaki bodoh sepertinya!!” dimas terlihat sangat marah dan
istrinya berusaha menenangkannya.

“Karena dia yang selalu ada buat aku, tidak seperti kalian yang selalu memperhatikan pekerjaan
dan dengan rakusnya mengejar harta tanpa melihat sedikitpun ke putrinya dan tidak tau sama
sekali apa yang dilakukan putrinya. Aku kesepian ma, tetapi keberadaan Yandi yang selalu
membuat aku merasa berarti. Dan aku hanya ingin membuat Yandi bahagia dengan apa yang
diinginkan.nya!!” balas Kirana tidak kalah emosi.

Perkataan Kirana tersebut mampu membuat kedua orang tuanya merasa sangat bersalah
atas kelakuan mereka terhadap putri satu-satunya. Ditariknya tubuh Kirana oleh Dea yang sudah
tidak mampu membendung air matanya. Dipeluknya Kirana dengan rasa sayang dari seorang ibu.
Hingga Dimas ikut merangkul putri dan istrinya.

“Maafkan kami Ran, yang tidak bisa memberimu perhatian dan kasih sayang sehingga kamu
menjadi seperti ini sekarang” tangis Dea.

“Maafin Ran juga ma sudah membuat papa dan mama kecewa”


Akhirnya keluarga kecil itu menjadi rukun dan bahagia setelah sama-sama saling
meminta maaf. Kirana mendapatkan banyak perhatian dari kedua orang tuanya. Namun dia
masih sering menangis memikirkan keadaan Yandi setelah kejadian tersebut. Satu minggu
berlalu sudah tanpa adanya kabar sedikitpun dari Yandi. Sampai akhirnya dia mendapat line dari
Yandi.

“Ran,maafin aku. Atas perbuatanku selama ini ke kamu. Aku juga harus pergi sekarang juga,
papaku udah tau semuanya dan dia ingin mengirimku ke Australia membantunya mengerjakan
pekerjaan disana. Tapi aku janji akan kembali lagi dan mempertanggung jawabkan semuanya
dengan menikahimu. Kumohon tunggu aku” seketika Kirana menangis setelah menbaca pesan
singkat terakhir dari Yandi.

“Aku akan menunggu” ucap Kirana dalam hati dengan tidak membalas pesan tersebut. Betul saja
itu adalah pesan terakhir karena tidak ada lagi pesan yang dikirimkan olehnya.

2 tahun telah berlalu akhirnya Yandi kembali dengan sukses ke Jakarta. Dengan
berpakaian rapi dia berniat akan pergi untuk melamar kekasihnya Kirana. Dengan bangga Yandi
tiba di rumah Kirana yang terlihat sepi.seketika seorang satpam menghampiri Yandi.

“Mau mencari siapa mas?”

“Kirana ada?”

“Ohh.., mbak Kirana toh dia hari ini sedang ada acara pernikahan di hotel bintang lima” jelas
satpam tersebut.

“Makasih pak” jawab Yandi.

Dengan segera dia melesat melintasi jalan raya kota Jakarta yang hari ini nampak tidak
terlalu ramai. Yandi tidak sabar ingin menemui kekasihnya. Sesampainya dihotel Yandi segera
masuk dengan berlari kecil dan mencari Kirana di antara banyaknya para tamu undangan,tetapi
sama sekali tidak terlihat. Serentak dia mendengar suara tepuk tangan yang meriah dan dengan
sangat terkejutnya Yandi melihat Kirana mengenakan baju pengantin serta hijab yang membuat
Kirana nampak sangat cantik. Yang membuat Yandi sangat terkejut disamping Kirana berdiri
seorang lelaki bebadan tinggi tegap dengan gagahnya menggandeng Kirana. Seketika Kirana
dapat melihat sosok Yandi yang tengah berdiri di depannya dengan air mata yang telah
membasahi pipinya. Sontak Kirana sangat kaget. Ingin sekali dia berlari dan merangkul tubuh
yang mulanya sangat kekar namun terlihat rapuh di depannya. Air mata Kirana menetes melihat
Yandi yang dengan segera menghapus air mata yang sudah membanjiri pipinya.

“Kirana..” panggil Yandi yang langsung bertatap muka dengan Kirana. Kirana menangis sekali
lagi. Orang tua Kirana terkejut melihat kehadiran Yandi. Mereka takut acara pernikahan putrinya
hancur.
“Siapa itu Ran??” tanya lelaki yang berada tepat disamping Kirana yang ternyata bernama Rian.

“Ran..” lirih Yandi sekali lagi.

Yandi berjalan mendekat ke sepasang pengantin yang berada di depannya. Dan dengan
gagah dia menjabat tangan Rian sambil tersenyum manis dengan hati yang terlihat tegar namun
sebenarnya sangat rapuh. Saat Yandi menjabat tangan Kirana dia menyelipkan sebuah cincin
permata yang tadinya ingin diberikan sebagai lamaran darinya. Kirana mengernyitkan dahi dan
dilihatnya cincin permata yang begitu indah. Kali ini Kirana tidak menangis karena dapat
ditahannya.

Saatnya berfoto. Teman-teman Yandi hadir dan mencoba menguatkan perasaannya yang
sedang rapuh. Yandi berdiri tepat samping Kirana dan membisikkan sesuatu.

“Maafkan perbuatanku yang dulu. Aku terlambat datang dan aku melanggar janji untuk bisa
bertanggung jawab dan segera menikahimu. Aku tadinya kembali untuk melamarmu namun
semuanya terasa lucu karena kamu sudah menikah lebih dulu, aku sayang kamu sekarang dan
sampai kapanpun itu” bisiknya. Kirana tersenyum dan meneteskan air mata, segera Kirana
meraih tangan yandi dan menggenggamkan selembar tisu yang dilipat rapi. Dibacanya oleh
Yandi.

“Maafkan aku juga, aku udah berusaha menunggu namun kamu datang terlalu lama sehingga
akhirnya aku dijodohkan. Tapi sekarang aku bukan lagi kekasihmu, dan aku kembalikan cincin
itu karena sekarang aku hanya kenangan dan harapan bagimu ” tulisan tangan itu langsung saja
digenggam erat oleh tangan Yandi beserta cincin yang dikembalikan oleh Kirana.

Sekali lagi ditatapnya wajah cantik Kirana yang ada disampingnya. Tatapan mereka
bertemu dan beradu masih dengan perasaan cinta yang sama seperti sebelumnya hingga mereka
meneteskan air mata bersamaan dengan senyuman manis yang mengembang di bibir keduanya.
Terlintas dipikiran keduanya. Sebuah kisah cinta yang berawal dari acara pernikahan yang
bahagia diakhiri dengan pernikahan salah satu dari mereka yang menjadi mempelainya. Dengan
akhir yang menyedihkan.

“Menyedihkan sekali. Satu kalimat singkat yang akan selalu diingat Yandi seumur hidupnya
(Aku Kenangan Dan Harapan)”.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai