Anda di halaman 1dari 5

Skenario kehidupan tidak ada yang tahu.

Semua yang terjadi dalam hidup ini adalah


kehendak Tuhan. Seperti cerita kehidupan seorang gadis berusia 17 tahun yang masih duduk
di bangku kelas 2 SMA. Sebut saja Alderaya atau yang biasa disapa Dera. Semenjak kedua
orangtuanya berpisah, kini dia hidup dengan keadaan yang bisa dibilang tidak sempurna lagi.
Kehidupannya yang berubah drastis membuatnya kini menjadi gadis yang mulai terjerumus
pergaulan bebas. Orangtuanya yang telah berpisah kini entah ada di mana. Mereka
meninggalkan Dera beberapa bulan yang lalu. Dan itu sangat membuat Dera terpukul.

Saat ini dia masih tinggal bersama pembantunya yang bernama Bi Imah yang setia
merawatnya. Semenjak orangtuanya berpisah dan pergi meninggalkannya, setiap hari, Dera
berangkat sekolah pagi dan terkadang pulang malam. Sering kali Bi Imah menanyakan
kenapa dia biasa pulang malam. Namun Dera kadang tidak menjawab pertanyaan Bi Imah.
“Apa yang terjadi pada anak ini, apakah dia baik-baik saja?” tanya Bi Imah dalam hati.

Pada suatu hari, ada panggilan untuk orangtua Dera dari sekolahnya. Panggilan itu akhirnya
dihadiri oleh Bi Imah.
“Mengapa akhir-akhir ini Dera tidak masuk sekolah bu?” tanya Wali kelas Dera kepada Bi
Imah.
“Non Dera tidak masuk sekolah? Padahal setiap pagi dia meminta izin kepada saya untuk ke
sekolah, tapi kenapa dia tidak pernah hadir bu?” jawab Bi Imah bingung.
“Justru saya yang bertanya kepada ibu, apa sebenarnya yang terjadi pada anak itu?” lanjut
wali kelas Dera.

Mereka pun berbincang-bincang membicarakan tentang Dera. Bi Imah menceritakan apa


yang terjadi di keluarga Dera. Wali kelasnya pun kaget mendengar apa yang disampaikan
oleh Bi Imah tentang keluarga Dera yang kini berantakan akibat perpisahan kedua
orangtuanya dan pergi meninggalkannya.
“Apakah hal ini yang membuat Dera tidak masuk sekolah?” Tanya wali kelas Dera.
“Entahlah bu, saya juga kurang tahu, karena Non Dera juga jarang berada di rumah. Mungkin
Dia masih sangat terpukul dengan peristiwa itu” Jawab Bi Imah.
Tidak lama kemudian Bi Imah pun pulang dan kembali ke rumah.

Jam dinding menunjukkan pukul 06.00 sore. Ini adalah hari ketiga Dera pulang terlambat. Bi
Imah merasa khawatir dengannya. Dera terlalu sering pulang malam dan Bi Imah takut terjadi
apa-apa dengannya. Sembari Bi Imah menunggunya pulang, dia menyiapkan makan malam
spesial untuk Dera. Jam menunjukkan pukul 08.00 malam, dan semua makan malam telah Bi
Imah siapkan untuk Dera. Tapi dia belum juga pulang.
“Non Dera ke mana lagi kok belum pulang yah?” tanya Bi Imah khawatir.

Tidak lama kemudian Dera datang Bi Imah yang sudah terlalu lama menunggu tertidur pulas
di Sofa. Makanan yang telah ia siapkan pun semua telah dingin. Dera pun masuk dalam
rumah tanpa mengucap salam, dia melihat Bi Imah tertidur di Sofa, tapi dia sama sekali tidak
peduli dengan Bi Imah. Dia langsung menuju ke kamar.

Pagi harinya, Bi Imah pun membangunkan Dera.


“Non, ayo bangun non, udah pagi, non harus ke sekolah” Bi Imah membangunkan Dera.
“Apa sih bi, aku masih ngantuk, udah sana, ganggu aja orang lagi tidur” bantah Dera.
Bi Imah terus berusaha membangunkannya walaupun Dera tetap membantah. Akhirnya Dera
bangun dan bergegas untuk pergi lagi tetapi tidak dengan seragam sekolah.
“Non mau ke mana kok gak pake seragam sekolah?” Tanya Bi Imah penasaran.
“Ini bukan urusan Bibi yah, jadi diem aja, aku pergi dulu?” Jawab Dera kasar.
Entah apa yang membuat Dera begitu berubah. Dia yang dulu baik, sopan dan rajin kini
berbalik menjadi Dera yang tidak sopan dan sering kali membantah.

Siang itu, sekitar jam pulang sekolah, teman-teman Dera di sekolah datang untuk
menanyakan keadaan Dera.
Ting! Tong!
“permisi?”
“Silahkan masuk non, teman-temannya Non Dera yah?” Tanya Bi Imah pada teman-teman
Dera.
“Iya Bi, Deranya ada?” Tanya teman-teman Dera.
“Non Dera pergi tadi pagi” jawab Bi Imah.
“Pergi? Pergi ke mana bi? Kenapa dia gak ke sekolah?” tanya teman-teman Dera penasaran.
“Bibi juga tidak tahu non, akhir-akhir ini, non Dera jadi berubah, dia jarang di rumah”
Teman-teman Dera benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada Dera. Tidak biasanya
Dia seperti itu.

Dera kini tengah bersama teman-teman barunya. Mereka menghabiskan waktu sepanjang hari
di sebuah Diskotik di Jakarta. Meminum-minuman keras dan mabuk-mabukan menjadi
kebiasan buruk Dera dan teman-teman barunya saat ini. Dera benar-benar berubah. Tidak ada
satu pun orang lain yang tahu tentang apa yang dia lakukan sekarang. Dera sama sekali tidak
memikirkan resiko hal yang dia lakukan itu. Dia melakukan hal itu lantaran merasa tidak ada
lagi yang peduli kepadanya, mau dia ada atau tidak ada. Dia tidak memikirkan bahwa masih
banyak orang di sekelilingnya yang sayang sama dia. Masih ada Bi Imah dan teman-
temannya yang sayang sama dia.

Malam itu Dera pulang dari Diskotik bersama dengan seorang lelaki yang mengantarnya
sampai rumah dalam keadaan mabuk berat. Bi Imah sangat kaget melihat keadaannya.
“Apa yang terjadi dengan non Dera?” tanya Bi Imah kepada lelaki tersebut.
“Awas minggir, aku ingin mengantar Dera ke kamar” Bantah lelaki itu.
“Tunggu, biar saya saja yang membawa non Dera ke kamar, anda pulang saja, terima kasih
sudah mengantarnya ke sini” Tawar Bi Imah lagi.
“Tidak usah, biar saya saja, pergi sana!”
Akhirnya laki-laki itu mengantar Dera ke kamar. Setelah itu ke luar dan membawa mobilnya
pergi. Bi Imah pun masuk ke kamar Dera dan menanyakan apa yang terjadi padanya.

“Apa yang terjadi non, kenapa non seperti ini?” tanya Bi Imah pelan.
“Udahlah, kamu gak usah ikut campur, ini bukan urusan kamu, urusan kamu itu di dapur,
pergi sana!” jawab Dera kasar dengan kondisi yang masih mabuk.

Bi Imah benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Dera. Dia takut hal buruk yang marak
terjadi di luar sana terjadi padanya. Melihat keadaan Dera, Bi Imah kepikiran untuk mencari
kedua orangtuanya, walaupun hanya salah satu. Dia berusaha mencari-cari dengan
menanyakan kepada orang-orang yang pernah menjadi teman orangtua Dera. Setelah itu dia
mendapatkan alamat Ibu Dera. Dia pun mendatangi tempat tersebut, tapi Ibu Dera sudah lama
pindah dari Rumah itu dan entah ke mana Bi Imah harus mencari. Sedangkan alamat
Ayahnya Bi Imah tidak bisa menemukan sama sekali.
“Tuan, Nyonya, kalian ke mana? Non Dera butuh kalian!” Ucap Bi Imah sedih. Dia sudah
kelelahan mecari alamat Ayah dan Ibu Dera.

Sementara itu, Dera kembali pergi menemui laki-laki yang semalam mengantarnya pulang.
Mereka pergi bersama dengan teman-temannya yang lain. Mereka pergi ke sebuah tempat. Di
tempat itu mereka bertemu dengan seorang pria yang membawa tas yang entah berisi apa.
Dera dan teman-temannya mengeluarkan dompet dan ingin membayar isi tas itu. Tas itu
ternyata berisi Nark*ba. Dera benar-benar telah dipengaruhi oleh teman-teman barunya itu.
Dia benar-benar telah terjerumus dalam pergaulan bebas. Setelah mendapatkan barang haram
tersebut, mereka kembali pergi dan menuju ke Diskotik yang sebelumnya juga menjadi
tempat mereka mabuk-mabukan. Mereka menghabiskan malam itu dengan berpesta Nark*ba.
Sementara Bi Imah sudah cemas menunggunya pulang. Berkali-kali dia menelpon Dera tapi
tidak ada jawaban. Rasa khawatirnya yang begitu besar kepada Dera.
“ke mana lagi Non Dera?” tanyanya dalam hati.

Bi Imah benar-benar setia menunggu Dera, sampai akhirnya dia tertidur lagi untuk yang
kedua kalinya di sofa karena terlalu lama menunggu. Paginya, Bi Imah terbangun mendengar
suara mobil di halaman depan. Dia pun ke luar dan melihat Dera baru pulang dan diantar oleh
pria itu lagi. Tapi pria itu hanya mengantarnya sampi depan saja. Bi Imah melihat Dera
memeluk pria itu dan turun dari Mobil.

“Non dari mana lagi? Kenapa baru pulang? Ini sudah pagi non, dari mana saja?” Tanya Bi
Imah dengan rasa cemas.
“Aduuhh, Bibi tuh gak bosen apa, setiap aku pulang, selalu nanya itu, aku udah pernah
bilang, ini bukan urusan Bibi, jadi gak usah ikut campur. Masih mending aku pulang!”
Bantah Dera. Setelah itu Ia pun menuju ke kamar.

Malamnya, ia kembali pergi ke disk*tik untuk melakukan kebiasaan buruknya itu bersama
dengan teman-temannya. Ia banyak berubah, dia sering mual, matanya yang tidak seperti
dulu lagi, kini matanya seperti memerah, mulut manisnya yang kini berubah menjadi pecah-
pecah. Dia benar-benar terjerumus dalam pengaruh obat haram tersebut. Teman-temannya
yang selalu mempengaruhi Dera membuatnya kini lebih hancur.

Di Disk*tik, mereka mabuk-mabukkan lagi, lelaki yang sering bersama Dera selalu ada
bersamanya dan selalu menyuguhkan minuman untuk Dera.
“Ayo, nambah lagi, kita seru-seruan lagi malam ini, ayo minum Der!” ucap lelaki itu.
“Iya, iya, aku minum” jawab Dera yang sudah mulai lemas, mual dan ingin muntah.

Setelah beberapa hari kejadian tersebut, terjadi penggerebekkan di Disk*tik tempat Dera dan
teman-temannya sering berpesta Nark*ba. Setelah pihak kepolisian menyelidiki siapa
tersangka dari kasus tersebut, terdapat nama Alderaya Zivanna yang juga ikut terseret dalam
kasus penyalahgunaan Nark*ba tersebut. Pihak kepolisian pun menghubungi keluarga Dera.
Bi Imah selaku keluarga Dera yang sekarang masih setia menemaninya sangat shock
mendengar berita tersebut.
“Tidak mungkin, tidak mungkin non Dera melakukan hal itu!” Kata Bi Imah shock.

Sementara itu Dera dan teman-temannya yang kini ditahan oleh pihak kepolisian, merasa
menyesal dengan apa yang mereka lakukan. Bi Imah pun datang dan menghampiri Dera.
“Apa yang terjadi non? Kenapa non ngelakuin hal ini?” Tanya Bi Imah menangis.
“Maafin Dera Bi, Dera bener-bener nyesel ngelakuin hal ini. Dera cape bi, Dera cape dengan
keadaan Dera yang sekarang. Papa dan Mama, mereka pergi ninggalin Dera. Dera ngerasa
gak ada lagi yang peduli sama Dera!” ungkap Dera menyesal.
“Tapi tidak sepantasnya non ngelakuin hal ini?”
“Sudahlah Bi. Semua sudah terjadi. Biarkan Dera menanggung semua akibat dari apa yang
Dera perbuat.” Jawab Dera pasrah.

Dera dan teman-temannya harus menjalani pemeriksaan terkait kasus tersebut. Dia harus
menjalani pemeriksaan itu tanpa kedua orangtuanya. Hanya Bi Imah yang selalu ada di
sampingnya. Padahal, saat-saat seperti ini seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang
orangtua. Dera hanya bisa menyesal dan merindukan kedua orangtuanya. Setelah kasus yang
menimpanya, Dera lebih sering menyendiri. Dia kadang bertanya dalam hati, “kenapa ini
harus terjadi kepada keluarga saya Tuhan?” terkadang dia merasa tidak adil dengan apa yang
dia alami sekarang. Perpisahan orangtuanya yang menjadikan dirinya harus menjalani kasus
yang tidak mudah seperti sekarang.

Setelah beberapa hari pemeriksaan, hasilnya pun ke luar, dan Alderaya positif mengonsumsi
Nark*ba. Sebuah kenyataan yang membuat Bi Imah terpukul. Bi Imah yang sudah lama
bekerja di keluarga Dera dan sudah menganggap Dera seperti anak sendiri, sulit meneriman
kenyataan tersebut. Dera pun harus menjalani Rehabilitasi. Dia harus diobati. Kini dia benar-
benar hancur.

Orangtuanya yang entah di mana, sampai saat ini belum ada kabar sama sekali. Sudah hampir
satu tahun mereka meninggalkan Dera. Belum lagi kasus yang menjeratnya. Di dalam
kesendiriannya, dia termenung, penyesalan yang begitu mendalam yang dia rasakan
terkadang membuatnya menangis, dia sering bertanya-tanya dalam hati.
“ma, pa, kalian di mana sekarang? Apa kalian gak inget sama anak kalian?” jeritan hati Dera
dengan bercucuran air mata.

Sekarang Bi Imah tinggal sendiri di rumah, kesepian, merindukkan sosok Dera yang dulu
selalu menjadikan suasana lebih ceria, sebelum orangtuanya pergi. Sering kali Bi Imah
menjenguk Dera, tapi Dera hanya diam setiap kali ditanya oleh Bi Imah.

“Non, kenapa diam saja? Bi Imah ke sini bawa makanan kesukaan non loh, non udah makan
belum?” tanya Bi Imah menawarkan makanan kepada Dera.
“Bi,” tiba-tiba Dera memanggil Bi Imah.
“Makasih ya, Bibi udah setia nemenin Dera selama ini. Maafin Dera kalau selama ini Dera
sering marah-marah sama Bibi, bentak-bentak Bibi, dan sekarang membuat bibi kecewa.
Jangan pernah ninggalin Dera ya bi kayak Papa sama Mama. Cuma Bibi yang Dera punya.
Cuma Bibi satu-satunya orang terdekat Dera. Dera sayang sama Bibi!!” Ucap Dera yang
membuat Bi Imah terharu.

“Iya non, maafin Bibi juga kalau selama Bibi ngerawat non selalu ada kekurangan yang
membuat non kesal, non udah Bibi anggap seperti anak Bibi sendiri. Bibi juga sayang banget
sama Non Dera. Bibi Janji gak akan ninggalin Non. Bibi Janji non. Non cepet-cepet pulang
dari tempat ini, Bibi kesepian di rumah sendirian. Nanti kalau non udah pulang, kita cari tuan
sama nyonya bareng-bareng ya!” Jawab Bi Imah.
“Iya Bi, Dera janji akan cepet-cepet nyelesaiin kasus ini, supaya bisa nemenin Bibi lagi di
rumah, supaya bisa nyari Papa sama Mama. Dera juga janji akan berubah menjadi lebih baik
lagi. Makasih ya Bi!” Ucap Dera berjanji untuk berubah.
Mereka pun berpelukan dengan senyum bahagia yang terpancar di wajah keduanya.

Anda mungkin juga menyukai