“Hmm, ya udah sekarang aku jaga, kalian ngumpet, aku hitung sampek
sepuluh” jawabku dengan muka tak semangat. Tak berpikir panjang, akhirnya
mereka bertiga segera mencari tempat persembunyian yang nyaman dan sulit
untuk tertangkap oleh Devi.
“Ya, udah aku bantu cari” sanggup Sari sambil keluar dari tempat
persembunyiannya.
Akhirnya kami berdua punya ide untuk tidak mencari mereka. Kami hanya
duduk santai. Benar saja, tak berselang lama, Farhan dan Dadang keluar dari
tempat persembunyiannya. “Huh, gimana, sih kalian berdua malah duduk santai”
Saking asiknya, sampai tak terasa hari mulai petang, maka hari mulai tak
menampakkan cahayanya. Kami bertiga ingin langsung pulang, tapi Dadang
masih saja asik bermain layangan. Kami mengajak Dadang untuk pulang, tapi
Dadang menolak ajakan kami bertiga. “Kalian pulang duluan saja!” jawab Dadang
sambil mengulur layangannya.
“Dadang, ayo pulang! Karena orang tua dulu, anak-anak tidak boleh
bermain di luar rumah kalau sudah petang. Soalnya ada malapetaka” Sari
memberitahu DAdang tentang mitos di waktu petang.
“Hahahaa zaman sekarang kalian masih percaya aja sama mitos orang
terdahulu, aneh banget” jawab Dadang disusul dengan tawanya. Kita bertiga
pulang ke rumah masing-masing. Sekarang Dadang masih di lapangan desa.
# # #
“Tadi Dadang sempat bermain dengan kami. Dan kami mengajak Dadang
pulang karena hari sudah petang, takut terjadi apa-apa” jawab Sari sambil
mengelus tubuh Ibu Dadang. ”Tapi Dadang tak mau pulang”
# # #
# # #
*Warga Literasi