Anda di halaman 1dari 3

-Teriakan minta tolong dan Tanah bertumbal-

Hai kak hansol! aku ada sedikit cerita yang mana cerita ini aku dengar dari orang tuaku dan
seorang ibu yang mengasuhku sedari kecil. Aku tinggal di sebuah desa di daerah jawa timuran.
Dulu sebelum memiliki rumah sendiri keluargaku menempati sebuah rumah yang didepan dan
belakangnya adalah tanah kosong atau bisa dibilang kebun. Kebun dibelakang rumah kami
berhadapan dengan rumah ibu asuhku, jadi rumah kami sebenarnya hanya depan belakang
dengan rumah beliau. Saat itu sekitar tahun 1990-an posisinya kakakku masih kecil, dan aku
waktu itu belum lahir. rumah kami tersempil diantara tanah kebun itu, dengan sebuah dapur
kecil berdinding anyaman bambu yang terpisah di sebelah rumah. Suatu saat orang tuaku
sedang beberes di dapur usai pulang bekerja sekitar jam 10:00 malam, tiba-tiba terdengar suara
seorang wanita yang meminta tolong, suaranya berasal dari kebun belakang rumah kami,
namun tidak ada tanda-tanda ada orang di sekitar kebun, suara itu terus berulang meneriakkan
kata tolong “ toloong… toloong…” hingga kurang lebih 3 jam lamanya. Karena tidak terlihat ada
seseorang atau sesuatu yang mencurigakan di kebun itu akhirnya orang tuaku memutuskan
untuk masuk ke dalam rumah dan mengabaikan suara itu. Hari berikutnya orang tuaku yang
tidak berfikir yang aneh-aneh soal suara minta tolong dimalam sebelumnya kembali dibuat
heran saat tepat jam 10:00 malam suara itu kembali terdengar dan masih saja meneriakkan
kata yang sama “ tolooong…. Tolooong… tolooong…” suaranya lirih, tidak seperti dari jarak yang
dekat namun terdengar cukup keras dan jelas di pendengaran orang tuaku. Karena sudah
malam dan orang tuaku tidak berani untuk mengecek lebih masuk ke dalam kebun dan lagi
tidak ada tanda adanya aktivitas manusia disekitar kebun jadi orang tuaku kembali
memutuskan untuk mengabaikannya dan masuk kedalam rumah dan berfikir mungkin esok
suara itu berhenti dan tak terdengar lagi. Namun ternyata semua itu salah, suara itu justru
terus terdengar hingga malam-malam setelahnya. setiap mulai jam 10:00 malam dan berhenti
setelah sekitar 3 jam lamanya, dan itu berlangsung lumayan lama hingga akhirnya beberapa
orang mengecek kebun itu namun tidak ada wanita atau seorang yang sedang kesusahan
sehingga dia berteriak minta tolong. Kejadian lain juga dialami oleh ibu asuhku selama ada
suara minta tolong itu, waktu itu rumah ibu asuhku berhadapan langsung dengan kebun yang
disanalah berasal suara minta tolong itu, waktu itu pintu rumahnya belum terbuat dari kayu
namun dari anyaman bambu. Pernah suatu malam pintu rumah ibu asuhku itu digedor dengan
kencang, terus digedor dengan brutal dan saat dibuka beliau tidak menemukan siapapun di
depan rumahnya, sampai akhirnya sudah berjalan beberapa lama kemudian ibu asuhku
memutusan mengganti pintu rumahnya dengan pintu kayu, masih saja diganggu. Pernah suatu
malam ibu asuhku hanya berdua dengan anak lelakinya yang waktu itu juga masih kecil, tetiba
pintu rumah itu digedor dan gagangnya dinaik turunkan secara cepat, ditunggu kan mungkin
saja berhenti tetapi ternyata tidak, gagang pintu itu masih terus berbunyi. Ibu asuhku kemudian
berteriak dari dalam rumah “ kamu itu sebenarnya siapa? Aku itu gak pernah nganggu kamu
kenapa kok kamu ganggu keluargaku. Pergi jangan ganggu aku!” dan kemudian suara gedoran
dan gagang pintu yang dimainkan itu tidak pernah kembali lagi.
Setelah berlangsung lama suara minta tolong itu masih saja terdengar, hingga akhirnya
saudaraku yang adalah pelatih seni bela diri mengajak beberapa muridnya untuk latihan dan
mencari sumber suara saat nanti suara itu kembali terdengar. Beliau membagi muridnya
menjadi dua kelompok 8 orang berlatih di dekat pohon belimbing di depan rumahku dan 8 lagi
di jalan dekat rumah ibu asuhku, mereka mulai berlatih hingga akhirnya suara minta tolong itu
kembali terdengar nyaring, ayahku yang juga ikut bersama 8 orang itu pergi mencari suara itu
menyuruh ibu dan kakakku untuk masuk rumah, menguncinya dari dalam dan untuk tidak
keluar hingga ayahku datang. Kakakku yang saat itu masih kecil bercerita dia dan ibuku saat itu
takut sekali, mereka berdua bahkan berdiam di kamar tanpa berani keluar atau sekedar turun
dari ranjang. 9 orang termasuk ayahku berangkat menuju sumber suara dari sisi kanan kebun
dan 8 orang lainnya menyusul dari sisi lainnya. ketika mereka sudah sampai pada titik suara,
suara itu menghilang dan tidak ditemukan apapun disana, namun suara minta tolong itu justru
berpindah pada sisi kebun yang lainnya, ketika kembali didatangi suaranya, suara tolong itu
kembali berpindah pada sisi kebun yang lainnya. terus begitu mereka seperti mengejar suara
minta tolong yang terus berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya tak terdengar suara lagi.
Latihan bela diri itu berlangsung selama 3 malam dan mereka kembali mengejar asal suara
minta tolong yang berpindah itu seperti dihari pertama. Setelah aktifitas itu dilakukan selama 3
malam barulah suara minta tolong itu benar-benar tidak pernah terdengar lagi hingga saat ini.

Kemudian cerita Tanah yang ditumbali

Pada sekitar tahun 2000-an sebelum orang tuaku akhirnya membangun rumah tepat didepan
rumah ibu asuhku, ada seseorang namanya ibu mina yang membangun rumah dan membuka
usaha mini market di tanah kebun yang sama. Jadi kalau dilihat posisinya sekarang depan
rumah ibu asuhku adalah rumahku dan dibelakang rumahku adalah rumah ibu mina. Ibu mina
ini rumah bagian depan dijadikan mini market dan bagian belakang ditempati keluarganya, dan
banyak yang berbelanja disana karena posisinya yang tepat menghadap jalan raya, usaha itu
berjalan hingga beberapa tahun lamanya, sampai pada akhirnya banyak orang yang tidak lagi
berbelanja disana karena tokonya yang (maaf) terlihat mulai tidak menarik, banyak bungkus
makanan kiloan dan barang-barang lainnya yang kotor dan berdebu, atau pun makanan ringan
yang sudah tak layak makan sehingga orang enggan berbelanja disana. Hingga akhirnya toko itu
ditutup dan ibu mina memutuskan untuk menjual rumahnya dan pindah ke tempat lain.
Setelahnya ada seorang yang tertarik untuk membeli rumah itu, untuk kemudian mendirikan
taylor atau jasa menjahit disana. Namanya bapak joni, bapak joni sebelum menempati rumah
itu mengundang seorang ustadz dan beberapa orang untuk mengaji disana dan mengadakan
syukuran sebelum menempati rumah baru, saat ustadz yang diundang bapak joni memasuki
rumah, beliau seperti terkejut dan menggumamkan istighfar, beliau bilang seperti ada yang
mengawasi beliau dari langit-langit rumah itu. Dan seperti ada kepala hewan yang dipajang di
sudut rumahnya meskipun tidak ada yang melihat hal yang ustadznya lihat. Namun akhirnya
acara syukuran tetap dilanjutkan dan rumah itu tetap di tempati, tapi ternyata tak bertahan
lama sampai akhirnya pak joni juga memutuskan untuk menutup usahanya dan menjual rumah
itu kembali. Ada kabar yang tersebar setelah kepindahan pak joni yaitu adalah ternyata tanah
rumah itu ada tumbalnya, dan tumbalnya adalah kepala kuda dan kabarnya tumbal itu tidak
hanya satu, hanya kepala kudanya saja yang di tanam di tanah itu tanpa badan. Sebelum
membahas hubungan tumbal dan usaha yang bangkrut, coba deh kak hansol bayangkan jika
kakak itu memelihara seekor kuda yang tidak punya badan, hanya kepalanya saja. Lalu kak
hansol melepas kuda itu untuk makan di sebuah lapangan yang lebat rumput dan ilalangnya.
Menurut kakak apakah kudanya akan kenyang? Jawabannya adalah Kuda peliharaan kakak itu
tidak akan pernah kenyang meskipun sudah memakan semua rumput yang ada di lapangan,
kenapa? karena kuda itu tidak punya badan yang akan menampung makanannya sebanyak
apapun dia makan bahkan sampai lapangan itu bersih tak ada rumput bersisa disana, dia tidak
akan kenyang. Jadi sama saja dengan orang yang membuka usaha diatas tanah itu sebanyak
apapun dia mengeluarkan uang untuk modal bahkan sampai habis sekalipun uang tabungannya
tidak akan berhasil juga usahanya, maka dari itu kenapa semua orang yang membuka usaha
disana berakhir dengan tidak kembalinya modal atau bahkan bangkrut. Dan ada yang bilang
ruangan dalam rumah itu yang tanahnya ditumbali adalah ruang sholat dan disana jugalah dulu
suara wanita yang meminta tolong itu berasal.

Aku sempat meragu saat ayahku berniat membangun rumah di belakang rumah itu karena
takut tumbal itu berdampak juga pada rumah dan keluargaku, sebenarnya rumah kami tidak
langsung berdempetan ada sebuah bekas kolam lele yang berukuran cukup lebar menjaraki
rumah kami, tetap saja aku merasa takut. syukurlah tidak ada hal buruk yang terjadi di
keluargaku. Namun memang kadang kala ada beberapa kejadian yang berhubungan dengan
rumah itu, seperti saat suatu malam beberapa temanku hendak mengantar makanan
kerumahku dan mereka melihat ada seorang perempuan yang berdiri tepat dibelakang rumah
itu sedang menyapu dan disampingnya berdiri seekor kuda, awalnya mereka mengira itu kakak
ku yang sedang menyapu tapi saat menyadari yang disapu bukan bagian dari rumahku dan jika
dipikir tidak aka nada orang yang menyapu dimalam hari. mereka akhirnya berlari pulang dan
tidak jadi mengantar makanan. Beberapa waktu yang lalu juga waktu itu ayahku masih ada
didepan rumah malam sekitar jam 11:00 tetiba ada yang bersiul dipohon mangga samping
rumah, saat tak dihiraukan oleh ayahku, siulan itu kembali terdengar namun kali ini dari arah
rumah tetanggaku. Dan beberapa kejadian- kejadian lainnya.

Begitulah kak hansol ceritanya. aku sampai bertanya lagi kepada orang tuaku untuk suara minta
tolong itu biar ceritanya gak berubah hehe. Sekian kak hansol, terimakasih sudah membaca
ceritaku, sukses selalu kak! Stay safe and healthy!

-jasean-

Anda mungkin juga menyukai