Anda di halaman 1dari 4

Satu hari di Rumah Nenek

Oleh : Defriwan

Bunyi alarm membuat mata ini terbangun dari tidur, karena pagi yang cerah telah menyambutku
dengan sinar mentarinya yang indah. Suara burung bersahut-sahutan diselingi suara monyet yang
sangat keras menandakan fajar sudah muncul.

"Deni, apakah kamu sudah bangun?" terdengar suara nenekku memanggil.

"Sudah nek," sahutku.

"Kalau begitu, cuci muka dulu, lalu sarapan. Kita akan ke sawah menyusul kakekmu." Lanjut
nenekku.

Aku bergegas keluar kamar dan mencuci muka di belakang rumah. Setelah itu aku segera ke
dapur ingin sarapan. Meja makan tua yang diatasnya tersedia makanan yang aku aku sukai yaitu
ikan sungai bakar. Ternyata nenek masih ingat apa yang aku sukai dari dulu. Di saat sedang asik
makan, nenek menghampiriku.

"Waduh, malam tadi kamu tidur nyenyak sekali." kata nenekku.

"Ya nek, aku capek setelah perjalanan dari kota ke desa ini" jawabku.

"Ya udah, nanti selesai makan kita langsung ke sawah ya." sahut nenekku seraya mengambil
bekal untuk pergi ke sawah.

Aku tidak sabar lagi untuk pergi ke sawah. Karena di benakku telah melintas pikiran asiknya
bermain di sawah sambil memancing ikan gabus di pematang sawah. Hal itulah yang sering aku
lakukan apabila berlibur di rumah nenek.

"Oke nek, kita berangkat ke sawah." kataku yang langsung mencuci tangan tanpa menghabiskan
makanan.

"Lho, makanannya belum habis, kok kamu sudah mau berangkat." jawab nenek. "Habiskan dulu
makanan, baru kita berangkat." lanjut nenek.

"Baiklah nek, maafkan aku." jawabku yang kembali duduk di kursi melanjutkan sarapan pagi.

Setelah selesai makan, kami segera berangkat ke sawah. Nenek membawa bekal makanan untuk
kakek yang sudah berangkat sejak subuh tadi, sedangkan aku membawa pancing yang sudah
tersedia di belakang rumah nenek. Setiba di sawah, aku melihat kakek dengan badannya yang
kurus sedang mencangkul sawahnya. Kakek dan nenek tinggal di desa ini hanya berduaan saja
semenjak ayah pindah ke kota 16 tahun silam. Mereka mempunyai sawah yang luas dan kerbau
yang banyak.
"Wah, deni ikut juga ke sawah ya." sambut kakek saat saya menghampirinya.

"Iya kek." sahutku. "Kek, masih banyak ikan gabus disini." lanjutku.

"Masih banyak, itu kakek sudah siapkan umpannya untukmu" jawabnya.

Ternyata kakek sudah paham yang apa yang aku akan lakukan kalau berlibur ke desa ini. Aku
memang sering berlibur kesini kalau liburan sekolah. Aku langsung mengambil umpan yang
sudah disiapkan kakek tadi. Sedangkan kakek menghampiri nenek yang sudah menunggu di
pondok menyiapkan makanan untuk kakek. Mereka duduk di pondok menyantap makanan
sambil memperhatikanku memancing di pematang sawah.

Matahari mulai terbenam, kakek mengajak aku pulang. Ternyata nenek sudah pulang duluan,
saat tengah hari tadi. Kami pulang sambil membawa kerbau. Saat melewati sungai, kakek
mengajakku memandikan kerbau. Disana banyak sekali masyarakat yang memandikan kerbau
sambil bermain riang. Oh, beginilah suasana yang aku rindukan dari desa ini. Masyarakatnya
santun dan menyenangkan. Mereka hidup damai dan tentram jauh dari hiruk pikuk seperti di
kota
Antara Sahabat dan Cinta

Salah satu hal yang bisa membuat seseorang lupa akan segalanya yaitu Cinta. Cinta membuat
kita rela berkorban apapun yang kita miliki. Untuk wanita, menurutku lebih baik mencintai
daripada dicintai. Jangan berharap seseorang yang belum tentu mencintai kita, tetapi terima
orang yang mencintai kita apa adanya.

Karena mencintai tanpa dicintai seperti olahraga dengan jangka waktu lama tetapi tidak
membuat kurus. Karena itu belajarlah mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Itu
sedikit basa-basi dariku.

Aku Deni, siswa kelas XI. Dulu aku selalu menolak dan mengabaikan orang-orang yang
menyatakan cintanya kepadaku. Tetapi sekarang justru aku yang selalu diabadikan oleh orang
yang aku cintai.

Aku suka dengan teman sekelasku, namanya Feronika , dia merupakan sahabat dekatku sejak
lama. Awal diriku suka dengannya berawal saat aku kenalan dengannya dan berteman cukup
akrab dan lama-lama dekat, sehingga sekarang diriku jatuh cinta.

Oh iya, aku punya teman bernama Afri, dia temanku sejak SMP. Sedangkan Aku, Afri, dan
Feronika sudah berteman dekat sejak masuk SMA.

Suatu waktu aku melihat Afri dan Feronika bercanda bersama dan mereka terlihat akrab seperti
orang pacaran. Jujur, akupun cemburu melihatnya tetapi aku masih menyembunyikan
kecemburuan itu didepan Afri.

Tetapi lama-lama rasa yang terpendam ini ingin dikeluarkan, akhirnya aku memutuskan untuk
cerita ke Afri tentang perasaanku ke Feronika.

“Af, aku mau ngomong sesuatu nih, tapi jangan ngomong ke siapa-siapa ya”

“Kamu mau ngomong apa Den?” tanya Afri.

“Jujur aku suka dengan Feronika sejak lama, dan aku cemburu saat kamu dekat sama Feronika!”
Jawabku.

“Kamu suka sama Feronika? Serius Den?” Tanya Afri.

“Iya, tapi kamu jangan bilang ke Feronika ya” Ucapku.

“Iya, maaf sebelumnya kalau aku udah bikin kamu cemburu” Jawab Afri.

“Oke” Jawabku.
Semakin lama aku semakin dekat dengan Feronika, tetapi aku perhatikan bahwa Feronika tidak
akan pernah jatuh cinta denganku. Walau seperti itu, aku tetap berjuang sepenuh hati. Dan
ternyata Afri juga suka dengan Feronika.

Aku mengetahui kalau Afri suka dengan Feronika ketika aku membaca buku diary Afri. Disana
tertulis curhatan Afri tentang perasaannya ke Feronika.

Akupun merasa kecewa setelah membaca buku diary tersebut, karena sahabat baikku ternyata
suka dengan cewek yang sama denganku. Tetapi aku berfikir, rasa suka itu berhak untuk
siapapun.

Saat di taman sekolah, aku melihat Afri dan Feronika sedang mengobrol. Mereka terlihat lebih
serius daripada biasanya, akupun penasaran dan menguping percakapan mereka dibalik pohon.

“Afri, aku suka sama kamu, kamu mau ngga jadi pacarku?” Tanya Feronika.

Afri kaget sekaligus bingung mendengar pertanyaan itu. Tetapi pada akhirnya Afri menerima
tawaran itu dan mulai menjadi pacar Feronika tanpa memikirkan perasaanku, sahabatnya sendiri.

“Iya aku mau” Jawab Afri.

Aku yang mendengarkan jawaban Afri langsung kaget dan keluar dari balik pohon, karena aku
tak menyangka sahabatku akan tega melakukan hal itu.

“Af, kamu pacaran sama Feronika? Selamat ya kamu udah bikin aku sakit hati”

Afri dan Feronika kaget karena aku keluar dari balik pohon secara tiba-tiba dan langsung berkata
seperti itu.

“Maafin aku Den, tapi aku jujur cinta banget sama Feronika” Jawab Afri.

“Yaudahlah”, aku pergi meninggalkan Afri dan Feronika.

Aku pergi dengan perasaan campur aduk tidak karuan dan masih berpikir mengapa sahabatnya
sendiri tega melakukan hal itu. Padahal Afri tahu kalau diriku sudah lama mengejar Feronika.

Namun, aku harus menerimanya karena aku sadar siapa diriku. Disini aku memberi amanat
bahwa utamakanlah sahabatmu daripada pacarmu, karena orang yang selalu hadir disaat kamu
senang dan susah itu sahabat.

Anda mungkin juga menyukai