Anda di halaman 1dari 5

SEWU DINO

Berlatar di Jawa Timur pada tahun 2001. Sri, yang hanya lulusan SD, ingin pergi ke kota Jakarta untuk
mencari pekerjaan, namun sang ayah ingin Sri bekerja di dekat tempat tinggalnya saja agar Sri bisa
merawat ayahnya. Di sore hari, Sri mendapatkan tawaran pekerjaan dari penyalur jasa. Keesokan
harinya, Sri pun langsung datang ke rumah penyalur jasa.

Sesampainya di lokasi, Sri disuruh masuk dalam ruangan kecil. Namun, yang anehnya, pertanyaan sang
penyalur tenaga kerja memancing rasa curiga, sebab dia bertanya apa benar Sri lahir pada hari Jumat
Kliwon, padahal Sri hanya tahu dia lahir di Hari Kliwon. Kemudian, Sri dibawa ke ruangan yang lebih
besar. Ternyata sudah ada dua orang yang duduk di sana, dan Sri pun berkenalan dengan mereka
berdua. Mereka bernama Erna dan Dini. Sri, yang terakhir dipanggil, melihat sang penyalur jasa bersama
seorang wanita yang memakai Surabaya. Wanita itu pun memandang istri dan membuat Sri merasa
terintimidasi. Namun, saat diperkenalkan, ternyata dia adalah pemilik rumah makan yang sangat
terkenal di Jawa Timur, Mbah Karsa namanya.

Dengan lembut, Mbah Karsa bertanya kepada Sri apakah Sri mau bekerja untuknya. Sri pun
mengangguk. Tidak tanggung-tanggung, Sri akan diberikan gaji sebesar 5 juta per bulan. Padahal gaji
pembantu rumah tangga saat itu hanya sebesar 500.000. Tentu itu membuat Sri setuju. Namun,
perasaan aneh membuat ragu Sri dan ayahnya juga mempunyai firasat buruk. Namun, Sri meyakinkan
diri untuk bekerja.

Keesokan harinya, Sri pergi ke rumah Mbah Karsa. Di sana, Sri bertemu dengan Dini dan Erna lagi. Saat
Sri dipanggil, Sri melihat semua keluarga Mbah Karsa. Mereka pun bertanya berulang kali kepada Sri
apakah Sri yakin akan mengambil pekerjaan itu. Sri pun mengiyakan pertanyaan mereka.

Pada malam harinya, Sri, Erna, dan Dini dikabarkan akan ditugaskan di rumah yang berbeda, lebih
tepatnya rumah yang ada di dalam hutan. Mereka diantar dan dijemput oleh seorang sopir. Meskipun
mereka bingung, mereka tidak diperbolehkan bertanya. Waktu pun sudah tengah malam, dan akhirnya
mereka sampai di pedalaman hutan yang gelap. Ternyata, mereka ditugaskan di sebuah gubuk di mana
ada seorang tua yang bernama Mbah Tamin yang menunggu.

Mbah Tamin pun menunjukkan sesuatu kepada mereka bertiga: sebuah keranda mayat yang berisikan
seorang wanita muda. Saat dijelaskan, terungkap bahwa anak yang bernama Della terkena santet. Oleh
karena itu, Della disembunyikan di tengah hutan untuk bertahan sampai ditemukan cara melepas
santetnya. Singkat cerita, Mbah Tamin mengajarkan cara memandikan Della kepada mereka bertiga,
yang menjadi tugas mereka untuk mengurus Della sehari-hari.

Suatu sore, Mbah Tamin akan pergi. Mbah Tamin pun menitipkan pesan kepada mereka untuk tidak
lupa mengikat Della saat membuka keranda, serta untuk tidak membukakan pintu di malam hari. Hari
pun sudah malam, dan Sri akan tidur. Namun, Erna tiba-tiba meminta Sri menggantikannya untuk
mengurus Della. Sayangnya, Sri lupa mengikat tangan dan kaki Della terlebih dahulu, yang membuat
Della terbangun dengan tatapan dan senyuman yang menyeramkan. Della pun langsung mencekik leher
Sri kuat-kuat.

Erna pun masuk ke dalam kamar karena mendengar keributan itu. Dia bingung melihat Della yang
terbangun, namun anehnya, Della menatap mereka berdua dan menyadari kalau mereka berdua sama-
sama lahir di Jumat Kliwon. Untungnya, saat Bella lengah, Sri pun mengguyurnya dengan air kembang
yang akhirnya bisa menidurkan Della kembali. Erna dan Sri pun bingung.

Setelah mengalami peristiwa itu, tidak lama kemudian mereka mendengar Mbah Tamin pulang, karena
ingin mendengarkan penjelasan. Namun, Sri menghentikannya. Suara ketukan pintu pun terdengar.
Yang membuat Dini pun bangun dan membuka pintu. Dini pun heran mengapa mereka tidak
membukakan pintu. Mbah Tamin di sana. Mbah Tamin terlihat berdiri dan tidak berbicara, langsung
masuk ke kamar Della. Sri dan Erna pun merinding melihat Mbah Tamin membuka keranda tanpa
mengikat Della terlebih dahulu, dan membuat Della terbangun. Namun, kali ini, Della hanya menangis
dan merasakan sakit. Mbah Tamin pun menyuruh Della bersabar karena dia akan merasakan puncak
rasa sakit. Akhirnya, Mbah Tamin pun menidurkan Della kembali, meskipun Della terlihat sedih dan
menangis, meminta jangan dikembalikan ke alam sana. Namun yang ada, makhluk yang ada di dalam diri
Della seakan terbangun. Makhluk itu pun mengamuk dan berteriak, mengatakan manusia brengsek.
Namun, untungnya, Mbah Tamin berhasil menidurkannya.

Mbah Tamin pun kemudian memanggil Erna dan Sri. Mereka pun dijelaskan tentang santet Sewu Dino
atau 1000 hari santet, yang akan menghabisi satu garis keturunan keluarga sampai tidak tersisa. Setelah
percakapan itu, Mbah Tamin pun masuk ke dalam kamarnya, yang membuat Sri, Dini, dan Erna terkejut,
yaitu pada pagi harinya, mereka melihat Mbah Tamin baru pulang. Mereka terheran, dan itu membuat
Mbah Tamin marah, karena dia sadar mereka telah membiarkan seseorang masuk tadi malam. Saat
dicek, kamar Mbah Tamin pun sudah diacak-acak di atas ranjang. Bahkan ada nisan yang bertuliskan
Atmojo, nama tempat mereka bekerja, yaitu Karsa Atmojo.

Setelah hari itu, Mbah Tamin pun berkata akan sering keluar. Dan Mbah Tamin masih menitipkan pesan
yang sama. Tiba-tiba, Sri penasaran dengan isi kamar Mbah Tamin. Setelah memastikan tidak ada orang,
Sri masuk ke dalam kamar Mbah Tamin, di mana Sri menemukan sebuah boneka yang berisi rumput,
yang sering digunakan untuk media santet. Setelah Mbah Tamin pergi, Sri kembali memeriksa kamarnya.
Namun, anehnya, benda keramat itu sudah tidak ada. Della pun muncul di hadapan Sri. Sri justru
diberikan petunjuk, yaitu sebuah pohon beringin di Timur, tempat itu, yang terdapat batu tertata dan
disuruh membuka isinya.
Pagi harinya, dengan berbohong kepada Dini dan Erna, Sri pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh Della.
Di pohon itu, ditemukan sebuah kuburan dengan batu nisan bertuliskan Della Atmojo. Sri pun menggali
kuburan itu, yang ternyata berisikan kotak kayu yang berisikan boneka santet, yang mirip dengan yang
ada di kamar Mbah Tamin. Hanya saja boneka kali ini dililit oleh rambut hitam. Akhirnya, Sri membawa
pulang boneka itu dan disembunyikannya di lemari miliknya.

Ketika malam datang, Sri terkejut melihat Erna memegang boneka itu dan tangannya sedang melepas
rambut hitam itu. Saat sudah terlepas, tiba-tiba terdengar suara Dini berteriak, dan ketika diperiksa,
ternyata Della sedang menggigit telinga Erna. Della pun pergi keluar rumah dan membuat mereka
mencari Della di tengah hutan yang gelap. Melihat Dini yang terluka parah dan Erna yang takut, terpaksa
Sri mencari Della sendirian. Akhirnya, Sri menemukan Della di pohon beringin, di mana terdapat
kuburan. Della pun berkata orang tua itu rupanya tidak bodoh, sebab dirinya tidak bisa keluar dari hutan
itu.

Della pun berbicara tentang santet dan bagaimana keluar dari kutukan tersebut. Della pun berkata
bahwa mereka harus membuka keranda pada waktu yang tepat dan mengembalikannya ke alam sana.
Namun, jika mereka gagal, mereka yang akan menerima santetnya. Keesokan harinya, mobil datang, dan
Mbah Tamin datang bersama sopir yang menggendong Della. Namun yang membuat mereka terkejut
adalah kematian Erna. Mbah Tamin menyuruh mereka membawa Erna pulang, sebab kematian Erna
adalah di luar perkiraan.

Malam itu merupakan terakhir kali mereka keluar dari hutan tersebut. Dini dan Sri pun diantar ke
kediaman Mbah Karsa. Sri dan Dini ingin mundur dari pekerjaan mereka, namun Mbah Karsa berkata
tidak mau menjamin nyawa mereka. Mereka pun mengurungkan niat.

Tiba-tiba, Sri menuduh Mbah Tamin sebagai dalang di balik semua ini. Sri pun menunjukkan boneka
yang dia temukan. Mendengar itu, Mbah Karsa hanya tertawa. Kemudian dijelaskanlah tentang santet
1000 hari yang bisa membunuh garis keturunan keluarga besar melalui garis keturunan terakhir. Mbah
Tamin ternyata tidak tahu dimana boneka itu ditanam, dan ada beberapa banyak boneka yang sering
ditemukan. Boneka itu sengaja ditanam agar nanti bisa digunakan.

Sebenarnya, keluarga yang mengirim santet belum mengetahui keberadaan Della, maka dari itu Della
disembunyikan di hutan yang ramai. Della tidak bisa meninggal jika Banarogo belum bertemu dengan
Sengar Turi. Jika dia belum mati, maka santet belum bisa menghabisi keluarga Atmojo. Sangar Turi
adalah nama makhluk yang ada di dalam diri Della, tinggal menunggu Banarogo mencari istrinya agar
keluarga Atmojo selamat.
Della yang tidak bisa disembunyikan di hutan itu dipindahkan. Dini mengungkap bahwa hanya satu dari
mereka berdua yang selamat. Mereka lalu diantar ke sebuah desa yang tampak seperti desa mati.
Rumah itu jauh lebih besar dibandingkan dengan gubuk sebelumnya. Namun, Sri masih curiga kepada
Mbah Tamin.

Suatu ketika, Mbah Tamin seperti memberikan penglihatan akan sesuatu kepada Dini. Anehnya, Sri
menemukan Della di kamarnya, di mana Della meminta tolong agar Sri membakar payung orang
meninggal yang dipasang di dalam rumah. Semua demi keselamatan Sri sendiri, ucap Della. Sopir tiba-
tiba datang menjemput Mbah Tamin dan Dini itu dimanfaatkan oleh Sri untuk membakar semua payung
orang mati. Namun, ketika ingin membakar payung yang terakhir, Sri melihat sebuah lukisan yang
familiar yang membuat Sri menyadari semuanya.

Della yang mengetahui seri telah sadar, mencoba menyerang Sri. Namun, untungnya, Mbah Karsa tiba-
tiba datang. Ternyata, Jumat Kliwon bukanlah hari lahir Della, melainkan hari lahir orang yang
menyantet Della. Namun, lebih gila lagi, Sri dan Dini yang akan ditumbalkan demi membunuh orang itu.
Besok paginya, Mbah Tami dan yang lain pun kembali. Mereka mengeluarkan boneka santet yang
serupa setelah memotong rambut Sri dan Dini.

Mbah Tamin melakukan ritual. Sri yang ada di sebuah lubang pun mendengar teriakan Dini dan Della,
sementara dia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Setelahnya, Sri menyadari sosok yang bertamu pada
malam hari, yang ternyata santet Sewu Dino ini merupakan santet yang terhubung satu sama lain,
nyawa dibayar nyawa. Lelaki pengirim santet itu mempunyai sesuatu yang seperti Della, yaitu kembaran
lainnya, ialah Banarogo Stripingsan. Namun, ketika seri terbangun, ritual telah selesai. Sri, Dini, dan Della
mungkin berbagi rasa sakit, namun pengirim santet mungkin sudah tewas.

Saat ini, Mbah Karsa pun mengucapkan terima kasih kepada Sri. Namun, sebelum pergi, dia ditanya
sesuatu oleh Sri, yaitu tentang siapa yang jahat di sini. Yang ternyata, sosok Mbah Karsa terungkap,
sudah menghabisi sebuah keluarga bernama Kuncoro, hingga orang itu berniat membalas dendam
kepada Mbah Karsa dan keluarganya. Jadinya, Mbah Karsa disini yang memulai terlebih dahulu. Sri juga
mengetahui tentang Sangar Turi dan Banarogo, yang adalah peliharaan Mbah Karsa yang dijadikan alat
untuk menghabisi keluarga Kuncoro. Namun, keturunan terakhir mereka bisa menangkap Banarogo dan
menggunakannya agar Sangar Turi bisa menyiksa Della.

Mbah Karsa pun menyuruh Sri untuk tutup mulut sebelum dia meninggal. Ketika ditanya apakah Sri mau
lanjut, Sri memilih untuk pulang saja. Di perjalanan pulang, sopir itu pun menghentikan mobilnya dan
mengungkap kenyataan bahwa dia dulu bekerja untuk keluarga Kuncoro, dan dialah yang berkhianat
dengan menanam boneka santet di rumah keluarga Kuncoro karena Mbah Tamin sudah
mengancamnya. Keesokan harinya, uang yang memenuhi kantong kresek dikirim ke rumah Sri dan
diterima oleh ayahnya.

Meskipun berusaha dihentikan oleh ayahnya, Sri pun memutuskan membuang uang tersebut agar bisa
bebas dari lingkaran setan keluarga Atmojo.

Anda mungkin juga menyukai