Anda di halaman 1dari 15

DONGENG CINDERELLA

NAMA : LULU AURA EPRILIA

KELAS : VII.10

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

SMP NEGERI 2 LUBUKLINGGAU


Pada zaman dahulu kala di sebuah negeri yang jauh disana, hidup seorang gadis
cantik bernama Cinderella.

Ia tinggal bersama kedua saudara tiri dan seorang ibu tiri. Mereka sama sekali tidak
menyukai Cinderella. Cinderella selalu disuruh untuk melakukan banyak hal. Mulai dari
memasak, mencuci, mengepel, dan semua pekerjaan rumah lainnya dilakukan oleh Cinderella
seorang diri. Karena terus bekerja, Cinderella hanya bisa berteman dengan tikus-tikus yang
bersembunyi di rumahnya. Tikus-tikus itu takut akan diburu oleh kucing peliharaan sang ibu
tiri.

Suatu hari, seorang pengawal dari kerajaan datang ke desa. Ia mengumumkan, bahwa
akan diadakan pesta untuk mencari calon istri untuk pangeran. Hal itu membuat semua gadis
di desa merasa senang, termasuk Cinderella. Namun, kedua saudara tiri dan ibu tirinya tak
suka jika Cinderella mengikuti pesta itu.

Ketika malam pesta tiba, ibu tiri memberikan Cinderella banyak sekali pekerjaan.
Tentu saja, agar Cinderella tak sempat datang ke pesta itu. Namun, Cinderella sudah
bertekad, ia akan tetap datang ke acara itu. Semua pekerjaannya pun diselesaikan dengan
cepat.

“Ini adalah acara kerajaan. Apakah kau akan pergi menggunakan baju usangmu?” ejek ibu
tiri.

Cinderella menjadi sedih. Apa yang dikatakan ibu tirinya memang benar, Ia tak mungkin
datang ke pesta itu dengan bajunya yang usang. Akhirnya, kedua saudara tiri dan ibu tirinya
pergi tanpa Cinderella. Cinderella pun hanya bisa menangis sedih di halaman belakang
rumah.

Sementara itu, di istana, sedang berlangsung pesta untuk mencari calon istri untuk
pangeran. Namun, tampaknya tak ada satu pun gadis yang mampu menarik perhatian
pangeran. Begitu pun dengan kedua saudara tiri Cinderella, mereka tak mampu membuat
pangeran tertarik.

Cinderella masih menangis di belakang rumah.Tiba-tiba…

Clingg! Olala, air matanya berubah menjadi peri.

“Mengapa kau bersedih, Cinderella?” tanya peri.

Cinderella pun menjelaskan semuanya. Mendengar penjelasan Cinderella, peri menjadi


kasihan. Ia pun berniat membantu Cinderella.

“Ambillah satu buah labu, dan panggillah teman-teman tikusmu,” pinta peri.

Tanpa membuang waktu, Cinderella menuruti perintah peri. Dengan tongkat ajaibnya, peri
mengubah labu menjadi kereta kuda yang sangat indah. Sedangkan para tikus, diubah
menjadi pengawal. Cinderella sendiri, diubah menjadi seorang putri. Sungguh, Cinderella
terlihat sangat cantik. Ia mengenakan gaun yang sangat indah dan sepatu kaca.

“Ingat, Cinderella. Sihirku hanya bertahan sampai tengah malam. Jadi, sebelum jam dua belas
malam kau harus pulang,” pesan peri saat melepas kepergian Cinderella.

Cinderella menggangguk mengerti. Ia langsung berangkat ke istana pangeran menggunakan


kereta labunya. Sesampainya di istana, pangeran melihat Cinderella.

“Cantik sekali gadis itu,” gumam pangeran.


Pangeran berjalan mendekati Cinderella. Olala, ia mengajak Cinderella berdansa. Alangkah
senangnya Cinderella. Ia pun berdansa dengan pangeran.

Tak terasa, waktu menunjukkan hampir jam dua belas malam. Saat jam dua belas
malam, jam di istana berdentang kencang. Cinderella seketika ingat dengan pesan peri. Ia pun
berpamitan kepada pangeran.

Pangeran berusaha mencegah Cinderella. Tapi terlambat, Cinderella sudah berlari


kencang ke kereta labunya. Namun, ketika berlari, tanpa sengaja satu sepatu kaca Cinderella
terjatuh. Pangeran pun memungut sepatu kaca itu, dan menatap kepergian Cinderella dengan
sedih.

Setelah acara pesta dansa itu, pangeran menjadi pemurung. Ia sedih karena tak bisa
menemukan gadis yang dicintainya, yang tak lain adalah Cinderella. Mengetahui kesedihan
pangeran, raja pun membuat sayembara. Barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan
sepatu kaca, dialah gadis yang dicari.

Pangeran ditemani para pengawal, datang ke rumah-rumah penduduk yang memiliki


anak gadis. Tapi, dari sekian banyak gadis yang mencoba sepatu kaca, tak ada satu pun gadis
yang memiliki ukuran kaki pas. Pangeran hampir putus asa.

Pangeran memasuki rumah terakhir, yaitu rumah Cinderella.Tentu saja, ibu tiri dan kedua
saudara Cinderella tak mengizinkan Cinderella mencoba sepatu kaca. Mereka memberikan
Cinderella banyak pekerjaan di belakang rumah. Dengan begitu, pangeran tak tahu jika di
rumah itu ada gadis lain.

Kedua saudara tiri Cinderella pun mencoba sepatu kaca itu.Tapi, tetap saja tidak pas.

“Ke mana lagi harus mencari gadis itu, Pangeran?” tanya pengawal.

“Aku pun tak tahu. Mungkin kita tak akan bisa menemukan gadis itu,” jawab pangeran
dengan sedih.

Tiba-tiba, terdengar nyanyian yang sangat merdu dari belakang rumah Cinderella. Pangeran
pun penasaran. Ia mencari asal suara itu.

Olala, ternyata yang bernyanyi adalah seorang gadis yang menggunakan pakaian usang.Ya!
Dia adalah Cinderella.Tapi, Pangeran tak peduli. Ia ingin Cinderella mencoba sepatu kaca.

Sepatu kaca itu ternyata pas di kaki Cinderella. Begitu Cinderella memakainya, tiba-
tiba muncul cahaya putih yang menyilaukan. Wah, Cinderella berubah menjadi putri! Ia sama
persis dengan putri yang tempo hari berdansa dengan pangeran. Pangeran pun kaget sekaligus
bahagia.

“Kaulah gadis yang aku cari selama ini,” ucap pangeran.

Cinderella membenarkan perkataan pangeran. Akhirnya, ia menikah dengan pangeran.


Cinderella dan pangeran pun hidup bahagia di istana.
CERITA RAKYAT TIMUN MAS

NAMA : LULU AURA EPRILIA


Rasa bahagia menyelimuti hati Mbok Rondo, yang kemudian memberi nama bayi
tersebut sebagai Timun Mas. Waktu berlalu, Timun Mas tumbuh menjadi gadis cantik nan
jelita, juga anak yang penurut dan sangat disayangi Mbok Rondo.
Suatu hari, raksasa datang menagih janjinya. Di tengah ketakutan, Mbok Rondo
berhasil mengulur waktu dengan meminta kepada raksasa untuk datang dua tahun lagi, saat
usia Timun Mas 17 tahun.
Mbok Rondo mengatakan, saat ini Timun Mas masih sangat kecil dan dagingnya
tidak akan enak untuk disantap. Raksasa pun menyetujuinya karena berpikir hal yang serupa.
Tak terasa, waktu semakin dekat menuju Timun Mas berusia 17 tahun. Suatu hari Mbok
Rondo mendengar suara gaib dalam mimpinya. “Hai Mbok Rondo, kalau kau ingin anakmu
selamat, mintalah bantuan kepada seorang pertapa di bukit Gandul.”

Karena tidak ingin Timun Mas jadi santapan raksasa, Mbok Rondo segera menemui
pertapa. Sang pertapa memberikan empat bungkusan yang isinya biji timun, jarum, garam,
dan terasi. Ia menjelaskan khasiat benda-benda itu kepada Mbok rondo.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan rahasianya selama ini kepada Timun Mas. Ia juga
memberikan pemberian pertapa itu kepada anak tercintanya itu.
Keesokan harinya, raksasa datang untuk menagih janji Mbok Rondo. Mbok rondo
segera menyerahkan bungkusan yang diberi pertapa kepada Timun Mas dan menyuruhnya
kabur lewat pintu belakang.
Raksasa yang mengetahui Timun Mas kabur, akhirnya mengejar gadis tersebut.
Dalam pelariannya, ia menebar biji mentimun di hutan. Ajaib, biji mentimun berubah
menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya.
Raksasa pun langsung melahap buah-buah tersebut yang menambah tenaganya.
Berhasil melewatinya, raksasa kembali mengejar Timun Mas. Di saat bersamaan, Timun
menyebarkan jarum di atas tanah. Jarum-jarum itu berubah menjadi hutan bambu yang lebat.
Raksasa berusaha menembusnya, meski harus melukai tubuhnya karena tergores dan tertusuk
bambu. Berhasil melewati hutan bambu, ia terus mengejar Timun Mas. Timun Mas segera
membuka bungkusan garam. Seketika butiran garam itu berubah menjadi lautan.

Namun, lagi-lagi raksasa mampu melewatinya dan terus mengejar Timun Mas. Hingga tersisa
satu bungkusan terakhir yang berisi terasi. Timun Mas segera membukanya dan seketika
terbentuklah lautan lumpur yang mendidih.
Raksasa pun terjebak dalam lumpur dan tubuhnya perlahan tenggelam. Timun Mas
pun merasa lega karena raksasa tersebut akhirnya sirna dan ia bisa kembali ke rumah untuk
menemani sang ibu.
Akhirnya, Timun sampai ke rumah dengan selamat, dan hidup bahagia dengan Mbok Rondo.
DONGENG PUTRI SALJU

NAMA : SADIRA TAMIS WARA


Pada jaman dahulu kala, ada seorang putri cantik bernama Putri Salju. Dia baik dan
lembut serta bersahabat dengan semua hewan.

Suatu hari, Putri Salju bertemu dengan seorang pangeran yang menawan. Saat mereka
sedang menyanyikan sebuah lagu cinta, ibu tiri Salju Putih yang jahat, sang Ratu, mengawasi
mereka. Ratu sangat cemburu dengan kecantikan putri salju sehingga dia memerintahkan
pemburu Huntsman untuk membunuh sang putri. Tapi si pemburu Huntsman tidak mau
menyakiti Putri Salju. Dia menyuruh sang putri pergi jauh sehingga Ratu tidak akan pernah
menemukannya.

Putri Salju pergi jauh ke dalam hutan. Dia tersesat dan ketakutan hingga dia
menemukan sebuah pondok. Sang putri mengetuk, tapi tidak ada orang di pondok itu.
Perlahan dia melangkah masuk.

Pondok itu berantakan! Dengan bantuan teman-teman hutannya, Putri Salju


membersihkan setiap sudut didalam pondok itu “Mungkin siapa pun yang tinggal di sini akan
membiarkan aku tinggal,” kata Putri Salju.

Di lantai atas, Putri Salju menemukan tujuh tempat tidur kecil. Dia berpikir itu milik anak-
anak. Lelah setelah membersihkan seluruh rumah, Putri Salju menguap dan tertidur lelap di
ranjang. Sementara itu di sisi hutan yang lain, tujuh Kurcaci berjalan menuju pondok mereka
dengan penuh semangat.

Setelah bekerja di tambang permata seharian hal yang paling mereka inginkan saat ini
adalah beristirahat di pondok mereka yang hangat. Tujuh Kurcaci terkejut saat mereka
menemukan seorang putri di dalam pondok mereka!

Saat Putri Salju terbangun, dia terpesona oleh Tujuh Kurcaci: Dopey, Sneezy, Happy,
Grumpy, Doc, Bashful, dan Sleepy. Para kurcaci ingin melindungi putri cantik itu dari ratu
yang jahat, jadi mereka mengundang Putri Salju untuk tinggal bersama mereka disana.

Untuk merayakannya, mereka bernyanyi dan berdansa semalaman.

Di istana, Ratu mengetahui bahwa Putri Salju masih hidup. Dia sangat Marah, dia
membuat ramuan ajaib untuk mengubah penampilannya. Rencananya adalah untuk menipu
sang putri.

Setelah para kurcaci berangkat kerja hari berikutnya, sang Ratu menyamar sebagai
wanita pedagang kelontong tua, menawari Putri Salju sebuah apel merah yang indah.

Putri Salju mengigit apel itu dan tertidur lelap. Ratu telah meracuninya!

Ketika Para Kurcaci pulang, mereka mengejar Ratu ke puncak sebuah gunung yang penuh
badai. Tiba-tiba, petir menyambar gunung, membuat sang ratu terjatuh ke dalam jurang dan
tidak pernah terlihat lagi. Semetara itu Putri Salju masih terlelap. Tujuh Kurcaci terus
menjaganya siang dan malam

Akhirnya Pangeran Tampan Putri Salju tiba. Dia telah mencari-cari putri salju ke
seluruh penjuru kerajaan. Pangeran membangunkan Putri Salju dengan ciuman cinta sejati.
Mantra jahat itu musnah, Putri Salju dan Pangeran kembali ke kerajaan dan hidup bahagia
selamanya.
LEGENDA BAWANG MERAH BAWANG PUTIH

NAMA : SADIRA TAMIS WARA


Alkisah, pada dahulu kala di sebuah desa yang asri, hiduplah sepasang ayah dan anak
perempuannya. Anak perempuan itu bernama Bawang Putih. Dia tidak hanya memiliki paras
yang cantik, tetapi juga hati dan sikap yang sangat baik.
Kehidupan Bawang Putih mulai berubah ketika ayahnya memutuskan untuk menikahi
seorang wanita yang telah memiliki anak bernama Bawang Merah. Seolah bertolak belakang
dengan Bawang Putih, Bawang Merah merupakan anak perempuan yang tidak sopan,
gampang marah, dan selalu bersikap jahat kepada Bawang Putih. Begitu pula, sang ibu tiri. Ia
selalu bersikap pilih kasih dan lebih menyayangi Bawang Merah.Meskipun begitu, Bawang
Putih tidak pernah membenci ibu dan saudara tirinya. Dia selalu bersikap baik dan mematuhi
segala perintah mereka.

Pada suatu hari, Bawang Putih menghadapi masalah besar karena ia menghayutkan
salah satu baju milik ibu tirinya ketika mencuci pakaian di pinggir sungai. Bawang Putih
menyusuri setiap sisi sungai untuk menemukan keberadaan baju ibu tirinya itu.

Bawang Putih takut, jika ia tidak menemukannya, ibu tirinya pasti akan sangat marah.
Pencarian tersebut berakhir ketika Bawang Putih menemukan seorang wanita tua yang
berhasil menyelamatkan baju itu sehingga tidak hanyut bersama arus sungai. Namun, wanita
tua itu memberikan syarat kepada Bawang Putih agar membantu pekerjaannya. Dengan
senang hati, Bawang Putih membantu seluruh pekerjaan wanita tua itu. Bawang Putih
berterima kasih karena wanita tua telah menyelamatkan baju milik ibu tirinya. Sebelum
pulang ke rumah, Bawang Putih ditawari labu oleh wanita tua itu. Bawang Putih diharuskan
untuk memilih di antara labu berukuran besar dan labu berukuran kecil. Tidak perlu berpikir
lama, Bawang Putih memilih labu berukuran kecil.

Sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya Bawang Putih saat membelah buah labu
pemberian wanita tua. Ternyata, buah labu kecil itu berisikan emas dan perhiasan yang
berkilau-kilau. Ibu tiri dan Bawang Merah ikut terkejut melihat Bawang Putih bisa
mendapatkan labu berisi emas dan perhiasan. Mereka menyuruh Bawang Putih untuk
menceritakan cara ia mendapatkan labu ajaib itu.

Pada keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang persis sama dengan cerita
dari Bawang Putih. Akan tetapi, ketika ditawarkan labu oleh wanita tua itu, Bawang Merah
memilih labu berukuran besar.

Di perjalanan pulang, Bawang Merah sangat bahagia. Dia membayangkan bahwa labu
berukuran besar itu berisikan emas dan perhiasan yang jauh lebih banyak daripada milik
Bawang Putih.

Ibu tiri menyambut dengan tidak kalah bahagia Bawang Merah yang telah sampai di
rumah. Mereka berdua sangat bersemangat untuk mebelah buah labu itu. Namun, selanjutnya
hal yang tidak terduga terjadi. Bukannya berisi emas dan perhiasan yang lebih banyak, labu
berukuran besar yang dipilih oleh Bawang Merah ternyata berisikan ular-ular berbisa.
Ibu tiri dan Bawang Merah berteriak ketakutan. Bawang Putih segera membantu mereka
mengusir ular-ular berbisa itu. Setelah ular-ular berbisa itu pergi dari rumah mereka, Bawang
Putih dengan tulus memberikan emas dan perhiasan yang ia temukan di dalam buah labu
kecil.

Atas kebaikan Bawang Putih serta kejadian buruk yang menimpa mereka, Ibu Tiri dan
Bawang Merah meminta maaf kepada Bawang Putih. Keduanya akhirnya menyadari
kesalahan mereka dan berjanji tidak akan bersikap jahat lagi kepada Bawang Putih.
DONGENG KANCIL

NAMA : AKBAR
Alkisah, buaya dan kancil tinggal di wilayah yang sama. Sudah lama buaya
mengincar kancil untuk di jadikan santapannya. Namun, kancil selalu bisa menghindar dari
kejarannya. Ia adalah hewan yang banyak akal sehingga buaya selalu kesulitan untuk
menangkapnya.

Meski selalu lolos dari kejaran buaya, namun lama-lama kancil merasa khawatir juga.
Karena itu, ia pindah rumah ke daerah lain untuk menjauhi buaya. Ia tinggal dibawah sebuah
pohon besar di hilir sungai.

Awalnya buaya merasa bingung karena tidak melihat kancil di tempat biasanya. Maka
ia pun mencarinya ke sana-kemari, bertanya kepada para hewan yang ditemuinya.

“Oh, kancil pindah ke pohon di dekat hilir sungai,” kata burung kecil yang ditanya oleh
buaya.

Tentu saja buaya senang mendengar informasi itu. Segera saja ia pergi ke tempat yang
dimaksud oleh si burung. Ia sudah tidak sabar lagi untuk memburu si kancil. Ia benar-benar
merasa penasaran, ingin menikmati daging kancil yang sudah lama ia idam-idamkan.

Setelah berhasil menemukan tempatnya, buaya pun pindah ke sana juga. Namun,
kancil masih belum mengetahuinya.

Selama berhari-hari buaya mengawasi kancil. Ia mempelajari kebiasaan kancil seraya


merancang strategi untuk menangkapnya. Dari pengamatannya itu, tahulah si buaya bahwa si
kancil sering pergi ke sebuah pulau kecil yang ditumbuhi pohon-pohon apel di dekat tempat
tinggal kancil.

Untuk sampai ke sana, si kancil biasa menyeberang sungai dengan melompati beberapa batu
besar yang ada di antara tempat tinggal kancil dengan pulau tersebut.

“Aku punya ide!” seru buaya. Ketika kancil pergi ke pulau kecil, buaya bersembunyi di balik
batu di tengah sungai. Ia menunggu kancil melompat ke batu itu.

Hari itu kancil puas memakan buah-buahan yang ada di pulau kecil. Kemudian ia pun
pulang dengan riang. Ia melompat dari sisi sungai ke batu-batu untuk sampai di rumahnya.
Namun setibanya di tengah sungai, ia melihat bayangan dari batu yang hendak dilompatinya
tampak Iebih tinggi dari biasanya.

Akal cerdas si kancil Segera menangkap bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

“Jangan-jangan ada buaya di balik batu itu?” batin kancil, curiga. Setelah berpikir, ia berhasil
mendapat akal.

Ia berteriak ke arah batu, “Hai batu! Gimana kabarmu?”

Hening. Tidak ada jawaban. Kancil kemudian bertanya lagi. “Ada apa batu sahabatku?
Biasanya kau menjawab sapaanku.”

“Oh, jadi biasanya batu ini berbicara?” batin Buaya yang sedang berdiam diri di batu itu.
“Kalau begitu aku harus pura-pura menjawabnya supaya kancil tidak curiga.”
“Halo juga, kancil,” jawab buaya.

Kancil terkikik dalam hati melihat kebodohan buaya. Lantas ia berkata, “Jadi kau ada di situ
ya, Buaya? Tak kusangka, kau mengejarku sampai ke sini.”

Buaya kaget. Rupanya penyamarannya sudah ketahuan. Sadarlah ia bahwa kancil telah
mengakalinya. Ia benar-benar kesal dengan kebodohannya sendiri.

“Ya, aku mengejarmu ke sini karena ingin memakanmu!” sahut buaya, jengkel.

“Baiklah. Kali ini kau berhasil menjebakku,” jawab kancil sambil mempersiapkan siasat
berikutnya. “Bukalah mulutmu lebar-lebar agar aku bisa melompat ke dalamnya.”

Kancil benar-benar cerdik. Ia tahu bahwa mata buaya akan tertutup saat buaya
membuka mulutnya lebar-lebar. Dan sesaat setelah buaya membuka mulutnya, kancil segera
melompat ke atas kepala buaya, lalu melompati batu batu lainnya dengan lincah, dan setelah
tiba di tepi sungai segera memanjat pohon besar tempat tinggalnya.

Lagi-lagi selamatlah kancil dari kejaran buaya. Itu semua berkat kecerdasannya yang
jauh melampaui buaya. Sementara buaya terpaksa gigit jari karena lagi-lagi gagal menangkap
kancil yang sudah lama diincarnya.
LEGENDA ASAL USUL SURABAYA

NAMA : AKBAR
Dahulu, dilautan luas sering terjadi perkelahian antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya
Baya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-
sama tangkas,sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali
mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. akhirnya mereka
mengadakan kesepakatan warga

"Aku bosan terus-menerus berkelahi, Baya," kata Sura.


"Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?" tanya
Baya

Sura sudah punya rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Baya segera
menerangkan.

"Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah


kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di
dalam air, sedangkan kamu barkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan.
Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh
air laut pada waktu pasang surut!" Kata Sura.
"Baik aku setujui gagasanmu itu!" kata Baya.

Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada lagi perkelahian antara
Sura dan Baya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.

Tetapi pada suatu hari, Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan
sembunyi-sembunyi agar Baya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan.
Tetapi pada suatu hari Baya memergoki perbuatan Sura ini. Tentu saja Baya sangat marah
melihat Sura melanggar janjinya.

"Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua?
Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?"
tanya Baya.

Sura yang merasa tak bersalah tenang-tenang saja.

"Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair.Bukankah aku sudah


bilang, bahwa aku adalah penguasa di air?

Nah, sungai ini 'kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku, " Kata Sura.

"Apa? Sungai itu 'kan tempatnya di darat, sedang daerah kekuasaanmu ada di laut,
berarti sungai itu adalah darerah kekuasaanku!" Baya ngotot.
"Tidak bisa. Aku 'kan tidak pernah bilang kalau di air itu hanya air laut, tetapi juga air
sungai" jawab Sura?
"Kau sengaja mencari gara-gara,Sura?"
"Tidak! kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!" kata Sura.
"Kau sengaja mengakaliku.Aku tidak sebodoh yang kau kira!" kata Baya mulai
marah.
"Aku tidak perduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah
kekuasaanku!" Sura tak mau kalah.
Karena tidak ada yang mau mengalah, maka pertempuran sengit antara Ikan Hiu Sura dan
Buaya baya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan
menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi
merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang tersebut. Mereka terus bertarung
mati-matian tanpa istirahat sama sekali.

Dalam pertarungan dahsyat ini, Baya mendapat gigitan Sura di pangkal ekornya sebelah
kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membengkok kekiri. Sementara Sura juga
tergigit ekornya hingga hampir putus, lalu Sura kembali ke lautan. Baya puas telah dapat
mempertahankan daerahnya.

Pertarungan antara ikan Hiu yang bernama Sura dan Buaya bernama baya ini sangat berkesan
di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu,nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan
peristiwa ini. Dari peritiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Surabaya yaitu gambar
"ikan hiu sura dan buaya baya".

Anda mungkin juga menyukai