Anda di halaman 1dari 10

Cerita Fiksi Berjudul Kelinci Putih

Kelinci putih itu bernama chiko,chiko hidup sebatang kara,tak ber ibu dan juga
tak ada saudara.Chiko mendambakan seorang teman yang bisa mendengarkan
keluh kesahnya.Kemudian tanpa di sengaja di bertemu dengan se ekor ular yang
besar yang siap memangsanya, ular itu lapar sampai matanya keliatan sangat
bernafsu untuk dapat dan cepat melahap chiko,dalam pikirannya si ular yang
bernama Brian itu sudah membayangkan nikmatnya daging chiko..

Chiko pun ketakutan lalu dia berlari dan bersembunyi di balik batang pohon yang
sudah roboh karena di makan usia dan berlumut. Brian terus mencari tapi tak
pernah menemukan Chiko.

Ternyata chiko bersembunyi di balik besarnya badan Bimo yang kebetulan sedang
duduk santai di pohon yang tumbang itu. Bimo adalah anak gajah yang baik
hati.Brian pun urung memangsa Chiko.Merekapun berkenalan Bimo sangat iba
melihat chiko yang selau jadi mangsa empuk para predator.Dan merekapun
berteman.

Kemudian chiko di perkenalkan pada orang tua Bimo,semenjak itu Chiko selalu
mengikuti kemana Bimo pergi dan mereka pun hidup bahagia.

Cerita fiksi merupakan cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi
dari pengarangnya. Untuk mengetahui contoh-contoh cerita fiksi dan nonfiksi,
Anda perlu mengetahui jenis-jenisnya terlebih dahulu. Banyak yang mengira
bahwa cerita fiksi ini hanya berupa novel dan cerpen saja.

Padahal jenis-jenis cerita fiksi ini sangat banyak. Beberapa diantaranya adalah
dapat berupa novel, cerpen, roman, sinetron, drama, telenovela, dan film komedi.
Sedangkan untuk jenis-jenis cerita non fiksi adalah berupa feature, essay, opini,
reportase, iklan, kritik, sejarah, dan pidato. Untuk penjelasan lebih lengkapnya
simak paparan di bawah ini.
Cerita Fiksi Berjudul Putri Cinderella

Pada zaman dahulu kala,ada seorang gadis yang baik hati bernama Cinderella.Dia
sangat baik hati dan cantik.tetapi sayang,ayahnya telah meninggal dunia.dan
sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama ibu dan saudara tirinya.

Setiap hari ia disiksa,dengan cara disuruh mencuci piring,mengepel lantai dan


melayani mereka.Walaupun begitu Cinderella tetap percaya bahwa suatu hari ia
akan hidup bahagia.Suatu hari,seorang pangeran ingin mencari permaisuri maka
diadakanlah sebuah pesta dansa besar di istana, tetapi Cinderella tidak diijinkan
untuk ikut.

Tetapi, Ibu Peri datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang
putri cantik. Di istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu
mengajaknya berdansa. Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari
jam 12, karena pada jam itu semua sihir Ibu Peri berakhir.

Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan Cinderella berlari. Tak terasa, sebelah
sepatu kacanya terlepas dan tercecer di tangga istana. Sang pangeran
memungutnya, dan mengumumkan barangsiapa kakinya pas dengan sepatu itu,
siapapun dia, akan dia jadikan isteri.

Namun, sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak
tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas! Cinderella
akhirnya menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya.
Cerita Fiksi Harimau dan 3 Ekor Rusa :

Disebuah hutan hiduplah tiga ekor rusa kecil yang hidup bersama dengan ibunya.
Ke-3 ekor rusa kecil ini demikian cepat tumbuh besar. Pada suatu hari ibunda
mereka memberikan mereka saran untuk bangun tempat tinggal semasing supaya
terlepas dari harimau. Harimau ialah binatang yang sangat ditakuti oleh ke-3 ekor
rusa ini serta ibundanya. Spontan mereka cemas, mereka yang tetap berlaku
seperti rusa yang masih tetap kecil serta manja saat ini mesti hidup mandiri.

Tibalah waktu mereka mandiri, saat mereka berjalan bertemulah ke-3 ekor rusa itu
dengan seseorang yang membawa jerami. Secara cepat serta tiada fikir panjang,
rusa pertama minta jerami itu. Pada akhirnya rusa pertama bangun rumah
memiliki bahan jerami. Rusa ke-3 semakin putus harapan saat rusa ke-2 berjumpa
dengan seorang yang membawa kayu serta kayu itu dikasihkan pada rusa ke-2 dan
secara cepat dia bangun rumah itu.

Rusa ke-3 dalam keputusasaan tapi dia masih sabar. Pada akhirnya dia terasa suka
ketia dia berjumpa dengan seorang yang membawa bata serta memberi bata itu
kepadanya. Dalam waktu cepat rumah itu berdiri kuat serta rusa ke-3 meyakini
jika harimau tidak akan memangsanya.

Permasalahan juga hadir, harimau mendatangi rumah setiap rusa. Dengan sekali
tiup saja, rumah rusa pertama serta ke-2 langsung rubuh tidak bersisa termasuk
juga beberapa pemiliknya si rusa pertama serta ke-2. Dengan perut yang kenyang
harimau mendatangi rumah rusa ke-3, tentunya untuk memangsanya lagi.
Ditupnya rumah rusa ke-3 berkali-kali, sampai angin dari tiupannya tidak bisa
berhembus lagi. Harimau geram serta kembali terasa lapar.

Dengan beberapa akal harimau merayu rusa ke-3. Dari mulai berjumpa di kebun
lobak jam empat sore. Tetapi rusa ke-3 tahu jika harimau ingin memangsanya.
Rusa ke-3 hadir lebih awal serta isi keranjangnya dengan lobak sampai penuh.
Harimau semakin jengkel, dia juga terus-terusan merayu rusa ke-3 tetapi rusa ke-3
makin cerdas.
Tiap-tiap penawaran harimau dijawab dalam kata dia, tetapi dia tetap hadir lebih
awal serta tinggalkan harimau supaya selamat. Walau dia mesti menggelinding
dalam satu tong yang dia beli saat memiliki janji dengan harimau berjumpa di
festival.

Selanjutnya harimau termakan oleh gagasannya sendiri. Riwayatnya selesai saat


dia ingin masuk ke rumah rusa ke-3 melalu cerobong asap. Rusa ke-3 yang benar-
benar cerdas, dengan sigap memanaskan air dalam panci tidak bertutup serta
ditempatkan pas di atas tungku sampai panas.

Lalu, harimau juga jatuh serta tersiram bahkan juga di rebus hidup-hidup dalam
panci yang berisi air panas itu. Keseluruhannya, buku narasi dongeng Tiga Rusa
Kecil ini mempunyai jalur yang begitu menarik serta anggota beragai ide. Pesan-
pesan moralnya sangat banyak serta berguna terpenting untuk anak-anak. Dalam
pemaparannya ikut dipakai bahasa yang gampang dimengerti.

Akan tetapi, ada satu kekuangan, yakni dalam narasi ini kurang diuraikan
perasaan gotong royong serta kekeluargaan dari beberapa tokohnya terpenting tiga
ekor rusa kecil. Meskipun mereka ingin bangun rumah sendiri, tapi perasaan
gotong royong itu begitu dibutuhkan.
Cerita Fiksi Gadis Kecil dan Dewi Bulan

Andini ialah seseorang gadis desa yang miskin. Mukanya cukup suram, karena dia
menanggung derita penyakit kulit di mukanya. Beberapa orang desa seringkali
takut bila berpapasan denganya. Andini pada akhirnya tetap memakai cadar.

Dalam satu malam, Andini punya mimpi berjumpa dengan pangeran Rangga.
Putra Raja itu populer dengan keramahannya serta ketampanannya. Andini ingin
berteman dengannya. Dia juga semakin seringkali mengimpikan Pangeran
Rangga.

“Sudahlah, Andini! Buang jauh-jauh mimpimu itu!“ kata Ibu Andini, saat lihat
anaknya termangu di muka jendela kamar. “Ibu tidak punya maksud menyakiti
hatimu. Kamu bisa suka pada siapapun. Tetapi Ibu tidak mau pada akhirnya kamu
sedih,“ papar Ibu Andini lembut.

Sebetulnya Andini ikut sadar. Mimpinya sangat tinggi. Beberapa orang desa saja
takut memandangnya, ditambah lagi pangeran Rangga. Fikir Andini.

Dalam satu malam, Andini lihat panorama alam yang begitu indah. Bulan
cemerlang jelas di langit. Cahayanya lembut keemasan. Di sekelilingnya, terlihat
bintang-bintang yang berkelap-kelip. Malam itu demikian cerah.

“Sungguh cantik!“ gumam Andini. Matanya kagum melihat mengarah bulan.

Tidak diduga saja Andini ingat pada suatu dongeng mengenai Dewi Bulan. Dewi
itu tinggal di bulan. Dia begitu cantik serta baik hati. Dia seringkali turun ke bumi
untuk membantu beberapa orang yang kesulitan. Di desa Andini, tiap-tiap ibu
yang ingin memiliki anak wanita, tetap mengharap anaknya seperti Dewi Bulan.

Dahulu, saat Andini masih tetap kecil, mukanya juga secantik Dewi Bulan,
menurut Ibu Andini.

“Aku ingin meminta pada Dewi Bulan supaya saya dapat canti lagi seperti dahulu.
Tapi…, ah.., tidak mungkin! Itu tentu cuma dongeng!” Andini selekasnya
menghalau harapannya. Sesudah senang memandang bulan, Andini tutup rapat
jendela kamarnya. Dia bergerak untuk tidur dengan hati susah.
Andini ialah gadis yang baik. Hatinya lembut serta senang membantu orang yang
lain. Satu sore, Andini bersiap-siap pergi mengantar makanan untuk seseorang
nenek yang tengah sakit. Walau rumah nenek itu cukuplah jauh, Andini ikhlas
menjenguknya.

Sepulang dari rumah si nenek, Andini kemalaman di dalam perjalanan. Dia


bingung sebab kondisi jalan demikian gelap. Tidak tahu dari tempat mana aslinya,
tidak diduga, muncul beberapa ratus kunang-kunang. Sinar dari badan mereka
demikian jelas.

“Terima kasih kunang-kunang. Kalian sudah menerangi jalanku!“ kata Andini


lega.

Dia berjalan, serta selalu berjalan. Akan tetapi, walau cukup sudah jauh berjalan.
Andini tidak ikut sampai di tempat tinggalnya. Andini tidak ikut mememukan
tempat tinggalnya.

“Kusara saya telah tersesat!“ gumamnya cemas. Nyatanya beberapa kunang-


kunang sudah mengarahkannya masuk ke rimba.

“Jangan takut, Andini! Kami membawamu ke sini , supaya wajahmu dapat


sembuh,“ tutur seekor kunang-kunang.

“Kau?Kau dapat bicara?“ Andini memandang heran seekor kunang-kunang yang


terbesar.

“Kami ialah utusan Dewi Bulan,“ jelas kunang-kunang itu.

Andini pada akhirnya datang di pinggir danau. Beberapa kunang-kunang


beterbangan ke arah langit. Demikian kunang-kunang menghilang, perlahan awan
hitam di langit mengungkap. Keluarlah cahaya bulan purnama yang jelas
benderang.

“Indah sekali!“ Andini kagum. Kondisi di seputar danau jadi jelas.


Andini memerhatikan bayang-bayang bulan diatas air danau. Bayangan purnama
itu demikian bundar prima. Selang beberapa saat, pas dari bayangan bulan itu
nampaklah figur wanita berparas cantik.

“Si…siapa kau?“ bertanya Andini kaget.

“Akulah Dewi Bulan. Saya hadir untuk mengobati wajahmu,“ papar Dewi Bulan
lembut. “Selama ini kau sudah mendapatkan ujian. Sebab kebaikan hatimu, kau
memiliki hak terima air kecantikan dariku. Usaplah wajahmu dengan air ini!“
lanjut Dewi Bulan sekalian memberi sebotol air.

Dengan tangan gemetar Andini menerimanya. Perlahan Dewi Bulan masuk


kembali ke bayang-bayang bulan di permukaan air danau. Lalu dia menghilang.

Andini selekasnya membersihkan mukanya dengan air pemberian Dewi Bulan.


Malam itu, Andini tertidur di pinggir danau.

Namun, benar-benar ajaib! Keesokannya. Dia sudah ada di kamarnya sendiri lagi.
Saat bercermin, dia begitu senang lihat kilit mukanya sudah halus lembut kembali
seperti dahulu. Dia sudah canti kembali. Ibunya heran serta senang.

“Bu, Dewi Bulan nyatanya betul-betul ada!“ narasi Andini.

Secara cepat kecantikan wajah Andini menyebar kemana saja. Bahkan juga
sampai ikut ke telinga Pangeran Rngga. Sebab ingin tahu, Pangeran Rangga juga
mecari Andini. Kedua-duanya pada akhirnya dapat berjumpa. Andini begitu
gembisa dapat berteman dengan pangeran idola hatinya.
Contoh Cerita Fiksi Anak Kurcaci Kecil dan Mangga
Ajaib

Peter, sang kurcaci penggali sumur mempunyai sebatang pohon mangga ajaib di
tempat tinggalnya di dalam rimba Morin. Buahnya berwarna-warni sesuai dengan
warna cabangnya. Pohon mangga ini adalah pohon ajaib di kelompok beberapa
kurcaci di rimba Morin. Pohonnya bercabang lima seperti jari tangan

dengan warna yang berlainan. Tiap-tiap warna memiliki khasiatnya sendiri. Buah
merah cabang ibu jari, bermanfaat mengobati penyakit asma. Buah hijau cabang
telunjuk, bermanfaat mengobati sakit perut. Buah kuning cabang jari tengah
bermanfaat mengobati penyakit mata.

Buah putih cabang jari manis bermanfaat percantik muka. Seperti bentuk jari
manis yang anggun, mangga putih seringkali dipesan kurcaci wanita untuk
percantik muka serta badan, supaya masih fresh serta penuh pesona. Nah, buah
biru cabang kelingking, kecil serta cukup ringkih. Buah biru bermanfaat
mengobati penyakit lupa. Semua kurcaci yang pelupa di rimba Morin, langsung
sembuh ingatannya saat mengonsumsi mangga biru. Intinya nyos deh khasiatnya.

Satu hari, Peter, pergi menggali sumur di desa samping rimba Morin. Tidak
diduga matanya terserang pecahan batu galian. Wah, bahaya jika tidak cepat
diatasi. Peter lantas ambil mangga kuning dari dalam tasnya, lalu dimakannya.
Ajaib, saat itu ikut sakit mata Peter kembali sembuh. Saat hari mulai sore, Peter
pulang ke rimba. Di dalam perjalanan Peter berjumpa seseorang Ibu tua yang sakit
asma. Peter jatuh kasihan, lalu dia ambil mangga merah dari tasnya serta
dikasihkan pada Ibu tua itu.

Sesudah ibu tua mengkonsumsinya, saat itu ikut sembuhlah penyakit asmanya.
Ibu tua lantas mengatakan terima kasih pada Peter. Wis meneruskan perjalanan
pulangnya. Kembali Peter berjumpa dengan Kakak beradik yang tengah duduk
diatas batu di tepi sungai.
“Aduh, sakit perutku, kak!” kata anak lelaki sekalian meringis kesakitan
memegang perutnya.

“Sakit sekali ya, dek?” bertanya Kakak perempuannya yang jelek rupa.

“Iya kak, saya telah tidak tahan lagi,” kata anak lelaki meredam sakit.

Peter yang dengar pembicaraan itu menanyakan, “Ada yang dapat saya
membantu?”

“Oh, iya pak kurcaci, Adikku perlu pertolongan. Dia sakit perut, mungkin
kebanyakan makan jambu air,” sang Kakak memberi tahu Peter.

Peter ambil mangga hijau dari dalam tasnya serta dikasihkan ke anak lelaki itu.

“Nah, makan ini!” kata Peter sekalian menyerahkan mangga itu.

Peter memandang Kakak wanita yang jelek rupa lalu jadi iba. Peter lantas ambil
mangga putih serta dikasihkan pada sang Kakak.

“Saya tidak sakit pak kurcaci,” kata sang Kakak.

“Kamu ikut bisa mengkonsumsinya, kelak kamu akan tahu khasiatnya!” jawab
Peter.

Pada akhirnya ke-2 Kakak beradik itu mengonsumsi buah mangga dari pohon
ajaib itu.

“Haa? Saya bisa saja cantik? Kulitku jadi putih serta halus!” sorak sang Kakak
wanita jelek rupa kagum dengan pergantian yang barusan berlangsung.

“Aku juga pulih, kak! Perutku telah tidak mules lagi,” kata si anak lelaki.

“Wah, terima kasih ya pak kurcaci. Kami begitu mujur berjumpa kamu ini hari.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih,” kedua-duanya mengemukakan perasaan
terima kasihnya berkali-kali. Peter cuma tersenyum dengar perkataan terima kasih
itu.
Mendekati tempat tinggalnya di rimba, Peter berjumpa dengan seseorang Kakek.
Keliatannya sang Kakek tengah kebingungan.

Peter mendekati si Kakek serta menanyakan, “Ada apakah, kek? Ada yang dapat
saya membantu?” bertanya Peter lembut.

“Iya, saya perlu pertolongan. Saya ingin pulang ke rumah saya di tepi rimba tetapi
saya lupa jalan pulangnya. Saat ini saya tersesat,” tutur sang Kakek yang pelupa.

“Oh janganlah cemas, kek. Kakek makan saja mangga biru ini!” kata Peter
sekalian menyerahkan mangga paling akhir dari dalam tasnya. Sesaat lalu
tampaklah reaksinya. Kakek mulai sadar serta sudah tahu arah ke tempat
tinggalnya.

“Terima kasih, saat ini saya jadi tahu jalan pulang ke rumah!” kata Kakek suka.

“Oke, berhati-hati ya, kek!” jawab Peter sopan.

Nah, lengkaplah telah pekerjaan Peter hari itu, mengobati lima penyakit dengan
buah mangga ajaib. Sehari-hari, Wis si kurcaci serta mangga ajaibnya selalu
mengobati siapapun yang memerlukan pertolongan.

Anda mungkin juga menyukai