PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam
pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta
strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai
kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat
penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (MDG’ s, 2010), dalam
pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan bahwa untuk
mencapai target Millennium Development Goal’ s, penurunan angka kematian
ibu dari tahun 1990 sampai dengan 2015 haruslah mencapai 5,5 persen pertahun
(antaranews, 2007)
Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu adalah infeksi pada masa
nifas dimana infeksi tersebut berawal dari ruptur perineum. Ruptur Perineum
dapat terjadi karena adanya rupture spontan maupun episiotomi perineum yang
dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang
kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum.
Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang
tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan
kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat
(Prawirohardjo, 2005).
Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050,
seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan
dengan baik. (Hilmy, dalam http://stikesharapanmama.blogspot.com, 2010).
Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami rupture perineum, 40 %
diantaranya mengalami rupture perineum (Heimburger, dalam http://stikes
harapanmama.blogspot.com, 2009). Di Asia rupture perineum juga merupakan
masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50 % dari kejadian rupture
perineum di dunia terjadi di Asia (Campion, dalam http://stikes
1
harapanmama.blogspot.com, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami
rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24 %
sedang pada ibu bersalin usia 32 – 39 tahun sebesar 62 %.
Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain terjadinya infeksi
pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun
pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan komplikasi yang lambat dapat
menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik
ibu post partum masih lemah.
Beberapa faktor penyebab terjadinya rupture perineum terdiri atas
faktor ibu seperti: usia, paritas, partus presipitatus, ibu yang tidak mampu berhenti
mengejan, partus yang diselesaikan dengan buru-buru, edema dan kerapuhan
perineum, varises vulva, arkus pubis yang sempit sehingga kepala
terdorong kebelakang dan episiotomi yang sempit, dan faktor janin antara lain:
bayi besar, kelainan presentasi, kelahiran bokong, distosia bahu (Oxorn, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang robekan jalan lahir dan karakteristik
perineum dan karakteristiknya sert penanganan nya
2. TujuanKhusus
a. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui pengertian rupture perineum;
b. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui klasifikasi rupture
perineum;
c. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tingkatan rupture perineum;
d. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tanda dan gejala rupture
perineum;
e. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui penyebab rupture
perineum;
2
f. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui risiko pada rupture
perineum;
g. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tindakan pada rupture
perineum;
h. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui penanganan pada rupture
perineum;
i. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui pengobatan pada rupture
perineum;
j. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui komplikasi pada rupture
perineum.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang
terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis
serta diafragma pelvis. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat
bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi
luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada
hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2005: 665).
Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara
spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum
umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara
(Winkjosastro,2005).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum yang biasanya
disebabkan oleh trauma saat persalinan (Maemunah, 2005).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya (Prawirohardjo,2007).
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa
sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vagina.
B. Klasifikasi
1. Ruptur Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan
dan biasanya tidak teratur.
4
2. Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau
perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum
untuk memperbesar saluran keluar vagina.
5
c. Plasenta tidak normal.
2. Gejala yang sering terjadi adalah:
a. Pucat;
b. Lemah;
c. Pasien dalam keadaan menggigil.
6
Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu berbaring
miring atau setengah duduk, menarik lutut ke arah ibu, dan menempelkan
dagu ke dada.
Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Dorongan ini dapat meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri.
Pencegahan ruptur perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan terutama
saat kelahiran kepala dan bahu.
2) Faktor Janin
a) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram.
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula,
dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan
pada perineum.
b) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang
janin dengan sumbu memanjang panggul ibu. Presentasi digunakan untuk
menentukan bagian yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi
atau pada pemeriksaan dalam.
Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka, presentasi
dahi, dan presentasi bokong.
- Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submento
bregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan
dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma
(Oxorn, 2003). Sekitar 70% presentasi muka adalah dengan dagu di depan dan
30% posisi dagu di belakang.
7
Keadaan yang menghambat masuknya kepala dalam sikap flexi dapat menjadi
penyebab pesentasi muka. Sikap ekstensi memiliki hubungan dengan diproporsi
kepala panggul dan merupakan kombinasi yang serius, maka harus diperhitungkan
kemungkinan panggul yang kecil atau kepala yang besar. Presentasi muka
menyebabkan persalinan lebih lama dibanding presentasi kepala dengan UUK
(Ubun-ubun Kecil) di depan, karena muka merupakan pembuka servik yang jelek
dan sikap ekstensi kurang menguntungkan.
Penundaan terjadi di pintu atas panggul, tetapi setelah persalinan lebih maju
semuanya akan berjalan lancar. Ibu harus bekerja lebih keras, lebih merasakan
nyeri, dan menderita lebih banyak laserasi dari pada kedudukan normal. Karena
persalinan lebih lama dan rotasi yang sukar akan menyebabkan traumatik pada ibu
maupun anaknya.
- Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang.
Presentasi dahi primer yang terjadi sebelum persalinan mulai jarang dijumpai,
kebanyakan adalah skunder yakni terjadi setelah persalinan dimulai. Bersifat
sementara dan kemudian kepala fleksi menjadi presentasi belakang kepala atau
ekstensi menjadi presentasi muka. Proses lewatnya dahi melalui panggul lebih
lambat, lebih berat, dan lebih traumatik pada ibu dibanding dengan presentasi lain.
Robekan perineum tidak dapat dihindari dan dapat meluas atas sampai fornices
vagina atau rektum, karena besarnya diameter yang harus melewati PBP (Pintu
Bawah Panggul).
- Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi
8
bokong kaki, dan presentasi bokong lutut. Kesulitan pada persalinan bokong
adalah terdapat peningkatan resiko maternal.
Manipulasi secara manual pada jalan lahir akan meningkatkan resiko infeksi pada
ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang
sudah tipis, atau persalinan setelah coming head lewat servik yang belum
berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptur uteri, laserasi serviks, ataupun
keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan robekan
perineum yang lebih dalam (Cunningham, 2005).
b) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
cunam yang dipasang di kepala janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina,
ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina.
c) Embriotomi
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan
tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan
tubuh bayi tersebut. Komplikasi yang mungkin terjadi atara lain perlukaan vagina,
perlukaan vulva, ruptur perineum yang luas bila perforator meleset karena tidak
ditekan tegak lurus pada kepala janin atau karena tulang yang terlepas saat sendok
9
tidak dipasang pada muka janin, serta cedera saluran kemih/cerna, atonia uteri dan
infeksi.
d) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai,
tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005). Sehingga sering petugas belum
siap untuk menolong persalinan dan ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala
janin terjadi defleksi terlalu cepat. Keadaan ini akan memperbesar kemungkinan
ruptur perineum. Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008) laserasi
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali.
F. Resiko
Resiko yang ditimbulkan karena robekan jalan lahir adalah perdarahan
yang dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Resiko lain yang dapat terjadi
karena robekan jalan lahir dan perdarahan yang hebat adalah ibu tidak berdaya,
lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun.
10
G. Tindakan
Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut:
1. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma
terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir
2. Memperbaiki robekan jalan lahir.
3. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira
selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu atau
lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan
4. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan
makanan dan minuman pada ibu.
H. Penanganan
Penanganan robekan jalan lahir adalah:
1.Untuk mencegah luka yang robek dan pinggir luka yang tidak rata dan
kurang bersih pada beberapa keadaan dilakukan episotomi.
2.Bila dijumpai robekan perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik
lapis demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang
terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah
yang akan menyebabkan luka lama sembuh.
3.Dengan memberikan antibiotik yang cukup.
4.Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan
dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan
memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi
pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm
dari puncak luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga
mencapai bawah laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang
terluka telah dijahit. Ikat benang dengan membuat simpul dalam vagina.
Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm. melakukan pemeriksaan ulang
pada vagina dan jari paling kecil ke dalam anus untuk
mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa
menyebabkan fistula dan bahkan infeksi (Depkes, 2004).
11
I. Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah dengan
memberikan uterotonika setelah lahirnya plasenta, obat ini tidak boleh diberikan
sebelum bayi lahir. Manfaat dari pemberian obat ini adalah untuk mengurangi
terjadinya perdarahan pada kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.
Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan
dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Mencegah kontaminasi dengan rectum
2. Menangani dengan lembut jaringan luka
3. Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau.
J. Komplikasi
Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera di
atas, yaitu :
1. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca
persalinan dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat
penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital,
mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan
dan menilai tonus otot (Depkes, 2006).
2. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada
vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka,
maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat
menekan kandung kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan
panggul, sehingga terjadi iskemia (Depkes, 2006).
12
3. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena
adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai
dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
4. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada
kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke
dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan
meningkatnya suhu tubuh melebihi 380C, tanpa menghitung pireksia nifas.
Setiap wanita yang mengalami pireksia nifas harus diperhatikan, diisolasi, dan
dilakukan inspeksi pada traktus gentitalis untuk mencari laserasi, robekan atau
luka episiotomi.
Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari
perineum, vagina, serviks dan robekan uterus (rupture uteri). Penanganan yang
dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan melakukan evaluasi terhadap
sumber dan jumlah perdarahan. Jenis robekan perineum adalah mulai dari
tingkatan ringan sampai dengan robekan yang terjadi pada seluruh perineum
yaitu mulai dari derajat satu sampai dengan derajat empat. Rupture perineum
dapat diketahui dari tanda dan gejala yang muncul serta penyebab terjadinya.
Dengan diketahuinya tanda dan gejala terjadinya rupture perineum, maka tindakan
dan penanganan selanjutnya dapat dilakukan.
13
K. lampiran Kasus
1. DATA SUBYEKTIF
Alasan Kunjungan : ibu mengatakan ingin melahirkan
Keluhan : Ibu mengeluh sakit perut bagian bawah menjalar
kepinggang keluar lendir bercampur darah
2. RIWAYAT MENSTRUASI
Umur menarche: 12 th, Lamanya haid: 6 hari, jumlah darah haid : 2-3x
ganti pembalut, siklus haid: 28 hari, TERATUR, konsistensis: ENCER,
HPHT:28-2-2019, Perkiraan Partus:5-12-2019
14
Masalah lain: TIDAK ADA
3. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan ke: 1
Usia saat kawin: 21 tahun
15
8. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH
KESEHATAN REPRODUKSI :
TIDAK ADA
16
15. PERILAKU KESEHATAN
Penggunaa miras : TIDAK
Penggunaan zat adiktif: TIDAK
Merokok : TIDAK
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan: TIDAK ADA
B. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum
Sikap tubuh : LORDOSIS
Cacat: ( - )
TANDA-TANDA VITAL
TD: 110/70mmHg P:18x/i N:80x/i S:36
MATA
Seklera : TIDAK IKTERUS
Konjungtiva : TIDAK PUCAT
Penglihatan : JELAS
17
TELINGA : TIDAK TAMPAK KELAINAN
PAYUDARA : SIMETRIS
PUTING SUSU : MENONJOL
AREOLA MAMMAE : BERSIH
PENGELUARAN ASI: KOLESTERUM
ABDOMEN:
a) INSPEKSI
Bekas operasi : TIDAK ADA
Arah pembesaran : MEMANJANG
Striae : ALBIKANS
Linea : ALBA
b) PALPASI
Leopold I ( sebutkan tujuan dan hasil )
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI TFU DAN BAGIAN APA
YANG TERDAPAT DIFUNDUS
Hasil: TFU: SETINGGI PX 40 CM)
FU : TERABA BULAT, LUNAK, TIDAK MELENTING
(BOKONG)
Leopold II ( sebutkan tujuan dan hasil )
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI BAGIAN APA YANG
TERDAPAT DISISI KANAN DAN KIRI PERUT IBU
Hasil
Kanan : TERABA KERAS, PANJANG SEPERTI PAPAN
(PUNGGUNG)
Kiri : TERABA MENONJOL, KECIL-KECIL, DAN
TERPUTUS- PUTUS (EKTREMITAS)
Leopold III ( sebutkan tujuan dan hasil )
18
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI BAGIAN TERBAWAH
JANIN DAN APAKAH SUDAH MASUK
PAP/BELUM
Hasil : TERABA BULAT, KERAS, MELENTING(KEPALA)
DAN SUDAH MASUK PAP
Leopold IV ( sebutkan tujuan dan hasil )
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI SEBERAPA JAUH MASUK
PAP
Hasil : 3/5 DIVERGEN
TFU ( Mc Dobald ) : 40 cm
TBJ : TFU – 11 x 155 = 4495 Gram
Lain-lain : TIDAK ADA
c) AUSKULTASI
DJJ : SUDAH TERDENGAR
Frek : 140x/menit TERATUR dan KUAT
Punctum maksimum : 3 cm sebelah KANAN
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 11, gr/dl
PERKUSI
Refleks patella :
Ano-genetalia
- vulva : Bersih
- Pengeluaran : Darah-lendir
19
Air ketuban, karakteristik ( jernih)
Darah, Karakteristik ( merah muda)
- Hemorroid : Tdk ada
- Lain-lain : Tidak ada
THOUCHER/PERIKSA DALAM
- Tgl : 10-12-2019 pukul : 02.30 Wib, oleh : Bidan
- Indikasi : Tidak ada
Portio : Tipis, Lembut
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : Utuh
Presentase : Kepala, uuk: kecil/kanan/depan
Penurunan : H III
Lain-lain :
C Asesment
Diagnosa : Ibu G1P0A0Ah0 hamil 38 minggu 6 hari ipartu kala 1
fase aktif janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala
Masalah : Tidak ada
D PLANING
Lakukan Anamnesa
Lakukan Informed Consent
Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
Berikan asuhan sayang ibu : 1. Berikan dukungan emosional pada ibu
2. Anjurkan suami untuk mendampingi ibu
3. Anjurkan ibu tetap makan dan minum
4. Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB
dan BAK
5. Anjurkan kepada ibu untuk berjalan
jongkok dan miring Kekiri
20
6. Anjurkan kepada ibu untuk bernafas
panjang ketika ada his
Dan istirahat disela his
Observasi TTV , HIS, DJJ
Persiapkan ruangan, alat-alat, dan obat-obatan
Dokumentasi
Isi partograf
21
LAPORAN PERSALINAN
Nama : Ny. Bunga
Umur : 33 Tahun
Alamat : Rt. 10 kenali
Ibu Datang : Tgl : 10-12-2019 Jam :
02.00 wib
Keluhan : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah
KALA / JAM KEADAAN IBU
Kala I Ibu datang dengan keluhan sakit bagian bawah menjalar
02.30 kepinggang
KU : Baik (-) : 8 cm preskep
odema (-)
TD : 110/80 mmHg
varises (-)
N : 80x/I portio : tipis
Kala II Rr : 21x/I DJJ : 146x/i
05.00 S : 36,7
22
Kala III untuk melahirkan bahu belakang kemudian sanggah dan tusuri
06.00 badan bayi, lakukan penilaian selintas, pastikan bayi menangis
kuat, tonus otot baik, warna kulit merah muda. Letakan diatas
perut ibu keringkan bayi dan jaga kehangatan bayi.
Diagnosis/Masalah :
Ibu G1 P0 A0 Ah0 hamil 38 minggu > 6 hari inpartu kala 1 fase aktif janin
tunggal hidup intrauteri presentasi kepala
23
S : Ibu mengatakan sakit perut menjalar di pinggang
O : K/U
TTV : TD : 110/70 mmHg N: 80x/i Rr: 18x/I
S ; 36,5
DJJ : 150x/I (-) : 8 cm ketuban : (+)
presentase: Kepala
Penurunan : 3/5 divergen Penunjuk : uuk
A : DX : Inpartu kala I fase aktif
Masalah : t.a.a
P : - lakukan anamnesa
- lakukan informed consent
- jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
- berikan asuhan sayang ibu
Anjurkan suami untuk mendampingin ibu
Anjurkan ibu untuk makan dan minum
Berikan dukungan emosional pada ibu
Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK
Anjurkan ibu untuk berjalan jongkok dan miring kekiri
Anjurkan ibu untuk bernafas panjang ketika ada his
- observasi TTV, HIS, DJJ
- persiapan ruangan, obat-obatan dan alat-alat.
Diagnosis/Masalah :
Ibu G1P0A0h0 hamil 38 minggu 6 hari inpartu kala II janin hidup Intra uterin
presentasi kepala
24
S : Ibu mengatakan adanya dorongan ingin BAB dan meneran
O : Hasil pemeriksaan
K/U : baik
TTV : TD : 110/70
N : 80x/i
RR : 22x/i
S : 36,5
DJJ : 140x/i
A : Dx : Inpartu kala II
Diagnosis/Masalah :
25
Ibu P1H0Ah0 parturient kala III dengan Ruptur Perineum derajat III
S : Ibu mengatakan perutnya terasa sedikit mules dan nyeri pada perineum
O : K/U : Baik
TD : 110/80 MmHg
N : 80x/i
Rr : 20x/i
S : 36oC
Kontraksi baik
TFU : Sepusat
A : Dx : Post Partum
26
CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV
Nama Ibu : Ny.Bunga
Umur : 33 tahun
Tanggal : 10-12-2019
Diagnosis/Masalah :
Ibu P1A0H1 parhurient kala IV
O : K/U : Baik
TD : 110/80 MmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36oC
TFU : 2 jari dibawah pusat
Pendarahan : ± 200 cc
A : Dx : Post Partum
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa robekan pada jalan lahir, sebagai akibat
persalinan.Baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau rupture uteri.
Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat mengelolanya dengan
baik.
3.2 saran
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan robekan jalan lahir.
Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara
komprehensif.
28
DAFTAR PUSTAKA
29