Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam
pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta
strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai
kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat
penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (MDG’ s, 2010), dalam
pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan bahwa untuk
mencapai target Millennium Development Goal’ s, penurunan angka kematian
ibu dari tahun 1990 sampai dengan 2015 haruslah mencapai 5,5 persen pertahun
(antaranews, 2007)
Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu adalah infeksi pada masa
nifas dimana infeksi tersebut berawal dari ruptur perineum. Ruptur Perineum
dapat terjadi karena adanya rupture spontan maupun episiotomi perineum yang
dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang
kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum.
Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang
tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan
kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat
(Prawirohardjo, 2005).
Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050,
seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan
dengan baik. (Hilmy, dalam http://stikesharapanmama.blogspot.com, 2010).
Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami rupture perineum, 40 %
diantaranya mengalami rupture perineum (Heimburger, dalam http://stikes
harapanmama.blogspot.com, 2009). Di Asia rupture perineum juga merupakan
masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50 % dari kejadian rupture
perineum di dunia terjadi di Asia (Campion, dalam http://stikes

1
harapanmama.blogspot.com, 2009). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami
rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24 %
sedang pada ibu bersalin usia 32 – 39 tahun sebesar 62 %.
Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain terjadinya infeksi
pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun
pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan komplikasi yang lambat dapat
menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik
ibu post partum masih lemah.
Beberapa faktor penyebab terjadinya rupture perineum terdiri atas
faktor ibu seperti: usia, paritas, partus presipitatus, ibu yang tidak mampu berhenti
mengejan, partus yang diselesaikan dengan buru-buru, edema dan kerapuhan
perineum, varises vulva, arkus pubis yang sempit sehingga kepala
terdorong kebelakang dan episiotomi yang sempit, dan faktor janin antara lain:
bayi besar, kelainan presentasi, kelahiran bokong, distosia bahu (Oxorn, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang robekan jalan lahir dan karakteristik
perineum dan karakteristiknya sert penanganan nya
2. TujuanKhusus
a. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui pengertian rupture perineum;
b. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui klasifikasi rupture
perineum;
c. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tingkatan rupture perineum;
d. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tanda dan gejala rupture
perineum;
e. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui penyebab rupture
perineum;

2
f. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui risiko pada rupture
perineum;
g. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tindakan pada rupture
perineum;
h. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui penanganan pada rupture
perineum;
i. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui pengobatan pada rupture
perineum;
j. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui komplikasi pada rupture
perineum.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang
terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis
serta diafragma pelvis. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat
bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau
tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi
luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada
hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2005: 665).
Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara
spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum
umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua primipara
(Winkjosastro,2005).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum yang biasanya
disebabkan oleh trauma saat persalinan (Maemunah, 2005).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya (Prawirohardjo,2007).
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa
sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vagina.

B. Klasifikasi
1. Ruptur Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan
dan biasanya tidak teratur.

4
2. Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau
perobekan pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum
untuk memperbesar saluran keluar vagina.

C. Tingkatan Ruptur Perineum


Ruptur Derajat Satu Derajat Dua Derajat Tiga Derajat
Perineum Empat
Lokasi · Mukosa · Mukosa · Mukosa · Mukosa
Vagina Vagina Vagina Vagina
· Komisura · Komisura · Komisura · Komisura
Posterior Posterior Posterior Posterior
· Kulit · Kulit · Kulit · Kulit
Perineum Perineum Perineum Perineum
· Otot Perineum · Otot · Otot
Perineum Perineum
· Otot SfinterOtot Sfinter ani
ani
Tata Tidak perlu Jahit Penolong APN tidak dibekali
Laksana dijahit jika menggunakan keterampilan untuk reparasi
tidak ada teknik yang laserasi perineum derajat tiga
perdarahan sesuai dengan atau deraja empat. Segera
Dan aposisi kondisi pasien rujuk ke fasilitas rujukan
baik

D. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala robekan rupture adalah sebagai berikut :
1. Tanda-tanda Rupture :
a. Darah segar yang mengalir setelah bayi lahir ;
b. Uterus tidak berkontraksi dengan baik;

5
c. Plasenta tidak normal.
2. Gejala yang sering terjadi adalah:
a. Pucat;
b. Lemah;
c. Pasien dalam keadaan menggigil.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Robekan Perineum


1. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam. Diantara faktor-faktor tersebut dapat diuraikan
sebagai beriut :
1) Faktor Ibu
a) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu).
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas
viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn, 2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau
partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang
berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
b) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus di dukung untuk
meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin
mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih
efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005). Beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam memimpin ibu bersalin melakukan meneran untuk mencegah
terjadinya ruptur perineum, diantaranya :
 Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
 Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.

6
 Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu berbaring
miring atau setengah duduk, menarik lutut ke arah ibu, dan menempelkan
dagu ke dada.
 Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
 Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.
Dorongan ini dapat meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri.
 Pencegahan ruptur perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan terutama
saat kelahiran kepala dan bahu.

2) Faktor Janin
a) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram.
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula,
dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan
pada perineum.

b) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang
janin dengan sumbu memanjang panggul ibu. Presentasi digunakan untuk
menentukan bagian yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi
atau pada pemeriksaan dalam.
Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka, presentasi
dahi, dan presentasi bokong.
- Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submento
bregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan
dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma
(Oxorn, 2003). Sekitar 70% presentasi muka adalah dengan dagu di depan dan
30% posisi dagu di belakang.

7
Keadaan yang menghambat masuknya kepala dalam sikap flexi dapat menjadi
penyebab pesentasi muka. Sikap ekstensi memiliki hubungan dengan diproporsi
kepala panggul dan merupakan kombinasi yang serius, maka harus diperhitungkan
kemungkinan panggul yang kecil atau kepala yang besar. Presentasi muka
menyebabkan persalinan lebih lama dibanding presentasi kepala dengan UUK
(Ubun-ubun Kecil) di depan, karena muka merupakan pembuka servik yang jelek
dan sikap ekstensi kurang menguntungkan.
Penundaan terjadi di pintu atas panggul, tetapi setelah persalinan lebih maju
semuanya akan berjalan lancar. Ibu harus bekerja lebih keras, lebih merasakan
nyeri, dan menderita lebih banyak laserasi dari pada kedudukan normal. Karena
persalinan lebih lama dan rotasi yang sukar akan menyebabkan traumatik pada ibu
maupun anaknya.
- Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang.
Presentasi dahi primer yang terjadi sebelum persalinan mulai jarang dijumpai,
kebanyakan adalah skunder yakni terjadi setelah persalinan dimulai. Bersifat
sementara dan kemudian kepala fleksi menjadi presentasi belakang kepala atau
ekstensi menjadi presentasi muka. Proses lewatnya dahi melalui panggul lebih
lambat, lebih berat, dan lebih traumatik pada ibu dibanding dengan presentasi lain.
Robekan perineum tidak dapat dihindari dan dapat meluas atas sampai fornices
vagina atau rektum, karena besarnya diameter yang harus melewati PBP (Pintu
Bawah Panggul).
- Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi

8
bokong kaki, dan presentasi bokong lutut. Kesulitan pada persalinan bokong
adalah terdapat peningkatan resiko maternal.
Manipulasi secara manual pada jalan lahir akan meningkatkan resiko infeksi pada
ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang
sudah tipis, atau persalinan setelah coming head lewat servik yang belum
berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptur uteri, laserasi serviks, ataupun
keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan robekan
perineum yang lebih dalam (Cunningham, 2005).

3) Faktor Persalinan Pervaginam


a) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan
ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di
kepalanya. Waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik
relatif lebih lama daripada forsep (lebih dari 10 menit). Cara ini tidak dapat
dipakai untuk melahirkan anak dengan fetal distress (gawat janin). Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan pada serviks uteri dan robekan pada
vagina dan ruptur perineum.

b) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan
cunam yang dipasang di kepala janin. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina,
ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina.

c) Embriotomi
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan
tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan
tubuh bayi tersebut. Komplikasi yang mungkin terjadi atara lain perlukaan vagina,
perlukaan vulva, ruptur perineum yang luas bila perforator meleset karena tidak
ditekan tegak lurus pada kepala janin atau karena tulang yang terlepas saat sendok

9
tidak dipasang pada muka janin, serta cedera saluran kemih/cerna, atonia uteri dan
infeksi.

d) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai,
tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005). Sehingga sering petugas belum
siap untuk menolong persalinan dan ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala
janin terjadi defleksi terlalu cepat. Keadaan ini akan memperbesar kemungkinan
ruptur perineum. Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008) laserasi
spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali.

4) Faktor Penolong Persalinan


Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu dan berwenang dalam
memberikan asuhan persalinan. Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah
satu penyebab terjadinya ruptur perineum, sehingga sangat diperlukan kerjasama
dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi.

F. Resiko
Resiko yang ditimbulkan karena robekan jalan lahir adalah perdarahan
yang dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Resiko lain yang dapat terjadi
karena robekan jalan lahir dan perdarahan yang hebat adalah ibu tidak berdaya,
lemah, tekanan darah turun, anemia dan berat badan turun.

10
G. Tindakan
Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut:
1. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma
terhadap uretra saat penjahitan robekan jalan lahir
2. Memperbaiki robekan jalan lahir.
3. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira
selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu atau
lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan
4. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan
makanan dan minuman pada ibu.

H. Penanganan
Penanganan robekan jalan lahir adalah:
1.Untuk mencegah luka yang robek dan pinggir luka yang tidak rata dan
kurang bersih pada beberapa keadaan dilakukan episotomi.
2.Bila dijumpai robekan perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik
lapis demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang
terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah
yang akan menyebabkan luka lama sembuh.
3.Dengan memberikan antibiotik yang cukup.
4.Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan
dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan
memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi
pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm
dari puncak luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga
mencapai bawah laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang
terluka telah dijahit. Ikat benang dengan membuat simpul dalam vagina.
Potong ujung benang dan sisakan 1,5 cm. melakukan pemeriksaan ulang
pada vagina dan jari paling kecil ke dalam anus untuk
mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa
menyebabkan fistula dan bahkan infeksi (Depkes, 2004).

11
I. Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah dengan
memberikan uterotonika setelah lahirnya plasenta, obat ini tidak boleh diberikan
sebelum bayi lahir. Manfaat dari pemberian obat ini adalah untuk mengurangi
terjadinya perdarahan pada kala III dan mempercepat lahirnya plasenta.
Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya bersamaan
dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Mencegah kontaminasi dengan rectum
2. Menangani dengan lembut jaringan luka
3. Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau.

J. Komplikasi
Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum tidak segera di
atas, yaitu :
1. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca
persalinan dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat
penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital,
mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan
dan menilai tonus otot (Depkes, 2006).
2. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada
vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka,
maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat
menekan kandung kencing atau rectum yang lama antara kepala janin dan
panggul, sehingga terjadi iskemia (Depkes, 2006).

12
3. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena
adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai
dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
4. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada
kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke
dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan
meningkatnya suhu tubuh melebihi 380C, tanpa menghitung pireksia nifas.
Setiap wanita yang mengalami pireksia nifas harus diperhatikan, diisolasi, dan
dilakukan inspeksi pada traktus gentitalis untuk mencari laserasi, robekan atau
luka episiotomi.
Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari
perineum, vagina, serviks dan robekan uterus (rupture uteri). Penanganan yang
dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan melakukan evaluasi terhadap
sumber dan jumlah perdarahan. Jenis robekan perineum adalah mulai dari
tingkatan ringan sampai dengan robekan yang terjadi pada seluruh perineum
yaitu mulai dari derajat satu sampai dengan derajat empat. Rupture perineum
dapat diketahui dari tanda dan gejala yang muncul serta penyebab terjadinya.
Dengan diketahuinya tanda dan gejala terjadinya rupture perineum, maka tindakan
dan penanganan selanjutnya dapat dilakukan.

13
K. lampiran Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PERSALINAN

BPM SITI MUNAWAROH S,Tr.keb Tanggal/pukul pengkajian :


15-12-2019/02.00 Wib
A. BIODATA
Nama Klien/ibu : Ny. B
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : I.R.T
Alamat : Indonesia
No. Telp/hp : Rt.10 Kenali

Nama Suami : Tn. A


Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Rt.10 kenali

1. DATA SUBYEKTIF
Alasan Kunjungan : ibu mengatakan ingin melahirkan
Keluhan : Ibu mengeluh sakit perut bagian bawah menjalar
kepinggang keluar lendir bercampur darah

2. RIWAYAT MENSTRUASI
Umur menarche: 12 th, Lamanya haid: 6 hari, jumlah darah haid : 2-3x
ganti pembalut, siklus haid: 28 hari, TERATUR, konsistensis: ENCER,
HPHT:28-2-2019, Perkiraan Partus:5-12-2019

14
Masalah lain: TIDAK ADA

3. RIWAYAT PERKAWINAN
Perkawinan ke: 1
Usia saat kawin: 21 tahun

4. RIWAYAT KEHAMILAN MASA LALU


Keadaan
Tgl.Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Anak
NO penyulit anak
partus partus hamil persalinan persalinan BB
skrg
1. INI
2.
3
4
5

5. RIWAYAT KEHAMILAN SAAT INI: G1 P0 A0 H0


Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: 4 Bulan
Di BPM, oleh: BIDAN, pemeriksaan saat ini yang ke: 6

Masalah yang pernah dialami:


Hamil muda: MUAL, MUNTAH
Lain-lain : TIDAK ADA
Hamil Tua: TIDAK ADA
Gerakan janin: TERASA
Gerakan terakhir jam: 22.30 Wib

6. RIWAYAT PENYAKIT/OPERASI LALU:


TIDAK ADA
7. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
TIDAK ADA

15
8. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH
KESEHATAN REPRODUKSI :
TIDAK ADA

9. RIWAYAT KELUARGA BENCANA:


Metode KB yang pernah dipakai: BELUM ADA

10. POLA MAKAN/ MINUM/ ELIMINASI/ISTIRAHAT:


Makan : 3 kali/hari
Minum : 8 gelas/hari
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi:
NASI,LAUK-PAUK,SAYUR-MAYUR,BUAH,AIR MINERAL, SUSU

11. POLA ELIMINASI : BAK : 8 kali/hari


BAB: 2 kali/hari

12. POLA ISTIRAHAT


Tidur : 8 Jam/hari : Tidur terakhir jam : 13.00 Wib
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat:
TIDAK ADA

13. POLA SEKSUALITAS


Frekuensi : 2 kali/minggu
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola seksualitas: TIDAK ADA

14. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


Psikososial : penerimaan klien terhadap kehamilanini: DIHARAPKAN
Sosial Support dari: SUAMI,ORANG TUA,MERTUA,KELUARGA
LAIN
Masalah psikososial: TIDAK ADA

16
15. PERILAKU KESEHATAN
Penggunaa miras : TIDAK
Penggunaan zat adiktif: TIDAK
Merokok : TIDAK
Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan: TIDAK ADA

B. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum
Sikap tubuh : LORDOSIS
Cacat: ( - )
TANDA-TANDA VITAL
TD: 110/70mmHg P:18x/i N:80x/i S:36

Tinggi badan : 160 cm


BB(sesuai inikasi) : 65 kg
BB sebelum hamil : 55 kg
Rambut/kepala : BERSIH

MATA
Seklera : TIDAK IKTERUS
Konjungtiva : TIDAK PUCAT
Penglihatan : JELAS

MUKA : TIDAK TAMPAK KELAINAN

BIBIR : TIDAK TAMPAK KELAINAN

RAHANG DAN LIDAH : TIDAK TAMPAK KELAINAN

GIGI : TIDAK TAMPAK KELAINAN

17
TELINGA : TIDAK TAMPAK KELAINAN

LEHER : TIDAK TAMPAK KELAINAN

PAYUDARA : SIMETRIS
PUTING SUSU : MENONJOL
AREOLA MAMMAE : BERSIH
PENGELUARAN ASI: KOLESTERUM
ABDOMEN:
a) INSPEKSI
 Bekas operasi : TIDAK ADA
 Arah pembesaran : MEMANJANG
 Striae : ALBIKANS
 Linea : ALBA

b) PALPASI
Leopold I ( sebutkan tujuan dan hasil )
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI TFU DAN BAGIAN APA
YANG TERDAPAT DIFUNDUS
Hasil: TFU: SETINGGI PX 40 CM)
FU : TERABA BULAT, LUNAK, TIDAK MELENTING
(BOKONG)
Leopold II ( sebutkan tujuan dan hasil )
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI BAGIAN APA YANG
TERDAPAT DISISI KANAN DAN KIRI PERUT IBU
Hasil
 Kanan : TERABA KERAS, PANJANG SEPERTI PAPAN
(PUNGGUNG)
 Kiri : TERABA MENONJOL, KECIL-KECIL, DAN
TERPUTUS- PUTUS (EKTREMITAS)
Leopold III ( sebutkan tujuan dan hasil )

18
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI BAGIAN TERBAWAH
JANIN DAN APAKAH SUDAH MASUK
PAP/BELUM
Hasil : TERABA BULAT, KERAS, MELENTING(KEPALA)
DAN SUDAH MASUK PAP
Leopold IV ( sebutkan tujuan dan hasil )
Tujuan : UNTUK MENGETAHUI SEBERAPA JAUH MASUK
PAP
Hasil : 3/5 DIVERGEN

TFU ( Mc Dobald ) : 40 cm
TBJ : TFU – 11 x 155 = 4495 Gram
Lain-lain : TIDAK ADA
c) AUSKULTASI
DJJ : SUDAH TERDENGAR
Frek : 140x/menit TERATUR dan KUAT
Punctum maksimum : 3 cm sebelah KANAN

Ektremitas : TIDAK TAMPAK KELAINAN


Reflek patella : positif : kanan/kiri : +/+
Ano genetalia : BERSIH
Pengeluaran per vaginam : DARAH,LENDIR
Palpasi pembengkakan kelenjar : TIDAK ADA

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 11, gr/dl
PERKUSI
Refleks patella :
Ano-genetalia
- vulva : Bersih
- Pengeluaran : Darah-lendir

19
Air ketuban, karakteristik ( jernih)
Darah, Karakteristik ( merah muda)
- Hemorroid : Tdk ada
- Lain-lain : Tidak ada

THOUCHER/PERIKSA DALAM
- Tgl : 10-12-2019 pukul : 02.30 Wib, oleh : Bidan
- Indikasi : Tidak ada
 Portio : Tipis, Lembut
 Pembukaan : 8 cm
 Ketuban : Utuh
 Presentase : Kepala, uuk: kecil/kanan/depan
 Penurunan : H III
Lain-lain :

C Asesment
Diagnosa : Ibu G1P0A0Ah0 hamil 38 minggu 6 hari ipartu kala 1
fase aktif janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala
Masalah : Tidak ada

D PLANING
 Lakukan Anamnesa
 Lakukan Informed Consent
 Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
 Berikan asuhan sayang ibu : 1. Berikan dukungan emosional pada ibu
2. Anjurkan suami untuk mendampingi ibu
3. Anjurkan ibu tetap makan dan minum
4. Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB
dan BAK
5. Anjurkan kepada ibu untuk berjalan
jongkok dan miring Kekiri

20
6. Anjurkan kepada ibu untuk bernafas
panjang ketika ada his
Dan istirahat disela his
 Observasi TTV , HIS, DJJ
 Persiapkan ruangan, alat-alat, dan obat-obatan
 Dokumentasi
 Isi partograf

21
LAPORAN PERSALINAN
Nama : Ny. Bunga
Umur : 33 Tahun
Alamat : Rt. 10 kenali
Ibu Datang : Tgl : 10-12-2019 Jam :
02.00 wib
Keluhan : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah
KALA / JAM KEADAAN IBU
Kala I Ibu datang dengan keluhan sakit bagian bawah menjalar
02.30 kepinggang
KU : Baik (-) : 8 cm preskep
odema (-)
TD : 110/80 mmHg
varises (-)
N : 80x/I portio : tipis
Kala II Rr : 21x/I DJJ : 146x/i
05.00 S : 36,7

Ibu diajurkan berbaring kekiri, ibu mengatakan ingin BAB dan


rasa ingin meneran, terdapat tanda dan gejala kala II yaitu doran,
teknus perjol dan vulka. Ajarkan ibu mencari posisi yang
nyaman dengan posisi kaki ditekukkan tangan menahan dibagian
paha (litetomi). Jika kepala sudah tampak 5-6 cm didepan vulva
ajarkan ibu cara meneran yang bener. Dengan posisi kepala
diangkat mata fokus melihat kearah perut ibu, mengedan jika
ada his muncul, dan istirahat disela His. Tangan kanan menahan
di perineum dan tangan kiri menahan di puncak kepala agar
tidak terjadi deflaksi maksimal. Lahirkan kepala, setelah kepala
lahir bersihkan muka bayi cak lilitan tali pusat. Tunggu bayi
melakukan putaran paksi luar. Tangan diletakkan secara
biparietal tangan kanan diatas dan tangan kiri dibawah, tarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan tarik curam keatas

22
Kala III untuk melahirkan bahu belakang kemudian sanggah dan tusuri
06.00 badan bayi, lakukan penilaian selintas, pastikan bayi menangis
kuat, tonus otot baik, warna kulit merah muda. Letakan diatas
perut ibu keringkan bayi dan jaga kehangatan bayi.

Pastikan janin tunggal dan tinggi fundus sepusat kemudian


suntikan oksitosin 1/3 paha atas bagian luar. Potong tali pusat
dengan cara melindungin. Selimut bayi dan IMDkan selama 1
jam pasang topi bayi. lakukan PTT sampai ada tanda pelepasan
plasenta tangan kanan melakukan PTT dan tangan kiri
melakukan dorongan dorso cranial. Apabila ada semburan darah
tiba-tiba dan singkat, tali pusat memanjar dan perubahan tinggi
Kala IV fundus lalu pada saat ada kontraksi regangkan tali pusat tarik
06.15 curam kebawah dan keatas, setelah plasenta sudah tampak di
introitus vagina. Putar kearah jarum jam hingga terpilih lakukan
massase fundus selama 15 detik. Bersihkan jalan lahir pastikan
tidak ada jaringan yang tertinggal. Lakukan eksplorasi sambil
cek kelengkapan plasenta. Lakukan heacting jika ada robekan.
Pastikan bayi IMD selama 1 jam kemudian berikan vit.k dan
salap mata pada bayi. Observasi ibu selama 2 jam rapikan ibu
bersihkan alat alat rendam dalam larutan klorin 0,5 % sampai 10
menit lengkapi partograf.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA I


Nama : Ny. Bunga
Umur : 33 Tahun
Tanggal : 10-12-2019

Diagnosis/Masalah :
Ibu G1 P0 A0 Ah0 hamil 38 minggu > 6 hari inpartu kala 1 fase aktif janin
tunggal hidup intrauteri presentasi kepala

23
S : Ibu mengatakan sakit perut menjalar di pinggang
O : K/U
TTV : TD : 110/70 mmHg N: 80x/i Rr: 18x/I
S ; 36,5
DJJ : 150x/I (-) : 8 cm ketuban : (+)
presentase: Kepala
Penurunan : 3/5 divergen Penunjuk : uuk
A : DX : Inpartu kala I fase aktif
Masalah : t.a.a
P : - lakukan anamnesa
- lakukan informed consent
- jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
- berikan asuhan sayang ibu
 Anjurkan suami untuk mendampingin ibu
 Anjurkan ibu untuk makan dan minum
 Berikan dukungan emosional pada ibu
 Anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK
 Anjurkan ibu untuk berjalan jongkok dan miring kekiri
 Anjurkan ibu untuk bernafas panjang ketika ada his
- observasi TTV, HIS, DJJ
- persiapan ruangan, obat-obatan dan alat-alat.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA II


Nama Ibu : Ny.Bunga
Umur : 33 tahun
Tanggal : 10-12-2019

Diagnosis/Masalah :
Ibu G1P0A0h0 hamil 38 minggu 6 hari inpartu kala II janin hidup Intra uterin
presentasi kepala

24
S : Ibu mengatakan adanya dorongan ingin BAB dan meneran

O : Hasil pemeriksaan

K/U : baik
TTV : TD : 110/70
N : 80x/i
RR : 22x/i
S : 36,5
DJJ : 140x/i

A : Dx : Inpartu kala II

Masalah tidak ada

P : - lakukan infoermed consent


- Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
- berikan asuhan saying ibu :
* Atur posisi meneran
* Anjurkan suami untuk mendampingi ibu
* Anjurkan teknik meneran efektif
* Anjurkan ibu meneran ketika HIS
* Anjurkan ibu istirahat antar 2 HIS
* Bimbing ibu meneran
- Observasi, TTV, HIS, DJJ

CATATAN PERKEMBANGAN KALA III


Nama Ibu : Ny.Bunga
Umur : 33 tahun
Tanggal : 10-12-2019

Diagnosis/Masalah :

25
Ibu P1H0Ah0 parturient kala III dengan Ruptur Perineum derajat III

S : Ibu mengatakan perutnya terasa sedikit mules dan nyeri pada perineum

O : K/U : Baik
TD : 110/80 MmHg
N : 80x/i
Rr : 20x/i
S : 36oC
Kontraksi baik
TFU : Sepusat

A : Dx : Post Partum

Masalah : Ruptur Perineum Derajat III

P : - Palpasi abdomen untuk memastikan tidak ada janin kedua


- Berikan suntikan oksitoksin
- Lakukan PTT bila ada tanda-tanda pelepppasan plasenta
- pindahkan klem 5-10cm di depan vulva
- Tangan kiri melakukan dorongan dorsol kranial tangan kanan melakukan
PTT
- Bila plasenta tampak di Rahim vagina, putar plasenta searah jarum jam
- Periksa kelengkapan plasenta
- Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah
- melakukan kolaborasi dengan dokter terapi dan tindakan
- memasang DC selama 1 minggu
- melakukan perawatan luka perineum
- Observasi pendarahan

Unit Terkait : - PONEK Obgin


- Ruang perawatan obstetri dan gynekologi

26
CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV
Nama Ibu : Ny.Bunga
Umur : 33 tahun
Tanggal : 10-12-2019

Diagnosis/Masalah :
Ibu P1A0H1 parhurient kala IV

S : Ibu mengatakan leleh namun senang atas kelahiran bayinya

O : K/U : Baik
TD : 110/80 MmHg
N : 80x/i
R : 20x/i
S : 36oC
TFU : 2 jari dibawah pusat

Pendarahan : ± 200 cc

A : Dx : Post Partum

Masalah tidak ada

P: - Lakukan pengukuran TTV setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30


menit pada 1 jam kedua
- Bersihkan dan ganti pakain ibu
- Bersihkan alat-alat untuk terkontraminasi
- Observasi pendarahan
- Observasi kontraksi literus
- Observasi TTV dan K/U

27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa robekan pada jalan lahir, sebagai akibat
persalinan.Baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau rupture uteri.
Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga kesehatan dapat mengelolanya dengan
baik.

3.2 saran
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai
dengan bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan
konsep asuhan kebidanan kepada klien dengan robekan jalan lahir.
Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara
komprehensif.

28
DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD, 1981, Obstetri Patologi, Bandung.


Mochtar, rustam, 1998, Patologi dan Fisiologi Persalinan, Yayasan Essensia
Medica, Yogyakarta.
Pearce, Evelyn, 2002, Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.Syaifuddin, 1997, Kedaruratan Obsetri dan
Ginekologi, ECG, Jakarta.
Buku Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2007

29

Anda mungkin juga menyukai