Anda di halaman 1dari 8

Cinta Datang Terlambat

Dear : Neptunus
Hai Nus, ini suratku yang ke- 99. Semenjak film perahu kertas keluar, aku resmi
mengajukan diri jadi agenmu sampai sekarang. Hari ini aku sedih Nus, duniaku
berubah. Entah apa yang mengubahnya. Rasanya, aku lupa sama pelangi. Udah
lama ga pernah liat lagi. Tapi bukan itu yang penting, ini tentang hidupku yang
baru setelah ayah, bina, dan aku pindah ke rumah yang lebih kecil karena ayah
harus membayar semua hutang perusahaannya. Sama seperti cinta nus, mungkin
akan tertulis kisah baru atau malah...luka baru. Entahlah, aku ingin seperti kugy,
tapi aku kira nus. Dan ini bukan seperti perahu kertas. :)
Salam bebas
Kira Nastasya
Bersama angin, debu, dan segalanya yang ikut mengayun bersama balon mera h
muda, sebuah perahu kertas mengalun di udara selihai ia melaju di lautan.
Bogor, 20 Maret 2012..
Tidak ada yang lebih sulit ketika harus melawan gabungan hujan gerimis dengan
suara dosen yang membosankan. Itulah prinsip Kira kali ini, tidur dengan keadaan
tertutup buku telah ia tetapkan sebagai pilihan yang paling membuatnya aman.
Ra, Tsst... Ra, Pak Jano Ra... Wake up hey..! Hening. Kira mengabaikai suara
Yunda dengan dengkuran yang semakin menjadi-jadi. Yunda menyerah, Pak Jano
mendekat. Tidak, kali ini semakin mendekat, bahkan......melewati Kira yang
tertidur pulas.
Kok? Kok bisa.?! Yunda menyerngitkan alis tanda tak mengerti. mmh..iyalah,
jadi mahasiswa itu harus punya strategi khusus. Kacamata..! Jawab Kira dengan
suara setengah sadar. Binggo, lo emang jagoan soal beginian. Pak Jano gak bawa
kacamata, Silinder 8, fine.....hari keberuntungan. Celoteh Yunda, Kira tak
bersuara. Sepertinya ia lebih memilih alam mimpinya dibandingkan harus
mendengar Yunda berbicara dengan selalu menggibaskan rambut panjangnya itu.

Sudah satu jam Kira tertidur pulas diruangan kelas yang sudah
ditinggalkan mahasiswa lainnya, termasuk Yunda. Sepertinya Yunda tidak
sanggup untuk membangunkan Kira yang tertidur layaknya beruang kekenyangan.
PLETAK!
Huaaaa...Serangan 008 Saraswati, Panji Milenium! Pelanggaran hak asasi
umum! dengan mata setengah terbuka Kira melompat dari bangkunya dan
mengeluarkan jurus kuda-kuda karate yang justru terlihat seperti jusrus patok ular
piton dengan wajah yang tidak karuan. Konyol Ketus seseorang bersuara berat.
Mendenganya, Kira memutuskan membuka kedua matanya untuk memastikan.
Renando alfiando, gaada kerjaan lain ya selain nimpuk orang tidur pake botol
aqua? Keluh Kira kesal. Renan Alfiangga Sanggah Renan cuek. Renan hanya
memberi kertas bertuliskan jangan lupa hari ini kerjain film bareng anak-anak
jam 5 dirumah Renan. Kira bengong, Rumah Renan? Emang Renan ada berapa
disini? Renan yang mana sih? Rumah lo kan? bisu? Kira terus berceloteh
sepanjang jalan, Renan hanya menanggapinya diam. Mungkin, dua tahun
merupakan waktu yang cukup untuk Renan mengenal sifat Kira.
Rumah Renan, 17.00..
Hari ini sepakat yah film kita tentang

Secreet Admirer.. Yunda telah

menetapkan keputusan. Hanya itu yang dapat Kira dan Renan dengar, keduanya
terlambat dengan baju yang telah dibasahi air hujan.
Kemana aja aa sama neng yang udah lama deket tapi gak pacaran pacaran..eh
maap menyeploskan diri.. Sindiran Yunda membuat Kira terdiam lama,
sementara Renan hanya menanggapinya seperti angin, ia lalu masuk ke dalam
rumahnya untuk mengambil handuk. Yunda hanya memberikan tangannya
menyerupai tanda pis seolah meminta maaf lalu menyengirkan giginya pada Kira.
Kira yang melihatnyapun hanya tertawa, namun tawanya hanya sebatas tawa yang
terlihat. Rasanya ada yang salah, begitu fikir Kira ketika melihat tingkah laku
Renan yang tidak seperti biasanya.

Kak Kira, Nih... Tangan mungil menyentuh Kira dengan penuh pesona, tampan.
Adik Renan memang terlihat sangat tampan, dengan keturunan jerman-TurkiSunda membuatnya begitu menggemaskan.
Ini apa Orland? Kira bertanya dengan wajah yang sangat manis, tanpa sadar itu
membuat Renan terpukau dari kejauhan. dari kak Renan.. Orland menjawab
Kira sembari memberikan Switter hangat pemberian Renan. Kira menerimanya
dengan perasaan yang menyatu antara cinta, sahabat atau perasaan takut
kehilangan. Entah, yang mana yang mendekati perasaan Kira pada Renan saat ini.
Kita ambil take yah sekarang, Ra tolong panggil Renan yah. Dia mandi aja lama
banget.. Perintah Yunda pada Kira. Tanpa banyak bicara Kira menghampiri
Renan ke dalam rumahnya. Rumah Renan terlihat begitu sunyi, hanya ada Orland
dan Renan yang Kira tahu. Selama ini Kira hanya mengetahui Renan di kampus
dan hanya pada saat bermain bersama. Kira tidak pernah tahu tentang kehidupan
pribadinya dan tentang... hatinya saat ini.
Nguntit?!
Heh! Suaminya Susana yah? Hobinya ngagetin orang.. Ditunggu anak-anak, mau
take sekarang Kira terlihat begitu kaku, tentu hanya dengan melihat Renan
memakai celana pendek, kaos oblong dan ditambah rambut yang sedikir urakan
mampu mebuat Kira terdiam. Kira membalikkan badan menghindari Renan.
Namun Renan menyusul Kira dan mengacak-ngacak rambut Kira dengan penuh
kasih sayang. Kira dan Renan sama-sama menikmati suasana ini dengan penuh
kebisuan, hanya mata yang berbicara tentang perasaan mereka masing-masing.
Sentul, Bogor 22 Maret 2012
Hari ini pengambilan take yang kedua, Kira terlihat cemas. Matanya tak
lepas dari arah yang berlawanan berharap seseorang datang. Lalu beberapa kali ia
melihat ponselnya, berharap dering suara berbunyi dari ponselnya.
Ra, udah di telpon belum? Renan lupa kali.. Yunda menenangkan. Udah..
Jawab Kira seadanya.Jangan khawatir gitu atuh..lo tuh ada rasa kan sama Renan?
Mata gabisa bohong.. Ujar Yunda, Kira terdiam, mencerna kembali kata-kata

Yunda. Lo harus jujur sama diri lo sendiri, tingalin keraguan lo, jangan sampe
nanti nyesel Ra.. Yunda menambahkan kalimat yang membuat Kira kembali
mencerna Kata-katanya. Apa benar selama ini perasaan Kira pada Renan itu lebih
dari seorang teman? Sahabat? Itulah yang ada di benak Kira saat mendengar
ucapan Yunda.
Nah nah nah, kamana wae atuh akang anu kasep.. neng geulis teh udah menanti ti
tadi Ledek Yunda memakai bahasa sunda. Tadi kesiangan, sori.. Renan
menjawab dengan cuek. Tidak sekalipun Renan memperlihatkan senyum kearah
Kira atau bahkan menyapa. Hari ini Renan terlihat begitu berbeda, dingin. Kira
merasakan perbedaan dengan keheningan yang dipendamnya. Film tetap berjalan
sesuai harapan, namun hati, bukan seperti ini harapan Kira.
Renan terlihat begitu cepat menghilang, mungkin benar ucapan Yunda.
Saat ini Kira terjebak pada perasaannya sendiri, perasaan yang selama ini ia paksa
tetap menjadi sahabat. Kira cemas, seperti ada yang hilang. Kali ini harus
diakuinya, bahwa ia telah merasa kehilangan sesuatu yang berharga. Semoga ini
hanya sementara, Kira tidak ingin kehilangan....Renan.
Ra, mau sampe kapan disini? Nunggu Renan? Dia udah balik.. Yunda
membuyarkan lamunan Kira. Kira hanya tersenyum lalu berjalan menghampiri
Yunda, berniat untuk pulang.
Sweet...disposition... Dering ponsel Kira berbunyi, terdengar lagu kesukaannya
dari band The Temper Trap.
From : Renan.
Kak, ini Orland. Kak Renan aneh, dia kejang-kejang terus ngunciin diri di kamar.
Orland bingung. Kak Kira bisa ke rumah gak?
Mata Kira terbelalak, Kira kaget melihat sms Renan yang ternyata ditulis oleh
Orland. Ra, apaan sih? Lo kenapa eh? Yunda penasaran, ia lalu menarik ponsel
Kira dan membacanya. Yaampun, jangan-jangan Renan OD.. Celetuk Yunda
asal. OD? Maksud lo Over Dosis? Ngobat? Kira panik. Daripada ngira-ngira

mending sekarang kita kerumah Renan! Ajak Yunda dengan cepat. Tanpa banyak
bicara, Kira segera mengiyakan ajakan Yunda untuk segera pergi kerumah Renan.
Rumah Renan, 15.00...
Sekarang apa? Tanya Yunda bingung. Masuk langsung aja deh.. Jawab Kira
yang juga terlihat bingung. Mereka akhirnya masuk kerumah Renan tanpa permisi
atau memencet bel sekalipun. Kemana sekarang? Tanya Yunda lagi.
Hem...langsung ke kamarnya aja deh.. Kira menjawab dengan ragu-ragu.
Namun tanpa banyak berdebat mereka akhirnya menuju kamar Renan.
Kak Kira... Panggil seorang anak yang tidak asing untuk Kira dan Yunda.
Orland..Kak Renan mana? Gimana keadaannya? Dia masih nafas kan? Kira
bertanya sederet pertanyaan. Lebay, santai broh.. Saut Yunda menggoda. Orland
tidak menjawab, ia lalu menarik tangan Kira menuju pintu kamar Renan.
Sementara Yunda hanya mengikuti mereka berdua hingga Kira membuka pintu
kamar Renan.
AAAAA Kira berteriak histeris dan menutup wajahnya. Apaan sih! Gelap woy
gakeliatan apa-apa! Maen teriak aja..Nyalain dulu lampunya.. Omel Yunda yang
kaget mendengar Kira berteriak. Orland hanya tersenyum melihat tingkah laku
Kira yang seperti anak-anak. Maaf atuh..kirain tadi bakal liat Renan kenapakenapa..jadi aja ter-,
SURPRISE!! Terdengar suara serempak yang sukses membuat Kira bengong
saat menyalakan lampu. Terlihat teman-temannya membawa banyak balon dan
kue ulang tahun berdiri tegak dikamar Renan. Siapa yang ulang tahun? Tanya
Kira polos. GUE! Kira atuh yah! Payah ah nenek nenek.. Saut Yunda tertawa.
Sumpah gue aja lupa..Jadi kalian? Lo tau Nda? Aaaa pengen nangis bombay
jadinya... Kira benar-benar terharu, terlebih ia melihat sosok Renan yang begitu
lembut, berbeda saat tadi pagi mengerjakan film bersama. Renan menghampiri
Kira dengan membawa balon merah kesukaan Kira dan kue bertancapkan lilin
angka sembilan belas.

CIEE.. Teman-teman Kira memberi sorakan, Kira memejamkan matanya. Aku


yakin, Mungkin aku memang cinta Renan. Terimakasih Tuhan... Kira membuka
matanya, lalu meniup lilin itu dengan senyuman terindah, berharap doanya
didengar oleh Tuhan.
Semua sangat menikmati hari ini, Rumah Renan kini ramai. Orland terlihat sangat
bahagia, tidak biasanya ia tertawa begitu lepas. Kira merasakan penuh kesejukan,
rasanya seperti berendam pada musim kemarau panjang. Namun, matanya seolah
sibuk mencari sesosok yang berharga buatnya hari ini. Orland, kak Renan
mana? Kira bertanya dengan lembut. Orland gak lihat kak, tapi tadi kayaknya di
belakang halaman deh.. jawab Orland polos. Kira mengelus kepala Orland, lalu
ia melangkahkan kakinya mencari Renan. Aku harus jujur sekarang ujar Kira
dalam hati.
Jangan bercanda deh Nan..gak lucu!
Gue serius, kita jadian..
Lo nembak gue?
Iya Terdengar suara Renan cuek, Kira terperangah mendengar percakapan yang
ia lihat di belakang rumah Renan.
Tapi kenapa gue?
Gak ada alasan buat suka sama seseorang kan? Gue juga gak tau
Tapi Kira?
Waktu buat semuanya berubah..jawabannya? Renan menagih jawaban,
sementara wanita di hadapannya terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia
mengangguk setuju. Kira seperti patung, ia hanya bisa melihat adegan itu berjarak
sekitar dua meter dari hadapan mereka. Tamparan itu seolah tidak bisa menahan
air mata Kira menetes dengan cepat. Kira berlari menjauh dari mereka.
Jangan lari jauh-jauh Suara yang sangat Kira kenal, Renan memegang tangan
Kira mencoba menahan langkah Kira. Lepas Nan, gue mau pulang.. Kira

menghapus air matanya mencoba menutupi perasaannya. Lo liat semuanya?


Tanya Renan serius. Kenapa harus Yunda? Kenapa kayak gini? kali ini Kira
gagal menyembunyikan air matanya, ia menangis di hadapan Renan.
Ada hal yang gak perlu penjelasan, ada juga hal yang gabisa dijelasin lewat
ucapan. Semua udah ada yang ngatur, termasuk soal rasa. Waktu mungkin udah
ngubah semuanya, ada orang yang bisa bertahan dalam waktu yang lama, atau
bahkan ada yang bisa bertahan hanya sampai batas kemampuan yang dia
punya..kita gabisa atur semuanya sesuai harapan kita. Gue tetep disini, gak
kemana-mana. Kata-kata Renan membuat Kira terdiam, Renan mengusap air
mata Kira, mengacak-acak rambut Kira, lalu pergi menjauh dari Kira.
Dear: Neptunus
Hari ini aku belajar untuk mencintai, mengerti, dan melepaskan. Cinta bukan
tentang ingin segalanya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Cinta bukan
tentang bagaimana kita ingin bersama dengan orang yang kita cintai. Cinta
bukan tentang bagaimana kita ingin dibahagiakan. Aku belajar untuk mencintai
dengan membahagiakan orang-orang yang aku cintai. Dan yang terpenting,
Cinta bukan hanya tentang dia. Tapi keluarga, sahabat dan masih banyak cinta
diluar sana yang harus terlihat. Ini surat terakhirku nus, aku pensiun jadi agen.
Semoga, kugy kugy lain masih setia sama unus. Aku pamit. Suatu hari nanti aku
pasti mampir untuk meluncurkan perahu lagi. Dengan cerita yang baru tentunya.
Salam terakhir,
Kira Nastasya
Bersama angin, debu, dan segalanya yang ikut mengayun bersama balon merah
muda, sebuah perahu kertas kembali mengalun di udara selihai ia melaju di
lautan. Kira tersenyum, menganggap ini semua kado berharga dihari ulang
tahunnya. Ia tertawa bersama teman-temannya menikmati suasana sore rumah
Renan. Sementara dikejauhan, sesosok mata tak lepas menatap Kira. Ia tersenyum
lembut, menyimpan penuh rahasia. Dua tahun, waktu yang cukup untuk Renan
mengenal Kira. End-

CERPEN
ANISA KARIMA
J3A111016

PROGRAM KEAHLIAN KOMUNIKASI


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Anda mungkin juga menyukai