Dwi Kurniawati
1
masih menumpuk untuk diselesaikan. Aku tidak suka menunggu,
cepatlah pulih dan mari kita bekerja kembali,"
Lantai yang ia pijak kini menjadi lantai ubin hitam kotor dan
agak lembap, dinding di sekitarnya berubah menjadi dinding kayu
yang basah terkena air hujan. Semua perabot mewah milik Dirga,
AC, koleksi jam tangan, raib dan digantikan dengan meja tua yang
usang dan berjamur. Ia masih tak tahu apa yang terjadi ketika suara
wanita terdengar dari luar ruangan. "Baskara, eh, ayo bangun, nak!
Matahari sudah mulai terbit. Kamu kan harus sekolah! Ayo, ayam
tetangga sudah berkokok!" Suaranya yang lembut dan
menenangkan menyadarkan Dirga. Seketika, ia terperanjat melihat
seorang anak kecil lusuh dan kumal bangkit dari kasur yang tadi ia
tempati.
"Ibu, Dirga janji akan pulang, Bu. Ibu tunggu Dirga, tunggu
Dirga, Bu. Dirga sayang ibu, maafkan Dirga, bu," Raungnya tak
terkendali, tapi apa bisa dibuat, kini ibunya telah tiada. Ia meraih
sebongkah tanah, menggenggamnya keras hingga rapuh. Seperti
jiwanya kini, rapuh, ego nya luluh lantak.
★★★