Anda di halaman 1dari 3

Hadiah Terindah dari Tuhan

Oleh: Baby, Zahra Alya, Leli Rahmana Sari, Wildamfdh, dan Reny Purwo Mada Siwi. 12
Desember 2018

Bel berbunyi sebagai tanda berakhirnya aktivitas sekolah. Di depan gerbang utama
sekolah telah ramai dengan orang tua yang datang menjemput anak-anaknya. Beberapa
menggunakan sepeda motor, mobil, bahkan ada yang hanya menggunakan transportasi umum. Di
antara mereka ada yang dijemput Ayah dan Ibu, ada juga salah satunya, entah hanya Ibu atau
Ayah saja. Senyum sumringah saling tersinggung di antara para orang tua saat anak-anaknya
berlari menuju mereka. Tatapan kasih sayang cukup terlihat jelas di mata mereka. Begitulah
kebahagiaan tergambar pada wajah mereka. Keteduhan sederhana antara seorang anak dengan
para orang tua.

Tatapan nanar seorang anak laki-laki melihat suasana tersebut sangat terlihat begitu jelas.
Dia menoleh sekeliling, semua berpelukan dengan orang tua masing-masing. Hal ini sebenarnya
sudah biasa baginya. Namun, hal yang sudah biasa ini pula yang semakin membuat dia merasa
kerinduan yang mendalam. Ibunya yang sibuk menjahit di rumah karena banyaknya pesanan dari
pelanggan tidak mungkin mempunyai waktu untuk menjemputnya ke sekolah. Belum lagi dia
masih mempunyai seorang adik yang masih berusia lima bulan, yang tentunya masih harus di
bawah pengawasan ibunya. Ayahnya adalah seorang tentara, yang sangat jarang bahkan tidak
pernah pulang. Hal inilah yang sangat membuat ia merasa iri melihat teman-temannya yang
bertingkah manja pada ayah-ayahnya.

Andra, begitu orang memanggilnya. Meskipun sudah berusia 10 tahun dan sudah lama
ditinggal ayahnya yang berprofesi sebagai tentara, ia tetap mempunyai rasa rindu yang sesekali
merenggut masa cerianya. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai tentara, yang waktunya
memang sudah diperuntukkan bagi Negara, Ayah Andra harus memprioritaskan profesinya
daripada keluarga. Belum lagi ketika ada perang atau tugas di Negara tetangga. Ibu Andra
maupun Andra harus rela melepas ayah Andra untuk bertugas dan memilih memikul rindu yang
tak berujung. Ia pun pulang dengan berjalan kaki seorang diri, merenungi kehidupan yang
memang sangat beda dari teman-temannya. Sesekali ia membayangkan ayahnya datang dan
berdiri di depan gerbang sekolah untuk menjemputnya. Namun, itu hal yang sangat kecil untuk
terjadi.

Butuh waktu hampir 30 menit bagi Andra untuk sampai kerumahnya. Sesampainya di
rumah Andra langsung melepas dan menaruh sepatunya di rak sepatu yang berada di sisi kanan
pintu rumahnya. "Aku pulang..." Ucap Andra sedikit lemas, tidak ada sahutan. Dia kembali
memanggil, namun tetap tidak ada sahutan. Andra berjalan menuju ruang jahit, tidak ada ibunya
di sana. Namun hanya terlihat kain-kain dan beberapa jahitan yang belum selesai berserakan di
mana-mana. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebelum akhirnya menuju ruang tengah
untuk mencari ibunya. Sesampainya di sana, Andra tersenyum tipis, namun sangat menyiratkan
makna.

Andra melihat ibunya tertidur pulas di atas sofa dengan televisi yang menyala. Mungkin
tadi ibunya sangat lelah bekerja hingga akhirnya tertidur di sofa. Dia beranjak ke kamar adiknya,
didapatinya bayi mungil itu tertidur pulas juga di ranjang ayunnya. “Ahh kamu lucu sekali.”
Ucap Andra lirih lalu mengecup pipi adiknya dengan pelan. Dia begitu sangat menyayanginya
adiknya. Seringkali dia menjaga adiknya saat ibunya sibuk bekerja. Sekalipun dia tidak pernah
mengecewakan ibunya. Baginya, ibunya adalah segalanya ketika ayah yang begitu ia nanti
kehadirannya tidak kunjung datang.

“Andra, udah pulang Nak?” Ucap ibunya mengejutkan.

“Eh, Bu. Andra udah pulang sejak tadi. Tapi tidak membangunkan ibu. Ibu keliatan
capek sekali.” Ucap Andra penuh kasih sayang.

“Ibu tidak apa-apa. Sana ganti baju dan pergi makan. Ibu masak makanan kesukaan
kamu.”

“Baik bu”. Jawab Andra lalu beranjak keluar dari kamar adiknya dan mengganti
pakainnya sebelum akhirnya pergi makan.

Andra melahap tumis kangkung buatan ibunya yang sangat menjadi masakan
kesukaannya. Dia menonton acara anime yang saat itu sedang diputar di televisi. Sesekali ia
tertawa terbahak sembari melahap makanannya. Ibunya melihatnya dari kejauhan sambil
menggendong bayi kecilnya. Melihat anak laki-lakinya yang semakin hari semakin tumbuh,
membuatnya sangat bersyukur dan sangat ingin segera bertemu suaminya. Berbagi cerita tentang
bagaimana ia menjalani kehidupan bersama dua orang anaknya yang sangat ia sayangi. Ia sangat
ingin berkumpul bersama keluarganya secara utuh. Berbagi canda tawa, makan bersama, rekreasi
bersama sangat ia dambakan sejak dulu. Namun, profesi suami yang seperti itu memang tidak
bisa membuat ia memaksa keadaan. Dia hanya senantiasa berdoa, agar suaminya selalu dalam
keselamatan.

Andra kembali menuju dapur membawa piring kotornya dan langsung mencucinya.
Entah mengapa saat terkena percikan air. Ia merasakan segar dan hatinya merasa lega. “Andra.
Selamat ulang tahun Nak” Ucap ibu dari pintu dapur dengan adik Andra yang masih dalam
gendongan. Andra melangkah menuju ibunya. Ia peluk ibunya dan ia kecup kedua pipi ibunya.
“Ibu harus selalu menemani Andra” Ucap Andra dengan air mata yang sudah berkumpul di
pelupuk. Tatapannya begitu teduh, namun seperti menggambarkan kebahagiaan yang dia sendiri
tidak tahu apa alasannya.

“Ibu ada hadiah istimewa untuk Andra” Ujar ibu membelai rambut anak sulungnya.
Andra mengerutkan dahinya. “Andra tidak ingin hadiah bu. Andra hanya ingin ibu selalu ada
untuk Andra dan Ilham.” Jawab Andra sambil menatap adiknya yang masih kecil. Baginya saat
ini tidak ada yang lebih penting lagi. Meskipun dia sedang berulang tahun. Dia tidak ingin
hadiah apapun. Keberadaan ibunya adalah hadia terindah Tuhan yang sangat istimewa.
Meskipun dalam hati ia memanggil nama ayahnya untuk datang hari itu juga. Namun, ia segera
menepis khayalan itu.

“Kau tidak ingin bertemu Ayah?” Ungkap seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang
ibu. Andra tidak percaya dengan yang terjadi. Seorang lelaki bertubuh kekar yang sangat ia
rindukan. Nama yang selalu ia ucap di setiap malam. Sosok yang selalu ia mimpikan. Kini
berdiri tepat di depannya. Tersenyum sangat manis sekali. “Ayaaaahhh!” Andra langsung
bergegas menuju pelukan ayahnya. Dia sangat tidak menyangka Tuhan benar-benar memberikan
hadiah terindah untuknya. Hadiah yang tidak akan pernah ia lupakan. “Ayah selalu hidup dalam
hatimu Nak. Sekalipun ayah tidak ada disampingmu” Ucap Ayah menambah haru keluarga kecil
itu.

Anda mungkin juga menyukai