Anda di halaman 1dari 199



by
Myjee4u

MIUWJI DREAMLAND
DESTINATA

Copyright 2022
Myjee4u

Cetakan 1. Juli 2022

V+ 200 halaman

MIUWJI DREAMLAND
Jln. Keramat Indah 1, Medan
ingeaprina@gmail.com

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


All right reserved

ii |Destinata
Prologue
Ini tentang bagaimana semesta yang
mempermainkan takdir seseorang. Bagaimana
seseorang memiliki kepercayaan terdekat.
Bagaimana dua orang bermusuhan yang
menjadi satu. Bagaimana dua orang saling
cuek menjadi satu. Hanya karena sebuah tanda
yang ditakdirkan semesta.
Irish nama gadis bersurai gelombang yang
kini sedang lahap memakan risotto nya di
salah satu meja di restoran Italia yang tak jauh
dari sekolahnya. Rencananya sepulang
sekolah tadi ia hanya ingin pulang dan makan
siang di apartemen saja, namun kebetulan saat
di tengah jalan hujan langsung mengguyurnya.
Jadilah sekarang ia hanya sedang duduk
makan siang bersama seorang sahabatnya
yang kini tengah sibuk membaca novel
iii |Destinata
sembari melilitkan spagetthi ke garpu untuk ia
masukkan ke dalam mulutnya.
"Alin kalau makan ya makan jangan
sambil baca buku." Omel Irish pada
sahabatnya itu. Sedangkan gadis bersurai
hitam lurus itu hanya melirik Irish sebentar
lalu kembali fokus dengan bukunya.
Irish mendengus kala ia diabaikan oleh
sahabatnya. Namun Irish mencuri-curi
pandang ke arah novel yang sedang Alin baca.
Terlihat dari cover nya saja Irish sudah tau
novel apa itu.
Hukum Takdir Semesta dan Soulmate.
"Lo skeptik tapi baca buku begituan."
Sindir Irish, sambil mengunyah kembali
risottonya.
"Cuman penasaran sih, tapi gue tetep
skeptik. Lagian mana ada takdir itu harus
ditentukan sama tato, nggak masuk akal.

iv |Destinata
Semua orang bisa memilih takdirnya sendiri."
Ujar Alin santai.
"Lalu, kalau lo dapet tanda soulmate nanti
dan ternyata soulmate lo orang terdekat lo apa
yang bakal lo lakuin?" Tanya Irish.
"Gue tolak, karena gue nggak mau diatur
semesta."
"Keras kepala."

v |Destinata
CHAPTER 1

Misogini
Irish meremat perutnya yang terasa sakit.
Entah kenapa hari ini terasa lemas dan juga
moodnya sedang naik turun.
"Nah anak-anak apa ada pertanyaan?"
Tanya bu Sandra selaku guru matematika
yang sedang menjelaskan materinya. Dan
tanpa aba-aba Irish mengangkat tangannya
membuat seisi kelas mengalihkan atensi
mereka pada Irish.
"Ya Irish? Kamu mau bertanya apa?"
Tanya bu Sandra.
"Izin ke uks bu, perut saya sakit." Ujar
Irish.
"Kenapa bisa sakit?"
vi |Destinata
"Kayaknya masalah bulanan cewek bu,
jadi saya boleh ke uks bu?"
Bu Sandra mengangguk mengizinkan,
bahkan menyuruh Alin mengantarkan teman
sebangkunya itu untuk pergi ke uks. Namun
ditolak oleh Irish, ia tak mau mengganggu
waktu belajar Alin.
Dan setelah melewati koridor sekolah
yang panjang, akhirnya Irish sampai di uks.
Dan yang berjaga hari ini adalah Amel, salah
satu kakak kelasnya yang terkenal menjadi
admin akun base sekolah.
"Eh Irish? Kenapa?" Tanya Amel, Amel
memang sudah mengenal Irish.
"Perut gue sakit kak."
"Oh yaudah lo baring dulu di brankar tirai
2, biar gue buatin lo teh hangat." Irish
mengangguk lalu pergi membaringkan
tubuhnya di atas brankar yang ditunjuk Amel.

vii |Destinata
Irish tak bisa menutup matanya karena
memang perutnya sangat nyeri sekarang. Tak
lama Amel datang membawa teh hangat, Irish
menerimanya dan meminumnya. Setelah itu
Irish menceritakan keluhan sakitnya.
"Kayaknya obat pereda nyeri bulanannya
habis, gue bakal beli ke apotek depan dulu
bentar, lo nunggu sini ya, gue nggak lama."
Ucap Amel lalu dihadiahi anggukan oleh Irish.
Seperginya Amel, Irish hanya duduk
menyandar pada kepala brankar sambil
memegang cangkir tehnya yang tinggal
setengah. Namun tak lama ia tersentak karena
suara seseorang yang tengah kesal dan bisa
dilihat dari bayangan tirai, orang itu
mendudukkan dirinya di atas brankar 3 di
samping brankar yang Irish tempati.
"Semua cewek sama aja, jalang matre.
Sialan, bisa-bisanya dia ngaku gue yang
hamilin dia, padahal dia tidur sama yang lain."
viii |Destinata
Irish dapat mendengar dengusan kasar dari
ucapan itu.
"Harusnya gue bunuh aja sekalian tuh
jalang matre biar aman hidup gue." Ucap
orang itu lagi.
"Lagian emang ya, dasar cewek dari
sananya emang udah rendah banget." Irish
menggeram kesal, dia juga adalah seorang
perempuan. Dan setelah mendengar penuturan
orang gila itu ia merasa terhina. Irish
membuka kasar tirai yang menghalanginya
dan langsung mendapati seorang pemuda
bersurai coklat gelap dengan poni yang
hampir menutupi matanya sedang duduk di
atas brankar sembari bermain game di
ponselnya. Sedangkan pemuda itu langsung
menoleh saat mendengar suara tirai digeser.
"Lo! Apa apaan dengan ucapan lo! Nggak
semua cewek begitu sialan!" murka Irish. Dia

ix |Destinata
benar-benar kesal, ditambah dengan moodnya
yang seperti roller coaster.
Pemuda itu tak menjawab dan kembali
fokus dengan game di ponselnya. Irish geram,
dia langsung saja menyiram pemuda itu
dengan sisa tehnya hingga baju pemuda itu
basah. Pemuda itu mendengus kesal
mematikan ponselnya lalu menatap tajam
gadis bersurai gelombang yang tengah
menatap kesal juga dirinya.
"Lo kenapa sih? Ada masalah?" tanya
pemuda itu dengan nada kesalnya.
"Lo tuh yang kenapa! Nggak usah samain
semua cewek!"
"Lah emang gitu kan kenyataannya?
Semua cewek yang gue kenal itu jalang matre.
Dan mungkin lo termasuk." Ujar pemuda itu
sambil tersenyum remeh. Irish kesal, kalau
saja seorang petugas uks tidak datang, ia pasti

x |Destinata
sudah mengacak-acak wajah sok tampan
pemuda itu.
"Kak ini obatnya, kakak minum ya biar
nyeri kakak reda." Ucap pemuda bersurai
hitam yang baru datang itu dengan ramah.
Irish tampak bingung melihat obat yang
disodorkan pemuda itu.
"Tadi kak Amel nitipin sama gue obatnya
kak, dia disuruh ke kelas karena ada ulangan
mendadak." Jelas orang itu diberi anggukan
paham oleh Irish.
"Lo anggota baru PMR?" Tanya Irish yang
tak pernah melihat pemuda di depannya.
"Gue anggota lama, cuman gue
belakangan lagi hiatus."ucap pemuda itu
ramah.
Irish mengagguk paham lalu meminum
obatnya.

xi |Destinata
"Oh iya kak, nama gue Niko Angelo,
panggil gue Niko. Gue kelas 11 IPA 2." Ucap
pemuda itu memperkenalkan diri.
"Loh kita seangkatan? Nggak perlu
manggil gue kakak kali." Ucap Irish.
"Kayaknya harus sih, gue pernah
akselerasi."
"Berarti lo pinter dong?"
Niko terkekeh pelan "biasa aja kok kak."
"Iya iya, kenalin nama gue Irish
Arthayana, gue kelas 11 IPS 4." Niko
mengangguk paham. Lalu menoleh ke arah
brankar di belakangnya ternyata ada orang
juga.
"Woi bang Jake, ngapain lo di sini?
Dicariin pak Simon, lo udah 3 kali cabut
pelajaran dia." Ucap Niko pada pemuda
rambut coklat yang dipanggil Jake itu.
"Gue sakit perlu istirahat." ucap Jake.
"Istirahat apanya kalau lo main game."
xii |Destinata
"Ngurus banget lo bocah. Urus tuh
gebetan lo!" sewot Jake lalu kembali menatap
layar ponselnya.
"Sialan. Eh kak Irish mau ke mana?"
Tanya Niko kala Irish sudah bangkit dari
brankar.
"Mau ke kelas, sakit perut gue udah
sembuh."
"Cepat banget, eh iya nanti pulsek kakak
mau pulang bareng gue nggak?"
Irish tampak berfikir namun langsung
mengangguk mengiyakan tawaran Niko.

xiii |Destinata
CHAPTER 2

Deserved
Pulangnya Irish benar-benar pulang
bersama Niko menggunakan motor sport milik
Niko. Kalau Alin tadi, ia sudah dijemput oleh
supir keluarganya. Dan sekarang Irish masih
dalam perjalanan bersama Niko. Dan tak
lama, motor sport itu sampai di depan
pekarangan rumah Irish.
Dengan hati-hati Irish turun dari motor
Niko lalu membuka helmnya, namun entah
kenapa pengunci helmnya sangat susah untuk
dibuka. Melihat itu Niko hanya terkekeh lalu
membantu Irish untuk membuka helmnya.
Irish terdiam menerima perlakuan Niko.
Setelah helm itu terbuka, Niko tersenyum
xiv |Destinata
manis sekali bahkan Irish sampai terpesona
dibuatnya.
"Emm.. Niko makasih ya." Ujar Irish agak
gugup karena Niko yang terus menatapnya.
Niko tersenyum lagi lalu mengusak rambut
Irish gemas.
"Ih apaan sih Niko, rambut gue kok diacak
acak?" Irish kesal sambil merapihkan
rambutnya lagi.
"Abisnya kakak lucu banget sih."
Tak sadar ucapan Niko kini membuat
wajah Irish memerah seketika karena malu.
"Udah masuk gih kak, udah mendung
nih." Ucap Niko membuat Irish tersadar lalu
mengangguk.
"Yaudah kak gue pulang dulu deh, lain
kali gue mampir. Bye!" Niko langsung saja
pergi, Irish yang masih menatap kepergian
Niko pun tersenyum.

xv |Destinata
***

Alin memasuki rumah megahnya.


Keadaan rumah sepi seperti biasa, hanya saja
tadi Alin melihat mobil orang tuanya yang
sudah terparkir di depan rumah. Tumben saja
orang tuanya pulang lebih awal.
Hingga saat Alin hendak menaiki tangga
menuju kamarnya, ia mendengar suara anak
kecil yang sepertinya sedang tertawa-tawa di
halaman belakang. Namun Alin tetap tak
memedulikan itu dan melanjutkan langkahnya
menuju kamar. Namun langkahnya terhenti
saat salah satu maid memanggilnya.
"Maaf nona Alin, nona dipanggil papa
nona di halaman belakang. mama, adik serta
kakak nona juga di sana." Ucap maid itu.
Alin menghela nafasnya, sejujurnya ia
ingin tidur dan tak ingin menemui
keluarganya kali ini. Namun tetap Alin
xvi |Destinata
mengikuti perintah papanya dengan pergi
menemui beliau di halaman belakang.
Sesampainya di sana, Alin dapat melihat
sang papa yang sedang duduk di sebuah kursi
besi bersama dengan seorang wanita yang
dicintainya. Ya, mamanya Alin, lebih tepatnya
mama tiri Alin.
Lalu suara anak kecil yang tertawa tadi
berasal dari adik tiri laki-laki yang kini sedang
bermain ayunan ditemani kakak tiri laki-laki
Alin.
Sebenarnya Alin tak menyukai mereka
semua, ia tak rela jika posisi ibunya yang
meninggal dua tahun lalu harus tergantikan.
Lagi dua saudara tirinya itu.
William Chou, adik tiri Alin. Anak laki-
laki yang kini sedang bermain ayunan
bersama sang kakak berwajah datar dan hanya
tersenyum sesekali. William masih berumur 7
tahun dan kini masih duduk di bangku sekolah
xvii |Destinata
dasar. Sedangkan kakaknya adalah Ben
Eizeekiel Chou, pemuda bersurai hitam, dia
seumuran dengan Alin, hanya tua sebulan dari
Alin. Alin kenal Ben, dia salah satu siswa
populer di sekolahnya. Hanya saja mereka
berada di kelas yang berbeda walaupun
mereka seangkatan. Ben berada di kelas 11
IPA 1 sedangkan Alin berada di kelas 11 IPS
4.
Alin memang terlampau cuek pada dua
saudara tirinya, bahkan dengan ibu tirinya.
Papa Alin memaklumi itu karena memang
Alin belum sepenuhnya menerima bahwa ibu
nya sudah digantikan, dan posisinya sebagai
anak tunggal sudah lenyap.
Tuan Antana paham akan hal itu, jadi ia
membiarkan sang putri untuk belajar
menerima secara perlahan.
Alin menghampiri sang papa dengan jalan
yang santai.
xviii |Destinata
"Alin, papa udah mutusin ini. Nanti sore
papa dan mama akan pergi untuk
menyelesaikan pekerjaan papa di Australia
selama 3 bulan. Jadi kamu baik-baik bersama
Ben dan William. Tenang, papa akan
mentransfer uang bulanan kalian ke rekening
Ben." Alin terkejut atas penuturan sang papa,
bagaimana bisa papanya akan mengirim uang
ke rekeningnya Ben. Kan yang berhak itu
hanya Alin.
"Tapi kenapa papa malah ngirim ke
rekeningnya bukan ke rekening Alin?" ucap
Alin tak terima.
"Ben kakakmu Alin, dia yang bertanggung
jawab dan berhak memegang uang. Lagipula
papa tidak mau uang itu habis karena gaya
hidupmu yang terlampau boros itu. Setidaknya
Ben bisa mengatur pengeluaran dibanding
kamu."

xix |Destinata
"Terserah." Ucap Alin lalu pergi
meninggalkan tempat itu begitu saja karena
terlampau kesal.
"Lihat Rika? Anak itu semakin sulit diatur,
rasanya saya ingin sekali cepat menikahkan
anak itu dengan anak pak Sam agar bisa
dewasa. Bahkan bertunangan dengan Farel
saja tidak cukup membuat anak itu sadar."
Ujar tuan Antana.
"Rio, bagaimanapun putrimu masih berada
di fase remaja menuju dewasa, masih
memiliki sikap temperamen seperti itu. Jadi
biarkan saja dulu dia untuk menjadi dirinya.
Jangan bebani dia, cukup pertunangan itu saja
yang jadi bebannya." Jelas Rika sembari
mengusap pundak suaminya.
Ben hanya menatap datar dari awal sampai
akhirpun kembali mendorong ayunan adiknya.

***
xx |Destinata
Alin menatap langit-langit kamarnya yang
terhias stiker bintang glow in the dark. Ia
masih kesal, dia benar-benar tak ingin seperti
ini. Semenjak sang ibu meninggal, sang papa
jadi semakin mengekangnya, bahkan malah
menjodohkannya dengan anak dari rekan
bisnisnya. Alin ingin menolak namun tak bisa.
Rasanya hidupnya sudah berubah 180
derajat. Dari dulu yang hidup dengan
kehangatan keluarga, dan sekarang Alin
merasa bahwa tak ada kehangatan lagi di
rumah ini. Padahal itu hanya perasaannya saja.
Tak lama layar ponsel Alin menyala
menampilkan nama seseorang yang Alin
kenal. 'Dino'
Alin membuka pesan dari username Dino
itu lalu membacanya dengan serius.

Dino
xxi |Destinata
Lo ikut racing mlm ini?

Dmn? Jmbr? Hdhny?

tempat biasa, jam 9 mlm


lumayan, 6 jt

Oke gue ikt

sip

Alin meletakkan kembali ponselnya lalu


segera pergi ke kamar mandi untuk
membersihkan dirinya. Malam ini ia
berencana akan mencari uang tambahan untuk
mengisi rekeningnya.

xxii |Destinata
CHAPTER 3

Bet
xxiii |Destinata
Irish keluar dari minimarket dengan
membawa banyak jajanannya. Namun saat
hendak menaiki motornya, matanya malah
menoleh ke arah kerumunan anak muda yang
sedang memblokade jalan. Biar Irish tebak,
pasti mereka akan mengadakan balap liar lagi.
Awalnya Irish tak tertarik dan hendak
menstarter motornya, namun kegiatannya
berhenti saat melihat mobil svj roadster ungu
yang berhenti tepat di kerumunan itu. Irish
kenal mobil sport itu, itu milik sahabatnya
yaitu Alin. Apa Alin akan ikut balapan liar
lagi kali ini? Tidak boleh tentu tidak boleh,
kali ini Irish harus menghalangi sahabatnya
sebelum terjadi sesuatu hal yang buruk.
Irish memarkirkan kembali motornya di
depan minimarket lalu segera berlari menuju
kerumunan, namun sialnya ia malah menabrak
seseorang. Untung saja orang itu dengan sigap
xxiv |Destinata
menangkap tubuh Irish agar tidak terjatuh ke
tanah.
"Lo!"
"Lo! Lo ngapain di sini?!" Tanya Irish
histeris karena orang yang menabraknya
adalah pemuda yang sama dengan pemuda
yang berada di uks tadi siang. Kalau Irish tak
salah namanya Jerk, ya namanya Jerk.
"Bukan urusan lo." Ucap Jake lalu masuk
ke salah satu mobil veneno roadster. Risthi
menjerit tertahan, apakah itu benar-benar
mobil Jake? Karena mobil itu adalah mobil
mahal.
"Aa lupakan." Irish mencari-cari lagi
mobil sahabatnya. Namun dirinya terlambat
saat mobil-mobil sport itu sudah mengambil
start. Ada seorang wasit yang kini mengutip
uang taruhan ke setiap pembalap dan sialnya
Alin satu-satunya perempuan di sana. Irish
semakin khawatir dan hendak menghampiri
xxv |Destinata
sahabatnya namun nihil jika tubuhnya
terombang-ambing di dalam puluhan
penonton.
Sedangkan di lain sisi...
"Jake mana uang lo." Ucap wasit sebut
saja Dino. Lantas Jake segera memberikan
beberapa lembar ratusan ribu pada Dino.
"Tuh cewek ikut lagi?" Tanya Jake pada
Dino bermaksud menunjuk gadis yang
mengendarai svj roadster di sebelahnya.
"Iya, lo takut dikalahin?" pancing Dino.
"Ya enggaklah, tapikan bukan harusnya
cewek tuh enggak boleh ikut racing begini.
Dia cocok ngejalang aja. Bilang sama dia,
kalau butuh uang enggak usah ikut balapan,
cukup dia datang ke hadapan gue buat
ngangkang. Gue bayar lebih tinggi dari pada
hadiah racing." Ucap Jake dengan senyum
smirknya.

xxvi |Destinata
"Ngaco lo bangsat. Kalau lo misogini
yaudah sih nggak usah ke temen gue juga
anjing!" kesal Dino lalu beralih ke mobil Alin.
"Lin kali ini lo harus menang lagi nggak
mau tau, pokoknya usaha. Soalnya lo
direndahin lagi sama Jake. Bahkan dengan
beraninya dia nyuruh gue sampein ke lo kalau
lo cocok jadi jalangnya." Ucap Dino pada
Alin.
"Sialan, bakal gue buat malu dia."
"Bagus semangat!"
Setelah meminta uang taruhan dari Alin,
Dino langsung berlari ke pinggir arena lalu
mulai memasang aba-aba.
Alin menoleh ke sampingnya menatap
orang yang berani merendahkannya, dan
tanggapan orang itu hanya memberi kedipan
mata membuat Alin jijik seketika. Alin
kembali fokus pada jalanan di depannya
hingga...
xxvii |Destinata
'Prriiit'
7 mobil sport itu langsung melaju dengan
kencang berusaha menjadi yang terdepan.
"Gue bakal kalahin lo Jake sialan!" geram
Alin.

***

Ben mondar mandir ke sana ke mari


dengan cemas, sesekali ia melirik ke arah jam
dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 2
pagi, tapi Alin belum juga pulang.
Bukan apa, Alin sekarang adalah tanggung
jawabnya. Jadi wajar Ben sangat cemas karena
takut terjadi sesuatu yang buruk pada adik
tirinya itu. Lagi adiknya itu adalah seorang
gadis. Tak baik jika seorang gadis berada di
luar rumah sendirian di atas jam 9.
"Sial kemana anak itu." Ben berusaha
menghubungi teman-temannya. Namun tentu
xxviii |Destinata
dia tak mendapatkan kabar apapun. Lagi Ben
tak mempunyai kontak Alin setelah 5 bulan
berada dalam satu atap.
Hanya saja
Ah iya Farel
"Halo Farel!"
"Oh elo, kenapa?" tanya Farel di seberang
sana.
"Alin sama lo?"
"Enggak, bukannya dia di rumah? Dia
bilang dia mau tidur jam 8 tadi. Masa lo
enggak tau? Lo kan kakaknya, yaudah udah
malem gue mau tidur bye."
Sambungan diputus sepihak bersamaan
dengan pintu rumah yang terbuka
menampilkan seorang gadis berambut hitam
dengan kaos hitam serta rok yang err terlalu
pendek sedangkan tangan kirinya menenteng
sepatu.

xxix |Destinata
"Dari mana aja lo." ujar Ben datar, Alin
melirik sebentar lalu kembali menutup pintu.
Ben geram langsung menghampiri Alin lalu
memojokkannya di pintu. Alin berbalik
mendapati wajah Ben yang hanya tinggal
beberapa senti saja dari wajahnya. Tatapan
matanya cukup tajam membuat Alin hampir
saja ciut.
"Jawab gue lo darimana?!" bentak Ben,
namun dengan segera Alin mendorong tubuh
Ben hingga mundur beberapa langkah.
"Bukan urusan lo." Ucap Alin langsung
pergi menuju kamarnya.
Flasback
Setelah satu putaran akhirnya Alin
mendapat tempat pertama dan Jake di tempat
kedua yang nyaris saja sama. Tapi untungnya
Dino melihat bagaimana kedua mobil mewah
itu memasuki garis finish dengan teliti.

xxx |Destinata
Dan yah dia sangat senang ternyata
temannyalah yang menang dan berhasil
mengalahkan si sombong Jake. Dan saat
sampai di garis finish, Alin langsung keluar
dari mobilnya bersamaan dengan Jake. Dan
saat itu juga Alin langsung membogem wajah
Jake dengan brutal.
'Bugh'
Satu bogeman mengenai pipi mulus Jake.
"Buat lo yang udah ngerendahin gue
sialan! Gue bukan jalang bangsat!"
'Bugh'
"Lagi buat mulut busuk lo yang nyuruh
gue ngangkang buat lo Jerk sialan!" namun
saat hendak melayangkan bogeman lagi,
tubuh Alin malah ditahan seseorang, itu Irish
yang kini menahan tubuhnya agar tidak
menghajar Jake yang sudah babak belur. Bisa
saja Alin akan bermasalah karena membunuh

xxxi |Destinata
anak orang. Sedangkan Jake kini dibantu
Dino untuk berdiri.
"Lin uangnya gue transfer ke rekening lo,
sekarang lo pulang gih sebelum polisi dateng
razia." Ucap Dino, Alin hanya mengangguk
lalu pergi dengan mobilnya begitu pula
dengan Irish yang kembali ke minimarket
untuk mengambil motornya.
"Ucap Dino, Alin hanya mengangguk lalu
pergi dengan mobilnya begitu pula dengan
Irish yang kembali ke minimarket untuk
mengambil motornya.

CHAPTER 4

Tattoo
xxxii |Destinata
"Sayang kamu udah bangun." Jake
menoleh ke arah wanita yang baru saja keluar
dari kamar mandi hanya dengan menggunakan
bathrobe pendek saja. Jake tau wanita itu
menggodanya lagi mereka melakukan itu tadi
malam selama beberapa ronde. Jake tidak
heran jika wanita itu masih bisa berjalan
dengan normal karena dia berpengalaman.
Jake tidak menjawab, dia meraih
ponselnya lalu mengotak-atiknya setelah itu
meletakkannya di tempat semula.
"Gue udah transfer ke rekening lo, lo bisa
pergi sekarang." Ucap Jake datar. Namun
bukannya pergi, wanita itu malah
menghampiri Jake lalu duduk di atas tubuh
telanjang Jake yang hanya dilapisi oleh
selimut saja.

xxxiii |Destinata
"Enggak mau morning sex dulu?" Goda
wanita itu.
"Pergi atau lo mati!"
"Tap- "
"Pergi gue udah nggak nafsu anjing!"
Wanita itu mendengus kesal lalu
mengutipi pakaiannya dan pergi memesan
ruangan lain. Memang setelah balapan, Jake
tidak pulang ke rumah. Dia malah bermalam
di hotel dan menyewa seorang jalang untuk
memuaskannya.
Jake menoleh ke arah jam tangan yang
masih terpasang di pergelangan tangan
kanannya. Ternyata sudah jam 7 dan jam
setengah 9 bel sekolahnya akan berbunyi.
Mungkin Jake bisa menunda beberapa
menit, lagi ia sudah cukup sering menjadi
langganan BK. Jadi ia santai saja. Namun saat
hendak tertidur lagi, Jake malah merasa
bingung. Ada sesuatu yang aneh. Maka dari
xxxiv |Destinata
itu ia kembali menatap tangannya yang
ternyata kini sudah menjadi kanvas sebuah
tato bergambar mawar dengan batang yang
melilit pada sebuah pedang.
Tapi sejak kapan ia membuat tato?
Jake langsung saja meraih ponselnya
dengan panik lalu segera menghubungi
seseorang.
"Halo Ben!" ucap Jake saat sudah
tersambung.
"Kenapa pagi-pagi lo nelpon tumben."
"Apa namanya kalau kita tiba-tiba dapet
tato aneh di pergelangan tangan di atas nadi?"
"Eh?"
"Gue dapet tato pedang dililit mawar."
"Tanda Soulmate. Lo udah dapet tanda
soulmate."
"Serius lo!"
"Hmm gue juga dapet pagi ini."
"Jangan bilang lo soulmate gue."
xxxv |Destinata
"Ya kagaklah, mana mau gue homo sama
lo bangsat! Lagian tatonya beda, gue bulan
sabit ada rantainya."
"Lo tau siapa soulmate lo?"
"Enggak, yang gue tau lo tinggal nyari
tato yang mirip atau sepasang sama punya
lo."
"Gu- "
"Udahlah bangsat gue mau pergi sekolah,
kalau mau cerita di sekolah aja." Ucap Ben
lalu memutuskan sambungannya.
"Ben sialan."

***

"Rish tatonya cantik banget." Puji Alin,


entah kenapa Alin yang dilihat Irish hari ini
adalah Alin yang berbeda.
"Gue tebak, lo lagi seneng karena menang
balapan semalem kan njir." Alin cengengesan.
xxxvi |Destinata
Memang tak bisa dipungirin sih, dia senang
karena mendapatkan uang 6 juta secara instan.
5 ratus ribu tambahan dari Dino karena
berhasil membuat Jake babak belur.
Memang semenjak sang ibu meninggal,
Alin jadi gadis berandal jika di luar sekolah.
Dia ikut balapan liar, berantem namun tetap ia
tak akan berani mendekati barang berbahaya
seperti narkoba ataupun menjalang. Berandal
dalam batas wajar.
"Lin kalau gue suruh lo berhenti buat ikut
balapan dan berhenti berteman sama Dino
Dino itu lo mau enggak?" Tanya Irish dengan
hati-hati pada gadis yang kini masih
mengagumi bentuk tanda soulmate yang baru
saja didapat Irish pagi ini. Bentuk pedang
yang dililit mawar.
"Enggak kayaknya, gue suka balapan, dan
Dino itu temen baik gue selain lo." Ucap Alin
santai.
xxxvii |Destinata
"Tapi kalau papa lo tau, lo bisa abis."
"Ya bodoamat sih, toh dia juga nggak
peduli lagi sama gue."
"Lo terlalu hanyut dalam kesedihan jadi
begini. Mana Alin yang dulu? Alin anak baik-
baik yang selalu ceria dan selalu dengerin hal
baik? Bunda lo pasti sedih ngeliat lo yang
begini." Ujar Irish serius.
"Rish jangan mulai ceramah, kita tau di
bumi juga kita diwajibkan untuk buat dosa."
"Pemahaman macam apa itu?"
Alin kembali duduk lurus sambil
menumpu dagunya dengan tangan kirinya.
Tatapannya kosong ke depan. Untung saja ini
sedang jam istirahat, jadi mereka bebas untuk
berbicara. Namun Irish malah terpaku pada
satu titik, di atas denyut nadi Alin. Di sana
juga ada sebuah tato berbentuk bulan sabit
dengan rantai.

xxxviii |Destinata
"Eh Lin? Lo dapet tato juga?" Alin
tersadar lalu menatap ke arah yang ditunjuk
Irish, benar di sana ada tato berbentuk bulan
sabit dengan rantai. Tapi kenapa Alin baru
menyadarinya?
"Hmm kali ini jangan jadi skeptik lagi, lo
udah dapet takdir lo. Lo terima." Ujar Irish.
"Gimana cara ngilangin tato ini?"

***

"Shh." Ben meringis kala merasakan panas


di atas denyut nadinya.
"Kenapa Ben?" Tanya Refan teman
sebangkunya.
"Eh enggak, enggakpapa." Ucap Ben.
Jika tatonya bereaksi maka ada sesuatu
yang terjadi salah satunya soulmatemu
berusaha menolak.
"Tapi soulmate gue siapa?"
xxxix |Destinata
CHAPTER 5

xl |Destinata
Bizzare
Irish berjalan di sepanjang kolidor yang
sepi itu. Bukan, ini bukan jam pelajaran, ini
masih jam istirahat. Sebagian besar siswa
siswi banyak di kantin ataupun di
perpustakaan. Tak heran jika kolidor sepi.
Irish juga baru selesai dari kamar mandi dan
akan kembali ke kelas. Namun saat dalam
perjalanan, ia malah melihat Jake yang berlari
ke arahnya lalu menariknya pergi entah ke
mana. Irish sempat melihat seseorang yang
memang mengejar Jake, apa mungkin Jake
berlari karena itu.
Irish masih mengikuti ke mana Jake
membawanya pergi. Hingga tak lama ia
mereka sampai di gudang belakang sekolah.
Jake langsung menarik Irish masuk ke gudang
xli |Destinata
lalu bersembunyi dibalik kursi-kursi rusak dan
tentu dengan membekap Irish juga agar tidak
bersuara.
Entah kenapa Irish merasa aneh saat
berada dalam dekapan Jake. Namun lebih
aneh lagi saat Jake malah ikut menariknya ke
gudang.
"Kalau lo bersuara, gue bakal cium lo
sampe kehabisan nafas." Irish menegang
seketika saat suara deep itu menyapa
telinganya dengan hembusan nafas panas yang
menerpa lehernya.
"Sial Jake di mana!" ucap gadis yang
mengejar Jake tadi dengan nada frustasinya
sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh
penjuru lingkungan di sana.
"Pokoknya awas aja, gue bakal buat lo
nyesel Jake sialan Greyson." Ucap gadis itu
lalu pergi, lantas dengan segera Irish langsung

xlii |Destinata
melepaskan dirinya dari Jake sedangkan Jake
hanya diam.
"Lo apa apaan sih bawa gue ke sini!" kesal
Irish sembari menatap tajam Jake.
"Nggak tau reflek."
"Reflek otak lo set- "
"Oh jadi di sini ternyata." Jake dan Irish
kompak menoleh mendapati gadis yang
mengejar Jake tadi berada di depan mereka.
"Jake kenapa lo kabur dari gue! Dan dia
siapa?!" teriak gadis itu, demi apapun
suaranya sangat cempreng membuat telinga
Irish hampir saja berdengung.
"Gue tadi jogging, pas lo kejar ya sekalian
aja gue lari." Ucap Jake santai dan hey, Irish
sampai bingung. Alasan bodoh macam apa
itu? dan bodohnya si gadis hanya mengangguk
paham. Idiot sekali.
"Terus dia siapa?" tunjuk gadis itu pada
Irish.
xliii |Destinata
"Oh kenalin ini Siti, calon tunangan gue."
Ucap Jake santai membuat Irish melotot kaget.
"Hah! nggak mungkin kan Jake, gue itu
calon istri lo. Bahkan gue hamil anak lo." Jake
mendengus kesal saat mendengar penuturan
gadis itu.
"Denger Edrea, gue nggak pernah
ngeklaim lo sebagai calon istri, gue nggak
pernah nyentuh lo anjing, dan anak yang lo
kandung itu anaknya Rafael bukan anak gue
jadi enggak usah ngadi-ngadi." Ucap Jake lalu
menarik Irish pergi.
Hingga sampai di kolidor IPA, Irish
langsung melepaskan paksa genggaman
tangan Jake. Jake berhenti lalu menoleh dan...
'Plak'
Terdengar jelas sekali tamparan keras
yang dilayangkan Irish ke pipi Jake. Jake
memegang pipinya, lalu menatap Irish dengan
pandangan yang sulit diartikan.
xliv |Destinata
"Sialan lo seenak jidat lo nyeret gue ke
masalah lo! Satu lagi, nama gue Irish. I R I S
H bukan Siti!" ucap Irish lalu pergi. Namun
Jake tetap diam, ia juga menyipitkan matanya
saat melihat pergelangan tangan Irish.
Ada tato di sana,
Tapi buram, Jake tak bisa melihatnya.
"Sial minus mata gue naik."

***

Cup
Satu kecupan Alin dapatkan di pipi
kanannya, dan pelaku pengecupan itu adalah
pemuda berambut hazel dengan mata
camarnya. Alin sempat tersentak kaget, namun
kembali melanjutkan makan siangnya. Tak
memedulikan pemuda yang sudah mencuri
kecupan di pipinya.

xlv |Destinata
"Ih kak Farel jangan kecup-kecup kak
Alin. Masih sekolah nggak boleh kecup-
kecup. Kata mama dosa." Ucap William yang
memang duduk di depan mereka.
Alin kini sedang makan siang di ruang
makan rumahnya dengan Farel yang duduk di
sampingnya, Ben yang duduk di hadapannya
dan juga William yang duduk di hadapan
Farel.
"Dih Alin tuh calon istri gue, jadi
nggakpapa kali. Nggak dosa. Iya kan sayang?"
Ucap Farel sembari mendekatkan kembali
wajahnya namun segera dimundurkan oleh
Alin menggunakan sendok.
"Gue nggak suka skinship berlebihan."
Ucap Alin. Lalu menatap ke depannya, tak
disangka tatapannya malah bertemu dengan
mata elang Ben. Lantas dengan segera Alin
memutuskan kontak mata itu lalu kembali
memakan makan siangnya.
xlvi |Destinata
Namun matanya melirik sedikit ke arah
pergelangan tangan Ben yang kebetulan hanya
memakai kaos lengan pendek. Jadi ia dapat
melihat jelas pergelangan tangan Ben. Dan
matanya membulat seketika saat melihat tanda
apa itu. Tato bulan sabit dengan rantai yang
putus, jika dihubungkan dengan tato milik
Alin maka itu akan cocok, rantai itu seperti
menyatu. Alin kembali menatap orang di
depannya yang sedang fokus dengan
makanannya.
Jadi,
Kakak tirinya ini adalah soulmate nya?
Ben soulmate Alin.
"Aish kenapa bisa!" teriak Alin tiba-tiba
membuat atensi 3 lelaki yang berada satu meja
dengannya teralih padanya.
"Apanya yang bisa?" Tanya Farel.
Alin gugup karena Ben juga ikut
menatapnya dengan tatapan bingung. Dan
xlvii |Destinata
segera Alin meletakkan sendoknya lalu pergi
ke kamar. Kali ini ia harus menghindar dari
Ben.

CHAPTER 6

xlviii |Destinata
Who?
Jake memasuki pekarangan rumahnya
dengan mobil sport nya yang agak tergores di
sebelah kanan. Memang Jake belum sempat
untuk membawanya ke tempat perbaikan.
Sebenarnya bukan belum sempat, tapi lebih ke
arah malas.
Saat sampai di depan pekarangan ternyata
ada mobil sedan lain yang terparkir di sana.
Jake hanya mengenali satu mobil yaitu milik
papanya, sedangkan mobil lainnya Jake tidak
tahu.
Jake keluar dari mobilnya lalu memasuki
rumah mewah miliknya itu dengan santai. Tas
sekolahnya ia gendong dengan sebelah lengan
saja. Penampilan berantakannya kini malah
menambah aura bad boy nya.
xlix |Destinata
'Cklek'
"Tuan muda Jake, anda di tunggu ayah
anda beserta nona Edrea dan orang tuanya di
ruang tamu." Ucap maid yang membukakan
pintu untuk Jake.
Jake mendengus kesal, untuk apa lagi
perempuan itu ke rumah?
Tak memedulikan perintah sang ayah,
Jake langsung melanjutkan perjalanannya
menuju kamar, namun sayang langkahnya
terhenti saat tangannya ditahan seseorang.
'Plak'
Dan yah, satu tamparan berhasil mendarat
lagi di pipi penuh lebamnya.
"Kenapa kamu ngabaiin Edrea dan bilang
ke Edrea kalau kamu punya calon tunangan
lain! Ingat, Edrea itu lagi hamil anak kamu,
sebulan lagi kalian menikah." Ucap sang ayah.
"Udah Jake bilang itu bukan anak Jake!
Jake memang bejat tapi Jake nggak pernah
l |Destinata
ceroboh." Dan yah satu tamparan mendarat
lagi akibat kejujuran yang terlontar dari bibir
Jake.
Jake memegangi pipinya yang terasa
pedas. Ia menatap sang ayah nyalang.
"Sebelum kamu bawa bukti, kamu tetap
salah dasar bajingan."
"Lebih bajingan mana? Ayah yang
ngebawa perempuan jalang ke rumah saat
bunda masih koma di rumah sakit atau Jake?"
"Jake Greyson jaga mulut kamu!"
"Kenapa yah? Karena yang Jake bilang itu
kenyataan kan? Udahlah capek ngomong sama
ayah yang enggak pernah ngerti perasaan
Jake. Jake capek selalu dijadiin alat bisnis,
mending Jake keluar dari rumah ini daripada
harus serumah sama tua bangka bajingan."
Ucap Jake sarkas lalu keluar dari rumah itu.
Lagipula Jake sudah capek karena tak
mendapat fasilitas selama ini. Ayahnya
li |Destinata
memang bekerja namun hanya untuk dirinya
sendiri. Sedangkan dirinyalah yang selama ini
membiayai rumah sakit bundanya dari hasil
judinya selama ini. Dan sebenarnya Jake juga
masih punya harta warisan dari mendiang
kakek dari ibunya. Jadi Jake tak perlu takut
untuk biaya lainnya.
Dan yah, sekarang ia harus membuktikan
pada ayah dan keluarga Edrea bahwa anak
yang dikandung Edrea bukanlah anaknya.
Menyentuh Edrea saja tak pernah, apalagi
menghamilinya.
"Sialan."

***

Irish menatap ke arah luar jendela


minimarket sembari menyeruput mie instan
yang baru saja di seduhnya. Keadaan luar
cukup sepi, padahal ini adalah malam minggu.
lii |Destinata
Biasanya jalanan itu ramai untuk dijadikan
arena balap liar atau lainnya. Namun kali ini
benar-benar sepi. Hanya ada beberapa orang
yang lewat.
Tumben,
"Eh elo cewek yang nahan Alin waktu
itukan?" Irish mendongak melihat seorang
pemuda yang rasanya tak asing di matanya.
"Oh lo Dino ya? Yang jadi wasit balapan
waktu itukan? Temen Alin?"
"Hahaha iya." Ucapnya sambil duduk di
hadapan Irish tanpa permisi.
"Lo kok bisa di sini?"
"Oh gue shift malem di sini. Mumpung
lagi nggak ada yang mau racing jadi gue kerja
di sini." Ujar Dino, untung saja keadaan
minimarket cukup sepi sehingga ia bisa duduk
mengobrol sebentar.
Irish mengangguk paham "Gue kira
balapan diadain tiap weekend."
liii |Destinata
"Enggak juga sih, btw gue belum kenal
sama lo. Lo siapanya Alin?"
"Gue Irish, sahabat kecilnya Alin."
"Oh oke, salam kenal Rish."
'Kring'
Irish dan Dino menoleh saat lonceng pintu
minimarket berbunyi.
"Loh Jake? Muka lo tambah ancur aja."
Ucap Dino pada orang itu.
"Masakin gue pasta dong Din."
"Asu udah gue bilang jangan panggil gue
Din, kesannya jadi kayak Udin." Dino bangkit
lalu segera menuju rak makanan. Sedangkan
Jake langsung saja duduk di tempat Dino
duduk tadi.
Dia tak memedulikan orang di depannya,
kini fokusnya hanya pada game di ponselnya.
Lagipula Irish tidak peduli dengan Jake, jadi
ia kembali makan.

liv |Destinata
"Lo." Irish mendongak, ternyata Jake
sedang menatapnya serius.
"Siti lo kenal sama Rafael? Gue waktu itu
pernah liat lo ngobrol sama Rafael di perpus."
Irish mendelik kesal, sudah kesekian
kalinya Jake memanggilnya dengan sebutan
Siti. Padahal nama aslinya kan Irish.
Irish menggendong tasnya lalu keluar dari
minimarket itu dengan kesal.
"Namanya Irish, bodoh."
"ASU! Lo ngagetin aja bangsat." Jake
mengelus dadanya karena sempat terlonjak
kaget atas kehadiran Dino secara tiba-tiba.
"15 ribu."

CHAPTER 7

Differ
lv |Destinata
'Tok' Tok' Tok
Alin menoleh ke arah pintu kamarnya. Ia
baru saja selesai mandi dan kini sedang
mengeringkan rambutnya menggunakan hair
dryer pun menghentikan aktifitasnya lalu
segera menuju pintu.
'Cklek'
"Malam kak Alin." Alin hanya menatap
datar William yang ternyata mengetuk
pintunya.
"Kak kita makan di luar yuk sama kak Ben
juga." Ucap si kecil dengan nada riangnya.
"Lo sama Ben aja deh, gue eng-"
"Adek kita tunggu kak Alinnya siap-siap
di ruang depan yuk." Ucap Ben yang tiba-tiba
datang.
"Oke, kak Alin jangan lama-lama ya,
William udah lapar soalnya." Alin hanya diam
lvi |Destinata
di depan pintu saat kedua saudara tirinya itu
pergi dari sana.

***

Dan di sinilah Alin sekarang bersama


dengan kedua saudara tirinya. Di sebuah kedai
ramen pasar malam. Mereka memakan ramen
bertiga dengan Alin dan William yang duduk
bersebelahan, sedangkan Ben yang duduk di
hadapan mereka. Persis seperti sebuah
keluarga. Bahkan orang-orang yang melihat
itu jadi gemas sendiri. Wajah Ben yang
tampan, Alin yang manis serta William yang
lucu. Tak ada yang sadar kalau mereka bertiga
adalah saudara tiri.
"Kak Ben, minum adek habis." Ucap
William tiba-tiba.
"Oh yaudah tunggu biar kakak pes-"

lvii |Destinata
"Gue aja." Ucap Alin tiba-tiba. Ben hanya
diam.
"Lo-em a-adek mau minum apa?" Tanya
Alin pada William, Ben cukup terkejut dengan
bahasa yang digunakan Alin. Biasanya Alin
hanya akan berkata dengan perkataan yang
terdengar kasar.
"Adek mau jus strawberry." Dan yah, Alin
benar-benar memesankan minuman itu untuk
William. Tak hanya itu, Ben melihat Alin
sudah mau berinteraksi dengan William,
seperti menyuapinya makan, juga mengusap
noda makanan di mulut William dengan tisu.
Ben tentu senang, akhirnya Alin menerima
adiknya. Walau Ben masih ragu kalau Alin
sudah menerimanya juga.
Setelah dari kedai ramen, Ben beserta adik
dan saudara tirinya itu memutuskan untuk
bermain-main sebentar di pasar malam.

lviii |Destinata
Menaiki beberapa wahana juga memainkan
permainan.
"Kak Ben..." Ben menoleh ke belakang
saat ujung jaketnya sedikit ditarik, bukan,
bukan William yang menarik karena Ben
menggenggam tangan William sedangkan
tangan William satunya memegang permen
kapas, jadi tak mungkinlah.
Ben terkejut karena yang memanggilnya
dengan sebutan kakak serta menarik ujung
jaket denimnya adalah Alin. Ben menarik
sebelah alisnya seolah bertanya kenapa pada
saudara tirinya itu. Tumben saja Alin
memanggilnya seperti itu.
"Mau itu." Alin menunjuk salah satu
boneka plushie pinguin besar di stan
permainan lempar kaleng susun.
Ben tersenyum lalu mengusak rambut Alin
pelan "Oke." Tak tau saja hanya karena
senyuman itu kini membuat wajah Alin agak
lix |Destinata
memerah karena malu. Entah dorongan
darimana ia malah meminta boneka plushie
pada Ben. Padahal Alin bisa saja membelinya
sendiri yang lebih mahal di toko.
Dan ya akhirnya ketiganya sampai di
depan stan permainan itu. Ben membayar
untuk dua kali kesempatan, dan dua kali
kesempatan sama dengan 4 lemparan. Ben
berfikir jika ia bisa memenangkan boneka
plushie itu maka Alin akan menerimanya
dalam kehidupannya sebagai saudara.
Tak butuh waktu lama...
'Prang'prang'prang
Ben tak perlu ancang-ancang untuk
menjatuhkan semua kaleng itu tanpa gagal di
4 kali lemparan. Ben berhasil, ia sudah
terbiasa dalam permainan ini. Bahkan saat
dulu, saat orang yang ia cintai masih
bersamanya.

lx |Destinata
Ben memenangkan plushie pinguin itu lalu
memberikannya pada Alin. Tentu Alin sangat
senang dan menerimanya dengan senang hati.
"Makasih kak Ben."
Cup
Tak disangka Alin malah mengecup pipi
Ben. Ben membulatkan matanya terkejut.
Sedangkan Alin yang mengelus plushie nya
dengan wajah senang pun berubah raut
menjadi ikut terkejut juga.
"Aih bodoh apa yang gue lakuin barusan!"
batin Alin berteriak, karena sumpah Alin
melakukannya semata-mata hanya karena ia
kesenangan.
"Aih manisnya pasangan itu."
"Family goals sekali."
"Anak mereka juga sangat lucu."
Ucapan-ucapan dari beberapa pengunjung
pasar malam pun membuat Alin semakin
malu, gadis itu berusaha menenggelamkan
lxi |Destinata
wajahnya pada plushie penguin yang
dipegangnya.
"Maaf kak Ben." Cicit Alin namun tetap
terdengar oleh Ben.
"Nggakpapa, yuk pulang."

CHAPTER 8

Side by side
lxii |Destinata
'Cklek'
"Eh Rafael?" Irish terkejut, pasalnya
tetangga satu lantainya itu tumben sekali pagi-
pagi bertamu ke apartemennya.
"Pagi Rish, boleh numpang sarapan
nggak? Gue lagi kehabisan uang buat makan,
ortu gue belum ngirim uang bulanan." Ujar
pemuda berpipi bakpao itu. Irish mengangguk
lalu mempersilahkan Rafael untuk masuk.
Sejujurnya Rafael memang sering seperti ini
setiap akhir bulan. Apalagi dia termasuk
pekerja yang digaji di awal bulan. Rafael
memang bekerja part time di sebuah bar
sebagai pelayan. Ya setidaknya dia bisa
memiliki penghasilan walau umurnya belum
legal untuk bekerja di sana.
Irish mengambilkan nasi serta lauk pauk
untuk Rafael makan lalu merekapun makan
dengan khitmad. Dan pada akhirnya mereka
lxiii |Destinata
juga pergi ke sekolah bersama, dengan Rafael
yang memberikan tumpangan motor pada Irish
sebagai balas budi karena telah memberinya
makan.
Irish memang sudah kenal dengan Rafael
dari mereka berada di tahun pertama sekolah
menengah pertama. Rafael adalah tetangga
satu lantainya Irish. Rafael tinggal sendiri di
unit apartemennya karena orang tuanya yang
bekerja dan tinggal di kota lain. Rafael
bukanlah orang menengah ke bawah, dia anak
dari dua dokter bedah ternama di kota sebelah.
Hanya saja ia memiliki empat adik, karena
berfikir akan menjadi beban keluarga, dia
memutuskan untuk pergi ke kota lain untuk
hidup mandiri.
Sedangkan Irish sendiri memang pada
dasarnya sebatang kara. Orang tuanya
meninggal karena kecelakaan mobil 5 tahun

lxiv |Destinata
lalu. Tapi untungnya harta milik orang tuanya
cukup untuknya hidup walau tidak bekerja.
Kembali lagi pada masa sekarang, kini
Rafael dan Irish sudah sampai di area sekolah
yang masih cukup sepi.
"Makasih El." Ucap Irish sambil
mengembalikan helm yang dipakainya pada
Rafael.
Rafael tersenyum "Terima kasih kembali."
'Bugh'
Irish terkejut saat Jake yang datang entah
dari mana itu langsung membogem Rafael
hingga Rafael jatuh terduduk sambil
memegangi pipinya yang menjadi sasaran
Jake. Jake yang terlihat emosi pun langsung
mencengkram kerah seragam Rafael hingga
Rafael berdiri lagi.
"Elo! Gara-gara lo gue bisa kejebak sama
cewe matre sialan itu! Gue nggak mau tau, lo
harus tanggung jawab ke dia!" bentak Jake,
lxv |Destinata
Irish berusaha memisahkan namun sama
sekali tak berhasil.
"A- apa maksud lo anjing! Tanggung
jawab apa!" ucap Rafael dengan terbata-bata
karena lehernya tercekik.
"Lo yang ngehamilin Edrea!" bentak Jake
lagi, tanpa aba-aba Jake langsung saja ditarik
oleh Ben yang baru saja datang bersama Alin.
"Jake! Tenang Jake masih di sekolah!
Jangan bicara macem-macem!" ucap Ben
dengan nada membentak juga. Sedangkan
Rafael di sana sudah merapihkan kembali
seragamnya yang kusut.
"Rafael lo pergi dulu, nanti siang gue mau
ngomong sama lo." Ucap Ben, Rafael
mengangguk lalu pergi bersama Irish dan
Alin.
"Jake lo tenang, lo bisa sabar sedikit lagi,
petugas lagi nyari tanggal video cctv nya.
Kalau lo nyerang kayak gini sama aja lo
lxvi |Destinata
dengan omong kosong karena Rafael sama
Edrea itu sama-sama nggak sadar. Mereka
kejebak." Jelas Ben.
"Ben lo bakal semarah apa sama penabrak
lari Lumi kalau orang itu udah lo temuin?"
Ben tertegun, kenapa tiba-tiba Jake
membahas hal itu?
"Gue lakuin hal yang sama kayak yang dia
lakuin ke Lumi."

***

Soulmate itu sama seperti stiker dan


albumnya. Jika album itu tak diisi stiker maka
tampak album itu akan hampa, kosong serta
tak berwarna. Begitu juga dengan soulmate,
jika seorang soulmate memutuskan untuk
hidup tanpa pasangannya, maka ia harus
menerima kehampaan hidupnya tanpa
pewarna.
lxvii |Destinata
Jadi Alin harus bagaimana? Soulmate nya
adalah saudara tirinya sendiri. Memang
sebenarnya ia skeptik terhadap hal begitu.
Tapi setelah bermimpi bagaimana sang bunda
dan papa di masa lalu, ia berfikir demikian.
Bukan apa, kalau saja bukan karena
ramuan buatan nenek, pasti papanya juga
sudah meninggal lama karena sang soulmate
yang tiada.
Jadi apa yang harus Alin lakukan
sekarang? Sudah berkali-kali Alin mengusap
tato bulan sabit berantai yang ada di atas
denyut nadinya itu dengan minyak tanah
namun tato itu tidak hilang juga.
"Sayang, kamu ngapain sendirian di sini?"
Alin tertegun, dengan cepat ia menutup
kembali denyut nadinya dengan lengan
almamaternya. Sedangkan orang yang tadi
berbicara langsung duduk di sampingnya.

lxviii |Destinata
"Enggak ngapa-ngapain." Jawab Alin
singkat.
Farel tersenyum lalu mengambil alih
tangan Alin untuk ia usap dengan kedua
tangannya. Dari kecil, Farel memang sudah
menyukai Alin. Maka ia meminta pada ayah
ibunya untuk menjodohkan dirinya dengan
Alin. Dan yah, orang tuanya setuju. Padahal
Farel tau sebenarnya mereka bukanlah
soulmate.
Dulu Farel pernah datang ke peramal
untuk membaca ramalan tentangnya, dan dia
terkejut karena sebenarnya soulmate nya
sudah meninggal karena menjadi korban
tabrak lari. Padahal Farel sama sekali belum
pernah bertemu soulmate nya itu. Sayang
sekali.
Untungnya Farel masih bisa hidup sampai
sekarang tanpa soulmate nya. Ya setidaknya
untuk beberapa tahun ke depan. Kalau
lxix |Destinata
beruntung, Farel benar-benar akan bisa
bertahan.
"Sudah kamu ke kelas sana, di luar ini
dingin. Nanti kamu masuk angin." Alin
mengangguk, dia langsung bangkit dari
duduknya lalu pergi dari sana. Sedangkan dari
kejauhan, Ben melihat semua interaksi itu,
entah kenapa dadanya malah terasa sesak.

CHAPTER 9

Taste
lxx |Destinata
"Oke, kalau lo kalah, lo harus traktir gue
makan selama akhir bulan ini."
"Kalau lo yang kalah, lo harus janji
comblangin gue sama kak Irish."
"Oke deal!"
"Deal!"
"Niko! Rafael! Keluar dari kelas saya!"
Niko dan Rafael yang sedaritadi berdebat pun
dengan wajah tidak bersalah mereka segera
menuju keluar kelas karena perintah mutlak
dari gurunya. Sebenarnya yang Rafael dan
Niko perdebatkan tadi itu adalah tentang siapa
yang akan menjadi pemenang dalam balap liar
yang akan diadakan dalam waktu dekat.
Mereka memutuskan untuk melakukan
taruhan. Siapapun yang kalah akan menuruti
permintaan yang menang.
"Yang pasti kak Alin menang lagi, diakan
juara bertahan." Ucap Niko bangga,
lxxi |Destinata
sebenarnya Niko memang kenal Alin, bahkan
mengidolakannya sebagai pembalap terkeren.
Hanya saja Alin menyuruh Niko untuk tutup
mulut jika berada di luar arena balap. Karena
kalau hal itu terdengar oleh warga sekolah
bahkan papanya, dia bisa benar-benar tamat.
"Gue sih tetep ya, kak Dino pasti."
"Sotoy lo kalau kak Dino bakal ngikut.
Dia biasa juga jadi wasit."
"Tapi kali ini dia ikut goblok, dia baru aja
selesai perbaikin mobilnya. Beuh nggak sabar
liat kak Dino balik ke arena lagi. Sebelum
Alin, yang jadi juara bertahan kan kak Dino,
jangan remehin legenda dong."
"Iya iya serah pokoknya gue dukung kak
Alin." Ucap Niko mutlak.
"Eh kalian berdua kok di luar kelas?" Niko
dan Rafael serentak menoleh melihat ke arah
orang yang baru saja berbicara.

lxxii |Destinata
"Oh elo Rish, hehe tadi kita ngobrol di
kelas, jadi di keluarin." Jawab Rafael santai.
Irish hanya ber oh ria.
"Lo mau ke mana?" Tanya Rafael lagi
karena melihat Irish yang banyak membawa
buku.
"Oh ini gue disuruh guru ngembaliin buku
ke perpus." Jawab Irish.
"Kak Irish sini biar Niko bantu bawain,
kasian kak Irish pasti capek." Ujar Niko yang
langsung mengambil alih buku yang dipegang
Irish. Sedangkan Rafael yang melihat itu
benar-benar berasa ingin mual akibat aksi
modus Niko.
"Hoek...hoek..." Niko mendengar suara
Rafael pun langsung mendelik.
"Rafael lo nggakpapa?" Tanya Irish.
"Nggak usah ditanggapin kak, palingan dia
sok mual gegara jadi nyamuk." Cibir Niko.

lxxiii |Destinata
"Hoek..hoek..." sial, Rafael memang
benar-benar merasa mual. Lantas pemuda
itupun langsung berlari menuju kamar mandi.

***

Ben menatap kembali tanda soulmate nya,


gambarnya makin hari makin berwarna. Lagi
setiap pagi ia mengecap susu strawberry yang
biasa ia buatkan untuk William dan Alin. Tapi
Ben menepis pikirannya jauh-jauh kalau di
antara William atau Alin adalah soulmate nya.
Mungkin ada juga yang setiap pagi meminum
susu strawberry selain adik kandung dan adik
tirinya.
Sekarang Ben sedang menunggu Rafael
untuk berbicara sesuai permintaannya pagi
tadi. Tapi sampai sekarang anak itu belum
datang juga, padahal Ben sudah

lxxiv |Destinata
memberitahukan untuk menemuinya di ruang
musik.
Dan tak lama terdengar bunyi pintu yang
terbuka. Itu adalah Rafael. Pemuda berpipi
berisi itu langsung saja datang menghampiri
Ben.
"Lo Rafael kan?" Tanya Ben memastikan
lagi. Dan Rafael pun mengangguk.
"Lo kerja jadi pelayan di bar dekat stasiun
itu kan?" Rafael kembali mengangguk.
"Lo udah setahun setengah kerja di sana?"
Rafael mengagguk lagi.
"Lo inget waktu 3 bulan lalu tepatnya hari
sabtu, minggu kedua lo ngapain aja di bar?"
"Ya kayak biasa, nganterin minuman ke
pelanggan." Jawab Rafael kini dengan
menggunakan suara.
"Kayaknya nggak hanya itu deh." Ben
langsung memberikan laptopnya yang kini
tengah terputar rekaman cctv serta rekaman
lxxv |Destinata
kamera tersembunyi di lorong serta salah satu
kamar. Rafael membulatkan matanya terkejut.
Pasalnya yang ia ingat saat itu, ia hanya
tertidur di kamar mandi staff.
"Lo udah making love sama Edrea dan
sekarang Edrea lagi hamil anak lo." Ucap Ben.
"J-jadi apa yang harus gue lakuin?"
"Tanda soulmate lo sama kayak punya
Edrea. Selain kalian soulmate, lo harus
tanggung jawab. Karena anak yang dikandung
Edrea itu anak lo, bukan anak Jake." Jelas
Ben.
"Gue tau lo belum terlalu kenal sama
Edrea dan keluarganya. Jadi kalau lo mau
ngaku dan bertanggung jawab, Jake bakal
bantu lo." Ucap Ben lagi.
Rafael tampak berpikir sejenak sambil
meremat ujung almamaternya. Ben yang
melihat itu malah mengganggap Rafael seperti
anak kecil yang ketahuan mencuri. Lucu
lxxvi |Destinata
sekali, apa yang seperti ini adalah calon ayah?
Lagi Ben kurang yakin kalau Rafael ini
seumuran dengannya, yaitu 18 tahun.
"Oke gue bakal tanggung jawab, akhir
bulan nanti gue bakal nelpon orang tua gue
buat datang ke sini. Lo tenang aja." Ucap
Rafael. Karena Rafael adalah orang yang tak
akan lari dari masalah. Setidaknya itulah yang
diajarkan almarhum kakeknya sebagai anak
tertua.
"Bagus."

CHAPTER 10

True

lxxvii |Destinata
Edrea hanya mengayun ayunkan kakinya
sambil menunggu hasil pemeriksaan
kandungannya hari ini. Ibunya sibuk
membuka sosial media. Dokternya juga masih
menyusun data pemeriksaan.
Dan tak lama sang dokter duduk di
hadapan dua perempuan berbeda generasi itu
sambil memegang data hasil pemeriksaan.
"Jadi nyonya Juwi, kandungan nona Edrea
sejauh ini sehat-sehat saja. Tekanan darah
nona Edrea stabil, detak jantung janinnya juga
stabil. Semua hasil tesnya bagus. Jika nona
Edrea tidak pernah mengalami morning
sickness seharusnya suaminyalah yang
mengalami itu." Ujar dokter.
Juwi menoleh ke arah putrinya itu.
"Kamu pernah liat Jake morning
sickness?" Tanya Juwi.
"Enggak, yang aku liat dia kayak baik-
baik aja." Ujar Edrea. Juwi nampak terkejut,
lxxviii |Destinata
namun ia berusaha untuk tetap tenang dan
langsung berpamitan pada sang dokter setelah
menerima resep vitamin.

***

Alin menatap kertas pemberitahuan


kegiatan berkemah yang akan dilaksanakan
minggu depan. Bukan apa, jika ia dan Ben
mengikuti itu, maka William akan sendirian di
rumah. Alin mana tega meninggalkan
William. Sejak kapan Alin peduli? Tentu saja
sejak malam itu. Tak ada masalahnya ia
menerima kedua saudara tirinya itu.
Setidaknya ia bisa menutupi kegugupannya
saat tau bahwa Ben adalah soulmate yang
ditakdirkan semesta untuknya.
Oke Alin tetaplah skeptik,
'Cklek' pintu rumah terbuka menampilkan
Ben beserta William yang baru saja tiba. Ben
lxxix |Destinata
memang tadi pergi lagi untuk menjemput
William yang mengikuti les piano.
"Selamat sore kak Alin!" sapa William
riang lalu berhambur memeluk Alin yang
sedaritadi duduk di ruang depan. Alin
membalas pelukan bocah itu. Sudah lama ia
tak merasakan pelukan seperti ini.
Tak lama William melepaskan pelukannya
lalu kembali menatap pergelangan tangan Alin
yang terbalut dengan kain kasa yang tebal.
"Apa tangan kak Alin masih sakit?" Tanya
William polos, sebenarnya tangan Alin tidak
benar-benar sakit. Ia hanya menutupi tanda
soulmate nya agar tidak diketahui oleh Ben.
"Ahaha iya nih." Jawab Alin berusaha
ceria.
"Apa perlu William obati? Sini William
obati, tapi buka dulu kasanya biar William tau
lukanya bagaimana." Ujar William, mata Alin
membulat lalu melirik ke arah Ben yang kini
lxxx |Destinata
sedang duduk di sofa sembari menatap ke
arahnya.
Sial
Sedaritadi Ben memerhatikan interaksinya
dengan William.
"Eh enggak usah William, lukanya udah
kakak obatin kok."
William mengangguk paham.
"Yaudah William ganti baju gih, abis itu
kita makan siang- eh enggak maksudnya
makan sore. Kakak udah masakin makanan
yang enak, ajak kak Ben juga ya." Ucap Alin.
"Oke kak."

***

Kini Alin sedang mengerjakan tugas


matematikanya di ruang tengah ditemani
cokelat panas. Malam ini sedang hujan deras,
jadi Alin memutuskan untuk mengerjakan
lxxxi |Destinata
tugas di rumah daripada nongkrong bersama
teman-temannya walau besok adalah hari
minggu.
Tak lama Ben datang dan langsung duduk
di sebelah Alin membuat Alin menegang
seketika.
"Lo ikut kemah?" Tanya Ben membuka
suara.
Alin menoleh ke arah Ben, dan sial sekali
jarak mereka kali ini sangat dekat. Bahkan
Ben juga masih menatapnya. Alin akui kalau
Ben memang tampan, dewasa, dan baik. Lagi
Ben adalah soulmate nya. Tapi kini mereka
malah terjebak dalam status persaudaraan.
"Aa itu gu-gue enggak ikut." Ucap Alin
lalu memalingkan kembali pandangannya ke
buku.
"Loh kenapa?"
"Kemah itu 5 hari dan gue nggak bisa
ninggalin William sendirian selama itu." Ucap
lxxxii |Destinata
Alin berusaha tenang.
Ben yang mendengar itu tersenyum
simpul, selain manis, Alin juga pengertian.
Andaikan Alin adalah soulmate nya, Ben akan
merasa sangat beruntung sekali.
"Kalau gitu kita sama-sama nggak ikut."
Finish Ben.
Alin menoleh menatap Ben dengan tatapan
bingung.
"Lo juga adek gue, gue enggak akan
pernah ninggalin lo."
Gue enggak akan pernah ninggalin lo
Enggak akan pernah ninggalin
Entah kenapa jantung Alin kini terasa
bergemuruh. Jika ini rasa, tidak akan mungkin
muncul secepat ini.
"Eh ini salah jalannya, lo seharusnya
ngaliin ini ke sini." Alin tersadar, kini Ben
memerhatikan pekerjaannya lalu mengambil
alih pensil Alin dan menulis jalan matematika
lxxxiii |Destinata
yang benar. Jaraknya dengan Alin sangat
dekat. Bahkan Alin bisa dengan jelas
mencium bau maskulin Ben yang
memabukkan.
"Kalau lo kurang ngerti matematika, lo
bisa tanya gue. Karena materi yang baru lo
pelajarin udah gue pelajarin." Ujar Ben lagi.
Alin hanya bisa mengangguk kaku lalu
berusaha fokus pada kertas soalnya.
'JDERRR'
"Aaaaa!"
Suara petir yang menggelar itu membuat
Alin ketakutan dan reflek memeluk leher Ben.
Ben tertegun seketika. Skinship kedua yang
Alin lakukan padanya walaupun Alin murni
ketakutan dan reflek memeluknya. Maka dari
itu Ben kembali membalas pelukan Alin dan
berusaha menenangkan Alin yang ketakutan.
"Ssstt, nggakpapa gue di sini sama lo."
Ucapnya tepat di telinga Alin.
lxxxiv |Destinata
"Jangan tinggalin gue Ben."
Jangan tinggalin gue Ben
"Lumi?"

***

'Cklek'
Jake membuka pintu icu itu dengan
perlahan lalu menutupnya secara perlahan
agar tak mengganggu seorang wanita yang
kini terbaring di atas brankar dengan selang-
selang medis yang terpasang dimulut, hidung
serta nadinya. Walau Jake yakin mau suara
sebesar apapun wanita itu tak akan terbangun.
Ya setidaknya dalam kurun waktu setahun
belakangan.
Jake menghampiri wanita itu, menarik
salah satu bangku di sana lalu duduk tepat di
samping ranjang. Perlahan Jake mengusap
pipi wanita itu yang kini terlihat keriput dan
lxxxv |Destinata
kempis karena hanya mengandalkan selang
nutrisi untuk tetap hidup. Miris sekali.
"Bun, kapan bunda bangun dan bisa
ngeliat Jake lagi? Jake kangen sama bunda.
Bunda enggak kangen sama Jake?" ucap Jake
rada bergetar, namun ia tetap berusaha
menahan tangisnya.
"Semenjak bunda nggak di rumah, ayah
selalu maksain Jake buat ngelakuin apa yang
dia mau. Bahkan ayah udah berani main
tangan sama Jake. Ayah berubah, Jake enggak
kuat. Jadi Jake pergi dari rumah. Kemarin
Jake tidur di minimarket. Harinya dingin, dan
disitulah Jake malah pengen ngerasain
pelukan bunda. Jake bener-bener kangen
bunda. Oh iya, Jake juga minta maaf karena
selama ini Jake belum bisa jadi orang baik
yang bunda mau. Jake masih ngelakuin dosa.
Jake minta maaf. Tapi sebenernya Jake
ngelakuin itu semata-mata karena Jake bener-
lxxxvi |Destinata
bener stress sama semua. Tapi tenang, Jake
enggak makai barang bahaya kayak narkoba
kok, tenang aja. Bunda cepat bangun ya...
sekali lagi Jake kangen sama bunda." Ucap
Jake lalu ia pun tidur menyender pada ranjang
yang ditempati sang bunda.

CHAPTER 11

Gift

lxxxvii |Destinata
Alin membuka matanya perlahan dan
berusaha mengumpulkan kesadarannya
kembali. Alin mendudukkan dirinya, lalu
menoleh ke arah jam dinding. Ternyata sudah
pukul 6 pagi, tapi tunggu, tadi malam kan dia
masih duduk dan belajar di ruang depan?
Kenapa sekarang ia sudah di kamar. Siapa
yang memindahkannya ke sini?
"Apa Ben?" tapi Alin memutuskan untuk
tidak berfikir terlalu dalam. Gadis bersurai
hitam itu lebih memilih untuk segera masuk
ke kamar mandinya.
Tak butuh waktu lama, Alin sudah rapih
dengan pakaiannya. Rok tennis hitam serta
kaos putih oversized. Tak lupa ia memoles
sedikit make up pada wajahnya. Rencananya
hari ini ia akan pergi ke mall bersama
sahabatnya yaitu Irish. Kemarin Alin juga
sempat berjanji akan menjemput Irish di
apartemennya.
lxxxviii |Destinata
"Apalagi yang kurang?" tanya Alin pada
dirinya.
"Ah iya kasa penutup tato." Alin langsung
mengambil kasa baru lalu membalutnya ke
pergelangan tangannya untuk menutupi tanda
soulmate nya itu. Hanya berjaga-jaga agar Ben
atau yang lain tidak menyadarinya.
"Maaf Ben, gue bakal berusaha menentang
semesta demi hubungan kita." Gumamnya.
Sedangkan di kamar bawah kini Ben
sedang sibuk menyiram tanda soulmate nya
dengan air. Karena sungguh, tiba-tiba saja
bulan sabit rantainya itu terasa sangat panas.
"Dia nolak gue? Tapi dia itu siapa?" tanya
Ben pada bayangan dirinya di cermin kamar
mandi.
'Tok'tok'tok
"Kak Ben udah selesai belum?!
Sarapannya udah selesai dimasak bibi! Kak
Alin nunggu di meja makan!" Ben menoleh ke
lxxxix |Destinata
arah pintu. Ternyata William sudah
memanggilnya. Lantas dengan segera Ben
mengelap tanda soulmate nya itu dengan
handuk lalu segera membuka pintu.
"Yaudah ayo sarapan." Ajak Ben dengan
senyum ramahnya. Sesampainya di ruang
makan, Ben melihat Alin yang kini sedang
duduk di kursi makan sembari memainkan
ponselnya. Bahkan Alin menungguinya. Tak
lama Alin menyadari kehadiran Ben pun
langsung mematikan ponselnya lalu
tersenyum ke arah Ben.
"Pagi kak Ben, ayo sarapan bareng." Dan
yah, entah kenapa Ben merasa sangat senang
sekarang karena Alin mengajaknya sarapan
bersama. Ben mengangguk lalu duduk di kursi
yang tepat berhadapan langsung dengan Alin
sedangkan William duduk di samping Ben.
"William mau makan nasi goreng atau
roti?" tanya Alin pada William.
xc |Destinata
"William mau roti aja kak, pake selai
strawberry." Ucap William antusias, Ben
masih diam memerhatikan.
Alin tersenyum lalu mulai mengambil dua
lembar roti untuk diolesi selai strawberry,
setelah selesai, Alin meletakkan roti selai itu
di piring William, lalu menuangkan susu ke
gelas William.
"Dimakan ya William." Ucap Alin
sembari mengusap rambut mangkuk William.
"Makasih kak." Jawab William lalu segera
melahap roti selai itu.
"Kak Ben mau nasi goreng atau roti?"
tanya Alin langsung membuat Ben tersadar.
"Eh itu nasi goreng aja." Alin mengangguk
lalu menyendok nasi goreng ke piring Ben.
Setelah itu Alin menuangkan susu juga ke
gelas Ben.
"Makasih Alin." Alin mengangguk lalu
kembali duduk di tempat duduknya sambil
xci |Destinata
mengunyah roti selai miliknya.
"Kak Alin..." Alin menoleh ke arah
William kala William memanggilnya.
"Makasih karena kakak udah berubah jadi
perhatian ke William sama kak Ben." Ucap
William. Alin mengangguk sambil tersenyum.

***

Mobil svj roadster ungu itu akhirnya


terparkir sempurna di basement mall. Gerin
langsung mematikan mesin mobilnya.
"Jadi saudara Rafael yang terhormat,
bagaimana perasaan anda setelah naik
aventador svj roadster ungu ini? apa rasanya
berbeda dengan naik taksi biasa?" tanya Alin
pada pemuda yang tengah duduk di
sebelahnya.
Sebenarnya rencana awal ia hanya pergi
ke mall bersama Irish, namun ternyata Rafael
xcii |Destinata
juga ingin ikut karena ingin naik mobil yang
biasa Alin pakai untuk balapan liar. Mobil
yang menjadi juara bertahan menggantikan
legenda balap Dino.
"Seru sih, jadi gini rasanya. Harusnya tadi
pake kecepatan yang sama kayak yang lo pake
pas balap." Ucap Rafael.
"Nah tapi kalau entar di tilang, lo yang
bayar denda ya nyet." Jawab Alin.
"Hehe emang berapa sih dendanya?" tanya
Rafael penasaran.
"Yang pasti sama kayak gaji lo seumur
hidup."
"Dih."
"Udahlah ayo masuk ke mall nya. Pusing
liatin kalian debat." Ucap Irish menengahi dari
luar mobil.
"Oke, oh iya Rafael, karena lo cowok, lo
pasti ngertilah barang apa yang anak cowok
suka." Ujar Alin.
xciii |Destinata
"Cie lo mau ngadoin pacar ya? Oh tau tau,
pasti mau ngadoin kak Dino kan? Eh tapi
dalam rangka apa?" goda Rafael.
"Rafael sumpah lo bawel banget, gue mau
ngadoin adek tiri gue. Lusa dia ultah."
"Oh begitchu. Udah yuk turun."
Sampai di dalam mall tiba-tiba Irish
berhenti berjalan karena melihat toko yang
menjual barang yang ia butuhkan.
"Lin lo pergi cari kado buat adek lo, gue
ke toko peralatan kemah dulu buat beli barang
keperluan kemah." Alin mengangguk lalu
pergi bersama Rafael. Sedangkan Irish
langsung masuk ke toko yang dimaksud.
'Kring'
Lonceng pintu berbunyi kala Irish
membuka pintunya. Irish berjalan menelusuri
rak-rak yang menyediakan alat-alat kemping.
Tapi yang menjadi permasalahannya ia tak tau

xciv |Destinata
apa saja yang dibutuhkan untuk kegiatan
kemping. Karena ini adalah pertama kalinya.
"Mbak ada yang bisa dibantu? Keperluan
kemping berapa hari?" tanya salah satu
pelayan toko.
"5 hari." Pelayan toko itu mengangguk
lalu mengambil sebuah keranjang untuk
memasukkan keperluan kemping yang Risthi
butuhkan.
Sedangkan Risthi sendiri kini hanya duduk
di salah satu kursi menunggu si pelayan toko
menyelesaikan tugasnya. Hingga dering pesan
masuk mengalihkan atensi Irish. Lantas gadis
berambut gelombang itu langsung membuka
lockscreen ponselnya.

Rafael

Rish kalau udah selesai kita


kumpul di mcd lantai 2 ya
xcv |Destinata
ok

Irish kembali memasukkan ponselnya ke


saku blazernya. Dan tak lama pelayan toko
tadi datang lagi membawa keranjang yang
sudah berisi barang-barang keperluan
kemping. Tak terlalu penuh, tapi Irish pikir
memang itulah yang diperlukan.
"Mbak tinggal ke kasir untuk
administrasi."

***

Irish berjalan masuk ke mcd yang


dimaksud Rafael. Ia mengedarkan
pandangannya untuk mencari keberadaan
teman-temannya.
Ah ketemu! Lantas Irish pergi memesan
makanan dahulu sebelum benar-benar
xcvi |Destinata
menghampiri teman-temannya.
Saat sudah sampai di meja Alin dan
Rafael, Irish terkejut karena mendapati orang
menyebalkan juga duduk di sana. Dapat Irish
lihat kalau Alin sama kesalnya. Irish yakin
rasa benci Alin tak jauh jauh dari kejadian
balapan saat itu.
"Irish sini duduk." Ucap Rafael, dan
terpaksa Irish duduk di kursi di samping Jake
dan berhadapan dengan Alin. Karena kursi
dalam meja itu hanya ada 4, dan yang duduk
di sebelah Rafael adalah Alin.
"Hai Siti, kita ketemu lagi." Ucap Jake sok
akrab.
"Nggak usah sokap lo ya sialan." Jawab
Irish dengan jutek. Sedangkan Jake jelas
berdecak malas.
"Rencananya kalau lo mau, besok gue
bakal dateng ke rumah lo Jake, gue udah siap
buat tanggung jawab." Ucap Rafael, Irish
xcvii |Destinata
memang sudah tau apa masalah Rafael karena
tadi malam Rafael sempat menceritakannya.
Dan jujur Irish rada tak percaya, bagaimana
mungkin pemuda berwajah imut itu seperti itu.
"Oh oke, bagus deh. Gue nggak perlu
repot-repot berurusan sama cewek gila itu.
Manja, matre, sifat dasar semua cewek. Satu
lagi murah." Jake tak tau saja atas ucapannya
barusan, kedua gadis yang duduk satu meja
dengannya sudah menatapnya tajam.
"Sok sempurna anjing!" ucap Alin lalu
pergi dari sana, Irish tau kalau Alin adalah
orang yang pantang dihina.
"Dih aneh." Celetuk Jake.
"Jerk Jack Jake atau apapun nama lo,
denger ya, kalau ngomong tuh jangan asal
nyeplos apalagi jangan sampai nyakitin pihak
yang masuk kategorinya. Emak lo pasti juga
cewek, apa tanggapan dia kalau cowok yang
selama ini dia rawat malah ngerendahin
xcviii |Destinata
kaumnya. Lo boleh benci sama orang tapi
jangan lo pukul rata. Belum tentu sifat dan
pemikirannya juga sama. Rafael lo pulang
sama orang gila ini." Ucap Irish lalu pergi dari
sana.
"Sialan lo Jake, kalau gini gue nggak bisa
pulang naik svj lagi." Dumel Rafael.
"Lo enggak mau coba naik veneno
roadster, mobil termahal di dunia."
"Percuma kalau ngalahin aventador Alin
aja kagak bisa."
"Anjing lo!"

xcix |Destinata
CHAPTER 12

Rewrite the stars


Alin tengah kesal sekarang. Pasalnya jalan
menuju rumah tiba-tiba jadi macet. Setelah
dari mall, ia memutuskan untuk langsung
pulang ke rumah saja. Tapi sekarang jalanan
macet. Entah apa yang membuat jalanan
menjadi macet, yang pasti di depan sana ada
penyebabnya.
c |Destinata
Tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti
tepat di samping mobilnya. Yang menaiki
motor itu ada dua orang. Alin yakin kalau
mereka adalah pasangan suami istri karena
dilihat dari tingkah mereka. Sayup sayup Alin
dapat mendengar percakapan dua orang itu,
karena kaca jendela mobil Alin sedikit
terbuka.
"Iya macet begini karena di depan lagi ada
kecelakaan. Korbannya remaja smp,
pelakunya lari. Intinya remaja itu korban
tabrak lari." Ucap si perempuan yang
dihadiahi anggukan si laki-laki.
Korban tabrak lari
Flashback
"Dino gimana ini? Dia meninggal di
tempat!" panik Alin setelah memastikan nafas
dari hidung gadis yang sudah berlumuran
darah itu. Keadaan sekitar jalanan sepi dan

ci |Destinata
gelap. Jadi tak ada yang menyadari
keberadaan mereka.
"Udah biarin aja, kita masuk ke mobil
lagi. Tinggalin aja di sini."
"Tapi mobilnya?"
"Tenang, abis ini gue gudangin aja
mobilnya, gue hiatus balapan buat beberapa
waktu. Lo enggak mau dipenjarakan?" Alin
menggeleng cepat.
"Yaudah ayo buruan cabut."
Flashback off
"Sial." Alin memundurkan mobilnya,
untung saja dia berada di paling belakang, jadi
ia bisa berbelok ke jalan yang berada di
sampingnya. Kali ini ia merubah tujuannya
menjadi ke pemakaman. Ia harus minta maaf
atas perbuatan buruknya pada korban.
Sesampainya di pemakaman, Alin
langsung saja masuk ke area pemakaman
katolik itu sembari membawa setangkai bunga
cii |Destinata
mawar putih yang sempat dibelinya tadi.
Hingga tak butuh waktu lama, Alin
menemukan makam dengan nisan bertuliskan
nama Lumi.
Alin mendekati makam itu, berjongkok di
sebelahnya setelah meletakkan mawar putih di
sana. Perlahan air matanya mulai menetes
deras.
"Lumi maafin gue, karena gue lo jadi
begini." Ucapnya.
"Seharusnya gue nggak nginjak gas waktu
itu, gue bener-bener nyesel." Ucapnya lagi.
"Alin?" tubuh Alin seketika menegang, ia
langsung menghapus air matanya lalu segera
berdiri dan menoleh ke belakanganya
mendapati Ben yang sedang berdiri dan
menatapnya dengan bingung.
Ben mendekati Alin lalu menatap makam
serta Alin bergantian.
"L-lo ngapain di sini?" tanya Alin.
ciii |Destinata
"Gue mau ngejenguk pac-mantan pacar
gue." Ucap Ben sambil menunjuk makam
Lumi.
Alin terkejut, ternyata Lumi itu mantan
Ben? Kalau saja Lumi tak meninggal sudah
dipastikan Ben masih berhubungan dengan
Lumi.
"I-ini makam mantan pacar lo?" tanya
Alin lagi.
"Iya, tapi kalau aja dia belum meninggal,
mungkin status gue sama dia udah tunangan."
Alin mengangguk kaku, dugaannya benar
ternyata.
"Lo ngapain di sini?" tanya Ben.
"Eh itu anu, tadi gue cuman jalan-jalan
doang di makam, butuh ketenangan. Dan gue
berenti pas liat nisan yang namanya Lumi.
Gue tertarik sih, namanya bagus, Lumi artinya
salju, gue suka salju." Ucap Alin berusaha
untuk tidak gugup dan beruntungnya Ben
civ |Destinata
mempercayai itu. Pemuda itu mengangguk
lalu meletakkan bucket bunga di atas makam
Lumi lalu menoleh lagi ke arah Alin.
"Lo ke sini naik apa? William mana?"
tanya Alin.
"Gue naik taksi ke sini, kalau William di
rumah sama papa mama. Kebetulan tadi
mereka pulang lebih awal karena lusa William
ultah." Alin mengangguk paham.
"Lo naik mobil kan? Gue numpang ya."
Ucap Ben lagi.
"Eh iya iya boleh, yaudah ayo pulang."
"Mau mampir ke taman kota dulu? Di sana
lagi ada acara musik."
"Boleh."

***

Ben dan Alin kini sudah sampai di taman


kota yang cukup ramai hari ini. Banyak stan-
cv |Destinata
stan makanan yang menggoda untuk
dijelajahi, tapi entah kenapa Alin sedang tidak
berselera untuk itu.
"Ayo kita ke sana dulu." Ajak Ben, Alin
mengangguk lalu mengikuti Ben hingga ke
tempat yang di maksud. Sebuah panggung dan
orang-orang yang akan tampil. Para pemain
musik mulai memainkan alat musiknya. Dan
Ben mengajak Alin untuk berdiri di samping
kanan karena jika di tengah sudah ramai
dengan penonton lain.
"Mereka nge cover lagu kesukaan gue, gue
addicted banget sama lagu ini, semoga lo suka
juga lagunya. Judulnya 'rewrite the stars'."
Ujar Ben, Alin masih tetap mengangguk lalu
fokus melihat penyanyi yang kini bernyanyi di
atas panggung.
How do we rewrite the stars?
Say you were made to be mine?

cvi |Destinata
Nothing can keep us apart
'Cause you are the one I was meant to find
It's up to you
And it's up to me
No one can say what we get to be
And why don't we rewrite the stars?
Changing the world to be ours

Alin menoleh ke arah Ben saat pemuda itu


juga ikut menyanyikan lagu itu. Suaranya
bagus sekali. Lagi arti lagunya membuat Alin
speechless, dalam sekali.
'Wush'
Tiba-tiba ada hembusan angin yang agak
kencang membuat rok yang dikenakan Alin
terangkat, untungnya Alin dengan sigap
langsung menahan ujung roknya agar tidak
terangkat lebih tinggi lagi.

cvii |Destinata
Ben yang menyadari itu langsung melihat
ke arah belakang yang ternyata ada beberapa
pemuda yang melihat itu sambil terkekeh. Ben
menghela nafas, lalu melepaskan kemeja biru
yang di pakainya menyisakan kaos hitam
miliknya. Ben langsung menyampirkan
kemeja itu ke pinggang Alin lalu mengikat
kedua lengan kemeja itu untuk menutupi rok
Alin yang terlalu pendek, dan untungnya
kemeja milik Ben mampu menutupi paha Alin
yang sempat terekspos.
Alin yang mendapatkan perlakuan itupun
membeku seketika. Matanya membulat lucu
melihat apa yang dilakukan Ben padanya.
Selesai mengikat kemeja itu, Ben kembali
menatap Alin.
"Lain kali jangan pakai rok terlalu pendek
kalau lagi di ruang publik." ucapnya lalu
kembali fokus menonton penampilan

cviii |Destinata
penyanyi yang sedang bernyanyi di atas
panggung.
Alin yang mendengar ucapan Ben
langsung menunduk sambil tersenyum.
Wajahnya terasa panas, jantungnya berdetak
tak karuan kala menerima perlakuan manis
sudara tirinya yang sialnya adalah soulmate
nya.

You know I want you


It's not a secret I try to hide
But I can't have you
We're bound to break and my hands are tied~

cix |Destinata
CHAPTER 13

Problem
Ben dan Alin sampai di rumah tepat pukul
7 malam bersamaan dengan orang tua mereka
yang akan keluar.
"Ben, Alin? Kalian baru pulang? Oh iya
mama sama papa mau ke toko pernik dulu
cx |Destinata
buat nyari hiasan ultah adik kalian. William
udah tidur tadi, jadi kalian jaga rumah ya."
Ucap Rika ramah.
Ben tersenyum lalu mengangguk paham.
"Baik-baik kalian, jangan bertengkar."
Kini sang papalah yang berbicara.
"Iya pa."
Malamnya tepat pukul 11 malam, Alin
memutuskan untuk pergi ke salah satu
ruangan di rumah itu. Ia berfikir untuk ke sana
karena sudah lama juga ia tak pergi ke sana.
Alin berjalan menuruni tangga sambil
membawa tiga tangkai mawar merah menuju
ke sebuah ruangan di lantas satu. Ruangan itu
terkunci dan yang memegang kuncinya adalah
Alin. Setelah berhasil membuka ruangan itu,
Alin langsung memasuki ruangan itu.
Ruangan gelap dan hanya diterangi cahaya
bulan dan lilin-lilin. Ruangan itu terdapat
banyak bunga dan lilin serta terpasanglah
cxi |Destinata
sebuah foto besar di tengah ruangan. Foto
seorang wanita cantik menggunakan gaun
merah serta memegang mawar merah yang
persis seperti mawar yang dipegang Alin
sekarang.
Alin mendekati foto itu lalu meletakkan
mawar yang ia pegang ke vas bunga yang
terletak tepat di bawah foto.
"Selamat malam bunda, maaf Alin baru
ngunjungin bunda lagi. Soalnya Alin lagi
butuh waktu berfikir buat masalah Alin. Alin
enggak tau apa yang harus Alin perbuat, Alin
benar-benar tersesat di jalan pikir Alin sendiri.
Alin nggak tau harus ngapain. Semoga bunda
denger apa isi hati Alin terus bunda bisa
sampaiin ini ke pencipta semesta, bilang sama
pencipta semesta kalau Alin udah muak
dipermainin semesta." Ucapnya bergetar
namun tak terisak.
"Alin?"
cxii |Destinata
Alin menoleh ke belakangnya mendapati
Ben yang sedang berdiri menatapnya. Alin
masih diam, hingga Ben berjalan
menghampirinya. Dan sekarang Ben sudah
tepat berdiri di depannya. Jarak mereka cukup
dekat, tapi tidak membuatnya bertukar
oksigen.
Ben menoleh ke arah foto satu-satunya di
ruangan ini lalu menatap Alin kembali.
"Dia bunda lo?" tanya Ben.
"Iya itu foto almarhum bunda gue." Jawab
Alin. Ben mengangguk paham lalu berbalik
menatap foto itu, sedetik berikutnya Ben
membungkuk empat puluh derajat untuk
menghormati foto di depannya.
"Selamat malam bunda, aku Ben. Saudara
barunya Alin. Ben janji bakal ngejaga Alin
terus setelah ini." Ucapnya. Ben kembali
menatap Alin.

cxiii |Destinata
"Lin kalau lo punya masalah, lo bisa
percayain gue jadi pendengar lo kok. Orang
akan merasa tenang ketika ia bisa bercerita
dengan orang lain. Jadi lo bisa berbagi sama
gue biar hati lo agak plong." Ucap Ben.
"Gimana mau berbagi kalau masalah gue
itu elo Ben!" batin Alin.
Alin hanya mengangguk menatap Ben.
"Oh iya, sebenernya gue juga mau ngaku
sama lo. Gue harap setelah gue ngaku,
hubungan kita nggak akan berubah. Gue
nggak bisa nahan ini sendirian lebih lama lagi.
Lin, sebenernya gue suka sama lo, gue tau ini
konyol di saat hubungan kita sekarang itu
saudara tiri. Tapi Lin, gue bener-bener suka
sama lo, gue sayang sama lo, gue pikir gue
mungkin jatuh cinta sama lo. Gue nggak tau
pasti sejak kapan rasa ini muncul. Tapi selama
ini gue ngerasa nyaman kalau deket sama lo.
Gue yakin lo nggak begitu sama gue. Lagi lo
cxiv |Destinata
udah punya tunangan dan gue udah punya
tanda soulmate yah walau sampai sekarang
gue nggak tau siapa soulmate gue."
Hening...
"Lin maaf ya..."
Ben mendekatkan wajahnya ke Alin lalu
memiringkan sedikit kepalanya hingga...
Chup
Mata Alin membulat sempurna saat
merasakan benda kenyal asing yang menabrak
bibirnya. Itu bibir Ben, Ben menciumnya.
Bukan hanya mengecup biasa, tapi Ben juga
mulai menggerakan bibirnya. Ben melumat
bibir Alin dengan lembut membuat Alin hanya
bisa memejamkan matanya. Bahkan kini kaki
Alin jadi terasa seperti jelly. Untung saja Ben
sigap menahan pinggang Alin agar tidak
terjatuh.
Dan di hadapan foto nyonya Antana serta
dihiasi sinar bulan dari jendela, sepasang
cxv |Destinata
soulmate yang belum terikat secara nyata itu
berciuman. Berusaha memberi dan berusaha
menerima bagaimana semesta
mempermainkan mereka.

***

Keesokan harinya...
Lift terbuka menampilkan Irish yang kini
sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Irish
berjalan keluar lobi. Kali ini ia akan mencoba
menaiki bus saja ke sekolah. Dia cukup malas
untuk berkendara hari ini. Namun saat hendak
menaiki bus, seseorang malah menahan
tangannya.
Irish menoleh dan mendapati Jake yang
tengah menahannya.
"Ih lepas nggak!" ronta Irish.
"Enggak!"

cxvi |Destinata
"Gue teriak nih! Tolong saya mau diculik
—hmmpt." Teriakan Irish tertahan karena
bekapan Jake. Orang-orang yang ada di halte
pun serentak menoleh ke arah Jake dengan
tatapan membunuh.
"Hehe maaf, ini soulmate saya, saya nggak
niat nyulik kok. Dia tadi marah sama saya,
jadi saya mau minta maaf." Ucap Jake sambil
menunjukkan tanda soulmate miliknya juga
milik Irish yang ternyata sama. Orang-orang
di sana mengangguk paham dan membiarkan
Jake membawa Irish.
Irish tentu terkejut, bagaimana bisa tanda
soulmate miliknya dan milik Jake bisa sama?
Hingga tak lama mereka sampai di depan
mobil sedan milik Jake. Jake melepaskan
bekapan itu dan membiarkan Irish untuk
bernafas.
"Lo! Lo apa apaan sih dasar orang gila!"
kesal Irish sembari menjambak rambut Jake
cxvii |Destinata
dengan brutal.
"Awh awh sakit Rish." Ringis Jake namun
Irish tidak peduli, dia tetap menjambak rambut
Jake hingga.
Hap
Jake berhasil menangkap tangan Irish lalu
mengunci pergerakan Irish di pintu mobilnya.
Kini wajah mereka sangat dekat. Jujur, Irish
agak takut saat menatap mata tegas itu.
"Denger, gue cuman mau berangkat
bareng sama lo." Jake membuka pintu depan
lalu memasukkan Irish dengan kasar.
'Blam'
Jake menutup pintu itu. Kasar memang,
tapi Jake malah suka mengasari pemberontak
seperti Irish. Mungkin Jake mengakui kalau
Irish bukan pemberontak tapi hanya
pembangkang.
Jake duduk di kursi kemudi lalu
menjalankan mobil itu di atas kecepatan rata-
cxviii |Destinata
rata membuat Irish sendiri jadi mengingat
Tuhan.
"Ni orang gila banget, mau mati ngajak-
ngajak!" pekik Irish yang ngeri dengan cara
berkendara Jake.
"Kan lo soulmate gue, jadi kalau gue mau
mati harus sama lo juga."
"Sinting!"

cxix |Destinata
CHAPTER 14

Nope
Irish dan Jake sampai di sekolah dengan
selamat, iya selamat dan detak jantung Irish
yang tidak selamat. Spot jantung di pagi hari
memanglah epik, tapi kalau melakukannya
dengan cara seperti itu setiap hari maka Irish
yakin cepat atau lambat ia akan mati muda.
Cukup, Irish akan keluar, namun sebelum
itu terjadi, Jake malah mengunci pintunya.

cxx |Destinata
Irish menoleh ke arah Jake lalu menatap
pemuda itu dengan tajam.
"Kita nunggu Rafael. Hari ini kita bolos
dulu buat nyelesaiin sesuatu."
"Hah? Itu kan masalah kalian bukan
masalah gue!"
"Lo juga termasuk dalam masalah ini
karena tato lo."
Irish menoleh ke arah tangannya, benar di
situ tanda soulmate miliknya dan milik Jake
itu sama. Jadi Jake adalah soulmate nya.
"Aish kenapa gue bisa jadi soulmate lo
sih!"
"Tanya aja sama semesta."
Tak lama Rafael datang dan mengetuk
jendela mobil. Jake yang menyadari itupun
membuka kaca mobilnya.
"Lo di belakang." Ucap Jake santai. Tanpa
menjawab, Rafael langsung masuk ke dalam
mobil Jake.
cxxi |Destinata
***

Mobil milik Jake kini sudah terparkir


sempurna di pekarangan rumah Jake. Dilihat
dari mobil-mobil yang terparkir di sana pasti
sudah diketahui bahwa permintaan Jake
kemarin telah dipenuhi ayahnya.
Jake membawa Irish dan Rafael masuk,
tak lupa ia juga menenteng laptopnya untuk
barang bukti. Saat sampai di dalam ternyata
orang tua Edrea beserta Edrea sendiri sudah
duduk manis di sana bersama ayahnya.
"Bagus sekarang kamu udah datang. Jadi
acara pernikahan bisa ditentukan." Ucap tuan
besar Greyson.
"Yah, Ayah janji dengerin Jake dulu kali
ini. Jake nggak mau ya nikah sama orang yang
bukan soulmate nya Jake." Ucap Jake sembari
memperlihatkan bukti rekaman itu pada semua
cxxii |Destinata
orang yang berada di ruangan. Jake juga
menjelaskan bagaimana Rafael bisa di sana,
Rafael dijebak oleh orang tak di kenal. Rafael
juga ikut menjelaskan, sedangkan Irish masih
diam karena tak tau permasalahannya apa.
"Tenang om, tante, saya bakal tanggung
jawab atas perbuatan saya." Ucap Rafael
sopan, sedangkan Edrea masih tak percaya
dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Dasar anak muda jaman sekarang, apa
pekerjaan kamu? usaha apa keluarga kamu?"
tanya Juwi sinis. Jake yakin Juwi itu juga gila
harta.
"Sa-saya cuman pelayan bar tante—"
"Nah kan, saya nggak mau ya anak saya
malah jadi nikah sama orang miskin kayak
kamu."
"Saya anak dokter bedah ternama di kota
sebelah. Dokter Kurt dan Dokter Alya. Saya
Rafael anak pertama mereka. Saya juga
cxxiii |Destinata
pewaris rumah sakit di pusat kota." Jelas
Rafael.
"Kamu pikir saya percaya sama karangan
kamu?"
"Besok siang orang tua saya sampai, orang
tua saya ingin melakukan pertemuan di
restoran Raven."
Irish dan Jake yang mendengar itupun
terkejut. Pasalnya itu adalah hotel termahal
dan termewah di kota ini. Harga minumnya
saja setara dengan harga ponsel.
"Serius kamu?" tanya Juwi lagi.
"Iya saya serius, oh iya—"
Rafael membuka tasnya lalu mengambil
tiga kartu di sana. Setelah itu Rafael
memberikan kartu itu pada Juwi.
"Ini tanda masuknya, tinggal bilang tamu
untuk Dokter Kurt. Kalau gitu saya permisi
dulu." Ucap Rafael lalu pergi.

cxxiv |Destinata
"What! Ternyata Rafael, kang numpang
makan tiap akhir bulan itu crazy rich!" batin
Irish.
"Oke masalah Edrea udah selesai dan ayah
minta maaf." Ucap tuan Greyson. Tentu Jake
terkejut, ternyata semudah itu.
"Terus— ini?" tuan Greyson menunjuk
Irish, lantas Irish yang ditunjuk pun jadi
gugup seketika.
"Oh ini, namanya Sit—eh maksudnya
Irish. Soulmate Jake." Ucap Jake kelewat
santai sembari mengangkat tangan Irish dan
tangannya guna menunjuk tanda soulmate
mereka.

cxxv |Destinata
CHAPTER 15

Decision
"Jadi kamu kenapa ngajakin aku ketemuan
di sini?" tanya Farel. Sekarang Farel dan Alin
sedang berada di ruang musik yang hanya ada
mereka berdua, dan Alin tadi mengabari Farel
untuk ke ruang musik karena ada yang ingin ia
sampaikan.
Tapi bukannya menjawab, Alin malah
melepaskan liontinnya, lalu mengambil cincin
yang menjadi bandulnya. Farel masih
bingung, hingga Alin meraih tangannya lalu

cxxvi |Destinata
meletakkan cincin itu di atas telapak
tangannya.
"Gue udah dewasa, gue udah bisa milih
apapun yang terbaik buat hubungan ini. Gue
diikat semesta sama orang lain. Gue nggak
mau nambah orang yang gue sakitin. Dan gue
mau pergi ke semesta yang bener-bener
ngertiin gue. Maaf Farel, gue nggak bisa
lanjutin pertunangan ini, karena setiap ngeliat
nisan Lumi, gue malah ngerasa dibebanin
semesta. Maaf karena gue, lo sampe
kehilangan soulmate lo. Gue pelaku tabrak lari
yang nimpa Lumi. Waktu itu gue ngendarain
mobil Dino terlalu excited sampe nabrak
Lumi. Lumi meninggal di tempat dan ya, kita
ninggalin mayat Lumi di sana. Beberapa hari
kemudian polisi dateng ke rumah gue dan
papa gue berhasil nutup kasus dengan uang
hiks... gue minta maaf." Dan akhirnya tangis
Alin pecah. Sebenarnya Farel sangat marah,
cxxvii |Destinata
ingin sekali memukul Alin, namun hal itu tak
terjadi, Farel langsung saja menarik Alin ke
dalam pelukannya. Membiarkan gadis itu
terisak membasahi seragam sekolahnya.
"It's okay, ini keputusan semesta dan gue
nggakpapa. Gue seneng lo bisa jujur ke gue."
Ucap Farel sambil mengusap surai Alin.
Sedangkan mereka tak menyadari bahwa ada
orang lain di sana. Tepatnya di belakang rak
musik, seseorang mendengar jelas semuanya
dari awal.
"Ternyata lo, lo yang udah ngebunuh
orang yang gue cintain. Lo pelaku tabrak
larinya Lumi." Ucap Ben pelan.
Iya sedaritadi Ben memang berada di
ruang musik.

***

cxxviii |Destinata
"Apa! Ayah gila! Kenapa ayah bisa
berbuat gitu?! Apa tanggapannya kalau yang
ngebuat dia kayak gitu adalah ayah!" Jake
berteriak dengan nada frustasinya. Ia tak habis
pikir dengan perbuatan ayahnya di masa lalu.
Hanya karena saingan di dunia bisnis, ayahnya
tega menyabotase mobil yang ditumpangi
orang tua Irish hingga mengalami kecelakaan.
"Makanya ayah nggak mau kamu
berhubungan dengan dia, kalau dia sampai
tau, dia pasti bakal ngelaporin ayah."
"Denger yah, Jake nggak peduli. Dia
soulmate Jake, Jake nggak akan ngejauh dari
dia gitu aja."
"Jake dengerin ayah—"
"Nggak! ayah dari dulu tuh nggak pantes
didengerin. Ayah pembunuh! Jake pergi dari
rumah!" setelah melemparkan dompetnya
yang berisi uang tunai serta blackcard
miliknya ia pun segera pergi meninggalkan
cxxix |Destinata
rumah besar itu. Yah setidaknya mobil sport
miliknya itu hasil jerih payahnya sendiri
setelah memenangkan lomba debat bahasa
inggris.
Jake pergi dari rumah dan tak punya
tujuan kemana pun. Ia sudah mengembalikan
fasilitasnya pada sang ayah. Dan sekarang ia
harus mencari tempat untuk bermalam karena
hari semakin gelap hingga satu nama terlintas
di kepalanya. Untungnya Jake masih
menyimpan alamatnya.

***

'Cklek'
Irish terperanjat kaget saat melihat siapa
yang bertamu ke apartemennya sore-sore
begini.
Itu Jake dengan keadaan yang sudah acak-
acakan juga menggigil.
cxxx |Destinata
"S-sore sorry, boleh gue numpang tinggal
di sini?" tanya Jake sambil memeluk dirinya
sendiri karena menggigil. Memang sih
sekarang udaranya cukup dingin karena
sedang turun hujan.
"Pintu depan apart Rafael." Ucap Irish
singkat.
"Tapi dia enggak di apart, gue numpang di
sini ya."
'Brak'
Irish menutup pintu itu dengan kasar.
Entah kenapa ia sangat tak ingin berurusan
dengan Jake.

cxxxi |Destinata
CHAPTER 16

Almost
"Ma bisa ambilin saladnya nggak?" ucap
Ben.
Kini di kediaman Antana, keluarga tuan
Antana sedang melaksanakan kegiatan makan
malam bersama keluarganya. Dan entah
kenapa menurut Alin suasananya sangat
canggung saat ini. Di mana sedari siang Ben
sama sekali tak mau berbicara dengannya
barang sepatah katapun. Bahkan Ben
mengabaikan Alin, menganggap seolah Alin
tak ada.
cxxxii |Destinata
Seperti saat ini, padahal salad berada dekat
Alin, tapi Ben malah menyuruh mamanya.
"Biar aku ambilin..." ucap Alin
berinisiatif.
"Nggak perlu, aku nggak butuh salad. Aku
kenyang, ma, pa, Ben selesai makan, Ben ke
kamar dulu buat ngerjain tugas." Alin terdiam
saat ucapan itu terlontar dari mulut Ben.
Sedangkan Rika dan Rio mengangguk.
Setelah mendapatkan izin dari kedua orang
tuanya, Ben langsung beranjak dari ruang
makan menuju kamarnya.

***

Keesokan paginya...
'Cklek'
'Dugh'
"Argh!" Jake meringis kesakitan kala
kepalanya mendarat mulus di lantai. Irish yang
cxxxiii |Destinata
melihat itu juga terkejut. Bagaimana bisa Jake
masih berada di depan pintu apartemennya.
"Lo kalau mau buka pintu kasih tau dulu
kek! Kepala gue nyutnyutan nih jadinya!"
keluh Jake sembari memegangi kepalanya.
Padahal tadi dia masih nyaman berkelana
dalam mimpi indahnya. Namun sayang mimpi
indah itu berakhir sad ending karena
kepalanya lebih dulu mengenai lantai.
"Ya elo ngapain masih di sini! Pulang
gih!" usir Irish.
"Gue nggak punya rumah, jadi gue tidur di
sini." Ucap Jake sambil bangkit dari posisi
rebahannya. Irish makin terkejut, bagaimana
bisa Jake menjadi gelandangan. Padahal
rasanya baru kemarin Jake main taruhan di
arena balap.
"Bodo amat mending lo pulang!"
"Please lah Rish, gue tinggal di sini ya,
gue kan soulmate lo, masa lo tega biarin gue
cxxxiv |Destinata
ngegelandang."
"Itu urusan lo."
"Gini aja, kalau lo ngasih gue
tumpangan.... Gue bakal jadi tukang masak,
gini-gini gue pinter masak."
"Nggak, kamar penuh."
"Gue bisa beres-beres kok."
"Gue bilang kamar penuh."
"Gue bakal turutin apa yang lo mau, gue
mau kok jadi babu lo." Ucap Jake benar-benar
memohon. Irish tampak berfikir sejenak, lalu
memutuskan keputusannya.
"Gue punya gudang tinggal lo-"
'Pluk' Irish mundur beberapa langkah saat
Jake berhambur memeluknya.
"Makasih makasih makasih." Ucap Jake
sambil mengecupi surai Irish. Sial, entah
kenapa jantung Irish kini jadi sasaran perasaan
aneh. Maka dari itu dengan segera Irish
mendorong Jake agar melepaskan pelukannya.
cxxxv |Destinata
"Mandi kek, badan lo bau azab."

***

Sedaritadi Alin terus memerhatikan Ben.


Entah kenapa kini matanya tak lepas dari
pemuda itu. Alin juga penasaran kenapa sikap
Ben jadi berubah padanya. Ben sangat cuek
tak seperti biasanya. Ben yang Alin kenal
tidak seperti ini.
"Alin, papa dengar kamu mutusin
pertunangan kamu sama Farel. Kenapa?"
tanya Rio.
"Karena Alin udah dewasa pa, Alin mau
milih apapun dengan kata hati Alin sendiri.
Dan Farel? Selama ini Alin nggak pernah
cinta sama Farel. Alin sadar itu, Farel juga
nggak maksain Alin."
"Tapi kan kamu tau peru-"

cxxxvi |Destinata
"Pa, kalau aku dibesarin cuman buat alat
bisnis mending aku ikut bunda ke sisi tuhan
aja." Ujar Alin lalu pergi menuju halaman
belakang, ia perlu ruang sendiri saat ini. Tak
peduli dengan Ben.
Kini rasanya ia terbebani dengan skenario
semesta yang menurutnya rumit. Bagaimana
jika soulmate mu adalah saudara tirimu?
Bagaimana tujuan orang tuamu
menjodohkanmu dengan tujuan
menjadikanmu sebagai alat bisnis? Bagaimana
jika kamu menjadi pembunuh orang yang
paling dicintai oleh soulmate mu? Bagaimana
jika kamu membunuh soulmate orang lain?
Bagaimana jika kamu selama ini hanya
sendirian?
Sendirian,
Selama ini sendirian,
"Alin, sadarkah elo kalau selama ini lo itu
memang sendirian buat ngehadapin
cxxxvii |Destinata
bercandaan semesta. Sendirian." Alin menatap
kosong kolam ikan di depannya. Ia
membersihkan kembali pemikirannya. Pikiran
rumit yang selama ini membuatnya tersesat.
"Kak Alin." Alin menoleh ke samping
kirinya mendapati William yang kini
memegang tangannya. William masih
mengenakan piyama kelincinya, Alin rasa
William baru saja bangun, melihat bagaimana
mata anak itu masih agak sayu.
Alin berjongkok mensejajarkan dirinya
dengan William lalu mengusap pipi bakpao itu
sambil tersenyum.
"Good morning and happy birthday my
prince." Ucap Alin membuat William benar-
benar membuka matanya lalu tersenyum
manis.
"Morning too and thank you kak Alin."
"Okay dear, sini peluk dulu." Ucap Alin.
Lantas William berhambur memeluk Alin.
cxxxviii |Destinata
Sedangkan dari kejauhan seseorang
melihat itu dengan tatapan datarnya.
"Kalau aja lo ngakunya sama gue,
mungkin gue bakal mikir dua kali."
CHAPTER 17

Empty
"Ben sini!" Ben menoleh kala Jake
memanggilnya sambil melambaikan tangan.
Setelah melihat sekeliling ternyata meja di
kantin sudah penuh kecuali tempat Jake masih
bersisa satu orang. Lantas Ben membawa
nampan makanannya menuju ke meja yang
Jake tempati. Saat sampai di meja itu
langkahnya terhenti karena melihat seorang
yang sedang ia hindari saat ini.

cxxxix |Destinata
"Sini duduk." Jake menarik Ben untuk
duduk di sampingnya dan tepat di depan Alin.
Sekali lagi, Jake maupun Irish masih belum
mengetahui hubungan di antara Ben dan Alin.
Yang mereka tau kalau Ben dan Alin berada
di satu ekskul yang sama yaitu ekskul musik.
Pandangan Ben dan Alin bertemu, tapi
dengan cepat Ben memutuskan kontak mata
itu, lalu fokus dengan makanannya.
"Oh iya Ben, dari ekskul lo enggak ada
niatan buat perwakilan nyanyi di kemping
nanti?" namun bukannya membalas dengan
suara, Ben malah mengedikkan bahunya acuh.
"Dih, Lin lo kan satu ekskul sama Ben,
jadi kalian ada ren-"
"Lo nanya gue?" tanya Alin sewot.
"Yaiyalah masa gue nanya sama makanan
lo."
"Tapi gue enggak mau jawab."
"Lin gue udah minta maaf sama lo."
cxl |Destinata
"Emang gue maafin?" Alin berdiri hendak
pergi dari sana, namun ia berhenti saat mulai
melangkah.
"Jangan lupa rapat ekskul musik istirahat
kedua nanti." Ucap Ben, dan setelah itu Alin
benar-benar pergi.

***

Irish kini sedang berjalan di sepanjang


kolidor menuju perpustakaan. Niatnya ia akan
meminjam buku lagi untuk belajar. Sejujurnya
Irish bisa sih untuk sekedar membeli buku ke
toko buku. Tapi setelah dipikir lagi itu akan
sayang sekali, karena Irish membutuhkan
bukunya hanya sebentar saja. Irish juga bukan
orang yang suka membaca. Dirasa untuk
meminjam saja lebih baik.
Entah kenapa jarak menuju perpustakaan
Irish rasa sangat jauh, bahkan kakinya kini
cxli |Destinata
mulai bergetar. Pandangannya seketika
berkunang-kunang, kepalanya juga terasa
berat. Dan tak lama pandangan Irish pun
menjadi gelap.
Niko yang melihat itu dari kejauhan pun
langsung saja berlari menghampiri Irish yang
kini sudah tergeletak di lantai.
"Kak Irish!" panggilnya sambil menepuk
nepuk pipi Irish, namun Irish sama sekali tak
meresponnya. Lantas Niko langsung saja
mengangkat tubuh Irish ala bridal lalu segera
berjalan cepat menuju uks.
Sesampainya di uks, Niko langsung
membaringkan Irish di atas brankar. Untung
saja uks hari ini sedang dijaga para senior jadi
Irish bisa langsung ditangani.
"Niko..." salah satu senior memanggil
Niko, lantas Niko langsung menoleh ke arah
senior itu.

cxlii |Destinata
"Lo izin ke piket gih, Irish kayaknya harus
dibawa ke rumah sakit." Ucap si senior.
"Loh kenapa? Kakak nggak bisa obatin?"
"Bukan gitu Nik, kayaknya Irish kena
tifus. Dia harus di opname."
"Hah?"
"Udah sana ke piket, sekalian minjem
mobil sekolah."

***

Alin memasuki ruang musik itu. Dan


ternyata hanya ada Ben di sana, sedangkan
anggota lain tidak ada. Berarti dugaannya
benar, Ben hanya ingin bicara berdua. Alin
menghampiri Ben yang kini sedang duduk di
depan piano tapi tak ada niat untuk
memainkannya.
"Ben?" cicit Alin agar Ben menyadari
kedatangannya.
cxliii |Destinata
"Lo punya kekurangan?" tanya Ben tapi
dengan nada diginnya.
"Eh itu kekurangan gue menghitung sama
olahraga."
"Kekurangan sikap?"
"Gue ngelawan orang tua."
"Selain itu?"
"Hmm, gue berandal?"
"Kekurangan sendiri aja lo nggak tau,
gimana bisa nilai orang lain?" Ben
membalikkan duduknya lalu mendongak
menatap gadis yang tengah berdiri di
depannya.
"M-maksud lo?"
"Gue siapa lo?"
"Kakak.... Tiri?"
"Kakak, lo harus bohongin gue atau jujur
ke gue?"
"Jujur?"

cxliv |Destinata
"Berarti kekurangan lo kejujuran." Ben
bangkit melangkah maju mendekati Alin
sedangkan Alin melangkah mundur.
"Lo kenal Lumi kan?—lo bukan sekedar
lewat di makam Lumi waktu itu—kenapa lo
nggak bilang ke gue? Kenapa nggak bilang
kalau lo sebenernya yang nabrak orang yang
paling gue cintain? Kenapa lo lari dan nutup
kasus itu seenaknya dengan uang? Lo enggak
tau gimana perasaan gue waktu itu? Jawab!"
Alin terkejut karena Ben membentaknya dan
menyudutkannya ketembok.
"Gu-gue..."
"Lin... kalau waktu itu lo jujur mungkin
gue nggak akan semarah ini!"
"Ben maafin gu-gue."
"Terlambat Lin, gue udah marah sama lo."
"Ben gu—hmmpt."
Tak disangka Ben malah langsung
melumat bibir plum itu dengan kasar, entah
cxlv |Destinata
dorongan dari mana tapi Ben ingin
melakukannya. Ciuman kedua bersama Alin.
"Ben jangan marah sama Alin, dia tulus
dan udah minta maaf sama aku. Walau
tadinya aku masih kesal, tapi setidaknya dia
rutin dateng ke makam aku buat minta maaf,
aku sendiri udah maafin dia. Jadi jangan
marah ke dia ya."
Kata-kata Lumi tadi malam kini termgiang
kembali dikepala Ben. Lantas pemuda itu
melepaskan ciumannya dan menatap wajah
Alin yang kini telah dibanjiri oleh air mata.
Ben menatap wajah itu dengan sendu lalu
mengusap pipi basah itu dengan lembut.
"Jujur apa susahnya sih?" ucap Ben. Alin
makin menunduk sambil terisak.
"Maaf." Cicit Alin.
"Enggak tau kenapa, gue nggak bisa
marah lama dari lo. Gue ngerasa kalau lo itu

cxlvi |Destinata
soulmate gue, jadi kalau tanpa lo, hati gue
kerasa hambar."

CHAPTER 18

Distance
"Dari hasil diagnosa, saudari Irish
memang mengalami tifus. Hal ini bukan hanya
dikarenakan pola makan yang kurang baik,
tapi karena saudari Irish juga tengah
mengalami depresi berat." Jelas dokter pada
Niko.
"Hah depresi? Kak Irish? Ngalamin
depresi?" Niko benar-benar tak percaya,
kenapa orang yang terlihat tak punya beban
masalah seperti Irish bisa depresi.

cxlvii |Destinata
Niko, kita nggak pernah bisa nebak
bagaimana isi hati dan pikiran orang yang
sebenarnya.
"Kalau begitu saya permisi dulu." Ucap
dokter itu lalu pergi.
'Brak'
Tak lama pintu ruangan itu dibuka dengan
kasar, dan pelakunya adalah Jake. Niko
hampir saja melempar timbangan yang ada di
bawahnya kalau saja Jake tidak langsung
menahannya.
"Lo ngapain di sini sih blekjek?" tanya
Niko dengan malas.
"Gue denger dia masuk rumah sakit, jadi
gue langsung nyusul."
"Dih dulu aja sinis banget sama Kak
Irish."
"Sewot banget lo bocah, udah nih mana
Irish nya?"
"Dia diopname di icu."
cxlviii |Destinata
"Oke." Jake keluar lagi dari ruangan itu,
padahal Niko belum memberitahu yang mana
ruangannya.
"Bodoh."

***

Sejak kejadian di ruang musik, Alin dan


Ben jadi saling diam. Bahkan sekarang, saat
satu keularga berkumpul di rumah untuk
merayakan ulang tahun William. Mereka
hanya diam saja.
"William make a wish dulu ya baru tiup
lilinnya." Ucap Rika. William mengangguk
lalu segera menutup matanya untuk
melakukan make a wish. Setelah itu William
membuka matanya lalu meniup lilinnya
dengan riang.
"Hore William udah besar." Ucap Rika
dibarengi dengan tepuk tangan diikuti yang
cxlix |Destinata
lainnya.
"Nah karena William udah besar mama
sama papa beliin William notebook buat
belajar."
"Wah makasih ma, pa." ucap William
riang.
"William ini hadiah dari kak Ben." Ucap
Ben sembari memberikan sebuah kotak kado
berukuran kecil, William menerimanya
dengan senang.
"Makasih kak Ben."
"Emm William bentar ya biar kakak
ambilin kado kamu di mobil." Ucap Alin lalu
pergi menuju garasi untuk mengambil kado
William yang memang masih tersimpan di
mobilnya.
Sesampainya di sana, Alin langsung
membuka pintu mobilnya, namun kegiatannya
terhenti saat ponselnya bergetar. Alin

cl |Destinata
mengambil ponselnya dari saku blazer yang ia
kenakan. Ternyata itu adalah pesan dari Dino.
Dino

Sabtu ini kyk biasa


kali ini mrk dtng, jdi
hadiahny lbh bsr

Oke, lo turun jga kn?

iy, rasany rmor


mbl gw udh ilang

Alin tak membalas pesan itu, dia kembali


mengantongi ponselnya lalu segera membawa
kado yang diambilnya untuk kembali ke ruang
tengah. Sesampainya di sana, ia melihat
William yang masih menunggunya sambil
mecolek-colek krim cokelat di kuenya.

cli |Destinata
"William, Happy birthday!" ucap Alin
riang sembari membawa kotak kado
berukuran besar itu. William yang melihatnya
pun terkejut.
"Woaaaaa besar sekali!"
William menerima kado itu dengan senang
hati.
"Makasih kak Alin." Ucapnya, Alin
mengangguk lalu mengusap puncak kepala
William.

clii |Destinata
CHAPTER 19

Lost
Irish menatap ke sampingnya. Ada Jake di
sana, sedang tertidur di atas kursi sambil
menelungkupkan kepalanya di atas brankar
yang Irish tempati. Irish bingung kenapa dia
bisa berada di ruangan asing, dan kenapa Jake
bisa ada di sini juga. Lagi jangan lupakan
infus yang terpasang di tangan Irish.
Jika digerakkan rasanya menyakitkan.
Irish tak bisa membayangkan saat jarum infus
itu menusuk kulitnya.
Lima menit Irish memerhatikan sekitarnya
dan saat itu juga Irish menyadari bahwa dia
cliii |Destinata
sedang berada di salah satu ruangan rumah
sakit.
"Eungh.." Irish menoleh lagi ke arah Jake,
Ternyata pemuda itu terbangun.
"Loh Rish udah sadar? Bentar gue panggil
dokter." Jake langsung saja menekan tombol
di atas brankar Irish, dan tak lama dokter serta
perawatpun datang lalu memeriksa Irish.
Sedangkan Jake memundurkan dirinya
menunggu Irish selesai di periksa.
Beberapa menit berlalu dan sang dokter
selesai memeriksa Irish.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Jake.
"Soulmate kamu baik-baik aja kok. Lagi
setelah siuman antibodinya bekerja dengan
baik lagi. Mungkin besok sudah boleh
pulang." Ujar dokter lalu pamit undur diri
menyisakan Jake dan Irish saja di ruangan itu.
Jake kembali mendekati brankar Irish lalu
kembali duduk di tempat duduk di samping
cliv |Destinata
brankar itu.
"Gimana perasaan lo sekarang?" tanya
Jake.
"Gue nggak sadarkan diri udah berapa
jam?" tanya Irish kembali.
"Jam? Lo udah 4 hari nggak sadarkan
diri."
"Hah! 4 hari?"
Jake mengangguk
"Kok bisa?" tanya Irish tak percaya,
pasalnya jika sudah 4 hari. Artinya ia sudah
melewatkan kegiatan kemping sekolahnya.
"Ya bisalah, lo ngalamin." Jawab Jake
dengan santai.
"Jadi gue nggak ikut kemping? Lo?"
"Enggak, gue jaga lo di sini. Btw
sebenernya kenapa bisa sampai sakit begini?"
Irish terdiam, ia menatap infusnya dengan
sendu.
"Lo nggak perlu tau, lo orang asing."
clv |Destinata
Jake terdiam. Sebenarnya yang dikatakan
Irish itu memang benar. Dia masihlah orang
asing di hidup Irish. Tentang Irish saja Jake
tak tau, yang ia tau hanya nama panggilan
serta Risthi berada di sekolah yang sama
dengannya.
"Gue tau gue masih orang asing, tapi lo
bisa izinin gue buat kenal sama lo dan dekat
sama lo?" tanya Jake.
"Kalau karena tato itu mending gak usah,
lo bisa tolak gue." Ucap Irish.
"Bukan karena tato, tapi karena gue mau."

***

Malam ini cukup cerah, langit malamnya


memperlihatkan bagaimana ribuan bintang
serta bulan yang bertengger manis
menyaksikan apapun yang terjadi di bumi.

clvi |Destinata
Ini bukan malam yang spesial, hanya saja
para muda mudi abad 21 kini sedang
berkumpul di tempat yang sepi penduduk
namun ramai dengan mereka. Hari ini geng
berandal kembali mengadakan pertandingan
balapan yang diikuti oleh anak anak orang
kaya dengan taruhan yang cukup besar.
Para panitia juga sudah memblokade area
yang akan mereka gunakan untuk balap liar
yang tak bertanggung jawab itu.
Ada sekitar 7 mobil sport mewah yang
kini berbaris di garis start. Mereka masih
menunggu dua peserta lain yang katanya
masih dalam perjalanan.
"Ben dukung gue ye, kalau gue menang
gue bakal traktir lo." Ucap Jake dari dalam
mobilnya sedangkan Ben yang berdiri tepat di
samping mobil Jake hanya merotasikan
matanya malas.

clvii |Destinata
"Gue nggak butuh traktiran, gue udah
sultan." Sarkas Ben, sejujurnya dia malas
sekali untuk datang ke tempat ini, kalau saja
Jake tidak mengancam akan membuka aib
Ben yang sering meletakkan bekas permen
karet di bawah bangku sekolah pada osis
kebersihan, pasti Ben sudah tidur saat ini juga.
"Dih tapi uang jajan lo enggak nyampe
100 juta dalam sehari." Ejek Jake.
"Setidaknya uang gue bukan hasil judi
kayak lo." Balas Ben.
"Ya terserah."
Tak lama dua mobil sport veneno serta
aventador ungu sampai di garis start.
Semuanya terlihat biasa saja bagi Ben hingga
ia menyadari satu hal. Pengemudi aventador
ungu itu adalah Alin, adik tirinya.
"Oh iya Ben gue lupa bilang, temen satu
ekskul lo emang sering ikut balapan di sini.
Gila aja tuh cewek juara bertahan sebelum
clviii |Destinata
Dino hiatus." Jelas Jake tiba-tiba. Ben tidak
peduli, kali ini ia harus menarik Alin dari
arena balap, namun sebelum itu terjadi, panitia
sudah memberi batas pada penonton dan tak
lama suara tembakan pistol ke atas langitpun
terdengar. Sembilan mobil sport mewah itu
langsung melaju kencang.
"ALIN!"
Alin kini tengah fokus melajukan
mobilnya, menginjak gasnya dengan kuat dan
kali ini ia tak boleh kalah walau dari Dino
sekalipun. Ia benar-benar tak ingin diinjak-
injak oleh dua pemuda yang ia temui kemarin
sore.
Flashback
Sore itu sepulang sekolah, Alin dan Dino
pergi ke taman kota untuk bertemu seseorang.
Dan saat sampai sana mereka bertemu
dengan dua orang pemuda yang akan

clix |Destinata
melawan mereka dalam taruhan balapan esok
malamnya.
"Oh ini yang katanya juara bertahan
selama Dino hiatus? Tapi kayaknya lo nggak
bakal bisa ngalahin gue." Ucap pemuda
bername tag Aciel.
"Dino, kita ketemu lagi di arena balap.
Dan kalau lo kalah lo cuman punya dua
pilihan. Balik ke rumah bokap, atau jadi
gigolo lagi." ucap pemuda satunya yang
bernama Marshall.
"Lo nggak bisa nentuin Marshall." Sarkas
Dino.
"Ya kita liat aja nanti, silahkan relakan 20
juta lo." Ejek Marshall.
"Dan lo, gue punya taruhan bagus buat
nona Antana yang pernah nabrak orang dan
nggak bertanggung jawab." Aciel menarik
tangan Alin kasar agar lebih dekat
dengannya. Alin berusaha melepaskan dirinya
clx |Destinata
dari Aciel, namun tenaga Aciel nyatanya lebih
kuat darinya.
"Kalau lo kalah, lo harus jadi jalang gue
selama 6 bulan, tapi kalau gue kalah, lo boleh
aduin gue kalau gue yang udah ngelecehin
Lumi dan ninggalin Lumi di jalanan sampe lo
nabrak dia. Faktanya dia dalam pengaruh
obat." Ucap Aciel lagi, Alin melotot, pasalnya
saat otopsi, Lumi hanya mengalami
pendarahan di kepala. Dokter tak bilang
apapun tentang obat ataupun bekas
pelecehan.
Aciel tersenyum miring saat melihat raut
Alin "Gue punya koneksi sama pihak rumah
sakit." Ucap Aciel.
Flashback off
Begitulah bagaimana Alin berambisi untuk
tidak kalah dari pemuda bernama Aciel itu.
Alin fokus ke jalanan , ia berusaha mengejar
veneno milik Aciel yang berada di depannya,
clxi |Destinata
bahkan ia tak peduli sudah berapa banyak
goresan di mobilnya yang bergesekan dengan
pembatas jalan.
Aciel terkekeh saat menoleh ke arah
spionnya. Alin benar-benar berusaha
mengejarnya. Namun sebenarnya itu adalah
jebakan Aciel.
"Mati lo sekarang." Gumam Aciel.
Alin terkejut saat ia merasakan bahwa
pedal remnya jadi sangat ringan dan ia tak
bisa mengendalikan mobilnya sama sekali.
Rasa paniknya membuncah saat ia akan
melewati jembatan.
Tanpa tau dari arah belakang, mobil milik
Marshall langsung saja dengan sengaja
menyenggol mobil Alin hingga mobil itu
berbelok dengan berputar-putar, mobil itu
menabrak pembatas jalan dan terjun ke sungai
di bawahnya.

clxii |Destinata
"Shit!" 'byur' umpatan terakhir Alin
sebelum mobil mewah itu masuk dan
tenggelam ke dalam sungai dengan sang
pengemudi yang masih ada di dalamnya.

***

Mobil Dino berhasil masuk garis finish


lebih dulu lalu disusul Jake, Aciel serta
Marshall. Seluruh penonton bersorak ricuh
membuat telinga Dino berdengung seketika.
Dino keluar dari mobilnya yang sudah
berasap itu lalu segera mengedarkan
pandangannya. Namun matanya terhenti pada
sesuatu. Ada Jake yang kerahnya sedang
ditarik kasar oleh pemuda yang tak ia kenal.
Sebenci apapun Dino pada Jake, tetap ia tak
akan membiarkan Jake sampai meninggal
karena kehabisan nafas.

clxiii |Destinata
Dino menghampiri dua pemuda itu lalu
memisahkan keduanya.
"Yow bro tenang dulu." Ucap Dino pada
Ben.
"Gimana bisa tenang kalau delapan peserta
udah masuk finish sedangkan Alin nggak!"
bentak Ben. Dino melihat ke arah jalan
belakang, tak biasanya Alin selambat ini.
"Kayaknya ada masalah sama mobilnya, lo
tenang dulu." Ucap Dino.
"Gimana bisa tenang! Adek tiri gue belum
nyampe!"
Jake maupun Dino terkejut. Pasalnya yang
mereka tau, Alin itu anak tunggal.
"Al-Alin adek lo?" tanya Jake tak percaya.
"Dino!" Jake, Ben maupun Dino langsung
menoleh saat seorang panitia memanggil
Dino.
"Oh kenapa Vino?" tanya Dino.

clxiv |Destinata
"Gue dapet kabar dari Aldi, panitia yang
ngawas di jembatan, mobil Alin nabrak
pembatas jalan terus terjun ke sungai." Ucap
Vino.
Semua terkejut, bagaimana bisa Alin yang
biasanya stabil bisa sampai masuk ke sungai.
"Masuk ke sungai?!" Ben terkejut.
"Iya tapi gue udah nyuruh petugas buat
nyari Alin." Ujar Vino.
"Jake gue minjem mobil lo." Jake
langsung memberikan kunci mobilnya pada
Ben, lantas tanpa bicara lagi Ben langsung
pergi membawa mobil Jake. Namun tak lama
setelah Ben pergi, bunyi sirine polisipun
membuat semua orang panik. Dino langsung
masuk ke mobilnya bersama Jake lalu pergi
dari tempat itu.

***

clxv |Destinata
"Kalau aja kamu nggak minta kakak dan
kakak ipar saya pulang lebih cepat, mereka
enggak akan ngalamin kecelakaan!"
"Dasar anak pembawa sial!"
"Perusahaan papa kamu sekarang hak
milik saya, dan kamu enggak berhak nerima
sepeserpun."
"Dasar anak enggak tau diuntung."
"Kamu enggak pantes dapetin warisan
dari keluarga Arthayana."
"Irish maaf tapi nama kamu udah dicoret
dari data ahli waris. Kamu bisa ninggalin
apartemen dua minggu hari dari sekarang."
Perkataan dari keluarga beserta pengacara
sang ayah terus berputar di kepalanya. Irish
tak tau lagi harus berbuat apa. Namanya sudah
dicoret dari keluarga Arthayana. Dia sudah tak
memiliki apapun dan siapapun lagi sekarang.
Dia sendiri, ayah, ibu serta sang kakek
meninggalkannya. Bahkan pengacara sang
clxvi |Destinata
ayah yang mengabdi pada ayahnya malah
menghianatinya dan lebih memilih membela
sang bibi yang benar-benar membencinya.
Irish frustasi, keluar dari rumah sakit 3
hari yang lalu tidak membuatnya benar
tenang. Malah membuatnya tambah terbebani.
Irish menatap langit cerah diatasnya, dia
benar-benar butuh seseorang untuk menjadi
sandarannya saat ini.
"Hiks... kenapa gue?"

clxvii |Destinata
CHAPTER 20

Soulmate
Ben keluar dari mobil Jake setelah ia
memarkirkan mobil sport itu di samping
sungai besar dengan aliran deras itu.
Ben dapat melihat para petugas di
seberang sungai yang hanya menyenteri
sungai dan belum ada niatan untuk terjun
langsung ke sungai. Lantas tanpa berfikir lagi,
Ben langsung saja terjun ke dalam sungai. Tak
peduli sederas apapun alirannya. Yang
terpenting Ben harus membawa Alin pulang
bersamanya dengan aman.
Keadaan di dalam sungai cukup gelap,
namun untungnya Ben masih bisa melihat
karena masih ada cahaya bulan yang
clxviii |Destinata
menembus aliran sungai. Namun 3 menit
mencari di bawah sungai, Ben tak menemukan
apapun.
Lantas Ben memunculkan kembali
kepalanya ke permukaan dan mengarahkan
pandangannya pada jembatan, tepat pada
pembatas jalan yang rusak.
Ben menyelam lagi ke dalam sungai dan
berenang melawan arus. Dan tak lama ia
menemukan bangkai aventador milik Alin
yang menancap di bawah sungai yang cukup
dalam itu, lantas Ben langsung berenang ke
arah aventador itu.
Terlihat bahwa Alin masih di dalam mobil
dan sudah tak sadarkan diri. Ben langsung saja
menarik Alin lalu membawanya keluar dari
sungai.
'brush'
Ben mengangkat Alin lalu membaringkan
Alin di pinggir sungai yang sepi itu.
clxix |Destinata
"Alin! Bangun!" Ben terus menekan-
nekan dada Alin. Namun tak ada pergerakan
apapun dari Alin. Lantas dengan cepat
pemuda itu menempelkan bibir plumnya pada
bibir Alin lalu menghembuskan nafasnya
untuk Alin berharap gadis itu bisa sadar.
Namun tetap saja itu tak membuat Alin sadar.
Ben segera membuka gelang kain yang
menutupi nadi Alin untuk memeriksa denyut
nadi Alin, namun matanya melotot saat
melihat suatu objek di sana.
Sebuah tanda soulmate yang tak asing,
Ben mendekatkan pergelangan tangannya
pada Alin lalu membandingkan miliknya
dengan milik Alin, dan ternyata tanda
soulmate itu cocok.
"L-lo, ja-jadi selama ini k-kita soulmate?"

***

clxx |Destinata
Jake menyipitkan matanya saat melihat
Irish yang duduk di atas trotoar sendirian.
Padahal ini sudah pukul 3 pagi, bukannya
seharusnya Irish sudah tidur?
Jake menghampiri Irish yang masih duduk
sendirian di sana.
"Irish lo?" Irish mendongak mendapati
Jake yang kini tengah menatapnya dengan
tatapan bingung.
Tanpa berbicara, Irish bangkit dari
duduknya lalu berhambur ke dalam pelukan
Jake.
Jake yang mendapat serangan tiba-tibapun
agak oleng namun untungnya ia bisa
menyeimbangkan dirinya dan membalas
pelukan Irish.
"Tolong jangan tinggalin gue hiks.." isak
Irish dalam pelukan Jake. Jake diam,
tangannya terulur untuk mengusap kepala
Irish.
clxxi |Destinata
"Gue butuh lo, lo soulmate gue hiks... lo
mau kan jadi rumah buat gue?" Irish
mendongak menatap Jake dari jarak yang
benar-benar dekat. Bahkan mereka dapat
merasakan nafas mereka.
Jake melepaskan pelukannya, lalu kedua
tangannya terulur menangkup kedua pipi Irish.
Jake menatap sepasang manik hazel itu.
"Semesta udah takdirin kita buat jadi
rumah satu sama lain. Gue nggak akan
hianatin semesta.... Gue bakal jadi rumah buat
lo. Lo dan gue itu satu Rish. Gue yakin
persaan ini muncul bukan karena tato... tapi
karena gue udah jatuh sama lo. Te amo mi
amor."
Jake mendekatkan wajahnya pada Irish
lalu.
Chup
Keduanya memejamkan mata, menikmati
bagaimana kedua bibir itu saling bertautan dan
clxxii |Destinata
saling terbuai dengan permainan bibir yang
Jake buat.
Dan di hadapan ribuan bintang yang sudah
mulai pudar, sepasang soulmate itu saling
bertukar rasa mereka. Bukan keterpaksaan lagi
yang mereka rasakan, tapi karena sebenarnya
keduanya telah jatuh dalam takdir semesta
yang dirancang oleh semesta.

CHAPTER 21

Fate
clxxiii |Destinata
Dua bulan telah berlalu, semuanya tampak
seperti biasa namun dengan keadaan yang
berbeda. Semuanya memang sudah berlalu
dengan cepat, bahkan Alin sekarang sudah
kembali ke kamarnya. Namun bukan hal itu
yang menjadi berbeda. Tetapi bagaimana
sekarang yang terjadi pada Alin.
Ben menatap sendu Alin yang kini sedang
menangis sejadinya di atas ranjangnya. Walau
air matanya tidak keluar lagi, tapi Ben dapat
merasakan bagaimana sedihnya Alin saat ini.
"Kenapa Tuhan tega ngambil mata gue!"
teriaknya lagi.
Ya, Setelah siuman dari komanya, Alin
dinyatakan buta oleh dokter karena matanya
sempat terkena pecahan kaca mobil. Tentu
Alin sangat frustasi karena itu.
"Kenapa nggak nyawa gue aja sekalian!"
teriaknya sembari melempari apapun yang ada
clxxiv |Destinata
di sekitarnya. Bunyi benda benda pecahpun
langsung menggema di ruangan bernuansa
biru itu. Lantas Ben langsung saja
menghampiri Alin lalu membawa Alin dalam
dekapan hangatnya.
"Alin tenang, tolong tenang. Gue ngerti
perasaan lo sekarang, jadi tolong jangan gini.
Gue sakit liatnya." Ucap Ben, makin
menguatkan dekapannya kala Alin meronta
tak terima.
"Enggak! Lo nggak ngerti rasanya! Lo
nggak akan pernah ngerti!"
"Gue ngerti Alin! Semesta ngasih
kemampuan soulmate untuk bisa saling
merasakan perasaan mereka. Gue bisa
ngerasain perasaan lo sekarang."
"Ben, lo bakal malu punya soulmate cacat
kayak gue. Lo lebih baik tinggalin gue." Ucap
Alin dengan nada lemahnya.

clxxv |Destinata
Ben melepaskan pelukannya lalu
menangkup wajah Alin.
"Denger Alin, gue terima lo apa adanya
karena lo soulmate gue, bukan karena fisik lo.
Gue udah janji sama bunda lo, gue bakal
selalu jaga lo. Gue udah lama punya perasaan
sama lo, gue udah jatuh sama lo, jatuh
sedalam-dalamnya sama lo dan bahkan gue
udah enggak bisa lagi buat berenang keluar
karena gue udah mati tenggelam di dalam hati
lo, jadi tolong jaga gue di dalam sana."
"Ben?"
"Alin kita bisa mulai semua dari awal. Hal
baik bakal datang kalau lo bisa ikhlasin yang
lalu. Bahkan orang tua kita udah ngalah buat
kita."
"Makasih Ben."

***

clxxvi |Destinata
Irish duduk di samping makam orang
tuanya. Hari ini ia kembali mengunjungi
makam kedua orang tuanya. Sudah sekitar
setengah tahun Irish tak pernah berkunjung ke
sini, bahkan saat pengusiran dirinya dari
apartemen dua bulan lalu dia bahkan sampai
lupa bahwa makam orang tuanya masih ada.
"Pa...ma... maafin Irish yang enggak
pernah ngunjungin mama sama papa lagi.
Kemarin Irish baru aja ngalamin masa-masa
sulit... bahkan rasanya Irish pernah mikir buat
ngakhirin hidup aja. Tapi tenang ma... pa....
Irish nggak sebodoh itu buat ngikutin kata
otak Irish, sekarang Irish belajar buat gunain
hati. Hati Irish masih mau nyari sesuatu yang
hilang, jadi Irish nurutin dia. Dan pada
akhirnya hati Irish nemuin itu... nemuin
seseorang yang dia mau. Dia orang baik
ma...pa... mamanya juga orang baik. Irish
bersyukur ketemu sama orang-orang baik
clxxvii |Destinata
kayak mereka. Irish harap mama papa bisa
bilang sama Tuhan kalau ini yang terbaik buat
Irish tolong kasih kebahagiaan yang lebih lagi
buat Irish yang selama ini sendirian." Ujar
Irish.
"Gue bakal ngasih kebahagiaan lebih kok
sama lo." Irish menoleh mendapati Jake yang
sedang berdiri di sana dengan senyum
manisnya yang khas.
Jake menghampiri Irish lalu duduk tepat di
samping Irish.
"Selamat siang tuan dan nyonya
Arthayana, kenalin saya Jake Greyson.
Soulmate anak kalian. Sebelumnya Jake mau
minta izin buat ngejagain anak tunggal
kesayangan kalian. Walau Jake bukan orang
yang terbaik, tapi Jake bakal berusaha jadi
yang terbaik buat Irish. Jake sayang sama Irish
dan akan begitu seterusnya. Jake janji dan
bakal tepati janji itu, Jake janji bakal jaga Irish
clxxviii |Destinata
dan bakal buat dia bahagia. Mama.... Papa
Arthayana, Jake minta restu buat jadiin Irish
satu-satunya ratu di tahta kerajaan hati Jake
Greyson."
Irish menoleh ke arah Jake dengan cepat
bertepatan Jake juga menatapnya. Jake
mengambil kedua tangan Irish,
menggenggamnya dengan lembut sambil
tersenyum.
Lalu sebelah tangan Jake mengambil
sesuatu dari dalam kantung hoodienya lalu
menunjukkannya pada Irish. Irish terkejut saat
Jake membuka kotak kecil bludru yang baru
diambilnya itu.
Ada sebuah cincin di sana, cincin berlian
yang cantik.
"Aku tau ini terlalu dini, tapi aku nggak
mau kehilangan kamu. Jadi Irish Arthayana...
bersediakah kamu mengganti nama
belakangmu menjadi Greyson?"
clxxix |Destinata
Irish tak percaya, dia menangis. Menangis
terharu lebih tepatnya. Jake benar-benar
memberikan kebahagiaan lebih padanya.
"Jake Greyson... aku bersedia."

Epilogue
"David anak orang buta hahaha! Kenapa
nggak ikutan buta aja?!" ejek seorang bocah
clxxx |Destinata
perempuan pada seorang bocah lelaki yang
tengah duduk di atas rumput dengan lututnya
yang berdarah. Bocah lelaki itu tak menangis,
ia hanya diam di tempatnya dan masih
mendengarkan banyak ejekan dari anak anak
sebayanya yang kini sedang mengelilinginya
sambil mengejek.
"Anak orang buta nggak boleh sekolah di
sini, nggak pantas tau." Ucap bocah
perempuan lainnya. Memang yang kini
membully bocah laki laki bernama David itu.
David bisa saja melawan, tetapi ia mengingat
perkataan daddynya untuk tidak melukai
perempuan.
"Haha mommynya David orang cacat!"
sarkas bocah perempuan yang lain.
Sebenarnya David sakit jika diejek seperti itu.
Di lubuk hatinya yang paling dalam dia juga
mengiyakan perkataan anak sebayanya itu.
Kenapa bisa dia terlahir dari orang buta.
clxxxi |Destinata
"Hei kalian! Jangan gangguin David!"
ucap gadis kecil yang baru saja datang.
"Lyssa jangan belain anak orang buta ini!"
ucap salah satu bocah pembully tadi.
"Kalian tuh yang buta! Enggak bisa
melihat gimana sakitnya David yang kalian
bully." Ucap Gadis bernama Lyssa itu.
"Dia pantes dibully, David anak orang
buta hahaha."
'Bruk'
Lyssa yang kesal langsung saja
mendorong anak tadi hingga terjatuh.
"Pergi kalian atau aku aduin ke ibu kepala
sekolah!" ancam Lyssa. Lantas bocah bocah
pembully tadipun langsung pergi dengan
wajah kesal mereka.
Sedangkan kini Lyssa mengulurkan
tangannya untuk membantu David berdiri,
namun David dengan muka datarnya berdiri

clxxxii |Destinata
tanpa peduli uluran tangan Lyssa lalu
meninggalkan Lyssa begitu saja.

***

Irish menatap bingung anak sahabatnya


itu. Memang biasanya David itu tak banyak
bicara, hanya saja kali ini air muka David
benar-benar terlihat sedang menyimpan
sesuatu yang berat.
Walau kini David sedang fokus makan,
tetap saja Irish dapat melihat raut itu. Saat
menjemput anaknya yaitu Lyssa, David tak
biasanya tidak bersama Lyssa, biasanya David
akan membuntuti Lyssa untuk pulang
bersama. Namun tadi Irish harus turun tangan
untuk mencari anak sahabatnya hingga taman
belakang sekolah itu. Dan benar, di sana ada
David yang sedang menyiram luka di lututnya
dengan air.
clxxxiii |Destinata
Irish yang melihat luka itupun langsung
saja mengobatinya. Dan meminta penjelasan
kenapa David bisa luka, namun anak itu benar
benar diam dan tak mau membuka suara
barang sepatah katapun.
Saat Irish bertanya pada anaknya, anaknya
juga tak mau untuk menjawab. Ia malah
Nampak terlihat kesal dengan David.
"David kalau ada masalah bisa cerita sama
tante." Ucap Irish, David mendongak sebentar
lalu kembali fokus dengan makanannya.
"Biarin aja ma, biar dia jadi bener-bener
bisu." Ucap Lyssa kesal.
"Lyssa nggak boleh gitu nak."
Lyssa tak menjawab, ia kembali fokus
dengan makanannya.

***

clxxxiv |Destinata
"David udah sampai sayang, sini mommy
peluk du—" Alin terdiam saat mendengar
langkah David yang malah melewatinya.
"David lagi ada masalah kayaknya." Ucap
Irish.
"Hah gimana?" tanya Alin bingung.
"Gue sempet liat dia nyiram luka di
kakinya tadi. Gue jadi takut kalau dia jadi
korban bully." Jelas Irish sembari membawa
Alin untuk duduk di sofa ruang keluarga
rumah Chou itu.
"K-korban bully?"
"Lyssa sini nak." Irish memanggil Lyssa
yang baru saja selesai membuka sepatunya.
"Iya kenapa ma?" tanya Lyssa yang
menghampiri Irish.
"Lyssa cerita ya kenapa David bisa luka
kayak gitu. Tante Alin mau tau." Ujar Irish.
Dan Lyssa pun langsung menceritakan
yang terjadi pada David saat di sekolah. Alin
clxxxv |Destinata
yang mendengar itu terkejut, hatinya juga
terasa sakit. Ternyata David menjadi korban
bully dan itu karena kecacatan dirinya.
"Alin tolong bijak ya, gue sama Lyssa
bakal jaga David kok." Ucap Irish sembari
menenangkan Alin yang sudah mulai terisak.
"Makasih Rish."

***

"Loh udah selesai makannya?" tanya Ben


pada David yang turun dari tempat duduknya,
padahal makan malamnya belum ia sentuh
sedikitpun.
"Udah dad, muak lama lama liat mommy
yang cacat." Sarkas David lalu pergi begitu
saja, sedangkan Alin yang mendengar itu
hanya menunduk sembari menahan tangisnya.
Ben mengerti akan hal itu, Alin sudah
menceritakan tentang David tadi sore.
clxxxvi |Destinata
"Bentar ya, aku nyamperin David dulu."
Alin hanya mengangguk. Lantas Ben langsung
saja pergi dari ruang makan untuk mencari
David. Ben mencari David ke ruang tv, ruang
tamu, kamar mandi serta kamar David, namun
ia sama sekali tak menemukan David. Ben
hampir saja panik kalau saja ia tak melihat
David yang sedang duduk di pinggiran kolam
ikan sambil menatap beberapa ekor ikan koi
yang sedang berenang.
Ben menghampiri David lalu duduk di
sebelahnya.
"David mau cerita sama daddy?" tanya
Ben lembut dan dibalas gelengan oleh si kecil.
"David pernah ngebuka mata David di
dalam air tanpa kaca mata renang dan dalam
waktu yang lama?"
"Enggak dad, David nggak berani, perih."
Ucap David.
"David tau darimana kalau itu perih?"
clxxxvii |Destinata
"David nggak tau, tapi David yakin pasti
perih."
"David pernah nggak ngebuka mata David
buat ngeliat senyum tulus mommy tiap
harinya buat David?"
David diam.
"David tau nggak kenapa mommy nggak
bisa liat?"
menggeleng pelan.
"Itu karena dulu mommy itu orangnya
paling nggak mau diremehin, dia nggak mau
diejek juga direndahin dan dia ngelawan sama
yang ngejek dia itu dengan ngebuktiin kalau
dia itu kuat. Dia ikut balap liar yang
sebenernya nggak baik, tapi dia ikut itu biar
dirinya nggak direndahin, tapi sayang ada
orang licik yang bener-bener jatuhin dia
sejatuh jatuhnya. Tapi bukan berarti mommy
nyerah sama kehidupannya, bahkan dia masih
bisa hidup sampai sekarang....... Nah coba
clxxxviii |Destinata
David inget dulu, siapa yang ngobatin luka di
jidat David pas David jatuh dari sepedah?
Siapa yang nyanyiin David setiap sebelum
tidur? Siapa selalu nyiapin bekal David tiap
pagi? Siapa yang selalu buat David ketawa
dan ngebuat David nyaman di rumah?"
"Mommy?"
Ben tersenyum sambil mengusap surai
hitam anaknya itu.
"Siapa yang berjuang ngelahirin David
biar David bisa hadir ke dunia? Siapa yang
selalu meluk David kalau David mimpi
buruk? Siapa yang selalu nenangin David pas
ada suara petir?"
"Mommy?"
"David tau itu mommy, tapi kenapa David
ngebuat mommy ngerasa sedih? Kenapa
David ngabaiin mommy? Padahal mommy
nggak pernah ngebuat David sedih,

clxxxix |Destinata
sebaliknya. Mommy malah selalu ngebuat
David senyum."
David terdiam, lalu memilin ujung
sweaternya.
"Daddy temenin David buat minta maaf
sama mommy." Cicit David.
Ben tersenyum "Yaudah ayo daddy
temenin."
Ben mengajak David ke dalam rumah lagi
untuk menemui Alin. Dan ternyata Alin masih
setia duduk di kursinya tanpa melakukan
apapun.
David tampak ragu, namun tatapan
meyakinkan daddynya membuat David
langsung saja menghampiri Alin lalu
berhambur memeluknya dengan erat.
"Mommy maafin sikap David ke mommy
ya. David nggak seharusnya buat mommy
sedih karena mommy nggak pernah ngebuat
David sedih. David minta maaf, dan David
cxc |Destinata
juga mau bilang makasih sama mommy
karena cinta tulus yang mommy kasih buat
David." Ucap David dalam pelukan Alin. Alin
tersenyum bahagia lalu mengecup puncak
kepala putra kesayangannya itu.
"Iya David, maafin mommy juga yang
nggak bisa jaga David ya."
"Mommy, bukan mommy yang harus jaga
David, tapi David yang harus jaga mommy.
David itu laki-laki dan harusnya laki-laki yang
jaga perempuan, jadi biarin David lebih kuat
kali ini."
"Iya nak." Alin tersenyum sembari
mengusap puncak kepala anaknya itu.
"David sayang mommy."
"Mommy juga sayang David."

***

cxci |Destinata
"Eh eh eh ini kenapa anak papa daritadi
cemberut melulu?" tanya Jake pada Lyssa
yang duduk di atas karpet bulu ruang tengah
keluarga Greyson dengan wajah yang kini
ditekuk.
"Nggak tau, pokoknya Ly kesel banget."
Ucap gadis kecil itu makin mempoutkan
bibirnya. Jake jadi gemas melihatnya.
"Coba cerita sama papa."
"Papa nggak akan tau, papakan bukan
cewek yang bisa rasain perasaan cewek."
"Dih kamu tuh ya nggak tau aja, papa tuh
kayak ensiklopedia tau. Tau segalanya."
"Yang pertama ada di bumi tuh telur
duluan atau ayam duluan?" tanya Lyssa.
Jake terdiam, dia juga masih bingung
dengan teori ini.
"Eh itu.... Yang pasti dinosaurus duluanlah
yang ada di bumi." Jawab Jake asal tapi ada
benernya juga.
cxcii |Destinata
"Tau ah papa bodo."
"Heh gini gini papa juara 1 olimpiade
matematika seasia ya." Ucap Jake tak mau
kalah.
"Kerjaan papa sekarang apa?" tanya
Lyssa.
"Guru bahasa inggris."
"Nyambung nggak sama hasil olimpiade
papa?"
"Enggak."
"Tuh tau, jadi papa mending diem deh
jangan banyak omong. Ly kesel lama lama."
Irish yang sedaritadi melihat interaksi itu
langsung tertawa.
"Denger tuh Jake, mending kamu diem
deh. Jangan buat anak gadis tambah
badmood." Ucap Irish.
"Iya aku mah apa yakan hanya remahan
rengginang di antara para perempuan di rumah
ini." Cibir Jake lalu duduk di samping Irish.
cxciii |Destinata
***

Keesokan paginya di kediaman Greyson,


Jam masih menunjukan pukul setengah
delapan pagi, tapi bel rumah keluarga Greyson
sudah berbunyi.
"Ly bukain pintunya dulu ya, mama masih
sibuk ngurus sarapannya." Ucap Irish yang
memang masih sibuk memasak.
"Iya ma." Lyssa langsung saja pergi
menuju pintu rumahnya lalu membukanya.
"Hai Lyssa, selamat pagi." Lyssa terkejut
saat melihat siapa yang datang pagi-pagi
begini. Tapi Lyssa tetap masih merasa kesal
pada orang di depannya.
"Ngapain kamu ke sini?" jutek Lyssa.
David masih memasang wajah
tersenyumnya dan itu membuat Lyssa tambah

cxciv |Destinata
bingung. Pasalnya David jarang sekali
tersenyum.
"David ke sini mau minta maaf soal
kemarin. Maaf ya, karena cuekin Lyssa
kemarin. David juga mau bilang makasih
karena selama ini Lyssa selalu ngelindungin
David, tapi mulai sekarang David janji, David
yang bakal lindungin Lyssa." Ucap David
tulus.
Lyssa masih diam menatap bocah lelaki
yang seumuran dengannya itu.
"Oh iya ini cokelat buat Lyssa, Lyssa
jangan marah sama David lagi ya." David
menyodorkan sekotak cokelat pada Lyssa,
lantas disambut baik oleh Lyssa yang sangat
menyukai cokelat.
"Ih makasih David, iya Lyssa enggak
marah lagi kok sama David. Kita baikan lagi
ya."

cxcv |Destinata
David tersenyum sembari mengangguk
lucu.
Sedangkan Jake yang menyaksikan adegan
itu dari tangga hanya menggigiti ujung
kemejanyanya dengan gemas.
"Anak si Ben pinter banget ngalusnya."

Author’s Letter

Kembali lagi bersama Author Miuw,


Kehaluan yang tak terbatas dan melampauinya
hahaha. Destinata adalah karya yang
cxcvi |Destinata
dikerjakan dengan hati, asek. Karya ini
terinspirasi dari sebuah lagu populer asal
amerika latin. Lagunya enak dan maknanya
sangat dalam. Dari satu lagu itulah kehaluan
author Miuw terbang bebas hahaha.
Lagi saat nulis karya ini, author juga
ngerasain yang dirasain sama tokoh. Author
sering dapet sign dari semesta tentang
soulmate nya author. Juga author sering dapet
hal-hal yang kebetulan. Kita tau, kalau
kebetulan di dunia ini tuh nggak ada. Setiap
kebetulan pasti da maknanya.
Author ngerjain Destinata selama
semingguan, dan itu sistem kebut karena
waktu itu author juga sibuk ujian akhir
hahaha. Siswi teladan. Sampai nanti di
kehaluan author Miuw yang selanjutnya.

XOXO,

cxcvii |Destinata
MYJEE4U

“I love you to the moon and back.”

- Destinata

Dear Destinata,

cxcviii |Destinata
cxcix |Destinata

Anda mungkin juga menyukai