Anda di halaman 1dari 4

Airin memencet-mencet tombol remote TV.

Ia benar-benar merasa bosan saat ini, karena seberapa


banyak pun ia memencet tombol remote ia tidak akan pernah menemukan siaran televisi yang
menarik baginya.
"Ahh. . " Airin menghempaskan remote tv ke kursi yang berada disampingnya. Bundanya yang
berada tak jauh darinya pun merasa heran dengan sikapnya.
"Ada apa rin?"
"Bosen bunda, siaran tv gak ada yang bagus." Airin menatap bunda nya dengan pandangan lesu.
Bunda menghampiri Airin dan duduk di samping anak bungsunya itu.
"Kak Ridho kemana sih bun? Kok hari ini gak keliatan sama sekali batang hidungnya? Biasanya
kan dia yang paling berisik dirumah."
"Kak Ridho lagi ada urusan di luar kota sayang, katanya masih ada pekerjaan yang belum selesai.
Jadi harus menginap disana selama seminggu."
"ahh. . Biasanya kalo lagi bosen kayak gini, pasti kak Ridho yang ngajakin Airin jalan-jalan. Kalo
kayak gini kan lebih baik gak usah libur kuliah" Airin menghela napas pelan.
"hush. . Gak boleh ngomong kayak gitu. Kalo udah dikasih libur ya disyukurin, lagipula kan lebih
enak ada libur kuliah, jadi si otak bisa istirahat terus kalo udah masuk kuliah si otak fresh lagi
deh."
Airin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi bunda, Airin bosen dirumah terus. Sedangkan
Kak Ridho lagi sibuk" Airin memasang wajah kecewanya.
"Emangnya Airin gak ada janjian hari ini? Jalan-jalan atau liburan bareng temen?"
"Gak punya bunda, temen-temen pada liburan sama keluarga mereka. Lagian ini kan lagi musim
liburan bunda, mereka pasti menghabiskan waktu mereka dengan keluarga mereka."
Bunda mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Lagian ayah dan kak Ridho kenapa sih mesti kerja pada saat musim liburan. Padahal kan Airin
sangat menantikan liburan bareng di yogyakarta, pergi ke keraton dan candi borobudur, jalan-jalan
di Malioboro" Ungkap Airin sambil memandang bundanya dengan wajah kecewa.
Awalnya keluarga mereka memang merencanakan untuk liburan di yogyakarta dengan menginap
di rumah milik teman ayahnya. Tapi liburan tersebut harus dibatalkan karena ayah dan kakaknya
mendadak punya urusan yang harus diselesaikan.
"Ya udah kalo gitu gimana kalo kita nginep di rumah tante Uli?"
"Rumah tante Uli bunda?" Bunda menganggukkan kepalanya dengan yakin.
Airin menatap wajah bundanya dengan pandangan tak yakin. Bagaimana ia tak merasa kaget
dengan perkataan bundanya, rumah tante Uli berada di Bogor sedangkan mereka tinggal di
Bandung. Sedangkan perjalanan Bandung ke Bogor hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam.
"Tapi kan kalo hanya ke rumah tante Uli kita gak perlu nginep bunda? Nanti kalo ayah sama kak
Ridho pulang gimana?"
"Airin tenang aja, bunda udah minta izin sama ayah. Kalo urusan ayah udah selesai ayah bisa
nyusul ke rumah tante Uli. sedangkan kak Ridho gak perlu kita hubungi.
"Kok gak perlu bunda? nanti kak Ridho nyariin kita loh."
"Kak ridho udah tau kita mau nginep disana. Lagipula kak Ridho juga udah ada disana kok."
"Lah? Bukannya tadi bunda bilang kak Ridho lagi ada kerjaan di luar kota?" Airin memandang
wajah bundanya dengan penuh tanya.
"Kan Bogor juga luar kota, kebetulan pekerjaan yang kak Ridho selesain ada di Bogor" jawab
bunda dengan senyum diwajahnya. Airin memajukan bibirnya dan membentuk O bulat.
"Jadi Airin mau ikut bunda gak? Atau Airin mau sendirian dirumah?" Tanya bundanya
memastikan."Gak mau bunda, Airin ikut bunda aja. Soalnya di sana kan ada kak Ridho, mbak
Priska dan mbak Risa, setidaknya Airin punya temen ngobrol."
"Ya udah, Airin siap-siap gih, nanti Bunda panggil kalo udah mau berangkat." Bunda membelai
lembut kepala Airin.
"Oke bundaaaa cantikk" Airin segera beranjak dari tempat duduknya dan berlari kekamarnya.
Bunda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap Airin.
Airin membuka lemari bajunya dan mengambil beberapa baju miliknya serta peralatannya untuk
dimasukkan ke dalam koper. Ia juga mengambil baju andalannya, T-shirt biru bermotif bunga
sakura serta celana jeans berwarna senada untuk dikenakannya. Tak lupa ia kenakan jilbab pink
yang berwarna senada dengan bunga sakura.
"Airin, udah siap belum?"
Airin memandang ke arah bundanya yang telah berada di pintu kamarnya.
"Sebentar lagi Airin siap bunda, tinggal ngerapiin jilbab"
"Ya udah, Bunda tunggu di mobil ya. Jangan lupa bawa kopernya juga ya." Airin hanya
menganggukkan kepalanya sedangkan tangannya masih sibuk dengan jilbabnya. Bundanya
kembali menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap yang ditunjukkan anak bungsunya itu.
"Okee. Akhirnya rapi juga" Airin berbicara dengan dirinya sendiri sambil mengamati bayangannya
di cermin. Segera ia mengambil kopernya dan membawanya ke mobil yang sudah terparkir di
depan rumah.
"Yakin udah siap semua?" tanya bunda memastikan. Airin menjawab dengan anggukan yang
mantap.
"Ya udah kita berangkat sekarang ya?"
"Let's Go" Airin mengepalkan tangan kanannya dan mengangkatnya keatas.
*****
Airin membuka matanya secara perlahan. Sejauh yang ia lihat hanya pantai yang terbentang luas
dan pasir putihnya yang mempercantik pemandangan serta teriknya sinar matahari. Ia mengerjap
matanya, seakan-akan tidak percaya apa yang sedang ia lihat saat.
'Aku ada dimana? Kenapa aku ada disini?' Pekiknya dalam hati. Ia berjalan ke bibir pantai dan
mengedarkan pandangannya mencari orang-orang yang mungkin sedang berlibur di pantai itu.
Tapi anehnya ia tidak menemukan satu orang pun yang berada disana. Pantai itu benar-benar sepi,
hanya ia seorang diri disana. Setelah lelah berjalan ia pun kembali ke tempat dimana ia terbangun.
Kemudian samar-samar ia melihat seorang laki-laki datang mendekatinya.
"Siapa disana?" Teriak Airin ketika laki-laki tersebut mulai mendekatinya. Laki-laki itu tak
menjawab dan tetap mendekatinya.
"Jangan mendekat" Teriak Airin dengan wajah ketakutan. Laki-laki itu menghentikan langkahnya
tak jauh dari tempat Airin berada. Airin menyipitkan matanya mencoba melihat rupa dari laki-laki
tersebut, akan tetapi sinar matahari menghalangi wajah laki-laki tersebut. Sehingga ia tak bisa
melihat dengan jelas wajah laki-laki tersebut.
"Airin Dwi Puspa" Panggil laki-laki tak dikenal tersebut. Airin terkejut laki-laki tersebut tahu
dengan jelas namanya. Airin mengerutkan keningnya ketika namanya di panggil.
"Siapa kamu? Darimana kamu tahu namaku?" Tanya Airin dengan wajah penasaran. Laki-laki
tersebut hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Airin. Belum hilang rasa penasaran Airin
terhadap laki-laki yang mengetahui namanya itu, Airin kembali dihadapkan rasa penasaran dengan
ucapan kedua dari laki-laki tersebut.
"Airin Dwi Puspa, kita pasti akan bertemu nanti" ucap laki-laki tersebut. Setelah mengucapkan
kata-kata tersebut, ia langsung membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Airin yang sedang
kebingungan.
"Hei, Tunggu. Apa maksud dari ucapanmu tadi?" Teriak Airin sambil berlari mengejar laki-laki
tersebut. Akan tetapi sekuat apapun ia berlari, tetap saja ia tidak bisa mengejarnya. Hingga laki-
laki tersebut menjauh dan menghilang dari balik kabut asap yang tiba-tiba muncul. Airin kembali
mengerutkan keningnya, masih tidak percaya dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Ia masih
belum mengerti kenapa laki-laki tersebut mengetahui namanya dan apa maksud dari ucapan
terakhirnya. Ketika Airin bersikeras memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya, tiba-tiba
kabut asap yang membawa laki-laki tersebut menghampirinya. Airin pun merasakan kehangatan
menyelimuti tubuhnya. Ia juga merasakan kantuk yang sangat dalam. Ia pun mencoba
memejamkan matanya secara perlahan dan pikirannya pun kembali tenang.
*****
Airin merasakan goncangan pada tubuhnya. Ia pun membuka matanya secara perlahan. Wajah
bundanya lah yang pertama kali ia lihat.
"Syukurlah, akhirnya bangun juga. Sudah berapa kali bunda bangunin tapi Airin gak bangun-
bangun." Kata bunda dengan nada khawatir. Airin memandang bundanya dengan wajah
kebingungan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitarnya.
"Ada apa Airin? Kenapa malah jadi bengong kayak gitu?"
"Kita mau kemana bunda?" Tanya Airin masih dengan wajah kebingungan. Bunda kembali
menatap Airin dengan raut wajah khawatir.
"Kamu gak apa-apa kan sayang? Kamu gak sakit kan?" Bunda memegang tangan Airin, tangan
kanannya ia letakkan di kening Airin.
"Aku tidak apa-apa bunda. Apa kita sudah sampai di rumah tante Uli bunda?" Airin menggeleng
lemah.
"Syukurlah kalau begitu. Kita baru aja nyampe sayang, ayo kita turun." Bunda mengelus kepala
Airin dengan lembut. Airin menganggukkan kepalanya. Ia memandang ke sekitar halaman rumah
tante Uli. Sedangkan bundanya telah berjalan terlebih dahulu.
"Bunda?" Panggil Airin. Bunda menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Airin.
"Ada apa sayang?"
"Bunda, apa tadi sebelum sampe rumah tante Uli, kita sempet berhenti terlebih dahulu di pantai?"
Bunda mengerutkan keningnya dan menghampiri Airin.
"Kamu masih ngelindur ya? Sepertinya selama perjalanan kamu benar-benar tertidur nyenyak,
sampe mimpi pergi ke pantai." Bunda kembali mengelus kepala Airin dengan senyum diwajahnya.
Airin hanya terdiam, pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian yang tak ia mengerti.
"Tante Alya, Airin udah lama nyampenya?" Airin dan bundanya menoleh ke arah sumber suara.
Tampak wanita bergamis dan jilbab panjang menghampiri mereka dengan senyum diwajahnya.
"ehh. Risa darimana?" Tanya bunda sambil membalas senyum Risa.
"Risa baru pulang dari pasar tante, beliin bahan-bahan dapur. Tante dan Airin apa kabar? Udah 4
tahun berlalu sejak terakhir kali Risa ketemu tante dan Airin." Risa tersenyum ke arah Airin.
"Alhamdulillah, kabar tante dan Airin baik-baik saja. Risa juga sekarang udah dewasa ya, cantik
lagi."
"Makasih tante. Ayo tante masuk kerumah, bunda juga udah nungguin dari tadi."
Bunda mengangguk dan mengikuti Risa masuk ke dalam rumah. Sementara Airin masih terdiam
ditempatnya berdiri. Pikirannya pun masih dipenuhi dengan mimpi yang terasa nyata baginya.
'Mimpi? Apa benar semua itu hanya mimpi? Tapi kenapa semuanya terasa seperti nyata?' pikir
Airin dalam hati. Ia masih tak percaya semua yang dialaminya hanya mimpi belaka.
"Airin, kenapa malah berdiri disana?" Panggilan Risa menyadarkan Airin dari lamunannya. Ia pun
segera menghampiri Risa dan mengikutinya masuk ke dalam rumah.
Risa pun segera memanggil bundanya ketika mereka sampai di ruang tamu. "Bunda, tante Alya
sama Airin udah dateng nih."
"Silahkan duduk tante, Airin" Kata Risa mempersilahkan bunda dan Airin untuk duduk di sofa
ruang tamu. Mendengar panggilan Risa, tante Uli pun keluar dari kamarnya. Ia menghampiri kami
dn memeluk erat bunda.
"Mbak Alya, kapan nyampe?" Tanya tante Uli setelah melepaskan pelukannya.
"Barusan li, di depan ketemu Risa jadi langsung di ajak masuk ke rumah"
Tante Uli adalah adik satu-satunya bunda, mereka hanya dua bersaudara. Karena itu lah mereka
sangat dekat.
"Ini Airin ya?" tanya tante Uli ketika melihat Airin yng berdiri disamping bunda.
Airin tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Iya tante, ini Airin"
"Wahh udah gede ya, terakhir kali ketemu masih SMP kan? Sekarang kuliah dimana?"
"Kuliah di ITB tante, baru semester 5"
Tante Uli mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gak terasa kalian udah pada besar semua, kalo
Risa baru saja di wisuda"
"Risa jurusan apa dek?" tanya bunda pada tante Uli.
"Risa ngambil Sastra Indonesia tante" Jawab Risa. "Kalo Airin ngambil jurusan apa?" tanyanya ke
Airin. "Airin ngambil jurusan Sastra Inggris, mbak" jawab airin sambil! tersenyum.
"Risa, antar Airin dan tante Alya ke kamar tamu ya, biar mereka bisa istirahat. Perjalanan dari
Bandung ke Bogor pasti sangat melelahkan.
"Iya bunda" tanpa dikomando Risa pun mengajak Airin untuk istirahat dikamarnya.
*****
"Mbak udah lama gak ketemu Airin, kalo buat rencana mau main kerumahnya Airin, pasti nanti
malah gak jadi karena ada urusan mendadak. Padahal mbak kangen banget sama Airin, kangen
ngobrol bareng kayak dulu."
"Iya mbak, Airin juga kangen sama mbak. Mumpung lagi liburan terus bunda juga gak ada kerjaan
jadinya diajakin nginep deh." Ungkap Airin sambil tersenyum.
Airin dan Risa memang dekat sejak mereka masih kecil. Risa dan keluarganya sempat tinggal di
Bandung, akan tetapi ayah Risa dipindahkan tugas ke Bogor sehingga mengharuskan Risa dan
keluarganya ikut pindah juga. Umur mereka pun tidak terlalu jauh, Risa hanya lebih tua 2 tahun
dibandingkan Airin. Mereka juga sama-sama menyukai hal-hal yang berbau korea dan jepang.
Sehingga membuat mereka cocok dengan satu sama lainnya.
"Airin masih suka korea?"

Anda mungkin juga menyukai