Anda di halaman 1dari 10

ALAM ATARAXIA1

Oleh: Nafisha Nazillia Salsabila

Serin terbangun di pagi hari, waktu menunjukkan pukul


04.00 pagi ia bergegas bangun dari tidurnya dan lekas
melaksanakan sembahyang. Sesaat setelahnya ia
teringat bahwa saat ini hari sabtu yang menandakan
waktu dirinya untuk beristirahat telah tiba karena cuti
yang ia dapatkan dari sekolah menengah atasnya.

“Weekend telah tiba, yuhuuu,” ucap Serin.

Dirinya kegirangan dan bersemangat untuk bersepeda


di pagi hari mengelilingi desanya yang alamnya masih
sangat asri, tenang dan sejuk. Banyak pepohonan di
pinggiran jalannya. Pohon kelapa, pohon mangga,
pohon jati menghiasi indahnya jalanan itu. Hamparan
sawah yang membetang luas di sekelilingnya dan sungai
yang mengalir menambahkan keindahan alam di desa
itu. Suara kicauan burung dan semburat cahaya yang

1
Ataraxia merupakan sebuah istilah Yunani kuno yang pertama kali
digunakan oleh filsuf Pyrron dan kemudian oleh Epikuros dan kaum
Stoik yang berarti ketenangan atau ketenangan jiwa.
menandakan sang fajar akan menampakkan dirinya.
Serin dengan hati riangnya mengayuh sepedanya
sembari membentuk senyuman lebar di wajahnya.
Setelah sekitar 30 menit mengayuh sepedanya, ia
merasa bahwa dirinya cukup lelah dan berpikir untuk
beristirahat sejenak sembari menikmati keindahan dan
irama alam pedesaan itu. Kicauan burung dan gemericik
aliran sungai terdengar indah bagai suara musik yang
disuguhkan oleh alam, serta hembusan angin yang halus
seolah membelah rambut indahnya. Sambil
memejamkan matanya hatinya berbisik dan
mengatakan “Betapa beruntungnya aku berada di desa
ini, terimakasih Ya Allah atas pilihan terbaikmu ini.”

Ia kembali memandangi alam pedesaan itu terelihat


burung beterbangan di atasnya dan didapati sesosok
perempuan tua yang duduk di sebuah gubuk di
hamparan sawah. Lalu ia berpikir untuk menemuinya,
tanpa basa-basi Sienna bergegas menemui sesosok
perempuan itu, kemudian ia menyapanya. “Selamat
pagi Bu,” sapa Serin.
“Selamat pagi Nak, ada apa?” balas Mbok Yem

“Tidak ada apa-apa Bu, saya hanya ingin bersantai


dengan ibu di sini sambil memandangi keindahan alam,
saya sendiri tadi di sana (menunjuk pada pinggiran
sawah) dan saya juga melihat Ibu sendiri jadi saya
berpikir, untuk nyamperin Ibu” jawabnya

“Owalah gitu to Nduk, siapa namanya cantik?” tanya


Mbok Yem

“Nama saya serin Bu” ucap Serin

“Wes toh cantik jangan manggil ibu, orang di desa ini


semuanya manggil saya Mbok Yem” jelas Mbok Yem

“Siap Mbok Yem” ucap Serin.

Kemudian Mbok Yem membuka keranjang bekalnya


yang berisi sepiring makanan, ia pun menawarkan
sepiring makanan tradisional itu kepada Serin.

“Ini dimakan cantik,” perintahnya sambil menyodorkan


makanan kepada Serin.

“Apa ini Mbok?” tanya Serin.

“Pasti belum pernah makan kan?” tanyanya sambil


tertawa mengejek.
“Hehe iyaa,” jawab Serin

“Ini namanya kue sawut singkong makanan khas desa


mbok sering buat, buat bekel klo ke sawah, meskipun
sederhana enak tapi to?” ucap Mbok Yem.

“Hmmm iya enak banget mbok,” jawab Serin sambil


memakan sawut.

“Sampeyan asale dari mana kok saya gak pernah ngeliat


sebelumnya?” tanya Mbok Yem

“Saya pendatang baru di desa ini Mbok, saya dulunya


tinggal di kota lalu orang tua saya memutuskan untuk
tinggal di desa” jelas Serin.

“Owalah gitu to, semoga betah tinggal di desa kami ini


ya, salam kenal juga buat orang tuanya,” ucap Mbok
Yem

“Betah banget Mbok, iya nanti saya kenalin Mbok ke


orang tua saya,” jawab Serin.

Kemudian sambil memakan sawut Serin mendengarkan


Mbok Yem berbincang tentang peristiwa-peristiwa yang
pernah terjadi di desanya, Serin sangat tergiur
mendengarkannya. Kemudian berbunyi alarm di jam
tangan miliknya bahwa waktu sudah menunjukkan
pukul 08.30. Serin harus bergegas pulang karena orang
tuanya akan datang dari kota. Sesaat setelahnya Serin
tiba di rumahnya dan bergegas mandi lalu berdiam di
kamarnya memandangi rintikan hujan dari balik jendela
kamarnya, sembari menunggu kedatangan kedua orang
tuanya. Ia melamun memandangi pagar rumahnya dan
terbesit sedikit kenangan kelam saat ia masih tinggal di
kota yang penuh dengan hiruk pikuk kesibukan. Alasan
sebenarnya keluarganya pindah ke desa adalah karena
bisnis ayahnya yang bangkrut hal ini dikarenakan
adanya persaingan bisnis di kalangan pengusaha dan
dampak dari terjadinya wabah covid-19 yang
melumpukan perusahaan ayahnya. Ia teringat masa di
mana keluarganya dirundungi kesedihan, orang tuanya
kebingungan pada saat itu karena banyak hal yang
ditanggung dengan bangkrutnya perusahaan ayahnya.
Puncak ketakutan Serin pada saat terjadinya amukan-
amukan para karyawan yang bekerja di perusahaan
ayahnya. Pada malam itu Serin mendengar suara
hantaman yang mendarat di pagar rumahnya, sontak ia
keluar dan melihat ke arah jendela depan rumahnya
dan mendapati sekitar puluhan orang berada di depan
pagar rumahnya, Kerumunan orang-orang itu berseru
untuk segera diberikan gajinya yang sudah enam bulan
lamanya tidak terbayarkan. Satpam di depan rumahnya
pun kesulitan menghalau keributan tersebut hingga
para karyawan mendorong pagar rumah keluarga itu
lalu mengetuk-ngetuk pintu rumah itu dan melempari
dengan bebatuan untuk meminta kejelasan. Serin
benar-benar ketakutan, tidak pernah dalam hidupnya ia
merasakan hal menakutkan seperti itu. Mereka saling
berpelukan di ruang tamunya sembari menenangkan
Serin yang pada saat itu tidak hentinya menangis. Serin
terbesit untuk bertanya pada ayahnya

“Ada apa ini Ayah? Mengapa mereka melakukan ini di


rumah kita?” tanya Serin kebingungan.

“Maaf sayang jika kamu merasa tidak aman, ini


kesalahan ayah, bisnis ayah bangkrut hingga ayah tidak
bisa membayar para karyawan ayah” jawab ayahnya
sambil menahan tangisan di matanya.

“Bagaimana kita akan menghadapi mereka?” tanya Ibu


Serin.

“Tenang Bu, saya akan keluar lalu memberikan


penjelasan kepada mereka,” ucap Ayah

Lalu ayah Serin keluar dan memberikan penjelasan


kepada mereka, para karyawan pun sontak terdiam

“Bapak-bapak harap tenang, keluarga saya di dalam


ketakutan, baik langsung saja saya beri penjelasan,
sebelumnya saya sangat meminta maaf pada bapak-
bapak sekalian karna hingga saat ini gaji kalian belum
saya bayarkan, namun saya berjanji dalam satu minggu
ini gaji kalian selama enam bulan akan kalian terima
kembali,” jelas Ayah Serin

Kemudian salah satu karyawan menyauti “Maaf Bapak,


apa yang bisa kami jadikan jaminan jika nantinya bapak
tidak menepati janji bapak
“Diri saya, saya siap menyerahkan diri saya ke pihak
kepolisian jika nantinya saya tidak bisa melunasi gaji
dari para bapak sekalian” jawab Ayah

Karyawan tersebut kembali menjawab “Baik Pak, akan


kami pegang ucapan Bapak, terima kasih atas
penjelasannya, maaf jika membuat keluarga Bapak
terganggu”. Kemudian para karyawan satu per satu
meninggalkan rumah keluarga Serin.

“Apa yang akan kamu lakukan dalam waktu satu minggu


ini? Apa benar kita bisa?” tanya Ibu.

“Bisa, jalan satu-satunya adalah menjual rumah ini dan


juga mobil-mobil kita, kita akan menyisakan satu mobil
yang akan kita pakai, dan kita akan pindah ke rumah
desa yang sudah kita buat, bagaimana apakah setuju?”
ucap Ayah.

“Saya akan selalu mendukung keputusan yang kamu


ambil,” sahut Ibu.

Dalam waktu satu minggu orang tua Serin benar-benar


sibuk mengatasi permasalahan yang ditanggungnya, dan
dalam waktu satu minggu itu Serin dialihkan tinggal di
desa oleh orang tuanya untuk mencari alam ketenangan
dalam dirinya. Tak terasa waktu sudah berjalan selama
satu minggu, Serin benar-benar tidak sabar menunggu
kedatangan orang tuanya yang sangat ia rindukan. Serin
tersadar dari lamunannya dan segera menyeka air mata
di pipinya tak terasa hujan pun sudah reda. Tak lama
kemudian terlihat mobil yang mendekat ke arah
halaman rumahnya, dan benar saja ternyata itu adalah
orang tuanya, Serin bergegas keluar dari rumahnya dan
memeluk kedua orang tuanya itu.

“Ayahhhh, ibuuu,” teriak Serin kegirangan.

“Wahh anak ibu ceria sekali di sini, apakah senang hidup


di desa ini” ucap Ibu

“Sangat senang, desa ini serin sebut dengan alam


ketenangan, alamnya tenang, rumahnya indah dan
nyaman juga, halamannya luas dan banyak tanaman
Serin benar-benar betah tinggal di sini,” jawab Serin.
“Wah syukur alhamdulillah jika kamu senang sayang”
jawab Ibu

“Kalau ayah bagaimana permasalahannya, apakah


sudah beres?” tanya Serin.

“Sudah dong, ayah pengen cepat-cepat bertemu anak


cantik ayah ini, jadi ayah selesaikan dengan cepat, ayo
masuk rumah dulu,” jawab Ayah

Kemudian mereka memasuki rumah, dan berbincang-


bincang sambil tertawa bahagia. Mereka memulai
kehidupan baru di desa yang dipenuhi dengan
kebahagiaan dan ketenangan. Inilah yang diimpikan
Serin sejak kecil. Serin sangat bahagia merasakan
kehidupan barunya itu. Dan alam ketenangan pun
menghiasi kehidupan baru keluarga Serin.

Anda mungkin juga menyukai