Anda di halaman 1dari 6

Dongeng berjudul

Si Kodok Kata Malem


Baik Budi Penawan Hati

Pada suatu hari nun jauh disana, di kampung Gunggung Tanah Taro ( Sumatra Utara)
hiduplah sekolompok masyarakat yang dikepalai oleh seorang penghulu kampung. Penghulu
kampung Gunggung memiliki seorang anak laki-laki yang tampan,dan kemudian ia
menikahkannya dengan anak perempuan saudara laki-laki dari istrinya. Pernikahan tersebut
diadakan dengan sangat meriah, serta pernikahan itu merupakan pernikahan yang baik. Tahun
telah berlalu dan pernikahan anak penghulu kampung itu sudah berumur 3 tahun, masyarakat
setempat memuja-muja rumah tangga mereka yang selalu bahagia walapun sampai saat itu
mereka belum dikaruniai seorang anak pun.
“ apa salah kita hingga sampai sekarang kita belum dikaruniai cucu ?” tanya permaisuri pada
penghulu kampung.
“ aduh sabarlah istriku!! Kita harus bersabar untuk terus berusaha dan berdoa agar tuhan
mengabulkan permintaan kita” jawab penghulu kampung.
Dan kemudian pada suatu hari permaisuri mendengar kabar bahwa di kuto suah terdapat
nenek yang sangat sakti, setelah mendengar berita tersebut permaisuri meminta adiknya
untuk kesana. Adiknya itu pun memenuhi perintah kakaknya, setelah sampai pada nenek sakti
itu ia pun menyampaikan keinginan dari permaisuri. Kemudian sambil membaca mantra dan
mengunyah sirih dengan suara bergetar nenek itu berkata “ cucuku itu bisa mendapatkan
keturunan akan tetapi....”
“ tapi apa nek?” sela adik permaisuri
“ cucuku harus keluar dari rumah dan diasingkan di tepi hutan selama 17 tahun serta ia tidak
boleh pulang kerumah maupun ditengok oleh siapapun.” Ucap nenek
“ oh begitu nek ?” tanya adik permaisuri
“ iya cu”. Kata nenek
“ kalau begitu cucu pamit pulang nek” ucap adik permaisuri
“ silahkan cu”. Kata nenek
Sampailah adik permaisuri dirumah pada sore dan dari kejauhan permaisuri telah menyambut
kedatangan adiknya itu.
“ bagaimana dik?” tanya permaisuri dengan keras
Namun adik tersebut tidak langsung menjawabnya ia menarik nafas dalam-dalam terlebih
dahulu.
“ baik kak begini akan tetapi...” sela adik permaisuri
“ tetapi apa dik?” tanya dengan nada agak keras.
“ kalau kakak ingin anak dan menantu kakak memiliki anak maka kakak harus mengungsikan
anak dan menantu kakak di tepi hutan selama 17 tahun dan selama itu mereka tidak boleh
pulang maupun ditengok oleh siapapun”. Jawab adik permaisuri dengan sedih
“ aduh anakku!!” kata permaisuri “ apa salah dan dosa kami tuhan !!”.
“ sudahlah terima takdir yang telah diberikan oleh tuhan dengan begitu kita bisa
mengikhlaskan semua keadaan ini” kata penghulu kampung.
Anak dan menantu kampung mendengar tentang berita pengasingan mereka kemudian
menghampiri penghulu kampung dan permaisuri “ ayah, ibu mertua apa salah kami hingga
kami harus dihukum seperti ini? ” tanya menantu penghulu kampung dengan sedih.
“ anakku kalian berdua tidak bersalah apapun, hanya saja ini adalah takdir yang harus kalian
terima. Hal ini pun juga bukan kehendah ayah atau ibu tapi ini semua harus dilakukan demi
kebahagiaan rumah tangga kalian” jawab penghulu kampung. Setelah hari itu penghulu
kampung mengumpulkan sanak keluarga nya dan juga para tetua kampung untuk membantu
mempersiapkan kepergian anaknya, yang esok harinya seluruh warga kampung ikut
membantu membuat sebuah kandang ternak dan juga rumah ditepi hutan untuk tempat tinggal
menatu dan anaknya tersebut.
Di hari berikutnya pagi hari itu seluruh warga telah berkumpul didepan rumah penghulu
kampung, baik penghulu kampung, permaisuri, menantu dan anaknya telah siap dan
berpakaian rapi serta dihalaman rumahny pun telah dipersiapkan kambing,ayam,sapi, dan
kerbau. Akhirnya telah tiba waktunya untuk anak dan memantu penghulu kampung untuk
pergi seluruh warga berdoa sebelum ikut menemani perjalanan dari anak penghulu kampung
itu.
Perjalanan pun dilakukan menuju tepi hutan sesampainya disana seluruh ternak dan
perlengkapan dimasukkan kedalam kandang dan juga rumah yang telah disediakan kemudian
satu persatu orang pun meninggalkan menantu dan anak penghulu kampung, adapun pesan
dari penghulu kampung itu pada mereka sebelum pergi “ anakku kalian jangan bersedih dan
jangan bersedih hati terimalah takdir ini dan ambilah hikmahnya o tuhan lindungilah anakku
ini !” sambil menengadahkan tangan.
Sejak saat itupun suasana menjadi sepi yang dulu awalnya berada ditempat yang ramai,
namun hari demi hari mereka lalui dengan berladang dan berternak hingga do’a mereka pun
dikabulkan sang istri tengah mengandung buah hati mereka setelah sembilan bulan
mengandung akhirnya pun ia melahirkan.
“ kakanda ini anak yang kita idam-idamkan” kata istri anak penghulu kampung
“ iya dinda, laki-laki atau perempuan ?” tanya anak penghulu kampung
“ laki-laki, pengganti ayahnya” jawab istri anak penghulu kampung
Mereka berdua sangat gembira dengan kehadiran putranya walaupun wajah anaknya itu
seperti kodok dan merekapun juga amata menyayangi putranya tersebut.
“ dinda karna harini hari yang sangat gembira ayo kita membuat bubur merah putih untuk
upacara selamatan pemberian nama anak kita dan kiat beri nama dia si kodok ?” tanya anak
penghulu kampung
Istri penghulu kampun itu mengangguk tanda setuju dari permintaan suaminya. Tahun demi
tahun telah berlalu si kodok pun kini telah tubuh besar dan ia juga menjadi anak yang baik
hati selalu membatu orangtuanya bekerja dan tidak pernah marah. Pada suatu hari saat si
kodok sedang menggembala ternaknya ia disambar petir hingga jatuh pingsan. Setelah sadar
ia pun kembali pulang dan makan malam bersama orang tuanya
“oh iya ayah ibu ananda ingin menyampaikan sesuatu”
“iya nak, ada apa?” tanya sang ibu
“tadi waktu ananda menggembala ternak tiba-tiba ananda tersambar petir hingga pingsan”
“pingsan anakku” sang ibu sambil terkejut dan melihat si kodok
“iya ibu tapi ananda tidak apa-apa, tapi saat pingsan ananda bermimpi ada orang tua yang
datang pada ananda dan berkata bahwa telah lenyap semua janji ayah dan ibumu”
“aduhai anakku memang benar bahwa ayah dan ibumu mempunyai janji” jawab sang ibu
“ kalau boleh tau janji apa itu ibu?”
Akhirnya sang ayah yang menjawab bahwa mereka mempunyai janji utnuk tidak pulang
selama 17 tahun lamanay dan juga tidak menebang phon mapaun merusak lingkungan yang
ada disana serta ayah si kodok pun menceritakan bahwa si kodok juga memiliki kakek,
nenek, paman, bibi yang berada dikampung gugung, Setelah mendengar hal itu esok harinya
mereka pun kembali ke kampung gugung.
Saat sampai dikampung gugung mereka sampailah didepan rumah penghulu kampung itu dan
bertemu dengan pengulu kampung “benarkah kamu anakku?” tanya penghulu kampung itu.
“iya ayah kami adalah anakmu” jawab anak penghulu kampung
Mengetahui mereka adalah anaknya penghulu kampung itupun sangat bahagia apalagi
mereka sekarang telah memiliki cucu yaitu si kodok. Dan penghulu kampungpun
mengadakan kenduri selametan untuk kedatang anak dan cucunya itu, akan tetapi banyak
warga yang menggunjingkan tentang rupa si kodok bahkan banyak para gadis yang
mengolok-ngolok si kodok akan wajahnya.
Suatu hari si kodok ingin menikah dan mendengar hal itu ibunya sangat senang
“ baiklah kalau kamu ingin menikah ibu punya saudara uakmu yang ada ditimur dan ia
memiliki 6 anak perempuan jika kamu mau dengan anak uakmu pergilah kesana dan pakailah
cicin ini sebagai pengenal bahwa kau keponakan uakmu” jawab sang ibu si kodok
Setelah itu si kodok mempersiapkan perbelakannya untuk pergi ketanah timur, dan ia pun
pergi meminta restu kepada orang tuanya.
“siapa gerangan yang duduk dihadapku ini? “ tanya ayah dan ibu si kodok
Tapi si kodok malah menggoda ayah dan ibunya hingga akhirnya si kodok mengatakan kalau
dirinya adalah si kodok dengan wajah tampan yang sebenarnya. Kalau si kodok
menanggalkan pakai kodoknya maka wajahnya nya tidak menjadi kodok tapi memiliki wajah
yang tampan, Mengetahui hal itu orang tua si kodok amat sangat senang dan merestui untuk
si kodok berangkat ke rumah uaknya itu.
Kemudian akhirnya sampailah si kodok dirumah uaknya itu dan iapu menyampaikan maksud
hati dari si kodok untuk dijadikan menantu olehnya, mendengar hal itu salah satu anak dari
uak si kodok menghina permintaan si kodok karna wajahnya yang buruk. Namun uak si
kodok pun mengumpulkan smua anaknya bersama si kodok dan menawari satu-persatu, akan
tetapi jawabn dari putri-putrinya sungguh menyakitkan hati hati jawaban yang diterima si
kodok hanya sebuah hinaan saja, hingga sampailah pada jawaban si bungsu “ baiklah ayah
menurut adat perkawinan seharusnya dimulai dari kakakku ana tetapi kelima kakakku tidak
ada yang menerimanya sehingga sementara ini berilah aku waktu untuk mengenal anak bibi
ini “.
Setelah mendengar jawaban dari si bungsu yang bijaksana si kodok pun merasa senang dan si
kodok pun harus tinggal disana selama umur padi kata uak si kodok. Setelah padi panen si
kodok menunggu jawaban dari si bungsu dan akhirnya si bungsu mau menerima si kodok
untuk menjadi suaminya. Menegtahui keputusan itu pesan pun segera dikirimkan kepada ibu
si kodok untuk segera melaksanakan pernikahan tersebut, dan pernikahan pun dilaksankanan
dengan meriah di tanah timur seluruh wargapun juga datang kecuali kelima kakak sibungsu
yang malah menghindar dan mengolok-olok si bungsu.
Kemudian setelah pernikahan selesai si kodok dan istrinya menetap di tanah timur dan
tinggal di sebuah pondok, mereka berdua pekerjaannya sehari-hari adalah bertani dan juga
kehidupan rumah tangganya sangat rukun. Suatu hari ketika pulang berladang si kodok
membawa labu dan ia menyuruh istrinya untuk menyayur buah labu tersebut akan tetapi
ketika dibelah yang keluar adalah emas hal itu selalu terjadi ketika si kodok membawa labu
untuk dimasak. Suatu ketika istri si kodok datang kerumah ibunya untuk memberikan labu itu
tapi kelima kakak istri si kodok itu malah menghina si kodok dan istrinya.
“ hei ibu jangan mau menerima pemberian si kodok yang buruk rupa seperti itu”.
Tapi ibu istri si kodok tidak menghiraukan ucapan anak-anaknya ia kemudian membelah labu
tersebut dan menemukan kepingan emas dari dalam labu tersebut. Kelima kakak istri si
kodok sangat kaget melihat hal itu dan timbulah niat jahat di hati mereka.
Saat si kodok sudah pulang dan berada di rumah kelima kakak isrti si kodok diam-diam
mencuri labu di ladang si kodok akan tetapi ketika mereka membelah labu tersebut yang
keluar adalah ulat dan bau busuk yang menyengat melihat hal itu mereka pun pergi
meninggalkan ladang si kodok.
Suatu hari saat si kodok kembali ke dangau dan duduk bersial disana sang istri mengkutinya
diam-diam dan bersembunyi di dalam semak. Saat mengintip ia melihat suaminya si kodok
berubah menjadi laki-laki yang sangat tampan, seketika ia beranjak dari persembunyiannya
dan mendorong pintu dngau hingga si kodok tak sempat mengambil baju kodoknya itu.
“ hai sekarang aku tahu “ kata istri si kodok “ sudah kuduga abang memang bukan manusia
biasa sudah cukup engkau mengujiku, aku minta mulai sekarang abang tak usah mengubah
wajah abang menjadi si kodok ayo keluar dan kita pergi kerumah ayah dan ibu “ pinta istri si
kodok
“ iya cukup sudah akau menguji kesetianmu sungguh betapa beruntungnya aku memiliki istri
seperti dirimu” kata si kodok, kemudian setelah itu mereka pun berangkat kerumah orang tua
istrinya ketika mereka sampai disana betapa terkejutnya orang tua sitri sikodok dan kelima
kakaknya mengetahui kalau si kodok sangat tampan melihat hal itu kelima kakak istri si
kodok sangat menyesal menolak lamaran dari si kodok, sejak saat itu nama si kodok berubah
menjadi si kata malem yang artinya baik budi penawan hati.
Kelima kakak istri si kodok sangat iri kepada si bungsu sehingga mereka mendorong si
bungsu ke dalam jurang karena kondisinya si bungsu hamil ia pun tidak bisa naik keatas.
Kemudian setelah peristiwa itu si kata malem tidak keberadaan istrinya ia dan warga
kampung tanah timur mencari istrinya kemana-mana namun tidak ditemukan juga bahakan ia
juga telah pergi kedukun untuk mencari keberadaan istrinya akan tetapi semua usahanya sia-
sia saja. Genap satu bulan istri si kata malem hilang maka diadaka upacara selamatan untuk
memperingati kematian sang istri, sehingga si kata malem telah menjadi duda saat itu kelima
kakak istri sang istri selalu merengek dan berbuat baik kepada si kata malem akan tetapi si
kata malem tidak berniat untuk menikah lagi karen ia sangat mencintai istrinya itu.
Setelah berada si jurang beberapa bulan akhirnya istri si kata malem melahirkan anak laki-
laki dengan kekuasaan tuhan ia melahirkan dengan lancar dan mudah lalu ia memberi nama
anaknya si bakal, karena di sekilingnya banyak tumbuh buah-buahan jadi dia dan anaknya
tidak pernah kelaparan. Setelah si bakal berumur 8 tahun ia pergi dari jurang itu kemudian
mereka menemuka sebuh pondok tua “ permisi....permisi.....permisi apakah ada orang ?”
tanya ibu si bakal “ iya siapa ya?” jawab seorang nenek tua “ maaf nek apakah kami boleh
menumpang tinggal disini?” tanya ibu si bakal “ iya silahkan saya sangat senang jika anda
berkenan tinggal bersama saya yang sudah tua dan sendirian hidup di gubuk tua ini” jawab
nenek tua itu.
Akhirnya si bakal dan ibunya tinggal bersama nenek tua di gubuk tersebut kesehariannya
untuk makan mereka mengambil buah-buahan dan sayur-sayuran yang tumbuh disekitar
gubuk tersebut bahkan mereka tidak pernah kelapan. Suatu setelah si bakal berumur belasan
tahun ia pamit izin kepada ibunya untuk pergi ke kampung bermain catur karena biasanya di
kampung sering mengadakan perlombaan catur dan ibu si bakal pun mengizinkannya pergi.
Sesampainya di sana ia bermain catur dengan seorang lelaki tua yaitu si kata malem bahkan
si bakal pun telah mengalahkan si kata malem dan berhasil mendapatkan seluruh kekayaan si
kata malem.
Akan tetapi si kata malem masih tidak terima bahwa dia kalah sehingga ia bermain catur
sekali lagi dengan taruhan bila ada yang kalah maka ia akan dijadikan sebagai budak,
kemudian si bakal kembali mengalahkan si kata malem dan membawanya pulang ke gubuk
itu. Saat si bakal pulang ibunya bertemu dengan si kata malem “ bukankah anda kekasihku?”
tanya ibu si bakal “aku kekasihmu? Siapakah kamu sebenarnya ?” tanya si kata malem
kemudian si kata malem dan menyadari bahwa itu istrinya merekapun berpelukan dan saling
menangis dan ibu si bakal menceritakan semua kejadian yang terjadi sehingga ibu si bakal
harus berpisah dengan ayahnya saat mengandung si bakal.
Ke esokan harinya ibu sibakal, si bakal dan si kata malem berpamitan kepada nenek untuk
pulang kembali dan bertemu orang tua ibu si bakal,saat pulang kerumah orang tua sibakal
sangat kaget karena putri bungsunya belum meninggal merekapun sangat bahagia melihat
kehadiran putrinya si bungsu bersama si bakal cucunya. Kemudian ibu si bungsu bertanya
bagaimana ia bisa menghilang dan bagaimana ia bisa bertemu dengan si kata malem kembali,
ibu sibakal pun menceritakan pertemuannya dengan si kata malem dan ibu si bakal pun
bercerita bahwa kelima kakaknya lah yang telah menyelakainya sehingga ia harus
menghilang dan tidak bisa ditemukan. Mendengar hal itu ayah si bungsu sangat marah dan
menghukum kelima putrinya itu dengan berdiri di tepi pancuran jalan yang menuju ke
pancuran. Setiap hari mereka menangis karena kepanasan, mereka pun meminta maaf pada
aya, ibu, dan adiknya keluarga besar itupun bermaaf-maafan. Beberapa hari kemudian si kata
malem mengajak istri dan anaknya si bakal pulang ke kampung gugung. Karena ayah si kata
malem telah meninggal maka si kata malem di angkat menjadi penghulu kampung dan
merekapun hidup berbahagia di kampung gugung.

Anda mungkin juga menyukai