Anda di halaman 1dari 5

Nama : Angie Lucita

Kelas : XI MIA 6
Baju Bekas
Langkah demi langkah,terlihat seorang pria tertidur dengan penuh harap dan doa.
Kini aku tak muda lagi. Mungkin ini sudah tidak lama lagi.ujarnya didalam hati. Tidak lama,air
matanyapun keluar perlahan dari tempat persembunyiannya. Namun,air matanyapun tertahan saat
ibuku memasuki ruang kapuk pria itu.
Apa bapa sudah makan?tanya ibu.
Belum,bapa belum mau makan. Nanti saja.jawab kakek.
Bapa harus banyak makan agar bapa cepat sembuh. Daritadi saya lihat bapa tidak makan juga.
Jangankan memakannya,melihatnya pun bapa sudah mual rasanya.
Bagaimana jika saya suapi saja pa? Satu dua suap tidak masalah yang penting perut bapa terisi
Kakek hanya mengangguk pelan. Ibu langsung mengambilkan makan dan menyuapinya pada kakek.
Setelah suapan ketiga,kakek menghentikan sendok yang berisi bubur itu.
Sudah teteh,bapa sudah kenyang ujar kakek.
Baiklah yang penting perut bapa sudah terisiujar anak sulungnya.
Anak sulungnya pun memijat kaki kakek.
Kapan suamimu kembali?tanya kakek.
Mungkin sekitar seminggu sebelum lebaran pajawab ibu.
Bagaimana dengan anak lelakimu?
Ia baru mendapatkan cuti 3 sampai 4 hari sebelum lebaran
Dimana anak perempuanmu?
Ia belum pulang sekolah pa
Kakek hanya mengangguk kecil dan menutup matanya. Tetapi,matanya sempat tertahan karena
teringat sesuatu.
Bapa ingin baju bekas dari anak lelakimuujar kakek.
Loh mengapa baju bekas pa?tanya ibu dengan herannya.
Ah pakai baju bekas lebih enak
Baju bekasnya sudah tidak ada pa,sudah diberikan pada adik sepupu lelakinya
Yasudah bilang saja pada anak lelakimu itu belikan saja baju bekas untukku
Ibu hanya mengangguk seolah hanya menghibur kakek.
Wajar saja,sebelumnya,kakek dibawa kerumah sakit bersama nenek dan ibuku. Ia divonis
mengidap penyakit yang akrab disebut flek paru paru. Setelah memvonis,dokter berkata nenek dan
ibuku apapun yang pria itu inginkan berikan saja selama ia tidak meminta kopi dan rokok. Dan
dokterpun berkata sebaiknya dirawat dirumah saja. Ya,apapun yang dokter katakan pasien pasti
akan mengikutinya.
Ibu pun kembali kerumahnya dan menghubungi Kakakku.
Assalamualaikum kakak
Waalaikumsalam,ada apa ibu?
Begini kak,apa kaka masih ada baju bekas?
Wah tidak ada bu,memangnya untuk apa?
Ituloh,kakekmu ingin baju bekas darimu
Kakek ini ada ada saja,mana tega kaka memberi baju bekas pada kakek
Sudah ikuti saja kemauan kakekmu itu
Tapi darimana kaka bisa dapat baju bekas? Kan baju bekas kaka sudah habis
Ia bilang kalau tidak ada beli saja baju bekas
Hm
Sesaat setelah itu,kakakpun kebingungan.
Apa ada di?tiba tiba temannya menyadarkannya dari pandangan kosongnya.
Cari baju bekas dimana ya?
Tumben amat Adi cari baju bekas. Buat apa?
Buat kakek gua. Dia minta baju bekas sama gua.
Hah kagak tau gua maaf ye.
Beberapa hari kemudian.
Terdengar suara pagar putih dan pintu rumah terbuka. Seorang pria tegap memasuki rumah
itu. Ya,lebaran sudah tidak lama lagi.
Kakak sudah pulang juga
Ibu bagaimana kabar kakek?
Masih seperti biasa ka. Temui dia jika sudah tidak lelah.
Baiklah bu
Setelah beberapa jam lamanya,Kakak pergi menuju kediaman pria yang sudah berkepala
tujuh itu. Kakek merasa terkejut dan tidak bisa menahan rasa rindu pada cucunya. Ya,semenjak kira
kira 5 tahun yang lalu,cucu sulungnya itu pergi merantau ke ibukota karena mendapatkan beasiswa
untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Ia hanya kembali ke kampungnya sekitar 1-3
bulan sekali dan hanya seminggu bahkan hanya 3 hari.
Wah sudah pulang nakujar kakek.
Iya kek bagaimana kabar kakek?
Kakek begini saja,bagaimana dengan kamu?
Hm kakek ini bajunya.
Kakak memberikan baju pada kakeknya itu. Namun....
Kakek kan minta baju bekas,mengapa baju bagus?
Mana tega kakak memberi baju bekas pada kakek
Tidak kakek ingin baju bekas. Kaek rasa sudah tidak patut kakek memakai baju bagus.
Kakak merasa bersalah karena ia tidak bisa memberikan apa yang kakeknya minta. Namun,ia sama
sekali tidak ada maksud seperti itu.
Hari demi haripun berlalu,suara takbir berkumandang dimana mana. Hari raya umat islam
seduniapun tiba. Keluarga kecilku pun tidak bisa menyembunyikan rasa suka citanya itu.
Dan,seorang wanita berkepala empat itupun berharap bisa bertemu kembali di bulan penuh rahmat
itu ditahun depan.
Pagi hari,keluarga besarku menuju masjid untuk melaksanakan shalat ied. Namun,ditahun
ini,sepasang suami istri yang sudah melalui perkawinan emas itu tidak ikut serta dalam shalat ied.
Wanita berkepala enam itu sangat sedih karena ia tidak bisa melangkahkan kakinya untuk
mendirikan shalat ied untuk menemani suaminya yang sudah tidak mungkin untuk pergi ke masjid.
Jangankan ke masjid,melangkah menuju ruang keluargapun sudah harus dipapah.
`Jangan bersedih hati ma,memang sudah kewajiban mama untuk menemani bapa. Semoga
saja bapa cepat sembuh ya ma.hibur anak anaknya
Tidak,cepatlah sebelum terlambat.nenek mengalihkan perhatian mereka.
Setelah kami melangkahkan kakinya untuk shalat ied,kami mendirikan shalat dan bersalam
salaman pada tetangga. Kamipun kembali kekediaman orang tua kami dan meminta maaf pada
orangtua dan sanak saudara.
Hari haripun kembali berlalu. Kakek meminta pada istri,anak anak,dan cucu cucunya untuk
dibacakan surat Yasin untuknya. Sesaat matahari tenggelam,kakek melihat jendela dengan
mengucapkan salam dan ia berkata pada Tanteku.
Ni,buka pintunya ada seseorang didepan rumah kita mengucapkan salam berkali kali.
Bapa ini bicara apa,tidak ada siapa siapa didepan
Anak ketiganya itupun merasa heran dan iapun mengatakannya pada kaka sulungnya itu.
Teteh,bapa ini ada ada saja masa ia bilang ada orang didepan rumah mengucapkan salam jelas jelas
tidak ada siapa siapa disini
Ibukupun hanya tersenyum tenang seolah olah semuanya baik baik saja.
Malam pun tiba,semua membacakan Yasin untuk kakek. Tidak lama,ada seseorang
mengetuk pintu kediaman kakekku.
Assalamuaikum
Waalaikumsalam Bu Ika,ayo masukujar nenekku.
Bu ondi,bapanya dimana ya?tanya tamu itu.
Ayo kesini bu.nenek mengajak tamu itu untuk memasuki kamar kakek. Bapa ada Bu Ika
Oh iya silahkan masuk buujar kakek.
Maaf saya gangguujar tamu itu Pa,bagian mana saja yang sakit?
Dada dan punggung bapa rasanya sesak sekalikeluh kakek.
Hm saya pegang dulu telapak kaki bapa ya. Jika sakit teriak saja.
Kakek hanya mengangguk dan tamu itu memegang telapak kaki pria itu dan menekannya.
Namun,tidak ada reaksi kesakitan dan reaksi teriak apapun.
Maaf,ini sudah tidak ada reaksi apapun dari Pa Ondi. Sepertinya,semua sanak keluarganya
harus mengikhlaskannya
Terdengar suara tangisan dari kakek juga istri dan anak anaknya. Kakek sedang dalam keadaan benar
benar kritis. Selain itu,terlihat seperti kakek melihat sesuatu yang tidak kasat mata. Keesokan
harinya,kakek segera dilarikan kembali ke rumah sakit.
4 Hari Kemudian
Jam 8 malam ibu kembali setelah menemani kakek dan nenek dirumah sakit dan digantikan
oleh paman,anak lelaki kakek satu satunya. Dua jam berlalu,dan suara panggilan terdengar dari
ponsel ayah. Ternyata,paman menghubungi ayah. Terlihat wajah yang sangat terkejut dari ayah.
Ada apa ayah? Ada apa ayah?ibu terus saja bertanya tanya pada ayah.
Ia memberi isyarat pada ibu bahwa mertuanya kembali pada Yang Maha Kuasa. Ibu tidak
bisa menahan air matanya. Ia segera mengajakku menemui bibi bibiku dan menyarankan ayah untuk
segera melaporkannya pada ketua RT,RW,dan Ustadz setempat. Ya,inilah hari kelabu keluargaku. Air
mata mengalir dipipi seluruh keluargaku tanpa terkecuali. Akupun segera menghubungi Kakakku
yang sudah kembali ke ibukota.
Assalamualaikum ka
Waalaikumsalam,ada apa de?
Kaka,segera pulang ka. Kakek meninggal.
Kakakpun terkejut dengan kabar itu.
Inalillahi apa yang lain sudah tahu?
Iya ka,kaka harus pulang ka
Baik kaka akan segera pulang
Semua mempersiapkan diri dan jenazahpun tiba. Terlihat nenek yang tidak bisa menahan air
matanya dan segera diberi minum oleh anak anaknya.
Keesokan hari setelah matahari terbit. Sejauh mata memandang,terlihat bendera kuning
berdiri didepan pagar kediaman itu. Seseorang memasuki kediaman itu dan matanya terbelalak dan
berkata didalam hatinya
Ini kakekku. Kini terbujur kaku dan tubuhnya terbalut oleh kain kafan. Aku tidak percaya.
Kakakku langsung memeluk nenek dan ibunya dengan erat.
Cium wajahnya. Jangan mengeluarkan air mata sedikitpun saat kau menciumnyaujar ibu.
Tanpa membuang waktu,kakak langsung mencium wajah kakek yang sudah pucat pasi itu.
Saat setelah dimakamkan,semua beranjak kembali ke rumah masing masing. Namun,Kakak
masih terdiam menatap makam kakek dan ayah mengajak kaka untuk segera kembali.
Mungkin ini maksud dari kakek meminta baju bekas padaku
Aku fikir mungkin itu yang Kakakku fikirkan pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai