Anda di halaman 1dari 489

Pdf created by: Goldy Senior

Setangkai Mawar Untuk Ibu 1


Pdf created by: Goldy Senior

Setangkai Mawar Untuk Ibu


(Tien Kumalasari)
Sumber : Blog Kejora Pagi
––––––––––––––––––

1
Aryo turun dari mobilnya, menyeberang jalan dengan
tergesa-gesa. Bayangan perempuan yang tadi dilihatnya harus
terkejar olehnya. Sudah lama dia menunggu untuk bertemu.
"Arum... Arum... tunggu Arum.." pangggilnya berkali-kali.
Perempuan tinggi semampai berbaju biru kembang-kembang
itu hampir terkejar olehnya.
"Arum...!!"
Perempuan itu menoleh. Aryo melompat kedepannya dan
menghentkan langkahnya.
Perempuan itu terbelalak, marah.
"Arum, jangan pergi, sudah lama aku menunggu bisa
bertemu denganmu, Aku minta ma'af Arum, aku khilaf. Jangan
pergi."
"Anda salah orang," jawabnya dengan pandangan kesal.
"Jangan begitu Arum, aku tau itu kamu."
"Saya bukan Arum," katanya sambil menghindar.
"Arum, tunggu Arum, kamu tidak kangen sama anakmu?
Angga sudah mau masuk sekolah sekarang, ia kangen sama
ibunya," kata Aryo sambil memegangi tangannya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 2


Pdf created by: Goldy Senior

Perempuan itu cantik, kulitnya putih bersih, pandangan


matanya tajam, mulutnya yang tipis pasti akan bertambah manis
kalau tersenyum, tapi senyum itu tak ada disana. Ia mengibaskan
tangannya dan berjalan cepat meninggalkan Aryo kebingungan.
Sebuah taksi lewat, si cantik melambaikan tangannya. Lalu
masuk kedalamnya dan berlalu.
Aryo termenung ditepi jalan. Ada sebuah bangku yang
mungkin milik pedagang apalah, yang teronggok disana, lalu
Aryo duduk sambil memandangi lalu lintas yang hiruk pikuk
karena sa'atnya orang pergi bekerja.
"Mengapa dia pergi ? Aku yakin dia Arum. Mengapa tak
mengakuinya? Begitu bencikah dia padaku sehingga tidak mau
mengakui bahwa dirinya adalah Arum?"
Aryo memegangi kepalanya yang terasa pusing.
Terbayang kejadian setahun lalu, ketika sang isteri sedang
pamit untuk mengunjungi temannya yang sedang sakit. Ia
dirumah hanya bersama Angga dan Rini perawatnya. Sebenarnya
Arum tidak suka pada Rini. Gadis itu terlalu pesolek dan sedikit
genit. Namun dia pintar merawat anak keil, dan rajin, sehingga
Arum terpaksa menerimanya.
Malam itu hujan sangat deras. Memang baru pukul delapan
ketika itu, namun tiba-tiba lampu padam. Aryo mencari korek api
dan menyalakan lilin. Ia pergi kekamar Angga, dengan membawa
lilin yang masih menyala. Tak terdengar suara karena Rini tadi
sudah mengatakan bahwa Angga sudah tidur. Ia meletakkan lilin
diatas meja, agar kalau terbangun nanti Anga tidak menjerit jerit
ketakutan seperti biasa kalau tiba-tiba kamarnya gelap.
Remang didalam kamar itu, sepertinya Angga harus
menyalakan satu buah lilin lagi. Tiba-tiba tertangkap olehnya
pemandangan yang membuatnya terpana. Rini tergolek diranjang,

Setangkai Mawar Untuk Ibu 3


Pdf created by: Goldy Senior

disebelah Angga tertidur. Walau udara dingin, tapi Rini tidur


tanpa selimut, dengan pakaian yang tak pantas dilihat mata,
apalagi mata lelaki seperti dirinya.
Aryo melangkah keluar dengan debar yang tak diketahui apa
penyebabnya. Ia meraba -raba keatas meja dan mengambil lagi
sebuah lilin.
Ketika ia memasukkan lagi lilin kedalam kamar, dilihatnya
Rini menggeliat, lalu turun dari atas ranjang.
"Pak Aryo, kepala saya tiba-tiba pusing," kata Rini.
"Ambil saja obat di almari, kamu kan tau tempatnya, kata
Aryo sambil berjalan kearah ruang tengah. Hanya satu buah lilin
menyala disana. Aryo ingin menelpon isterinya karena tak
kunjung pulang ketika tiba-tiba Rini mendekat lalu duduk
disebelahnya. Masih dengan pakaian minim yang sesungguhnya
tidak pantas dilakukannya, apalagi ketika sedang mendekati
seorang laki-laki yang bukan apa-apanya.
"Ada aoa?"
"Pak, tolonglah, saya harus menggosokkan minyak gosok ini
ke leher saya. Tolong pak, pusing sekali rasanya," kata Rini
sambil mengulurkan sebotol minyak gosok.
Aryo bingung. Mau dilakukan, rasanya kok tidak pantas, tapi
kalau tidak dilakukan, masa sih, ada orang kesakitan minta tolong
tidak mau menolongnya?
Aryo menerima botol itu, membukanya dan
menggosokkannya di leher Rini.
Rini membungkukan badannya, dan aroma parfum kemudian
berbaur dengan aroma minyak gosok yang dibalurkan ketubuh
Rini..

Setangkai Mawar Untuk Ibu 4


Pdf created by: Goldy Senior

Setan sibuk mengipasi hati manusia, dan mengatakan bahwa


dosa itu nikmat. tergodalah iman iman yang lemah, dan dengan
nyaman menjilat maksiat.
Tak terasa oleh mereka hujan telah berhenti, dan tiba-tiba
seseorang muncul disana. Arum.
Terbelalak matanya melihat pemandangan tak pantas diatas
sofa.
Menggelegak darah disekujur tubuhnya, dan menyalalah api
sampai keujung kepalanya.
Rini berlari kebelakang, Aryo terpaku diatas sofa.
Arum tak mengucapkan kata sepatahpun. Apa yang
dilihatnya cukup mengatakan apa yang terjadi, dan itu tidak
terma'afkan. Ucapan tak akan merubah segalanya, dan apa yang
terjadi tak bisa diputar ulangnya kembali. Arum membalikkan
tubuhnya dan langsung keluar dari rumah. Hujan telah berhenti,
tapi gerimis masih rajin meneteskan air.
"Arum tunggu Arum, ma'afkan aku Arum.. aku khilaf.. Arum
!!" teriak Aryo sambil mengejar keluar.
Tapi Arum terus saja melangkah, menembus dinginnya alam
dan gelapnya malam, entah kemana.
"Aruuum, tunggu Arum !!"
Aryo berlari keluar, mengejar sampai kejalan, tapi bayangan
isterinya tak tampak lagi. Hilang ditelan kegelapan.
Aryo melangkah kerumah dengan lunglai. Inilah nikmat
sesa'at yang akan menjadi petaka. Ia sudah mencoba menelpon
tapi tidak diangkat, mencari kerumah orang tuanya tjuga tidak
ada.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 5


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo memasuki kamar anaknya, bocah mungil itu masih


terlelap. Didengarnya isak tertahan dikamar itu, tapi Aryo tak
perduli.
Ketika setan bersorak penuh kemenangan, maka amarah dan
penyesalanlah yang menyelimuti hati dan jiwanya.
Malam itu juga Aryo mengusir Rini.
Rini menangis terisak sambil memegangi kakinya.
"Jangan mencoba merayu aku lagi," hardik Aryo.
"Bukankah bapak juga mengingininya?" sanggahnya tanpa
malu-malu.
"Pokoknya lebih baik kamu pergi dan jangan pernah
menampakkan wajahmu didepanku lagi," kata Aryo sambil
memalingkan muka, tak ingin melihat wajah memelas yang
diperlihatkan Rini.
––––––––
Tapi celakanya Angga rewel pada keesokan harinya, karena
tak melihat Rini didekatnya. Tertarih berjalan keluar, dan
menemui ayahnya yang sedang termenung didepan kamar.
"Bapak..." panggil Angga sambil menangis.
Aryo terkejut dan menoleh. Karena hatinya kacau ia sampai
tak melihat ketika Angga menangis didalam kamarnya.
"Oh, kamu sudah bangun ?" katanya sambil menggendong
Angga dan diajaknya kedepan.
"Mana Rini..."
"Rini pergi nak, jangan menangis ya.."
"Mana Rini... ?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 6


Pdf created by: Goldy Senior

"Rini sudah pergi, ayo mencari ibu saja ya?"


"Mana ibu..." Anga masih menangis.
"Tungu, mandi dulu minum susu lalu mencari ibu ya.."
Aryo membawa Angga ke kamar mandi, dan
memandikannya dengan air hangat. Agak kikuk karena tak biasa
melakukannya. Ia mengambilkan baju sekenanya yang diprotes
Angga.
"Bukan ini celananya.." katanya sambil melemparkan celana
yang akan dipakaikannya. Aeyo bingung, kaos merah dengan
gambar pesepak bola kesayangannya itu memang harus dipadu
dengan celama merah. Ia mengaduk aduk semuaa pakaian Angga.
"Ituuu.. bapaak." teriak Angga ketika melihat celana yang
dimaksud."
"Oh, iya, ma'af bapak lupa."
"Belum pakai bedak dan minyak !" Angga berteriak lagi.
Adduh... rupanya tidak gampang merawat anak. Aryo
mengambil bedak, membedaki tubuh Arya dan menggosokkan
minyak telon ketubuhnya. Aroma sedap menebar kedalam
ruangan itu.
"Kemana ibumu pergi?" bissik Aryo sedih.
"Kemana ibu pergi?" Kata Angga menirukan kata-kata
ayahnya.
Arya menggendong anaknya dan mendudukkannya dikursi.
Ia bersiap membuat susu untuk Angga. Aduh.. berapa ukurannya.
Aryo sibuk membaca aturan minum pada kaleng itu, baru bisa
membuatnya lalu menyerahkannya pada Angga.
"Mana Rini?" astaga.. Angga bertanya lagi. Aryo tak
menjawab. Rasa sesal memenuhi dadanya. Ini bukan sepenuhnya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 7


Pdf created by: Goldy Senior

kesalahan Rini. Kalau Rini menggoda, apa salahnya kalau dia


menghindar? Atau mengusirnya pergi menjauh. Tapi setan
berkata bahwa dosa itu nikmat, dan Aryo menjilat dosa itu. Sesal
kemudiann tak ada gunanya. Itu benar bukan?
Sekarang dia merasakan betapa susah nya hidup merawat
anak tanpa perempuan.
Berhari-hari lamanya sampai melupakan pekerjaannya, Aryo
mencari Arum, tapi isterinya benar-benar menjauh darinya. Ia
tak pulang kerumah orang tua, tak menumpang dirumah saudara
atau teman.
"Kemana dia?" Aryo masih termenung diatas bangku
dipinggir jalan raya itu. Angga dititipkan dirumah orang tuanya,
dan dijemput ketika sore hari ketika dia pulang bekerja,
Mendung tampak menggantung, pertanda sebentar lagi hujan
akan turun. Aryo berdiri, lalu menyeberang jalan untuk
mengambil mobilnya. Ia baru saja naik keatas mobil dan belum
sempat menutup pintunya ketika tiba-tiba seseorang
menghampiri.
"Pak Aryo.."
Aryo menoleh, dan kemarahannya memuncak. Rini berdiri
dan memegangi pintu mobil erat-erat, takut Aryo memaksa
menutupnya.
"Apa maksudmu? Lepaskan tangan itu," hardik Aryo.
"Jangan begitu pak, ijinkan saya menumpang sampai ke
terminal, saya mau pulang kerumah orang tua saya."
Aryo ingin mendorong Rini supaya menjauh, ketika gelegar
guntur terdengar memekakkan telinga. Lalu hujanpun tiba-tiba
turun bagai tercurah dari langit.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 8


Pdf created by: Goldy Senior

"Tolong pak," rengek Rini sambil berlinang air mata.


Aryo menyerah, hujan yang turun sudah membasahkan baju
Rini. Keterlaluan kalau dia tak mau menolongnya. Ia
membukakan pintu samping dari belakang kemudi, lalu Rini
berlari lalu naik keatas.
Aryo menjalankan mobilnya, tanpa menoleh kesamping. Ia
tak perduli Rini basah kuyup dan seperti menggigil
disampingnya.
Suasana hujan mengingatkannya kembali kepada malam
kelam yang membuatnya terjerumus kedalam kubangan dosa.
Wajahnya muram.
"Dingin sekali pak," kata Rini sambil menggigil.
Aryo tak bergeming. Ia terus menjalankan mobilnya kearah
terminal seperti tadi dikatakan Rini.
"Rasanya badan saya panas," bisiknya lagi.
Tak sepatah katapun Aryo menjawabnya. Sebentar lagi akan
sampai di terminal.
"Saya butuh obat pak, bapak punya?"
"Tidak." jawab Aryo singkat.
Terdengar suara lemah, menggigil kedinginan. Aryo masih
tak perduli. Mobil itu sudah sampai di terminal. Aryo
meminggirkannya, ketempat yang dekat dengan emperan sebuah
toko.
"Sudah sampai terminal, sekarang turunlah," perintahnya
tanpa menoleh.
"Bapak tega..." bisik Rini menggigil, lalu membuka pintu
mobil dan turun.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 9


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo meraih pintu sebelah kiri dengan tangannya dan


menutupkannya karena Rini membiarkannya terbuka dan tas
yang tadi dibawanya tertinggal di jok yang tadi didudukinya.
Ketika mobil akan dijalankan, tiba-tiba terdengar teriakan
orang.
"Mas !! Mas..! mBaknya terjatuh !!"
Aryo terkejut, urung menjalankan mobilnya. Ia menggeser
duduknya kesamping dan melongok keluar. Dilihatnya Rini
tergolek disana.
"Ya Tuhan, apa lagi ini," keluh Aryo yang segera turun.
Mana mungkin membiarkan seseorang terbaring tanpa daya
ditengah hujan seperti ini? Semarah apapun hati Aryo, tetap tak
tega membarkannya. Ia turun dan mengangkat tubuh Rini, lalu
dibawanya masuk kembali kemobilnya.
Satu-satunya jalan adalah membawanya kerumah sakit.
Disepanjang jalan itu Rini terkulai lemah, matanya terpejam.
Aryo memegang keningnya, terasa panas.
"Rini.." panggil Aryo.
Tapi Rini tak menjawab sepatah katapun.
Aryo memacu mobilnya terus kerumah sakit, dan
menurunkannya disana. Seorang petugas membawanya dengan
brankar, keruang IGD. Aryo pergi ketempat pendaftaran,
meninggalkan sejumlah uang.
Ia beranya kepada dokter yang merawatnya, tentang seberat
apa penyakitnya. Dokter mengatakan bahwa Rini kena radang
karena penyakit flu yang dideritanya.
"Biarkan dia beristirahat selama satu dua hari, kemungkinan
dia sudah baik."kata dokter.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 10


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya menemukan dia dijalan, tapi saya sudah meninggalkan


sejumlah uang untuk perawatannya. Kalau uang itu sisa, berikan
saja padanya. Kalau kurang ini ada nomor tilpun saya," kata Aryo
kepada perawat.
Tak ada yang perlu dikhawatirkannya. Setelah menitipkan tas
Rini yang tadi dibawanya keperawat, Aryo pergi
meninggalkannya.
––––––––
Ketika sampai dirumah orang tuanya, dilihatnya Angga dan
neneknya sudah menunggu di teras. Hujan mulai reda. Angga
berlari menyambut ayahnya.
"Bapak, sudah ketemu ibu?" itu pertanyaan yang selalu
dilontarkannya setiapa kali Aryo menjemputnya.
"Belum nak," kata Aryo sambil mengangkat tubuh Angga,
lalu direngkuhnya erat kedadanya.
Trenyuh hatinya menyaksikan sikap Angga yang tampak
sangat rindu pada ibunya.
"Bapak ketemu Rini?"
"Tidak nak, Rini tidak akan kembali, sudah kedesa bersama
orang tuanya" jawab Aryo sambil membawanya masuk.
"Hujan sangat deras tadi," ujar bu Nastiti ibunya Arya.
"Iya bu, Angga tidak hujan-hujanan kan?"
"Enggak bapak, Angga tidak nakal kok, ya kan eyang?"
"Betul, Angga anak baik dan pintar," kata bu Nastiti.
" Ayo kita pulang.."
"Tidak makan saja dulu Aryo, Angga tadi juga sudah makan
kok."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 11


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya bu, sebenarnya Aryo juga lapar."


"Kalau begitu ayo makan dulu, sudah ibu tata dimeja. Angga
mau makan lagi?"
"Nggak, Angga mau minum susu saja."
"Baiklah, sementara bapak makan, eyang buatkan susu dulu
buat Angga."
Bu Nastiti masuk kedalam. Sedih sebenarnya memikirkan
keadaan rumah tangga anaknya seperti itu. Aryo sudah
mengatakan semuanya, dan mengakui kekhilafannya.
"Semoga Arum segera bisa ditemukan," gumamnya sambil
mengaduk susu dalam gelas."
––––––––
Setiaphari sepulang dari kantor Aryo selalu berputar putar
mengelilingi setiap sudut kota, barangkali bisa melihat Arum. Ia
lebih mengawasi jalan dimana dia pernah melihat wanita cantik
yang menurutnya Arum, tapi tidak mau mengakuinya. Tapi tak
pernah lagi dia bertemu si cantik itu.
Sore hari ketika membawa pulang Angga, selalu dengan
perasaan yang mengiris dadanya. Lebih-lebih kalau Angga
bertanya :" Sudah ketemu ibu?"
Aduhai, kemana perginya Arum? Apakah kata ma'af tetap
tak bisa meluluhkan hatinya? Aryo tau, dosanya terlalu besar.
Mungkin tak terma'afkan, tapi tak adakah rasa rindu kepada anak
semata wayangnya?
Sore itu Aryo menggendong Angga turun dari mobil karena
dia tertidur, ketika sudah sampai dirumah. Tiba-tiba diteras
rumah dilihatnya seorang wanita, duduk membelakangi halaman,

Setangkai Mawar Untuk Ibu 12


Pdf created by: Goldy Senior

sambil menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi yang


didudukinya.
Aryo hampir bersorak karena mengira dia Arum. Ia
melangkah cepat dan menaki teras dengan wajah berseri. Ia akan
meletakkan tubuh Angga kepangkuannya agar tersentuh hatinya
bertemu anaknya. Tapi sebelum itu dilakukannya, Angga
terbangun. Aryo menuding kearah wanita yang sepertinya tertidur
itu, sambil tangannya diletakkan dibibir, sebagai isyarat agar
Angga tak berisik. Aryo hampir meletakkan Angga ke
pangkuannya ketika tiba-tiba Angga berteriak.
"Rini !!"
––––––––

2
Angga merosot turun dari gendongan ayahnya, langsung
merangkul Rini. Tapi Aryo melotot marah. Ditariknya Angga lalu
digendongnya lagi.
Rini menegakkan tubuhnya, mengucek matanya.
"Ma'af, saya ketiduran."
"Mau apa kamu datang kemari? Aku sudah mengusir kamu.
Kamu pembuat berantakan keluargaku."
"Mengapa bapak selalu menyalahkan saya? Bukan saya saja
yang melakukannya, bapak juga menikmatinya." katanya sambil
menatap Aryo dengan berani. Sesa'at tak bisa menjawab.
Memang dia juga bersalah. Tapi jangan sampai perempuan
dihadapannya muncul di kehidupannya lagi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 13


Pdf created by: Goldy Senior

"Baiklah, aku juga bersalah, tapi lebih baik kamu tidak usah
datang kemari lagi.Kamu tau, gara-gara itu isteriku pergi dan
belum pulang sampai sekarang.
"Saya baru kembali dari rumah sakit. Hari sudah sore, saya
mohon ijinkan saya menginap disini semalam ini saja, besok
pagi-pagi saya akan pergi."
"Tidak, lebih baik kamu menginap disebuah losmen," tegas
kata Ayo.
"Tapi saya tak punya uang untuk membayar penginapan."
"Ini, aku beri kamu uang," kata Aryo sambil mengambil
dompet disakunya, dan memberikan beberapa lembar ratusan ribu
yang kemudian diberikannya kepada Rini.
"Ingat, jangan pernah menginjakkan kakimu dirumah ini
lagi."
Lalu Aryo membuka pintu rumahnya, masuk kedalam dan
menguncinya lagi.
Angga merengek, minta bertemu Rini, tapi Aryo terus
membawanya kebelakang, agar Rni tak mendengar tangisan
Angga yang akan membuatnya merasa menang.
"Aku mau Rinii.. bapak.. aku mau Rini... Bapak jangan
marah sama Rini..." rengek Angga.
"Tidak sayang, Rini harus pergi, karena orang tuanya
menunggu. Kamu mau minum susu?"
"Aku mau Rinii.."
"Tidak ada, Rini sudah pergi.."
Dan Rini memang sudah pergi, dengan senyum manis karena
membawa beberapa lembar uang ratusan ribu yang diberikan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 14


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo. Ia bukan mencari penginapan tapi menumpang dirumah


salah seorang kawannya.
––––––––
Tapi semalam Angga rewel, menanyakan Rini dan juga
menanyakan ibunya. Aryo bisa menghadapi seorang anak,
memberikan apa saja yang dia minta, tapi bukan dalam keadaan
rewel. Kalau sudah rewel, Aryo selalu kebingungan
menghiburnya.
"Angga, ayuk kita jalan-jalan saja, mencari ibu... mau?"
Mendengar kata-kata mencari ibu itu Angga terdiam dari
tangisnya. Langsung dipegangnya tangan ayahnya dan ditariknya
keluar rumah.
"Sebentar, bapak ambil kunci mobilnya dulu ya," kata Aryo
sedikit lega. Lelah seharian bekerja dan pusing mencari isterinya,
tak dirasakannya asalkan Angga jangan lagi menangis.
"Kita akan ketemu ibu?" tanya Angga ketika mobil sudah
berada dijalanan, diantara lalu lalang lalu lintas yang masih
tampak ramai karena hari belum terlalu malam.
"Iya, mudah-mudahan ketemu ya Ngga?"
Angga tertidur karena letih, lalu Aryo membawanya pulang.
Lega bisa menidurkan Angga, sehingga rengekan tak lagi
mengiris iris hatinya.
––––––––
"Yo, Angga tampaknya ingin sekolah."kata bu Nastiti pada
suatu hari.
"Iya benar, kalau melihat anak-anak sekolah selalu dia bilang
ingin sekolah."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 15


Pdf created by: Goldy Senior

"Ada play group didekat rumah, biar ibu antar saja kesitu.
Barangkali dengan banyak teman dia akan melupakan Rini dan
tidak merengek-rengek terus untuk mencari ibunya."
"Ibu benar. Terserah ibu saja. Aryo tidak biasa mengasuh
anak, agak bingung setiap kali dia rewel."
Angga yang kebetulan baru keluar dari dalam tampak
gembira mendengar dia mau sekolah.
"Angga mau sekolah.. Angga mau sekolah."
Aryo merengkuhnya, menciumi kepalanya dengan gemas.
"Besok Angga sekolah bersama eyang. Ya?"
"Apa eyang juga mau sekolah?"
"Tidak sayang, itu sekolah untuk anak-anak kecil." jawab
Aryo sambil tertawa.
Malam itu Angga terlelap dalam tidurnya. Mungkin dia
bermimpi bersekolah, mempunyai teman banyak dan bermain
dengan mereka sepuasnya.
Aryo masih duduk disofa sambil menyandarkan kepalanya.
Hari-hari yang dilaluinya terasa amat menyiksa. Ia merindukan
isterinya, ia ingin bersujud dihadapannya dan meminta ma'af.
"Arum, aku akan melakukan apa saja asalkan kamu mau
kembali dan mema'afkan aku," bisiknya lirih dan pilu. Sebelah
tangannya meraih bantal yang kemudian dirangkulnya erat,
seakan bantal itu adalah isterinya.
"Ma'afkan aku, ma'afkan aku.. aku khilaf... ma'af Arum.."
Lalu setetes air mata menitik.. lalu beribu rasa penuh sesal
menyesak didadanya.
"Malam itu benar-benar malam jahanam !! Aku gila.. aku
gilaaa!!" Tak henti-henti Aryo memaki dirinya sendiri.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 16


Pdf created by: Goldy Senior

Tiba-tiba terdengar tangisan Angga. Aryo melompat kearah


kamar anaknya. Dilihatnya Angga sudah duduk sambil menangis.
"Angga, sayang, ada apa?"
"Mana ibu... mana ibu... aku mau sekolah sama ibu.."
tangisnya.
Aduhai, ini lagi. Aryo merengkuh anaknya dan
menggendongnya sambil menepuk nepuk punggungnya.
"Ssh.. diam Angga, tidur dikamar bapak saja ya?"
Angga merintih pelan, barangkali dia bermimpi bersekolah
diantar ibunya. Aryo menepuk nepuk punggungnya, dan berjalan
kesana kemari sampai Angga tertidur kembali.
Aryo membawa Angga kekamarnya, dan ditidurkannya
disana. Aryo berbaring disisinya setelah menyelimutinya, lalu
menepuk-nepuk pahanya sampai Angga terlelap kembali.
Barangkali lebih baik Angga tidur bersamanya, sehingga kalau
menangis sewaktu-waktu Aryo siap menidurkannya kembali.
"Aryo, biar Angga bersama ibu saja, agar kamu tidak repot
merawatnya, sementara kamu kan lelah bekerja seharian," itu
kata-kata ibunya pada suatu kali ketika dia menjemput Angga.
"Jangan bu, Aryo tidak bisa jauh dari Angga. Nggak apa-apa
kalau lelah sedikit saja, asalkan ada Angga didekat Aryo."
jawabnya ketika itu.
Bu Nastiti tak bisa apa-apa. Rasa prihatin seorang ibu, ketika
menyaksikan rumah tangga anaknya berantakan, ditahannya.
Untunglah Angga tidak begitu rewel asalkan tidak sedang teringat
ibunya.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 17


Pdf created by: Goldy Senior

Malam itu disebuah kamar Rini sedang berbincang dengan


Wuri, temannya ketika masih bersekolah perawat. Mereka
berhasil lulus dan Wuri bekerja disebuah rumah sakit, tapi Rini
merasa senang menjadi baby sitter. Dia sering mengatakan bahwa
bekerja dirumah Aryo sangat menyenangkan.
"Tau nggak sih, yang namanya pak Aryo itu ganteng
bangeeett... " katanya ketika itu.
"Kamu itu bilang menyukai pekerjaan kamu, karena ada bos
ganteng, atau karena sayang anak?"
"Aku tuh sayang anaknya, tapi juga sayang bapaknya,"
katanya cengengesan.
"Gila !"
"Aduh, kamu bilang begitu karena belum pernah melihat
yang namanya pak Aryo sih."
"Seperti apa sih ?"
"Besok aku fotoin dia ya, aku tunjukin nanti ke kamu, tapi
awas ya, jangan sampai kamu jatuh cinta, dia itu milikku."
"Apa? Bukankah dia punya isteri?"
"Punya sih, cantik, sabar, hm.. terlalu sabar itu kurang
menyenangkan. Siapa tau pak Aryo lebih suka gadis yang ganas
seperti aku." lalu Rini terkekeh senang.
"Dasar wong eddan !" sungut Wuri. Sebenarnya mereka
bersahabat, tapi Wuri kurang suka pada sifat Rini yang genit. Dan
ketika Rini keluar dari pekerjaannya, Wuri menduga, pasti Rini
telah melakukan kesalahan.
Malam itu sebelum tidur Wuri menanyakannya.
"Sebenarnya mengapa kamu keluar dari pekerjaan kamu.
Katanya kamu suka bekerja disana."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 18


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya, isterinya itu pencemburu. Ia cemburu sama aku, jadi


aku diusirnya," bual Rini sambil matanya menerawang
menataplangit-langit rumah.
"Kalau seorang isteri cemburu pada perempuan lain, pasti
karena perempuan itu terlalu genit pada suaminya, atau justru
menggoda suaminya," tuduh Wuri.
"Bukan Wuri, pak Aryo yang suka sama aku."
"Oh ya? Bagaimana mungkin seorang laki-laki beristeri
cantik, suka sama perawat anaknya?"
"Kamu itu belum tau ya, bagaimana seorang laki-laki.
Menurut aku, laki-laki itu seperti kucing."
"Maksudnya?"
"Kucing itu, sudah dikasih makanan enak, tapi melihat ikan
asin juga dia masih rakur kok."
"Ikan asinnya kamu?"
Rini terbahak bahak.
"Rini, aku kasih tau ya, jangan suka mengganggu laki-laki
yang sudah beristeri. Nggak bagus itu. Buktinya kamu kehilangan
pekerjaan gara-gara kamu genit sama majikan."
"Aduh, aku sama dia itu saling mengganggu, tau!"
"Gimana sih saling mengganggu?"
"Dia suka nyuri-nyuri pandang gitu sama aku, dan aku juga
tergoda oleh gantengnya, sorot matanya, kumisnya, eh.. kumisnya
yang tipis itu sangat menambah manis wajahnya lho. Aduh,
seandainya aku bisa menjadi isterinya.."
"Mimpi 'kali."
"Bagaimana kalau aku berhasil?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 19


Pdf created by: Goldy Senior

"Mimpi !!"
"Taruhan?!"
"Paling menang aku. Mana mungkin kamu bisa merebut
suami orang."
"Bagaimana kalau bisa?"
"Aku akan membenci kamu seumur hidup!" ancam Wuri.
"Yah, jangan gitu Wuri, masa sahabatnya punya cita-cita kok
nggak didukung."
"Cita-cita edan, siapa yang mau mendukung?"
Rini kembali terbahak.
"Oh iya Wuri, kamu jadi nyariin aku pekerjaan kan?"
"Ada, merawat kakek-kakek tua, dan sakit-sakitan. Kalau
mau aku kasih tau alamatnya."
"Apa? Merawat kakek-kakek tua, sakit-sakitan? Ogah !!"
"Pekerjaan yang lagi ditawarkan cuma itu. Kamu itu perawat
pake milih-milih pekerjaan."
"Iya dong, masa mencari pekerjaan yang aku nggak suka
menjalaninya. Coba carikan lagi dong Wuri. Merawat cowwok
ganteng, yang manja, yang royal kasih uang.. dan.."
"Nggak ada."
"Kok gitu."
"Ya nggak ada, mana ada cowok ganteng butuh perawat.
Memangnya nggak bisa merawat dirinya sendiri?"
Rini tertawa keras.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 20


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya sudah Wuri, carikan, asal jangan merawat kakek-kakek.


Bisa ketularan tua aku nanti."
"Ya sudah besok coba aku tanya ke teman-teman. Sekarang
aku mau tidur, jangan berisik !"
"Aku juga mau tidur, semoga mimpi ketemu pak Aryo yang
ganteng."
"Dibilang jangan berisik !!"
––––––––
Pagi itu Aryo bangun pagi sekali. Dilihatnya Angga masih
terlelap disampingnya. Aryo ingin membangunkan tapi merasa
sayang. Ia memilih keluar kamar dan membuatkan susu untuk
Angga, diletakkan dimeja kamar, kemudian dia mengambil
handuk lalu mandi.
Hari ini ibunya berjanji akan mengantarkan Angga ke
sekolah, jadi harus berangkat pagi-pagi.
Tapi ketika dikamar mandi itu didengarnya Angga menangis.
"Ibu... mau susu.." tangis Angga.
Aryo menyambar handuk dan membuka kamar mandi.
Aryo berhenti menangis melihat ayahya mendekat. Tapi
kemudian dia berteriak.
"Bapaaaak, malu... !!"
Aryo terkejut, ia baru sadar lilitan handuknya terlalu tinggi.
Ia membenarkannya, lalu menyambar piyama yang sudah
disiapkannya diatas kasur.
"Ma'af ya.. Angga mau susu? Tuh sudah bapak siapkan.
Diminum ya."
"Mana ibu.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 21


Pdf created by: Goldy Senior

"Angga mau sekolah kan hari ini?"


"Sekolah sama ibu ?" tanya Angga sambil turun dari tempat
tidur.
"Susunya diminum dulu ya, terus mandi sama bapak, terus
kerumah eyang, lalu sekolah bersama eyang." kata Aryo sambil
mengulurkan gelas berisi susu.
Angga menerimanya, lalu meneguknya habis. Aryo
tersenyum.
"Angga mau pipis,"
"Baiklah, ayo bapak antar kekamar mandi, sekalian mandi
ya?"
Aryo meladeni semua keinginan Angga dengan bersemangat.
Ia berharap kerewelan Angga akan berkurang dengan adanya
teman-teman bermain disekolah nanti.
"Aku mau makan sama telur ceplok bapak." kata Angga
setelah berpakaian rapi dan memakai sepatu.
"Aduh mau makan ya?"
Aryo kebingungan, telur ada didalam kulkas, tapi nasi?
Semalam dia lupa menanak nasi, karena mereka sudah makan
dirumah ibunya.
"Angga, bagaimana kalau makannya dirumah eyang saja?"
"Tapi Angga mau sekarang."
"Mm.. Angga, dengar, kalau Angga tidak segera berangkat,
nanti ketinggalan sekolah. Jadi sebaiknya kita berangkat dulu,
lalu makan dirumah eyang, dan Angga siap kesekolah.
Bagaimana?"
Karena iming-iming sekolah itulah Angga mengangguk.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 22


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo menelpone ibunya.


"Ibu, Angga minta sarapan pakai telur ceplok, Aryo lupa
menanak nasi."
"Walaah.. iya , ibu bikinin sekarang." kata bu Nastiti dari
seberang.
Aryo tersenyum.
"Ibu pasti maklum lah kalau aku sampai lupa menanak nasi,
aku kan duda.. eh jangan.. aku kan lagi sendirian," gumamnya
sambil memakai sepatunya.
––––––––
Begitu sampai dirumah ibunya, dilihatnya dimeja sudah siap
nasi dan telur ceplok pesanan Angga.
"Nah, ini sarapan buat Angga," kata bu Nastiti.
"Angga mau disuapin bapak?"
"Angga mau makan sendiri," kata Angga sambil duduk
dikursi makan.
"Untuk kamu Aryo, nasi goreng."
"Terimakasih bu, Aryo selalu menyusahkan ibu."
"Tidak Yo, yang membuat ibu susah adalah rumah tangga
kamu itu," kata bu Nastiti sedih.
"Ma'af bu, Aryo akan selalu berusaha mencari Arum."
"Benar Yo, bina kembali rumah tangga kamu kalau ketemu
nanti. Ibu selalu berharap kalian bisa selalu bersama sampai
kakek nenek. Sampai maut memisahkan. Seperti ibu ini. Setia
bersama bapakmu sampai bapakmu meninggalkan ibu."
"Mohon do'anya ya bu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 23


Pdf created by: Goldy Senior

"Pastilah, seorang ibu akan selalu berdo'a demi kebahagiaan


anak cucunya."
"Terimakasih bu."
"Ya sudah makanlah dulu sarapannya sebelum berangkat
bekerja."
Aryo melirik Angga yang dengan lahap makan dengan telur
ceplok pesanannya. Aryo tersenyum lalu menyendokkan nasi
goreng ke piringnya.
"Apakah itu pedas?" tanya Angga.
"Sangat pedas. Angga mau mencoba?"
Angga menggeleng. Ia tampak agak susah memotong telur
ceploknya. Bu Nastiti menghampiri, lalu membantu memotong
motongnya agar Angga bisa langsung menyendoknya.
––––––––
Bu Nastiti menggandeng cucunya masuk kehalaman sekolah
itu. Banyak anak-anak kecil berlarian, dan Angga melihatnya
tanpa berkedip.
"Angga mau bermain disana," kata Angga.
"Sebentar, kita bilang dulu sama ibu guru, ya?"
Bu Nastiti menggandeng Angga masuk kesebuah ruangan
dengan tulisan Ruang Guru.
"Selamat pagi," bu Nastiti mengucapkan salam.
"Selamat pagi ibu," seorang guru berdiri dan menyambut bu
Nastiti.
Tiba-tiba Angga berteriak.
"Itu ibuuuu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 24


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––

3
Angga melepaskan pegangan neneknya dan berlari kearah
sudut ruangan, dimana seorang wanita duduk menghadapi sebuah
laptop.
"Ibuuu..."
Bu Nastiti menatap kearah wanita dimana Angga berlari
mendekatinya, lalu berbisik lirih.
"Arum ?"
Wanita itu terkejut ketika Angga menubruk pangkuannya
sambil memanggilnya ibu. Rasa trenyuh tiba-tiba menghinggapi
perasaannya. Diangkatnya tubuh Angga dan diletakkannya diatas
pangkuannya.
"Ibuu..."
Wanita itu menggeleng pelan.
"Mengapa ibu tidak pulang?"
Kejadian itu membuat beberapa orang guru yang ada
diruangan itu menatap mereka dengan heran.
Bu Nastiti mendekati wanita itu.
"Kamu Arum?"
Wanita itu tersenyum ramah dan menggeleng.
"Bukan ibu, saya Ratih," jawabnya sambil masih memangku
Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 25


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Nastiti mengamati wajah cantik dihadapannya.Ini sebuah


bukti kebesaran Allah Yang Maha Kuasa. Ada orang begitu
mirip. Apakah Arum punya saudara kembar? Sepertinya tidak.
Dulu ketika melamar, orang tua Arum hanya punya seorang anak
gadis, seperti bu Nastiti sendiri yang hanya punya seorang anak
laki-laki. Bu Nastiti terus mengamati wajah itu.. lalu
ditemukannya perbedaan antara Arum dan wanita bernama Ratih
ini. Ada tahi lalat kecil diatas bibir disebelah kiri. Tapi
penampilan pada dandanannyapun hampir sama.
"Mirip sekali," gumam bu Nastiti.
"Mengapa ibu tidak pulang?" tanya Angga tiba-tiba.
Bu Nastiti mengedipkan matanya kearah Ratih. Ia minta
agar Ratih jangan menyangkal dipanggil ibu.
"Ibu... sedang bekerja sayang.. jadi tidak bisa pulang."
"Tapi bapak mencari ibu setiap hari."
"Angga, karena ibu bekerja disini, jadi tidak bisa pulang.
Sekarang turunlah, katanya mau sekolah," kata bu Nastiti lembut.
Angga merosot turun, membiarkan neneknya menggandeng
tangannya untuk mendaftarkannya disekolah.
"Nanti ibu pulang ya?" kata Angga sambil menoleh kearah
Ratih.
Ratih mengangguk, masih diliputi tanda tanya. Ia teringat
beberapa hari yang lalu, ketika seorang laki-laki mengejarnya,
dan memanggilnya Arum. Ia ingat laki-laki itu. Gagah dan
tampan, dengan kumis tipis dibibirnya. Ahaa... mengapa baru
sekarang Ratih sadar bahwa laki=laki itu begitu tampan dan
mempesona?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 26


Pdf created by: Goldy Senior

Ketika Angga sudah berbaur dengan anak-anak lainnya, bu


Nastiti mendekati Ratih.
"Ma'af ya nak, Angga sangat merindukan ibunya."
"Memangnya kemana ibunya Angga?"
"Pergi dan sudah sebulan lebih tidak kembali."
"Mengapa bu?"
"Ah, biasa, selisih dalam rumah tangga. Kasihan Angga dan
suaminya."
Lalu wajah laki-laki kebingungan yang nekat memanggilnya
Arum itu terbayang lagi. Tapi kemudian Ratih merasa kesal pada
dirinya sendiri. Dulu marah-marah, kok sekarang ngebayangin
lagi?Tapi sungguh, laki-laki itu sangat gagah dan tampan.
Aduhai..
"Nak, maukah nanti ikut pulang bersama kami?" kata bu
Nastiti membuyarkan lamunan Ratih.
"Ikut pulang?" Ratih terkejut.
"Sebentar saja, kerumah Angga, supaya dia merasa ibunya
ada. Setelah itu nak Ratih boleh pergi."
Ratih tampak berfikir. Ia kasihan pada Angga, yang tiba-tiba
menubruknya. Bagaimana reaksinya kalau dia mengatakan bahwa
dirinya bukan ibunya? Pasti akan kecewa.
"Baiklah bu, sebentar saja."
Ketika Ratih keluar dari ruangan dan menemui anak-anak
kecil yang asik bermain ayunan, Angga berteriak kepada
temannya.
"Itu ibuku..."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 27


Pdf created by: Goldy Senior

Dan teman-teman mainnya itupun menatap ibu guru Ratih,


yang tersenyum kearah mereka.
"Ibu.. aku mau naik ayunan.. sama ibu ya?" teriak Angga
gembira.
Ratih tak sampai hati mengecewakan Angga. Anak kecil
berambut sedikit keriting, bermata tajam berbibir tipis, dengan
pipi yang agak gembul itu sangat menggemaskan. Tapi mata
Angga mengingatkan kembali pada wajah laki-laki itu. Ratih
menghela nafas.
"Ayo bu..," Ratih tersadar dari lamunan ketika Angga
menarik tangannya. Ratih mengikutinya, menaikkan Angga
keatas ayunan, dan dia mengayunkannya perlahan dari belakang.
Bu Nastiti terharu melihat Angga tampak gembira. Setitik air
matanya menetes, yang kemudian diusapnya dengan sapu tangan
yang dibawanya.
––––––––
Begitu sekolah usai, bu Nastiti mengajak Ratih kerumah
Aryo, dengan sebuah taksi. Angga gembira bukan alang
kepalang. Disepanjang perjalanan kepalanya disandarkan di
lengan Ratih. sambil memegangi tangan Ratih erat-erat. Betapa
terharu Ratih menyaksikan semua ini. Bagaimana kalau
kemudian dia tau bahwa aku bukan ibunya? Pikir Ratih. Tak
sampai hai rasanya mengatakan hal yang sebenarnya.
"Ibu, nanti sampai dirumah, Angga mau makan sama sup
ayam."
"Oh.. ya? Mm.. ibu lupa, apakah dirumah ada ayam ya?"
katanya sambil melirik bu Nastiti yang duduk disampingnya.
"Begini saja, kita mampir ke supermarket sebentar untuk
membeli bahan-bahannya, bagaimana?" ujar bu Nastiti.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 28


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih mengangguk. Tak sampai hati rasanya mengecewakan


Angga. Ada peraan aneh ketika tiba-tiba ia harus menjadi seorang
ibu.
Bu Nastitipun meminta driver taksi agar mampir untuk
belanja disebuah supermarket.
Angga berjingkrak jingkrak ketika melewat sebuah gerai
mainan.
"Aku mau mobil itu ya bu."
"Angga, kita belanja saja dulu, supaya ibu bisa segera
memasak, nanti lain waktu kita beli mainan, ya. Bukankah kamu
sudah punya banyak mobil-mobilan?" kata bu Nastiti.
"Angga ingin yang besar eyang."
"Iya, nanti bilang sama bapak ya, lain kali beli mobil-
mobilan yang besar."
"Kita beli sama ibu juga?"
Wadhuh. Keduanya tak bisa menjawabnya, baik bu Nastiti
maupun Ratih. Kalau mereka bilang 'ya', pasti suatu hari akan
dimintanya agar ayahnya dan Ratih mengantarnya ke toko
mainan.
"Oh, disana rupanya banyak sayuran. Ayo.. ayo.. belanja
dulu. Angga mau sup ayam sama apa?" tanya bu Nastiti
mengalihkan pembicaraan.
"Sama, krupuk.. sama.. ayam goreng. Ya bu?"
Ratih tersenyum dan mengangguk. Mereka hanya belanja
untuk keperluan memasak yang diminta Angga, lalu segera
pulang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 29


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih masuk ke dapur dengan perasaan kikuk. Dimana


wajan, dimana panci.. adduuh.. ia mencari-cari seperti oang
bodoh. Untunglah bu Nastiti membantunya.
Angga menunggu dikamar sambil bermain-main. Ketika
aroma sup tercium oleh hidungnya, iapun berteriak.
"Ibuu... aku mau makan."
"Sabar Angga, ibu baru menggoreng ayam. Agak lama, jadi
kamu jangan mengganggunya ya." kata bu Nastiti.
Ratih menyelesaikan acara masak memasak itu dengan
senang hati. Betapa tidak, seorang anak kecil yang
menganggapnya ibu minta agar dia memasak unuknya. Hal yang
jarang dilakukannya meskipun dia bisa. Ditempat kontrakannya,
jarang sekali dia memasak. Kecuali kalau sedang sangat ingin
memasak, Selebihnya ia membeli sayur didepan rumah kost, dan
makan seadanya bersama ayahnya. Ah ya, ia harus memberi tau
ayahnya kalau dia pulang terlambat.
Ratih mengambil ponselnya, dan mengatakan kepada
ayahnya bahwa karena ada urusan maka dia akan pulang
terlambat.
"Ibu menelpon bapak ?" tanya Angga tiba-tiba.
Ratih kebingungan menjawabnya. Tapi dia mengangguk
pelan.
"Sebetulnya tadi Angga ingin bilang kalau bapak harus
segera pulang, karena dirumah ada ibu." celotehnya sambil
menatap Ratih .
Ratih tak mampu menjawabnya.
"Ayo, cepat makan, sini, ibu ambilkan nasinya."
"Ibu, aku mau disupanin."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 30


Pdf created by: Goldy Senior

"Angga kan sudah sekolah, sudah bisa makan sendiri, jadi


nggak boleh minta disuapin,." kata bu Nastiti.
"Masakan ibu enak sekali."katanya sambil menyendok
makanannya.
Ratih menatapnya dengan perasaan yang mengharu biru.
Anak sekecil itu, kehilangan kasih sayang ibunya, alangkah
menyedihkan.]
"Nak Ratih, ayo kita makan saja sekalian. Ini kan sudah
waktunya makan siang,"ajak bu Nastiti.
"Enggak ah bu, jadi nggak enak."
"Mengapa begitu nak, ayolah, ini kan nak Ratih sendiri yang
masak, ibu ingin mencicipinya, tapi nak Ratih harus menemani."
Tak urung Ratih menurut apa permintaan bu Nastiti. Mereka
makan bersama-sama, seperti sebuah keluarga..
Ratih membersihkan semua sisa makanan dan mencucinya,
setelah menutupi sisa masakannya dengan sebuah tudung saji.
"Sudah nak, jangan dicuci sendiri, biar ibu saja."
"Nggak apa-apa bu, cuma sedikit."
"Ibuuuu..." Angga berteriak lagi dari dalam kamarnya.
Ratih yang sudah selesai membersihkan dapur segera
menghampirinya.
"Ada apa Angga?"
"Lihat bu, ini mobil-mobilan Angga yang baru, ibu belum
melihatnya kan?"
"Hm, bagus sekali Angga."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 31


Pdf created by: Goldy Senior

"Angga mau ganti baju dulu ibu, tadi lupa belum ganti baju,"
kata Angga sambil menarik-narik bajunya sendiri. Mungkin
merasa kegerahan.
"Oh iya, ayo sini ibu lepas. Dimana baju gantinya?" aduh
Ratih bagaimana, masa tidak tau dimana letak baju anaknya. Dan
sekali lagi ada bu Nastiti yang selalu mengikutinya.
"Ini kan almari Angga."
Lalu bu Nastiti membukanya.
"Astaga, mengapa baju Angga berantakan begini?" kata bu
Nastiti setelah membuka almarinya.
Ratih menggeleng gelengkan kepalanya. Kasihan, seorang
laki-laki, hidup sendirian, merawat anak kecil.
"Sebentar, ibu bereskan dulu baju-baju kamu ya?" kata Ratih
sambil mengeluarkan semua baju dan celana, kemudian
menatanya dengan rapi.
"Nah, sekarang Angga mau baju yang mana?"
"Yang... biru, gambar Micky Mouse !!
Dengan sabar Ratih meladeninya.
"Ma'af ya nak Ratih," bu Nastiti berbisik ditelinga Ratih.
"Nggak apa-apa bu, saya mulai senang meladeni Angga,"
jawab Ratih sambil melepas baju Angga, kemudian diajaknya ke
kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangannya. Harusnya tadi
begitu sampai rumah dia melakukannya. Habisnya Ratih gugup
ketika tiba-tiba harus menjadi ibu yang diharuskan memasak buat
anaknya.
Sementara Ratih menemani Angga bermain, bu Nastiti
membersihkan semua perabot yang kotor berdebu. Menyedihkan
ketika seorang lelaki dengan satu anak harus mengurus rumah

Setangkai Mawar Untuk Ibu 32


Pdf created by: Goldy Senior

dan anaknya sekaligus. Bu Nastiti juga membersihkan kamar


Aryo, yang melipat selimutpun dia tak sempat.
Dan hari itu rumah Aryo telah disulap menjadi rumah yang
benar-benar bersih.
Hari hampir sore. Setelah bu Nastiti menemani makan siang
bersama Ratih, maka diajaknya Angga kembali kerumahnya.
"Angga, ayuk kembali ke rumah eyang."
"Angga mau disini saja sama ibu."
"Tapi ibu harus bekerja Angga, tidak bisa berlama-lama
disini."
"Sebentar lagi eyang," lalu Angga tampak menguap.
"Haa, Angga lupa tidur siang karena asyik bermain bersama
ibu." kata bu Nastiti.
"Angga tidur disini saja."
Dan Angga pun menjatuhkan tubuhnya diatas kasurnya yang
sudah rapi karena seprei dan sarung bantal sudah diganti semua
oleh Ratih.
Entah mengapa Ratih sangat senang melakukannya.
"Ibu, Angga mau dikelonin ibu."
Ratih tersenyum, lalu berbaring disisi Angga. Matanya
nanap memandangi sekeliling kamar. Ada sebuah almari kecil,
dandiatasnya tampak foto sepasang suami isteri bersama seorang
anak kecil. Ratih bangkit dan mendekati foto itu. Benar, ini dia
laki-laki gagah yang mengejarnya dan mengira dia isterinya.
Disampingnya seorang wanita, ahaa.. apakah itu aku? Pikir Ratih.
Ia terpaku memandangi foto itu. Seakan dirinyalah yang sedang
berdiri disamping si ganteng itu, dan anak kecil itu pastilah

Setangkai Mawar Untuk Ibu 33


Pdf created by: Goldy Senior

Angga. Hati Rati berdebar, seandainya benar-benar dia yang ada


disampingnya...
"Ibu... tidur sini."
Rengek Angga menyadarkannya dari angan yang
membubung ke langit tingkat limabelas.
Ratih berbaring disamping Angga, dan menepuk nepuk
pahanya dengan lembut. Matanya tak pernah terlepas dari foto
itu. Seperti mimpi dia menyadari bahwa ada seorang perempuan
yang wajahnya sangat mirip dengan dirinya. Kekesalan karena
kenekatan Aryo ketika memnggilnya dengan nama Arum, sirna
sudah. Ia bisa mengerti, pasti banyak orang akan keliru. Mengapa
ini bisa terjadi?
Ketika Angga terlelap, Ratih keluar dari kamar, ia berjalan
kedepan, dilihatnya semua perabotan sudah bersih. Tadi dia
melihat sebuah gelas kosong diatas meja diruang tengah, tapi
gelas itu tak ada lagi. Pasti bu Nastiti yang melakukannya.Tiba-
tiba disudut ruangan itu dilihatnya sebuah potret berbingkai yang
lumayan besar. Itu si ganteng bersama dirinya, eh bukaan.. itu
isterinya, ralatnya atas pikiran yang mengaduk aduk hatinya.
Ratih menatap foto itu tak berkedip, dan entah mengapa
hatinya berdebar kencang.
Si ganteng itu seperti membalas tatapannya, tersenyum manis
dan menggetarkan hatinya.
"Nak Ratih, itu Aryo dan Arum isterinya, nak Ratih seperti
sedang melihat wajah nak Ratih sendiri kan?"
Ratih membalikkan tubuhnya, dilihatnya bu Nastiti sedang
mengawasinya.
"Iya bu, kok bisa ya," ujar Ratih sambil tersenyum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 34


Pdf created by: Goldy Senior

"Angga sudah tertidur?"


"Sudah bu, saya mau pamit saja."
"Saya minta ma'af yang sebesar-besarnya lho nak, ini suatu
permintaan yang sangat merepotkan bukan? Tapi saya kasihan
pada Angga," kata bu Nastiti sambil menahan tangis.
Ratih merangkulnya.
"Ibu jangan sungkan, saya senang melakukannya. Sungguh,
Angga adalah anak yang manis. Dia akan menjadi murid
kesayangan saya."
"Nanti apa jawab saya kalau dia bangun?"
"Katakan saja bahwa ibunya sedang bekerja, begitu bu."
"Baiklah, tapi kalau sewaktu-waktu Angga rewel lagi,
apakah nak Ratih masih bersedia melayaninya?"
"Saya senang melakukannya bu, tak apa, semoga nanti kalau
Angga terbangun tidak akan rewel mencari saya."
"Mudah-mudahan bapaknya segera pulang. "
"Saya mengambil tas saya dibelakang bu."
"Ibu panggilkan taksi dulu nak."
"Nanti gampang bu, sambil jalan," kata Ratih sambil
melangkah kebelakang.
Tapi Ratih lupa dimana tadi dia meletakkan tasnya. Didapur
barangkali, dan Ratih melangkah kedapur.
Tapi tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.
"Akhirnya kamu pulang Arum,"
Gemetar Ratih dibuatnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 35


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––

4
Ratih meronta, pelukan itu terlepas. Ratih membalikkan
badan dan mereka berhadapan, saling tatap, dengan perasaan
yang berbeda.
"Arum ?"
"Saya bukan Arum..." kata Ratih, gemetar, terlebih mata si
ganteng yang menatap tak berkedip, penuh pesona
"Kamu...bukan Arum?"
"Aryo... kamu salah Aryo.." bu Nastiti yang tadi berada
didalam kamar terkejut mendengar suara Aryo. Ia merasa
terlambat datang untuk memberi tau Aryo lebih dulu, sehingga
telah terjadi salah sangka didepan pintu dapur.
"Ibu, Aryo bingung..."
"Itu namanya Ratih, gurunya Aryo, memang mirip sekali
dengan isterimu. Bahkan Angga menganggapnya ibunya.
Aryo menatap lagi perempuan disebelahnya. Adakah
perbedaannya?

"Isterimu tak punya tahi lalat diatas bibirnya, lihat baik-


baik." kata bu Nastiti lagi.
"Iya benar, ma'af ya... ma'af.." kata Aryo sambil terus
menatap Ratih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 36


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya mohon pamit, sudah sore," kata Ratih yang sudah


menemukan tasnya diatas meja dapur. Ia harus cepat-cepat
menghindar dari tatapan menggetarkan itu.
"Ss..saya antar?" kata Aryo agak gugup. Bagaimanapun
peremuan itu membuatnya merasa aneh.
"Tidak.. tidak.. terimakasih, ibu, saya pamit," katanya
kemudian kepada bu Nastiti. Ia mencium tangannya kemudian
berlalu.
"Aryo pernah bertemu dia bu.."
"Oh ya?"
"Aryo pulang dari kerja, melihat dia sedang berjalan, lalu
Aryo kejar dia, tapi dia marah-marah. Mungkin mengira aku
meng-ada-ada."
"Angga langsung bereriak ketika melihat dia. Dia lari
menghampirinya dan langsung didudukkan dipangkuan Ratih.
Pagi tadi.. begitu masuk sekolah."
"Jadi dia guru ?"
Bu Nastiti menceritakan semua yang terjadi begitu Angga
masuk sekolah.sampai kemudian Angga minta Ratih memasak,
dan tertidur.
"Lihat, dia merapikan almari anakmu," kata bu Nastiti sambil
menggandeng Aryo agar masuk kekamar Angga.
Aryo tertegun. Kamar Angga tampak bersih, dan ketika
membuka almari, semuanya tertata rapi. Alas tidur dan sarung
bantal semuanya baru. Dan yang kotor telah dimasukkan ke
karanjang yang tersedia disudut kamar.
Benar-benar seperti isterinya yang biasa mengatur rumah
sedemikian rapi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 37


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu tadi sedang berada dikamar kamu Yo, untuk


mengumpulkan baju-baju kotor kamu yang berserakan, sehingga
tidak tau kalau kamu datang."
"Aryo tadi kerumah ibu, tapi pintunya terkunci, jadi aku
pulang saja, nggak taunya ada Arum.. eh.. maksud Aryo ada
gadis yang mirip Arum dirumah ini."
Tiba-tiba terdenger rengekan Angga. Arya dan bu Nastiti lari
kekamar Angga. Dilihatnya Angga sedang duduk sambil melihat
kekiri dan kekanan.
"Mana ibu ?" tanyanya.
"Ibu?"
"Ibu tadi tidur disini bersama Angga, mana ibu.." Angga
mulai menangis.
Aryo mendekat dan memeluk Angga.
"Ibu sudah pergi Ngga, kan tadi sudah bilang kalau ibu pergi
karena bekerja?" kata bu Nastiti.
"Sekarang ada bapak, seneng nggak kalau bapak ada didekat
Angga?" kata Aryo sambil mendekap Aryo kedadanya.
"Oh ya, apa Angga lupa? Besok sekolah, dan Angga akan
ketemu ibu lagi," kata bu Nastiti mengingatkan.
"O.. gitu ya yang? Besok ketemu ibu lagi?" kata Aryo pura-
pura bertanya.
"Iya, besok ketemu ibu lagi."
Angga terdiam. Merangkul leher ayahnya, lalu Aryo
mengajaknya berdiri, dan menggendongnya keluar dari kamar,
:"Mau dibuatkan susu?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 38


Pdf created by: Goldy Senior

Angga mengangguk. Diturunkannya Angga, lalu ia berjalan


kearah dapur. Aryo melihat tudung saji tertutup diatas meja. Rasa
ingin taunya membuat ia kemudian membuka tudung saji itu.
"Wah, ada ayam goreng, sup yang sudah dingin.. dan .. hm..
baunya enak, Rupanya tadi gadis itu sempat memasak untuk
Angga," gumam Aryo sambil menutupkan lagi tudung saji itu.
Ada perasaan yang tiba-tiba nyaman. Entah mengapa.
Mungkin karena Angga merasa telah menemukan ibunya, atau
mungkin ada yang lain, entahlah. Aryo mengambil kaleng susu
dan membukanya sambil mengulaskan senyum dibibirnya.
"Sayang dia bukan Arum," gumamnya lagi setelah selesai
membuat susu dan membawanya kedepan. Aryo sedang duduk
dipangkuan neneknya.
"Ini susu buat Angga.. "
Angga menerima gelas yang diulurkan ayahnya, lalu
meminumnya.
"Tadi ibu masak sup buat Arya," katanya setelah
menghabiskan susunya.
"Oh ya? Enakkah masakan ibu?"
"Enak bapak, nanti Angga mau makan lagi. Bolehkah
disuapin?"
"Lho, kan Angga sudah sekolah, masa makan harus
disuapin?"
Angga meleletkan lidahnya.
"Angga tadi disekolah belajar apa?"
"Belajar mainan."
"Yaa... belajar mainan?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 39


Pdf created by: Goldy Senior

"Tadi Angga duduk di ayunan, lalu diayun sama ibu."


"Hm, senengnya...."
"Bapak, tadi Angga melihat mobil-mobilan besar. Kata
eyang kalau beli harus bilang dulu sama bapak."
"Lho, mobil lagi? Kan sudah punya banyak?"
"Yang itu besar, Angga bisa naik kedalamnya."
"Wouw.. kalau begitu naik mobilnya bapak saja," canda
Aryo.
Angga terkekeh.
"Angga masih kecil, mobilnya harus kecil.."
"Anak bapak memang pinter. Iya deh, nanti kalau bapak
libur, kita beli."
"Sama ibu juga kan belinya?"
"Lho.. kok sama ibu juga."
"Iya, tadi aku sudah bilang."
"Apa ibu mau?"
"Mau tidak eyang?" tanya Angga kepada neneknya.
"Mungkin mau, kalau tidak sedang bekerja."
"Jadi beli kalau ibu libur. Besok Angga mau tanya sama ibu,
kapan ibu libur."
Aryo memegangi kepalanya. Ternyata tidak cukup hanya
bertemu,dan dibuatkan masakan yang dia mau,dan dikelonin
ketika tidur siang, sekarang minta agar pergi beli mainan bersama
ibu juga. Bagaimana kalau Ratih menolak? Ini kan permintaan
yang keterlaluan? Dia bukan siapa-siapanya Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 40


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya kan eyang?"


Bu Nastiti hanya mengangguk.
"Ayo Angga mandi dulu." kata bu Nastiti mengalihkan
pembicaraan.
––––––––
"Bapak tadi beli gado-gado didepan situ, Ratih, habisnya
kamu nggak pulang-pulang." kata pak Pardi ketika Ratih
menyiapkan teh sore hari itu.
"Iya bapak, ma'af, tadi ada murid yang rewel, minta Ratih
masak sup buat dia."
"Aneh, masa gurunya disuruh masak?"
"Ceritanya panjang. Kasihan anak itu."
"Tidak punya orang tua?"
"Punya. Tapi ibunya pergi sudah sebulan."
"Kok bisa seorang ibu meninggalkan anaknya begitu saja,
sampai sebulan lagi.."
"Ya karena perselisihan apalah pak, mungkin si isteri sangat
marah, lalu pergi."
"Tapi ya semarah-marahnya seseorang, harusnya tidak
sampai hati mennggalkan anaknya."
"Iya juga sih pak, nggak tau lah bagaimana permasalahannya.
Yang jelas Ratih kasihan melihat anak itu. Tiba=tiba di berterak
memanggil Ratih 'ibu'.. lalu minta dimasakin sup sama ayam
goreng, terharu rasanya melihat dia sangat kehilangan."
"Mengapa dia mengira kamu ibunya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 41


Pdf created by: Goldy Senior

"Wajah Ratih katanya mirip sekali dengan ibunya. Bahkan


neneknya yang mengantar ke sekolah juga tadinya mengira Ratih
ini menantunya yang pergi."
"Oh ya?"
"Kok bisa ya, ada orang wajahnya mirip sekali. Kan Ratih
tidak terlahir kembar. Ya kan pak?"
"Iya sih..."
"Bapak tidak apa-apa kan, kalau Ratih pulang terlambat?
Takutnya besok Angga masih minta supaya Ratih masak lagi buat
dia, lalu menemaninya tidur siang. Aduuh.. nggak sampai hati
Ratih menlaknya. Kasihan.." kata Ratih pilu.
"Nggak apa-apa nduk, menolong orang itu kan perbuatan
mulia."
"Mulai besok, Ratih akan masak pagi-pagi, untuk makan pagi
dan siang seandainya Ratih pulang terlambat. "
"Apa kamu tidak repot? Kalau masalah makan bapak bisa
beli diwarung depan."
"Nggak apa-apa pak, Kasihan kalau bapak sampai kelaparan
dan beli sendiri. Cuma masak sebentar. Nanti Ratih beli sayur
diwarung dekat-dekat situ. Masak yang gampang-gampang saja."
"Iya Tih, lauknya juga nggak perlu yang aneh-aneh.
Pokoknya ada tahu, bapak sudah cukup senang."
"Iya, Ratih sudah tau kalau bapak sukanya tahu."
––––––––
Pagi itu Angga bersiap masuk sekolah dengan semangat
tinggi. Masih pagi sudah bangun, minta mandi, minta makan dan
minum susu, lalu terburu-buru minta agar segera berangkat

Setangkai Mawar Untuk Ibu 42


Pdf created by: Goldy Senior

kesekolah. Bu Nastiti yang malam itu menginap dirumah


anaknya.meladeni semua keperluan cucunya.
"Lihat tuh, anakmu sudah minta berangkat sekolah,
sementara kamu masih belum mandi," gerutu bu Nastiti ketika
melihat Aryo duduk termangu diruang tengah.
"Nggak apa-apa Aryo mengantar sekolah dulu baru pulang
lagi dan mandi."
"Huh, dasar kamu itu."
Aryo hanya tertawa.
"Bu, bagaimana kalau ibu tinggal disini saja selama Arum
belum kembali?"
"Lha rumah ibu bagaimana?"
"Sesekali saja ibu pulang kerumah, toh ibu juga sendirian
disana."
"Nggak apa-apa. Nanti ibu ambil baju-baju ibu dulu
kerumah."
"Bagaimana kalau kita cari pembantu? Repot juga kalau
nggak ada pembantu."
"Cari pembantu itu tidak mudah. Jaman sekarang banyak
yang lebih suka bekerja di pabrik-pabrik, atau jadi pelayan toko.
Lagi pula belum tentu seandainya nanti dapat, lalu bisa dipercaya.
Menurut ibu biarlah begini saja. Gampang kalau nanti ada yang
cocog. Kita cuma tiga orang saja, ibu kira nggak terlalu repot."
"Bapaaaak, ayo kita berangkat! Kok bapak belum mandi
sih?" omel Angga kesal melihat ayahnya masih duduk berbincang
dengan neneknya."
"Oh, iya... baiklah, ayo kita berangkat sekarang," kata Aryo
sambil berdiri.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 43


Pdf created by: Goldy Senior

"Kan bapak belum mandi?"


"Mandi nanti saja setelah mengantar Angga ke sekolah,"
jawab Aryo sambil masuk kedalam kamar.
Aryo hanya memakai celana pendek dan kaos yang juga
berlengan pendek, keluar dari kamar dengan membawa kunci
mobil
"Ayo kita berangkat, tuan muda," canda Aryo.
"Idih.. bapak bau," ejek Angga sambil berlari mendahului.
––––––––
Begitu tiba disekolah, Angga segera turun dari mobil dan
berlari kedalam. Aryo geleng-geleng kepala.
"Aryo, kamu boleh pergi, " kata bu Nastiti sambil turun.
"Ibu nggak pulang dulu, kan ibu belum ganti baju?"
"Nanti kalau ibu sudah menitipkan Angga pada nak Ratih,
ibu baru pulang, sendiri juga nggak apa-apa." kata bu Nastiti.
"Nggak bu, biar Aryo menunggu disini, ibu menemui Ratih
dan bisa meninggalkan Angga kan? Nantti Aryo antar ibu sampai
kerumah, baru Aryo pulang dan mandi. Dan jangan lupa, nanti
Aryo akan menjemput Annga."
"Apa kamu tidak bekerja?"
"Jam berapa Angga pulang?"
"Biasanya jam sepuluh."
"Nanti sebelum jam sepuluh Aryo sudah ada disini, nggak
apa-apa meninggalkan pekerjaan sebentar."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 44


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Nastiti mengangguk. Ia melangkah kedalam, langsung


memasuki ruang guru. Dilihatnya Angga sudah duduk
dipangkuan Ratih.
"Angga kok begitu, teman-temannya bermain tuh.. Kok
Angga malah ngrepotin ibu?" tegur bu Nastiti."
"Nggak apa-apa bu, biar sesuka dia saja."
"Aku nanti bermain sama ibu," kata Angga.
"Gimana tuh nak Ratih, ngrepotin kan?"
"Nggak apa-apa bu, Angga tidak nakal kok."
"Ya sudah, kalau begitu titip Angga dulu sebentar ya nak, ibu
mau pulang ganti baju, ini dari kemarin nggak ganti karena tidur
dirumahnya Aryo."
"Oh, iya bu?"
"Iya, semalam juga ibu memakai baju tidur punya Arum."
"Ya bu, biar Angga disini sama saya."
"Angga, nggak boleh nakal ya?" pesan bu Nastiti.
"Nggak eyang." kata Angga sambil menarik tangan Ratih
agar menemaninya bermain.
Bu Nastiti keluar dari halaman sekolah, mendekati mobil
Aryo yang masih menunggu didepan pintu.
"Kok berhenti didepan pintu sih, bukannya agak maju
sedikit."
"Ingin melihat Aryo sama 'ibunya',"
Bu Nastiti masuk kedalam mobil.. Aryo terpaku melihat
Angga menarik narik tangan Ratih, mengajaknya bermain
ayunan. Ada debar aneh memukul-mukul dadanya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 45


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya Tuhan, Aryo, itu bukan Arum. " kata batin Aryo yang
segera menstarter mobilnya menjauh dari sana.
Ratih melihat kearah mobil itu karena Angga melambaikan
tangannya, melihat ayahnya pergi. Ratih ingin melihat sosok
berkumis tipis itu tersenyum, tapi terhalang oleh kaca mobil yang
hitam dan sudah ditutupnya begitu mobil itu berlalu.
––––––––
Jam sepuluh kurang lima menit, Angga sudah memarkir
mobilnya didepan sekolah Angga. Perlahan Aryo turun, dan
menunggu dibawah sebuah pohon trembesi yang berdaun rindang
didekat pagar.
Didengarnya anak-anak sekolah bernyanyi 'sayonara' lalu
para orang tua yang menjemput mendekat kearah pintu kelas agar
ketika bubaran mereka langsung melihat bahwa orang tua mereka
sudah menunggu. Bu Nastiti ada diantara mereka. Tapi sampai
mereka pulang, Angga belum juga keluar. Aryo melongok kearah
ibunya, tapi bu Nastiti masih menunggu didepan pintu.
Tak lama kemudian Angga kelihatan keluar dari pintu itu,
sambil menggandeng tangan Ratih. Ada haru yang menyesak
dadanya melihat pemandangan itu. Angga benar-benar
merindukan ibunya, dan bahagia ketika merasa bahwa ibunya
sudah kembali.
Melihat ayahnya, Angga segera berlari mendahului.
"Bapak, Angga sudah bilang sama ibu kalau kita mau
membeli mobil-mobilan."
"Angga, ini bapak masih harus kembali ke kantor."
"Iya, kalau libur kan?Tapi ibu bilang, bapak yang harus
minta pada ibu," kata Angga sambil menarik tangan bapaknya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 46


Pdf created by: Goldy Senior

untuk diajak menghampiri Ratih yang sedang berbincang dengan


bu Nastiti.
"Minta bagaimana?" tanya Aryo bingung.
"Minta supaya ibu mau diajak bapak mengantarkan Angga
beli mobil itu."
Aryo dan Angga sudah sampai dihadapan Ratih. Terpaku
dengan debar jantung yang kencang memukul dadanya, Ratih
menerima tangan Aryo yang menyalaminya, dan
menggenggamnya erat.
"Ayo, bapak bilang dong sama ibu..!" rengek Angga.
––––––––

5
Aryo tertegun mendengar pemintaan anakna. Dipandangina
Ratih yang tersipu dihadapannya. Gadis itu tampak salah tingkah.
Tapi Angga terus menggoyang goyangkan tangan ayahnya.
"Bapak, ayolah bapak..."
"Bu.. maukah nanti ikut bersama kami?" terbata Aryo
mengucapkannya..
Ratih menatap wajah ganteng yang tampak gugup dengan
permintaan anaknya. Mana mungkin dia menolaknya? Dia suka
kok. Tapi entahlah, suka karena sayang pada Angga, atau
ayahnya. Wadhuh..
Ratih hanya mengangguk, sambil tersenyum.
"Ibu, bilang 'ya' sama bapak," pinta Angga karena tak puas
dengan anggukan Ratih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 47


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya, sayang," katanya sambil mengelus kepala Angga.

"Tuh, ayah, ibu sudah mau, kapan ibu libur?" tanya Angga
seperti seorang polisi mengintrograsi seorang penjahat.
"Angga, kalau Minggu bapak libur, tapi jangan merepotkan
ibu, ya?" kata Aryo sambil melirik kearah ibu guru cantik.
"Kalau ibu, apakah hari Minggu juga libur?"
Lagi-lagi Ratih mengangguk.
"Kata ibu guru, kalau ditanya jawabnya tidak boleh
mengangguk, ya kan?"
Aduh, anak pintar darimana yang tiba-tiba membuat dua
orang dewasa menjadi kelimpungan?
"Ya, Angga." lagi-lagi jawaban Ratih mengarah kepada
Angga.
"Horeee... Eyang, besok hari apa?"
"Besok hari Sabtu Angga, "
"Kalau begitu habis Sabtu apa ya... "
"Coba Angga sebutkan nama-nama hari. Kemarin sudah
hafal kan?"
"Senin.. Selasa.. Rabu.. Kamis.. Jum'at. Sabtu.. Minggu.. Jadi
habis Sabtu itu Minggu."
"Baiklah Angga, ayo kita pulang, ayah kan harus kembali ke
kantor," sela Aryo.
"Ibu ikut kan?"
"Angga, ibu harus bekerja bukan?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 48


Pdf created by: Goldy Senior

Tapi tiba-tiba wajah Angga berubah muram. Matanya mulai


merah, hidungnya juga merah. Sebentar lagi pasti ada tangis yang
meledak.
Ratih yang tanggap akan suasana itu segera merangkulnya.
"Baiklah Angga, ibu akan ikut."
"Benar?" mata Angga yang berkaca menatap Ratih dengan
penuh permohonan.
Ratih mengangguk.
"Bu Ratih, saya mohon ma'af, Angga sangat merepotkan."
kata Aryo yang merasa sungkan.
"Tidak apa-apa pak Aryo.. kasihan Angga."
Dan hari itu kembali Ratih ikut bersama Angga kerumahnya.
Sepanjang jalan Angga mengoceh, bercerita tentang banyak
hal. Tentang teman-temannya.
"Ibu tau nggak, anak yang bernama Mimi itu nakal sekali.
Masa Angga didorong dorong sampai hampir jatuh."
"Kalau ada anak nakal, lebih baik dijauhi saja, nggak boleh
dibalas."
"Angga nakal tidak?" tanya ayahnya.
"Angga nggak nakal, ya kan bu?"
Ratih tersenyum dan mengelus kepala Angga dengan sayang.
Anak kecil yang wajahnya mirip bapaknya ini sungguh
menggemaskan. Baru dua hari ketemu, sudah membuatnya jatuh
hati. Ratih heran pada dirinya sendiri. Mereka bukan apa-apanya,
tapi Angga sudah merasa bahwa dirinya adalah ibunya itu justru
membuatnya senang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 49


Pdf created by: Goldy Senior

Setelah menurunkan Angga, Aryo langsung pergi ke


kantornya. Sepanjang jalan bayangannya hanya kepada Ratih,
yang mirip dengan isterinya. Tiba-tiba seperti juga Angga,
dirinya seakan menemukan kembali isterinya yang hampir dua
bulan meninggalkannya.
"Arum, kemana sebenarnya kamu? Begitu tega
meninggalkan suami dan anakmu. Aku memang khilaf, aku
merasa bersalah, tapi aku kan sudah minta ma'af? Aku berjanji
hal itu tak kan terulang Arum," bisiknya pilu.
"Jangan biarkan aku jatuh hati kepada gadis yang mirip
sekali denganmu... Ya Tuhan.. jangan sampai hal itu terjadi. Dia
bukan Arum.." dan bayangan Ratih bergantian dengan bayangan
Arum, melintas dimatanya.
––––––––
"Wuri, belum adakah lowongan pekerjaan untuk aku?" tanya
Rini pada suatu pagi ketika Wuri sahabatnya sedang libur.
"Belum ada, habisnya, kamu pekerjaan pake milih-milih sih."
"Iyalah milih, masa sih sembarang pekerjaan aku mau?"
"Ya bukan begitu. Kamu tuh maunya jadi perawat disebuah
rumah tangga, dulu ada lowongan merawat orang tua kamu nggak
mau,adahal mereka menjanjikan gaji besar, lebih besar dari gaji
pasaran seorang perawat."
"Kalau bisa ya jangan orang tua Wuri, "
"Merawat anak muda, ganteng, manja, gitu?"
Rini tertawa.
"Aku kan hanya bercanda. Anak kecil juga boleh kok. Kamu
dirumah sakit kan banyak tau tentang mereka yang membutuhkan
perawat."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 50


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya sabar, nanti pasti aku carikan."


"Bener ya, jangan lama-lama, duit di kantong sudah menipis
nih."
"Kamu boros sih. Ada makanan dari masak sendiri, kamu
lebih suka jajan."
"Kan sambil jalan-jalan, masa mau dirumah terus."
"Ya nggak harus setiap hari kan. Ya sudah, aku mau belanja,
tapi mau mampir kerumah sakit dulu."
"Aku ikut, tapi ngapain ke rumah sakit, kamu kan lagi libur?"
"Ada pesanan yang lupa aku sampaikan, catatannya ada
dilaci kerjaku."
"Ya sudah, tungguin, aku ganti baju dulu."
––––––––
"Ibu... sekarang tutup mata ibu, aku mau sembunyi, nanti ibu
cari yaa," teriak Angga dengan gembira sa'at bermain
disekolahnya.
"Baiklah, siapa mau ikut petak umpet?" teriak bu Ratih
kepada murid-muridnya.
Anak-anak beramai ramai mengacungkan jarinya.
"Aku mau.. aku mau.. aku mau...," kata mereka berteriak-
teriak.
"Biklah, yang pertama ibu dulu ya, ibu mau menutup mata
sambil menghadap kesana, kalian boleh sembuni sesuka hati.
Siapa yang tertangkap duluan, harus ganti menutup mata dan
yang lainnya sembunyi. Begitu seterusnya. Mengerti?"
"Mengerti.. mengerti.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 51


Pdf created by: Goldy Senior

"Ayo.. siap ya... satu.. sua.. tiga.." kata bu Ratih sambil


menutup matanya dan menyandarkan kepalanya di tembok
sekolah. Anak-anak berramai-ramai mencari tempat
persembunyian..
Lalu semuanya terasa sepi. Ada kasak kusuk dan tertawa
ngikik diantara satu dua orang. Ada yang sembinyi dibalik pintu
tapi sepatunya kelihatan. Ada yang sembunyi dibalik pohon tapi
tangannya kelihatan. Ahaaa.. alangkah mundah menemukan
mereka. Tapi bu Ratih ingin menemukan Angga, dimana Angga
sembunyi ya. Bu Nastiti duduk disebuah bangku tunggu, berjajar
dengan beberapa ibu lainnya. Ada yang membuat bu Ratih
curiga, bu Nastiti tersenyum simpul, lalu kelihatanlah sepasang
sepatu dibalik bangku. Bu Ratih menghampiri dan melongok
kearah belakang bu Nastiti. Rupanya Angga sembunyi disana.

"Kenaaaa " teriak bu Ratih, dan Angga menjerit-jerit lalu


ter-tawa=tawa.
"Sekarang yang sembunyi keluar duluuu... giliran Angga
menutup mata ya.." teriak bu Ratih. Lalu mereka yang sembunyi
keluar semua sambil tertawa-tawa. Senang sekali kalau tidak
tertangkap.
"Ayo...sekarang Angga kesini, tutup mata dan menghadap ke
tembok ya," kata bu Ratih sambil menarik tangan Angga.
Angga pun menurut, matanya segera ditutup dengan kedua
telapak tangan dan mukanya menghadap ke tembok. Teman-
temannya berhamburan sembunyi seperti tadi.
"Satuu.. dua... tiga.. sudah siap ya...Ayo Angga buka matamu
dan cari salah seorang temanmu.
Angga membuka matanya, dan membalikkan tubuhnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 52


Pdf created by: Goldy Senior

"Ayo.. cari salah seorang teman kamu, cepaat," kata bu Ratih


Angga berlari-lari kecil kebalik pohon trembesi, ia melihat
rok warna merah berkibar tertiup angin. Angga berteriak
kencang.
"Kenaaaa !" lalu terkekeh senang sambil menarik tangan
temannya. Tapi si teman marah-marah.
"Nggak mau.. aku nggak mau.." lalu didorongnya tubuh
Angga hingga terjatuh, tentu saja karena badan anak itu jauh
lebih besar.
Angga menangis karena lututnya terluka. Bu Nastiti dan bu
Ratih berlari mendekat.
"Angga.." kata bu Ratih sambil membangunkan Angga dan
menggendongnya.
"Anak-anak, ini hanya permainan ya, yang kena tidak boleh
marah. Mimi, kesini kamu, ayo kesini," kata bu Ratih sambil
tangannya melambai kearah Mimi. Tapi rupanya Mimi justru
berlari menjauh, mendekati ibunya yang juga terkejut melihat
kelakuan anaknya.
"Mimi, kamu nggak boleh nakal," tegur ibunya.
Bu Ratih yang masih menggandong Angga mendekat.
"Mimi, ayo minta ma'af sama Angga," kata bu Ratih.
Tapi Mimi menggeleng.
"Mimi, minta ma'af, kamu sudah melukai teman kamu," kata
ibunya Mimi.
"Bagaimana Mimi? Anak pintar harus menurut kata ibu
bukan?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 53


Pdf created by: Goldy Senior

Mimi mengulurkan tangannya dengan enggan dan diterima


Angga yang masih menangis.
"Ma'af," hanya itu yang diucapkan Mimi, lalu sembunyi
dibalik gaun ibunya.
Bu Ratih menggendong Angga ke UKS, dan mengobati luka
di lutut Angga. Angga berteriak kesakitan.
"Angga, anak pintar, nggak begitu sakit kok. Luka ini harus
diobati supaya tidak menjadi lebih parah.Diamlah, sakitnya
nggak lama kok.
"Angga sudah besar, mengapa menangis?" sela bu Nastiti.
"Sakit...eyang..." teriaknya sambil menggoyang goyangkan
kaki kanannya yang terluka.Anak-anak yang melongok kedalam
dibubarkan oleh guru yang lain.
"Sudah... sekarang ditutup dengan plester, supaya nggak
kena debu."kata bu Ratih setelah selesai membersihkan luka dan
membubuhkan obat pada lukanya.
"Sakitttt..."teriaknya.
Beberapa guru mendekat dan menghiburnya.
"Lho.. kok putranya ibu cengeng sih. Ayo dong diam, nanti
gantengnya ilang," kata salah seorang guru.
"Iya tuh, kalau nangis gantengnya ilang lho," kata guru yang
lain.
"Senengnya bu Ratih dapat anak ganteng begini," temannya
menimpali.
Ratih hanya tersenyum. Bu Nastiti memberikan minum
kepada Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 54


Pdf created by: Goldy Senior

"Minumlah, habis minum pasti nggak sakit lagi," kata bu


Nastiti.
Hebohnya hari-hari yang dilalui Ratih semenjak ada Angga
yang mengakuinya sebgai ibunya. Heboh yang menyenangkan,
sampai diledekin beberapa teman-teman gurunya.
––––––––
"Bapak, tadi Angga terjatuh.. kata Angga sambil
menunjukkan lututnya yang diplester, ketika bapaknya pulang
dari kantor.
"Ooh, anak bapak jatuh ya. Sakitkah?"
"Sakit bapak, " katanya sambil mewek lagi.
"Lho, kok mau nangis lagi. Kan sakitnya sudah tadi?"
"Siapa yang mengobati luka ini?"
"Ibu.."
"Ya sudah, kalau sudah diobati ibu ya beres lah.. nggak usah
menangis. Anak laki-laki cuma luka sedikit saja kok nangis."
"Sakit, bapak.."
"Tadi sudah nggak nangis berarti sudah nggak sakit," kata
Aryo sambil merengkuh anaknya dan memeluknya erat.
"Arum, dimana kamu Arum?" bisiknya dalam hati. Melihat
keadaan Angga, Aryo teringat kembali pada isterinya. Ratih itu
bukan ibunya, lalu sampai kapan kebohongan ini akan tersimpan?
Bagaimana kalau suatu hari Angga tau bahwa bukan Ratihlah
ibunya?
Tiba-tiba bu Nastiti keluar, mengiringi Ratih yang sudah
bersiap untuk pulang.
"Angga, ibu mau pulang ya,"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 55


Pdf created by: Goldy Senior

"Nggak mau ibu, Angga mau tidur sama ibu.."


Waduh, Ratih kebingungan. Karena kakinya sakit permintaan
Angga jadi bertambah. Tapi ini permintaan yang sulit. Bagaimana
mungkin dia tidur disini?
"Angga, ibu harus bekerja," kata bu Nastiti sambil mengelus
kepala Angga.
"Iya, kata ibu.. ibu harus bekerja lagi, besok kan ketemu di
sekolah," sambung Aryo sambil melirik kearah Ratih.
"Tapi besok kan Minggu, Angga nggak sekolah, tadi ibu
guru bilang begitu."
Ya ampun, anak pintar ini sungguh susah dilawan dengan
bujukan.
"Haa, bukankah Angga mau beli mobil-mobilan?"seru Aryo
tba-tiba.
Rengekan Angga berhenti.
"Kalau begitu besok kita pergi sama ibu juga kan?"
"Baiklah, kalau begitu biar ibu bekerja sekarang, biar besok
bisa jalan jalan sama Angga."
"Begitu ya sayang?" kata Ratih sambil mencium kepala
Angga. Tak sengaja Aryo mencium harum rambut ibu guru cantik
itu. Aryo memalingkan muka. Ia harus membuang jauh-jauh
perasaan yang mengganggunya.
"Saya antar bu Ratih? Supaya besok kalau Angga ngajakin
pergi, saya bisa nyamperin kerumah." kata Aryo.
"Tidak usah pak Aryo, biar besok saya yang datang kemari.
Bu Nastiti akan mengabari saya kalau sudah siap mau berangkat,"
jawab Ratih yang kemudian mencium tangan bu Nastiti dan
berlalu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 56


Pdf created by: Goldy Senior

Angga menatap kepergian 'ibunya' dengan kecewa.


Barangkali jauh dilubuh hatinya dia menjerit, mengapa seorang
ibu harus pergi dari rumah untuk bekerja dan tak bisa anaknya
leluasa meminta sesuatu darinya?
Aryo dan bu Nastiti menatap Angga penuh iba. Aryo
memeluk Angga dan menciuminya sepuas hati.
––––––––
Siang itu mendung menggantung. Rini kesal karena Wuri
harus mampir kerumah sakit tempat dia bekerja.
"Kebuu hujan, mengapa sih pake mampir kesini segala?"
tanya Rini ketika mereka memasuki halaman rumah sakit itu.
"Kan aku sudah bilang, ada pesanan yang belum sempat aku
sampaikan."
"Apa tidak bisa menelpon saja?"
"Tidak bisa .. ada catatan yang tertinggal dilaci kerjaku.
Bukankah tadi aku sudah mengatakannya?"
"Berarti kita berangkat kesiangan."
"Salah siapa, pamit mau ganti baju, ternyata mandi. Sudah
gitu mandinya lama, dandannya juga lama," gerutu Wuri.
"Aku lupa kalau belum mandi. Nanti ditempat keramaian
orang yang bersimpangan sama aku pada tutup hidung semua
dong."
"Ya sudah, jangan menggerutu, sekarang kamu tunggu saja
disini, aku kekantor dulu," kata Wuri sambil menunjuk kearah
bangku tunggu.
Rini menunggu dengan kesal. Mendung yang menggantung
bisa saja mencurahkan hujan setiap sa'at. Dan kalau itu terjadi,
maka gagallah acara belanja siang ini.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 57


Pdf created by: Goldy Senior

Sepuluh menit berlalu, seperempat jam sudah lebih, tapi


Wuri belum tampak batang hidungnya. Pasti ngobrol dengan
teman-temannya.
Rini berdiri dan hampir melangkah masuk untuk
menyusulnya, ketika tiba-tiba dilihatnya seseorang.
"Itu kan bu Arum?"
Rini setengah berlari mencari tempat untuk bersembunyi.
––––––––

6
Rini berdiri disamping meja satpam rumah sakit, pura-pura
membuka ponsel dan menundukkan kepala. Ketika wanita yang
disebutnya Arum itu lewat, Rini baru mengangkat mukanya.
"Bu Arum sama siapa itu? Apakah dia sakit?"
Arum terus melangkah keluar, seorang wanita setengah tua
menuntunnya. Rini mengikuti sampai mereka tiba di halaman
rumah sakit, dan dilihatnya Arum naik kedalam mobil itu.
"Tampaknya dia memang sakit, siapa yang menuntunnya?
Apakah dia sudah kembali kerumah pak Aryo?"
Rini terus mengamatinya, sampai mobil itu keluar dari
halaman rumah sakit.
Apakah bu Arum sudah kembali? Mengapa kalau dia sakit
maka bukan pak Aryo yang mengantarnya? Siapa itu? Setahuku
bukan ibunya bu Arum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 58


Pdf created by: Goldy Senior

Jadi penasaran aku, aku harus mencari keterangan tentang bu


Arum. Mudah-mudahan tidak akan kembali selamanya agar aku
bisa mengganggu pak Aryo.

"Hei, ngapain kamu, aku cari dimana mana ternyata ada di


parkiran.
"Aku melihat bu Arum."
"Siapa bu Arum?"
"Itu, isterina pak Aryo."
"Memangnya kenapa kalau ada dia?"
"Aku harus mencari tau, apakah dia sudah kembali atau
belum."
"Kurang kerjaan kamu nih. Ayo pergi, keburu hujan. Tuh...
mulai gerimis. Cari taksi aja."
"Ya ayo kesana kalau begitu, lama-lama basah bajuku nih."
"Iya, ayo.. kamu panggil taksi saja. Kamu sih pakai
menghilang segala. Lama lho aku mencai kamu tadi."
"Kamu lah yang kelamaan ketemu sama teman kamu.
Sampai pegal punggungku nungguin kamu."
"Iya, kan uusanku banyak, haus segea diselesaikan.
Tanggung jawab itu berat."
Namun tiba-tiba hujan turun bagau tecurah dari langit.
"Waduh, gimana ini."
"Ya sudah pulang saja ya, besok masih ada waktu, kan aku
masuk sore."
"Kalau begitu kita makan saja ya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 59


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya, terserah kamu lah, daripada nanti kamu pingsan


dijalan."
Namun disepanjang makan itu pikiran Rini hanya kepada
Aum. Ada yang ingin dilakukannya, entah apa. Namun pasti
bukan sesuatu yang baik, kaena sejak awal ia telah melakukan hal
buuk.
Tiba-tiba ponsel Aryo bedeing sore itu. Ada nomor tak
dikenal tepampang , lalu Aryo enggan mengangkatna. Namun
dering itu sepeti tak putus-putusnya. Dengan enggan Aryo
mengangkatna.
"Hallo, selamat sore,"
"Soe pak Aryo, apa kabar?"
"Kamu?"
Aryo ingin menutup ponselnya begitu mendenga suara si
penelpon, tapi sebelum ditutup Rini berteriak.
"Jangan ditutup dulu, ada hal penting yang ingin saya
sampaikan."
"Hal penting apa?Ingat Rini, kamu jangan lagi
menggangguku, dan keluargaku, aku tak akan pernah peduli sama
kamu." kata Aryo sengit.
"Apa ibu Arum sudah kembali?"
"Mengapa kamu menanyakan itu. Kamu kan tau bahwa
Arum pergi karena ulah kamu?"
"Jadi belum ya? Saya punya infomasi, tapi tidak gratis," kata
ini tanpa malu-malu.
"Hm, aku tau, berapa kamu minta?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 60


Pdf created by: Goldy Senior

"Pokoknya cukup untuk saya makan selama sebulan pak,


habisnya bapak mengusir saya dan saya belum mendapat
pekejaan. Saya bisa mati kelaparan pak."
"Sebutkan angkanya. Kalau itu mengenai isteriku, berapapun
aku akan bayar.
"Bagaimana kalau sejuta?"
"Banyak banget."
"Mau atau tidak, kalau tidak ya sudah."
"Dimana aku bisa memberikan uang itu. Jangan datang
kerumah karena ada ibuku disini."
"Warung makan dekat rumah saja yang bapak sering
suruhan beli mie Jawa. Saya juga sekalian kepengin ketemu
bapak, kangen rasana."
Aryo mendengus marah.
"Sekarang juga aku tunggu kamu disitu."
"Saya dandan dulu dong pak, mau ketemu orang ganteng
masa saya kelihatan jelek."
Aryo tak menjawab., tapi langsung menutup ponselnya.
Ia masuk kedalam rumah dan berganti pakaian sekenana.
Keterangan tentang isteinya sangat diharapkannya. Ia ingin
segera betemu dan mengajaknya pulang. Kalau perlu dia akan
menyembah kakinya.
Setelah mengambil uang di ATM dekat rumah, Aryo menuju
kewarung dekat rumah sepeti dijanjikan Rini. Tak begitu lama
Aryo menunggu, Rini datang dengan senum yang dibuat semanis
mungkin. Aryo tak mengacuhkannya. Ia asyik mengaduk
minuman jahe panas yang tadi dipesannya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 61


Pdf created by: Goldy Senior

"Hallo, bapak. Kita seperti orang lagi pacaran ya, pakai


kencan segala,"kata Rini kemayu.
"Duduk, dan katakan tentang Arum,"kata Aryo tandas.
"Sebentar dong pak, masa saya nggak ditawarin minum atau
makan?"
"Aku tidak banyak waktu. Kalau kamu mau makan atau
minum, pesan sendiri saja."
Kata Aryo sambil membuka dompetna dan mengeluakan
uang seperti yang diminta Arum.
Rini segera meraihnya penuh nafsu, tapi Aryo
menyingkirkan tangan Rini.
"Informasinya dulu. Uangnya kemudian."
Rini cemberut. Melihat lembaran berwana merah itu dia
sudah seperti ingin menelannya.
"Dimana Arum?"
" Tadi saya melihatnya ."
" Melihat isteriku?Dimana?
"Dirumah sakit."
"Rumah sakit mana?"
"Rumah sakit pusat."
"Kamu bicara sama dia?"
"Ya enggaklah pak, mana saya berani. Saya hanya melihat,
besama seorang peempuan setengah tua. Tapi bu Arum kelihatan
sangat pucat. Sepetinya dia sakit."
"Dimana dia tinggal?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 62


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya nggak tau pak, tiba-tiba dia sudah pergi bersama


peempuan itu, dengan mobil,"
Aryo measa kesal.
"Informasi apa ini? Nggak jelas."
"Tapi kan bapak sekarang jadi tau bahwa dia ada disini.
Terserrah bapak bagaimana cara menemukannya."
Aryo bediri siap meninggalkan Rini. Uang yang tadi
dikeluarkan dimasukkan lagi kedalam dompet.
"Lho pak, mana uangku ?"
"Uang apa? Kamu tidak memberikan infomasi yang jelas,
hanya bilang melihat, dan bisa jadi kamu bohong, ya kan?"
"Sumpah pak, saya benar-benar melihat bu Arum disana.
Aduh, sayangnya saya nggak sempat memotretnya."
Aryo berlalu, tapi dengan tanpa malu Rini mengikutinya.
Aryo teus melangkah keluar setelah membayar minumannya.
"Bapak curang ya." teriak Rini kesal.
Karena risih Aryo memberikan selembar ratusan ribu lalu
masuk kedalam mobilnya.
Meninggalkan Rini yang mengomel tak henti-hentinya.
"Dasar pelit ! Masa cuma dikasih seratus ribu. Awas kamu ya
!" ancam Rini sambil melongok mencari taksi.
––––––––
" Dari mana Yo, kok wajahmu cemberut begitu," tanya bu
Nastiti ketika melihat Aryo masuk kedalam rumah lalu
melemparkan kunci mobil keatas meja.
"Ditipu perempuan itu. "

Setangkai Mawar Untuk Ibu 63


Pdf created by: Goldy Senior

"Perempuan yang mana ? "


"Tadi Rini menelphone, katanya punya informasi tentang
Arum. Pakai minta uang segala. Aku temui dia. Tapi dia bilang
cuma melihat Arum sama seorang perempuan setengah tua. Itu
kan informasi nggak jelas. Kalau jelas, harus tau dimana dia
tinggal, bagaimana keadaannya. Dasar mata duitan !"
" Dimana katanya dia ketemu ? "
" Katanya dirumah sakit pusat. "
"Apa dia sakit? "
"Aryo bilang informasi nggak jelas itu juga karena dia tidak
bisa bilang apapun tentang Arum, kecuali hanya bilang melihat
Arum . "
"Kalau melihat dirumah sakit kan berarti dia sakit ?"
"Aryo yakin dia hanya meng ada-ada. Dia ingin minta uang
dari Aryo dengan dalih melihat Arum. "
"Siapa tau itu benar."
"Kalau benar, apa yang bisa kita lakukan ? Orang cuma
melihat, dimana Arum tinggal juga dia tidak bisa memberi
tahu. Sudahlah bu, jangan percaya omongan orang seperti Rini,"
kata Aryo sambil berlalu.
––––––––
"Dasar pelit, gombal. Lupa ketika malam itu dia pernah
membuat aku mabuk, dan.." omelan Rini ketika memasuki
rumah terhenti sa'at melihat Wuri menunggunya diteras.
"Ada apa sih, pulang malam terus ngomel-ngomel."
"Ketemuan sama bekas majikan, bukannya bermanis-manis
malah wajahnya ditekuk. Udah begitu aku kasih informasi bahwa

Setangkai Mawar Untuk Ibu 64


Pdf created by: Goldy Senior

tadi melihat isterinya, ee.. aku cuma dikasih seratus ribu.Habis


buat bayar taksi sama mie sebungkus. Nih, oleh-oleh buat kamu,"
kata Rini sambil meletakkan bungkusan mie keatas meja dengan
kasar.
Wuri tertawa.
"Kamu mau menjual iunformasi kepada bekas majikan
kamu? "
"Yang aku katakan itu kan informasi namanya."
"Cuma melihat saja, informasi nggak jelas itu. Lalu kamu
minta berapa? "
"Cuma minta sejuta."
Wuri tertawa keras, membuat wajah Rini semakin ditekuk.
"Kok malah ditertawain sih."
"Duit sejuta itu kan banyak. Cuma melihat saja, udah dikasih
seratus ribu ya berterimakasih lah."
"Enak aja. Biar aku cuma melihat, tapi kan dia kemudian
tau bahwa isterinya ada dikota ini. "
"Ini kan kota besar, mana gampang mencari orang."
"Huh, kamu bukannya ngebelain aku malah menyalahkan
aku."
"Ya sudah, nggak usah berdebat, nggak akan ada menangnya
debat sama kamu, aku makan saja mie oleh-oleh kamu.
Kebetulan aku juga lapar nih." kata Wuri kemudian sambil
mengambil bungkusan mie dan dibawanya kebelakang.
"Eeh, itu untuk berdua, tau. Enak aja mau dimakan sendiri."
teriak Rini sambil mengejar.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 65


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu jadi mau kerumah muridmu itu?" tanya pak Pardi


kepada Ratih.
"Iya pak, anaknya nanti rewel. Sebenarnya Ratih sungkan
pak, pergi sama ayahnya juga."
"Lha mau bagaimana lagi, kalau beli sesuatu ya pasti sama
ayahnya. Memangnya kenapa kamu sungkan? Orangnya serem?"
"Bukan serem pak, justru sebaliknya," aduh, Ratih menyesal
mengatakan itu. Kalau lawannya serem itu apa, menarik kan?
"Sebaliknya itu bagaimana ?"
"Maksud Ratih, dia itu baik, dan itu justru membuat Ratih
sungkan."
"Itu kan hanya perasaan kamu saja. Kalau kamu nggak punya
pikiran apa-apa semuanya pasti baik-baik saja."
"Ratih itu kan wajahnya mirip isterinya, lha nanti kalau
dikira Ratih ini isterinya?"
"Yang mengira itu siapa?"
"Mungkin, kalau ada yang kenal."
"Ya sudah acuhkan saja. Kalau kamu ingin menolong
seseorang itu nggak usah memikirkan apa-apa. Semuanya kan
kalau.. kalau.. lha namanya kalau itu belum tentu iya, belum tentu
tidak."
Ratih terdiam. Sesungguhnya bukan itu yang difikirkannya,
tapi perasaan hatinya yang semakin aneh. Apa dia tertarik pada
Aryo? Jangan .. wahai hati, dia itu milik orang. Bisik hatinya.
Lalu ditepiskannya bayangan bapak ganteng berkumis tipis yang
senyumnya menawan itu.
"Jam berapa mau berangkat?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 66


Pdf created by: Goldy Senior

"Nanti akan dikabari, baru Ratih kesana."


Seperti mendengar kata-kata Ratih, tiba-tiba telephone
berdering.
Dari bu Nastiti.
"Hallo ibu .." sapa Ratih.
"Nak Ratih sudah ditunggu tuh, Angga sudah ribut terus dari
tadi."
"Baiklah bu, saya sudah siap."
Lalu terdengar suara agak jauh.
"Bagaimana kalau bu Ratih kita jemput saja bu, coba
tanyakan alamatnya," itu suara Aryo yang dikenalnya.
"Nak Ratih, alamat nak Ratih dimana? Aryo mau menjemput
saja kesitu."
|Nggak usah bu, saya sudah siap mau berangkat, saya yang
kesitu saja."
"Baiklah kalau begitu."
Ketika telephone ditutup pak Pardi menegurnya.
"Bukankah lebih baik kalau mereka nyamperin kesini ?"
"Jangan pak, tambah sungkan Ratih. Sekarang Ratih panggil
taksi saja."
Dan Ratihpun menghubungi taksi online.
––––––––
Angga begitu gembira ketika bisa berjalan bersama Ratih
yang dianggapnya ibunya. Ada rasa jauh dilubuk hatinya,
mengapa ibunya tidak serumah dengan dia dan ayahnya seperti

Setangkai Mawar Untuk Ibu 67


Pdf created by: Goldy Senior

duilu, tak bisa diungkapkannya. Ia cukup gembira apabila Ratih


menemaninya setiap dia inginkan.
Angga berlari-lari kecil ketika memasuki tuko mainan. Ratih
mengejarnya, sedikit nggak enak berjalan sejajar dengan Aryo.
Pasti semua orang mengira bahwa dirinya sedang berjalan dengan
suami dan anaknya. Seandainya 'ya'.. pasti membahagiakan. Lalu
Ratih memarahi batinnya sendiri yang punya perasaan aneh.
"Angga, tunggu..." teriak Ratih sambil mengejarnya.
Aryopun mengikuti mereka dengan berjalan cepat.
"Mana mobil yang Angga mau?" tanya Aryo.
"Itu bapak, yang Angga bisa naik. Bukankah itu bagus ibu?"
"Ya sayang, semua bagus. Kamu mau yang mana?"
"Yang merah, ini kan bagus ya bu?"
"Baiklah, mau dicoba dulu?" tanya Aryo.
Dan pelayan toko mempersilahkan Angga mencobanya. Ia
memberi tau cara menjalankannya. Kalau mau jalan, ini ditekan,
ini9 kalau mundur, ini rem kalau mau berhenti. keterangan sang
pelayan panjang lebar. Mobil itu memakai batery.
Angga mencobanya, ayahnya mengikuti dari belakang.
"Sudah, belum lancar ya nanti dirumah dicoba lagi. Biar
bapak bayar dulu."
Angga turun dari mobil kecilnya. Ratih mengawasinya dari
jauh.
Tiba-tiba seorang perempuan merangkul Angga dari
belakang, lalu menggendongnya.
"Rini?" teriak Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 68


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo menoleh, terkejut melihat Angga sudah ada dalaam


gendongan Rini. Segera didekatinya Rini.
"Lepaskan dia Rini!!" hardik Aryo.
"Angga, bilang sama bapak, Rini harus kembali kerumah,
ayo bilang."
Angga terdiam, bingung melihat ayahnya marah.
"Lepaskan dia Rini!! Atau aku teriakin kamu penculik?"
"Angga suka sama saya, mengapa bapak melarangnya?
Ayuk, jalan-jalan sama Rini." kata Rini sambil menciumi Angga.
Lalu Rini menggendongnya menjauh dari bapaknya. Melihat
Aryo marah kepada perempuan yang menggendong Angga, Ratih
mendekat.
"Angga, sini sama ibu."
Rini terbelalak.
"Bu Arum ?"
––––––––

7
"Ibuuu.." teriak Angga yang segera mengacungkan
tangannya kearak Ratih. Rini membiarkannya, lalu mengangguk
kearah Ratih dan dengan cepat berlalu.
"Terimakasih, bu Ratih," kata Aryo kepada Ratih.
"Mengapa bapak marah sama Rini?"
"Nggak apa-apa, ayo kita ambil mobilmu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 69


Pdf created by: Goldy Senior

Angga merosot turun dari gendongan Ratih, dan berlari


kearah mobil yang tadi dipilihnya.
Ratih mengikutinya dari belakang, sambil bertanya dalam
hati siapakah perempuan yang berlagak genit tadi, yang
menggendong Angga seperti sudah akrap, tapi Aryo seakan
sangat membencinya?
Mobil pilihan Angga sudah dibungkus rapi, Angga tak akan
kuat menggendongnya. Ketika Ratih mau mengangkatnya, Aryo
memintanya.
"Biar saya saja bu Ratih," katanya sambil tersenyum. Ah,
mengapa tersenyum begitu, Ratih mengalihkan pandangannya
kearah lain.
"Ayo kita pulang," kata Angga sambil melangkah keluar.
Angga berlari-lari kecil mengikuti langkah ayahnya, Ratih
mengikutinya. Anak kecil yang menggemaskan. Kata batin Ratih.
Begitu memasukkan mobil-mobilan itu kemobil, Angga
sudah mendahului masuk kedalam.
"Ibu duduk didepan ya," kata Angga.
Ratih maklum, di jok belakang hampir penuh bungkusan
mobil-mobilan itu,
"Mari bu Ratih, biar Angga dibelakang sendiri," kata Aryo.
Ratih memang tidak merasa dirinya istimewa sehingga harus
duduk dibelakang. Tadi dia disitu karena Angga memintanya.
Memang sebaiknya dia didepan. Tapi ada rasa canggung ketika
duduk berdampingan dengan si ganteng berkumis itu.
"Ma'af ya, habisnya Angga ingin memeluk mobilnya," kata
Aryo sambil menoleh kebelakang.
Ratih hanya mengangguk.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 70


Pdf created by: Goldy Senior

"Bagaimana kalau kita mampir makan siang dulu?"


"Mobilnya dibawa turun bapak?"tanya Angga yang terus
mendekap bungkusan mobil kecilnya.
"Ya enggaklah Ngga, mobil kamu biar dimobil saja, kita
turun untuk makan. Kamu suka es krim?"
"Suka, bapak.. kita makan es krim?"
"Ayo kita cari rumah makan yang ada es krim nya ya.."
Ratih menghela nafas. Ia ingin menolak karena sungkan
kalau harus makan bersama Aryo, tapi Angga tampaknya suka.
"Bu Ratih tidak keberatan bukan kalau kita mampir makan
sebentar?"
"Sebetulnya... saya kenyang," jawabnya sekenanya.
"Kok bisa kenyang? Kita makan masih pagi, dan sekarang
sudah sa'atnya makan siang. Nggak percaya ah."
"Benar."
"Nggak apa-apa, nanti pilih menu yang ringan-ringan saja,"
kata Aryo.
Maksa nih? Batin Ratih. Mana mungkin dia bisa menolak?
Hatinya mau, tapi luarnya sungkan. Ya sudahlah, apa boleh buat.
"Ibu, nanti sampai dirumah ibu ajarin Angga naik mobilnya
ya."kata Angga.
"Lho, kok ibu, bapak kan lebih canggih," kata Ratih sambil
menoleh kebelakang.
"Bapak, sama ibu, nanti main dihalaman bersama-sama."
Waduh, maunya langsung pulang tuh, gimana cara
menolaknya? Sungguh Ratih tak ingin Angga kecewa. Anak itu

Setangkai Mawar Untuk Ibu 71


Pdf created by: Goldy Senior

haus kasih sayang ibunya, jadi kalau dia bisa memenuhinya,


mana mungkin mengecewakannya?
"Ibu kan capek, Angga," kata Aryo ketika melihat wajah
Ratih tampak ragu.
"Apakah ibu capek?" tanya Angga kepada Ratih.
"Mm..iya sih.."
"Kalau ibu capek, nanti tidur dikamar bapak seperti
biasanya."
Ratih terperanjat. Tidur dikamar bapak? Iya lah, kan
dikiranya dia ibunya, jadi apa salahnya tidur dikamar bapak?
Sayangnya Ratih bukan ibunya. Ia adalah seseorang yang hanya
mirip dengan ibunya.
"Ibu kan harus bekerja," kata Aryo mencoba menghentikan
keinginan Aryo.
"Bapak nggak tau, ibu juga libur seperti bapak, kemarin kan
Angga sudah bertanya sama ibu."
Tuh kan, Angga bukan anak biasa. Kecerdasannya sungguh
luar biasa. Padahal umurnya belum lima tahun.
"Ah, ya.. bapak lupa," kata Aryo.
"Jadi.. boleh kan nanti ibu tidur dikamar bapak?"
"Tidak Angga," kata Ratih cepat-cepat. Ngeri
membayangkan dia masuk kekamar Aryo, lalu berbaring
ditempat tidurnya.
"Mengapa ibu?" Angga mengejarnya. Biasa kan anak kecil
kalau dikasih tau pasti dia bertanya.. 'mengapa'.
"Mm.. ibu tidur dikamar Angga saja," kata Ratih. Ia berharap
nanti setelah Angga tidur dia bisa meninggalkannya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 72


Pdf created by: Goldy Senior

"Horeee... Angga mau tidur sama ibu," teriak Angga.


Aryo hanya geleng geleng kepala. Sesungguhnya dia
bingung, kapankah ini akan berakhir? Pasti Ratih tidak akan
selamanya bisa melayani semua keinginan Angga. Dia bukan
apa-apanya.
Disebuah rumah makan Aryo menghentikan mobilnya.
––––––––
Angga makan sangat lahap.Rupanya dia juga lapar. Tadi
makan pagi-pagi, lalu jam sepuluh lebih baru berangkat.
Sekarang tengah hari, sa'atnya makan. Aryo mengawasi anaknya
sambil tersenyum.
"Enak ya ayamnya?" tanya Aryo.
"Enak, ini seperti masakan ibu kemarin," jawab Angga
sambil menggigit paha yang tersisa.
Melihat mulut Angga berlepotan minyak, Ratih mengambil
tissue lalu mengelap mulutnya.
Ibu mengapa tidaka makan nasi?" tanya Angga ketika
melihat Ratih hanya makan gado-gado. Sebetulnya Ratih lapar
juga sih, tapi tadi terlanjur bilang kalau tidak lapar, jadi sungkan
kalau memesan nasi juga.
"Bu Ratih benar, nggak mau makan nasi ?" tanya Aryo.
"Benar pak, ini cukup."
Dari luar tampak seperti sebuah keluarga bahagia, membuat
beberapa orang iri melihata keakrapan ibu dan anaknya. Si anak
yang cerewet, ibunya menanggapi dengan penuh perhatian. Aryo
merasa bahwa kebahagiaan ini hampir cukup. Kurangnya adalah
bahwa Ratih bukan isterinya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 73


Pdf created by: Goldy Senior

Lalu wajah Arum terbayang. Lalu dipandanginya wajah


Ratih yang dengan penuh perhatian melayani anaknya.

Aryo menghela nafas, lalu menyuapkan nasinya yang terasa


sarat dilehernya. Ia meneguk minumannya sehingga merasa lega.
Ingatannya akan Arum membuat nafsu makannya hampir
hilang.
"Bapak, mana es krimnya." kata Angga membuyarkan
lamunan ayahnya.
"Oh iya, bapak lupa, tadi Angga pesan rasa apa?"
"Angga mau coklat, sama strobery. Ibu mau apa?"
"Bu Ratih apa?"
"Saya...." Ratih ragu-ragu mengatakannya.
"Bapak, ibu dipesenin sama saja."
"Benar,bu Ratih mau yang seperti Angga?"
"Terserah bapak saja."
"Baiklah, kalau begitu bapak mau pesan tiga." kata Aryo
sambil melambaikan tangannya kearah pelayan.
"Tapi makannya dihabiskan dulu Angga, nggak boleh makan
es krim kalau makannya nggak dihabisin."kata Aryo.
"Tapi Angga sudah kenyang,bapak."
"Kan baru separo tuh nasinya."
"Tadi porsinya banyak pak, saya kira itu cukup buat Angga."
"Lihat nih, perut Angga sudah gendut," kata Angga sambil
menepuk perutnya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 74


Pdf created by: Goldy Senior

"Baiklah, kalau ibu mengijinkan, bapak ngikut deh."


Ratih tersenyum. Ibu dan bapak, alangkah manisnya.
Hampir jam dua siang ketika acara makan itu selesai.
"Nanti Angga pulang langsung tidur siang lho," kata Ratih.
"Lho, kan belum naik mobil-mobilan." sanggah Angga.
"Baiklah, nanti main sebentar, lalu tidur," kata Aryo.
"Tidur sama ibu kan?" Ratih mengangguk.
––––––––
"Wuri, kenapa sih kamu marah-marah terus?" kata Rini
ketika berjalan disamping Wuri setelah berbelanja.
"Aku kesal sama kamu. Kemarin kamu menghilang ternyata
ada di parkiran. Ini tadi juga menghilang, ketika tiba-tiba kamu
berlari kedalam toko mainan. Aku menunggu sampai pegal.
"Ya ampuun, gitu aja marah. Nanti biar aku pijitin kakimu
yang pegal, sudah jangan marah-marah lagi."
"Sebenarnya kamu tadi mencari siapa sih?"
"Tadi tuh aku melihat pak Aryo turun dari mobil, sedangkan
Angga sudah berlari masuk kedalam. Spontan aku mengikutinya,
siapa tau dia mau menambah uang yang malamnya diberikan
sama aku."
"Ternyata...?"
"Ternyata dia bukan cuma sama Angga. Aku kurang
pemperhatikan Angga masuk sama siapa, Ternyata ada seorang
perempuan yang bersamanya, yang semula aku kira orang lain
yang ingin membeli sesuatu."
"Lalu?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 75


Pdf created by: Goldy Senior

"Ternyata lagi, dia itu bu Arum."


"Lhoh, katanya bu Arum masih menghilang, kemudian kamu
mau memeras bekas majikan itu."
"Aku juga heran. Kemarin wajahnya pucat waktu keluar dari
rumah sakit. Jelas aku melihatnya karena dia lewat persis
didepanku, Tapi tadi itu kelihatan segar dan cantik."
"Berarti kemarin kamu salah lihat."
"Nggak mungkin Wuri, aku kan sudah bilang bahwa dia
lewat didepanku. Aku sembunyi dibalik meja satpam, pura-pura
sedang membuka ponsel. Dan nyatanya kan pak Aryo juga bilang
bahwa isterinya belum pulang."
"Berarti semalam isterinya pulang."
"Tapi wajahnya kok segar ya. Bener deh."
"Ya sudah, kamu itu ngurusin rumah tangga orang, hanya
karena ingin memerasnya kan? Hentikan perbuatan kamu itu.
Kamu sudah bersalah karena menggoda suaminya kan?"
"Ah, salah dia juga kenapa mau sama aku."
"Laki-laki terkadang begitu, tapi salah si perempuan kenapa
menggodanya."
"Mengapa hanya perempuan yang disalahkan?"
"Tapi kamu mengaku salah tidak, mengganggu suami orang,
ketika isterinya tak ada pula."
"Tapi itu menyenangkan.." kata Rini seakan tak berdosa.
Tapi Wuri kesal meladeninya. Sungguh ia kurang suka pada
perbuatan temannya. Dia menampung dirumah kost nya karena
kasihan, mengingat dulu teman satu sekolah.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 76


Pdf created by: Goldy Senior

"Wuri, kamu kok terus diam, jangan cemberut dong.."


"Aku sebagai teman hanya mengingatkan kamu, bahwa
perbuatan kamu itu tidak baik. Jangan teruskan kalau kamu tak
ingin celaka."
"Lhah, kok malah menyumpahi aku sih?"
"Bukan menyumpahi, itu benar, siapa menanam maka dia
akan menuai."
Rini terdiam, apakah dia akan memakan nasehat sahabatnya?
Melihat wajahnya yang menjadi muram, tanpa rasa terimakasih
atas ucapan sahabatnya yang menasehatinya, tampaknya susah
membuatnya sadar.
––––––––
Semestinya Ratih mau turun dijalan, tapi karena Angga
masih menahannya, Ratih terpaksa menurut. Untunglah sebelum
berangkat Ratih sudah memasak untuk ayahnya, cukup untuk
sehari, sehingga ia tak perlu menghawatirkannya.
Sesampai dirumah, Angga segera meminta ayahnya
membuka kardus bungkus mobilnya.
"Angga, cuci kaki tangan dulu, lalu ganti bajumu," teriak bu
Nastiti yang keluar dari dalam rumah.
"Ayo, sama ibu..." kata Angga sambil menarik tangan
ibunya.
Ratih menggandeng Angga kebelakang. Bu Nastiti
mendekati Aryo.
"Kasihan nak Ratih disuruh meladeni Angga terus," kata bu
Nastiti.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 77


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya bu, Aryo juga sungkan. Tapi bagaimana caranya


menghentikan keinginan Angga. Kalau begini terus, kasihan bu
Ratih kan bu."
"Menyuruh bu Ratih tinggal disini, lalu kamu memberinya
uang tip, bagaimana Yo?"
"Aryo mau saja, tapi apakah dia mau? Didekat Aryo
tampaknya dia seperti kikuk, atau gimana, gitu."
"Iya Yo, bisa dimengerti. Kamu kan pria beristeri, sedangkan
dia gadis lajang. Dia perempuan baik, mengerti akan jarak yang
harus dipegangnya. "
"Itulah bu. Tadi saja waktu makan, kepalanya tertunduk
terus, nggak berani menatap Aryo."
"Jangan-jangan kamu yang menatapnya terus, sampai dia
malu."
"Ah ibu ada-ada saja. Tapi dicoba saja bu, barangkali dia
mau tinggal disini, dia kan bisa tidur bersama ibu."
"Tapi dia kan punya orang tua Yo, mana mungkin
meninggalkannya."
"Kalau begitu ya biar seperti ini saja, dia pagi mengajar,
disini sampai sore, yang penting Angga bisa merasa dekat dengan
ibunya. Nanti Aryo akan memberi dia tip."
"Belum tentu dia mau."
"Cari cara supaya bisa diterima."
"Bapaaak, ayo main mobil-mobilaan !!" tiba-tiba Angga
berlari dari dalam rumah.
"Nggak usah lari-lari, nanti jatuh Angga."
"Ayo ibu,,,"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 78


Pdf created by: Goldy Senior

"Sini, bapak saja yang ngajarin. Ibu biar istirahat sama


eyang."
Angga menurut, ia senang ayahnya mengajarinya, bagaimana
kalau mau jalan, bagaimana belok dan bagaimana kalau mau
berhenti. Angga tampak gembira, ayahnya mengikutinya dari
belakang.
"Nak Ratih, pasti capek meladeni Angga yang kemauannya
terkadang aneh-aneh," kata bu Nastiti sambil duduk disamping
Ratih diteras rumah.
"Nggak bu, saya senang kok. Angga sangat lucu dan
menggemaskan. Saya sudah jatuh hati sama dia," kata Ratih
sambil tersenyum, tulus. Bu Nastiti memegang tangan Ratih
dengan hangat.
"Terimakasih ya nak Ratih, membuat Angga seperti
menemukan ibunya kembali."
"Sama-sama bu, jangan sungkan, saya suka melakukannya."
"Tadi terbersit keinginan saya untuk mengajak nak Ratih
tinggal saja disini. Tapi kan nak Ratih juga harus melayani ayah
kan?"
"Iya bu, saya tidak bisa meninggalkan bapak yang sudah tua.
Tapi saya sudah bilang sama bapak, kalau terkadang saya harus
pulang sore kalau Angga rewel."
"Bapak tidak marah kalau nak Ratih pulang sore?"
"Tidak bu, bapak senang kalau saya bisa menolong orang
lain."
"Syukurlah nak. Mudah-mudahan Arum segera kembali,
sehingga tidak merepotkan nak Ratih lagi."
"Saya ikut mendo'akan bu, kasihan Angga."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 79


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibuuu... ayo sini.. " tiba-tiba Angga berteriak.


Ratih turun ke halaman. Dilihatnya Angga sudah bisa
menjalankan sendiri mobil barunya. Aryo berdiri dibawah pohon
sambil memandangi anaknya yang tampak gembira.
"Seandainya ibunya ada, maka pasti akan sempurnalah
kebahagiaan ini," bisiknya lirih.
"Angga, tadi kan sudah janji, main mobilnya sebentar saja,
karena sa'atnya Angga tidur siang. Ya kan?"
"Nanti boleh main lagi kan?"
"Iya, sekarang bobuk dulu yuk."
Angga turun dari mobil. Aryo menghampiri, membawa
mobil itu kerumah.
Ratih menggandeng tangan Angga, diajaknya tidur.
"Ya Tuhan, dia benar-benar seperti Arum. Terkadang aku
merasa aneh, terkadang aku memandangnya seperti memandangi
isteriku. Bagaimana kalau lama kelamaan aku jatuh hati pada
Ratih?
––––––––

8
Aryo masih termenung diteras, ketika Ratih keluar diikuti bu
Nastiti.
"Pak Aryo, saya mau pulang dulu, Angga sudah tidur," kata
Ratih

Setangkai Mawar Untuk Ibu 80


Pdf created by: Goldy Senior

"Eit, tunggu, biar aku antar," kata Aryo sambil berdiri dan
tanpa menunggu jawaban Ratih langsung mengambil kunci
mobilnya.
"Tapi...."
"Nggak apa-apa nak Ratih, biar saja. Aryo merasa nggak
enak karena selalu merepotkan nak Ratih, jadi biar dia melakukan
sesuatu untuk nak Ratih. Tidak seberapa, tapi dia kan tidak
kecewa."
Ratih terpaksa menerimanya.
"Ayu bu Ratih, biar saya antar."
Ratih mencium tangan bu Nastiti, kemudian berjalan
mengikuti Aryo ke mobilnya. Aryo membukakan pintu,
kemudian mempersilahkan Ratih naik.
Merinding Ratih ketika akan menutupkan pintu, tangannya
bersentuhan dengan tangan yang sedikit berbulu. Hiih.. kenapa
juga aku ini, batin Ratih yang kemudian menata duduknya. Ia
terkejut ketika Aryo membuka lagi pintu mobilnya.

"Ma'af, gaunnya kejepit pintu," kata Aryo sambil menunjuk


kearah gaunnya yang sebagian masih keluar.
"Eh, iya, ma'af.." kata Ratih sambil menarik gaunnya
kedalam.
Lalu Aryo menutupkan lagi pintu itu dan duduk dibelakang
kemudi.
Bu Nastiti melambaikan tangannya kearah Ratih, ketika
mobil itu berlalu. Lalu masuk kedalam, menjenguk kearah kamar
Angga. Dilihatnya Angga masih pulas, Tidur sambil memeluk

Setangkai Mawar Untuk Ibu 81


Pdf created by: Goldy Senior

gulingnya. Bu Nastiti mengusap setitik air matanya ketika


menatap cucunya.
"Semoga ibumu segera kembali ..." lalu setitik lagi air
matanya menetes dan segera dihapusnya.
––––––––
Aryo berhenti disebuah gang ketika Ratih memintanya.
"Yang mana rumahnya?"
"Masuk kesitu pak, sudah, disini saja."
"Lhoh, kok disini, nggak boleh begitu, masa mengantar kok
menurunkannya dijalan."
"Nggak apa-apa pak, terimakasih banyak," kata Ratih sambil
membuka pintu mobil dan keluar, dan berjalan memasuki gang.
Aryo mengikutinya turun, lalu berjalan dibelakang Ratih.
Ratih menoleh dan terkejut melihat Aryo mengikutinya.
"Aduh pak Aryo, sudah sampai disini saja."
"Nggak bisa bu Ratih, nanti kalau ternyata bu Ratih nggak
pulang kan saya yang dimarahin ayahnya," kata Aryo bercanda.
"Rumah saya jelek," katanya setelah berjalan berdampingan.
"Itu tidak penting, yang penting orangnya cantik," meluncur
begitu saja kata-kata Aryo, membuat Ratih deg-degan. Pujian itu
cukup membuat hatinya berbunga.
Ratih tak menjawab, menyimpan kebahagiaan itu dibalik
senyum tipis yang disunggingkannya.
Disebuah halaman yang tak begitu luas, Ratih berhenti.
"Ini rumah saya, terimakasih banyak."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 82


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya harus ketemu bapak."


"Tapi..."
"Saya harus menyerahkan puterinya dalam keadaan utuh
kepada bapak."
Ratih tersenyum. Rupanya Aryo suka bercanda. Ia
melangkah menuju rumah, Aryo mengikutinya.
Rumah sederhana yang tertata rapi itu tampak sedap
dipandang. Ada pot-pot kecil tanaman hias berjajar disepanjang
pagar teras yang tak begitu tinggi. Ada bunga-bunga mawar yang
beberapa sedang mekar.
"Mengapa kesukaan akan bunga diantara mereka sama?
Ratih dan Arum.. bagaimana Tuhan menciptakan kesamaan yang
sangat mirip, baik wajah maupun perilakunya? Apakah Tuhan
mengirimkan Ratih sebagai pengganti Arum? Tidaaak.. Aryo
menampik perasaannya sendiri.
"Sudah pulang Tih?" suara berat seorang lelaki tua terdengar
dan Aryo menoleh kearah rumah.
Dilihatnya Ratih sedang mencium tangan laki-laki itu. Laki-
laki yang tampak masih tegap dan berpenampilan rapi dengan
sarung batik melingkar ditubuhnya.

Aryo mendekat dan menyalami lalu mencium tangannya.


"Ini siapa?" tanya pak Pardi, ayah Ratih.
"Bapak, ini pak Aryo, ayahnya Angga, kata Ratih
memperkenalkanAryo.
"Ya bapak, saya Aryo.Mohon ma'af kalau selalu merepotkan
bu Ratih."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 83


Pdf created by: Goldy Senior

"O, tidak apa-apa nak, Ratih bilang bahwa dia senang


melakukannya. Mari silahkan masuk."
"Ma'af pak, lain kali saya akan berkunjung lebih lama. Ma'af,
saya belum mandi juga," kata Aryo tersipu.
"Baiklah, lain kali bapak tunggu nak Aryo main kemari. Tapi
ya seperti inilah gubugnya Ratih, tidak seperti rumah nak Aryo
yang pastinya sangat bagus dan mewah."
"Oh, tidak kok pak, bagi saya yang penting bukan rumahnya,
tapi penghuninya. Sekarang saya mohon pamit, senang bisa
berkenalan dengan bapak."
"Terimakasih telah mengantarkan Ratih nak."
"Sama-sama pak, dan saya sekalian mohon ijin untuk bu
Ratih, barangkali Angga banyak merepotkan bu Ratih, sehingga
harus pulang sampai sore."
"Tidak apa-apa nak, silahkan saja, kasihan anak sekecil itu
kehilangan ibunya. Mudah-mudahan isteri nak Aryo segera
pulang."
"Terimakasih banyak bapak." kata Aryo sambil mencium
tangan pak Pardi.
"Bu Ratih, saya pulang dulu," kata Aryo sambil menatap
Ratih, tatapan yang membuatnya gugup.
"Ter..terimakasih, pak Aryo.
––––––––
Bu Nastiti sedang membuat teh panas untuk dirinya sendiri
dan Aryo, ketika tiba-tiba didengarnya Angga menangis.
Bu Nastiti setengah berlari menuju kekamar Aryo.. Dalam
setiap langkahnya, bu Nastiti berfikir, jawaban apa yang akan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 84


Pdf created by: Goldy Senior

diberikannya apabila Angga menanyakan dimana


ibunya.Dilihatnya Angga sudah duduk sambil menangis,
"Mana ibu? Mana ibu...?"
Tuh kan.
"O, cucu eyang yang ganteng, ibu tadi tidur bersama Angga,
tapi tiba-tiba .. tiba-tiba.. ibu ingat kalau ada yang terlupa. Kunci
sekolah terbawa, jadi.. besok kalau yang tukang bersih-bersih
ruang sekolah mau bekerja, bingung deh. Karenanya... ibu
sekarang mengantarkan kunci itu."
"Nanti ibu kemari ?"
"Mm.. kalau nanti bisa ketemu tukang bersih-bersih..
pastinya kemari. Kalau tidak ya harus menunggu. Ayuk, sekarang
Angga mandi dulu."
"Sama ibu..."
"Lho, kalau ibu sampai malam perginya.. ?"
"Angga mau sama ibu.."
"Angga... kan Angga anak pintar. Bukankah kalau anak
pintar itu harus menurut apa kata orang tua? Ayo mandi sama
eyang, nanti eyang buatkan susu. Ya."
Angga diam, tapi tak beranjak dari tempatnya duduk.
Wajahnya muram. Bibir tipisnya cemberut.
"Angga, nanti setelah minum susu, naik mobil lagi. Angga
lupa ya kalau punya mobil baru ?"
Mendengar itu Angga bangkit dan turun dari atas
pembaringan.
"Angga mau pipis dulu," katanya masih dengan wajah
muram.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 85


Pdf created by: Goldy Senior

"Baiklah, pipis, sekalian mandi ya. Angga nanti boleh pilih


sendiri baju yang Angga suka."
Ingatan akan mobil itu sedikit meredakan rasa kecewa Angga
karena Ratih tak ada disisinya.
"Eyang jangan sampai menyiram lutut Angga ini, masih
sakit."
"Baiklah tuan muda, eyang akan hati-hati," kata bu Nastiti
sambil menggandeng Angga kekamar mandi.
Selesai mandi dan ganti baju, Angga berlari kedepan
mendekati mobilnya.
Bu Nastiti membawakan segelas susu.Sejak tidak lagi minum
ASI, Angga dibiasakan minum susu dari gelas. Ia tidak suka
minum pakai botol, Karenanya gigi Angga tampak rapi dan tidak
menonjol seperti anak kecil yang gemar minum dari botol.
"Diminum dulu susunya."
"Eyang tanya dulu sama ibu, ngasih kuncinya lama tidak."
Bu Nastiti bingung. Tapi ia kemudian mengambil ponselnya,
lalu menelpon Ratih, barangkali Ratih bisa menenangkan Angga.
"Hallo bu," sapa Ratih dari seberang.
"Nak Ratih, Angga rewel. Ibu bingung harus menjawab apa
ketika dia menenyakan nak Ratih. Tadi ibu jawab sekenanya. Ibu
bilang nak Ratih sedang mengantarkan kunci sekolah yang
terbawa pulang. Tapi dia tampaknya terus berharap nak Ratih
datang. Apa sebaiknya yang ibu katakan?"
"Biarkan saya bicara sama Angga bu."
Bu Nastiti menyerahkan ponselnya kepada Angga.
"Angga, ini ibu mau bicara.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 86


Pdf created by: Goldy Senior

Angga menerimanya dengan wajah berseri.


"Hallo ibu.."
"Hallo Angga, sudah mandikah anak ibu yang ganteng?"
"Sudah, ini baru mau minum susu."
"Bagus, habiskan dulu susunya sayang."
"Ibu sudah ketemu tukang bersih-bersih sekolah?"
"Oh, belum nak, dengar, Angga tidak usah menunggu ibu,
karena ibu harus menyiapkan apa-apa yang besok bisa kita buat
untuk bermain."
"Ibu tidak pulang?"
"Angga, besok pagi-pagi sekali ibu akan datang kemari, lalu
kita berangkat bersama-sama kesekolah. Bagaimana?"
"Ibu kerumah besok pagi? Angga nggak mau mandi, besok
nungguin ibu saja mandinya."
"Oh, baguslah, ibu akan datang pagi-pagi. Sekarang minum
susunya, dan jangan rewel ya."
Angga mengangguk. Bu Nastiti tersenyum sambil menerima
kembali ponselnya. Angga meneguk susunya sampai habis.
Bu Nastiti menghela nafas lega. Bersyukur karena Ratih
ternyata bisa menjadi pengganti Arum.
––––––––
Setelah mengantarkan Ratih, Aryo tidak segera pulang
kerumah. Ia berputar-putar disekitar kota, barangkali dia bisa
melihat Arum. Ia teringat kata Rini, dia bilang melihat Arum.
Walau ragu akan kebenarannya, tapi Aryo akan mencoba
mencarinya dikota ini. Tapi kalau benar, mengapa Arum tidak

Setangkai Mawar Untuk Ibu 87


Pdf created by: Goldy Senior

mau segera pulang? Kalau dia begitu marah pada suaminya, apa
tidak rindu pada anak semata wayangnya?"
"Arum, ingat anakmu Arum..."
Tiba-tiba dia teringat lagi apa yang dikatakan Rini.Katanya
ia melihat Arum dirumah sakit pusat. Bisakah menanyakan ke
rumah sakit tentang seseorang yang pernah berobat? Dibagian
apa? Penyakit dalam, umum, atau apa. Bisakah menanyakannya?
Aryo memacu mobilnya kearah rumah sakit. Barangkali ada
yang bisa memberitahu tentang isterinya yang pernah berobat.
Kalau apa yang dikatakan Rini benar. Tapi kalau hanya meng
ada-ada?
Apapun yang terjadi Aryo harus menanyakannya.
"Bisa nggak ya?" gumamnya ketika sudah memasuki
halaman rumah sakit.
Dengan perasaan ragu dia berjalan menuju kedalam. Aryo
tidak tau kemana sebaiknya bertanya. Tapi melihat loket
pendaftaran, dia menuju kesana.
"Selamat sore," sapanya.
"Selamat sore bapak, ada yang bisa saya bantu?"
"Bisakah saya menanyakan mmm.. seseorang yang pernah
berobat kemari?"
"Maksud bapak?"
"Saya sedang mencari..mm.. salah seorang saudara saya,
apakah benar dia berobat kemari pada kira-kira tiga atau empat
hari yang lalu."
Penjaga itu saling pandang dengan teman kerjanya.
"Susah ya ? Namanya Arum. Arumsari," lanjut Aryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 88


Pdf created by: Goldy Senior

"Tapi... iya pak, memang susah. Coba bapak tanya ke bagian


rekam medis, barangkali bisa membantu bapak."
"Bagian rekam medis? Dimana itu mbak?"
"Kalau sore begini tutup pak, coba besok pagi."
"Oh, gitu ya."
Aryo tampak termenung. Ada harapan untuk bertanya,
artinya tidak tertutup kemungkinan dia bisa menemukan
keterangan disini,sekali lagi kalau apa yang dikatakan Rini itu
benar.
"Ya sudah mbak, terimakasih banyak, selamat sore."
"Selamat sore bapak."
Aryo melangkah keluar.
"Semoga besok ada keterangan yang jelas tentang Arum.
Kata Rini wajahnya pucat, apa dia sakit? Ya Tuhan, ijinkan
hamba bisa menemukan dia," bisiknya perlahan sambil masuk
kedalam mobil.
––––––––
Udara mulai remang, Aryo teringat akan anaknya. Apakah
Angga rewel ketika tidak menemukan Ratih disampingnya?
Begitu risaunya hati Arya memikirkan anak semata wayangnya.
"Arum, apa kamu tega melihat anakmu seperti ini? Dia masih
membutuhkan kamu Arum," bisiknya sepanjang menjalankan
mobilnya.
Karena khawatir akan anaknya, Aryo menelpon ibunya.
"Ya Aryo, kamu dimana, lama sekali?"tegur bu Nastiti.
"Aryo masih dijalan. Apa Angga rewel?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 89


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya, tadi rewel, tapi kemudian aku minta nak Ratih bicara
sama dia, sekarang sudah tenang. Lagi main mobil-mobilan."
"Ah ya, syukurlah, Aryo segera pulang bu, cuma muter-
muter saja."
Aryo menghela nafas lega. Berkali-kali Ratih bisa
menenangkan anaknya. Bisa menghiburnya, menyenangkannya,
menjadi ibunya. Ya Tuhan, menjadi ibunya? Hati Aryo berdebar
kencang. Kalau Ratih menjadi ibunya... tidak... jauhkanlah
pikiranku dari dia.. pikir Aryo.
Aryo menjalankan mobilnya sangat pelan, karena pikirannya
benar-benar kacau. Tapi ada sebersit harapan, rumah sakit itu.
Besok dia harus kesana, barangkali nama Arum ditemukan disana
sehingga dia bisa melacak keberaadannya.
Tiba-tiba Aryo merasa kepalanya berdenyut-denyut.
"Aduh, kenapa pula kepalaku ini," keluhnya.
Aryo ingin segera sampai dirumah, tapi dia ingat, obat sakit
kepala dirumah sepertinya habis. Dia harus membelinya. Lalu
dicarinya apotik.
Aryo hampir saja memarkir mobilnya ditepi, ketika dua
orang wanita melintas dihadapannya. Aryo menginjak rem
dengan kaget. Dilihatnya salah seorang wanita itu terjatuh.
Aro membuka mobilnya, tapi wanita yang satunya sudah
menolong yang tadi terjatuh, kemudian berjalan kearah depan.
Aryo ingin mengikutinya untuk meminta ma'af, tapi keduanya
keburu masuk kedalam mobil. Aryo menutup mobilnya, lalu
berjalan kearah apotik.
Salah satu perempuan tadi, melihat kebelakang, kearah mobil
Aryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 90


Pdf created by: Goldy Senior

"Ada apa?" tanya yang lebih tua.


"Saya seperti mengenali mobil itu."
" Oh, kalau pengemudinya, kenal tidak?"
"Entahlah, wajahnya nggak jelas."
Kemudian mobil itu berlalu. Kalau saja Aryo tau siapa
perempuan yang nyaris ditabraknya.
––––––––

9
Ketika keluar dari apotik itu, tiba-tiba ada rasa menyesal
dihati Aryo. Ia sudah membuat seseorang jatuh, tapim tidak
sempat meminta ma'af.
"Bodohnya aku. Seharusnya tadi aku bisa mengejarnya, kan
mobilnya ada didepanku dan hanya selisih satu mobil. Kasihan,
karena kepala pusing jadi kehilangan akal sehatku."
Aryo mengendarai mobilnya, dan berlalu, sambil berharap,
mudah-mudahan bisa bertemu lagi suatu sa'at. Tapi bertemu yang
bagaimana? Kan wajahnya saja ia tak melihatnya? Hari mulai
gelap dan mereka seperti tergesa gesa pergi.
Dan entah mengapa, Aryo terganggu dengan kejadian itu,
dan terus menyesalinya.
Ia sampai dirumah, ketika Angga sedang bermain dengan
mobilnya. Hanya maju mundur didalam rumah, karena neneknya
melarang bermain di halaman ketika hari mulai senja.
"Angga... waduh.. main terus ya.. nggak capek?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 91


Pdf created by: Goldy Senior

"Bapak, Angga sudah busa sendiri... lihat nih.." lalu Angga


memamerkan bagaimana ia menjalankan mobilnya, maju,
mundur atau berputar-putar. mengelilingi tatanan kursi diruang
tengah.
"Anak bapak kok pinter sih? Ayo sekarang turun, sudah lama
kan naik mobilnya?"

Aryo mengangkat tubuh anaknya lalu didekapnya didadanya.


"Sudah makan belum?"
"Belum, nanti bareng sama bapak. Iih.. bapak kok bau sih.."
kata Angga sambil mengernyitkan hidungnya.
Aryo terbahak.
"Bau wangi kan?"
"Bau asem. Bapak belum mandi ya?"
"Iya, sekarang bapak mau mandi dulu. Mana eyang?"
Aryo menurunkan Angga lalu herjalan kebelakang.
"Ibu masak apa?"
"Ini, cuma asem-asem, sama ayam panggang tadi siang.
Mandi sana, trus makan sama-sama," kata bu Nastiti.
Aryo membalikkan tubuhnya lalu masuk kekamar, bersiap
mandi.
––––––––
"Kemana saja kamu tadi Yo, lama banget perginya," tanya bu
Nastiti ketika mereka sedang duduk berdua, sementara Angga
sudah tertidur.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 92


Pdf created by: Goldy Senior

"Aryo tiba-tiba teringat ketika Rini bilang, bahwa dia melihat


Arum keluar dari rumah sakit. Mungkin dia bohong, tapi
mungkin juga benar. Aryo ingin membuktikannya."
"Kamu datangi rumah sakit itu?"
"Ya, tapi belum mendapat keterangan jelas. "
"Mereka bisa membantu?"
"Entahlah, tapi mereka menyuruh Aryo kembali besok pagi."
"Jadi bisa ?"
"Belum tau bu, ada bagian tertentu untuk Aryo bertanya
tentang pasien yang pernah berobat kesana."
"Harus jelas datanya kan, nama lengkap, alamat, umur.."
"Bukankah alamatnya disini bu?"
"Ya, kalau dia memakai alamat disini, bagaimana kalau
alamat ditempatnya yang baru?"
Aryo memegang kepalamnya. Rasa pusing yang tadi
dirasakannya belum hilang benar, walau dia sudah meminum
obatnya.

"Tapi ya tidak ada salahnya berusaha Yo, mudah-mudahan


kamu bisa mendapat keterangan tentang isterimu.
Tiba-tiba terdengar dering telephone. Nomor tidak dikenal.
Aryo enggam mengangkatnya, paling-paling Rini. Tapi telephone
itu terus saja berdering.
"Ibu, tolong ibu angkat, kalau dari Rini, bilang saja Aryo
nggak ada," kata Aryo sambil memberikan ponselnya pada
ibunya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 93


Pdf created by: Goldy Senior

"Hallo," sapa bu Nastiti.


"Hallo selamat malam, ini bu Nastiti ya?"
"Iya benar, ini siapa ya, kok pangling suaranya."
"Lho, masa pangling sama suara besannya."
"Oh, ya ampuun, jeng Martono? Suaranya lain."
"Masa bu, saya saja tidak pangling suara ibu."
"Terimakasih jeng, bagaimana, ada berita apa? Oh ya, mau
bicara sama Aryo?"
"Iya bu, mau menanyakan tentang Arum. Sedih saya.. sudah
dua bulanan lebih kok belum ada kabar beritanya."
"Iya jeng, setiap hari Aryo juga mencarinya. Ini Yo, mertua
kamu," kata bu Nastiti sambil memberikan ponselnya pada Aryo.
"Hallo bu, ini Aryo."
"Bagaimana nak... Arum kok belum ada beritanya?"
"Saya sudah berusaha terus mencarinya bu, tapi belum ada
hasilnya."
"Apa Angga tidak rewel?"
"Rewel terus bu, itu sebabnya Aryo minta ibu agar tinggal
dirumah."
"Kemana anak itu... ibu juga sudah minta tolong ke 'orang
pintar', katanya Arum masih ada dikota ini."
"Aryo akan teruys berusaha bu."
"Terakhir kali dia menelpon ibu, ketika hujan-hujan malam
hari. Dia bilang mau kerumah, apa ibu sudah tidur, ibu jawab
belum, ada apa malam-malam kerumah ibu, dia bilang cuma
kangen sama ibu. Tapi malam itu dia tak pernah datang. Ibu

Setangkai Mawar Untuk Ibu 94


Pdf created by: Goldy Senior

menunggu sampai pagi, malah nak Aryo juga menelpon ibu,


mencari Arum."
"Iya bu.. Aryo ingat."
"Sekali-sekali ajaklah Angga kerumah ibu , ibu kangen.",
"Baiklah bu, ma'af, karena bingung Aryo sampai nggak
kepikiran untuk mengajak Angga kerumah ibu. Besok hari
Minggu saya kemari bu, pati Angga senang."

Aryo termenung setelah menerima telephone dari mertuanya.


Pastilah, orang tua mana yang tidak sedih kalau anaknya pergi
tanpa berita.
––––––––
Ketika itu...
Arum keluar rumah dengan hati yang terluka. Hujan memang
tak lagi selebat tadi. Arum terus melangkah, mengikuti kemana
kakinya menginginkannya. Namun gerimis itu hanya sesa'at,
hujan deras kembali mengguyur. Arum tetap melangkah, tak
perduli badannya basah kuyup, tak perduli tubuhnya menggigil
kedinginan. Air mata terus mengucur, berpacu dengan derasnya
hujan.
Ia sudah tau, Rini sering menggoda suaminya. Berlagak tak
melihat, lalu menabraknya, berlagak menyerahkan Angga
digendongannya kepada ayahnya, tapi diam-diam dia melirik
kearahnya. Tapin Arum tak mengira iman suaminya setipis itu. Ia
yang semula percaya, kemudian terluka oleh pemandangan yang
tak pernah dibayangkannya. Antara suaminya sendiri, dan
perempuan pengasuh anaknya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 95


Pdf created by: Goldy Senior

Hati Arum berdarah-darah. Rasa sakit dan kecewa


memenuhi dadanya..
Hujan masih deras mengalir, tak seorangpun berjalan
dibawah hujan sederas itu, walau dengan payung sekalipun. Tapi
Arum, membiarkan tubuhnya basah terguyur hujan, lalu
langkahnya semakin lemah, lalu jatuh.. lalu tak ingat apa-apa
lagi.
Seorang perempuan setengah tua, membawa payung,
berteduh dipinggir jalan, dibawah atap sebuah toko yang agak
menonjol keluar. Ibu itu melihat Arum terjatuh, lalu
menghampiri. Tubuhnya ikut terguyur hujan. Ia bersusah payah
menarik tubuh Arum ketepi. Sepi sekelilingnya. Toko disebelah
dimana dia tadi berbelanja, dilihatnya sudah tutup. Ibu itu
menidurkan tubuh Arum yang dingin dilantai begitu saja. Tak ada
apapun yang bisa dipergunakan sebagai alas..
"Tolooong...," ibu itu berteriak. Tapi suaranya lenyap tertelan
hujan dan guntur yang menggelegar bertalu-talu.
"Aduh, bagaimana ini," si ibu kebingungan, lalu teringat
bahwa tadi disuruh majikannya membeli minyak kayu putih
diwarung itu. Ia mengambilnya di tas belanjaan dan membuka
tutupnya, ke menciumkannya dihidung Arum. Ia juga
mdenggosokkannya keseluruh tubuh nya. Arum tak bergerak.
"Tolooong," ia berteriak sekali lagi.
Tiba-tiba ponsel yang dibawanya berbunyi. Ibu itu adalah yu
Siti, pembantu sebuah rumah tangga yang sedang disuruh
membeli sesuatu oleh majikannya. Tadi hujan gerimis, sehingga
yu Siti membawa payung. Majikannya menyuruh dia membawa
[ponsel, barangkali nanti yang dipesannya ada yang kurang.
"Hallo,"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 96


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu dimana yu?"


"Masih berteduh bu, hujan deras sekali, tapi belanjaan ibu
sudah lengkap. Ini.. ada orang pingsan didekat saya bu.."
"Orang pingsan?"
"Seorang perempuan, saya sudah menggosoknya dengan
minyak kayu putih yang tadi ibu suruh beli, belum sadar juga."
"Kamu dimana?"
"Saya di sebelah toko Sanjoyo bu. Toko itu malah sudah
tutup.
"Tunggu disitu, biar Pono menjemput kamu, dan bawa orang
pingsan itu kerumah."
"Baiklah."
Yu Siti sedikit lega, rumah majikannya tak begitu jauh. Ia
terus menggosok tubuh Arum, Dadanya, punggungnya, telapak
tangannya. Biar saja dia membuka-buka pakaiannya, kan nggak
ada siapa-siapa disitu.
Tak lama kemudian mobil majikannya datang. Yu Siti
melambaikan tangannya. Pono mendekatkan mobilnya, lalu
turun.

"Tolong No, angkat ke mobil, biar aku bawa payungnya.."


Arum tergolek lemah dimobil itu, tapi tangannya sudah
bergerak-gerak. Yu Siti merasa lega. Ia terus menggosok gosok
telapak tangan Arum.
"Uuh..." terdengar Arum mengeluh.
"Syukurlah kamu sudah sadar nak."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 97


Pdf created by: Goldy Senior

Begitu sampai disebuah rumah, hujan sudah mulai reda.


Pono menggendong Arum dan yu Siti memayunginya dari
belakang.
Bu Suryo, pemilik rumah yang menunggu didepan, segera
menyuruh yu Siti membawa kekamar kosong disebelah kamarnya
sendiri.
"Badannya basah kuyup bu," kata yu Siti.
Arum membuka matanya.
"Ambilkan bajuku dan gantikan baju basahnya. Itu bajunya
basah kuyup."
"Baik bu."
Ketika yu Siti sibuk menggantikan baju Arum, bu Suryo
kebelakang mengambilkan teh panas, lalu diberikannya pada yu
Siti.
Arum sudah berganti pakaian bersih dan kering, tapi
tubuhnya masih lemas. Yu Siti menyendokkan teh hangat
sesendok demi sesendok ke mulutnya.
"No, masukkan mobil ke garasi, dan kamu boleh pulang.
Hujan sepertinya sudah berhenti. Nanti kalau ada apa-apa aku
telephone kamu," pesan bu Suryo kepada sopirnya.
"Baik bu."
Pono berlalu, lalu bu Suryo masuk kembali kekamar dimana
Arum masih tergolek lemah.
"Bagaimana rasanya?"
"Saya.. dimana?" bisik Arum lemah.
"Kamu dirumahku. Tadi yu Siti pembantuku menemukan
kamu pingsan dijalan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 98


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh..."
"Yu Siti, aambilkan makanan dengan sup panas."
Yu Siti bergegas kebelakang untuk memenuhi perintah
majikannya. Bu Surya seorang janda yang baik hati dan suka
menolong. Ia juga memperlakukan yu Siti seperti keluarganya
sendiri. Sifat suka menolongnya itu tergugah ketika yu Siti
mengatakan bahwa ada orang pingsan dijalan.
"Kalau tadi kamu belum sadar juga, aku pasti membawamu
kerumah sakit," kata bu Suryo sambil duduk disebuah bangku
yang ada didekat pembaringan.
Arum menatap perempuan setengah tua itu. Walau wajahnya
tidak cantik, tapi sorot matanya yang tajam menunjukkan bahwa
dia seorang yang ramah. Mata itu begitu teduh.
"Pusing ?"
Arum mengangguk.
"Nanti setelah yu Siti memberi kamu makan, kamu harus
minum obat. Dan kalau kamu masih merasa kurang baik juga,
besok aku akan membawamu ke rumah sakit."
Arum terdiam.
"Namamu siapa?"
"Arum, jawabnya lirih.
Bagaimana kamu bisa pingsan ditepi jalan? Kamu tidak
membawa apa-apa. Dompet, tas.. atau apa..?"
Arum meraba-raba seperti mencari sesuatu didekatnya.

"Kamu tidak membawa apa-apa, mungkin terjatuh ketika


kamu pingsan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 99


Pdf created by: Goldy Senior

Yu Siti membawa mangkok berisi nasi yang sudah diguyur


kuah sup panas.
"Makanlah dulu, aku akan mengambilkan obatnya. Nanti
kalau kamu sudah tenang, atau besok, kamu boleh menceritakan
apa yang terjadi sama kamu."
Arum mengangguk.
"Rumahmu dimana.. jauhkah ?"
Arum menggeleng. Ia berada dimana saja tidak tau,
bagaimana bisa mengatakan rumahnya jauh atau dekat.
Bu Suryo keluar dari kamar.
"Ini nak, makanlah dulu." kata yu Siti.
"Biar saya makan sendiri," kata Arum sambil bangkit. Tapi
kepalanya terasa berdenyut.
"Sudahlah nak, kamu masih lemas, biar yu Siti suapin," kata
yu Siti sambil mendekat.
Sesendok demi sesendok nasi yang disuapkan yu Siti masuk
kemulutnya. Arum merasa lebih nyaman. Ia mengingat ingat
bagaimana bisa sampai dirumah itu. Tapi yang dia ingat hanyalah
hujan deras, rasa sakit diulu hatinya, dan kemudian tubuhnya
merasa lemas, lalu tak ingat apa-apa lagi.
"Ini obatnya, kasihkan dia setelah selesai makan ya yu. Oh
ya, ketika kamu menemukan dia, apa ada tas atau dompet yang
dia bawa?"
"TIdak ada bu, atau mungkin saya tidak memperhatikannya.
Saya hanya melihat dia terjatuh, lalu saya membawanya
kepinggir."
"Kamu membawa uang banyak?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 100


Pdf created by: Goldy Senior

Arum menggelemng. Ia tak pernah membawa banyak uang,


tapi ada KTP kartu ATM dan beberapa surat penting lainnya.
Entahlah tas atau dompet itu terjatuh dimana.
"Sudah bu, saya kenyang," kata Arum ketika yu Siti sudah
menyuapkannya separo.
"Sedikit lagi?"
Arum menggeleng. Lalu simbok memberikan sebutir obaat
untuk sakit kepala dan membantunya bangkit untuk
meminumnya.
"Yu, nanti malam kamu tidur disini saja dulu, aku khawatir
dia belum sehat benar. Beri dia selimut, biar hangat," kata bu
Suryo yang kemudian membalikkan badannya untuk keluar dari
kamar.
"Timakasih banyak," bisik Arum.
Bu Suryo menoleh sejenak, kemudian mengangguk sambil
tersenyum.Senyum itu meneduhkan.
––––––––
Arum bingung ketika pagi hari ia membuka matanya,
menyadari dia tidur disuatu tempat yang asing. Ingatannya masih
belum sempurna. Ia juga tak ingat bahwa semalam dirawat oleh
seorang wanita setengah tua yang baik hati, bersama
pembantunya yang bernama yu Siti.
"Dimana aku ini?" Arum ingin bangkit, tapi kepalanya terasa
berat.
"Sudah bangun nak?" yu Siti masuk sambil membawa
nampan berisi segelas teh hangat.
"Oh.. ibu yang menolong saya bukan?" kata Arum lemah.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 101


Pdf created by: Goldy Senior

"Semalam nak Arum pingsan.. lalu disuruh bu Suryo


membawa kemari."
Arum kemudian teringat. Ketika bajunya diganti dengan baju
kering, diberi teh hangat, makan nasi dengan sup panas dan
minum obat.
"Iya, saya sudah mengingatnya."
"Syukurlah. Sekarang minum tehnya ini, atau saya suapin?"
"Jangan, saya minum sendiri saja."
Susah payah Arum bangkit, dibantu yu Siti, sambil duduk ia
menghirup teh panas beberapa teguk, lalu terbaring kembali.
"Masih pusing?"
Arum mengangguk.
"Sedikit."
"Biar aku gosokkan minyak gosok lagi ketubuh nak Arum,
agar terasa hangat."
Arum menurut. Yu Siti membuka ruisleting bagian belakang
baju Arum, lalu menggosoknya dengan minyak kayu putih. Lalu
dadanya, dan turun ke perutnya.
Tiba-tiba yu Siti tertegun, ketika melihat ada tahi lalat
didekat pusar. Tangannya gemetar tiba-tiba.
––––––––

10
Yu Siti terpaku. Dielusnya tahi lalat itu lembut. Adakah
orang yang memiliki seperti ini sama seperti milik Arum?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 102


Pdf created by: Goldy Senior

Apakah dia darah dagingku? Tapi kan banyak orang memiliki


tahi lalat. Bisa didekat pusar, bisa didada, bisa dimna saja. ? Yu
Siti termenung agak lama.
"Bu Siti, ada apa? Sudah saja menggosoknya, sudah terasa
hangat."
Yu Siti terkejut, ia mengusap setitik air matanya yang tiba-
tiba menetes.
"Bu Siti menangis?"
"Tidak nak.. tidak apa-apa."
"Tapi bu Siti menangis."
Arum merasa bahwa tak mungkin yu Siti menangisi dirinya
yang terkulai lemah dikamar itu.
"Sesungguhnya... sesungguhnya.. yu Siti ini teringat anak yu
Siti.."
"Ooh, dimana putranya bu?"
"Entahlah..." katanya pilu, lalu menutupkan kembali baju
Arum yang tadi dubukanya.
"Kok entahlah, apa maksudnya bu?"
"Hilang entah kemana.."
"Bagaimana bisa hilang?"
"Aku serahkan pada seseorang yang entah siapa, karena aku
tidak mampu merawatnya."
"Ya Tuhan..."
"Kalau dia masih hidup, pasti seumuran sama nak Arum.
Bayiku juga perempuan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 103


Pdf created by: Goldy Senior

Kata-kata yu Siti membuat Arum terharu. Ia teringat pada


Angga anaknya, yang juga terpisah dengan dirinya karena ia
meninggalkannya. Rasa rindu segera menyergap hatinya. Tak
terasa air matanyapun menitik. Pagi ini pasti Angga mencari
ibunya. Atau tidak, karena ada Rini disana? Ingatan akan Rini
membuat darahnya mendidih.

"Bayiku juga cantik, kulitnya bersih, hidungnya mancung,


matanya bundar bulu matanya lentik," lanjut yu Siti sambil
terisak.
Arum sejenak melupakan kesedihannya. Dielusnya tangan yu
Siti
"Bu Siti .. sudah jangan sedih, saya do'akan pada suatu hari
nanti bu Siti bisa bertemu dengan puteri bu Siti."
"Terimakasih nak," katanya sambil mengusap air matanya,
kemudian keluar dari kamar."
Alangkah pedih memikirkan kehilangan anak, jauh, entah
dimana, seperti dirinya yang merindukan Angga, yang mungkin
berada dalam asuhan perempuan busuk yang telah merusak
rumah tangganya. Arum menekan rasa rindu itu jauh didasar
hatinya.
"Angga, jangan mencari ibumu lagi. Sakit hati ibu kalau
harus pulang kembali.." bisiknya [erih.
––––––––
Ketika bu Suryo memasuki kamar Arum, dilihatnya Arum
sedang makan bubur buatan yu Siti. Bubur sumsum dengan kuah
gula jawa beraroma pandan serta kayu manis yang wangi, dan
tampaknya Arum menikmatinya. Bu Suryo tersenyum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 104


Pdf created by: Goldy Senior

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya. Arum meletakkan


mangkok yang isinya hampir habis.
"Lebih enak bu, cuma masih sedikit pusing."
"Minum obat pusingnya lagi, tapi kalau sehari ini tidak reda
juga, aku antar kamu kerumah sakit."
"Saya sudah sangat merepotkan keluarga ini,"kata Arum
sendu.
"Tidak, mengapa kamu berkata begitu ?"
"Saya bukan siapa-siapa, tapi ibu dan bu Siti memperlakukan
saya dengan sangat baik dan penuh perhatian."
"Bukankah menjadi kewajiban setiap orang untuk menolong
sesamanya? Aku melihat kamu butuh pertolongan, lalu aku
melakukannya. Aku suka melakukannya."
Arum mengangguk.
"Sekarang maukah kamu menceritakan semua yang terjadi?
Kamu entah bagaimana, pergi dari rumah tanpa membawa
selembar pakaianpun, dan tas atau dompet kamu tercecer entah
dimana. Apa yang terjadi?"
Arum menundukkan kepala, berusaha keras agar air matanya
tak jatuh menitik.
"Tapi kalau kamu belum siap mengatakannya, aku tidak akan
memaksa. Beristirahatlah dulu."
Tak urung berderailah air mata Arum mendapat perhatian
yang begitu tulus dari orang yang belum pernah dikenal
sebelumnya.
"Sudah, jangan menangis lagi, aku tidak memaksa kok."
"Mengapa... ibu sangat baik kepada saya?" tanyanya terbata.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 105


Pdf created by: Goldy Senior

"Arum, ibu ini hidup sendiri, tak mimiliki seorang


anakpun.Suamiku meninggal sudah sepuluh tahun yang lalu.
Dulu ketika yu Siti datang kemari untuk mencari pekerjaan, aku
menyesalinya karena dia telah memberikan anak yang belum
lama dilahirkannya, kepada orang lain. Kalau saja anak itu
dibawa kemari, pasti aku akan bahagia sekali."
"Kasihan..." hanya itu yang bisa diucapkannya.
"Baiklah, istirahatlah dulu, yu Siti akan membawakan
obatmu kemari."
Arum mengangguk. Tiba-tiba kepalanya terasa berat sekali.
Ia sungkan kalau tiduran terus, tapi ia harus membaringkan
tubuhnya.
Pelan dibaringkannya tubuhnya.
Tak lama kemudian bu Suryo kembali masuk dengan
membawa setumpuk pakaian.
"Nak, ini baju-bajuku, baru sekali dua kali aku pakai, tapi
sudah tidak muat lagi. Kalau mau, pakailah, tubuhmu kan
ramping, mungkin bisa masuk."

Arum bangkit, menahan sakit kepala yang kembali


menderanya.
"Terimakasih banyak bu. Saya tidak membawa apa-apa,
terimakasih atas semua yang ibu lakukan untuk saya."
Bu Suryo tersenyum teduh.
"Ibu..." panggil Arum ketika bu Suryo mau beranjak keluar.
"Ya..." bu Suryo kembali mendekati Arum.,

Setangkai Mawar Untuk Ibu 106


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya akan menceritakan apa yang terjadi pada saya, sampai


saya pingsan dan ditemukan bu Siti."
"Oh, baiklah, aku siap mendengarkan."
Lalu dengan terbata Arum menceritakan apa yang
dialaminya, ketika sepulang dari membezoek temannya, begitu
memasuki rumah dilihatnya Rini dan suaminya sedang bercumbu
mesra. Lalu ia lari dari rumah, menembus hujan dan pingsan,
yang kemudian ditemukan yu Siti.
Bu Suryo terbawa marah ketika mendengar cerita Arum.
"Kurangajar perempuan itu. Dan suamimu mengapa begitu
tega menyakiti hati isterinya. Isteri yang cantik seperti kamu,
apakah kekurangannya?"
Arum tertunduk, lalu tanpa permisi merebahkan tubuhnya.
"Ma'af, kepala saya terasa berat."
"Baiklah, tiduran saja," kata bu Suryo sambil menarik
selimut lalu diselimutkannya ketubuh Arum.
"Anakmu berapa?"
"Baru satu, belum lima tahun, Angga namanya."
"Apakah pengasuh anakmu yang kurangajar itu masih ada
dirumah suami kamu?"
"Entahlah bu, saya kan langsung pergi."
"Apa kamu ingin aku mendatangi rumah kamu dan
mendamprat perempuan edan itu?"
"Jangan bu, tidak usah. Kalau ibu tidak keberatan, bolehkah
saya tinggal disini sementara? Saya akan mencari pekerjaan."
"Tentu saja boleh, aku merasa iba mendengar kisahmu.
Tinggallah disini dan menjadi anakku."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 107


Pdf created by: Goldy Senior

"Terimakasih ibu."
"Dimana orang tuamu?"
"Ada, saya juga belum mengabari ibu. Saya takut ibu nanti
memberitahu kepada mas Aryo, suami saya tentang keberadaan
saya."
"Kamu tidak kangen sama anak kamu?"
"Sangat kangen, tapi mengingat pengasuh anak saya itu, saya
enggan untuk pulang."
"Ya sudah, kamu istirahat dulu disini. Kalau sehari ini kamu
masih merasa pusing, aku akan membawa kamu ke dokter."
"Terimakasih ibu," kata Arum berlinang air mata. Kali ini bu
Surya mengusap air mata Arum dengan jari tangannya.
"Jangan menangis, kamu berada ditempat yang aman."
Arum mengangguk.
"Tapi menurut aku, kamu harus mengabari ibumu tentang
keberadaanmu, kata bu Suryo sambil mengelus kepala Arum.
"Tapi Arum, badan kamu panas sekali," katanya sambil
memegang kening, leher dan tangannya.
Lalu bu Suryo berteriak kepada yu Siti.
"Yuu.."
Dengan cepat yu Siti sudah tiba dihadapan bu Suryo.
"Obat untuk nak Arum yu, tapi mungkin sore nanti mau aku
ajak ke dokter. Obat-obatan di warung sepertinya tidak cukup
bisa mengobatinya.Atau sekarang saja, suruh Pono menyiapkan
mobilnya.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 108


Pdf created by: Goldy Senior

Hari itu pagi-pagi sekali Ratih sudah selesai bersih-bersih


rumah dan memasak. Ia bahkan tidak makan pagi bersama
ayahnya, karena sudaah berjanji pada Angga untuk datang pagi-
pagi.
"Kamu tidak makan dulu? Tumben pagi-pagi sudah
menyuruh bapak sarapan dan menyiapkan makan siang juga."

"Angga minta Ratih datang pagi. Dia tidak mau mandi kalau
bukan Ratih yang memandikannya."
"Kasihan anak itu, sudah benar-benar tergantung sama
kamu."
"Iya pak, karena dia mengira Ratih ini ibunya. Terkadang
Ratih juga berfikir, apakah harus seperti ini terus?"
"Semoga saja ibunya segera kembali."
"Aamiin, pak. Ratih juga berharap demikian."
"Bagaimana mungkin seorang ibu tega meninggalkan
anaknya begitu lama?"
"Ratih justru khawatir telah terjadi sesuatu pada bu Arum."
"Ah, semoga semuanya baik-baik saja Tih. Jangan berfikiran
yang tidak-tidak."
"Iya pak, cuma kadang-kadang Ratih berfikir begitu, semoga
saja tidak terjadi sesuatu yang buruk. Ya sudah pak, ma'af kalau
kali ini bapak sarapan sendiri ya."
"Tidak apa-apa, pergilah , anakmu sudah menunggu," canda
ayahnya sambil tersenyum.
––––––––
Angga berjingkrak kegirangan melihat Ratih datang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 109


Pdf created by: Goldy Senior

"Tuh nak, Angga tidak mau mandi, tidak mau sarapan,


semuanya menunggu nak Ratih, bagaimana ini?" keluh bu Nastiti
yang merasa agak sungkan karena menyusahkan Ratih.
"Tidak apa-apa bu, biarkan saja."
"Ayo ibu, Angga mau mandi sekarang." teriak Angga yang
sudah mendahului lari kekamar mandi.
Ratih meletakkan tas yang dibawanya, lalu mengikuti Angga
ke kamar mandi.
Bu Nastiti heran melihat Aryo belum bersiap dengan pakaian
kerjanya.
"Yo, kamu nggak kerja?"
"Kerja bu, tapi Aryo mau kerumah sakit dulu. Kemarin kan
belum selesai urusannya."
"Oh, baiklah, semoga mendapat keterangan yang jelas.
Kasihan nak Ratih."
"Nanti Aryo sekalian mengantarkan Angga sekolah, setelah
itu baru ke rumah sakit."
"Baiklah, aku siapkan makan pagi dulu untuk kalian, aku
yakin nak Ratih pasti juga belum sempat makan pagi."
"Aryo ganti baju dulu bu."
Begitu selesai mandi dan memakai pakaian untuk sekolah,
Angga sudah duduk dimeja makan. Sepiring nasi dan telur ceplok
kesukaannya sudah disiapkan dimeja.
"Nak Ratih, ayo makan sekalian," kata bu Nastiti sambil
menggandeng tangan Ratih menuju meja makan.
"Tidak bu, saya sudah makan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 110


Pdf created by: Goldy Senior

"Jangan bohong nak, sepagi ini pasti nak Ratih sibuk


melayani ayahnya dulu, lalu buru-buru berangkat kemari, mana
mungkin sempat sarapan."
"Ayo bu Ratih, jangan sungkan." ajak Aryo sambil
tersenyum. Ratih benci senyum itu, karena selalu membuatnya
bergetar. Bu Nastiti menuntunnya, dan mau tak mau Ratih duduk
disebuah kursi didekat bu Nastiti. Tapi rupanya Angga protes.
"Ibuuu....ayo makan.. sini.. dekat bapak, kan biasanya kalau
makan juga dekat bapak," kata Angga ketika melihat Ratih duduk
disebelah neneknya.
"Disini kan sama saja ," kata Ratih tanpa beringsut dari
tempat duduknya.
"Nggak mauuu... ibu harus duduk disini.. ini kan kursi buat
ibu?"
Aryo mengangguk kearah Ratih, bu Nastiti juga menyentuh
lengannya. Ratih terpaksa berdiri, lalu duduk disamping Aryo
seperti permintaan Angga.
Aduhai, seperti sebuah keluarga ya. Ada bapak, ada ibu, ada
anak, dan ada mertuanya, pikir Ratih dalam hati. Tapi pikiran itu
membuatnya kacau.
"Ibu mengambilkan nasi buat bapak dulu, lalu buat eyang,
terus buat Angga."
Ya Tuhan, anak sekecil itu benar-benar membuat Ratih salah
tingkah. Dengan gemetar disendoknya nasi goreng buatan bu
Nastiti kepiring Aryo. Dan karena gemetar itu banyak nasi
tercecer disekitar piringnya. Aryo bukan tak tau, dengan sigap ia
memungut ceceran nasi itu, tapi kebetulan Ratih juga
melakukannya, sehingga tangan mereka bersentuhan. Ratih

Setangkai Mawar Untuk Ibu 111


Pdf created by: Goldy Senior

menarik tangannya. Ia meraih air putih yang disediakan dan


meminumnya seteguk untuk menenangkan hatinya.
"Sudah bu Ratih, biar saya ambil sendiri saja. Angga
memang nakal," bisik Aryo ketelinga Ratih.
"Aryo, ayo sekarang makan, tidak usah melihat ibu terus,"
tegur bu Nastiti karena melihat Ratih tampak gugup. Bu Nastiti
maklum.
"Bisa makan sendiri ?" tanya Ratih kepada Angga.
"Bisa ibu. Kok ibu tidak mengambil nasi gorengnya?" masih
saja Angga sok mengatur.
"Iya, ini ibu ambil." kata Ratih sambil menyendok nasi
gorengnya."
"Yang banyak nak Ratih, jangan sungkan."
"Iya bu, terimakasih."
Ratih makan dengan perasaan tak menentu. Si kecil Angga
banyak mengatur sikap dirinya yang harus seperti sikaunya
kepada ayahnya. Ya Tuhan, aku ini kan ibu pura-pura, kata hati
Ratih. Jangan-jangan suatu hari nanti dia memaksanya untuk
benar-benar tidur dikamar ayahnya. Dan Ratih tiba-tiba tersedak.
"Hati-hati bu Ratih," kata Aryo yang kemudian
mengambilkan air minum untuk Ratih.
"Terimakasih, Saya mau kebelakang dulu," kata Ratih yang
kemudian berdiri, lalu masuk kekamar mandi. Terdengar oleh
semuanya, Ratih terbatuk- batuk beberapa sa'at.
"Kenapa ibu?" tanya Angga.
"Sudah, selesaikan makannya, nanti kesiangan datang
kesekolah."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 112


Pdf created by: Goldy Senior

"Kata bapak, nanti bapak akan mengantarkan Angga ke


sekolah."
"Iya, tapi selesaikan dulu makannya."
––––––––
Pagi itu terasa heboh bagi Ratih. Ia dipaksa melakukan hal-
hal seperti yang dilakukan para isteri pada umumnya. Aduhai.
Seandainya itu benar, pasti tak akan segugup ini perasaannya.
Bu Nastiti yang mengerti bahwa Ratih agak kikuk
menghadapi Aryo, memilih duduk didepan, sementara Ratih dan
Angga dibelakang.
Setiba disekolah, beberapa teman meledekinya karena dia
diantarkan oleh Aryo.
"Waduuh.. benar-benar seperti seorang nyonya, mengantar
anak kesekolah bersama suami," lalu mereka tertawa.
Ratih menoleh kebelakang, untunglah bu Nastiti tidak masuk
kedalam ruang kantornya, sehingga tak mendengar ledekan
kawan-kawannya.
"Ssst, hati-hati ngomongnya, ada neneknya Angga tuh,"
bisiknya pelan.
"Diam kalian, Ratih takut karena adaa mertuanaya," lalu
tawa beberapa guru terdengar riuh.
"Ssssstttt..." Ratih meletakkan jari telunjuk kebibirnya.
––––––––
Aryo menujuk rumah sakit. Ia mencari ruang yang kemarin
ditunjukkan oleh bagian pendaftaran. Rekam medis? Tapi
ternyata disana diaa ditolak.
"Bapak coba ke bagian informasi."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 113


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo berjalan kearah yang ditunjuk.


"Selamat pagi." sapanya.
"Selamat pagi bapak, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertanya, bisakah saya menanyakan ... seorang..
saudara saya.. yang... aduh bagaimana ngomongnya."
"Gimana pak?"
"Begini. Salah seorang saudara saya sekitar tiga atau empat
hari yang lalu mengatakan akan berobat kemari. Bisakah saya tau
apakah benar dia kemari?"
"Mengapa bapak tidak menanyakan ke saudara bapak saja
apakah dia jadi berobat kemari atau tidak?"
"Waduh.. begini..."
Aryo menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Aryo
susah mengatakannya.
"Begini mas, saya kehilangan kontak dengan saudara saya
itu. Kalau benar dia berobat kesini, saya mau tanya juga dia
tinggal dimana."
"Gimana ya pak, kalau bapak menanyakan hal itu, kami bisa
memberikan keterangan, tapi siapa nama saudara bapak itu?"
"Arum... Arumsari.."
"Alamatnya dimana, lalu dia periksa di klinik apa. Itu harus
jelas dulu. Rumah sakit ini kan luas. Ada klinik-klinik untuk
penyakit tertentu."
Aryo kembali menggaruk kepalanya.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 114


Pdf created by: Goldy Senior

11
Keluar dari rumah sakit itu Aryo terus berfikir. Ke poliklinik
apa ya kalau Arum benar-benar berobat? Banyak poliklinik
dengan pengobatan bagi penyakit tertentu . Apakah Arum
mengidap suatu penyakit? Mungkin hanya sakit biasa. Atau harus
mengatakan bahwa dia berobat ke poli umum? Lalu Aryo
membalikkan badannya, mengatakan kepada bagian informasi
bahwa sahabatnya itu berobat di poliklinik umum.
"Namanya?"
"Arum.. Arumsari.."
"Alamat ?"
Aryo bingung, akhirnya disebutkannya alamat rumahnya."
"Jl. Amarta no 94.
"Kapan dia periksa?"
"Kira-kira empat atau lima hari yang lalu."
Aryo menunggu, beberapa sa'at lamanya. Hatinya berdebar.
Namun keterangan dari petugas sangat membuatnya kecewa.
"Ma'af pak, ada tiga tanggal yang saya cari, tapi tidak saya
ketemukan nama itu."
"Oh, begitu ya pak?" jawab Aryo lemah.
Aryo benar-benar keluar dari sana, lalu menuju pulang.
"Berarti Rini bohong !! dasar perempuan mata duitan !"
umpatnya dalam perjalanan pulang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 115


Pdf created by: Goldy Senior

Lalu terpikir lagi olehnya bahwa mungkin isterinya


mengidap suatu pengakit? Kemudian dia periksa ke poli penyakit
dalam.. Lalu dikibaskannya perasaan itu. Ia yakin Arum tidak
memiliki penyakit yang serius. Isterinya selalu sehat, tak pernah
mengeluhkan tentang sesuatu. Dan tetap dianggapnya bahwa
Rini telah berbohong.
Sesampai dirumah, dengan hati masih kacau, Aryo
mengganti pakaian dinas dan langsung pergi kekantor.
––––––––
"Wuri, belum ada juga ya pekerjaan untuk aku?" rengek Rini
kepada Wuri ketika mereka sedang bersantai dirumah.
"Belum ada, kalau sudah ada pasti kamu aku beri tau."
"Sebel nih, duti sudah menipis."
"Makanya jangan boros-boros. Uang dipergunakan kalau
perlu saja."
"Sedihnya aku sudah ngutang juga sama kamu."
"Nggak apa-apa, jangan difikirkan. Kalau butuh uang lebih
baik hutang, daripada memeras orang."
"Iih, nyindir ya?"
"Bukan nyindir, kebiasaan kamu itu, aku hanya
mengingatkan. Itu nggak baik kamu lakukan."
Rini termenung. Selama ini dia hidup cukup karena
mendapat gaji lumayan dari keluarga Aryo. Uang itu utuh karena
segala macam sabun sikat pasta gigi dan makan, bu Arum
mencukupinya. Hanya pakaian ia membeli sendiri. Tapi setelah
tidak lagi bekerja disana, Rini bingung karena lama kelamaan
uang simpanan pasti habis.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 116


Pdf created by: Goldy Senior

"Pekerjaan itu jangan milih-milih, yang penting halal," lanjut


Wuri.
"Bolehkah aku bantu-bantu dirumah sakit? Maksudnya
membantu kamu. Aku nggak minta gaji, cuma kalau dirumah
sendiri aku kan kesepian. "
"Besok aku tanyakan pada pimpinan aku, bolehkah ada yang
membantu tanpa minta gaji."
"Yang penting aku punya kesibukan."
"Baiklah, soalnya kalau lowongan pekerjaan belum ada.
Cuma saja kalau aku yang minta agar ada yang membantu aku,
entahlah. Semoga saja bisa."
Agak berat sebenarnya, bekerja tanpa gaji, tapi hanya itu
yang bisa dilakukan Rini, daripada pikiran ngelantur kemana-
mana.
––––––––
Sudah dua bulan Arum tinggal bersama keluarga Suryo.
Diperlakukan dengan sangat baik oleh bu Suryo seperti kepada
anaknya sendiri. Kelembutan hati Arum dan derita yang
disandangnya, membuat bu Suryo sangat merasa kasihan. Harus
ada orang yang selalu dekat dengan dirinya, mengasihinya,
sehingga Arum merasa terhibur walau rasa kangen terhadap
anaknya tak dapat dibendungnya. Apalagi yu Siti merawatnya
tanpa mengenal lelah. Malam sebelum tidur, yu Siti memijit-mijit
kakinya, padahal dia tidak banyak melakukan aktivitas dirumah
itu. Hanya boleh membersihkan kamarnya sendiri. Bersih-bersih
seluruh rumah bu Siti yang melakukannya
"Sedang apakah Angga, apakah setelah ibunya tak ada maka
Rini selalu memanjakannya seperti biasa? Jangan-jangan malah

Setangkai Mawar Untuk Ibu 117


Pdf created by: Goldy Senior

sebaliknya, karena Rini hanya perhatian kepada ayahnya Angga."


keluh Arum pada suatu malam.

Ingatan akan Rini membuat buyar semua keinginannya


menemui anaknya. Pasti akan menyakitkan seandainya dia pulang
dan melihat Rini masih ada disana. Tapi kalau bukan Rini, siapa
lagi yang bisa melayani Angga, menghentikan tangisnya, bahkan
menghiburnya ketika Angga merindukan ibunya? Arum
menitikkan air mata.
Akhir-akhir ini Arum merasa tubuhnya semakin lemah.
Entah penyakit apa yang dideritanya, bu Suryo yang rajin
memeriksakan Arum ke dokter tak mau mengatakannya. Padahal
dia tau pada suatu hari, dokter ingin bicara dengan bu Suryo,
berdua saja tanpa dirinya.
"Apa kata dokter bu?" tanya Arum waktu itu.
"Tidak apa-apa, dokter itu hanya mengatakan bahwa kamu
harus banyak istirahat dan rajin minum obatnya."
Arum menurut saja apabila bu Suryo mengajaknya kerumah
sakit, menyuruhnya periksa darah, dan urin, dan yang terakhir dia
pernah menjalani ct scan. Tapi hasilnya tak pernah dia
mengetahuinya. Arum sudah pasrah. Dia merasa sehat, tapi bu
Suryo selalu mengajaknya kontrol. Apalagi setelah dia
mengalami perdarahan hebat, dan itu bukan menstruasi.
Tapi ketika itu bu Suryo mengatakan bahwa itu terjadi
karena Arum banyak pikiran.
Hari itu ketika sedang beristirahat dikamarnya, tiba-tiba yu
Siti datang, membawakan jus jeruk yang segar.
"Mengapa bu Siti repot-repot membawa ini kekamar? Saya
kan bisa keluar dan minum dimeja makan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 118


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu yang menyuruh nak, karena tampaknya nak Arum


lelah."
"Nggak bu, Arum tidak melakukan a-a-apa, mana bisa
lelah?"
Yu Siti .. entah mengapa.. seperti merasakan kedekatan
antara dirinya dan Arum. Karena tahi lalat didekat pusar itukah
penyebabnya? Entahlah, tapi perhatiannya terhadap Arum
menjadi sangat berlebih. Ia masih berharap, Arum adalah darah
dagingnya.
"Sudahlah, jangan membantah nak, ibu itu kan melakukan
semua ini demi kebaikan nak Arum. Jadi ayolah diminum
sekarang. Banyak makan dan minum santapan bergizi itu perlu."
Arum tersenyum. Diteguknya jus yang diberikan yu Siti
sedikit demi sedikit, hingga habis.
"Sebenarnya aku kangen saba ibuku. Dua bulan lebih aku
tidak mengabarinya."
"Kalau begitu kunjungilah ibn nak, saya yakin ibunya nak
Arum juga pasti merindukan nak Arum."
"Sebenarnya aku takut kalau ibu memberi tau keberadaanku
pada mas Aryo."
"Memangnya kenapa Arum?" tiba-tiba bu Suryo sudah ada
didalam kamar Arum.
"Iya bu, Arum tidak kepengin ketemu mas Aryo lagi."
"Kalau Angga? Masa tidak perduli juga pada anak kamu?"
"Dia ada bersama Rini bu, Arum belum bisa menghilangkan
luka hati Arum, apalagi kalau melihat perempuan itu."
"Baiklah, tapi keinginanmu menemui ibu kamu itu harus
segera kamu lakukan. Kasihan, dia pasti sedih tak mengetahui

Setangkai Mawar Untuk Ibu 119


Pdf created by: Goldy Senior

keberadaan kamu. Kalau kamu tak ingin suamimu


mengetahuinya, bilang saja pada ibu, jangan memberitahukan
tentang diri kamu sama dia."
"Baiklah bu."
"Biar Pono mengantar kamu besok pagi."
"Terimakasih ibu."
"Yu Siti, siapkan makan siang, sudah sa'atnya kita makan
bukan? Lagian Arum harus minum obatnya setelah makan."
"Sudah Siti siapkan dimeja makan bu, sekalian obatnya nak
Arum yang harus dimakan siang ini."
"Baiklah, Arum, ayo kita makan."
––––––––
"Sejak bu Nastiti ada dirumahnya, Aryo selalu makan siang
dirumah. Kecuali Angga lebih suka makan siang bersama
bapaknya, ada Ratih yang ikut menemaninya makan, dan yang
selalu dipaksa Angga untuk duduk disampingnya. Seakan benar-
benar ada isteri yang mendampinginya. Apakah Aryo juga seperti
Angga bisa menganggap Ratih sebagai bagian dari hidupnya?
"Semoga saja tidak," bisiknya pelan. Tapi bisikan itu
terdengan oleh Ratih dan juga abu Nastiti.
"Apa yang semoga tidak Yo? tanya bu Nastiti.
"Oh, eh.. Aryo bilang apa?" jawabnya terkejut. Bisikan itu
terlontar begitu saja ketika kepalanya dipenuhi oleh bayangan-
bayangan yang sesungguhnya bukan yang diharapkannya.
"Kamu tadi bilang, semoga saja tidak.. Lagi ngelamunin
apa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 120


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, iya.. ya ampun.. itu masalah pekerjaan yang tadi belum


selesai Aryo kerjakan. Ma'af ya."
"Bapak, besok kan hari Minggu, kata ibu besok libur satu
hari," kata Angga menyela.
"Oh iya benar."
"Bolehkah besok kita jalan-jalan sama ibu?"
"Mm... begini Angga, besok ibu kepengin istirahat, katanya
capek."
"Betul ibu?"
Ratih mengangguk sambil tersenyum. Ia tau Aryo sedang
memberinya waktu untuk mengurus ayahnya.
"Jadi.. biar besok ibu beristirahat dulu. Begini, Angga ingat
eyang Martono kan? Eyang kangen banget sama Angga. Jadi kita
besok mau kesana."
"Lhah, berari itu kan ibunya ibu. Ibu ikut dong."
Waduh, Aryo terdiam sekarang. Kata-katanya justru
memberi umpan kepada Angga untuk tetap mengajak Ratih
bersamanya.
"Tapi.. apa ibu nggak capek?"
"Ibu kan anaknya eyang. Ya harus ikut dong."
Ratih geleng-geleng kepala.Bu Nastiti pun tak bisa berkata-
kata. Benar sih, masa mau ketemu ibunya malah akan tinggal
dirumah. Alasan apa lagi yang bisa diutarakan agar Angga
membiarkan Ratih istirahat?
"Baiklah, nggak apa-apa saya ikut." tiba-tiba kata Ratih.
"Horeeeee... ibu ikuttt! sorak Angga kegirangan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 121


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Nastiti dan Aryo merasa lega.


––––––––
"Aryo, kamu belum mengatakan, bagaimana hasilnya ketika
kamu kerumah sakit mencari keterangan tentang isteri kamu?"
kata bu Nastiti pada suatu malam.
"Oh iya bu, Aryo lupa mengatakannya. Tidak ketemu bu,
tidak ada yang berobat di poliklinik itu yang bernama Arumsari.
"Benarkah?"
"Rini itu tukang bohong bu. Orang seperti itu mana punya
itikat baik. Ia hanya butuh uang."
"Lalu kemana perginya Arum ya Yo. Biar marah sama
suaminya, tapi kok tega sama anaknya. "
"Itulah yang Aryo juga fikirkan. Masa sama sekali dia tak
ingin kembali demi anaknya."
"Jangan-jangan dia mengira Rini masih ada disini sehingga
dia nggak mau pulang."
"Begitukah ?"
"Mungkin saja."
"Seandainya bisa berkomunikasi.... pasti dia tau bahwa Aryo
sudah mengusir Rini malam itu juga."
"Bagaimana mau berkomunikasi, Bisa nyambung saja
enggak."
Tiba-tiba terdengar ketukan dipintu. Aryo keluar untuk
melihat siapa yang datang.
"Selamat malam, sapa seorang lelaki tinggi besar yang belum
pernah dikenal Aro sebelumnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 122


Pdf created by: Goldy Senior

"Selamat malam, mau cari siapa ya pak?"


"Disini rumah ibu Arumsari?"
Aryo terkejut.
"Iya benar, ada apa ya?"
"Saya menemukan tas ini, ada kartu nama dan kartu
penduduk atas nama ibu Arumsari."
Aryo menerima tas itu dengan gemetar. Sudah dua bulan
lebih Arum pergi, lalu tas ini diketemukan dan baru saja
diberikan? Tas tangan yang dibawanya ketika pergi, sekarang
tampak kotor dan lembab.
"Kapan bapak menemukan ini, dan dimana?
"Saya menemukan baru kemarin, ditepi jalan. Agak jauh
diluar kota. Tas itu kotor bukan, mungkin sudah kehujanan dan
terkena lumpur."
Aryo membuka tas itu, ada dompet didalamnya, yang ketika
dibuka sudah tak ada isinya.

"Saya membukanya, dan membaca Kartu Tanda Penduduk


yang ada didalamnya. Isi lainnya saya tidak tau."
"Baiklah, terimakasih banyak."
"Saya tadi naik taksi kesini, karena tidak bisa menemukan
alamat dengan jalan kaki."
Aryo maklum apa yang dimaksud, diambilnya uang ruaratus
ribu dari dalam rumah dan diberikannya.
"Terimakasih pak."
"Terimakasih kembali."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 123


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo membawa masuk tas isterinya yang sudah kumal.


Dibukanya lagi isi dalam tas itu, hanya KTP dan nota-nota
pembelian yang tidak penting.
"Pasti isinya sudah dikuras oleh orang yang menemukannya,
lalu membuang tasnya sembarangan," kata bu Nastiti.
"Benar bu, tempat ditemukannya tas ini juga sudah tak bisa
dibuat ancar-ancar kemana perginya Arum, karena mungkin si
penemu membuangnya disembarang tempat.
"Ya ampuun. Pergi tanpa membawa bekal apapun. Apa yang
terjadi," keluh bu Nastiti sedih.
––––––––
"Arum, kamu jadi akan menemui ibumu hari ini?" tanya bu
Nastiti pagi itu.
"Iya bu, tidak apa-apa kan?"
"Tidak nak, tentu saja boleh, itu penting buat kamu. Kasihan
kalau ibu kamu kelamaan memikirkan kamu."
"Baiklah bu, Arum akan bersiap-siap sekarang," kata Arum
lalu masuk kekamarnya.
"Yu Sitiii," panggil bu Suryo.
"Ya bu.."
"Suruh Pono menyiapkan mobil, dia akan mengantarkan
Arum kerumah ibunya."
"Baiklah bu."
Sebenarnya terbersit keinginan yu Siti untuk ikut, tapi
diurungkannya, karena pagi tadi bu Nastiti sudah membrinya
perintah utnuk belanja dan memasak.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 124


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu saya sudah siap."


Yu Siti sedang memanggil Pono untuk menyiapkan
mobilnya. Sampai nanti salam saya untuk ibu ya? Jangan marah
puterinya aku ambil sebagai anakku juga," kata bu Suryo sambil
tersenyum lalu merangkul Arum dengan hangat. Ini membuatnya
sangat nyaman.
"Baiklah bu, pasti ibu saya akan senang. Puterinya dirawat
disini penuh kasih sayang."
"Sungguh aku merasa mendapatkan anak, jangan pergi dari
aku ya Rum?" kata bu Suryo berlinang air mata.
Arum memeluknya, juga dengan linangan air mata.
"Aku menyayangi kamu."
"Arum juga menyayangi ibu."
––––––––
"Ibu, ini Aryo.." kata Aryo ketika menelpon ibu mertuanya.
"Oh ya Aryo, kalian jadi mau datang kesini bukan?"
"Iya ibu, tapi nanti Aryo akan datang juga bersama Ratih."
"Siapa Ratih? Kamu sudah mendapatkan isteri baru?" kata bu
Martono sedikit meninggi.
"Bukan ibu, Ratih itu sesngguhnya gurunya Angga
disekolah, tapi dianggapnya dia itu Arum oleh Angga."
"Bagaimana mungkiin? "
"Angga mengira Arum itu ibunya, karena wajahnya mirip
sekali dengan Arum."
"Masa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 125


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya bu, nanti ibu dapat melihatnya sendiri. Aryo tidak bisa
mencegahnya, karena dengan Ratih Angga seperti menemukan
Arum. Dan Aryo bersyukur Ratih mau membantu. Semoga Arum
segera ditemukan ya bu."
"Baiklah, segera datang, karena ibu sudah memasak buat
kalian. Ibumu ikut kan?"
"Iya bu, ibu juga kangen, sudah lama tidak bertemu."
––––––––
"Dimana beloknya mbak, beritahu Pono sebelumnya ya,
so'alnya ini jalan satu arah, kalau kebablasan harus muter lewat
sana lagi." kata Pono ketika mengantarkan Arum.
"Iya mas Pono, nanti, setelah perempatan itu, belok kiri,
hanya kira-kira limapuuhan meter kok."
"Baiklah."
Hati Arum berdebar-debar. Sudah lama dia tidak ketemu
ibunya, dan juga sudah lama ia membuat ibunya harap-harap
cemas menunggunya. Sungguh ia merasa berdosa.
Mobil yang dibawa Pono sudah belok kekiri.
"Sebentar mas, berhenti dulu," tiba-tiba kata Arum.
"Disini mbak?"
"Ya, berhenti disini dulu."
Arum melongok kedepan. Dilihatnya Aryo turun dari mobil,
lalu bu Nastiti, Lalu Angga. Tidak, masih ada satu lagi. Arum tak
berhedip ketika satu kaki kelihatan muncul dipintu belakang.
Kaki perempuan. Seketika darahnya mendidih. Nafasnya
terengah engah menahan emosi.
"Mas Pono, balik saja."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 126


Pdf created by: Goldy Senior

"Apa?"
"Kita balik saja. Cepat mas Pono, putar mobilnya!!" kata
Arum agak keras.
––––––––

12
Mobil yang membawa Arum berbalik arah.
"Kita kemana mbak?" tanya Pono bingung.
"Pulang saja mas."
"Pulang? Nggak jadi kerumah ibu?"
"Nggak."
"Karena kelihatannya banyak tamu itu ya?"
"Ya.." singkat semua jawaban Arum. Rasa kesal, hati panas,
dan kecewa, bercanpur aduk menjadi kemarahan yang menyala-
nyala..
Pono yang mengerti bahwa Arum sedang kesal tak
melanjutkan percakapan,. Hanya diam sampai kemudian tiba
kembali dirumah bu Suryo.
Begitu memasuki rumah, bu Suryo menyambutnya dengan
heran.
"Kok sudah kembali? Nggak ketemu ibu?"
Arum tak menjawab, tapi merangkul bu Suryo sambil
menangis. Tak tahan menanggung amarah yang telah membakar
jiwa raganya pagi itu.
"Ada apa ini? Ayo duduklah dan ceritakan semuanya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 127


Pdf created by: Goldy Senior

Arum melepaskan pelukannya, bu Suryo merangkulnya dan


mengajaknya duduk disofa.
"Ada apa? Ibu pergi? Rumah kosong? Atau kamu malah
dimarahi ibumu?"
Arum menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.
"Lalu apa nak? Wajahmu pucat, tapi matamu memancarkan
kemarahan."
"Ketika saya datang, mobil suami saya juga kebetulan baru
datang."
"Wah, kebetulan dong. Atau karena itu kamu marah pada
suami kamu, lalu kamu langsung pulang? Anakmu ada?"
"Saya hampir turun dan berlari untuk memeluknya,"
"Nah, kenapa enggak?"
"Ada perempuan itu bersama mereka." Lalu pecahlah
tangisnya.
"Ya Tuhan, mengapa suamimu masih bersama perempuan
itu ?" kata bu Suryo penuh sesal, sambil merengkuh pundak
Arum.
"Ya sudah, kamu harus sabar. Teruslah berdo'a agar
suamimu sadar akan kesalahannya. Lalu kalian bisa membangun
kehidupan yang bahagia bersama anak dan suami kamu."
Yu Siti yang berdiri dibalik pintu, mendengarkan keluhan
Arum, bagai teriris hatinya mendengar tangisnya yang mengharu
biru. Kemudian ia masuk kedapur, mengambil segelas air dan
dibawanya kedepan.
"Nak Arum, minumlah agar hatimu tenang."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 128


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Suryo menerima gelas itu, lalu diangsurkannya kepada


Arum.
"Minumlah barang seteguk, agar hati kamu lebih tenang."
Arum menerimanya lalu meneguknya.
"Ayo kita kebelakang, yu Siti tadi masak kolak pisang,
baunya saja sudah tercium sedaaaap sekali."
"Iya nak, ayo.. tapi cuci tangan dan kakimu dulu, yu Siti
siapkan semuanya dimeja makan. "
Bu Suryo menarik tangan Arum, menuntunnya kekamar
mandi.
"Mau ganti baju dulu? Yu Siti, siapkan baju ganti untuk
Arum."
Tanpa diperintah dua kali yu Siti sudah menghambur
kekamar Arum, memilihkan baju rumahan yang bersih agar
Arum merasa nyaman memakainya.
Arum merasa sedikit terhibur atas perlakukan bu Suryo dan
yu Siti yang sangat memperhatikannya. Bahkan Arum merasa
seakan dirinya adalah puteri raja yang segalanya harus dilayani.
Terkadang sungkan juga menghadapi kebaikan mereka, tapi
mereka selalu memaksa.
"Yu Siti, nanti sehabis makan kolak, kamu ke pasarnya sama
Pono saja, nggak usah naik becak. Kan Pono sudah kembali,"
kata bu Suryo ketika mereka sedang menyantap kolak pisang
buatan yu Siti. Yu Siti yang juga duduk semeja mengangguk
"Ya bu."
Yu Siti memang bukan pembantu biasa. Artinya bu Suryo
menganggapnya sebagai keluarga. Mereka makan semeja, dan
mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan saling bantu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 129


Pdf created by: Goldy Senior

"Enak bukan, kolak buatan yu Siti?" tanya bu Suryo kepada


Arum, ketika dilihatnya Arum seperti enggan memasukkan kolak
itu kemulutnya. Mungkin karena hatinya masih diliputi
kemarahan, jadi makan apapun terasa tak enak.

"Ketika makan, jangan memikirkan hal lain, apalagi hal yang


membuat kesal. Nikmatilah apa yang bisa kamu santap."
Arum mengangguk, lalu memasukkan sesendok kolak
kemulutnya.
"Enakkah?
"Enak bu, enak sekali."
"Yu Siti, apakah ada obat yang harus diminum Arum pagi
hari?"
"Ada bu, tapi sudah diminum tadi setelah sarapan."
"Oh, syukurlah."
"Catatan belanjaan ditaruh ibu dimana?"
"Oh, aku lupa yu, masih dikamar, sebentar aku habiskan ini
dulu. Kok kamu sudah selesai yu? Masakannya sendiri ya harus
banyak makannya."
"Sudah kenyang bu, nanti lagi. Saya ambil tas belanjaan dulu
bu," kata yu Siti sambil berdiri.
––––––––
Bu Martono memeluk Aryo, bu Nastiti dan Angga
bergantian. Matanya berkaca-kaca melihat menantu, besan dan
cucunya berdatangan. Tapi ketika Ratih mengulurkan tangan lalu
menciumnya, bu Martono tertegun. Inikah yang dikira Angga

Setangkai Mawar Untuk Ibu 130


Pdf created by: Goldy Senior

adalah ibunya? Angga tidaak salah. Gadis ini sangat mirip


anaknya. Aneh.
"Bagaimana mungkin ada kejadian seaneh ini? Menurutku
Arum tidak dilahirkan kembar," kata bu Martono sambil menatap
Ratih lekat-lekat.
Ratih hanya tersenyum, tersipu.
"Eyang, kok tidak memeluk ibu? Apa eyang tidak sayang
sama anaknya?" tuh, si kecil cerdas sudah memprotes.
Bu Martono yang sedang menatap Ratih terkejut. Ia lupa
pada pesan Aryo bahwa Angga mengira Ratih adalah ibunya.
Segera begitu mendengar teriakan Angga, bu Martono memeluk
Ratih dengan hangat.
"Ibu kangen sama kamu," bisiknya.
"Saya juga kangen sama ibu."
Hm, Ratih benar-benar pintar bersandiwara, guna
menyenangkan 'anak' nya.
"Ayo.. ayo.. kok pada berdiri saja. Duduk. Itu semuanya
sudah ibu siapkan. Minuman hangat, camilan pisang goreng. Itu
pisang dari kebun sendiri lho. Baru tiga hari yang lalu ditebang
oleh tukang kebunku."
"Waah.. ini pisang kepok kuning, rasanya sangat legit,"
timpal bu Nastiti.
"Ayo diminum dulu dan habiskan pisang gorengnya. Nanti
makan siang disini kan? Ibu sudah masak buat kalian."
"Wah, ibu masak apa nih?" kata Aryo.
"Ada rendang kesukaan kamu, sayur bening tempe mendoan,
eh.. ayam goreng untuk cucuku yang ganteng."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 131


Pdf created by: Goldy Senior

"Kalau kesukaan ibu apa eyang?"


"Oh, ibumu.. ibumu itu..." bu Martono tampak berfikir,
sambil menatap Ratih minta bantuan.
"Angga, sama seperti kamu, ibu juga suka ayam goreng."
kata Ratih yang tanggap akan kebingungan bu Martono.
"Naaah, itu.. ayam goreng kesukaan ibu kamu juga. Itu
sebabnya eyang menggoreng ayam agak banyak."
"Ibu juga pinter masak lho eyang."
"Oh iya, dulu eyang yang mengajarinya."
"Ibu, nanti kita jalan-jalan dikebun seperti dulu ya? Apa
pohon mangga eyang ada buahnya?"
"Oh, ini belum musim mangga lagi, adanya jambu, Angga
suka jambu?"
"Nggak suka eyang, Angga suka mangga."
"Yaa, besok kalau musim mangga pasti Angga eyang kirimin
yang buanyak."
Sangat akrap mereka berbincang, tapi Ratih yang merasa
asing disana tidak banyak bicara kecuali Angga mengajaknya.

Bu Martono suka dengan sikap Ratih yang sopan dan tidak


berlebihan. Sangat mirip dengan Arum. Hanya Arum mitu lebih
banyak bicara, cerewet, dan terkadang galak. Ah, rundunya aku
sama Arum, bisik batin bu Martono.
Ketika sa'atnya makan siang, Ratih ikut menata meja dan
mengatur tatanan dimeja makan. Seperti biasa Angga minta Ratih
duduk disamping ayahnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 132


Pdf created by: Goldy Senior

"Kenapa ibu seperti malu sama bapak? Apa bapak suka


marah sama ibu?"
"Enggak kok, ibu nggak malu. Bapak nggak pernah marah
sama ibu," kata Aryo.
Ratih mengangguk sambil tersenyum.
"Ibu, ambilkan nasi untuk bapak ya," sambung Aryo lagi.
Dan kembali dengan gemetar Ratih menyendokkan nasi kepiring
Aryo.Untunglah kali ini tidak tercecer, karena Aryo sudah lebih
dulu mendekatkan piringnya kedekat mangkuk nasi.
"Ayam goreng eyang enak, seperti masakan ibu," celetuk
Angga.
"Angga, kan eyanag sudah bilang kalau lagi makan jangan
banyak bicara. Ayo dihabiskan makannya dulu. Nanti kalau
sudah selesai makan, kamu boleh ngomong sesuka kamu," tegur
bu Nastiti.
Angga mengangguk angguk sambil menggoyang-goyangkan
kakinya yang tergantung dikursi makan.
Bu Martono senang, Ratih ikut membersihkan meja makan
dengan bterampil, lalu mencuci semua piring kotor didapur.
Bu Martono mengejarnya ke dapur.
"Sudah nak, nanti ada simbok yang akan mencuci
semuanya."
"Bu, biar Ratih saja, supaya Angga tidak curiga kalau saya
bersikap seperti tamu."
"Anak baik, terimakasih telah membuat cucuku bahagia dan
merasa mendapatkan ibunya kembali." kata bu Martono sambil
mengelus punggung Ratih.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 133


Pdf created by: Goldy Senior

Seharian mereka ada dirumah bu Martono. Aryo mengajak


pulang ketika hari menjelang sore. Ia merasa tak enak dihari
Minggu Ratih juga harus momong anaknya, sementara dia punya
seorang bapak yang juga butuh perhatiannya.
"Sering-seringlah datang kemari, agar ibu tidak kesepian."
"Baik ibu."
Tapi dalam perjalanan pulang Angga merengek meminta
Ratih agar tidur dirumahnya.
"Mengapa ibu tidak pernah tidur dirumah?" protesnya.
"Angga, ibu punya banyak tugas yang dikerjakannya setiap
malam."kata Aryo.
"Tugas disekolah?"
"Iya. Kalau ibu tidak besok paginya anak-anak tidak bisa
bermain dengaan sangat menyenangkan. Iya kan bu?"
Ratih deg-degan karena Aryo meliriknya dari spion
didepannya, sambil tersenyum. Memanggil 'bu' lagi, seperti
benar-benar memanggil isterinya.
"Iya tidak bu?" Aryo mengulangnya karena Ratih diam dan
justru menundukkan kepala.
"Iya," jawabnya singkat sambil mengelus kepala Angga."
"Tapi kasihan kan, setiap hari bapak tidur sendiri."
Tuh kan, si kecil itu memang cerewet. Kadang-kadang apa
yang diungkapkannya membuat jengkel tapi juga membau Ratih
berdebar-debar.
"Bapak kan sudah besar. Ya nggak apa-apa tidur sendiri.
Kan Angga juga tidur sendiri."
"Tapi kamar Angga kan kecil, kamarnya bapak besar."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 134


Pdf created by: Goldy Senior

Ah, perkataan apa lagi tuh. Kemudian tak ada yang


menanggapi, karena mobil sudah memasuki halaman rumah.
"Ibu boleh pergi sekarang?" tanya Ratih lembut.
"Mengapa sekarang? Angga kan belum mandi."
"Angga, hari ini bapak ingin sekali memandikan Angga.
Sudah lama kan Angga tidak dimandiin bapak?" kata Aryo
merayu anaknya.
"Iya sih,"
"Nah, bapak ngiri dong sama ibu, masa semua-semua ibu,
mana bagian bapak memanjakan Angga?"
"Trus ibu mau kemana?"
"Kalau hari Minggu malam itu, pekerjaan ibu banyak, harus
dikerjakan sejak sore," lanjut Aryo dengan sedikit khawatir kalau
nanti Angga menolak usulnya.
"Benar ibu?" tanya Angga sambil menatap ibunya.
"Benar Angga," kata Ratih sambil mencium pipi Angga.
"Anak baik, harus nurut sama orang tua kan?" lanjutnya.
Angga akhirnya mengangguk, dan Aryo merasa lega.
"Sekarang Angga masuk rumah dulu sama eyang, bapak mau
mengantar ibu. Ya?" rayu Aryo lagi.
"Ayo, sama eyang, nanti eyang buatkan susu dulu buat
Angga, siang tadi belum minum susu kan?" bu Nastiti menarik
tangan Angga.
Angga melambaikan tangan kecilnya, membuat Ratih
terharu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 135


Pdf created by: Goldy Senior

"Pak Aryo, mengapa harus mengantar saya? Biar saya pulang


sendiri," kata Ratih.
"Tidak bu, saya hanya mengantarkan pulang saja, masa
nggak boleh, sedangkan bu Ratih telah berbuat banyak kepada
keluarga saya."
"Tapi saya suka melakukannya."
"Saya biarkan bu Ratih suka melakukannya, tapi biarkan juga
saya suka melakukannya. Mengatar bu Ratih setiap hari. Hanya
mengantar, kata Aryo sambil menarik lengan bu Ratih untuk naik
kemobilnya.
Aduhai, mengapa sih pegang-pegang lengan segala? kata
batin Ratih sambil menahan debaran jantungnya.
––––––––
Hari itu Wuri pulang agak sore, karena pekerjaan belum
terselesaikan. Jadi dia lembur beberapa jam. Rini menunggunya
sambil cemberut.
:Jam segini baru pulang, ya ampuun.. pasti mampir-mampir."
keluh Rini.sambil cemberut.
"Enak aja, pekerjaanku banyak, tau!"
"Hm, kasihan, habisnya dibantuin nggak mau."
"Eh siapa bilang nggak mau, aku baru minta ijin kepala
bagian, dan baru diijinkan hari ini."
"Benarkah?"
"Benar, mulai besok kamu bisa ikut aku ke pekerjaan."
"Aduuh, terimakasih banyak ya, kamu memang sahabatku
yang paliiing cantik."
"Hm, kalau begini baru tuh, muji-muji aku."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 136


Pdf created by: Goldy Senior

"Ngomong-ngomong aku lapar nih."


"Kan tadi pagi kita masak banyak."
"Habis untuk aku makan siang. Sore ini jangan harap ada
makanan untuk disantap, kecuali nasi dan kecap."
"Ya sudah, nggak apa-apa, nasi sama kecap kan juga enak."
"Ya nggak enak. masa sama kecap aja. Aku sebetulnya mau
menggoreng telur. Tapi telur simpanan juga sudah habis."
"Ya ampuun, apa nggak bisa beli diwarung?"
"Ogah aku, penjualnya sudah tua, galak lagi."
"Dasar kamu itu malas."
Wuri meninggalkan Rini yang bersungut-sungut karena Wuri
memarahinya. Tapi dia senang kalau besok bisa ikut ke rumah
sakit dan membantu Wuri.
––––––––
"Ibu, bolehkah saya berjalan jalan sebentar?" kata Arum
kepada bu Suryo.
"Mau jalan-jalan kemana? Biar Pono mengantar kamu."
"Tidak bu, hanya jalan saja sih penginnya."
"Baiklah, jangan jauh-jauh jalannya," pesan bu Suryo.
Sesungguhnya Arum ingin pergi kerumah ibunya, tapi
diurungkannya. Rasa kesal karena melihat Rini, yang pasti
diterima ibunya dengan baik karena ibunya tak tau
permasalahannya, membuatnya enggan datang kesana.
Arum hanya ingin berjalan jalan saja. Tapi ketika kakinya
terasa penat, dia memanggil taksi.
"Mau kemana mbak?" tanya pengemudi taksi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 137


Pdf created by: Goldy Senior

"Jalan saja pak, saya memang ingin jalan-jalan." kata Arum


sekenanya.
Taksi itu memutari kota dan entah sudah berapa lama ia satu
persatu jalan dilaluinya. Tiba-tiba Arum minta pengemudi taksi
menghentikan mobilnya.
Arum berdebar, karena ketika melewati sebuah sekolah ia
seperti melihat Angga.
"Mundur sedikit pak," perintahnya kepa pengemudi taksi.
Taksi itu dimundurkan.
Arum membuka jendela, dan mengamati anak-anak kecil
berlarian disana.
"Mana dia, aku tadi melihat Angga," bisiknya.
Lalu Arum mebuka pintu taksi dan turun, mendekati pagar
sekolah. Diamatinya lagi hingar bingar anak-anak berlarian.
"Oh itu dia, Angga," bisiknya.
Arum mendekat. Dan entah oleh kekuatan apa, Angga tiba-
tiba menoleh kearahnya. Angga berhenti berlari. Seperti
bermimpi melihat sesosok perempuan yang dikenalnya.
"Ibuuu," Angga berteriak.
––––––––

13
Arum merengkuhnya, anak semata wayangnya, darah
dagingnya, menciuminya tanpa henti, sambil berlinangan air
mata.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 138


Pdf created by: Goldy Senior

"Anakku, kecintaan ibu, jadilah anak pintar ya Ngga, jadilah


anak baik, yang selalu menjadi kebanggan ibu. Anakku, ibu
selalu merindukan kamu, ibu menangis karena kamu Ngga,
bagaimana caranya agar kita bisa berkumpul kembali? Hati ibu
sakit Ngga, kamu milikku, seharusnya kamu dalam asuhanku,
cintaku, tak pernah terlepas dari bayangan ibu, wajah gantengmu,
kepolosanmu, kecerdasanmua. Sayang.. ibu selalu cinta kamu."
Sepuasnya Arum merengkuh anaknya, mendekapnya dalam
dada seakan tak ingin melepaskannya. Angga terdiam, luluh
dalam dada perempuan yang juga ibunya. Tak sepatah katapun
terucap, karena ia merasa bingung dan sangat bingung. Namun
melihat ibunya bercucuran air mata, Angga mengusapnya dengan
tangan kecilnya.. Bertambah deras air mata Arum karenanya.
"Ibu jangan menangis ya?"
"Ibu bahagia bisa melihatmu, memelukmu, menciumimu,
Angga, anak ibu.."
"Ibu, mengapa Angga punya dua ibu?" tanya Angga polos.

Arum terkejut. Apa Rini sudah menjadi ibunya Angga?


" Ibu, disana ada ibunya Angga juga,"
Arum melepaskan pelukan Angga. Sekilas ada keinginan
untuk membawa pergi Angga, tapi ia tak mau membebani bu
Suryo, ia sendiri tak berdaya, jadi diurungkannya niyatnya.
"Jadilah anak pintar, kecintaan ibu," bisiknya lirih.
"Masuklah kedalam, lihat teman-teman kamu sedang
berbaris untuk masuk kelas."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 139


Pdf created by: Goldy Senior

Angga menoleh kedalam, lalu melangkah perlahan


memasuki halaman. Arum mengusap air matanya, kembali
menghampiri taksi dan masuk kedalamnya.
"Kemana bu," tanya pengemudi taksi.
"Ke jalan Pisang," singkat kata Arum sambil tak henti
mengusap air matanya.
––––––––
Angga berlari kearah teman-temannya, tapi sebentar-sebentar
menoleh kejalanan.
"Angga, kenapa Ngga?" tanya Ratih ketika melihat Angga
datang belakangan.
"Ada ibu dua.." bisiknya.
Ratih terkejut.
"Ada ibu dua?"
"Disana..."
Ratih melayangkan pandangan kearah jalan, tapi tak ada
seorangpun tampak.
"Disana...."
Guru yang lain memimpin muridnya masuk ke kelas,
sementara Ratih melangkah keluar halaman. Tak ada siapapun.
Kalau itu benar, maka pastilah itu isterinya pak Aryo yang
ditunggu tunggu. Ratih kembali ke kelas. Dilihatnya Angga
sedang bicara dengan bu Nastiti.
"Benar eyang, Angga nggak bohong," kata Angga
meyakinkan.
Bu Nastiti melihat kearah Ratih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 140


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya sudah keluar untuk melihatnya bu, tapi tak ada siapa-
siapa disana," kata Ratih.
"Angga... ibu bilang apa?"
"Angga dipeluk, terus ibu menangis.. terus Angga bilang ada
ibu dua.. lalu Angga disuruh masuk, terus ibu pergi lagi."
"Ya Tuhan.. " keluh bu Nastiti sedih.
"Eyang kenapa?"
"Ya sudah, Angga masuk dulu ke kelas, tuh, teman-teman
pada menggambar didalam," kata Ratih sambil mendorong pelan
tubuh Angga. Angga berlari masuk kedalam kelas.
"Bagaimana ini bu?"
"Kalau saja tadi aku melihatnya, aku pasti menahannya
supaya tidak pergi."
"Benarkah dia bu Arum?"
"Kemungkinan besar iya. Angga bilang ada ibu dua. Dia
memeluk Angga sambil menangis. Ibunya kan mirip nak Arum,
jadi dia bilang ada ibu dua."
"Sayang sekali ya bu? Benar sekali, bu Arum belum ingin
pulang, tapi kangen sama Angga."
"Aryo pasti kecewa kalau tau tentang hal ini."
"Ikut prihatin ya bu. Begini saja, barangkali dilain hari bu
Arum akan kemari lagi, setiap Angga ada diluar, ibu atau saya
akan mengawasinya, siapa tau kita bisa membujuknya untuk
pulang."
"Iya nak, benar, terimakasih ya nak. Seandainya benar, pasti
nak Ratih tidak akan repot karena harus mengasuh Angga yang
nakalnya bukan main."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 141


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak bu, saya tidak repot kok, sungguh."


––––––––
Ketika mendengar mobil berhenti, bu Suryo melongok
keluar. Dilihatnya sebuah taksi, dan ternyata Arum turun dari
dalamnya.
"Kalau tau mau naik taksi kok tadi nggak mau diantar Pono,"
gumamnya.

Yapi ketika Arum mendekat, dilihatnya wajahnya pucat dan


matanya sembab.
"Ada apa Rum?"
"Ibu..." isaknya, lalu dirangkulnya bu Suryo.
"Ada apa ini, kemarin pergi, pulang-pulang nangis, ini lagi..
pergi ..pulang pulang nangis. Ada apa Rum?"
"Tadi Arum ketemu Angga."
"Nah, senang dong, dirumah ?"
"Tidak bu, disekolah, Angga sudah sekolah."
"Menyenangkan bukan?"
"Arum sempat memeluknya, manangisinya."
"Hm... lalu?"
"Tapi dia bilang punya ibu dua.. apakah mas Aryo sudah
mengambil Rini sebagai isteri?"
"Apa Angga bilang begitu?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 142


Pdf created by: Goldy Senior

"Bilang ada ibu dua, satunya disana, katanya sambil


menunjuk kedalam. Lalu saya lari bu, saya nggak mau ketemu
Rini."
"Sabar ya nak.. sudah, jangan menangis. Nanti kamu jatuh
sakit lagi. Ayo ganti bajumu, sudah waktunya makan siang."
"Arum belum lapar bu."
"Tapi kamu harus minum obat. Jangan sampai terlambat."
Arum melangkah kedalam, masih dengan linangan air mata.
Hatinya bagai di-remas-remas.
"Untuk apa saya hidup bu, nggak usah minum obat, biarkan
saya mati bu," katanya sambil menuju kearah kamar. Bu Suryo
yang mendengarnya segera mengejarnya.
"Arum, nggak boleh ngomong begitu."
"Untuk apa saya hidup bu?"
"Mati dan hidup itu bukan kamu yang menentukannya.
Kamu harus berserah diri, dan terus memohon agar segera
terlepas dari beban ini."
"Bukankah beban akan terlepas ketika saya mati?"
"Tidak Arum, kematian bukan untuk melepaskan beban.
Kematian justru membawa beban. Keinginanmu mati itu adalah
beban, beban dosa yang harus kamu pertanggungjawabkan
dihadapan Tuhan."
"Ibu.." kembali Arum memeluk bu Suryo.
"Kamu harus kuat."
Arum dituntun memasuki kamar karena tampak lemas.
Dibalik pintu, yu Siti menatapnya dengan air mata terurai.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 143


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo terpana mendengar apa yang dikatakan Angga bahwa


ibunya ada dua. Mana mungkin dia bisa menjawab pertanyaan
anaknya?
"Mengapa ibunya Angga ada dua? Mengapa yang satunya
pergi?"
"Angga, apa itu benar?"
"Bapak.. Angga tidak bohong. Tadi ibu menciumi Angga
sambil menangis."
"Angga biarkan ibu pergi?"
"Angga harus masuk kelas, lalu ibu pergi."
Aryo memeluk Angga, tak tau harus menjawab apa.
"Angga sekarang tidur ya, biar bapak gendong sampai kamu
tertidur."
"Dimana ibu?"
"Tidurlah Angga.. "
"Aku mau ibu.."
"Ayuk kita jalan-jalan saja..."
"Mencari ibu?"
"Baiklah, mencari ibu, tapi kalau belum ketemu juga, besok
lagi ya, Angga nggak boleh rewel."
Angga mengangguk, lalu Aryo menggendongnya sambil
mengambil kunci mobil.

"Keluar sebentar bu," Aryo berpamit kepada ibunya yang


menanggapinya sambil mengangguk. Ia tau Angga sedang rewel,
sementara Ratih sudah pulang ketika Angga tidur siang tadi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 144


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
Aryo bingung bukan alang kepalaang. Pelan ia menjalankan
mobilnya sambil berfikir apa yang akan dikatakan kepada Angga
kalau Angga terus mendesaknya. Kalau saja dia tau bahwa Arum
akan datang, pasti segalanya akan selesai. Ia akan meminta, kalau
perlu menyembah-nyembah agar Arum bersedia pulang.
Dilihatnya Angga duduk disampingnya, menyandarkan
kepalanya. Aryo berharap Angga akan tertidur. Tapi tidak,
matanya mengawasi jalanan diantara keramaian lalu lintas
dimalam hari. Tampaknya ia mencari sesuatu. Aryo menghela
nafas.
Karena bingung, sa'at berhenti di sebuah traficlight Aryo
mengirim pesan singkat kepada Ratih.
"Saya bingung, Angga rewel mencari ibunya, saja ajak di
putar-putar, bolehkah saya melewati rumah bu Ratih, lalu bu
Ratih saya mohon kalau tidak keberatan keluar kejalan, pura-pura
lagi jalan, gitu. Ma'af merepotkan."
Pesan singkat yang panjang. Mudah-mudahan Ratih
membacanya segera.
Aryo terus mengendarai mobilnya pelan, menuju rumah
Ratih.
"Nggak ketemu ya bapak?" tiba-tiba Angga bertanya,
rupanya dia juga memperhatikan kiri kanan jalan yang dilaluinya.
"Gelap sih, barangkali nggak kelihatan." Aryo menjawab
sekenanya.
Angga terdiam.
"Angga nggak capek?"
"Enggak."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 145


Pdf created by: Goldy Senior

"Tapi ngantuk kan?"


"Enggak."
"Kok matanya kelihatan sipit begitu," Aryo mencoba
mengajaknya bercanda.
"Nggak kok, nggak sipit.."
Mobil Aryo terus menyusuri jalanan yang ramai. Ia berharap
Ratih sudah membacanya. Dipencetnya sekilas ponselnya,
ternyata belum terbaca.
––––––––
"Ratih..." panggil pak Pardi yang duduk sendirian sambil
menonton televisi.
"Ya bapak.."
"Kemana saja kamu itu,"
"Lagi nyuci piring dibelakang, ada apa pak?"
"Ponselmu bunyi dari tadi, kamu bapak panggil-panggil
nggak dengar."
"Oh, mungkin karena mencuci piring itu kan bherisik
suaranya, ditambah suara kran yang mengucur. Ada yang
menelpone?"
"Lihat saja sendiri."
Ratih menghampiri ponsel yang terletak dimeja didepan
ayahnya. Terkejut ketika ada pesan dari Aryo.
"Ya Tuhan.. sebentar ya pak," kata Ratih sambil berlari
kekamar, berganti pakaian sekenanya, lalu berpamit pada
ayahnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 146


Pdf created by: Goldy Senior

"Ratih keluar sebentar ya pak."katanya sambil mengambil


ponselnya.
"Ada apa?"
"Angga rewel, mencari ibunya, pak Aryo sedang berjalan
kemari, saya akan keluar sebentar."
"Baiklah. Kasihan anak itu."
Ratih setengah berlari pergi kejalan.
"Jangan-jangan sudah lewat, aku terlambat membaca
pesannya," keluh Ratih. Lalu ia berjalan kearah kanan, ada
warung disana, sambil menunggu akan pura-pura membeli
sesuatu. Tapi sebelum sampai diwarung yang dituju, sebuah
mobil berhenti tepat disebelahnya.

Ratih berhenti melangkah. Pintu depan terbuka, dan


terdengar teriakan Angga.
"Ibuuu... ini bapak, kita ketemu ibu," teriaknya senang.
"Angga.."
"Mengapa ibu pergi?"
"Ma'af ya.." kata Aryo dari belakang kemudi sambil menatar
Ratih. Walau dalam gelap, mtatapan itu sempat menghunjam
jantungnya. Hm.. selalu begini, keluh Ratih dalam hati.
"Ayo ibu naik kesini," teriak Angga sambil turun dari mobil
lalu menarik tangan Ratih.
Ratih menurut, duduk di jok depan, lalu dipangkunya Angga.
Aryo menjalankan mobilnya. Lega melihat Angga tampak
senang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 147


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu harus tidur sama Angga, Angga nggak mau ibu pergi,"
rengeknya.
"Ya sudah, Angga sekarang tidur, ini sudah dipangku sama
ibu." kata Ratih sambil meletakkan kepala Angga didadanya.
Sebelum sampai kerumah Angga sudah terlelap dalam dekapan
Ratih.
"Nanti setelah dia benar-benar terlelap, saya antar bu Ratih
pulang," kata Aryo berbisik.
Ratih hanya mengangguk.
––––––––
Sudah seminggu Rini membantu Wuri dirumah sakit.
Lumayan melegakan karena Rini bisa keluar dari rumah yang
membuatnya bosan.
"Rini, antarkan berkas ini ke poli bedah ya."
"Apa ini?"
"Antarkan saja, mereka kan sudah tau."
"Aku mau mampir ke kantin ya, lapar aku."
"Ya ampun, sebentar lagi waktunya makan, kita akan makan
bersama nanti."
"Tapi aku juga haus."
"Rini, cepatlah, berkas itu ditunggu. Makannya nanti bareng
sama aku," jawab Wuri kesal.
"Baiklah, baiklah, juragan," kata Rini sambil bersungut.
Rini membawa berkas itu lalu berjalan kearah poli bedah.
Beberapa hari membantu ditempat itu, Rini sudah banyak
dikenal, karena dia memang ramah kepada setiap orang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 148


Pdf created by: Goldy Senior

Ia menyerahkan berkas itu, tapi ia benar-benar haus. Ia harus


minum segelas es teh atau es jeruk sebelum kembali menemui
Wuri.
Tapi ketika sedang berjalan itu, didepan pintu masuk ruang
periksa, ia melihat seseorang yang ditakutinya. Arum. Rini
menghentikan langkahnya, namun tampaknya Arum keburu
mengenalinya.
––––––––

14
Rini mundur kebelakang, menabrak gerobag dorong yang
membawa seabreg obat-obatan.
"Rini !!" teriak Arum.
Tapi Rini terus berlalu, setengah berlari dan mendapat
ketuntungan karena gerobag obat-obatan itu berhenti.
Pendorongnya memunguti beberapa box obat yang terjatuh akibat
tertabrak olehnya, dan itu menutupi penglihatan Arum atas
dirinya.Tak perduli pendorongny mengomel dengan wajah geram
melihat Rini bukannya membantu malah berlari sepeti dikejar
setan.
"Siapa Rum?" tanya bu Suryo yang duduk disebelah Arum.
"Saya melihat Rini bu, tapi baru saya panggil dia sudah lari
ketakutan," kata Arum kesal.
"Dia pegawai rumah sakit ini?"
"Sepertinya bukan, dia tidak memakai seragam seperti
karyawan lainnya. Mungkin juga sedang berobat. Entah sakit
apa."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 149


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya sudah, biarkan saja. Siapa menanam dia akan memetik


buahnya."

Arum merasa lemas, badannya sedang tidak begitu sehat,


ditambah bertemu dengan Rini yeng menyulut kembali
kemarahannya.
Disandarkannya kepalanya kepundak bu Suryo, yang
mengelusnya lengannya agar Arum lebih tenang.
"Bu, lama sekali tidak segera dipanggil, Arum sangat letih."
"Sebentar lagi pasti dipanggil. Sabar sebentar ya."
"Sakit apa saya ini bu?"
"Kamu terlalu banyak pikiran, itu saja kok. Oleh sebab itu
kamu harus tenang, lepaskan semua pikiran yang membuatmu
sedih. Percayalah, kamu akan segera sehat, dan mendapatkan
kebahagiaanmu kembali."
"Ibu Arumsari..! teriak perawat memanggil nama Arum.
Bu Suryo membantu Arum berdiri, dan menuntunnya
kedalam ruangan praktek.Dilihatnya seorang dokter duduk
menunggu. Bukan dokter yang biasanya merawat Arum. Ini
dokter muda, dan .. sedikit handsome.. Dengan wajah resik dan
senyum simpatik, dan tatapan mata tajam yang menenangkan,
dipersilahkannya Arum dan bu Suryo duduk.
"Selamat siang, ibu," sapanya ramah.
"Selamat siang dok. Kok dokternya ganti?" tanya bu Suryo.
"Saya menggantikan dokter Seno, yang dipindahkan ke
rumah sakit pusat. Saya dokter Bram. Bramasto."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 150


Pdf created by: Goldy Senior

Arum menatap dokter muda itu tanpa mengucapkan sesuatu.


Ia merasa lemas, tak bertenaga.
"Menurut catatan yang saya baca, ibu Arum sehat kok. Tapi
mengapa tampak seperti orang sakit? Banyak pikiran
barangkali?"
Arum tersenyum, tipis.
"Apa yang ibu pikirkan ?"
Masih sambil tersenyum tipis Arum menatap dojter muda itu.
Dokter itu membalasnya dengan tatapan tajam.
"Banyak dok yang dipikirkan anak saya. Baru mendapat
cobaan," kata bu Suryo menerangkan.
"Oh, baiklah, tapi semua cobaan kan harus dihadapi ya bu,
tidak harus patah semangat. Apa ibu tau? Pikiran yang terlalu
berat bisa menimbulkan penyakit?"
Arum menundukkan kepalanya. Begitu lembut dokter itu
berkata dan sedikit menenangkannya.
"Sekarang apa yang ibu rasakan?"
"Hanya lemas," jawab Arum lirih.
"Baiklah, saya akan memeriksa ibu lagi. Silahkan berbaring
Arum berdiri, seorang perawat membantunya berbaring/ Lalu
memeriksa tekanan darah Arum.
"Tolonglah dok, beri dia semangat untuk hidup," kata bu
Suryo berbisik.
"Separah itu?"
Bu Suryo mengangguk.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 151


Pdf created by: Goldy Senior

"Kalau keadaannya sudah sehat, maka siap dioperasi ya bu,"


kata dokter Bram.
Perawat sedang mengajaknya bicara, sehingga Arum tak bisa
menangkap pembicaraan bu Suryo dan dokter Bram.

"Masih rendah bu, " kata perawat itu kepada Arum. Ketika
perawat itu mundur, dokter Bram berdiri dan melakukan tugasnya
memeriksa Arum.
"Bu Arum harus makan yang banyak, pikiran tenang, dan
jangan lupa obatnya ya." kata dokter Bram yang memeriksa
dengan stetoskop nya.
Arum mengangguk pelan. Dan lagi-lagi tatapan mata tajam
pak dokter bagai menusuk jantungnya.
"Saya tuliskan resepnya ya bu," kata dokter Bram setelah
memeriksa Arum.
"Tekanan darah masih rendah, jantung sedikit lemah. Rutin
diminum obatnya ya." katanya sambil menatap Arum.
Arum mengangguk.
"Kalau semuanya sudah baik, maka bu Arum siap dioperasi."
Arum terkejut. Ia tak pernah tau apapun tentang penyakitnya,
dan sekarang akan dioperasi?
––––––––
Wuri jengkel karena Rini pergi lama sekali. Begitu datang, ia
terengah engah seprti baru saja menyelesaikan lomba lari maraton
seribu kilo.
"Kamu dari mana sih? Jadi makan duluan ya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 152


Pdf created by: Goldy Senior

"Nggak.. boro-boro makan, minum juga nggak sempat."


katanya sambil terengah.
"Kamu kenapa sih?"
"Mana air minum punya aku tadi?" tanyanya kemudian
mengambil botol minuman mineral yang airnya masih tersisa
setengahnya, lalu diteguknya habis.
"Kamu kenapa sih? Dikejar setan?"
"Bukan cuma setan. Ini sih buyutnya setan. Haduuuh... "
"Tadi mana berkasnya? Jangan-jangan jatuh entah dimana
karena kamu kabur dari buyutnya setan."
"Sudaaah... sudah beres. Ayo sekarang makan, semua sudah
pada pergi makan tuh."
"Ya, sebentar. Tapi katakan tadi kenapa?"
"Aku melihat bu Arum."
"Aduuh, bu Arum lagi?"
"Eh, tau nggak, tadi aku pas mau menghindar, eh.. dia malah
melihat aku. Dia memanggil aku, lalu aku kabur."
"Orang kalau punya dosa ya begitu itu. Sudah ayo makan,"
kata Wuri sambil berjalan keluar dari ruang kerjanya. Rini
mengikutinya.
"Jangan lewat situ, ayo lewat sini saja."
"Kenapa sih, jauh, tau, katanya keburu lapar."
"Iya sih, tapi dia masih disana."
"Dimana?"
" Di klinik bedah," kata Rini sambil menarik Wuri agar
melewati jalan lain.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 153


Pdf created by: Goldy Senior

"Dia mau operasi?"


"Ya nggak tau, mendekat saja tidak."
"Sakit apa dia? Sama suaminya?"
"Nggak, sama ibu-ibu, tapi itu bukan ibunya sendiri, aku kan
kenal sama bu Martono, ibunya bu Arum."
"Mungkin pembantunya."
"Ihh, bukan, pembantu pakaiannya glamour begitu. Pasti
orang kaya dia."
"Oh, saudaranya barangkali."
"Ketika aku melihatnya pertama kali, juga sama ibu-ibu itu.
Tapi ketika aku melihat ditoko mainan beberapa minggu yang
lalu itu, bu Arum kelihatan segar lho, tidak seperti orang sakit."
"Bisa jadi ketika itu pas merasa badannya segar, tidak
merasakan sakit."

"Seandainya bisa ketemu pak Aryo, tapi kalau pas sendiri


lho, aku mau menanyakan, sakit apa isterinya."
"Ada apa sih, kau mau tau urusan orang. Kamu sudah hampir
merusak rumah tangganya, masih usil saja."
"Nggak apa-apa, iseng saja. Lagian aku kangen melihat
wajah gantengnya."
"Nggak waras-waras juga nih orang."
"Nggak tau kenapa, aku ingin mengganggunya."
Wuri terdiam, wajahnya muram, tampak bahwa ia sangat
marah pada sahabatnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 154


Pdf created by: Goldy Senior

"Halloooowww... aku hanya bercanda, kok marahnya


beneran sih?"
––––––––
Ketika disepanjang perjalanan pulang itu Arum hanya
terdiam, tapi begitu sampai dirumah, ia tak tahan lagi untuk
bertanya kepada bu Suryo.
"Ibu, sebenarnya saya sakit apa?"
"Pono !!" teriak bu Suryo memanggil Pono.
Pono mendekat, bu Suryo mengulurkan selembar resep dan
beberapa lembar uang ratusan ribu.
"Tolong belikan obat ini di apotik yang biasa ya No, tadi mau
sekalian mampir, bu Arum tampaknya sangat lelah."
"Baik bu," jawabnya kemudian berlalu. Yu Siti, tolong
siapkan baju ganti untuk Arum ya."
Yu Siti menatap Arum.
"Nak Arum sudah sehat?"
"Sudah, nanti kita bicara lagi, sekarang biar Arum cuci kaki
tangan dan berganti pakaian."
Yu Siti pergi kekamar Arum dan mengambil pakaian ganti
untuk Arum, kemudian diketuknya pintu kamar mandi .
"Nak Arum, ini baju ganti untuk nak Arum."
Arum membuka pintu kamar mandi, menerima baju yang
dibawa yu Siti lalu menutupnya lagi. Ia sama sekali tak pernah
diberitau tentang penyakitnya, dan tiba=tiba akan dioperasi? Sakit
apa aku ini?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 155


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Suryo selama ini memang menyembunyikan penyakit


yang diderita Arum. Tak berani mengatakannya karena khawatir
akan menambah kesedihan Arum.
"Yu Siti, Arum hanya menghabiskan obat yang tadi
diberikan dokter, untuk sebulan. Setelah itu kalau kondisinya
sudah kuat, akan segera dioperasi."
"Apa itu bahaya bu?" tanya yu Siti dengan nada khawatir."
"Tidak yu, justru kalau tidak dioperasi akan menjadi bahaya.
Aku belum pernah membicarakan tentang penyakitnya ini kepada
Arum yu, khawatir kalau dia shock.. kondisinya masih seperti itu.
Apalagi kalau teringat akan anaknya."
"Sangat memprihatinkan ya bu, saya sering menangis kalau
memikirkan keadaan nak Arum. Nasibnya sungguh buruk."
Arum sudah keluar dari kamar mandi. Bu Suryo siap
mengatakan tentang operasi itu, karena memang sudah sa'atnya
dia tau. Ia mengikuti Arum masuk kedalam kamarnya.
"Arum, istirahatlah sebentar. Yu Siti akan menyiapkan
makan siang, sementara itu Pono pasti sudah kembali dari
membelikan obat untuk kamu."
"Ibu, mengapa saya harus dioperasi?"
"Sebenarnya ibu sudah lama ingin mengatakannya. Tapi ibu
menghawatirkan keadaan kamu yang masih lemah. Bukan hanya
lemah raga, tapi juga jiwa kamu."
"Setiap saya bertanya, ibu selalu menjawab saya tidak apa-
apa."
"Benar. Setiap ibu konsultasi dengan dokter, ibu selalu
mengatakan tidak apa-apa. Habis pemeriksaan apapun selalu ibu
merahasiakannya. Ibu kgawatir kamu bertambah sedih

Setangkai Mawar Untuk Ibu 156


Pdf created by: Goldy Senior

mendengarnya. Tapi akhirnya ibu harus mengatakannya, karena


bagaimanapun kamu harus menjalaninya."
Arum duduk ditepi pembaringan, menatap bu Suryo yang
duduk dikusi didekatnya.
"Berbaringlah, kamu tadi merasa lemas bukan?"
Arum menurut, dibaringkannya tubuhnya, lalu bu Surryo
memijit kakinya perlahan.
"Tapi kamu tidak usah khawatir. Kamu akan ditangani oleh
ahlinya."
"Penyakit saya apa?" tanyanya lirih, dengan hati berdebar-
debar.
"Ada tumor dirahim kamu."
"Oh, itu ganas? Apa saya akan mati?"
"Mengapa kamu berkata begitu? Kamu aku bawa ke dokter,
biar diobati, biar kamu sehat, dan aku tak akan membiarkan hal
buruk terjadi sama kamu."
"Sudah diperiksa, itu tumor jinak. Kamu nggak usah takut.
Justru kamu dioperasi supaya kamu sehat."
Arum sangat terharu, begitu besar perhatian bu Suryo kepada
dirinya. Ia menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk dirinya.
Lagi-lagi air matanya berlinang. Lalu bu Suryo mengusapnya
lembut.
"Apa yang harus saya lakukan untuk membalas semua
kebaikan ibu?"
"Apa maksudmu? Kamu itu anakku, dan merawat anak
bukan sebuah kebaikan, tapi sebuah kewajiban. Lupakan semua
itu, dan aku hanya ingin kamu segera menemukan kebahagiaan.
Jadi kamu harus sehat, dan raih kebahagiaan itu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 157


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
Sebulan berlalu, Ratih mengisi hari-harinya dengan selalu
menghibur Angga, dan berusaha melupakan 'ibu yang satunya'. Ia
mengajaknya bermain, dan terkadang mendongeng sa'at Angga
mau tidur.
Terkadang Ratih harus tidur juga dirumah keluarga Aryo
kalau Angga sangat rewel. Dan lama kelamaan sang 'ibu yang
satunya' tidak lagi ditanyakannya.
Lama kelamaan Aryo juga terbiasa dengan kehadiran Ratih,
dan mereka tampak semakin akrap. Rasa rikuh yang tadinya
memenuhi perasaan mereka lenyap digilas hari demi hari yang
terkadang melelahkan.
Penantian Ratih akan datangnya Arum pada suatu hari
disekolah Angga, pupus sudah. Karena Arum tak pernah lagi
kembali kesana.
Aryo yang berharap akan kembalinya Arum, perlahan
meletakkan gundah dan gelisahnya akibat kehilangan seorang
isteri yang dicintainya. Nyatanya hanya sekali Arum datang
menemui Angga. Dan tak perduli lagi setelahnya.
Seandainya Aryo tau, hari itu Arum sedang menjalani
operasi tumor yang dideritanya. Hanya bu Suryo, yu Siti dan
terkadang Pono yang menungguinya.
––––––––
Celakanya, Rini mendengar perihal Arum yang dioperasi.
Kemudian timbullah niyat untuk mengganggu Aryo.
Ketika itu ia sedang berjalan kearah ruang kerja Wuri setelah
menjalankan tugas yang diberikan Wuri. Tiba-tiba ia harus
menepi karena sebuah brankar sedang didorong kearah ruang
operasi. Sebenarnya Rini tak perduli, tapi wanita yang berjalan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 158


Pdf created by: Goldy Senior

dibelakang brankar itu dikenalnya. Ia adalah ibu-ibu yang selalu


mengantar Arum.
Rini memperlambat langkahnya, melongok kearah brankar
itu, dan ia terkejut karena Arumlah yang ada diatas brankar itu.
Ketika sampai diruang kerja Wuri, ia sengaja tak mengatakan
apapun yang dilihatnya, karena sebal dengan omelan-omelan
sahabatnya itu.
––––––––
"Aku besok dinas sore, jadi jangan tidur siang kalau tak ingin
terlambat," kata Wuri pagi itu.
"Aku besok minta ijin ya, sorenya ada perlu."
"Ada perlu apa sih? Tumben-tumbenan punya perlu segala."
"Aku akan menemui saudara ibuku yang katanya sedang ada
dikota ini."
"Oh ya? Ya sudah nggak apa-apa, tapi sehari saja, karena aku
lagi banyak pekerjaan."
"Iya, sehari saja, pelit amat sih."
––––––––
Rini turun dari taksi yang ditumpanginya, tak jauh dari
rumah Aryo. Ia berjalan pelan, melewati rumah bekas majikan
gantengnya. Ia melongok kearah halaman, tapirumah itu tampak
sepi.
"Apakah pak Aryo menunggui isterinya dirumah sakit? Jam
segini biasanya baru pulang dari kantor." gumam Rini.
Lalu Rini melewati rumah Aryo, dan setelah kira-kira
duaratus meter dia kembali lagi untuk melewatinya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 159


Pdf created by: Goldy Senior

Tapi ketika ia berada tepat didepan rumah itu, tiba-tiba


terdengar teriakan.
"Riniii!!"
Rini terkejut, dan bersorak gembira karena punya alasan
untuk berhenti disana.
Ia berhenti, dan Angga berlari mendekatinya. Begitu dekat
Rini langsung merangkulnya lalu mengangkatnya sera
menggendongnya.
"Adduh, Angga sudah besar, Rini nggak kuat lagi nih, ayuh
turun !!"
Angga merosot turun.
"Bapak mana?" bisik Rini ditelunga Angga.
"Belum pulang," jawab Angga.
Kemudian ia berteriak.
"Ibuuuu... ada Riniii !!"
Rini terkejut setengah mati.
––––––––

15
Rini melepaskan tangan Angga yang sedang menggenggam
tangannya. Ia bergegas keluar dari halaman dan menghilang
dibalik pagar, setelah melihat sesosok bayangan orang yang
dikenalnya, Arum, keluar dari rumah.
Angga heran melihat sikap Rini.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 160


Pdf created by: Goldy Senior

"Angga, ngapain kamu disitu, ayuh sini.. ibu sudah membuat


susu untuk Angga."
Angga berlari mendekati Ratin.
"Ibuuu... ada Rini disana.." katanya sambil menun juk
kejalan.
"Mana dia sekarang, ibu tadi melihatnya sekilas."
"Sudah pergi lagi."
Ratih teringat nama itu. Rini, yang ketemu disebuah toko
mainan, dan Aryo tampak sangat membencinya. Siapa
sebenarnya Rini? Terbersit keinginan untuk mengetahuinya. Dan
mengapa Aryo sangat membencinya, sementara Angga tampak
sangat akrab dengannya.
"Ya sudah, biarkan saja, ayo diminum dulu susunya."
"Mengapa Rini pergi?"
"Mungkin ada keperluan."
"Keperluan itu apa?"
"Keperluan itu adalah sesuatu yang harus dilakukan. Aduh..
kamu nih, semua-semua ditanyakan, anak pintar, anak ganteng,
ayo diminum dulu susunya," kata Ratih yang kemudian
menggandeng tangan Angga kedalam rumah.
––––––––
Rini melangkah semakin menjauhi rumah keluarga Aryo,
dengan benak penuh pertanyaan. Bukankah Arum terbaring
dirumah sakit setelah menjalani operasi? Mengapa tadi ada
dirumah? Salahkah ia melihat brankar yang membawa Arum
kearah kamar operasi? Rini terus berjalan, lupa memanggil taksi
atau kendaraan lain agar bisa membawanya kembali kerumah
Wuri.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 161


Pdf created by: Goldy Senior

"Apa mataku rabun? Dirumah itu ada bu Arum, dirumah


sakit ada bu Arum.. apa aku gila karena tergila-gila pada pak
Aryo yang guanteng?" gumamnya sepanjang jalan.

Karena bingung Rini melangkah kerumah sakit. Ditemuinya


Wuri yang heran melihat kedatangannya.
"Katanya mau ada perlu?"
"Nggak jadi."
"Kok..?"
"Nggak ketemu sama orangnya."
"Hm.. lalu mengapa kamu celingukan kesana kemari?" tanya
Wuri karena Rini tampak seperti orang bingung.
"Eh.. dengar.. aku tuh melihat bu Arum opname disini
sehabis operasi. Tapi kok tiba-tiba dia ada dirumah ya?"
"Tuh kan,. kamu ijin karena punya maksud yang nggak baik
kan? Aku sudah menduga."
"Aduuh, jangan ngomel dulu dong, aku lagi bingung nih."
"Nggak usah bingung, itu bukan urusan kamu. Sekarang sini,
catat yang sudah aku tulis itu dibuku, seperti biasa."
"Aku mau ke bangsal pasien rawat inap dulu, boleh kan?"
"Nggak boleh, kalau nekat juga aku akan pecat kamu!" kata
Wuri tegas, lalu mengerjakan pekerjaannya yang lain.
"Waduh, kejam amat!"
Wuri tak menjawab. Dia kesal pada ulah sahabatnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 162


Pdf created by: Goldy Senior

Namun Rini tak kehabisan akal. Dia berjanji pada dirinya,


akan melihat ke bangsal dimana Arum dirawat. Dia harus yakin
akan penglihatannya.
––––––––
"Bu Arum.. bagaimana sekarang? Merasa lebih baik?" kata
dojter Bram ketika memeriksa Arum sore itu.
Arum tersenyum. Ia merasa setiap kata yang diungkapkan
sang dokter selalu bisa menyentuh perasaannya.
"Bagaimana ?"
"Baik dok," jawab Arum pelan.
"Masih ada yang terasa sakit?"
"Disini dok," kata Arum sambil menunjukkan bekas jahitan
ditempat yang dioperasi dua hari lalu.
"Oh, iya.. masih terasa nyeri ya, iyalah pastinya, kan masih
baru lukanya. Tapi nanti akan sembuh kok. Merasa pusing?"
"Tidak,"
"Bagus, tekanan darah sudah normal, cuma kurang sedikit,
besok pasti lebih baik."
Arum tersenyum lagi. Dan dokter Bram suka menikmati
senyum itu. Ada mata yang teduh tapi membuat trenyuh. Ada
duka yang entah apa, dipendamnya jauh didasar hatinya. Ingin
dokter Bram menanyakannya, tapi sungkan. Mungkin nanti.
"Siapa yang menemani disini ?"
"Ibu, tapi sedang pulang sebentar.."
"Suami bu Arum?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 163


Pdf created by: Goldy Senior

Arum terdiam, matanya mendadak berkilat oleh air mata


yang merebak. Dokter merasa menyesal menanyakannya. Itukah
sebabnya maka mata itu seakan menimbulkan trenyuh?
"Ma'af bu Arum, saya tidak bermaksud membuat iby sedih,"
kata dokter Bram penuh rasa sesal.
"Tidak apa-apa dokter," jawab Arum lirih
"Baiklah bu Arum, besok dicoba latihan duduk ya? Pasti
masih sakit, tapi pelan-pelan harus dicoba."
"Baik."
"Suster, infusnya bisa diganti setelah ini," perintahnya
kepada suster yang mengantarkannya.
"Baik dokter."
"Bu Arum sudah bisa makan banyak kan?"
"Sedikit,"
"Kok sedikit, makan yang banyak supaya segera sehat. Ya?"
Arum lagi-lagi mengangguk sambil tersenyum. Genangan
air mata itu masih tampak disana. Dokter Bram ingin
mengusapnya. Tidak, itu tidak sopan, pikirnya. Ia mengambil
selembar tissue kemudian diberikannya pada Arum. Dia
mengangguk sebentar lalu meninggalkan Arum sendirian.

Arum memandangi tissue yang diulurkan dokter muda itu.


Diusapnya setitik air matanya. Pastilah banyak yang bertanya-
tanya, mengapa dalam keadaan sakit, habis dioperasi lagi, maka
tak tampak suaminya menunggui. Arum teringat, ketika sebelum
operasi, harus suami menandatangani surat pernyataan, bu Suryo
mengatakan bahwa suaminya sedang pergi dan dia ibunya yang
akan menandatanganinya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 164


Pdf created by: Goldy Senior

Mungkin sang dokter mengira bahwa perginya tidak akan


lama. Ah, entahlah, Arum tidak akan memikirknnya.
Tak lama kemudian suster perawat menggantikan infusnya.
"Ada keluhan bu? Ada yang terasa sakit?" perawat itu
bertanya.
"Tidak, suster."jawab Arum pelan. Kalau pertanyaannya,
apakah hati ibu sakit? Pasti akan dijawabnya..'ya'. Tapi tidak,
Arum akan berusaha melupakan semuanya. Suaminya sudah
melupakannya, dan menaruh perempuan penghianat itu didalam
rumah tangganya, menjadi ibu bagi anaknya. Tak akan lagi ada
sesal seandainya dia tak pulang sekalipun.
––––––––
Ketika Angga sudah tidur malam itu, Ratih bersiap untuk
pulang. Bu Nastiti mengantarkan sampai kedepan sambil
mencari-cari Aryo ada dimana.
"Sudah bu, nggak apa-apa, saya pulang sendiri saja," kata
Ratih.
"Jangan nak, ini sudah malam. Mana ya Aryo, " kata bu
Nastiti sambil melongok ke halaman.
Dibawah pohon mangga dilihatnya Aryo sedang duduk
termenung. Tapi ia bangkit ketika melihat ibunya dan Ratih
berjalan kearahnya.
"Biar saya pulang sendiri saja pak," kata Ratih.
"Eh, jangan bu, biar saya antar," kata Aryo sambil masuk
kedalam rumah untuk mengambil kunci mobil.
"Setiap hari saya merepotkan ya bu," kata Ratih kepada bu
Nastiti.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 165


Pdf created by: Goldy Senior

"Bukannya terbalik nak? Kami yang se;a;u merepotkan nak


Ratih bukan?"
"Tidak bu, saya tidak merasa repot. Sungguh.."
"Mari bu Ratih," kata Aryo yang sudah mengganti baju dari
kaos singlet yang tadi dikenakannya. Ratih melirik sesa'at, lalu
mengalihkan pandangan kearah lain.
Aryo membukakan pintu mobil agar Ratih duduk
disebelahnya.
Ratih melambaikan tangan kearah bu Nastiti ketika mobil itu
berjalan dan keluar dari halaman.
"Angga meletihkan bukan?"
"Tidak pak, dia anak baik. Saya suka."
"Terimakasih untuk semua yang bu Ratih lakukan. Kalau
tidak ada bu Ratih, entah bagaimana saya menghadapi anak saya
yang kehilangan ibunya."
"Jangan difikirkan pak, asalkan Angga senang, saya juga
senang."
"Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih."
"Bolehkah saya menanyakan sesuatu ?" tanya Ratih.
"Silahkan, ada apa?"
"Siapa sebenarnya Rini?"
Aryo menghela nafas berat. Ingatan akan Rini membuat
wajahnya muram. Dari dialah awal dari semua kejadian ini.
"Ma'af, kalau keberatan, tidak usah bapak menjawabnya.
Kemarin dia datang kerumah, tapi begitu Angga memanggil saya,
dan saya keluar, dia tiba-tiba kabur."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 166


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh ya?"
"Tampaknya dia mengira bahwa saya adalah bu Arum."
"Pastinya begitu. Mm.. saya akan mengatakan semuanya. Bu
Ratih sudah sangat baik kepada keluarga saya, saya tak akan
menutupi semua rahasia ini."
Ratih diam, menunggu apa yang akan dikatakan Aryo.
"Ceritanya panjang. Maukah bu Ratih menemani saya
sekedar minum disebuah restoran? Saya akan mengatakan
semuanya."
Karena terdorong oleh rasa keingin tahuan, Ratih
mengangguk.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama."
"Tidak, hanya sekedar minum atau makan sesuatu, agar saya
bisa mengatakan semuanya."
Aryo menghentikan mobilnya disebuah rumah makan. Ia
memilih tempat duduk yang agak jauh dari beberapa orang lain
yang sedang makan disana.

"Bu Ratih mau minum apa?" tanya Aryo ketika mereka


sudah duduk.
"Saya lemon tea saja. Yang hangat."
"Sama kalau begitu. Mau makan apa?"
"Nggak usah pak, nanti saya nggak bisa menemani bapak
saya makan kalau kekenyangan disini."
"Yang ringan-ringan saja. Oh ya, ada kroket enak disini. Mau
ya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 167


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo memesan minumannya dan kroket dua porsi. Mereka


duduk berhadapan. Sesekali mata mereka bertatapan. Ada getar
aneh yang mengganggu Aryo ketika menyadari bahwa dia sudah
beristeri. Tidak, aku tidak boleh punya perasaan aneh seperti ini.
Aryo menghela nafas.
"Pak Aryo jadi mengatakan sesuatu?" tanya Ratih
mengingatkan.
"Oh ya.. oh ya, aduuh, saya kok merasa gelisah seperti ini,"
kata Aryo sambil meletakkan kedua tangan diatas meja.
"Gelisah?"
"Saya teringat isteri saya. Dulu kami sering makan dan
minum disini."
Ratih terdiam, barangkali Aryo akan memulai ceritanya dari
situ. Ternyata kemudian dia terdiam sambil memainkan kunci
mobil yang terletak didepannya. Bahkan sampai pesanan mereka
datang, Aryo belum juga mengatakan sesuatu tentang Rini.
"Kalau bapak keberatan, tidak usah dipaksakan. Ma'af kalau
rasa keingin tahuan saya mengganggu pak Aryo."
"Tidak, saya akan menceritakan semuanya. Silahkan
diminum," kata Aryo sambil mengaduk minumannya.
Ratih mengikutinya. Dalam udara yang mulai dingin,
memang lebih baik minum minuman hangat.
"Sesungguhnya semua ini salah saya. Iman saya kurang
teguh, dan mudah tergoda. Situasi sa'at itu memang sangat
mendukung. Hujan, dingin, isteri saya sedang pergi membezuk
temannya yang lagi sakit. Angga sudah tidur, dan Rini menggoda
saya. Entah salah siapa, walau tidak sampai melakukan hal

Setangkai Mawar Untuk Ibu 168


Pdf created by: Goldy Senior

terlarang yang lebih jauh, tapi sesungguhnya itu tidak pantas saya
lakukan. Ketika itulah Arum datang dan melihat semuanya."
Ratih tercekat mendengar semuanya. Tidak terlalu panjang,
tapi Ratih sudah bisa menangkapnya. Ada sa'at luang, ada situasi
mendukung, dan ada setan mengipasi, yang terakhir adalah ada
iman yang mudah runtuh.
"Saya sangat menyesal. Isteri saya pergi begitu saja, dan tak
pernah kembali. Tapi bahwa dia sempat menemui Angga
beberapa bulan yang lalu, saya sedikit lega, artinya dia masih ada
dan tak kurang suatu apa. Tadinya saya berfikiran buruk, jangan-
jangan dia bunuh diri, jangan-jangan.. ah.. bayangan-bayangan
buruk selalu menghantui saya."
Ratih merasa iba menatap wajah Aryo yang berubah sendu.
Ia telah melakukan kesalahan, dan ia menyesalinya. Mengapa
Arum tak bisa mema'afkannya?
"Saya beruntung bisa bertemu bu Ratih, yang bisa menjadi
'ibu' bagi Angga. Terimakasih banyak," kata Aryo yang kali ini
agak tersendat, seperti menahan tangis.
Ratih ingin menghiburnya, tapi bagaimana? Ia tak mungkin
menyentuhnya. Ia hanya menetapnya iba.
"Ma'af bu Ratih, saya terbawa perasaan."
"Pak Aryo harus sabar, pada suatu hari nanti bu Arum pasti
akan kembali kepada pak Aryo. Tak mungkin selamanya dia
melupakan keluarganya."
"Sudah hampir setahun.." keluh Aryo.
Ratih meneguk minumannya.
"Ah, sudahlah, silahkan dimakan kroketnya." kata Aryo
ketika merasa lebih tenang. Ia merasa lega telah mengungkapkan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 169


Pdf created by: Goldy Senior

semua yang terjadi kepada Ratih. Ia berhak tau karena dia selalu
ada untuk Angga.. dan kalau terjadi Rini datang lagi, Ratih sudah
tau bahwa dia membencinya karena sesuatu hal, dan Ratih juga
tau bagaimana harus bersikap.
––––––––
"Tadi pagi dokter Bram tidak datang, apa tadi juga tidak
kemari?" tanya bu Suryo ketika sudah datang malam itu, bersama
yu Siti.
"Datang bu."
"Syukurlah. Apa katanya?"
"Hanya memeriksa seperti biasa. Katanya besok Arum harus
latihan duduk."
"Apa tidak terasa sakit lagi?"
"Tidak begitu sakit, sudah berkurang."
"Syukurlah."
"Bu Siti nanti tidur disini ?"
"Iya, nanti biar yu Siti tidur disini."
"Ibu dirumah sama siapa?"
"Tidak apa-apa sendiri. Pono ibu suruh tidur di garasi,
supaya kalau diperlukan se-waktu-waktu kita tidak usah
kelamaan menunggu."
"Saya juga ingin segera pulang."
"Ya jangan tergesa-gesa ingin pulang. Biar dokter yang
menentukannya."
"Sedih merepotkan ibu terus."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 170


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu lupa, ibu pernah berkata apa. Kamu itu kan anakku,
mana ada orang tua keberatan direpotkan anak?"
"Terimakasih ibu," kata Arum lirih, penuh haru.
"Tapi menurut ibu,kamu juga harus ingat orang tua kamu."
"Saya masih ingat ketika ibu menerima Rini waktu saya mau
kesana."
"Kalau begitu telepone saja Rum, mengatakan pada ibu
kamu, bahwa kamu baik-baik saja, agar ibumu lega. Sudah
hampir setahun ka mu menghilang."
Arum menghela nafas. Sebaiknya begitu, ia akan menelpone
ibunya saja. Entah kapan akan datang kesana.
"Ini ponsel kamu." kata bu Suryo sambil menngulurkan
ponsel Arum yang semula dibawanya. Bu Suryo juga yang
membelikan ponsel itu untuk Arum, agar Arum bisa
menghubungi siapa yang ingin dihubunginya. Tapi ternyata Arum
hanya mempergunakan untuk berhubungan dengan dirinya, atau
Pono kalau akan disuruh melakukan sesuatu.
"Terimakasih bu, ini sudah malam, besok saja Arum
menelpone ibu."
"Yu Siti, mengapa kamu diam saja? Tadi kan kamu
membawa stup makaroni untuk Arum?"
"Iya bu, habisnya ibu masih bicara sama nak Arum."
"Nggak yu, aku mau pulang sekarang. Biarkan Arum makan
masakan kamu itu, biasanya dia suka."
"Iya bu Siti, saya suka, mau dong sedikit." kata Arum sambil
tersenyum.
"Sudah ya, ibu pulang dulu. Yu, kamu temani Arum, kalau
ada apa-apa telephone saja kerumah."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 171


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya bu, kata yu Siti yang sibuk mengeluarkan masakan yang


dibuatnya untuk Arum, menyendokkan beberapa sendok setup
makaroni kepiring yang sudah disiapkannya.
––––––––
Bu Suryo keluar dari kamar Arum, sambil menelpon Pono
yang menunggu diluar.
"No, aku sudah mau pulang, mobilmu diap di lobi ya."
Namun ketika baru beberapa langkah meninggalkan kamar
itu, dilihatnya seorang perempuan yang berjalan pelan, sambil
membaca setiap nama yang ada dikamar-kamar pasien. Bu Suryo
curiga karena perempuan itu berdiri didepan pintu kamar Arum.
Ia kembali, dan mendekati perempuan itu. Bu Suryo tak
mengenalnya.
"Kamu siapa?" tanyanya tiba-tiba, megejutkan perempuan
itu.
"Saya.. saya Rini," jawabnya gugup.
Bu Suryo terkejut. Ia ingat perempuan yang menyebabkan
Arum pergi dari rumahnya. Dan kemarahannya memuncak.
––––––––

16
Ia terus melangkah, tak perduli nanti mendapat marah. Ia
hanya penasaran, bagaimana mungkin Arum bisa ada di dua
tempat dalam waktu yang bersamaan?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 172


Pdf created by: Goldy Senior

Begitu tiba didepan kamar yang diketahuinya adalah kamar


Arum, ia berhenti melangkah. Khawatir kalau ibu-ibu galak itu
kembali datang dan memaki-makinya.
Ia menoleh kesana kemari. Sepi.. karena siang itu sudah
lepas waktu bezoek. Namun ketika ia hampir memegang
gerendel pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Dan lagi seorang ibu
keluar dari dalamnya. Ibu itu adalah yu Siti.
Rini surut beberapa langkah, dan yu Siti teringat pesan bu
Suryo yang menyuruhnya berhati-hati. Ia belum pernah melihat
wanita yang tampak terkejut begitu ia keluar, dan ia menjadi
curiga.
"Anda siapa?" tanya yu Siti.
"Saya... Murni." meluncur begitu saja kata-kata itu, karena ia
tak berani lagi mengatakan nama aslinya.
"Murni? Mau apa?"
"Mm.. mau membezuk bu Arum.."
"Tapi ini bukan jam bezoek."
"Saua sudah minta ijin dari petugas kok, so'alnya saya dari
luar kota."
Yu Siti walau tidak berpendidikan tinggi tapi ia tau gelagat
mencurigakan dari orang yang ditemuinya. Apalagi kemarin bu
Suryo sudah berpesan wanti-wanti agar berhati-hati dan tidak
mengijinkan orang asing menemui Arum. Dan didepannya adalah
orang asing baginya.

"Petugas sudah mengijinkan anda masuk, tapi saya tidak,"


katanya tegas.
"Tapi bu.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 173


Pdf created by: Goldy Senior

"Ma'af, bu Arum sedang tidur, dan dokter tidak mengijinkan


siapapun menemuinya."
"Oh.. begitu ya."
Yu Siti mengangguk, dan menunggu sampai Rini pergi jauh
dari situ, lalu masuk lagi kekamar Arum.
"Bu, kok cepat sekali sudah kembali, katanya mau beli
wedang jahe di depan?"
"Nggak jadi nak. Minum teh saja, tadi lupa sudah membawa
bekal untuk minum."
"Kan beda?"
"Iya. Nak Arum kenal sama yang namanya Murni?"
Arum mengerutkan keningnya, mengingat-ingat.
Murni..Murni.. Murni.. tidak, ada ibu-ibu di apotik langganan
yang namanya Murni.
"Masa mbak Murni mau membezoek aku?"
"Jadi nakArum kenal sama yang namanya Murni?"
"Dia pegawai apotik?"
"Dia bilang dari luar kota, tapi saya kok curiga sama dia."
"Dari luar kota? Nggak bu Siti, saya nggak kenal."
"Ya sudah, sudah saya usir tadi."
"Diusir?"
"Ibu bilang harus berhati-hati, dan jangan membiarkan orang
asing masuk. Karena dia asing bagi saya maka saya tidak
mengijinkan dia masuk.Dan dia langsung pergi."
"Siapa ya kira-kita?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 174


Pdf created by: Goldy Senior

"Orangnya sih cantik, tapi matanya seperti bukan mata orang


baik-baik. Seperti gugup ketika melihat saya keluar dari kamar.
Tapi dia tau bu Arum, begitu."
"Jangan-jangan dia."
"Dia siapa ya?"
"Rini.."
Yu Siti terkejut. Ia sudah tau perihal Rini dan kelakuannya,
yang membuat Arum pergi dari rumah, karena bu Suryo selalu
berbincang dengannya. Hanya yu Siti temannya berbincang
dalam keluh dan suka hatinya.
"Oh, nama itu seperti yang pernah bu Suryo ceritakan pada
saya. Perempuan genit yang kurangajar. Baguslah, tadi saya
mengusirnya. Mau apa dia kemari. Pasti punya niyat yang tidak
baik."
"Mungkin juga bu. Untunglah bu Siti sudah mengusirnya.
Mudah-mudahan dia tidak akan kembali lagi kemari."
––––––––
"Bapak, Angga mau dibelikan tas untuk sekolah bulan depan
ya?" kata Angga pada suatu sore ketika ayahnya pulang dari
kantor.
"Baiklah, nanti bapak belikan."
"Bolehkah Angga memilih sendiri?"
"Maksudnya .. Angga mau agar belinya sama Angga?"
"Iya bapak, sama ibu juga kan?"
Ratih yang ada didekatnya melirik sebentar, lalu pura-pura
mengutak atik ponselnya.
"Tanya ibu, maukah ikut bersama kita.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 175


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu.. mau kan? Beli tas buat Angga?"


"Mengapa terburu-buru? Kan masih bulan depan?"
"Masih lama?"
Ratih mengangguk.
"Jadi kapan boleh belinya?"
"Nanti ya, Kalau bapak bisa pulang agak siang."
"Besok?"
"Belum tau, nanti bapak kasih tau. Ya, sekarang bapak mau
mandi dulu. Angga sudah mandi?"
"Sudah bapak. Ayo ibu, kita bermain mobil-mobilan lagi. Ibu
tungguin disana."
"Sebentar saja ya, tadi kan sudah.."
Lalu Angga berlari-lari mengambil mobil kecilnya..
Dan tiba-tiba juga seseorang melintas sambil berjalan kaki,
menatap kearah halaman. Angga yang asyik bermain tak
memperhatikannya. Tapi Ratih melihatnya. Ia ingat gadis itu,
namanya Rini, yang sudah menggoda Aryo dan membuat Arum
pergi dari rumah.
Ratih berdiri, menatap tajam gadis itu. Tapi kemudian
dilihatnya Rini melangkah cepat pergi dari sana.

"Tampaknya dia mengira aku adalah bu Arum. Tampak


sekali dia ketakutan, seperti ketika dia menggendong Angga lalu
melihat diriku,, kemudian lari terbirit -birit. Tiga kali sudah aku
mengalaminya. " bisik Ratih sambil kembali duduk, mengamati
Angga yang asyik bermain mobil-mobilan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 176


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
"Darimana saja kamu? Jangan bilang nemuin bu Arum.. atau
orang yang kata kamu mirip dengannya," tegur Wuri ketika Rini
masuk rumah dengan wajah masam.
"Nggak, cuma jalan-jalan saja kok," katanya berbohong. Ia
bosan mendengar omelan sahabatnya yang selalu
menyalahkannya.
"Ngapain ? Beli sesuatu.."
"Maksudnya iya, tapi dompetku ketinggalan."
"Mau beli apa sih?"
"Sabun," jawab Rini sekenanya.
"Dirumah masih ada sabun, mau beli sabun yang seperti apa
lagi?"
"Iya aku lupa."
"Tiap hari dipakai kok bisa lupa."
"Namanya manusia ya bisa saja lupa."
"Ya sudah, bantuin angkat sayurnya, kemudian goreng
tempenya ya, aku mau bersih-bersih rumah."
"Belum selesai masaknya?"
"Habisnya aku masak sendirian kamu malah pergi."
Dengan bersungut-sungut Rini pergi kedapur. Tapi
pikirannya masih melayang kearah apa yang dilihatnya. Sudah
jelas Arum ada disana, bersama Angga. Lalu yang dirumah sakit
siapa?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 177


Pdf created by: Goldy Senior

"Aku harus berusaha melihat bu Arum yang dirumah sakit.


Penasaran aku," gumamnya sambil mengentas sayur yang sudah
matang dari atas kompor.
––––––––
"Selamat pagi bu Arum.." sapa lembut itu mengejutkan
Arum yang sedang merasa gelisah. Kata dokter dia segera boleh
pulang, tapi belum diijinkan juga. Ia menoleh kearah dokter Bram
yang menatapnya tajam sambil tersenyum. Entah mengapa, Arum
suka tatapan itu. Ah, tidak, dia hanya seorang dokter, dia akan
bersikap sama seperti kepada pasien lainnya. Tatapan yang sama,
senyuman yang sama.
"Selamat pagi bu Arum, dokter itu mengulang sapaannya,
karena dilihatnya Arum hanya bengong menatapnya.
"Oh.. eh.. ma.. ma'af dokter.. selamat.. pagi.." jawabnya
gugup.
"Lagi mikirin apa?"
"Nggak dokter, mm.. lagi.. mikirin.. kapan saya boleh
pulang?"
"Iya, justru sekarang saya mau memeriksa keadaan bu Arum,
supaya saya bisa memastikan kapan bu Arum bisa pulang."
"Terimakasih dokter."
"Nggak kerasan ya, lama-lama disini?" goda dokter Bram
sambil memasang stetoskupnya.
"Ah, dokter..." dan Arum pun tersenyum. Entah mengapa
Arum merasa bahwa senyum yang disunggingkannya adalah
senyum yang benar-benar terbawa perasaan lega.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 178


Pdf created by: Goldy Senior

"Kok nggak ada yang kerasan berlama-lama disini? Padahal


dokternya baik lho."
Arum tertawa lirih.
"Hm, bagus semuanya, dan catatan yang saya baca juga
bagus. Besok ya pulangnya? Nanti kalau infusnya habis sudah
nggak usah dipasang lagi."
"Terimakasih dokter."
"Siapa yang nungguin hari ini?"
"Itu.. bu Siti.."
"Oh, baguslah. Makan yang banyak ya.. "
"Baik dokter."
Dan dokter itu pergi, meninggalkan senyum khasnya, yang
terasa sangat menyejukkannya.
"Bagimana nak Arum, pak dokter bilang sudah boleh
pulang?" kata yu Siti sambil mendekat.
"Iya bu, katanya besok sudah boleh pulang."
"Hm, lega saya nak, nanti kalau bu Suryo atau Pono kemari,
saya akan membawa baju-baju dan semua yang sudah tidak
diperlukan disini. Biar besok kalau pulang nggak kebanyakan
bawanya."
"Iya bu, tinggalkan dua baju saja, untuk nanti sore dan
besok."
"Benar nak, biar saya kemasi sekarang."
"Ibu kemarin bilang akan ke bank dulu, tapi nggak usah
ditungguin, biar Pono menjemput saya kemari. Tapi kok belum
sampai ya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 179


Pdf created by: Goldy Senior

"Mungkin sebentar lagi bu."


"Nanti Pono kan disuruh ngantar saya ke pasar sekaliyan,
lalu menjemput ibu, lalu mengantar ibu kemari."
"Sebetulnya saya nggak perlu ditungguin bu, kan saya sudah
baikan."
"Ibu nggak ngijinin nak, harus selalu ada yang bersama nak
Arum. Takutnya ada orang jahat masuk kemari dan
mencelakakan nak Arum."
"Oh, iya bu, tapi itu berlebihan kan, masa saya mau
dicelakain, memangnya saya salah apa?"
"Namanya orang jahat ya nggak tau lah nak, tapi yang
penting kan kita harus hati-hati."
"Benar bu."
Ponsel yu Siti berbunyi.
"Nah, ini Pono sudah siap nak."
"Hallo No, iya sebentar, aku sekalian ngepak baju2nya bu
Arum. Tungguin," kata yu Siti kepada Pono melalui ponselnya.
Yu Siti membenahi semua yang bisa dibawa sekarang,
menyisakan kebutuhan hanya untuk sore nanti dan besok pagi.
"Sudah nak, ini saya bawa dulu ya," kata yu Siti yang
kemudian mencium kening Arum, lalu keluar dari ruangan.
Arum mengangguk terharu. Banyak cinta didapatkan dari
keluarga bu Suryo, membuat segala derita yang dirasakannyaa
menjadi ringan.
Kemudian Arum teringat akan ibunya sendiri. Ia belum ingin
datang kesana. Ia tak mau Aryo mengetahui keberadaannya. Dan
ia juga merasa sakit karena mengira ibunya menerima Rini

Setangkai Mawar Untuk Ibu 180


Pdf created by: Goldy Senior

sebagai pengganti dirinya. Kalau tidak, mengapa ibunya mau


menerima kedatangan Rini ketika ia mau mengunjunginya dulu?
Tapi ia hanya akan mengabarkan keadaannya saja. Jadi ia
cukup akan mengirim pesan.
"IBU, ARUM BAIK-BAIK SAJA DAN BERADA
DITEMPAT YANG AMAN. IBU TAK PERLU
MENGHAWATIRKAN ARUM. ARUM KANGEN SAMA IBU,
TAPI BELUM SA'ATNYA ARUM PULANG. SALAM
HORMAT DARI PUTERI IBU YANG SANGAT
MENYAYANGI IBU. ARUM"
Itu bunyi pesan singkat yang dikirimkannya, kemudian ia
mematikan ponselnya.
––––––––
Aryo bergegas datang menemui bu Martono ketika
mertuanya itu memanggilnya.
"Ada apa bu? Ada berita tentang Arum ?" tanyanya begitu
bertemu.
"Tadi Arum mengirim pesan singkat."
"Dia mengatakan ada dimana sekarang?"
"Tidak, sebentar, ini bacalah," Bu Martono membuka
ponselnya, lalu menyerahkannya pada Aryo.
"Ibu bisa menghubunginya kalau begitu," kata Aryo begitu
selesai membaca pesan itu.
"Sudah ibu coba, tapi ponselnya dimatikan. Berkali-kali ibu
mencoba tidak pernah berhasil. Tampaknya dia memang tak mau
dihubungi.
Aryo mencatat nomor yang tertera, lalu menciba
menelponnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 181


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak bisa bu, ponselnya dimatikan," kata Aryo putus asa.


"Mengapa dia begitu? Bilang kangen tapi belum mau
menemui ibu."
"Mungkin dia takut kalau ibu mengetahui keberadaannya,
lalu mengatakannya pada saya."
"Mungkin juga nak," kata bu Martono sedih.
"Dia benar-benar membenci saya, dan tak mau kembali pada
saya."
"Kalau saja saya bisa berkomunikasi, tapi tidak, dia tak mau
berkomunikasi.
"Apa yang harus saya lakukan bu?"
"Hanya menunggu sampai terbuka hatinya."
"Sampai kapan?"
"Kita harus bersabar nak, tak ada yang bisa kita lakukan,
kecuali Tuhan sudah berkenan mempertemukan kita dengannya."
––––––––
Aryo mengendarai mobilnya pulang dengan perasaan sedih.
Pesan singkat yang diutarakan kepada ibunya, menunjukkan
bahwa Arum memang tak mau lagi kembali. Sudah hampir
setahun. Tak ada tanda-tanda Arum akan kembali. Ia juga hanya
sekali menemui Angga, yang pada awalnya membuat dia
bingung.
"Kapan lagi ibu peri menemui Angga?"
masih terngiang ditelinganya ketika Ratih membuat dongeng
tentang ibu peri, dan mengatakan bahwa yang datang
menemuinya adalah ibu peri yang berwajah sama dengan ibunya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 182


Pdf created by: Goldy Senior

Aduhai. Aryo sangat mengagumi Ratih yang dengan tepat


bisa mengalihkan perhatian Angga ketika bingung karena ditemui
ibunya.
"Mengapa ibuku ada dua?"
Tapi pertanyaan itu tak lagi diutarakannya. Pertanyaannya
berganti menjadi 'kapan ibu peri datang lagi' dan itu tak susah
menjawabnya.
"Banyak anak-anak baik didunia ini yang harus ditemui ibu
peri, jadi tidak setiap sa'at ibu peri bisa datang menemui Angga,"
jawab Ratih waktu itu.
Aryo merasa, tanpa ada Ratih, alangkah susahnya menghibur
Angga yang merasa kehilangan ibunya.
"Apakah aku harus terus-terusan berharap pada Ratih?
Maukah Ratih benar-benar menjadi ibunya Angga?" bisik hatinya
yang kemudian ditepisnya jauh-jauh.
"Arum masih isteriku."
––––––––
Pagi hari itu Arum sedang sendiri. Bu Suryo sedang
menyelesaikan administrasi karena hari itu ia akan pulang.
Arum membereskan meja dan isi almarinya, barangkali ada
yang ketinggalan. Ia bisa berjalan pelan, mengumpulkan barang-
barang yang tersisa dan menaruhnya didalam keranjang yang
ditinggalkan yu Siti.
Ia terkejut ketika tiba-tiba seseorang muncul dihadapannya.
"Rini?"
"Apa ini bu Arum?"
Kemarahan Arum memuncak.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 183


Pdf created by: Goldy Senior

"Mengapa kamu datang kemari?"


"Ini bu Arum bukan?"
"Pergilah dari sini !! Apa kamu pura-pura tidak mengenal
aku setelah kamu menjadi isteri Aryo?"
Rini hampir kabur ketika Arum mengusirnya. Ia yakin bahwa
dia memang Arum. Tapi ia terkejut mendengar bahwa Arum
mengira bahwa dia sudah menjadi isteri Aryo. Ini
mengejutkannya, tapi membuatnya bersorak dalam hati.
Rini melangkah keluar, tapi sebelum pintu dibukanya, bu
Suryo muncul dari sana.
––––––––

17
Ia terus melangkah, tak perduli nanti mendapat marah. Ia
hanya penasaran, bagaimana mungkin Arum bisa ada di dua
tempat dalam waktu yang bersamaan?
Begitu tiba didepan kamar yang diketahuinya adalah kamar
Arum, ia berhenti melangkah. Khawatir kalau ibu-ibu galak itu
kembali datang dan memaki-makinya.
Ia menoleh kesana kemari. Sepi.. karena siang itu sudah
lepas waktu bezoek. Namun ketika ia hampir memegang
gerendel pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Dan lagi seorang ibu
keluar dari dalamnya. Ibu itu adalah yu Siti.
Rini surut beberapa langkah, dan yu Siti teringat pesan bu
Suryo yang menyuruhnya berhati-hati. Ia belum pernah melihat
wanita yang tampak terkejut begitu ia keluar, dan ia menjadi
curiga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 184


Pdf created by: Goldy Senior

"Anda siapa?" tanya yu Siti.


"Saya... Murni." meluncur begitu saja kata-kata itu, karena ia
tak berani lagi mengatakan nama aslinya.
"Murni? Mau apa?"
"Mm.. mau membezuk bu Arum.."
"Tapi ini bukan jam bezoek."
"Saua sudah minta ijin dari petugas kok, so'alnya saya dari
luar kota."
Yu Siti walau tidak berpendidikan tinggi tapi ia tau gelagat
mencurigakan dari orang yang ditemuinya. Apalagi kemarin bu
Suryo sudah berpesan wanti-wanti agar berhati-hati dan tidak
mengijinkan orang asing menemui Arum. Dan didepannya adalah
orang asing baginya.

"Petugas sudah mengijinkan anda masuk, tapi saya tidak,"


katanya tegas.
"Tapi bu.."
"Ma'af, bu Arum sedang tidur, dan dokter tidak mengijinkan
siapapun menemuinya."
"Oh.. begitu ya."
Yu Siti mengangguk, dan menunggu sampai Rini pergi jauh
dari situ, lalu masuk lagi kekamar Arum.
"Bu, kok cepat sekali sudah kembali, katanya mau beli
wedang jahe di depan?"
"Nggak jadi nak. Minum teh saja, tadi lupa sudah membawa
bekal untuk minum."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 185


Pdf created by: Goldy Senior

"Kan beda?"
"Iya. Nak Arum kenal sama yang namanya Murni?"
Arum mengerutkan keningnya, mengingat-ingat.
Murni..Murni.. Murni.. tidak, ada ibu-ibu di apotik langganan
yang namanya Murni.
"Masa mbak Murni mau membezoek aku?"
"Jadi nakArum kenal sama yang namanya Murni?"
"Dia pegawai apotik?"
"Dia bilang dari luar kota, tapi saya kok curiga sama dia."
"Dari luar kota? Nggak bu Siti, saya nggak kenal."
"Ya sudah, sudah saya usir tadi."
"Diusir?"
"Ibu bilang harus berhati-hati, dan jangan membiarkan orang
asing masuk. Karena dia asing bagi saya maka saya tidak
mengijinkan dia masuk.Dan dia langsung pergi."
"Siapa ya kira-kita?"
"Orangnya sih cantik, tapi matanya seperti bukan mata orang
baik-baik. Seperti gugup ketika melihat saya keluar dari kamar.
Tapi dia tau bu Arum, begitu."
"Jangan-jangan dia."
"Dia siapa ya?"
"Rini.."
Yu Siti terkejut. Ia sudah tau perihal Rini dan kelakuannya,
yang membuat Arum pergi dari rumah, karena bu Suryo selalu
berbincang dengannya. Hanya yu Siti temannya berbincang
dalam keluh dan suka hatinya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 186


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, nama itu seperti yang pernah bu Suryo ceritakan pada


saya. Perempuan genit yang kurangajar. Baguslah, tadi saya
mengusirnya. Mau apa dia kemari. Pasti punya niyat yang tidak
baik."
"Mungkin juga bu. Untunglah bu Siti sudah mengusirnya.
Mudah-mudahan dia tidak akan kembali lagi kemari."
––––––––
"Bapak, Angga mau dibelikan tas untuk sekolah bulan depan
ya?" kata Angga pada suatu sore ketika ayahnya pulang dari
kantor.
"Baiklah, nanti bapak belikan."
"Bolehkah Angga memilih sendiri?"
"Maksudnya .. Angga mau agar belinya sama Angga?"
"Iya bapak, sama ibu juga kan?"
Ratih yang ada didekatnya melirik sebentar, lalu pura-pura
mengutak atik ponselnya.
"Tanya ibu, maukah ikut bersama kita.."
"Ibu.. mau kan? Beli tas buat Angga?"
"Mengapa terburu-buru? Kan masih bulan depan?"
"Masih lama?"
Ratih mengangguk.
"Jadi kapan boleh belinya?"
"Nanti ya, Kalau bapak bisa pulang agak siang."
"Besok?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 187


Pdf created by: Goldy Senior

"Belum tau, nanti bapak kasih tau. Ya, sekarang bapak mau
mandi dulu. Angga sudah mandi?"
"Sudah bapak. Ayo ibu, kita bermain mobil-mobilan lagi. Ibu
tungguin disana."
"Sebentar saja ya, tadi kan sudah.."
Lalu Angga berlari-lari mengambil mobil kecilnya..
Dan tiba-tiba juga seseorang melintas sambil berjalan kaki,
menatap kearah halaman. Angga yang asyik bermain tak
memperhatikannya. Tapi Ratih melihatnya. Ia ingat gadis itu,
namanya Rini, yang sudah menggoda Aryo dan membuat Arum
pergi dari rumah.
Ratih berdiri, menatap tajam gadis itu. Tapi kemudian
dilihatnya Rini melangkah cepat pergi dari sana.

"Tampaknya dia mengira aku adalah bu Arum. Tampak


sekali dia ketakutan, seperti ketika dia menggendong Angga lalu
melihat diriku,, kemudian lari terbirit -birit. Tiga kali sudah aku
mengalaminya. " bisik Ratih sambil kembali duduk, mengamati
Angga yang asyik bermain mobil-mobilan.
––––––––
"Darimana saja kamu? Jangan bilang nemuin bu Arum.. atau
orang yang kata kamu mirip dengannya," tegur Wuri ketika Rini
masuk rumah dengan wajah masam.
"Nggak, cuma jalan-jalan saja kok," katanya berbohong. Ia
bosan mendengar omelan sahabatnya yang selalu
menyalahkannya.
"Ngapain ? Beli sesuatu.."
"Maksudnya iya, tapi dompetku ketinggalan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 188


Pdf created by: Goldy Senior

"Mau beli apa sih?"


"Sabun," jawab Rini sekenanya.
"Dirumah masih ada sabun, mau beli sabun yang seperti apa
lagi?"
"Iya aku lupa."
"Tiap hari dipakai kok bisa lupa."
"Namanya manusia ya bisa saja lupa."
"Ya sudah, bantuin angkat sayurnya, kemudian goreng
tempenya ya, aku mau bersih-bersih rumah."
"Belum selesai masaknya?"
"Habisnya aku masak sendirian kamu malah pergi."
Dengan bersungut-sungut Rini pergi kedapur. Tapi
pikirannya masih melayang kearah apa yang dilihatnya. Sudah
jelas Arum ada disana, bersama Angga. Lalu yang dirumah sakit
siapa?
"Aku harus berusaha melihat bu Arum yang dirumah sakit.
Penasaran aku," gumamnya sambil mengentas sayur yang sudah
matang dari atas kompor.
––––––––
"Selamat pagi bu Arum.." sapa lembut itu mengejutkan
Arum yang sedang merasa gelisah. Kata dokter dia segera boleh
pulang, tapi belum diijinkan juga. Ia menoleh kearah dokter Bram
yang menatapnya tajam sambil tersenyum. Entah mengapa, Arum
suka tatapan itu. Ah, tidak, dia hanya seorang dokter, dia akan
bersikap sama seperti kepada pasien lainnya. Tatapan yang sama,
senyuman yang sama.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 189


Pdf created by: Goldy Senior

"Selamat pagi bu Arum, dokter itu mengulang sapaannya,


karena dilihatnya Arum hanya bengong menatapnya.
"Oh.. eh.. ma.. ma'af dokter.. selamat.. pagi.." jawabnya
gugup.
"Lagi mikirin apa?"
"Nggak dokter, mm.. lagi.. mikirin.. kapan saya boleh
pulang?"
"Iya, justru sekarang saya mau memeriksa keadaan bu Arum,
supaya saya bisa memastikan kapan bu Arum bisa pulang."
"Terimakasih dokter."
"Nggak kerasan ya, lama-lama disini?" goda dokter Bram
sambil memasang stetoskupnya.
"Ah, dokter..." dan Arum pun tersenyum. Entah mengapa
Arum merasa bahwa senyum yang disunggingkannya adalah
senyum yang benar-benar terbawa perasaan lega.

"Kok nggak ada yang kerasan berlama-lama disini? Padahal


dokternya baik lho."
Arum tertawa lirih.
"Hm, bagus semuanya, dan catatan yang saya baca juga
bagus. Besok ya pulangnya? Nanti kalau infusnya habis sudah
nggak usah dipasang lagi."
"Terimakasih dokter."
"Siapa yang nungguin hari ini?"
"Itu.. bu Siti.."
"Oh, baguslah. Makan yang banyak ya.. "

Setangkai Mawar Untuk Ibu 190


Pdf created by: Goldy Senior

"Baik dokter."
Dan dokter itu pergi, meninggalkan senyum khasnya, yang
terasa sangat menyejukkannya.
"Bagimana nak Arum, pak dokter bilang sudah boleh
pulang?" kata yu Siti sambil mendekat.
"Iya bu, katanya besok sudah boleh pulang."
"Hm, lega saya nak, nanti kalau bu Suryo atau Pono kemari,
saya akan membawa baju-baju dan semua yang sudah tidak
diperlukan disini. Biar besok kalau pulang nggak kebanyakan
bawanya."
"Iya bu, tinggalkan dua baju saja, untuk nanti sore dan
besok."
"Benar nak, biar saya kemasi sekarang."
"Ibu kemarin bilang akan ke bank dulu, tapi nggak usah
ditungguin, biar Pono menjemput saya kemari. Tapi kok belum
sampai ya?"
"Mungkin sebentar lagi bu."
"Nanti Pono kan disuruh ngantar saya ke pasar sekaliyan,
lalu menjemput ibu, lalu mengantar ibu kemari."
"Sebetulnya saya nggak perlu ditungguin bu, kan saya sudah
baikan."
"Ibu nggak ngijinin nak, harus selalu ada yang bersama nak
Arum. Takutnya ada orang jahat masuk kemari dan
mencelakakan nak Arum."
"Oh, iya bu, tapi itu berlebihan kan, masa saya mau
dicelakain, memangnya saya salah apa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 191


Pdf created by: Goldy Senior

"Namanya orang jahat ya nggak tau lah nak, tapi yang


penting kan kita harus hati-hati."
"Benar bu."
Ponsel yu Siti berbunyi.
"Nah, ini Pono sudah siap nak."
"Hallo No, iya sebentar, aku sekalian ngepak baju2nya bu
Arum. Tungguin," kata yu Siti kepada Pono melalui ponselnya.
Yu Siti membenahi semua yang bisa dibawa sekarang,
menyisakan kebutuhan hanya untuk sore nanti dan besok pagi.
"Sudah nak, ini saya bawa dulu ya," kata yu Siti yang
kemudian mencium kening Arum, lalu keluar dari ruangan.
Arum mengangguk terharu. Banyak cinta didapatkan dari
keluarga bu Suryo, membuat segala derita yang dirasakannyaa
menjadi ringan.
Kemudian Arum teringat akan ibunya sendiri. Ia belum ingin
datang kesana. Ia tak mau Aryo mengetahui keberadaannya. Dan
ia juga merasa sakit karena mengira ibunya menerima Rini
sebagai pengganti dirinya. Kalau tidak, mengapa ibunya mau
menerima kedatangan Rini ketika ia mau mengunjunginya dulu?
Tapi ia hanya akan mengabarkan keadaannya saja. Jadi ia
cukup akan mengirim pesan.
"IBU, ARUM BAIK-BAIK SAJA DAN BERADA
DITEMPAT YANG AMAN. IBU TAK PERLU
MENGHAWATIRKAN ARUM. ARUM KANGEN SAMA IBU,
TAPI BELUM SA'ATNYA ARUM PULANG. SALAM
HORMAT DARI PUTERI IBU YANG SANGAT
MENYAYANGI IBU. ARUM"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 192


Pdf created by: Goldy Senior

Itu bunyi pesan singkat yang dikirimkannya, kemudian ia


mematikan ponselnya.
––––––––
Aryo bergegas datang menemui bu Martono ketika
mertuanya itu memanggilnya.
"Ada apa bu? Ada berita tentang Arum ?" tanyanya begitu
bertemu.
"Tadi Arum mengirim pesan singkat."
"Dia mengatakan ada dimana sekarang?"
"Tidak, sebentar, ini bacalah," Bu Martono membuka
ponselnya, lalu menyerahkannya pada Aryo.
"Ibu bisa menghubunginya kalau begitu," kata Aryo begitu
selesai membaca pesan itu.
"Sudah ibu coba, tapi ponselnya dimatikan. Berkali-kali ibu
mencoba tidak pernah berhasil. Tampaknya dia memang tak mau
dihubungi.
Aryo mencatat nomor yang tertera, lalu menciba
menelponnya.
"Tidak bisa bu, ponselnya dimatikan," kata Aryo putus asa.
"Mengapa dia begitu? Bilang kangen tapi belum mau
menemui ibu."
"Mungkin dia takut kalau ibu mengetahui keberadaannya,
lalu mengatakannya pada saya."
"Mungkin juga nak," kata bu Martono sedih.
"Dia benar-benar membenci saya, dan tak mau kembali pada
saya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 193


Pdf created by: Goldy Senior

"Kalau saja saya bisa berkomunikasi, tapi tidak, dia tak mau
berkomunikasi.
"Apa yang harus saya lakukan bu?"
"Hanya menunggu sampai terbuka hatinya."
"Sampai kapan?"
"Kita harus bersabar nak, tak ada yang bisa kita lakukan,
kecuali Tuhan sudah berkenan mempertemukan kita dengannya."
––––––––
Aryo mengendarai mobilnya pulang dengan perasaan sedih.
Pesan singkat yang diutarakan kepada ibunya, menunjukkan
bahwa Arum memang tak mau lagi kembali. Sudah hampir
setahun. Tak ada tanda-tanda Arum akan kembali. Ia juga hanya
sekali menemui Angga, yang pada awalnya membuat dia
bingung.
"Kapan lagi ibu peri menemui Angga?"
masih terngiang ditelinganya ketika Ratih membuat dongeng
tentang ibu peri, dan mengatakan bahwa yang datang
menemuinya adalah ibu peri yang berwajah sama dengan ibunya.
Aduhai. Aryo sangat mengagumi Ratih yang dengan tepat
bisa mengalihkan perhatian Angga ketika bingung karena ditemui
ibunya.
"Mengapa ibuku ada dua?"
Tapi pertanyaan itu tak lagi diutarakannya. Pertanyaannya
berganti menjadi 'kapan ibu peri datang lagi' dan itu tak susah
menjawabnya.
"Banyak anak-anak baik didunia ini yang harus ditemui ibu
peri, jadi tidak setiap sa'at ibu peri bisa datang menemui Angga,"
jawab Ratih waktu itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 194


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo merasa, tanpa ada Ratih, alangkah susahnya menghibur


Angga yang merasa kehilangan ibunya.
"Apakah aku harus terus-terusan berharap pada Ratih?
Maukah Ratih benar-benar menjadi ibunya Angga?" bisik hatinya
yang kemudian ditepisnya jauh-jauh.
"Arum masih isteriku."
––––––––
Pagi hari itu Arum sedang sendiri. Bu Suryo sedang
menyelesaikan administrasi karena hari itu ia akan pulang.
Arum membereskan meja dan isi almarinya, barangkali ada
yang ketinggalan. Ia bisa berjalan pelan, mengumpulkan barang-
barang yang tersisa dan menaruhnya didalam keranjang yang
ditinggalkan yu Siti.
Ia terkejut ketika tiba-tiba seseorang muncul dihadapannya.
"Rini?"
"Apa ini bu Arum?"
Kemarahan Arum memuncak.
"Mengapa kamu datang kemari?"
"Ini bu Arum bukan?"
"Pergilah dari sini !! Apa kamu pura-pura tidak mengenal
aku setelah kamu menjadi isteri Aryo?"
Rini hampir kabur ketika Arum mengusirnya. Ia yakin bahwa
dia memang Arum. Tapi ia terkejut mendengar bahwa Arum
mengira bahwa dia sudah menjadi isteri Aryo. Ini
mengejutkannya, tapi membuatnya bersorak dalam hati.
Rini melangkah keluar, tapi sebelum pintu dibukanya, bu
Suryo muncul dari sana.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 195


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––

18
Rini terkejut, mundur selangkah untuk memberi jalan bu
Suryo masuk. Ia ingin segera kabur tapi bu Suryo berdiri
menghadang jalan.
"Kamu lagi? Berani-beraninya kamu memasuki kamar
anakku."
"Ma'af, hanya ingin membezoek kok," katanya lirih.
"Arum, apa yang dia lakukan disini?" tanya bu Suryo kepada
Arum.
"Biarkan dia pergi ibu, eneg melihat wajahnya."
"Perempuan tak tau malu." umpat bu Suryo kemudian
memberi jalan agar Rini keluar dari sana.
Rini melengkah cepat. Ia tak menduga Arum mengira dia
menikah dengan Aryo.
"Aduhai, alangkah senangnya kalau itu benar. Bodoh !! Biar
saja dia menganggapnya begitu," gumamnya sambil terus
melangkah.
––––––––
Ia tiba diruang kerja Wuri sambil tersenyum senyum sendiri.
Senang sekali rasanya mendengat Arum mengatakan bahwa dia
sudah menjadi isteri Aryo. Tapi tak habis pikir dia. Itu tadi benar
Arum kan? Mengapa dirumah Aryo juga ada Arum? Sama-sama
galak dan menatapnya penuh kebencian. Siapa dia? Mana yang

Setangkai Mawar Untuk Ibu 196


Pdf created by: Goldy Senior

asli? Yang tadi itu benar Arum, tapi kok ibunya beda? Rini
memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Kenapa kamu? Kenapa pula kepalamu?" tanya Wuri heran.

"Jangan tanya, paling juga kamu akan mengomeli aku,"


jawab Rini sambil menuju kemeja kerja Wuri, melanjutkan apa
yang tadi dikerjakan.
"Kalau kelakuan kamu nggak bener, ya pastilah aku akan
mengomeli kamu."
"Yang nggak bener itu yang mana, aku hanya menyelidiki
tentang sebuah kebenaran."
"Kebenaran apa?"
"Ada yang kembar."
"Apa maksudmu?"
Rini diam, tapi ia sudah terlanjur keceplosan.
"Oo.. itu..."
"Itu apa?"
"Kamu masih penasaran tentang bu Arum? Menurutmu dia
kembar?"
"Tuh kan, akhirnya kamu ingin tau juga kan?"
"Nggak, aku nggak ingin tau, bukan urusanku."
"Tapi ini sungguh menarik. Dia mengira aku sudah menjadi
isterinya pak Aryo," katanya sambil tersenyum senang.
"Apa? Hanya orang yang nggak waras yang mau mengambil
kamu isteri."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 197


Pdf created by: Goldy Senior

"Eeh, menghina ya.."


"Habisnya, kamu kan setengah gila."
"Wuri, jangan begitu dong, apa aku ini sudah menjadi
sehina-hinanya orang?"
"Tanya saja pada hati kamu sendiri. Bagaimana kelakuan
kamu, bagaimana polah tingkah kamu. Masa nggak sadar sih?
Kamu tergila-gila sama orang yang nggak mungkin suka sama
kamu."
"Ee.. bohong itu. Dia pernah suka sama aku lho."
"Suka karena kamu menggodanya. Dia hanya khilaf, tak
mungkin suka beneran sama kamu."
"Eeh, nyakitin ya kata-kata kamu."
"Kalau dia suka beneran sama kamu, ya sudah pastilah kamu
sudah diambilnya sebagai isteri. Kan kamu sudah pernah
berhubungan jauh sampai....."
"Tidaaak, nggak sampai begitu lah, aku masih perawan, tau
!!
"Baguslah kalau begitu."
"Dengar, permasalahannya sekarang bukan karena aku ingin
berbuat tidak baik, aku tuh penasaran, bagaimana mungkin ada
dua orang yang sama, dengan posisi yang juga sama, tapi
ditempat yang berbeda."
"Posisi yang sama bagaimana?"
"Dua-duanya itu bu Arum, isterinya pak Aryo, ibunya
Angga. Tapi yang satu dirumah, satunya lagi dirumah sakit."
"Kembar barangkali."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 198


Pdf created by: Goldy Senior

"Nggak, aku sudah tau keluarganya bu Arum. Dan ibunya bu


Arum yang dirumah sakit itu beda lho. Bukan ibunya yang sering
aku lihat ada di keluarganya pak Aryo."
"Ya sudah, aku pusing, pekerjaanku lagi banyak. Selesaikan
pekerjaan kamu, karena sebelum pulang sudah harus siap."
"Huh, galak bener."
––––––––
"Apa yang dia lakukan tadi?" tanya bu Suryo begitu
mendekati Arum.
"Nggak tau ibu, dia datang dan bertanya ini bu Arum..
berkali-kali. Tapi saya mendampratnya lalu dia pergi. Kebetulan
bertemu ibu tadi.

"Orang tak tau malu, berkali kali datang dan diusir masih
saja datang kemari."
"Biarkan saja ibu, kan dia sudah pergi."
"Iya sih. Kamu sudah siap? Semuanya sudah selesai.
Sebentar lagi Pono akan datang menjemput."
"Sudah ibu."
Tiba-tiba dokter muda itu masuk kedalam. Bu Suryo dan
Arum terkejut.
"Bu Arum sudah siap?"
"Sudah dokter."
"Saya menulis resep ini, tadi saya lupa menyerahkannya pada
perawat," katanya sambil mengulurkan selembar resep yang
diterima bu Suryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 199


Pdf created by: Goldy Senior

"Nanti langsung saya belikan di apotik dokter. Disini


kelamaan nunggunya, kasihan Arum."
"Iya bu, nggak apa-apa. Jangan lupa kontrol seminggu lagi
ya bu Arum, itu obatnya untuk seminggu."
"Baiklah dokter," jawab Arum sambil tersenyum,
mengimbangi senyum pak dokter yang teramat manis siang itu.
"Ibu mau pulang sama siapa? Kebetulan saya juga mau
pulang, boleh saya antar sekalian?"
"Oh, terimakasih banyak dokter, saya dijemput sopir saya,
dia sedang menuju kemari."
"Oh, baguslah kalau begitu. Selamat ya bu Arum, selamat
pulang kerumah, dan selamat atas kesembuhannya.
"Terimakasih banyak dokter."
Dokter itu meninggalkan ruangan Arum, dan lagi-lagi
meninggalkan senyum yang membekas dihati Arum.
––––––––
Sesampai dirumah yu Siti telah menata kamar Arum dengan
amat apik. Seprei baru, sarung bantal guling yang baru, ada
bunga dalam vas besar terletah ditengah meja kamar. Itu bunga
sedap malam.
"Hmm..."
Arum menghirup wanginya dengan nikmat. Didekatinya
rangkaian bunga itu.
"Bu Siti sempat membeli bunga yang demikian harum dan
indah?" tanya Arum kepada yu Siti.
"Bukan saya yang beli nak, ada yang mengirim kemari belum
lama."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 200


Pdf created by: Goldy Senior

"Ada yang mengirim ?"


Arum mengamati lagi rangkaian bunga sedap malam itu, Oh
ya, ada sebuah kartu terselip disana, bertalikan pita merah.
Mengapa dia tadi tak melihatnya? Mungkin karena terbuai oleh
harumnya.
Perlahan ditariknya kartu itu.
"Selamat menikmati hari-hari bahagia dirumah, semoga
segera pulih. Dari Bramasto"
Aduhao. Hati Arum bagai terbang ke awang. Sebegitu jauh
perhatian dokter Bram kepadanya. Apakah dia memperlakukan
semua pasiennya seperti ini? Diciumnya bunga itu sambil
memejamkan matanya.
"Arum, itu bunga dari siapa?" tiba-tiba bu Suryo muncul
dikamar, mengejutkan Arum.
"Ini, ibu.." Arum menunjukkan kartu itu.
Bu Suryo tersenyum mebacanya.
"Tampaknya dokter ganteng itu punya perhatian khusus sama
kamu."
"Perhatian khusus bagaimana bu?" tanya Arum dengan hati
berdebar.

"Jangan-jangan dia suka sama kamu. Buktinya dia


mengirimkan bunga segala."
"Mungkin dia melakukan hal itu kepada semua pasiennya bu.
Dia memang dokter yang baik," Arum mencoba membantahnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 201


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak mungkin. Setiap hari ada banyak pasien yang


disembuhkannya, mana sempat dia membeli bunga-bunga untuk
mereka semua?"
Arum tersenyum. Iya ya.. benarkah? Bisik batinnya.
Yu Siti masuk kedalam sambil membawa senampan makan
siang.
"Wah, masak apa yu? Baunya sedap sekali."
"Soto ayam bu, ada perkedel, dan bakwan jagung," katanya
sambil meletakkan makanan itu demeja kecil.
"Bu Siti, saya makan diruang makan saja."
"Tidak Arum, kamu cuci kaki tangan dan ganti bajumu, lalu
kembali tiduran. Kamu belum pulih benar."
"Mari nak, yu Siti bantu, sudah ada air hangat untuk mandi."
"Hati-hati yu, jangan sampai luka bekas operasi basah
terkena air,"
"Baiklah bu.."
"Gantikan verbandnya, dan obatnya sudah kamu siapkan
belum yu?"
"Sudah semua bu."
"Baiklah, hati-hati jangan sampai lukanya tidak tertangani.
Dan obat-obat yang harus diminum juga jangan sampai
kelupaan."
Bu Suryo sangat menjaga dan memperhatikan Arum
disetiap detail yang harus mendapat perhatian. Arum merasa
bahwa bu Suryo memperlakukannya lebih dari seseorang yang
baru setahunan ditemukannya. Ia merasa benar-benar menjadi

Setangkai Mawar Untuk Ibu 202


Pdf created by: Goldy Senior

anak kandung yang diguyur dengan kasih sayang. Itulah


sebabnya dia bisa sedikit demi sedikit melupakan penderitaannya.
––––––––
Siang itu bu Suryo sedang belanja disebuah supermarket.
Banyak yang harus dibelinya untuk keperluan dapur dan lainnya.
Biasanya ada yu Siti yang menemaninya, tapi karena yu Siti
bertugas menemani Arum, maka bu Suryo berangkat sendiri. Ia
sedang memilih-milih sayuran ketika tiba-tiba seseorang
menyapanya.
"Belanja bu?" sapanya.
Bu Suryo menatap siapa yang menegurnya. Agak heran
melihat seorang laki-laki muda tampan sedang mendorong
sebuah troli yang berisi banyak sayur serta buah-buahan.
"Dokter Bram?"
Dokter Bram tertawa melihat bu Suryo menatapnya dengan
pandangan sedikit keheranan, tampak pada matanya yang
terbelalak.
"Iya ibu, ini saya. Ibu menatap saya seperti menatap orang
asing?"
"Ya Ampun, nak dokter... apa-apaan ini?"
"Apanya ibu?" tanya dokter Bram masih dengan tawanya.
"Dokter belanja sayuran?"
"Iya, apa itu aneh?"
"Aneh lah,mengapa dokter belanja sendiri?"
"Ibu, saya selalu belanja sendiri, dan memasak semuanya
sendiri. Maklum bu, saya kan bujangan yang nggak laku-laku."
"Mengapa nggak segera cari isteri?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 203


Pdf created by: Goldy Senior

"Belum ada yang mau bu."


"Masa?"
"Ibu lihat sendiri kan, buktinya saya masih melakukan
semuanya sendiri."
"Jangan terlalu memilih, nanti jadi bujang lapuk," goda bu
Suryo.
Lagi-lagi dokter Bram tertawa.
"Oh iya nak dokter, terimakasih banyak atas bunganya untuk
Arum."
\"Oh iya, sukakah bu Arum?"
"Suka sekali, diciuminya bunga itu tanpa henti."
Mata sang dokter terbuka lebar, ada rona bahagia disana.
"Itu benar," kata bu Suryo meyakinkan.
"Senang mendengarnya."
"Kasihan dia itu, " gumam bu Suryo lirih, sambil mendorong
troli kearah tempat yang lebih lapang karena takut menghalangi
para pembelanja lainnya. Dokter Bram mengikuti, tampak
mengharapkan kelanjutan kata-kata bu Suryo yang
menggumamkan kata 'kasihan'
"Mengapa kasihan bu?"
"Ceritanya panjang."
Dokter Bram masih menunggu.
"Suaminya selingkuh dengan perawat anaknya."
Dokter Bram kembali membelalakkan matanya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 204


Pdf created by: Goldy Senior

"Ia lari dari rumahnya, sudah setahun. Kabarnya suaminya


sudah menikahi perempuan laknat itu."
Dokter Bram menghela nafas.
"Saya ikut prihatin bu," katanya lirih. Tampaknya ia benar-
benar iba atas kejadian yang menimpa Arum.
"Ah, sudahlah nak, kok jadi cerita macam-macam, nanti nak
dokter masak kesiangan."
"Nggak bu, cuma masak untuk sendiri saja, nggak harus
terburu-buru."
"Atau kerumah saya saja, nanti makan siang dirumah saya."
"Terimakasih banyak ibu, lain kali kalau ada waktu luang
saya akan datang kerumah ibu, dan menghabiskan masakan ibu."
"Benar?"
"Janji, ibu."
"Saya tunggu ya."
Mereka berpisah karena bu Suryo masih mau membeli
beberapa barang.
––––––––
"Ibu tadi ketemu dokter Bram," kata bu Suryo kepada Arum
setelah meletakkan semua belanjaan didapur.
"Oh ya? Dimana?"
"Di mal, lagi belanja dia."
"Belanja apa bu?"
"Belanja sayur dan buah, dan entah apa lagi."
"Belanja sendiri?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 205


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya, dia bilang belanja sendiri, masak sendiri..maklum


masih bujang."
"Kasihan."
"Ibu mengundangnya makan siang disini, tapi dia bilang lain
kali saja."
"Saya lupa mengucapkan terimakasih sudah diberi bunga."
"Ibu sudah mengucapkannya tadi. Ibu bilang kamu suka
bunganya. Tampaknya dia senang."
"Syukurlah bu, maksud saya mengucapkan terimakasih kalau
nanti saya kontrol."
"Nggak apa-apa seandainya kamu menelponnya. Kamu
mencatat nomornya bukan?"
"Nggah ah bu, nggak enak. Tapi kan ibu sudah
mengucapkannya, ya sudah."
"Arum, bagaimana kalau seandainya dokter Bram suka sama
kamu?"
Arum terkejut.
"Mengapa ibu bilang begitu?"
"Barangkali saja, kemungkinan itu kan ada, melihat
bagaimana perhatiannya sama kamu."
"Ya nggak mungkin kan bu, saya kan perempuan bersuami/"
"Lhah suami yang tidak setia, tega menyakiti isterinya, apa
masih kamu anggap dia suami kamu?"
Arum terdiam. Benarkah dia masih punya suami, dan
nyatanya dia begitu cepat mengambil isteri orang yang tega
menyakitinya?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 206


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya sudahlah, lupakan saja semuanya. Bagaimana


perasaanmu sekarang? Masih terasa sakitkah lukanya?"
"Nggak bu, sedikit gatal, tapi sepertinya sudah mulai
mengering."
"Syukurlah. Dua hari lagi kontrol, jangan lupa."
"Iya bu, saya ingat."
––––––––
Aryo baru saja memasuki rumahnya ketika bu Nastiti
menyambutnya dengan wajah gelisah.
"Ada apa bu?"
"Kemari, duduklah disini dulu," kata bu Nastiti sambil
menarik Aryo duduk di teras.
"Tadi ada surat untuk kamu."
"Surat? Dari siapa?
Bu Nastiti mengulurkan surat yang ternyata disembunyikan
dibawah taplak meja diteras itu.
"Ini? Dari Kantor Pengadilan Agama?"
Aryo gemetar membuka surat itu. Arum menggugat cerai.
––––––––

19
Masih gemetar tangan Aryo ketika memegang lembaran
surat itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 207


Pdf created by: Goldy Senior

"Bagaimana Yo?" tanya bu Nastiti yang sudah menduga, tapi


belum yakin akan isinya.
"Arum menggugat cerai," kata Aryo lemah.
"Ya Ampun, Arum, mengapa kamu setega itu?"
"Kalau saja kami bisa berkomunikasi .. pasti tidak akan
seperti ini jadinya. Ia terlalu terburu-buru. Setahun lamanya dia
pergi, sekali saja dia menemui Angga dan kita tidak bisa
berbicara dengannya."
"Mengapa kita tidak bisa menemukannya? Kalau dia ada
disekitar kota ini, pasti sesekali kita akan bertemu dengannya."
"Dia sengaja tidak mau menemui kita. Kepada ibunya saja
dia hanya mengirimkan pesan, Dan kemudian tak pernah lagi
menghidupkan ponselnya."
"Apa kamu akan menceraikannya?"
"Tidak bu, Aryo tidak akan menceraikannya.."
Kegelisahan Aryo terbawa ketika malam itu mengantarkan
Ratih pulang. Ratih yang tanggap tak berani menanyakan apapun.
Tapi ketika berkali-kali ia hampir menabrak kendaraan
didepannya, terpaksa Ratih menanyakannya.
"Pak Aryo tampak sedang gelisah. Saya jadi nggak enak
merepotkan."
"Tidak bu Ratih, saya nggak apa-apa."
" Tapi kelihatan pak Aryo sedang tidak tenang."
Aryo menghela nafas panjang.
"Hati-hati nyetirnya ya."
"Arum mengajukan gugatan cerai," meluncur begitu saja
kata-kata itu, mengejutkan Ratih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 208


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, mengapa ya bu Arum tiba-tiba memutuskan itu?


Harusnya bertemu dan berkomunikasi dulu, baru memutuskan."
"Saya juga nggak tau. Susah bertemu dia."
"Kalau nanti di pengadilan agama bisa bertemu, barangkali
pak Aryo masih bisa berbicara."
"Bagaimana kalau tidak ketemu? Selama ini dia seakan tak
mau bertemu sama saya lgi."

"Apakah dalam perceraian nanti tidak harus bertemu di


pengadilan?"
"Entahlah, saya tidak mengerti so'al itu."
"Apakah pak Aryo ingin mengabulkannya?"
"Tidak,, saya tak ingin bercerai."
"Bagus pak, demi Angga. Angga harus bersatu kembali
dengan ibu peri, bukan ibu Ratih kan?"
Aryo tersenyum. Setiap kali teringat kata 'ibu peri', selalu
dirasakannya bagaimana cerdasnya gadis ayu yang duduk
disamping kirinya. Ah, berkali-kali ada kekaguman yang selalu
dikibaskannya, karena takut bahwa kekaguman itu berubah
menjadi sayang. Tidak.. masih ada Arum yang masih juga
dicintainya. Tapi tak bisa ditampiknya, gadis ini memang
istimewa.
Mobil Aryo melaju perlahan, dan keduaanya tenggelam
dalam lamunan masing-masin. Ratih terkejut ketika tiba-tiba
disadarinya bahwa jalan kearah rumahnya sudah terlewat.
"Pak Aryo, kita kebablasan."
Serta merta Aryo mengerem mobilnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 209


Pdf created by: Goldy Senior

"Aduh.. kok bisa terlewat. Padahal ini jalan satu arah."


"Iya pak, saya juga nggak sadar tadi."
"Rupanya kita sedang ngelamun ya bu Ratih."
"Iya pak, mikirin bu Arum."
"Harus memutar nih, jadi agak jauh ya bu?"
"Ya sudah nggak apa-apa, daripada nggak sampai dirumah."
––––––––
Pagi hari itu bu Suryo mengantarkan Arum untuk kontrol.
Walau masih tertatih, tapi Arum sudah bisa berjalan sendiri.
Menunggu antrian, bu Suryo melihat Arum tampak lebih banyak
berdiam diri.
"Ada apa Rum? Kamu menyesal telah mengajukan gugatan
cerai untuk suami kamu?"
Arum menghela nafas. Bagaimanapun hal itu sesungguhnya
tak pernah diinginkannya. Tapi menyadari bahwa Aryo telah
menikahi Rini, Arum merasa bahwa langkah itu sudah tepat.

"Kamu tidak usah menyesalinya. Toh suami kamu sudah


memiliki isteri lagi."
"Iya bu/"
"Kamu bisa membangun hidup kamu dengan lebih baik. Bisa
menemukan orang yang tepat, yang bisa melindungi kamu dan
membahagiakan kamu. Ya kan?"
"Iya bu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 210


Pdf created by: Goldy Senior

"Sudah, jangan sedih. Kamu tak akan kehilangan cinta.


Kamu adalah anakku, dan aku akan melakukan apa saja untuk
kebahagiaan kamu."
Arum menyandarkan kepalanya dibahu bu Suryo. Rasa
nyaman perlahan merayapi batinnya. Benar, ia tak akan pernah
kehilangan cinta.
"Ibu Arumsari," perawat memanggil, lalu keduanya bangkit,
perlahan memasuki ruang dokter Bram. Berdebar Arum ketika
dokter muda itu menatapnya hangat.
"Selamat pagi bu Suryo, selamat pagi bu Arum.." sapanya
ramah/.
"Pagi dokter," sambut mereka hampir bersamaan.
"Bagaimana keadaan bu Arum?"
"Lebih baik dokter, Terimakasih banyak atas bunganya," kata
Arum sambil tersenyum, menatap sang dokter yang juga sedang
menatapnya. Ada getar yang tak mereka ketahui darimana
datangnya.
"Oh, bu Arum suka?"\
"Suka, sekali lagi terimakasih."
Perawat yang berdiri disudut ruangan menatap dokternya
sambil tersenyum dalam hati. Oo, pak dokter mengirim bunga?
Hm, pasiennya cantik sih, pikirnya.
"Bagus, lain kali saya akan mengirim yang lebih bagus."
"Ah, dokter," Arum tersipu.
"Ayo sekarang berbaring disana, biar mbak perawat
memeriksa tensi ibu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 211


Pdf created by: Goldy Senior

Arum berdiri, perawat itu mendekat dan menyiapkan alat


deteksi tensinya.
"Ibu, bu Arum sudah bisa makan banyak?"
"Sudah lumayan dojter."
"Syukurlah. Lukanya sudah mengering bukan?"
"Sudah mulai mengering dok.."
Dokter Bram berdiri mendekati Arum. Ia menoleh kearah
catatan perawat. 115/72.
"Masih kurang sedikit ya bu.," kata dokter Bram sambil
menyentukkan stetoskup kedada Arum. Memeriksa mata, dan
mengangguk angguk.

"Saya tuliskan kembali resepnya ya bu," katanya setelah


kembali duduk, diikuti Arum yang kemudian duduk disamping
bu Suryo.
"Salepnya masih ada?"
"Tinggal sedikit dok."
"Saya tuliskan lagi disini, diganti verbandnya setiap pagi dan
sore."
"Baik dok.'
"Obatnya boleh diambil di apotik mana saja. Semuanya
diminum setelah makan."
Bu Suryo menerima resep itu.
"Terimakasih banyak dokter," kata bu Suryo sambil
mengajak Arum berdiri.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 212


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu, undangan makan siang masih berlaku?" tiba-tiba tanya


dokter Bram.
"Oh, masih nak dokter, kami menunggu setiap sa'at. Bilang
saja kapan mau datang, biar ibu masak yang enak untuk nak
dokter," kata bu Suryo dengan bersemangat.
"Iya ibu, nanti saya kabari."
Dokter Bram mengantarkan sampai kepintu. Setelah pintu
ditutup kembali, dokter Bram menoleh kearah perawat yang
berdehem sambil tersenyum.
"Ada apa sih? Kok tiba-tiba terbatuk-batuk?" tanya dojter
Bram.
"Saya senang dokter Bram mendekati seseorang. Tidak baik
lama-lama membujang lho dok," kata perawat yang kemudian
membuka pintu lalu memanggil pasian di antrian berikutnya.
Dokter Bram duduk dikursinya. Benarkah dia sedang
mendekati seseorang? Arumkah perempuan yang mengena
dihatinya? Tapi dia kan masih bersuami. Lamunan terhenti
karena pasien sudah datang dan duduk dikursi dihadapannya.
––––––––
Sejak menerima surat gugatan cerai itu Aryo tampak sering
termenung. Begitu dangkal cinta Arum kepadanya. Kesalahan
yang dibuatnya, dia sudah meminta ma'af. Apakah tak ada lagi
ma'af untuk dirinya? Aku masih mencintainya.. bisiknya dalam
hati. Aku khilaf, bodoh, keterlaluan!!
"Aku janji, hal itu tak akan terulang Arum... kembalilah.."
bisiknya perlahan.
Ratih yang sedang menemani Angga bermain sangat iba
melihat keadaan Aryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 213


Pdf created by: Goldy Senior

"Semoga 'ibu peri' bersedia kembali," bisiknya juga, lirih


sambil mengutak atik ponselnya.
"Ibuu.. kapan kita beli tas untuk sekolah?" tiba-tiba Angga
berteriak.
"Oh, kapan ya, tunggu kalau bapak sudah ada waktu ya?"
Angga berlari kearah ayahnya.
"Bapak menangis?" cetus Angga ketika melihat ada yang
menggenang dipelupuk mata ayahnya.
"Oh, enggak...bapak.. agak mengantuk," katanya sambil
merengkuh Angga, didekapnya erat. Tak urung genangan itu
meloncat keluar, mengalir disepanjang pipinga, yang kemudian
cepat diusapnya. Takut Angga sempat melihatnya.
"Kalau bapak mengantuk, tidur saja, biar ibu menemani, ya?"
"Oh, tidak, ibu kan menemani Angga, bapak mau tidur
sendiri saja," katanya sambil menurunkan Angga, kemudian
melangkah kedalam kamarnya, untuk menumpahkan tangisnya
disana.

"Angga, sini !!" panggil Ratih ketika Angga tampak bengong


melihat tingkah ayahnya.
"Angga belum jadi bertanya, bapak keburu ngantuk,"
gumamnya.
"Iya, bapak kecapean, jadi biarkan tidur ya.
"Nanti saja kalau bapak sudah bangun akan Angga tanyakan
kapan beli tas buat Angga."
"Iya, nanti saja kalau bapak sudah bangun ya."
"Sama buku-buku kan?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 214


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya.."
"Sama pensil untuk menggambar.."
"Iya, pokoknya semuanya."
Angga berlari lagi dan asyik dengan mainannya.
––––––––
"Tidak Arum, aku tidak akan menceraikan kamu. Kamu
harus kembali Arum, anakmu membutuhkan kamu. Ia
menemukan ibu semu, bukan ibu sejatinya, apa kamu tidak
kasihan Arum. Kamu boleh benci sama aku, tapi kembalilah
untuk anak kamu." tangis Aryo meledak ledak, sambil memeluk
guling erat-erat. Guling yang basah oleh air matanya.
Sesal dan sedih memenuhi benaknya. Ia mengutuk malam
penuh hujan itu, dan mengutuk setan perempuan yang
mengganggunya. Dan mengutuk kelakuannya sendiri yang
mudah tergoda. Walau tak terlampau jauh, tapi kelakuannya
bersama Rini sungguh tak pantas. Ia tak menyalahkan Arum yang
marah ketika itu.
"Aku lemah, aku khilaf.. Ya Tuhan, ini adalah hukuman dari
dosa yang hamba lakukan."
––––––––
"Pak Aryo harus sabar ya, percayahalah bahwa bu Arum
pasti akan kembali." kata Ratih ketika Aryo mengantarkannya
pulang.
"Yakin ?"
"Ia boleh tega sama suaminya, tapi ia akan luluh kalau
dihadapkan dengan buah hatinya."
"Apa yang harus aku lakukan?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 215


Pdf created by: Goldy Senior

"Selalu berharap dan berdo'a pak, saya akan membantunya,"


kata Ratih tulus.
"Terimakasih bu Ratih.."
"Jangan kelihatan sedih dihadapan Angga, dia akan bertanya-
tanya."
"Benar bu, terkadang saya merasa sulit menyembunyikan
kesedihan saya. Sesungguhnya saya berharap hanya untuk
Angga."
"Angga tidak boleh ikut sedih."
"Baiklah bu guru yang baik, yang bijak, yang cantik."
"Haaa..."
Ratih berdebar. Tiba-tiba Aryo memujinya cantik. Ia berjanji,
kalau sampai dirumah nanti ia akan berdiri didepan kaca, untuk
meyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar cantik.
"Itu benar," kata Aryo bersungguh-sungguh.
"Kalau tak ada bu Ratih, entah bagaimana saya menghadapi
Angga. Rupanya Tuhan mengirimkan bu Ratih untuk
menggantikan Arum. Mm.. maksud saya.. untuk Angga," lanjut
Aryo yang kemudian meralat kata-katanya, takut bu Ratih
tersinggung.
Tapi Ratih justru tersenyum.
"Saya senang bisa melakukannya. Saya sangat berharap bisa
bertemu dengan bu Arum pada suatu hari nanti."
"Semoga bisa terjadi ya bu."
"Awas pak, perempatan didepan itu belok ke kanan, jangan
kebablasan lagi," teriakEatih

Setangkai Mawar Untuk Ibu 216


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, iya, hampir saya kebablasan bu." jawab Aryo sambil


tersenyum.
––––––––
"Siang hari itu bu Suryo menyuruh yu Siti memasak yang
lain dari biasanya. Akan ada tamu istimewa yang akan makan
siang disana.
Ada semur daging, ayam goreng, perkedel, ca sawi udang,
kerupuk, ada beberapa macam lagi.

"Aduh, seperti direstoran saja," gumam yu Siti sambil


tersenyum.
"Ini tamu istimewa yu," kata bu Suryo sambil membantu
membumbui disana sini.
"Apakah dokter itu suka sama nak Arum?"
"Entahlah yu, aku berharap begitu."
"Dokter itu sangat baik bukan?"
"Sangat baik. Arum harus segera menemukan
kebahagiaannya setelah bercerai dari suaminya. Yu Siti harus ikut
mendo'akan ya."
"Pasti bu, saya juga menyayangi nak Arum, saya berharap
nak Arum akan segera menemukan kebahagiaannya.
"Sebentar lagi nak dokter akan datang, saya akan menata
meja makan dulu."
"Biar saya saja bu, ini kan bisa ditinggal, sudah matang
semuanya.'
"Baiklah, aku menemui Arum dulu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 217


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Suryo melangkah kekamar Arum. Dilihatnya Arum


duduk ditepi pembaringan.
"Tiduran saja dulu, jangan kelamaan duduk."
"Bu, saya ingin jalan-jalan, capek dirumah terus."
"Apa? Kamu kan belum sehat benar. Nanti aku bilang sama
dokter Bram, biar kamu dimarahin."
Arum tersenyum.
"Saya hanya ingin ketoko buku, membeli sesuatu untuk
dibaca-baca, supaya nggak jenuh dikamar bu."
"Nanti biar ibu belikan."
"Tapi Arum ingin memilih sendiri bu."
"Nanti ibu tanya dulu sama dokternya."
Dering bel tamu terdengar.
"Tuh, nak dokter pasti sudah datang," kata bu Suryo yang
kemudian keluar dari kamar Arum. Ia melangkah keluar,
dilihatnya dokter Bram berdiri didepan pintu.
"Waduh nak, sudah ditunggu-tunggu nih, silahkan masuk
nak," sapa bu Suryo ramah.
"Bu Arum bagaimana?"
"Masih dikamar, sudah jauh lebih baik. Bisa mandi sendiri,
makan sudah tidak dikamar."
"Syukurlah bu, boleh saya ke kamarnya? Saya ingin
memberikan ini," kata dokter Bram sambil membawakan seikat
kembang mawar segar.
"Wadduuh.. pasti Arum senang. Ayo nak, itu kamarnya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 218


Pdf created by: Goldy Senior

Dokter Bram mengikuti bu Suryo yang mengantarkannya


kekamar Arum.
Arum yang masih duduk ditepi pembaringan, terkejut
melihat dokter Bram.
"Selamat siang bu Arum."
"Eh, dokter.. "Arum berdiri menyambut.
"Sudah disitu saja, saya hanya ingin memberikan ini," kata
dokter Bram sambil mengulurkan seikat mawar berwarna warni.
Arum menerimanya dengan gemetar.
"Ini.. indah sekali," kata Arum yang segera menciumi
mawar-mawar itu.
"Biar yu Siti menatanya kedalam vas," kata bu Suryo.
"Bisa keruang makan Rum? Menemani nak Bram makan
siang. Yu Siti sudah menatanya."
"Ya bu, saya akan kesana."
"Ayo nak Bram," kata bu Suryo sambil menarik tangan
dokter Bram.
"Kok langsung sih bu, memangnya kelihatan ya kalau saya
sudah sangat lapar?" canda dokter Bram.
"Bukan begitu, memang sudah ditata dari tadi. Nah, lihat,
ayo silahkan duduk. Yu Siti, ayo ikut makan disini," teriak bu
Suryo kepada yu Siti.
"Dokter Bram duduk dikursi yang sudah disediakan. Tak
lama Arum muncul, sudah berganti pakaian. Bawahan berwarna
biru kembang dan atasan polos putih dengan sulaman bunga-
bunga kecil didadanya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 219


Pdf created by: Goldy Senior

Dokter Bram menatapnya tanpa berkedip. Walau masih


sedikit pucat, tapi diakuinya Arum memang cantik. Arum tersipu
karena dokter Bram menatapnya tajam, penuh pesona.
"Dia itu dok, tadi sudah minta ijin mau jalan-jalan," kata bu
Suryo seperti mengadu.
"Oh ya?"
"Katanya ingin baca-baca buku, tapi nggak mau kalau aku
yang membelikannya. Maksudnya mau memilih sendiri. Nekat
kan?"
Dokter Bram menatap Arum lagi, yang sudah duduk
disamping bu Suryo. Ia tersenyum mendengar bu Suryo
mengadu kepada sang dokter muda.
"Sudah pengin jalan-jalan ya?"
Arum hanya tersenyum.
"Nggak apa-apa kok bu, asal jangan lama-lama milihnya,
kemudian berbutar putar mencari diseluruh toko. Biar nanti saya
mengantarnya."
"Nak dokter mau?"
"Mau saja bu, supaya bu Arum bisa lebih hati-hati."
"Tuh Rum, ya sudah nggak apa-apa kalau nak dokter
mengijinkan, dan mau mengantar pula."
Arum menatap bu Suryo, tapi bu Suryo mengangguk. Ada
bunga menari-nari dihatinya.
"Ayo silahkan nak. Yu Siti.. ayo ikut makan sekalian," teriak
bu Suryo ketika yu Siti tidak muncul juga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 220


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya bu, saya menaruh bunga ini dulu dikamar," jawab yu Siti
dari kejauhan, Rupanya ia sedang menata seikat bunga yang beru
saja diberikan oleh sang dokter muda.
––––––––
Sore itu Aryo pulang dari kantor. Ia baru saja membeli susu
untuk Angga karena Ratih mengatakan susunya hampir habis. Ia
juga membeli roti untuk camilan.
Aryo baru saja naik keatas mobilnya dan meletakkan
belanjaan di jok disampingnya, lalu siap menstarter mobilnya,
ketika didepannya berhenti sebuah mobil. Si pengemudi seorang
laki-laki gagah, berjalan memutar kedepan untuk membukakan
pintu samping kiri.
Aryo urung menjalankan mobilnya, menunggu sampai mobil
didepannya tertutup kembali pintunya.
Tiba-tiba matanya nanap menatap siapa yang turun dari
mobil itu. Perempuan yang sangat dikenalnya, dicintainya dan
dirindukannya. Arum.
Hancur hatinya melihat laki-laki gagah itu memegang tangan
Arum dan membantunya turun, tetap menggenggam tangannya
sambil menutupkan lagi pintunya.
Ada darah menggelegak, ada panas membara, ada amarah tak
terhingga.
"Itu sebabnya kamu menggugat cerai ?? Umpatnya geram.
––––––––

20

Setangkai Mawar Untuk Ibu 221


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo mengepalkan tangannya. Mobil yang sudah


distarternya dimatikannya, lalu dia turun. Bergegas dikejarnya
bayangan sejoli yang memanaskan hatinya, dengan tangan masih
mengepal.
"Arum !" teriaknya.
Seketika langkah keduanya terhenti. Mereka membalikkan
tubuh dengan dokter Bram masih memegangi lengan Arum.
Aryo mengayunkan tangannya kepelipis dokter Bram, tapi
dengan tangkas ditahannya dengan sebelah lengannya.
"Mas Aryo !! Arum menjerit, atau tepatnya membentak.
"Apa maksudmu mas?"
"Kamu masih isteriku !!"
"Hampir menjadi bekas isteri kamu. Jangan membuat
keributan disini mas, malu!"
"Siapa laki-laki ini?" hardik Aryo dengan mata menyala.
"Dia calon suamiku." kata Arum tanpa ragu.
"Kamu ??"
"Kalau kamu bisa berbuat semau kamu, mengapa aku tidak?
Pergilah, hubungan kita hampir berakhir."
Arum menarik tangan dokter Bram, mengajaknya kembali
kemobil. Meninggalkan Aryo terpana dan tak mampu bersuara.
Ketika mobil dokter Bram berlalu, Aryo baru sadar bahwa
beberapa pasang mata memandang kearahnya. Aryo melangkah
gontai kemobilnya, memasuki dan duduk lemas dibelakang
kemudi.Ada keinginan untuk mengejar mereka, tapi mobil itu
sudah lenyap entah kemana. Lagian untuk apa? Toh Arum sudah
menemukan calon suami baru. Aryo terkulai beberapa sa'at,

Setangkai Mawar Untuk Ibu 222


Pdf created by: Goldy Senior

sampai bisa menenagkan hatinya lalu menjalankan mobilnya,


pulang.
––––––––
"Ma'af dokter, tadi saya mengatakan bahwa dokter adalah
calon suami saya." kata Arum terbata ketika Bram sudah
membawanya pergi.
"Tidak apa-apa bu Arum, saya tau bu Arum hanya ingin
menghentikan kemarahan... mm.. suami bu Arum."
"Saya sungguh minta ma'af."
"Hentikan permintaan ma'af itu, sudah, semuanya sudah
berlalu."
"Dia hampir menghajar dokter tadi. Itu sebabnya saya
mengatakan itu."

"Iya, saya tau kok," kata dokter Bram sambil memandangi


Arum yang tampak berlinangan air mata.
"Dia suami saya. Saya sudah menggugat cerai dia."
"Oh...Apakah bu Arum tidak bisa mema'afkan suami ibu,
seandainya dia punya salah?"
"Kesalahan pertama hampir saya ma'afkan. Tapi kemudian
dia mengambil perempuan yang merusak rumah tangga kami,
menjadi isterinya."
Dokter Bram menghela nafas. Bu Suryo sudah menceritakan
semuanya, namun dihadapan Arum dia pura-pura tidak tau.
"Dia melakukan hal yang sangat menyakiti saya," Arum
mulai terisak.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 223


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Arum, sudahlah, bu Arum baru sembuh dari sakit,


jangan memikirkan hal yang membuat sedih ya," kata dokter
Bram sambil menarik sebuah tissue yang tersedia disana, lalu
diberikannya pada Arum.
"Terimakasih dokter."
"Jadi beli buku tidak?" tanya dokter Bram mengalihkan
suasana.
"Tidak dok, tiba-tiba saya merasa letih."
"Ya sudah, kita pulang saja ya. Memang sebaiknya bu Arum
banyak istirahat. Nanti saya akan coba membeli buku untuk bu
Arum."
"Terimakasih dok."
"Buku seperti apa yang bu Arum suka? Novel? Yang ilmiah?
Atau.."
"Novel saja."
"Horor? Percintaan?"
"Yang ringan-ringan saja."
"Baiklah, besok saya akan mencari dan membawanya
kehadapan bu Arum."
"Terimakasih, saya sangat merepotkan.."
"Tidak, biasa saja kok. Saya suka kalau bu Arum juga suka."
Arum tersenyum. Sejenak kesedihannya berkurang. Ia
merasa selalu ada pertolongan setiap dia tertimpa masalah. Benar
bu Suryo, banyak cinta disekelilingnya.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 224


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo memasuki rumahnya tanpa menoleh kepada Angga dan


Ratih yang sedang duduk didepan rumah.
"Bapaaak!!" Angga berteriak, tapi Aryo tak menggubrisnya.
Angga menatap Ratih penuh pertanyaan.
"Apa bapak marah?"
"Tidak Angga, bapak tidak pernah marah."
"Mengapa diam saja ketika Angga panggil?"
"Bapak sangat lelah bekerja, jadi ingin segera beristirahat.
Jadi jangan diganggu dulu ya."
Angga mengangguk, tapi ia terus menatap kedalam rumah.
Tak biasanya bapaknya bersikap seperti itu.

"Aryo, kok diam saja, tuh anakmu memanggil kamu."tegur


bu Nastiti yang mendengar teriakan Angga.
Aryo tak menjawab. Dia melepas sepatunya lalu masuk
kedalam kamar. Penasaran bu Nastiti mengejarnya.
"Ada apa le?"
Aryo merebahkan tubuhnya tanpa melepaskan baju kerjanya.
"Ada apa Yo?"
"Besok Aryo akan mencari pengacara."
"Pengacara untuk apa?"
"Menyelesaikan hal perceraian itu."
"Apa maksudmu Yo?"
"Aryo akan menceraikan Arum, seperti yang dia minta."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 225


Pdf created by: Goldy Senior

"Yo, kok tiba-tiba begitu? Kamu tidak ingat anakmu? Kamu


harus berusaha agar Arum kembali Yo, jangan sampai kalian
bercerai."
"Maksud Aryo juga begitu bu..tapi Arum sudah punya calon
suami."
Bu Nastiti menutup mulutnya, matanya terbelalak menatap
Aryo yang berbaring sambil memandangi langit-langit.
"Darimana kamu tau Yo?"
"Tadi saya bertemu dia."
"Arum?"
"Bersama calon suaminya."
"Ya Tuhan. Dia berkata begitu?"
"Iya bu, semuanya sudah selesai, kita tidak usah menunggu
dia lagi."
"Kamu tau dimana dia tinggal? Ibu ingin bicara dengannya."
"Tadi terbersit keinginan untuk membuntutinya supaya tau
dimana dia tinggal bu, tapi kemudian terpikir oleh Aryo, untuk
apa, toh Arum sudah tak ingin bersuamikan Aryo lagi." katanya
pilu.
"Mengapa jadi begini, ya Tuhan."
Bu Nastiti menangis lirih, duduk ditepi pembaringan
anaknya.
"Ibu, jangan lagi ditangisi. Dia tak perduli kepada kita."kata
Aryo sambil memeluk pinggang ibunya.
"Bagaimana dengan Angga?"
"Angga sudah menemukan ibunya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 226


Pdf created by: Goldy Senior

"Apa selamanya nak Ratih harus berkorban untuk kita?"


"Kalau perlu Aryo akan mengambilnya sebagai isteri.
Semoga dia mau." kata-kata itu meluncur begitu saja, seperti ada
yang mendorongnya.
Bu Nastiti menatap puteranya lembut. Kalaulah itu terjadi,
barangkali akan menjadikan keluaarga ini utuh kembali. Kata
hatinya.Tapi semudah itukah?
––––––––
Bu Suryo heran melihat Aeum kembali begitu cepat. Begitu
turun dari mobil, dokter Bram menuntunnya masuk kedalam
rumah. Wajah Arum pucat, ada sembab bekas menangis. Bu
Suryo merasa khawatir.
"Kenapa Arum?" tanyanya sambil memegang tangan Arum,
menuntunya masuk kedalam kamar.
"Yu Siti..," teriaknya kepada yu Siti.
Yu Siti yang datang dengan terbirit-birit juga heran melihat
Arum sudah kembali.
"Nak Arum kesakitan?"
"Yu, ganti pakaian dia dan suruh istirahat dulu."
"Baik bu," jawab yu Siti yang kemudian membawa Arum ke
pembaringan. Yu Siti sangat cemas. Diambilnya ganti untuk
Arum, kemudian menuntunnya kekamar mandi untuk mencuci
kaki tangannya.
Arum masih membisu sampai ia selesai berganti pakaian
rumah, dan berbaring di pembaringan.
"Ada yang sakit?"
"Tidak bu," jawab Arum lemah.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 227


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak jadi membeli buku? Karena kesakitan dijalan?"


"Tidak."
Kenapa nak, nak Arum habis menangis? Dokter itu
menyakiti nak Arum?"
"Tidak."
Seribu pertanyaan dengan jawaban tidak itu membingungkan
yu Siti. Ia mengambilkan air minum yang selalu tersedia dimeja
itu, membantu Arum duduk dan meminta dia meminumnya.
Arum meneguknya beberapa teguk, lalu kembali berbaring.
Pertemuan dengan suaminya membuat luka dihatinya kembali
berdarah. Ia tak bisa membayangkan Aryo yang marah-marah
melihat dia sedang bersama dokter Bram, sementara dia sendiri
dengan nikmat sudah memiliki isteri lagi. Dan isterinya adalah
perempuan laknat yang membuatnya harus pergi dari rumah.
Yu Siti duduk ditepi pembaringan, memijit-mijit kaki Arum.
Duka yang tersirat diwajah Arum seperti mengguratkan juga duka
dihatinya.
"Katakan nak, ada apa?"
"Saya tadi bertemu mas Aryo," katanya pelan.
"Oh, suami nak Arum? Mengapa dia? Apa yang
dilakukannya?"
"Dia hampir menghajar dokter Bram."
"Ya Tuhan, mengapa?"
"Dia marah melihat saya bersama dokter Bram."
"Berarti dia masih mencintai nak Arum."
"Tidak bu, itu hanya karena egonya saja. Dia masih
menganggap saya isterinya. Tak rela isterinya bersama laki-laki

Setangkai Mawar Untuk Ibu 228


Pdf created by: Goldy Senior

lain. Tapi dia endiri bagaimana?" air mata Arum menetes


mengalir membasahi pipinya.
Yu Siti mengambil tissue dan menghapus air mata itu.

"Lalu bagaimana setelah dia hampir menghajar pak dokter?"


"Saya marahi dia, lalu mengajak dokter Bram pergi."
"Pasti dia membuntuti sampai disini."
"Tampaknya tidak bu."
"Ya sudah, jangan dipikirkan lagi. Nak Arum baru sembuh
dari sakit, jangan lagi menambah rasa sakit itu dengan sakit yang
lain. Disini kami menghawatirkan nak Arum, menjaga nak Arum.
Kalau nak Arum masih sedih juga, bu Suryo juga pasti akan sedih
dan kecewa."
Yu Siti terus memijit-mijit kaki Arum. Arum merasa nyaman
dengan pijitan itu. Seakan dari tangan yu Siti ada kekuatan yang
membuatnya segera kembali tegar. Arum menatap wajah yu Siti
yang masih tampak kecantikannya. Perempuan itu pasti merasa
seperti menemukan anaknya kembali setelah berpisah ketika anak
itu masih bayi. Duka yang disandangnya pasti lebih berat dari
dukanya sendiri. Rasa iba yang tiba-tiba merebak, membuat
Arum bangkit kemudian merangkul yu Siti erat-erat.
Yu Siti terkejut melihat perubahan sikap Arum. Ia merasakan
degup jantung Arum seperti menghentak dadanya. Bahunya
basah oleh air mata. Dielusnya punggung Arum dengan kasih
sayang.
"Sudah nak Arum, jangan sedih ya," bisiknya lembut
ditelinga Arum.
Air mata Arum terburai lebih deras mendengar bisikan itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 229


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Siti.. terimakasih atas kasih sayang ini ya bu," isakn ya.
Tak tau apa yang harus dikatakannya, yu Siti justru ikut
terguguk dalam tangisnya.Ada kekuatan yang menyatu, ada jiwa
terjalin dalam pelukan itu.
"Sudah ya, jangan sedih.."
"Saya tak akan merasa sedih selama ada bu Siti didekat
saya."
Yu Siti mempererat pelukannya.
––––––––
Dokter Bram segera pamit setelah menceritakan semua yang
dialaminya bersama Arum.
"Terimakasih banyak ya nak, sudah merepotkan."
"Tidak bu, saya senang kok. Lain kali saya akan kemari
lagi."
"Datanglah kemari seperti datang kerumah sendiri nak, pintu
ini selalu terbuka," kata bu Suryo ramah.
"Terimakasih ibu."
"Ibulah yang harusnya berterimakasih."
"Semoga bu Arum segera tenang."
"Iya nak, kasihan saya. Heran juga mendengar bahwa
suaminya masih marah melihat Arum sedang bersama nak
dokter."
"Mungkin suaminya masih mencintainya bu."
"Mana ada cinta sepertiitu. Kalau cinta pasti dia tak akan
begitu cepat punya isteri lagi. Dan isterinya adalah perempuan
murahan itu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 230


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya juga sih bu."


"Ya sudah nak, hati-hati dijalan."
Bu Suryo segera masuk kedalam begitu dokter Bram pergi.
Ketika membuka pintu kamar Arum, dilihatnya yu Siti masih
memeluk Arum sambil bertangisan.
"Sudah yu, kamu malah ikut-ikutan menangis, nanti Arum
bertambah sedih."

Yu Siti melepaskan pelukannya. Mengusap sisa air mata


Arum dengan telapak tangannya.
"Ibu sudah tau semuanya, ya sudah jangan dipikirkan lagi
ya."
Arum mengangguk, lalu dibaringkannya lagi tubuhnya.
"Ayo yu, biarkan Arum beristirahat," kata bu Suryo sambil
menggamit tangan yu Siti.
Kedua ibu yang mengasihi Arum itu keluar dari kamarnya,
meninggalkan Arum tenggelam dalam lamunannya.
Tapi Arum kemudian membayangkan lagi sa'at
pertemuannya dengan Aro. Pertemuan yang tak terduka, yang
membuatnya kembali marah.
"Mas Aryo masih seperti dulu.." bisiknya pelan.
"Mengapa tega menyakiti aku mas?" lalu air matanya
kembali menitik.
"Mengapa masih marah melihat aku bersama dokter Bram?"
Tiba-tiba Arum menyadari, bahwa rasa cinta kepada
suaminya itu masih ada. Tapi rasa sakit hati menutupi rasa itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 231


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
"Bu Ratih, saya ingin mengatakan sesuatu," kata Aryo ketika
malam itu mengantarkan Ratih pulang.
"Oh ya, ada apa pak?"
"Saya ..." Aryo ragu-ragu mengatakannya. Ia bingung
sendiri, sesungguhnya ingin mengatakan apa.
Ratih menatap laki-laki ganteng disebelah kanannya. Ia
menatap lurus kedepan, dan menjalankan mobilnya pelan.
"Bapak harus tenang."
"Ya, saya tenang."
"Bapak ingin mengatakan apa?"
"Saya sudah memutuskan, akan bercerai dengan Arum."
Ratih terkejut.
"Itu benar."
"Mengapa pak Aryo berubah pikiran?"
"Dia tiudak mencintai suaminya lagi."
"Itu karena dia sedang marah. Tak ada komunikasi diantara
pak Aryo dan bu Arum. Seharusnya pak Aryo dan bu Arum
bertemu, lalu berbicara. Selama ini tak ada komunikasi itu. Salah
paham bisa saja terjadi."
Aryo tercengang mendengar kata-kata Ratih. Memang benar,
tak ada komunikasi selama ini diantara mereka berdua. Tak
pernah bicara empat mata.
"Kalau bisa berkomunikasi, pasti keadaannya akan lain."
"Beberaapa hari yang lalu saya bertemu Arum."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 232


Pdf created by: Goldy Senior

"Bagus lah, bapak bisa bicara?"


"Tidak."
"Mengapa?"
"Dia berjalan bersama seorang laki-laki, gagah, tampan."
"Tapi..."
"Arum mengatakan bahwa laki-laki itu calon suaminya."
"Ya Tuhan, sudah sejauh itu..." kata Ratih seperti mengeluh.
"Saya harus bagaimana? Malu kalau saya harus merebutnya."
"Tapi kalau pak Aryo masih mencintainya, pak Aryo harus
melakukan itu."
"Kalau dia sudah memutuskan begitu, berarti dia sudah tidak
lagi perduli sama saya. Untuk apa saya merebutnya?
"Bukankah bapak masih mencintainya?"
"Saya masih mencintainya. Bagaimana kalau dia tidak?
Kalau dia memutuskan untuk mencari suami lagi, berarti sudah
tidak mau lagi sama saya."
"Lalu apa yang akan bapak lakukan?"
"Aku sudah menyewa pengacara, yang akan mengurus
perceraian itu. Tampaknya sudah berjalan. Biar saja. Aku tak
akan datang ke persidangan."
Ratih menatap Aryo dengan rasa iba.
"Maukah bu Ratih menjadi ibunya Angga?"
"Apa?"
"Bukan ibu pura-pura, tapi ibu yang sesungguhnya, yang tak
pernah meninggalkannya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 233


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih merasa sedanag melayang diudara, kemudian


terhempas ditanah yang berbatu.
––––––––

21
Ratih diam, benarkah apa yang didengarnya? Aryo akan
menjadikannya ibunya Angga? Ibu yang sesungguhnya dan itu
berarti Aryo melamarnya? Aduhai. Memang benar Ratih suka,
atau memang memendam rasa suka kepada laki-laki ganteng
disampingnya, tapi ucapan yang serta merta itu sama sekali tidak
membuatnya bahagia. Belum lama Aryo mengatakan bahwa dia
masih mencintai Arum, dan beberapa menit kemudiaan
melamarnya menjadi isteri? Tidak, Ratih tidak suka itu. Cinta
akan indah apabila didasari saling suka yang tulus. Ia yakin Aryo
tidak tulus. Artinya dirinya hanyalah sebagai pelarian dari
kegagalaan rumah tangganya bersama Arum.
"Ma'af, kalau saya terlalu lancang, "
Ratih menoleh kearah Aryo. Dilihatnya wajah penuh luka
yang membuatnya iba.
"Anggap saja saya tak pernah mengucapkannya. Sekali lagi
ma'af.." kata Aryo penuh sesal.

"Tidak apa-apa. Permasalahannya bukan saya mau atau


tidak, berkenan atau tidak. Saya hanya minta agar pak Aryo tidak
terburu nafsu. Kegagalan dan kesedihan yang bapak rasakan
harus dituntaskan terlebih dulu. Jalan untuk mencapai
kebahagiaan itu pasti ada. Endapkan pikiran pak Aryo, biar
Angga saya yang tangani."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 234


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo terpana mendengar kata-kata Ratih. Ratih benar-benar


perempuan yang luar biasa. Ia sempurna untuk menjadi ibu,
sempurna menjadi sahabat, dan sempurna menjadi ibu guru.
"Ma'afkan saya."
"Sudah, tidak ada yang perlu dima'afkan. Yang penting pak
Aryo harus bisa menenangkan pikiran, dan menghadapinya
dengan hati yang bersih."
"Terimakasih bu Ratih, terimakasih banyak."
"Ma'af kalau saya lancang."
"Tidak, saya justru merasa seperti seorang murid yang
sedang menerima petuah guru." kata Aryo sambil tersenyum.
"Nyindir ya, mentang-mentang saya guru."
"Itu benar, saya tidak bercanda. Dan saya juga merasa
menemukan sahabat yang benar-benar sahabat. Yang mengerti
akan saya, anak saya, keluarga saya dan semua situasi yang
melingkupinya."
"Itu karena saya 'ibunya Angga' bukan?"
"Semoga ibunya Angga yang sejati bisa berfikir seperti bu
Ratih."
"Pasti dia juga punya pikiran yang sama. Situasilah yang
menyebabkan dia seperti itu. Menurut saya, coba temuilah bu
Arum dan ajak dia bicara."
"Dimana saya bisa menemuinya? Saya menyesal kemarin
tidak mengikutinya. Semuanya jadi seperti kacau."
"Tenang pak Aryo. Pasti nanti ada jalan yang terbaik untuk
semuanya."
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 235


Pdf created by: Goldy Senior

"Nak Arum, kok sudah bangun?" kata yu Siti yang sedang


membuat teh pagi haru itu.
"Saya ingin minum teh disini bu, dimeja dapur." kata Arum
sambil duduk didepan meja.

"Oh, ya nggak apa-apa nak, ini sudah saya buatkan.


Tampaknya ibu belum bangun."
"Iya bu."
"Ini tehnya, yu Siti juga membuat singkong rebus lho, baru
saja diangkat, masih panas."
"Wah, enak sekali itu bu, saya suka."
"Ya sudah, tehnya diminum dulu, ini singkongnya, ditunggu
kalau sudah dingin."
"Baunya sedap benar."
'Itu saya kasih daun salam sama sedikit garam, rasanya jadi
gurih."
"Iya, sudah kelihatan dari aromanya."
"Bagaimana lukanya, sudah kering nak, beberapa hari nak
Arum mengganti sendiri verbannya, sehingga yu Siti tidak tau
bagaimana perkembangannya."
"Sudah kering bu, agak gatal-gatal sedikit. Tapi lambat laun
rasa gatal itu ilang sendiri."
"Biasanya luka itu kalau mau sembuh pasti terasa gatal-gatal
begitu. Tapi awas ya, jangan digaruk."
"Nggak bu, saya sudah tau kok. Sini, bu Siti duduk didekat
Arum sini."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 236


Pdf created by: Goldy Senior

"Baiklah, yu Siti matikan kompornya dulu. Nanti kalau ibu


bangun simbok mau ke pasar dulu."
"Kan masih nanti bu, duduk dulu disini menemani makan
singkong rebusnya."
Yu Siti duduk dihadapan Arum. Dipandanginya wajah cantik
yang sudah tidak begitu pucat seperti kemarin. Berdesir hati yu
Siti. Wajah itu seperti sangat dikenalnya.
"Mengapa bu Siti memandangi saya seperti itu?" Ada yang
aneh? Bedak celemotan ya?"
Yu Siti tersenyum.
"Tidak nak, nak Arum cantik."
"Ah, sudah sering bu Siti mengatakan itu. Pasti ada sesuatu
yang bu Siti pikirkan, tentang saya?"
"Saya teringat anak saya nak."
"Oh, ya Tuhan," kata Arum iba, lalu ditepuk-tepuknya tangan
yu Siti yang terletak diatas meja.
"Kalau dia masih hidup, pasti sudah seumur nak Arum."
"Jangan sedih bu, anggap saja Arum ini anaknya bu Siti.
Ya?"
Yu Siti mengangguk, batinnya teriris.
"Sebenarnya saya melahirkan anak kembar,"kata yu Siti
pelan, ia menoleh kearah dalam rumah, seperti takut ada yang
mendengarnya.
"Kembar?" hampir berteriak Arum mengatakannya, dan bu
Siti menutupkan jari telunjuknya kemulut, memberi isyarat agar
Arum tak berisik.
"Mengapa?" tanya Arum lirih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 237


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya tidak bilang kepada bu Suryo bahwa anak saya


kembar."
"Mengapa?"
"Saya bilang anak saya diambil orang saja bu Suryo sudah
memarahi saya, apalagi kalau anak saya ada dua."
Arum mengangguk-angguk, ikut menyayangkan mengapa yu
Siti harus melepaskan kedua anaknya.

Yu Siti tercenung dengan menopangkan kedua tangan


dikepalanya. Ia teringat kejadian puluhan tahun lalu, ketika ia
harus melepaskan anaknya karena keadaan.
Ketika itu ia baru keluar dari rumah sakit, suaminya
meninggal karena kecelakaan.
Terpaku karena tak bisa membayar beaya persalinan. Ia
meminta waktu kepada pengurus rumah sakit agar memberinya
waktu untuk mengambil bayinya. Ia diijinkan membawa salah
satu dari bayinya.
Sambil menggendong bayi, yu Siti termenung ditepi jalan.
Darimana ia harus membayar beaya persalinan itu? Ia hanya
buruh kecil yang bekerja apa saja asalkan dapat uang. Suaminya
tak meninggalkan apapun yang berharga. Rumah yang
ditempatinya ha nyalah bilik kecil yang disewa setiap minggu,
karena suaminya buruh kasar yang mendapat gaji setiap akhir
minggu. Lalu ketika suaminya meninggal, apa yang harus
diandalkan? Ia tak mungkin meminjam dari tetangga. Mana
mungkin orang mau memberi pinjaman kepada orang miskin
yang tak jelas kapan bisa mengembalikannya?
"Ia duduk dibawah sebuah pohon, sambil merangkul
bayinya. Karena pikirannya kemana-mana ia tak memperhatikan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 238


Pdf created by: Goldy Senior

bayinya yang menangis keras. Seorang ibu yang ketika itu lewat,
berhenti dan mengingatkannya.
"mBak, anakmu menngis, kok didiamkan saja?"
"Oh, iya.. " lalu terburu-buru yu Siti menyusukan bayinya.
Tak perduli dijalan dan dilihat banyak orang,, ia terus
menyusukannya.
"Anakmu cantik, itu perempuan kan?" kata seorang wanita
yang rupanya memperhatikannya.
"Iya bu."
"Senangnya bisa punya anak. Sudah lama saya menikah,
belum diberikan keturunan. Kata dokter saya mandul. " kata
wanita itu yang kemudian duduk disampung yu Siti,
memperhatikan betapa lahap bayi itu menyusu.
"Rumahnya dimana mbak?"
"Dikampung sebelah bu, tapi itu bukan rumah saya, hanya
menyewa saja belum sempat saya bayar sewanya." keluh yu Siti
sambil berlinangan air mata.
Wanita itu merasa kasihan, lalu memberikan dua lembar
puluhan ribu untuk yu Siti.
"Tidak bu, terimakasih."
"Kasihan anak kamu itu mbak, udara begini panas, kamu
ajak dia duduk disini."
"Habis mau duduk dimana bu, saya juga sedang bingung. "
"Terimalah uang ini, tak seberapa, tapi bisa untuk membeli
sesuatu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 239


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak bu, kalau ibu mau menerima anak ini dan merawatnya
dengan baik, saya akan sangat berterimakasih," kata yu Siti
dengan berlinangan air mata.
"Ya Tuhan, benarkah?" wanita itu melonjak kegirangan.
Yu Siti mengangguk. Pilu rasanya bisa mengucapkan kata-
kata itu. Barangkali itu yang terbaik, agar anaknya mendapat
perawatan yang layak. Ia menyadari tak akan mampu, lalu dia
juga membayangkan, bagaimana nanti bayi yang satunya lagi,
yang masih ditinggalkannnya di klinik bersalin itu.
"Benarkah mbak? Boleh saya minta anak mbak?"
"Saya hanya berharap, anak saya mendapat perawatan yang
layak. Saya tak berdaya bu," isak yu Siti.
"Saya senang sekali, saya akan mengasihi seperti anak
kandung saya sendiri mbak, yakinlah. Saya ini seorang janda,
ditinggalkan suami karena tidak bisa melahirkan anak mbak,"
ucap wanita itu dengan wajah sedih.

"Dengan adanya anak ini saya tidak akan kesepian,


terimakasih banyak ya mbak.. akhirnya aku dapat anak..Lalu..
berapa saya harus membayarnya mbak? Saya bukan janda kaya
yang punya uang berlimpah, tapi saya punya uang dari warisan
orang tua yang cukup untuk hidup layak. Anak mbak akan
melengkapi hidup saya dengan kebahagiaan. Saya janji akan
merawatnya dengan tanpa kekurangan."
"Terimakasih bu," jawab yu Siti pilu.
"Katakan berapa saya harus membayarnya mbak?"
"Saya tidak menjual anak saya. Saya hanya butuh uang untuk
membayar biaya persalinan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 240


Pdf created by: Goldy Senior

"Baiklah, saya akan membayarnya. Katakan berapa mbak."


Yu Siti mengeluarkan catatan yang diberikan rumah sakit.
Catatan yang berisi jumlah uang yang harus dibayae.Perih hati yu
Siti membayangkan bahwa catatan itu akan menjadi lantaran
perpisahannya dengan bayi yang baru beberapa hari
dilahirkannya.
"Baiklah mbak, tunggu sebentar, saya harus mengambilnya
di bank. Atau mbak ikut saya saja ke bank, itu didepan, disana
kan hawanya dingin, kasihan anak mbak ini."
Yu Siti mengikuti wanita itu kearah bank yang ditunjuk,
menunggu disana, Termenung sedih sambil menciumi anaknya,
karena tak lama lagi harus berpisah.
Akhirnya bayi itu diberikan Uang yang diterimanya hanya
cukup untuk membayar beaya persalinan, yu Siti tak mau lebih,
agar dia tak dianggap menjual bayinya.
" Waduh, kok sudah pada enak-enakan makan singkong
rebus disini?" tiba-tiba bu Suryo muncul, membuyarkan lamunan
yu Siti.
"Ibu, ini singkongnya, masih hangat, gurih dan harum." kata
Arum sambil mencomot seiris singkong.
"Kamu suka? Kemarin aku menyuruh yu Siti membeli
singkong."
"Suka sekali bu, yu Siti memasaknya dengan sangat nikmat."
"Iya, dengan daun salam kan?" kata bu Suryo sambil ikut
duduk diantara mereka.
"Lho, mengapa yu Siti menangis?"
Yu Siti tersenyum sambil berdiri.
"Saya kalau melihat nak Arum, jadi teringat anak saya bu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 241


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya sudah, tak usah disesali, semoga suatu haru nanti kamu
bisa ketemu anakmu. Lha kok malah berdiri, duduk saja disini."
"Saya ambilkah dulu teh untuk ibu."
Arum mengunyah singkong rebusnya dengan nikmat, tapi
pikirannya melayang kearah kata-kata bu Siti. Benarkah anak yu
Siti yang diberikan kepada orang itu kembar? Arum penasaran
dan ingin mendengar ceritanya. Namun mengingat tampaknya yu
Siti menyembunyikan perihal anak kembar itu, Arum mencari
waktu agar yu Siti mau menceritakannya.
Rasa iba kembali merebak ketika melihat yu Siti membawa
baki berisi teh hangat untuk bu Suryo. Tampak ada duka yang
terpendam diwajah setengah tua yang masih tetap cantik itu. Baru
kali ini Arum memperhatikannya.
––––––––
"Aryo, saya pikir kamu sudah tidur," sapa bu Nastiti ketika
melihat Aryo duduk sendirian diteras malam itu.
"Belum mengantuk bu."
"Kamu terlalu banyak pikiran, makanya susah tidur."
Aryo menghela nafas. Kata-kata Ratih ketika diantarkannya
pulang tadi terus membekas dibenaknya. Hatinya gundah, tidak
mengendap, lalu memutuskan sesuatu yang ditolaak oleh Ratih.
Iya sih, masa tiba-tiba melamarnya?
"Saya tadi melamar Ratih.." katanya seperti bergumam pada
dirinya sendiri.
"Kamu? Melamar Ratih? Diterima?"
"Tidak bu..."
"Tuh kan, tidak gampang melamar orang. Lagipula kamu
terburu-buru."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 242


Pdf created by: Goldy Senior

"Hati saya panas bu, teringat bagaimana laki-laki itu


menggandeng Arum."
"Ibu bisa mengerti.."
"Aryo masih mencintainya bu, Aryo masih berharap dia
kembali. Tapi mengapa dia sudah punya calon suami? Ketika itu
Aryo hampir menghajarnya."
"Ya ampun Aryo, jangan sampai hal itu terjadi. Bisa beda
urusan itu kalau sampai kamu melakukannya."
"Hati Aryo panas bu."
"Salah kamu adalah, ketika itu mengapa kamu tidak
membuntutinya. Kalau kamu membuntutinya, kamu kan bisa tau
dimana dia tinggal."
"Aryo begitu terpukul. Ketika sadar mobil yang
membawanya sudah tidak kelihatan lagi."
"Ya sudah, tenangkan saja pikiranmu, besok kita cari jalan
terbaik agar semuanya menjadi seperti harapan kita."
Aryo berdiri diikuti bu Nastiti masuk kerumah. Tiba-tiba
terdengar Angga menangis. Spontan keduanya lari kekamar
Angga. Dilihatnya tangan Angga melambai-lambai sambil
berteriak.
"Ibu peri.. ibu peri... aku mau ibu peri..." rupanya Angga
bermimpi. Aryo merebahkan tubuhnya merangkul Angga.
"Angga...ssh..shh... bobuk lagi ya."
"Ibu peri mana, aku mau ibu peri..."
Aryo menepuk nepuk pantat anaknya, berharap Angga
tertidur kembali.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 243


Pdf created by: Goldy Senior

Pagi harinya ketika Ratih datang, Angga bercerita tentang


mimpinya.
"Ibu tau nggak, semalam Angga didatangi ibu peri."
"Oh ya?"
"Ibu peri selalu datang seperti ibu ini. Aku dipeluk, diajaknya
berlari-lari dihalaman."
"Hm, senangnya...."
"Mengapa ibu peri pergi lagi?"
"Angga lupa ya. ibu kan pernah bilang, didunia ini banyak
sekali anak baik yang harus didatangi dan disayang ibu peri.
Nah.. karena anaknya banyaaak... bngeeet.. jadi lama ibu peri
bisanya datang lagi kemari."
"Tapi nanti akan datang kan?"
"Iya dong, asalkan Angga selalu jadi anak baik, pintar dan
penurut."
"Berapa jumlahnya anak baik itu bu?"
"Banyak sekali Angga, dunia ini kan luas.. jadi ya banyak
anak-anak baik.."
"Segini ya bu.." kata Angga sambil membentangkan
tangannya..."
"Waah.. iya.. lebih banyak lagi. Sudah, ayo makan paginya
dihabiskan, nanti keburu telat masuk sekolahnya."
Aryo menatap keakrapan itu dengan trenyuh. Seandainya
Angga tau bahwa Ratih bukan ibunya, bagaimana ia harus
bersikap? Ratih masih gadis, tapi cara dia mengemong anak kecil
sungguh memuatnya kagum. Barangkali karena Ratih adalah
seorang guru. Atau karena memang dia penyayang anak

Setangkai Mawar Untuk Ibu 244


Pdf created by: Goldy Senior

Entahlah, Aryo segera mandi karena ada yang ingin dilakukannya


pagi itu.
"Tumben kamu sudah mandi, biasanya mandinya setelah
mengantarkan Angga," tegur bu Nastiti.
"Aryo mau menemui pengacara bu."
"Yang akan mengurus perceraian kalian?"
"Menurut ibu bagaimana?"
"Pikirkanlah lagi, apa benar kamu ingin menceraikan dia."
"Sudah Aryo pikirkan bu, pengacara nanti akan menolak
gugatan cerai itu, Aryo yang memintanya."
––––––––

22
Bu Nastiti menatap anaknya, ada rasa syukur tersirat disana.
Ia berharap perpisahan itu tak terjadi.
"Iya Yo, ibu setuju.. Angga harus mendapatkan ibunya
kembali. Tidak baik perpisahan itu."
"Tapi bagaimana kalau Arum tetep minta cerai bu, so'alnya
dia sudah punya calon, gagah, ganteng, mobilnya lebih bagus dari
mobil Aryo.," kata Aryo sedih.
"Usahakan untuk bertemu. Atau sebaiknya ketika
persidangan nanti kamu ikut hadir, disana kalian bisa
berkomunikasi dengan baik. Ingatkan dia akan Angga. Tak
mungkin dia bisa melupakan Angga begitu saja."
Aryo termenung. Begitu mudahkah? . Tapi ia masih teringat
ketika bertemu, Arum menatapnya penuh kebencian. Dan lagi-

Setangkai Mawar Untuk Ibu 245


Pdf created by: Goldy Senior

lagi Aryo merasa kemarahannya memuncak setiap kali ia teringat


akan tangan laki-laki yang menggandeng Arum dengan mesra.
Menggandengnya sejak turun dari mobil sampai berjalan
ditrotoar yang kemudian Aryo mengejar dan hampir
menempeleng pelipisnya.
"Laki-laki setan itu akan merebut isteriku," gumamnya
dengan geram.
"Sudah Yo, nggak usah diingat ingat lagi. Selama ini kalian
belum pernah bertemu, apalagi bicara. Ibu masih berharap kalian
bisa berbaikan. Kalau saja ibu bisa bertemu dia, barangkali ibu
bisa membantu untuk bicara.Semangat Aryo, Rebut lagi isterimu
!!!."
"Aryo akan menemui pengacara itu dulu bu, do'akan semoga
semuanya menjadi baik."

"Ibu selalu mendo'akan demi kebaikan kalian Yo. Jangan


patah semangat hanya karena ada laki-laki yang melebihi
semuanya denganmu. Siapa tau masih ada cinta yang tersisa
dihati Arum, demi anak semata wayangnuya."
"Bapaaaak, ayo kita berangkaat," teriak Angga dari arah
depan."
Aryo tersenyum melihat jagoan kecilnya sudah rapi dan
berjalan sambil menarik tas kecil dengan roda dibawahnya.
––––––––
"Bu Siti... lagi masak apa?" kata Arum yang tiba-tiba masuk
kedapur.
"Lho, nak Arum ini bagaimana, wong disuruh banyak
istirahat kok malah masuk kedapur."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 246


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya capek bu, masa disuruh tiduran terus, aku kan sudah
tidak apa-apa."
"Kalau capek tiduran ya duduk didepan teve, nanti yu Siti
buatkan camilan.."
"Saya ingin membantu masak bu Siti."
"Jangan nak, sudah, biar yu Siti menyelesaikan sendiri, ini
sudah hampir selesai."
"Masak apa sih bu?"
"Cuma sayur asem, pecel, ceplok terur, tahu tempe bacem.
Ini sudah hampir selesai, tinggal goreng telurnya."
"Kalau begitu biar saya duduk disini saja.. Haa.. tahu
bacemnya sudah matang, boleh ngicipin?"

"Boleh.. boleh.. rasakan.. barangkali kurang manis atau


asin.."
"Hm, sudah enak kok bu, bu Siti ini memang jago memasak."
"Walaah, kok mujinya kebangeten begitu.. ya. Semua
perempuan pasti bisa masak. Nak Arum kalau dirumah sendiri
kan juga masak? Atau ada pembantu?"
"Nggak punya bu, saya masak sendiri, tapi masakan dari lain
tangan itu beda rasanya lho bu, biar bumbunya sama."
"Ah, nak Arum ada-ada saja. Pasti memang pengin buat hati
yu Siti senang kan?"
"Bu Siti tuh, beneran bu, enak kok."
"Syukurlah kalau nak Arum suka."
"Bu, kira-kira ibu perginya lama nggak ya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 247


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu tadi bilang mau ke bank. Biasanya lama, apalagi kalau


mampir-mampir, beli ini.. beli itu.."
"Saya ingin bu Siti cerita."
"Cerita apa nak?"
"Cerita tentang anak ibu itu."
"Ah, susah ngomongnya nak, namanya orang lagi kepepet,
bingung, nggak tau harus bagaimana, ya itulah yang terjadi nak.
Anak sendiri dikasihkan ke orang."
"Jadi kedua anak kembar itu ibu kasihkan ke satu orang?"
"Tidak begitu nak, tapi janji ya, nak Arum jangan cerita ini
sama bu Suryo, nanti saya dimarah-marahi lagi."
"Iya, janji bu.."
"Saya ini memang bodoh, atau keterlaluan, atau gampang
putus asa, entahlah.. Keadaan ketika itu membuat saya bingung.
Saya mencintai anak-anak saya, tapi terpaksa melepaskannya.
Tak lain karena ingin anak-anak itu hidup layak. Kalau masih
bersama ibunya, entah bagaimana anak-anak itu. Pasti kurus,
sakit-sakitan, kurang makan..sedangkan saya saja kadang bisa
makan kadang tidak. Dengan kedua anak kembar, bagaimana
saya bisa mencari uang untuk hidup?"
Wajah itu mendadak redup. Telur yang digoreng sudah siap
lalu diletakkannya diatas meja. Setelah mematikan kompor dan
mencuci tangan, yu Siti duduk dihadapan Arum yang
mendengarkan kata-katanya penuh perhatian.

"Saya tidak membuang anak itu, sungguh, saya hanya ingin


mereka hidup layak," katanya setengah terisak.
Arum menepuk nepuk tangan yu Siti.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 248


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya bu, saya bisa mengerti."


"Ketika itu, keadaan sangat membingungkan saya. Saya tak
tau harus berbuat apa. Saya miskin, janda yang ditinggal mati
suami. Tak berdaya..."
Arum mengangguk angguk sambil terus menepuk-nepuk
tangan yu Siti.
Lalu ia menceritakan bagaimana ia menyerahkan anaknya
kepada seorang wanita, untuk membayar biaya persalinan.
"Apakah bu Siti tau dimana rumah wanita itu?"
"Awalnya saya diajak kerumahnya, diberinya makan dan
uang untuk membayar beaya persalinan."
"Berarti bu Siti tau dimana rumahnya kan? Kalau ingin
bertemu anak bu Siti kan tidak susah?"
"Ketika itu dia mengatakan bahwa bayi itu sudah menjadi
anaknya, dan saya tak boleh menemuinya. Beberapa bulan
kemudian ketika saya lewat dirumah itu, dia sudah pindah entah
kemana."
"Oh, ya ampuun.."
"Ya sudah, saya iklaskan, karena tampaknya dia wanita yang
baik."
"Bagaimana dengan bayi satunya?"
"Setelah saya bayarkan beaya rumah sakit itu, mereka
mengijinkan saya membawa anak saya. Tapi saya tidak punya
rumah lagi karena tidak kuat membayar sewanya.Ketika itu saya
jatuh sakit, terkulai ditepi jalan, dengan bayi masih dalam
gendongan. Dan lagi-lagi seorang wanita mendekati saya.
"mBak, anakmu menangis, mungkin lapar.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 249


Pdf created by: Goldy Senior

"Tangan lemah saya menarik kepala bayi saya dan


menyusuinya, dengan bersandar pada tembok dan mata terpejam.
"Sampeyan sakit?"
Saya hanya mengangguk lemah.
Wanita itu pergi, tapi tak lama dia kembali membawa
bungkusan.
"Ini nasi, makanlah mbak. Anaknya cantik, biar saya
menggendongnya sebentar," kata wanita itu, yang lalu meraih
bayi saya dan digendongnya. Ketika itu bayi itu sudah tidak lagi
menangis, pulas dalam gendomgan wanita itu.
"Makanlah mbak, biar saya bawakan dulu anak ini."
"Terimakasih banyak."
Lalu saya memakan beberapa suap nasi yang dibawakannya.
Tidak tertelan, badan saya gemetar.
"Kamu sakit mbak? Mau saya antar ke dokter?"
"Tidak bu, maukah ibu merawat anak saya?"
"Maksudnya?"
"Saya tak kuat lagi bu, saya tak akan bisa merawatnya,
kasihanilah dia."
"Ya Tuhan, saya tidak punya anak seorangpun, suami saya
pasti senang. Saya akan membayarnya mbak."

"Tidak.. tidak.. saya tidak menjualnya, tolong rawat dia


dengan baik."
"Saya janji, saya akan merawatnya seperti anak kandung
saya mbak. Tapi mbak sakit, saya antar ke dokter."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 250


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak usah, jangan pikirkan saya."


Tapi wanita itu meletakkan beberapa uang ratusan,
diletakkan didekat saya.
"Pergilah berobat mbak, pakai uang ini."
"Saya tak mampu menolak, dia pergi dengan membawa buah
hati saya."
Lalu yu Siti menangis terisak isak.
Arum ikut berlinangan air mata mendengar kisah
menyedihkan itu. Digenggamnya erat tangan yu Siti.
Ketika itulah saya bertemu bu Suryo. Ketika saya berdiri
tertatih dan ingin membeli obat, bu Suryo sedang berjalan
sendirian. Saya berjalan sempoyongan, lalu bu Suryo menangkap
tubuh saya. Ia wanita yang baik. Dengan mobilnya saya dibawa
kerumah sakit. Saya mendapat obat dan dirawat dirumahnya,
sampai sembuh, dan sampai sekarang ini saya masih mengabdi
kepada penolong saya.
Arum yang berilinangan air mata sangat terharu mendengar
kisah memilukan itu. Rupanya ada yang lebih menderita daripada
dirinya. Bu Siti, memendam duka selamapuluhan tahun karena
harus melepaskan kedua anak kembarnya.
"Saya tak tau siapa yang membawa anak-anak saya, dimana
rumahnya..entahlah."
"Bu Siti, sudahlah, anggap saya sebagai anak bu Siti yang
hilang ya. Saya suka bisa menjadi anak bu Siti. Ini
membahagiakan saya."
Yu Siti menatap Arum lekat-lekat, lalu ia teringat tahi lalat
didekat pusar Arum, yang mengingatkan dia akan anaknya. Ada

Setangkai Mawar Untuk Ibu 251


Pdf created by: Goldy Senior

getaran yang tak dimengertinya ketika mereka bertatapan, seperti


ada ikatan yang tak disadari oleh keduanya.
––––––––
"Rupanya dia sudah pulang," gumam Rini ketika sedang
melakukan tugasnya.
"Dia siapa?"
"Bu Arum.."
"Itu lagi...? Nggak bosan kamu memata-matai dia terus ?"
"Bukan memata-matai, aku pas lewat, katanya sudah
pulang."
"Kalau ada yang jawab berarti kamu bertanya dong."
"Kamu itu nggak tau ya Wur, mengapa aku selalu mengamati
dia. Dia itu ada kembarannya, tau."
"Memangnya dia anak kembar?"
"Setauku tidak."
"Mengapa kamu bilang ada kembarannya?"
"Aku melihat wanita yang wajahnya seperti bu Arum,
dirumah pak Aryo. Kamu selalu memarahi aku kalau aku bicara
tentang hal itu. Tapi keanehan itu belum terjawab dan aku terus
penasaran."
"Ya kalau penasaran memangnya kamu itu kenapa, bukan
urusanmu kan?"
"Bukan sih... tapi aku kangen sama dia."
"Tuh kan, kumat gilanya.."
"Kamu itu tidak pernah tertarik sama orang ganteng ya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 252


Pdf created by: Goldy Senior

"Kalau aku tertarik ya pasti bukan suami orang lah.. beda


sama kamu."

Rini termenung, dia sedang mencari jalan untuk bertemu


Aryo dan menanyakan adanya wanita kembar itu. Sekaligus
berharap, barangkali ia bisa mendapatkan uang.
"Bagaimana ya caranya?" gumamnya lirih.
"Cara untuk apa?" rupanya Wuri mendengarnya.
"Nggak.. nggak apa-apa.."
"Awas ya, jangan berulah macam-macam kamu."
––––––––
"Bu Ratih, maukan menemani Angga beli tas sore ini?"tanya
Aryo sepulang dari kantor. Ia pulang agak sorean karena tak
banyak yang dikerjakannya.
"Terserah pak Aryo saja. Angga juga sudah mandi."
"Kalau begitu bu Ratih juga sudah mandi?"
"Ya sudah lah pak, saya itu disini kan malah seperti dirumah
sendiri, datang, makan,mandi.. main-main."
"Ya iyalah bu, saya senang kalau bu Ratih bisa menganggap
rumah ini rumah sendiri. Kalau begitu saya juga mau mandi
sebentar," kata Aryo sambil masuk kekamarnya.
"Angga, sini," teriak Ratih memanggil Angga.
"Jadi mau beli tas sekolah tidak?"
"Iya dong bu? Kapan?"
"Bagaimana kalau sekarang?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 253


Pdf created by: Goldy Senior

"Sekarang? Horeeee... Angga mau..." teriak Angga


kegirangan.
"Kalau begitu ayo ganti baju kamu dulu."
Angga ber;lari masuk kekamar, membuka baju dan memilih-
milih mana yang akan dikenakannya.
"Ibu mau ikut tidak?" tanya Ratih pada bu Nastiti.
"Kemana?"
"Pak Aryo mengajak beli tas sekolah buat Angga, mungkin
karena sedang tak banyak pekerjaan dikantornya."
"Oh, baguslah. Tapi ibu nggak usah ikut saja. Capek nanti
ngikutin Angga lari-lari kemana-mana."
"Iya ibu benar. Saya menggantikn bajunya dulu ya bu."
"Ya baiklah, ibu mau bersih-bersih kamar ibu saja, dari
kemarin belum sempat,"
Begitu selesai ganti pakaian, Angga sudah berteriak-teriak.
"Bapaaak, Angga sudah selesai.. "
"Ya, bapak tinggal ganti baju."
"Angga ganteng sekali nih, pinter milih bajunya.." kata Ratih
sambil mencium pipi Angga.
Alangkah senangnya hati Angga, karena bisa belanja
keperluannya sendiri bersama ayah dan 'ibunya'.
"Nanti Angga mau minta tas sekolah, buku-buku gambar,
buku-buku yang ada ceritanya, ya kan bu?"
"Iya sayang, banyak buku yang bisa Angga pilih nanti.
Duuh... senengnya..."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 254


Pdf created by: Goldy Senior

"Kata bapak, nanti kalau Angga sudah pindah sekolah, ibu


tidak lagi mengajari Angga, apa benar bu?"

"Iya sayang. Kalau Angga sudah pindah sekolah, berarti


Angga sudah lebih besar. Berarti juga gurunya berbeda."
"Kalau begitu Angga nggak jadi saja.."
"Lho, nggak jadi apa?"
"Nggak jadi pindah sekolah saja. Biar ada ibu terus."
"Tidak sayang, kalau kamu tetap disekolah yang lama, kamu
tidak akan bertambah pintar. Nanti disekolah baru Angga akan
dijarin menulis, membaca. Jadi lebih banyak yang bisa Angga
ketahui. Kalau disekolah lama, Angga akan tetap seperti anak
kecil. Mau pintar nggak?"
Angga mengangguk.
"Nah, kalau mau pintar harus pindah sekolah, tapi kan
sekolahnya tidak jauh-jauh dari ibu. Kalau istirahat, ibu bisa
kesekolah Angga yang baru."
"Benar?"
Ratih mengangguk sambil tersenyum.
"Sudah siap? Kita berangkat?" tiba-tiba Aryo sudah berada
diantara mereka, dengan pakaian rapi dan siap untuk pergi.
"Eh.. bapak sudah siap, bapak ganteng juga kan bu?" celoteh
Angga sambil menatap bapaknya.
Ratih tersenyum, sambil melirik sekilas kearah Aryo.
Aryo tertawa senang.
"Ganteng dong, bapaknya siapa dulu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 255


Pdf created by: Goldy Senior

"Bapaknya Anggaaaa," kata Angga sambil berjingkrak.


"Bu, kami pergi dulu ya,"
––––––––
Angga berlari kesana kemari ditoko buku itu. Ia sudah
memilih tas merah bersetrip biru, ada gambar-gambar bintang-
bintang kartun kesayangannya. Ia melihat-lihat buku, menuding
dan minta agar Ratih mengambilnya lalu ditaruh didalam tas
belanjaan.
Angga masih berlari kesana kemarin, sementara Aryo hanya
melangkah perlahan sambil mengikuti mereka tapi terkadang
berhenti apabila ada yang menarik hatinya.
Disudut yang lain, dokter Bram sedang mmilih-milih buku
novel yang akan diberikannya pada Arum. Ia ingat, Arum minta
novel dengan cerita-cerita ringan. Kisah percintaan. Ia sedang
memilih-milih lalu mengambil beberapa buku ketika seorang
anak kecil menabraknya.
Dokter Bram terkejut, buku yang baru saja diambilnya jatuh
kelantai. Serta merta Ratih berteriak.
"Eeh.. ma'af.. ma'af ya pak. Aduuh... Angga nakal ya?"
Ratih membantu mengambil buku dokter Bram yang
terserak.
"Ma'af ya pak.." Kemudian dia melangkah cepat memburu
Angga yang sudah berlari kearah lain.
Dokter Bram terpana. Ia sempat menatap wajah cantik itu,
wajah yang sangat dikenalnya.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 256


Pdf created by: Goldy Senior

23
Bram mengawasi kemana gadis itu pergi, aduh.. menghilang
kemana dia. Bram melangkah mengitari tuku buku yang sangat
luas itu. Tadi ada anak kecil berlari lari. Tapi Bram kehilangan
jejak.
"Aneh, kok wajahnya seperti bu Arum ya?" gumamnya
sambil menuju kearah kasir.
Ia keluar dari toko buku itu, tapi sambil berputar sekali lagi,
tapi gadis itu tak juga ditemukannya. Dokter Bram pulang dengan
rasa penasaran.
"Ibuu.. aku juga mau ini..."
"Angga.. ini sudah banyak, besok lagi ya.. "
"Satu ini, yang gambar pinokio, nanti ibu ndongeng buat
Angga..."
Ratih terpaksa mengambil buku itu, sambil menoleh kearah
Aryo yang sudah sampai didekatnya. Entahlah tadi dia pergi
kemana.

"Ya, baiklah, sudah cukup? Mana bu Ratih, biar saya bawa


ke kasir," kata Aryo sambil meminta tas belanjaan berisi buku-
buku.
"Waduuh, banyak sekali Angga.."
"Iya, ada buku dongeng bapak, nanti ibu mau mendongeng
buat Angga."
"Hm... baiklah."
Aryo membayar semua belanjaan Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 257


Pdf created by: Goldy Senior

"Kita pulang?"
"Boleh minta es krim?" tanya Angga.
"Tuh, kan, sudah beli buku banyak, masih mau minta es krim
juga."
"Satu saja bapak..."
"Baiklah, biar bapak bayar dulu belanjaan kamu ini ya.."
––––––––
Dirumah makan itu mereka hanya minum, dan makan
makanan ringan.
"Kasihan ibu sudah masak buat makan malam," kata Aryo.
"Iya, tadi eyang masak ayam goreng kesukaan Angga."
Angga yang semula asyik melahap es krimnya, tiba-tiba
menggamit Ratih.
"Ibu, Angga pengin pipis.."
"Ayo pipis sama bapak saja ya," kata Aryo sambil berdiri.
"Nggak mau, Angga mau sama ibu."
"Aduuh, Angga mengapa nggak mau sama bapak?"
"Ya sudah nggak apa-apa, ayo kekamar mandi," kata Ratih
sambil menggandeng tangan Angga.
Aryo menatap punggung keduanya dengan menggeleng
gelengkan kepalanya. Angga sudah terlalu bergantung pada
Ratih, dan itu membuatnya was-was. Ia ingin Arum segera
kembali, dan pengacara sudah berjanji akan mengusahakannya.
Tiba-tiba seseorang menepuk lengannya. Aryo menoleh dan
seketika matanya melotot marah.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 258


Pdf created by: Goldy Senior

"Mau apa kamu ?"


"Aduh, pak Aryo galak bener sih kalau sama Rini, nggak
ingat ya, kala malam itu kita..."
"Tutup mulut kamu dan pergi dari sini," hardik Aryo.
"Tunggu pak,ada sebuah informasi penting."
"Jangan bohong dan mengada-ada, aku tak butuh informasi
apapun dari kamu."
"Ini benar, apa bapak sadar bahwa ada dua Arum
dikehidupan bapak?"
"Apa??"
"Saya tau itu."
"Kamu tau darimana?"
"Ada pokoknya, dan informasi ini akurat."
"Kamu tau dimana Arum?"
"Saya butuh uang untuk makan pak."
"Kurangajar, kamu ingin memeras saya?"
"Ya sudah kalau nggak mau."
"Riniiii..." tiba-tiba Angga yang digandeng Ratih berteriak
memanggil.
"Pergilah."
"Tapi pak."
"Pergiiii!!" hardiknya penuh amarah.
"Pak.. kalau bapak ingin informasi lebih lengkap, telephone
saya. Ini nomornya. Tapi ini tidak gratis, kata Rini sambil
meletakkan sesobek kertas bertuliskan nomor ponselnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 259


Pdf created by: Goldy Senior

"Pergii!!" hardik Aryo lagi.


Dan Rini pun membalikkan tubuh lalu melangkah pergi.
"Itu yang namanya Rini?" tanya Ratih begitu sampai didekat
Aryo.

"Mengapa Rini pergi lagi?" kata Angga sambil menatap


punggung Rini yang keluar dari rumah makan itu.
"Rini sudah tidak mau bersama kita. Sudah, habiskan es krim
kamu, lalu kita pulang."
Ratih melihat sorot mata dingin yang membuatnya sedikit
takut. Ia membantu Angga menyendok es krimnya. Dilihatnya
Aryo meremas kertas yang tadi dia lihat diletakkan Rini diatas
meja.
"Mengapa diremas-remas?"
"Nomor telepone tidak berguna. Dia hanya ingin memeras
saya."
"Jangan pak, biar saya simpan, siapa tau berguna disuatu hari
nanti," kata Ratih sambil mengambil remasan kertas itu, lalu
dimasukkannya kedalam tasnya.
––––––––
Tapi malam itu Aryo teringat kembali kata-kata Rini,
bahwa dia tau ada dua Arum. Dua wanita berwajah sama. Kalau
begitu Rini tau tentang Arum. Jangan-jangan dia tau banyak
tentang Arum. Ia harus menghubungi Rini, menanyakan
semuanya, tapi nomor telpone itu telah diremasnya dan.. oh
tidak.. Aryo ingat .. Ratih telah menyimpan remasan kertas berisi
nomor telephone itu. Lagi-lagi Aryo memuji Rini. Gadis itu luar
biasa. Lalu ia ingin menelpone Ratih dan menanyakan tentang

Setangkai Mawar Untuk Ibu 260


Pdf created by: Goldy Senior

nomor telephone itu, tapi sudah malam. Hampir jam duabelas,


pasti Ratih telah tertidur.
"Lebih baik besok pagi saja. Pagi-pagi Ratih pasti sudah
datang kemari, membantu Angga bersiap kesekolah,"gumamnya.
Aryo mencoba memejamkan matanya, malam sudah larut,
tapi alangkah sulitnya terlelap. Bayangan demi bayangan menari
dikepalanya. Dan bayangan paling menyakitkan adalah ketika
melihat tangan laki-laki ganteng menggandeng tangan Arum,
begitu hamgat, penuh perhatian. Aduhai, apakah ini balasan dari
kelakuan yang pernah dilakukannya bersama Rini? Aryo
mencoba mema'afkan laki-laki itu, seperti dia juga berharao agar
Arum juga mema'afkan perbuatan tak senonohnya.
"Bapaaaak," teriakan Angga menyadarkannya.
Aryo bangkit dan setengah berlari menuju kamar Angga
yang memang bersebelahan dengan kamarnya. Dilihatnya Angga
sudah terduduk sambil menangis.
"Angga.. sayang... ayo bobuk lagi ya, biar bapak tidur disini,
ayo bobuk."
"Mana ibu peri..."
"Ssh..shh... bobuk ya," kata Aryo sambil menepuk-nepuk
pantat Angga.
"Ibu peri..." katanya lirih, sambil kembali memejamkan
matanya.
"Ibu peri akan datang kemari, bapak janji.." bisiknya
ditelinga Angga yang kembali terlelap.
Trenyuh Aryo, berlinang air matanya sambil mengelur
kepala Angga dengan rambut ikalnya. Aryo teringat, ketika sa'at-
sa'at manis bersama Arum, ia suka sekali mempermainkan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 261


Pdf created by: Goldy Senior

rambut ikalnya yang tergerai didahi. Mengelusnya kebelakang,


lalu kembali lagi, dielusnya lagi..
"Kembalilah Arum, demi anak kamu.. demi aku.. demi cinta
kita dan hari-hari yang pernah kita lalui," bisiknya.
––––––––
Pagi itu Aryo bangun kesiangan. Ratih yang penuh
pengertian melarang bu Nastiti membangunkannya.
"Bu, tampaknya pak Aryo kecapean, biar saya sama Angga
naik taksi saja."

"Kasihan nak Ratih kalau harus buang-buang uang, kalau


begitu biar ibu yang membayar taksinya.
"Bu, uang gaji saya hampit utuh, karena setiap hari ketika
saya pulang ibu selalu membawakan nasi beserta lauk pauknya
buat bapak."
"Ya tidak apa-apa to nak, kan nak Ratih tidak pernah sempat
memasak buat bapak, karena sibuk mengurusi Angga."
"Sungguh saya jadi nggak per nah masak bu. Itu sebabnya
uang saya hampir utuh. Jafi biar saja saya yang membayar
taksinya."
"Angga pengin naik becak saja, boleh?" tiba-tiba Angga
berteriak.
"Oh ya, bagus kalau begitu, ibu lihat banyak becak mangjkal
dluar sana."
"Horeee... asyiik.."
"Klau begitu kita berangkat sekarang yuk. Ambil tas kamu,
dan pamit sama eyang."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 262


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Nastiti menatap kepergian mereka dengan rasa terharu.


Ratih sangat pintar menyenangkan hati Angga. Ketika ia masuk
kerumah setelah mengantarkannya sampai kejalan, dilihatnya
Aryo baru keluar dari kamarnya.
"Lho, kok sudah sepi?"
"Baru saja berangkat, Angga ingin naik becak."
"Mengapa Aryo tidak dibangunkan bu?"
"Nak Ratih melarang. Kasihan katanya. Mungkin ia tau kamu
sedang banak pikiran."
Aryo menghela nafas, lalu duduk dimeja. Diraihnya cawan
minumnya lalu dihirupnya perlahan.
"Sudah dingin."
"Biar ibu buatkan lagi yang hanyat Yo."
"Nggak usah bu.. ini sudah cukup."
"Mandi dan sarapan sana, sudah ibu siapkan dimeja."
"Sebentar bu. Aduh, terlambat ya aku."
"Ini masihpagi, kalau kamu segera mandi dan sarapan tidak
akan terlambat."
"Bukan, terlambat ketemu bu Ratih."
"Memangnya ada apa?"
"Dia menyimpan nomor kontaknya Rini."
"Kok bisa?"
Lalu Aryo menceritakan perihal pertemuannya dengan Rini
dirumah makan itu, dan catatan nomor ponsel yang nyaris
dibuangnya tapi kemudian disimpan oleh Ratih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 263


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu mau menghubungi Rini? Nanti malah jadi panjang


urusannya. Anak itu kan suka bikin heboh."
"Dia tau kalau ada dua orang yang mirip Arum, berarti dia
tau tentang Arum, atau mungkin pernah bertemu Arum."
"Pasti ada sesuatu yang diinginkannya."
"Ya bu, uang.. Tapi kalau benar dia bisa memberitahu
tentang Arum, Aryo akan membayarnya seperti yang dia minta."
"Tapi mengapa harus tergantung Rini? Beberapa hari lagi ada
sidang. Siapa tau dalam sidang nanti Arum akan datang?"
"Masih beberapa hari lagi, Aryo nggak sabar menunggu bu."
"Jadi orang itu harus sabar to Yo, kamu malah membuat
senang hati Rini. Nanti dia keterusan membuat berita-berita
tentang Arum yang nggak jelas ujung pangkalnya.
––––––––
Tapi Aryo sungguh tidak sabaran. Ie menghubungi Rini yang
mengencaninya disebuah rumah makan, setelah mendapatkan
nomor ponselnya dari Ratih. Sebel Aryo sebenarnya.
Disebuah rumah makan itu Rini makan dengan lahap.
Beberapa porsi makanan dipesannya, dan dilahapnya habis. Aryo
muak melihatnya, dan merasa bahwa Rini sedang
memperpanjang waktu pertemuan.
"Mengapa pak Aryo tidak makan?" kata Rini dengan mulut
penuh makanan.
"Nggak, melihat kamu makan seperti orang kelaparan sudah
mual perutku." sahut Aryo tanpa melihat kearahnya.
Aryo makan sama sekali tidak memesan minuman apapun.
"Segera katakan apa yang ingin kamu katakan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 264


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya butuh uang," katanya setelah memasukkan suapan


terakhir ke mulutnya.
"Ya aku tau, tapi jangan mengharpkan uangnya sebelum aku
mendengar seberapa berharganya informasi itu."
"Oh, pasti pak Aryo senang mendengarnya."
"Cepat jangan berlama-lama. Waktuku tidak banyak."
"Taukah pak Aryo bahwa bu Arum belum lama ini menjalani
operasi dirumah sakit?"
"Apa?"
"Entah yang mana yang bu Arum asli, tapi saya sering
melihatnya bersama seorang perempuan yang kelihatannya kaya,
tapi galaknya seperti setan. Saya pernah didampratnya."
"Arum operasi dirumah sakit?"
"Iya, tapi sekarang sudah pulang."
"Alamatnya ?"
"Kalau bapak mau bertanya kerumah sakit, pasti bapak akan
mengetahui alamatnya."
"Rumah sakit pusat?"
"Ya, dimana lagi? Sekarang saya sudah kenyang, dan saya
minta uang yang bapak janjikan."
Aryo mengeluarkan dua lembar uang ratusan. Rini mencibir.
Cibiran yang sama sekali tidak mempercantik wajahnya.
"Apa maksudmu?"
"Informasi ini sangat berharga, mengapa hanya duaratus
ribu?"
"Berapa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 265


Pdf created by: Goldy Senior

"Satu juta."
"Kamu sudah gila !!"
Aryo meletakkan lima lembar ratusan ribu lalu berdiri dan
melangkah keluar.
"Hanya itu, dan sekalian buat bayar makananmu itu!!"
katanya sambil berlalu.
Rini memunguti uang yang terserak dimeja karena Aryo
meletakkannya dengan kasar. Dengan mengomel panjang pandek
pergi kearah kasir untuk membayar makanannya.
––––––––
Siang itu juga Aryo pergi kerumah sakit. Dia menghubungi
perawat di klinik bedah. Dan mendapat keterangan memang
benar Arumsari pernah operasi disana.
"Bisakah saya tau dimana alamatnya?"
"Sebentar saya cari ya pak.."
Aryo menunggu dengan harap-harap cemas. Ia yakin kali ini
akan bisa menemui isterinya. Ia menunggu tak lama karena
perawat itu sudah mengatakan dimana alamat Arumsari. Tapi
celakanya, alamat yang tercantum adalah alamat rumahnya
sendiri. Alamat dimana Arum dan dirinya tinggal.
Aryo mengucapkan terimakasih dengan perasaan kecewa.
Informasi dari Rini memang benar, tapi ia tetap belum bisa
menemukan alamatnya. Benar kata ibunya, bahwa ia harus
bersabar.
Aryo melangkah keluar, dan tiba-tiba ia melihat seorang laki-
laki tampan dengan atribut dokter bersimpangan dengannya.
Aryo mengingat ingat. Astaga, bukankah dia laki-laki yang
menggandeng Arum itu?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 266


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo berdiri terpaku.


"Rupanya dia seorang dokter," gumamnya perlahan.
Perasaan cemburu kembali mengusik batinnya.
––––––––

24
Aryo mengepalkan tangannya. Ingin memburunya lalu
menghajarnya. Tapi dokter itu sudah lenyap ditikungan sana.
"Suster, suster.. sebentar, mohon tanya," kata Aryo kepada
salah seorang perawat yang tadi berjalan dibelakang dokter itu,
walau agak jauh.
"Ya, ada yang bisa saya bantu?"
"Yang baru saja lewat tadi namanya dokter siapa?"
"Yang mana?"
"Yang barusan lewat tadi, lalu belok kesana."
"O, itu dokter Bramasto, dokter bedah."
"Oh, terimakasih suster."
Dan suster itu berlalu. Aryo melangkah pelan. Ada sedikit
perasaan minder mendengar keterangan perawat itu.
"Jadi aku bersaing dengan seorang dokter ahli? Spesialis
bedah?"gumamnya lirih sambil terus melangkah.

Pastilah Arum akan memilih dia. Gagah, ganteng, lebih


keren, dokter bedah. Dan dia? Hanya sarjana biasa saja yang
hanya memiliki jabatan wakil direktur diperusahaan dimana dia

Setangkai Mawar Untuk Ibu 267


Pdf created by: Goldy Senior

bekerja. Tapi apakah pekerjaanku lebih rendah? Bukankah aku


juga ganteng? Aduhai, perasaan galau mengusik hatinya sampai
dia kembali lagi ke kantornya.
Tapi sesampainya dikantor, timbul keinginannya akan
menemui dokter bedah itu. Ia harus bisa menghilangkan rasa
cemburu yang mengusiknya, demi sebuah cinta yang harus
diperjuangkannya. Tak perduli dokter bedah atau dokter apapun
sekalian, ia harus bisa merebut kembali Arum nya.
Dengan pemikiran itu Aryo kemudian berpamit untuk
meninggalkan kantor lagi, kembali ke rumah sakit.
––––––––
"Selamat siang," sebuah sapa terdengar didepan pintu. Bu
Suryo yang sedang asyik menyulam diteras depan terkejut.
"Lho, nak dokter, ayo silahkan.. silahkan masuk," kata bu
Suryo ramah.
"Ma'af mengganggu bu."
"Tidak, sama sekali tidak, silahkan masuk,"
"Disini saja bu, lebih segar udaranya."
"Baiklah, saya panggil Arum terlebih dulu ya," kata bu Suryo
sambil bergegas kebelakang. Dokter Bram meletakkan
bawaannya diatas meja, beberapa buku novel yang akan
diberikannya pada Arum.
"Kalau bu Arum tidur jangan dibangunin bu, kasihan."
"Tidak, baru saja dia masuk kedalam setelah omong-omong
sama saya disini," kata bu Suryo sambil terus melangkah.
"Arum, ada tamu untuk kamu," terdengar teriakan bu Suryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 268


Pdf created by: Goldy Senior

Dokter Bram menunggu. Hal pertama selain memberikan


buku novel itu adalah ingin menceriterakan tentang seorang
wanita yang mirip dengannya di toko buku itu kemarin sore.
Yu Siti keluar sambil membawa nampan berisi minuman.
"Silahkan diminum pak dokter."
"Terimakasih bu, kok repot-repot sih.
"Nggak pak dokter, sudah ada kok. Silahkan.."
"Terimakasih bu."
Dokter Bram menatap yu Siti, yang walau hanya pembantu
tapi selalu berpakaian apik, dan diperlakukan seperti keluarga
oleh bu Suryo.
"Selamat siang dokter," sapa Arum ramah.
Dokter Bram menatap Arum lekat-lekat. Benar-benar sama
wajah itu.
"Dokter dari rumah sakit?"
"Iya, langsung kemari. So'alnya harus segera menyerahkan
buku yang saya janjikan."
Dokter mengangsurkan beberapa buku yang sudaah
diletakkannya dimeja.
Arum duduk dan meraih buku-buku itu.
"Ya ampuun, dokter kok sampai bersusah payah begini untuk
saya, kata Arum sambil menatap buku-buku itu dan melihat
judulnya."
"Tampaknya ini buku-buku tentang cinta semuanya.
SEPENGGAL KISAH, SA'AT HATI BICARA, SEKEPING
CINTA MENUNGGU PURNAMA. Wauw.. menarik sekali."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 269


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Arum kan bilang suka buku-buku percintaan."


"Iya benar, saya suka. Terimakasih banyak dokter."
"Asalkan bu Arum suka, saya senang sekali."
"Pastilah saya suka, daripada kesepian tak punya pekerjaan.
Habis mau melakukan apa saja dilarang oleh ibu. Padahal saya
sudah merasa sehat."
"Sebentar lagi pasti pulih. Bu Arum harus sabar."
"Terimakasih dok, berkat dokter kan. Itu minumannya
dokter, silahkan diminum."
"Sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu," kata dokter
Bram sambil meneguk minuman yang dihidangkan yu Siti.

Arum berdebar, akan mengatakan apa kira-kira dokter


ganteng ini?
"Apa itu dokter."
"Ketika saya beli buku kemarin sore, saya bertemu
seseorang. Wanita cantik, bersama seorang anak kecil, yang
dipanggilnya dengan nama Angga."
"Apa? "
"Sepertinya anak kecil itu anaknya. Mereka sedang memilih-
milih buku."
Wajah Arum muram seketika. Itu Rini dan Angga
anaknyakah?"
"Tapi wanita itu wajahnya mirip sekali dengan bu Arum."
"Haa? Masa Rini mirip dengan saya? Ogah aku.." kata Arum
keras, dan kesal.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 270


Pdf created by: Goldy Senior

"Rini siapa?"
"Kalau wanita itu Rini, Angga pastilah anak saya."
"Saya tidak sempat menanyakannya. Anak itu tadinya
menabrak saya, sehingga buku-buku ini jatuh ke lantai. Wanita
itu membantu memungutinya dan meminta ma'af, lalu mengejar
anak kecil itu. Yang saya heran, wajah wanita itu mirip sekali
dengan bu Arum.
Arum bingung. Jadi anak itu pasti bukan Angga. Masa wajah
Rini mirip wajahnya?
"Banyak orang mirip satu sama lain didunia ini," gumam
Arum pada akhirnya.
"Mengapa sangat mirip ya, seperti pinang dibelah dua."
"Itu karena dokter membeli buku untuk saya, jadi kebayang
wajah saya," canda Arum yang sudah berhasil menghilangkan
rasa kesalnya.
"Begitu ya?"
"Nak dokter, mari makan dulu, kebetulan kami juga mau
makan siang," tiba-tiba bu Suryo muncul.
"Lho, bu.. kok ada acara makan siang."
"Ada dong, kebetulan kami mau makan, nak dokter datang.
Ayo Rum, ajak nak dokter keruang makan, "
––––––––
Aryo sudah tiba dirumah sakit. Sudah jam 3 siang, ia
langsung menanyakan, diruang mana dokter Bram praktek.
"Oh, ma'af pak, dokter Bram sudah pulang sekitar setengah
jam yang lalu," kata petugas kantor .informasi

Setangkai Mawar Untuk Ibu 271


Pdf created by: Goldy Senior

"Waduh, dimana ya dia praktek kalau sore hari, misalnya."


"Saya kira dokter Bram tidak praktek dirumah pak. Hanya
dirumah sakit ini."
"Oh ya, bisa tau dimana alamatnya?"
"Kalau tidak salah di jalan Merpati pak, tapi saya tidak tau
persisnya."
"Baiklah, terimakasih."
Aryo melangkah lunglai. Masih harus ada perjuangan.
Mencari rumah dokter Bram. Kalau dia tidak mampir-mampir
pasti sudah ada dirumahnya. Aryo meluncur kearah jalan
Merpati. Menyusuri sepanjang jalan itu, barangkali ada
terpampang nama dr. Bramasto spesialis bedah. Tapi tak ada. Ia
kembali menysuri jalan yang sudah dilaluinya. Disebuah warung
dia berhenti.
"Mangga mas," sapa penjaga warung.
Aryo harus membeli sesuatu, sungkan kalau hanya bertanya.
"Ada permen?"
"Perman yang mana pak, banyak permen disini."
"Sembarang saja. Yang manis."
Hm.. adakah permen pahit? Asal saja Aryo bicara.
"Ini manis semua. Yang ini ?"
"Ya.. ya.. itu."
Aryo mengulurkan uang dan penjual menyerahkan permen
dan kembaliannya."
"Pak, apa bapak tau dimana rumah dokter Bramasto?"
"Dokter Bramasto? Yang ahli bedah itu?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 272


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya..ya.. benar."
"Disana pak, ujung jalan ini, kiri jalan, Rumah kecil, bercat
abu-abu."
"Oh, baiklah pak, terimakasih banyak."
Aryo memutar lagi mobilnya. Ujung jalan, rumah kecil
bercat abu-abu. Perlahan Aryo mengamati rumah-rumah
disepaanjang jalan itu. Oh ya, dari sini kiri jalan. Lalu Aryo
menemukannya. Tapi ia melihat rumah itu tertutup rapat. Ada
gerbang yang terkunci dari luar. Berarti dokter itu belum pulang.
Aryo masih duduk dibelakang kemudi, berharap yang
empunya rumah segera kembali. Tapi sudah sejam lamanya ia
menunggu, sang dokter ganteng belum juga pulang.
"Sebaiknya aku pulang saja dulu, mandi lalu agak malam
baru kemari lagi.
Aryo menjalankan lagi mobilnya, menuju pulang. Tak
disadarinya mobil dokter Bram datang beberapa menit setelah dia
pergi. Barangkali belum sa'atnya untuk bertemu.
––––––––
"Dokter Bram itu besar sekali perhatiannya terhadap kamu
Rum."kata bu Suryo setelah dokter itu pulang.
"Iya bu, kan saya itu bekas pasiennya."
"Tapi dia memperlakukanmu dengan sikap yang berbeda. Ibu
merasa ada sesutu dihatinya."
"Sesuatu itu apa ?"
"Sebuah perasaan. Tampaknya cinta."
Arum berdebar mendengarnya. Cinta? Ah, sepertinya masih
sangat jauh. Beberapa kali bertemu, sudah merasa jatuh cinta?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 273


Pdf created by: Goldy Senior

Tapi cinta pada pandangan pertama itu katanya ada. Ah, Arum
ingin segera masuk kekamarnya dan membaca buku-novel yang
tadi diterimanya. Tapi bu Suryo masih mengajaknya bicara.
"Arum, kalau seandainya 'iya', bagaimana dengan kamu?"
"Apanya bu?" Arum pura-pura tak tau.
"Perasaan cinta itu, seandainya ada, apakah kamu akan
membalasnya?"
Arum termenung beberapa sa'at.
"Dia laki-laki yang baik. Ibu yakin dia akan menjadi suami
yang mencintai kamu dengan sepenuh hati. Ibu akan bahagia
kalau kamu bisa menjadi isterinya.
"Tapi bu, saya kan masih punya suami."
"Tapi kan pengacara juga sedang membantu memproses
perceraian kamu. Setelah kamu bercerai, kamu bebas melakukan
apa saja. Mencari suami lagi.. memilih yang terbaik untuk
pendamping kamu."
Arum menghela nafas. Ia suka pada dokter Bram, tapi
apakah itu cinta? Atau gejala akan tumbuhnya rasa cinta? Tiba-
tiba terbayang kembali kenangan bersama suaminya. Suami yang
sangat dicintainya. Apakah cinta itu juga masih ada?

"Dia sudah menyakiti kamu Arum." kata bu Suryo lagi.


"Benar bu."
"Kamu harus membangun kembali hidupmu yang porak
poranda gara-gara dia. Apalagi dia sudah punya isteri."
Arum masih termenung. Mencari sampai kedasar hatinya,
apakah masih ada cinta yang tersisa?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 274


Pdf created by: Goldy Senior

"Mengapa aku merasa sakit hati, dan benci sekali sama Rini?
Apa itu pertanda aku masih cinta sama mas Aryo? Aduhai, kalau
cinta itu tak ada, tak perlu ada rasa cemburu bukan? " kata hati
Arum sambil memeluk buku-buku pemberian dokter Bram.
"Apa kamu menyesal telah mengirimkan gugatan cerai untuk
suami kamu?"
"Entahlah bu, Arum bingung."
"Sidang itu akan digelar beberapa hari lagi. Kamu mau hadir
nanti?"
"Tidak bu, kan sudah ada pengacara," jawab Arum lalu
menghela nafas panjang.
"Baiklah, istirahatlah saja dulu. Kamu belum sempat tidur
siang tadi."
Arum mengangguk kemudian berdiri dan melangkah
kedalam kamarnya.
"KALAU CINTA ITU TAK ADA LAGI, HARUSNYA
TAK ADA RASA CEMBURU" diselaminya kata-kata itu
dalam-dalam. Jadi masihkah dia cinta?
Membaringkan tubuhnya dikamar masih dengan memeluk
buku-buku itu, Arum mencoba mencerna kata hatinya.
Diletakkan buku-buku itu disampingnya, dan dicobanya untuk
mengheningkan rasa dan hatinya. Akan dicarinya rasa cinta itu,
Kalau tak ketemu juga, berarti akan berakhirlah rumah
tangganya. Pasti menyedihkan, lalu titiklah air matanya.
––––––––
Baru saja datng Aryo sudah mandi dan berpakaian rapi. Bu
Nastiti yang merasa heran mendekati anaknya.
"Tumben langsung mandi, mau jalan-jalan sama Angga?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 275


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak bu, Aryo mau menemui dokter Bram."


Bu Nastiti terkejut. Khawatir anaknya akan melakukan hal-
hal yang membuatnya takut.
"Apa yang akan kamu lakukan? Bersikaplah dewasa Yo,
jangan hanya menuruti kata hati. Kekerasan itu tak akan
membuahkan sesuatu yang baik."
"Ibu, Aryo tidak akan melakukan kekerasan."
"Lalu..?"
"Ibu meminta agar Aryo merebut kembali Arum bukan?"
"Benar, tapi dengan cara apa kamu melakukannya?"
"Pokoknya ibu tenang saja.."
"Yo, kamu itu sok grusa-grusu, disuruh sabar saja susahnya
bukan main. Ya sudah ibu ikut kalau begitu."
"Nggak usah bu, aduuh.. ibu nggak usah khawatir lah."
Tapi bu Nastiti masih menampakkan wajah khawatir. Aryo
tersenyum dan memeluknya erat.
"Ibu tak usah khawatir, do'akan saja agar Aryo berhasil ya."
Aryo mengambil sepatu dan mengenakannya. Ia harus tampil
rapi, dan ganteng, harus itu, supaya saingannya tau bahwa dia
juga ganteng dan bukan hanya dirinya. Ahaiii... itu benar, dan
memang itulah yang difikirkan Aryo. Ia pergi kearah cermin
besar yang terpampang diruangan tengah. Berputar putar dan
meyakinkan bahwa dirinya sudah benar-benar oke.

"Seperti mau ketemu gadis yang baru ditaksir saja," gumam


bu Nastiti melihat ulah anaknya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 276


Pdf created by: Goldy Senior

"Aryo harus tampak ganteng dihadapan dia bu. Bukan hanya


dia yang bisa menarik hati Arum, kata Aryo yang tiba-tiba
bersikap kekanak-kanakan.
Mau tak mau bu Nastiti tersenyum.
"Bapak mau kemanaa?" teriak Angga yang berlari dari arah
depan.
"Mau keluar sebentar."
"Angga ikut ya? Ibuuu... ayo ikut bapak .." teriaknya kepada
Ratih.
"Eh, nggak bisa Angga, bapak sedang ada perlu."
"Anak kecil nggak boleh ikut?"
Aryo menggoyang-goyangkan jari telunjuknya.
"Bapak ganteng ya bu?" lagi-lagi Angga memuji bapaknya.
"Ganteng dong, kan anaknya juga ganteng," kata Aryo
sambil mengangkat tubuh anaknya tinggi-tinggi. Angga terkekeh
senang.
"Baik-baik dirumah sama ibu ya. Bapak hanya sebentar,"
katanya sambil menurunkan lagi tubuh Angga.
"Sudah hampir gelap, bermainnya jangan dihalaman Angga."
pesan Aryo yang kemudian berpamit pada ibunya dan Ratih, yang
menggandeng Angga agar tak berlari lagi kehalaman.
––––––––
Aryo menghentikan mobilnya didepan rumah yang sudah
didatanginya tadi sore. Ada mobil terparkir dihalaman. Berarti
sang pemilik rumah sudah pulang. Syukurlah, kata hati Aryo.
Aryo mematikan mesinnya lalu turun perlahan. Dielusnya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 277


Pdf created by: Goldy Senior

kepalanya, khawatir ada rambut yang teracak dan mengurangi


ketampanannya. Ehemm.. bener-bener deh.
Namun sebelum ia memencet bel tamu, seseorang keluar dari
sana, mengenakan sarung dan kopiah. Aryo mengenal laki-laki
itu. Memang dia dokter Bram.
Wajah tampan yang dikenalnya, yang menggandeng tangan
isterinya dengan mesra, dan diakui oleh Arum sebegai calon
suaminya. Ada sedikit gelegak marah, eh bukan marah, tapi
cemburu.
Mata kedua laki-laki tampan itu bertatapan. Sama-sama
tampan dan rupawan. Sama-sama memiliki mata tajam dan penuh
pesona. Ada banyak yang dipikirkan keduanya. Bram
menerimanya sebagai kemarahan yang akan dilontarkan seperti
ketika pernah dia hampir ditempelengnya. Tapi sedikit lega
ketika mata itu tak menyemburkan api seperti dulu. Mau apa dia
datang kemari?
––––––––

25
Tatapan itu masih terlekat. Tak seorangpun mendahului
menyapa, karena sedang bergolak beribu rasa yang ada dikepala
mereka. Tapi Aryo segera bisa menguasai dirinya.
"Selamat sore," sapanya pelan.
"Selamat sore," akhirnya dokter Bram menjawa juga
"Saya ingin bertemu dokter."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 278


Pdf created by: Goldy Senior

"Baiklah, tapi saya mau ke masjid dulu, sudah sa'atnya sholat


maghrib. Kalau anda mau menunggu, saya akan bukakan pintu
dan silahkan duduk dulu."
Aryo merasa terpukul. Karena gelisah ia justru melupakan
ibadah.
"Bolehkah saya ikut?"
"Silahkan, masjidnya tidak jauh."
Pembicaraan itu mulai lancar. Segala rasa yang entah apa,
sedikit mencair. Barangkali setelah merunduk dan memohon
pertolonganNya, semua kemelut akan berakhir.
Ada do'a ketika bersujud, ada pinta ketika bersembah.
Pastilah Allah mendengarkannya. Apalagi ketika air mata sempat
titik ketika memujaNya.
––––––––
Aryo duduk dikursi tamu, sedikit sungkan merasakan
kehangatan yang disuguhkan oleh 'pesaing' nya.
"Kita belum berkenalan bukan? Nama saya Bramasto," kata
dokter Bram sambil mengulurkan tangannya.

Aryo menyambutnya. Pasti dokter Bram merasa bahwa


telapak tangan tamunya sedikit berkeringat.
"Aryo," kata Aryo singkat.
"Kita pernah bertemu bukan?"
"Ma'af, dalam situasi yang tidak menyenangkan. "
"Saya bisa mengerti."
"Arum masih isteri saya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 279


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya, saya juga tau."


"Apakah.. dokter adalah... calon suaminya?"
Dokter Bram ragu untuk menjawabnya. Ia tau ketika Arum
mengatakan itu, adalah hanya untuk menghentikan pertikaian,
atau lebih tepatnya mencegah kemarahan Bram yang kelewat
batas. Tapi kalau dia mengatakan 'bukan', apakah Arum tidak
akan memarahinya?
"Benarkah dokter adalah...?" Aryo mengulang pertanyaannya
dengan menyimpan cemburu yang membakarnya.
"Sebenarnya begini," dokter Bram menyandarkan tubuhnya
disandaran sofa, tampak sedang menata apa yang harus
dikatakannya. Aryo menunggu dengan hati berdebar.
"Saya kenal dengan bu Arum karena dia pasien saya. Belum
lama ini dia dioperasi karena ada tumor di rahimnya."
"Tumor? " Aryo tampak terkejut. Ia tak menyangka Arum
memiliki penyakit itu.
"Tapi tidak ganas, sudah diangkat dan hasilnya baik."
Aryo bernafas lega.
"Syukurlah, menyesal saya sampai tidak mengerti akan hal
itu," keluh Aryo.
"Saya banyak mendengar dari bu Suryo tentang bu Arum."
"Bu Suryo?"
"Ibunya bu Arum?"
"Ibunya Arum itu bu Martono, mertua saya."
"Oh, saya tidak tau, mungkin bu Suryo itu ibu angkatnya
yang kemudian menganggapnya sebagai puterinya, entahlah."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 280


Pdf created by: Goldy Senior

"Dia pergi dari rumah, karena saya melakukan kesalahan


yang kemudian saya sangat menyesalinya," kata Aryo lirih,
"Ya, bu Suryo sudah mengatakannya pada saya."
"Saya ingin dia kembali kerumah, demi Angga, tapi...." Aryo
tak melanjutkan kata-katanya. Ia ingin berkata bahwa 'tapi Arum
telah memilih calon suami baru'.
"Tapi apa? Karena anda menjadikan wanita itu sebagai isteri
anda?"
Aryo terperanjat.
"Apa maksud dokter?" meninggi suara Aryo ketika
mengucapkannya.
"Anda menikahi perempuan penggoda itu bukan?"
"Tidak. Siapa mengatakan itu?" Aryo mengangkat tubuhnya
dari yang semula bersandar di sandaran sofa.
"Saya mendengar dari bu Suryo."
"Bohong !!" kata Aryo hampir berteriak.
Dokter Bram membelalakkan matanya.
"Bohong?"
"Itu tidak benar. Ada yang memfitnah saya !!"
"Tidak benar?"
"Saya mengusir perempuan itu malam itu juga."
Sekarang dokter Bram terkejut. Mengapa beritanya berbeda
dengan kenyataannya?"
"Sebentar, saya akan mengambilkan minum," kata dokter
Bram. Bukan hanya karena lupa menyuguhkan minum kepada

Setangkai Mawar Untuk Ibu 281


Pdf created by: Goldy Senior

tamunya, tapi ia juga merasa tiba-tiba tenggorokannya merasa


kering.

Aryo ingin menolaknya, tapi dokter Bram keburu


menghilang dibalik pintu, lalu keluar lagi sambil membawa dua
botol minuman dingin.
"Silahkan pak," katanya sambil membukakan botolnya dan
mengangsurkannya pada tamunya, dan menyerahkan sedotan
yang dibawa bersama minuman itu.
"Terimakasih," sambut Aryo sambil meraih botol itu dan
meminumnya pelan.
"Saya tidak mengerti," gumam Aryo.
"Saya juga tidak mengerti, mengapa bisa ada cerita tersebut."
"Itu sebabnya dia menggugat cerai saya?"
"Mungkin, saya tidak begitu menyelami situasi yang
menimpa bu Arum."
Aryo sedikit lega, mendengar dokter Bram menyebut Arum
dengan sebutan 'bu", bukan panggilan akrab seorang calon suami.
Atau kerena sungkan kepada dirinya?
"Dan karena akan segera menikah dengan dokter?"
Dokter Bram tercengang. Kalau demikian halnya dia harus
mengatakan yang sebenarnya. Dia tak ingin menjadi penyebab
terburainya rumah tangga Arum, wanita yang dikaguminya.
"Itu tidak benar.."
"Apa yang tidak benar?"
"Saya bukan calon suami bu Arum."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 282


Pdf created by: Goldy Senior

Dada yang semula menyesak tiba-tiba menjadi longgar.


Nafas yang tersengal dipicu kecemburuan perlahan melemah.
Aryo kembali menyandarkan tubuhnya.
"Mengapa Arum mengatakan itu ketika bertemu saya."
"Mungkin dia ingin menghindar dari anda. Atau agar tak
terjadi keributan disana."
"Oh.. " lalu Aryo menyadari bahwa kalau tidak dicegah
pastilah akan ada 'pertarungan' disana, karena hatinya kelewat
panas.
"Ketika itu bu Arum ingin membeli buku bacaan, karena
merasa kesepian dirumah. Dia ingin membelinya sendiri, lalu
saya mengantarkannya. Ibunya takut kenapa-kenapa, karena
sesungguhnya dia belum sembuh benar."

Aryo merasa telah jatuh tersungkur dilantai. Tangan laki-laki


yang menggandeng isterinya bukanlah gandengan mesra seorang
calon suami, tapi gandengan seorang dokter yang menjaganya
agar tidak terjatuh.
"Saya minta ma'af."
"Lupakanlah, saya bisa memahami perasaan anda."
"Bolehkah saya menemui Arum?"
"Lho, kok minta ijin kepada saya? Anda suaminya, bebas
dong kalau mau menemui dia."
"Maksud saya, alamat dimana Arum tinggal. Selama ini
sangat susah menghubungi dia."
"Oh, baiklah. "

Setangkai Mawar Untuk Ibu 283


Pdf created by: Goldy Senior

Hari sudah malam ketika Aryo menuju pulang dengan


menggenggam alamat dimana Arum tinggal. Ada mimpi-mimpi
dan harapan yang memenuhi benaknya. Yaitu kembalinya ibu
peri di kehidupan Angga. Walau didalam hati ia masih bertanya-
tanya, siapa mengatakan bahwa dirinya telah menikahi Rini?
Jangan-jangan perempuan gila itu. Pikirnya.
**
Ketika Aryo memasukkan mobilnya kehalaman, dilihatnya
ibunya duduk sendirian di teras. Pasti bu Nastiti khawatir, bahwa
kepergian Aryo kerumah dokter Bram akan membawa
permasalahan baru apabila Aryo bersikap kasar.
Tapi begitu masuk rumah lalu mencium tangan ibunya, Aryo
menampakkan wajah cerah.Walau begitu bu Nastiti masih merasa
curiga.
"Bagaimana ?"
"Baik bu."
"Baik bagaimana? Kamu apakan dia?"
"Ibu, apa ibu merasa bahwa Aryo ini seorang tukang pukul?"
katanya sambil tersenyum.
"Lalu...?"
"Aryo sudah mendapatkan alamat Arum. Besok Aryo akan
menemui dia. Kalau sekarang sudah malam, nggak enak, dia kan
habis sakit."
"Sakit? Sakit apa?"
"Aryo bicara banyak sama dia. Dia baik, menerima Aryo
dengan baik juga."
"Mereka akan menikah?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 284


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak. Arum hanya pasiennya. Dia kan dokter yang


merawat Arum."
"Arum sakit apa?"
"Belum lama ini dia operasi tumor."
"Tumor?" bu Nastiti terbelalak.
"Tapi tumor jinak dan sudah diangkat. Sekarang Aryo sudah
menemukan jawaban mengapa Arum menggugat cerai."
"Lha iya, karena mau menikah sama dokter itu?"
"Bukan bu, karena dia mengira Aryo menikahi Rini, apa
Aryo sudah gila?"
"Darimana berita itu?"
"Aryo belum tahu, mungkin Rini sendiri, besok Aryo akan
memaki-maki dia."
"Perempuan gendeng itu.."
"Tapi Aryo akan menemui Arum dulu, besok pagi."
"Baiklah, semoga Arum segera kembali."
Lalu Aryo melangkah kedalam rumah, dengan langkah yang
lebih ringan.
Ketika melongok kearah kamar Angga, dilihatnya Angga
sedang mendengarkan dongeng yang diceritakan Ratih. Aryo
mendekat.
"Apakah itu dongeng tentang ibu peri ? tanya Aryo.
"Bapak sudah pulang ?" teriak Angga.
"Iya, sudah.. bobuk saja, kasihan ibu, pasti capek."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 285


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu sedang mendongeng tentang pinokio. Bapak tau nggak,


kalau kita berbohong, hidung kita akan bertambah panjang."
"Iya benar, jadi Angga tidak boleh berbohong ya?"
"Iya. Lanjutin bu.."
Aryo kembali kekamarnya, membersihkan diri lalu berganti
baju yang lebih santai. Setelah Angga tidur ia harus mengantar
Ratih pulang. Semoga ibu perinya Angga segera kembali
sehingga tak perlu terlalu merepotkan Ratih lagi.
––––––––
Arum mulai membaca novel kiriman dari dr. Bram. Ada
yang ikhlas kehilangan cinta demi kesehatan saudaranya. Aduhai.
Mudahkah mengikhlaskan cinta?
Arum meletakkan bukunya, lalu berbaring diranjang. Kata-
kata bu Suryo terngiang kembali ditelinganya. Kalau dokter Bram
cinta, bisakah dia menyambutnya? Entahlah. Dokter Bram itu
cakep, ganteng, pintar, baik, penuh perhatian, apa yang kurang?
Ia suka, tapi cinta? Rasanya harus ditimbang-timbang dulu,
karena rasa suka berbeda dengan cinta.
"Arum," tiba-tiba bu Suryo masuk kekamar.
"Ya ibu," kata Arum sambil bangkit.
"Pengacara kamu menelpone ibu."
"Ada apa bu?"
"Katanya pengacaranya Aryo menemui dia. Intinya Aryo
menolak menceraikan kamu."
Arum terdiam.
"Mengapa mas Aryo menolak bu? Arum tidak mau punya
madu, apalagi Rini."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 286


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu juga heran, apa maksudnya dia menolak? Enak saja,


sudah punya isteri lagi, masih tidak mau menceraikan kamu."
"Lalu Arum harus bagaimana bu?"
"Sebaiknya kalian bercerai. ada dokter Bram yang lebih baik
dari suami kamu."
Arum terdiam. Apakah kebaikan seseorang boleh dilihat
hanya dari awal pertemuan? Dulu Aryo juga sangat baik, sangat
penuh cinta, sangat perhatian, seperti tak ada celanya. Tapi
sesuatu juga bisa menggelincirkannya kearah perbuatan yang
tidak terpuji.
"Mengapa kamu tampak ragu Arum?"
"Arum bingung bu."
"Apa kamu masih mencintai suami kamu?"
Arum menggeleng lemah, gelengan yang tidak diyakininya
sebagai kebenaran. Ia terus mencari barangkali ada cinta yang
tersisa, karena tiba-tiba ia merasa ragu dengan keputusannya.
Tapi kalau dia tidak bercerai, lalu sebagai apa dirinya ini? Isteri
tua? Aduhai... tidak..
"Kalau begitu jangan lagi memikirkan suami kamu. Teruslah
menuntut cerai."

Bu Suryo meninggalkan kamar Arum dengan wajah kurang


senang ketika melihat keraguannya. Arum menghela nafas, lalu
kembali membaringkan tubuhnya. Matanya menerawang kearah
langit-langit kamar,
Malam itu entah mengapa ia teringat Aryo suaminya. Ketika
bertemu itu, dilihatnya Aryo agak sedikit kurus, tapi masih tetap
gagah dan ganteng. Matanya tajam, tapi ketika itu Arum melihat

Setangkai Mawar Untuk Ibu 287


Pdf created by: Goldy Senior

api menyala disana. Ada kemarahan yang tak terbendung. Arum


tidak mengerti, dia bisa mengambil isteri lagi, mengapa dia
marah ketika melihat dirinya sedang bersama dokter Bram?
Apakah dia masih mencintainya? Ini sungguh rumit untuk
dicerna. Ada rindu yang tiba-tiba melintas. Tapi segera
dikibaskannya. Seandainya tidak ada perempuan murahan itu..
akan sempurnalah rindu mendekap kalbu.
––––––––
Pagi itu Aryo menelpone ke kantor, ia akan datang lebih
siang karena ada yang harus dikerjakannya. Ia sudah pulang dari
mengantarkan Angga ke sekolah.
"Kamu mau kesana?"
"Iya bu, Aryo harus ketemu Arum dan mengajaknya bicara."
"Ibu boleh ikut?"
"Jangan dulu bu, nanti akan tiba sa'atnya akan bertemu ibu
juga. Aryo harus bicara banyak. Meluruskan hal-hal yang tidak
benar. Arum harus mengerti semuanya."
"Ya sudah, hati-hati bicaranya, takutnya dia masih marah
sama kamu, lalu suasana jadi tambah panas."
"Nggak bu, nanti Aryo akan bicara maniis... Ibu tidak perlu
khawatir. Kalaupaun dia masih marah, Aryo tetap akan
menanggapinya dengan senyum.
Bu Nastiti mengangguk sambil tersenyum. Senyum yang
penuh harapan baik.
Aryo masuk kekamarnya, ia membuka almari dan memilih
kemeja yang akan dikenakannya. Nah, ini dia, kemeja warna
kuning muda ini dulu Arum yang membelikannya. Lalu celana
abu-abu muda sepertinya ini dulu Arum juga yang memilihkan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 288


Pdf created by: Goldy Senior

warnanya. Aryo mengambilnya dari gantungan. diletakkannya


diatas pembaringan.
"Hm, bagus," gumamnya.
Selesai dikenakan, Aryo mematut dirinya didepan cermin.
"Bukankah aku ganteng?" gumamnya lagi, lalu berputar
didepan kaca. Ia bergaya seperti seorang peragawan,
memasukkan kedua tangannya kedalam saku, lalu tersenyum-
senyum sendiri.
"Kayak orang lagi mau pacaran saja," akhirnya Aryo merasa
cukup, lalu dikenakannya sepatu. Kembali kedepan cermin untuk
memastikan penampilannya sudah sempurna. Baru kemudian ia
keluar kamar dan mencari ibunya.
"Ibu, Aryo berangkat dulu ya," lalu diciumnya tangan
ibunya.
"Anakku ganteng bener.." katanya sambil memegangi kedua
lengan Aryo.
"Do'akan Aryo ya bu."
"Ibu selalu mendo'akan kamu Yo."
Aryo menuju kearah mobilnya. Kembali menatap wajahnya
didepan spion, aduh, lebay sekali tampaknya.
Mobil Aryo melaju pelan. Ada senandung lirih terdengar dari
bibirnya. Sebuah lagu cinta, ketika pertama kali ia akan melamar
Arum. Kali ini suasananya kok mirip seperti itu ya. pikir Aryo.

Sekarang dia sudah sampai di alamat yang diberikan dokter


Bram. Jalan Tanjung nomor 15. Aryo menghentikan mobilnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 289


Pdf created by: Goldy Senior

Dihalaman seorang laki-laki sedang mencuci mobil. Aryo


turun dan mendekat. Dadanya berdebar kencang. Ia mendekati
laki-laki itu. Tapi sebelum bertanya sesuatu, seorang wanita
keluar dari pintu depan.
"No, antarkan yu Siti dulu kepasar ya," kata wanita itu.
"Baik bu."
Aryo mendekati rumah. Wanita itu menatap Aryo tak
berkedip,
Aryo merasa, pastilah ini wanita yang disebut dokter Bram
sebagai ibunya Arum. Kalau tidak salah namanya bu Suryo.
"Selamat pagi," sapa Aryo sambil mengangguk hormat.
"Anda siapa?" tanya wanita itu.
"Nama saya Aryo."
Bu Suryo menatap Aryo lekat-lekat. Jadi ini suaminya
Arum?
"Ada perlu apa ya?"
"Saya mau ketemu Arum, saya suaminya."
Wajah wanita itu mendadak gelap, seperti langit tertutup
mendung.
"Dia tidak ada." jawab bu Suryo dingin.
Aryo tertegun.
––––––––

26

Setangkai Mawar Untuk Ibu 290


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu, saya suaminya Arum." kata Aryo kembali


menerangkan.
"Iya, saya sudah mendengar ketika anda mengatakannya,"
kata bu Suryo dingin.
"Ijinkan saya bertemu dia."
"Tapi dia tidak ada."
"Kemana?"
"Saya tidak tau," kata Bu Suryo lalu kembali berteriak
kepada Pono, sopirnya.
"No, kalau sudah selesai bilang ya. Setelah yu Siti nanti
kamu harus mengantarkan aku juga."
"Ya bu."
Aryo merasa kesal. Bu Suryo tidak menggubrisnya.
"Bu..." Aryo mencoba memanggil ketika dilihatnya bu Suryo
mau masuk kedalam rumah.
"Ma'af ya nak, sudah saya katakan kalau Arum tidak ada,
coba datang lain kali saja. Saya sedang terburu-buru," kata bu
Suryo sambil menghentikan langkahnya, hanya sebentar, lalu
masuk kedalam rumah.

Aryo menghela nafas. Dia membalikkan tubuhnya, mencoba


bertanya kepada laki-laki yang tampaknya sopir bu Suryo, tapi
dia sudah tak ada disana. Setelah celingukan kesana kemari
seperti anak hilang, Aryo segera melangkah keluar.
Kalau menurutkan kata hatinya, ia ingin berteriak memanggil
Arum, tapi Aryo masih bisa menahan diri. Ia tak mengerti
mengapa bu Suryo menghalanginya bertemu Arum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 291


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo memasuki mobilnya, tapi tidak langsung pergi. Ia


masih berada disitu sampai sejam lebih, lalu dilihatnya mobil
yang tadi dibersihkan keluar, dengan membawa entah siapa,
karena tidak tampak dari luar. Ia juga melihat ketika sang sopir
menggembok gerbang besi, lalu kembali masuk ke mobilnya dan
pergi.
Aryo membuntutinya. Ia harus tau kemana Arum, dan
mengapa bu Suryo menghalanginya untuk bertemu. Kaca mobil
itu gelap, sama sekali tak tampak ada siapa didalam mobil itu.
Gemas atas perlakuan bu Suryo, Aryo terus membuntutinya.
Bahkan ia sekali menerjang lampu merah karena takut kehilangan
buruannya. Aryo menyadari dirinya sangat sembrono, untunglah
tak ada polisi melihatnya.
Tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Aduh, ada apa
sekretarisnya menelpone.Aryo mengangkatnya dengan kesal.
"Ya, ada apa?"
"Bapak dimana?" kata sang sekretaris dari seberang sana.
"Dijalan, masih belum bisa kekantor nih," katanya sambil
terus mengawasi mobil bu Suryo. Agak terselip beberapa mobil
dibelakangnya, karena sa'at menelpon ia memperlambat laju
mobilnya.
"Bapak ditunggu meeting sekarang juga,, kata bapak sangat
penting."
Bapak yang dimaksud adalah sang direktur utama. Aryo
menghela nafas.
"Pak, bisakah bapak segera kekantor?"
"Ya..ya, sebentar, lalu ditutupnya ponselnya. Didepan ada
lampu merah dan ia tak bisa lagi menerobosnya karena ada
beberapa mobil didepannya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 292


Pdf created by: Goldy Senior

Mobil bu Suryo tak tampak lagi. Ketika lampu hijau


menyala, Aryo terus memacu mobilnya, tapi setiba diperempatan
berikutnya dia bingung, apakah mobil itu terus, atau belok kekiri,
atau kekanan. Aryo memukul-mukul kemudinya dengan putus
asa.
Ponselnya berdering lagi. Aryo tak mengangkatnya. Tapi ia
kembali dan mengarahkan mobilnya kekantor. Apa boleh buat.
––––––––
"Ibu, sebenarnya kita mau kemana? Mengapa tiba-tiba kita
harus pergi dari rumah?" tanya Arum yang keheranan karena
tanpa berbicara sebelumnya, bu Suryo mengajaknya pergi,
bersama yu Siti juga.
Bu Suryo tersenyum.
"Arum, ini memang disengaja oleh ibu. Ibu ingin membuat
kejutan untuk kamu."
"Kejutan bagaimana bu?"
"Ibu punya sebuah rumah kecil yang ada didesa. Ibu punya
sawah disana, yang dikerjakan oleh orang-orang desa. Kalau lagi
senggang, ibu sering pergi kesana, menikmati udara dusun yang
sejuk."
"Oh, pasti menyenangkan."
"Kamu pasti senang. Ibu sudah setahun tidak pergi kesana."
"Sejak ada Arum ya bu?"
"Benar. Ibu sibuk mengurus kamu. Tapi sekarang ibu ingin
mengajak kamu kesana."
"Jauhkah?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 293


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak, dekat saja, tapi agak dipinggiran kota. Tanya yu Siti,


dia sudah sering ikut kesana, ya kan yu?"
"Benar nak, udaranya segar, banyak pohon sawo disana. Tapi
sekarang kan belum musimnya ya bu," tukas yu Siti yang duduk
disebelah Pono.

"Iya, tapi ada pohon jagung yang sedang berbuah. Sore nanti
kita membakar jagung dihalaman."
Arum tersenyum senang. Barangkali ditempat teduh nyaman
akan lebih menenangkan hatinya. Ia tak tau bahwa bu Suryo
sedang menjauhkannya dari Aryo..
––––––––
Dalam meeting itu Aryo sama sekali tidak konsentrasi
dengan apa yang dibicarakan pimpinannya. Ia hanya
mengangguk-angguk untuk melegakan. Ia ingin cepat-cepat
selesai dan pergi. Hal pertama yang akan dilakukannya setelah
meeting adalah menemui dokter Bram, o tidak, barangkali dokter
Bram masih sibuk dengan pasien-pasiennya dirumah sakit. Ia
harus menemui Rini.
"Pasti dia yang mengatakan pada Arum bahwa aku telah
menikahi dirinya," gumamnya dalam hati. Rasa geram karena
merasa bahwa Rini tidak cukup membuat isterinya pergi, tapi
masih ditambah menghalangi bersatunya kembali keluarganya,
membuatnya sangat geram.
"Bapak sakit?" tiba-tiba suara lembut menyadarkannya.
Sekretarisnya berdiri didekatnya, dan arena meeting sudah
kosong.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 294


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, sudah selesai?" tanyanya dengan bingung. Tak ada


siapapun diruang meeting itu kecuali dirinya dan sekretarisnya
yang menyapanya.
"Sudah. Bapak sedari tadi tidak memperhatikan apapun."
"Oh, ma'af," lalu Aryo mengangkat tubuhnya yang semula
bersandar.
"Bapak sakit?" tanya sang sekretaris lagi.
"Tidak, terimakasih."
Aryo berdiri dan kembali keruangannya, masih dengan hati
gundah.
Ia membuka ponselnya dan membaca beberapa pesan
singkat. Salah satunya dari Ratih. Ada apa Ratih ? Terjadi sesuatu
dengan Angga?
"Pak Aryo, saya minta ma'af, barusan bapak saya menelpon,
agak kurang enak badan, jadi saya terpaksa pulang. Ibu Nastiti
yang menjemput Angga." bunyi pesan itu.
Aryo melihat kearah jam tangannya, sudah jam dua, pasti
Angga dan neneknya sudah sampai dirumah.
Aryo merasa lemas, banyak yang membebaninya hari ini. Ia
pamit pada sekretarisnya lalu meninggalkan kantor.
Semoga Angga tidak rewel karena Ratih harus pergi. Sakit
apakah pak Kardi?
Aryo merasa tak enak kalau harus mendiamkannya. Ia
menelpon Ratih untuk menanyakan perihal sakit bapaknya.
"Hallo, bu Ratih?" sapanya
"Ya pak, " jawab Ratih dari seberang sana.
"Bu Ratih dimana?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 295


Pdf created by: Goldy Senior

"Dirumah sakit pak, masih menunggu antrian. Mungkin


sebentar lagi baru dapat giliran."
"Bapak sakit apa?"
"Tadi pagi memang bilang agak pusing, saya sudah
memintanya untuk istirahat setelah makan, tapi agak siang bapak
menelpon, katanya merasa mual dan muntah, jadi saya terpaksa
pulang. Ma'af ya pak."
"Tidak apa-apa bu Ratih, saya akan menyusul bu Ratih
kerumah sakit, setelah melihat keadaan Angga. Saya baru selesai
meeting jadi baru membuka pesan bu Ratih."
"Apakah Angga rewel?"
"Semoga saja tidak, saya baru akan pulang sebentar."
"Bapak tidak usah menyusul kerumah sakit, bapak sudah
bersama saya dan tampaknya baik-baik saja."

"Nggak apa-apa bu, saya ingin melihat keadaan bapak."


Aryo menutup pembicaraan itu lalu bergegas pulang.
––––––––
Tapi sampai dirumah dilihatnya Angga sudah tertidur.
""Nak Ratih pulang karena ayahnya sakit," kata bu Nastiti.
"Iya, tadi sudah mengabari Aryo. Angga rewel?"
"Nggak,nak Ratih bilang ada pekerjaan lain dan janji akan
datang besok pagi-pagi."
"Syukurlah, Aryo akan menyusul bu Ratih kerumah sakit,
kasihan, kita selalu merepotkannya, jadi saya juga harus perduli
ketika dia kerepotan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 296


Pdf created by: Goldy Senior

"Betul Yo, itu bagus. Tapi bagaimana dengan Arum? Sudah


ketemu dan bicara banyak?"
"Belum bu, nanti saya cerita lagi."
"Belum ketemu?"
"Arum pergi, itu kata ibunya, atau ibu angkatnya. Jadi saya
belum bisa bertemu dia."
"Pergi kemana sepagi itu?"
"Entahlah, nanti Aryo akan cerita banyak, sekarang kerumah
sakit dulu ya bu, keburu pak Kardi sudah pulang.
"Baiklah Yo, mudah-mudahan tidak sakit yang serius."
"Semoga bu."
Aryo menyusul kerumah sakit. Ditelponnya Ratih, sedang
berada dimana.
"Saya di poli umum pak. Aduh, mengapa pak Aryo susah-
susah datang kemari?"
Aryo bergegas menuju poli yang ditunjuk, dan menemukan
Ratih dan bapaknya ada disana.
"Bagaimana keadaan bapak?"
"Nak Aryo kok susah-susah sampai kemari. Bapak tidak apa-
apa,"
"Saya sudah pulang dari kantor pak, jadi waktu saya luang.
Saya khawatir bapak kenapa-kenapa."
"Tidak, mungkin sebelumnya bapak tidur terlalu larut, "
Ketika nama pak Kardi dipanggil, Ratih mengantarkannya
masuk. Aryo masih menunggu diruang tunggu. Tiba-tiba ia

Setangkai Mawar Untuk Ibu 297


Pdf created by: Goldy Senior

teringat ingin memaki-maki Rini. Tapi baru saja ia mengambil


ponselnya, sebuah teguran mengejutkannya.
"Pak Aryo kok disini ? Kangen sama Rini ya?" katanya
sambil tertawa cekikikan.
Aryo yang merasa kesal menarik tangan Rini, diajaknya
keluar halaman, yang agak jauh dari orang-orang. Rini mengikuti
sambil tersenyum-senyum sendiri, senang tangannya digandeng
laki-laki ganteng yang digandrunginya.
Tapi ia terkejut ketika setiba ditempat yang agak lapang itu
Aryo melepaskan tangannya dengan keras, membuatnya hampir
terjengkang.
"Aduh, pak Aryo kok gitu, kirain pak Aryo kangen sama
Rini," katanya sambil cemberut.
"Katakan, mengapa kamu bilang sama Arum bahwa aku
menikahi kamu!!" hardiknya.
Rini tercengang.
"Saya? Enggaaaak.. siapa yang bilang begitu?"
"Arum menuduh aku menikahi kamu, apa mataku sudah buta
menjadikan kamu sebagai isteri?"
"Tunggu pak, aduh, jangan melotot begitu dong pak, Rini
jadi takut."
"Katakan mengapa!!"
"Bukan, ya ampun pak.. Rini tidak pernah mengatakan itu.
Justru Rini sendiri yang dimaki-maki bu Arum dan menuduh Rini
sudah menjadi isteri bapak."
"Apa katamu?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 298


Pdf created by: Goldy Senior

"Ketika bu Arum opname disini, saya mencoba mendatangi


kamarnya, karena saya merasa ada yang aneh. Yang aneh itu
adalah saya melihat wajah seperti bu Arum dirumah, tapi dirumah
sakit Rini melihat wajah yang sama. Nah ketika saya masuk
kekamarnya itulah bu Arum mengatakan bahwa mentang-
mentang saya sudah jadi isterinya bapak. Saya juga terkejut, tapi
senang sih," katanya sambil cengar cengir.
"Kamu bohong kan?"
"Sumpah berani disambar geledeg deh pak ! Bukan saya
mengatakannya, tapi bu Arum sendiri ."
Aryo menggaruk garuk kepalanya. Ia pergi meninggalkan
Rini dan kembali ke poli. Dilihatnya Ratih dan ayahnya sudah
keluar dari ruang pemeriksaan.
Rini yang semula mengikuti Aryo terkejut melihat Ratih.
Langkahnya terhenti.
"Kok sekarang bu Arum bersama laki-laki tua itu?"
gumamnya bingung.
Ratih yang melihat Rini menatapnya tajam. Tak ada
keramahan dalam tatapan itu, karena Ratih juga jengkel atas
kelakukan Rini.
Rini surut kebelakang dan pergi dari sana.
"Itu kan Rini?" katanya kepada Aryo.
"Ya, biarkan saja. Bagaimana kata dokter?"
"Tekanan bapak agak tinggi. Mual dan muntah disebabkan
pusing yang amat sangat. Tadi mendapat suntikan, dan juga
resep."
"Mana resepnya?"
"Biar saya ambil di apotik."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 299


Pdf created by: Goldy Senior

"Jangan, biar saya saja. Menunggu dirumah sakit terlalu


lama, kasihan bapak. KIta beli di apotik saja."
Ratih mengulurkan resepnya.
"Saya akan mengantarkan bapak dan kamu pulang. Nanti
obatnya saya yang belikan."
"Aduh, mengapa jadi merepotkan."
"Bu Ratih jangan bilang begitu. Mari pak, mobil saya ada
disana," kata Aryo sambil menuntun pak Kardi dari sisi kiri,
sedangkan Ratih dari sisi kanan.
Rini menatapnya dari kejauhan dengan heran.
"Siapa sebenarnya dia? Benarkah bu Arum itu kembar?"
Aryo membuka mobil untuk pak Kardi dibelakang, Ratih
duduk didepan. Tapi ketika Aryo mau masuk kedalam mobil,
seseorang menatapnya dengan tajam. Dokter Bram yang juga
mau pulang, melihat Arum sudah bersama suaminya. Tapi siapa
laki-laki setengah tua itu?

"Mungkin ayahnya bu Arum. Tapi aku bersyukur kalau


mereka sudah berbaikan."
Ada do'a dipanjatkan oleh dokter ganteng itu. Do'a dan
harapan, semoga pasangan itu berbahagia.
––––––––
Arum duduk didepan rumah kecil yang asri itu dengan
perasaan nyaman. Bu Suryo sedang menemui orang-orang yang
dipercaya, dan berkumpul didalam rumah.
Arum memandang ke sekeliling kebun. Benar yu Siti, ada
beberapa pohon sawo di pelataran itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 300


Pdf created by: Goldy Senior

"Dulu pernah datang kemari, ketika pohon sawo itu sedang


berbuah lebat," tiba-tiba yu Siti sudah duduk disampingnya
sambil membawakan secangkir wedang jahe.
"Senang sekali, pulang kekota membawa dua bakul penuh,
yang kemudian dibagikan para tetangga."
"Sayang sa'at ini tidak sedang berbuah ya bu."
"Iya nak. Entah mengapa tiba-tiba ibu mengajak kita kemari.
Tapi tampaknya ibu ada perlu bicara dengan petani-petani itu."
"Tapi hawanya segar, dan tenang ya bu, jauh dari hiruk pikuk
kota."
"Benar, tapi kalau mau kemana-mana jauh nak. Belanja jauh.
Tidak ada supermarket disini, adanya pasar tradisional."
"Bu Siti mau belanja ke pasar?"
"Entahlah nak, tapi ibu sudah belanja banyak sebelum kita
sampai disini tadi kan? Ikan, sayur mayur, bumbu-bumbu."
"Apa kita akan lama tinggal disini?"
"Entahlah. Biasanya hanya sehari sih, tapi melihat belanjaan
yang begitu banyak, tampaknya akan agak lama. Nak Arum tidak
suka?"
"Suka. Terserah ibu saja. Bagi Arum dimanapun tak ada
bedanya."
Tapi dari sinar matanya tampak bahwa ada sesuatu yang
dipikirkannya. Urusan perceraian itu. Bukankah sebentar lagi
sidang akan digelar? Tapi bukankah pengacara suaminya sudah
mengatakan bahwa Aryo tak mau menceraikannya?
"Nak Arum memikirkan apa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 301


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak ada apa-apa bu," katanya sambil meraih cawan berisi


wedang buatan yu Siti, lalu diteguknya perlahan.
"Ini rasa jahe, tapi sepertinya ada bumbunya yang lain ya
bu."
"Itu dari jahe, sereh, daun jeruk, cengkeh dan kapulaga."
"Wah, banyak sekali bumbunya."
"Disini kalau malam udaranya dingin. Ibu selalu minta
dibuatkan wedang seperti itu, agar badan menjadi hangat."
"Iya benar, terasa hangat."
Tiba-tiba bu Suryo keluar sambil mengulurkan ponsel.
"Arum, ini ada telephone dari dokter Bram, ibu lagi bicara
sama mereka."
"Oh, terimakasih bu."
"Hallo, selamat sore dokter." sapa Arum ramah.
"Selamat sore, saya tadi kerumah, tapi rumah kosong,
gerbangnya digembok."
"Iya dok, ceritanya ibu lagi mengajak saya beristirahat
ditempat yang lebih tenang."
"Syukurlah. Bukunya sudah dibaca?"
"Sudah satu buku selesai. Ini juga saya bawa semua. Bagus
ceritanya."
"Syukurlah kalau bu Arum senang."
"Terimakasih banyak dok, sudah susah-susah membeli buku
untuk saya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 302


Pdf created by: Goldy Senior

"Terimakasihnya sudah banyak diucapkan oleh bu Arum,


jadi sudah saja, nanti saya kebanyakan makan ucapan
terimakasih," canda dokter Bram.
Arum tertawa.
"Bu Arum, saya ingin bicara banyak. Saya agak heran
melihat kejadian ini."
"Ada apa dokter?"
"Ini tentang pak Aryo. Bu Arum sudah bertemu?"
Arum menggeleng. Lupa bahwa gelengan kepalanya tentu
saja tak akan dilihat oleh dokter Bram karena mereka bicara
ditelephone.
––––––––

27
"Bu Arum, sudah ketemu pak Aryo?" tanya dokter Bram.
"Apa?"
Tiba-tiba bu Suryo keluar, mengikuti orang-orang desa yang
berjumlah empat orang. Rupanya pembicaraan sudah selesai.
Barangkali tentang pembelian pupuk, atau bagi hasil yang harus
dirembug lagi.
"Itu nak dokter masih ngomong? Mana saya tadi belum
sempat bicara. Ponsel yang dipegang Arum diminta oleh bu
Suryo. Arum mengulurkannya sambil bertanya dalam hati,
mengapa dokter Bram bertanya tentang Aryo? Apa Aryo bilang
mau ketemu dia? Untuk apa ketemu? Ah, paling tentang
perceraian itu. Perceraian yang ditolak Aryo. Entahlah, Arum

Setangkai Mawar Untuk Ibu 303


Pdf created by: Goldy Senior

tiba-tiba merasa bingung sendiri. Tapi ia harus memastikan


tentang apa yang dimaksud dokter Bram. Ganjalan yang utama
yang membuatnya ragu adalah karena adanya Rini yang
dianggapnya telah menjadi isteri Aryo.
"Iya nak dokter, itu benar, kami sedang berlibur."
Terdengar tawa renyah bu Suryo ketika bicara dengan dokter
Bram.
Arum dan yu Siti masih duduk didepan rumah. Yu Siti
melihat wajah Arum murung, tapi segan menanyakannya. Ia
hanya merasa iba. Tanpa sadar sebelah tangannya menggenggam
tangan Arum yang diletakkan dipangkuannya. Arum menoleh,
menatap yu Siti sambil tersenyum. Arum tau yu Siti sangat
memperhatikannya. Barangkali yu Siti juga bisa merasakan
gundah yang dirasakannya.

"Tadi ada yang mau membawakan jagung muda kemari.


Nanti kita bisa membakarnya sebagian, atau untuk campuran
sayur asem besok, atau .. ah ya.. nak Arum suka bakwan jagung?"
kata yu Siti, mungkin untuk mengalihkan rasa gundah yang
tampak diwajah Arum.
"Oh, bakwan jagung? Suka bu, suka, besok Arum bantuin
masaknya ya.."
"Iya, baguslah..'
Didengar oleh Arum, suara bu Suryo terdengar semakin jauh,
mungkin masuk kedalam, sehingga tak ada yang tau apa yang
dibicarakannya. Arum juga tak ingin mengetahui, apakah itu.
"Oh, iya.. besok kan hari libur, saya tunggu nak dokter, pasti
enak makan makanan orang dusun. Iya, itu alamatnya sudah saya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 304


Pdf created by: Goldy Senior

sebutkan tadi. Baiklah, ini Arum. Tapi ingat pesan saya tadi ya
nak dokter.." kata bu Suryo, seperti menyembunyikan sesuatu.
Bu Suryo mengulurkan ponsel kearah Arum.
"Ini, nak dokter ingin bicara sama kamu."
Bu Suryo duduk disamping yu Siti. Duduk berderet bertiga.
Tampak sekali bu Suryo ingin mendengar apa yang dibicarakan
Arum dan dokter Bram.
"Ya, dokter, bagaimana?" sapa Arum.
"Saya sudah bicara sama ibu. Besok boleh menyusul kemari
kan?"
"Tentu saja boleh, sudah tau tempatnya?"
"Sudah, ibu sudah memberi tau tadi."
"Baguslah dokter. Sebetulnya ada yang ingin saya tanyakan."
Bu Suryo menatap Arum, tatapan itu membuat Arum
sungkan melanjutkan kata-katanya.
"Tentang apa bu Arum?"
"Ooh, itu.. tentang obat yang harus saya minum.." kata Arum
meralat kata-katanya. Ia tahu bahwa bu Suryo tak menyukai
pembicaraan tentang Aryo, padahal Arum ingin bertanya tentang
apa yang dikatakan dokter Bram tadi. Tepatnya pertanyaannya
tentang apakah dia bertemu Aryo. Mengapa dokter Bram
bertanya begitu? Tapi Arum berjanji akan menanyakannya besok
pagi kalau dokter ganteng itu datang.
"Obat? Bukankah sudah saya terangkan semuanya?"
"Besok saya akan menanyakannya lagi. Ada yang terasa
nggak enak kalau diminum." lagi-lagi Arum berbohong.
"Baiklah bu Arum, sampai besok ya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 305


Pdf created by: Goldy Senior

"Terimakasih banyak dokter, selamat sore."


––––––––
Malam itu, dirumahnya, dokter Bram merenung sendirian.
Tadi ia bicara dengan bu Suryo, tapi sebenarnya dia kurang suka
atas sikap bu Suryo terhadap hubungan Arum dan suaminya.
Tampak sekali bu Suryo menghalangi kalau Arum kembali
bersatu dengan suaminya, padahal jalan itu sudah ada.
Dokter Bram menyesal tadi menceritakan pertemuannya
dengan Aryo. Dia mengira bu Suryo akan senang karena
sesungguhnya Arum salah sangka, mengira suaminya menikah
dengan Rini, padahal tidak. Tapi sikap yang dilihatnya adalah bu
Suryo menentang rujuknya kedua pasangan itu. Bram tidak
setuju.

Masih terngiang ditelinganya ketika ia mengatakan bahwa


Aryo sesungguhnya tidak menikahi Rini.
"Nak dokter jangan percaya. Dia bilang begitu karena ingin
agar Arum kembali. Kasihan Arum kalau nanti disakiti lagi."
"Tapi pak Aryo berkata dengan sungguh-sungguh bu."
"Mengapa kita harus percaya kepada kata-katanya? Dia
sudah menghianati isterinya, berarti apa yang dikatakannya tidak
bisa dipercaya. Laki-laki memang mau menang sendiri."
Aduh, waktu itu Bram juga merasa tersinggung. Dia kan juga
laki-laki?
"Nak Bram menyusul saja kesini, nanti kita bicara lebih
banyak. Dan ingat, jangan sampai Arum tau bahwa nak dokter
ketemu suami Arum."
"Oh, hanya itu jawaban Bram, bingung."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 306


Pdf created by: Goldy Senior

"Tadi pagi si Aryo itu datang kerumah, tapi saya bilang


bahwa Arum tak ada. Jangan sampai ketemu, lalu dia akan
menyakiti hatinya lagi. Kasihan Arum."
Dokter Bram akhirnya sudah bisa menangkap, jadi kepergian
bu Suryo kerumahnya yang didesa, adalah untuk mencegah Arum
bertemu suaminya. Sungguh kejam bu Suryo, tapi bagaimana aku
harus bersikap? kata hati dokter Bram.
Lalu bu Suryo memberikan alamat dimana mereka sekarang
berada. Tapi kemudian ia minta bicara sama Arum, tapi
tampaknya Arum juga ragu-ragu untuk bicara. Seperti ada
perasaan yang tertahan. Tapi Bram berjanji, besok kalau bertemu
akan dicarinya kesempatan untuk bicara.
Tiba-tiba dokter Bram terkejut. Sebuah mobil berhenti
dijalan depan rumahnya.
"Aduh, itu kan mobilnya pak Aryo. Bagaimana aku harus
menjawabnya nanti," gumam Bram yang kemudian berdiri
menyambut tamunya.
"Selamat malam," sapa Aryo.
"Selamat malam, ayo silahkan masuk."
"Terimakasih dokter."
"Sebenarnya jangan memanggil saya begitu, panggil saja
nama saya, Bram, begitu."
"Ah, baiklah pak Bram."
Keduanya duduk berhadapan. Bram menata batinnya, dan
memikirkan apa yang harus dijawabnya nanti, karena dia tau apa
yang akan ditanyakan Aryo . Pasti karena tidak ketemu Arum,
lalu bertanya kepadanya, mungkin nomor ponselnya, atau kira-
kira dia ada dimana.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 307


Pdf created by: Goldy Senior

Bram berdiri untuk mengambilkan minuman untuk tamunya.

Aryo menunggu. Ia berharap akan mendapatkan sesuatu dari


dokter Bram.
"Silahkan diminum. Ma'af pak Aryo, ini rumah bujangan,
jadi tak ada tersedia teh hangat atau semacamnya. Semua tinggal
minum, nggak ingin terlalu repot."
"Tidak apa-apa pak Bram, apalagi kan pak Bram sudah capek
melayani pasien."
"Benar, tapi terkadang saya suka masak sendiri. Masak yang
gampang-gampang saja. Misalnya ca sayur, bakso kuah, bukan
yang rumit-rumit."
"Baguslah kalau masih sempat memasak."
Lalu keduanya diam sejenak. Masing-masing sedang berfikir,
satunya bagaimana mulai bertanya, satunya kalau bertanya akan
dijawab bagaimana.
"Oh ya, tadi pagi saya sudah kerumah bu Suryo," kata Aryo
pada akhirnya.
"Oh, benarkah? Tidak kesasar?"
"Tidak, alamatnya kan jelas dan rumahnya gampa ng
ditemukan."
"Mm... sudah.. sudah.. ketemu?" tuh, pertanyaan itu yang
terlontar padahal dia sudah tau kalau tidaak ketemu.
"Tidak."
"Oh..."
"Dia pergi, tapi tampaknya bu Suryo menghalangi saya
ketemu Arum," kata Aryo pilu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 308


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh... mengapa ya?"


"Pak Bram, apakah pak Bram tau kemana mereka pergi?"
"Oh..." tiba-tiba dokter Bram merasa bahwa dia kebanyakan
bilang 'oh'.
"Taukah?"
"Ma'af, saya... tidak tau.."
"Kalau nomor telephone Arum? Kemarin saya lupa
menanyakannya."
"Oh...." lagi-lagi.. 'oh'..
"nomor telephone.... tidak.." lanjut dokter Bram.
"Tidak punya?"
"Setau saya, bu Arum tidak punya nomor.. eh.. ponsel... eh..
maksud saya.. tidak .. saya tidak punya.. biasanya saya ..
menelphone bu Suryo." jawab Bram terbata. Tapi itu benar,
karena Arum tidak pernah menerima telephone. Ponsel yang
diberi oleh bu Suryo tidsk pernah digunakan, jadi kalau Bram
menelpone, itu adalah nomor bu Suryo.
"Adanya nomor bu Suryo?"
Bram mengangguk.
Aryo putus asa. Kalau itu nomornya bu Suryo, sama saja dia
tak akan bisa menghbungi Arum. Lalu apa yang harus
dilakukannya? Bram yang menatap Aryo merasa iba. Laki-laki
gagah suaminya Arum ini sebenarnya patut dikasihani, tapi Bram
agak segan melangkah. Ia harus mencari kesempatan baik untuk
menolong sepasang seami isteri ini.
"Pak Aryo, bersabar dulu ya, saya akan mencari informasi
tentang bu Arum. Tapi nomor kontaknya bu Suryo ini akan saya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 309


Pdf created by: Goldy Senior

berikan. Mungkin ... . siapa tau tiba-tiba bu Arum yang


menerima."
"Terimakasih banyak pak Bram."
"Saya akan membantu pak Aryo, sebisa saya, agar bisa
bersatu lagi dengan bu Arum."
"Terimakasih pak Bram," kata Aryo, sedikit bergetar karena
haru. Ia mencatat nomor ponsel bu Suryo yang diberikan dokter
Bram.

"Tapi... tunggu pak Aryo," tiba-tiba dokter Bram teringat


sesuatu.
"Ya pak Bram?"
"Tadi siang saya melihat pak Aryo dirumah sakit."
"Oh, iya, mengantarkan saudara periksa. Mau menemui pak
Bram sekaliyan takut mengganggu."
"Tidak, waktu pak Aryo pulang, saya juga sudah mau pulang,
saya melihat pak Aryo diparkiran, tapi saya merasa aneh."
"Ya, aneh bagaimana ?"
"Waktu itu pak Aryo bersama seorang wanita, yang
wajahnya persis sekali sama bu Arum. Saya pernah melihat
wanita itu disebuah toko buku, dia sedang bersama seorang anak
kecil."
"Oh, itu namanya Ratih, gurunya Angga anak saya. Saya
juga heran, wajahnya persis seperti Arum. Dan itu sebabnya
Angga menganggap bahwa dia itu ibunya."
"Ya Tuhan..."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 310


Pdf created by: Goldy Senior

"Karena gurunya itulah Angga tidak terlalu rewel, karena bu


Ratih sangat bisa menghiburnya. Pokoknya dia bisa bersikap
seperti ibunya."
"Aneh ya. Bukan saudara kembar?"
"Bukan, Arum anak tunggal, tidak punya saudara kembar."
"Aneh, seperti pinang dibelah dua."
"Baiklah pak Bram, saya mohon pamit.
Aryo pulang hanya membawa nomor kontak bu Suryo,
perempuan yang dianggapnya nyinyir tak berperasaan itu.
Baiklah, mungkin ada gunanya, gumam Aryo sambil
mengendarai mobilnya, pulang.
––––––––
Malam itu entah mengapa Arum tidak bisa tidur. Ia selalu
teringat tentang pertanyaan dokter Bram. Apakah Aryo memang
ingin menemuinya? Ada perasaan tak peduli, tapi ada perasaan
ingin tau, untuk apa menemuinya.
Bayangan masa lalu, ketika hari-harinya masih dipenuhi
dengan suasana manis, penuh kasih sayang dan cinta, kembali
menghiasi angan-angannya.
"Benarkahkamu mencintai aku?" tanya Aryo ketika itu.
"Ah, pertanyaan macam apa itu?"
"Jawab saja, apa susahnya sih?" kata Aryo sambil
memainkan anak rambut yang melingkar-lingkar dikeningnya.
"Apa sikapku selama ini tidak menunjukkan bagaimana isi
hatiku?"
"Ingin mendengar saja, agar aku yakin. So'alnya aku
mendapatkanmu tidak mudah, banyak saingan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 311


Pdf created by: Goldy Senior

"Iih, ngaco ah !!"


"Benar kan?"
"Buktinya aku memilih mas Aryo, itu tandanya bahwa aku
cinta sama mas Aryo."
Aryo merasa senang, didekapnya kepala Arum didadanya.
Lalu dielusnya rambut ikalnya.
Arum tersenyum membayangkannya. Itu sa'at manis ketika
baru beberapa hari menikah. Tak pernah dibayangkannya, kalau
sa'at ini dia berada jauh dari suaminya, terpisah oleh amarah yang
tak terkendali. Lalu penghianatan berlanjut. Arum terisak.

Yu Siti yang tidur diranjang sebelahnya mendengar isak itu,


mengangkat sedikit kepalanya, memandangi Arum yang
kemudian memeluk guling. Pasti ia menyembunyikan tangisnya
disana.
Yu Siti bangkit, mendekati ranjang Arum, memegang
tangannya yang erat memeluk guling.
Arum mengangkat guling itu, matanya yang sembab menatap
yu Siti yang memandanginya penuh iba.
"Bu Siti belum tidur?" bisiknya pelan.
"Nak Arum mengapa? Sedih ya?"
"Saya bingung bu, tak tau apa yang harus saya lakukan."
"Tenangkan pikiranmu nak, "
"Salahkah saya kalau menuntut cerai dari mas Aryo?"
"Saya dengan suami nak Arum tidak mau menceraikan nak
Arum."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 312


Pdf created by: Goldy Senior

"Katanya juga begitu."


"Berarti dia masih mencintai nak Arum."
"Tapi dia kan sudah punya isteri?"
Menurut yu Siti, sebaiknya nak Arum bertemu nak Aryo.
Bukankah selama ini kalian belum pernah bertemu, apalagi
bicara? Barangkali disitu nanti nak Arum bisa mengerti
semuanya, alasan dia menikah, alasan dia tak mau menceraikan
nak Arum, atau mungkin masih banyak hal lainnya yang bisa
dibicarakan."
"Tadi dokter Bram bertanya, apakah saya sudah bertemu mas
Aryo. Itu menjadi pikiran saya, apa mas Aryo ingin menemui
saya? Kok dokter Bram yang bilang, apa mas Aryo ketemu
dokter Bram?"
"Tadi kan dokter Bram menelpon, mengapa nak Arum tidak
menanyakannya?"
"Saya merasa ibu menghalangi saya untuk bicara banyak.
Tampaknya ibu tidak setuju kalau saya kembali pada mas Aryo."
"Tampaknya begitu."
"Ibu ingin nak Arum menikah dengan dokter Bram."
Arum menghela nafas.
"Mudahkah menikah dengan seseorang walau nanti saya
sudah bercerai dengan mas Aryo sekalipun? Saya suka dokter itu,
karena dia baik, karena dia menjaga saya, memperhatikan saya
lebih dari pasien yang lain. Tapi cinta... barangkali saya harus
memikirkannya. Lagipula maukah dokter Bram menikah dengan
perempuan yang sudah memiliki anak seperti saya? Ibu berpikir
terlalu sempit."
"Saya juga berfikir begitu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 313


Pdf created by: Goldy Senior

"Ini jam berapa bu?"


"Sudah jam sepuluh malam. Mau ke kamar mandi?"
"Tidak, mumpung tidak ada ibu, saya ingin menelpon dokter
Bram, tapi bu Siti jangan bilang sama ibu ya."
"Ya nak, silahkan. Tapi sudah jam sepuluh, apakah pak
dokter belum tidur?"
Arum yang sudah memegang ponselnya kembali
meletakkannya dimeja. Ponsel itu jarang atau hampir tak pernah
digunakan.
Yu Siti benar, ini sudah malam. Pasti dokter Bram sudah
tidur.
"Besok katanya dokter Bram mau kemari, nanti nak Arum
kan bisa bicara banyak."
"Kalau ada ibu?"
"Nanti yu Siti akan buat supaya nak Arum bisa berduaan."
"Bagaimana caranya?"
"Belum tau, yang penting sekarang tidurlah, semoga besok
ada waktu yang baik untuk berbincang."
––––––––
Pagi itu hari Minggu. Dengan berharap Angga tak rewel
Ratih berjalan kepasar karena harus membelikan kebutuhan-
kebutuhan untuk dirinya dan juga untuk ayahnya. Pak Kardi yang
sudah merasa lebih baik, sebetulnya meminta Ratih agar
menemui Angga, tapi Ratih harus belanja terlebih dulu.
Disebuah toko, ia membeli sabun, handuk yang dipakai
bapaknya sudah usang, oh ya, kaos, celana dalam, harus diganti
dengan yang baru. Ratih agak kurang memperhatikan ayahnya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 314


Pdf created by: Goldy Senior

karena sibuk merawat Angga. Sekarang, ketika bisa agak lama


dirumah karena ayahnya sakit, baru kelihatan barang-barang yang
sudah harus diganti yang baru.
Lalu ia mampir kesebuah toko roti. Harus ada camilan untuk
ayahnya.
Sangat banyak bawaan Ratih.
Tadi pak Kardi berpesan agar perginya jangan terlalu lama.
"Nanti Angga rewel karena kamu kan sudah janji akan
datang pagi-pagi," kata pak Kardi
"Iya, hanya belanja beberapa barang."
Ratih sedang menunggu taksi, ketika tiba-tiba sebuah mobil
berhenti tepat didepannya. Ratih melangkah menjauhi mobil itu,
karena ada taksi kosong sedang mendekat kearahnya. Tapi tiba-
tiba...
"Bu Ratih..?" seseorang menyapanya.
Ratih meletakkan bawaannya yang terasa berat. Ia menatap
laki-laki ganteng yang baru turun dari mobil. Ia belum pernah
mengenalnya.
––––––––

28
Ratih menatap laki-laki ganteng itu. Berwajah bersih bermata
tajam, dan memandanginya tanpa berkedip. Bagaimana si
ganteng ini bisa tau namanya? Ayah salah satu muridnya?
"Benar bu Ratih bukan?" laki-laki itu semakin dekat.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 315


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih hanya mengangguk, tapi terus memandanginya dengan


penuh tanda tanya.
"Kenalkan, nama saya Bramasto," kata dokter Bram sambil
mengulurkan tangannya.
Ragu Ratih mengangkat tangannya menyambut tangan laki-
laki itu.
"Anak bapak menjadi murid saya?" tanya Ratih pelan.
"Bukan, saya masih bujangan," kata Bram sambil tertawa
tipis.
"Oh.. lalu..."
"Apa saya tampak seperti bapak-bapak?" kata Bram sambil
tersenyum.
Ratih terdiam, ia masih bingung bagaimana dia bisa
mengenal namanya. Tapi ia harus buru-buru, diambilnya
belanjaan yang tadi diletakkannya begitu saja.

"Ma'af, saya harus buru-buru. Saya sedang menunggu taksi."


"Tunggu bu Ratih, kalau boleh tau bu Ratih mau kemana?
Saya sedang akan bepergian, barangkali kita bisa bersama-
sama."
Hm, lancang sekali laki-laki tampan ini. Baru ketemu sudah
mau main antar? Pasti dia golongan laki-laki mata keranjang
yang mengandalkan wajah tampannya. No way. Ratih tak
menjawab, ia melongok kesana kemari, mencari taksi. Taksi yang
tadi sudah lewat ketika dia disapa laki-laki ganteng ini.
"Bu Arum... eh.. bu Ratih.. mengapa bu Ratih tidak
menanyakan bagaimana saya mengetahui nama bu Ratih?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 316


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih menatap laki-laki itu lagi. Oh ya, namanya Bramasto,


memang dia belum pernah melihatnya, bagaimana dia bisa
mengetahui namanya? Lalu mengapa tadi keliru menyebut nama
Arum?
"Saya sahabatnya pak Aryo," kata Bram sambil tersenyum.
Agak kecut senyum itu karena merasa Ratih mencurigainya.
Ratih menatap Bram.
"Saya tau tentang bu Arum, dan juga tau tentang bu Ratih
yang gurunya Angga."
"Oh, ma'af, saya tidak tau."
"Apa sekarang bu Ratih percaya? Atau mau menelpone pak
Aryo dulu untuk meyakinkan?"
Ratih melongok lagi kearah jalan, tak ada taksi melintas.
Laki-laki ini sedikit nekat, entah mengapa Ratih
mempercayainya, dan merasa tak enak untuk menolaknya.
"Kalau bu Ratih percaya saya akan mengantar bu Ratih, tapi
kalau tidak, saya tidak memaksa. Bu Ratih mau pulang, atau
kerumah pak Aryo?"
"Saya mau pulang dulu."
"Dimana?"
"Kampung sewu, nggak jauh sebenarnya."
"Baiklah, kebetulan saya mau keluar kota. Jadi bisa lewat
sana. Bagaimana?"
Akhirnya Ratih mengangguk. Melihat matanya memang dia
bukan orang jahat. Kalau dia melakukan hal yang tidak baik ia
bisa berteriak. Yang menarik dia juga mengenal Arum. Tiba-tiba
terbersit keinginannya untuk mengetahui tentang Arum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 317


Pdf created by: Goldy Senior

Bram membukakan pintu, dan mempersilahkan Ratih masuk.


––––––––
"Bapak mengenal bu Arum?" tanya Ratih.
"Dia pasien saya. Saya mengoperasi tumor yang ada
dirahimnya."
Oh, jadi si ganteng ini dokter? Dia tidak bohong.bu Nastiti
pernah bilang tentang penyakit bu Arum. Kata batin Ratih.
"Oh.. " hanya itu yang bisa diucapkannya.
"Kemarin siang saya melihat bu Ratih dirumah sakit,
bersama pak Aryo juga."
"Iya, ayah saya sakit."
"Pak Aryo mengatakan nama bu Ratih, ketika saya
menanyakannya kemarin. Bu Ratih gurunya Angga bukan?"
"Iya.. benar."
"Kita pernah bertemu ditoko buku, ketika Angga menabrak
saya lalu bu Ratih membantu memunguti buku yang terjatuh."
"Oooo itu pak Bram? Aduh.. saya kurang memperhatikan
waktu itu, habisnya Angga lari kesana kemari."

"Waktu itu saya ingin ketemu bu Ratih, karena wajah bu


Ratih mirip pasien saya, bu Arum. Tapi tidak ketemu."
"Mungkin karena Angga lari kesana kemari."
"Salut kepada bu Ratih yang bisa menggantikan peran bu
Arum. Nanti akan saya sampaikan semuanya kepada bu Arum."
"Berarti pak Bram tau dimana bu Arum?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 318


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Arum bersama ibunya, eh, ibu angkatnya. Sa'at ini pak
Aryo sedang berusaha menghubunginya. Agak susah karena ibu
angkatnya tampaknya mencegah bersatunya kembali antara pak
Aryo dan bu Arum."
"Oh, kasihan pak Aryo. Dia sangat sedih."
"Semoga saya bisa membantunya."
Pembicaraan itu terputus karena Ratih minta berhenti
disebuah gang yang menuju kearah rumahnya.
"Terimakasih banyak, pak Bram."
"Sama-sama bu Ratih, sampaikan salam saya kepada pak
Aryo."
"Nanti akan saya sampaikan."
Ketika Ratih sudah turun, tak henti-hentinya dokter Bram
mengagumi kemiripan wajah antara Arum dan Ratih. Nyaris tak
ada bedanya. Hanya tahi lalat kecil diatas bibir itu yang
membedakannya. Bagaimana mungkin, bukan saudara kembar
tapi sangat mirip?
"Nanti akan saya katakan semua ini kepada bu Arum. Tapi
jangan sampai bu Suryo mendengarnya. Semoga ada kesempatan
untuk bicara." gumam dokter Bram sambil memacu mobilnya,
kearah rumah peristirahatan bu Suryo.
––––––––
Aryo senang ketika Ratih mengatakan bahwa tadi bertemu
dokter Bram.
"Kebetulan yang menyenangkan. Ia tiba-tiba menjadi sangat
dekat, ia baik dan ramah. Saya menyesal dulu hampir
menghajarnya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 319


Pdf created by: Goldy Senior

"Tadinya saya mengira dia laki-laki yang suka mengganggu


perempuan."
"Bagaimana tiba-tiba bu Ratih mempercayainya?"
"Dia mengatakan bahwa sahabatnya pak Aryo. Dia juga
semula memanggil saya Arum, jadi saya mengira dia bukan orang
asing bagi pak Aryo. Ternyata dia dokter yang telah mengoperasi
bu Arum."
"Benar. Mudah-mudahan dia berjodoh dengan bu Ratih."
"Apa?" kata Ratih terkejut. Tapi Aryo hanya tertawa.
"Apa dia tidak menarik? Ganteng, pintar, baik hati. "
"Pak Aryo ada-ada saja," jawab Ratih tersipu, tapi dalam hati
dia meng'iya'kan kata Aryo tadi. Ganteng, menarik, baik hati.
..hm..
"Oh ya, bagaimana dengan bapak? Sudah baikan?"
"Sudah pak Aryo, tekanan darahnya sudah normal
tampaknya, sudah tidak merasa pusing, malah menyuruh saya
cepat-cepat kemari, katanya nanti Angga rewel."
"Bapak seperti bu Ratih, sangat perhatian kepada Angga."
"Suatu hari nanti akan saya ajak Angga menemui bapak. Tapi
tidak sekarang, nanti Angga bingung. Semoga bu Arum segera
kembali ya pak."
"Do'akan ya bu Ratih, itu harapan kita semua bukan?"
Ratih mengangguk. Tapi ada rasa sedih sih, kalau Arum
kembali, ia tak akan bisa bertemu Angga setiap hari.

"Ada apa bu?" tanya Aryo karena melihat wajah Ratih tiba-
tiba tampak murung.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 320


Pdf created by: Goldy Senior

"Kalau bu Arum pulang, saya tidak akam bisa lagi bertemu


Angga. Saya terlanjur menyayangi dia," katanya sendu.
"Mengapa begitu bu Ratih, walau ada Arum, tapi bu Ratih
akan tetap menjadi ibunya Angga, dan boleh saja setiap sa'at
datang kemari."
"Benarkah?"
"Benar bu Ratih, bu Ratih sudah menjadi bagian dari
keluarga kami."
"Terimakasih pak Aryo."
"Tapi untuk meminta Arum kembali, tampaknya masih harus
ada perjuangan."
"Maksudnya?"
"Bu Suryo seakan menghalangi saya bertemu Arum. Entah
karena apa."
"Mun gkin karena sudah menganggap bu Arum sebagai
anaknya, jadi takut kehilangan bu Arum."
"Mungkin juga.." kata Aryo yang kemudian matanya
menerawang jauh.
Tiba-tiba Aryo teringat nomor ponsel itu. Ia ingin mencoba
menelponnya. Laludiambilnya ponsel itu.
"Hallo, ma'af ini siapa ya?" suara dari seberang menyapanya,
tapi Aryo mengenali suara itu. Suara ketus yang terdengar sangat
mengiris kembali perasaannya. Ia menutup ponselnya dengan
wajah kecewa.
"Dia lagi.." keluhnya.
"Siapa pak?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 321


Pdf created by: Goldy Senior

"Pak Bram memberikan saya nomor ponsel bu Suryo,


katanya Arum tidak pernah mempergunakan ponselnya sendiri."
"Itu tadi bu Suryo?"
"Saya berharap bu Suryo sedang tidak ada didekat ponselnya,
lalu Arum yang menerimanya."
"Bu Suryo yang menerimanya?"
Aryo mengangguk.
"Barangkali bisa diulang lagi nanti, siapa tau bisa nyambung.
"Bapaaak, mengapa mobil Angga tidak bisa berjalan?"
"Oh, masa sih?"
"Iya bapak, lihat tuh, mogok.."
"Baiklah, akan bapak lihat dulu, barangkali baterynya mati,"
kata Aryo sambil mendekat.
––––––––
"Sudah bu... ini sudah dibumbui kan? Biar saya goreng
sekarang. ya bu?" kata Arum didapur ketika memasak bersama yu
Siti.
"Iya, goremg saja dulu, sementara saya bumbui dulu
ikannya."
"Hm, kayaknya enak .. sudah lama saya tidak makan bakwan
jagung."
"Iya, selama dirumah kok yu Siti nggak bikin ya. "
"Iya bu, dulu drumah saya sering bikin, so'alnya mas Aryo
suka banget bakwan jagung. "
"Oh ya? Waah, gara-gara bakwan jagung jadi ingat suami ya
nak."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 322


Pdf created by: Goldy Senior

Arum menghela nafas.


Entah mengapa, semakin dekat sidang perceraian itu, rasa
ragu dihati Arum selalu mengganggunya. Rupanya perceraian
bukan hal mudah untuk diterima. Rasa cemburu dan ditambah
lagi anjuran bu Suryo yang bertubi-tubi, membuat Arum
menyetujui gugatan cerai diajukan kepada suaminya.
Pertimbangan bahwa suaminya sudah memiliki isteri lagi,
memang membuatnya menyetujui saran bu Suryo. Tapi sekarang
Arum seperti terganggu dengan gugatan itu.
"Nak, cepat dibalik, gosong tuh!!" tegur yu Siti yang telah
selesai membumbui ikan tuna yang siap digoreng setelahnya.
"Oh..!" pekik Arum yang segera membalikkan bakwan yang
nyaris hangus.
"Nak Arum menggorengnya sambil melamun bukan?"
Arum tersipu.
"Ma'af bu tidak lagi," katanya lirih.
Yu Siti bisa menangkap bahwa akhir-akhir ini Arum tampak
sangat gelisah.
"Nak Arum, kalau nak Arum tidak ingin bercerai, bilang saja
pada ibu," kata yu Siti berbisik ditelinga Arum.
Bilang pada ibu? Begitu mudahkah? Arum tiba-tiba merasa
bahwa kebaikan bu Suryo selama ini telah menjeratnya untuk
tidak bisa berbuat banyak, walau itu untuk hidupnya.
"Bilang saja begitu," bisiknya lagi sambil meletakkan piring
yang akan dipakai untuk mengentas gorengan yang sudah
matang.
"Saya bingung bu."
"Bersikaplah seperti apa kata hati nak Arum."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 323


Pdf created by: Goldy Senior

"Tapi alasan menggugat cerai itu sangat kuat bu, mas Aryo
sudah menikah."
"Kalau nak Arum bisa bertemu pak Aryo, barangkali akan
ada jalan yang lebih baik. Terbukti kata pak pengacara yang
mengatakan bahwa katanya pak Aryo akan menolak gugatan itu,
pasti ada sesuatu yang membuatnya berbuat begitu."kata yu Siti
masih dengan suara lirih, takut bu Suryo mendengarnya.
" Misalnya apa?"
"Mungkin pak Aryo akan menceraikan perempuan itu, atau
malah sudah dilakukannya. Sebuah peristiwa tanpa ada
komunikasi itu menjadi rumit, karena satu sama lain akan berfikir
sendiri-sendiri, tanpa tau apa yang sesungguhnya terjadi."
"Aduh baunya, sudah matang bakwannya?" tiba-tiba bu
Suryo masuk kedapur.
Yu Siti terkejut, lalu menjauh dari Arum, dan mencuci
sayuran yang sudah disiapkan.
"Ada apa kok bicaranya berbisik-bisik?"
"Oh, itu bu, nak Arum minta saya mencicipi bakwannya
dulu, tapi masih panas," jawab yu Siti sekenanya.
"Baunya sudah enak, aku juga ingin mencicipi, tapi karena
masih panas ya nanti saja."
"Saya ambilkan dipiring kecil ya bu."
"Iya, tapi taruh dulu disitu, aku sama Pono mau keluar
sebentar, Sayurnya apa tuh yu?"
Tadi ibu bilang ingin sayur bobor. Saya sudah memetik
bayam dari kebun, dan juga ada kates muda untuk ditambahkan."
"Hm, iya, sudah lama juga tidak makan pakai sayur bobor.
Ya sudah, aku mau pergi sebentar ya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 324


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, ibu mau kerumah pak Kromo?"


"Bukan, mau cari toko kue-kue, nanti kan nak dokter mau
kemari, rasanya kok kurang lengkap makanan yang disuguhkan."
"Sudah ada nogosari sama pis pohung bu," kata Arum.
"Iya, ibu mau nambahin makanan lagi, belum tau apa,
mungkin keripik garut, atau apalah, coba ibu lihat nanti." kata bu
Suryo sambil menjauh.
Yu Siti mengangkat bahu sambil tersenyum.
"Untung ibu tidak mendengar apa yang saya katakan. Kalau
mendengar bisa dimaki-maki saya," kata yu Siti sambil
mengentas bayam yang tadi dipethiknya dikebun belakang.
Tiba-tiba terdengar dering ponsel dari arah depan.
"Lho, ibu lupa membawa ponselnya ," kata Arum.
"Iya nak, coba terima saja, biar yu Siti melanjutkan
menggoreng.
Arum berlari kedepan, ponsel itu masih berdering. Dilihatnya
nomor penelpon yang tak ada namanya. Arum mengangkatnya.
"Hallo.." sapanya.
"Hallo, ini Arum?" suara bergetar dari seberang.
Arum terkejut. Itu suara yang sangat dikenalnya.
"Mas Aryo?"
"Arum, susah sekali menemui kamu."
"Mas Aryo..."
Tiba-tiba terdengar suara orang berlari mendekat.
"Bu Arum.. ponsel ibu ketinggalan. Oh, itu ya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 325


Pdf created by: Goldy Senior

Arum terkejut, ia harus bicara dengan Aryo, tapi Pono


meminta ponsel itu.
"Ibu menunggu disana, saya disuruh cepat."
Arum menutup pembicaraan itu dan mengulurkan ponselnya
kepada Pono.
––––––––

29
Arum terpaku ditempatnya berdiri. Suara Aryo begitu
bersemangat ketika tau bahwa dia yang mengangkatnya. Karena
gembira bisa menyapanya? Belum sempat mengatakan sesuatu,
kecuali hanya sulit menghubungimu. kata Aryo di telephone itu.
Arum kebingungan. Nomor telephone yang menghubungi
tadi belum sempat dicatatnya. Mana mungkin mencatat, baru kata
sepatah diucapkan, lalu ponsel itu diambil.
Arum setengah berlari masuk kekamarnya. Dipegangnya
ponselnya. Aduh, baterynya mati. Diambilnya charger. Tapi ia
akan menelpon siapa? Nomor Aryo sudah dibuangnya sejak dia
pergi. Dan tadi itu benar nomor Aryo atau bukan? Arum sudah
lupa semuanya.
Ketika ponsel itu menyala, dia membaca semua kontak yang
ada. Tak ada .. hanya dua nomor. Nomor bu Suryo, dan nomor
ibunya. Yaaa.. mengapa tidak menelpon ibunya saja? Arum
mencobanya,.

Tapi.. ya Tuhan, pulsa dalam masa tenggang... mana


mungkin bisa menelpone?" Arum melangkah kebelakang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 326


Pdf created by: Goldy Senior

"Dari siapa nak?" tanya simbok ketika melihat Arum datang


dengan wajah keruh.
"Sebetulnya tadi dari mas Aryo."
"Waduh, kok bisa tau nomornya ibu?"
"Saya juga bingung bu.."
"Lha nak Arum bicara apa? "
"Nggak sempat bicara bu. Dia baru mengatakan kalau susah
sekali menghubungi saya, lalu tiba-tiba Pono datang dan meminta
ponsel itu. "
"O, rupanya ibu sadar kalau ponselnya ketinggalan lalu
suruhan Pono untuk mengambilnya?"
"Iya bu, sekarang saya bingung.. Terpikir oleh saya untuk
menghubungi ibu saya, tapi saya tidak lagi punya pulsa. Dimana
saya bisa beli pulsa bu?"
"O.. agak jauh nak, dekat pasar sana.. mari saya belikan, tapi
nanti kalau ibu datang lalu masakan belum selesai bagaimana?"
"Jangan bu, biar saya beli sendiri saja, dimana pasarnya?"
Dari rumah ini kearah kiri atau kanan?"
"Kearah kiri nak, tapi agak jauh lho.. "
"Nggak apa-apa bu, saya kan bisa bertanya-tanya."
"Ya sudah, tapi hati-hati ya nak.. kalau saja masaknya sudah
selesai pasti yu Siti yang akan membelikan. Ini sayurnya baru
mendidih, goreng nila belum selesai. Masih harus buat trancam
segala. Ibu itu banyak bangat pesen masaknya."
"Ya sudah nggak apa-apa bu, biar saya beli sendiri saja."
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 327


Pdf created by: Goldy Senior

"Kanapa pak?" tanya Ratih ketika melihat Aryo murung


setelah menelpon.
"Susah sekali."
"Bu Suryo lagi yang menerima?"
"Kebetulan Arum sendiri."
"Bagus dong, mengapa pak Aryo kelihatan murung?"
"Baru sepatah kata dia menjawab, memanggil sama saya, lalu
terputus. Tampaknya ponselnya diambil lagi oleh bu Suryo."
"Ah, sayang sekali ya, apa bu Arum tidak punya ponsel
sendiri?"
"Kata dokter Bram Arum tidak pernah membuka ponselnya."
Ratih merasa kasihan melihat wajah tampan itu tampak
murung. Ia ingin menghiburnya, tapi dengan cara apa? Aryo
bukanlah Angga yang kalau rewel bisa dibujuk dengan mainan
atau cerita-cerita ringan.
"Ada satu cara," tiba-tiba kata Ratih.
Aryo menatap Ratih, menunggu apa yang akan dikatakannya.
"Kalau pak Aryo kebetulan ada bersama pak Bram, minta
saja agar pak Bram menelpon bu Suryo, tapi kemudian minta
bertemu dengan bu Arum. Setelah bu Arum bicara, suruh pak
Bram memberikan ponselnya pada pak Aryo."
Mata Aryo berkejap.
"Itu masuk akal juga bu Ratih.Kalau begitu sekarang saja
saya menelpon pak Bram. Kalau dia lagi dirumah saya akan
kesana.
Ratih tersenyum dan mengangguk-angguk.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 328


Pdf created by: Goldy Senior

"Hallo, ini pak Aryo?"


"Ya pak Bram, ini saya."
Oh, ada apa pak Aryo?"
"Apa pak Bram sedang dirumah?"
"Tidak pak, saya lagi.. bepergian. "
"Oh, ya sudah, nanti sore kalau pak Bram sudah ada dirumah
saya akan kesana."
"Oh, baiklah, mudah-mudahan sore nanti sudah pulang.
Nanti pak Aryo saya kabari ."
––––––––
Bramasto masih dalam perjalanan menuju kerumah bu
Suryo yang ada didesa. Sebentar lagi sampai. Tapi telephone dari
Aryo tiba-tiba mengganggunya. Ada apa pak Aryo ingin
menemui dirinya? Apa lagi yang akan ditanyakan? Pikir
Bramasto.
Dokter Bram sudah berjanji akan berusaha bicara dengan
Arum. Ia tau bu Suryo akan menghalanginya, tapi dia tak bisa
membiarkan sejoli ini tak bisa bersatu.

Dokter Bram sudah sampai didesa yang dimaksud, tapi ia


belum menemukan persisnya rumah yang ditunjukkan bu Suryo
ketika menelpone kemarin. Ia terus menjalankan mobilnya,
menyusuri jalan berdebu yang kiri kanannya ditumbuhi pohon-
pohon jagung yang siap dipanen.
Bram tidak menyangka, rasa ketertarikannya pada Arum
yang pernah menjadi pasiennya, membuatnya terlibat dalam
kemelut rumah tangganya. Memang benar, dia suka, lebih

Setangkai Mawar Untuk Ibu 329


Pdf created by: Goldy Senior

daripada sukanya seorang teman, atau sahabat, tapi melihat


situasi seperti ini ia justru ingin membantunya.
"Mungkin bu Arum juga masih mencintai suaminya,"
gumam Bram.
Mobil Bram hampir memasuki kerumunan orang yang
tampaknya pasar, ketika dilihatnya seseorang sedang berjalan.
"Itu kan bu Arum?"
Bram menghentikan mobilnya tepat dihadapan Arum
berjalan, membuat perempuan cantik itu terkejut.
"Ya ampun, aku hampir ketabrak, " omelnya kesal.
Tapi ketika seseorang turun dari mobil itu, wajah kesal itu
berubah sumringah.
"Dokter?" pekiknya.
"Terkejut ya?"
"Iya lah, dokter hampir menabrak saya."
"Darimana kok jalan sendiri?"
"Dari mencari yang jualan pulsa, "
"Mau beli pulsa? Sudah dapat?"
"Toko yang biasanya jual, tutup, sedang mau mencari kearah
sana," katanya sambil menun juk kesatu arah.
"Ayo naik dulu, saya antar, saya juga mau bicara," kata
dokter Bram sambil membukakan pintu untuk Arum.
Arum naik kedalam. Keinginan untuk beli pulsa itu sirna,
karena sudah bertemu dokter Bram. Banyak yang ingin
ditanyakannya.
Mobil Aryo berjalan perlahan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 330


Pdf created by: Goldy Senior

"Dimana harus beli pulsa?"


"Nggak jadi."
"Mengapa nggak jadi?"
"Sudah ketemu dokter."
"Lho, memang tadinya mau menelpon saya?"
"Diantaranya .. ya."
"Diantaranya?"
"Oh ya, kemana kita harus pergi? Lurus kedepan, atau harus
balik kesana?"
"Lurus saja dok..."
"Oh, baiklah."
Arum menghela nafas lega. Tapi darimana dia harus
memulainya?"
"Sebelum kita bicara, bagaimana kalau tidak memanggil saya
dokter?"
"Lalu..?"
"Panggil saya Bramasto, itu nama saya."
"Nggak enak ah."
"Kok nggak enak, panggilan 'dokter' itu terasa seakan ada
jarak diantara kita."
"Oh, baiklah.. mas Bram."
"Haaa.. itu terdengar lebih manis."
Arum tersenyum. Menatap laki-laki ganteng yang duduk
menyetir disampingnya. Wajah itu tampak teduh dan membuat
hatinya tenang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 331


Pdf created by: Goldy Senior

"Kita lurus?" tanya Bram ketika didepan ada perempatan.


"Ya, lurus saja. Eh bukan, belok kiri saja."
Bram tertawa.
"Sebenarnya hafal jalannya nggak sih?"
"Enggak..." jawab Arum sekenanya.
Bram menoleh kearah perempuan disampingnya. Wajah itu
tampak lugas, tanpa make up sama sekali. Dia juga hanya
berpakaian seadanya. Mungkin karena ada didesa jadi tak perlu
bersolek seperti apabila bepergian dikota, walau tujuannya dekat
sekalipun.
Tapi wajah lugas itu tetap menampakkan kecantikannya.
Wajah bersih, hidung mancung.. mata bening, bibir tipis... Bram
menikmatinya ketika Arum menoleh kearahnya.
"Kita nyasar tidak?" tanya Bram.
"Entahlah, sesungguhnya saya lupa jalan." jawab Arum
seenaknya.
Bram terkejut.
"Bu Arum bagaimana sih?"
"Biar nyasar, biar jauh, supaya saya bisa bertanya banyak."
Lalu Bram tersenyum. Bagaimana kalau nyasarnya keujung
dunia? Dulu ia tertarik pada Arum. Ia merasa Arum sangat
menarik. Cantiksederhana, tidak dandan berlebihan. Kata-
katanya selalu lembut. Pada awalnya selalu gugup setiap
berhadapan dengannya. Tapi rasa itu tidak berlanjut. Ia sadar tak
berhak memilikinya. Ada Aryo yang mengharapkannya. Tapi
rasa suka itu berubah menjadi simpati, lalu ada rasa trenyuh, lalu
ingin membuatnya bahagia. Apa sebenarnya Arum masih
mencintai suaminya? Masih atau tidak, Bram tak ingin berharap.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 332


Pdf created by: Goldy Senior

Lalu angannya kembali kearah Ratih. Aduh.. kemiripan yang


menakjubkan padahal bukan kembar.

Bram sudah hampir membuka mulutnya untuk mengatakan


bahwa tadi bertemu gadis yang sangat mirip dengannya, ketika
tiba-tiba Arum lebih dulu membuka pembicaraan yang semula
terdiam beberapa sa'at lamanya.
"Mm.. mas Bram.."
"Ya."
"Mengapa mas Bram kemarin menanyakan apakah saya
sudah bertemu mas Aryo?"
"Oh, itu..."
"Kapan mas Bram ketemu mas Aryo ?"
Bram terdiam sejenak. Sebenarnya kemarin dia sudah
mengatakan semuanya pada bu Suryo, tapi rupanya bu Suryo
melarang mengatakannya pada Arum. Bram bingung, apa
sekarang harus mengatakannya, atau harus menutupinya?
"Pernah ketemu? Dia masih kasar sama mas Bram?"
"Begini...."
Arum menunggu, tapi dokter muda itu tidak segera
mengatakan apapun. Arum merasa tidak sabar.
"Apa mas Aryo melarang mengatakannya pada saya?"
"Bukan, bukan pak Aryo melarang saya."
Mobil Bram terus menyusuri jalanan desa yang berkelok-
kelok.
"Ini masih jauhkah?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 333


Pdf created by: Goldy Senior

"Entahlah, saya juga bingung."


Bram menatap Arum, Arum juga sedang menatapnya, lalu
tersenyum lucu. Sekarang Bram merasa bahwa mereka benar-
benar tersesat. Mobil itu sudah berjalan jauh, dan tadi Arum
mengatakan bahwa mau membeli pulsa, tak mungkin ia berjalan
sejauh ini.
"Ini benar-benar tersesat?"
"Saya sengaja menyesatkan diri," kata Arum seenaknya.
"Serius?"
"Kan tadi saya sudah mengatakannya."
"Oh..." Bram tersenyum.
"Mas Bram belum menjawab pertanyaan saya."
Aduh, apakah sebaiknya saya berterus terang saja? Masa
saya harus membela bu Suryo? Pendapat yang salah, keinginan
yang keliru, mengapa ia harus menurutinya? Pikir Bramasto.
"Mas Bram.. kalau tidak mau jawab, turunkan saja saya
disini." kata Arum kesal karena Bram tampak tak mau
menjawab.,
Bram menghela nafas. Ia merasa harus mengatakannya.
––––––––
Pono menghentikan mobilnya tepat didepan rumah, karena
bu Suryo membawa banyak belanjaan.
"Kok masih sepi, rupanya dokter Bram belum datang,"
gumamnya sambil turun dari mobil.
"No, bawa belanjaan kebelakang ya," perintahnya kepada
Pono, lalu ia masuk kedalam rumah.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 334


Pdf created by: Goldy Senior

"Yu Siti, aduuh.. bau masakannya membuat aku lapar nih,"


teriaknya sambil melangkah kedapur.
Yu Siti sedang menata semua makanan dimeja. Berdebar
hatinya karena bu Suryo sudah pulang, sedangkan Arum belum
juga kembali.
"Hm.. sudah siap semuanya. Nak dokter kok belum datang
ya," celetuknya sambil mencomot sepotong bakwan jagung.
"Arruum.." teriaknya.
"Bu, nak Arum sedang keluar," kata yu Siti sambil
menuangkan air putih dalam gelas-gelas, lalu ditatanya juga
diatas meja makan.
"Keluar? Keluar kemana? Sendirian? Atau sama nak Bram?"
"Tadi... sendirian bu."
"Kemana? Memangnya dia tau jalan? Mau apa dia keluar
sendirian. Kamu tidak mengantarnya kalau dia ingin beli
sesuatu?"
"Tadi saya masih memasak bu, lagian dia cuma mau beli
pulsa."
Bu Suryo berhenti mengunyah bakwannya.
"Beli pulsa? Untuk apa?"
Yu Siti kebingungan. Ia tak tau harus berkata apa.
"Dia bilang tidak yu, tadi mau menelpon siapa?"
"Tadi.... sepertinya... oh.. mungkin ingin menelpon ibunya..
nak Arum bilang kangen tadi," akhirnya yu Siti menemukan
jawaban.
"Mengapa tidak menunggu aku, biasanya pakai ponselku.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 335


Pdf created by: Goldy Senior

"Kangen sekali kayaknya. Ini bu, sudah siap, ada yang


kurang?"
"Sudah yu. Bagus, tapi kok nak Bram belum datang ya? "
"Masih dijalan barangkali."
"Arum perginya sudah lama?"
"Mm.. belum lama bu, saya tunjukkan toko yang menjual
pulsa. Dekat situ."
Tapi yu Siti juga merasa was-was. Kepergian Arum sudah
sangat lama. Kalau hanya kedekat pasar pasti sudah kembali.
Jangan-jangan dia pergi ketempat lain.
"Kemana ya Arum perginya?"
"Tadi cuma saya kasih tau toko terdekat bu. Lagian nak
Arum tidak ganti baju, saya kira tidak akan lama."
"No, ayo antarkan aku lagi No," kata bu Suryo ketika Pono
meletakkan belanjaan.
"Baik bu," jawab Pono sambil berjalan keluar.
"Yu, ini tolong ditata dipiring. Di almari ada toples, keripik
ini masukkan dalam toples saja. Aku mau menyusul Arum.
Bagaimana kalau dia tersesat?"
-Yu Siti mendekati bungkusan-bungkusan dan
membongkarnya, sementara bu Suryo keluar menuju ke
mobilnya.
"Nanti kalau nak Bram datang, segera buatkan minuman
dan keluarkan semua makanan ya yu?" teriak bu Suryo dari luar.
"Baik bu."
Tapi yu Sitipun juga berdebar-debar. Sesungguhnya Arum
pergi sudah sangat lama.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 336


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
Mobil Bramasto terus menyusuri jalanan perdesaan. Ia
sudah mengatakan bagaimana bertemu Aryo, lalu Bram
mengatakan semuanya. Arum gemetar mendengarnya.
"Jadi mas Aryo tidak menikahi Rini?"
"Pak Aryo mengusirnya malam itu juga."
"Aku tidak tau, aku tidak mengira," bisiknya terisak.
"Darimana bu Arum tau bahwa pak Aryo menikahi Rini?
Rini mengatakannya?"
"Tidak."
"Lalu, mengapa bu Arum mengira begitu?"
"Hanya asumsi saya saja."
"Bagaimana urusan sebesar ini dipastikan hanya karena
asumsi?"
"Waktu itu saya mau ketemu ibu, diantar Pono. Tapi ketika
hampir tiba, saya melihat mas Aryo turun, lalu Angga, dan ada
seorang perempuan yang baru saya lihat kakinya juga turun dari
sana. Saya sakit hati, mengira itu Rini."
"Belum jelas siapa, tapi sudah mengira itu Rini?"
"Ketika saya menemui Angga disekolah, dia berteriak,
mengapa ibuku ada dua?"
Saya sakit hati, lalu menangis disepanjang jalan.
Bram menghentikan mobilnya, lalu memutar arah.
"Kembali?"
"Kita sudah terlalu jauh, nanti bisa benar-benar kesasar.
Masih banyak yang bisa dibicarakan sambil pulang."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 337


Pdf created by: Goldy Senior

Arum terdiam, tenggelam dalam sesal yang terus


menghantuinya.
"Tapi saya mohon, jangan bilang bu Suryo bahwa saya telah
mengatakan semua ini pada bu Arum. Karena dia melarangnya,"
lanjut Bramasto.
"Ya Tuhan, mengapa ibu sekejam itu?"
Mobilnya terus berjalan, beruntung Bram tidak lupa dari
mana tadi dia berbelok, dan arah mana yang harus dilalui untuk
sampai ketempat dimana dia bertemu Arum tadi.
Arum masih terisak pelan.
"Bukankah bu Arum masih mencintai pak Aryo?"
Sekarang Arum mengangguk dengan rasa sangat yakin. Ini
kesalah fahaman yang sangat fatal. Hanya karena tak pernah ada
pembicaraan.
"Bu Arum ingin bicara dengan pak Aryo?"
"Bisakah?"
"Saya punya nomornya."
Bramasto memutar nomor tilpun Aryo. Berdebar hati Arum.
Tapi tiba-tiba sebuah klakson bertalu terdengar, dan Arum
serta Bram melihat mobil bu Suryo dari arah depan.
––––––––

30
Hati Arum mencelos. Baru mau nyambung dengan
suaminya, bu Suryo muncul.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 338


Pdf created by: Goldy Senior

Bram menutup kembali ponselnya.


"Sabar ya bu Arum."
Arum menghela nafas sedih.
"Jangan bilang kita omong-omong tentang pak Aryo ya.
Nanti kita pikirkan lagi langkah selanjutnya. Saya akan
membantu sebisa saya."
Sementara itu mobil bu Suryo sudah berhenti. Bram turun
dan mendekati.
"Ternyata sudah ketemu Arum?"
"Ketemu dijalan, lalu kami jalan-jalan menyusuri jalanan
desa bu."
"Nak Bram nggak ngomong apa-apa kan?"
"Nggak bu, ibu duluan, saya ngikutin dari belakang."
Bram berharap dalam perjalanan sampai kerumah masih bisa
menelpon Aryo, lalu menyambungkannya dengan Arum. Tapi
tiba-tiba..

"TUnggu, saya ikut di mobilnya nak Bram ya, keburu ingin


ngobrol," kata bu Suryo sambil turun dari mobil..
Yaah, gagal lagi deh. Keluh Bramasto dalam hati.
Bram membukakan pintu untuk bu Suryo.
"Kamu beli pulsa mau menelpon siapa?" tanya bu Suryo
begitu duduk.
"Mau menelpon... ibu saya," kata Arum. Beruntung, tidak
kencan tapi jawabannya cocog dengan jawaban yu Siti.
"Sudah dapat pulsanya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 339


Pdf created by: Goldy Senior

"Belum. Keburu ketemu dokter Bram, lalu diajak jalan-jalan.


"Hm, baguslah, tapi kamu itu gimana, keluar rumah pakai
pakaian seperti itu. Itu kan pakaian rumahan," tegur bu Suryo.
"Sedianya cuma jalan sedikit, kan dekat bu."
Mobil Bram meluncur tenang. Tapi tidak begitu dengan
hatinya. Rasa kecewa karena gagal mempertemukan Arum dan
suaminya terus menghantuinya. Mungkin demikian juga yang
dirasakan Arum.
"Kalau mau menelpon ibu kamu, tunggu saya kan bisa."
"Iya bu, nanti saja."
"Ibu jadi ingat, dari kemarin ada telephone berkali-kali
menelpone, tapi begitu saya jawab, lalu ditutup kembali. Siapa
orang itu, mengganggu saja."
Bram yang mendengarnya hanya diam. Dia tau siapa yang
menelpone, tapi tak perlu dia mengatakannya. Bram justru
berfikir, bagaimana melepaskan Arum dari ikatan hutang budi ini
dari bu Suryo. Ia tau Arum segan karena merasa berhutang budi.
––––––––
Begitu ssmpai, Bramasto langsung dibawa keruang makan
oleh bu Suryo.
Bram sangat kagum. Ini rumah kecil didesa, tapi ditata apik
dengan perabotan yang mahal. Diruang tamu tadi Bram melihat
sofa cantik , disudut ada jam dinding yang walau tidak begitu
besar tapi tergantung didinding, yang mengeluarkan dentang
setiap seperempat jam. Ruang makan dengan meja yang tidak
terlalu besar, dengan kursi ukir berjumlah empat mengelilinginya.
Meja makan itu sudah dipenuhi dengan nasi dengan lauk yang
bermacam-macam.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 340


Pdf created by: Goldy Senior

"Ayo nak, silahkan..." kata bu Suryo mempersilahkan Bram


duduk disebuah kursi.
"Arum kamu disitu, dekat nak Bram, saya sama yu Siti
disini," kata bu Suryo mengatur, dan tak seorangpun
membantahnya.
"Rumah ini bagus sekali," gumam Bram sambil duduk.
"Hanya rumah dusun."
"Kalau ibu tidak pulang, siapa yang menunggui?"
"Saya banyak punya orang-orang disini. Mereka
mengerjakan sawah-sawah saya, mengurusnya, dan menjaga serta
membersihkan rumah ini setiap dua hari sekali."
Bramasto mengangguk angguk. Tak heran bu Suryo bisa
hidup layak, ia banyak punya sawah didesa ini, entah berapa
hektar, Bram tak ingin menanyakannya.
"Ayo silahkan, aduh Arum, mengapa diam saja, layani tamu
kita dong."
Arum menyendokkan nasi dipiring Bram, menawarkan lauk
mana yang dia pilih.
"Biar bu Arum, biar saya mengambilnya sendiri. Bingung
saya, begitu banyak lauk disini.
"Ini lauknya orang desa. Sayur bobor.. ini bakwan jagung,
tadi Arum yang menggorengnya, ikan nila goreng, sambel bajak
ya yu, lalu trancam. Cuma itu nak Bram."
"Ini makanan mewah, bukan makanan desa."
"Dikota jarang menemukan sayur bobor. Dari daun bayam,
kates muda... cobain deh.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 341


Pdf created by: Goldy Senior

"Arum, mengapa diam saja, ayo ambilkan lauknya."


"Sudah bu, saya ambil sendiri saja. Hm, sayur bobornya enak
kayaknya."
Arum tak banyak bicara, ia hanya menjawab apabila bu
Suryo mengajaknya bicara. Hatinya masih dipenuhi rasa sesal
karena gagal bisa menelpone Aryo. Ia bingung bagaimana harus
bersikap. Kalau harus berterus terang pada bu Suryo, ia tak
berani, atau lebih tepatnya sungkan. Rasa berhutang itu alangkah
berat.
"Hm, sayur bobor ini enak, Boleh tau bu Siti, bumbunya
apa?"
"Wah.. itu gampang pak dokter. Tapi masa pak dokter mau
masak sendiri sih?"tanya bu Siti.
"Benar bu, saya sering masak sendiri kalau lagi pengin. Ini
saya ingin buat, sungguh.
"Bumbunya itu bawang merah, bawang putih, kencur salam
laos, lalu ada tempe bosok, dikasih santan juga nanti setelah
sayurnya empuk.
"Tempe bosok itu apa?"
"Tempe bosok itu tempe yang sudah kelewat jadi, kalau
orang Jawa bilang sudah besem-besem gitu, tapi cuma sedikit
saja tempe bosoknya. Nah kalau untuk sambal tumbang, tempe
bosoknya banyak, nyaris semua dari tembe bosok."
"Hm, namanya bosok itu busuk kan bu, tapi enak buat bumbu
ya.?
"Begitulah pak dokter."
"Makanya, nak Bram, segera cari isteri, supaya nggak ribet
mikir bumbu masak," kata bu Suryo sambil melirik kearah Arum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 342


Pdf created by: Goldy Senior

Arum pura-pura tak mendengar, menyibukkan diri dengan


menyendok nasi yang sesungguhnya terasa berat ditelannya.
"Iya bu, besok kalau ada yang mau sama saya."
"Bagaimana kalau ibu carikan?" kata bu Suryo lagi sambil
melirik Arum.
Bu Siti agak kesal mendengar candaan bu Suryo. Pasti
maksudnya adalah Arum. Dilihatnya Arum tak bergeming.
Mengunyah bakwan yang baru saja digigitnya seperti tanpa
perasaan. Dokter Bram asyik menikmati sayur bobor yang belum
pernah dirasakan sebelumnya.

"Enak bu Siti, suatu hari nanti saya akan bikin sendiri."


Bu Siti tak menjawab, tapi mengacungkan jempolnya, karena
mulutnya masih sibuk mengunyah makanan.
––––––––
"Nak dokter, dengar.. saya mau bicara." kata bu Suryo
setengah berbisik, ketika Arum tidak ada didekatnya.
"Ya bu, ada apa?"
"Nak dokter tau, mengapa saya menghalangi Arum kembali
sama suaminya? Pertama saya tidak percaya, karena sekali dia
berkhianat maka nanti di lain hari pasti akan melakukannya.
Kedua, saya ingin nak dokter bisa menjadi jodohnya Arum."
Bramasto terpaku ditempat duduknya. Dipandanginya bu
Suryo seakan tak percaya.
"Memang sih, nantinya Arum akan menjadi janda. Tapi dia
wanita yang baik. Dia akan menjadi pendamping yang tidak akan
mengecewakan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 343


Pdf created by: Goldy Senior

Bram menyandarkan tubuhnya disofa.


"Bukan masalah saya tidak bisa menerima seorang janda bu,
tapi bu Arum kan masih menjadi isterinya pak Aryo."
"Bukankah proses perceraian sedang berjalan?"
"Saya kira mereka masih saling mencintai."
"Ah, masa? Arum sudah tidakperduli kok sama suaminya."
Bisa saja bu Suryo ini, bagaimana dia bisa mengetahui isi
hatinya Arum? Itu kan yang punya mau bu Suryo sendiri. Kata
Bramasto dalam hati.
"Tapi nak Bram boleh berpikir-pikir dulu kok. Jawabannya
tidak harus sekarang. Lagi pula proses perceraian juga sedang
berjalan. "
"Tapi saya dengar pak Aryo menolak menceraikan bu Arum.
Itu tandanya dia masih mencintai isterinya."
"Lha cinta macam apa kalau Arum itu cuma dijadikan
permainan?"
"Satu kesalahan kan tidak bisa dipakai untuk menuduh
betapa buruknya dia bu. Kalau dia sudah bertobat, bukankah kita
juga harus mema'afkan?"
"Boleh saja mema'afkan, tapi jangan harap kata ma'af itu bisa
menyatukan mereka."
Rupanya Bram tak ingin berdebat terlampau jauh. Ia tak
menjawab. Diteguknya setengah gelas minuman yang tersisa.
"Bu, bolehkah saya mengajak bu Arum jalan-jalan?"
"Jalan-jalan kemana?"
"Saya ingin melihat-lihat disekitar desa ini. Saya ingin bu
Arum menemani saya." kata Bramasto dengan harapan akan bisa

Setangkai Mawar Untuk Ibu 344


Pdf created by: Goldy Senior

melanjutkan perbincangannya dengan Arum, dan


menyambungkannya dengan Aryo agar bisa bicara.
"Bagus nak, tampaknya nak Bram sudah ingin memulai
pendekatan yang lebih dalam dengan Arum."
Bramasto tersenyum.
"Sebentar saya panggilkan Arum. Tapi saya juga mau ikut ya
nak dokter," kata bu Suryo sambil menjauh.
Lhaaahh? Ikut? Aduuh.. Bram menghempaskan lagi
tubuhnya ke sandaran sofa. Kecewa. Belum terpikirkan lagi harus
melakukan apa.

––––––––

Hari sudah sore, Aryo tampak menunggu sesuatu, gelisah


sambil memegangi ponselnya, berjalan kesana kemari. Ratih
yang sedang menunggui Angga bermain memperhatikannya.
Gerah oleh tanda tanya yang memenuhi benaknya, dia mendekati
Aryo.
"Pak Aryo.. "
Aryo menoleh kearah Ratih. Ia tau Ratih ingin menanyakan
sesuatu tentang sikapnya.
"Kelihatan ya kalau saya lagi bingung?" tanya Aryo.
"Mengapa bingung pak?"
"Dokter Bram mengatakan bahwa kalau sudah sampai
dirumah akan menelpon, tapi kok belum menelpone juga ya."
"Berarti dia belum sampai rumah. Sepertinya tadi mau keluar
kota."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 345


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh iya, bu Ratih tadi ketemu ya?"


"Iya, kan saya sudah bilang tadi sama pak Aryo."
"Benar. Mungkin dia belum sampai rumah."
"Coba saja pak Aryo menelpone. jadi bisa tau dia sampai
dimana. Kalau hanya ditunggu pasti pak Aryo bin gung."
Benar juga, pikir Aryo. Hati yang bingung membuat semua
pikiran jadi mampet.

"Hallo.." telephone Aryo segera bersambut. Bram


menerimanya dengan cepat.
"Pak Bram sudah dirumah?"
"Oh, belum, mun gkin sebentar lagi, kira-kira sejam atau
lebih, saya akan mengabari ya."
"Baiklah, terimakasih, ma'af saya mengganggu."
"Tidak apa-apa, ini sedang mengantarkan saudara."
Aryo menghela nafas lega. Semua selalu Ratih yang
mengingatkan. Dipandanginya Ratih yang menatapnya dengan
iba.
"Terimakasih bu Ratih. Memang benar, belum sampai
rumah."
"Tampaknya semua akan segera selesai dengan baik, karena
ada dokter Bram yang akan membantu."
Ya bu Ratih. Saya sangat gelisah setelah mengerti
perso'alannya. Arum mengira saya menikahi Rini. Apa saya
sudah gila?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 346


Pdf created by: Goldy Senior

"Sangat disesalkan kenapa bu Arum tidak mau komunikasi


dengan pak Aryo ya, semuanya jadi kacau. "
" Benar, susah menghubungi dia. Bagaimana bisa klarifikasi?
"
"Ya sudah, ini sudah terlanjur, yang penting bu Arum segera
bisa mengetahui kejadian sebenarnya, sehingga bisa menerima
pak Aryo kembali."
"Aamiin. Sekarang saya mau mandi dulu, jadi se-waktu-
waktu pak Bram mengabari, saya siap berangkat kesana."
"Silahkan pak."
"Nitip ponsel saya ya bu, nanti kalau dokter Bram menelpone
bu Ratih bisa menjawabnya. Katakan saya sedang bersiap
kerumahnya."
"Baiklah pak."
Ratih memasukkan ponselnya ke saku bajunya, lalu
mendekati Angga.
"Ayo, bermainnya sudah ya, sa'atnya mandi," teriak Ratih
sambil mendekati Angga.
"Apa kita mau pergi?"
"Tidak, pergi kemana?"
"Tadi bapak bilang mau mandi."
Ratih tertawa.
"Memangnya kita mandi hanya kalau mau pergi? Kan ini
sudah sore, sa'atnya bersih-bersih badan."
"Baiklah, Angga simpan dulu mobilnya."
"Bagus, simpan di 'garasi' ya.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 347


Pdf created by: Goldy Senior

Angga membawa mobilnya. Ada tempat disudut teras yang


mereka namakan garasi. Itu tempat mobil kecil Angga setiap
tidak sedang digunakan.
Angga berlari kebelakang, mendahului Ratih. Ratih
menghela nafas, tak lama lagi dia tak akan bisa berbagi ceria
dengan si kecil ganteng yang menggemaskan ini. Sekilas ada air
mengembang dipelupuk matanya. Bagaimanapun Angga seperti
sudah menjadi bagian dari hari-harinya, dan perpisahan pasti
akan menyedihkan.
"Ibu peri akan segera tiba", gumam Ratih pelan.
"Ibu bilang apa?" ternyata Angga mendengar bisikan itu.
"Apa sih? Ibu nggak bilang apa-apa."
"Tadi ibu bilang ibu peri. Angga mendengar kok."
"O, maksud ibu, kalau Angga selalu menurut, nanti ibu peri
akan segera datang."
"Benar ?"
Ratih mengangguk sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
Tak ingin air matanya menetes dan Angga melihatnya.
––––––––
Ketika Bramasto menerima telephone dari Aryo, bu Suryo
yang duduk dibelakang memperhatikannya. Mereka hanya
berputar-putar disekitar desa, dan bu Suryo mengatakan, yang
mana saja sawah-sawah miliknya. Ternyata sangat luas, berpuluh
hektare. Tapi dengan tak bisa berkomunikasi dengan Arum hanya
berdua saja, membuat Bram segera memutar mobilnya kembali.
"Kita pulang? Sebelah sana, diujung, masih ada kebun buah
milik saya. Ada mangga dan rambutan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 348


Pdf created by: Goldy Senior

"Mungkin lain kali saya akan kemari lagi dan melihat desa
ini lebih tenang. Hari sudah sore dan saya harus segera pulang."
"Oh, nak Bram praktek sore hari? Ini kan Minggu?" tanya bu
Suryo.
"Tidak bu, bukan masalah praktek, saya tidak praktek
dirumah, sudah capek."
"Lalu mengapa sepertinya tergesa pulang?"
"Saya ada janji dengan teman," kata Bram sambil melirik
Arum disebelahnya.
Arum menatapnya, dan melihat dokter Bram mengedipkan
sebelah matanya. Apakah dokter Bram berkencan dengan
suaminya?
"Oh, yang tadi menelpon itu ya nak?"
"Iya bu, yang tadi menelpone."
"Oh, baiklah. Kapan nak Bram kemari lagi?"
"Kalau ada waktu senggang bu."
"Ma'af lho, kalau banyak yang mengecewakan dalam ibu
menyambut nak Bram, maklumlah, sambutan orang desa."
"Ibu, saya senang sekali. Saya merasa menjadi tamu
istimewa. Terimakasih banyak bu.Sama sekali tak ada yang
mengecewakan. Lain kali saya pasti datang kemari."
"Terimakasih ya nak, semoga kita benar-benar bisa menjadi
keluarga."
Ucapan terakhir ini tidak dijawab oleh Bramasto. Permintaan
yang dianggap mengada-ada, sementara Arum masih ada
suaminya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 349


Pdf created by: Goldy Senior

"Arum dari tadi kok diam saja? Kamu sakit?" tanya bu Suryo
karena dari tadi tidak bicara.
"Tidak apa-apa bu, kan mas Bram sudah banyak bicara.
Takut saingan," kata Arum mencoba bercanda.
"Iya, nanti saya mendapat saingan kalau bu Arum ikut
bicara."
"Ya sudah kalau tidak apa-apa, ibu takut kamu merasa pusing
atau apa."
"Arum hanya lelah bu."
"Nanti sampai dirumah harus langsung beristirahat."
"Baiklah bu," memang itulah maksud Arum, supaya nanti bu
Suryo tidak lagi mengajaknya bicara yang macam-macam.
"Bolehkah saya mengetahui nomor ponsel bu Arum?" tanya
BRam.
"Boleh mas saya akan catatkan."
"Lha apa itu perlu, nak Bram bisa menghubungi Arum lewat
nomor saya kan?" sanggah bu Suryo.
"Tapi kalau kelamaan nomor bu Arum mati bisa hangus bu,
nanti saya bantu mengisinya kalau sudah sampai dirumah."
Bram mengulurkan ponselnya kepada Arum, dan meminta
agar Arum menuliskan nomor ponselnya. Bu Suryo diam, tak
bisa membantah kata-kata Bramasto.
––––––––

Bramasto sudah mandi dan sudah wangi ketika menyambut


Aryo dirumahnya. Kedua laki-laki ganteng yang sudah menjadi

Setangkai Mawar Untuk Ibu 350


Pdf created by: Goldy Senior

sahabat walau baru sekali dua kali ketemu itu tampak sangat
akrab.
Ia menceritakan pertemuannya dengan Arum, dan mengapa
Arum mengira Aryo sudak menikahi Rini. Hanya asumsi, hanya
perkiraan dan dijadikan alasan untuk bercerai. Aryo sedih
mendengarnya.
"Tapi saya bersyukur pak Bram sudah mengatakan
semuanya. Semua kebenaran itu."
"Saya malah belum sempat menceritakan pertemuan saya
dengan bu Ratih, karena cerita tentang pak Aryo belum selesai,
dan saya hampir menelpon pak Aryo agar bisa bicara dengan bu
Arum, tapi bu Suryo keburu datang.
"Apa sebabnya dia menghalangi kami untuk bersatu?"
"Pak Aryo, ma'af, ini bukan kemauan saya. Rupanya bu
Suryo ingin agar saya menikahi bu Arum."
Aryo tertegun.
"Tampaknya dia menghalangi pak Aryo untuk bersatu
kembali dengan bu Arum, walau saya sudah mengatakan hal yang
sebenarnya. Dia malah melarang saya mengatakannya pada bu
Arum. Tapi saya sudah menceritakan semuanya pada bu Arum."
"Saya baru saja mengisi pulsanya, sehingga kita bisa
berkomunikasi langsung. Tapi pak Aryo harus hati-hati, kalau bu
Suryo mendengar dering telepone bu Arum pasti akan curiga.dan
seribu cara akan dilakukan bu Suryo untuk menghalanginya."
Bramasto segera memberikan nomor ponsel Arum.
"Barangkali kalau tengah malam saya bisa menghubunginya,
semoga kamarnya berbeda dengan kamar bu Suryo."
Bram mengangguk setuju.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 351


Pdf created by: Goldy Senior

Tapi tiba-tiba ponsel Bramasto berdering. Bukan telpone tapi


sebuah pesan singkat, dari Arum.
"Mas Bram, tolong saya, ibu berencana mau mengajak Arum
keluar negri."
––––––––

31
Bramasto memegangi ponselnya dengan tangan gemetar.
Tampak geram membacanya. Ia kemudian mengulurkan ponsel
itu kepada Aryo.
"Coba pak Aryo baca ini."
Aryo menerima dan membacanya. Wajahnya merah padam
menahan amarah.
"Apa-apaan ini? Saya akan laporkan pada polisi," kata Aryo
geram.
"Sebentar pak, lebih baik kita berfikir jernih. "
"Ini sudah keterlaluan. Dia seperti menculik isteri saya. Biar
saya telephone Arum."
"Jangan sekarang pak, Ini masih sore. Kalau bu Suryo
mendengarnya kita justru akan gagal berbicara dengan bu Arum."
Aryo menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi.
Tangannya mengepal menahan amarah.
"Saya akan kesana, tolong pak Bram kasih alamatnya."
"Pak Aryo, sabar dulu."
Bramasto menulis pesan singkat membalas pesan Arum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 352


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Arum, kalau waktu mengijinkan, bisa telephone saya


ya."
Pesan itu terkirim, lalu ada balasan singkat.
"Belum sekarang."
Lalu ponsel itu dimatikan. Bram tau bahwa pasti karena ada
bu Suryo mendekati Arum. Dan itu memang benar.
"Pak Aryo sabar ya, bagaimanapun bu Suryolah yang telah
menolong bu Arum ketika dia dalam keadaan sedih, bimbang dan
bahkan sakit. Walau kesal kita juga harus mengingat
kebaikannya. Barangkali yang harus kita lakukan hanyalah
mengingatkan bahwa apa yang dilakukannya itu tidak benar. "

"Bukankah pak Bram sudah mengatakan apa yang terjadi


sebenarnya? Dan dia tak mau mendengar juga?"
"Benar, saya sedang memikirkan cara untuk menyadarkan bu
Suryo. Kalau dia sadar, pasti semuanya bisa dibicarakan dengan
baik.
––––––––

Arum menghapus semua pesan ketika dilihatnya bu Suryo


mendekat.
"Mau menelpon siapa Rum?"
"Ini bu.. mau menelpon... ibu saya.. dari tadi tidak bisa
nyambung.."
"Mungkin sedang tidak aktif."
"Mungkin bu.. nanti akan saya coba lagi. Beruntung mas
Bram sudah mengirimi saya pulsa."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 353


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya, dia memang sangat baik.Itu sebabnya saya selalu bilang


bahwa kamu harus memikirkan tawaran ibu tentang nak Bram."
"Belum saya pikirkan bu."
"Ajakan ibu untuk kita pergi keluar negeri itu serius lho
Rum, besok saya akan suruh Pono untuk mengurus semuanya."
"Mengapa harus keluar negeri bu?"
"Kamu kan habis sakit, harus banyak istirahat, harus lebih
tenang, harus banyak bersenang-senang, ya kan? Dengan begitu
kamu bisa segera pulih."
Kata-kata yang penuh berisi perhatian seakan sangat
menyayanginya, bukan membuatnya bahagia tapi membuatnya
teriris sedih. Bu Suryo seperti sedang menjauhkannya dari
suaminya. Tidak, Arum harus berjuang untuk bisa kembali. Tapi
rasa sungkan menolak menyelubungi perasaannya.
"Tapi saya sudah merasa tenang, saya kira berlebihan kalau
harus istirahat diluar negri," kata Arum pelan, sedikit takut kalau
melukai hati bu Suryo.
"Arum, kamu kan belum pernah keluar negri. Nggak usah
jauh-jauh lah, ke Singgapur dulu, atau ke Jepang? Ini musim
sakura berkembang. Kalau musim semi semuanya tampak lebih
indah. Bagaimana?"
Arum terdiam. Tak ada yang menarik hatinya, kalau itu
benar-benar ditawarkan. Bukankah tawaran bisa ditolak?
"Ibu, bukankah proses perceraian saya sedang berlangsung?"
"Mengapa kamu memikirkan itu, semuanya sudah ibu
serahkan ke pengacara.. Kita tau beres lah. Intinya kan surat cerai
akan sampai ditangan kamu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 354


Pdf created by: Goldy Senior

Arum teriris mendengarnya. Ia hampir menjerit karena kesal


yang tak tersalurkan.
Bagaimana harus menentang orang yang bahkan seakan
membuatnya berhutang nyawa?
"Tapi apakah dengan itu aku harus pasrah? Tidak, aku harus
menolakny,". Jerit batin Arum.
"Arum, tak ada yang harus dikhawatirkan."
"Tapi bu, ijinkan saya ... bertemu mas Aryo terlebih dulu."
"Untuk apa Arum? Memeluknya yang terakhir kali? Apa itu
ada gunanya?"
Sekarang Arum ingin menangis. Ia merasa telah menjadi
seorang tawanan yang tak berhak keluar dari jeruji besi yang
dibuat oleh penolongnya.
Tangis itu tumpah ketika dimalam hari hanya berdua saja
bersama yu Siti dikamarnya. Teriris hati yu Siti mendengar tangis
Arum yang disembunyikan dibalik bantalnya.

"Nak Arum, sudahlah, jangan menangis lagi. Lebih baik kita


memikirkan jalan terbaik untuk bisa keluar dari masalah ini," kata
yu Siti sambil mengelus kepala Arum, lembut.
"Saya harus bagaimana bu, saya tidak berani menentang
kata-kata bu Suryo. Saya sungkan bu, saya kan seperti berhutang
nyawa sama ibu."
"Itulah, rasa berhutang itu memang bisa menjerat kita untuk
tidak berani melangkah. Tapi nak, ingatlah bahwa ini hidupnya
nak Arum. Harus nak Arum sendiri yang menentukannya."
"Saya harus mengatakan apa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 355


Pdf created by: Goldy Senior

"Bilang ingin ketemu pak Aryo."


"Saya sudah bilang bu, ibu malah mengejek saya, katanya
apa saya ingin memberikan pelukan terakhir? Sakit hati saya bu."
kata Arum kembali terisak.
"Sabar ya nak, coba pelan-pelan nanti yu Siti akan mencoba
bicara."
"Jangan bu, nanti ibu malah mendapat marah. Saya akan
mengatakannya sendiri."
"Bagus nak, lebih baik memang begitu. Nak Arum harus
berani menentang. Apalagi nak Arum mau diajak keluar negri
segala. Saya kira ibu cuma ingin menjauhkan nak Arum dari pak
Aryo."
"Oh iya bu, sudah malam begitu, tadi saya janji mau
menelpone mas Bram."
"Mungkin sudah tidur, tapi ada baiknya nak Arum mencoba.
Apalagi kalau masalahnya penting."
"Tolong dikunci pintunya bu, takutnya ibu tiba-tiba masuk."
"Sudah, sudah saya kunci begitu masuk kekamar."
"Terimakasih bu."
Arum memutar nomor dokter Bram. Agak lama tak ada
jawaban. Arum mematikannya.
"Aduh, pasti sudah tidur bu, sungkan Arum."
"Iya nak, habisnya ini sudah malam."
Tapi tiba-tiba ponsel Arum bergetar. Dia memang men silent
bunyi panggilan di ponselnya, khawatir bu Suryo mendengarnya.
Dari dokter Bramasto, Arum segera mengangkatnya.
"Hallo, ma'af saya mengganggu," kata Arum pelan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 356


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak apa-apa bu Arum, saya sedang menunggu telephone


dari bu Arum." kata Bram dari seberang sana.
"Saya dikamar sama bu Siti, ibu mungkin sudah tidur. Ma'af
baru bisa menghubungi. Apa yang ingin mas Bram katakan?"
"Pak Aryo masih ada disini."
"Masih disini? Selarut ini?"
"Tadi pamit sebentar untuk mengantarkan bu Ratih, lalu
kembali lagi kemari. "
"Siapa bu Ratih ?"
"Bu Ratih itu ibu gurunya Angga. "
"Oh... "
"Setiap hari bu Ratih melayani Angga, karena Angga merasa
dia adalah ibunya."
"Oh... bagaimana bisa begitu?"
"Saya belum sempat cerita, bu Ratih itu wajahnya persis
dengan bu Arum. Itu sebabnya Angga menganggapnya ibu."
"Masa?"
"Saya hampir keliru .. baru tadi ketemu. Tapi tidak sempat
mengatakan pada bu Arum karena terburu waktu."
"Oh.. ya ampuun... persis saya sampai Angga
menganggapnya ibu? Itukah sebabnya dia mengatakan 'mengapa
ibuku ada dua' waktu itu?"

"Benar, ini pak Aryo, silahkan bicara. Beliau kemari sampai


malam karena saya yang memintanya. Bukankah bu Arum janji
mau menelpone?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 357


Pdf created by: Goldy Senior

"Arum ?" sapa Aryo dari seberang.


"Mas Aryo... mas Aryo...," belum-belum Arum sudah terisak.
"Arum, kami merindukan kamu. Mengapa kamu meminta
cerai dari aku? Setahun aku mencarimu dan hampir tertutup
kemungkinan untuk bertemu, ketika tiba-tiba saja kamu
menggugat cerai."
"Ma'af mas, aku mengira kamu menikahi Rini."
"Ya sudah, aku sudah tau semuanya, dan bukankah pak Bram
juga sudah menceritakan semuanya?"
"Sekarang aku bingung. Harus bagaimana aku mas."
"Kamu harus berani menentangnya Arum, katakan bahwa
kamu mau kembali bersama aku."
"Aku berhutang nyawa mas."
"Apa karena itu kamu harus menuruti semua keinginannya?"
Tiba-tiba terdengar ketukan dipintu.
"Arum.. Arum.. !!
Arum terkejut, lalu mematikan ponselnya, dan
disembunyikannya dibawah bantal.
"Arum.. sudah malam, kamu bicara sama siapa?" suara bu
Suryo dari balik pintu.
"Bicara sama saya bu," yu Siti berteriak.
"Sudah malam mengapa belum tidur?"
"Iya bu, nak Arum banyak bertanya tentang.. tentang bumbu-
bumbu masakan," jawab yu Siti sekenanya.
"Ya sudah, tidurlah, ini sudah malam."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 358


Pdf created by: Goldy Senior

Terdengar langkah menjauh, yu Siti dan Arum merasa lega.


Tapi Arum tidak berani lagi menelpon. Rupanya tadi karena
emosi lalu Arum bicara agak keras, sehingga bu Suryo dari kamar
sebelah mendengarnya. Namun ada kekuatan yang kemudian
merambati hatinya. Bisa berbicara dengan suaminya, yang
ternyata masih mencintainya. Arum bertanya kepada hatinya,
masihkah dia mencintai Aryo? Jawabnya adalah masih. Cinta
tersisa yang dikaisnya dari dasar hati ternyata masih utuh,
gemerlap bagai mutiara. Aduhai cinta. Padahal tadi Arum ingin
menanyakan tentang Ratih. Kalau dia mirip dirinya, masa Aryo
tak tertarik padanya? Nah, cinta selalu menjinjing rasa cemburu
bukan?
––––––––
Pagi itu wajah Arum tampak lebih cerah. Minum secangkir
teh hangat didapur bersama yu Siti, sangat terasa nikmat. Yu Siti
menyajikan jagung rebus sisa kemarin yang masih disimpannya
di kulkas.
Arum memungutnya, mengigit biji-biji manis yang sangat
dinikmatinya.
"Ini seperti main harmonika ya bu?" katanya sambil tertawa.
"Senang melihat nak Arum tertawa. "
"Iya bu, so'alnya jagungnya enak sekali."
"Karena hati nak Arum juga sudah terasa lebih enak bukan?"
"Iya bu, semalam sudah bicara sama mas Aryo. Saya rindu
sekali bu, bagaimana caranya supaya bisa ketemu dia?"
"Wah, agak susah nak..bu Suryo pasti menolaknya."
"Ssssh..." Arum menutupkan jari telunjuknya ke bibirnya.
Takut bu Suryo mendengarnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 359


Pdf created by: Goldy Senior

"Dia masih tidur," bisik yu Siti sambil tersenyum.


"Gimana caranya ketemu mas Aryo?" tanya Arum masih
dengan berbisik.
"Minta pergi kerumah ibu, ketemuan disana.."jawab bu Siti
masih dengan berbisik.
"Haaa... benaaar... " yang ini Arum agak berteriak.
"Sssh..." yu Siti gantian menutupkan jari telunjuknya dibibir.
Dan benar, teriakan itu membangunkan bu Suryo. Dengan
rambut masih awut-awutan bu Suryo memasuki dapur.
"Ada apa ini? Arum sampai teriak-teriak."
"Ah, ma'af membangunkan ibu," kata Arum masih dengan
memegangi jagungnya.
"Nggak apa-apa, mengapa tadi berteriak?"
"Iya, saya bilang jagungnya enak, manis.."
"Hm, namanya juga jagung manis, ya pasti manis lah.." kata
bu Suryo sambil membalikkan badan, menuju kamar mandi.
––––––––
Pagi itu juga Aryo tampak gembira. Walau pembicaraan tak
tuntas, tapi ada seberkas harap yang akan memenuhi impiannya.
Masih ada cinta dihati Arum.
Dengan senandung kecil ia keluar dari kamarnya, sudah
dengan pakaian rapi.
Angga yang sudah selesai sarapan memasang tas sekolah
dipundaknya, dibantu bu Ratih.
"Bapak, bolehkah setelah pulang nanti Angga bermain
bersama bu Ratih?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 360


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, mau bermain kemana?"


"Jalan jalan saja, beli es krim."
"Kok nggak nungguin bapak pulang saja."
"Bapak kelamaan sih.. pulang sore."
"Iya sih, bapak lagi mau ketemu ibu peri," jawab Aryo
sambil tersenyum.
Angga mendekati ayahnya, memegangi tangannya dan
mendongak menatap ayahnya.
"Bapak mau ketemu ibu peri?"
"Iya, memangnya cuma kamu yang punya ibu peri?"
"Apa ibu peri punya bapak juga cantik seperti ibu?"
"Iya lah, dimana-mana yang namanya ibu peri itu pasti
cantik, iya kan bu Ratih?"
Bu Ratih mengangguk sambil tersenyum. Direngkuhnya
Angga dalam pelukannya. Pembicaraan tentang ibu peri oleh
Arya seperti menyiratkan bahwa dia akan segera berpisah dengan
si ganteng kecil kesayangannya.
"Sudah selesai ya urusannya?" Tanya Ratih lirih.
"Baru limapuluh persen."
"Kok.."
Baru bisa bicara sebentar di telephone, belum tuntas."
"Lho..
"Ibunya keburu datang."
"Aduhh.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 361


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya lah, sabar dulu, aku sedang berfikir bagaimana caranya


supaya bisa ketemu dan bicara lebih lebar.
Ponsel Aryo berdering.
"Sebentar, dari pengacara saya." lalu Aryo membuka
ponselnya.
"Hallo pak, bagaimana? Apa? Tetap menuntut cerai?
Katakan sama dia, saya juga tetap tak akan menceraikan. Itu saja.
Nggak akan, . bapak tau bagaimana caranya. Ya.. begitu saja.
Terimakasih banyak pak."
"Bapaak, ayo kita berangkat," teriak Angga.
"Ya baiklah." kata Aryo sambil berjalan kedepan.
"Itu dari pengacara saya, besok sidang akan digelar, kata
pengacaranya Arum, atau tepatnya pengacara bu Suryo, bilang
akan tetap minta cerai. Tapi saya bilang tetap tak akan
menceraikan dia."
"Bagus pak. Saya dukung bapak."
"Bapaaaaak.." teriak Angga yang sudah berada didepan
mobil. Dilihatnya bu Nastiti membantu membuka pintu mobil
dan Angga melompat kedalamnya.
Aryo memberikan beberapa lembar ratusan ribu kepada
Ratih.
"Bu Ratih, ini buat naik taksi, dan buat beli sesuatu,
barangkali nanti Angga memintanya."
"Banyak sekali."
"Nggak apa-apa, Angga kan sukanya minta yang aneh-aneh."
Ratih mengangguk, memasukkan uang kedalam dompetnya
dan masuk kedalam mobil.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 362


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––

"Ibu, hari ini saya mau kerumah ibu. Boleh kan?" tanya
Arum yang sudah berpakaian rapi.
"Boleh saja, mau saya antar?"
"Jangan bu, saya harus cerita-cerita dulu sama ibu, suatu hari
nanti pasti ibu akan saya kenalkan dengan ibu saya."
"Yu Siti, panggil Pono, suruh mengantar Arum kerumah
ibunya."
Tak perlu diulang dua kali yu Siti sudah bergegas keluar
menemui Pono. Banyak harapan dalam hatinya ketika nanti Arum
menemui ibunya. Semoga sejoli yang masih saling mencinta itu
bisa bersatu kembali.
"Hati-hati ya, ini uang, kalau mau beli oleh-oleh buat ibu."
"Saya masih punya bu, ibu kan sering memberi uang saku
untuk Arum."
"Nggak apa-apa, bawa saja, barangkali kurang. Beli oleh-
oleh yang pantas, makanan yang enak, supaya ibu kamu mengerti
bahwa kamu hidup tidak kekurangan."
Arum mengangguk sambil menerima uang pemberian bu
Suryo.
––––––––
Angga ternyata tidak hanya minta beli es krim, ia menarik
tangan Ratih untuk masuk kesebuah mal. Hm, untung pak Aryo
memberi uang banyak, kalau tidak, lalu Angga minta yang
mahal-mahal, bisa repot dia.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 363


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu, minum es krimnya nanti didalam situ saja, ayo lihat-


lihat mainan dulu," kata Angga sambil menarik-narik tangan
Ratih.
Ratih terpaksa mengikutinya, Karena setiap kali ada
maunya, pasti dia berlarian kesana kemari mencari apa yang
diinginkannya.
Tiba-tiba seseorang menangkap tubuh kecil itu dan
menggendongnya.
"Rini ?" teriak Angga.
Tak pernah ada rasa benci dihati Angga terhadap Rini karena
ia tak memiliki alasannya. Gembira sekali digendong Rini.
"Rini kemana saja?"
"Rini sekarang jauh, kangen sama Angga. Mana bapak?"
"Bapak nggak ikut." jawab Angga sambil mempermainkan
rambut Rini.
Tiba-tiba Ratih mendekat. Wajahnya muram, dan meminta
Angga untuk turun.
"Angga, mau beli apa, ayo kita cari," kata Ratih sambil
matanya menatap tajam Rini.
Tapi Rini tak bergeming. Ia tau itu bukan Arum, dan dia
berani menghardiknya.
"Memangnya ibu ini siapa? Paling-paling kan cuma perawat
penjaganya Angga? Ibu tak berhak melarang saya .Dia
momongan saya." katanya kethus sambil membelalakkan
matanya.
Ratih sangat marah. Perempuan itu benar-benar kurangajar.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 364


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu tidak berhak membenci saya, karena kamu bukan bu


Arum."
"Saya bu Arum!! " suara keras itu seperti membentak, dan
membuat Rini surut beberapa langkah.
––––––––

32
Mata licik itu menyipit, memandangi wajah dua wanita
dihadapannya yang nyaris tak ada bedanya. Tapi yang bersama
Angga, Rini yakit itu bukan Arum, karena Arum berada ditempat
lain. Makanya Rini berani berkata kasar dan mengejeknya.
Namun ia surut ketika seorang lagi datang dan menghardiknya.
Ratih terpaku seperti melihat bayangan dirinya di cermin.
Angga menatap heran tanpa ber-kata-kata. Ia menempel
dipinggang Ratih.
"Mau apa kamu? Haa? Katakan kamu mau apa?"
"Mm... ma'af, tapi ingat, saya kan.. isterinya pak.. Aryo?"
kata Rini yang masih ingat bahwa Arum mengatakan bahwa
dirinya telah dinikahi Aryo. Tapi sambil mendekat dan menuding
kearah wajahnya, Arum menghardiknya.
Apa? Kamu isterinya pak Aryo? Kamu mimpi bukan? Kamu
yang tergila-gila pada suamiku, lalu kamu menggodanya,
sekarang kamu ingin mengatakan bahwa kamu sudah jadi
isterinya? Mana sudi suamiku punya isteri macam kamu.
Perempuan murahan !!"

"Tt..tapi...kan.. bu Arum...yang..sudah tau bahwa.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 365


Pdf created by: Goldy Senior

"Pergi dari sini atau aku menyeret kamu keluar!!"


Rini benar-benar pucat, ia mundur lalu membalikkan
tubuhnya.
"Jangan sekali lagi mendekati keluargaku !!" teriak Arum.
Ratih masih terpana melihat kejadian itu. Ia sadar ketika
Arum menatapnya lembut, sambil tersenyum.
Dan tiba-tiba juga Angga berteriak.
"Ibu peri ???"
Arum merengkuh Angga dan mendekapnya erat didadanya.
Air matanya berlinang. Dengan gemas diciuminya Angga.
"Ibu peri sudah datang lagi," kata Angga.
Beberapa sa'at lamanya Arum baru melepaskan anaknya.
Kedua wanita kembar itu berpandangan. Apakah saya kembar?
Pikir kedua wanita itu. Tapi tak seorangpun merasa kembar
karena memang mereka bukan kembar.
"Bu Arum?" akhirnya Ratih mengulurkan tangannya.
"Ini bu Ratih bukan?"
Ratih tidak heran. Aryo sudah bertemu Arum di telephone,
pasti sudah mengatakan siapa dirinya.
"Bukankah itu ibu peri bu?"
"Ibu peri?" Arum menatap Ratih dengan lucu, tapi Ratih
mengerjapkan sebelah matanya. Arum tau ada yang
disembunyikannya
"Ayo kita bicara sambil makan," kata Arum sambil menarik
tangan Ratih dan juga menggandeng Angga dengan sebelah
tangannya lagi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 366


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu .. benar kata ibu, kalau aku nggak nakal, ibu peri akan
datang lagi," celoteh Angga sambil memandangi Ratih.
Arum menatap Ratih, lalu sekali lagi Ratih mengerjapkan
sebelah matanya.
Apa sih, Arum tidak mengerti, Tapi kemudian keduanya
tersenyum lucu. Pertemuan itu sangat membahagiakan. Arum tak
menyangka bisa ketemu Angga. Ratih tak menyangka bisa
bertemu Arum.
Mereka sudah duduk disebuah meja dirumah makan yang
ada di mal itu. Arum memesan makan dan minum, dan Angga
minta es krim dan nasi ayam.
Sebelum pesanan datang, Arum menelpone Pono.
"Pono, sabar ya, saya lagi pesen makanan dan lagi dimasak,
agak lama jadinya."
"Ibu bersama sopir?"
"Sopirnya bu Suryo. Sebenarnya dia akan mengantarkan saya
kerumah ibu, tapi saya harus membeli oleh-oleh dulu. Nah, ini
malah ketemu anak ganteng."
"Apa ibu peri doyan makanan manusia?"
"Ratih menutup mulutnya. Ia harus mengatakan sesuatu pada
Arum, tapi jangan sampai Angga mendengarnya. Lalu dibukanya
tasnya, ada buku catatan kecil yang kemudian diambilnya. Ia
menuliskan sesuatu. Tentang mengapa Angga menganggapnya
ibu peri. Singkat tapi semoga Arum bisa mengeri.
"Ibu peri itu, kata ibu makanannya bunga," lanjut Angga
sambil tak henti-hentinya menatap ibu peri.
"Enakkah rasanya bunga?" lanjut Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 367


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, iya,enak, tapi sekarang lagi pengin makanan seperti


makanan manusia," jawab Arum yang tanggap, bahwa pastinya
dirinya dianggap ibu peri, walau Ratih belum menceritakannya.
"Makanan manusia itu enak, ibu peri. Angga suka telur
ceplok, ayam goreng, lalu buah-buahan juga suka. Kata ibu, kalau
suka makan buah, kita akan sehat."

Arum mengangguk angguk. Dia senang Ratih mengajarkan


yang baik-baik pada anaknya. Sementara itu Ratih sudah selesai
menulis, lalu disodorkannya pada Arum.
"ketika bu Arum datang ke sekolah, Angga bingung mengapa
ibunya ada dua. Lalu saya bilang bahwa yang datang adalah ibu
peri yang mirip dengan ibunya, karena dia anak baik."
Aaah.. Arum tersenyum, gadis ini sungguh pintar.
"Apakah mas Aryo tidak pernah tertarik padanya? Dengan
wajah yang mirip diriku pula?" Batin Arum. Tuh kan, walau
sedikit ada juga rasa cemburu dihatinya.
Makanan yang dipesan telah datang, ketika Angga asyik
makan, dengan berbisik-bisik Ratih menceritakan bagaimana
ketemu Angga yang kemudian menganggapnya sebagai ibunya
karena kemiripan wajah. Dia juga bilang pernah ketemu Aryo
yang sambil memohon mohon menganggapnya Arum. Itu
sebelum ketemu Angga.
"Jadi selama ini bu Ratih selalu datang kerumah pagi hari
dan pulang ketika Angga sudah tidur di malam harinya?"
"Iya benar."
"Angga pasti bertanya-tanya karena ibunya tidak selalu
tinggal dirumah."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 368


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya bilang harus bekerja dan tidak bisa diam dirumah.


Arum mengangguk senang. Lega rasanya anak semata
wayangnya tidak merasa kehilangan ibu.
"Apa hari ini bu Arum akan pulang kerumah?"
"Tidak, belum dulu, saya akan kerumah ibu."
"Saya bisa menelpone pak Aryo supaya datang kemari."
"Tidak, saya akan menelponnya nanti dari rumah ibu. Saya
tidak bisa lama karena takut ibu Suryo curiga."
Mereka menghabiskan makan dan minumnya, lalu berpisah.
Tapi sebelumnya Arum memesan sekotak es krim untuk
diberikan kepada Angga.
"Belum sa'atnya kami bersatu, karena saya harus membuat
bu Suryo mengerti," bisik Arum ketika mereka berpisah.
"Ibu peri akan datang lagi?" tanya Angga.
"Iya sayang, ibu peri pasti akan datang lagi. Sini, peluk ibu
peri dulu."
"Bilang terimakasih pada ibu peri karena sudah membelikan
es krim," kata Ratih kepada Angga.
"Ibu peri, terimakasih ya."
Arum memeluk Angga erat-erat. Rasa haru membuatnya tak
bisa menyembunyikan air matanya.
"Mengapa ibu peri selalu menangis ketika memeluk Angga?'
tanya Angga dalam perjalanan pulang.

"Itu karena ibu peri sayang sama Angga, dan sedih karena
harus meninggalkan Angga."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 369


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu peri akan mengunjungi anak-anak baik lainnya bukan?"


"Benar Angga. sekarang pulang ya, kan sudah dapat es
krimnya tadi?"
"Iya, Angga segera ingin bilang sama eyang kalau ketemu
ibu peri."
––––––––
Bu Martono sangat gembira melihat anaknya datang. Ia
memeluk dan lama sekali tak ingin melepaskannya. Setahun
mereka berpisan dan Arum hanya mengirimkan pesan-pesan
singkat serta tak bersedia dihubunginya.
"Mengapa kamu tidak mau ibu menghubungi kamu Rum?
Kamu tau nggak, ibu sangat sedih karena kehilangan kamu.
Hanya saja untunglah Aryo sering kemari bersama Angga, jadi
ibu agak terhibur."
"Ma'af bu, Arum belum ingin ketemu ibu bukan karena tak
sayang. Ada hal-hal yang Arum sembunyikan dari ibu. Tapi
sekarang sa'atnya Arum akan kembali bu."
"Akan kembali? Jadi bukan sekarang?"
"Belum bu, ceritanya panjang. Ibu masak apa?" kata Arum
sambil melangkah kebelakang. Rumah itu masih seperti dulu
ketika dia pergi dari rumah Aryo. Walau hidup sendirian,
rumahnya selalu tampak bersih dan rapi. Ada kamar yang dulu
adalah kamarnya, masih tertata rapi, walau dia sudah menikah. Ia
dan Angga sering tidur dirumah itu setiap kangen pada ibunya.
"Ibu tidak masak banyak, hanya sayur lodeh masakan
kemarin, dan ikan bandeng presto yang ibu goreng. Ibu hidup
sendiri, mau masak apa dan untuk siapa..kamu lapar?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 370


Pdf created by: Goldy Senior

"Sebetulnya tidak, hanya ingin makan masakan ibu saja.


Arum mau sayur lodehnya bu. Tapi biar Arum ambil sendiri ya."
Keduanya masuk kedalam ruang makan. Bu Martono
mengambil sayur lodeh diatas panci yang masih berada diatas
kompor, lalu diletakkannya dimeja. Bandeng goreng
dikeluarkannya dari dalam lemari makan.
"Hanya ini, dan kerupuk."
"Hm, Arum suka. Tapi ini Arum membawa makanan untuk
ibu. Nanti boleh ibu pakai untuk makan malam atau sama besok
paginya."
"Apa ini?"
"Pokoknya lauk pauk. Ada rendang, ada daging terik,
pokoknya semua kesukaan ibu."
"Ya sudah ayo dimakan sekarang sama-sama."
"Enggak bu, Arum ini saja. Sebentar ya bu, Arum mau
menelpone mas Aryo dulu. Atau mengirim pesan saja. Mungkin
disela sela tugasnya dia bisa datang kemari. Arum ingin bicara."
"Sebenarnya apa yang terjadi? Ibu bingung sama kalian.
"Sebentar bu, Arum akan menceritakan semuanya. Tapi
Arum mengirimkan dulu pesan untuk mas Aryo."
Arum menuliskan pesan singkat untuk suaminya.
"Kamu tau nggak, ada gadis yang sangat mirip kamu, yang
membuat Angga menganggapnya sebagai ibunya."
"Ibu pernah melihatnya?"
"Kalau Angga datang kemari bersama ayahnya, dia pasti
ikut, karena Angga tak mau berpisah dengannya. Ibu heran,
bagaimana bisa ada wajah persis seperti itu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 371


Pdf created by: Goldy Senior

"Arum bukan anak kembar kan bu?"


"Bukan.. kamu anak ibu satu-satunya."
"Tadi Arum ketemu dia dan Angga, sedang jalan-jalan."
"Oh, bagus sekali,mengapa kamu tidak mengajaknya
kemari?"

"Belum sa'atnya bu, ini nanti Arum juga harus segera


kembali. Membutuhkan waktu untuk membuat bu Suryo
mengerti."
"Siapa bu Suryo?"
"Wanita baik hati yang menolong Arum," kata Arum sambil
menikmati nasi dan sayur lodeh masakan ibunya. Walau tadi
sudah makan bersama Ratih, tapi rasa rindu akan masakan ibunya
membuatnya tak merasa kenyang.
Arum menceritakan perjalanan hidupnya sejak pergi dari
rumah suaminya, sampai kemudian dianggap anak oleh wanita
kaya bernama Bu Suryo Winoto. Tapi ada kekecewaan dihati
Arum karena bu Suryo menghalangi kembalinya disisi suaminya.
"Sebenarnya dia tak berhak menghalangi. Mengapa kamu
diam saja?"
"Bukan diam bu, Arum masih sungkan. Arum merasa
berhutang budi, bahkan berhutang nyawa karena dia telah
menyelamatkan Arum dari kematian."
"Tapi ini adalah hidupmu Rum."
"Benar bu, Arum butuh waktu untuk memberinya pengertian.
Sekarang ini bahkan dia akan mengajak Arum keluar negri."
"Waduh..kamu mau?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 372


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak bu, Arum sedang mau bicara sama bu Suryo. Dia


sangat menyayangi Arum bu, Arum tak sampai hati menolaknya.
Tapi Arum akan mengatakannya pelan-pelan agar tidak
melukainya."
"Sebetulnya apa maksudnya menghalangi kamu kembali
sama suami kamu?"
"Bu Suryo menghendaki Arum menikah dengan seorang
dokter. Dia yang mengoperasi Arum bu."
"Mengapa begitu memaksakan kehendak?"
"Menurut Arum, bu Suryo merasa bahwa dokter Bram itu
baik, dan bu Suryo berharap Arum akan bahagia bersamanya."
Bu Martono menghela nafas. Tak disangkanya peristiwa
menjadi sepelik ini. Seorang isteri yang ingin kembali kepada
suaminya, terjerat budi baik seseorang. Aduhai..
––––––––
"Mengapa Arum lama sekali ya yu?" keluh bu Suryo ketika
menjelang sore Arum belum pulang juga.
"Namanya ketemu orang tua, mungkin tidak cukup hanya
sebentar bu," jawab yu Siti sedikit kesal.
"Tapi aku butuh Pono yu."
"Kalau begitu ibu panggil Pono saja suruh pulang, nanti
kalau nak Arum mau pulang Pono disuruh jemput."
"Oh, gitu ya?"
"Sebaiknya begitu bu.."
Bu Suryo memutar nomor ponsel Pono.
"Ya bu," suara Pono dari seberang sana..

Setangkai Mawar Untuk Ibu 373


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu dimana?"
"Masih di ibunya bu Arum bu.. ini lagi makan."
"Wah, enak bener disuguhin makan segala No."
"Iya bu,habisnya dipaksa -paksa.. Ada apa bu?"
"Apa Arum masih lama?"
"Waduh .. saya nggak tau bu, akan saya tanyakan dulu."
"Kalau kamu sudah selesai makan, dan Arum masih akan
lama, tolong pulang dulu No, aku butuh kamu."

"Baik bu, ini hampir selesai makannya. Saya tanyakan ke bu


Arum."
Bu Suryo menutup ponselnya, duduk didepan meja makan,
wajahnya muram.
"Pantesan lama, pakai disuguhin makan segala."
"Iya lah bu, kan sudah waktunya makan. Lagian dirumah
orang tua sendiri mana mungkin sebentar. Mereka pasti juga
kangen-kangenan, sudah setahun tidak ketemu."
"Iya sih. Kamu tau yu, aku tuh sudah merasa bahwa Arum itu
anakku sendiri. Aku sangat menyayangi dia."
"Iya bu, yu Siti juga sangat sayang pada nak Arum. Dan saya
yakin nak Arum juga menyayangi ibu, juga saya."
"Anak baik. Harusnya dia mendapatkan suami yang bisa
membahagiakannya, bukan melukainya."
"Terkadang manusia bisa khilaf bu."
"Khilaf itu bisa keterusan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 374


Pdf created by: Goldy Senior

"Saya kira tidak selalu begitu bu, orang bersalah bisa saja
bertobat, kemudian bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik."
"Bagaimana menurut pendapatmu yu, apakah salah kalau aku
menjodohkan Arum dengan dokter Bramasto?"
"Menurut saya tidak salah, karena ibu memilihkan yang
terbaik untuk nak Arum. Cuma saja, apakah nak Arum mau, dan
apakah pak dokter juga mau? Sa'at ini nak Arum baru dalam
proses perceraian yang hasilnya entah bagaimana. Lalu apakah
pak dokter belum punya calon? Selama ini ibu belum pernah
menanyakannya bukan?"
Bu Suryo termenung.
"Iya juga ya, apa nak Bram sudah punya calon? Seorang
dokter sebaik itu, seganteng itu, masa sih belum punya calon ya
yu?"
"Baiknya ibu tanyakan dulu, karena dengan belum menjawab
tawaran ibu, mungkin dia sungkan mengatakannya."
"Ya, aku lupa itu. Aku hanya menilai perhatiannya yang
besar sama Arum."
"Itu Pono kelihatannya sudah datang bu," kata yu Siti ketika
mendengar suara mobil masuk ke halaman.
"Iya, baiklah, saya akan bertanya ke petugas imigrasi
bagaimana mendapatkan paspor bagi Arum, kalau masih
bersuami kan diminta surat nikahnya kalau tidak salah. Jadi harus
menunggu statusnya apa ya. Setelah surat cerai itu keluar
mungkin."
Waduh, masih nekat mau membawa keluar negeri? Keluh yu
Siti dalam hati.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 375


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo masih dikantornya, dia tidak segera pulang karena ada


yang dicari-carinya.
"Dimana ponselku? Dari tadi tidak mempergunakannya,"
keluhn ya bingung.
Ia bertanya kepada sekretarisnya, tapi jawabannya adalah
gelengan kepala.
"Tidak tau pak, saya juga tidak melihat bapak
mempergunakannya sejak tadi.
Aryo menelpone ibunya yang ada dirumah dengan telephone
kantor.
"Nggak ada Yo, mana.. dikamarmu, dimeja yang biasa kamu
meletakkan ponselmu, kok nggak ada semua. Tadi pagi
sepertinya kamu telpone-telpone sama siapa gitu."
"Iya bu, tapi Aryo cari di saku nggak ada, di tas kerja juga
nggak ada."
"Jatuh di mobil barangkali.."
––––––––
"Kok nak Aryo belum datang juga?" tanya bu Martono yang
menemani Arum duduk di teras, sementara Pono sudah pulang
duluan.
"Iya bu, pesannya kayaknya juga belum terbaca, apa
mungkin dia masih sibuk di kantornya ya?"
"Mungkin Rum, kamu tungguin saja dulu, kamu tidak tergesa
pengin kembali ke rumah bu Suryo kan?"
"Tunggu kalau sudah bertemu mas Aryo bu."
"Bagus, yang terbaik adalah bicara, agar semua segera
selesai."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 376


Pdf created by: Goldy Senior

Arum mencoba menelpone, tapi tak ada jawaban.


––––––––

33
Namun beberapa kali Arum menelpone tetap tak ada
jawaban.
"Apakah mas Aryo masih sibuk? Ingin rasanya Arum
menelphone kekantor Aryo, tapi agak sungkan. Selama menjadi
isterinya ia tak pernah mengganggu pekerjaan suaminya.
"Adakah telephone kantornya?" tanya bu Martono.
"Ada sih bu, tapi sungkan, kalau mas Aryo masih sibuk nanti
mengganggu."
"Tapi kan ini penting, Saya kira tidak apa-apa kalau kamu
mau menelpone."
"Gitu ya bu?"
"Iya, kalau memang lagi sibuk kan pasti dijawab sibuk, gitu."
Arum menelpone ke nomor kantor, tapi yang menjawab
sekretarisnya.
"Ma'af bu, pak Aryo sudah pulang dari tadi."
"Sudah pulang?"
"Iya, so'alnya beliau kebingungan mencari ponselnya tadi."
"Oh, jadi... pak Aryo nggak bawa ponsel?"
"Saya lihat seharian pak Aryo tidak mempergunakan
ponselnya, baru sore ini tadi kebingungan karena ternyata
ponselnya nggak ada."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 377


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh ya mbak, terimakasih banyak."


"Ini siapa kalau boleh tau, supaya saya besok bisa melapor
pada pak Aryo."
"Saya Arum."
"Oh, bu Arum? Isterinya pak Aryo? Ma'af bu, saya tidak
tau."
"Nggak apa-apa, terimakasih mbak."
Arum mengeluh.
"Bagaimana Rum?"
"Mas Aryo sudah pulang, tampaknya dia kehilangan
ponselnya."
"Waduh, pantesan dia tidak membaca pesan kamu, tidak
menerima panggilan telephone kamu."

Arum tampak gelisah. Ia menyesal tadi tidak menerima


tawaran Ratih untuk menelponenya, kalau tadi Ratih
menelponnya pasti sudah sejak awal dia tau bahwa Aryo tidak
bisa dihubungi, dan mungkin di kantor masih bisa. Sekarang
Aryo sudah pulang, tapi bagaimana menghubunginya? Arum tak
bisa berbuat lain kecuali menelpone dokter Bram. Barangkali dia
bisa menolongnya.
"Apa aku pulang saja kerumah? Tapi tidak, banyak hal yang
harus diselesaikannya, nanti Angga akan bingung dan bertanya-
tanya," pikir Arum.
Lalu ditelponenya dr Bram.
"Ya bu Arum?"
"Mas Bram sudah dirumah?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 378


Pdf created by: Goldy Senior

"Sudah dari tadi, bagaimana? Bu Arum dimana?"


"Saya dirumah ibu dari tadi siang."
"Ibu.....
"Ibu saya sendiri...bu Martono.. bukan bu Suryo.."
"Oh, berarti bisa ketemuan sama pak Aryo? Atau bu Arum
mau pulang kerumah?"
"Tidak mas Bram, belum waktunya, saya tidak mau Angga
bingung. Saya harus bicara pelan-pelan sama bu Suryo."
"Lalu bu Arum mau minta agar pak Aryo datang kemari?
"Itulah, saya ingin menemuinya, berkali-kali saya
hubunginya tidak bisa, setelah saya menelpone ke kantor dia
sudah nggak ada dikantornya. Kata sekretarisnya hp nya hilang."
"Waduh... tapi kalau tidak bisa ketemu sayang sekali, bu
Arum sudah kesini. Tunggu sebentar, saya akan mencarinya."
"Mencari kemana mas, aduh.. jangan merepotkan lho."
"Tidak, tenang saja, yang penting hari ini bu Arum harus
ketemu pak Aryo."
"Terimakasih banyak mas Bram."
"Bagaimana?" tanya bu Martono setelah telephone ditutup.
"Mas Bram mau mencari mas Aryo. Nggak enak sebenarnya,
bikin repot. Tapi dia sangat bersungguh-sungguh membantu
Arum."
"Dia sangat baik, itu sebabnya ibu angkatmu ingin dia
menjadi isterinya."
Arum menghela nafas.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 379


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak mudah bagi dia untuk memilih isteri, apalagi dia tau
kalau Arum masih punya suami."
––––––––
Dokter Bram meluncur kearah rumah Aryo. Ketika bertemu
Aryo sudah mengatakan dimana alamatnya. Kasihan Arum kalau
sampai tidak bisa bertemu suaminya.
Didepan sebuah rumah yang dikatakan Aryo, Bramasto
berhenti. Ia melihat seorang anak kecil berlarian dibawah pohon
mangga, seorang gadis mengejarnya. Bram tau, dia adalah Ratih,
dan Angga.

Bramasto turun dari mobil, perlahan memasuki halaman.


"Selamat sore.." sapa Bramasto.
Ratih berhenti mengejar Angga. Melihat siapa yang datang,
Ratih terkejut.
"Pak Bram?"
"Ya bu Ratih, terimakasih masih mengingat saya."
"Ah, sudah diantar sampai kerumah, masa saya bisa lupa?
Silahkan masuk."
"Pak Aryo ada?"
"Oh, pak Aryo belum pulang. "
Angga mendekati Ratih. Menatap laki-laki asing didepannya.
"Angga, ayo kasih salam sama om dokter."
"Dokter? Siapa yang sakit?" tanya Angga lugu.
Ratih tertawa

Setangkai Mawar Untuk Ibu 380


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak ada yang sakit, pak dokter ini temannya bapak, ayo
kasih salam."
Angga mengulurkan tangannya dan disambut dokter Bram
dengan senyum ramah. Senang rasanya ketika Bram mencium
tangannya.
"Anak baik, anak ganteng," kata dokter Bram.
"Mau menunggu?"
"Tidak, saya sedang ter-buru-buru."
"Oh.."
"Jam berapa biasanya pak Aryo pulang?"
"Biasanya juga sudah pulang, atau terkadang juga agak
malam. Sebaiknya pak Bram menelpon dulu."
"Itulah bu Ratih, saya tidak akan bisa menelpone nya karena
ponselnya hilang."
"Oh iya, saya lupa, tadi ibu bilang pak Aryo sedang mencari
ponselnya, tapi dirumah tidak ada."
"Aduh, lalu kemana dia? Sa'at ini bu Arum ada dirumah
ibunya."
"Iya, tadi ketemu di toko."
"Tadi ketemu?"
"Iya, katanya mau menelpone pak Aryo ketika sudah
dirumah bu Martono, saya pikir sudah ketemu."
"Belum ketemu bu, karena tidak bisa berhubungan dengan
adanya ponsel hilang itu."
"Bagaimana ya, kasihan bu Arum menunggu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 381


Pdf created by: Goldy Senior

"Begini saja, saya pulang dulu, nanti kalau pak Aryo datang,
tolong bilang kalau ditunggu bu Arum dirumah ibunya."
"Baiklah. Tidak duduk dulu?"
"Saya harus segera mengabari bu Arum."
"Baiklah, semoga bu Arum segera bisa ketemu pak Aryo."
Bram mengangguk dan berpamitan. Sekilas ditatapnya wajah
cantik yang sedikit berkeringat itu dengan debar yang aneh. Biar
wajah berkeringat, tapi tidak hilang kecantikannya. Ia
mengangguk tersipu ketika Ratih juga sedang menatapnya. Saling
tatap yang hanya sekilas itu memercikkan nyala api yang tidak
diketahui dari mana asalnya. Aduhai..
––––––––

Aryo ternyata pergi kerumah Bramasto. Dilihatnya pagar


tidak terkunci, tapi tak ada mobil dihalaman. Rumah juga tampak
tertutup rapat. Tapi Aryo mencoba masuk dan mengetuk
pintunya.
Tak ada jawaban, tentu saja karena Bram justru pergi
kerumahnya. Aryo bingung, ia ingin menghubungi Arum dengan
meminjam ponselnya Bramasto, karena ponselnya belum ketemu.
Lamakah Bramasto pergi, atau belum pulang dari rumah sakit?
Aryo masuk kedalam mobilnya, menunggu.

Tanpa ponsel seakan tak bisa melakukan apa-apa. Ia harus


membelinya lagi, tapi mungkin nanti, atau besok, sedangkan ia
tak hafal semua nomor kontak yang tercatat disana,.Hanya
Bramasto yang bisa menolongnya..

Setangkai Mawar Untuk Ibu 382


Pdf created by: Goldy Senior

Aryo menghela nafas kesal. Kesal kepada dirinya mengapa


begitu ceroboh. Jatuh dimana ponselku? Itu terus yang
dipikirkannya.
Ketika Aryo menstarter mobilnya karena lelah menunggu,
tiba-tiba dilihatnya mobil Bramasto. Aryo mematikan mesinnya.
Bersamaan turun dari mobil masing-masing, keduanya merasa
lega.
"Pak Aryo, saya dari rumah pak Aryo, katanya ponsel pak
Aryo hilang?"
"Itulah sebabnya saya kemari, saya ingin menghubungi
Arum. Hanya pak Bram yang bisa menolong saya.
"Pak Aryo, saya mencari pak Aryo karena saya tau ponsel
pak Aryo hilang, sehingga tak bisa dihubungi. Bu Arum ada
dirumah ibunya, pak Aryo ditunggu. disana."
"Benarkah?"
"Dari siang bu Arum menghubungi pak Aryo."
"Aduh, ma'af, apa dia masih disana?"
"Dia menunggu sampai pak Aryo datang."
"Aku kesana sekarang."
"Hati-hati pak Aryo, saya akan menelpon bu Arum dan
mengatakan bahwa pak Aryo sedang menuju kesitu."
"Terimakasih pak Bram."
Tanpa basa basi Aryo masuk kemobilnya dan memacunya
kerumah mertuanya.
Bram menggeleng-gelengkan kepalanya. Begitu ya kekuatan
cinta?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 383


Pdf created by: Goldy Senior

"Semoga segera bisa bersatu kembali," bisik Bram penuh


harap. Pelan ia memasukkan mobilnya ke halaman.
––––––––
"Pono, ini jam berapa?" tanya bu Suryo ketika sudah selesai
dengan urusannya.
"Jam setengah lima kurang bu."
"Bu Arum belum menghubungi kamu?"
"Belum bu, mungkin masih kerasan dirumah ibunya."
"Bagaimana kalau kita menyusulnya? Jangan-jangan dia mau
menghubungi kamu, tapi sungkan karena tadi aku bilang
memerlukan kamu."
"Mungkin juga bu."
"Ya sudah kita kesana saja No, sekalian ingin berkenalan
sama ibunya Arum."
"Ya bu.."
"Bagaimana ibunya Arum? Apa dia baik?"
"Baik sekali bu, baik dan ramah."
"Syukurlah, ayo kita kesana."
"Baiklah bu, tapi isi bensin dulu ya bu."
"O iya, aku lupa, baiklah, isi bensin dulu saja. Atau nanti saja
pulangnya No, masih cukup kan?"
"Ya masih bu, cuma agak mepet."
"Ya sudah nanti saja, sekalian mengajak Arum belanja
nanti."
Pono menjalankan mobilnya kearah rumah bu Martono.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 384


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
Arum gelisah menunggu, ia berjalan mondar mandir keluar
masuk rumah, membuat bu Martono ikut gelisah.
"Duduklah dulu disini dan bersabar nduk, nanti juga dia pasti
datang kemari."

"Iya bu, so'alnya Arum khawatir bu Suryo menunggu, lalu


curiga saya menghubungi mas Aryo. Dia kan tidak suka bu."
"Kamu itu aneh, disini rumah ibumu, Aryo itu suami kamu,
mengapa kamu seperti orang ketakutan begitu?"
"Arum hanya sungkan bu. Arum tau bu Suryo tidak suka
sama mas Aryo."
"Dia tidak bisa begitu Rum, ini hidup kamu. Biar dia sudah
menanam kebaikan yang tak terhingga sama kamu, tapi kamu
berhak menentukan hidup kamu. Tidak harus selalu patuh lalu
ketakutan seperti ini,"omel bu Martono kesal.
"Nanti setelah ketemu mas Aryo, Arum akan bicara sama bu
Suryo."
Ponsel Arum berdering, Arum segera membukanya.
Berdebar diangkatnya, telephone dari Bramasto.
"Ya mas."
"Bu Arum, saya sudah ketemu pak Aryo dirumah saya."
"Oh ya, dia mau kemari?"
"Iya, jangan pulang dulu, pak Aryo mau kesini."
"Saya menunggunya mas Bram, terimakasih banyak, saya
selalu merepotkan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 385


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak bu Arum, saya berharap semua nya segera menjadi


baik.. Selamat bertemu pak Aryo ya."
"Sekali lagi terimakasih mas Bram."
Arum menutup ponselnya dengan wajah berseri.
"Siapa? Nak Aryo ?"
"Bukan bu, mas Bram, katanya mas Aryo sedang menuju
kesini... Arum kebelakang dulu menyiapkan teh panas untuk mas
Aryo ya bu."
Bu Martono mengangguk. Senang melihat anaknya begitu
gembira menyambut suaminya.
"Bu, gulanya dimana?" Teriak Arum dari arah dapur.
Bu Martono berdiri menyusul kebelakang.
"Kamu ini gimana, lama tidak kemari lalu lupa dimana ibu
meletakkan gula," gerutu bu Martono, tapi sambil mengunggah
senyuman.
"Iya bu, biasanya disini."
"Ini, didekat wadah teh kan, "
"Lho, tempat gulanya ganti, pantesan Arum tidak
menemukannya."
Bu Martono membiarkan Arum sibuk melayani suaminya. Ia
kembali kearah depan, menunggu menantunya datang. Ada
harapan yang hampir menjadi kenyataan, kembalinya sang anak
ke pangkuan suaminya. Ini sangat membahagiakan.
––––––––
"Lha ini apa, jatuh dibawah meja.." bu Nastiti berteriak dari
dalam rumah. Ratih yang mendengarnya segera mendekat.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 386


Pdf created by: Goldy Senior

"Apa yang jatuh bu?"


"Ini, ponselnya Aryo."
"Waduh, bagaimana cara memberitau ya, supaya pak Aryo
tidak bingung mencari?"
"Ya sudah biarkan saja, nanti kan dia pasti pulang. Mungkin
juga sudah membeli yang baru."
"Sepertinya bu Arum sedang menunggu, tapi pak Aryo tidak
tau ketika bu Arum mengirimkan pesan, lalu menelpon."
"Iya benar nak, ini.. ada beberapa pesan masuk, dan
telephone yang tidak terjawab. Hm, Aryo kadang-kadang begitu.
Suka ter buru-buru, dan sedikit teledor."
"Apakah disitu ada nomor kontaknya dokter Bram?"
"Nggak tau deh, coba nak Ratih lihat."
"Kalau ada, biar saya menelpon dokter Bram, barangkali saja
pak Aryo ketemu dia."
"Coba deh."
"Ada bu, biar saya menelpone ya?"
"Iya nak, coba saja, kasihan Aryo kalau tidak bisa ketemu
isterinya."
Ada nama Bramasto disitu, Ratih memutarnya.
"Hallo. .."
"Selamat sore, pak Bram?"
"Lho, ini siapa? Ini nomornya pak Aryo kan.?"
"Iya, saya Ratih."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 387


Pdf created by: Goldy Senior

"Haa.. bu Ratih," suara Bramasto mendadak terdengar


sumringah renyah seperti kerupuk baru digoreng.
"Ini ponselnya pak Aryo sudah ketemu, apa pak Bram
ketemu pak Aryo?"
"Oh iya, tadi pak Aryo kesini, sekarang sudah pergi."
"Aduh, menuju pulang?"
"Tidak, kerumah ibunya bu Arum."
"Oh, syukurlah, maksud saya mau memberi tau pak Aryo
bahwa ponselnya sudah ketemu."
"Ketemu dimana bu?"
Ratih ingin segera menutup ponselnya tapi Bram seperti
ingin bicara panjang. Ehem..
"Dikolong kursi ruang tengah."
"Siapa yang menemukannya?"
"Ibu.."
"Oh.. ibu.. mm.." aduh Bram mau ngomong apa lagi ya..
"Ya sudah pak Bram, nanti kalau bisa nyambung pak Aryo,
pak Bram bilang saja kalau ponselnya sudah ketemu."
"Baik, nanti saya sampaikan bu.."
Bram masih ingin bicara tapi Ratih sudah menutup
pembicaraan itu.
"Aduuh.. mengapa sih bu Ratih terburu-buru.." gumamnya
pelan, tapi dia segera tertawa sendiri memikirkan perasaannya.
"Ada apa aku ini?"
Lalu dia menghubungi Arum lagi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 388


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Arum, pak Aryo sudah sampai?"


"Belum mas, saya sedang menunggu."
"Baiklah, saya hanya ingin memberi tau, bahwa ponselnya
pak Aryo sudah ketemu, nanti tolong disampaikan ya?"
"Oh, ketemu dimana mas?"
"Kata bu Ratih, terjatuh dibawah meja diruang tengah."
"Baiklah, terimakasih mas, nanti saya sampaikan. Oh itu
tampaknya dia datang, ada mobil berhenti disana." kata Arum
yang segera menutup pembicaraan itu.
Bergegas ia turun ke halaman, menunggu, tapi mobil itu
tidak masuk. Ketika seseorang turun, Arum merasa kecewa. Bu
Suryo melenggang masuk memasuki halaman.
––––––––

34
Arum tertegun. Seketika menghentikan langkahnya.. Orang
yang diharapkan belum datang, yang tidak diharapkan malah
nongol, menebar senyum manisnya, yang sama sekali tak enak
untuk dinikmati. Arum tau bu Suryo akan segera mengajaknya
pulang.
"Arum.." panggil bu Suryo sambil mendekat.
"Kok ibu sampai kemari?"
"Iya, sekalian pulang, sekalian nyamperin kamu. Dan
sekalian juga ingin kenalan sama ibu kamu."
"Oh, silahkan masuk bu. Silahkan masuk kedalam saja."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 389


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Suryo mengikuti langkah Arum yang bergegas menuju


rumah. Dalam hati terus bertanya, mengapa Aryo tidak segera
datang.
"Silahkan duduk bu," kata Arum sambil masuk kedalam,,,
setelah mempersilahkan bu Suryo duduk.

Bu Suryo mengamati rumah bu Martono. Rumah sederhana,


jauh sekali bedanya dengan rumahnya yang mewah, yang
dikamar tamunya penuh perabotan antik yang mahal harganya.
Namun bu Suryo mengakui, perabotan sederhana yang terpajang
ditata dengan apik oleh pemiliknya. Sofa kuna yang masih
tampak utuh, almari berisi cangkir-cangkir dan gelas yang ditata
manis. Ada foto perempuan cantik bersama seorang gadis kecil,
yang pastinya Arum.
Tak lama Arum keluar, menghidangkan secawan teh, dan
segelas yang lebih besar untuk diberikannya kepada Pono yang
menunggu didepan.
"Silahkan diminum bu, hanya teh."
"Itu foto kamu sama ibu ya?" tanya bu Suryo sambil
menunjuk kearah pigura ukuran 10 R yang tergantung didinding.
"Iya, itu Arum. Ketika Arum baru masuk SD. Masih culun ya
bu."
"Kmu dari kecil sudah tampak cantik."
"Ah, ibu..." kata Arum sambil duduk dehadapan bu Suryo.
"Ibu membawa oleh-oleh untuk ibu kamu," kata bu Suryo
sambil meletakkan bungkusan yang agak besar, dimeja
didepannya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 390


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu repot-repot, tadi saya sudah membelikan ibu macam-


macam."
"Nggak apa-apa Rum, itu kan dari kamu, sekarang ini dari
aku. Ibu mana?"
"Baru mandi bu, sebentar lagi akan keluar. Ibu dari mana?"
"Tadi dari kantor imigrasi , sudah tutup sih, tapi ibu ketemu
kenalan yang juga pegawai disana. Menanyakan tentang
pembuatan paspor untuk kamu."
"Oh, ibu kok sudah memikirkan paspor," kata Arum dengan
wajah tak senang.
"Itu penting Rum, jadi atau tidak, atau kapanpun mau
berangkat, kalau sudah punya paspornya lebih gampang."
Arum menghela nafas berat, agak kesal yang sesungguhnya
tak ingin diperlihatkannya.
"Kalau status kamu menikah, mereka minta salinan buku
nikahnya. Cuma menurut ibu, menunggu kalau surat cerai itu
sudah keluar." kata bu Suryo yang oleh Arum dirasakannya
sangat mengiris perasaannya.
"Ya Tuhan," jerit Arum dalam hati. Ia memalingkan wajah
untuk menutupi kekesalannya yang tak bisa ditahan, pura-pura
menunggu ibunya.
"Ibu mana ya, lama benar."
"Biarkan saja, kita tidak usah tergesa. Ibu minum tehnya
ya?" kata bu Suryo yang langsung mengambil cawan berisi teh
yang disuguhkan Arum.
Arum menoleh kearah jalan, berharap Aryo segera datang.
Tak apa seandainya ketemu bu Surya sekalian. Sesak dadanya
memikirkan bagaimana nanti.. dan bagaimana nanti... karena ada

Setangkai Mawar Untuk Ibu 391


Pdf created by: Goldy Senior

bu Suryo disini. Arum memantapkan hatinya. Barangkali


sekaranglah sa'atnya memberi pengertian kepada bu Suryo bahwa
dirinya masih mencintai suaminya.

Tiba-tiba dilihatnya sebuah taksi berhenti didepan pagar.


Arum melongok keluar.
"Ada tamu? Sepertinya ada taksi berhenti," kata bu Suryo.
Arum berdiri, lalu melangkah keluar. Seseorang dilihatnya
turun dari dalam taksi, Laki-laki tegap yang melangkah dengan
mantap memasuki halaman. Dada Arum berdebar kencang. Laki-
laki itu, adalah orang yang sangat ditunggunya. Ia
menyunggingkan senyum, senyum yang masih menawan seperti
dulu, yang membuatnya jatuh cinta ketika pertama kali
melihatnya. Aryo mendekat, sambil mengembangkan kedua
tangannya, lalu memeluknya erat.
"Arum, Arum... ma'afkanlah aku..."
"Mas Aryo, isak Arum didada Aryo."
"Seandainya aku harus bersujud kepadamu, aku akan
melakukannya Rum, asalkan kamu mema'afkan aku," bisik Aryo
masih dengan pelukan eratnya. Bertahun rindu dipendamnya, tak
malu seandainya ada yang melihatnya. Beberapa sa'at mereka
berpelukan. Arumpun berurai air mata.
"Aku yang harus minta ma'af mas, meninggalkan kamu,
meninggalkan anak kita."
"Aku sudah tau semuanya."
Sesa'at terbuai dalam rindu yang sudah lama dipendamnya,
Aryo tak memperhatikan bawa dua pasang mata

Setangkai Mawar Untuk Ibu 392


Pdf created by: Goldy Senior

memperhatikannya dari dalam rumah. Bu Suryo dan bu Martono


yang sudah selesai mandi dan menemui tamunya.
Arum yang kemudian tersadar, mendorong tubuh Aryo
pelan.
"Ada bu Suryo didalam," bisiknya.
Aryo mengusap air mata Arum dengan telapak tangannya.
"Kamu datang bersama dia? "
"Tidak, baru saja dia datang, menyusul aku. Mas Aryo kok
lama sekali datangnya. Hampir sejam sejak mas Bram mengabari
saya.
"Iya, mendadak banku kempes dijalan, aku tinggalkan saja,
lalu aku naik taksi."
"Oh, pantesan."
Keduanya melangkah perlahan memasuki rumah. Bu Suryo
menatap tak senang, sedang bu Martono berdiri, lalu Aryo
mencium tangannya. Aryo juga menghampiri bu Suryo,
memegang tangannya dan menciumnya. Bu Suryo memalingkan
muka.
Arum sedih melihatnya.
"Duduk Aryo. Ini bu, ini suaminya Arum," kata bu Martono
memperkenalkan.
"Iya, saya pernah melihatnya, waktu dia mencari Arum tapi
tidak ketemu."

"Saya berterimakasih karena ibu telah membantu Arum,


melindunginya dan menyayanginya," kata Aryo pelan sambil
menatap bu Suryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 393


Pdf created by: Goldy Senior

"O, iya, saya ini kan kasihan melihat perempuan disakiti,


dikhianati.." kata bu Suryo sinis.
"Saya minta ma'af, saya khilaf."
"Kalau saja sebuah kata ma'af bisa menghapus sebuah dosa,
maka tak akan ada orang yang sengsara." kata bu Suryo masih
dengan nada sinis.
Aryo terdiam. Arum yang keluar sambil membawa secangkir
teh untuk suaminya, sempat mendengar kata-kata bu Suryo yang
menyakitkan. Tampaknya susah meredakan kemarahan bu Suryo
terhadap Aryo.
"Diminum mas, tehnya.."
"Ya, duduklah disini," kata Aryo sambil menunjuk kearah
tempat duduk disampingnya. Arum menurutinya.
Aryo menyeruput tehnya dengan nikmat. Tampaknya
kemarahan bu Suryo tak berpengaruh baginya.
"Sepertinya aku harus segera kembali. Bu Martono, kami kan
masih tinggal didesa karena masih ada keperluan, jadi takut
kemalaman, saya pamit dulu."
"Mengapa tergesa bu, belum banyak kita bercerita."
"Masih ada waktu lain yang lebih baik bu, saya minta ma'af,
bolehkah Arum saya ajak serta sekarang?"
"Tapi bu..." kata Arum ragu dan takut-takut.
"Ini sudah malam, yu Siti pasti menunggu."
"Saya masih ingin bicara sama Arum bu."
"Arum, kamu mau ikut ibu, atau tetap akan berada disini?"
kata bu Suryo ini seperti sebuah pisau tajam yang diacungkan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 394


Pdf created by: Goldy Senior

kedadanya. Ada terbersit arti, bahwa perempuan baya itu


memaksanya.
"Mas Aryo, intinya mas sudah tau, nanti aku akan segera
menyelesaikannya." kata Arum sambil mencium tangan Aryo,
dan meneteskan setetes air mata disana. Aryo mengelus kepala
Arum lembut. Rupanya Arum ingin mengendapkan hati bu Suryo
terlebih dulu.
Bu Suryo sudah berjalan kearah luar. Sekali lagi Aryo
memeluknya erat.
"Aku akan kembali mas," bisik Arum.
Aryo dan bu Martono melepas kepergian bu Suryo dengan
perasaan tak menentu.
"Arum merasa berhutang budi, tak bisa memaksa begitu saja.
Semoga perlahan lahan Arum bisa mengendapkan hatinya."
Aryo mengangguk. Walau kecewa, ada sedikit lega yang
membuncah karena Arum ternyata masih mencintainya. Rasa
lega yang kemudian membuatnya bahagia.
"Sabar ya nak Aryo.." kata bu Martono sambil memeluk
Aryo.
"Iya bu, mohon dido'akan agar semua baik-baik saja."
"Pasti ibu akan mendo'akan kalian nak."
––––––––
Memasuki rumah kemudian melihat Angga menyambutnya,
Aryo merengkuh dan mengangkat tubuh Angga tinggi-tinggi,
membuat anak kecil itu berteriak-teriak kesenangan.
"Bapaaaak.... " teriak Angga kesenangan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 395


Pdf created by: Goldy Senior

Angga terkekeh, Aryo menurunkannya setelah menciuminya


bertubi-tubi.
"Dengar, coba tebak.. tadi bapak ketemu siapa..?"
"Mm.. ketemu pak dokter bukan? Itu temannya bapak tadi
kemari."
"Benar, tapi ada lagi yang lebih menyenangkan."
"Apa bapak?"
"Tebak dulu, bapak ketemu siapa lagi?"
"Ibu peri ?"
"Benaaaar, dan karena benar.. Angga boleh dapat hadiah.."
"Hadiah apa bapak?"
"Hadiah peluuuk...." teriak Aryo sambil memeluk Angga
kembali dan menciuminya tanpa henti.
Ratih menyaksikan kegembiraan Aryo dengan rasa syukur.
Berarti tadi sudah ketemu bu Arum, dan itu sebabnya pak Aryo
sangat gembira, kata batin Ratih. Iapun ikut tersenyum bahagia.

"Biar saya tebak... ketemu kan?" kata Ratih ketika mendekat.


"Benar, tapi sayangnya ada bu Suryo disana, jadi belum
leluasa berbicara."
"Lhoh, tadi bukannya dia pergi sendiri hanya bersama
sopir?"
"Bu Suryo menyusulnya kesana. Kata-katanya sangat
menyakitkan saya. Tapi saya tak perduli, bagi saya, yang penting
adalah isteri saya bisa kembali."
"Mengapa tidak sekalian pulang?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 396


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak, tadi karena sungkan dia ikut bu Suryo pulang. Biar


saja, saya sudah menemukannya, dan tak lama lagi dia akan
kembali."
"Syukurlah, saya ikut senang," lalu direngkuhnya Angga
dengan segenap perasaannya.
"Apakah nanti akan bisa seperti ini?" bisiknya dalam hati,
sambil mencium pipi Angga.
––––––––
Bu Suryo diam disepanjang perjalanan pulang. Dia tak
mengira Arum akan bertemu suaminya dirumah ibunya. Mungkin
sudah kencan sebelumnya, masa sih kebetulan? Dan bu Suryo
merasa dikhianati. Sudah tau dirinya benci sama Aryo, mengapa
Arum justru ketemuan disana, berpelukan dengan mesra..
"Ibu..." Arum yang merasa bu Suryo sedang marah
merangkul pundak bu Suryo, meletakkan kepalanya dibahu orang
yang sudah sangat baik kepada dirinya.
"Kalau ibu diam saja, Arum sedih lho... "
Bu Suryo masih terdiam.
"Ibu tau, Arum sangat menyayangi ibu.." kata Arum sambil
mempererat pelukannya.
Bu Suryo terdiam, tapi perlahan rasa haru merayapi hatinya.
Ia tak pernah melahirkan seorang anak, tapi mendengar seseorang
mengatakan sayang pada dirinya, tiba-tiba luluh perlahan segala
kesal yang tadi melandanya. Luluh perlahan, sampai ketika
masuk kedalam rumah desanya, lalu memasuki kamarnya.
Yu Siti yang menyambutnya tak jadi mengikutinya masuk,
melihat Arum yang kemudian memeluknya.
"Ibu ada apa? Seperti marah, atau sakit?" tanya yu Siti pelan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 397


Pdf created by: Goldy Senior

"Tidak apa-apa, ayo bu.. Arum minta teh panasnya , didapur


saja, kata Arum sambil menarik tubuh yu Siti diajaknya kedapur.
Sementara yu Siti membuat teh yang diminta, Arum
membersihkan dirinya di kamar mandi. Ada senandung kecil
terdengar dari sana. Senang yu Siti mendengarnya. Senandung itu
masih terdengar, ketika Arum duduk dikursi didepan meja dapur,
menunggu teh hangat dihidangkan.
"Tampaknya lagi senang nih," sapa yu Siti sambil
meletakkan teh yang diminta.
Arum mengangguk, menyeruput teh perlahan, dengan
nikmat.
Yu Siti ikut duduk didepannya. Menatap wajah cantik yang
tampak berseri walau belum mandi dan pakaian juga belum
berganti.
" Berita bagus? Jadi berangkat keluar negeri?" goda yu Siti.
Arum cemberut, memelototi yu Siti dengan tatapan lucu.
"Lhah, kan tadi ibu bilang mau nyari paspor buat nak
Arum?"

"Nggak nyari, baru tanya-tanya. Siapa sih yang mau keluar


negri?" Arum menghirup lagi tehnya, sampai habis. Enak sih.
"Mau ditambahin?"
"Nggak bu, sudah cukup."
"Ada berita apa? Seneng benar, jadi ketemu pak Aryo? Tapi
kok pulangnya bisa barengan sama ibu?"
"Iya, ibu nyusul kerumah ibu saya, aduuh.. deg-degan aku
bu.."pelan kata Arum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 398


Pdf created by: Goldy Senior

"Kenapa deg-degan?"
Arum menutupkan jari telunjuk dibibir..
"Ketemu mas Aryo.." kata Arum berbisik.
"Oh, bagaimana ibu ?"
"Tampak kurang suka, lalu mengajak saya kembali kemari."
"Oh.. ya ampuun.. ibu kok gitu ya."
"Tapi saya senang, sudah ketemu mas Aryo, walau bicara
sedikit tapi penuh makna. Kami selalu saling mencintai bu. Dan
saya akan segera kembali."
"Syukurlah, yu Siti ikut senang. Tapi sedih kalau nak Arum
nanti kembali kesana, yu Siti akan kehilangan..." kata bu Siti
sendu.
"Tidak bu, bu Siti tetap akan menjadi ibu saya, yang akan
selalu saya kunjungi setiap sa'at.
"Benarkah?"
Arum mengangguk lalu merangkul yu Siti erat.
"Anakku...." bisiknya lirih, seakan menemukan anaknya
kembali.
"Mau mandi dulu ya bu, ceritanya nanti malam saja."
"Ya, mandi sana nak, biar seger. Yu Siti mau menyiapkan
makan malam dulu."
––––––––
Malam itu bu Suryo hampir tak keluar kamar. Ia hanya
makan sedikit tanpa banyak bicara, lalu kembali masuk kedalam
kamarnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 399


Pdf created by: Goldy Senior

Arum memasuki kamar bu Suryo setelah mengetuknya pelan.


Bu Suryo terbaring dira njang, kedua matanya tertutup, tapi Arum
yakin bu Suryo tidak sedang tidur. Ia mendekati ranjang, dan
berbaring disisinya. Sedikit merapat karena bu Suryo berbaring
agak kepinggir. Sebelah tangan Arum memeluk bu Suryo.
"Ibu, belum begitu malam, ibu sudah ingin tidur? Ibu ingin
saya memijitin kaki ibu?"
Bu Suryo tidak menjawab. Arum bangkit, bersimpuh disisi
sebelah .. lalu mulai memijit kakinya pelan, sambil sesekali
melirik kearah wajah bu Suryo.
"Bu.. enak kah? Biasanya kalau dipijit begini, kantuk segera
datang. Dulu waktu Arum sakit, ibu sering memijitnya,
lembuuuut sekali, sampai Arum tertidur."
Mengoceh tak henti--henti tidak membuat Arum lelah. Ia
harus bisa menundukkan hati bu Suryo. Harus bisa meluluhkan
rasa bencinya kepada Aryo. Kalau bisa malam itu juga.
"Bu, taukah ibu.. baru sekali ini Arum menemukan kasih
sayang begitu besar. Hanya dari ibu, walau ibu bukan wanita
yang melahirkan Arum. Arum berhutang nyawa pada ibu. Kalau
saja nyawa Arum bisa untuk menukar semua kebaikan ibu, Arum
akan memberikannya."
Bu Suryo tiba-tiba membuka matanya. Menatap wajah cantik
yang memijit kakinya sambil ter-kantuk-kantuk, sementara
bibirnya terus bergumam seakan tak butuh jawaban.
"Itu benar bu, sungguh membebani perasaan berhutang itu.
Arum rela seandainya itu yang bisa menebusnya."
Tangan bu Suryo bergerak, menangkap tangan Arum yang
masih memijit kakinya, lalu menariknya kedalam pelukannya.
"Ibu..." bisik Arum lirih.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 400


Pdf created by: Goldy Senior

"Benarkah kamu menyayangi ibu.."


"Kalau ibu tidak percaya, belahlah dada Arum ini," kata
Arum bercanda.
Bu Suryo mengelus kepala Arum, air matanya mengambang.
Tak mengira mendapat reaksi, Arum menjatuhkan kepalanya
didada bu Suryo, sebelah tangan merangkulnya erat.
"Sesungguhnya ibu takut kehilangan kamu..." bisiknya lirih.
"Bagaimana ibu bisa kehilangan saya? Kalau ibu kehilangan
saya, berarti saya juga kehilangan ibu. Kita saling memiliki,
saling menyayangi, tak akan ada yang kehilangan bu.."
"Benarkah?"
Arum mengangguk-angguk, bu Suryo masih mengelus
kepalanya.
"Ibu ingin yang terbaik untuk kamu. Ibu ingin kamu berada
disisi laki-laki yang baik, yang bisa melindungi kamu, bukan
yang menyakiti kamu."
"Ya bu, Arum tau."
"Itu sebabnya, ibu memilih dokter sebagai suami kamu
nanti."
Aduuh, kok kembali kesitu lagi?
––––––––

35

Setangkai Mawar Untuk Ibu 401


Pdf created by: Goldy Senior

Arum terdiam. Kecewa adegan manis bersama ibunya tak


berlanjut ke pembicaraan yang diharapkannya. Ia melepaskan
pelukannya, masih berbaring disamping bu Suryo.
"Arum," kata bu Suryo sambil menarik tangan Arum dan
diletakkannya didadanya.
Arum hanya menatap wajah bu Suryo, tanpa mengatakan
apapun.
"Bukankah dokter Bram itu baik? Dia ganteng, dia pintar, dia
penuh pengertian..."
Arum tak menjawab. Iya itu benar, tapi apakah karena itu ia
harus bersedia menjadi isterinya? Bukankah sebuah pernikahan
harus ada sebuah tali yang mengikatnya, saling suka, saling cinta,
saling menjaga.. Lagi pula bukankah ia masih isteri Aryo? Oh ya,
bu Suryo ingin agar dia perpisah dari Aryo, tapi apakah pantas
seseorang mengharapkan sebuah perpisahan untuk berharap
menikahi orang lain? Mungkin ada, tapi itu bukan aku, bisik batin
Arum.
Ia masih mencintai suaminya, anaknya...
"Arum..."
Mata Arum berkejap, bu Suryo menatapnya lekat.
"Kamu tidak suka?"
"Ibu... bukankah kalau orang menyayangi itu akan bahagia
apabila yang disayangi juga merasa bahagia?"
"Pastilah Rum, itu sebabnya mengapa ibu memilihkan yang
terbaik untuk kamu."

"Maksud ibu.. pilihan terbaik itu adalah mas Bram?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 402


Pdf created by: Goldy Senior

"Menurutmu bagaimana?" bu Suryo balik bertanya.


"Apakah menurut ibu dokter Bram mau sama Arum?"
"Arum, kamu itu cantik. Walau sudah punya anak kamu tetap
menarik. Apa alasan dokter Bram menolak kamu?"
"Bagaimana kalau dokter Bram ternyata sudah memiliki
pilihan?"
"Yu Siti juga pernah mengatakan hal itu, aku juga
memikirkannya."
"Tuh kan.."
"Menurut ibu tidak, kalau dia sudah punya pilihan, tak akan
begitu besar perhatiannya sama kamu. Mengirimi bunga berkali-
kali, mengantarkan kamu, membelikan buku."
"Ibu, itu bukan ukuran. Bisa saja karena dia kasihan sama
Arum."
"Arum, mengapa kamu berfikiran lain? Perhatian lebih
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih. Lebih daripada
sahabat,lebih daripada seorang bekas pasien."
"Perkiraan orang bisa saja salah. Nyatanya dokter Bram juga
belum menjawab tawaran ibu kan? Ibu, menurut Arum, kita
lupakan saja dokter Bram."
Bu Suryo melebarkan matanya, menatap Arum dengan kesal.
"Apa maksudmu melupakan? Dia sudah berbuat baik sama
kamu dan kamu ingin melupakannya?"
"Bukan itu maksud saya. Aduuh.. ibu kalau marah-marah
tambah cantik deh..." goda Arum. Memang malam ini Arum
ingin bermanis-manis dengan bu Suryo, ingin meluluhkan hatinya
dengan segala cara.Dan pujian itu mengena, bu Suryo mencubit

Setangkai Mawar Untuk Ibu 403


Pdf created by: Goldy Senior

pipi Arum dengan gemas, tapi kemudian membalikkan tubuhnya,


memunggungi Arum.
Arum tak kurang akal, ia merangkulnya dari belakang.
"Ibu, apakah ibu benar-benar marah sama Arum? Ya sudah
Arum keluar saja kalau begitu."
"Arum, apa sih sebenarnya maksud kamu? Malam ini kamu
berkutat diranjang ibu, bicara kesana kemari."
"Arum ingin .. ibu menjodohkan Arum dengan seseorang
yang pantas menjadi jodoh Arum. Yang Arum cintai, yang ingin
Arum dampingi sampai akhir hayat Arum."

"Oh, begitu?" bu Suryo menelentangkan tubuhnya, tapi tidak


membalas pelukan Arum. Ia menatap ke langit-langit kamar.
"Ibu..."
"Jangan bilang kalau itu Aryo, suami kamu," kata bu Suryo
tandas.
"Ibu tadi bilang .. ingin melihat Arum bahagia bukan?"
"Kamu tidak tau Rum, bagaimana rasanya dikhianati? Kamu
pernah merasakannya bukan? Dan sekarang kamu ingin
mengulang sejarah memilukan yang hampir merenggut nyawa
kamu seandainya yu Siti tidak melihatmu terkapar diguyur hujan
ditepi jalan?"
Arum terdiam, kala itu memang sedih membayangkannya,
pilu mengingatnya, tapi setahun berlalu, telah menguji
kesetiaannya, dan cinta suaminya. Kalau dia menyesal, mengapa
dia tak bisa mema'afkannya?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 404


Pdf created by: Goldy Senior

"Kamu diam, karena tidak bisa menjawabnya? Dengar Rum,


ibu sangat membenci pengkhianat cinta, karena ibu pernah
dikhianati."
Arum mengangkat kepalanya, tengkurap dan menatap bu
Suryo yang masih menerawang menatap langit-langit. Arum
melihat guratan duka dibalik mata setengah tua itu.
"Ibu mengalaminya."
"Ibu ?"
"Ibu memang tidak cantik, tidak secantik kamu. Ketika
seorang laki-laki melamar, ibu sangat bahagia. Ibu anak tunggal
seorang yang sangat berada. Ibu kira dia sungguh mencintai ibu,
tapi ternyata dia hanya ingin menguras harta ibu, untuk diberikan
kepada perempuan lain."
Arum melihat air mata bu Suryo menetes. Arum
mengusapnya dengan telapak tangannya. Ada rasa menyesak
didada ketika mendengar kisah rumah tangga bu Suryo. Itu lebih
buruk dari dirinya.
"Begitu mengetahui kelicikan dia, aku minta cerai, dan hidup
sendiri sampai sekarang. Beruntung ada yu Siti yang menemani
aku sampai sekarang.
"Ibu, ma'afkan Arum. Arum tidak tau betapa menderitanya
ibu."
"Iya, dulu ibu sangat menderita, tapi dengan berjalannya
waktu, lalu ada yang menemani disa'at aku limbung, semuanya
perlahan sirna. Dan aku bahagia menemukan kamu, anak baik
yang cantik, yang katanya menyayangi aku. Yaitu kamu."
"Ini bukan katanya bu, ini sungguh-sungguh. Arum
menyayangi ibu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 405


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu juga menyayangi kamu Rum.Ibu ingin kamu


berbahagia.."
"Terimakasih ibu.." Arum memeluk bu Suryo dan
merebahkan kepalanya didadanya.
"Arum... apa kamu mau menuruti kata ibu? Demi
kebahagiaan ibu?"
Aduuuh, mulai lagi nih... Arum kembali tegang. Kalau
disebutnya lagi dokter Bram ia akan langsung mengatakan tidak.
"Apa yang harus Arum lakukan?"
"Kamu jangan pernah meninggalkan ibu ya? Walau kamu
sudah menikah, tetaplah menjadi anak ibu."
Arum merasa luluh. Tak ada nama dokter Bram disebut, tapi
siapa tau masih ada kelanjutannya?
"Arum akan tetap menjadi anak ibu. Bahagia memiliki ibu-
ibu yang baik, yang menyayangi, yang melindungi. Bu Suryo, bu
Siti, bu Martono... mereka semua Arum sayangi dengan sepenuh
hati."
"Sungguh?"
"Mau membelah dada Arum?" kembali Arum bercanda.
"Ibu tau kamu masih mencintai suami kamu."
Arum mengangkat kepalanya, menatap bu Suryo menunggu
apa yang akan dikatakannya.
"Tapi kalau disuruh memilih, ibu masih akan memilih dokter
Bram."

Tuh, mulai lagi deh.. Arum mengeluh dalam hati.


Direbahkannya kembali kepalanya didada bu Suryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 406


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu, Arum tidak mencintai dokter Bram, dan dokter Bram


juga tidak mencintai Arum. Yakinlah bu, kalau ibu tidak percaya,
tanya aja sama dokter Bram."
"Dia bilang begitu sama kamu?"
Arum mengangguk angguk masih dengan kepala didada bu
Suryo. Sedikit berbohong, tapi ia yakin pada jawabannya.
Bukankah Bramasto selalu membantunya ketika ia ingin bertemu
Aryo?
"Ya sudah, aku mau tidur, kamu mau ke kamar kamu atau
mau tidur disini?"
Yaaah, pembicaraan ini belum selesai. Baru sampai keujung
dan belum melompatinya.
Dilihatnya bu Suryo memejamkan matanya. Tapi Arum tak
beranjak, ia membaringkan tubuhnya disamping bu Suryo,
mencoba memejamkan matanya, tidur, dan bermimpi tentang
Aryo.
––––––––
Semalaman tak bisa tidur, Arum bangun kesiangan. Ia
terkejut ketika ternyata ia tidur diranjang bu Suryo. Ketika
membuka mata dirasanya ia masih berselimut, padahal semalam
ia rebahan begitu saja. Rupanya bu Suryo yang menyelimutinya.
Tapi bu Suryo tak ada lagi disampingnya. Ia bangun, turun dari
ranjang, lalu kekamar mandi. Ketika keluar dari pintu kamar,
dilihatnya bu Suryo sedang meletakkan cawan-cawan berisi teh
kemeja diruang tengah.
"Ibu... mengapa tidak membangunkan saya?" tegur Arum.
"Kamu tidur nyenyak sekali, sayang kalau dibangunkan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 407


Pdf created by: Goldy Senior

"Ternyata nikmat sekali tidur bersama ibu," kata Arum


sambil duduk disamping bu Suryo.
"Itu teh kamu, yu Siti merebus kimpul masih panas."
"Oh, iya bu, ini jarang ada ditempat kita ya."
"Didesa apa-apa serba enak. Yang namanya kimpul, ketela
pohon, ketela rembat, kentang ireng, itu namanya pala kependem.
Disini banyak. Kentang ireng ibu suka, tapi sedang tidak
musimnya. Nanti kita bawa kimpul sama ketela kerumah."
"Nanti kita pulang?"
"Ya, setelah saya bisara sama orang-orang yang menggarap
sawah."
"Kalau begitu saya akan membantu bu Siti untuk berkemas."
"Nanti saja, masih agak siangan. Duduk dan nikmati dulu
kimpulnya."
Arum meraih cawan dan meminumnya, dalam hati ia terus
akan berusaha menyenangkan hati bu Suryo agar ia bisa
mengatakan keinginan yang sebenarnya.
"Besok kan hari Minggu, ibu akan mengundang nak Bram
kerumah."
Lhaah, Bramasto lagi? Arum menggigit kimpul dengan
gemas.
"Ibu akan bicara dari hati ke hati..."
Arum tak menjawab, pura-pura mengunyah kimpul dan
menikmatinya, padahal begitu bu Suryo menyebut nama
Bramsato langsung selera makannya hilang.
"Dia orang baik, ibu akan minta pendapatnya mengenai
kamu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 408


Pdf created by: Goldy Senior

Terasa seret kunyahan kimpul masuk ke kerongkongannya,


Arum meneguk lagi minumannya.

"Mengenai bagaimana seandainya kamu kembali kesisi


suami kamu."
Arum meletakkan cawan dan memandangi bu Suryo lekat-
lekat. Tampaknya ada sepercik harapan yang akan membuatnya
senang. Sedikit terkuak hati bu Suryo ketika semalam ia
merayunya, bermanis-manis dengannya. Aduhai, mas Bram akan
diajak bicara? Ya jelaslah dia akan mendukung aku, sorak Arum
dalam hati. Kimpul sepotong yang masih tersisa dilahapnya
habis.
"Enak..." gumamnya.
"Apanya?"
"Ini bu," katanya sambil mununjuk potongan kimpul dimeja.
"Arum..."
"Ya bu.." Arum meneguk minuman yang tinggal seteguk.
"Tapi berjanjilah pada ibu, bahwa ibu akan tetap menjadi ibu
kamu."
Serangkaian kalimat yang tak begitu panjang itu bagai
letupan perasaan yang sudah ditangkapnya. Hampir pasti bu
Suryo akan mengijinkannya kembali sama Aryo. Arum memeluk
bu Suryo, menciumi pipi tua yang sarat dengan derita tapi tak
pernah dia mengetahuinya.
"Ibu akan tetap menjadi ibu saya, ibu yang sangat istimewa,
ibu yang saya sayangi, saya kagumi semuanya. Kebaikannya,
cinta kasihnya terhadap saya walau belum lama kita bertemu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 409


Pdf created by: Goldy Senior

Yu Siti yang melongok dari dapur melihat adegan dan sedikit


pembicaraan mereka. Perlahan ia menjauh sambil mengusap
setitik air matanya. Entah mengapa, kebahagiaan Arum ikut
meresap dalam sanubarinya.
––––––––
Pagi itu Bramasto keluar rumah. Ia ingin menemui Aryo,
untuk bertanya tentang pertemuannya dengan Arum dua hari
yang lalu. Sebetulnya bisa sih bertanya lewat telephone, tapi
entah mengapa Bramasto ingin datang saja kesana.
"Apakah sepagi ini bu Ratih sudah ada disana ya?"
gumamnya sambil menjalankan mobilnya pelan.
Iseng ia melewati daerah Kampung sewu, tempat dimana
beberapa hari yang lalu ia menurunkan Ratih.
Berdebar oleh perasaannya sendiri, Bramasto tersenyum
disepanjang perjalanan. Rumahnya didaerah Badran, mau ke
Penumping dan harus lewat Kampung Sewu? Rupanya jatuh cinta
membuat orang bisa melakukan segalanya. Jatuh cinta? Bram
menilai perasaannya sendiri. Baginya tak mudah jatuh cinta,
seperti kata perawat pembantunya, ia bisa jadi bujang tua karena
tak segera menemukan gadis yang menarik hatinya. Dulu
dikiranya ia jatuh cinta pada Arum, tapi bukan, ternyata ia lebih
merasa kasihan setelah mendengar kisahnya. Lalu gadis yang
wajahnya seperti Arum ini, cintakah aku padanya? Bram terus
saja melamun, sampai ketika tiba-tiba ia sudah sampai dimulut
gang dimana dulu menurunkan Ratih.
Ia menghentikan mobilnya disana. Memandang kearah gang
dan berharap akan melihat Ratih keluar dari sana. Ia melihat
kearah jam tangannya. Baru jam tujuh, apakah dia sudah
berangkat kerumah pak Aryo?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 410


Pdf created by: Goldy Senior

Ataukah karena libur maka tidak kesana? Tidak mungkin,


kata pak Aryo setiap hari Ratih kesana, tak ada hari Minggu
karena Angga akan menanyakannya kalau sampai dia tak datang.
Penasaran, Angga turun dari mobilnya. Menyeberang jalan
kemudian masuk kedalam gang, sambil menoleh kekiri dan
kekanan, yang mana kira-kira rumahnya bu Ratih.
Sepuluh meter, duapuluh meter, Bram tak bisa menemukan
kira-kira mana rumahnya Ratih. Ketika sudah hampir sampai
diujung jalan, dilihatnya seorang laki-laki setengah tua sedang
merawat kebun sambil membawa gunting tanaman. Melihat Bram
tampak mencari-cari, laki-laki itu menyapanya.
"Nak, sedang mencari rumah siapa?"
"Oh, iya .. mm.. rumah.. bu Ratih dimana ya?"
"Ratih? Itu anak saya.."
Bram terkejut setengah mati. Laki-lagi berwajah bersih dan
masih tampak gagah ini bapaknya Ratih, aduh .. sungkan sekali
rasanya.
"Rumahnya disini nak, tapi Ratih sudah pergi. Belum lama
juga dia berangkat."
"Oh, kerumah pak Aryo?"
"Iya, kalau Ratih datang terlambat sedikit saja, Angga akan
rewel. Ratih itu dianggapnya ibunya."
"Oh, iya pak."
"Mau duduk dulu nak ?"
"Terimakasih banyak pak, saya harus menemui pak Aryo."
"Baiklah nak."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 411


Pdf created by: Goldy Senior

Bramasto kembali kearah mobilnya. Ia tidak kecewa walau


tak ketemu Ratih, toh dia sudah tau dimana rumahnya.Rumah
sederhana yang kebun kecilnya banyak ditumbuhi bunga.
Bapaknya merawatnya dengan tekun, ia melihatnya tadi.
Melewati kampung Keprabon Bram ingat bahwa belum
sarapan sejak pagi. Ia berhenti pada seorang penjual nasi liwet.
Sudah lama dia tidak makan nasi liwet.
––––––––
Ratih sedang mengejar Angga yang berlari kehalaman karena
masih enggan diajak mandi.
"Angga, nanti bapak marah kalau Angga nggak cepet-cepet
mandi."
"Sebentar ibu, Angga masih mau main."
"Mainnya nanti kalau sudah mandi. Ini sudah siang nak."
"Ini kan hari libur ibu?"
"Memangnya kalau hari libur orang tidak boleh mandi? Ayo
sini !!
Angga tertawa-tawa dan berlari kecil menjauhi Ratih yang
mengejarnya. Angga masih berlari, dan Ratih mengejarnbya,
ketika didepan pagar besi Bramasto tiba-tiba muncul, dan Ratih
menabraknya.
"Upps..." teriak Ratih.
"Oh, ma'af, " kata Bram yang masih memegangi Ratih karena
tadi nyaris terjatuh.
"Tidak tau kalau ada tamu," Ratih menarik tangannya pelan.
Bram tersenyum.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 412


Pdf created by: Goldy Senior

Angga yang sudah berlari jauh menoleh, berteriak karena


melihat orang yang pernah dikenalnya.
"Bapaaak, ada pak dokter !"
"Silahkan pak Bram..." kata Ratih mengantarkan Bramasto
mendekati rumah.
"Saya tadi kerumah bu Ratih."
"Oh ya? Kok bisa sampai kesana?"
"Cuma pengin jalan-jalan saja, tapi saya bisa menemukan
rumah bu Ratih lho."
"Masa ?" Ratih tertawa. Sederet gigi putihnya menyembul
dari bibirnya yang tipis. Ini pemandangan yang luar biasa. Bram
tak ingin melepasnya.
"Ketemu bapak juga."
Tawa Ratih melebar. Astaga, bagaimana ada tawa semanis
itu? Dasar orang mabuk, masa cuma melihat orang tertawa saja
bisa membuatnya gemetar?
"Bagaimana bisa?" tanya Ratih.
"Saya cuma jalan, lalu melihat bapak lagi memotongi
ranting-ranting daun dikebun. Ternyata itu bapaknya bu Ratih.
"Haaa... pak Bram... untung saya sudah mandi.." teriak Aryo
dari dalam.
"Tamunya yang nggak sopan, pagi-pagi sudah datang," kata
Bram sambil tertawa.
"Ayo masuk pak Bram."
Angga yang tadinya diam, menghampiri Bramasto,
memberinya salam dan mencium tangannya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 413


Pdf created by: Goldy Senior

"Anak pintar, anak ganteng..."


"Ayo, ada pak dokter tuh, malu belum mandi.." kata Ratih
yang kemudian menarik Angga masuk kedalam.
"Oh ya bu Ratih.. ini.. saya bawa nasi liwet," kata Bram
sambil menyerahkan bungkusan nasi liwet yang tadi dibelinya.
Ratih berhenti melangkah, kembali menghapiri Bramasto.
"Kok pak Bram tau kalau kami belum sarapan?" kata Aryo.
"Terimakasih pak Bram, kata Ratih yang kemudian
membawa bungkusan itu kedalam.
"Tapi nanti kita makan sama-sama bukan?"
"Iya pak Aryo, tadi pas jalan-jalan kok merasa lapar karena
belum sarapan."
"Menyenangkan sekali, lama juga saya tidak makan nasi
liwet. Dimana belinya?"
"Jangan tanya dimana belinya, saya muter-muter, tiba-tiba
teringat kalau belum sarapan, lalu berhenti begitu saja ketika ada
penjual nasi liwet dipinggir jalan."
"Dasar bujangan ya, pagi-pagi kelaparan, kata Aryo sambil
tertawa.
"Iya nih. Oh ya, apa kabar kemarin?"
"Celaka pak Bram, mobil saya kempes bannya dijalan.
Terpaksa saya nyari taksi kerumah mertua, ee.. disana sudah
keduluan bu Suryo."
"Oh ya? Terus..gimana, sekalian ngomong kan?"
"Ya enggak lah, begitu saya datang lalu dia pamitan. Benci
sekali dia sama saya. Rasanya dosa saya terhadap Arum tak akan
terhapus selamanya dari hatinya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 414


Pdf created by: Goldy Senior

"Jadi belum sempat ngomong sama bu Arum?"


Ketika dia menyambut saya di pagar, ngomong sebentar, dia
sempat nangis. Dan yang penting di pertemuan sekilas itu kami
sudah tau hati masing-masing."
"Dia tidak langsung pulang kemari?"
"Dia harus bisa membuat bu Suryo mengerti. Maklumlah, bu
Suryo sudah memberi dia perlindungan, kasih sayang, bahkan
ketika dia sakit parah bu Surya memikirkannya kan?"
"Iya benar. Bu Suryo sangat menyayangi bu Arum. Mungkin
dia takut kehilangan bu Arum."
"Kata Arum bu Suryo ingin menjadikan pak Bram
suaminya."
Bramasto tertawa keras.
"Bu Arum hanya pasien saya. Lagi pula mana mungkin saya
berani merebutnya dari pak Aryo? Baru ketahuan jalan berdia
saja hampir pelipis saya kena tempeleng."
Lalu keduanya tertawa terbahak.
"Yang penting semuanya akan baik-baik saja. Kita do'akan
agar bu Arum berhasil meluluhkan hati ibu angkatnya.
Tiba-tiba bu Nastiti keluar.
"Nak, itu nasi liwet sudah ditata dimeja, ayo sarapan dulu."
"Oh iya bu, terimakasih banyak. Tapi kan saya belum
kenalan sama ibu," kata Bram sambil berdiri dan mencium tangan
bu Nastiti.
"Saya sudah mengenal nak dokter, karena Aryo sudah
menceritakannya. Ayo silahkan, ngomong sambil sarapan dulu."
"Ayo pak Bram. Ibu, bu Ratih sekalian diajak makan kan?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 415


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya, Angga juga sudah berteriak-teriak, katanya mau nasi


liwetnya."
Pagi itu entah mengapa sangat menyenangkan bagi
Bramasto. Ketemu gadis yang dikaguminya, lalu bisa makan
bersama diantara keluarga yang ramah, duduk berhadapan sambil
sesekali boleh mencuri pandang kearahnya. Aduhai,
Namun tiba-tiba dering ponsel Bramasto berbunyi. Aduh,
mengganggu saja, keluhnya dalam hati. Dari bu Suryo? Ada apa
nih? Jangan lagi bicara so'al perjodohannya dengan Arum. Bram
mengangkat ponselnya.
"Ya, ibu.."
"Nak Bram, bisa datang kerumah sekarang?"kata bu Suryo
dari seberang.
"Sekarang? Ibu dimana?"
"Sudah dirumah nak. Kemarin sore kami pulang."
"Baiklah bu, sebentar lagi saya kesana."
"Dari bu Suryo?" tanya Aryo setelah Bram menutup
ponselnya.
"Iya, mau ngomong apa dia, saya diminta kesana."
"Barangkali penting, tapi selesaikan dulu makannya, nggak
usah terburu-buru."
––––––––
Aryo baru pulang setelah mengantar Angga ke sekolah. Ia
bersiap pergi ke kantor ketika tiba-tiba ponselnya berdering.
"Hallo pak Aryo.."
"Ya, gimana mas?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 416


Pdf created by: Goldy Senior

"Baru saja pengacara bu Arum menelpone saya."


"Apa lagi katanya?"
"Dia menarik gugatan cerai itu."
Aryo terhenyak. Melambung hatinya setinggi langit.
––––––––

36
Kalaupun pantas Aryo pasti akan menari-nari. Setengah
berlari ia kebelakang, mencari ibunya dan memeluknya erat. Bu
Nastiti kebingungan dibuatnya.
"Ada apa ini Yo?"
"Ibu, Arum telah membatalkan gugatannya." teriak Aryo
kegirangan. Bu Nastiti memegangi kedua lengan anaknya,
menatap wajahnya dengan binar bahagia.
"Benar?"
:Baru saja pengacara Aryo menelpone. katanya
pengacaranya Arum sudah mengabari bahwa dia akan mencabut
gugatan cerainya. Kita akan kembali bersama ibu. Angga akan
mendapatkan ibunya yang sejati." menggebu suara Aryo, bergetar
penuh perasaan bahagia.
"Akhirnya do'a kita terkabul ya Yo, syukurlah. Kapan Arum
akan kembali?"
"Secepatnya ibu, Aryo akan segera menghubungi Arum.
Rupanya dia berhasil meluluhkan hati ibu angkatnya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 417


Pdf created by: Goldy Senior

"Syukur alhamdulillah, ini sangat membahagiakan Yo.


Dengan demikian ibu bisa segera pulang kerumah. Sudah lama
ibu meninggalkan rumah lho."
"Mengapa ibu tidak tinggal disini saja terus? Ibu sendirian
dirumah, sedangkan disini ada Aryo, ada Angga, dan nanti ada
Arum kan?"
"Kalau kangen kan bisa saja ibu kemari setiap sa'at. Rumah
ibu kosong, kasihan tidak ada yang mengurus."
"Gampang bu, ibu pulang seminggu sekali atau dua hari..
atau tiga hari.. nanti Aryo temani bersih-bersih rumah."
"Kamu itu kok pakai nawar-nawar kepulangan ibu segala. Ya
nanti gampang Yo, yang penting isterimu bisa segera kembali."
"Iya bu, sekarang ayo sarapan, Aryo harus segera berangkat
kekantor."
––––––––
Hari itu Arum berkutat didapur. Beberapa masakan
ditanganinya sendiri. Ia melarang yu Siti membumbui
msakannya. Yu Siti hanya boleh membantu mengiris sayur dan
dagiing serta mengupas bumbu-bumbu.
"Bu, hari ini Arum ingin memasak buat ibu, dengan tangan
Arum sendiri. Nggak asyik lah kalau dimasakin bu Siti terus.
Nanti ibu kira Arum nggak bisa masak," kata Arum sambil
menumis bumbu."
"Iya, yu Siti maklum, nak Arum lagi seneng kan, makanya
dari kemarin wajahnya berseri-seri terus."
"Masa sih bu? Kelihatan ya kalau Arum lagi seneng?"
"Kelihatan dong."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 418


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya bu, Arum lagi seneng banget. Ibu sudah mau


membatalkan gugatan cerai untuk suami Arum. Dan tak lama lagi
Arum akan kembali kerumah."
Wajah yu Siti mendadak muram.
"Kenapa bu? "
"Kalau nak Arum pergi dari sini, yu Siti akan sedih.
Demikian juga ibu."
"Arum kan bisa sesekali kemari bu, yang penting, ibu Suryo
dan bu Siti adalah ibu saya yang tidak akan pernah Arum
lupakan, dan akan selalu Arum sayangi selamanya."
"Benarkah?"
"Benar dong bu. Sekarang mana irisan bakso, sama udang
bu, masukkan sekarang saja. Hm, harum baunya bukan?"
Yu Siti menyerahkan irisan bakso dan udang kupas yang
telah dibersihkan, memasukkannya di wajan berbumbu sedap."
"Hm, baru baunya saja sudah sedap, apalagi nanti rasanya."
"Nanti bu Siti boleh makan sebanyak-banyaknya."
"Ibu pasti juga akan suka."
"Ibu lama sekali perginya."
"Saya kira nggak akan lama, katanya cuma mau mengambil
baju di penjahit."
"Mudah-mudahan begitu selesai masak, ibu sudah pulang,
sehingga kita bisa langsung makan bersama ya bu."
Arum memang sedang berbahagia. Kemarin dokter Bram
datang atas undangan bu Suryo. Mereka berbicara tentang Arum
dan keinginan Arum untuk kembali.Entah mengapa bu Suryo
ingin minta pendapat Bramasto

Setangkai Mawar Untuk Ibu 419


Pdf created by: Goldy Senior

"Sebenarnya ibu tidak setuju, ibu takut Arum disakiti lagi.."


kata bu Suryo waktu itu.

"Ibu, tidak selamanya seseorang berbuat kesalahan kemudian


akan mengulanginya lagi. Biasanya sebuah peristiwa yang
menyakitkan, akan menjadi pelajaran yang akan dipegangnya
seumur hidup." jawab Bramasto.
"Tapi ya banyak lho, yang memang karakternya begitu, suka
selingkuh, suka menyakiti.."
"Tapi kan tidak semua begitu, bu."
"Nak dokter kenal sama Aryo?"
"Kenal bu, dia baik.. dia sangat menyesali perbuatannya."
"Benarkah perempuan kegatalan itu tidak dijadikannya
isterinya?"
"Ibu, kan saya pernah bilang bahwa perempuan bernama Rini
itu sudah diusir malam itu juga. Tidak mungkin pak Aryo
menikahinya."
"Nak dokter, sesungguhnya ibu ingin, nak dokterlah yang
bisa menjadi pendamping Arum."
Dokter Bram tertawa.
"Ibu, bu Arum itu kan suaminya pa Aryo, masa sih dijodohin
sama saya?"
"Apa nak Bram sudah punya pilihan?"
Bramasto tampak terdiam ketika itu, tapi Arum melihatnya
tersenyum-senyum.
"Bu, mas Bram sudah punya pilihan, lihat tuh, senyum-
senyum malu kan?" kata Arum menyela.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 420


Pdf created by: Goldy Senior

"Benar nak Bram?"


"Saya mohon do'anya ya bu, supaya dia mau sama saya."
"O, lagi naksir nih ceritanya?"
"Pokoknya mohon dido'akan saja bu.."
Arum mengentas masakannya, teringat senyuman Bramasto,
siapa gerangan gadis yang ditaksirnya? Ketika dia bertanya,
Bramasto hanya tertawa saja, seperti katanya kepada bu Suryo,
do'akan saja ya.
"Hm, pakai rahasia segala.." gumam Arum sambil
meletakkan basi berisi ca sayur diatas meja.
"Siapa yang pakai rahasia nak?"
"Itu, mas Bram, kelihatannya dia menaksir seseorang. Dan
itu mungkin salah satu sebab mengapa ibu membatalkan gugatan
cerai saya."
"Iya, sudah setua itu, belum punya isteri juga ya.."
"Belum menemukan jodohnya bu."
"Hm.. baunya... masak apa yu?" tiba-tiba bu Suryo masuk
kedapur.
"Bukan saya yang masak bu, tapi nak Arum."
"Arum? "
"Iya bu, sesekali Arum ingin masak buat ibu. Malu sama bu
Siti, setiap hari dilayani terus. Ayo bu, sudah siap nih, kita makan
bersama."
"Sebentar, ibu cuci kaki tangan dulu sama ganti baju." kata
bu Suryo sambil menjauh.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 421


Pdf created by: Goldy Senior

Siang itu bu Suryo tampak tak seperti biasanya. Walau bilang


masakan Arum enak, tapi wajahnya tak secerah biasanya. Ada
yang mengganggu pikirannya, yaitu akan kembalinya Arum pada
suaminya. Arum tau, bu Suryo selalu khawatir akan dirinya.
Itulah sebabnya Arum tidak serta merta minta pulang hari itu
juga. Semua harus berjalan dengan manis, dan tanpa menyakiti.
" Ibu, maukah besok Arum ajak jalan-jalan?"
"Jalan-jalan kemana?"
"Pokoknya jalan-jalan, ibu akan suka."
"Besok ibu tidak punya acara. Ibu pikir kamu akan langsung
pulang kepada suami kamu."
"Arum menunggu mas Aryo menjemput. Tapi nanti mas
Aryo kan juga harus bicara dulu sama ibu."
Bu Suryo hanya mengangguk.
––––––––
Besok pagi itu ternyata Arum mengajak bu Suryo ke sekolah
Angga. Tepat seperti yang diperhitungkannya, ketika sampai
disana Angga sedang bermain dihalaman.
Arum mengajak bu Suryo turun.
"Ini sekolahan siapa?"
Tiba-tiba seorang anak kecil berlari mendekati.
"Ibu periiiiii," teriaknya.
Ia keluar dari pagar sekolah, memeluk Arum dengan erat.
Arum mengangkatnya dan menciumi pipinya.
"Ibu peri datang lagi?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 422


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya Angga. Sekarang beri salam sama eyang," kata Arum


sambil menurunkan Angga.
"Ini eyang siapa?"
"Ini ibunya ibu peri, ayo beri salam."
Angga mencium tangan bu Suryo.yang keheranan
mendengar anak kecil memanggil Arum dengan sebutan ibu peri.
"Assalamu'alaikum, nenek peri," kata Angga.
"Haaa... nenek peri?" bu Suryo tak bisa menahan ketawanya.
Arum tersenyum lucu.
"Ibuuuuu.... ada nenek perii.." teriak Angga sambil lari
kedalam halaman.
Bu Suryo menatap Arum tak mengerti.
Ibu akan melihat hal yang aneh.
"Itu tadi anak kamu?"
"Iya bu, itu anak Arum, namanya Angga."
"Mengapa memanggil kamu dengan sebutan ibu peri?"
"Ada kejadian aneh setelah saya pergi dari rumah. Seorang
gadis yang gurunya Angga, sangat mirip dengan saya bu."
"Masa?"
"Angga mengira dia ibunya, dan memanggil ibu sampai
sekarang. Ketika saya datang pada suatu hari, Angga heran
melihat ibunya ada dua, lalu bu Ratih, gurunya yang mirip saya
tersebut mengatakan bahwa saya adalah ibu peri."
"Mengapa tidak berterus terang saja mengatakan bahwa
kamu adalah ibunya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 423


Pdf created by: Goldy Senior

"Karena waktu itu saya belum bersedia pulang bu, takutnya


Angga akan rewel."
"Ituuu itu... nenek peri sama ibu perii..." terdengar teriakan
Angga mendekat sambil menggandeng tangan Ratih.
Bu Suryo tertegun. Apakah Arum dilahirkan kembar?
"Bu Arum, mari masuk ke kantor saya." kata Ratih.
"Kami hanya sebentar bu Ratih, kenalkan, ini ibu saya, bu
Suryo."
Ratih mencium tangan bu Suryo.
"Saya Ratih ibu."
"Ini sungguh aneh. Kalian seperti kembar."
"Bukankah ibu peri bisa merubah wajahnya seperti siapa
saja?" tiba-tiba Angga menyela.
"Oh, benar, ganteng, aduuh.. pinter sekali anak ini."
"Silahkan masuk ke kantor saya ibu," kata Ratih.
"Tidak bu Ratih, saya tidak mau mengganggu. Saya
mengantarkan ibu jalan-jalan. Lain kali kita akan bertemu
diwaktu yang lebih longgar."
Ketika berpamit, Arum memeluk Angga, tapi Angga heran
tak melihat Arum menangis.
"Ibu, mengapa ibu peri tidak menangis ? Biasanya kalau
mencium Angga, ibu peri pasti menangis."
"Itu karena ibu peri akan datang kemari tak lama lagi," jawab
Ratih.
"Benar?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 424


Pdf created by: Goldy Senior

"Benar Angga," jawab Ratih pilu. Dirasakannya ia tak akan


bisa lagi bersama Angga seperti sebelumnya.
––––––––

"Anakmu lucu dan manis," kata bu Suryo dalam perjalanan


pulang."
"Iya bu."
"Kasihan juga, dia menganggap orang lain sebagai ibunya.
Dan itu sungguh aneh. Bagaimana bisa ada wajah persis seperti
kamu dan bu Ratih tadi?"
"Saya juga tidak mengerti bu, dan itu juga yang membuat
Angga terhibur, merasa masih didampingi ibunya, padahal
bukan."
"Kasihan anakmu Rum, segeralah pulang," kata-kata bu
Suryo begitu terdengar trenyuh, membuat Arum segera manatap
wajahnya.
"Ibu, .. benarkah Arum boleh segera pulang?"
"Mengapa kamu bertanya begitu? Ibu sudah mengatakannya
dan ibu akan melakukannya. Suruh suami kamu menjemput kamu
dan bahagialah bersama keluargamu."
Bagai mimpi Arum mendengar kata-kata bu Suryo. Kata
yang bertentangan dengan sikapnya pada hari-hari sebelumnya,
yang tampak sangat melarang kembalinya dia pada suaminya.
"Ibu, itu sebabnya Arum sangat menyayangi ibu.." Arum
memeluk bu Suryo dan menyandarkan kepalanya di bahunya.
"Apa maksudmu?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 425


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu sungguh penuh kasih sayang kepada siapa saja, itu yang
saya kagumi, saya belum pernah menemukan orang sebaik ibu."
"Bukankah kamu pernah merasa kesal sama ibu karena ibu
melarang kamu kembali pada suami kamu? Ngaku saja, ibu
melihat wajah kamu yang kelihatan marah sama ibu."
"Tidak bu, Arum tidak marah.."
"Mengapa wajah kamu tampak kesal begitu? Kelihatan lho
orang kalau lagi kesal."
"Arum mengerti mengapa ibu melakukannya."
"Mengerti?"
"Karena ibu menyayangi Arum, ikut merasakan sakit ketika
Arum disakiti, "
"Itu benar, herannya kamu bisa mema'afkan suami kamu.
Sedangkan ibumu ini, tidak akan pernah bisa mema'afkan
penghianatan yang dilakukan suami ibu."
"Saya kira jauh bedanya bu, antara ibu dan Arum. Benar
kalau ibu tidak bisa mema'afkan, karena sudah jelas ibu
dikhianati sepenuhnya. Diporoti hartanya demi perempuan lain,
tapi mas Aryo hanya khilaf sesa'at, dan saya sudah
mema'afkannya."
"Semoga itu bukan karena perangai buruknya."
"Ibu harus selalu merestui saya dan mendo'akan saya, agar
kami hidup bahagia."
Bu Suryo balas memeluk Arum. Pertemuan yang baru
setahun itu telah membuat ikatan halus diantara jiwa mereka,
menalikannya seakan mereka adalah sedarah daging, saling
mengasihi dan memperhatikan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 426


Pdf created by: Goldy Senior

"Besok kalau suami kamu datang, suruh bawa Angga juga


ya."
––––––––
"Bapaaak... sini... Angga mau cerita.." kata Angga begitu
melihat ayahnya pulang dari kantor.
Aryo bergegas mendekati Angga.
"Ada apa, anak bapak yang ganteng?"
"Dengar pak, ternyata ibu peri itu punya ibu."
"Oh ya? Tau dari mana?"
"Tadi ibu peri datang, bersama ibunya, nenek peri.."
Aryo menatap Ratih yang tiba-tiba sudah ada didekat
mereka.
Ratih mengangguk sambil tersenyum.
"Oh ya, datang kemari?"
"Bukan, datang kesekolah Angga. Waktu Angga bermain
dihalaman, ibu peri datang bersama nenek peri."
"Oh, bagus lah.. Bagaimana nenek peri? Cantik kah ?"
"Yang cantik ibu peri, nenek peri sudah tua."
Aryo tertawa.
"Lamakah ibu peri kesana?" pertanyaan itu ditujukan kepada
Ratih.
"Tidak, hanya sebentar, tapi nenek peri nya baik kok. Ia
heran melihat wajah saya yang katanya persis sama bu Arum."
"Benar, semua orang juga pasti heran."
"Bapak, kata ibu peri, ibu peri akan datang lagi nanti."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 427


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh ya? Angga senang?"


"Senang."
"Ya sudah, bapak mau mandi dulu ya?"
Ketika ponsel berdering, Aryo mengangkatnya dengan
riang. Telephone dari Arum.
"Hallo Arum ?"
"Mas Aryo, kapan mas Aryo menjemput aku?"
"Siap setiap sa'at tuan puteri."
"Kapan saja mas Aryo siap, mungkin hari Minggu supaya
mas Aryo lebih banyak waktu."
"Baiklah."
"Mas Aryo harus bicara sama bu Suryo, dan juga
mengucapkan terimakasih, dan juga ma'af.."
"Hm.. ya, apa lagi?"
"Dan minta agar saya kembali pada mas Aryo."
":Baiklah, aku akan mengajak ibu juga."
"Ibu minta, mas Aryo juga mengajak Angga."
"Oh ya?"
"Rupanya ibu suka banget sama Angga."
"Hm. senang mendengarnya. Baiklah bu Aryo, besok
Minggu pak Aryo akan menjemput kemari.
Ada dendang disetiap guyuran air dikamar mandi itu, ada
tembang penuh cinta, ada gejolak yang hampir terlampiaskan.
Aduhai.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 428


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Suryo mengepak semua yang harus dibawa Arum.


Pakaian yang dibelikannya, dan beberapa perhiasan yang semula
ditolak Arum karena harganya kelewat mahal. Tapi bu Suryo
memaksanya.
"Arum, itu ibu memang membelikannya untuk kamu,
mengapa kamu menolaknya?"
"Ibu sudah terlalu banyak memberi untuk Arum, ini mahal
bu, Arum tak sanggup menerimanya."
"Kamu itu anakku atau bukan?"
"Iya bu,"
"Kalau kamu anakku, maka terima saja apa yang sudah ibu
berikan dan jangan menolaknya. Kalau kamu menolak ibu akan
marah, tau!"
"Ibu....." Arum memeluk bu Suryo penuh haru.
Ada dua kopor pakaian yang sudah disiapkan bu Suryo,
dibantu yu Siti. Kedua kopor itu tegak disudut kamar, siap untuk
dibawa.
Arum menoleh kearah ranjang dimana yu Siti berada.
Dilihatnya yu Siti tidur memeluk guling, memunggunginya.
Arum merasa, kedua ibu yang baik ini sangat keberatan
ditinggalkannya. Arum menghela nafas. Separuh hatinya akan
tertinggal dirumah ini. Rumah yang penuh kasih sayang dan
naungan.
Arum mencoba memejamkan matanya, ketika didengarnya
sayup suara tangis dari luar kamarnya.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 429


Pdf created by: Goldy Senior

37
Arum mengangkat kepalanya. Ia menoleh lagi ke arah yu
Siti, masih diam sambil memeluk guling. Arum bangkit dan
duduk ditepi ranjang. Isak itu masih terdengar. Arum berdebar,
turun dan melangkah kearah pintu. Dibukanya pintu kamarnya,
perlahan sehingga tak menimbulkan suara.
Diruang tengah datangnya suara itu. Arum melangkah
perlahan. Astaga, dilihatnya bu Suryo sedang memeluk sebuah
pigura, sambil terisak isak. Arum tau, didalam pigura itu ada foto
dirinya dan bu Suryo. Ada senyum merekah disana, bagai ibu dan
anak yang sedang bahagia.
Arum mendekat, lalu duduk disamping bu Suryo. Bu Suryo
terkejut karena tak menduga Arum masih terjaga.
"Ibu...."
"Kamu belum tidur ?"
"Mengapa ibu juga masih ada disini ?" tanya Arum sambil
menghapus air mata bu Suryo dengan selembar tissue yang
diambilnya dimeja itu.
"Ibu nggak bisa tidur."
"Ibu harus tidur, ini sudah malam."
"Arum... besok malam, kamu sudah tidak ada lagi dirumah
ini," terisak bu Suryo memeluk Arum erat didadanya."
Arum hanyut oleh kesedihan bu Suryo. Memang susah
memutuskan ikatan yang sudah lama terjalin. Tak urung air
matanya juga terurai, membasahi pundak bu Suryo.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 430


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu jangan sedih ya, biarpun Arum tidak disini, tapi hati
Arum akan tetap berada dihati ibu, dan ibu juga akan tetap ada
dihati Arum ini."
"Jangan sampai ibu kamu lupakan ya Rum? Aku ibumu
kan?"
"Ibu, mana mungkin Arum melupakan ibu? Kita akan sering
bertemu, dan menikmati masakan bu Siti, atau jalan bersama
seperti biasanya."
"Benarkah?"
"Ibu harus percaya pada Arum.Sekarang ibu tidur ya, malam
sudah larut."
Bu Suryo mengangguk. Ditaruhnya pigura yang tadi
didekapnya diatas meja. Dipandanginya lagi sekilas dengan
perasaan tak menentu, lalu bangkit dan berjalan kearah kamarnya.
Arum menatapnya dengan iba, disadarinya bahwa ia juga
merasakan hal yang sama..
––––––––
"Pak Aryo, besok kan mau menjemput bu Arum, saya tidak
usah datang ya, saya ada keperluan bersama bapak."
Pesan singkat Ratih yang diterima Aryo malam itu. Tak apa,
ia tak bisa selamanya mengikat Ratih. Ia juga punya keperluan
dan tidak harus selalu melayani keinginan Angga.
Tapi Aryo bingung, bagaimana nanti menjelaskannya kepada
Angga kalau Arum ikut pulang kemari.Biasanya Ratih selalu bisa
memecahkan masalah, karena itu ditelponnya Ratih pagi sebelum
dia berangkat.
"Bu Ratih, ma'af, saya masih akan mengganggu."
"Ya pak Aryo, ada apa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 431


Pdf created by: Goldy Senior

"Bagaimana nanti saya bilang pada Angga kalau Arum


pulang. Bukankah dia selalu menganggap Arum sebagai ibu
peri?"
"Pak Aryo tidak usah bingung. Justru dengan tidak adanya
saya, pak Aryo bisa bilang pada Angga, bahwa pak Aryo
mengajak Angga menjemput ibu. Ini adalah kesempatan dan
waktu terbaik bagi Angga, untuk mendapatkan kembali ibunya
yang sejati, tanpa adanya saya. "
"Bagaimana dengan nenek peri?"
"Pak Aryo bilang ibu sedang main dirumah nenek peri,
sedangkan ibu peri lagi berkeliling dunia atau apa lah, " kata
Ratih setengah bercanda.
"Baiklah bu Ratih, semoga nanti semuanya akan baik-baik
saja."
"Bapaaak, mengapa ibu belum datang?" teriak Angga yang
tau bahwa ayahnya akan mengajaknya bepergian.
"Kita akan pergi menjemput ibu."
"Oh.. nanti akan mengajak ibu jalan-jalan?"
"Benar Angga."
"Horeeee.... kalau begitu Angga mandi sama bapak saja ya?"
"Baiklah, kita mandi sekarang."
Angga tampak gembira. Menjemput ibu? Kemana harus
menjemput ibunya. Selama ini ia belum pernah diajak menjemput
ibu. Setiap pagi ibu sudah datang, mengajaknya mandi,
menyiapkan keperluan sekolah.. Dimana kira-kira ibunya?
Angga tak ingin bertanya. Yang penting dia senang bisa ketemu
ibunya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 432


Pdf created by: Goldy Senior

Setelah menyiapkan Angga dengan pakaian yang dipilihnya,


Aryo menelpone Arum. Arum harus tau bahwa dia bukan lagi
menjadi ibu peri tapi ibu yang sebenarnya.

"Bagaimana kalau dia bertanya dimana ibu peri?" tanya


Arum dari seberang sana.
"Katakan bahwa ibu peri sedang pergi. Untuk selanjutnya
nanti kita pikirkan lagi. Yang jelas Angga sangat gembira ketika
aku bilang akan menjemput ibu."
"Baiklah, saya tunggu mas."
Bu Nastiti sudah berdandan rapi. Mereka makan pagi dengan
perasaan riang, betapa tidak, sang ratu akan kembali menghiasi
istana kecil mereka, bersama setiap hari setiap sa'at, dan tak perlu
ada kebohongan lagi.
Oh ya, Aryo lupa, ia juga harus berbagi kebahagiaan ini
dengan dokter Bramasto. Ia menelponnya yang disambut gembira
juga olehnya.
"Ikut senang pak Aryo, semoga semuanya baik-baik saja."
"Terimakasih pak Bram."
"Bagaimana dengan bu Ratih?" aduh, tiba-tiba Bramasto
menyesal telah menanyakannya. Jangan-jangan Aryo curiga
bahwa dia tertarik sama dia.
"Bu Ratih kebetulan ada perlu, tapi nggak apa-apa pak Bram,
supaya Angga merasa bahwa ibunya adalah Arum. Kami sudah
memikirkan bagaimana caranya mengatakan pada Angga."
"Syukurlah pak Aryo, pokoknya saya ikut gembira dan
bahagia. Selamat berkumpul kembali dengan keluarga."
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 433


Pdf created by: Goldy Senior

Dan tiba-tiba Bramasto senang mendengar bahwa Ratih tidak


ikut bersama mereka. Ada rencana yang difikirkannya. Kerumah
Ratih, karena bukankah dia sudah kenal dengan bapaknya?
Setengah sungkan, tapi nekat, Bramasto meluncur ke daerah
Kampung Sewu dengan mobilnya. Dia selalu ingat akan gang
dimana dulu menurunkan Ratih. Tapi kali ini Bram tidak berhenti
dijalan besar. Mobilnya langsung memasuki gang itu, dan ketika
hampir sampai diujungnya, ia berhenti didepan sebuah pagar.
Bramasto mengamati kebun kecil itu, tapi tak melihat
seorangpun disana. Bram turun dari mobil dan perlahan
memasuki halaman. Dilihatnya pintu rumah terbuka, berarti
penghuninya ada. Berdebar hati Bram ketika semakin dekat
mendekati pintu. Bodoh.. bodoh.. ini kan masih pagi, bukan
sa'atnya bertamu. Pikir Bramasto. Ia nyaris membalikkan
tubuhnya ketika tiba-tiba dari balik pintu muncul seseorang.
"Mau mencari siapa?"
Bramasto mengamati laki-laki setengah tua itu, dan ia
mengenalnya. Rupanya bapaknya Ratih lupa bahwa pernah
ketemu dirinya.
"Selamat pagi bapak..."
"Selamat pagi. Apakah kita pernah bertemu ?" tanya laki-laki
yang memang bapaknya Ratih itu, yang berasa seperti pernah
melihatnya.
"Ya bapak, saya yang seminggu lalu lewat sini, untuk
mencari bu Ratih."
"Ooo... iya.. iya.. saya ingat, tapi Ratih sedang kepasar,
nggak tau mau beli apa lagi, padahal tadi sudah selesai memasak.
Ayo..silahkan duduk dulu, mungkin sebentar lagi dia pulang."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 434


Pdf created by: Goldy Senior

"Ma'af, apakah saya mengganggu?"


"Tidak, mengapa bilang begitu? Silahkan masuk nak.."
Bramasto masuk dengan perasaan kurang enak.
"Ma'af pak, saya tadi hanya jalan-jalan dan kebetulan lewat,
barangkali masih terlalu pagi untuk bertamu. "
"Tidak apa-apa, ini hari libur.. sa'atnya orang jalan pagi
dengan lebih santai. Bapak juga sudah selesai membersihkan
kebun, merawat tanaman bunga milik Ratih. Orang setua saya
kan sudah tidak laku untuk bekerja, bisanya ya seperti ini,."
"Itu bagus pak, sekalian olah raga."
"Benar, kalau keringat sudah keluar, enteng rasanya badan.
Ya beginilah nak, semenjak ibunya Ratih meninggal, saya hanya
hidup berdua bersama Ratih. Dulu saya bekerja, tapi setelah
pensiun, hanya Ratih yang bekerja. Untunglah, Ratih itu bisa
mengerti keadaan .. dia tidak pernah mengeluh, walau hidup pas-
pasan."
"Keluarga ini tampak sangat bahagia. Saya merasakannya."
Pak Kardi tertawa.
"Bahagia atau tidak itu kan tergantung bagaimana kita
menerimanya nak. Walau kita hidup kekurangan, kalau kita bisa
mensyukuri nikmat, ya kita akan merasa bahagia. Sebaliknya
walau hidup berlimpah harta, kalau tidak bisa mensyukuri .. ya
akan selalu merasa kurang.. merasa tidak bahagia.."
Bramasto mengangguk angguk.
"Oh ya, saya lupa, apakah kita sudah saling memperkenalkan
nama? Saya pak Kardi, bapaknya Ratih."
"Oh iya pak, saya Bramasto, temannya bu Ratih."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 435


Pdf created by: Goldy Senior

"Apakah putera atau puteri nak Bramasto sekolah di tempat


Ratih mengajar?"
Bramasto tersenyum, sudah dua kali ada orang mengira dia
punya anak yang muridnya Ratih. Ah ya, Ratih sendiri yang
mengatakan itu ketika pertama kali bertemu. Lalu Bram merasa
sudah tua untuk disebut bujangan. Ahaa... ini juga baru mau
mendekati seseorang pak, kata hati Bramasto.
"Bukan pak, saya masih bujangan..."
"Oh... ma'af... saya kira..."
"Saya kelihatan tua bukan?"
"Tidak, bukan begitu nak, karena ada hubungannya dengan
Ratih, dan nak Bram memanggil bu Ratih.. saya pikir...."
"Saya kenal bu Ratih kaarena dia gurunga Angga, anak
teman baik saya."

"Oh iya, Angga itu sudah seperti anaknya Ratih.. Tapi


kabarnya ibunya sudah mau pulang."
"Benar pak. Syukurlah.."
"Tapi Ratih kelihatan sedih, ia sangat sayang pada Angga.
Kalau ibunya sudah kembali dia jadi jarang bertemu Angga."
"Benar pak, karena sudah lama dekat ya?"
Ratih yang baru pulang dari pasar terkejut melihat sebuah
mobil berhenti didepan pagar rumahnya, dan lebih terkejut lagi
ketika memasuki rumah, kemudian melihat dokter Bram sedang
berbincang dengan ayahnya.
"Oh, ada tamu rupanya," sapa Ratih begitu memasuki rumah.
Senyum yang terkembang selalu menimbulkan pesona bagi

Setangkai Mawar Untuk Ibu 436


Pdf created by: Goldy Senior

Bram. Sesa'at ia tak bisa berkata-kata, hanya menatap Ratih tanpa


berkedip.
"Sudah lama tamu kita menunggu, bapak belum buatkan
minum nduk."
"Biar saya buatkan," kata Ratih sambil membawa belanjaan
kebelakang."
"Jangan repot-repot bu Ratih..."
"Nggak apa-apa.. " kata Ratih dari jauh.
Tapi ketika keluar, Ratih bukan hanya membawa cawan
berisi teh hangat. Ada sepiiring jajanan pasar yang terhidang.
"Silahkan pak Bram.."
"Kok tiba-tiba ada kue macam-macam begini, bu Ratih?"
"Ini kue jajanan pasar namanya. Yang ini, namanya mendut,
ini.. jadah blondo.. ini.. nagasari.. Ayo dicoba, kok saya ngerasa
mau ada tamu, lalu beli makanan ini ya..."
"Berarti bu Ratih juga tau kalau ini makanan kesukaan saya."
"Oh ya?"
"Benar."
"Kalau begitu ayo silahkan ,, nak, saya mau ke belakang
sebentar, ma'af, belum mandi," kata pak Kardi sambil berdiri.
"Silahkan pak.."
Bramasto menikmati nagasari yang dihidangkan, dengan
mata berpendar dan dada berdebar. Bukan karena nagasarinya,
tapi karena tangan cantik itu membantu mengupaskannya dan
manaruhnya dipiring kecil., lalu terkadang tersentuh oleh
tangannya sendiri yang memegangi piring itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 437


Pdf created by: Goldy Senior

"Silahkan mas... eh.. mm..ma'af.. pak Bram.." kata Ratih


gugup karena tau Bramasto terkadang menatap matanya.
"Mengapa diralat? Barangkali itu lebih baik. Saya merasa
tua karena dipanggil pak."
Ratih tersipu.
"Habisnya, saya juga dipanggil bu. Saya juga merasa tua."
"Seperti balas membalas dong ... baiklah, ayo sepakat, saya
minta dipanggil mas Bram saja."
"Dan saya minta dipanggil Ratih."
"Oke, sepakat.""
Lalu keduanya tertawa lucu. Tapi ada semburat bahagia
mewarnai pertemuan pagi itu.
"Apa acara Ratih hari ini?"
"Nggak ada, kebetulan Angga mau ketemu ibunya, jadi saya
harus melepaskannya. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi."
"Ratih jangan sedih, bagaimana kalau kita jalan-jalan?"
"Jalan kemana?"
"Kemana saja, menghibur diri supaya jangan sedih."
Ratih lama tak menjawab. Kedatangan dokter ganteng ini
sama sekali tak disangkanya. Pembicaraan yang tak seberapa ini
telah melambungkannya kearah angan yang tinggi. Oh, tidak,
apakah Bramasto jatuh cinta? Baru beberapa kali bertemu? Ratih
tak ingin mengakuinya. Mana mungkin seorang dokter spesialis
yang sudah mapan tertarik pada dirinya? Bukankah lebih baik tak
berprasangka daripada ternyata hanya berangan kosong belaka?
Tapi harus diakuinya, ia suka kok. Ehem.. suka apa suka?
"Bagaimana?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 438


Pdf created by: Goldy Senior

"Apa?" Ratih terkejut dan membuyarkan lamunannya.


"Rupanya Ratih lagi ngelamun. Apakah ada yang marah
seandainya Ratih jalan sama saya?"
"Tidak.. tidak.. bukan begitu.."
"Lalu....?"
"Baiklah, mm.. tapi saya minta ijin bapak dulu ya?"
––––––––

"Ini sudah semuanya ya yu.. punya Arum semua kan?"


"Iya bu, sudah semua."
"Masak sudah selesai? So'alnya nanti saya ingin menjamu
keluarganya Aryo makan siang disini. Katanya Aryo akan
mengajak ibunya juga."
"Semua sudah siap bu. Ini saya sedang menata meja."
"Bagus yu. Tapi wajahmu jangan sedih begitu. Kamu kan
seperti aku, merasa berat ditinggalkan Arum, ya kan?"
"Benar bu, nak Arum sudah seperti anak saya sendiri. Entah
mengapa saya begitu menyayanginya."
"Bukan cuma kamu yu, Arum itu menurutku sudah seperti
anakku sendiri saja. Besok kita tidak akan bersama dia lagi ya
yu? "
"Benar bu, tapi mau bagaimana lagi, nak Arum juga
dibutuhkan oleh keluarganya."
"Apalagi anaknya yu, kamu kalau melihat anaknya nanti
pasti gemes. Bocah itu lucu, pintar dan menggemaskan.Begitu
melihat dia aku langsung merasa trenyuh. Bocah sekecil itu harus

Setangkai Mawar Untuk Ibu 439


Pdf created by: Goldy Senior

berpisah sama ibunya. Dan itu juga yang membuat aku semakin
yakin bahwa aku harus membiarkan Arum kembali."
"Apakah nanti anak itu ikut kemari?"
"Aku minta agar Arum menyuruh suaminya untuk mengajak
Angga. Oh ya yu, aku belum cerita ya, selama setahun ini Angga
itu merasa mendapatkan ibunya, karena ada gadis yang wajahnya
persis sekali sama Arum."
"Persis?"
"Persis seperti kembar."
Bu Siti menghentikan kegiatannya menata meja.
"Kembar? Ibu pernah melihatnya?"
"Melihatnya dengan mata kepala sendiri yu, seperti pinang
dibelah dua. Aku mengira dia itu kembar, tapi katanya mereka itu
masing-masing anak tunggal lho. Kok bisa..."
Yu Siti tercekat, tiba-tiba piring yang dipegangnya terlepas,
memperdengarkan bunyi nyaring yang mengagetkan bu Suryo.
––––––––

38
"Yu Siti, ada apa kamu ini.." bu Suryo melangkah mendekati,
lalu berjongkok membantu memunguti pecahan piring.
"Ma'af bu, ini piring kesayangan ibu," kata yu Siti agak
gemetar. Bukan hanya karena takut dimarahi, tapi juga ada yang
difikirkannya. Tentang anak kembar itu, tiba-tiba
mengingatkannya akan kedua anaknya. Beribu pertanyaan
memenuhi benaknya. Benarkah.. benarkah.. dan benarkah..?

Setangkai Mawar Untuk Ibu 440


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya sudah... ya sudah.. nggak usah disesali. Cuma piring


saja, kamu kok seperti orang gemetaran begitu ta yu, nggak apa-
apa, aku nggak marah kok. Kan masih banyak piring lainnya. "
"Kan ibu selalu minta piring yang pecah ini."
"Ya nanti ganti lainnya, sudah , ambil pengki saja, nanti
tanganmu kena pacahan piring lho yu."
Yu Siti berdiri, mengusap air matanya. Sungguh bukan piring
pecah itu yang menggetarkan hatinya, tapi adanya anak kembar
itu.

Dulu ketika Arum sakit dan yu Siti menggosok perutnya


dengan minyak gosok, ia melihat tahi lalat didekat pusarnya. Itu
seperti tahi lalat bayinya, tapi kan itu bukan sebuah tanda yang
harus diyakininya sebagai anaknya? Banyak orang punya tahi
lalat disembarang tempat. Tapi bayi yang satunya juga punya tahi
lalat, diatas bibir kirinya. Apakah yang namanya Ratih punya tahi
lalat disana?
"Ya Tuhan... ," keluh yu Siti lirih.
"Yu, sudahlah, kamu kok seperti orang yang menyesalinya
sampai setinggi langit begitu. Aku yang punya saja tidak
menyesal dan tidak akan marah sama kamu lho yu, sungguh,"
kaya bu Suryo yang mengira bahwa yu Siti mengeluh karena
telah memecahkan piring kesayangannya.
"Iya bu, ma'af ya bu.."
"Sudah yu... nggak apa-apa ... sudah dibilang nggak apa-apa
kok..."
Bu Suryo sangat menyayangi yu Siti. Tak pernah sekalipun
bu Suryo marah seandainya yu Siti merusakkan barangnya atay

Setangkai Mawar Untuk Ibu 441


Pdf created by: Goldy Senior

menghilangkannya sekalipun. Tapi kali ini bu Suryo heran karena


cuma memecahkan piring saja yu Siti sampai gemetaran dan
tampak pucat seperti orang ketakutan.
"Ada apa bu?" kata Arum yang baru keluar dari kamar.
"Itu, yu Siti memecahkan piring ibu. Ibu tidak marah, tapi yu
Siti seperti orang ketakutan begitu."
Arum mendekati yu Siti yang sudah selesai membersihkan
pecahan piring.
"Ibu kan tidak marah. Ya ampun, mengapa badan bu Siti
dingin sekali?" kata Arum yang memegang tangan bu Siti.
"Tidak apa-apa nak."
"Bu Siti sakit?"
"Tidak nak, tidak apa-apa."
"Yu, kalau sakit bilang sakit. Iya benar, badan kamu dingin
seperti es. Ayo tinggalkan ini semua dan masuk kekamarmu."
Arum menuntun yu Siti kekamarnya. Yu Siti memang benar-
benar merasa lemas. Begitu sampai dikamar ia menjatuhkan
tubuhnya begitu saja ke ranjang.
"Ambilkan minuman hangat Rum."
Arum keluar dan kembali dengan secangkir teh hangat.
"Bu, ayo diminum dulu bu.," kata Arum sambil
membangunkan tubuh yu Siti. Yu Siti menurut, dihabiskannya
secangkir teh hangat, lalu direbahkannya lagi tubuhnya.
"Kamu harus makan sekarang, lalu minum obat. Kamu
kecapean dan masuk angin yu."
"Biar saya ambil sendiri bu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 442


Pdf created by: Goldy Senior

"Biar Arum mengambilkannya bu."


Yu Siti terbaring lemah, ketika Arum menyuapinya
makanan, ditatapnya wajah cantik itu lekat-lekat. Matanya
berkaca-kaca.
"Apakah benar kamu anakku?" bisik yu Siti pelan. Arum
mendengarnya tapi tidak begitu jelas.
"Apa bu? Iya benar, Arum menganggap bu Siti ibu saya,
tentu saja Arum anak bu Siti."
Arum kemudian mengira bahwa yu Siti sakit karena ia akan
meninggalkannya.

"Dihabiskan makannya ya bu, lalu diminum obatnya. Bu Siti


jangan sedih ya, Arum kan tidak pergi jauh. Kalau bu Siti mau,
Arum bisa kok datang kemari setiap hari."
Yu Siti terus menatap Arum, air matanya menggenang.
Arum mengusapnya dengan lembut.
"Iya yu, aku juga kehilangan Arum, tapi kan kamu sendiri
yang bilang bahwa Arum dibutuhkan keluarganya? Kalau kamu
ingin, bisa saja setiap hari ketemu.
Yu Siti tak menjawab, ia tak ingin mengatakan apa yang
dirasakannya karena takut dianggap mengada-ada. Biar saja
mereka mengira aku takut kehilangan nak Arum, batin yu Siti.
"Obatnya diminum yu, aku mau melihat kedepan, siapa tau
tamu kita sudah datang."
––––––––
Arum meninggalkan kamar yu Siti ketika dilihatnya yu Siti
memejamkan matanya. Wajah itu masih tampak pucat. Arum

Setangkai Mawar Untuk Ibu 443


Pdf created by: Goldy Senior

menyelimuti tubuh ramping itu sebelum keluar. Ia berharap, obat


yang diminumnya segera bekerja dan bu Siti merasa lebih segar.
Yu Siti merasa lemas tiba-tiba, bayangan dua bayi mungil
yang baru saja dilahirkannya memenuhi benaknya. Bayi-bayi
cantik dan sehat, dengan tangis keras,begitu keluar dari rahimnya.
Bidan yang membantunya melahirkan mengatakan, bahwa
bayinya sangat sehat. Dan cantik tentu saja. Dengan hidung
mancung, bulu mata lentik, oh ya, rambutnya juga sangat lebat.
Menjadi perempuan miskin tanpa daya, ia harus
melepaskannya. Melepaskan buah hati dan belahan jiwanya.
"Ya Tuban, mungkinkah akan Engkau pertemukan lagi aku
dengan mereka? Gadis kembar ini, apakah benar anakku?"
bisiknya dalam hati sambil memejamkan matanya.
Apakah gadis itu nanti akan datang bersama Aryo? Itu juga
pertanyaan yu Siti. Ia tadi belum sempat menanyakannya.
Barangkali kalau dia datang, yu Siti bisa melihat tahi lalat diatas
bibir kirinya, lalu ia akan meyakininya bahwa mereka adalah
anak-anaknya. Benarkah? Tapi keraguan masih menyelimuti
hatinya.
Ia ingat wanita cantik yang dulu membawa salah satu
anaknya, lalu memberinya uang untuk membayar beaya
persalinan. Wanita itu cantik, tapi yu Siti lupa namanya.
Barangkali ia masih bisa mengenalinya apabila bertemu. Tapi
wanita berikutnya, yang membawa bayi kedua, ia sama sekali tak
ingat. Ketika itu ia dalam keadaan sakit parah, setengah sadar,
dan mungkin sudah tewas seandainya bu Suryo tidak
menolongnya dan merengkuhnya seperti keluarga sampai
sekarang.
––––––––

Setangkai Mawar Untuk Ibu 444


Pdf created by: Goldy Senior

Arum berdiri dihalaman. Sebuah mobil berhenti didepan


pagar. Arum tau itu mobil suaminya. Ia membuka pagar dan
meminta agar Aryo memasukkan mobilnya.
Didengarnya Angga berteriak-teriak dari dalam mobil.
"Itu ibu ?"
Mobil itu berhenti. Angga sudah merosot turun terlebih dulu,
bu Nastiti membantunya. Arum memeluk bu Nastiti erat, yang
dibalasnya dengan linangan air mata.
"Ma'afkan Arum, ibu."
"Sudah, sudah.. lupakan semuanya," kata bu Nastiti.
"Ibu bekerja disni ?" teriak Angga ketika Arum
menggendongnya.
"Bukan, ibu sedang main dirumah nenek peri."
Angga menatap ibunya dengan heran.
"Ini rumah nenek peri ?"
Seorang wanita dengan langkah anggun keluar dari rumah.
"Itu kan nenek peri !!"
"Beri salam pada nenek peri, kata Arum."
Aryo merangkul isterinya, mendekapnya erat.
"Nenek peri.... ini rumah nenek peri?"
Bu Suryo tertawa lebar, lalu membungkukkan badannya
untuk mencium kedua pipi Angga.
"Benar sayang, ini rumah nenek peri. Ayo silahkan masuk
semuanya..." kata bu Suryo ramah.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 445


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu, ini ibu mertua saya," kata Arum memperkenalkan ibu


mertuanya.
"Oh, senang bisa bertemu tamu-tamu istimewa. Saya Suryo,
ibunya Arum, bukan begitu Arum?"
"Iya, itu benar, jawab Arum tersenyum.
"Ayo masuk semuanya, Aryo.. ini rumah mertua kamu...
silahkan semuanya."
Aryo mendekat dan mencium tangan bu Suryo.
"Aku titipkan Arum kepadamu, tapi sekali lagi kamu
menyakitinya, aku tidak akan pernah mema'afkannya," kata bu
Suryo berbisik, ketika ia mencium Aryo.
"Saya berjanji akan selalu menjaganya dan mencintainya,"
jawab Aryo sambil sekali lagi mencium tangan bu Suryo.
Bu Suryo tampak ramah menyalami tamu-tamunya.
Tiba-tiba Angga melangkah masuk kedalam, sambil matanya
mencari-cari.
"Angga, mau kemana kamu?" tegur ayahnya.
"Dimana ibu peri ?"
"Oh, iya.. ibu lupa bilang, ibu peri sedang mengunjungi anak
baik lainnya.."
Angga kembali, lalu menggelendot dipangkuan ibunya.
"Kapan ibu peri pulang?"
Bu Suryo meraih tangan Angga, lalu ditariknya si kecil
ganteng ke pangkuannya.
"Anak ganteng, pada suatu hari ibu peri akan datang
menemui kamu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 446


Pdf created by: Goldy Senior

"Rumah nenek peri bagus ya, tapi tidak ada mainan disini."
Semuanya tertawa.
"Karena nenek peri sudah tua, jadi tidak suka mainan."
Suara penuh riang itu terdengar oleh yu Siti dari dalam
kamarnya. Ia sudah merasa lebih tenang. Kemudian dia bangkit,
lalu melangkah keluar kamar, Dilihatnya Arum sedang
memeriksa meja makan dan membenahi apa-apa yang dirasa
kurang. Yu Siti mendekat.
"Lho, bu Siti gimana, sudah, tiduran saja, biar saya
mengaturnya."
"Yu Siti sudah baikan."
"Jangan begitu bu, nanti ibu marah lho."
"Banyakkah tamunya?"
"Tidak, cuma mas Aryo, ibu mertua saya dan Angga."
Yu Siti tampak kecewa. Ada yang ingin dilihatnya, kembaran
Arum, tapi ternyata dia tak ada.
––––––––

Bramasto mengajak Ratih makan pagi disebuah warung soto


yang terletak didaerah Gading. Warung sederhana tapi selalu
dipenuhi pelanggan. Bram memilih tempat duduk disudut
ruangan, lalu mereka memesan dua gelas teh pans dan soto ayam.
"Sudah pernah makan disini?" tanya Bram.
"Belum, saya jarang pergi agak jauh. Paling didekat-dekat
rumah saja, demikian juga kalau ingin belanja."
"Benar-benar gadis pingitan ya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 447


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh, bukan.. saya bebas kemana-mana, cuma saya saja yang


malas. Kuper jadinya bukan?"
"Tidak juga. Bagus lah seorang gadis tidak suka pergi-pergi.
Apalagi gadis cantik, banyak godaannya, banyak
pengganggunya," kata Bram sambil menatap Rtih. Tatapan yang
menggetarkan hati Ratih. Aduh, apa sih maksudnya dokter
ganteng ini?
"Ma'af, tapi itu benar," lanjut Bramasto.
"Apanya yang benar?"
"Gadis cantik banyak yang menggoda dan mengganggunya.."
"Oh... " Ratih tersipu, diakah yang dikatakannya cantik?
"Termasuk saya..." lanjut Bramasto.
"Apanya?"
"Saya jadi mengganggu.."
"Mas Bram mengganggu siapa?"
"Mengganggu Ratih.." Mata mereka bertatapan, sepercik api
menyulut rasa, menimbulkan getar yang entah darimana
datangnya.
"Maukah saya gangguin ?"
"Nggak mau ah, masa digangguin.."
"Ini serius.."
"Apanya yang serius..?"
"Saya mengganggu Ratih, tapi saya serius.. "
"Ah, nggak ngerti aku."
"Ya sudah, lain kali akan saya jelaskan."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 448


Pdf created by: Goldy Senior

Masa sih harus dijelaskan? Bukankah Ratih sudah mengerti?


Tatapan itu, ucapan itu. Masihkah tidak percaya?
"Saya ingin berterus terang. Ratih sangat menarik hati saya."
Melihat senyuman Ratih, Bram semakin berani mengucapkan
kata-kata.
Tuh kan, kurang jelas apa?
"Begitu mudahnya?"
"Tidak, saya seorang yang sulit jatuh cinta. Itu sebabnya saya
menjadi perjaka tua."
Ratih menahan ketawanya. Priya didepannya ini masih
tampak muda, manis dan ganteng. Mana sih yang menampakkan
dia tua?
"Teman-teman seumuran saya sudah banyak yang punya
anak satu atau dua. Tapi saya belum laku juga."
"Ketika pertama kali bertemu bu Arum, saya kira saya jatuh
cinta, tapi ternyata saya hanya kasihan kepadanya. Lalu ketemu
Ratih. Perasaan saya lain. Ma'af kalau saya lancang."
Ratih terdiam, dia belum pernah mendengar laki-laki
mengungkapkan perasaannya. Dan itu membuatnya salah
tingkah. Apakah Ratih menolaknya? Tidak juga. Laki-laki
didepannya sungguh menarik. Tapi Ratih harus yakin bahwa dia
ber-sungguh-sungguh.
"Ratih marah?"
Ratih menggeleng. Banyak orang dikelilingnya, tak mungkin
dalam suara hiruk pikuk orang makan dan memesan makanan
bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, apalagi Bram
mengatakannya sangat lirih, hampir berbisik, tapi begitu
menyentuh perasaan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 449


Pdf created by: Goldy Senior

Sekali jalan bersama Bramasto, seakan sudah ribuan kali


bertemu. Ratih heran pada dirinya, lalu bertanya, inikah namanya
jtuh cinta?"
––––––––

"Ibuu... apakah kita mau jalan-jalan?" tanya Angga dalam


perjalanan pulang.
"Tidak sekarang Angga, ibu mau pulang dulu. Angga tau,
sekrang ibu tidak bekerja lagi, sehingga bisa setiap hari, pagi,
siang malam, selalu bersama Angga."
"Benarkah, bapak?"
"Iya sayang. Apa yang dikatakan ibu itu benar."
"Horeee..." Angga bersorak kegirangan."
"Ibu nanti bisa bantuin Angga menata buku-buku Angga lagi
bukan?"
"Pasti Angga."
"Sebemtar lagi sekolah Angga pindah sekolah bukan? Ibu
tidak akan meninggalkan Angga disekolah yang baru?"
"Ibu akan menungguin Angga selama Angga mau. Tapi,
kalau Angga semakin besar, sepertinya kalau sekolah nggak
boleh ditungguin deh."
"Oh iya, ibu pernah bilang begitu."
"Rum, yang namanya bu Siti itu sepertinya sakit ya?" tanya
bu Nastiti.
"Iya bu. Dia itu seperti pembantunya ibu Suryo, tapi bu
Suryo menganggapnya sebagai keluarga.Tadi itu memang agak
masuk angin."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 450


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu Suryo sangat baik ya Rum. Beruntung kamu bertemu


dengan dia."
"Iya bu, itulah sebabnya mengapa Arum harus bisa menjaga
perasaan ketika sa'atnya pulang, so'alnya bu Suryo sangat
khawatir kalau saya disakiti lagi," kata Arum sambil melirik
kearah suaminya. Aryo tersenyum dan berdehem
"Ada apa mas? Tiba-tiba serak ya?"
"Jangan nyindir lah, katanya yangsudah lalu biarlah
berlalu..." kata Aryo.
"Iya.. iya... "
"Horee... kita sudah sampai rumah..." teriak Angga.
––––––––
"Yu Siti, kamu itu apa sudah sehat benar, biar saja aku yang
menata kembali piring-piring ini." kata bu Suryo ketika melihat
yu Siti sudah sibuk bersih-bersih didapur.
"Tidak apa-apa bu, sudah merasa lebih baik."
"Kalau begitu, sisa lauk dan nasi ini kita bungkusi saja yu,
entah jadi berapa bungkus, nanti dibagi-bagikan kepada siapa
yang mau. Mungkin ada abang becak, atau pemulung yang mau
menerima, kan lauknya juga pantas diberikan kepada orang yu,
bukan sisa-sisa."
"Iya bu, saya tadi juga sudah berfikiran begitu, biasanya
kalau ada makanan tersisa ibu pasti menyuruh memberikan
kepada orang-orang yang tidak mampu."
"Baiklah yu, ayo biar aku bantuin biar cepet selesai."
Bu Suryo dan yu Siti sibuk membungkusi makanan yang
tersisa. Tapi tak banyak yang mereka bicarakan. Keduanya

Setangkai Mawar Untuk Ibu 451


Pdf created by: Goldy Senior

masih merasakan sepi yang menyeruak setelah Arum pulang


kerumah suaminya.
"Sepi ya yu?"
"Sangat sepi... tapi sebenarnya saya teringat pada cerita ibu.."
"Cerita tentang apa yu?"
"Tentang seorang gadis yang wajahnya mirip sekali dengan
nak Arum."
"Iya yu, itu sebuah kebesaran Tuhan. Angga yang
ditinggalkan ibunya tiba-tiba mendapat ganti seorang gadis yang
sangat mirip, lalu dia merasa bahwa dia itulah ibunya."
"Saya jadi penasaran bu. Bagaimana ya wajah gadis itu?"
"Ya persis seperti Arum itu yu, nggak ada bedanya. Saya
pikir mereka kembar, tapi masing-masing punya orang tua
sendiri."
"Semakin penasaran saya bu, ingin melihat seperti apa gadis
itu."
"Sayangnya kemarin Aryo tidak mengajaknya kemari. Kalau
dia ikut, pasti kamu bisa melihatnya yu. Sungguh ajaib ada wajah
kembar seperti itu."
Ajaib? Yang lebih ajaib ialah apabila mereka itu benar-benar
anak saya, kata hati yu Siti.
"Yu, ini sudah jadi enam bungkus, itu ada berapa?"
"Sudah habis bu nasinya, berarti ada limabelas bungkus,
nanti akan saya bagikan kepada yang mau menerimanya."
"Ya yu, masukkan kedalam tas besar ini saja. Lumayan
banyak, syukurlah." kata bu Suryo ketika melihat yu Siti masih
seperti orang melaumn.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 452


Pdf created by: Goldy Senior

"Bu, saya masih penasaran dengan gadis itu. Apakah dia


memiliki tahi lalat diatas bibir sebelah kirinya?"
––––––––

39
Bu Suryo heran. Mengapa yu Siti bertanya begitu.
"Tahi lalat diatas bibirnya? Aduh, aku kok nggak begitu
perhatian ya, aku bertemu hanya sekilas, ketika Arum mengajak
ke sekolah Angga. Tapi mengapa kamu bertanya begitu yu?"
Yu Siti bingung untuk menjawabnya. Ia keceplosan
menanyakan hal itu. Padahal dia masih takut mengakui bahwa
anaknya yang diberikan orang itu kembar. Bu Suryo
menganggapnya hanya seorang. Bagaimana kalau bu Suryo
memarahinya lagi seperti ketika ia mendengar bahwa dia telah
menyerahkan anak bayinya?
"Buk..bukan apa-apa bu, saya pernah melihat .. itu.. seorang
gadis mirip nak Arum.. tapi nggak persis kok.. Ya sudah bu, saya
bawa makanan ini keluar dulu." kata yu Siti agak gugup, lalu
keluar dari dapur.

"Yu Siti bersikap aneh hari ini. Apa dia stress karena
ditinggal Arum ya. Hm, aku maklum lah, dia kan selalu
menyesali anaknya yang diberikan ke orang itu. Tapi ya
menyesallah, aku yang bukan orang tuanya saja menyesal. Duh,
seandainya bayi itu masih ada, dan dirawat disini, alangkah
menyenangkan, aku punya yu Siti, punya anaknya yu Siti..." bu
Suryo bergumam sendiri sambil membersihkan meja dan sisa-sisa
makanan yang harus dibuang.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 453


Pdf created by: Goldy Senior

––––––––
Yu Siti pergi kejalan, membagikan bungkusan nasi kepada
abang becak dan siapa saja yang ditemuinya dan yang sekiranya
mau menerima nasi bungkusnya. Tidak mudah memberikannya,
dan harus cermat bahwa orang yang diberinya benar-benar mau
menerimanya dan membutuhkannya. Pernah pada suatu kali, ia
melihat seorang perempuan setengah tua, dengan pakaian lusuh,
duduk ditepi jalan. Ketika bu Siti mengulurkan nasi bungkus
yang dibawanya, perempuan itu menolaknya.
"Oh, tidak bu, saya sudah punya nasi dirumah."
Aduh, yu Siti sangat menyesal. Sebenarnya maksudnya baik,
tapi terkadang orang mengira bahwa dirinya direndahkan,
dianggap hina atau miskin. Dengan terbungkuk-bungkuk ia
meminta ma'af. Setelah itu ia harus lebih cermat mengamati siapa
yang benar-benar butuh dan yang tidak. mampu.
Disebuah gerombolan abang-abang becak, yu Siti
memberikan 10 bungkus yang tersisa. Dengan wajah sumringah
mereka menerimanya, dan berkali-kali mengucapkan terimakasih.
Tapi bukan ucapan terimakasih itu yang dibutuhkan, rasa gembira
ketika menerimanya, sungguh cukup membuat lega.
Yu Siti kembali berjalan kearah rumah. Ia belum
membersihkan dapur, nggak enak apabila nanti bu Suryo
melakukannya, walau bu Suryo tak pernah membiarkannya
bekerja sendiri.
Ketika ia akan menyeberang jalan, sebuah mobil berhenti
disampingnya. Pengemudi mobil membuka kaca, dan melongok
kearah bu Siti.
"Bu Siti darimana?"
Yu Siti terkejut, menatap pengemudi mobil itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 454


Pdf created by: Goldy Senior

"Pak dokter ?"


"Darimana bu? Mau pulang? Mari saya antar sekalian."
"Tidak pak dokter, cuma disitu saja, saya berjalan kaki saja."
"Sungguh nggak mau diantar?"
"Terimakasih pak dokter, pak dokter mau mampir?"
"Tidak untuk kali ini bu, saya harus mengantar dia pulang.
Lain kali pasti saya mampir."
Bu Siti menatap gadis disamping pak dokter.. terkesiap
melihat wajah itu. Wajah yang sangat mirip dengan Arum. Bu
Siti mendekat kearah mobil, tapi mobil Bramasto sudah berlalu.
Gugup bu Siti melambaikan tangannya.. meminta agar Bramasto
berhenti, tapi rupanya Bramasto tak melihat lambaian tangan itu.
Lemas bu Siti, mundur kearah pinggir dan terus menatap mobil
Bramasto yang semakin menjauh.
"Gadis itu... gadis itu.. apakah itu dia? Gadis yang wajahnya
seperti nak Arum? Pak dokter mengenalnya? Aduh, mengapa aku
terlambat menatapnya." gumam yu Siti dengan perasaan tak
menentu.

Rasa sesal terus menghantuinya sampai dia masuk kedalam


rumah. Ia langsung menuju dapur, tapi dapur itu telah bersih, bu
Suryo telah membersihkannya.
"Yu, Sudah selesai?"
"Sudah, mengapa ibu kerjakan ini semua, nanti ibu
kecapean."
"Nggak apa-apa, kamu kan agak kurang enak badan dari
pagi, sekarang kamu istirahat saja, aku juga mau rebahan
dikamar."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 455


Pdf created by: Goldy Senior

"Tadi saya melihat pak dokter."


"Masa? Dimana ?"
"Lewat sini bu, tapi belum bisa mampir katanya, saya
melihat pak dokter sama seorang gadis, yang sangat mirip nak
Arum."
"Benarkah? Itu namanya Ratih, jalan sama nak Bram? Hm,
baguslah kalau sampai jadian. Dia kan mirip Arum, mungkin nak
Bram suka wajah seperti Arum."
"Apakah dia yang ibu maksud? Yang bisa menggantikan nak
Arum sebagai ibunya Angga?"
"Lha tadi aku tidak melihat, mana tau apa benar dia."
"Saya pengin sekali melihatnya."
"Lain kali aku akan minta Arum agar mengajaknya kemari."
"Sungguh ya bu.. penasaran saya.."
"Iya, nanti setelah istirahat aku akan menelpone Arum."
Yu Siti merasa senang. Mudah-mudahan benar dia bisa
ketemu gadis itu.
––––––––

Bramasto sengaja melewati rumah bu Suryo, supaya Ratih


tau bahwa Arum pernah tinggal disitu selama setahun.
"Pasti bu Suryo mengomeli saya, sudah lewat nggak mau
mampir."
"Mengapa tadi tidak mampir?"
"Habisnya sudah siang, nanti bapak mengira saya menculik
Ratih."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 456


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih tertawa.
"Tadi mengganggu, sekarang menculik..."
"Iya benar. Senang dong menculik gadis cantik, kan yang
diculik juga mau."
"Iih... bisa aja.."
"Kalau nggak mau pasti sudah berteriak-teriak minta tolong
dong."
"Ngomong-ngomong.. tadi itu bu Siti?"
"Iya, lupa ngenalin ke Ratih. Itu pembantunya bu Suryo, tapi
seperti tidak dianggap pembantu."
"Maksudnya.?"
"Bu Suryo sangat baik. Yu Siti ditemukan dalam keadaan
sakit dan tak berdaya, lalu ditolongnya, diajaknya kerumah dan
dianggapnya sebagai keluarga."
"Sungguh baik ya hatinya bu Suryo? Dan penampilan bu Siti
juga tidak seperti pembantu kan? Bajunya bagus, wajahnya bersih
dan sisa-sisa kecantikannya masih ada kan?"
"Benar, dulunya pasti cantik sekali."
"Kapan-kapan saya ingin minta bu Arum agar mengajak saya
kerumah bu Suryo."
"Mengapa tidak minta saja sama saya?"
"Haaa.."
"Saya juga bisa lho mengantarkan.."
"Benarkah?"
"Kapan-kapan saya akan ajak Ratih kesana. Biar bu Siti
kaget dan mengira Ratih adalah bu Arum."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 457


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya, dia belum pernah ketemu saya, kalau bu Suryo sudah


pernah."

"Nah, sudah hampir sampai rumah, Mampir ke rumah makan


itu sebentar ya?"
"Kan kita sudah makan, masih laparkah?"
"Mau beli oleh-oleh buat bapak..."
"Aduh, mengapa repot-repot..."
"Biarin aja, biar bapak senang."
Bramasto memberhentikan mobilnya disebuah rumah makan.
"Ayo turun dan pilihkan makanan apa yang bapak suka,"
kata Bram sambil turun dari mobilnya.
––––––––
Hari-hari yang berjalan, dilalui oleh keluarga Aryo dengan
sangat bahagia. Kemelut telah berlalu, dan sebuah janji untuk
saling setia dan menjaga selalu dibisikkan Aryo ketelinga Arum
setiap kali sedang berduaan dikamar.
"Kemarin aku menelpone pak Bram, tak tahunya dia sedang
jalan sama Ratih," kata Aryo pada suatu hari.
"Benarkah? Itu menyenangkan sekali. Semoga Ratih benar-
benar bisa menjadi jodohnya."
"Iya, urung menjadi jodohmu, mendapatkan Ratih yang
wajahnya mirip denganmu," kata Aryo menggoda.
"Iih.. bukan maunya dia masalah jodoh itu... cemburu nih?"
"Ya jelas lah cemburu, kan cemburu itu tandanya cinta?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 458


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibuuuu... " tiba-tiba terdengar teriakan Angga dari kamar


sebelah. Arum turun dari ranjang dan masuk kekamar Angga.
"Ada apa Angga ?"
"Aku mau tidur sama ibu, mengapa ibu tidurnya sekarang
sama bapak?"
"Memangnya nggak boleh, ibu tidur sama bapak?" tanya
Arum sambil membaringkan tubuhnya disamping Angga.
"Biasanya ibu nggak mau.."
Arum tertawa, iyalah.. nggak mau.. kan itu bukan ibu tapi bu
Ratih? Kalau berani tidur dikamar bapak... hm.... kata batin Arum
sambil mengelus kepala Angga.
"Sekarang ibu mau, kan ibu sudah tidak bekerja lagi, jadi
tidur dirumah ini."
"Kalau Angga sudah bobuk.. ibu kemari ya.."" tiba-tiba Aryo
muncul dibalik pintu kamar Angga.
"Nggak boleeeeh..." teriak Angga sambil merangkul ibunya.
Arum meleletkan lidahnya kearah Aryo.
"Awaasss kamu ya!" ancam Aryo sambil tertawa.
––––––––

Pagi itu Arum mendapat telephone dari bu Suryo, ia minta


agar Arum datang, tapi bersama dengan Ratih.
"Oh, iya bu, nanti saya bilang bu Ratih, kemudian kami akan
nyamperin kerumahnya."
"Bener ya, so'alnya yu Siti nggak percaya ketika ibu cerita
tentang wajah Ratih yang persis sekali dengan wajah kamu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 459


Pdf created by: Goldy Senior

"Oh iya, bu Siti belum pernah melihatnya ya bu, baiklah,


nanti Arum akan membuat kejutan untuk bu Siti. Bagaimana
kalau besok Minggu?"
"Nggak apa-apa hari Minggu Rum, supaya suami kamu ada
waktu untuk mengantar. Kalau bisa ajak ibu kamu sekalian. Dulu
saya dan ibumu bertemu hanya sekilas, belum bisa cerita banyak.
Sekarang kan kita sudah menjadi keluarga."
"Iya benar bu, menyenangkan sekali bisa rame-rame
kerumah ibu."
"Aku tunggu ya Rum, yu Siti itu lho, penasaran katanya."
"Baik ibu, nanti saya bilang mas Aryo, dan juga mengabari
bu Ratih."
––––––––

Bramasto yang datang dirumah Ratih hari Minggu itu tidak


kecewa kalau Ratih mau diajak Arum kerumah bu Suryo. Itu
karena Ratih kemudian juga mengajaknya serta.
"Beberapa hari yang lalu kan mas Bram janji mau kerumah
bu Suryo, nah, janji itu harus dipenuhi hari Minggu ini. Mau
kan?"
"Baiklah, kalau bersama Ratih, biar keujung dunia juga saya
mau kok."
"Hm.. gitu ya," jawab Ratih tersipu...
"Bukan gitu...Tapi giniii.." kata Bramasto sambil
mengacungkan jempolnya.
Ratih tersenyum lebar. Ternyata Bramasto terkadang lucu,
terkadang menggemaskan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 460


Pdf created by: Goldy Senior

Ketika kemudian sebuah mobil berhenti dihalaman, Ratih


dan Bramasto keluar. Ia tau itu mobilnya Aryo.
Dari dalam mobil Angga berteriak.
"Bukankah itu ibu peri?"
Arum menurunkan Angga yang lalu berlari mendekati Ratih.
Ratih membuka kedua tangannya, kemudin memeluk Angga.
"Ibu peri ada disini?"
"Iya, ibu peri mau pergi bersama Angga..."
"Ibu peri .. bukankah itu pak dokter ?"
"Karena pak dokter itu anak baik, ibu peri mendatangi pak
dokter.." kata Arum yang juga sudah turun dari mobilnya.
Aryo tertawa sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Bramasto melotot lucu menatap sahabatnya.
"Apa ibu peri akan pergi bersama kita?"
"Iya Angga, kita kemari karena akan mengajak ibu peri. "
"Apa pacarnya ibu peri boleh ikut?" kata Bram bercanda.
Ratih tersipu.
"O.. jadi benar..sudah jadian...Baguslah."
Arum dan Aryo tertawa senang.
"Ayo kita berangkat..." teriak Angga
"Baiklah, kita pamit dulu sama bapak," kata Bramasto yang
lalu masuk kedalam. Beberapa minggu ini telah membuat
Bramasto terbiasa dirumah Ratih.
"Nanti Angga bersama ibu peri ya, dimobilnya pak dokter,"
kata Ratih yang tampak sangat kangen dengan Angga.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 461


Pdf created by: Goldy Senior

"Ibu, bolehkah Angga ikut ibu peri?"


"Boleh, ibu peri tampaknya kangen sama Angga."
Mereka pergi bersama kerumah bu Suryo. Bramasto
membawa mobilnya sendiri karena dimobil Aryo ada bu Nastiti
dan bu Martono, ibunya Arum.
––––––––

Yu Siti sebentar sebentar melongok keluar rumah. Bu Suryo


sudah mengatakan bahwa mereka akan datang bersama, dan itu
membuat yu Siti tak sabar menunggu. Degup jantung terasa lebih
kencang, rasa gelisah mengiringi setiap apa yang dikerjakannya.
"Yu Siti, kamu itu mengapa, dari tadi keluar masuk rumah,"
tegur bu Suryo yang sudah duduk diteras menunggu tamunya."
"Benarkah mereka akan datang?"
"Pasti benar lah, masa mereka akan membohongi kita."
"Iya bu, saya itu ingin sekali melihat wajah mereka, semirip
apa.. "
"Mirip seperti kembar. Lihat saja nanti."
"Iya bu."
"Baru saja aku menelphone, mereka sudah dijalan. Katanya
dokter Bram juga ikut bersama mereka."
"Kalau begitu saya akan menuangkan tehnya ke cawan-
cawan sekalian, biar nanti tinggal menghidangkan."
"Baiklah, terserah kamu saja"
Yu Siti melangkah kebelakang, menuang teh-teh panas
kedalam cawan, dengan tangan gemetar. Beberapa tuangan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 462


Pdf created by: Goldy Senior

meleset membasahi meja. Yu Siti membersihkannya dengan


gugup.Tangannya terasa panas karena sebagian terkena tumpahan
teh panas.
"Ada apa aku ini... aduh.. tenang.. tenang...jadi basah semua
begini.."
Yu Siti mengelap cangkir-cangkir yang basah,
meletakkannya di baki yang lain, lalu menuanginya kembali
dengan lebih hati-hati.
"Benarkah dia, benarkah dia.. Ya Tuhan, apakah kali ini
engkau perkenankan hamba bertemu dengan anak-anak hamba?
Dan itu adalah jawaban atas permohonan hamba yang tak pernah
henti?"
Semua cangkir yang disiapkan untuk tamu-tamunya sudah
terisi, yu Siti membersihkan meja dari air teh yang tertumpah.
Lalu piring-piring berisi makanan dibawanya kedepan
terlebih dulu, ditata dimeja dengan rapi. Dilihatnya bu Suryo
yang masih duduk diteras juga sebentar-sebentar melongok
kejalan.
Yu Siti berjalan ke teras.
"Yu.. makanan yang kamu siapkan dibawa kemeja situ saja
sekalian," kata bu Suryo.
"Sudah bu, nanti tinggal tehnya saja."
"Menunggu itu hal yang paling mengesalkan ya yu, rasanya
lama sekali."
"Iya bu.."
"Duduklah disini saja, jangan kedepan.. kebelakang..
kedepan,, kebelakang.. capek kamu nanti."
"Baiklah bu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 463


Pdf created by: Goldy Senior

Yu Siti duduk dikursi yang ada didekat pintu.Menatap


kejalanan dengan perasaan gelisah.
Lalu ketika sebuah mobil masuk, bu Suryo berdiri, diikuti yu
Siti.
Dan sebuah mobil lagi masuk.
"Itu mobilnya nak Bram..," seru bu Suryo.
Arum turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk ibu dan
untuk mertuanya. Kemudian menggandengnya mendekati bu
Suryo.
"Apa kabar, bu Martono, kita kan pernah bertemu."
"Iya benar. Ini ibunya Aryo...bu Nastiti."
"Selamat bertemu bu Nastiti, saya juga ibunya Arum," kata
bu Suryo.
Yu Siti tegak berdiri, yang dicarinya belum kelihatan. Ia tak
perduli pada tamu yang keluar dari mobil pertama. Barangkali
yang namanya Ratih ada dimobil pak dokter, pikir yu Siti.
Lalu Bram turun, bersama Ratih, dan yu Siti melebarkan
matanya. Mengamati wajah cantik yang memang benar sangat
mirip. Tanpa sadar yu Siti melangkah mendekati Ratih,
menatapnya tajam.
"Ya Tuhan, ini benar.. ada tahi lalat diatas bibir kiri," bisik
yu Siti pelan. Tubuhnya gemetar, kemudian limbung dan nyaris
terjatuh kalau Bramasto tidak menangkapnya.
––––––––

40
Setangkai Mawar Untuk Ibu 464
Pdf created by: Goldy Senior

Bram sangat terkejut. Wajah bu Siti pucat pasi, matanya


terpejam.
"Ada apa yu Siti?" teriak bu Suryo.
Bram mengangkatnya dan membawanya kedalam.
"tidurkan di sofa saja dulu. Aduh.. badannya dingin sekali.
Beberapa hari yang lalu juga begini. Biar nggak sampai pingsan,
tapi badannya dingin seperti es."
"Biar saya ambilkan teh hangat bu," Arum berlari kedalam.
Semua orang bingung. Aryo menggendong Angga dan
diajaknya keluar, karena Angga tampak ketakutan.
Ratih mendekati dimana yu Siti dibaringkan. Ia membawa
minyak gosok, kemudian digosokkannya keseluruh tubuh.
"Entah mengapa, dia seperti tertekan, atau apa. Kalau tidak
sadar juga biar saya membawanya kerumah sakit."
Tapi tiba-tiba yu Siti membuka matanya.
Ratih menggosok gosok telapak tangan yu Siti yang sudah
tidak sedingin tadi.
"Ya Tuhan.. ya Tuhan... itu kamu....," bisiknya lirih sambil
menggenggam tangan Ratih yang masih menggosok telapak
tangannya.

"Bu, minum teh hangatnya dulu ya," kata Arum sambil


mengangkat kepala yu Siti.
Namun tiba-tiba kepala itu terkulai, lalu mata itu kembali
terpejam.
"Bu.. bu...bu Siti...bu Siti..." Arum memanggil manggil
namanya, Ratih mengguncang tubuhnya pelan.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 465


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Suryo mendekat, rasa khawatir mulai merayapinya.


"Nak dokter... ini bagaimana?"
"Biar kita bawa saja ke rumah sakit," kata Bram yang
kemudian mengangkat tubuh bu Siti.
"Tolong bukakan pintu mobil," katanya lagi kepada Ratih
yang kemudian mengambil kunci dan membukakan mobilnya.
––––––––
Bu Suryo duduk menunggu.diruang tunggu. Berpuluh tahun
bersama yu Siti membuatnya merasa bahwa yu siti adalah
keluarganya.. Ia tidak mengerti, beberapa hari terakhir ini yu Siti
berperangai agak aneh. Suka gugup, suka bingung.. lalu
melamun.. apakah karena Arum sudah pulang kerumah suaminya
maka dia begitu?
"Ibu, jangan sedih.. bu Siti tidak apa-apa," kata Arum yang
mendekati bu Suryo diruang tunggu, diikuti Ratih dibelakangnya.
"Hanya dia temanku.. teman berbagi suka dan duka.. "
"Iya bu, Arum mengerti."
"Apa dia sering begitu bu?" tanya Ratih sambil duduk
disamping bu Suryo.
"Tidak, hanya beberapa hari terakhir ini. Mungkin dia sedih
karena Arum pulang kerumah suaminya."
"O, dia sangat sayang pada bu Arum rupanya.. "
"Arum kami sayangi bersama. Tapi kan Arum tidak pergi
jauh? Setiap sa'at dia bisa datang kerumah saya. Beberapa hari
yang lalu dia sangat ingin bertemu Ratih."
"Bertemu saya?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 466


Pdf created by: Goldy Senior

"Iya. Ketika saya cerita bahwa ada gadis berwajah seperti


Arum dia selalu bilang penasaran dan ingin melihatnya. Itu
sebabnya mengapa saya suruh Arum mengajak Ratih untuk
datang. Tapi begitu menyambut kedatangan Ratih kok dia malah
pingsan."
"Iya, apa karena saya ? Saya kenapa ya?" tanya Ratih
bingung.

"Bukan karena bu Ratih, bu Siti sudah beberapa hari yang


lalu tampak seperti sakit. Ya kan bu? Cuma saja tidak sampai
pingsan."
"Coba nanti kalau nak Bram datang, kita tanya dia
sebenarnya sakit apa, sedih aku.. kalau tidak ada yu Siti aku sama
siapa?" kata bu Suryo pilu.
"Ibu jangan begitu, bu Siti tidak apa-apa."
––––––––

Sementara itu, bu Nastiti dan bu Martono yang duduk


diruang tunggu agak jauh dari bu Suryo, juga merasa gelisah. Bu
Nastiti merasa, apakah karena kedatangan mereka lalu bu Siti
terjatuh dan pingsan?
"Apa dia kecapean masak buat kita ya?" gumam bu Nastiti,
tapi bu Martono tampak tak mendengar perkataannya. Bu
Martono seperti memikirkan sesuatu.
"Dari tadi jeng Martono melamun ya?"
Bu Martono menatap besannya.
"Saya seperti pernah melihat bu Siti. Wajah itu seperti tak
asing bagi saya."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 467


Pdf created by: Goldy Senior

"Benarkah?"
"Saya sedang mengingat-ingat, kapan bertemu dia."
"Mungkin ketika bersama bu Suryo?"
"Tidak .. ketika bu Suryo kerumah, dia tidak bersama bu
Siti."
"Menurut saya, wajah bu Siti itu bukan wajah seorang
pembantu. Dia cantik, dan berpakaian sangat pantas."
"Itu karena bu Suryo tidak menganggapnya sebagai
pembantu. Lihat saja, bu Suryo tampak sedih disana."
"Jeng, menurut saya, wajah bu Siti itu kok ada miripnya
sama Arum ya?"
Bu Martono terkejut. Iya benar, ada miripnya, terutama
bibirnya itu. Lalu tiba-tiba peristiwa itu terlintas kembali.
Seorang wanita menggendong bayi, duduk ditepi jalan, sedih
karena tak bisa membayar beaya persalinan.
"Itu diaaa!!" kata bu Martono setengah berteriak, membuat
bu Nastiti kaget.
"Ada apa??"
"Dia... saya ingat dia... "
"Dia siapa?" tanya bu Nastiti keheranan.
"Mungkin itu sebabnya dia sayang sekali sama Arum?"
Bu Nastiti menatap besannya dengan heran. Bicaranya
seperti celetukan-celetukan yang tak dimengertinya, membuatnya
bertanya-tanya.
"Ya Tuhan.. ini memang sudah diatur olehNya" kata bu
Martono yang kemudian berdiri menuju kearah ruang ICU.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 468


Pdf created by: Goldy Senior

Ketika itulah dia bertemu dengan dokter Bram.


"Ibu mau kemana?"
"Saya mau melihat bu Siti."
"Sebentar ya bu, bu Siti sedang dirawat. Ibu tunggu dulu,
kalau sudah bisa ditemui saya akan mengabari semuanya," kata
Bram dengan sabar.
"Dia tidak apa-apa?" tanya bu Suryo yang juga mendekati
Bramasto.
"Tidak, ibu jangan khawatir. Bu Siti sudah sadar."
"Oh, syukurlah," bu Suryo bernafas lega.
"Ibu tunggu dulu sebentar ya, mungkin tak lama lagi dia akan
dipindah ke kamar inap."
"Harus opname ?"
"Mungkin sehari atau dua hari, untuk memeriksa barangkali
ada yang salah dengan kesehatannya. Tapi menurut saya, bu Siti
baik-baik saja."
"Syukurlah, pilihkan kamar terbaik untuk dia nak.."

"Baik bu, cuma untuk sementara waktu jangan dulu


membebaninya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin
membuatnya shock, atau tertekan, atau apa. Tampaknya bu Siti
memikirkan sesuatu yang memberati pikirannya."
"Ya, ya.. baiklah.. saya mengerti nak."
"Tapi bu Martono tampak ingin segera ketemu yu Siti. Ia
mondar mandir didepan pintu ICU, mengherankan Arum juga.
"Ibu, duduklah dulu. Mengapa ibu tampak gelisah?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 469


Pdf created by: Goldy Senior

"Ada sesuatu yang ingin ibu katakan sama dia."


"Ibu pernah mengenalnya?"
"Ya, sangat mengenalnya. Nanti ibu akan ceritakan
semuanya. Sudah sa'atnya kamu mengetahui Arum.."
Arum tak mengatakan apapun. Ia tak mengerti dan
tampaknya bu Martono belum ingin mengatakannya sekarang.
––––––––
Ketika yu Siti dipindahkan ke ruang inap, bu Suryo melarang
mereka masuk ber-ramai-ramai. Dokter Bram sudah mengatakan
bahwa yu Siti tampaknya sedang tertekan. Yang pertama kali
masuk adalah bu Suryo dan Arum.
"Bagaimana yu, sudah lebih enak?" tanya bu Suryo.
"Sudah bu, mengapa saya disini? Saya ingin pulang saja, ini
menyusahkan banyak orang."
"Tidak, kamu harus menurut. Sehari atau dua hari kamu akan
disini, agar kesehatanmu diperiksa lebih lanjut."
"Tapi saya tidak merasa sakit apapun bu."
"Sudah, jangan banyak protes. Kamu disini dan menurut apa
kata dokter."
"Mana dia?"
"Siapa ?"
"Yang wajahnya seperti nak Arum."
"Masih diluar yu, kalau kamu mau dia masuk, biar aku keluar
dulu," kata bu Suryo sambil beranjak keluar, lalu meminta Ratih
segera masuk.
"Tolong beri saya minum," kata yu Siti.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 470


Pdf created by: Goldy Senior

Arum memberikan segelas air yang ada dimeja didekat bu


Siti, dan membantunya minum dengan mengangkat kepalanya.
Sementara itu Ratih sudah masuk, diiringi bu Martono yang
memaksa ikut masuk.
Yu Siti meneguknya, air matanya berlinang. Begitu Arum
meletakkan cangkir dimeja, yu Siti merengkuh kedua tangan
Ratih dan Arum diletakkannya didadanya. Ratih dan Arum
kebingungan.
"Benarkah kalian anak-anakku?"
Ratih dan Arum berpandangan dengan tatapan tak mengerti.
Bu Martono tiba-tiba mendekat. Dipandanginya wajah yu
Siti lekat-lekat.
"Aku mengenalnya," bisik bu Martono sambil berdiri
mendekat.
Yu Siti juga menatapnya, lalu berurailah air matanya.
"Ibu... ini.. ibu...ibu itu.. saya lupa namanya.. ibu.. masih
mengingat saya? Si miskin yang terlunta membawa bayi untuk
ditukar dengan beaya persalinan...?" katanya sambil menangis.
Ratih dan Arum kembali berpandangan. Arum heran karena
ibunya seperti mengenal yu Siti.
"Ibu.. mengenal bu Siti?"
Tiba-tiba bu Martono merangkul Arum.
"Kamu anaknya dia.. dia ibu kandungmu, Arum.."
Arum terkejut, didorongnya tubuh ibunya pelan, ditatapnya
matanya, untuk mencari kesungguhan dimata setengah tua itu.
Gemetar tangan Arum. Ia ingat yu Siti pernah bercerita
tentang anaknya, yang kembar, dan diberikannya kepada dua

Setangkai Mawar Untuk Ibu 471


Pdf created by: Goldy Senior

orang yang berbeda. Apa salah satu wanita penerima bayi itu
adalah ibunya? Diakah bayi itu?
"Sayakah bayi itu bu?" tanya Arum kepada bu Siti.
"Ibu itu...ibu itu.. " yu Siti menunjuk kearah bu Martono
yang juga berlinang air mata.
"Saya bu Martono, yang menerima bayi itu.. dia inilah
anakmu bu.." kata bu Martono sambil menunjuk kearah Arum .
Arum menjatuhkan tubuhnya kedada yu Siti, tenggelam
dalam tangisan yang menyayat.Ia ingat yu Siti pernah bercerita
tentang anak yu Siti yang kembar. Ia tak menyangka, dirinyalah
salah satu bayi itu. Lalu tentang kemiripan wajahnya dengan
Ratih, Ratihkah saudara kembarnya? Ratih masih terpana,
bingung atas kejadian itu.
"Apakah Ratih adalah saudara kembarku?" kata Arum sambil
menarik tangan Ratih.
"Aku pernah bilang, satu lagi anakku entah aku berikan
kepada siapa, karena aku sedang sakit parah. Dia seorang wanita
yang tidak punya anak... entah siapa... tapi aku mengenali kedua
anakku. Yang satu punya tahi lalat didekat pusar, satunya diatas
bibir sebelah kiri.. apa itu kamu?"
Ratih masih bingung. Bapaknya tak pernah mengatakan dia
anak siapa. Menurutnya dia juga anak pak Kardi dan bu Kardi
yang telah meninggal beberapa tahun lalu.
"Apakah aku anak angkat?"
"Tanyakan kepada bapak ibumu... anak angkat atau anak
kandung kamu sebenarnya," bisik yu Siti yang tak lagi
memanggil nak kepada mereka. Ia hampir yakin Ratih dan Arum
adalah anak-anaknya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 472


Pdf created by: Goldy Senior

Bu Suryo yang tiba-tiba masuk untuk melerai bu Martono


agar tak terlalu banyak orang diruangan itu, terkejut
mendengarnya. Ia mendekati yu Siti.
"Jadi Arum ini anakmu? Lalu anakmu sebenarnya adalah dua
yu?"
"Iya bu, ma'af saya tak berterus terang pada ibu."
"Ya Tuhan, begini caraNya untuk mempertemukanmu
dengan anak-anak kamu Yu. Aku ikut senang." kata bu Suryo
penuh haru.
"Tapi mengapa kamu tidak bilang bahwa anakmu kembar?"
"Saya takut ibu marah. Saya baru bilang menyerahkan satu
anak saja ibu memarahi saya, apalagi kalau saya bilang anak saya
ada dua."
"Yu, aku bukan marah, aku hanya merasa sayang. Sedangkan
aku saja tak punya anak, mengapa kamu berikan anakmu kepada
orang lain. Tapi ya sudahlah, memang harus seperti ini jalannya."
Ratih tiba-tiba pergi keluar dan mencari Bramasto.
"Mas, maukah mengantarkan aku pulang?"
"Pulang?"
"Ada yang ingin aku tanyakan pada bapak.. sangat penting."
"Baiklah, saya antar sekarang saja."
Tapi tiba-tiba bu Suryo menyusul keluar dan mendengar
bahwa Ratih ingin menemui bapaknya.
"Begini saja. Bagaimana kalau ayahnya Ratih kita jemput
kemari?Tampaknya keadaan ini harus dituntaskan hari ini. Aku
kira ini menyangkut kesehatan yu Siti juga. Tak apa-apa ayahnya
Ratih dijemput kemari.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 473


Pdf created by: Goldy Senior

Bramasto mengangguk.
"Bu Suryo benar, saya akan menjemput pak Kardi sekarang.
Ratih disini saja."
––––––––
Wajah yu Siti tidak sepucat tadi. Ia senang bertemu bu
Martono yang masih ingat semuanya sehingga meyakinkan
Arum. Beruntung yu Siti pernah bercerita kepada Arum tentang
kejadian puluhan tahun lalu setelah dia melahirkan, sehingga ia
tak perlu bicara banyak pada Arum.
"Tidak disangka ya bu, ternyata Arumlah bayi ibu. Dan Ratih
adalah kembaranku. Apa kamu belum yakin kalau kita saudara
kembar? Jangan panggil aku bu Arum. Kamu adalah Ratih, dan
panggil aku Arum."
"Aku hampir yakin kalau melihat keadaan fisik aku ini, tapi
bukankah bapak juga harus memberikan keterangannya sehingga
semuanya menjadi lebih jelas?"
"Iya, kamu benar. Tapi aku bahagia kita bertemu, semula kita
hanya mengira bahwa kemiripan wajah ini adalah kebetulan."
"Aku juga bahagia menjadi saudara kembarmu, dan bahagia
memiliki bu Siti sebagai ibu kandungku..." kata Ratih sambil
menciumi pipi yu Siti.
Selangkah lagi bahagia itu akan sempurna, tinggal menunggu
kedatangan pak Kardi.
Namun pak Kardi yang kemudian datang justru bingung
mendapat pertanyaan Ratih tentang siapa dirinya.
"Aku menikahi ibumu ketika dia sudah menjadi janda,
membawa anak satu, ya kamu itu. Ibumu mengatakan bahwa
kamu adalah anak satu-satunya," kata pak Kardi bingung.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 474


Pdf created by: Goldy Senior

"Jadi bapak tidak tau Ratih ini anak siapa?"


"Menurut bapak, kamu adalah anak tiri bapak, karena ketika
bapak menikahi ibumu, kamu sudah ada."
––––––––

41
Semua menjadi bingung. Ternyata pak Kardi tidak tau apa-
apa.tentang siapa orang tua Ratih sebenarnya.
"Apakah kamu menyesal menjadi anakku, Ratih?" tiba-tiba
pak Kardi menyela. Ia merasa disitu bukan siapa-siapa. Ratih
juga bukan darah dagingnya, anak tiripun tidak. Ia adalah orang
asing yang tak ada gunanya berlama-lama ditempat itu.
Ratih merangkul pak Kardi.
"Bapak, kasih sayang bapak sejak Ratih masih bayi, tidak
cukupkah membuat Ratih menyayangi bapak? Bapak adalah
bapaknya Ratih. Ratih sangat menyayangi bapak."
Mata laki-laki tua itu berkaca-kaca.
"Baiklah, karena tidak lagi diperlukan, saya mohon diri,"
kata pak Kardi masih dengan air mata berlinang.
"Tidak bapak, kalau bapak pulang, kita akan pulang bersama-
sama."
"Ma'afkan saya, bu Martono, pak Kardi, sungguh
kebahagiaan bagi saya karena bisa menemukan anak-anak saya.
Tapi saya sudah merasa cukup bisa bertemu dan mengetahui
keadaan anak-anak saya. Saya tidak akan memintanya dari
siapapun, baik dari bu Martono maupun pak Kardi. Sungguh,

Setangkai Mawar Untuk Ibu 475


Pdf created by: Goldy Senior

mereka adalah anak-anak yang saya titipkan dan tetaplah menjadi


anak bu Martono serta pak Kardi," kata yu Siti sambil berurai air
mata.
Bu Martono merangkul yu Siti.
"Kita adalah ibunya Arum, kita akan mangasihinya bersama-
sama."
"Saya mohon pamit..." tiba-tiba pak Kardi merangkapkan
kedua tangannya, lalu membalikkan tubuhnya keluar dari
ruangan.
Ratih terkejut. Ie menoleh kearah bu Suryo dan yu Siti untuk
berpamitan.
"Saya mengantarkan bapak dulu, nanti saya kembali."
Yu Siti dan bu Suryo mengangguk. Mereka tau tampaknya
pak Kardi terluka, merasa tidak punya siapa-siapa.
"Bapak, tunggu bapak... " teriak Ratih sambil mengejar pak
Kardi yang terus saja melangkah.
Bramasto yang ada diluar ruangan ikut mengejar.
"Kemana bapak?"
"Pulang,"
"Biar saya antar," kata Bramasto sambil berlari mendahului,
menyiapkan mobilnya.
––––––––

"Bapak.."Ratih yang duduk disamping kemudi menoleh


kearah pak Kardi.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 476


Pdf created by: Goldy Senior

"Bapak tidak usah khawatir. Bagaimanapun dan siapapun


Ratih sebenarnya, Ratih tetap anak bapak. Tetap akan melayani
bapak dan menyayangi seperti yang sudah-sudah."
"Kamu tidak usah memaksakan diri untuk pura-pura
menyayangi bapak.. bapak tau diri kok."
"Bapak.. kalau bapak bilang begitu lagi, Ratih akan menangis
keras deh."
"Bapak sungguh tidak tau apa-apa. Menurut bapak, kamu itu
benar-benar anak ibu kamu yang sudah meninggal beberapa
tahun lalu. Bapak menikahi ibumu ketika kamu masih kira-kira
berumur dua tahun., setelah suami ibumu yang terdahulu
meninggal. Bapak menyayangi kamu seperti anak sendiri."
"Iya, Ratih tau kok."
Mereka kemudian terdiam sampai ketika sampai didepan
rumah. Pak Kardi turun dari mobil, langsung masuk kerumah
dengan hati yang masih tampak terluka. Ia mengira semuanya
akan selesai hari itu juga. Ia akan sendiri, tanpa anak tanpa isteri.
Ia juga langsung memasuki kamarnya lalu menguncinya dari
dalam.
Berlinang air mata Ratih menyaksikan sikap bapaknya. Ia
terduduk dikursi, mengusap air matanya yang sempat menetes.
Bramasto mendekati, mengulurkan tissue, lalu duduk didepannya,
menatap wajah cantik yang sedikit pucat oleh ketegangan yang
terjadi seharian ini.
"Ya sudah, nggak usah terlalu dipikirkan. Semua orang kaget
atas kejadian yang terjadi hari ini. Tak terkecuali aku. Jadi tenang
saja, bapak juga masih terguncang. Nanti kalau sudah bisa
tenang, gejolak yang mengganggu sudah mengendap, pasti
semuanya akan baik-baik saja."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 477


Pdf created by: Goldy Senior

Lembut kata-kata itu, seperti guyuran air dingin dikepalanya


yang mendidih. Ditatapnya wajah ganteng yang menawan itu,
yang kali ini menatapnya penuh kebapakan. Ratih mengagumi
semuanya. Terkadang dia lucu, terkadang romantis, terkadang
bisa menjadi orang tua yang penuh perhatian.
Ratih mencoba untuk tersenyum ditengah kepucatan
wajahnya yang masih tersisa.
"Naa, senyum begitu kan cantik," puji Bramasto.
"Memangnya kalau nggak senyum nggak cantik ya?"
"O.. cantik.. selalu cantik, cuma kalau tersenyum cantiknya
bertambah. Itu benar.. awas ya.. jangan menangis lagi."
"Jelekkah kalau aku menangis?"
"Jelek ah, kayak nenek-nenek !" canda Bram yang kemudian
membuat Ratih meremas tissue bekas pengusap air matanya
kemudian dilemparkan kearah Bramasto.
Bramasto mengelak dan tergelak.
"Tuh kan, senang melihat senyum kamu."
"Mas Bram jelek ah."
"Nggak apa-apa jelek, kan sudah ada yang mau."
"Oh ya,? Emang siapa yang mau?"
"Ratih lah...."
"Iih... ge er deh..."
"Jadi nggak mau nih? Ayo bilang nggak mau sama
aku...ayoo bilang.."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 478


Pdf created by: Goldy Senior

Ratih tertawa. Mana berani bilang nggak mau, memang dia


mau. Aduhai, disuasana tegang begini masih bisa mengganggu ya
mas Bram, kata batin Ratih. Tapi itu membuat Ratih bisa
mengendapkan perasaannya.
Kemudian Ratih masuk kedalam rumah, mengetuk kamar
bapaknya pelan.
"Bapak.. buka pintunya bapak... Ratih ingin bicara."
Ratih mengetuknya berkali-kali.
"Bapak, buka pintunya dong pak... "
Lama Ratih berdiri didepan pintu.. menunggu terbukanya
pintu kamar itu. Tapi rupanya pak Kardi tak sampai hati
membiarkan Ratih menunggu. Pintu itu kemudian terbuka., tapi
kemudian pak Kardi kembali masuk, membiarkan Ratih
mengikutinya.
Didepan almari, beberapa surat terserak. Ratih heran menatap
ayahnya.
"Apa yang bapak lakukan?" katanya sambil berjongkok,
mengamati surat-surat itu.
"Sudah aku temukan."
"Apa bapak ?"
"Sebuah kotak di almari ibumu. Ambil dan lihat semuanya.
Semula aku tak pernah membukanya."
Ratih duduk bersimpuh. Ada sebuah kotak dari kayu yang
sudah terbuka, Ratih mengeluarkan isinya. Seperangkat baju bayi,
berikut selimut dan sepatu kecil.
"Ini apa?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 479


Pdf created by: Goldy Senior

"Ada surat disitu, bacalah." kata pak Kardi sambil duduk


ditepi ranjang. Tampaknya pak Kardi lelah setelah mengobrak
abrik isi almarinya.
Ratih mengeluarkan sebuah surat yang ada didalam amplop
soklat. Ada tulisan almarhum ibunya.
"Ratih,
Kalau kamu membaca tulisan ini, mungkin ibu sudah berada
ditempat lain yang sangat jauh. Barang-barang yang ada dikotak
ini adalah pakaian kamu ketika bayi. Ibu akan berterus terang,
sesungguhnya kamu bukan anak kandung ibu. Ibu mandul dan tak
mungkin bisa melahirkan. Tapi sebuah karunia diturunkan oleh
Allah Yang Maha Kuasa, dengan dipertemukannya ibu dengan
seorang perempuan muda yang sedang menggendong bayinya.
Perempuan itu tampak memelas, dalam keadaan sakit parah dan
tak berdaya. Bayi yang digendongnya menangis keras, mungkin
karena lapar. Ibu merasa iba, lalu menggendong bayi itu.
Perempuan itu membiarkannya. Tubuhnya terkulai bersandar
pada tembok ditepi jalan. Dengan lirih dia mengatakan bahwa
bayinya boleh ibu bawa. Ibu menggantinya dengan uang, tapi dia
menolak. Katanya dia bukan menjual bayinya tapi menitipkannya
agar ibu merawatnya dengan baik, karena dia tak mampu
melakukannya. Ibu membawa pulang bayi itu, mengasihinya
seperti anak kandung ibu. Bayi itu kamu Ratih. Ibu tak tau
kemana harus mencari orang tua kamu, dalam pertemuan yang
hanya sekilas itu. Semoga Allah menuntun kamu untuk bertemu
kembali dengan ibu kandung kamu. dari ibu yang merawatmu
dan mencintaimu.
Berurai air mata Ratih membacanya. Ternyata benar kata
ibunya, ternyata terkabul do'a ibunya, karena nyatanya dia bisa
bertemu dengan ibu kandungnya.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 480


Pdf created by: Goldy Senior

"Ya Tuhan.. ya Tuhan.. terimakasih.,". bisik Arum yang


kemudian berdiri lalu memeluk bapaknya erat.

"Terimakasih bapak, terimakasih karena telah mencintai


Ratih seperti anak kandung bapak sendiri. Terimakasih karena
cinta yang tak pernah luntur. Bapak tetap akan menjadi bapaknya
Ratih, tak akan tergantikan. Ratih sayang bapak, Ratih cinta
bapak."
Ratih dan pak Kardi berpelukan sambil bertangisan.
"Jangan pernah meragukan cinta Ratih pak..Ratih tetap puteri
bapak."
––––––––

Ketika kembali kerumah sakit, Ratih langsung memeluk yu


Siti dan menangis didadanya...
"Ibu... ibuku... Ratih anak ibu... Ratih anak ibu..."
Yu Siti merengkuhnya erat. Arum yang masih menungguinya
ikut memeluknya..Memang benar, Arum dan Ratih adalah anak
kembarnya. Air mata yang terurai adalah air mata bahagia.
"Tuhan mendenar tangisku, Tuhan mendengar jeritku...
akhirnya aku dipertemukan.. Ma'afkan ibu ya nduk, bukan karena
ibu membuang kalian.. ibu ingin kalian hidup layak.. ma'afkan
ibu... " kata yu Siti dalam isak.
Arum dan Ratih tak menjawab. Tak ada yang perlu
dima'afkan, ibu hanya tak ingin anak-anaknya menderita..."
Bu Suryo dan bu Martono keluar dari kamar.
Menyembunyikan tangis haru yang menyelimutinya. Haru
melihat kebahagian yang mewarnai ruangan dirumah sakit itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 481


Pdf created by: Goldy Senior

Kebahagiaan yang mewarnai hati-hati mereka yang telah


dipertemukan.
"Bapak, mengapa bapak tinggalkan ibu dirumah nenek peri?"
"Ibu sedang merawat bu Siti, temannya nenek peri."
"Dia sakit?"
"Benar, dia sakit. Karena itu, lebih baik bapak mengajak
Angga pulang. Tadi Angga hampir menangis kan?"
"Angga takut. Nenek itu hampir jatuh."
"Sekarang sudah dibwa kerumah sakit, dan sudah sembuh.
Ibu baru saja menelpone bapak."
"Jadi ibu akan segera pulang?"
"Iya sayang."
Tapi belum lama Aryo berbincang dengan Angga, tiba-tiba
mobil Bramasto memasuki halaman. Ada Ratih, ada Arum dan
juga bu Nsstiti.
"Ibu... ada ibu peri juga..."
Ratih turun dan memeluk Angga.
"Angga.. ibu peri kangen sama Angga."
"Ibu peri tidak bersama nenek peri?"
"Tidak. Nenek peri menungguin temannya dirumah sakit. "
"Ayo silahkan masuk dulu, " kata bu Nastiti mempersilahkan
tamu-tamunya.
Arum yang menjelaskan kejadian hari itu diterima Aryo
dengan suka cita.
"Syukurlah, ternyata Ratih adalah saudara kembar kamu."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 482


Pdf created by: Goldy Senior

"Dengan demikian saya tak akan sungkan kalau mengatakan


sesuatu pada mas Aryo. Ah.. mas Aryo saja ya, nggak enak sama
saudara sendiri memanggil pak." kata Bramasto sambil
tersenyum.
"Saudara sendiri?" tanya Ratih heran.
"Calon saudara...."
"Apa maksudnya nih?"
Bramasto mendekatkan mulutnya ke telinga Aryo .
"Aku akan melamar Ratih," bisiknya lirih.
Aryo mengacungkan jempolnya lalu keduanya tertawa lepas.
"Ada apa sih, pakai bisik-bisik segala?" tanya Ratih dan
Arum hampir bersamaan.
"Ini rahasia laki-laki.. " kata Aryo.
Hari itu adalah hari penuh bahagia, hari yang seperti sebuah
bunga yang sudah sa'atnya mekar setelah kuncup pada hari-hari
sebelumnya. Lalu menyebarlah aroma wangi, aroma yang
membuat nyaman setiap sanubari.
––––––––
Hari itu Bramasto menemui pak Kardi. Ratih tidak mengerti
apa yang akan mereka bicarakan. Ia sibuk dibelakang
menyiapkan suguhan untuk tamu istimewa nya.
"Bapak, saya ingin menyampaikan sesuatu," kata Bram
sedikit tersendat karena sesungguhnya hatinya berdebar-debar.
"Ya nak, ada apa?"
"Saya sudah mengenal Ratih, dan saya merasa sudah sa'atnya
mewujudkan hubungan kami kedalam hubungan yang lebih
serius."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 483


Pdf created by: Goldy Senior

Pak Kardi mengangguk angguk, sedikit bisa menangkap arah


kata-kata Bramasto, tapi dia hanya diam menunggu.
"Keluarga saya jauh, tapi pada sa'atnya akan berkunjung
kemari. Sekarang ini saya hanya ingin mengatakan pada bapak,
bahwa tak lama lagi saya dan keluarga akan melamar secara
resmi."
Wajah pak Kardi berseri-seri. Kesungguhan sebuah
hubungan adalah sesuatu yang sangat diharapkan. Bukan hanya
suka, lalu jalan kesana kemari berdua. Tidak, walau Ratih bukan
anak kandungnya, bahkan bukan anak tirinya, tapi ia merasa
bahagia atas apa yang dikatakan Bramasto.
"Nak Bram, kebahagiaan Ratih adalah kebahagiaan saya.
Kalau Ratih suka, bapak akan mendukungnya. Tapi ada baiknya
nak Bramasto juga menemui bu Siti, karena sesungguhnya bu Siti
lah yang lebih berhak menentukannya."
"Baiklah pak, saya juga sudah memikirkannya."
"Ada apa nih, ngomongin aku ya?" kata Ratih sambil
membawa nampan berisi minuman.
"Ratih, nak Bram akan melamar kamu, yang secara resmi
nanti bersama keluarganya."
Ratih menatap Bramasto. Laki-laki ganteng itu juga
menatapnya penuh kesungguhan.
"Tapi bapak minta agar nak Bram juga mengatakannya
kepada bu Siti, bukankah dia yang lebih berhak atas kamu?"
"Bapak jangan bilang begitu, bagi Ratih, bapak atau bu Siti
sama saja, semuanya adalah orang tua Ratih yang sangat Ratih
sayangi.
Pak Kardi mengangguk terharu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 484


Pdf created by: Goldy Senior

"Lalu apa jawabmu?" tanya pak Kardi menggoda.


Ratih tersipu, lalu duduk disamping ayahnya.
"Kalau bapak setuju, dan suka, dan mantap bermenantukan
mas Bramasto, Ratih akan menurut apa kata bapak."
Bramasto menatap Ratih dengan tatapan bahagia, dua pasang
mata menatap, ada cinta terpercik disana.
"Semoga kalian bahagia," bisik pak Kardi penuh haru.
––––––––
"Yu Siti, anakmu kan perempuan, kamu yang punya kerja
mantu jadinya." kata bu Suryo setelah Bramasto menemui yu Siti.
"Iya bu, bagi saya, yang penting resmi, dan lebih baik
dilakukan secara sederhana saja," kata yu Siti yang tampak segar
dan bersemangat.
"Tidak yu, kamu yang mantu, sama saja dengan aku yang
mantu. Kita akan menjadikan pernikahan ini menjadi sebuah
pesta yang meriah."
"Jangan bu, saya jadi nggak enak, saya kan tidak punya apa-
apa."
"Tidak yu, kamu punya aku. Anak-anakmu, walau tidak
kesampaian, adalah juga anakku. Aku akan mempersiapkannya
semeriah mungkin. Untuk apa hartaku ini kalau tidak untuk
menjamu orang-orang yang ikut berbahagia bersama kita?"
Berlinang air mata yu Siti. Dia yang merasa miskin dan papa,
akan menikahkan anak gadisnya dengan pesta yang meriah? Yu
Siti bersimpuh didepan bu Suryo, merangkul kedua kakinya.
"Eeeh.. apa yang kamu lakukan? Memangnya aku ini siapa,
kamu pakai bersimpuh segala? Ayo berdiri, dan mari kita siapkan

Setangkai Mawar Untuk Ibu 485


Pdf created by: Goldy Senior

pesta untuk anak kita," kata bu Suryo sambil mengangkat tubuh


yu Siti.
"Terimakasih banyak bu, ini adalah berkah bagi hidup saya,
semuanya berkah, semuanya karunia, yu Siti yang papa, seperti
mendapatkan surga dirumah ini," kata yu Siti sambil terisak..
––––––––
"Ini undangan siapa Wur? Bagus sekali.." tanya Rini yang
kemudian mengambil sepucuk undangan dimeja Wuri.
"Eeh, lepaskaan, tanganmu kotor."
"Idiih.. sebegitunya Wuri sama aku, nih.. tanganku bersih."
"Itu undangan untuk dokter Widi yang dititipkan ke aku,
karena dokter Widi nggak datang hari ini." kata Wuri .
"Undangan dari siapa?"
"Dokter Bramasto mau menikah minggu depan."
"Dokter Bramasto? Dokter yang gantengnya bukan alang
kepalang itu?"
"Iya.. akhirnya dia menemukan jodohnya, alhamdulillah."
"Waah, dulu aku pernah ingin menjadi pacarnya," celetuk
Rini seenaknya.
"Kamu? Mimpi kamu ya? Mana mau dokter Bramasto sama
kamu."
"Coba lihat, siapa calon isterinya."
Rini membuka undangan itu.
"Pelan-pelan, awas sobek !"
"Lho.. ini kan bu Arum ?"

Setangkai Mawar Untuk Ibu 486


Pdf created by: Goldy Senior

"Apa?"
"Bukan, ini satunya, yang wajahnya mirip, aduuh..
senengnya bisa jadi pengantin. Aku kapan ya Wur?"
"Perbaiki kelakuan kamu, supaya dapat jodoh yang baik."
Rini melamun . Dia merasa telah melakukan hal-hal buruk,
semau sendiri, bahkan hampir memporak porandakan sebuah
keluarga.
"Aku salah ya Wur?"
"Kamu bisa memperbaikinya. Aku do'akan kamu akan
mendapatkan jodoh yang baik."
"Aamiin.." kata Rini sambil memasukkan kembali kartu
undangan kedalam sampulnya.
––––––––
Sebuah pesta meriah telah digelar. Sepasang pengantin
duduk dipelaminan dengan sangat anggun. Dengan pakaian
pengantin adat Jawa yang gemerlap, dan tampak senyuman
bahagia selalu tersungging dibibir mereka. Yu Siti dan pak Kardi
duduk sebagai kedua orang tua Ratih disebelah kanan pengantin,
sedangkan kedua orang tua Bramasto disebelah kirinya.
"Seperti Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih..." bisik beberapa
tamu yang didengar Aryo dan Arum.
Keduanya tersenyum bahagia.
Angga berlari-lari mendekati ibunya.
"Ibu, aku mau bunga mawar itu," teriaknya sambil menunjuk
kearah rangkaian mawar yang berjajar disepanjang gedung
pertemuan.
"Untuk apa Angga."

Setangkai Mawar Untuk Ibu 487


Pdf created by: Goldy Senior

"Aku mau memberikannya untuk ibu peri."


"Dengar Angga, ibu peri sekarang sudah jadi manusia."
"Benarkah?"
"Dia sudah menemukan seorang pangeran yang
menjemputnya dengan kuda," kata Arum berbisik ditelinga
Angga, menirukan kalimat sebuah dongeng yang pernah
diceritakannya kepada Angga.
"Haa.. itu bagus, berarti ibu peri tidak akan pergi kemana-
mana?"
"Tidak Angga, kamu boleh bertemu setiap sa'at kamu
menginginkannya."
"Horeeee.." teriak Angga.
"Ssst...." Arum menutupkan jari telunjuknya ke bibir.
"Mana bunganya ibu.."
Arum mengambil dua tangkai mawar berwarna putih dan
merah, lalu diserahkannya pada Angga. Si kecil Angga berlari
kearah sepasang pengantin yang sedang menerima jabatan tangan
dari para tamu.
"Ibu periiiiii..." teriak Angga yang seenaknya saja
menyibakkan beberapa tamu yang sedang menyalami pengantin.
"Angga..." bisik Ratih yang kemudian menarik Angga
mendekat.
"Bukankah ibu peri sudah menjadi manusia?"
"Oh.." Ratih tertawa."
"Inikah pangeran berkuda yang menjemput ibu peri?"
Beberapa tamu tertawa mendengar celoteh lucu itu.

Setangkai Mawar Untuk Ibu 488


Pdf created by: Goldy Senior

"Ini mawar untuk ibu peri," kata Angga sambil mengulurkan


bunganya."
Ratih menerimanya, tapi kemudian memberikan setangkai
yang berwarna merah kepada Angga.
"Angga, berikan yang setangkai ini untuk ibu."
"Untuk ibu?"
Ratih mengangguk. Lalu Angga berlari turun, mencari
dimana ibunya berdiri.
"Ibuuuuu..."
"Ssst, Angga, jangan beteriak-teriak."
"Ibu, kata ibu peri, setangkai mawar ini untuk ibu."
Arum menerima mawar merah itu lalu menciumnya.
Diacungkannya setangkai mawarnya kearah pengantin, disana
Ratih juga mengacungkan setangkai mawarnya.
ALANGKAH INDAHNYA HARI INI

––––––––

TAMAT

Setangkai Mawar Untuk Ibu 489

Anda mungkin juga menyukai