Anda di halaman 1dari 31

PSA Website

FOR VITAMINS WITH LOVE


  

 Lieutenant’s Darling Part 14 :


Perempuan Yang Menantang
 POST VIEWS: 18,364

Loading...

4299 words

Yuk! Bantu para author kita melindungi karyanya

© copyright 2017 @projectsairaakira seluruh karya di website ini telah didaftarkan dan dilindungi

oleh hukum yang berlaku serta mengikat.

Dilarang meniru, menjiplak, mengubah nama tokoh, mengambil ide/inspirasi baik sebagian maupun

keseluruhan isi cerita yang berada di dalam website ini. Kami menyediakan hadiah dan komplimen

menarik bagi laporan temuan/dugaan dari vitamins menyangkut usaha plagiat baik keseluruhan

maupun sebagian dari karya-karya ProjectSairaAkira yang dipublish di website ini, yuk aktif

membantu para author melindungi karyanya.

Silahkan hubungi admin kami di admin@projectsairaakira.com ^^


🔊 DENGARKAN CERITA INI

“Libya… Libya sudah mati?” bisik India kebingungan. Semua informasi ini terlalu
mendadak dan sikap Letnan Paris yang jahat sama sekali tidak menolong.

Letnan Paris menganggukkan kepala.

“Ya, Libya sudah mati. Tetapi dia akan selalu berada di hati Cesar.” mata Letnan
Paris menelusuri diri India dengan pandangan mencemooh penuh hinaan, “Kau tidak
akan punya kesempatan India. Jangan kau pikir bahwa kau akan punya kesempatan
karena Libya sudah mati. Tidak. Aku mengenal Cesar, jika dia nanti memutuskan
menyembuhkan diri dari patah hatinya karena Libya, dia akan mencari perempuan
yang sepadan. Kau tentu tahu, bukan bahwa Cesar memiliki genetik unggul B yang
unik sama seperti Asia? Genetik itulah yang mengikat Asia dengan Jenderal Akira
yang bergenetik A, dan hal yang sama akan terjadi pada Cesar, dia membutuhkan
perempuan dengan genetik unggul A untuk mendapatkan keturunan.” Letnan Paris
memandang India dengan pandangan mengejek, “Kau pikir apa yang akan kau
tawarkan pada Cesar dengan cintamu yang bodoh itu? Kau hanyalah seorang
perempuan cacat dengan genetik biasa tanpa kelebihan dan keunggulan apapun.
Apapun! Bahkan untuk memberikan keturunan bagi Cesar pun, kau tidak akan
mampu.”
“Dan kenapa itu begitu penting untuk Anda?”

Pertanyaan India terdengar mengambang dan di luar dugaan, menguar


memenuhi sela-sela udara yang tipis dan menyesakkan. Nada suaranya begitu
lembut tetapi mengantam Letnan Paris dengan keras hingga membuat mata biru
yang dibingkai bulu mata nan panjang indah tersebut mengerjap sejenak, seolah
kesulitan mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh India.

“Apa?” pada akhirnya Letnan Paris kehilangan konsentrasi untuk menyerang dan
tidak bisa menahan diri bertanya untuk memastikan apa yang baru saja dikatakan
oleh India kepadanya.

India bahkan sama sekali tidak berkedip. Ekspresinya tegar sementara matanya
membalas tatapan tajam Letnan Paris dengan kekuatan seorang perempuan yang
dilukai.

“Mengenai perasaan saya kepada Cesar. Kenapa itu begitu penting untuk Anda
sehingga Anda menyempatkan diri datang kemari hanya untuk menyampaikan
kata-kata itu?” India berhasil menutupi perasaannya dengan baik, wajahnya
tanpa ekspresi menyembunyikan kesakitan yang ada di dalam jiwanya, membuat
dirinya tak terbaca.

Dan Letnan Paris tidak menyukai ekspresi India yang sekarang. Dia senang
melukai orang lalu melihat efek luka itu ke dalam jiwa dan raga seseorang. Bukan
ini yang dia maksudkan, bukan wajah datar yang membuat Sang Letnan bahkan
tidak bisa menebak sedalam apa luka yang berhasil dia tancapkan ke dalam jiwa
perempuan di depannya ini.

Letnan Paris menegakkan punggung, tatapannya tajam ke arah India seolah


mereka berdua adalah dua petarung yang harus melalui pertarungan secara
mental untuk memenangkan kompetisi, dan yang terkuatlah yang akan menang.

“Aku hanya berusaha membantumu terbangun dari mimpi bodoh seorang


perempuan lugu yang menyedihkan. Itu saja.” Letnan Paris akhirnya berucap,
tidak meninggalkan nada mencemooh di dalam suaranya.
“Kalau begitu Anda sudah menyampaikan maksud Anda. Silakan pergi.” India
menggigit bibirnya perlahan untuk menenangkan diri, tetapi akhirnya berhasil
mendongakkan kepala dan menatap Letnan Paris dengan berani.

Kata-kata India itu membuat ekspresi Letnan Paris menggelap, sedikit


menakutkan hingga membuat detak jantung India berjalan sedikit lebih cepat.

“Kau berani-beraninya mengusirku?” desis Letnan Paris mengancam.

India menghela napas panjang, lalu menjawab dengan suara bergetar yang
disembunyikan.

“Anda sendiri yang mengatakan maksud dan tujuan Anda kemari. Sekarang
semua sudah tercapai, bukan? Tidak ada yang perlu Anda lakukan di sini.”

“Aku akan pergi kalau aku memang ingin pergi. Kau tidak bisa mengusirku atau
mengaturku.” Letnan Paris mendesiskan kalimatnya, “Apakah kau bangga
menjadi perempuan yang tidak tahu terima kasih?”

Suara Letnan Paris menohok kedalaman hati India, membuatnya seolah ditampar
hanya dengan kata-kata tajam. Tentu saja India tidak pernah lupa jasa Letnan
Paris kepadanya sehingga dia hanya harus menanggung cacat kaki seumur hidup
tetapi tidak sampai kehilangan nyawanya. Tetapi sikap Letnan Paris sekarang ini
bukankah begitu jahatnya kepada India? Lelaki itu seolah menyerbu masuk
dengan membawa ribuan pisau, lalu menusukkan pisau itu ke bagian vital
tubuhnya, merobeknya dengan tusukan dalam hingga menimbulkan luka
menganga yang terasa sangat sakit.

India mungkin perempuan lemah dari kelas rendahan yang membuat Letnan
Paris merasa bisa memperlakukannya semena-mena. Tetapi hati India tidak
lemah, dia adalah perempuan yang memiliki harga diri dan menolak untuk
diinjak-injak. Sang Letnan mungkin memiliki jasa kepadanya, sebuah hutang
nyawa yang mungkin tidak bisa dia bayar lunas sampai ajal menjelang, tetapi
bukan berarti lelaki itu memiliki hak untuk menghancurkan India tanpa
perlawanan.
“Ya. Saya mencintai Cesar, bahkan sudah sejak dahulu kala ketika hati saya masih
begitu polos dan belum paham apa itu arti cinta. Dan ya, sampai sekarang dengan
lantang dan bangga saya mengatakan bahwa saya tidak pernah menyesal
mencintai Cesar. Bahkan ketika Anda datang dengan segala kenyataan dan
hinaan yang Anda sampaikan kepada saya dengan alasan membangunkan saya
dari mimpi, saya akan tetap mengatakan dengan lantang bahwa saya tidak peduli.
Saya mencintai Cesar dan perasaan ini berharga dan selalu akan saya jaga.” India
menghela napas panjang-panjang untuk mengatur emosi yang menyesaki
dadanya, “Anda salah menilai saya. Cinta yang saya miliki tidak memerlukan
balasan, bahkan jika Cesar mencintai perempuan lain dan bertakdir dengan
perempuan yang jauh lebih baik dari saya, saya tidak akan membuang cinta ini.
Karena bagi saya, sudah cukup saya yang hina ini bisa mencintai sosok sempurna
dan luar biasa baik seperti Cesar. Itu sudah cukup dan saya bahkan tidak pernah
bermimpi menginginkan lebih.”

Keheningan kembali tercipta di antara mereka. Mata Letnan Paris mempelajari


ekspresi India dengan dingin. Lalu akhirnya setelah keheningan tercipta yang
menyesakkan dada, Letnan Paris melangkah mundur dengan mata lekat
menantang mata India.

“Aku sudah memperingatkanmu. Kalau pada akhirnya kau jatuh terpuruk, itu
adalah akibat dari kebodohanmu sendiri. Aku menyesal telah menyelamatkan
nyawamu, karena ternyata kau sama sekali tidak berharga.” Letnan Paris berucap
dengan nada kejam sebelum kemudian membalikkan badan dan meninggalkan
India sendirian

***

Mata India menatap nanar ke arah pintu yang tertutup rapat di depannya. Tiba-
tiba dadanya terasa sesak hingga India baru menyadari bahwa sejak tadi dirinya
menahan napas ketika menunggu Sang Letnan meninggalkan ruangan.

Perlahan India menghela napas dalam-dalam untuk memberikan udara


melegakan ke dalam paru-parunya. Tetapi seiring dengan apa yang dia lakukan,
pertahanan jiwanya pun bobo. Tadi dirinya berlindung di balik topeng wanita
tegar yang kuat dan berani menantang Letnan Paris yang mengerikan.

Isak perlahan muncul dari bibir India, lalu seperti air bah yang bobol dan
merobohkan tanggul pembatas, isakan kuat terdorong tak tertahankan meloncat
dari bibirnya, menimbulkan sedu sedan keras memenuhi ruangan. India
menangis sekuat tenaga, menutup wajah dengan kedua tangan untuk menahan
diri, tetapi tidak berhasil menahan bobolnya air mata yang menderas kuat tak
terkendali, membuat pundak kurusnya berguncang tanpa ampun.

Kenapa Letnan Paris merasa berhak bersikap begitu kejam kepadanya? Apa salah
India? Apakah mencintai Cesar merupakan sebuah kesalahan yang begitu besar
sehingga india pantas dihukum dengan begitu jahat?

***

“Sepertinya kondisimu sedang tidak baik.”

Cesar berjalan tiba-tiba mengiringi langkah Letnan Paris di koridor benteng


utama basis militer Marakesh City tempat beberapa kaum militer dengan seragam
berbagai warna tampak lalu lalang sesuai dengan urusannya masing-masing.

Letnan Paris yang masih berjalan dengan tangan mengepal dan geraham
mengetat akibat ulah India tadi menolehkan kepala dan langsung bertatapan
dengan Cesar. Melihat Cesar saat ini tentu saja tidak membantu membuat
suasana hati Letnan Paris membaik, malahan membuat suasana hatinya semakin
gelap.

“Kondisi hatiku memang tidak pernah baik.” Letnan Paris menjawab dengan nada
dingin sambil mengalihkan pandangan mata dan berjalan lurus ke depan.

Cesar sendiri seolah tidak mencerna peringatan supaya menjauh yang


dilemparkan oleh Letnan Paris kepadanya, bukannya melangkah pergi seperti
yang diinginkan Sang Letnan, Cesar malahan terus mengiringi langkah Letnan
Paris di sebelahnya, mengajaknya bercakap-cakap.
“Aku mengunjungi penghuni panti asuhan tempat Asia dulu berada.” Cesar
memulai percakapan dengan nada tenang, tetapi langsung mengajukan
pertanyaan tanpa menahan lagi, “India. Dia adalah salah satu anak yang dekat
dengan Asia waktu itu. Dia bilang dia mengenalmu dan menitip salam untukmu.”

Tentu saja Cesar berbohong. Letnan Paris tahu itu dan tidak
menyembunyikannya. Ditatapnya Cesar dengan tatapan mencemooh dan dari
ekspresi Cesar, Letnan Paris tahu bahwa Cesar memang sengaja berbohong untuk
memancingnya.

Mereka berdua sama-sama cerdas dengan caranya masing-masing sehingga tidak


mungkin bisa saling membohongi atau memanipulasi.

“Oh ya?” Letnan Paris pura-pura bertanya, “Semua anak panti asuhan itu sama di
mataku. Aku tidak ingat satupun secara istimewa, bahkan aku tidak tahu India
yang mana.” jawabnya sambil lalu.

Cesar menolehkan kepala, menatap Letnan Paris dengan tajam.

“Kau tidak mungkin tidak mengingatnya, karena aku tahu bahwa otakmu bisa
merekam segalanya dengan detail, bahkan meskipun kejadian itu belasan tahun
berlalu. India bercerita bahwa kau menyelamatkannya dari insiden penembakan
di malam hari ketika dia tidak sengaja memasuki area terlarang.” ujarnya dengan
nada hati-hati, masih memancing dan berusaha menilai reaksi Letnan Paris.

Sayangnya pancingannya tidak mengena. Ekspresi Letnan Paris tidak berubah


sama sekali.

“Oh. Anak panti asuhan perempuan itu. Aku tidak mengingat namanya. Bukan
salahku kalau dia masih mengingatku.” ujarnya dengan tenang, lalu menolehkan
kepala untuk membalas tatapan Cesar dengan mata birunya yang tajam, “Kenapa
kau bertanya, Cesar? Ada yang ingin kau korek dariku tapi tidak ingin kau
tanyakan secara langsung?”
Pertanyaan itu membuat Cesar mengerjap, tetapi sejenak kemudian berhasil
menguasai diri dan menipiskan bibirnya.

“Kau tahu kenapa aku bertanya. Aku tahu bahwa kau tidak pernah menganggap
siapapun istimewa, terlebih anak panti asuhan yang hanya lewat sambil lalu
dalam kehidupanmu. Tetapi kau sendiri yang datang dan menolong India di
lokasi penembakan di masa lalu…” Cesar mengamati Letnan Paris dengan
ekspresi mempelajari, “Dan aku tahu pasti bahwa itu bukan seperti dirimu yang
biasa. Letnan Paris yang biasa tidak pernah merepotkan diri untuk menolong
anak gadis biasa yang tidak istimewa baginya.”

“Jadi kau ingin memaksakan pikiranmu kepadaku? Bahwa aku menganggap anak
itu istimewa dan memperoleh perhatian lebih dariku?” Letnan Paris menyela,
suaranya tajam menusuk.

Hal itu sama sekali tidak berimbas pada Cesar. Mereka berdua sudah bersama-
sama ketika pelatihan awal dirinya sebagai militer hitam dan Jenderal Akira
sering menugaskan mereka sebagai satu tim yang saling melengkapi dahulu di
masa lampau sebelum insiden masa lalu yang terkuak dan Cesar membelot dari
militer hitam. Karena itulah Cesar sangat mengenal Letnan Paris hingga
membuatnya tidak gentar meskipun menerima ujaran mengancam dan tatapan
tajam menusuk dari Sang Letnan.

“Perhatian lebih darimu bukanlah sesuatu yang diharapkan manusia manapun.


Karena jika kau menaruh perhatian lebih kepada seseorang, itu berarti kau
sedang mengincarnya untuk dibunuh.” Cesar menghentikan kalimatnya sekali
lagi dana memandang Letnan Paris dengan tatapan menyelidik, “Aku benar,
bukan?”

“Kau benar dalam menilaiku. Selebihnya silahkan cari sendiri jawaban atas
pertanyaanmu itu.” Letnan Paris kembali memandang lurus ke depan,
ekspresinya dingin seolah-olah mulai tidak menyukai arah percakapan mereka.

“Aku hanya ingin India aman, Paris.” Cesar berucap dengan nada sungguh-
sungguh. Dia memanggil Letnan Paris hanya dengan namanya, menunjukkan
bahwa arah pembicaraan mereka sudah mengara kepada ranah pribadi, bukan
sebagai sesama prajurit di militer hitam yang mengabdi demi ketentraman After
Earth.

Letnan Paris langsung menghentikan kalimatnya dan membalikkan tubuh


sebelum melemparkan tatapan mencemooh ke arah Cesar. Mengikuti langkah
Letnan Paris, Cesar juga ikut berhenti dan menunggu Sang Letnan bersuara.

“Mungkin aku yang perlu mengajukan pertanyaan padamu. Apakah kau menaruh
perhatian lebih kepada anak gadis itu? Kepada India? Sehingga kau repot-repot
mendatangiku hanya untuk menanyakan pertanyaan aneh yang tidak relevan.”
tanya Letnan Paris dengan nada menyelidik.

Tanggapan Cesar atas pertanyaan itu di luar dugaan. Lelaki itu bukannya
langsung menjawab, malahan tertegun sejenak, seolah memikirkan pertanyaan
itu dalam-dalam.

Letnan Paris langsung merangsek, tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

“Kau memang memiliki perasaan lebih pada gadis itu, ya?” tanyanya lagi.

Cesar mengerjapkan mata, lalu meremas rambutnya seolah tidak tahu harus
berkata apa. Lelaki itu menarik napas pendek-pendek beberapa kali sebelum
akhirnya menjawab.

“Untuk saat ini aku tidak tahu perasaanku. Kau pasti tahu aku memiliki masa lalu
yang kurang baik dalam hal percintaan.” Cesar mengerutkan alis, berusaha
menghindari menyebut nama Libya seolah-olah mengingat mengenai perempuan
itu saja terasa menyakitkan baginya, “Tetapi mengenai India, tentu saja aku
menganggapnya istimewa. Mungkin karena kami pernah memiliki masa lalu
bersama, jadi aku peduli padanya.”

Letnan Paris menyeringai.


“Kalau begitu selamat. Kau baru saja melakukan kesalahan.” ujarnya dengan nada
dingin.

Suara Letnan Paris yang misterius membuat Cesar waspada.

“Apa maksud perkataanmu itu?” sambarnya cepat.

Seringaian tidak lepas dari bibir Letnan Paris ketika menjawab pertanyaan Cesar
tersebut.

“Aku tadinya tidak peduli pada anak gadis itu. Tapi sekarang, mengetahui bahwa
kau peduli padanya, membuatku tertarik.”

Cesar langsung mendekat, menarik kerah baju Letnan Paris ke arahnya dan
melemparkan tatapan mata penuh ancaman.

“Jangan pernah coba-coba mengarakan nafsu membunuhmu pada India.” desis


Cesar dalam geraman marah, “Atau kau akan berhadapan denganku yang
menghalangimu..”

“Ada apa ini?”

Suara tenang terdengar di belakang mereka, membuat Letnan Paris dan Cesar
menolehkan kepala secara bersamaan. Mata mereka berdua langsung menyambar
sosok Jenderal Akira yang sedang berdiri dari arah lorong yang berlawanan,
mengenakan mantel panjang militer hitamnya yang khas dengan ekspresi sedikit
terganggu dengan ketegangan nyata yang tercipta antara dua sosok anak buah di
depannya.

Seketika itu juga Cesar melepaskan pegangannya dari kerah baju Letnan Paris
dan melangkah mundur. Lalu berdiri dengan sikap formal sebelum memberi
hormat dengan gaya After Earth kepada Jenderal Besar mereka itu. Letnan Paris
juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Cesar. Di sini di dalam Benteng Militer
Marakesh City beberapa protokol kemiliteran memang harus tetap dilakukan
tidak peduli ada hubungan keluarga seperti antara Cesar dan Jenderal Akira.
“Ada pertentangan di antara kalian yang aku tidak tahu?” Jenderal Akira masi
berdiri di sana. Mata gelapnya mengawasi bergantian antara Cesar dan Letnan
Paris, menuntut jawaban tanpa suara.

Cesar menoleh ke arah Letnan Paris, lalu berdehem perlahan sebelum menjawab.

“Bukan masalah besar, Jenderal. Hanya pertentangan biasa antara dua teman.”
ujarnya tenang, melirik ke arah Letnan Paris yang mengangguk tipis untuk
menyetujui kata-katanya.

Lama Jenderal Akira masih berdiri di sana dan menilai. Tetapi pada akhirnya Sang
Jenderal memutuskan lebih baik membiarkan dua manusia di depannya
menyelesaikan masalahnya sendiri-sendiri.

“Baik.” ujarnya tenang sambil menegakkan punggung hendak melangkah pergi,


“Jika sampai ada pertentangan di antara kalian berdua dan itu membahayakan
kesatuan After Earth, maka aku sendiri yang akan turun tangan untuk
menghukum kalian.” ucap Jenderal Akira dengan nada mengancam sebelum
kemudian melangkah pergi meninggalkan Letnan Paris dan Cesar yang tertegun
tanpa kata.

***

India terlambat pulang hari ini karena bis yang membawa karyawan di perjalanan
tadi sempat terhambat karena mengalami kendala mesin di jalan. Beruntung
teknisi kendaraan di After Earth bergerak cepat ketika dihubungi sehingga cepat
mengatasi kendala mesin bis dan membuat bis bisa berjalan kembali sehingga dia
tidak terlambat terlalu malam.

Ruang depan panti asuhan kosong seperti biasa di sore hari dan India melangkah
pelan melalui lorong untuk menuju dapur. Dibukanya pintu dapur dan dirinya
bertatapan dengan Ibu Chaterine yang sedang mengatur makanan yang telah
matang di meja makan. Panti asuhan ini memang lebih maju dari yang
sebelumnya, pemerintah telah memberikan tambahan petugas dan asisten untuk
membantu setiap panti asuhan yang tersebar di seluruh penjuru wilayah After
Earth. Ada tukang masak ahli gizi anak-anak, pengatur keuangan dan juga tenaga
pendidik yang diberikan untuk setiap panti sehingga pekerjaan Ibu Chaterine
lebih ringan dari sebelumnya yang melakukan apa-apa sendiri. India mensyukuri
hal ini karena usia Ibu Chaterine sudah beranjak semakin tua dan membutuhkan
bantuan untuk mengurus anak panti asuhan sendirian sementara India sendiri
yang mulai bekerja tidak bisa membantu secara penuh.

“Kau datang terlambat dari biasanya.” Ibu Chaterine tersenyum lembut menyapa
ke arah India, pandangannya yang keibuan langsung menemukan wajah India
yang tampak kusut kelelahan, “Hari yang melelahkan, ya?”

India  menganggukkan kepala lemah, “Bus karyawan yang mengangkut kami di


jalan mengalami kendala mesin, syukurlah bisa segera diatasi. Saya akan mandi
dulu, Ibu dan setelah itu akan turun membantu Ibu.” gumam India perlahan.

“Tidak perlu, India. Mandilah dan segarkan dirimu, kau tampak lelah dan butuh
istirahat. Lagipula aku sudah selesai di sini.” ujar Ibu Chaterine dengan nada
pengertian sambil memberi isyarat dengan tangannya supaya India segera
kembali ke kamarnya untuk menyegarkan diri.

India tersenyum dan mengangguk. Lalu dia menutup kembali pintu dapur yang
berhubungan langsung dengan ruang makan besar tempat anak-anak panti
asuhan selalu berkumpul untuk makan malam dan melangkah menuju lokasi
kamarnya yang berada di ujung paling belakang panti asuhan.

Dalam perjalanan menuju kamarnya, India bertemu dengan anak-anak panti yang
menyapa ramah dengan senyum polos kekanak-kanakannya, dan hal itu sedikit
memberikan penghiburan pada hati India yang sakit.

India melangkah memasuki kamarnya yang sederhana sebelum kemudian


meletakkan tas kerjanya di meja kayu kecil yang terletak di dekat jendela kamar,
lalu melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, terlalu lelah untuk berganti pakaian.

Tubuhnya terasa lelah dan jiwanya terasa sakit. Pun dengan kakinya yang terasa
berdenyut-denyut menyakitkan sehingga membuat India harus memaksa
menyeretnya ketika berjalan sambil menahan sakit.

Sejenak India meringkuk dan memeluk dirinya sendiri sambil memejamkan mata.
Lalu air mata yang tadi sudah sempat mengering mengalir lagi dari kelopak
matanya yang tertutup rapat.

Tidak pernah sebelumnya dia dihakimi seperti ini. Dan kenapa mereka yang
sempurna itu merasa berhak menghakiminya yang cacat ini hanya karena dia berani
mencintai sosok sempurna yang tak terjangkau olehnya?

***

Sekelilingnya terasa begitu gelap. Gelap mengerikan yang seolah membawa kenangan
lama menyeramkan yang selama ini tersembunyi dalam otaknya.

India meraba-raba dana merasakan kedua tangannya terikat di depan tubuhnya.


Kakinya terasa menggesek sprei linen yang familiar yang membungkus sesuatu yang
empuk di bawah tubuhnya.

Dia berada di atas ranjang?

Kegelapan pekat yang melingkupi membuat India tidak bisa menebak dimana dirinya
berada. Tetapi ruangan ini dingin dan semakin mencekam dengan suara tetesan air
yang entah berada dari mana, seperti melodi menyeramkan yang mencengkeram
dadanya hingga membuat napasnya sesak pun dengan detak jantungnya yang
memacu tak terkendali.

Apa yang terjadi kepada dirinya? Kenapa dia ada di sini?

Pertanyaan India seolah dibiarkan menggantung dengan kejam, terikat tak berdaya
dan tak mampu menemukan jawaban yang sekarang entah sedang berada di mana.

Kesunyian berbaur dengan kegelapan menciptakan nuansa yang membuat jiwanya


tertekan. Ruangan tak kasat mata tempat dirinya berada ini terasa begitu hening
hingga bahkan desau angin bergulir perlahan pun terasa jelas mengusik telinganya.
Tidak ada suara lain. Apakah India sendiran di ruangan ini?

Lalu ada suara napas. Suara napas pelan yang begitu dekat hingga membuat India
terperanjat dari posisinya duduk. Kepalanya menoleh perlahan ke arah suara napas
itu, sementara jantungnya makin berpacu memukul dada hingga terasa menyakitkan.

Ada orang lain di ruangan ini!

India menggigit bibir dengan ketakutan yang amat sangat, bulu kuduknya merinding
ketika menyadari bahwa saat ini dirinya sedang berada di situasi yang sangat
berbahaya.

“Si… siapa?” dengan suara lemah gemetaran, India berusaha bertanya dan mencari
jawaban. Tetapi hanya keheningan membentang yang didapatkannya, sebuah
keheningan menyeramkan yang mengancam akan memompa darahnya sampai pecah
dan memukul dadanya hingga membuat jantung India berhenti berdetak.

Dan di detik ketika India dicekam teror yang amat sangat hingga ingin menjerit
sekuat tenaga, tiba-tiba terdengar suara nan familiar dari sosok gelap tak terlihat
yang ada di dekatnya itu.

“Nyawamu sama sekali tidak berharga.”

Sosok itu berucap kejam dengan nada lambat dan nafsu membunuh yang terdengar
mengerikan. India membelalakkan mata dengan percuma karena hanya kegelapan
yang membentang di depan matanya.

Dia mengenali suara itu! Itu adalah suara Letnan Paris!

Sayangnya sebelum India bisa menyuarakan pengenalannya, sesuatu terasa


digerakkan oleh sosok Sang Letnan yang bersembunyi di dalam kegelapan itu.
Sesuatu yang ringan, terasa seperti logam dingin yang diayunkan hingga menusuk
tepat ke perut India, menimbulkan rasa nyeri tak terkiraa yang mengejutkan.

Sebuah pisau… sebuah pisau telah ditusukkan Letnan Paris kepadanya!


***

India menjerit sekuat tenaga sementara matanya membelalak menatap ke arah


langit-langit kamar. Kekuatan mimpi buruk itu mencengkeramnya hingga ke
dunia nyara, membuat India langsung terduduk dengan kedua tangan
mencengkeram perutnya defensif.

India menunduk, napasnya terengah sementara napasnya berpacu cepat ketika


matanya tertuju ke arah perutnya yang tidak terluka suatu apapun.

Mimpi itu terasa begitu nyata hingga menyeramkan dan meninggalkan rasa pedih
di permukaan kulit India yang tidak terluka.

India mengangkat tangan dari perut, menatap dirinya sendiri dengan tidak yakin
sebelum kemudian logikanya mengambil alih dan menyadarkan dirinya bahwa
apa yang tampak begitu mengerikan itu hanyalah sebua mimpi buruk meskipun
terasa begitu nyata.

Bahkan dalam mimpi pun Letnan Paris mengikutinya dengan ancaman serta
kebenciannya yang begitu nyata…

India menghela napas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri. Lalu
mengusap rambut di dahinya yang basah karena keringat. Dia telah ketiduran
dalam kondisi kelelahan bahkan tanpa sempat berganti pakaian. Mungkin kondisi
tidak nyaman itulah yang membuat dirinya bermimpi buruk.

Perlahan India menapakkan kakinya turun dari ranjang, sedikit mengernyit ketika
kakinya yang memiliki luka di masa lalu masih saja terasa nyeri. Dengan langkah
tertatih dan kaki sedikit diseret, India melangkah keluar kamar menuju kamar
mandi terdekat dari kamarnya. Mungkin mandi air hangat akan membantu
menyegarkan kondisinya.

Dalam perjalanan itu, sebuah pertanyaan mengusik jiwanya, seolah-olah otaknya


berusaha mengirimkan pesan tak terbaca yang masih tidak dia pahami.
Sesuatu menyangkut ruangan gelap dan suara Letnan Paris yang terdengar
familiar…

***

India telah selesai mandi dan berganti pakaian bersih. Dia menuju dapur yang
merangkap sebagai ruang makan dan menemukan Ibu Chaterine masih berada di
sana, sedang menyeduh teh panas untuk dirinya sendiri dengan buku catatan
keuangan panti asuhan terbentang di depannya.

Mandi air hangat memang cukup membantu, membuat kondisi tubuh India lebih
segar dan lebih baik dari sebelumnya.

Insiden bisa yang mogok di tengah jalan yang berurutan dengan dirinya tidur
tanpa sengaja hingga bermimpi buruk membuat India ketinggalan waktu makan
malam bersama anak-anak panti asuhan yang lain. Biasanya mereka melewatkan
makan malam bersama dan bercerita mengenai hal-hal sehari-hari yang terjadi di
rumah satu di sekolah, sebelum kemudian anak-anak panti akan beranjak
memasuki kamar masing-masing untuk mengecek pekerjaan rumah dan pelajaran
yang sudah mereka kerjakan di siang hari dan langsung beranjak tidur secara
terjawadwal di malam hari.

Karena itulah suasana ruang tamu itu terasa begitu sepi. Hanya ada Ibu Chaterin
di sana.

“Aku tadi menengokmu ke kamar pada jam makan malam, tetapi kau sedang
tertidur pulas dan aku memutuskan untuk membiarkanmu istirahat.” Ibu
Chaterine memberi isyarat kepada India untuk duduk di dekatnya, “Duduk dan
makanlah, India. Aku sudah menghangatkan sup dan kentang untukmu. Ada
puding manis di lemari pendingin untuk menutup makan malammu.”

India menganggukkan kepala, mengucapkan terima kasih dan mengambil


makanan yang disisihkan ibu Chaterine untuknya. Dia mengisi nampan
makanannya dan membawanya ke meja makan, meletakkannya di sana sebelum
kemudian menarik kursi dan duduk di dekat Ibu Chaterine.
India menggigit roti dan menyuap sup hangat ke mulutnya, lalu menoleh ke arah
Ibu Chaterine dan menatap pekerjaannya.

“Ibu mengerjakan Laporan Keuangan sampai malam?” tanya India perlahan.

Ibu Chaterine menggeleng tipis, lalu tersenyum lebar.

“Aku hanya memeriksanya. Asisten pemerintah yang bertugas membuat laporan


keuangan telah melakukan tugasnya dengan baik hingga tidak ada lagi yang perlu
dikoreksi.” Ibu Chaterine meletakkan pena di tangannya dan menatap India yang
sedang menandaskan mangkok supnya dengan tatapan keibuan yang serius, “Apa
yang mengganggu pikiranmu, India. Kau sudah mandi tapi tampak pucat dan
tidak bahagia.”

Sebagai ibu panti asuhan yang merawat India sejak bayi, Ibu Chaterine telah
merawat dan mengenali India seperti anaknya sendiri, karena itulah jika ada
sesuatu yang berbeda dengan India, Ibu Chaterine dengan cepat langsung
mengetahuinya.

India tertegun sejenak, membalas tatapan Ibu Chaterine lalu memutuskan untuk
bercerita demi meringankan bebannya.

“Ini… mengenai Letnan Paris…” gumamnya perlahan.

Disebutnya nama Letnan Paris dalam percakapan mereka membuat Ibu Chaterine
membelalakkan matanya begitu lebar sementara darah seolah terserap habis dari
kepalanya, membuat wajah Sang Ibu pucat pasi. India mengerutkan kening ketika
melihat tangan tua Ibu Chaterine gemetaran di atas meja dan kegelisahan
tampak memenuhi Ibu Panti Asuhannya ini.

“Ada apa, Ibu?” tanya India bingung. Dia belum lagi bercerita, tetapi ekspresi Ibu
Chaterine sudah begitu mengkhawatirkan seperti itu.

Ibu Chaterine menghela napas panjang-panjang untuk menenangkan diri. Tidak


disangkanya nama mengerikan itu hadir lagi di kehidupan mereka, di kehidupan
India. Apakah benar yang dikatakan oleh Letnan Paris ketika melepaskan mereka
ke kehidupan baru dahulu kala, bahwa Sang Letnan tidak akan pernah
melepaskan India dari cengkeramannya?

Kalau memang begitu, Ibu Chaterine merasa bahwa dirinya harus segera
memperingatkan India! Tidak akan dibiarkannya India jatuh ke dalam jebakan
Letnan Paris tanpa pertahanan apapun!

Dengan tangan gemetar, Ibu Chaterine menggenggam tangan India untuk


memperoleh perhatian penuhnya.

“India… kau harus mendengar, Letnan Paris…”

Suara bel dari pintu depan panti asuhan menghentikan kalimat demi kalimat
yang sedianya hendak meluncur dari bibir Ibu Chaterine. Dengan tegang, Ibu
Chaterine menoleh ke arah ruang depan, lalu kembali menatap India.

“Saya akan membuka pintu.” India hendak beranjak dari kursi, tetapi Ibu
Chaterine menahannya.

“Tidak. Duduklah di sini dan habiskan makananmu. Jika ada tamu selarut ini,
mungkin itu dari departemen pemerintah menyangkut masalah penting. Aku
akan membuka pintu.” Ibu Chaterine bangkit dari kursi, lalu melangkah keluar
dapur tanpa kata, meninggalkan India yang masing menggantung, bertanya-
tanya tentang apa yang tadi hendak dikatakan oleh Ibu Chaterine kepadanya.

Ibu Chaterine sendiri melalui lorong yang senyap menuju ruang tamu. Lampu
utama sudah dimatikan, menyisakan lampu malam berwarna kekuningan yang
cukup redup. Perlahan Ibu Chaterine melangkah menuju pintu ruang depan, dan
membukanya tanpa waspada.

Suara terkesiap meluncur dari tenggorokkannya ketika melihat siapa yang


datang, tetapi jeritan tidak berhasil lolos dari mulutnya, karena Letnan Paris yang
berdiri di depan pintu dengan seringai menyeramkan langsung merangsek masuk
dengan gerakan cepat dan mematikan mencengkeram leher Ibu Chaterine dengan
penuh ancaman.

“Kalau kau meronta, maka lehermu akan patah dan mati.” Letnan Paris mendesis
dengan kejam, lalu menunduk ke arah Ibu Chaterine hingga matanya birunya
berkilat ketika memantulkan cahaya lampu redup ruang depan, “Halo, Ibu
Chaterine. Sepertinya sudah lama sekali kita tidak bersua.” sambungnya dengan
suara lambat-lambat mengancam yang terdengar sangat mengerikan.

Bersambung ke Part Berikutnya.

 Follow instagram Project Sairaakira untuk mendapatkan quotes cerita PSA


dan juga pengumuman ( postingan baru, maintenance, lain-lain ) lebih
cepat : @projectsairaakira

Lieutenant’s Darling Part 18 : Ingin Tahu


Lieutenant’s Darling Part 17 : Boneka Terikat
Lieutenant’s Darling Part 16 : Mengurungkan Niat
Lieutenant’s Darling Part 15 : Berselimut Manis
Lieutenant’s Darling Part 14 : Perempuan Yang Menantang
Lieutenant’s Darling Part 13 : Membunuh Cemburu
Lieutenant’s Darling Part 12 : Pertanyaan
Lieutenant’s Darling Part 11 : Setelah Dua Tahun
Lieutenant’s Darling Part 10 : Jeda Sejenak
Lieutenant’s Darling Part 9 : Sebuah Rahasia
Lieutenant’s Darling Part 8 : Tertangkap Basah
Lieutenant’s Darling Part 7 : Monster yang Indah
Lieutenant’s Darling Part 6 : Membuang Trauma
Lieutenant’s Darling Part 5 : Pengenalan
Lieutenant’s Darling Part 4 : Sang Penyelamat
Lieutenant’s Darling Part 3 : Tersekap
Lieutenant’s Darling Part 2 : Kode Etik Sang Pembunuh
Lieutenant’s Darling Part 1 : Pertemuan Pertama
Lieutenant’s Darling Prolog : Awal Mula
Lieutenant’s Darling

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
>>

 21 MAY 2017  AUTHOR


350 thoughts on “Lieutenant’s Darling Part 14 : Perempuan
Yang Menantang”

← Older Comments

dheniesparks95

letnan kesepian pengidap jomblo sejak lahir

 REPLY  26 JANUARY 2018 AT 8:38 AM

hun

Ini kah yg namanya jomblo. Letnan itu kalo dipikir kuranv kerjaan stalking india
ters wkwkw ini jomblo ala letnan

 REPLY  12 JANUARY 2018 AT 12:21 PM

Ikhapcy
duhh udah lama banget gabaca ni cerita,pas mau baca lagi eh gatau yg terakhir
aku baca itu dimana,akhirnya baca dari awal deh😁

 REPLY  10 DECEMBER 2017 AT 2:29 PM

Dina

Selalu suka kalo tokoh di cerita tuh yang buta sama sekali sama suatu hal. Kayak
ceritanya Jenderal juga, ga pernah ngerasain kelembutan, kasih sayang, cinta, pas
hal-hal itu datang ke kehidupannya langsung kaget dan gatau harus gimana, tapi
pada akhirnya bisa menyesuaikan diri dan nerima hal-hal baru tersebut. Sama nih
kayak Letnan, dari dulu ga pernah ada yang bikin dia ragu-ragu, khawatir, marah,
cemburu (?) hahahaa Letnan Paris is so cute in here, in my opinion yah. Pengen
tak elus elus deh kepalanya, terus di peluk, uuuuh sini mang Parisssss di peyuk
dulu, i’ll give you my love hahahaa

 REPLY  14 NOVEMBER 2017 AT 9:40 AM

Nurul

India makin menderita karena dilema antara Cesar dan Letnan Paris :o

 REPLY  29 OCTOBER 2017 AT 8:35 PM

Nataliee

Kok seneng ya Cesar ngelindungin india

 REPLY  10 SEPTEMBER 2017 AT 10:29 AM


ellaSy12

Kenapa bang paris gk sadar2 y klw dya itu love sama india,ksian india merasa
tertekan mimpi masa lalunya dateng cepet atau lambat india pasti tahu klw sekap
dya itu letnan paris.

 REPLY  8 SEPTEMBER 2017 AT 4:42 AM

EviC89

Logo perhiasanx bikin envy…


Kapan beisi nang kytu

 REPLY  4 SEPTEMBER 2017 AT 5:26 PM

Dipertiwie

Benar-benar merasa kasihan pada Ibu Catherine yang selalu diancam Letnan
Paris …
Letnan Paris ini sepertinya tahu betul kapan harus datang untuk membuat agar
Ibu Catherine mau “diam” , dan tidak berkata-kata apa-apa pada India , tiba-tiba
udah ada ajha itu orang ….

 REPLY  2 SEPTEMBER 2017 AT 8:57 AM

nirarenza
Duh letnan paris datangnya kok pas bgt sih. Pdhl ibu catherine mau
memperingatkan india klo letnan paris itu berbahaya

 REPLY  31 AUGUST 2017 AT 11:06 AM

Hilmaaa

Ga sabar nunggu momen dimana letnan paris jd sedikit lembut kayak jenderal
akira yg jd sedikit lembut gara2 asia. INDIA SEMANGAT NGUBAH LETNAN

PARISNYA WKWKWKWK . kayaknya bakal lbh susah drpd ngubah si abang


jendral

 REPLY  29 AUGUST 2017 AT 3:10 PM

deya

Yaampun…. tahan banggg

 REPLY  26 AUGUST 2017 AT 12:06 AM

mrswhiteee_

Obsesimu sunggyh besar letnan awa nanti terjebak sendiri sama obesinya hihi

 REPLY  24 AUGUST 2017 AT 1:33 AM

Ayu permatasari
Kasian ibu catherin, letnan paris mah gk pandang bulu klo mau ngancem org tuh
😔😔😔😔

 REPLY  22 AUGUST 2017 AT 8:10 AM

MiaMmia

 REPLY  18 AUGUST 2017 AT 9:32 AM

Mila

emang psikopat bener ini letnan pariss

 REPLY  17 AUGUST 2017 AT 3:48 PM

nanana sah184

Mau ngapain itu letnan paris ‘bertamu’ malem malem??


Semoga cesar gak beneran suka sama indiaa.. Toh dia harusnya berpasangan
sama yang bergenetik A bukan?? Nanti malah tambah ribet klo cesar ikutan suka
sama indiaa

 REPLY  16 AUGUST 2017 AT 8:32 PM

Dewi Natalia

Hati2 nak obsesi membunuhmu itu akan berbalik membunuhmu.


India harus belajar nih dari asia.

 REPLY  31 JULY 2017 AT 9:50 PM

E-indahss

Paris lebih nakutin dari jend Akira 😡 kayak iblis dalam rupa malaikat… ini ya klo
aku yg jadi India udah gila nangis guling2, udh gk tahu apa2 tp berasa dpt teror
tiap hari… wassalam dah..

 REPLY  29 JULY 2017 AT 3:56 PM

RealZeal

Letnan paris emang beneran kejam bgt

 REPLY  29 JULY 2017 AT 1:34 PM

Ayu Lestari

Nah loh Paris udah mulai gak berkutik kan sama India..hayoo loh ditikung Cesar
baru tau rasa..udah lah buang deh keinginan membunuh India..ntar kalau India
dan anak panti asuhan lain pindah ke distrik nya Cesar bakalan kangen..

 REPLY  27 JULY 2017 AT 11:11 AM

utari345

tegang banget sama kelakuan nya letnan paris oh 😂


 REPLY  25 JULY 2017 AT 3:41 PM

kharollinaarma

Memang Psico neeh Letnan Paris tp aku suka…kejam tp posesif suka…serem tp


ganteng…

 REPLY  15 JULY 2017 AT 11:56 AM

Agnes_Sugianto

Berharap moga2 Cesar ga suka sama India..


Meskipun Letnan Paris psycho, tetep ngeship Letnan Paris sama India..

 REPLY  14 JULY 2017 AT 9:49 PM

Agnes_Sugianto

India keren, sama deh kaya Asia yg ngelawan Jenderal Akira jg, tp blm sehebat
Asia..
Letnan Paris sampe ngancem Ibu Chaterine ya??

 REPLY  14 JULY 2017 AT 9:48 PM

lovesela

Uwoooooo letnan
 REPLY  14 JULY 2017 AT 8:08 AM

Babyvid

Cieeeee akhirnya orang seperti paris bisa juga merasakan dan kewalahan sama
namanya galau gahaha

 REPLY  5 JULY 2017 AT 1:15 PM

Mutia Azzahra

Paris nyeremin plus ngeselin ya

 REPLY  26 JUNE 2017 AT 9:18 PM

lovesela

 REPLY  23 JUNE 2017 AT 4:20 PM

RatuaFrita

 REPLY  20 JUNE 2017 AT 10:07 PM

Srrblue17
 REPLY  19 JUNE 2017 AT 12:07 AM

rienaciel

Si letnan nyeremin ihh,,,,,

 REPLY  17 JUNE 2017 AT 6:39 PM

@zetanaaya

 REPLY  17 JUNE 2017 AT 8:34 AM

Rhitaz

Aduhh kasian si ibu udah tua diancem mulu….

 REPLY  15 JUNE 2017 AT 8:57 AM

Myouiafshyeen

Duh antara obsesi mo membunuh masalalu sama mo memiliki tuh, serbasalah


deh jadinya
Aseli bang Paris ini Pyscho banget kejem benerrrrrr
ko cengarcengir sendiri yah pas baca part bang letnan Paris sama bang Cesar mo
berantem gegera seorang India hahaha
 REPLY  13 JUNE 2017 AT 12:21 AM

Ayhuu Djalilu

Si Paris sepertinya memiliki obsesi ingin membunuh India dan Obsesi ingin
memilikinya..

 REPLY  10 JUNE 2017 AT 2:13 PM

triaputri

Lanjut..

 REPLY  10 JUNE 2017 AT 3:53 AM

Cellacecilliya

Mau apa tuh Letnan Paris datang malam-malam??

 REPLY  8 JUNE 2017 AT 5:03 PM

Makaba Yaruchi

 REPLY  8 JUNE 2017 AT 1:47 PM

Nuriyana15
 REPLY  8 JUNE 2017 AT 12:53 PM

Sabithaa

:LARIDEMIHIDUP’

 REPLY  8 JUNE 2017 AT 12:28 PM

triartemisia

bisa ngerasain frustasinya Paris banget euyyy

 REPLY  8 JUNE 2017 AT 10:05 AM


← Older Comments
Leave a Reply

Logged in as Retna. Log out?

COMMENT

POST COMMENT

more...
     
 

PROUDLY POWERED BY WORDPRESS

THEME: QUADRA BY WORDPRESS.COM.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.

Pengumuman Postingan
Hai Bonus Part Inevitable War : Reproduction, telah diposting. Selamat membaca yaa

DISMISS THIS NOTICE Χ

Anda mungkin juga menyukai