Anda di halaman 1dari 28

PSA Website

FOR VITAMINS WITH LOVE


  

 Lieutenant’s Darling Part 1 :


Pertemuan Pertama
 POST VIEWS: 26,481
(4,622 votes)

Oh Wonder - Without You

Author’s Playlist – Oh Wonder – without You


And I’m digging down holes without you, can’t be on my own without you.
I’m a little bit lost without you, without you

Step out into the dark, where were you when I was trying. To lift up, carry
the love. Do you know?

That I’ve been closing my eyes. Love me slow, hallucinating. Swinging me


all of your light. Do you know?

Hai sekarang kami menggunakan rating/vote sistem baru,


cukup ketuk/klik tanda love ? di bawah judul di bawah tulisan
post view, akan keluar lingkaran loading dan rating akan
bertambah. Setiap vote akan mendapat satu poin, postingan
cerita yang lama masih bisa di vote juga lho. 150 vote akan
mendapat badge vitamins appreciator. Thank you

Malam itu begitu mencekam, dipenuhi hawa dingin yang mendebarkan jiwa
sekaligus menumbuhkan rasa was-was.
India sama sekali tidak menyangka bahwa panti asuhannya yang damai dan
tenang, yang dulunya penuh dengan tawa serta berkelimpahan akan cinta kasih
keluarga dari seluruh penghuninya yang berbahagia dalam kesederhanaan, tiba-
tiba saja mengalami kejadian yang begitu tidak terduga.

Anak-anak panti asuhan mungkin sudah sering melihat militer hitam, karena
Cesar selalu datang berkunjung ke panti asuhan mereka hampir di setiap waktu
luangnya, menghabiskan waktunya dengan bercengkerama bersama anak-anak
panti, tertawa bersama, sekaligus membawakan kudapan kesukaan yang pasti
disukai oleh anak-anak, berupa manisan dan permen dengan berbagai bentuk dan
rasa yang menggoda selera.

Entah darimana Cesar mendapatkan makanan-makanan manis kesukaan anak-


anak itu, mungkin dia menggunakan koneksinya sebagai militer hitam atau
mungkin Cesar memang mendapatkan jatah khusus untuk dibagi . Yang pasti, dia
tidak pernah datang tanpa membawa buah tangan, dan India, seperti juga anak-
anak lainnya akan selalu berseru kegirangan sambil mengerubuti Cesar untuk
meminta bagian permen mereka masing-masing jika Cesar datang dengan
senyum lebarnya yang khas, memamerkan kantong kertas berisi makanan yang
dipuja oleh seluruh anak-anak di After Earth.

Dengan hadirnya Cesar ke dalam keluarga besar panti asuhan mereka, lengkap
dengan seragam militer hitamnya yang cukup mengerikan, semua anak-anak
panti otomatis merubah paradigma mereka dari menganggap bahwa militer
hitam adalah sosok misterius menakutkan yang kejam dan mampu membunuh
tanpa pandang bulu, menjadi berpandangan bahwa bahkan seorang militer hitam
pun ternyata adalah sosok yang manusiawi, bisa tertawa, bisa bercanda, bahkan
bisa makan bersama mereka seperti manusia normal pada umumnya.

Saat ini India berbaris di antara anak-anak lainnya, matanya menatap ke


sekeliling dan alisnya yang tebal, terbentuk melengkung rapi berwarna gelap
serupa rambutnya dan membingkai matanya yang sewarna madu dengan indah,
sekarang berkerut hingga menciptakan garis halus di pangkal hidungnya,
pertanda bahwa dirinya sedang berpikir keras.
Malam itu tiba-tiba saja, kaum militer hitam berwajah bengis menggedor pintu
panti asuhan mereka dan menciptakan ketakutan mencekam akibat kata-kata
dingin yang dibarengi senjata besar yang mengintimidasi. Hal ini sepertinya akan
menciptakan kembali paradigma bahwa militer hitam memang menakutkan, di
antara anak-anak panti lainnya. Militer hitam yang mengepung mereka sekarang
sangat jauh berbeda dari Cesar yang ramah dan murah senyum. Pasukan yang
entah kenapa datang tiba-tiba dan memaksa seluruh anak panti berbaris di
halaman depan panti asuhan yang dingin, masih dengan pakaian tidur mereka
ini, tampak tidak bersahabat dan mengerikan.

Ketika India menatap wajah-wajah militer hitam itu, dirinya bahkan bisa
membayangkan bahwa jika mereka tidak bersikap kooperatif, pasukan kejam ini
akan dengan mudahnya melenyapkan nyawa mereka. Pemikiran itu membuat
India begidik dan terkesiap ketika tubuhnya didorong supaya merapat ke anak-
anak lainnya.

Dua orang anak panti lain yang masih kecil, masih berusia lima dan tujuh tahun
dan berbaris di depannya, tiba-tiba meraih gaun tidurnya, mengalihkan India dari
lamunan yang mengerikan. India menundukkan kepala dan mendapati wajah-
wajah ketakutan anak-anak itu yang berpadu dengan mata berkaca-kaca
menahan tangisan.

Dengan perlahan India memberi isyarat dalam bentuk gelengan samar, mencoba
membuat anak-anak itu mengerti bahwa menangis tidak akan menyelesaikan
masalah, malahan akan membawa konsekuensi mengerikan karena mungkin saja
jika ada satu anak yang menangis ketakutan, yang lain akan tertular menangis…
dan jika tangisan anak-anak saling bersahut-sahutan memekakkan telinga, bukan
tidak mungkin kesabaran para militer hitam itu terkikis dan mereka akan
bertindak kasar.

Dengan perlahan, India meraih kedua anak kecil itu ke dalam rangkulannya,
mengusap kepala mereka perlahan untuk menenangkan, memastikan bahwa
mereka semua baik-baik saja.
Seandainya ada Asia, anak-anak ini mungkin akan lebih tenang. Asia adalah
sosok yang dikagumi di seluruh panti asuhan ini, sosok kakak yang melindungi,
penyayang sekaligus menjadi panutan bagi semuanya. Bahkan India selalu
menjadikan Asia sebagai patokan dan cerminan perempuan ideal di masa
depannya. Asia sangat cantik, baik hati dan pandai memasak makanan enak
untuk mereka semua, belum lagi keahliannya mengurus anak-anak panti yang
masih bayi dan membutuhkan perhatian khusus, Asia selalu berhasil menangani
mereka dengan sabar.

India ingin menjadi seperti Asia, mampu menjadi wanita cerdas dengan keahlian
yang cukup untuk mengasuh anak-anak panti asuhan. Meskipun begitu,
pemikirannya yang dewasa tahu bahwa Asia tidak akan selamanya berada di panti
asuhan. Kakak angkatnya itu suatu saat pasti akan menikah dan menjalani
hidupnya sendiri, dan panti asuhan ini membutuhkan penerus untuk membantu
Ibu Chaterine mengurus anak-anak jika nanti Asia pergi meninggalkan mereka
untuk menempuh kebahagiaannya sendiri. Karena itulah, tanpa diminta, India
sepenuh hati berusaha belajar sebaik mungkin supaya bisa menjadi penerus
untuk mengurus anak-anak panti sebaik Asia, dia belajar memasak, mengurus
adik-adiknya yang masih kecil, bahkan di malam hari dirinya menyempatkan diri
membaca buku-buku ilmu pengetahuan yang bisa membantunya menjawab
pertanyaan adik-adiknya seperti yang selama ini dilakukan oleh Asia yang sangat
cerdas serta memiliki banyak ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam
otaknya.

Memikirkan tentang Asia menyebabkan kerutan di dahi India semakin dalam.


Dirinya mengedarkan pandangan ke sekeliling, memperhatikan wajah-wajah
ketakutan saudara-saudaranya di kegelapan, dia bahkan berhasil menemukan
sosok Ibu Chaterine yang berdiri dengan ekspresi kebingungan sambil memeluk
beberapa saudara-saudaranya sekaligus untuk menenangkan mereka…. semua
sepertinya lengkap… tapi bagaimanapun India berusaha mencari dan memindai
dengan teliti, dia tetap tidak bisa menemukan sosok Asia di antara kerumunan
itu.

Dimanakah Asia…?
Lamunan India tersentak ketika suara keras terdengar dari dalam panti asuhan
mereka, membuatnya terperanjat dan anak-anak yang menempel padanya untuk
mencari perlindungan mulai merengek ketakutan. Dengan perlahan India
menghembuskan napas dan mencoba menenangkan hatinya. Sepertinya pasukan
militer hitam itu sedang mencari sesuatu di dalam rumah panti mereka dan
memutuskan untuk menggeledah semuanya, bahkan mendobrak pintu-pintu
yang terkunci.

Apa yang dicari oleh pasukan militer hitam di dalam panti asuhan yang hanya dihuni
oleh wanita dan anak-anak ini?

Pertanyaan itu membuat India tak habis pikir, kebingungan hingga akhirnya
hanya bisa menurut ketika dirinya digiring bersama-anak-anak lain untuk
memasuki bus besar yang telah disiapkan. Ada beberapa bus untuk mengangkut
mereka, dan India sedikit kebingungan ketika diarahkan untuk naik ke salah satu
bus.

Lalu tiba-tiba Ibu Chaterine berhasil menembus kerumunan tanpa kentara dan
menjajari langkahnya dalam sambil berbisik pelan.

“Ibu akan menaiki bus yang terpisah darimu, dan ibu harap kau bisa menjaga
anak-anak yang berada satu bus denganmu.” Ibu Chaterine berbisik samar
dengan mata menatap lurus ke depan, berusaha supaya tidak dicurigai oleh para
militer hitam yang sedang mengarahkan mereka untuk satu persatu memasuki
bus.

India meringis, lalu melirik sedikit ke arah Ibu Chaterine, “Apa yang mereka cari,
Ibu?” tanyanya perlahan.

Ibu Chaterine membalas lirikan India, hanya sepersekian detik sebelum


mengalihkan pandangan lagi.

“Mereka menanyai ibu dengan terperinci…. mereka mencari Cesar… dan Asia.”
jawabnya cepat dalam desisan.
Hal itu membuat India tidak bisa menahan diri untuk membelalakkan mata,
“Kenapa….?”

Ibu Chaterine menatap India dengan serius, saat itu mereka sudah mulai
dipisahkan ke dalam dua kelompok dan kerumunan mereka diarahkan ke dua
jalan yang berbeda.

“Ada hubungannya dengan militer hitam, katanya Cesar dituduh melakukan


pemberontakan, ibu tidak tahu dimana Cesar… tapi Asia…,” suara Ibu Chaterine
merendah setengah berbisik,  “Dia ada di loteng, kemungkinan Asia sedang
bersembunyi. Ibu tidak memberitahu mereka bahwa Asia ada di kamar loteng….
entah apa yang akan militer hitam ini lakukan pada Asia dan Cesar jika mereka
berhasil ditangkap….” Ibu Chaterine membuka mulut hendak mengatakan
sesuatu, tetapi jarak mereka sudah terlalu jauh dan tidak mungkin untuk
berbicara lagi kecuali mereka ingin menarik perhatian. Akhirnya yang dilakukan
oleh Ibu Chaterine hanyalah mengangukkan kepala ke arah India dengan penuh
isyarat, meminta India agar tidak membuka mulut menyangkut keberadaan Asia
jika ditanya.

Setelah itu, India hanya bisa menatap Ibu Chaterine yang digiring masuk ke
sebuah bus bersama beberapa anak lainnya. Dia tertegun dan baru sadar ketika
tubuhnya didorong dari belakang. Rupanya mereka semua juga diarahkan untuk
masuk ke dalam bus lain yang sudah siap menunggu.

Tanpa bisa berbuat banyak, India menurut ketika disuruh memanjat masuk ke
dalam bus, dirinya menyempatkan diri membantu anak-anak panti lain yang
masih kecil untuk masuk dan menggiring mereka supaya duduk dengan rapi di
kursi-kursi yang telah disiapkan. Seorang supir berpakaian militer hitam sudah
siap di balik kemudi, ekspresinya sedingin es dan pandangannya lurus ke depan.

India berusaha tidak memedulikan lelaki itu, dan memutuskan  untuk


menghampiri anak-anak panti yang ketakutan satu persatu, menenangkan
mereka sambil menjelaskan penuh kelembutan, bahwa mereka hanya perlu duduk
tenang dan semua akan baik-baik saja, meskipun sebenarnya India sendiri tidak
tahu apakah yang dikatakannya itu benar karena dia juga buta akan dibawa
kemanakah mereka ini…

Apakah mungkin mereka dibawa untuk dibunuh karena dianggap mendukung


pemberontakan yang katanya dilakukan oleh Cesar? Pasukan militer hitam terkenal
kejam dan tidak mengenal belas kasihan menyangkut pemberontakan atau usaha
menggulingkan kekuasaan, bukan?

India bahkan mendapatkan pelajaran di sekolah yang menceritakan tentang


Jenderal Moroko, pendahulu Jenderal Akira yang memimpin sekarang, dimana
dikatakan bahwa beliau pernah membumi hanguskan seluruh pemberontak
Organisasi Bendera Merah yang menginginkan kebebasan, operasi sapu bersih
yang membunuh para pemberontak sekaligus keluarga mereka dan itu termasuk
anak-anak mereka yang masih kecil yang seharusnya tidak bersalah atas apa yang
dilakukan kedua orang tuanya. Bahkan anak-anak yang tak berdosa bukan
merupakan masalah bagi milliter hitam, membuat India sadar bahwa anak-anak
panti yang masih kecil inipun, tidak akan menumbuhkan belas kasihan bagi
mereka. Kaum militer hitam akan membunuh mereka semua bahkan tanpa
berkedip sekalipun jika diperintahkan begitu.

Pemikiran itu membuat India begidik, dia menggeleng-gelengkan kepala lagi,


berusaha menenangkan diri, sebab saat ini hanya dialah yang cukup dewasa di
antara semua anak-anak kecil ini, dan dirinya harus bisa menjadi panutan yang
baik. Dia harus mampu bersikap tenang supaya anak-anak lain juga bisa tenang.

Lalu bus itu bergerak dan India menegakkan tubuh, pandangannya tanpa sadar
terpaku ke belakang, ke arah bangunan tua berwarna putih, bangunan panti
asuhan di atas bukit yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Panti asuhan itu
telah menjadi tempat berpulangnya selama ini yang menyimpan banyak
kenangan indah yang sudah pasti tak akan terlupakan di masa depan.

Dan entah kenapa, ketika memandang panti asuhan ini, jantung India berdenyut
oleh rasa sakit nan menyesakkan, seolah-olah hatinya memberikan isyarat,
bahwa mungkin saja sekarang adalah terakhir kalinya dia bisa melihat bangunan
panti asuhan itu lagi…
***

“Pengelola panti asuhan  itu sudah pasti tahu bahwa Asia berada di dalam
kamarnya. Entah apa yang mendorongnya hingga memilih tidak mengatakan
kepada pasukanku keberadaan Asia.”

Mereka berada di rumah sakit, sementara Jenderal Akira yang telah berganti
pakaian bersih berdiri di depan pintu kamar tempat perempuan yang diketahui
oleh Paris telah ditakdirkan menjadi ibu dari calon anak-anaknya dirawat.

Ketika berkesimpulan bahwa tidak ada seorang pun di dalam panti asuhan, salah
satu militer hitam yang memimpin operasi memutuskan untuk membakar
bangunan panti asuhan itu demi melenyapkan jejak mereka di sana. Pemimpin
yang malang itu tidak tahu bahwa perempuan yang sangat penting bagi Jenderal
Akira dan sangat penting bagi kelangsungan After Earth masih terjebak di dalam,
berkubang dengan nyawa terancam di antara panasnya api yang berkobar.

Beruntung Jenderal Akira datang di waktu yang tepat, membuat pemimpin itu
mengganti keteledorannya dengan nyawanya yang tercabut, lalu Sang Jenderal
berhasil menyelamatkan perempuan itu pada waktunya. Ada luka di sana-sini 
akibat kobaran api, dan perempuan bernama Asia itu masih berusaha
memulihkan diri karena paru-parunya terkena imbas dari racun yang dihasilkan
oleh asap pembakaran, tetapi setidaknya nyawa perempuan itu tidak terancam
lagi dan mereka berhasil menjaga kelangsungan masa depan After Earth untuk
sekarang ini.

Letnan Paris berdiri tegak, menatap Jenderal Akira dengan hormat sebelum
berkata.

“Apakah menurut anda, Chaterine, perempuan yang bertanggung jawab


mengelola panti asuhan itu memiliki hubungan dengan pemberontakan Cesar?
Jika dia tahu keberadaan Asia tapi tidak mengatakannya kepada kita, ada
kemungkinan juga dia tahu keberadaan Cesar tapi memilih merahasiakannya.”
Mata Jenderal Akira menyipit, tampak gelap dan mengerikan sebelum kemudian
berkata,

“Interograsi dia, dan juga anak-anak panti lain yang cukup dewasa untuk
memberikan pernyataan. Jika perempuan pengelola panti asuhan itu ternyata
benar-benar berkhianat dan menyembunyikan Cesar, maka aku
memperbolehkanmu untuk membunuhnya.”

Paris tidak bisa menahan diri untuk menyeringai mendengar kalimat terakhir
Jenderal Akira itu. Sudah beberapa lama ini dia tidak mendapatkan perintah
membunuh, dan itu membuat tubuh serta jiwanya nyeri, bergolak untuk
melampiaskan keinginan kejamnya melenyapkan nyawa manusia tak berguna
yang hanya bisa mengotori After Earth.

Paris membutuhkan pelampiasan untuk memuaskan nafsu gila membunuh yang


bergolak di dalam jiwanya, dan jika itu tidak disalurkan, kepalanya akan selalu
terasa sakit dan tubuhnya nyeri. Ini sudah lebih lama dari waktu biasanya dia
diperbolehkan membunuh, mungkin karena Jenderal Akira melupakan jadwalnya,
sebab Sang Jenderal sedang sibuk memikirkan cara untuk menangani perempuan
bernama Asia, katanya Asia adalah satu-satunya perempuan di After Earth yang
mampu untuk mengandung anaknya.

Bagaimanapun juga itu tidak masalah, sebab sekarang Paris sudah mendapatkan
izin membunuh hingga seluruh tubuhnya bergolak oleh rasa antisipasi serta tidak
sabar untuk memuaskan diri.

Jenderal Akira sendiri mengamati ekspresi Paris dengan seksama karena memang
tidak ada yang bisa terlewatkan dari tatapan matanya yang tajam.

“Aku hanya mengizinkanmu membunuh jika perempuan itu terbukti bersalah,


Paris. Jika tidak maka kau harus menahan keinginanmu itu dan pergi ke penjara
pemerintah untuk memilih satu tahanan supaya kau bisa mengeksekusi mereka.”

Paris menganggukkan kepala, tersenyum senang karena setidaknya ketika dia


tidak bisa membunuh perempuan bernama Chaterine itu, dia tetap bisa
membunuh penjahat-penjahat di After Earth yang saat ini sedang berada di
penjara dan menanti hukuman mati. Apapun itu, asal bisa membuatnya
memuaskan nafsu membunuh, tentu saja akan membuatnya senang.

“Saya akan segera mengunjungi tempat perempuan pengelola panti asuhan


beserta anak-anak panti asuhan tersebut ditampung untuk sementara,” mata
Paris mengamati Jenderal Akira dengan penuh kehati-hatian, “Bagaimana
dengan anak-anak panti asuhan itu, apa yang akan kita lakukan kepada mereka?”

Meskipun suka membunuh, Paris memiliki kode etik tertentu di dalam jiwanya,
dia tidak akan membunuh anak-anak dan manusia dewasa yang menurutnya
tidak berdosa, sebab membunuh anak-anak membuatnya tidak nyaman,
membuatnya merasa sama gila dengan ibunya yang membunuh adiknya dengan
begitu keji.

“Simpan mereka. Aku sedang menyiapkan rumah panti asuhan yang baru untuk
mereka tinggali.” Jenderal Akira menjawab cepat sementara matanya melirik ke
arah pintu kamar yang tertutup rapat tempat Asia masih terbaring tak sadarkan
diri, “Kemungkinan besar aku masih membutuhkan nyawa anak-anak itu tetap
hidup sebagai jaminan… jika calon istriku bersikap membangkang.” bibir Jenderal
Akira menipis membuat ekspresinya semakin gelap meskipun ada sinar kepuasan
yang menyala di matanya, “Dan melihat sikap Asia ketika aku menemuinya
kemarin-kemarin, dia bukanlah perempuan yang mudah menyerah.”

Paris menganggukkan kepala dan memberi hormat, “Saya akan pergi sekarang
untuk melakukan tugas.” ucapnya cepat. Keinginan membunuh sudah menguasai
dirinya, dia harus segera memutuskan apakah perempuan bernama Chaterine itu
pantas dibunuh atau tidak, dan jika tidak dia harus segera berpacu menuju area
tahanan After Earth di area benteng Marakesh City untuk melampiaskan
kekejamannya.

Sebuah anggukan diberikan oleh Jenderal Akira dan Paris segera membalikkan
badan melalui lorong dan hendak menuju pintu keluar.

“Paris.”
Jenderal Akira memanggil lagi, membuat Paris segera membalikkan badan
dengan cepat dan berdiri dalam posisi siaga, bersiap menerima instruksi.

“Panggil Hakim After Earth.” perintah Jenderal Akira dengan suara tenang tetapi
kental akan ketegasan, “Dia harus sudah siap di sini untuk menjalankan upacara
pernikahan begitu Asia sadarkan diri.”

Paris memberi hormat sekali lagi dan menjawab tegas, “Saya akan
melaksanakannya, Jenderal.” ujarnya sebelum kemudian melangkah pergi
meninggalkan area rumah sakit tersebut.

***

Perempuan setengah baya itu gemetaran di bawah tatapan mata Paris yang
mengintimidasi.

Sementara itu, mata biru Paris memindai wajah Ibu Chaterine dan mempelajari
ketakutan yang terpatri di dalamnya.

Perempuan ini tampak seperti perempuan setengah baya biasa yang tak
berbahaya…

Tetapi penampilan bisa menipu, bukan? Dulu ibunya yang gila selalu
berpenampilan lembut dan murah senyum di tempat kerja, bersikap layaknya
perempuan normal, sementara tidak ada yang menyadari kegilaan memuncak
yang dilampiaskannya terhadap anak-anaknya di dalam rumah pada malam
harinya.

Mungkin saja di balik penampilan halusnya yang keibuan, perempuan ini adalah
pemberontak radikal gila yang memuja kebebasan sama seperti Cesar yang saat
ini berada dalam pelarian.

Cesar rupanya juga berhasil menipu mereka semua, dengan berkedok sebagai
lulusan militer terbaik dan berprestasi, dengan sikap ramah yang membuatnya
tidak tampak berbahaya, tetapi ternyata menyembunyikan pemikiran jahat untuk
memberontak di dalam benaknya.

Letnan Paris tidak bisa menyembunyikan seringaian kejam yang penuh ironi,
ketika menyadari bahwa setiap manusia menggunakan topeng untuk menutupi
watak aslinya. Ada yang memasang topeng senyum, ada yang memasang topeng
keibuan nan baik hati, ada pula yang berpura-pura bersikap polos tanpa cela.
Semakin tebal topeng mereka, semakin busuk pula keburukan yang
disembunyikan jauh di dalam jiwa masing-masing.

“Apa alasanmu menyembunyikan keberadaan Asia?” Paris memajukan tubuhnya,


sekarang mereka berdua berada di dalam ruang interograsi yang sengaja diberi
pencahayaan remang-remang, tanpa perabotan, dan cukup suram untuk
mendukung suasana penuh intimidasi yang bisa merusak mental tahanan secara
psikologis.

Sepertinya teknik ini berhasil dengan sangat mulus. Chaterine, perempuan


setengah baya itu tampak ketakutan dan gelisah, apalagi ketika diberitahu bahwa
keberadaan Asia sudah ditemukan dan hampir terbunuh karena kebakaran.

“Bagaimana keadaan Asia?” Chaterine tiba-tiba memberanikan diri untuk


bertanya, membiarkan pertanyaan beresiko itu lolos dari bibirnya.

Hal itu membuat Paris mengerutkan kening dan menajamkan mata untuk
mempelajari sosok di depannya. Tadinya dirinya mengira bahwa Chaterine
bersikap gelisah karena menyembunyikan rasa bersalah dan ketakutan untuk
dihukum, tetapi sekarang matanya yang awas dan teliti mendapati bahwa
perempuan itu terlihat gelisah karena dipenuhi oleh kecemasan akan keadaan
Asia.

Hal itu membuat kesempatan Paris untuk membunuh Chaterine menipis, karena
sekarang dia kehilangan motif pemberontakan. Kemungkinan besar, Chaterine
melindungi Asia dan Cesar karena naluri keibuan untuk melindungi anak-
anaknya. Dan Paris menjadi jengkel karenanya, sebab dia harus bersabar untuk
berpacu menuju ke penjara After Earth dan mencari korban setelah proses
interograsi ini selesai.

Bibir Paris menipis dan tatapannya ke arah Chaterine menajam.

“Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.” ucapnya dingin, “Aku tadi


bertanya kepadamu kenapa kau tidak mengatakan keberadaan Asia, padahal kau
tahu dia berada di dalam kamar loteng itu.”

Tatapan mata biru yang sedingin es itu membuat Chaterine menelan ludah dan
menahan ketakutan. Seumur hidup dia menangani banyak anak dan bertemu
dengan banyak manusia, tidak pernah dia bertatapan dengan mata yang begitu
dingin seolah-olah tidak ada jiwa di sana.

Chaterine lalu menundukkan kepala, tidak kuat menantang mata biru nan
menghujam seolah menelusup ke dalam jiwanya.

“Aku berpikir bahwa kalian hendak menangkap Asia dan membunuhnya… mereka
menanyaiku tentang Cesar serta membicarakan pengkhianatan…. aku hanya
mencoba melindungi Asia, dia sudah seperti anakku sendiri…”

“Dan apakah kau melakukan hal yang sama pada Cesar? Mengetahui
keberadaannya tetapi memilih menyembunyikannya dari kami?” Paris
menyambar dengan tajam, menyelipkan nada penuh ancaman di dalam suaranya.

Seketika wajah Chaterine memucat dan perempuan itu menggelengkan kepalanya


kuat-kuat, “Tidak! Cesar… terakhir kali Cesar datang ke panti asuhan adalah
beberapa hari yang lalu, dia bersikap seperti biasanya, menghabiskan waktu
bersama anak-anak lalu pergi… aku baru mengetahui tentang Cesar dari
perkataan militer hitam ketika mengepung panti asuhan malam itu… aku
sungguh tidak tahu di mana Cesar berada.”

Paris menatap Chaterine dalam-dalam, memperlajari ekspresinya dengan


keahlian khusus yang dia miliki. Sebagai seseorang yang tidak memiliki empati,
Paris mengembangkan keahlian khusus mempelajari ekspresi wajah manusia
untuk melatih reaksinya sendiri terhadap berbagai emosi yang diberikan oleh
manusia terhadapnya.  Dia tentu tahu bahwa ada ekspresi tertentu yang
menunjukkan bahwa manusia berbohong, dan ekspresi wajah Chaterine sekarang
jelas-jelas menunjukkan bahwa perempuan itu telah berkata jujur.

Dia tidak akan mendapatkan mangsa untuk memuaskan nafsu membunuhnya


sekarang karena sesuai instruksi Jenderal Akira, jika Chaterine tidak terbukti
bersalah, maka perempuan ini tidak boleh dibunuh.

Paris menggertakkan gigi untuk menahan gejolak gila di dalam dirinya yang
berbisik jahat supaya dia meraih leher Chaterine dan mencekiknya saat itu juga.
Beruntung pelatihan bertahun-tahun untuk melawan kegilaannya berhasil
membuatnya lebih mampu menahan diri.

Dengan penuh perhitungan, Paris memundurkan punggungnya supaya bersandar


di kursi, tangannya terlipat, tampak begitu santai meskipun apa yang sekarang
bergejolak di dalam jiwanya akan sangat mengerikan jika diteriakkan. Paris lalu
memberi isyarat tangan kepada salah satu anak buahnya yang berjaga di pintu
dan meminta mereka membawa Chaterine dibawa pergi lalu dikembalikan ke
rumah penampungan tempatnya saat ini ditahan bersama anak-anak panti
sampai ada instruksi lebih lanjut untuk pemindahan.

Setelah Chaterine dibawa pergi, Paris membaca data digital yang tampil di
depannya, menyadari bahwa ada satu perempuan lagi yang harus dia interograsi.
Jenderal Akira memerintahkan supaya penghuni panti asuhan yang sudah cukup
umur untuk ditanyai di interograsi olehnya untuk mencari informasi. Dari data
yang dipegangnya, diketahui bahwa panti asuhan itu hanya memiliki tiga
perempuan yang cukup umur yang tinggal di sana, Chaterine sebagai
penanggung jawab panti asuhan, Asia yang tampaknya bertugas mengasuh anak-
anak, dan seorang anak kecil lain bernama India, usianya masih belasan tahun,
masih anak-anak dan sebenarnya belum cukup umur untuk disebut sebagai
perempuan, tetapi jarak usianya berbeda jauh dengan anak-anak lain di panti
asuhan yang kebanyakan berusia satu sampai dengan sepuluh tahun. Lagipula,
India sudah memasuki fase remaja berdasakan umurnya sehingga sudah cukup
bisa memberikan keterangan apapun yang diminta dengan jelas.
Terus terang Paris lebih senang berhadapan dengan manusia-manusia muda
ataupun anak-anak, sebab topeng yang mereka pasang belumlah cukup
sempurna, membuat mereka lebih mudah dibaca.

Sekali lagi Paris memberi perintah, menyuruh anak buahnya membawa India
masuk ke ruang interograsi.

***

India dan Ibu Chaterine tiba-tiba dijemput oleh militer hitam dan dibawa ke area
gelap di ujung lorong yang cukup mengerikan. Dirinya didudukkan di kursi kayu
panjang dengan penjagaan ketat sementara Ibu Chaterine di bawa masuk ke balik
pintu hitam yang seolah menebarkan aura buruk nan menguar di udara.

Entah kenapa sejak Ibu Chaterine masuk ke dalam, waktu seolah berputar sangat
lambat. India hanya duduk, menghitung detak jantungnya yang berpacu semakin
lama semakin kencang dan berbanding terbalik dengan waktu yang melambat,
dipenuhi rasa tersiksa yang luar biasa.

Apa yang mereka lakukan pada Ibu Chaterine di dalam sana? Apakah Ibu
Chaterine ketahuan menyembunyikan Asia hingga dia dipanggil untuk menerima
hukuman? Pemikiran itu membuat India gemetaran hingga dia meremas-remas
kedua tangannya yang berkeringat di pangkuan.

Bus yang membawa mereka malam itu berbelok ke sebuah bangunan serupa
asrama militer yang penuh dengan berbagai militer dalam tingkatan level yang
berbeda-beda. Mereka ditempatkan di sebuah sayap khusus di sisi timur
bangunan dengan kamar-kamar seperti kamar asrama, lengkap dengan ranjang
bertingkat, kamar mandi bahkan area dapur yang cukup luas. Setelah itu mereka
semua mencoba menjalani hari dengan penuh kehati-hatian, menunggu dalam
kecemasan akan apa yang mungkin terjadi, sambil menyadari keberadaan militer
hitam yang bergantian menjaga mereka di seluruh sisi bangunan.

India memejamkan mata ketika debaran jantungnya semakin keras, menyiksanya


karena dipaksa menunggu tanpa ketidak pastian seperti ini.
Beruntung kemudian pintu itu terbuka, membuat India langsung membuka mata
dengan waspada dan menemukan bahwa Ibu Chaterine dibawa keluar dengan
keadaan tidak kurang suatu apapun, hanya saja sedikit pucat seperti terpukul.

Apa yang mereka lakukan pada Ibu Chaterine?

Kembali India menanyakan pertanyaan itu di dalam jiwanya, sementara Ibu


Chaterine langsung menatapnya begitu keluar dari ruangan, mata Ibu Chaterine
menyuarakan isyarat berupa kepanikan dan kecemasan, tetapi tidak ada
kesempatan bagi mereka untuk berkomunikasi karena para penjaga segera
membawa Ibu Chaterine pergi dari sana.

Mata India masih terpaku ke ujung lorong tempat Ibu Chaterine dibawa pergi
dengan penjaga yang mengapitnya ketika kemudian penjaga-penjaga yang ada di
sampingnya meraih lengannya di kiri dan kanan, memaksanya berdiri dan
membawanya dengan cara setengah menyeret untuk memasuki ruangan berpintu
gelap tersebut.

India merasakan jantungnya berdebar, memukul-mukul di sana hingga membuat


rongga dadanya terasa nyeri. Dua penjaga itu membawanya ke ambang pintu, lalu
setengah mendorongnya supaya masuk, membawanya ke sebuah kursi dan
mendudukkannya dengan paksa di sana, dan sebelum India sempat mengatakan
apapun, dua penjaga itu melangkah pergi, menutup pintu ruangan tersebut dan
menyisakan hanya sedikit cahaya untuk menerangi ruangan sempit nan suram
tersebut.

Dalam sekejap mata India memindai ke sekeliling ruangan dan merasakan bulu
kuduknya meremang. Ruangan  ini membuat suasana tidak nyaman, mendorong
kegelisahannya sampai ke ujung dan debaran jantungnya mungkin terdengar
begitu kerasnya hingga seolah bisa terdengar sampai ke seberang ruangan.

India menatap lurus ke depan dan terkesiap kaget, hampir melompat dari
kursinya ketika menyadari ada sosok yang duduk tak bergerak, tanpa suara
hingga kehadirannya tidak disadari, ternaungi kegelapan dan menyatu di sana
seolah-olah kegelapan itu memang menjadi bagian dari dirinya.
Mata India mempelajari sosok yang bersedekap sambil duduk bersandar santai di
sebuah kursi di seberangnya dan hanya dipisahkan oleh meja polos tanpa
sesuatupun di atasnya, dan pupil matanya langsung melebar.

Sosok yang duduk di depannya itu seolah-olah tidak cocok berada di ruang yang
gelap nan suram ini, penampilannya mencerminkan segala yang menjadi
kebalikan dari apa yang disebut kesuraman. Rambutnya berwarna pirang
keemasan  sementara mata biru yang cemerlang itu tetap saja tampak indah di
dalam pencahayaan minim, menatap India dengan sangat tajam seolah ingin
menusuknya.

Sosok itu begitu indah, luar biasa indah, bagaikan muncul dari kisah-kisah
dongeng dari buku-buku tentang putri dan pangeran yang dibacakannya sebagai
pengantar tidur untuk anak-anak panti asuhan.

***

Paris menggertakkan gigi sementara seluruh tubuhnya menegang. Dirinya


menahan dorongan untuk menghambur dan meringkus tubuh perempuan remaja
yang sekarang duduk dengan polos tanpa dosa di depan dirinya, tidak menyadari
pengaruh apa yang ditimbulkannya di dalam diri Paris, membuat Paris harus
menahan diri untuk mengekang kegilaan yang berkobar di dalam jiwa, berteriak
keras ingin dibebaskan.

Ketika perempuan remaja itu masuk, hidung Paris membaui aroma yang sangat
unik, aroma sabun wangi buatan After Earth yang khas. Sepertinya anak remaja
itu baru mandi sebelum dibawa kemari dan aromanya menyenangkan, seperti
aroma anak-anak tanpa dosa yang masih belum mengenakan topeng.

Paris sudah menyiapkan diri untuk bersikap lembut, memasang topeng penuh
senyumnya yang tidak menakutkan, berharap dengan topeng kepalsuannya yang
bersahabat, dirinya bisa mengorek lebih banyak informasi dari anak kecil yang
terpedaya dan memilih percaya kepada penampilan palsunya.
Tetapi begitu perempuan itu didudukkan di depannnya, seluruh topeng yang
dipasang Paris lenyaplah sudah tanpa jejak hanya dalam waktu sepersekian detik.
Senyum Paris langsung berubah menjadi seringaian kejam, senyuman predator
yang tak sabar ingin membunuh mangsa yang bergegas disembunyikan dalam
ekspresi dingin serta tatapan tajam penuh penilaian.

Perempuan ini masih remaja dan bukan merupakan ancaman bagi militer hitam
seperti dirinya.

Tapi wajahnya…. wajahnya begitu mirip dengan ibunya yang gila, yang selalu
menyiksa dengan pukulan kejam hingga meninggalkan jejak berupa bilur
mengerikan yang tak terhapuskan baik di punggung maupun di jiwanya. Ibunya
juga yang telah melampiaskan kegilaannya dengan membunuh adiknya tanpa
belas kasihan…

Saat ini Paris sekuat tenaga melawan dua dorongan yang saling bertentangan di
dalam benaknya, dorongan untuk berlutut dan memohon ampun ketakutan atas
pukulan yang diderita akibat trauma masa lalunya, atau dorongan untuk
melampiaskan kemarahan, menyerbu perempuan itu, lalu mencekiknya dengan
kejam sebelum kemudian membunuh untuk melampiaskan dendamnya yang tak
terlampiaskan di masa lalu.

Bersambung ke Part berikutnya

Lieutenant’s Darling Part 18 : Ingin Tahu


Lieutenant’s Darling Part 17 : Boneka Terikat
Lieutenant’s Darling Part 16 : Mengurungkan Niat
Lieutenant’s Darling Part 15 : Berselimut Manis
Lieutenant’s Darling Part 14 : Perempuan Yang Menantang
Lieutenant’s Darling Part 13 : Membunuh Cemburu
Lieutenant’s Darling Part 12 : Pertanyaan
Lieutenant’s Darling Part 11 : Setelah Dua Tahun
Lieutenant’s Darling Part 10 : Jeda Sejenak
Lieutenant’s Darling Part 9 : Sebuah Rahasia
Lieutenant’s Darling Part 8 : Tertangkap Basah
Lieutenant’s Darling Part 7 : Monster yang Indah
Lieutenant’s Darling Part 6 : Membuang Trauma
Lieutenant’s Darling Part 5 : Pengenalan
Lieutenant’s Darling Part 4 : Sang Penyelamat
Lieutenant’s Darling Part 3 : Tersekap
Lieutenant’s Darling Part 2 : Kode Etik Sang Pembunuh
Lieutenant’s Darling Part 1 : Pertemuan Pertama
Lieutenant’s Darling Prolog : Awal Mula
Lieutenant’s Darling

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
>>

 25 NOVEMBER 2016  AUTHOR


800 thoughts on “Lieutenant’s Darling Part 1 : Pertemuan
Pertama”

← Older Comments

zia

asia mirip ma ibu nya akira , nah skrg india mirip ma ibu nya paris.. dah jodoh ga
kemana 😂😂

 REPLY  6 FEBRUARY 2018 AT 7:34 PM

dheniesparks95
wajah yang kebetulan mirip saja kan?

 REPLY  25 JANUARY 2018 AT 10:31 PM

Delpph

India adiknya kah

 REPLY  16 JANUARY 2018 AT 10:53 PM

mela

akira.

 REPLY  4 JANUARY 2018 AT 12:41 PM

yasniwahyu

Demi apa kok bisa mirip

 REPLY  26 DECEMBER 2017 AT 2:45 PM

Kikie

Hati2 Indiaa

 REPLY  15 DECEMBER 2017 AT 12:31 AM

lianasusana
Paris India 😘

 REPLY  4 DECEMBER 2017 AT 8:53 PM

Lady7432

aku yang deg2an ._. mana thundernya Imagine Dragon keputer habis dr
playlistnya author :’)

 REPLY  10 NOVEMBER 2017 AT 6:46 PM

Nur triani

Waspada india… Letnan paris siap menerkammu…

 REPLY  29 OCTOBER 2017 AT 7:21 PM

lilong02

oooh jd itu alasannya..Tuh India wjhmu mrp ibunya Letnan Paris makanya
ekspresinya jd bengis begitu.. jd WASPADALAH…

 REPLY  7 OCTOBER 2017 AT 7:46 AM

rannisan

Astagaa Paris kasian bngt dirimu

 REPLY  13 SEPTEMBER 2017 AT 9:47 PM


Nataliee

Kenapa mereka bisa mirip?

 REPLY  10 SEPTEMBER 2017 AT 6:55 AM

ellaSy12

Jadi wajah india itu mirip sama emaknya bang paris,, sikap yach yg bkal di ambil
bang paris mlampiaskm kkejamany atau bersikap lmbut

 REPLY  3 SEPTEMBER 2017 AT 5:24 AM

Cici

Jangan2 india adiknya(?)

 REPLY  2 SEPTEMBER 2017 AT 1:30 PM

Dipertiwie

Kalau lagi baca kisah Letnan Paris jadi ada ingatan tentang kejadian-kejadian
diantara Jenderal Akira dan Asia …

 REPLY  30 AUGUST 2017 AT 3:23 PM

Fyra NF
begitu udah jadi vitamins, langsung baca ttg letnan paris. gara2 baca bukunya the
general’s wife. karakter yang pengen bgt aku tau bisa jatuh cinta atu engga itu
letnan paris. karna dia termasuk psyco. dan org yang psycho biasanya gak bisa
merasakan cinta. X) :D

 REPLY  27 AUGUST 2017 AT 1:29 PM

lucyacia

Waduuhh kasian India knpa wajahnya harus mirip ibuny letnan siihh..hati2 India

 REPLY  21 AUGUST 2017 AT 3:29 PM

MiaMmia

ternyata seorang psycho seperti letnan paris kalau berada ditangan yang tepat
bisa diarahkan dan ga sembarangan bunuh orang

 REPLY  18 AUGUST 2017 AT 5:47 AM

Nuya Nunay

Ngeri juga klo sakit gini

 REPLY  17 AUGUST 2017 AT 6:21 PM

Nadud78

Paris dan India 😊


 REPLY  17 AUGUST 2017 AT 11:50 AM

Ayu permatasari

Wow jiwa psycho’y tinggi jga nih letnan paris

 REPLY  16 AUGUST 2017 AT 2:38 PM

nanana sah184

Kirain letnan paris menahan diri karena ‘tertarik’ sama india.. Eh ternyata
‘tertariknya’ buat membunuh.. Kenapa india harus mirip ibunya letnan paris,
huhu😭
Dan aku belom bisa mup on dari si jendral😆

 REPLY  5 AUGUST 2017 AT 6:09 PM

Averytroy

Kok bsa sih India mirip sma mamanya Abang Paris???

 REPLY  2 AUGUST 2017 AT 8:32 PM

E-indahss

Oh jadi India ini adik pantinya Asia toh… waktu baca prolog kirain seumuran
sama Asia. Berapa perbedaan umur mereka coba ini India baru mask remaja kan
ya..

 REPLY  28 JULY 2017 AT 9:54 PM


Ayu Lestari

Karena itu letnan Paris ngintilin India mulh..karena wajah India mirip sama
wajah ibunya..waduhhhh India langsung jadi target nya Paris bahkan dari
pertemuan pertama nya..😱

 REPLY  25 JULY 2017 AT 6:41 AM

Dewi Natalia

Duuuh asia yg malang. Kasihan.

 REPLY  23 JULY 2017 AT 8:25 AM

Konyaaku

Akhirnya bisa baca juga 😢😢😢

 REPLY  19 JULY 2017 AT 12:26 PM

Agnes_Sugianto

Kirain Letnan Paris nahan diri buat meluk India, ternyata pengen ngebunuh India
ya??
Duh, msh blm bisa move on dari Jenderal Akira

 REPLY  14 JULY 2017 AT 12:29 PM


nurul insaniyah

aku kangen maz jendral kuh

 REPLY  10 JULY 2017 AT 2:29 PM

Alkhani543

kenapa tetep nggak bisa move on dari jenderal akira? kan ketek -_

 REPLY  30 JUNE 2017 AT 2:18 PM

NeysaRamadhani

Entah kenapa karakter jendral gantengnya aku msh mendominasi yaa dibanding
lentan paris, mungkin krn aku blm bisa move on dari TGW😆😆

 REPLY  25 JUNE 2017 AT 9:28 PM

Agnes_Sugianto

Setuju

 14 JULY 2017 AT 12:30 PM

Aryu Luth a Ha zha

Omaigod india mirip sama ibunya letnan paris yang gilaa??? Kasian banget india
nnt diapa2in sm letnan gimanaaaaa
 REPLY  20 JUNE 2017 AT 11:06 PM
← Older Comments
Leave a Reply

Logged in as Retna. Log out?

COMMENT

POST COMMENT

more...
     

PROUDLY POWERED BY WORDPRESS

THEME: QUADRA BY WORDPRESS.COM.

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.

Pengumuman Postingan
Hai Bonus Part Inevitable War : Reproduction, telah diposting. Selamat membaca yaa

DISMISS THIS NOTICE Χ

Anda mungkin juga menyukai