Step out into the dark, where were you when I was trying. To lift up, carry
the love. Do you know?
Malam itu begitu mencekam, dipenuhi hawa dingin yang mendebarkan jiwa
sekaligus menumbuhkan rasa was-was.
India sama sekali tidak menyangka bahwa panti asuhannya yang damai dan
tenang, yang dulunya penuh dengan tawa serta berkelimpahan akan cinta kasih
keluarga dari seluruh penghuninya yang berbahagia dalam kesederhanaan, tiba-
tiba saja mengalami kejadian yang begitu tidak terduga.
Anak-anak panti asuhan mungkin sudah sering melihat militer hitam, karena
Cesar selalu datang berkunjung ke panti asuhan mereka hampir di setiap waktu
luangnya, menghabiskan waktunya dengan bercengkerama bersama anak-anak
panti, tertawa bersama, sekaligus membawakan kudapan kesukaan yang pasti
disukai oleh anak-anak, berupa manisan dan permen dengan berbagai bentuk dan
rasa yang menggoda selera.
Dengan hadirnya Cesar ke dalam keluarga besar panti asuhan mereka, lengkap
dengan seragam militer hitamnya yang cukup mengerikan, semua anak-anak
panti otomatis merubah paradigma mereka dari menganggap bahwa militer
hitam adalah sosok misterius menakutkan yang kejam dan mampu membunuh
tanpa pandang bulu, menjadi berpandangan bahwa bahkan seorang militer hitam
pun ternyata adalah sosok yang manusiawi, bisa tertawa, bisa bercanda, bahkan
bisa makan bersama mereka seperti manusia normal pada umumnya.
Ketika India menatap wajah-wajah militer hitam itu, dirinya bahkan bisa
membayangkan bahwa jika mereka tidak bersikap kooperatif, pasukan kejam ini
akan dengan mudahnya melenyapkan nyawa mereka. Pemikiran itu membuat
India begidik dan terkesiap ketika tubuhnya didorong supaya merapat ke anak-
anak lainnya.
Dua orang anak panti lain yang masih kecil, masih berusia lima dan tujuh tahun
dan berbaris di depannya, tiba-tiba meraih gaun tidurnya, mengalihkan India dari
lamunan yang mengerikan. India menundukkan kepala dan mendapati wajah-
wajah ketakutan anak-anak itu yang berpadu dengan mata berkaca-kaca
menahan tangisan.
Dengan perlahan India memberi isyarat dalam bentuk gelengan samar, mencoba
membuat anak-anak itu mengerti bahwa menangis tidak akan menyelesaikan
masalah, malahan akan membawa konsekuensi mengerikan karena mungkin saja
jika ada satu anak yang menangis ketakutan, yang lain akan tertular menangis…
dan jika tangisan anak-anak saling bersahut-sahutan memekakkan telinga, bukan
tidak mungkin kesabaran para militer hitam itu terkikis dan mereka akan
bertindak kasar.
Dengan perlahan, India meraih kedua anak kecil itu ke dalam rangkulannya,
mengusap kepala mereka perlahan untuk menenangkan, memastikan bahwa
mereka semua baik-baik saja.
Seandainya ada Asia, anak-anak ini mungkin akan lebih tenang. Asia adalah
sosok yang dikagumi di seluruh panti asuhan ini, sosok kakak yang melindungi,
penyayang sekaligus menjadi panutan bagi semuanya. Bahkan India selalu
menjadikan Asia sebagai patokan dan cerminan perempuan ideal di masa
depannya. Asia sangat cantik, baik hati dan pandai memasak makanan enak
untuk mereka semua, belum lagi keahliannya mengurus anak-anak panti yang
masih bayi dan membutuhkan perhatian khusus, Asia selalu berhasil menangani
mereka dengan sabar.
India ingin menjadi seperti Asia, mampu menjadi wanita cerdas dengan keahlian
yang cukup untuk mengasuh anak-anak panti asuhan. Meskipun begitu,
pemikirannya yang dewasa tahu bahwa Asia tidak akan selamanya berada di panti
asuhan. Kakak angkatnya itu suatu saat pasti akan menikah dan menjalani
hidupnya sendiri, dan panti asuhan ini membutuhkan penerus untuk membantu
Ibu Chaterine mengurus anak-anak jika nanti Asia pergi meninggalkan mereka
untuk menempuh kebahagiaannya sendiri. Karena itulah, tanpa diminta, India
sepenuh hati berusaha belajar sebaik mungkin supaya bisa menjadi penerus
untuk mengurus anak-anak panti sebaik Asia, dia belajar memasak, mengurus
adik-adiknya yang masih kecil, bahkan di malam hari dirinya menyempatkan diri
membaca buku-buku ilmu pengetahuan yang bisa membantunya menjawab
pertanyaan adik-adiknya seperti yang selama ini dilakukan oleh Asia yang sangat
cerdas serta memiliki banyak ilmu pengetahuan yang tersimpan di dalam
otaknya.
Dimanakah Asia…?
Lamunan India tersentak ketika suara keras terdengar dari dalam panti asuhan
mereka, membuatnya terperanjat dan anak-anak yang menempel padanya untuk
mencari perlindungan mulai merengek ketakutan. Dengan perlahan India
menghembuskan napas dan mencoba menenangkan hatinya. Sepertinya pasukan
militer hitam itu sedang mencari sesuatu di dalam rumah panti mereka dan
memutuskan untuk menggeledah semuanya, bahkan mendobrak pintu-pintu
yang terkunci.
Apa yang dicari oleh pasukan militer hitam di dalam panti asuhan yang hanya dihuni
oleh wanita dan anak-anak ini?
Pertanyaan itu membuat India tak habis pikir, kebingungan hingga akhirnya
hanya bisa menurut ketika dirinya digiring bersama-anak-anak lain untuk
memasuki bus besar yang telah disiapkan. Ada beberapa bus untuk mengangkut
mereka, dan India sedikit kebingungan ketika diarahkan untuk naik ke salah satu
bus.
Lalu tiba-tiba Ibu Chaterine berhasil menembus kerumunan tanpa kentara dan
menjajari langkahnya dalam sambil berbisik pelan.
“Ibu akan menaiki bus yang terpisah darimu, dan ibu harap kau bisa menjaga
anak-anak yang berada satu bus denganmu.” Ibu Chaterine berbisik samar
dengan mata menatap lurus ke depan, berusaha supaya tidak dicurigai oleh para
militer hitam yang sedang mengarahkan mereka untuk satu persatu memasuki
bus.
India meringis, lalu melirik sedikit ke arah Ibu Chaterine, “Apa yang mereka cari,
Ibu?” tanyanya perlahan.
“Mereka menanyai ibu dengan terperinci…. mereka mencari Cesar… dan Asia.”
jawabnya cepat dalam desisan.
Hal itu membuat India tidak bisa menahan diri untuk membelalakkan mata,
“Kenapa….?”
Ibu Chaterine menatap India dengan serius, saat itu mereka sudah mulai
dipisahkan ke dalam dua kelompok dan kerumunan mereka diarahkan ke dua
jalan yang berbeda.
Setelah itu, India hanya bisa menatap Ibu Chaterine yang digiring masuk ke
sebuah bus bersama beberapa anak lainnya. Dia tertegun dan baru sadar ketika
tubuhnya didorong dari belakang. Rupanya mereka semua juga diarahkan untuk
masuk ke dalam bus lain yang sudah siap menunggu.
Tanpa bisa berbuat banyak, India menurut ketika disuruh memanjat masuk ke
dalam bus, dirinya menyempatkan diri membantu anak-anak panti lain yang
masih kecil untuk masuk dan menggiring mereka supaya duduk dengan rapi di
kursi-kursi yang telah disiapkan. Seorang supir berpakaian militer hitam sudah
siap di balik kemudi, ekspresinya sedingin es dan pandangannya lurus ke depan.
Lalu bus itu bergerak dan India menegakkan tubuh, pandangannya tanpa sadar
terpaku ke belakang, ke arah bangunan tua berwarna putih, bangunan panti
asuhan di atas bukit yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Panti asuhan itu
telah menjadi tempat berpulangnya selama ini yang menyimpan banyak
kenangan indah yang sudah pasti tak akan terlupakan di masa depan.
Dan entah kenapa, ketika memandang panti asuhan ini, jantung India berdenyut
oleh rasa sakit nan menyesakkan, seolah-olah hatinya memberikan isyarat,
bahwa mungkin saja sekarang adalah terakhir kalinya dia bisa melihat bangunan
panti asuhan itu lagi…
***
“Pengelola panti asuhan itu sudah pasti tahu bahwa Asia berada di dalam
kamarnya. Entah apa yang mendorongnya hingga memilih tidak mengatakan
kepada pasukanku keberadaan Asia.”
Mereka berada di rumah sakit, sementara Jenderal Akira yang telah berganti
pakaian bersih berdiri di depan pintu kamar tempat perempuan yang diketahui
oleh Paris telah ditakdirkan menjadi ibu dari calon anak-anaknya dirawat.
Ketika berkesimpulan bahwa tidak ada seorang pun di dalam panti asuhan, salah
satu militer hitam yang memimpin operasi memutuskan untuk membakar
bangunan panti asuhan itu demi melenyapkan jejak mereka di sana. Pemimpin
yang malang itu tidak tahu bahwa perempuan yang sangat penting bagi Jenderal
Akira dan sangat penting bagi kelangsungan After Earth masih terjebak di dalam,
berkubang dengan nyawa terancam di antara panasnya api yang berkobar.
Beruntung Jenderal Akira datang di waktu yang tepat, membuat pemimpin itu
mengganti keteledorannya dengan nyawanya yang tercabut, lalu Sang Jenderal
berhasil menyelamatkan perempuan itu pada waktunya. Ada luka di sana-sini
akibat kobaran api, dan perempuan bernama Asia itu masih berusaha
memulihkan diri karena paru-parunya terkena imbas dari racun yang dihasilkan
oleh asap pembakaran, tetapi setidaknya nyawa perempuan itu tidak terancam
lagi dan mereka berhasil menjaga kelangsungan masa depan After Earth untuk
sekarang ini.
Letnan Paris berdiri tegak, menatap Jenderal Akira dengan hormat sebelum
berkata.
“Interograsi dia, dan juga anak-anak panti lain yang cukup dewasa untuk
memberikan pernyataan. Jika perempuan pengelola panti asuhan itu ternyata
benar-benar berkhianat dan menyembunyikan Cesar, maka aku
memperbolehkanmu untuk membunuhnya.”
Paris tidak bisa menahan diri untuk menyeringai mendengar kalimat terakhir
Jenderal Akira itu. Sudah beberapa lama ini dia tidak mendapatkan perintah
membunuh, dan itu membuat tubuh serta jiwanya nyeri, bergolak untuk
melampiaskan keinginan kejamnya melenyapkan nyawa manusia tak berguna
yang hanya bisa mengotori After Earth.
Bagaimanapun juga itu tidak masalah, sebab sekarang Paris sudah mendapatkan
izin membunuh hingga seluruh tubuhnya bergolak oleh rasa antisipasi serta tidak
sabar untuk memuaskan diri.
Jenderal Akira sendiri mengamati ekspresi Paris dengan seksama karena memang
tidak ada yang bisa terlewatkan dari tatapan matanya yang tajam.
Meskipun suka membunuh, Paris memiliki kode etik tertentu di dalam jiwanya,
dia tidak akan membunuh anak-anak dan manusia dewasa yang menurutnya
tidak berdosa, sebab membunuh anak-anak membuatnya tidak nyaman,
membuatnya merasa sama gila dengan ibunya yang membunuh adiknya dengan
begitu keji.
“Simpan mereka. Aku sedang menyiapkan rumah panti asuhan yang baru untuk
mereka tinggali.” Jenderal Akira menjawab cepat sementara matanya melirik ke
arah pintu kamar yang tertutup rapat tempat Asia masih terbaring tak sadarkan
diri, “Kemungkinan besar aku masih membutuhkan nyawa anak-anak itu tetap
hidup sebagai jaminan… jika calon istriku bersikap membangkang.” bibir Jenderal
Akira menipis membuat ekspresinya semakin gelap meskipun ada sinar kepuasan
yang menyala di matanya, “Dan melihat sikap Asia ketika aku menemuinya
kemarin-kemarin, dia bukanlah perempuan yang mudah menyerah.”
Paris menganggukkan kepala dan memberi hormat, “Saya akan pergi sekarang
untuk melakukan tugas.” ucapnya cepat. Keinginan membunuh sudah menguasai
dirinya, dia harus segera memutuskan apakah perempuan bernama Chaterine itu
pantas dibunuh atau tidak, dan jika tidak dia harus segera berpacu menuju area
tahanan After Earth di area benteng Marakesh City untuk melampiaskan
kekejamannya.
Sebuah anggukan diberikan oleh Jenderal Akira dan Paris segera membalikkan
badan melalui lorong dan hendak menuju pintu keluar.
“Paris.”
Jenderal Akira memanggil lagi, membuat Paris segera membalikkan badan
dengan cepat dan berdiri dalam posisi siaga, bersiap menerima instruksi.
“Panggil Hakim After Earth.” perintah Jenderal Akira dengan suara tenang tetapi
kental akan ketegasan, “Dia harus sudah siap di sini untuk menjalankan upacara
pernikahan begitu Asia sadarkan diri.”
Paris memberi hormat sekali lagi dan menjawab tegas, “Saya akan
melaksanakannya, Jenderal.” ujarnya sebelum kemudian melangkah pergi
meninggalkan area rumah sakit tersebut.
***
Perempuan setengah baya itu gemetaran di bawah tatapan mata Paris yang
mengintimidasi.
Sementara itu, mata biru Paris memindai wajah Ibu Chaterine dan mempelajari
ketakutan yang terpatri di dalamnya.
Perempuan ini tampak seperti perempuan setengah baya biasa yang tak
berbahaya…
Tetapi penampilan bisa menipu, bukan? Dulu ibunya yang gila selalu
berpenampilan lembut dan murah senyum di tempat kerja, bersikap layaknya
perempuan normal, sementara tidak ada yang menyadari kegilaan memuncak
yang dilampiaskannya terhadap anak-anaknya di dalam rumah pada malam
harinya.
Mungkin saja di balik penampilan halusnya yang keibuan, perempuan ini adalah
pemberontak radikal gila yang memuja kebebasan sama seperti Cesar yang saat
ini berada dalam pelarian.
Cesar rupanya juga berhasil menipu mereka semua, dengan berkedok sebagai
lulusan militer terbaik dan berprestasi, dengan sikap ramah yang membuatnya
tidak tampak berbahaya, tetapi ternyata menyembunyikan pemikiran jahat untuk
memberontak di dalam benaknya.
Letnan Paris tidak bisa menyembunyikan seringaian kejam yang penuh ironi,
ketika menyadari bahwa setiap manusia menggunakan topeng untuk menutupi
watak aslinya. Ada yang memasang topeng senyum, ada yang memasang topeng
keibuan nan baik hati, ada pula yang berpura-pura bersikap polos tanpa cela.
Semakin tebal topeng mereka, semakin busuk pula keburukan yang
disembunyikan jauh di dalam jiwa masing-masing.
Hal itu membuat Paris mengerutkan kening dan menajamkan mata untuk
mempelajari sosok di depannya. Tadinya dirinya mengira bahwa Chaterine
bersikap gelisah karena menyembunyikan rasa bersalah dan ketakutan untuk
dihukum, tetapi sekarang matanya yang awas dan teliti mendapati bahwa
perempuan itu terlihat gelisah karena dipenuhi oleh kecemasan akan keadaan
Asia.
Hal itu membuat kesempatan Paris untuk membunuh Chaterine menipis, karena
sekarang dia kehilangan motif pemberontakan. Kemungkinan besar, Chaterine
melindungi Asia dan Cesar karena naluri keibuan untuk melindungi anak-
anaknya. Dan Paris menjadi jengkel karenanya, sebab dia harus bersabar untuk
berpacu menuju ke penjara After Earth dan mencari korban setelah proses
interograsi ini selesai.
Tatapan mata biru yang sedingin es itu membuat Chaterine menelan ludah dan
menahan ketakutan. Seumur hidup dia menangani banyak anak dan bertemu
dengan banyak manusia, tidak pernah dia bertatapan dengan mata yang begitu
dingin seolah-olah tidak ada jiwa di sana.
Chaterine lalu menundukkan kepala, tidak kuat menantang mata biru nan
menghujam seolah menelusup ke dalam jiwanya.
“Aku berpikir bahwa kalian hendak menangkap Asia dan membunuhnya… mereka
menanyaiku tentang Cesar serta membicarakan pengkhianatan…. aku hanya
mencoba melindungi Asia, dia sudah seperti anakku sendiri…”
“Dan apakah kau melakukan hal yang sama pada Cesar? Mengetahui
keberadaannya tetapi memilih menyembunyikannya dari kami?” Paris
menyambar dengan tajam, menyelipkan nada penuh ancaman di dalam suaranya.
Paris menggertakkan gigi untuk menahan gejolak gila di dalam dirinya yang
berbisik jahat supaya dia meraih leher Chaterine dan mencekiknya saat itu juga.
Beruntung pelatihan bertahun-tahun untuk melawan kegilaannya berhasil
membuatnya lebih mampu menahan diri.
Setelah Chaterine dibawa pergi, Paris membaca data digital yang tampil di
depannya, menyadari bahwa ada satu perempuan lagi yang harus dia interograsi.
Jenderal Akira memerintahkan supaya penghuni panti asuhan yang sudah cukup
umur untuk ditanyai di interograsi olehnya untuk mencari informasi. Dari data
yang dipegangnya, diketahui bahwa panti asuhan itu hanya memiliki tiga
perempuan yang cukup umur yang tinggal di sana, Chaterine sebagai
penanggung jawab panti asuhan, Asia yang tampaknya bertugas mengasuh anak-
anak, dan seorang anak kecil lain bernama India, usianya masih belasan tahun,
masih anak-anak dan sebenarnya belum cukup umur untuk disebut sebagai
perempuan, tetapi jarak usianya berbeda jauh dengan anak-anak lain di panti
asuhan yang kebanyakan berusia satu sampai dengan sepuluh tahun. Lagipula,
India sudah memasuki fase remaja berdasakan umurnya sehingga sudah cukup
bisa memberikan keterangan apapun yang diminta dengan jelas.
Terus terang Paris lebih senang berhadapan dengan manusia-manusia muda
ataupun anak-anak, sebab topeng yang mereka pasang belumlah cukup
sempurna, membuat mereka lebih mudah dibaca.
Sekali lagi Paris memberi perintah, menyuruh anak buahnya membawa India
masuk ke ruang interograsi.
***
India dan Ibu Chaterine tiba-tiba dijemput oleh militer hitam dan dibawa ke area
gelap di ujung lorong yang cukup mengerikan. Dirinya didudukkan di kursi kayu
panjang dengan penjagaan ketat sementara Ibu Chaterine di bawa masuk ke balik
pintu hitam yang seolah menebarkan aura buruk nan menguar di udara.
Entah kenapa sejak Ibu Chaterine masuk ke dalam, waktu seolah berputar sangat
lambat. India hanya duduk, menghitung detak jantungnya yang berpacu semakin
lama semakin kencang dan berbanding terbalik dengan waktu yang melambat,
dipenuhi rasa tersiksa yang luar biasa.
Apa yang mereka lakukan pada Ibu Chaterine di dalam sana? Apakah Ibu
Chaterine ketahuan menyembunyikan Asia hingga dia dipanggil untuk menerima
hukuman? Pemikiran itu membuat India gemetaran hingga dia meremas-remas
kedua tangannya yang berkeringat di pangkuan.
Bus yang membawa mereka malam itu berbelok ke sebuah bangunan serupa
asrama militer yang penuh dengan berbagai militer dalam tingkatan level yang
berbeda-beda. Mereka ditempatkan di sebuah sayap khusus di sisi timur
bangunan dengan kamar-kamar seperti kamar asrama, lengkap dengan ranjang
bertingkat, kamar mandi bahkan area dapur yang cukup luas. Setelah itu mereka
semua mencoba menjalani hari dengan penuh kehati-hatian, menunggu dalam
kecemasan akan apa yang mungkin terjadi, sambil menyadari keberadaan militer
hitam yang bergantian menjaga mereka di seluruh sisi bangunan.
Mata India masih terpaku ke ujung lorong tempat Ibu Chaterine dibawa pergi
dengan penjaga yang mengapitnya ketika kemudian penjaga-penjaga yang ada di
sampingnya meraih lengannya di kiri dan kanan, memaksanya berdiri dan
membawanya dengan cara setengah menyeret untuk memasuki ruangan berpintu
gelap tersebut.
Dalam sekejap mata India memindai ke sekeliling ruangan dan merasakan bulu
kuduknya meremang. Ruangan ini membuat suasana tidak nyaman, mendorong
kegelisahannya sampai ke ujung dan debaran jantungnya mungkin terdengar
begitu kerasnya hingga seolah bisa terdengar sampai ke seberang ruangan.
India menatap lurus ke depan dan terkesiap kaget, hampir melompat dari
kursinya ketika menyadari ada sosok yang duduk tak bergerak, tanpa suara
hingga kehadirannya tidak disadari, ternaungi kegelapan dan menyatu di sana
seolah-olah kegelapan itu memang menjadi bagian dari dirinya.
Mata India mempelajari sosok yang bersedekap sambil duduk bersandar santai di
sebuah kursi di seberangnya dan hanya dipisahkan oleh meja polos tanpa
sesuatupun di atasnya, dan pupil matanya langsung melebar.
Sosok yang duduk di depannya itu seolah-olah tidak cocok berada di ruang yang
gelap nan suram ini, penampilannya mencerminkan segala yang menjadi
kebalikan dari apa yang disebut kesuraman. Rambutnya berwarna pirang
keemasan sementara mata biru yang cemerlang itu tetap saja tampak indah di
dalam pencahayaan minim, menatap India dengan sangat tajam seolah ingin
menusuknya.
Sosok itu begitu indah, luar biasa indah, bagaikan muncul dari kisah-kisah
dongeng dari buku-buku tentang putri dan pangeran yang dibacakannya sebagai
pengantar tidur untuk anak-anak panti asuhan.
***
Ketika perempuan remaja itu masuk, hidung Paris membaui aroma yang sangat
unik, aroma sabun wangi buatan After Earth yang khas. Sepertinya anak remaja
itu baru mandi sebelum dibawa kemari dan aromanya menyenangkan, seperti
aroma anak-anak tanpa dosa yang masih belum mengenakan topeng.
Paris sudah menyiapkan diri untuk bersikap lembut, memasang topeng penuh
senyumnya yang tidak menakutkan, berharap dengan topeng kepalsuannya yang
bersahabat, dirinya bisa mengorek lebih banyak informasi dari anak kecil yang
terpedaya dan memilih percaya kepada penampilan palsunya.
Tetapi begitu perempuan itu didudukkan di depannnya, seluruh topeng yang
dipasang Paris lenyaplah sudah tanpa jejak hanya dalam waktu sepersekian detik.
Senyum Paris langsung berubah menjadi seringaian kejam, senyuman predator
yang tak sabar ingin membunuh mangsa yang bergegas disembunyikan dalam
ekspresi dingin serta tatapan tajam penuh penilaian.
Perempuan ini masih remaja dan bukan merupakan ancaman bagi militer hitam
seperti dirinya.
Tapi wajahnya…. wajahnya begitu mirip dengan ibunya yang gila, yang selalu
menyiksa dengan pukulan kejam hingga meninggalkan jejak berupa bilur
mengerikan yang tak terhapuskan baik di punggung maupun di jiwanya. Ibunya
juga yang telah melampiaskan kegilaannya dengan membunuh adiknya tanpa
belas kasihan…
Saat ini Paris sekuat tenaga melawan dua dorongan yang saling bertentangan di
dalam benaknya, dorongan untuk berlutut dan memohon ampun ketakutan atas
pukulan yang diderita akibat trauma masa lalunya, atau dorongan untuk
melampiaskan kemarahan, menyerbu perempuan itu, lalu mencekiknya dengan
kejam sebelum kemudian membunuh untuk melampiaskan dendamnya yang tak
terlampiaskan di masa lalu.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
>>
800 thoughts on “Lieutenant’s Darling Part 1 : Pertemuan
Pertama”
← Older Comments
zia
asia mirip ma ibu nya akira , nah skrg india mirip ma ibu nya paris.. dah jodoh ga
kemana 😂😂
dheniesparks95
wajah yang kebetulan mirip saja kan?
Delpph
mela
akira.
yasniwahyu
Kikie
Hati2 Indiaa
lianasusana
Paris India 😘
Lady7432
aku yang deg2an ._. mana thundernya Imagine Dragon keputer habis dr
playlistnya author :’)
Nur triani
lilong02
oooh jd itu alasannya..Tuh India wjhmu mrp ibunya Letnan Paris makanya
ekspresinya jd bengis begitu.. jd WASPADALAH…
rannisan
ellaSy12
Jadi wajah india itu mirip sama emaknya bang paris,, sikap yach yg bkal di ambil
bang paris mlampiaskm kkejamany atau bersikap lmbut
Cici
Dipertiwie
Kalau lagi baca kisah Letnan Paris jadi ada ingatan tentang kejadian-kejadian
diantara Jenderal Akira dan Asia …
Fyra NF
begitu udah jadi vitamins, langsung baca ttg letnan paris. gara2 baca bukunya the
general’s wife. karakter yang pengen bgt aku tau bisa jatuh cinta atu engga itu
letnan paris. karna dia termasuk psyco. dan org yang psycho biasanya gak bisa
merasakan cinta. X) :D
lucyacia
Waduuhh kasian India knpa wajahnya harus mirip ibuny letnan siihh..hati2 India
MiaMmia
ternyata seorang psycho seperti letnan paris kalau berada ditangan yang tepat
bisa diarahkan dan ga sembarangan bunuh orang
Nuya Nunay
Nadud78
Ayu permatasari
nanana sah184
Kirain letnan paris menahan diri karena ‘tertarik’ sama india.. Eh ternyata
‘tertariknya’ buat membunuh.. Kenapa india harus mirip ibunya letnan paris,
huhu😭
Dan aku belom bisa mup on dari si jendral😆
Averytroy
E-indahss
Oh jadi India ini adik pantinya Asia toh… waktu baca prolog kirain seumuran
sama Asia. Berapa perbedaan umur mereka coba ini India baru mask remaja kan
ya..
Karena itu letnan Paris ngintilin India mulh..karena wajah India mirip sama
wajah ibunya..waduhhhh India langsung jadi target nya Paris bahkan dari
pertemuan pertama nya..😱
Dewi Natalia
Konyaaku
Agnes_Sugianto
Kirain Letnan Paris nahan diri buat meluk India, ternyata pengen ngebunuh India
ya??
Duh, msh blm bisa move on dari Jenderal Akira
Alkhani543
kenapa tetep nggak bisa move on dari jenderal akira? kan ketek -_
NeysaRamadhani
Entah kenapa karakter jendral gantengnya aku msh mendominasi yaa dibanding
lentan paris, mungkin krn aku blm bisa move on dari TGW😆😆
Agnes_Sugianto
Setuju
Omaigod india mirip sama ibunya letnan paris yang gilaa??? Kasian banget india
nnt diapa2in sm letnan gimanaaaaa
REPLY 20 JUNE 2017 AT 11:06 PM
← Older Comments
Leave a Reply
COMMENT
POST COMMENT
more...
Pengumuman Postingan
Hai Bonus Part Inevitable War : Reproduction, telah diposting. Selamat membaca yaa