Anda di halaman 1dari 6

Antara Aku, Kamu, dan Dia

Angin berhembus kencang melalui jendela – jendela panjang di kelas, membuat rambut

panjangku sedikit berantakan. Aku merapihkannya tanpa melepaskan pandangan ku darimu. Tapi

sedetik kemudian kau menatapku sehingga aku segera mungkin harus mengalihkan pandangan

ku darimu. Begitulah kejadian diantara kita setiap harinya. Masa SMA ku yang ceria selalu aku

isi dengan dirimu. Entah kenapa berat rasanya untuk hidup tanpa kamu.

Aku sadar bahwa aku suka kamu. Kamu adalah cinta petamaku. Kau tahu mengapa?

Karena jantungku selalu berdetak dua kali lebih cepat saat melihat mu. Aku mencintai mu,

setelulus hati ku, seluruhnya, sepenuhnya, hatiku untukmu. Tapi aku menyimpan perasaan ini

dengan hati-hati di lubuk hati ku yang paling dalam. Tidak aka nada orang yang menyadarinya.

Apa kamu menyadarinya?

Hari ini adalah awal semester baru, bagi aku, kamu, dan teman-teman lainnya. Semua

murid bersorai gembira menyambut datangnya semester baru. Begitu juga dengan aku, aku

gembira karena aku dapat melihatmu lagi, menatapmu lagi, dan merasakan debaran jantung ini

lagi. Tapi ternyata awal semester ini adalah awal kehancuranku.

Ada beberapa murid baru yang masuk sekolah kita di semester ini. Salah satu murid baru,

akan menjadi bagian dari kelas kita.

Di suatu pagi yang cerah, murid baru itu memasuki kelas kita dengan anggun. Semua

siswa, mungkin kamu juga, bersorai untuknya. Ya… bagiku yang wanita saja, dia terlihat amat

cantik. Apalagi bagi kamu. Dan entah kenapa aku menjadi tidak menyukainya.
Aku benci dengan perasaan tidak suka ini. Aku sudah berusaha menghilangkan perasaan

tidak suka ini, tetapi tetap tidak bisa. Namun di suatu hari aku menyadari mengapa aku tidak

menyukai siswi baru itu.

Aku melihat dia dan kamu tertawa bersama. Kau tahu, aku cemburu. AKu tidak pernah

melihatmu tertawa selepas ini, bahakan tidak ketika kau sedang bersamaku. Kau tahu, kau sedih.

Berarti saat terbahagiamu bukanlah bersamaku.

Saat itu aku terus menatapmu. Dan apakah kamu menyadari tatapan mataku, karena tiba-

tiba kau menoleh kepadaku. Mata hitam mu dengan segera dapat merasuk ke dalam diriku. Aku

bisa merasakan dalam tatapan matamu bahwa kau sedang mengkhawatirkan ku.

Dengan sekuat tenaga, aku berusaha melepaskan tatapanmu. Aku berlari menuruni anak

tangga terdekat, Aku sudah sampai di anak tangga terbawah ketika angin bertambah kencang,

lalu hujan deras mulai turun.

---

Aku demam setelah kejadian itu. Hari ini demamkubelum juga turun namun aku nekat

pergi ke sekolah. Kau tahu mengapa, karena hari ini adalah hari jadimu.

Apa kau tahu bahwa teman-teman kita membuat pesta kejutan untukmu. Kurasa tidak,

tapi sama seperti tahun tahun sebelumnya. Aku akan selalu ada dalam pesta kejutanmu.

Sekarang semuanya sudah siap. Sayang, dia juga tampak di barisan teman –teman kita.

Aku mengehela nafas dalam-dalam, menahan rasa cemburu. Ini hari jadimu bukan, maka mari

kita lalui dengan baik.

“Selamat ulang tahun kami ucapkan. Selamat ulang tahun kami ucapkan.”
Semua teman kita bersorai gembira, begitu juga kamu, aku dan dia. Dan sekarang tibalah

saat pemotongan kue yang dinanti.

“Potong kuenya, potong kuenya sekarang juga.”

“Ayo mau dikasih siapa nih first cakenya.”

Kau berjalan perlahan membawa potongan kue itu. Dalam mataku kau berjalan ke

arahku. Tapi hatiku sakit sekali, ketika ternyata kau melewatiku dan memberikan kue itu kepada

dia yang berdiri di belakangku.

“Cieeee….”

Aku menghela nafas dalam-dalam, berusaha tetap tenang. Dan ketika tidak ada yang

memperhatikan, aku berlari keluar kelas tak tentu arah. Kau tahu, itulah petama kalinya aku

menangis karena mu.

---

Dihari hari berikutnya, entah kenapa aku tidak bisa menatapmu. Sejujurnya ku tidak

menyukai hal ini. Karena tanpa menyadari kamu ada, aku merasa ada sesuatu yang hilang dari

dalam hati ku. Tapi aku akan melihat bayangan kejadian kemarin saat aku menatpmu. Maka dari

itu, aku tidak ingin menatapmu.

“Baiklah Vallerine. Kamu terpilih sebagai salah satu wakil sekolah ini dalam kompetisi

balet tingkat internasional. Jadi sekarang kau harus rajin berlatih,”

“Kapan lombanya, Bu?”

“3 bulan lagi Vallerine. Maka berjuanglah,”


Kau tahu itu artinya aku akan jarang bertemu mu selama 3 bulan ini.

---

Aku berlatih sangat keras. Bahkan aku berhasil melakukan putaran fouttes 32 kali

sebelum latihan. Aku benar benar gila latihan saat ini. Balet adalah segalanya. Fokus ku terhadap

balet mengalihkan perhatianku. Tapi hanya sementara…

Aku tidak bisa melupakanmu begitu saja. Aku menyukaimu dan bahkan kau belum tahu

bagaimana perasaan ku padamu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga tidak bisa dipaksakan. Tidak

mungkin kau menjadi milikku karena dalam setiap senyum mu aku menyadari bahwa kau sangat

menyukai dia.

Tapi di suatu hari, kau mengunjungiku dan meminta waktu untuk berbicara kepada ku.

Aku menghela nafas dalam –dalam sebelum menyanggupinya.

“Semua orang menganggapmu berubah. Kamu tahu?”Ucapmu.

Aku berikir sejenak “Masa? Kamu juga menganggapku berubah?”

“Tidak,”

“Benarkah?”

“Ya. Sama seperti dulu, kamu tetap sahabat terbaikku, Vallerine.”

Aku menatapnya dalam diam.

“Vallerine…”

“Iya Stefan. Aku tahu hal itu,”


---

Tiga bulan sudah berlalu. Kelompokku memang hanya menjadi juara harapan I di dalam

festival balet itu. Tapi apakah kamu tahu, seorang penilai menganggumi tarianku. Dan beliau

menawarkan sebuah tawaran kepadaku. Sebuah tawaran beasiswa.

Kau tahu, aku berpikir sangat keras untuk hal ini. Aku menyukai balet, sangat… Tapi,

Stefan… aku masih belum bisa melupakanmu. Dalam kebingunganku kau datang kepadaku dan

aku masih ingat benar apa yang kau katakana padaku.

“Benarkah? Hebat pergi saja…”

Dan aku benar-benar terluka saat itu. Tapi hal ini membuatku tersadar akan satu hal yang

selama ini tidak pernah aku mau sadari. Kau memang tidak mencintaiku.

---

Hari ini hujan turun membasahi bumi. Aku sedang berada di bandara, menunggu pesawat

yang akan membawa ke sekolah baeru ku di Inggris.

Ya… sekarang aku sudah bisa memutuskan. Aku akan pergi. Jauh dari kehidupanmu

dengan dia. Tenang saja aku tidak akan pernah memeberitahumu bahwa aku mencintaimu.

Semua akan sama seperti yang kau mau. Aku, Vallerine adalah sahabatmu.

Akhirnya pesawat yang aku tunggu, datang juga. Itulah terakhir kalinya aku melihatmu,

kau ada disana bersama teman- teman kita dan juga dia. Kau melambaikan tangan ke arahku

sembari memegang tangannya erat.


Nama :Hillariana Ikhlash Devani

Alamat:Perum Palad Blok K – 20 rt 03/09 Jatirahayu Pondok Gede Bekasi

Email :dhillariana@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai