Anda di halaman 1dari 235

My Perfect Majikan (Selesai)

Cucu Rupiah

Published: 2021
Source: https://www.wattpad.com
Blurd

"Bapak mau gak nikah sama saya?"


Sebentar! Bagus terdiam, mencerna apa yang dia dengar. Bahkan
sekarang dia menghentikan acara makannya. Barang kali dia cuma salah
dengar dengan perkataan Pembantunya.
"Kamu bisa ulang gak perkataan kamu barusan? Saya takutnya salah
denger!"
Viola berdecak. Baru kali ini mengungkapkan perasaan pada seorang
lawan jenis. Untuk mensterilkan perasaannya, Viola menarik napas dalam-
dalam, lalu mengeluarkannya lewat mulut. Menghirupnya, lalu
mengeluarkannya lagi. Terus saja sampai Bagus kesal.
"Kamu kenapa ko napas kayak ikan kurang aer?"
"Bapak mau gak nikah sama saya?" Ulang lagi Viola dengan segenap
keberanian yang ada.
Jadi tadi Bagus benar-benar tidak salah dengar. Pembantunya memang
mengajak dia untuk menikah. Ini bukan pertama kalinya Bagus mendengar
seorang wanita yang menyatakan cinta padanya. Bahkan ibu-ibu komplek
perumahannya saja secara terang-terangan mengungkapkan perasaan
padanya.
Namun ini berbeda, gadis di depannya ini mengajak menikah. Bukan lagi
pacaran. Artinya, pembantunya ini mengajak dia untuk mengarungi bahtera
rumah tangga untuk waktu yang lama.
"Kamu serius dengan ucapan kamu?"
Viola mengangguk layaknya anak kecil. Sambil duduk menopang dagu
didepan Bagus.
"Ekhm" bagus berdehem untuk mensterilkan perasaannya. "Bukannya
saya gak mau nih Mar..."
"Berarti bapak mau dong?" Potong Viola.
"Saya belum selesai ngomong Marni! Dengerin saya dulu!" Marah
Bagus.
Viola hanya menahan senyumnya karena melihat Bagus yang melotot
kesal. Menurut dirinya, Bagus begitu tampan saat kesal. Rasanya Viola
ingin sekali mencubit pipi Bagus dengan gemas.
"Saya kan umurnya 33 tahun sedangkan kamu masih sangat muda.
Perjalanan hidup kamu masih panjang kedepannya, kamu masih bisa
memilih laki-laki yang lebih baik dari saya"
Viola langsung cemberut. Ternyata sekarang dia ditolak secara halus oleh
majikannya.
"Bapak nolak saya karena saya pembantu?"
"Bukan Marni! Bukan seperti itu!" Sergah Bagus takut Pembantunya
sedih.
"Tapi saya bisa bahagiain bapak ko. Saya janji, kalo saya menikah sama
bapak, bapak gak akan kekurangan makan. Apalagi kekurangan jatah di
kamar"
Bagus melotot. Ini Pembantunya benar-benar berujar seperti itu. Dia gak
salah denger kan.
"Pokoknya saya bakalan bikin bapak Jatuh cinta sama saya! Lihat aja
nanti, suatu hari nanti Bapak pasti balik ngejar-ngejar Saya" Ucap Viola
tegas sambil berlalu meninggalkannya.
Bagus terdiam. Apakah dirinya telah melukai Gadis itu. Meski Bagus
akui jika pembantunya memang sangat cantik dengan tubuh bagaikan gitar
sepanyol. Tapi apakah dia harus menerima gadis itu kalo hatinya tidak
merasakan apapun. Ditambah dia itu seorang dokter, masa menikahi
pembantu. Turun dong Pamor Bagus sebagai seorang Dokter bedah di mata
perempuan.

***
Buat yang gak ngerti ini ko namanya Viola apa Marni sih?
Jadi tolong baca lagi baik-baik Sinopsisnya eteh, mbak, kaka, mas,
abang tukang baso mari-mari sini! Aku mau beli * auto nyanyi...
Jadi si Viola itu nyamar jadi Marni. Jadi baca aja kelanjutannya
entar juga ngerti sendiri.
Dipublikasikan tgl 11 Juni 2020
By. Cucu Rofi'ah
(Follow ig: cucurofiah)
Username : cucu rofi'ah adelia afifah
1

kriiiiing...
Suara jam beker berbunyi nyaring di atas nakas tempat tidur seseorang
hingga bunyinya menggelegar leseluruh penjuru kamar, namun bagaikan
putri salju yang tengah menunggu ciuman dari seorang pangeran, gadis
yang tengah tidur di atas kasurnya tak sedikitpun bergeming dengan suara
jam beker disebelahnya.
Hingga bunyi ketiga, jam beker itu terdengar. barulah gadis itu
menggeliat manja lalu mengucek matanya yang dipenuhi belek-belek
menjijikan.
Gadis itu membuka mata perlahan, lalu menguap lebar hingga
menggaruk rambutnya yang berantakan. Telihat menjijikan memang,
namun inilah kebiasaannya dipagi hari.
Drrtt drrttt. Suara pesan masuk dari nama kontak yang bertuliskan 'my
Alex'.

"Vi udah bilang ke Mommy belum tentang rencana kita?"


Seketika mata gadis itu membulat, ia ingat jika kemarin sudah berjanji
pada Mommynya mau berbicara tentang hal pernikahan. Namun sekarang
apa? bangun saja kesiangan, boro-boro bicara tentang hal pernikahan.
Dengan kecepatan full bagaikan lomba lari maraton gadis yang disebut Vi
itu bangkit dari atas tempat tidurnya. Setelah menuruni anak tangga,
matanya kini melirik kanan dan kiri. mencari sosok wanita yang tengah ia
cari, siapa lagi jika bukan Mommy-nya.
Dengan rambut acak-acakannya khas orang yang baru bangun tidur,
gadis itu berjalan mengendap-endap menuju ruang makan. Namun
dugaannya benar, Mommy, Daddy, Mas Marcel, serta mbak Tiara sudah
stay dimeja makan.
Mampus lo Viola, kecil harapan lo buat dapet restu keluarga. Batinnya.
Dia mendekati keluarganya yang tengah berebut Ayam goreng di meja
makan.
"Siniin Marcel! ini punya Daddy!"
"enak aja Dad, ini jatah Marcel,"
"kamu bagi dua saja sama istri kamu!" Ucap sang Mommy sambil
melirik menantunya.
Mbak Tiara istrinya Marcel hanya tertunduk merasa bersalah karena
Marcel sang suami malah merebut Ayam Goreng punya Mertuanya.
Salahnya yang selama ini tidak bisa memasak, bahkan memasak Air-pun
dia takut apalagi memasak Ayam?.
"Stop! Stop! Dady, Marcel, Gampang nanti Mommy masak lagi buat
kalian."
"Dady tuh Mom yang ngambil punya Marcel"
"Ya wajar dong kalo Dady ngambil hasil masak istri sendiri,"
Adelia hanya memijit pelipisnya pusing dengan tingkah suami dan anak
sulungnya ini, salah siapa punya istri tidak bisa masak? beginikan jadinya,
rebutan sama Dady-nya sendiri.
"Tiara!" panggil Mommy.
Tiara menoleh. "iya Mom?"
"liat kan Suami kamu, masakan aja sampe berebut sama Daddy-nya
sendiri, sebenernya yang jadi Istri Marcel itu Mommy apa kamu?"
Marcel yang sedang memakan Ayam gorengnya hanya memandang Tiara
dengan tatapan iba, tapi tak bisa dipungkiri jika dia tersiksa punya Istri yang
tidak bisa memasak dan mengurus rumah. Jadilah seperti ini, mereka
menumpang dirumah orang tuanya, bukan karena tidak sanggup membeli
rumah baru. tapi inilah tradisi dalam keluarganya.
dilarang mempekerjakan pembantu dirumah karena mengurus Suami
dan rumah adalah tanggung jawab seorang Istri.
Viola berjalan agak ragu, Dia berniat akan meminta ijin menikah dengan
Alex. melihat perlakuan keluarganya pada Tiara membuat ia takut untuk
berbicara, boro-boro memasak Viola aja takut melihat wajan di dapur, boro-
boro mengurus rumah, kamarnya sendiripun sudah seperti gudang sampah
yang tak pernah tersentuh manusia. Yah begitulah Viola, anak manja yang
selalu bertentangan dengan adat istiadat yang dijunjung keluarga.
"pagi, Mom, Dad, Mas, Mbak" Sapa Viola sambil hendak duduk di ruang
makan. Dengan tampang agak malu karena baru bangun tidur.
"Eh anak Mommy baru bangun, tidur jam berapa tadi malam?" tanya
Mommy-nya.
"jam tujuh sore Mom"
"Uhuk" Marcel tersedak Nasi yang sedang dikunyahnya "Dasar kebo,
tidur udah kaya orang meninggal".
"huss jangan gitu cel, gini-gini juga adik kamu" bela Mommy-nya.
"makan dulu Vi, tapi ayam goreng kesukaan kamu udah abis nih sama
Marcel"
"Mas marcel Kerbau apa Macan sampe makanan abis semua sama dia.."
celetuk Viola.
Daddy-nya hanya menahan tawa mendengar anak bungsunya membalas
ejekan kakaknya.
"lebih hinaan Macan apa kebo vi?"
"Sama aja keles"
"Cepetan mendingan yang mana?"tanya Marcel.
"yeh mendingan juga kebo, gak ngabisin makanan" jawab Viola.
"ya mendingan Macan lah raja hutan."
"Raja hutan mah Singa bukan macan bego!"
Brukk! Mommy-nya menggebrak meja ala-ala Guru yang sedang marah
pada muridnya, "udah stop Marcel! Viola!"
Seketika keduanya diam, begitupun Dady-nya yang ikutan berhenti
makan. dan Tiara yang tak sedikitpun menyentuh makanannya. Semuanya
terdiam, menunggu sang Ratu berbicara.
"lanjutkan makan kalian!" Titah Mommy-nya dengan wajah biasa seperti
semula.
semuanya mengelus dada, kirain apaan sampe menggebrak meja segala.
"oh iya Vi kemarin katanya mau ada yang di omongin?" Tanya Adelia.
Viola menggaruk rambunya bingung harus berbicara mulai dari mana
dulu,
ngomong lo Viola ngomong! jelasin kalo lo pengen nikah! mana mental
baja yang lo punya? semangat!.
Batinnya terus berteriak untuk semangat.
Viola terus menyemangati dirinya sendiri di dalam hati. Meski terkadang
dia juga tidak yakin dengan rencananya kali ini.
"Viola mau minta restu, Viola mau nikah sama Alex Mom".
Seketika semuanya terdiam, Marcel yang hendak menelan ayamnya
seketika terhenti hingga tersangkut ditenggorokan. Dady-nya yang sedang
mengunyahpun terhenti. apalagi Mommy, wajahnya terlihat sangat kaget
hampir mendekati shok, wajahnya pucat, karena mendengar penuturan anak
bungsunya.
Umur baru menginjak 21 tahun ingin menikah? bangun tidur saja
kesiangan, memasak saja tidak bisa, apalagi nanti mengurus anak sama
suami? tapi itu nyatanya, Viola adalah anak manja dari keluarga Maldhani
Siregar, anak dari salah satu keluarga konglomerat terkaya di kota ini. buat
apa belajar memasak jika uang saja sudah melimpah, itu yang dipikirkan
Viola.
Namun tidak seperti itu nyatanya, Keluarga Siregar adalah keluarga yang
selalu menjung-jung adat istiadat, turun-temurun dari nenek moyanya.
Kodrat suami ya kodrat suami, apalagi kodrat istri? jangan ditanya, wajib
harus melayani suami dengan segenap hati dan raga. Bisa dilihat dari
keluarga Siregar pagi ini, bahkan yang memasak saja Adelia. Makanya
Marcel dan Daddy-nya terus berebut ayam goreng.
"Tidak" Ucap Mommy-nya.
semuanya hening, tidak terdengar sedikitpun suara sendok dan garpu
yang saling beradu.
"ekhhm.." Daddy-nya berdehem, "Daddy mau berangkat kekantor sudah
siang soalnya" ucapnya. padahal dia adalah pemimpin perusahaan yang tak
harus datang tepat waktu.
"Marcel juga Mom, masih banyak kerjaan di kantor" apa lagi Marcel,
tentu saja ia berbohong.
Namun hanya Tiara yang membatu ditempat. Dia bingung, alasan apa
yang pantas ia lontarkan agar tidak terlihat hendak melarikan diri.
"kalian kenapa sih?" jerit Viola.
"Mas Marcel aja boleh nikah sama Mbak Tiara yang gak bisa masak,
kenapa Viola gak bisa Mom?"
Marcel tercekat ditempatnya, tenggorokannya terasa kering, sekak mat
untuknya, dia tak bergeming kepalanya tertunduk merasa disudutkan.
"kalo Mommy gak ngijinin Viola menikah, terpaksa Vio mau kabur dari
rumah ini" ancamnya.
Semuanya hendak tertawa, namun mereka urungkan, kenapa? karena
mereka berpikir, jika Viola tak akan mampu hidup sendiri, apalagi tanpa
Fasilitas dari orang tuanya.
"kalian gak percaya? ok Vio mau keluar sekarang juga dari rumah ini"
Bersambung
***
Dipublikasikan tgl 11 Juni 2020
Cucu Rofi'ah
2

Viola benar-benar pergi dari rumah. tak satupun keluarganya mencegah dia
untuk pergi, bahkan mommy-nya juga cuma berkata "kalo lapar jangan lupa
pulang ya Vi"
Apalagi mas Marcel, "Mas harap kali ini kamu bener-bener pergi dari
rumah, soalnya kalo ada kamu, yang rebut Ayam goreng Mas bukan cuma
Daddy" Benar-benar persetan buat Mas Marcelnya.
Viola berjalan di trotoar dengan rambutnya yang masih acak-acakan.
beberapa orang yang melintas menatap dirinya iba. gadis secantik dia
berjalan seorang diri bagaikan orang gila. bahkan sandalpun ia tidak
memakai karena lupa.
Bagaimana bisa dia kabur tanpa membawa apapun. hanya baju tidur
bermotif monokorobo kesukaanya yang ia pakai, untung saja tadi ia sempat
makan.
Dia terus berjalan, tanpa tau arah tujuannya kemana? matahari mulai
terik, kulitnya merasa kepanasan di suhu kota Jakarta. Bodohnya ia tidak
membawa handphon, jika membawa mungkin dia bisa menginap
dikostannya Alex dan menyuruh dia untuk menjemputnya disini.
Tiba-tiba saja selembar uang berwarna ungu dengan jumlah sepuluh ribu
melayang terbawa angin hinggap didepan kakinya. matanya memicing
penuh selidik takut-takut yang ia lihat bukan uang beneran, masa orang
jaman sekarang membuang uang dengan cuma-cuma? karena nyari duit itu
susah.
tinggal melangkah Vi, lo pasti bisa ambil tuh duit lumayan buat makan
siang nanti.
Namun dewa neptunus belum berpihak padanya, ketika dia jongkok
hendak mengambil uang tersebut, tapi uang itu malah kembali terbawa
angin hingga melayang ketengah jalan raya. Disini bodohnya Viola, dia
malah mengejar calon uang miliknya tanpa melihat kanan dan kiri.
tin.. tinn.. tin..
Suara kelakson mobil dari arah kiri saling bersahutan, hingga Viola
sampai ditengah jalan dan..
"yess akhirnya ketangkap juga..."
lalu Buuuk..... Mobil dari arah kanan jalan menabrak dirinya hingga tak
sadarkan diri.
***
Viola terbangun dari mimpi indahnya. matanya terbuka perlahan namun
aneh ruangan yang ia tiduri tidak seperti biasa. Aksen kamarnya berwarna
serba putih dan dua gorden yang menghalangi ranjang di kanan kirinya.
sesaat ketika dia melirik ke sebelah kiri ada seorang wanita paruh baya
yang mulai tersenyum melihatnya. Apakah dia bermimpi?.
Ah masih mimpi ternyata, lanjut tidur lagi ah !
Seketika dia menutup matanya kembali dengan senyuman yang damai.
Emang dasar Viola, cantik-cantik tapi pikirannya Abstrak.
Wanita paruh baya disebelahnya mengerenyitkan dahi ketika melihat
Viola hendak menutup matanya kembali. "mbak?.." panggilnya.
Namun yang dipanggil malah tak bergeming.
"mbak?.." kini diguncangnya bahu Viola hingga sang pemilik merasa
risih.
"Mbak? mbak sudah bangun?"
Suara panggilan wanita paruh baya disebelahnya tampak nyata dikuping
Vio, yang awalnya ia kira mimpi tapi benar itu suara wanita memanggilnya,
suaranya nyata dan sangat jelas. Seketika dia melebarkan matanya, dia
melihat sekelilingnya dengan kaget.
"Aku di mana? kalian siapa?" bagaikan Orang hilang ingatan Vio
berbicara, suster yang sedang mencopot selang impuspun ikut aneh melihat
tingkah Viola.
"Anda siapa?" ucap lagi Viola.
"Ah iya, kenalin nama saya Asrita, kamu bisa panggil saya Asri, tadi
saya yang menabrak kamu di jalan" ucapnya ramah sambil mengulurkan
tangan.
Seketika ingatannya kembali, kejadian tadi siang ia tertabrak mobil gara-
gara mengambil uang sepuluh ribu ditengah jalan raya. Mau ditaruh dimana
mukanya jika mereka tau kalo dia tertabrak gara-gara uang sepuluh ribu.
Sebenarnya Viola punya uang yang lebih dari sepuluh ribu, bahkan satu
truk eh ralat puluhan truk bahkan, semuanya berisi uang sepuluh ribu. Jika
bukan karena tekadnya yang ingin restu dari orang tua, mana mau dia
seperti ini? kalo Daddy-nya mampu kenapa dia harus menjadi orang susah.
Berpikir Vio berpikir!! ini kesempatan emas buat lo kabur dari rumah, lo
bisa manfaatin ni orang, buat sementara waktu lo dalam sesi minta restu
mommy.
"Nama Saya Vi.... eh ni maksudnya Marni, iyah nama saya marni
hehehe" Dia tersenyum canggung didepan wanita paruh baya bernama
Asrita itu.
"Oh iya mbak Marni, saya minta maaf soal tadi siang nabrak kamu di
jalan." jelas Asrita tulus.
Viola tersenyum terpaksa "..iya tidak apa-apa Bu, lagian saya yang salah
nyebrang jalan gak liat-liat"
"Oh iya rumah kamu dimana Marni? biar saya yang antar?"
"Rumah? Rumah saya..."
Buset masa lo mau pulang ke tempat Mommy? gagal nih acara kabur
gue. Berpikir Vio Berpikir!!!.
"iya rumah kamu.."
"Sebenarnya saya datang dari kampung bu, niat ke Jakarta mau cari kerja,
tapi tadi pagi barang saya digondol maling jadi saya sekarang gelandangan,
saya sebatangkara Bu di Jakarta..."
Dengan wajahnya yang dimelas-melaskan Viola berbicara pada Asrita
yang umurnya mungkin sama dengan Mommy-nya, wajahnya cantik, agak
sedikit keriput di bawah matanya namun karena penampilannya yang lebih
modis Asrita lebih terlihat lebih muda dari umurnya yang seperti sudah
menginjak kepala empat.
Asrita cukup prihatin dengan keadaan wanita yang tadi siang ia tabrak,
perawat disebelahnya juga entah kenapa malah ikut-ikutan bermelow ria.
"Bu kasian nih mbaknya gak punya tempat tinggal, kasih pekerjaan aja
Bu" timpal sang perawat yang entah datang dari mana ide seperti itu. Viola
yang mendengarpun mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju dengan
ide sang perawat.
Asrita tampak berpikir sejenak, "kamu bisa kerja apa Mar?" tanya Asrita
pada Viola.
Buset apa coba yang bisa Viola kerjakan kalo bukan Makan, tidur, main,
pacaran, masak aja nggak bisa, di kampus aja kerjaannya cuma numpang
tidur, apalagi kerja yang benar-benar kerja.
"apa aja deh terserah Ibu, saya mah cuma dari kampung Bu, nggak tau
apa-apa selain dirumah" jelas Viola yang tentu dia berbohong.
"Jadi Bambu aja mbak.. eh Babu maksudnya" perawat itu nyengir ketika
menuturkan idenya ditambah salah berbicara pula, suster ini memang rada
gelo sepertinya.
"iya deh Bu saya jadi Babu juga gapapa, asal bisa makan sama tidur juga
saya udah bahagia" jelas Viola yang tentunya juga dia bingung harus
berbuat apa? satu-satunya jalan buat dia bertahan didunia ini adalah orang
yang menabraknya, mau ditaruh dimana mukanya nanti ketika bertemu
Mommy-nya, baru beberapa jam kabur sudah kembali kerumah. itu mah
namanya bukan kabur, tapi main. Apalagi kalo kabur bawa baju, dompet,
handphone, plus ditambah tenda itu mah bukan kabur tapi piknik.
"Yaudah deh kamu boleh jadi Pembantu di rumah saya, kebetulan juga
besok saya mau kebali itung-itung ada yang jagain anak saya"
Jagain Anak?, jagain anak kecil maksudnya? wah jagain anak kecil mah
skill gue banget.
"iya deh gapapa sambil jagain Anak ibu juga" Ucap Viola sumringah.
Asrita tersenyum, "Yaudah berarti hari ini kamu ikut saya Marni". Viola
mengangguk.
***
Dipublikasikan 28 Juni 2020
Cucu Rofi'ah
(Follow ig: cucurofiah)
Username : cucu rofi'ah adelia afifah
3

**
Setelah insiden Viola tertabrak mobil, akhirnya sekarang Viola
mendapatkan tempat untuk melarikan diri. siapa lagi jika bukan bu Asrita
wanita paruh baya yang tadi siang menabraknya.
Sore ini juga Viola sudah dibolehkan pulang oleh dokter, karena memang
keadaannya tidak terlalu parah. hanya lecet tergores aspal dibagian kakinya,
dokter juga aneh kenapa Viola bisa pingsan padahal keadaannya tidak apa-
apa. mungkin karena shok pikir dokter.
Setelah sampai rumah Asrita, Viola yang sekarang berganti nama
menjadi Marni, diberi beberapa baju milik bekas pembantunya dulu yang
tertinggal dirumahnya.
"ini baju milik pembantu saya dulu, namanya juga sama Marni. Dia
sekarang resign karena sudah menikah, semoga cocok dikamu ya Mar"
Viola mengangguk, tidak apa-apa asal dia bisa berganti pakaian, dari
pada bugil gara-gara tidak ada pakaian.
please semiskin itukah Vio sekarang?
"Sebenarnya tadi siang saya mau ke Bali, karena penerbangan 30 menit
lagi pesawat mau landas jadi saya ngebut. eh gara-gara saya ngebut jadi gini
deh nabrak kamu."
Viola yang mendengarnya merasa bersalah kepada Asrita, cuma gara-
gara uang 10 ribu semuanya kacau. Asrita yang melihat ekspresi berubah
Viola, buru-buru dia membenarkan kata-katanya.
"bukan salah kamu Mar, ini salah saya karena buru-buru. Anggap aja ini
rizki kamu bisa dapet kerjaan. Lagian besok juga saya mau jadi ke Bali"
Asrita tersenyum, dia merasa jika Marni pembantu barunya sudah seperti
anaknya sendiri, Maklum dia janda beranak satu. Laki-laki pula anaknya.
**
"Bun Bagus pulang.." teriak seorang laki-laki yang melangkah mendekati
ruang TV. Namun yang diteriaki tak sedikitpun menyahut.
Kepalanya celingak-clinguk mencari kesetiap sudut ruangan, namun
ketika dia sampai di dapur ia melihat Bundanya sedang menata makanan di
meja makan, lantas dia segera mendekati Bunda-nya. Mencium dan
memeluk adalah kebiasaannya ketika dia baru pulang bekerja.
"Bunda katanya gak jadi ke Bali gara-gara nabrak orang? bunda gak
kenapa-napa kan?" tanya laki-laki yang bernama Bagus itu, sambil
mengecek seluruh tubuh Bundanya takut-takut ada bagian tubuh Bundanya
yang hilang.
Asrita mencubit tangan Bagus pelan, yah Wanita yang disebut Bunda ini
adalah Asrita, dan Anak yang Asrita ceritakan tadi adalah Tubagus Cahya
Utama anak semata wayangnya, peninggalan terakhir almarhum suaminya
setelah 10 tahun meninggal.
"Aww.. Bunda kalo nyubit keras banget" rajuk Bagus, yang tentu saja
bohong karena tadi Asrita mencubit Bagus tak keras sedikitpun melainkan
lebih cocok disebut sentilan.
Asrita tersenyum, "Bunda bawa hadiah buat kamu Gus"
Bagus mengerutkan kening, "hadiah apa Bun? bukan foto cewek lagi
kan?" tanya Bagus sambil mencomot combro buatan Bundanya.
"Bukan, Bunda udah cape ngenalin kamu ke anak perempuan temen
Bunda, semuaaanya kamu tolak"
Bagus nyengir kuda, memang benar selama ini Bundanyalah yang giat
banget mencarikan Bagus Istri. padahal Bagus biasa saja, lagian jodoh
sudah ada yang ngatur. selalu itu yang menjadi prinsif Bagus. Lagian orang
tua mana yang tidak khawatir jika anaknya yang sudah berumur 33 tahun
belum juga punya Istri, mau sampai kapan membujang terus-terusan?
"ya terus hadiah apa Bun?"
"tuh yang lagi mandi" jawab bundanya yang menunjuk kamar mandi
dapur.
memang disana terdapat Viola atau Marni yang sedang mandi
membersihkan Badannya karena dari pagi Viola memang belum mandi
sama sekali.
Bagus mengerutkan kening lagi, Dia memang mendengar gemercik
seseorang yang sedang mandi. dia berpikir jika Bundanya membelikan lagi
dia kucing, karena tahun lalupun sama. Bundanya membelikan kucing gara-
gara Bundanya mau ke Bali mengurusi Resto peninggalan oma-nya.
alasannya memang aneh, kata bundanya seperti ini...
'Bagus ini namanya Ronal, ini kucing buat sementara waktu nemenin
kamu dirumah biar gak kesepian, makanya cepet punya Istri biar ada yang
nemenin'
Tapi ini aneh, masa kucing mandi sendiri? mandinya make shower lagi?
"Bunda gak beliin Bagus kucing lagi kan?"
Bundanya hendak tertawa, "masa kucing mandi sendiri? kamu ini ada-
ada aja"
"lah itu siapa yang mandi"
"nanti juga kamu tau"
Viola keluar kamar mandi dengan rambutnya yang lumayan basah,
padahal dari tadi ia terus-terusan menggosok rambutnya memakai handuk
tapi rambutnya tak juga kunjung kering,
Vio biasa pake hair dreyer sih jadi gini deh.
Bagus lagi-lagi mengerutkan dahinya ketika melihat Viola keluar kamar
mandi, Bundanya tidak lagi memberi dia bini kan? seketika jantung Bagus
jedak-jeduk tak menentu. Masa pria lajang seperti dia di kasih bocah? janda
sama wanita dewasa juga Bagus tolak.
"Udah Mar mandinya?" tanya Asrita yang kini tengah mengambil nasi
dalam wadah.
"Udah Bu" Viola tersenyum canggung ke arah Asrita, dia berpikir jika
laki-laki yang disebelah Asrita adalah suaminya,
anjrit suaminya brondong?.
Asrita mengerti dengan gerak-gerik mata pembantunya, setiap orang
yang baru mengenalnya pasti menyangka jika Bagus adalah Suami Asrita
karena penampilan Asrita yang lebih mendekati modis dan trendi, ditambah
Bagus yang memang tidak berpenampilan layaknya om-om diluar sana,
penampilan bagus lebih cool dan lebih berkesan casual meski dalam
balutan busana yang Formal. Apalagi kalo bukan tante girang?
eh nyebut Vio nyebut! sekate-kate aja kalo ngomong sama majikan.
"Dia anak saya Mar, kenalin namanya Bagus"
what? jadi anaknya bukan bocah? tapi udah om-om? beneran nih ibu-
ibu wajahnya bo'ong banget. terus si om mana bini nya? apa jangan-
jangan..? DUDA??? Viola buru-buru menyadarkan dirinya, majikan mah
bebas, babu mah taunya ngurusin rumah.
Keduanya canggung ketika saling bertatap langsung, tapi Viola langsung
mengulurkan tangannya, "Nama saya Marni Om.."
Bagus tersentak kaget karena di panggil Om, "..Eh pak.., Bang? eh
Mas?.." Ada apa dengan Viola, dia bingung harus memanggil Majikannya
apa?
"..Raden.. Raja.. eh majikan.." Bagus mulai jengah, terserah dia mau
memanggil apa, yang penting jangan raden, majikan, apalgi Raja.
"terserah kamu enaknya manggil apa" kini Bagus menghentikan sebutan-
sebutan wanita yang berada di depannya.
"yaudah saya panggil Bapak aja" Viola nyengir hambar. bisa-bisanya dia
menyebutkan beberapa kata yang gak mungkin dia ucapkan. Kalo dia
dipecat gimana? untung majikan laki-lakinya baik. untung Vio untung.
Kini Bagus, Asrita, dan Viola yang sekarang berubah menjadi Marni.
ketiganya duduk diruang makan sambil menyantap masakan Asrita,
memang dihari pertamanya kerja Asrita tidak ingin Marni bekerja dulu,
mingkin dia merasa bersalah karena telah menabrak pembantunya.
Asritapun menceritakan semua kronologi kejadian tadi siang pada Bagus.
Mulai dari Asrita ngebut sampai membawa Marni kerumahnya, Bagus
awalnya menolak kehadiran Marni karena bagaimanapun Marni
perempuan, bagaimana jika tetangganya menyangka bagus kumpul kebo
ketika Bundanya ke Bali. gak lucu kan kalo Bagus di arak warga ke Balai
Desa terus di nikahkan dengan pembantunya. Turun dong pamor Bagus di
mata ibu-ibu komplek yang selama ini selalu menjadi penggemarnya.
"Yaudah deh kalo itu maunya Bunda, Marni boleh kerja disini selagi
Bunda gak ada. Lagian ribet juga kalo harus makan serba beli" tutur Bagus.
Asrita mengangguk, "Yaudah berarti fixs yah besok pagi Bunda pergi ke
Bali?"
lalu dibalas anggukan oleh Bagus. dan Viola hanya fokus pada Ayam
Goreng yang sekarang ia santap dengan lahap. Bagus yang melihatnya
hanya bergidik ngeri, ini bocah dikampungnya kagak ada ayam goreng kali,
makannya lahap bener. pikir Bagus.
Dibuat Tanggal
10 Juni 2020
By. Cucu Rofi'ah
(Follow ig: cucurofiah)
Username : cucu rofi'ah adelia afifah

Catatan: Asrita memang berwajah seperti umur 40 tahun. Namun umur


aslinya sudah dipastikan lebih dari itu. Malah bisa nyampe mendekati 60
mungkin. Tapi kan Asrita memang awet muda. (Udah ya ini sudah
menjawab pertanyaan kalian)
4

***
Viola menggeliat ketika membuka mata. tubuhnya terasa lumayan sakit.
Masih dengan setengah sadar Dia beranjak dari tempat tidur menuju kamar
mandi, namun seketika dia sadar dikamarnya tak ada kamar Mandi. Di
tengoknya kanan dan kiri.
Viola menepuk jidatnya sendiri. "Bodoh, Vio kan dirumahnya Bu
Asrita!".
Viola menyadarkan dirinya sendiri. Dia berjalan keluar kamar namun
rumahnya kosong tak ada satu orangpun. dia ingat jika kemarin Asrita
majikannya mengatakan akan pergi ke Bali pagi ini. Namun satu yang ia
lupakan, dimana gerangan majikan laki-lakinya.
Viola melihat jam di dinding ruang tamu menunjukan pukul tujuh pagi.
apakah pak Bagus sudah pergi bekerja. kira kira itu yang dipikirkan Viola.
Entahlah saat ini Viola hanya ingin majikan yang satunya itu cepat pergi
bekerja agar ia tak usah capek-capek masak untuknya.
Saat ini Viola berjalan keluar rumah guna untuk menghirup udara segar.
dia mengeliatkan tubuhnya. wajahnya masih kucal karena belum cuci muka,
ditambah rambutnya yang masih acak-acakan. Dia berpikir, apakah
Mommy-nya mencari dia. gimana keadaan Daddy, apakah dia juga khawatir
dengan keadaannya. terus gimana mas Marcel, apa dia sekarang lagi makan
Ayam goreng guna menikmati ketidak adaannya?
Emang persetan mas Marcel, bisa banget buat memanfaatkan keadaan.
Viola menggelengkan kepalanya ketika membayangkan mas Marcelnya
sedang memakan Ayam goreng buatan Mommy dengan lahapnya.
Memikirkan itu Viola jadi menggeretakan giginya kesal.
"Mas Bagus jangan nikah ya! kalo mas Bagus Nikah entar kita-kita gak
bisa menikmati ketampanan mas Bagus" ucap salah seorang ibu-ibu

Viola mendengar ucapan ibu-ibu tadi yang suaranya agak kenceng. dia
berjalan kedekat pagar rumah untuk melihat siapa yang tadi berbicara.
"iya mas, kalo mas Bagus nikah, kita-kita pasti di marahin sama istri mas
Bagus, kalo kita semua udah ngecengin suaminya"
ucap ibu-ibu paruh baya sambil memilih-milih kangkung digerobak
tukang sayur.
Bagus memang pagi ini berpenampilan sangat Casual, memakai kaus
putih pendek dengan celana trening hitam serta sepatu sneakers putih, khas
orang yang yang sehabis joging, dan yah benar Bagus memang baru pulang
Joging, karena setiap pagi dia selalu rutin berolahraga.
"iya bener mas"
ibu-ibu yang lainnya membenarkan. Bagus yang mendengarnya hanya
tersenyum mendengar ocehan para Fansnya di komplek ini. Meski ibu-ibu
yang menggoda Bagus, tapi bagi Bagus ini menyenangkan. bahkan dirumah
Sakit tempatnya bekerja ia sering sekali digoda oleh para perawat dan tak
jarang beberapa pasien perempuan yang secara terang-terangan
mengajaknya menjalin hubungan, dan itu lagi-lagi hanya ditanggapi Bagus
sebagai candaan.
Viola yang melihatnya malah Jijik. setampan itukah Majikannya dimata
para ibu-ibu. dia justru malah tertawa terbahak-bahak melihat Bagus sedang
digoda ibu-ibu, hingga tawanya sukses membuat semua ibu-ibu melihatnya.
"itu siapa sih Mas?"tanya ibu-ibu berbadan gemuk sambil menunjuk
Viola. Eh yang ditunjuk malah melambai-lambaikan tangannya khas Artis
yang di sapa oleh para Fans.
Bunda nemu dimana sih orang macem si Marni? udah gak waras. Batin
bagus.
"jangan-jangan calon Istrinya mas Bagus?" ucap tukang Sayur yang
sukses membuat semua para ibu-ibu menatap Bagus dengan mengharap
sebuah penjelasan. Bagus yang ditatap buru-buru menggeleng.
"Dia pembantu baru Saya" Jelas Bagus buru-buru. takut semua Fans-nya
ngamuk terus nerkam pembantunya.
"Oh pembantu. Pantesan buluk, nanti kalo mas Bagus nyari Calon istri
harus yang cantik dan bersih ya! jangan yang kaya dia" ucap ibu-ibu
berbadan gemuk sambil melirik Marni dengan tatapan sinis, semua ibu-ibu
disanapun ikutan mengangguk mengiyakan. Bagus yang ditodong harus
mencari Istri yang cantik juga bersihpun sangat setuju dengan pemikiran
para ibu-ibu didepannya.
"eh maaf ya Bu, saya juga nggak mau tuh kalo harus nikah sama pak
Bagus" saut Viola sambil berjalan mendekati para kerumunan ibu-ibu di
gerobak tukang sayur.
"Oh iya lupa, pak Bagus itu bukan tipe saya sorry." lanjut Viola.
Lagi-lagi Viola berucap, yang sukses membuat Bagus mendelik tajam.
cewek mana yang tidak menyukai ketampanan Seorang Bagus. Sudah
tampan juga mapan, Profesinya juga tidak diragukan lagi. Dokter bedah.
Catat! Cuma umurnya saja yang mungkin sudah cukup untuk berumah
tangga, namun itu bukanlah hal yang tabu, lihat saja Gong yoo pemain
Drama Goblin dia juga sampai sekarang masih melajang, terus ada lagi tuh
Aktor Korea yang cukup tampan kalo tidak salah namanya Jo in sung
bahkan mereka lebih tua dibanding Bagus yang masih berumur 33 tahun.
terus apa yang membuat Marni, tidak menyukainya?
namun buru-buru Bagus menggeleng. dia menyadarkan dirinya. buat apa
juga Bagus susah-susah membuat Marni menyukainya, toh masih banyak
perempuan diluar sana yang jauh lebih cantik menginginkan dia.
Semua ibu-ibu disana diam. Semuanya menatap sinis ke arah Viola.
Bagus yang berada disana jadi tidak enak kepada para ibu-ibu yang
mengidolakannya. dia merasa telah melukai para Fansnya. dengan
kedatangan Haters yaitu Marni pembantunya.
"Marni kamu bicara apa?"
"saya bicara Fakta ko pak Bagus, bahkan calon suami saya lebih tampan
dibanding bapak"
tutur Marni dengan polosnya, Bagus yang mendengarnya merasa sakit
tenggorokan. seakan-akan tenggorokannya kering mendengar ucapan
Marni. Baru kali ini ada yang berbicara seperti itu. Bagus malah penasaran
setampan apa calon suami Marni di kampung?.
"Ekhmm" Bagus berdhem, dia merasa kalah, karena ucapan
pembantunya.
"Marni masuk kamu! pembantu Baru ko baru bangun?" ucap Bagus yang
sukses membuat Viola merasa malu di depan ibu-ibu disana.
Setelah insiden beberapa menit lalu di luar rumah, akhirnya sekarang
Bagus memasuki rumahnya dengan perasaan bad mood.
"kamu juga bukan tipe saya" ucap Bagus tiba-tiba ketika dia hendak
menaiki tangga rumahnya. Bagus berbalik menghadap pembantunya yang
juga ikutan berhenti berjalan karena perkataan Bagus.
Viola kaget mendengar majikannya berkata seperti itu, masih berlanjut
toh insiden tadi?.
"Oh iya, saya jadi penasaran setampan apa calon suami kamu? apakah
pekerjaannya lebih mapan dari saya?"
Viola tampak berfikir. "yang pasti calon suami saya lebih tampan dari
bapak" lanjut lagi Viola mantap.
Bagus merasa tertampar, dirinya seakan buruk rupa sekali ketika
pembantunya sendiri lebih memilih laki-laki lain. Disibakannya poni yang
menutupi jidatnya. Bagus mengedipkan sebelah matanya kedepan wajah
Viola. Dia mendekati wanita itu sambil memasang tatapan mautnya.
"yakin saya bukan tipe cowok idaman kamu?" tanya Bagus.
Viola mundur selangkah guna menghindari wajah Majikannya yang
semakin condong menghadap ke arah wajahnya.
"tapi kan Pak Bagus umurnya jauh di atas Saya, ya pasti saya sukanya
yang masih daun muda. Kalo pak Bagus itu pantesnya sama yang lebih
Dewasa" ucap Viola dengan polosnya.
Tunggu dulu! ko kesannya Bagus telah ditolak oleh pembantunya sendiri.
Bagus buru-buru menegakan tubuhnya, meski hatinya kesal tapi benar
juga kata pembantunya. calon suami pembantunya itu pasti berumur jauh
lebih muda dari dirinya. Sudah pasti dia kalah telak dari segi umur, tapi
bukan Bagus namanya jika tidak bisa menaklukan hati wanita. Meski
bujang lapuk, Bagus itu anti dengan namanya penolakan bahkan diumurnya
yang sekarang banyak sekali diluaran sana yang mengantri ingin
dipersunting olehnya. namun dasar Bagus-nya saja yang terlalu pemilih soal
wanita.
Karena bagi Bagus, sekalinya dia suka pada wanita, maka dia akan
selamanya mencintai wanita itu. dan begitupun dengan pernikahan. sekali
menikah ya untuk selamanya.
"sudah! sudah! cepet cuci muka sana! mata kamu ada beleknya tuh"
ucap Bagus yang membuat Viola lagi-lagi kaget karena baru kali ini dia
terlihat seperti ini didepan laki-laki. Segera Viola membersihkan kotoran
yang ada di matanya. Namun itu hanya alasan Bagus untuk bisa jauh
dengan Viola
***
"Marni jangan lupa kamu bersihin seluruh ruangan dirumah ini, karena
saya tidak suka dengan kotoran sedikitpun." ucap Bagus sambil berkecak
pinggang
"Oh iya pagi ini saya tidak akan sarapan, saya udah kenyang dengan
perkataan kamu tadi pagi" Lanjutnya.
Ini apa lagi?
kenapa majikannya selalu saja mengungkit-ngungkit perkataan Vioa tadi,
masih terus berlanjut saja sampai sekarang. Kini Viola baru saja sadar, jika
majikannya ini sangat sensitif dengan hal-hal yang mengatakan jika dirinya
itu kurang baik. alias Majikannya itu haus akan pujian.
"Oh satu lagi, baju saya udah saya letakin di keranjang cucian. jadi kamu
gak usah naik keatas buat ngambil cucian dikamar, karena saya gak suka
ada orang yang masuk kekamar saya tanpa ijin!" jelas lagi Bagus.
Viola hanya manggut-manggut ketika Bagus mengatakan sederet aturan
yang ada dirumah ini, Lagian siapa juga yang mau masuk kekamarnya.
pikir Viola.
Bagus berjalan menuju pintu keluar rumah, jas putih kebesarannyapun
dia letakan diatas pundak, hatinya sangat kesal sekali hari ini gara-gara
insiden tadi.
***
Bagus berjalan memasuki Rumah sakit bertuliskan RSUD Jakarta, ini
adalah salah satu Rumah Sakit paling besar se-Indonesia juga Rumah Sakit
paling lengkap di Indonesia. Jabatan Dokter spesialis Bedah dirumah sakit
ini tak tanggung-tanggung ia dapatkan, karena disini ia menjabat sebagai
Dokter kepala untuk spesialis Bedah.
Bagus berjalan dengena PD-nya memasuki Rumah Sakit yang sekarang
tampak ramai tak seperti biasanya, Julukannya sebagai Dokter paling
tampan seantero Rumah Sakit membuat Bagus seakan menjadi Arjuna bagi
para kaum hawa. bahkan tak jarang ketika Bagus berjalan banyak sekali
Perawat juga pasien yang menyapanya terlebih dahulu.
"Pagi Pak Dokter?"
Sapa salah satu Resepsionis yang sedang berjaga di arah pintu masuk
UGD. Bagus hanya menanggapinya dengan senyuman yang justru membuat
wajah wanita Resepsionis didepannya itu menjadi merah merona.
"Pagi pak Bagus?"Sapa Anya. Dokter Anak paling tercantik di Rumah
Sakit ini.
Bagus yang disapa merasa terhormat. Meski ini bukan kali pertamanya
dia di sapa oleh Anya, namun kali ini Anya secara terang-terangan berjalan
mendekatinya.
"Pagi Dokter Anya" Balas Bagus sambil tersenyum. Anya tampak senang
ketika melihat Bagus tersenyum kearahnya.
"Sudah ditungguin tuh Dok di Aula, Sebentar lagi Acara amal dari
perusahaan Siregar akan segera dimulai" Ucap Anya.
Membuat Bagus baru menyadari jika hari ini adalah acara Amal dari
Perusahaan Siregar Group salah satu Perusahaan makanan cepat saji paling
ternama di Indonesia.
Hari ini Bagus ditugaskan menjadi salah satu Moderator dari acara amal
tersebut, dan ini adalah salah satu kebanggan dari dirinya sendiri. Apalagi
Perusahaan Siregar adalah perusahaan milik ayah temannaya sendiri.
Bagus berjalan memasuki Aula, dia buru-buru memakai jas putihnya.
Aula ramai sekali, disana banyak sekali wartawan yang meliput. juga
terdapat beberapa pasien perwakilan dari berbagai Bangsal. Serta para
Perawat dan Dokter yang tentu saja juga perwakilan. karena tidak lucu kan
jika semua dokter dan perawat ikut berpartisipasi, nanti Siapa yang akan
mengobati para pasien? Bagus memikirkannya jadi ingin tertawa sendiri.
"Wooyy Bro" Sapa laki-laki berjas hitam dijajaran paling depan ketika
melihat Bagus memasuki Aula.
Bagus tersenyum kearahnya, rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat
sahabat lamanya itu. terakhir kali dia melihat ketika diacara reuni SMP
yang selalu di adakan setiap tahun baru.
oh iya juga beberapa bulan lalu ketika Sahabatnya itu menikah, meski
Bagus hanya datang sebentar gara-gara jadwal kerja yang tidak bisa
ditinggalkan, tapi setidaknya dia datang meski hanya menyapa.
"Baru nongol ni Om Om jomblo?" Ucap sahabat Bagus itu.
Bagus tersenyum. lalu menghambur memeluk sahabat lamanya itu.
"Gimana Cel enak gak malem pertamanya?" bisik Bagus diteling
Sahabatnya. Sahabatnya langsung membalas dengan cubitan diperut Bagus.
"kalo mau tau ya cepet nikah, gue jamin lo pasti nyesel nikahnya
kelamaan. Kalo udah rasain! beuh tiap malem gempur terus" seru
Sahabatnya yang membuat Bagus tertawa geli, lalu disusul gelak tawa dari
sahabatnya.
"Eh ada Pak Dokter, gimana kabarnya Gus?" Sapa perempuan paruh baya
disebelah tempat duduk Sahabat Bagus. yang pasti itu adalah Ibu
sahabatnya.
Bagus Kenal, karena dulu Ketika bagus masih SMP ibu sahabatnya lah
yang paling berjasa memberi dia cemilan ketika main PS dirumah laki-laki
itu.
"Eh Tante, Baik Tan. Tante Adel Gimana kabarnya?".
"Baik. Kamu sendiri kapan mau ngundang tante ke acara nikahan? gak
mau nyusul Marcel nih?"
Bagus tertawa renyah, ini pertanyaan yang sering sekali terlontar dari
semua orang. namun lagi-lagi Bagus tak menghiraukannya.
"hahaha nanti aja Tan, belum ada yang cocok".
"Ko nyari yang cocok sih? Padahal kalo anak Tante si Viola udah besar
mungkin tante udah suruh nikah sama kamu Gus. Lagian gak akan ada
mertua yang gak suka kalo menantunya macam kamu, sudah tampan,
profesinya Dokter, sopan pula".
Bagus merasa tersanjung dengan tawaran Ibu temannya, karena tidak
banyak juga ibu-ibu yang menawarkan anak perempuannya untuk
dikenalkan pada dirinya.
"hahaha Si tante Bisa aja" balas Bagus malu malu kucing.
***
Maaf jika ada typo, semoga novel saya kalian suka.
btw itu Marcel sama Tante Adel keluarganya siapa? pasti kalian juga
bisa menebak siapa mereka.
(Follow ig: cucurofiah)
Username : cucu rofi'ah adelia afifah
5

Suara tepuk tangan tampak sangat riuh dan menggema di dalam Aula
Rumah Sakit. Bagus turun dari panggung Aula, setelah menyampaikan
beberapa Informasi mengenai Fasilitas Bedah dirumah Sakit ini serta
bentuk Amal dari perusahan Siregar.
Berhubungan dengan Pidato Bagus, acara Amal juga ditutup. Setelah itu
beberapa dari Audiens menyalami Bagus baik dari kalangan Dokter, juga
tak jarang dari para Pasien yang dinyatakan sembuh setelah Bagus Operasi
juga ikut menyalami.
"Gus Thanks ya buat waktu lo, udah mau nyampein maksud dari
perusahaan Siregar beramal" Ucap Marcel.
"Gak ko Cel, ini udah kewajiban gue sebagai dokter dirumah sakit ini"
"Kalo aja Adik gue udah dewasa, mungkin gue udah jodoin lo sama dia.
Sayang adik gue sikapnya masih kekanak-kanakan lo gak bakalan mau. Jadi
sekarang gue bingung mau terimakasih ke lo gimana?"
"Haha tenang aja dong Cel, kaya kesiapa aja si."
"Em gimana kalo nanti minggu depan lo gue undang buat makan
dirumah? lagian lo udah lama banget gak main kerumah gue, itung-itung
sambung silaturahmi sekalian gue kenalin ke Viola, udah lama banget kan
lo gak liat dia? meski umurnya baru 21 tahun, tapi lo bakal tercengang
setelah melihat perawakannya yang udah mau beranjak dewasa."
"Ok gue nanti usahain datang" Balas Bagus, semakin penasaran.
"Siip lah kalo gitu, gue tunggu kehadiran elo"
Keduanya setuju untuk mengadakan acara makan malam dirumah
kediaman Marcel minggu depan. Namun Bagus tidak tahu jika Marcel
adalah kakak dari Pembantunya Marni.
***
Viola memegang perutnya kesakitan, dari tadi pagi dia belum makan
apapun, bahkan terakhir kali dia makan itu ketika Majikannya Asrita
memasak, kemarin malam.
Namun sekarang ceritanya berbeda, dia adalah pembantu. seharusnya dia
yang memasak, namun dia sama sekali tidak bisa memasak. di kulkaspun
hanya ada sayuran mentah yang benar-benar Viola tidak tahu harus ia
apakan.
Sayur mentah, beras mentah, daging mentah, semuanya serba mentah.
Tidak bisakah ada mie instan di dapur majikannya? dia tidak bisa memasak,
karena setiap hari dia selalu dimasakan oleh Mommy-nya.
"Pak Bagus mana sih? udah malem gini belum pulang" gerutu Viola
sambil terus memegangi perutnya.
Tengnong..
Suara bel pintu dari luar, Viola terperanjat, pasti itu Pak Bagus. pikir
Viola namun setelah pintu terbuka.
"Selamat Malam pak Ba..?" ucap Viola yang terputus karena melihat
seorang laki-laki paruh baya yang sedang berdiri di ambang pintu.
"Eh malem mbak, ini saya mau antar paket atas nama pak Tubagus
Cahya utama"
Viola langsung merengut kembali. tidak berenergi ketika yang sekarang
datang bukanlah majikannya melainkan mamang kourir tukang antar paket.
"ini Mbak barangnya, mohon ditandatangani!" perintah mamang kourir
sambil menyodorkan buku penerimaan barang kearah Viola. Dia langsung
menandatangani kertas tersebut.
"Makasih mang" ucap Viola yang langsung menutup pintu ketika
Mamang kurir belum juga pergi. Laki-laki paruh baya itu cengo ditempat
karena pintu ditutup secara tiba-tiba.
Viola geram karena jam sudah menunjukan pukul 8 malam, namun
majikannya tak kunjung pulang. apa jangan jangan majikannya kecelakaan.
buru-buru Viola menggeleng, dia tak boleh berpikir aneh aneh.
Tengnong
Suara Bel pintu kembali berbunyi, ini si mamang kourir gak henti
hentinya sih bikin Vio kesel.
Viola membuka pintu, "Mau apa lagi sih mang?"
Dan Oow ternyata orang didepannya ini bukanlah mamang kourir. tapi
majikannya. Pak Bagus.
Karena terlampau bahagia Viola berhambur memeluk Bagus.
"Pak Bagus udah pulang, makasih ya tuhan" ucap lagi Viola sambil terus
memeluk erat Bagus. namun Bagus yang dipeluk membulatkan matanya.
apa ini? ko kaya disambut sama istri sendiri?? sesenang itu ya?
Namun buru-buru Bagus menyadarkan dirinya. lalu melepaskan pelukan
Pembantunya itu secara paksa. yang sukses membuat Viola meringis
kesakitan dibagian pergelangan tangannya.
"Aww Pak Bagus ko kasar banget?" Viola marah karena diperlakukan
kasar. Padahal Violanya saja yang lebay. Bagus hanya ingin melepaskan
tubuhnya dari wanita didepannya ini.
"ya lagian kenapa peluk-peluk. Bisa kena Virus Covid-19 kalo main asal
terima pelukan orang" bela Bagus sambil berlalu memasuki rumah
mewahnya.
"Oh iya Mar, kamu malam ini masak apa? saya dari siang belum makan"
lanjut Bagus sambil menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.
"Saya belum masak pak"
Bagus menghentikan langkahnya ketika masih setengah jalan menuju
kamar.
"terus malam ini saya makan apaan?" Kini Bagus benar-benar marah.
buat apa dia membeli sayuran tadi pagi jika akhirnya tak ada satupun yang
di masak.
Viola menggeleng dengan raut wajah yang sama menahan lapar, Bagus
menghembuskan napasnya kasar.
"sebenarnya kamu itu niat kerja gak sih?" kini nada suara Bagus
menggelegar kesetiap sudut ruangan.
Viola yang mendengar dan melihatnya hanya menundukan kepala, jika
kemarin, tadi pagi, serta beberapa menit lalu Viola masih bisa menahan
laparnya, namun kali ini Viola tak bisa menahan tangisnya, air matanya
menetes begitu saja mendengar Bagus marah sambil membentaknya.
"Saya tidak bisa memasak di dapur pak Bagus" ucap Viola setengah
terisak.
Bagus mendengar suara Viola dibawah tangga. meski wajah Viola
tertunduk dan Bagus yang melihat dari kejauhan. tapi Bagus masih bisa
membedakan mana yang menangis dan mana yang tidak.
Bagus jadi luluh. dia jadi merasa bersalah pada pembantunya.
Seharusnya dia tidak membentak Marni, biar bagaimanapun Marni dari
kampung. mungkin dia tidak bisa memasak di dapur yang serba canggih
seperti dapur rumah Bagus. kira kira itulah yang Bagus pikirkan.
Dia beranjak turun tangga, tidak jadi memasuki kamarnya. Didekati
pembantunya yang masih terisak. dia jadi merasa bersalah, ini kali
pertamanya dia membuat seseorang menangis. terlebih lagi orang yang
dibuat menangis adalah perempuan. meski itu adalah pembantunya sendiri.
"Marni maafin ucapan saya!" ucap Bagus sambil mengangkat dagu
pembantunya itu. Wajah pembantunya pucat, matanya sembab serta pipinya
dibasahi dengan tetesan air mata.
Keduanya saling menatap, Bagus terdiam masih sambil memegang dagu
pembantunya itu. begitupun Viola. semuanya terdiam. gara-gara suasana
yang akward ini. Wajah Baguspun hanyak berjarak beberapa centi dari
wajah Viola.
Sroott. Suara ingus Viola terdengar ketika Bagus masih memegang
pipinya, yang sukses membuat Bagus tersadar dengan posisinya sekarang.
buru-buru ia menjauhkan tangannya dari wajah Viola.
"Saya maafin Bapak tapi ada syaratnya!" ucap Viola tak mau membuang
kesempatan emas ini.
Bagus tercengang dengan balasan pembantunya, namun yasudahlah
lagian Bagus memang salah, pikirnya. "lalu kamu mau apa"?.
"Saya mau makan pak, dari tadi pagi saya belum makan".
Terlihat dari wajah Gadis itu yang semakin pucat, bagus jadi tak tega.
Lagian perutnya juga sudah keroncongan, dari semenjak acara amal selesai.
Jadi tak ada salahnya jika Bagus mengajak pembantunya makan diluar.
"Yasudah malam ini kita makan diluar" ucap Bagus.
Viola terkesiap dengan jawaban majikannya itu. dia kira pak Bagus tak
akan sudi memberinya makan. Namun acara menangis tadi sukses membuat
majikannya iba.
"Serius pak?" Tanya Viola memastikan.
"Iya saya serius. cepet sana ganti baju saya gak mau ya kalo semua orang
ngecap saya jalan sama babu" ucap Bagus.
"Tapi Saya gak punya baju lagi pak, ini baju paling bagus dari baju
peninggalan bekas pembantu rumah Bapak"
Bagus melihat penampilan pembantunya dengan tatapan ieuw banget.
dari ujung kaki sampe ujung kepala semuanya jelek. mulai dari baju daster
coklat muda serta sendal ceplek putih yang dipakainya. meski body
pembantunya Body goal tapi jika dibalut dengan baju yang jelek semuanya
jadi terkubur sia-sia.
Lagian Bagus tampaknya yakin, jika sedikit saja Pembantunya dipoles
bedak atau memakai baju bagus. dia yakin ini perempuan bakalan cantik.
Bagus berpikir sejenak, bukankah baju Bundanya itu banyak yang bagus-
bagus? Bahkan penampilan Bundanya itu sudah seperti wanita yang lebih
muda dari dirinya. Tidak ada salahnya kan Jika Bagus meminjamkan baju
bundanya sebentar pada pembantunya.
"ayo kamu ikut saya!" ajak Bagus yang langsung naik lagi tangga ke
lantai atas.
Viola bingung kenapa malah di ajak naik ke atas. katanya mereka akan
makan? tapi malah disuruh naik ke atas ini gimana ceritanya.
Bagus memasuki kamar Asrita. Kamar utama paling luas di antar kamar
yang lain. Kamarnya rapi juga bersih, Namun ketika Bagus memasuki
tempat Pakaian Bundanya. seakan-akan dia telah berada di dalam Butik.
karena satu ruangan itu dipenuhi dengan baju-baju bagus serta lemari-
lemari aksesoris dan perhiasan. membuat sessorang disebelah Bagus
ternganga kagum. Bahkan barang milik Viola dirumah itu tidak sebanyak
dan se-Complete kamar Majikannya. mungkin karena Viola tidak selalu
mengutamakan Fashion jadi barangpun tak harus terlalu banyak.
"Kita mau ngapain pak kesini?" tanya Viola Bingung karena semenjak
tadi Bagus belum juga selesai memilihkan pembantunya Baju.
"kamu bisa diam tidak!" Suruh Bagus.
"ah ini dia, pasti cocok nih dibadan kamu" Ucap Bagus yang memang
baru menemukan baju yang agak besar dari yang lain. secara badan
Pembantunya itu agak montok, jadi mau tidak mau Bagus harus mencarikan
Baju yang pas karena Badan bundanya memang langsing.
"nih cepet pakai bajunya! terus ini juga sepatunya! saya tunggu kamu
diluar" ucap Bagus sambil menyerahkan satu set pakaian dan sepatu. lalu
melangkah keluar dari ruang pakaian Bundanya.
"hadeuh, mau makan aja ko ribet banget" gerutu Viola yang acara milih
bajunya kelamaan.
Lalu setelah itu Viola keluar dari balik kamar pakaian. dengan kemeja
putih dan rok pendek di atas lutut berwarna merah. rambutnya ia biarkan
tergerai. juga tak lupa heals putih Majikannya yang ia gunakan. Membuat
seseorang yang sekarang menunggunya menganga tak percaya dengan apa
yang ia lihat.
Bagus tertegun ketika melihat Viola keluar dari balik pintu. ia rasa jika
pembantunya itu memang memiliki body yang lumayan enak dipandang.
alias Body Perfec.
mengingat posisi mereka sekarang yang berada di dalam kamar membuat
Bagus sampai merasa kegerahan karena pikiran-pikiran kotornya.
Namun bagaimanapun Bagus adalah laki-laki normal. siapa yang tidak
tertarik melihat wanita cantik berada dalam satu kamar dengannya. terlebih
lagi mereka tinggal satu rumah.
Namun buru-buru Bagus menyadarkan dirinya. jika pikiran kotornya itu
tidak baik. ia segera mengalihkan fokusnya dari Viola.
"Sudah?" tanya Bagus lalu dibalas Viola dengan anggukan.
***
Keduanya berangkat memakai mobil Fourtuner hitam milik Bagus
kesebuah Mall di Jakarta. Namun didalam perjalanan Bagus tak henti-
hentinya melirik Viola, Rasanya dia benar-benar mengagumi tubuh dan
wajah pembantunya itu.
Sesudah tiba di dalam Mall Viola bingung. kenapa dia malah di ajak ke
Mall kenapa tidak kerestoran?. melihat mereka berdua jalan bersama,
keduanya malah tampak seperti sedang berkencan di banding dengan status
majikan dan pembantu. Tapi yah itu memang tujuan Bagus, kayanya semalu
itu jika mengajak pembantunya jalan.
"Mar kita makan di MC Donal aja ya! biar gak terlalu jauh, saya mau
belanja keperluan rumah sekalian nanti saya ajarin kamu cara gunain
perkakas rumah saya" ucap Bagus disebelah Viola, namun sepertinya Vioa
tidak menghiraukan ucapan majikannya itu.
Dia sedang memperhatikan dua orang yang sedang saling suap-suapan
disebuah restaurant di mall ini. Laki-laki dan perempuan di sebelah sana
tampak tak asing bagi Vioa. Dia Alex dan Dini, Pacar dan Sahabatnya.
Sedang apa mereka. kenapa mereka mesra sekali. Itulah yang ada di
benaknya.
Alex dan Dini duduk dengan tangan Alex yang melingkar dipinggang
sahabatnya. Bukankah itu cukup dikatakan sebagai selingkuh. mana ada
jika teman saling merangkul dan bermesraan. diliat dari ekspresi keduanya
tampak sangat bahagia.
"Eh Marni! saya ngomong kamu dengerin gak sih ko dari tadi diam
terus?" Ucap Bagus karena pembicaraannya seakan tidak dihiraukan
Pembantunya.
"Maaf pak saya mau ke kamar mandi dulu" Ucap Viola buru-buru untuk
menemui dua mahluk di sebrang sana yang sedang bermesraan. Namun
Bagus percaya-percaya saja dengan apa yang di katakan pembantunya.
"Saya mau makan di MC Donald nanti kamu kesini saja!" teriak Bagus
yang tak Viola hiraukan.
Viola berjalan mendekati Alex dan Dini. Hatinya terasa sakit. Viola harap
jika orang yang dia lihat bukanlah kekasihnya. namun dugaannya memang
benar itu Alex dan Sahabatnya. Dini.
"Vio gak nyangka ya kalian bisa setega ini sama Vio" ucap Viola setelah
sampai di meja makan Alex.
Alex dan Dini terperanjat kaget. Dari mana datangnya Viola. Tiba-tiba
datang seperti hantu.
"Vio?" Ucap Dini.
Sedangkan Alex hanya mematung ketika melihat kedatangan Viola.
Keduanya tampak sangat kaget.
"Aku bisa jelasin semuanya Vi, ini gak seperti yang kamu kira" Ucap
Dini ingin menjelaskan.
Namun apa yang dilihat Viola sudah lebih dari cukup untuk ia gunakan
sebagai bukti. Mana ada hubungan teman sampai harus bermesraan dan
suap-suapan didepan umum. terlebih lagi Alex adalah kekasih sahabatnya.
Viola.
Mata Viola mulai berkaca-kaca. Sebisa mungkin ia menahan tangisnya
wgar tidak pecah, namun rasa sedih dihatinya tak dapat ia bendung.
Matanya kini mulai berair hingga Viola mulai sesegukan.
"Gak ada lagi yang bisa kalian jelasin, ini sudah lebih dari cukup. Vio
mau kita Putus Alex" Ucap Viola langsung berbalik untuk segera pergi.
Alex sampai berdiri dari duduknya. Ia kira Viola tidak akan sampai
mengajaknya putus.
Ditariknya tangan Viola. "Vi dengerin penjelasan aku dulu, aku bisa
jelasin". Namun genggaman tangan Alex langsung ditepis oleh Vola.
Alex bingung apa yang harus ia lakukan. Dia mencintai keduanya.
Namun jika harus memilih, Alex lebih memilih Viola dibanding Dini. Ia
segera berlari untuk mengejar Viola, Namun Dini juga tak ingin kehilangan
sahabatnya itu. Dia merasa sangat bersalah saat ini. Yang juga disusul oleh
Dini untuk mengejar Viola.
Viola berlari ke arah MC Donald disebrang Resto. ia melihat Bagus yang
sedang melahap makanannya. Bagus yang sadar dengan kedatangan Viola
yang berlarian, ia segera bangkit dari duduknya. Lalu melambaikan tangan
agar Viola tidak sampai salah orang.
Sadar dengan Bagus yang melambaikan tangan kearahnya. Tiba-tiba
sekelebat ide gila muncul dari otak Viola. Jika Alex bisa Selingkuh kenapa
Viola tidak bisa? mumpung Alex mengejarnya kesini, jadi ia bisa balas
dendam kepadanya.
"kamu kemana saja sih, masa ke WC lama ba___"
Namun omelan Bagus terputus karena saat ini pembantunya malah
mendekat dan menciumnya secara tiba-tiba. Mata Bagus melotot. Disosor
cewek didepan umum apakah masih bisa disebut Rezeki? Bagus kira ini
adalah bencana baginya.
***
Saya harap kalian suka.
Terimakasih telah membaca novel saya yang gaje ini.
Cucu Rofi'ah
(Follow ig: cucurofiah)
Username : cucu rofi'ah adelia afifah
6

***
Viola melepaskan tautan bibirnya dengan Bagus. Bagus tak bergerak satu
incipun dari tempatnya berdiri. Tenggorokannya terasa tercekat tak bisa
berkata apapun. Semua orang yang berada disanapun menatap mereka
dengan tatapan tak percaya. Ibu-ibu yang melihat disebelah meja makan
yang Bagus tempati tampak mencibir dalam hatinya.
anak muda jaman sekarang mesra-mesraan tak kenal tempat. Ibu itu
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Alex tak bergeming ketika melihat Viola bersama laki-laki lain. terlebih
lagi adegan yang beberapa detik lalu ia saksikan dengan mata kepalanya
sendiri. Viola berbalik melihat ke arah Alex.
"Aku harap Alex ngerti sekarang! Alex selingkuh dari aku. tapi maaf
aku juga masih bisa selingkuh dari kamu"
"Aku tahu, kamu melakukan ini biar bisa aku cemburu kan? Jadi
sudahlah, kita akhiri saja pertengkaran ini. Aku bisa jelasin semua yang
kamu lihat tadi".
Viola mencibir perkataan Alex. Bagus yang berada ditempatnya masih
tidak mengerti dengan arah pembicaraan mereka. Bagaikan sedang
menonton sinotron FTV dia malah makin penasaran kelanjutan dari adegan
didepannya ini.
"Ayo Mas kita pulang! percuma dengerin omongan orang kayak dia. Gak
penting!".
Viola langsung menarik tangan Bagus. Padahal Bagus masih ingin
melihat pertengkaran mereka. Namun yasudahlah, lagian dia kesini
memang untuk makan. bukan untuk melihat Drama cerita cinta
pembantunya. Tidak penting sekali.
Selama perjalanan pulang Viola hanya menatap kaca jendela mobil
dengan tatapan nanar. Hatinya seakan remuk. Hubungan cintanya selama
setahun dengan Alex kandas sudah. Padahal Viola sudah sangat
mempercayai semua perkataan Alex. Namun melihatnya selingkuh dengan
sahabatnya sendiri, itu lebih menyakitkan baginya.
"Maaf pak saya tadi panggil mas".
Akhirnya Viola bersuara. Padahal Bagus sudah menunggu penjelasan
dari pembantunya sedari tadi.
"Terserah! lagian kan saya memang gak tua-tua amat".
Namun ketika Bagus membalikan arah pandangnya dari jalan ke sebelah
kiri dia justru semakin iba melihat pembantunya meneteskan air mata.
Inilah yang bagus tidak suka. Dia tidak tahan jika melihat wanita menangis
dihadapannya.
"Mar ko kamu nangis?"
Sreeekkk suara ingus Viola terdengar. "Saya sudah putus pak sama calon
suami saya"
Bagus yang mendengar hal itu semakin penasaran.
Jadi, laki-laki di Mall itu Pacar Marni?.
Alih-alih fokus pada kemudinya, Bagus justru menepikan mobil hanya
untuk mendengarkan pembantunya bercerita.
"Ko bisa?" Bagus pura-pura Care.
"Dia selingkuh sama temen saya sendiri pak huaaaa..." Bukan makin
tenang, Viola malah menangis menjadi-jadi.
Batin Bagus seakan berkata, buat apa ganteng kalo nyakitin. Karena
Bagus masih ingat dimana pembantunya itu lebih memilih laki-laki itu
dibanding dirinya. Nah sekarang tau kan akibatnya?
"Makanya kamu itu kalo cari calon suami jangan dilihat dari gantengnya
doang. Tapi liat perilaku dan kemapanan-nya. baru bisa dijadikan Calon
suami. Seperti saya Contohnya, Sudah tampan Mapan. Juga sopan".
Bagus jadi teringat perkataan Tante Adel tadi Siang di Rumah Sakit. Tapi
memang Bagus itu dari segi bibit bebet bobot atau apalah itu memang
memenuhi kriteria Calon suami idaman. Alih-alih memberi saran Bagus
malah memuji dirinya sendiri. Memang yah Bagus Narsisnya udah sampe
ubun-ubun. Yang tadinya saran eh malah memuji dirinya sendiri.
"Ko bapak jadi nyalahin saya?"
"Saya tidak menyalahkan kamu Marni. Itu agar kamu kedepannya lebih
baik lagi". Tumben Bagus bener.
Viola mengangguk. sebenarnya apa yang dikatakan majikannya itu ada
benarnya juga.
"Makasih pak Sarannya"
Viola kembali menunduk. Bahkan perutnya yang lapar tak ia hiraukan.
Makanan yang Bagus pesanpun tak sempat ia bungkus. Karena terlalu buru-
buru untuk melarikan diri dari Alex.
***
Bagus memasuki rumahnya. Setelah selesai melakukan rutinitas
Jogingnya. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Namun tak
sedikitpun Bagus melihat batang hidung pembantunya.
Dia berjalan menuju kamar pembantunya, namun hening tak terdengar
apapun dibalik pintu. lalu Diketuknya pintu itu.
"Marni mau sampai kapan kamu tidur? kamu niat kerja gak sih?"
"Marni kamu gak lagi ngeprank saya kan?"
"Marni kamu didalam kan?"
Namun tak ada jawaban, Bagus jadi Khawatir.
"Marni kamu gapapa?"
tanyanya lagi memastikan. Namun ketika mengetok pintu kesekian
kalinya, pintu itu terdorong dan sukses membuat kamar pembantunya
terbuka.
"Astaga! Marni kamu kenapa?"
Bagus panik sambil berlari mendekati ranjang pembantunya. Marni
sedang tertidur meringkuk dengan tangannya yang memegang perut.
Wajahnya pucat, juga bibirnya tampak kering. Sudah seperti orang yang
sedang kesakitan.
Namun buru-buru Bagus menelpon seseorang. Karena tidak mungkin jika
Bagus harus membawa Marni kerumah sakit. terlebih lagi rumah sakit
terdekat adalah tempatnya bekerja. Bisa geger seantero jagat kalo Bagus
bawa anak cewek kesakitan kaya begini ke sana.
Sambungan telpon terhubung. "Hallo Rian? kamu dimana sekarang?"
"Saya dirumah sakit Dok baru sampai. Kenapa?"
"Kamu bawa peralatan infus ya kerumah saya! ada orang rumah lagi
sakit. Hari ini saya gak akan masuk kerja, sementara kamu gantiin saya
dulu!"
"Sekarang dok?"
"Besok! Ya sekarang lah"
"Hehehe siap Dok".
Sambungan telpon terputus. Orang yang tadi ditelpon oleh Bagus adalah
Rian. Asistennya dirumah Sakit.
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Rian datang kerumah Bagus.
"Ini Dok peralatan infus-nya"
"Yaudah Makasih Yan"
Bagus hendak menutup pintu namun buru-buru dicegah oleh Rian.
"Eh eh tunggu dulu Dok!"
"Kenapa Lagi?"
"Katanya Bu Asrita lagi ke Bali?"
Bagus mengangguk. "Iya terus? hubungannya kamu sama Bunda saya
apa?"
"Terus yang sekarang sakit siapa dong? Gak mungkin Dokter Bagus kan
yang sakit?"
Bagus melotot. Dia belum sempat menyiapkan alasan logis ketika Rian
bertanya.
"Dokter Bagus gak nyembunyiin cewek di dalem rumah kan?"
Buset gimana Rian bisa tau?
"Emm.. itu apa.. Pembantu saya yang sakit"
Memang benarkan yang sakit itu pembantunya. Alias si Marni. Harus
beralasan apalagi Bagus. Masa dia mengatakan jika istrinya Sakit.
"Pembantu? katanya mbak Marni sudah Resign balik ke kampungnya?"
ini Marninya Cantik. Gak kaya dulu!
"Dia pembantu baru saya."
Rian mendelik penuh selidik. "Pembantu ko sampe bikin Dokter Bagus
bolos kerja juga?"
Iya benar juga. Kenapa Bagus sampai bolos bekerja. sebenarnya siapa
yang jadi majikan sih dirumah ini. Tapi jika Bagus sampai berangkat
Bekerja Marni siapa yang ngurus. Meski bagaimanapun dia seorang
manusia sudah sepantasnya dia tolong-menolong. Bagus mengangguk-
ngangguk tidak menghiraukan jika didepannya masih terdapat Rian yang
sedang berdiri.
"Kamu itu banyak tanya banget sih? kalo gak ikhlas gantiin saya.
Ngomong! gak harus curiga aneh-aneh ke Saya."
Skakmat untuk Rian. wajahnya jadi pucat kena semprot atasannya.
padahal niatnya hanya ingin menggoda Bagus saja. Alih alih menggoda
ujungnya malah kena omel. dia jadi ingin buru-buru melarikan diri dari
rumah atasannya.
"Eh maaf dok. yasudah saya mau berangkat lagi ke rumah sakit. Kalo
mau butuh cuti lebih nanti hubungi saya lagi aja. Selamat tinggal Pak
Bagus!"
Buru-buru Rian ngacir dari rumah Bagus. Bisa ada omelan panjang jika
dia terus menanggapi Bagus.
**
Viola terbangun dari tidurnya. Dia melirik seseorang yang sedang tertidur
di sampingnya. Pak Bagus. Jidatnya tedapat kompresan instan untuk
menurunkan panas. Badannya terasa lumayan segar meski belum makan
sama sekali. Namun dia baru menyadari itu berasal dari selang infus yang
mengalir ke tangan sebelah kirinya.
Bagus terbangun karena menyadari pergerakan seseorang diatas ranjang.
"Eh jangan bangun dulu!" Ucap Bagus dengan suaranya yang serak khas
orang baru bangun tidur. Dia langsung membenarkan selang impus yang
sedikit terlepas dari tangan pembantunya.
"Pak Bagus gak kerja?"
"Gimana saya mau kerja kalo dirumah ada orang sakit. Bisa
dipertanyakan title Dokter saya sama tuhan di akhirat nanti. kalo
membiarkan anak orang kesakitan seorang diri"
Viola tertegun dengan perkataan majikannya. Selain Bu Asrita yang
menolongnya. Ternyata anaknya juga sangat baik. Entah harus membalas
dengan apa Viola, sedangkan Viola sata ini tak mempunyai apapun.
"Pak Bagus Terimakasih"
Viola berkata dengan suara lemah. Dia mencoba tersenyum.
"Yasudah lain kali kalo kamu tidak bisa menggunakan peralatan rumah
saya ngomong! nanti saya ajarin."
Viola mengangguk. Lalu Bagus mengambil nampan yang berisikan bubur
dan air putih di nakas tempat tidur. Bubur ini khusus di masak oleh Bagus
untuk pembantunya. Seumur-umur baru kali ini dia memasak untuk seorang
pembantu. Biasanya dia yang di masakin eh ini dia yang justru memasak.
"Sekarang kamu makan dulu! mumpung belum terlalu dingin".
"Pak Bagus yang masak?"
"Nggak! ini saya beli di jalan. Masa saya masakin buat kamu" Bagus
berbohong.
Gengsinya gede banget kalo harus berkata dia yang memasak. Namun
Viola mengerti jika Bagus berbohong. Mana ada bubur hasil beli rasanya
hambar dan tidak enak. Tapi Viola menghargai masakan majikannya itu.
Hingga Bubur yang ia makan ludes di makan.
"Terimakasih Pak"
"Iya sama-sama. Cepet sembuh biar bisa kerja!" Ucap Bagus penuh
penekanan.
Bagus melenggang pergi membawa mangkuk dan gelas kosong ke dapur.
Sedangkan Viola dia melamunkan nasibnya sekarang. Buat apa dia kabur
jika orang yang ingin dinikahinya telah berselingkuh. Dia jadi merasa
bersalah kepada orang tuanya karena telah kabur dari rumah. Meski hatinya
masih merasa sakit telah di hianati.
Tapi jika Viola harus keluar sekarang. Mungkin dia tidak akan bisa
membalas kebaikan Pak Bagus dan Bu Asrita. Jadi dia memutuskan untuk
sementara tinggal disini sampai Bu Asrita datang.

**
Keesokan harinya. Dilihat dari keadaan pembantunya yang mulai
membaik Bagus dan Viola sepakat untuk belajar cara menggunakan
peralatan rumah tangga dirumah ini. Hingga Bagus ijin Cuti lagi hari ini
yang tentu saja memberikan alasn bohong pada Viola.
"Nah sekarang kamu sudah bisa menggunakan mesin cuci kan? sekarang
bagian dijemur! kamu tidak perlu mengeringkannya di mesin cuci, karena
Bunda dan saya tidak suka bajunya cepat rusak karena pengering. Kamu
mengerti?"
"Iya pak"
"Yasudah Bawa embernya keluar!"
Perintah Bagus yang langsung berjalan ke atas balkon alias tempat untuk
menjemur pakaian dilantai dua. Sedangkan Viola sedang bersusah payah
mengangkat cucian basah menaiki tangga tanpa di bantu Bagus. Sungguh
jahat majikannya ini.
Sesampainya di Balkon. Viola terkagum-kagum melihat komplek
perumahan dari atas ketinggian yang lumayan lebih tinggi dari beberapa
rumah disebelahnya. Karena Rumah Bagus lumayan dekat dengan taman
kota hingga taman indah itu lumayan terlihat dari balkon rumah Bagus.
"Pak kapan-kapan kita main ya kesana!"
Viola menunjuk-nunjuk taman kota tersebut yang tampak lumayan ramai.
"Kamu tuh ya, kerjaan rumah belum selesai sudah pengen pergi main!"
Omel Bagus yang sedang membenarkan pagar untuk tempat berjemur.
Viola langsung cemberut mendengar omelan Bagus.
"Iya pak iya. Bawel"
Viola berucap sangat pelan namun masih bisa didengar Bagus.
"Yasudah cepat Jemur!"
Viola mengambil satu celana dalam Bagus yang berwarna merah muda
pemberian Bundanya itu untuk hendak dijemur namun dia berhenti sejenak.
Membayangkan Majikannya sedang memakai celana dalam yang ia
genggam. Mukanya menahan tawa. Bagus yang melihatnya buru-buru
mengambil celana dalamnya.
"bayangin apa kamu?"
"Hahahahha..." tawa Vioa pecah.
Bagus menahan malunya. "cepet jemur! malah ketawa-ketawa"
"Hahaha Pak Bagus lucu banget sih, celana dalam aja sampe warna pink.
saya aja kalo beli daleman warnanya jarang warang pink. Hahaha"
Bagus melotot mendengar ucapan pembantunya. Seketika pikirannya
dipenuhi pikiran kotor pembantunya yang hanya memakai celana dalam.
Membuat sesuatu di bawah sana jadi mengeras.
Oh shit. Bagus benar-benar Turn on melihat pembantunya itu tertawa di
depannya sambil memegangi perut. Ditambah tinggi badan Bagus yang
jauh di atas Viola membuat belahan dada Viola sedikit terekspos oleh
matanya.
"hahaha Saya kira Pak Bagus itu orangnya Jantan. Eh ternyata
dalemannya wa__"
Kalimat Viola terputus karena saat ini Majikannya tengah menciumnya
secara tiba-tiba.
***
Bersambung
Maaf jika novel aku gaje banget.
Bagi penulis seperti aku yang gak jelas ini, tapi kalo kalian Vote atau
Komen aku sangat-sangat berterimakasih. 😊
(Follow ig: cucurofiah)
Username : cucu rofi'ah adelia afifah
7

***
Bagus membungkam perkataan Viola dengan bibirnya. Dirinya sendiri
tidak menyangka jika akan mencium pembantunya sendiri. Semuanya
muncul begitu saja. Tubuhnya seakan tidak singkron dengan pikirannya.
Antara gengsi dan ingin terus lanjut melumat.
Mata Viola melotot. Dia tak menyangka jika insiden celana dalam pink
mampu membuat majikannya terangsang. Karena sesuatu yang keras
tampak menempel diperut ratanya. Dia tak sanggup jika harus
membayangkan sesuatu di bawah sana.
Ciuman Bagus tampak sangat liar meski tak dibalas oleh lawan mainnya.
Dia melepaskan tautan bibirnya perlahan. Menatap pembantunya dengan
tatapan dia juga tidak mengerti.
Keduanya saling menatap dengan mulut yang terengah.
"anggap saja ini balasan saya karena kamu mencium saya tanpa ijin
tempo hari" Bagus berucap didepan bibir Viola yang masih sedikit terbuka.
"Tunggu!" Sergah Viola.
Bagus kembali menatap manik mata wanita didepannya. Tampaknya
Viola juga merasakan hal yang sama. pikiran dan tubuhnya tidak singkron.
Viola menarik leher Bagus untuk kembali berciuman. Bagus tidak
menyangka jika pembantunya akan membalas ciumannya.
Meski ini bukan kali pertama Bagus berciuman, tapi untuk sekarang ini
Bagus merasa seperti benar-benar melakukannya untuk pertama kali.
Melihatnya yang belum menikah di umur sekarang, ditambah
kejombloannya yang bisa terhitung cukup lama membuatnya seakan terlena
oleh ciuman pembantunya sekarang.
Namun tunggu dulu! kenapa wanita didepannya sangat Pro? Bibir wanita
itu meliuk-liuk dan menghisap bibir bawahnya. Membuat dia tak ingin
kalah hingga keduanya saling mencium dengan ganas.
Tengnong
Terdengar suara pintu dibawah berbunyi. Keduanya terhenti. Mata
mereka saling menatap bertanya Siapa gerangan yang bertamu sepagi ini.
Mereka melepaskan tautan masing-masing. Lalu buru-buru Bagus berlari
untuk membukakan pintu. Karena setahunya Bunda Asrita akan cukup lama
di Bali. Tetapi siapa ini?
"Pak Dokter"
Ucap seorang perempuan cantik memakai jas dokter didepan pintu
rumahnya.
"Anya?"
"Pagi Pak Dok. Kata Rian Pak Bagus sakit, jadi saya kesini buat
jengukin. sekalian bawa makanan buat pak Bagus, barang kali belum
makan."
Melihat kedatangan Anya kerumahnya sudah membuktikan jika wanita
itu memang menyukainya. Tapi kembali lagi pada Bagus, dia hanya
mengagumi kecantikan wanita itu. hatinya masih terasa hambar sampai
sekarang meski dia sudah dekat dengan Anya dari pertama dia bekerja
dirumah sakit.
"Makasih Anya sudah repot-repot bawain saya makanan"
"Sama-sama pak." Anya menyelipkan rambut ke belakang telinganya,
sambil malu-malu kucing. "Oh iya pak, saya gak di ajak masuk nih?"
Belum juga Bagus menyuruh Anya masuk kedalam rumah, terdengar
teriakan dari lantai atas.
"PAK BAGUS INI KO BESI JEMURANNYA SUSAH BERDIRI YA"
itu Suara Pembantunya di atas, tempat menjemur. Sampai menggelegar
terdengar ke bawah.
Bagus melotot kaget. Bagaimana kalo Anya tahu Bagus dia tinggal
dengan seorang perempuan di rumah ini. Yah meski pembantu, tapi Marni
itu cantik, pasti timbul kecurigaan dibenak Anya.
"Pak suara siapa itu?" Tanya Anya.
"Oh itu paling suara pembantu tetangga saya, sampe terdengar ke sini."
Namun tak berapa lama suara menggelegar Viola terdengar lagi. "PAK
BAGUS KO LAMA BANGET INI SAYA MAU JEMUR."
Anya mengerutkan dahinya, dia tidak salah dengar. Wanita yang tadi
berteriak memang memanggil nama 'Pak Bagus'.
"Tapi saya dengernya dia neriakin nama Bapak." Tanya lagi Anya.
Bagus kelimpungan sendiri menjelaskannya. Itu Si Marni kenapa sampe
teriak-teriak sih. Padahalkan dia bisa memanggil Bagus langsung ke bawah.
Namun...
BUSET SI MARNI BENERAN MAU TURUN KE BAWAH.
Buru-buru saja Anya diseret bagus keluar. Kalo sampe Anya melihat
Marni. Mungkin wanita itu bakalan berpikir macam-macam.
"Dia pembantu baru saya, kamu bakalan gak tahan denger teriakannya.
Orangnya bawel banget, kita ngobrolnya jangan di rumah saya yah!"
Bagus segera menutup pintunya, takut Anya dan pembantunya bertemu.
Namun Anya hanya mengangguk saat Bagus membawa Anya keluar.
***
Bagus membawa Anya ketaman kota. Tamanpun tampak tak terlalu
ramai, karena cuaca belum terlalu panas alias masih pagi. Hanya beberapa
orang yang sedang Joging yang terlihat.
Anya melepaskan seragam putihnya lalu duduk di bangku taman bersama
Bagus.
"Ko Pak Bagus bawa saya ke taman? katanya pak Bagus lagi sakit?"
"Kamu gak suka saya bawa ketaman?"
"Eh nggak ko. Saya suka. Apalagi kalo perginya sama Bapak." Anya
berujar tampak bahagia.
"Yasudah kalo kamu suka. Gak ada masalah kan?"
Anya mengangguk. "Oh iya pak, saya bawa bubur ayam. Silahkan di
makan!"
"Nanti saja saya masih belum lapar. Lagian yang sakit bukan saya. Rian
pasti bohong ngasih info ke kamu"
"Oh Ya? terus siapa yang sakit?"
Lagi! dia ko bisa keceplosan. Kenapa dirinya tidak berbohong saja
mengikuti alur asistennya.
"Eh maksud saya... Saya sekarang udah lumayan sembuh ko. Jadi kamu
jangan terlalu khawatir!"
"Saya turut perihatin pak Bagus. Yasudah kalo bapak mau makannya
nanti, tinggal dipanasin aja. Sebentar lagi jam masuk, Saya mau segera
kembali ke rumah sakit pak."
Anya pamit untuk kembali bekerja yang memang tempatnya tidak jauh
dari taman kota tersebut. Sedangkan Bagus kembali kerumahnya sambil
membawa rantang berisikan bubur yang di buat oleh Anya.
***
prank...
Suara piring pecah terdengar nyaring keseluruh penjuru rumah. Bagus
yang asik dengan televisinya mau tidak mau harus bangkit berdiri untuk
melihat keadaan didapur.
Pembantunya sedang menuangkan masakan kedalam piring, namun naas
piringnya malah terjatuh.
Untung saja masakan yang ia masak tak ikut terjatuh juga. jika sampai
terjatuh mungkin Bagus harus membawanya lagi untuk pergi makan.
Padahal Viola sedari tadi belajar masak mati-matian dari tab yang bagus
kasih dengan melihat Channel youtube.
"Kamu tidak apa-apa?"
"gapapa Pak, cuma maaf piringnya pecah".
"Yasudah lain kali hati-hati"
Bagus berbalik hendak pergi. karena dari semenjak insiden ciuman tadi
pagi, Bagus terus-terusan menghindari pembantunya__mungkin dia malu
karena sudah nyosor Viola duluan.
"Pak Bagus ko hindarin saya sih?"
Bagus kembali berbalik menghadap pembantunya itu yang sedang
memungut pecahan piring.
"Saya gak hindarin kamu ko. Kamunya aja kali yang __"
"Aww..." Viola terjerit karena pecahan piring menggores jari telunjuknya.
Bagus buru-buru saja ikutan jongkok "eh jangan di emut"
"Terus darah saya nanti jatuh ke lantai kalo gak saya emut"
"Sini!"
Bagus meraih tangan Viola lalu menyusutnya memakai tisyu yang ada di
meja makan. Keduanya beranjak meninggalkan dapur.
Bagus mengambil kotak P3K yang ada di laci Bupet sedangkan Viola
menunggu Bagus untuk mengobatinya di ruang TV.
"Sini tangan kamu!"
Viola memberikan tangan kananya untuk di obati.
"ssst awww"
"Tahan sedikit! nanti juga gak akan perih!"
"nah udah selesai" ucap lagi Bagus.
Apa gunanya title dokter kalo orang dirumahnya saja tak bisa ia obati.
Untuk kesekian kalinya dia bangga terhadap dirinya sendiri.
"Saya mau mengundurkan diri pak" Ucap Viola tiba-tiba.
"Kenapa?" Bagus mendongak kaget.
Viola terdiam. Berpikir alasan apa yang harus ia lontarkan.
"Apa karena tadi pagi saya cium kamu?" Tanya Bagus hati-hati.
Viola buru-buru menggeleng. "Nggak pak. Saya suka ko ciuman bapak"
Bagus bersorak dalam hati. Siapa yang akan menolak dengan cara
berciumannya. apalagi lawan mainnya sudah sangat Pro banget kaya Viola,
kalo gak ada yang ganggu mungkin udah berlanjut ke atas ranjang. Yah
mungkin. Apa Bagus terusin saja ciuman yang tadi. Tapi ini bukanlah
waktunya untuk berciuman. Masalahnya kenapa pembantunya minta resign.
"Saya ke Jakarta itu buat kawin lari sama mantan pacar saya. Tapi gara-
gara kemarin putus, buat apa saya disini? lagian saya disini gak bisa apa-
apa"
"Yasudah kalo kamu mau..."
"Bukan sekarang pak!" potong Viola.
Lah katanya mau resign?
"Terus maunya kamu kapan?"
"Kalo Bapak mengijinkan, saya pengen disini sampai bu Asrita pulang".
"Tapi Bunda saya disana pasti lama. Aplagi dia tahu saya dirumah ada
temannya, lagian Bunda saya disana tidak hanya mengurus Bisnis. Dia asli
orang Bali, sedangkan almarhum papa saya orang Jakarta. Pasti Oma gak
akan bolehin Bunda saya pulang kalo masalah saya disini sendiri."
"Tidak apa-apa saya disini lama. Terimakasih pak Bagus sudah
menampung saya disini, dan terimakasih sudah mau mengajarkan saya
semuanya."
Ko Bagus merasa tidak ingin ditinggalkan oleh pembantunya sih.
Buru-buru dia menggeleng dia menyadarkan dirinya, bahwa ini hanya
bentuk kasihan.
"Yasudah. ngomong-ngomong Katanya kamu sudah masak? saya minta
cicip dong masakan kamu"
"Masih didapur Pak. Yasudah saya mau bawa kesini. Tapi piringnya..."
"Kamu lupain aja piringnya. Masih banyak ko di lemari, kalo kamu mau
pecahin piring selosin juga saya masih mampu beli"
Viola tertawa mendengar Majikannya berkata seperti itu. Keduanya juga
malah tertawa bersama.
"Yasudah pak saya ambil dulu"
"Silahkan"
Setelah acara icip mencicip ternyata Bagus menyadari jika masakan
pembantunya enak juga kalo di ajari. Bahkan Bagus yang terkadang
memasak rasa masakannya tak akan seenak ini. berbeda dengan
pembantunya. sekali masak rasanya enak banget. Kalo kayak gini mungkin
Bagus tak akan makan lagi diluar. Apalagi yang masakin cewek cantik.
"Gimana pak rasanya?"
"Kamu gak lihat masakan kamu abis?"
"Hehehe"
"Besok kamu masakin saya lagi ya! saya mau bawa kerumah sakit, biar
uang makannya bisa saya tabung"
Bagus Berbohong, dia hanya beralasan ingin memakan masakan
pembantunya itu. Soal tabungan, jangan ditanya! meski dompetnya tipis
tapi dalam kartu ATM-nya itu uangnya sudah sangat dia perhitungan,
terlebih bagi Bagus yang notabene belum berumah tangga ditambah
Bundanya yang juga memiliki Bisnis Butik di Jakarta, membuat uang dia
terkadang jarang terpakai. Apalagi jika bukan ditabung.
"Siap pak"
"Ok kalo gitu, saya tunggu masakan kamu besok pagi. Oh iya sudah
malam, kamu tidur gih biar nanti pagi gak telat bangun."
"Ok Siap Pak Boss" Viola tersenyum. yang langsung dibalas Senyuman
juga oleh Bagus.
Bersambung...
Jangan lupa Vote + Komen!! Karena komen itu Gratis...
8

***
1 Bulan kemudian...
"Iya Bu saya gak akan lama ko"
"Saya sudah suruh Bagus buat beliin kamu handphone. Jadi kamu gak
perlu lagi telpon saya lewat telpon rumah yah Mar!"
"Trimakasih Bu."
"Jadi kamu mau pulang kampung hari ini?"
"Iya hari ini Bu. Saya sudah di kasih uang buat pulang sama pak Bagus"
"Yaudah hati-hati di jalan ya Mar. Jaga diri baik-baik. Makasih udah
jagain anak saya"
"Iya sama-sama Bu. Saya juga terimakasih."
"Yasudah telponnya mau saya tutup"
Sambungan telpon rumah ditutup. Lalu terdengar langkah kaki seseorang
mendekati Viola.
"Mar ini hape dari Bunda Saya. Kalo kamu ada apa-apa bisa telpon
saya!"
"Makasih pak" jawab Viola sambil cengengesan.
Bagus tampak berkeringat. Dilihat dari tampilannya dia baru habis
pulang Joging pagi ini.
"Oh iya kamu mau pulang kampung berapa hari?"
"Kayaknya satu mingguan."
"Ko lama banget?" Bagus mendelik protes.
"Terus saya dikasih ijinnya berapa hari?"
"3 hari!"
"Sebentar banget dong Pak. Saya juga kan kangen keluarga."
"yasudah lima hari"
"Yasudah deh iya lima hari" pasrah Viola.
Tak ada lagi Balasan dari Viola dia sudah meninggalkan Bagus yang
hendak menyantap makanannya di Dapur. Semenjak insiden piring pecah,
masakan Pembantunya itu bagaikan candu bagi lidahnya. Dia setiap hari
menikmati makanan buatan pembantunya. Dari sarapan. Bekal makanan
yang selalu dibawanya kerumah sakit. sampai malampun dia hanya
memakan makanan buatan pembantunya.
Bagus pikir, meski awalnya Pembantunya itu tidak bisa apa-apa, tapi jika
diajarkan dengan benar maka dia akan menjadi ahli. Setiap pekerjaan
rumah, semuanya dilakukan pembantunya dengan benar. Entah kenapa,
meski pembantunya baru tinggal 1 bulan di rumahnya, dia merasa akan
ditinggalkan lama. melihat dari setiap hari semua pekerjaan dikerjakan oleh
pembantunya.
"Pak saya mau pamit pulang"
Sudah mau pulang? Gue kira bakalan pulang sore nanti. Terus nanti sore
gue makan apaan-Batin Bagus.
"Ko buru-buru banget?"
"Iya pak biar cepet nyampe"
"Oh iya, saya sudah save nomer
saya di hape kamu."
"Oh iya pak Bagus, Trimakasih"
Bagus menatap punggung pembantunya yang mulai hilang dibalik pintu.
Ko dia merasa sedang ditinggalkan oleh istrinya ya.
Bagus buru-buru menggeleng. Pembantunya cuma pulang kampung lima
hari, lagian dia sudah terbiasa sendiri kalo Bundanya ke Bali. Mungkin
ketika rumah kosong, sepertinya Bagus bisa leluasa bawa orang luar
kerumah. Seperti perempuan contonya. Eh Asstagfirllah Bagus!
**
Viola datang kerumahnya yang sudah 1 bulan ini ia tinggalkan.
Rumahnya masih tampak sama. Besar dan Mewah. Ketika Viola
memandang rumahnya dari balik pagar, dia seakan teringat Mommy-nya
yang tidak pernah menggunakan jasa pembantu untuk mengurusi rumah.
Bisa dibayangkan secape apa Mommy-nya setiap hari.
Viola mendekati pagar rumahnya, dia melihat seseorang yang sedang
menyiram tanaman-itu Mbak Tiara, Istrinya Mas Marcel.
"Neng Vio?" Teriak seorang laki-laki paruh Baya di Pos Satpam
rumahnya.
"Mang Ucup?" Jawab Viola.
Mendengar teriakan satpam Rumah, Tiara yang sedang menyiram
tanaman ikutan menengok kearah pagar. Tiara melihat Viola yang berdiri
sambil menjinjing tas yang lumayan besar. Meski dia kabur tak membawa
apa-apa, tapi jika Majikannya melihat dia tak membawa apapun itu justru
akan membuat kecurigaan di benak Bagus.
"Vio" Teriak juga Tiara.
Viola yang diteriaki tersenyum melihat betapa bahagianya orang yang
melihatnya. Dia kira semuanya akan acuh ketika dirinya kabur. Karena ini
adalah insiden kabur paling lama, sebelumnya Viola hanya akan memakan
waktu satu atau dua hari saja untuk tidak pulang.
"Vio kamu kenapa baru pulang?" Tanya Tiara.
"Iya neng, Nyonya sampe pusing nyariin non kemana-mana." Kini Mang
Ucup yang bertanya.
"Ayo cepat masuk-masuk!!" Titah Tiara.
Tiara membuka gerbang pagar. lalu di giringnya Viola untuk masuk
kedalam rumah.
Mommy-nya kaget melihat putri satu-satunya telah kembali. Sampai
acara ngepel lantainya ia hentikan.
"Viooo.." Teriak Adelia.
"Mommy"
Keduanya berpelukan seperti teletubis. Dipeluknya erat Mommy
kesayangannya itu.
"Kamu kemana aja sayang?" Adelia tak bisa menahan isak tangisnya.
Airmatanya pecah membanjiri pipinya yang mulai keriput.
"Maafin Vio gak ngabarin Mommy selama ini. Vio udah durhaka sama
Mommy. Laki-laki yang Vio sayang udah ninggalin Vio"
Adelia maupun Viola keduanya menangis diruang tamu. Mang ucup dan
Tiara yang melihatnya juga ikutan bersedih.
Setelah insiden tangis-menangis akhirnya Viola menceritakan kejadian
dimana Alex dan Dini berselingkuh. Namun dia tidak bisa menceritakan
dimana dia tinggal selama ini. Tentu juga dia tidak bisa menceritakan
tentang Majikannya Bagus.
**
"Pak Bagus gak akan makan siang? waktu istirahat hampir mau habis loh
pak"
Rian melihat atasannya yang masih berkutat dengan laptopnya. Bagus
sedang mengecek data-data perkembangan penyakit pada pasiennya. Tentu
saja Ucapan Rian tidak Bagus gubris.
Biasanya kalo siang-siang gini Bagus paling gerecep mengajak Rian
makan siang. Meski Bagus tak pernah makan lagi di kantin Rumah sakit
yang membuat Rian juga ikut-ikutan membawa bekal dari rumah. Namun
sekarang, Justru Bagus belum makan sampai jam istirahat akan berakhir.
"Tumben Pak Bagus gak bawa bekal? pembantunya gak masakin ya?"
Goda Rian.
"Sok tau kamu" jawab Bagus masih dengan mata fokus pada layar
Laptopnya.
"Lah terus kenapa Pak Bagus sekarang gak cepet makan?"
"Saya lagi gak nafsu makan"
"Tapi kalo pak Bagus memang suka makanan rumahan, saya juga bawa
bekal dari rumah kok. Kebetulan istri saya masak tadi pagi, kalo bapak
mau, saya rela ko jatah makan saya bapak abisin"
"Kamu tuh ya, saya kan udah bilang saya lagi gak nafsu makan!!" Suara
Bagus lumayan meninggi.
"Ko Pak Bagus nyolot? kalo gak mau makan masakan istri saya gapapa
saya juga bisa makan sendiri!"
Rian meninggalkan Bagus diruangannya. Pria itu tak biasanya marah
padanya. Namun ketika Rian hendak keluar ruangan Bagus, Anya datang
membawa bekal juga berisikan makanan. Kenapa jadi banyak orang yang
bawa bekal dari rumah?- batin Rian.
"Eh Siang Dokter Rian? Pak Bagus ada?"
"Siang juga. Ada di dalem. Tapi orangnya lagi gak nafsu makan. Kamu
jangan nawarin dia makanan entar kamu nasibnya sama kaya saya.
Dimarahin!"
"Serius pak?" Anya tampak Takut dengan perkataan Rian. Meski wajah
Bagus tampan, tapi dia tidak ingin melihat pria itu marah padanya.
"Kamu gak lihat saya juga bawa bekal dari rumah. Nih!" Rian
menunjukan kotak bekal makanan kehadapan Anya.
"Yasudah deh kalo gitu, saya takut juga kalo harus kena omel dokter
Bagus"
Anya beserta Rian meninggalkan ruangan Bagus dengan tampang takut.
Keduanya memilih untuk pergi makan ke kantin bersama.
Sedangkan Bagus diruangannya masih sedang berkutat dengan
Laptopnya. Namun dia bertanya-tanya pada dirinya, kenapa dia malah bad
mood sekali setelah pembantunya pergi.
Ketika Bagus menggulir-gulirkan layar di Handphone-nya sebuah
panggilan masuk dari sahabatnya. Marcel.
"Hallo Marcel?"
"Eh Gus, gue mau minta maaf buat tiga minggu yang lalu. soal acara
makan kita yang sempat tertunda."
"Oh Santai aja Cel! Kenapa emangnya?"
"Gue kan udah bilang adik Gue si Vio kabur dari rumah-"
"Lah iya sekarang gimana tuh anak udah ketemu" potong Bagus.
"Tadi kata Mommy sih udah pulang. Tapi gak tau juga, gue masih di
kantor. Pas Mommy ngingetin buat rayain kepulangan dia, gue jadi inget lo
Gus. Mau gak entar malem lo Makan malem bareng keluarga gue?"
"Boleh. Kebetulan pembantu gue juga lagi pulang kampung. lumayan
kan makan gratis? hehehe" Bagus tertawa di ruangannya.
"Hahaha Boleh Gus, makan aja sepuasnya lagian kan Yang masak si
Mommy bukan Gue" Anak Laknat emang si Marcel.
"Oh iya Cel Makan malemnya jam brapa?"
"Abis Isyaan Gus, Biasanya keluarga gue makan di jam segitu. Entar
kalo udah nyampe depan rumah lo telpon gue aja!"
"Ok siap bro"
Bersambung
Makasih buat kalian yang udah Vote apalagi yang udah baca.
Maafkan novelku yang banyak salah ini.
Boraheee
9

***
"Kamu belajar dari mana bisa masak seenak ini?"
"Vio belajar dari Youtube Mom."
"Youtube? sejak kapan kamu tertarik liat Channel masak? biasanya juga
maraton Drakor"
Adelia berkata sambil mengunyah makanan yang tadi Viola masak.
"Terus tingkah kamu sekarang aneh banget. Datang-datang udah bantuin
Mommy beres-beres rumah. sebenarnya kamu selama ini pergi dari rumah
kemana?"
"Emang Mommy gak suka anaknya berubah jadi baik?"
"Ya suka banget lah. Tapi aneh aja gitu, dari orok sampe udah gede,
kamu mana mau bantuin Mommy? lah sekarang cuma pergi sebulan tau-tau
kamu udah pinter masak ke gini"
Viola beserta Mommy-nya sedang mem-Plating meja makan. kata Mas
Marcel dia bakal bawa temannya kerumah. Viola jadi penasaran, siapa
teman masnya itu? tidak biasanya Masnya bawa teman kerumah, apalagi
bilangnya pengen ngenalin temannya sama Viola.
"Oh iya Mom, Mas Marcel katanya mau bawa teman kerumah malam
ini?"
"Iya Vi, dia itu teman SMP nya mas kamu. Kamu bakalan gak tau,
soalnya pas temannya suka main ke sini, kamu tuh masih orok."
"Oh ya? Siapa sih Vio jadi penasaran."
"Namanya Bagus, dia itu Dokter dirumah sakit yang tempat perusahaan
papah kamu Donasi. Pokonya orangnya super ganteng, kamu pasti suka."
Namanya Bagus? Dokter? ko bisa kebetulan? akhir-akhir ini banyak
banget ya nama Bagus. Dokter lagi.
"Emang teman Mas Marcel belum nikah sampe mau dikenalin ke Viola
segala"
"Nah itu, Mommy juga gak tau kenapa dia belum nikah. Padahal
orangnya ganteng. malah, kelewat ganteng menurut Mommy. Sudah
Mapan, orangnya sopan, masih tunggu apa lagi coba? kalo kamu udah
cukup dewasa mungkin Mommy pengen nawarin kamu ke Dia. Sayang
kamu masih kuliah"
"Tapi kan tahun depan juga Vio Wisuda Mom. padahal banyak tuh temen
Vio yang kuliah tapi udah nikah"
"Awalnya Mommy itu khawatir kalo kamu udah nikah tapi belum bisa
ngapa-ngapain. Tapi liat kamu sekarang jadi pinter kayak gini, mungkin
bisa dipertimbangkan"
"Serius Mom?"
"Pertanyaannya emang kamu punya Calonnya? kalo mau sama si Alex
lagi, Mommy gak ngijinin. Anak Madesu kayak dia nanti kamu mau di
kasih makan apa? Inget ya Vi, meski kamu terlahir dari keluarga kaya, tapi
kalo udah nikah itu udah sepenuhnya tanggung jawab suami. Mommy sama
Daddy angkat tangan soal nafkah kamu."
"Iya kalo cari suami itu harus cari yang sopan dan juga mapan . bener
kan Mom? Baru bisa dijadikan calon suami"
tuh kan jadi kangen Majikan. Pak Bagus Vio kangen.
"Nah itu kamu tahu. Jadi perempuan itu realistis aja. Karena biasanya
perceraian terbanyak kasusnya dari faktor ekonomi"
"Lagi pada gosipin apa nih cewek-cewek?" tiba-tiba Dhani datang
memotong pembicaraan.
"Daddy?" Teriak Viola kaget saat melihat Daddy-nya.
"Kamu gak kangen Sama Daddy?"
"Kangen Banget Dad" Ucap Viola sambil memeluk Daddy-nya.
Adelia tersenyum melihat keluarganya rukun seperti ini. apalagi melihat
Viola sudah datang kerumah dengan perubahannya yang drastis semakin
membuatnya sangat sayang pada anak perempuannya.
"Lah-lah ko Istri Marcel gak di ajakin Gosip sih?" Marcel datang masih
dengan jas kantornya.
"Eh iya mbak Tiara sini! Emang gak kangen sama Vio"
"Tuh ko malah Tiara yang ditanya. Emang sama mas gak kangen?"
"Nggak. Mas-kan seneng kalo liat Vio gak ada. biar bisa makan ayam
goreng jatah Vio kan?"
"Nah itu tau"
"Ih... Jahat banget"
Semuanya tertawa melihat pertengkaran Viola dan Marcel. Rumah itu
kembali ramai. Sebelumnya ketika Viola kabur dari rumah, semuanya tak
ada yang bercanda. Bahkan liat makanan aja Adelia jadi tidak nafsu.
Tengnong..
Suara bel pintu berbunyi. Marcel sudah menebak jika itu Sahabatnya
yang sudah datang, padahal belum juga isya tapi anak itu sudah datang.
Tertebak sekali jika dia kelaparan. Marcel yang membayangkannya malah
ingin tertawa.
"Eh Vio!" Panggil Marcel, karena melihat Viola hendak membuka
pintunya, "udah Mas aja yang buka." Lanjutnya lagi.
"Yaudah Vio mau kedapur dulu kalo gitu. mau ambil ayam goreng" ucap
Viola yang langsung pergi ke dapur.
Marcel melangkah mendekati pintu rumah, dan benar saja orang yang
bertamu kerumahnya itu Bagus.
"Waaah belum juga isya elo udah dateng aja kerumah gue." Ucap Marcel
sambil terkekeh.
"Gak boleh dateng jam segini nih gue?"
"Ya boleh dong, dateng dari pagi juga boleh. kalo lo mau" canda Marcel.
"Hahaha" bagus tertawa renyah.
"Yaudah masuk-masuk! mumpung udah ngumpul, untung lo datengnya
cepet. Kalo lo telat dateng mungkin masakannya udah ludes gue makan"
Keduanya memasuki rumah besar keluara Maldhani Siregar. Ini untuk
pertama kalinya lagi dia masuk kerumah ini, setelah bertahun-tahun
lamanya. Rumahnya tak ada yang berubah. Meski Luas dan megah tapi
semuanya masih sederhana dan tak mencolok. Seperti karakter
penghuninya, meski keluarga konglomerat, keluarga Siregar masih
mempertahankan adat istiadat dan tatakrama di dalam keluarganya.
Viola yang membawa nampan ayam goreng tiba-tiba kaget melihat
Majikannya berada di ruang makan. Ko bisa? teman masnya itu Pak Bagus?
"Vi ko lama banget bawa ayam gorengnya?" Tanya Adelia yang sudah
masuk kedapur.
Viola hanya terdiam. Masih melihat Bagus yang sedang tertawa bersama
Mas dan Daddynya.
"Kamu kenapa? ko kayak kesambet?"
"Awww... " Viola menjerit pelan.
"kepala kamu kenapa?"
"kepala Viola pusing Mom, Viola gak bisa makan sekarang. Viola mau
masuk kamar aja ya. pusing banget kayanya kecapean deh" ucap Viola yang
tentu berbohong.
"Ko tiba-tiba?"
"Iya Mom. bilangin aja sama mas marcel maaf gak bisa nemuin
temennya. Awww..." Viola kembali menjerit sambil memegangi kepalanya
pura-pura kesakitan.
"Yaudah. kamu cepet istirahat terus minum obat"
"Yaudah Mom, Viola ke atas dulu ya"
Lalu Viola hendak pergi ke kamar memakai kunci belskanh.
"Eh ko jalan tangga belakang?"
"Gakpapa Mom Biar deket" Bohong Viola. Padahal itu hanya alasan agar
tak berpapasan dengan Bagus.
Adelia menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat anak perempuannya.
Setelah itu dia kembali ke ruang makan.
"Ko Mommy yang bawa Ayam Gorengnya? Si Vio kemana?"
"Katanya dia pusing jadi sekarang masuk kamar?"
"Lah ko tiba-tiba?"
"Gak tau tuh aneh banget. Padahal tadi gak kenapa-napa"
"Oh iya Gus Lo kan dokter. Bisa periksa si Viola gak? takut kenapa-napa
tuh anak"
"Boleh. Tapi setau gue aja ya, lo kan tau gue dokter bedah"
"Iya"
"Yaudah ayo nak Bagus, kamarnya ada di lantai atas"
Bagus dan Adelia berjalan menuju kamar Viola. Sementara Viola yang di
kamar buru-buru mengunci pintu takut tiba-tiba disuruh keluar.
"Ko bisa Pak Bagus ada dirumah gue? aduh bisa ketahuan nih. gue harus
cari cara. Ih gue malah jadi pusing beneran kalo kayak gini."
Tok tok tok tok
"Vio kamu di dalam? Mommy bawa Dokter Bagus nih buat periksa
kamu. Barang kali kamu kenapa-napa"
Buset ko jadi malah kesini?
"Vio gak kenapa-napa Mom. ini cuma pusing biasa" Teriak Viola di
dalam Kamar.
Bagus mengerutkan dahinya. Ko suara adiknya Marcel seperti suara
Marni pembantunya.
Apa jangan-jangan???
Bersambung...
Cuma mau bilang makasih yang udah mau baca cerita gaje ini. Jujur
dipikiran gue cerita ini udah kaya Drakor, tapi pas dituangin kedalam
tulisan kenapa kayak susah banget. Mungkin karena gue keseringan baca
Status Branda bukan Baca Novel hahahaha...
Yaudah Wasallam..
ig: @cucurofiah
wattpad cadangan barang kali akun ini gak bisa dibuka CucuRofiah4
10

Aku kasih Fisual-nya pak Bagus.


Nama : Tubagus Cahya Utama
Umur : 33 tahun
Profesi : Dokter bedah
Tinggi badan : 186 cm
Hobby : Joging
Sifat : Narsis gak ketulungan
Istri : Belum punya 😫
Saking terlalu Perfect, nyari istri gak ada yang cocok, akhirnya malah
dapet pembantu 😌
***
Apa jangan-jangan?
Bagus menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin Marni pembantunya
anak dari Konglomerat kaya. Beberapa kali dia meyakinkan dirinya, bahwa
ini hanya kebetulan.
"Tan Gapapa ko kalo Viola gak saya periksa. Mungkin dia kecapean, di
istirahatin aja juga besok pasti mendingan"
"Beneran nih Gus?"
"Iya tan"
"Yaudah deh kalo Dokter sudah bersabda, Tante sebagai manusia biasa
hanya bisa nurut"
"Hahaha tante Bisa aja"
Adelia kembali mengetuk pintu kamar Viola, "Vi kamu istirahat aja ya,
kalo ada apa-apa panggil aja Mommy!"
"Iya Mom" Teriak Viola dalam kamar.
Setelah Adelia juga Bagus turun kebawah Buru-buru Viola menempelkan
telinganya pada pintu kamar. takut-takut Majikannya masih ada diluar
kamar. Setelah dirasa Bagus sudah turun, Viola menghembuskan nafasnya
lega. untung aja gak ketahuan.
Dia merogoh Hape pemberian Bagus di saku celananya, lalu menelpon
Majikannya itu. Dia memastikan agar Bagus tidak curiga.
Bagus baru turun dari lantai atas lalu ikut duduk dimeja makan bersama
keluarga Marcel.
"Gimana Gus si Vio?" Tanya Marcel.
"Anaknya gak mau keluar." dijawab Mommynya. Bagus hanya
tersenyum.
"Kenapa tuh anak aneh banget. Oh iya Gus Sorry ya gue gak sempet
kenalin elo ke Vio nanti kapan-kapan lo main lagi aja kesini. Anggap aja
rumah sendiri"
Dhani yang masih memandang makanannya malah kesal. Sedari tadi
semua orang yang ada di meja makan tidak juga menyantap makannya.
Perutnya sangat lapar.
"Ini makannya kapan? Daddy udah laper nih"
Semuanya tertawa mendengar kepala keluarga mengeluh ingin segera
memakan makanan yang ada di meja.
"Iya Gus cepet makan. Nih cobain sup ayam buatan anak tante kamu
pasti suka!" Adeli menuangkan sup kedalam mangkuk Bagus.
"Makasih Tan"
Bagus mencoba sesuap sendok sup yang katanya buatan anaknya tante
Adel. Dia seperti kenal rasanya.
Macam sup buatan Marni?
Kenapa akhir-akhir ini dia selalu ingat marni sih. serindu itu ya dia
dengan masakan pembantunya. oh ini benar-benar candu bagi Bagus.
"Gimana Gus supnya enak?"
Bagus tersenyum, "Iya tan enak"
"Gimana Cel supnya?"
"Emmm iya Mom tumben enak, lah Ko Daddy ambil semua ayamnya?"
Marah Marcel saat melihat Dhani mengambil semua ayam goreng yang ada
di atas meja.
"Katanya sup ayam enak. Ya Daddy ngambil ayam goreng dong. Kan
biar impas"
"Tapi kan Marcel juga mau Dad"
"Diam! Marcel. Daddy. Kenapa kalian selalu rebutan ayam goreng sih?
kenapa gak sekalian aja ternak ayam biar Mommy gak cape-cape beli
ayamnya" Semuanya terdiam. ketika Kanjeng Mommy sudah ngamuk.
Bagus menahan senyumnya melihat pertengkaran keluarga ini.
Menurutnya keluarga Marcel adalah keluarga terkocak yang pernah ia
temui. Meski keluarga konglomerat dan terpandang, tapi mereka masih
rukun dan selalu makan bersama-sama. Bahkan Bagus juga dengar, jika
keluarga ini jarang sekali makan diluar karena untuk menghargai masakan
tante Adelia. Tidak seperti keluarga kebanyakan yang selalu membeli
makanan di Reusturant mewah agar ter Cap orang kaya.
Ponsel Bagus bergetar di dalam saku celananya. Dia melihat nama Marni
yang tertulis di layar ponsel. Kenapa dirinya merasa senang pembantunya
menelpon.
"Om Tante, ada yang telpon. Saya angkat telpon dulu ya"
"Iya Gus silahkan, santai aja." jawab Marcel sambil mengunyah
makanannya.
Bagus keluar dari rumah Marcel dia buru-buru mengangkat telpon
pembantunya.
"Hallo Marni?"
"Hallo Pak Bagus"
"Kenapa?"
"Gakpapa. Saya cuma lagi nyobain hape pemberian nyonya" bohong
Viola.
Viola keluar dari kamarnya. Dia berdiri di Balkon Kamar, namun betapa
kagetnya dia melihat Bagus yang mengangkat telpon didepan pintu rumah
yang ternyata masih bisa dilihat oleh Viola. Viola melihat punggung Bagus
yang tegap. Rasanya ia ingin sekali menemui langsung laki-laki itu.
"Oh. Gimana kamu bisa pake hapenya? Gampang kan?"
"Emm sedikit-sedikit. Masih perlu belajar pak"
"Saya kangen masakan kamu" celetuk Bagus tiba-tiba.
Deg.
Jantung Viola berdegup mendengar Bagus berkata seperti itu. Dia
memegangi dadanya yang mulai deg-degan.
Saya justru malah kangen sama pak Bagus. Kapan Bapak juga kangenin
orangnya?
"Hallo? Marni ko diam?"
Viola segera menyadarkan dirinya,
"Eh.. iya pak?"
"Kamu denger ucapan saya tadi?"
"Denger pak"
"Kalo bisa kamu di kampung jangan lama-lama ya! saya kelaparan gak
ada kamu"
Pak Bagus Unch banget sih. Sekalian aja kita kawin biar selamanya Vio
masakin buat pak Bagus.
"Bapak maunya saya ke Rumah Bapak kapan?"
"Besok!"
"Yaudah Saya besok ke rumah bapak"
"Eh serius?" Padahal Bagus hanya Bercanda.
"Katanya Bapak pengen saya berangkat besok"
"Saya bercanda Mar. Kalo kamu masih kangen Kampung halaman.
Gakpapa, kamu kesini kapanpun kamu mau".
"Nggak Pak. Saya juga udah bosen di rumah. mendingan juga di rumah
Bapak. Enak ada temennya"
Bagus tersenyum mendengarnya, dan itu dilihat Viola karena Bagus
membalikan Badannya. Bagus menyadari seseorang yang berdiri di Balkon
kamar dengan ekor matanya, Viola yang menyadarinya buru-buru masuk
kedalam kamar.
Fyuuuh hampir aja ketahuan.
"Siapa? adiknya Marcel Kah?" Batin Bagus.
"Pak udah dulu ya, saya dipanggilin ibu" Bohong Viola.
"Iya Mar. Kamu baik-baik ya disana! salamin saya ke ibu Kamu"
"Iya Pak nanti saya salamin."
"Yaudah saya tutup telponnya ya!"
"Tunggu!"
"Kenapa Mar?"
"Selamat malam pak, met bobo"
Bagus mengerutkan keningnya. Ini dia lagi telponan sama pembantu
kan? ko kaya telponan sama pacar?
"Iyah malam" Bagus mematikan Ponselnya dengan alis tertaut.
Viola meloncat kegirangan di dalam kamarnya. Hatinya deg-dengan
mengingat beberapa detik lalu mereka terlibat percakapan yang menurutnya
romantis.
"Pak Bagus Vio kangen. kapan ya kita bisa satu ranjang bersama"
Viola bergumam sambil menelungkupkan wajahnya di atas bantal.
Wajahnya memerah membayangkan dirinya tidur bersama majikannya.
Apa jangan-jangan Vio suka sama Pak bagus?
Dia memegangi dadanya yang masih berdegup kencang. dan dia
mengangguk membenarkan, jika ini memang rasa cinta. Dan kalian tau apa
yang akan dilakukan Viola ketika menginginkan sesuatu?
Gue harus dapetin Pak Bagus gimanapun caranya. Fix besok gue harus
pulang ke rumah pak Bagus. Gue gak mau sia-siain kesempatan ini.
**
Bagus sudah pulang dari kediaman rumah Marcel dengan mobil Portuner
hitamnaya. Viola memandangi kepergian Bagus dari balik jendela kamar.
Bye Bye Pak Bagusku sayang..
Dia segera keluar kamarnya lalu membantu Mommy dan Mbak Tiara
yang sedang membereskan piring kotor ke dapur.
"Mommy" Teriak Viola.
"Ko Udah turun? katanya kepala kamu pusing__" Ucap Mommy-nya
yang sedang mencuci piring.
"___Tia tolong beresin meja makan ya!"
"Iya Mom"
Viola mendekati Mommynya, sedangkan Tiara beranjak ke ruang makan.
"Mom!"
"Emm. Kenapa?"
"Gimana kalo Viola Nikah? terus nikahnya sama laki-lakinya seumuran
mas Marcel?"
"Ya gak papa. Berarti udah mateng"
"Terus si cowoknya Dokter"
Adelia menghentikan acara mencucinya, dia menatap Vioal lekat-lekat
"Kamu suka sama Bagus?"
"Nggak" jawab Viola buru-buru.
Ko Mommy Bisa tau?
"Oh iya ya, kamu aja belum sempet ketemu Bagus" Adelia kembali
mencuci piring.
"Ya itu Mommy tau. Viola cuma nanya. kalo Viola nikah sama orang
yang karakternya kaya temennya Mas Marcel gimana?"
"Ya Mommy setuju banget, kalo orangnya kaya Bagus. Tapi kalo Bagus
sendiri Mommy gak yakin suka sama perempuan kayak kamu"
"Ko Mommy ngomongnya kaya gitu?"
"Secara si Bagus itu selalu nolak sama perempuan yang cantik sekalipun.
Apalagi kamu, masih kekanak-kanakan kayak gini"
"Ih Mommy ko malah ngehina anaknya sendiri sih" Viola menghentakan
kakinya kesal.
Adelia menahan tawanya, "Makanya kamu dewasaan dikit"
"Viola tuh harus dewasa kayak apa lagi sih di mata Mommy?"
"Selesain dulu kuliah kamu baru mikirin nikah!"
"Tuh kan mulai ngomongin kuliah lagi, Viola aja lagi libur semester
pendek, jadi masih bebas dalam hal perkuliahan"
"Iya iya deh. Mommy mah terserah, cuma satu aja pesen mommy.
Selesain dulu kuliah kamu!"
"Iya Mommy duh bawel banget"
"Dasar! simpenin nih piring ke rak"
Viola nurut ketika Adelia menyuruhnya menyimpan piring. Biasanya
anak itu mana mau ngebantuin Mommy-nya. Palingan juga ngabisin makan
sama kayak masnya. Emang ya adik sama kakak gak beda jauh.
***
Mommy maafin Viola. Mommy sama yang lain jangan khawatir, viola
ditempat aman ko. Vio mau nyari jati diri Viola. Mommy do'ain semoga
Viola berhasil.
Viola.
Semoga suka ya novel yang gaje ini. Aku masih banyak perlu belajar,
beri vote apalagi komen itu ngaruh banget buat mood aku nulis
Trimakasih
Cucu Rofi'ah
11

Aku kasih Visual dari Marni alias Viola (Terserah kalian mau
bayanginnya siapa)
Nama: Viola Maldhani Siregar
Umur : 21 tahun sebentar lagi 22
Profesi : Mahasiswi yang baru menginjak semester 7
Hobby: Akhir-akhir ini masak
Cita-cita : jadi istri Bagus
***
"Maaf Anya, Rumahnya berantakan. pembantu saya lagi pulang
kampung"
"Gak papa Dok, santai aja"
Bagus mengambil sampah makanan ringan dan kaleng-kaleng soda yang
berantakan diruang tamu. Padahal dia orangnya suka kebersihan, namun
semenjak rumahnya diurus Marni, dia jadi malas untuk membersihkan
rumah.
"Kamu mau minum apa? biar saya ambilkan"
"Apa aja deh terserah pak dokter"
"Yaudah saya ambilin minum dulu ya"
Bagus dan Anya sepakat untuk membicarakan prihal acara ulang tahun
rumah sakit. Terlebih mereka dipercayai sebagai seksi acara, yang membuat
mereka mau tidak mau harus membicarakan ini bersama. Padahal dokter
yang ditugaskan sebagai seksi acara itu banyak, tapi Anya tetap ngotot
ingin membicarakannya berdua bersama Bagus. Dengan alasan Biar
tugasnya cepat selesai.
Awalnya mereka ingin berbicara dirumah sakit, namun berhubung rumah
Bagus kosong Anya jadi inisiatif ingin berbicara dirumah Bagus. Biar bisa
ngemodus juga mungkin.
"Makasih dok Minumannya"
"Kamu jangan panggil saya Dok atau Pak. Saya kan gak tua-tua amat."
"Terus saya harus panggil apa?" Anya merapatkan kedua pahanya. malu-
malu.
"Terserah" Bagus mengangkat kedua bahunya.
"Saya panggil Bapak Mas aja ya"
"Yah. itu lebih bagus."
Berjam-jam lamanya mereka membicarakan Prihal acara. hingga waktu
tak terasa sudah sore saja. Makanan yang tadi dibeli Bagus disupermarket-
pun sudah habis dimakan.
Anya menggeliatkan tangannya ke atas ketika tugas-tugas mereka sudah
selesai. Bagus yang masih belum menyelesaikan Datanya, masih
mengetikan sesuatu di Laptop.
"Belum selesai Mas?"
Bagus masih mengetikan sesuatu, dan saat itu juga tugasnya selesai. "Ok
sudah beres"
Bagus tersenyum bahagia ketika garapannya sudah selesai. Anya yang
melihat ikutan tersenyum. Sebenarnya Wanita itu masih ingin berlama-lama
dirumah Bagus. Namun Waktu sudah akan Magrib. Sebelum dirinya
pulang, dia ingin sekali menanyakan sesuatu pada laki-laki incarannya itu.
kenapa Bagus masih sendiri di umurnya yang sudah matang untuk menikah.
Anya ingat ketika Anya untuk pertama kalinya menginjakan kaki
dirumah sakit. Bagus masih bersama pacarnya. Namanya Sarah, dia sesama
Dokter bedah bersama Bagus. Namun Anya tidak tahu kenapa hubungan
mereka bisa kandas. Hingga suatu ketika Anya mendengar jika Dokter
Sarah tiba-tiba menikah dengan salah satu pengusaha kaya di Jakarta. Jika
awalnya Anya hanya sekedar mengagumi Bagus, namun ketika mendengar
berita tersebut, hal itu pula yang membuat perasaan Anya bisa tumbuh
menjadi cinta sampai sekarang.

"Mas?" panggilnya.
"Em? Kenapa Nya?"
"Maaf Saya mau tanya sesuatu sama Mas"
"Boleh. Tanya apa?" Bagus menatap Anya serius.
"Apa Mas Bagus sudah punya kekasih?" tanya Anya hati-hati.
Sedetik Bagus menatap lekat manik mata Anya yang menginginkan
sebuah jawaban. Lalu dijawabnya dengan menggeleng.
Anya sedikit tersenyum disudut bibirnya. Hatinya bersorak girang.
Ketika itu juga Anya pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mengutarakan
perasaannya selama ini.
"Apa mau, Mas Bagus jadi Pacar saya?"
Bagus terdiam sejenak. ini bukan pertama kalinya seorang wanita
mengajaknya menjalin hubungan yang serius. Namun entah kenapa hatinya
tak merasakan apapun. Hati Bagus masih kosong. Dia takut jika harus
merasakan sakit untuk kedua kalinya.
"Anya... Saya___" Bagus bangkit berdiri. dan disusul Anya yang ikutan
berdiri.
"Tidak apa-apa jika Mas Bagus belum menyukai saya. Saya akan
menunggu"
"Bukan itu masalahnya."
"Terus apa masalahnya mas?"
"Saya takut kamu menunggu saya lama. Kamu juga tahu kejadian lima
tahun yang lalu saat saya ditinggal menikah oleh mantan saya. itu yang
membuat saya terkadang tidak terlalu tertarik kepada perempuan."
Anya menghela nafas berat. "Tapi Mas Bagus masih menyukai Wanita?"
"Tentu. Saya masih normal. Tapi untuk suatu hubungan, rasanya saya
masih belum siap. Saya harap kamu mengerti!"
Namun tiba-tiba Anya dengan tanpa ijin mencium Bibir Bagus.
Bagus hanya terdiam tidak membalas. Dia membiarkan Anya untuk
melanjutkannya sendiri, karena dia juga ingin mengetahui kenapa dirinya
tak merasakan apapun. Berbeda ketika Bagus mencium Marni
pembantunya. Justru Bagus yang terus nyosor, meski kejadian di Balkon
adalah kejadian terakhir dia mencium pembantunya. (Liat Foto di sampul
bab 11 itu adegan Kiss Anya sama Bagus)
Srekk
Viola menjatuhkan kresek jinjingnya ke lantai, entah sejak kapan wanita
itu berdiri di ambang pintu. Namun untungnya wanita itu hanya melihat
adegan Anya yang mencium Bagus saja. Hingga ketika melihat, dengan
kagetnya dia menjatuhkan kresek berisikan sayur hingga menimbulkan
suara yang membuat Anya dan Bagus melepaskan tautannya.
Viola membisu melihat adegan didepannya. Hatinya sakit kembali untuk
keduakalinya. Matanya mungkin panas tapi tak membuat air matanya
terjatuh. Dia tersenyum untuk menyembunyikan sakit.
"Maaf Pak Saya ganggu"
Viola buru-buru melangkah kedalam dapur. Meninggalkan Bagus serta
Anya yang masih melihat kepergian wanita itu.
"Ekhmm" Bagus mencairkan suasana.
Anya malu bukan main. Bagaimana dia yang duluan nyosor? ditambah
Bagus yang tak membalas pula. Semakin membuat wajah gadis itu
memerah.
"Yasudah mas, lagian udah sore juga. Saya mau pulang aja kalo gitu".
"Iya Anya Boleh. Hati-hati dijalan"
Gadis itu buru-buru mengambil tas selempang kecilnya. Kemudian
berjalan cepat untuk pulang. Sedangkan Bagus malah tersenyum melihat
pembantunya menuruti perkataan dia kemarin. untuk segera pulang hari ini.
Bagus menyusul Viola kedalam dapur. Dia melihat pembantunya yang
sedang memasukan sayuran kedalam kulkas.
"Ko pulangnya cepet?" Bagus mendekati Viola.
Viola masih cemberut. dia masih tetap pokus memasukan daging
kedalam Freezer.
"Perlu Bantuan?"
Viola masih diam. Tak menanggapi pertanyaan Bagus. Bagus yang
diabaikan malah semakin ingin menggoda pembantunya.
"Kamu cemburu?"
Viola mau tidak mau menghadapkan wajahnya ke arah Bagus yang
berada di sebelahnya. Bagus menahan tawanya melihat Viola bersemu
merah. Dia semakin mendekatkan tubuhnya ke kulkas, mengapit Viola yang
juga berada di sana.
"Beneran kamu cemburu?" ulang Bagus.
"Nggak. Kata siapa?"
"Itu wajah kenapa merah?"
"I-ini... S-Saya lagi sakit. uhuk.. uhuk" Viola berbohong.
Bagus mengangguk, "Kalo sakit kenapa cepat pulang. padahal kan jatah
kamu lima hari"
"Pak Bagus kan yang nyuruh saya pulang hari ini"
"Tapi kan saya udah bilang bercanda"
"Tapi saya nanggepinnya serius"
Bagus kembali tersenyum. Pembantunya itu makin bisa bikin dia kembali
tertawa.
"Iya deh iya saya minta maaf"
"Gak di maafin"
"Lah ko gitu?"
"Ya gak-papa maunya kan emang gak ngemaafin"
"Pokonya kamu harus maafin saya. Kalo ngga saya potong gaji kamu"
Viola hendak tertawa, kalo Bagus tau bahkan tabungan Viola mungkin
lebih banyak dibanding dirinya.
"Ih jangan dong entar saya makan apaan?" candanya.
"Makan ati. Udah ah saya mau mandi. Kamu emang gak dingin depan
kulkas gitu"
Enggak kalo sambil pelukan sama bapak.
"Bapak sih ganggu saya."
Viola melanjutkan acara memasukan bahan masakan kedalam kulkas.
Sedangkan Bagus sudah pergi untuk Mandi kedalam kamarnya.
***
Mommy Maafin Viola.
Mommy sama yang lain jangan khawatir!
Viola ditempat aman ko. Viola mau nyari jati diri Viola .
Mommy Do'ain semoga Vio berhasil!.
Viola.
"Viooooo" Adelia menjerit melihat secarik kertas yang berada di nakas
tempat tidur anaknya. Sebelumnya Viola tadi siang cuma ijin untuk pergi ke
pasar. Namun sampai Magrib begini, anaknya belum kunjung pulang.
Hingga ketika Adelia pergi kekamar Viola, wanita itu menemukan sesuatu
yang membuat dirinya tercengang.
Mendengar Adelia menjerit di lantai atas Marcel dan juga Dhani
berlarian ke atas untuk melihat kenapa Mommy-nya berteriak.
"Mommy kenapa?" Tanya Marcel ketika sudah memasuki kamar Viola.
"Vio Cel. Vio kabur lagi"
Adelia menangis. Mengingat anaknya yang baru pulang namun sekarang
anaknya malah kembali pergi, membuat hatinya kembali merasakan sakit
dan rindu.
Marcel meraih kertas yang digenggam Mommy-nya. Dia mendekati
perempuan itu lalu memeluknya.
"Sudahlah Mom. Vio udah gede, dia bisa jaga diri sekarang. Mungkin
dengan kepergiannya, ini mungkin saat yang tepat untuknya bisa mandiri"
"Iya sayang betul kata Marcel" tambah Dhani.
"Betul. Betul. Daddy kan gak ngelahirin Vio, jadi Daddy gak tau rasanya
sakit ngelahirin. eh pas udah gede tiba-tiba anak yang kita lahirin kabur.
Emang ya Daddy tuh gak ngerti sakitnya jadi perempuan."
Dhani membulatkan matanya, dia memandang Marcel. meminta anak
sulungnya untuk menjelaskan, namun justru Marcel hanya mengangkat
bahunya tidak tahu.
"___udahlah laki-laki emang selalu salah. Pokonya malam ini Daddy gak
boleh masuk kamar!"
Ko dia jadi emosi?___Batin Dhani.
"Yah ko gitu sih. terus Daddy tidur dimana?"
"Tidur tuh di dapur"
Adelia melangkah pergi dari kamar sambil menghentak-hentakan
kakinya. Bukannya mencari anaknya, suaminya malah justru membiarkan
anaknya kabur.
"Gara-gara kamu sih" Dhani menyalahkan Marcel.
"ko nyalahin Marcel?"
"Ya kamu malah ngebiarin Viola pergi"
"Tapi tadi Daddy juga setuju kan?"
"Ya kan daddy cuma ngikutin kamu"
"Ya kenapa daddy juga ngikutin Marcel?"
"Udahlah pokonya salah kamu Marcel. Gara-gara kamu Daddy gak bisa
masuk kamar"
Dhani ikutan keluar dari kamar Viola untuk menyusul Adelia. Sedangkan
Marcel yang di kamar malah merenung. Apa yang salah? Viola kan bilang
dia baik-baik aja.
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Mencoba untuk memahami hati
Mommynya. Biar bagaimanapun orang tua akan selalu khawatir jika
anaknya pergi. Terlebih sekarang marcel sudah mempunyai istri. Dia jadi
harus paham dengan peran sebagai orang tua. Tapi ko tiba-tiba Marcel jadi
pengen cepat punya anak?
Dia melangkah pergi dari kamar Viola. "Tiara i'm Coming" teriaknya di
lantai dua yang masih bisa didengar oleh Tiara yang sedang menyiapkan
makan malam di meja makan.
***
Bagus sedang menikmati hidangan makan malamnya di meja makan. Dia
sunggu rindu dengan masakan Pembantunya, hingga dia benar-benar lahap
sekali memakan nasinya. Sedangkan Viola sedang mencuci wajan bekas dia
masak.
"Wanita yang tadi sore berciuman sama Bapak Siapa?" Viola membuka
suara.
"Anya"
Bagus menjawab sambil mengunyah makanannya. Dia tidak
menghiraukan perkataan pembantunya itu.
"Oh. Dia siapanya pak Bagus?"
"cuma temen sesama dokter di rumah sakit"
"Oh temen___" Viola menganggukan kepalanya.
"___berarti bapak masih jomblo?" lanjutnya.
"Yah bisa dibilang begiu"
"Berarti bapak belum punya calon buat menikah dong"
"Em" Jawab Bagus yang masih mengunyah.
"Bapak Mau gak nikah sama saya??"

Hayo diterima gak nih sama pak Bagus?


Trimakasih yang udah baca. Vote ya karena Vote itu gratis.
12

***
"Bapak mau gak nikah sama saya?"
Sebentar! Bagus terdiam, mencerna apa yang dia dengar. Bahkan
sekarang dia menghentikan acara makannya. Barang kali dia cuma salah
dengar dengan perkataan Pembantunya.
"Kamu bisa ulang gak perkataan kamu barusan? Saya takutnya salah
denger!"
Viola berdecak. Baru kali ini mengungkapkan perasaan pada seorang
lawan jenis. Untuk mensterilkan perasaannya, Viola menarik napas dalam-
dalam, lalu mengeluarkannya lewat mulut. Menghirupnya, lalu
mengeluarkannya lagi. Terus saja sampai Bagus kesal.
"Kamu kenapa ko napas kayak ikan kurang aer?"
"Bapak mau gak nikah sama saya?" Ulang lagi Viola dengan segenap
keberanian yang ada.
Jadi tadi Bagus benar-benar tidak salah dengar. Pembantunya memang
mengajak dia untuk menikah. Ini bukan pertama kalinya Bagus mendengar
seorang wanita yang menyatakan cinta padanya. Bahkan ibu-ibu komplek
perumahannya saja secara terang-terangan mengungkapkan perasaan
padanya.
Namun ini berbeda, gadis di depannya ini mengajak menikah. Bukan lagi
pacaran. Artinya, pembantunya ini mengajak dia untuk mengarungi bahtera
rumah tangga untuk waktu yang lama.
"Kamu serius dengan ucapan kamu?"
Viola mengangguk layaknya anak kecil. Sambil duduk menopang dagu
didepan Bagus.
"Ekhm" bagus berdehem untuk mensterilkan perasaannya. "Bukannya
saya gak mau nih Mar..."
"Berarti bapak mau dong?" Potong Viola.
"Saya belum selesai ngomong Marni! Dengerin saya dulu!" Marah
Bagus.
Viola hanya menahan senyumnya karena melihat Bagus yang melotot
kesal. Menurut dirinya, Bagus begitu tampan saat kesal. Rasanya Viola
ingin sekali mencubit pipi Bagus dengan gemas.
"Saya kan umurnya 33 tahun sedangkan kamu masih sangat muda.
Perjalanan hidup kamu masih panjang kedepannya, kamu masih bisa
memilih laki-laki yang lebih baik dari saya"
Viola langsung cemberut. Ternyata sekarang dia ditolak secara halus oleh
majikannya.
"Bapak nolak saya karena saya pembantu?"
"Bukan Marni! Bukan seperti itu!" Sergah Bagus takut Pembantunya
sedih.
"Tapi saya bisa bahagiain bapak ko. Saya janji, kalo saya menikah sama
bapak, bapak gak akan kekurangan makan. Apalagi kekurangan jatah di
kamar"
Bagus melotot. Ini Pembantunya benar-benar berujar seperti itu. Dia gak
salah denger kan.
"Pokoknya saya bakalan bikin bapak Jatuh cinta sama saya! Lihat aja
nanti, suatu hari nanti Bapak pasti balik ngejar-ngejar Saya" Ucap Viola
tegas sambil berlalu meninggalkannya.
Bagus terdiam. Apakah dirinya telah melukai Gadis itu. Meski Bagus
akui jika pembantunya memang sangat cantik dengan tubuh bagaikan gitar
sepanyol. Tapi apakah dia harus menerima gadis itu kalo hatinya tidak
merasakan apapun. Ditambah dia itu seorang dokter, masa menikahi
pembantu. Turun dong Pamor Bagus sebagai seorang Dokter bedah di mata
perempuan.

***
Sambil bersenandung ria, Bagus menyisir rambut sambil melihat
pantulan dirinya dari arah cermin. Ok sip dah ganteng. Pagi-pagi begini dia
hendak melakukan rutinitas Jogingnya. setelah dirasa sudah siap dia keluar
dari kamarnya. Namun ketika membuka pintu, betapa kagetnya dia melihat
pembantunya berdiri dihadapan kamar.
"Pagi pak Bagus?"
Ucap Viola sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Bagus
memandang penampilan pembantunya itu dengan tatapan bertanya. kenapa
pembantunya juga memakai pakaian olahraga kumplit dengan sneakers
putih seperti dirinya.
"Pagi. Kamu mau kemana?"
"Mau nemenin bapak Joging"
"kalo kamu Joging, yang masakin saya sarapan siapa?"
"Ya saya lah pak masa tetangga. Udah saya masakin ko."
Bagus tampak kurang suka pembantunya ikut Joging. Biar bagaimanapun
dia itu majikan, tidak ada sejarahnya pembantu jalan sama majikan kecuali
dalam novel atau drama. Dia memutar otak. Mencari cara agar
pembantunya tidak ikut Joging bersamanya.
"Kamu udah nyuci pakaian?"
"Udah pak dari semalem malah"
Buset terniat banget.
Mata bagus melirik kanan dan kirinya. Barangkali dia menemukan
secercah cara untuk membuat pembantunya menyerah.
"Gimana kalo ng-pel?"
"Udah pak. Saya udah bangun dari subuh buat bisa Joging sama bapak.
Bahkan saya udah nyapu, ngelap kaca, nyiramin bunga Nyonya, malah saya
udah ngasih makan kucing tetangga biar gak keduluan sama pemiliknya"
YaAllah... saya harus bersyukur apa ngeluh sih punya pembantu macem
kaya gini. Kalo gini ceritanya, mendingan bagus hidup pada jaman batu
aja lah.
"Yaudah deh terserah. Kalo mau ikut ayok. Tapi jangan ngelakuin yang
aneh-aneh ya!"
Tukas Bagus sambil berkecak pinggang, namun yang sedang di beri tahu
malah nyengir kegirangan karena telah di ijinkan ikut.
"Ok siap Calon imam. Ops" Viola buru-buru membungkam mulutnya.
"iya siap pak Bagus hehe"
Keduanya mulai keluar dari rumah mewah kediaman Bagus untuk
menuju taman kota. karena setiap pagi, Bagus selalu Joging ketempat ini.
Selama perjalanan Bagus tak henti-hentinya kesal dengan Pembantunya.
Bisa dibayangkan, setiap dia menemukan sampah pasti di pungut lalu
membuangnya ketempat sampah.
Memang benar, itu adalah salah satu sikap menjaga lingkungan. Tapi ini
JAKARTA! kalian semua udah tau Images Sampah dengan Jakarta seperti
apa. Viola yang sekarang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, tiba-
tiba naluri kepembantuan-nya tergerak
"Kamu masih mau mungutin sampah?"
"Iya pak. Bapak gak liat disini banyak banget sampah. Saya gak nyangka
ya ternyata Bapak itu tidak mencintai alam dan lingkungan."
"Sembarangan kamu. Saya itu Dokter, dimana-mana Dokter itu pasti gak
jauh-jauh sama Images Bersih ya."
"Ya terus kenapa pas saya mungutin sampah Bapak gak bantuin?"
Bagus mengacak rambutnya Frustasi bisa gila dia lama-lama.
Sebenarnya dia niat Joging apa bakti sosial sih?
"Marni yang cantik jelita. Ini itu taman Kota. Yang namanya sampah
pasti ada diana-mana, dan Pemerintah juga udah punya petugas kebersihan
yang ngebersihin"
Bagus berbicara sambil menahan emosinya. Dia menunjuk ibu-ibu yang
baru datang membawa sejumlah alat kebersihan di tangannya.
"Tuh kamu gak liat ibu itu. Dia itu petugas Kebersihan, jadi kamu gak
perlu repot lagi harus mungutin sampah"
"Tapi setidaknya kita harus meringankan beban ibu itu."
"Kalo mau meringankan. Kamu cukup gak buang sampah sembarangan
aja, itu udah Cukup"
"Mas Bagus" Teriak Seorang wanita.
Bagus beserta Viola menoleh. Dia Anya. Yang juga sedang Joging. Viola
tampak tidak suka dengan kedatangan Anya.
Anya berlari menghampiri. "Lagi pada ngapain nih?"
Bagus yang menyadari kedatangan Anya buru-buru saja mengajak wanita
itu melanjutkan Jogingnya. Bisa gila dia lama-lama.
"Kebetulan nih ada kamu. Ayo Anya kita terusin Jogingnya!". Bagus
menarik lengan Anya untuk segera berlari.
"Lah ko aku jadi di tinggalin?" teriak Viola.
***
Beberapa kali Viola mengumpat dalam hatinya. Tangannya mengepal
geram. Bagaimana dia kalah talak terhadap wanita yang bernama Anya.
Yang katanya Dokter Anak itu. Padahalkan Viola yang lebih dulu jalan
bersama Bagus. Tapi kenapa wanita itu yang sekarang malah nempel-
nempel ke Majikannya. Emang ya, kalo suka sama cowok cakep itu susah.
Susah karena banyak yang ngecengin.
Apakah Viola masih ada harapan buat mendapatkan hatinya pak Bagus?
Dia merengutkan mukanya sedih. Bagus yang menyadari Eksfresi
pembantunya itu menatap dengan heran.
mikirin apa sih ni anak? dari tadi diem pas Anya datang. Apa jangan-
jangan cemburu? hahaha iya syukur deh biar mundur alon-alon.
Bagus tersenyum ketika membayangkan Pembantunya menyerah dengan
perasaannya. Anya yang melihat, mengerutkan dahinya.
"Kenapa Mas ko Senyum?"
"gakpapa. Oh iya Ngomong-ngomong Kamu hari ini pergi ke rumah sakit
sama siapa?"
"Sendiri. Mau bareng?"
"Boleh"
Viola yang mendengar itu semakin geram. Pak Bagus-nya itu bisa banget
bikin hati Viola sakit. Lihat saja nanti, kalo Viola nekat, pasti pak Bagusnya
betekuk lutut di kakinya.
Dia berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya. Ini Pak Bagus sama
Dokter Ganjen -Anya- jalannya udah kaya siput aja. Gak tau ya kalo hati
Vio lagi kesakitan. liat calon imam sama cewek lain.
"Nanti aku kerumah Mas Bagus aja. Biar gak terlalu jauh"
ini ko cewek kesannya jadi ganjen bet sih. Viola memutar bola matanya
kesal dengan perkataan Anya.
"Gak perlu. Saya aja yang kerumah kamu. Biar agak lamaan di jalannya.
Rumah saya kan gak terlalu jauh sama rumah sakit."
"Serius mas Bagus mau jemput kerumah saya?"
"Iya dong. Apasih yang nggak buat kamu" Ucap Bagus yang malah
melirik wajah Viola. Wanita itu masih dengan tampang cemberutnya.
Anya yang mendengar itu bersorak kegirangan di dalam hati. Apa ini
artinya Mas Bagus menerima dia di dalam hatinya? membayangkannya saja
sudah membuat wanita itu bersemu merah. Apalagi di ajak menikah. Sudah
pingsan mungkin.
***
Aku cuma mau bilang terimakasih kalo cerita ini sampe ada yang
baca.
Vote bakalan bikin mood aku nulis jadi meningkat. Jadi Please Vote!
Thank u semuanya.
13

***
Viola menghentak-hentakan jalannya. beberapa kali mulut manisnya
mengeluarkan kata-kata umpatan. Namun orang yang sedang dia kesali
justru malah tidak peka. Bayangkan saja, disepanjang perjalanan Anya
terus-terusan nempel sama Pak Bagus. Eh pas mau pergi pulang, ibu-ibu
komplek juga ikutan ngegodain Pak Bagus. dan yang anehnya mereka di
respon sama senyum mautnya. Nah apakabar Viola, dia mah malah kena
omel terus. Emang ya kalo suka sama cowok ganteng itu harus banyak
ngelus dada. Siapin hati biar gak stres.
"Marni kamu gak akan bantuin saya?"
Bagus menjinjing beberapa kantung kresek berisikan sayur untuk
persediaan bahan makanan, yang di belinya di grobak tukang sayur
langganan. Namun boro-boro pembantunya bawain, yang ada malah Bagus
yang harus bawa. Sebenarnya yang jadi pembantu itu Bagus apa Viola?
"Pak Bagus kan ototnya gede. Sayang kalo nganggur, dikit-dikit bantuin
pembantu. itung-itung amal buat di akherat nanti".
Ini bukan tentang amal-amalan tapi pembantu, dia yang gaji. Kalo kayak
gini mendingan Bagus gak punya pembantu sekalian. Sekalian capenya.
Namun Viola masih dengan wajah kesalnya memasuki gerbang rumah.
Yasudahlah itung-itung olahraga tambahan pikir Bagus. Daripada harus
berdebat sama orang yang lagi patah hati. Gak akan bener.
Bagus memasukan sayurannya kedalam kulkas. Viola pergi kekamar
mandi untuk mencuci muka. Namun ketika keluar, Gadis itu masih stay
dengan wajah kesalnya. Udah macam istri yang lagi ngambek sama suami.
Bagus yang melihatnya, tidak tahan untuk tidak tertawa. Hingga tawanya
pecah. Namun orang yang diketawain malah melotot tidak suka.
Dasar Om-om bangkotan. Orang lagi kesel diketawain.
"Masih mau ngambek nih ceritanya?"
"Kagak dengeeer.." Viola pura-pura tidak mendengar dengan membawa
masakan yang hendak dia hangatkan.
Bagus mendekati Viola yang pura-pura asik sendiri. Tidak bisa
dipungkiri, wajah kesal pembantunya itu sangat imut ketika ngambek. Dan
itu justru malah membuat Bagus ingin sekali menggodanya.
"Kamu ngambek karena apa sih?"
Abaikan aja Viola.
"Oh saya tahu. Kamu cemburu kan gara-gara Anya deket-deket saya
terus"
Abaikan aja sampe mampus.
"Apa kamu ngambek karena tadi ibu-ibu komplek godain saya?"
Bodo amat.
"Kamu tuh cantik kalo lagi ngambek!" bisiknya ditelinga Viola.
Viola bersemu merah. Ini tidak bisa di abaikan. Yang tadinya masih
bersikap Abai akhirnya Viola menoleh kesamping kirinya. Membuat
wajahnya dan Bagus sangat dekat.
Bagus tersenyum manis kearah Viola. Viola masih mematung
ditempatnya berdiri. melihat wajah mereka yang saling berdekatan,
membuat jantungnya kembali berdegup kencang. Bahkan nafas majikannya
itu bisa dirasakannya di area sekitar mulut.
"Maafin saya kalo udah buat kamu terluka"
Ucapan Bagus semakin membuat matanya berkaca-kaca. Bukan karena
cemburu, melainkan karena dia sedang terharu. Meski perasaannya tak
terbalas tapi dia merasa di hargai. Mungkin ini akan ia jadikan alasan untuk
tetap bertahan mencintainya.
"Kamu jangan nangis! kalo kamu nangis, saya jadi merasa bersalah
sudah membuat anak orang terluka. Udahan ya ngambeknya!"
Bagus tersenyum sambil menatap lekat ke mata Viola. Dan secara tiba-
tiba Viola mencium bibir Bagus tanpa permisi.
Bagus melotot ketika Bibir keduanya beradu. Dia kalah Star,
pembantunya sudah dua kali mencuri bibir indahnya. Meski hanya
menempel, dan tak ada gerakan sedikitpun. entah kenapa tubuhnya seakan
tidak bisa berkompromi terhadap otaknya. Balas atau tidak? Ayolah bagus,
masak lo nyium pembantu.
Namun sudah Bagus Jeskan, dia juga aneh terhadap dirinya. Dia bisa
balas mencium Marni pembantunya dibanding dengan wanita lain. Hingga
ketika Viola hendak melepaskan tautan bibirnya, Bagus Justru menarik
kembali tengkuk pembantunya itu. hingga kedua bibir itu kembali bertemu.
Viola yang sadar akan balasan ciuman oleh majikannya itu kembali
menutup matanya. Menikmati sensasi yang menggelitik disekujur tubuhnya.
Hingga tanpa sadar tangan Viola menjambak lembut rambut laki-laki itu.
Namun ketika Bagus mulai menghisap bibir bawah Viola, perempuan itu
tidak tahan untuk tidak mendesah. emmm itu yang keluar dari balik bibirnya
yang masih menyatu.
Bagus yang mendengar desahan Viola tersenyum dibalik ciumannya. Dia
tak henti-hentinya menghisap dan sedikit menggit bibir wanita itu. Hingga
Viola sedikit meringis, yang membuat lidah Bagus menyusup kedalam
rongga mulutnya. Menjelajah setiap deretan gigi putih wanita itu. Keduanya
juga saling merapatkan jarak hingga dada Viola sangat terasa oleh tulang
rusuknya. Dadanya menekan hingga degup jantung wanita itu terasa
bergemuruh ditubuhnya.
Meski dalam hati Viola nyebut beberapa kali. Tapi tak bisa ia pungkiri, ia
tidak bisa menolak ketika Majikannya beralih menciumi rahangnya. Hingga
bibir itu turun menyapu lehernya. Tempat dimana titik sensitifnya berada.
Hingga beberapa erangan sukses keluar dari mulut indahnya.
Bagus sudah kehilangan kendali. Tubuh bagian bawahnya menegang.
Bibirnya terus menjelajah dengan lihai, menghisap dan sedikit menggigit
membuat leher wanita itu menimbulkan bekas kemerahan disana.
Tanggannya juga tak bisa berdiam diri, dia menggelitik punggung wanita
itu. Yang entah sejak kapan tangan itu sudah memasuki Kaos olahraga
Viola.
Nafas Viola tersendat. Rasanya dia akan gila dengan kelihaian cara
berciuman majikannya. Hingga entah kenapa Majikannya itu mengangkat
tubuhnya keatas kabinet bawah dapur. dan Dia kembali mencium bibirnya
tanpa membiarkan dia bernafas.
Bagus kembali mencium pembantunya tanpa henti. Mengajak lidahnya
untuk kembali berperang dan menimbulkan beberapa decitan yang keluar
dari bibir mereka berdua. Juga tangan Bagus sudah sejak kapan menyusup
kebalik bra Viola hingga dirasakan tangan hangatnya menyentuh dada
sebelah kirinya.
Tubuh Viola menegang ketika tangan itu mengusap dan sedikit
mengeratkan genggaman didadanya. Dia kembali mendesah dibalik
ciumannya. Namun sesuatu menusuk kehidung mereka bedua, hingga
keduanya sadar Bau itu berasal dari masakan yang gosong di atas wajan.
Mata mereka saling bertatapan dengan masih bibir yang menempel dan
tangan yang masih menggenggam dada. Keduanya sadar! Sadar sepenuhnya
sekarang.
"Maaf" Ucap mereka berbarengan. Dan itu yang membuat mereka saling
melepaskan diri masing-masing.
Viola lupa. jika tadi dia hendak memanaskan makanan untuk majikannya
sarapan. Namun gara-gara insiden pergulatannya dengan Bagus, makanan
itu justru gosong.
"Yah gimana makanannya gosong pak" Viola segera mematikan kompor
didepannya.
Bagus memandang pembantunya. Rambut pembantunya yang sudah
acak-acakan. Kaos yang menyingkap keatas perut. serta beberapa kissmark
menempel di leher pembantunya. Namun Viola tidak menyadari
keadaannya sekarang. Dia masih si sibuk memindahkan makanan
gosongnya dari wajan.
Bagus menganga tak percaya. Apakah keadaan pembantunya itu benar-
benar perbuatannya. Atau ini hanyalah sebuah mimpi. Hingga dia
menampar pipi sebelahnya, namun dia tak merasakan sakit.
"Ahaha ini hanya mimpi" Bagus tersenyum puas. "Iya ini benar-benar
mimpi. Masa Saya ngelakuin ini kepembantu Saya sendiri."
Viola yang sadar akan racauan Majikannya itu menoleh sambil
mengerutkan keningnya. "Bapak kenapa?"
"Ini Mimpikan Mar?"
"Bapak kenapa? ko kayak orang linglung?"
"Ini mimpi kan Mar? saya tadi nampar pipi tapi gak sakit"
Namun tanpa ba-bi-bu Viola menampar Bagus hingga laki-laki itu
meringis kesakitan.
"Kamu apa-apaan sih? sakit tau" Semprotnya.
"Ya Bapak sih. Ini tuh nyata, tadi Bapak sama saya ciuman. Malah bapak
tadi nyosor terus__" Viola menyadari bajunya yang tersingkap serta Branya
yang terasa longgar melotot dengan keadaannya. "Aww Bapak Jahat
banget."
Viola langsung berlari kekamar mandi untuk segera membenarkan
Bajunya."Bapak Jahat Banget. Dada saya jadi gak suci lagi" Teriaknya di
dalam kamar mandi.
Bagus yang mendengarnya tak bisa berkata apapun. Dia mengacak
rambutnya Frustasi. Pagi-pagi udah nglecehin anak dibawah umur. Dasar
om-om mesum. Pikir Bagus dalam hati.
Aduh mana kipas mana kipas.
Hahahhaa...
Gue nulismya ampe kegerahan sendiri, bayanginnya dek-dekan. Soalnya
belum ngalamin.
Nanti kalo Aku udah nikah, janji deh nulisnya pasti lebih rinci.
Eh eh bercanda
14

Viola dan Mas Marcel 😍


"Mas Bagus kenapa sih dari tadi diam terus" Tanya Anya disebelah
Bagus.
Namun yang ditanya tak menjawab sama sekali. Pikirannya masih
melanglang buana pada kejadian 30 menit lalu. Saat dimana dirinya dan
pembantunya melakukan pergumulan yang membuat dirinya lupa diri.
"Pak Awas nabrak"
Mata Bagus melotot. Dia melihat segerombolan anak SD sedang
menyebrang. Hampir saja dia nabrak. Kalo sampe nabrak ini semua gara-
gara pembantunya. Karena pembantunya pula dia bisa tidak fokus seperti
ini.
"Mas Bagus lagi sakit ya? dari tadi nyetirnya gak fokus gitu"
"Em. sedikit Nya. Maaf ya, hampir aja kita celaka"
"Ga-papa Mas. Nanti kalo udah sampe rumah Sakit, jangan lupa minum
obat! masa Dokter Sakit"
Bagus hanya menanggapi perkataan Anya dengan senyuman. Matanya
kembali fokus pada jalan raya yang lumayan ramai. Melihat ini adalah hari
jum'at ditambah jam sudah menunjukan pukul 7 pagi membuat jalanan
semakin rame dengan para pekerja yang hendak mencari nafkah. ditambah
anak SD yang jam belajarnya sama dengan para pekerja yang terkadang
para pekerja yang mengemudikan kendaraannya harus exstra hati-hati.
Setelah keduanya sampai di parkiran kendaraan Khusus Dokter, Bagus
dan Anya segera turun dari mobil Fortuner hitam milik Bagus. Bagus
masih dengan diamnya. Dia melangkah masih dengan tatapan kosong,
bahkan ketika perawat laki-laki membawa troli dorongnya, Bagus sampai
menabrak perawat tersebut. hingga barang bawaan tersebut berceceran
dilantai.
"Maaf maaf Pak saya tidak sengaja." sesal Bagus.
Anya dan Bagus membantu perawat tersebut, sambil menyimpan
beberapa makanan yang terjatuh di atas troli untuk diletakannya kembali.
Mungkin untuk para Pasien. Bagus meringis menyesal atas perbuatannya.
Entah kenapa semua fokus Bagus buyar, pikirannya masih dirumah. Masih
bersama pembantunya itu. Bukan Bagus mulai mempunyai perasaan, tapi
Bagus juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa seperti ini.
"Tidak apa-apa Dok"
Perawat itu tersenyum memaklumi. Mungkin karena Bagus adalah salah
satu Dokter andalan di Rumah sakit ini, membuat semua para Dokter,
perawat, maupun pekerja lainnya untuk enggan mempunyai masalah
apapun pada Bagus. Perawat itu sudah kembali berjalan membawa troli
bawaannya. Sedangkan Bagus dan Anya sudah berpisah karena perbedaan
Bagian.
Bagus sudah memasuki ruangannya. Ini ruangan yang tidak bisa semua
orang lihat kecuali jika ada Dokter yang mencarinya. Tidak seperti diluar,
lumayan ramai oleh beberapa orang untuk menjenguk anggota keluarganya
yang Sakit.
"Pagi Pak Bagus" Sapa Rian yang juga baru datang.
Rian awalnya hanya mendongakan kepalanya pada ruangan atasannya
itu. Namun melihat Bagus yang masih tak mebalas sapaannya membuat
laki-laki itu penasaran, dengan diamnya Bagus.
"Pagi Pak"
Ucapan Rian Masih tak dijawab. padahal Bagus ada diruangannya. Dia
sedang duduk di singgasananya sambil mengerutkan keningnya tampak
seperti orang yang berpikir. Namun dia masih belum sadar juga dengan
kedatangan Rian. Sampai rian menggebrak meja baru Bagus sadar.
"Eh Yan. Baru datang?"
Rian menghela nafasnya. "Saya sudah dari tadi diruangan Bapak. Tapi
Bapak masih sibuk aja ngelamun. Hayo pak Bagus lagi ngelamunin apa
pagi-pagi?"
"Saya lagi gak ngelamunin apa-apa. Udah sana kamu ke ruangan kamu
sendiri, jangan ganggu saya!" Titah Bagus namun dia kembali melamun.
Rian berpikir sejenak. Ada apa dengan atasannya ini. Aneh sekali. Tidak
biasanya Bagus melamun pagi-pagi. Apalagi penampilan Bagus sekarang,
rambutnya acak-acakan dengan tatapan kosong. Seperti sedang memikirkan
sesuatu.
Rian mendekati Bagus di mejanya, sambil menela'ah wajah Bagus yang
kini sedang melamun.
"Kamu lagi ngapain sih liatin saya?"
"Saya sedang mencari sesuatu pak, ada apa gerangan dengan pak Bagus
hari ini" jawab Rian dengan tatapan penuh selidik layaknya Detektip
kesiangan.
Bagus hanya membiarkan Rian yang kini melihat ke arah wajahnya.
Namun Rian langsung menutup mulutnya rapat saat melihat sebuah bercak
merah di area leher atasannya.
"Pak Bagus lehernya ini kenapa? Ko kayak Kissmark?" Tanya Rian
sambil berteriak.
Bagus melotot. Apa bener ada Kissmark di lehernya. Bagus buru-buru
melihat kaca yang tergantung di ruangannya. Benar ini benar-benar
kissmark. Jadi kegiatan dia dengan pembantunya itu sampe bikin tanda
segala. Astaga naga apa yang harus Bagus katakan pada Rian.
"Ini bukan Kissmark Yan, ini..."
"ASSALAMUALAIKUM PAK BAGUS" teriak Viola yang tiba-tiba
datang ke ruangan Bagus sambil membawa rantang makanan.
"Eh ada siapa nih?" Tanya Rian dengan tatapan jelalatannya memandang
Viola dari atas sampai bawah.
"Hehehe Saya Marni pembantunya Pak Bagus" ucap Viola dengan sangat
riang."
"Kenalin saya Rian asistennya pak Bagus." Jawab Rian yang langsung
mengajak Viola berjabat tangan.
Namun saat berjabat tangan, mata Rian kembali memicing saat melihat
sebuah tanda kissmark di leher gadis itu. Kenapa Bagus dan Pembantunya
bisa sama-sama punya Kissmark hari ini.
Kissmark? Pembantu baru pak Bagus? Apa jangan-jangan....
Rian langsung membesarkan matanya sambil melihat Viola dan Bagus
bergantian.
"Kamu mikir apaan Rian!" Sentak Bagus.
"Jadi Pak Bagus sama Marni..."
Bagus hanya meringis ditempatnya berdiri. Seperti seseorang yang telah
ketahuan mencuri makanan. alias tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada
alasan lain baginya untuk menyangkal.
"Rian!" Panggil Bagus.
Rian menoleh dengan merapatkan kedua bibirnya. tanda baginya, jika ia
akan bungkam. Sedangkan Viola hanya memasang wajah tidak mengerti.
"tolong cek jadwal operasi hari ini!"
"Iya Siap pak" Jawab Rian buru-buru berlalu dari ruangan ini sambil
cengengesan.
Tinggalah mereka berdua disini. Keduanya saling menatap canggung.
"Maaf pak Saya jadi nyusulin ke rumah sakit. Tadi Bapak gak sarapan,
terus bekal juga gak dibawa. saya jadi khawatir. Biasanya kan bapak bawa
bekal."
Bagus menghela nafasnya berat. "Marni?" panggilnya.
"Iya pak" Viola melangkah mendekat.
"Lain kali rambut kamu digerai aja. Biar leher kamu gak kelihatan!"
Viola memegangi lehernya. Lalu meringis, "Hehehe lupa" Ucapnya yang
langsung mencopot tali rambutnya.
"Bawa apa kamu?" tanya bagus yang melihat Viola menenteng rantang
berisikan makanan.
"Kesukaan Bapak. Sayur lodeh sama tempe, dan tahu goreng. Saya
masaknya itu pake segenap rasa dan jiwa loh pak"
Tidak bisa Bagus pungkiri, semenjak Viola memasak, masakan gadis itu
sudah menjadi candu. Baginya masakan pembantunya itu tidak ada duanya,
meski masakan sederhana karena baru bisa memasak tapi rasa dan
kelejatannya tak ada yang bisa menandingi menurut Bagus.
"Trimakasih sudah mau nganterin"
"Udah gitu aja?"
Bagus menaikan satu alisnya. terus apalagi dong?
"Bapak gak mau ngasih bonus atau apa gitu? sama saya?" Ucapnya
sambil menampilkan tampang cemberut.
"Yaudah nanti saya kasih bonus di gaji kamu"
"ko gaji? saya gak mau uang pak"
"terus kamu maunya apa dong?"
"Saya maunya nikah sama Bapak" ucapnya malu-malu.
Kalo ini acara ajang uji nyali, Bagus nyerah ya tuhan. Bagus pengen
pamit undur diri, Bagus udah gak kuat.
"Nikah ndasmu. mendingan saya gak makan setaun dari pada nikah sama
kamu"
"ih pak Bagus ko jahat banget sama saya. Kualat loh pak Ngomong
kayak gitu. Entar orang kualat kena karma. Bapak mau kena Karma?"
"Mau lah. Karma kan enak dimakan"
"ih Bapak itu mah Kurma" Kesal Viola.
Meski Bagus rada kesal dengan pembantunya, tapi jika dia sedang
becandain pasti bawaannya pengen ketawa. Seperti sekarang ini, dia tidak
bisa menahan tawanya.
"Iya iya maaf. Yaudah sana pulang! Saya mau kerja."
"Tuh kan baru aja minta maaf. Tapi sekarang malah ngusir"
"Ya terus saya harus gimana? bentar lagi kan ada jadwal operasi. Emang
kamu mau nemenin saya Operasi?"
mau kalo itu bareng bapak.
"Yaudah deh saya pulang. Tapi jangan lupa, makanannya di makan"
"Iya iya entar saya makan".
***
Jeng-jeng-jeng-jeng bersambungnya kurang gereget banget ya? udah
ah aku update per part-nya gak akan banyak-banyak biar Slide-nya
juga banyak. Biar Viewrsnya nya juga banyak.
Hahahahaha aku ketawa karena aku suka yang banyak-banyak.
*abaikan
Ok Vote sama komen ya. Biar mood aku nulis jadi nambah. mau itu
nulis novel yang ini, mau novel yang belum aku Publish. yang intinya
aku mah cuma pengen interaksi aja sama kalian.
Udah ah Banyak banget cing-cong, bye bye pembacah 😘
15

Bonus GIF sama Foto Pak Bagus. Dokter Sepesialis bedah hati
wanita. awok awok 😂😂

***
Viola keluar dari ruangan Bagus dengan rambutnya yang sekarang
tergerai panjang. Rian yang sedari tadi bersembunyi dibalik tembok
menyadari kepergian pembantu atasannya itu. Dengan segera dia memasuki
ruangan Bagus dengan berbagai pertanyaan yang siap dia lontarkan pada
Bagus.
Bagus menaikan alisnya, "kenapa?" tanya-nya dengan tampang seperti
biasa. pura-pura tidak terjadi apapun.
Rian yang melihat, mendelik tajam kearah Bagus. Baru kali ini Bagus
mendapatkan tatapan seperti itu dari Rian.
"Pak Bagus jujur sama saya! Bapak Apain aja Pembantu bapak?"
Bagus tampak santai, sambil mebolak-balikan kertas Data pasien pribadi
milik dia, tak sedikitpun menanggapi serius pertanyaan Rian.
"Saya gak ngapa-ngapain si Marni. Ada juga saya habis ngapain sama si
Marni" Bagus berkata sambil menahan tawanya. tolong garis bawahi kata
saya habis ngapain sama si Marni.
"Pak Bagus saya sedang serius".
"Saya sedang Bercanda".
Rian Geram karena pertanyaan yang dia lontarkan malah dibalas dengan
Bercandaan oleh atasannya. Dia mengelus dada. Memberi tahu pada dirinya
sendiri, jika punya atasan seperti Pak Bagus memang harus banyak
bersabar.
"Iya deh, saya ganti pertanyaan. Bapak habis ngapain sama si Marni?"
Bagus tidak bisa menahan tawa kali ini. dan akhirnya ketawanya pecah
karena melihat Rian kesal. Malah sekarang dia benar-benar ketawa ngakak
melihat tampang kesal asistennya itu.
"Mau tau aja apa mau tau banget?" Bagus malah semakin Asyik
mengerjai Rian.
"Mau tau banget!"
"Tahu anget apa Tahu bulat?"
Rian melotot. Ternyata dia sedang dikerjai Bagus. Dasar! atasannya
emang rada gelo, Ngomong sama bagus emang ibarat ngomong sama orang
gila. alias kagak nyambung.
"Kalo bapak gak ada kejelasan sama saya. Saya mau resign, percuma
punya atasan bercandain saya terus"
Loh ko Rian Baper?
"Iya-iya deh saya cerita"
Tampak muka Rian berubah menjadi berbinar. Sudah seperti anak kecil
yang menunggu seorang guru yang hendak mendongeng. Dia mulai duduk
di kursi dekat meja kerja Bagus, sambil menopang muka dengan kedua
tangan.
"Jadi yang cium saya duluan itu Si Marni..."
Rian melotot kaget. Gila asik banget punya pembantu kaya si Marni.
Bisa memanjakan diri tiap hari kalo dia jadi pak Bagus. Eh ko Rian jadi
mikir jorok?
"Kamu jangan mikir jauh-jauh! saya gak sampe ketitik itu ngelakuinnya"
Tampak Bagus menyadari arah pikir Asistennya itu. Namun Rian malah
cengengesan karena telah ketahuan mikir Jorok.
"Lanjut nih?"
Rian mengangguk. Menajamkan kedua telinganya, lalu menatap lekat
pada Bagus.
"Saya gak tahan dong kalo ada cewek cantik yang ngasih begituan. Ya
Auto bales lah"
"Jadi Bapak ngebales ciumannya si Marni?
"Ya iyalah. Kalo gak ngebales, itu bekas cupang asalnya dari mana?"
Rian menutup mulutnya. Tiba-tiba suhu ruangan seakan menjadi panas
dan membuat dirinya kegerahan.
"Pak saya juga mau dong, Pembantu macam kaya si Marni"
"Huss itu Bini dirumah mau di apain?"
Trininininit
Suara dering Telepon Rumah sakit berbunyi nyaring diruangan Bagus.
Membuat kedua Dokter yang ada diruangan tersebut menghentikan obrolan
mereka.
Bagus segera mengangkat teleponnya."Hallo?"
"Hallo Dok, ini saya Rini. Sekarang sudah ditunggu para Dokter buat
operasi hari ini" Suara Rini sesama Dokter bedah bersuara disebrang sana.
"Iya Dok saya sama Dokter Rian segera keruang Operasi"
"Iya Dok. Kami tunggu!"
Bagus berdecak. Menatap Rian yang masih ingin mendengarkan cerita.
Namun sepertinya, Rian lupa tugasnya sebagai asisten Dokter itu apa.
Bahkan jadwal operasi hari ini harus diingatkan oleh Dokter bedah lain.
Membuat Bagus merasa sedikit malu pada Rini. Setelah sambungan
terputus Bagus bangkit berdiri.
"Mau kemana Pak? kan ceritanya belum dilanjutin?"
"Kamu lupa saya ada jadwal operasi jam sekarang?"
Rian meringis, "Astaga!! Saya lupa Pak"
Bagus menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimana bisa dia terjebak
curhat dipagi hari begini dengan Rian.
"Tapi nanti habis operasi Lanjutin lagi ya pak!"
Bagus melotot kesal kearah Rian. "Kamu tahu umur Marni berapa?"
Rian menggeleng. Lalu Bagus mendekati telinga Rian. "21 tahun"
Seketika Rian kembali membulatkan mulutnya. Gimana bisa umur 21
tahun perawakannya seindah itu. Dan juga wajahnya sudah bisa
dikategorikan sebagai wanita Dewasa dibanding wanita yang baru
menginjak dewasa. Pantas tubunya masih sangat ranum.
"Sudah! saya mau Operasi. Kamu cepet ambil baju bedah kamu" Ucap
Bagus sambil mengambil Baju biru Tosca. Lalu melangkah pergi dari
ruangannya disusul oleh Rian.
***
Viola keluar dari ruangan Majikannya. Entah kenapa setelah keluar,
beberapa pasang mata melihat kearahnya dengan tatapan membunuh. Viola
yang melihat bergidik ngeri kepada para perawat yang berdiri di depan meja
resepsionis.
"Eh tuh cewek siapanya Dokter Bagus?"
"Gak tau tuh, tadi sih nanyain ruangannya Dokter Bagus di mana."
"Gila ya, berani banget masuk ruangan pak Bagus. Gue aja belum pernah
masuk ruangan itu"
Salah satu perawat yang memakai kaca mata tiba-tiba menutup mulut.
Dia melotot sambil bergantian melihat kedua perawat disebelahnya. "Apa
jangan-jangan?"
"Jangan-jangan apa sih lo. Jangan ngadi-ngadi deh?" tampak keduanya
tidak santai dengan perawat yang pikirannya sudah melanglang buana.
"Jangan-jangan dia istri Pak Bagus. Tadi gue liat dia bawa-bawa rantang
makanan."
"masa sih?"
"Iya soalnya tiap hari tuh rantang selalu dibawa makan sama pak Bagus
di kantin"
"Yah... cem-ceman gue nikah. Gak semangat kerja dong gue"
"Iya sama". Ketiganya menampilkan wajah cemberut. Namun entah dari
mana, tiba-tiba Anya datang. Menyela pembicaraan mereka.
"Itu pembantunya Mas Bagus"
Sontak, ketiga perawat tersebut berbalik kearah belakang yang sudah
terdapat Anya dengan jas dokternya.
"Mas??" ketiganya menyebutkan bareng-bareng.
"Oops se-kentara itu ya?" Ucap Anya pura-pura lupa.
Mengingat jika semua dokter, perawat, maupun para petugas lainnya
suka memanggil Bagus dengan sebutan Pak atau Dok, justru Anya
memanggilnya dengan embel-embel Mas membuat ketiga perawat tersebut
membulatkan matanya.
Jadi dokter Anya sama Dokter Bagus?
"Udah ya! saya mau balik ke Bangsal. Kalian jangan gosip disini, nanti
kalo diliat sama perawat lain bisa dikira kalian gak kerja"
mendengar Dokter Anya sudah berkata begitu, semuanya pura-pura sibuk
dengan troli dan beberapa catatan yang mereka bawa. Namun tetap saja
harapan mereka jadi kandas. Mengingat jika Dokter Anya adalah salah satu
Dokter tercantik di Rumah Sakit ini membuat mereka serangan jantung
tiba-tiba.
Gila! hidup itu gak adil banget. Udah keduanya sama-sama Dokter,
ganteng sama cantik pula. Apa kabar gue yang hidupnya biasa-biasa aja.--
- Batin salah satu Perawat tersebut.
Anya balik ke Bangsalnya dengan wajah tersenyum puas. Meski
statusnya sekarang belum menjadi pacar Bagus. Tapi melihat sikap Bagus
yang lumayan perhatian dibanding dulu. membuatnya yakin, jika dia tidak
salah untuk memberi tahu orang lain. Jika dia adalah Pacarnya, toh pak
Bagus sendiri tidak terlalu up to date soal berita di Rumah Sakit ini. Jadi
dia bisa aman.
***
Viola sedang menata makanan di atas meja. Wajahnya tersenyum
Bahagia karena sebentar lagi Majikannya akan pulang dari Rumah Sakit.
Bahkan sekarang Viola seolah-olah sedang berperan sebagai istri yang
sedang menunggu kedatangan suaminya. Sampe meja Makan aja di plating
segala dengan lilin-lilin yang sengaja ia taruh di atas meja. Biar kesannya
lebih romantis.
Membayangkannya saja sudah membuat Viola cengengesan sendiri. Dia
berjanji pada dirinya, jika suatu hari nanti dia benar-benar akan menjadi
Nyonya Bagus. Dia akan melayani Bagus dengan segenap jiwa dan
raganya. dan Gak akan ada tuh, dimana suami main ketempat makan cewek
lain. Viola bisa pastikan itu.
Namun ketika jam sudah menujukan pukul tujuh malam, Majikannya
masih saja belum pulang. Apa sesibuk itu ya dia ngobatin Pasien sampe
pulang aja telat. Viola jadi sedih, mungkin ini yang dirasakan istri dari
seorang Dokter. Kudu bisa dijadikan yang kedua.
Tiba-tiba suara sebuah mobil memasuki gerbang pelataran rumahnya.
Dan itu sudah dipastikan Mobil milik Bagus. Viola yang mendengarnya
langsung sumringah, berlari untuk menyambut kedatangan calon imamnya.
"Selamat datang Pak Bagus.."
Ucap Viola dengan memamerkan deretan gigi putihnya. Namun yang
datang justru mengabaikan. Membuat dirinya jadi bersedih.
"Bapak kenapa ko mukanya masam gitu?"
Namun tak digubris oleh Bagus. Dia malah lanjut melangkahkan kakinya
menaiki tangga menuju kamarnya.
"Bapak ko ngacangin saya__?"
"___Ih Pak Bagus Jahat!"
Viola ikut berjalan menaiki tangga dibelakang Bagus.
"Bapak kenapa sih? gak biasanya kaya gini"
"Pak?"
Panggil Viola. sambil menarik-narik kemeja Bagus. seperti seorang anak
kecil yang meminta bapaknya uang. Namun Bagus tak menghiraukannya.
"Saya udah masakin makanan buat Bapak. Bapak gak mau makan?"
Mendengar terus ocehan pembantunya, kini akhirnya dia berbalik
menghadap gadis itu.
Dia menghela nafas, "Saya lagi gak mood, jadi kamu jangan ganggu saya
dulu!" Ucap Bagus yang langsung menutup pintu setibanya di kamar.
Viola sudah berkaca-kaca. Kenapa majikannya jadi begitu padanya.
Padahal dari tadi siang Viola sibuk banget nyiapin makan malam buat calon
imamnya.
lumayan panjang lah- sekitar 1400 kata. Makasih yang hari ini udah
Vote. sebenarnya Part-nya itu udah banyak yg aku tulis tapi gak langsung
di Upload.
Mengingat aku mau rutin aja, sehari satu part. Kayaknya itu udah
lebih dari cukup. (Khusus hari ini 2 part)
Oh iya, tenang aja. aku pasti selesain cerita ini sampe tamat ko. Jadi
jangan khawatir ceritanya gantung.
Typo bertebaran. Mohon maaf untuk yang ini ya.
16

Foto Sarah.
***
Bagus menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang pada
beberapa jam yang lalu. Ketika makan siang, dia bertemu Pak Hendra,
pemimpin RSUD Jakarta pusat. Tempat dimana dirinya bekerja. Namun ada
suatu hal yang terus mengganjal di pikirannya hingga saat ini.
Flashback
"Apa kabar Pak Hendra? lama tidak bertemu."
"Eh nak Bagus. Baik. Kamu gimana, masih menjomblo?"
Biasa. ia biasa sekali mendengar bentuk pertanyaan seperti ini, di
layangkan padanya. Alih-alih balik bertanya kabar, justru laki-laki paruh
Baya itu malah menanyai setatusnya.
"Hahaha yah masih nyari yang cocok pak". Bagus tersenyum kecut.
"Kamu kalah tuh sama mantan kamu___"
Bagus menaikan alisnya. Mantannya? yang mana? jangan bilang...
"__Sarah udah ngeduluin kamu nikah. Sekarang ngeduluin lagi cerai"
Deg.
Bagus masih terdiam ditempatnya. Hatinya seakan kelu, seluruh
pemikiran di otaknya ingin melayangkan beribu pertanyaan. Namun justru
mulutnya tak bisa berkata apapun---Antara kepo dan gengsi.
"Bagus!" panggil pak Hendra.
Bagus kembali menatap atasannya itu. Laki-laki yang selama ini sudah
ia anggap sebagai ayahnya sendiri. Karena mendiang Ayahnya dulu adalah
sahabat Pak Hendra, Mereka adalah sahabat sesama dokter dari semenjak
kuliah sampai mereka menggapai cita-citanya, dan Pak Hendra-lah yang
selalu membantu Bagus untuk meneruskan Mimpinya sebagai Dokter.
Tanpa Pak Hendra Bagus bukan siapa-siapa.
"Iya Pak?"
"Saya tidak mau melihat kamu kembali bersedih melihat Sarah. Cukup
lima tahun lalu kamu mengalami Depresi Akut. Saya tidak ingin kamu
kembali mengalaminya"
Iya. Bagus juga tidak ingin. Makanya dia sangat pemilih dalam
mencintai wanita. Tapi, Apa yang membuat laki-laki tua itu kembali
membicarakan Sarah padanya?
"Sarah akan kembali bekerja di Rumah Sakit ini__"
Bagus masih terdiam. Ekspresi apa yang harus Bagus tunjukan pada pak
Hendra ketika mendengar perempuan itu kembali bekerja bersamanya.
"__ dan besok malam, di acara pesta ulang tahun rumah sakit. Saya
beserta pimpinan yang lain akan memperkenalkannya di pesta"
"Tapi kenapa Sarah bisa kembali kesini?" Bagus akhirnya bersuara.
"Dia sudah bercerai dengan Suaminya Bagus. Mengingat dulu dia juga
ikut membangun Rumah Sakit ini dengan kamu. Kami mau tidak mau tidak
bisa menolaknya"
Bagus mengacak rambutnya. mengusap wajahnya gusar. Dia sendiri
tidak tahu, semenjak kepergian wanita itu, dirinya tak bisa menemukan
seorang wanita yang bisa memikat hatinya. Entahlah, dia hanya takut jika
harus mengalami perpisahan untuk ketigakalinya. Ayah, serta wanita yang
sangat dicintainya, mereka berdua meninggalkannya saat dimana dia
begitu menyayangi mereka.
"Datanglah ke pesta Bagus! saya tau kamu dengar ini pasti berniat tidak
akan datang"
Iya betul. Bagus memang berencana seperti itu. Namun dia sadar,
tindakannya itu hanyalah seorang pengecut. Biar bagaimanapun mereka
pasti akhirnya bertemu.
"Saya pasti datang pak"
"Dengan keadaan kamu yang masih sendiri?"
Bagus terdiam. "Lalu saya harus bagaimana?."
"Bawalah seorang perempuan kehadapan Sarah, Bagus! kenalkan jika
itu calon istri kamu!"
Bagus tampak ragu dengan syarat yang satu itu. Tapi saran Pak Hendra
memang ada betulnya juga, Bukan untuk membalas dendam tapi ini demi
kebaikan Bagus karena dengan seperti ini, Bagus pasti bisa berhadapan
dengan wanita itu.
"Saya pasti datang! Tapi saya tidak janji kalau harus bawa pasangan ke
pesta."
Bagus bangkit berdiri, lalu pamit untuk segera keluar dari ruangan
atasannya. Meninggalkan Hendra yang masih khawatir dengan keadaan
Bagus
**
Bagus kembali pada dunianya yang sekarang. Dia bangun terduduk di
atas ranjangnya. Kenapa dia serasa melupakan sesuatu. Setelah dia melihat
jam, ternyata sekarang sudah menjelang tengah malam.

Dia memegangi perutnya ketika bunyi lapar menghampiri. Bagus meringis,


terakhir kali makan itu sebelum bertemu pak Hendra. Bahkan dia ingat
wajah pembantunya ketika menawarkannya makan malam. Mengingat hal
itu, Bagus jadi merasa tidak enak pada pembantunya.
Dia segera bangkit berdiri, lalu berjalan ke arah Dapur. namun ternyata
makanan di meja itu sudah tidak ada, hanya ada meja yang di Platting
sedemikian rupa dengan dua lilin yang tampaknya hendak padam dimakan
api.
Meski sudah menjelang tengah malam, tapi Bagus masih tetap akan
bersikeras untuk makan, hingga dia sudah datang pada sebuah kamar kecil
didekat dapur. Yaitu kamar Marni pembantunya.
Bagus membuka kamar pembantunya yang tidak terkunci, dia melihat
wanita itu sedang tidur memunggunginya. Namun bagus tau jika
pembantunya itu masih sadar, didekatinya pembantunya itu.
"Mar kamu belum tidur kan?"
"Bapak ngapain ke kamar saya? katanya lagi Badmood?"
"Saya lapar. Makan malam saya kamu simpan dimana?"
"Sudah saya kasih makan kucing tetangga"
Bagus melotot. jika kalian tahu, makan malam bagus itu makanan paling
mewah diantara sarapan dan makan siang. Sengaja bagus menaruh menu
paling enak di saat makan malam itu, ya karena biar pas pulang kerja dia
bisa bersantai sambil menikmati makan malamnya. Tapi Kenapa makan
malamnya malah di kasih kucing? dasar kucing sialan!
"Ko malah dikasih kucing?" bagus tampak menahan emosinya.
"Ya katanya bapak badmood. jadi sayang kan kalo makannannya gak di
makan?"
Sabar Gus! Sabar!
"Yaudah kalo gitu buatin saya makan malam!" perintahnya.
"Gak ah saya juga lagi Badmood!"
Kenapa jadi malah bawa-bawa badmood terus.
"Oh kamu sekarang berani ya sama saya. Mau gaji kamu saya potong?"
Viola bangkit dari tidurnya. Dia melihat Pak Bagus sedang duduk ditepi
ranjang dengan tampang sangarnya. Tapi masih terkesan imut menurut
Viola.
"Bodo!" Ucap Viola langsung kembali tertidur.
Bagus melotot. Makin hari pembantunya makin ngelunjak aja sama dia.
Sekali-kali harus dia kasih pelajaran. Tapi mengingat saat ini cacing
diperutnya sedang berdemo, mau tidak mau dia harus bisa membujuk
pembantunya itu.
"Yaudah deh saya minta maaf kalo sikap saya tadi bikin kamu jadi
badmood"
Namun yang diajak berbicara malah semakin memperkuat selimut untuk
menutupi wajahnya. Bagus jadi kehilangan akal untuk membujuk
pembantunya itu.
Tunggu dulu! kenapa dia gak ngajakin Marni aja ke pesta? Ni anak kan,
kalo dibawa kondangan-pun gak akan malu-maluin. Secara kalo dipoles
dikit aja, pasti semua orang gak bakalan nyangka kalo dia pembantu rumah
tangganya.
"Marni?!"
"Emm.."
Abaikan aja Vi! tadi juga kan ngacangin.
"Kamu mau gak pergi ke Pesta jadi pasangan saya?"
Mendengar hat itu, mata Viola melotot dari balik selimutnya. Dia bangkit
duduk, mengadap wajah majikannya itu.
"Serius?"
"Gak! saya bercanda!"
Viola menggeretakan giginya. Kesal dengan ke-PHP an pak Bagus.
Lantas dia hendak kembali tidur, namun buru-buru Bagus mencegahnya
dengan menarik tangannya.
"Iya Saya serius!"
"Iya bapak emang serius! serius dengan bercandaannya kan?" Viola
tampak mengolok-olok perkataan Bagus.
"Saya serius ngajakin kamu ke Pesta!"
"Bapak lagi gak bercandain lagi saya kan?"
Bagus menggeleng. Tak ada raut wajah bercanda dari muka Bagus. Viola
menelan ludahnya, Jadi! Pak Bagus ngajakim Viola ke Pesta itu gak
bercanda? Serius? uwuuu Viola tidak bisa berkata-kata.
"Nanti saya siang-siang pasti pulang buat ngajakin kamu ke salon,
sekalian buat beli baju. Saya gak mau nanti kamu malu-maluin, kamu tahu
kan ini acar penting buat saya?"
Viola mengangguk. Masih dengan tatapan tak percayanya, dia gak lagi
ngimpi-kan, di ajakin jalan ke pesta sama Pak Bagus-nya.?
"Yaudah. Saya lapar, kamu buatin saya makan malam! udah kan acara
Badmood-nya?"
Gadis itu langsung nyengir kuda. Meski sudah menjelang tengah malam,
tapi rasanya dia lagi semangat banget malam ini. Bahkan masakin
segentong aja kayaknya sekarang Viola siap deh, apa sih yang ngga buat
pak Bagus-nya.
"Siap pak Boss"
Aisssh aku gak tahan banget buat gak Update. Tapi masih pengen
konsisten sehari separt.
Padahal Part yang aku ketik udah banyak, tapi sayang gak bisa
langsung aku publish.
17

***
Dimeja makan Viola tak henti-hentinya memandang Pak Bagus-nya.
Bagus yang di pandang merasa Bodo amat, dengan kelakuan pembantunya
itu. Semenjak acara sesi mengungkapkan perasaan, mungkin ini salah satu
kebiasan pembantunya. Menatap Bagus yang lagi makan, dan terkadang
tersenyum secara tiba-tiba. Kalo Bagus dokter jiwa, mungkin udah bagus
obati. Masalahnya dia kan dokter bedah, apa yang harus dibedah? Otak
pembantunya kali yang harus di bedah, barang kali terdapat sejumlah
bakteri atau Virus yang membuat otak perempuan itu menjadi konslet.
"Bapak ko bisa ganteng banget?"
"Baru nyadar?" Bagus masih dalam sesi mengunyahnya.
Viola mengangguk. "Nyonya dulu ngidam apa ya bisa lahirin anak
seganteng bapak? Nanti kalo kita punya anak, saya maunya mirip sama pak
Bagus. Kalo cowok ganteng, kalo cewek cantik"
Siapa juga yang mau punya anak dari situ!
Viola ketawa gemas tiba-tiba. tuh kan apa Bagus bilang?
"Kira-kira ada tips and trik gak ya biar bisa anak jadi cantik sama
ganteng. Seperti komposisi dalam membuat anak, atau cara membuatnya
gitu?"
Bagus tersedak nasi yang dimakannya. Pembantunya rada gelo aja kalo
dibiarin. Emangnya lagi ngadon kue sampe ada komposisi segala. Lah tapi
kayaknya Bagus emang komposisi yang tepat buat bikin anak, secara orang
ganteng kayak dia pasti ngehasilin anaknya juga pasti ganteng.
Bagus buru-buru menggeleng? membayangkan apa dia sampe ikutan
mikir cara membuat anak.
"Kamu bisa diam gak Mar?! saya sampe keselek denger kamu ngomong."
"Saya kan cuma nanya, ko bapak jadi nyolot?"
Bagus bernafas berat. Pasrah aja ngadepin orang kayak Marni. Diladenin
pasti ujungnya ikutan gila.
"Udah saya mau tidur. Beresin ni piring!" titahnya yang langsung
melenggang menuju kamar.
"Gak baik pak habis makan langsung tidur, Bapak gak mau tuh
pemanasan dulu sama saya sebelum tidur?" teriak Viola yang lagi
mengangkut piring-piring kotor.
Bagus yang mendengarnya sampe kepentok tangga dengar Viola
ngomong. Pemanasan apa coba sebelum tidur? eh tunggu! jangan bilang
pemanasan.... dia melihat pembantunya yang cengengesan dari atas tangga.
Dengan segera Bagus lari terbirit-birit masuk kedalam kamarnya. Bisa
gawat kalo dia kegoda lagi, tau-tau ngadon anak malam ini kalo terus
ngeladenin pembantunya.
***
"Pak Bagus saya mau pamit" teriak Rian menggema dari ruang sebelah
karena pintu ruangan Bagus tidak dikunci.
"Iya yan ati-ati"
Siang ini juga Bagus sudah sepakat buat ngajakin pembantunya kesalon.
karena memang beberapa dokter yang akan hadir di acara pesta diwajibkan
pulang cepat. Dia segera membereskan barang-barangnya ke dalam tas
kerja. Setelah beres dia buru-buru melangkah keluar dari rumah sakit.
Sesampainya dirumah, Bagus mencari sosok pembantunya. Namun nihil.
Dia mencari-cari kesetiap sudut ruangan, tapi masih juga tidak menemukan.
"Pak Bagus.." teriak Viola yang entah baru datang dari mana.
Bagus yang mendengar itu langsung menemui pembantunya.
"Kamu dari mana saj___"
Ucapannya terputus ketika melihat pembantunya berpenampilan berbeda.
Kenapa wanita itu sedikit.... tidak! ini bukan sedikit. ini benar-benar
berbeda. dan juga Ekhm.. Cantik.

Bagus masih terpaku melihat dandanan pembantunya. Ini seperti bukan


acara mencari baju buat kepesta, tapi seperti akan hendak melakukan
kencan. Malah Bagus masih memakai kemeja rumah sakitnya. kalo tau dia
akan berdandan seperti ini, mungkin Bagus harus siap-siap dulu. Biar pas
jalan gak malu-maluin amat. Masa cweknya cantik, tapi si cowok malah
bau asem ditambah kemeja yang udah kusut dipake seharian.
"Kamu dapat Baju ini dari mana?". Bagus menunjuk baju yang Viola
kenakan.
"Ah ini.. tadi ada tetangga yang mau buang. Kan kalo dibuang sayang,
jadi saya pake deh."
Viola berbohong. Padahal dari pagi dia pulang kerumahnya untuk
berganti baju dan berdandan.
Sayang, ini kan kesempatan langka. kapan lagi coba bisa jalan bareng
pak Bagus?
Bagus berpikir, mana ada orang buang baju yang sepertinya baju branded
seperti ini. Namun Bagus tak mau berpikiran yang aneh-aneh. Dia sangat
berterimakasih pada orang yang membuangnya, berkatnya dia jadi gak
malu jalan bareng sama pembantu.
"Yasudah tunggu dulu, saya mau mandi. Tadi saya abis operasi, takutnya
kecium bau darah". Alasan aja Bagus padahal semenjak pagi dia tak ada
jadwal karena sibuk membicarakan prihal acara.
**
Seperti biasa, Viola hanya memandang Bagus. memandangnya lekat,
mencari titik dimana wajah itu keriput atau mungkin terdapat koreng yang
tak semua orang sadari. Namun sama sekali dia tidak menemukannya.
Wajahnya pasih tetap sama, tampan, bersih, tak ada keriput atau jerawat
sedikitpun.
Viola melihatnya jadi tersenyum gemas, membayangkan wajah mereka
menyatu dalam ciuman. seperti tempo hari. Bagus yang menyadari itu
mengerutkan kening di balik kemudinya.
"Kenapa ko cengengesan kaya orang gila gitu?"
"saya lagi bayangin bapak nyium saya tempo hari"
Salah! harusnya lo abaikan aja Bagus.
"Ekhm" Bagus hanya membalasnya dengan deheman sambil
mengeratkan jarinya memegang setir.
"Bapak sama saya cocok ya. Pasti semua orang nyangka kita pacaran, liat
kita berpenampilan seperti ini"
Yah emang itu tujuan Bagus. Tapi sayang, ini cuma Acting!
"Berenti! berhenti pak!" teriak Viola sambil menggedor-gedor kaca
jendela mobil. tiba-tiba.
Emang nya ini Taksi, main nyuruh berhenti segala.
"Saya mau itu pak" Tunjuk Viola pada bapak-bapak dipinggir jalan yang
sedang menjual permen kapas.
"Tapi kan bentar lagi kita sampe Mall. jajannya entar aja di Mall ya!"
Bagus masih melanjutkan kemudinya, tak menuruti perkataan gadis itu.
Viola hanya bisa mengurungkan niatnya untuk membeli permen kapas.
"Pak Bagus Jahat!"
Gak perduli. Lagian kan niatnya juga buat beli baju.
**
Semua orang yang kebetulan berpapasan dengan Bagus melihatnya dengan
tatapan iri. Jika biasanya Bagus hanya mendapatkan tatapan berbinar dari
wanita, justru mau wanita ataupun pria semuanya memandang. Mungkin
karena dia sedang berjalan bersama wanita cantik disebelahnya.
"Bapak gak mau gandeng tangan saya? tuh liat! yang lain juga
gandengan tangan"
Semua wanita yang melihat Viola menatap dengan tatapan kasian. Masa
pasangan, jalannya aja diduluin sama pria-nya, pake gak digandeng lagi.
Udah percis kaya pasangan yang lagi musuhan. Lagian kan Viola itu cantik,
malu banget apa jalan sama dia.
"Kamu jalannya lama."
Gimana gak lama, Jalannya aja pake heals, udah lama juga dia gak pake
sepatu kayak gitu. Pak Bagusnya itu emang bener-bener ya, gak kasian
banget sama cewek, Viola yang cantik aja diginiin, gimana kalo buluk?
udah Auto tendang.
"Ya Bapak gandeng saya, atau apa git__ aww" jerit Viola karena terjatuh
di lantai. Semua orang yang melihat tampak kasian melihat Viola.
"Huaaa..... Bapak Jahat banget" teriaknya.
Bagus yang melihat tatapan dari semua orang jadi malu sendiri,
ketambah pembantunya yang jatuh lalu menangis seperti anak kec
membuatnya mau tidak mau ikut membantu dia berdiri.
"Lain kali kalo gak bisa pake heals pake sendal biasa aja"
"Saya bisa ko. Bapaknya aja yang jalannya kecepetan, mana gak
digandeng lagi"
"Ck iya deh iya" Bagus memberikan tangan sebelah kirinya pada Viola
untuk digandeng wanita itu.
Viola menampilkan wajah sumringahnya, "nah gitu! dari tadi dong!__"
"__Bapak jangan jalan cepet-cepet ya, kaki saya rada sakit!"
"Hmmm.."
Bagus tidak peduli. Viola malah semakin rapat menggandeng tangan
Bagus. Sambil cengar-cengir saking bangganya jalan sama doi.
Sehari bisa bikin 2 part kalo libur. Tapi update masih tetep kudu
sehari satu part. Rasanya tuh pen cepet-cepet aja besok saking pengen
cepet update, padahal ceritanya kagak ada yang baca. wkwkwkwk
18

Video nya anggap aja pesta perayaan ulang tahun rumah sakit yang di
adakan di hotel berbintang. Tamu yang hadir juga semuanya para
dokter ternama...
Dan tolong fokus sama Pak Bagusnya aja jangan sama Anya, anggap
aja Anya lewat yang emang ikutan hadir di acara tersebut.
"Menurut Bapak, bagusan baju yang pink apa baju putih?"
Bagus memandangi kedua Dress yang dibawa Viola kehadapannya.
Matanya memicing sambil berpikir.
"Terserah!" namun itu yang hanya keluar dari mulut indahnya. Dia tidak
perduli, asal Viola datang itu sudah cukup baginya.
"Yaudah kalo terserah, saya pake baju ini aja deh"
Bagus melotot. Mana ada orang pergi ke pesta pake bikini. Emangnya ini
pesta di pantai. "Kamu gila! mau ditaro di mana muka saya bawa cewek
pake begituan"
"Katanya terserah saya. Yaudah saya pengennya pake ini" Viola
menjinjing bikini hitamnya.
"Ya maksud saya, terserah itu kamu bebas pilih yang mana, Asal sopan!
kalo dirumah sih terserah mau pake itu juga"
"Ya makanya saya tanya, menurut bapak bagusan yang pink atau putih?"
"Lebih baik mbak-nya beli aja semua" Ucap salah seorang karyawan mall
yang mendengar perdebatan mereka.
"Oh bener juga. Yaudah deh saya belinya dua, ples sama bikininya juga
ya mbak!"
Bagus langsung menyela, "eh-eh-eh gak bisa! masa beli semua? satu aja
mbak"
"ih bapak pelit banget. Masa Dokter tapi ngeluarin duit segini aja susah?
awas loh pak orang pelit kuburannya sempit" Ucap Viola, yang disusul oleh
suara tertawa dari karyawan didepannya. Menyadari Bagus yang melotot
karyawan itu buru-buru diam.
"Bodo amat! pokonya kamu beli satu aja__"
"___mbak bungkus yang pink aja deh" Ucap Bagus pada mbak-mbak
karyawan.
"Ok siap pak" Ucapnya yang langsung merebut baju dari tangan Viola.
Viola melotot kearah Bagus, yang langsung di balas pelototan juga oleh
Bagus. Sementara Karyawan toko Baju itu terlihat menggeleng-gelengkan
kepalanya.
Sebel sih kalo liat cowok pelit sama ceweknya. Untung situ ganteng, jadi
termaafkan deh--- Batin karyawan toko itu.
***
Seharian Bagus dan Viola berbelanja keperluan untuk pesta. Juga sudah
ke salon untuk sedikit membuat kulit wajah pembantunya agar tidak kusam
ketika berdandan. Sebenarnya Bagus tidak melarang pembantunya untuk
kesalon, tapi mengingat wanita itu juga pintar merias wajahnya, Bagus jadi
lebih memilih untuk membelikan peralatan Make up ketimbang ke salon
yang hanya bisa dinikmati sekali saja.
Gadis itu tampak menenteng dua tas belanjaannya. Dia kira Majikannya
itu bakal membelikan banyak barang untuknya, tapi ternyata hanya baju
sama make up doang. Karena katanya, heals yang Viola pake masih layak
pakai untuk ke pesta.
"Dasar Pelit!"
Abaikan!
"Kamu cepat siap-siap sana, habis isya kita langsung berangkat. Jangan
lupa soal perkataan yang saya katakan. kamu disana membawa nama saya!
jadi gak boleh ngelakuin yang aneh-aneh, apalagi membuat saya malu"
Viola sebenarnya masih penasaran, kenapa majikannya samapi membawa
dia ke acara pesta penting seperti ini, terlebih tentang perkataannya untuk
tidak membuatnya malu. itu membuat dirinya semakin penasran kenapa
dengan majikannya.
"iya pak"
Bagus kembali berbali, menghadap pembantunya. "oh iya satu lagi__"
Viola menaikan satu alisnya. "___jangan bilang kamu pembantu saya."
"terus saya harus bilang apa?"
"calon istri" ucapnya, yang seketika membuat Viola terkaget-kaget.
Dia lagi gak di Frank-kan? ini serius tidak sih? oh pliss Viola butuh
kejelasan.
"M-maksud saya, kamu jadi calon istri bohongan saya"
Sepertinya Bagus mengetahui arah pikiran pembantunya, dilihat dari
Viola yang masih terpaku ditempat, membuat dia tahu pasti pembantunya
berpikir jika ini serius.
Padahal jadi istri beneran juga gakpapa pak. Tapi yah... meski jadi calon
istri bohongan. Viola masih tetep mau ko, setidaknya Vio ngerasain punya
calon suami kayak pak Bagus. hihi..
"Tapi Saya mau nganggep bapak calon imam beneran ko, bukan calon
imam bohongan"
Sakarepmu.
"Yasudah terserah. Asal jangan bilang kamu asisten rumah tangga saya
aja."
Pucuk dicinta ulatpun tiba. seperti kata pepatah, sepertinya dewi potruna
sedang memihaknya. Bahkan Viola tidak menyangka jika dirinya lah yang
justru di ajak Pak Bagus ke pesta, padahalkan Bu Anya masih nganggur
tuh. hahaha Anya sudah kalah start oleh Viola.
***
Dari arah kejauhan Bagus menatap perempuan bergaun putih selutut di
meja paling ujung. senyumnya masih sama seeprti lima tahun yang lalu.
Kecantikan wanita itu masih tetap melekat pada wajahnya, meski bayangan
yang dulu Bagus ingat adalah ketika dia masih berambut panjang, namun
meski rambut sebahunya kini yang ia tampilkan, semua itu rasanya masih
sama. Cantik.
"Pak Bagus liatin siapa sih?"
Viola melihat arah pandang mata laki-laki itu yang tengah menatap
perempuan yang sedang berbicang bersama tamu lainnya.
Siapa sih ko Pak Bagus sampe segitunya liatin perempuan itu?.
"Pak.."
Viola mengguncang-guncangkan tangan Bagus. "Bapak denger saya gak
sih?"
Seketika Bagus sadar dengan wanita yang ada disebelahnya. Pasangan
yang Bagus akan kenalkan pada semua orang.
"mm...? " Bagus menaikan satu alisnya.
"Bapak tuh tadi bengong terus sambil liatin tuh perempuan. gak sadar
apa, bapak bawa perempuan juga dari rumah"
Viola kesal, baru jugaa datang, orang-orang udah pada liatin mereka
berdua. Tapi pas tau si cowoknya malah ngelirik perempuan lain, membuat
Viola jadi kesal sendiri. Jarang-jarang juga Pak Bagus segitunya sama
perempuan, siapa sih perempuan itu? bikin kesel aja. Padahalkan dilihat
dari penampilannya, tampaknya perempuan itu lebih dewasa dibanding
Viola. Bodo kalo lebih milih itu perempuan, sementara yang masih muda
dan ranum malah dianggurin. Kayaknya Pak Bagus emang harus di bawa
ke pesikiater barang kali gak normal sama otaknya.
"Eh Gus?" Sapa seorang pria berjas hitam, yang ketika menyadari
kedatangan Viola dan Bagus.
Bagus menoleh kearah sumber suara, mau tidak mau dia tersenyum
melihat teman lama sesama dokternya. "Eh Bim." Keduanya berpelukan,
salam persahabatan ketika sudah lama tidak bertemu.
"Gimana kabarnya nih Gus,__" Bimo melirik sejenak kearah Viola yang
ada disebelah Bagus. "__ Oh udah ada calon nih kayaknya. Syukur deh kalo
bawa pasangan. Biar gak malu-maluin pas ketemu Mantan."
Viola membulatkan matanya, Mantan? apa jangan-jangan wanita yang
diliatin sama pak Baguss...
"Baik. Lo sendiri gimana Bim, masih sama istri yang kedua?"
Bimo tampak tersenyum bangga, "Yah gitu deh. Sama yang ini kayaknya
gue gak bakalan bisa nyari Bini lagi. Udah cinta banget gue masa dia"
Bagus tergelak mengingat jika dulu Bimo adalah salah satu Dokter cap
kaleng yang Bagus kenal. Sampe pas pernikahan pertama dirinya bercerai
karena ketahuan berselingkuh, eh tau-tau pas nikah lagi sampe seawet ini.
Kayaknya Bagus harus berguru pada Bimo biar bisa menemukan istri yang
seperti istrinya.
"Yaudah Bim syukur kalo gitu."
"Oh iya Gus, lo belum liat kan anak gue?"
Bagus mengerutkan keningnya, "lo udah punya anak?"
"Iyalah, emangnya gue enak bikinnya doang.."
Seketika obrolan mereka terputus ketika seorang wanita cantik mendekat.
Wanita itu tersenyum kearah Viola dan Bagus. Wanita itu Sambil mengais
anak kecil di pinggannya. Bagus yang menyadari jika itu istri dan anaknya
Bimo, Bagus serta Viola langsung membalas dengan senyuman.
"Eh Sayang, kenalin ini Dokter Bagus. Temen Mas yang dulu mas
ceritain, pas masih jadi koas. dan Bagus kenalin ini Lastri istri gue"
"Lastri mas" ucap istri bimo sambil berjabat tangan dengan Bagus.
"Terus yang di sebelah lo gak dikenalin nih sama gue?" Eksfresi Bimo
tampak seperti disedih-sedihkan karena tak dikenalkan dengan pasangan
yang Bagus bawa.
Bagus melirik Viola yang tampak cemberut disebelahnya.
"Ah iya gue belum cerita. Kenalin calon istri gue Marni"
"Marni om" Ucap Viola sambil tersenyum ke arah Bimo
Seketika Bimo tergelak, setua itu dia sampe di panggil Om. Bagus yang
mendenganya langsung mencubit pinggang Viola.
"Eh maksud saya Pak Bimo"
"Hahaha gakpapa Marni. Kamu juga kayaknya masih muda, saya emang
udah pantes di panggil om soalnya udah punya anak. Kalo si Bagus di
panggil Om pasti ngambek. dikiranya kan kayak om-om hidung Belang
hahaha"
Bagus tampak meringis ditempatnya, bisa banget ya pembantunya bikin
dia malu. Kayaknya dia salah memilih perempuan itu untuk dibawanya ke
pesta.
Cek Cek Cek
Suara MC acara terdengar menggelegar keseluruh penjuru Aula. Bagus,
Bimo serta yang lainnya juga ikut menoleh. Dipanggung itu tampak seorang
wanita yang sedang berdiri didekat MC.
Sarah? batin Bagus.
Makasih banget buat yang kemarin udah vote. Apalagi yang komen.
Oh iya aku ijin ss untuk dokumentasi di ig story. buat yang kemarin
komentar pertama dan kedua. Serius mood aku langsung naik pas
baca komenannya. Makasiiih uncj 😘😘
Oh iya MPM pindah jam tayang jadi malem, dan jam-nya gak akan
tentu. Soalnya meski aku udh buat, tapi sebelum upload aku pasti
revisi dulu. Tadinya mau upload siangan eh sinyalnya jelek yaudah deh
terpaksa jadi ke malem.
19

***
Sarah?---Batin Bagus.
"Ok.. Semuanya. Malam?" Ucap MC di atas panggung. Serta Sarah yang
berdiri sambil tersenyum di sebelah sang pembawa acara.
Malam... Semuanya serentak menjawab ucapan sang pembawa acara.
"Sebelumnya, Mari kita ucapkan Selamat Ulang tahun pada Rumah sakit
kita tercinta. Semoga di ulang tahunnya yang ke-70 ini, rumah sakit kita
tetap berdiri kokoh....."
Ucapan sang MC di depan tak sedikitpun Bagus hiraukan. Dia masih
terpaku pada sosok wanita disebelah sang MC. Akankah Sarah masih
mengingatnya? apakah sarah tahu penderitaan Bagus selepas dirinya pergi?
mungkin itu salah satu pertanyaan-pertanyaan yang Bagus ingin lontarkan
pada wanita itu.
Viola melihat arah tatap mata Bagus. Wanita itu sekarang mengerti,
apakah gara-gara perempuan yang sekarang berdiri di atas panggung, Pak
Bagusnya masih tetap sendiri. Entahlah ini hanya tebakan Viola, Viola
sendiri tidak tahu kebenarannya seperti apa.
Tangan Viola menggenggam tangan Bagus. Meski hatinya sakit, dia
masih bisa tahan. Viola tahu hati Bagus saat ini sedang terluka, bahkan
lebih terluka dari dirinya. Karena ketika Bagus menoleh padanya, mata itu
memancarkan Aura yang tak bisa Viola jelaskan.
"Terimakasih" Ucapnya pelan. karena sepertinya Bagus juga tahu,
pembantunya itu tahu keadaannya saat ini.
"Saya siap buat menghadapi mantan Bapak. Jadi Pak Bagus tidak perlu
khawatir!"
Tangan Viola semakin kuat menggenggam tangan Bagus. Memberikan
sebuah energi agar laki-laki itu menjadi lebih kuat.
"Selamat Malam semuanya..."
Suara lembut yang terdengar indah dari mulut Sarah akhirnya terdengar
dari atas panggung. Bagus dan Viola menoleh pada perempuan itu.
"Perkenalkan Saya Sarah... Dulu sebelum saya menikah, Saya pernah
bekerja di RSUD Jakarta. Mungkin semua yang sekarang telah bekerja di
Rumah Sakit tidak semuanya mengenal saya___"
Mata sarah terpaku pada seorang pria berjas hitam ditempat pintu masuk
Aula. Dia Bagus, yang juga sedang memandangnya. mata mereka bertemu
meski jarak antara mereka Jauh. Namun Sarah masih bisa mengenali pria
itu. Tapi begitu sakitnya ketika Sarah menemukan seorang wanita yang
menggenggam tangan Bagus disebelahnya. Dia Viola.
"___Namun dulu.. untuk pertama kali saya bekerja di sana, saya
bukanlah Dokter bedah yang hebat. Disana ada seseorang yang
mengajarkan saya tentang artinya menjadi Dokter sesungguhnya. Saya
membangun RSUD Jakarta ini bersama beliau, hingga akhirnya Rumah
Sakit ini menjadi Rumah Sakit terfavorite seperti sekarang." Lanjut Sarah
yang sudah diketahui oleh beberapa Dokter Senior yang mengetahui jika
beliau yang di maksud Sarah adalah Bagus.
"Meski beliau yang mungkin sudah melupakan saya, Tapi bagi saya dia
adalah seseorang yang sampai kapanpun tak akan saya lupakan".
Salah jika Sarah berpikiran seperti itu! Bagus tidak pernah melupakan
wanita itu sampai detik ini. Bahkan ketika untuk pertama kalinya lagi dia
bertemu saat ini dengan Sarah, kebersamaan-kebersamaan mereka dulu
masih terekam jelas di otak Bagus. Ketika wanita itu memeluk dirinya,
senyumnya yang tak bisa Bagus lupakan, bahkan ketika wanita itu pergi
meninggalkannya bersama laki-laki lain, Bagus masih ingat semuanya.
"Terimakasih untuk masa-masa dulu. Semoga rekan-rekan semuanya bisa
bekerjasama dengan saya esok hari.. dan terimakasih karena telah
menerima saya kembali di sini."
Kemudian semuanya bertepuk tangan ketika Sarah mengakhiri
pembukaannya di atas panggung. Wanita itu tersenyum ketika hendak turun
dari atas panggung yang langsung disambut berjabat tangan bersama
beberapa tamu dan Dokter yang juga bekerja ditempat yang sama dengan
Bagus.
"Pak?" panggil Viola.
Bagus menoleh. Melihat wanita itu berada di sampingnya, seakan dia
merasakan sakit tidak sendiri.
"Hm?"
"Bapak gak akan bawa saya makan? Saya laper pak?"
Mendengar hal itu membuat senyum di wajah Bagus kembali terbit,
melupakan sejenak beberapa hal yang tadi menganggu pikirannya.
"Yuk. Saya juga laper"
Melihat hal itu, Viola jadi ikut tersenyum. Kemudian keduanya
melangkah mendekati beberapa tamu yang saling mengobrol sana sini, dan
beberapa tamu yang membawa pasangan pestanya. Namun ketika salah satu
pelayan yang lewat membawa beberapa minuman Bagus
memberhentikannya, mengambil salah satu gelas berwarna ungu pekat
untuk disodorkannya pada Viola. serta satu gelas lagi untuknya minum.
"Pak Bagus?"
Itu Rian yang memanggil. Bagus menoleh ke arah Rian. Asistennya
ternyata juga menggandeng seorang wanita yang sudah Bagus tebak itu
istrinya. Namun ketika laki-laki itu melihat ke arah Viola, Rian sejenak lupa
jika itu adalah Pembantu Bagus.
Rian yang melihat langsung menutup mulutnya.
Jadi Pak Bagus sama Marni benar-benar.... Pacaran?!
Bagus yang menyadari itu buru-buru membisikan Rian sesuatu, "Jangan
bilang keorang-orang kalo dia pembantu Saya."
Rian menelan ludahnya buru-buru. Untung saja dia tidak keceplosan.
Tapi jika sampai keceplosan, tamat riwayat Rian.
"Ah Dokter yang kemarin yah?" ucap Viola yang menyadari jika itu
adalah laki-laki yang ia temui di ruangan Bagus tempo hari.
"Ahahaha iya saya yang kemarin." ucap Rian sambil tertawa kecut.
"Oh iya Rian, kenalin ini Marni calon istri Saya. Marni kenalin ini Rian"
"Hallo Dokter Rian. Saya Marni"
Rian pura-pura tidak tahu. Kalo Viola udah terserah aja gimana maunya
Bagus. Yang penting di bawa ketempat ini saja sudah membuat Viola
Bahagia.
"Hai Marni. Saya Rian. ini istri saya Marina.. Nama kalian mirip yah
ahahaha.."
Marina yang ada disebelah Rian ikut menjabat tangan Viola. "Hallo Saya
Marina. panggil aja Rina"
"Iya Hallo Mbak Rina"
Seketika Bagus ingin tertawa karena persamaan nama mereka. Tapi tiba-
tiba dia terdiam dengan kedatangan laki-laki tua dan wanita cantik
disebelahnya. Dia Pak Hendra dan juga Sarah.
"Gus.." panggil Pak hendra.
Semuanya menoleh. mungkin di antara mereka, hanya bagus dan pak
hendralah yang tau masalah Bagus dengan Sarah. Karena Rian-pun tidak
pernah tau dengan kejadian lima tahun yang lalu. Bahkan Rian kerja di
RSUD Jakarta saja masih terbilang Bulan.
"Pak Hendra" Bagus masih terpaku.
Pak Hendra tersenyum karena melihat kehadiran seorang perempuan
yang Bagus gandeng di sebelahnya. ternyata Bagus menuruti perkataannya.
"Siap nih? ko tidak dikenalin ke saya?"
"Saya Marni Pak" Ucap Viola.
"Saya Hendra"
Keduanya berjabat tangan. Namun Bagus maupun Sarah masih menatap
satu sama lain.
"Sarah. Kamu tidak mau menyapa seniormu dulu?" Ucap Hendra
menyadarkan Sarah.
"Ah iya maaf pak Hendra. Apa kabar Pak Bagus?"
"Baik. Dokter Sarah apakabar?" balas Bagus dengan wajah datarnya. Dia
tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Saya Baik."
"Oh iya, kenalin ini Marni calon istri saya"
Sarah melirik Viola. Namun keadaannya malah jadi akward seperti ini.
Viola yang menyadari ini langsung mencairkan suasana.
"Hallo Dokter Sarah. Saya Marni."
"Oh iya salam kenal"
"Mas Bagus Sayang... Yang lain lagi dansa. Gak mau ngajakin Marni nih
buat dansa"
Bagus langsung melotot, Mas? namun Bagus yang menyadari
pembantunya yang ingin memanas-manasi Sarah. Dia buru-buru membalas.
"Oh iya sayang. Ayo kita dansa. Biar semua orang lihat betapa
romantisnya kita berdua"
Bukan hanya Rian yang melongo, Hendra juga melongo. Apa ini benar-
benar Bagus yang mereka kenal? kenapa dirinya lebay sekali malam ini.
"Ahahaha iya Ayo Rin kita juga dansa.. pasangan yang lain juga lagi pada
dansa" timpal Rian.
Namun ketika dua pasangan itu pergi berdansa, Hendra mendekati Sarah
yang terlihat murung. Dia tahu, jika wanita itu masih amat mencintai
Bagus. Hendra mengelus pundak wanita itu yang tidak tertutup apapun.
"Saya tahu perasaan kamu. Saya cuma pengen kamu melelaskan hati
kamu untuk Bagus!!"
Sarah menatap laki-laki tua itu lekat. Kenapa dia bisa tahu perasaannya?
padahal dari tadi Sarah sebisa mungkin menyembunyikan perasaannya.
20

Anggap aja suasana dan adegannya kaya yang di Video yah. Meski
Cast aku bukan mereka.
Aku saranin sih sebelum baca part 20 ini kalian liat dulu Videonya biar
feel-nya dapet. Ok

"Pak Saya malu diliatin orang"


Viola tampak kaku ketika tangannya memeluk pundak Bagus. Apalagi
banyak pasang mata perempuan yang melihat kearah mereka berdua.
Membuat gadis itu semakin menundukan wajahnya.
Dikejauhan sana tampak Anya yang melihat keheranan. Jadi ini
perempuan yang Mas Bagus bawa... gak habis pikir yah, Mas Bagus lebih
memilih pembantu ketimbang dirinya yang jelas-jelas lebih baik dari pada
gadis itu.
"Kamu gak usah malu. Saya gak akan malu-maluin kamu" ucapnya pelan
sambil membelitkan tangannya di pinggang Viola.
"Tapi..."
Bagus mengangkat dagu Viola dengan tangan kirinya, mata mereka
bertemu. Alunan musik klasik mengalun indah mengiringi beberapa
pasangan yang sedang berdana di tempat yang sudah disediakan.
Bagus memandangi mata Viola, lalu turun ke hidung kecilnya, namun
ketika matanya melihat bibir ranumnya, Mata Bagus berhenti. Bibir itu
kecil namun merekah. menurut Bagus, Bibir Viola adalah bibir yang paling
menggoda untuk dipandang. Tapi jika dipandang saja, Bagi bagus itu tidak
cukup. melumat dan menyecapnya sepertinya itu baru cukup untuk Bagus.
dan tanpa permisi Bagus mencium bibir itu kilat.
Viola tersentak kaget, dia memandang orang-orang yang ternyata tak
menghiraukan mereka berdua.
"kamu jangan khawatir, orang-orang tidak akan menyadari apa yang kita
lakukan"
"Tapi Pak say___"
Ucapan Viola terputus karena bibir itu kembali mendarat dibibirnya.
Mata Bagus terpejam sambil memagut mesra bibir Viola.
Jantung Viola bergemuruh, bahkan tangannya tak ia sadari telah meremas
kerah jas majikannya ketika ciuman itu semakin dalam.
keduanya memejamkan mata, sambil menikmati sensasi yang menjalari
tubuh mereka. Ini pengalaman yang Bagus tak pernah lakukan begitupun
Viola. Berciuman di depan umum, itu sungguh membuat sensasi yang luar
biasa bagi keduanya.
Ciuman Bagus lembut, bahkan sangat lembut ketika mengulum bibir
bawah Viola. Namun seketika Viola keget. Setetes air mata telah jatuh dari
mata terpejam Bagus. Mungkin Bagus tengah menahan rasa sakitnya
melalui ciumannya Viola bisa merasakan.
Bagus rasa ini tindakan yang salah. melampiaskan rasa sakit pada
pembantunya. Tapi bagus tak bisa menahannya, dia merasa ingin berbagi
sakit dengan seseorang yang ada dihadapannya. Ingin mengeluarkan semua
emosinya yang kini telah terpendam lama.
Ketika bibir Bagus melepaskan, Viola kembali meraih bibirnya.
Mempersilahkannya untuk mengeluarkan segala kekesalan dan
kegelisahannya. Bahkan ciuman yang sekarang tampak sangat dalam.
Keduanya terpejam sambil saling menginginkan. Mungkin jika ini bukan di
acara pesta, Bagus sudah membawa gadis ini pada sebuah kamar untuk
melanjutkan pergumulannya. Namun sayang ini pesta, yang tak mungkin
untuknya melakukan lebih
Namun ketika decakan-decakan yang berasal dari bibir keduanya
terdengar, pasangan yang berdansa disebelah mereka menoleh untuk
melihat, dan itu disusul oleh beberapa pasangan yang ikut menyaksikan.
dan saat itu pula semua orang terpaku pada pasangan Bagus dan Viola yang
masih tengah berciuman mesra tak menghiraukan kehadiran orang lain
disekitarnya.
"Waaah Pak Bagus menang banyak tuh?" Ucap Rian yang juga melihat
adegan didepannya.
"Soswite banget ya Pak Bagus, gak malu cium ceweknya di depan
umum"
"Emang aku malu cium kamu di depan umum?" Ucap Rian yang
langsung mencium Rina tiba-tiba. Tapi yang dicium justru malah langsung
melepaskan.
"ih malu-maluin banget tau" semprot Rina.
"katanya pak Bagus soswite, ya aku cium kamu dong. biar sama
soswitenya"
"Tapi dicium sama kamu di tempat umum itu malu-mauin tau gak"
Rina ngambek yang langsung berbalik arah, meninggalkan Rian yang
terpaku ditempat dansa.
"Serba salah tau jadi cowok..." gumamnya yang langsung menyusul
istrinya.
***
"kamu kenapa diam?" tanya Bagus dibalik kemudinya.
"bapak malu-maluin tau" rajuk Viola.
"Tapi kamu juga nikmatin"
"Ya tetep aja itukan tempat umum, tadi pas udah selesai ciuman. Semua
orang liatin kita tau"
"Emang kamu gak suka kalo saya cium?"
"Ya suka. Suka banget malah."
"Terus?"
"Ya tapi kan tetep aja itu tempat umum"
"terus kamu maunya kita ciuman dimana?"
"Dimana aja ke, mau di toilet, di mobil, di kamar, ya pokonya ditempat
yang orang lain gak lihat"
Dan perkataan Viola sukses membuat Bagus menepikan mobilnya
kepinggir Jalan.
"Kamu tau gak, sikap kamu itu udah kaya berperan sebagai istri saya
tau?"
Viola diam. enggan untuk menatap wajah marah Bagus karena
cerocosannya.
"Maaf.." ucapnya menyesal. dia sadar diri aja cuma pembantu tapi
merajuk.
"Hey!" ucap Bagus mendekati wajah Viola.
"Saya cum__"
Perkataan Viola kembali terputus tatkala Bagus mencium kilat bibirnya.
"Justru saya yang berterimakasih. Kalo kamu maunya kita ciuman
ditempat sepi. Ayo! saya tidak masalah. ini khusus hadiah buat kamu karena
telah nemenin saya ke pesta"
Viola menengadahkan wajahnya, melihat Bagus yang tersenyum
kearahnya.
"Pak Bagus gak lagi bercandain saya kan?"
"Nggak. Bahkan kamu mau kita ciuman dimanapun saya siap"
Perkataan Bagus sudah sukses membuat Viola tak bisa menahan
tawanya. Majikannya berkata seperti itu seperti menganggap ciuman itu hal
yang sudah biasa mereka lakukan. Macam seperti berjabat tangan, yang jika
dilakukan itu tidak ada masalah.
"kalo ciumannya di dapur Bapak Mau?"
"Boleh siapa takut"
"Kalo di... Kamar mandi?"
"Bahkan di WC juga saya siap"
"Khmmm hahahaha..." Viola tergelak mendengar jawabannya. keduanya
tertawa ngakak karena obrolan yang mereka lakukan.
***
"Mommy.. Junia mau sama Daddy"
Anak kecil yang kini berada di depan Sarah menangis. Dia tak tega
melihat anaknya yang masih kecil, meminta untuk bertemu Daddy-nya
sambil memegangi kakinya. Bahkan tampak mata dan wajahnya sembab
karena sehabis menangis. Dari sore ia tinggalkan karena tadi dia pergi ke
pesta.
"Dengar ya Jun! Daddy kamu itu gak sayang sama Mommy. Daddy kamu
lebih memilih wanita lain ketimbang Mommy" Ucap Sarah sambil menahan
isak tangisnya.
"Tapi Daddy Baik sama Juni. Juni mau sama Daddy. Mommy jahat!"
Ucap gadis kecil itu sambil meninggalkan Sarah yang berada di ruang
tengah Apartmant.
Gadis kecil itu, bernama Junia. Anaknya dengan Hans. Namun beberapa
minggu lalu mereka telah bercerai karena ketahuan selingkuh dengan
wanita lain. Sebenarnya ini berat bagi Sarah, terlebih Sarah sebatangkara,
tak punya siapapun. Baginya satu-satunya keluarga itu hanya Bagus.
Namun lima tahun yang lalu dia telah mencampakan laki-laki itu yang
justru memilih bersama Hans, laki-laki belasteran Amerika Indonesia.
Salah satu pengusaha muda terkaya di Indonesia.
Sebuah panggilan masuk ke Handphone Sarah bertuliskan Myhusband.
Wanita itu tersenyum miris, karena sekarang status laki-laki itu sudah tidak
lagi menjadi suaminya.
"Hallo?"
"Hallo Sarah? Aku lagi menuju ke Apartmant kamu. Kamu di mana? tadi
siang Suster yang merawat Juni nelpon aku. Dia nangis terus nanyain
kamu."
Sarah tersenyum kecut. Apa laki-laki ini masih tidak sadar dengan
kesalahannya? berselingkuh dibelakangnya, tapi masih bisa
mengkhawatirkan anak mereka. Apakah Sarah harus membencinya atau
tidak. Justru semua itu yang membuatnya bingung.
"Hallo Sar? kenapa kamu diam?"
"Jangan ganggu lagi Juni!! Kamu sudah gak berhak buat liat dia lagi"
"Sarah Please dia anak Aku. Aku mau liat keadaan dia!"
Sarah langsung mematikan sambungan telponnya. Dia menggeretakan
giginya, dadanya juga bergemuruh. Menahan amarah yang sudah sampai
Ubun-ubun.
Ketika Sarah baru menenggak air putih di dalam kulkas, tiba-tiba Bel
Apartmannya berbunyi. Dia segera membuka pintu itu tanpa melihat siapa
yang datang. Karena rasanya dia sangat cape, sampai malas melihat siapa
orang yang bertamu malam-malam seperti ini. Namun ketika pintu terbuka,
mata Sarah melotot melihay Hans yang berdiri di ambang pintu.
"Ngapain kamu kesini?"
"Sar Pliss.. Aku cuma mau liat anak aku sebentar"
"Gak bisa. Kamu gak boleh___"
Suara Sarah terputus tatkala Juni keluar dari kamarnya karena mendengar
suara Hans datang. Gadis kecil itu langsung berlari menemui ayahnya.
"Daddy?"
"Juni sayang"
"Gak bisa Juni! kamu masuk kamar!"
Juni menghentikan kakinya. Matanya kembali berair menahan isak
tangis. Padahal Dia sangat merindukan daddynya.
"Mommy bener-bener jahat" teriak Juni langsung masuk kekamarnya
kembali.
"Kamu gak liat Juni? dia mau nemuin aku, masa kamu gak boleh? kamu
itu emang bener-bener ibu yang jahat!"
"Lebih jahatan aku atau kamu? yang justru mencari wanita lain diluar
sana?" Wajah sarah tampak menggertakan giginya. Sepertinya dia sangat
marah saat ini.
"Aku gak bakal cari wanita kalin kalo kamu gak bisa lupain Dokter sialan
itu"
"Diam kamu! Aku juga nyesel udah pilih kamu ketimbang dia. Bahkan
Bagus jauh lebih baik dari kamu, yang justru mencari wanita lain diluar
sana"
Sarah berucap sampai kalimat terakhirnya, namun dengan segera dia
menutup pintu Apartmant tanpa memperdulikan Hans yang masih berada
diluar.
Wanita itu kini menangis dibalik pintunya. Menangisi nasibnya karena
telah menyia-nyiakan orang yang dicintainya. Sementara Hans, laki-laki itu
tampak ingin mengetuk namun dia urungkan.
"Ini semua gara-gara Dokter sialan itu!! Aku gak bakalan nyari wanita
lain kalo kamu masih terbayang laki-laki yang bernama Bagus" Ucap Hans
pelan. Bahkan hanya bisa terdengar oleh dirinya sendiri.
21

Ayo liat Videonya. Pak Bagus lagi Open House nih, biar semua
pembaca feel-nya dapet.
Gradag-grudug-gradag-grudug itulah bunyinya. Ketika Bagus telat
bangun pagi. malah sampai kesiangan. Apa yang dia mimpikan semalam?
Tidak seperti biasanya dia kesiangan begini.
"Pak Bagus sarapan dulu! saya udah siapin sarapan kesukaan Bapak!"
"Nanti aja mar, Saya ada jadwal Oprasi pagi ini" Ucap Bagus sambil
menuruni tangga. Bahkan tangannya saja masih merapikan kancing
kemejanya.
"Oh. Yaudah deh."
Bagus berlari masuk kedalam mobilnya. Mengemudikan mobilnya
dengan kecepatan tinggi.
Oh shit! mimpi sialan!
kenapa Marni juga tidak membangunkannya? dia mengacak rambutnya
yang memang tidak tertata rapi saking buru-burunya. Tangannya lihai
memainkan setir kemudinya. setelah dirasa sampai pada parkiran, di berlari
menapaki koridor Rumah Sakit. Namun ketika dia berlari, semua perawat
maupun Dokter menatap dirinya sambil bersedih.
Ada apa dengannya? apa ada yang salah? apa karena bagus tidak
menyisir jadi semua orang melihat. Tapi kenapa mereka bertampang sedih?
apa ada sesuatu yang membuat mereka bersedih?--- itulah berbagai
pertanyaan yang ada dibenak Bagus.
Namun sedetik kemudian dia tidak menghiraukannya. Dia berlari menuju
ruang Operasi, semua Dokter Bedah di sana sudah memakai baju hijau
tosca-nya.
"Maaf Saya terlambat!" ucapnya sambil terengah.
Namun pada saat Bagus memasuki ruangan tersebut, betapa terkejutnya
dia. Melihat Sarah yang justru menggantikan posisi dirinya. Matanya
meneliksik menatap mata Sarah tajam, ketika kedua mata tersebut bertemu.
"Saya akan melanjutkan operasinya" Ucap Bagus yang langsung
diberikan baju hijau tosca oleh salah satu dokter yang membantu dalam
operasi.
Sarah terdiam melihat kedatangan Bagus. Operasi juga belum sampai
dilakukan, namun untung saja Bagus keburu datang.
"Mosquito"
Lalu salah satu dokter memberikan alat yang berbentuk seperti gunting
berwarna putih besi ka tangan Bagus.
"Kita akan melakukan pembedahan selama 5 menit berikutnya. Aku akan
meng-Operasinya untuk rehabilitasi neurologis. rekonstruksi Arteri dan
terrnoraphy dalam waktu 40 menit." Tangan Bagus lihai memotong
sebagian kecil tangan pasien yang di operasinya.
"Apa kamu akan diam saja?" tanya Bagus yang melihat Sarah hanya
bengong. "kamu masih belum terbiasa! jika kamu sampai salah memotong,
aku akan sambungkan tangan kamu untuk pasien ini. Jadi Aku mohon!
jangan dulu sok tau!"
Pedas! kata-kata Bagus sangat pedas sekali. Tapi itu sudah terbiasa bagi
para Dokter yang bekerja sama bersama bagus di meja Operasi.
"Hook!"
Bagus bersua, lalu salah satu dokter memberikan alat tipis panjang
berdiameter 18 cm untuk diberikan ke tangan Bagus. Akhirnya Sarah juga
ikut membantu proses jalannya operasi sampai selesai.
"Tunggu!" teriak Sarah ketika mereka selesai operasi.
Bagus menoleh ke arah Sarah. Melihat wanita itu lekat. Tampak wajah
dia seperti menyembunyikan sesuatu yang menyedihkan.
"Apa kita bisa bicara sebentar?"
Bagus tampak santai dihadapan Sarah, meski hatinya sedang berperang
menahan sakit yang dalam. Tapi dia tidak ingin menunjukannya pada Sarah.
Lalu Bagus mengangguk.
Keduanya sampai diruangan Bagus. Tak ada yang memulai pembicaraan,
malah mereka sekarang sedang duduk berhadapan di meja kerja Bagus.
"Maaf" Sarah mulai bersuara.
"Untuk?"
"Emm... Untuk semuanya"
"Aku rasa kamu tidak punya salah__"
"Kejadian lima tahun yang lalu!!" potong Sarah.
"Hm Ok" Bagus menaikan Bahunya acuh.
"Maaf karena aku sudah ninggalin kamu"
"itu hak kamu buat ninggalin aku"
Muka Bagus tampak datar. terlihat enjoy tak ada masalah apapun. Tapi
bagaimana hatinya? jangan ditanya!! dia sedang susah payah menahan rasa
sakit yang menjalari dadanya.
"Aku sudah cerai sama Hans"
"Aku sudah tahu"
"Dia selingkuh di belakang aku__"
Bagus terdiam mendengar Sarah bercerita jika suaminya selingkuh.
Hatinya seakan ikut merasakan sakit. Giginya mengeras, rasanya dia ingin
sekali meninju wajah Hans jika laki-laki itu ada di sini.
"__dan sebenarnya..." Sarah bernafas berat. "Aku gak bahagia nikah
sama Hans"
What the? Bahkan Bagus merasakan sakit yang sungguh luar biasa ketika
Sarah pergi. Tapi hari ini, dia datang dan berkata jika dia tidak bahagia.
Lima tahun bukanlah lelucon, dan untuk apa dia pergi jika akhirnya dia
berkata seperti itu.
Jika kamu gak bahagia, kenapa dulu kamu ninggalin aku?
"Sepertinya itu bukan lagi urusanku" Bagus beranjak berdiri dari
tempatnya duduk. Dia sudah tidak kuat, jika harus terus-terusan melihat
mata Sarah yang hendak meneteskan air mata.
Bagus hendak melangkah pergi meninggalkan Sarah. Namun,
langkahnya terhenti ketika tangan sarah menahannya. "Aku gak bahagia
karena kamu Bagus!"
Sontak saja Bagus menoleh, bagaimana ceritanya dia yang bisa
disalahkan? Sedangkan disini justru Bagus yang justru harus berkata tidak
bahagia.
"Aku salah telah memilih Hans! Aku salah karena ninggalin kamu demi
harta. Aku sadar, harta tidak menjamin kebagiaan. Aku mohon jangan benci
Aku"
Sarah menunduk. Tangisannya pecah, rasa sedih dan rindu bercampur
aduk. Terutama rasa bersalahnya terhadap Bagus yang selama ini ia
pendam. Rasanya dia ingin mengulang waktu ketika dia masih bersama
Bagus dulu.
"Maaf Sarah! Aku gak mau lagi ngungkit hal-hal pahit dulu. Aku sudah
nyaman dengan hidupku yang sekarang!"
"Dengan terus sendiri seperti ini?"
"Aku bahagia dengan hidupku ini!" Suara Bagus meninggi.
"Kamu kira aku tidak tahu? Aku tahu kalo kamu masih cinta sama aku."
Gigi Bagus menggeretak menahan amarahnya yang memuncak. Rasa
sakitnya bahkan masih terasa sampai sekarang. Dia sendiri tidak tahu,
kenapa hatinya masih sakit bahkan sampai lima tahun lamanya.
"Sok tau kamu. Aku udah punya calon istri! Perlu apa lagi aku harus
ngebuktiin semuanya sama kamu?!"
Bagus melepaskan genggaman Sarah pada tangan-nya. "Sepertinya gak
ada lagi yang harus kita bahas. Kalo gitu aku permis!"
Bagus hendak pergi namun Sarah kembali menghentikannya. Wanita itu
memeluk Bagus dari arah belakang punggungnya. Dia menangis. Memeluk
erat tubuh Bagus sambil menangis.
"Aku mohon Bagus jangan tinggalin aku! Aku harus gimana biar kamu
mau sama aku lagi?" Sarah terisak dipunggung Bagus. Bahkan jas putih
yang dikenakan Bagus sampai basah.
Cklek
"Pak Bag__" itu Viola yang membuka pintu. Ucapannya terhenti ketika
melihat Sarah dengan Bagus yang masih dalam posisi Bagus yang dipeluk
Sarah. "__maaf Saya ganggu".
Viola menutup pintu ruangan Bagus dengan agak keras. Dia berlari
meninggalkan ruangan itu.
Bagus yang masih kaget dengan kehadiran Viola tiba-tiba, masih tidak
bisa berkata apa-apa. Bahkan Sarah langsung melepaskan pelukannya
ketika Viola pergi.
"Gara-gara kamu calon istri saya jadi salah paham!"
Bagus sekata-kata saja mengucapkan hal itu pada Sarah. Namun dia tau
jika pembantunya mendengar Bagus berkata seperti ini, mungkin anak itu
pasti tersenyum kegirangan.
Sarah ingat. Wanita itu adalah wanita yang ia temui di acara pesta Rumah
Sakit kemarin. Dia jadi berspektif jika Bagus memang benar-benar
mempunyai calon Istri. Tapi mendengar info dari colega sesama Dokter,
dan mendengar berita dari sana-sini jika Bagus masih menjomblo.
"Maafin aku!"
Bagus menatap Sarah sebentar. Lalu beranjak keluar untuk mencari
Viola. Dia pikir, wanita itu pasti sedang menangis. Dia tahu, pembantunya
itu sangat mencintainya. Tapi yang jadi pertanyaan, Kenapa Bagus justru
khawatir wanita itu salah paham?
"maaf mbak, liat cewek berambut panjang sambil bawa rantang makanan
gak?"
"maaf Pak, saya gak liat" jawab seorang Dokter magang yang kebetulan
berpapasan dengan Bagus.
"Pak! Pak! Liat wanita berambut panjang bawa-bawa rantang?"
"Nggak mas."
"bu luat Wanita berambut panjang...."
"Maaf dek, liat wanita...."
"Maaf dok liat...
"....liat wanita..."
".....bla bla bla..."
Bagus mencari Viola kesetiap penjuru Rumah Sakit. Namun tak ada
satupun orang yang melihat Viola pergi kemana.
Marni kamu di mana sih? Bikin orang khawatir aja..
Hingga ketika Bagus dilantai satu, dia bertanya pada seorang Cleaning
Service. Dia beramsumsi jika ini akan menjadi pertanyaanya yang terakhir,
namun tanpa diduga ibu-ibu paruh baya itu berkata lain.
"Saya tadi lihat perempuan yang bawa rantang masuk ke kamar mandi
wanita. Itu Rantangnya juga dititipin ke pos penitipan barang dok"
"Beneran bu?"
"Iya tadi saya yang jaga soalnya."
"ok makasih bu"
Bagus berlari menuju kamar mandi wanita. Namun dia tidak bisa masuk,
mengingat dirinya adalah seorang pria dia jadi berinisiatif untuk menunggu
pembantunya saja.
Aku tahu Marni pasti lagi nangis. It's okey aku paham. Sebagai majikan
yang baik, aku lebih baik nunggu sampe dia keluar.
Makasih banget buat yang udah baca. Aku kira gak ada yang baca
ceritanya. 😭 😭 Aku sampe terharu liat komentar kalian. Maaf juga
karena aku hanya bisa nulis cerita yang gaje kayak gini.
22

"Bawa Lipstick gak sih? Gw minta ya!"


"Ada tuh di pouch ambil aja!" Ucap seorang wanita berbaju putih sambil
bercermin di kaca kamar mandi.
"Eh by the way lo tau gak pak Bagus bawa siapa pas kemarin ke Pesta?".
Wanita satunya lagi mengorek-ngorek pouch make up yang hendak ia
pinjam lipstik-nya.
"Bu Anya kan? Gw denger-denger mereka pacaran"
Di antara dua perawat wanita yang sedang berdandan di kamar mandi,
tedapat Viola di balik bilik kamar mandi sedang mengeluarkan hajat yang
semenjak tadi ia tahan. Bahkan ia tahan semenjak ia masih di angkot. ketika
ia melakukan perjalanan ke rumah sakit.
Keningnya berkerut mendengar percakapan dua orang perawat di luar.
Mendengar nama pujaan hatinya di sebut-sebut membuat kedua telinganya
refleks untuk menajamkan pendengaran.
Anya? Perasaan pak Bagus berangkat sama Vio.
Mendengar jawaban dari kedua perawat tersebut salah. Viola buru-buru
memakai celananya kembali. Namun belum juga dia keluar dari bilik
kakinya terhenti mendengar jawaban salah seorang perawat yang
menurutnya benar.
"Salah!! Gue denger dari salah satu dokter yang kemarin hadir di acara
tersebut pak Bagus bawa calon istrinya."
"Masa sih pak Bagus bawa calon istri?"
Viola yang mendengarnya langsung membekap mulut dengan tangan
kanannya. Calon istri? Beritanya sampe nyebar begitu?
"__ denger pak Bagus sama bu Anya pacaran aja udah bikin gue
gondokan. Apalagi denger pak Bagus bawa calon istrinya. Patah hati gue"
"Sama gue juga. Kalo sampe tuh cewe gue liat, gue gak akan segan buat
nonjok dia"
Mata Viola melotot. Seganas itu ya fans pak Bagus. Kalo kaya gitu,
gimana caranya Viola keluar. Kalau-pun keluar palingan mukanya udah
pada bonyok di tonjokin.
"Gue gak mau nonjok doang. Sekalian gue mau nyolok mata dia pake
kuku-kuku tajem gue"
Jantung Viola semakin cepat berdetak. Bahkan suhu bilik dia rasa
menjadi semakin panas mendengar perkataan dua orang perawat yang
menurutnya sadis itu.
"Iya gue juga gak mau nonjok. Kalo bisa gue pengen mutilasi sekalian
biar semua anggota tubunya hancur. Kaya hati gue yang sekarang lagi
hancur huaaaaa"
Viola rasa mungkin ini akan menjadi akhir hayatnya. Tapi jika dia mati
disini, akankah dia diketahui identitasnya. Sedangkan sekarang justru dia
bernama Marni bukan Viola. Haruskah dia membuat wasiat sebelm ajal
menjemput.
Namun ketika Viola sibuk memikirkan wasiat apa yang harus ia katakan,
tiba-tiba suara seseorang yang ia kenal berbicara. pak Bagus?. Membuat
dirinya seakan-akan memiliki secercah harapan.
"Permisi!!" Ucap Bagus sopan yang berada di ambang pintu kamar
mandi.
Kedua perawat yang sedari tadi mengobrol ria terhenti mendengar
seorang laki-laki masuk kedalam kamar mandi wanita. mulut mereka tidak
berteriak, melainkan justru membulatkan matanya dengan mulut menganga.
karena orang yang datang justru laki-laki sang pujaan. Siapalagi jika
bukan Bagus! Laki-laki yang beberapa menit lalu mereka bicarakan.
"Permisi mbak! Maaf saya masuk tanpa ijin. Saya mau cari wanita yang
beberapa menit lalu masuk kesini"
Mereka saling pandang. Perasaan, mereka disini cuma berdua. Lalu siapa
wanita yang justru Bagus tanyakan.
"Nggak tuh pak. Dari tadi kami disini cuma...." Ucapan perawat itu
terhenti tatkala melihat sebuah bilik yang dari tadi pintunya tertutup.
"... Sepertinya itu deh pak"
"Memangnya bapak lagi nyari siapa?" Tanya perawat yang satunya lagi.
Viola yang sudah disadari kehadirannya tampak bingung. Harusnya dia
buru-buru keluar tapi ko dia jadi malah semakin takut untuk keluar dari
bilik.
Pak plisss jangan bilang saya calon istri bapak. Pliiisss
"Saya lagi nyari calon istri saya"
Mata Viola melotot sambil meringis. Kalo kaya gini, bisa-bisa pak Bagus
juga ikut di mutilasi.
Sedangkan kedua perawat yang sedari tadi bergosip justru malah
meringis takut karena telah membicarakan calon istri pak Bagus secara
frontal. Dan mereka tau jika calon istri pak Bagus memang mendengar
ocehan mereka.
Mampus!-- batin mereka berdua.
"Maaf pak saya duluan. Masih banyak kerjaan"
"Iya pak Saya juga"
Kedua perawat itu lari terbirit-birit setelah Bagus mengatakan calon istri.
Ada yang salah ya? Perasaan dari semenjak pagi semua orang bersikap aneh
kepada Bagus. Apa bagus bau badan?
Bagus mencium keteknya. Tapi nihil. Justru tubuhnya sangat wangi.
Sudahlah Bagus tak mau ambil pusing. Dia mengangkat kedua bahunya
terserah.
Cklek
Viola keluar dari balik bilik kamar mandi. Matanya mencari-cari sosok
kedua perawat yang tadi menggosipkan dia dengan pak Bagus. Bagus yang
melihat Viola mengerutkan kening.
"Cari siapa?"
"Kedua perawat tadi"
"Sudah keluar"
Viola menghembuskan nafas lega. Akhirnya dia selamat.
"Bapak tidak apa-apa kan?" Viola bertanya sambil melihat seluruh tubuh
Bagus barang kali ada yang kena tinju atau sejenisnya.
"Harusnya saya yang nanya. Kamu gak kenapa-napa?"
"Ko bisa bapak gak di apa-apain sama mereka?" Viola malah
mengabaikan pertanyaan Bagus. "Terus ko bisa mereka pergi gitu aja?"
"Marni!" Suara Bagus meninggi.
Viola mendongak. "Iya pak?"
"Saya tanya kamu!"
"Tanya apa?"
"Kamu gak kenapa-napa?"
"Memangnya saya kenapa?" Viola malah balik bertanya.
"Kamu gak nangis atau apa gitu liat saya tadi sama Sarah?"
"Nggak. Memangnya kenapa?" Jawab Viola dengan polosnya.
Bagus tersenyum miring. Dia kira pembantunya pasti nangis kejer liat dia
sama Sarah. Nyatanya malah biasa saja. Kalo kayak gitu, Bagus tadi tidak
usah susah payah mencari pembantunya.
"Sukur deh" ucap Bagus.
Bagus berbalik meninggalkan Viola. Kenapa justru dia merasa kecewa?
Padahal seharusnya dia merasa senang. Kalo Pembantunya tidak cemburu
kan dia gak usah repot-repot buat jelasin. Tapi ko Bagus justru merasa
kesal?
Setelah dia rasa sudah jauh jaraknya dari kamar mandi. Dia berbalik
melihat kebelakang.
Marni kemana? Ko gak ngejar gue?
Bagus kembali mendekati kamar mandi. Tapi nihil tak ada orang. Tuh
kan si Marni ngilang lagi.
"bapak nyariin siapa sih?" Tanya Viola yang tiba-tiba ada di belakang
Bagus.
"Kamu tuh ya, bikin saya khawatir aja. Saya kira kamu ngilang lagi"
ucap Bagus dengan kesalnya.
"Hehehe tadi makan siang bapak saya titipin di tempat penitipan barang.
Nih pak!" Viola menyerahkan rantang makanan yang sering Bagus bawa ke
rumah sakit.
"Iya trimakasih sudah mau nganterin"
"Yaudah pak saya mau pamit pulang"
Viola hendak pergi namun kembali ditarik oleh Bagus.
"Gak boleh pulang! Kamu temenin dulu saya makan siang!"
Viola mengedip-ngedipkan matanya. Tumben pak Bagusnya meminta
sendiri untuk ditemani. Biasanya kan dia yang tanpa diminta, pasti nemenin
Bagus.
"Bapak lagi kangen ya sama saya?" Tanya Viola dengan mengerlingkan
sebelah matanya. Bagus yang melihat justru malah jijik. Tapi tetep terlihat
imut.
"Ngomong apa kamu? Nggak!!" Jawab Bagus sambil pura-pura melihat
ke arah lain.
"Biasanya kan bapak jarang minta ditemani"
"Perasaan kamu doang. Tiap saya makan dirumah kan kamu suka liatin"
"Iya sih tapi kan itu saya yang mau"
"Terus sekarang kamu gak mau nemenin saya?"
"Mau dong kalo bapak Mau hehehe"
"Yaudah nih bawa rantangnya!"
Bagus berjalan mendahului Viola. Entah kenapa Bagus jadi senyam
senyum sendiri melihat tingkah Pembantunya.
Rasanya dia tidak akan bisa jika pembantunya pergi. Tapi Bagus baru
ingat, Bunda-nya kan pulang minggu depan. Terus dia jadi ingat janjinya
dulu. Ketika Bunda Asrita pulang, Marni juga pasti resign dari rumah.
Apa bagus jadiin aja si Marni istri biar dia selalu dilayani sepanjang
hidupnya. Lagian kan pembantunya gak jelek-jelek amat. Nanti kalo si
Marni di jadiin Bini dia kan gak usah repot-repot gajih dia. Terus tiap
malem juga dilayani... eh ko gue mikir gini sih?
Bagus menggeleng-gelengkan kepalanya. Pasti ada yang konslet dengan
otaknya.
"Pak Bagus kenapa?"
Bagus melihat pembantunya yang tampak khawatir "nggak! Saya
gapapa!"
Bagus berjalan mendahului. Hatinya ko jadi dek dekan.
Maaf kalo kata-katanya banyak yang kejelimet. Seminggu ini aku
gak nulis, soalnya lagi super sibuk belajar bahasa jepang.
Do'ain ya biar aku bisa cepet kerja di jepang.
Semoga aku juga semangat sama kerjaan yang sekarang.
Sebenarnya gak mau ngumbar-ngumbar, tapi aku mau jadiin setiap
part aku itu sebagai part kenangan. Karena dibalik tulisan pasti
banyak terselip cerita real life yang sedang terjadi.
Yah intinya. Kalo nanti pas aku buka lagi part ini. Aku mau liat
flashback mood aku nulis itu gimana pada waktu itu....
Ok thanks buat yang udah baca.
ありがとう ごじゃいます。。。
23

Malam ini, Bagus ditemani makan malam oleh Viola. Matanya sesekali
melirik Viola yang terus fokus pada ponsel yang digenggamnya. Jika
biasanya selagi Bagus makan, gadis itu selalu melihatnya dengan tatapan
memuja sekarang justru berbeda. Dia malah pokus sambil cengengesan
menatap layar di ponselnya.
Liatin apaan sih sampe segitunya? Gak liat nih pangeran pujaan sedang
makan cantik begini.
Bagus yang tak mau ambil pusing masih tak memperdulikan
pembantunya. Dia makan cantik seperti biasa. Meresapi makanan
kesukannya yaitu sayur lodeh, ditambah tahu tempe goreng.
beuh enak banget.
Tapi melihat keanehan yang tidak biasa ia saksikan membuatnya jadi tak
berselera makan. Pembantunya masih terus ketawa-ketiwi didepan dia
dengan layar ponsel.
"Marni kamu gak akan liatin saya makan?"
"Gak diliatin juga Pak Bagus pasti makan dengan lahap" ucap Viola
sambil menunjuk piring Bagus yang sudah terisi lagi oleh nasi barunya.
Lalu kembali pada layar ponsel.
"Tapi biasanya kan kamu suka liatin saya makan"
"Lagi gak pengen aja pak. Kenapa bapak mau diliatin?" Sejenak Viola
melirik Bagus yang menyuap kembali nasinya.
Gak bisa dipungkiri. Meski hatinya kesal perutnya tidak bisa berbohong.
Mau tidak mau, dia harus kembali menyendok nasi kedalam mulutnya.
"Oh iya Mar, Soal tadi siang di rumah sakit. Sebenarnya saya tidak mau
cerita, tapi mau gimana lagi.. sepertinya saya harus cerita buat menghargai
perasaan kamu__"
Viola mendengar. Tapi masih saja terus fokus pada ponselnya.
"__Saya sama Sarah memang sudah tidak ada lagi hubungan. Tapi
mendengar Sarah minta balikan, saya jadi mempertimbangkan-nya
kembali"
Bagus berbohong untuk mpertimbangkan Sarah. Dia hanya ingin
membuat Viola cemburu tapi yang sedang di panas-panasi justru malah
acuh.
"Bukannya Bapak udah suka sama Saya?"
Apa pembantunya bilang? Dia sudah suka sama Marni? Sekate-kate aja
kalo ngomong.
"Sembarangan kamu! Saya sama kamu itu biasa saja. Kamu di hati saya
tidak ada ruang sedikitpun"
Viola melepaskan ponselnya. Di letakannya di atas meja. Lalu
memandang Bagus dengan serius.
"Ko tadi pagi pas saya bangunin Bapak. Bapak manggil-manggil nama
saya sambil ngedesah begitu?"
Bagus melotot kaget. Mimpi itu?
"Nggak! Saya semalem gak mimpiin kamu" sela Bagus cepat.
"Jelas-jelas saya denger tadi pagi. Makanya Bapak kesiangan karena
bapak mimpiin saya jorok"
Bagus menganga lebar. Dia mencari-cari alasan untuk menyangkal. Tapi
memang semua itu benar, Bagus kesiangan gara-gara itu. Dasar mimpi
sialan!!
"Ya... Sebenarnya saya juga tidak ingin mimpiin kamu. Itu cuma...."
"Cuma apa? Cuma bentuk penyaluran nafsu bapak sama saya?"
Bagus kembali melotot. Dia menghembuskan nafas gusar. Wajahnya ia
usap dengan kasar. Sepertinya pembantunya salah paham.
"Nggk Marni kamu salah! Saya gak mikir jorok apa-apa sama kamu.
Saya cuma sebelum tidur itu kepikiran kamu makannya kebawa mimpi"
"Tapi Saya gak nyangka aja bapak bisa sebejat itu sama saya!"
Tunggu dulu! Ko Bagus kesannya seperti melecehkan anak orang.
"Marni sepertinya kamu salah paham! Saya..."
"Saya kecewa sama bapak."
Viola meninggalkan Bagus sendiri diruang makan. Lalu pergi kedalam
kamar. Bagus yang ditinggalkan menganga tidak mengerti dengan sikap
pembantunya akhir-akhir ini.
Bagus mendekati pintu kamar Viola yang berukuran kecil. Kamarnya
sepetak dan kamar mandipun diluar. Bahkan dirumah ini kamar sangat
banyak tapi kenapa dia hanya memberi kamar itu untuk ditinggali pembantu
kesayangannya.
Dia mengetuk pintu itu. Bagus jadi merasa tidak enak karena telah
memimpikan pembantunya jorok. Tapi laki-laki mana yang tidak tergoda
jika setiap hari di goda sama wanita cantik. Apalagi mereka cuma tinggal
berdua. Bagus pikir, hanya laki-laki tidak normal yang tidak akan tergoda.
"Marni maafin saya ya! Saya tidak bermaksud seperti itu."
Bagus memijit pelipisnya. Lalu kembali mengetuk pintu karena tidak ada
jawaban dari dalam.
"Kamu mau apa dari saya terserah. Asal maafin saya ya!"
"Beneran?" Teriak Viola dari dalam.
Dasar bocah gendeng! Bagian ditawarin permintaan aja langsung luluh.
Bagus memutar bola matanya baru ngeuh dengan jawaban pembantunya.
"Iya beneran. Cepet kamunya keluar!"
"Iya iya pak Bagus ganteng, calon imamku"
Viola keluar kamar sambil cengengesan didepan Bagus. Justru Bagus
yang melihat malah jadi gemas sendiri dengan tingkah pembantunya ini.
"Ayo kamu mau apa dari saya?"
"Mau nikah sama Bapak!"
Bagus berdecak. Itu lagi maunya. Eh tapi ko Bagus malah berpikir untuk
membertimbangkan tawaran Marni. Sepertinya ajakan Marni tidak ada
salahnya juga untuk dicoba. Kan kalo udah bosen gampang bisa cerai, eh
asstagfirllah Bagus!
"Iya saya pertimbangkan dulu."
Viola membulatkan matanya. Baru kali ini Pak Bagus mau
mempertimbangkan ajakannya. Karena sebelumnya, Bagus pasti cari-cari
alasan buat nolak Viola. Tapi Viola jangan geer dulu! Bisa jadi ini cuma
akal-akal busuknya saja, buat bisa di maafin. Viola mengangguk
meyakinkan perasaannya.
"Saya gak mau dipertimbangkan dulu. Saya mau jawabannya sekarang!"
Buset! Bener-bener ni anak. Kaya ngelamar jadi pembantu aja harus
ditentukan sekarang.
"Gak bisa! Nikah itu kan bukan main-main. Kalo kamu nikah sama saya,
terus pada akhirnya malah cerai karena kurang dipertimbangkan. Emangnya
kamu gak akan nyesel? Kalo saya kan pria, masih bisa nyari lagi kalo cerai"
ucap Bagus sambil berkecak pinggang.
"Bapak itu kebanyan mikir. Makanya gak nikah-nikah. Terus soal cerai,
saya gak masalah ko, setidaknya saya sudah merasakan jadi istrinya pak
Bagus. Itu udah cukup buat saya. Cukup mengandung dedek Bayi lalu
ngelahirin penerus Bangsa dari Gen halilintarnya pak Bagus. Beres deh"
Emang sarap pembantunya ini. Bagus sampai menganga mendengar
penuturan Viola. Sesimpel itu hidupnya. Waaah Bagus benar-benar iri
dengan pola pikir yang tak menghiraukan kedepannya.
"Gak!! Pokonya saya gak bisa nikah sama kamu"
"Tuh kan katanya bapak mau ngabulin semua permintaan saya? Tapi
mana sekarang bapak malah bikin lagi saya kecewa. Kalo tau gini, saya gak
akan keluar kamar tadi. Biar bapak gak makan sampai besok"
Bagus naik darah. Pembantunya ini benar-benar durhaka sama majikan.
Mimpi apa dia dulu sampe punya pembantu modelan si Marni.
"Oh iya satu lagi. Saya mau pergi dari rumah ini. Buat apa saya pergi dari
rumah kalo disini gak bisa nikah sama pak Bagus."
Brakkk
Viola menutup pintu kamar itu dengan kasar. Tak memperdulikan Bagus
yang masih berdiri diluar kamar.
Bagus menghembuskan nafas berat. Dia kembali mengetuk itu. Tidak ada
pilihan lain. Lagian gak ada ruginya jika nanti dia nikah sama
pembantunya.
"Iya marni saya mau nikah sama kamu!"
"Bodo amat! Palingan juga bohong lagi" teriak Viola sambil selimutan di
atas ranjangnya.
"Saya gak bohong. Ini serius. Ayo kita nikah!! Nikah beneran nikah. Gak
sampai cerai!"
Viola membuka selimutnya. Telinganya tidak salah dengar kan? Atau itu
hanya Fatamorgana karena saking ingin nikah dengan pak Bagus.
Bagus yang diluar mengerutkan kening. Ko pembantunya malah diam
tidak membalas ucapan dia. Padahal dari tadi Marni yang terus-terusan
mengajaknya menikah. Pas mau ngajak nikah eh dia malah abai. Apa
jangan-jangan dia di tolak.
Hahahhaa... Bagus tertawa pelan. Masa dia di tolak? Gak ada kata di
tolak dalam kamus kehidupan Bagus. Bahkan wanita sejenis Marni aja itu
sering ngejer-ngejer dia. Apalagi ini? Cuma pembantu masa bisa nolak. Eh
astagfirullah nyebut Bagus. Gitu-gitu juga calon istri.
Bagus menggeleng-gelengkan kepalanya. Jadi, dia beneran udah
menganggap pembantunya sebagai calon istri? Ko Bagus plin-plan begini?.
Dia jadi dek-dekan mana tau ajakan nikahnya itu di tolak sama
pembantunya.
"Kamu gak mau nikah sama saya?" Teriak Bagus.
Viola bangkit dari tidurnya. Dia terduduk di atas ranjang. Matanya
melihat pintu kamar yang sedang di gedor-gedor oleh pak Bagus.
"Pak Bagus gak bercandain saya lagi kan?"
"Ya Allah Marni. Saya harus bilang apa biar kamu percaya?"
Viola bangkit berjalan mendekati pintu. Lalu diam tak membukakan
pintu.
"Saya gak mau nikah kalo bapak cuma terpaksa.." viola berkata lirih
dibalik pintu.
Bagus menarik nafas dalam. Ini adalah moment dimana dia melamar
seseorang. Tapi mengapa tempatnya tidak etis seperti ini? Bahkan Bagus
tak menyiapkan cincin untuk lamarannya.
Mengingat dia juga tidak ada niatan untuk melamar. Karena kejadian
inipun Bagus bisa ingin menerima pembantunya sebagai calon istri.
"Saya tidak terpaksa ingin menikah sama kamu Marni. Lagian soal cinta
itu bisa belakangan. Yang penting saya nyaman sama kamu. Jadi... Kamu
mau nikah sama Saya?"
Jantung Viola berdetak kencang begitupun jantung Bagus. Keduanya
sama-sama menatap pintu meski tidak saling melihat.
Cklek
Viola membuka pintunya. Matanya sembab. Tangisannya pecah. Bukan
karena sedih tapi justru tangis bahagia. Dia tidak menyangka malam ini bisa
di lamar oleh Pak Bagus. Bahkan Pak Bagusnya itu tidak tau latar belakang
aslinya seperti apa. Dan Viola sudah memastikan jika Bagus memang
menerimakan Viola apa adanya.
"Saya mau nikah sama Bapak. Hikss.." Viola menangis tersedu-sedu
didepan Bagus.
Bagus tak bisa untuk tidak tersenyum. Dipeluknya Viola. Dielus rambut
panjangnya. Dia juga tidak menyangka jika malam ini dia mempunyai calon
istri.
"Iya ayo Marni kita menikah. Kelak kita lahirin anak-anak penerus
Bangsa dengan Gen saya. Saya yakin cetakan kita pasti luar biasa!"
Ucapan Bagus barusan malah membuat Viola tertawa. Bisa saja dia
menghibur wanita dengan cara ini. Dasar tukang gombal! Bisa banget
bikion vio ketawa.
"Emm.. ayo pak! Sekarang juga saya siap!"
Hiyeeey akhirnya pak Bagus udah nerima Viola. Yaaah meskipun
masih ada rasa terpaksa.
24

"Emm... Bikin sekarang juga saya siap"


Kata-kata itu terus terngiang dipikiran Bagus. Dasar bocah gendeng!!
Kalo Bagus tidak kuat iman, mungkin semalam dia udah ngadon bayi
bareng pembantunya. Bahkan karena kata-kata itupula dia tidak bisa tidur
semalaman. Hingga pada pagi ini.. dia benar-benar masih membuka
matanya.
Pagi. Iya ini sudah menjelang siag malah. Sampe acara lari paginya saja
Bagus lewatkan. Dia masih berbaring di atas ranjang. menatap cicak yang
entah mengapa seakan menertawakannya. Dia sendiri tidak tahu, mengapa
semalam mengajak pembantunya menikah. Namun entah mengapa juga
hatinya malah merasa sedikit Bahagia karena akan melepas masa lajangnya.
Dia bangkit dari kasur kemudian menuju kamar mandi. Menatap cermin
didepan. Matanya menghitam mungkin karena semalaman tidak tidur.
"Pak Bagus Banguuun!!! Bapak gak lagi mimpiin saya jorok lagi kan?"
teriak Viola diluar kamar.
Boro-boro mimpiin jorok. Tidur aja kagak. Bagus berjalan untuk
membukakan pintu. Ketika dibuka pembantunya sudah berdandan cantik
sambil cekikikan didepannya.
"Eh calon imam udah bangun? Syukur deh, tadinya kalo belum bangun,
mau saya guyur pake air"
Beset! Calon istri edan!!
"Kenapa pagi-pagi udah teriak?"
"Hehehe nggak pak saya mau ijin pulang"
Bagus menaikan alisnya. Tumben ijin pulang lagi.
"Mau ngapain?"
"Mau minta restu orang tua saya pak"
Alamak secepat itu?. Bahkan Bagus saja belum cerita sama Bundanya.
Baru juga Bagus bilang ngajak nikah semalam, udah main minta restu aja.
Kalo gitu ceritanya Bagus harus kudu siap-siap buat menghadapi calon
mertua.
"Yaudah kalo gitu saya ikut"
Mata Viola melotot. "Jangan!! Jangan! Jangan!!" Viola menggelengkan
kepalanya cepat. Bisa jantungan pak Bagusnya kalo tau dia itu Pembantu
jadi-jadian.
"Kenapa? Saya sudah nerima kamu apa adanya ko. Kamu jangan malu
sama keluarga kamu"
"Bukan itu masalahnya pak. Saya gak mau buru-buru pak. Nanti kalo
saatnya tiba saya pasti kenalin Bapak ke orang tua saya ko"
Bagus terserah saja si calon istri. Lagian dia gak ngebet banget pengen
cepet nikah. Umurnya juga tidak tua-tua amat. Bahkan badannya aja masih
segar bugar meski tahun depan baru nikah.
"Yaudah saya terserah kamu aja"
Viola tersenyum memandangi penampilan calon imammnya di pagi hari.
Kantung mata yang menghitam, serta rambut acak-acakan. Dia sudah
menebak jika laki-laki itu tidak bisa tidur karena perkataannya semalam.
Cup
Viola berjinjit lalu mencium Bagus sekilas. Dia tersenyum manis.
Bahkan sangat manis dimata Bagus. Sampe tubuhnya saja menegang ketika
wanita itu menciumnya.
"I love you pak Bagus"
Viola tersenyum kembali. Lalu berbalik meninggalkan laki-laki itu yang
masih terbengong-bengong karena ulahnya.
Bagus memegangi bibirnya yang tadi dicium oleh Viola. Entah kenapa
disudut bibirnya dia sedikit tersenyum.
**
Waktu sudah menjelang Dzuhur. Beberapa perawat dan Dokter yang
berada di RSUD Jakarta Pusat mulai mendatangi kantin Rumah Sakit untuk
mengisi perut mereka yang sudah kelaparan dari semenjak jam 10 pagi.
Kantin ini hanya di khususkan bagi para Dokter, Perawat, dan juga para
pekerja lainnya yang masih berhubungan dengan Rumah Sakit. Tidak
diperkenankan bagi para Pasien apalagi keluarga Pasien.
Sementara disudut kantin, Sarah sedang mengambil terai makanan untuk
makan siangnya. Dia berjalan sambil mencari tempat kosong. Lalu duduk
dibarisan tengah. Disitu juga ada Anya yang sedang makan bersama
beberapa teman Dokternya. Dia menyadari kehadiran Sarah yang sedang
makan sendiri didepan meja makannya.
Anya berjalan mendekati Sarah. "Permisi!! Dokter Sarah kan?"
Sarah mengangguk sambil membalas senyuman dari Anya. Setelah dirasa
Sarah welcome Anya ikut duduk dimeja makan Sarah.
"Perkenalkan, Saya Anya Dokter Anak disini." Anya mengulurkan
tangannya untuk berkenalan dengan Sarah.
Sarah juga membalas jabatan tangan anya. "Sarah"
"Oh iya. Acara dua hari yang lalu saya liat Dokter Sarah dikenalkan di
acara Festa"
Anya tersenyum tipis. Dia tidak berasumsi apapun dengan kedatangan
Anya dihadapannya. Lalu melanjutkan suapan kedalam mutut.
"Saya dengar dari Dokter senior disana jika Dokter Sarah mantannya
Mas Bagus. Apa itu benar?"
Sarah yang awalnya tidak menghiraukan kedatangan Anya, tiba-tiba
mendongak karena dikejutkan dengan perkataan gadis itu Dia sampai
berhenti mengunyah ketika Anya menyebutkan Bagus dengan embel-embel
Mas. Yang sudah tentu jika gadis didepannya pasti dekat dengan laki-laki
pujaannya.
"Emm.. Saya mantannya Bagus. Ada urusan apa kamu bilang begitu sama
saya?"
Anya mendekati wajah Sarah. Dia berbicara dengan nada berbisik,
"sebenarnya wanita yang mas Bagus bawa ke Pesta itu adalah
pembantunya. Sepertinya Dokter Sarah telah di bohongi."
"Kamu jangan asal bicara! Bukannya gadis itu calon istrinya"
"Iya semua orang bisa dibohongi dengan penampilan gadis itu karena
cantik. Tapi kenyataannya dia hanya seorang pembantu"
Sarah tampak diam. Ternyata dugaan dia benar, dan gosip yang dia
dengar dari beberapa koleganya jika Bagus memang menjomblo sejak lima
tahun ini itu benar adanya. Tapi tentang wanita yang Bagus bawa tempo
hari adalah seorang pembantu, dia tentu tidak tahu.
"Kamu tahu dari mana?"
"Saya juga menyukai Mas Bagus. Dulu saya sering main kerumahnya,
tapi beberapa bulan ini saya baru mengetahui jika Mas Bagus punya
pembantu seorang wanita. Kalo Dokter Sarah tidak percaya, Dokter bisa
pastikan sendiri dengan bertanya pada Mas Bagus!"
Sarah tampak berpikir. Alasan wanita didepan dia berbicara seperti itu
tujuannya untuk apa?. Bukankah wanita itu juga menyukai Bagus,
seharusnya dia juga ikut benci pada Sarah.
"Untuk apa kamu memberi tahu saya ini?"
"Saya sebenarnya tidak ingin memberitahu pada siapapun. Tapi
mengetahui Dokter Sarah mantannya mas Bagus, Saya jadi berasumsi jika
Dokter masih mempunyai perasaan sama Mas Bagus."
"Saya ada perasaan atau tidak dengan Bagus itu tidak ada hubungannya
dengan kamu!" Sarah berbicara tampak tidak suka dengan Anya. Meskipun
dia masih menyukai Bagus, tapi dia tidak sepicik itu untuk membenci
perempuan yang Bagus akui sebagai calon istrinya.
"Memang ini tidak ada hubungannya dengan Saya. Tapi perempuan yang
mas Bagus bawa ke Pesta itu sebenarnya rubah Licik, dia hanya ingin
memanfaatkan mas Bagus dengan menggodanya__"
"Stop!! Kalo kamu sadar ini bukan urusan kamu? Kenapa kamu
mengatakannya pada Saya??" Potong Sarah.
Anya menatap Sarah yang ternyata diluar dugaannya. Wanita itu justru
tidak menyukainya karena pembantu itu. Padahal Anya hanya ingin mas
Bagusnya mendapatkan yang terbaik.
"Saya.. hanya tidak ingin Mas Bagus dimanfaatkan oleh wanita itu"
"Terus dengan mengatakannya pada saya?" Sarah menarik nafas. Lalu
memandang lekat pada Anya. "Saya tahu Bagus. Dia tidak akan jatuh pada
wanita yang tidak mungkin dia sukai. Jadi kamu jangan repot-repot
mencarikan wanita untuk Bagus!! Kalo gitu saya permisi"
Sarah bangkit berdiri dengan membawa terai nasi yang belum sempat dia
makan. Pikirannya jadi melayang pada Bagus. Apakah Bagus menggunakan
wanita lain untuk dikenalkannya sebagai calon istri itu karena dirinya?
Sarah justru merasa bersalah. Semenderita itu Bagus hingga pembantunya
dia jadikan untuk calon istri bohongannya.
Sarah duduk di ruangannya. Dia membuka jas putih karena merasa
pengap dengan pikirannya. Lalu mengecek ponsel, dia melihat beberapa
foto dirinya lima tahun lalu bersama Bagus.
Wanita dan pria di foto itu tampak Bahagia dengan kue Anniversary ke-3
tahun mereka. Sarah menangis memandangi foto itu. Dia merindukan
Bagus dulu. Bagus yang sangat menyayanginya. Dia tidak menduga jika
Bagus akan sesukses ini, dulu dia berasumsi jika mempunyai seorang suami
itu harus yang mapan. Namun dulu Bagus hanyalah seorang Dokter
Magang biasa yang tak mungkin bisa mencukupi semua kebutuhan dia.
Terlebih lagi Sarah adalah anak yatim piatu yang dibesarkan di panti
asuhan, tentu dia tidak ingin mempunyai suami yang hanya berstatus dokter
Magang.
Tapi sekarang. Bagus sudah menjadi jajaran dokter senior atau lebih
tepatnya, Bagus adalah Dokter inti dirumah Sakit ini. Dia sukses dengan
kerja kerasnya. Sarah kira hidup Bagus akan biasa saja dimasa yang akan
datang, tapi nyatanya laki-laki itu bisa disebut mapan malah nyaris Perfect
dengan penampilannya yang sangat menggoda bagi para kaum hawa.

Tulisan ini nyaris hilang. Aku sampe dek-dekan karena udah cape
ngetik eh ilang, malah nyaris nangis hahahaha....
Kan sayang udah nulis panjang lebar eh malah gak ke save. Kan
ngeselin.
Tapi syukurnya masih bisa dikembaliin karena ngambil riwayat revisi.
Pokoknya Novel Viola Pak Bagus bakalan tayang sampai 10 hari
kedepan. Entah sampai berapa part, namun aku gak bakalan nulis
sampai lebih dari 50 part... Kayaknya kalo lebih dari 50 itu
kebanyakan. Palingan kalo pengen tembus 50 part juga pasti diisi sama
pengenalan para tokoh MPM.
Ok temen-temen makasih buat yang udah baca. Jangan lupa Vote
biar author makin semangat ngetik.
Paii paii...
25

Mau tau dong kesan pesannya baca cerita My Perfect Majikan


kayak gimana sampai sejauh ini?
***
"Mommy..." Viola berteriak memasuki rumah kediaman keluarganya
dengan menjinjing beberapa kantung kresek di tangannya.
Adelia yang sedang menonton siaran televisi diruang tengah menoleh
karena mendengar teriakan anaknya yang sudah beberapa waktu ini tidak ia
jumpai. Kakinya tidak bergerak satu incipun dari sopa. Mengingat anaknya
yang sudah beberapa hari tidak pulang, membuat wanita paruh baya itu
untuk melakukan sikap abai pada anaknya sendiri.
"Mommy ko diem sih ketika Viola pulang? Vio bawa bahan buat mommy
masak nih. Ada daging ayam, kol, brokoli, beras, bahkan Vio bawa pisang
kesukaan mommy. Pisang raja! mommy kan suka pisang yang besar-besar"
Adelia melotot. Sepertinya Viola tidak mengerti pisang kesukaan
Mommy nya itu. Dan untuk apa juga anaknya membawa banyak sayuran
ketika pulang kerumah. Bahkan sayuran dikulkas juga masih banyak.
Memangnya gadis itu lupa jika dia itu keluarga kaya? Masa untuk jenis
sayuran saja sampai kehabisan. Lama-lama anaknya sudah mirip pembantu
bawa-bawa beginian kedalam rumah.
"Mommy ih ko diem terus? Emangnya gak seneng anaknya pulang?"
"Buat apa mommy seneng kalo anaknya saja tidak peduli sama orang
tua!"
Adelia memalingkan mukanya. Wanita paruh baya itu sedang ngambek
ceritanya.
"Mommy ko gitu ngomongnya?"
Adelia menyilangkan kedua tangannya. "Sakit hati mommy diginiin
sama kamu. Tiap malem mommy rindu. Tapi apa? Anaknya aja gak ada
rindu-rundunya sama mommy!"
Viola duduk disebelah mommynya. Dia jadi merasa bersalah karena telah
pergi dari rumah.
"Bahkan kamu lebih memilih laki-laki itu dari pada keluarga sendiri"
Adelia bangkit berdiri. Dengan tampangnya yang masih marah.
"Kamu durhaka sama mommy! Kamu gak peduli lagi sama mommy!"
Viola malah makin merasa bersalah melihat mommy-nya ngambek
begini. Awalnya dia hanya berniat ingin memberi tahu Adelia tentang Pak
Bagus selama ini. Tapi melihat Adelia ngambek sepertinya dia ingin
mengurungkan niatnya.
"Tadinya Vio mau cerita kalo Pak Bagus udah mau di ajak nikah sama
Vio"
Awalnya Adelia hendak pergi, namun langkahnya terhenti ketika
mendengar nama Bagus disebut-sebut. Maksud anaknya ini bukan Bagus
teman Marcel kan?
"Lanjutin ceritanya!!"
Adelia kembali duduk disebelah Viola. Gadis itu mengerutkan kening
ketika mommy-nya berubah seratus persen, ketika Viola mengatakan
tentang pak Bagus.
"Mommy gak ngambek lagi?"
"Mommy masih ngambek." Dia memalingkan muka lagi. Tapi rasa
penasaran masih menjalari otaknya sehingga mau tidak mau dia kembali
menghadap Viola.
"Kalo Mommy masih ngambek Vio gak mau cerita. Nanti yang ada Vio
gak akan di kasih ijin lagi sama mommy"
Adelia memutar bola matanya. Dia masih enggan untuk merubah eksfresi
marahnya. Dengan muka yang masih agak jutek Adelia memandang Viola.
"Mommy gak akan kasih ijin lagi kalo kamu dapetin cowok yang kaya si
Alex. Madesu kayak gitu mau di jadiin suami. Yang ada kamu tiap hari
makan ati!"
Viola menahan senyum. Pasti Mommy-nya tidak akan percaya, jika laki-
laki yang mengajaknya menikah itu calon mantu idaman mommy-nya.
"Calon imam Vio Dokter Mom"
Adelia mengerutkan kening. "Dokter? Kamu gak lagi ngibulin mommy
kan? Temen masmu. si Bagus itu, dia juga dokter."
"Iyah itu dia orangnya"
Adelia semakin menganga. Anaknya ini semenjak keluar dari rumah
semakin banyak ngehalu. Adelia pikir, Bahkan ketemu Bagus saja anaknya
ini belum pernah. Gimana ceritanya bisa ngajakin nikah.
"Vio kamu gak lagi sakitkan?" Adelia menempelkan tangan pada kening
Viola. Takut-takut anaknya stres gara-gara kebelet kawin.
Viola tertawa terbahak-bahak. Dia sudah memastikan jika respon
mommy-nya akan seperti ini. Tidak akan percaya.
"Vio sehat Mommy!"
"Mommy tau kamu pengen segera menikah. Tapi Dokter Bagus itu susah
banget buat didekati. Mommy gak bisa kalo minta dia buat jadi suami
kamu"
"Mommy gak usah susah-susah buat minta pak Bagus jadi suami Vio.
Vio udah di ajak sendiri sama orangnya"
Viola dalam hati tertawa. Mengingat kejadian semalam dimana dia
dilamar Bagus di balik pintu. Meski dia tau kenyataannya jika Bagus
mengajaknya menikah itu tidak semata-mata pure dari hatinya yang paling
dalam. Tapi Bagus tidak akan mengajak menikah jika tidak dipancing dulu,
mengingat laki-laki itu gengsinya segunung.
"Kalo Mommy gak percaya. Vio ada foto Pak Bagus di ponsel Vio"
Viola menunjukan foto Bagus yang sedang olah raga didepan rumah.
Dengan wajah yang berkeringat, foto Bagus dicuri oleh Viola dibalik
tembok depan rumah.
Adelia melihat foto Bagus diponsel Viola. Itu benar Bagus yang Adelia
kenal. Teman Marcel yang beberapa minggu yang lalu main ke
kediamannya.
"Kamu dapat foto ini dari mana?"
"Ini Vio yang ngambil mom. Mommy masih gak percaya juga? Apa perlu
Vio telpon pak Bagusnya?"
Viola mencari-cari nomor kontak Bagus. Dia segera menekan tombol
panggil yang ada di aplikasi whatsappnya.
"Hallo?" Suara Bagus terdengar dibalik telpon.
Tidak lupa. Viola menekan tombol loudspeker agar Mommynya juga bisa
mendengar.
"Hallo calon imam! Bapak udah makan?"
Sementara disebrang sana Bagus sedang menyantap makanan buatan
Viola diruangannya.
"Iya ini saya lagi makan buatan kamu tadi pagi. Makasih sudah buatin
saya sarapan sama makan siang"
Adelia melotot sambil menganga. Ini benar suara Bagus temannya
Marcel.
"Pak Bagus?"
"Emm...?"
"Didepan saya ada orang tua saya. Suara bapak saya loudspeker biar ibu
saya juga denger"
Bagus disebrang sana sampai tersedak nasi mendengar gadis itu
berbicara. Buset! Kenapa gak bilang dari tadi.
"Uhukk... ekhm. Siang Ibu? Maaf saya gak tau kalo ibu sedang bersama
Marni"
Adelia mengerutkan keningnya. Siapa Marni? Perasaan anaknya bernama
Viola. Namun Viola buru-buru membisikan sesuatu pada mommynya.
"Nanti Vio jelasin! Mommy ikutin aja alurnya"
Lalu Viola kembali berbicara pada Bagus.
"Ibu saya mau ngomong sama Bapak!"
Bagus menegakan duduknya. Acara makannya saja sampai ia tunda.
Padahal dia tidak akan terlihat karena dibalik telpon. Namun dia berpikir
jika ini calon mertua, biasanya images seseorang itu bisa dilihat dari kesan
pertama.
Gus inget ini Calon mertua gus!! Jangan sampe images lo jelek. Ya allah
Bagus jadi dek dekan--- batin Bagus.
"Hallo" Adelia mulai bersuara.
"Hallo ibu. Perkenalkan saya Tubagus Cahya utama"
Adelia melirik Viola. Ini benar-benar Bagus yang dia kenal.
"Saya Adelia"
Bagus terdiam. Dia merasa jika suara disebrang sana seperti orang yang
dia kenal. Bahkan namanya saja sama. Namun ada yang aneh disini.
Kenapa nama ibunya Marni sangat bagus? Sedangkan nama anaknya 'maaf'
kurang pantas dengan jaman sekarang.
"Maaf karena saya kurang sopan. Harusnya saya datang langsung
kesana buat bertemu langsung sama ibu. Tapi mungkin lain waktu saya
pasti datang membawa orang tua saya"
"Tidak apa-apa. Saya sudah merestui kalian."
Bagus tidak salah dengar kan? Secepat itu dia direstui? Perasaan ketika
teman-temannya ingin mendapatkan restu calon mertua itu sangat susah.
Kenapa dirinya dengan mudah seperti ini? Rezeki anak sholeh gak akan
kemana gus!
"Saya harus bilang apa buat mengekspresikan rasa senang saya?"
Adelia melihat ponsel itu. Bagus memang benar-benar bisa mencuri
hatinya. Bahkan mendengar ini saja membuat Adelia sangat bahagia. Dia
tidak bisa tidak untuk tertawa mendengar ucapan Bagus.
"Pokonya. Saya suka kamu! Kamu jangan sampai kecewain saya. Dan
ingat satu hal! Pernikahan kalian harus sampai jadi!"
Lalu Adelia menutup telpon itu dengan cepat. Dia tidak bisa menahan
tawanya. "Vio! Jadi dia belum tau kamu anak mommy?"
Viola tersenyum lalu mengangguk.
"Vio juga gak enak udah bohongin pak Bagus gini. Tapi Vio gak bisa
dapetin laki-laki yang pantas jika tidak melakukan ini"
Ckluk
Suara ponsel Viola berbunyi. Menandakan pesan masuk.
Kamu jangan lupa makan siang!
Love you to. Ini balasan tadi pagi pas kamu cium saya.
Viola melihat pesan itu. Dia menyunggingkan senyum. Sedangkan
Adelia melihat dengan tatapan kepo.
"Mommy..." Teriak Tiara dilantai atas.
Adelia dan Viola berpandangan. Itu suara Tiara. Mendengar suara yang
sangat nyaring Adelia serta Viola buru-buru berlari menghampiri Tiara yang
berada di kamarnya.
"Asstagfirllah tiara kamu tidak apa ap__"
Ucapan Adelia terhenti tatkala melihat Tiara yang sedang tersenyum
bahagia.
"Mommy! Tiara hamil"

Makasih buat yang udah baca. Bahkan sampe ada yang nungguin
kelanjutannya. Aku terharu.
Kalo ada yang baca. Aku mau tau dong kesan pesan kalian baca My
perfect Majikan seperti apa sejauh ini? Kalo-pun kalian ada saran
sesuatu atau masih ada yang kurang dari cerita ini kalian bisa komen.
Biar aku bisa makin baik lagi buat nulis. 😘😘 😍
26

Mbak Tiara diketahui hamil setelah dilakukan pengecekan melaui


testpack siang tadi. Namun karena Adelia yang ngotot ingin mengetahui
kebenarannya. sore ini juga mereka bertiga pergi kerumah sakit dengan di
antar supir pribadi Marcel yang kebetulan tidak sedang bertugas karena
Marcel masih melakukan Dinas diluar kota.
Di RSUD Jakarta Pusat lebih tepatnya. Dimana Bagus sedang bekerja
sore ini, Viola tak henti-hentinya khawatir. Bagaimana jika pak Bagusnya
melihat dia bersama Mommynya? Padahal dia tidak berniat untuk memberi
tahu sekarang. Namun mudah-mudahan pak Bagusnya itu tidak melihat.
"Gimana dok hasilnya?"
Dokter perempuan dihadapan Adelia tersenyum sambil memandang
Tiara dan Adelia bergantian.
"Selamat ya mbak. Mbak positif hamil. Sekarang usia kandungan mbak
Tiara sedang memasuki usia 3 minggu"
Tiara dan juga Adelia tersenyum bahagia mendengar penuturan dokter
cantik yang tadi memeriksa Tiara.
"Selamat ya Tiara buat kehamilan kamu! Mommy seneng mendengar ini.
Kamu harus segera memberi tahu Marcel biar dia cepat pulang!"
"Iya mom. Trimakasih"
Sementara diluar bangsal ibu hamil, Viola tampak melihat Bagus
berlarian yang entah sedang menuju kemana. Viola bangkit berdiri dari
duduknya, lalu sesegera mungkin untuk cepat menyusul.
Bangsal itu bertuliskan Bangsal anak. Kenapa pak Bagusnya pergi
kesini? Bukankah dia dokter bedah? Namun rasa penasarannya itu terjawab
sudah. Ketika dia melihat seorang perempuan dengan jas berwarna putih
sambil menangis.
Viola tidak tahu apa yang terjadi. Namun ketika dia tiba di ruangan
bangsal Anak, Viola justru melihat Bagus dengan Sarah.
Entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya ketika melihat
mereka berdua berpelukan. Mata Viola juga serasa memanas, namun sebisa
mungkin dia tahan agar tidak menangis.
Sejujurnya Viola juga sangat ingin pergi kehadapan mereka berdua, tapi
kakinya justru kelu. Dia merasa masih bukan siapa-siapa di hidup Bagus.
Viola merasa dia tidak berhak melarang Bagus untuk bertemu Sarah.
Hingga akhirnya Viola malah berbalik untuk pergi meninggalkan mereka
berdua.
**
"Anak kamu pasti baik-baik saja Sar!"
"Bagus Aku takut"
Sarah memandang Junia yang sedang berbaring lemah. Anak itu demam
sangat tinggi hingga tak sadarkan diri. Sarah menyesali dirinya yang tak
pantas menjadi seorang ibu. Bahkan dia tidak tahu jika anaknya sakit,
sampai sore tadi pengasuh yang merawat Junia melarikan anaknya kerumah
sakit.
"Apa yang kamu takutkan? Juni akan sembuh!"
Mata Sarah sangat sembab karena masih menangis. Dia bangkit berdiri
dari duduknya. Lalu memeluk Bagus.
"Aku takut Hans ngambil Juni dari aku"
Bagus membiarkan Sarah menangis didadanya. Namun entah kenapa dia
merasa bersalah pada Viola. Hatinya terus-terusan berujar maaf ketika
Sarah malah semakin erat memeluknya.
"Kamu jangan takut! Kamu ibu dari anak kamu, secara hukum kamu
yang berhak mengurus dia"
Sarah mendongak, "Bagus terimakasih. Aku tahu kamu masih peduli
sama aku."
Sarah menjinjitkan kakinya. Wajah dia semakin didekatkan pada wajah
Bagus. Namun ketika bibir mereka semakin dekat, Bagus melepaskan
tautan tangan Sarah dipinggangnya. Lalu memundurkan Sarah dari
hadapannya.
Bagus menghembuskan nafasnya berat. Kemudian memandang Sarah
lekat. "Kita sudah tidak ada apa-apa lagi! Aku hanya menganggap kamu
sebagai teman lama Sar. Aku harap kamu ngerti!"
"Aku tahu perempuan yang kamu bawa ke pesta itu pembantu kamu
kan?"
Bagus mengerutkan kening. "Dari mana kamu tahu?"
"Tidak penting aku tahu dari mana. Tapi.. kenapa Bagus? Kenapa kamu
ingin memanas-manasiku dengan membawa wanita lain? Sedangkan aku
masih sayang sama kamu. Apa yang salah disini? Kenapa kita tidak
kembali bersama?"
"Kamu salah Sarah!! Aku akan menikahi pembantuku"
Sarah menganga tak percaya, "kamu bercanda?"
"Nggak! Aku nggak bercanda. Ini benar adanya. Awalnya aku hanya
ingin memanas-manasi kamu dengan membawa Marni. Tapi, aku sadar
sekarang, aku juga menyukai dia. Hingga pada akhirnya aku mengajaknya
menikah"
Sarah terduduk lemas mendengar penuturan dari Bagus. Hatinya sangat
sakit. "Lalu bagaimana dengan perasaan aku Bagus?"
"Itu hanya sebatas obsesi karena kamu telah ninggalin aku dulu.
Sehingga kamu saat ini sangat merasa bersalah. Aku sudah maafin kamu
Sarah! Itu sudah lima tahun yang lalu, rasanya sudah sangat lama aku harus
marah sama kamu. Jadi, aku mohon beritahu pada hatikamu! Jika aku sudah
memaafkan kamu"
"Tapi Bagus??" Sarah mendongak dengan Airmatanya yang kembali
menetes.
Bagus berjongkok dihadapan Sarah, lalu menggenggam wanita itu. "Aku
sudah maafin kamu! Kita bisa berteman jika kamu mau"
Melihat Bagus yang tersenyum kearahnya, Sarah akhirnya tau jika laki-
laki itu sudah memaafkannya. Namun entah mengapa hatinya merasa lega
mendengar Bagus ingin menikah. Berbeda ketika dia mendengar gosip
dulu, ketika Bagus tidak pernah berpacaran dengan wanita lain. Hingga
pada akhirnya Sarah merasa berhutang maaf pada Bagus.
"Apa yang kamu putuskan itu yang terbaik__" Ucap Sarah sambil
membalas senyum Bagus.
"__Aku mendukung kamu! Jangan buat dia menunggu lama, nyatain
perasaan kamu sama dia!"
Bagus jadi teringat Viola. Meski dia mengajak wanita itu untuk menikah,
tapi selama ini dia belum menyatakan perasaan dia yang sebenarnya.
"Iya aku belum bilang sama dia kalo aku juga menyukai dia"
"Yausudah tunggu apa lagi?"
"Maksud kamu?"
"Bilang sama dia yang sebenarnya. Karena wanita itu butuh kepastian!"
"Kamu benar Sarah."
Bagus melihat jam ditangannya, ini sudah waktu dia untuk berganti shift
dengan dokter lain. Lalu bangkit berdiri.
"Ini sudah waktunya aku pulang Sar. Kalo gitu aku pulang dulu. Semoga
anak kamu cepet sembuh! Kamu yang kuat!"
Sarah tersenyum. "Iya Bagus hati-hati di jalan" lalu di balas anggukan
oleh Bagus.
Bagus keluar dari ruangan anak Sarah yang sedang dirawat. Kakinya
melangkah menuju ruangannya untuk mengambil beberapa barang yang
hendak dibawa pulang. Namun entah kenapa dirinya jadi merindukan Viola.
Sampai-sampai Bagus kini berlari untuk cepat pulang kerumah untuk
menemui wanitanya.
Ketika sesampainya dirumah, dia melihat lampu dalam rumah menyala
karena sudah sore juga dan itu artinya pembantunya sudah pulang. Bagus
melangkah dengan senyumnya yang tak hilang dari semenjak dia masih
dirumah sakit. Dia ingin memeluk wanitnya sangat erat, ingin menyatakan
perasaan dia yang sebenarnya, bahkan Bagus ingin melumat bibir wanita itu
dengan ganas saat ini. Untuk menuangkan segala rasa sayang dia terhadap
wanita itu.
Tapi... kenapa saat Bagus membuka pintu wanita itu tidak
menyambutnya? Padahal setiap hari ketika Bagus pulang, wanita itu pasti
stay cengengesan dengan beribu gombalan yang dia lontarkan untuknya.
"Marni saya pulang!" Teriak Bagus menggema keseluruh ruangan.
Namun Bagus tak melihat wanita itu dimanapun, dapur, kamar mandi,
balkon, hingga kamar yang sekarang hendak Bagus cek.
Tapi kamar itu terkunci. Dan artinya Viola ada di dalamnya. Bagus
tersenyum dibalik pintu.
"Marni!" Panggil Bagus lembut sambil mengetuk pintu.
Namun wanita itu tidak menjawab.
"Marni kamu didalam?"
Cklek
Viola keluar dari dalam kamar dengan tampang sinisnya. Bagus
mengerutkan kening tidak mengerti. Ada apa dengan wanitanya? Bukankah
tadi pagi wanita itu masih baik-baik saja? Bahkan tadi siang wanita itu
sempat menelpon untuk dikenalkan pada ibunya. Tapi kenapa tiba-tiba
sekarang wanita itu malah sangat cuek ketika Bagus pulang kerja.
"Kamu kenapa? Ada masalah keluarga? Nggak biasanya kamu pulang
cepet. Saya kira kamu bakalan menginap di kampung"
Viola tidak menghiraukan Bagus yang bertanya padanya. Dia berjalan
menuju kulkas untuk mengambil air mineral dingin untuk meredakan
hatinya yang masih panas semenjak kejadian tadi sore di rumah sakit.
"Kamu kenapa? Kalo ada masalah cerita sama saya! Saya siap buat
dengerin cerita kamu"
Bagus duduk di kursi meja makan sambil membuka jas putihnya. Dia
memandang Viola yang justru berjalan melewatinya untuk hendak pergi
kekamarnya kembali.
Bagus cengo. Kenapa dia diabaikan? Sekarang dia sadar. Pasti terjadi
sesuatu pada pembantunya. Dia bangkit berdiri lalu menarik pergelangan
tangan Viola yang akan hendak masuk ke kamar.
"Kamu kenapa sih? Gak biasanya aneh begini?"
Kata-kata Bagus agak meninggi. Sedangkan Viola mendongak menatap
Bagus. Mata wanita itu memerah seperti bekas menangis ditambah Bagus
yang seakan seperti membentak dirinya membuat Viola malah berkata-kaca.
Oh shit! Bagus merutuki dirinya. Dia sudah tau jika wanita itu memang
cengeng. Kenapa pula dia malah meninggikan suaranya. Harusnya dia
berkata lembut tadi.
"Ekhm.. ok maafin saya Marni! Kamu kenapa? Saya gak ngerti kalo
kamu gak ngomong?" Suara Bagus kian melembut.
Viola melepaskan genggaman tangan Bagus. Lalu kembali bereksfresi
sinis, "Bapak pikir sendiri kenapa saya ngambek!__"
Viola mengehembuskan nafas berat. "__Kalo bapak lapar, saya udah
bikin makanan. Bapak tinggal panasin sendiri makanannya. Saya mau tidur,
cape"
Bagus membiarkan wanita itu pergi kedalam kamarnya. Hatinya terus
bertanya-tanya. Apa yang salah dari Bagus sehingga membuat wanita itu
malah ngambek seperti sekarang ini.

Maafin aku yang kemarin nggak update. Kalo aku lagi baik, aku janji
bakalan update 2 part hari ini biar cerita ini cepet selesai.
Oh iya, aku juga lagi bikin novel Baru. Tapi gak bakalan cepet
posting, mengingat aku pengen selesaikan novel ini terlebih dahulu jadi
fokus aku pasti ke MPM untuk saat ini.
Ok trimakasih buat 9 like hari kemarin. Itu sangat berharga.
Paii paii..
ありがとう, 😘😘😘
27

Foto Viola bareng Mas Marcel. Unch jadi kangen perdebatan mereka
berdua.
Adelia pagi ini sangat sibuk memasak di dapur. Sedangkan Marcel
berjalan mendekati mommy kesayangannya yang entah setan dari mana
yang merasuki mommynya ini. Tidak biasanya Adelia memasukan
makanan kedalam rantang. Apa jangan-jangan karena kabar gembira Tiara
hamil jadi mommy-nya repot-repot membuatkan dirinya makanan untuk
dibawa ke kantor. Marcel jadi cengar-cengir sendiri betapa perhatian sekali
mommy-nya ini.
"Kenapa Mom panggil Marcel ke dapur?"
"Ini mommy mau titip makanan ke kamu"
Tunggu dulu! Ko titip?
"Titip buat siapa Mom? Bukannya itu Makanan buat Marcel, Karena
bakalan jadi ayah?"
"Kenapa mommy harus buatin kamu makanan? Kan yang hamil Tiara!
Lagian kamu kan sudah sarapan tadi pagi."
"Tapi Marcel kan kudu makan siang"
"Kamu kan masih bisa makan siang di kantor. Udah deh jangan manja!
Mau jadi Ayah harusnya kamu itu bisa mandiri. masak makan sendiri!
Jangan minta di masakin mommy!"
Marcel cemberut di meja makan ketika melihat Adelia yang tengah
menyusun makanan kedalam rantang.
"Ini Mommy nitip makanan buat Dokter Bagus! Kalian kan mau cek
kandungan Tiara siang ini"
Marcel mengerutkan kening. Lah kenapa malah Bagus yang justru
dikasih bekal makanan sedangkan anaknya tidak. Mommy kesambet apaan
pagi-pagi begini?
"Kenapa mommy ngasih makanan buat Bagus? Sedangkan anaknya
sendiri malah disuruh makan di kantin kantor?"
"Udah kamu jangan banyak tanya. Kasih aja buat Bagus!!"
Marcel menarik nafasnya pasrah. Mungkin karena Mommy-nya sudah
menganggap Bagus sebagai anaknya sendiri makanya di kasih makanan.
Kira-kira itu yang dipikirkan Marcel.
Atau juga karena mommy syukuran. Kan bentar lagi Adelia nakalan jadi
nenek.
**
Dirumah Sakit. ketika Tiara sedang cek kandungan, Marcel justru
meninggalkan tiara di Bangsal ibu hamil. Karena kebetulan juga Marcel
tidak harus menunggu Tiara, jadi Marcel pergi untuk menemui Bagus
diruangannya, sekalian buat nganterin masakan yang di buatkan Mommy-
nya untuk Bagus.
Setibanya di ruangan Bagus, Marcel tidak langsung bertemu Bagus
karena dia masih ada Jadwal Operasi. Namun setibanya Bagus, laki-laki itu
justru menampilkan tampang cemberut. Marcel kira itu karena operasi yang
Bagus tangani tidak berjalan sesuai yang di harapkan. Tapi nyatanya Marcel
salah, Bagus kesal bukan karena hal itu. Melainkan masalah perempuan.
"Kenapa tu muka ditekuk kayak gitu?" Cetus Marcel yang melihat
kedatangan Bagus masih dengan Baju tosca-nya sehabis Operasi.
"Calon istri gue lagi ngambek Cel"
Marcel melotot. Calon istri? Kenapa dia baru tahu berita ini?
"Lo punya calon istri? Lah ko gue gak tau?"
"Baru aja gue ajakin dia nikah. Sekarang ngambek tanpa alasan. Gak
ngerti gue sama jalan pikiran kaum perempuan__"
Bagus berjalan mendekati Marcel yang duduk di sopa ruangan Bagus.
Lalu ikutan duduk.
"__ Lo bayangin aja ya Cel. Kemarin waktu gue pulang kerja, tiba-tiba tu
perempuan ngambek aja sama gue. Gak tau sebabnya apaan. Eh pas
sekalinya dia ngomong, dia bilang gini, pikir aja sendiri! Ngeselin gak sih?
Mana tadi gak buatin gue sarapan"
Tunggu dulu! Buatin sarapan?
Marcel kembali membulatkan matanya. Jadi Bagus dengan calon istrinya
serumah dong.
"Lo serumah sama dia?"
Kini giliran Bagus yang justru kaget dengan pertanyaan Marcel. Dia
mengatupkan kedua bibirnya karena keceplosan berbicara.
"Calon istri gue itu sekaligus pembantu Cel" Bagus meringis menjawab
pertanyaan Marcel.
"Buset! Pantesan pertahanan diri lo runtuh. Tiap hari ketemu, apalagi
serumah"
"Nah itu lo ngerti! Mana tiap hari gue digodain, ya siapa yang gak nolak
kalo pembantu gue-nya cantik"
"Tapi lo belum apa-apain dia kan? Gak yakin gue kalo lo belum ngapa-
ngapain"
Bagus tersenyum ketika mengingat momen-momen dirinya yang
terkadang lupa diri ketika sedang berciuman. Apalagi pas kejadian di dapur,
dimana pembantunya di grepe-grepe oleh tangan kekarnya. Kejadian itu
tidak akan Bagus lupakan sampai kapanpun. Hingga ketika mengingat
momen itu, entah kenapa suhu ruangan justru merasa sangat panas saat ini.
"Sakit impoten kalo gue gak ngapa-ngapain Cel. Lo tau gak keahlian
calon istri gue apaan?"
"Apa?" Marcel menaikan alisnya. "Jangan bilang..."
Bagus tersenyum ketika Marcel tak melanjutkan kata-katanya. "Calon
istri gue paling jago dalam hal ciuman Cel."
Bagus tertawa mengingat betapa liar pembantunya kalo sudah berciuman
dengan dirinya. Namun sayang wanita itu sedang ngambek pada Bagus.
Hingga saat ini Bagus kembali manyun dihadapan Marcel.
"Ko kembali ditekuk muka lo?"
"Gue gak tau harus gimana Cel buat bisa menghibur dia. Sedangkan gue
aja gak tau kesalahannya apa? Padahal kemarin gue mau ngungkapin
semuanya, kalo gue itu bener-bener serius buat ngajakin dia nikah. Bukan
hanya semata-mata ngajak nikah, tapi gue bener-bener sayang sama dia."
Marcel menepuk-nepuk pundak Bagus seolah sedang menghibur
temannya ini. Dia mengerti bagaimana seorang pria yang jatuh cinta kepada
perempuan. Apalagi dalam hal serius seperti menikah, sudah pasti laki-laki
itu tidak main-main. Mengingat Bagus yang sangat pemilih dalam hal
perempuan, Marcel kira perempuan ini bukan perempuan biasa yang
sekedar menggoda Bagus. Tapi perempuan yang dapat menghancurkan
tembok hati Bagus yang selama ini terkunci kepada semua wanita.
"Gue gak bisa bantu banyak Gus. Tapi kalo lo mau dengerin saran dari
gue, dia itu pengen sebuah kepastian. Dimana dia pengen bener-bener serius
di ajak menikah sama lo. Mendengar cerita dari lo, ketika beberapa kali lo
nolak dia, tidak menutup kemungkinan jika perempuan ini juga pengen
melihat keseriusan lo dalam mengajaknya menikah"
"Lo bener Cel, selama ini gue selalu nolak mentah-mentah pas dia
nyatain perasaannya. Terus gue harus gimana biar bisa ngungkapin semua
perasaan gue?"
Marcel tampak berpikir, "gimana kalo lo kasih dia sesuatu... seperti
cincin atau apa gitu. Katanya lo juga ngajakin dia nikah. Lo belum kasih dia
cin-cinkan?"
Bagus mengangguk. Benar kata Marcel, seharusnya dia memberinya cin-
cin. Kenapa dirinya sangat bodoh mengajak menikah tapi belum ngasih
sesuatu.
"Lo harus bikin kejutan buat dia Gus. Biasanya perempuan gak akan
nolak kalo di kasih hal romantis" lanjut Marcel.
"Bener juga ide lo Cel. Thanks ya, malam ini gue bakalan ngasih dia
kejutan"
"Nah gitu dong. Lo kan laki-laki sejati, masa gak peka sama perasaan
cewek"
Bagus tersenyum mendengar ucapan Marcel. Namun ketika mata Bagus
melihat sesuatu di tangan Marcel, justru dia malah penasaran.
"Bawaan apaan Cel?" Tanya Bagus yang menunjuk rantang bawaan
Marcel menggunakan lirikan matanya.
"Ah iya gue lupa. Ini Mommy gue bawain makan siang buat lo Gus."
"Dalam rangka?"
Marcel mengangkat bahunya tidak tahu, "mana gue tau. Mungkin karena
buat sukuran kali, kan istri gue hamil Gus"
"Serius Tiara hamil?"
Marcel tampak bahagia ketika membahas tentang kehamilan istrinya.
Bagus juga ikut bahagia mendengar kehamilan Tiara.
"Iya Gus. Bentar lagi gue bakalan jadi ayah"
"Syukur Cel. Semoga anak lo tetep sehat sampai lahiran nanti"
"Aamiin Gus. Thanks__"
Marcel melihat jam ditangannya. Ternyata berbincang-bincang dengan
Bagus tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Hingga dia lupa jika saat ini
dia sedang mengantar istrinya ke dokter kandungan.
"__ alamak gue lupa gus, Tiara pasti udahan cek kandungannya. Gue
pergi dulu ya! Takut Tiara nungguin"
Bagus ikut panik, lalu bangkit berdiri. "Yaudah sana lo! Belum juga lahir,
sudah menelantarkan anak sama bini. Dasar Ayah jahanam" celepok Bagus.
"Kamvret. Lo juga sih malah ngajakin curhat"
Bagus tertawa. "Iya iya udah sana! Btw thaks buat makanannya. Salam
buat tante Adel."
"Iya nanti gue salamin" teriak Marcel sambil membuka pintu ruangan
Bagus. Lalu berlari untuk segera ke bangsal ibu hami.
***
Sore ini Bagus pulang kerumahnya dengan tampang Bahagia. Mengingat
dirinya akan mengajak calon istrinya Diner sekaligus menyatakan
perasaannya dia jadi sangat bersemangat.
Tapi keadaan rumah saat ini sangat sepi. Pintu kamar pembantunya masih
terkunci seperti biasa. Bahkan dirinya belum berbicara semenjak tadi pagi.
Bagus bingung, jadi ngambeknya belum juga kelar sampai sekarang.
Biasanya wanita itu cepat memaafkan kalo Bagus meminta maaf. Tapi
sekarang berbeda, wanita itu masih cemberut ketika keluar dari kamar.
Melihat kesempatan menghinggapinya. Bagus buru-buru mendekati
wanita itu. Namun saat Bagus mendekat, Viola yang menyadari
kedatangannya buru-buru hendak masuk kedalam kamar lagi. Tapi dengan
sialnya, bagus menahan wanita itu dengan memeluknya dari belakang.
"Aku gak bisa ngapa-ngapain kalo kamu ngambek terus seperti ini!"
Sekarang, embel-embel saya sudah berubah menjadi aku. Kenapa lagi
jika bukan Bagus yang ingin menyenangkan hati wanitanya. Bahkan kini
Bagus memeluk Viola dari belakang dengan sangat erat. Kepalanya dia
taruh di atas pundak wanita itu. Lalu menghirup leher Viola dengan lembut,
dia rindu saat seperti ini. Bagus merutuki dirinya karena telat menyadari
perasaannya sendiri.
"Aku mau ngajak kamu Diner malam ini. Terserah kalo kamu gak mau,
yang pasti aku bakalan nunggu, karena aku sudah memesan tempat buat
kita berdua"
Bagus membalikan posisi Viola menjadi menghadap kearahnya.
Dia mengangkat dagu wanita itu dengan lembut. Hingga kini mata mereka
bertemu.
Dia mengusap pipi Viola lalu mencium keningnya. Namun Viola masih
tampak tak bergeming dengan perlakuan Bagus.
"Aku gak tau kamu marah karena apa. Kalo aku salah sama kamu. Aku
minta maaf. Kamu mau pukul atau tonjok wajah aku juga gapapa bila itu
membuat perasaan kamu puas."
Bagus menyerahkan kantung tas belanjaannya ketangan Viola.
Didalammnya berisikan Dress yang tadi siang dia beli untuk dipakai Viola
malam ini. Bahkan Bagus sudah menceritakan semuanya pada Arsita. Dan
kepulangan Arsita akan dilakukan besok. Bagus tidak mau menyia-nyiakan
perempuan yang dicintainya. Dia serius ingin mengajak wanita itu menikah.
Tanpa memandang dia sebagai pembantu atau sebagai perempuan yang
jarak umurnya jauh dibawah dirinya.
"Dipakai ya! Aku tunggu nanti malam. I love you Marni"

Terharu sendiri sama kata-kata pak Bagus. Aku merasa seakan-akan


jadi Viola wkwkwkwk.
Ya Lord sisain laki-laki seperti pak Bagus buat Author ya Allah. 😩
😁
Ok jangan lupa Voment-nya Gaes...
Sorry kalo banyak typo atau kata-kata kejelimet. Kalo cerita ini tamat
aku janji buat secepatnya revisi cerita ini biar rapi.
Oh iya, part ini panjang kali ya hehehehe...
28

Viola memandang dirinya dari pantulan cermin. Dirinya sedang memakai


Dress hitam pemberian Bagus. Namun saat dia mengingat kejadian Bagus
yang dipeluk Sarah, Hatinya kembali merasakan sakit. Hingga Dress hitam-
nya kembali dia buka lalu dilemparnya ke atas kasur.
"Bodo banget lo Vi! Jangan mau ngemaafin kalo orangnya belum sadar
kesalahannya apa"
Namun ketika Viola mengingat betapa rindunya dia dua hari ini. Saat tadi
sore Bagus memeluknya saja, Viola sempat menjerit didalam hati ingin
balas memeluk Bagus. Tapi egonya terlalu besar sekarang, dia masih
keukeuh dengan pendirian ngambeknya.
"Tapi Vio kangen pak Bagus ya Lord... kapan lagi coba pak Bagus
ngajakin Vio Diner apalagi sampe pesan tempat buat acara Dinernya?
Aaaahhh Vio bingung"
Gadis itu mengacak rambutnya Prustasi. Namun terlintas sebuah pikiran
diotaknya, bukankah Pak Bagus-nya itu sudah memesan tempat. Kan
sayang kalo harus di batalin.
Viola mengangguk, membenarkan pikirannya sendiri. "Vio bukan mau di
ajakin Dinner, Vio cuma sayang sama tempat yang udah disewa sama Pak
Bagus. Iya inget! Vio cuma sayang sama tempatnya"
Gadis itu kembali mengambil Dress hitamnya. Setelah itu dipakainya
lagi. Lalu terdengar sebuah ketukan dari luar kamar Viola. Itu pak Bagus.
"Marni kamu di dalam? Saya tunggu kamu di dalam mobil! Kamu
terserah mau berangkat atau tidak. Pokonya saya tunggu! sampai pagi
sekalipun kalo perlu."
Viola mendengar itu. Hatinya meleleh ya Allah bahkan rasanya dia ingin
sekali memeluk Bagus saat ini juga dan mengatakan bahwa Viola juga
sangat ingin dinner bersamanya.
Tapi dia kembali pada pendiriannya.
Stop jangan Baper!! No baikan kalo orangnya belum nyadar.
Dipakainya kembali Dress itu. Lalu segera menyusul Bagus keluar.
Setelah masuk kedalam Mobil, Viola masih dengan tampang sama.
Cemberut.
Bagus yang melihat hal itu jadi sedikit tertawa karena betapa gemas
wanitanya ketika ngambek.
"Masih mau ngambek?" Goda Bagus.
Viola masih Diam sambil menatap keluar jendela saat Mobil sudah
berjalan meninggalkan pelataran rumah Bagus.
"Lucu tau liat muka kamu yang lagi ngambek"
Abaikan Viola!
"Rasanya tuh maniiiiis banget. Bahkan lebih manisan muka kamu sama
Brownies buatan Bunda"
Halah gombal! Dasar buaya!
"Kalo aku disuruh milih buat pilih Taylor swift atau kamu. Aku pasti
bakalan pilih kamu buat di jadiin istri. Meski Taylor Swift mohon-mohon di
kaki aku, aku gak akan mau. Kan sudah ada wanita tercantik di hati aku.
Siapa lagi jika bukan Marni, calon istri yang selama ini aku tunggu-tunggu"
Asstagfirllah kuatkan Vio ya Allah dari gombalan-gombalan receh pak
Bagus.
"Aku udah bilang sama Bunda, kalo aku ngajakin kamu nikah. Besok
Bunda dateng dari Bali. Buat segera ngelamar kamu!"
Viola menoleh mendengar penuturan Bagus. Laki-laki itu masih fokus
mengemudikan mobil meski mulutnya terus berbicara. Dirasa gadis itu
melihatnya, Bagus juga ikutan menoleh sejenak ke arah Viola. Lalu
tersenyum sangat Manis.
"Bapak bisa diam tidak? Panas kuping saya denger bapak ngomong"
Gadis itu kembali cemberut, lalu memalingkan mukanya ke arah jendela.
Bahkan ketika Bagus berbicara aku kamu Viola masih sama dengan
panggilan Bapaknya.
Sabar Bagus!! Punya calon istri anak kecil kaya gini harus ekstra sabar!
Setelah Mereka datang ke sebuah Restaurant megah yang sudah pasti
berbintang lima, Bagus dan Viola keluar dari mobil. Penampilan Bagus juga
malam ini sangat menawan, kemeja hitam yang dipakai Bagus senada
dengan Dress yang dipakai Viola.
Orang-orang yang sempat berpapasan dengan mereka berdua sempat
menatap dengan kagum karena yang satu tampan dan yang satunya lagi
cantik. Bahkan tak jarang dari mereka memuji secara terang-terangan dari
yang Bagus dengar.
"Aku tahu ko, ini pasti kali pertama kamu datang ke restaurant
berbintang lima seperti ini."
Viola mencibir dalam hati. Pak Bagus-nya saja yang tidak tahu. Bahkan
Viola sangat sering nongkrong ditempat seperti ini. Kalo pikirannya lagi
suntuk tak jarang dia mentraktir teman-temannya untuk datang ke tempat-
tempat mewah, seperti mall, restaurant bahkan keluar Negri sekalipun.
"Kalo kamu nikah sama Aku. Aku bakalan ajak kamu kemanapun kamu
mau"
Mereka berdua duduk diatas tempat duduk yang sudah Bagus pesan.
Restaurant ini banyak orang, namun karena tempatnya yang begitu megah,
hingga tamu yang satu dengan yang lainnya tidak menghiraukan satu sama
lain. Menjadikan tempat ini sebagai tempat Favorite bagi para tamu yang
mengajak pasangannya untuk makan.
Ditambah beberapa menu yang menurut sebagian orang sangat Fantastis
untuk dibeli. Namun karena tempat dan pelayanannya, semua orang kaya di
Jakarta pasti tidak akan terlalu menghiraukan tentang hal tersebut.
"Selamat malam tuan! Nyonya! Mau pesan apa?"
Pelayan laki-laki berbaju putih dengan rompi hitam yang dipakainya
menghampira Viola dan Bagus. Bagus menoleh kepada Viola.
"Kamu mau pesan apa? Kalo gak ngerti, menu kita samain aja" ucap
Bagus yang menyangka jika Viola tidak akan mengerti dengan beberapa
menu yang berbahasa Inggris di buku menu.
"Saya pesan Sphaghetti Carbonara Chesse dengan jus strawberry" Viola
langsung berkata dengan lidahnya yang ternyata sangat fasih mengucapkan
menu yang dipesannya.
Bagus tersenyum. Dia tidak curiga sama sekali. "Ok saya juga samain
sama dia mas"
Kemudian pelayan pria tersebut mencatat pesanan mereka. "Baik mohon
ditunggu sebentar pesanannya"
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan mereka datang.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Viola yang diam serta
Bagus yang sesekali memainkan ponselnya.
"Marni!" Panggil Bagus memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Hmm?"
"Maafin aku kalo aku punya salah"
Viola tak menjawab, wanita itu justru malah menyantap makanannya
dengan lahap didepan Bagus.
Bagus mengeluarkan cincin di dalam kotak berbentuk hati berwarna
merah di saku celananya. Lalu membuka kotak itu dihadapan Viola.
"Will you merry me?"
Ucapan Bagus sukses membuat Viola menghentikan kegiatan memakan
Spaghetti-nya. Wanita itu terdiam ketika Bagus menyentuh tangan kirinya.
Lalu dipakaian cincin dijari manisnya.
"I love you Marni!!" Bagus kembali mengucapkan kata-kata itu pada
Viola. Lalu di kecupnya punggung tangan Viola hingga wanita itu sangat
tersentuh oleh perlakuan Bagus kepada dirinya.
Viola tidak menyangka jika acara makan malam ini akan berujung
menjadi sebuah lamaran resmi dari Bagus. Malah Viola berpikir jika Bagus
tak akan pernah mau melakukan hal-hal romantis seperti ini. Mengingat
laki-laki itu saja selalu menolak ajakannya untuk menikah.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku! Will you marry me!?"
Bagus kembali mengulang kata-katanya. Dan saat itu juga tangisan Viola
pecah karena saking bahagianya.
Viola mengangguk cepat ketika air matanya keluar dengan deras dari
pelupuk mata. "Iya saya mau nikah sama bapak"
Bagus tersenyum karena Viola menerima ajakannya. Rasanya dia ingin
sekali memberi tahu kepada seluruh dunia jika dia sangat teramat bahagia
karena sebentar lagi melepaskan masa lajangnya.
"Hehehe makasih Marni Sayang"
Bagus kembali mencium punggung tangan Viola beberapa kali karena
saking bahagianya. Jika bukan di restaurant mungkin Bagus sudah
mencium ganas wanitanya, lalu dibawa kedalam kamar. Tapi karena dia
sadar jika ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal-hal seperti itu
dia menahan segala gairah rasa cintanya pada Viola.
"Bagus!!" Ucap seorang laki-laki, yang memang sudah di undang Bagus
sejak awal.
Viola juga Bagus menoleh. Namun betapa kagetnya Viola ketika melihat
seorang laki-laki yang menggandeng seorang wanita mendekat ke arah
tempatnya duduk.
Viola melotot. Jantungnya seakan terhenti. Mereka... "Mas Marcel??"
Aduh apa yang bakalan terjadi. Topeng Viola bakalan ketahuan nih.
Kira-kira Bagus bakalan mau ngelanjutin pernikahannya tidak ya
dengan Viola?
Entahlah Author juga tidak tahu hahahahaha...
Saksikan aja di part selanjutnya.
Paii paiii...
Jangan lupa Voment!! 😍😍😘
(Follow ig: cucurofiah)
29.

"Mas Marcel?"
Mata Viola melotot selebar-lebarnya. Apa dia salah lihat, atau tidak ini
hanya-lah sebuah halu yang menghinggapi dirinya. Mengingat pak Bagus
melamarnya saja membuat dirinya seakan ini hanyalah mimpi. Jika ini
mimpi, haruskah Viola bersyukur atau tidak?
"Vio ngapain kamu disini?"
Itu suara Marcel. Gadis itu masih tidak berkutik ditempatnya, dia masih
menatap Marcel dengan mulut menganga. Bahkan Bagus saja malah
mengerutkan keningnya. Kenapa pembantunya bisa mengenal Marcel?
Jangan bilang Marni juga pernah bekerja sebagai pembantu dirumah
Marcel?! Tapi tunggu dulu! Bukankah tante Adel dari sejak jaman dulu
tidak pernah menggunakan jasa pembantu. Terus itu nama Viola, bukannya
itu adiknya Marcel. Kenapa Marcel menyebut pembantunya Viola? Apa
wajah mereka mirip. Ini benar-benar membuat otak Bagus jadi pening
memikirkan hal tersebut.
"Lo kenal Gus sama adik gue?"
Bagus makin mengerutkan kening tidak mengerti. Sedangkan Viola dia
meringis sambil tertunduk ditempatnya. Tamat riwayatnya hari ini, Mas
Marcel-nya datang disaat yang tidak tepat, kenapa dia datang ketika Viola
sedang di lamar oleh Bagus.
Namun ketika matanya melihat kesebuah kursi, Viola baru sadar. Kursi
itu berjumlah empat. Harusnya dia menyadari itu dari awal.
"Tunggu dulu!! Lo bilang adik. Adik siapa?" Tanya Bagus masih
keheranan.
Marcel juga Tiara ikutan duduk di sebelah Bagus dan Viola. Bahkan
Tiara saja tidak mengerti kenapa adik iparnya bisa ada di sini. Bukankah
bocah itu sedang pergi dari rumah.
"Adik gue lah Gus. Dia Viola yang mau gue kenalin sama lo. Kan dulu
pas lo masih SMP lo sering minta buat gendongin tu bocah"
"Viola? Adik lo? Lo ngelantur Cel? Dia Marni calon istri gue yang mau
gue kenalin ke lo"
Tunggu dulu! Marcel baru ngeuh Bagus kan mengajaknya untuk Double
date, kenapa adiknya bisa ada disini? Dia menganga tak percaya.
"Vio jelasin semua ini!! Kenapa kamu bisa jadi calon istri Bagus?" Tanya
Marcel sarkas, sambil menatap Viola tajam minta penjelasan.
Viola akhirnya mendongak. Dia melihat Marcel dan juga Bagus
menatapnya tajam dengan tatapan minta penjelasan. Mulut gadis itu seakan
kelu, tidak berbicara satu katapun.
"Marni kamu jelasin, apa kamu benar Viola adiknya Marcel?"
Namun Viola tidak juga bersuara. Dia bingung harus berkata mulai dari
mana, bahkan sekarang dua orang laki-laki didepannya seakan sedang
menyudutkan dirinya.
"Cel kayaknya lo salah orang deh. Ini jelas-jelas Marni pembantu yang
gue ceritain" kaukeuh Bagus.
"Gus emangnya gue setua itu sampe gak kenal sama adik sendiri? Dia tuh
Viola adik gue." Tegas Marcel.
"Gimana ceritanya adik lo bisa jadi pembantu gue?"
"Dan gimana ceritanya adik gue bisa jadi calon istri lo" lanjut Marcel.
"Stop!! Stop!! Stop!!" Viola berteriak menghentikan ocehan laki-laki
didepannya.
"Mas dengerin dulu penjelasan Vio. Dia belum jelasin apa-apa!!" Timpal
Tiara yang sekarang ini berada di sisi Viola
"Pak Bagus!! Sekarang saya mau jujur, nama saya bukan Marni tapi
Viola. Dan Mas Marcel! Vio mau bilang kalo pak Bagus itu sudah melamar
Vio, mas mau restuin hubungan kita berdua atau tidak?"
Bukannya menjelaskan, Viola malah meminta restu. Pertanyaan kenapa
Viola bisa jadi calon Istri Bagus saja belum gadis itu jawab! Nah ini malah
mint restu? Malah membuat Marcel semakin bingung.
"Kalo kamu gak ceritain semuanya, mas gak akan restuin kalian berdua"
Viola dan Bagus menatap Marcel dengan tatapan tidak terima. Namun
akhirnya Viola buka suara tentang asal-usulnya kenapa bisa sampai jadi
pembantu di rumah Bagus. Dari mulai Viola tertabrak oleh Asrita sampai
hari ini Bagus melamarnya, semuanya Viola ceritakan.
Marcel menarik nafasnya pasrah. Meski sekarang tampangnya sedang
kecewa pada Viola, sebenarnya Marcel sangat Bahagia ketika Bagus akan
jadi adik iparnya. Mengingat jika Bagus adalah laki-laki baik-baik yang
Marcel kenal membuat Marcel lega ketika memasrahkan Viola pada Bagus.
"Viola!" Panggil Marcel.
"Iya Mas?"
"Mas udah tau apa yang sudah kalian lakukan selama kalian satu rumah"
Mampus lo Gus!! Kayaknya bau-bau gak akan di restui sama kaka ipar.
~~ Batin Bagus sambil menelan salivanya susah payah.
Bagus menoleh menatap Marcel. Kejadian tadi siang masih terekam jelas
di otak Bagus. Ketika dia menceritakan semuanya pada Marcel.
Sedangkan Viola, gadis itu malah mengerutkan dahinya, Tidak mengerti.
"Malam ini kamu jangan tinggal dirumah Bagus lagi!"
"Kenapa?" Sontak Viola dan Bagus bertanya bebarengan.
"Karena kalo kamu masih tinggal dirumah Bagus. Mas gak yakin kamu
bakalan masih Virgin" teriak Marcel yang sedang marah pada mereka
berdua.
Viola dan Bagus tertunduk malu karena semuanya sudah terbongkar.
Kalo tau Viola adiknya Marcel, mungkin Bagus tidak akan menceritakan
semuanya pada Marcel.
Marcel menarik nafas berat. Dia harus tegas. meski dia hanyalah seorang
kakak bagi Viola, namun dari kecil Marcel paling melindungi Viola ketika
gadis itu banyak laki-laki yang menggodanya ketika masih sekolah dulu.
Mengingat jika Gadis itu keras kepala dan juga susah di atur kalo sudah
menyukai lawan jenis. membuat Marcel harus extra hati-hati kalo Viola
sudah suka dengan laki-laki. Jika Bagus tidak kuat iman, mungkin gadis itu
sudah dijebol kegadisannya oleh Bagus.
"Sekarang kita pulang Vio! Mommy pasti khawatir sama kamu!?"
"Tapi Mas?"
"Gak ada tapi-tapi. Dan untuk kamu Bagus!! Kalo kamu serius, datang
kerumah besok sama tante Asrita buat melamar Viola!"
Bagus menguatkan tekadnya. Jika dia memang benar-benar serius dengan
Viola. "Baik gue pasti dateng sama bunda nanti malem"
"Ok gue tunggu. Ayo Viola kita pulang!!"
Viola memandang Bagus dengan tatapan meminta maaf, namun Bagus
membalas dengan tersenyum ke arah gadis itu. Hingga Tira menggenggam
tangan Viola untuk memintanya segera pulang.
"Turuti saja apa kata Mas-mu Vio. Dia cuma pengen yang terbaik buat
kamu" tutur Tiara.
Viola menoleh pada Tiara. "Iya mbak Vio jadi merasa bersalah sama
keluarga Vio, apalagi Mommy"
"Vio cepet pulang! Tia cepet seret Vio buat pulang" teriak Marcel yang
sudah berjalan duluan meninggalkan meja makan mereka berempat.
"Pak Bagus Vio pulang dulu. Kalo bapak kangen, bapak telpon aja Vio. I
love you pak Bagus" teriak Viola yang mulai menghilang di pandangan
Bagus.
Lalu Viola pergi digandeng oleh Tiara meninggalkan Bagus yang
sekarang hanya tinggal sendiri ditempat duduknya.
**
Bagus pulang sendiri kerumahnya. Padahal awalnya dia sudah
membayangkan akan melakukan hal-hal romantis lainnya bersama Viola
ketika sesampainya dirumah. Namun apa malam ini? Justru dia malah
pulang sendiri. Nasib.. Nasib.
Bagus memasuki kamar bekas pembantunya. Kamar itu hanya sepetak,
bahkan kasurnya sudah tidak terlalu empuk ketika Bagus mendudukinya.
Dia melihat ruangan itu yang terasa sangat hampa. Disini gadis yang dia
cintai selalu melakukan aktifitas. Bagus jadi membayangkan, dimana Viola
sedang menangis ditempat tidurnya, dimana gadis itu sedang berdandan jika
hendak menggodanya. Bahkan dress berwarna pink yang beberapa waktu
lalu gadis itu pakai ke Pesta, masih tersampai rapi di lemari kecil miliknya.
Malam ini Bagus sangat teramat merindukan gadisnya. Dia mengambil
dress pink itu lalu dipeluknya. Dia mencurahkan seluruh kerinduannya saat
ini.
Marni... eh ralat!! Viola atau siapapun nama kamu aku tidak peduli. Aku
cuma sayang dan cinta sama kamu. Ini jujur dari lubuk hatiku yang paling
dalam. Kamu wanita pertama yang bisa membuat aku terbebas dari
belenggu kesedihan. Kamu wanita yang membuat aku selalu tersenyum.
Entah apa yang harus aku lakukan agar bisa menebus semua kesalahan
aku karena beberapa kali sudah menolak kamu.
Dari sekian wanita yang menyukaiku hanya kamulah yang paling tulus.
Kamu yang tidak pergi ketika aku suruh pergi. Kamu yang paling sabar
ketika ditinggalkan oleh laki-laki yang telah menyakitimu. Jika Tuhan
mengijinkan, jodohkan hamba dengan dia Tuhan!!

Aku sedih sendiri ngetik scene Bagus yang lagi merindukan Viola.
Jadi inget aku sama jodohku yang entah dia di mana, rasanya rindu
tapi kagak tau orangnya siapa hahahaha...
Dasar author jomblo!! Kalo pembaca yang budiman sudi
mengenalkanku pada seorang ikhwan yang sholeh tolong kenalkan
author. Barang kali kalian adalah perantara jodoh author hehehehe
*bercanda deng 😁😁
30

Crush judulnya Beautiful ost Goblin


Aku saranin kalian denger lagu ini pas baca part 30.
"Pokonya Mas gak restuin kalian menikah!"
Sontak Viola dan Adelia yang mendengarnya langsung protes.
"Kenapa?" ucap mereka bebarengan.
"Bukannya kamu senang Vio bisa nikah sama Bagus?" Cetus Adelia.
Sedangkan Viola mengangguk membenarkan.
"Mas Jahat banget sama Vio"
"Iya. Kaya gak pernah muda aja" timpal Adelia.
"Mas itu gak punya perasaan! dulu waktu Mas mau nikah sama Mbak
Tiara Vio setuju-setuju aja"
"Iya dasar Kaka durhaka!" Timpal lagi Adelia.
Dan dengan tanpa bersalahnya Dhani ikutan nimbrung duduk disebelah
Adelia lalu ikutan menyalahkan Marcel.
"Dasar sok munafik"
Sontak Adelia, Marcel dan Viola menoleh pada Dhani. Sedangkan Dhani
malah membalas dengan tatapan apa yang salah?
"Daddy bener kan? Si Marcel itu pura-pura aja gak setuju. Padahal dalem
hatinya dia juga ikutan seneng"
Marcel melotot. Ini Daddy-nya sekata-kata aja kalo ngomong.
"Makanya dengerin dulu penjelasan Marcel, jangan dulu nge-judge
Marcel gak bener!"
Semuanya diam ketika Marcel mulai menampikan muka kesalnya.
Marcel memang sangat bahagia ketika mendengar Viola dengan Bagus
ingin menikah, bahkan sangat teramat bahagia. Mengingat Marcel juga
sudah tau karakter Bagus dari dulu, membuat laki-laki itu bisa menilai jika
Bagus memang orang yang bisa dipertanggung jawabkan.
"Mommy!" Panggil Marcel.
"Hmm...?"
"Marcel tau mommy setuju banget Viola sama Bagus. Marcel juga tau
kalo Bagus itu orang yang baik. Tapi... mengingat kuliah Viola yang belum
selesai Marcel jadi kembali berpikir, dulu Mommy ingin sekali Viola jadi
sarjana. Mengingat juga Viola kalo belajar rada susah, tidak menutup
kemungkinan jika Viola tidak akan bisa meng-handle kewajibannya. Antara
kuliah dan juga keluarga___"
"Vio bisa kok. Vio udah belajar semuanya, Vio udah mandiri sekarang"
potong Viola.
Marcel menarik nafasnya. Dia menatap gadis itu yang sedang
menginginkan sebuah harapan. Entahlah, mungkin Marcel banyak belajar
dari kehidupannya sendiri. Mengingat dia sekarang sudah berumah tangga,
dia sudah mengalami pahit dan manisnya suatu pernikahan. Makanya dia
tidak ingin jika suatu hari nanti Viola bisa kecewa dengan apa yang
diputuskannya.
"Vio! Apa yang di katakan masmu itu benar" timpal Adelia sambil
memegangi pundak anaknya.
"Daddy setuju sama apa yang di katakan Marcel."
"Tapi Dad? Mom?" Viola mulai berkaca-kaca.
Keluarganya tidak mengerti dengan keadaannya sekarang. Apa salahnya
menikah diusia muda? Bukankah itu justru lebih bagus, dari pada pacaran.
Mereka juga kan tidak ingin jika Viola hamil diluar nikah. Apalagi Viola
dan Bagus sama-sama mencintai sekarang. Dan itu tidak menutup
kemungkinan mereka bisa berbuat hal yang lebih.
Viola bangkit berdiri. "Kalian itu gak ngerti banget. Mas Marcel jahat!"
"Ini cuma setahun Vio, kalo kamu udah lulus Mas gak akan larang kamu
buat nikah sama Bagus! Lagian kuliah kamu cuma dua semester lagi kan?"
Tapi tetap saja, satu tahun bukanlah hal yang cepat. Butuh waktu untuk
menahan segalanya, apalagi mereka sekarang sedang di mabuk cinta. Viola
menjadi takut jika dirinya tidak tertahan untuk kawin lari bersama Bagus.
Viola lari kedalam kamarnya. Baru saja beberapa jam dia pisah bersama
Bagus ketika di Restaurant, tapi sekarang? dirinya kembali merindukan
Bagus. Apalagi jika harus menahan selama dua semester, Viola bisa Gila.
Di balkon kamar, Viola sedang menangis. Dia ingat ketika Pak Bagus-
nya datang kerumah ini untuk terakhir kalinya. Bahkan ditempat ini pula
Viola memandang punggung Bagus dari arah kejauhan. Dia juga ingat, di
balkon ini dia jatuh cinta pada Bagus. Hingga kini dia kembali merindukan
sosok Bagus yang sangat dicintainya.
Namun tak lama kedian ponselnya berdering. Itu Bagus yang menelpon.
Dengan cepat Viola mengangkatnya.
"Hallo Marni... eh ralat. Maksud aku Viola"
"Pak Bagus... hiks" ucap Viola dengan isak tangisnya. Sontak Bagus
yang mendengarnya jadi merasa khawatir.
"Kamu kenapa? Cerita sama aku!"
"Mas Marcel..."
"Kenapa sama mas Marcel?"
"Mas Marcel gak restuin kita menikah"
Bagus melotot disebrang sana. Bahkan tubuhnya yang sedari tadi sedang
tidur langsung tegak terduduk.
"Kamu serius?"
"Hmm"
Bagus bangkit berdiri, dia melangkah keluar balkon kamarnya.
Menghirup udara malam yang dingin ini, dadanya terasa sangat sesak. Dia
memijit pelipisnya frustasi.
"Kenapa Marcel tidak merestui? Aku kira dia bakalan seneng"
"Itu karena Vio masih kuliah Pak"
Bagus menarik nafasnya berat. Dia tidak kepikiran, jika wanita itu
memang masih muda. Dia baru ingat juga jika wanita itu terpaut jauh
umurnya dengan Bagus.
"Bapak mau nunggu Vio sampe sarjana kan?"
Namun tak ada jawaban dari Bagus. Laki-laki itu sedang berpikir,
umurnya kini tidak lagi muda. Dia sudah 33 tahun, bahkan beberapa bulan
lagi dia akan menginjak 34. Hanya wajah tampan baby face dan tubuh
segarnya saja yang bisa berbohong, sedangkan umur di KTP itu tidak bisa
dibohongi.
"Bapak gak jawab pertanyaan Vio!"
Bagus masih tak bergeming. Pikirannya masih melayang jauh.
"Bapak? Pak Bagus beneran gak mau nunggu Vio? Bapak mau nikah
sama Dokter Sarah ya?"
Bagus yang mendengar Sarah disebut-sebut langsung tersadar. Gadis itu
asal bicara saja, sudah jelas-jelas Bagus itu mencintai Viola, kenapa dia
malah ingin menikahi Sarah?
"Kata siapa aku mau nikahnya sama Sarah?"
"Terus kenapa bapak diam? Justru Itu sudah menandakan jika bapak
maunya sama Dokter Sarah. Nggak mau sama Vio yang umurnya terpaut
jauh dari umur pak___"
"I will be waiting for you" potong Bagus.
Viola diam mendengar kata-kata Bagus. Wanita itu kembali berurai air
mata. Namun sekarang justru air mata Bahagia, bukan air mata sedih karena
pernikahannya yang di undur.
"Pak Bagus.... makasih!"
"Bahkan aku bakalan menunggu kamu meski itu lima atau sepuluh tahun
lagi. Bagiku, mencintai seseorang itu sudah cukup. Cinta yang kamu
berikan untuku itu bahkan sudah lebih dari cukup."
Aaaaahhh Vio meleleh ya Allah. Pak Bagus soswite banget ya kalo udah
jadian. Vio Baper.
"I love you Viola?" Lanjut Bagus.
"I love you to pak Bagus."
"Udahan ya sedihnya! Aku ikutan sedih kalo calon istri udah sedih.!"
"Hahaha pak Bagus gombal banget" Viola tergelak karena penuturan
Bagus yang kelewat romantis.
"Nah gitu dong, ketawa! Kan kamu biasanya juga Gila, denger kamu
sedih-sedih gini kan jadi aneh"
Viola meloto. "Apa, GILA? Bapak ngatain Vio Gila?"
"Hahaha bercanda Sayang!"
Viola mengatupkan bibirnya. Apa tadi pak Bagusnya bilang? Sayang?
Wajah Viola jadi memerah dibuatnya. Ini pertama kalinya dia di panggil
sayang sama pak Bagus. Udah macem anak ABG aja pak Bagus.
"Ko diem?"
"Aaaahhh... Vio pengen cepet nikah sama pak Bagus" Teriak Viola di
atas Balkonnya.
Bagus malah ikutan berteriak, "Aku juga pengen nikah sama wanita yang
sekarang ada dibalik telpon".
Viola tersenyum karena mendengar Bagus berteriak seperti dirinya.
Mereka sama-sama sedang berada di balkon kamar, dan keduanya sama-
sama menatap bintang malam itu.
"Ya Allah.. jika gadis ini adalah takdirku. Maka dekatkanlah hamba
dengannya___"
Viola terpaku mendengar Bagus yang sedang berbicara lembut sambil
memandang bintang.
"___ Hamba rela menunggu seribu tahun lamanya jika itu dapat
membuktikan rasa sayangku sama dia. Dia adalah wanita kedua setelah
bunda yang Bagus sayang. Tolong jaga dia ketika Bagus tidak berada
disisinya."
Mata Viola terpejam mendengar penuturan do'a-do'a yang Bagus
katakan pada Tuhan. Dia sangat-sangat bersyukur karena dipertemukan
dengan imam yang sangat sempurna di mata Viola.
"Sayang..?"
"Em.."
"Cepet tidur, sudah malam! Besok malam Mas mau kerumah"
Viola mengerutkan alisnya. Mas?
"Panggil Mas jangan Bapak!"
Tenggorokan Viola tercekat, dia merasa sangat bahagia sekarang.
Ternyata Bagus sangat soswite pada perempuan. Viola jadi merasa
beruntung bisa menjadi wanita yang dicintainya.
"M-mas!"
"Iya Vio sayang, panggil Mas!"
"Mas Bagus"
"Hmmm?"
"Vio ngantuk!"
"Ngantuk? Benar, tadi Mas nyuruh kamu tidur. Yasudah mimpi indah Vio
sayang! Mas tutup telponnya ya?!"
Viola bisa mabuk kepayang jika tidak menghentikan percakapan ini.
Lebih baik dia menghentikannya dari pada tidak bisa tidur semalaman
karena rindu. Lagian besok Bagus juga harus bekerja, seharusnya pacar
yang baik itu selalu mengertikan keadan kekasihnya. Viola harus paham itu!
"Iya Pa- eh Mas!"
Bagus terkikik mendengar kesalahan Viola.
"I love you sayang!!"
"Love you to Mas Bagus"
"See u"
"Bye"
Kemudian sambungan telpon terputus oleh Viola. Wanita itu memegangi
pipinya yang sudah memerah sejak tadi, dia semakin rindu pada Bagus.

Author baper sendiri sama tulisan ini. Baper sama Pak Bagus.
Author juga pengen punya suami kaya pak Bagus. Udah ganteng,
mapan, romatis pula. Duh paket ples banget. Viola ko beruntung
banget sih... dia pake pelet apaan sih? Ko Bagus bisa nempel gitu
Ok jangan lupa Voment...
(Follow ig: cucurofiah)
Username : Cucu Rofi'ah Adelia afifah
Iklan Karya Cucu Rofi'ah

Sinopsis:
Tidak semua Sarjana bisa mendapatkan pekerjaan yang layak.
Contohnya Aku, yang banting setir menjadi seorang Pembantu karena
selalu mendapat penolakan dari seluruh Perusahaan yang aku lamar.
Sudah banting setir menjadi pembantu, ternyata aku juga Apes
karena mendapatkan Majikan super gila seperti Juan Alfarisy, Anak
bau kencur yang baru menginjak kelas 3 SMA itu ternyata
menjadikanku Babunya untuk mengerjakan PR.
Tampang anak itu memang sangat tampan, dengan wajah belasteran
Amerika Indonesia. Dibalik kelakuannya yang sudah percis Preman
Sekolah, ternyata Juan menyimpan beribu luka dihatinya sendirian.
Hingga takdir mengantarkanku untuk menjadi penyembuh bagi
lukanya.
Sinopsis:
Zea adalah seorang mahasiswi berpenampilan tomboy, tiba-tiba saja
akan di jodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun saat kebingungan
melanda Zea, datanglah Devano kaka tingkatnya di kampus yang
menawarkan diri sebagai Pacar sewaan.
***
Devano Keano Favian, terkenal tampan juga sopan. Bukan hanya
itu, Devano juga adalah Mahasiswa paling pintar di kampusnya.
Namun ada sesuatu yang disimpan rapat oleh Devano, jika dia adalah
seorang Pacar sewaan perempuan di luar kampusnya.
Suatu hari, tiba-tiba saja Takdir mengantarkan Devano pada
seorang gadis jadi-jadian, yaitu Zea Mays. Satu-satunya mahasiswi
yang mengetahui jika Devano adalah Pacar sewaan.
Kemudian keduanya sepakat untuk pacaran. Namun bukan pacaran
dalam artian sesungguhnya, mereka hanya sama-sama diuntungkan.
Devano dengan masalah ekonominya sedangkan Zea dengan masalah
perjodohannya.
***
Aku tunggu kunjungan kalian ke novelku selanjutnya.
Terimakasih sudah mau membaca karyaku.
31

Viola Kiyut banget ya kaya Author. Hihihihi


Adelia beberapa kali terpeleset karena kebaya-nya yang lumayan
menjuntai ke bawah lantai. Padahal ini cuma acara lamaran, bukan acara
pernikahan. Mommy rempong sekali sih? Sampe bedak aja tebel banget
gitu. Heran.
"Kamu kenapa sih liatin Mommy dengan tampang begitu?"
"Mommy! Ini kan bukan acara nikahan, kenapa pake dandan begini
segala?"
Adelia berdecak didepan Viola.
"Mau ketemu besan ya harus kaya gini! Nanti malu dong kalo dandanan
mommy kampungan. Masa keluarga terpandang, ketemu besan aja kayak
ketemu ibu-ibu arisan. Mau ditario dimana muka Daddy kamu?"
Dhani yang sekarang beberapa kali menyomot makanan di meja menoleh
karena namanya disebut-sebut.
"Ko Daddy? Kan yang dandan Mommy. Kenapa muka Daddy yang harus
di taro?"
"Daddy diem aja napa!__" Semprot Adelia. "__ itu kenapa lagi? Ko
ayam gorengnya kaya dimakan tikus?"
"Itu Daddy yang nyentilin ayam goreng dari tadi" celetuk Marcel.
Dhani yang ketangkap basah langsung melotot kearah Marcel.
Dasar anak durhaka!!
Namun ketika perdebatan keluarga ini semakin seru, suara bel pintu
berbunyi. Sontak semuanya terdiam.
"Biar Tiara aja yang bukain!"
Tiara langsung bangkit berdiri untuk membukakan pintu. Ternyata yang
datang itu Bagus dengan Bunda Arsita. Serta beberapa oleh-oleh yang
Arsita bawa di kantung bawaannya.
"Eh Bagus? Masuk Bagus, tante!" Ucap Tiara.
Bagus dan Arsita tersenyum kearah Tiara. Dan ketiganya masuk ke
dalam ruang makan, karena memang selain acara makan antar keluarga,
Malam ini juga kedua pihak keluarga sudah setuju jika akan diadakan
lamaran atau bahasa halusnya itu tunangan. Biar kedua calon bisa saling
menjaga kesetiaannya.
"Asrita yah?" Teriak Adelia karena ternyata dia mengenali wanita
tersebut.
"Aw Adel! Sudah lama banget tidak ketemu" Asrita berjalan gontai
menemui Adelia.
Sedangkan semua orang yang berada di ruangan itu malah menatap
kedua perempuan itu dengan tampang cengo. Ternyata Adelia dan Asrita itu
sudah saling mengenal lama. Mereka dulu adalah teman dekat ketika waktu
kuliah, dengan jurusan tata boga. Makanya Adelia itu sangat pintar masak,
tidak heran jika Viola cepat belajar ketika mengenai masakan. Ternyata
darah Chef mengalir ditubuh Viola.
Sedangkan Asrita! Dia lebih memilih mengelola Restaurant dia yang
berada di Bali. Mengingat dia juga memang Asli dari Bali.
"Iya Rita... aduh semakin usia bertambah kamu semakin cantik aja Rit"
"Ah kamu bisa aja. Kamu juga cantik makanya lahirin anak secantik
Marni!" Celetuk Asrita yang lupa jika nama wanita tersebut adalah Viola.
"Viola bun! Bukan Marni" Bisik Bagus cepat"
"Ah iya maafin tante ya Viola"
Viola langsung berdiri dari duduknya. Wanita itu masih sungkan saja
pada Asrita. Karena mengingat jika Asrita adalah majikannya dulu,
membuat Viola jadi agak kagok sendiri.
"Panggil Bunda sayang!" Ucap Arsita.
"B-bunda.." ucap Viola dengan agak terbata.
"Nah sekarang ayo mulai acara makannya. Daddy udah gak tahan nih
nahan laper" celetuk Dhani. Sontak semua keluarganya memandang Dhani
dengan tatapan tajam.
Ini kepala keluarga malu-maluin banget!
Arsita juga Bagus tersenyum mendengar Dhani berbicara seperti itu.
Setelah acara mengobrol ria, Semuanya duduk di meja makan.
Menyantap beberapa lauk yang telah di masak oleh Adelia dan juga Viola
tadi sore. Beberapa kali mereka menyinggung tentang masalalu,
bernostalgia dengan kenangan-kenangan indah Adelia dan Arsita sejak
masih kuliah. Hingga kenangan Bagus ketika masih SMP saat dia masih
suka main kerumah Marcel, yang ternyata saat itu Viola masih bayi.
"Em... Tentang pernikahan__" ucap Bagus memecah kehingan. Namun
langsung di potong oleh Marcel.
"Gue yakin Vio udah bilang sama lo"
Bagus mengangguk. "Maksud gue, gue setuju sama saran dari lo Cel"
Adelia langsung ikut nimbrung. "Jadi gini As, maksud Marcel itu pengen
Vio menyelesaikan kuliahnya dulu, baru nikah. Apalagi Vio sama Bagus
masih kenal seumur jagung, jadi alangkah lebih baiknya mereka kita
tunangkan saja, agar mereka tidak menyesal dikemudian hari. Mengingat
Vio juga kuliahnya belum selesai, biar Bagus bisa membimbing Vio biar
belajarnya lebih giat lagi"
Arsita menaruh garpu dan sendoknya di atas meja, lalu mengelap mulut
itu dengan tisyu. "Iya Bagus sudah cerita juga sama Aku del. Kalo aku
gimana Bagus-nya aja, apalagi Umur Bagus sudah matang, pasti dia sudah
tau mana yang baik buat dia."
"Bagus gak keberatan kalo Vio mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Di
ijinkan jadi calon suami Vio aja Bagus udah seneng. Jadi semuanya gimana
keputusan Vio"
"Jadi gimana Vio?" Ucap Dani menanyai anaknya.
Viola memang menampikan wajah sedihnya. Dia menarik nafas dalam.
"Dengan satu syarat"
"Apa" mereka serentak bertanya.
"Mas Marcel gak boleh larang Vio buat ketemu calon imam. Kalo mas
Marcel ngelarang-larang apalagi ngeganggu hidup Vio, Vio gak akan segan
buat kawin lari sama Mas Bagus"
Bagus menelan salivanya, dia menatap Marcel dengan wajah meminta
maaf. namun Marcel menatap Bagus dengan tajam.
"Ada juga syarat dari mas"
"Apa?" Mereka kembali serentak bertanya. Kecuali Bagus yang sedang
ber-istigfar ria di dalam hatinya.
"Bagus gak boleh nyentuh Viola sebelum sah!" Ucap Marcel penuh
penekanan.
Viola langsung menyela. "Kalo gak nyentuh, gimana mau komunikasi?
Bahkan Vio aja sering salaman sama dosen. Itu juga nyentuh loh"
Semuanya serentak menepuk jidat. Gini nih kalo anak kecil udah kebelet
kawin.
Marcel memijat pelipisnya. Harus gimana lagi ngejelasin sama Viola.
Apa harus dengan kata-kata yang lebih Frontal? Tapi ini lagi acara makan
keluarga, Marcel juga harus punya sopan santun kan?
"Ok gue gak akan nyentuh Viola!" Ucap Bagus mantap.
"Tapi Mas Bagus? Terus kalo Vio sama mas gak sentuhan mana bisa?
Gimana kalo mau salaman sama calon imam? Gimana kalo punggung Vio
gatel? Kan semua itu harus bersentuhan mas!. Terus kalo Mas Bagus mau
Cium___hmptt" cerocosan Viola terpotong karena dia baru ngeuh dengan
ucapan Marcel. Sambil membekap mulutnya dia menatap Bagus yang
tampak malu di depan keluarga dia dan keluarga Viola.
Semuanya melotot kearah Viola, seolah sedang minta dijelaskan. Apa
maksud dari kata-katanya?
"__M-maksud Vio..." Gadis itu malah grogi dibuatnya, dia bingung harus
berkata apa. Namun di saat seperti itu, Bagus langsung menyelamatkan
Viola dari berbagai pertanyaan keluarga.
"Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Tante Adel! Om Dhani,
maafin Bagus karena udah nyium Viola dibelakang kalian. Maafin juga
Bagus karena...."
"Karena udah grepe-grepe Viola di belakang" potong Marcel.
Viola melotot. "Lagian grepe-grepenya juga masih yang atas doang, gak
sampe kebawah"
Namun perkataan Viola justru membuat semua keluarganya menatap
Viola dengan membulatkan mata.
Sabarkan Hamba dari cobaan ini ya allah! Punya calon istri polosnya
keterlaluan.
"Viola! Bagus! Mulai detik ini, kalian gak boleh lagi ngelakuin hal itu.
Kalian itu belum mukhrim!" Ucap Adelia tampak geram. Dia nafas ngos-
ngosan mendengar cerocosan Viola.
Bagus dan Viola menunduk malu karena ketangkap basah. Namun saat
Viola menatap Marcel, justru laki-laki itu seperti sedang melayangkan
bendera perang pada adiknya.
"Ra-sa-in" Ucap Marcel tanpa suara, saat Viola meliriknya.
Maafin aku karena kemaren gak Update.
Maaf part ini kurang panjang, dan cuma satu scene. Tapi nanti part
selanjutnya pasti aku kasih agak panjang, buat menebus dosa aku hari
ini.
Like tembus 30, aku pasti Update 2 part besok. Gimana nih? Share
dong ketemen kalian!!! Hahaha
Nggak deng bercanda.
Komen dong komen! Biar Author semangat.
(Follow ig: cucurofiah)
32

Sebelum Baca vote dulu dong! Hehehehe


Satu minggu lamanya. Setelah acara tunangan. Bagus tidak bertemu
langsung lagi dengan gadisnya. Siapa lagi jika bukan Viola. Wanita itu tiba-
tiba saja jarang menguhubunginya, dengan alasan sibuk kuliah. Apa sesibuk
itu sampai sama sekali tidak bisa bertemu? Kalo chat sih kadang dia balas.
tapi balasnya lama banget. Bagus sampe khawatir sendiri. mau nanya ke
Marcel, Bagus gak enak kalo harus mengikutsertakan Marcel. Takutnya
laki-laki itu malah ikut campur lagi masalahnya.
"Rian saya mau pergi dulu, pasien di bangsal nomor 34 ruang anggrek
kamu gantiin dulu saya!" Titah Bagus pada Rian yang kebetulan Bagus
memang sedang banyak sekali kerjaan.
"Dokter mau kemana? Pasien diruang itu bukannya baru selesai operasi
kemarin? Kalo saya salah gimana?"
Bagus berkacak pinggang. "Kamu kan asisten saya? Yang pasti saya
tidak asal nyuruh kamu, lagian juga kamu sudah berkali-kali nanganin
pasien tabrakan."
Rian kaget sendiri karena tiba-tiba saja Bagus nyolot padanya. Tidak
biasanya Bagus membentaknya soal masalah kerjaan. Rian pikir, atasannya
itu pasti sedang punya masalah sama tunangannya.
Rian maklumin aja lah. Atasannya itu kan lagi dimabuk asmara. Pasti
emosinya lagi sensian banget.
"Kamu kenapa ko saya bilangin malah cengengesan?"
Rian mengatupkan bibirnya cepat. Takut kena omel lagi.
"Tidak dok. Yasudah saya permisi dulu, mau ke ruang anggrek"
Rian buru-buru ngebirit pergi dari hadapan Bagus. Sedangkan Bagus
langsung membuka jas dokternya untuk segera menemui Viola.
Namun sayang seribu sayang, ketika Bagus datang kerumah Viola,
ternyata gadis itu sedang ada dikampusnya.
"Sekalian kamu jemput aja Vio, dia ke kampus tadi di anterin Marcel,
biasanya dia bawa mobil sendiri. Cuma mobilnya lagi di bengkel. Gakpapa
kan tante nyuruh kamu buat jemput Vio" Adelia berujar sambil memasak.
Sedangkan Bagus, dia awalnya mau main kerumah kekasihnya. Eh
taunya Viola tidak ada.
"Yasudah tante, Bagus ijin dulu mau jemput Vio"
"Iya Gus, hati-hati di jalan ya! Jam segini biasanya jalanan macet"
"Tenang aja tante, Bagus tau ko jalan alternatif ke kampus Vio yang cepet
dimana"
"Yasudah kalo gitu. Nanti kalo udah jemput, langsung bawa pulang aja!
Lagian udah sore juga!"
Disepanjang jalan Bagus terlihat gusar, kenapa Viola sama sekali tidak
ada kabar sore ini? Iya sih tadi pagi sempat chatan, tapi cuma sekedar buat
ngingetin sarapan. Setelah itu! Viola kembali tidak membalasnya.
Setelah Bagus memasuki pelataran Universitas, laki-laki itu turun dari
mobilnya. Masih dengan menggunakan stelan kemeja yang tadi di gunakan
dirumah sakit. Kalo orang yang tidak tahu, mungkin Bagus sudah disangka
seorang pengusaha karena stelan kemejanya yang terlihat sangat rapi.
Laki-laki itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjur kampus.
Gedung itu sangat luas dan juga asri dengan beberapa pohon rindang yang
menghiasi tiap gedung. Serta beberapa Mahasiswi yang sedang mengobrol
dibawah pohon dekat sebuah Fakultas bertulisan Fakultas kedokteran.
Bagus mendekati keempat Mahasiswi itu, namun saat dirinya mendekat.
Salah satu mahasiswi itu menyadari kedatangan Bagus, lalu menyenggol
mahasiswi lainnya untuk segera menengok.
"Permisi!"
Keempat Mahasiswi itu mendongak lalu menganga dengan tampang
memuja. Bahkan salah satu mahasiswi itu sampai membuka kaca matanya
karena sepertinya ia kenal.
"Dokter Bagus" ucap salah satu mahasiswi itu.
"Kamu.. kenal saya?"
Mahasiswi itu mengangguk, lalu diikuti anggukan dari ketiga mahasiswi
itu.
"Iya dok, kemarin saya ke RSUD buat daftar koas dan saya tau dari
dokter lainnya kalo Dokter Bagus yang bakalan membimbing kami bulan
depan"
Bagus tersenyum, "Oh ya?"
Lalu keempat mahasiswi itu mengangguk.
"Bahkan Dokter Bagus sangat terkenal di Fakultas kami, Dosen Fakultas
kami itu fans berat dokter Bagus loh"
Bagus kembali tersenyum. Setenar itukah dia di mata Mahasiswi?
Mendengarnya itu membuat senyum Bagus kembali mengembang.
Tapi Bagus kudu ingat! Dia kesini hanya untuk menjemput Viola, bukan
berceloteh dengan para Mahasiswi yang akan menjadi calon dokter!
"Oh iya saya kesini mau ke Fakultas Ekonomi, bisa bantu saya buat
kesana?"
Lalu keempat mahasiswa itu langsung serentak mengajukan dirinya
sendiri.
"Saya!" Ucap mereka bebarengan.
"Yasudah, kamu aja yang pake kaca mata!"
Mahasiswi yang memakai kaca mata langsung berdiri lalu tersenyum
manis kearah Bagus.
"Ayo Dok biar saya Antar!"
Ketiga Mahasiswi itu langsung cemberut karena tidak terpilih oleh
Bagus.
Bagus tampak merasa bersalah karena tidak mungkin jika harus
mengajak semuanya, entar dia dikira om-om mesum karena diantar oleh
banyak cewek.
Diperjalanan menuju Fakultas ekonomi, Mahasiswi yang ternyata
bernama Tiya itu sesekali mengajak Bagus ngobrol. Karena memang
Fakultas ekonomi itu berada di gedung paling pojok dan juga berada di
lantai dua.
Namun, sesampainya Bagus dan Tiya di Fakuktas Ekonomi. Bagus
segera menuju jurusan Management disana. Dan yang dicari-cari ternyata
ketemu.
Viola sedang berada di dalam kelas bersama seorang laki-laki. Padahal
disana tampak sepi, mahasiswa atau Mahasiswi yang lain sepertinya sudah
pulang.
"Cari siapa memangnya Dok?" Tanya Tiya karena hanya melihat sebuah
kelas kosong yang berisi wanita dan pria yang sedang mengobrol.
Padahal suasana kampus kini sudah sangat sepi, hanya ada beberapa
mahasiswa yang berlalu lalang melewati Bagus dan Tiya. Mengingat juga
sekarang mulai menjelang magrib membuat semua Mahasiswa sudah
meninggalkan kampus.
"Saya mau jemput tunangan saya!"
Tiya agak syok mendengar Dokter pujaannya mengatakan tunangan. Dia
kira laki-laki itu belum punya kekasih, makanya dia menawarkan diri untuk
mengantar. Eh nyatanya orang ganteng pasti aja sudah punya wanita
disisinya, membuat Tiya kini tampak cemberut.
"Tiya!" Panggil Bagus.
"Iya Dok?"
"Makasih sudah antar saya kesini, nanti kalo kamu sudah jadi Koas di
Rumah Sakit, kamu jangan sungkan buat tanya sesuatu sama saya!"
"Iya siap dok. Yasudah, tiya Mau ijin pulang dulu"
Bagus mengangguk, lalu tersenyum ketika Tiya meninggalkannya.
Namun saat Tiya sudah tidak terlihat, senyum Bagus kini sirna. Wajahnya
berubah menjadi seram, seperti sedang mengibarkan bendera perang karena
dua orang cucu adam yang sedang berduaan di dalam kelas.
Kakinya melangkah memasuki kelas itu. Dia melangkah mendekati Viola
dengan seorang Mahasiswa yang tampak sedang mengajari Viola
disebelahnya.
"Ih Damar serius dong! Lo tau kan gue ditugasin Dosen kiler kaya Pak
iwan tuh gak enak banget, kalo gue besok sampe gak bisa presentasi. Ini
semua gara-gara lo ya!"
Mahasiswa yang bernama Damar itu tertawa karena sukses membuat
Viola kesal.
Tapi lebih kesal Bagus yang menyaksikan tunangannya dengan laki-laki
lain!!
"Iya deh iya gue serius!"
Bagus duduk dibangku belakang mereka berdua. Tanpa membuat Viola
dengan Mahasiswa itu sadar.
Kurang lebih seperti itu keadaan kelasnya.
"Oh jadi ini kerjaan kamu sampe susah banget buat ketemu mas?" Ucap
Bagus, yang sukses membuat Viola dengan Damar menengok kebelakang.
"Mas Bagus?"
Viola kaget bukan main, melihat Bagus yang tiba-tiba berbicara di
belakangya sambil menyilangkan tangan.
"Siapa Vi? Lo kenal?" Tanya Damar.
Namun tanpa memperdulikan Damar, Viola langsung menyeret Bagus
keluar kelas.
Viola membawa Bagus kesebuah Toilet perempuan, yang tentu disana
tidak ada siapa-siapa.
Bagus sedari tadi memendam kemarahannya. Dia sekarang sedang
dirundung kemarahan karena melihat Viola bermain Api dibelakangnya.
"Mas..." panggil Viola lembut.
Bagus menggeretakan giginya karena menahan cemburu. Sedangkan
gadis didepannya malah tampak khawatir.
"Kamu kemana aja selama ini?"
"Maaf, kerjaan kampus awal masuk banyak banget. Terus banyak kerja
kelompok juga jadi tiap hari harus pergi ke kampus"
Viola menundukan wajahnya.
"Sampe kamu gak bisa ketemu Mas sebentar aja?"
"Maaf"
Bagus menghembusakan nafasnya, dadanya terasa sangat sesak.
"Kamu tau seberapa rindunya Mas sama kamu?"
Namun karena melihat wajah Bagus yang kini memerah membuat Viola
jadi merasa bersalah pada Bagus. Gadis itu langsung memeluk Bagus erat.
"Maaf mas... Vio juga rindu banget sama Mas. Rindu serindu-rindunya,
sampe hati ini mau meledak karena saking pengen ketemu sama Mas"
"Terus apa salahnya kita ketem__"
Cup
Ucapan Bagus terpotong karena Viola mencium bibirnya sekilas. Gadis
itu mendongakan wajahnya sambil berkaca-kaca.
Sial! Kalo udah kaya gini, mana tahan...
Bagus tidak tahan jika gadis itu sudah akan berlinang air mata. Namun
apa yang membuat Viola enggan bertemu dengannya?
Bagus segera meraih pinggang Viola dengan tangan kanannya. Lalu
memeluk erat Viola seerat mungkin. Seakan Bagus tidak mau jika Viola
harus berjauhan dengannya. Cukup satu minggu ini dia menahan rindu yang
teramat mendalam pada gadisnya.
"Tolong kamu bilang sama mas! Apapun itu, biar mas paham. Karena
kalo Mas salah paham, itu rasanya sakit banget"
"Maafin Vio... Vio sebenarnya gak mau ngeganggu pekerjaan mas
dengan terus pengen ketemu sama Mas. Apalagi Vio lagi pengen cepet
lulus, Vio takut gak bisa lulus sarjana gara-gara keasikan pacaran. Vio___"
Ucapan Viola terputus karena Bagus langsung mencium wanita itu
dengan menggebu-gebu. Dia seakan tidak ingin wanita itu pergi darinya.
Bahkan Viola sekarang tampak kewalahan menghadapi cercaan dari bibir
Bagus yang sekarang mengajak lidahnya untuk ikut meliuk-liuk bersamaan
dengan lidah Bagus.
Viola meremas kerah Baju Bagus karena gigi Bagus sangat terasa
menempel dengan giginya. Sedalam itu mereka sekarang berciuman.
Bahkan decakan-decakan dari bibir mereka sangat terdengar menggema di
kamar mandi ini.
Tubuh Viola di angkat oleh Bagus keatas westafel kamar mandi tanpa
melepaskan tautan Bibir mereka.
Presetan dengan kata-kata Marcel minggu lalu, yang ada dipikiran Bagus
saat ini hanya merindukan Viola dengan segenap jiwa dan raganya. Bahkan
dia tidak perduli sekarang mereka berada dimana.
Namun saat tangan Bagus mulai membuka kancing atas baju Viola, gadis
itu dengan setengah sadar menggenggam tangan Bagus.
Bagus melepaskan tautan Bibir mereka. Lalu melihat gadis itu terengah-
engah didepan wajahnya.
"Mas... Vio takut Mas Marcel tau apa yang kita lakuin"
Bagus menempelkan keningnya dengan Viola, diapun sama terengah-
engahnya.
"Lain kali kalo mau fokus kuliah, kamu jangan sungkan buat mas ajarin
belajar. Mas pasti bantu! Kalo kamu kaya gini, justru mas gak bisa nahan
buat gak makan kamu"
Alih-alih menanggapi, gadis itu justru tertawa renyah.
"Makan? Emangnya Mas binatang buas sampe mau makan Vio segala
hahahaha"
Bagus melepaskan Pelukan Viola dipundaknya.
"Udah ah jangan bercanda! Mommy kamu nyuruh kamu segera pulang.
Ini udah sore mau magrib pula."
"Turunin!"
Bagus melihat Viola yang duduk diatas wastafle dengan rambut acak-
acakan dengan baju yang sudah lumayan kusut.
Sampe segitunya ya perbuatan Bagus pada Viola? Gak bisa gitu, kalo
ciuman gak sepanas itu? Sampe gadis itu tampak sangat seksi di mata
Bagus?
Bagus menurunkan Viola di atas westafle. Lalu ikut merapikan rambut
dan baju Viola yang kancingnya sudah terbuka satu.
"Vio mau ngasih tau dulu Damar ya mas, takut dia masih nungguin Vio
di kelas"
Bagus tidak mengantarkan Viola kedalam. Dia lebih memilih menunggu
diluar kelas dengan alasan malas melihat anak bau kencur itu.
Siapa suruh dekat-dekat Viola, kan yang abis dimakan Bagus itu Vio
bukan Damar. Untung aja kejadian tadi membuat mood Bagus jadi normal
lagi. Kalo ngga, mungkin anak bau kencur itu sudah habis ditonjok Bagus
habis-habisan.

Panjaaaaaaaang ya?
Sepanjang punya pak Bagus
Maksudnya, sepanjang kaki pak Bagus. Kan dia tinggi. Hehehe
Karena kemaren like-nya cuma dikit. Jadi Updatenya satu part aja
ya!!
Maaf ciumannya gak HOT takut dimarahin Mas Marcel
wkwkwkwk...
Ok jangan lupa Like+Comment!!
(Follow ig : @cucurofiah)
33

Ayolah... muka pak Bagus ganteng banget. Author gak tahan liatnya.
(Nama realnya Park Seo joon)
Di dalam mobil. Bagus sesekali melirik Viola yang sedang sibuk
mengetikan sesuatu di laptopnya. Bagus tidak ingin mengganggu wanita itu
dengan mengajaknya ngobrol. Dia-pun hanya fokus pada jalanan yang
sekarang tampak ramai dengan kendaraan. Karena menjelang magrib, para
pekerja mungkin baru bisa pulang jam-jam sekarang.
"Alex di DO dari kampus gara-gara ketahuan pakai narkoba" ucap Viola
tiba-tiba.
Sontak Bagus langsung menengok dengan tampang keponya.
"Vio baru tahu dari Dini tadi siang di kampus" ucap Viola kembali.
Gadis itu menutup Laptopnya. Lalu masukannya kembali kedalam tas.
"Terus sekarang Alex gimana?"
"Dia dipenjara. Bahkan beritanya sampe masuk koran dan berita"
Bagus senang atau justru iba? Dilain sisi Bagus merasa senang karena
Viola gak akan diganggu sama mantan kekasihnya dulu.
"Mas, jangan hianatin Vio kayak Alex"
Bagus memegang tangan gadis itu dengan hangat. Lalu tangan kanannya
ia gunakan untuk menyetir.
"Kamu juga jangan deket-deket laki-laki tadi! Mas gak suka, kalian
berduaan di dalam kelas"
"Damar cuma temen Mas, lagian dia cuma ngajarin Vio buat nanti
Presentasi. Mas tau gak, Damar itu Mahasiswa paling pinter loh di Fakultas
Ekonomi, terus semua mahasiwi yang lain tuh pada rebutan Damar buat
minta di ajarin. Terus__"
"Mas gak nanya" potong Bagus.
Viola tergelak karena sukses membuat Bagus cemburu. Wanita itu justru
malah membuat Bagus kini kebakaran jenggot karena menceritakan semua
kebaikan Damar padanya.
Setelah Mobil Bagus masuk kepelataran rumah Viola, gadis itu hendak
membuka pintu mobil namun buru-buru dicegah oleh Bagus.
"Tunggu! Biar Mas bukain"
Bagus turun dari mobilnya, lalu membukakan pintu mobil untuk Viola.
Gadis itu semakin gemas karena diperlakukan bagaikan putri oleh
tunangannya. Tidak menyangka saja, dulu pak Bagus galak, nyebelin, juga
menggemaskan, tiba-tiba bisa jadi tunangannya. Nikmat tuhan mana lagi
yang bisa Viola dustakan.
"Maaf mas harus cepet pulang, kasian Bunda dirumah sendirian."
"Yah ko... mas gak mau masuk dulu nih ketemu sama Mommy?"
"Salamin aja buat tante Adel sama Marcel. Nanti mas jemput kamu buat
berangkat ke kampus."
"Yaudah deh, awas ya Vio jam kuliahnya abis Dzuhur"
"Iya sayang"
Vio tertunduk malu saat Bagus memanggilnya sayang. Muka wanita itu
langsung merah saat Bagus mengusap pucuk kepalanya.
"Kalo gitu, Mas pulang dulu. Semangat buat Presentasi besok!!"
Aaaaa..... hati Viola meleleh punya tunangan kaya Mas Bagus. Romantis
banget. Tolong ini mana penghulu? Vio pengen cepet nikah.
**
Siang hari. Saat menjelang istirahat, Bagus buru-buru membuka jas
dokternya karena telat mengantar Viola ke kampus.
Sarah datang keruangan Bagus untuk mengajaknya makan di kantin,
namun ketika dia melihat Bagus sedang buru-buru, wanita itu langsung
mengurungkan niatnya untuk mengajak Bagus makan.
"Ada apa Sar?"
"Tidak ada apa-apa. Tadi aku mau ngajak kamu makan, tapi kalo sibuk
aku bisa ngajakin Rian"
"Maaf ya Sar, aku mau nganterin Vio ke kampus"
Karena Sarah sudah tau yang sebenarnya dari Bagus, wanita itu tidak
kaget jika sekarang Bagus memang menggilai tunangannya.
"Oh iya Sar, aku titip pasien aku. Takut nanti telat pulang ke rumah sakit"
Tanpa melihat jawaban Sarah, Bagus berlari untuk menuju ke parkiran.
Lalu mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
Mobil Bagus memasuki pekarangan rumah megah Viola, gadis itu sedang
berdiri menunggu dirinya datang.
"Maaf tadi sibuk banget, Hari ini mas Operasi sampai tiga kali. Makanya
datang kesini telat"
Namun tanpa ba-bi-bu gadis itu berlari memasuki mobil Bagus dengan
cepat.
"Ayo mas! Nanti telat. Vio gak mau gak dapet nilai dari Pak Iwan"
Mendengar itu, Bagus jadi ikutan panik. Dia juga ikut buru-buru
menjalankan mobilnya dengan cepat.
Sesampainya di kampus, gadis itu langsung melesat saja keluar dari
mobil Bagus dengan berlarian. Lalu tidak lama kemudian, ada pesan dari
sarah.
Gus, kamu jangan khawatir! Tadi udah aku bilangin sama Admin
kalo kamu ijin sakit. Buat pasien kamu, aku udah bisa tanganin.
Semalat bersenang-senang!!!
Bagus tersenyum melihat pesan dari Sarah, wanita itu selalu mengerti
tentang dirinya. Meski Sarah mantan, tapi Bagus sekarang sudah
menganggap Sarah seperti adik sendiri.
3 jam kemudian...
Sudah menjelang Asar. Viola baru bisa keluar dari kelasnya. Gadis itu
berterimakasih pada Damar karena telah diajarin kemarin sore.
"Makasih ya Mar udah ngajarin gue"
"Kalem Vi, oh iya sore ini lo ada janji gak? Gue mau ngajakin lo makan"
"Emmm nggak ada sih."
"Yaudah kalo gitu. Gue anterin lo pulang aja ya!"
Viola berpikir sejenak. Dia tidak punya janji pulang bersama Bagus juga
tidak punya Janji kencan bersama Bagus. Apa salahnya kalo cuma makan
sama Damar? Itu yang dipikirkan Viola.
Namun saat dia keluar dari gedung Fakultasnya, tiba-tiba riuh para
Mahasiswi Fakuktas kedokteran terlihat oleh Viola.
Ada apa sih? Ko rame banget?
Penasaran dengan apa yang terjadi, Viola bertanya pada salah satu
Mahasiswi Baru fakultas kedokteran.
"Eh dek, ada apa sih Rame banget?"
Damar juga sepertinya ikutan Kepo.
"Ada Dokter Bedah legendaris di Kampus ka, gila! Ternyata Dokternya
emang bener-bener ganteng. Aku kira itu cuma gosip. Ternyata pas liat
langsung, orangnya ganteng banget"
Dokter Bedah? Mas Bagus kan udah pulang.
Namun saat Viola melangkah hendak pergi, Viola justru dikagetkan
dengan sosok yang memanggilnya saat ini.
"Vio!!"
Sontak Viola dan Damar menoleh. Juga diikuti para Mahasiswi
kedokteran yang sekarang sedang mengerubungi Bagus untuk meminta
Foto.
"Mas Bagus?"
Jadi Dokter bedah legendaris, yang diceritakan para Mahasiswi
kedokteran itu Tunangannya.
Subhanallah... Viola kurang bersyukur gimana punya calon suami se-
famous ini.
"Katanya Mas Banyak kerjaan, Vio kira mas udah pulang"
Bagus tersenyum pada Viola, dia melihat banyak Mahasiswi kedoktsran
menatap Viola dengan jijik. Namun amarahnya kembali muncul saat ada
Damar disebelah Viola.
"Maaf Dek, ini tunangan Saya! Jadi pulangnya pasti Bareng saya"
Damar tampak tidak mengerti.
"Bener Vio, om itu tunangan kamu?"
Bagus menggeretakan giginya karena dibilang Om, perasaan umurnya
gak tua-tua amat harus di panggil Om segala. Emangnya Bagus om-om
hidung belang?
"Iya Mar, sorry ya! Nanti sore gak bisa makan bareng"
"Yaudah, mau gimana lagi."
Damar tampak kecewa dilihat dari raut wajahnya.
Sedangkan para Mahasiswi yang mendengar itu malah tampak patah hati
karena Bagus sudah punya tunangan.
"Maaf Ya para Mahasiswi yang cantik. Lain kali Saya adakan seminar di
kampus ini" ucap Bagus pada para fans-nya.
Lalu Bagus menggandeng tangan Viola untuk memasuki mobil portuner
miliknya. Tanpa memedulikan orang-orang yang menatap mereka.
Bagus menjalankan mobilnya. Wajahnya seperti ditekuk karena merasa
cemburu.
"Sudah Mas bilang. Kamu jangan terlalu deket sama anak cowok tadi!"
"Maksud Mas itu Damar?"
Bagus menaikan Bahunya masa bodo.
"Ya Allah Mas, Vio kan udah bilang dia cuma temen"
"Ya tapi tadi kalian pulang bareng mau ngapain?"
"Mau nganterin Vio pulang sambil ngajakin Makan!" Ucap Viola dengan
polosnya. Dia tidak tahu ternyata Bagus sekarang sedang kebakaran
jenggot.
Ckiiitttt
Bagus memberhentikan Mobilnya saat berada di lampu merah. Tiba-tiba
pikirannya jadi tidak fokus.
"Ayo kita makan! Mas juga laper"
"Beneran Mas laper? Apa cuma bohongin Vio karena kalah Talak sama
Damar?"
Bagus berdecak, bahkan Bagus belum makan dari pagi sampe sore
begini. Mengingat dia buru-buru mengantar Viola, jadi Bagus tidak sempat
untuk makan siang.
"Mas Bahkan belum makan dari pagi"
Mendengar Bagus berbicara seperti itu, membuat Viola kembali merasa
bersalah. Mungkin karena Viola Bagus tidak bisa makan siang.
"Udah kamu jangan perduliin Mas. Orang gak makan dari pagi gak
bakalan mati ko"
Viola jadi merasa kasihan.
"Maafin Vio" gadis itu cemberut.
Bagus tidak tahan untuk tidak tersenyum.
"Iya! Iya! Udah itu muka jangam dimonyongin gitu, mas gak tahan
liatnya"
Mendengar Bagus berkata seperti itu, membuat Viola malah semakin
memajukan bibirnya untuk mengerjai Bagus.
Cup
Bagus mencium Viola sekilas. Sontak Viola langsung menutup mulutnya
dengan tangan. Dia tersenyum dengan wajah merona.
Tiiit tiiit
Rupanya lampu lalulintas sudah kembali hijau. Bagus segera
menjalankan kembali mobilnya untuk mencari makanan.
Saat diperjalanan Adelia menelpon Viola, lalu segera di angkat oleh
Viola.
"Hallo Mom"
"Kamu di mana? Udah sore gini belum pulang, bentar lagi magrib.
Jangan kayak kemarin ya! Untung Bagus jemput kamu"
Viola tersenyum. "Ini Vio lagi sama Mas Bagus"
Bagus menoleh, "Siapa?" Bisiknya.
Viola memberikan ponsel itu pada Bagus.
"Yudah kamu cepat pulang. Daddy kamu udah gak tahan nih pengen
cepet makan. Oh iya bilangin sama Bag__"
"Hallo tante" potong Bagus.
"Eh Bagus. Kirain Hapenya ada di Vio."
"Kenapa Tan?"
"Kalian di mana ini sebentar lagi mau magrib!"
"Maaf Tan, Bagus mau ajakin Vio makan diluar"
"Oh.. yaudah, nanti pulangnya jangan sampe kemaleman!"
"Baik tante"
Lalu sambungan telpon dimatikan. Sambil menyetir Bagus memberikan
hape itu pada Viola.
"Kita mau makan di mana Mas?"
"Terserah kamu maunya di mana?"
"Vio terserah Mas aja"
"Mas maunya sih kamu yang masakin. Kangen juga masakan calon istri."
Viola kembali tersenyum. Ini calon suami gombal terus dari kemarin!
Kalo seperti ini, Viola mana tahan menunda pernikahan selama setahun.
"Kenapa ko malah senyum?" Ucap Bagus kembali.
"Mas bisa gak sih, gak gombalin Vio terus! Vio jadi pengen cepet nikah
kan!"
"Kamu juga dulu gombalin mas terus. Mas mana tahan digoda terus
kayak gitu, jadi jangan salahin mas kalo sekarang mas malah nempel banget
sama kamu!"
Vio tertawa karena mengingat dulu. Saat dimana dia selalu menggoda
Bagus tiap hari. Bahkan tak jarang Wanita itu secara terang-terangan
mengajaknya menikah.
Bagus nyatanya sudah memarkirkan mobilnya disebuah mall. Itu adalah
Mall ketika untuk pertama kalinya Viola mencium Bagus saat putus dengan
Alex.
"Kamu inget mall ini?" Tanya Bagus.
Viola mengangguk. Dengan wajah malu gadis itu mengingat momen saat
itu.
"Dulu kita sempat gak makan disini. Gak papa kan Mas ajakin kamu
kesini?"
"Gak papa mas"
Mereka turun dari mobil. Lalu memasuki Mall itu sambil bergandengan
tangan. Bahkan Bagus sangat menggandeng erat tangan Viola agar gadis itu
tidak lari dari sisinya.
Mall juga tampak lumayan ramai, mengingat ini adalah jam-jam pulang
kerja bagi para karyawan. Membuat semua orang sepertinya ingin singgah
sebentar disini.
Bagus mengajak Viola makan disebuah lestaurant yang berada di lantai
tiga. Seperti orang pacaran pada umumnya, mereka duduk berdua ditengah
Restaurant yang cukup ramai.
"Kalo makan jangan blepotan gitu, mas gak tahan kalo liat kamu
menggemaskan kayak gini"
Viola mengelap mulutnya dengan tangan, namun saus dari Spaghetti itu
tidak kunjung terusap oleh tangannya. Dengan sangat manis, bagus
mengelapnya dengan ibu jari dia.
Viola tersenyum. "Hehe makasih"
"Mau nonton?" Ajak Bagus tiba-tiba.
"Nonton? Gak bakalan kemaleman?"
"Hmm.. nggak deh kayaknya. Nanti Mas bilang sama Mommy kamu biar
dia gak khawatir"
"Sebenernya Vio juga pengen banget kencan sama Mas, semenjak
tunangan, kita gak pernah jalan bareng"
"Ya makanya itu. Anggap aja kita kencan, lagian Mas gak selalu punya
waktu buat ajak kamu jalan. Mumpung Mas gak sibuk, kita puasin malam
ini"
"Yeeeey" Viola bertepuk tangan karena saking gembiranya.
Selesai makan, mereka lanjut menonton Bioskop di lantai empat. Bukan
hanya menonton, Viola juga kenyang dengan berbagai belanjaan di
tangannya. Mulai dari tas, baju, make up dan lain sebagainya.
Bagus ingin memuaskan Viola dengan jerih payahnya sendiri. Semenjak
dia jadi Dokter yang bisa dikategorikan Mapan, dia tidak pernah
menghamburkan uangnya untuk seorang wanita. Tapi kali ini berbeda, dia
sekarang punya tunangan. Tunangan yang sangat amat dia cintai, mengingat
dulu dia sangat pelit dengan Viola, bukankah sekarang wajar kalo Bagus
ingin memanjakan gadis itu?
Hingga tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
Sangat malam untuk gadis seumuran Viola.
"Mas makasih buat hari ini." Viola tersenyum melihat banyak tas
belanjaan ditangannya. Dan beberapa hadiah juga untuk diberikan pada
Adelia.
Gadis itu sangat sumringah, meski keluarga orang kaya, tapi setelah
bertunangan, dia jarang sekali belanja. Dia jadi malu untuk meminta uang
pada orang tuanya.
"Ini buat kamu" Bagus menyodorkan Kartu ATM pada Viola saat berada
di teras rumah tunangannya.
"ATM untuk?"
"Untuk kamu pakai sehari-hari."
"Tapi mas ini berlebihan!"
"Udah terima aja Vio! Lagian itu sudah kewajiban dia jadi seorang laki-
laki!" Celetuk Marcel keluar dari pintu rumah karena mendengar mobil
Bagus memasuki pekarangan.
Viola memandang Bagus. "Makasih" dengan refleks Viola memeluk
Bagus didepan Marcel.
"Eh-eh-eh-eh belum mukhrim! Belum mukhrim!"
Bagus tertawa melihat Marcel memisahkan Viola dengan dirinya.
"Sorry Cel, ini rizki anak sholeh"
"Kavret lo Gus. Awas ya kalo sampe macem-macem sama ade gue!"
"Mas Marcel sirik aja Vio seneng punya calon suami Dokter! Gak kayak
Mas yang bisanya nyusahin orang tua" gadis itu melet kearah Marcel. Dan
langsung terbirit pergi kedalam rumah karena takut kena omel Marcel.
"Lo jangan takut Cel! Lo juga kan tau gue kayak gimana. Gue justru
mendukung dia buat menyelesaikan kuliahnya dulu! Baru gue nikah"
Marcel menghembuskan nafasnya. "Sorry Gus. Gue gak bermaksud
meragukan niat tulus lo. Lo sendiri tau, sesayang apa gue sama Vio."
Bagus menepuk pundak sahabatnya itu, lalu segera ikut masuk kedalam
rumah untuk segera berpamitan pergi pulang.
2000 kata. Rekor ya!
Bonus untuk malam minggu kalian.
Sebentar lagi memasuki Ending, Author berasa gak rela aja gitu
pisahan sama Pak Bagus. 😩😩😩
Tapi cerita ini akan di bawa kemana lagi jika bukan TAMAT.
Pokoknya, jangan lupa Vote + Comment!
(Follow ig: @cucurofiah )
34

Bacanya sambil dengerin lagu Christina Perri a Thousand Years


1 Tahun kemudian....
Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Viola sudah menyandang gelar
sarjana beberapa hari yang lalu. Juga Bagus yang sudah mengambil Cuti
menikah dari Rumah Sakit.
Tinggal hari ini. Hari dimana pernikahannya digelar, disebuah Hotel
berbintang. Bagi keluarga Dhani ini memang cukup mudah, mengingat
calon istrinya adalah anak dari seorang konglomerat. Tapi bagi Bagus.. ini
adalah sebuah Jerih payahnya dulu. Menabung bertahun-tahun untuk
pernikahan mewah yang diberikan untuk wanitanya kelak. Dan terjadilah
hari ini.
Kini Mobil pernikahannya sudah terparkir di pelataran Hotel megah ini.
Jantungnya berdegup kencang, bahkan mulutnya komat-kamit melafalkan
kata-kata untuk dipakai ijab kobul. Takut jika saat ijab kobul, Bagus malah
justru lupa.
Arsita meremas tangan anaknya. "Kamu pasti bisa!"
Bagus menoleh. "Trimakasih Bunda, Bunda sudah membesarkan Bagus
hingga sekarang Bagus menikah"
Arsita menggeleng. "Justru Bunda yang sangat berterimakasih, karena
kamu sangat berbakti pada Bunda. Bunda bahagia jika kamu juga Bahagia"
Bagus mengusap air mata yang jatuh dari pelupuk mata Arsita. Wanita
paruh baya itu bercucuran air mata, hingga Make Up nya beberapa Bagian
terhapus.
Bagus juga Arsita keluar dari mobil pengantin. Dan diikuti oleh para
Kerabat Bagus yang berasal dari Bali. Serta beberapa teman Dokter yang
mengantarkannya ke pelaminan.
Bagus memasuki Aula Hotel itu digandeng oleh Arsita. Disana sudah
berada sorang pengantin wanita yang duduk di sebuah kursi mewah dengan
berbalut gaun pengantin berwarna putih. Dia Viola.
Gadis itu sangat cantik dimata Bagus, bahkan dimata semua orang.
Beberapa kerabat dan keluarga besar dari calon mempelai wanita bangkit
berdiri dari duduk mereka masing-masing ketika Bagus berjalan di karpet
merah Aula pernikahan.
Bagus sungkem pada Adelia juga Dhani. Meminta restu dan Do'a pada
calon mertuanya.
"Tante merestui kalian. Tante titip Viola pada kamu Bagus"
Adelia berujar sambil bercucuran air mata ketika Bagus mencium
punggung tangannya. Diikuti Dhani yang menepuk pundak Bagus ketika
Bagus sudah menegakan Badannya.
"Om juga titip putri om sama kamu Bagus!"
Hampir Bagus juga ingin menangis karena melihat kedua calon mertua
menangis dihadapannya. Meski tak sempat meneteskan air mata, mata
Bagus tampak merah dan berkaca-kaca karena tangis haru.
Kemudian Bagus melangkah mendekati kursi pelaminan yang
didepannya sudah ada seorang penghulu. Gadis itu juga tampak hendak
menangis melihat kedatangan Bagus. Karena selama seminggu ini Bagus
dengan Viola dipingit tidak boleh bertemu.
Bagus duduk disebelah Viola. sejenak laki-laki itu memandang Viola
dengan tatapan sangat memuja melihat calon pengantinnya.
"Vio kangen sama Mas!" Ucapnya pelan.
"Mas juga kangen. malah pake Banget"
"Boleh gak kalo Vio pengen pernikahan ini cepet selesai?"
Bagus mengerutkan keningnya. "Kenapa?"
"Vio gak tahan pengen meluk"
"Kan nanti malem juga kita bakalan ngelakuinnya. Kamu sabar dulu
sebentar!"
Disaat seperti ini. Bagus juga Viola masih bisa saling bercanda hingga
seorang penghulu didepannya seperti mulai dilupakan.
"E-ekhm... jadi tidak menikahnya?" Ucap seorang penghulu pada mereka
berdua.
Sontak keduanya menoleh. "Jadi!!" Ucap mereka serentak.
Karena tadi penghulu berbicara menggunakan Microphone semua tamu
undangan dapat mendengar percakapan mereka. Dan saat itu pula semuanya
tertawa.
"Sabar ya Nona Vio! Nikah dulu, masalah nanti Malam jangan dulu
dibahas!"
Semuanya tertawa mendengar penuturan sipenghulu. Bagus justru malah
semakin gugup karena otaknya sudah dipenuhi adegan yang akan dilakukan
nanti malam.
"Jadi gimana bisa kita mulai ijab qabulnya tuan Bagus?"
"Hah?" Jawab Bagus. Dia tiba-tiba malah jadi pengung sendiri.
"Sepertinya si calon mempelai Pria sudah tidak tahan" celetuk Penghulu
kepada para Audiens.
Disana juga terdapat banyak para Dokter yang hadir. Apalagi Rian yang
duduk paling depan tertawa sangat keras diantara para tamu yang lain.
Menjadikan semua para tamu undangan jadi tertawa geli dengan tingkah
Bagus.
Awas lo Rian!
Bagus menegakan duduknya. Dia sudah kembali siap untuk melanjutkan
ijab qabul.
"Jadi tuan Bagus sudah siap?" Tanya penghulu lagi.
"Saya siap Pak!"
"Baik. Dengarkan perkataan saya!"
Bagus menarik nafasnya untuk menghilangkan rasa gugup. Serta Viola
yang meremas gaun pengantinnya karena ikutan gugup juga.
Penghulu itu menjabat tangan Bagus.
"Ananda Tubagus Cahya Utama bin Andi Pratama Saya nikahkan dan
saya kawinkan dengan Viola Maldhani Siregar binti Maldhani Siregar
dengan Maskawin berupa Apartment senilai 6,3 Miliar dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Viola Maldhani Siregar binti
Maldhani Siregar, dengan maskawin berupa Apartment senilai 6,3
Miliar dibayar Tunai"
(😩 Author ngiler pengen punya Suami kaya pak Bagus)
"Gimana Saksi sah?"
"SAH..." ucap semuanya serentak. Lalu diikuti riuh tepuk tangan dari
para tamu undangan.
Bagus menghembuskan nafasnya lega setelah ijab qabul selesai.
Mengingat Maskawin yang Bagus berikan untuk Viola itu tidak lebih dari
cukup untuk membuktikan rasa cintanya pada Viola. Meski Bagus
menabung secara mati-matian, Bagus masih harus berusaha keras lagi untuk
keluarga barunya sekarang.
Hingga saat ini, Acara menjamu para tamu undangan. Mulai dari kerabat,
mempelai Pria maupun wanita, dan beberapa teman sepekerjaan. Serta para
Alumni ketika mempelai sekolah. Semuanya datang ke acara pernikahan
Bagus dan Viola.
"Selamat ya Pak Bagus!" Itu Rian yang berbicara sambil berkaca-kaca,
dia memeluk Bagus diantara antrian panjang yang ingin menyalami
pasangan pengantin.
"Trimakasih Rian" Bagus terpaksa balas memeluk.
"Huaaaa.... akhirnya Dokter Bagus nikah juga. Saya terharu" Rian
menangis sejadi-jadinya karena saking Bahagia.
Beberapa tamu undangan yang melihat, tampak menertawakan Rian,
bahkan Viola saja yang menyaksikan malah ikut tertawa.
Kamvret si Rian malu-maluin banget.
Bagus secara paksa melepaskan Rian dari pelukannya. "Rian malu-
maluin Banget!" Bisik Bagus.
Rian berdiri tegak, seolah-olah lupa akan kelakuannya tadi. Lalu
dilanjutkan dengan Anya, Dokter Anak yang menggilai Bagus sejak lama.
"Selamat ya pak Bagus buat pernikahannya"
"Terimakasih Anya."
Namun Anya masih seperti tidak suka dengan Viola. Bahkan ketika Viola
diketahui anak dari seorang konglomerat wanita itu tampak Gondok sendiri
mendengarnya.
Dilanjutkan oleh kedatangan Sarah yang menggandeng anak kecilnya.
Serta Pak Hendra yang menemani Sarah.
"Selamat buat pernikahannya Gus" ujar Sarah tulus.
"Semoga samawa Bagus! Akhirnya penantian panjang kamu tidak sia-
sia" Pak Hendra juga ikut menimpali.
Sedangkan Viola dia tersenyum Hormat saat kedatangan Pak Hendra.
Mengingat jika Laki-laki paruh Baya itu sudah Bagus anggap Ayah sendiri,
Viola ikut sungkem pada Hendra.
Dan saat tamu terakhir yang menyalaminya. Itu baru terselesaikan ketika
waktu sudah menunjukan waktu Dzuhur. Namun untuk acaranya sendiri
baru selesai menjelang Magrib.
Bagus juga Viola sudah tampak kelelahan dengan sesi sungkem dan
pemotretan pengantin. Hingga kini dia sudah memasuki Apartment Park
Avanue di kawasan Jakarta Pusat. Apartment yang Bagus jadikan sebagai
maskawin, ples akan ditinggali oleh keluarga Barunya.
"Vio cape Mas"
"Nanti malam Mas pijitin"
Viola mendelik kearah Bagus. Wanita itu berpikiran Negatif dengan
jawaban suaminya.
"__mas ngerti! Mas gak akan minta malam ini. Kamu sama Mas juga
sama-sama cape"
"Kata siapa Vio gak bisa kuat malam ini"
Bagus menelan ludahnya. PLIISS!! ini baru selesai acara pernikahan,
badannya kembali memanas karena istrinya sudah berkata seperti itu.
"Mas gak mau malam ini ya?" Viola cemberut.
"Bukan gitu... nanti kamu sakit. Mas gak mau kalo kamu sampe sakit"
Viola berbalik sambil menghentak-hentakan kakinya. Tuh kan Bagus jadi
serba salah.
Bahkan gadis itu masih memakai gaun pengantinnya. Apa badannya
tidak capek? Bagus aja serasa mau remuk.
Arsita masuk kedalam kamar pengantin. "Bagus kamu apain Vio? Ko dia
cemberut gitu?"
Mampus! Bilang apa nih sama Bunda?
"Eu-i-itu Bun. V-Viola mau Bagus bantuin copot sanggul tapi karena
Bagus gak bisa makanya dia ngambek"
"Oh gitu! Yasudah cepet turun keluarga besar sudah ngumpul dibawah!"
"Iya Bun Bagus ganti baju dulu nanti turun"
Saat Bagus turun dari lantai dua, dia melihat meja makan penuh oleh
Keluarga Besar. Mulai dari Tante Adelia, Om Dhani, Bunda Arsita, Marcel
dengan anak dan bininya. Dan tak lupa Omah sama opah Bagus yang
berada di Bali juga ikut menghadiri pernikahan tadi siang.
Bagus melihat istrinya masih cemberut gara-gara membahas insiden
malam pertama. Bahkan sanggulnya sekarang sedang dicopot oleh Adelia
dan Arsita.
"Woy Adik Ipar!" Ucap Marcel.
Bagus memutar bola matanya malas melihat Marcel seakan ingin
memberi petuah lagi. Bahkan Om Dhani aja jarang sekali menasihatinya,
ini si Marcel udah kayak berperan penting banget dalam rumah tangga
Bagus.
Bagus duduk disebelah Viola, lalu membisik ditelinganya dengan sangat
pelan.
"Jangan salahin mas kalo besok kamu gak bisa jalan!"
Aw aw awe Author Baper.
Duh gak sabar pengen cepet Update part selanjutnya.
Gimana nih si Vio sanggup gak ya menerima tantangan dari Bagus?
Duh jauhkan Author dari pikiran kotor ini ya Allah!
Ok jangan lupa Like + Komen!!
(Follow ig: cucurofiah)
35 (WARNING!! Adult Romance)

Author juga pengen dilamar sama pak Bagus! Gapapa jadi istri
simpanan juga. Disimpan di kulkas atau diluar rumah juga gapapa.
"Jangan salahin Mas, kalo besok kamu gak bisa jalan"
Kata-kata itu terus terngiang di kepala Viola. Apalagi sekarang keluarga
besar sudah pulang kerumah masing-masing. Tinggal tersisa Mommy-nya
yang sedang memasukan makanan kedalam kulkas.
"Mom cepetan!" Dhani berteriak di dekat pintu keluar Apartment.
"Iya Daddy. Gak sabaran banget!"
"__Vio mommy pulang dulu ya. Bagus jaga Vio!"
"Iya Mom" jawab Bagus.
Setelah kaki Adelia hendak menuju pintu keluar. Tiba-tiba Adelia lupa
sesuatu. Lalu kembali berbalik pada Viola dan Bagus.
"Mommy udah beli sesuatu di kulkas buat kamu sama Bagus"
Bagus dan Viola mengerutkan keningnya. Lalu Adelia melenggang pergi
dari Apartment.
"Mommy bawa apaan sih?"
Viola tampaknya sangat kepo, hingga dia pergi ke kulkas untuk melihat
barang apa yang dikasih Mommynya.
"J-a-m-u k-u-a-t??" Viola membaca tulisan di botol itu sambil
mengejanya.
"Mas Mommy ngasih jamu biar gak pegel nih" teriaknya pada Bagus.
Bagus melangkah mendekati istrinya. "Jamu buat pegel? Tau banget ya
Mommy kamu sampe beliin Jamu ku__"
Ucapan Bagus terhenti karena membaca tulisan di botol itu. Matanya
membelalak kaget.
"Simpan lagi Vi!" Titah Bagus sambil berbalik meninggalkan Viola.
"Hah ko disimpan lagi sih?" Viola nurut aja jadi Istri.
Bagus naik kelantai dua untuk memasuki kamarnya, dan diikuti Viola
yang mengekor dari belakang.
"Kamu mandi dulu gih! Mas juga mau mandi, di kamar mandi bawah"
Viola juga Bagus jadi gugup sendiri sekarang.
"Mas disini aja! Gapapa Vio yang dibawah!"
"Gapapa Mas aja."
"Vio aja Maaas..."
"Mas aja Vi!"
"Ngga pokonya Vio yang dibawah!"
"Yaudah kita berdua mandi di bawah!" Celetuk Bagus.
Viola menelan ludahnya sendiri. Percakapan malam ini ko jadi sensitif
banget?
"Vio di atas aja" ucap Viola dengan sorot mata pura-pura tidak
mendengar.
Jangan ditanya kalo Bagus! Laki-laki itu sedang merutuki dirinya sendiri
karena perkataanya.
"Yaudah kalo gitu. Mas mau turun kebawah"
"Tunggu!"
"Emm?" Bagus berbalik menghadap Viola.
"Tolong bukain Gaun Vio, susah banget ini bagian punggungnya Mas"
Allahu Akbar! Itu punggung.. sabarkan Bagus ya allah dari godaan ini!
Laki-laki itu menelan ludahnya ketika membuka resleting gaun putih
Viola. Punggung Putih itu terlihat sangat mulus, minta di... ah Bagus tidak
bisa mengatakannya.
"V-vio mau mandi dulu Mas. Nanti pintu kamarnya tutup aja"
"I-iya Vi"
Kenapa keduanya malah gugup? Bukankah mereka biasa saja ketika
beberapa kali berciuman. Namun malam ini mereka merasa berbeda. Antara
melakukan Sunah atau menghargai kesehatan istrinya.
Shit!. Semuanya membuat Bagus bingung.
**
Mata Viola terbelalak saat memandang piyama putih tembus pandang
ditangannya.
Sial! Ini pasti kerjaan Mommy.
Padahal sebelum akad Viola membeli beberapa set pakaian tidur Couple.
Tapi kenapa sekarang sudah berubah menjadi piyama menggoda seperti ini?
Dengan berat hati dia memakainya. Tak lama kemudian terdengar suara
ketukan pintu kamar mandi oleh Bagus.
"Vi kamu mandinya udah belum?"
Sepertinya dia cukup lama berada di kamar mandi. Hingga Bagus sampai
mengetuk pintu kamar mandi.
"Udah Mas"
Viola membuka pintu kamar Mandi, dengan tangan yang menutupi
badannya. Meski pakai piyama, tapi bra hitamnya bisa terlihat jelas oleh
suaminya.
Tuh kan! Bagus terpaku melihat penampilan Viola malam ini. Gadis itu
berlari menaiki kasur lalu selimutan disana. Meninggalkan Bagus yang
masih termenung di depan kamar mandi.
Suaminya melangkah mendekati kasur mereka. Lalu ikutan rebahan
disana.
"Vio malu mas. Piyamanya tembus pandang gini."
Viola menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Bagus
menghadap Viola dengan tumpuan tangan kanannya.
"Gakpapa Sayang..." ucap Bagus pelan dengan suaranya yang entah
kenapa malah jadi serak.
Dielusnya pucuk rambut istrinya. Bagus benar-benar tidak tahan saat ini,
keimanannya benar-benar di uji dengan berat.
"Mas! Vio dek-dekan terus"
Dengan polosnya Viola berujar. Hingga Bagus jadi malah makin gemas
ingin menerkam gadis itu.
"Udah kamu tidur! Tadi siang kan cape habis menjamu para tamu"
"Mas gak mau lakuin sesuatu gitu sama Vio?"
Bagus mengerutkan keningnya. Selain pikiran jorok apa lagi yang akan ia
lakukan?
"Lakuin sesuatu?" Ulangnya.
"Iya katanya mau mijitin Vio tadi?!"
Bagus tertawa di dalam hati.
Dasar otak mesum! Hahaha
"Oh iya mas lupa. Yaudah kamu duduk nanti mas pijitin"
Viola bangkit terduduk diranjangnya. Lalu diikuti Bagus yang ikutan
duduk.
Mungkin karena Viola malu dengan bagian depannya. Jadi dia
memunggungi Bagus saat ini.
"Maaf ya mas, Vio ngadepnya ngebelakangin mas"
"Iya santai Sayang.."
Gadis itu memunggungi Bagus. Mungkin karena bagian pundak yang
merasa sangat pegal. Jadi Bagus memijat pundak istrinya sekarang.
"Mana lagi yang sakit?"
"Punggung mas!"
( 😩 Pak Bagus suami idaman bat)
Bagus beralih memijat Punggung setelah dari pundak. Namun matanya
kembali terpaku dengan pemandangan didepannya.
Bra hitam gadis itu tercetak jelas dibalik piyama putih tembus
pandangnya. Percuma saja ditutupi bagian depan. Kalo yang belakang
justru malah lebih menggoda karena bisa Bagus raba.
Pijatan-pijatan pada punggung awalnya memang benar, namun entah
mengapa ada yang ganjal. Pijatan itu berubah menjadi lembut seiring
berjalannya waktu. Hingga kini Bagus malah memeluk Viola dari belakang.
"Mas gak bisa tahan kalo ceritanya kaya gini!" Ujarnya dengan sangat
Prustasi.
"Mas kenap__"
Ucapan Viola terputus manakala Bagus memciumnya dari arah belakang.
Bahkan dada bidang suaminya sangat terasa keras dipunggung Viola.
Membuat wanita itu menjadi merinding membayangkan tubuh suaminya
ter-exspos.
Bagus mencium Viola dengan lembut. Menekan leher gadis itu untuk
memperdalam ciuman mereka. Hingga ketika Bagus mengulum bibir bawah
Viola, gadis itu sedikit mendesah dibuatnya.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, Bagus menjejali mulut wanita
itu dengan lidahnya. Meski ciumannya lembut dan sangat sexy. Tapi di
dalam cara Bagus mencium itu, seperti menuntut lebih untuk ke tahap
selanjutnya.
Hingga saat Bagus merasa susah dengan adegan ciumannya dia
membalikan gadis itu menjadi dibawah tubuhnya. Dengan tumpuan tangan
kanan agar Viola tidak merasa berat menopang tubuh kekar Bagus.
"Maaf Mas tega sama kamu"
Suara serak Bagus terasa sangat indah didengar oleh Vola. Gadis itu
memandang suaminya dengan memainkan rambut laki-laki itu.
"Mas ajarin Vio! Ini untuk pertama kalinya bagi Vio"
Bagus mencium kening istrinya dengan lembut.
"Ini juga pertama bagi Mas"
Dengan sangat-sangat lembut, Bagus kembali mengulum bibir Viola.
Atas.. bawah... hingga lidahnya yang menerobos masuk, mengajak lidah
Viola untuk ikut meliuk bersamanya.
Keduanya tersenyum dibalik ciuman mereka. Saling menempelkan
hidung ketika Bagus melepaskan tautan bibir. Lalu beralih pada telinga
gadis itu, sedikit meniup dan menghembusakan nafas. Hingga perut Viola
terasa meremang.
"Kamu siap?"
Gadis itu membuka matanya, karena sedari tadi dia hanya terpejam. Dia
melihat seluruh pakaian luarnya sudah berceceran dilantai.
Entahlah, Viola tidak menyadarinya. Bahkan saat ini dia hanya memakai
bra hitam untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Namun bagian bawah,
Viola tidak tau, itu sudah tertutup oleh Bagus yang menindih di atasnya.
saat ini Bagus sudah beralih pada leher istrinya. Membuat beberapa kiss
mark disana. Mengukir rasa cintanya dengan bibir. Hingga tangan ia yang
tidak bisa diam.
"Maafin mas kalo besok kamu gak bisa jalan"
Bagus hendak membuka bra, namun dicegah oleh Viola.
"Mas masih pake Piyama"
Bagus memandang tubuhnya yang masih utuh dengan balutan piyama
putih.
Dengan segera dia membuang piyama atasnya kesembarang arah. Lalu
kembali memagut bibir istrinya dengan mesra. menelungkupkan tangan
dirinya pada dada Viola. Hingga wanita itu menggelinjang sambil meremas
seprai.
*
*
*
*
Sudah! Author gak kuat. Kameramen gak dibolehin masuk sama pak
Bagus.
Aduh mana kipas? Mana kipas? Gerah banget ini.
Harap bijak ajalah ya! Aku udah kasih tau di Tag dari awal, kalo
cerita ini memang Adult. Namun masih tahap halus dan tidak Frontal.
Ok jangan lupa Vote + Coment!!
(Follow ig : cucurofiah)
36

Maaf untuk Part 35 aku gak bisa lanjutin. Akun Author resmi, temen-
temen di kantor pada tau kalo aku suka bikin novel. Terus ada
beberapa temen dunia real juga yang baca. Gomenasai minasan *Ojigi
Mata Viola perlahan membuka karena sengatan matahari yang masuk
melalui celah jendela kamarnya. Dinding kaca itu masih tertutup gorden.
Tangannya menggapai sebelahnya. disana tidak ada suaminya.
Sekujur tubuh wanita itu masih terasa sakit. Apalagi bagian
kewanitaannya. Dia bangkit terduduk sambil melilitkan selimut ditubuh
polosnya.
Viola ingat. bahkan ingat sekali kejadian semalam. Dimana suaminya
menerobos masuk kedalam tubuhnya.
"Pagi sayang"
Itu suara Bagus yang baru masuk kedalam kamar. Dia berjalan mendekati
Viola.
"Aww"
"Jangan jalan dulu!!"
Bagus setengah berlari karena Viola hampir saja terjatuh karena hendak
berjalan. Dengan romantisnya Bagus mengangkat Viola ala Bridal Style
kedalam kamar mandi.
"Mas ih ko malah di gendong sih? Turunin!"
"Udah Mas bilang. Kamu gak akan bisa jalan!"
Viola manut aja ketika Bagus menggendongnya. Lalu tiba-tiba Viola
ingat, seprai kasur mereka kemana.
"Mas ko seprainya gak ada? Perasaan semalem kita tidur pake sprei
deh?"
"Udah Mas cuci. Itu dibawah lagi masuk mesin"
"Kamu gak tau sprei kita kotor banget?" Bisik Bagus ditelinga Viola
dengan sensual.
Viola menutup mulutnya. Astaga Jadi dia sekarang udah resmi jadi....
Jadi Nyonya Bagus!
Bagus meletakan Viola kedalam Bathtub agar wanita itu bisa
membersihkan dirinya.
"Mau mas mandiin atau mandi sendiri?"
Viola melotot. "Mandi sendiri" jawabnya cepat.
Bagus menahan tawanya saat ini. Padahal semalam Bagus sudah tau
semua, tapi istrinya masih malu aja sekarang.
Setelah selesai mandi, Viola berjalan dengan sangat hati-hati menuruni
Tangga Apartment-nya. Dibawah sudah ada Bagus yang sedang
menyiapkan sarapan. Bahkan semua kerjaan rumah Bagus sudah kerjakan.
Berhubung dia masih 2 hari lagu cuti kerja. Membuat laki-laki itu tidak ada
kerjaan hari ini.
Karena melihat kedatangan Viola, Bagus buru-buru datang kehadapan
Viola. Padahal ini sudah setengah jalan menuruni tangga, tapi Bagus masih
aja ngotot ingin menggendong Viola.
"Sini mas gendong lagi"
"Ih jangan! Vio masih bisa jalan mas"
"Tapi jalannya kayak gitu buat mas khawatir tau!"
"Ya terus Vio mau digendong terus sama Mas? Gak sekalian aja pake
kursi roda kalo gitu"
"Kalo itu perlu. Mas bisa suruh Rian buat bawain kursi roda kesini!"
Viola memijit pelipisnya. "Gak perlu Mas.. Vio bercanda"
Mungkin karena gemas, dengan jalan Viola yang sangat lama. Bagus
dengan segera mengangkat wanita itu ke meja makan.
"Ya allah Mas turunin, Vio kan berat"
"Mau kamu satu Ton juga Mas jabanin"
Ini kenapa Bagus sayangnya makin sakaw aja sama Viola. Semenjak
kejadian semalam, Bagus tidak henti-hentinya mengistimewakan wanita itu
bagaikan putri raja.
Drttt Drttt
Suara pesan masuk berbunyi di hape Bagus yang terletak di meja makan.
Dia Membuka pesan itu.
Gus pasien kamu yang ada di ruangan mawar, no 3 keluarganya gak
mau aku operasi. Padahal keadaannya udah keritis banget.
Itu pesan dari Sarah. Bagus melirik Viola yang sekarang tengah
mengoleskan selai pada rotinya.
Kenapa gak bisa--- Bagus membalas pesannya.
Karena aku gagal operasi minggu lalu. Bahkan sekarang banyak
Pasien yang mengeluh pengen kamu yang operasi.
Padahal tiap Dokter punya Pasien masing-masing. Karena kejadian
minggu lalu, saat Pasien sarah tewas di ruang operasi karena Gagal Jantung.
Berita itu menyebar luas keseluruh penjuru Rumah Sakit.
Kasian Sarah. Dia pasti sangat terpukul. Mengingat anggota Dokter
Bedah yang ada di Rumah sakit semakin menipis membuat Bagus merasa
tidak enak meninggalkan Pasiennya gitu aja.
Tapi Bagus bingung juga. Terus Viola gimana? Mereka kan baru saja
menikah. Apalagi nanti minggu depan dia bakalan Bulan madu ke Tokyo.
Bagus pikir ini waktu yang tepat, untuk mengganti waktu cuti bulan
madunya.
"Mas mau berangkat kerumah Sakit"
Viola mendongak pada Bagus. Wajahnya terlihat sangat kecewa. Apa
Bagus tidak melihat keadaan Viola saat ini?
"Terserah" ucap Viola pura-pura tidak perduli.
Kalo cewek udah bilang gini. Berarti dia gak mau ditinggalin.
"Mas gak akan pergi kalo kamu cemberut gitu"
Viola masih tidak bergeming.
"Ini menyangkut nyawa seseorang Sayang. Mas dibutuhin dirumah sakit"
Wanita itu tampak cemberut dengan air mata yang sudah menggenang di
matanya. Meski belum tumpah, Bagus mengerti Viola tidak ingin
ditinggalkan.
"Mas gak akan lama. Setelah itu selesai, mas pasti kembali, nanti Mas
telpon Rian buat nemenin kamu disini"
Tanpa menunggu persetujuan dari Viola, Bagus bangkit berdiri dari
kursinya. Lalu mengecup pucuk kepala Viola dengan sayang.
Bagus buru-buru mengganti kausnya dengan Jas dokter yang berada di
lantai atas. Lalu berjalan meninggalkan Viola di meja makan yang masih
belum menghabiskan rotinya.
Seharusnya Viola harus paham. Dia menikah dengan seorang Dokter. Dia
harus siap ketika ditinggalkan oleh suaminya ketika panggilan darirat ini.
**
"Pak Rian kenapa bawa kursi roda segala?"
Viola bertanya pada Rian karena datang-datang membawa kursi roda.
"Saya disuruh Dokter Bagus buat mbak Vio. Katanya kaki mbak Vio lagi
sakit"
Viola juga Rian akhirnya memasuki Apartment. Laki-laki itu
mengedarkan matanya keseluruh penjuru ruangan. Megah, mewah, apalagi
posisi Apartment itu yang berada di ketinggian. Membuat pemandangan di
Ruangan itu menjadi sangat indah. Gedung-gedung yang menjulang, serta
jalanan yang terlihat kecil. Teihat di dalam Apartment itu.
Rian beberapa kali berdecak kagum. Emang yah, orang kaya gak bisa
diragukan lagi. Orang tajir nikah sama orang yang tajir lagi, akhirnya malah
jadi Tajir melintir.
"Pak Rian mau minum apa? Biar Vio ambilin"
"Jangan mbak Vi, Saya cuma disuruh nemenin doang ko. Hehehe"
Namun saat Viola keukeuh dengan mengambilkan minum. Rian melihat
cara berjalan Viola yang terasa sangat hati-hati.
Matanya memicing. Ada yang gak beres...
Namun saat Viola datang memberi Air putih, Rian langsung membekap
mulutnya dengan tangan.
Wooah Pak Bagus mainnya parah banget, sampe bikin anak orang gak
bisa jalan?!
"Pak Rian kenapa? Ko pelototin Vio gitu"
"E-itu anu.. saya kagum sama pemandangan di ruangan ini"
Viola ikut duduk di sopa depan Rian.
"Oh kirain mikir macem-macem"
Muka rian langsung memerah. Dengan cepat Rian menggeleng.
"Me-memangnya saya mikir apaan hahaha" Rian tertawa garing.
"Pak Rian sudah punya istri kan?" Tanya Viola tiba-tiba.
Rian manggut. "Kenapa mbak?"
"Pas awal nikah, Pak Rian ninggalin istri pak Rian gak sih? Kayak Mas
Bagus gitu."
Rian menegakan tubuhnya. Mau jujur takut di omelin sama Bagus kalo
sampe ngjelekin. Mau bohong, bohongnya apaan?
"Nggak mbak. Saya seharian nemenin istri soalnya kan lagi cuti juga"
Tuh kan, Mas Bagus jahat Banget.
"Mbak Vio jangan bilangin saya sama Dokter Bagus ya saya bilang gini.
Takut kena omel"
Viola tersenyum. "Nggak Pak santai aja!"
Selama lima jam lamanya Viola cemberut sambil memainkan hapenya.
Rian yang ada di sopa aja sampe ketiduran menunggu kedatangan Bagus.
Hingga jam tepat menunjukan pukul jam 2 siang Bagus baru datang.
"Mas pulang"
Viola mendongak mendengar suara Bagus datang. Sedangkan Rian masih
Stay tidur. Mungkin Rian lebih memilih di sini ketimbang dirumah sakit.
Bagus berjalan mendekati istrinya yang masih cemberut. Dia tersenyum
lalu mencium kening istrinya.
"Vio! Kenapa muka kamu pucat banget?" Bagus tampak khawatir
melihat Viola yang manyun dengan wajah pucat.
"Ini Rian juga, kenapa malah tidur. Viola lagi sakit begini."
"Kepala Vio pusing mas!"
Namun saat Viola berdiri, dia ambruk di pelukan Bagus. Bagus kaget
bukan main karena Viola pingsan.
"Rian bangun!!" Teriak Bagus.
"Ayam ayam ayam ayam"
Rian bangun dengan suara latahnya karena kaget. Matanya terpaku
melihat Bagus yang memeluk Viola.
"Aw! Ko dokter pelukan gitu depan saya sih" ucap Rian dengan matanya
yang ditutup oleh tangan. Padahal masih bisa liat.
"Saya bukan pelukan dodol! Viola pingsan"
Mata Rian terbelalak. "Kok bisa?"
"Pegang tas saya, saya mau angkat Vio"
Dengan cepat Rian meraih tas kerja Bagus agar Bagus bisa mengangkat
tubuh Viola.
Bagus berlarian membawa Viola kedalam Lift untuk segera turun.
Untung Apartment dia tidak terlalu jauh dengan Rumah sakit.
"Vio bangun Vio!. Maafin mas"
Bagus hampir menangis melihat Viola tidak sadarkan diri. Laki-laki itu
benar-benar menyakahkan dirinya sendiri.
Kenapa kemarin malam Bagus malah mengajak Viola untuk melakukan
hubungan suami istri. Padahal dia tau istrinya sedang tidak enak badan, dan
betapa bodohnya dia meninggalkan Viola dalam keadaan sakit.
Aku kalo ada di posisi Vio sakit banget. Dan bingung juga kalo ada
di posisi Pak Bagus. Jadi kalo punya calon suami Dokter, kudu siapin
mental ya!
Ok jangan lupa Voment!!!
Menjelang tamat nih guys...
(Follow ig : cucurofiah)
37

Setelah dilarikan kerumah sakit, Viola akhirnya di rawat di ruang VIP.


Dokter mengatakan jika wanita itu mengalami kekurangan darah, dan
kelelahan. Bagus semakin menyalahkan dirinya sendiri karena
meninggalkan istrinya.
Di ruangan itu juga sudah ada Adelia, Arsita, Dhani, dan Marcel. Mereka
juga duduk menunggu Viola siuman.
"Bagus jujur sama Mommy!"
"Iya Mom"
Bagus menelan ludahnya sendiri siap-siap kena ceramah Adelia. Dia
menegakan duduknya.
"Jamu yang mommy taro di kulkas diminum gak?"
Bagus mengerutkan keningnya. Jamu?
Namun tak lama dari itu, Bagus baru ingat, jamu itu ditaro lagi sama
Viola kedalam kulkas. Lalu Bagus menggeleng.
"Nggak mom"
Dhani ikut duduk di sopa dekat Adelia. "Jamu apa si Mom? " ucap Dhani
sambil memakan kebab ditangannya.
"Ini lagi kepala keluarga! Bukannya khawatir anak lagi masuk rumah
sakit, malah enak-enakan makan kebab!"
Dhani tersedak makanan karena omelan istrinya. "Daddy kan laper."
Awal yang hanya ingin bertanya, tapi ujung-ujungnya malah kena
semprot. Dhani mengelus dadanya sendiri punya istri mulutnya kaya singa
seperti Adelia.
"Bagus!" Panggil lagi Adelia.
"Iya mom?"
"Lain kali kalo Mommy kasih sesuatu. Kalian turuti saja! Dulu Marcel
juga__"
"Stop! Stop! Stop!" Teriak Marcel memotong pembicaraan Adelia. Dia
serangan jantung mendadak mendengar namanya disebut.
"Diam kamu Marcel! Lagian kalo bukan karena jamu itu, Tiara gak
bakalan ladenin kamu sampe pagi. Kamu juga tau sendiri, dulu Tiara juga
sama kelelahannya karena cape menjamu para tamu!"
Marcel menundukan kepalanya menahan malu. Untung Tiara tidak ikut
ke Rumah sakit karena menjaga anaknya. Bayangkan jika Tiara juga ada,
mungkin dia akan sama malunya seperti Marcel.
"Iya Bagus minta maaf Mom"
"Yasudah. Untuk kali ini tidak apa-apa, nanti kalian juga bakalan terbiasa
tanpa minum jamu"
Pembicaraan yang sangat sensitif ini terhenti, manakala Arsita memberi
tahu mereka jika Viola sudah siuman.
"Vio kamu dengar Bunda sayang?"
Viola membuka matanya, ruangan inap Rumah Sakit itu terasa asing dari
penglihatan Viola.
"Vio ada di mana Bunda?"
"Vio di rumah sakit, tadi siang kamu pingsan. Sudah delapan jam kamu
tidak sadarkan diri Vio" jawab Arsita.
"Mas Bagus mana?"
Bagus, dan Adelia mendekat. Diikuti oleh Dhani dan Marcel.
"Iya ini mas sayang!" Bagus duduk disebelah ranjang Viola sambil
menggenggam tangan Istrinya.
"Mas jangan tinggalin Vio!"
"Iya sayang.. mas gak bakalan tinggalin kamu lagi. Kamu cepet sembuh
ya! Mas gak bisa hidup tanpa kamu"
Marcel memutar bola matanya sambil mencibir. Ini si Bagus gombalnya
udah tingkat dewa.
"Kalo kamu ada apa-apa, jangan sungkan buat suruh mommy ke
Apartment kamu sayang!" Titah Adelia.
"Iya mommy"
"Vio sudah makan belum?" Itu Dhani yang bertanya.
"Cuma tadi pagi Vio makan roti"
Astaga! Si Rian bukannya beliin Vio makan. Tadi siang dia malah
keasikan tidur. Batin Bagus.
"Makan dulu sayang!"
"Iya Dad"
Adelia mendelik pada Dhani. Tumben Daddynya bener?
"Mommy kenapa sih? Daddy ko salah terus di mata mommy?"
Adelia mengendikan bahunya bodo amat. Dan diikuti gelak tawa dari
semuanya karena Dhani yang begitu takut pada istrinya.
***
Keesokan harinya. Viola sudah bisa diperbolehkan pulang oleh dokter.
Bagus juga sudah memasukan beberapa barang yang sempat di bawa
kerumah sakit untuk dibawa pulang kembali.
Diluar sudah mulai gelap menjelang magrib. Bagus sengaja mengajak
istrinya pulang sore karena siang dia sibuk dengan beberapa urusan.
"Mas maafin Viola, karena sudah bikin mas jadi sibuk banget seharian
ini"
"Tidak apa-apa sayang! Ini sudah kewajiban mas sebagai suami karena
istri mas lagi sakit"
Viola tersenyum. Lalu membantu Bagus untuk membereskan Barang
bawaan.
Setelah selesai, keduanya keluar dari ruangan VIP. Namun di perjalanan
keduanya berpapasan dengan Sarah dan Rian. Wanita itu tampak merasa
bersalah pada Viola.
"Saya minta maaf Vio, karena sudah membuat Bagus ninggalin kamu di
hari cuti pernikahan kalian"
"Saya juga minta maaf mbak Vio, ketika mbak Sakit saya justru malah
enakan tidur"Rian ikutan minta maaf dibelakang Sarah. Karena Rian
memang ditugaskan untuk menjadi asisten Sarah untuk sementara waktu.
"Tidak apa-apa Dokter Sarah, Pak Rian. Vio sudah sembuh ko. Lagian
sekarang juga mau pulang"
"Iya Rian, Sarah! Kalian tidak perlu merasa Bersalah." Bagus menimpali.
Setelah percakapan singkat di Koridor Rumah Sakit, Bagus dan Viola
melanjutkan langkahnya untuk pergi dari rumah sakit
Di Apartment.
"Mas kenapa Apartment-nya mati lampu? Jangan bilang Mas belum
bayar token!"
Bagus tergelak mendengar penuturan istrinya. "Kamu masuk aja
kedalam, ini baru sampai pintu. Nanti kamu juga tahu"
Viola mengerutkan dahinya bingung. Meski lampu tidak menyala, tapi
Bagus bisa melihat dari pantulan cahaya dari luar Jendela.
Wanita itu mengedarkan matanya, berjalan kedalam Apartmant. Namun
mulutnya langsung menganga melihat meja makan yang ditata sedemikian
rupa. Ruang makan itu sudah di kelilingi oleh lilin-lilin yang menyala.
Membuat semuanya tampak Romantis dan indah. Serta meja yang sudah
berisi beberapa makan malam yang sengaja disiapkan oleh Bagus.
Viola berbalik memandang Bagus dari panyulan cahaya lilin. Suaminya
sedang tersenyum melihatnya.
"Ini Mas yang nyiapin ini semua?"
Bagus menaikan alisnya, tanda membenarkan.
"Gimana kamu suka?"
Viola langsung berhambur memeluk suaminya. "Makasih Mas buat
kejutannya, Vio suka banget"
"Syukur kalo kamu suka. Dan maafin mas buat semuanya. Buat
kesalahan mas kemarin, dan bahkan satu tahun yang lalu karena sudah
menyakiti perasaan kamu"
Viola menggeleng, "Mas sudah mencintai Vio itu sudah cukup. Bahkan
Vio gak berharap apa-apa lagi selain cinta dari Mas. Dan Vio mau
berterimakasih karena Mas sudah menjadi Suami yang begitu luar biasa
buat Vio"
"Mas juga berterimakasih. Karena kamu sudah suka rela memaafkan
segala kesalahan Mas"
Bagus menempelkan dahinya dengan dahi Viola. Dia mencium gadis itu
dengan sayang, dan di balas Viola juga denga lembut.
Tidak lama mereka menyatukan Bibir. "Kamu pasti lapar, Ayo kita
makan. Mas sudah masakin dari tadi sebelum menjemput kamu di rumah
Sakit"
"Benarkah?"
Viola tampak senang. Dia berjalan ke meja makan lalu mencicipi
beberapa masakan yang Bagus masak. Meski tidak banyak, tapi di meja
makan itu terdapat makanan yang semuanya di kategorikan Favorite oleh
Viola.
"Emmmm enak Banget Mas"
Viola berujar dengan wajah berbinar sambil mengunyah makanan yang di
masak Bagus.
"Serius enak? Padahal Mas gak pandai memasak"
"Cobain aja sama Mas"
Bagus mengambil sendok, lalu menyuapkannya ke mulut. Namun justru
wajah itu malah berubah jadi aneh.
"Cih! Ini asin banget Vio"
"Asin juga enak Mas. Kapan lagi Mas masakin Vio kayak gini coba?"
"Udah buang aja Vio, kita Deliv aja masakan lestoran di depan gedung."
Namun saat tangan Bagus hendak meraih makanan, Viola buru-buru
menjauhkan tangan Bagus dari piring
"Enak aja! Gak boleh! Ini makanan Vio. Kalo mas gak mau makan.
Biarin Vio sendiri yang makan"
"Tapi Vio__"
Bagus mengurungkan niatnya karena melihat Viola makan dengan lahap.
Bagus jadi tampak tidak enak sendiri pada istrinya. Seharusnya dia
mencicipi terlebih dahulu sebelum memberikan makanan itu pada istrinya.
Bagus sangat bersyukur pada tuhan, karena telah mempertemukan
dirinya dengan Viola. Mungkin dia masih sendiri jika dulu Viola tidak
menyamar menjadi seorang pembantu.
Dia mengusap pucuk kepala istrinya dengan lembut sambil melihat Viola
makan.
"I love you sayang" ucap Bagus tiba-tiba.
Viola berhenti makan, dia menoleh pada suaminya. Senyum itu terbit
ketika melihat Bagus tampak Bahagia.
"Love you to Mas Bagus. Suamiku. Cintaku. Cinta kasihku. Teman
hidupku__"
"Udah udah Vio!" Bagus terkekeh karena Viola malah balas bercanda.
Bagus teramat Bahagia malam ini. Bahagia yang sesungguhnya. Ternyata
ini Akhir dari penantian panjangnya.
Dia kira... sampai kapanpun dirinya tidak akan menemukan tambatan
hati. Dia kira juga, suatu hari nanti dia akan sendiri seumur hidupnya.
Namun entah kenapa, keyakinan Bagus pada hatinya itu terkadang berbisik,
jika memperbaiki diri maka suatu hari nanti dia akan mendapatkan yang
terbaik. Dan terjadilah di tahun ini, dia menikahi seorang wanita muda yang
sangat lucu. Meski umurnya terpaut jauh di bawah, tapi baginya.. wanita itu
tidak lain seperti teman hidupnya. Teman yang akan menemani hari-harinya
sampai ajal menjemput.
Bersambung
Untuk Update, maafin Author karena telat. Seminggu ini Author Sakit,
jadi gak bisa posting.
Terimakasih juga buat Readers yang telah vote+komen di part part
sebelumnya. Itu sangat berarti bagi Author. Lain kali Author akan bawa
cerita yang lebih baik lagi.
Dozo Yoroshiku onegaishimasu
Arigatou minasan. Mataneee...
TOKOH CAST

Aduh gak nyangka yah Author bisa selesain cerita ini.


Tepuk tangan dulu dong buat Author!! Hehe makasih.
Sebenarnya cerita ini sudah aku buat di tahun 2019 bulan Juli atau Juni
kalo gak salah. Namun belum bisa aku selesain. Makanya tata bahasa
bahkan e-y-d nya aja masih amburadul (tapi sekarang juga masih )
Aku janji aku bakalan rombak cerita ini beberapa part di awal. Biar rapi
aja gitu. Terimakasih untuk para readers yang udah ngedukung dan bahkan
menunggu kelanjutan cerita ini setiap hari. Aku sangat terharu sama kalian
huhuhuhu makasiiih *cium atu-atu buat kalian.
Aku juga abadikan momen komentar kalian di Instagram. Buat
mengenang masa-masa ini.
Terimakasih juga untuk para Cast, terutama Park Seo joon yang
memerankan Pak Bagus di cerita ini. Jujur Author jatuh hati banget sama
Park Seo joon, ampe ngehalu aja tiap malem bayangin pak Bagus.
Hahahaha... *jangan ditiru.
Siganteng kalem Pak Bagus
Ini dia karakter Utama di Novel ini. Si Perfect majikan, dengan narsis-
nya yang gak ketulungan. Namun satu kekurangan, yaitu dia belum punya
jodoh. (Author jomblo pak)
Tubagus Cahya Utama. Sang Dokter bedah paling Famous di RSUD
Jakarta. Udah pokoknya dia itu paling spesial di mata Author.
Marni aka Viola
Nah ini nih peran Marni jadi-jadian. Alias Viola. Nama aslinya Kim Yoo
jung, umur dia sama Author itu seumuran loh. Gak ngefans-ngefans amat,
tapi karena banyak adegan Kim yoo jung di drama yang menggambarkan
karakter Violla, akhirnya aku jadikan dia Cast Novel ini.
Aku suka banget sama karakter Viola. Dia itu polos, tapi karena
kepolosannya Bagus malah kegoda. Hahahaha... ngerti lah yah buat orang
yang udah baca mah.
Viola & Marcel
Nah kalo ini kaka beradik situkang ribut. Tapi dalam hatinya mah tetep
sayang. Alias Marcel sama Viola.
Sarah
Aduh maaf banget mbak Hye kyo. Aku jadiin pemeran yang gak
mengenakan. Secara aku tuh fans banget sama mbak Hyek kyo.
Dokter Anya
aku tuh rada gimana yah sbenernya, Anya itu gak jahat. Malah gak ada
yang jahat di novel ini. Mungkin karena Anya gak terima aja gitu ya, jadi
dia benci sama Viola.
Rian dan pak Bagus
Paling suka sama perannya Rian. Kocak. Padahal umurnya lebih muda
dari Bagus, tapi udah punya bini duluan. Jadi dia so punya pengalaman
banget tentang percintaan dan pernikahan.
Adelia/mommy Vio
Ibu-ibu sosialita tapi masih menjaga adat istiadat. Mulut si mommy
emang gacor, apalagi masalah menantu. Hahaha ibu paling the Best
pokonya.
Arsita aka Bundanya Bagus
Udah tua tapi mukanya awet muda, makanya Bagus juga ikutan awet
muda. Turun temurun pasti nih dari Bundanya.
Dhani pemilik Siregar grup
Siapa sangka jika seorang konglomerat kaya, suka rebutan ayam goreng
sama anaknya. Pokonya Dhani ini Chicken Lovers dah. Hahaha dia mah
cuma ngurus per-Duitan masalah keluarga biarin Marcel aja yang susah 😄
Dhani emang durhaka ya sebagai ayah.
Tiara, opah, omah, hans, anaknya sarah, pak hendra, tukang sayur, ibu-
ibu komplek dan kawan kawan. Kalian imajinasiin sendiri yah!
Makasih udah mau baca cerita gajelas ini. Apalagi disepanjang
cerita banyak banget Typo yang bertebaran. Author pamit undur diri,
semoga ketemu lagi di cerita selanjutnya gengs...
Arigatou Matane.. *ojigi (nunduk90°)
Extra Part (Honeymoon)

Meski tidak banyak orang yang ingin aku bikinkan extra Part. tapi
karena ada yang minta, aku jadi termotivasi untuk membuatnya.
Arigatou
Sudah dua bulan pernikahan Viola dan Bagus dihitung di hari
pernikahan. Namun baru hari ini honeymoon bisa terlaksana, kenapa?
Karena Bagus sibuk mengurus para Pasiennya dirumah sakit.
Semenjak Viola dirawat, ternyata itu tidak membuat Bagus kapok.
Bahkan Viola sering sekali ditinggalkan Bagus ketika dia ingin ditemani
jalan-jalan oleh suaminya. Dengan alasan nyawa pasien lebih penting
ketimbang jalan-jalan. Memangnya kamu mau dimintai pertanggung
jawaban di akhirat nanti sama Tuhan? Ketika kamu justru mengabaikan
orang yang lagi sakit.
Selalu seperti itu. Tapi yah apa boleh buat, Viola harus mengalah menjadi
nomor satu. Karena memang itulah seorang Dokter, mengabdikan dirinya
bagi orang lain. Termasuk merelakan istrinya menjadi nomor dua dihari-
harinya.
"Vio kenapa cemberut terus?"
"Mas gak tau aku cemberut karena apa? Mas harusnya sadar, Vio maunya
itu ke Tokyo! Bukan ke bali"
Viola melemparkan tas selempangnya setiba di kamar Hotel. Wajahnya
terus cemberut semenjak kemarin karena Bagus malah mengajaknya ke Bali
bukan ke Tokyo.
Apalagi jika bukan alasan Pasien? Karena menurut Bagus, Tokyo terlalu
Jauh sedangkan Pasien Bagus akhir-akhir ini sedang banyak-banyaknya.
Namun karena Vio dan keluarganya terus mencerca Bagus untuk segera
melakukan honeymoon, dengan terpaksa Laki-laki itu mengajak Viola
untuk pergi ke Bali.
Bayangkan saja! Adelia berkata, "Bagus! Mau sampai kapan kamu
menunda honeymoon. Sedangkan Mommy sudah ingin menimang Cucu!"
Padahal jika dipikir-pikir, apa belum puas dengan anak Marcel? Terus itu
lagi, membuat anak memangnya harus saat Honeymoon saja? Malahan
Bagus tiap malam juga selalu rutin mengadon anak dengan Viola.
"Mas ko bengong!" Sentak Viola karena melihat Bagus justru malah
bengong, tidak menanggapi ucapannya.
"Eh iya Vio?"
"Tuh kan, jadi dari tadi Mas gak dengerin aku ngomong?"
"Maaf Vio mas Gak denger. Tadi kamu ngomong apa?"
"Udahlah lupain! Vio sebel sama mas!"
Brakk. Viola menutup kamar mandi hotel dengan cukup keras saat
dirinya hendak mencuci muka.
Bagus menganga bingung dengan kelakuan istrinya. Dia mengacak
rambut prustasi.
**
"Vio udah ya ngambeknya! Ini dipantai loh. Kamu dari tadi cemberut
terus"
"Bodo amat!"
"Loh ko gitu? Iya-iya deh mas minta maaf karena ngajak kamu ke Bali
bukan ke Tokyo"
Viola menghentak-hentakan kakinya diatas pasir karena saking kesalnya.
Padahal Pantai dipagi menjelang siang ini sangat indah, bahkan tak banyak
dari para turis mancanegara sedang berjemur di bibir pantai.
Pengen banget berjemur kaya bule itu, tapi sayang, Vio lagi ngambek
sama mas Bagus.
"Vio udah ya udahan ngambeknya! Masa di hari honeyoon kita
marahan?"
Viola mendongak menatap suaminya, mau gimana lagi? Ini sudah
terlanjur ke-Bali. Mau tidak mau, Viola harus menikmati moment ini.
Viola mengangguk. "Iya Vio maafin! Tapi Mas mau gak jemuran di bibir
pantai kayak bule itu?"
Wanita itu menunjuk para bule yang sedang luluran sambil berjemur
dipantai.
"Iya mas mau jemuran sama kamu disana"
"Bener ya?"
Bagus mengangguk.
"Horeeee... "
Viola menjerit kegirangan sambil berlari hendak menyewa peralatan
untuk berjemur dibibir pantai. Bagus juga berjalan mengikuti istri kecilnya.
Keduanya menggelar karpet di atas pasir. Seperti para turis manca negara
yang juga sedang asik luluran.
Viola hendak membuka sweater rajut yang membungkus badannya.
Namun betapa kegetnya Bagus dengan bikini yang sekarang dipakai wanita
itu.
"Vio apa-apaan ini? Kamu pakai bikini?"
"Iya mas, kan Vio mau luluran?" Jawabnya dengan tampang polos.
"Tapi bikini itu khusus kamu pake nanti malam di hotel!"
"Tapi Vio mau luluran mas! Kalo gak pake bikini nanti yang dilulurin
apaan?"
"Pokoknya mas gak mau tau, kamu pake lagi sweater-nya!"
"Mas jahat banget! Baru juga baikan, sekarang udah bikin lagi Vio
gondokan. Mas tuh gak pernah ngertiin Vio ya!"
Bibir Bagus kembali kelu tidak bisa berkata apapun saat istrinya pergi
lalu memakai sweater-nya kembali. Salah lagi kan! Ampun dah Bagus
pusing harus gimana menghadapi istri macam Viola. Selain manja dan
kekanak-kanakan wanita itu juga dikit-dikit marah, dikit-dikit marah.
Tapi mau bagaimana lagi? Bagus sayang pake banget sama istri kecilnya.
Meski tingkahnya seperti anak kecil, tapi Bagus lebih memuji tanggung
jawab wanita itu sebagai istri. Karena semenjak menikah, wanita itu sangat
rajin bersih-bersih dan menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.
**
Matahari mulai tenggelam dilihat dari kaca jendela hotel yang terletak
tidak jauh dari pantai. Seharian ini Viola ngambek tidak mau berbicara
apapun dengan Bagus. Bahkan ketika makan siangpun Viola makan sendiri,
tidak mengajak suaminya.
Bagus sudah pusing sendiri, cara apa yang bisa membuat istrinya luluh.
Ketika kakinya hendak menuju kamar hotel, tiba-tiba terbesit dalam
pikirannya untuk memberi wanita itu kejutan.
Kaki Bagus berbalik. Lalu berlarian keluar gedung hotel untuk membeli
sesuatu. Dia membeli satu buket bunga mawar merah dipinggir jalan,
dengan Heavenly Chocolate Bali yang dijual ditoko oleh-oleh dekat Hotel.
"Vio pasti suka" gumamnya saat menenteng Coklat dan bunga
ditangannya.
Dia berjalan kembali memasuki Hotel. Setelah berada di ambang pintu,
Bagus mengetuk pintu tersebut. Bunga dan Coklat-nya dia sembunyikan
dibalik punggung.
Wanita itu membuka pintu masih dengan tampang cemberut.
"Mas apa-apaan sih? Pake ketuk pintu segala? Kan mas juga punya kunci
hotel!"
Bagus tersenyum manis. Lalu menyodorkan buket Bunga dengan Coklat
kedepan istrinya.
"Buat kamu!" Ucapnya.
Viola hanya bisa membatu di tempat, dia seakan luluh. Namun dengan
tanpa permisi perempuan itu kembali menutup pintu. Brakk.
Ya ampun Mas Bagus Soswite banget..
Vio gak bisa ngambek lagi kalo gini caranya. Aaaah terharu.
Bagus yang berada diluar pintu mematung sambil melebarkan matanya.
Kenapa istrinya justru menutup pintu saat dia beri bunga dan coklat? Apa
jangan-jangan Viola tidak suka?.
"Vio kenapa pintunya ditutup?"
"...." tak ada jawaban. Namun yang didalam sedang menahan rasa
senangnya.
Bagus kembali mengetuk pintu itu. "Vio maafin mas karena tadi
ngelarang kamu pakai bikini!"
Bagus menarik napasnya karena Viola masih tidak mau membukakan
pintu. Dia melembutkan intonasi suaranya.
"Viola sayang... maafin mas. Maaf tadi udah bikin kamu kesel. Mas
sebenarnya ingin sekali jemuran di pantai sama kamu. Tapi mau bagaimana
lagi? Mas gak rela kalo istri kesayangan mas tubuhnya diliat sama orang
lain. Kalo kamu mau pakai bikini silahkan! Mas gak larang kamu kalo
kamu pakenya di dalam kamar"
Viola menahan tawa manakala mendengar penuturan suaminya. Dia tahu
suaminya sangat mencintainya. Maka dari itu Bagus tidak ingin tubuh Viola
dinikmati oleh orang yang ada disana.
Sebagai seorang istri yang berbakti pada suami, bukankah dosa jika
melawan perintah Suami? Itulah yang kini dipikirkan Viola. Hingga saat ini
tangannya menyentuh kenop pintu untuk membuka pintu kamar hotel.
Bagus masih ada disana dengan senyuman tulusnya. Tangannya masih
menggenggam buket bunga mawar dengan coklat.
"Maafin juga Vio. Seharusnya Vio ngertiin maksud mas."
Bagus melangkah, lalu memeluk istrinya dengan sayang. "Maafin juga
mas"
Cup
Bagus mencium bibir istrinya sekilas sambil tersenyum.
Viola juga membalas senyuman suaminya. Sambil bergelayut manja dia
menuntun suaminya masuk kedalam kamar dengan jalannya yang mundur.
"Siap untuk malam ini Mas?"
Bagus mengangkat alisnya bertanya. "Apapun yang kamu lakukan mas
Siap"
Laki-laki itu dengan sangat terburu-burunya mendorong Viola ke bibir
ranjang. Dan tanpa permisi Bagus memagut bibir istrinya dengan sangat
sensual. Bahkan coklat dan bunganya dia buang kesembarang arah.
Hingga pada akhirnya Bagus sudah membuka baju atasnya ketika Viola
sudah berbaring pasrah di atas ranjang.
"Vio gak mau dibawah. Vio mau di atas!"
Bagus menarik sudut bibirnya menahan tawa. Sejak kapan istrinya
menjadi Frontal seperti ini? Malah ketika awal melakukan wanita itu masih
tetap dengan tampang polosnya. Tapi sekarang? Wanita itu sudah Pro sekali
seperti ciuman mautnya.
Dibaliknya tubuh Bagus olah Viola. Hingga wanita itu kini berada di atas
perutnya. Tangan mungilnya juga ikutan menjalankan aksinya dengan
mengelus dada bidang suaminya.
Bagus hanya terpejam menikmati sensasi yang menjalari seluruh
tubuhnya. Geli dan juga basah yang dirasakan oleh Bagus. Hingga ketika
bibir istrinya mengemut sesuatu didadanya, mulut itu tidak bisa menahan
desahannya. Bagus mendesah sambil menelan salivanya.
"Ahh.. Vio udah Vio mas gak tahan!"
Bagus kembali membalikan tubuh Viola dibawah kuasanya. Dengan
tergesa-gesa Bagus mencopot ikat pinggangnya. Hingga ketika Bagus
mencopot celana Jeans-nya Viola menjerit entah kenapa.
"Awww..."
Bagus melebarkan matanya. "Kenapa Vio?"
"Perut Vio Sakit Mas... ahhh"
"Maaf-maaf mas diatas tubuh kamu. Yasudah kamu yang di atas mas
dibawah"
"Bukan mas! Bukan karena itu"
"Terus apa Vio?"
"Gak tau perutnya sakit. Sepertinya Vio..." Viola tampak ragu berbicara
pada suaminya.
"Vio kenapa?" Bagus tidak sabaran karena Viola menggantung kata-
katanya.
"Sepertinya Vio datang bulan mas"
Bagus tercekat. Dia diam tanpa berkata-kata. Nafsunya sudah diubun-
ubun namun justru Istrinya malah datang bulan.
"Mas?" Panggil Viola agak tidak enak.
Bagus turun dari atas ranjang. Dia berdiri hendak masuk kedalam kamar
mandi.
"Mas mau kemana? Ko ke kamar mandi?"
"Kamu pikir sendiri! Kenapa mas masuk kedalam kamar mandi!"
Viola tergelak ketika Bagus berkata seperti itu. Apalagi jika bukan
menuntaskan nafsunya di dalam kamar mandi.
"Hahaha mas maafin Viola hahaha"
Viola tertawa ngakak diatas kasur. Setiap kali Viola datang bulan pasti
seperti ini, Bagus pasti sangat kecewa karena acara malam ini gagal total
dengan kehadiran tamu Sialan ini.
"DASAR BULAN SIALAN! KENAPA DATANG DI SAAT YANG
TIDAK TEPAT?"
Bagus menjerit kesal dikamar mandi. Sedangkan Istrinya menertawai
keadaannya seperti ini.
TAMAT UNTUK KEDUA KALINYA
Ini Extra Part Gaes.. jadi jangan harap ada kelanjutannya. Kalo
mau dibikinkan Extra Part lagi, tolong komen aja ya!
Nanti aku pertimbangkan, saat Viola hamil dan melahirkan.
Like + Komen! Trimakasih bagi yang sudah baca 😊
Extra Part 2 (hamil)

Bali Moment
Setelah kejadian honeymoon berlalu, tak terasa waktu sudah bergulir
begitu cepat. Satu bulan lamanya kejadian di Bali tak dapat Viola lupakan.
Meski acara ngadon bayi-nya gagal karena si Bulan datang bertamu di Bali,
membuat Viola dan Bagus jadi merasa sedih. Tapi kejadian itu tak membuat
niat Bagus surut, setelah pulang dari Bali, Bagus tak henti-hentinya
mengajak Viola untuk melakukan kewajibannya di atas ranjang. Hampir
setiap hari, padahal Bagus pulang dari rumah Sakit dalam keadaan cape.
Tapi entahlah, tak ada kata cape buat Bagus.
"Vio maafin mas karena setiap hari Mas ngelakuin ini terus sama kamu.
Bukan karena apa, tapi mas pengen cepet punya anak. Kamu tau sendiri
kan mas udah tua, sebentar lagi meninggal__"
"Mas ngomong apaan sih?!" Potong Viola. "Lagian ya Mas, kan setiap
Malam Vio gak pernah nolak kalo mas ngajakin, mau di kamar ke, mau di
dapur, ruang tamu, atau di kamar mandi juga Vio selalu siap"
Itulah yang selalu terjadi ketika Bagus sudah mengungkit-ngungkit soal
anak. Entahlah, padahal pernikahan mereka sudah genap tiga bulan. Tapi
Viola tidak kunjung hamil. Bagus hanya merasa jadi tidak enak saja pada
Adelia karena setiap hari terus mencercanya.
"Bagus! Viola! Kapan kalian punya anak? Mommy udah gak sabar nih
pengen nimang cucu. Liat tuh si Marcel sama Tiara, kemarin habis dari
dokter kandungan karena Tiara hamil lagi"
Kata-kata itu selalu terngiang di benak Bagus. Dia tidak mau kalah
terhadap Marcel. Meski umurnya sudah tua, tapi si betina kan masih muda?
Dan di umur segitu sedang subur-suburnya. Namun entahlah, mungkin
sperma Bagus kurang ber-energi diam di rahim Viola.
Dan karena itu juga Bagus dan Viola terkadang sering berdebat karena
tidak kunjung punya anak. Seperti saat ini, Viola kabur ke rumah mommy-
nya karena malas meladeni Bagus.
"Vio! Kamu gak boleh ninggalin Bagus sendiri dirumah, apalagi suami
kamu hari ini lagi libur kerja. Harusnya kamu sekarang dirumah, temenin
dia!"
Adelia memarahi Viola yang sedang cemberut sambil memindah-
mindahkan channel TV.
"Mommy Vio itu cape tiap hari ngelakuin itu terus sama Mas Bagus.
Malahan kalo lagi libur Mas Bagus selaluuuu saja ngajakin Viola itu. Malah
dalam sehari bisa tiga kali kalo libur gini"
Adelia menahan tawanya saat ini. Putri kesayangannya ini ternyata
sedang tidak mood melayani suaminya sekarang. "Iya-iya mommy ngerti,
tapi kan gak baik sayang! Menolak perintah suami itu Dosa. apalagi kamu
gak mau melakukan kewajiban kamu sebagai istri"
"Tapi Mom__"
"Gak ada tapi-tapi! Sekarang kamu pulang kerumah terus ngomong baik-
baik sama Bagus"
Viola mengangguk.
"Yaudah kalo gitu Vio pulang. Bye bye Mommy-ku"
Viola beranjak dari duduknya. Lalu pamit pulang pada Adelia. Entah
kenapa hari ini Viola sedang malas sekali meladeni Bagus. Badannya
merasa lelah, dan badannya lumayan panas.
**
Viola berjalan memasuki Apartment-nya. Matanya menyusuri ruang
tamu yang cukup luas, namun tak kunjung dia menemukan suaminya.
Setelah Viola berjalan kelantai dua, barulah dia menemukan Bagus yang
sedang menelpon seseorang di Balkon Apartment.
"Saya juga gak tau, apa salah kalo saya ngajakin tiap hari?" Ujar Bagus
pada seseorang yang dia telepon.
"...."
"Apa yang kamu bilang memang benar Rian. Harusnya Saya ngertiin
Vio, ini bukan salah dia karena tidak kunjung hamil. Saya juga sudah
pusing harus gimana lagi."
"..."
"Hah bayi tabung? Gila kamu! Lagian pernikahan kami baru tiga bulan,
nggak nggak! Saya gak mau"
Viola berjalan mendekati suaminya yang sedang berdebat dengan Rian
dibalik telepon. Lalu memeluk Bagus secara tiba-tiba dari arah belakang.
"Maafin Vio mas" ucapnya lirih.
Bagus kaget bukan main. Lalu buru-buru mematikan panggilan
teleponnya dengan Rian.
"Vio! Sejak kapan kamu ada disini?"
Bagus berbalik menghadap istrinya. Dia melihat Viola sedang berkaca-
kaca hendak menangis.
"Dari tadi mas"
Bagus menghembuskan nafasnya. Dia tidak mengira jika Viola
mendengarkan pembicaraannya dengan Rian.
"Maafin juga Mas ya! Sudah bikin kamu terus kelelahan"
"Vio juga minta maaf tadi malah kabur ke rumah Mommy"
"Tidak apa-apa sayang. Mas ngerti ko. Eh sebentar-sebentar! Ko tubuh
kamu panas sih?" Bagus menempelkan punggung tangannya pada kening
Viola.
"Gak tau Vio ngerasa gak enak badan dari kemarin"
"Yaudah kalo gitu ayo kita kerumah sakit, takut nanti kamu kenapa-
napa!"
Namun semua itu dicegah oleh Viola. Dia menggeleng. "Vio gak papa
mas. Tapi ko sekarang Vio pengen rujak ya Mas?"
Bagus mengerutkan dahinya. Kenapa Viola tiba-tiba ingin rujak? Padahal
tadi sebelum pergi kerumah Adelia, istrinya makan terlebih dahulu. Apa
jangan-jangan Viola hamil? Ah nggak nggak gak mungkin! Viola kan
memang suka aneh-aneh kalo pagi begini.
Bagus segera menyadarkan dirinya karena telah berpikiran jauh.
Mungkin ini hanya rasa menduga-dugunya karena saking ingin punya anak.
"Rujak ya? Kayaknya di depan Apartment ada tukang rujak. Yasudah,
mas beliin kamu rujak dulu ya"
Viola menganggukan kepalanya. "Makasih mas! Vio tunggu diruang
tamu"
Sesegera mungkin Bagus berjalan keluar Apartment untuk mencari
tukang rujak. Tapi nihil, ini masih pagi. Tidak mungkin tukang rujak sudah
jualan. Dan benar saja, situkang rujak belum nangkring di pinggir jalan.
dengan terpaksa Bagus berangkat ke supermarket untuk membeli buah-
buahan.
Sesampainya di Apartment, Bagus menjinjing kantung kresek buah-
buahan untuk diberikannya pada Viola. Wanita itu langsung menyambar
buah mangga ketika suaminya membuka kresek dihadapannya.
"Ko rujaknya gak ada mas?"
"Tukang rujaknya belum jualan. Kan masih pagi"
Viola cemberut. Namun masih tetap senang karena dibelikan buah-
buahan seperti Mangga, pepaya dan strauberry. "Tapi ini juga gapapa mas.
Vio suka ko"
Namun ketika Viola hendak memakan mangga instan yang sudah siap
saji dari supermarket, perutnya merasa mual.
"Hoekkk..."
Bagus melebarkan matanya. "Kamu kenapa Vio"
"Hoekkk... gak tau mas. Kenapa mangganya Bau ya?"
"Hah Bau? Keliatannya masih seger. Sini mas cium"
Namun ketika Bagus mencium mangga itu, mangganya justru sangat
harum karena sudah matang sempurna.
"Hoekkk..." lagi. Viola berlari ke kamar mandi untuk segera muntahkan
isi perutnya.
Bagus ikutan berlari karena saking khawatirnya. "Vio kamu gak papa?"
"Hoekk hoekkk mas perut Vio mual banget"
"Yaudah kita kerumah sakit ya!"
Viola mengangguk. Lalu dengan segera Bagus memapahnya ke parkiran
untuk segera datang kerumah sakit.
Setelah dirumah sakit, Bagus menunggu dokter datang dari bilik ruang
periksa. Dokter itu tersenyum melihat Bagus.
"Gimana Nita keadaan istri saya?"
Dokter Nita yang sekarang di hadapan Bagus menahan tawanya karena
melihat Ekspresi Bagus yang begitu khawatir.
"Istri Dokter Bagus sekarang lagi hamil. Kandungannya sudah menginjak
ke-dua minggu"
"Hah Hamil?" Bagus bertanya lagi memastikan. Hatinya sudah bergetar,
takut-takut dia salah dengar.
"Iya Dok istri Dokter Bagus lagi hamil"
Bagus tidak dapat menahan kebahagiaannya. Dia tersenyum sangat
Bahagia dengan apa yang didengarnya. Dengan segera dia memanggil Viola
yang baru keluar dari bilik. Wanita itu juga ikutan tersenyum.
"Vio mas akhirnya bakalan jadi Ayah"
Dokter Nita juga ikutan Bahagia mendengar istri temannya sedang hamil.
"Iya mas. Vio bahagia banget"
Bagus segera menghambur memeluk Viola dihadapan Nita. Lalu
mengecup pucuk kepala istrinya.
"Makasih sayang, sudah mau jadi ibu dari anak Mas"
"Vio juga bahagia punya suami seperti Mas"
Keduanya berpelukan. Tidak memperdulikan Dokter Nita yang jadi
akward sendiri melihat mereka.
"Dokter Bagus! Kalo begitu saya keluar dulu. Lanjutkan aja acara
berpelukannya!"
Dokter Nita buru-buru beranjak pergi dari ruangannya. Meninggalkan
Bagus dan Viola diruangannya sendiri. Dan apa yang di lakukan Dokter
Nita justru membuat Viola dan Bagus tertawa.
TAMAT PART 3 😁
Udah ya! Ini udah benar-benar Tamat beneran. Jadi Author gak
bakalan lanjut lagi cerita ini.
Oh iya makasih banget kemarin kalian udah komen di Extra Part 1
Author sangat-sangat berterimakasih.
Boleh gak kalo Author nanya sama kalian?
Author pengen nanya, dari mana sih kalian tau novel My Perfect
Majikan? Ko Author aneh sendiri, kenapa likenya sangat membludak
akhir-akhir ini? Padahal pas cerita ini menjelang tamat, yg like cuma 1
2 3 paling besar 11 itupun kalo didiamin sampe besok.
Ini serius nanya loh ya
Extra Part 3 (kehidupan rumah tangga)

Setelah dicek kebenaran bahwa Viola hamil, akhirnya keluarga Bagus


maupun keluarga Viola sudah mengetahuinya. Waktupun sangat tidak
terasa, kehamilan Viola sekarang sudah menginjak ketiga bulan. Dan ini
adalah waktu-waktu dimana seseorang yang lagi hamil merasakan ngidam
yang terkadang susah di kontrol.
Setiap malam, tepat jam 00 Viola pasti minta yang aneh-aneh. Seperti
ingin dibuatkan nasi goreng malem-malem, minta dipijitin, ingin makan
yang asem-asem dan lain-lain.
Namun tidak hanya di jam itu, Viola juga sering sekali mengganggu
Bagus di jam-jam kerja. Malah terkadang, wanita itu selalu sengaja datang
kerumah sakit hanya untuk melihat Bagus. Dan itu kejadiannya tepat ketika
waktu Bagus sedang mengoprasi Pasien. Kalian bisa bayangkan saja betapa
kurang konsentrasinya Bagus sewaktu bekerja. Tapi yasudah lah, toh ini
anaknya yang ingin. Viola tidak mungkin iseng sekali menganggu Bagus.
"Mas Bagus kenapa dari tadi liatin hape terus?" Itu Anya yang bertanya.
"Ini sudah mau Dzuhur, tapi istri saya sampe sekarang belum gangguin
saya?"
Anya menahan tawanya karena tingkah laku Bagus akhir-akhir ini. Meski
tau Bagus sudah punya Istri, tapi wanita itu masih tetap menyimpan
perasaan pada Dokter bedah itu.
"Mungkin sekarang Viola lagi tidak sedang ngidam mas"
Bagus menaikan alisnya. "Yah mungkin. Syukur kalo gitu. Biar saya
tidak khawatir.
Ketika Bagus dan Anya makan di kantin, tiba-tiba Rian ikut nimbrung
sambil membawa terai makanannya.
"Eh tumben Anya kamu makan sama Pak Bagus?" Ucap Rian ikutan
duduk disebelah Anya.
"Emangnya aku gak boleh makan bareng sama Mas Bagus"
Rian mendekatkan mulutnya ke telinga Anya sambil berbisik. "Awas loh
kalo sampe jadi pelakor!"
"Huss..! Sembarangan Rian kamu ngomong!" Timpal Bagus karena
sedikit mendengar perkataan Rian.
"Memang bener kan, biasanya kalo ada laki-laki yang sudah menikah
didekati sama cewek lajang pasti ujung-ujungnya jadi orang ketiga" Ucap
Rian sambil melirik Anya dengan sindirannya.
"Pak Rian Baper ya gara-gara Baru dicerain Bininya?" Sindir Anya balik.
Rian jadi geram mendengar perkataan Anya. Karena memang dia baru
bercerai satu minggu yang lalu, akibat Istrinya selingkuh dengan laki-laki
lain.
"Eh udah-udah! Rian! Anya! Kalian tuh kenapa sih selalu berantem
didepan saya?"
"Pak Rian mas yang duluan"
"Enak aja. Saya gak mungkin ngomong kalo kamu gak gangguin Pak
Bagus"
"Siapa juga yang gangguin? Saya cuma pengen makan bareng doang
sama mas Bagus."
"Makan bareng apa ngemodus?"
Bagus makin geram dengan perdebatan Rian dan Anya. Dia buru-buru
beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan mereka berdua.
"Eh Mas Bagus mau kemana?" Tanya Anya, karena melihat Bagus pergi
meninggalkan mereka.
"__Pak Rian sih jadi bikin Mas Bagus pergi"
"Lebih baik pergi dari pada harus tersebar Fitnah kalian selingkuh".
Anya benar-benar geram, dirinya ingin sekali menjejali mulut Rian
dengan sendok saat ini. Sekata-kata aja dia kalo ngomong.
**
Sedangkan Viola yang siang ini dibawa oleh Mommy-nya pergi ke
tempat pelatihan terapi pijat masih menerka-nerka apa yang dilakukan
orang-orang disana.
"Mom ini tempat apaan sih? Ko isinya mesum semua?"
"Astaga Vio ini tuh tempat pelatihan terapi pijat untuk suami dan istri"
"Tapi ko si suaminya malah mainin dada istrinya?"
"Ya karena emang terapinya begitu Vio"
Adelia sangat gemas mengajari anaknya karena tarlampau polos. Dia
masih aneh aja, sudah menikah tapi masih saja polosnya tidak ketulungan.
Sampe orang terapi aja disangka mesum.
"Tapi Mas Bagus gak bakalan mau mom kalo siang-siang gini disuruh
nemenin Vio terapi"
"Ko Gak mau? Dia kan suami. Itu sudah kewajiban dia buat nemenin
kamu terapi, si Bagus gimana sih nemenin gini aja gak mau__"
"Mommy diam dulu!" Potong Viola.
"Vio kan belum ngehubungin mas Bagus. Udah main nyerocos gitu, udah
diem, Vio mau telpon Mas Bagus dulu!"
Setelah Adelia diam, Viola merogoh ponselnya yang berada di dalam tas
kecilnya. Sebenarnya dia agak tidak enak jika harus menyuruh Bagus untuk
datang. tapi mau gimana lagi, kalo si Kanjeng Mommy sudah bersabda ya
harus nurut! Kalo gak nurut pasti cek cok.
"Mas dimana?" Ucap Viola to the point karena Adelia masih saja
melayangkan tatapan tajamnya.
"Mas dirumah sakit sayang. Sebentar lagi mau operasi, kenapa? Kamu
mau ikut liatin yang Operasi lagi?"
Viola berdecak karena ingat kelakuannya tempo hari saat Bagus Operasi,
dia ikut menyaksikan.
"Ck nggak mas. Sekarang Mas bisa gak nemenin Vio terapi pijat?"
"Terapi? Bukannya tiap malam kamu mas pijitin?"
"Ini beda lagi mas. Udah ah entar Vio Whatsap-pin alamatnya kalo mas
mau kesini"
"Yaudah mas kesitu sekarang."
***
Tidak memakan waktu banyak, akhirnya Bagus tiba disebuah tempat
terapi pijat untuk para ibu hamil. Dengan alamat yang telah dikirim oleh
Viola. Wanita itu sedang mengikuti arahan seorang instruktur wanita
didepan bersama ibu hamil lainnya.
Beberapa dari mereka ditemani oleh para suami. Hanya Viola yang
latihan sendiri, meski disana ada Adelia yang menyaksikan. Namun
Instruktur melarang orang lain menggantikan posisi sang suami makanya
Viola sendiri.
"Mas?" Panggil Viola dengan suara pelan.
Bangus segera menengok kearah istrinya dengan tampang bego karena
melihat beberapa pasangan suami istri yang terapi dengan memijat dada
istrinya masing-masing.
Bagus segera mendekati Viola. Sedangkan Adelia saat ini sedang
menatap Bagus tajam, Baguspun beberapa kali menelan salivanya karena
menahan takut.
"Maaf mas telat" dengan suara berbisik pula Bagus berbicara.
"Terus operasinya gimana?"
"Operasinya di tunda satu jam lagi"
"Mas gila! Acara terapi ini bakalan lama"
"Ah yang bener?"
"Beneran mas"
Ketika obrolan Bagus dengan Viola cukup keras, seorang Instruktur
wanita didepan tiba-tiba memanggil mereka berdua.
"Hey kamu yang baru dateng! Jangan ngobrol" ucap Sang Instruktur.
"Maju kedepan!"
Viola dengan Bagus saling berpandangan. Untuk apa mereka dusuruh
maju kedepan? Mereka tidak akan disuruh nyanyi di depan kan? Layaknya
siswa yang ketahuan ngobrol oleh gurunya ketika sedang menjelaskan.
Awalnya Bagus hendak menolak, namun ketika matanya menghadap
kearah Adelia. Wanita itu Justru sedang melayangkan tatapan tajamnya
pada Bagus. Seketika dia jadi bergidik ngeri.
Dengan terpaksa keduanya maju kedepan. Semua pasangan suami Istri
yang ikut terapi-pun menatap mereka dengan tampang kasian.
"Siapa Nama kamu?"
Bagus menunjuk dirinya sendiri. "Saya?"
"Iya"
"Nama saya Bagus"
"Pak Bagus, dengan Ibu siapa?__"
"Saya Viola" jawab Viola.
"__Viola. Karena tadi kalian mengobrol saat jam terapi, dengan terpaksa
kalian harus duduk didepan agar semuanya bisa melihat kalian berdua
mencontohkan gerakan yang saya katakan."
"Tapi acaranya tidak akan lama kan?" Tanya Bagus.
"Tidak. Palingan lima belas menit lagi selesai"
Bagus dengan Viola sudah duduk, dengan tubuh Viola yang
memunggungi suaminya. Beberapa kali Bagus menghembuskan nafasnya
karena selalu ingat beberapa menit lagi dia akan melakukan operasi yang
ditunda.
"Ok semuanya fokus pada Pak Bagus dengan Ibu Viola. Kalian lakukan
apa yang saya Intruksikan. Pertama-tama tekan punggung istri kalian
perlahan..."
Drkkk
Suara punggung Viola terdengar oleh Bagus. Nampaknya Viola memang
kelelahan akhir-akhir ini.
"...Lalu pijat dadanya"
Bagus membulatkan matanya. Ini gerakan yang sempat dia lihat tadi
pertama kali datang. Namun posisi Bagus sekarang berada paling depan,
yang membuat semua orang bisa melihat apa yang Bagus lakukan.
"Vi maaf ya Mas pegang dada kamu didepan orang banyak" Bagus agak
ragu mengatakan pada Istrinya. Namun apa boleh buat, wanita itu hanya
bisa pasrah.
"Pijat teruuus... pijat dengan lembut dan penuh irama"
Sial bawaannya malah pengen ke kamar.
**
Bohong jika acara dilakukan hanya lima belas menit. Nyatanya sesi
terapi pijat ini berlangsung sampai sore. Hingga Bagus tidak bisa
melakukan Operasi karena harus menemani Istrinya.
"Mas masih marah sama Vio gara-gara Operasinya gak jadi?"
Bagus masih marah nyatanya. Dia terus memunggungi Viola sambil
bermain hape.
"Kamu pikir aja sendiri, ini menyangkut nyawa orang Vio!" Terangnya
masih cemberut.
"Tapi kan ini keinginan Mommy mas"
"Memangnya kamu tidak bisa nolak?"
"Mas juga tau sendiri sifat Mommy kayak apa?"
Tidak ada jawaban dari Bagus. Laki-laki itu malah semakin sibuk
memainkan hapenya, dan tampak sedang seru-serunya.
"Mas?" Panggil lagi Viola.
Tidak ada jawaban.
"Mas ko malah kacangin Vio sih?"
"Emangnya Mas gak kasian sama janin yang ada di perut Vio?"
Karena tidak ada tanggapan dari suaminy. Dan karena terus
memunggungi, akhirnya Viola marah.
"Mas jahat Banget tau"
Viola mulai berkaca-kaca. Dia hendak pergi dari atas kasur, namun
tangannya segera ditahan oleh Bagus.
Bagus menghembuskan napasnya untuk mulai menenangkan diri. "Lain
kali kalo kamu mau terapi, bilang sama mas jauh-jauh hari. Jangan
ngedadak yang buat operasi mas jadi berantakan, mas tau terapi itu penting
buat bayi kita. Tapi nyawa orang lain juga sama pentingnya sayang. Mas ini
suami kamu, seharusnya kamu bisa bilang baik-baik sama mommy. Kamu
itu tanggung jawab mas, mas juga Dokter. Mas tau apa yang terbaik buat itri
mas"
Viola meneteskan air matanya. Dia benar-benar merasa bersalah pada
Bagus. Apa yang dikatakan oleh suaminya memang benar adanya.
Seharusnya Viola tahu itu. Dengan segera wanita itu berhambur memeluk
Bagus sambil menelungkupkan wajahnya di dada.
"Sudah Vio jangan nangis! Anak kita pasti sedih kalo ibunya nangis"
"Tapi Vio ngerasa bersalah sama mas"
"Tidak apa-apa sayang mas paham. Lain kali apapun itu kamu bilang
dulu sama mas!"
Bagus mencium pucuk kepala Viola dengan sayang. Meski Viola
terkadang membuatnya kesal, namun wanita itu tetap menjadi istri yang
sempurna menurut Bagus.
Sekian
Ini hanyalah cuplikan kilas kehidupan Rumah tangga Bagus dengan
Viola. Author tidak akan membuat penasaran para pembaca. Karena
apa? Author hanya memberitahukan pada pembaca My Perfect
Majikan bahwa ini hanya untuk mengobati Rindu Author pada Pak
Bagus dengan Viola.
Selesai

5 tahun kemudian...
"Papa Nana mau Es klim!"
"Nanti aja ya! Sebentar lagi acaranya mulai sayang, nanti pulang dari
pesta papa beliin kamu Es Cream"
"Tapi Nana maunya sekalang!!"
Astaga! Bagus menggeram dibalik kemudinya. Sifat dan kepribadian
Nana sangat mirif dengan Viola. Kalo mau sesuatu pasti harus segera
dikabulkan. Terkadang Bagus suka kesal sendiri karena permintaan anaknya
yang kelewat aneh-aneh. Kadang minta uang jajan 1 juta, kadang pengen
ikut pergi kerumah sakit, terkadang minta masuk sekolah padahal anaknya
baru berumur 4 tahun lebih, nah yang paling Bagus kesel, si Nana selalu
pengen liat Bagus lagi Operasi. Pantes aja dulu waktu Viola ngidam
pengennya liatin Bagus kerja, sekarang udah berojol kedunia juga
kelakuannya kayak gini.
Tapi Bagus bersyukur, punya anak seperti Nana. Anak itu selalu ingin
menjadi Dokter ketika nanti dewasa. Mungkin karakter dan Sifat yang
dimiliki anak itu seperti Viola namun otak dan gairah rasa kodokterannya
itu percis seperti Bagus waktu kecil.
Namun yang membuat Bagus kesal saat ini adalah Nana pengen minta
dibeliin Es cream, padahal sekarang Bagus lagi buru-buru mau pergi ke
Pesta ulang tahun Rumah Sakit.
"Nana pilih uang satu juta apa Es Cream?" Tawar Viola.
Gadis kecil itu tersenyum. Tebak apa yang akan dipilih Nana!!
"Pilih uang satu juta" teriaknya kegirangan sambil memeluk Viola.
Karena saat ini Nana sedang dalam pangkuan mamanya.
"Vi apa gak terlalu sering Nana minta uang terus? Mana mintanya gak
wajar pula"
"Yaelah mas, cuma satu juta juga pelit benget. Lagian Nana minta uang
segitu tujuannya baik"
Iya deh iya Suami mah selalu ngalah.
"Iya Papah pelit" teriak Nana sambil menjulurkan lidahnya pada Bagus.
Viola tergelak melihat kelakuan Nana pada Bagus. Meski begitu, Nana
memang anak yang sangat baik. Setiap hari dia selalu pergi kerumah sakit
untuk mendonasikan uang yang ia palak untuk diberikan pada pasien anak-
anak yang kurang mampu. Meski diumurnya yang terbilang masih sangat
muda, pikiran Nana tidak seperti anak-anak pada umumnya. Dan ini yang
disebut Gen Genius. Komposisi sperma Bagus memang sangat mantap.
**
Sesampainya di Pesta, Bagus dengan Viola berjalan masuk sambil
menuntun Nana yang berada di tengah-tengah mereka. Tempat acara ini
adalah Tempat yang dulu pertama kalinya Bagus membawa Viola ke Pesta.
Tak disangka ternyata mereka kembali ketempat ini sambil membawa buah
hati mereka.
"Pak Bagus!" Itu Rian yang memanggil.
Bagus dengan Viola menengok kearah samping. Disana ada Rian juga
Anya. Bagus dengan Viola tersenyum kearahnya sambil berjalan pada
pasangan yang sebentar lagi akan menjadi ayah dan ibu. Iya tak disangka,
4 tahun yang lalu Rian dengan Anya memutuskan untuk menikah, dan
ditahun ini mereka baru dianugrahi seorang Bayi yang masih dalam
kandungan Anya.
"Eh Yan udah lama?" Tanya Bagus
"Belum, acaranya juga belum mulai."
"Udah berapa bulan kandungan Dokter Anya?" Tanya Viola.
"Baru 3 bulan hehe"
"Wah lagi rewel-rewelnya nih"
"Iya ngidamnya juga aneh-aneh, tapi gak seaneh mbak Vio" Rian tertawa
saat membayangkan Viola masih mengandung.
Viola tertawa membayangkannya. "Ah sudahlah itu sudah lama"
Mata Rian juga Anya tertuju pada Nana gadis kecil yang sekarang tertuju
kearah mereka berdua.
"Doktel Anya Kapan dedek bayinya lahil?" Tanya Nana dengan suaranya
yang masih sangat lucu.
Anya ikut berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Nana. "Masih
lama sayang"
"Nanti kalo Doktel mau melahilkan, Nana mau liat"
Bagus tertawa hambar, dia jadi tidak enak karena pembicaraan Nana
yang kelewat ngawur. Masa pas nanti Anya melahirkan, anaknya pengen
ikut nyaksiin? Apa tidak cukup liat Bagus Operasi? Padahal tidak semua
orang kuat melihat seseorang sedang operasi.
"Boleh sayang" jawab Anya.
Rian ikut-ikutan jongkok. "Nana pengen adik lagi gak?"
Eh apa-apaan si Rian?
"Pengen Om, bial Nana ada temannya. Yeee..."
Viola menatap Bagus. Sejujurnya dia ingin punya anak lagi. Tapi melihat
Nana yang masih kecil, dia kasian jika harus kembali mempunyai bayi.
"Nanti malam kita bikin adik buat Nana" bisik Bagus pada Viola.
Bagus senyum-senyum sendiri melihat Viola bersemu merah. Mungkin
ini semangat barunya buat ngadon Bayi, setelah sekian lama dia selalu
memakai pengaman agar Viola tidak hamil.
"Pak Bagus gimana nih? Di acc gak Nana minta bayi?" Celetuk Rian.
Bagus ikutan jongkok. "Iya sayang nanti papa bikin bayi nanti malam!"
Viola buru-buru mencubit pundak Bagus. Kenapa juga suaminya ijin
dulu sama Nana mau bikin dedek Bayi. Padahal kan, tiap hari juga kagak
ijin.
"Kenapa halus malem pah? Nana kan pengennya sekalang?"
Buset! Bagus akward sendiri sekarang. Bahkan Anya dan Rian malah
tertawa melihat Bagus dengan tampang malunya. Sedangkan Viola, wanita
itu terdengar cekikikan dibelakangnya.
"Ya gak Bisa sekarang Nana, kan masih di Pesta"
"Tapi Nana maunya sekalang Papah!"
"Nani malem aja ya sayang! Masa bikin dede bayi disini?"
"Telus memangnya Papa sama mamah kalo bikin dede bayi suka dimana?
Nana boleh ikut?"
Tolong ini tolong!! Bagus gak kuat ya Allah
***
Sepanjang perjalanan, Nana terus saja menagih Bagus dengan Viola
tentang dedek Bayi. Sampe rumah-pun anak itu keukeuh pengen ikutan
bikin. Sumpah Bagus bingung harus menjelaskan pada anaknya sendiri.
"Papah Nana mau ikutan bikin dedek!"
Bagus mengabaikan anaknya yang sekarang terus ngintilin dia dari
belakang. Bodo amat, Bagus bingung harus berbuat apa. Sikap Nana percis
seperti mamanya dulu.
"Papa ko malah makan? Nana kan mau bikin dedek bayi juga"
Seketika Bagus menyemburkan makanan yang ada dalam mulutnya. Ini
anaknya sudah aneh-aneh aja minta permintaan.
Sontak Nana mual melihat Papanya yang menyemburkan makanan. "Ih
papa jolok banget. Mama... Papa jolok banget" teriak Nana pada Mamanya
yang baru turun dari lantai atas.
"Jorok kenapa Nana? Malem-malem jangan teriak-teriak emangnya ini
hutan?"
"Papa tadi nyembulin makanannya ke alah Nana"
Buset ini anak Fitnah banget.
Bagus langsung membesarkan matanya. Semua yang dibilang Nana tidak
seperti yang anak itu bilang "Nana apa-apaan? Papa kan gak kena sama
kamu"
"Tapi tetep aja Papa kena ke kulsi yang Nana dudukin"
Bagus memandang Viola. Seakan memberi penjelasan pada Istrinya.
Bahwa yang dikatakan anaknya tidak seperti yang ia lihat.
Viola mendekati mereka. Ikutan duduk didepan Bagus. Dia mengerti
dengan tatapan suaminya.
"Udah ya Nana marah-marahnya! Sekarang bagian Tidur, udah malem.
Katanya besok mau ikut papa lagi kerumah sakit?"
"Iya mama. Tapi Nana mau liat Mama sama Papa bikin dedek bayi"
"Mama sama Papa gak akan bikin dedek Bayi, kalo Nana mau liat. Di
youtube juga ada"
Bagus malah Cengo. Ini Istrinya mau ngeliatin bokep ke anaknya?
"Maksud kamu apa Vio?"
Viola tidak memperdulikan tatapan Bagus yang minta dijelaskan. Namun
Viola langsung menggendong Nana menuju kamarnya yang ada di lantai
atas. Lebih tepatnya bersebelahan dengan kamar Bagus dan Viola.
Sesampainya di kamar Nana, Viola mendudukan anaknya di kasur. Lalu
mengambil Laptop miliknya.
"Yeeee Nana mau liat yang bikin dedek Bayi" teriak Nana kegirangan.
Viola membuka laptop. Tangannya menggeser kursor kearah kanan dan
kiri. Lalu membuka youtube. Dan membuka Channel pembuatan patung
bayi menggunakan lilin.
"Nah ini katanya mau Nonton yang bikin dedek bayi?"
"Oh jadi gini ya mama pembuatan dedek Bayi?"
"Iya Nana sudah tidak penasaran lagi kan?"
"Sudah nggak penasalan lagi"
"Mau lanjut nonton apa Nana mau tidur? Kan besok Nana mau ikut papa
kerumah Sakit?"
"Nana mau tidul aja."
"Yasudah kalo mau tidur. Laptopnya mau mama simpen"
"Iya mama"
Sedangkan Bagus yang masih ada di lantai bawah, buru-buru pergi ke
kamar Nana. Takut-takut istrinya beneran nontonin Bokep bareng anaknya.
"Vio kamu jangan aneh-an___"
Ucapan Bagus terpotong saat Viola memberikan isyarat. Menempelkan
jari telunjuknya kebibir.
"Jangan berisik" ucap Viola tanpa suara.
Bagus berjalan pelan. Takut Nana Bangun, lalu ikutan duduk ditepi
ranjang dekat istrinya.
"Kamu apain si Nana, ko bisa sampe tidur gitu?" Tanya Bagus masih
dengan berbisik.
Viola bangkit dari tepi kasur, lalu menaikan selimut anaknya hingga ke
pundak. Agar Nana tidak kedinginan. Dia tidak menjawab Bagus, lalu
berjalan kearah luar kamar Nana.
Bagus juga ikutan keluar dari kamar Anaknya. Dia masih penasaran, ko
Vio bisa sih bikin anaknya tidur? Bagus aja kalo ngadepin Nana bikin
pusing sendiri. Emang ya, seorang Ibu selalu mengerti jalan pikiran
anaknya.
"Vio belum jawab pertanyaan Mas, kamu tadi beneran nonton Bokep
sama Nana"
Viola membesarkan matanya. Ini Bagus mikirnya ko sampe kesitu? Dia
aja dari awal gak ada tuh kepikiran ngajarin Nana buat bikin Bayi beneran.
Emang dasar otak suaminya makin tua makin konslet aja. Viola tidak habis
pikir.
"Ya mas pikir aja, masa Vio ngajarin Nana gak bener?"
"Ya makanya Mas nanya, ko si Nana bisa tidur. Tadi kamu ngasih liat dia
apaan?
"Teknik pembuatan bay__"
"Asstagfirllah Vio, kenapa kamu ngajarin anak kita yang nggak-nggak"
potong Bagus.
"Ya makanya Mas dengerin dulu"
Viola menggeram pada Bagus. Sampe-sampe pintu kamar yang hendak ia
buka jadi tidak dibuka.
"Iya-iya maaf sayang"
"Tadi Vio nunjukin Video pembuatan patung Bayi dengan bahan lilin"
Viola membuka pintu kamarnya. Lalu berjalan kearah tempat tidurnya.
"Terus?"
"Terus karena Nana sudah gak penasaran lagi, Dia jadi ngantuk terus
tidur deh"
Bagus manggut-manggut. Lalu ikutan rebahan disamping istrinya. Tiba-
tiba pikirannya untuk membuat dedek Bayi terlintas kembali dari kepala
Bagus.
Digeserkan Badannya Bagus kesamping Viola, membuat tubuh Viola
dengan Bagus jadi menempel. Wajah Bagus ditempelkannya diceruk leher
Viola. Menghirup sesekali menghembuskannya secara sensual. Membuat
seluruh tubuh Viola menjadi meremang.
"Jadi gimana malam ini sayang?" Goda Bagus sambil menjilati leher
istrinya.
"Mmaksud Mas malam ini hhh...?"
Nyatanya Viola mulai terpancing oleh godaan Bagus. Hingga desahan
sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Bikin adik Buat Nana" jawab Bagus sambil menyusuri tiap inci rahang
Viola dengan Bibirnya.
Lalu Bagus naik keatas Istrinya. Menindih dengan menciumi telinga
Istrinya bebarengan.
Viola sudah kembali mendesah dibuatnya. Dia menjambak rambut Bagus
sambil menggelinjang keenakan saat tangan Bagus sudah menyusup kebalik
BH-nya.
"Berarti sekarang mas gak akan pake peng__ Ahh... mas jangan keras-
keras!" Pekik Viola saat tangan Bagus mencubit dadanya dengan gemas.
"Mas gak akan pake pengaman. Kita bikin adik buat Nana. Lagian mas
udah tua, mas mau punya banyak anak. Biar Nanti ketika Mas sudah
dijemput sama malaikat izro'il kamu gak kesepian lagi. kan ada anak kita
yang nemenin"
Viola mendorong Bagus dari tubuhnya secara tiba-tiba. Wajahnya terlihat
begitu kesal dengan perkataan Bagus.
"Lah kamu kenapa Vio?"
"Mas sadar gak sih? Kalo mas mati, Vio jadi janda. Kalo Vio jadi janda,
anak Banyak. Mana ada yang mau Nikahin Vio?"
Bagus gelagapan sendiri. Dia ternyata salah bicara, padahal niatnya dia
cuma mau bercandain Viola, eh Viola malah baper sendiri membayangkan
Bagus benar-benar Mati.
"M-mmaksud Mas bukan gitu Vio..."
"Tapi Vio gak mau ditinggalin sama mas"
Viola mulai berkaca-kaca. Dia memunggungi Bagus sambil sesegukan
menahan tangis. Ternyata perkataan Bagus begitu menyakitkan didengar
oleh Istrinya.
Bagus mencoba menenangkan Viola. Dia merapatkan punggung Viola
dengan dadanya. Membuat Bagus memeluk Viola dari arah belakang.
"Nggak sayang, mas gak akan ninggalin kamu, mas akan berusaha
menjaga diri baik-baik. Mas gak akan biarin Tubuh mas sakit-sakitan. Tapi
kalo takdir sudah mengatakan mas pergi, apa boleh buat. Yang penting mas
sudah berusaha menjadi suami yang terbaik untuk kamu sayang"
Viola benar-benar menangis saat ini. niat ingin bikin dedek bayi, eh
berujung dengan isak tangis. Dibalikannya tubuh Viola oleh Bagus.
Menyeka air mata yang menetes dari pelupuk mata istrinya.
Bagus memeluk Viola dengan erat. Seakan dia tidak mau meninggalkan
istri yang sangat ia cintai. Entah kenapa rasa sayangnya pada Viola,
semakin hari semakin kuat saja. Hingga Bagus terkadang tidak bisa
membayangkan jika harus terpisah dari istrinya.
"Jadi gimana Vio, jadi?"
"Maksud mas?"
"Ngadon dedek"
"Tapi Kameranya matiin!!"
"Oh iya nanti mas bilang sama Author"
Bagus celingukan kekanan dan kekiri. Mencari letak kamera yang
disembunyikan oleh Author.
"Heh Author geblek!! Udah ya, saya mau ngadon Bayi sama Vio.
Bilangin sama para readers jangan kepo sama apa yang kami akan lakukan
malam ini. Dah gitu aja"
Bip
Kamera dimatikan oleh Bagus.
Jaringan eror
Author melotot dibalik layar.
"Yah ketahuan deh. Yasudah, segitu aja ya para readersku yang cantik
dan ganteng-ganteng. Author gak di bolehin lagi meliput kehidupan Pak
Bagus. Maaf kalo selama Author menayangkan Cerita ini kalian tidak puas
bahkan ada yang kecewa karena typo bertebaran. Sekali lagi maafkan
author. Author hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari dosa, kalo
perkataan Author banyak menyinggung para readers, author minta maaf.
Segitu aja ya... paii paii sampai ketemu lagi di novel baru Author yang
judulnya Fake Boyfriend. Author undur diri, Arigatou Gozaimasu"
Selesai
Maaf karena ceritanya menggantung di extra part kemarin.
Sebenarnya author sengaja wkwkwk, author cuma pengen tau.
Sebenernya para pembaca Author itu ada gak sih, soalnya ada like,
ada Viwrs tapi minim komen. Hehehe sekali lagi Gomenasai
Semoga suka. Like+Komen kalo bisa do'ain Author biar bisa lancar
berbahasa Jepang. Dan do'ain Negara Jepang segera membuka
penerbangan dari Indonesia. Biar Author cepet terbang kenegri
Sakura.
Arigatou Matane....

Anda mungkin juga menyukai