PROLOG
Sara mengerjap saat matanya mendapati ponselnya yang berkedip, menandakan
seseorang sedang menelfonnya. Itu tentu saja hal biasa yang seharusnya tidak
membuat ekspresi wajahnya mengernyit aneh.
Tapi masalahnya, nama yang tertera di sana sungguh tidak ia duga.
Tunggu sebentar!!
Biar dia ingat-ingat mengapa harus merasa heran.
Pertama, pria bernama Doni adalah Kekasihnya selama lebih dari 2 tahun, yang ia
putusi karena menolak untuk menikahinya.
Kedua, pria itu adalah mantan pacarnya yang minta kembali bersama setelah
empat bulan mereka putus. Dan ia tolak mentah-mentah karena tetap tidak
ingin menikah dengannya. Wtf!
Dan ketiga, Pria itu tidak pernah dia hubungi dan menghubunginya lagi selama
Lalu,
Mengapa dia menelfon??
"Halo?" Mengernyit, Sara akhirnya menjawab panggilan itu saat kembali berdering
untuk yang ke tiga kalinya.
Ya, tentu saja dia tau karena nomor pria itu tidak pernah ia hapus. Jangan tanya
mengapa...
Serius!! Bukan karena dia masih berharap pada pria itu. Tapi lebih karena, baginya,
seorang mantan itu adalah orang yang tidak penting lagi untuk di pikirkan.
Jadi, ia tidak mau repot-repot untuk sekedar membuka kontaknya sekalipun untuk
mendelete.
Hei... itu pekerjaan yang buang-buang waktu baginya. Dan sangat tidak penting.
2|P a g e
-Elyana Zayne-
"Begini, Mama Papa memintamu datang ke rumah. Bisa ku jemput jam makan siang
nanti? Kita sekalian makan bersama."
Dahi Sara semakin berkerut dalam. Karena setau nya, keluarga mereka sudah
saling mengetahui bahwa mereka berdua sudah putus, dan jujur, aneh rasanya
menyambangi rumah mantan untuk menjenguk orang tua nya sekalipun. "Maaf,
Don... apa ada sesuatu??"
Oh...
Yah... tidak ada salahnya silaturahmi.
"Baiklah..." Sara mengangguk-anggukkan kepala.
Dan perasaan aneh itu kembali menggelitik perasaan Sara. Rasanya ada yang
mengganjal. Ia memang sangat dekat dengan orang tua Doni. Mereka bahkan
menyukainya, terkadang saat ia berkunjung dan Doni pergi dengan urusannya
sendiri, Sara tidak merasa asing di keluarga mereka.
Only memeber MeetBooks
Tapi apa yang bisa ia lakukan saat anak mereka ternyata tidak memiliki misi yang
sama dengannya untuk membentuk masa depan. Lah... untuk apa terus pacaran...
rugi dong...
Baginya, batas pacaran paling lama adalah dua tahun untuk hubungan yang serius.
Bukan berarti dia tidak serius selama ini, tapi sebelum bersama Doni, ia berpacaran
hanya sekedarnya saja. Dalam artian mencari teman yang bisa membawanya jalan-
jalan atau sekedar having fun.
Saat bersama Doni inilah ia memutuskan untuk serius. Memacari pria itu selama dua
tahun, seperti keinginannya, lalu bertanya pada pria itu akan dikemanakan
hubungan mereka. Nyatanya, Doni hanya ingin bermain-main dan ia tidak menyukai
itu. Tanpa rasa berat sama sekali, ia memutuskan Doni.
Kalo tidak jelas, untuk apa lama-lama. Kan begitu??
Saat Doni memohon untuk kembali, Sara hanya minta satu hal.
Mereka harus menikah.
Tapi Doni kembali menolak. Dan maaf saja, silahkan cari yang lain...
Ia bukan tipe wanita yang mencintai seseorang dengan tergila-gila hingga
memohon pada pria itu untuk menuruti kehendaknya.
3|P a g e
-Elyana Zayne-
Kadang ia berfikir, mengapa ia bisa seperti itu. Apakah memang cinta itu rasanya
memang begini...
Terlalu biasa saja baginya.
***
Huh?
Kejutan apa ini?
Ia sedang duduk diantara keluarga Doni yang lengkap belum sampai lima belas
menit, dan kalimat Ibu nya Doni langsung menyengatnya.
"Iya Ra, sejak putus sama Sara, Doni nggak kemana-mana. Di rumahh... aja." Kakak
perempuannya, Donita, menambahkan.
Only memeber MeetBooks
Sara melirik Doni yang duduk santai di seberang sana. Menyeringai saat tatapan
mereka bertemu. "Kita sudah putus lama lho, buk. Doni mungkin sudah punya pacar
lain."
"Ah nggak ada kok, Ra. Kalo ada kami semua pasti tau." Jawaban lugas Donita.
Dahi Sara mengernyit saat kembali menatap Doni, karena setaunya, Doni tidak mau
menikah dengannya.
"Sara pikirkan dulu baik-baik, kami nggak maksa kok." Sang ibu merasakan
kebimbangannya.
"Tapi Doni kan belum mau menikah, buk?" Hampir saja di berkata tidak mau
menikah dengannya.
"Mau kok. Dia nggak berani bilang langsung sama kamu, makanya dia minta kami
yang langsung tanya ke Sara."
Ini aneh. Tapi jika di pikir-pikir lagi, Sara memang meminta Doni menikahinya jika
ingin kembali balikan. Apa ini artinya Doni benar-benar serius padanya??
4|P a g e
-Elyana Zayne-
Sepertinya begitu dan ia tidak punya alasan untuk menolak. Tapi memang sesuatu
yang baik itu, tidak elok jika di tolak. "Sara bicarain dulu sama orang tua Sara ya,
Buk."
5|P a g e
-Elyana Zayne-
1
"Ganti baju, aku tidak suka kau pakai yang itu." Sara mendesah saat mendengar
perintah Doni, ia lebih memilih membuka kembali lemarinya dan mencari baju yang lain
dari pada berdebat.
Pernikahan mereka memasuki bulan ketiga, dan kian kemari sikap Doni menjadi lebih
kasar. Apa memang begini sifat aslinya? Karena saat mereka pacaran, Doni begitu
lembut padanya.
Kali ini Sara mendelik tidak terima. "Kau yang menyuruhku ganti baju!!"
"Jangan jadi orang bodoh! Ganti baju tidak akan lama jika tidak dibarengi dengan kau
Doni berdecak kesal, membanting pintu keluar kamar. Entah mengapa Sara selalu
merasa segala tindakannya salah di mata Doni.
Terkadang, pria itu marah-marah hanya karena masakannya yang tidak sesuai dengan
selera pria itu. Tapi jika ditanya mau makan apa, Doni selalu menjawab dengan kata
terserah.
Lalu bagaimana cara Mama nya mengatasi ini, karena jika dilihat sekarang, kedua orang
tua nya begitu bahagia...
6|P a g e
-Elyana Zayne-
Hidup mereka bahkan selalu dipenuhi dengan canda tawa. Seperti itulah pernikahan
yang diimpikan Sara.
"Sara! Apa kau masih lama juga? Aku akan berangkat duluan, kau bareng Dani saja!"
Teriakan Doni terdengar jelas bahkan dari dalam kamar. Entah seberapa kencang dia
menjerit-jerit. Merasa lelah karena keadaan, Sara mengedikkan bahu tidak peduli.
Rencananya, mereka akan pergi ke pesta pernikahan sepupu tiri Doni. Dan lihatlah, pria
itu meninggalkannya begitu saja entah karena apa. Padahal mereka di sana nanti tidak
terlalu diperlukan keberadaannya.
Suara pintu di ketuk membuat Sara cepat-cepat menarik reseleting gaunnya yang baru
saja diganti sesuai perintah Doni tadi. Dan karena ia sedang membenahi makeup di
wajahnya, jadi ia lupa pada reseletingnya yang masih terbuka. Yang sialnya berada di
sepanjang punggung dan kini tangannya terlalu pendek untuk menjangkau itu.
Itu suara Dani, sepupu Doni yang lain. Pria itu sengaja datang kemari untuk ikut
menghadiri pesta. Ia tinggal di luar kota hingga dalam beberapa hari ke depan akan
menginap di rumah mereka. "Tunggu sebentar..."
Sara masih berusaha menggapai punggungnya, tapi akhirnya ia menyerah karena tetap
tidak berhasil. Mendesah pasrah, ia berjalan melintasi kamar dan membuka pintu
sedikit hingga kepalanya bisa menyembul keluar. Tatapan mata Dani langsung terarah
padanya.
Sara sedikit gugup, karena sejujurnya ia tidak terlalu mengenal Dani. "Aku mendapat
sedikit masalah... aku ingin minta tolong..."
7|P a g e
-Elyana Zayne-
Dani menganggukkan kepala. "Jika itu bisa mempercepat waktu kita berangkat, akan ku
lakukan apapun..."
Sara tersenyum kikuk karena mendengar Dani yang berusaha mencairkan suasana kaku
diantara mereka. Dengan perlahan Sara membuka pintu kamar semakin lebar, lalu
dengan jantung yang berdebar karena malu, ia membalikkan tubuh hingga
punggungnya mengarah pada Dani. "Aku tidak sampai meraihnya..." Sara menelan ludah
karena tau punggungnya sedang terekspose sekarang, pada seorang pria yang bukan
suaminya. Tapi tentu saja ia tidak ada pilihan lain. Toh, ia tidak berpikiran macam-
macam.
Tidak ada nya pergerakan ataupun suara di belakang sana membuat Sara menjadi
kikuk. "Dani..."
"Ah, iya."
"Selesai."
Suara Dani begitu dekat di telinga hingga Sara terlonjak dari tempatnya, langsung
berbalik menghadap Dani tapi tidak berani melihat langsung ke mata pria itu. "Terima
kasih. Aku akan ambil tas dulu sebentar."
***
Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Sara saat berada di tempat pesta. Ia sudah
menyapa seluruh keluarga tapi tidak mendapati Doni di manapun.
8|P a g e
-Elyana Zayne-
Ia mendesah lelah karena bingung harus melakukan apa di tengah keramaian yang
sebagian besar orangnya tidak ia kenali. Ia hanya sekali bertemu keluarga besar Doni,
yaitu saat pernikahan mereka berlangsung. Jadi, ia tidak terlalu mengenal mereka
kecuali orang tua dan kakak Doni sendiri.
Hingga di tikungan itu, ia bisa melihat sebuah gazebo mungil di sana. Penerangan yang
Mata Sara terbelalak karena yakin bahwa kedua orang di sana sedang bercinta dengan
penuh gairah. Gerakan tubuh mereka tidak bisa menyembunyikan hal itu.
Ia merasa tidak sopan karena sudah mengintip privasi seseorang, tapi saat mendengar
sang wanita menyebut nama pria yang sedang bergerak sensual di belakangnya itu, Sara
merasakan jantungnya berhenti berdetak karena tidak ingin percaya dengan
pendengarannya.
9|P a g e
-Elyana Zayne-
2
Sara memejamkan mata saat tenggelam dalam gairah. Miliknya berkedut resah
menerima hentakan demi hentakan kejantanan itu.
Ia ingin menolak kenikmatan ini. Tapi apa yang harus ia lakukan ketika terjangan panas
merambati tiap senti tubuhnya hingga yang bisa ia lakukan kini hanyalah memejamkan
mata, menggigit bibir agar desahan tidak lolos dari mulutnya.
Tapi sungguh, kenikmatan ini tidak pernah ia dapatkan hingga ia tidak bisa menahan
ketika akhirnya tubuhnya mengejang, menjepit erat kejantanan itu sebelum
mendapatkan orgasme paling menakjubkan selama hidupnya.
"Sara... ookh..."
Ia merasakan kejantanan itu semakin kaku, melesak dalam hingga mencapai rahimnya,
Ya Tuhan... ia belum pernah orgasme dua kali dalam waktu berdekatan seperti ini...
Ia membiarkan tubuhnya di dekap erat, dan tanpa paksaan ia membalas pagutan liar
bibir itu pada bibirnya. Saling memainkan lidah hingga getaran terakhir akibat orgasme
mereka mereda.
Sara mengalihkan pandangan saat tubuh itu beranjak dari atasnya, melepaskan cekalan
tangan di atas kepalanya lalu membenahi gaunnya yang menggulung di atas payudara.
10 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ia beranjak duduk, merapikan rambut dan gaunnya yang kemungkinan besar kusut.
Takut melirik pria di sampingnya yang pasti sedang melakukan hal yang sama,
merapikan penampilan.
"Sara... aku..."
"Sebaiknya aku pergi, Doni... pasti mencari." Sara menelan ludah gugup, memotong
kata-kata pria itu, lalu beranjak pergi.
Sial!!!
Pria itu mengumpat kesal, dari sekian banyak wanita, mengapa ia begitu tertarik pada
wanita itu. Demi Tuhan!!! Ia tidak pernah gagal menahan hasratnya selama ini, dengan
wanita manapun.
Tapi tadi, saat ia melihat wanita itu sedang manangis, ia tidak bisa menahan diri untuk
mencoba menghiburnya. Dan sialnya, aroma tubuh itu membuat ia jatuh terperosok
***
Tapi ternyata keteguhan hatinya tidak sekuat yang ia kira. Saat pagi harinya Dani
mendapati Sara sedang meliukkan badannya di kolam berenang. Dengan baju renang
paling seksi yang pernah ia lihat. Berwarna putih hingga membuat kulit wanita itu
semakin bersinar.
Mata Dani membelalak dengan liur yang menggenang. Miliknya berontak dalam celana
pendeknya hingga dengan sekali lihat saja orang pasti menyadari ia yang sedang
terangsang hebat.
11 | P a g e
-Elyana Zayne-
Sara memutar arah dan terkejut saat melihatnya berdiri di sana. Mata itu mengerjap lalu
dengan cepat rona merah menyebar di seluruh wajah hingga lehernya.
Mereka saling terdiam, seakan menunggu siapa yang paling awal bergerak memecah
kecanggungan. Tapi setelah sekian menit berlalu tidak ada yang bergerak.
Dani seperti sengaja membiarkan tubuhnya dilahap oleh Sara, begitupun dengan Sara
yang membiarkan tubuhnya di tatap lekat oleh Dani, walaupun hanya bagian atasnya
saja karena dari pinggang ke bawah terbenam di dalam air.
Tatapan Dani turun perlahan, ingin sekali menembus air hingga bisa melihat
pemandangan yang tersaji di bawah sana. Tapi ia tau tidak bisa melakukannya, jadi ia
kembali menaikkan pandangan hingga mata mereka bertemu. Lalu sekilas kembali
mengarah ke bawah sebelum kembali menatap lekat mata Sara, seakan-akan memohon
lewat tatapan bahwa ia ingin sekali melihat Sara.
Sara membalikkan tubuhnya, mengerti arti tatapan itu dan ia tidak bisa menahan
Rasa bangga karena ada yang menginginkannya mengembang besar memenuhi hatinya
hingga ia tidak bisa menahan senyum tersungging di bibir dan dengan perlahan menaiki
tangga kolam, mengabulkan permintaan tak terucap di belakangnya yang ia tau ingin
melihatnya.
Suara kesiap kasar dari arah belakang membawa kepuasan kian membuncah dalam diri
sara, senyumnya semakin melebar saat ia berjalan memasuki bilik bilas yang memang
sengaja tersedia di dekat kolam.
Ia akan menutup pintu saat sebuah tangan menahannya, membuat pintu itu kembali
terbuka dan Dani yang berdiri di sana.
12 | P a g e
-Elyana Zayne-
Tatapan mereka kembali bertemu, tidak putus saat akhirnya Dani menyelinap masuk
dan berdiri di hadapannya, sangat dekat hingga milik pria itu terasa jelas menakan
perutnya.
Sara menelan ludah, tubuhnya meremang membayangkan benda itu. Apakah akan
kembali memasukinya...??
Nafasnya terengah saat Dani sengaja menekan tubuhnya, menekuk lutut sedikit hingga
milik pria itu tepat berada di intinya. Debaran dadanya mengencang dan ia merasakan
udara memanas di sekitarnya.
Jemari Sara mengepal, menekan ke dinding di belakang saat merasakan jemari Dani
berada di kedua sisi tubuhnya, meraba sepanjang paha hingga ke pinggul dan panas itu
seketika menjalar ke seluruh tubuhnya.
Jari itu dengan lihai kian naik, lalu turun berulang-ulang, membuatnya memejamkan
mata, terengah-engah.
Sara menutup mulut dengan satu tangannya saat ia merasakan pergerakan lidah Dani di
sana. Jeritannya teredam dalam telapak tangan yang ia gigit kuat, hampir saja melukai
kulitnya jika saja tidak ada tangan Dani yang menggantikan membekap mulutnya.
Tekanan lidah yang semakin dalam di bawah sana membuat kaki Sara kehilangan
kekuatan, hingga tubuhnya limbung ke dapan dan tangannya menopang pada kepala
Dani, menahannya tetap berdiri.
13 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Dani... please... please..." Gumaman Sara terdengar tidak jelas di balik telapak tangan
Dani, tapi pria itu sepertinya mengerti karena tidak lama setelahnya Dani berdiri.
Menekan bahu Sara ke dinding, dan dengan lihai menyelinap masuk ke dalam tubuh
Sara dalam sekali hentakan.
Mereka berdua menahan erangan, tidak membuang waktu saat Dani semakin menekan
hingga tenggelam lebih lagi dalam kehangatan Sara.
Mulutnya langsung membekap bibir Sara agar jeritan Sara teredam. Ia bergerak dengan
perlahan, konstan dan tidak tergesa-gesa, semakin mencium Sara dalam decapan liar
karena kenikmatan.
Sara membalas gerakan Dani, menyambut hentakan pria itu dengan tubuhnya yang ikut
bergoyang, tangan mereka terpaut di kedua sisi tubuhnya, semakin menekan dinding
sebagai pegangan atas tekanan goyangan mereka yang semakin terasa nikmat.
Dengusan nafas mereka beradu dan Sara menyerah dalam keliaran jilatan Dani di
Lalu tiba-tiba gedoran pintu terdengar, membuat tubuh mereka terdiam kaku.
Sara memucat, menatap ketakutan pada Dani yang juga sedang menantapnya. Apa yang
harus ia lakukan... dengan tubuh yang masih dimasuki seperti ini?? Dan Dani sama
sekali tidak melepas tautan mereka, malah semakin menekannya ke dinding hingga
miliknya terasa semakin dalam.
Sara terengah, antara takut ketahuan dan gairah yang malah semakin tinggi memuncak.
"Aku kira Sara, apa kau melihatnya? Aku harus pergi ke kantor."
14 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Sedang apa kau? Apa kau baik-baik saja? Suaramu terdengar aneh.."
Dani tidak tahan untuk tidak menjilat leher Sara yang terpampang di depannya. "Aku
sedang menggosok tubuhku, apa kau ingin tau detailnya? Pergilah."
Tidak ada suara sesaat, tapi Dani jelas tidak peduli, ia sedang menikmati payudara Sara
dalam mulutnya.
Dani berdehem singkat menandakan ia mendengar Doni bicara. Walau yang sebenarnya
adalah ia yang terlalu sibuk menggunakan lidahnya untuk bermain di puncak payudara
Sara.
Dan ia pun tidak menahan diri untuk bersuara. "Nikmat sekali... oohh..."
Meraih punggung Sara, Dani membuka belitan atasan renang Sara yang sudah
berantakan. Melepas hingga terjatuh di bawah kaki mereka. Ia mendekap tubuh
telanjang Sara ke dalam dekapannya hingga kulit mereka bertemu. Basah dan
berkeringat. Terasa licin tapi membuat mereka semakin kalap, hingga saling memeluk
dan menyentak milik mereka masing-masing.
"Sayang... Sara..."
15 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Dani... aku... akan keluar..." Sara terengah meremas kuat tubuh Dani yang kian
menghentak saat mendengar kalimatnya.
"Sara!" Dani menyentak kuat sekali lagi, lalu menekan erat saat akhirnya mereka
menuju puncak nikmat bersama-sama...
"Sara..."
"Hm?"
16 | P a g e
-Elyana Zayne-
3
Sara tidak menyangka, jika ternyata Doni menikahinya hanya untuk di jadikan temeng.
Saat Doni membawanya secara tiba-tiba ke hadapan keluarga pria itu, ia menyangka
Doni memang serius ingin menikah dengannya.
Tapi pesan-pesan singkat misterius itu akhirnya membuat ia yakin, bahwa keluarga
Doni lah yang menginginkannya, bukan Doni. Pria itu memiliki kekasih yang tidak
direstui oleh keluarga Doni, karena mereka lebih memilihnya untuk di jadikan menantu.
Doni menuruti, tapi ia pun tidak melepas kekasihnya begitu saja. Mereka tetap menjalin
hubungan dan Sara mengetahui itu.
Desahan lirih dan erangan itu selalu membayang di kepalanya hingga membuat ia
pusing dan hampir saja jatuh terjerembab bila tidak ada tangan yang menahannya.
Dani ada di sana. Membawanya yang sedang berlinang air mata menjauh dari
keramaian. Frustasi dan marah, ia tidak bisa menolak sentuhan Dani di tubuhnya.
Jika suaminya mencari kebahagiaan lain, maka ia pun berhak untuk mendapatkan
kebahagiaan juga. Ia bahkan tidak berhak untuk di sakiti, ia tidak pernah meminta
pernikahan ini terjadi, Doni lah yang tiba-tiba membawanya.
***
17 | P a g e
-Elyana Zayne-
Suara Dani mengalihkan Sara dari pikirannya sendiri, tersenyum, ia meraih kepala pria
itu yang sedang mencumbui lehernya. Menengadahkan leher, ia membiarkan bibir itu
mengirim getaran menyenangkan ke sekujur tubuhnya.
"Aku baik." Sara mendesah lirih, berbalik hingga tubuh mereka berhadapan dan mata
mereka saling bertatapan. Tangannya terangkat untuk membelai wajah Dani dengan
lembut dan penuh perasaan, berterima kasih pada pria ini yang membawa setitik
kebahagiaan di antara kesedihannya.
Mengecup telapak tangan Sara, Dani membawa tubuhnya kembali menindih wanita itu.
Kembali tergugah mendapati kulit lembut berada di bawahnya, ia bergerak hingga
miliknya bergesekan dengan milik Sara.
Gerakan tangan mungil itu kembali turun hingga ke bokongnya, menekan kuat seakan
menginginkan miliknya untuk segera masuk.
"Lagi?"
Sara tersenyum, tanpa ragu dan malu, mendesahkan kata ya yang di balas hentakan
Dani yang menyelinap masuk dalam satu gerakan kuat. Membuat mata Sara
membelalak dan tubuhnya mengejang karena kenikmatan. "Dani..."
"Iya sayang...." bergerak konstan, Dani menunduk dan menyecap payudara Sara dengan
liar tapi penuh dengan tekanan.
18 | P a g e
-Elyana Zayne-
Jemari mereka saling berkait erat di samping kepala Sara, saling berpegangan seakan
itu adalah satu-satunya pegangan mereka untuk saling menyatu.
"Sara... buka dirimu seutuhnya padaku Sayang..." Dani semakin menghentak saat kaki
Sara membelit pinggangnya erat, mengeram tertahan karena miliknya yang terjepit
kuat saat tubuh Sara mengejang karena pelepasan, dan ia tidak bisa bertahan lama
setelahnya, miliknya diremas kuat, menyemburkan benih-benih langsung memenuhi
rahim Sara. Mungkin akan tumbuh bayi di sana, tapi Dani sama sekali tidak peduli. Ia
tidak bisa melepas kenikmatan bertubi-tubi yang kini menyerang tubuhnya.
"Sara... aku melepaskannya di dalam, sayang... aku tidak bisa lepas darimu... tidak bisa..."
Dani masih bergetar karena Orgasmenya yang belum berhenti, semakin mendekap erat
Sara dan menekan milik mereka hingga kenikmatan itu kembali datang lagi dan lagi,
mulut mereka terbuka dengan kepala menengadah karena kepuasan. "Akhh Sara...
***
Sara menatap nanar dua orang yang kini sedang bergumul di ruangan itu, bahkan
dengan tubuh telanjang tanpa sehelai benangpun.
Sara tidak menyangka pemandangan ini yang ia dapatkan saat sengaja mendatangi
kantor suaminya. Apa yang dibilang sekretaris suaminya tadi???
19 | P a g e
-Elyana Zayne-
Yahh... diskusi yang menyenangkan saat ia masuk dan tidak mendapati siapapun berada
di kantor suaminya, malah tubuh yang saling bertindihan di ruangan yang ia tau tempat
suaminya beristirahat.
Ia bahkan tidak bisa mengalihkan pandangan dari dua tubuh yang sedang meliuk
nikmat di depannya, bagaimana cara suaminya merespon gerakan wanita itu.
Bagaimana cara suaminya membuat sang wanita mendesah nikmat.
Semua berlangsung datar dan cepat. Ia bahkan belum mendapatkan pelepasan tapi Doni
Berbeda dari tubuh yang sedang mendekap erat wanita di hadapannya sekarang, yang
menciumi sepanjang leher wanita itu dan bergerak menghentak dengan penuh cinta.
Kenyataan itu, membuat dirinya benar-benar merasa tidak diinginkan. Apa salahnya
hingga Doni memperlakukannya seperti ini??
Ia tidak pernah sekalipun mengganggu kehidupan pria itu setelah mereka putus.
Bahkan untuk sekedar mencari tau karena penasaran.
"Aakkhh... Doni..."
20 | P a g e
-Elyana Zayne-
Erangan lirih wanita itu membuat Sara tersentak, ia melangkah mundur semakin
menjauh, lalu berbalik menuju pintu keluar.
Jeritan itu masih sempat ia dengar saat ia menutup pintu ruangan. Berjalan dengan
linglung, ia tidak berhenti di depan lift, langkahnya berjalan terus memasuki tangga
darurat. Ia tidak peduli berada di lantai 30 sekalipun, ia ingin berada di tempat di mata
tidak ada orang yang melihatnya menangis.
Entah berapa lama berlalu saat akhirnya Sara terduduk lelah di anak tangga. Ponselnya
berdering menampilkan nama Dani. Ia mengangkatnya,
Sapaan lembut itu sedikit mengangkat beban berat di hatinya, ia tidak bisa menahan
suaranya berubah sesenggukan.
Suara ribut di seberang sana meyakini Sara bahwa Dani sedang beranjak dari apapun
yang dikerjakan pria itu, nafas kencang pria itu terasa saat pria itu berlari.
"Sara?"
Entah berapa menit waktu berlalu saat akhirnya Sara merasakan dekapan di tubuhnya.
Ia menoleh dan mendapati Dani memeluknya dari belakang, dengan erat.
21 | P a g e
-Elyana Zayne-
Tatapan mata itu lekat memandangnya dan Sara tidak bisa bergerak saat bibir itu
perlahan meraih bibirnya. Memberi penghiburan yang sangat dia butuhkan ditengah
kekacauan hidupnya.
Dulu ia tidak pernah merasakan sakit karena cinta. Ia hanya menjalani hidup dengan
sebaik-baiknya.
Ia tidak pernah mengganggu kehidupan orang lain, atau memaksakan kehendak hingga
merugikan orang lain. Tidak pernah.
***
"Ceritalah padaku..."
Dani melepas safety belt, lalu membungkukkan badan dan membelai wajah Sara yang
masih berkerut sedih. Mereka baru saja sampai di rumah dan Sara masih diam seolah
tidak menyadari keberadaannya sendiri.
Mata sendu itu perlahan memandangnya, memaku tatapan mereka beberapa detik
sebelum bibir Sara menyunggingkan senyum tipis, "Tidak ada, aku hanya terlalu
sensitif, mungkin akan mendekati periode bulanan." Sara mengedikkan bahu, mencoba
mencairkan suasana yang terasa menyedihkan, tapi di balas bibir Dani yang cemberut.
22 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Apa kau akan berkata sedang mendapatkan periode merahmu??" Dahi Dani
mengernyit tidak senang.
"Memangnya kenapa?"
Dani semakin cemberut, "Bisakah ditunda? Aku akan pulang dalam beberapa hari. Dan
tidak bisa menyentuhmu itu terasa menyiksa."
Sara melotot garang, memukul bahu Dani dengan keras. "Apa hanya itu yang kau
inginkan?"
Tanpa aba-aba, Dani melepas safety belt Sara dan menarik wanita itu hingga berada di
pangkuannya. Tangannya bergerak naik untuk membelai wajah wanita itu, dan
menatapnya dengan sedih, "Aku tidak tau lagi kapan kita bisa bertemu, Sara..."
membelai paha Sara dengan jemarinya yang lain hingga wanita di pangkuannya
menggelinjang. "Aku tidak mungkin bertamu kemari tanpa alasan..."
Perlahan, bibir mereka menyatu saling melumat kuat, penuh kesedihan dan putus asa.
Dani sudah menjaga hatinya untuk tidak terlibat jauh, tapi tidak ada seorangpun yang
bisa menghalangi apa yang diinginkan oleh hati itu sendiri.
Menyibak gaun Sara, Dani tidak membuang waktu berada di tempat yang ia inginkan.
"Apa tidak di rumah saja?" Sara terangah, terbata-bata saat menanyakan itu karena Dani
yang tiba-tiba sudah berada di dalamnya.
"Aku tidak bisa menunggu lagi..." Dani semakin menekan, memeluk erat pinggang Sara
dan menyadarkan kepalanya di dada Sara, memejamkan mata menikmati penyatuan
mereka. "Mobil ini satu-satunya benda yang akan ku bawa pulang..." Dani mengeram
23 | P a g e
-Elyana Zayne-
Dani melenguh, pasrah seutuhnya. Merasakan setiap gerakan Sara yang semakin
menghilangkan kesadarannya.
24 | P a g e
-Elyana Zayne-
4
"Dimana Doni? Aku tidak mendengar dia pulang semalam." Dani mengangkat piringnya
yang langsung di isi nasi goreng oleh Sara.
Percintaan mereka di mobil tidak berakhir sampai di situ saja. Setelah pelepasan
pertama, mereka melanjutkannya di kursi belakang hingga suasana remang
menandakan bahwa hari beranjak malam. Jika bukan karena mengingat Doni yang
kemungkinan akan pulang kantor, mungkin Sara tidak akan melepas Dani malam tadi.
Sara mengedikkan bahu, "Dia memang tidak pulang." Dan Sara tidak mengizinkan
otaknya untuk memikirkan lebih jauh tentang itu. Karena jawabannya sudah jelas, pasti
Doni sedang bersama kekasihnya.
"Aku tidak yakin, tapi sepertinya dia pasti baik-baik saja." Sara mengambil sarapan
untuknya sendiri sebelum duduk dengan tenang.
"Oh ya?"
Lagi-lagi Sara hanya mengedikkan bahu, "Aku tidak ingin membahasnya. Ayo makan..."
Dani memilih diam, menundukkan kepala dan menikmati sarapannya. "Kau belum
cerita mengapa kau menangis saat dikantor Doni kemarin."
"Bukan hal penting." Dentingan sendok yang berhenti membuat Sara mendongak,
melihat Dani yang menyipitkan mata, "Apa? Memang bukan hal penting kok. Aku hanya
terlalu sensitif, mungkin dugaanku benar, aku akan mendapatkan tamu bulananku."
Dengan acuh ia kembali menikmati makanannya.
25 | P a g e
-Elyana Zayne-
Beberapa menit dalam keheningan saat akhirnya sarapan mereka selesai. Sara kembali
menyibukkan diri membereskan meja makan.
"Kau terlihat sedih, mengapa?" Dani memeluk tubuhnya dari belakang. Ingin sekali Sara
menolak pelukan itu, tapi kehangatan yang menelusup di hatinya membuat ia urung
melakukannya, alih-alih, degup jantungnya bergerak cepat dan menyenangkan.
Akhirnya ia mendesah, semakin menyandarkan diri pada pelukan Dani.
Sara menunggu jawaban, tapi Dani tidak juga menjawab. Ia memutar tubuh hingga
mereka berhadapan, menatap lekat mata Dani, kembali bertanya dalam diam.
"Lusa."
"Aku mencintaimu, Sara..." tubuh Sara menegang kaku, tidak menyangka jika akan
mendengarkan pernyataan ini. Ia akan melepaskan dekapan Dani tapi pria itu
menahannya dan semakin mengeratkan dekapan mereka, "Apapun yang terjadi, Sara...
Aku ingin kau tau bahwa aku benar-benar mencintaimu..."
Sara menelan ludah, untuk pertama kalinya hatinya mengembang bahagia dan perih
bersamaan karena benar-benar merasakan seperti apa rasanya cinta. Hatinya tau, dan
menyadari saat cinta itu benar-benar datang.
Tidak seperti sebelumnya, saat ia menerima pernyataan cinta pacarnya dahulu, bahkan
Doni sekalipun. Tidak ada rasa meletup-letup seperti ini di dadanya... tidak ada rasa
takut kehilangan seperti ini sebelumnya...
26 | P a g e
-Elyana Zayne-
Begitu mendebarkan dan rasa bahagia terasa menyeluruh hingga tiap sel tubuhnya.
"Bisakah kita bertemu setelah kau pulang nanti?"
Dani mendesah, ingin sekali menyanggupi permintaan Sara. Tapi waktu yang ia miliki
tidak banyak, ia tidak boleh melakukan itu dan terperosok semakin dalam pada cinta
ini. "Tidak bisa. Maafkan aku..."
Sara mengangguk mengerti, walau bagaimanapun. Hubungan mereka terlalu rumit dan
tidak akan bisa terwujud tanpa menyakiti pihak lain. Dan Sara tidak akan melakukan
itu.
"Kita jalan-jalan hari ini mau?" Dani menunduk menatap Sara yang tersenyum dan
mengangguk, menyetujui sarannya.
"Mau kemana?"
Sara tersenyum, sepenuhnya takluk dan memutuskan untuk menyerahkan hatinya pada
Dani. Walaupun tidak berharap apa-apa pada hubungan mereka nantinya, ia tetap
percaya pada hatinya yang telah memilih untuk benar-benar mencintai seseorang.
Oh... mengapa mereka dipertemukan saat ia sudah menikah. Ini bukan kebetulan
semata yang tidak berarti, kan?
Tidak.
Sara tidak percaya pada hal itu. Ia sangat yakin akan ada lanjutan dari kisah mereka.
Baik ataupun buruk itu nantinya. Sara harap cinta nya dan Dani cukup kuat untuk
menghadapi itu. Bolehkah ia berharap untuk hidup bahagia bersama Dani??
***
27 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Apa kau bahagia bersamaku?" Dani menatapnya dengan pandangan aneh yang tidak
Sara mengerti.
Entah apa yang pria itu pikirkan, tapi tatapannya terlihat sedih. Apa karena mereka
yang akan berpisah?
"Sara, aku tidak tau mengapa bisa secepat ini jatuh cinta padamu..." Dani meraih
wajahnya untuk di bawa mendekat ke wajah pria itu, dan menyatukan dahi mereka.
"Dan mengapa saat kau telah di miliki oleh orang lain..." Dani mendesah, mendekap erat
tubuh Sara. "Aku ingin sekali tidak peduli pada apa yang dikatakan orang dan tetap
pergi membawamu... tapi aku tidak bisa melakukannya..."
Sebenarnya Sara setuju dengan ide itu. Karena yang ia inginkan sekarang hanyalah
bersama Dani. Apakah salah jika ia meminta Doni untuk menceraikannya?
Toh Doni memang tidak mencintainya. Entah apa yang membuat pria itu nekat menikah
"Apa yang kau inginkan?" Akhirnya Sara mencoba untuk meminta pendapat Dani,
memberi pria itu kesempatan untuk memilih mau dibawa kemana kisah mereka.
Tapi Dani menggelengkan kepala menatap padanya, "Aku hanya ingin kau bahagia,
Sayang. Dimanapun kau berada, dan bersama siapapun kau saat itu."
***
28 | P a g e
-Elyana Zayne-
5
"Aku ingin kita bercerai."
Doni mendengus, "Apa kau pikir aku tidak tau kau juga tidur dengan Dani selama ini?"
Tubuh Sara menegang kaku dengan jantungnya yang berdetak cepat. Tidak menduga
bahwa Doni mengetahui hubungannya dengan Dani. Tapi kini ia mendapati dirinya
sedang hamil. Dan dengan jelas ia tau siapa ayah bayinya, sudah pasti bukan Doni. Ia
ingin bercerai dan mengatakan hal ini pada Dani, ia akan menikah dengan pria itu dan
hidup bersama anak mereka. Tidak peduli apa tanggapan Doni, toh pria itu yang
memulai semuanya.
"Aku hamil."
"Aku hamil."
Tatapan Doni menurun ke perut Sara, "Itu... bukan anakku, kan?" menunjuk ke arah
perutnya.
"Bukan." Dengan yakin Sara menjawab, "Ini anak Dani, karena itu aku ingin bercerai."
29 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Kau bodoh sekali ya ampun... apa yang sebenarnya sedang kau fikirkan, Sara?
Mengatakan itu pada Dani dan ia akan menikahimu?" Doni kembali tertawa kencang.
"Apa kau tidak tau? Dani sudah bertunangan dan akan menikah."
Apa???
"Astagah... dia tidak memberitaumu???" Doni kembali tergelak, "Apa kau pikir Dani
mencintaimu?? Sara, kau hanya selingan saja karena dia sedang berada di kota ini."
Tidak mungkin... "Kau bohong, kan?" Suaranya bergetar karena ketakutan. Sara
berusaha menelan ludah diantara jantungnya yang menohok dada.
Sara tidak mengerti hingga Doni menarik ponselnya, menghidupkan loudspeaker hingga
Sara bisa mendengar dana sambung di sana, lalu seseorang berbicara.
Itu Dani.
"Hm, apa?"
Hening. Bahkan Sara bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri yang
menyakitkan. Apa maksud semua ini? Doni tau dari awal??
Dan Dani..??
"Lalu?"
30 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Itu Rencanamu, Don. Jangan libatkan aku lagi, oke? Aku akan menikah dalam beberapa
minggu dan tidak ingin batal hanya karena rencana bodohmu itu. Selesaikan sendiri
mulai sekarang."
"Oh ya Don..." Sara pikir sambungan itu sudah selesai, tapi suara Dani kembali terdengar
dan mengucapkan kalimat yang membuat jantung Sara berhenti berdetak. "Katakan
padanya jangan pernah mencariku, salahnya sendiri karena terlalu cepat menyerahkan
diri."
Sambungan itu terputus bersamaan dengan jiwa Sara yang tercabut paksa dari
tubuhnya. Sakit, hingga ia tidak tau mengapa ia masih bisa berdiri dengan kaki tegak.
Menatap Doni yang memandangnya dengan tatapan seolah-olah berkata, 'Aku tidak
bohong, kan.'
Gigi Sara bergemelutuk karena sekuat tenaga menahan tangisnya, menahan perih
hatinya. Ia menatap Doni dengan hampa saat air mata nya mulai menetes turun, satu
per satu tanpa bisa ia tahan. "Aku tidak tau apa salahku padamu hingga kau melakukan
ini..." Suaranya bergetar dan ia tidak bisa menghentikan itu. "Aku tidak pernah
mengganggu hidupmu, Don. Bahkan aku tidak pernah memintamu untuk menikahiku."
Sara menelan ludahnya yang terasa pahit, air mata itu semakin deras mengalir. "Kau
yang membawaku kemari, menikahiku." Tangannya yang bergetar bergerak mengusap
air matanya dengan kasar. "Aku tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini..." Sara
menggelengkan kepalanya sambil mundur dengan perlahan, "Aku sama sekali tidak
pantas..." ia kembali menghapus tetesan air mata di pipinya dan memejamkan mata
dengan erat, berusaha menahan agar air matanya tidak lagi mengalir turun.
31 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ia berbalik pergi seketika, lalu berhenti saat meraih gagang pintu, "Aku yang akan
mengurus surat perceraiannya. Kau tidak usah repot-repot." Cengraman jari Sara
mengencang hingga buku jarinya memutih, "Jika memang ada salahku yang mendasari
perlakuanmu ini. Aku sungguh-sungguh minta maaf." Menarik gagang pintu hingga
terbuka, Sara keluar dari sana.
Meninggalkan hidup yang dipikirnya akan berakhir bahagia. Meninggalkan apapun itu
yang dipikirnya adalah cinta. Ia benar-benar tidak tau apa salahnya hingga Tuhan
menghukumnya seperti ini.
Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang, dengan janin yang berada di tubuhnya. Ia
tidak bisa mendatangi Dani dan merendahkan diri di hadapan pria itu. Dan ia juga tidak
bisa kembali pada orang tuanya dalam keadaan seperti ini. Mereka pasti akan sedih dan
tidak akan melepaskan Doni dan juga... Dani.
Tapi ia lah yang sebenarnya paling bersalah dalam hal ini. Jadi, ia memang harus
menanggung semua akibatnya.
Only memeber MeetBooks
Hatinya berdenyut dengan menyakitkan. Ia kembali memasuki tangga darurat untuk
berjalan turun. Dan ia ingat bahwa ia sedang hamil, sudah pasti ia menyayangi bayinya,
seperti ia menyayangi ayah bayinya yang ternyata telah menipunya juga.
Tapi ia tidak bisa menyalahkan Dani sepenuhnya, ia salah karena terlalu cepat
menyerahkan diri. Dani benar.
Sara mendesah, keluar dari tangga darurat dan memasuki lift. Beruntungnya tidak ada
orang hingga dia tidak menyembunyikan wajahnya yang dipenuhi air mata.
32 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ia malu. Tentu saja, tapi ia tidak ingin berbelit-belit hingga mengulur waktu tidak
penting. Ia sempat diberi nasihat oleh petugas yang ia angguki dengan patuh.
Lalu ia pulang setelah menerima saran pengacara dari kantor agama. Siapapun itu tidak
penting karena yang ia inginkan hanyalah secepatnya bercerai, toh ia tidak akan datang
ke pengadilan agar perceraian itu berlangsung mudah.
Membereskan bajunya dalam koper, ia beranjak pergi bahkan sebelum hari gelap. Ia
tidak ingin bertemu Doni atau siapapun lagi. Walau keluarga Doni begitu baik padanya,
tapi ia tidak sanggup untuk bertemu mereka.
Biar saja Doni yang mengurus itu dengan kebohongan-kebohongan lain. Ia tidak peduli.
***
33 | P a g e
-Elyana Zayne-
6
"Emh... Sara..." Dani memeluk erat wanita di bawahnya dan tersenyum penuh cinta.
Matanya lekat memandang wajah itu yang terpejam erat karena gairah.
Menyentak lebih dalam, Dani merasakan dadanya yang mengembang bahagia saat
melihat tubuh Sara yang menegang sebelum rintihan lirih keluar dari bibir tipisnya
karena pelepasan.
"Oh.. dann..."
Meraih bibir itu dalam lumatan dalam, Dani bergerak semakin liar untuk mengejar
puncak kenikmatannya sendiri...
"Sara... Sara... oohh..."
Dani menengadahkan kepala dengan mata terpejam sempurna, mendekap erat leher Sara
Only memeber MeetBooks
dengan kedua tangannya sebelum mengecup bibir tipis itu saat pelepasan membawa
kesadarannya terbang melayang.
Dengan nafas tersengal karena gairah yang baru saja mereda Dani melepaskan tautan
bibirnya, dengan senyuman lebar ia membuka mata, kembali ingin mengagumi wanita
ciptaan Tuhan di bawahnya, tapi sayangnya, wajah itu kini dipenuhi air mata.
Senyum Dani seketika surut. "Sara? Ada apa?" Meraih wajah Sara di kedua tangannya,
Dani bertanya dengan cemas.
"Terima Kasih..."
Hanya itu yang Sara ucapkan, dengan senyum sendu diantara air matanya yang membuat
Dani semakin bingung. "Untuk apa?"
Senyum di bibir itu semakin lebar dan penuh ketulusan, "Karena telah membuatku
merasakan seperti apa rasanya cinta."
34 | P a g e
-Elyana Zayne-
Nada penuh kesedihan itu membuat hati Dani mengkerut pedih, matanya mencari-cari
kedalam mata Sara dan menemukan kesungguhan akan kalimat wanita itu, meringsek
maju, Dani mencium dahi Sara dengan lembut. "Aku mencintaimu, Sara. Sangat."
Sara kembali tersenyum, kini terlihat begitu cantik dengan matanya yang menyipit kecil.
Tapi anehnya, seakan wujud Sara tiba-tiba semakin mengabur dari pandangannya. Dani
merasa pusing dan menggeleng tidak percaya karena semakin lama, Sara semakin
terlihat tidak nyata, hanya seperti bayangan yang kemudian kian mengabur...
Ia mencoba meraih tubuh Sara dan tercekat saat mendapati tangannya yang hanya
menebas udara. Tenggorokannya terasa pahit dan Dani tidak bisa menghentikan
denyutan perih di hatinya karena rasa kehilangan.
Dani terlonjak bangun dengan nafas memburu, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri
dengan linglung.
Terus begitu selama beberapa detik hingga ia menyadari bahwa ia sedang berada di
apartemennya sendiri. Sudah seminggu berlalu sejak kepulangannya dari rumah Doni di
luar kota, di mana ia harus menghadiri pernikahan anak angkat pamannya di sana.
Sara...
Nama itu terlintas dan seketika itu juga hatinya merasa berdenyut perih. Ia tidak bisa
terus-terusan seperti ini.
35 | P a g e
-Elyana Zayne-
Salahnya karena mengikuti permainan Doni, hanya karena ingin membuat Sara bercerai
dari pria itu. Dan sekarang keinginan Doni terkabul, Sara meminta cerai, sudah pasti
menyadari bahwa sampai kapanpun Doni tetap akan mencintai Kirana dan
mengabaikannya.
Dan kini masalah menyerangnya, karena ia harus jujur, pesona Sara tidak bisa diabaikan
oleh hatinya sendiri. Dengan mudahnya, ia jatuh cinta.
Ingin sekali ia membatalkan perjodohannya dan memiliki Sara, tidak peduli dengan
konsekuensinya. Tidak peduli sekalipun Sara tidak mencintainya, atau hanya seorang
wanita penuj tipuan yang suka bersenang-senang menghabiskan hartanya, seperti yang
dikatakan Doni.
Ia hanya perlu terus bekerja dan Sara tidak akan berpaling darinya.
Bagaimana jika muncul pria lain lagi nanti yang lebih kaya darinya? Besar kemungkinan
Sara akan pergi meninggalkannya. Tidak peduli sebesar apapun cinta yang ia miliki.
Bertolak belakang dengan nuraninya yang menjerit meminta untuk membawa Sara
dalam pelukannya.
Oh! Sudahlah...
36 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ia hanya berharap Sara tidak nekat datang untuk menghancurkan acaranya. Ia tidak
ingin menyakiti wanita itu lebih dari ini.
Semoga.
***
Sudah bisa ia duga, Doni ikut datang bersama keluarga besarnya. Tapi tidak dengan
Sara.
Ia hampir saja tidak bisa menahan keinginan untuk bertanya tetang keadaan wanita itu.
Walaupun ia sudah pasti tau jawabannya, Doni berjanji akan tetap menanggung
kehidupan Sara dengan mewah asal wanita itu tidak lagi kembali muncul di hadapan
mereka.
Mungkin Sara kini sudah pergi entah kemana. Bersenang-senang dengan uang Doni dan
tidak terikat pernikahan.
"Hei, apa semua berjalan lancar?" Akhirnya ia tidak bisa menahan diri saat melihat
ekspresi Doni yang begitu gelisah.
Dengan bingung ia mengikuti langkah Doni yang menyeret tubuhnya menjauh dari
keramaian. Walaupun masih dalam jarak pandang mata, tapi sudah pasti pembicaraan
mereka tidak akan bisa di dengar orang lain.
Dani mengerjapkan mata karena tidak menyangka akan mendengar kalimat itu dari
mulut Doni, dahinya mengernyit bingung, minta maaf untuk apa???
Kenapa perasaannya jadi tidak enak. Bayangan Sara yang menangis dalam mimpinya
tadi pagi terlintas begitu saja, dan ia merasakan denyutan sakit di hatinya. "Tentang apa
ini, Don??"
37 | P a g e
-Elyana Zayne-
Gerakan Doni yang serba salah membuat Dani semakin tidak sabar, ia menahan bahu
sepupunya itu hingga berhenti bergerak. Lalu tatapan mereka bertemu dan Dani bisa
melihat rasa bersalah di sana.
"Sara tidak pernah mempengaruhi keluargaku untuk membenci Kirana... dan dia juga
tidak mempngaruhi mereka untuk akhirnya bisa menikah denganku."
Dani menatap tajam Doni dan menahan diri sekuat tenaga untuk menyela. Meminta
Doni untuk melanjutkan penjelasannya.
"Aku mencintai Kirana." Doni menelan ludah, "Tapi Papa Mama tidak merestui kami,
mereka terlanjur menyukai Sara dan meminta padaku untuk menikahi Sara." Kali ini
Doni menelan ludah ngeri karena perubahan raut wajah Dani, "Kau tau aku tidak bisa
menentang orang tua ku. Jadi aku hanya berharap Sara menolak saat mereka meminta
langsung padanya. Tapi ternyata aku salah, Sara malah menerimanya. Kami terjebak
bersama Dan..." suara Doni mulai gemetar.
"Jadi kau memintaku mendekatinya agar dia yang minta cerai?! Begitu, kan?!!" Dani
mengeram saat melanjutkan kalimat Doni. Cengkraman Dani mengerat saat melihat
Doni tidak mampu menjawab, sialan!!! Apa yang telah ia lakukan pada Sara...
"Dan kau berhasil, dia sudah minta cerai padamu! Sekarang katakan padaku di mana
Sara?" Ia tidak akan melepas wanita itu sekarang, ia mencintai Sara dan hanya akan
menikah dengan wanita itu. Perjodohan ini tidak akan pernah berlanjut lagi.
"Itulah masalahnya Dan..." Doni menahan cengkraman Dani di lehernya dan menatap
pria itu dengan tatapan memohon. "Aku tidak bisa menemukannya setelah ia keluar
dari kantorku."
Mata Dani memicing tajam, "Apa maksudmu..." suaranya mengeram rendah menahan
emosi.
38 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Aku tidak tau jika dia pergi. Dia tidak ada di rumah kami saat aku pulang, dan tidak
juga bersama keluarganya, aku telah menelpon dan bertanya pada mereka."
Dani mengerutkan dahi karena bingung, mengapa Sara sampai menghilang seperti itu...?
Apa karena marah padanya??
"Dia tidak seharusnya sampai menghilang seperti itu Don??" Mata Dani memicing saat
melihat wajah Doni semakin memucat, "Apa yang kau katakan padanya di belakangku?
Kau sudah pasti menyakitinya, kan?"
Kepala Doni menggeleng-geleng ketakutan, ia ingin bersuara, tapi tau bahwa apa yang ia
katakan sudah pasti akan membuat Dani marah. Ia bahkan bisa melihat bahwa Dani
benar-benar peduli pada Sara, tatapan pria itu saat melihat Sara begitu berbeda. "Dia
hamil."
Sekejap, dunia terasa membeku sebelum akhirnya Doni merasakan hantaman kuat di
wajahnya. Belum sempat ia bisa bergerak untuk menghindar, kerah bajunya kembali
ditarik dan hantaman selanjutnya terasa meremukkan tulang pipinya. Suara jeritan
terdengar dan Dani bisa merasakan semua orang mendekat menuju mereka. Tapi Dani
tidak berhenti memukul Doni, sialan!!! Apa yang sudah ia lakukan...
Sara...
Hamil...
Dani tidak perlu diberitau atau di yakinkan bahwa itu adalah bayi mereka. Anaknya...
Melontarkan kepala ke belakang. Dani meraung penuh kesedihan...
39 | P a g e
-Elyana Zayne-
7
Minggu kedua setelah hari itu.
Hari itu Dani ditemani Doni pergi mendatangi keluarga Sara yang ternyata telah pindah
ke negara asal mereka. Ia dan Doni di terima dengan baik, tapi tidak dengan
keinginannya untuk menemui Sara.
"Sara sudah memaafkan kalian." Dani bisa melihat kepalan tangan pria di hadapannya,
yang merupakan Papa Sara, mengerat menahan emosi.
"Kalau bukan karena permohonannya yang meminta aku untuk tidak menyakiti kalian,
sudah pasti kalian akan pulang dalam keadaan tidak bernyawa sekarang." Ale
mengeram keras melepaskan amarahnya. "Begitu baiknya putri kecilku dan kalian
"Papa... aku benar-benar minta maaf, aku menyesal." Doni jatuh berlutut di hadapan Ale
yang bergeming.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Kau sudah tidak berhak menggunakannya.
Sekarang pergilah..."
"Om... tolong beritau aku dimana Sara," Dani menyambar sebelum mereka digeret
keluar rumah. "Dia harus tau kalau aku mencintainya Om..."
Ale tetap bergeming, walaupun ia bisa merasakan nada kesakitan dari pria - entah siapa
- yang di bawa Doni kemari. Tapi permintaan putrinya, adalah syarat yang harus
dipenuhi olehnya jika ia tidak ingin melihat Sara menghilang, lagi. Ia berbalik dan
menatap wajah pria itu dengan tatapan menyesal.
40 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ale marah. Tentu saja. Saat mengetahui putrinya tidak tau ada di mana, dalam keadaan
hamil oleh pria lain, dan sudah bercerai dari suaminya. Pengakuan Doni membuatnya
murka, karena ia sudah tau Sara tidak akan mengkhianati suaminya begitu saja, pasti
ada alasan dibalik itu semua. Putrinya begitu sederhana dalam memandang kehidupan...
Selalu menerima sesuatu dengan pandangan terbuka selama ini... lalu, apa salah
putrinya...
"Dia memintaku untuk tidak menyakiti kalian." Ale kembali menggenggam arat
tangannya menahan emosi, untung saja Will, kakak Sara, tidak tinggal dengannya.
Karena sudah pasti Will tidak akan melepaskan kedua pria ini begitu saja. "Dia
memintaku untuk melepaskan kalian... Jika aku masih ingin melihatnya."
Dani mengerjapkan mata, memandang Ale lekat saat kepalanya terasa pusing dan
tubuhnya terhuyung mundur. Sebegitu tidak inginkah Sara bertemu dengannya?
"Dia yang memintaku mengatakan itu. Dan itu juga yang sedang dia jalani sekarang. Dia
tidak ingin mendengar hal apapun tentang kalian lagi."
Dani merasakan tusukan belati di hatinya saat mendengar itu, seakan hidupnya telah
ditebas habis hanya karena sebuah ucapan. "Om... aku berhak atas keberadaan
anakku..."
Ale menggelengkan kepala. "Tidak. Hakmu telah hilang saat dengan sengaja
mempermainkannya."
***
41 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Siapa kau?!" Bentakan itu yang pertama kali Dani terima saat mengetuk pintu orang
tua Sara kali ini, seorang pemuda menatapnya dengan pandangan nyalang.
Kepalan tinju tiba-tiba saja sudah bersarang di wajahnya dan tubuh Dani terkapar di
lantai.
"Jadi kau bajingan itu, eh??!! Pergi dari sini jika masih ingin hidup!"
Tentu saja ia ingin hidup karena harus menemukan Sara. Jadi, ia mengalah dan
melangkah pergi.
***
Namanya Will, dan dia adalah kakak Sara. Karena itulah Dani menerima semua
kemarahan pria itu tanpa melawan. Tapi ia tidak akan menyerah.
***
Bulan keempat.
Will lagi. Papa Sara tidak pernah keluar untuk menemuinya lagi setelah pertemuan
pertama mereka.
***
42 | P a g e
-Elyana Zayne-
Bulan ke tujuh.
Rumah mereka kosong hingga ke besok-besoknya. Ia menunggu. Tapi ia tidak bisa lama-
lama ada di negara ini, jadi ia memutuskan untuk pulang. Ia kembali dengan tangan
kosong bahkan tanpa informasi apapun.
Lagi.
***
Bulan ke sembilan.
"Sara sudah melahirkan. Keadaannya sehat dan anaknya selamat, seorang anak laki-
laki."
Karena bagaimanapun mereka mengelak. Anak itu adalah anaknya juga, darah
dagingnya...
Betapa bahagia dirinya hari itu. Tidak ada yang bisa menandingi kebahagiaannya
walaupun ia tidak bisa bertemu dengan mereka. Mereka ada, sehat... dan sudah pasti
tidak kekurangan apapun.
Ah! Sudahlah... Ia sama sekali tidak ingin memikirkan itu. Hatinya selalu saja berdenyut
nyeri. Keinginan untuk bertemu selalu saja membuatnya kembali patah hati, terpuruk.
Ia ingin sekali melihat Sara... melihat putranya...
43 | P a g e
-Elyana Zayne-
Tapi mereka tetap tidak mengizinkan. Entah bagaimana wajah putranya. Apakah mirip
dengannya?? Atau lebih mirip kepada Sara???
Dan mainan apa yang menjadi kesukaannya?? Apakah Mobil-mobilan... atau robot-
robotan seperti dirinya waktu kecil dulu... bahkan hingga sekarang. Ia bahkan
mengkoleksi lengkap semua robot yang ada di film.
Bagaimana caranya ia bisa melanjutkan hidup dengan baik-baik saja jika begini terus...
"Om... Bolehkah aku melihat wajah anakku..." Kali ini Papa Sara lah yang menyambut
kedatangannya.
Sara ingin ia melupakan wanita itu, dan juga anak mereka... ugh!! Sakit rasanya...
Ia tidak akan bisa melakukan itu sampai kapanpun, jadi, yang bisa ia lakukan hanyalah
menghindar pergi.
***
Tapi pada akhirnya, Dani kembali ke negara dimana Sara berada hari ini, walau bukan
untuk memohon pada Ale untuk mempertemukannya dengan Sara, ataupun anaknya. Ia
sudah lelah mencoba, selalu, bertahun-tahun yang lalu. Tapi mereka tidak memberinya
kesempatan sekalipun.
44 | P a g e
-Elyana Zayne-
Dan kini ia sudah memutuskan harapannya. Bukan karena menyerah, lebih karena
menghormati keputusan Sara. Ia bersalah, dan Sara tidak memberi kesempatan
padanya. Itu sepenuhnya adalah hak wanita itu, ia tidak boleh menjadi egois dengan
terus memaksakan kehendaknya.
Ia kemari hanya untuk bertemu seseorang, yang sedang mengadakan ulang tahun
pernikahan ke lima mereka. Berhubung ia tidak datang saat pernikahan orang itu
berlangsung, ia merasa tidak enak jika kembali menolak datang hanya karena alasan
konyol tidak ingin berada di negara ini.
"Hai Dan!!! Disini...?" Rachel melambaikan tangan saat ia memasuki pintu Restoran, ia
menoleh dan mendapati Doni juga Kirana sudah berada di sana. Tersenyum, Dani
langsung berjalan menuju meja mereka.
"Kalian sudah lama?" Ia menepuk bahu Doni dan mengangguk kecil pada Kirana
sebelum menerima pelukan Rachel.
Dani membuka buku menu dan membaca setiap detail makanan yang di tawarkan.
Berharap ada yang bisa membuatnya berselera. Ia barusaja sampai Negara ini malam
tadi, dan kepalanya masih berdenging hingga siang ini. Ia bahkan melewati sarapan dan
sekarang ia merasa kelaparan setengah mati, tapi perutnya terasa mual.
"Jangan sungkan pilih makanan, di sini enak semua." Suara Rachel kembali terdengar.
"Ya, Dan. Kau pasti suka. Aku pernah makan di restoran ini, tapi bukan yang di sini.
Sepertinya ini cabangnya." Doni sudah lama tinggal di negara ini, mengikuti Kirana
karena hubungan mereka masih ditentang oleh keluarga Doni walaupun mereka sudah
menikah dan memiliki dua orang anak sekarang.
45 | P a g e
-Elyana Zayne-
Dani semakin fokus membaca menu, tidak ingin mengingat-ingat itu lagi. Ia ingin lepas.
Benar-benar lepas dari bayang-bayang masa lalunya.
"Iya, disini cuma cabang, tapi rasanya sama. Aku pernah membandingkannya dengan
yang ada di kota mu, Don." Rachel menjawab dengan yakin.
"Aku tidak yakin akan makan apa, terserah kalian sajalah, pesankan aku yang paling
enak. Dan aku ingin jeruk hangat, perutku masih terasa mual."
Rachel mengangguk, lalu mencatat pesanan Dani, "Kalian berdua apa?" Kembali
kepalanya tegak menatap Kirana dan Doni yang langsung menyebutkan pesanan
mereka. Setelah lengkap Rachel menunggu pelayan yang lewat, semua terlihat sibuk
karena ini memasuki jam makan siang, ia bisa memahami itu. Biasanya ada pelayan
yang selalu siaga di dekat meja jika di waktu-waktu biasa. "Pemilik Restoran ini
temannya Mika, mereka satu kampus dulu." Rachel kembali ngoceh sambil menanti
pelayan, Dani hanya bisa menganggukkan kepala, karena sejujurnya, ia tidak terlalu
mengenal Mika. "Eh mba.... Sara. Pesanan kami selesai, maaf merepotkanmu tapi aku
Only memeber MeetBooks
tidak melihat pelayan yang lewat."
Sara?? Dani mengernyit, masih fokus pada buku menu karena melihat gambar-gambar
makanannya.
"Tidak apa Mba, saya juga pegawai di sini. Biar saya bantu..."
Dan jantungnya menghentak kuat bersamaan dengan kepalanya yang mendongak cepat
saat mengenali suara itu.
"Sara...?" Itu suara Doni, mendahuluinya. Tapi tatapan mata itu lebih dulu menyadari
keberadaannya, senyum yang tersungging di bibir itu seketika menghilang.
Sara melirik Doni, lalu Kirana, lalu padanya lagi, sekejap tatapan mereka saling tertahan
sebelum matanya kembali pada Rachel, senyum sopan tersungging di bibir itu sebelum
tubuhnya berbalik pergi.
46 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Kalian mengenalnya???"
Ya Tuhan.... Sara...
Rasanya ia ingin menjerit dan menarik tubuh wanita itu erat-erat dalam pelukannya,
membawanya pergi dan menyembunyikan mereka berdua dari dunia. Tapi ekspresi
wajah Sara membuat hatinya kembali menciut karena ia tau Sara tidak akan semudah
itu memaafkannya. "K-kita harus bicara." Tergagap, Dani menatap Sara penuh
permohonan.
Tidak ada lagi Sara yang menatapnya dengan senyuman. Tidak ada lagi Sara
menatapnya dengan berbinar...
"Jam 4 sore."
Dani tau diri jika Sara sama sekali tidak ingin berlama-lama bicara padanya, ia hanya
berharap Sara memberinya waktu beberapa menit untuk mengucapkan maaf, dan
melihat anaknya. Hatinya kembali berdenyut, ia mengangguk pelan. "Aku akan
menunggu."
47 | P a g e
-Elyana Zayne-
Setelahnya Sara berbalik pergi, bahkan tidak merespon ucapannya sama sekali. Jemari
tangan Dani mengepal di dalam saku jeansnya melihat kepergian Sara, menahan diri
untuk apapun itu yang ingin sekali ia lakukan. Ia berbalik berjalan ke meja saat Sara
akhirnya menghilang di salah satu sudut.
"Apa yang dia katakan?" Doni langsung bertanya bahkan saat ia belum sepenuhnya
duduk di kursi.
Menghela nafas panjang, Dani mengedikkan bahu dengan muram. "Jam kerjanya selesai
jam 4 nanti, dia tidak bisa diganggu sekarang."
Beribu kali ia mendengar Doni mengatakan itu, dan tiap kali ia mendengarnya emosinya
selalu saja kembali merebak. Ingin sekali ia menghajar pria itu, lagi, tapi tidak ada
gunanya. Pada akhirnya ia hanya mengatupkan gigi menahan amarahnya hingga reda.
"Ya. Dia orangnya." Doni yang menjawab, karena Dani belum bisa membuka mulutnya
sedikitpun sekarang. "Kau kenal dia?"
"Tentu saja."
Jawaban Rachel membuat kepala Dani berpaling ke arah wanita itu. Dan melihat
kegugupan di sana, Dani mengerutkan dahi, "Apa yang kau tau tentang dia?"
Rachel tidak berani menatap Dani, wanita itu mengusap lehernya dengan resah.
"Chel??" Dani semakin mendesak karena rasa penasarannya kini lebih mendominasi.
"Sudah kukatakan pemilik hotel ini temannya Mika..." Rachel berhenti karena tidak
yakin dengan apa yang seharusnya ia katakan. Ia rasanya tidak ingin bersuara tapi tau
48 | P a g e
-Elyana Zayne-
Dani tidak akan melepaskannya. Ia mulai menyesal datang ke restoran ini untuk
pertemuan mereka.
"Kami sudah sering bertemu oke...!!" Rachel mendesah, "Tapi tidak pernah ngobrol,
hanya selalu papasan saja. Dan dia dekat sekali dengan pemilik restoran ini." Rachel
mendesah pasrah saat melihat Dani tercekat.
"Maaf Dani, mereka bahkan sudah punya an..." Rachel mengerjap seakan mengingat
sesuatu, ia menoleh pada Dani yang kini terlihat begitu tersiksa, "Ello itu... anakmu,
iyakan?"
"Namanya Ello?" Dani merasa suaranya begitu lirih, seperti berada di ruang hampa.
Memantul ke seluruh ruangan.
"Daniello."
"Raksa, pemilik restoran ini, sering membawa Ello bersamanya." Bahu Rachel terkulai
lemas karena senyum pahit yang tersungging di bibir Dani. "Dia... anak yang tampan,
periang dan lucu..."
Ingin rasanya Dani mengutuk hidupnya sendiri sekarang... betapa ia telah kehilangan
semuanya...
49 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Mommiiee..." suara anak kecil yang berteriak lantang itu semakin membuat dadanya
berdenyut perih. Pegangan Rachel di lengannya membuat ia menoleh pada wanita itu,
lalu mengikuti arah pandang Rachel ke seberang sana.
"Itu Ello."
Detakan jantung Dani menguat, seiring matanya yang kini menatap lekat sesosok anak
yang sedang berlari diantara kursi dan meja, dengan senyum merekah di bibir dan
suara jernih memanggil Sara yang kini sudah keluar dari ruangan.
Mereka berpelukan...
"Mom, lihat. Aku punya robot!!!" Bahkan dari sini Dani bisa mendengar dan melihat
anaknya yang sedang menunjukkan sesuatu kepada Sara dengan riang.
"Dad... tunjukan lagi, tunjukan lagi robotnya..." Jemari mungilnya memberikan mobil
yang dipegangnya dengan antusias pada pria itu yang tertawa karena tingkahnya, Dani
bahkan ikut terkekeh, walau dengan muram.
Pria itu mengambil mobil Ello dan membentuknya menjadi sebuah robot. Bumblebee,
salah satu robot Transformer, ia bahkan memiliki koleksi lengkapnya di rumah. Ello
memekik senang, membawa robot dalam genggamannya berlari mengitari ruangan...
"Aku terbang... aku terbang... lihat kan Mom! Ini robot..." berhenti sebentar di depan
Sara, lalu kembali berlarian. Seakan hal itu sudah biasa, tidak ada satupun pengunjung
yang protes, sebagian dari mereka malah ikut tertawa dan menggeleng-gelengkan
kepala dengan gemas.
50 | P a g e
-Elyana Zayne-
Sara mengangguk mengiyakan Ello, lalu mendesah saat mendekati sang pria yang masih
tertawa. Perhatian Dani kini terfokus pada mereka. Entah apa yang mereka bicarakan
karena suara mereka tidak kencang seperti Ello. Tapi pemandangan itu benar-benar
membuat hatinya yang hancur semakin di remas hingga tak berbentuk.
"Sepertinya aku terlambat, iya kan?" Entah pada siapa ia bicara. Tapi siapapun yang
mendengarnya sudah pasti akan merasa kasihan. Dani mendesah karena tidak satupun
orang yang ada di meja nya berani bersuara, "Seharusnya kami memang tidak pernah
dipertemukan kembali..."
"Dan mendapat maaf dari Sara." Doni melanjutkan kalimat Rachel, meringis saat melihat
tatapan Dani yang langsung terarah lekat padanya. "Aku tau ini semua salahku... tapi
aku bisa menerima dia yang tidak akan mau memaafkanku. Tapi kau harus
Only memeber MeetBooks
mendapatkan maafnya. Kau tidak bersalah Dan, setidaknya dia harus tau itu."
Tatapan Dani kembali pada dua orang di depannya, dan juga Ello yang sudah bergelayut
pada sang Pria. Rasanya sedih sekali melihat pemandangan itu... dimana dia yang
seharusnya berada di sana...
Ya. Dan rasanya ia tidak tahan berlama-lama berada di sini. Seharusnya memang ia
tidak datang lagi ke negara ini.
Dani bangkit dari duduknya segera saat melihat langkah mereka yang akan keluar
restoran. Tanpa mengindahkan panggilan Rachel ia mengejar langkah Sara, menariknya
hingga tubuh wanita itu tersentak ke belakang dengan mata terbelalak menatapnya.
51 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Bisakah kita bicara sekarang? Sepuluh menit..." Dani memotong sanggahan yang ia tau
akan dikatakan wanita itu. Matanya beralih pada sosok pria yang sedang menggendong
Ello di sampingnya, yang juga sedang menatapnya penuh selidik. Dani ingin sekali
meraih Ello dalam pelukan saat mata bulat itu ikut melihatnya, seluruh tubuhnya
bergetat karena keinginan itu begitu kuat. Tapi ia tau ia tidak bisa melakukannya.
Genggaman tangannya mengencang di tangan Sara tanpa ia sadari, hingga wanita itu
meringis. Dani langsung melepaskan genggamannya, "Maaf, tidak sengaja..." ia meringis
penuh sesal.
"Bicara lah di kantorku. Kami akan menunggu di taman depan." Suara Raksa
menyeruak, membuat Sara mendengus sebelum berjalan pergi ke arah berlawanan.
"Terima kasih." Dani mengucapkannya dengan tulus pada Raksa yang membalasnya
dengan anggukan. Melirik sekali lagi pada Ello, dan berhasil membuat hatinya kembali
nyeri, Dani berbalik dan menyusul langkah Sara.
52 | P a g e
-Elyana Zayne-
8
"Sepuluh menit." Sara berdehem, melirik jam dinding di seberang nya berdiri,
membelakangi Dani yang ia tau sudah berada di belakangnya sejak tadi, "Dan kau sudah
membuang 3 menitnya dengan sia-sia."
Dani tidak menyangka Sara begitu dingin padanya. Tapi ia harus bersyukur karena Sara
tidak menolak ajakannya untuk berbicara. Ia tidak seharusnya mengeluh. "Aku ingin
minta maaf, Sara..." suaranya hanya berupa desahan lirih yang terasa berasal dari sudut
hatinya.
Dengan ringan Sara langsung menganggukkan kepala. "Maaf di terima. Ada lagi?"
Hati Dani berdenyut perih seketika, respon Sara terlalu ringan, seolah-olah ia sudah
benar-benar dilupakan dan tidak seharusnya hadir kembali.
Rasanya tidak ada gunanya. Karena setelah dipikir-pikir, hal itu membuktikan bahwa ia
tidak percaya pada Sara saat itu.
"Tidak ada. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku... mencintaimu..." Setidaknya ia ingin
mengungkapkan kenyataan itu, entah untuk apa... mungkin pada akhirnya untuk
merelakan perasaannya pada Sara.
"Ya. Aku pernah mendengar kata itu sebelumnya darimu. Dan dengan bodohnya aku
percaya." Sara sama sekali tidak menatap padanya saat berbicara. "Dan jika seandainya
kini kau mengatakannya dengan sungguh-sungguh, aku dengan bodohnya memilih
untuk tidak ingin percaya."
53 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Jika maafku bisa membuat hidupmu tenang maka aku memberikannya. Aku harap itu
cukup untukmu melanjutkan hidup tanpa rasa bersalah lagi." Sara mengibaskan satu
tangannya di udara. "Anggap saja tidak pernah terjadi, kau bebas. Dan aku pun ingin
begitu, jadi tolong, jangan pernah menemuiku lagi."
Ia bahkan tidak tau harus menjawab apa, jadi ia hanya berdehem. Berusaha menahan
ledakan yang akan menghancurkan hatinya. "B-boleh aku bertemu Ello?"
Sara bergeming tidak menjawab. Dan ia mengartikan itu sebagai sebuah keberatan. Jadi,
ia menambahkan dengan suaranya yang bergetar, "Aku...tidak bermaksud untuk
memberitau padanya bahwa aku adalah ayahnya jika itu yang kau takutkan." Ludahnya
terasa sepahit empedu saat di telan. "Aku hanya ingin..." apa Dan??? Ingin membuat
anakmu setidaknya pernah melihat wajahmu??? Untuk apa?? Tidak ada artinya sama
sekali...
Tubuhnya berbalik meninggalkan Sara di ruangan itu, menutup semua semangat hidup
yang masih tersisa saat ia berusaha menemukan Sara dan anaknya. Dan sekarang ia
sudah menemukan mereka, Sara memaafkannya dan sudah hidup bahagia dengan
anaknya. Ia tidak akan merusak kebahagiaan Sara lagi.
Cukup sekali ia mengacaukan kehidupan wanita itu. Jika Sara ingin ia pergi dari
kehidupan mereka, maka hanya itulah kini yang akan ia lakukan.
Lagi, Doni menanyakan pertanyaan yang sama dan ia tidak bisa menahan setetes air
matanya yang jatuh saat akan menjawab. Mulutnya kembali terkatup rapat dan ia
54 | P a g e
-Elyana Zayne-
langsung meraih ponselnya yang sempat ia letakkan di atas meja mereka. "Aku harus
pulang. Tolong sampaikan maafku pada Mika karena tidak sempat bertemu." Tanpa
sanggup memandang siapapun di sana, ia beranjak pergi.
Tapi langkahnya terhenti saat tubuhnya ditahan oleh tangan seseorang, ia menoleh dan
mendapati Doni menatapnya lekat. "Apa kau sudah mengatakan padanya?"
"Dani!!"
"Aku tidak akan merusak kebahagiaannya lagi, Don." Ia melepaskan cekalan Doni di
bahunya, tersenyum lemah menatap pria itu, "Dia sudah bahagia. Dan aku... senang."
Ia kembali melangkah hingga keluar Restoran, memandang Ello dari kejauhan yang
sedang bermain dengan seorang pria yang dipanggil Daddy oleh anaknya. Panggilan
yang seharusnya adalah miliknya. Mutlak.
Daddy... Daddy...
***
55 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Sara, tunggu, kita harus bicara." Doni langsung menghadang langkah Sara yang sedang
melintasi restoran.
Sara berhenti, tapi menolak untuk menatap Doni. Ia mendesah dengan lelah. "Apa tidak
cukup Dani saja, dia sudah meminta maaf dan aku memaafkannya, termasuk juga
dirimu."
"Ini bukan tentangku." Doni menggeleng tegas, menunggu hingga tatapan Sara beralih
padanya. "Aku bersalah, bahkan aku tidak pantas mendapatkan maaf darimu, akan aku
terima itu Sara. Tapi tidak dengan Dani, kau harus tau bahwa selama ini ia mencarimu.
Aku telah membohonginya, mengatakan bahwa kau adalah wanita yang sengaja
memisahkan aku dengan Kirana. Karena itu dia tidak keberatan merayumu dan
membantuku agar kau ingin bercerai dariku. Tapi ia jatuh cinta padamu Sara, aku tau
itu."
"Sara, kali ini tolong percayalah padaku... Dia juga menderita selama ini... tidak kah kau
ingin memberinya kesempatan?"
"Aku tidak tau." Hanya itu jawaban Sara setelah lama terdiam.
"Dimana dia?" Pertanyaan itu berasal dari suara lain di samping mereka, Sara
mendapati Raksa yang masih menggendong Ello dengan seorang pria lain berdiri di
sana. Entah sudah berapa lama, tapi yang pasti mereka juga mendengar semua yang
dikatakan Doni.
56 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Aku rasa dia akan pulang ke Louisiana," Doni menjawab dengan muram.
Raksa menaikkan sebelah alisnya saat menatap Sara, "Kau tidak ingin
menghentikannya?"
Sara benar-benar tidak tau apa yang diinginkannya. Di satu sisi, hatinya berbisik dengan
pasti bahwa ia menginginkan Dani. Tapi di sisi lain, keberadaannya ternyata telah
membuat seorang wanita gagal menikah pada saat itu. Dan ia merasa bersalah
karenanya.
Ia adalah penyebab Dani tidak jadi menikah dengan seorang wanita entah siapa di luar
sana. Jika ia menempatkan diri di posisi wanita itu, pasti akan sangat menyakitkan.
Keberadaannya hanya akan menjadi bahan cercaan. Dan jika ia dan Dani akhirnya
bersama, itu terasa tidak adil untuk wanita itu. Sudah cukup ia merasa bersalah karena
menjadi penyebab batalnya pernikahan mereka.
"Kau yakin?" Raksa kembali bertanya seakan ingin menegaskan keputusan Sara.
Sedangkan Doni mengerutkan dahi melihat interaksi keduanya. "Kau... tidak keberatan
seandainya Sara bersama Dani?" Ia mengajukan pertanyaan itu pada Raksa.
"Mengapa aku harus keberatan?" Jawab Raksa dengan kebingungan yang terlihat jelas
dari kerutan di dahinya.
Raksa tergelak sambil menggelengkan kepala. "Itukah yang kalian fikirkan selama ini??
Oh... aku yakin pria itu juga memikirkan hal itu ya." Raksa mengangguk-angguk yakin
dengan penilaiannya sendiri.
57 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Tentu saja begitu," Doni langsung menyaut," Ello memanggilmu Daddy, kami
mendengarnya tadi, juga Dani."
Raksa langsung melirik Ello di gendongannya, "Hei bocah kecil, katakan padaku
mengapa kau memanggilku Daddy?"
Ello yang sedari tadi sibuk dengan robot ditangannya itu mengangkat kepala menatap
Raksa, mengedipkan mata bulatnya sebelum menjawab dengan suara keras. "Karena
aku di belikan roboottt...!!!!! yeeeaayyy!!!" Tangan Ello kembali terangkat keatas
mengacungkan robotnya, lalu meliukkan badan memaksa turun dari gendongan Raksa.
Dan kembali berlari-lari mengitari ruangan dengan riang.
"Dia akan memanggilku Daddy seharian jika dibelikan mainan." Raksa mengedikkan
bahu.
"Tidak mungkin... aku tau siapa saja saudara Sara." Doni tentu saja tidak percaya,
mereka pernah menikah dan ia tidak pernah mendengar soal pria ini.
"Uncle Ale sudah seperti Papa bagiku, dan dia," jari Raksa menunjuk Sara, "...adalah
kakakku."
Rachel berdiri dari duduknya dan ikut bergabung bersama mereka. Ia langsung
bergerak ke samping Mika, meraih tangan pria itu untuk ia genggam sebelum menatap
Sara. "Aku tidak tau bahwa kau adalah wanita itu Sara..." Mata Sara kini beralih pada
Rachel, menatap wanita itu dengan bingung. "Aku adalah tunangan Dani saat itu," Dan
Sara tidak bisa menyembunyikan tubuhnya yang menegang kaku, "hari itu ia datang
pada kedua orang tuaku, mohon maaf karena tidak bisa melanjutkan pernikahan kami."
58 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Uncle!!!" Jeritan Ello yang tiba-tiba mengalihkan tatapan mereka pada anak itu yang
kini berada di samping Raksa, menarik-narik Jasnya mencari perhatian. "Kapan aku
bertemu Daddy, dia harus membelikan aku Optimus Prime."
Tidak ada yang bersuara setelahnya, lidah Raksa bahkan terasa kelu untuk menjawab.
Doni yang akhirnya maju mendekati Ello, menekuk kedua kaki hingga tingginya sejajar
dengan anak itu. "Daddy mu sudah memilikinya..."
Doni mengangguk dengan antusias, "Lengkap, bahkan Megatron dan anak buahnya
juga."
"Benarkah??" Tatapan Ello semakin berbinar, "Apa Uncle akan membawaku pada
Daddy?"
Melirik Sara yang hanya diam, Doni menjawab Ello dengan senyum penuh kelegaan.
"Tentu saja."
***
59 | P a g e
-Elyana Zayne-
9
Setelah memutuskan berkeliling kota seharian suntuk setelah pendaratan pesawatnya,
Dani memutuskan untuk pulang.
Akhirnya, ia kembali ke apartemennya yang sunyi. Rasanya tidak ingin pulang, apalagi
setelah ia mengetahui wajah anaknya. Bayangan Ello yang sedang tertawa bahagia
selalu menari-nari di pelupuk matanya. Membuat ia kebas, karena sampai kapanpun, ia
tidak bisa mengenalkan diri pada sosok itu. Mungkin nanti saat Ello sudah besar dan
mempertanyakan siapa Daddy nya, ia berharap Sara akan berkata jujur hingga akhirnya
mereka bisa bertemu. Dani hanya berharap saat itu datang, ia masih memiliki banyak
waktu untuk mereka bersama.
Bunyi klik menandakan apartemennya yang terbuka, sedikit terkejut karena mendapati
Tapi ia bahkan belum memberi kabar pada mereka bahwa ia akan pulang secepat ini.
Samar-samar ia mendengar suara anak kecil sedang berteriak-teriak dari dalam,
mengernyit, langkah Dani semakin lebar ketika menuju ruang keluarga. Dan saat berada
di ambang pintu, ia terdiam kaku saat melihat pemandangan di sana.
Ada Ello, sedang berlari-larian mengitari sofa sambil memegangi Robot, pemandangan
yang sama saat di restoran. Tapi kali ini, ia memegang Robot yang berbeda.
"Aku terbang.... aku terbang... yeeaaay!!!" Apakah ia sudah mendekati gila karena sampai
berhalusinasi seperti ini??
Oh... jangan-jangan ia sebenarnya sudah terlalu lelah hingga tertidur dan sedang
bermimpi...
60 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Daddy.... daddy...."
Mata itu melihatnya dan kaki kecil itu kini sedang berlari padanya. Tidak salah lagi. Ia
pasti sedang bermimpi... karena di dunia nyata, Ello tidak akan mengenalinya.
Air matanya tiba-tiba menggenang dan Dani tidak malu untuk menangis, ia berjongkok
dan tidak membuang kesempatan untuk meraih tubuh itu dalam pelukan erat.
Keinginan untuk memeluk anaknya akhirnya terwujud, walau dalam mimpipun tidak
apa-apa, "Ello..."
Dani tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala dengan air mata yang membasahi
"Daddy punya banyak, apa semua ini untukku?" Ello menunjuk semua koleksi robotnya
yang berserakan di atas lantai. Kalau saja itu bukan Ello, ia pasti menjerit marah. Tapi
pemandangan itu malah membuat bibirnya tersenyum bahagia.
"Yeaaayy!!!" Tangan mungil itu meninju udara, menyentak tubuhnya lepas kemudian
berlari lagi mengelilingi ruangan.
Dani menoleh dan nafasnya tertahan di dada melihat Sara berada di pintu dapurnya, ia
menelan ludah merasakan tenggorokannya yang tercekat.
61 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ia makan, lalu mandi karena Sara juga telah menyiapkan air hangat untuknya.
Tidak!!!
Ia langsung menahan tangan Sara dan membawa tubuh wanita itu dalam dekapannya.
"Jangan pergi..." Jika ini mimpi, maka ia akan terbangun dengan rela karena tidak
membiarkan Sara lepas darinya kali ini.
Dani menggelengkan kepala, memejamkan mata saat menikmati aroma tubuh Sara yang
Seperti dulu saat ia mulai menyentuh Sara, maka ia tidak akan bisa berhenti. Belaiannya
turun menyusuri tubuh itu dengan penuh kerinduan. Memejamkan mata, Dani
menurunkan kepala menyatukan bibir mereka.
"Sara..."
Matanya terasa panas karena rasa bersalah dan penyesalan. Karena kebodohannya
sendiri...
Gairahnya langsung melesak naik, memeluk tubuh Sara erat, ia memperdalam
ciumannya. Tidak membuang waktu untuk merasakan aroma tubuh yang ia rindukan...
62 | P a g e
-Elyana Zayne-
Kepala Dani jatuh dilekukan leher Sara, mengecup kulit di bawahnya dengan bibir
bergetar. Merasakan pelukan Sara yang ia dambakan dengan penuh kesedihan.
Dalam sekejap, Dani bahkan bisa merasakan tubuh mereka berdua yang sudah polos
tanpa helai pakaian. Tanpa kata, ia menyentak masuk, menikmati kebersamaan mereka
dalam tiap gerakan dan erangan lirih yang semakin menggebu. Dani begitu bersyukur
bisa menikmati kelembutan Sara kembali walau hanya dalam mimpinya. Ini akan
menjadi kenangan indah terakhir dalam hidupnya.
Ia hanya berharap, saat bangun nanti, ia tidak melupakan sedikitpun mimpi ini.
***
Akh... ia sama sekali tidak ingat jika semalam lupa menutup tirai. Ia mengernyit saat
terduduk dan mendapati kamar berantakan dengan tubuhnya yang telanjang. Lalu
mimpi tadi malam kembali terlintas di kepalanya. Dengan detail. Bahkan desahan Sara
masih terasa bergaung di telinganya dengan jelas.
Dani tercenung.
Menoleh ke samping di mana tadi malam ia merasa Sara berada di atas kasurny,. Ia
meraba permukaan kasur itu yang terasa dingin dan rapi. Tanpa ada jejak sedikitpun
bahwa seseorang pernah berada di sana. Dani terkekeh dengan denyutan hatinya yang
menyakitkan.
63 | P a g e
-Elyana Zayne-
Sudah berakhir...
Ia sudah bangun dan semuanya berakhir. Mengapa ia tidak hidup di dalam mimpi saja
dan terus bersama mereka...
***
"Maaf, permisi Pak Dani, Anda diminta langsung ke Aula pertemuan oleh Pak Bagas."
"Hari ini perayaan pembukaan 3 cabang perusahaan kita sekaligus di 3 negara, Pak."
Dengan raut yang semakin bingung, Dani menahan pertanyaan yang kembali muncul di
Di dalam sana, ternyata semua orang sudah berkumpul. Yah... tentu saja, sekarang
bahkan sudah jam 10 pagi, ia benar-benar terlambat. "Papa... kenapa aku tidak diberitau
lebih awal?"
Bagas, Sang Papa, memohon diri pada tamu nya sebelum beralih pada Dani. "Awalnya
memang kau tidak ingin Papa beritau. Kau kan sedang tidak berada di sini." Bagas
menepuk pundak Dani dengan sayang, "Tapi Doni menelpon semalam dan mengatakan
bahwa kau pulang. Dia mencemaskanmu. Apa kau baik-baik saja?"
"Doni bilang kau sudah menemukan Sara, apa kau sudah minta maaf padanya?"
64 | P a g e
-Elyana Zayne-
Tubuh Dani menegang saat mendengar nama itu diucapkan di hadapannya. Bayangan
wajah Sara kembali hadir dan kini bersamaan dengan wajah Ello yang sedang tertawa
riang. Dadanya kembali pilu. "Sudah Pa. Dia sudah memaafkanku." Tenggorokannya
kembali tercekat.
Bagas mengangguk, "Kalau begitu ini adalah waktu yang tepat untukmu memulai hidup
baru." Kembali Bagas menepuk bahu anaknya. "Lepaskan masalalu mu, Dani. Sampai
kapan kau akan begini. Kau adalah anakku satu-satunya, penerusku. Tidakkah kau
memiliki keinginan untuk berkeluarga dan memiliki keturunan?"
Seketika bayangan Ello kembali terbayang di matanya. "Namanya Ello, Pa. Aku sudah
memiliki seorang putra." Dani menelan ludahnya dengan pahit, menatap mata Bagas
dengan pandangan sendu, "Aku sudah memiliki mereka Pa... aku tidak menginginkan
yang lain lagi."
"Tidak bisa hanya seperti itu, Dan. Kau harus memiliki mereka secara hukum agar dunia
tau bahwa kau memang memiliki mereka."
Only memeber MeetBooks
Itulah yang tidak bisa dilakukan oleh Dani.
"Kau sudah meminta Sara untuk menikah denganmu?" Kediaman Dani membuat Bagas
kembali bertanya.
Dani menggelengkan kepalanya dengan muram. "Dia...ingin aku pergi dari hidupnya."
Perih sekali rasanya mengakui itu, seakan-akan ia benar-benar harus melepaskan
semua harapan yang baru tadi pagi berusaha ia tumbuhkan akibat dari mimpinya
semalam.
"Papa, please..." Dani menahan langkah Bagas, "Aku tidak ingin bertemu siapapun..."
"Dani, kau harus bangkit!" Bagas berkata dengan tajam, menatap Dani lekat. "Aku ingin
kau berkenalan dengan orang lain, bersosialisasi seperti dulu dan mencoba menjalin
65 | P a g e
-Elyana Zayne-
hubungan untuk melupakan masalalu mu. Kau harus tetap berjalan maju, Dan!" Bagas
menyentak lengan Dani, "Ayo ikut."
Dani mendesah pasrah saat lengannya di tarik oleh Bagas, menyeberangi ruangan dan
memecah kerumunan untuk berdiri pada sekelompok keluarga yang sedang bercanda
di sana.
"Dokter Adrian, selamat datang..." Bagas maju untuk menyalami seseorang yang balas
tersenyum meraih tangannya.
"Jangan sungkan, Dokter. Saya yang seharusnya berterima kasih karena anda
meluangkan waktu untuk datang."
"Tolong panggil saja saya Ian, Pak Bagas... anda sudah seperti orang tua saya sendiri."
Ian mengedikkan bahu, "Baiklah kalau begitu... Om Bagas, terdengar baik..." Bagas
menganggukkan kepala tanda setuju. "Oh iya kenalkan ini Istri saya, Vivian, dan ini Adik
saya, Shasa."
Bagus mengangguk dengan sumringah, menyalami Vivian dan Shasa sebelum menarik
siku tangan Dani ke hadapan mereka. "Ini anak saya, Dani."
Menelan ludah, Dani mencoba mengukir senyum sebelum menjabat tangan mereka satu
persatu.
66 | P a g e
-Elyana Zayne-
Pertanyaan itu membuat Dani terdiam, tidak tau harus menjawab apa karena ia
memang belum menikah, tapi ia sudah punya anak. Entah bagaimana ia harus
menjelaskan itu.
"Dani belum menikah, dia sulit sekali mengarah ke sana." Bagas mewakili Dani
menjawab.
"Benarkah?" Ian berdecak, melirik Shasa, "Sepertinya kau cocok dengan adikku, susah
sekali disuruh menikah. Mungkin kalian bisa sharing agar menemukan ilham."
Kali ini Ian yang memutar bola mata, "Jangan lebay Will."
Will menyipitkan matanya sambil mendengus, lalu memandangi Dani dengan mata
melotot. "Apa kau ingin membuatku kembali marah? Aku sudah berbaik hati menyetujui
permintaan Sara untuk ikut datang kemari. Apa yang kau lakukan di sini bersama
wanitaku."
Dani mengerjap, tidak menyangka akan mendapati Will di sini. Dan apa katanya tadi??
Sara... "Sara di sini juga?"
Will langsung memicingkan mata dengan siaga, "Apa maksud pertanyaanmu itu, huh?"
Tubuhnya maju mendekati Dani hingga jarak mereka begitu dekat, "Apa kau ingin
berkata kalau kau belum bertemu dengannya di sini?"
67 | P a g e
-Elyana Zayne-
Will benar-benar kesal sekarang karena merasa dipermainkan, ia maju meraih kerah Jas
Dani, "Jangan main-main padaku, dia sudah jelas datang kemari dari kemarin dan
berkata akan tinggal di apartemenmu! Apa dia tidak ada?!"
Will cemas sekarang, ia tidak akan memaafkan pria ini jika sampai kehilangan Sara lagi.
Sedangkan Dani ternganga Shock...
Sara di apartemennya??
Ya Tuhan... Ya Tuhan...
Mereka benar-benar ada bersamanya...
Dani menyentak cengkraman Will dan berlari secepat kilat keluar ruangan. Tidak
berhenti saat berada di lobby, dan langsung melesat memasuki mobilnya yang memang
ia parkirkan di depan kantor tadi karena kesiangan. Tidak membuang waktu, ia
langsung menekan pedal gas menuju apartemen.
Secepat itu juga ia sampai di apartemen, tidak peduli pada mobilnya yang ia parkirkan
dengan sembarang. Dani melempar kunci mobil pada satpam sambil berlari kencang
masuk ke dalam lift. Tepat di depan pintu apartemen, langkahnya terhenti dengan bahu
turun naik karena nafasnya yang tidak beraturan. Seluruh sel dalam tubuhnya seakan
kembali hidup dipenuhi sejuta harapan saat ia membuka pintu. Berlari menuju ruangan
di mana ia melihat Ello sedang bermain bersama robotnya kemarin.
68 | P a g e
-Elyana Zayne-
Dan saat mencapai ruangan itu, hatinya seakan mencelos karena mendapati ruangan
yang kosong. Tidak ada tanda-tanda sedikitpun bahwa Ello pernah berada di sana,
mengacak-acak koleksi robotnya. Ruangan begitu sunyi mencekam hingga terasa
meremas jantungnya. Semangat hidup yang sempat merasuki tubuhnya kini seakan
terhempas ke dasar jurang.
Dani jatuh tertunduk dan menangis tersedu-sedu. Mengutuki kebodohan yang telah ia
lakukan. Mengutuki hidup yang begitu menyiksa untuk ia hadapi sendirian. Rasanya ia
begitu lelah dan ingin menyerah saja.
Tidak ada lagi arti keberadaannya tanpa mereka. Tidak akan ada artinya lagi...
"Daddy jangan menangis..." sepasang tangan mungil yang tiba-tiba melingkari lehernya
membuat kepala Dani tersentak hingga ia mendongak dan mendapati wajah Ello yang
sedang menahan tangis di depannya. "Siapa yang buat Daddy menangis... biar Ello yang
pukul..."
Dekapan tangan mungil itu menguat di lehernya, meyakini Dani bahwa sentuhan ini
adalah nyata, Ello benar-benar ada di sini. Bersamanya...
Dani mengeram, semakin mendekap tubuh Ello dalam pelukannya. Menyerap seluruh
kehangatan di tubuh anaknya hingga merasuki jiwanya yang kedinginan dan mati. Lalu
matanya perlahan terbuka saat bayangan Sara melintas. Ia menyisiri ruangan dan dapat
melihat keberadaan Sara yang sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya sekarang.
Tegak berdiri dengan kakinya yang terasa goyah, Dani membawa Ello dalam
gendongannya saat langkahnya kian dekat pada Sara.
69 | P a g e
-Elyana Zayne-
Ia menelan ludah, dengan hati-hati mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Sara,
melihat reaksi wanita itu yang hanya tersenyum memadangnya.
"Semalam... bukan mimpi, kan?" Pasokan udara terasa menipis di sekeliling Dani saat
mengingat hal itu. Mengingat kebersamaan mereka yang tidak ia sangka adalah nyata.
Gelengan Sara membuat ia menelan ludah dengan gugup... "Apa aku menyakitimu?" Ia
ingat sekali setiap detail sentuhannya pada Sara, bagaimana ia dengan begitu bergairah
menikmati Sara.
Sara kembali hanya menggelengkan kepala. Dan Dani tidak tahan untuk tidak meraih
wanita itu dalam pelukannya. "Maafkan aku... aku pikir... hanya bermimpi saja tadi
malam..."
"Jadi kau tidak merasakan keberadaan kami?" Sara bertanya dengan terkejut, ada nada
kesal di sana yang membuat Dani menghela nafas, membawa dua orang yang paling di
sayangi dalam hidupnya kembali dalam dekapan erat.
70 | P a g e
-Elyana Zayne-
EPILOG
"Siapa yang bawa kalian ke sini?" Hari sudah mendekati sore, tapi Dani tidak juga
melepaskan pelukannya pada Sara sedari tadi.
"Doni."
Dani mengernyit tidak menyangka saat mendengar nama itu. "Mengapa tidak mau saat
ku ajak? Mengapa harus dengan Doni?" Nada suaranya terdengar tidak senang.
Ya, jelas ia tidak senang. Padahal ia berada di sana saat itu, tapi Sara malah
menyuruhnya pergi.
Dani tidak bisa menyembunyikan lagi rasa penasarannya, tidak mengerti mengapa ini
berhubungan dengan Rachel. Ia merunduk, menatap Sara yang ternyata sedang
mendongak padanya. Dan seketika itu juga ia merasakan perasaannya yang membuncah
bahagia karena bisa menyentuh wanita ini lagi. "Kenapa dia?" Dani mendesah penuh
Only memeber MeetBooks
lega.
"Karena dia lah wanita yang gagal menikah saat itu karena aku. Tapi sekarang dia sudah
bahagia..."
Terkekeh, Dani menangkup wajah Sara dalam rangkuman tangannya. Tidak menyangka
jika Sara menolaknya karena memikirkan kebahagiaan orang lain.
Ohh... betapa baik hati wanitanya... dan ia tidak akan membuang-buang waktu lagi
untuk memiliki wanita ini.
"Tunggu sebentar." Dani mengecup dahi Sara sekilas sebelum melesat pergi ke
kamarnya, lalu kembali tidak lama kemudian.
Ia berjongkok di atas karpet, tepat di depan sofa dimana Sara sedang duduk sekarang
dan terlihat bingung karena tingkahnya.
"Ada apa?"
71 | P a g e
-Elyana Zayne-
Dengan perlahan, Dani meraih genggaman tangan Sara di salah satu tangannya, lalu
mengecup punggung tangan Sara sebelum menyusupkan sebuah cincin di jari manis itu
dari tangannya yang lain. "Aku tidak memintamu untuk menjadi istriku, Sayang..."
Sara menahan nafas mendengar kata-kata Dani, menatap bergantian antara cincin dan
mata Dani yang bersinar saat menatapnya. "Tapi aku memohon padamu untuk itu."
Dan ia membiarkan air mata yang sedari tadi ditahannya mengalir membasahi pipi.
Permintaannya terlalu besar, dan ia merasa Tuhan telah memberikan kesempatan
kedua padanya saat membawa Sara kembali pada kehidupannya. Bersama Ello...
"Ayo kita besarkan Ello bersama-sama..." Sara tersenyum diantara tangisnya, melihat
bagaimana mata Dani semakin berbinar saat tatapan mereka bertemu.
Tidak ada lagi yang Dani inginkan selain mereka sekarang. Penerimaan Sara adalah
nafas untuknya melanjutkan hidup dan membawa kembali jiwanya dengan utuh. Ia
meraih tubuh itu dalam pelukan erat. Tidak akan pernah ia lepaskan lagi.
Hidupnya, pegangannya...
Belahan jiwanya...
***
Will melangkah masuk lebih dalam, mengabaikan dua orang yang sedang berangkulan
di sofa dan terkejut karena melihatnya.
72 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Will, bagaimana caramu masuk?" Sara langsung tegak berdiri dan cemberut karena
merasa moment romantisnya di ganggu.
"Begitu caramu menyambut kakakmu? Kau ini tidak punya sopan santun!" Will masih
berkeliling ruangan, melihat-lihat detail ruangan yang sebenarnya bukan minatnya. Ia
hanya harus bergerak agar tidak menjadi orang bodoh di depan dua orang yang sedang
bermesraan.
"Pintu depan terbuka lebar," Will mengedikkan bahu saat berbalik dan menatap Sara
dan Dani yang kini sudah duduk bersisian. "Jadi aku masuk saja. Mana ponakanku?"
"Sedang tidur siang. Dan jangan coba-coba di ganggu!!" Sara memperingatkan Will yang
sedang bergerak ke lantai atas, sudah pasti akan memeriksa satu persatu ruangan
hingga menemukan Ello.
"Kenapa? Supaya kalian tidak terganggu, begitu?" Will tetap melangkah menaiki anak
tangga, "Katakan padaku yang mana kamarnya?"
"Baiklahh..." Will berhenti di anak tangga teratas, menghela nafas dan mengangkat
tangan tanda menyerah, "Tunjukan padaku kamar tamu, aku ingin istirahat."
Pernyataan itu sungguh membuat Sara terperangah. Karena ia tau Will tinggal di hotel
bersama Shasa dan sudah jelas kakaknya itu tidak akan melepaskan Shasa barang
sedetikpun. Tapi ini... "Kau dan Shasa sedang ada masalah?"
"Bisa tunjukkan kamar tamu saja? Aku ingin tidur." Will tidak menggubris pertanyaan
Sara, lalu berdecak kesal saat melihat Sara tidak mau bersuara, "Hei Dani! Tunjukkan
kamar tamu padaku atau kau tidak ku biarkan menikahi adikku!"
73 | P a g e
-Elyana Zayne-
Sedangkan Dani langsung terbelalak mendengar kata-kata itu. Oh... jangan sampai! Ia
baru saja melamar Sara dan harus kembali mendapatkan penghalang. Tidak akan
terjadi. "Sebelah kanan, pintu nomor dua."
Will mengangguk dan langsung pergi ke arah yang ditunjukkan Dani. Sara bersidekap,
menatap Dani dengan pandangan mencela.
"Kau tidak tau Will. Dia itu pengganggu!" Sara mengerang, "Kau tidak akan dilepasnya
nanti malam."
Dani meringis saat mendengar itu. Tapi matanya langsung berkilat geli saat meraih
tangan Sara dan menyentak tubuh itu dalam pelukannya. "Kalau begitu, bukankah kita
seharusnya memanfaatkan waktu yang ada?"
Sara mengerjapkan mata, terkejut karena kedekatan mereka yang tiba-tiba. Lalu
berdehem saat menyadari keinginan Dani, "Ini masih sore..."
Dani langsung tegak dan membawa serta Sara gendongannya, Sara memekik tertahan,
mendekap leher Dani sebagai pegangan. "Kalau begitu, kita harus cepat."
Sara tergelak saat Dani membawanya tergesa-gesa menuju sebuah ruangan yang
merupakan ruang kerja pria itu. Ia melihat sebuah sofa lebar yang menyerupai tempat
tidur mini. Tubuhnya di rebahkan perlahan di sana.
"Maaf karena tidak membawamu ke kamar," Dani ikut merebahkan tubuhnya di atas
tubuh Sara, menyangga berat badannya pada kedua siku. "Aku tidak ingin Will
mendengar dan mengganggu kita."
Sara tersenyum lebar, membalas ciuman Dani yang tiba-tiba melumat bibirnya. Seperti
semalam, dan juga dulu...
74 | P a g e
-Elyana Zayne-
Mereka selalu bergairah saat sudah bersentuhan. Sentuhan tangan Dani membawa
hawa panas di sekujur tubuhnya, membuat ia mengerang, dan selalu menginginkan
lebih.
Ia bahkan tidak tau kapan Dani membuka pakaiannya, atau melepas pakaian pria itu
sendiri. Yang ia ingat hanyalah saat mereka akhirnya kembali menyatu dalam gairah.
Saling bergerak membalas tiap gerakan dengan penuh cinta, dengan penuh kerinduan.
"Sara..." Nama itu akan selalu Dani desahkan di setiap percintaan mereka. Kulitnya
meremang dan darahnya serasa berkumpul di satu arah... Dani tau ia akan mencapai
pelepasannya. Mendekap tubuh Sara erat dengan satu tangan, ia membawa tangannya
yang lain ke belakang tubuh Sara. Meraih bokong wanita itu dan meremasnya kuat,
semakin menekan padanya hingga ia merasakan miliknya yang terbenam sempurna.
Erangan kepuasan Sara menjadi akhir gerakannya. Dani menyentak sekali lagi dengan
***
"Hai..."
"Shasa!!" Sara menjerit saat melihat siapa yang menjadi tamu mereka malam ini. Ia
mendekap tubuh Shasa dengan erat sebelum menyeret wanita itu masuk ke dalam
apartemen. "Ya Tuhan sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu."
"Hmhm... kau kan dalam misi persembunyian." Sara tergelak mendengar balasan Shasa,
"Apa pria ku ada di sini?"
Sara mengangguk, tidak berhenti tertawa. "Dia mengurung diri di salah satu kamar di
lantai atas, terlihat tidak biasa, tapi tetap suka mengganggu orang."
Shasa menyeringai, mengikuti langkah Sara hingga ke ruangan di mana Ia melihat Ello
sedang bermain bersama Dani. "Halo ponakan tante..."
75 | P a g e
-Elyana Zayne-
Mendongak, Ello langsung menjerit dan berlari ke dalam pelukan Shasa yang langsung
menangkapnya. "Titi Asa di sini juga?"
Shasa berdecak sementara Sara kembali tergelak. "Dimana Uncle mu yang suka merajuk
itu?"
Ello mengedikkan bahu dengan ekspresi lucu. "Mungkin karena dia sangat sangat
sangat merindukan Titi..."
Huh??
Tidak hanya Shasa, Sara dan Dani pun kini menaikkan sebelah alis mereka saat menatap
Ello.
"Kata Uncle Aksa," maksudnya adalah Raksa, Ello sewaktu kecil selalu menghilangkan
huruf depan semua orang. "Kalo Mommy berkata tidak mau diganggu, itu artinya
Mommy sedang sangat sangat sangat merindukan Daddy."
Shasa langsung tergelak mendengar itu, mengerling pada Sara yang memutar bola mata
dan Dani yang menyeringai lebar. "Baiklah... Aunty akan menemui Uncle mu dulu
sebelum ia menjadi sangat sangat marah dan menyebalkan. Oke!"
76 | P a g e
-Elyana Zayne-
"Oke, Titi... Jangan lupa pakai jurus senyum manis seribu watt mu."
Tawa Shasa semakin kencang saat ia melintasi ruangan menuju lantai atas.
---------TheEnd--------
77 | P a g e
-Elyana Zayne-
4. Sahabat: 3. ADRIEL:
Carl Marvian Adriel V. Willar
Deana Ferdinand Veranda F. Nailusyafwah
1. Amoora Marvian
4. (Bukan) Istri Pilihan:
Book 2 : Love At The First Touche Series: Dani Atha Fairuz
Sara M. Adham
1. Kakak Ipar:
Anjas Bayu Pangesti Book 5 : Love & Revenge Series:
3. Cinta Pertamaku:
Attala Aditama Book 6 : Love In Silent Series:
Rea Zhafir Azmi
1. Teresa Avilla Shima 1. Sebenarnya Cinta
2. Florensa Aditama - Abiano B. Pangesti (Angkat)
Irina B. Pangesti
4. Aku Bukan Dia - Wisesa Abraham
Bennedic Arthur Hadinata Amoora Marvian
Gina Randita Andraz
1. Adrian A. Hadinata 2. Sang IDOLA:
2. Shasa A. Hadinata Arkan Khairi Hibban
Kezia Sahanaya
Book 3 : Love At The First Bound Series:
3. Cinta Untuk Shasa:
1. ARSY(LIA): Willy M. Adham
Ale Maulana Adham Shasa A. Hadinata
Arsilia Bilq Ibran
1. Willy M. Adham
2. Sara M. Adham
78 | P a g e