Move-on
***
"Ada masalah?"
Safia menoleh ke sumber suara, ternyata itu
suara cowok yang kemarin mengantar dia
pulang. Bergegas Safia memberesi isi tasnya
yang tumpah ruah, sedang cowok itu keluar
dari mobilnya.
***
***
Bersambung.
___Part 2___
***
"Kenapa?"
"Maksudmu?"
***
***
___Part 3___
Kisah Masa Lalu
***
Flash back 15 tahun yang lalu
DORRR ...
DORRR
***
Bersambung.
_Part 4_
Kencan yang Gagal
***
***
***
Safia telah sampai di rumah denganmenaiki
taksi. Air mata yang sekuat tenaga ia tahan,
mengalir juga. Ketika hendak turun, gadis itu
mengelap matanya hingga kering dengan
tisu. Meninggalkan mata sembap dan
hidung yang merah.
Derita Embun
Hubungan pertemanan antara Safia dan
Embun tetap terjalin baik. Baik Safia
maupun Jevin masih menyimpan rahasia
perjodohan mereka pada Embun. Dan
keduanya juga pandai bergelagat jika di
depan Embun. Jevin yang datar pada Safia,
serta Safia yang juga selalu menjaga jarak
jika mereka bertiga bertemu.
Sore itu setelah pekerjaan menumpuknya
telah usai, Safia memutuskan untuk pulang.
Dan seperti biasa, dirinya ke luar kantor
bersama Embun. Begitu tiba di lobi kantor
gadis itu sedikit merasa heran. Karena dia
melihat ada Bu Jenni yang tampak tengah
duduk menunggu seseorang. Lalu begitu
melihat dia dengan Embun, wanita itu
bangkit dan mendekat.
"Embun, ayo kita pulang bareng. Ada hal
penting yang ingin tante bicarakan dengan
kamu," ajak Bu Jenni datar dan tanpa
memedulikan Safia.
"Emm ... iya. Baik, Tante," balas Embun
sedikit gugup.
Embun memang selalu merasa canggung jika
berhadapan dengan Mama Jevin. Dirinya
menyadari kalau calon mertuanya itu
memang tidak menyukainya. Alasannya
kenapa Embun tidak mengerti.
Dengan dagunya wanita itu menyuruh
Embun masuk ke dalam mobil Alphard
hitamnya.
"Itu mamanya Jevin," bisik Embun pada Safia.
Safia tersenyum kecut menanggapi. Embun
masih belum tahu kalau Safia sudah
mengenal Bu Jenni. "Aku jalan dulu, ya.
Bye," pamit Embun pada Safia dengan
sedikit rasa takut.
Gadis itu berlalu mengikuti langkah Bu Jenni
yang sudah dulu mendahuluinya. Sebelum
masuk mobil, Embun melambaikan tangan
pada Safia. Raut ketegangan terpancar dari
wajah lembut itu.
Safia membalas lambaian tangan Embun
dengan termenung. Dirinya hanya mampu
memandang kepergian dua wanita itu
dengan perasaan yang bercampur aduk
tidak menentu. Ada rasa takut yang
menyergap hati. Takut kalau Bu Jenni
sampai berbuat sesuatu pada Embun. Jika
demikian ia pasti akan merasa bersalah.
Namun, ia bingung harus berbuat apa.
Akhirnya, setelah mendesah perlahan Safia
melangkah menuju halte bus.
TIINNN TIN
***
***
Bersambung
_Part 6_
Keegoisan Jevin
***
"Safia!"
Sebuah suara berat memanggil namanya.
Safia menoleh. Keduanya temannya pun ikut
menengok siapa pemilik suara khas itu.
***
Bersambung.
_Part 7_
Keputusan Jevin
Follow aku ye
***
***
Bersambung.
_Part 8_
Janji Suci
*
Dua hari kemudian, Jevin mengajak Safia
untuk menemui Embun. Pemuda itu
menginginkan kejujuran dan Safia juga
berpikiran sama. Gadis yang tingginya hanya
seketek Jevin itu mengangguk setuju.
"Alhamdulillah ...."
***
Usai ijab qobul di masjid, acara makan-
makan dan pesta kecil-kecilan di lanjutkan di
rumah Safia. Semua yang hadir tampak
bahagia. Hanya kedua mempelai saja yang
terlihat datar. Jevin sendiri memutuskan
masuk kamar usai para tamu pulang.
Cold Husband
***
***
Backstreet-nya Jevin-Embun
*
Esok hari
_Part 11_
Mantan Menyapa
"Aduuuhhh."
Safia mengeluh. Dia mengusap mata kakinya
yang terasa begitu lara. Matanya memejam
sejenak menahan rasa sakit. Ketika ia
membuka mata tidak ada seorang pun yang
lewat. Sementara halte masih jauh. Mobil
lalu lalang tidak peduli.
"Safiaaa!"
Safia Menyerah
YENIKA KOESRINI