Anda di halaman 1dari 199

Thanks for My Litle Brother Fore 'Once' Great title, you Know!

-Phoebe

Novel

Once karya Phoebe

Thanks to baca-online.pun.bz
E-Book by
Ratu-buku.blogspot.com

Sinopsis:
Lavender Ouray, merasa dirinya telah jatuh cinta kepada Nick
Sherwood--calon kakak iparnya, karena Nick telah menyelamatkan-
nya dari mantan pacarnya, Rex yang ingin memperkosanya.
Nick bilang; "Kau hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur
hidupmu. Maka sekali kau kehilangan itu, kau tidak akan pernah bisa
mendapatkannya kembali. Jadi yakinkah dirimu untuk tidak akan
pernah kecewa karena menyerahkan hal yang penting seperti itu
kepada sembarangan orang?"
Maka, Lavender menginginkan Nicklah orang pertama yang bercinta
dengannya!
®LoveReads

1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


Bab 1

Di tengah kerasnya tunas di dalam diriku


Ada sebuah madu yang sangat manis
Dengan penuh kerahasiaan
Menanti sesuatu yang datang untuk membukanya

"Ahnnn....!"
Astaga, Lavender benar-benar sedang berusaha membunuh waktu-
nya dengan Oral Sex. Rex bukanlah laki-laki pertama, tapi ia yakin-
kan kalau Rex akan kecanduan dengan dirinya seperti yang lain. Jika
bukan karena banyak fikiran, Lavender yakinkan bahwa dirinya tidak
mungkin melakukan ini. Setidaknya utuk hari ini karena Lavender
sudah pernah melakukan hal seperti ini kepada Rex sebelumnya.
Lavender sama sekali tidak berfikir untuk melakukan seks yang
sesungguhnya. Ia belum pernah menginginkan hal seperti itu. Ah,
Lavender menginginkannya tapi tentu saja bukan dengan sembarang
pria. Dia ingin melakukan sesuatu seperti itu saat hatinya merasakan
sesuatu.
Sebuah lenguhan panjang menandakan kalau Rex sudah mendapat-
kan kepuasannya. Lavender segera menjauhkan wajahnya dari tubuh
Rex dan tersenyum kepada laki-laki yang baru menjadi kekasihnya
sejak dua minggu yang lalu. Rex adalah laki-laki yang masuk ke
dalam pekarangan rumahnya melalui sebuah lubang besar di
halaman belakang. Mereka berkenalan dan tidak membutuhkan
waktu lama untuk meresmikan hubungan. Semenjak mereka berdua
menjadi sepasang kekasih, Rex selalu mendatanginya ke rumah dan
mereka akan berbicara secara sembunyi-sembunyi di salah satu sudut
halaman belakang. Tidak akan ada yang mengganggu mereka disana.

2|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


Setidaknya di sepanjang sore. Seperti pasangan pada umumnya, Rex
meminta Lavender untuk melayaninya dan Lavender tidak menolak
meskipun ia tidak pernah memberikan seks yang sesungguhnya.
"Kau sangat hebat. Lav! Tekhnikmu tak terkalahkan." Rex berujar
dengan puas.
Lavender tersenyum. "Tentu saja!"
"Ya, kau akan selalu membuatku ketagihan jika kali ini gagal seperti
sebelumnya. Sekarang bagaimana? Bisakah kita melaju ke tahap
selanjutnya?"
"Maafkan aku, sayang! Aku sama sekali tidak menyangka kalau siang
ini aku di beri tahu bahwa jadwal Home Schooling-ku maju. Aku
harus segera kembali ke dalam rumah karena beberapa menit lagi
guruku akan datang. Kau tau, kalau aku tidak belajar di sekolah.
Ayahku tidak mengizinkan aku untuk belajar di luar rumah!"
"Aku sungguh kecewa Lavender. Tapi baiklah, kita akan melakukan-
nya lain kali, kan? Aku akan menunggumu menyerahkan diri
padaku!" Rex tersenyum lalu berjalan sambil melambaikan tangan.
Pemuda itu melangkah mendekati sebuah lubang di antara tanaman
rambat yang lebat dan menghilang.
Lavender menghela nafas berat. Ia membayangkan akan merasakan
sesuatu yang luar biasa saat pertama kali bertemu dengan Rex, ia
berharap bisa merasakan bagaimana bercinta yang sebenarnya
dengan seseorang yang sangat di cintainya. Tapi Rex sama sekali
tidak seperti yang di harapkannya. Lavender mendekap dadanya.
Tuhan, hari ini lagi-lagi aku tidak merasakan apa-apa.
"Kau sudah selesai?" Sebuah suara mengganggu kekhusyukan
Lavender.
Ia mencari sumber suara yang mengganggunya barusan dan me-
nemukan Nick Sherwood, guru home schooling-nya baru saja keluar

3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


dari dalam semak-semak bunga Daisy sambil memijati bahunya. Apa
yang laki-laki itu lakukan disana? Ia mengetahui semuanya?
"Tuan Sherwood?"
"Kau terlalu lama menyelesaikannya, Lav! Aku fikir aku akan
kehilangan kendali dan keluar dari persembunyianku. Aku terlalu
lama melipat tubuhku disana!"
"Kau..." Lavender masih tidak bisa menyangka. "Kau sejak kapan ada
disana? Kau melihat semuanya?"
Nick tersenyum bijaksana. Sejak ia mengenal Lavender, ia sudah
menganggap Lavender seperti adiknya. Terlebih semenjak ia di
mintai tolong oleh Lawrence, kakak sulung Lavender untuk me-
nangani semua mata pelajarannya karena gurunya yang lama sudah
mengundurkan diri. Lavender terlalu malas untuk belajar. Ia selalu
memiliki banyak alasan untuk menghindar. Lavender juga sering
berpura-pura sakit sehingga Nick seringkali kehabisan akal untuk
membujuknya mengikuti pelajaran. Tapi untuk yang kali ini, ia sama
sekali tidak menyangka melihat aksi Oral Sex muridnya dengan mata
kepalanya sendiri. Nick menggeleng-geleng tak percaya.
"Aku harusnya memang datang lebih cepat karena Lawrence meng-
ajakku makan siang. Tapi rasanya aku tidak mengatakan padamu
kalau akan mempercepat jam pelajaran!"
"Astaga! Kau." Lavender mendekat ia memandangi wajah Nick lebih
lekat.
"Aksimu cukup hebat, Lav! Laki-laki tadi itu pacarmu? Dia sama
sekali tidak salah mengatakan kalau kau memiliki teknik yang cerdas
untuk Oral Sex!"
"Kau menginginkannya?" Lavender semakin merapatkan tubuhnya
kepada Nick. Ia berusaha membuka ikat pinggang Nick dan
melepaskan celananya. Sayangnya Nick segera mendorong kepala-

4|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


nya. "Biarkan aku memuaskanmu juga sebagai bayaran untuk tutup
mulut."
"Aku tidak beniat untuk Oral Sex tanpa seks yang sesungguhnya.
Perlu kau tau!" Nick kembali memperbaiki ikat pinggangnya dan
mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tegas. "Kembalilah ke
rumah, Lav! Pelajaran akan kita mulai sekarang. Bukankah tadi kau
bilang bahwa jam pelajaranmu di percepat?"
"Tapi, tuan Sherwood. Itu hanya alasan!"
"Alasan apa? Karena tidak ingin melanjutkan ke tahap berikutnya?"
Lavender mengangguk.
Nick menyentuh kepala Lavender yang hanya setinggi dadanya.
"Berapa usiamu, Lav?"
"Itu pertanyaan yang sangat sensitif. Tapi karena kau akan menjadi
kakak iparku, aku akan menjawabnya. Usiaku tujuh belas tahun!"
"Dan kau selalu melakukan ini setiap kali berpacaran?"
"Aku hanya mencoba untuk mencari Chemistry dengan itu!"
"Kau sudah pernah sampai ke tahap seks yang sesungguhnya?"
Lavender menatap Nick sesaat, lalu menggeleng.
"Berhentilah melakukan hal itu kepada sembarang laki-laki. Kau
hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur hidupmu. Maka sekali
kau kehilangan itu, kau tidak akan pernah bisa mendapatkannya
kembali. Jadi yakinkah dirimu untuk tidak kecewa terhadap dirimu
sendiri karena menyerahkan hal yang penting seperti itu kepada
sembarangan orang."
Lavender mengerutkan dahinya. "Tapi Oral Sex bisa berkali-kali,
kan?"
"Terserah. Yang pasti, sekarang bersiap-siaplah untuk memulai
pelajaran dan..."

5|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


"Aduh!"
Nick tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia memandangi Lavender
yang tiba-tiba saja terduduk sambil memegangi dadanya. Gadis itu
kelihatan sangat kesakitan. Dahinya berkerut menandakan kalau
nyeri yang di rasakannya serius. Nick segera merendahkan diri agar
bisa sejajar dengan gadis itu. Lavender mengaduh sakit.
"Lav?"
Levender tidak merespon apa-apa. Ia memegangi dadanya.
"Lav, kau baik-baik saja?"
"Tuan Sherwood. Aku tidak akan memintamu untuk membatalkan
pelajaran. Tapi bisakah kita mengundurnya beberapa jam lagi?
Dadaku sangat sakit, sepertinya aku butuh istirahat."
"Kau serius, kan? Ini bukan main-main."
"Pernahkah aku main-main?"
Nick terdiam lama. Ia memang selalu mengira kalau Lavender
berpura-pura sakit. Tapi tidak ada satupun yang menunjukkan kalau
hal itu hanya main-main saja, Nick tau bagaimana ekspresi kesakitan
yang sebenarnya dengan yang hanya berpura-pura. Ia yakin kalau
Lavender tidak berpura-pura. Tapi anak itu tidak pernah berlaku
seperti itu di hadapan orang lain. Hanya di hadapannya. Ia pernah
bertanya kepada Lawrence tentang ini, tapi Lawrence selalu
mengatakan kalau Lavender cukup nakal dan itu pasti bagian dari
tipuannya. Anak itu selalu berpura-pura sakit untuk mendapatkan
sesuatu. Ia bahkan pernah memalsukan surat beberapa kali untuk
bolos sekolah, karena itulah ayahnya menghentikan pendidikan resmi
di sekolah untuk Lavender. Anak itu selalu bermasalah.
"Baiklah, aku akan memberikanmu waktu dua jam saja. Ber-
istirahatlah!"
®LoveReads
6|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Jadi dia memergokimu?" Deliah, salah seorang pelayan muda yang
paling dekat dengan Lavender menatapnya penasaran.
Lavender mengangguk dengan wajah penuh kemalanganya. "Dia
benar-benar membuatku malu. Aku hampir saja melarikan diri begitu
melihat wajahnya. Kau bisa bayangkan tidak? Tuan Sherwood akan
menjadi kakak iparku dan aku harus menanggung rasa malu ini
seumur hidup."
"Jadi kau berpura-pura sakit seperti ini untuk menghindarinya?"
Lavender mengangguk lagi. "Dia pasti menertawakanku. Karena itu,
tolonglah aku! Aku tidak bisa bertemu dengannya mungkin untuk
selamanya. Katakan padanya kalau aku sedang istirahat dan belum
bisa di bangunkan!"
"Kau memintaku berbohong lagi?"
"Kali ini untuk harga diri, sayang! Aku tidak memintamu berbohong
untuk menghindari pelajaran. Aku hanya merasa malu!"
"Bisa kau bayangkan seandainya kau dan Rex benar-benar bercinta
di halaman belakang tadi?"
"Aku akan segera mencar pisau dapur dan mencungkil mataku
dengan itu agar aku tidak bisa melihat ekspresi tuan Sherwood lagi!"
Deliah tertawa halus. "Tapi aku tidak akan bisa menghentikannya
jika ia ingin menungguimu seperti biasa sebagai ganti jam pelajaran-
nya yang kau abaikan!"
Levender menghela nafas berat. Nick Sherwood memang selalu
melakukan hal seperti itu jika Lavender mengaku sakit. Ia akan
membacakan buku yang berkaitan dengan pelajaran hari ini dan baru
akan berakhir sesuai dengan saat jam pelajarannya berakhir. Apa
yang harus Lavender lakukan?
"Hadapi saja!"

7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


"Atau aku bolos saja?"
Deliah tertawa. "Kau mau bolos kemana? Ini rumahmu sendiri dan
kau tidak memiliki celah untuk melarikan diri. Tuan Sherwood calon
kakak iparmu, kan? Kau juga tidak akan bisa menghindarinya
seumur hidup. Cepat atau lambat dia juga akan tinggal di rumah ini
bersama keluarga kalian. Sekarang ayo keluar, kita berbincang-
bincang di halaman saja sampai jam pelajaranmu tiba!"
Lavender menggeleng untuk menyatakan ketidak setujuannya
tentang ajakan Deliah untuk berpindah ke halaman. "Kita di kamar
ini saja. Sampai jam pelajaranku tiba!"
"Itu artinya kau mau belajar hari ini?"
"Yah, meskipun aku harus merasa malu. Wajahku pasti memerah
sepanjang pelajaran nanti. Aku akan kelihatan bodoh!"
"Kau kelihatannya tidak senang, tapi guru yang kali ini tidak
mungkin di ganti lagi. Kau harus menerima Tuan Sherwood untuk
mengajarimu sampai kau benar-benar lulus sekolah menengah.
Nikmatilah, setidaknya kau mendapatkan guru yang tampan dan baik
hati."
"Tapi aku pasti kelihatan sangat kikuk!"
"Karena Oral Sex tadi? Kau ini aneh, seringkali melakukan Oral Sex
lalu malu hanya karena seorang laki-laki melihatnya? Lalu kau
kemanakan mukamu saat menghadapi penis laki-laki yang selama ini
menjadi pacarmu? Seharusnya kau mencoba seks yang sebenarnya,
kau tau itu?"
"Aku tidak tau harus melakukan apa untuk itu!"
"Kau hanya perlu membuka kakimu dan membiarkan sesuatu masuk
kesana. Itulah yang ku sebut sebagai posisi x dan cara y!"
"Tapi tidak buruk melakukannya dengan mulut. Maksudku, pada
awalnya memang sangat menjijikkan. Tapi lama kelamaan aku
8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
merasa kalau hal itu tidak ada bendanya dengan saat kita makan es
krim."
"Kau sangat aneh, Lav! Mari kita selidiki. Apakah ada laki-laki yang
kau sukai saat ini?"
Lavender memandangi langit-langit kamarnya untuk berfikir. Ia
mengingat seseorang. "Rex. Jika tidak aku tidak mungkin melakukan
hal itu kepadanya!"
"Itu berarti kau tidak benar- benar menyukai Rex. Bukankah kau
juga hampir melakukannya dengan tuan Sherwood jika laki-laki itu
tidak menolak? Dengarkan aku, Lav. Jika suatu saat nanti kau
menemukan laki-laki yang benar-benar kau cintai. Maka kau akan
membukakan kakimu untuknya dan mengizinkannya menyatu
denganmu."
"Benarkah?"
"Tentu saja, Benar. Percayalah padaku!" Lavender mendekap dada-
nya lebih erat.
Tuhan, benarkah itu akan terjadi?
"Sekarang sudah saatnya Lav! Kau harus kembali ke kelasmu di
bawah. Gurumu sudah menunggu!"
Lavender tersenyum. "Doakan aku, ya? Semoga saja aku tidak
mempermalukan diri lagi di depan tuan Sherwood!"
Lalu ia bangkit dari ranjangnya dan melangkah keluar. Beberapa
orang pelayan yang sedang membersihkan lantai atas tampak begitu
Lavender membuka pintu kamarnya. Nyaris semua pelayan muda
seusianya tapi tidak ada satupun yang bisa dekat dengannya seperti
Deliah. Ia merasa semua orang memusuhinya. Ketika Lavender
melintas, ia mendengar bisik-bisik yang membuatnya tertegun.
Lavender selalu mendengar kata-kata yang sama.
"Benarkah dia sakit?"
9|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
"Tidak, dia selalu pura-pura. Nona muda yang manja!"
"Ya, seandainya aku memiliki harta sebanyak yang keluarga Ouray
miliki, aku pastikan kalau diriku tidak membutuhkan apapun untuk
terlihat menarik. Tapi nona muda itu malah berpura-pura sakit
untuk menarik perhatian."
"Itu karena tidak ada yang memperhatikannya."
"Ya, hanya tuan Beth yang memperhatikannya jika ia datang."
"Untuk apa dia bersikap seperti itu? Bukankah dia orang yang taat?
Aku selalu melihatnya ke synagogue* di halaman belakang."
"Stt, aku juga ingin tau apa yang di lakukannya di Synagogue. Dia
melarang siapapun untuk datang ke synagogue setiap sore!"
"Ah, ini bukan masalah apa yang di lakukannya di Synagogue. Hanya
saja, sikap penipunya itu. Bukankah kontras sekali dengan sikap taat
yang selalu di tunjukkannya?"
Lavender berusaha menutup telinga. Tidak ada seorangpun yang
berhak mengomentari hubungannya dengan Tuhan. Lalu mengapa
semua orang merasa berhak? Untuk apa ia bertanya? Lavender
percaya pada Tuhan dan ia yakin Tuhan akan memberikan apa yang
di inginkannya. Lavender berusaha tersenyum tegar. Mereka benar
bahwa tidak ada seorangpun yang menyukainya. Di rumah ini hanya
ada Deliah dan Beth kakak laki-laki satu-satunya. Yang lain
bertindak seolah-olah mereka tidak memiliki Lavender, atau
Lavender tidak berhak memiliki mereka. Lavender memutar
langkahnya. Ia ingin kembali ke kamar dan mengurung diri. Tiba-
tiba saja ia kehilangan semangat untuk belajar. Lavender hanya ingin
mandi dan berdoa kepada Tuhan, ia ingin mendapatkan cinta seperti
yang orang lain miliki.
Lavender masih melamun saat ia menabrak seseorang. Perlahan
Lavender mengangkat kepalanya dan menatap Nick Sherwood ada di
depannya.
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau salah jalan. Lav? Bukankah tangga turun ada di sebelah sana?"
Lavender mengerjap beberapa kali. Ia tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya kali ini. Nick berada di lantai atas rumahnya? Itu artinya
laki-laki itu baru saja dari. "Kau dari kamar Lawrence?"
"Kita tidak sedang membicarakan itu Lav. Kau tidak mungkin
berjalan ke arah yang salah di rumahmu sendiri, kan?"
"Tidak, aku hanya merasa tidak enak badan, jadi..."
"Tapi aku melihatmu baik-baik saja!" Nick memotong.
"Aku benar-benar sakit!"
"Aku hanya akan mengikuti kebohonganmu sebanyak satu kali hari
ini. Jadi..." Nick menggapai tubuh Lavender dengan ringannya lalu
memanggul gadis itu di bahunya. "Kau harus belajar sekarang juga.
Karena aku harus segera pergi makan malam bersama kakakmu!"
"Tunggu, kau pergi saja, aku tidak masalah jika tidak belajar hari ini
demi kau dan Lawrence." Lavender masih membela diri meskipun ia
sudah mendarat dengan sukses di bahu Nick. Nick Sherwood juga
sudah melangkahkan kakinya menuju tempat dimana mereka biasa
belajar.
"Kau harus belajar dulu!"
"Aku tidak apa-apa tidak belajar kali ini."
"Diamlah, Lav! Aku tidak bisa menerima alasan apapun selagi kau
belum lulus sekolah!"
®LoveReads

11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 2

Mungkin ini kali terkhidmad Lavender berdoa. Ia menghadap


managen itu dengan penuh konsentrasi. Melakukan hal itu setiap
sore sama sekali tidak bisa membuatnya merasa bosan. Karena hanya
itu yang bisa Lavender lakukan untuk mengisi waktunya, berdoa,
berdoa, dan berdoa.
Tuhan. Jika benar Rex adalah orang yang aku cintai, Tunjukkanlah.
Aku ingin merasakan cinta. Setidaknya sekali saja dalam hidupku.
"Lav, kau sudah lama menungguku?"
Lavender membuka matanya. Itu suara Rex yang baru saja
mengunjunginya di Synagogue seperti yang selalu di lakukannya.
Laki-laki itu memandangi tempat ibadah di rumah itu dengan
terkesima. Ia selalu menganggap kalau Synagogue adalah tempat
yang aneh, dan Lavender sadar akan itu. Rex seorang Atheis.
Lavender membalik tubuhnya secara sempurna lalu berhadap-
hadapan dengan Rex. Laki-laki itu tersenyum dan Lavender
membalas senyumnya.
"Aku sedang berdoa, Rex!"
"Berdoa tentang apa?"
"Tentangmu!"
Rex mengangguk bangga. "Aku sangat senang sekali karena dirimu
mengingatku dalam do'amu. Apa yang kau harapkan untuk terjadi
padaku dalam do'amu?"
"Haruskah aku mengatakannya? Itu rahasiaku dengan Tuhan!"
"Ah, ya baiklah. Sekarang bagaimana dengan jadwal harian kita?
Kita akan pergi ke belakang Synagogue ini lagi? Aku ingin
merasakan sentuhanmu sambil memandangi rumpun bunga Daisy!"

12 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tentu saja aku akan melakukannya untukmu."
"Dan kita akan melanjutkan ke tahap selanjutnya?"
Lavender tersenyum simpul. "Kita lihat saja nanti!"
®LoveReads

Di tengah kerasnya tunas di dalam diriku


Ada sebuah madu yang sangat manis
Dengan penuh kerahasiaan
Menanti sesuatu yang datang untuk membukanya
Tuhan. Segeralah kirimkan sesuatu itu
Aku ingin mekar sebelum pada akhirnya mati dan layu

Desahan penuh kepuasan menggema dari bibir Rex. Lavender


mungkin adalah gadis terhebat yang pernah melakukan hal itu
kepadanya karena hal seperti ini sudah seringkali Rex lakukan di luar
sana. Meskipun begitu, ia tetap merasa kalau Lavender-lah yang
paling mahir sehingga Rex terus terdorong untuk mendatanginya
setiap sore dan menikmati permainan lavender nyaris setiap hari.
Tapi kali ini, Rex merasakan sesuatu yang aneh pada gadis itu.
Lavender tidak semanis biasanya, hari ini Lavender jauh lebih
menggebu-gebu lalu termenung setelah semuanya selesai. Gadis itu
membeku di antara kedua paha Rex. Menanti sesuatu? Entahlah. Dia
tidak berlaku seperti biasanya.
"Lav, kau ada masalah hari ini?"
Lavender terbangun dari lamunannya lalu memberikan sebuah
senyuman untuk Rex. "Tidak, semuanya baik-baik saja!"

13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau sangat bernafsu hari ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi
denganmu?"
"Tidak ada!" Jawab Lavender. Ia sedang memikirkan sesuatu dan
baru tertegun beberapa saat ketika melihat Rex mencapai
kepuasannya. Sesuatu yang tidak mungkin dikatakannya kepada Rex
bahwa hatinya tidak bisa merasakan apa-apa. Rex tidak juga bisa
memberikannya perasaan yang Lavender inginkan. Entah perasaan
seperti apa. Mungkin perasaan yang akan sangat luar biasa saat
Lavender mendapati rasa itu ada dihatinya. Ia juga belum pernah
merasakan perasaan seperti itu sebelumnya.
"Bisakah kita..."
‘Kau hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur hidupmu. Maka
sekali kau kehilangan itu, kau tidak akan pernah bisa mendapatkan-
nya kembali.’ Lavender tidak bisa memungkiri kalau ia terus
memikirkan kata-kata Nick tempo hari. Ya, Nick benar. Ia hanya
akan melepas keperawanannya sekali dan tidak akan bisa mendapat-
kannya kembali jika sudah kehilangan hal itu. Akankah ia menyerah-
kannya kepada Rex. Mungkin Rex adalah pemuda tertampan yang
pernah menjadi kekasihnya. Tapi tetap saja Lavender tidak pernah
bisa merasakan perasaan yang di inginkannya saat bersama Rex.
Ia ingin bercinta setidaknya sebanyak satu kali di dalam hidupnya.
Tapi tentu saja Lavender tidak bisa melakukannya dengan orang
yang tidak bisa memberikannya perasaan megah yang di inginkan-
nya. Lavender ingin bukan hanya ada nafsu dalam percintaannya,
tapi juga cinta, kepasrahan, ketuhanan.
"Aku tau kalau kau adalah gadis terhebat yang pernah melakukan hal
ini kepadaku. Jadi sekarang saatnya kita untuk..."
"Rex, kita putus saja!"
Rex terdiam dalam jeda yang panjang. Ia sama sekali tidak me-
nyangka kalau Lavender memutuskan untuk mengakhiri hubungan

14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mereka sedangkan mereka baru saja selesai melakukan sebuah
foreplay yang sangat luar biasa. "Apa?"
"Ini bukan karena aku tidak menyukaimu. Aku sangat menyukaimu
Rex. Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu denganmu. Maafkan aku!
Aku harap kau tidak datang lagi kemari! Aku akan menutup lubang
itu dan ku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Dan Lavender
meninggalkan Rex dalam keadaan tertegun.
Tidak bisa dipungkiri kalau Lavender merasakan kesedihan saat ber-
pisah dari Rex. Airmatanya mengalir tanpa di kehendaki. Lavender
sama sekali tidak berbohong saat ia mengatakan kalau dirinya
menyukai Rex. Tapi Lavender tidak bisa bertahan hanya karena
perasaan sederhana. Ia ingin cinta yang sesungguhnya, yang
menggetarkan seluruh jiwa raganya dan Rex belum bisa memberi-
kannya. Sekarang, yang bisa di lakukannya hanya menjauh dari Rex.
Pergi menjauh hingga tanpa sengaja Lavender menabrak sesuatu.
Saat ia menengadah, ia mendapati Nick Sherwood di hadapannya.
Laki-laki itu menatap Lavender penuh dengan keheranan, mungkin
karena ini pertama kalinya Nick melihat Lavender menangis.
"Lav, ada apa? Kau menangis?"
"Lav?" Suara lain berteriak memanggil namanya.
Lavender menoleh dan mendapati Beth, kakak laki-lakinya berjalan
cepat menyongsongnya. Jika saja tidak melihat Beth, Laveder akan
memilih mendaratkan tubuhnya dalam pelukan Nick. Tapi tentu saja
Beth adalah pilihan terbaik bila di bandingkan dengan Nick, karena
itulah Lavender melangkah lebih cepat menyongsong Beth yang
hanya tinggal beberapa langkah di dekatnya lalu membenamkan
wajahnya di kedalaman pelukan Beth. Beth menerima pelukan
adiknya dengan heran. Lavender terisak dan Beth sempat terpaku
bingung dengan ekspresi adiknya. Ia memandangi Nick meminta
penjelasan. "Kau tidak menyakiti adikku kan, Nick?"
Nick menggeleng.
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku mencarinya karena dia tidak ada di kelas. Seharusnya dia sudah
siap belajar hari ini karena aku harus menemani Lawrence ke pesta
temannya!"
"Ah, ya! Aku percaya untuk yang satu itu!" Beth lalu membelai
kepala Lavender dengan gerakan yang sangat halus. "Kau punya
masalah, Lav?"
Lavender mengangguk. "Aku baru memutuskan untuk berpisah dari
Rex!"
"Pacar barumu yang kau ceritakan padaku itu?" Beth tersenyum
kepada Nick lalu bergumam. "Kau beruntung pernah merasakan itu.
Bagaimana denganmu Nick?"
"Aku dan Lawrence memasuki tahun ke enam. Setidaknya selama
enam tahun belakangan aku tidak pernah merasa kehilangan cinta!
Dan, yah. Kadang-kadang aku merindukan rasanya. Kehilangan
seperti itu akan membuat kita lebih bisa menghargai apa yang sudah
menjadi milik kita."
"Nah, kau dengar Lav? Kau masih muda dan perasaan kehilangan
juga penting untuk kau rasakan. Akan ada ganti yang lebih baik
nantinya. Lalu apa yang menjadi alasan kalian bisa berpisah? Rex
berselingkuh? Atau kau tidak menyukainya lagi? Ah, tapi kurasa kau
masih menyukainya. Kau tidak mungkin menangis seperti ini jika
tidak menyukai Rex."
"Dia tidak berselingkuh. Aku juga masih menyukainya. Aku hanya
ingin mendapatkan perasaan yang lebih dari Rex, tapi dia tidak bisa
memberikannya!"
"Perasaan?" Beth melirik Nick lagi. "Perasaan seperti apa?"
"Mungkin cinta!" Lavender bergumam pelan lalu menoleh kepada
Nick Sherwood sejenak. "Apakah cinta dan suka berbeda?"
Nick Sherwood mengangkat kedua bahunya.

16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku juga tidak begitu tau tentang hal itu! Bagiku cinta dan suka
nyaris sama. Jadi sekarang bagaimana, Lav? Kau akan belajar? Jika
kau memang benar-benar tidak bisa mengikuti pelajaran hari ini, aku
akan memberi libur. Tapi untuk hari ini saja!"
Lavender mengendurkan pelukannya kepada Beth lalu menatap Nick
lebih serius. "Kau mengizinkanku libur? Jadi aku tidak perlu sakit
lagi? Aku cukup putus cinta dan kau pasti akan memberikan libur
padaku!"
"Aku serius Lav! Aku harus menemani Lawrence, kau ingat?
Seharusnya aku juga mengajarmu lebih cepat dari hari biasanya
karena itu."
"Tapi libur kali ini akan ku simpan untuk lain kali. Aku tetap akan
belajar jika kau hanya akan mengajar sebentar hari ini. Aku tidak
akan menyia-nyiakan waktu bersantai. Tapi berjanjilah tuan
Sherwood. Libur yang kau berikan kali ini boleh ku ambil kapan saja
jika aku menginginkannya!"
®LoveReads

Lavender Ouray pada akhirnya membuat Nick tidak bisa berhenti


memikirkannya. Gadis itu benar-benar tidak bisa berkonsentrasi
belajar hari ini karena Lavender tidak henti-hentinya melamun. Nick
tau bagaimana rasanya patah hati. Dan ia mengerti dengan perasaan
Lavender meskipun, seperti yang tadi dikatakannya kalau Nick tidak
lagi merasakan patah hati sejak ia dan Lawrence memiliki hubungan
khusus. Enam tahun, dan ia sudah melupakan bagaimana rasanya
kehilangan orang yang dicintai. Yang diketahuinya dari Lawrence
hanyalah rasa memiliki. Meskipun begitu, kepedihan Lavender
karena berpisah dari Rex bisa dimaklumi sehingga Nick sama sekali
tidak ingin menegur Lavender saat gadis itu melamun.
Nick juga menyesali melihat kejadian itu hari ini. Ia sama sekali tidak

17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menyangka akan melihat Lavender meminta Rex untuk tidak datang
lagi dengan berani meskipun setelahnya ia harus menangis seperti
tadi. Diam-diam masih terekam jelas di benak Nick saat Lavender
mengatakan kalau ia masih menyukai Rex. Ia hanya ingin mendapat-
kan cinta. Nick menghela nafas. Alasan yang unik untuk gadis
seusianya.
"Nick, apa yang kau fikirkan?" Lawrence bertanya sambil menyentuh
lututnya.
Nick kembali ke dunia nyata dan melihat keramaian pesta lagi. Ia
sedang memikirkan Lavender di rumah, anak itu mungkin menangis
sejadi-jadinya karena sedang merasa kehilangan. "Aku sedang
memikirkan adikmu!"
"Lavender?"
Nick mengangguk. "Hari ini dia baru saja putus cinta. Aku
terganggu karena Lavender tidak berkonsentrasi belajar karena itu.
Dia selalu melamun di sepanjang pelajaran."
"Dia akan baik-baik saja besok pagi. Lavender sudah sering
menangis karena patah hati. Dia selalu memutuskan semua kekasih-
nya di saat hatinya sedang berada di puncak perasaan sukanya.
Mungkin Lavender tidak ingin merasakan bagaimana rasanya
ditinggalkan. Aku juga bingung dari mana dia mendapatkan laki-laki
yang selama ini selalu menjadi pacarnya. Padahal dia tidak pernah
keluar rumah. Semula ku kira semua laki-laki itu hanya khayalannya
saja. Lagipula dia hanya bisa berada di rumah dan tidak bisa keluar
karena hukuman kenakalannya, dia tidak bisa berpacaran bebas di
rumah, kan?"
Astaga, kau bahkan tidak tau sebebas apa adikmu di belakang rumah!
Nick membatin. Iapun juga tidak akan tau tentang gaya berpacaran
Lavender jika saja tidak sedang mengejar kucing Persia yang akan
dihadiahkannya untuk Lawrence. Kucing itu masuk ke dalam rumah
Ouray melalui lubang di tembok yang di tutupi tanaman rambat
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang sangat lebat. Karena Nick terlalu sibuk terperangah melihat
Lavender dan Rex, kucing itupun menghilang entah kemana.
"Ya, aku hanya tidak bisa melihatnya seperti itu. Lavender yang
nakal jauh lebih baik daripada Lavender yang selalu bersedih!"
"Kau selalu memperhatikan Lavender!"
"Karena dia sudah seperti adikku! Aku yakin Beth di rumah juga
sedang sibuk membujukknya!"
Lawrence tersenyum. "Aku rasa Beth tidak kesulitan sama sekali.
Mungkin ia tidak harus membujuk Lavender. Lavender akan datang
sendiri ke kamarnya dan tidur dalam pelukannya. Beth selalu ada di
saat Lavender bersedih. Kurasa karena hubungan mereka yang
paling dekat di rumah. Mungkin aku terlalu kaku sebagai anak tertua
sehingga tidak ada seorang adikku pun yang dekat denganku!"
"Astaga, kenapa kau berkata sepert itu? Kau membuatku sedih!" Nick
merangkul bahu Lawrence dan membelai lengannya. "Beth dan
dirimu sebaya, dia mungkin tidak nyaman dengan saudara tirinya.
Apalagi sebaya, mungkin dia takut jatuh cinta padamu!"
"Apa yang kau katakan ini?"
"Hanya kemungkinan!"
"Lalu bagaimana dengan Lavender? Mengapa dia tidak bisa dekat
denganku?"
Nick angkat bahu. "Kalian sama-sama perempuan!"
"Ya, itu bisa menjadi alasan mengapa Lavender seharusnya bisa
dekat denganku, kan?"
"Tidak juga, kebanyakan saudara perempuan di Negara ini ber-
musuhan dengan saudara perempuan mereka karena persaingan!"
Lawrence mendesah. "Tapi aku tidak meyakini kalau aku dan
Lavender bermusuhan karena hal itu. Anak itu yang selalu menjauh!"

19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau pernah berusaha mendekatinya?"
"Beberapa kali!"
"Kau akan bisa dekat dengannya. Aku percaya. Sekarang makanlah,
jangan sampai kau kehilangan selera makan dan menjadi kurus
karena itu!"
"Aku suka mendengarmu memperhatikan keluargaku, Nick. Aku
akan semakin yakin memilihmu sebagai suamiku!"
Nick tersenyum. Ya, beberapa bulan lagi ia dan Lawrence akan
menikah. Tinggal hitungan bulan dan mereka akan benar-benar
bersatu setelah menjalin kasih selama enam tahun. Nick percaya itu
akan terjadi, ia selalu berdoa kepada Tuhan agar bisa menikah
dengan Lawrence yang sudah sangat di yakininya sebagai pasangan
terbaik untuknya. Nick memandangi Lawrence dengan kagum.
Wanita inilah, yang selama enam tahun terus setia mendampinginya
dalam susah dan senang. Pernikahan adalah impiannya sejak lama,
dan saat Lawrence menerima lamarannya Nick benar-benar bahagia.
"Aku tidak bisa bersabar lagi menunggu hari pernikahan kita."
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu?"
Nick angkat bahu. "Itu yang ada di hatiku saat ini!"
®LoveReads

20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 3

Tuhan, di dunia ini sangat banyak pasangan


Mengapa hanya aku yang merasa sendiri?
Mengapa hanya aku yang tidak bisa merasakan apa-apa?

Lavender bergumam halus di Synagogue. Hari ini adalah hari


pertamanya tanpa Rex. Ia hanya bersedih kemarin dan kehilangan
kesedihannya hari ini. Tapi kesedihan yang lenyap itu hanyalah
kesedihan tanpa Rex. Kesedihan yang lain masih bertahan hingga
kini. Kesedihan tanpa cinta dan tidak bisa merasakan cinta. Lavender
menyeka airmatanya yang mengalir tanpa sepengetahuannya. Ia
hanya merasakan pipinya basah dan segera ingin menghilagkan noda
basah itu secepatnya. Mungkin hari ini Lavender ingin pergi keluar
rumah.
"Bagaimana keadaanmu, dear?"
Beth menyapanya saat Lavender kembali masuk ke dalam rumah.
Lavender tidak ingin belajar hari ini dan ia harap Nick sibuk lagi
bersama Lawrence lalu meninggalkannya sendirian. Lavender sangat
kecewa, karena belum mendapatkan perasaan yang di inginkannya
juga sedangkan usia tujuh belas tahunnya hampir berakhir.
"Aku masih kurang baik!"
"Karena apa?"
Lavender menggeleng. "Cinta itu seperti apa, Beth? Bisakah aku
merasakannya?"
"Aku selalu merasakannya, cintaku padamu!" Beth tersenyum. "Tapi
cinta sebagai saudara jelas berbeda dengan apa yang kau inginkan,

21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bukan? Aku belum pernah merasakannya sama sekali. Jadi aku tidak
bisa menjelaskannya kepadamu!"
"Aku takut tidak bisa merasakannya. Aku ingin merasakannya sekali
seumur hidupku!"
Beth menyentuh kepala Lavender dan membelainya halus. Hal itu
adalah hal yang paling Lavender suka dari semua perilaku penuh
perhatian Beth kepadanya. "Kau akan merasakannya suatu saat nanti.
Percayalah!"
"Bagaimana jika Tuhan mengambil nyawaku lebih dulu?"
"Tuhan akan mengirimkanmu malaikat sebagai ganti cinta itu
untukmu. Di saat itu, kau bisa mendapakan cinta yang sangat
agung..."
"Dan aku bisa bercinta dengan malaikat?"
Beth tertawa sebentar lalu memandang Lavender penuh kasih. "Jadi
kau ingin merasakan cinta hanya untuk seks?"
"Aku ingin merasakan bagaimana rasanya seks itu, tapi dengan
seseorang yang aku cintai. Seseorang yang memberikanku perasaan
agung seperti yang kau katakan!"
"Kau tau seks bebas itu tidak di benarkan dalam agama kita, kan?"
"Lalu aku harus bermimpi menikah? Aku tidak bisa melakukan itu,
kau tau sendiri keadaanku seperti apa!"
"Ya, baiklah. Tapi berhati-hatilah, Sayang! Kita memang hidup di
Negara bebas seperti Canada, tapi kita tetap tidak bisa bertindak
sembarangan, bukan?"
"Ini hak azasi bukan?"
"Yah, jika Tuhan mengirimkan malaikat untukmu, kau boleh
bertanya kepadanya apakah dia akan bercinta denganmu? Jika dia
mengatakan ya, kau boleh melakukannya." Beth lalu tersenyum geli

22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
secara sembunyi-sembunyi. Malaikat tidak akan memiliki nafsu
untuk bercinta. Harapan adiknya sangat mustahil dan ia menjawab
dengan hal yang mustahil pula. Demi menyenangkan Lavender, ia
terpaksa. "Sekarang aku pergi dulu. Ayah bisa mengamuk jika aku
tidak segera kembali bekerja!"
"Sampai Jumpa!" Lavender melambaikan tangan.
Ia memandangi Beth yang membalas lambaiannya dan segera masuk
ke dalam mobil. Mobil milik Beth pun kemudian melaju kencang
tanpa supir.. Lavender memandangi rumahnya sejenak. Ia sudah
bosan di rumah dan ingin keluar sesekali. Sayangnya bisa di pastikan
kalau pintu utama tidak akan terbuka untuknya. Tapi Lavender
boleh tenang karena ia belum meminta siapa-siapa untuk menutup
lubang di tembok belakang. Ia akan keluar dari sana untuk terakhir
kali sebelum tembok itu benar-benar di tutup.
Lavender mengayunkan langkahnya menuju halaman belakang
rumah, melintasinya dan mengelilingi Synagogue untuk menggapai
lubang yang berada di belakangnya. Rumpunan bunga Daisy dan
tanaman rambat itu membuat lubang besar pada tembok tersamar-
kan. Lavender berusaha melewatinya dengan sangat hati-hati hingga
ia berada di sisi luar rumahnya. Lavender menemukan sebuah
lingkungan kosong di balik tembok itu, pemandangan yang sudah
puluhan kali di lihatnya setiap kali Lavender melarikan diri dari
rumah untuk merasakan udara bebas. Ia melangkah menuju jalan
raya dan dengan santainya bisa menghirup udara bebas.
Sebenarnya, Lavender merasa ada seseorang yang mengikutinya,
tapi ia berusaha untuk tidak perduli. Ia benar-benar ingin bebas
hanya untuk hari ini saja!
"Lavender!"
Langkah Lavender terhenti. Suara Nick Sherwood? Apa yang di
fikirkannya, benarkah Nick yang mengikutinya? Atau Lavender

23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
hanya memikirkan Nick karena laki-laki itu pasti akan memarahinya
karena Lavender bolos lagi kali ini.
Lavender ingin memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang di
panggilnya. Tapi sebelum itu, ia di bekap oleh seseorang dan dipaksa
masuk ke dalam sebuah mobil. Lavender ingin berteriak, sayangnya
ia di bius sehingga tidak bisa melakukan apa-apa.
Tuhan, apa ini? Penculikan? Aku di culik?
®LoveReads

Nick merasa kesal. Sangat kesal. Ia memandangi kursi kosong


dimana seharusnya Lavender duduk. Anak itu satu-satunya murid di
ruangan ini dan sekarang pergi entah kemana. Jika tidak ada
Lavender, maka Nick bukanlah seorang guru. Ia hanya menjadi guru
untuk Lavender di samping pekerjaannya yang lain. Tapi sekarang
anak itu membuatnya kehilangan fungsi. Nick memandang ke jendela
dan menangkap bayangan yang di kenalnya. Lavender sedang
berjalan menuju Synagogue di halaman belakang. Nick menghadir-
kan sebuah senyum di sudut bibirnya.
Sedang apa kau disana, Lav? Ingin menemui pacar baru?
Nick berguman dalam hati sambil meletakkan bukunya di atas meja.
Ia seharusnya memakai jasnya jika ingin keluar di udara dingin
musim gugur. Tapi Lavender lebih menarik di bandingkan dengan
jas. Nick segera mengayunkan langkahnya secepat mungkin untuk
memergoki perilaku Lavender. Ia akan memaksa Lavender untuk
belajar kali ini. Anak itu harus menyelesaikan pelajaranya sebelum
pernikahan Nick dan Lawrence tiba. Jika tidak, Nick yakin kalau
dirinya tidak lagi bisa bersikap tegas kepada Lavender karena saat
itu Lavender sudah menjadi adik iparnya.
"Kau tidak mengajar?" Lawrence mencegat Nick. Ia baru saja pulang
kerja. "Kau mau kemana?"
24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Mencari Lavender. Dia tidak ada di kelas!"
"Lagi? Anak itu..."
"Tunda dulu amarahmu!" Nick memotong ucapannya. "Aku meminta
izin padamu untuk menyeret Lavender kembali!"
"Ya, demi kebaikannya, tentu saja aku izinkan!"
Nick tersenyum penuh terimakasih lalu berlari secepat mungkin
menuju halaman belakang. Ia melihat Lavender melewati bangunan
Synagogue sekilas, maka Nick semakin mempercepat langkahnya
dan mendapati bayangan Lavender baru saja menghilang ke dalam
semak tanaman rambat yang di lapisi rumpun bunga Daisy. Tidak
ada pilihan lain selain mengikutinya.
Nick tentu saja tau apa yang bisa di dapatnya dari dalam sana. Ada
lubang di tembok dan Lavender sedang menuju ke luar rumah. Nick
berusaha menyibak semak itu dengan hati-hati dan menemukan
sebuah lubang besar yang tembus ke sebuah pekarangan kosong. Ia
mendapati bayangan Lavender baru saja berbelok menuju jalan raya.
Nick mengayunkan langkahnya dan mengikuti Lavender beberapa
lama dalam jarak yang lumayan jauh. Jadi ini yang sering kau
lakukan Lav? Nick membatin lalu tersenyum.
Sepertinya lubang di belakang synagoguge adalah kebebasan bagi
Lavender. Tapi sewaktu ia meminta Rex untuk tidak datang lagi dan
mengatakan akan menutup lubang itu, Mungkin Lavender sedang
berusaha menutup kebebasannya. Nick berhenti melangkah saat
melihat sebuah Van hitam dengan kaca gelap berhenti di antara
jaraknya dan Lavender. Beberapa orang turun dan mengikuti
Lavender dalam jarak yang sangat dekat. Mereka mau apa?
"Lavender!" Nick berteriak. Gadis itu berhenti melangkah dan Nick
menyesali kesalahannya. Jika saja ia tidak berteriak...
Lavender dibekap dengan sesuatu hingga tubuhnya melemah. Gadis
itu diseret masuk ke dalam Van dan di bawa pergi.
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Nick merasa lumpuh, ia harus melakukan sesuatu. Harus melakukan
sesuatu untuk Lavender.
®LoveReads

"Rex?"
Lavender berdesis saat ia menyadari bahwa Van berhenti di sebuah
tempat yang sepi dan semua orang di dalam mobil memeganginya.
Tidak ada seorangpun dari mereka yang bisa Lavender kenal selain
Rex. Laki-laki itu tengah merangkak di atas tubuhnya dan Lavender
tidak bisa melawan meskipun ia terus mencoba berontak. Rex sudah
membuka pakaiannya dan Lavender tidak cukup kuat untuk melepas-
kan diri dari orang-orang yang memegangi tangan dan kakinya.
"Rex, hentikan atau aku akan berteriak!"
"Kau bodoh? Aku tidak akan membiarkanmu berteriak jika tempat
ini ada orang! Disini sangat sepi, nona. Dan kau..." Rex tertawa sinis
demi perasaannya. "Kau sial! Kau sudah membuatku sangat-sangat
menginginkanmu dan aku harus mendapatkanmu sekarang juga!"
"Rex, hentikan!"
"Lav, aku mengharapkan ini setiap kali kau memulai hasratku
dengan Oral Sex. Kau tau bagaimana rasanya aku harus menahan hal
itu setiap hari? Kau harus menyesalinya!"
"Jika kau terus memaksakan kehendakmu itu padaku, kau akan
menyesalinya!" Lavender tidak tau apa yang ia katakan dan mengapa
ia sampai mengatakan hal itu. Yang ia tau, Rex berhenti bergerak.
Pemuda itu memandangi Lavender dengan tatapan heran. Lavender
sudah mengeluarkan airmata. Seharusnya ia tidak merasa heran,
bukankah Lavender akan diperkosa. Tapi mengapa Rex merasakan
ada suatu hal yang lain yang merasukinya. Seolah-olah, Lavender
akan menghantuinya jika Rex terus melakukan kehendaknya.

26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya, kau akan menyesalinya!"
Sebuah suara membuat Rex membalikkan tubuhnya. Seorang laki-
laki sudah berada di belakangnya, di ambang pintu Van yang
terbuka. Laki-laki itu langsung menyerangnya, memukul Rex be-
berapa kali sehingga Rex tersungkur, Nick Sherwood. Semua laki-
laki yang tadinya memegangi tubuh Lavender segera menyeruak
turun dari dalam Van. Mereka berusaha untuk mengeroyok, tapi
sepertinya Nick lebih gesit dan ia berhasil menjauhkan banyak
orang. Nick memandangi Lavender sekilas dan kembali berusaha
untuk menjatuhkan laki-laki yang lain sambil berteriak.
"Lav, selamatkan dirimu!"
Tapi Lavender tidak bergerak, ia terlalu terkesima. Lavender hanya
beranjak keluar dari dalam mobil tanpa niat untuk melarikan diri
lebih dulu. Ia masih Shock dengan apa yang akan terjadi padanya jika
saja Nick tidak datang. Nick sedang menyelamatkannya.
"Kau ini siapa?" Rex berteriak. "Jangan ikut campur dengan urusan
pribadiku!"
"Aku calon kakak ipar Lavender. Tentu saja aku harus ikut campur
saat adik iparku dalam bahaya!"
Rex berdiri memandangi Nick dan Lavender bergantian. Lalu dalam
gerakan cepat ia merogoh sebuah pisau lipat di dalam sakunya dan
bertindak seolah-olah hendak menghujam Lavender dengan benda
itu. Lavender terlalu terksima untuk mengelak. Ia akan mati? Tapi
malaikatnya belum datang! Lavender memejamkan matanya pasrah,
tapi sebuah pelukan Nick mengamankannya. Rex mungkin sudah
melukai punggung Nick.
Lavender membuka matanya dan me-mandang wajah Nick yang
sangat dekat. Nick baik-baik saja? ia bahkan masih bisa tersenyum.
Rex berusaha menusuk lagi dengan pisaunya, tapi Nick segera
berbalik dan meraih tangannya.

27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat itu, Lavender semakin terkesima. Nick punya sebuah tato
bergambar sayap di punggungnya dan terlihat jelas disela sobekan
lebar di kemejanya. Tuhan, malaikat untukku! Dia sudah datang?
"Kau harus menjauhi Lavender. Atau aku akan mematahkan tangan-
mu ini!"
Rex. Merasakan nyeri menusuk saat Nick memelintir pergelangan
tangannya. Ia juga mulai di rasuki rasa takut. Apaka Nick mafia?
Mengapa ia punya tato misterius itu? "Kau gangster?"
"Lalu?"
"Baiklah, aku tidak akan mengganggu adik iparmu lagi!"
"Kalau kau melakukan hal seperti ini lagi, aku akan mencincang
tubuhmu. Sekarang pergilah!"
Sepertinya Rex benar-benar menyerah. Pemuda itu segera masuk ke
dalam mini Van miliknya dan melarikan diri setelah sebelumnya
memandang Lavender dengan tatapan aneh. Ia pasti merasa kesal
karena teman-temannya yang lain sudah lari lebih dulu. Hanya
karena sebuah tato, seorang penjahat melarikan diri? Nick tiba-tiba
bergindik, Lavender menyentuh punggungnya. Gadis itu menelusuri
tato di sana. Nick segera berbalik dan memandang Lavender dengan
tatapan khawatir.
"Kau tidak apa-apa, Lav?"
"Kau tidak terluka?"
Nick menggeleng. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"
"Bajumu sobek!"
"Ya, aku baru membelinya minggu lalu. Kau harus menggantinya
sebagai ucapan terima kasih, kau tau itu? Ini adalah kemeja
kesayanganku!"
"Tato itu."

28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ini? Hanya iseng sewaktu remaja. Aku ingin menjalankan operasi
demi menghapusnya, tapi sayang. Aku menyukainya." Nick ter-
senyum. "Kau bagaimana Lav? Baik-baik saja?"
Lavender terdiam sesaat. Lalu menyentuh dadanya. Ia mulai merasa-
kan sesuatu yang menusuk. Lavender langsung terduduk di tanah
begitu saja. Ia membuat Nick kembali teringat dengan ekspresi sakit
yang selalu Lavender tunjukkan. Lavender menekan kuat dadanya.
"Lav, apa yang terjadi padamu?"
Lavender memandangnya dengan tatapan aneh, Nick bisa merasa-
kannya. Ia melepaskan dadanya dan berpidah ke tubuh Nick kedua
lengannya melingkari leher Nick erat. "Selamatkan aku!" Ujarnya
ketakutan. "Selamatkan aku!"
Lav, Nick memandangi Lavender dengan tatapan kasihan gadis ini
mungkin Shock saat dua kejadian naas hampir saja menyentuh
hidupnya. Pemerkosaan dan pembunuhan. Ia sangat ketakutan. Nick
membelai rambutnya dan mencium bibirnya. Hanya sekilas. Tapi
Nick segera menarik diriya dari Lavender. Ia melakukannya? Astaga.
Bagaimana mungkin Nick mencium adik iparnya? Nick termenung
dan tidak menyadari bahwa Lavender terkulai lemah di tanah.
®LoveReads

Lawrence memandangi kamar Lavender. Sudah hampir tengah


malam dan Nick belum juga menelpon untuk mengabarinya. Apakah
laki-laki itu sudah menemukan Lavender? Semenjak ibu tirinya
meninggal, Lawrence selalu memiliki tanggung jawab penuh ter-
hadap Lavender. Anak itu mungkin tidak merasa nyaman dengan
sikapnya, karena itu Lavender selalu berusaha menjauh. Seharusnya
Lawrence lebih banyak belajar bagaimana caranya menjadi ibu. Ia
seharusnya bisa mendekati Lavender, bukan malah membuat gadis
itu menjauh darinya.

29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Langkah-langkah kaki terdengar dengan sangat jelas. Lawrence tau
kalau itu pasti ayahnya. Ayahnya selalu memeriksa Lavender
sebelum tidur. Apa yang akan ayahnya lakukan jika Lavender tidak
ada di kamarnya?
"Lawrence? Kau ada disini?"
Lawrence segera menutup pintu rapat-rapat lalu berbalik menghadap
ayahnya. Ia mengusahakan sebuah senyum yang terbaik yang pernah
dimilikinya. "Ya, aku baru saja melihat Lavender!"
"Apakah dia sudah tidur?"
"Ya, dia sangat nyenyak, Ayah! Sebaiknya kita tidak menganggunya
dulu."
"Sayang sekali, padahal aku sangat merindukannya hari ini. Tapi
baiklah, kau benar. Mungkin dia akan terbangun jika terganggu.
Sekarang ayo, Ayah ingin mengobrol denganmu!"
Lawrence mengangguk sambil menggapai tangan ayahnya untuk di
gandeng. Ia memutuskan untuk menunggu sampai besok pagi. Jika
sampai besok Nick belum juga memberi kabar tentang Lavender,
maka Lawrence akan melaporkan masalah ini ke polisi.
®LoveReads

30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 4

Tuhan, aku ingin berusia tujuh belas tahun selamanya


Dan aku ingin memiliki kebebasan
Untuk melakukan apapun.
Kabulkanlah do'aku...

Sebuah hela'an nafas berat mengawali pagi Lavender. Ia membuka


matanya dan menemukan dirinya di sebuah tempat asing. Sebuah
kamar yang tidak terlalu besar tapi sangat nyaman. Lavender
berbaring di sebuah ranjang busa yang sangat empuk dan tebal
sehingga membuatnya merasa bukan masalah untuk menggeliat
dengan sedikit lebih ekstrim. Semua yang di lihatnya di ruangan ini
berwarna putih, Lavender yakin kalau dirinya mungkin sedang
berada di rumah sakit. Tidak, di rumah sakit tidak ada ranjang
selebar yang di tidurinya sekarang. Tapi ini juga bukan kamarnya.
Lavender duduk untuk berfikir dan sedikit terkesiap saat selimutnya
turun dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang polos dari
cermin besar yang bersebrangan dengannya. Dengan cepat ia
merespon kalau telah terjadi apa-apa dengan dirinya. Lavender
meraba tubuhnya di balik selimut dan sama, ia tidak mengenakan
apa-apa. Begitu menyentuh daerah sensitifnya, Lavender merasa
lega. Tidak terjadi sesuatu yang aneh dengannya.
Ia menghela nafas dan kembali berbaring sambil memandangi atap
ruangan itu. Semalam ia hampir saja mengalami kejadian buruk,
diperkosa dan dibunuh jika saja tidak ada Nick yang menolongnya.
Otaknya kembali memutar peristiwa saat ia melihat sayap dari
punggung Nick, seperti nyata. Sayap itu berkepak-kepak dengan
warna putih bercampur keperakan dengan bunyi yang sangat jelas.

31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Apakah itu pertanda kalau Nick adalah malaikat untuknya? Lavender
menyentuh dadanya, semalam ia benar-benar ketakutan sehingga
dirinya merasa kalau dadanya sangat sakit, jantungnya seperti
berhenti berdetak dan Lavender takut kalau dirinya akan mati saat
itu juga. Tapi Nick menenangkannya dengan ciuman tadi malam. Ia
tersenyum, Nick menciumnya?
Lavender dikejutkan oleh bunyi pintu yang di buka. Sebuah klik
yang sangat halus mengawalinya dan kemudian Nick masuk
membawa segelas susu dan beberapa potong roti panggang lalu
meletakkan benda itu diatas meja. Nick lalu berbalik dan
memandangnya dengan senyuman yang biasa. Tapi Lavender tidak
bisa merasakan perputaran waktu lagi, seluruh dunia berhenti
melakukan apapun agar ia bisa memandangi Nick lebih lama.
Tuhan. Aku bingung untuk pertama kalinya
Tunas di dalam diriku hampir saja meneteskan madunya
Selembar kelopaknya mulai terbuka
"Kau sudah lebih baik?" Nick bergumam, tiba-tiba saja laki-laki itu
sudah duduk di pinggir tempat tidur dan menyelimuti tubuh
Lavender yang terbuka. "Aku membawamu ke rumahku, harusnya
aku membawamu ke rumah sakit tapi kufikir, kau mungkin hanya
Shock karena kejadian semalam."
Lavender berontak dan melemparkan selimutnya. "Aku tidak suka
selimut. Apakah rumahmu tidak punya pendingin ruangan?"
"Air Conditioner itu tidak sehat untuk pernafasan."
"Tapi aku kepanasan!" Lavender mengeluh, Nick mengambil kembali
selimut dan kembali menyelimuti tubuhnya. "Kenapa kau berkeras
menyelimutiku? Bukankah aku sudah bilang kalau aku kepanasan?
Kau takut tergoda padaku? Bukankah kau sudah melihatku di-
telanjangi Rex kemarin?"

32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tawa Nick terdengar mengejek. Ia memandangi Lavender seolah-
olah anak itu sedang bercanda. "Berapa usiamu? Tentu saja aku tidak
akan tergoda pada anak-anak. Karena itu aku berani membuka
pakaianmu. Bajumu kotor sekali, aku menemukannya dalam
kubangan lumpur dan aku sudah mencucinya. Sebentar lagi kering!
Ku kira, mereka akan membuangmu dalam keadaan telanjang disana
setelah menghabisimu. Kau beruntung karena aku mengikutimu."
"Tapi tadi malam kau menciumku! Menurutmu itu keberuntungan?"
Nick terdiam sebentar lalu, "Aku melakukan itu untuk menenang-
kanmu!"
"Benarkah?"
"Kau tidak percaya? Aku tidak mungkin tertarik pada seorang gadis
kecil. Sudah kubilang, kan? Lagipula aku akan menikah dengan
kakakmu."
"Jadi bukan masalah kalau aku mengatakan kepada Lawrence kalau
kau menciumku, lalu membuka pakaianku..."
"Kata-katamu akan membuatnya salah paham. Sebaiknya kau
rahasiakan masalah ini, demi kebaikan kita bersama. Atau Lawrence
akan membencimu dan aku akan gagal menikah. Aku harap hal
buruk seperti itu tidak pernah terjadi, aku bersumpah tidak akan
memaafkan dirimu jika itu sampai terjadi."
Lavender membuang wajahnya sambil berdesis. "Aku akan
merahasiakannya!"
"Benarkah?"
"Karena kau sudah menolongku. Aku akan menghilangkan cerita
tentang ciuman itu dan kau yang membuka pakaiaku. Aku hanya
akan mengatakan kepada Lawrence kalau aku tidur di kamarmu dan
aku membuka pakaianku sendiri!"

33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Nick menghela nafas berat. "Itu akan memiliki efek buruk yang sama
persis."
"Aku tidak perduli. Sekarang aku mau pulang. Beth berjanji akan
mengajakku jalan-jalan hari ini. Aku tidak mau kalau sampai
ketinggalan cerita darinya! Kembalikan pakaianku!"
Nick menghela nafas lagi. Ia memindahkan sarapan yang tadi di
bawanya ke atas rajang lalu keluar dari kamar itu. Begitu Nick
keluar, Lavender menyentuh roti panggang yang berada dalam
sebuah piring keramik dan memakannya dalam gigitan-gigitan kecil.
Setelah itu, Lavender menghabiskan segelas susu daam sekali
tegukan. Menu sarapan yang sama dengan yang selalu didapatkan-
nya di rumah. Nick Sherwood sudah seharusnya melakukan ini
mengingat seberapa seringnya Nick sarapan di rumah bersama
keluarganya selama enam tahun belakangan.
"Aku tunggu di luar!" Nick melemparkan pakaian Lavender tepat
mengenai wajahnya lalu menutup pintu.
Lavender mengeluh, ia segera mengenakan pakaiannya secepat
mungkin lalu menyusul Nick yang sudah menunggunya di luar
dengan kebingungan sebelumnya karena mencari pintu keluar.
Rumah Nick cukup besar untuk ditinggali oleh dirinya seorang, di
dinding sangat banyak foto-fotonya dan Lawrence seolah-olah
mereka adalah pasangan yang sudah di tentukan Tuhan dan di
takdirkan untuk bersama. Lavender tersenyum iri dan berjalan pelan
menuju pintu depan rumah itu. Nick sudah menunggunya di atas
sebuah sepeda motor.
Lavender mendekatinya dan menyodorkan tangannya kepada Nick.
"Tuan Sherwood. Pinjamkan aku uang, biar aku naik taksi saja!"
Nick menggeleng lalu meletakkan sebuah helm di tangan Lavender.
"Pakai itu dan naiklah. Aku tidak punya uang kas sekarang. Uangku
sudah habis karena membayar taksi untuk mengejar mini Van
pacarmu itu semalam."
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Terpaksa Lavender menurut. Ia naik di boncengan Nick dan
menyandarkan kepalanya di punggung laki-laki itu. Disana bunyi
kepakan sayap itu berasal, Lavender memejamkan matanya berharap
mendengar bunyi itu lagi. Ia terus menanti dan tidak ada sesuatu
yang lain yang bisa di dengarnya kecuali desauan angin yang
berusaha Nick tembus dengan sepeda motornya. Lama kelamaan
Lavender terlelap hinga akhirnya...
"Lav, bangunlah! Kita sudah sampai rumah!"
Lavender membuka matanya perlahan dan turun dari boncengan
Nick. Ia segera melangkah memasuki rumah dan Nick menyusulnya.
Sudah Lavender duga, Lawrence segera menyongsongnya dengan
ekspresi cemas. Wanita itu menggenggam bahunya erat.
"Lav? Kau baik-baik saja? Darimana saja kau semalaman?"
Lavender menoleh kepada Nick berharap Nick memberikan jawaban
ia mencibir dan saat mulut Nick nyaris terbuka untuk mengatakan
sesuatu, Lavender mendahuluinya. "Aku tidur di rumah temanku,
kami mengobrol bersama semalaman, bercerita banyak hal lalu
tertidur."
Lawrence mengangkat alisnya heran. "Kau punya teman?"
"Tentu saja. Aku juga pernah sekolah dan aku punya teman untuk ku
kunjungi kalau aku sedang keluar dari rumah ini!" Lavender
menguap. Lalu, "Aku masih mengantuk, kami mengobrol semalaman
suntuk dan baru tidur menjelang pagi. Sekarang aku ke kamarku
dulu. Kalian mengobrolah seperti biasa. Tapi panggilkan Deliah dulu
untukku, ya?"
®LoveReads

Lavender membolak-balikkan tubuhnya yang telanjang menghadap


cermin. Ia berdesis kesal beberapa kali saat merasakan keputusasaan

35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tentang bentuk tubuhnya. Nick mengatakan kalau dirinya anak-anak
dan dia tidak tertarik pada anak-anak. Lavender kecewa, ia tidak
pernah di tolak dengan alasan itu. Bukankah tujuh belas tahun adalah
usia yang pas bagi wanita untuk di katakan menarik? Lavender
mendengus kesal lalu menempelkan tangan pada payudaranya.
Hanya segegnggaman tangan.
"Apa lagi yang membuatmu kurang puas?" Deliah yang sejak tadi
duduk di ranjang sambil memandanginya berujar. Lavender mem-
buatnya heran hari ini. Tidak biasanya gadis itu tidak memiliki
kebanggaan terhadap dirinya seperti yang biasa ditunjukkannya.
"Apakah benar aku seperti anak-anak?"
"Kau hanya remaja. Tubuhmu masih akan terus berkembang!"
"Aku kecewa melihat tubuhku" Lavender merengut "Tuan Sherwood
mengatakan kalau aku seperti anak-anak!"
"Sampai kapanpun baginya kau tetap anak-anak, Lav. Dia mengenal-
mu sejak usiamu masih sepuluh tahun dan Tuan Sherwood juga
melihat bagaimana kau tumbuh. Jadi dia tidak akan pernah
mengubah anggapannya kalau kau adalah anak-anak. Belum lagi kau
selalu bersikap nakal kepadanya. Dia calon kakak iparmu, bukankah
lebih baik jika Tuan Sherwood menganggapmu sebagai anak-anak
selamanya? Akan bahaya jika dia menganggapmu sebagai seorang
gadis yang cantik dan seksi."
Lavender mendesah lalu duduk di ranjang sambil membungkus
tubuhya dengan selimut. "Kau tidak mengerti!"
"Lav, boleh aku masuk?"
Lavender dan Deliah menoleh ke pintu. Suara Lawrence menyela
percakapan mereka dan Lavender bisa saja menolak untuk di temui
oleh Lawrence seperti biasa. Tapi sepertinya tidak akan terjadi lagi.
Ia memandangi Deliah meminta gadis itu untuk meninggalkannya
dan Deliah sepertinya mengerti. Deliah bangkit dengan segera dan
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menyongsong pintu lalu membuka, ia tersenyum kepada Lawrence
dan membungkuk halus. "Silahkan masuk, Nona!"
Lawrence mengangguk. Ia masuk dan menanti Deliah benar-benar
pergi lalu menutup pintu. Selang beberapa detik, Lawrence sudah
duduk di sisi ranjang Lavender dan heran saat melihat Lavender
menyembunyikan tubuhnya yang tanpa pakaian di balik selimut
katun berwarna putih.
"Kau tidak sedang memakai pakaian?" Lawrence memulai.
Lavender mengangguk. "Aku kepanasan!"
"Bisa menyalakan pendingin ruangan kan?"
"Air Conditioner tidak baik untuk perkembangan kesehatan remaja
sepertiku. Aku akan tidur seperti ini saja dan membuka jendela.
Tidak akan ada yang masuk, kan? Bukankah kamarku berada di
lantai teratas rumah ini?"
Lawrence mengangguk. "Terserah, lakukanlah apapun yang mem-
buatmu nyaman asalkan kau mengunci pintu kamarmu jika akan
tidur tanpa pakaian seperti ini. Kau sudah besar, Lav! Dan kau harus
bisa menjaga dirimu sendiri!"
Lavender tersenyum. Ia menatap Lawrence dengan seksama. Seperti
itukah tubuh dewasa yang disukai oleh Nick Sherwood. Payudara
yang penuh dan pinggul besar. Lawrence juga cantik jelita dan baik
hati. Ia kalah banyak.
Lawrence menyentuh kepala Lavender saat menyadari kalau anak itu
sedang memperhatikan tubuhnya. Ia memandangi Lavender dengan
heran. "Kenapa kau memandangiku seperti itu?"
"Kau cantik sekali, tubuhmu juga bagus. Aku ingin sepertimu!"
"Ini pertama kalinya ku dengar kau mengatakan itu. Aku sangat
terkesan, sungguh. Kufikir kau membenciku, makanya terus men-
jauh. Tapi hari ini kau mengatakan ingin menjadi sepertiku?"
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tidak membencimu. Aku hanya merasa tidak pantas menjadi
adikmu. Semenjak aku dan Beth datang ke rumah ini, kami merasa
kalau kau terlalu hebat untuk menjadi kakak kami. Kau pasti juga
tidak ingin hidup dengan adik yang aneh sepertiku!"
"Kau tidak aneh, hanya belum dewasa saja!" Lawrence tersenyum
lagi. "Ah, Ya! Tadi Nick bilang kalau hari ini seharusnya kalian
belajar. Tapi jika kau tidak mau belajar, dia tidak akan memaksa."
"Dia ada dimana?"
"Di ruang tengah-menanti makan siang, mau makan siang bersama?"
Lavender menggeleng. "Aku sudah meminta Deliah membawakan
makan siang ke kamarku. Aku juga tidak ingin belajar hari ini. Besok
saja!"
"Kalau besok, dia akan datang lebih cepat. Itu yang dikatakannya!"
Lavender diam sebentar memikirkan penawaran itu. Lalu, "Baiklah
aku akan belajar hari ini setelah makan siang. Besok Beth akan
berangkat ke California dan aku harus mengantarnya."
"Tentang itu, aku dan Nick juga akan ikut mengantarnya. Kalau
begitu istirahatlah. Dan lain kali kalau ingin tidur di rumah temanmu
lagi katakan dulu padaku, agar aku tidak perlu cemas seperti
semalam!"
Lavender mengangguk dan tersenyum. "Lawrence, bolehkah aku
bertanya sesuatu?"
"Tanyakanlah!"
"Tubuhmu bagus sekali, bagaimana cara mendapatkannya?"
"Kalau kau ingin punya tubuh yang bagus, makanlah sedikit lebih
banyak dari porsimu yang biasa. Jika kau selalu makan sedikit,
bagaimana tubuhmu bisa tumbuh dengan baik. Kau bisa melakukan-
nya Lav, usiamu masih muda dan masih memiliki banyak waktu

38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
untuk memiliki bentuk tubuh yang indah seperti milikku. Ah, tidak!
Bahkan lebih indah lagi!"
"Apakah tuan Sherwood menyukainya?"
"Kau sedang mengatakan apa? Kenapa bertanya seperti itu?"
"Aku hanya ingin tau! Aku sedang dalam masa puberitas tingkat
tinggi. Jadi jangan heran kalau aku menanyakan hal seperti itu!"
Lawrence tertawa kecil lalu mengangguk. "Dia mengatakan seperti
itu. Dia menyukaiku!"
"Kau sering bercinta dengannya?"
"Kau menanyakan hal itu tanpa malu-malu, Lav! Apakah ini bagian
dari keingintahuanmu lagi?"
Lavender mengangguk.
Lawrence mengangkat bahunya lalu menatap Lavender lama "Belum
saatnya kau mengetahui hal seperti ini. Sekarang beristirahatlah,
bukannya kau akan belajar setelah makan siang?"
®LoveReads

"Terimakasih untuk bantuanmu hari ini, Lav!" Nick Sherwood


berkata sambil membuka-buka halaman bukunya mencari materi
pelajaran yang tepat untuk hari ini. Ia sama sekali belum menyiap-
kannya karena keberadaan Lavender di dalam kamarnya semalam.
Nick mendengus kesal saat melihat Lavender duduk di atas mejanya.
Sedikit tidak sopan, tapi Nick akan memaafkannya untuk kali ini.
"Kufikir kau akan benar-benar mengatakan kepada Lawrence kalau
kau tidur di kamarku dan seterusnya!"
Lavender yang memainkan ujung rambutnya memandang Nick
sekilas lalu kembali berkonsentrasi pada rambutnya lagi. "Kau harus
membayar itu degan sesuatu!"

39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bukannya kau bilang akan merahasiakannya karena aku sudah
menyelamatkanmu?"
"Kau sudah menciumku dan melihatku tanpa pakaian tuan Sherwood.
Maka itulah bayaran untuk menolongku!"
Nick Sherwood menggeleng tak habis fikir. Lavender terdengar
sangat perhitungan bila ia mengatakan hal seperti itu. "Baiklah, aku
akan mentraktirmu di McDonals, atau kau lebih suka Creepers, mana
yang kau inginkan?"
"I want to have sex!" Lavender memandang Nick yang mematung
dengan tatapan serius. "Bercintalah denganku, tuan Sherwood!"
"Lav?"
Lavender mendekatkan wajahnya kepada Nick yang kelihatan mulai
gugup. "Bukankah kau yang mengatakan padaku agar aku tidak
menyerahkan keperawananku kepada sembaragan orang? Aku fikir
aku harus praktek untuk mendapatkan pengalaman yang baik. Jadi
aku menginginkanmu untuk menjadi yang pertama bagiku. Kau pasti
sering melakukannya dengan Lawrence, kan? Kau cukup baik untuk
di sebut pria yang berpengalaman? Aku rasa iya, Lawrence malu-
malu saat aku menanyakan hal itu pagi ini! Karena itulah...."
Lavender mengganti kata-kata selanjutnya dengan keluhan
kesakitan. Nick memukul kepalanya dengan buku tebal yang tadinya
di bolak-balik olehnya untuk mencari materi pelajaran.
Nick memandang Lavender dengan senyum dewasanya yang biasa.
"Kau tidak seharusnya bercanda seperti itu dengan orang dewasa.
Jangan lakukan lagi, That's a big No!"
"Tapi aku serius."
"Lavender!" Suara Beth yang memanggil-manggil namanya mem-
buat Lavender menghentikan ucapannya. Ia memandangi pintu
masuk ruangan yang biasa menjadi kelasnya saat Beth mengulangi
panggilanya sekali lagi sebelum mendekat. Beth memeluknya seperti
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
biasa. "Kau akan belajar?" Beth menatap Lavender yang masih
memeluknya. Gadis itu menengadah dan mengagguk ringan. Beth
menoleh kepada Nick. "Bolehkah aku meminjam adikku sebenar,
Nick?"
"Tidak akan lama, kan?"
"Lima belas menit saja!"
Nick mengangguk. Lalu menoleh kepada Lavender dengan tatapan
serius. "Segera kemari setelah urusanmu dengan Bethoven selesai,
Lav!"
Lavender mencibir. "Aku tidak yakin, aku tidak biasa memakai jam,
jadi mungkin saja akan lebih dari lima belas menit."
"Aku akan menyewakan jam tanganku kalau begitu!" Nick melepas
jam tangannya dan meraih tangan Lavender untuk memakaikan
benda itu. Lavender terkesima. Sentuhan Nick benar-benar hangat
dan membekas di tangannya.
"Jadi kau harus kembali tepat waktu. Besok tidak ada pelajaran, kan?
Lebih seriuslah jika ingin lulus secepat mungkin. Atau kau ingin jadi
anak-anak selamanya?"
Lavender berdecak. Ia ditolak oleh Nick dan hal itu tidak bisa di
pungkiri sudah sangat menyakitinya. Lavender meraih lengan Beth
untuk di peluk, ia membuang wajahnya dari Nick dengan perasaan
kesal lalu pergi. Nick-pun juga tidak bisa menyangka mengenai hal
ini. Lavender mengajaknya untuk bercinta? Anak itu terlalu bebas
berpacaran, dia sudah dirasuki keinginan-keinginan yang mustahil
untuk Nick lakukan. Meskipun sebenarnya, anak seusianya di luar
sana mungkin sudah kehilangan keperawanan-nya sejak lama.
Lavender beruntung karena sangat banyak orang yang mem-
perhatikannya. Ia tidak akan bisa melakukan hal itu kepada gadis
kecil yang selalu dikasihinya seperti adiknya sendiri.
®LoveReads
41 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 5

"Kau bisa bantu aku mengantarkan ini kepadanya, kan? Aku sedang
tidak ingin bertemu dengannya hari ini. Kurasa dia juga tidak mau,
makanya hari ini dia hanya menitipi tugas untukku lewat Lawrence!"
Lavender memohon kepada Deliah sekali lagi.
Deliah mendengus sambil menatap Lavender dengan ekspresi yang
sangat serius. "Apa lagi yang kau lakukan padanya kali ini?"
"Aku belum siap untuk menceritakannya padamu. Kau bisa meng-
antarkan ini, kan? Dia pasti sedang menunggu Lawrence di ruang
tengah karena Lawrence belum pulang kerja. Aku mohon, bantulah
aku, ya?"
"Baiklah!"
Lavender tersenyum penuh terima kasih. Ia menggenggam jam
tangan milik Nick erat-erat dan berjalan mendekati jendela kamar-
nya. Tapi kemudian kakinya tersandung karpet bulu di kamarnya
sehingga ia terjatuh.
Lavender terkesiap saat jam tangan itu terlepas dari tangannya, ia
segera berdiri dan memandangi jendela. Benda itu tersangkut pada
ujung tanaman rambat yang memenuhi tembok rumahnya. "Astaga,
bagaimana ini? Jam tangan itu hampir terjatuh!"
Deliah mendekat dan menatap arah yang Lavender tunjuk. Jam
tangan yang tersangkut itu merosot sedikit demi sedikit dan hampir
jatuh. "Kau tunggu disini, aku akan memanggil orang untuk
mengambilnya!"
"Tidak bisa. Dia bisa saja jatuh sebelum orang-orangmu datang."
"Kau tunggulah disini. Aku akan mencari orang dan akan segera
kembali!" Deliah berbalik dan hampir saja benar-benar pergi jika saja
Lavender tidak memanggilnya lagi.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ia kembali menolehkan kepalanya kepada Lavender dan memandang-
nya penuh tanya.
"Kau antarkan tugasku saja. Biarkan aku yang mengusahakannya
sendiri!"
Deliah tersenyum. "Hanya jam tangan saja, kau bisa mengambilnya
saat dia jatuh dan bisa di perbaiki jika rusak. Tunggu saja dia jatuh
dari bawah! Aku pergi dulu!"
Lavender hanya memberikan sebuah senyum sampai Deliah benar-
benar menghilang meninggalkannya. Ia kembali menoleh ke luar
jendela dan memandangi Jam tangan itu dengan seksama. Bagaimana
mungkin ia bisa membiarkan benda itu jatuh? Lavender berusaha
mengukur jarak jam tangan itu dari jendela kamarnya. Setelah yakin
bahwa posisinya cukup dekat, Lavender berusaha untuk menggapai-
gapai benda yang saat ini sangat berharga untuknya. Ia kesulitan dan
tidak bisa memungkiri itu tapi Lavender tidak akan menyerah.
Gapaian demi gapaian masih berusaha ia ciptakan, terus memanjang-
manjangkan tubuhnya sehingga benda itu berhasil di dapatkan dari
genggamannya, tapi tiba-tiba...
®LoveReads

Nick Sherwood memandangi tugas yang Deliah berikan kepadanya


dengan tatapan heran. Jadi Lavender langsung menyelesaikannya?
Anak itu sebenarnya adalah gadis yang cerdas. Hanya saja Lavender
terlalu suka bermain-main dan sangat malas. Jika ia tekun, Nick
percaya bahwa Lavender akan bisa lulus sekolah menengah dalam
usia tujuh belas tahun. Mungkin selama ini Lavender tidak pernah
tau kalau Nick memberikannya materi pelajaran satu tingkat di atas
materi yang seharusnya Lavender dapatkan. Tapi semua itu berkat
Lavender sendiri. Ia selalu bisa membuktikan kalau dirinya cukup
bisa di akui dan selalu mengerjakan tugas dengan cepat agar bisa
bermain dan bermalas-malasan.
43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Dia meminta anda memeriksa isinya!" Deliah masih berdiri di
hadapan Nick untuk melihat secara langsung apakah Nick memeriksa
tugas yang Lavender kerjakan.
"Dia memintamu melaporkan hal itu juga?"
"Ya, dia ingin tau apakah anda memberikan tugas ini secara
profesional atau hanya karena ingin menghindarinya saja. Saya rasa
dia hanya ketakutan kalau anda sedang marah kepadanya!"
Nick tersenyum dan mulai membuka lembaran tugas yang Lavender
kerjakan. Ia sudah bisa menebak kalau Lavender bisa menjawab
setiap soal dengan sangat baik. Anak itu sudah berhasil dan tidak
bisa di ragukan lagi. Nick mungkin tidak perlu memeriksa sampai
akhir, tapi Deliah sedang melihatnya dan akan melaporkan cara Nick
memeriksa tugas yang di berikannya kepada Lavender. Karena itu
Nick memeriksanya sampai di lembaran akhir dan menemukan
sesuatu yang membuatnya berdelik.
'Lets have seks with me! - Lavender'
Anak itu benar-benar membuat Nick tidak sanggup berkata apa-apa.
Ia benar-benar serius tentang keinginan seksualnya itu? Nick
berdecak lalu memberi nilai di kertas kerja milik Lavender. Ia
menoleh kepada Deliah kemudian, "Katakan padanya. Big No!"
Deliah mungkin tidak mengerti. Gadis itu mengerutkan dahinya lalu
mendesah menyerah. Ia akan mengatakannya kepada Lavender. Big
No! Deliah mengayunkan langkahnya menuju lantai atas saat
beberapa pelayan mulai membuat gaduh. Ia menoleh untuk
memandang Nick yang terlihat kebingungan. Tidak ada seorang
pelayanpun yang bisa ditanyai. Deliah mulai didesaki rasa ingin tau
dan segera berlari menyusul pelayan yang berlarian. Nick juga
melakukan hal yang sama atas dasar rasa penasaran yang sama pula.
Semua pelayan itu berkumpul di kamar Lavender, satu persatu dari
mereka masuk kesana dan Nick bisa melihat kalau semuanya ber-
kumpul di jendela. Nick segera menyeruak kerumunan dan melihat
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ke arah dimana kebanyakan orang memandang. Lavender d bawah
sana, terbaring di atas rumput dan tidak sadarkan diri.
"Astaga, dia melompat. Padahal aku sudah mengatakan padanya
untuk meminta batuan." Deliah mendesah khawatir.
Nick mendengar itu dan merespon secara spontan. "Dia melompat?
Karena apa?"
"Dia punya jam tangan, tadi benda itu terlempar keluar jendela dan
tersangkut di tanaman rambat itu. Dia pasti terjatuh saat berusaha
mengambilnya!"
Bodoh! Nick bergumam dalam hatinya. Ia segera berlari menuju
keluar rumah di mana jendela kamar Lavender mengarah ke
pekarangan samping.
Gadis itu benar-benar tidak sadarkan diri dan Nick bisa melihat
tangannya yang masih menggenggam jam tangan yang Nick
pinjamkan padanya. Untuk itu Lavender melompat? Untuk sebuah
jam tangan yang tida ada harganya?
"Lav."
"Mmm." Lavender bergumam. Ia sudah mulai sadar dan memandang
Nick dengan mata setengah tertutup, lalu perlahan pandangannya
mulai melebar. "Apa yang terjadi?"
"Kau terjatuh dari lantai atas!"
"Astaga, aku pasti ceroboh! Maafkan aku sudah membuat banyak
orang khawatir!"
Nick menggeram lalu menampar pipi Lavender dengan sangat
perlahan. Ia memandang wajah gadis itu dengan ekspresi kesal yang
tak terkira. Lavender terperangah karena tamparan pelan itu. Apa
maksud Nick?
"Tuan Sherwood? Kau menamparku?"

45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lain kali jika hal seperti ini terjadi lagi, segera panggil aku untuk
membantu. Kalau kau tidak yakin bisa melakukannya sendiri, jangan
pernah kau lakukan. Bagaimana bila terjadi apa-apa denganmu?"
"Aku baik-baik saja. Bokongku hanya sakit sedikit."
"Pokoknya jangan pernah mencoba untuk melakukan hal yang
seperti ini lagi atau aku akan melemparmu dari atas sebagai
gantinya!" Nick menyesal tidak bisa menyembunyikan perasaan
khawatirnya. Ia terlalu memperlihatkan isi hatinya kepada Lavender
dan Nick hanya berharap Lavender tidak menyadarinya. Apa yang
terjadi? Ia takut kehilangan Lavender. Tadi Nick sudah berfikir
berbagai macam hal buruk yang bisa saja menghilangkan nyawa
gadis itu. Nick tidak bisa membohongi dirinya kalau ia merasa sangat
takut saat melihat Lavender yang tidak sadarkan diri dari jendela
kamar di lantai atas.
Nick menarik lengan Lavender dan berusaha menggendongnya.
Lavender terlihat agak terkejut namun gadis itu merangkul leher
Nick erat-erat. Ia hanya memandangi wajah Nick sepuas yang ia bisa
lakukan. Jika saja ia tau Nick akan melakukan hal semanis ini
untuknya, maka Lavender meyakinkan kalau dirinya bersedia
terjatuh berkali-kali dari lantai atas demi bisa berdekatan dengan
Nick sedekat ini. Nick menoleh kepadanya sejenak, Lavender
tersenyum saat itu. Nick sangat tampan saat mengkhawatirkannya.
®LoveReads

"Dia terjatuh dari lantai dua Nona!"


Bunyi sepatu High Heels Lawrence berketuk-ketuk dalam langkah
yang sangat cepat menuju kamar Lavender. Ia sangat khawatir
karena Lavender cidera lagi. Gadis itu tidak bosan-bosannya
membuat seisi rumah jantungan dengan tindakannya. Entah kali ini

46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
untuk yang ke berapa kali, tapi ini adalah pertama kalinya Lawrence
mendengar bahwa Lavender sampai sempat tidak sadarkan diri.
"Dia ceroboh sekali." Lawrence berdesis dan menoleh kepada Deliah
sekilas. "Kembalilah ke dapur, terima kasih atas informasinya. Dan
jangan katakan pada ayahku ataupun Beth tentang ini. Mereka bisa
meninggalkan segala pekerjaan penting karena khawatir."
Deliah mengangguk lalu menyingkir.
Lawrence kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga
menuju lantai atas dan mulai memelankan langkahnya saat ia hampir
medekati pintu kamar Lavender. Pintu itu sedikit terbuka dan
Lawrence memutuskan untuk mengintip ke dalam. Ia nyaris saja
terjatuh lemas melihat pemandangan yang paling mengerikan dalam
hidupnya. Nick membiarkan Lavender memeluk tubuhnya. Nafasnya
merasa sesak, Lawrence tidak bisa memungkiri kalau ia merasakan
cemburu. Sayup-sayup terdengar bisikan Nick kepada Lavender.
"Lav, kau seharusnya berbaring."
®LoveReads

"Lav, kau seharusnya berbaring!" Nick ingin melepaskan pelukan


Lavender dari tubuhnya. Tapi Lavender menolak. Gadis itu malah
semakin mempererat pelukannya.
"Kumohon, biarkan aku memelukmu lebih lama. Aku ingin
mendengar detak jantungmu. Sebentar lagi."
Lavender tau kalau dirinya sudah merasa lebih baik. Tapi ia ingin
berdekatan dengan Nick lebih lama. Ia menginginkan Nick untuk
selalu berada di sisinya. Nick sepertinya mengizinkan Lavender
untuk berada di sisinya lebih lama. Tubuh Nick yang semula keras
perlahan mulai lebih melunak. Lavender menyandarkan kepalanya
lebih dalam di dada Nick, ia memejamkan matanya.

47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Detakan jarum jam selalu membuatku kedinginan
Lalu mengapa detak jantungnya membuatku merasa hangat?
Detakan itu mengalir di sekujur tubuhku
Jantungku dan jantungnya berdetak dalam irama yang sama
Seolah-olah kami telah menyatu menjadi orang yang sama
®LoveReads

Lavender merasakan suasana yang dingin kali ini. Di meja makan, ia


hanya melihat Lawrence tanpa ayahnya dan Beth seperti biasa.
Lawrence tidak berbicara sepatah katapun sehingga ia merasa kalau
suasana yang dingin menyelubungi ruang makan bisa saja membuat-
nya mati beku. Meskipun Lavender selalu menjauh dari Lawrence, ia
tidak pernah merasakan ada tembok besar menghalangi mereka
berdua seperti saat ini. Lawrence bertindak seolah-olah tidak sadar
dengan keberadaannya.
"Ayah dan Beth belum pulang?"
Lawrence menghentikan aktivitas makannya dengan tiba-tiba lalu
memandang Lavender dengan tatapan dingin. Hanya sesaat, karena
dirinya kembali memandang Lavender seperti biasa. Mungkin dia
hanya salah paham dengan apa yang di lihatnya tadi. Lavender tidak
mungkin berusaha merebut Nick darinya, kan?
"Ayah dan Beth makan di luar. Mereka harus menyiapkan data yang
akan Beth bawa ke California. Kurasa mereka mungkin akan pulang
larut!" Lavender mengangguk lalu kembali menyuap makanannya.
"Lav!"
"Ya?"
"Kau bisa menyelesaikan pendidikanmu segera?"

48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender berhenti mengunyah. "Kenapa?"
"Aku sebenarnya sangat ingin menyimpan ini. Tapi kurasa tidak ada
salahnya mengatakan semuanya kepadamu. Aku melihat kau dan
Nick berpelukan sore ini, dan aku tidak bisa memungkiri kalau aku
merasa sangat cemburu. Aku tau kalau kau tidak mungkin berniat
buruk dengan Nick, kan? Tapi tolonglah. Berusaha untuk tidak
mendekati Nick lagi aku takut membencimu karena ini!"
Lavender menghempaskan Sendok dan garpunya. "Kau ingin aku
menjauhi Kekasihmu? Kau bertindak seolah-olah aku merebut semua
milikmu selama ini. Kau melarangku pergi ke sekolah, kau melarang-
ku untuk berlari, memanjat pohon, kau tidak memperbolehkanku
melakukan banyak hal. Kau bahkan tidak memperbolehkanku
mengikuti Deliah untuk belanja ke supermarket. Kenapa kau harus
mengatur hidupku?"
"Ini demi kebaikanmu. Kau yang paling tau bagaimana keadaan diri-
mu, kau tidak cukup sehat untuk melakukan itu semua. Aku tidak
punya pilihan sampai kami mendapatkan donor jantung untukmu!"
Nafas Lavender berhenti, ia merasakan kalau dadanya sakit lagi,
untungnya hanya sesaat. Ia tau kalau kehidupannya semakin menipis,
bertahun-tahun dan donor jantung itu belum juga di dapatkan.
Tahun ini harusnya adalah tahun terakhir Lavender di dunia ini jika
keluarganya belum mendapatkan jantung untuknya. Lalu mengapa
Lavender tidak merasa dibiarkan bebas untuk menikmati hidupnya
yang hanya tinggal beberapa waktu lagi? Lawrence bertindak
seolah-olah dia adalah seorang pelindung padahal ia sedang
menyiksa. Lavender benci kepadanya.
"Aku benci padamu!" Dan Lavender memutuskan untuk berlari
kekamarnya. Ia tidak ingin mendengarkan ocehan Lawrence yang
terus berteriak kalau ia melakukan semua itu demi kebaikan
Lavender. Lawrence berbohong, itu sama sekali tidak ada kaitannya
dengan kebaikan. Lavender membanting pintu kamarnya keras-keras

49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
lalu menguncinya dan menenggelamkan wajahnya di dalam bantal.
Ia terisak beberapa lama hingga Lavender merasa detakan jam di
sisinya terasa semakin jelas.
Jam tangan milik Nick, Lavender sama sekali belum mengembalikan-
nya. Ia meraihnya dan mendekatkannya ke telinga. Beberapa saat
kemudian Lavender menciumnya dengan perasaan sedih yang ber-
lipat ganda. Ia menyentuh tubuhnya dengan benda itu, lalu membelai
daerah sensitifnya dengan jam tangan yang terasa sangat dingin.
Lama kelamaan Lavender mulai mendesah, ia sedang bermasturbasi!
Aku hanya ingin merasakan hidup
Ingin di izinkan untuk merasakan cinta itu
Tuhan,
Tunas di dalam diriku sudah meneteskan madunya
Ia hanya menunggu waktu
Untuk mekar dengan sangat indah
Lavender mengerang, ia sudah mencapai puncak harapannya.
Tapi mengapa Lavender sama sekali tidak merasa lega? Ia merasa
menyesal dan akhirnya tidak bisa membendung air matanya. Hari ini,
malam ini, ia merasa sangat kotor dan hina. Karena mencintai Nick?
Karena melukai Lawrence? Atau karena berharap bisa memiliki Nick
dan menjadi satu dengannya?
Lavender tau kalau itu adalah dosa. Tapi hidupnya tidak akan lama
lagi, kan? Jika saja Tuhan mengizinkannya untuk hidup lebih lama.
Lavender berjanji tidak akan meminta izin untuk melakukan sebuah
dosa.
®LoveReads

50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 6

Tuhan,
Aku bergantung kepadamu
Tolong kabulkan harapanku
Aku tidak meminta untuk bisa memilikinya
Aku tidak meminta diberikan hidup yang lebih lama
Hanya izinkanlah aku untuk bisa menjadi satu dengannya
Sekali saja!

Lavender menulis sebuah pesan dengan penuh konsentrasi. Ia


menulisnya untuk Nick Sherwood, hanya satu kalimat sebagaimana
pesan yang pernah di selipkannya dalam lembar tugas. ‘I want to
Have seks with you! Please!’ Seharusnya Lavender bisa mengatakan-
nya secara langsung jika saja Lawrence tidak mengawasinya kali ini.
"Kau akan menyelesaikannya dalam waktu singkat, Lav! Aku rasa
kau akan bisa mengikuti ujian akhir bulan ini!"
Lavender mengangguk lemah. "Daftarkanlah aku. Aku akan ujian
akhir bulan ini. Setelah itu aku akan pergi dan mungkin tidak akan
kembali lagi!"
"Kata-katamu mengerikan sekali. Aku bersumpah, kau membuatku
merinding!" Nick bergumam pelan sambil menoleh kepada Lawrence
yang mungkin juga merasakan kengerian yang sama seperti yang
Nick rasakan saat mendengar kata-kata terakhir Lavender. "Kalau
begitu segeralah selesaikan tugasmu karena aku harus segera
meletakkan buku-buku ini kembali di perpustakaan rumahmu!"
Lavender mengeluh, ia kembali mengerjakan tugasnya dengan cepat.
51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Nick memberikan tugas dalam jumlah yang sangat banyak seolah-
olah ini adalah tugasnya yang terakhir. Lavender tidak bisa merasa-
kan konsentrasi yang penuh saat mendengar obrolan mesra
Lawrence dan Nick. Dulu dirinya sama sekali tidak merasa ter-
ganggu. Tapi Lavender tidak bisa memungkiri kalau dia saat ini
merasa sangat cemburu. Ia hanya mencoret-coret lembar kerjanya
dengan jawaban yang Lavender sendiri tidak bisa meyakini ke-
benarannya. Ia bersumpah kalau hatinya merasakan sakit, Lavender
ingin segera pergi. Jika Nick menolaknya lagi ia ingin segera mati
dan menghilang dari dunia ini.
Tolonglah Tuhan, wujudkan harapanku!
Lavender menyelesaikan tugasnya dan menoleh kepada Nick yang
sedang mengobrol dengan Lawrence di dekat pintu masuk. Nick
memandangnya sejenak lalu menunjuk meja miliknya seolah-olah
sedang memberi tahu kepada Lavender kalau ia bisa meletakkan
tugasnya di atas meja bila sudah menyelesaikannya. Lavender hanya
bisa menghela nafas, sakit. Ia ingin meletakkan kertas pesannya di
atas meja bersama tugasnya. Tapi melihat Nick berdiri mem-
belakangi pintu, Lavender mengurungkan niatnya. Ia menoleh
kepada Nick dan bergumam parau.
"Tuan Sherwood, aku sudah boleh kembali ke kamarku?"
Nick mengangguk sejenak lalu kembali mengobrol bersama
Lawrence yang duduk di hadapannya. Lavender semakin putus asa.
Ia berjalan pelan menuju keluar ruangan itu. Saat berdekatan dengan
Nick, Lavender memberanikan diri untuk menyelipkan kertas
pesannya di tangan Nick yang menyilang di belakang punggungnya.
Ia semakin menunduk saat Nick terdiam sejenak dan berusaha
menolehkan kepalanya sedikit kepada Lavender yang berdiri di
belakangnya. Selang beberapa detik kemudian, Nick mengganggam
kertas itu dan meremasnya seolah-olah benda itu adalah sampah.
Lavender menundukkan wajahnya dalam.

52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tolonglah, Tuhan
Tolong wujudkan keinginanku
Tolonglah...
®LoveReads

Lavender menunggu Nick di perpustakaan rumahnya di lantai atas.


Ia berdiri di dekat meja yang menghadap ke jendela dan memandangi
pucuk pohon yang melambai-lambai di luar sana. Lavender sudah
menanti Nick terlalu lama. Mungkin Nick tidak akan pernah datang
ke perpustakaan seperti yang katakannya tadi. Mungkin Nick malah
pergi bersama Lawrence. Ia menghela nafas berat. Apakah Tuhan
tidak akan mengabulkan harapannya?
"Lav?"
Lavender menoleh, Nick datang dan berdiri di belakang pintu yang
tertutup. Ia sangat senang, meskipun perasaannya juga teriris
mengingat kedekatan Lawrence dan Nick sepanjang pelajaran tadi.
"Aku menunggumu!"
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Kau tidak melihat pesanku?"
Nick menggeleng. "Aku melupakannya! Kau butuh bantuanku?"
Lavender mengangguk, ia merasa sesak dan selanjutnya suara yang
keluar dari mulutnya bergetar hebat. "Tuan Sherwood. Tolong
jangan bersikap seolah-olah kau tidak perduli lagi." Lavender mulai
membuka pakaiannya dan ia sudah berhasil membuat Nick membeku.
"Aku tidak akan membuatmu tertimpa masalah, aku berjanji. Aku
juka tidak akan meminta dirimu untuk menikahiku. Tapi ku mohon,
bercintalah denganku!"
Lav...
53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tolonglah, lindungi aku dengan sayapmu."
Aku sama seperti gadis yang lainnya
Aku ingin di sentuh oleh orang yang aku cintai
Aku ingin orang yang aku cintai itu mengubahku
Dari seorang gadis menjadi seorang wanita
"Aku sangat ingin bercinta denganmu!" Lavender mulai meneteskan
airmata seolah-olah dirinya bisa mati jika tidak melakukan ini. Gadis
itu meraih tangan Nick dan menelisipkannya di bagian sensitifnya, di
antara kedua pahanya, Nick berusaha menarik tangannya tapi
Lavender menggenggamnya dengan kuat sehingga menimbulkan
gesekan disana. Ia sudah berhasil membuat Lavender mendesah
karena sentuhannya.
"Lav, aku tidak bisa melakukan hal itu denganmu."
"Tolonglah, Ini mungkin kesempatanku yang terakhir. Aku tidak
mungkin bisa merasakan ini jika kau tidak melakukannya kali ini.
Aku akan membuatmu puas meskipun kau menginginkanku melaku-
kan itu dengan mulutku!"
Nick menarik tangannya secara paksa dan memeluk Lavender erat-
erat. "Cukup. Aku sudah mengerti. Lav, kau tau lubang di belakang
synagogue kan? Aku menunggumu di sisi luarnya malam ini, jam
Sembilan. Aku harap kau tidak terlambat sama sekali. Aku
menunggumu!" Nick melepaskan pelukannya lalu meletakkan buku-
bukunya di atas meja ia segera keluar dari ruangan itu dan menutup
pintu rapat-rapat. Meninggalkan Lavender seorang diri.
Gadis itu termenung. Itu berarti Nick bersedia melakukannya? Nick
Sherwood bersedia bercinta dengannya? Lavender memegangi
dadanya. Ia bingung dengan perasaanya saat ini.
®LoveReads

54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 7

Aku ingin hidup


Aku ingin mengalami percintaan yang membuat jantungku berdetak
kencang
Tuhan, tolong jaga aku
Sebelum akhirnya jantungku benar-benar berhenti berdetak suatu saat
nanti

Lavender merasakan pipinya mulai memanas mengenang apa yang


akan dilakukannya dengan Nick malam ini. Ia memandang Nick
yang sudah menunggunya dengan perasaan yang berbagai rupa.
Laki-laki itu tersenyum kepada Lavender dari atas sepeda motornya.
Ia menyodorkan helm untuk segera di pakai. Lavender termenung
sesaat dan memandang Nick sambil memegangi pipinya yang
kemerahan.
"Kita mau kemana?"
"Ikut saja!"
"Kalau begitu, bisa aku minta sebuah ciuman sebagai permulaan?"
Nick memandangi wajah Lavender yang tampak berbinar-binar.
Gadis itu berdandan malam ini, sangat manis. Nick tidak mengerti
apa yang terjadi pada dirinya, mengapa Lavender tiba-tiba menjadi
sangat menarik sedangkan Nick tau kalau tidak ada yang mungkin
terjadi di antara mereka. Hubungan mereka mustahil dan itu nyata.
Ia melambaikan tangannya meminta Lavender untuk mendekat.
Setelah gadis itu mendekat kepadanya, Nick merangkul pinggang
Lavender dan menengadah menanti Lavender mendekatkan bibirnya.
Lavender seolah mengerti, ia membungkuk dan membiarkan Nick

55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menciumnya beberapa saat. "Sekarang pakai helm-mu dan kita akan
segera berangkat!"
Lavender mematuhi segala perintah Nick, ia memakai helmnya
dengan hati-hati. Rambutnya yang sebahu di bungkus rapi di dalam
helm itu. Lalu Lavender duduk di belakang Nick dan memeluknya
erat. Ia membiarkan Nick melajukan sepeda motornya dan membawa
Lavender menjauh dari rumah. Semakin menjauh menuju perjalanan
yang sangat panjang.
Tuhanku, yang memiliki rahmat
Dimana segala kemuliaan ada padamu
Ampunilah dosa kami
Saat ini, hingga detik menjelang kematian nanti
Dan berkatilah aku
Pantai yang sangat sepi setelah menempuh berjam-jam pelajaran.
Lavender memandangi Jam tangan Nick yang di kenakannya. Sudah
tengah malam. Ia turun dari sepeda motor dengan perasaan
terkesima. Ini pertama kalinya Lavender melihat pantai semenjak
ibunya menikah dengan ayahnya yang sekarang, juga semenjak
namanya dan Beth menyandang nama Ouray. Sangat terang
benderang di sinari cahaya bulan, sangat indah dan romantis. Nick
menghentikan bunyi sepeda motornya dan duduk di atasnya. Ia
memandangi Lavender yang tiba-tiba juga memandangnya.
"Kau ingin duduk? Duduklah disini!" Nick menepuk-nepuk bangku
sepeda motornya. Ia meminta Lavender untuk duduk di sebelahnya.
Lavender gemetar, ia ingin tenang tapi tidak bisa setenang dirinya
menghadapi Rex ataupun kekasih-kekasihnya sebelum ini. Ini
pertama kalinya Lavender merasa sangat gugup. Padahal ia sudah
mencuci rambutnya dan meyakinkan kalau tubuhnya cukup wangi. Ia
juga memakai pakaian dalam terbaiknya saat ini. Malam ini Lavender

56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang gadis yang normal,
berdekatan dengan orang yang dicintainya, lalu menghabiskan
malam bersama. Ia melangkah perlahan dan duduk di sebelah Nick,
berharap Nick merangkul pinggangnya seperti tadi, saat mereka
berciuman. Tapi sepertinya tidak. Nick memasukkan tangannya ke
dalam dua belah saku celananya.
Tidak masalah, apapun yang terjadi, aku tidak akan menyesal.
Lavender bergumam dalam hati.
"Lav, kau mau kopi?"
Lavender menggeleng. Ia tau itu hanya basa-basi. Tempat se-sepi ini
tidak ada penjual kopi sama sekali. Nick hanya berusaha mencairkan
suasana beku di antara mereka.
"Atau kita pergi nonton saja?"
"Ini sudah tengah malam. Kau ingin aku menonton tontonan
dewasa?" Lavender tersenyum. "Disini saja juga tidak masalah!"
"Kau mau." Nick diam sebentar, ia sedang memikirkan akan
mengatakan hal apa. "Kau mau pulang, Lav?"
"Kita baru saja sampai."
"Tapi ini jam mu tidur kan?"
"Tidak apa-apa. Bukan masalah yang besar jika aku tidak tidur
semalam saja!"
"Lav."
"Kau bingung untuk memulai?" Lavender kehabisan kesabaran.
"Tuan Sherwood. Ayo kita mulai sekarang juga. Aku sudah bersiap-
siap. Aku tidak bisa menunggunya lebih lama lagi!"
"Lav, aku tidak akan bercinta denganmu!"
Lavender terdiam. Dia tidak ingin bercinta dengan Lavender?

57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lalu untuk apa Nick membawanya pergi jauh dari rumah? "Kenapa
kau tidak mengatakannya sejak awal?" Kenapa kau...
"Kau sangat memaksa saat itu, Kau tidak mau mendengarkan
ucapanku! Karena itu aku fikir kau perlu suasana yang nyaman untuk
berbicara jauh dari rumah."
"Tapi tadi kau menciumku, kan?"
"Itu hanya salam, seperti yang sebelumnya! Tapi kita tidak bisa
melakukan hal seperti yang kau harapkan sekarang. Tidak, kita
bahkan tidak mungkin melakukan ini selamanya. Pernikahanku dan
Lawrence semakin dekat. Aku tidak ingin menyakiti Lawrence, kau
juga kan? Dia sangat menyayangimu!"
"Aku tidak memintamu membatalkan pernikahanmu dengan
Lawrence. Aku hanya berharap bisa menyatu denganmu."
"Suatu saat nanti, kau akan menemukan orang yang benar-benar siap
berada disisimu. Orang yang selalu ada saat kau merasa kesusahan.
Orang yang benar-benar melindungimu dan dia lebih berhak untuk
itu!"
"Tapi kau juga sudah menyelamatkanku, Kau juga melindungiku."
Lavender mulai menangis. Ia sangat kecewa dengan apa yang terjadi
malam ini. Nick benar-benar mematahkan harapannya. "Kau punya
sayap, kan? Kenapa kau tidak mencoba melindungiku sekali lagi?
Aku hanya ingin kau melindugi keperawananku dengan itu. Setelah
ini aku bisa melakukannya dengan laki-laki manapun."
"Kau berfikir begitu? Kalau kau hanya berfikir bercinta sebagai
permulaan, maka kau sudah salah paham. Seharusnya bercinta
sebagai satu-satunya, Lav!"
"Tapi aku mencintaimu. Sungguh. Aku merasakan apa yang kucari
selama ini dari banyak laki-laki. Aku menemukannya padamu!"
Nick terdiam sebentar. "Aku..." Haruskah ia mengatakannya?

58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku juga merasakan hal aneh seperti itu belakangan ini. Tapi aku
tidak mungkin menuruti kehendakku. Jika aku melakukan ini, aku
akan menyakitimu. Tuhan tidak akan memaafkan kita untuk ini. Kau
tau kalau ini terlarang dalam agama kita?"
Lavender menyeka air matanya. Perasaannya mulai mereda. Ya, ini
adalah dosa, dan dosa tidak akan pernah berubah menjadi pahala
apapun alasannya. Isakannya mulai tenang. Lavender membuka
pakaiannya pelan-pelan dan bergumam dingin saat angin menyentuh
tubuhnya yang telanjang. Nick tidak bisa bergerak, ia benar-benar
harus menahan nafas menatap gadis kecil yang di kenalnya berbuat
seperti itu.
"Lav, apa yang kau lakukan?"
"Aku harus berdo'a dengan hati yang suci. Aku akan berdo'a untuk
kita!" Lavender memaksakan sebuah senyum sebelum ia menjatuh-
kan tubuhnya di atas pasir dan berdo'a sambil memejamkan mata.
"Tuhanku pemilik rahmat. Tuhan yang memiliki ampun, juga cahaya
kebahagiaan."
Nick benar-benar membeku.
Gadis itu terlihat sangat tulus, suci dan astaga, tidak ada sebaris
fikiran kotorpun terbersit di otaknya saat melihat Lavender berdo'a.
Gadis itu begitu berpendar-pendar. Sangat cantik dan mempesona. Ia
seperti bidadari kecil yang di terangi cahaya purnama. Tidak, sinar
Lavender adalah sinar dari dirinya sendiri. Gadis itu bahkan bersinar
lebih terang dari purnama di atas sana.
Nick memandangi langit yang di penuhi ribuan pendar bintang.
Mengapa tiba-tiba semuanya menjadi sangat indah. Mengapa baru
sekarang Nick menyadari betapa indahnya dunia dan segala isinya?
®LoveReads

59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 8

Nick memandangi Lavender dengan sebuah senyum. Anak itu sangat


khawatir dengan hasil ujian akhirnya. Ia membuka Amplop dengan
wajah yang tanpa darah seolah-olah hasil yang buruk bisa meng-
hilangkan nyawanya. Lavender membuka amplop keputusan hasil
ujiannya dengan sangat perlahan dan hati-hati. Ia juga membuka
lipatan demi lipatan amplopnya dengan sangat perlahan lalu
memandangi isinya dengan tatapan terkesima. Sesaat kemudian ia
melopat-lompat karena merasa sangat senang.
"Aku lulus! Yeah. Aku lulus!"
"Kau beruntung, bisa meyelesaikan sekolah lebih cepat dibanding-
kan teman-teman lain yang seusia denganmu!"
"Ya, aku beruntung."
"Kau akan melanjutkan kemana? Setelah ini kau bisa mendaftar
kuliah, kan?"
Lavender berhenti melompat lalu berfikir lama. "Aku tidak tau.
Tidak pernah terfikir untuk melanjutkan pendidikan yang seperti apa
setelah ini. Kufikir aku akan belajar denganmu selamanya!"
"Apakah kau tidak punya mimpi?"
"Seperti bercinta denganmu?"
Nick tertawa renyah. Meskipun Lavender tidak memaksa seperti
dulu tapi dia tidak pernah melunturkan niatnya untuk bercinta
dengan Nick. Lavender seringkali mengungkapkan keinginannya
dan ia berhasil membuat Nick berfikir panjang beberapa kali. Tapi
tetap saja akhir dari fikirannya adalah tidak.
Dia tidak bisa melakukan hal itu kepada gadis yang seharusnya
menjadi adik iparnya.

60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender kembali melompat-lompat sambil bergumam. "Aku tau
kalau kau tidak bisa menyakiti Lawrence. Kau selalu mengatakan itu.
Tapi aku harap, jika tuhan memberiku usia yang panjang. aku bisa
melihat kau memandangku dengan penuh cinta. Aku harap Tuhan
memperpanjang waktu kehidupanku di dunia!"
Nick tertegun. Ia selalu di dera perasaan ngeri setiap kali Lavender
mengatakan hal seperti itu. Gadis itu bertindak seolah-olah dia akan
mati secepat angin berhembus. Tapi perasaan takut Nick mulai
lenyap saat melihat betapa bahagianya Lavender yang melompat-
lompat sambil memandangi surat pemberitahuan kelulusannya.
Ia terlihat sangat riang, dan Nick tidak bisa memungkiri kalau ia
melihat Lavender secara khusus semenjak malam itu. Terkadang ia
menyesal terlahir lebih dulu dan bertemu dengan Lawrence lebih
dulu. Ia mungkin akan sangat bahagia bisa menjadikan Lavender
miliknya tanpa harus menyakiti orang lain.
"Aduh!"
Lavender terjatuh, ia duduk di lantai sambil memegangi dadanya dan
menekannya kuat-kuat.
Nick benar-benar terlihat khawatir. Setiap kali ia melihat Lavender
bersikap seperti itu perasaan khawatirnya tidak bisa di tahan lagi
untuk muncul ke permukaan, terlebih semenjak malam itu. Kejadian
indah saat itu benar-benar membuat kekhawatiran Nick menjadi
lebih berlipat-lipat. Nick mendekat dan duduk di hadapan Lavender
dengan ekspresi cemas. Ia menggenggam bahu Lavender erat dan
mengguncang tubuhnya perlahan.
"Ada apa, Lav? Apa yang terjadi padamu?"
Lavender memandangnya dengan ekspresi kesakitan lalu melingkar-
kan lengannya di leher Nick dengan cepat. Beberapa detik kemudian
Lavender berhasil menyelimuti bibir Nick dengan bibirnya. Hangat
dan manis.

61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Nick terkejut dan segera menjauhkan wajahnya dari Lavender. Gadis
itu mungkin mengerti dengan keheranan Nick padanya, ia melepas-
kan ciumannya. Nick menatapnya dengan pandangan heran. "Kau
main-main? Aku benar-benar khawatir. Bercandamu sama sekali
tidak lucu."
"Aku hanya ingin berdekatan denganmu. Kau tau bagaimana
perasaanku, kan? Kita memiliki perasaan yang sama. Lalu apa
salahnya kita menikmatinya beberapa saat saja!"
Nick tersenyum, hanya sebentar saja. Ia akan menikmati perasaannya
kepada Lavender sebentar saja. Nick memulai lebih dulu, ia mencium
Lavender dengan sangat perlahan. Merasakan kehangatan di sekujur
tubuhnya saat merasakan liat bibir gadis kecil yang mengisi sebagian
hatinya. Mereka berciuman lama, benar-benar lama. Ia membuat
Lavender merasakan getaran yang hebat terjadi padanya.
Ini pertama kalinya Lavender berciuman dengan perasaan cinta.
Sangat dahsyat dan luar biasa.
Tuhanku, yang memiliki rahmat
Dimana segala kemuliaan ada padamu
Ampunilah dosa kami
Saat ini, hingga detik menjelang kematian nanti
Dan berkatilah aku
Lavender mulai berdesah di kedalaman ciuman Nick.
Ia menyentuh dadanya sekali lagi, masih sakit. Tapi Nick berhasil
membuat Lavender tidak merasakan sakit itu lagi. Lavender
melupakan segalanya saat dekat dengan Nick. Ia bahkan melupakan
dirinya sendiri. Yang di ingatnya hanya perasaan yang membuncah.
Satu lagi kelopak tunas yang ada di dalam dirinya terbuka. Ia akan
segera mekar dengan indahnya.

62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Nick! Apa yang kau lakukan?"
Nick mengenal suara itu. Suara Lawrence. Ia segera menjauh dari
Lavender dan bangkit menatap Lawrence yang melangkah dengan
sangat perlahan mendekatinya.
"Kau benar-benar bertindak seperti ini, Nick? Dia adikku!"
"Tidak," Lavender menyela. "Jangan salahkan dia. Aku yang
memintanya melakukan itu!"
"Kau?"
"Aku merasa sakit dan dia berusaha menghilangkan rasa sakit itu..."
Lawrence tidak bisa menahan diri. Dia melayangkan sebuah
tamparan keras untuk Lavender dan memandangnya penuh dengan
kebencian. "Sejak kapan kau jadi seperti ini, Lav? Kau tau kalau Nick
dan aku akan segera menikah? Kau bertindak sama murahannya
dengan ibumu! Aku tidak akan membiarkanmu merebut Nick dariku.
Tidak akan pernah. Kecuali aku mati!"
"Lalu bagaimana bila aku yang mati?" Lavender menangis lagi. Ia
segera melarikan diri melewati Lawrence dan Nick dengan sangat
terluka. Lavender membanting pintu yang dilewatinya sekuat tenaga
sebelum ia benar-benar menghilang.
Lawrence menyesal mengatakan itu. Ia sangat cemburu dan
kecemburuan sudah membuatnya menyakiti Lavender. Tidak
seharusnya ia berfikir negatif tentang anak itu. Lavender mengagumi
Nick, Lawrence mengetahui hal itu. Seharusnya Lawrence memberi-
kan pengertian, bukan menyakitinya. Lawrence menoleh kepada
Nick dan bergumam halus.
"Maafkan aku, Nick!"
"Aku yang seharusnya minta maaf." Nick menghela nafas dalam. Ia
ingin mengatakan kalau dirinya mencintai Lavender. Jika saja ia
menolak, maka ciuman itu tidak akan pernah terjadi.
63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku menyakitinya lagi. Akhirnya aku tau mengapa Lavender tidak
bisa dekat denganku. Aku masih menganggapnya musuh karena
membenci ibunya yang menggantikan ibuku. Aku tidak benar-benar
menyayanginya." Lawrence mulai terisak. "Apa yang sudah ku
lakukan? Aku sudah berusaha Nick, tapi..."
"Nona!" Deliah menghentak pintu yang tertutup dengan keras
sehingga seluruh perhatian Lawrence terpusat kepadanya. "Nona
muda terjatuh. Maksudku, ia jatuh begitu saja saat berlarian di
halaman samping. Saya rasa dia berusaha untuk mencapai
Synagogue. Tapi dia terkapar di halaman begitu saja."
Nick dan Lawrence spontan berlarian menuju halaman samping di
mana beberapa orang pelayan mengelilingi Lavender sambil
berusaha membangunkannya.
Nick tak menyangka ia akan melihat hal seperti ini lagi. Lavender
tidak sadarkan diri di atas rerumputan. Wajahnya terlihat sangat
ketakutan.
Tuhan,
Aku masih ingin hidup
Berikanlah aku waktu beberapa lama lagi
Aku berjanji tidak akan mendekati Nick lagi
Aku tidak akan menyakiti Lawrence
®LoveReads

Nafas Nick sesak mengetahui kenyataan itu. Ternyata Lavender


punya penyakit jantung? Ia terlalu muda untuk memiliki penyakit
seperti itu. Semula Nick kira, selama ini Lavender hanya berpura-
pura sakit, tapi ternyata dia benar-benar sakit. Jadi semua ekspresi
kesakitannya selama ini bukan sandiwara?

64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Seharusnya Nick tidak sembarangan menduga, padahal Nick selalu
merasa khawatir setiap kali Lavender kesakitan. Ia seharusnya
menyadari itu.
"Aku takut kehilangan Lavender!" Lawrence berdesis. "Aku
menyesali kata-kataku hari ini, Tuhan! Jika saja aku tau kalau begini
jadinya. Aku bahkan rela menyerahkan Nick untuknya bila Lavender
benar-benar menginginkannya. Sembuhkan dia. Tuhan, selamatkan
dia!"
Nick meneteskan airmatanya. Jika saja ia tau kalau akan begini
jadinya, maka Nick tidak akan pernah menolak permintaan Lavender
untuk bercinta dengannya. Mungkin Nick akan bersikap sedikit
egois untuk menikmati cintanya dengan Lavender meskipun hanya
sementara.
‘Tolonglah, Ini mungkin kesempatanku yang terakhir. Aku tidak
mungkin bisa merasakan ini jika kau tidak melakukannya kali ini.’
Lavender pernah mengatakan itu. Seharusnya Nick menyadari sinyal
yang Lavender berikan. Lavender hanya ingin merasakan cinta itu di
saat-saat terakhir hidupnya. Nick menyesalinya. Ia menyesali segala
sikap dan penolakannya kepada gadis itu, ia menyesalinya. Sekarang
tidak ada pilihan lain selain menunggu keputusan Tuhan, Gadis yang
nakal itu sudah koma selama dua hari. Ia berada di antara hidup dan
mati. Lavender mungkin belum ingin mati, ia masih mempertahan-
kan jantungnya untuk terus berdetak meskipun jantung itu tidak
sanggup melakukannya tanpa bantuan alat-alat medis.
Begitu mengetahui kabar tentang Lavender, ayahnya dan Beth
benar-benar kehilangan konsentrasi saat berada di kantor. Mereka
hanya akan tenang bila duduk di samping ranjang Lavender dan
berbicara dengannya.
Nick seringkali melakukan hal yang sama. Ia tidak perduli lagi
dengan perasaan Lawrence, ia hanya takut kehilangan Lavender.

65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lav, bangunlah. Jika kau bangun, aku akan segera mengabulkan
permintaanmu! Aku berjanji akan melakukan itu!"
Lawrence menyentuh tangan Lavender lalu menciumnya. "Bangun-
lah, Lav! Aku tidak akan menyakitimu lagi. Kau boleh berlari, kau
boleh melakukan apapun yang kau mau. Aku tidak akan meng-
halanginya. Aku berjanji, Lav! Tolonglah aku, aku akan menderita
jika tidak mendengar maafmu."
"Kabar gembira!" Beth tiba-tiba saja membuka pintu ruang rawat
dengan bunyi yang sangat keras.
"Ada pasien yang meninggal hari ini, terlalu kejam memang
mengatakan bahwa kematian orang lain adalah kabar gembira, tapi
keluarganya setuju untuk menyumbangkan jantungnya kepada
Lavender. Semoga saja cocok, semoga saja Lavender bisa menerima
jantung itu!"
Nick dan Lawrence saling pandang dengan ekspresi lega.
Beth segera menyongsong adiknya dan membelai kepalanya. "Lav,
semua orang mengharapkan kesembuhanmu. Maka sembuhlah, Aku
akan menjadikanmu ratu jika kau bisa sembuh."
®LoveReads

66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 9

‘Lav, aku akan memberikan Nick untukmu. Bangunlah.’ Suara


Lawrence.
‘Lav. Segeralah buka matamu, aku sangat merindukanmu,’ Nick.
‘Ayolah, sayang aku akan menghajar siapaun yang menyakitimu.
Setelah ini kau tidak boleh terluka lagi. Cepatlah bangun.’ Suara
Beth.
‘Sayang, Cepatlah bangun. Tuhan sudah memberimu jantung baru
dan kau harus sehat dengan itu. Jangan kecewakan orang yang
memberikan jantungnya untukmu.’ Ayah.
Lavender bisa mendengar semuanya. Tapi ia tidak bisa bangun
meskipun ingin bangun. Selama ini ia mendengar janji-janji yang
sangat indah jika dirinya bisa segera bangun. Tapi Tuhan belum
menghendakinya untuk bangun. Lavender belum bisa membuka
matanya.
‘Tuhan,
Sembuhkan dia.
Aku ingin dia tetap hidup meskipun aku tidak mungkin bersamanya
Ada ayahku di dalam dirinya
Dan ku harap ayahku akan menjaganya seperti dia menjagaku selama
hidupnya!’
Lavender tertegun. Do'a itu dari siapa? Siapa yang mendo'akannya
dengan ungkapan tulus itu? Astaga, Lavender merasakan jantungnya
berdetak sangat cepat. Ayahku ada di dalam dirinya? Orang itu
pastilah keluarga dari orang yang mendonorkan jantung untuknya.
Lavender belum bisa melihatnya, tapi ia menyayanginya.Menyayangi
orang yang berdo'a untuknya setiap malam. Do'a yang sangat tulus
yang tidak pernah di dapatinya selama ini.

67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
‘Tuhan, aku tau kalau diriku penuh dosa
Tapi aku ingin bagian dari ayahku tetap hidup
Bantu dia menerima jantung ayahku
Bantu dia, Tuhan
Aku akan menjaganya jika dia terbangun nanti
Aku akan terus mengawasinya meskipun dari jauh.
Tuhan,
Lihat dia, begitu cantik
Tapi wajahnya sangat pucat
Kapan aku bisa melihat rona di wajahnya?
Tuhan,
Lindungi dia, perhatikan dia
Berilah dia kehidupan yang seharusnya dimiliki oleh ayahku.
Kapan dia akan sadar?
Kapan kau mengizinkannya untuk membuka mata?
Aku ingin dia tersenyum, aku ingin melihatnya tertawa
Aku akan menghapus air matanya jika ia menangis.’

Lavender menghela nafas dalam. Ia menyukai setiap do'a yang orang


itu panjatkan untuknya. Lavender ingin membuka mata dan melihat-
nya. Tapi apa yang terjadi? Dia masih belum bisa membuka matanya.
Tuhan masih belum mengizinkannya untuk membuka mata.
Lavender harus segera sembuh, ia harus berjuang untuk bisa melihat
orang itu. Siapa dia?
Tuhan,
Izinkan aku membuka mata
Aku ingin melihatnya dan berterima kasih
Karena dia sudah berbaik hati merelakan ayahnya
Menjadi perantaramu untuk memberikanku hidup
®LoveReads

68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Belum ada tanda-tanda sejauh ini." Dokter bergumam kepada
seluruh keluarga yang berkumpul di ruang rawat saat ia memeriksa
keadaan Lavender untuk kesekian kalinya. "Dia masih berjuang
untuk menerima jantungnya yang baru."
"Tapi ini sudah seminggu!" Beth berdesis.
"Dia butuh dorongan dan motivasi. Saya harap seluruh keluarga
terus memberinya dorongan untuk bertahan hidup."
"Tentu saja kami akan melakukannya!"
Dokter tersenyum. "Ya, saya rasa itulah yang menjadi sebab gadis ini
untuk bertahan. Orang lain sudah menunjukkan tanda-tanda pada
dua atau tiga hari jika ia bisa menerima ataupun tidak bisa menerima
jantung barunya. Dia gadis yang hebat!"
®LoveReads

Lavender menanti kata-kata yang datang untuknya hari ini. Ia sudah


mendengar banyak ucapan semunggu terakhir. Tapi Do'a itu sudah
tidak didengarnya selama dua hari. Apakah orang itu sudah bosan
mendo'akannya?
‘Lav, aku datang!’
Nick. Lavender tau itu. Nick selalu datang setiap sore. Dia sangat
rajin melebihi Beth yang menjaganya seharian suntuk dan terus
mengajaknya bicara. Lavender pernah merasakan kecupan hangat
dari Nick di keningnya, juga di bibirnya beberapa kali.
‘Kapan kau akan bangun, Lav?
Aku takut bosan menanti.
Lawrence memintaku untuk membatalkan pernikahan kami.
Aku rasa Lawrence mengira kalau kau mencintaiku dan dia meminta-
ku untuk bersamamu meskipun aku menolak.
Bangunlah, Lav. Kau tau kalau aku sangat mencintaimu, kan?
69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tidak bisa meyetujui permintaan Lawrence
Tapi aku tidak bisa kehilanganmu.’
Dan Lavender sangat bahagia mendengar itu. Nick menginginkan-
nya? Ingin bersamanya? Ternyata Nick benar-benar mencintainya.
Kebahagiaan itu terus bersarang di hatinya sampai akhirnya Nick
berganti dengan Lawrence setelah selang beberapa jam. Lawrence
terisak saat itu. Lavender bisa mendengarnya karena Lawrence sama
sekali tidak menyembunyikan isakannya. Ia terdengar sangat terluka.
‘Aku sudah berfikir panjang.
Kami akan membatalkan rencana pernikahan kami.
Mungkin aku akan mengatakannya kepada Ayah besok sore
Untukmu, untuk segala penyesalanku, Aku bahkan rela melepaskan
nyawaku Lav, aku menyayangimu. Percayalah!’
Tiba-tiba kebahagiaan di hatinya berganti dengan kesedihan.
Lawrence mungkin sangat menderita karena harus berpisah dengan
orang yang dicintainya. Ia merasa telah salah mencintai Nick.
Lawrence lebih membutuhkan Nick dibandingkan dirinya. Lavender
meneteskan airmata. Jika saja ada orang di ruangan saat itu, mereka
pasti tau kalau tubuh kakunya sedang bersedih.
Hingga tiba-tiba bunyi pintu dibuka menyeruak. Lavender ingin
menghapus air matanya, tapi tidak bisa. Tidak ada satupun dari
anggota tubuhnya yang bisa di gerakkan. Tapi Lavender merasakan
sebuah tangan yang hangat menyeka air matanya.
‘Kau sedang bersedih? Aku juga.
Ah, ya! Aku membawakan bunga Lavender untukmu
Dia cantik seperti dirimu
Lav, Maafkan aku.
Aku tidak bisa menepati janjiku padamu
Aku tidak bisa menjagamu
Aku harus mengikuti ujian besok pagi
Selama dua hari ini aku mengurusi beasiswa Cookery
70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku juga harus bekerja keras mulai sekarang
Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi
Sudah saatnya aku berhenti bermanja
Tapi aku berharap bisa melihatmu dalam keadaan sehat
Cepat sembuh, ya?’
Lalu do'a itu terdengar lagi.
‘Tuhan,
Aku tau ini belum saatnya
Tapi aku harus mengatakan satu hal yang penting padamu
Aku jatuh cinta pada Lavender
Akhirnya aku benar-benar mencintainya
Tapi aku tidak bisa menjaganya lagi
Maka awasilah dia, Tuhan! Jagalah dia untukku
Dan ampuni segala dosa-dosaku padanya.’
®LoveReads

Lavender menghela nafas dengan tamak lalu membuka mata.


Akhirnya! Ia memandangi atap rumah sakit dengan pandangan
kabur, lalu kembali menjelas dan semakin menjelas. Lavender
akhirnya bisa melihat dengan lekukan nyata. Ia memandangi cahaya
yang masuk lewat jendela. Sudah hampir siang. Beberapa saat
kemudian matanya terpaku pada bunga Lavender yang sudah
disusun apik di dalam sebuah Vas kaca berisi air. Sudah berapa lama
bunga itu berada disana?
"Ya, Tuhan! Lav. Kau sudah sadar?"
Pandangan Lavender beralih pada orang yang berteriak kegirangan
itu. Lawrence, ia segera sibuk memanggil dokter secara manual
padahal Lawrence bisa saja menekan tombol darurat. Ia sedang
membuang-buang energi. Dalam sekejap ruangan tempat Lavender
dirawat menjadi penuh dengan dokter dan perawat.
71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender diperiksa secara intensif dan dikabarkan baik-baik saja. Ia
sudah sehat. Sebuah keajaiban yang luar biasa. Lawrence sepertinya
sangat senang. Ia segera menelpon semua orang dan perlahan-lahan
mereka datang, satu persatu. Dimulai dari Beth, mungkin Beth
mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga ia
sampai di tempat itu dalam waktu yang singkat. Beth tidak berhenti
bersyukur, ia terus bicara tentang apa saja. Lalu ayahnya, Ayah yang
jarang Lavender lihat hari ini memeluknya, membelai rambutnya,
mencium keningnya. Ia menatap Lavender dengan kerinduan yang
sangat. Akhirnya Lavender bisa merasakan kasih sayang ayah tirinya
dengan baik. Selama ini Lavender fikir, ia hanya memiliki Beth dan
Deliah. Ternyata ia memiliki banyak orang yang ada di sekitarnya.
Nick datang dan memandang Lavender dengan penuh syukur.
Mungkin ia ingin memeluk, ingin mencium. Tapi Nick tidak akan
berani melakukan hal itu di depan ayahnya. Nick hanya mengucap-
kan betapa ia senang melihat Lavender bisa sadar setelah sekian lama
mereka menunggu. Lavender ingin memeluknya, ia juga merindukan
Nick. Tapi matanya segera menatap Lawrence yang berusaha
menyembunyikan kecemburuannya. Lavender segera mengulurkan
tangannya ke arah Lawrence dan wanita itu segera menyambutnya.
Lawrence menatapnya bingung.
"Kau ingin mengatakan sesuatu, Lav?"
Lavender mengangguk kemudian menoleh kepada ayahnya. Laki-laki
itu menggenggam tangan Lavender yang satunya lalu menciumnya.
"Ayah, Bolehkah aku belajar di luar rumah setelah pulang dari rumah
sakit? Aku ingin kuliah Coockery. Aku ingin menjadi koki!"
Ayahnya tertawa renyah. "Jadi itu yang kau dapatkan setelah koma
berminggu-minggu? Aku kira kau akan mengatakan hal apa!
Tenanglah, Ayah akan melakukan apapun agar kau bisa sekolah di
sana!"
®LoveReads

72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 10

Lavender harus menahan diri beberapa minggu lagi di rumah sakit


sebelum ia kembali ke kamarnya yang nyaman di rumah. Ia sudah
bisa berjalan-jalan meskipun tidak banyak, sudah bisa naik-turun
tangga dan yang paling penting Lavender sudah bisa menghabiskan
waktu di Synagogue seperti biasa. Ia tengah berusaha menggapai
dapur untuk menemui Deliah saat mendengar percakapan ayahnya
dan Lawrence di ruang kerja sang Ayah. Percakapan yang pada
akhirnya membuat Lavender hanya bisa menggigit jarinya untuk
tetap bertahan di balik pintu sampai perbincangan itu selesai. Atau
mungkin ia tidak akan pernah selesai.
"Apakah kau sudah memikirkan ini?" Suara ayah terdengar agak
menyimpan kemarahan. Lavender bisa merasakannya.
"Aku sudah memikirkannya. Aku tidak bisa melanjutkan rencana
pernikahan itu lagi jika harus mengorbankan Lavender."
"Kau sudah membicarakannya dengan Nick?"
"Aku sudah memintanya datang malam ini. Aku akan mengungkap-
kannya."
"Untuk apa kau melakukan ini, sayang? Kau malah akan menyiksa
dirimu."
"Lavender kolaps karena aku memarahinya. Aku sangat cemburu
karena dia terlalu dekat dengan Nick. Aku fikir Lavender menyukai-
nya karena itu aku ingin mewujudkan impiannya untuk memiliki
Nick. Kita tidak pernah tau berapa lama Lavender bisa bertahan
dengan jantung barunya. Aku harap selamanya!"
"Tapi kau sudah salah mengambil tindakan, aku tidak akan membiar-
kan Nick menikah dengan Lavender meskipun dia sudah berpisah
denganmu. Mendiang ibunyapun tak akan menyetujui itu. Lavender

73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dan Nick terpaut usia yang sangat jauh, dan satu hal lagi. Semua
orang sudah tau tentang rencana pernikahan kalian dan aku tak
ingin nama baik keluarga kita tercemar karena kau membatalkan
pernikahan lalu calon suamimu menikah dengan adikmu!"
Lavender nyaris saja menangis. Dia sangat senang dengan pem-
batalan pernikahan Lawrence dan Nick. Tapi Ayahnya tidak me-
nyetujuinya. Ayahnya bahkan menjamin kalau Nick dan Lavender
tidak akan pernah bisa bersama bagaimanapun keadaannya. Seperti-
nya Lavender harus menyerah pada cintanya. Dia bisa saja meminta
Nick membawanya pergi. Tapi Lavender tau bahwa Ouray memiliki
kuasa yang sangat runcing yang bisa menembus apa saja. Ayahnya
akan menemukan mereka lalu membuat hidup Nick sengsara.
Lavender menahan isakannya, ia tidak bisa mengorbankan hidup
banyak orang hanya demi cinta konyolnya yang entah bertahan
berapa lama.
"Kau mencintai Nick, kan?" Ayahnya melanjutkan percakapan itu.
"Kau fikir Nick juga akan setuju dengan hal ini?"
"Karena itu aku akan bertanya padanya..."
Lavender tidak bisa mendengar kata-kata yang selanjutnya. Ia
merasakan tubuhnya di tarik oleh seseorang dengan kuat menaiki
tangga lantai dua.
Bethoven memaksa Lavender untuk masuk ke kamarnya dan
mengunci pintu. Selang beberapa menit kemudian Beth sudah
mengajak Lavender duduk diatas Sofa kamarnya yang membelakangi
rak buku. Ia menatap Lavender dengan serius.
"Benarkah kau punya hubungan dengan Nick?"
Lavender tidak menjawab. Ia tidak tau harus menjawab apa.
"Lav, Kau tidak bisa berbuat seperti itu. Keluarga ini sudah membuat
hidup kita menjadi nyaman. Mereka juga membiayai pengobatan ibu
sampai ibu bisa hidup lebih lama dari yang seharusnya bersama kita.
74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kita bukan hanya berhutang satu nyawa. Kita sudah berhutang dua
nyawa kepada mereka. Karena uang mereka kau bisa hidup sampai
sekarang."
"Tapi aku mencintai Nick!" Lavender bergumam pelan. Isakannya
tidak bisa di tahan lagi. Beth memandang Lavender dengan perasaan
iba. Ia tidak tega melihat air mata adiknya.
"Aku tau, tapi Lawrence juga, kan? Sudah berapa lama kau mencintai
Nick? Bisa kau bandingkan dengan Lawrence? Kau berfikir harus
memiliki Nick karena itu selalu berusaha merebut Nick dari
Lawrence kan? Bandingkan dengan cinta yang Lawrence miliki. Dia
bahkan rela melepaskan Nick agar Nick bisa bahagia denganmu.
Meskipun untuk itu dia harus sakit hati seumur hidupnya."
"Aku juga sakit, Nick cinta pertamaku dan aku tidak bisa
memilikinya!"
"Lawrence juga cinta pertamaku dan aku juga tidak mungkin, tidak
akan pernah bisa memilikinya!"
Lavender terdiam lama. Ia memandang Beth terkesima. Jadi selama
ini Beth mencintai Lawrence? Saudara tirinya sendiri?
"Ya, Aku mencintai Lawrence meskipun tidak pernah mengatakan
hal itu kepada siapapun. Sejak pertama kali kita berada di rumah ini,
Lawrence selalu berusaha bersikap baik meskipun aku tau itu sulit
baginya. Dia memperhatikan kita yang masuk ke rumah ini dalam
keadaan lusuh dan itu yang membuatku mencintainya. Sangat lama
aku berusaha memendam perasaanku, Lav. Sampai akhirnya aku
berfikir untuk menikmati cintanya selama sepihak begitu ia
membawa Nick ke rumah. Aku bahkan sering kesakitan karena itu."
"Tapi kau bisa menghadapi Lawrence dengan baik."
"Karena aku mengusahakannya. Tidak ada yang tidak bisa kita laku-
kan jika kita mau mengusahakannya. Tapi jangan sampai kemauan
kita itu merusak kehidupan orang-orang yang berjasa dalam hidup
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kita. Coba kau bayangkan kehidupan kita tanpa mereka, Aku tidak
mungkin bisa melanjutkan sekolah, ibu meninggal lebih cepat dan
kau mulai sakit-sakitan. Bayangkan bila aku harus mencuri hanya
untuk mendapatkan makanan dan kau harus mengalami kesakitan
melebihi apa yang pernah kau rasakan selama ini karena aku tidak
sanggup membeli obat untukmu."
"Hentikan!" Lavender menutup kedua telinga dengan telapak
tangannya. Ia tidak sanggup mendengarkan semua penjabaran Beth
tentang hutang budi mereka pada keluarga ini. Tapi Beth sepertinya
belum puas, ia masih ingin Lavender mendengar lebih banyak. Beth
menarik tangan Lavender dengan keras sehingga Lavender tidak
lagi bisa menolak.
"Lawrence berusaha keras menggantikan ibu untukmu. Dia tidak
ingin kau dibesarkan tanpa kasih sayang dan perhatian. Tapi apa
yang kau lakukan padanya? Lav, aku mohon usahakanlah cara apa
pun agar perikahan mereka tidak dibatalkan. Jika kau menyayangiku,
jika kau menyayangi ibu, hentikan semua ini. Hentikan usahamu
untuk merebut Nick darinya. Dia sangat menyayangimu, Lawrence
sangat menyayangimu!"
Lavender memejamkan matanya, perih. Ia tidak tau harus bagai-
mana, tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Hatinya sangat sakit
menyadari keadaan hidupnya. Ia menginginkan cinta dari kehidupan-
nya yang sangat singkat tapi cinta itu harus ia rampas dari orang
lain. Lamat-lamat Lavender bisa mengenang kembali ucapan
Lawrence padanya di rumah sakit. ‘Untukmu, untuk segala
penyesalanku. Aku bahkan rela melepaskan nyawaku Lav, aku
menyayangimu. Percayalah!’
®LoveReads

"Apa yang kau lakukan?" Nick berbisik saat Lavender berhasil


menariknya ke perpustakaan sebelum acara makan malam keluarga
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
itu dimulai. Ia baru saja tiba dan sangat senang saat Lavender
menyambutnya. Nick kira, ia akan mendapatkan sebuah pelukan.
Tapi ternyata Lavender malah memaksanya untuk masuk ke
perpustakaan rumah itu lalu menyembunyikan diri mereka di balik
rak-rak yang tinggi.
"Apakah kau mencintaiku?" Lavender bergumam pelan. Nick ter-
diam lama, memandangnya dengan tatapan terkesima. "Jawab Nick,
apakah kau mencintaiku?"
"Kau memanggiku apa? Nick? Aku sangat senang mendengarmu
memanggil namaku, bukan Tuan Sherwood seperti yang biasa kau
katakan!"
"Jawablah, cepat. Makan malam akan segera dimulai!"
Nick menghela nafas lalu mengangguk. "Aku rasa iya, aku tidak bisa
memungkiri kalau aku sudah menganggapmu istimewa beberapa
minggu belakangan ini. Aku berusaha menolaknya karena aku tidak
bisa meninggalkan Lawrence. Tapi saat kau koma di rumah sakit,
aku menyesalinya. Aku ingin terus bersamamu, Lav!"
"Lawrence ingin membatalkan pernikahan kalian. Apa jawabanmu?"
"Kalau itu yang terbaik untuk kita aku akan menyetuju..."
"Jangan pernah!" Lavender memotong. "Jangan batalkan rencana
pernikahan kalian. Aku mohon. Aku sudah bilang, kan? Aku tidak
akan pernah membiarkanmu terlibat masalah. Saat itu cukup bagiku
jika kau membiarkanku mencintaimu. Aku tidak pernah memintamu
membatalkan pernikahan dengan Lawrence. Aku tidak ingin
pernikahan kalian dibatalkan!"
"Tapi, Lav."
"Aku mohon."
"Bagaimana denganmu? Bagaimana dengan perasaanku padamu?"

77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ini hanya sementara. Suatu saat nanti akan menghilang dengan
sendirinya kalau kau merasa bosan." Lavender lalu memeluk Nick
erat-erat. Ia merasakan Nick membelai punggungnya dengan sangat
lebut. "Aku belum bisa berhenti mencintaimu saat ini, Nick. Tapi aku
juga tidak akan membiarkan pernikahanmu dan Lawrence batal. Kita
tidak tau berapa lama aku bisa bertahan dengan jantungku yang
baru. Selama itu, biarkan aku mencintaimu diam-diam. Itu saja sudah
cukup. Aku tidak bisa membuatmu meninggalkan Lawrence dan
setelah itu aku meninggalkanmu. Kau tidak boleh kehilangan semua-
nya hanya karena aku!"
"Lav!"
"Menikahlah dengan Lawrence, jika tidak kau akan membunuhku!"
Nick mengangkat wajah Lavender perlahan. Wajah Lavender me-
merah, ia mungkin berusaha menaha perasaan-nya yang sebenarnya.
Juga berusaha agar tidak menangis sejadi-jadinya sehingga orang
bisa mendengar tangisannya. Nick merasa sedih dengan permintaan
ini, ia membelai wajah Lavender lembut lalu mencium keningnya.
Selang beberapa saat bibir Nick sudah mencium bibirnya lalu
berpindah ke leher. Nick sudah bisa menaklukkan Lavender sehingga
mereka sudah berbaring di lantai, gadis itu menggeliat saat Nick
mencoba melepas pakaiannya. Lavender belum berhenti menangis.
Tuhan, ampuni dosaku
Ampuni dosaku
"Lav" Suara Deliah mengetuk pintu perpustakaan terdengar nyaring.
Nick menghentikan gerakannya dan memandangi pintu. Lalu ber-
pindah kepada Lavender yang nyaris saja bercinta dengannya.
Padahal mereka sudah begitu dekat, Nick sudah mencapai puncak
hasratnya dan siap untuk memberi kepuasan kepada Lavender.
Bukankah ini yang Lavender inginkan? Bercinta dengannya? Nick
juga sudah menginginkannya. Teramat menginginkannya.

78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lav, cepatlah. Lawrence sudah mencari tuan Sherwood ke sekeliling
rumah. Beth sedang menuju kemari. Kau bisa mati jika dia menemu-
kan kalian berduaan di dalam!"
Lavender bangkit dan memperbaiki pakaiannya. Ia memandang Nick
sekali lagi dengan tatapan penuh permohonan. "Tolong jangan batal-
kan pernikahan kalian. Jika kalian sampai batal menikah, kau tidak
akan pernah bisa melihatku lagi. Aku bersumpah!"
Nick terpaku, ia tidak tau harus berbuat apa-apa selain membiarkan
Lavender keluar dari ruangan itu dan meningalkannya sendiri.
Lavender meminta hal yang menyakitkan untuk di lakukan. Dia
mungkin tidak sanggup menikah dengan Lawrence bila hatinya terisi
oleh orang lain. Tapi jika tidak melakukan itu, Nick tidak akan
pernah bisa melihat Lavender lagi seumur hidupnya. Ancaman
seperti apa itu? Lavender akan melakukan hal apa?
"Nick, sedang apa kau disana?" Suara Beth terdengar dengan jelas.
Laki-laki itu berdiri di ambang pintu perpustakaan dan menatap Nick
heran. Nick menepuk bahunya yang mungkin dikotori debu. Ia juga
berusaha memperbaiki pakaiannya.
Beruntung Nick belum melepas pakaiannya sama sekali seperti yang
dilakukannya pada Lavender tadi. Ia bisa lega karena itu. Nick
menatap Beth sejenak lalu tersenyum. "Aku mau mengembalikan
buku yang ku bawa pulang beberapa hari yang lalu, tapi ku lihat
sangat banyak buku yang berserakan di atas meja, jadi aku
merapikannya!"
Beth mengangguk mengerti. "Memang selalu begitu, Tapi besok
pagi akan ada yang merapikannya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan
buku lagi. Sekarang kita ke meja makan. Semua orang sudah me-
nantimu. Aku rasa ada hal serius yang harus dibicarakan mengenai
pernikahanmu dan Lawrence."
®LoveReads

79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 11

Berthoven membawakan es krim untuk Lavender. Antri hari ini


terlalu panjang dan Beth tau kalau Lavender sudah sangat bosan
menanti proses administrasinya selesai. Penundaan selama hampir
setengah tahun ini tentu saja cukup membuat Lavender merasa
tertekan. Ia merindukan Nick dan harus melihat Nick bersama
dengan orang lain karena pernikahan itu sudah dilaksanakan. Betapa
hancurnya dia. Tapi ia sedang berusaha menepati janjinya kepada
Tuhan. Lavender tidak akan merebut Nick dari Lawrence meskipun
ia harus terus merasa sakit karena itu.
"Lav, kita pulang saja dulu. Aku harus mengerjakan sesuatu!" Beth
berujar pelan. Antrian masih sangat panjang dan Beth sudah bosan
menemani Lavender menunggu gilirannya tiba. Masih puluhan
orang lagi sebelum nama Lavender dipanggil.
Lavender terlihat kecewa. Ia berharap bisa segera terdaftar di
Akademi Cookery ini tanpa penundaan lagi karena dirinya sudah
menunda selama setengah tahun dan terpaksa mengikuti kelas pada
musim semi. Tapi Lavender-pun tidak ingin merepotkan Bethoven
untuk menemaninya. "Kalau begitu kau pergi saja. Selesaikan
pekerjaanmu!"
"Bagaimana denganmu?"
"Aku menunggu sampai namaku di panggil. Aku tidak mau
menundanya lagi. Proses penyembuhanku sudah memakan waktu
yang sangat lama. Usiaku sudah bertambah satu tahun. Jika
menunda lagi maka aku akan membuang banyak waktu dengan
menunda-nunda."
Beth menghela nafasnya. "Tapi kau tidak akan menghilang, kan?"
"Aku punya ponsel, Beth. Jika aku butuh bantuanmu aku akan
menelpon!"
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Baiklah, tapi berjanjilah kau akan baik-baik saja!"
Lavender mengangguk. Beth kelihatan tidak rela melepaskannya,
tapi ia tetap melambaikan tangannya dan meninggalkan Lavender di
kursi ruang tunggu.
Beth benar-benar berjalan pelan menanti fikirannya berubah dan
kembali duduk di samping Lavender lagi. Sayangnya, Beth sudah
mencapai mobilnya lebih dulu sebelum fikirannya berubah.
®LoveReads

"Lavender Ouray, silahkan ke Outlet enam!"


Lavender tersentak, ia memandangi jam tangannya dan lega saat
namanya dipanggil. Sudah jam dua siang dan ia melewatkan makan
siangnya untuk menunggu. Lavender memandangi sekelilingnya.
Hanya tinggal dirinya dan empat orang lagi. Namanya memang
mendapat urutan akhir karena datang kesiangan.
Dengan langkah-langkah kelelahannya Lavender berjalan menuju
Outlet yang memajang angka enam dalam sebuah layar digital. Ia
membawa semua bahan pendaftarannya dan duduk dengan malas
menghadapi seseorang yang... Astaga!
"Rex?" Lavender mengerjapkan matanya beberapa kali.
Yang dihadapinya benar-benar Rex?
"Lav. Kau?"
"Maaf, sepertinya aku salah..." Lavender berujar sambil kembali
mengambil barang-barangnya yang tadinya di letakkan di atas meja,
tapi kata-katanya terhenti saat Rex berhasil menggapai tangannya.
Rex memandang Lavender dengan tatapan maklum, gadis itu
ketakutan saat melihatnya.

81 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau ingin mendaftar, kan? Kau tidak mungkin menunggu berjam-
jam untuk melakukan kesalahan! Duduklah!"
Lavender berusaha melepaskan tangannya dari Rex dan pemuda itu
mengerti. Rex kembali meletakkan tangannya di atas meja.
"Duduklah, Lav!" Rex melanjutkan ucapannya. "Aku tidak mungkin
melakukan apapun padamu di hadapan banyak orang, kan?"
Lavender terdiam sesaat lalu memandangi Rex dengan serius.
Beberapa saat kemudian, ia duduk di hadapan Rex dengan kikuk lalu
mengeluarkan formulir yang sudah diisinya dan meletakkannya di
atas meja. Rex menekap formulir Lavender dengan telapak tangan-
nya lalu menggeser kertas itu medekat. Selang beberapa menit Rex
mengetik komputernya dan meminta Lavender menandatangani
beberapa buah surat. Lavender mengerjakan semua permintaan Rex
tanpa mengatakan apapun. Ia hanya terus bersikap hati-hati sambil
memandangi Rex penuh selidik.
"Kau sudah biasa memasak?" Tanya Rex.
Lavender mengangkat alisnya. "Apa urusannya denganmu?"
"Percayalah, ini untuk kepentinganmu, Lav! Bukan untukku!"
"Aku baru, mencoba beberapa bulan ini."
"Kalau begitu kau didaftarkan untuk mendapat bimbingan khusus."
"Olehmu?"
"Pihak Fakultas yang menentukannya. Kalau ternyata aku yang ter-
pilih untuk membimbingmu. Berarti kita memang ditakdirkan untuk
bersama!" Rex tersenyum lebih ramah. Lalu menyilangkan kedua
lengannya di atas meja. "Kau sangat takut padaku?"
"Tidak!"
"Tapi kau menyiratkan seperti itu! Kufikir kau sudah melupakannya.
Itu sudah lama sekali, kan?"

82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tidak akan penah bisa melupakannya. Kau tau?"
"Ya, Aku tau! Dan kau akan terus berhati-hati denganku. Baguslah
kalau begitu. Itu artinya kau tidak memerlukan siapapun untuk
menjagamu, kan?" Rex kembali memandangi komputernya. "Apa
yang membuatmu memilih jurusan Cookery? - Ini wawancara tahap
awal, untuk mengisi datamu!"
Lavender terdengar mendesah. "Aku tidak tau!"
"Haruskah aku mengetik tidak tau?"
"Tulis saja karena aku ingin bisa memasak untuk suamiku suatu saat
nanti!"
Rex tertawa renyah dan ketakutan Lavender mulai sirna. Lavender
seperti menemukan Rex yang lain dari yang pernah dikenalnya.
Tidak. Ia sudah menemukan lagi Rex yang di kenalnya. Itu lebih
tepat. Satu-satunya hal yang membuat Lavender merasa tidak
mengenal Rex adalah kejadian malam itu dimana Rex hampir saja
merusak hidupnya.
"Apanya yang lucu?" Lavender agak membentak.
Rex menggeleng berusaha menenangkan dirinya. "Tidak, kau
mengingatkanku kepada Lavender yang kukenal dulu."
"Aku sama sekali tidak berubah, Rex!"
"Sudah berapa banyak pacarmu setelah aku?"
"Aku tidak mendapatkan seorangpun!"
Ekspresi ceria di wajah Rex berhenti, jawaban Lavender tiba-tiba
saja membuatnya merasa bersalah. "Kau sudah makan siang, Lav?
Mau makan bersamaku?"
"Untuk apa?"
"Untuk permintaan maaf!"

83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau akan menculikku lagi dan..."
"Aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi. Percayalah!" Rex
memotong ucapan Lavender dengan penekanan khusus. "Aku
menyesali semua perbuatanku. Sungguh! Aku tidak bisa menghenti-
kan diriku untuk menyalahkan diri sendiri atas perbuatanku itu.
Seandainya calon kakak iparmu itu tidak datang, mungkin aku sudah
megajak teman-temanku untuk menikmatimu secara beramai-ramai.
Aku tidak seharusnya merencanakan hal keji seperti itu. Maafkan
aku!"
"Aku sedang malas untuk membahasnya. Tapi aku tetap saja tidak
bisa menghentikan diriku untuk berhati-hati kepadamu! Ini bukan
bagian dari wawancara awal, kan?"
"Ya, aku mengerti. Aku tidak boleh terlalu berharap, begitu
maksudmu?"
Lavender mengangguk. "Tapi aku akan menerima tawaran makan
siang gratis itu karena aku sangat lapar. Tapi aku akan pergi ke
tempat itu sendiri dan kau harusnya menyusul setelahku. Aku tidak
mungkin pergi bersamamu!"
®LoveReads

Lavender termenung memandangi makan malamnya. Bukan karena


tidak sedang berselera, tapi ia tengah memikirkan pertemuannya
dengan Rex hari ini. Ia bertemu lagi dengan Rex dalam keadaan
yang sama sekali tidak terduga. Rex adalah seniornya di sekolah
Cockery itu. Ia bahkan mengurusi segala pendaftaran Lavender dan
berjanji untuk tidak membuat Lavender merasa lelah karena harus
bolak-balik.
Saat makan siang bersama tadi, Lavender mengajak Beth ikut serta
dan Beth lebih banyak bebicara dengan Rex dibandingkan dengan
dirinya. Beth sangat menyambut niat baik Rex itu.
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lav, kau baik-baik saja?" Lawrence menyapanya.
Malam ini Lawrence dan Nick akan menginap di rumah lagi.
Biasanya Lavender akan bersedih semalaman. Tapi sepertinya malam
ini Lavender tidak akan memikirkan Nick. Ia yakin kalau dirinya
hanya akan memikirkan pertemuannya dengan Rex.
"Kau merasakan sakit lagi? Kau tetap meminum obatmu, kan?"
Lavender menoleh kepada Lawrence sejenak lalu tersenyum. "Aku
baik-baik saja, aku hanya..."
"Hanya memikirkan kejadian tadi siang!" Potong Beth. "Kami
bertemu dengan mantan kekasihnya. Siapa namanya Lav?..."
Lavender melirik Nick sekilas dan menyadari tatapan tajam Nick
menghujamnya. Dengan kikuk Lavender kembali memandang Beth
dan berdelik. Beth tertawa senang karena merasa sudah berhasil
mengganggu adiknya.
"Sudahlah, Lav! Kau tidak perlu malu-malu. Kau sudah cukup sehat
untuk mencari kekasih baru. Siapa namanya? Rex? Pacarmu yang
terakhir sebelum kau masuk rumah sakit kan? Aku ingat, saat itu kau
menangis karena berpisah darinya. Kau bilang masih menyukainya.."
"Hentikan Beth! Aku tidak mau membahasnya!"
Ayahnya yang sejak tadi memperhatikan Beth mengganggu
Lavender tertawa. Ia lalu bergumam dengan sangat bijak. "Kau bisa
membawanya ke rumah Lav. Jika dia sampai pernah membuatmu
menangis karena berpisah berarti kau sangat menyukainya. Ayah
ingin melihatnya."
"Mana mungkin aku melakukan itu. Kami hanya bertemu tanpa
sengaja dan saling menyapa. Itu saja!"
"Apakah dia melakukan sesuatu yang buruk?" Nick tiba-tiba
bersuara. Ekspresinya terlihat sangat khawatir. Tentu saja hal itu di

85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
sebabkan oleh perlakuan Rex yang pernah menyakiti Lavender.
Hanya Nick yang mengetahuinya.
Lavender melirik keluarganya secara bergantian. Semua orang
mengeluarkan ekspresi heran pada wajahnya karena perubahan
suasana secara tiba-tiba. Sepertinya nada suara Nick benar-benar
mempengaruhi semuanya. Lavender memandang Nick sejenak lalu
menunduk. Ia masih tidak bisa memandangi Nick berlama-lama.
"Tidak, dia sangat baik!"
"Aku sangat lega mendengarnya. Jangan pernah menyembunyikan
sesuatu jika dia menyakitimu, Lav! Aku. Maksudku kami semua
sangat khawatir dengan keadaanmu. Kau belum pulih seratus persen
dan masih harus dijaga ketat!"
"Ya, aku tau! Aku akan berusaha menjaga diriku!"
"Nick benar, Kau tidak boleh menyembunyikan apapun jika terjadi
sesuatu padamu!" Ayahnya berbicara lagi, kembali menyegarkan
suasana mencekam yang tiba-tiba saja hadir diantara mereka karena
ucapan Nick. "Kalau dia bukanlah orang yang baik untukmu, jangan
dekati dia, Lav!"
Lavender mengangguk. Ia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk
yang satu itu.
®LoveReads

"Ayahmu benar, sebaiknya jangan dekati Rex. Aku tidak ingin dia
meyakitimu sedangkan aku tidak ada disana untuk melindungimu
lagi!" Nick Sherwood berbisik di kamar Lavender yang terkunci dari
dalam. Laki-laki itu memaksa masuk sedangkan selama ini dia tidak
pernah melakukan hal itu jika Lavender tidak memintanya. Nick
membuat Lavender merasa takut. Takut ketahuan dan takut
kehilangan kendali.

86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Aku hanya mengkhawatirkanmu! Kau tau bagaimana dia pernah
berusaha membunuhmu?"
"Berhentilah bersikap seperti ini, Nick. Keluarlah dari kamarku
sekarang. Bagaimana bila Lawrence tau? Aku tidak ingin menyakiti-
nya."
"Dia tidak akan tau. Aku mengatakan akan keluar rumah sebentar!"
Nick menatap Lavender hangat. Ia sangat merindukan gadis itu.
Meskipun sangat dekat, selama setengah tahun ini mereka terasa
begitu jauh. "Aku merindukanmu, Lav!"
"Hentikan, Nick. Aku tidak bisa mendengarmu mengatakan hal itu."
Lavender menundukkan wajahnya semakin dalam. Lalu, "Karena aku
mungkin merasakan kerinduan yang lebih dalam."
"Tapi kau selalu tampak kuat menahan semua ini. Kau tau bagaimana
terlukanya aku? Aku sangat senang kau sembuh, tapi aku terluka
karena tidak bisa berdekatan lagi denganmu sesering dulu. Aku
menyesal meluluskanmu lebih cepat. Seharusnya aku bisa menunda-
nya karena hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa berdekatan
denganmu!"
"Nick."
Nick mendekat, merangkul pinggang Lavender dan merapatkan
tubuh gadis itu kepadanya. Lalu mereka bertatapan penuh kerinduan.
Mereka selalu begini setiap kali Nick datang ke rumah ini, selalu
menangatakan hal yang sama dan Lavender akan selalu kehilangan
kendali. Ia membiarkan Nick mencium bibirnya lagi dan Lavender
hanya bisa meneteskan air mata untuk itu. Ia tidak punya kuasa
untuk menolak. Lavender sangat menginginkan Nick dan masih
belum berubah.
Nick mungkin merasakan isakan Lavender di kedalaman ciumannya.
Ia menjauhkan wajahnya dari Lavender dan menatapnya dengan
87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
sedih. Nick melepaskan sebelah tangannya dari pinggang Lavender
untuk menghapus air matanya.
"Kenapa kau selalu menangis seperti ini?"
"Aku merasa sangat bersalah kepada Lawrence! Tidak seharusnya
kita melakukan ini di sela-sela pernikahan kalian!"
"Kau yang meminta kami untuk mempercepat pernikahan!"
"Aku tidak punya pilihan lain. Bila kau dan Lawrence tidak jadi
menikahpun, aku dan dirimu tidak mungkin bersatu, Nick! Ayah
tidak akan menyetujui hubungan kita meskipun Lawrence bisa
menerimanya. Kita memang tidak pernah di takdirkan untuk
bersama."
"Lalu kau fikir tidak masalah jika aku menjadi kakak iparmu asalkan
kita terus bersama? Aku juga memikirkan hal itu. Aku tidak akan
bisa hidup tanpa melihatmu, jika hubungan kita diketahui oleh
keluargamu, maka mereka akan menjauhkanku darimu sedangkan
aku tidak sanggup menahan kuasa ayahmu. Meskipun harus seperti
ini, bukan masalah bagiku. Aku juga merasa bersalah, Lav! Tapi
hubungan kita ini setidaknya memberikanku harapan untuk terus
bertahan hidup."
Lavender menunduk lalu memeluk Nick erat-erat. Ia ingin melepas-
kan diri dari Nick, ingin bisa tapi tidak bisa. Hatinya berperang
setiap kali Nick dan dirinya melakukan hal ini. Dia tidak ingin
menyukainya, tapi Lavender tidak bisa menyangkal kalau dirinya
menyukainya. Nick menjatuhkan tubuh Lavender di ranjang lalu
kembali mengulum bibirnya. Lavender tidak bisa menahan dirinya
lagi, ia meledak. Benar-benar meledak. Lavender mendorong tubuh
Nick menjauh dari dirinya. Dia tidak pernah bisa melakukan hal itu
selama ini dan mungkin tidak akan pernah bisa.
Nick memandang Lavender dengan sedih. Lavender selalu menolak-
nya. "Kau masih tidak bisa melakukannya? Bukankah kau sendiri

88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang pernah memintaku untuk melakukan hal itu, Lav? Aku berjanji
untuk mengabulkan permintaanmu itu jika kau sembuh. Tapi
kenyataannya."
"Aku tidak bisa!" Lavender mendekap tubuhnya sendiri erat-erat.
Airmatanya mengalir lagi. "Aku tidak bisa mengkhianati Lawrence
lebih jauh. Bagiku cukup menikmati ciumanmu di saat aku merindu-
kannya. Tapi aku tidak akan pernah memaafkan diriku jika melaku-
kan hal yang lebih dari itu! Pergilah, Nick. Kembalilah pada istrimu.
Dia pasti menunggumu!"
Nick menghela nafas lalu keluar dari kamar itu dan meninggalkan
Lavender sendirian.
Lavender merasa kecewa pada dirinya setiap kali ia melakukan hal
ini. Ia merasa sangat pedih dan terluka. Tapi Lavender tidak bisa
memungkiri kalau hatinya sangat membutuhkan cinta. Hanya Nick
yang bisa memberikannya dan ia selalu bertahan dengan sejumput
asa tentang itu.
Tuhan,
Mengapa kelopakku tidak bisa terbuka lagi?
Apakah aku tidak akan bisa mekar selamanya?
®LoveReads

89 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 12

Tuhan,
Aku tau ini belum saatnya
Tapi aku harus mengatakan satu hal yang penting padamu
Aku jatuh cinta pada Lavender
Akhirnya aku benar-benar mencintainya
Tapi aku tidak bisa menjaganya lagi
Maka awasilah dia, Tuhan! Jagalah dia untukku
Dan ampuni segala dosa-dosaku padanya.

Lavender terbangun dengan nafas yang tertengah-engah. Ia tidak


sedang bermimpi buruk, tapi entah mengapa ia merasa khawatir.
Sudah sangat lama ia tidak memimpikan hal itu. Tidak, itu bukan
mimpi yang sebenarnya ia hanya mendengar gema suara yang
membicarakannya. Seseorang itu mengatakan hal yang sangat
Lavender takuti. ‘Aku tidak bisa menjaganya lagi, maka awasilah dia,
Tuhan! Jagalah dia untukku dan ampuni segala dosa-dosaku padanya’
Lavender mendekap dadanya. Rasa nyeri itu terasa lagi. Sudah
sangat lama ia tidak merasakan dadanya sakit seperti saat ini.
Lavender menekan jantungnya kuat-kuat berharap rasa sakitnya
segera sirna.
Hari ini seharusnya Lavender berangkat ke akademi Cookery seperti
yang belakangan ini selalu dilakukannya. Tapi dirinya sama sekali
belum bisa menghilangkan rasa sakitnya. Lavender segera bangkit
dari tempat tidurnya dan berusaha untuk segera bersiap-siap sambil
menahan sakitnya. Ia menunda sarapannya dan segera meminta Beth

90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengantarnya ke kampus. Tidak ada seorangpun di rumah itu yang
boleh melihatnya kesakitan. Lavender tidak ingin terkurung lagi di
rumah seperti dulu.
Kampus sudah cukup ramai meskipun menurut Lavender, ia
berangkat terlalu pagi. Lavender berusaha untuk mencapai Lokernya
lalu mengganti pakaiannya dengan seragam koki yang harus di
kenakannya. Ia duduk di kelas yang tampak seperti dapur itu seorang
diri, menanti teman-teman sekelasnya datang. Lavender masih terus
memegangi dadanya karena rasa sakitnya masih belum bisa hilang.
Ia mengaduh saat merasakan jantungnya seperti tertusuk.
Tuhan, Apa ini?
Apakah ini hukuman untuk dosa yang kulakukan bersama Nick?
"Lav!"
Lavender menengadah mencari suara yang akrab di telinganya. Ia
melihat Rex membuka pintu kelasnya dengan lebih lebar lalu
mendekatinya yang kesakitan. Rex bersimpuh di hadapannya dengan
tatapan khawatir.
"Lav, Kau kenapa? Kau sakit?"
Lavender menggeleng. "Aku hanya masuk angin!"
"Kalau begitu kita ke klinik!"
"Aku harus mengikuti kelas hari ini. Hari ini pembagian pem-
bimbing, kan? Aku ingin memilih lebih dulu. Karena itu aku datang
lebih pagi."
"Kalau begitu kau mau minum?"
"Aku baik-baik saja, terimakasih!"
Lavender berusaha berdiri tapi tiba-tiba ia limbung dan terjatuh
lemas tak sadarkan diri. Lavender tidak bisa merasakan apa-apa lagi.
Ia hanya bisa mendengar do'a untuknya bergema sekali lagi.
91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
‘Awasilah dia, Tuhan! Dan ampuni dosa-dosaku padanya!’

"Lav! Bangun!"
Rex berteriak keras. Ia berusaha menyadarkan Lavender dengan
berbagai cara. Tapi gadis itu tidak bangun juga.
Beberapa saat kemudian keramaian mulai terjadi. Para pelajar mulai
memenuhi kelas dan terkejut melihat Lavender terkulai lemas dalam
pelukan Rex. Semua orang bertanya-tanya dan tidak ada satu halpun
yang ingin Rex katakan. Ia memandangi Lavender masih dengan
tatapan khawatir. Rex masih memanggil-manggil Lavender sambil
menepuk-nepuk pipinya. Hingga tiba-tiba Lavender terbatuk-batuk,
dia sudah sadar dan Rex merasa lega.
"Lav! Syukurlah kau sudah bangun. Aku khawatir karena kau tidak
bernafas sama sekali tadi!"
Lavender menatap wajah Rex lama. "Antarkan aku ke rumah sakit,
tolonglah!"
®LoveReads

Lavender dan Rex berjalan berjauhan. Kali ini Rex yang menjaga
jarak darinya sedangkan selama ini Lavender yang tidak mau di
dekati. Lavender memandangi Rex dengan ekspresi heran. Ia
berhenti melangkah dan Rex melakukan hal yang sama.
"Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa berjalan dalam jarak sejauh
itu?"
"Bukankah kau tidak suka berdekatan denganku? Ini jarak yang
biasa kau ambil saat berjumpa denganku, kan?"
Lavender mendesah kesal, ia melangkah mendekati Rex tapi Rex
melangkah untuk menjauh, semakin ia berusaha mendekati pemuda
itu, Rex terus menghindar hingga akhirnya mereka berkejar-kejaran
92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
di halaman rumah sakit. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Lavender
sudah merasa nyaman dengan keberadaan Rex dan dia sangat senang
dengan itu. Ini mungkin pertama kalinya Lavender tertawa setelah
sekian lama. Ia benar-benar puas dengan dirinya hari ini meskipun
Lavender harus memegangi dadanya karena ia merasa sakit lagi.
Rex berhenti bergerak saat melihat Lavender terduduk di atas aspal
sambil memegangi dadanya. Rex berjongkok di hadapan Lavender
masih dalam jarak yang jauh. "Kau sakit lagi?"
"Aku rasa jantungku hanya Shock karena aku tidak pernah berlarian
seperti ini!" Jawab Lavender dengan nafas terengah-engah. Ia me-
mandang Rex lalu memiringkan kepalanya. Laki-laki itu mengikuti
gayanya dan itu berhasil membuatnya tertawa. "Apa yang terjadi
denganku karena tidak mengikuti pelajaran hari ini?"
"Kau tidak bisa memilih pembimbingmu sendiri!"
"Lalu?"
"Aku yang akan jadi pembimbingmu. Aku juga tidak masuk ke kelas
itu karena mengantarmu. Maka aku pastikan tidak akan ada satu
anakpun yang memilihku. Maka, mau tidak mau kau harus memilih-
ku. Aku satu-satunya pembimbing yang tersisa dan kau satu-satunya
yang belum memiliki pembimbing!"
Lavender mengangguk mengerti. "Kau mau merahasiakan kejadian
hari ini, kan?"
"Maksudmu tentang kejadian apa? Aku tidak ingat apa-apa!" Rex
memiringkan kepalanya ke sisi lain tubuhnya. Ia bertindak seolah-
olah sedang lupa ingatan.
Itu artinya Rex setuju untuk merahasiakannya.
"Baguslah kalau begitu!" Gumam Lavender ringan.
"Akhirnya aku tau mengapa aku ketakutan saat itu. Waktu kau
mengatakan kalau aku akan menyesal jika memaksakan kehendakku
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
padamu, aku merasa ucapanmu sepertinya sangat mengerikan.
Ternyata karena ini? Kau tidak pernah mengatakan kepadaku kalau
kau sakit."
"Seharusnya kau bisa menebak mengapa aku tidak diizinkan
bersekolah di luar oleh ayahku!"
"Aku fikir karena kau nona besar. Orang kaya di film-film seringkali
di gambarkan seperti itu."
Lavender menggunakan tangannya untuk menumpu dagunya sambil
memandangi Rex yang jauh darinya dengan tatapan serius. "Sudah
berapa lama kau berada di akademi Cookery itu?"
"Ini tahun terakhirku. Sudah lima tahun."
"Jadi sewaktu berpacaran denganku, kau sudah belajar disana? Kau
tidak pernah bercerita padaku sama sekali tentang apapun."
"Aku harus menceritakan apa? Aku fikir saat itu kau hanya tertarik
dengan seks dan saat itu aku juga sama. Aku mendatangimu setiap
hari karena dorongan seksual yang menggebu-gebu. Pacarku tidak
bisa melakukan seperti yang kau lakukan, makanya..." Ucapan Rex
terhenti saat sebuah sepatu melayang menghantam bahunya. Ia
memandangi Lavender dengan kesal. Gadis itu akan melempar yang
sebelah lagi, dia sudah membuat ancang-ancang yang meyakinkan.
"Jadi sewaktu berpacaran denganku kau punya pacar yang lain?"
"Tentu saja! Aku punya pacar yang bisa ku ajak jalan-jalan dan pacar
yang bisa memenuhi kebutuhan seksualku tanpa pernah cemburu."
Lavender melempar sepatunya lagi, tapi kali ini tidak mengenai Rex
seperti yang sebelumnya. "Aku membencimu! Padahal aku menangis
setelah berpisah denganmu waktu itu. Aku bersedih semalaman dan
kau..."
"Aku senang mendengarnya!"

94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tapi aku tidak senang mendengar pengakuanmu!"
"Baiklah, kau boleh menghukumku untuk itu. Sekarang bagaimana?
Mau pulang? Perlu ku telponkan Beth untukmu?"
Lavender memandangi Rex sejenak lalu menggeleng. "Kau mau
menemaniku ke suatu tempat? Aku ingin melihat pantai hari ini!"
Rex menggeleng. "Aku harus bekerja. Bisakah kita pergi lain kali
saja? Aku akan meluangkan waktuku seharian saat itu."
"Baiklah, tapi bolehkah aku melihatmu bekerja?"
Rex menggeleng lagi. "Kau tidak akan di perbolehkan masuk ke
dapur, kecuali kau duduk di restoran sebagai pelanggan. Maka aku
jamin kau tidak akan pernah melihatku disana!"
Lavender berdecak kesal. "Kalau begitu aku akan datang sebagai
pelanggan dan menunggumu selesai bekerja!"
®LoveReads

Semua ucapan Rex benar.


Lavender sama sekali tidak bisa melihat Rex karena laki-laki itu
bekerja di dapur sedangkan Lavender menantinya di meja tamu
sebagai pelanggan. Lavender sama sekali tidak menduga kalau Rex
bekerja di restoran yang mengapung, ini pengalaman pertamanya
datang ke tempat seperti ini dan pengalaman pertamanya juga yang
membuat Lavender harus memandangi pelabuhan dari siang hingga
malam hari.
Sepanjang pantai dipenuhi dengan kerlip lampu yang sangat indah.
Restoran ini juga mewah. Padahal Lavender mengira kalau dirinya
akan merasa bosan menunggu Rex selesai kerja, ternyata keindahan
yang ditawarkan bisa membuatnya betah berlama-lama.
Lavender seringkali memandangi pintu pribadi pekerja berharap Rex

95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
segera keluar dari sana. Tapi bukankah jam makan malam baru saja
dimulai? Rex mungkin baru akan selesai bekerja setelah jam makan
malam berakhir. Lavender tidak mengerti mengapa dirinya sangat
suka bersama Rex hari ini. Mengapa tiba-tiba dirinya bisa merasa
dekat sehingga rela menunggui Rex selesai bekerja selama seharian.
Mungkin karena Lavender enggan berada di rumah. Rumah hanya
membuatnya mengingat Nick dan segala kesalahannya.
Meskipun Lavender tidak bisa memungkiri kalau dirinya sempat
merasa ketakutan karena Rex pernah hampir saja menghabisi
nyawanya- dan Lavender masih belum bisa melupakan hal itu-tapi
jika harus memilih, Lavender akan selalu berusaha untuk meng-
hindari Nick. Selama ini Lavender selalu berada di rumah dan tidak
bisa menghindari kepulangan Lawrence bersama suaminya. Pada
akhirnya Baik Lavender maupun Nick harus bersembunyi untuk
sekedar berbicara dari hati ke hati.
Lavender selalu dihantui perasaan takut karena hal itu dan untuk
pertama kalinya ia kehilangan rasa takutnya saat berkejar-kejaran
dengan Rex di halaman rumah sakit tadi.
"Kau sudah lama?" Beth menepuk kepala adiknya, lembut. Laki-laki
itu kemudian duduk di hadapan Lavender dan memanggil pelayan
restoran. "Kau belum memesan makanan?"
"Aku sudah disini sejak siang tadi. Perutku sudah penuh!" jawab
Lavender. Ia terpaksa meminta Beth datang ke restoran itu saat Beth
menelponnya khawatir karena dia tidak bisa menemukan Lavender di
kampusnya.
"Tadi temanmu di kampus bilang, Kau dibawa Rex ke rumah sakit.
Ada apa?"
"Aku mendadak tidak bisa bernafas. Tapi menurut dokter bukan hal
yang aneh. Aku masih berusaha menyesuaikan diri dengan jantung
yang baru!"

96 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau membuatku sangat khawatir. Lalu dimana Rex? Sepertinya aku
harus berterima kasih!"
"Kita harus menunggu sampai jam makan malam selesai. Rex bekerja
di dapur dan tidak bisa keluar bila tamu restoran seramai ini!"
Lavender memandangi seluruh ruangan. Restoran ini sangat ramai
padahal para tamu harus melakukan reservasi terlebih dahulu untuk
makan malam. Lavender menoleh kepada Beth lagi lalu bergumam
pelan. "Beth, bisakah kau tidak menjemputku lagi di kampus?"
"Apa? Kenapa?"
"Aku bisa pulang sendiri!"
"Tidak bisa! Bagaimana bila terjadi apa-apa. Lawrence dan Nick
sangat kecewa karena kau tidak bisa makan malam bersama dengan
keluarga seperti biasa. Ini pertama kalinya-selain waktu kau di
rumah sakit dulu-dan mereka harus pulang besok pagi ke rumah
mereka tanpa melihatmu."
"Aku sudah besar, kan? Apa salahnya aku tidak makan malam
bersama keluarga sesekali."
Lavender menghela nafas lega. Setidaknya hari ini dia tidak perlu
melihat Nick, tidak perlu melakukan kesalahan dengan bermesraan
bersama kakak iparnya. Lavender sudah kecanduan dengan Nick dan
dia harap dirinya bisa segera berhenti. Lavender tidak bisa
melakukan pengkhianatan itu terus. Dia tidak yakin bisa memper-
tahankan dirinya lebih lama lagi. Bagaimana bila daya tahan
Lavender habis dan dia benar-benar menyerahkan dirinya kepada
Nick? Lebih buruk lagi bila karena Nick Lavender harus
mengandung dan Lavender tidak sanggup memikirkan segala
kemungkinan buruk yang terjadi padanya.
"Malam ini kita tidak usah pulang saja!"
Dahi Beth berkerut memandang adiknya. "Kenapa?"

97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku ingin duduk di pelabuhan bersama Rex. Kau mau menemaniku,
kan? Dia pembimbing pelajaran dasarku dan aku harus membicara-
kan banyak hal dengannya. Tapi aku tidak mungkin berdua
dengannya malam ini. Bagaimana bila terjadi sesuatu padaku?"
"Kau juga bisa khawatir mengenai itu, rupanya!"
"Tentu saja. Aku terlalu cantik untuk dibiarkan seorang diri!"
Beth tersenyum jenaka, lalu "Mengapa tidak di bicarakan di kampus
saja. Apa harus malam ini?"
Lavender terdiam lama. Ia hanya mencari alasan untuk tidak pulang
dan memanfaatkan Rex. Tapi Beth benar, mengapa harus dibicarakan
malam ini? Rex pasti lelah karena bekerja seharian. Lavender tidak
bisa memaksakan kemauannya terhadap Rex. Tapi dia tidak ingin
pulang, dia tidak ingin bertemu Nick. Lavender menghela nafas
kecewa.
"Lav? Kenapa? Kau ingin bersama Rex lebih lama?"
Lavender menggeleng. "Aku hanya tidak ingin pulang malam ini!"
"Apa masalahmu? Kau tidak pernah terlihat bersemangat kalau di
rumah. Padahal dulu kau selalu meramaikan rumah dengan
kenakalanmu. Apa ada sesuatu yang tidak kau ceritakan padaku? Kau
menghindari siapa di rumah?"
Lavender menggeleng. "Aku hanya bosan. Aku ingin pindah rumah
selama kuliah agar bisa lebih berkonsentrasi untuk belajar. Suasana
rumah sangat tidak kondusif untuk kesegaran otakku!"
"Ayah tidak akan setuju dengan itu!"
"Aku tau mengenai hal itu. Tapi mulai sekarang aku akan banyak
menghabiskan waktu bersama Rex. Aku harus belajar kepadanya di
semester awal ini. Sedangkan Rex hanya punya waktu malam hari
setelah dia pulang kerja."

98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kalau begitu Rex saja yang datang ke rumah."
Lavender membulatkan bola matanya tak menyangka, meminta Rex
datang ke rumah? Bagaimana bila dia bertemu Nick saat mereka
berkunjung ke rumah? Tapi Lavender kemudian berfikir lebih taktis.
Jika ia menghabiskan waktu setelah makan malam bersama Rex,
maka ia akan terhindar dari Nick. Itu lebih baik bila di bandingkan
dengan bayangan tentang menyerahkan dirinya kepada Nick.
Mungkin dulu Lavender sangat ingin bercinta dengan Nick, sampai
sekarang masih begitu. Tapi untuk saat ini perasaan keinginan itu di
hantui oleh perasaan takut yang tidak bisa di singkirkan begitu saja.
Lavender tidak ingin di hantui cinta yang di penuhi dengan perasaan
takut seperti yang di alaminya sekarang. Dia ingin terbebas dari
perasaan seperti itu.
®LoveReads

Lavender tersenyum getir setiap kali mendengar cerita teman-teman


sekelasnya tentang pelajaran bimbingan dasar mereka yang sudah di
mulai. Semua pelajar meluangkan waktunya setiap hari untuk
mengikuti bimbingan itu sedangkan dirinya belum memulai apa-apa
sama sekali. Rex hampir tidak pernah menemuinya lagi semenjak
laki-laki itu mengantarkannya ke rumah sakit beberapa waktu lalu.
Mungkin sangat sibuk atau mungkin merasa terganggu dengan
Lavender? Entahlah, yang jelas Lavender sama sekali belum
memiliki kesempatan untuk protes.
"Lavender!" Salah seorang teman sekelasnya menyapa Lavender
dengan suara yang sangat halus. Lavender langsung menoleh kepada
gadis itu dan tersenyum untuk menyiratkan keramahannya.
"Ya? Ada yang bisa ku bantu?"
"Remingthon Cutrberth mengirimi ini untukmu!" Gadis itu meng-
ulurkan secarik kertas yang di lipat rapi kepada Lavender. Lalu, "Dia
99 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
memberikannya tadi pagi. Hanya saja aku datang terlambat, maka-
nya aku sedikit terlambat memberikan ini padamu. Maafkan aku,
ya?"
Lavender mengangguk dan megambil titipan untuknya. Ia meng-
ucapkan terimakasih sebelum gadis itu pergi meninggalkannya
seorang diri. Remingthon Curtberth? Lavender tidak pernah merasa
mengenal orang dengan nama aneh seperti itu. Ia menunda untuk
membuka kertas itu dan melihat apa isinya beberapa saat. Lavender
masih sibuk mengemasi barang-barangnya dan dia masih harus
berganti pakaian. Tapi setelah semuanya selesai, Lavender tidak
memiliki alasan lagi untuk tidak membuka kertas itu dan membaca
pesan di dalamnya.
‘Begitu kelasmu selesai, temui aku di taman fakultas. Ada yang harus
kuberikan - Rex!’
Lavender tersenyum tanpa disadarinya.
Jadi Rex bernama Remingthon Curtberth? Lavender tidak pernah
mengetahui nama asli Rex selama ini. Ia tidak pernah menanyakan-
nya. Lavender mengira kalau hari ini Rex mungkin akan memberi-
kan jadwal belajarnya. Mudah-mudahan saja karena ia sudah tidak
sabar lagi menghadapi pelajaran-pelajaran dasar itu. Bagaimana
mungkin Lavender bisa memulai prakteknya bila pelajaran dasar saja
tidak bisa dikuasainya.
Lavender mengayunkan langkahnya menuju halaman Fakultas dan
menemukan Rex sedang mendengarkan handset dengan khidmat. Ia
terlihat sangat menikmati musik yang bergema di telinganya
sehingga tidak sadar kalau Laveder sudah berada di dekatnya.
Lavender menepuk bahu Rex dengan buku yang dibawanya sehingga
Rex menyadari kehadirannya dan menanggalkan Handsetnya secepat
mungkin.
"Aku menunggumu dari tadi. Kau lama sekali!" Keluhnya.

100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender duduk di sebelah Rex dan mendesah, "Aku masih harus
menyiapkan keperluanku, lalu mengganti pakaian, mengembalikan
buku di perpustakaan lalu menemui."
"Yah, jadwalmu sangat padat. Kau tidak perlu menjabarkannya satu
persatu."
"Kau ingin memberikan apa? Jadwal belajarku?"
Rex berdecak lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah
buku catatan yang lusuh dengan sampul pelastik yang sangat tebal.
Kertas-kertasnya sudah menguning menandakan kalau buku itu
sudah berusia lanjut. "Ini buku catatan penting. Kitab para koki di
keluargaku!"
"Maksudmu?"
"Ini buku catatan ayahku selama dia menjadi koki, aku juga
menggunakannya dan menambahkan beberapa teknik dasar yang
harus kau ketahui. Masih banyak halaman kosong disana. Bila
menemukan sesuatu, kau harus menuliskannya juga demi berbagi
ilmu kelak. Ambillah!"
Lavender mengambilnya dan membuka halaman awal. Disana
mungkin tertulis daftar nama-nama pemakai buku ini, semuanya
keluarga Curtberth.
"Jadi aku orang pertama yang bukan Curtberth?"
Rex mengangguk. "Kau harus mempelajarinya, baca baik-baik dan
praktekkan di rumah."
"Lalu kau tidak akan mengajarkanku? Aku belajar sendiri?"
Lavender tidak bisa meyembunyikan kekecewaannya. "Tapi semua
temanku sudah belajar sejak beberapa hari yang lalu. Beberapa di
antara mereka sudah praktek. Mereka bertemu dengan pembimbing
mereka setiap hari, sedangkan aku..."
"Kau ingin bertemu denganku setiap hari?"
101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender menelan ludahnya. Ia ingin bertemu dengan Rex setiap
hari? "Tidak! Tentu saja tidak jika bisa."
"Karena itulah aku memberikanmu ini. Aku tau kalau kau tidak akan
mau bertemu denganku setiap hari. Lagi pula aku tidak punya
banyak waktu karena harus bekerja dan belajar. Jadi berusahalah!"
Rex kemudian menepuk-nepuk bagian belakang kepala Lavender
perlahan sambil tersenyum. Ia lalu menyodorkan MP3 Playernya
kepada Lavender, "Mau mendengar ini?"
Lavender menatapnya sejenak lalu meraih handset yang berada
dalam genggaman Rex dan memasangkan benda itu di telinga
kanannya. Beberapa saat kemudian Lavender mengerti kalau Rex
hanya mengulangi satu lagu terus menerus. Lagu yang manis dan
menyenangkan, rasa kecewa Lavender berhasil di hapus dengan syair
yang membawa kebahagiaan dari MP3 player itu. "Ini lagu apa?"
"With Your Love-Cher Lloyd! Kau suka?"
Lavender mengangguk. "Syairnya menyegarkan."
"Kalau begitu bawalah. Aku mau pergi kerja dulu!"
"Tunggu!" Lavender berteriak nyaring membuat orang-orang di
sekitar taman memperhatikan mereka. Rex berhenti bergerak dan
menatap Lavender dengan pandangan penasaran. Padahal Rex masih
dekat dengannya, dan ia berteriak untuk menghentikan Rex?
"Kenapa kau semudah ini memberikan barang-barang berhargamu
padaku?"
"Aku akan memintanya kembali pada akhir pekan ini." Rex kembali
duduk di sebelah Lavender untuk menyampaikan kata-kata yang
nyaris saja dia lupakan jika saja Lavender tidak membuatnya
mengingat jadwal yang sudah di aturnya. "Akhir pekan ini luangkan
waktumu, bisa? Aku akan menunjukkanmu contoh bahan makanan
yang bagus dan bermutu tinggi!"
"Aku boleh mengajak Beth?"
102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ya, ajaklah dia. Bukan masalah bagiku. Itu malah lebih baik karena
aku bisa saja kehilangan kendali seperti dulu dan menyakitimu. Kau
berfikir begitu, kan?"
"Tidak." Lavender berbohong, tapi kebohongannya tidak bisa
bertahan lama setelah melihat tatapan penuh selidik dari mata Rex.
"Sebenarnya, iya! Aku masih merasa takut."
"Ya, aku mengerti akan hal itu. Ajaklah Beth, minta dia meluangkan
waktunya karena aku akan mengajakmu ke perternakan. Ke
perkebunan juga! Aku akan mengajakmu ke banyak tempat dan kau
harus siapkan staminamu. Bawa obatmu jika kau punya. Jangan
sampai penyakitmu kambuh di jalan. Aku harap kau bisa tahan
dengan apa yang akan kau alami besok!" Rex kembali menjauh lagi
lalu melambaikan tangannya sambil berjalan mundur. Beberapa saat
kemudian Rex menghilang berbaur bersama teman-temannya yang
berjalan berkelompok. Sangat ramai.
Lavender mendengus, sepertinya Rex akan memborong semua
pelajaran yang harus di ajarkannya selama seminggu kepada
Lavender dalam waktu sehari pada akhir pekan besok. Lavender tau
kalau ia akan memeras otak, ia mungkin juga akan melihat banyak
hal yang menjijikkan di peternakan. Bulu kuduk Lavender meremang
seketika. Ia merinding mengingat apa saja yang bisa di lihatnya pada
akhir pekan ini. Ia mengalihkan bayangan-bayangannya dengan
membuka-buka buku yang Rex berikan padanya dan membaca apa
yang bisa dibaca. Lavender bersyukur karena buku itu ditulis dalam
bahasa yang mudah dimengerti sehingga ia tidak perlu membuang
buku itu karena merasa pusing. Ia membuka lembaran demi
lembaran dengan lebih cepat dan menemukan sesuatu. Sebuah brosur
Beasiswa Coockery tertanggal hampir setahun yang lalu. Di
belakang benda itu tertulis sesuatu, Lavender.
"Ogh? Dia menuliskan namaku?"
®LoveReads

103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 13

‘Lav, Maafkan aku


Aku tidak bisa menepati janjiku padamu
Aku tidak bisa menjagamu
Aku harus mengikuti ujian besok pagi
Selama dua hari ini aku mengurusi beasiswa Cookery
Aku juga harus bekerja keras mulai sekarang
Aku tidak memiliki siapa-siapa lagi
Sudah saatnya aku berhenti bermanja
Tapi aku berharap bisa melihatmu dalam keadaan sehat
Cepat sembuh, ya?’
Lavender tidak bisa berhenti memandangi brosur beasiswa itu se-
malaman ini. Kepalanya terus terngiang-ngiang mengenai serentetan
kalimat yang berkaitan dengan beasiswa cookery. Setiap kalimat-
kalimat di dalam otaknya itu benar-benar dilafalkan dalam kata-kata
yang jelas dan itu pasti untuknya. Suara yang sama dengan suara-
suara do'a yang membangunkannya setiap pagi.
Lavender meraih buku dari Rex di atas meja dan kembali menyelip-
kan brosur itu. Ia menggigit bibirnya. Rex kah yang menjenguknya
secara diam-diam di rumah sakit waktu itu? Tapi do'a-do'a yang dia
dengar.... Bukankah Rex seorang atheis? Lavender akan meminta
Beth menyelidikinya.
"Lav! Boleh aku masuk?"
Lavender memandangi jendela kamarnya. Masih gelap, pagi sedang
berjuang untuk menjelang. Ia bangkit dari ranjang dan membukakan
pintu untuk Deliah.
Deliah segera memaksa Lavender untuk mengunci pintu dan kembali
duduk di ranjang dengan terburu-buru.
Apa yang terjadi?
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku ingin bertanya padamu. Kau masih berhubungan dengan Nick
sampai sekarang?" Deliah menatapnya dengan serius.
Lavender menggeleng sambil terus menatap Deliah dengan heran.
"Belakangan ini tidak lagi. Aku berusaha menghindarinya."
"Bagus. Tapi buruk!"
"Kau sedang mengatakan hal apa? Kau membuatku bingung!"
"Aku mendengar ayahmu bicara dengan Lawrence di telepon
semalam. Lawrence sedang mengandung...."
"Benarkah?"
"Kau senang?"
"Tentu saja! Meskipun aku juga tidak bisa memungkiri kalau aku
bersedih. Anak itu akan membuat Nick melupakanku." Lavender
tidak berusaha menyembunyikan mimik kecewanya sama sekali.
Hanya sebentar dan ia tersenyum lagi. "Tapi bagus, kan? Jadi aku
tidak perlu berjuang menjauhi Nick lagi. Dia sendiri yang akan
menjauhiku setelah itu!"
"Kau yakin? Ada satu hal yang tadinya ku katakan sebagai sesuatu
yang buruk. Ayahmu meminta Lawrence untuk pindah bersama
suaminya ke rumah ini sampai anaknya lahir. Alasannya, Nick tidak
memiliki pembantu rumah tangga, di rumah ini juga sangat banyak
yang akan menjaga Lawrence."
"Bagus, kan? Ayahku tentu saja mengambil keputusan yang benar!"
"Tapi tidakkah kau menyadari satu hal? Itu artinya Nick akan
tinggal di rumah ini dan dia akan bebas menjamahmu. Aku tau kalau
kau masih kesulitan mengubur perasaanmu kepada Nick. Tapi
bagaimana bila perasaanmu tidak mati-mati juga. Terlebih setelah
kalian tinggal di bawah atap yang sama. Semakin sering bertemu
akan membuat cintamu pada Nick semakin besar."

105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku akan berusaha menghindarinya!"
"Bagaimana caranya?"
Lavender membisu. Bagaimana caranya? Ia sendiri tidak begitu tau
tentang itu yang pasti ia akan berusaha menghindari Nick. Semua
masalah di hidupnya semakin rumit sekarang. Deliah mungkin benar,
Lavender bisa saja semakin mencintai Nick karena mereka tinggal
seatap. Bagaimana mungkin dirinya bisa mempertahankan diri jika
harus bertemu setiap hari. Sedangkan selama ini saja, dimana Nick
dan Lawrece hanya datang sebulan sekali tak pelak membuat
Lavender nyaris di tiduri Nick berkali-kali. Ia semakin takut dengan
keadaan dirinya sekarang. Ia takut menyakiti banyak orang.
"Kapan mereka akan pindah?"
"Besok! Itu yang kudengar!"
"Cepat sekali."
"Kau harus bersiap-siap Lav, atau kau harus membicarakan masalah
ini dengan Nick. Kalian harus berhenti berselingkuh di belakang
Lawrence. Kau yang meminta Lawrence untuk segera menikah
dengan Nick di saat dia ingin membatalkan pernikahannya demi
dirimu. Kau tidak akan tega, kan melihat Lawrence kecewa
sedangkan sekarang dirinya sedang mengandung? Itu akan
memberikan luka yang sangat dalam, Lav! Lebih dalam dari lukamu!"
®LoveReads

Tuhan,
Tunjukkan jalanmu
Aku harus bagaimana mengindari pengkhianatan ini?
Aku ingin terbebas dari Nick tapi hatiku terus menolak.

106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku membutuhkannya
Tapi Lawrence lebih membutuhkannya.
Tuhan, jaga aku dari perbuatan dosa
Jangan biarkan aku melakukan hal itu lagi.
Lavender sudah berdo'a seharian ini. Terus mengulangi do'a-do'a
yang sama demi dirinya, juga demi Nick. Hari ini Nick dan Lawrence
akan pindah ke rumahnya dan Lavender terus dihantui oleh per-
buatan salahnya tentang perselingkuhan mereka selama ini. Sudah
hampir malam dan Lavender sebaiknya segera kembali ke kamarnya
sebelum Nick melihatnya.
Apapun alasannya, Lavender tidak ingin bertemu dengannya hari ini.
Lavender memandangi pintu samping sebagai tujuannya saat ini.
Tapi ia melihat Nick berdiri disana, menatapnya.
Beri aku alasan untuk melarikan diri Tuhan, tolonglah aku...
"Lav!" Beth menghadang langkahnya.
Lavender menghela nafas lega. Nick tidak mungkin menyentuhnya
di depan Beth. Ia harus berterima kasih kepada Tuhan untuk ini.
"Ada apa?"
Beth menyodorkan secarik kertas kepada Lavender dan Lavender
meraihnya, sebuah alamat tertera disana atas nama Reminghthon
Cutrberth. "Dia yang menandatangani surat persetujuan pendonoran
itu. Aku perlu memaksa pihak rumah sakit karena ini dirahasiakan.
Kau harus berterimakasih kepadaku, Lav!"
"Remingthon Cutrberth, kau tidak salah kan?"
"Iya, tentu saja. Kecuali pihak rumah sakit yang membuat kesalahan.
Aku hanya menyalin dan tidak mungkin salah. Kau mengenalnya?"
Lavender mengangguk. "Rex!"

107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa? Rex?"
"Aku tau namanya dari salah seorang teman sekelas. Selama ini nama
Remingthon Curtberth memang sering dibicarakan di kampus. Tapi
aku tidak menyangka kalau Remingthon Curtberth adalah Rex.
Ternyata dia orang yang kukenal? Orang yang mendo'akanku setiap
malam adalah orang yang ku kenal?" Lavender menggigit bibirnya.
Ia sudah curiga sejak melihat Brosur itu, jika saja orang yang
mendo'akannya tidak membicarakan mengenai ujian beasiswa yang
didapatnya, Lavender tidak akan percaya kalau orang itu adalah Rex.
"Beth, maukah kau mengantarkanku ke alamat ini?"
"Ini sudah malam, bagaimana caranya meminta izin kepada ayah?"
"Katakan kalau aku mencari keluarga dari orang yang mendonorkan
jantungnya padaku. Ah, biarkan aku yang meminta izin pada ayah.
Jika aku mendapat izin kau mau mengantarku, kan?"
®LoveReads

Lavender menatap rumah sederhana itu sekali lagi. Bukan rumah


yang besar dan ternyata selama ini Rex tinggal di tempat ini. Bila
dipandang lebih dalam, hidup Rex sama sekali jauh berbeda dari
kehidupan yang Lavender dan keluarga jalani. Rex tinggal di sebuah
rumah yang membuatnya harus masuk ke dalam gang yang sempit,
sangat berdesak-desakan.
Lavender menatap jam di tangannya sekali lagi, sudah hampir jam
Sembilan malam. Ia sudah menunggu Rex terlalu lama dan harus
membujuk Beth untuk meninggalkannya sendirian karena Beth
memaksanya untuk pulang. Untungnya Beth tidak begitu sulit untuk
diyakinkan kalau Lavender akan aman meskipun tanpa dirinya.
Sepertinya Beth percaya kepada Rex.
Lavender memandangi rumah-rumah di sekelilingnya. Ia menyadari
kalau berkali-kali tetangga Rex memandanginya dari jendela.
108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender bergindik, ia mulai ngeri dan merasa diikuti. Tapi hatinya
boleh merasa tenang setelah mendapati Rex berjalan mendekat dan
semakin dekat dari ujung gang.
Kelihatannya Rex bingung dengan kedatangan Lavender, ia
mengubah langkah santainya menjadi langkah-langkah yang cepat
begitu menyadari kalau seorang perempuan muda duduk di depan
rumahnya.
"Lav?" Rex terdengar heran saat berdiri di hadapan Lavender yang
bersandari di dinding rumahnya sejak tadi. "Sedang apa kau disini?"
"Aku ingin bicara!"
"Malam-malam begini? Kau tidak takut padaku? Aku bisa saja
melakukan..."
"Berhentilah bicara seperti itu. Kau tidak akan melakukan apapun
padaku. Kau berjanji akan menjagaku, kan? Kau harus menepati
janjimu!"
"Lav?"
"Aku sudah tau Rex. Kau yang selalu menemaniku setiap malam di
rumah sakit. Kau yang membawakanku bunga Lavender, kau yang
mendo'akanku setiap saat." Lavender menundukkan wajahnya
sebentar lalu memandangi wajah Rex lagi. "Aku sangat berterima
kasih, Rex. Aku berhutang nyawa padamu!"
Rex terpaku menatap Lavender yang juga memandangnya. Ia
memejamkan matanya sejenak untuk mencari ketenangan lalu
membukanya lagi dan tersenyum. Rex menghela nafas seolah-olah ia
merasakan kelegaan yang luar biasa mendengar kata-kata Lavender
kepadanya. Sekarang Rex merasa sangat tenang. "Kau hanya ingin
mengatakan itu? Sekarang mau ku antar pulang?"
"Aku diusir? Aku sudah menunggumu berjam-jam disini!"
"Benarkah? Kau seharusnya tau kalau aku bekerja sampai malam."
109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku benar-benar lupa tentang itu!"
"Lain kali jangan menunggu. Jika aku tidak ada di rumah, pulanglah.
Ini daerah rawan, Lav. Sangat banyak penjahat disini. Bagaimana
bila terjadi sesuatu padamu!"
"Aku akan baik-baik saja!"
Rex mendesah, Lavender cukup keras kepala dalam hal berdebat.
Tapi Rex tidak akan menghabiskan malam dengan berdebat. Ia
mengeluarkan sebuah kunci dari saku jeansnya dan segera membuka
pintu rumahnya lebar-lebar. "Ayo, masuklah."
Lavender mengangguk lalu melangkah mengikuti Rex untuk masuk.
Rumah ini benar-benar kecil, tidak ada ruang tamu, ruang tengahlah
yang bertransformasi menjadi ruang tamu dengan Home Theater
yang sangat lengkap. Masih di ruangan yang sama terdapat kitchen
set yang terlihat sangat bersih. Dapur seorang koki. Di sudut
ruangan terdapat sebuah pintu dengan stiker kucing mesir berbentuk
animasi dan di sebelahnya terdapat tangga menuju lantai atas.
Rex berjalan menuju tangga itu dan dia akan segera naik, mungkin
di sanalah kamarnya.
"Duduklah, aku meletakkan barang-barangku dulu!" gumamnya
sebelum menghilang.
Lavender duduk di atas sofa yang dilapisi kain beludru hitam pekat.
Ia merasa sangat nyaman. Beberapa saat kemudian Rex kembali
turun dan memberikan Lavender sekaleng soft drink dari dalam
lemari esnya. Laki-laki itu membukakannya untuk Lavender lalu
meletakkan kaleng itu di atas meja.
Setelah itu Rex duduk di sebelahya dengan tubuh setengah berputar
untuk menghadap Lavender, sebelah kakinya naik ke atas sofa dan
tangannya ter-geletak lelah di sandaran sofa. Lavender memandangi
tangan itu, pasti tidak berhenti bergerak seharian ini.

110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau benar-benar tidak takut padaku?" ucapan Rex membuka
kembali percakapan yang sempat terputus.
Lavender menggeleng ringan. "Sekarang sudah tidak lagi."
"Baguslah, aku tertekan setiap kali melihat ekspresi ketakutanmu
meskipun kau selalu menyembunyikannya. Apakah sekarang saatnya
untuk bicara dari hati ke hati?"
Lavender mengangkat bahunya. "Aku hanya ingin berterima kasih."
"Tidak perlu diulangi terus. Sekali saja cukup. Ayahku." Rex
menunjuk sebuah gambar di dinding, foto berpigura besar itu berisi
gambar Rex dengan seorang laki-laki yang lebih tua darinya sedang
memegangi Baracuda besar di atas sebuah kapal. Mereka terlihat
sangat akrab. "Ayahku pasti sangat senang saat dia bisa menolong
orang lain di akhir hayatnya."
"Dia meninggal karena apa?"
"Kecelakaan." Rex tersenyum meskipun hatinya dipenuhi beban.
"Karena aku!"
"Karena dirimu? Dia menyelamatkanmu?"
Rex menggeleng. "Aku mendorongnya sehingga dia terjatuh ke
jalanan dan sebuah mobil menabraknya. Saat itu aku dan ayahku
bertengkar karena dia memergokiku melakukan sesuatu yang..." Rex
berbisik setelah mengedipkan sebelah matanya kepada Lavender.
"Rahasia!"
"Kau pasti sedih."
"Dia satu-satunya yang kupunya, jelas saja aku merasa sangat sedih.
Aku sudah cukup menghukum diriku sewaktu dia dirawat dalam
waktu yang cukup lama di rumah sakit. Sekarang aku menggantikan
tugasnya di restoran mengapung itu. Aku juga harus merawat
tanaman kaktusnya di balkon atas, lalu merawat ikannya disana!"
Rex menunjuk akuarium besar berisi beberapa jenis ikan di atas meja
111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang membatasi ruang tengah dan dapur "Dia meninggalkan banyak
warisan untukku."
Lavender tersenyum. Rex sama sekali tidak kelihatan bersedih. Dia
cukup ceria menceritakan tentang kematian ayahnya. "Kau tidak
punya keluarga lain?"
"Ibuku. Tapi aku bahkan tidak menemuinya sejak ayahku meninggal.
Selama ini aku selalu bermanja pada ayah, diberikan banyak uang
oleh ibu, dan sekarang aku merindukan saat-saat seperti itu. Ayah
dan ibuku bercerai. Ibuku tinggal di Guelph, akhir minggu ini aku
akan mengajakmu kesana!"
"Ke rumah ibumu?"
Dahi Rex berkerut lalu menggeleng. "Ke CLGA, Canadian Livestock
Genetics Association!"
"Maksudmu peternakan sapi perah?"
"Ternyata kau cukup pintar!"
Lavender mendesah. "Kau sudah mengatakan kepadaku akan mem-
bawaku ke peternakan dan ke perkebunan. Apakah di Guelph juga
ada perkebunan?"
"Ada, tapi aku akan mengajakmu ke Royal Botanic Garden saja!"
"Burlington? Sepertinya aku akan sangat kelelahan akhir pekan ini!"
Rex tersenyum simpul. "Sekarang sudah saatnya pulang!"
"Kau tidak suka aku berlama-lama di rumahmu?"
"Ini sudah malam. Di rumah ini hanya ada satu kamar dan aku tidak
bisa menerimamu dalam kamar yang sama. Bagaimana kalau aku
melakukan sesuatu seperti waktu itu?"
"Kau tidak ingin mengajarkanku sesuatu?" Lavender lalu mengeluar-
kan buku catatan yang Rex berikan kepadanya tempo hari lalu me-

112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
letakkannya di atas meja. "Aku tidak bisa jika tidak melihat contoh-
nya secara langsung. Ajarilah aku sesuatu sebelum akhir pekan ini!"
Rex menatapnya putus asa. Lavender sepertinya belum ingin pulang.
"Kau sudah kuberikan cara mudah, Lav! Sekarang kau memintaku
mengajarimu? Kau akan kesulitan jika belajar denganku selama akhir
pekan ini!"
"Aku akan mengerjakan apapun, aku butuh contoh."
"Baiklah, ikut aku ke dapur!" Rex berdiri dan melangkah ke dapur,
Lavender mengikutinya. Sesampainya disana Rex langsung meminta
Lavender untuk memegang pisau dan mengeluarkan banyak bawang
putih dan meletakkannya di hadapan Lavender.
"Bersiaplah menangis malam ini, nona!"
"Apa ini?"
"Pelajaran dasar. Kau harus bisa memotong, baru boleh melakukan
hal yang lain."
"Memotong bawang?"
"Untuk malam ini, ya. Besok malam akan berbeda lagi. Sekarang
kerjakan dan panggil aku setelah selesai!"
Lavender mendapat contoh dari Rex sebanyak satu kali. Hanya satu
kali dan Rex meninggalkannya sendirian di dapur untuk mengerja-
kan tugasnya seorang diri. Lavender tidak menyesal sama sekali.
Meskipun ia harus berusaha keras memotong bawang-bawang itu,
meskipun Lavender harus mengeluarkan air mata karena perih,
meskipun parfum mahalnya tiba-tiba berubah aroma menjadi bau
bawang putih. Dia tidak merasakan adanya kerugian. Lavender
hanya merasa kalau ia mulai terbiasa, mulai cepat dan lebih tangkas.
Pelajaran pertama dari Rex sangat memuaskan.
Dalam waktu satu jam lebih, Lavender berhasil menyelesaikan tugas-
nya. Ia segera berteriak memanggil Rex, dan Rex segera kembali ke
113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dapur untuk memulai pekerjaannya. Setelah mengomentari berbagai
macam, Rex kembali mengeluarkan bahan-bahan lain untuk
Lavender. Udang, daging, sayur, tomat...
"Aku harus memotong semuanya malam ini?"
Rex menggeleng. "Aku akan memberi contoh malam ini. Lihat baik-
baik!" Dan Rex beraksi. Dia berhasil mengundang decak kagun
Lavender sehingga gadis itu bertepuk tangan begitu Rex
menyelesaikan semuanya. Baginya saat ini, Rex terlihat sangat hebat.
"Aku ingin sepertimu!"
"Kau akan segera bisa!"
Rex merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci pintu rumah-
nya. Ia melepaskan salah satu kunci disana dan menenggelamkannya
dalam genggaman tangan Lavender. "Ini kunci rumahku. Mulai
sekarang kau juga memilikinya. Sepulang kuliah segeralah kemari.
Aku akan menuliskan apa yang harus kau potong setiap harinya dan
meletakkannya di atas meja itu!" Rex menunjuk meja makan mini di
tengah dapurnya. "Beserta sebuah video contoh. Kau bisa pulang
setelah menyelesaikan semua tugasmu di rumah ini. Ingat, jangan
lupa mengunci pintu kalau kau meninggalkan rumahku, hartaku
memang tidak banyak, tapi aku hanya punya ini. Mulai sekarang aku
mohon kau ikut menjaga rumahku juga, ya?"
Lavender memandangi kunci yang ada di dalam genggamannya. Rex
sudah mempercayakan rumahnya kepada Lavender?
Lavender tidak tau harus bereaksi seperti apa. Tuhan benar-benar
menjauhkannya dari Nick. Ia memberikan Lavender tempat pulang
yang lain selain rumahnya. Tugas yang Rex beri akan memperkecil
kesempatannya untuk bertemu dengan Nick dan melakukan peng-
khianatan terhadap kakaknya
®LoveReads

114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Nick Sherwood memandangi gerbang rumah Ouray itu dari jendela
kamarnya. Sudah memasuki hari ketiga ia tinggal di rumah ini,
namun kesempatannya untuk bertemu dengan Lavender sangat kecil.
Anak itu selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang pada jam-jam
malam. Lavender juga tidak pernah lagi meninggalkan kamarnya
dalam keadaan tidak terkunci.
Nick tau kalau Lavender sedang menghindarinya meskipun dirinya
masih belum bisa menerima itu. Nick menyesal membiarkan hatinya
jatuh cinta pada Lavender, menyesal membiarkan Lavender merasuki
jiwanya lebih dalam. Sekarang ia harus menerima akibatnya,
menginginkan gadis itu dengan segenap jiwa raganya. Seandainya
Nick mempertahankan ketegasannya sebagaimana di awal-awal,
mungkin dirinya tidak perlu terpuruk seperti saat ini. Ia merasa
sangat hancur, mencintai seseorang yang mustahil untuk di miliki.
Hubungannya dan Lavender yang terus terjadi secara diam-diam
selama ini tidak bisa dipungkiri semakin memupuk perasaan yang
sejak semula tidak diinginkannya. Nick memandangi Lawrence yang
tertidur di atas ranjang. Ia juga tidak tega, tidak ingin menyakiti
Lawrence lebih dalam. Tapi haruskah untuk itu Nick mengorbankan
perasaannya? Saat bersama Lawrence hatinya tidak sehangat dulu
meskipun selama ini Nick selalu berusaha bersikap seperti dulu.
Sandiwara ini benar-benar menusuknya. Tiba-tiba kerinduannya
kepada Lavender semakin merebak. Apakah ia tidak akan bersama
Lavender lagi?
®LoveReads

Rex terperangah saat pintu rumah tidak terkunci dan kuncinya


masih berada di luar. Ini pertama kalinya setelah tiga hari Lavender
melakukan kecerobohan seperti ini. Biasanya gadis itu selalu
mengunci pintu dari dalam jika dia berada di rumah ataupun setelah
ia meninggalkan rumah. Tapi kali ini, Lavender melupakannya.

115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex segera masuk ke rumahnya dan menutup pintu. Setelah berjalan
lebih jauh masuk ke dalam rumahnya, Rex medapati Lavender
tertidur di atas sofa dengan televisi yang masih menyala. Dia tidak
pulang setelah pekerjaannya selesai seperti yang biasa dilakukannya.
Perlahan-lahan Rex memperbaiki posisi Lavender dan menyangga
kepalanya dengan bantal. Ia lalu naik ke lantai atas untuk mengambil
selimut dan terkejut saat melihat Lavender ternyata sudah bangun
ketika Rex sudah kembali. Gadis itu memandangnya dengan wajah
yang sangat mengantuk. Rex mendekat dan melemparkan selimut
kepadanya lalu duduk di sebelah Lavender dengan nyaman.
"Kau tidak pulang?"
Lavender menggeleng. "Aku lupa dimana meletakkan kunci, jadi aku
menunggumu pulang. Aku tidak bisa meninggalkan rumahmu dalam
keadaan tidak terkunci!"
"Kuncinya, kau tinggalkan di sisi luar pintu. Kau ceroboh sekali.
Bagaimana jika ada orang yang berniat buruk dan mengambil
kuncinya. Atau masuk untuk melukaimu setelah dia mengunci pintu
sebelumnya."
"Maafkan aku, aku tidak terfikir untuk memeriksa kesana. Hari ini
aku lelah sekali, ada kuliah tambahan dan harus mengerjakan tugas
darimu!"
"Mengeluh?"
"Tidak, aku hanya bercerita!" Lavender kemudian menepuk-nepuk
pipinya agar wajahnya bisa kembali segar. Hal itu membuat pipinya
menjadi kemerahan, ia sudah kembali terlihat seperti sebelum tidur.
"Aku sudah bisa memasak pasta. Kau mau? Aku bisa membuatkan-
nya!"
"Tidak, aku sudah makan!"
Kali ini Lavender mencibir.

116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau sudah lelah, ya? Sudah ingin istirahat? Aku belum bisa pulang.
Beth memintaku menunggu karena dia akan terlambat menjemputku
hari ini!"
"Kenapa kau seperti ini, Lav?"
Lavender terdiam lalu menoleh kepada Rex. "Maksudmu?"
"Kau menerimaku dengan baik setelah apa yang kulakukan padamu.
Kenapa kau harus seperti ini? Aku jadi semakin merasa bersalah
tentang kelakuanku padamu waktu itu. Aku berharap kejadian itu
tidak ada, kesalahan itu terus membekas setiap kali aku melihatmu.
Terlebih saat mengetahui kalau kau di rawat di rumah sakit. Aku
benar-benar..."
"Rex," Lavender memotong, "Boleh aku memegang tanganmu?"
Rex memandangnya lama lalu tersenyum dan mengangguk.
Lavender meraih tangan Rex dan menempelkan di dadanya. Rex
hanya bisa diam sambil terus menerka apa yang ingin Lavender
katakan. Sayup-sayup Rex bisa merasakan detakan teratur merasuk
melalui setiap sendi tangannya. Ia sudah bisa mengerti. Jantung
ayahnya ada disana.
"Aku merasa dekat denganmu. Mungkin karena ayahmu ada disini.
Kalau aku adalah ayahmu, seberbahaya apapun anakku, seperti apa-
pun kemungkinannya untuk menyakitiku, aku tidak mungkin men-
jauhinya, kan?"
"Ya, aku rasa alasan yang tepat."
"Ini bukan alasan!" Lavender kembali melemparkan tangan Rex
kembali kepada pemiliknya dengan kesal. "Kau tidak memandangku
seperti dulu lagi, Rex. Kau sudah berbeda. Padahal di rumah sakit
kau mengatakan kalau dirimu mencintaiku, sekarang tidak lagi?"
Rex tersenyum lebar melihat ekspresi Lavender itu.

117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Seandainya aku mengatakan bahwa aku masih mencintaimu sampai
detik ini, apakah kau mau menjadi kekasihku lagi seperti dulu?"
"Aku mau menikah. Kau mau menikahiku?"
"Astaga. Aku saja tidak yakin kalau kau mencintaiku dan sekarang
kau memintaku menikahimu? Sudahlah, sekarang waktunya berhenti
berandai-andai. Ayo ku antar pulang!"
"Tapi Beth bilang..."
"Menunggu Beth bisa membuatku tidak tidur semalaman. Aku tidak
mungkin istirahat jika kau ada disini. Aku juga tidak mungkin
mengizinkanmu tidur di rumahku, terlalu berbahaya. Lagipula kau
seharusnya tidur lebih cepat. Besok kita harus pergi pagi-pagi sekali"
Lavender berdecak lalu berdesis. "Baiklah, tapi besok pagi kau akan
menjemputku di rumah, kan?"
®LoveReads

"Ini pertama kalinya aku melihat rumah Ouray dari depan."


Rex terpaku menatap pintu gerbang yang tinggi menjulang itu.
Selama ini Rex hanya mengetahui segelintir tentang rumah Ouray
melalui lubang di tembok halaman belakang. Ia benar-benar tidak
pernah melihat gerbang yang besar itu, bahkan berniat melirikpun
tidak. "Ah, ya! Lubang di halaman belakang itu sudah kau tutup?"
Lavender menggeleng. "Aku tidak pernah melakukannya. Terlalu
sibuk dengan banyak hal sehingga melupakan niat penting yang satu
itu!"
"Ya, kau Nona besar. Sangat mudah untukmu melupakan."
"Jangan sembarangan bicara Rex!" Lavender memotong. "Aku bisa
tersinggung kalau kau menyinggung tentang Nona besar."

118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak akan kuulangi lagi! Kalau begitu sekarang aku pulang, sampai
jumpa besok!"
"Kau akan menjemputku besok, kan? Kau belum menjawabnya sama
sekali!"
Rex mengangguk, "Lewat depan atau belakang?"
"Tentu saja lewat depan. Datang lebih pagi, ya? Aku ingin kau
sarapan bersama keluargaku. Ayahku pasti senang!"
"Sebaiknya jangan. Aku merasa tidak..."
"Aku akan pergi jauh, kau harus meminta izin kepada ayahku.
Ayahku tidak akan membunuhmu, percayalah. Aku juga sudah sering
cerita mengenai dirimu dan kurasa ayahku akan senang kalau
bertemu langsung dengan orang yang menyelamatkan nyawa
anaknya."
"Kau berlebihan Lav! Terlalu memberikan harapan!"
Ucapan tentang harapan itu membuat sebelah alis Lavender
terangkat. Harapan? Tentang apa? Lavender tidak bisa mengerti
mengenai maksud kata-kata Rex barusan.
"Aku memberi harapan? Tentang apa?"
"Tentang bisa diterima dengan baik di keluarga kaya seperti kalian.
Saat berpacaran denganmu dulu-pun aku sama sekali tidak berani
bermimpi lebih untuk bisa diterima. Karena itu aku hanya meng-
anggapmu sebagai tempat bersenang-senang. Sekarang kau malah
berbuat seperti ini." Rex berhenti sebentar untuki berdecak, dan
"Baiklah, aku akan mengusahakan untuk datang lebih pagi besok.
Siapkan semua hal yang kau butuhkan. Seharian besok akan menjadi
perjalanan paling melelahkan untukmu!" Rex berbalik dan
melangkah pergi.
Lavender terpaku untuk beberapa lama karena ucapan Rex barusan.
Ia masih bingung, masih kesulitan untuk menerima kalimat demi
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kalimat yang di ucapkan dalam tempo yang terlalu cepat itu,
Lavender bahkan tidak bisa mengingat apapun tentang kata-kata
Rex itu. Ia tersenyum karena merasa bodoh.
Dengan langkah gontai Lavender kembali masuk ke dalam
rumahnya. Ia memang harus tidur lebih cepat, tapi sayangnya hari
ini Beth terlambat menjemputnya sehingga waktu tidurnya pasti
berkurang. Besok pagi Lavender akan meminta Deliah menyiapkan
keperluannya, semoga saja dia tidak bangun terlalu siang.
"Baru pulang?"
Nick Sherwood menghadang Lavender di tangga menuju lantai atas.
Jika bukan karena hapal dengan suaranya, Lavender tidak akan
menyangka kalau Nick-lah yang menghadangnya. Suasana rumah
sudah terlalu gelap karena sebagian orang mungkin sudah tertidur.
Hanya bunyi televisi yang berada di dapur meramaikan suasana.
Beberapa orang pelayan mungkin masih bangun dan menonton
televisi di belakang.
"Aku sangat lelah, permisi!"
Lavender berusaha untuk melewati Nick, tapi Nick lebih cepat
bergerak dengan merangkul tubuhnya dan mencium bibirnya,
Lavender segera memalingkan wajahnya sehingga ciuman Nick
terlepas. Nick akan menakhlukkannya seperti biasa. "Apa yang kau
lakukan? Bagaimana bila Lawrence atau ayahku melihatnya?"
"Mereka sedang tidur!" Nick berbisik sangat dekat dengan wajah
Lavender, wanita pujaannya.
"Tapi pelayan yang lain belum tidur."
"Kalau begitu biarkan aku masuk ke kamarmu seperti biasa, aku
ingin bersamamu sebentar saja! Kau selalu menghindariku Lav! Aku
bisa mati kalau kau menghidariku terus. Hari ini kau pergi kemana?
Setiap malam kau pergi kemana? Mengapa selalu pulang malam
seperti ini?"
120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku belajar!"
"Belajar apa sampai jam segini? Biasanya kau pulang sebelum jam
Sembilan malam, tapi ini adalah kali pertama kau pulang lebih lama."
"Jam berapa sekarang?"
"Sepuluh!"
"Jangan berlebihan. Aku hanya terlambat satu jam."
"Mengapa kau terus menghindariku? Kau merasa kalau hubungan
kita ini salah? Kenapa tidak dari dulu? Kenapa kau ingin meng-
hentikannya di saat aku ketergantungan seperti sekarang? Kau harus
bertanggung jawab dengan ini, kau..."
Ucapan Nick terhenti saat merasakan tangan-tangan yang berusaha
memisahkannya dari Lavender. Bethoven Ouray berdelik dengan
ekspresi keras, dia berusaha melepaskan Lavender dari pelukan Nick
dan segera menyembunyikan adiknya di balik tubuhnya. Selang
beberapa saat, Bethoven menatap Nick dengan ekspresi tidak suka
dan berbisik dengan nada tegas.
"Jadi begini perilakumu terhadap adik istrimu? Kukira kau pria baik-
baik Nick. Karena itu aku menganggapmu pantas menjadi bagian
dari keluarga ini. Tapi kau bahkan memeluk adik iparmu saat istrimu
sedang mengandung anakmu!"
"Beth?" Nick terperangah, ia tidak menyangka akan dipergoki oleh
Beth, Beth tidak ada di rumah dan ia sudah meyakinkan itu. Siapa
sangka sekarang Beth sedang menatapnya penuh kebencian.
"Jangan pernah ganggu Lavender lagi, atau kau akan menyesal!"
"Kau tidak tau apa-apa, Beth! Aku dan adikmu saling mencintai
bahkan sebelum aku dan Lawrence menikah. Dan kami tidak akan
bisa di pisahkan oleh pernikahan itu, aku bersumpah tidak akan ada
satu halpun yang bisa memisahkan aku dan Lavender!"

121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Diam! Aku sangat menentang cintamu. Aku pastikan kalau ini
adalah kali terakhir dirimu menyentuh adikku. Kau tidak akan bisa
lagi melakukannya seumur hidupmu. Kau tidak akan pernah bisa!"
Beth lalu menarik lengan Lavender keras-keras menuju ke kamarnya.
Lavender meringis kesakitan. Ia tau Beth pasti sangat marah karena
hal ini. Beth tidak pernah setuju dengan perasaan cinta Lavender
terhadap Nick sejak awal. Beth akan memarahinya. Lavender yakin
hal seperti itu akan terjadi karena Beth langsung menghempaskan
tubuh Lavender ke sofa kamarnya dengan kasar. Ia segera mengunci
pintu rapat-rapat dan mendekati Lavender untuk menggenggam
bahunya keras-keras.
"Jadi kau masih berhubungan dengan Nick?"
Lavender mengangguk, "aku tidak bisa lepas darinya begitu saja,
karena itu kami masih berhubungan setelah pernikahannya dan
Lawrence!"
"Astaga, Lav! Kau akan menyakiti Lawrence."
"Aku tau, karena itu aku selalu berusaha menghentikan ini."
"Tapi kau tidak berhenti. Kau masih membiarkannya memelukmu,
meciummu, bagaimana bila ayah tau? Kau sudah membahayakan
dirimu, Lav!"
"Aku bersumpah, aku sudah berusaha sekuat tenaga. Aku bahkan
berlama-lama di rumah Rex untuk menghindarinya semenjak ke-
pindahannya ke rumah ini. Ini yang pertama setelah kabar kehamilan
Lawrence merebak. Aku juga tidak menduga kalau ini akan terjadi."
"Benarkah? Aku sudah mengawasi kalian sejak tadi, dan kau sama
sekali tidak melawan saat dia berusaha memelukmu. Kau bahkan
membalas ciumannya, lalu dimana usahamu? Seharusnya kau
melawan saat dia melakukan itu."

122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku sudah berusaha memalingkan wajahku, seharusnya kau melihat
itu juga!"
"Kelakuan kalian benar-benar memalukan. Kapan kau akan sadar?"
"Aku tidak berdaya!" Lavender melemah, Ia tidak bisa menghindari
kekecewaan karena Beth terus menyalahkannya. Ia harap Beth
mengerti, tapi sepertinya tidak. "Aku mencintainya dan tidak ber-
daya untuk menolaknya. Harusnya kau memahamiku. Aku juga
sangat ingin menghindar dan sejujurnya aku senang kau datang kali
ini. Aku juga sudah lelah, Beth! Berkali-kali aku berfikir untuk tidak
pulang dan menginap di rumah Rex. Tapi Rex selalu menghindar
untuk berlama-lama denganku. Aku juga ketakutan, Aku takut jika
Nick melakukan hal yang lebiih dari memeluk atau mencium."
"Ini salahmu!"
"Aku tau, aku yang memulainya dan sekarang aku tidak tau bagai-
mana cara mengakhirnya. Aku butuh perlindungan. Aku butuh kau
dirumah ini untuk menjagaku tapi kau selalu sibuk!"
"Seharusnya kau mengatakan ini sejak awal, kau tau mengapa aku
tidak bisa menjemputmu hari ini? Ayah memindahkanku ke
California. Semuanya sudah diurus dan aku sama sekali tidak punya
alasan untuk menolak. Sekarang siapa yang akan melindungmu di
rumah ini?"
Lavender terdiam dalam jeda yang sangat panjang. Bahkan Beth-pun
akan meninggalkannya? "Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Kembalilah ke kamarmu dan kunci pintu. Aku akan mencari jalan
keluar untuk masalah ini. Tapi berjanjilah untuk menghentikannya
sekuat tenaga. Kau tidak bisa melakukan ini lebih lama lagi. Aku
harap kau mampu menolaknya mulai saat ini!"
®LoveReads

123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 14

Rencana Lavender berubah, ia tidak mengikuti sarapan pagi bersama


keluarga hari ini. Pagi-pagi sekali Lavender sudah pergi ke kamar
ayahnya dan berpamitan untuk pergi ke Guelph demi melihat
peternakan sapi bersama seorang teman. Ia juga menyiapkan banyak
barang-barang penting yang sengaja dibawa sesuai dengan
kebutuhannya. Lavender juga meminta Deliah untuk menyiapkan
sarapan dalam jumlah yang banyak, ia ingin sarapan di rumah Rex
sebagai ganti undangan sarapan yang dibatalkan secara sepihak.
Beth juga bangun lebih pagi demi mengantarkan Lavender ke rumah
Rex secepat mungkin. Ia masih memikirkan rencana untuk Lavender
dan Beth harap, ia menemukannya sebelum Lavender pulang.
Rex cukup terkejut dengan pemandangan yang didapatnya pagi-pagi
sekali di depan pintu rumahnya. Beth mendorong Lavender agar
mendekat kepada Rex lalu tersenyum dengan ekspresi aneh. Ia
meletakkan barang-barang Lavender di atas lantai dan berbicara
dengan nada suara yang lembut.
"Jaga adikku, kumohon!"
"Tentu saja! Kufikir aku harus menjemputnya ke rumah."
"Pagi ini seisi rumah sibuk. Kami tidak ingin kau melihat kekacauan
itu makanya aku mengantar Lavender kemari lebih pagi. Sekali lagi,
jaga dia."
"Aku akan mengembalikannya ke rumah sebelum malam!"
"Terimakasih! Aku pergi dulu, sampai jumpa!" Beth berbalik dan
berlarian menyusuri gang dengan terburu-buru.
Rex memandang Lavender dengan ekspresi aneh, lebih aneh lagi saat
melihat tas besar yang dibawanya. "Kau mau pindah rumah? Kita
hanya pergi seharian, bukannya menginap!"

124 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Siapa tau, terjadi sesuatu di jalan dan kita terpaksa menginap."
"Tidak akan pernah."
Lavender mencibir kecewa. "Di dalam sana juga ada sarapan untuk
kita pagi ini. Aku akan menyiapkannya untukmu!"
"Sikap kalian berdua sangat aneh."
"Ini hanya kali pertamanya aku pergi jauh dari rumah, makanya aku
dan Beth sedikit kikuk..."
Rex kelihatannya masih curiga meskipun ia berusaha menyembunyi-
kannya. Pandangannya masih terpaku lama kepada Lavender untuk
mencari kepastian dan sepertinya ia tidak akan menemukan kepastian
apa-apa sekarang. Rex lalu menghela nafas dan bergumam pelan.
"Masuklah. Aku bersiap-siap dulu!"
Lavender mengangguk senang lalu membawa masuk barang
bawaannya dengan susah payah sehingga gerakannya menjadi
lambat. Melihat itu, Rex yang sudah masuk ke rumah lebih dulu
kembali lagi dan membantu Lavender untuk mengangkat barang-
barangnya. Rex meletakkan benda itu di atas sofa ruang tengah
sebelum ia naik ke kamarnya di lantai atas tanpa bicara. Lavender
berusaha untuk mulai menyiapkan sarapan sederhananya dan
menanti Rex untuk turun di meja makan. Butuh waktu yang cukup
banyak bagi Rex untuk bersiap-siap dan baru turun setelah Lavender
hampir menantinya selama setengah jam. Laki-laki itu duduk di
hadapannya dan mulai menyantap sarapan yang sudah Lavender
siapkan untuknya.
"Kau tidak mau aku bertemu dengan ayahmu, makanya kesini pagi-
pagi?" Rex bertanya di sela-sela suapannya yang tangkas.
"Tidak. Aku hanya takut terlambat."
"Lalu untuk apa membawa banyak barang seperti itu?"
"Siapa tau kita akan menginap."
125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sudah ku bilang itu tidak akan pernah terjadi. Semua barang-
barangmu itu tidak mungkin kita bawa. Hanya akan merepotkan.
Pisahkan barang-barang yang penting dengan yang kurang penting"
"Tapi semuanya penting!"
Rex meletakkan sendoknya meskipun makanan di dalam piringnya
masih tersisa dalam jumlah yang banyak. Ia mendekati tas besar
milik Lavender dan mulai memilah-milah barang yang mungkin di
bawa untuk dimasukkan ke dalam tas sandang milik Rex. Lavender
mendengus kecewa. Lagi-lagi Rex bersikap seolah-olah tidak ingin
bersama dengannya terlalu lama. Apakah Lavender harus pulang
malam ini? Bagaimana bila Nick mengganggunya lagi? Lavender
menghela nafas panjang, ia hampir menangis karena hal ini.
®LoveReads

"Jadi kau juga mengetahui hal ini?" Beth memperbesar matanya


menatap Deliah yang hari ini sengaja dibawanya keluar rumah untuk
ditanyai tentang hubungan Lavender dan Nick. Beth tau kalau
Deliah adalah orang kedua yang dekat dengan Lavender selain
dirinya. Tidak, Deliah lebih pantas menduduki urutan pertama
karena ia mengetahui apapun yang Lavender rahasiakan dari Beth.
"Kenapa kau diam saja melihat mereka melakukan kesalahan?"
"Aku tidak tau harus mengatakan apa. Kau tidak akan bisa melaku-
kan apa-apa jika jadi aku. Lavender selalu tersenyum senang setiap
kali bertemu dengan Nick, dia akan menangis kalau merindukan laki-
laki itu dan aku selalu melihat hal seperti itu. Bagaimana aku bisa
melarangnya? Aku juga ingin melihat Lavender bahagia."
Beth menghela nafas berat. Ia ingin marah, tapi kata-kata Deliah
benar. Beth juga menginginkan Lavender bahagia sebagaimana
Deliah menginginkannya. "Tapi tidak dengan Nick. Hubungan
mereka sangat membahayakan keduanya."

126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tenanglah, Beth. Lavender sepertinya juga menyadari itu. Sejak
Lavender mulai berkuliah dia selalu menangis setiap kali Nick keluar
dari kamarnya. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti sejak
itu Lavender nyaris tidak pernah mengizinkan Nick untuk masuk ke
kamarnya lagi."
"Tapi kau tau apa yang dikatakannya kepadaku? Dia tidak berdaya
jika sudah berhadapan dengan Nick. Dia tidak bisa melakukan
apapun untuk melindungi dirinya dan aku juga khawatir jika
Lavender tidak bisa bertahan. Aku akan kembali bertugas di
California dan itu harus membuatku jarang berada di rumah lagi.
Siapa yang akan mengawasinya?"
"Seadainya orang itu ada disini." Deliah mendesah, ia sudah berhasil
membuat Beth menatapnya dengan heran.
"Dia siapa?"
"Lavender pernah menceritakan tentang seseorang yang selalu
menjenguknya di rumah sakit. Orang itu berjanji akan selalu
menjaganya. Semula kukira Lavender hanya menceritakan mimpi-
nya, tapi aku terus memikirkannya meskipun Lavender sendiri
mungkin sudah melupakannya."
"Siapa orang itu?"
Delaiah mengangkat bahu. "Lavender bilang, orang itu sepertinya
punya hubungan dengan pendonor jantungnya."
"Rex?"
"Rex? Mantan pacarnya?"
Beth mengangguk. "Orang yang berhubungan dengan pendonor itu
bernama Remingthon Curtberth, dan Lavender mengatakan kalau
itu adalah nama Rex. Aku senang mendengar itu, Rex memang
sangat kupercaya karena selama ini sikapnya sangat baik terhadap
adikku."

127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Baik? Tidakkah kau tau kalau Rex pernah mencoba memperkosa
Lavender?"
"Apa? Apa maksudmu?"
"Bagaimana awalnya hubungan Lavender dan Nick bisa terjadi? Kau
tau karena apa? Karena Nick menolong Lavender saat Rex berusaha
merusak hidupnya. Lavender sendiri yang menceritakannya kepada-
ku. Semenjak itulah kekagumannya kepada Nick timbul. Dia bahkan
terus berusaha membujuk Nick agar laki-laki itu mau menjadi orang
pertama yang menidurinya!"
Beth terdiam lama. Jadi begitu hubungan mereka? Dia benar-benar
tidak tau apa-apa. Tapi Beth yakin kalau Rex tidak sejahat itu. Atau
mungkin dia sudah berubah? Manusia bisa saja berubah, kan? "Kalau
begitu aku bisa saja memaksa Rex mempertanggung jawabkan
perbuatannya kan?"
"Aku tidak mengerti jalan fikiranmu, Beth! Apa yang kau fikirkan
sebenarnya?"
"Bagaimana kalau dia menggantikanku untuk menjaga Lavender di
rumah?"
"Dia tidak bisa masuk ke rumah."
"Aku bisa membuatnya melakukan itu. Percayalah padaku!"
®LoveReads

Burlington, Lavender melihat banyak hal di Royal Botanical Garden.


Banyak sekali tanaman disana dan Rex jelas-jelas hanya membuatnya
berkeliling untuk melihat-lihat tanaman langka yang tidak mungkin
di jadikan bahan makanan. Semula Lavender berfikir seperti itu. Tapi
ternyata Rex memberi tahu banyak hal disana tentang tumbuhan-
tumbuhan itu. Beberapa tanaman yang sering ditemui di semak-
semak liar ternyata bisa menjadi bumbu tambahan.
128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex juga memperlihatkan buah yang baik dan sayuran yang bagus
lalu membandingkannya dengan tanaman lainnya. Memasuki rumah
kaca, Lavender sangat terkagum melihat tumbuhan yang seharusnya
tidak ada pada musim ini bersemi disana. Rex memberi tahukan
kepadanya masa hidup sebuah bunga, bagaimana cara menanamnya
dalam suhu seperti apa mereka bertahan, laki-laki yang cerdas.
Lavender tidak pernah mengira kalau Rex ternyata adalah laki-laki
seperti yang bersamanya saat ini. Dalam fikirannya saat itu, Rex
hanya pemuda biasa yang semuanya tergolong standar, kecuali wajah
dan tubuhnya yang ramping itu.
"Kau berubah!" Desis Lavender saat mereka berjalan bersisian
menelusuri taman bunga. Rex sedang membimbingnya menuju pintu
gerbang karena mereka akan segera menuju halte untuk berpindah
ke Guelph. Hari ini sudah siang dan seharusnya mereka mencari
makan siang.
Rex menoleh kepada Lavender sejenak lalu memandangi ujung kaki-
nya yang terus melangkah dengan teratur. "Berubah seperti apa?"
"Kau jadi terlihat sangat keren!"
"Jadi dulu aku tidak keren?"
"Kau keren, tentu saja. Tapi sekarang lebih dari yang dulu. Jadi kau
berubah, atau kau tidak memperlihatkan siapa dirimu yang sebenar-
nya padaku dulu?"
"Entahlah, mungkin aku memang sedikit berubah. Hidup sendirian
membuatmu mengerti apa yang tidak kau mengerti sebelumnya. Hal
positif yang Tuhan berikan untuk menggantikan ayahku adalah aku
mengerti banyak hal setelah kehilangannya. Seperti yang kubilang,
selama ini aku hanya bisa bermanja."
"Boleh aku tau apa yang membuatmu dan ayahmu berkelahi?"
"Apa kau perlu tau?" Rex mengulurkan tangannya dan Lavender
segera menyambutnya. Laki-laki itu sedang berusaha mengamankan-
129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
nya untuk menyebrang jalan dan berhenti di halte. Meskipun akhir
pekan, entah mengapa hari ini terasa begitu sepi. "Kau mau makan
apa hari ini?"
"Aku makan apa saja!" Lavender duduk di sebelah Rex, ia sudah
mulai merasa lelah dan tergiur saat melihat bahu Rex di sisinya.
"Boleh aku bersandar di bahumu? Aku sangat lelah!"
Rex meraih kepala Lavender dan merebahkanya di tempat yang
Lavender minta. Gadis itu tersenyum dan Rex juga melakukan hal
yang sama. "Kau sudah harus minum obat?"
"Terlambat sedikit juga tidak masalah!"
"Bagaimana rasanya, Lav? Jantung ayahku cukup nyaman?"
Lavender mengangguk. "Setidaknya aku tidak terlalu sering merasa
sakit seperti dulu. Aku hanya merasa dia berhenti sehingga aku tidak
bisa bernafas, tapi itu kadang-kadang. Bahkan belum tentu terjadi
sebulan sekali."
"Seperti waktu itu?"
"Iya, itu yang kedua kalinya. Aku harap tidak akan pernah terjadi
lagi."
"Mengerikan sekali. Aku berfikir bagaimana rasanya merasakan
jantung kita berhenti berdetak!"
"Aku sudah sering merasakannya. Yang terparah saat aku masuk
rumah sakit waktu itu, sebelumnya aku sudah merasa kalau jantung-
ku mulai melemah, lalu berhenti berdetak sesekali, sakit sekali!"
Rex menepuk-nepuk kepala Lavender pelan. "Setidaknya kau masih
bisa hidup sampai sekarang. Aku cukup senang dengan hal itu -Ah,
itu bus-nya! Ayo kita cari makan siang begitu tiba di Guelph!"
Lavender mengangkat kepalanya. Ia melihat sebuah bus berhenti di
hadapan mereka.

130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex berdiri lebih dulu dan mengulurkan tangannya untuk membantu
Lavender berdiri. Entah mengapa Lavender merasa kalau langit
yang panas tiba-tiba berubah menjadi sejuk. Ia juga merasakan angin
sepoi-sepoi mendamaikannya. Lavender memandangi Rex yang terus
menggandeng tangannya menuju bangku penumpang yang berada di
belakang.
Tuhan,
Dia membuatku damai
Kenapa dia tidak seperti ini dulu?
®LoveReads

"Apa maksudmu? Kenapa kau mengatakan hal seperti itu di saat-saat


seperti ini?" Beth tertunduk mendengar perkataan ayahnya yang
terdengar agak meninggi.
Ia terpaksa melakukan ini, terpaksa memaksakan pemikirannya
kepada ayahnya demi Lavender. Ia tau kalau idenya sangat sulit di
terima oleh ayahnya, tapi walau bagaimanapun Lavender tidak boleh
dibiarkan di rumah itu tanpa penjagaan sedangkan dirinya akan
semakin jarang berada di rumah.
"Adikmu masih sangat muda untuk menikah, Beth!"
"Aku tau ayah!" Jawab Beth dengan halus. Ia berusaha memandangi
wajah ayahnya yang duduk dengan gusar di kursi kerjanya. Seharus-
nya ia tidak membicarakan hal seperti ini di kantor. Tapi jika tidak
sekarang, kapan lagi ia bisa melakukannya? "Tapi Lavender sangat
ketergantungan dengan laki-laki itu. Dia bahkan rela menunggui
laki-laki itu seharian di restoran tempatnya bekerja hanya untuk
pulang bersama. Jadi menurutku lebih baik nikahkan saja mereka."
"Kita tidak tau dia anak siapa."
"Ayahnya adalah orang yang mendonorkan jantung untuk Lavender.
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia orang baik!"
"Jadi dia memanfaatkan mendiang ayahnya untuk mendekati
Lavender?"
"Aku rasa tidak. Mereka sudah berkenalan sebelum itu. Anak muda
itu adalah kekasih Lavender dulu. Aku masih ingat saat Lavender
memutuskan hubungannya dengan laki-laki itu, Lavender menangis
karena sangat kehilangan, padahal dia sendiri yang menginginkan
perpisahan mereka. Laki-laki itu bahkan meminta pihak rumah sakit
untuk tidak memberitahukan identitasnya kepada kita, kan? Jika
tidak aku pastikan kalau ayah pasti akan memberikan uang dengan
jumlah yang banyak sebagai kompensasi. Jika dia menginginkan
keuntungan, dia tidak perlu merepotkan diri dengan Lavender, cukup
meminta uang kepadamu dan kau pasti akan memberikannya." Beth
kemudian menarik nafas dalam-dalam untuk mengunpulkan energi
agar bisa melanjutkan ucapannya. "Laki-laki itu bahkan menolak
untuk berlama-lama dengan Lavender dan mereka mungkin saja
tidak akan sering bertemu jika Lavender tidak mendaftar di Academy
Cookery itu. Ku rasa mereka bertemu lagi karena takdir, laki-laki itu
menjadi pembimbing Lavender juga karena Tuhan menginginkan
mereka bersama."
"Dan dia juga ingin menikah dengan Lavender?"
Beth angkat bahu, "Aku tidak yakin!"
"Lalu kau meminta ayah untuk menikahkan adikmu dengan laki-laki
yang belum tentu mau menikahinya?"
"Tapi Lavender membutuhkannya. Kita tidak tau berapa lama lagi
Lavender bisa bertahan. Karena itu, kita tidak bisa menunda
kebahagiaannya, kan? Aku ingin adikku bahagia berapa lamapun sisa
kehidupannya di dunia ini. Karena itulah, ayah! Bantu aku untuk
membujuk laki-laki itu. Demi kebahagiaan Lavender."
®LoveReads

132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Guelph,
Lavender menatap Rex dengan kesal saat laki-laki itu menyodorkan
secangkir susu sapi mentah yang baru saja di perasnya untuk
diminum. Semula Lavender merasa sangat bersyukur karena Rex
tidak memaksanya untuk mencoba memerah sapi dengan tangan
sendiri. Tapi sekarang...
"Minumlah, Lav!"
"Tapi itu mentah. Aku tidak terbiasa meminum susu sapi seperti ini."
"Lalu susu seperti apa yang kau minum? Susu instan? Kau tau kalau
susu instan tidak sebaik susu murni?"
"Tapi susu instan rendah lemak!"
"Lemak susu baik untukmu. Tidak akan membuatmu gemuk.
Minumlah!"
"Apa yang akan kau berikan untukku kalau aku meminumnya?"
"Apa saja yang kau minta. Asalkan bukan nyawaku!"
Lavender mendesah, ia meraih cangkir kaleng yang Rex sodorkan
kepadanya secara perlahan. Entah mengapa baginya susu murni
berbau amis. Ia bisa saja tidak meminumnya tapi Rex memaksa dan
Lavender sudah kehabisan alasan untuk menolak. Lavender harus
memaksakan diri untuk meneguk susu itu dan nyaris saja muntah
setelah tegukan terakhir. Sayangnya susu itu menolak untuk di
muntahkan dan terus bertahan di dalam perutnya. Lavender
berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya dan ia merasa lebih
segar setelah oksigen memenuhi rongga dadanya.
Rex tertawa renyah melihat tingkah Lavender. Ia berdiri lebih dulu
lalu mengulurkan tangannya lagi dan Lavender menyambutnya lagi.
Tapi kali ini Rex tidak bertahan untuk menggenggam tangan
Lavender seperti yang dilakukannya saat menyebrang jalan di
Burlington atau saat mencari bangku kosong di dalam bus.
133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Setelah Rex yakin bahwa Lavender akan berdiri dengan baik, ia
segera melepaskan genggamannya dan berjalan lebih dulu sampai
Lavender bisa mengimbangainya. Mereka akan pulang karena hari
sudah sore. Lavender mendesah kecewa.
"Harusnya kau tidak pemilih. Kau harus bisa mencicipi apapun
sebagai seorang koki!" Rex kembali berbicara.
"Aku sedang mengusahakannya. Tapi itu tidak mudah!"
"Sekarang ubahlah menu makanmu. Gunakan susu murni. Negara
kita memiliki kualitas sapi perah dan susu terbaik di seluruh dunia
tapi kau malah mengkonsumsi susu instan!"
Lavender mengangguk. "Baiklah, tapi boleh kita istirahat sebentar?"
"Kau terlalu mudah lelah!"
"Ini pertama kalinya aku banyak bergerak seumur hidupku!"
Rex tersenyum mengerti. Lalu, "Baiklah! Kita duduk disana saja!"
Rex menunjuk ke sebuah lapangan dengan rumput hijau yang
membentang, Lavender mengikuti Rex menuju arah yang ditunjuk-
nya dan akhirnya bisa berbaring disana dengan sangat nyaman. Ia
harap Rex ikut berbaring di sebelahnya, tapi Rex terlalu betah untuk
duduk dan hanya menoleh kepada Lavender tidak lebih dari sekali.
"Kau tidak suka berdekatan denganku, ya?" Lavender bergumam
kecewa.
Rex menoleh lagi kepadanya untuk yang kedua kali lalu tersenyum.
"Kenapa harus tidak suka?"
"Kau selalu menjaga jarak, Rex! Tidak seperti dulu!"
"Seperti dulu? Kau ingat bagaimana hubungan kita dulu? Apa harus
seperti itu?"
Lavender menggigit bibirnya. Ia tidak punya kata-kata lagi untuk
melawan ucapan Rex.

134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Interaksi mereka yang dulu benar-benar jauh dari yang sekarang.
Rex selalu menemui Lavender setiap sore demi sebuah Oral Sex
hariannya dan Lavender tentu tidak mengharapkan hal seperti itu
terulang lagi. Dia tidak mungkin melakukan itu. Astaga, mengingat-
nya saja membuat Lavender malu. Ia memegangi pipinya yang
memerah lalu menutupi seluruh wajahnya dengan kedua telapak
tangan untuk beberapa saat.
"Kalau sudah selesai istirahat, kau boleh bilang padaku. Kita akan
segera pulang."
"Aku tidak ingin pulang!" Lavender bergumam pelan.
Rex menoleh lagi kepadanya untuk yang ketiga kali, lebih lama dari
sebelumnya. "Kenapa?"
"Aku punya masalah yang tidak bisa kuceritakan. Kita disini saja, aku
akan membayar penginapan untuk kita!"
"Dengan apa? Aku meninggalkan dompetmu di rumah." Rex lalu
mendesah, ia menyesal melakukannya. "Aku juga tidak mungkin
membiarkanmu menginap di rumahku!"
"Kalau begitu kita tidur di halte saja, atau dimanapun asalkan aku
tidak perlu pulang ke rumah. Aku tidak ingin pulang malam ini. Jika
aku pulang maka habislah aku."
"Jadi itu sebabnya kau membawa barang-barang sebanyak itu?"
Lavender mengangguk. "izinkan aku menginap di rumahmu sekali
saja! Kau pernah berjanji akan melindungiku, kan? Sekarang saatnya
kau memulai semuanya. Aku butuh pertolonganmu. Aku tidak
mungin pulang sekarang."
"Bagaimana bila ayahmu mencari?"
"Aku sudah meminta Beth membujuknya. Jika ayahku tidak meng-
izinkan, pasti Beth akan menjemputku. Aku mohon padamu!"

135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau bisa menceritakan padaku masalahmu?"
Lavender menggeleng, "belum saatnya. Tapi aku pasti menceritakan-
nya suatu saat nanti. Karena itu, tolonglah. Beth sedang berusaha
menyelesaikan masalahku sekarang dan aku tidak boleh pulang
sebelum dia menemukan jalan keluarnya. Demi jantung ayahmu
yang ada padaku, kau memperbolehkanku menginap di rumahmu,
kan? Aku akan menjaga sikap. Aku berjanji!"
Rex memandangi Lavender lama. Apakah ia akan mengizinkan
Lavender untuk menginap di rumahnya? Jiwa raganya menolak, tapi
hatinya mendorong Rex untuk membiarkan Lavender menginap di
rumahnya.
Sekali saja, ini juga bukan kesalahan yang ayahnya benci. Dia sedang
menolong seorang teman, kan?
Rex menghela nafas panjang lalu mengangguk dengan berat.
"Tapi kau harus patuh pada peraturanku, Lav!"
®LoveReads

136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 15

Rex sedang sibuk mengisi Canelloni dengan daging cincang dan keju
saat mendengar pintu rumahnya diketok berkali-kali. Maka Rex
segera menyelesaikan pekerjaannya dan memanggang cannelloni di
dalam microwave sebelum ia berakhir terpaku di depan pintu
rumahnya yang terbuka.
Fabian Ouray berdiri di depan pintu rumahnya dan memandangnya
dengan tatapan bijaksana. Rex kenal dengan laki-laki itu, dia pernah
melihat laki-laki itu menunggui Lavender di rumah sakit. Dengan
perasaan heran Rex menoleh kepada Beth yang berdiri di samping
ayahnya.
"Remingthon Curtberth?" Fabian bertanya dengan suara beratnya.
Rex mengangguk.
"Lavender menginap disini?"
"Ya, dia sedang tidur. Kalian datang untuk menjemputnya? Aku
akan membangunkannya..."
"Tidak perlu!" Fabian memotong ucapan Rex lalu menoleh kepada
Beth. "Biarkan aku bicara dengannya Beth. Kau tunggu di sini saja."
Kemudian kepada Rex, "Boleh aku masuk?"
"Ya, tentu. Silahkan masuk tuan!" Rex membuka pintunya lebar-
lebar dan mempersilahkan Fabian Ouray masuk. Ia masih berusaha
melirik Beth dengan pandangan penuh tanya namun Beth hanya
mengangkat bahunya.
Dengan perasaan bingung, Rex menyusul Fabian ke dalam dan
mempersilahkannya untuk duduk di satu-satunya sofa yang berada di
ruangan itu. Pria itu memperhatikan tas besar milik Lavender yang
berada di atas meja. Dia pasti mengira kalau putrinya berniat untuk
pindah kemari.
137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex menghela nafas gugup lalu melangkah ke dapur dan kembali
lagi dengan secangkir kopi untuk Fabian. Laki-laki itu tersenyum
dan mengucapkan terimakasih. Ia meminta Rex duduk di dekatnya
dan Fabian memutar tubuhnya agar mereka bisa berhadap-hadapan.
"Maaf, tuan. Aku tidak bermaksud menahan Lavender di rumahku.
Aku sudah berniat untuk mengantarnya pulang kemarin sore tapi dia
tidak bersedia untuk pulang." Rex memulai dengan nada yang
teramat sopan.
Fabian Ouray tersenyum lagi. "Aku kemari tidak untuk membicara-
kan hal itu!"
"Jadi?"
"Remingthon Curtberth. Aku tidak akan banyak basa-basi karena
aku memang tidak menyukainya. Aku juga tidak punya banyak
waktu. Tapi demi Lavender aku berusaha untuk kemari pagi-pagi,
maaf sebelumya karena aku mengganggumu terlalu pagi-demi
sebuah permohonan."
Dahi Rex menjadi berlipat-lipat permohonan? "Untuk tidak terlalu
dekat dengan Lavender? Aku selalu mencoba hal itu tuan. Jangan
khawatir, begitu semester ini selesai, aku akan..."
"Kenapa kau berfikir seperti itu? Kau tidak menyukai Lavender?"
"Aku menyukainya, dia gadis yang menyenangkan."
"Kalau begitu maukah kau mengabulkan permohonanku? Aku akan
melakukan apapun untukmu jika kau meminta sesuatu sebagai
gantinya. Demi putriku, menikahlah dengannya!"
Rex terpaku, kebingungannya semakin membesar karena ini. "Maaf,
Tuan. Anda tidak sedang mempermainkanku, kan? Aku tau kalau
aku tidak pantas untuk Lavender dan aku juga tidak pernah
bermimpi untuk menikah dengannya. Lagipula dia masih sangat
muda untuk menikah secepat ini."

138 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku mengerti. Aku juga memikirkan hal itu, tapi Beth mengatakan
kepadaku kalau Lavender sangat bergantung padamu. Kita tidak tau
berapa lama Lavender bisa bertahan dengan jantung barunya, jadi ku
harap aku bisa melihatnya menikah sebelum kami benar-benar
kehilangannya. Lavender menggunakan jantung milik mendiang
ayahmu, kan? Apakah kau tidak mau menjaga bagian dari ayahmu
yang tersisa secara langsung?"
"Tapi aku masih tidak bisa mengerti mengapa harus..."
"Mungkin karena belakangan ini Lavender lebih suka berada disini
bila dibandingkan dengan di rumah. Aku tidak bisa membiarkannya
tinggal disini, maka kuharap bisa membawa sesuatu yang
membuatnya betah disini agar Lavender lebih banyak menghabiskan
waktunya di rumah. Menikahlah dengan putriku dan tinggallah
bersama kami di rumah."
Rex berfikir lama, bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi padanya
hanya karena Laveder menginap di rumahnya satu kali? Atau ada hal
lain yang membuat hal mustahil ini terjadi? Beth, seharusnya Rex
bertanya kepada Beth karena laki-laki itu pasti tau maksud dari
semua ini.
"Bagaimana? Kau bersedia menikah dengan putriku?"
"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Kurasa kami perlu
membicarakan hal ini. Maksudku, aku dan Lavender perlu
membicarakan hal ini lagi."
"Baiklah, kalau begitu bicarakanlah dengannya. Aku menunggu
jawaban kalian pada makan malam hari ini. Datanglah ke rumahku
bersama Lavender, kau tidak sedang sibuk, kan? Ini hari minggu!"
"Ya, aku akan datang bersama Lavender. Aku rasa malam ini aku
tidak sibuk sama sekali."
Fabian mengangguk beberapa kali lalu berdiri dan mengulurkan
tangannya untuk menjabat Rex. Rex menyambutnya dan mengantar-
139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kan Fabian Ouray kembali keluar dari rumahnya. Ini pertama kalinya
Rex berdekatan dengan ayah Lavender dan yang pertama kali ini
ternyata untuk meminta Rex menikahi putrinya. Rex tidak habis fikir
dengan apapun yang terjadi. Pasti terjadi sesuatu.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Beth?" Rex berbisik sambil
memegangi lengan Beth yang hampir saja melarikan diri dengan
mengikuti ayahnya berjalan menyusuri gang. Tuan Fabian sudah
berjalan lebih dulu dan sepertinya tidak menyadari bahwa Rex
menahan putranya.
"Aku hanya memintamu menjaga adikku dari bahaya yang
mengintainya di rumah. Aku tau bagaimana hubunganmu dengan
Lavender, apa saja masalah di antara kalian dan aku mungkin akan
meminta pertanggung jawabanmu untuk itu. Tapi tidak, aku lebih
memilih untuk memohon agar kau menjaga adikku. Itu saja!
Sekarang sudah bisa lepaskan aku? Aku harus menyusul ayahku!"
Rex melepaskan lengan Beth yang digenggamnya. Ia masih
kebingungan dengan apa yang sudah terjadi. Beth menyiratkan
seolah-olah semua ini adalah rencananya dan ia melakukan ini untuk
Lavender. Bahaya seperti apa yang mengintai Lavender di rumah?
Apa yang terjadi pada gadis itu sebenarnya? Rex mengerang kesal,
bila Beth meminta pertanggung jawabannya, itu berarti semua
masalah ini terjadi karena dirinya.
®LoveReads

Lavender membuka matanya dan menemukan dirinya berada di


sebuah ruangan asing. Ini kamar Rex, kamar khas laki-laki dengan
bendera Canada yang menyelubungi bagian belakang pintu dan gitar
di sudut ruangan.
Lavender memandangi ruangan ini lebih jelas lagi. Lemari pakaian
dan tidak ada ranjang. Kasur busa yang sangat tebal itu hanya di

140 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
alasi sebuah karpet berwarna hijau zaitun sebelum menyentuh lantai.
Jendela kamar sama sekali tidak ada, tapi sebagai gantinya, ada
sebuah pintu kaca dengan tirai tembus pandang yang mengarah ke
balkon. Lavender sama sekali tidak menyangka kalau lantai atas
benar-benar hanya berisi satu buah kamar, tidak ada yang lain.
Pantas saja Rex menolak untuk membiarkan Lavender menginap di
rumahnya karena hal itu menyebabkan Rex harus merelakan
kamarnya dan tidur di luar. Mungkin di sofa bawah.
Lavender bersandar ke dinding dan menggeliat. Ia memandangi jam
di dinding yang sudah menunjukkan pukul Sembilan hampir sepuluh.
Sepertinya Lavender benar-benar merasa lelah sehingga tertidur
dalam jangka waktu yang lama. Lavender beranjak dari tempat
tidurnya dan membuka pintu yang terkunci, Rex memintanya
mengunci pintu dari dalam semalam. Hal itu menunjukkan kalau Rex
semakin berhati-hati dengan sikapnya. Lavender menggeliat lagi dan
menyusuri tangga menuju lantai bawah. Ia menemukan Rex sedang
mengeluarkan sepiring caneloni panggang dari microwave.
Rex menoleh kepadanya. "Sudah bangun rupanya."
"Aku lapar!" desis Lavender manja. "Canellonimu kelihatannya enak!
Boleh aku cicipi?"
"Kita makan di balkon saja bagaimana? Aku ingin membicarakan
sesuatu!"
Lavender menatap Rex penuh tanya, ingin membicarakan sesuatu?
Dia tidak perlu bertanya karena akan segera mengetahuinya.
Lavender mengangguk dan mendekati Rex di meja makan. "Boleh,
ada yang perlu ku bantu?"
"Bawakan Coklat panas itu saja!"
"Lalu?"
"Silahkan kesana lebih dulu. Masih ada hal lain yang harus ku
lakukan dengan Canelloninya!"
141 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender mengambil dua buah mug yang terisi penuh dengan coklat
panas lalu membawanya pergi menuju lantai atas. Ia menaiki tahap
demi tahap anak tangga dengan sangat hati-hati lalu membuka pintu
selebar mungkin. Setelah tiba di Balkon, Lavender meletakkan dua
buah mug coklat panas itu di pagar beton setinggi pinggangnya lalu
memandangi pemandangan yang baru untuknya. Dari atas, kawasan
sempit itu terlihat sangat menakjubkan. Lavender bisa melihat atap
rumah tetangga yang lain dan beberapa kamar yang berada di
tingkat atas seperti rumah Rex ini. Ada juga rumah besar di sebuah
sudut sehingga menutupi pemandangannya lebih jauh. Lavender
mendesah, ia memandangi ke sekeliling balkon dan menemukan
beberapa buah kaktus dan sebarisan bunga Lavender yang baru akan
berbunga di dalam bak persegi panjang yang terbuat dari keramik.
Lavender tersenyum melihat itu, ia teringat kembali dengan bunga
Lavender yang di lihatnya pertama kali saat ia terbangun di rumah
sakit.
Langkah kaki Rex yang mendekat terdengar dengan sangat jelas.
Laki-laki itu muncul dengan dua buah piring yang penuh cannelloni
panggang. Dia meletakkannya di tempat yang sama dengan tempat
Lavender meletakkan mugnya lalu duduk di pinggiran balkon. Saat
ia menoleh, Lavender menatapnya dengan serius lalu merengek.
"Aku tidak bisa duduk sepertimu. Kakiku tidak terlalu tinggi!"
Rex kembali turun dan mengambil sebuah kursi plastik berukuran
kecil di dalam kamarnya. Ia meletakkannya di depan Lavender dan
kembali duduk. Lavender mendekatkan kursi itu yang akhirnya di
manfaatkan menjadi pijakannya agar bisa duduk di atas pagar balkon
yang terbuat dari beton itu.
"Ku fikir kau akan menggendongku!" Desisnya.
Rex tersenyum seperti biasa. "Tadi katanya lapar. Sekarang makan-
lah!" Lavender mengambil piring bagiannya dan mulai menyantap
Cannelloni yang berisi daging dengan lelehan keju itu.
142 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Beberapa saat kemudian dari mulutnya terdengar gumaman betapa
enaknya sarapan kali ini. Ia terus menyantap cannelloni-nya tanpa
henti dan menggerutu karena Rex ternyata bisa menghabiskan
cannelloni buatannya sendiri dengan sangat cepat. "Aku mengakui
kemampuanmu!" Lavender mengakhiri suapannya dengan mengusap
bibirnya yang berminyak. Ia lalu meraih mug dan mulai meneguk
Coklat panasnya dengan sangat perlahan.
"Kenyang?"
"Ya, terimakasih."
"Kalau begitu sudah saatnya bicara!"
Lavender mendengus. Dia baru ingat kalau Rex ingin membicarakan
sesuatu. "Ya, bicara mengenai apa?"
"Kau tau kalau ayahmu datang hari ini ke rumahku?"
"Kapan?"
"Pagi ini, bersama Beth!"
"Menjemputku?" Lavender kemudian menggeleng. "Sepertinya
tidak!"
"Kau dan Beth merahasiakan sesuatu? Kalian punya masalah?"
"Sedikit..." Jawab Lavender sambil meneguk coklat panasnya sekali
lagi. Sikapnya masih tenang, mungkin karena sudah kenyang.
"Masalah apa? Bisa menceritakannya padaku?"
"Kau juga tidak mau menceritakan tentang masalahmu, kan? Aku
bertanya apa yang menyebabkan pertengkaranmu dengan ayahmu.
Kau tidak ingin menceritakannya."
"Wanita!" Rex bergumam pasti. "Aku membawa wanita ke kamarku
dan ayahku sangat marah. Dia sangat tidak suka ada wanita di rumah
ini."

143 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hanya karena itu?"
Rex menggeleng. "Wanita itu adalah kekasih ayahku, teman
kuliahku, tetangga pada waktu itu. Kau tau masalah pelik yang aku
dan ayahku alami? Kami bersaing tentang wanita dan ayahku
memenangkannya karena aku tidak punya uang seperti ayah. Aku
harus menerima kalau wanita yang kusukai ternyata adalah kekasih
ayahku. Sangat buruk. Tapi yang lebih buruk adalah aku memanfaat-
kanmu untuk menghilangkan kesedihan itu!"
"Jadi, saat kau bersamaku kau mencintai wanita lain?"
"Menyukai, aku belum bisa mengatakan cinta untuk wanita itu, aku
hanya cemburu karena dia membuat ayahku sibuk dan tidak
mengingatku lagi. Lalu aku berusaha menjauhkan wanita itu dari
ayah dengan berbagai cara. Termasuk menggodanya. Dan aku tidak
perlu menceritakan mengenai apa yang terjadi selanjutnya kan?"
Lavender mengangguk, selanjutnya sudah bisa ditebak. Rex
menggoda wanita itu dan berhasil membawanya ke kamar dimana
Lavender tidur malam tadi, lalu ayahnya memergokinya dan mereka
bertengkar. Mungkin saja Rex lari keluar dan ayahnya mengejar lalu
mereka melanjutkan perdebatan di jalan sehingga kecelakaan itu
terjadi. Lavender menghela nafas. "Kau sangat jahat Rex!"
Rex mengangguk. "Jadi masalahmu?"
"Aku akan menceritakannya lain kali."
"Tidak bisa, kau harus menceritakannya sekarang juga agar aku bisa
memutuskan apakah aku akan menikah denganmu atau tidak."
Lavender tertebelalak, Rex mengatakan apa? Menikah dengannya?
"Ayahmu memintaku menikahimu. Aku yakin ini adalah rencana
Beth, kata-katanya tadi pagi menyiratkan kalau dia mengatur
semuanya. Kau punya masalah apa sehingga dia memintaku untuk
menjagamu?"

144 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jadi ini rencana Beth? Lavender membatin.
Dia tidak menyangka kalau Beth meminta ayahnya untuk memohon
kepada Rex tentang pernikahan itu. Tapi Lavender tidak mencintai
Rex, dia hanya menyukainya karena Rex teman yang menyenangkan.
Tapi untuk menikah? Astaga. Beth bertindak seolah-olah tidak ada
jalan keluar lain yang biasa dilakukan selain menikahkannya dengan
seseorang. Atau mungkin memang tidak ada? Haruskah seperti ini?
Lavender menelan ludahnya lalu bergumam pelan. "Rex, sebenarnya
aku..."
"Sebenarnya aku berselingkuh dengan kakak iparku!"
Rex berusaha memenuhi rongga dadanya dengan udara sebanyak-
banyaknya demi mendapat ketenangan. Ia tidak bisa menerima cerita
Lavender tentang kisah cintanya dengan kakak iparnya sendiri.
Gadis itu menjalin hubungan dengan suami kakaknya karena
mengagumi Nick yang menolongnya saat Rex akan melakukan
perbuatan yang sangat buruk kepadanya. Sekarang Rex mengerti
mengapa Beth menganggap dirinya adalah orang yang paling pantas
untuk bertanggung jawab mengenai hal ini. Jika saja tidak ada
kejadian itu, maka Nick tidak perlu menolong Lavender dan
Lavender tidak perlu mengaguminya. Gadis itu bahkan tidak bisa
membedakan perasaan kagum dengan cinta?
Ya, jika saja Rex tidak melakukan hal itu. Ia mendesah halus.
®LoveReads

Laki-laki bernama Nick itu memandangi Rex dengan tatapan


misterius, ia sedang menyelidiki, tapi mungkin masih membenci. Hal
itu menjadi hal yang paling mengganggu Rex hari ini. Semestinya
Rex menghabiskan waktu dengan bekerja malam ini, tapi ia
menggunakan cuti bulanan yang jarang diambilnya demi memenuhi
undangan Fabian Ouray. Ia akan memberi jawaban malam ini juga.

145 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidakkah terlalu berlebihan, ayah?" Lawrence terdengar tidak
setuju tentang ide menikahkan Lavender saat ini. "Lavender baru
memasuki usia delapan belas tahun."
"Ayah juga memikirkan hal yang sama Lawrence. Tapi Lavender
membutuhkan anak muda ini." Fabian lalu menoleh kepada Lavender
yang duduk di sebelah Rex. "Benar, kan? Sayang?"
Lavender melirik Nick sejenak lalu mengangguk dengan takut-takut.
"Aku membutuhkannya, tapi dia selalu menolak untuk berdekatan
denganku!"
Rex berdelik menatap Lavender. Gadis itu sedang menceritakan apa?
Sejak kapan dia benar-benar membutuhkan Rex? Dia hanya
membutuhkan seseorang untuk menghentikan interaksi buruknya
dengan Nick. Dia hanya membutuhkan Rex untuk menghentikan
perbuatannya.
"Dan kau menginginkan dia untuk menjadi suamimu?" Lawrence
berujar lagi.
"Ya, aku ingin dia selalu di dekatku. Aku harap kalian menyetujui-
nya. Aku tau ini mungkin hal yang mengejutkan bagi semuanya.
Tapi aku selalu berusaha mendekatinya dan dia selalu menolak
karena menganggap dirinya tidak pantas. Bahkan dia bilang, saat
berpacaran denganku dulu-pun dia sama sekali tidak terfikir akan
melanjutkan hubungan kami secara serius karena itu!"
"Setidaknya dia tau diri." Nick berdesis. Ia sedang berusaha meng-
intimidasi dan berharap Rex menyerah dengan rencana bodoh ini.
"Aku rasa ini bukanlah hal yang perlu di perdebatkan lagi, ayah!"
Beth berusaha mempercepat obrolan makan malam yang tidak
mengenakkan ini. "Kalianpun tidak berhak untuk menganggu
rencana ini. Dan Nick, aku bangga jika pemuda yang sangat tau diri
ini menjadi saudara iparku. Setidaknya sikap tau dirinya tidak akan
membuat pemuda ini bertindak salah di rumah ini, benarkan Rex?"

146 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex tersenyum getir. Kehadirannya sedang menjadi perdebatan yang
panas di keluarga Ouray sekarang. Tentu saja ia sadar kalau dirinya
sama sekali tidak pantas untuk jadi menantu keluarga ini. Keluarga-
nya bukan bangsawan ataupun orang kaya, Rex bahkan tidak
memiliki keluarga normal seperti yang kebanyakan orang miliki.
Nick benar, dia cukup sadar diri.
"Jadi bagaimana jawabanmua atas permintaanku tadi pagi?" Fabian
kembali berbicara. Ia menatap Rex dengan pandangan tajam yang
mengharapkan jawaban secepatnya.
Rex memandangi Lavender dan Beth secara bergantian lalu
menghela nafas berat. Pandangannya tertumpu kepada Nick untuk
beberapa saat. Seharusnya ini semua tidak menjadi urusannya. Tapi
cara Beth menghubung-hubungkan masalah ini dengan kesalahan
masa silamnya tak pelak membuat Rex merasa terbebani. Ia kembali
menatap Fabian Ouray dengan mantap lalu berujar tegas.
"Aku bersedia menikah dengannya. Tapi aku harap kalian mengizin-
kanku menikah dengan Lavender dengan uang yang kukumpulkan
selama ini. Mungkin bukan acara pernikahan besar seperti yang
seharusnya seorang putri dapatkan. Tapi aku hanya akan mengaju-
kan hal itu sebagai satu-satunya syarat. Aku tidak akan menikah
dengannya jika kalian tidak mengizinkanku melakukan hal itu."
Fabian tersenyum simpul lalu menatap Beth dengan serius. "Adik
ipar pilihanmu memiliki harga diri yang sangat tinggi Beth." Lalu
kepada Lawrence dan Nick. "Dia sangat pantas menjadi bagian dari
keluarga Ouray, kan?"
Kemudian Fabian menoleh kepada Lavender dan memandangnya
dengan lembut. "Kapan kau ingin pernikahanmu dilaksanakan, Lav?"
"Bisakah kita mengadakannya dalam minggu ini?"
®LoveReads

147 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau yang merencanakan semua ini, kan?" Nick berusaha menyem-
bunyikan suaranya yang bisa saja melengking karena marah.
Nick sangat menyesali perilakunya pada saat itu yang membuat Beth
mengetahui hubungannya dengan Lavender. Sekarang Beth pasti
sedang mengatur rencana untuk memisahkan Lavender dan dirinya
sehingga membuat Nick terpaksa membawa Beth ke halaman
belakang demi mempertanyakan hal yang sangat mengganggunya.
Beth hanya tersenyum sinis dan menatap Nick dengan pandangan
penuh hinaan. "Kau terganggu?"
"Kau berusaha memisahkanku dari Lavender? Seharusnya kau
mengatakan hubunganku kepada Lawrence agar aku dan Lavender
bisa bersatu!"
"Aku tidak akan menyakiti saudaraku? Lavender tidak membutuh-
kanmu. Kau dengar sendiri tadi, dia membutuhkan Rex!"
"Kau sudah bertindak bodoh. Laki-laki itu tidak pantas untuk
Lavender. Apa kau tau apa yang sudah diperbuatnya pada adikmu?"
"Aku tau. Tapi semua orang bisa berubah, kan? Orang jahat
sepertinya bisa saja berubah menjadi lebih baik. Sama halnya dengan
orang sepertimu yang berubah menjadi binatang. Harusnya kau
sadar dengan perbuatanmu. Seharusnya kau menghentikan
perbuatanmu dan Lavender setelah menikahi Lawrence."
"Ini bukan sepenuhnya salahku."
"Lalu aku harus menyalahkan Lavender? Dia masih kecil dan sangat
sempit. Dia bahkan tidak memiliki teman yang cukup untuk
menghilangkan kesepiannya. Seharusnya kau yang lebih dewasa bisa
memaklumi sikapnya, dan meluruskan kesalahannya. Tapi kau malah
memanfaatkannya, Nick. Menggunakan perasaan adikku untuk
mengecapya berkali-kali."
"Aku mencintainya!" Kali ini suara Nick terdengar lebih keras.

148 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ia sangat terganggu dengan hinaan Beth terhadapnya. Apa tidak ada
seorangpun yang mengerti dengan perasaannya? Dia mencintai
Lavender dengan seluruh jiwa raganya. Ia selalu ingin bersama gadis
itu dan saat ini perasaan itu mencapai puncaknya. Nick tidak pernah
bermaksud memanfaatkan Lavender. Tidak sama sekali.
"Karena itu berhentilah. Kau fikir dengan cintamu ini Lavender bisa
bahagia? Apakah selama bersamanya kau tidak merasakan
penderitaan adikku sama sekali? Apakah kau tidak sadar kalau
Lavender selalu berusaha untuk menghindarimu? Dia tidak
mencintaimu seperti yang kau fikirkan, Nick. Dia hanya gadis bodoh
yang mengagumi sosok yang menolongnya saat Lavender sedang
berada dalam kesulitan. Dia tidak mencintaimu seperti yang dia
katakan. Kau harusnya tau, gadis yang tidak memiliki pergaulan
sama sekali seperti Lavender bahkan tidak bisa membedakan
perasaan cinta dan kagum. Dia hanya ingin merasakan cinta begitu
menyadari dirinya semakin dekat dengan ambang kematian.
Lavender hanya menjadikanmu pelampiasan dari perasaan yang
belum didapatnya hingga kini!"
®LoveReads

149 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 16

Pernikahan yang sangat biasa, tanpa pesta pernikahan yang megah


seperti impian kebanyakan gadis di seluruh dunia. Lavender tidak
boleh kecewa karena pernikahan ini dilakukan Rex dalam keadaan
terpaksa. Lavender seharusnya bersyukur karena Rex bersedia
menikahinya dan mereka sudah menjadi suami istri. Pernikahan ini
bahkan dilakukan tanpa libur kuliah ataupun libur bekerja. Mereka
melakukan aktifitas seperti biasa dan baru mengadakan pernikahan
mereka setelah Rex pulang bekerja. Untungnya segala ritual
pernikahan itu dilakukan di rumah Ouray sehingga anggota keluarga
tidak perlu pergi jauh pada malam hari seperti ini. Tapi sepertinya
tidak ada yang kecewa dengan pernikahan yang dibuat oleh Rex. Dia
mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah setelah upacara pernikahan
selesai yang membuat semua orang berkumpul di ruang tengah
dengan wajah ceria.
Lavender duduk di dekat Lawrence yang terus menggenggam
tangannya. Sesekali ia melirik Rex yang mengobrol bersama ayahnya
dan Beth yang kelihatannya mengobrol serius dengan Nick di sudut
ruangan. Lavender menghela nafas, Beth dan Nick pasti berdebat
lagi disana.
"Gaunmu sangat bagus!" Lawrence memuji.
Lavender memandangi gaun yang dikenakannya. Sebuah gaun
pengantin dari sutra dengan lengan panjang yang ketat memper-
lihatkan lengannya yang ramping. Setidaknya gaun itu adalah satu
hal yang membuat Lavender merasa puas dengan pernikahan ini.
Rex memberikan gaun yang cantik untuknya. "Kau tidak akan
meminta gaun pernikahanku, kan?"
Lawrence tertawa mendengar ucapan Lavender. "Aku hanya memuji.
Tidak boleh?"

150 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Boleh, tapi seharusnya Rex dulu yang memujiku cantik karena
menggunakan gaun ini. Dia terlalu sibuk dengan ayah!"
"Ayah kelihatannya menyukai suamimu. Kau harus lega dengan itu.
Nick saja jarang mengobrol dengan ayah. Jadi benar dia mantan
pacarmu? Dimana kalian kenal?"
"Dia masuk ke synagogue saat aku sedang berdo'a. aku meminta
Tuhan mengirimkan seorang pria yang harusnya menjadi kekasihku
saat itu, lalu dia datang secara ajaib. Tembok di belakang synagogue
berlubang dan dia masuk dari sana."
"Dan kalian berkencan sejak itu? Dia selalu datang lewat lubang itu
untuk menemuimu? Cerita kalian seperti dongeng, manis sekali!"
Lavender tersenyum lalu menguap. Ia sangat mengantuk "Kau sudah
mengantuk, Lav? Kau tidak boleh tertidur sekarang! Ini malam
pernikahanmu, kan? Seharusnya kalian menikmati saat-saat mesra
pada malam pertama kalian."
"Maksudmu bercinta?"
"Kau terlalu terbuka mengatakan itu!"
Lavender terdiam dalam jeda yang panjang. ia melirik Rex yang
masih berbincang-bincang dengan ayahnya sesaat lalu termenung.
Haruskah ia bercinta dengan Rex malam ini? Tapi di pernikahan
mereka tidak ada perjanjian yang melarang hal itu. Mereka bahkan
tidak membuat perjanjian apa-apa. Ini juga bukan pernikahan pura-
pura, melainkan pernikahan yang sebenarnya. Lavender memegangi
Jantungnya yang berdetak dalam tempo yang sangat cepat.
"Kenapa, Lav?"
"Apakah aku bisa melakukannya?"
"Kalian belum pernah melakukannya? Lalu apa yang kau lakukan
saat bersamanya? Kau selalu berada di rumahnya dan baru pulang
setelah malam, kalian juga pergi akhir pekan kemarin, kan? Kau juga
151 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menginap di rumahnya dan baru pulang saat makan malam. Ku kira
kalian sudah melakukan hal seperti itu, karena itulah ayah sampai
memohon kepadanya untuk menikahimu."
"Saat di rumahnya aku belajar. Dia pembimbing pelajaran dasarku!"
Lawrence tertawa geli, ternyata ia salah sangka. "Kalau begitu
seharusnya kau melakukannya malam ini, kan? -lihat, dia kemari!"
Lavender termenung, ia melihat Rex mendatanginya dan mengulur-
kan tangannya untuk disambut. Laki-laki itu tersenyum kepadanya
lalu bergumam lembut kepadanya.
"Ayolah, Lav! Kau bisa menunjukkan kamar kita? Aku rasa sudah
saatnya untuk kita berdua saja!"
Lavender menyambut tangannya dan menoleh kepada Lawrence
yang mengancungkan jempolnya. Benarkah ia dan Rex akan
melakukannya malam ini? Lavender kemudian menatap Beth yang
tersenyum kepadanya, juga Nick. Astaga, pandangan Nick seolah-
olah akan membunuhnya saat itu juga. Rex menggandeng tangannya
menghadap kepada Fabian Ouray untuk berpamitan. Selang
beberapa menit kemudian mereka sudah berada di kamar Lavender
yang disulap menjadi kamar pengantin oleh Deliah tanpa dipinta.
Lavender duduk di atas ranjangnya masih dengan perasaan yang
sangat gugup. Ia memandangi Rex yang membuka jasnya lalu
berjalan mendekati jendela.
"Apakah kita akan melakukannya?" Lavender memberanikan diri
bertanya.
Rex menoleh kepadanya. "Melakukan apa?"
"Melakukan apapun yang dilakukan orang pada malam pertama!"
"Aku tidak akan melakukannya."
"Lalu mengapa kau mengajakku ke kamar?"

152 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Karena aku mengantuk, besok pagi kita harus ke kampus dan aku
harus bekerja pada siang harinya. Kau juga harus mengantar Beth ke
bandara, kan?"
Lavender menghela nafas lega. Ia tau Rex tidak akan memaksanya.
Sejak dulu Rex tidak pernah memaksanya. Lavender mendekati Rex
lalu memberikan punggungnya. "Kalau begitu bantu aku membuka
pakaianku. Orang-orang bisa curiga jika aku memakai pakaian ini
sampai besok pagi. Aku juga tidak bisa membukanya sendiri. Korset-
nya terlalu ketat, Deliah membuatku terikat dengan ini!"
Rex mendesah lalu membantu Lavender membuka gaunnya dengan
mata tertutup. Ia hanya berusaha meraba punggung Lavender dan
membuka tali pengikat korsetnya saat menemukan juntaian disana.
Lamat-lamat terdengan helaan lega dari Lavender karena ia bebas
bernafas. Rex hanya tersenyum, ia melanjutkan bantuannya lagi
hingga Lavender menjauh darinya secara tiba-tiba.
"Kau menutup matamu? Pantas saja..."
Rex belum ingin membuka matanya. Ia mengembangkan tangannya
lebar-lebar lalu bertanya. "Ada apa?"
"Kau menyentuh bokongku!"
"Maaf, aku tidak sengaja!"
"Mengapa tidak kau buka saja matamu, Rex?"
"Kalau aku membukanya maka kupastikan kalau aku akan melakukan
hal yang lebih dari sekedar menyentuh bokong secara tidak sengaja.
Kau sudah selesai dengan gaunmu? Kalau begitu cepat ganti
pakaianmu!"
"Baiklah, tunggu sebentar lagi!"
Rex mengikuti instruksi dari Lavender dengan patuh. Ia menunggu
sebentar lagi. Hingga Lavender mengizinkannya membuka mata.
Gadis itu sudah berganti dengan piama sutranya yang berwarna
153 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
merah jambu. Ia tersenyum lalu membuka ikat pinggang dan
kemejanya di tempat itu juga. Sekarang Rex sudah siap tidur dengan
celana dan T-Shirtnya. Ia berusaha mengambil sebuah bantal dari
ranjang saat Lavender memeganginya.
"Kau mau bawa bantal ini kemana?"
"Ke lantai, aku akan tidur di lantai."
"Kau tidur di ranjang bersamaku!"
"Aku tidak bisa melakukannya. Lav!"
"Kalau kau berkeras untuk tidur di lantai, aku juga akan mengikuti-
mu tidur di lantai. Aku tidak bisa membiarkanmu tidur di lantai. kau
sudah membantuku, sudah seharusnya kau mendapatkan tempat
istirahat yang empuk. Aku seharusnya memberikan kamar tamu
untukmu, tapi itu tidak mungkin terjadi dengan status kita sekarang,
kan?"
"Aku sudah terbiasa tidur di lantai!" Rex merujuk kepada kasur busa-
nya di rumah.
"Tidur tanpa ranjang dan tidur di lantai berbeda." Lavender menarik
bantalnya sehingga terlepas dari tangan Rex lalu menggantikannya
dengan tangannya. "Ayolah, kau tidur di ranjang saja."
"Bagaimana kalau aku melakukan sesuatu padamu?"
"Aku percaya kalau kau tidak mungkin melakukan itu, kan? Aku
percaya dengan dirimu yang sekarang. Jadi kau juga harus percaya
dengan dirimu sendiri kalau kau bisa menjagaku seperti janjimu!"
Rex mendengus lalu menarik lengannya dari genggaman Lavender.
"Baiklah!" Gumamnya sambil berjalan ke sisi lain tempat tidur.
Lavender tersenyum senang sambil menepuk-nepuk bantal untuk
Rex dan Rex hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
®LoveReads

154 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender membuka matanya dan menyadari kalau ia bangun lebih
pagi dari biasanya. Ia tersenyum saat melihat Rex yang tertidur lelap
disampingnya, ini pertama kali Lavender melihat Rex tertidur.
Sangat damai. Lavender membelai wajah Rex pelan-pelan, laki-laki
itu bergerak sangat sedikit lalu kembali tidur dengan nyaman. Dia
pasti sangat lelah. Rex sudah menjaga Lavender seperti janjinya di
rumah sakit.
‘Bantu dia, Tuhan
Aku akan menjaganya jika dia terbangun nanti
Aku akan terus mengawasinya.’
Kata-kata Rex sewaktu di rumah sakit terngiang lagi. Ya, Rex
sangat berubah. Atau tidak? Rex mungkin hanya belum menunjuk-
kan siapa dirinya sebenarnya saat bersama dengan Lavender dulu.
Mungkin Sekaranglah Rex yang sebenarnya timbul. Rex yang
sangat baik yang berjanji untuk menjaganya bila Lavender bisa
menerima jantung ayahnya.
Bunyi pintu diketuk membuat Lavender khawatir akan membuat Rex
terbangun. Ia turun dari ranjangnya pelan-pelan dan segera mem-
buka pintu lalu meletakkan telunjuk di depan mulutnya agar Deliah
tidak berisik. Deliah memandang ke dalam kamar dan tersenyum, ia
mungkin tidak tahan untuk berbicara di depan pintu sehingga
menarik Lavender keluar kamar untuk mengatakan isi hatinya yang
sangat mendesak untuk di keluarkan. "Kalian tidur seranjang?"
"Dia suamiku. Lalu aku harus memaksanya tidur di kamar mandi?
Sedang apa kau disini pagi-pagi?"
"Aku fikir aku harus membantumu untuk melakukan sesuatu.
Membantumu membuka pakaian pengantinmu, misalnya!"
"Kau sedang mengejek? Kenapa tidak datang tadi malam?"
"Dia sudah membuka gaunmu? Wah... kalian melakukan apa saja
semalam?"

155 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender terdiam sejenak saat tanpa sengaja melihat Nick melintas
di depan mereka. Laki-laki itu meliriknya lalu segera turun menuruni
tangga dengan langkah kuat. "Dia pasti mendengar perkataanmu!"
"Dia marah!" Deliah berpendapat. "Dia terlalu menunjukkan pe-
rasaannya. Tapi baguslah, bukankah itu tujuan pernikahan ini? Jadi
bagaimana? Dia membuka pakaianmu?"
"Dia melakukannya sambil menutup mata!"
"Astaga, dia berubah sekali. Seharusnya dia memaksamu melakukan
Oral Sex seperti dulu!" Dan Deliah terpaksa berteriak kecil saat
Lavender mencubit pinggangnya.
"Hentikan. Aku bahkan sudah melupakannya."
"Dan dia?"
"Kufikir dia tidak berselera lagi denganku!"
"Atau dia sedang menahan diri? Dia pernah hampir memperkosamu
karena menginginkanmu. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan
hal itu begitu saja. Katakan padaku, apakah kau menyukainya?"
"Ya, dia menyenangkan."
"Maksudku apakah dia adalah laki-laki yang membuatmu ingin
bercinta dengannya seperti Nick?"
"Apakah aku harus memikirkan hal seperti itu? Ku kira aku sudah
cukup dewasa untuk berhenti beranggapan kalau cinta berarti harus
bercinta."
"Ya, kau benar. Kau sudah menikah, itu artinya kau sudah dewasa."
Kali ini kata-kata Deliah terdengar mengejek. "Yang ku maksud
bukan cinta berarti bercinta. Maksudku apakah kau punya perasaan
yang membuatmu siap menyerahkan apa saja untuknya? Apa saja
disini bukan berarti keperawanan, tapi juga nyawa dan hidupmu!"
Lavender menggeleng.

156 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sepertinya belum. Aku hanya percaya kepadanya dan merasa
nyaman bersamanya. Apakah itu belum cukup?"
"Kau masih merasakan kalau Nick-lah satu-satunya orang yang
membuatmu seperti itu?"
Lavender memperbesar bola matanya menyadari ucapan Deliah
terlalu keras. Deliah segera menutup mulutnya rapat-rapat lalu
mengubah ucapannya menjadi sebuah bisikan yang pelan. "Ku rasa
kau harus mengalihkan perasaanmu kepada suamimu. Maksudku
berusahalah meraba perasaanmu kepadanya. Kau harus bisa berhenti
mencintai Nick. Berhenti takhluk kepadanya dan menyerahkan
dirimu."
"Bagaimana caranya?"
"Kaulah satu-satunya orang yang tau, Nona!"
Lavender berdesis tidak puas. "Kalau begitu bawakan kami sarapan.
Aku tidak ingin bertemu Nick pagi ini di meja makan. Dia bisa
memojokkan Rex lagi dalam obrolan keluarga pagi ini."
®LoveReads

Setelah menikah, Lavender benar-benar berusaha untuk tidak lepas


dari Rex. Ia akan berangkat kuliah pada pagi hari dan pulang ke
rumah Rex sampai Rex menjemputnya untuk kembali ke rumah
Ouray.
Lavender melakukan itu dari senin sampai kamis dan menghabiskan
jum'at, sabtu dan minggu di rumah bersama Rex. Memasak di dapur
adalah jadwal penting mereka berdua, setelah bosan keduanya malah
akan tertidur di kamar sehingga Lavender menyadari bahwa bobot
tubuhnya naik beberapa pon. Rex juga terlihat lebih gemuk dan
mereka benar-benar terlihat seperti pasangan yang sangat sejahtera.
Sejauh ini, Lavender pantas berbangga diri karena upayanya untuk

157 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menghindari Nick sangat berhasil. Nick tidak pernah berusaha
mendekatinya semenjak Rex berada di rumah ini.
Tapi hari ini, Lavender nyaris saja dibawa pergi oleh Nick jika Rex
tidak datang bersama ayahnya. Dengan mudahnya Lavender me-
lepaskan diri dari Nick dan memeluk lengan Rex erat-erat. Lavender
sangat ingin menghindar dari pandangan Nick. Sayangnya, Fabian
Ouray mengajak semua keluarganya berkumpul untuk mengobrol di
ruang tengah. Mereka membicarakan banyak hal dan Lavender
merasa kikuk karena pandangan Nick tidak lepas darinya. Ia berbisik
meminta Rex untuk membawanya pergi tapi Rex menolak dengan
alasan menghargai ayahnya. Ia sangat kesal.
Rex hanya menoleh kepada Lavender sesekali setiap kali gadis itu
menarik Koran yang dibaca olehnya untuk menarik perhatian.
Beberapa saat kemudian, Lavender memandangi Rex dengan tatapan
memohon yang manja sambil menendang kakinya beberapa kali.
Perbuatan itu berhasil membuat Rex berdelik.
"Sebentar lagi!" Rex berdesis.
Lavender menghentak-hentakkan kakinya ke lantai, permintaannya
di tolak lagi.
"Apa yang diinginkannya, Rex?" Fabius bertanya sambil terus
membaca bukunya, dia sudah memperhatikan kelakuan manja
Lavender kepada suaminya sejak tadi. "Dia mau mengajakmu ke
mana?"
"Tidak, ayah! Lavender hanya bertingkah, seperti biasa!"
Fabius terkekeh. "Itulah resikonya menikah dengan anak kecil
seperti Lavender. Pergilah bersamanya, aku tidak keberatan sama
sekali!"
Rex menoleh kepada Lavender dan melihat betapa senangnya wajah
gadis itu mendapat persetujuan dari ayahnya. Ia mendengus kesal
lalu berpamitan kepada Fabius dan juga Nick.
158 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex terus berusaha bersikap baik terhadap Nick, ia bertindak seolah-
olah tidak tahu-menahu mengenai hubungannya dan Lavender
selama ini. Rex membiarkan Lavender menggandeng tangannya dan
menariknya menuju pintu samping.
"Kita mau kemana?"
"Ke halaman belakang." Jawab Lavender singkat.
"Untuk apa?"
"Duduk-duduk saja. Ayolah!"
Lavender menarik lengan Rex dengan penuh semangat dan dalam
beberapa menit, mereka berdua sudah sampai di belakang synagogue.
Rex bersandar ke dinding Synagogue dengan nyaman dan Lavender
duduk di sebelahnya sambil mempermainkan setangkai bunga Daisy
yang berada di tangannya. Mereka diam beberapa lama karena tidak
tau harus mengatakan apa. Lavender terlihat aneh, itu yang Rex
rasakan.
"Kenapa kau melakukan ini?"
"Apa kau tidak tau kalau Nick memandangiku?"
"Dia memandangimu karena kau terus menggangguku."
Lavender mendesah. "Maafkan dia, ya? Dia selalu menyinggungmu
selama ini."
"Tidak masalah, aku memang pantas mendapatkannya."
"Kenapa pantas?"
"Karena aku sudah membuatnya membenciku. Itu salahku sediri dan
sekarang aku menerima akibatnya."
"Rex, apakah kau tidak menyukaiku?"
Rex terdiam sesaat mendengar pertanyaan Lavender barusan.

159 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Jika aku tidak menyukaimu mana mungkin aku ada disini. Kau
menyenangkan, jelas saja aku menyukaimu."
"Kalau begitu maukah kau menciumku?"
"Permintaan anehmu ini keluar lagi!" Desis Rex. Selama ini sudah
berkali-kali Lavender meminta Rex untuk menciumnya. Tapi Rex
selalu menolaknya. "Entah apa yang kau fikirkan, aku tidak akan
melakukannya."
"Aku istrimu, kenapa kau tidak mau melakukannya denganku?"
Lavender juga menanyakan pertanyaan yang sana setiap kali Rex
menolaknya.
Dan kali ini Rex tidak akan menjawab 'karena aku tidak bisa' seperti
biasa. Mereka hanya akan mengulangi ucapan-ucapan tidak penting
yang sudah berkali-kali diucapkan jika Rex menjawab dengan
jawaban yang sama. "Apa yang kau fikirkan? Kenapa kau ingin aku
melakukan itu?"
"Aku ingin memastikan perasaanku. Jika saat kau menciumku, aku
merasakan sesuatu, maka..."
"Jadi seperti inilah caramu? Karena itu kau memutuskan hubungan
kita waktu itu? Jika aku menciummu sekarang, maka aku akan ke-
tergantungan denganmu, Lav! Jika kau tidak merasakan apa-apa,
bagaimana denganku? Kau membuat perasaanku terus bertambah
sedangkan aku hanya bahan uji coba untuk memastikan perasaan-
mu!"
Lavender berdesis. "Bagaimana bila kita bercinta? Itu yang kau
inginkan, bukan? Aku siap melakukannya."
"Dan jika kau tidak merasakan sesuatu?"
"Entahlah."
"Kau akan menangis karena menyesal. Kenapa kau selalu mengata-
kan hal yang memancingku? Kau bisa membuatku kehilangan
160 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kendali jika seperti ini terus. Kau pasti tau benar bagaimana
perasaanku padamu, kan? Bahkan di rumah sakit aku juga mengata-
kan kalau aku mencintaimu." Rex tidak mengerti mengapa tiba-tiba
saja ia menjadi sangat kesal. Bukan niatnya untuk meninggalkan
Lavender sendirian, tapi kakinya melangkah kembali memasuki
rumah dengan perasaan galau.
Lavender sendiri tidak bergerak, terkesima dengan sikap Rex hari
ini. Mungkin sikapnya sudah keterlaluan sehingga membuat Rex
marah. Lavender merasa bersalah, ia menangis tiba-tiba tanpa di-
inginkannya. Kedua tangannya mendekap dadanya dengan kuat, ia
merasakan sakit, tapi sakit yang berbeda dengan yang di rasakannya
selama ini. Lavender tidak tau di bagian mana ia merasa sakit,
sekujur tubuhnya merasakan hal itu.
Tuhan, Kenapa ini?
Kenapa aku merasa sakit sekali?
"Rex, maafkan aku!" Lavender berdesis.
Ia sudah berusaha menguatkan dirinya untuk menyusul Rex ke
dalam rumah. Ternyata Rex berada di dalam kamar membenamkan
tubuhnya di sana dengan nyaman. Rex tertidur.
Lavender duduk di pinggir ranjang dengan perasaan sakit yang
masih menjalarinya. Ia termenung memandangi Rex lama. Entah
mengapa ia merasa sangat sedih, merasa ingin terus menangis tapi
Lavender terus berusaha menahan diri agar tidak terisak dan
membangunkan Rex yang terlihat galau meskipun terlelap. Rex pasti
juga sedang memikirkan sikap kerasnya tadi. Rex pasti juga merasa
bersalah.
Aku merasakan sesuatu yang menyakitkan
Seolah-olah kelopakku yang terbuka
Akan gugur begitu saja

161 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tidak ingin seperti ini, Tuhan
Tapi aku menyukainya,
Aku menyukai rasa sakit ini
Lavender menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia mendekat pada
Rex dan mencium keningnya lembut. Rex terlihat lebih tenang, dia
tersenyum dalam tidurnya. Sikap Rex itu berhasil membuat
Lavender merasa lebih tenang. Ia meningalkan Rex di dalam kamar
seorang diri untuk mencari Deliah di dapur. Lavender ingin men-
ceritakan perasaannya. Mungkin ia merasakan sesuatu yang baru
yang Deliah miliki jawabannya. Ia berjalan secepat mungkin dan
mendapati Lawrence memanggilnya.
Lavender menoleh untuk melihat Lawrence yang melambai-lambai-
kan tangannya agar Lavender mendekat. Iapun mendekat dengan
tidak rela, mendekati kamar Lawrence berarti mendekati kamar
Nick, hal yang sangat ditakutinya belakangan ini.
"Kau bisa membantuku, Lav?"
"Membantu apa?"
"Memijat kakiku, kakiku sakit sekali, mungkin karena kandunganku
semakin membesar."
"Suamimu."
"Kurasa dia bersama ayah! Masuklah, Lav! Kau mau membantuku
kan?"
Lavender menatap ke arah yang tak menentu karena perasaannya
yang ragu. Tapi demi Lawrence ia mengangguk dan mengikuti
Lawrence untuk masuk ke dalam kamarnya. Lawrence berbaring di
atas tempat tidur dan Lavender mulai memijati kakinya dengan
perlahan. Ia berusaha melakukan yang terbaik, tapi kebisuan di
antaranya dan Lawrence membuatnya teringat lagi dengan sikap
Rex kepadanya tadi. Rasa sakit itu menjalar lagi dan Lavender
162 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menangis lagi. Ia berusaha untuk tidak terisak, tapi Lavender ke-
sulitan menahan air matanya sehingga airmata itu jatuh menyentuh
kaki Lawrence sebelum ia sempat menyekanya.
Rasa dingin yang tiba-tiba itu membuat Lawrence menarik kakinya
dan memandangi Lavender dengan tatapan yang serius. Lavender
menangis karena apa? Ini pertama kalinya Lawrence melihat
Lavender menangis seorang diri secara mendadak sedangkan
sebelumnya anak itu terlihat sangat tenang. "Ada apa Lav? Kenapa
kau menangis?"
Lavender menggeleng sambil menghapus air matanya. "Bukan hal
yang penting."
"Bukan hal yang penting? Tapi kau sampai menangis seperti ini.
Pasti hal yang penting yang membuatmu menangis seperti ini.
Ceritakanlah, siapa tau aku punya jalan keluarnya!"
"Aku hanya teringat sesuatu, makanya menangis."
"Teringat apa?"
"Rex." Lavender menangis lagi. Entah mengapa menyebut nama Rex
tiba-tiba saja sangat menyakitkan untuknya. Ia terus berusaha meng-
hapus airmatanya tapi airmatanya tidak berhenti mengalir.
Lawrence merasa hal itu pasti sangat menyakitkan sehingga
Lavender terus mengeluarkan airmata tanpa henti. "Ada apa dengan
Rex? Kalian bertengkar?"
"Aku rasa dia marah padaku. Dia tidak pernah membentakku selama
ini. Tadi dia melakukannya."
"Karena apa?"
"Karena." Lavender terdiam sebentar. "Aku tidak bisa mengatakan-
nya! Itu hal yang sangat pribadi."
"Tapi aku harus tau dulu masalahnya, baru bisa memberi pendapat!"

163 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Jangan tertawa. Aku memintanya menciumku, mungkin sedikit
memaksa sehingga dia merasa terganggu dan menolakku dengan
kata-kata yang... dia tidak kasar, hanya saja dia meninggalkanku
setelah menolakku! Aku merasa sangat sakit."
Lawrence tidak bisa menahan tawanya meskipun sebelumnya
Lavender memintanya untuk tidak tertawa. Benar-benar hal yang
tidak penting. Tapi Lavender menangis karena hal yang tidak
penting? "Mungkin suasana hatinya sedang buruk, maklumilah!"
"Aku juga sedang berusaha, tapi tidak bisa. Bagaimana ini?"
"Berbaikan saja. Minta maaflah kepadanya. Itu jalan satu-satunya."
Lawrence lalu membantu Lavender menghapus air matanya dan
membelai pipi adiknya. "Kau sangat mencintai Rex ya?"
Lavender menggeleng. "Aku tidak tau!"
"Kau menangis seperti ini karena hal yang kecil. Bagaimana bila
terjadi pertengkaran besar. Kau bisa saja berfikir untuk mati."
"Benarkah, itu artinya aku mencintai Rex?"
®LoveReads

Rex sudah terlihat sangat baik hari ini. Ia bertindak seolah-olah tidak
terjadi masalah apapun diantara mereka kemarin. Rex bahkan
menunggu Lavender di depan kelasnya. Ia membuat Lavender
terkejut dengan sebuah intrik kejutan yang biasa. Tapi Lavender
merasa beban di hatinya menghilang saat itu juga.
"Aku punya kabar bagus!" Rex berbicara lebih dulu. "Hari ini kita ke
pantai, ya?"
Lavender senang saat menyadari kalau hubungannya dan Rex benar-
benar sudah membaik. Ia mengembangkan senyumnya. "Kabar bagus
apa?"

164 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Karena itulah ikut aku. Aku akan mengatakannya di Barrie nanti!"
Rex mengenggam tangan Lavender lagi. Ia memaksa Lavender
untuk berlarian mengejar bus dan hal itu membuat senyum di wajah
Lavender tidak bisa berhenti mengembang. Dia sangat bahagia
hanya karena berbaikan dengan Rex? Ini pertama kalinya ia merasa
senang seperti hari ini. Sesampainya di Barrie, mereka benar-benar
berjalan di tepi pantai. Lavender merasakan angin laut berhembus,
kaki-kaki telanjangnya menyentuh pasir yang lebut diselingi dengan
belaian ombak lemah yang menyejukkan. Ia memandangi Rex yang
berjalan di sebelahnya dengan wajah berbinar-binar. Rex terlihat
sangat senang.
"Seharusnya kau bekerja hari ini, kan?" Lavender bertanya sambil
berusaha membuang pandangannya jauh-jauh. Tapi sia-sia. Matanya
kembali kepada Rex.
"Aku sudah mengundurkan diri!"
"Kenapa?"
"Tabunganku sudah cukup, Lav!" Rex menoleh kepadanya, mereka
berpandangan sejenak dan dunia terasa seolah-olah berhenti ber-
putar. Rex kembali menoleh ke depan.
"Aku akan menyelesaikan kuliah bulan depan. Setelah mendapatkan
sertifikatnya, aku akan berangkat ke New Zealand. Aku mendapat
tawaran pekerjaan yang menjanjikan disana."
"Apa?" Lavender merasakan sakit itu lagi. Dadanya terasa sangat
sesak.
"Kau tidak mendengarkan ucapanku?"
"Maksudmu, kau akan pindah ke New Zealand? Lalu bagaimana
denganku?"
"Kau akan baik-baik saja, aku sedang berusaha mengejar mimpiku
dan aku akan mendapatkannya segera..."
165 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau egois!" Lavender menangis lagi, airmatanya mengalir tanpa
henti. Ia membuat Rex membeku melihat airmatanya. "Kau akan
meninggalkanku? Impianmu sangat penting sehingga kau merasa
harus meninggalkanku?"
Kata-kata Lavender telah berhasil membuat Rex tertegun lama. Ia
tersenyum tak menyangka dengan respon yang didapatnya dari
Lavender tentang cita-citanya untuk hidup di New Zealand. "Astaga,
Lav. Bulan depan Beth akan pulang, kan? Kau akan aman karena
Beth sudah ada untuk menjagamu kembali."
"Tapi aku tidak menginginkan Beth!" Lavender menendang pasir di
hadapannya dengan kesal lalu berlari pergi meninggalan Rex sendiri.
Ia sangat membenci Rex.
Semula Lavender fikir hidupnya akan membaik setelah hubungan
mereka juga membaik. Kenyataannya, Rex membuatnya kecewa lagi.
Lawrence benar, Lavender merasa ingin mati karena hal ini. Apakah
ini berarti dia mencintai Rex, benar-benar begitu?
Tapi perasaan yang dirasakannya tidak seperti yang Deliah katakan.
Dia tidak pernah berfikir untuk menyerahkan semua yang dimiliki-
nya kepada Rex.
Dia hanya merasa ingin hidup nyaman bersama Rex, selamanya.
®LoveReads

166 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 17

Kekecewaan benar-benar membuat Lavender tidak menyapa Rex


selama beberapa hari ini. Ia menutup telinga setiap kali Rex
mengajaknya bicara. Laveder bahkan selalu berusaha untuk tidak
memandangnya terlalu sering. Tapi dirinya sama sekali tidak bisa
menghindari kalau wajah Rex selalu menghiasi benaknya meskipun
ia tidak sedang ingin memikirkan Rex.
Lavender duduk termenung di synagogue. Perasaannya benar-benar
sedih dan dirinya sama sekali tidak bisa menghindar untuk menangis
bila sedang seorang diri. Meskipun ia sangat ingin melupakan
kejadian itu, tapi Lavender merasa kalau melupakan sikap egois Rex
tidak semudah melupakan masalah-masalahnya yang lain.
"Kau sedang seorang diri? Kemana suamimu? Biasanya kalian selalu
bersama!"
Lavender mengangkat wajahnya dan memandangi Nick yang sedang
berjalan mendekat kepadanya. Rasa takut itu hadir lagi, memper-
keruh suasana hatinya. Bagaimana bila Nick memaksanya melakukan
sesuatu dan dia tidak bisa menolak? "Kau mengikutiku?"
"Ya!"
"Untuk apa?"
"Untuk melarung kerinduan. Kau tidak merindukanku, Lav? Sudah
sangat lama kita tidak memiliki waktu berdua seperti saat ini." Nick
berusaha menggapai tangan Lavender dan Lavender malah mundur
untuk menjauh. Nick mengerutkan dahinya karena ini. Pertama
kalinya Lavender menolaknya. "Kau sedang menolakku?"
"Hentikan semua ini."
"Apa?"

167 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi. Kandungan kakakku semakin
besar dan dia akan sangat kecewa mengetahui hal ini. Aku juga
sudah bersuami. Aku tidak bisa mengkhianatinya."
"Lav! Kau sudah membuatku mengkhianati istriku dan sekarang kau
bilang kalau kau tidak bisa mengkhianati suamimu? Apakah itu adil?
Kau yang menggodaku sehingga aku ketergantungan denganmu.
Ingat?"
"Aku minta maaf karena hal itu."
"Aku tidak bisa memaafkannya. Ini bukanlah hal yang mudah.
Berpisah denganmu bukanlah hal yang mudah. Aku harus menahan
diri saat melihatmu dengan laki-laki itu. Aku merasa sangat sakit.
Dan kau mengatakan untuk mengehentikan ini dengan mudah?"
Nick sudah kehilangan kendali. Ia berusaha merengkuh tubuh
Lavender dan ia mendapatkannya. Bersamaan dengan itu, hujan tiba-
tiba saja turun dengan sanga lebat. Bunyi petir menggelegar mem-
buat teriakan Lavender tidak terdengar oleh siapapun. Nick sudah
menindih tubuhnya dan Lavender berusaha menolak. Ketakutannya
terhadap Nick bertambah, ia bahkan melihat Nick menjadi sosok
yang sangat menakutkan dengan paruh yang gelap seperti burung
gagak. Lavender ketakutan. Ia menangis sejadi-jadinya, berusaha
melepaskan diri. Dan Nick berhenti saat tubuh Lavender mulai
melemah. Ia menatap Lavender dengan perasaan pilu. Gadis ini
sudah membuatnya berubah menjadi orang yang berbeda.
Nick hampir saja melakukan hal yang bodoh di dalam synagogue. Ia
merasa sangat berdosa, tiba-tiba Nick merasa berlumuran dengan
darah yang sangat kotor dan hitam.
Lavender terus terisak, ia menatap Nick dengan tatapan yang tidak
bisa diterka. Terlebih saat Nick menjauhkan diri dari tubuhnya.
Lavender segera menarik dirinya ke tepi dan bersandar di dinding
sambil memeluk kedua lututnya. Ia membenamkan wajahnya disana
dan terisak dengan lebih kencang.
168 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dari mulutnya berujar kata maaf yang berulang-ulang dan sangat
tidak beraturan. Ia mengatakan maaf tanpa henti, untuk tuan
Sherwood. Nick membeku.
"Kau sangat mencintainya, Lav?"
Lavender mengangkat wajahnya dan memandang Nick dalam. Ia
mengangguk pelan, "Maafkan aku!"
"Ku fikir, kau menikah hanya karena Beth. Karena Beth mengingin-
kanmu untuk menjauh dariku. Aku kira cinta kita ini akan terus ada
selamanya dan aku siap untuk mencintaimu secara sembunyi-
sembunyi seumur hidupku."
"Tuan Sherwood, maafkan aku!" Lavender mengucapkan maaf itu
sekali lagi. Dia tidak bisa memikirkan kata-kata lain untuk diucap-
kan selain maaf. Nick benar kalau semua ini adalah salah Lavender
sendiri. Dia yang sudah memaksa Nick untuk mencintainya, dia
menggoda Nick dengan berbagai cara sehingga Nick tidak bisa
melepaskan diri darinya. Dan satu-satunya hal yang bisa dilakukan-
nya saat ini hanya minta maaf. Atas nama Tuhannya, Lavender
benar-benar meminta maaf. Dia sangat menyesal atas segala per-
buatannya selama ini.
®LoveReads

Rex mencari-cari Lavender hari ini. Gadis itu tidak berada di rumah
padahal hujan sangat lebat diiringi angin yang cukup kencang.
Hatinya merasa sangat cemas, Lavender sedang berada dimana jika
dia tidak ada di satu sudutpun di rumah ini. Seharusnya Lavender
tidak berada di luar kamarnya. Kekhawatiran Rex semakin berlipat-
lipat saat menyadari kalau Lawrence juga sedang mencari Nick.
Wanita itu bertanya kepada Rex 'apakah ia melihat Nick?' dan Rex
hanya bisa menggeleng. Dengan perasaan khawatirnya, Rex meraih
telpon untuk menghubungi Beth.

169 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Perlu waktu lama untuknya mendengar suara Beth di sebrang sana.
"Hallo?"
"Beth, ini Rex!"
"Ada apa Rex?"
"Dimana adikmu biasa bersembunyi jika tidak ada seorangpun yang
bisa menemukannya di rumah?"
"Synagogue. Memangnya kenapa dia menghilang?"
"Nanti kuceritakan!"
Rex segera menghempas telponnya untuk menembus hujan dan ber-
usaha menemukan Lavender. Ia melangkah cepat menuju pintu
samping dan segera berlarian menuju halaman belakang. Rex ber-
papasan dengan Nick disana, tapi laki-laki itu membeku seolah-olah
dia sedang berjalan dalam tidurnya. Nick bertindak seolah-olah Rex
tidak tampak. Rex terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang
terjadi. Tapi ia tidak bisa menahan diri saat mengira Nick sudah
melakukan hal buruk kepada Lavender.
Rex segera melangkah dengan cepat menuju synagog dan menemu-
kan Lavender meringkuk di sudut ruangan. Isakannya terdengar
sayup-sayup di sela hujan dan petir yang menggelegar. Lavender
tampak sangat ketakutan. Rex membeku melihat itu. Apa yang sudah
terjadi pada Lavender? Apa yang Nick lakukan padanya. Ia me-
langkah dengan sangat perlahan, teramat perlahan sehingga mem-
butuhkan waktu bermenit-menit untuk sampai di hadapan Lavender.
Rex segera bersimpuh di hadapan Lavender dan memegang bahunya
erat-erat. Lavender menolak kata 'Maafkan aku' masih terus meng-
gema dari mulutnya dan ia mengucapkannya untuk tuan Sherwood?
Nick? "Lav."
"Maafkan aku."
Rex memejamkan matanya, perih.
170 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ia memaksa Lavender untuk mengangkat wajahnya. Dan melihat
tangisan disana. Lavender terisak keras dan kata maaf itu masih
terus meluncur dari bibirnya. Rex memegang bahu Lavender lagi
kuat-kuat dan mengguncangkan tubuhnya. Ia tidak sanggup
menahan perasaan khawatirnya lagi. "Lav, Ada apa? Apa yang di-
lakukannya padamu?"
"Aku." Lavender nyaris saja mengucapkan kata maaf lagi jika Rex
tidak memeluknya. Ia mulai tersadar dan membalas pelukan Rex
erat-erat. Kata maafkan aku yang tadinya terucap dari bibirnya
berubah menjadi kata cinta yang mengalir begitu saja. Dia meng-
ucapkannya dengan sangat tulus, penuh penyerahan dan sangat
dalam. "Aku mencintaimu, Rex. Demi Tuhan aku sangat men-
cintaimu!"
"Aku juga mencintaimu Lav! Aku minta maaf atas sikap egoisku
selama ini."
Lavender memeluk Rex lebih erat. Rex juga melakukan hal yang
sama, tiba-tiba saja Lavender merasakan kehangatan menyelubungi
bibirnya. Rex menciumnya dengan sangat khidmat, laki-laki itu
sedang mengabulkan permintaannya. Lavender tidak bisa melakukan
hal lain selain memejamkan matanya dan berusaha membalasnya.
Lamat-lamat bunyi desiran air hujan berganti dengan bunyi kepakan
sayap yang lambat-laun semakin jelas. Lavender membuka matanya
perlahan dan di kedalaman ciuman Rex, ia melihat sebuah sayap
keperakan membentang luas. Sayap itu bersumber dari punggung
Rex. Ia melihat Keagungan itu, melihat Rex adalah malaikat untuk-
nya. Dan Lavender tidak bisa menahan diri untuk menangis lagi.
Terimakasih Tuhan,
Akhirnya seluruh kelopakku bermekaran
Dia sudah meneteskan madunya
Aku sangat bahagia dengan apa yang ku dapat kali ini

171 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex melepaskan dirinya dan Lavender masih melihat pendaran
sayap-sayap itu. Belum menghilang, tidak menghilang sama sekali.
Keduanya terus berkepak sehingga membuat Rex seolah-olah akan
segera terbang meninggalkannya. Lavender memeluk leher Rex
erat-erat, dia tidak ingin Rex meninggalkannya saat ini.
"Kau sudah lebih baik?" Suara Rex terdengar begitu mewah, ia
benar-benar memenuhi hati Lavender dengan gema-gema yang ter-
dengar sangat luar biasa.
Lavender mengangguk. "Tapi aku sangat lelah."
"Kau mau kembali ke kamar?"
"Ya, aku rasa lebih baik disana dari pada disini."
"Kalau begitu berpeganganlah yang kuat, aku akan menggendong-
mu!"
Lavender menggigit bibirnya. Ia kemudian merasakan tubuhnya
melayang menembus hujan menuju suatu tempat. Tidak masalah ke
manapun, asalkan di sisi Rex Lavender akan merasa aman. Rex
adalah malaikatnya seperti yang pernah Beth katakan. Malaikat yang
semulai di duganya adalah Nick. Ternyata Rex-lah orangnya. Dan
Do'anya di Synagogue pada waktu itu telah di kabulkan.
Tuhan, Jika benar Rex adalah orang yang aku cintai, Tunjukkanlah.
Aku ingin merasakan cinta
Setidaknya sekali saja dalam hidupku.
®LoveReads

Deliah berdiri di salah satu sisi ranjang dengan wajah khawatir.


Lavender tidak bersedia meminum obatnya sama sekali dan itu
membuatnya nyaris frustasi. Gadis itu tidak bisa di bujuk jika ingin
melakukan sesuatu. Jam makan malam bahkan sudah hampir habis
172 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dan Lavender juga tidak ingin memakannya. Dia meninggalkan
makanannya di atas meja riasnya tanpa di sentuh sama sekali. Deliah
tau bahwa sudah terjadi sesuatu hari ini. Tapi tidak ada seorangpun
yang bercerita kepadanya sehingga rasa penasaran dalam benaknya
bercampur baur dengan rasa-rasa yang lain. Dia ingin bertanya, tapi
kepada siapa? Kepada Lavender? Dia bahkan tidak mau bicara,
Deliah juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada Rex,
apalagi Nick.
Dengan berat hati Deliah meninggalkan obatnya di atas nampan
makanan dan keluar menuju ruang makan dimana seluruh keluarga
berkumpul saat ini, kecuali Beth. Laki-laki itu sedang berada di
California. Jika saja Beth ada disini, Deliah yakin kalau dirinya tidak
akan kehilangan informasi penting. Beth akan menceritakan tentang
cerita-cerita terbaru mengenai Nick dan Lavender seperti yang
menjadi bahan pembicaraan mereka belakangan ini.
Deliah melirik Nick yang lebih banyak melamun dan Rex yang
makan dengan sangat perlahan di atas meja makan. Semua orang
sepertinya sedang tidak ceria hari ini, tidak ada seorangpun yang
berbicara di meja makan. Tidak ada obrolan keluarga seperti yang
biasa mereka lakukan.
"Maaf, Deliah!"
Deliah terbangun dari lamunannya. Ia memandangi orang yang
melambaikan tangan kepadanya agar dirinya mendekat, Rex. Deliah
segera bergerak secepat mungkin menuju sisi Rex di meja makan. Ia
menghadap Rex dan melihat wajah khawatirnya dari dekat. "Ya?
Ada yang bisa ku bantu?"
"Bagaimana keadaan Lavender!"
"Dia tidak mau minum obat hari ini. aku sudah berusaha untuk mem-
bujuknya. Aku rasa dia sangat tertekan..." Deliah kemudian melirik
Nick dan ia bisa melihat keingintahuan di wajah laki-laki itu. Be-
berapa saat kemudian Deliah juga menatap Lawrence dan Fabian
173 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
untuk memberi efek kalau dia sedang memberi tahu satu informasi
yang penting. "Dia bahkan tidak menyentuh makanannya!"
Rex menghela nafas putus asa lalu menoleh kepada Fabian. "Boleh
aku ke kamar duluan? Aku ingin melihat Lavender."
"Ya." Jawab Fabian. "Tentu saja. Bujuklah dia, aku akan menyusul
setelah ini untuk menjenguknya!"
"Terima kasih, aku permisi!" Rex kemudian bangkit dari duduknya
lalu menoleh kapada Deliah sebentar untuk mengucapkan terima
kasih sekali lagi. Langahkahnya di buat selebar dan secepat mungkin
untuk sampai ke lantai atas.
Begitu sampai di kamar Lavender, Rex harus melihat Lavender yang
berbaring dengan gelisah di atas ranjangnya. Ia sudah membuat
piamanya menjadi kusut. Saat mendengar pintu kamarnya di tutup,
Lavender menoleh dengan cemas, Rex tau kalau dia sangat khawatir.
Lavender pasti mengira orang lain yang masuk karena ekspresi
wajah ketakutannya segera berubah mejadi lega begitu melihat Rex.
Rex mendekati Lavender dan duduk di tepi ranjang. Ia memandangi
Lavender dengan sangat dalam, ia juga merasakan tangan-tangan
Lavender yang hangat berusaha untuk menggenggam tangannya
erat-erat. "Kau masih takut?" Rex berdesis.
Lavender mengangguk.
"Kenapa tidak makan?"
"Aku tidak berselera."
"Minum obat? Bagaimana bila penyakitmu kambuh dan kau harus
koma lagi di rumah sakit?"
"Ku rasa itu lebih baik."
Rex memotong ucapan Lavender dengan sebuah delik kesal. "Kau
ingin mati dan meninggalkan aku? Kau mengatakan kalau aku egois

174 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
hanya karena ingin mengajakmu pindah ke New Zeland dan
sekarang kau ingin pergi sendirian?"
"Jadi kau ingin mengajakku?" Lavender tersenyum senang.
"Ya, makanya dengarlah dulu omonganku sampai selesai. Baru
pergi!"
Lavender kembali dengan senyum pahitnya dan menunduk. "Kalau
begitu cepat bawa aku pergi. Aku tidak bisa tinggal di rumah ini
lebih lama, Rex. Nick mengatakan kalau dia tidak akan melewatkan-
ku jika aku berada di dekatnya sekali lagi. Aku takut jika dia akan
melakukan sesuatu padaku!"
"Apakah tadi dia melakukan sesuatu?"
Lavender menggeleng. "Tapi hampir saja."
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian. Yah, aku tidak akan
melakukannya lagi. Mulai sekarang aku akan berada di sisimu lebih
banyak. Sekarang makanlah! Setelah itu minum obatmu!"
"Aku masih tidak bisa tenang, aku tidak bisa melakukannya!"
"Kenapa? Kau harus sehat, mengerti? Besok pagi kau harus sarapan
bersama dengan anggota keluarga yang lain karena aku akan
meminta izin kepada ayahmu untuk membawamu pulang. Meskipun
rumah ini sangat aman, aku merasa di rumahku lebih nyaman. Kau
juga tidak perlu merasa khawatir setiap kali bertemu Nick."
Lavender bangkit dan memeluk Rex dengan erat. "Aku rasa itu lebih
baik. Tapi kau tidak akan meninggalkanku terlalu lama, kan?"
"Aku sudah bilang padamu, aku tidak bekerja lagi sekarang dan
waktuku untuk berada di rumah lebih banyak. Setelah semua urusan-
ku di akademi selesai, kita akan pindah ke New Zealand. Jika bisa
kuliahmu berpindah kesana saja."
"Aku tidak perlu kuliah, kau yang harus mencari uang, bukan aku!"

175 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex tertawa nyaring. "Kau licik sekali, Lav! Jadi kau ingin bersantai-
santai di rumah?"
"Kau buat restoran sendiri saja disana."
"Uangku tidak cukup untuk itu meskipun aku menjual rumahku!"
"Rumah disini jangan di jual, jika kita berkunjung ke Canada, kita
bisa menginap disana. Aku punya banyak barang berharga, kita bisa
menjualnya untuk memulai hidup baru-dan kau jangan menolak.
Hartaku juga milikmu. Aku ingin cepat-cepat pergi dari sini dan
menjauh dan Nick."
"Ya, aku juga tidak suka kalau kau harus diganggu lagi olehnya.
Sekarang ayo, makan! Kita harus punya tenaga untuk berdebat
dengan ayahmu besok pagi. Dia tidak akan setuju begitu saja jika aku
membawamu keluar dari rumah ini."
"Dia akan memaksa Lawrence tinggal di rumah ini selamanya jika
aku pergi! Dia harus begitu."
®LoveReads

Rex benar, meminta izin kepada Fabian untuk membawa Lavender


pergi memang bukanlah sesuatu yang mudah. Dia tidak berhasil
meskipun mencobanya berkali-kali. Pada akhirnya Rex menyerah
untuk memohon. Alasan yang Fabian ungkapkan memang masuk
akal. Lavender membutuhkan pengobatan yang biayanya tidak
sedikit dan Rex bukanlah jutawan yang kaya raya untuk bisa mem-
fasilitasi itu. Rex tau kalau Fabian tidak bermaksud menghinanya.
Laki-laki itu hanya khawatir dengan Lavender, itu saja.
Hari ini Rex memutuskan untuk tidak membicarakan rencananya
untuk membawa Lavender keluar lagi. Rex lebih memilih untuk ber-
diam diri di kamar setelah sarapan sambil membayangkan perubahan
rencana hidupnya. Apakah dia harus membatalkan rencananya untuk

176 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ke New Zealand? Tapi membiarkan Lavender terus berada di rumah
ini sama saja dengan menyerahkan Lavender ke dalam mulut
harimau. Nick masih mengincarnya. Laki-laki itu bahkan beberapa
kali berusaha menyeret Lavender untuk pergi bersamanya jika Rex
tidak memergokinya. Lambat laun hal itu mulai sangat mengganggu.
Rex mungkin tidak bisa menahan diri jika terjadi sesuatu terhadap
Lavender karena Nick.
Rex memandangi Lavender yang berbaring di sisinya, mereka ber-
hadap-hadapan sambil melempar senyum kepada satu sama lain.
Gadis itu kemudian membelai pipi Rex dengan sentuhan seringan
bulu. Ia mengagumi Rex.
"Berhentilah memandangiku, Lav!"
Lavender tersenyum semakin lebar. "Aku tidak bisa berhenti."
"Kalau begitu aku yang berbalik."
"Jangan! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melakukan itu." Rex
tersenyum kepadanya. Mereka berdua tidak pernah berhenti ter-
senyum bila saling memandang seperti sekarang. "Sepertinya aku
akan membatalkan rencana ke New Zealand! Ayahmu tidak meng-
izinkanmu untuk pergi, akupun tidak bisa berpisah denganmu."
"Aku juga sama. Tapi aku juga tidak sanggup untuk terus di rumah
ini di bawah bayang-bayang terror yang Nick lakukan."
Rex membelai rambut Lavender lembut lalu tersenyum lagi. Ia
memejamkan matanya perlahan-lahan karena mulai mengantuk.
Lavender menatap Rex lekat-lekat. Ternyata Rex yang seharusnya
bersamanya? Rex-lah yang pada akhirnya menjadi tempat termanis
dimana dirinya akan berlabuh. Tapi Nick akan terus menghalangi
mereka, bukan? Nick sudah bersumpah untuk tidak pernah melepas-
nya dan Lavender tidak bisa mengelak karena semua itu adalah
salahnya. Ia tidak punya daya apa-apa untuk melawan, tapi Lavender
akan membunuh Rex perlahan jika melihat istrinya terus disentuh

177 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
oleh laki-laki lain. Seharusnya Lavender mengatakan semuanya
kepada Lawrence, tapi apa yang harus di katakannya? Semua ini
adalah salahnya. Ia yang membuat Nick menjadi berubah seperti
sekarang. Lavender menyesalinya. Lagi pula, hal ini akan sangat
menyakiti ayahnya.
Tuhan, berilah aku dan Rex jalan
Biarkan aku hidup bersama Rex tanpa gangguan Nick
Tanpa penyakitku sebagai beban.
Tanpa rasa bersalahku pada semua keadaan yang terjadi karena ulahku.
Tuhan, Rex, suamiku
Dia pasti sangat sedih karena semua ini
Dia pasti tak menginginkan hidup berdampingan dengan seseorang yang
menjadi bebannya
Seharusnya dia menggapai cita-citanya
Aku mohon. Bantulah aku dan Rex.
Biarkan kami bersama tanpa harus mengorbankan siapa-siapa
"Kau akan tetap ke New Zealand, Kan?" Lavender bergumam per-
lahan. Ia berhasil membuat Rex membuka matanya lagi. "Kau tidak
perlu membatalkan rencanamu itu!"
"Dan harus tanpamu? Tidak akan pernah!"
"Aku berjanji akan menyusulmu kesana. Dan saat itu kau harus
memberikan bunga Lavender yang sangat banyak untukku seperti
yang kau lakukan di rumah sakit. Saat itu aku ingin kau mem-
berikannya dan aku langsung menyambutnya. Aku tidak akan
terpejam saat itu. Aku berjanji."
"Dan kita akan hidup bersama di New zealand? Bagaimana bila Nick
menyusulmu!"
178 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku akan memohon kepada Tuhan agar kita bisa hidup bersama
tanpa gangguan Nick."
"Kau membuatku bermimpi Lav. Tapi, jika itu benar-benar terjadi,
aku menunggu janjimu untuk datang padaku. Mengerti?"
Lavender tersenyum lebih cerah. Ia dan Rex kembali bertatapan
lama. Rex memandanginya dengan tatapan yang berbeda, laki-laki
itu menyelidiki setiap inci tubuhnya lalu ke leher dan dada. Rex
menelan ludahnya. Entah karena Lavender yang semakin gemuk,
atau karena Lavender memang bertambah dewasa, belahan dada
Lavender terlihat sangat menggiurkan. Rex mengulurkan tangannya
dan itu membuat Lavender memejamkan matanya. Rex akan me-
nyentuhnya untuk pertama kali. Lavender menahan nafas dan harus
kecewa karena tidak merasakan apa-apa. Rex hanya memperbaiki
pakaiannya agar bagian tubuh yang menggoda itu tidak terlihat lagi.
"Kenapa?" Lavender bergumam kecewa.
"Tidak, aku rasa ini bukan saatnya untuk tergoda."
"Lalu kapan saatnya? Kau ingin melihatnya, kan?" Lavender nekad
membuka satu persatu kancing piamanya dan meninggalkan tubuh
bagian atasnya hanya mengenakan bra. Rex berdelik dan berusaha
menutupi tubuh Lavender dengan piamanya. Sayangnya Lavender
lebih bertenaga untuk merampas benda itu dari tangan Rex dan
membuangnya jauh-jauh.
"Lav, sudah kukatakan ini bukan saatnya!"
"Aku sudah sangat lama menantikan ini. Kau suamiku, kan? Bercinta
denganku bukan dosa!"
"Tapi kita tidak bisa melakukan ini tanpa persetujuan dokter. Kita
harus berkonsultasi dulu kepada dokter, apakah kau boleh melakukan
ini atau tidak."
"Aku tidak punya penyakit kelamin."

179 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex tertawa, ia berhasil meraih selimut dan menutupi tubuh
Lavender dengan sempurna. "Ini bukan menyangkut penyakit
kelamin. Jantungmu belum tentu kuat menerima ini. Kita akan
konsultasi dulu dengan doktermu, mengerti?"
"Tapi aku merasa ini bisa saja menjadi jalan keluar dari masalah
kita!"
"Ya, aku mengerti dengan ucapanmu. Tapi sekali lagi, kita harus
bertanya dulu apakah kau boleh melakukan hal ini atau tidak. Besok
aku ada urusan di akademi. Kau juga kuliah, kan? Setelah dari sana
kita ke rumah sakit, bagaimana?"
"Aku akan pergi menemui dokter sore ini dan menanyakannya."
"Tapi sore ini aku tidak bisa menemanimu, Lav! Aku punya urusan!"
"Kau tidak perlu menemaniku. Aku bisa pergi sendiri, kau hanya
perlu menunggu hasilnya. Pokoknya malam ini juga aku ingin kau
sentuh. Aku tidak mau kau melewatkanku, bagaimana jika Nick
melakukannya lebih dulu?"
"Itu tidak akan terjadi, aku percaya itu!"
Lavender menghela nafas lega lalu berusaha menggapai tubuh Rex
dan merangkulnya. Laki-laki ini membuatnya selalu merasa tenang.
Bisakah Rex memberikannya perasaan mendebarkan saat mereka
bercinta malam nanti? Lavender berharap nanti malam dia dan Rex
bisa menyatu. Dia sangat ingin merasakannya.
Tuhan. Permintaan yang sama yang pernah kuajukkan untuk Nick
kupanjatkan sekali lagi untuk Rex. Aku tau jika aku melakukannya dengan
Nick adalah sebuah dosa. Tapi bukan dosa jika aku melakukannya dengan
Rex, kan?
Tuhan, izinkan aku menyatu dengan Rex sekali saja Sebelum akhir-nya
jantungku berhenti berdetak untuk selamanya.
®LoveReads
180 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 18

"Kau belum bisa melakukan ini! Jantungmu belum begitu siap. Kau
masih harus menyesuaikan diri dengannya. Jika kau melakukan ini,
aku khawatir akan terjadi sesuatu padamu. Aku rasa suamimu cukup
bijaksana untuk menahan diri demi kebaikan kalian. Kau beresiko
untuk melakukan seks dengan jantung yang lemah. Aku harap kau
tidak melakukannya untuk beberapa bulan ke depan!"
Lavender menangis di taman rumah sakit seorang diri. Kata-kata
dokter betul-betul membuatnya putus asa. Ia memandangi surat
keterangan dari rumah sakit yang seharusnya diberikan kepada Rex
hari ini juga. Tapi bagaimana mungkin dia bisa memberikan surat itu
sedangkan Lavender sangat ingin melakukannya? Jika tidak hari ini,
maka dia tidak akan pernah lagi bercinta dengan Rex untuk
selamanya. Itulah yang terus difikirkannya seharian ini. Lavender
mungkin tidak akan pernah memberikan surat ini kepada Rex,
mungkin dia akan lebih memilih merahasiakannya. Tapi bagaimana
jika Rex menanyakannya?
"Ayo kita pulang!" Lawrence mengejutkan Lavender yang berusaha
menyembunyikan air matanya. Sayangnya Lawrence melihatnya
lebih dulu dan dia tidak menyangka kalau Lavender seperti ini lagi,
menangis lagi. Hari ini Lawrence kebingungan saat Lavender
berkeras menemaninya untuk memeriksa kandungan, lebih bingung
lagi saat menyadari bahwa Lavender menghilang begitu mereka tiba
di rumah sakit dan menemukannya menangis sendirian di halaman
rumah sakit.
"Bisakah kita duduk sebentar lagi?"
Lawrence tidak menjawab, ia lebih memilih untuk duduk di sebelah
Lavender sebagai ungkapan setuju. "Kau kenapa Lav? Ada masalah
apa lagi?"

181 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender menyodorkan surat keterangan dari dokter yang ada di
genggamannya kepada Lawrence. Dengan agak terburu-buru
Lawrence membacanya dan berakhir dengan menatap Lavender iba.
Lavender mencoba menenangkan diri dengan menghirup udara
sebanyak yang dia bisa. Lawrence pasti mengerti.
"Jadi, kau dan Rex belum pernah bercinta sekalipun?"
Lavender menggeleng. "Dia selalu menahan diri. Aku kira selama ini
dia menolakku karena tidak menyukaiku, tapi kurasa karena hal ini.
Mungkin dia sudah mempelajari banyak tentang penyakitku!"
"Dan kau sangat kecewa?"
"Tentu saja. Aku ingin menyenangkan hati suamiku sekali saja. Aku
ingin Rex tidak menahan dirinya saat bersamaku, aku sudah me-
nawarkan kepadanya untuk bercinta malam ini dan dia menyaranku
untuk meminta izin kepada Dokterku. Sekarang bagaimana? Aku
akan kecewa melihatnya menahan diri lagi."
"Kau benar-benar mencintainya, Lav?"
"Tentu saja, dia suamiku!"
"Bagaimana dengan Nick?"
Lavender terpaku saat nama Nick disebutkan. Ia menatap Lawrence
dengan tatapan yang sangat serius. Apa yang Lawrence maksud
dengan Nick? "Aku tidak mengerti apa maksudmu!"
"Aku tau bagaimana hubungan kalian selama ini. Aku juga tau kalau
kalian berdua kerap kali bertemu diam-diam di belakangku. Aku
sering melihatmu membawanya masuk ke kamarmu dan seringkali
memergokinya menatapmu di meja makan atau di setiap ada
kesempatan…."
"Jadi selama ini kau tau kalau aku dan Nick berselingkuh di
belakangmu? Kenapa kau diam saja? Kenapa kau tidak memarahiku,
atau memarahi Nick?"
182 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku juga tidak mengerti mengapa aku bisa begitu. Yang ku tau, kau
sangat membutuhkan Nick, setidaknya Nick bisa memberikan
semangat hidup untukmu. Aku harap suatu saat nanti kau akan lebih
sehat sehingga bisa mengembalikan Nick padaku. Saat Beth
mengatakan kalau kau akan menikah, aku sama sekali tidak bisa
menerimanya. Aku tau kalau Beth merencanakan itu untuk menjauh-
kanmu dari Nick, aku seringkali melihat mereka berdua bertengkar
karena itu. Ku fikir pernikahanmu ini akan mengorbankanmu hanya
karena kalian semua memikirkanku. Aku bersyukur punya saudara
yang perduli dengan kebahagiaanku seperti kalian."
"Kau mencintai Nick? Bagaimana bisa kau merelakan suamimu
menjalin cinta dengan orang lain?"
"Aku mencintai Nick? Ya, dulu! Begitu melihatmu terjatuh dan koma
terlalu lama di rumah sakit, aku mulai membencinya. Dia bahkan
tidak perduli dengan perasaanku di rumah sakit dan selalu mengata-
kan berbagai macam kata cinta padamu tanpa malu-malu. Aku tidak
ingin menikah dengannya. Aku ingin kau yang menikah dengannya.
Aku menikah dengannya untuk mempertahankan Nick agar dia bisa
terus dekat denganmu dan memberikan motivasi demi kesembuhan-
mu karena ayah bersumpah akan menjauhkan Nick dari keluarga ini
jika aku tidak menikah dengannya."
"Tapi kau hamil, kan?"
"Kau fikir ini anak Nick? Aku bahkan tidak pernah disentuh olehnya
lagi setelah kami menikah. Aku menemukan cinta lain Lav, cinta
yang mustahil tapi memberikanku semangat untuk bertahan. Cinta
yang membuatku mengandung seperti sekarang, bukan putra Nick."
"Beth?" Lawrence tersenyum, tebakan Lavender benar.
"Astaga, tapi Beth tidak pernah menunjukkan itu. Dia memang
pernah mengatakan kalau kau adalah wanita yang dicintainya, tapi
dia tidak pernah menunjukkan kalau dia menikmati cinta itu."

183 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku dan Beth baru berhubungan belakangan ini, Selama ini aku dan
Beth seringkali bertemu dan berbincang-bincang, lambat laun aku
mengatakan padanya tentang rumah tanggaku yang hambar tapi aku
tidak bisa melepaskannya saat ini, untuk ayah juga untukmu. Kami
sering bercerita dan aku selalu bersimpati dengan perhatiannya.
Ketika aku mengatakan padanya kalau aku mengandung anaknya, dia
sangat bahagia. Beth sangat dekat dengan ayah dan dia meminta
ayah memaksa Nick untuk pindah ke rumah agar aku bisa dekat
dengannya dan dia juga bisa dekat dengan calon bayinya. Tapi ke-
bahagiaan itu tentu saja belum lengkap jika masih ada Nick. Sayang-
nya kami tidak bisa berbuat apa-apa sampai Beth menceritakan
tentang Rex. Aku tak tau banyak, yang kuketahui, dia adalah mantan
kekasihmu dan seperti di jodohkan oleh langit, kalian selalu bersama.
Dan sepertinya Beth memanfaatkan Rex untuk menyingkirkan Nick"
"Jadi kau tau rencana Beth tentang Rex?"
"Dia menrencanakannya sendiri. Aku sudah bilang, kan? Aku adalah
orang yang paling tidak setuju dengan rencana Beth itu. Aku takut
bisa menyakitimu."
Lavender mendesah lalu memandang langit. Ia merasa lebih tenang
sekarang. Tapi bagaimana dengan Nick. Nick korban sesungguhnya
dalam keadaan seperti ini. Sekarang, tidak ada seorangpun yang
mencintainya. "Aku jadi merasa bersalah dengan Nick!"
"Aku juga sama, Lav. Setelah ini aku akan jujur padanya. Aku dan dia
akan bercerai setelah anakku lahir. Kuharap Nick bisa menerimanya."
Lawrence menghela nafas panjang lalu tersenyum. Pandangannya
kembali tertuju kepada surat yang ada di genggamannya. Ia me-
mandangi surat itu lama lalu menoleh kepada Lavender. "Bagaimana
denganmu, Lav? Kau masih ingin bercinta dengan Rex?"
"Aku tidak akan bisa kalau begini. Aku sangat ingin melakukannya
untuk Rex. Tapi kelihatannya keadaan tidak mengizinkanku untuk
melakukan itu. Atau lebih baik aku memalsukan surat itu?"

184 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Berarti kau bersedia mempertaruhkan nyawamu untuk Rex?"
"Aku takut tidak bisa melakukan hal ini lagi jika tidak sekarang!"
Lawrence tersenyum penuh pengertian. "Jika kau yakin akan ke-
putusanmu, aku akan membantumu. Aku akan membiarkanmu me-
nyongsong kematianmu demi Rex. Jika kau mati, Nick bisa lebih
tenang, kan? Berarti aku bisa berpisah dengannya tanpa masalah!"
Lavender tertawa lalu memukul bahu Lawrence kencang. "Kau jahat
sekali. Kau mengorbankanku untuk kebahagiaanmu!"
®LoveReads

Rex berjalan dengan emosi yang berusaha ditahannya sedemikian


rupa. Hari ini, untuk kesekian kalinya ia berdebat hebat dengan Nick.
Laki-laki itu berkeras mengatakan kalau Lavender adalah miliknya
dan Rex harus menyerahkan Lavender kepadanya. Hanya ungkapan
bodoh Nick untuk menandakan keputusasaannya, tapi sangat mem-
pengaruhi suasana hati Rex. Dia sangat terganggu dengan segala
ucapan Nick tentang istrinya.
Rex masuk ke kamarnya dan membanting pintu keras-keras. Begitu
berbalik, ia mendapati Lavender sudah duduk di atas ranjang dengan
dandanan yang sangat cantik. Lavender mengenakan piama sutranya
yang biasa, tapi suasana yang diciptakan oleh senyumannya tampak
berbeda. Lavender sudah berhasil memulihkan suasana hati Rex
yang semula sangat kacau.
"Kau yang membuka pakaianku, atau aku yang melakukannya
sendiri."
Rex tertawa renyah mendengar ucapan Lavender itu. Ia mendekat
dan mengulurkan telapak tangannya. Mimik wajah Lavender ber-
ubah kesal. Gadis itu pasti tau kalau Rex meminta bukti yang
meyakinkan dirinya kalau mereka boleh melakukan ini.

185 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lavender menghentakkan kakinya ke lantai dan melangkah menuju
tasnya yang berada di atas meja riasnya. Ia merogoh sesuatu dan
agak lama lalu kembali kepada Rex sambil menyodorkan selembar
kertas kepadanya. Rex membacanya dengan teliti, mengulanginya
berkali-kali seolah tidak ingin melewatkan satu huruf pun. Setelah
yakin, senyum Rex mengembang dan meletakkan kertas itu di atas
rak terdekat.
"Jadi kita aman melakukannya?" Gumam Rex.
"Tapi kau sudah merusak suasana hatiku. Seharusnya kau tidak
memintaku menyerahkan kertas itu setelah apa yang ku lakukan
untuk menggodamu. Kau tidak menghargaiku, Rex. Aku benar-benar
mempersiapkan diri dengan sepenuh hati sedangkan kau, bertindak
seolah-olah aku adalah seorang pembohong besar!"
"Jangan tersinggung, Lav! Ini demi kebaikanmu, kan? Kalau begitu
aku mandi dulu."
Lavender menyambar tubuh Rex saat Rex berbalik membelakangi-
nya. Gadis itu memeluk tubuh Rex dari belakang seerat yang dia
bisa. Lavender tidak ingin kehilangan satu kesempatanpun. "Tidak
perlu, aku tidak masalah jika kau berkeringat. Ini sudah malam Rex,
aku takut terlalu lama menunggu dan kehilangan kesempatanku!"
Rex mendesah dan berbalik. Ia menatap Lavender dengan pan-
dangan yang sama seperti biasanya. Pandangan yang penuh cinta.
Hanya saja kali ini Rex tidak perlu menahan dirinya untuk
mengungkapkan segala hal yang dirasakannya. "Tapi aku merasa
tidak nyaman."
"Dulu kau bahkan tidak mandi untuk menemuiku di halaman
belakang. Aku tidak masalah dengan itu. Cepatlah, aku tidak bisa
menunggu."
"Sebentar saja, aku berjanji. Sekarang duduklah disana dan tunggu
aku."

186 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Rex memaksa Lavender untuk melepas pelukannya dan menghilang
di kamar mandi.
Lavender mendengus. Mengapa suasana saat bersama Rex tidak se-
romantis saat bersama Nick. Lavender juga merasa heran mengapa ia
lebih menyukai suasana yang tidak romantis bersama Rex bila di-
bandingkan dengan suasana romantis bersama Nick. Rex sudah
membuatnya melupakan segalanya. Lavender tidak bisa menunggu
lama, ia melepaskan semua pakaiannya dan duduk di tengah ranjang
untuk menunggu Rex, beberapa saat kemudian Rex keluar dari
kamar mandi dengan handuknya. Ia membuat hati Lavender kembali
cerah.
"Kenapa kau membuka pakaianmu sendiri?" Rex mengeluh.
"Kau terlalu lama. Aku bisa mati duluan jika kau tidak melakukannya
saat ini juga."
Rex menggigit bibirnya dan mendekati Lavender dengan sangat
perlahan. Ranjang berderak saat Rex beringsut untuk memeluk
Lavender di atas ranjang. Wajah Lavender memerah saat Rex
membuka handuknya. Ia merasakan kulit Rex menyentuh sekujur
tubuhnya, sangat hangat. Rex mulai menyentuhnya dengan panas
hingga keduanya berakhir di atas ranjang dalam keadaan telanjang.
Sebagaimana adam dan hawa saat baru turun ke bumi. Hati Lavender
dipenuhi keinginan yang membuncah, ingin menyatu dengan Rex
saat itu juga. Untuk pertama kali dalam hidupnya Lavender bercinta,
merasakan dirinya dijamah oleh pria yang dicintainya, pria yang
mengubahnya dari seorang gadis menjadi seorang wanita. Pria yang
berjanji akan melindunginya, pria yang selalu bersayap seperti
malaikat setiap kali ia menatapnya dengan cinta.
Akhirnya, tiba saatnya dimana Lavender menyerahkan kehidupannya
untuk kebahagiaan seseorang. Deliah benar tentang cinta, ia bahkan
rela mati demi Rex.

187 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tuhan, terimakasih sudah menciptakan Rex.
Terimakasih sudah memberikan cinta itu padanya.
Terimakasih karena aku tidak melakukan dosa.
Rex adalah yang pertama, dan terakhir untukku.
Airmata Lavender meleleh saat ia merasakan perih menusuk. Bagian
sensitifnya terasa sangat sakit, tapi hatinya terasa sangat nyaman. Ia
akan baik-baik saja, itu yang terus diucapkannya setiap kali Rex me-
nanyakan keadaannya. Perlahan-lahan perjuangan menuju keindahan
itu mulai merebak. Lavender merasakan jantungnya berdetak sangat
cepat untuk pertama kali dan lambat laun, ia bisa mendengar
percikan madu yang tumpah, ia melihat surga.
®LoveReads

Langkah Nick Sherwood berhenti saat mendengar desahan dari


kamar Lavender. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sesak membayang-
kan bagaimana gadis yang sangat dicintainya bergelut dengan pria
lain di dalam sana. Ia ingin mengamuk, ingin mendobrak pintu dan
menyeret laki-laki itu keluar lalu membunuhnya. Nick memegangi
kepalanya. Sampai kapan ia akan terus begini? Langkahnya menyala
lagi, semakin cepat menuju kamarnya. Ia tidak ingin mendengarkan
desahan demi desahan yang menyiksa batinnya dengan kejam, Tapi
otaknya terus saja memikirkan Lavender dan Lavender. Ini pertama
kalinya Nick mendengar mereka bercinta. Gadis itu sudah ke-
hilangan keperawanannya malam ini. Keperawanan yang selalu
ditawarkannya kepada Nick, ia merasa semakin sakit.
Nick mengambil kunci sepeda motornya di atas meja, ia ingin pergi
saat itu juga, menjauh dari rumah ini. Dari bayangan-bayangan
tentang Lavender di dalam kamarnya. Astaga, ia tidak bisa
melepaskan pemikirannya dari Lavender sedikitpun. Tanpa sengaja
Nick menyenggol sebuah kertas dan membacanya dengan serius.
188 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Ekspresi khawatir tiba-tiba saja muncul di wajahnya, ia hampir saja
keluar jika Lawrence tidak mengunci pintu kamar mereka untuk
menghadangnya.
"Jangan ganggu mereka, Nick!"
"Apa maksudmu? Kau tau mengenai ini? Lavender tidak boleh
melakukan itu. Dia bisa mati!"
"Itu keinginannya."
"Mati? Dia ingin mati?"
"Demi orang yang dicintainya."
Nick terdiam sejenak, memandangi Lawrence dengan tatapan yang
tidak menyangka. "Lavender tidak mencintainya!"
"Lalu kau fikir dia mencintaimu?"
Nick terdiam lagi. Ia termenung beberapa saat mengenai perkataan
Lawrence barusan. Sesungguhnya Nick sudah tau kalau Lavender
tidak lagi mencintainya seperti dulu. Tapi dia tidak bisa menerimaya
begitu saja. Lavender sudah mengubah Nick terlalu banyak.
"Biarkan aku menghentikannya, kau tidak menyayangi adikmu? Kau
selalu mengatakan kalau kau sangat menyayanginya. Tapi ke-
nyataannya kau membiarkan Lavender menyongsong kematiannya."
"Aku masih sama, Nick. Masih menyayanginya dan aku melakukan
ini karena menyayanginya. Kau fikir bagaimana perasaanku selama
ini melihatmu bersamanya? Aku menyimpan sakit hatiku karena aku
menyayangi Lavender. Dan aku harus menahan diri kali ini juga
karena Lavender. Dia ingin membahagiakan suaminya meskipun
untuk itu dia harus mempertaruhkan nyawanya. Aku mendukungnya
meskipun hatiku berontak karena aku tau, hal ini bisa saja membuat-
ku kehilangan Lavender."

189 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau sangat kejam. Rasa sayangmu sangat kejam. Kau menikah
denganku demi Lavender, membiarkan aku dan dia menjalani
percintaan yang menyakitkan. Dan sekarang..."
"Kapan kau akan berhenti?" Lawrence memotong. "Biarkanlah
Lavender bahagia!"
"Dan kau bersedia menjadi jaminannya? Hidup bersamaku dalam
penderitaan selamanya?"
Lawrence terdiam lama. Ia ingin berpisah dengan Nick.
"Sekarang biarkan aku menghentikannya!" Nick bertindak tiba-tiba.
Ia mendorong Lawrence agar menyingkir dari pintu. Sayangnya
sikap keras Nick itu malah membuat Lawrence berteriak kesakitan,
perutnya yang membesar membentur sesuatu.
Dengan cepat teriakan Lawrence mempengaruhi semua orang. Seisi
rumah berdatangan satu persatu untuk membantunya. Lavender dan
juga Rex. Nick termenung lama mengenang kejadian ini. Apa yang
sudah dilakukannya? Nick benar-benar sudah berubah menjadi iblis
karena perasaan cintanya? Ia memandangi Lavender yang menatap-
nya penuh kebencian. Untuk pertama kalinya Lavender mengangkat
wajahnya dan berbicara sengit kepadanya seolah-olah Nick adalah
penyakit.
"Apa yang kau lakukan pada kakakku?"
"Aku..."
"Aku tidak perduli dengan apapun yang kau lakukan padaku selama
ini!" Suara Lavender semakin meninggi, ia berteriak memamerkan
emosi yang selama ini tidak perah dikeluarkannya secara nyata.
"Tapi aku tidak suka jika kau menyakiti kakakku!"
"Ini semua karenamu!" Nick berontak. Kata-kata itu keluar begitu
saja dan tanpa disangka-sangka. Ia tidak suka disalahkan dan
sekarang Nick menyalahkan Lavender.

190 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Jika bukan karenamu, aku dan Lawrence mungkin saja sudah hidup
bahagia sekarang. Kau sudah membuat aku kehilangan cintaku
kepada Lawrence, kau yang menyebabkan kami menjalani rumah
tangga yang kacau balau ini. Seharusnya kau sadar dengan kata-
katamu sebelum menyalahkan aku!"
"Kau Licik! Ini bukan salahku sendiri..." Dan Lavender tidak bisa
melanjutkan ucapannya.
Emosi yang membuncah membuat dadanya tiba-tiba sakit. Ia
kehilangan nafasnya, wajahnya mulai membiru dan Lavender mulai
berkeringat. Jantungnya sakit lagi, dan ia merasa limbung. Perlahan
tubuhnya melemah dan semua orang semakin gaduh.
Ia akan mati?
Nick hanya bisa memandangi Lavender dan Lawrence. Ia merasa
semua orang menyalahkannya meskipun mereka tidak mengatakan-
nya. Pandangan mereka sangat menghakimi dan membuat Nick
merasa ketakutan, ia segera berlari keluar rumah menuju entah
kemana.
Nick akan mencari tempat dimana tidak seorangpun akan mem-
persalahkannya atas kejadian ini.
®LoveReads

191 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 19

‘Tuhan,
Lavenderku tidak akan pergi, kan?
Aku menginginkannya untuk bersamaku lebih lama lagi
Aku tidak bisa kehilangan Lavender saat ini.’
Rex tau kalau Lavender mendengarnya. Gadis itu menangis meski
pun ia tidak bisa melakukan apa-apa. Lavender kembali koma dan
sekarang Rex selalu berada di sisinya. Dia tidak ingin kehilangan
Lavender saat ini, tidak ingin kehilangan setiap detik bersamanya.
"Lav, bangunlah. Kau bilang ingin melihatku memberikan bunga
Lavender kepadamu di New Zealand. Kita akan memulai kehidupan
baru, kan?"
"Sudahlah, Rex!" Beth menepuk punggungnya.
Rex bahkan tidak sadar kalau Beth sudah datang. Ia memandang
Beth yang terlihat sangat lelah. "Bagaimana keadaan Lawrence?"
"Dia baik-baik saja. Aku bersyukur dan tidak kehilangan bayinya.
Sekarang dia sedang beristirahat di rumah, ayahku menemaninya."
"Bagaimana dengan Nick, dia sudah ditemukan?"
Beth menggeleng. "Tidak ada yang tau dimana dia sekarang. Ayahku
sangat marah dan berniat menuntutnya. Laki-laki itu bahkan tidak
bisa di temukan di rumahnya. Dia menghilang."
"Aku khawatir dia akan menyakiti salah satu di antara mereka,
karena itu aku tidak melepaskan Lavender dari pandanganku."
Beth tersenyum untuk memperbaiki suasana. Ia menatap Lavender
lekat-lekat dan membelai rambutnya. "Kita mencari donor baru
untuk Lavender. Jantung ayahmu sepertinya tidak bisa bertahan
lama."

192 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apakah sudah mendapatkannya?"
Beth menggeleng. "Ada korban kecelakaan yang memiliki jantung
utuh, aku harap bisa cocok dengan Lavender, tapi sepertinya tidak.
Dokter tidak memberikan informasi lanjutan apa-apa. Kufikir
Lavender mungkin lelah hidup dalam keadaan seperti ini. Dia bahkan
tidak berjuang seperti saat dia koma setahun yang lalu. Kali ini dia
sangat lemah."
"Dia harus bertahan!"
"Aku mengerti perasaanmu, Rex. Tapi semua orang sudah merela-
kannya. Hanya tinggal dirimu. Seharusnya kau juga melakukan hal
yang sama agar Lavender bisa pergi dengan tenang. Dia terhalang
olehmu."
"Aku tidak bisa kehilagan Lavender sekarang."
"Tidak ada seorangpun yang bisa kehilangan Lavender sekarang."
Beth menepuk bahu Rex sekali lagi dan pergi meninggalkan Rex
sendirian untuk memikirkan ucapannya.
Rex termenung lama. Ia meraih tangan Lavender yang digelayuti
pipa infus. Begitu pucat. Beberapa kali ia harus mengalami siksaan
karena darah Lavender mulai membeku. Tubuhnya juga sudah
sangat kurus. Satu bulan bukanlah waktu yang singkat untuk
mengalami penderitaan seperti yang Lavender rasakan. Bahkan
Lawrence yang sudah lebih baik masih mengalami traumatis selama
sebulan belakangan ini dan bertindak seolah-olah akan ada seseorang
yang merampas bayinya. Ini terlalu lama, mungkinkah Lavender
memang sudah merasa lelah?
"Lav, kau sudah benar-benar lelah? Aku masih mengharapkanmu
untuk bangun. Tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus.
Bisakah kau bangun sekali saja? Aku ingin mendengar suaramu
sebelum kau pergi meninggalkanku." Rex tiba-tiba merasa sesak. Ia
sangat cengeng saat menyeka airmatanya yang jatuh tanpa rencana.

193 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi pergerakan jari Lavender di tangannya membuat Rex terkesiap,
ia memandangi Lavender dan melihat gadis itu membuka mata.
Dengan cepat Rex memanggil dokter dan dalam sekejap ruangan
kembali penuh dan Rex harus menyingkir keluar ruangan. Rex tidak
bisa memungkiri kalau dirinya sangat gelisah. Ia harap Lavender
baik-baik saja. Gadis itu akan sembuh. Tapi sayangnya wajah dokter
yang semula penuh harapan berubah seketika saat keluar dari ruang
rawat untuk memanggil Rex lagi.
"Dia ingin bicara!"
Rex gamang. Ia terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk masuk
ke dalam ruang rawat dan menghadapi Lavender yang memandang-
nya dengan tatapan penuh harap. Ia membuka mulutnya dan
berbicara dalam nada suara yang sangat pelan. Rex mendekatkan
telinganya dan mendengarkan Lavender berbisik padanya.
"Aku... tidak bisa ber.. tahan, lagi!"
Rex merasa sakit mendengar ucapan itu. Ia mencium dahi Lavender
mesra di iringi dengan uraian air amatanya. "Jangan mengatakan hal
itu, Lav! Aku tidak bisa kehilanganmu!"
"Kau. Tetap ke New Zealand, kan?... mulailah hidup baru!"
"Jangan bicara lagi, aku akan memanggilkan dokter untukmu!" Rex
berpaling, memanggil dokter dengan teriakannya. Ada satu buah
kata yang terlewatkan, yang Lavender ucapkan tanpa bisa Rex
dengar. Cukup Tuhan saja yang mendengarnya, tidak apa-apa.
Aku mencintaimu, Rex.
Tuhan, aku mencintainya.
®LoveReads

194 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bab 20

New Zeland,
Remingthon Curtberth merasakan hal lain terjadi dalam hidupnya
setelah kehilangan Lavender. Ia benar-benar gila bekerja dan me-
lupakan kalau tubuhnya bisa merasa lelah. Rex pernah masuk rumah
sakit beberapa kali karena ini, tapi ia dianggap sebagai koki yang
sangat professional sehingga namanya dengan mudah melejit di
antara hotel berbintang yang memperkerjakannya. Hal itu semakin
mempermudah Rex untuk mewujudkan ambisinya. Ia sudah memiliki
uang yang sangat banyak sehingga pada hari ini, tepat setahun ia
kehilangan Lavender, Rex meresmikan sebuah rumah makan yang di
beri nama Lavender.
"Wah, iparku sudah sukses!" Bethoven memujinya sambil me-
nyeruput milk Shake yang tersaji diatas meja mereka. Tamu-tamu
yang berdatangan ke pesta peresmian itu semakin ramai memenuhi
undangan Rex.
Rex tersenyum lalu memandangi Lawrence dan Beth secara ber-
gantian. "Terimakasih kalian sudah mau datang!"
"Ini sekalian bulan madu kami!" Lawrence berbicara dengan ceria
sambil menepuk-nepuk bokong putranya yang tertidur pulas. "Ayah
mengirimimu salam, kesehatannya semakin memburuk karena me-
rindukan Lavender. Dia sangat ingin datang, tapi dokter tidak meng-
izinkannya!"
"Bagaimana dengan Nick? Kalian sudah mendapat kabar tentang-
nya?"
Lawrence dan Beth saling pandang untuk beberapa lama. Beth
sepertinya menawarkan diri kepada Lawrence untuk memberikan
penjelasan kepada Rex dengan sebuah isyarat umum. Ia memulai
ucapannya dengan sebuah deheman ringan. "Aku dengar, ia kembali
195 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kepada keluarganya di Dallas. Lalu beberapa bulan yang lalu Nick
meninggal karena sakit. Tidak ada yang tau penyakit seperti apa,
yang pasti saat kami mengunjunginya kesana, dia bahkan sudah
melupakan banyak hal."
"Termasuk tentang Lavender?"
Beth mengangguk. "Dia bertindak seolah-olah kami adalah orang
yang tidak dikenalnya. Dia tidak suka mendengar cerita yang banyak
dan marah saat bayi Lawrence menangis di hadapannya. Nick tidak
suka berisik. Pada saat kami mengunjunginya waktu itu, dia sudah
sakit-sakitan dan tidak ada satupun dari anggota keluarganya yang
mau menceritakan tentang penyakitnya."
"Sudah, jangan dibahas lagi. Menyedihkan!" Lawrence memotong
lalu menoleh kepada Beth. "Sayang, kita sepertinya harus pergi se-
karang. Anak kita sudah tertidur seperti ini. Aku juga sangat lelah!"
"Baiklah. Rex, kami pergi dulu, aku dan Lawrence baru tiba dan
sepertinya kami masih butuh banyak istirahat."
"Ya, tapi sering-sering berkunjung selama kalian disini!"
"Tentu saja!"
Rex mengikuti Lawrence dan Beth yang bangkit dari tempat duduk
mereka untuk berjalan beriringan menuju keluar dari cafe milik Rex.
Beth melambaikan tangannya untuk memanggil taksi dan berdiskusi
dalam dialek inggris yang fasih. Beberapa saat kemudian, Beth dan
Lawrence masuk ke dalam taksi dan pergi setelah melambaikan
tangan sebelumnya. Rex membalas lambaian itu dan tersenyum.
Meskipun ia kehilangan ayahnya, tapi ayahnya memberikan Rex
keluarga baru. Meskipun begitu hidup Rex tetap merasa sepi tanpa
Lavender. Entah sedang apa dia sekarang, Lavender mungkin
sedang memandangnya dari langit. Cerita yang konyol. Rex tau
kalau orang yang sudah mati tidak akan berada di langit.
"Cafe Lavender?"
196 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Suara yang sangat lembut menyeruak di telinga Rex. Ia tau suara itu,
sangat mengenalnya, suara yang selalu terngiang-ngiang di telinga-
nya setiap detik. Rex menoleh ke arah suara dan mendapati seorang
gadis berdiri di sampingnya sambil memandangi papan nama Café-
nya. Ia mengenakan gaun siffon hitam dengan sepatu boot berwarna
senada dengan gaunnya. Di lehernya melingkar sebuah Syal merah
jambu dan ia juga membawa payung berwarna merah jambu.
Jantung Rex seolah-olah berhenti. Lavender? Ia melihat Lavender?
Gadis itu menoleh kepada Rex lalu tersenyum dan berbisik, "Nama
cafe-nya sama dengan namaku! Namaku juga Lavender!"
Rex masih diam tak menyangka. Ia hanya bisa terpaku menatap
gadis yang mengaku bernama Lavender itu.
"Makanan disini enak tidak? Ada Canelloni?"
"Ada," Akhirnya Rex bersuara juga. "Kami memanggangnya dengan
daging dilapisi lelehan keju. Rasanya sangat luar biasa!"
"Seperti yang pernah kau buatkan untukku?"
Dada Rex tiba-tiba sesak. "Lav?"
Gadis itu terseyum padanya, Lavender tersenyum padanya. Dada
Rex tiba-tiba saja dijejali perasaan yang sangat tidak biasa. Matanya
berkaca-kaca melihat Lavender berada di hadapannya setelah ia fikir
bahwa dirinya kehilangan Lavender untuk selamanya.
"Kau bukan hantu, kan?"
"Aku manusia!" Lavender meraih tangan Rex untuk menepuk pipi-
nya. "Kau bisa menyentuhku, kan? Aku bukan hantu!"
"Kau sudah meninggal, Lav! Jelas-jelas aku melihatmu dikubur."
"Aku juga pernah bermimpi seperti itu!" Lavender tersenyum lagi.
Lalu mengulurkan tangannya. "Aku Daisy Melville. Setidaknya saat
aku terbangun disuatu pagi,semua orang memanggilku dengan nama

197 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
itu. Butuh satu tahun untuk menyesuaikan diri dengan keluarganya.
Tidak, keluargaku!"
"Maksudmu?"
"Rex, aku terlahir kembali untukmu!" Wajah Lavender tiba-tiba saja
berubah menjadi serius. "Aku kira aku sudah mati saat itu. Aku
menunggu berhari-hari, menunggu sesuatu yang tidak bisa ku
mengerti. Lalu aku merasakan tubuhku menghilang dan lenyap be-
berapa saat. Setelah itu aku terbangun di sebuah kamar dengan jati
diri yang baru. Daisy Melville. Aku punya seorang ibu yang sangat
cantik, juga banyak sepupu yang sebaya. Aku tidak sakit seperti dulu,
aku tidak mengingat kesedihan apapun. Aku hanya mengingatmu
dan tentang Beth, Lawrence, ayah."
"Nick?"
Lavender memiringkan kepalanya. "Nick? Siapa?"
"Sudahlah, tidak perlu diingat. Kau benar-benar Lavender-ku? Kau
tidak berbohong, kan? Tapi wajahmu sangat mirip, hanya saja
rambutmu berwarna terang."
"Aku sudah seperti ini saat terbangun. Kau butuh bukti apa lagi
tentang Lavender? Sekarang sudah saatnya kau menepati janjimu.
Kau akan memberikanku bunga Lavender dalam jumlah yang sangat
banyak, kan? Aku tidak akan memaafkanmu kalau aku tidak men-
dapatkan bunga Lavender itu saat ini juga."
Senyum Rex mengembang. Ia merasa sangat senang mendapati
Lavender kembali dalam hidupnya. Rex merengkuh tubuh Lavender
dan merangkul bahunya lalu mengajaknya masuk ke dalam Cafe
Lavender miliknya.
Lavender terperangah, cafe itu seperti kebun Lavender sekarang,
sangat banyak dan sangat harum. "Cantik sekali!" desisnya.
Rex menoleh untuk menatapnya lembut.

198 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kau akan terus bersamaku, selamanya? Atau hanya untuk hari ini
saja?"
"Seumur hidupku."
"Benarkah? Lalu aku harus menikahimu lagi?"
"Sepertinya begitu. Kau harus menikahi Daisy Melville, baru bisa
mendapatkan kembali Lavendermu. Aku juga punya rencana untuk
menjodohkan ibu Daisy dengan ayahku. Jadi ayahku tidak perlu
hidup sendirian lagi."
Rex suka mendengar ceritanya. Lavender mungkin terlahir sebagai
orang yang baru, tapi dia sama sekali tidak berubah. Masih tetap
seperti yang dikenalnya selama ini. Lavender Ouray yang sebenar-
nya sudah lama menjadi miliknya. Lavender juga sangat bahagia, ia
menanti pertemuan kembali mereka dalam waktu yang cukup lama
untuk membuatnya merasa tidak bisa bersabar. Lavender selalu men-
cari dimana Rex berada dan pada akhirnya ia menemukan Rex lagi
untuk bersama-sama selama yang mereka bisa. Lavender menyukai
momen ini, saat ia dan Rex bisa bersama tanpa memikirkan kesedih-
an apapun. Tanpa penyakitnya sebagai beban, tanpa rasa bersalahnya
karena kejadian masa lalu, bahkan tanpa ingatan tentang Nick.
Rex menghirup nafas sebanyak-banyaknya lalu terperangah saat me-
lihat seorang laki-laki yang sangat dikenalnya memasuki Cafe, Nick?
Entahlah, sebenarnya laki-laki itu sangat berbeda tapi mengingatkan
Rex kepada Nick.
"Daisy. Kenapa kau lama sekali? Aku harus kembali ke Sydney sore
ini!" Gerutunya.
Rex menatap Lavender dengan pandangan heran, gadis itu menatap-
nya dan tersenyum lalu berbisik di telinga Rex.
"Dia kakak kandung Daisy. Maksudku, kakakku."
-END-

199 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m

Anda mungkin juga menyukai