Anda di halaman 1dari 374

Edelweiss

Erina Delyere
Cerita ini merupakan bagian dari
Alternative Universe yang berjudul
Slowmotion karya Erina Delyere

Hak cipta dilindungi oleh undang-


undang. Dilarang memperbanyak
maupun menyebarluaskan karya ini
dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa seizin penulis atau pemilik Erina
Delyere.

Pelanggaran-pelanggaran akan
dilakukan tindakan yang tegas. Mohon
untuk diperhatikan.

Terima kasih.

1
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Author Notes :

Cerita ini merupakan cerita lanjutan dari


Ebook Dandelion, disarankan untuk
membaca Ebook Dandelions lebih dulu
agar memahami jalan cerita.
MATURE CONTENT, READER DISTRACTION IS
ADVISED!

2
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Bagian Satu

Pernikahan adalah hubungan


yang sakral. Menyaksikan secara
langsung seperti ini membuat
Jinan berpikir, apakah dia bisa
berada ditahap tersebut? Karena
menurut pandangannya, menikah
bukan hanya tentang cinta dan
kasih sayang. Namun, juga tentang
penerimaan.
“Yaelah, nervous amat,”
katanya pada saudaranya yang

3
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sedang bersiap untuk berjalan di
altar ini.
Zacky kembali
menghembuskan napas sambil
melirik kesal. “Lo rasain ntar
waktu nikah, gugupnya kayak
apa.”
“Santailah kalo calonnya gak
kemana. Oh ya, bukannya Gia
merencakan kabur?” Jinan
menghindar dari kepalan tangan
yang mau mendarat di lengannya.
“Eits, gak kena.”

4
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Althero mempunyai sebuah
tradisi yang cukup dihargai secara
turun menurun, dimana para
keturunannya selalu
melaksanakan pernikahan disini.
Sebuah resort—yang sudah ada
sejak kakek Althero, yang berada
di Bali dengan pemandangan laut
langsung. Wedding venue ini juga
menjadi tempat yang sama ketika
Johnnatan dan Helen menikah,
Zetta dan Jayden menikah, dan
sekarang Zacky dan Gia menikah.

5
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Atau mungkin nanti saat dirinya
menikah?
“Cie, jomblo sendiri di
keluarga tuh gimana dah rasanya,”
celetuk calon kakak ipar–eh,
Aslan. Langsung deh, lamunan
Jinan buyar. Boro-boro nikah,
mikir dulu deh gimana cara
mendapat restu.
Acara pernikahan dimulai,
semua mata sih, boleh
memandang para mempelai pria
dan wanita, tapi Jinan sibuk
mencari keberadaan wanitanya.

6
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Terakhir kali Ale ngabarin,
katanya dia akan mengambil
penerbangan paling pagi. Tapi
setelah itu Ale belum memberikan
kabar lagi. Sepanjang Jinan
berjalanan di Altar mengantar
Zacky, matanya menoleh ke kanan
dan ke kiri. Keberadaan wanita lagi
dan lagi nihil dia temukan.
“Ji, nyari siapa, sih!” gerutu
Zetta lalu menarik tangan Jinan.
“Hah–engga.” Jinan kembali
fokus pada pemberkatan
pernikahan meskipun isi

7
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
kepalanya tetap mempertanyakan
keberadaan Ale.
Alunan piano yang Raga
mainkan berhasil membuat para
tamu undangan menitikkan air
mata termasuk sang pengantin—
Gia. Melihat pemandangan itu
membuat Jinan jadi teringat
sedekat apa dia dengan Gia.
Dimulai dari perkenalannya
dengan Gia di kampus sampai
ditakdirkan satu kantor yang
sama.

8
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Well, perlu diingat, sebelum
Zacky datang ke kehidupan Gia,
Jinan ini pernah jadi orang yang
membuat Gia diambang kegilaan!
Sebagai seorang laki-laki tentu saja
Jinan menyadari hal itu.
Bagaimana tidak, sikap Gia saat itu
terlalu terlihat jika sangat
menyukai Jinan. Sayangnya, Jinan
masih dalam sebuah misi. Kalau
saja tidak mungkin beda cerita. Ya,
Jinan gak buta, laki-laki mana sih,
yang gak bisa melihat kelebihan
seorang Ghiana Bimantara.

9
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Istri orang loh itu, kamu
pandang begitu nanti suaminya
marah,” bisik seseorang membuat
Jinan tersenyum karena tahu asal
suara ini.
Jinan membalik badannya.
“Saya nunggu kamu,” katanya tapi
ikut berbisik karena suasana masih
intimate.
“Maaf, aku harus diem-diem
dulu biar gak ketahuan Bang Al
sama Aslan.”
Jinan menghembuskan napas
dan tersenyum tipis, sesusah ini

10
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menyembunyikan sebuah
hubungan. Lihat saja sekarang,
mereka tidak bisa sebelahan
karena Aslan tepat berada di depan
mereka. Kadang ada kok masanya
Jinan kesal sendiri tapi Ale selalu
berhasil membuatnya kembali
tenang, seperti sekarang. Jari
kelingking Ale diam-diam
menyelinap menyentuh jari
telunjuk Jinan. Tentu saja, rasa
kesalnya langsung hilang
tergantikan oleh senyuman lebar
di bibirnya.

11
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Habis ini, kita kabur ke
pantai, yuk!” bisik Ale lagi.
“Ide bagus.” Jinan pun setuju.
Zetta yang ada di antara
mereka langsung melirik.
“Ekhem!”
Keduanya menunduk sebagai
tanda minta maaf, pasalnya pastor
lagi memberikan ceramah
sekarang.
Hubungan Jinan dan Ale di
keluarga Althero bukanlah sebuah
rahasia lagi. Meskipun hubungan
keduanya masih belum mendapat

12
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dukungan penuh, seperti ada
kejanggalan jika Jinan bersama
dengan Syahreza. Walaupun
mereka masih tetap menerima Ale.
“Aku kadang masih aneh deh,
Ji. Keluarga kamu menerima aku
segampang itu. Apa mereka gak
mau tau lebih jauh tentang
keluarga aku?” tanya Ale.
Jinan berdiri di sebelah Ale
sambil memberikan segelas
campaign. “Memangnya apa yang
perlu diketahui dari keluarga
kamu?”

13
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Ya…” Ale menelan salivanya.
“Banyak…”
“Banyak?” Mata Jinan melihat
salah satu anggota keluarga Ale.
“Harus penasaran gimana coba?”
Ale mengikuti arah pandang
mata Jinan. Iya, abangnya itu lagi
ngomong sama kucing oren. Ale
langsung garuk-garuk kepalanya
yang gak gatal. Wajar sih keluarga
Althero gak penasaran dengan
keluarga Syahreza kalau yang jadi
‘wajah’ Syahreza saja bentukannya

14
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
begitu. Kalau kata Ale sih, sebelas
dua belas kayak topeng monyet.
Semua tamu saling berulang
dan meneguk segelas campaign
tersebut. Adegan love shot juga
terlewatkan begitu saja oleh Zacky
dan Gia yang disambut tepuk
tangat meriah.
Acara dilanjutkan oleh lempar
bunga, sebenarnya Ale malas buat
ikutan tapi Jinan maksa, katanya
sih siapa tau, hehehe. Ada
beberapa hal yang buat Ale malas.
Pertama, karena rame. Kedua, ada

15
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
orang yang rusuh banget. Ale
sampe mundur-mundur karena
ada cewek sampe lepas high heels
buat demi mendapatkan bucket
bunga tersebut. Dari bajunya sih,
sepertinya salah satu bridesmaid
dari mempelai perempuan. Demi
Tuhan, Ale melongo melihat
bagaimana tingginya itu cewek
melompat.
“Ale! Hahahaha!” Jinan malah
ketawa melihat reaksi Ale yang
membeku takjub melihat aksi
cewek itu.

16
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Tapi dibalik suara Jinan, Ale
mendengar suara cewek itu
meneriaki nama seseorang. “Kak
Akbar!”
Ale menoleh ke arah mata
tertuju. Benar saja, sebuah senyum
malu-malu tercetak jelas di sana.
Cewek itu lompat kegirangan
sambil mengoceh yang sudah gak
bisa Ale dengar jelas lagi.
Senyum itu… sudah cukup
lama tidak Ale lihat.
Jangan salah paham. Bukan
sebuah rindu kok yang Ale

17
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
rasakan. Melainkan perasaan lega.
Sulit melihat senyum tulus itu
keluar dari laki-laki itu setelah
sebuah kehilangan yang dirasakan.
Akhirnya, posisi itu meskipun
bukan dirinya, orang lain dapat
mengisi kekosongannya.
Ini yang dinamakan
melepaskan. Ketika kita bahagia
posisi itu sudah terisi meskipun
bukan dengan keberadaan kita.
“Yah, lawan kamu si Eden.
Pasti kalah sih, Le,” ucap Jinan
ikut melihat wanita yang sedang

18
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
lompat kegirangan di depan Akbar
itu.
“Oh, namanya Eden?”
“Iya.” Jinan menoleh sambil
mengendus. “Kamu gak cemburu
kan?”
“Yakali!”
“Kirain belom move on gitu.”
Jinan melirik dengan muka agak
sedikit menggoda.
Ale mencubit pinggang Jinan.
“Gak usah mancing keributan,
deh!”

19
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Akh–” Jinan meringis
kesakitan lalu mengejar Ale yang
berjalan ke dessert bar. “Tapi saya
serius nanya loh, siapa tau kamu
belom move on, gitu?”
“Kalo aku belom move on, gak
mungkin aku pacaran sama
kamu.”
“Berarti sekarang isi hati
kamu full sama saya, ya, Le?”
Jinan nyengir.
Ale melirik. “Aku kesel ngeliat
senyuman ngeselin mu itu.”

20
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Hehehe. Jadi, gantengan
saya atau Akbar, Le?”
“Ih, stop deh tanya hal gak
penting begitu! Umur berapa, sih
kamu!”
Sejenak Jinan melihat
keadaan sekitar sebelum akhirnya
menautkan jemarinya ke tangan
Ale. Hal itu sontak membuat Ale
kaget.
“Jinan!”
“Aslan gak keliatan, Bang Al
juga, katanya mau ke pantai?”
“Tapi—”

21
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“GUYS!!!”
Iyap, pengganggu datang.
Suara Zetta dari jauh terdengar.
Jinan langsung memejamkan
matanya. Dia sudah mencium bau
mencurigakan apa yang akan Zetta
lakukan.
“Sorry banget, Jayden gak
sengaja makan udang jadi
badannya bengkak, gue bawa ke
UGD sekarang. Titip Cielo sama
Adel ya. Tierra sama Jason di Kak
Jo Helen kok.”
“Ze—”

22
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Uncle…”
Si Zetta gak pake ba bi bu,
langsung pergi begitu saja. Liat
deh duo bocil dengan mata super
menyeramkan ini menatap Jinan
dan Ale bergantian.
“Kalian mau pacaran, ya?”
tanya Cielo melihat tangan Jinan
yang masih menggenggam Ale.
“Sepertinya begitu.” Adel
mulai menganalisa. “Kenapa ya,
orang dewasa suka bergandengan
tangan? Heran.”

23
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Cielo menoleh. “Kamu mau
gandengan tangan sama aku gak?”
Adel berdecak. “Cih.” Lalu
pergi meninggalkan Cielo.
Buru-buru Ale melepaskan
genggaman tangan Jinan dan
mengejar Adel. Sedangkan Jinan
berusaha menenangkan Cielo yang
lumayan sakit hati habis ditolak
Adel.
“Hiks, jahat…”
“Gak apa, Ciel. Coba lagi
nanti,” ucap Jinan gak jadi kasihan
sama kisah cintanya karena

24
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
melihat kisah cinta si bocil
ternyata lebih menyedihkan.

Berhubung masih dalam


suasana pernikahan Zacky Gia,
jadi para tamu undangan sebagian
ada yang masih nginap di resort
sekedar untuk berlibur dan
sebagian sudah pulang untuk
bekerja.
Tentu saja, Jinan gak bisa
menyianyiakan kesempatan emas
ini buat menghabiskan waktu
dengan Ale. Dimulai dengan pagi
25
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
hari setelah acara wedding, Jinan
berinisiatif buat jogging dengan
lewat di depan kamar Ale. Dia tahu
pacarnya ini lumayan gila olah
raga, sudah pasti Ale gak mungkin
melewatkan momen jogging pagi
dengan view pantai sebagus ini.
Apalagi kemarin malam rencana
mereka ke pantai di ganggu si
Zetta.
Sudah dua putaran, Jinan
juga lumayan ngos-ngosan, tapi
Ale masih belum kelihatan. Gini

26
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
banget nyari perhatian cewek gila
olah raga.
“Ji?”
Jinan yang lagi ngambil
napas, mengangkat kepalanya.
“Bar?” Itu Akbar dengan baju
formalnya. Sebentar, Akbar
memang selalu berpakaian formal
sih, maklum dokter. “Pagi-pagi
mau kemana?”
“Kerja gue. Tumben banget lo
pagi-pagi udah jogging, kesambet
apa?”

27
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Lah, Jinan lupa kalo Akbar ini
kenal lama dengan dirinya. Jinan
bukan tipikal yang rajin olah raga
pagi-pagi buta begini.
“Hah? Anu…” Mata Jinan
mulai kemana-mana. “Mumpung
aja.” Gak tau deh, gak nemu
alasan, otak Jinan belom bekerja.
“Oh.” Akbar menjawab
sekedarnya aja
“Gimana sama Eden, lancar?”
“Hm, doain aja.” Akbar ikut
berjalan di sebelah Jinan yang
kebetulan searah dengannya.

28
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Pindah Bali enak, Bar?”
“Enak, apalagi sebelahan
sama pacar.”
“Ye, itu sih dimana aja enak
anjir.”
Akbar tertawa tapi irit.
“Si Ale…” Jinan berdeham.
“Gimana?”
Akbar menoleh sekilas.
“Gimana apanya?”
“Ya, lo sama dia gimana?”
“Gue sama dia gak pernah
memulai apapun. Justru gue
merasa bersalah sama Ale, mau

29
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bagaimanapun dia pernah punya
perasaan sama gue dan gue gak
bisa bales.”
“Iya sih, lo anjing.”
Akbar langsung tersedak. Kok
tiba-tiba dia dikatain?
“Bentar…” Akbar
menghentikan langkahnya ketika
dia menyadari sesuatu. “Kok lo tau
tentang gue sama Ale?”
“Hah?” Jinan beneran cosplay
jadi keong.
“Lo—”
“Kak Akbar!”

30
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Suara Eden jadi ujung jalan
mengintrupsi percakapan Jinan
dan Akbar. Tangan Akbar
melambai, tapi juga sekaligus
sedikit bingung karena Eden
berjalan bersama seseorang. Yup,
itu Ale.
“Jinan lagi olah raga, ya?”
tanya Eden riang.
“Hahaha, iya.” Makasih, Den.
Penyelamat banget.
“Kakak mau kerja kan? Aku
antar ke depan, ya?” Eden
langsung merangkul lengan Akbar.

31
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Akbar tersenyum sambil
mengacak pelan rambut Eden.
“Sudah kenalan sama Alyssa?”
“Sudah! Tadi aku ketemu di
depan kamar aku. Dia ternyata
adiknya si kadal, jadi aku panggil
dia kadal betina.”
Ale memejamkan matanya.
“Gue bilang jangan panggil gue
kadal betina…”
“Ih, serem.” Eden
mengendikkan bahunya. Ale
tersenyum tipis, mau membantah
tapi gak dipungkiri kalau Eden

32
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
memang sedikit lucu. Jadi
yasudah, terima aja deh.
“Ada apaan ngumpul begini?”
Aslan yang baru jogging ikutan
nimbrung. Kedatangan Aslan
membuat Jinan dan Ale serempak
kaget.
“Gak ada,” kata Ale buru-
buru.
“Iya, gak ada.” Begitupula
dengan Jinan. Mereka langsung
berjalan berlawanan arah hingga
saling menabrak dan airpods
mereka sontak jatuh.

33
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Dari jarak beberapa meter
keduanya balik badan lagi. Iya,
mereka baru sadar kalau airpods
mereka ketuker.
“Ketuker.”
“Iya, ketuker.”
Akbar dan Eden yang ada di
tengah-tengah hanya melihat
keduanya menukar airpods
tersebut lalu kembali jogging
dengan arah berbeda sedangkan
Aslan bagai orang bodoh yang
menatap Akbar dengan menaikkan
kedua alisnya.

34
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Mau kerja lo?”
Akbar kembali melihat Jinan
dan Ale bergantian lalu menepuk
pundak Aslan sambil tersenyum.
“Hadeh, Lan,” ucapnya singkat
dan meninggalkan Aslan sendirian
disana dalam kebingungan.
“Apesih?”

Pagi ini, seperti biasa Ale


bangun untuk berolah raga. Resort
Althero ini memang luar biasa
indah karena pemandangannya
pantai langsung yang dimana Ale
35
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bisa melihat sunrise dari jendela
kamarnya. Jadi, gak mungkin dia
menyianyiakan pemandangan ini
hanya rebahan di kasur.
Untuk kaum rebahan kayak
kita-kita ini gak bakal relate
dengan apa yang dilakukan
keluarga Syahreza ini, deh. Ale
memasang sepatu olah raganya
yang selalu dia bawa ketika
berpergian kemanapun dia pergi,
serta satu set lengkap pakaian olah
raganya.

36
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ketika baru saja mau mulai
berlari, jalannya terhadang oleh
seseorang yang jalan geloyoran
dengan baju tidur motif bebek
dengan rambut berantakan dan
kaca mata menutupi wajah kecil
itu. Mana nguapnya gede banget.
“Hng…” Orang itu menyadari
keberadaannya. “Kayak pernah
liat…”
Ale gak mengucap apapun, dia
membiarkan orang itu mengingat
dengan sendirinya.

37
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Ah… Junior-nya Kak Akbar.
Dokter cantik itu.”
Ale tersenyum. Baru kali ini
ada yang menyebutnya cantik.
Terlebih ‘dokter cantik.’
“Eden, right?”
“Tau nama aku dari mana?”
“Jinan.”
“Oh…” Eden menggaruk
pipinya.
Entah mengapa Ale malah
mengikuti langkah kaki Eden,
padahal arahnya bukan ke sini.

38
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Mungkin karena rasa
penasarannya cukup tinggi.
“Jadi lo sama Kak Akbar—”
Ale memperagakan dengan
tangannya. “You two–I mean—”
Eden menoleh bingung
mendengar ucapan Ale. “Kamu
ngomong apa?” tanya Eden polos.
Ale jadi malu sendiri.
“Maksudnya, lo berdua in a
relationship?”
“Maksudnya pacaran?” kata
Eden dan Ale mengangguk. “Kita
menikah,” ucap Eden lagi

39
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
membuat Ale langsung terbatuk-
batuk.
“SERIUS?”
“Iya, kan aku kemarin dapet
bucket bunga Gia, jadi dalam lima
tahun aku akan menikah dengan
Kak Akbar.”
Ale melongo, kayaknya dia nih
lagi ngajak ngomong cewek gila.
“Tapi untuk sekarang, kita
masih pacaran. Hehehe.” Eden
tertawa.
Ale melihat tawa yang keluar
dari Eden, mungkin ini yang Akbar

40
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
cari. “Good for you… and for him
too.”
Meskipun gak ada tanggapan
dari Eden, tapi Ale tahu, dari Eden
mengenalnya kalau dia ini Junior
Akbar berarti Akbar sudah
menjelaskan mengenai apa yang
terjadi hubungan antara dirinya
dan Akbar.
“Thanks for bringing him
back to life,” ucap Ale.
Eden menunduk, hatinya
sedikit tak enak. “Maaf.”

41
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“No, don’t say sorry.” Ale
menepuk pundak Eden. “Mungkin
memang gue gak ditakdirkan aja
buat sama dia. Lagi pula, Aslan
pasti drama banget kalo gue
beneran sama Kak Akbar.”
“Memang Aslan kenapa?”
Ale mengangkat satu alisnya.
“Jazlan Syahreza, Alyssa Flora
Syahreza. Sounds familiar, right?”
Eden berpikir sejenak, baru
deh mebelalakkan matanya.
“HAH!” Dia membuka mulutnya

42
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
lebar-lebar. “ADA KADAL
BETINA!”
“WHAT? KADAL BETINA?”
Ale beneran gak habis pikir dengan
otak Eden.
“Kamu ini adiknya si Kadal?”
Eden masih gak percaya.
Sebenernya kakaknya itu
ngapain sih? Sampai panggilannya
bisa disebut kadal?

Ale memutari resort sejauh


yang dia bisa demi menghindari
Aslan, dia lupa kalau kakak laki-
43
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
lakinya itu juga punya kebiasaan
yang sama sepertinya—setiap pagi
pasti jogging, minim pergi nge-
gym.
Bodohnya, kenapa sikapnya
bisa gak natural sih? Padahal dia
dan Jinan tadi gak melakukan
apapun kan? Kenapa seolah-olah
mereka ini sedang maling sesuatu?
“Ale,” panggil seseorang pelan
di balik gazebo.
Ale melihat keadaan sekitar
lebih dahulu sebelum akhirnya

44
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ikut menyelinap masuk ke
belakang gazebo.
“Kenapa kamu tiba-tiba jadi
jogging pagi-pagi begini?”
“Ya, ngapain lagi?” Jinan
tersenyum. “Buat ngikutin kamu,
lah.”
Ale berdecak kesal. “Ji, ini
resort masih penuh sama tamu.
Gak cuma ada kita! Untung aja
cuma ada Aslan, bukan Bang Al!”
“Hey, we don't do anything
stupid?”

45
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Tetep aja, kita harus jaga
jarak.” Ale masih celingak-
celinguk.
Jinan dengan jailnya menarik
pinggang Ale. “Jaga jarak?”
ucapnya sambil mengangkat
sebelah alisnya.
“Jinan!”
“Aleeee,” kata Jinan manja.
“Saya ini kangen sama kamu.”
Jinan kalau sudah mode
manja begini, Ale gak bisa menolak
sih. Melihat bibir Jinan yang sudah
ditekuk bagai bebek itu membuat

46
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale gemas sendiri. Pacaran dengan
mode backstreet begini memang
gak gampang, ditambah kesibukan
masing-masing juga yang
memakan waktu quality time
mereka.
“Bulan kemarin saya sibuk
bantu Zacky ngurus pernikahan
dia dan beberapa hal kantor, kamu
juga sibuk sama pasien kamu.”
Jinan memainkan rambut Ale.
“Waktu buat kita jadi gak ada.”
Tangan Ale kini membelai pipi
Jinan. “Kan, aku udah pernah

47
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bilang. Hubungan ini gak
gampang.”
“Saya tahu, Le. Bukan
mengenai gampang atau
bukannya. Tapi, saya kangen dan
saya lagi butuh kamu.” Jinan
mendekatkan bibirnya ke telinga
Ale. “Saya butuh kamu.”
Ale sangat memahami
keinginan laki-lakinya. Hubungan
yang terjalin enam bulan lamanya
ini lebih banyak diganggu oleh
pihak ketiga, alias si Aslan. Gak tau
deh, kebetulan atau gimana, setiap

48
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mereka merencanakan sesuatu,
batang hidung Aslan nongol.
Rencana selalu gagal.
“Aku masih libur sampe
minggu depan, kamu gimana?”
“Saya bisa atur,” jawab Jinan
meskipun dia sendiri gak tau
liburnya ini bisa sampe kapan.
Zacky setelah acara wedding
langsung menghilang untuk
honeymoon, terus sekarang
dirinya juga? Udahlah, pasti Kak
Jo mengerti. Urusan diomelin,
urusan belakang.

49
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Kamu mau ke ujung dunia
sama saya, Le?” Jinan tersenyum
dengan mendekatkan dirinya,
semakin dekat hingga jarak
mereka semakin terkikis. “Cuma
berdua. Saya dan kamu.”

Misi Jinan adalah menjauh


dari Aslan, sejauh mungkin! Kalo
bisa sih ke ujung dunia sekalian!
“Ini yang kamu bilang ujung
dunia?” Ale tertawa. “Duh,
pacarku lucu banget, sih.”

50
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan beneran bete.
Rencananya beneran mau ke ujung
dunia kok, tapi entah kenapa Kak
Jo bisa mengendus pemikirannya.
Belom apa-apa, email mengenai
project yang sedang dia kerjakan
beberapa bulan terakhir ini tiba-
tiba masuk. Meeting diadakan tiga
hari lagi, yang dimana dia hanya
memiliki waktu dua malam saja!
Ditambah Zacky juga lagi cuti satu
bulan penuh. Sungguh
menyebalkan.

51
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Dengan waktu sesingkat itu
gak mungkin mereka berpergian
jauh. Akhirnya Jinan membooking
sebuah villa yang cukup jauh dari
resort Althero. Jika resort Althero
berada di dekat pantai, villa ini
berada di tebing. Bisa dipastikan
Aslan gak mungkin tiba-tiba
muncul ke sini.
“Udah, mukanya gak usah
bete begitu. Kita kan bisa quality
time di sini.” Ale merangkul leher
Jinan dengan kedua tangannya.
“Anggap aja kita staycation.”

52
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Padahal saya pengen ajak
kamu ke Jepang. Tapi, kenapa
mendadak begini…”
“Waktu kita banyak, Ji. Lain
kali kan bisa, babe.”
Akhirnya Jinan mulai
tersenyum ketika panggilan itu
muncul. “Makasih udah ngerti,
babe.”
Ale mananggapi dengan
tersenyum sambil mengusap
kepala Jinan. Kalau bisa diberikan
penghargaan pada kekasih paling
pengertian, sepertinya jatuh pada

53
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Alyssa. Jika kenal Jinan lebih jauh
dia memang tipikal ambisius,
ingin memberikan lebih dan lebih
termasuk dalam sebuah
hubungan. Memikirkan
bagaimana membuat pasangannya
senang, nyaman, dan merasakan
bahagia karena dirinya. Sedangkan
Ale lebih santai dan tidak terlalu
memikirkan. Ibaratnya, Jinan
lebih banyak bertindak sedangkan
Ale lebih banyak mengerti.
Jinan kira Ale bakalan bosen
dengan staycation begini, ya bisa

54
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dikatakan pacarnya itu anak
outdoor banget. Tapi, nyatanya
engga juga. Ale justru sibuk sendiri
bikin list beberapa hal yang akan
dia lakukan di villa ini. Mulai dari
milih beberapa film yang akan
mereka tonton buat movie night
mereka, bikin cemilan, browsing
games seru, bahkan sekedar baca
buku sambil nikmatin
pemandangan.
“One in a million,” celetuk
Jinan membuat Ale menutup
bukunya.

55
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Hm?”
“Kamu.” Jinan duduk di
sebelah Ale. “Nemuin kamu ini
beneran seberuntung itu saya.”
Ale terkekeh. “Kok tiba-tiba?”
“Setiap hari sama kamu,
kayak ada aja sisi di diri kamu yang
bikin aku jadi surprise sendiri.”
Jinan membaringkan kepalanya di
paha Ale. “Bosen gak sih, Le. Jadi
sempurna?”
“Shut up! Gombalan kamu
makin lama makin geli!”

56
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan terkekeh. Sejenak dia
menutup matanya, menikmati
jemari Ale yang mulai memainkan
rambutnya. “Rambut kamu udah
panjang ya, Ji.”
“Iya, dan selalu kamu yang
nemenin saya potong rambut.”
“Memang sebelumnya
sendirian?”
“Sama Mama.”
Ale membasahi bibirnya,
jemarinya masih memainkan
rambut Jinan. “Can I ask about
them?”

57
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan membuka matanya.
“Penasaran, ya?”
“Sedikit.” Ale memberikan
senyuman canggung. “Tapi kalo
kamu gak mau buat ngomongin
juga gak masalah kok.”
Jinan tersenyum lalu bangkit.
“Tanya aja, babe. Mau tanya apa,
hm?”
“Kamu gak penasaran tentang
keluarga kandung kamu?” tanya
Ale hati-hati.
Jika boleh jujur, pertanyaan
semacam ini gak gampang buat

58
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan jawab. Hidupnya itu dimulai
dari tempat paling gelap di dunia
ini. Bahkan Jinan sendiri masih
gak menyangka bisa berada di titik
terang merasakan kehidupan
penuh akan cinta.
“Penasaran, makanya dulu
waktu saya lulus SMA, saya kabur
dari rumah keluarga Althero dan
memilih tinggal sendiri,” jawab
Jinan membuat Ale terkejut.
“Beneran?”
Jinan mengangguk. “Hm, saya
sempat kok jadi anak kurang ajar

59
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dan gak tau terima kasih ke Mama
sama Papa saya, Le. Bahkan saya
pernah bertengkar hebat dengan
Kak Jo, Zacky dan Zetta.”
Semua dimulai saat Jinan
menginjak umur tujuh belas
tahun, dimana hari itu dia, Zacky
dan Zetta lulus Sekolah Menengah
Akhir. Usianya yang masih
tergolong cukup muda, ditambah
rasa penasarannya yang cukup
tinggi, membuat Jinan
memberontak.

60
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Kenapa, Jinan gak boleh tahu
siapa orang tua kandung Jinan?”
ucap Jinan dengan nada tinggi kala
itu.
Johnnatan yang sudah mulai
memasuki usia dua puluh tahunan
tentu saja berusaha menenangkan
adiknya itu. “Ji, calm down. Kita
ini keluarga lo—”
“Shut the fuck up!” Makian itu
sontak membuat ruang keluarga
sunyi. “Kelurga dari mana? Lo gak
liat berita itu? Jelas-jelas ditulis
anak pungut!”

61
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Iya, untuk pertama kalinya,
publik mengetahui bahwa Jinan
Nathanael Althero anak angkat
keluarga Althero. Namun bagi
keluarga Althero hal itu tidaklah
penting. Toh, Jinan masih
memiliki kedudukan yang sama di
keluarga mereka. Tapi ternyata,
bagi Jinan kata-kata itu cukup
menyakiti hatinya.
Semenjak berita itu keluar,
semua orang menganggapnya
remeh. ‘Kacung Althero’, ‘Penjilat

62
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Althero’, ‘Babu Althero’, dan masih
banyak lagi. Jinan muak.
“Jinan…” Mamanya berusaha
menenangkan Jinan. “Coba kamu
tenang dulu—”
“Minggu lalu yang datang ke
rumah kita itu siapa, Ma?” tanya
Jinan.
Luna terdiam. Kini matanya
menatap Andrian meminta
bantuan untuk menjawab
pertanyaan Jinan.
“Jinan, itu bukan siapa-
siapa,” kata Andrian.

63
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Itu orang tua kandung Jinan,
Pa?” Bibir Jinan mulai bergetar.
“Yang Mama sama Papa usir itu
Ibu kandung Jinan? Iya?”
“Jinan, kamu salah paham—”
“Bukan.” Jinan langsung
memotong omongan Andrian.
“Dari awal memang gak ada ruang
buat anak tiri semacam aku disini.”
Acara kelulusan yang
seharusnya mereka rayakan justru
menjadi banjir air mata karena
Jinan memilih pergi dari rumah
Althero. Bermodalkan nekat,

64
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan hidup seorang diri. Dia
berkuliah dengan sisa
tabungannya, bekerja part time,
bahkan kadang harus meminjam
kesana kemari demi menutup
biaya kuliahnya.
Apakah Althero tidak
membantunya? Berulang kali
mereka berusaha membantu, tapi
Jinan menolak. Oleh karena itu,
semasa kuliah Gia saja tidak tahu
kalau Jinan ini anak orang kaya.
Zacky yang pada dasarnya
memiliki sifat keras kepala, juga

65
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tidak ingin membenarkan
pemikiran Jinan. Sehingga ketika
mereka satu perkuliahan dulu,
Zacky melarang Zetta mengenal
Jinan. Mereka berlagak tidak
saling kenal satu sama lain.
Separah itu hubungan mereka
dahulu sampai akhirnya Jinan
menyadari bahwa apa yang dia
lakukan ini memang
kesalahannya.
“Jadi orang tua kandung
kamu itu gimana?” tanya Ale
semakin penasaran.

66
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gak ada,” jawab Jinan. “Itu
cuma penipu yang memanfaatkan
keadaan karena waktu itu berita
tentang saya sebagai anak angkat
Althero memang sebesar itu.”
“Ah…” Ale menyandarkan
punggungnya setelah keteganggan
cerita Jinan. “Jadi selama itu kamu
cuma salah paham?”
“Iya, lebih tepatnya saya
bodoh aja.” Jinan tertawa kecil.
“Umur juga masih terlalu muda,
jadi ego masih menguasai. Sok
paling kuat lah. Yang paling bikin

67
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
saya nyesel sih, saya gak bisa
datang ke pernikahan Zetta.”
Ale menggenggam tangan
Jinan. “Sekarang masih
penasaran?”
Jinan menggeleng. “Engga
sama sekali. Saya udah cukup, Le.”
Karena Jinan mempelajari
satu hal. Ternyata gak semua hal di
dunia itu harus ada jawabannya.
Kadang kita hanya perlu menerima
dan mengerti kalau memang
jalannya seperti ini.

68
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Makanya, dulu setelah saya
satu mengenai mereka adalah
penipu. Saya merasa bersalah
terlebih sama Mama.” Jinan ikut
menggenggam tangan Ale. “Oleh
karena itu, sebisa mungkin saya
dedikasikan hidup saya buat
keluarga. Termasuk mengernai
masalah kemarin antara Althero
dengan Hayet.”
“Yang itu gak perlu kamu
ceritain, aku udah tahu,” ucap Ale.

69
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan sedikit terkekeh.
“Beneran? Saya bisa aja cerita
lagi.”
Ale menyandarkan dagunya
pada lengan Jinan. “Emang kamu
gak capek apa cerita terus?”
“I can tell you everything you
want to know.” Jinan mengecup
kening Ale singkat.
“Gantian deh, kamu pengen
tahu apa tentang aku?”
“Hmm…” Jinan meletakkan
jari telunjuknya di dagu dan

70
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menyeringai. “Apa rahasia kamu
yang saya belom saya ketahui?”
Ale sejenak berpikir, dia
menahan senyum di bibirnya.
“Movie nightnya mau diganti sama
kegiatan lain aja?”
“Maksudnya?” Jinan
mengerutkan keningnya bingung
dengan ucapan Ale.
“Ji, I have a tattoo.”
“A tattoo?”
“You want to see it?”
Dari sorot mata Ale dan gerak-
gerik Ale yang mulai bangkit dan

71
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menyandarkan badannya di
ambang pintu, tentu saja Jinan
tahu apa yang dimaksud dengan
Ale.
Jinan berdiri dan meraih
pinggang Ale. Hal itu membuat Ale
langsung menahan napasnya.
“Where is it?” tanya Jinan posesif.
“Mr. Althero…” Tangan Ale
mengusap tengkuk leher Jinan.
“You have to take off this shirt
first.”
“What if I kiss you first?”
tawar Jinan.

72
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Well, sepertinya bukan
sebuah tawaran karena Jinan
langsung menundukkan badannya
dan mempertemukan bibir
mereka. Satu tangan Jinan meraih
wajah Ale demi memperdalam
ciuman mereka. Kecupan itu
berubah menjadi sebuah lumatan,
Jinan yang mulai melumat bibir
bawah Ale dengan lembut.
Decakan demi decakan dapat
terdengar menggantikan suara
angin malam di villa yang lumayan
sunyi ini.

73
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Tangan Jinan sekarang turun
menyentuh pinggang Ale,
menuntun wanita itu menuju
sebuah kasur yang sudah
memanggil mereka sejak tadi.
Perlahan dia baringkan wanita
disana, melihat dari atas rambut
terurai Ale sungguh pemandangan
yang luar biasa.
“Fuck, you’re so pretty, babe.”
Jinan menggeleng keheranan
membuat Ale tertawa geli. Gak
butuh waktu lama buat Jinan
kembali membungkan tawa Ale

74
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dengan bibirnya. Kali ini
ciumannya lebih buru-buru,
lidahnya mulai berani bermain
memancing lidah Ale untung ikut
serta masuk ke dalam mulutnya.
“Ji…” Desah Ale saat Jinan
berpindah ke area leher putihnya.
Gak mungkin Jinan tidak
menyentuh leher jenjang ini.
Begitu menarik untuk tidak dia
sentuh. Jinan sesap, meninggalkan
beberapa tanda kemerahan yang
mungkin akan dipertanyakan
beberapa hari kedepan.

75
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Le… boleh ini di lepas?”
Jinan menyentuh payudara Ale
dari luar baju lalu diremasnya
perlahan. “Boleh, ya?”
“Hgh…” Ale bergerak tak
nyaman, ini gimana mau
menjawab jika diremas begini?
“Jawab dong, Le,” rengek
Jinan dengan nada anak bayinya.
Jinan gak bisa menunggu lagi,
dia membuka kaitan bra itu
meskipun kesusahan. Maka,
dengan bantuan Ale, pengait bra
itu akhirnya terbuka. “Gak sabaran

76
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
banget,” kata Ale lalu Jinan
tersenyum mencium pipi Ale.
Jinan membantu membuka
kaos yang Ale gunakan lalu dia
sendiri membuka kemeja yang
digunakannya. “Can I?” Jinan
menatap Ale untuk mendapat ijin
lebih dahulu, lalu Ale
mengangguk.
Oke, sekarang jantung Jinan
cukup degdegan. Melepas kaitan
celana Ale satu persatu, sedangkan
Ale menahan malu diatas sana. Di

77
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
turunkannya perlahan celana
tersebut.
“Shit, too pretty, Le.” Jinan
melihatnya dengan penuh
seksama.
“Ji, jangan dilihatin begitu!”
“Gak bisa, ini rasanya pengen
saya makan,” kata Jinan sensual.
Ale menelan salivanya karena
apa yang Jinan ucapkan benar-
baner terjadi. Sedetik kemudian
apa yang Jinan melakukannya.
Bibir tersebut menyentuh bagian-
bagian keintimannya, Ale merasa

78
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan sedang membawanya ke
surga di langit ke tujuh.
“Jinan… Please…”
“Ah….”
Satu tangannya memainkan
payudaranya, sedangkan satu
tangannya yang lain memainkan
sesuatu dibawah sana. Mulutnya
bekerja untuk hal yang lain. Ale
benar-benar belum pernah
merasakan hal semacam ini
sebelumnya.
“Jinan… AHH!”

79
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan tersenyum sambil
mengusap bibirnya, melihat
bagimana berantakannya Ale
setelah mencapai pelepasannya.
“Hey, babe,” sapa Jinan
terkekeh.
“Belajar dari mana kamu!”
gerutu Ale sambil ngos-ngosan.
“Kalo sampe dari cewek lain, aku
bakalan marah banget.” Alias,
cemburu berat!
Jinan membaringkan dirinya
di sebelah Ale. “Enak?”

80
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gak usah tanya.” Ale
menaruh posisi kepalanya di dada
Jinan. “Aku gak pernah ngerasain
hal kayak gitu sebelumnya.”
“Oke, where is it?” tanya
Jinan.
Ah, iya. Sampai lupa kalau
tujuan utama mereka untuk
melihat tattoo yang Ale ucapkan.
Ale bangun dan mengikat
rambutnya sembarangan, entah
mengapa Jinan melihat Ale begini
jadi begitu sexy.

81
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale mengangkat sebelah
payudaranya yang sebelah kiri.
“It’s cattleya. My family symbol.”
Jinan menyentuh tattoo itu
perlahan. Ukurannya sekitar tujuh
centimeter, tidak terlalu besar jadi
tertutup oleh payudara Ale karena
letaknya tepat berada di bawah
sana.
“Family symbol?” Jinan
sedikit kebingungan, dia baru
mendengar hal semacam ini.
“I told you, my family is
complicated.” Jinan masih

82
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mendengarkan. “Setiap anggota
harus punya satu tattoo ini
karena…” Ale tidak bisa
menjelaskan.
“Karena?”
“Karena menandakan dia
Syahreza.” Ale membuatnya
simple agar Jinan tidak
menanyakan lebih lanjut.
“Ah, I see… Mungkin
semacam tradisi?”
“Iya, semacam itu,” jawab Ale
senyum seadanya.

83
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Cattleya, biasanya orang lain
ketahui sebagai sebuah bunga
anggrek. Namun, bagi keluarga
Syahreza, ini merupakan sebuah
symbol bagi keluarga mereka yang
dimana masing-masing anggota
keluarga wajib memiliki tattoo ini
di tubuh mereka untuk
menandakan bahwa mereka
merupakan petinggi dari sebuah
organisasi yang mereka pimpin
sehingga tidak ada satupun yang
dapat menyentuh mereka.

84
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Namun, satu hal juga yang
menandakan tattoo ini penting.
Kemantian mereka.
“Enough with this
conversation,” ujar Ale sambil
mengusap sesuatu yang keras
dibalik celana jeans Jinan. “Yang
ini gak mau dibantu?”
Jinan tersenyum. “Kalo kamu
capek, saya bisa sendiri.”
“Kan, movie night-nya udah
dicancel.” Ale berbisik. “Kamu
bawa kondom gak?”

85
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan gak mau kalah. “Selalu
bawa di dompet saya.”

86
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Bagian Dua
Jalanan Senin pagi memang
selalu macet, biasanya sih Jinan
selalu berangkat lebih pagi tapi
berhubung dia baru aja pulang dari
Bali jadi sedikit kesiangan.
Ditambah, Senin ini kebetulan
bertepatan dengan awal bulan,
sudah saatnya dia mengunjungi
seseorang.
“Aku tadi di jalan juga macet
banget kok, Ji.” Tentu saja
Seninnya gak sesuram itu karena
kekasih tercinta menemani dari

87
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
pagi. “Akhirnya aku pake supir
aja, gak kuat nyetir. Kamu
kenapa gak pake supir juga?”
“Oh, hari ini mau ketemu
klien dulu, sama kebetulan ada
urusan,” jawab Jinan sambil
menunggu jawaban Ale yang
lumayan lama. Takut ada
kecurigaan. “Babe?”
“Iya? Maaf, aku fokus liat
data pasien aku, hahahaha.”
Jinan menghela napasnya lega.
“Nah, it’s fine. Mau aku matiin
aja?”

88
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Kamunya macet-macetan
sendiri, gak masalah?”
“Aku bisa dengerin musik
kok.”
“Hm, oke deh. Aku kerja dulu,
ya. Nanti aku telepon kamu lagi
kalo udah agak longgar. Hati-hati
di jalan sayang.”
“Love you, Ale.”
“Love you too, Nathan!” Duh,
panggilan favoritnya itu selalu
berhasil membuat Jinan makin
semangat menjalani hari-harinya.
Yang memanggilnya dengan

89
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sebutan Nathan itu cuma
Mamanya dan Ale, entah sejak
kapan Ale memanggilanya dengan
nama tengahnya itu. Kata Ale,
nama tengahnya itu bagus jadi
sayang jika disia-siakan.
Jinan memarkirkan mobilnya
ditempat biasa. Mengunjungi
tempat ini bukan kali pertama
baginya, dia tahu ini semua harus
dihentikan tapi nanti kasih dia
sedikit lagi waktu. Setidaknya dia
perlu menjelaskan bagaimana
kehadirannya ini menghilang

90
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bukan karena tiba-tiba tapi karena
sebuah alasan yang pasti.
Jinan menyerahkan KTP-nya,
melakukan sesui prosedur yang
ada. Petugas juga memeriksa
barang bawaan Jinan serta jidik
jari Jinan.
“Mengunjungi Mbak Aurel,
ya, Pak?” tanya petugas yang
berjaga.
“Iya, Pak,” jawab Jinan.
“Saudara atau pacar?” tanya
petugas ragu.

91
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Bukan keduanya, Pak.” Jinan
berusaha menjawab sopan.
Iya, ini Lapas atau Lembaga
Pemasyarakatan dimana tempat
Aurel menjalani masa
hukumannya. Tidak separah orang
tuanya, Aurel hanya di hukum lima
tahun penjara karena dia
mengakui seluruh kejahatannya
ditambah Althero juga memaafkan
kesalahan Aurel sebagai bentuk
prihatin terhadap keluarga Hayet.
Dibalik semua itu, entah siapa
yang bersalah, Jinan masih merasa

92
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dirinya lah penjahat di kehidupan
Aurel. Iya, dia tau kalau apa yang
dia lakukan ini mungkin yang
terbaik untuk keluarganya, tapi
tetap saja dia membuat seorang
gadis harus mendekam di balik
jeruji besi. Dingin, seorang diri.
Sambil menunggu di ruang
tunggu dengan nomor antrian,
Jinan memikirkan apa saja yang
akan dia bicarakan nanti dengan
Aurel di dalam sana. Beberapa
makanan kesukaan Aurel juga
sudah Jinan bawakan. Dia gak

93
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tahu ini bisa dia lakukan berapa
lama lagi mengingat saat ini
dirinya sudah bersama Ale. Antara
hati yang dia jaga atau tanggung
jawab yang harus tetap dia
lakukan.
“Pak Jinan Nathanael.”
Jinan berdiri saat namanya
terpanggil. Pintu terbuka
memperlihatkan seorang wanita
yang masih memberikan
senyuman sama padahal sudah dia
khianati begitu besarnya.

94
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Jinan!” sapa Aurel dengan
nada begitu senang.
“Hai, apa kabar.” Jinan ikut
menyapa.
Tidak seperti di film-film
dimana ada kaca penghalang
antara pengunjung dan yang
dikunjungi, di sini hanya sebuah
ruangan saja dengan meja dan
kursi sederhana. Wanita itu duduk
tepat di depannya menggunakan
pakaian sederhana dengan rompi
tahanan. Rambutnya dikuncir rapi

95
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dan mukanya polos tanpa riasan,
tidak seperti Aurel yang dia kenal.
“Aku bawa makanan
kesukaan kamu.” Jinan
mengeluarkan makanan kesukaan
Aurel. “Kamu lagi pengen makan
ini, kan?”
“Padahal aku bilang itu bulan
lalu, kamu masih inget?” Aurel
sedikit bertepuk tangan. “Wah,
aku udah lama banget gak cium
bau burger disini.”
Makanan kesukaan Aurel itu
makanan american style, seperti

96
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
burger atau pizza. Udah pasti
makanan seperti ini gak bakal bisa
Aurel temuin di dalam lapas.
Keluarga Hayet hampir
seluruhnya hancur, tidak ada yang
tersisa dari mereka. Orang tua
Aurel keduanya harus
menghabiskan sisa hidup mereka
di dalam penjara. Seluruh harta
kelurga Aurel habis tak bersisa,
kecuali beberapa persen Jinan
masih menyisakan sedikit properti
untuk kebutuhan Aurel nanti
ketika wanita ini selesai menjalani

97
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
seluruh proses hukum. Sepanjang
itu Jinan memikirkan Aurel.
Bahkan itu semua Jinan lakukan
tanpa sepengetahuan Zacky dan
Johnnatan.
“Gak ada masalah di dalam
sana?” tanya Jinan sambil melihat
Aurel melahap habis seperti orang
yang tidak pernah menyentuh
makanan seperti ini, padahal
biasanya Aurel selalu makan
dengan malu-malu.
Aurel menggeleng. “Gak ada
masalah kok. Don’t worry.”

98
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Bilang ya, kalo ada masalah.
Kamu hapal nomor telepon aku,
tinggal bilang sama petugas.”
Beberapa waktu lalu, Aurel
memang sempat dipindahkan
karena terlibat pertengkaran
dengan penghuni lapas lain. Lapas
ini khusus wanita, Jinan kira
awalnya lebih aman, tapi ternyata
perkelahian antar wanita lebih
menyeramkan, ditambah Aurel
tidak melakukan perlawanan.
“Zacky sudah menikah sama
Gia ya, Ji?” Aurel mengelap

99
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mulutnya sambil sedikit
tersenyum. “Aku lihat di televisi
kemarin, ikut seneng dengernya.”
Jinan hanya terdiam karena
entah perkataan Aurel itu benar-
benar dari hati atau tidak
mengingat wanita ini pernah
bersikap bergitu jahatnya terhadap
Zacky dan Gia.
“Maaf…” Aurel menunduk.
“Aku seharusnya gak—”
“Aku sampein ke Zacky,” kata
Jinan sambil berusaha tersenyum.

100
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Jinan. Aku minta maaf.”
Setiap bulan, Jinan selalu
mendengar kalimat ini. Selalu
sama. Dan yang Jinan rasakan juga
sama. Dia tidak tahu perasaannya
ini bagaimana. Di satu sisi dia juga
merasa bersalah, di satu sisi dia
juga merasa sangat marah.
“Aurel, ada yang aku mau
omongin ke kamu.” Jinan
menegakkan punggungnya.
“Untuk ke depannya, mungkin aku
gak bisa buat datang ke sini lagi.”
“Kenapa…”

101
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan mengepalkan
tangannya, dia tahu ucapan
selanjutnya yang keluar dari
mulutnya akan kembali menyakiti
hati wanita ini. “Aku punya
seorang wanita yang ingin aku jaga
hatinya. Namanya Alyssa. Aku
kenal sama dia hampir setahun
ini.”
Aurel diam, dia meletakkan
burgernya, nafsu makan itu hilang
entah kemana. “Aurel…”
“Kamu sayang sama dia?”

102
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Tanpa pikir panjang Jinan
mengangguk. “Iya, aku sayang
sama dia dan kita sudah dalam
sebuah hubungan.”
Di sinilah Aurel berada, titik
akhir dalam hidup Jinan.
“Coba aja dulu, aku gak begini,
ya, Ji.”
“Iya, coba aja dulu kita gak
saling kenal.” Jinan membenahi
perkataan Aurel. “Ini semua salah
aku, Rel. Dari awal ini semua
kesalahan aku. Aku yang berusaha

103
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
memanipulasi kamu demi
kepentingan keluarga aku.”
Aurel menggeleng. “Engga,
keluarga aku yang salah, kamu gak
salah apa-apa.”
“Dalam hubungan kita, aku
yang jahat. Gak seharusnya aku
pake kamu buat kepentingan
bisnis.” Jinan menghembuskan
napasnya. “Keputusan terburuk
dalam hidupku adalah bertemu
kamu di kantin waktu itu dan
akhirnya memulai semuanya
sampai saat ini.”

104
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Kamu nyesel, Ji?”
“Iya. Kamu berhak
mendapatkan yang terbaik.”
“Tapi aku gak baik.” Aurel
menahan tangisnya. “Aku ini
bukan orang baik, aku cuma
manusia jahat yang berusaha
membunuh saudara kamu dan
merebut kekuasaan keluarga
kamu.”
“Orang tua kamu Aurel, bukan
kamu.”
“Sama aja.” Aurel menatap
Jinan dengan matanya yang

105
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
berkaca-kaca. “Tapi Ji, selama
kamu berpura-pura itu, pernah
gak sekali aja, kamu bener-bener
sayang sama aku?”
Jinan mengalihkan
pandangannya. “Engga sekalipun,
ini semua cuma pura-pura.”
Dari sudut pandang matanya,
dia bisa melihat air mata Aurel
turun begitu saja. “Terus, sekarang
apa yang kamu lakuin sekarang?”
“Bentuk tanggung jawab aku.”
Kini Jinan menatap tajam. Ini
yang harus dia lakukan,

106
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menghapus semua jejak yang
tersisa sehingga tidak ada lagi
sebuah harapan bagi Aurel
terhadapnya. “Aku dibesarkan dari
keluarga baik-baik dan orang tua
aku mengajarkan aku untuk
memanusiakan manusia. Dan aku
di sini, buat bantu kamu jadi lebih
baik dari sebelumnya.”
Aurel benar-benar terdiam.
Mungkin wanita ini cukup terkejut
dengan apa yang diucapkan Jinan.
Selama ini apa yang Jinan berikan
pada Aurel terasa begitu nyata

107
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
hingga Aurel merasa ini bukan
suatu bentuk rekayasa. Hatinya
juga benar-benar jatuh pada Jinan,
hingga detik ini masih tetap sama.
Tidak berubah sama sekali.
“Jinan, makasih ya, udah
jujur.”
Maaf aku harus bohong, Rel.
Jinan hanya bisa diam dan
berbicara dalam hatinya.
Aurel mengusap air matanya
lalu bangkit dari kursi tersebut.
“Mulai bulan depan gak usah
repot-repot datang ke sini lagi, aku

108
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
gak apa-apa di sini kok. Oh ya,
semoga bahagia sama Alyssa juga.
Aku selalu mendoakan yang
terbaik buat kamu.” Aurel
tersenyum sebelum akhirnya pergi
dari ruangan ini. “Bahagia selalu,
Jinan.”
Dari awal jalan mereka tidak
akan pernah sejalan dan Jinan
tahu itu. Maka ketika hatinya jatuh
pada Aurel, suatu saat dia siap
harus menjadi penjahat dalam
hubungan ini.

109
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan menyelesaikan
beberapa pekerjaannya sebelum
akhirnya melakukan zoom
meeting dengan kliennya.
Berbincang selama dua jam
lamanya, memberikan senyuman
terus menerus juga cukup
membuat Jinan lelah,
beruntungnya setelah dia menjadi
manager marketing, Johnnatan
memberikan ruangan sendiri
untuknya jadi dia memiliki privasi
lebih.

110
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan menyandarkan
kepalanya pada kursi kerja sambil
menatap langit-langit ruangan
kerjanya. Pikirannya dipenuhi oleh
kata-kata Aurel tadi pagi.
“Omongan gue apa kelewatan
ya…” kata Jinan pada dirinya
sendiri.
Sebenarnya Jinan sudah
merencanakan untuk
mengucapkan itu dari lama, tapi
setiap Jinan mengunjungi Aurel
entah mengapa mulutnya ini kelu
untuk berucap mengenai

111
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
hubungannya dengan Aurel.
Menatap mata Aurel yang begitu
tidak berdaya membuat Jinan
tidak tega. Dan akhirnya, pagi ini
mulutnya berucap. Dia menarik
napas dalam-dalam beberapa kali
lalu lanjut fokus memandang layar
komputer.
“Kenapa meeting tadi—”
“Astaga!” Jinan tersentak
kaget. “KETOK PINTU DULU!”
Johnnatan mengedipkan
matanya berulang kali lalu
menetuk pintu yang ada di

112
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
belakangnya. Tok! Tok! Tok!
“Udah?”
Jinan memijat pelipisnya.
“Dimana-mana tuh orang ketok
pintu sebelum masuk bukan
sesudah masuk, Pak Johnnatan,”
ujar Jinan berusaha sesopan
mungkin, mengingat ini kantor
bukan rumah mereka.
“Lo kenapa bengong begitu?”
“Kerja, Lah? Kerjaan gue
banyak!” Jinan menunjuk berkas
di depannya.

113
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Johnnatan menyandarkan
badannya di dinding ruangan
Jinan sambil menyipitkan
matanya. “Oh ya? Tadi pagi kenapa
gak ikut morning meeting?”
“Gue nganter Ale, bukannya
gue udah bilang lo ya tadi pagi?”
Jinan berusaha menghindari mata
Johnnatan.
“Kemana, Ji. Jujur aja.”
“Nganter, Ale.”
Johnnatan menghembuskan
napas dan menekuk kedua

114
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tangannya di depan dada. “Masih
lo ngurusin Aurel?”
Tangan Jinan langsung
berhenti mengetik.
“Keluarga kita udah cukup
baik sama dia, lo juga udah cukup
baik sama dia. Jadi udahlah, mau
sampe kapan lo ngurus dia terus.”
Jinan berdecih. “Lo gak
ngerasain apa yang gue rasain,
Kak.”
“Lo mau bilang lo harus
tanggung jawab karena lima tahun
hubungan pura-pura itu? Oke fine,

115
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
kita udah kasih dia pengampunan
yang kita bisa. Apa lagi?”
Jinan terdiam, dia bisa
mendengar Kakak laki-lakinya itu
benar-benar muak.
“Gue tahu kok perasaan
bersalah lo sama Aurel, Ji. Tapi,
coba pikirin Ale juga. Gimana
posisi dia kalo dia tahu lo kesana
terus?”
“Gue udah cerita tentang
Aurel ke Ale.”
“Gue yakin cuma sebagian,”
tebak Johnnatan. “Ya, anggap aja

116
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale sepengertian yang lo kira, tapi
apa lo tega buat dia pengertian
terus sama hal ini?”
Perkataan Johnnatan rasanya
menampar Jinan berulang kali.
Dia seperti disadarkan bahwa apa
yang dilakukannya tadi itu
memang benar.
“Udah,” ucap Jinan singkat.
“Udah apa?”
“Udah selesai.” Kali ini Jinan
berani untuk membalas tatapan
mata Kakaknya. “Kalo lo mikir
selama gue pura-pura sama Aurel

117
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
gue gak sayang sama dia, lo salah,
Kak. Gue sayang sama dia
meskipun gue tau akhirnya
gimana. Tapi tadi… Gue bohong ke
dia buat mengakhiri semuanya.”
Johnnatan bisa melihat ada
sesuatu yang patah di sana. “Gue
gak mau terus-terusan nyakitin
hati orang lagi jadi cukup di Aurel,”
lanjut Jinan.
Karena ketika menjadi
penjahat di hidup orang lain,
kebahagian di hidup sendiri tidak

118
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
akan pernah terasa nyata
adanya.
Setiap Jinan merasakan
kebahagiaan bersama Ale,
pikirannya selalu terdistraksi,
dirinya pernah menyakiti
seseorang. Dia jadi takut,
bagaimana jika dia melakukan hal
yang sama pada Ale?
Johnnatan menepuk pelan
pundak Jinan. “Mulai sekarang,
apapun yang terjadi, gue yang akan
bantu lo buat dapetin kebahagian
itu.”

119
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Lahir di keluarga yang super
atletik membuat Ale terbiasa
dengan yang namanya olah raga.
Bukan terbiasa sih, justru bisa
dibilang olah raga sudah jadi
bagian dari hidupnya, kalau gak
dilakuin rasanya ada yang kurang.
Makanya badan Ale dengan
sendirinya terbentuk lebih berotot
dari wanita pada umumnya. Kalau
kata Aslan, Ale bukan seorang
wanita.

120
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Sejak kecil orang tua Ale
sudah memberikan berbagai
macam bentuk latihan bela diri
untuk puteri terakhirnya ini.
Selain untuk menjaga diri,
memang menjadi suatu kewajiban
kalau anggota Syahreza harus bisa
melalukan perlawan dan pertahan
terhadap dirinya sendiri.
Oleh karena itu, jangan
pernah meremehkan wanita
bernama Alyssa Flora Syahreza.
Ingat kata Aslan, dia ini bukan

121
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
seorang wanita jika sudah beradu
kekuatan.

Ale terkekeh mengetik pesan


untuk kekasihnya ini. Semenjak
pacaran dengan Ale, Jinan juga
jadi hidup sehat. Ini karena faktor
paksaan sih, Ale sering ngejek
122
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan dengan sebutan ‘otot
lembek’ padahal otot Jinan gak
selembek itu kok justru cenderung
bagus dan terbentuk. Tapi Jinan
cukup insecure dengan badan Ale
yang jauh lebih atletis ditambah
abang-abang Ale yang beehhhh.
Udah deh, mulai aja ngegym dulu,
batin Jinan.
“Dokter Ale, akhir-akhir ini
sering senyum-senyum sendiri
terus, deh,” ucap Suster Alicia yang
bekerja di kliniknya.

123
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale ikut tersenyum. “Ah, masa
sih?”
“Iya, itu pipinya merah
banget.”
Duh, Ale jadi malu. Dia
memegang pipinya sendiri. Orang
kalau sedang jatuh cinta tuh
kenapa jadi sebego ini ya? Ale juga
heran. Soalnya dia jadi suka
senyum-senyum sendiri kalau di
klinik lagi senggang begini.
Memori-memori menyenangkan
antara dia dengan Jinan tiba-tiba
saja bisa lewat di kepalanya.

124
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Selama Ale hidup, baru kali ini dia
merasakan hal semacam ini.
Maklum, sepanjang dia hidup
memang dipenuhi oleh
ketegangan. Namanya juga
Syahreza.
“Suster,” panggil Ale sambil
melihatkan foto Jinan yang
mengangkat beban. “Memang
boleh ya, orang angkat beban jadi
lucu begini?”
Suster Alicia tertawa. “Aduh,
maaf loh, saya ikutan ketawa.”

125
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“It’s fine, memang lucu kok.”
Ale juga tertawa.
“Pacar dokter Ale?”
Ale mengangguk. “Iya,
hehehe.”
Jantungnya sedikit berdegup
ketika mengungkapkan fakta ini
namun juga senang dalam waktu
yang bersamaan. Selama ini
mereka tidak pernah bisa
mengungkapkan hubungan ini ke
publik, jadi Ale sedikit sedih gak
bisa membanggakan Jinan di
depan banyak orang padahal dia

126
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ingin sekali-sekali pamer
mengenai kekasihnya ini.
Selesai dengan urusan klinik,
Ale langsung menuju tempat gym.
Hari ini dia juga harus ngelatih
ototnya kalau engga bisa sakit
semua badannya. Sebenarnya di
rumahnya juga ada tempat gym,
tapi yang namanya olah raga itu
harus ada suasana baru jadi Ale
memilih tempat gym yang
biasanya Jinan datangi.
Baru saja tiba, Ale
merenggangkan tubuhnya buat

127
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
pemanasan, dia dikejutkan oleh
Aslan dan Jinan yang sedang asik
menyiksa Jinan di area angkat
beban. Ale langsung melihat jam
tangannya, ini sudah dua jam sejak
Jinan terakhir mengabarinya.
Selama itu pacarnya di siksa sama
si topeng monyet sialan ini?!
“ASLAN!” teriak Ale buru-
buru saat Aslan yang lagi cosplay
jadi personal trainer Jinan.
“Eh, lu ngegym di sini?” Aslan
yang kebingungan sedangan Jinan

128
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
yang keadaannya sudah
mengenaskan.
Ale langsung mengangkat
beban yang Jinan berusaha angkat
dengan satu tangannya dan
melempar ke sembarang tempat.
“Mulai dari jam berapa?”
“Hm…” Aslan melihat jam.
“Baru juga satu…dua jaman lah.”
“Orang gila.” Ale membantu
Jinan bangun. “Bangun, Ji.”
“Kenapa, sih?”
“Lo kebiasaan kalo di tempat
gym maksa orang buat ngelakuin

129
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
hal yang biasa lo lakuin,” gerutu
Ale kesal.
“Ya, kalo gue bisa, semua
orang bisa lah,” kata Aslan santai.
“Kemampuan orang beda-
beda, otot lo sama Jinan beda, kalo
dia cedera gimana? Liat beban
yang lo kasih langsung tiga puluh
kilo, gak pake otak ya lo!”
Aslan sontak kaget. “Anjrit,
ngapa lo marah-marah dah. Dia
biasa ngegym disini bareng gue.”
Saat mata Aslan melihat Jinan
berusaha meminta pertolongan,

130
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
justru Jinan malah mengalihkan
pandangannya. Wah si bangsat,
Aslan dalam hati.
Ale benar-benar marah
sekarang membuat Aslan tidak
bisa mengucapkan sepatah kata
pembelaan lagi. Menurut Aslan
disituasi seperti ini juga percuma
kalau dia melakukan pembelaan,
intinya wanita selalu menang!
“Kita buktiin kalo omongan lo
bener.” Ale menarik kerah baju
Aslan dengan kasar.

131
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Eh… Le…” Jinan ikut bangkit
kebingungan sendiri sedangkan
Aslan memejamkan matanya
karena tau apa yang bakal Ale
lakukan terhadapnya.
Ale menarik Aslan pada
sebuah ring tinju yang ada di
dalam tempat gym itu. Lebih dulu
Ale masuk ke dalam ring tinju
sedangkan Aslan masih
menghembuskan napasnya
melihat Ale dari luar.
“Kenapa? Takut?” kata Ale
sambil menarik ujung bibirnya.

132
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Elu yang babak belur ntar,”
balas Aslan sombong. “Turun, Le.”
“Pake pelindung, gue takut lo
berdarah.” Ale sedikit tertawa.
Beneran lagi diejek dia.
Bukannya apa-apa, kalau soal one
by one begini, Ale gak bisa
diremehkan. Dan, apa yang
diucapkan Ale, beneran bisa jadi
kenyataan.
Aslan masuk tanpa pelindung
apapun. “Raw aja kita, one set.”
Artinya mereka akan memulai

133
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
pertarungan ini tanpa
perlindungan apapun.
“Deal.”
Jinan kayak orang bodoh
melihat hal ini. “Guys… Harus
banget begini?”
“Ji, siapin P3K.” Ale
tersenyum. “Ada yang butuh
nanti.”
Start. Ale mulai maju lebih
dulu dengan kedua tangan yang
melindungi wajahnya. Kaki kanan
maju dengan bertahap,
memojokkan Aslan yang perlahan

134
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mundur mencari celah untuk
melayangkan pukulannya. Tepat
seperti dugaan Ale, Aslan
mengincar ulu hatinya agar
permainan ini cepat selesai tapi
dengan cepat Ale melakukan side
kick cukup keras pada kaki
belakang Aslan.
“Argh!”
Jinan ikutan meringis seolah-
olah itu kakinya, sakitnya beneran
kerasa.
Disaat lengah begini, Aslan
mengambil celah, dia langsung

135
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
memukul keras lengan Ale hingga
wanita itu sedikit sempoyongan.
Gak hanya satu pukulan, Aslan
kembali memberikan pukulan lagi
dan Ale kembali memberikan
perlindungan pada dadanya.
Tapi saat Aslan maju
kearahnya, disanalah kaki Ale
langsung menendang lutut Aslan
sehingga Aslan kehilangan
keseimbangan. Diambilnya leher
Aslan dari belakang dan dikunci
dengan cukup kencang dengan

136
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
cukup kuat sampai Aslan
kehilangan napas.
“Uhuk…uhuk…” Aslan
langsung menepuk lengan Ale
sebagai tanda dia menyerah.
“Lemah,” ucap Ale lalu
melepas kunciannya. Disini Jinan
tersenyum bangga sih, Ale juga
mengedipkan sebelah matanya
pada Jinan, seperti berhasil
membalaskan dendam pacarnya
ini.
“Gue lagi baik hati aja,
biasanya juga habis lo kalo sama

137
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
gue.” Aslan berdiri sambil
mengusap lehernya yang
memerah.
“Lain kali, jangan
sembarangan lo nyuruh-nyuruh
orang angkat beban terlebih itu
Jinan. Ngerti lo.” Ale memberikan
tatapan sadis.
Aslan menatap Jinan dan Ale
secara bergantian. “Kenapa lo
belain Jinan sebegitunya?”
Oke, di sini Ale sama Jinan
gak ada yang bisa jawab. Keduanya
gak tahu harus memberikan alasan

138
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bagus seperti apa pada Aslan
terlebih Aslan sudah menatap
mereka dengan tatapan curiga.
Dengan segala cara yang
terpikirkan, hanya cara ini yang
terlintas di kepala Ale. Sorry, Lan,
tapi lo belom boleh tau sekarang.
Bhug! Dengan tiba-tiba satu
pukulan mendarat di hidung
Aslan. Iya, itu tangan Ale. Jinan
membuka mulutnya lebar-lebar
karena darah kental mengalir di
sana.

139
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Bangsat…” Aslan memegang
hidungnya. “BANGSAT!”
Ale membasahi bibirnya.
“Don't ask too many questions,
remember our rules.”
Jinan menyerahkan kotak
P3K yang dari tadi dia genggam ke
sebelah Aslan lalu dengan cepat
menyeret Ale keluar buat kabur
keburu Aslan memakan mereka
hidup-hidup.

“Kamu beneran mau cari mati


di depan Aslan, Le?”
140
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Dengan sisa napas, Jinan
masih ngomelin Ale. Dia juga
ngecek kondisi Ale yang habis—
entah lah, bertarung dengan kakak
laki-lakinya sendiri? Jinan pusing
sendiri.
“Habisnya dia nyebelin
banget! Kamu kan jarang nge-
gym, terus tiba-tiba nge-gym dua
jam dengan angkat beban seberat
itu nanti cedera, Ji!” Jinan masih
memeriksa kondisi Ale. “I’m fine,
udah biasa kok.”

141
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Udah biasa berantem sama
Aslan begitu?” tanya Jinan
bingung.
“Ya… Iya?” Demi Tuhan Jinan
udah gak tau mau menanggapi Ale
bagaimana lagi. Tangannya cuma
mencubit pipi Ale gemas. “Sakit,
Ji!”
“Di cubit sakit? Ini namanya
manja!”
“Kan, manja sama kamu! Kalo
sama Aslan sih ogah!” Terpujilah
Aslan, entah berapa kali namanya
disebut hari ini. Siapa suruh doyan

142
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
banget jadi pengerusuh disetiap
hubungan orang.
“Gak bisa, gak bisa,” ucap
Jinan membuat Ale bingung.
“Bukan saatnya kamu yang manja,
lihat nih, Le. Lengan saya sakit
banget habis angkat beban.” Jinan
menunjuk lengannya.
“Nyeri ya? Besok bakal lebih
nyeri lagi loh.” Ale mulai memijat
pelan lengan Jinan.
“Sakit, Le…” Nada Jinan
memanja.

143
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Aslan nakal banget!
Seharusnya tadi aku tonjok lebih
keras biar patah hidungnya!”
Bentar, Jinan kok jadi
merinding. “Eh, hidung Aslan gak
apa-apa kan itu?”
“Gak kenapa, cuma mimisan
doang. Dia udah biasa mimisan
begitu,” jawab Ale sangat santai.
“Kok kamu tau? Kayaknya
saya dengar pukulan kamu
lumayan keras tadi.”
“Aku udah sering matahin
hidung orang, gak begitu suaranya.

144
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Santai aja, Ji. Udah yuk, kamu
pasti laper habis keluarin kalori
banyak. Mau makan apa, hm?”
Untuk kesekian kalinya Jinan
dibuat terdiam seribu bahasa. Dia
kayaknya harus super hati-hati
sama pacarnya ini, salah langkah
habis sudah hidungnya. “Babe, aku
beneran laper habis emosi sama
Jinan. Ayo kita makan,” lanjut Ale
jadi super manja. Jinan hanya bisa
tersenyum sambil mengacak
rambut Ale. Dia mencium sekilas

145
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
pipi Ale sebelum akhirnya mereka
berjalan menuju mobil Jinan.
Banyak sisi yang buat Jinan
kadang terkejut, tapi dari semua
sisi itu, Ale selalu kembali menjadi
Ale yang Jinan kenal ketika di
depannya. Itu yang Jinan suka.
Sedangkan di balik pintu,
Aslan terdiam dengan handuk
yang masih dia pegang di
hidungnya untuk menahan darah
yang mengalir. Hanya memandang
lurus dengan punggung yang
meyandar di dinding. Baru kali ini

146
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dia mendengar suara adiknya bisa
seceria itu, biasanya boro-boro deh
yang ada bawaannya seperti dunia
ini mau kiamat.
“Kenapa harus Althero, Le…”
gumam Aslan sambil mengusap
wajahnya frustasi.

Hari ini klinik lumayan rame,


Ale sampe kewalahan. Profesi Ale
sebagai dokter gigi ini sebenarnya
tidak begitu disetujui oleh
keluarganya tapi Ale ingin
mencoba menjalani kehidupan
147
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
normal. Ditambah, dulu yang
menunjang dia melanjutkan
jurusan kedokteran adalah Akbar.
Ya, apalagi kalau bukan karena
cinta pertama yang gagal.
Ale gak pernah menyesal kok
menjadi seorang dokter.
Menurutnya cukup
menyenangkan bisa membantu
orang untuk menyembuhkan dari
berbagai penyakit, apalagi menjadi
seorang Syahreza cukup sulit
menjalani kehidupan yang

148
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
normal-normal saja. Bisa dibilang
dia ini beruntung.
Syahreza, berarti harus hidup
dalam kehati-hatian karena
kekekuasaan yang mereka miliki
sangat besar oleh kerena itu
mereka harus tetap waspada setiap
saat. Kakak pertamanya, Alpha
Cario Syahreza atau Bang Al, harus
menjadi tombak keluarga dimana
dia lah puncak kekuatan keluarga.
Jadi, kadang sifat kerasnya bisa
dimaklumi. Sedangkan, Aslan
merupakan wajah dari keluarga

149
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Syahreza. Dia memiliki peran
cukup penting, yang mana sesuai
dengan sifatnya seluruh orang
harus mengenalnya sebagai salah
satu Syahreza. Ada kelebihan dan
kekurangan dari posisi Aslan, dia
bisa dihormati, tapi dia juga bisa
jadi sasaran empuk dalam waktu
yang bersamaan. Ale? Tidak
banyak yang tahu kalau dia adalah
Syahreza. Terbukti dari pertemuan
pertamanya dengan Jinan. Hanya
segelintir orang saja yang tahu
bahwa Ale ini Syahreza. Lebih

150
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tepatnya, keluarganya ingin
melindungi Ale seutuhnya.
“Oke, hari ini cukup sampe
disini, selebihnya saya yang bakal
handle, kalian boleh pulang,” kata
Ale ke seleruh petugas medis di
klinik. Waktu sudah menunjukkan
pukul sembilan malam, staff medis
sudah bekerja cukup lama jadi Ale
gak mungkin menyuruh mereka
lembur lebih lama lagi.
“Tapi, ada satu pasien lagi
Dokter, sudah menunggu dua jam
di lobby,” kata salah satu petugas.

151
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale langsung mengerutkan
keningnya. “Daftar pasiennya
sudah selesai saya tangani semua
kok.” Ale mengecek sekali lagi.
“Iya, saya sudah tangai semua.”
“Tapi…”
Ale tersenyum sambil
menepuk staff medisnya. “Pulang
saja, saya handle sendiri.”
“Beneran, Dok?”
“Iya, lewat pintu belakang,
ya.”

152
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Sisa staff medis yang bekerja
pulang dengan wajah yang curiga,
sebenarnya apa yang terjadi?
Ale masuk ke dalam
ruangannya dengan
mempersiapkan semua senjata
yang ada di laci meja kerjanya.
Bang Al sudah menyiapkan semua
ini untuk jaga-jaga apabila sesuatu
yang tidak diinginkan terjadi. Dan
saat ini perasaan Ale tidak enak,
dia rasa musuh yang Aslan kejar
tempo lalu sudah mengetahui
keberadaannya sekarang.

153
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Perlahan Ale keluar dengan
pistol yang sudah siap di kedua
tangannya. Matanya sedikit
mengintip memalui celah namun
orang yang staffnya bilang tidak
ada di tempat.
“Looking for someone?”
Ale menahan napasnya
dengan cepat pistol itu dia arahkan
namun nahasnya tangannya
dengan cepat ditahan ke atas.
“Hello, Alyssa.”
“Hero?”
“Miss me?”

154
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Wajah tak asing memberikan
senyuman sapa membuat Ale kini
bisa membuang napasnya lega.
“Gue hampir mati jantungan!”
“Hahahaha, udah lama gak
main petak umpet begini.”
“Dasar orang gila.”
Perkenalkan laki-laki gila
sekaligus satu-satunya teman yang
Ale punya, Yamaguchi Hiro atau
yang biasanya dipanggil Hero.
Cucu pertama dari keluarga besar
Yamaguchi tapi dibesarkan di
Australia untuk disembunyikan

155
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
karena perpecahan yang terjadi di
organisasi Yakuza Jepang
beberapa tahun terakhir. Pada
dasarnya, Hero adalah pewaris
utama organisasi tersebut.
“Kok pertanyaan gue gak
dijawab?” Hero dengan wajah
tajamnya mendekat. “Miss me?”
“Oh God, I miss you so much!”
Ale langsung lompat memeluk
Hero membuat Hero tertawa dan
membalas pelukan Ale.
Ale dan Hero memang
dibesarkan bersama karena orang

156
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tua mereka yang memiliki aliasi
yang dekat dan kuat. Berbeda
dengan Aslan yang memang suka
ngajak ribut Ale, Hero lebih
menuruti apa yang Ale inginkan.
Hero juga anak yang pendiam, dia
memiliki kebiasaan berjalan
dibelakang Ale hingga memiliki
julukan personal bodyguard
Alyssa. Ya, itu gak salah sih,
karena apapun yang terjadi Hero
akan selalu berada di pihak Ale.
Kalau ditanya, kenapa dia
melakukan itu? Jawaban Hero

157
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
cuma satu, dia hanya mempercayai
Ale. Tidak seperti Ale yang
memiliki saudara lain, Hero ini
anak tunggal dan selama dia hidup
dia hanya mengenal Ale sebagai
orang yang paling dekat dengan
dirinya. Mungkin karena itu dia
percaya dengan Ale.
“Lo udah ketemu Bang Al?”
tanya Ale sambil melepaskan
pelukan itu.
Hero mengangkat kedua
bahunya. “Dia juga pasti udah tau

158
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
gue dateng. He knows everything
right?”
Ale dan Hero sejenak saling
tukar pandang lalu tawa keduanya
pecah. Agak durhaka tapi memang
suka ngomongin Bang Al sih,
habisnya tu orang ajaib banget.
Tawa Hero sama Ale langsung
berhenti saat pintu lobby klinik
terbuka. Ale sedikit menyipitkan
matanya karena lampu klinik yang
sedikit remang-remang akibat
Hero matikan—tadi habis ngerjain
Ale. Ketika Ale menyadari siapa

159
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
yang baru saja masuk, dia
langsung menepis tangan Hero
yang masih bersandar pada
pinggangnya.
“Jinan…”
Jinan cuma mengangguk
singkat. “Oh, ada tamu,” ujarnya
singkat lalu hendak berjalan
keluar.
“Ji—”
“Kenapa, Le?” Jinan memutar
badannya. “Siapa?”

160
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale membasahi bibirnya. “Ini
Hero, temen aku.” Ale menunjuk
Hero. “Hero, ini… Jinan.”
Hero yang berada di suasana
aneh ini cuma mengangkat kedua
alisnya dan mengulurkan
tangannya santai. “Hero.”
“Jinan.” Jinan membalas
uluran tangan tersebut. “Pacar
Ale.”
Rasanya jantung Ale detaknya
hilang entah kemana setelah
mendengar ucapan itu. Jangankan
Ale, Hero yang pada dasarnya irit

161
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ekspresi ini aja bisa terkejut. Mata
Hero membulat sempurna bahkan
dengan cepat menoleh ke Ale.
“Sorry?” ucap Hero kayaknya
dia salah dengar.
Batin Jinan, lah mau ngulang
bang?
Jinan tersenyum sinis. “Jinan
Nathanael Althero, pacar Alyssa.”

162
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Bagian Tiga

Ale terus berkutik dengan


teleponnya berusaha meyakinkan

163
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan dengan apa yang terjadi
semalam meskipun bisa ditebak
sih ngambeknya Jinan bakalan
lama.
“Masih salah paham?” tanya
Hero sambil melepas helmnya.
Saat ini mereka lagi ada di
lapangan berkuda. Olah raga
berkuda atau Equestrian
merupakan salah satu olah raga
favorit Ale dan Hero, biasanya
mereka selalu melakukan olah
raga ini jika memiliki waktu luang.

164
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Lebih rumit dari yang gue
bayangin,” jawab Ale lalu berdecak
kesal karena Jinan tidak menjawab
pesannya lagi.
“Did Alpha know about this?”
“Of course not!” kata Ale
panik. “Dan lo udah janji buat
rahasiain ini sementara waktu.”
Keduanya bersandar pada
kayu pembatas, melihat dua kuda
mereka yang berjalan sangat
tangguh.
“Lo gak bisa sembunyiin ini
selamanya, Le.”

165
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gue tau hubungan ini gak
selamanya bisa disembunyiin dari
Alpha.”
“I’m not talking about you
with him?” Hero menoleh. “I’m
talking about your family. Did
Jinan know about Syahreza, I
mean the real Syahreza family?”
Ale terdiam, dia tidak bisa
menjawab pertanyaan itu karena
sejujurnya dia tidak memikirkan
sampai sejauh itu.
“Gimana cara lo menjelaskan
ke dia, Le?” Hero menyeringai.

166
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Kalo peraturan keluarga lo sendiri
aja, menjelaskan tanpa
pertanyaan.”

Dari pagi ini mood Jinan


memang gak baik, semua orang di
kantor kena ocehannya. Kebetulan
juga kerja tim marketing gak ada
yang bener, proposal mengenai
rencana kerja mereka sangat
berantakan padahal meeting
dengan klien akan dilaksanakan
satu jam lagi. Alhasil Jinan harus
mengeluarkan kata-kata tajamnya.
167
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Selama menjabat menjadi
manager marketing, Jinan
tergolong atasan yang baik, gak
kayak Zacky yang memang
terkenal dengan sebutan boss
galak. Jinan lebih dekat ke para
bawahannya, dia juga bukan
atasan yang suka asal perintah,
bahkan dia lebih sering pasang
badan kalau ada kesalahan yang
dilakukan anak buahnya.
Pokoknya selama Jinan menjabat
sebagai Manager Marketing, anak
marketing hidupnya terjamin.

168
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Tapi ya, namanya kerja, gak
melulu soal enak aja pasti ada
saatnya tekanan datang.
“Gak seharusnya kayak gini,
proposal sesimple ini banyak
sekali salahnya. Baru awal kalimat
saja sudah banyak tanda baca yang
salah.” Jinan membuang proposal
itu ke tempat sampah. “Saya gak
mau tau, tiga puluh menit lagi
semua sudah selesai. Saya tunggu
di ruangan saya.”
Satu ruangan langsung panik
saat Jinan keluar. Buru-buru

169
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mereka bergerak kesetanan
mengerjakan laporan itu.
Jinan masuk ke dalam
ruangannya, dia sendiri yang turun
tangan membenahi seluruh
kerjaan anak buahnya yang gak
beres. Waktunya udah sangat
mepet, dia gak bisa mempercayai
siapa-siapa lagi sekarang
ditambah pikirannya yang cukup
kacau. Kalau sampai klien yang ini
juga ikutan menghancurkan
harinya, entahlah, mungkin
pulang nanti Jinan akan gila!

170
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan tahu, marahnya ini
mungkin berlebihan. Tapi tetap
saja dia ini cemburu.
Hubungannya dengan Ale sudah
menyentuh lebih dari enam bulan
bahkan mereka kenal sudah satu
tahun lebih. Jinan sudah
menceritakan tentang apa yang
terjadi di hidupnya. Tentang Aurel,
sudah Jinan ceritakan, ya, tidak
perlu Jinan ceritakanpun Ale
sudah mengetahui karena itu
bukan rahasia umum. Mungkin
ada beberapa hal saja yang Jinan

171
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
belum sempat ceritakan. Namun,
Jinan bahkan tidak mengetahui
apapun tentang Ale.
Apakah Ale menyembunyikan
semuanya karena dia tidak percaya
pada Jinan atau menganggap
Jinan hanya sebuah permainan
semata?
Oke, dia harus kembali fokus
pada pekerjaannya. Kayaknya hari
ini di gak sial-sial banget. Terima
kasih pada jalanan yang macet jadi
klien telat untuk datang meeting
sehingga Jinan punya cukup waktu

172
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
untuk membenahi proposal itu
jadi lebih baik lagi. Meetingpun
berjalan dengan lancar.
Setidaknya hari ini Jinan bisa
sedikit bernapas lega lah, ya.
Walaupun mukanya masih bete
membayangkan Ale dan Hero
sekarang.
“Gue curiga sebenernya Pak
Jinan nih lagi berantem sama
pacarnya,” bisik Dewi salah satu
tim marketing.
Andre mengangguk. “Gue juga
setuju, sepengamatan gue muka

173
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Pak Jinan paling gampang ditebak
kalo ada masalah. Gak kayak Pak
Zacky atau Pak Johnnatan.”
“Pak Johnnatan mukanya flat
anjir, gak punya ekspresi.”
“Pak Zacky lebih flat gak sih?”
“Gak kebayang kalo di rumah
mereka komunikasinya gimana,
tegang dah berasa interview kerja
kali , ya?”
Johnnatan di belakang
mereka lewat dengan
menghentakkan kaki, sengaja agar
para anak buahnya ini berhenti

174
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
untuk bergossip. Langsung deh
semuanya pura-pura sibuk, ada
yang sibuk ngecek berkas, satunya
sibuk benerin rambut, ada juga
yang pura-pura ngetik padahal
laptop lagi mati.
Sebenarnya ini gak hanya
disadari oleh karyawannya saja,
Johnnatan juga. Selama meeting
Johnnatan sesekali
memperhatikan Jinan yang
kebanyakan tidak fokus, lebih
banyak melihat teleponnya hingga

175
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
harus berkali-kali Johnnatan
peringati.
Baru saja Johnnatan hendak
menghampiri, tapi adiknya itu
sudah berlari entah kemana.
Jinan mengangkat telepon
tersebut buru-buru. “Iya, Pak?
Rumah sakit mana? Abi Husada?
Saya kesana sekarang!”
Dia berlari sampai
mengabaikan panggilan
selanjutnya yang muncul di layar
teleponnya.

176
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan memarkirkan mobilnya
sembarangan. Dia langsung berlari
menuju unit gawat darurat.
Petugas lapas baru saja menelepon
Jinan bahwa Aurel terlibat
perkelahian sehingga harus segera
dilarikan ke rumah sakit. Jinan
tidak mendengar apa yang
dikatakan pertugas lapas setelah
itu karena dia langsung berfokus
pada rumah sakit mana yang
menjadi tujuan Aurel.
Dengan napas tersenggal-
senggal Jinan menghampiri

177
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
kerumunan petugas berseragam
yang berkerumun. Tentu saja,
Jinan tidak diperkenankan masuk.
“Maaf—”
“Saya walinya,” kata Jinan
dengan cepat.
Salah satu petugas yang
memang sudah mengenal Jinan
akhirnya membiarkan Jinan untuk
masuk ke area tersebut.
Hal pertama yang Jinan
lakukan adalah mencari
keberadaan Aurel. Terlihat wanita
itu terluka dibagian dahi, pipi, dan

178
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
beberapa di badannya. Ini sudah
dapat Jinan tebak kalau Aurel lagi
dan lagi pasti terlibat
permasalahan dengan orang-
orang di dalam lapas. Memang
berita tentang keluarga Hayet
sebesar itu, terlebih keluarga
Hayet ini dulunya adalah orang
kaya yang menindas kaum miskin,
jadi kebencian mereka semakin
menjadi-jadi.
“Aurel!”

179
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Aurel yang selesai mendapat
penanganan, terkejut melihat
kedatangan Jinan. “Jinan?”
“Kamu kenapa bisa begini!”
Jinan memeriksa beberapa luka di
tubuh Aurel.
Aurel hanya bisa
menghembuskan napasnya. “Gak
kenapa…”
“Kan, aku bilang kalo ada apa-
apa hubungin aku!”
“Ji!” Aurel ikut meninggikan
nada bicaranya. “Aku gak apa-
apa.”

180
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gak ada salahnya minta
tolong, Rel.”
“Salah kalo orangnya kamu.”
Aurel membuang pandangannya.
“Kamu ngapain dateng,
seharusnya kamu gak usah dateng
ke sini.”
“Kepala sipir hubungin aku.”
“Ah, aku lupa hapus nomor
kamu sebagai nomor emergency
aku. Aku bakal rubah nanti.”
Ketika Aurel hendak pergi
lengannya ditahan oleh Jinan.
“Rel, gak gini.”

181
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gak gini, gimana sih, Ji?”
Perdebatan mereka
terintrupsi oleh dering telepon
Jinan. Itu dari Ale. Dan Jinan tidak
langsung menerima panggilan
tersebut, dia masih menatap Aurel
lalu kembali menatap layar telepon
tersebut sampai akhirnya
panggilan tersebut mati dengan
sendirinya.
“Shit!” Jinan memaki
pikirannya sendiri yang berpikir
kenapa harus berpikir dua kali.

182
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Yeah, shit,” sahut seseorang
membuat Jinan dan Aurel
menoleh.
Ale dengan Hero
memperhatikan mereka berdua
dari tadi. Sebuah kebetulan yang
menarik, mempertemukan mereka
disini.
Tanpa sengaja, saat berkuda
tadi Ale terjatuh sehingga kaki
kirinya sedikit bengkak.
Sebenarnya sih Ale merasa gak ada
yang salah dengan kaki kirinya itu
tapi Hero mengatakan untuk

183
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
berjaga-jaga saja mereka ke rumah
sakit. Awalnya rumah sakit ini sepi
dan bisa saja Ale mendapatkan
perawatan exlusive mengingat
pemilik rumah sakit ini berteman
dekat dengan keluarganya, namun
ini hanya sakit ringan jadi Ale
memutuskan untuk berdiam di
unit gawat darurat saja. Eh, tiba-
tiba unit ini rame oleh orang-orang
berseragam lengkap. Setelah Ale
menerima informasi, ada
perkelahian di dalam lapas
perempuan jadi beberapa area

184
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dituutup untuk sementara waktu.
Dengan terpaksa Ale terjebak di
sini bersama Hero. Siapa sangka
dia mendengar suara seseorang
yang justru mengabaikan
panggilannya?
“Ale!” panggil Jinan berusaha
mengejar Ale yang kini berada di
basement parkiran rumah sakit.
“Kenapa manggil-manggil?
Ikutin aja itu pacar kamu si
narapidana,” sarkas Ale.

185
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Alyssa!” Jinan langsung
menarik tangan Ale. “Kamu ini
salah paham.”
“Salah paham terus. Kemarin
kamu yang salah paham terus
sekarang aku yang salah paham.
Hubungan kita ini memang salah
paham terus, ya?” Ale menepis
tangan Jinan.
“Saya gak tahu kamu telepon
saya terus saya juga panik—”
“Mau sampe kapan kamu
ngurusin dia?” Ale menatap Jinan

186
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
penuh kekesalan. “Aku kurang
pengertian apa sih, Ji?”
“I’m done with her. Aku
bener-bener udah selesaiin
semuanya tapi tadi gak mungkin
saya biarin anak orang luka
sendirian, Alyssa.” Jinan berusaha
memberikan pembelaan. “Saya
mohon kamu ngerti.”
“And how about me?” Ale
menunjuk dirinya sendiri. “How
about me! Bisa-bisanya kamu
abaikan gitu aja panggilan dari
aku? Gimana kalo aku juga

187
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
kenapa-napa? Apa kamu bakal
ngelakuin hal yang sama? Apa
kamu bakal lari-lari kayak tadi?”
Tak ada pembelaan lagi yang
keluar dari mulut Jinan. “That was
a mistake…” Jinan mengambil
tangan Ale. “I’m sorry, Le.
Mungkin maksud saya tadi
berusaha menghargai Aurel tapi
saya gak tahu kalau saya justru
menyakiti kamu. Maaf itu
kesalahan saya.”
Ale membuang napasnya
sambil mengacak rambutnya

188
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sekilas, saat matanya hendak
menatap mata Jinan, ujung
matanya menangkap sosok yang
dari tadi memperhatikan mereka
diam-diam. Dari pakaian dan
gerak-geriknya yang mulai
mendekati mereka, Ale tahu ada
sesuatu yang gak bener akan
terjadi.
“Jinan, masuk mobil,” ucap
Ale menatap orang itu yang kini
sudah menyadari bahwa
keberadaannya diketahui.

189
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan dengan bingung
bertanya, “kenapa, Le?”
“Masuk ke mobil sekarang!”
Ale mulai meninggikan nada
bicaranya.
Belum sempat Jinan berucap
lagi, Ale sudah menariknya ke
belakang. Lantas mulut Jinan
langsung menganga ketika
wanitanya itu menendang seorang
laki-laki berjaket hitam lengkap
dengan topi dan masker yang
menutupi mukanya.
“Ale!!”

190
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan semakin kaget ketika
laki-laki itu mengeluarkan pisau,
tapi ketika dia hendak mencegah
Ale justru Ale kembali
mendorongnya menjauh. Yang
bikin kagetnya lagi, Ale dengan
mudahnya membuat laki-laki itu
jatuh tak berdaya. Ale merebut
pisau itu dengan lebih dulu
menendang wajah laki-laki
tersebut menggunakan kaki
jenjangnya, dengan mudah dia
menekan leher menggunakan high
heelsnya.

191
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Who the fuck are you?” Ale
semakin menekan leher itu.
“Answer my question.”
“Ale—” Suara Jinan cukup
panik mendengar Ale menyiksa
laki-laki itu dengan mudah.
“Siapa yang berani ngirim
anda ke sini.” Kaki Ale berpindah
ke dada dan pisau itu Ale sayatkan
ke pipi. “Kamu gak tau siapa saya.”
Orang yang tergeletak itu
justru tertawa dengan nada
psikopat membuat Ale semakin
geram. “Alyssa Syahreza. Ternyata

192
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
di sini Syahreza menyembunyikan
princess-nya.”
“Who sent you here?” Ale
tahu, sesuatu akan terjadi
sekarang. “Answer it before I cut
your tongue out.”

Prinsip Aslan tuh, selama dia


gak tahu, ya, bukan urusannya.
Jadi mengenai Jinan dan Ale, dia
bukan orang bodoh yang gak
mengetahui hubungan keduanya.
Sejak awal, Aslan sudah
menaruh rasa curiga pada Jinan

193
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tapi dia buang jauh-jauh kalo bisa
di belahan bagian dunia Asgard
sekalian dah tapi makin hari kok
makin keliatan? Masalahnya nih,
Aslan udah berusaha nutup mata,
tapi itu dua orang emang gak jago
aja buat nutupin hubungan
mereka. Ya, Aslan gak bisa
sepenuhnya menyalahkan terlebih
saat jatuh cinta pasti tai kucing
pun juga rasanya enak-enak aja.
Tengah malam begini, Aslan
melangkahkan kakinya di airport.
Kalau bukan pesan mendadak si

194
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bos besar Alpha Anjing Syahreza,
pasti Aslan juga ogah deh balik ke
sini. Enak juga di Bali.
Masalahnya, pesan dari Abangnya
ini gak bisa dia abaikan begitu saja.
Peraturan tetap peraturan.
Selama perjalan pulang, entah
kenapa perasaannya gak enak.
Memang sih, dia dalam misi
tertentu untuk mengejar salah satu
musuh mereka yang sudah sebulan
ini gak kunjung dia dapatkan.
Tapi, Alpha bukan tipikal
pemanggil jika misinya gagal.

195
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Aslan tahu, ada sesuatu hal lain
yang lebih penting di sini.
Saat Aslan tiba, tidak ada
satupun orang. Biasanya
bodyguard Alpha kayak orang
keroyokan alias bayak banget, lah
ini? Satu aja gak ada. Aslan makin
curiga.
Di depan pintu cuma ada satu
orang. Stevan, salah satu orang
kepercayaan Alpha yang sudah
Alpha bimbing sejak dulu. Jangan
tanya bimbingan Alpha seperti
apa, yang berhasil bertahan

196
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menandakan mereka lebih setia
dari pada seekor anjing.
“Bang Al?”
Stevan langsung membuka
pintu. “Di dalam.”
Aslan melihat Stevan dengan
lirikan tajamnya. Dia masuk dan
diikuti oleh Stevan juga dari
belakang. Alpha sudah duduk
dengan segelas tequila, terlihat
satu map ada di meja itu.
“Brother,” sapa Alpha.
“Tentang last mission yang lo
suruh—”

197
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Ah, itu perkembangannya
gimana?”
Aslan mengerutkan alisnya,
bukannya dia dipanggil untuk itu?
“Gue masih cari beberapa
informasi, lo tau sendiri misi-misi
yang lo kasih cukup gak masuk
akal. Gue perlu waktu lebih tapi
gak perlu khawatir, sebulan ini
juga gak ada pergerakan apapun
dan Ale juga bisa jaga diri.”
Aslan kalo mode serius gini
memang terlihat sangat berbeda,

198
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
nada bicaranya tidak ada basa-
basinya sama sekali.
“Alright.” Alpha dengan
santainya menjawab.
Aslan menyipitkan matanya.
“So, tell me. What is it? Gak
mungkin lo manggil gue cuma buat
mabok.”
Alpha menyeringai dan
mengambil map hitam di
depannya lalu melempar ke depan
Aslan. “Open it.”
“Another mission?” Belom
apa-apa Aslan udah malas. Yang

199
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
satu aja belom selesai, dia udah
dibebani kerjaan lain. Tangannya
membuka map hitam itu. Untuk
beberapa detik napas Aslan
tercekat membuat Alpha yang dari
tadi memperhatikannya narik
senyum simpul.
“Why?” tanya Alpha sambil
memajukan badannya.
“Gak usah gila, mereka aliansi
kita.” Aslan membuang berkas itu
sembarangan. Matanya bertemu
dengan Alpha, sial jika begini
sudah pasti Abangnya ini tahu apa

200
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
yang dia pikirkan. Benar saja dari
gerak-gerik Aslan yang
menghindari mata Alpha saja
sudah membuat Alpha tertawa
cukup kencang sambil bertepuk
tangan.
“So, you knew?”
Bangsat, Aslan mengumpat
dalam hati.
“Jinan Nathanael fucking
Althero!” teriak Alpha.
“Gue juga baru tau.”
“Liar.” Alpha langsung
meneguk habis satu sloki tequila.

201
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Dia bangkit lalu meraih kerah
Aslan, dipaksanya bangkit adiknya
itu dan didorong hingga punggung
Aslan menabrak dinding sangat
kencang. “Sejak kapan lo tau
hubungan Ale sama si Althero itu?”
Aslan dengan wajah datarnya
menatap Alpha yang kini sudah
dipenuhi emosi. Satu hal yang
paling Alpha benci, kebohongan.
“Bukannya lo pasti lebih tau lebih
dulu dibanding gue?” Aslan
melempar balik pertayaan.

202
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Alpha tidak menjawab
membuat Aslan kembali
dikejutkan. “Gak mungkin lo—”
“I was busy.” Alpha
melepaskan cengkraman tersebut.
“Stevan baru kasih tau gue baru-
baru ini, gue juga gak mengira hal
semacam ini akan terjadi.
Mungkin gue terlalu meremehkan
Ale.”
Aslan sejenak menoleh pada
Stevan yang selama ini merupakan
jalan utama Alpha dalam berbagai

203
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
informasi yang Abangnya ini
peroleh.
“Dia misi lo sekarang.” Alpha
menoleh sambil menunjuk Aslan.
“Priority!”
“Maksud lo?” Aslan sekarang
yang gak terima. “You want me to
kill him? Gua tau lo gila, Bang.
Tapi gak segila ini juga!”
“I don’t care!” Alpha menekuk
kedua lengan kemejanya. “Satu
nyawa mungkin gak sebanding
dengan keselamatan seluruh
Kazíno.”

204
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Kini Aslan ikut berpikir. Apa
yang diucapkan oleh Abangnya
sepenuhnya tidak salah. Rules
mereka sangat jelas. Darah yang
mengalir seperti tinta yang
tercetak jelas di kertas itu tidak
dapat dihilangkan.
“Listen to me, Jazlan.” Alpha
berbicara tepat di depan Aslan.
“Terakhir kali Althero membantu
kita, mereka bahkan gak bertanya
satu pertanyaan pun tentang
keluarga kita. Sampai detik ini.
Keluarga kita punya hutang darah

205
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dengan mereka. Yang artinya, kita
lemah dihadapan mereka.” Alpha
berbisik untuk menekankan
kalimat selanjutnya. “If they want
us dead, we’re dead.”
Telepon Aslan berdering. Itu
Ale, tanpa keraguan Aslan
langsung mengangkat panggilan
tersebut.
“Lan, di mana?”
“Rumah, kenapa?”
“Someone tried to kill me.”
Aslan bisa mendengar suara
geraman laki-laki disana.

206
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Lo di mana?”
“Basement rumah sakit Abi
Husada.”
“Jesus, lo ngapain di rumah
sakit Le!” Alpha ikut
mendengarkan.
“Panjang ceritanya, bisa
kesini? Jangan bilang Alpha,
nanti ribet. Ada Hero sih, cuma lo
sini deh.”
Aslan mematikan panggilan
tersebut. Alpha langsung
memberikan isyarat pada Stevan.
“See? Semua bergerak pada waktu

207
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
yang bersamaan. Do your mission
or you will be my mission.
Choose.”

Setelah apa yang terjadi di


basement rumah sakit, Ale tidak
mengucapkan sepatah kata pun
pada Jinan. Bahkan ketika anak
buah Bang Al datang, dia memilih
menyelinap pergi membawa Jinan
agar tidak terjadi kecurigaan.
Jinan memarkirkan mobilnya
di tempat biasa dia memarkirkan
mobil kalau sedang mengantarkan
208
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale pulang. Cctv rumah Ale
memang tidak terarah ke daerah
ini jadi mobil Jinan tidak akan
terpantau. Mereka berdua masih
diam di dalam mobil, tidak ada
yang berani memulai
pembicaraan. Jinan bingung
dengan apa yang terjadi sedangkan
Ale yang khawatir akan seluruh
kondisi ini.
“Ji…”
“Masuk, Le. Saya tau kamu
sulit buat menjelaskan sekarang,”
kata Jinan tanpa menatap Ale.

209
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Tampak jelas disana, wajah
penuh kekecewaan.
“Mau nanti atau sekarang, aku
gak bakal bisa jelasin apapun ke
kamu. Maaf, Ji.”
“Terus kamu anggap saya ini
apa, Le?”
“Aku bisa jelasin ini ke kamu,
Ji. Gak semudah itu.”
Perlahan Jinan menolehkan
kepalanya, dia pandangan wajah
wanitanya itu. “Saya ini melihat
kamu sebagai Alyssa yang saya
kenal tapi… dalam waktu yang

210
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bersamaan saya juga tidak kenal
kamu, Le.”
Ale mengigit bibirnya sambil
menundukkan pandangannya.
“Maaf.” Hanya kata ini yang
berhasil dia ucapkan.
Ale keluar dari mobil itu. Dia
berjalan tanpa menoleh
sedikitpun, Jinan juga tidak
mengejar Ale karena pikirannya
sudah cukup kacau dengan apa
yang terjadi. Siapa orang tiba-tiba
mengejar wanitanya? Mengapa
tiba-tiba wanitanya bisa

211
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
melakukan tindakan semacam itu?
Siapa sebenarnya Syahreza?
Banyak sekali pertanyaan di kepala
Jinan yang tidak terjawab.
Ale melihat di depan
rumahnya sudah ada Aslan yang
menunggu dirinya sambil
merokok. Dari jauh wajah Aslan
sudah gak enak dipandang, Ale
sudah dapat menebak apa yang
terjadi di dalam rumahnya itu.
“Buruan jalannya, bukan
saatnya lo sedih begitu,” kata Aslan
galak. Ale berjalan cepet hingga

212
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mendahului Aslan. “Abang lo
ngamuk noh, di dalem.”
“Is he dead?”
Aslan membuang rokoknya.
“Kayaknya sih belom.”
Ale dan Aslan masuk ke dalam
ruang bawah tanah dimana
biasanya ruangan ini menjadi
ruangan rahasia yang jarang sekali
digunakan. Setiap sela dinding dan
lantai basement ini sudah pernah
terisi oleh merahnya darah yang
keluar dari pukulan entah itu
Aslan ataupun Alpha. Contohnya

213
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
seperti sekarang, Alpha memukuli
laki-laki yang hendak menikam
Ale di basement rumah sakit tadi.
Alpha melepas ikat
pinggangnya lalu menggulung
perlahan di tangan kirinya. Buliran
keringat perlahan turun
membasahi dahinya yang disertai
percikan darah diseluruh
tubuhnya.
“Kamu masih gak mengaku
siapa yang menyuruh kamu?” kata
Alpha dengan sorot matanya.

214
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale dan Aslan yang baru saja
datang hanya diam menyaksikan
apa yang terjadi. Gak lupa disana
ada Stevan yang dari tadi
memegangi laki-laki tanpa nama
itu. Kondisinya jangan ditanya.
Sangat mengenaskan.
“Kan gue bilang jangan bilang
Bang Al,” bisik Ale ke Aslan.
“Dia udah tahu semuanya,”
balas Aslan.
Ale melotot. “Maksudnya?!”
“Alyssa,” panggil Alpha.

215
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“I–Iya?” Ale buru-buru
menoleh. “Kenapa?” Dia berusaha
mendatarkan nada bicara seolah-
olah tidak ada yang terjadi.
“Dia masih gak ngaku, just kill
him.” Ale tersentak. “We don’t
need him,” ucap Alpha santai
sambil membersihkan tangannya
yang penuh darah itu.
“Ale?” tunjuk Ale pada dirinya
sendiri.
“Iya, dia berusaha bunuh
kamu, jadi kamu yang bunuh dia.”

216
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Tapi dia sudah sekarat
begini…” Ale melihat orang
tersebut.
“Terus kenapa?” Alpha
melihat Ale dengan tatapan aneh.
“Jangan bersikap lemah!”
“Bang—” Aslan berusaha
menengahi tapi suara tawa dari
orang yang Ale anggap sekarat itu
membuat mereka semua menoleh
bersamaan.
“Death will come to all of you,
Syah—”

217
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Dor! Pelatuk langsung Stevan
tarik bergitu saja.
“Ijinkan saya yang
mengakhiri.”

Ruang tengah langsung terasa


dingin. Kali ini Aslan memilih
berdiri dari pada duduk diantara
dua orang yang sudah siap dengan
pendapat masing-masing ini.
Alpha menatap Ale tanpa berkedip
sedangkan Ale yang menundukkan
kepala yang Aslan tebak sepertinya
sedang mengatur strategi.
218
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Akhiri semuanya, sebelum
semuanya makin beresiko, kamu
tahu konsekuensi macam apa
kalau Althero terlibat,” ucap Alpha
tanpa basa basi.
“I love him,” balas Ale yang
berani juga.
“Love makes you weak,
Alyssa!”
“I don’t care!”
Alpha menarik napasnya
dalam-dalam. Berbicara dengan
anak terakhir seperti ini harus
dengan stock sabar yang super

219
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
banyak meskipun kesabarannya
juga gak sebanyak itu. Sedangkan
Aslan masih menjadi penonton,
untuk sementara waktu.
“Kamu tau peraturannya,
kamu tahu konsekuensinya dan
kamu tau akibatnya. Gak ada
toleransi apapun kalau sampai
Jinan tahu tentang kita.” Alpha
memajukan badannya. “Ini bukan
tentang kita saja, Alyssa. Ini
tentang seluruh Kazíno. And he
will die because he is not one of
us.”

220
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Right,” sahut Aslan. “That’s
the rule. Dia bakalan mati kalo
tahu sesuatu yang gak seharusnya
dia ketahui tentang kita. Terlalu
bahaya.”
Ale mengusap wajahnya
kasar, dia bangkit dari sofa itu lalu
berjalan menuju kamarnya tanpa
memberi jawaban.
“Gue gak tau lo bisa ngomong
selembut itu,” sindir Aslan ke
Alpha yang kini langsung
mengubah ekspresinya.

221
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Biarin Ale mikir dulu. Lo
awasin si Jinan.” Alpha berjalan
melewati Aslan sambil berbicara.
“Setelah itu bunuh aja kalo gak ada
pilihan lain.”

Ale tahu kali ini gak ada


pilihan lain buat dirinya dan Jinan
selain mengakhiri segalanya.
Pikirannya terlalu sempit untuk
memikirkan kebahagiaan, jelas-
jelas kehidupannya itu sudah jauh
dari kata itu. Terlahir dari dengan
pernuh aturan dan
222
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ketersembunyian seharusnya
sudah membuatnya sadar. Dia
terlena untuk beberapa saat
sampai melupakan kalau yang
namanya bahagia yang dia cari
selama ini itu hanya sebuah hal
yang semu.
Kakinya semakin cepat berlari
memutari halaman belakang
rumahnya ini. Matahari saja belum
menyapa dunia tapi Ale sudah
bangun untuk memulai hari.
Beberapa hari dia tidak bisa tidur
karena bepikir kalimat yang Alpha

223
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ucapkan ditambah Aslan
menekankan hal yang sama.
Aturan itu jelas, siapapun yang
mengetahui hal yang seharusnya
yang tidak seharusnya tidak
diketahui, akan mati. Dan Jinan,
saat ini dalam bahaya.
Napas Ale tersenggal-senggal.
Dia menghentikan langkahnya,
matanya memerah dadanya begitu
sakit membayangkan laki-laki
yang tidak tahu apa-apa itu harus
terlibat dalam dunianya yang

224
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
begitu gelap ini. Ini semua
salahnya…
Satu persatu buliran air mata
Ale turun membasahi pipinya.
Para bodyguard yang dari tadi
mengawasi Ale otomatis
membalikkan badan mereka. Ale
berjongkok dengan mulut yang dia
tutup rapat-rapat agar tak seorang
pun bisa mendengar suara
tangisnya karena di rumah ini
belum ada satu orang pun
melihatnya menangis. Ternyata

225
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale salah, seseorang telah
memperhatikannya sejak tadi.
Itu Aslan yang
memperhatikannya dari jauh.
Memang beberapa hari ini Alpha
memblokir seluruh akses rumah
ini sehingga Ale tidak bisa pergi
kemanapun, ya, ini juga sudah
Aslan tebak hal seperti ini akan
terjadi. Namun, yang gak Aslan
sangka adalah tidak ada
perlawanan dari Ale. Justru Ale
berdiam diri di kamar dan hanya
sesekali keluar kamar. Aslan juga

226
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mendapat laporan dari para
bodyguard kalau Ale selalu bangun
pagi-pagi buta sebelum semua
orang bangun untuk melakukan
lari pagi dan selalu menangis
sendirian. Tentu saja Aslan gak
percaya mengingat sifat Ale yang
bisa dibilang gak terlihat lemah
sama sekali. Hidungnya aja
ditonjok sampe berdarah!
Tapi pagi ini, Aslan melihat
sendiri. Adiknya yang memberikan
kesan mandiri dan kuat itu
mempunyai sisi yang rapuh seperti

227
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ini. Untuk pertama kalinya Aslan
melihat Ale menangis dengan
penuk sesak seperti orang yang
melepas kebahagiaannya.
Punggung Ale bergetar,
menangis tak leluasa, batinnya
tersiksa. Bagi Aslan, pukul dirinya
ratusan kali dari pada harus
melihat pemandangan seperti ini,
karena ini jauh lebih menyiksa.
Aslan langsung membalik
badannya meninggalkan Ale
disana yang ternyata sudah

228
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mengirimkan pesan pada Jinan
untuk mengakhiri segalanya.

229
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Bagian Empat
Setelah Jinan menerima
pesan tersebut, bukan berarti dia
tidak melakukan apapun. Jinan
berusaha masuk ke dalam rumah
Syahreza, karena dia tahu, seluruh
keluarga Syahreza sudah
mengetahui hubungan mereka jadi
buat apa mereka harus
menyembunyikan lagi?
Mulai dari mendatangi
langsung di depan rumah tapi di
tolak karena bodyguard Alpha
menghadang sampai menghampiri

230
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bar Aslan tapi pemilik bar tersebut
tidak ada di tempat. Jinan gak
habis pikir, dia mendatangi
seluruh tempat yang biasa Ale dan
Aslan datangi, tapi lagi dan lagi
semua tempat itu Alpha tutup.
Bahkan klinik Ale hanya dalam
waktu sehari berubah menjadi
ruko kosong. Hal ini semakin
membuat Jinan penasaran,
sebenarnya apa yang terjadi?
Hari makin hari, dirinya
semakin kacau. Ale semakin sulit
dihubungi, dia juga khawatir

231
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mengenai kondisi Ale mengingat
kejadian tempo lalu seseorang
ingin membunuh kekasihnya itu.
Jinan meneguk alkohol di
depannya. Padahal dia tidak begitu
menikmati minuman seperti ini
tapi jika melihat Zacky dan Kak Jo
kalau pikiran mereka kacau selalu
minum ini, Jinan jadi ingin
mencoba, ya, sepertinya gak begitu
membantu juga.
Semakin hari semakin banyak
pertanyan di kepala Jinan yang
membuat rasa penasarannya

232
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
semakin besar. Tapi dibanding itu
semua, yang dia pikirkan hanya
Ale, persetan dengan Syahreza, dia
hanya ingin tahu tentang
wanitanya.
“Finally, kemana aja, Lan?”
sapa salah satu Bartender hingga
membuat Jinan menoleh.
Aslan hanya tersenyum
seadanya. Dia bersama dua orang
bodyguardnya. Wajah laki-laki itu
tidak seperti biasanya, cenderung
lebih kaki dan tidak banyak
tersenyum padahal Aslan adalah

233
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
manusia paling santai dan ceplas-
ceplos. Tapi malam ini seperti ada
iblis yang merasuki jiwa laki-laki
itu.
Jinan baru saja mau berdiri
tapi bodyguard Aslan sudah
mengusir semua pengunjung bar
termasuk pegawai bar yang ada
disana hingga menyisakan Jinan,
Aslan, dan kedua bodyguardnya.
“Ale—”
“Stop, Ji.” Aslan lebih dulu
memotong. “Gak usah cari tau
lebih jauh.”

234
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan mengerutkan
keningnya. “Gue cuma tanya
keadaan pacar gue, apa yang
salah?”
“Salah. Gak seharusnya lo
sama Ale pacaran.”
“Ini masalahnya di mana,
Lan? Karena gue anak pungut?
Keluarga lo yang super high class
itu gak bisa terima gue? Bukannya
itu terlalu berlebihan?”
“Karena lo mengetahui apa
yang seharusnya lo gak ketahui.”
Aslan memajukan langkahnya

235
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
perlahan. “Jangan pura-pura
bodoh, Ji. Kita tahu arah
pembicaraan ini kemana. Lo tahu
apa yang liat kemarin di basement
dan lo berusaha cari tahu tentang
Syahreza.”
“I know nothing,” jawab Jinan
sambil menelan salivanya paksa.
Aslan menyeringai. “Ji, gue
tau apa isi kepala lo. Pertanyaan-
pertanyaan yang gak bisa terjawab
itu gak akan bisa lo jawab sampe
kapanpun. Jangan berusaha cari
tau atau bukan cuma hubungan lo

236
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
yang kandas kayak sekarang.”
Jinan mengerutkan keningnya.
“Nyawa lo juga.”
Jinan membuang napasnya.
“Sesalah itu sayang sama Ale, Lan?
Gue gak peduli sama apapun
urusan keluarga lo, gue ini cuma
sayang sama Ale.”
Sejenak Aslan terdiam
menatap mata Jinan sambil
berbisik. “Do you really love her?”
“I do love her,” jawab Jinan
pelanan menyeimbangi suara
Aslan namun juga penuh

237
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
keyakinan. “And I don’t care about
your family, I just wanna be with
her.”
Mata mereka hanya saling
memandang, apa yang terjadi
begitu cepat hingga Jinan tidak
dapat memproses. Aslan langsung
membalik badannya membuat
kedua bodyguard itu langsung
menegakkan badannya. Dia
melihat
“We can handle him—”
“Nevermind,” putus Aslan
membuat kedua bodyguard itu

238
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
langsung mundur kembali pada
posisi mereka.
Aslan kembali membalikkan
badannya pada Jinan.
“Lan—”
Bhug! Tangan Aslan tanpa
ampun langsung menghajar satu
persatu bagian tubuh Jinan. Dia
tidak memberi Jinan ampun, dari
tendangan, pukulan, injakan,
semua Aslan lakukan. Kedua
bodyguard Aslan menyaksikan
dengan seksama bagaimana
atasannya itu bekerja.

239
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan terbatuk-batuk hingga
darah keluar dari mulutnya.
Matanya kabur sampai akhirnya
sebuah tendangan keras membuat
kesadarannya hilang. Semuanya
gelap.
Dalam hati, Jinan hanya
berteriak. Alysaa.

Sepertinya peran sebagai anak


pertama mau sampai kapanpun
gak akan pernah pudar. Seperti
sekarang, baru jam enam pagi,
Johnnatan sudah tiba di rumah
240
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
orang tuanya karena harus
mempersiapkan beberapa hal
untuk pertemuan keluarga pagi
ini.
“Sayang, Jinan masih belum
angkat teleponnya?” teriak Helen
dari lantai atas.
“Kamu sudah ketok kamarnya
belom?”
“Kayaknya dia gak ada di
kamar deh, yang.” Helen sibuk
menggendong Jason yang masih
tertidur lelap. “Lagian siapa sih
yang ngide buat sarapan bareng?

241
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Kenapa kita gak dinner kayak
biasanya?”
Johnnatan memilih buat
mengabaikan omelan istrinya itu,
dia paham sih Helen juga pasti
lelah apalagi habis begadang buat
menyusui Jason. Johnnatan
berusaha menelepon adiknya itu
berulang kali tapi belum diangkat
juga. Dia sampai kesal sendiri.
Jinan memang akhir-akhir ini
sedang dalam kondisi yang tidak
baik-baik saja, tapi bagi Johnnatan
hal seperti ini bukan sebuah

242
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
alasan. Semua orang sedang capek
sekarang.
Johnnatan kembali
menghubungi. Dia berjalan
menelusuri rumah untuk
memanggil salah satu penjaga
rumah yang sudah lama bekerja di
rumah ini, siapa tahu mengetahui
kapan terakhir kali Jinan pulang.
Tapi, baru beberapa langkah
Johnnatan berjalan, dering
telepon yang tak asing terdengar.
Otomatis Johnnatan langsung

243
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menghentikan langkahnya. Dia
mengikuti sumber suara tersebut.
Jantung Johnnatan berdegub
makin kencang ketika langkah
kakinya membawanya ke garasi
mobil. Porsche biru dengan pintu
pengemudi penuh akan darah.
Tangan Johnnatan langsung
lemas, telepon itu terjatuh
seketika.
Dia membuka pintu mobil itu
dan benar saja, Jinan terjatuh tak
sadarkan diri. Badannya penuh
luka dan lebam.

244
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“JINAN!” Johnnatan bahkan
tidak berani menggoyangkan
badan Jinan. “HELEN! HELEN!”
Johnnatan berusaha berteriak tapi
garasi mobil ini kedap suara.
Dengan tenaga yang tersisa,
Jinan meraih lengan Jinan.
“Jangan…”
“JI?? LO KENAPA BISA
BEGINI?? SEBENTAR—”
“Jangan… rumah sakit…”
ucap Jinan lagi.
Johnnatan mengusap
wajahnya berulang kali. “FUCK!!”

245
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Sekuat tenaga Johnnatan
berusaha menengkan pikirannya
meskipun sekarang dirinya sudah
cukup kacau melihat keadaan
adiknya sehancur ini.
Beruntungnya rumah ini
penghuninya lagi pada pergi, kalau
saja Mama dan Papa Althero ada di
rumah, Johnnatan yakin mereka
bisa pingsan di tempat. Johnnatan
menggendong Jinan lalu berjalan
menuju kamar Jinan. Helen yang
berada di ruang keluarga di
kagetkan dengan hal tersebut.

246
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Loh? Siapa Jo?” Helen
mengintip. “JINAN??”
“Hubungi Dokter Abraham,
Len. Jayden juga. Jangan hubungi
siapapun, kamu diem jangan
update ke sosial media juga.
Jangan beri tahu tau Benji!”
Gak lama setelah itu Dokter
Abraham beserta Jayden datang
bersamaan. Dokter Abraham
memeriksa kondisi Jinan yang
ternyata tidak begitu serius
meskipun pukulan yang diberikan
cukup keras.

247
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Sepertinya yang mukul tau
letak organ tubuh yang tidak
berbahaya jadi bisa dipastikan
kondisi Jinan ini masih tergolong
baik-baik saja meskipun banyak
luka sobek. Saya bisa bilang orang
yang memukul Jinan merupakan
pemukul yang jenius karena dia
tau hit atau spot yang pas sehingga
terlihat seperti orang sekarat.
Meskipun begini, Jinan tetap
butuh waktu istirahat karena
organnya banyak kena tendangan
dan memar berlebih.”

248
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Johnnatan mengangguk.
“Terima kasih, dok.”
Dokter Abraham
meninggalkan kamar sehingga
hanya menyisakan Jayden dan
Johnnatan. Mereka berdua
melihat Jinan yang masih terinfus
dengan wajah babak belur itu.
“Siapa?” tanya Jayden.
“Tanpa perlu kita cari tahu,
udah jelas ini ulah Syahreza.”
Johnnatan mengeraskan
rahangnya. “Mereka gak berubah,
masih brengsek.”

249
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Alpha?” Jayden buru-buru
mengoreksi perkataannya. “Ah,
Jazlan.”
“Hm, udah pasti. Kalo di
tangan Alpha, Jinan udah mati.”
“Jinan knows something, Jo.”
Jayden menekuk kedua tangannya
di depan dada. “This is why they do
this.”
“Looks like Zacky’s got to go
home early from his honeymoon.”

“Is he dead?”

250
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Aslan meletakkan garpu dan
pisaunya, dia ini lagi makan malah
ditanya hal-hal begini. “Gue lagi
makan, bisa tanya beginian nanti
aja gak, sih?”
“Gue butuh laporan,” kata
Alpha.
“Lo bilang hanya peringatan. I
just do my job.” Aslan lanjut
makan.
Alpha melihat jam di
tangannya. “Althero pasti lagi
gempar kalo dia belom mati

251
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sekang, kalo dia mati sekalipun
juga udah gempar.”
Aslan kembali melempar
garpunya namun pisaunya dia
tusukkan pada meja dengan
kencang hingga membuat Alpha
menoleh. “I lost my appetite.”
“Sit,” ucap Alpha saat Aslan
bangun dari kursi makan. “I said
sit!”
“I’m not your dog,” kata Aslan
lalu dia menunjuk Stevan. “He’s
your dog.”

252
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Jinan berusaha cari tau
tentang Kazíno, Jazlan. Rules
sudah jelas, dia target.”
“Maybe he wants to be a part
of us?”
“Don’t be ridiculous!” Alpha
menggebrak meja makan itu. Jujur
sih, Aslan kaget. “Dia itu anak
angkat. Asal-usulnya gak jelas,
banyak pertanyaan mengenai latar
belakangnya, dia gak akan pernah
pantas dengan kita.”
“Terus siapa yang pantas
dengan kita?”

253
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“No one,” jawab Alpha dengan
muka datarnya lalu pergi
meninggalkan ruang makan ini.
“Terus ini tuh maksudnya kita
disuruh menjomblo seumur hidup
gitu?” Aslan menggerutu pada
langit. “Pantes aja Tuhan ini
mengutuk gue! Diantara temen-
temen gue yang lain cuma gue yang
jomblo soalnya ABANG GUE ELO
ALPHA!!!”
Kalo bisa uneg-unegnya ini
dia limpahkan pada semesta sih,
beneran Aslan rela kok berjam-jam

254
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ngomel tapi kan berasa orang gila,
ya. Ini aja belom ada sejam dia
ngomel udah di kejutkan oleh
keberadaan Ale yang dari tadi
nguping percakapannya dengan
Alpha.
“Buset! Dari kapan lo di
sana?” kata Aslan. “Dengerin
semua ocehan gue dong?”
Ale tanpa senyum hanya
mendekati Aslan. “Lo apain
Jinan?”
Senyum di bibir Aslan
seketika hilang. “Le bisa gue—”

255
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale langsung menarik kerah
baju Aslan. “Bangsat lo ya, Lan.
Selama ini gue percaya sama lo
dari pada Alpha malah lo yang
ngecewain gue.”

Zacky yang baru sampai di


bandara setelah lima belas jam
perjalan, langsung menuju rumah
untuk melihat kondisi Jinan. Dia
melarang Gia untuk ikut campur
masalah ini karena dia tahu Aslan
merupakan sahabat baik Gia.

256
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gimana, Kak?” tanya Zacky
begitu sampai di kamar Jinan.
“Masih istirahat lagi, lo
beneran langsung ke sini?” tanya
Johnnatan sambil melihat Zacky
yang sepertinya tidak mengganti
pakaiannya.
Zacky tidak menjawab dan
hanya melihat kondisi wajah
Jinan. Dia membuah napasnya
sambil mengepalkan tangannya,
emosinya benar-benar memuncak.
“Bener Aslan?” tanya Zacky
lagi.

257
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Iya, cctv juga udah di cek kalo
Aslan sendiri yang turun tangan
bukan anak buahnya,” sahut
Jayden.
Zacky hanya mengangguk
singkat, dia mengeluarkan
teleponnya. Sedangkan Johnnatan
dan Jayden saling menukar
pandang tidak mau ikut campur
karena mau bagaimanapun itu
urusan pertemanan Zacky, kalau
Johnnatan ada diposisi Zacky
mungkin dia akan melakukan hal
yang sama.

258
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gue pergi,” kata Zacky
langsung meninggalkan ruangan.
Jayden hanya tersenyum lalu
melirik Johnnatan.

259
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“What?”
“Lo gak inget pernah
ngelakuin hal yang sama ke gue?”
“Fuck you.”

Bhug! Tanpa aba-aba Zacky


yang baru masuk ke dalam bar
Aslan langsung melayangkan
pukulan yang cukup keras di pipi
kiri Aslan hingga laki-laki itu
tergeletak karena tidak siap
menerima serangan tiba-tiba yang
Zacky berikan.

260
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
"You tried to kill Jinan?"
Zacky kembali memukul Aslan
lebih kencang dari sebelumnya.
"Zac! Calm down!" Raga
berusaha melerai tapi Aslan
dengan cepat berdiri dan
menendang dada Zacky. Aslan
memberikan pukulan balasan
berulang kali pada wajah
temannya itu.
"If I wanted to kill him, I
would have done by now, stupid."
Aslan meludahkan darah yang

261
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mengalir diujung bibirnya. "He's
the easiest to kill."
“You what!” Zacky semakin
geram tak karuan, dia memberikan
pukulan berkali-kali lipat lebih
brutal dari sebelumnya dan kali ini
Aslan tidak melawan sama sekali,
sama seperti yang Jinan lakukan
tempo lalu, serah tanpa melindui
wajahnya sedikitpun. Bahkan saat
Zacky melayangkan tendangannya
Aslanpun dengan suka rela
menerima.

262
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Raga berusaha menghubungi
siapapun yang ada di teleponnya
sekarang. Dia gak bisa menahan
dua orang temannya yang
badannya dua kali lipat badannya,
ya, meskipun Raga juga gak lemah-
lemah amat tapi dia gak mau
babak belur gara-gara melerai
pertengkaran!
“Udah, Zac!” Raga akhirnya
melerai saat semua orang yang dia
hubungi gagal, terelebih Akbar
yang memilih makan es krim sama
Eden.

263
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Ini sebenernya ada apa sih
anjing!” Jujur Raga ini gak tahu
apa-apa, karena dia kesini juga
kebetulan ketemu Aslan. Biasa
pikirannya mumet faktor kerjaan
dan faktor, ya, taulah, seseorang
yang jauh di sana.
“Si bangsat ini mukulin
Jinan,” kata Zacky yang masih
penuh emosi.
“Hah?”
“Jinan pacaran sama Ale,”
balas Aslan berusaha bangkit
padahal dia udah babak belur.

264
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Maklum, dia udah biasa disiksa
berjam-jam.
“Oh…” kata Raga santai.
“Begitu doang lo berdua tonjok-
tonjokkan? LEBAY!” teriak Raga.
“Udah sono lanjut dah tonjok-
tonjokan, nyesel gue misahin lo
berdua.”
Raga memilih menjauh dan
gak mau ikut campur dengan
masalah dua keluarga ini.
“Kalo belom puas lo mukul
gue, lanjutin. Baru gue jelasin

265
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
semuanya.” Aslan menodongkan
pipi kirinya.
Zacky berdecak kesal.
“Jelasin.”
“Jinan tau tentang keluarga
gue and he became a target. Gue
gak punya pilihan lain selain
mukul dia sampe sekarat, Bang Al
perlu bukti gue ngelakuin kerjaan
gue.”
“How?” Zacky menekuk
kedua alisnya. “Itu masih jadi
rahasia gue, Kak Jo, dan Papa.”

266
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Seharusnya itu jadi
pertanyaan gue bangsat–Akh!
Pukulan lo keras banget anjing!”
“Bacot!” Zacky juga
menyentuh pipinya yang dipukul
Aslan. Sedangkan Raga diujung
sana hanya menikmati segelas
martini sambil menatap keduanya
geleng-geleng.
“Pertanyaan kedua gue, adek
gue mana anjing! Ale mana!”
Zacky menoleh sinis. “Ya
mana gue tau!”
“Althero anjing!”

267
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Hidung lo itu belom patah ya
bangsat!”

“Terakhir keberadaannya
dilacak berada di Milan,” kata
salah satu anak buah Alpha.
Dia harus fokus pada salah
satu misi yang tidak bisa Aslan
selesaikan tempo lalu. “Kita
berangkat ke Milan sekarang.”
Ale yang berada di balik pintu
buru-buru kembali bersembunyi
lagi. Dia mengeluarkan teleponnya
untuk menghubungi seseorang.
268
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale tersenyum. Kalo orang ini
bilang gampang, itu artinya
beneran segampang itu. Siapa lagi
kalo bukan persoanl
bodyguardnya, Hero. Selama ini
memang Hero tidak bisa

269
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menentang Alpha karena itu sudah
merupakan peraturan mutlak yang
tidak bisa ditentang dan Ale tidak
ingin membahayakan Hero jadi
selama ini Ale hanya bisa menuruti
kemauan Alpha. Sekarang Alpha
tidak ada di rumah, which is
rumah ini bukan lagi atas kendali
Alpha.
Di dalam kamarnya, Ale
bersiap-siap mengganti bajunya
dengan pakaian yang siap untuk
menampung berbagai senjata.
Tentu saja beberapa pistol dan

270
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
belati—alat yang menjadi senjata
keahliannya, tidak heran dia
seorang dokter dan anak petinggi
dalam waktu yang bersamaan.
Tin! Signal dari Hero sudah
terdengar. Kurang ajar, biasanya
orang mau kabur itu diam-diam,
ini malah cari keributan. Hero
memang cenderung menikmati
bela diri, apalagi samurai, dia bisa
gila jika memegang benda
tersebut.
Ale memejamkan matanya
sekilas sebelum akhirnya

271
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menendang pintu kamarnya. Yup,
pertarungan dimulai. Alat pertama
yang Ale keluarkan tentu saja
sepasang belatinya. Dengan lihai
dia langsung melemparkan kedua
belati tersebut untuk menghindari
arahan pistol yang berusaha
diarahkan ke bagian tangannya.
Dari jarak yang cukup jauh, Ale
menendang punggung kedua
bodyguardnya secara bersamaan
sebelum akhirnya menusukkan
belati tersebut secara bergantian di
paha.

272
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gak adil ya, cewek pake belati
kalian pake pistol!” kata Ale masih
sempat meceramahi sedangkan
kedua bodyguard itu sudah
kesakitan.
Baru saja Ale turun, Hero
sudah menyandarkan punggung di
mobil dengan santai.
“What?” Ale terkejut melihat
setumpuk bodyguard sudah lemah
tak berdaya. “Are you here to
exercise?
Hero tertawa. “Let’s go.”

273
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Sepanjang perjalanan Ale
cuma terdiam sedangkan Hero
sesekali melirik Ale sembari terus
mengemudi.
“So, mau kemana?”
“Jinan…”
“Dia itu target, Le. Gue gak
bisa bawa lo kesana.”
“Dan lo bisa turunin gue
disini.”
“Ale.”
“Hero, I get it. Apapun
konsekuensinya, gue terima itu
nanti. Lo bisa pentingin

274
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
kepentingan lo sendiri dan gue
bisa urus diri gue sendiri.”
Hero menghembuskan
napasnya sebelum akhirnya
membelokkan mobil ini ketepi
jalan. Bukannya dia tidak ingin
membantu, tapi untuk sampai
sejauh itu, Hero belom bisa.
Perpecahan Yakuza masih belum
terlalu kuat untuk bisa melawan
Kazíno.
“Sorry, Le. Gue masih belum
sekuat itu buat bantu lo sampe
sejauh ini.”

275
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Don’t be.” Ale menepuk
lengan Hero. “Thank you, Hero.”
Mobil itu pergi
meninggalkannya sendirian di
jalan raya ini. Ale mengeluarkan
teleponnya dan menghubungi
satu-satunya orang yang dapat
membantunya sekarang.
“Hallo, Kak Zacky. Aku butuh
bantuan.”

Ale benar-benar mau emosi


sih waktu ngeliat muka orang ini di
sini. Selama berhari-hari dia
276
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menghindari Aslan dengan alasan
yang sudah sangat jelas, eh malah
Zacky dengan santainya membawa
si topeng monyet ini ke sini! Mana
muka keduanya babak belur lagi.
“Lo bisa ngeliatin gue biasa aja
gak?” kata Aslan sewot.
“Ngapain lo di sini.” Ale gak
kalah sewot.
“Seharusnya gue yang nanya
begini. Lo ngapain di sini! Lo
beneran habisin tuh dua puluh
orang bodyguard di rumah? Udah
gila aja lo jadi cewek, Le?” Aslan

277
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menekuk tangan di dada padahal
gak sadar muka babak belur.
Yang punya villa kebingungan
mendengar keributan ini. Iya,
mereka sekarang ada di villa
Althero yang keberadaannya
hanya diketahui oleh orang-orang
tertentu saja. Johnnatan melirik
Zacky lalu dia berjalan sambil
berbisik sinis.
“Bagus, sekarang kita gak
punya tempat persembunyian
lagi.”

278
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Johnnatan pusing soalnya
adiknya pada tolol semua.
Pertengkaran Ale dan Aslan
itu terhenti saat Jinan keluar dari
kamar karena mendengar suara
bising dan tentu saja suara yang
gak asing. Mata Jinan yang
bengkak itu belum sepenuhnya
bisa melihat tapi cukup bisa
mengenali siapa wanita tersebut.
“Ale?”
Sedangkan Ale tanpa sepatah
kata langsung berlari sambil
menangis memeluk Jinan.

279
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Ji…” Air matanya begitu
deras hingga mulutnya kelu untuk
berucap. “Nathan…”
“Alyssa.” Jinan
mengencangkan pelukannya.
“Kamu disini.”
Ale mengangguk. “Aku disini.”
Keduanya melepas rindu
sekaligus luka yang selama ini
mereka rasakan. Zacky dan
Johnnatan memilih untuk
memberikan privasi untuk
keduanya, sedangkan Aslan berdiri
menatap adiknya yang lagi-lagi

280
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menangis. Namun, kali ini
tangisannya berbeda. Jauh
berbeda. Lebih lega, tanpa
ditahan. Entah mengapa Aslan
juga merasa dia ikut lega.
“Maaf… Ini salah aku…”
Jinan melepas pelukan itu
sejenak. “Le, jangan bilang begitu.
Saya lebih sakit dengar kamu
menyalahkan diri kamu.”
“Liat luka kamu.” Ale
menyentuh pipi Jinan.
“Gak apa-apa, ini semua bakal
sembuh.” Jinan merapikan helaian

281
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
rambut Ale. “Terima kasih sudah
berusaha kembali, Le.”
“Terima kasih udah berusaha
bertahan, Nathan.”

Cukup dengan acara tangis


menangisnya, situasi mereka lebih
berbahaya sekarang.
“Ji, explain. Kenapa lo bisa
terlibat ini semua?” tanya Kak Jo
membuka diskusi ini semua.
Jayden pun datang ikut dalam
diskusi ini. Dia melihat Aslan dan
Ale bergantian.
282
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale yang ada di sebelah Jinan
ikut mendampingi Jinan dalam
menjelaskan segalanya.
Tangannya tak pernah absen
untuk terus menggenggam tangan
Jinan. “Semua di mulai waktu di
basement rumah sakit ada yang
berusaha ngebunuh Ale. Disana
Ale udah siap sama semua yang
terjadi, mulai dari bela diri bahkan
senjata aja dia gak kaget, gue kira
mungkin karena dia memang jago
olah raga aja. But, you know me,
gue cari berbagai informasi

283
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tentang Ale tapi gak ada. Syahreza
gak pernah nyantumin Ale sebagai
bagian dari mereka.”
Aslan mengendus,
kemampuan Jinan gak bisa
diremehkan. “Terus apa lagi yang
lo tau?” Aslan berusaha mencari
informasi.
“Lo gak cuma punya
perusahaan industri, itu cuma
gimmick lo punya something.”
“Something?” Aslan
menaikkan alisnya.
“Kazíno.”

284
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Satu ruangan terdiam. Tidak
ada yang mengeluarkan suara
sedikitpun. Jinan berhasil
mengetahui seluk beluk keluarga
Syahreza tanpa bantuan siapapun.
“How do you know…” Mata
Aslan cukup bergetar sekarang.
Dia gak bisa membayangkan jika
Alpha mendengar ini secara
langsung.
“I just know.” Mata Jinan
terlihat jauh lebih kuat. “Lan,
keluarga lo memang terlihat kuat
tapi sebenarnya banyak

285
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
kekurangannya. Kalian gak
menyadari itu.”
Johnnatan cuma bisa
menghembuskan napasnya. “Lan,
jelasin ini maksudnya gimana
Jinan jadi target.”
“Dia bukan bagian dari
Kazíno tapi dia tahu tentang ini
semua.”
“Jinan itu Althero?”
“You know the rules, Bang.”
Aslan menekankan sekali lagi. “No
offense. Tapi darah itu penting.
Althero dia itu fake.”

286
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Aslan!” pekik Ale dan Aslan
cuma mengangkat bahunya santai.
“Gak ada solusi?” tanya Zacky.
“Ada, satu-satunya solusi.”
Aslan memutar kedua bola
matanya. “Jadi bagian dari
Kazíno.”
“Enggak!” Johnnatan
langsung menentang.
Aslan terkekeh. “Bang, masuk
kesitu gak semudah yang lo
bayangin. Lo tau Stevan yang
sekarang jadi kaki tangan Bang Al

287
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
aja gak pernah bisa masuk.
Ibaratnya—”
“Darah yang membeku tapi
manusia masih bisa hidup,” sahut
Ale. “Mustahil.”
“Selain itu?” tanya Zacky lagi.
“Gali kubur aja lah,” jawab
Aslan lagi.
“Bangsat lo ya!” Hilang
kesabaran Zacky.
“Masih ada satu lagi, sih,” kata
Aslan ogah-ogahan.
“Apa?”
“Mercy from Alpha.”

288
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Hening, gak ada yang
menjawab.
“Oke, skip—”
“Lanjutin,” ucap Johnnatan.
“Ini gak pernah terjadi
sebelumnya tapi bisa aja terjadi.
Gue punya ide yang
cukup…ya…gila?” Aslan
mengangkat ujung bibirnya. “You
want to do my mission, Ji?”
Jayden tersenyum. “Gila.”
Jinan menegakkan
punggungnya. “Oke, explain.”

289
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Aslan menjelaskan bagaimana
gilanya misi yang berbulan-bulan
Alpha berikan padanya dan
mungkin dengan Jinan
menjalankan misi itu Alpha akan
memberikan balas kasih pada
Jinan.
Aslan juga mengajari Jinan
menggunakan senjata untuk
menjadi dasar dalam menjalankan
misi tersebut tapi akhirnya dia
sendiri yang terkejut.

290
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Wow! Lo tau dari mana bisa
buka pistol begini?” kata Aslan dan
Ale bersamaan.
Jinan menatap Ale dan Aslan
bersamaan. “Hah? Belajar lah?
Gak cuma kalian yang latihan
begini.”
“Kita juga latihan.” Zacky
menyahuti.
Bener sih, Syahreza terlalu
meremehkan Althero….
“Jadi intinya, Syahreza di
incar seseorang tapi kalian gak tau
siapa?”

291
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Yup.”
“Datanya ada?”
“Gak ada.”
“Hah?”
Aslan tertawa. “Makanya gue
bilang ini mission impossible.”
Jinan menggelengkan
kepalanya. “Jelasin ulang coba.”
“Dua bulan lalu, perusahaan
gue ada pembobolan tapi gak ada
data yang hilang jadi kayaknya itu
cuma manipulasi aja. Ale sempat
mau di culik tapi gagal karena
cewek lo itu bukan cewek

292
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sembarangan alias kucing garong,
terus dia juga sempet mau di
bunuh, jadi intinya semua kegiatan
yang di lakuin itu menghambat
kinerja dan informasi. Tapi lo
harus tau sepenting apa informasi
bagi si Alpha. Distraksi distraksi
dan distraksi.”
Jinan masih mencatat
semuanya di laptop sedangkan
Aslan melihat dengan sinis. “Gue
gak pakek begituan kalo kerja!
Udah deh gue cabut!”
“Kemana?” tanya Ale.

293
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Take care,” ucap Aslan lalu
pergi dari villa ini. Sebelum pergi
dia menatap Jinan sejenak lalu
benar-benar berjalan keluar.
Ale berlari mengejar Aslan.
Dia tahu mau sampai kapanpun
Aslan akan tetap berada di bawah
Alpha, entah yang dilakukan Alpha
itu benar atau tidak.
“Lan!”
“Stay with him, it’s okay.”
“Lo beneran balik ke Alpha?”
tanya Ale.

294
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Hm, Tanaka and Althero?
Lawan yang kuat, Alpha butuh gue.
Lo stay aja sama Jinan, dia bakal
jagain lo.”
“Lan…”
“Apa lagi sih!”
“Stay alive.”
Aslan menahan sesak di
dadanya. Tanpa membalas ucapan
itu dia hanya mengecup kening Ale
lalu masuk ke mobilnya.

295
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Bagian Lima
Johnnatan sibuk pada telepon
genggamnya, dia tahu
meninggalkan istri dan anaknya
yang masih kecil selama ini pasti
menimbulkan banyak pertanyaan.
Apalagi istrinya ini Helen Morgan,
bukan cuma pertanyaan tapi juga
titipan oleh-oleh! Haduh banyak
banget!
“Iya, Len. Apa? Dior?
Bukannya kemarin udah? Yang
mana itu? Kamu kirim aja fotonya

296
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
saja gak ngerti.” Johnnatan
mengusap keningnya bingung.
Nasib yang sama gak cuma
dialami sama Johnnatan. Jayden
juga kebagian nasib yang sama.
Udah lama gak pergi ke luar negeri
sendirian begini tentu saja
membuat istrinya yang super
clingy plus ngereog itu curiga.
“Kamu itu selingkuh kan?” Ini
pertanyaan ke lima belas hari ini.
Jayden sampe capek jawaban
bagaimana lagi yang harus yang
dia jawab biar Zannetta Altero ini

297
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
berhenti bertanya. “Kenapa jauh
banget ke Milan!”
“Kalo aku ke Surabaya
namanya bukan ke luar negeri,
Ze.”
“Oh iya. Hehehe.” Jayden
hanya bisa bersabar.
Sepanjang perjalanan,
Johnnatan dan Jayden hanya
berharap apa yang mereka
rencanakan ini benar-benar
berjalan dengan baik. Meskipun
jawabannya belum pasti dan hanya
Jinan yang bisa menjawab.

298
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“What’s your plan?” tanya
Jayden.
Mereka berteman cukup lama,
apalagi status pertemanan ini
berubah sudah menjadi Kakak
Ipar, Jayden tahu saat ini
Johnnatan gugupnya bukan main.
“Gak bisa gue ngandelin plan
yang Aslan usulin, mau gimanapun
dia Syahreza. Lo denger sendiri itu
mustahil, Jinan gak bakal bisa
menyelesaikan misi itu. Lagi pula,
mercy? Do you believe that?”
“And?”

299
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Lo inget Syahreza punya
hutang darah dengan Althero? Kita
terikat oleh satu tali yang gak bisa
lepas sampai perjanjian itu putus
dengan sendirinya. Gue akan coba
negosiasi dengan itu.”
“It’s your family legacy, are
you sure?”
Johnnatan mengangguk.
“Papa bilang, itu jalan satu-
satunya. Jinan keluarga kita, Jay.
Bagi Althero, apapun yang terjadi
keluarga yang pertama. Gue gak

300
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
akan biarin adik gue mati begitu
aja.”
Jayden menepuk pundak
Johnnatan. “That’s why I’m here.
I’m one of them, but if I had to
choose, I would choose my
family.”
Althero memang memiliki
sejarah dengan Syahreza. Kedua
keluarga ini membangun bisnis
yang sama dengan jalan yang terus
beriringan. Menduduki puncak
teratas sampai memimpin
berbagai anak perusahaan lainnya.

301
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Mereka mempebesar lagi bisnis ini
menjadi sebuah organisasi yang
menduduki berbegai wilayah
untuk memimpin lebih bayak lagi
perusahaan. Tidak sampai sana,
perusahaan yang duduki ini lama-
lama menjadi sebuah topeng saja
hingga akhirnya prinsip keduanya
bertolak belakang.
Althero memilih untuk lepas
dan tetap pada prinsip keluarga
mereka untuk tidak terlibat dalam
hal apapun yang berbau
konfederasi. Sedangkan Syahreza

302
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
terus melanjutkan hal ini dan
menjadi pemimpin dari Kazíno.
Keduanya memiliki sebuah
perjanjian, di mana hanya Althero
dan Syahreza yang boleh
mengetahui mengenai Kazíno
karena keduanya terikat oleh
sebuah sejarah keluarga. Oleh
karena itu turun menurun Althero
memberitahu keturunan mereka
mengenai kedekatan mereka
dengan Syahreza dan apa yang
terjadi pada Syahreza, kecuali
pada Jinan karena Jinan bukan

303
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sepenuhnya Althero. Itu juga yang
menyebabkan Jinan menjadi
target dari Kazíno.
Syahreza juga mempunyai
hutang darah pada Althero, di
mana salah satu silsilah keluarga
Althero—Kakek Johnnatan pernah
membantu keluarga Syahreza saat
seluruh Kazíno hendak
membunuhnya. Tanpa pertanyaan
apapun, hanya membantu
menyelamatkan sampai akhirnya
Syahreza tidak tergantikan sampai
detik ini. Itu semua berkat Althero

304
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dan Syahreza tidak akan pernah
bisa melupakannya, bahkan Alpha
sampai detik ini menempati posisi
itu kepalanya masih terbayang
oleh langkah Althero.
Sedangkan Tanaka? Keluarga
Tanaka sudah mempunyai kontrak
darah dengan Syahreza yang
dimana setiap keturunannya pasti
akan tergabung dalam Kazíno,
termasuk Jayden Tanaka. Tetapi,
Tanaka tidak bisa diremehkan
begitu saja karena Tanaka
merupakan keluarga dengan

305
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
suntikan dana terbesar dalam
konfederasi ini. Jayden punya
peran penting dalam kursi
pimpinan.
Setelah dua puluh jam lebih
penerbangan, akhirnya Jayden
dan Johnnatan tiba di Milan—
tepat dimana Alpha berada. Jika
bukan atas bantuan Jayden, mau
sampai kapanpun Johnnatan tidak
akan pernah menemukan Alpha.
Gak sembarang orang bisa
bertemu dengan Alpha jika laki-
laki ini sedang berada di luar

306
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
negeri terlebih Althero dan
Syahreza sedang dalam sebuah
masalah.
Tanpa beristirahat,
Johnnatan dan Jayden bergegas
menuju ke sebuah lokasi
pertemuan. Pakaian suits anti
peluru sudah mereka gunakan, gak
lupa masing-masing pistol juga
sudah mereka kantongi untuk
jaga-jaga apabila kondisi tidak
dapat di kontrol lebih jauh lagi.
Bangunan ala eropa dengan
dinding penuh lukisan menjadi

307
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
pemandangan pertama yang
Johnnatan lihat sewaktu tiba.
Jantungnya cukup bertegub, dia
sudah pernah dengar tentang
sejarah keluarganya dan Syahreza
dan seluruh cerita tentang dibalik
kelurga Syahreza tapi baru kali ini
dia benar-benar melihat dengan
mata kepalanya sendiri. Dia benar-
benar beruntung terlahir sebagai
Althero yang memilih untuk
menjauhi hal-hal seperti ini.

308
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Terlihat Stevan sudah berada
di depan untuk menyambut
mereka.
“Sir,” sapa Stevan.
“Stevan,” sapa balik Jayden.
Mereka berjalan memasuki
lorong demi lorong. Gak seperti
pikiran Johnnatan yang akan
terlihat gelap, lorong ini terlihat
cukup mewah mungkin karena
Syahreza itu memang suka akan
sesuatu yang mewah dan glamour.
“Welcome to Milan,
gentleman.” Alpa memasuki

309
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
ruangan dengan meja yang cukup
panjang dan dipenuhi oleh
berbagai makanan. “Please,
enjoy.”
Johnnatan melirik Jayden.
Seperti menanyakan, ini hal yang
lumrah?
“At least, kita isi perut dulu
sebelum memulai pembicaraan
ini, Mr. Johnnatan?” kata Alpha
lagi.
Johnnatan akhirnya duduk.
Melihat satu persatu makanan
yang dihidangkan di depannya.

310
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Steak dengan tingkat kematangan
medium rare with red wine sauce.
“Gue bukan tipe pembunuh
dengan racun, just enjoy your
meal.”
Jayden berdecak cukup kesal
melihat hidangan ini. “I know
what you mean, Alpha.”
“Ssssshhhttt.” Alpha
menyuruh Jayden untuk diam.
“Tamu kita sedang makan,
Tanaka.”

311
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Johnnatan sama sekali tidak
menyentuh makanan tersebut.
“Let’s talk. Cukup basa-basinya.”
“Gue kira lo sibuk sama
saudara tiri lo yang jadi target itu,
Jo?” Alpha makan sambil
berbicara. “Apa yang lo mau.”
“Lo tau Syahreza selalu
membayar hutang mereka.” Kali
Johnnatan mengambil permainan.
“Remember about our legacy,
Alpha?”
Tangan Alpha berhenti
memotong steak itu. “Say it.”

312
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Lepasin Jinan dari—
whatever you call it, target?”
“Jinan?” Alpha mengelap
mulutnya. “Lo tau peraturannya
Johnnatan. Semua tentang darah.
Jinan itu bukan Althero. Meskipun
kalian menamai dia Althero,
sampai kapanpun darah Althero
gak akan pernah mengalir di dia.
Peraturan itu gak berlaku di dia.”
Karena pada dasarnya Jinan
hanya orang biasa yang kebetulan
berada di antara kumpulan para
old money. Statusnya perlu

313
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dipertanyakan serta asal-usulnya.
Kembali pada aturan utama, darah
itu menjadi hal utama.
Johnnatan benar-benar
masuk ke dalam permainan Alpha.
Dia sudah terpojokkan sekarang,
tidak ada jalan keluar. “You’re
smart. Dari awal lo memang gak
suka sama Jinan.”
Alpha menyeringai. “Siapa
yang suka sama anak pungut? Gak
akan gue biarin adik gue sama
anak semacam dia.”

314
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“So, what will happen to
him?”
“Mau sembunyi di mana pun?
Target gak akan selamat, he will
die, soon. Seluruh Kazíno bakal
memburu dia. That’s the rule.”
Alpa menatap Johnnatan.
“Seharusnya dia gak perlu cari tau
tentang keluarga gue, Jo. Dan,
seharusnya juga dia gak perlu
sama Ale.”
“Dan perang akan terjadi.”
Jayden menoleh dengan pistol

315
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
yang dia keluarkan dan diletakkan
di meja. “You know that.”
Alpha menggeleng. “Actually,
what are we doing?
Memperdebatkan seorang anak
pungut? Really?”
“He is my brother.”
Johnnatan juga mengeluarkan
pistolnya. “If you kill him I will kill
yours.”
“Jazlan?” Alpha tersenyum.
“He’s too hard to kill.”
“Alyssa.” Senyum Alpha pudar
begitu saja. “Bayangkan apa yang

316
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
terjadi kalo orang yang adik lo
sayang gak ada di dunia ini karena
peraturan dari keluarganya
sendiri. Gue bahkan gak bisa
bayangin rasa sakitnya seperti apa.
Atau mungkin… Ale akan
membunuh dirinya sendiri dengan
seiring berjalannya waktu karena
gue lihat bagaimana adik lo sejatuh
cinta itu dengan Jinan.”
Alpha langsung
mengeluarkan pistolnya dan
mengarahkan ke Johnnatan
sedangkan Jayden dengan cepat

317
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
tanggap juga mengarahkan
pistolnya ke Alpha.
“Go ahead. You kill him, I kill
you. All of you,” ucap Jayden.
“What do you want, Althero.”
Alpha berdiri. “Gue tanya sekali
lagi.”
“Waktu.” Johnnatan
menghembuskan napasnya.
“Kasih Jinan waktu untuk
membuktikan bahwa dia layak atas
semuanya.”

318
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Apa yang dikatakan Aslan
mengenai misi ini adalah mission
impossible merupakan sebutan
yang tepat. Ini bukan pertama kali
Jinan melakukan profiling atau
pemetaan terhadap suatu kasus
permasalahan. Althero
sebelumnya juga pernah berkali-
kali terjerat berbegai kasus dimana
dirinya harus terjun langsung
menemukan solusinya. Tapi kali
ini berbeda. Tidak ada data, tidak
ada petunjuk, semuanya serba
abu-abu.

319
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gimana?” tanya Ale. Saat ini
mereka berada dalam sebuah
penerbangan menuju Milan untuk
bertemu dengan Alpha.
Jinan hanya tersenyum.
“Kamu kenapa gak tidur aja, Le?”
“Gak bisa tidur, aku kepikiran
sama strategi apa yang bakal kamu
omongin ke Bang Al nanti.”
Jinan justru khawatir ke Ale.
“Kamu bisa gak, gak usah ikut ke
lokasi? Saya takut kamu nanti
malah dibawa kabur lagi sama
Alpha.”

320
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Ale menggeleng. “Aku mau
nemenin. Lagian aku yang paling
tau lokasi yang bakal kita tuju
nanti.”
Jemari Jinan memainkan
jemari Ale, dia sematkan diantara
jemari kecil itu. “Maaf ya Le, gara-
gara laki-laki kamu ini bukan
sepenuhnya Althero jadi banyak
menimbulkan masalah.”
“Justru karena aku Syahreza
makanya menimbulkan masalah.
Salahnya di aku.”

321
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Apa kita kabur aja ya, Le?”
Jinan tersenyum sambil mencubit
pipi Ale. “Yang jauh, cuma ada saya
sama kamu. Berdua kayak di villa
yang di Bali waktu itu.”
“Ujung dunia? Sounds good.”
Dari seluruh belahan dunia,
hanya di atas udara ini Jinan dan
Ale mendapat ketenangan.
Padahal keduanya cuma
menginginkan kebahagiaan saja,
cukup sederhana, namun untuk
mencapai keserdahanaan itu

322
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
butuh perjuangan yang mati-
matian.
Kadang manusia tidak pernah
melihat kesederhanaan di diri
mereka itu sebagai bentuk
kemewahan. Padahal
kesederhanaan itu bisa saja sedang
dicari oleh orang lain dengan
takdir yang dipertaruhkan pada
semesta.
Mereka tiba di Milan, Jinan
melakukan persiapannya.
Begitupula Zacky yang sudah
datang dengan beda penerbangan

323
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
karena harus menyelesaikan
beberapa pekerjaan lebih dahulu
dan melakukan penjagaan
terhadap keluarga yang masih
tertinggal.
Ale ikut membantu Jinan
bersiap dengan memasang body
armor. “Pistol kamu udah siap?”
“Udah, babe.” Jinan
tersenyum. “Saya kan udah bilang,
itu gak akan saya pake.”
Ale memejamkan matanya
lalu menarik kerah Jinan
membuat Jinan terkejut. “Listen to

324
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
me! Yang kamu hadapi itu
pemimpin Kazíno! Alpha Cario
Syahreza! Pake kalo memang
dibutuhin, ngerti! Lindungin diri
kamu!”
Jinan menahan napasnya.
“Oke, saya ngerti.”
Ale menyerahkan satu senjata
dan dia sembunyikan dibawah
lengan Jinan. “Ini keberuntungan
aku, semoga bakal jadi
keberuntungan kamu. Kita udah
belajar cara pakenya, kan?”

325
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan tersenyum untuk
memberikan ketenangan pada Ale.
“Don’t worry, everything will be
fine. I promise.”
Lokasinya berbeda dari yang
Johnnatan datangi sewaktu dia
melakukan diskusi dengan Alpha.
Sekarang baru benar-benar
terlihat sangat suram, mereka
mengendarai sepuluh mobil. Mobil
pertama Johnnatan dengan
Jayden. Mobil kedua Zacky. Mobil
ketiga Jinan dengan Ale. Sisanya
berisi para bodyguard.

326
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Lokasinya berada di tengah
hutan dengan jalanan naik ke arah
pegunungan, sehingga kabut
menutupi dan tidak ada cahaya
matahari. Suasana juga cukup
dingin.
Mereka tiba di lokasi yang
Alpha kirimkan. Tentu saja daerah
ini penuh dengan anak buah
Alpha. Beberapa wajah gak asing
juga Jayden dapat lihat. Jinan
dapat merasakan semua mata
dapat melihat kearahnya, gak
diragukan lagi mengenai informasi

327
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dirinya sebagai target memang
sudah tersebar luas.
“Mr. Tanaka,” sapa salah satu
keluarga Kato.
“Mrs. Kato,” sapa balik
Jayden.
“Wanna be a terget too?”
katanya sambil senyum-senyum
ala psikopat.
“Shut up before I kill your
whole family.”
“Nice joke!”
Jayden hanya melirik sekilas.

328
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Tempat ini merupakan salah
satu markas mereka yang ada di
Milan. Sebenarnya masuk ke sini
sama saja masuk ke dalam
kandang singa, tapi apa boleh buat
mereka gak ada pilihan lagi.
Pilihannya hanya dua,
berdarah tapi selamat atau
berdarah tapi mati.
Langkah mereka terhenti di
depan pintu saat Stevan
menghentikan mereka.
“Cuma yang bersangkutan
yang boleh masuk,” ujar Stevan.

329
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Benar, gak mungkin Alpha
membiarkan serombongan begini
masuk ke dalam. Jinan juga sudah
menduga, dia mengangguk ke
Jayden dan Johnnatan.
Johnnatan berbisik ke Jinan.
“Don’t trust anyone.”
“Don’t worry, gue bisa jaga
diri. Kalo ada apa-apa, please bawa
Ale pergi, Kak,” ucap Jinan.
Gantian Jayden yang
memberikan nasehat. “Lengkap
semua?”
“Iya, santai.”

330
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Gak usah ragu. Apa yang
terjadi di luar urusan gue. Lo urus
yang di dalem.”
Zacky hanya memeluk Jinan.
“Don’t die.”
“Jaga keluarga kita.”
Sebelum Jinan masuk Ale
memeluk Jinan sekilas. “I love
you, Nathan.”
“I love you, Alyssa.”
Ale melepaskan pelukan itu
lalu salah fokus terhadap sesuatu
dia melihat Jinan dengan mata

331
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
membulat membuat Jinan
memberikan senyuman tipis.
“Ky,” panggil Johnnatan.
“Hm.”
“Bawa semua keluarga kita ke
Italia. Termasuk Bimantara dan
Morgan.”
Zacky menoleh.
“Maksudnya?”
“We can’t make it.” Johnnatan
sudah pasrah. “Jinan gak
menyelesaikan misi itu. Dia gak
dapat jawabannya. Itu cuma akal-

332
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
akalan Aslan aja. Kita semua bakal
jadi target Syahreza.”
“How about our family
legacy?”
“Gue pake untuk waktu
pertemuan ini.”
Zacky masih gak paham. “Ini
maksudnya apa sih, Kak?
Bukannya ini cuma pertemuan
aja?”
Begitupula dengan Jayden
yang kini sama tegangnya. “Alpha
minta imbalan kalau semuanya

333
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
gak berjalan lancar. Seluruh
Althero akan jadi target.”
Iya, dia si gila. Alpha Cario
Syahreza.

Saat pintu pertama kali di


buka, ruangan ini cukup luas.
Hanya ada kursi kecil yang
diduduki Alpha meja kecil yang
berisi jam elektronik serta satu lagi
kursi kecil di depannya. Tidak ada
barang lain sehingga
menimbulkan kesan sangat
mengintimidasi.
334
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Terlihat Hero, Alpha, dan
Stevan disana memperhatikan
Jinan masuk. Alpha hanya diam
tidak memberikan sambutan
apapun. Bagi Jinan, dia sudah
diujung kematian, masa bodo
dengan apapun yang ada di pikiran
mereka. Dia hanya perlu
melakukan apa yang perlu dia
lakukan.
Jinan meneggakkan
pandangannya lalu duduk di
depan kursi yang Alpha sediakan
padahal dia belum dipersilahkan

335
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
duduk. Ditatapnya mata Alpha
tanpa berkedip.
“Lima belas menit waktu
kamu berbicara.” Alpha menekan
tombol jam.
Jinan menyandarkan
punggungnya pada kursi itu dia
menatap Alpha dalam-dalam lalu
menarik ujung bibirnya. Hal itu
membuat Alpha mengencangkan
rahangnya.
Hero pun yang melihat hal
tersebut menoleh pelan ke Aslan.
Dia tidak menyangka laki-laki

336
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
seperti Jinan mempunyai sisi
seperti ini.
“What? Are you curious about
me?” Jinan menaikkan sebelah
alisnya. “Anak pungut bisa
mengetahui keluarga sebesar
Syahreza?”
Bibir Jinan benar-benar
mengeja nama Syahreza dengan
pasti. “Ketika kamu pikir kamu
yang paling kuat di dunia ini, kamu
salah Syahreza. Kadang kuat itu
bukan cuma tentang kekuasaan.”
Jinan menunjuk kepalanya

337
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
menggunakan jari telunjuknya.
“But this.”
Alpha mulai tertarik dengan
arah pembicaraan Jinan. “I know
you have everything. Money?
Power? Family? Blood? But you
forgot one thing, people.”
“I have my people.” Alpha
memiringkan kepala. “You don't
see it?”
“Hm, I only see two.”
Deg! Tenggorokan tercekat.
Jinan menatap satu persatu mata
orang-orang di belakang Aslan.

338
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Lubang bocor yang selama ini jadi
distraksi Kazíno sudah ketemu?”
Badan Alpha kini maju.
“Kamu orangnya.”
“Buat apa anak pungut seperti
saya menjadi distraksi terlebih
membahayakan Ale.”
Bener, itu masuk akal.
Setidaknya dia tahu kalau Jinan
tidak akan berbohong mengenai
perasaannya ke adiknya itu. Mata
Alpha kini menyamping.

339
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Bagaimana jika, distraksi itu
bukan dari luar?” Jinan berbisik.
“Tapi dari dalam. Pengkhianat.”
Perlahan Jinan mengeluarkan
pistolnya membuat Hero dan
Stevan secara bersamaan langsung
menodongkan pistol ke Jinan.
Jinan menoleh sekilas kearah
mereka, menodongkan pistol itu
ke Alpha. “Bisa saja saya
menembak seperti ini, mengakhiri
segalanya. Kamu dan saya mati.
Selesai. Tapi…” Jinan
menyerahkan pistol itu,

340
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
mengubahnya ke Alpha. “Saya gak
mau. Kedatangan saya hanya ingin
bersama Ale. Sudah itu saja.”
Keadaan semakin tegang.
Alpha masih melihat pistol
tersebut. “Give me a reason,
Nathanael.”
“Maybe she deserves better
than me, but I can not see her with
anyone else. That’s why I’m here
for her.”
Alpha mengambil pistol
tersebut. “Beritahu saya, siapa
yang harus saya bunuh.”

341
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Suasana lebih mencekam dari
sebelumnya. Satu langkahpun
tergerak, akan menentukan siapa
yang akan terbunuh selanjutnya.
Aslan perlahan mengambil
pistolnya matanya menuju ke
seseorang. Mereka semua
bersenjata sekarang, siapapun bisa
mati.
“Alpha, jangan percaya—”
Jinan dengan cepat
mengeluarkan belati yang Ale
simpan di lengannya lalu dia
tusukkan ke tangan orang itu

342
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
hingga pistol yang dipegang
terjatung. Dalam sekali tarikan
pelatuk, Alpha membidik tepat di
kepala dan Jinan mengalihkan
pandangannya untuk menghindari
pemandangan itu.
Alpha mengambil sapu
tangannya untuk membersihkan
darah yang ada di tangannya. Dia
menatap Jinan lalu mengulurkan
tangan kanannya. “Welcome to
Kazíno.”

343
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Suara tembakan terdengar,
Jayden dan Johnnatan berusaha
untuk menerobos pintu tersebut
tapi apalah daya karena pintu yang
ukurannya luar biasa gak masuk
akal besarnya.
Pikirannya sudah kemana-
mana, isinya negatif semua,
ditambah Zacky yang sibuk
menelpon Gia untuk mengemasi
barang-barang mereka.
Sedangkan Ale sudah lemas karena
pikirannya kosong.

344
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Selama lima belas menit,
mereka hanya bisa menunggu
sampai akhirnya pintu itu terbuka
dengan sendirinya.
Aslan melihat wajah panik
semua orang membuatnya
bingung. “Buset pucet amat?”
Di ikuti Alpha yang ikut keluar
dari ruangan tersebut, sama
dengan Aslan, dia juga kaget
apalagi melihat wajah Johnnatan
yang pucetnya ngalahin naik
komedi putar. “He’s alive,” kata
Alpha singkat, padat, dan jelas.

345
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Serentak bernapas lega. Ale
langsung berlari memeluk Alpha,
sangat kencang.
“Relax, I’m not going to kill
him….” Alpha membalas pelukan
Ale. “Yet.”
“ABANG!”
“Well, I will kill him if he
breaks your heart.” Alpha
melepaskan pelukan tersebut. “He
is one of us now.”
Ale buru-buru masuk ke
dalam ruangan tersebut
sedangkan Johnnatan masih gak

346
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
paham dengan kalimat terakhir
yang Alpha ucapkan ke Ale.
“Apa maksud lo? Gue gak
pernah ngijinin Jinan buat jadi
bagian dari kalian.”
“Gue gak butuh ijin siapapun.”
Alpha melangkah meninggalkan
Johnnatan tapi dia sejenak
menghentikan langkahnya dan
menoleh. “Our family legacy is
still there, jangan ditukar oleh
sesuatu yang aneh, Jo. Gue anggap
percakapan kita tempo lalu gak
pernah ada.”

347
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jayden mulai menyadari apa
yang terjadi, dia menggeleng
sedikit tidak percaya. “Lo tau kan
kenapa dia bisa mimpin Kazíno.
Karena dia selalu mendapat apa
yang dia mau. Sekarang dia dapat
salah satu dari Althero. And also,
the smartest one. Because he
knows his family needs him.”

Ale berlari ketika melihat


Jinan di rungan tersebut. Gak
peduli dengan orang lain disana.
“Hey, I’m okay.”
348
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Napas Ale tersenggal-senggal.
“Kita sekarang baik-baik aja,
Le.” Jinan menangkup kedua pipi
Ale. “Sekarang kita bisa sama-
sama.”
Ale menoleh ke Hero yang
tersenyum ke arahnya. “Hello,
Alyssa?”
“Hero?” Perlahan dia
menelusuri seluruh ruangan dan
tepat di depan sana tergeletak
mayat tengkurap yang menancap
belatinya ditangan mayat tersebut.
“Stevan?”

349
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Iya, Stevan. Ceritanya
panjang, nanti saya akan beritahu
kamu.” Jinan mengalihkan
pandangan Ale. “Jangan dilihat.”
“Gue bakal panggil urus
badannya,” ucap Hero lalu pergi.
“Ah, Jinan. Selamat bergabung.”
“Thanks, bro.”
Ale menarik tangan Jinan ke
ujung ruangan ini. Wajahnya
begitu khawatir mendengar berita
tersebut.
“Kenapa kamu harus gabung,
Ji? Ini bukan hal yang gampang

350
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
dan gak main-main! Kamu cuma
perlu hilangin nama kamu dari
target, sudah. Aku gak mau kamu
merasakan kehidupan apa yang
aku rasakan.”
“Dan saya gak bisa sama
kamu.”
Ale memegang tangan Jinan.
“Kamu keputusan apa yang kamu
buat sekarang?”
Jinan tersenyum dan
mengangguk. “Saya gak menyesal.
Kalo bisa menikmati dunia ini
sama kamu, apapun saya lakukan.

351
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Yang penting sama kamu. Sudah
cukup bagi saya untuk melepaskan
kebahagiaan lagi, Le. Kali ini saya
mau mengorbankan diri saya
untuk kebahagiaan itu.”
“Kamu yakin?” Ale dengan
matanya yang penuh
kekhawatiran.
“Yakin.” Jinan semakin
mengeratkan tangannya.
“Together?”
“Together.”

352
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Epilog
Behind Everything
Setelah semua apa yang
terjadi, Althero dan Syahreza
kembali menjalin bisnis seperti
semula. Mau bagaimanapun,
keduanya sudah terikat makin
kencang dari sebelumnya. Zacky
dan Aslan pun juga kembali
berteman meskipun Aslan harus
menerima tonjokan Gia lebih dulu.
Semua bermula saat Gia
menanyakan bekas luka yang gak
kunjung sembuh di ujung bibir

353
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Zacky, lalu Zacky yang keceplosan
kalau dia habis berantem dengan
Aslan di sebuah bar. Gak mungkin
dia menjelaskan dengan semua
masalah keluarga Aslan, jadilah
dia berbohong kalau Aslan terlalu
banyak minum alkohol sampai
memukulnya. Duh, gimana ya,
jiwa emak-emak Gia nih semenjak
nikah tuh semakin menjadi-jadi.
Dia datang lah ke bar Aslan
malam-malam dengan baju tidur
hello kitty-nya.

354
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Widih, Gia? Mau mengenang
masa muda—” BHUG!
Yup, berdarah lagi deh hidung
Aslan.
“ELU KEBANYAKAN
CIPOKAN MAKANYA GAK
SEMBUH!”
Hidung Aslan nih untungnya
kokoh ya, jadi berkali-kali kena
tonjok gak goyah masih berdiri
tegak.
“Ya, sorry lah.” Zacky cuma
minta maaf seadanya aja. Dia juga

355
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
puas sih ngeliat Gia nonjok Aslan
begitu. Lega aja rasanya.
Semenjak kejadian yang
lumayan bikin sakit kepala itu
sebenernya gak ada yang berubah,
pertemanan mereka masih sama
saja, Zacky dan Aslan pun bersama
para pejantan juga masih
berteman dan memilih melupakan
apa yang terjadi.
Begitupula dengan Jinan yang
masih disibukkan dengan Ale dan
kegiatan kantor. Gak banyak yang
berubah kecuali dia bisa melihat

356
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
hal-hal yang seharusnya tidak bisa
dia lihat saja. Sama satu lagi, dia
jadi sering bertemu Aslan di bar
ini.
“Lan.”
“Apaan.”
Jinan menoleh. “Lo kenapa
mau bantuin gue?”
“Inget peraturan—”
“Don’t ask too many
questions—HAPAL GUE!!” Jinan
malah ngegas. “Cuma gue
penasaran, kenapa waktu itu lo

357
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
bantu gue padahal lo bisa aja
bunuh gue.”
Iya, sewaktu Aslan
mendapatkan perintah untuk
menghabisi Jinan karena Jinan
mengetahui aslinya keluarga
Syahreza, sebelum pemukulan
terjadi Aslan menyelipkan kalung
yang Jinan cari selama ini.
Sebuah kalung yang Ale
pernah berikan namun hilang
karena Jinan tidak sengaja
hilangkan. Kalung tersebut dibikin
di orang yang biasanya membuat

358
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
aksesoris Aslan. Jadi, Aslan
membuat kalung yang sama
namun menyelipkan kode
tertentu.
Setelah pemukulan selesai
terjadi, tentu saja Aslan memukul
di tempat yang tidak mematikan,
Jinan menyadari hal itu saat
Johnnatan menyerahkan kalung
tersebut karena Johnnatan kira
kalung tersebut milik Jinan. Aslan
tahu, kode semacam itu hal sangat
mudah bagi Jinan pecah kan.
Benar saja, hanya dua hari bagi

359
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Jinan untuk memecahkan kode
tersebut.
00127654237680 sebuah
kode berangkas bank yang
menyimpan informasi siapa
pelaku dari misi yang Aslan
maksud.
Disaat yang bersamaan juga,
Jinan mendapatkan panggilan dari
Stevan untuk mendapatkan
informasi palsu.
“Stevan terlalu terobsesi sama
Alpha, gue udah curiga tapi gak
mau bergerak karena posisinya

360
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
terlalu bahaya. Kebetulan ada lo,
yaudah. Win win solution aja, sih.”
Aslan meneguk Alkoholnya.
Stevan telah melakukan
pengkhianatan demi mendapatkan
perhatian dari Alpha sehingga
dengan begitu posisinya lebih
terlihat. Begitulah caranya agar
Alpha bisa menerimanya masuk
menjadi salah satu anggota.
Termasuk melukai Ale dengan
mengirim Jinan dan Althero
sebagai umpan.

361
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Lagian lo tau tentang
Kazíno dari mana dah?”
Jinan kali ini gak minum
alkohol karena gak pengen aja sih.
“Lo tau gue dari panti asuhan
kan?”
Aslan mengangguk. “Ya tau
lah, anak pungut.” Maap, mulut
Aslan emang begini dan Jinan
sudah memaklumi kok.
“Bang Al tuh punya sisi yang
kadang orang lain gak ketahui. Dia
sering ke panti gue.” Aslan

362
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
memuncratkan alkoholnya.
“Astaga…”
“Serius lo!”
“Iya, dia donatur terbesar
disana setelah gue. Gak sengaja
satu waktu gue liat dia disana. Dan
gue tanya sama Ibu panti gue
ternyata Bang Al udah dari dulu
banget jadi donatur dengan nama
disamarkan. Yaudah gue minta aja
datanya, dari sana gue liat aliran
dana Abang lo. Kebongkar semua
deh kalo ada hal lain yang keluarga
lo sembunyiin.”

363
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Aslan melongo. “Ada gilanya
juga sih lo… tapi pinter juga…”
Jinan tersenyum lalu
memiringkan kepalanya. “Muji nih
lo?”
“Anjing najis juga muji lo!”
“Sebenernya gue gak peduli,
Lan. Gue cuma peduli sama Ale.
Apapun yang keluarga lo lakuin,
gue cuma mau sama Ale. Awalnya
menggali semuanya karena gue
mikir kenapa gue dibenci
sebegininya sama kalian, apa
karena gue anak pungut?”

364
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Aslan menelan salivanya, jadi
gak enak sendiri ngomongin anak
pungut.
“Ternyata kalian punya hal
lain yang lebih besar. Ya, pada
intinya sama aja antara Althero
dan Syahreza. Gue gak melihat
perbedaan apapun. Kita sama-
sama melindungi orang yang kita
sayang dan keluarga.”
Aslan ikut menanggapi. “Dan
yang penting, gue cuma mau Ale
bahagia. Ketika gue liat Ale sama
lo, Ale bahagia. Gue sampe

365
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
sekarang belom percaya sama
cinta, Ji. Tapi selama adek gue
percaya yaudah. Intinya dia
seneng, gue juga ikut seneng. Gue
lakuin apapun yang bisa gue lakuin
buat dia.”
Jinan kini tersenyum lalu
meletakka dagunya di tangan
kanannya. “Abang…”
“BANGSAT EMANG LO YA!”

(Waktu kejadian setelah Alpha


bertemu Jayden dan Johnnatan di
Milan)
366
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Rasanya energinya ini sudah
cukup habis, Alpha tidak bisa
berurusan dengan Althero dan
Tanaka dalam ruangan yang sama.
Mereka cukup kuat untuk
manipulasi. Dia menyandarkan
kepalanya sambil memejamkan
matanya sejenak.
“Sir, Mrs. Syahreza
menghubungi anda,” ujar supir
pada Alpha.
Alpha membuka matanya.
“Bawa saya ke sana.”

367
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Mobil langsung memutar
balik ke arah tujuan. Gak butuh
waktu lama untuk sampai ke sana.
Sebuah restoran klasik ara Eropa
selalu menjadi tempat favoritnya,
Alpha sudah hapal dimana Ibunya
duduk.
“Mama,” sapanya.
“Alpha.”
Ibunya itu berdiri dan
menyium pipi Alpha. Dia bisa
melihat bodyguard perempuan
Ibunya sudah ada di ambang
pintu.

368
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Kenapa ke sini? Urgent?”
“Kekacauan apa yang kamu
buat?”
“Ah…”
“Mr. Syahreza mengirim
Mama kesini?”
Ibunya menggeleng. “Tentu
tidak, dia tahu apa yang Mamamu
ini lakukan.”
Alpha mengerutkan
keningnya. “Maksudnya?”
“Ada apa dengan kamu,
Alpha? Kenapa kamu menjadi
tidak tahu apa-apa?”

369
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
Alpha menundukkan
kepalanya. “Maaf Ma, ini salah
Alpha. Sebentar lagi akan segera
Alpha eksekusi Stevan.”
“Good. Dia yang lubangnya.
Stevan menutupi semua informasi
kamu. Bukan anak itu.” Ibunya
mengambil tangan Alpha.
“Menurutmu kenapa Mama
mengenalkan langsung Ale dengan
dia? I chose him, Alpha.”
“Ma…” Alpha tidak percaya.
“Mama salah pilih.”
“Kamu meragukan Mama?”

370
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
“Bukan seperti itu maksud,
Alpha.”
“Saya tidak pernah salah pilih
dan kamu tahu itu.” Ibunya
memberikan berkas Jinan. “Dia
melebihi semua ekspektasi kamu.
Keluarga kita butuh dia. Kazíno
butuh dia.”
“Terkadang, yang kamu
butuhin itu bukan hanya kekuatan
saja, Alpha. Tapi, isi kepalanya dan
loyalitas.”
Alpha membaca semua berkas
Jinan bagaimana dia bertahan

371
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
selama lima tahun di keluarga
Hayet dan membela Althero,
memecahkan seluruh persoalan
perusahan, melakukan pemetaan
permasalahan. Benar kata
Mamanya, dia membutuhkan
Jinan.

CATALYA
(JINAN ALE EBOOK VOL.3

372
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿
SYAHREZA FAMILY VER.
COMING SOON)

373
✿ Edelweiss — Erina Delyere ✿

Anda mungkin juga menyukai