Anda di halaman 1dari 4

Anagapesis Dratomania

Karena tiada tempat yang bisa aku masuki, aku menuju pelukanmu
lagi. Tempat dimana riuh kebahagiaan tanpa henti, tengik luka
terdalam yang tidak bisa diakhiri.

Deras air yang mengalir di pipi, dalam lelapku teringat kenangan


kembali. Keresahan jiwa merupakan metamorfosa kenangan. Hati
yang sering kali kecewa kemudian patah. Cinta yang diberikan
sebagai anugerah untuk menjadi perasa, mencapai ikatan utuh dari
kata sempurna.

Tahun-tahun berlalu, tiba-tiba kamu mengechatku, mengajaku


nostalgia indah masa lalu, sungguh hatiku berdebar haru, tanpa pikir
panjang, aku iyakan pesanmu. Sungguh kasmaran perasaanku.

Sambil menunggu aku duduk dibangku, aku memutar linimasa


kenangan denganmu, sepuluh menit berlalu, tiba-tiba kau
menyapaku, senyuman lebarmu cukup menjelaskan kerinduan yang
tumpah dalam pertemuan itu.

Dalam perasaan bahagia kau mengajaku pergi, ketempat ketika kita


bersumpah mempersatukan hati. peluk erat tanganku tidak bisa
terlepas, sungguh nikmat tuhan mana lagi yang ingin kau rampas.

Kan ku ingat kejadian itu menjadi kenganan terpahit dalam hidupku.


Aku terlena, kau mengubah rasa bahagia menjadi dula rala, untuk aku
yang lemah tak meronta. Kau selipkan pisau kecil di tanganmu ingin
menghajamku, tanganmu yang lain membekap mulutku.

Aku pasrah...

Aku tak berdaya...

Dalam nafasku yang terengah-engah, kau membisiku, “ini balasan


untuk kamu yang dekat dengan orang baru”. Aku kegemeteran,
suaraku tidak bisa keluar seakan-akan rasa ketakutan bagai sekat yang
menghalangi aksa. Aku menangis sejadi-jadinya, berharap orang
mendengar rintih suara yang semakin memudar.

Tega sekali kamu melakukan ini, dengan tuduhan palsu yang kau
lontarkan dengan belati kecil ini. Dia hanya tertunduk lesu, sambil
sujud meminta maaf atas semua yang dia lakukan, “simpan maafmu
aku tidak butuh pecundang yang menyakiti wanita lemah dengan
kekerasan”.

Tinggalkan aku!!

Aku ingin sendiri...

Kenangan kemarin yang menyakiti, membuatku takut menaruh harap


baru pada lelaki. Aku trauma, cemas, sakit. “Biiip” bunyi notifikasi
terdengar, kubaca pesanmu dengan penuh amarah, kau menjelaskan
panjang lebar tentang permintaan maafmu, dan bodohnya aku “ aku
malah memaafkannya”. tentah mengapa hati luluh, dan membuatku
tidak bersikap.

Akhirnya aku menyerahkan diri, sebagai tumbal untuk menerima dia


kembali, kau muncul sebagai bianglala, ketika kesepian menghujam
buana.

Aku tidak pernah mengerti bagaimana tuhan menciptakan hati untuk


merasakan penderitaan ini, juga otak yang tak pernah berhenti
memikirkan bagaimana cara melupakannya. Celakanya lagi,
kepadamu aku masih menutup luka, untuk tetap menyalakan rindu
dalam derai air mata.

Walau kini semuanya mengalami perubahan, biarkan aku sendiri


yang merawat kesedihan. Walaupun dulu, aku menjadi orang terburuk
dalam ceritamu, tidak ada penyesalan dalam hatiku.

Sudah berapa kali aku ingin pergi, tetapi kau tau cara memenangkan
emosi, membuatku tak berkutik.

Ikatan yang kuat, perasaan yang melekat, tentu saja bisa di putuskan.
Melumpuhkan semua indra sejenak mengenai dia. Walaupun ini
kelihatan mudah, tapi aku tau ini sangat sulit dilakukan. Tapi aku
percaya pada tuhan, sekuat-kuatnya ikatan pasti bisa diputuskan.

Yakinlah...
Buat apa kembali, untuk dia yang ingin pergi. Buat apa bertahan,
untuk dia yang tidak memiliki perasaan.
Anagapesis (n) hilangnya perasaan atau hasrat apapun kepada oramg
yang pernah dicintai.

Dratomania (n) keinginan besar untuk melarikan diri dari suatu hal.

Tulisan ini terinspirasi dari kisah hati sahabat amara, menceritakan


tentang seseorang yang sangat dia cinta, tetapi dibalik itu, tersimpan
kisah lara, kesedihan, ancaman dan keputusan diri untuk melangkah
kembali menemukan jati diri.

Anda mungkin juga menyukai