Ini catatanku,
Karena ada beberapa pertanyaan dan pernyataan yang tak akan bisa kusampaikan
dengan jelas kepada manusia lainnya. Inginku, tulisan – tulisan ini bisa dimengerti
kepada semua pembaca yang membaca tulisan ini, bahwa aku pernah resah, pernah
gundah, pernah hilang, pernah hancur, dan bahwa aku pernah kehilangan arah.
Hapus aku, lalu letakkan di tempat yang paling hina, duniaku hilang. Berat ku hitung
derita. Mans kapan kau menyapa??? Sampai masa melambai tanggal di pusara air mata,
aku dibiarkan.
Kenapa hidup itu rasanya perih??? Luka akibat kesalahan sendiri kian terus terbuka,
bukan dara yang merupa lagi tetapi nanah yang sudah menjadi. Tolong luka ini harus
segera diobati tetapi mengapa tidak ada yang mampu mengobati. Kemana tuhan yang
maha pengasih lagi maha menyembuhkan??? Hadir-Mu kini sedng kutunggu, ku butuh
belas kasih-Mu lagi. Hadirlah, sembuhkan luka ini tuhan, tak akan kuulangi lagi.
Tenangkan dulu
Laut yang sedang
Bergejolak di
Relung hatimu itu
Tenangkan dulu
Badai yang sedang
Melanda di
Dalam pikiranmu itu
Biarkan kesempatan
Pada dirimu untuk
Memkul apa yang
Memang harus dipikul
Berikan kesempatan
Pada dirimu utuk
Menyembuhkan apa yang
Memang harus sembuh,
Tanpa harus membuat luka baru di dalam dirimu maupun di dalam diri orang lain.
Bagaimana pun caranya, wajah tua pasti akan terlihat. Mengutamakan penampilan luar
tapi rapuh di dalam itu mengenaskan. Mereka yang hanya memandang penampilan
akan cepat meninggalkanmu. Setelah mereka mendapatkan apa yang dicari dan diincar
darimu. Maka perbaikilah isi hatimu dan biarkan hatimu yang menajdi penghias
penampilanmu.
Untuk setiap kesempatan yang masih ada, mari kembali. Jangan lagi memilih jalan yang
salah, mereka yang sudah mendahuluimu sudah cukup menjadikan pelajaran bagimu
bukan??? Ayoo waktunya kembali.
Melalui malam dingin dengan segala rahasia yang tak terbaca
Aku menginginkanmu tanpa jeda
Tidak ada tanda titik ataupun koma
Yang kuinginkan sekarang hanyalah memanggilimu cinta
Seutuhnya.
Jika hati merasa sakit
Semoga allah merestui
Setiap jalan yang kau telusuri
Setiap cita dan harap yang ingin kau raih
Meski kini semua sudah tak sama lagi
Maka dalam sendirinya, dia menangis di dalam kegelapan. Dihadapan manusia lainnya ia
tertawa di luar kegelapan. Dalam sendiri ia mencari solusi, dia tak akan bergantung pada
siapapun, maka dia berjuang keras memecahkan masalahnya sendiri. Wajahnya yang
penuh dengan ketenangan, tak akan mudah menampakkan luka batinnya yang begitu
dalam.
Namun begitulah ia sang perempuan anak pertama, tak akan dengan mudah menyerah
begitu saja. Berapa kalipun ia terjatuh, dia akan berjuang keras untuk segera bangun dan
berlari. Dia tau ada banyak yang mengharapkannya, maka tak akan dengan mudah
dirinya mengecewakan. Tanggung jawab baginya adalah sebuah kewajiban.
Maka sekalipun batinnya terluka sangat amat dalam, tangis dihatinya menyayat penuh
penderitaan. Dia akan tetap tersenyum setegar mungkin dihadapan oranglain dan
berjuang untuk tak mengecewakan kewajibannya.
Coba kita telaah jauh, bahwa suatu hubungan akan terasa menjadi indah bila yang
terjadi adalah saling, bukan sekedar yang paling. Kau dan dia, sadar untuk menjalani
peran dengan aktif dan partisipatif. Setiap cerita, kejadian, gagasan, mimpi, pencapaian,
hingga lelah seharian. Kau dan dia bergantian mengisi kesepian, begitu pula saat bahagia
terbagi dengan bijaksanan.
Lalu, bila kau ketahui tidak pernah ada kesempatan yang sama, sudah sepantasnya kau
bunyikan sirine tanda bahaya. Sudahlah dia hanya benci sendiri, bukan ingin dilengkapi.
Bayangkan kau yang menanam, tunas muncul, bunga semerbak harum, matang buah
sedap nan ranum, kau yang merawatnya, menyirami setiap hari tanpa mengeluh,
memupuk dengan sabar, membanggakan ke setiap orang, hingga tiba waktu panen
bukan kau yang memetiknya dan bukan kau yang merasakan manisnya. Dia hanya benci
sendiri.
Lepaskan lah saja, biarkan ia terbang bebas bagaikan burung yang ada di angkasa. Kau
fokus saja membuatkannya dia rumah untuk tempat kembali pulang. Dan kapanpun
sunyi merasuk jiwanya, kemarilah tanpa ragu. Akan kubuatkan kopi terpahit dengan
kenangan termanismu, lalu genggam semua kesedihanmu itu sebagai duka paling
bahagia dan bila hatimu butuh d dengarkan, temui aku dalam perbincangan niscaya kopi
yang kusuguhkan tak akan pernah sepahit luka lara yang kau derita.
Kepergian kali ini
Bukanlah kepergian sejati
Bersabarlah sejenak kekasih
Kali ini kita hanya berjarak
Bukan terpisah bentangan kilometer
Hanya memebri ruang untuk masing – masing dari kita yang ingin memperbaiki diri