Anda di halaman 1dari 7

Kesedihan yang menyergap jiwa

Sudah satu bulan ini, kehidupannya bagai tanaman tak berbuah, ranjang kamarnya dan dua
boneka itu adalah teman setianya dalam mengarungi kehidupan yang kini dia anggap tak
berpihak padanya. ia merasakan begitu panjangnya hari-hari yang ia jalani, kenyataan pahit yang
harus ia telan terus menyiksa jiwanya. hembusan angin pagi dan embun putih menambah
keresahan yang entah kapan mencapai ujungnya. entahlah, taman impian yang telah ia tanami
berbagai macam bunga Indah kini seakan mengkhianatinya. belum sempat berbunga, tumbuhan
itu menguning dan sebentar lagi akan mati lalu menunggu lama untuk dihidupkan kembali,
pedahal ia sungguh merindukan mekarnya.

begitulah manusia, dihidupkan lalu dipertemukan dengan ujian. ia selalu berharap akhir dari
ujian ini berbuah kemanisan yang indah, hingga mencapai titik puncak kebahagiaan. iya, dia
merindukan kebahagiaan hakiki dalam hidupnya, kebahagiaan yang membawanya terus larut
dalam syukur pada Tuhan. entah, entah kapan, tapi ia percaya bahwa semua itu adalah niscaya.

sujud dalam keheningan saat manusia berselimutkan kegelapan adalah keindahan yang tiada bisa
dilukiskan sekalipun dalam tinta emas, melesatkan harapan-harapan cinta dengan merendahkan
diri bersama bumi namun berharap permohonannya sampai hingga mengetuk pintu langit, hanya
itu yang bisa dilakukannya dalam kepasitasnya sebagai seorang hamba.

iya, ia telah terjebak dalam permainan hati yang kini membawanya dalam duka dan nestapa yang
entah kapan berakhirnya, mudah memang memberi harapan, namun jika harapan itu tak
ditunaikan yang ada semuanya hanya akan berbuah luka dan badai kehidupan yang memporak
porandakan impian.

tidak sesederhana itu sebuah harapan. apakah dia tahu? pedih memang......
H-5

Detik-detik menegangkan itu terus berjalan, bisakah aku hentikan waktu ini, untuk sementara
saja, berikan aku kesempatan untuk menangis, merasakan pilunya kehidupan yang kini
menrongrongi jiwa dan fikiran. kini ku merasakan titik terendah dalam kehidupan, semua karena
panah yang kau lesatkan dan tak tepat sasaran, kini ku terluka, sayapku patah, dan entah kapan
sembuhnya. kunci itu kau bawa pergi, dan kau lemparkankan pada luasnya samudra, katakan
bagaimana aku mencarinya? bagaimana jika arus membawaku pada jurang yang lebih dalam?

kau berkata ini takdir, ini bukan tentang takdir ini tentang harapan yang kau hempaskan dari
ketinggian, dan kini aku hancur bersama impian itu, luluh lantah bak serpihan kaca kecil yang
pecah berserakan

sakit, sungguh perih... tapi akan kujalani dengan kesabaran, aku tahu rencana Tuhan tidak akan
pernah mengecewakan... 

apakah kau merasakan apa yang kurasakan? Rasanya kau sedang berbahagia menyambut hari
dimana aku akan tersiksa
H-3

warna-warna itu mengkristal di dalam relung hati,lalu menemani jiwa dengan keanggunannya,
rasa bahagia itu datang tanpa alasan, seakan hanya ilusi perasaan. jauh didalam lubuk hati
terdalam sesugguhnya kumerasakan kegundahaan akan akhir dari perjalanan ini, apakah berakhir
dengan kesedihan atau dengan kebahagiaan? apakah aku mampu melawan ilusi perasaaan, yang
sama sekali tak ku undang dalam singgasana hatiku terdalam? sementara bayangannya itu
menyandera hati semakin lekat dan terus melekat, menemani kesendirian dalam sunyi dan sepi.

ah, walaupun hidup diselingi kesedihan disetiap episodenya, namun sungguh tak ada kesedihan
yang abadi jika seseorang memiliki Tuhan dihatinya. kini, ku hanya mampu memasrahkan
perasan, perasaan yang terbang kelangit disetiap detiknya untuk mendiskusikan dengan Tuhan
tentang perasaanku yang terpendam, tentang rindu yang tak kunjung berpadu.

ketika keputusasaan dibunuh oleh cahaya harapan, hati yang menangis perlahan diterangi cahaya
maha Indah itu. cahaya harapan. perkataan manusia maha agung itu benar, panah itu tidak akan
meleset menemui sasarannya. yaitu panah yang dilepaskan dari busurnya dimalam hari, saat
manusia bermimpi berselimutkan kegelapan. dan saat ini aku berharap dapat melepaskan panah-
panah yang lain dari busurnya. dan semoga, salah satu keajaiban itu adalah dirimu, salah satu
target panah itu adalah dirimu, dan semoga target salah satu panah itu adalah diriku

ah aku tak mampu memikirkannya, biarkan Dzat yang maha Agung yang mengatur pertemuan
Indah itu.
H-1

gerimis itu terus membasahi hatiku, dingin dan terus membeku, menunggu sang mentari keluar
dari ufuk timur untuk mencairkan suasana hatiku nampaknya tak juga keluar, ia bersembunyi
dibalik bayangan yang tak jelas bentuknya. bukan hanya hatiku saja yang merasakan dinginnya
tapi juga orang-orang disekitarku.

air mata tak lagi keluar, mungkin sumbernya telah mengering, ku fikir semuanya akan menjadi
lebih baik tanpa air mata, namun sungguh lebih menyiksa. ku harap air mata yang mengalir tak
sia-sia, tapi ia menjadi pembersih dosa juga pembening jiwa.

sungguh aku butuh pelipur lara dalam dalamnya duka yang kini ku derita
Hari H

Hari itupun tiba, hari dimana pengikraran janji suci dikumandangkan, ku hanya bisa pasrah pada
takdir yang telah Allah Tuliskan, laki-laki yang ku anggap baik itu ternyata hanya ujian bukan
pelipur lara seperti yang selama ini aku harapkan. Sosok yang begitu kukagumi dan kucintai
akhirnya memilih wanita lain untuk bersanding dengannya, bukan aku, iya bukan aku. Sakit
memang, tapi akan kujalani dengan hati yang lapang. 

kini penantianku bertambah panjang, akankah aku kembali menemukan sosok yang ku
dambakan? Siapakah sosok yang ingin menggandeng tanganku ke Surga dan membangun surga
dunia sebelum menginjak surga yang sesungguhnya bersama ku? 

Teruntuk Calon Imamku


Sayang, bolehkan aku memanggilmu dengan sebutan sayang, sejenak saja, boleh yah?
Untukmu yang sedang berjuang mengahalalkanku
aku akan menjaga apa yang seharusnya terjaga untukmu
Untukmu yang akan menjabat tangan ayahku, doaku terus mengangkasa
Sehingga penuhlah langit itu dengan harpan-harapan indah yang ku dendangkan kepada Tuhan
Walau nama belum ku sebut, namun sosokmu terus ku minta dalam keheningan
Kelak, kan kuhapus peluhmu, lelah dalam setiap langkahmu
Kan ku sediakan secangkir kopi dengan senyuman terbaiku untukmu, sesuai dengan pintamu
Kan kupsang wajah ceria di hadapanmu
Kan ku buatkan puisi-puisi indah menemani sarapanmu
Kan kubangunkan surga dunia untukmu
Kan ku didik anak-anak kita dengan kasih sayang, menjadikannya pelita dalam pekatnya dunia
sebelum kita bersama menapaki permadani Indah di surga sana

iya untukmu, yang kelak akan menjabat tangan ayahku


Duhai Hati

Aku tau kau tak sekokoh batu Karang seperti yang orang-orang bilang, hatimu layaknya seorang
perempuan pada umumnya, sakit saat dikhianati, perih saat ditinggal pergi, Duhai hati, maafkan
aku telah membiarkanmu terluka oleh seorang yang katanya mencintaimu, aku percaya saja,
karena aku tau kamu kesepian, kamu butuh seseorang yang dapat mengisi kekosongan, namun
nampaknya semua tak seindah seperti apa yang diucapkan. maafkan hati karena diriku telah
mengkhianatimu, aku sungguh merasa berdosa melihatmu tersiksa dalam kesendirian, aku
sungguh kasian, kamu telah lelah dalam penantian, kini ditambah lagi dengan harapan palsu
yang dilontarkan. maafkan

ah duhai engkau raja dari tubuh ini, sabarlah....


Kini yang ku Rindu

Jika sepanjang hari adalah penantian, maka waktu yang paling ku nanti adalah datangnya
sepertiga malam, tiada rindu yang paling menggebu selain waktu berduaan bersama Tuhan.
karena bersamaNya lah aku tidak pernah kesepian, karena kuasaNya lah aku bisa berdiri tegar
melalui proses kehidupan.

Pedih dan perih memang, namun bagaimanapun aku harus menjadi pemenang, bahkan disaat
harapan dan kenyataan saling bertolakbelakang, kali ini aku harus mendengarkan nasihat hasan
Al-basri, jika memang aku tak unggul dalam urusan dunia yang bersifat fana, maka mau ga mau
aku harus unggul dalam urusan akhirat yang abadi sepanjang masa

ku tahu tak ada yang bisa kubanggakan, saat mereka menginginkan penampilan, maka jelas aku
bukan pilihan, saat mereka bilang ingin 'kesederhanaan' maka jelas aku dianak-tirikan, pedahal
aku pun wanita yang menginginkan kebahagiaan, harus kepada siapa aku berpihak, saat yang
melangit dalam urusan dunia, diriku menolak, saat bersamaan ketika kupilih yang membumi
mereka mengelak.

ya Allah, aku pasrah.......

Anda mungkin juga menyukai