Flowers | 2
sendiri. Itu sama sekali tidak berlaku bagi Sephora. Ralat,
Haidar dan Mika juga masuk ke dalam daftar list.
***
Flowers | 5
dua siang, yang berarti pukul setengah satu dini hari di
Australia.
Sephora
Sha? Molor?
Bangun dulu
bentar.
kepedesan, kayaknya
gimana ini?
Flowers | 6
bisa diperbaiki bukan? Satu pesan lagi ia kirimkan pada
Queensha.
Sephora
Flowers | 7
“Terus ini diapain dong? Masak capek-capek masak
dibuang?” keluh Sephora.
“Ngawur lo mah.”
Flowers | 8
Agarish tak mengucapkan apa pun. Cowok itu
membiarkan Sephora berbuat sesuka hatinya.
Flowers | 10
Percakapannya dengan Gendis—Ibu Agarish
beberapa waktu lalu masih membayangi Sephora.
Wanita yang berhasil itu tidak hanya dilihat dari
pekerjaannya, tetapi juga bagaimana mengurus suami
dan anaknya. Paling tidak, harus bisa menguasi hal
paling dasar dari berumah tangga, yaitu bisa memasak.
Mengenyangkan perut suami dengan tangan kita
sendiri. Cara pengucapan dan tutur kata Ibu Agarish
yang kalem, memukul Sephora secara telak. Makanya, ia
berusaha keras untuk memasak.
***
Flowers | 11
EXTRA PART 1
“Karena semua kerja keras dan usahamu jauh
lebih penting dari hasilnya.”
***
Langkah kaki Sephora yang menuruni anak tangga
melambat saat melihat orangtuanya sedang menonton
berita di ruang keluarga. Mengetahui orang yang selama
ini kita sayang dan percaya membohongi dan membuat
skenario sedemikian rupa untuknya, menciptakan trust
issue baru dalam dirinya. Hal itu membentuk krisis
kepercayaan dalam diri dan menjadikannya sulit percaya
pada orang lain.
Flowers | 12
mati dan ruangan seketika hening, hanya suara jarum
jam yang berdetak.
Flowers | 13
kenyamanan untuk Sephora dalam mengungkap apa
pun yang tengah dirasakannya.
Flowers | 14
tetep aja aku nggak bisa buka pikiran aku, dan maafin diri
aku sendiri. I got nothing. Aku nggak tahu harus mulai
dari mana.” Ada getir yang Sephora sembunyikan di balik
senyumannya setelah mengucapkan itu semua.
Flowers | 15
semuanya, Sweetheart. Yang mesti kamu perlu percayai,
semua pasti kembali ke tempatnya. Kayak Ayah kamu,
balik lagi sama kita. Mama yakin, Anna jauh lebih
bahagia bersama orangtua kandungnya, dia pasti
mendapat perlakuan baik dan kasih sayang tulus dari
Indra.”
Flowers | 16
“Jadi, kamu nggak perlu ngersa bersalah. Ngerti?”
tekan Friona sekali lagi. Sering kali penyangkalan tidak
pernah bisa menyelesaikan masalah, hanya akan
membuat masalah itu berputar di satu titik. Merespons
keadaan dengan benar adalah salah satu kunci untuk
menentukan hasil di masa depan.
Flowers | 17
di tengah sesenggukannya. Rasanya ia tidak sanggup lagi
mendengar kata demi kata yang Adrian ucapkan.
Flowers | 18
itu, Friona rela melakukan dan memberikan apa saja
untuk anaknya. Dan yang pasti, seorang pememang tahu
pasti kapan harus menyerang.
Flowers | 20
“Kalau kamu pinteran dikit dan nggak gegabah,
semua juga nggak bakal sejauh itu,” balas Friona tak suka
hanya dirinya disalahkan.
***
Haidar dan Agarish yang bersembunyi di balik pilar
menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan saling
membuang wajah, merasakan mata mereka memanas.
Keduanya sama-sama tak tahu harus melakukan apa
sekarang. Terlalu canggung bila tiba-tiba muncul di
tengah momen haru keluarga kecil itu yang sedari tadi
mereka saksikan.
Flowers | 21
“Lah, batuk, Pak Haji?” tanya Agarish sembari
mengikuti. Keduanya melewati ruang keluarga begitu
saja, mengabaikan tatapan kaget ketiga orang yang ada
di sana.
Flowers | 23
“Ya, om?” sahut Agarish.
***
Flowers | 24
sedang berada di Alertes, menunggu pihak WO yang
direkomendasikan teman
Friona datang. “Udah, deh. Ayah gue yang ngasih duit aja
oke. Gue juga nggak ngerasa kerepotan. Berarti yang
nerima dilarang keberatan!”
Flowers | 25
beban hidup aku jauh lebih ringan. Tapi, kenapa kamu
malah makin ngulurin tangan buat bantu aku? Aku
ngerasa malu dan nggak pantes nerimanya, Ra.”
Flowers | 26
Anna memilin jari jemarinya yang saling bertauta. Ia
menatap Sephora dengan sendu.
“Dengan kayak gitu, aku ngerasa punya temen, Ra.
Hidup aku, nggak semudah hidup kamu.” Anna
menghapus kasar pipinya yang berair. Ia sudah berusaha
menjadi orang yang Sephora sebutkan tadi, menjadi
egois dan mementingkan diri sendiri. Namun, yang
terjadi malah ia merusak dirinya dan masa depannya
sendiri. “Tapi, apa pun yang aku lakuin, rasanya tetep
salah, Ra. Aku baik, mereka nggak liat aku. Aku berubah,
malah jadinya kayak gini.”
Flowers | 27
Anna menerima tisu yang Richard sodorkan sembari
bergumam terima kasih. Cowok itu lalu kembali ke meja
biliar tempat yang lain berkumpul.
Flowers | 28
bisa gantiin kamu di sisi Nichol, secara nggak langsung
buat aku terdoktrin bakal dapetin itu.”
***
Flowers | 30
EXTRA PART 2
“Semua orang yang kita temui dan hal yang pernah
kita lakukan di sekolah, akan menjadi kenangan masa
remaja.”
***
Flowers | 31
kebanggaan. Tiga tahun yang lalu, kita masuk kemari
dengan berbagai perandaian serta membawa mimpi kita
masing-masing. Banyak tenaga yang kita curahkan,
begitu juga berbagai emosi pernah kita rasakan di sini.
Berbahagia, kebingungan, penuh tekad, dan semangat
yang menggebu. Namun, tiba-tiba terpatahkan begitu
saja dan mudah menyerah atas sesuatu.”
Flowers | 32
tengah ia rasakan adalah kelengkapan kedua
orangtuanya pada hari bahagianya. Ada rasa kepuasaan
tersendiri ketika ia berhasil membuat kedua
orangtuanya bangga.
Flowers | 33
“Selamat, ya, Ra. Akhirnya posisi pertamanya balik ke
kamu lagi,” ucap Nichol diselingi senyum saat berdiri di
sisi Sephora. “Aku denger kamu keterima di UK?”
Flowers | 34
hubungannya telah berakhir, tapi masih berharap
disatukan oleh takdir.
Flowers | 35
begitu mengenali siapa pelakunya. “Agarish?” beo
Sephora.
***
Flowers | 36
Sepanjang acara berlangsung, Gendis lebih sering
menunduk dan menutup wajah menggunakan tas kecil
miliknya. Meski tak banyak orang yang tahu bahwa ia
orangtua dari Agarish, tetap saja ia tidak bisa duduk
tenang di bangkunya. Terlalu malu untuk mengangkat
kepalanya.
Flowers | 37
“Salah lagi, Bu?” Raut tengil Agarish berubah muram.
Ia menatap ibunya dengan tatapan pedih. Berbeda
dengan kondisi hatinya yang menyeringai melihat sang
ibu sudah nampak tak tega kepadanya.
***
Selesai pada semua rangkaian acara kelulusan,
Sephora mendatangi orangtuanya. Gadis itu berlari kecil
sambil tersenyum lebar. Perlahan tangan Sephora
terlentang untuk memeluk Friona dan Adrian secara
bersamaan. “Yuk, langsung ke tempat foto aja!”
Flowers | 38
“Maaf, ya, Sweetheart. Mama nggak bisa lama-lama
di sini,” ucap Friona penuh sesal.
Flowers | 39
“Ya udah, kalau gitu Mama sama Ayah duluan. Kamu
pulang sama siapa? Agarish apa Bang
Haidar?”
“Iya.”
Sephora melambai begitu melihat kedua
orangtuanya menjauh. Ia mengamati sekeliling, mencari
keberadaan para sahabatnya. Beruntung Mika
memanggil namanya sambil mengangkat tangannya
tinggi. Dari jarak dua meter, Sephora dapat mendengar
tangisan Queensha.
Flowers | 40
“Padahal dulu pengen cepet-cepet ngelewatin ujian
sama pengen cepet-cepet jadi anak kuliahan. Tinggal
selangkah lagi, tapi… tapi, kenapa malah jadi galau gini.
Berat banget buat gue pisah sama kalian. Entar kalo gue
di sana nggak dapet temen-temen kayak kalian
gimana?” ucap Queensha dramatis dengan air mata
sudah menggenangi keseluruhan pipinya yang chubby.
Belva memeluk Queensha, disusul Franda, lalu Sephora.
Meski enggan, Mika turut ikut.
Flowers | 41
sekali. Gue nggak mau! Kok lo bisa kejam banget, sih,
Mik, nggak ngomong ke kita-kita kalo lo daftar di London
juga?! Mana diterima lagi. Tahu gitu, kan, gue
mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari buat perpisahan
ini. Ikut kalian sekalian kalo bisa.”
Flowers | 42
untuk membalas sapaaan Daniel yang tengah tersenyum
kepadanya.
Flowers | 43
Oleh karena itu, saat Daniel melihat Anna, ia seperti
melihat bayangan adiknya. Ia terlempar dalam kubangan
masa lalu. Daniel berusaha sebisa mungkin menjaga
Anna, tak peduli banyak orang salah mengartikan
sikapnya. Nyatanya, sekali lagi, ia menjadi sosok laki-laki
yang gagal.
Flowers | 44
Satu fakta yang lebih mengejutkan lagi, ternyata
Daniel juga menaruh hati pada Queensha sejak awal
kedekatan mereka di kelas sepuluh. Namun, hubungan
keduanya terpaksa selesai bahkan sebelum memulai
karena cinta yang terhalang restu orangtua dan status
sosial. Ayah Queensha yang merupakan pemilik yayasan
werneshen, menginginkan anaknya memiliki hubungan
dengan orang yang setara.
Flowers | 45
Sephora dan Agarish akan menjalani Long Distance
Relationship. Belva sedang perang dingin dengan
Abiputra karena kurang setuju dengan keputusan cowok
itu yang tidak melanjut kuliah dan fokus pada bisnisnya.
Franda dan Kevin yang masih saja putus nyambung dan
sulit untuk bersatu karena perbedaan iman. Dan yang
terakhir Mika, dengan segala kesendiriannya.
Flowers | 47
sama orang yang nggak dia suka. Gue nggak bisa
ngebayangin gimana tersiksanya si Anna. Apalagi temen
yang dia punya juga tinggal Bianca sama Daniel,” sahut
Franda.
Flowers | 49
“Yang bentar lagi LDR, puas-puasin dulu,” cibir
Fabian.
Flowers | 50
berganti merapikan letak dasinya, kemudian memeriksa
dasi milik Agarish juga.
Flowers | 51
“Seneng banget. Makasih juga, ya, buketnya.”
Sephora tersenyum lebar hingga ke matanya. Semua
barang miliknya ia titipkan pada Friona karena nanti ia
pulang bersama Agarish menggunakan motornya,
terlalu merepotkan jika harus membawa semuanya
sendiri.
***
Flowers | 52
EXTRA PART 3
"Tergantung, kalo lo dalam empat tahun nggak
ngelamar gue, ya, gue aja yang ngelamar lo!”
ucap Sephora.
***
Agarish menatap malas pantulan Sephora pada
cermin di kamar gadis itu. Sudah lebih dari satu jam ia
menunggu, tapi masih belum ada tanda-tanda Sephora
akan menyelesaikannya riasannya. “Lama-lama gue
tinggal juga lo!” decaknya.
Flowers | 53
“Ck, dasar betina!” Agarish merebahkan tubuhnya
pada ranjang dan mulai memejamkan matanya.
Flowers | 54
Agarish terkekeh kecil menanggapinya. Selesai
berpakaian, ia menaruh kedua tangannya di bahu
Sephora, lalu memutar tubuh gadis itu agar kembali
menghadapnya. “Udah,” ucapnya, kemudian kembali
terdiam. Mata legamnya terus mengamati wajah serius
Sephora saat membantunya mengenakan jas.
Flowers | 55
untuknya. Ia menarik pinggang Sephora mendekat
padanya, hingga aroma soft strawberry masuk dalam
indra penciumannya. “Puas banget kayaknya liatin gue?
Udah sayang belum, Kes, kira-kira sama gue?”
Flowers | 56
lembut tengkuk gadis itu untuk memutus jarak di antara
mereka, membuat dahi keduanya menempel. “May I?”
tanya Agarish setengah berbisik. Mata tajamnya
mengunci manik mata Sephora mendamba.
Flowers | 57
"Pelajaran pertama kita, Kes," ujar Agarish sambil
mengusap ujung bibir Sephora dengan ibu jarinya. Satu
tangannya tetap melingkari pinggang ramping gadis
kesayangannya itu.
Flowers | 58
Agarish menggaruk kepala bagian belakangnya
bingung. Di matanya, yang disodorkan Sephora terlihat
sama. Ia mendesah putus asa begitu melihat Sephora
yang nanpak tak sabar menunggu jawabannya.
***
Flowers | 59
mengeluarkan sebuah buket besar yang nampak
mentereng di bawah pancaran sinar mentari.
Flowers | 60
“Daripada dianggurin, nunggu gue yang pakai juga
keburu expired. Ya, gue kadoin buat Richard aja. Biar
nggak kebobolan lagi.”
Flowers | 61
dengan angkuh menggeser sedikit tumpukan bunga itu,
lalu menampakkan apa yang tersembunyi di bawahnya.
Terlihat beberapa lembar dolar yang digulung kecil-kecil.
***
Flowers | 62
Dekorasi pernikahan Anna dan Richard terkesan
simple dan elegant. Tak banyak undangan, hanya teman
dekat dan keluarga dari kedua belah pihak. Setelah
serangkaian acara, beberapa tamu berbaris untuk
memberikan selamat pada kedua mempelai, ada juga
beberapa yang sedang menikmati hidangan yang
tersedia.
Flowers | 63
“Sh*t, sialan!” Richard memukul main-main bahu
Agarish. Anna yang berdiri di sebelahnya nampak salah
tingkah mendengar pembasan keduanya.
Flowers | 64
"Istri lo lembek," Agarish balik berbisik.
"Bukan lembek, dia cuma lemah lembut sedikit
bodoh," balas Richard.
Flowers | 65
Anna mengangguk ragu. Itu kalimat pertama yang
Agarish katakan padanya. Hawa dingin selalu ia rasakan
saat di sekitar Agarish. Entah apa yang membuat
Sephora mau dengan cowok yang memiliki kepribadian
berbanding terbalik dengan Nichol. Namun, satu yang ia
tahu, selama ini Agarish selalu ada di pihak Sephora dan
selalu mendukung Sephora hingga akhir dengan caranya
sendiri.
Flowers | 66
“Bilang, ya, kalo capek.” Ucapan Richard dibalas
anggukan oleh Anna.
Richard kemudian melirik sudut panggung
pelaminan. Ia mengelus dadanya sabar untuk kedua kali.
Setelah Agarish, kini datanglah pasukan yang lebih gila
lagi. Rio, Fabian, Justin, Grady, dan Abiputra mulai
menaiki panggung. Mereka mengalungkan lehernya
dengan berbagai macam rentengan kebutuhan dapur
dan rumah tangga. Mulai dari Royco, Masako, lada
bubuk, shampo sashet, Kispray, kecap, dan aneka
bumbu racik.
Flowers | 67
"Senyum dong!" ujar Justin jahil, membuat Richard
semakin menggeram kesal menahan umpatannya untuk
kesekian kali.
Flowers | 68
memancing Richard untuk datang ke Alertes, lalu
berakhir dengan cowok itu berada di tangan Sephora. Ia
sendiri tak punya pilihan lain saat tiba-tiba Mika datang,
lalu menyudutkan dan mengancam dirinya setelah
mendapat info entah dari mana ia berteman dengan
Richard.
***
Sesekali Sephora mencuri pandang pada Siwi yang
terlihat menatap kosong pelaminan.
Wanita paruh baya yang biasa nampak angkuh setiap
bertemu dengannya itu, kini terlihat muram. Sephora
menghela napas beratnya, ia menyesap jus jeruknya
untuk menutupi senyum mirisnya. Keserakahan tidak
hanya menghancurkan diri kita sendiri, tapi juga
semuanya yang kita punya.
Flowers | 69
Di sebelah Siwi, ada Indra yang menatap haru pada
Anna, anaknya yang baru bisa ditemuinya setelah
delapan belas tahun. Pria paruh baya itu nampak
berwibawa dalam balutan jas.
“Eh, ke mana?”
Flowers | 70
diterimanya ia di UCL. Meski masih menyimpan dengki
dan kesal, Sephora tetap mengangguk sebagai jawaban.
Melapangkan dadanya atas semua yang sudah terjadi.
Flowers | 71
“Kucel banget,” sahut Agarish enteng yang langsung
dibalas Sephora dengan mencubit perut cowok itu.
“Anjirrr!” ringis Agarish kaget. Tangannya yang bebas
mengelus bekas cubitan Sephora.
Flowers | 72
Agarish menarik satu sudut bibirnya, sedikit
membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan
Sephora, lalu berbisik dengan suara serak dan dalamnya,
“Oke. Noted! Meskipun hubungan kita nggak seromantis
pasangan yang lain, tetep sama gue, ya, Kes.”
***
Flowers | 74
EXTRA PART 4
“Kekosongan mulai mengambil alih dan perasaan
kesepian merambatnya begitucepat, membuat
nalar melemah.”
***
Flowers | 76
Dokter Nina merupakan psikiater yang membantu
Sephora selama enam tahun masa-masa suramnya.
Flowers | 77
membingungkan untuk anak berumur sepuluh tahun,
because no one told her how.
Flowers | 78
itu bercampur menjadi satu. Secara perlahan,
mendorongnya melakukan hal-hal diluar nalar.
Flowers | 80
kerepotan, nggak banyak nuntut, nggak manja. A-aku
bisa jadi anak baik yang akan buat kalian bangga ke aku.
Aku janji bakal jadi anak yang penurut.”
Flowers | 81
orang yang membuatnya nyaman. Gadis itu
mendengkus jengkel pada kerumitan dirinya sendiri.
Flowers | 82
Bila kebanyakan siswa akan berlibur pada liburan
semester, tidak dengan Sephora. Gadis itu mengurung
dirinya di kamar untuk membaca atau mengerjakan soal.
Di sela-sela waktu belajarnya, seringkali terlintas
pemikiran jelek yang membuat pikirannya kacau. Tanpa
sadar, tangannya terulur mengambil botol obat
penenang dan obat tidur yang diresepkan Dokter Nina di
lacinya. Namun, beberapa detik berselang, ia kembali
menarik tangannya menjauh dan hanya berakhir
menatap kosong. Kejadian seperti itu terus berulang
setiap harinya.
Flowers | 83
Dokter Nina terkekeh pelan, lalu tersenyum
menggoda. “Siapa pun seseorang itu, dia berhasil
mengecoh pikiranmu.” Dokter Nina tiba-tiba terlihat
bersemangat dan berbisik pada
Sephora. “Oh, iya. Bagaimana tentang Anna, saya dengar
kamu mau punya keponakan. Pacarnya mau tanggung
jawab?”
Flowers | 84
Jari telunjuk Sephora bergerak melingkari cangkir
berisi susu hangat. “Setahun ini, rasanya banyak
masalah yang ditimbulkan oleh orang-orang di sekitar
saya. Mungkin juga karena sikap saya sendiri yang egois
dan terlalu cuek.”
Flowers | 85
point-nya… tindakkan yang kamu lakukan membantu
Anna secara terang-terangan, itu menunjukkan
perubahan secara nyata dan itu perkembangan yang
sangat baik.”
Flowers | 86
“I’m here now, with the power to shape my day and
my future. Seperti itu bukan, Dokter?” Sephora
menaikkan dagunya angkuh sebagai candaan.
Flowers | 87
“Ah, saya pasti akan merindukan mengobrol
denganmu, tetapi saya akan lebih senang jika kita dapat
bertemu diluar sambil minum teh saat musim panas di
London.”
Flowers | 88
“Terima kasih, Dokter Nina.”
***
Flowers | 89
EXTRA PART 5
***
Ini hari Sabtu, suasana rumahnya sunyi dan sepi.
Selepas sesi psikoterapi, Sephora menolak ajakan Friona
untuk membeli tanaman hias. Ia terlalu malas berkeliling
dan akhirnya, Adrian mengantarkannya pulang lebih
dulu.
“Belum, Non.”
Flowers | 91
Sephora menatap tidak yakin mobil pick up yang
Agarish bawa. “Beneran aman, Ga?”
Agarish mendorong lembut Sephora untuk masuk ke
dalam mobilnya. “Tenang aja. Amanlah kalo sama gue.”
Flowers | 92
memperlambat laju kendaraan begitu melihat bangunan
pabrik penggiling padi, salah satu bisnis yang Arlan kelola
di sini.
Flowers | 94
menyeringai jahil. “Eh, Ra. Lo juga nggak dibolehin ikut
sunmori, kan?”
Flowers | 95
cari gara-gara biar gue juga nggak jadi berangkat.
Sekarang lo tunggu di sini bentar.”
“Loh, ngapain?”
Flowers | 96
“Berat banget, ya, Mas, cari duit itu?” Sephora
terkekeh sambil menghapus peluh di dahi Agarish
menggunakan tisu begitu cowok itu sudah berdiri di
hadapannya.
Flowers | 97
“Yuk, Ra!” Agarish menyelipkan kedua tangannya
pada lipatan ketiak Sephora untuk membantunya turun.
“Lo tunggu di sini aja dulu, ya, Ra, daripada ikut gue
bolak-balik,” nego Agarish.
“Iya, deh!”
Daripada berdiam diri melihat orang-orang berlalu
lalang, Sephora duduk di atas sebuah kursi plastik dan
membuka buku yang sempat ia bawa tadi. Menikmati
suasana yang ada di sini, gema tawa mengudara, obrolan
Flowers | 98
yang saling bersahutan, dan juga suara teriakan
beberapa orang bercampur menjadi satu.
***
Flowers | 101
“Mbak Sephora?” Agarish turun dari mobil sambil
mengulum senyumnya. “Yuk! Sesuai aplikasi, kan,
Mbak?”
Flowers | 102
dirinya sudah pulang lebih buru, lalu buru-buru pergi ke
mini market terdekat sebelum menjemput Sephora.
Flowers | 103
Agarish tergelak sambil mengambil Yakult dalam
bungkusan yang ada di atas dashboard mobil dan
memberikannya pada Sephora. “Minum, Kes, minum!”
***
Flowers | 104
EXTRA PART 6
“Tutup matamu dan bayangkan bagaimana
dirimu di masa depan?!”
***
Semua anak-anaknya sejak kecil tak pernah
bertingkah aneh, penurut, dan jalannya selalu lurus.
Sehingga ia dan suami selalu percaya akan pilihan-
pilihan mereka. Namun, si bungsunya itu berbeda,
pembawaannya yang santai dan jalan pikirannya yang
sulit ditebak membuat Gendis sering dilanda
kekhawatiran akan masa depan anaknya kelak. Apalagi
setelah mendengar Agarish tidak lolos tes perguruan
tinggi negeri jalur undangan maupun jalur tulis.
Flowers | 105
“Terus kuliah kamu ini gimana?” Gendis meremas
bantalan sofa, melihat anaknya yang malah asyik
mengunyah snack milik Gala sambil bersandar pada
punggung sofa, menatap ke arahnya santai.
“Ibu—”
Flowers | 107
“Bapak,” desis Gendis, mencolek lengan suaminya
yang sedari tadi hanya berperan sebagai pendengar.
Flowers | 108
malesmalesan, rebahan, main, nge-game, scroll HP, mau
dapet porsi yang sama ama mereka? Jelas nggak
mungkin!” lanjut Raska dengan nada mencemooh.
***
Flowers | 110
Agarish berdecak. “Gue tahu, ya, Ra, harta di dunia
ini cuma titipan doang, tapi punya lo kebanyakan, anjir!”
ucapnya bercanda.
Flowers | 112
Agarish menarik kursi plastik kosong dan memberi
kode agar Sephora segera mendudukinya. “Gue pesen
dulu. Tunggu bentar,” pamit Agarish.
“Iya.”
Tak lama, Agarish kembali dengan dua botol air
mineral dan memberikannya pada Sephora yang sedang
menunduk berbalas pesan. “Chat dari ibu gue, ya?”
Tanpa mendengar jawaban gadis itu, Agarish tahu.
Karena bukan pertama kalinya Gendis mengirimkan
pesan atau menelepon pacarnya untuk membicarakan
keluh kesah tentangnya. “Sorry, kalau Ibu buat lo
keganggu.”
Flowers | 113
Friona juga sering meneror Agarish dengan berbagai
larangannya dan juga menanyakan banyak hal
tentangnya.
Flowers | 115
“Lah, berkat lo, kan, gue jadi suhu-nya masalah
begituan.” Agarish tersenyum mengejek yang disambut
Sephora dengan tawa renyahnya, sama sekali tidak
tersinggung. Sephora memang memiliki mental illness,
tapi berusaha untuk tidak menjadi beban bagi yang lain
dengan sifat egoisnya. Maka dari itu, Agarish merasa
nyaman-nyaman saja dekat dengan gadis itu.
Flowers | 116
telinga Agarish, menghalau suara samar-samar
kendaraan yang melintas.
Membiarkan cowok itu meresapi dirinya sendiri.
Untuk sesaat, suasana terasa hening.
***
Flowers | 117
Apalagi seisi rumah bersekongkol dengan gadis itu untuk
melaporkan setiap gerak-geriknya.
Flowers | 118
Sephora akan segera menoleh padanya dan membuat
tawa lepas Agarish berubah menjadi tawa kaku, lalu
spontan tubuh Agarish akan kembali menghadap papan.
***
“Hey, Aga. Please, focus and stop looking at me!”
Sephora mengetuk dahi Agarish menggunakan pulpen
begitu mendapati cowok itu sedari tadi menatapnya
tanpa kedip.
Flowers | 119
“Peri.” Sephora tersenyum culas. “Udah, deh, nggak
usah gondok. Yang pertama, ubah mindset lo, Aga.
Tanamin di otak lo kalau belajar itu kegiatan yang
menyenangkan dan bukan beban.”
Flowers | 121
bentuk hati di akhir tulisannya, lalu mengangkat
kepalanya agar bersitatap dengan Agarish, detik
berikutnya keduanya tergelak geli bersamaan.
“Kg. Why?”
Kg + 1n
= 9,8n + 1n
= 10,8n. Jadi, 1kg = 9,8n
Flowers | 122
Harus Agarish akui, semua ini memang menyiksa.
Namun, semakin lama, metode yang Sephora terapkan
padanya perlahan mulai ia nikmati. Ternyata jika sudah
mengerti, mengerjakan sebuah soal tidak
sememusingkan itu dan ada rasa bangga saat ia berhasil
memecahkannya.
***
Flowers | 123
membuangnya perlahan. Ternyata, bertempur saat
sudah mengisi penuh amunisi untuk memperjuangkan
mimpinya, terasa lebih mendebarkan daripada saat ia
tidak memiliki persiapan apa pun.
***
Flowers | 125
EXTRA PART 7
“Jangan korbankan mimpimu untuk
seseorang.”
***
Mendengar suara bel pertanda tes berakhir, Sephora
segera memasukkan kembali bukunya ke dalam tas. Ia
duduk di bangku yang melingkari sebuah pohon rindang
yang berhadapan dengan ruang ujian Agarish. Ia
membalas senyum pacarnya yang baru keluar sedang
melangkah ke arahnya.
Flowers | 127
Agarish menaikkan kedua bahunya tak acuh, merasa
tak ada yang salah dengan kalimatnya.
“Thanks for your support dan udah ngertiin gue, Kes.”
Agarish menepuk pelan helm yang Sephora kenakan.
Flowers | 128
Ternyata menyenangkan, seperti ada kupu-kupu yang
beterbangan di dalam perutnya.
***
Fokus Sephora terbelah, antara obrolannya dengan
teman-temannya dan sikap Agarish yang
mendiamkannya. Ia menatap tangannya yang sedari tadi
bertautan dengan Agarish. Cowok itu sama sekali tak
bersuara selama menjemputnya di rumah hingga sampai
Bandara. “Aga,” panggilnya pelan.
Flowers | 129
Agarish mengangguk singkat, lalu kembali mengobrol
bersama teman-temannya yang sedang mengantar
keberangkatan Haidar.
Flowers | 130
“Iya-iya, kita janji. Ngapain, sih, dengerin duo
kampret itu!” jawab Sephora sebal. Ia mendongak, lalu
mengibas wajahnya, menghalau air mata yang berada di
sudut matanya untuk tidak menetes.
Flowers | 133
Ia menoleh ke belakang, matanya menatap nanar
kepergian Agarish yang entah ke mana.
***
Ransel hitam yang tercangklong di bahu kiri Agarish
mengundang tanya dari semua orang sekembalinya dari
parkiran terminal tiga internasional. Dengan santai, ia
mengeluarkan amplop cokelat besar dan
menyerahkannya pada Haidar selagi Sephora dan Mika
masih berurusan dengan petugas Bandara.
Flowers | 134
“Lo buka, tapi jangan dikeluarin!” Semua sahabatnya di
sana langsung mengerubungi Haidar, lalu terkekeh
begitu melihatnya isinya.
Flowers | 135
Namun, tak urung juga ia masukkan ke dalam tas
jinjingnya.
***
Flowers | 137
tertahan. Ia tidak mau berangkat dengan membawa
beban pertanyaan akibat keterdiaman cowok itu.
Flowers | 140
Malam itu, Agarish melepas Sephora terbang
melanjutkan tujuan untuk menggapai mimpinya.
***
Flowers | 141
EXTRA PART 8
“Komitmen saja tidak cukup dalam sebuah hubungan
***
Flowers | 144
dedaunan yang berguguran. Sephora menikmati hawa
dingin musim gugur London .
***
London, dua tahun kemudian.
Agarish dan Sephora masing-masing berkegiatan dari
pagi sampai sore dan sampai rumah, bukan saling
memberi kabar, mereka lebih memilih tidur untuk
melepas lelah. Bangun kembali, hanya untuk kembali
disibukkan mereka masing-masing. Jarak dan waktu
yang membatasi, membuat keduanya tanpa sadar sering
saling mengabaikan dan hanya berkirim pesan ketika
Flowers | 145
akan tidur. Menjalani long distance relationship
sangatlah tidak mudah. Ada saat mereka sampai pada
fase menyebalkan dan membosankan.
Flowers | 146
Malam itu, keduanya bertengkar hebat. Tidak ada
yang mau mengalah. Keduanya samasama keras kepala
dan merasa berada di pihak yang benar.
Flowers | 147
“Kita udahan aja, deh, Ga….” Cukup lama Sephora
menimbang, akhirnya satu opsi yang beberapa hari
terlintas di kepalanya terucap juga.
Flowers | 149
masingmasing, jadi nggak ada kewajiban dari kita buat
saling ngasih kabar atau jaga perasaan satu sama lain.
Biar nggak ada yang terkekang dan sakit hati kalau
kedepannya salah satu di antara kita nemuin orang
baru.”
***
Flowers | 150
semakin lama rasa rindu itu semakin nampak dan
menjadi-jadi.
Flowers | 151
“Senyummu sungguh menawan, wajahmu ayu
rupawan, ke mana mata memandang!” Rio bernyanyi
tanpa memedulikan kualitas suaranya.
“Sungguh memesona.
Flowers | 152
***
Flowers | 153
Ia mengambil ponselnya dari dalam laci meja belajar
untuk melihat, barangkali ada notifikasi dari Agarish.
Namun, ternyata nihil. “Ngilang ke mana, sih?”
gumamnya,
Flowers | 155
“Aga!” Sephora terhenyak, tubuhnya menjadi kaku.
Flowers | 156
Agarish memutar badan Sephora. “Janji sama gue…
sekesel apa pun lo, marah aja, ya, Kes. Nggak usah bawa-
bawa putus.”
Flowers | 157
Agarish terkekeh, lalu menunduk tepat di telinga
Sephora. “Inget, Kes! Gue nggak bakal ngelepas cewek
yang gue sayang gitu aja.”
***
Flowers | 160
“Tenang aja. Demi lo, gue pasti bakal lulus tepat waktu,
meskipun rada berat, sih, kalau harus cumlaude juga.”
Flowers | 161
Agarish menahan senyumnya. Hidungnya ia
gesekkan pada hidung Sephora, lalu menyusuri pipinya
dan berhenti tepat di depan bibir Sephora. “I want this.”
Flowers | 162
testoteronnya meningkat. Sephora sudah tidak dapat
berpikir jernih dan terlarut dalam cumbuan mereka.
Flowers | 163
“Hmmm.” Sephora nampak terdiam beberapa saat.
“Of course, I like it,” jawabnya mainmain, kemudian
terkekeh geli.
Flowers | 164
EXTRA PART 9
“Setelah memperbaiki komunikasi, pemahanan dan
saling mengerti adalah kuncinya.”
***
Sephora buru-buru melepaskan diri dari Agarish. Ia
menepuk pipinya dan memperbaiki penampilannya
sehingga Haidar tidak curiga. Ia mengulum bibirnya yang
agak membengkak, ini bukti yang tak terbantahkan atas
apa yang baru saja mereka lakukan barusan.
“Ck, tau dari mana tuh orang, gue ada di sini,” dumel
Agarish.
Sephora menggeleng sama bingungnya. Ia menarik
napas dan mengembuskannya perlahan. Gadis itu
menetralkan debaran jantungnya yang menggila.
Gedoran pintu yang semakin keras membuatnya segera
membuka kunci kamarnya.
Flowers | 165
Tangan Agarish mencegah tindakan Sephora. “Dia
nyariin gue, bukan lo,” cegahnya, lalu mengambil alih
untuk membuka pintunya.
Flowers | 166
berantakan, terlihat jelas cowok itu buru-buru kembali
dari Manchester.
Flowers | 167
“Mending lo urus tuh percintaan lo yang berdebu!”
ejeknya pada Haidar.
***
Flowers | 168
mencapai kota terdekat, setidaknya sinyal di desa ini
dapat diakses tanpa batas.
Flowers | 169
solusi atas masalah masing-masing, dari yang sepele
hingga khasus berat.
Flowers | 170
Selagi menyimak cerita Sephora, Agarish
mengetikkan pesan pada Haidar. Ia memaksa
sahabatnya itu melakukan permintaannya.
Agarish Bumi
Demi adek lo, Ngab!
Flowers | 171
“Nangis aja nggak apa-apa, jangan ditahan,” kata
Agarish sabar. Ia mengangkat ibu jarinya begitu melihat
Haidar dan Mika sudah berdiri tepat di belakang
Sephora. “Bentar,” ucapnya tanpa suara.
Flowers | 172
“Bebas peluk kapan pun,” suara Agarish kembali
terdengar.
Haidar merentangkan kedua tanganya,
mempersilakan adiknya untuk masuk ke dalam
pelukannya. “It’s okay. Masih bisa dicoba lagi,” ucap
Haidar lembut.
Flowers | 173
“Ikutan dong!” Mika langsung memeluk tubuh
belakang Haidar, membuat cowok itu menegang kaku
dan Mika menyeringai penuh kepuasan.
***
Flowers | 174
yang tepat, menjadikan foto itu terlihat intens seperti
itu.
Flowers | 175
“Apaan sih?” Mia mendengkus sembari tersenyum
malu.
Flowers | 176
Tangan Agarish yang mengepal terhenti di udara
ketika Rio dan Justin berusaha memisahkan mereka,
lebih tepatnya menjauhkan Agarish dari Aldo.
Flowers | 177
Dari awal kuliah, Agarish masih saja dingin dan tak
ingin memiliki banyak kontak dengan para gadis. Kecuali
teman kelas atau yang sekelompok dengannya, ia masih
memiliki toleransi untuk itu.
Flowers | 178
“Lo marah, Ra? Foto ta—”
***
Flowers | 179
Flowers | 180
EXTRA PART 10
HAPPY ENDING
Flowers | 181
saat Mika tiba-tiba sedikit mendorong bahunya mundur
agar lebih leluasa mendengar berita terbaru dari Rio.
Flowers | 183
“Gimana, Yo?” tanya Mika lagi. Ia menggeser
duduknya menghadap ke arah Rio. Jadilah Sephora
duduk dihampit Haidar dan Rio.
Flowers | 184
dasarnya, laki-laki itu memang memiliki sisi mengayomi
dibalik sifat main-mainnya.
“Mending darimana—”
Omongan Mika menggantung begitu Queensha
datang bersama seorang cowok. Gadis itu menyapa
mereka semua yang sudah tiba lebih dulu.
Flowers | 187
“Ma… ma… mau dibawa ke mana… hubungan kita~”
Rio mulai bersenandung ringan mengejek Sephora
menggunakan lagu Mau Dibawa Kemana milik Armada.
Flowers | 188
Ku tak akan terus jalani
Flowers | 189
diem-diem… kalian…,” tunjukknya pada Mika dan
Haidar. “KOK BISA?!”
“Tak perlu kau tanya lagi. Siapa pemilik hati ini. Kau
pasti dirimu.” Sephora berjalan menjauh sambil
melanjutkan lantunan lirik yang mereka nyanyikan tadi
tanpa memedulikan Haidar dan Mika duduk salah
tingkah.
Flowers | 190
“Durasi berapa detik tuh?” tanya Rio sambil
mengejar Sephora yang penuh kemenangan. “Bagi link,
Ra!”
***
Flowers | 192
Friona tidak mengiizinkan Sephora kembali ke
Jakarta selama pendidikannnya belum selesai. Jadi, ia
dan kedua orangtua gadis itu yang sering berkunjung ke
sana. Lelah LDR, akhirnya Agarish mengambil langkah
berani. Satu tahun kerja, akhirnya ia berhasil mendapat
beasiswa melanjutkan S2-nya di London. Dua bulan
berikutnya, ia bertemu dengan teman satu kelas ketika
mengikuti summer class yang menawarkan untuk
magang di konsultan arsitektur di sana, sebuah
pencapaian yang luar biasa baginya.
Flowers | 193
“Just focus on that. Do our best to make this work,
Flowers | 194
“Yakin diem di vila aja? Nggak masalah lo kalau
Sephora di sana make bikini dan diliatin orang banyak?”
goda Abiputra.
Flowers | 196
memiliki rasa lelah, selepas membersihkan diri mereka
langsung mengunjungi finns beach club yang terletak di
pinggir Pantai Canggu untuk menikmati keindahan
sunset yang penuh warna hingga menggelap.
Flowers | 197
Berwisata bersama bukan berarti harus pergi ke
mana pun bersama-sama, karena ini bukan study tour
yang diharuskan mengikuti kegiatan sesuai jadwal yang
tertera.
***
Flowers | 199
Begitu ia sudah duduk dan tali pengaman mulai
terpasang, saat itulah penyesalan Agarish tiba.
Wajahnya memucat dengan degup jantung menggila.
Flowers | 200
“Kakinya di tekuk aja, Aga. Senderan duduknya!”
teriak Sephora mengingatkan.
Flowers | 201
Alis Sephora semakin berkerut mendengarnya, tak
paham kemana arah pembicaraan cowok itu.
“Maksudnya apaan, sih? Lo mau putus?”
Flowers | 202
“Gue mau!” sela Sephora cepat. Enam tahun waktu
yang cukup lama untuk mereka beradaptasi dan saling
menerima.
***
END
Flowers | 203