Jongchansshi
1
Karya ini dlindungi Undang-Undang
RI Nomor 28 Tahun 2014 Tentang
Hak Cipta
2
Chapter 1. The Evil Queen
'Sayang... Sibuk ga?'
'Iya.'
'Entar malem?'
'Nugas.'
3
daripada jalan sama gue. Emang bener-bener ya ini
orang!"
4
sedangkan Natella tuh dimata orang-orang dikenal
brengsek, nakal da nagak-agak psikopat. Tapi menurut
Natella, dia sama Arka saling sayang.
"Bangs*t."
5
Natella diam-diam membenarkan. Arka itu sibuknya
sudah kayak kepala negara. Kalau bukan urusan
tugas, pasti urusan himpunan. Sudah tahu jurusannya
banyak tugas-tugas ekstrim, masih sempat-sempatnya
mau ikut kepengurusan organisasi. Gimana mau
menikmati hidup coba kalau kayak gitu?
6
"Iye-iye, jangan aduin ke cowok lo ya, Den. Bisa ngga
kecipratan tas Prada lagi gue."
"Iya, Jeana ada jadwal boci hari ini. Nate ajak mas
gojek aja."
7
'Yaudah, kamu fokus belajar buat ujian aja ya, aku bisa
nonton sendiri. Jangan lupa makan dan jangan capek-
capek banget. Entar minggu biar aku ke rumah nemenin
kamu ngegame.'
***
8
manusia menyebalkan yang sengaja mengganggu
ketenangan orang lain.
9
Belum lagi Aldino itu royalnya bukan main, teman-
teman Dennisa saja mendapati impak atas hubungan
cowok itu dengan Dennisa, Meira saja pernah dikadohi
tas Prada sebagai hadiah ulang tahunnya, Natella juga
pernah ditraktir March Jacobs. Mungkin Aldino
bingung mau buang-buang duit kemana saking tajirnya
anak pengusaha minyak itu.
10
'Kalau mau juga, cari sugar daddy, Nat.' balas akun
Dennisa Radinka.
Meira : PARAH
11
Kemudian ketika temannya dalam grup itu langsung
membahas Arka.
12
5 menit berlalu. Arka belum juga membaca pesannya
ataupun mengangkat telepon membuat cewek itu
semakin meledak. Natella mengabaikan panggilan
speaker yang mengatakan kalau pintu teater film yang
ia tuju telah dibuka. Minatnya menonton sudah
menghilang digantikan dengan keinginannya untuk
mencekik Arka sampai pria itu memohon maaf
padanya.
"Maksud lo apa?"
13
wrong bitch. Jangan pikir gue bakal diem aja atas apa
yang lo lakuin!"
**
14
Chapter 2. The Apologize
Natella memperhatikan pantulan wajahnya dari cermin
kecil yang ia pegang. Matanya masih bengkak akibat
menangis semalam, untung concealer yang dipolesinya
disekitar mata cukup menutupi itu.
15
berbagai serapahan kotor kemarin menghilang di culik
peri apinya mimi peri.
16
Natella dan Arka dilihatnya menjauh. "Jelas-jelas gue
kemaren ngintip apa isi chatnya dia ke kak Arka. Kak
Arka dikatain anjing, brengsek lah segala macem. Ga
habis pikir deh gue."
17
wanita psiko itu. Serem tahu, kita jadi ga enakkan
kalau deket-deket sama kak Arka. Padahal kak Arka
kan baik banget." ucap Lisa selanjutnya yang tentu saja
disetujui Nadine. Oh tentu, mereka hanya beberapa
mahasiswi kedokteran yang tidak menyukai Natella.
***
18
mencoba menyalahkan hal lain agar dirinya tidak
terlihat salah-salah amat.
19
terlihat polos dan manis di mata Natella kenapa jadi
serem dan dingin kayak begini, sih? Sesebal itu, kah?
"Terus?"
20
mengeluarkannya, urusan akan semakin panjang.
Kayaknya lebih ribet minta maaf ke Arka deh daripada
minta maaf sama dosen yang lagi sebal ke kita.
21
detik berikutnya, "Iya, iya. Aku minta maaf juga untuk
itu.".
22
pelan yang sungguh-sungguh, dibuat agar terdengar
sungguh-sungguh sebetulnya.
***
23
udah bawa-bawa Mentari. Dan mereka pergi hanya
bertiga, ada Aji, Arka dan Nadine.
"Ya bisa lah. Gue sayang sama di," jawab cewek itu
masa bodoh. Mereka sedang piyama party di rumah
Jeana. Kegiatan bulanan yang selalu cewek-cewek
cantik itu lakukan sambil membicarakan hal-hal tidak
penting seperti lelaki, rambut dan make-up. "Lagian
yang kemaren cuma salah paham. Lo sih udah fitnah
cowok gue." lanjutnya tidak terima, mengingat awal
kesalahpahaman itu dimulai dari foto yang dikirim
Meira.
24
"Memangnya kenapa?"
25
Natella memutar bola matanya malas. Memang ada
perjanjian di antara mereka. Siapapun yang putus,
harus traktir. Semakin lama waktu jadian, traktiran
semakin mahal. Dan diantara mereka berempat,
memang Natella yang bisa pacaran lebih dari setahun.
26
Sedangkan Natella masih tidak peduli, lebih asik
memainkan handphonenya untuk menghubungi
cowoknya itu yang pastinya sedang belajar.[]
***
27
Chapter 3. The Prince Charming
Arkasa Sean Hadinata, mahasiswa kedokteran yang
lumayan dikenal, meskipun tidak semua orang di
kampus tahu dia karena yang namanya 'semua' itu
hanya ada dalam soal logika matematika. Jangankan
Arka yang hanya mahasiswa biasa, beberapa orang di
kampus saja kadang tidak tahu siapa Rektor mereka.
Tapi, kalau sudah masuk ke Fakultas Kedokteran,
nama cowok ini sering muncul di mading fakultas, baik
tercetak dalam brosur seminar, mahasiswa berprestasi
ataupun lomba-lomba yang diadakan FK karena dia
menjadi ketua panitia.
28
sejurusan dengan Arka itu hanya omong kosong
belaka.
29
"Kenapa sih lo harus belajar segila ini? Tiap diajak
jalan, alesannya mau belajar mulu! Angka index
prestasi juga gabakal menjamin masa depan lo bagus!"
Natella selalu merasa Arka sengaja mengabaikannya,
sengaja mencampakkannya, sengaja tidak
memedulikannya.
30
kadang Natella, atau mungkin orang-orang lain, selalu
berbuat seenaknya terhadap Arka, selalu memikirkan
apapun yang memuaskan ego mereka tentang cowok
itu. Arka tidak pernah menjawab pertanyaan muluk-
muluk, selalu simpel, sesimpel yang orang-orang pikir
tentang hidupnya padahal dia selalu lebih rumit dari
ribuan benang kusut.
31
memperjuangkan. Atau mungkin untuk masalah
jurusan, dia belum mengerti dengan apa yang dia mau.
Sedangkan Arka sebaliknya, dia tahu apa yang dia mau
dan dia sedang memperjuangkan kemauannya,
meskipun kemauan itu bertentangan dengan kemauan
orang lain terhadap dirinya.
"Hah?"
32
tidak boleh lupa kalau Arka tetaplah lelaki baik hati
yang dia kagumi.
***
33
croptee berlengan pendek dan juga ketat, yang dilihat
Arka sebentar lalu langsung buang muka.
34
dalam ruangan pribadi seperti ini. Tidak café-café lucu
ataupun mall.
"Nggak kok."
35
memang pakai password, tapi sidik jari Natella sudah
ditambahkan sehingga bisa langsung membukanya
dengan hanya ditempelkan ke tombol home.
36
"Itu chat 3 hari yang lalu." Jelas cowok itu, dia masih
terlihat tenang dan baik-baik saja. Matanya bahkan
tidak melirik ke Natella yang duduk dibelakangnya
sama sekali.
"..."
"..."
37
kesal ke arah TV yang mengatakan kalau dia kalah. Dia
benci kalah, apalagi dalam bermain game kayak begini.
Cowok itu berbalik ke belakang, menjeda
permainannya, menatap ke arah cewek yang
menatapnya marah.
Anjay
38
"Kalian lagi pacaran atau ribut sih? Atau pacaran
sambil ribut? Di kamar aja." Satu suara berat
menginterupsi. Seorang cowok tinggi baru keluar dari
kamar dengan stelan yang tidak jauh berbeda dari
Arka, kaos hitam baru saja dia pakai sembari berjalan
ke arah Natella yang sontak merapikan duduknya.
"Lah, ini kan apart gue juga." balas cowok itu balik
sambil menguap. Kelihatan kalau baru bangun tidur,
padahal udah jam setengah 2 siang.
"Enak aja. Itu keju gue lebih mahal dari harga diri lo
tau."
39
Reno gentian melihat ke arah Natella dan Arka, "Ribut
karena apa lagi kali ini?" tanya Reno mengintograsi.
Natella menggerekkan badannya yang terasa kaku
sehingga bajunya yang pendek sedikit terangkat,
membuat Reno yang kebetulan melihat ke arahnya
sontak mengatakan,
"Bodo."
"Dih."
40
"Bener-bener tipe abang." Reno berkata genit,
menggoda Natella yang terus memberikan tampang
masam. Sedangkan Arka hanya memperhatikan
mereka, gamenya masih dalam status tidak
dilanjutkan.
41
"Nat!" Ia langsung ditegur. Bukan Arka, tapi Reno.
Cowok yang beberapa detik lalu masih sempat ketawa-
ketiwi itu sekarang memberikan tampang seriusnya
untuk Natella.
"Kenapa? Mau belain Mentari sama Arka? Mau
nyalahin gue juga? Iya, apapun yang terjadi memang
selalu salah gue," ucap Natella makin kesal, heran
kenapa tidak ada satupun orang di dunia ini yang
berpihak padanya.
***
42
Chapter 4. The Line
Reno mengeluarkan suara beratnya lagi yang terdengar
begitu serius. Suara serius ini tidak biasa cowok tinggi
itu keluarkan untuk teman sepermainannya. Dia
melirik Arka sekilas, cowok berkaos putih itu tengah
menatap dingin ke arah Natella yang menjadi penyebab
suasana menjadi sehorror sekarang. Reno mengenal
Arka, jauh lebih dulu dan lebih baik daripada Natella,
menurutnya.
43
Natella dapat mendengar Arka menghela napas berat,
"yaudah, nggak apa-apa," jawab cowok itu kalem.
44
"Ckck. cowo lo kalo ngamuk serem loh." Reno
memberitahu.
"Ngapain takut?"
45
"Memangnya Arka nggak pernah cerita?" tanya Natella
balik. Cowok itu memang jarang bercerita mengenai
apapun. Tapi ini Moreno? Roomate sekaligus
sahabatnya, masa Arka tidak pernah cerita satu hal
penting-pun soal Mentari?
46
Sebenarnya, tanpa Arka mencintainya balik-pun
Natella tetap merasa senang, selama Arka menjadi
miliknya. She really looked like a psycho bitch in this
state of mind.
***
47
Natella membulatkan matanya kaget, "Udah sidang
aja? Kok cepet banget?"
48
"Siapa tau nyantol." balasnya cuek. "Tapi ternyata
ngga." Reno menjeda sebentar, "soalnya ada yang gue
suka."
49
"Arka mah udah puas main sabun di kamar mandi."
Reno menjawab, membuat Natella memberikan
pukulan pada pahanya.
50
mulai, dia sempat ngomong lagi ke Natella. "Sini lo janji
dulu gaboleh curang."
"Iya, janji."
51
Arka hanya bisa memutar bola matanya malas melihat
kelakuan Natella dan Reno yang menurutnya terlalu
kenakan-kanakan. "Ren, gausah dijawab lagi. Gabakal
kelar."
***
52
membawa mobil sendiri. Padahal Natella sudah
mengatakan kalau dia bisa dan berani pulang sendiri,
tapi Arka tetap maksa untuk menjadi supirnya dan
mengantar Natella sampai ke rumah.
"Kan repot."
53
Arka memutar bola matanya malas. Ceweknya ini
memang terkadang tidak bisa membuatnya habis pikir.
Dipeduliin atau tidak dipeduliin sama aja, bakal dibikin
ribet.
54
dan semua cowok yang kelihatan serius biasanya
terlihat lebih ganteng. Entah teori itu betulan berlaku
atau karena Natella sedang jatuh cinta pada Arka.
55
"Nggak, lah." Jawab cowok itu tanpa ragu.
56
"Dipinjam Jeana buat bikinin tugas," jawab Natella
enteng. Well, bukan sekali dua kali barang Arka yang
berada di mobil Natella selalu menghilang tanpa jejak.
"..."
57
Tapi lirik terakhir bagian chorusnya itu malah Natella
ganti, membuat Arka tiba-tiba tertawa ngakak.
"Tau ga? Yang suka sama kamu itu banyak. Tapi yang
lebih baik dari aku ada ga?" tanya Natella asal,
melanjutkan candaan ala posesifnya itu. "Pasti ada
sih." Natella menjawab sendiri, dia benar-benar
memikirkan jawabannya meskipun awalnya dia hanya
bermaksud main-main. "Tapi yang sayang sama kamu
melebih aku ada ga?" lanjutnya, dia juga memberikan
jawabannya sendiri, "ga mungkin ada." Ucapnya lagi.
Arka sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk
buka mulut, atau memang cowok itu tidak akan buka
mulut disaat Natella mengatakan hal-hal kayak begini.
58
Natella pikir, Arka tidak meladeni ucapan tak
pentingnya itu sama sekali. "Gue gapernah nakal. Lo
tuh yang selalu nakal." Ucap cowok itu menyerang
balik Natella.
"Ih kapan?"
59
Arka langsung mengangguk, melakukan gerakkan itu
tanpa ragu. Mereka mengenal dan dekat sudah hampir
3 tahun. Senyum tipis Natella terukir.
***
60
Chapter 5. The Princess
Sederhana tapi menarik, itu adalah kalimat singkat
yang pas untuk mendeskripsikan Mentari Adrianni.
Tidak seperti gadis seusianya yang begitu
memusingkan soal trend fashion, make up, rambut
atau laki-laki, Mentari lebih memilih fokus pada cita-
citanya untuk menjadi dokter yang baik. Dokter yang
punya attitude, skill and knowledge.
"Kerjain ah, siapa tau dia jadi baper juga sama gue."
61
sejak technical meeting ospek Fakultas. Tidak seperti
mereka yang selalu melihat ke arah Mentari, Mentari
malah melihat ke arah lain, Arka. Entah kebetulan,
atau sengaja.
"Biasa aja."
62
ke atas itu biasa saja ketika tampangnya bisa
mengalahkan member boyband-boyband Korea yang
semakin hits di kalangan anak muda zaman sekarang.
Atau mungkin juga karena Mentari sudah terbiasa
dikelilingi cowok ganteng, makanya yang kayak Arka
hanya masuk dalam kategori biasa di matanya.
***
63
"Muka kamu pucat, masih kuat berdiri?"
64
"Pingsan beneran atau pura-pura tuh?" Pertanyaan dari
Dila langsung mendapat kecaman dari panitia-panitia
cowok didekatnya.
65
"Ambis banget ini anak." Komentar Lia, tapi tidak
dalam artian buruk. "Dia setia kawan, gara-gara
banyak yang naksir dia gue jadi ikut merhatiin. Cakep
banget ya? Kalau gue cowok, gue juga naksir kali."
Lanjur cewek itu cerewet.
66
Lia ikut menimbrung percakapan akrab antara Mbak
Ayu dan Arka, "ga ada yang gamau sama elo, Ka. Ini si
Ridho yang cowok aja mau." Ucap cewek itu bercanda,
tapi setengah serius juga karena yang suka Arka
biasanya gacuma cewek, cowok-pun suka, setidak-
tidaknya kagum dan pengen menjadi Arka.
***
67
"Maaf, kak." Mentari membalas tak enakkan. Dia
melihat jam dinding klinik yang menunjukkan pukul 3
siang, masih ingat kalau mereka di jemur di lapangan
dari jam 9 dan kemungkinan dia pingsan sekitar jam
11, itu artinya Arka sudah menunggu dia disini selama
4 jam lebih. "Seharusnya aku dibangunin aja kak."
68
"Gimana perutnya, udah enakkan?"
"Iya, kak."
69
Itu merupakan awal kedekatan Arkasa dan Mentari
Adrianni, si Pangeran dan Tuan Putri mereka memiliki
banyak kesamaan dan kebiasaan, membuat teman-
teman mereka diam-diam mengharapkan ada
hubungan yang spesial diantara mereka.
***
70
Chapter 6. The Disturber
Natella merupakan plot twist yang tidak diduga
siapapun karena bisa berakhir dengan Arkasa, kecuali
Reno. Makanya diantara banyaknya teman-teman Arka
yang secara terang-terangan memberikan respon risih
tiap kali Natella berada di sebelah Arka sambil
memeluk lengan cowok itu posesif, Reno merupakan
satu-satunya yang memberikan Natella ucapan
'welcome' dengan nada ramah. That's why she likes him
a lot. Ya, meskipun kadang-kadang Reno tetap saja
menyebalkan.
71
"Tai."
72
akan penasaran dengan apapun yang berbau cowoknya
itu.
73
Natella sempat berpikir kalau Meira dan pertanyaannya
kelewat lebay, tapi reaksi yang diberikan dua temannya
yang lain sama blanknya dengan cewek ini. Mana Meira
ngomongnya kekencangan lagi, buat malu saja.
74
mengucapkannya bak sedang mengobrol dengan
temannya sendiri, matanya berhenti agak lama ke arah
Meira, dibalas senyuman balik oleh teman-teman
Natella.
75
"Cinta mati." Meira menjawab dengan gumaman. Ini
cewek tiba-tiba jadi aneh, seperti bukan Meira yang
selalu meremehkan hubungan Arka dan Natella yang
menurutnya terlalu kekanak-kanakan. "Arka itu cinta
mati sama Natella." lanjutnya pelan.
***
76
biasanya ada vanilanya. Minuman vanilla frappe, roti
rasa vanila, eskrim rasa vanila, susu rasa vanila,
pengharum mobil vanila, kamar juga bau vanila.
Untung parfum baju atau badannya lebih jantan dari
vanila.
77
Natella berpikir kalau cowoknya itu tidak sedang
menjadi dirinya sendiri.
78
"Kalau gitu aku ganti beneran ya?"
"Hah?"
79
"Kan cuma bercanda, Natella." Tekan Arka.
***
80
lumayan dekat mumpung ada kesempatan. Biasanya,
Natella hanya mencaritahu informasi mengenai Daniel
Simamora lewat media sosial dan mulut Jeana.
Kenyataan yang dianggap aneh oleh Natella, cowok
super sederhana yang kemana-mana naik vespa butut
ini merupakan sepupu si Jeana yang hidupnya kayak
Princess di negeri dongeng, tidak pernah susah.
"Saingan kamu tuh, Ka." Bisik Natella kemudian. Arka
memberikannya tatapan meminta penjelasan,
"mantannya Mentari waktu SMA."
"Yaelah."
81
Lalu.
82
Arka memberikan senyum simpul saat Natella menatap
ke arahnya, bukannya membantu mencairkan suasana
yang menjadi awkward karena Natella. Cowok itu
malah dengan tidak berdosanya berkata, "titip Natella
bentar ya, Dan. Gue dipanggil dosen." Ucapnya santai.
***
83
"Natella Narundana."
84
disetrika. Natella tiba-tiba teringat kalau Reno pernah
cerita mengenai cowok freak di fakultasnya. Suka
random dekatin cewek dan nembak seenak jidat. Atau
sesekali cowok itu pernah ngaku-ngaku jadi pacar
orang. Apakah ini cowok yang Reno maksud?
85
"Saya Yudha, dan saya tahu kamu Natella. Kita sudah
kenal, kan?" Tanyanya lagi, Natella baru sadar kalau
suara pria ini agak gagu.
86
Natella menghembuskan napas frustasi, sangat
menyesal kenapa tidak mengikuti Arka kemanapun
cowok itu pergi, sehingga dia tidak perlu diganggu oleh
cowok aneh ini. "kenapa harus gue sih?"
Ehw, jijik.
87
"Bantu jelasin, bego." Pinta Natella kesal. Bukankah
Reno satu-satunya harapannya agar terbebas dari hal
ini? "Gue udah bilang 'ngga' daritadi."
88
ketika menyaksikan ini. Well, cowoknya itu memang
tidak pernah bisa ditebak.
***
89
Chapter 7. Her Cold Boyfriend
"Yakin Nat gamau ikut?" tanya Reno merayu untuk
yang kesekian kali.
90
dilakukan Yudha tadi dari temannya yang
menyaksikan dari awal, dan dari cerita itu, Reno
menyadari kalau Natella tidak pernah seburuk yang
orang-orang gambarkan.
91
Arka diam-diam ikut menyimak obrolan tidak penting
mereka.
92
Arka, pasti ada alasan yang lebih kuat dari segala
kenegatifan Natella sehingga cowok itu tidak pernah
menjauhi Natella, langkah yang seharusnya orang
seperti dia lakukan.
93
Natella dan melakukan hal yang tidak-tidak. Reno knew
exactly how far men can go if they obsessed to
something.
94
Kemudian Reno berpikir lagi, yaudahsih, dia tahu
kalau dibalik image polosnya Arka, teman dekatnya itu
bisa jauh lebih brengsek.
***
Karena membosankan.
Tahu kenapa?
95
'Karena Natella berguna kalau diajak ke perpustakaan,
dia cepat mencari buku di rak-rak yang ribet, bahkan
buku limited yang kesasar di rak lain pun bisa Natella
temui.' Itu jawaban Arka. Mungkin biasanya ngga
guna.
"Ih, kenapa lagi sih? Aku kan daritadi ngga ribut sama
sekali." jawab cewek itu heran. Iya, Natella biasanya
sering mengeluarkan keluhan apabila disini. Kapan sih
Natella tidak mengeluh? Tapi daritadi dia hanya diam
saja sambil memperhatikan Arka dan senyum-senyum
sendiri atas pemikirannya.
"Like what?"
96
"Pipinya merah tuh." Ucap Natella bohong. Tapi Arka
malah mengangkat buku yang dia baca sejajar dengan
wajahnya.
"Yakali."
97
ancang untuk menciptakan drama lainnya, namun
Arka lebih dulu mengatakan, "canda kok." yang dibalas
dengan deretan gigi putih Natella.
Meira : (2)
98
Dennisa kemudian memasukkan gambar Yudha yang
bertekuk lutut di depan Natella, membuat Natella
kembali mual karena mengingat kejadian tadi. Gila, di
jaman internet seperti sekarang apa-apa bisa cepat
tersebar.
99
Jeana Nadina : Tadi Meira bilang Arka cinta mati sama
Nate
100
Dennisa Randinka : Tancap, Ra. Udah dikasih jalan
tuh sama si istri tua.'
101
Meira : Ga deh, makasih.
102
Natella kembali ke chat-an pribadinya dengan Jeana,
'Arka bilang dia ngga tau, Je.'
103
Well, awalnya Natella pikir, Arka lama karena dia
berangkatnya lama.
"Penting ya?"
104
'Kalau Arka gamau cerita, dia gabakalan buka mulut'
Natella menulis lagi. 'Mungkin Meira minta ini sebagai
rahasia mereka kali, ya?'
***
105
Chapter 8. Going Crazy
106
ngga sayang, udah beneran gue barter sama makanan
kucing." lanjut Natella dengan suaranya yang gregetan,
masih ingat bagaimana Arka hanya meresponnya
dengan 'hm', 'ya', 'ga' di perjalanan menuju rumah
Natella.
"Yaudah apa?"
107
Natella loves Arka so bad that this girl will do anything
to make him stay with her. Makanya, Natella selalu
bertingkah menjadi gadis baik dan penurut demi Arka.
Bisa jadi.
108
harafiah, tapi sekarang kayaknya sudah menjadi pacar
Meira.
"Gue ribut sama polisi lalu lintas tapi Arka malah bodo
amat, Jeana." Natella memberitahu salah satu kisah
dramatis yang pernah ia alami itu. Arka bukan tipe
orang yang suka ikut campur urusan atau masalah
orang lain.
Kecuali...
Masalah besar.
109
"Kita kan ga kenal Arman, Nate. Bisa jadi kan dia
aslinya suka BDSM-an?"
110
"Apa?" Tanya Jeana cepat.
***
111
digunakan Arka, Natella menyimpulkan kalau cowok
ini pasti baru pulang dari kampus.
"Yes, daddy?"
"Come sit on daddy's lap and tell daddy what you want."
112
"Waduh, Sorry." Suara berat yang duduk di sofa itu
membalas, sementara Natella masih menyembunyikan
wajahnya di dada Arka.
Natella tahu kalau Reno gila, tapi masa iya segila ini?
113
terpengaruh, gimana?" tanya Natella berlebihan, tapi
matanya benar-benar menunjukkan kekhawatiran.
***
114
sempat memandang ke arah kamar Reno yang terbuka
lebar, "Reno lagi di luar." Ucap Arka memberitahu.
"Ka, ada apa sih sama Meira?" tanya cewek itu to-the-
point, entah untuk ke berapa kalinya menanyakan hal
ini.
115
"Meira juga ngga bakal tau kalau kamu kasih tau aku."
Natella kembali memberikan agurmen yang
menurutnya masuk akal.
"Kalau aku tau, siapa tau aku bisa bantu Meira? Dia
sahabat aku, Ka."
116
"Nat, ini tentang Meira." Tekan Arka, agar Natella tidak
membawa argumennya lari kemana-mana lagi." Meira
temen kamu. Menurut kamu, kenapa dia ngga mau
kasih tau kamu?"
117
Natella mengalah pada akhirnya, memang bakal sia-sia
kalau memaksa Arka untuk memberitahunya sesuatu.
Jangankan rahasia orang lain, rahasianya sendiri saja
tidak ia bagikan ke Natella.
118
menghentikan sebentar, mencari kata yang tepat,
"sampe Meira mau temenan sama kamu?" ungkapnya
kemudian, tidak yakin apakah kata 'temenan'
merupakan kata paling tepat. Karena Natella tidak
mungkin terang-terangan memberitahu Arka
setidaksuka apa Meira padanya sebelumnya. "Yang
kamu lakuin aja, Ka. Bukan yang kamu liat atau kasih
tau, selain nganterin dia pulang."
119
Akan tetapi, pada akhirnya dia hanya bisa menikmati
sorot mata cewek ini yang menunggu kelanjutan
omongannya dengan penuh penasaran,
***
120
Chapter 9. Tell Me If You Are Hurt
Natella berani menjamin bahwa tidak akan ada orang
ketiga dari pihaknya di tengah-tengah hubungannya
dengan Arka. Meskipun cewek itu gampang
dipengaruhi dan teman-temannya kerap kali
memantang agar dia menduakan Arka, Natella tidak
sekalipun sanggup melakukannya meski telah mencoba
sekalipun.
121
senggol bacok yang cewenya diganggu dikit langsung
ngamuk, tidak peduli sama sekali sih iya.
122
'Natella cantik seperti bidadari aku sangat suka'
123
'Terus juga psiko, kalo ga percaya tanya aja sama Reno.
Pokoknya gue creepy gitu deh.'
124
berdiri dan mengarahkan pandangan sedekat mungkin
pada handphone Natella.
"Eh anjing liat dulu dong apa yang gue tulis." protes
Natella sebal, dia memberikan kesempatan buat teman-
teman dekatnya itu membaca yang ia tulis disana.
125
"Duh gue jadi pusing banget, butuh obat penenang."
Ucap Natella frustasi sendiri "Gue butuh Arka."
lanjutnya asal.
***
126
"Gue bakal pura-pura hamil dong."
127
cantik. Tapi, apalah arti cantik kalau sifatnya jelek?
Bukannya orang-orang selalu mencari yang muka dan
sifat semuanya ok?
"Then?"
128
"Dia terlalu baik buat gue."
129
mengungkitnya ataupun menancing Meira buat cerita,
semenjak Arka memintanya untuk tidak memaksa
Meira. Tapi, disaat begini, Meira bertingkah seperti
ingin mengungkapkan semuanya, membuat rasa
penasaran Natella kembali memuncak.
"Anjing..."
130
"Gue bahkan lebih buruk dari anjing."
131
Meira melanjutkan, "itu yang selalu gue percaya, Nat.
Tapi malam itu gue sadar." Meira menjeda untuk
menegak salivanya yang terasa sulit. "Gue sadar kalau
cinta gue buat Brian dan Brian buat gue itu ngga
sehat. Gue sadar kalau gue harus berhenti sama Brian.
Gue sadar kalo gue sayang Mas Arman."
"..."
"...."
132
Manusia bernama Arka kan tidak cuma satu, siapa
tahu saja Meira tengah membahas Arka yang lain.
133
"Cuma?" ulang Natella tak menyangka, Meira
mengungkapkannya sesantai itu, kayak ditampar orang
bukanlah hal yang mengerikan.
"Ya?"
134
sama preman. Natella saja tidak bernyali waktu face to
face sama Brian. "Terus, cowok gue diapain Brian?"
tanyanya panik.
"Gue pikir Arka udah cerita sama lo... dia juga bilang
dia baik-baik aja, kok."
***
135
Reno mengomel ketika mendapati Natella yang berada
di balik pintu, mengetuk dan memencet bell tidak
sabaran, menganggu tidur sorenya yang awalnya terasa
seperti surga. Lagian, Reno kadang takjub dengan
Natella yang bisa mengakses lift apartemen ini seenak
jidatnya meskipun bukan penghuni sini, udah akrab
sama security dibawah.
"Belum pulang."
Natella menggeleng.
"Diputusin Arka?"
136
"Arka selingkuh sama si Sunny?" tebak Reno makin
asal, hal-hal kayak gini yang menurut Reno paling bisa
membuat Natella nangis.
137
Untung tidak lama dari itu, pintu kembali terbuka dan
menampilkan sosok Arka yang baru pulang dari
kampus, kelihatan bingung melihat keadaan Natella
yang duduk di kursi depan TV...dan menangis.
138
mengingat itu satu-satunya kesalahannya hari ini.
"Nanti aku temenin." bujuknya.
139
Masih dipeluk Arka, Natella berkata, "kamu kok ga
cerita sama aku kalau waktu itu kesakitan?"
140
menggunakan tangannya untuk menghapus sisa-sisa
air mata Natella sekali lagi.
141
"Kamu ga marah aku berantem?"
142
Arka menghembuskan napas panjangnya frustasi,
untung dia tidak suka menyerapah ucapan kotor.[]
***
143
Chapter 10. Falling For You
Ini hari minggu. Untuk anak seumuran Natella
biasanya sudah mendapati undangan atas namanya
sendiri, entah itu dari teman sekolah dulu, teman main
atau bahkan teman kuliah. Pertama kali Natella
mendapati undangan pernikahan yang ditujukan
khusus untuknya, itu datang dari teman SD-nya yang
lumayan dekat, membuatnya terkejut sekaligus merasa
bahwa waktu memang tidak pernah berhenti dan dia
beranjak dewasa.
144
"Belom kelar juga, Nat?" Tanya Arka sembari
menatapnya datar. Cowok itu memandangi Natella dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Ayolah, Natella
bahkan masih mengenakan piyama satin, rambutnya
masih di roll dan bibirnya masih pucat.
"Batik."
"Warna apa?"
"Cokelat."
145
"Lo gausah ikut campur." Natella tentu saja mengomeli
Ferre, tapi cowok tinggi berumur 16 tahun itu tampak
tak peduli, masih memasang tampang resenya sembari
memainkan handphone. Kadang, Natella berpikir kalau
Ferre lumayan mirip dengan Arka. Sama-sama tinggi,
cuek dan beraura dingin. Bedanya, Arka lebih baik,
lebih pintar, lebih ganteng, jauh lebih sempurna di
banding Ferre. Entah itu memang benar, atau hanya
berlaku di mata Natella yang tentu pilih kasih terhadap
Arka.
146
kakinya menabrak kaki buffet lemari, membuat cewek
itu sontak memekik dan memegang kakinya.
147
sempat berpikir kalau si Pipiyot pake guna-guna
makanya lo mau sama dia."
"Memangnya kenapa?"
148
kalau gue bukan anak kandung Mama-Papa melainkan
wewe gombel yang menitipkan gue ke keluarga ini.
Suatu hari nanti, wewe gombel itu pasti bakal
mengambil gue lagi. Begonya, karna waktu itu gue
masih kecil, gue percaya si Pipiyot itu dan nangis,
mimpi buruk sampai gabisa tidur. Tahu ga apa yang
dia lakuin pas gue nangis? Dia ketawa, mentertawakan
gue. Makanya pas otak gue udah bisa memainkan
logika, gue memutuskan untuk selalu membenci dia."
"Re."
"Hm?"
149
Arka menepuk pelan bahu cowok tinggi di sebelahnya
itu. "Lo pasti segitu sayangnya sama kakak lo." Balas
Arka kemudian, membuat Ferre langsung membalas.
"amit-amit."
***
150
"..." Arka tidak menjawab.
151
"Nat...ada yang mau aku omongin." Ucap Arka tiba-
tiba. Natella yang tadinya tengah merapikan bulu mata
palsunya memberikan gumaman membalas ucapan
Arka.
"Nat, dari awal aku kan udah bilang kalau aku ngga
janji." Ucap Arka lagi.
152
selain dirinya, ini adalah hal yang entah ke berapa
sekian kali. Natella seharusnya tidak merasa sesakit
ini.
***
153
Dia berjalan menjauhi Arka, sudah terpisah dengan
cowoknya itu dari memasuki pintu. Tapi Natella yakin
Arka tidak akan repot-repot mencarinya, apalagi ini
acara yang rata-rata dihadiri oleh orang-orang yang ia
kenal. Tapi Natella juga mengenal beberapa orang yang
daritadi menanyakan Natella pergi dengan siapa karena
tidak ada siapa-siapa di sebelah cewek itu, dan karena
ditawari, dengan senang hati Natella mengekori teman
SMPnya yang pergi dengan pacarnya.
154
Bukannya menjawab, Arka yang berdiri di sebelahnya
itu malah menyerahkan botol air mineral yang ia
pegang, sudah dibukakan dan diberi pipet. Natella
mengambilnya, memang haus. Menyadari beberapa
orang memperhatikan mereka, Natella kemudian
mengarahkan sesendok daging berbentuk bulat itu ke
mulut Arka.
"Iya, tadi kan aku gatau kalau kamu akan kasih kabar
seburuk ini.
"Nat..."
"Apa?"
155
"You better not promise me anything if you cant hold your
promise."
***
156
Sebenarnya, Natella punya alasan lebih masuk akal
kenapa dia marah pada Arka daripada cowok itu.
Semua orang menuduhnya yang kekanak-kanakan,
padahal Arka jauh lebih kekanakan. Cowok itu suka
merajuk tak jelas karena hal-hal yang bahkan tidak
penting.
157
"Yoi."
"Kapan?"
"Sekarang."
"Iya."
158
Iya, Natella habis melakukan Dermaroller tadi pagi. Dia
tidak merencanakan itu sebetulnya, tapi karena Arka
mencuekinya dan tidak ada kerjaan karena hari ini jam
kosong. Alhasil dia pergi ke salah satu klinik milik
tante Sarah. Melakukan perawatan Dermaroller yang
lebih menyakitkan daripada facial. Iya, gimana ga sakit
saat kumpulan jarum kecil-kecil digosok-gosok ke
muka? Dia memang sempat di anestesi, tapi tetap saja
terasa ngilu.
"Ga sakit?" tanya Arka kemudian, dia mengerti
Dermaroller dari namanya dan Natella pernah
membahas prosesnya yang mengerikan kepada Arka.
159
jeleknya. Tidak lucu kan kalau dia tidak punya salah
satu yang seengakknya terlihat cantik?[]
***
160
Chapter 11. Another Secret
Natella membuka pintu mobil putih yang terparkir di
depan pagar, dia masuk dengan helaan napas kesal
dan keluhan.
161
melepaskan masker yang tadinya menambah sedikit
kepercayaan diri cewek itu yang sekarang menghilang
sepenuhnya. Natella menanggalkan maskernya dengan
pasrah, muka jeleknya yang sempat diejek habis-
habisan oleh Ferre psudah kepalang dilihat oleh
cowoknya itu.
162
She can guess about Arkasa enough. Bukankah Natella
sering bilang jika Arka itu 'orang baik'?
163
Well, Natella terus menanyakan 'kenapa' karena Arka
melihat terus ke arah dia.
"Kamu kenapa natap aku kayak gitu sih, aku kan jadi
salting." Ucap Natella jujur, jantungnya bahkan
berdetak tidak karuan. Arka tidak mengburis, dia
malah mendekatkan wajahnya ke wajah Natella,
matanya masih menatap mata Natella lekat-lekat.
Tangan kirinya ia letakkan di pipi cewek itu,
kemudian...
***
164
Natella mendengar nama Richard pertama kali ketika
dia menguping pembicaraan Arka di telepon. Cowoknya
itu rata-rata memberikan respon berupa gumaman, ya
ataupun tidak. Memang tipikal Arka.
165
beberapa saat terakhir dia memang kerap kali
menunjukkan pergerakkan gelisa.
"Yaudah."
166
"Aku takut banget, Ka." Nada suara Natella memelan.
Arka kayaknya tidak mengerti apa yang terjadi dalam
batinnya. Meskipun Natella mengungkapkan pun,
sepertinya cowok itu juga tidak akan mengerti.
***
167
Pacific Place, tapi yang dia naiki sekarang merupakan
lift menuju Ritz Carlton.
168
dia yang merasa seru sendiri dengan cerita tidak
pentingnya. "Karena aku sebel, Aku hidupin kan lampu
flash hp aku pura-pura kejatuhan sepatu, tapi arah
lampunya ke arah mereka." Cewek itu tertawa sendiri
kemudian. "Terus sumpah ngeliat ekspresi panik nya
mereka tuh lucu banget. Kayak bencong lagi mangkal
terus ketahuan satpol PP."
"Emang."
"Tapi jangan gitu lagi, ya? Itu kan lagi sepi. Nanti kalau
mereka marah dan sampe ngapa-ngapain kamu,
jadinya ga lucu." Arka mengingatkan. Natella tentu
tahu motto hidup Arka yang seperti ini, jauhilah
masalah selagi bisa.
169
Arka membasahi bibirnya sebentar sebelum menjawab,
"ga bakal." Ucapnya yakin.
***
170
"Aku dijual beneran ke Mas Richard gak nolak loh ka,"
bisik cewek itu asal ke telinga Arka. Yang tentu saja
tidak perlu di balas oleh cowok itu dengan perkataan.
171
Arka dengan sebutan 'Sean', nama panggilan rumah
cowoknya itu.
172
cowok itu. Dan dia sudah merasa bahagia bukan main.
Meskipun Natella tetap merasa bahwa Richard juga
sama tertutupnya dengan Arka untuk beberapa hal,
wajar mungkin karena mereka baru bertemu sekali.
173
tahu kapan cowok itu marah, sedih, atau dalam
keadaan mood yang buruk meskipun ekspresinnya
gitu-gitu saja. Dan mungkin saat ini tengah
menggambarkan ketiganya. Sementara Richard tetap
terlihat biasa saja memakan Steaknya.
174
Musuhnya? Emang yang kayak Arka bisa punya
musuh?
175
Gue tau 'dia' atau 'image dia'?
176
Atau ada juga orang-orang yang menganggap
kehidupannya sendiri adalah privacy, hanya
memperlihatkan apa yang perlu orang-orang lihat dan
menyembunyikan sisanya. Mungkin dia ketakutan
akan dibenci ataupun dicampakkan apabila orang lain
tahu bagaimana dia sebenarnya.
177
Tapi, tidak selama ini.
It feels good.
***
178
Chapter 12. Shades of Cool
Moreno membuka pintu apartemen yang dia tempati
dengan Arka dan mendapati pintu balkon terbuka.
Lelaki jangkung itu melirik ke arah jam dinding, pukul
setengah 3 dinihari, memang terlalu pagi untuknya
pulang yang tidak dalam keadaan mabuk ataupun
menggandeng satu perempuan pun yang akan
dibawanya ke dalam kamar.
179
Well, ada perbedaan antara sengaja untuk tidak tidur
di malam hari karena itu menyenangkan, seperti yang
dilakukan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka
nocturnal, yang lebih semangat beraktifitas di malam
hari. Sementara Insomnia merupakan penyakit dimana
penderitanya berusaha untuk tidur, tapi kesulitan atau
terus merasa terganggu. Dan itu menyiksa.
180
Arka memutar bola matanya malas, ketenangan yang
coba dia hadapi dengan cara kayak begini dihancurkan
sepenuhnya oleh si Moreno sialan. "Kalau gak dapet
cewek, gausah ganggu gue." ucap Arka dingin. Serius,
dia lebih memilih mendengar ribut-ribut dari kamar
Reno ataupun tidak sengaja menyaksikan adegan
menjijikan itu daripada Reno ribut tidak jelas
didekatnya seperti yang pria jangkung itu lakukan
sekarang.
"Cih."
181
asalnya. "Tadi Natella ngeline gue." ucapnya kemudian.
"Dia nanyain Jovan."
"..."
"Gak lucu kalau dia malah tahu dari mulut orang lain
yang bisa jadi malah sangat merugikan lo." Reno
memberikan sarannya lagi. "Mumpung Natella percaya
elo."
182
"She is better not knowing anything."
"..."
183
"Gue hanya gak mau menyakiti Natella, Ren."
Gumamnya pelan, memberitahu Reno alasannya
memilih diam.
***
184
"Jangan gacinin cowok gue, tuh mas Arman aja."
ucapnya sembari mengumpani sugar daddy-nya Meira.
"Atau si Yudha sekalian. Pokoknya jangan Arka, dia
terlalu suci untuk otak lo yang kotor." Lanjutnya.
"Kakaknya Arka juga bening banget." Natella
memberitahu, tapi karna dia belum memberitahu
bagaimana Richard yang sebenarnya, Dennisa masih
tampak belum tertarik.
"Rasa apa?"
"Ya, rasa. Masa lo gak tahu sih? Oke deh kalau belum
pernah dicolok. Tapi kan..."
185
"Kalian beneran pacaran gaya anak TK atau lo belagak
polos sih, Nat?"
186
"Cerita Meira tentang Arka membuat gue sadar kalau
good boy is very sexy."
"Apa?"
187
kalau lakinya yang brengsek mah salah lakinya juga
keles."
188
"Lo ataupun Meira jangan coba-coba kegatelan ke
cowok gue lagi ya!" Natella memperingatkan dengan
nada sok mengancamnya.
***
189
ya?" Dennisa mengeluh kesal sendiri, dia bahkan tidak
terbebani berbicara dengan cukup kuat yang tentu bisa
di dengar orang lain, membuat Natella mencubit
lengannya agar cewek itu diam sedikit.
190
"Eh sekali lagi lo gatelin cowok gue, beneran gue
jambak ya lo."
191
Dennisa yang duduk disebelahnya lantas berbisik,
"tenar banget sih sahabat gue." Ucapnya bangga.
192
Cowok yang tadinya ketangkap basah menyebut nama
Natella berdiri, face to face dengan cewek yang lebih
pendek darinya itu, "Lo seharusnya belajar untuk jadi
perempuan yang baik." sindirnya, menyadari kalau
Natella memang sekacau yang teman-teman dekatnya
bicarakan.
193
"Anjing ya lo!" si Bagas-bagas itu mulai mendorong
Natella kasar, membuat beberapa cowok di kantin
menahannya agar tidak melanjutkan aksi yang
keterlaluan, tidak etis.
194
ada yang bisa melakukan apa-apa, bahkan Dennisa
hanya diam saja.
195
tengah marah besar, jelas dari nada bicaranya. "Iam
dissappointed on you."
196
Baru saja tadi Dennisa mengatakan bahwa akan ada
saatnya dimana Natella akan capek sendiri dengan
semuanya. Kemudian dia akan mati rasa. Seperti
sekarang.
***
197
Chapter 13. Broken
Yang paling menyakitkan ketika sedang sedih, kita
biasanya tidak hanya sedih karena satu hal itu,
kejadian-kejadian lalu yang belum selesai akan ikut
bermunculan di otak, membuat rasa sakit itu menyatu
menjadi berlipat ganda.
198
membuatnya menyimpulkan bahwa umur 10 tahun
berarti sudah besar. Sayangnya, Ferre tetap dianggap
anak kecil oleh Mama, Papa, Oma atau siapapun ketika
berumur segitu, mereka tetap menganggap Natella yang
salah dan menyuruhya mengalah atas apapun yang
terjadi pada dia dan Ferre. Natella sempat kesal dan
marah besar kepada keluarganya karena hal ini, waktu
itu dia juga masih kecil, otaknya belum bisa berpikir
logis jika itu seharusnya tidak dipermasalahkan.
199
panggilan cantik, dia bahkan menunggu Natella di
depan kelas hanya untuk menawarkan tumpangan
sampai ke rumah, rela habis bensin hanya untuk
memastikan Natella pulang dengan selamat.
200
merajuk. Kemudian tidak sampai seminggu, Ivan
menembak dan menyatakan cinta ke Mira di depan
kelasnya.
201
Dia dicampakkan lagi.
202
melihat Firga gandengan sama cewek lain di mall, di
depan matanya sendiri.
203
Cowok itu sedang duduk dengan macbook yang
terbuka, Vanilla Frappe yang masih penuh dan kemeja
biru yang bikin dia kelihatan ganteng.
204
"Gue juga baru aja mikir gitu." Jawab cowok itu sambil
mengetik di macbooknya dan sekali-sekali melirik ke
arah Natella.
"Kodekteran."
205
"Wow." Natella berkata takjub. "Otak lo encer banget ya
pasti? Anak kedokteran kan terkenal pintar-pintar,
apalagi kedokteran Universitas kita itu." Lanjutnya
dengan intonasi memuji.
"Hah?"
206
"Oh gitu ya?" tanya Natella mulai canggung, padahal
daritadi dia merasa nyaman banget mengobrol dengan
cowok ini.
207
ketiga, lalu di pertemuan ke empat dan seterusnya,
Natella mampu menceritakan hal-hal lebih intim atau
memalukan kepada Arkasa yang bahkan tidak
memberinya jaminan apapun.
Dia takut pria itu tidak merasakan hal yang sama, atau
malah sebaliknya.
208
bertingkah sewajarnya versi dirinya sementara Natella
terlalu terbawa perasaan.
209
Takut dicampakkan dan tidak mau merasakan rasa
sakit yang lebih parah membuat Natella akhirnya
berbuat sesuatu yang lebih salah untuk mendapati
Arka. Untung dia tidak betulan memakai dukun atau
pura-pura hamil. Karena rupanya, memisahkan Arka
dan Mentari agar tidak jadi bersatu tidak sesusah yang
ia bayangkan.
Maka dari itu, tiap kali Natella terluka karena Arka, dia
menganggap ini adalah harga yang harus dia bayar
atas keculasannya untuk mendapatkan cowok itu.
Paling tidak, Natella selalu menganggap jika ini tidak
akan lebih menyakitkan daripada melihat cowok itu
bersama dengan orang lain.
210
"Sampai lo mati pun, Arka juga gak bakal memihak
sama lo."
***
211
Kemudian, airmatanya jatuh lagi, tumpah semakin
deras menandakan bahwa dia sedang sesakit dan
semenyedihkan itu. Badannya melorot ke lantai dan dia
menyender di balik pintu.
212
"Lo emang sampah."
213
"Nate susah banget dihubungin. Jea telpon-telpon tapi
gak aktif. Di line juga gak dibales." Jeana
mengeluarkan keluhannya. Dia sama sekali tidak dapat
menghubungi Natella sejak kemarin.
Bohong.
214
belum pernah mendapatkan teman sebaik mereka
sebelumnya.
***
Dia tidak mau bunuh diri, jika hanya itu yang mereka
khawatirkan. Meskipun cewek itu sempat
mengharapkn agar dia sakit saja, siapa tahu Arka tiba-
tiba menyesal dan meminta maaf padanya apabila dia
215
sakit. Tapi, dia sudah sering kesakitan sementara Arka
tetap tidak peduli.
216
***
217
"Kak." Mbak Ratna memanggilnya dengan panggilan
rumahnya. Suara perempuan tua itu terdengar takut
dan ragu-ragu, ada nada cemas disitu. "Tadi jam 11,
teman Mas. Arka kesini."
***
218
dilapisi sweater, baru saja menyetir dengan kecepatan
paling pelan 80km per jam. Untung sudah malam dan
tidak banyak orang di jalan, sehingga dia tidak perlu
melibatkan orang lain apabila terjadi sesuatu.
219
"Santai, Nat. Arka udah baikkan kok." Ucap Reno yang
ikut naik dalam lift yang sama dengan Natella. "Tapi
kalau gak pakai helm, udah lewat tuh dia."
220
Arka datang ke rumahnya dalam empat hari terakhir
ini hanya ada dalam mimpi yang ia harapkan menjadi
nyata.
221
yang tadinya dituup oleh Reno untuk keluar, tidak mau
mengganggu tidur cowok itu yang pasti tengah
kelelahan bukan main. Dalam hati masih berdoa agar
Arka cepat sembuh dan baik-baik saja.
222
Natella menggeleng, menyalahkan dugaan Arka. "aku
marah sama diri aku sendiri." balasnya.
***
223
Chapter 14. It’s Okay Not To Be
Okay
Jika Natella dikasih pilihan untuk memiliki kekuatan
super kayak yang ada di film X-Men, dia tanpa berpikir
akan memilih kemampuan dapat membaca pikiran
orang lain. Atau tidak perlu semua orang, cukup
pikiran Arka saja. Karena selama apapun dia kenal
Arka, Natella tidak pernah tahu apa yang diingikan pria
itu sebenarnya, atau setidak-tidaknya memprediksi apa
yang akan dia lakukan atau pilih.
224
meninggalkan perangai seperti petanda orang mau
mati, melakukan tindakan aneh yang sangat bukan
dirinya. Mereka sebenarnya bermain adil, siapapun
yang salah harus minta maaf. Dan selama ini, anggap
Arka memang benar dan dia salah.
225
berhenti mencintai Arka, apakah salah Arka jika
perasaannya tidak mencintai Natella?
226
Natella menggeleng setelah menegak salivanya yang
terasa sulit. "Kamu gak nyakitin aku, aku yang
nyakitin diri aku sendiri." Balas Natella kemudian.
227
Mendengar itu, Natella mengeluarkan sedikit tawanya,
untuk pertama kali malam itu dan sehabis tangis yang
bekasnya masih bersisa. Her boyfriend is cute.
"Iya, sayang."
***
She once read that it's okay to fight for someone who
loves you, but it's not okay to fight for someone to love
you. There's a huge different.
228
Waktu pertama kali Natella membaca kutipan itu, dia
cukup tertohok tapi tidak terlalu perduli karena kurang
setuju. Namun terkadang, kutipan-kutipan yang
awalnya dianggap tak penting ataupun nasihat-nasihat
orang yang dipandang sebelah mata bisa sangat
membantu untuk sadar disaat paling tepat.
229
Natella mengatur napasnya, dia melihat ke sekeliling
dan menyadari sebab dia terbangun tiba-tiba dari
mimpi buruk yang berasa nyata, tubuhnya masih
terbaring di atas sofa. Seorang perempuan cantik
tertangkap berdiri tidak jauh dari sofa berwarna cokelat
itu, Natella menebak jika dia baru saja melapisi
badannya dengan selimut. Ketika mata mereka
berpandangan, perempuan bergaya elegan itu
memberikan Natella senyum manis dan isyarat agar
Natella melanjutkan tidurnya.
230
Natella tidak ingat tidur pukul berapa, yang jelas dia
yakin kalau jatah tidurnya malam ini sangat amat
kurang, begitu juga dengan Arka. Dia sudah menyuruh
Arka untuk istirahat dan segera tidur, tapi cowok itu
malah menahannya dan menyuruh Natella
menceritakan apa saja yang dia lakukan empat hari
terakhir, mempertanyakan alasan Natella tidak
memberinya kabar sama sekali.
231
jangkauannya. "Sean ever told me that you're going to
like chocolate more than bags or shoes."
232
"Mau banget." Balas perempuan yang duduk anggun
disebelahnya itu. "Tapi flight tante jam 5 sore,
kayaknya gak sempat." lanjutnya dengan nada
menyesal.
"Ma."
233
jam 9." Arka mengingatkan, dan Natella nyaris
melupakan itu sepenuhnya.
234
terbaring lemah itu hanya meminta agar Natella segera
kembali.
235
"I dont love her." Arka memberikan balasan, suaranya
cukup kuat hingga membuat perempuan di dekatnya
itu terkejut, mencari kebohongan dalam mata pekat
putra nya itu. "So, believe me that she never hurts me."
***
"Tahu darimana?"
236
"Kapan sih Nate mau damai sama Mentari?" Giliran
Jeana yang bertanya. Soalnya, Natella memang posesif,
tapi dia masih bisa bersikap sebiasa mungkin terhadap
teman Arka yang lain, kecuali Mentari.
237
diatas segalanya, paling waras. "Udah deh, mending
doakan cowok gue cepet sembuh. Dia yang sakit, gue
yang menderita tahu."
238
Bagas yang sama tinggi dengannya, tapi mulutnya
daritadi terus mengeluarkan serapahan memancing.
239
pernah memaafkan Bagas yang sudah jahat dan
mempermalukannya di depan banyak orang.
240
mengalahkan keegoisan dan kadang, mempertaruhkan
harga diri.
***
241
namun Tante Sarah tidak menjawabnya dan malah
memberikan pergerakkan gelisah.
242
Tante Sarah berdecak sembari menggeleng lagi. "Bukan
lah. Ngapain sampe harus nangis kalau ketemu dia?"
"Jovan."
"My son."
243
Menurutnya, orang-orang sudah melupakan Jovan,
mungkin anak itu sudah hidup tenang dan bahagia
dengan keluarganya yang baru, dan menurut Natella,
Tante Sarah juga sudah melupakan Jovan, perempuan
itu tidak pernah lagi membahasnya pun menyebut
namanya, seperti Jovan Adi Syailendra memang tidak
pernah hidup dan hadir dalam keluarga mereka.
Natella saja selalu berpikir dan dianggap jika dia cucu
pertama di keluarga Ibunya.
244
Tante Sarah mendongak, bahkan berjinjit padahal dia
sudah mengenakan high heels 9 cm, sibuk
memperhatikan orang-orang yang baru keluar. "Tan,
aku bawa Ipad, gak mau dijadii papan pengenal?" tanya
Natella menawarkan, tapi Tante Sarah sepertinya
terlalu blank hingga tidak memberikan respon apapun.
245
negatif. Bagaimanapun, tante Sarah itu cantik
ditambah bentuk badannya yang sexy.
246
terhadap anaknya memang nyaris tidak mungkin
salah, itu hukum alam.
***
247
Chapter 15. Blow Your Mind
Jovan merasa bahwa dia telah memiliki keluarga yang
sempurna. Dia punya ayah dan ibu yang pengertian
serta adik perempuan berjarak 10 tahun lebih mudah
yang begitu dia sayangi. Begitu juga keluarga besarnya,
kakek dan neneknya baik hati. Om, tante, dan semua
sepupu-sepupunya menyenangkan.
248
Kenapa Jovan harus memikirkan Bunda ketika Bunda
sendiri belum tentu memikirkannya? Kadang dia rindu,
kadang dia pertanyakan. Apabila dia dirawat Bunda,
apakah Bunda lebih baik dari Ibu tirinya yang sangat
dia sayangi? Dia tidak mau membandingkan karena dia
tidak berpikir bahwa Mom akan tergantikan.
249
ataupun foto Jovan dengan Bunda ketika Jovan masih
berumur 2 tahun.
Dia tidak terpikirkan hal lain selain, "why the fuck this
perfect lady has to be my biological mother?"
250
mendengar tangis yang begitu tulus itu keluar dari
bibir ibu kandungnya.
***
251
menggunakan tinjunya untuk menyadarkan mereka
kalau Jovan berpihak pada Ayahnya.
252
kedatangannya ke Jakarta memperlakuknnya dengan
sangat baik, terutama Bunda, Oma dan Mama.
253
tanda-tanda bahwa akunnya memblokir akun cowok
itu. "IG lo error kali." duga Natella. Cewek itu cepat-
cepat mensearching username Jovan di handphonenya,
mendapati bahwa dia memang memblokir akun Jovan,
membuat rautnya menunjukkan kebingungan yang
kentara. "Tapi gue ga pernah tahu akun lo
sebelumnya." jawabnya berkilah, antara tidak enakkan
karena memblokir dan penasaran siapa yang
memblokir Jovan. Natella merasa bahwa dia tidak
pernah kenal atau berhubungan dengan Jovan
sebelumnya. Masa iya keblokir sendiri?
254
sebiasa mungkin, menghilangkan seluruh kesinisan
yang seharusnya ia tampakkan.
255
"Iya lama. Tapi dia gak cinta aku." balas Natella blak-
blakan, membuat Jovan yang awalnya hanyut dalam
pikiran busuknya harus merasakan terhantam batu
besar.
256
Tapi, Jovan saja baru tahu sekarang jika Natella
merupakan sepupunya sedangkan kedua orang ini
telah memiliki hubungan hampir dua tahun.
***
257
membuat Natella naik darah, apalagi ketika cowok itu
mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang
menurutnya sangat tidak masuk akal.
258
Natella mencurahkan segala kekesalannya sembari
mengetik chat-chat untuk Arka. Dia dapat melihat
tanda bahwa pesan-pesan keluhannya sudah dibaca
oleh akun yang dituju. Sayangnya, tidak kunjung ada
balasan juga.
259
"Gak usah dipikirin." Saran Arka, suaranya terdengar
tenang seperti biasa, menambah keyakinan Natella jika
Jovan benar-benar mengatakan hal-hal omong kosong.
Arka saja semasa bodoh ini dengan Jovan berikut
ucapan-ucapannya. Apabila cowok berkulit tan itu
memang benar, setidaknya Arka seharusnya
menunjukkan respon takutnya karena ketahuan
meskipun sedikit, kan?
"Udah."
"Apa?"
260
Arka tidak kunjung menjawab, dia seperti berpikir
untuk mengucapkan apapun yang ingin ia ucapkan
setelah ini.
"Good night."
"Apa?"
261
"Iya kan, pasti gak sengaja!" Balas Natella bak
memberikan dukungan atas jawaban Arka. "Yaudah
istirahat ya sayang. Good night."
"Oke."
262
"Then, apa jawaban dia tentang ngeblokir akun IG gue
dari akun lo?"
263
"Gue belum selesai ngomong!" Balas Jovan lagi. "Lo tau
apa artinya kalau nggak bereaksi serius tentang ini? I
mean, gak takut atau cemburu seperti yang gue
prediksi?
264
mematikan sambungan telponnya dengan Jovan.
Sembari mengatur napas yang tidak stabil, Natella
mengetik di pesan, 'jangan lupain janji lo mau minta
maaf sama cowok gue.'
265
Dan itu artinya, cowok itu bisa saja menjadi sangat
tega untuk menghancurkan dan menyakitinya, bahkan
lebih parah dari apa yang dikatakan Jovan.
***
266
Chapter 16. A Sky Full of Stars
Hubungan antara Arkasa dan Natella memang tidak
bisa baik-baik saja dalam waktu yang lama.
267
kayak begini. Jarak antara dirinya dan Arka terasa
begitu jauh.
268
Setibanya di depan rumah dua tingkat milik Tante
Sarah, Natella mendapati salah satu mobil milik Tante
Sarah terparkir, lalu keluarlah Jovan dengan pakaian
formalnya yang sudah tidak rapi lagi. Natella langsung
mencegat cowok itu yang tampak heran melihat
kedatangan cewek yang berstatus sebagai sepupunya
itu.
269
Jelas Oma, untuk tidak memarahinya karena telah
tertangkap basah berbicara menggunakan nada tinggi
yang tidak sopan. "Kangen sama Jovan."
270
"Oma mau liat kalian makan." ucap Oma lagi sembari
melihat ke arah Jovan yang masih membantunya
berjalan.
271
beberapa waktu. Kemudian Natella melirik ke
sebelahnya, Jovan makan dengan gerak-gerik sesuai
tata krama yang baik dan tidak mengeluarkan
perkataan apapun.
272
"Kerja." Jawab Jovan singkat menggunakan kata yang
Natella sendiri juga sudah tahu dari awal.
"I dont even care about her too." Dia berkata santai. "You
know what I care the most right now?" tanyanya
sembari menatap sinis dalam ke arah mata Natella.
"Your relationship with Sean."
273
Kalau sampai gue diputusin, lo orang pertama yang gue
salahin!"
"You care, sweetie." tekan Jovan. "If you didn't care, you
would not have special relationship with him."
"..."
274
masih ingat awal cerita mereka bisa jadian, Arka
terpaksa. Dan dia belum sanggup menceritakan pada
Jovan sekarang. "Bisa jadi dia mau pacaran sama gue
karena dia baik...terus kasian." lanjut Natella pelan
sekali untuk kata terakhir. Dia mending dikasihani
daripada dipermainkan.
275
"Biar gak bisa liat lo nangis." Jawab Jovan seadanya.
"Gue gak suka liat cewek nangis soalnya."
"Biar apa?"
"For Hades' sake. You better stop your pathetic love right
now." Jovan membalas kesal sendiri. Tentu dia tidak
mau mengikuti keinginan Natella. Cewek itu tidak tahu
apa-apa mengenai masalah mereka, dan Jovan belum
mau memberitahunya karena menganggap Natella
terlalu naif dan bodoh.
276
"Masih cakepan gue." Balas Natella sewot.
"Kenapa?"
277
"He always chases what he wants till he gets it." ucap
Jovan, "Mungkin dia berubah."
"Hah?"
"..."
***
278
bagi cowok itu memang selalu ada urusan yang lebih
penting daripada Natella. Padahal cewek itu sempat
berharap banyak sewaktu Arka menyetujui. Ini
seharusnya menjadi salah satu liburan terbaiknya.
279
"Iya, sialan banget anjing, gabisa liburan ena kan gue."
Keluh Dennisa dengan suara seraknya yang terdengar
kesal.
280
Natella membuka pintu kamarnya ketika diketuk lagi.
Sayangnya, dia tidak menemukan Farrel, pacar
Dennisa dibalik pintu.
281
memperjelas. "aku lagi mimpi ya?" tanyanya lagi, tiba-
tiba masih memperhatikan Arka yang sudah berada di
dalam kamar, mengekorinya dari belakang.
282
baginya, setidaknya bergenre bahagia. "Aku terlalu
seneng, makanya sampe gak percaya. Maafin aku udah
nyakitin kamu ya? Kamu balas aja deh, gak papa."
"Gak pernah." jawab Arka singkat, "You are the one who
avoids me." Lanjut Arka yang membuat Natella
tersentak.
283
Kamu sih gak niat." Ucap Natella memperjelas
sekaligus memaksa Arka melepas pelukan mereka. Dia
mau bernapas.
"Sengaja?"
***
284
Chapter 17. Alone
Suara dering telpon hotel membuat Natella yang
berdiri dekat sisi tempat tidur itu malas mengangkat.
Cewek itu dapat mendengar suara teriakkan tidak
sopan Dennisa setelah memberinya sapaan.
Sahabatnya itu mengatakan protes mengenai
handphone Natella yang tidak bisa dihubungi karena
dalam keadaan tidak aktif.
285
"Makanya, gue juga awalnya sempat ragu itu dia yang
asli atau jadi-jadian." Natella berkata enteng. "tapi dia
nginjek tanah kok." lanjut Natella lagi memberitahu.
286
malah memeluknya erat, memberitahu Natella secara
tersirat bahwa cowoknya ini belum tahu menahu
mengenai hal tersebut.
287
Natella mendengar suara tawa Dennisa dari sebrang
dan tanpa basa-basi lagi langsung mematikan
sambungan telepon hotel itu.
'Nat, dimana?'
288
'Ke SG bareng siapa?'
'Nat."
'Nat.'
'Nat.'
'Natella.'
'Oit.'
289
Natella berjalan mendekati Arka, berdiri tepat
dihadapannya. Dia meletakkan punggung tangannya ke
dahi cowok yang lebih tinggi darinya itu. "Kamu lagi
demam ya?" Tanyanya bodoh. Tidak panas, tapi tentu
saja Natella merasa Arka aneh.
290
"Nat." Suara Arka memanggilnya, membuat cewek itu
sontak merespon dari kamar mandi. "Ada chat nih dari
Deri. Banyak."
291
'Gue ke hotel lo ya sekarang.'
292
pernah macem-macem apalagi selingkuh. Please,
percaya sama aku ya? Aku cuma sayang kamu." Ucap
Natella panjang lebar dengan nada frustasi sekaligus
memohon, hampir menangis. Siapa coba yang tidak
frustasi ketika dalam posisinya sekarang?
293
Deri yang brengsek dan memicu hancurnya hubungan
orang.
***
294
dalam salah satu gedung mewah di area paling terkenal
di Singapura itu.
"Hmm."
295
yang bayar karena Arka mengaku tidak punya dollar
sama sekali di dompetnya, lagi miskin.
296
memberikan komentar, "makin ganteng aja sih
cowoknya aku."
"Bosen."
297
sama sekali saja. "Aku jadi kamu, mending hidup di
Singapore lah."
"Tapi..."
298
Tapi, dia hanya diam saja. Terus diam dan berpikir,
kontras dengan perbuatannya bermenit sebelumnya
yang selalu berisik. Satu-satunya yang bersuara adalah
music player yang masih melantunkan lagu dengan
penyanyi yang sama.
299
"Yaudah, kita pulang aja." Ajak Arka lagi, membatalkan
niat mereka untuk jalan-jalan di Chinatown.
***
300
minum segelas. Lalu rayuannya makin jadi hingga Arka
tidak lagi mencoba mencegahnya untuk minum.
"Hehehe, kok kamu bete gitu sih? Ayo sini joget sama
aku." teriaknya di tengah musik DJ yang tengah
melantunkan Alone-milik Alan Walker, masih
menggoyangkan tubuhnya dan menggerak-gerakkan
tangan Arka yang daritadi terlihat tidak minat.
301
Cewek itu mengeluarkan tawanya lagi kwtika
kepalanya bersender di dada Arkax Tidak lama dari itu,
dia melingkarkan tangannya di pinggang Arka, "kamu
wangi banget deh." gumamnya sembari memeluk tubuh
cowoknya itu lebih erat dan mengendus-endus
dadanya. "Kamu marah kan aku peluk?" tanyanya
cemberut. Matanya menatap murung ke mata Arka
yang sepertinya serba salah untuk berbuat sesuatu.
"Iya sih kamu kan gak sayang aku." lanjutnya
bergumam. Kemudian dia menempelkan bibirnya ke
bibir Arka dengan kurang ajar, mengecupnya serakah
hingga Arka mendorongnya agar terlepas.
302
setengah sadar, dia tidak menyadari kalau ada batasan
pendek menuju jalan yang membuat kakinya terselip
kemudian terjatuh hingga terduduk.
"..."
303
"Lo bilangnya batal pergi." Jawab Arka kesal, masih
ingat kalau Natella sempat mengatakan itu padanya.
Arka kemudian mencoba menetralkan pikirannya agar
tidak makin emosi. Natella lagi hangover. Dia tidak
seharusnya meladeni orang yang sedang hangover.
"..."
"..."
"..."
"Karena...aku...capek."
304
"..."
"Kamu...juga...capek."
"..."
***
305
Chapter 18. Fix You
Denting hujan yang semakin deras membuat Natella
yang masih berada dalam selimut itu membuka
matanya. Mulutnya mengeluarkan rengekan, petanda
belum iklas untuk terbangun. Ketika matanya sudah
terbuka samar, dia mendapati dirinya sudah berada di
kamar hotel.
Sendirian.
306
Jam pada layar smartphone yang baru saja ia ambil
menunjukkan pukul 9 waktu Singapura, terlalu pagi
untuk berpikir kotor dan kepalanya masih sakit bukan
main. Cewek itu kemudian menelpon Line Arka,
mencoba menghubunginya. Tapi tidak ada sahutan
meskipun dia sudah mengulang hingga tiga kali.
307
sikunya malah menabrak meja telpon lebih dulu yang
membuatnya memekik nyeri dan meringis.
308
mengetes suhu tubuh cewek yang setengah badannya
tidak mau lari dari selimut itu.
309
Mendengar penawaran Arka, cewek yang duduk di atas
tempat tidur itu langsung mengangguk setuju disertai
senyum lebarnya, segampang itu membujuknya.
310
"Iya, aku ingat kalau aku sering cerita. Ini tuh prolog
biar kamu cerita juga kalau lagi sakit ngapain aja."
Omelnya sebelum membuka mulutnya untuk memakan
sesendok lagi yang disuap Arka.
"Inget ngga pas kamu sakit waktu itu? Yang cuma gara-
gara kena hujan itu loh." lanjut Natella, nada suaranya
agak menyindir untuk kalimat yang berikutnya, "aku
tuh aneh sebenernya, kamu naik gunung kuat, kena
hujan dikit aja gak bisa survive. Lemah banget sih."
lanjutnya tidak fokus ke inti yang ingin dia bicarakan.
311
"Tapi aku bilangnya aku ngga tahu apa yang kamu
bilang padahal aku sebenernya tahu."
"..."
"Then?"
312
sayangnya langsung di tepis pelan cowok itu.
"Emangnya aku ngapain deh semalem?" tanya Natella
kemudian, polos, pandangannya mengikuti punggung
Arka yang berjalan menjauh, membuang plastik-plastik
bekas ke kotak sampah.
"..."
313
"Aku sayang kamu." Bisiknya, Natella dapat merasakan
debaran jantungnya yang berdetak tidak karuan. Entah
karena dia bertindak terlalu berani disaat dia tidak
seberani itu, atau karena dia sedang memeluk Arkasa.
"Dan aku nggak mau kehilangan kamu." lanjutnya lagi,
entah sudah berapa kali dia mengatakan hal ini secara
terang-terangan.
"Kamu gak mau kasih tau gitu apa yang aku omongin?"
***
314
Hujan dan kesiangan membuat Natella dan Arka
membatalkan rencana untuk ke Universal Studio
ataupun S.E.A aquarium, belum lagi ditambah dengan
drama hangover Natella yang belum seelsai. Waktu
sudah menunjukkan pukul setengah 4 petang,
sedangkan konser Coldplay dimulai pukul 7 malam
yang artinya mereka tidak punya banyak waktu untuk
jalan-jalan.
"Aku beli sepatunya cepet kok, kan udah tau apa yang
aku mau."
315
buru-buru. Untung Arka bisa diajak kerja sama dan
tidak mengeluarkan protes apapun.
316
itu di kaki kanannya dan mengancingnya dengan hati-
hati.
317
mood nya menjadi buruk. Tapi, tenang, Natella
memang suka begini dan ini bukan masalah serius,
tidak akan berlangsung lama.
318
"Buat apaan sih?" tanya Natella tidak menyangka.
319
selama ini yang suka membeli hal-hal tidak penting
tapi disukainya dan menggunakan alasan dia bisa
membeli apapun yang dia suka selama tidak minta ke
orang lain.
320
Paper bag berwarna merah itu dia peluk erat-erat,
"Yaudah kalau bukan buat aku. Yang penting aku mau
pinjem dulu, nanti kalau aku bosen, aku balikin."
balasnya santai, belum juga merenggangkan
pelukannya pada paper bag itu. "Ukuran sepatunya
juga pas sama aku."
321
mengeluh meskipun telah melahirkannya dengan
susah payah.
322
***
323
Mendengar Arka diam saja dan mungkin ikut
memperhatikan orang-orang, Natella mengambil
handphone Arka yang tadinya terletak di tangan
cowoknya itu untuk mendengar lagu, "pinjem."
Rengeknya tidak jelas, kebiasaannya kalau sudah
terlalu capek dan ngantuk, otaknya tidak lagi bekerja
sepenuhnya.
324
Mengotak-atik handphone cowoknya itu dan
menyambungkannya dengan headset. Satu ditelinganya
dan satu lagi di telinga Arka.
325
Namun dia tahu, dari dalam hati cewek itu. Natella
sudah tidak mencintainya lagi.
Dia berubah.
"..."
***
326
Chapter 19. Burn it Up
Seminggu setelah Natella pulang dari Singapore. Dia
mendapati bahwa Arkasa banyak sekali mengalah
padanya. Dia membalas pesan Natella dengan cepat,
sesekali memastikan apakah cewek itu berhubungan
dengan Jovan atau tidak.
"Amit-amit."
327
"Lo ngapain kesini? Bunda lagi di Bandung."
"Minta diusir?"
328
Karena malam sudah semakin larut dan mereka tidak
berhenti berdebat, Natella akhirnya mengalah karena
teringat untuk apa dia menemui Jovan sehabis lelaki
ini pulang kantor.
"Kok tau?"
Bener sih.
329
"Bagus dong? Bukankah itu yang budak cinta seperti lo
inginkan?"
"..."
"..."
330
"..."
"..."
"Interesting."
331
dua orang ini saling benci hingga Jovan meminta
Natella jauh-jauh dari Arkasa.
332
Aluna? Siapa Aluna? Nama cewek itu Aluna? Cewek
yang membuat Arka dan Jovan bertengkar? itu yang
berkeliaran di benaknya setelah Jovan mengucapkan
nama Aluna, bercampur dengan kekesalan sekaligus
kecemasannya.
333
hingga akhirnya Jovan kembali bersuara "She was the
girl around me and your boyfriend."
"..."
334
"Kenapa? Takut?" Gantian Jovan yang
meremehkannya.
"Lo beneran gak mau tahu ada masalah apa gue sama
cowok lo?" tanya Jovan lagi, mencoba menahan Natella.
Meskipun dia tidak yakin Natella dapat mengontrol
seorang Arkasa Sean Hadinata, namun Aluna bisa. Dan
dia telah bawa-bawa nama Aluna tadi, dengan
mengumpankan Natella.
***
335
Chapter 20. Toxic
Apa yang sebenernya gue cari dari si Jovan brengsek
ini?
336
lewat mulut Arka? Apakah dia setidakpantas itu untuk
mengetahui kehidupan Arka?
337
langsung, sesuatu yang sejak awal diperingati Arka.
Cowok itu tidak membalasnya sampai di luar batas.
Tidak mungkin hanya karena Aluna, Arka
memarahinya selebay yang diprediksi Jovan, kan?
'Sial, kenapa isi otak gue dari tadi gak jauh-jauh dari
situ?' kesalnya dalam hati.
338
Tapi,
339
memukul duluan diartikan lebih pengecut dan childish
karena tidak dapat menahan emosi. Itu salah satu
alasan Jovan memancing emosi Arkasa sejak awal,
menggunakan Natella. Meskipun manusia kayak Arka
tidak akan memukul Natella langsung, paling tidak
emosinya tersulut. Tapi, kenapa seseorang yang dia
kenal egois dan childish malah bertingkah bak anak
anjing jinak menghadapi Natella?
340
"But she believes me." Potong Jovan, tidak lelah
mencari gara-gara. "She believes that you are an egoist
bastard who once took my girlfriend from me just
because you wanted to win everything." Jovan
mengatakan itu sembari menatap gantian ke arah
Arka, kemudian Natella yang kini menatap lantai,
mendengar seksama perkataan Jovan. Cowok itu
mengeluarkan senyum miringnya sebelum
melanjutkan, "and you made my girlfriend pregnant
your baby."
341
This is insane, padahal setahunya, sepupunya ini
adalah budak cinta Arka yang akan melakukan apapun
demi cowok itu dan membelanya apapun yang terjadi.
Namun, kenapa dia bereaksi bak tidak dapat percaya
Arkasa lagi? Apakah pengaruhnya terdengar
meyakinkan?
342
Arka. "Oh wait, you must absolutely feel hurt. You love
her, dont you? You can't hide it from me."
***
343
"Soalnya dia nyakitin lo, makanya gue pukulin." jawab
cowok itu asal.
"Karena lo bener."
"Soal?"
"Aluna?"
344
Melihat Natella yang mengomentari hal ini dan
sebelumnya tanpa beban, dahi Jovan menjadi berkerut,
"Lo gak terluka karena ini?"
"..."
"..."
"..."
"..."
345
"..."
***
346
Chapter 21. Karma
or from you.
***
347
dengan Arkasa karena diam-diam menyimpan tujuan
lain.
348
"Udah dibilang gue capek." balas cewek itu tak kalah
galak. "Gue tuh kayak pacaran sama cinta masa
lalunya dia, bukan dia. Gue bahkan gak kenal dia yang
sebenarnya." Natella memperjelas lagi, malah membuat
dirinya semakin terbawa perasaan karena ucapan-
ucapannya sendiri. "Dia pernah gak sih galau karena
gue? Sedih karena gue? Baper karena gue?"
349
"Jangan macem-macem ya lo." hardik Natella galak,
kelakuannya yang masih posesif itu diketawai oleh
Jeana. Natella akhirnya memutar bola matanya malas,
"wajar dong kalau gue belom sepenuhnya move on.
Wonder Woman yang sakti aja butuh waktu puluhan
tahun buat move on dari cowoknya. Lah, apalagi gue
yang lemah kalau udah liat Arka gini?"
350
pertemuan mereka ini kebetulan, sama sekali tidak di
rencanakan.
351
menyempatkan mampir ke meja yang ditempati Natella,
Jeana, Meira dan Dennisa itu untuk pamit.
"Gue duluan ya. Ada salam juga dari Putri, Nadine dan
Farrel tuh." katanya menyampaikan pamit dari teman-
temannya yang tersisa di ruangan yang cukup luas ini.
352
sempat dia pendam. "Dan bisa-bisanya dia ngelus
kepala lo kayak gitu padahal kalian udah putus?"
lanjut Dennisa takjub.
353
Dennisa bertaruh kalau Natella akan mengulang cerita
lama, memohon pada Arka dan melakukan berbagai
cara licik untuk mendapatkan Arka kembali.
Sementara Jeana tidak punya pilihan selain memilih
Arka yang meminta Natella agar tidak memutusinya.
354
'Natella jadikan bertemu dengan Yudha keesokan hari
di waktu siang."
'Yudha sangat merindukan Natella jangan lupa
kesokkan hari kita berjumpa'
'Natella jangan bersedih karena selalu ada Yudha yang
mencintai Natella selamanya'
'Bagaimana Natella apakah kamu yang terkasih masih
ingat jika besok di waktu siang kita akan berjumpa?'
355
Natella memutar matanya malas. Dari kecil, dia selalu
diajarkan ayahnya kalau membeda-bedakan manusia
itu bukan dari fisiknya ataupun hartanya, melainkan
kelakuan mereka. Meskipun Natella tidak menerapkan
doktrin itu dengan sempurna dalam hidupnya. Paling
tidak, Natella merasa Yudha tidak jahat, jadi apa
salahnya berteman dengan cowok yang tidak bosan
mengganggunya itu?
***
356
hari ini. Namun Natella memang tidak pernah tidak
cantik."
Haduh.
357
mereka ketika dia sendiri tidak suka dibandingkan
dengan siapapun.
358
atas meja disentuh oleh Yudha, yang membuatnya
pelan-pelan menarik dan melepaskan. "Gue masih ngga
bisa, Yud." balas Natella, kali ini lebih lembut dari yang
sudah-sudah.
359
kebiasaan cewek itu cuci tangan sebelum makan
meskipun dia menggunakan sendok ataupun sumpit.
***
360
Cewek itu merasa lebih ngeri dari apapun yang pernah
ia rasakan seumur hidupnya ketika membuka mata
dan mendapati dirinya tertidur di atas kasur dalam
ruangan yang tidak ia kenali. Butuh berdetik-detik
setelah matanya melihat ke sana-kemari hingga ia
menyadari tangan kanannya terborgol di sisi tempat
tidur.
361
Cewek yang tengah panik itu menahan napasnya,
berharap banyak dengan jam tangan pintar itu agar
mendapatkan sinyal untuk menelpon. Tangan
kanannya yang terborgol di sela ranjang membuatnya
kesulitan, pikirannya tidak berhenti berdoa agar dia
bisa selamat dari kurungan gila ini.
"Ka, gue tahu kalau gue sering jahat sama lo, tapi
please tolong gue, gue bisa mati." bisiknya lagi frustasi
ke arah sambungan telpon yang tidak kunjung
diangkat. Entah apa yang tengah dilakukan cowok itu
hingga mengabaikan telponnya. Seharusnya, Natella
mempertimbangkan dari awal kalau Arka tidak
memprioritaskan telponnya, cowok itu bahkan nyaris
tidak pernah menelpon balik setelah Natella menelpon
dan tidak menyahut.
362
langkah kaki mendekat ke kamarnya dan gagang pintu
dibuka perlahan yang membuatnya merasa nyaris gila
dan putus asa.
363
"If you think you are dreaming right now, you are
actually not, baby."[]
***
364
Chapter 22. Artificial Love
Akal sehat Natella sama sekali tidak dapat mencerna
kejadian yang baru saja dia alami sampai-sampai
mulutnya tidak dapat mengeluarkan suara apapun,
terlalu terkejut.
365
memperhatikan, kemudian matanya memicing, "lo
beneran Arka cowok gue?" tanyanya meragukan,
berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya.
366
Well, ini Arka kan? Kalau betulan ini Arka, Natella
tidak seharusnya merasa takut. He is the safest place
that she ever goes. Tapi kenapa kayak gini? Kenapa dia
tetap merasa takut?
367
gedung Apartemen karena dilihatin Natella, dia
langsung pakai baju kayak anak perawan yang takut
diapa-apain om-om mesum. Di apartemen juga begitu,
kalau ada Natella dan dia lagi tidak memakai baju,
pasti buru-buru ke kamar buat pakai baju. Kadang
Arka sampe terang-terangan memperlihatkan tidak
suka kalau Natella pegang-pegang dia seenaknya.
"If you really love me, will you open your shirt and
spread you legs for me?" tanya Arka, nada suaranya
berhasil membuat Natella merinding. Seumur Natella
kenal Arka, tidak sekalipun cowok itu pernah meminta
hal sesinting ini, terbayang oleh Natella saja tidak
pernah.
368
Wajah cowok itu hanya 5 cm di atas wajahnya,
hidungnya bahkan nyaris menyentuh kulit Natella. It's
creepy as fuck! Gila bisa-bisanya cowok kesayangannya
jadi kayak monster begini.
369
seharusnya tidak pernah dilakukan oleh orang seperti
Arka.
Arka diam.
370
Well, yang seharusnya ia telepon pertama kali tadi
adalah Jovan. Tapi siapa yang bisa mengira kalau yang
menculik Natella adalah Arka? Laki-laki yang selama
ini Natella dan orang-orang kenal sebagai cowok baik-
baik, sopan, tidak banyak ulah, dan hampir tidak
pernah melakukan hal negatif?
"..."
ha?
Ha?
HA?
371
Demi apapun, Natella beneran ingin menampar wajah
Arkasa Sean Hadinata yang terlihat tampan dan polos
ini biar segera sadar.
372
badan Natella. "Kita belum nikah!" lanjut Natella
kemudian. Memberikan penjelasan yang menurutnya
masuk akal kenapa dia tidak mau melakukan ini
dengan Arka.
"What the hell? Kenapa sih cowok itu kalau marah tiba-
tiba kayak kehilangan otak, sisa napsu semua?" keluh
Natella. "Ka sadar dong," rengeknya putus asa. Natella
sudah melakukan banyak cara agar Arka berhenti.
Sayangnya, tangan cowok itu sekarang bergerak liar di
balik pakaian dalamnya. Menyentuhnya seenaknya.
373
Ajaibnya, Arka malah berhenti, menjauhi kepalanya
dari Natella. Tiba-tiba. Dia memang tidak ketebak sama
sekali, makanya Natella sering kesal sendiri. Cowok itu
bahkan bergerak menjauh dari badan Natella,
membiarkan cewek itu bernapas normal pada akhirnya.
374
tetap percaya orang yang membuuhnya itu tidak akan
menyakiti mereka?
"I never tell you that I love you doesn't mean I dont love
you. It's much better than saying love every day but you
375
dont really mean it." Arka mengatakan itu masih
dengan gaya menghindari kontak mata Natella. Cewek
itus udah hapal kebiasaan Arka kalau lagi kesal atau
marah padanya pasti menghindari kontak mata.
376
"Kenapa kamu gak pernah bilang kalau denger? Mouth
can lie, Nat," ucap cowok itu kemudian, masih tidak
percaya dengan pengakuan Natella yang cukup
menyakitinya. "I should not make you feel unloved."
katanya lagi, suaranya makin pelan.
"..."
377
yang...tidak sempurna dan mungkin, sedikit
rusak?.Atau malah sangat rusak?
"..."
"..."
"I made her pretend to love me too, but she actually only
loved Jovan."
378
Arka dulu memang brengsek, bahkan sangat brengsek,
dia sama sekali tidak sesuci yang dia tampakkan
selama ini.
379
dalam bentuk apapun karena bisa saja kan cowok ini
tiba-tiba mengeluarkan pisau daging yang diam-diam
sudah dia siapkan untuk mencincang Natella.
380
ini memang selalu bisa menyembunyikan emosinya
menggunakan raut wajahnya yang tenang dan datar.
"..."
381
"..."
"..."
"..."
"Oke Pa."
382
pernah membalas kalau Natella mukul ataupun nyakar
cowok itu.
383
"Aku sebenarnya benci sama kamu karena kamu
ninggalin aku." Arka menekankan, memberi Natella
penjelasan sekali lagi tentang perbuatannya tadi.
384
Wow, jarang-jarang dia mau minta maaf duluan pada
Natella, kecuali jika dia benar-benar merasa bersalah.
Natella mengangukkan kepalanya, tanda memaafkan.
Meskipun trauma yang disebabkan kejadian malam ini
berkemungkinan menghantui dalam waktu yang lama.
385
'Warcraft', itu diadaptasi dari game yang pernah dia
mainkan. Ada satu kalimat yang sempat lama terngiang
dalam kepalanya. Bahkan sampai sekarang.
***
386
Chapter 23. Been Trough
Cinta Natella ke Arka memang rumit. Serumit egonya
yang iri kepada siapapun yang dekat dengan cowok itu.
Serumit perasaannya yang gampang cemburu tiap kali
berpikir cintanya bertepuk sebelah tangan. Serumit
keinginannya untuk memiliki cowok itu seorang diri.
Namun, Arka memberikan definisi rumit yang jauh
lebih luas dari itu.
387
Dari dulu, setiap dia mutusin Arka. Natella selalu
berharap cowok itu akan menghampirinya lebih dulu,
memberitahu Natella bahwa dia tidak mau kehilangan
Natella juga. Tapi, Arka mana pernah mau berbuat
begitu. Selalu Natella yang mengalah lebih dulu apabila
ingin hubungan mereka kembali baik-baik saja.
388
„penculiknya‟ yang nyaris membisu sepanjang jalan
kalau saja Natella tidak memaksanya berbicara.
“Ini yang diculik aku apa kamu sih? Kenapa diem aja
kayak lagi mengalami trauma psikologis?” tanyanya
kesal waktu di mobil.
389
Natella ingat-ingat, ini cowok sebenarnya lemah banget.
Sayangnya, sekalinya dia mengintimidasi seseorang,
bisa kelar hidup tuh orang. Kayak Natella semalam,
nyaris kelar tuh hidupnya kalau dia tidak pintar
menjilat.
390
Natella hanya tersenyum datar sebelum menjawab
seadanya, “ok.”
“Ngambeknya beda.”
“Ih sotoy.”
“Nat.” Panggilnya.
391
Yang kayak gini kan bukan sekali dua kali. Cowok ini
kerap kali memanggil namanya bak ingin mengatakan
sesuatu yang serius, sayangnya setelah Natella
memberikan respon, yang ia ucapkan pasti sesuatu
yang membuat Natella ingin menjambaknya.
“Aku kangen.”
392
“Aku Cuma mau gedein volumenya, bukan ganti.” Ucap
Natella jutek. Lagian terlalu drama kalau dia cari ribut
dengan Arka menggunakan cara klise disaat kayak
sekarang.
393
hari terakhir. Yang tentu saja tidak terlalu bahagia dan
membosankan.
***
394
"Yaudah sana, pulang, kuliah!!! Kalau sampai sakit,
aku ketawain!" Natella berucap jutek sebelum dia
masuk ke dalam. Karena tidak mendengar suara
langkah apapun di belakangnya, cewek itu berbalik
untuk mendapati Arka masih berdiri di tempatnya,
belum bergerak.
***
395
'angkat dong, ini Jovan. Kayaknya nomor gue diblokir
cowok lo lagi.'
396
"Biar mata lo kebuka kalau cowok lo tidak semanis dan
sesuci yang lo pikirin. Gimana? Udah nyadar kan kalau
dia monster?"
"Termasuk elo?"
"..."
"..."
"..."
"..."
397
Jadi pada akhirnya, lo tinggal milih mau habis di tangan
gue atau dia."
***
398
Chapter 24. The Wolf That Wins
There is an old proverb from Cherokee.
Who wins?
***
"Puncak."
"Sendiri?"
399
"Kepo." Balas Arka setelah dia menegak habis sebotol
air mineral dingin.
400
"You are." tekan Reno, tidak mau mengalah.
401
sekali-dua kali pertemuan. Aluna merupakan sahabat
mereka juga, Arka mengenal cewek itu lebih dulu
karena keluarga Aluna bekerja untuk keluarga Arka.
Dan percaya atau tidak, Arka selalu berbagi pada
Jovan mengenai segala yang dia miliki. Mainan,
keluarga, teman.
402
Reno tersenyum, dia tidak tersinggung mendengar itu.
"Karena Natella?" lanjut cowok itu mengungkapkan
rasa penasarannya.
"..."
"..."
"..."
403
Reno mengeluarkan cengiran sinisnya, masih berusaha
bertindak santai meskipun sudah gregetan setengah
mati karena respon dingin Arka.
"Can you shut your mouth up? Gue lagi males ribut."
Arka akhirnya memberikan kalimat balasan ketika dia
sudah tiba di depan pintu kamarnya.
404
"Then, jangan salahin gue kalau gue melakukan apa
yang lo lakukan ke Jovan dulu." ancamnya dengan raut
yang dibuat seserius mungkin. "She is pretty after all."
***
405
Cewek yang matanya masih mengantuk itu
menghembuskan napas beratnya, seberat hari yang ia
jalani sejak kemarin. membuka line dan menemukan
banyak sekali chat masuk. Setidaknya, hari ini dia
tidak perlu melihat isi pesan Yudha yang selalu
berhasil membuat dahinya menyerngit.
'Sore cantik.'
'Lagi kosong gak?'
'Jalan yuk'
406
'Soal Arka, Aluna, Jovan'
'Right now?'
***
407
ketika kedua orang itu menunggu pesanan mereka
dihidangkan. "Kan tadi udah gue bilangin, jangan
cakep-cakep banget, gue bisa naksir." lanjutnya lagi,
mengamati Natella yang memakai kemeja tanpa lengan
dan rok selutut. "sekarang naksir beneran kan gue."
408
Tapi, Natella tentu tahu bagaimana Moreno Gavin
Anindito. Dia dikenal brengsek dikalangan cewek-cewek
dengan alasan, cowok ini tukang pemberi harapan
palsu paling handal. Pintar membuat cewek yang dia
dekati merasa bak orang paling beruntung di dunia,
lalu dia tinggalkan begitu saja. Dia lebih suka one night
stand, Reno pernah mengakuinya sendiri, paling lama
berkencan seminggu lalu bertingkah seolah-olah tidak
pernah ada hubugan apa-apa dibanding komitmen. Itu
jelas bahwa dia anti komitmen.
409
Reno tersenyum manis, "jawaban kita sama. Kenapa
gue nggak serius? Karena belum ada yang bener-bener
gue sayang."
410
Natella memutar bola matanya, kesal dengan respon
Reno yang jelas-jelas meremehkannya, "gue bisa jahat
banget sama orang, tahu."
"..."
411
"Nggak langsung, tapi gue pernah denger. Gak sengaja
denger dia ngomong ke Maminya di rumah sakit waktu
kecelakaan."
"Ya, gue sedih sih denger itu, banget. Tapi gue kan
udah sadar konsekuensinya dari awal. Gue juga udah
tau. Yang selama ini obsesi sama dia kan gue, dia
terpaksa. Lagian bego sih ngapain juga mau." Natella
menambahkan nada sewot pada kalimat terakhirnya.
"..."
"Pas gue tahu soal Aluna, gue jadi marah. Dia gak
pernah kasih tahu gue sama sekali mengenai Aluna,
malah Jovan yang mau kasih tahu gue. Emangnya gue
nggak sepenting itu ya buat tahu? Terus gue mikir lagi,
emang gue punya hak buat marah?"
"..."
"..."
412
"Tanya sendiri sana, gue ceritain ntar lo nuduh gue
ngefitnah dia."
"Gue kenal dia tiga tahun, Ren. Emang gak boleh gue
tahu sedikit aja tentang hidup dia?"
Natella mengangguk.
"He is my cousin."
413
Reno mendecakkan lidahnya, dia lagi-lagi memberikan
pandangan lamat-lamat ke arah Natella, "this is karma."
bisik cowok itu dengan suara beratnya.
***
414
Melihat apa yang dilakukan Arka kepadanya dan
hatinya yang telah panas sejak awal, cewek itu sama
sekali tidak bisa bertingkah manis, bahkan berpura-
pura sekalipun.
415
"Gue gak suka."
"..."
416
yang gue penasarin soal masa lalu lo, Aluna ataupun
Jovan."
"..."
"..."
***
417
418
Chapter 25. Power
The more you deny you have a dark side, the more
power it has over you.
***
419
kata-kata paling pas untuk mendeskripsikan Arka di
mata orang-orang.
420
"Kalian nggak tau aja apa yang udah dia lakuin ke gue
kemaren malem." Ucapnya sok heboh, "ditambah
minggu lalu... sumpah, kalian pasti nggak percaya
kalau Arka bisa gitu!"
421
niat jahat sama gue nyet." lanjutnya, baru sempat
menceritakan ini pada mereka karena akhir-akhir ini
teman-temannya itu sibuk masing-masing mengurusi
tugas akhir.
"Kalau itu mah keliatan kali, lo aja yang bego mau aja
cabut berdua sama cowok freak bin creepy kayak
Yudha. Gue emang sempet kasih tahu Arka sih waktu
itu, dia datengin lo beneran ya? Baik banget tuh dia
sama mantan aja masih peduli." ucap Meira
mencerocos pedas. "Eh bentar, kalian balikan lagi gak
sih ini?"
422
"Yaudah coba lo cerita jelas-jelas, kita dengerin."
Dennisa akhirnya sok pasrah ingin mendengarkan
Natella.
423
dia. Kalaupun Natella mau macam-macam sama Arka,
dia nggak akan menang, nggak kali ini.
424
"Natella kaget karena habis ngomongin lo tuh ka."
Meira memberitahu menggunakan nada bercanda.
Melihat kedatangan Arka kemari, barulah mereka sadar
kalau lagi-lagi dua orang ini memang gagal berpisah.
Yang ada di otak mereka, Natella pasti lagi-lagi
menggunakan cara liciknya agar mendapatkan Arka.
425
"Putri bulan depan udah mau tunangan. Bisa dihabisin
cowoknya gue macarin dia." Jawab Arka seadanya, dia
bahkan sempat tertawa kecil. Dia juga tidak kelihatan
terganggu dengan ungkapan Jeana yang sebenarnya
baru saja memperjelas kalau lagi-lagi Natella telah
membuat cerita yang mengada-ada tentangnya. Antara
sudah terbiasa dan memang pasrah.
***
426
itu tidak perlu menggunakan nada tinggi untuk
membuatnya keringat dingin dan merasa ciut. Dia
cuma butuh kata-kata sinisnya yang penuh intimidasi.
"Ih nggak ada! Kamu licik banget tau gak kayak raja
ular. Nyebelin, jahat, tapi semua orang gak ada yang
mau percaya aku." Lanjut Natella, kalau dia udah
427
ngomong dengan kalimat berlebihan begini, Arka betul-
betul merasa ingin menyerah dan iya-iya aja. Biar
cepat. "Nggak adil."
"Cerita apa?"
428
Gaya berbicara Natella menceritakan pengalaman-
pengalaman biasanya, meskipun sesekali disertai nada
menyindir.
"Hm, terus?"
429
"Terus aku di grepe-grepe, habis itu..."
"..."
430
dia ngambek langsung ke kamar mandi buat bersih-
bersih. Dan teranjingnya tuh dia malah nongkrong di
balkon dan ninggalin aku tidur sendirian. Pura-pura
lupa kalau dia masih punya janji cerita yang belum dia
bayar sampe sekarang."
"Oke."
"..."
"Ya aku kan emang udah toxic dari awal, kalau dikasih
racun lagi dan dosisnya pas bisa jadi obat."
431
Arka tertawa mendengar ucapan Natella yang makin
random dan nggak jelas. "Apasih, Nat."
"..."
"Nanti."
"Hah?"
432
Arka menghembuskan napas berat, mobilnya sudah
berhenti di halaman depan rumah Natella "You are
going to hate me more." bisiknya. Mobil yang ia kendarai
sudah berhenti. "Makanya, aku bakal cerita kalau
kamu udah nggak marah."
"Alesan."
"..."
"Hmm?"
"Sorry."
433
Bagi Arka, ngungkapin perasaan sayang itu ada beban
yang harus dipertanggungjawabkan.
***
434
Chapter 26. Brotherhood Confession
Reno keluar dari kamarnya, baru selesai mandi. Dia
tidak pulang ke apartemen kemarin malam, baru hari
ini. Saat dia keluar kamar, dia mendapati Arka baru
saja melewati living room dengan raut dan aura yang
tidak bersahabat.
435
Di satu sisi, dia merasa pulang ke apartemen
merupakan pilihan yang salah. Dia bisa saja mampir ke
sekre, melakukan pekerjaan apapun yang bisa dia
lakukan disana, atau berkumpul dengan teman-
temannya. Yang penting dia sibuk.
"..."
436
"Life sucks, but we can make it lick and bite." Reno
masih mengucapkan kata-kata ngaurnya, "sekarang
mending lo hidupin lagi TVnya dan duduk disebelah
gue," lanjut Reno sembari menepuk-nepuk tempat
kosong disebelahnya.
437
Reno kemudian nyengir, dia kembali duduk di sebelah
Arka dan membuka kaleng beer berikutnya.
"Hmmm."
"Kalau dia minta bantuin proses cere sih gue bisa. Lah
ini? Minta bantu agar gue nggak ninggalin dia. Kan
sinting."
438
"Dan dia nggak percaya?" tebak Reno.
439
minum, harganya mahal, ganti pake voucher hotel!"
lanjut Reno bercanda.
"Serius?"
"Apa?"
440
"Lo pikir bikin adek segampang bikin Wonder Women
yang emaknya tinggal ngeludah di tanah terus ditiup
sama Zeus lalu lahirlah perempuan secantik Gal
Gadot?" Reno membalas asal. "Iyasih lo pengen punya
adek, tapi bukan berarti semua cewek lo ajakin kakak-
adek-zone, kampret."
441
meminumnya. "Lo beneran harus cari cara
meningkatkan EQ." komentar Reno.
"..."
"If she really loved me, she would not try to leave me."
"..."
"..."
"If she really loved me, she was not supposed to hurt me
purposefully."
"..."
"Bodo."
442
"Gue gak mau Jovan nyakitin dia."
"..."
***
443
Chapter 27. Honesty
"..."
444
"..."
"Apaan."
"..."
445
Reno mengikuti langkah Arka sebelumnya, dia
menambah minuman yang tinggal sedikit itu ke dalam
gelasnya. Dia menatap langit-langit ruangan ini,
meresapi musik Marsmello yang berjudul Silence.
446
"Masa lalu yang seharusnya gak usah gue bagi-bagi ke
siapapun."
"..."
"..."
447
bisa maafin dia. Padahal dia jahat, Ren. Dia pernah
nuduh gue selingkuh, caci-maki gue, malah dia yang
coba-coba selingkuh..."
"..."
"..."
"..."
"..."
448
"Hah?" tanya Reno mulai tidak nyambung. Agak kaget
juga melihat Arka mencaci orsng lain. Padahal tadi
yang kelihatan teler lebih dulu itu Arka, tapi dia masih
bisa bacot panjang sampai sekarang. Meskipun tadi di
pertengahan banyakkan Reno yang bacot. "Kan udah
gue bilang kalau Yudha itu... agak gila."
"..."
449
"Itu baru temen gue." lanjut Reno sembari
menunjukkan jempolnya.
"I love her, she hurts me. Haha haha haha. Lucu ya."
lanjutnya. "But I hurt her too even if I dont want to."
"..."
"..."
"..."
450
"I've slept with her." akunya.
"Elo?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Gue maksa."
"..."
451
Arka terdiam, kepalanya semakin nyut-nyutan.
"I've told her that I was lying about that." ugkapnya. Lalu
cowok itu berdiri.
***
452
Chapter 28. Dark Side
Dalam hidup, kadang kita melakukan sesuatu yang
sangat bukan kita. Sekuat apapun prinsip seseorang,
di keadaan tertentu, mereka bisa saja memilih pilihan
yang berbanding terbalik dengan segala yang tertanam
dalam otaknya.
453
Well, semua manusia memang pernah membuat
kesalahan. Tapi, Arkasa merasa kesalahan yang dia
buat terlalu beruntun, bodoh dan memalukan.
454
mencuci muka di westafel sampai matanya bisa
terbuka sepenuhnya.
455
kesalahannya, bukan hanya pada Tante Dian, tapi juga
Natella.
***
456
kangen tanding PES bareng kamu." Tante Dian
bercerita, gaya berbicaranya lembut. Pertama kali
ketemu Tante Dian, kesan pertamanya Arka ialah dia
cantik. Kata Natella, Mamanya campuran Jogja-Padang
Makanya kulitnya bisa putih, matanya belo dan
hidungnya bangir, serta yang menjelaskan kenapa
kelakuannya bisa begitu santun dan anggun.
457
"Mereka punya anak, kamu nggak sedih kalau mereka
dulu pisah?"
"Dulu aku pikir mereka nggak memilih itu, tapi tadi pagi
aku sadar kalau mereka rupanya memilih itu. They
chose to break up, left each other and started a new life.
They actually did it"
"..."
458
masing. Papa Mama bisa aja milih cerai dan bahagia
dengan pasangan baru mereka masing-masing, mereka
juga bakal tetap bahagia. Tapi mereka malah memilih
buat memilih bahagia dengan satu sama lain sekali
lagi."
"Iya, cinta itu memang bisa datang dan pergi, atau
berpindah, tapi kita bisa memilih untuk jatuh cinta
kepada orang yang sama sekali lagi."
459
"Contohnya?"
460
Sayangya, Arka tidak memberikan respon apa-apa saat
itu. Dia takut menjanjikan sesuatu yang tidak bisa dia
tepati.
"Belajar yang rajin ya, Nak, biar nanti bisa jadi Dokter
yang sukses." Mama Natella berta lagi. "Kamu semester
berapa sekarang? enam ya? Itu si Ferre juga katanya
pengen masuk Kedokteran. Tapi Tante pengen masukin
dia Program IUP* kayak anak teman Tante, siapa tahu
bisa tembus di program Dual Degree."
"Pinter ngibul?"
461
Natella memutar bola matanya. Dalam segi karakter,
Natella tidak ada mirip-miripnya dengan Tante Dian,
cewek itu juga tidak mirip Papanya. Jika mukanya
tidak seperti jiplakan keduanya, Arka bisa saja
mempercayai kata Ferre yang menganggap Natella
adalah Alien kesasar di keluarga mereka.
462
"Semalem mabuk ya kamu?" tembaknya.
Arka mengangguk. Berkilah juga percuma.
463
Pertanyaan judes Natella berhasil membuat mata Arka
terbelalak. Tapi dia masih belum memberikan apa yang
Natella mau.
464
"Kamu inget gak apa yang kamu bilang semalem ke
Mama?" tanya Natella. Mama bilang, dia terlalu
mengantuk untuk mendengar jelas apa yang diucapkan
Arka. Yang jelas, ada kata-kata 'sayang'nya.
465
mengeluarkan tupperware yang berisi roti panggang
dari dalam sana.
"Gimana?"
466
Setelah itu, dia meneguk habis air mineralnya yang
tersisa.
467
Natella tentu belum melupakan kejadian sewaktu Arka
tiba-tiba menculiknya. Dia merasa ketakutan saat itu,
sangat. Dan dia yakin Arka bisa saja melakukan hal
yang lebih gila. Namun, segila apapun perbuatan Arka,
setakut apapun Natella kepadanya, cewek itu tetap
menangkap sosok Arka yang selama ini selalu ingin dia
peluk dan lindungi.
468
Kalau ingat itu, Natella rasanya mau ngamuk lagi.
"Hmmm. It hurts..."
"..."
***
469
470
Chapter 29. His Dark Part
Arka membuka matanya hanya untuk mendapati
Natella yang lagi menyetir sesekali melirik ke arahnya.
"..."
471
Cowoknya ini betulan merebut Aluna dari Jovan.
Siapapun yang jatuh cinta memang terkadang bisa saja
berbuat jahat untuk memperjuangkan cintanya.
Namun mendengar ucapan Arka barusan, itu benar-
benar di luar nalar Natella.
"Dari awal?"
"..."
"Terus?"
472
"When we grew up, Jovan and Aluna liked each other. I
did not care at first until they were too busy for each
other. They acted like they were gonna forget me."
"..."
"I did not know why, but I felt hurt and betrayed. I didn't
like to see them together. Jovan was mine, Aluna was
mine. They should not be egoist to leave me."
"..."
Sekali lagi, Natella menahan dirinya untuk tidak
mengeluarkan suara. Mengetahui kenyataan kalau
Arka pernah merebut Aluna dari Jovan saja sudah
membuatnya ingin memaki-maki Arka, apalagi begini.
Logikanya benar-benar gila dan tidak bisa diterima akal
sehat Natella.
"..."
Of course.
473
"I feel scared of myself too."
"..."
"I know I was so bad and evil that time. Tapi tahu gak
rasanya ketika gak ada yang peduli sama kamu? Ketika
orang yang kamu sayang menghianati kamu? Ketika
kamu merasa sendiri dan sangat kesepian tapi orang-
orang terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing."
"..."
"..."
474
"Jangankan Jovan ataupun Aluna, aku aja nggak bisa
maafin diri aku sendiri. It really disgusts me to
remember what I've done."
"..."
After that, he has flaws too, and can she say this is one
of his flaws? The dark one?
475
palsu, tapi kadang, ketulusan tidak bisa dimanipulasi.
Sometimes, you can feel and tell if someone really doing
something sincerely.
"I did not mean to play victim but I always tried hard to
fix my mistakes. Aku suka apa yang Aluna suka. Aku
suka Vanila, aku suka lagu-lagu favorit dia. Aku
pengen jadi dokter."
"..."
"..."
476
"Aku pengen sayang sama diri aku sendiri, Nat."
ucapnya pelan. "Dan tiap kali kamu bilang kamu
sayang aku, aku merasa sayang sama diri aku sendiri."
"..."
"..."
477
***
478
Chapter 30. Insanely Sane
Makin dilihat, Arka malah makin kayak psikopat.
Serius, apa yang Natella lakukan selama ini dan orang-
orang tuduhkan kepadanya kalau dia gila itu tidak ada
apa-apanya dibanding sejauh apa yang pernah Arka
lakukan kepada Jovan dan Aluna.
479
sempat makan siang berdua hingga akhirnya Arka
mengantar Natella pulang ke rumah.
480
"Halo" Suara itu membalas pelan, kayak berbisik,
kontras dengan musik kencang yang mengiringi
suaranya. "sayang..."
481
"Di club ya? Club mana?" tanya Natella to-the-point,
tidak mau kebanyakkan basa-basi.
"Hu'um."
***
482
jajaran hits, kayaknya dia pasti saja bertemu dengan
satu atau dua orang yang dia kenal. Oh wait,
bartendernya saja ada yang Natella kenal. Dia dulu
pernah rajin clubbing, bagaimanapun.
483
Untung deh mau ngaku! Natella lega. Kan biasanya
malah diem aja yang buat orang mikir kalau dia
terpaksa.
484
anjing sekaligus mencium rambut Natella yang belum
kering, "wangiiiiii."
"Hmmm."
"Dijawab dong!"
485
"Sama kamu kan?"
***
486
Rupanya jauh lebih gemas bin merepotkan dari yang
dia bayangkan. Jadinya kan, dia malah semakin ingin
buat mengapa-apakan.
487
Cewek itu membawa Arka ke dalam kamarnya dan
membawa badannya
488
begitu. Mungkin dia memang polos dan baik, namun
tipikal yang kalau jahat, bisa melanggar batas.
Tapi gue nggak janji ya. Setan dalam diri Natella malah
nyeletuk.
489
Ayolah, posisi mereka terlalu intim sehingga detak
jantung dan hormon-hormon dalam dirinya berteriak
tidak karuan.
490
yang hampir menghilang karena Arka sedaritadi yang
kebanyakkan drama, "kenapa? masih gak iklas ya?"
"Jahat." ungkapnya.
"..."
491
Seperti Arka yang biasanya, dia bisa menjawab
pertanyaan nyolot Natella dengan nada bicara orang
penyabar.
492
kalau punya pacar yang gila seperti di deskripsikan
Arka tadi.
"Aku gak belain dia, Nat. It's objective. Aku justru gak
mau kamu jadi brengsek cuma gara-gara cemburu."
balasnya. "Dan aku gakpernah suka sama Mentari."
"..."
"Ka..."
"..."
493
"Tapi tetep aja aku tetep harus
mempertanggungjawabkan hal-hal buruk yang pernah
aku lakuin. Aku pernah jahat banget sama orang, Nat."
"..."
"..."
494
yang lebih tulus dibanding yang dilakukan Arka selama
ini kepadanya.
"..."
"Sayang, kenapa?"
***
495
Chapter 31. Battle Scars
Dari kecil, Arkasa merupakan anak yang selalu
mendengarkan apa kata kedua orang tuanya, terutama
kata Anna. Dia pendiam, tidak banyak mau, tidak
banyak ulah, tidak banyak tingkah sampai-sampai tiap
ulang tahun atau berhasil membuat Papinya bangga,
dia tidak pernah mengatakan apa yang dia inginkan
sebagai hadiah.
Maka dari itu, dia tidak pernah bisa terima apabila ada
orang yang menyakiti anak laki-lakinya itu. Tidak
siapapun dan dengan alasan apapaun.
496
membatalkan acara pertemuan bisnisnya di Dubai
secara sepihak karena mendengar bahwa Arkasa
semakin tidak baik-baik saja, untuk menemui anak itu
dan menemukannya habis minum allohol hingga
mabuk di malam sebelumnya.
"..."
497
"No, she didn't." tegasnya. "You deserve someone the
best, and it's not her."
"You dont even know what you want and you need."
498
Kalau boleh jujur, ini yang membuat Anna takut anak
laki-lakinya itu jatuh cinta terlalu dalam kepada orang
yang salah. Dia tahu betul bahwa anaknya itu rapuh.
Makanya dari dulu, Anna selalu menyuruhnya untuk
tidak menggunakan perasaan berlebih, menyuruhnya
untuk menjauhi orang yang mungkin akan dia cintai
karena mereka hanya akan menyakitinya.
"..."
499
punya definisi tentang cinta yang sama dengan kamu,
nanti dia nggak akan menyakiti kamu dan kamu juga
nggak akan menyakiti dia. Dan nanti, Mami nggak
akan melarang-larang kamu lagi."
***
500
Namun suatu hari, Reno pernah berkata padanya
dengan nada bercanda, "nyadar gak hubungan lo sama
Natella itu udah masuk toxic?"
Love is not easy, no matter who you are and what you
do.
501
Rupanya benar, cinta itu tidak pernah segampang yang
dideskripsikan orang-orang yang lagi jatuh cinta.
Ingatan Arka kembali lagi ke saat dimana Natella
mengaku bahwa dia menyukainya dan ingin
memilikinya. Waktu itu, dia punya kesempatan untuk
menolak, atau mengatakan baik-baik kepada Natella
kalau saat itu bukan saat yang tepat.
502
detik yang dia hadapi saat ini, menyimpan tiap
momennya ke dalam otak.
Arka mengangguk.
"Hmmm."
503
"Inget gak apa aja yang kamu bilang semalem?"
tanyanya.
"Tuh kan pasti gak inget. Kamu lucu banget kalau lagi
mabuk, bikin makin sayang..." Goda Natella lagi, cewek
itu bahkan mencubit gemas pipi Arka yang untungnya
kali ini tidak ditepis cowok itu.
"..."
"..."
"..."
504
Kata orang-orang hubungan dia dan Natella itu
termasuk toxic. Mungkin iya, tapi dia masih ingin
menyangkal. Dia merasa lebih baik. Rasa sakit yang dia
dapatkan setimpal. Hatinya yang rusak perlauan
sembuh. Dia mulai belajar menyayangi dirinya dan
pelan-pelan menemukan dirinya kembali yang selama
ini hilang.
***
505
Natella memang terbiasa mengomentari banyak hal,
terutama yang tidak penting. Dan Arkasa terbiasa
fokus dengan apa yang dia kerjakan dibanding
membalas kata-kata Natella yang memang tidak perlu
di balas. Apalagi ketika stick PS berada di atas
tangannya, itu akan menjadi prioritas nomor satu.
506
"Aku suka banget loh kalau kamu ketawa. Jadi makin
ganteng, dari belakang aja ganteng," meskipun
kalimatnya terdengar murni gombalan, namun Natella
tidak juga berbohong mengenai itu.
"Iya."
507
"Mau ikut main nggak ini?" tanya Arka cuek.
"Jahat!"
508
Arka berjalan ke arah rak di bawah TV, tempat kaset-
kasetnya terkumpul dan berjongkok disana, "ada yang
mirip-mirip sama Downhill Dimention, MXGP mau
nggak?" tawarnya.
509
"Nggak usah! Ini aja dulu sampai aku menang. Kamu
nggak usah bangga ya menang terus dari aku. Kamu
kan mainannya emang ini, coba kalau lomba dandan
atau ngoceh sama aku, kamu juga pasti kalah terus.
Main sepeda aja masih jagoan aku." Natella berkata
panjang lebar untuk menyelamatkan harga dirinya.
"Yaelah."
510
kalau ada tugas essay soal politik AS pasca Trump jadi
Presiden. Mana tulis tangan dan paling lambat
dikumpul hari ini jam 4," Natella mengeluh, sementara
Arka melirik ke arah jam sebentar.
511
mendengar handphonenya bergetar, melihat siapa yang
menelponnya.
Jovan.
512
"Dicoba." respon Arka, lagi-lagi seadanya. "Yang lebih
penting itu minta maafnya, urusan dimaafin atau
nggak ya belakangan. Minta maaf itu berarti mau
damai sama masalah. It's for you, not anyone else."
"Sangat."
513
Natella bengong. Otaknya benar-benar kembali ke
kejadian beberapa bulan lalu. Saat dia ngamuk-
ngamuknya pada Arka karena lebih membela Mentari
dibanding dia.
"Aku seneng banget loh." ucap cewek itu lagi. Dia mulai
menyenderkan kepalanya di bahu kanan Arka, tidak
peduli lagi dengan kemenangan yang sejak tadi dia
idamkan. "Senengggg banget serius deh, sebahagia itu."
514
Natella makin mendekatkan badannya di sebelah Arka.
Ndusel-ndusel. "Aku gak peduli sama apa yang kamu
lakuin ke Bagas. Yang jelas, aku sayang kamu!" aku
cewek itu spontan.
"Apaan?"
"Nggak."
515
"Males, tangan aku pegel. Yang penting aku menang
terhormat ya kali ini, kamu gakusah denial make sok-
sok ngaku ngalah segala."
516
***
Jovan
517
Natella bukan tipikal cewek baik berhati mulia dan rela
berkorban yang menaruh kepercayaan penuh pada
Arkasa. Sebaliknya, cewek ini malah memiliki
kecurigaan yang besar terhadap pacarnya itu.
Sehingga, tidak sulit bagi Jovan untuk memperalat
Natella dan melakukan rencana yang dia susun secara
mendadak, namun berjalan sangat lancar.
"Dan lo percaya?"
518
"He is the most manipulative person I've ever known.
And it's very easy for him to be manipulative again."
519
obvious that you love him. You ever said it nth times. But
why you believe me more than him?"
520
Natella diam, dia tidak memiliki jawaban. Bulu
kuduknya terasa terangkat semua seiring kata-kata
yang dikeluarkan Jovan. Otaknya menyuruhnya untuk
segera berlari, namun kakinya terlalu lemas untuk
melakukan perintah itu.
"..."
521
Itu menyenangkan bagi Jovan melihat ekspresi
ketakutan Natella ketika dia mendapati sosok Yudha
yang datang di antara mereka. Setelah ini, dia bisa
mendapati apa yang dia mau, dendam yang terbalas
kepada Sean. Sean akan merasakan rasa sakit seperti
yang dia rasakan dulu.
"..."
522
saja dengan perlakuan Yudha yang menyeretnya
sesuka hati.
523
Namun, seperti pepatah lama, darah selalu lebih kental
dari air. Kadang, itu tidak hanya soal rasa melainkan
soal keharusan.
524
ia akhirnya dapat memulihkan ribuan rasa bersalah
yang tertutup keegoisan dan kebencian.
***
525
Chapter 32. The End of Our Comfort
Zone
526
Sayangnya, entah ini hanya perasaan Reno saja atau
aura Arka lagi gelap-gelapnya. Seperti pria itu bisa
membacok siapapun yang mencoba menyenggol, mulut
Reno yang tadinya terbuka ingin mengeluarkan
bacotan, terpaksa ia tutup kembali.
Pasrah.
527
"What I've been afraid the most just
happened." Ungkapnya, berusaha tenang. "Jovan
gunain Natella buat balas dendam ke gue. Dan
meskipun gue tahu ini bakal terjadi, it still hurts more
than I expected." Arka melanjutkan prolog dari
ceritanya, sudah cukup membuat Reno menahan
napas karena awalnya saja sudah semenegangkan ini.
Dia tahu bahwa diam-diam Arka ketakutan selama ini,
itu yang menjadi alasan dia begitu tertutup juga
menahan dirinya agar tidak terlalu mencintai, selain
segala hal yang diucapkan oleh Maminya atau
ditanamkan pada otaknya.
528
Arka tersenyum hambar. Matanya menunjukkan rasa
sakit yang sebenarnya kentara, "level terobsesi gue ke
Natella juga pernah gak waras." Akunya. "Kalo bunuh
orang bukan kejahatan, gak mikir dua kali gue buat
bunuh si Yudha."
529
"But at least he told me that Natella was in danger."
ucap Arka pelan. "Gue gak tau apakah gue bisa
memaafkan diri gue sendiri kalau Natella sampe
kenapa-kenapa karena masalah gue dan Jovan yang
belum kelar. She was the real victim here."
"Soal?"
"Memang."
530
rasanya seperti apa." Reno menjeda kalimatnya
sebentar. Dia menyenderkan badannya di sofa,
menatap lurus ke TV yang sebetulnya tidak
ditontonnya lagi. "Jadi sebenarnya, gue gak berhak
menjawab. Tapi menurut yang gue tau..." Suara
beratnya di tahan lagi untuk menghembuskan napas.
Matanya bak menerawang jauh ke masa lalu.
"..."
"..."
531
"Gue ngomong gini emang cuma pake logika. Tapi
sekali-sekali, untuk persoalan cinta, lo harus menangin
logika biar hati lo gak terus-terusan hancur."
"Lo emang gak minta saran, tapi gue bilang ini semua
buat bantu lo berpikir."
***
532
Dia jahat di kehidupannya sendiri dan untuk hidupnya
sendiri.
Ya, dia menyakiti Arka. Kali ini, dia sadar dan tidak
punya alasan untuk play victim lagi.
Arka hanya diam. Dan saat itu, diam terasa lebih sakit
dari ribuan makian.
533
tidak peduli sebanyak apapun cewek itu mengirimnya
pesan ataupun telpon.
534
"Sorry, lama Nat. Tadi dipanggil dulu ke ruang dekan,"
ucapnya sembari melepaskan tas ranselnya dan duduk
di sebrang Natella. "Tuh dibeliin biar gak ngambek,"
Arka menunjuk sebotol minuman yang sudah berada
tepat di depan Natella sementara cewek itu malah
menatap dalam ke arah Arka, membuat lelaki itu
akhirnya memberinya senyum tipis.
535
bukan cuma sekedar drama. Yang menyebabkan
isakan Natella malah semakin terdengar frustasi.
536
"aku pindah ke sebrang ya biar enak ngobrolnya."
balasnya, kemudian cowok tinggi itu pindah ke sofa di
sebrang Natella. "Kemarin Mami aku nemuin kamu ya,
Nat?" tanya Arka.
537
"Aku seneng deh liat kamu tertawa." Natella berbicara
lagi. "Jangan pernah ngelukain diri kamu lagi ya, Ka.
Aku tau dari Mami kamu kalau kamu pernah self
harm."
"Tapi udah gak lagi, Nat. Itu juga gak pernah parah."
538
"Kamu bilang ke aku kalau kamu mau kita balik
temenan kayak dulu."
"Waktu itu aku bales kalau aku gak pernah mau pisah
sama kamu."
"..."
539
Arka menganggukkan kepalanya yakin. Dia kemudian
menggaruk kepalanya yang sebetulnya tidak gatal
untuk berbicara lagi. Entah kenapa, dia terlihat ragu
untuk membuka ini, "ya, temenan." Ungkapnya, lalu
dia membasahi bibirnya untuk melanjutkan, "aku juga
mau kasih tau kalau aku bakal pindah..."
540
"Awalnya aku pikir untuk gak ngambil. But I think I
should take this because this is part of my dream."
"..."
"..."
541
"Boleh kan, Nat?" tanya Arka hati-hati.
***
542
Arka belum sempat menunjukkan betapa dia mencintai
Natella, betapa Natella berarti dalam hidupnya.
543
Natella menangkan di Timezone, yang dia berikan
untuk Arka.
"Kenapa?"
"Ada acara."
"Acara apa?"
"Ka, kamu pergi karena benci sama aku ya? Karena gak
mau liat aku lagi?" tanyanya tiba-tiba.
544
"Kamu jawab iya juga gak papa kali, Ka. Aku tau aku
udah jahat banget ke kamu selama ini. Aku sejahat itu,
Ka. Aku bahkan gak ngerti kenapa aku bisa sejahat itu
ke kamu. Bahkan buat minta maaf aja aku nggak
pantes." bisiknya di pelukan Arka. Mati-matian
menahan agar tidak menangis lagi. Akhir-akhir ini,
Natella berubah menjadi cewek cengeng.
"Apa?"
"..."
"..."
545
"..."
"..."
546
One of the saddest part in life is saying goodbye to
someone you want to spend your whole life with. And
that part happened today.
Menangis.
***
547
Dari dalam mobilnya yang terparkir di parkiran
terminal 2, gadis itu memutuskan untuk tidak turun
dan menemui Arka. Penerbangan Arka pesawat malam,
dia bahkan sudah disini sejak 3 jam yang lalu.
548
Katanya, setiap orang dalam hidupnya akan mengalami
fase tiga kali jatuh cinta. Jatuh cinta pertama kali,
Jatuh cinta yang toxic dan menyakitkan. Jatuh cinta
yang mendewasakan.
-THE END-
Closure
549
Suatu kutipan dari buku Life Of Pi mengatakan,
"hidup pada akhirnya adalah tentang melepaskan,
tetapi yang paling menyakitkan ialah tidak mengambil
kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal."
550
Bibirnya membentuk senyum, teringat kalau dulu dia
pernah mengatakan pada Yudha kalimat yang berupa,
551
terbentuk dari masa lalu, demi masa sekarang dan
untuk masa depan yang pantas untuknya.
552
menceritakan ini pada calon suaminya atau tidak.
Namun Natella akhirnya bersuara, paham jika lelaki
ini bisa menerima masa lalunya sebagai pembentuk
seorang Natella Narundana di detik ini.
553
"Bosen nggak kamu dengernya?"
"..."
554
"Iyalah, mantan aku dulu milik masa lalunya. Tapi
kamu milik aku."
“Siapa?”
“Kamu.”
555
***
“Apa?”
556
“Inget gak kalau kita di McD dan ngobrolin soal pilihan
dalam hubungan? Katanya, kita selalu punya pilihan
lebih dari satu, memilih untuk meninggalkan atau
nggak meninggalkan. Kamu minta aku untuk memilih
nggak ninggalin kamu, tapi aku diam aja waktu itu.”
557
“Itu bener-bener jahat, Arka! Sumpah, kamu beneran
sejahat itu, tahu nggak?” saking kesal dan tidak tahu
harus bagaimana, Natella sampai menangis frustasi.
“Yaudah, kamu jadian sama cowok lain dulu juga
nggak papa. Tapi nikahnya tetep sama aku, ya?”
“Nggak.” Ucap Natella kesal sebelum akhirnya
memutuskan sambungan itu dan membenci Arkasa
Sean Hadinata lebih dari apapun karena membuatnya
terus-terusan kepikiran soal cowok itu.
Memang orang yang leaving you hanging itu manusia
paling jahat di dunia, bikin mikirnya ke dia terus. Tiap
kali hampir jadi sama cowok-cowok baru yang bikin
senang, akhirnya pasti gagal karena kepikiran dia lagi-
dia lagi.
Butuh waktu agak lama yang akhirnya membuat
Natella paham bahwa seperti Arkasa Sean Hadinata
yang tengah memperjuangkan mimpinya, Natella juga
punya mimpi yang harus dia buat menjadi nyata. Juga
belajar agar lebih tulus dan menjadi versi terbaik
dirinya yang bisa ia banggakan. Mereka butuh waktu
untuk diri sendiri. Atau menyelesaikan sesuatu yang
belum selesai sama diri masing-masing.
***
Terlalu banyak yang Natella ataupun Arka lewati
hingga mereka menjadi diri mereka yang sekarang.
Natella menyenderkan kepalanya di bahu Arka,
“Gara-gara mantan aku, aku jadi suka main PS.”
Natella berbisik pelan pada Arka, biar tidak
mengganggu penonton lain. “Aku juga seneng kamu
558
jadi suka ke Bioskop,” lanjut Natella, kemudian
mendapati cowok yang di sebelahnya itu malah
tertidur.
Dibanding marah, Natella malah tersenyum. Arka suka
ke Bioskop, tapi tetap tidak suka menonton film di
tempat dingin dan nyaman untuk tertidur itu.
Natella masih menjatuhkan kepalanya di bahu Arka,
teringat seminggu lalu saat Natella kesal undangan
mereka malah salah cetak, cewek berakhir bertanya,
“kenapa milih aku padahal banyak cewek lain yang
lebih baik di luar sana?”
"..."
559
"I was scared as hell so I actually wanted to escape and
give up. Tapi, aku sadar kadang apa yang paling kita
inginkan itu berada di balik takutan terbesar kita.
Yaudah aku paksa buat coba. Meskipun kamu
kayaknya gak mau waktu itu, seenggaknya aku
ngerasa lega dan kepikiran jalan keluar lain."
"..."
560
yang sama dengan kita yang dulu, tapi beberapa hal
berubah. Gue gak bisa memastikan gue dan dia lebih
baik. Namun kita lagi sama-sama mencoba dan
berusaha.
Fin
561