Anda di halaman 1dari 677

TAT MO CAUWSU

Pendiri Siauw Lim Sie


Karya : Chin Yung
Saduran : Sin Liong
Buku Sumbangan Herfian Ghozali
Djvu oleh : Dewi KZ & Aditya Indrajaya (Sing 80)
Editor : Hendradinata
Ebook oleh : Dewi KZ di Tiraikasih Website
http://kangzusi.com atau http://dewikz.com

Penerbit UP Harapan Pesat


Daftar Isi :
TAT MO CAUWSU
Daftar Isi :
PENGANTAR PENULIS
Jilid 1
Jilid 2
Jilid 3
Jilid 4
Jilid 5
Jilid 6
Jilid 7
Jilid 8
Jilid 9
Jilid 10
Jilid 11
Jilid 12
Jilid 13
Jilid 14
Jilid 15
Jilid 16
Jilid 17
Jilid 18
TAMAT

Koleksi kang zusi.com 1


PENGANTAR PENULIS

UMUMNYA penulis2 Cersil (cerita silat) mengemukakan


tokoh2nya dengan latar belakang sesudah berdirinya kuil
Siauw Lim Sie, dimana memang diakui kuil Siauw Lim Sie
merupakan pusat dan sumber dari ilmu silat yang ada didaratan
Tionggoan dan merupakan pintu perguruan silat yang tertua
dan biasanya disebut ilmu silat Siauw Lim Pay.
Kuil dan pintu perguruan Siauw Lim Pay tersebut didirikan
dan dibangun oleh seorang pendeta yang datang dari India ke
daratan Tionggoan, yang akhirnya dikenal sebagai Tat Mo
Cauwsu, yang menjadi guru besar dalam hal ilmu silat,
disamping penyebaran Agama Buddha yang dilakukannya pada
saat itu.
Sebagai 'bapak' dari ilmu silat, tentu saja ilmu silat Tat Mo
Cauwsu luar biasa, merupakan kepandaian yang menakjubkan
sekali. Diapun telah berhasil menciptakan berbagai ilmu silat
yang sangat tinggi sekali, yang sangat terkenal adalah Kiu Im
Cin Keng dan Kiu Yang Cin Keng.
Dijamannya Tat Mo Cauwsu itu, justru tokoh2 rimba
persilatan dan kalangan Kang-ouw (sungai telaga) yang berada
di Tionggoan merupakan tokoh2 silat yang sangat luar biasa,
dengan kepandaian2 mereka yang aneh dan beraneka ragam.
Keluarbiasaan dari pengalaman2 yang dialami oleh cakal
bakal Siauw Lim Sie itulah yang ingin dituturkan oleh penulis,
dimana Tat Mo Cauwsu mengalami banyak sekali peristiwa2
mendebarkan hati, terlibat oleh urusan2 yang hebat
menakjubkan. Bahkan Cer-sil yang akan kami ceritakan,
merupakan cer-sil yang mengupas beberapa peristiwa hebat
dan mendebarkan hati.

Koleksi kang zusi.com 2


Mudah2an saja Cersil "Tat Mo Cauwsu" berkenan dihati
para pembacanya.
CHIN YUNG
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 1
TITIK2 dari butir2 air hujan yang turun deras sekali,
menyiram seluruh permukaan bumi disekitar daerah
pegunungan Bie-san. Gunung yang lebat oleh semak belukar,
dengan jurang2 yang dalam dan curam mengerikan itu
ditambah dengan udara yang dingin menusuk tulang dan cuaca
yang gelap pekat, hanya diselingi oleh kilatan2 dibarengi suara
petir yang menyeramkan seperti raungan harimau luka, tentu
saja disekitar daerah pegunungan tersebut bukanlah merupakan
tempat yang menyenangkan untuk didiami. Hujan turun sejak
pagi tadi sampai menjelang sore, air dari langit itu masih juga
menyiram bumi dengan deras.
Binatang2 liar yang menjadi penghuni di sekitar hutan-
rimba dipegunungan Bie-san telah mencari tempat
bersembunyi masing2, tidak ada seekorpun yang
memperdengarkan suara mereka, bagaikan mereka takut
menghadapi murkanya langit yang acapkali memantulkan
kilatan2 yang menyilaukan dengan disertai oleh ledakan2 suara
guntur. Memang suasana demikian cukup menyeramkan untuk
seseorang berada ditempat tersebut.
Tetapi bukan berarti ditempat tersebut tidak ada manusia,
karena diantara siraman air hujan yang turun begitu deras,
tampak dipinggang gunung sebelah selatan, dekat dengan Lam-
hong (bukit selatan), tampak sesosok tubuh kecil yang tengah
ber-lari2 cepat tanpa mengacuhkan ledakan2 guntur dan
siraman air hujan yang deras. Mungkin terlampau ter-gesa2
Koleksi kang zusi.com 3
atau memang sudah sangat letih, sosok tubuh kecil itu berulang
kali jatuh, namun cepat pula dia bangun dan melanjutkan pula
larinya.
Ketika tiba dipermukaan hutan kecil, tanpa memperdulikan
didalam hutan tersebut ada binatang buas yang mungkin bisa
mencelakai dirinya, sosok tubuh itu telah menerobos dengan
cepat dan telah menerjang kedalam hutan dengan bersusah
payah, karena seringkali dia jatuh bangun akibat rintangan
akar2 pohon yang malang melintang dan juga hutan itu
walaupun merupakan hutan yang tidak begitu luas, namun
pohon2 liar yang tinggi besar bertumbuhan lebat sekali.
Didalam hutan inilah siraman air hujan tidak sederas diluar
rimba tadi, karena butir2 air hujan itu terbendung sebagian
besar oleh daun2 pohon yang lebat rapat. Sosok tubuh itu
berhenti berlari, dia berdiri bingung dibawah sebatang pohon,
memandang sekelilingnya berusaha menembus kegelapan
disekitarnya.
Kilat memancarkan cahayanya yang terang untuk sejenak,
kemudian suara guntur telah memecahkan kesunyian disekitar
tempat tersebut.
Diantara pancaran cahaya kilat yang sempat menerobos
masuk diantara sela2 daun pohon2 dihutan kecil itu, sosok
tubuh kecil itu ternyata tidak lain dari seorang anak lelaki
berusia diantara delapan tahun. Melihat seorang anak kecil
berada di-tengah2 hutan dalam suasana keganasan alam yang
tengah berlangsung, telah merupakan peristiwa yang cukup
mengherankan. Karena jangankan seorang anak, sedangkan
seorang yang dewasapun akan takut untuk berada seorang diri
di-tengah2 keganasan alam pada saat itu. Tetapi yang luar biasa
lagi adalah keadaan anak kecil itu. Tubuhnya kurus kecil,
pakaiannya robek disana-sini, dan juga diwajahnya yang
dibasahi oleh siraman air hujan itu, tampak noda2 darah yang
telah mengering. Matanya yang sebelah kiri juga membengkak

Koleksi kang zusi.com 4


ke-hitam2an, di samping pipinya yang juga membengkak,
seperti juga anak itu telah mengalami sesuatu pukulan
dimukanya itu. Matanya yang bulat itu memancarkan perasaan
takut waktu dia memandang kian-kemari, tubuhnya yang kurus
kecil itupun telah menggigil menahan hawa udara yang dingin.
Setelah berdiri diam sejenak ditempatnya itu untuk
mengurangi perasaan letih karena telah terlalu jauh ber-lari2
tanpa mengenal lelah, anak lelaki tersebut telah melanjutkan
pula langkah2 kakinya. Walaupun dia tidak ber-lari2 seperti
tadi dimuka hutan, namun langkah2 kakinya yang kecil itu
dipentang agak lebar dan tergesa. Jika dia tidak berlari, itupun
disebabkan anak ini menyadarinya bahwa didalam hutan
banyak sekali tumbuh pohon2 liar dan akar2 pohon yang
malang melintang, sehingga memungkinkan dia terjerunuk jika
kakinya tersandung akar2 pohon tersebut. Maka untuk
mencegah dia terjatuh bangun, anak ini berjalan hati2.
Jika tadi napasnya memburu keras, kini napas itu ber-
angsur2 mulai teratur pula. Dan tampaknya anak ini mulai
dapat menenangkan kembali goncangan hatinya. Waktu dia
menoleh kearah belakangnya, dari mana tadi dia mendatangi,
dan dilihatnya tidak ada seorangpun yang mengejarnya, anak
itu telah menghela napas panjang.
“Mungkin mereka menganggap aku sudah mati dan tidak
mengejar lagi...!" pikir anak itu kemudian dengan hati ragu2.
“Mungkin pula mereka beranggapan aku telah terjerumus
kedalam jurang atau dimakan binatang buas ..!"
Setelah terpikir begitu, anak itu telah menjatuhkan dirinya
duduk numprah ditanah, dia telah menangis sesenggukan ter-
sedu2 dengan suara yang sedih sekali. Tampaknya ada sesuatu
yang membuat hatinya berduka sekali.
Masih terbayang didepan matanya, betapa beberapa saat
yang lalu, puluhan orang lelaki bertubuh tinggi tegap, dengan

Koleksi kang zusi.com 5


membawa alat senjata ditangan masing2 telah mendatangi
rumahnya, dengan buas menyerupai binatang yang haus darah,
puluhan orang lelaki bertubuh tinggi besar itu telah
mengeroyok ayahnya. Dan anak itu masih ingat benar, betapa
ayahnya yang semula memberikan perlawanan atas keroyokan
orang2 itu, yang berusaha gigih sekali melakukan penangkisan
dan melancarkan serangan membalas, akhirnya harus
terjerunuk rubuh ditanah tanpa daya lagi. Dan betapa buasnya
puluhan orang lelaki itu yang telah menyerbu menghujamkan
senjata mereka ke tubuh ayahnya. Anak itu hanya sempat
mendengar suara jerit yang melengking dari ayahnya, jerit
kematian yang menyayatkan sekali.
Tetapi anak ini tidak berdaya, dia hanya sempat berlari
seperti apa yang telah dipesankan oleh ayahnya sebelum
kedatangan musuh2 ayahnya itu...kemudian anak lelaki inipun
berlari dengan hati yang diliputi perasaan takut, karena puluhan
orang lelaki tinggi tegap itu telah melakukan pengejaran untuk
membinasakan dia pula. Bahkan anak itu masih ingat diantara
orang2 yang mengejarnya itu ada yang ber-teriak2 dengan
suara yang keras sekali : “Kejar, jangan sampai lolos, bunuh !"
“Ya, binasakan ! Jangan biarkan lolos...!" teriak yang
lainnya.
“Menabas pohon harus sampai ke-akar2nya.......!" teriak
pengejarnya yang lain. “Jangan biarkan anak itu lolos, dia
merupakan bibit bahaya yang besar...!"
Tetapi anak lelaki ini tidak memperdulikannya, dia telah
berlari dengan sekuat tenaganya mendaki gunung Bie-san.
Anak itu juga tidak mengetahui entah bagaimana dia bisa
memiliki kekuatan yang menakjubkan, dimana dia bisa berlari
begitu cepat dan gesit sekali, melupakan rasa sakit dilututnya
yang acap kali harus membentur bumi akibat jatuh. Dan yang
diingat oleh anak itu hanya satu, dia harus dapat meloloskan

Koleksi kang zusi.com 6


diri dari kejaran puluhan orang pengejarnya yang buas2 itu
yang menghendaki jiwanya.
Dengan menyelinap kedalam semak belukar, dan memasuki
hutan2 kecil yang memang banyak terdapat digunung Bie-san
itu, maka anak ini bisa menyesatkan pengejarnya. Satu lagi
keuntungan anak ini, dia memiliki tubuh yang kecil dan kurus,
sehingga dia bisa menyelusup dengan leluasa ke tempat2 yang
sulit ditempuh oleh orang2 dewasa yang memiliki bentuk tubuh
tinggi tegap itu. Semula samar2 anak itu masih mendengar
suara teriakan2 pengejarnya, tetapi akhirnya suara itu lenyap
sama sekali ...... dan memang kini dia berada seorang diri di-
tengah2 hutan kecil itu, menangis dengan hati dirundung duka
menyesali nasibnya yang buruk itu......
Hujan masih saja turun deras, tetapi air hujan tidak sederas
yang jatuh kedalam hutan itu. Hanya suara air hujan yang
menyiram daun2 pohon yang terdengar cukup berisik,
ditambah dengan ledakan2 guntur.
Waktu anak itu tengah menangis ter-isak2, tiba2 terdengar
suara yang menegur : “Anak, mengapa engkau bersedih begitu,
seperti juga tengah mengalami kematian keluarga...?"
Suara itu merupakan sesuatu yang mengejutkan sekali anak
tersebut. Dia memang tengah ketakutan di-kejar2 puluhan
orang, dan juga sedang berkuatir kalau2 ada salah seorang
musuh2 ayahnya itu berhasil mengejarnya dan
membinasakannya. Maka mendengar ada yang menegurnya
seperti itu, anak tersebut merasakan semangatnya seperti
terbang meninggalkan raganya, dia telah menguatkan hatinya
dan melompat berdiri, kemudian tanpa menoleh kiri kanan lagi,
dia telah berlari se-cepat2nya.
Tetapi baru beberapa langkah anak itu berlari, dia
merasakan punggungnya dingin sekali, dan sebelum dia tahu
apa2, bahunya telah ditepuk seseorang.

Koleksi kang zusi.com 7


“Anak, engkau belum menjawab pertanyaanku .....
mengapa demikian ter-gesa2 ingin berlalu?" terdengar suara
yang menegur pula, parau tetapi ramah.
Tubuh anak itu jadi menggigil ketakutan, dia telah
menoleh, tetapi untuk kagetnya kembali dia tidak melihat
seorang manusiapun juga.
Kembali rasa takut menyelinap kedalam hatinya, rasa takut
yang jauh lebih hebat dari semula, karena kini dia telah
berpikir mungkinkah dia bertemu dengan hantu penunggu
hutan ? Bukankah tadi dia merasakan betapa bahunya ditepuk
seseorang ? Tetapi mengapa sekarang dia tidak melihat seorang
manusiapun disekitarnya ? Bukankah tadi jelas sekali dia
mendengarnya suara orang yang telah menegurnya ?
Karena berpikir begitu, anak lelaki tersebut mengeluarkan
suara keluhan perlahan yang tidak jelas, keluh ketakutan, dan
dia telah memutar tubuhnya untuk berlari lagi sekuat2nya.
Namun baru berlari beberapa langkah lagi2 bahunya telah
ditepuk pula oleh seseorang, disertai oleh pertanyaan yang
serupa seperti tadi : “Anak...engkau mendengar pertanyaanku
tadi, bukan ? Engkau belum lagi menjawab pertanyaanku
itu...!"
Tubuh anak itu jadi menggigil keras, dia sudah menggigil
tanpa bertenaga, karena semangatnya telah melayang seperti
meninggalkan tubuhnya, sepasang lututnya dirasakan lemas
sekali tidak bertenaga, tanpa sanggup mempertahankan diri
anak itu telah jatuh duduk numprah ditanah, diantara daun2
kering yang rontok bertebaran disekitar tempat itu.
“Si...siapa kau ?" tanya anak itu dengan suara yang gemetar
karena takut. “Mengapa.. mengapa aku tidak bisa melihat kau
?"

Koleksi kang zusi.com 8


Kembali terdengar suara tadi, yang parau namun perlahan
sekali, diselingi oleh suara tertawa yang sabar : “Anak, engkau
tampaknya ketakutan dan bersedih, apa sebenarnya yang telah
engkau alami ?"
“Aku...aku.." anak itu tidak bisa meneruskan perkataannya,
dia memandang sekelilingnya dengan mata yang jelalatan ingin
men-cari2 orang yang telah mengajaknya bicara itu. Karena
sangat ketakutan, dia tidak bisa meneruskan perkataannya itu.
“Siapa namamu anak yang manis ?" tanya suara itu lagi
dengan suara yang sabar.
”Aku..... aku Sin Han....." jawab anak itu. “Namaku Sin
Han."
“Sin Han! Nama yang baik ! Nama yang manis ! Engkau
anak yang manis, tetapi mengapa engkau tampaknya begitu
ketakutan seperti tengah di-kejar2 sesuatu.......”
Sin Han sudah ketakutan sekali, dia sudah tidak bisa bicara
lagi, cepat2 dia telah menekuk kedua kakinya untuk berlutut
tanpa memperdulikan orang yang mengajaknya bicara itu
berada dimana.
“Ampunilah aku..... aku bukan sengaja memasuki
tempatmu ini, lojinke (orang tua)....aku sedang dikejar orang2
jahat..... yang ingin membunuhku !" kata Sin Han dengan suara
yang gemetar. Tampaknya anak ini benar2 ketakutan sekali.
Jika tadi anak tersebut ketakutan karena di-kejar2 oleh
manusia2 buas yang tidak mengenal perikemanusiaan, yang
telah membinasakan ayahnya dengan kejam dan menghendaki
jiwanya juga, tetapi sekarang Sin Han takut kalau2 sekarang
dia tengah berhadapan dengan hantu penunggu hutan tersebut.
Jika dia memanggil dengan sebutan Lojinke (kau orang tua),
itulah disebabkan dia mendengar suara orang itu parau, suara
seorang lelaki tua.

Koleksi kang zusi.com 9


Terdengar suara tertawa perlahan, suara tertawa yang sabar
sekali.
“Sin Han, usiamu masih kecil, kau masih muda sekali,
tetapi mengapa ada orang yang ingin membunuhmu? Itulah
aneh sekali ! Dan kesalahan atau dosa apa yang telah kau
lakukan, sehingga kau di-kejar2 begitu ?"
Mendengar pertanyaan terakhir dari orang yang tidak
terlihat ujudnya tersebut, Sin Han menangis ter-isak2. Untuk
sementara waktu dia tidak bisa memberikan penyahutannya.
Kembali terdengar suara tertawa yang sabar dari orang tua
itu, suara tertawa yang halus sekali, seperti juga orang yang
tidak terlihat ujudnya itu ingin menghiburnya dan tidak
bermaksud me-nakut2inya.
“Sudahlah Sin Han, engkau jangan menangis. Ceritakanlah
kesulitanmu kepadaku....!” kata orang itu lagi, sabar suaranya.
Suara yang sabar dari orang yang tidak terlihat ujudnya itu
justru telah memberikan ketenteraman dihati Sin Han. Ber-
angsur2 lenyap perasaan takutnya, dan dia yakin orang yang
berbicara tanpa memperlihatkan ujudnya itu adalah seorang
yang baik. Dan keberaniannya jadi pulih kembali.
Tiba2 Sin Han telah menekuk kedua kakinya, berlutut
sambil menganggukkan kepalanya empat kali : “Nasibku
memang buruk, ayahku telah dibunuh oleh puluhan orang yang
ganas dan tidak memiliki perikemanusiaan...aku tidak
mengetahui apa sebabnya ayah dikeroyok mereka, tetapi
sebelum ayah menghadapi mereka, telah berpesan kepadaku,
agar sedapat mungkin meloloskan diri dari tangan mereka,
menghindarkan kematian...tetapi mereka justru telah mengejar
terus padaku, tampaknya mereka memang menghendaki
jiwaku..."

Koleksi kang zusi.com 10


“Oh, manusia2 jahat, kepada seorang anak kecil seperti
engkau ini, mereka berlaku begitu kejam ! Kasihan ! Kasihan !
Lalu ?" terdengar suara orang tua itu lagi.
Sin Han tidak bisa meneruskan ceritanya, karena dia telah
menangis ter-isak2. Tetapi setelah lewat sekian lama,
kesedihannya berkurang, anak ini telah berkata lagi : “Dan…
dan aku telah berlari tanpa mengetahui tempat apa yang
kudatangi, yang terpenting dapat meloloskan diri dari kejaran
mereka.....!"
Tetapi waktu Sin Han baru berkata sampai disitu, justru
disaat itu telah terdengar suara teriakan2 yang nyaring sekali
dikejauhan. “Tentu setan kecil itu berada disekitar tempat ini!
Kejar terus ! Kita harus membinasakannya, jangan biarkan dia
lolos ..... cari !"
“Ya, lihatlah, ini bekas tapak2 kaki yang menuju kedalam
hutan ini tapak2 kaki kecil ! Setan kecil itu tentu bersembunyi
disekitar tempat ini .....! Cari terus !! Jangan biarkan lolos !!
Biar nanti aku cingcang tubuhnya !" terdengar suara yang
lainnya lagi.
Tentu saja Sin Han jadi ketakutan, mukanya jadi pucat pias,
karena dia mengenali suara2 teriakan yang bengis itu adalah
suara pengejar2nya. Tubuh anak itu menggigil, dan dia telah
cepat2 bangkit untuk berlari pula guna menjauhi diri.....
“Jangan takut, anak manis...diamlah disana, tidak perlu
engkau pergi, nanti aku akan membantui mengusir manusia2
jahat itu...!" sabar suara lelaki yang tidak memperlihatkan
ujudnya itu.
Entah mengapa, suara yang sabar dari orang itu telah
menghibur hati Sin Han. Dan bagaikan setitik embun yang
membuat hatinya jadi tenang. Sehingga Sin Han tidak berlari
lagi. Dia telah berdiam ditempatnya dan tidak memperdulikan
lagi teriakan2 pengejarnya yang semakin mendekati. Walaupun

Koleksi kang zusi.com 11


hatinya masih ber-debar2 takut, tetapi kini jauh lebih tenang
dari sebelumnya. Bahkan dia telah menjadi nekad : “Biarlah !
Biarlah aku terjatuh ditangan mereka dan dibinasakan mereka
dengan buas! Bukankah kematian hanya terjadi satu kali ?
Bukankah jika aku telah mati penderitaan dan kesengsaraan
akan berakhir ? Aku ber-lari2 berusaha menghindarkan diri
dari kejaran mereka, untuk apa ? Untuk apa ? Jika tokh
akhirnya mereka mengejar terus dan akhirnya dapat pula
menangkap diriku yang akan dibinasakannya ?"
Karena berpikir begitu, maka Sin Han tetap berdiri tenang
ditempatnya.
“Bagus !" terdengar suara tanpa ujud itu. “Kau diam saja,
percayalah, mereka tidak mungkin bisa menyentuh dirimu
.....!" Dan orang yang ber-kata2 itu seperti juga ingin
memberikan keyakinan kepada Sin Han.
“Baik.....baik lojinke," sahut Sin Han dengan suara yang
tidak begitu lancar.
Disaat itu suara dari para pengejarnya yang ber-teriak2
telah terdengar semakin mendekati, rupanya mereka telah
mulai memasuki hutan kecil ini. Tentu saja hal ini telah
membuat Sin Han semakin berdebar.
Tetapi dia yakin, 'hantu' penunggu hutan, yang bicara
padanya tanpa memperlihatkan ujud itu akan membantunya,
maka dia percaya dirinya dapat dihindarkan dari kebuasan
pengejar2nya itu.
“Nah itu dia .....!" terdengar suara orang berteriak dengan
nyaring, rupanya saat itu diantara pengejarnya telah ada yang
melihat Sin Han.
“Benar...jangan biarkan dia lolos pula.... dia hurus
dibinasakan dengan tubuh dicingcang agar dia tahu betapa dia
telah mempersulit dan mempermainkan diri kita...! Itulah

Koleksi kang zusi.com 12


ganjaran yang tepat untuknya ! Jangan biarkan dia lolos !
Bunuh ! Bunuh !"
Dan puluhan orang lelaki bertubuh tinggi tegap, dengan
wajah yang menyeramkan, telah meluruk menyerbu kearah Sin
Han, dengan menggerakkan senjata tajam ditangan masing2.
Sikap mereka sangat menakutkan sekali, karena dari wajah
mereka masing2 memantulkan sinar yang kejam, pancaran
pembunuhan yang haus akan genangan darah segar......
Hati Sin Han jadi tergoncang keras, tubuhnya lemas tidak
bertenaga.
Tetapi karena dia memang nekad, maka dia berdiam saja,
hanya memejamkan matanya dengan hati yang berbisik :
“Ayah, anakmu akan segera menyusulmu....kita akan
berkumpul dengan tenang..."
Saat itu puluhan orang lelaki bertubuh tinggi besar hanya
terpisah empat tombak lagi dari Sin Han, ada beberapa orang
diantara mereka yang telah menggerakkan senjata tajam
ditangannya melancarkan serangan akan memenggal leher anak
itu. Sikap mereka kejam sekali, senjata yang terayun itu juga
telah mengeluarkan angin yang tajam dan keras.
Hujan turun masih deras, suara guntur pada saat itu telah
memecahkan kesunyian, menindih suara hiruk-pikuk dari
teriakan2 orang2 itu yang tengah diliputi oleh nafsu
membunuh.
Namun disaat suara guntur baru saja selesai, tiba2 telah
disusuli oleh suara pekik nyaring dari beberapa orang yang
sedang mengayunkan senjata tajam itu kepada Sin Han, tubuh
mereka telah terpental keras sekali ke tengah udara, lalu
ambruk terbanting ditanah dengan keras. Jerit kesakitan mereka
terdengar lagi, sedangkan sisanya dari pengejar Sin Han, untuk
sejenak berdiri tertegun, rupanya mereka heran berbareng
kaget. Tetapi seketika mereka tersadar, dengan cepat mereka

Koleksi kang zusi.com 13


telah mengeluarkan teriakan2 bengis sambil menggerakkan
senjata tajamnya menyerbu akan menabas batang leher Sin Han
lagi, sikap mereka diliputi hawa pembunuhan yang mengerikan
sekali.
“Bunuh setan kecil ini ! Jangan biarkan dia lolos ! Binatang
busuk ! Dia harus dikirim ke neraka...!" dan beberapa senjata
tajam berkilauan menyambar kearah Sin Han.
Tetapi seperti tadi, enam orang dari penyerang Sin Han
telah terpental lagi dengan cepat, terbanting ditanah dengan
keras. Bahkan setelah mengeluarkan jerit kesakitan, empat
orang diantara mereka itu telah rubuh pingsan tidak sadarkan
diri lagi…
Sisa dari pengejar Sin Han yang kurang lebih delapan
orang, telah berdiri tertegun.
Dengan marah salah seorang diantara mereka telah
menegur kepada Sin Han : “Setan kecil, ilmu siluman apa yang
kau pergunakan ?"
Sin Han telah membuka matanya waktu mendengar pekik
jerit orang2 yang rubuh itu, diapun tengah heran, dan ditegur
begitu tentu saja telah membuat Sin Han jadi tambah heran.
Dia tidak mengerti mengapa belasan orang penyerangnya itu
telah tubuh tanpa ada sebabnya...?
Karena melihat Sin Han berdiam diri saja dengan sikapnya
yang mematung begitu, kedelapan orang itu tambah penasaran.
Dengan hati2 mereka mendekati Sin Han, dan dengan serentak
mereka telah menggerakkan senjata tajamnya masing2 kearah
Sin Han.
“Habislah jiwaku kali ini....!" mengeluh Sin Han dengan
suara putus asa. Dia melihat bagaimana senjata tajam itu,
pedang dan golok yang berkilauan telah menyambar kearah

Koleksi kang zusi.com 14


kepala, leher, dada dan perutnya. Begitu salah satu senjata
tajam itu mengenai bagian tubuhnya, habislah jiwanya....
Tetapi diwaktu senjata2 tajam itu meluncur menyambar,
tiba2 Sin Han melihat betapa kedelapan tubuh penyerangnya
itu telah terlempar kebelakang seperti daun2 kering, terbanting
keras ditanah sampai mengeluarkan suara melengking
kesakitan, senjata mereka juga telah terlepas dari cekalan
tangan masing-masing.
Bahkan salah seorang diantara mereka yang terlambat
melepaskan senjata tajamnya yaitu sebatang pedang pendek,
perutnya telah menubruk pedangnya itu, sehingga ujung
pedangnya menancap menembus ke punggungnya ! Seketika
jiwanya telah terbang meninggalkan raganya dan orang itu
telah diam tidak berkutik lagi...... Darah segar juga telah
mengalir keluar membasahi bumi.....
Pengejar2 Sin Han yang tadi telah terpelanting dan kini
telah berdiri pula serta telah mengambil senjata mereka
masing2, berdiri mematung dengan heran. Perasaan takut mulai
menjalari mereka.
Tetapi disaat itu juga mereka menyadari ada seorang pandai
yang telah melindungi Sin Han, dengan sendirinya mereka
mulai gentar.
Tadi waktu mereka menyerbu mengayunkan senjata, tiba2
mereka merasakan samberan angin serangan yang kuat
menghantam dada mereka masing2 yang menyebabkan mereka
terpental jatuh ..... dan mereka menyadarinya hal itu tidak
mungkin bisa dilakukan oleh Sin Han.
”Siapa yang telah menolongi anak ini ? Orang pandai mana
yang main sembunyi2 seperti itu? Apakah tidak akan menjadi
bahan tertawaan orang2 gagah dikalangan Kang-ouw dengan
bersembunyi menyimpan ekor ?" teriak salah seorang diantara
mereka, karena dia sangat penasaran sekali.

Koleksi kang zusi.com 15


Disaat itu keadaan sunyi sekali, hanya suara air hujan yang
tetap deras menyiram bumi, dan sebagian lagi menyiram daun2
pohon itu.
“Keluarlah perlihatkan diri ! Kami ingin berkenalan dengan
orang pandai yang pintar sembunyikan ekor !" teriak salah
seorang lainnya lagi.
Tiba2 terdengar suara tertawa yang halus sekali, suara
tertawa yang terdengar perlahan tetapi tajam sekali.
“Bagus ! Bagus ! Akupun tidak menyukai sifat2 pengecut si
maling yang pandai menyimpan ekor ! Aku berada disini..!"
terdengar suara itu menyahuti.
Puluhan orang pengejar Sin Han telah mengangkat kepala
mereka, mata mereka memandang kearah puncak sebatang
pohon yang cukup tinggi.
Sin Han juga mengikuti pandangan mata orang2 itu. Maka
segera dia melihat dicabang pohon itu duduk setengah rebah
seorang lelaki tua dengan pakaian yang agak aneh, pakaian
yang compang camping penuh tambalan, seperti cara
berpakaian seorang pengemis. Usianya mungkin telah lima
puluh tahun lebih, wajahnya selalu riang dan segar, pipinya
memerah memperlihatkan bahwa dia sehat sekali.
Pengejar2 Sin Han waktu melihat pengemis itu, telah
memperlihatkan sikap terkejut, muka mereka juga berobah
pucat dan tubuhnya jadi menggigil.
“Apakah..... apakah lojinke yang bergelar Sin Kun Bu Tek
Lo Ping Kang (Kepalan Sakti Tanpa Tandingan) ?" tanya salah
seorang diantara mereka dengan suara yang tidak begitu lancar.
“Seperti engkau lihat sendiri ! Aku paling tidak senang
menyembunyikan ekor....." menyahuti orang tua yang
berpakaian seperti pengemis itu sambil tertawa lebar. “Dan

Koleksi kang zusi.com 16


paling tidak senang lagi jika aku harus menyembunyikan nama
dan gelaran bututku itu....!”
Muka orang2 yang semula ganas menyeramkan waktu
mengejar Sin Han, kini jadi pucat pias seperti secarik kertas
putih, tubuh mereka juga menggigil. Bahkan salah seorang
diantara mereka telah cepat2 menjura memberi hormat kepada
pengemis tua itu.
“Maafkanlah...kami telah mengganggu lo cianpwe (orang
yang lebih tinggi tingkat kedudukannya didalam kalangan
Kang-ouw sungai telaga). Kami pamitan untuk berlalu..."
Terdengar suara tertawa orang tua itu yang nyaring sekali,
waktu orang2 itu ingin memutar tubuhnya untuk berlalu
dengan ter-gesa2 karena mereka sangat takut sekali kepada
pengemis tua itu. Namun si pengemis tua itu telah berkata
dengan suara setengah membentak : “Berhenti...! Jangan kalian
berlalu seenaknya saja !"
Tubuh orang2 itu jadi semakin menggigil, tampaknya
mereka ketakutan sekali.
Waktu dibentak orang tua berpakaian seperti pengemis itu,
mereka telah menghentikan langkah kakinya masing2.
Tampaknya mereka tidak berani membangkang perintah
pengemis itu, merekapun telah membalikkan tubuhnya
menghadapi kearah pengemis diatas pohon itu.
“Ada...ada perintah atau petunjuk apakah locianpwe ?"
tanya salah seorang diantara mereka lagi.
“Kalian manusia2 ganas dan kejam, kalian telah
membinasakan ayah anak ini, kemudian kalian seperti serigala2
kelaparan telah me-ngejar2 menghendaki jiwa anak kecil ini
yang masih tidak mengetahui urusan apapun juga! Maka atas
tindakan kalian itu, tentu saja kalian harus menerima
hukumannya...!"

Koleksi kang zusi.com 17


Dingin sekali suara orang tua itu, dia berkata dengan suara
yang perlahan dan satu2. Tetapi telah membuat muka orang2
itu jadi pucat pias dan tubuh mereka jadi menggigil karena
ketakutan setengah mati.
Semuanya merasakan lutut mereka jadi lemas tidak
bertenaga untuk berdiri terus, dan cepat2 mereka telah berlutut
kearah si orang tua berpakaian pengemis itu.
“Ampunilah kami...kami hanya menjalankan tugas yang
diberikan ketua kami...!" kata mereka hampir berbareng.
Rupanya orang2 ini mengetahui bahwa Sin Kun Bu Tek Lo
Ping Kang merupakan seorang sakti, akhli silat dari tingkatan
tua yang memiliki kepandaian luar biasa, mereka jadi
ketakutan bukan main.
“Ampuni jiwa2 anjing seperti kalian ini ?” tanya orang tua
yang bergelar Sin Kun Bun Tek Lo Ping Kang itu dengan nada
suara mengejek. “Apakah jika anak kecil itu berlutut dan
memohon pengampunan jiwanya dari senjata2 ganas kalian itu,
akan kalian luluskan permintaannya dan memberikan pengam-
punan kepadanya ? Ciss, aku orang tua pikun Lo Ping Kang
paling segan untuk mengulurkan tangan melakukan perbuatan
baik...apa lagi memberikan pengampunan untuk manusia2
berhati serigala yang kejam seperti kalian ini...! Ber-siap2lah
kalian untuk menerima kematian masing2...!"
Mendengar perkataan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang
sampai disitu, ketakutan yang meliputi hati orang2 itu jadi
semakin hebat saja.
Mereka telah berseru memohon pengampunan bahkan ada
diantara mereka yang karena sangat ketakutan, telah berlutut
sambil meng-angguk2kan kepalanya berulang kali diiringi oleh
isak tangisnya.

Koleksi kang zusi.com 18


“Ampunilah kami ..... kami hanya melaksanakan perintah
kauwcu kami.....!" kata salah seorang diantaranya sambil
menangis.
“Kami memiliki anak isteri, jika kami binasa, tentu mereka
akan terlantar,” kata yang lainnya.
“Ampunilah jiwa kami.....kami berjanji tidak akan
melakukan kejahatan lagi.....!" sesambatan yang seorangnya
lagi.
Bahkan, ada yang karena ketakutan sekali, telah tidak
memikirkan perasaan malu lagi, dia telah menangis sambil
bilang : “Ampunilah kami..... apa saja yang Locianpwe perin-
tahkan tentu akan kami turuti..... kami memang bangsa anjing
tidak tahu malu, dan pantas menerima hukuman se-berat2nya
dari Locianpwe, tetapi ampunilah jiwa kami sekali ini......!”
Dan macam2 perkataan lagi yang diutarakan oleh orang itu,
yang memohon pengampunan dari Lo Ping Kang.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tertawa dingin, sikapnya
keras sekali, dia masih duduk dicabang pohon itu, dengan
kedua kaki di-ayun2kan seenaknya.
Sesungguhnya, Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang merupakan
akhli silat ternama di Kang lam, dia merupakan seorang
pendekar sakti, yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan
sulit mencari orang yang bisa menandingi kepandaiannya itu,
dan juga oleh karena sepak terjangnya yang selalu membela
keadilan, telah membuat namanya sangat terkenal sekali. Di
kalangan jago2 golongan Putih (yaitu mengambil jalan baik
untuk keadilan), dia sangat disegani dan dihormati, sedangkan
dikalangan Hekto, yaitu kalangan hitam (para penjahat),
namanya bagaikan momok yang sangat mengerikan sekali, dan
setiap kali ada penjahat yang mendengar namanya, tentu akan
cepat2 menyingkirkan diri dengan bulu tengkuk berdiri karena
takutnya.....

Koleksi kang zusi.com 19


Tidaklah mengherankan jika sekarang orang2 yang tadi me-
ngejar2 Sin Han jadi ketakutan seperti itu.
“Baiklah, kali ini kalian menerima hukuman yang ringan
saja ! Tetapi jika kalian kelak melakukan kejahatan lagi, tentu
aku akan mengambil jiwa2 anjing seperti kalian ini !!" kata Sin
Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil melayang turun dengan
tubuh yang ringan. Sebetulnya cabang pohon itu terpisah tinggi
dari bumi, tetapi si orang tua berpakaian pengemis itu dapat
melompat dengan ringan dan mudah sekali, waktu kakinya
menyentuh bumi sama sekali tidak menerbitkan suara sedikit-
pun juga, ini menunjukkan betapa sempurnanya ilmu
meringankan tubuhnya itu.
Orang2 yang tengah berlutut itu jadi girang mendengar
perkataan Sin Kun Bu Tek yang menyanggupi akan
memberikan pengampunan untuk mereka.
Tetapi perasaan girang itu hanya sekejap mata saja, sebab
dengan gerakan tubuh yang ringan sekali dan sulit diikuti oleh
pandangan mata manusia biasa, tubuh si pengemis tua itu telah
melompat kian kemari diantara orang2 itu, dia juga telah
menggerakkan tangannya menepuki punggung dari orang2
tersebut, sehingga terdengar suara 'plak, plok' berulang kali,
dan tepukan itu perlahan sekali namun setiap kali kena ditepuk
orang2 itu mengeluarkan suara jerit melengking kesakitan.
Kemudian tubuh mereka lemas terkulai ditanah.
Diantara mereka ada yang mengeluarkan rintihan sambil
menangis, dan telah sesambatan : “Ampunilah kami...janganlah
kami dibuat bercacad, Locianpwe !" kata mereka.
Tetapi rupanya tepukan tangan dari si pengemis tua itu
telah menyebabkan rusaknya tulang punggung dari orang2 itu,
yang dihajar jadi patah.
Untuk selamanya di-hari2 mendatang, orang2 itu akan
menjadi manusia bercacad, walaupun mereka tidak akan

Koleksi kang zusi.com 20


menemui kematian, tetapi selanjutnya mereka merupakan
manusia2 yang tidak punya guna lagi...akan jauh lebih lemah
dari manusia2 biasa yang tidak mengenal ilmu silat...!
Si pengemis tua yang memiliki gelaran "Si Pukulan Tanpa
Tandingan" itu, telah berdiri tenang sambil memperdengarkan
suara tertawanya yang parau, diapun telah berkata: “Pergilah
kalian menggelinding ....! Apakah itu belum cukup dan kalian
meminta tambahan lagi ....?"
Orang2 itu jadi tambah ketakutan, mereka berusaha untuk
berdiri dengan tubuh menggigil menahan sakit dan muka yang
pucat pias ..... kemudian ber-ingsut2 meninggalkan hutan itu
dengan bersusah payah, karena mereka sudah tidak bisa berdiri
tegak dengan tulang punggung yang telah terhajar patah dan
hancur itu.....
Sejak tadi Sin Han hanya mengawasi dengan pandangan
mata takjub, dia melihat betapa pengemis tua itu sangat sakti
sekali. Puluhan orang itu dengan mudah dibuatnya tidak
berdaya. Bahkan sekarang Sin Han melihatnya, betapa
pengemis tua itu ditakuti sekali oleh orang2 tersebut .....
dengan sendirinya anak tersebut telah men-duga2, entah siapa
pengemis tua yang sakti ini .....
Si pengemis tua itu telah menoleh kepada Sin Han, sambil
tersenyum ramah dan tanpa memperdulikan orang2 yang
tengah beringsut pergi itu, dia telah berkata sabar : “Sin Han,
apakah kau telah makan ? Tampaknya kau letih sekali...!"
Sambil berkata begitu, tampak si pengemis telah
mengeluarkan sepotong kuwe kering dari sakunya. Tetapi
kuwe itu dekil dan kotor sekali.
Disodorkannya kuwe kering itu kepada Sin Han, dan anak
itu telah memandang ragu kepada kuwe tersebut. Memang
perutnya lapar sekali, tetapi melihat bentuk kuwe yang tidak
keruan serta dekil dan kotor sekali, tentu saja Sin Han tidak

Koleksi kang zusi.com 21


bisa menerimanya. Sebelum memakannya saja dia sudah
merasa jijik. Namun hal itu tentu saja bisa menyinggung
perasaan si pengemis, maka dia telah menolaknya dengan halus
: “Terima kasih locianpwe... aku masih kenyang, untukmu
saja...!"
Muka si pengemis tiba2 berobah, dia telah mengeluarkan
suara tertawa dingin.
“Dasar bocah tidak tahu diri dan tidak mengenal budi !"
katanya kemudian dengan suara yang dingin, mengandung
kemendongkolan, tampaknya dia benar2 tersinggung, karena
sebagai seorang tua yang berpengalaman, dia mengetahui Sin
Han telah berdusta.
“Plukk !" kuwe kering itu tahu2 telah dibantingnya ditanah,
sehingga membuat Sin Han terkejut, dan anak ini jadi lebih
terkejut lagi waktu mengangkat kepalanya dan melihat muka
pengemis tersebut yang merah padam karena marah.
“Maafkan lojinke...bukan aku menampik pemberian
lojinke, tetapi benar2 aku tidak berselera untuk makan..!" dan
Sin Han hanya bisa berkata sampai disitu saja, karena dia telah
ketakutan dan menangis sesenggukan.
Si pengemis menghela napas.
“Anak tidak mengenal budi !" katanya lagi. “Kau melihat
pakaianku yang butut, dan juga kuweku yang butut itu,
sehingga engkau tidak memandang mata kepadaku, heh ?"
“Mana...mana berani ?" sahut Sin Han.
“Hemm, rupanya engkau memang hendak menghina aku,
bukan ?" tanya pengemis itu. “Aku berkasihan melihat engkau,
aku menolongimu dari kejaran manusia2 jahat itu, tetapi
nyatanya engkau bukannya berterima kasih, justru telah
menghina aku !" kata si pengemis itu lagi.

Koleksi kang zusi.com 22


Sin Han jadi berduka sekali, dia bingung bukan main
menghadapi sikap pengemis ini yang cepat sekali tersinggung.
Karena bingung Sin Han telah menekuk kedua kakinya, dia
telah berlutut dihadapan si pengemis, dan meng-angguk2kan
kepalanya berulang kali, sambil menangis dia telah bilang :
“Maafkanlah lojinke, aku sangat berterima kasih sekali atas
pertolongan lojinke, dan budi lojinke tidak mungkin aku lupa-
kan ..... tetapi ..... tetapi ..... memang sebenarnya aku masih .....
masih ....!" Dan Sin Han tidak bisa meneruskan kata2nya itu,
dia telah menangis lagi sesenggukan.
“Masih kenapa ?" tanya si pengemis tua Sin Kun Bu Tek
dengan suara yang keren, tampaknya dia masih belum lenyap
perasaan mendongkolnya.
”Aku tidak lapar, lojinke...!" kata Sin Han. “Dan aku sama
sekali tidak memiliki maksud untuk menyinggung perasaan
Lojinke....!"
“Hemm..!" mendengus pengemis tua itu dengan suara yang
dingin. “Jika demikian, engkau ingin mengatakan, karena kuwe
itu bau dan butut, maka engkau tidak bersedia untuk
memakannya karena jijik, bukan ?"
Sin Han berdiam diri, dia tidak tahu bagaimana harus
menjawabnya.
“Baiklah,” kata orang tua itu kemudian. “Engkau telah
menolak kebaikanku, menolak kuweku itu, berarti engkau tidak
membutuhkan bantuan dan pertolongan, maka kelak jika ada
sesuatu yang terjadi lagi pada dirimu, aku tidak perlu
mengulurkan tangan memberikan pertolongan kepadamu...!"
Sin Han menunduk, hatinya jadi semakin sedih saja, dan air
matanya telah mengucur deras.
Tetapi si pengemis tua Sin Kun Bu Tek sudah tidak
memperdulikannya, pengemis tua itu telah memutar tubuhnya

Koleksi kang zusi.com 23


untuk berlalu, meninggalkan Sin Han yang saat itu masih ber-
lutut dengan air mata yang berlinang dipipinya......
Hujan masih turun deras, sedangkan si pengemis telah
menyelinap dibalik sebatang pohon dan tidak terlihat lagi
bayangannya, per-lahan2 Sin Han telah bangkit berdiri, dia
telah berjalan lesu tanpa semangat.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah menolong dia dari
ancaman bahaya pengejar2nya, dia memang ingat akan budi
yang diberikan oleh pengemis itu. Tetapi Sin Han melihat sikap
dan watak sifat pengemis itu agak aneh, yaitu cepat sekali
tersinggung, telah memberikan kesan yang kurang baik
padanya.
Dia telah berjalan terus tanpa mengetahui kemana dia harus
pergi, karena Sin Han memang tidak memiliki tujuan. Dia
membiarkan kedua kakinya itu melangkah sekehendaknya, dan
dia juga membiarkan tetesan air hujan yang menyirami
mukanya, dia tidak menyusut atau menghapusnya, karena dia
seperti juga sudah tidak memiliki semangat..... dia berjalan
terus dengan langkah kaki yang gontai......
Waktu Sin Han tiba dipermukaan hutan yang lainnya
disebelah barat, hujan masih turun deras, tetapi Sin Han tidak
memperdulikannya, dia berjalan terus dengan langkah yang
per-lahan2, sedangkan air hujan telah membasahi sekujur
tubuhnya....
Waktu Sin Han tengah berjalan begitu, tiba2 dia merandek,
menahan langkah kakinya.
Samar2 dia mendengar suara tertawa yang panjang dan
menyeramkan sekali, suara tertawa itu menimbulkan perasaan
yang mengerikan, karena didalam suara tertawa itu seperti
mengandung hawa pembunuhan....

Koleksi kang zusi.com 24


Saat itu tubuh Sin Han telah menggigil karena menahan
perasaan takut, dia telah mengawasi kesekelilingnya. Anak ini
rupanya kuatir kalau2 orang2 yang tadi me-ngejar2 dirinya itu
akan datang pula mengganggunya. Dan Sin Han telah ber-siap2
untuk berlari kalau saja ada orang2 yang hendak
mencelakainya.
Tetapi disekitar tempat itu tidak terlihat seorang
manusiapun juga, dan hanya suara tertawa yang menyeramkan
itu belaka terdengar semakin nyaring dan jelas.
Sin Han telah menghela napas.
“Kematian memang tidak perlu ditakuti, mengapa aku
harus di-kejar2 oleh perasaan takut ! Jika memang aku telah
ditakdirkan untuk mati ditangan orang2 itu, mengapa aku harus
takut ? Bukankah jika aku mati, berarti aku bisa berkumpul
dengan ayahku ? Dan hal itu bukankah sangat
menggembirakan sekali ?"
Karena berpikir begitu, hati Sin Han agak tenang, dia telah
mengawasi sekelilingnya.
Tetapi tetap Sin Han tidak melihat seorang manusiapun
juga, hanya disaat itu terlihat diantara kegelapan malam,
cahaya putih yang berkilauan dari tempat yang agak jauh.
Sin Han heran, cahaya itu cukup menarik perhatian, dan dia
men-duga2 entah cahaya apa itu yang terlihat cukup jauh.
Setelah berdiri sejenak, dan cahaya itu tetap kelihatan,
begitu pula suara pekik atau jerit yang diselingi suara tertawa
yang menyeramkan tetap terdengar, Sin Han telah
mengayunkan langkah kakinya menghampiri tempat itu.
Karena dia jadi tertarik ingin mengetahui benda apakah yang
bisa mengeluarkan cahaya berkilauan itu, dan suara jeritan
serta tertawa menyeramkan itu, entah suara siapa ..... karena

Koleksi kang zusi.com 25


baru saja mengalami ketegangan, maka kali ini hati Sin Han
agak tabah, dia telah menghampiri terus mendekati cahaya itu.
Setelah berada dekat dengan cahaya itu, Sin Han berlaku
lebih waspada. Dia mengawasinya dengan mata memandang
kesekitar tempat tersebut. Tidak ada seorang manusiapun juga.
Hanya suara tertawa dan jerit yang menyeramkan itu tetap
didengarnya semakin jelas dan dekat.
Sin Han tahu, tentunya orang yang mengeluarkan suara
tertawa maupun jerit yang menyeramkan itu bukan sebangsa
manusia baik2, tetapi perasaan ingin tahunya, dan juga karena
dia memang tidak memiliki tujuan, maka Sin Han semakin
mendekati dari arah mana sinar berkilauan itu terlihat.
Disaat itu, tampak dikejauhan sinar berkilauan itu semakin
jelas dan kadang kala lenyap ditelan kegelapan malam, lalu
tampak pula.
Hati Sin Han jadi berdebar juga waktu telah berada dekat
dengan tempat dimana terpantul cahaya berkilauan itu. Dia
maju lagi mendekati, tetapi tiba2 tubuhnya jadi menggigil,
perasaan takut menyelinap kedalam dirinya, karena dia melihat
dibawah sebatang pohon, tampak tumpukan tulang2 tengkorak
manusia..... tulang2 itu merupakan tulang tangan dan kaki,
yang ditumpuk meninggi sampai setengah tombak ! Tulang2
tersebutlah yang memancarkan sinar berkilauan.......
Sepasang mata Sin Han terpentang lebar2, dia telah
mengawasi dengan hati yang tergoncang keras sekali,
disamping itu diapun telah melihat jelas, bahwa tulang2
tengkorak dari tangan dan kaki manusia itu banyak sekali
jumlahnya. Suara tertawa yang menyeramkan masih sempat
didengarnya satu kali, setelah itu lenyap dan keadaan disekitar
tempat itu kembali sepi dan sunyi sekali.
Sin Han telah menghela napas.

Koleksi kang zusi.com 26


“Entah ..... siapa yang mengumpulkan tulang2 kerangka
tangan dan kaki manusia ini ?" berpikir Sin Han didalam
hatinya, perasaan takut yang luar biasa telah meliputi diri anak
ini.
Tetapi baru saja dia berpikir sampai disitu, tiba2 dari arah
belakangnya dia merasakan samberan angin yang keras dan
dingin sekali.
“Dukk !" tahu2 punggungnya telah terhajar keras sekali
oleh sesuatu, menimbulkan perasaan sakit yang bukan main,
disusul dengan tubuhnya yang telah terjerambab dan jatuh
terjerunuk, sehingga dari hidungnya mengucurkan darah, anak
ini jadi menjerit kesakitan.
Dengan merangkak Sin Han kemudian bangkit berdiri, dia
telah memandang kesekelilingnya. Tetapi tidak ada seorang
manusiapun disekitar tempat itu. Dan seketika itu pula dia jadi
teringat kepada 'hantu', karena melihat kembali tumpukan
tulang kerangka tangan dan kaki manusia yang menggunung
itu, tubuhnya jadi menggigil ngeri dan dia bergidik dengan
bulu tengkuk berdiri meremang....
Tetapi sedang Sin Han berdiri diam ber-siap2 untuk berlari
lagi, tiba2 dia merasakan dari arah belakangnya telah
menyambar lagi angin yang keras, dan seperti tadi,
punggungnya telah terhajar pula dengan keras, membuat dia
terjerambab pula tanpa berdaya.
Cepat2 Sin Han melompat bangun dengan mempergunakan
sisa tenaganya, dia telah memutar tubuhnya untuk melihat
kebelakangnya, tetapi tetap dia tidak melihat seorang manu-
siapun juga.
Keadaan disekitar tempat itu gelap pekat dengan air hujan
yang turun masih deras sekali, saat itu menjelang tengah
malam.

Koleksi kang zusi.com 27


Tentu saja hal ini membuat Sin Han tambah ketakutan,
lututnya dirasakan lemas. Dengan mengerahkan seluruh sisa
tenaganya, dia mementang kakinya untuk berlari lagi.
Tetapi belum lagi dia berhasil mewujudkan maksud hatinya
itu, dari arah belakangnya telah menyambar pula angin
serangan yang kuat sekali, angin serangan itu menimbulkan
perasaan sakit, sebab Sin Han merasakan punggungnya seperti
juga dibentur benda keras.
“Bukkkk !" tubuh anak itu terguling lagi ditanah, bahkan
jauh lebih hebat dari yang tadi dialaminya, karena itu tubuhnya
terguling sejauh beberapa tombak, ber-guling2 dengan
menderita kesakitan yang sangat hebat.
Waktu itu, Sin Han tidak bisa segera bangkit berdiri, dia
merangkak dengan menahan sakit, tetapi tubuhnya telah rubuh
terguling di tanah dan tidak sanggup untuk berdiri, dia hanya
bisa mengeluarkan suara rintihan belaka.
Terdengar suara tertawa yang sangat menyeramkan sekali,
suara itu terdengar menyakitkan pendengaran telinga, seperti
me-nusuk2, bahkan nada suara tertawa itu mengandung hawa
pembunuhan yang mengerikan sekali.
Sin Han berusaha untuk bangkit pula, sebetulnya dengan
menderita kesakitan hebat seperti itu, Sin Han sudah tidak
sanggup mempertahankan diri dan akan pingsan.
Namun mendengar suara tertawa yang menyeramkan itulah
membuat Sin Han jadi ketakutan setengah mati, dan perasaan
takutnya itu yang telah membuat Sin Han jadi mempertahankan
dirinya tidak sampai rubuh pingsan. Dia masih berusaha
merangkak berdiri untuk melarikan diri.
Sayangnya tenaganya seperti telah terbang meninggalkan
raganya, dan kedua kakinya seperti tidak mau menuruti

Koleksi kang zusi.com 28


perintahnya, dimana kedua kakinya itu telah gemetaran karena
sudah tidak bertenaga sama sekali.
Hal ini telah membuat Sin Han jadi mengeluh.
“Habislah aku kali ini, tentu tulang2 tangan dan kakiku
akan menjadi tumpukan di tulang2 itu juga....!" berpikir anak
ini dengan hati yang ber-debar2.
Suara tertawa yang mengerikan itu telah berhenti,
kemudian terdengar suara teguran yang menyeramkan, “Anak
busuk, apa maksudmu ber-indap2 datang kemari ingin
mengintai ?”
Sin Han menguatkan hatinya, dia menoleh kesekelilingnya.
Kosong, tetap tidak terlihat seorang manusiapun juga disekitar
tempat itu.
Tetapi waktu dia menoleh kearah belakangnya, diantara
tumpukan tulang2 kerangka tangan dan kaki itu, semangatnya
seperti terbang meninggalkan raganya, tubuhnya jadi lemas.
Diantara derai air hujan yang deras itu dilihatnya sesosok tubuh
hitam berdiri tegak, dengan rambut yang riap2an tidak teratur
dan pakaian serba hitam, serta wajah yang menyeramkan.
Sepasang mata yang besar dengan bentuk yang agak aneh dan
juga dengan sinarnya yang tajam menakutkan, tengah menatap
dan memandangi dirinya. Tentu saja hal itu telah membuat Sin
Han mengeluarkan suara keluhan tertahan, dan telah rubuh
pingsan.......
“Hemm.....!" sosok tubuh itu telah mendengus dengan
suaranya yang dingin, dia telah mengibaskan lengan bajunya,
maka dari lengan bajunya itu telah menyambar keluar angin
serangan yang menyampok kearah tubuh Sin Han.
Tubuh anak itu terpental, tetapi waktu terbanting ditanah,
justru dia telah tersadar dari pingsannya, karena sampokan
angin kibasan lengan baju itu menotok jalan darah Hiat Kung

Koleksi kang zusi.com 29


Hiat didekat pinggangnya, sehingga dia tersadar dari
pingsannya.
Waktu Sin Han membuka matanya, yang per-tama2
dilihatnya adalah sosok tubuh hitam dengan rambut yang
riap2an itu, makluk yang mengerikan sekali. Sin Han
mengeluarkan suara keluhan, dan rebah lemas tanpa sanggup
berdiri.
“Anak busuk, cepat katakan, siapa namamu ?" bentak
makluk menyeramkan itu dengan suaranya yang sember dan
menakutkan sekali. Dan dia juga telah mengulurkan tangan
kanannya menjambak baju didada sianak ini, kemudian
diangkatnya sehingga tubuh Sin Han tergantung ditengah
udara.
Tentu saja Sin Han jadi tambah ketakutan, sebab dia telah
dapat melihat dengan jelas wajah orang yang menyeramkan itu,
karena jarak mereka jadi dekat sekali.
Disaat itulah Sin Han telah berkata dengan suara gemetar :
“Ampun...ampun...aku tidak bermaksud mengintai...!" katanya
dengan ter-bata2.
“Hemm...!" makluk menyeramkan itu telah mendengus
dengan suara yang dingin sekali, dan air hujan yang turun
tampaknya tidak dihiraukan. “Telah sepuluh tahun aku berdiam
ditempat ini, dan tidak seorang manusiapun kuijinkan
menginjakkan kakinya ditempat ini! Siapa yang datang, berarti
orang itu harus mampus ! Lihatlah, telah berapa banyak orang
yang kubinasakan ..itulah tulang2 mereka...!"
Sambil berkata begitu, makluk menyeramkan tersebut telah
menunjuk kearah tumpukan tulang2 kerangka tangan dan kaki.
Tubuh Sin Han jadi menggigil tambah ketakutan saja.

Koleksi kang zusi.com 30


“Kau .... kau manusia atau..... atau ....." tetapi Sin Han tidak
bisa meneruskan perkataannya, karena dia benar2 ketakutan
sekali.
“Kau ingin bertanya apakah aku ini manusia atau hantu,
bukan ?" kata orang itu menyanggapi perkataan Sin Han.
“Hemm, hemm,” dan setelah tertawa dingin mengejek seperti
itu, makluk menyeramkan tersebut telah mengangkat tubuh Sin
Han tinggi2, dia menggerakkan tangannya dan telah
membanting tubuh Sin Han keras sekali diatas tanah.
Tentu saja Sin Han jadi kesakitan luar biasa, anak ini
sampai mengeluarkan suara jeritan yang keras sekali.
Sedangkan makluk menyeramkan itu telah berkata tanpa
memperdulikan penderitaan Sin Han : “Kau boleh menganggap
aku sebagai manusia, boleh ! Menganggap aku sebagai hantu,
juga boleh !" dingin sekali suaranya.
Semangat Sin Han benar2 telah terbang meninggalkan
raganya, dan anak ini juga menyadarinya bahwa kematian
sudah terbayang diambang mata.
Maka dari itu, dia telah mengeluh dan memejamkan
matanya, saking ketakutan dia sudah tidak bisa ber-kata2 atau
juga menatap ke makluk menyeramkan itu.
Melihat sikap Sin Han, makluk menyeramkan tersebut yang
memelihara rambut riap2an menutupi sampai kepundaknya,
telah mengeluarkan suara tertawa dingin, tahu2 dia telah
menggerakkan tangannya, dan telah berkata sambil mengibas :
“Bangun !" tubuh Sin Han telah tersampok oleh segumpalan
tenaga kibasan yang sangat kuat sekali. Disaat itulah, dengan
cepat sekali kibasan itu membuat tubuh Sin Han jadi terapung,
dan kemudian ambruk terbanting diatas tanah lagi dengan keras
sekali, sehingga Sin Han merasakan kepalanya pusing dan
matanya ber-kunang2.

Koleksi kang zusi.com 31


Dalam keadaan demikian, makluk menyeramkan itu telah
membentak lagi : “Bangun ! Bangun ! Ayo berdiri !"
Sin Han memaksakan dirinya untuk merangkak berdiri, dia
telah merasakan tulang2 ditubuhnya pada ngilu, tetapi karena
sangat ketakutan, anak ini bisa juga berdiri, walaupun dengan
kedua lutut yang menggigil keras.
“Bagus ! Sekarang engkau harus dicopoti tulang tangan dan
kakimu....!" kata makluk itu.
“A...apa ?" tanya Sin Han dengan suara tersendat, dia kaget
bukan main.
Dalam keadaan demikian, tentu saja Sin Han tidak berdaya.
Tetapi mendengar tulang tangan dan tulang kakinya ingin
dicopoti oleh makluk mengerikan tersebut, telah membuat Sin
Han disamping ketakutan, juga jadi gugup dan kaget...betapa
hebat jika sampai benar2 tulang kaki dan tangannya itu
dicopoti oleh makluk tersebut, tentu dia akan menderita sekali,
apalah artinya untuk hidup terus ?
Sin Han telah memejamkan matanya, dia telah jadi nekad.
“Jika engkau ingin membunuhku, bunuhlah !" katanya
dengan nekad.
Mendengar perkataan anak itu, mendadak makluk
menyeramkan itu telah mengeluarkan suara tertawa yang
sangat menakutkan sekali, dia telah mengeluarkan suara
seruan, dan tahu2 tubuhnya berkelebat seperti bayangan.
“Bukkk !!" tahu2 pundak Sin Han kena dipukulnya dengan
tepukan telapak tangan, sakitnya luar biasa, Sin Han sampai
merintih kesakitan, tubuhnya juga telah terhuyung, kemudian
terguling ambruk diatas tanah, diair yang menggenang,
sehingga mukanya juga telah berlepotan dengan air lumpur itu.
“Bocah busuk, engkau harus menuruti perintahku !" Dan
setelah berkata begitu, tampak makluk menyeramkan tersebut
Koleksi kang zusi.com 32
telah menggerakkan tangannya, dia bermaksud akan mencekal
tangan Sin Han, dan akan menariknya dengan kuat, untuk
mencopoti tulang tangan anak tersebut.
Sin Han telah memejamkan matanya, tetapi disaat itu dia
merasakan cekalan tangan makluk itu semakin keras dan
menimbulkan sakit ditangannya, mendadak didengarnya suara
bentakan dari makluk menyeramkan tersebut, seperti seruan
kaget. Kemudian Sin Han merasakan cekalan tangan makluk
tersebut telah mengendor dan terlepas, sehingga mengherankan
Sin Han.
Cepat2 Sin Han membuka matanya, dia melihat makluk
menyeramkan itu telah berdiri menghadapi kearah sebatang
pohon sambil membentak bengis, “Siapa yang telah main2 dan
bergurau dengan Kim Kut Mo Sat ?”
Suara teguran itu sangat seram sekali, nada suaranya
mengandung kegusaran yang sangat. Makluk menyeramkan itu
telah membahasakan dirinya dengan gelaran Kim Kut Mo Sat
(Iblis Tulang Emas).
Ternyata waktu Kim Kut Mo Sat mencekal tangan Sin Han,
dan bermaksud menarik tangan anak itu untuk dicopotinya dari
tubuh Sin Han, tahu2 dari arah belakangnya telah menyambar
sepotong batu kecil.
Dan tentu saja samberan batu kecil itu bukan merupakan
samberan biasa saja, karena samberan batu itu mengandung
kekuatan yang sangat dahsyat sekali.
Tetapi karena Kim Kut Mo Sat memang memiliki
kepandaian yang tinggi, disamping tubuhnya yang gesit, maka
dia dapat bergerak dengan lincah dan gesit sekali, kemudian
telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring, tahu2 dia
telah memutar tubuh sambil memiringkan pundaknya, sehingga
samberan batu itu mengenai tempat kosong.

Koleksi kang zusi.com 33


Kim Kut Mo Sat telah menjadi marah, dia tahu bahwa ada
seseorang yang telah menyerang dia.
Itulah sebabnya dia batal mencopotkan tangan Sin Han dan
telah membalikkan tubuhnya memandang bengis kepada
tempat dari mana menyambarnya batu yang menyerang
punggungnya tadi.
Terdengar suara tertawa mengikik perlahan, kemudian
disusul kata2 mengejek : “Kukira Kim Kut Mo Sat merupakan
makluk menakutkan yang memiliki kepandaian tinggi, tidak
tahunya nama yang digempari itu hanyalah nama kosong
seperti gentong belaka.....!"
Itulah suara ejekan yang sangat meremehkan sekali,
sehingga membangkitkan kemurkaan makluk menyeramkan
itu.
“Wutttt ...!" tahu2 tangan kanannya telah digerakkan, dari
telapak tangannya itu menyambar angin serangan yang sangat
kuat sekali, kearah mana suara itu berasal.
“Bukk !" kuat luar biasa angin serangan itu telah menghajar
batang pohon bagian atas, tetapi tidak terlihat sesuatu apapun
juga.
Makluk menyeramkan itu hanya melihat batang pohon itu
ber-goyang2, dan dia jadi semakin marah serta mendongkol.
Dengan cepat dia telah mengeluarkan suara bentakan dan telah
melancarkan serangan pula beberapa kali. Tetapi hanya batang
pohon itu saja yang ber-goyang2. Daun2 pohon dan juga air
hujan telah meluruk jatuh ketanah.
Selain dari itu, tidak terlihat sesuatu apa pun juga. Tentu
saja makluk menyeramkan Kim Kut Mo Sat jadi tambah
penasaran dan mendongkol bukan main.
“Mengapa harus main sembunyi2 begitu, jika memang
seorang gagah, keluarlah memperlihatkan tampang...!" bentak

Koleksi kang zusi.com 34


Kim Kut Mo Sat dengan suara yang bengis. “Aku akan
memperlihatkan apakah Kim Kut Mo Sat memang hanya
menang nama saja...!"
“Nama kosong, kepandaian kosong !" teriak suara yang
disertai tertawa mengejek. “Itulah dinamakan gentong kosong,
simanusia bodoh ..... hihihi, masih ingin pentang mulut se-
lebar2nya mengeluarkan angin busuk.., sungguh lucu…
Seorang Kim Kut Mo Sat hanya berani kepada seorang anak
kecil yang tidak berdaya .....!!"
Tubuh Kim Kut Mo Sat jadi menggigil keras sekali, dia
diliputi kemarahan yang sangat. Dengan mata yang jalang dan
bersinar tambah mengerikan, dia telah membentak dengan
keras sekali, “Jika engkau tidak ingin memperlihatkan diri, aku
tentu akan melakukan sesuatu ..... dan engkau nanti jangan me-
-ngatakan aku keterlaluan ! Aku akan memaksa kau keluar !"
“Hihihihi, jika memang benar2 engkau sanggup
melakukannya, mengapa engkau tidak menjalankannya !!?"
terdengar suara menantang itu.
Tentu saja kemarahan si makluk menyeramkan Kim Kut
Mo Sat sudah melewati takaran, sehingga dengan
mengeluarkan raungan murka, tahu2 tubuhnya telah melompat
kearah dari mana datangnya suara itu, yaitu dari puncak
sebatang pohon di balik daun2 pohon yang lebat itu, sambil
melompat dia mengayunkan kedua tangannya silih berganti
dengan beruntun, dan dari tangannya itu mengeluarkan angin
yang kuat sekali, sehingga terdengar suara Bukk, bukk, buk,
beberapa kali, dibarengi juga dengan rontoknya sebagian daun
daun pohon itu, disertai juga dengan butir2 air hujan yang
semula berada di-sela2 daun2 pohon tersebut.
Orang yang bersembunyi dibalik daun2 pohon yang rimbun
itu rupanya tidak menyangka Kim Kut Mo Sat akan
melancarkan serangan sehebat ini, dengan sendirinya dia jadi

Koleksi kang zusi.com 35


mengeluarkan teriakan kaget, dan tubuhnya telah cepat2
melompat mundur dari tempat bersembunyinya. Dia gesit
sekali, belum lagi tiba angin serangan itu, dia telah melompat
ke puncak pohon yang lainnya, yang berada disebelah
kanannya.
Tetapi Kim Kut Mo Sat yang tengah diliputi oleh hawa
kemarahan, telah melancarkan serangan berikutnya tanpa
menanti tubuhnya meluncur turun. Kedua tangannya itu telah
digerakkan beruntun beberapa kali, dari kedua tangannya itu
telah keluar angin serangan yang sangat dahsyat sekali.
Disaat itulah dia telah melihat sesosok tubuh kecil yang
pindah kepohon lain, maka dia mendesak terus.
Beberapa kali hal itu terjadi, dan akhirnya rupanya sosok
tubuh itu tidak bisa mengelakkan diri lagi dari serangan Kim
Kut Mo Sat, dia telah mengeluarkan suara dengusan dingin,
dan menangkisnya waktu berada disalah satu cabang pohon.
“Bukkkk !" dua kekuatan telah saling bentur, dan Kim Kut
Mo Sat telah meluncur turun ke tanah. Tetapi sosok tubuh itu
sendiri tidak bisa mempertahankan dirinya, dia telah tergelincir
dari batang pohon itu, tubuhnya meluncur turun ke tanah juga.
Sosok tubuh itu telah mengeluarkan seruan agak heran dan
kaget, tetapi dia juga liehay, maka dia telah berjumpalitan dan
hinggap ditanah tanpa kurang suatu apapun juga.
Kim Kut Mo Sat sebetulnya saat itu telah menggerakkan
kedua tangannya, karena dia telah ber-siap2 ingin melancarkan
serangan susulannya lagi.
Tetapi ketika melihat orang yang berada dihadapannya itu,
dia jadi tertegun.
Sepasang matanya yang memang telah besar bentuknya itu,
jadi dipentang lebih besar dan lebar, memancarkan sinar yang
menakutkan sekali.

Koleksi kang zusi.com 36


”Kau...?" tanyanya dengan suara tertahan.

Sosok tubuh kecil yang meloncat turun dari cabang pohon


itu ternyata seorang gadis kecil yang berusia diantara belasan
tahun, mungkin baru sebelas tahun, wajahnya kecil mungil
berpotongan kuaci, manis sekali. Matanya juga memancarkan
sinar yang bening, mulutnya yang kecil manis itu tersenyum
dengan sikap yang meremehkan simakluk menyeramkan Kim
Kut Mo Sat, tidak sedikitpun diperlihatkan olehnya perasaan
takut atau jeri kepada makluk menyeramkan yang tukang copot
tulang ini.

Koleksi kang zusi.com 37


Semula Kim Kut Mo Sat menduga bahwa lawannya itu
adalah seorang akhli silat yang sakti, seorang yang telah lanjut
usia. Maka bisa dibayangkan perasaan herannya waktu dia
melihat bahwa yang berdiri dihadapannya ini, yang telah
mempermainkan dirinya adalah seorang gadis kecil yang masih
bau susu.....!
Gadis kecil itu telah tertawa cekikikan lagi dengan suaranya
yang jenaka, dia telah berkata dengan suara yang dingin : “Kau
yang bergelar Kim Kut Mo Sat bukan ? Nah, sekarang engkau
telah membuktikan bukan, bahwa engkau tidak memiliki
kepandaian apa2 yang luar biasa...bukankah menghadapi
diriku, si kecil nakal ini engkau tidak berdaya apa2...?"
Dan setelah berkata begitu, si gadis kecil yang jenaka ini
telah tertawa cekikikan lagi.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 2
KIM KUT MO SAT sebetulnya sangat marah sekali, tetapi
dia menindih perasaan gusarnya itu.
“Siapa kau? Dan siapa gurumu ?" tegurnya dengan suara
menyeramkan.
“Aku? Kau menanyakan diriku? Aku tidak keberatan
memberitahukan kepadamu namaku! Ayahku biasanya
memanggil aku dengan sebutan Lian-jie (anak-Lian), engkau
boleh juga memanggil aku dengan sebutan itu ! Tetapi jika
engkau ingin mengetahui siapa guruku, hal itu tidak bisa
kuberitahukan, nanti engkau mendengar nama guruku, tentu
ter-kencing2 karena ketakutan......"

Koleksi kang zusi.com 38


Mendengar perkataan si gadis kecil yang jenaka dan nakal
ini, yang mengejeknya terang2an, tentu saja Kim Kut Mo Sat
jadi tambah mendongkol.
“Gadis kecil kurang ajar, terimalah serangan !" bentaknya
bengis, karena dia sudah tidak bisa mempertahankan
kemarahan yang meliputi hatinya. Dengan cepat dia telah
menerjang maju dengan gerakan yang sulit diikuti oleh
pandangan mata. Dia telah melancarkan serangan dengan
sekaligus, menggerakkan kedua tangannya, dari kedua telapak
tangannya itu telah mengalir keluar tenaga yang kuat sekali,
tetapi berbedaan sifatnya. Jika tangan kanannya meluncur
dengan mengeluarkan angin serangan yang berhawa panas,
justru tangan kirinya telah meluncur mengeluarkan angin
serangan dengan hawa yang dingin.
Tentu saja cara menyerang dari mahluk menyeramkan
tersebut merupakan serangan yang mematikan, itulah semacam
ilmu yang luar biasa sekali, yang mengandung hawa yang
membawa maut.
Tetapi gadis cilik itu benar2 nakal, sama sekali dia tidak
memperlihatkan perasaan takut. Tampaknya gadis kecil ini
mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, dia telah
melompat kesamping sambil mendengarkan tawanya yang
keras, suara tertawa yang bercampur dengan ejekan.
“Hanya begini saja pukulan yang kau miliki ?" tanyanya
dengan diiringi suara tertawa cekikannya.
tubuh Kim Kut Mo Sat jadi menggigil keras karena
menahan kegusaran hatinya. Baru kali ini seumur hidupnya dia
mengalami ejekan seperti itu, dan juga baru kali ini seumur
hidupnya dia diejek oleh orang secara berdepan, bahkan
sekarang yang mengejeknya itu tidak lain dari seorang gadis
kecil. Dengan mengeluarkan suara raungan keras, dia telah

Koleksi kang zusi.com 39


mengeluarkan jurus yang sangat diandalkannya, yaitu pukulan2
yang mengandung kekuatan yang luar biasa sekali.
Kemudian dia telah menggerakan tenaga lweekangnya
sebanyak empat bagian, untuk melancarkan serangan dengan
bergantian mempergunakan tangan kiri dan tangan kanannya,
karena itu dia sebentar menyerang dengan mempergunakan
hawa Im (dingin), sekali2 dia menyerang dengan hawa Yang
(panas).
Itulah ilmu yang biasa disebut sebagai Im Yang Mo Sat,
tenaga Iblis Dingin dan Panas.
Tentu saja ilmu yang telah dilatihnya empat puluh tahun
itu, merupakan ilmu yang sangat dahsyat.
Sepuluh tahun yang lalu, dia pernah menjagoi seluruh
daratan Tionggoan, namanya sangat terkenal dan ditakuti.
Tetapi suatu kali dia bertemu dengan seorang pandai, mereka
bertempur selama tiga hari tiga malam, akhirnya Kim Kut Mo
Sat kena dirubuhkan pendekar sakti itu, dan sejak saat itulah
Kim Kut Mo Sat hidup menyepi menyendiri, dia mengasingkan
diri karena dia bermaksud untuk lebih menyaksikan ilmunya
itu.
Selama sepuluh tahun dia telah berlatih keras, dengan tekad
untuk nanti mencari pendekar sakti yang telah merubuhkannya
itu, dia bermaksud menantangnya lagi untuk bertempur.
Tetapi sekarang, dia bertemu dengan gadis cilik ini, dan
dirinya telah dipermainkannya, dengan sendirinya telah
membuat Kim Kut Mo Sat tambah gusar. Dengan
mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, dia telah
menggerakkan tangan kiri dan tangan kanannya dengan
serentak, angin serangan yang meluncur keluar itu
menimbulkan hawa yang panas dan dingin, sehingga mendesak
keras kepada si gadis kecil.

Koleksi kang zusi.com 40


Tetapi tidak satupun serangan dari Kim-Kut Mo Sat itu
berhasil menyentuh tubuh gadis kecil itu, karena tampaknya
gadis kecil yang jenaka itu, yang mengakui dirinya biasa
dipanggil dengan Lian-jie (anak Lian itu) telah mengandalkan
sekali kegesitannya, tubuhnya me-lompat2 kian kemari dengan
cepat sekali, sehingga setiap serangan yang dilancarkan
lawannya selalu dapat digagalkannya.
Dalam keadaan demikian, semakin lama Kim Kut Mo Sat
selain penasaran, juga semakin diliputi oleh hawa nafsu
membunuh.
Telah beberapa kali dia mendesak si gadis dengan pukulan2
yang kuat dan mematikan, tetapi selalu gadis kecil jenaka itu
berhasil mengelakkannya.
Hal ini telah membuktikan bahwa gadis kecil itu tidak
mudah dirubuhkan, sehingga darah dari Kim Kut Mo Sat terasa
naik memenuhi tempurung kepalanya akibat kemarahan yang
me-luap2, dia berulang kali telah mengeluarkan suara seruan2
penasaran.
Disaat itulah si gadis kecil itu telah berkata dengan suara
yang mengejek : “Sekarang ini apa yang hendak engkau bilang
? Telah terbukti, bukan ? Bahwa engkau memang tidak
memiliki kepandaian yang berarti ?! Dan Kim Kut Mo Sat
hanya merupakan nama kosong belaka.......!"
Mendengar ejekan gadis kecil jenaka itu, telah membuat
Kim Kut Mo Sat jadi bertambah marah.
Dia telah melihatnya selama bertempur beberapa jurus itu,
bahwa kepandaian si gadis tidak seberapa, mungkin tidak ada
sepersepuluh dari kepandaiannya sendiri. Tenaga yang dimiliki
gadis kecil itupun tidak begitu besar. Tetapi yang sangat
mengherankan sekali si gadis kecil itu memiliki kelincahan
yang luar biasa.

Koleksi kang zusi.com 41


Dengan sendirinya telah membuat Kim-Kut Mo Sat jadi
me-nerka2 entah gadis kecil ini murid siapa......
Telah dilihat dan diperhatikannya sejak tadi gerakan2 si
gadis kecil, tetapi dia tidak berhasil mengenali ilmu silat
perguruan mana yang dipergunakan gadis kecil itu. Sebetulnya
Kim Kut Mo Sat sangat tajam matanya, dia berpengalaman
sekali, hampir seluruh jago2 sakti didaratan Tionggoan
diketahui ilmu silat andalannya, tetapi gadis ini yang memiliki
gerakan2 yang gesit sekali membuat dia jadi begitu bingung
dan tidak berhasil mengenalinya si gadis dari aliran mana.....
Dalam keadaan seperti itu, tentu saja telah membuat Kim
Kut Mo Sat tambah penasaran, berulang kali dia meraung dan
menambah tenaga serangannya.
Beberapa macam ilmu pukulan telah dikeluarkannya untuk
menghantam gadis kecil itu. Tetapi si gadis kecil Lian-jie itu
dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya, selalu berhasil
menyelamatkan diri dari ancaman serangan yang dilancarkan
Kim Kut Mo Sat.
Tentu saja Kim Kut Mo Sat semakin penasaran saja,
beberapa kali dia menubruk dan memperhebat serangannya.
Si gadis kecil sendiri telah melihatnya, walaupun dia selalu
berhasil mengelakkan diri dari serangan2 yang dilancarkan
lawannya, tetapi hal itu tidak bisa berlangsung lama, karena
jika keadaan demikian ber-larut2, tentu celakalah dirinya !
Gadis kecil itu juga menyadarinya, bahwa dia memang masih
kalah jauh jika dibandingkan dengan kepandaian mahluk
menyeramkan ini, dia hanya bisa lolos dari kematian karena
mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang luar biasa.
Tetapi akhirnya tokh dia akan kehabisan tenaga. Dan jika hal
ini terjadi, niscaya dia akan dihajar mati oleh lawannya.

Koleksi kang zusi.com 42


Dalam keadaan seperti inilah, tampak si gadis kecil juga
telah berusaha untuk menjauhi diri dari lawannya, karena jika
mereka bertempur rapat, gerakan tubuhnya tidak akan leluasa.
Dia telah memusatkan kegesitannya untuk menjauhi diri
dari Kim Kut Mo Sat dan selalu pula dia berusaha untuk dapat
mengelakkan perhatian si makhluk menyeramkan itu.
Namun Kim Kut Mo Sat yang tampaknya telah mengetahui
juga kelemahan si gadis kecil ini, tidak mau mem-buang2
kesempatan yang ada padanya, dia telah mengeluarkan suara
bentakan yang menyerupai raungan, dan berulang kali dia telah
melancarkan serangan2 yang beruntun.
Setiap serangan yang dilancarkannya sekarang lebih hebat
dari pada tadi, juga dari kedua telapak tangannya itu
memancarkan hawa yang berlainan sehingga menimbulkan
tekanan yang luar biasa pada diri si gadis.
Disamping itu, yang membuat si gadis kecil itu terkejut, dia
telah melihatnya kedua telapak tangan Kim Kut Mo Sat
berobah menjadi merah seperti darah, itulah membuktikan
bahwa mahluk menyeramkan ini telah mengerahkan tenaga
sejatinya disekujur telapak tangannya itu.
Sebagai seorang gadis yang lincah dan nakal, gadis kecil itu
tidak menjadi takut atau gugup, bahkan berulang dia telah
mengeluarkan suara tertawa cekikikan, dia juga telah bergerak
dengan lompatan2 yang gesit sekali.
Tiba2 terlihat gadis kecil itu telah mengeluarkan suara
siulan, tahu2 kaki kanannya diangkat ditekuk keatas, lalu
dengan berdiri dengan kaki tunggal, yaitu kaki kirinya saja,
tubuhnya telah berputar.
Gerakan yang dilakukan oleh gadis kecil jenaka itu sangat
aneh sekali, sehingga membuat Kim Kut Mo Sat jadi tertegun
heran, dia telah diam mengawasi, dan telah menatapnya dengan

Koleksi kang zusi.com 43


sorot mata tertegun, karena dia tidak mengetahui apa yang
tengah dilakukan oleh gadis itu.
Disaat seperti inilah, terlihat si gadis tahu-tahu telah
melompat dengan tubuh yang lincah menjauhi diri dari Kim
Kut Mo Sat, dia telah berkata juga dengan suaranya yang
jenaka : “Nah, sekarang terbukti bahwa nama Kim Kut Mo Sat
tidak sebanding dengan kemampuannya !"
Itulah ejekan yang membuat muka Kim Kut Mo Sat jadi
berobah merah padam dan panas sekali, telinganya juga
dirasakan jadi panas, disamping rambutnya terasa seperti
berdiri karena sangat murka. Tetapi Kim Kut Mo Sat masih
berusaha untuk mempertahankan diri, dia telah berkata dengan
suara yang dingin : “Hemm, engkau memang setan kecil yang
licik. Tetapi jangan harap engkau bisa meloloskan diri dari
kematian ditanganku ini !"
Dan setelah membentak begitu, dengan cepat sekali Kim
Kut Mo Sat telah meraung, dan tubuhnya tahu2 telah melompat
ketengah udara, dia tidak melancarkan serangan kepada si
gadis, hanya kedua tangannya yang di-gerak2kan saja.
Tahu2 si gadis yang tengah berdiri heran mengawasi gerak-
gerik mahluk menyeramkan itu, telah merasakan
menyambarnya semacam tenaga yang tidak dilihatnya yang
mengikat tubuhnya.
Dalam waktu sekejap saja gadis kecil itu telah menyadari
bahwa ada bahaya yang tengah mengancam dirinya, dia
mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah melompat ke
belakang. Gerakannya itu sangat gesit sekali, dan dia berusaha
melompat secepat mungkin.
Tetapi masih terlambat, libatan tenaga serangan Kim Kut
Mo Sat yang tidak terlihat itu telah melibat kakinya, tahu2 dia
terhentak keras, dan tubuh si gadis terjerunuk kedepan hampir
saja dia rubuh terguling.

Koleksi kang zusi.com 44


Tetapi karena gadis itu memang memiliki kegesitan yang
menakjubkan, dia berhasil melompat berdiri dan cepat2 menuju
kedepannya, dan dengan demikian dia menjauhi diri dari si
iblis yang menakutkan itu, sehingga dia berhasil meloloskan
diri dari libatan tenaga dalam si mahluk menyeramkan itu.
Dengan cepat si gadis juga telah mengibaskan tangannya,
dan tahu-tahu telah meluncur dengan cepat sekali beberapa
sinar yang menyilaukan mata.
Rupanya dalam keadaan terdesak seperti itu, si gadis telah
mempergunakan paku Pat-kut-teng, dia telah menimpuk untuk
mencegahnya mahluk yang menyeramkan itu mendesak lebih
jauh.
Tetapi Kim Kut Mo Sat yang sedang penasaran itu mana
mau mengacuhkan paku2 itu, dengan mempergunakan lengan
bajunya, dia telah mengibas, sehingga paku2 itu meluruk jatuh
keatas tanah, sedangkan saat itu tangan kirinya telah
menyambar akan mencengkeram pundak si gadis.
“Ihhhh.......!" gadis kecil itu telah mengeluarkan suara
seruan tertahan, dia telah melompat mundur, dan dengan
gerakan yang sangat cepat sekali, dia telah berjumpalitan dua
kali, maksudnya ingin menjauhi diri dari lawannya. Tetapi Kim
Kut Mo Sat tidak mau memberikan kesempatan kepadanya, dia
telah melancarkan serangan lagi dengan cepat sekali,
cengkeraman kedua tangannya itu telah meluncur secepat kilat.
Dalam keadaan demikian, rupanya gadis kecil tersebut
tengah terancam bahaya yang tidak ringan, dia sendiri kaget
melihat kedua tangan Kim Kut Mo Sat yang telah berobah
merah seperti darah itu telah berada dekat dengan
punggungnya.
Sin Han yang sejak tadi berdiri mematung mengawasi gadis
kecil itu yang tengah bertempur dengan Kim Kut Mo Sat, jadi

Koleksi kang zusi.com 45


tidak mengerti, bahwa seorang gadis sekecil itu bisa
menghadapi dan melayani mahluk begitu ganas.
Didalam hatinya Sin Han kagum sekali kepada gadis itu
yang memiliki kegesitan luar-biasa.
“Coba kalau aku memiliki kegesitan seperti gadis itu, tentu
aku tidak akan dihina oleh orang2 yang mengejarku dan aku
dengan mudah meloloskan diri dari mereka....mungkin juga
ayahku tidak sampai menemui kematian....."
Tetapi disaat dia berpikir begitu justru Sin Han telah
melihatnya bahwa si gadis kecil telah terdesak hebat, dan terus
menerus main mundur.
Dan akhirnya Sin Han juga melihatnya, kedua tangan Kim
Kut Mo Sat telah menyambar kearah punggung gadis kecil,
sedangkan si gadis kecil tampaknya tidak memiliki kesempatan
untuk mengelakkan diri, maka diluar keinginannya, tampak Sin
Han telah mengeluarkan suara jeritan tertahan, dia telah
menutupi matanya dengan mempergunakan kedua tangannya,
karena dia tidak sanggup jika harus melihat tubuh gadis kecil
itu terhajar hancur oleh kedua telapak tangan mahluk
menyeramkan itu.
“Buukkk !" punggung gadis kecil itu telah terpukul telak
sekali oleh telapak tangan Kim Kut Mo Sat, terhajar begitu
keras dan kuat sekali, sehingga tubuh si gadis sampai terpental
jauh sekali, kurang lebih empat tombak.
Namun gadis kecil itu hanya terguling, cepat sekali dia
telah bisa bangkit berdiri sambil memperdengarkan suara
tertawanya yang jenaka !
Berbeda dengan si gadis kecil itu, waktu Kim Kut Mo Sat
berhasil memukul punggung si gadis, mulanya dia memang
girang, tetapi kesudahannya membuat dia kaget bukan main,
karena waktu telapak tangannya itu berhasil memukul, dia

Koleksi kang zusi.com 46


merasa kesakitan pada telapak tangannya itu, dan waktu dia
menarik pulang tangannya itu sambil mengeluarkan jeritan
kecil, dia melihat telapak tangan kanannya telah berlobang
kecil2 dan mengucurkan darah........
Muka Kim Kut Mo Sat jadi berobah merah padam, dengan
cepat dia telah berseru dengan suara yang bengis : “Setan kecil,
rupanya engkau memakai pakaian dalam seperti Tiat-lu-ka
(pakaian anti senjata tajam)......!"
“Tidak salah !" menyahuti gadis kecil itu dengan sikapnya
yang jenaka. “Memang aku mengenakan Tiat-lu-ka dan siapa
yang perintahkan kepadamu mencari penyakit menghantam
punggungku ! Justru Tiat-lu-kaku itu diperlengkapi dengan
duri2......."
Mendengar perkataan si gadis, Kim Kut Mo Sat jadi
tambah marah, dia telah meraung dengan suara yang dahsyat
seperti juga akan menggetarkan sekitar tempat itu.
Sedangkan si gadis kecil telah tertawa cekikikan, seperti
mentertawai kebodohan lawannya.
Memang gadis kecil itu memakai pakaian lapis dalam yang
berduri, yang anti senjata tajam, dan juga anti pukulan,
sehingga walaupun tadi punggungnya telah terhajar telak dan
jitu oleh telapak tangan kanan lawannya, hanya baju luarnya
saja yang berkeliwiran, pecah dan hancur, namun dia tidak
menderita luka apa2......
Keadaan seperti ini telah memperlihatkan bahwa si gadis
kecil ini memang bukan gadis sembarangan, karena dia
memiliki benda mustika seperti Tiat-lu-ka itu.
“Masih ada hubungan apa kau dengan Ceng Kak Siansu ?"
bentak Kim Kut Mo Sat dengan suara bengis.
“Siapa ?" mengulangi si gadis dengan suara yang mengejek.

Koleksi kang zusi.com 47


“Aku bertanya, masih pernah apa kau dengan Ceng Kak
Siansu," bentak Kim Kut Mo Sat lagi.
“Hemm, aku mana tahu, kenal saja tidak orang yang kau
sebutkan itu !" kata si gadis dengan suara jenaka, dia tidak lupa
untuk tersenyum mengejek.
Kim Kut Mo Sat jadi heran.
Dia mengetahui jarang sekali yang memiliki pakaian lapis
dalam seperti Tiat-lu-ka, benda mustika itu. Dan Kim Kut Mo
Sat mengetahuinya benda mustika itu dimiliki oleh Ceng Kak
Siansu, seorang tokoh sakti dari rimba persilatan yang menetap
di Utara.
Tetapi melihat jawaban dan sikap si gadis tidak berdusta,
dia seperti tidak mengenal siapa itu Ceng Kak Siansu. Tentu
saja hal ini sangat mengherankan dan membuat Kim Kut Mo
Sat tambah penasaran.
Entah orang pandai mana lagi yang menjadi guru si gadis,
tentunya orang itu sakti dan liehay sekali, karena si gadis
dalam usia demikian muda ternyata telah memiliki kepandaian
yang demikian tinggi.
Tentu saja Kim Kut Mo Sat juga jadi tambah penasaran,
walaupun bagaimana dia ingin merubuhkan gadis kecil ini,
untuk nanti memaksanya agar mengakui siapa gurunya.
Disaat itu Kim Kut Mo Sat tertawa dingin.
“Aku telah melihat, kepandaianmu tidak ada sepersepuluh
dari kepandaianku !" kata Kim Kut Mo Sat. “Engkau hanya
mengandalkan ilmu meringankan tubuhmu ! Tetapi jika kau
bertempur terus dengan mempergunakan cara seperti itu, tentu
saja akhirnya aku akan berhasil merubuhkan dirimu.....! Kau
percaya atau tidak ?” tanya Kim Kut Mo Sat.

Koleksi kang zusi.com 48


Si gadis kecil jenaka itu benar2 nakal, sebelum menyahuti,
dia telah menoleh kepada Sin Han, disaat itu Sin Han tengah
mengawasi tertegun penuh kekuatiran padanya.
“Anak itu tidak memiliki kepandaian apa2......" kata si gadis
nakal itu. “Engkau telah menghinanya karena dia lemah.
Sekarang engkau menghadapi aku, ternyata engkau tidak
sanggup merubuhkan diriku, walaupun aku hanya memiliki
kepandaian sepersepuluh dari kepandaianmu dan akupun masih
terlalu kecil ! Benar ! Tepat sekali selama ini yang kudengar,
Kim Kut Mo Sat hanyalah mahluk tidak punya guna dan
memiliki nama kosong yang hanya pandai menipu saja.......!"
Dan setelah berkata begitu, gadis kecil ini telah tertawa
cekikikan lagi, dia telah mengejek tidak tanggung2 dan telah
membaliki perkataan Kim Kut Mo Sat sendiri.
Keruan saja Kim Kut Mo Sat jadi tambah gusar, dengan
mengeluarkan suara bentakan menggerutu dia telah menerjang
ke arah si gadis.
Dia melompat bukan melancarkan serangan biasa, karena
kali ini benar2 Kim Kut Mo Sat telah melancarkan serangan
yang bisa mematikan. Dia telah menggempur dengan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya.
Walaupun dia telah menggerakkan kedua tangannya
sekaligus, tetapi yang dipergunakan menyerang kepada gadis
kecil itu hanyalah tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya
dipukulkan kesamping, tenaga pukulan itu seperti dapat
berbelok dan telah menghadang jalan mundurnya anak gadis
itu.
Melihat cara menyerang yang dilakukan oleh Kim Kut Mo
Sat, gadis kecil itu jadi terkejut juga, dia telah mengeluarkan
suara seruan tertahan karena dia mengerti bahaya yang tengah
mengancam dirinya tidak boleh dibuat main2.

Koleksi kang zusi.com 49


Tetapi memang benar2 gadis kecil itu nakal dan tabah
sekali, walaupun telah mengetahui dirinya tengah terancam
oleh bahaya yang tidak kecil, namun dia tidak menjadi takut,
dengan cepat sekali dia menjejakkan kedua belah kakinya
diatas tanah, tubuhnya telah melompat dengan gesit ketengah
udara setinggi dua tombak, dengan demikian dia berhasil
mengelakkan serangan tangan kanan lawannya, dan juga
membiarkan serangan tangan kiri dari Kim Kut Mo Sat itu
lewat dibawah kakinya.
Tetapi untuk kagetnya gadis kecil itu, justru disaat itu Kim
Kut Mo Sat yang sedang marah telah merobah serangannya
menjadi gerakan menangkap. Tanpa menarik pulang tangan
kanannya, dia telah berusaha mencengkeram kaki kanan si
gadis kecil yang sedang melayang ditengah udara itu, gerakan
yang dilakukannya sangat cepat sekali, karena dia telah
menyerang dengan secepat kilat.
Gadis kecil itu tidak menduga bahwa lawannya akan
merobah cara menyerangnya itu dari meninju akhirnya menjadi
cengkeraman.
Dengan sendirinya hal itu telah membuat si gadis terkesiap
juga hatinya.
Tetapi dia gesit dan tidak menjadi takut, bahkan dia telah
menarik naik kedua kakinya yang ditekuknya, untuk
mengelakkan cengkeraman tangan lawannya itu.
Gerakannya itu sangat cepat dan gesit sekali, tetapi karena
Kim Kut Mo Sat melancarkan serangan mencengkeram ini
dengan mempergunakan perhitungan yang telah matang,
sehingga dia tidak menjadi heran si gadis menekuk kedua
kakinya seperti yang telah diduganya, maka dia telah
menaikkan sedikit uluran tangannya, maka seketika itu juga
kaki kanan dari gadis kecil itu tidak bisa lolos dari
cengkeraman tangannya.

Koleksi kang zusi.com 50


Sekali saja menggentak, maka tubuh si gadis itu telah
berhasil ditarik Kim Kut Mo Sat dengan keras, sampai tubuh si
gadis rubuh terbanting ditanah.
Dan dengan tidak membuang waktu sedikitpun juga, Kim
Kut Mo Sat telah melompat menghampiri.
Dia telah mengulurkan kedua tangannya lagi dengan
maksud akan menarik putus kaki kanan si gadis kecil.
Sin Han melihat apa yang akan terjadi pada diri si gadis
kecil itu, yang merangkap menjadi penolongnya itu, jadi
mengeluarkan suara jeritan kaget, dia telah melompat dan telah
berusaha untuk memukul belakang pinggul dari Kim Kut Mo
Sat.
“Bukkkk !" kepalan tangan Sin Han yang kecil memang
mengenai pinggul dari mahluk menyeramkan itu, tetapi mana
ada artinya untuk Kim Kut Mo Sat ?
Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin iblis itu telah
mengibaskan tangan kirinya : ”Wutttttt.........!" seketika itu juga
tubuh dari Sin Han telah terdorong keras sekali oleh dorongan
tenaga dalamnya, dan tubuh anak itu telah terbanting
bergulingan diatas tanah sambil mengeluarkan suara jerit
kesakitan yang nyaring.
Seluruh tubuhnya dirasakan sakit dan bagaikan tulang2
disekujur badannya itu akan rontok bercopotan.
Dengan menahan sakit, dia telah merangkak bangun untuk
membantui si gadis kecil Lian jie itu, tetapi sepasang kakinya
gemetaran dan tenaganya seperti telah habis. Begitu dia berdiri,
dia rubuh numprah pula.
Dalam keadaan seperti inilah, Sin Han melihat betapa
tangan Kim Kut Mo Sat bergerak akan menarik putus kaki
gadis kecil itu.

Koleksi kang zusi.com 51


Tentu saja perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang
menakutkan dan kejam sekali.
Sebelum Sin Han mengetahui apa yang akan terjadi, justru
disaat itu terlihat si gadis kecil Lianjie telah menarik kaki
kanannya, dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras, dan
serentak dengan itu dia telah menendang dengan kaki kirinya
kearah jalan darah Pu-tiang-sie-hiat didekat perut lawannya.
Keadaan seperti ini telah memaksa Kim Kut Mo Sat harus
melepaskan cekalan tangannya dulu, karena jika sampai jalan
darahnya itu kena disepak si gadis, berarti kematianlah
baginya, atau se-ringan2nya dia akan bercacad, karena jalan
darah itu merupakan jalan darah yang sangat penting.
Dalam keadaan inilah si gadis berhasil meloloskan diri, dia
melompat berdiri terpisah dua tombak dari si-iblis Kim Kut Mo
Sat itu.
Keberhasilannya itu karena berkat bantuan dari Sin Han
juga, karena tadi Sin Han telah memukul pinggul dari Kim Kut
Mo Sat, sehingga Kim Kut Mo Sat telah menggerakkan tangan
kirinya mengibas kebelakang.
Waktu yang hanya beberapa detik itu, justru sangat berarti
bagi si gadis Lianjie. Mempergunakan kesempatan itulah si
gadis telah melakukan tendangan mautnya ke jalan darah Kim
Kut Mo Sat.
Kim Kut Mo Sat telah meraung keras, tubuhnya tampak
melompat melancarkan serangan-serangan yang hebat sekali
kepada si gadis.
Si gadis sendiri tampaknya telah letih sekali, dia jadi
mengeluh juga.
Tadi dia baru saja lolos dari bahaya dan itu telah
mengejutkan hatinya, dan perasaan kagetnya itu belum lagi

Koleksi kang zusi.com 52


lenyap, justru lawannya itu telah melancarkan serangan lagi
yang tidak kurang hebatnya.
Tetapi sebagai gadis yang nakal, gadis kecil Lianjie itu
tidak merasa takut, dengan mengeluarkan suara teriakan yang
sangat nyaring dia telah melompat mundur untuk menjauhi
diri, walaupun dia menyadarinya bahwa tidak mungkin dia
meloloskan diri dari serangan yang dilancarkan lawannya itu.
Disaat itulah, tampak Kim Kut Mo Sat telah melancarkan
gempuran dengan kedua tangan yang dirangkapkan, tenaga
dalam yang dipergunakannya itu merupakan serangan yang
luar biasa hebatnya. Dalam murkanya itu dia telah
mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk melancarkan
serangan2 yang sangat gencar sekali, dan dia telah melancarkan
gempuran seperti juga dia tengah menghadapi lawan yang
tangguh sekali, dimana dia seperti ingin mengadu jiwa.
Dalam keadaan seperti inilah, tampak Kim Kut Mo Sat
memang telah bersungguh-sungguh untuk merubuhkan si
gadis.
Sedangkan gadis kecil itu sama sekali tidak berdaya untuk
mengelakkan diri pula dari gempuran yang selain cepat juga
dahsyat sekali itu.
Untuk mengadu kekuatan keras dilawan keras, jelas gadis
kecil ini tidak akan menang bahkan dia akan menemui ajalnya,
sebab tenaga dalamnya itu masih terpaut jauh sekali dengan
makluk menyeramkan tersebut.
Keadaan seperti ini telah membuat si gadis harus
mengempos dan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada
padanya, dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring,
dan telah melancarkan gempuran sekenanya, sedangkan
dihatinya dia telah berpikir : “Habislah aku kali ini.......!"

Koleksi kang zusi.com 53


Tenaga serangan yang dilancarkan oleh Kim Kut Mo Sat
telah menyambar semakin dekat dan kuat sekali........!
Tetapi walaupun dalam keadaan terjepit dan terdesak
seperti itu, tampaknya si gadis kecil masih berusaha untuk
meloloskan diri dari serangan Kim Kut Mo Sat.
Dengan cepat dia merangkapkan kedua tangannya, untuk
menotok kearah tangan lawannya, lalu dengan meminjam
tenaga tekanan itu, tubuhnya ingin melompat terapung pula.
Namun Kim Kut Mo Sat juga tidak mau membiarkan si
gadis yang telah dapat dikuasainya itu lolos dari serangannya.
Dengan gerakan yang gesit dia telah mengeluarkan suara
bentakan, membarengi dengan itu, tampak sepasang tangannya
itu yang didorong oleh totokan si gadis kecil, dihentaknya.
Tetapi jika hentakan biasanya dilakukan ke dalam, tetapi
berbeda dengan yang dilakukan oleh Kim Kut Mo Sat, dia
justru telah melonjorkan tangannya itu, sekaligus kedua2nya
kiri dan kanan.
Tentu saja gerakan yang dilakukan oleh Kim Kut Mo Sat
membuat si gadis kecil jadi terperanjat bukan main, dia sampai
mengeluarkan suara teriakan tertahan dan kali ini benar sulit
baginya untuk meloloskan diri dari bencana yang mengancam.
Dengan mengeluarkan suara teriakan kecil tertahan, gadis
cilik itu telah tercekal tangannya.
Namun waktu Kim Kut Mo Sat ingin mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menarik copot tulang tangan gadis itu tiba2
telah terdengar suara yang sabar sekali menegur : “Mengapa
harus menganiaya gadis kecil yang tidak berdaya ?" Dan bukan
hanya suara teguran itu saja yang didengar Kim Kut Mo Sat,
karena tahu2 dari samping kanannya telah menyambar
kekuatan tenaga yang meluncur ke batok kepalanya.

Koleksi kang zusi.com 54


Kim Kut Mo Sat jadi terkejut, karena dia menyadarinya,
jika dia meneruskan maksudnya untuk menarik terlepas tangan
si gadis yang tulangnya ingin dicopotkannya, maka berarti
kepalanya itu akan menjadi sasaran yang telak sekali dari
telapak tangan orang yang melancarkan serangan dari belakang
itu.
Dalam detik2 yang singkat seperti itu, cepat sekali Kim Kut
Mo Sat harus mengambil keputusan, terpaksa dia melepaskan
cekalan tangannya pada tangan si gadis kecil, membarengi
dengan mana dia telah mengibaskan tangan kanannya ke
belakang sebelum tubuhnya membalik, maka angin serangan
itu telah menyampok meluncurnya gempuran orang
dibelakangnya.
“Bukkkkkk !" Tangan Kim Kut Mo Sat telah membentur
keras tangan penyerangnya, karena rupanya penyerang itu tidak
ingin menarik pulang tangannya. Dan suara benturan itu
terdengar keras sekali.
Kesudahannya telah membuat Kim Kut Mo Sat jadi terkejut
disamping kesakitan, karena tangannya yang membentur
tangan penyerangnya itu seperti menghantam besi, dia
merasakan tulang tangannya seperti ingin patah menimbulkan
perasaan sakit yang bukan main.
Dan diapun lebih kaget lagi waktu tahu2 tubuhnya telah
terjungkal rubuh ber-guling2 ditanah, sehingga menyebabkan
dia seperti sebuah bola. Walaupun Kim Kut Mo Sat berusaha
untuk mempertahankan diri dengan mengerahkan tenaga
dalamnya, tidak urung tubuhnya terguling demikian rupa.
Seumur hidupnya, baru kali ini dia mengalami dirubuhkan oleh
lawan hanya dalam satu jurus saja.
Cepat luar biasa dengan jurus 'Ikan Lee-hie meletik' tubuh
Kim Kut Mo Sat telah melompat berdiri sambil memutar
tubuhnya menghadapi orang yang menyerangnya.

Koleksi kang zusi.com 55


Penyerangnya ternyata adalah seorang lelaki tua, mungkin
usianya telah enam puluh tahun, tengah berdiri
menghadapinya, dan memandangnya dengan sorot mata yang
tajam.
“Janganlah kau sekali lagi melakukan perbuatan hina dina
seperti tadi, selalu menindas kaum yang lemah dan masih kecil
tidak berdaya! Jika aku menghendaki, satu jurus saja cukup
untuk mengantarkan jiwamu ke neraka.......!" orang itu berkata
dengan suara yang perlahan dan sabar, tetapi nada suaranya itu
mengandung kewibawaan.
Kim Kut Mo Sat tidak berani sembarangan memperlihatkan
lagak dihadapan orang yang berkepandaian tinggi ini, karena
dalam satu jurus itu saja dia telah menyadari orang yang ada
dihadapannya ini memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi
dari dia, mungkin dua tingkat diatas kepandaiannya.
“Si......siapa kau ?" tanyanya dengan suara ragu2.
“Mengapa kau mencampuri urusanku?" sambil bertanya begitu,
Kim Kut Mo Sat telah memandang dengan sorot mata yang
bengis, dia berusaha menindih perasaan terkejutnya, karena dia
merasa penasaran sekali dirubuhkan begitu mudah.
Orang tua itu telah berkata perlahan dengan suara yang
sabar : ”Kawan-kawan dirimba persilatan biasanya memanggil
aku dengan Lo Eng saja....."
“Lo Eng? Apakah kau......kau.....Lo Eng Sian Bun Tai Cie
??" tanya Kim Kut Mo Sat dengan suara gemetar. Dia
menanyakan gelaran orang sebagai Lo Eng Sian yang berarti
Dewa Rajawali Tua.
Orang tua itu telah mengangguk sambil tersenyum.
“Tidak salah, memang itulah gelaranku yang jelek...."
katanya. “Dan kau dengarlah, satu jurus saja cukup untuk

Koleksi kang zusi.com 56


mengirim kau ke neraka jika masih melakukan perbuatan hina
dina seperti tadi.”
Lemaslah sepasang lutut Kim Kut Mo-Sat, tahu2 dia telah
merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura memberi
hormat.
“Kiranya Bun Locianpwe..................." katanya, “Maaf,
maaf, aku tidak mengetahui bahwa yang berada dihadapanku
ini adalah bintang Pak Tauw dari kalangan Kang-ouw…”
Dan dia menjura sampai empat kali karena dia kaget bukan
main mengetahui jago yang ada dihadapannya ini merupakan
tokoh sakti yang sangat terkenal didalam rimba persilatan. Bun
Tai Cie, yang bergelar Lo-Eng Sian merupakan pendekar
gagah perkasa yang membasmi musuh buyutan. Tapi sudah
duapuluh tahun jago bernama besar ini lenyap dari rimba
persilatan, sehingga namanya yang angker itu mulai dilupakan
oleh para jago2 Liok-Lim (rimba hijau, kaum penjahat). Tetapi
siapa tahu justru sekarang tahu2 jago tua yang sakti ini telah
muncul dihadapannya. Walaupun Kim Kut Mo Sat memiliki
kepandaian yang tinggi tetapi dia tidak berani main gila
dihadapan pendekar sakti ini. Apa lagi tadi dia merasakan,
hanya didalam satu jurus saja dia telah berhasil dirubuhkan
dengan mudah sekali.
“Maafkanlah aku minta diri untuk pamitan !" kata Kim Kut
Mo Sat tanpa menantikan jawaban dari jago tua itu dia telah
memutar tubuhnya dan telah melangkah untuk berlalu dengan
cepat.
Lo Eng San Bun Tai Cie tidak mencegahnya, ia hanya
memperdengarkan suara tertawa dingin mengiringi kepergian
makluk menyeramkan itu.
Sin Han dan si gadis kecil Lianjie waktu melihat makluk
menyeramkan itu telah pergi, cepat2 menghampiri orang tua
itu, Lianjie telah menjura empat kali, sedangkan Sin Han telah

Koleksi kang zusi.com 57


berlutut dan berkata : “Terima kasih atas pertolongan
lojinke......!"
Orang tua itu telah perintahkan Lianjie jangan banyak
peradatan, diapun telah mengibaskan sedikit tangan kirinya,
tahu2 tubuh Sin Han telah terdorong oleh suatu kekuatan yang
tidak terlihat, sehingga tubuh anak lelaki ini telah terangkat
keatas, dan membuat dia berdiri tanpa dikehendakinya.
Kemudian Lo Eng Sian Bun Tai Cie telah menoleh kepada
si gadis kecil, matanya memancarkan sinar yang agak aneh, dia
telah bertanya : “Tadi engkau telah mempergunakan ilmu silat
dari jurus2 Lian Hoa Ie Ie (Rontoknya Bunga Teratai), ilmu
simpanan dari Cung Sie Hoa.......! Masih ada hubungan apakah
antara kau dengan pendekar wanita itu ?"
Lianjie jadi terkejut, mukanya berobah dan hatinya telah
berpikir : “Sungguh tajam sekali mata orang tua ini...." Maka
cepat2 dia telah menyahuti : “Cung Sie Hoa In-su adalah guru
Boanpwee...." dia membahasakan Cung Sie Hoa dengan
sebutan Insu, ’guru yang berbudi’, dan membahasakan dirinya
dengan boanpwe, yang artinya dari tingkatan bawah atau
tingkatan muda.
“Mukanya yang cantik, dengan usia sebesar engkau telah
memiliki kepandaian seperti sekarang, hemmm, hemmm tidak
kecewa Cung Sie Hoa memiliki murid sepertimu..." memuji
orang tua yang bergelar Lo Eng Sian itu.
Muka Lianjie jadi berubah merah, tampaknya dia likat
sekali.
“Sebetulnya aku baru mempelajarinya tidak sampai
sepersepuluh kepandaian suhu, sehingga hampir saja tadi
boanpwe dihina mahluk menyeramkan itu," kata Lianjie.
Lo Eng Sian Bun Tai Cie telah mengangguk sambil
tersenyum, sikapnya tidak sekeren tadi katanya : “Memang

Koleksi kang zusi.com 58


Kim Kut Mo Sat mahluk jahat bertangan telengas sebetulnya
manusia seperti dia pantas dibasmi.........tetapi untuk
membasmi manusia seperti itu tidak bisa aku turun tangan
sendiri !!"
Apa yang dikatakan oleh Lo Eng Sian Bun Tai Cie memang
benar, karena dia tidak mau membinasakan Kim Kut Mo Sat
itu dengan tangannya sendiri, sebab menurut tingkatan, dia
lebih tinggi beberapa tingkat dari mahluk menyeramkan itu.
Maka jika dia turun tangan membinasakan Kim Kut Mo Sat
berarti si tua menghina si muda...... itulah yang tidak
dikehendaki Lo Eng Sian Bun Tai Cie, dia masih
mempertahankan kehormatan dirinya.
Kemudian setelah berdiam sejenak, Bun Tai Cie
mengawasi Sin Han, dia telah menatap agak tajam, sehingga
membuat Sin Han menundukkan kepalanya dalam2, karena dia
tidak kuat untuk menentang tatapan mata orang tua itu yang
sangat tajam.
“Anak," katanya kemudian. “Engkau tidak mengerti ilmu
silat, tetapi mengapa berkeliaran ditempat belukar seperti ini ?
Apakah ayah dan ibumu tidak men-cari2mu nanti ...... ?"
Mendengar pertanyaan jago tua yang sakti itu, tanpa dapat
dibendung lagi mengucurlah air mata dipipi Sin Han, dia telah
menangis sesenggukan.
“Ihhh.....!" orang tua she Bun itu tampaknya terkejut.
“Apakah kau tersesat dan tidak tahu jalan kembali ke rumahmu
?" tanyanya dengan sabar, sambil mengulurkan tangannya
meng-usap2 kepala anak lelaki yang kurus kerempeng itu.
Diperlakukan begitu manis oleh jago tua yang sakti ini Sin
Han jadi tambah sedih dia menangis semakin terguguk-guguk.
“Sudah !" kata Bun Tai Cie, “Apa yang kau
sedihkan......mari kuantarkan kau kembali ke rumahmu, nanti

Koleksi kang zusi.com 59


aku yang memberikan pengertian kepada ayah dan ibumu agar
mereka tidak menghukummu !"
Tetapi Sin Han tetap menggeleng saja, dia tidak sanggup
berkata, dia masih terus juga menangis, hal itu disebabkan
karena dia terlampau sedih.
Si kakek tua Bun Tai Cie telah menghela napas, tetapi
kemudian dia telah tertawa.
“Mengapa harus menangis seperti anak perempuan ?"
tanyanya. “Apakah kau minggat dari rumah? Kau kena marah
ayah atau ibumu ?"
”Bukan......!" Sin Han akhirnya dapat juga menjawab.
“Lalu mengapa kau tidak mau kembali pulang ke orang
tuamu ?" tanya Lo Eng Sian dengan heran dan mengawasi anak
itu.
“Aku....aku...." kata Sin Han tergagap.
“Dia mau dibunuh orang !" tiba2 terdengar suara seseorang
berkata diiringi dengan suara tertawa cekikikannya. “Maka dari
itu dia lari sipat kuping menyelamatkan selembar jiwa kecilnya
itu......!"
Lo Eng Sian terkejut mendengar suara itu, tetapi wajahnya
tidak memperlihatkan perobahan apa2. Dia telah berkata lagi :
“Hem, anjing kurap mana yang menyalak dibelakangku ?"
Walaupun berkata begitu, tidak urung Lo Eng Sian jadi
heran dan telah berpikir didalam hatinya : “Aneh, orang pandai
mana yang ingin bergurau denganku? Aneh sekali, aku tidak
mendengar suara langkah kakinya... tentu orang tersebut
memiliki Ginkang (Ilmu meringankan tubuh) yang sangat
tinggi sekali."
“Sungguh angkuh! Sungguh angkuh! Eh, Rajawali tua yang
sudah gundul tidak berbulu, engkau semakin tua semakin

Koleksi kang zusi.com 60


angkuh saja !" terdengar suara yang menyahuti, dan disertai
oleh suara tertawa yang riang, tampak berkelebat sesosok
tubuh, dan tahu2 didekat mereka telah tambah seorang lainnya.
“Ah, engkau anjing kurap tukang cakar kotoran !" kata Lo
Eng Sian waktu melihat orang yang baru datang itu, tahu2
dihadapannya telah berdiri seorang lelaki tua yang berpakaian
seperti pengemis, “Rupanya engkau, Li Lo tua kurapan !"
Memang pengemis yang baru muncul itu tidak lain dari Sin
Kun Bu Tek Lo Ping Kang, dia telah memperdengarkan suara
tertawanya yang nyaring.
“Hmm, hmm !" dia mendengus tertawa dingin. “Rupanya
engkau sudah kepingin punya cucu, sehingga anak-anak kecil
seperti mereka tengah dibujuki !"
“Kurang ajar mulutmu, anjing kurap !” bentak Bun Tai Cie
dengan suara yang galak tampaknya dia sangat mendongkol.
“Anak ini tampaknya tersesat, aku bermaksud untuk
mengantarkan pulang kepada orang tuanya......!"
“Hehehehe, engkau tidak tahu, ayahnya telah dingek-ngok
orang jahat !" kata si pengemis, dengan perkataan ngek-ngok,
tangannya dimelintangkan ke lehernya, maksudnya telah
dibunuh, ternyata sikapnya jenaka sekali. “Bahkan pembunuh-
pembunuhnya itu telah me-ngejar2 bocah tidak tahu budi itu,
karena ingin dingek-ngok juga! Untung ada aku yang telah
menolonginya menghalau anjing2 budukan itu, tetapi anak ini
benar2 tidak kenal budi, justru dia telah menghina aku sebagai
si tua melarat yang tidak punya apa2 ! Maka jika kau
menolongi dia, itu hanya percuma saja.....sudahlah, bocah tidak
kenal budi seperti dia untuk apa ditolong."
Sin Han kaget mendengar perkataan pengemis tua itu,
sedangkan Bun Tai Cie jadi tertegun sejenak, kemudian dia
telah tertawa.

Koleksi kang zusi.com 61


“Akh, engkau sudah begitu tua seperti domba bangkotan,
tetap tampaknya sifat2 burukmu yang senang bergurau tidak
juga lenyap ! jangan main2, jangan engkau menghasut aku
untuk membenci anak ini !"
“Eh, aku bicara sungguh2," kata pengemis tua Lo Ping
Kang itu sambil memperlihatkan wajah yang serius. “Coba kau
tanya anak itu, aku bicara bohong atau tidak......"
Bun Tai Cie menoleh ragu2 memandang Sin Han, tetapi dia
tidak menanyakan sesuatu. Sin Han jadi kikuk dan gugup tidak
tahu dia harus mengatakan apa untuk menjelaskan duduk
persoalan yang sebenarnya.
Si pengemis tua she Lo itu tampaknya tidak puas oleh sikap
Bun Tai Cie, dia lebih tidak senang melihat Sin Han hanya
berdiam diri saja.
“Biar aku yang Tanya !" kata Lo Ping Kang sesaat
kemudian dengan suara yang nyaring. “Eh, bocah! Cepat kau
katakan, kau seorang anak yang kenal budi atau seorang anak
yang memang tidak mengenal balas budi. Awas, jika kau
mengatakan kau sebagai anak yang mengenal membalas budi,
akan kutampar mulutmu sampai robek!"
Aneh pengemis tua itu, dia bertanya apakah sianak berbudi
atau tidak, tetapi dia melarang Sin Han menyatakan dia
berbudi, dan diancam akan dihajar robek mulutnya !
Tentu saja Sin Han jadi gelagapan, dia telah memandang
bingung.
Bun Tai Cie tertawa geli melihat sikap pengemis itu, dia
telah berkata : “Engkau si anjing tua Lo ternyata sinting dan
tidak dapat memilih kata2 yang baik! Bagaimana kau bisa
menakut-nakuti anak sebesar ini? Tidak malukah engkau?
Hemmm, bagaimana anak ini dapat menjawab dengan baik jika
engkau telah mengancamnya terlebih dulu?"

Koleksi kang zusi.com 62


Si pengemis Lo Ping Kang telah tertawa dingin.
“Yang pasti dia memang seorang anak yang tidak berbudi
!" katanya dengan suara yang nyaring. “Dia telah kutolong dari
pengejar pengejarnya yang kuusir semuanya, maka aku kasihan
melihat keadaannya itu. Maka aku telah memberikan sepotong
kuwe kepadanya, tetapi dia telah menolaknya. Dia mengatakan
bahwa dia tidak lapar, tetapi dari sinar matanya aku tahu bahwa
dia jijik melihat kuweku itu, mungkin kotor dan pecah2.....
Hemm, apakah anak seperti dia itu bukan yang termasuk anak
yang tidak mengenal budi kebaikan?"
Mendengar perkataan si pengemis Sin Kun Bu Tek Lo Ping
Kang, Bun Tai Cie jadi tertawa keras.
“Bukan ! Itu bukannya disebabkan anak ini tidak berbudi,
tetapi mungkin dia memang sedang bingung dan tidak lapar,
mana bisa kau memaksanya…?" kata Bun Tai Cie kemudian.
Muka si pengemis berobah jadi tidak senang dia juga telah
mem-banting2 kakinya dengan sikap yang jengkel.
”Engkau membela dia ?" tegurnya dengan sengit, ”Hemm,
memang kita sudah hampir2 dua puluh tahun tidak pernah
bertemu dan selama itu kita tidak pernah saling menguji
kepandaian lagi ! Sekaranglah saatnya kita menentukan siapa
yang lebih pandai diantara kita berdua..."
“Sabar !" kata Bun Tai Cie. ”Sekarang bukan saatnya yang
baik......aku ingin mengantarkan anak ini pulang ke rumahnya
dulu, kita janjikan saja, tengah tahun mendatang kita bertemu
ditempat ini pula, untuk menentukan siapa diantara kita yang
lebih unggul dan pandai........!"
“Hemmm, anak itu sendiri yang mengatakan bahwa
ayahnya telah dibinasakan orang! bagaimana engkau bisa
mengantarkannya pulang ke rumahnya pula? Sedangkan tadi
dia dikejar-kejar oleh puluhan orang yang ingin

Koleksi kang zusi.com 63


membinasakannya juga, jika tidak ada aku, hemmm, hemmm
tentu batok kepalanya itu telah berada diatas tanah!"
Sin Han diam saja, dia jadi serba salah. Tetapi saat itu Bun
Tai Cie telah tertawa kecil, katanya dengan suara yang sabar :
“Biarlah......aku akan mengantarkannya pulang, aku ingin
melihat siapakah orangnya yang telah membinasakan
ayahnya........!"
”Itu namanya usil....." kata si pengemis tua Lo.
“Biarlah, justru manusia2 yang main kroyok dan main
bunuh seperti itu yang harus dibasmi...." kata Bun Tai Cie.
Disaat itu si gadis kecil Lianjie telah bilang. “Akupun ingin
pergi....guruku mungkin sedang menantikan aku !" dan setelah
berkata begitu, si gadis cilik telah menjura memberi hormat
kepada Bun Tai Cie dan Lo Ping Kang, lalu dia memutar
tubuhnya dengan beberapa kali menjejakkan kakinya, tubuhnya
telah melompat gesit sekali, menghilang dari pandangan mata
orang2 itu.
Sin Han mengawasi bengong saja, dia kagum bukan main
kepada Lianjie, yang usianya masih begitu kecil, tetapi telah
memiliki kepandaian yang tinggi itu.
Dan Sin Han jadi berpikir, coba kalau ia memiliki
kepandaian seperti itu, tentu diapun dapat mengadakan
perlawanan kepada musuh2 ayahnya.
“Ayoh kita berangkat !" kata Bun Tai Cie kepada Sin Han.
Sin Han jadi gugup cepat2 dia menggelengkan kepalanya.
Hatinya takut sekali untuk kembali ke rumahnya, karena dia
tidak ingin bertemu dengan pembunuh-pembunuh ayahnya
yang menakutkan itu. Bayang2 mengenai peristiwa yang
mengerikan dengan terbunuhnya ayahnya itu masih belum lagi
lenyap, sekarang bagaimana dia berani datang ketempat
dimana berkumpul musuh2nya? Walaupun Bun Tai Cie

Koleksi kang zusi.com 64


tampaknya liehay, tetapi hanya seorang diri, Sin Han kuatir
kalau2 nanti Bun Tai Cie tidak berdaya untuk melindunginya.
Maka Sin Han telah menggeleng sambil berkata cepat :
“Terima kasih lojinke.....aku tidak ingin kembali ke sana! Apa
yang dikatakan oleh Lo Lojinke memang benar, ayahku telah
dibunuh orang, bahkan mereka juga ingin membinasakan
diriku !"
Muka Bun Tai Cie berobah mendengar penolakan Sin Han,
belum lagi dia berkata apa-apa, tampak Lo Ping Kang telah
tertawa gelak-gelak, lalu disusuli kata-katanya : “Apa yang
kukatakan tadi ? Bukankah anak ini seorang yang tidak
mengenal budi ?"
Bun Tai Cie menghela napas saja, sedangkan Sin Han telah
menjura memberi hormat sambil katanya : ”Terima kasih atas
pertolongan yang diberikan jiewie lojinke dan sekarang aku
ingin pergi kemana saja, untuk menjauhi diri dari orang2 jahat
itu......!" dan dia telah memutar tubuh dengan hati yang sedih,
dia melangkah meninggalkan tempat itu. Bun Tai Cie tidak
mencegahnya, sedangkan Lo Ping Kang tertawa terus seperti
juga mentertawakan Bun Tai Cie.
Sin Han melangkah terus dan keluar dari semak belukar itu,
dia melihat hujan mulai reda, hanya kelihatan tanah2 yang
basah dan banyak yang digenangi air, Sin Han berjalan terus,
dia memang tidak memiliki tujuan, maka dia berjalan kearah
Barat tanpa mengetahui harus pergi kemana......
Setelah berjalan cukup jauh, Sin Han merasakan tubuhnya
letih sekali, dia menghampiri sebatang pohon, dan merebahkan
dirinya disitu untuk tidur.
Dirasakan perutnya lapar sekali, memang waktu dia berlari
berusaha meloloskan diri dari pengejar2nya dia sama sekali
tidak membawa uang atau barang. Dan juga sejak malam tadi
belum makan apapun juga.

Koleksi kang zusi.com 65


Dengan menahan lapar itu, akhirnya Sin Han bisa juga
tertidur, dan keesokan paginya waktu dia terbangun, matahari
sudah naik tinggi, cahaya matahari menyilaukan matanya.
Saat itu dilihatnya ada beberapa orang penduduk kampung
yang lewat dijalan tersebut rupanya mereka ingin berangkat
ketempat pekerjaan masing2.
Melihat seorang anak kecil dengan pakaian yang kotor
dekil rebah tertidur dibawah sebatang pohon, tampaknya
mereka tidak mengacuhkan dan tidak merasa heran, karena
mereka menduga bahwa anak itu hanyalah seorang pengemis
kecil belaka.......
Sin Han merasakan tubuhnya lesu sekali, tetapi hatinya
agak terhibur karena dengan melihat orang-orang yang lewat
dijalan tersebut, tentu didekat-dekat tempat ini ada
perkampungan, dan disana Sin Han bisa meminta makanan
untuk menghilangkan laparnya ini.
Dengan langkah kaki cepat dia telah menyusuri jalan
tersebut. Setelah berjalan kurang lebih satu jam, sampailah dia
dipermukaan sebuah kampung, kampung yang besar dan ramai
sekali, dimana tampak banyak pedagang yang tengah
memperdagangkan barang dagangannya.
Sin Han memasuki perkampungan itu, dia memandang kiri
dan kanan, keramaian kampung itu tidak menarik perhatiannya,
karena Sin Han tengah men-cari2 rumah makan untuk nanti
meminta sekedar makanan.
Setelah melewati sekian banyak rumah2 penduduk dan
toko2 banyak terdapat dimulut kampung itu, Sin Han akhirnya
melihat sebelah kanannya jalan itu terdapat sebuah rumah
makan yang tengah sibuk melayani dan menerima tamu2 yang
memenuhi ruangan dalam.

Koleksi kang zusi.com 66


Harumnya makanan dan masakan yang terpancar dari
dalam rumah makan itu membuat perut Sin Han jadi
berkeruyukan nyaring dia merasakan perutnya itu perih sekali.
Cepat2 dia menghampiri rumah makan itu, mendekati seorang
pelayan yang kebetulan berada didekat pintu.
“Paman....." panggilnya.
Pelayan itu menoleh dengan cepat, tetapi alisnya seketika
terangkat begitu melihat seorang anak dengan pakaian yang
compang camping, muka yang kotor dan babak belur, bahkan
terdapat noda2 darah didekat mukanya itu, sedang berdiri
didepan pintu, seketika dia memperlihatkan perasaan tidak
senangnya.
“Mau apa kau ?” tegurnya dengan suara tidak senang.
“Aku lapar sekali paman, tolonglah bagi sedikit makanan
untukku.......!" kata Sin Han dengan suara tidak lancar, karena
dia agak malu waktu mengucapkan kata2nya itu.
“Bagi makanan ?" tanya pelayan itu sambil memperlihatkan
muka yang semakin tidak enak dilihat. “Engkau kira rumah
makan ini kakek moyangmu punya, sehingga seenakmu saja
meminta makanan ! Cepat pergi ! Ayo pergi !"
Dibentak bengis begitu, Sin Han jadi berdiri tertegun agak
lama, tetapi kemudian dia menghela napas dan ngeloyor pergi.
Perutnya dirasakan semakin pedih saja, karena dia benar2
lapar sekali. Dia tidak menyangka, betapa kejamnya pelayan
itu.
Dan disaat itu Sin Han juga jadi menyesal, jika seandainya
dia membawa uang waktu ingin melarikan diri dari rumahnya,
tentu tidak sesulit sekarang ini untuk memperoleh makanan.
Waktu Sin Han berjalan dengan tubuh lesu dan lemas tidak
bersemangat begitu, tiba2 tanpa disengaja dia telah membentur

Koleksi kang zusi.com 67


seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang tengah berjalan cepat
sekali.
Benturan itu telah membuat Sin Han yang terhuyung akan
jatuh terjerembab, dan disaat itu lelaki bertubuh tinggi besar itu
juga menahan langkah kakinya. Mukanya jadi merah padam
waktu melihat pakaiannya jadi kotor akibat benturan dengan
Sin Han yang pakaiannya begitu kotor.
“Setan kecil kau....apakah kau tidak memiliki mata, jalan
dengan selonongan ? Lihatlah bajuku telah kotor karenanya....."
kata lelaki tinggi besar itu dengan suara keras mengandung
kemarahan yang sangat.
Sin Han cepat2 berkata: “Maafkanlah paman........aku tidak
sengaja........"
“Tidak sengaja ?" bentak lelaki tinggi besar itu, dan dia
bukan hanya membentak saja, tetapi telah mengulurkan
tangannya, dan telah mencengkeram baju didada Sin Han, yang
dijambaknya dengan keras, lalu tangannya yang kiri telah
melayang menempiling Sin Han beberapa kali, “Pakaianmu itu
terlalu jorok dan kotor, setan kecil....sengaja atau tidak, engkau
tidak pantas ber-sama2 kami berada dijalan.”
Sin Han merasakan mukanya sakit sekali, dan belum lagi
dia tahu apa2 tubuhnya telah didorong terjerunuk jatuh ke
tanah.
Sedangkan lelaki bertubuh tinggi besar itu telah
meninggalkan tempat tersebut dengan memperdengarkan suara
menggumamnya yang tidak jelas.
Sin Han merangkak bangun dengan kepala yang pening dan
pipi yang sakit akibat tempilingan yang keras lelaki galak itu,
sedangkan orang2 yang berlalu-lalang ditempat itu tidak ada
yang merasa kasihan atau menolongi bahkan mereka hanya

Koleksi kang zusi.com 68


memandang tidak acuh dengan sorot mata yang memancar
kejijikannya.
Sin Han berlalu dengan tubuh yang lesu. Dia tidak
mengerti, mengapa orang2 itu kejam dan memperlakukan
dirinya demikian galak. Anak inipun seperti tidak melihat
kebaikan diantara masyarakat sekitarnya.......
Setelah berjalan sekian lama, Sin Han melihat sebuah
rumah makan pula, dia telah berdiri didepan rumah makan itu,
tanpa berani meminta makanan kepada pelayan yang berada di
muka rumah makan itu. Sin Han hanya mengawasi saja betapa
didalam rumah makan itu banyak sekali tamu yang tengah
bersantap dengan lahap sekali, dan juga makanan yang tengah
mereka hadapi itu tampaknya enak2 dan gurih, sehingga
menitikkan selera Sin Han, yang beberapa kali telah menelan
air liurnya.
Lama juga Sin Han berdiri dimuka rumah makan itu,
sampai akhirnya salah seorang pelayan melihat anak ini, segera
mendelikkan matanya dan mengusirnya.
“Setan bau, hanya mengganggu pemandangan saja!"
katanya dengan suara mendongkol dan disaat itu tampak
pelayan itu telah mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Sin
Han berlalu.
Sin Han menghela napas dan meninggalkan rumah makan
itu tanpa mengatakan apa-apa, dia tidak berani meminta
makanan pula kepada pelayan rumah makan itu.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Sin Han singgah
disebuah kuil tua yang telah rusak. Keadaan disekitar tempat
itu sepi sekali, jarang ada orang yang berlalu lalang disekitar
tempat tersebut.
Sin Han duduk menangis didekat tangga batu dimuka
gerbang kuil itu, menyesali nasibnya. Perasaan lapar yang

Koleksi kang zusi.com 69


bukan main membuat anak ini jadi menahan perasaan perih di
perutnya.
Sedang Sin Han menangis begitu, tiba-tiba dia mendengar
suara seseorang berkata dengan perlahan : “Enak menahan
lapar?" dan suara itu dibarengi juga dengan suara tertawa yang
mengandung ejekan.
Sin Han terkejut, dia menyusut air matanya dan menoleh
kedalam kuil.
Diruang tengah kuil itu, yang telah kotor dan tidak teratur,
dibawah meja sembahyang yang sudah acak2an, tampak rebah
seorang pengemis yang tengah mengawasi dia sambil tertawa.
Tangan pengemis itu memegang paha panggang bebek, yang
tengah digerogoti per-lahan2 dengan sikap yang nikmat.
Hati Sin Han tercekat, dia mengenali pengemis tua itu tidak
lain dari pada Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang.
Mengetahui bahwa pengemis tua itu nakal dan sering
menggoda, Sin Han hanya mengangguk sambil bertanya:
“Lojinke, kau disini.” Dan Sin Han telah membalikkan
tubuhnya dengan maksud untuk meninggalkan kuil tersebut.
“Hei berhenti, kemari kau !" tiba2 Sin-Kun Bu Tek telah
membentak dengan suara yang nyaring.
Sin Han mendengar ucapan itu, tidak berani dia berjalan
terus, dia menahan langkah kakinya dan telah menghampiri
ragu2 kepada pengemis tersebut.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengawasi dia sambil
tertawa, dia mengangsurkan sepotong paha ayam panggang.
“Mau ??" tanyanya.
Sin Han memang telah lapar, disamping itu juga dia
merasakan perutnya perih sekali, harumnya ayam panggang itu
membuat perut berkeruyukan.

Koleksi kang zusi.com 70


Dengan muka yang berobah merah, dia menyambuti paha
ayam panggang itu. Sambil mengucapkan terima kasih lalu
dimakannya paha ayam itu.
“Enak tidak? Kau tidak jijik makanan yang diberikan
pengemis bau seperti aku?" tanya Sin Kun Bu Tek Lo Ping
Kang sambil tertawa menggoda anak itu.
Sin Han menggeleng perlahan.
“Terima kasih Lojinke, kau baik sekali........" katanya
kemudian.
“Hemmm, kau jangan mengepul meng-angkat2 pantatku !"
kata si pengemis dengan tertawa. “Sekarang kau bisa me-muji2
aku untuk memperoleh paha ayam panggang pula bukan?"
Muka Sin Han jadi berobah merah, dia menggeleng
perlahan.
“Terima kasih lojinke, inipun telah cukup .......!" kata anak
itu.
“Sekarang engkau baru tahu, tidak sembarangan orang
bersedia memberikan makanan kepadamu....! Bukankah tadi
engkau telah diusir oleh pelayan rumah makan? dan pernah
juga ditolak permintaanmu agar dibagi makanan?"
Muka Sin Han jadi berobah merah lagi, dia likat bukan
main, tetapi disamping itu dia juga jadi sangat heran sekali,
mengapa pengemis ini mengetahui segalanya itu. Dia menduga
pengemis itu tentunya telah mengikutinya secara diam2.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang rupanya merasakan bahwa
dia telah cukup menggoda anak ini, maka dia telah tertawa
sambil katanya: “Sudahlah! Aku hanya bergurau saja! Tetapi
engkau harus tahu, begitulah sifat masyarakat....! Jika kita
lemah, jarang sekali ada orang yang bersedia membantu kita,
bahkan akan ditindas pula. Itulah sebabnya kami kaum
pengemis tidak pernah ingin meminta belas kasihan mereka,
Koleksi kang zusi.com 71
kami lebih senang jika memilih dan mengambil sendiri
makanan yang kami kehendaki......!" dan setelah berkata
begitu, si pengemis telah tertawa agak keras.
Sin Han diam saja, dia telah menghabiskan makanannya
itu, lalu tulang ayam itu dibuangnya kesamping.
“Mau lagi ?" tanya Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil
tertawa, kali ini dia menawarkannya dengan ber-sungguh2
karena dia telah melihatnya bahwa anak ini tidak bisa
digodanya terus, karena Sin Han memiliki sifat kepala batu.
Sin Han ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah
mengangguk.
Si pengemis memberikan sepotong lagi ayam panggang,
dan dimakan oleh Sin Han dengan cepat.
Waktu si pengemis menawarkan lagi, Sin Han telah
mengucapkan terima kasih, dia telah mengatakan cukup
kenyang.
“Setelah dari tempat ini, kau ingin kemana ?" tanya si
pengemis setelah mereka berdiam diri sejenak.
Sin Han menggeleng perlahan dia mengatakan: “Aku tidak
memiliki tujuan....aku sendiri tidak tahu harus pergi
kemana.....!"
“Jika memang demikian, bukanlah lebih baik kau ikut
bersama denganku ?"
Sin Han ragu2, tetapi akhirnya dia mengangguk.
“Baiklah lojinke, asalkan tidak mengganggu dan
merepotkan lojinke...!" kata Sin Han mengucapkan terima
kasih.
Si pengemis tampak jadi girang dengan pernyataan Sin
Han, dia telah menepuk tangan beberapa kali sikapnya jenaka
sekali.
Koleksi kang zusi.com 72
“Jika engkau ikut bersamaku, aku jamin engkau tidak akan
kelaparan lagi....!" katanya. Muka Sin Han jadi merah, dia likat
sekali.
Kemudian si pengemis berkata lagi : “Tetapi kita tidak bisa
pergi dari kuil ini sekarang, karena aku tengah menantikan
seseorang ......! Kau tidurlah beristirahat, besok pagi baru kita
pergi, setelah malam ini aku selesaikan urusanku."
Sin Han mengangguk. Perutnya kini telah kenyang, maka
dia rebahkan dirinya disudut ruangan itu dan kemudian
menggeros tertidur nyenyak. Si pengemis juga memejamkan
matanya, dia telah tertidur juga.
Ketika Sin Han terbangun dari tidurnya, hari telah sore
menjelang malam. Didekatnya tampak beberapa macam
makanan, ada bebek panggang, ada sayur ceker ayam yang
terkenal mahalnya, dan beberapa macam sayur lainnya. Si
pengemis sedang duduk didekat kaki meja sembahyang tengah
sibuk memakani paha ayam panggang.
“Makanlah !" kata pengemis itu. “Aku telah mengambilnya
untukmu....itulah makanan yang paling enak......"
Sin Han sekarang tidak malu2 lagi, dia telah menyikat
makanan itu. Sebentar saja, semua makanan itu telah pindah ke
perutnya. Sehingga anak itu kekenyangan.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 3
SEDANGKAN si pengemis tetap dengan sikapnya yang
adem-ayem, dia duduk sambil memakan daging ayam
panggang diselingi dengan tegukan araknya.

Koleksi kang zusi.com 73


“Siapakah yang ditunggu lojinke ?" tanya Sin Han setelah
selesai menghabiskan makanan itu, “Apakah sahabat lojinke ?"
Si pengemis menunda makannya, dia telah tertawa
menyeringai.
“Sahabat? Hmm, orang itu justru menghendaki jiwaku....!
Kukira, mereka juga datang bukan hanya seorang diri, tetapi
mungkin juga membawa beberapa orang sahabatnya.....!"
katanya.
Sin Han terkejut.
“Kalau begitu, yang tengah ditunggu Lo jinke adalah
musuh2 Lojinke !" tanya Sin Han
“Tidak salah.......!"
“Liehaykah dia ?”
“Liehay sekali !"
Sin Han menghela napas.
“Mengapa orang2 yang mengerti ilmu silat senang sekali
berkelahi ?” tanyanya perlahan sekali, seperti juga dia bertanya
kepada dirinya sendiri.
Si pengemis tertawa lagi.
”Engkau masih terlampau kecil, dan belum mengerti
urusan.........nanti kau lihat saja. Tetapi ingat, jika musuh-
musuhku itu telah datang, engkau hanya boleh menyaksikan
dari dalam ruangan ini, selangkahpun juga engkau tidak boleh
keluar.......jika kau melanggar pesanku ini, niscaya jiwamu
akan terancam bahaya kematian........!"
Mendengar perkataan si pengemis, Sin Han jadi takut, dia
hanya mengangguk.
Pengalamannya menyaksikan ayahnya dikeroyok dan juga
dibinasakan oleh orang-orang yang kejam dan bertangan

Koleksi kang zusi.com 74


telengas, membuat Sin Han jadi sering diliputi ketakutan. Maka
sekarang melihat si pengemis tengah menantikan musuhnya
yang katanya memiliki kepandaian yang tinggi, disamping itu
juga jumlahnya mungkin bukan hanya seorang diri, telah
membuat Sin Han berkuatir, dia takut kalau2 nanti si pengemis
dikeroyok dan binasa oleh lawan-lawannya itu.........
Sin Han menghela napas, dia telah merebahkan tubuhnya
pula.
Hari lewat dengan cepat, sang malam mulai menyelimuti
bumi. Kegelapan telah mulai meliputi sekitar tempat itu.
Tempat yang semula sepi, jadi semakin sepi saja. Terlebih lagi
menjelang tengah malam, disaat penduduk kampung itu tentu
telah berada ditempat tidur masing-masing......
“Musuh lojinke belum juga datang ?" tanya Sin Han
berselang lagi sejenak, malampun telah semakin larut.
“Ya, dia menjanjikan aku untuk bertemu tepat ditengah
malam," menyahuti si pengemis.
“Sebentar lagi dia tentu akan muncul......"
Tetapi baru saja si pengemis tua Lo tersebut bicara begitu,
disaat itu telah terdengar suara sesuatu, seperti angin yang
mendesir, tetapi menyerupai juga suara air yang tengah
mengalir. Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi heran
bukan main, dia telah berkata dengan suara yang ragu2 :
“Suara apakah itu, Lojinke ?"
”Dia telah datang, ingat pesanku tadi !” kata pengemis tua
itu. ”Engkau tidak boleh keluar dari ruangan ini......walaupun
apa yang terjadi, engkau harus baik-baik diam di dalam
ruangan ini !!"
Dan setelah berkata begitu, si pengemis tua yang bergelar
Kepalan Sakti Tanpa Tandingan itu telah melompat berdiri, dia

Koleksi kang zusi.com 75


telah bersiap-siap untuk keluar menyambut kedatangan
musuhnya.
Suara desir seperti angin dan mengalirnya air itu terdengar
semakin dekat. Disaat itu juga telah terdengar suara
meraungnya sesuatu yang sangat menyeramkan, sekali seperti
menyalaknya anjing atau meraungnya binatang buas.
Suara meraung yang sangat menyeramkan itu terdengar
semakin mendekati dan bertambah menyeramkan saja, bahkan
mendirikan bulu tengkuk.
Sin Han telah berdiri dengan lutut agak gemetar, hatinya
tegang sekali. Beberapa saat yang lalu dia telah mengalami
peristiwa yang tegang dan menakutkan, maka sekarang
mendengar suara raungan yang menyeramkan itu yang
terdengar semakin mendekati, telah membuat anak ini takut
bukan main.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah tertawa
dingin, dia berkata perlahan : “Bagus! Rupanya dia datang
bersama lima orang kawannya."
Sin Han heran sekali. “Bagaimana Lojinke mengetahui hal
itu ??" tanyanya, karena Sin Han melihatnya bahwa pengemis
itu masih berada didalam, tetapi telah mengetahui jumlah orang
yang tengah mendatangi itu.
”Dari suara langkah kaki mereka..........!" menyahuti
pengemis itu dengan suara yang perlahan. ”Sttttt, mereka telah
sampai...”
Berbareng dengan habisnya suara pengemis, keadaan jadi
sunyi sekali karena suara desir angin dan suara seperti
mengenalinya ia telah lenyap. Begitu pula suara raungan yang
nyaring sekali juga telah lenyap.
Dalam keadaan seperti ini, telah membuat Sin Han
bertambah tegang.

Koleksi kang zusi.com 76


Dia mendengarkan saja, dan disaat itu dia tidak mendengar
suara apapun juga. Namun hal itu tidak berlangsung lama,
keadaan seperti itu telah disusul dengan suara bentakan yang
sangat nyaring sekali : “Pengemis bau, keluarlah kau untuk
menerima kematian........!" terdengar suara bentakan yang
nyaring dan mengandung hawa pembunuhan, suara bentakan
itu juga parau dan menyeramkan sekali.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengeluarkan suara
tertawa dingin.
“Memang telah cukup lama aku menantikan kau !" katanya.
“Bagus! Bagus! Rupanya engkau membawa kawan-kawanmu
untuk bantu mengeroyok diriku !"
Dan sambil berkata begitu, tangan si pengemis telah
mengambil tempat araknya, buli buli berukuran kecil, dia
meneguknya hanya saja arak itu tidak ditelannya, tahu2 dia
telah menyemburnya.
Arak yang muncrat dari mulutnya itu seperti juga sebaris
benang putih yang panjang sekali, menerjang ke arah pintu
gerbang kuil, yang tahu2 hancur kena dilanggar semburan arak
itu. Dan membarengi dengan itu, tampak Lo Ping Kang
melompat dengan gerakan yang gesit sekali, dia telah mencelat
keluar.
Tentu saja Sin Han jadi kagum bukan main, dia hanya bisa
melihat tubuh si pengemis berkelebat, kemudian telah lenyap
dibalik pintu gerbang itu. Dan Sin Han juga tahu, bahwa
semburan arak yang dilakukan si pengemis tadi rupanya untuk
mencegah lawannya melancarkan serangan menggelap dengan
tiba2.
Terdengar suara tertawa yang menyeramkan diluar pintu
gerbang kuil itu, disusuli juga oleh kata2 : “Lima orang
sahabatku ini ingin sekali menyaksikan pertandingan diantara
kita berdua, sulit bagiku untuk menolak keinginan mereka,

Koleksi kang zusi.com 77


maka aku telah meluluskan permintaan mereka......! Mari !
Mari ! Sepuluh tahun berpisah sejak aku dirubuhkan olehmu,
maka sekarang aku ingin menebus kekalahan itu ! Sakit hati
Samte (adik ketiga)ku yang telah dibinasakan olehmu harus
diperhitungkan hari ini !"
“Hahahaha !" terdengar suara tertawa si pengemis Lo Ping
Kang yang sangat panjang, “Manusia rendah seperti engkau ini
seharusnya tidak boleh dibiarkan hidup terus! Tetapi sepuluh
tahun yang lalu aku memang terlanjur telah menjanjikan
kepadamu, tidak akan membinasakan engkau ! Maka aku
berikan kesempatan selama sepuluh tahun kepadamu untuk
melatih diri.....agar hari ini engkau bisa menyaksikan dengan
hati yang puas, bahwa kepandaianmu tidak ada artinya apa2 !
Tetapi ingat kali ini aku tidak akan membebaskan engkau pula
dari kematian, engkau harus hati2......!"
Terdengar suara seruan gusar, rupanya orang yang menjadi
lawan dari Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara bentakan
disebabkan amarahnya yang meluap. Sin Han tertarik sekali
ingin melihat bagaimanakah rupa dari lawannya si pengemis
tua itu.
Berjingkat-jingkat Sin Han mendekati pintu gerbang kuil
itu, dia menghampiri sela2 di pintu itu, dan mengintai keluar.
Begitu melihat, segera tubuh anak ini menggigil keras
ketakutan.
Ternyata diluar kuil itu berdiri Lo Ping Kang menghadapi
enam orang lelaki yang potongannya pendek dan tinggi tidak
rata. Dan yang luar biasa adalah muka mereka yang semuanya
aneh menakutkan.
Yang seorang berdiri dihadapan Lo Ping Kang yang tengah
berkata-kata itu, adalah seorang lelaki dengan potongan tubuh
yang gemuk dampak, tengah memandang Lo Ping Kang
dengan sorot mata yang sangat tajam sekali dengan mata yang

Koleksi kang zusi.com 78


terpentang lebar2, karena dia memang memiliki mata
berpotongan sangat menakutkan sekali. Bibirnya tebal,
potongan mukanya segi empat, rambutnya hanya sedikit sekali
bagian atasnya digulung dalam bentuk konde kecil. Yang
menyeramkan adalah kuku jari2 tangannya yang dibiarkan
tumbuh panjang.
Kelima kawan dari manusia menyeramkan ini juga masing-
masing memiliki bentuk tubuh yang menyeramkan. Yang
seorang jangkung kurus seperti galah, dengan mata yang
lonjong panjang, hidung yang bengkung dan kepala yang licin
dan botak, dengan sepasang mata yang sipit. Tangannya juga
agak panjang, melewati lututnya. Yang lainnya juga memiliki
bentuk menyeramkan, dengan masing2 menyandang senjata
tajam yang tersoren dipinggangnya.
Saat itu tampak Lo Ping Kang telah tertawa dingin sambil
katanya : “Sekarang bersiap-siaplah! Engkau ingin maju
seorang diri atau serentak berenam? Silahkan, walaupun kalian
berenam, aku akan melayaninya....!" dan setelah berkata
begitu, tampak Lo Ping Kang mengambil sikap bersiap-siap,
dia seperti menantikan serangan lawannya. Dalam keadaan
seperti ini, jelas Lo Ping Kang juga telah mempersiapkan
ilmunya untuk menghadapi keenam lawannya.
Orang yang bertubuh gemuk dampak dihadapan Sin Kun
Bu Tek Lo Ping Kang itu telah berseru gusar : “Menghadapi
aku saja belum tentu kau bisa melayani lebih dari sepuluh jurus
! Kau terimalah seranganku ini ! Arwah Samte (adik ketiga) Su
Siang Hoat harus menyaksikan malam ini kematian merenggut
nyawamu !!"
Dan orang itu bukan hanya berkata saja, kedua tangannya
tahu2 diangkat, dengan jari2 tangan yang terpentang dan
kuku2nya yang panjang tajam itu, dia mencengkeram kemuka
Lo Ping Kang.

Koleksi kang zusi.com 79


Tetapi Lo Ping Kang telah tertawa dingin.
“Su Cie Pan, sia-sia engkau mempelajari dan melatih
ilmumu selama sepuluh tahun, aku melihat engkau tidak
memiliki kelebihan lainnya, ilmumu juga tidak mengalami
kemajuan apa2.........!" dan sambil berkata begitu, dengan cepat
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengelakkan diri dari
serangan lawannya, tubuhnya berkelebat luar biasa cepatnya,
sehingga jari-jari tangan Su Cie Pan yang bermaksud akan
mencengkeram kearah mukanya tetapi telah mencengkeram
tempat kosong.
Tentu saja Lo Ping Kang tidak berdiam diri, dia bukan
hanya mengelakkan saja, karena tahu2 tangan Su Cie Pan telah
disampoknya dengan keras sekali, gerakan yang dilakukan Sin
Kun Bu Tek sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandangan mata
orang biasa.
Su Cie Pan terkejut, tetapi dia menyadarinya, selama
sepuluh tahun belakangan ini Lo Ping Kang tentunya telah
melatih diri dan memperoleh kemajuan yang jauh lebih pesat
dari sebelumnya, tentu saja dia bertambah liehay. Maka Su Cie
Pan tidak membiarkan tangannya itu dibentur oleh tangkisan
tangan Lo Ping Kang, buru2 dia menarik pulang tangannya.
Dalam beberapa jurus ini saja, kedua orang lawan tersebut
masing2 telah mengetahui tingkat kepandaian mereka. Su Cie
Pan melihat walaupun dia telah melatih diri selama sepuluh
tahun, tetap saja dia masih kalah satu tingkat dari kepandaian si
pengemis. Lo Ping Kang tampaknya memiliki lwekang yang
jauh lebih tinggi dari dia.
Tetapi Su Cie Pan yakin, ilmu yang dilatihnya itu, yaitu
ilmu "Cengkeraman Sepuluh Jari Tangan beracun" dimana
semua ujung kuku2 jari tangannya itu telah dilatih dengan
berbagai jenis racun yang sangat hebat daya kerjanya, bisa
diandalkan untuk merubuhkan Lo Ping Kang.

Koleksi kang zusi.com 80


Pengemis tua itupun waktu melihat cara menyerang
musuhnya itu, merasakan tenaga lwekang Su Cie Pan tidak
berada disebelah atas tenaga dalamnya, ilmu cengkeramannya
itu juga tidak dapat menindih dirinya, hanya yang membuat Lo
Ping Kang jadi kuatir juga hatinya terkesiap, justru dari
kesepuluh jari tangan lawannya itu telah melancarkan bau yang
amis sekali, yaitu bau racun yang sangat keras.
Dengan sendirinya Lo Ping Kang menyadari bahwa dirinya
tidak boleh terserang lawannya. Sekali saja bagian tubuhnya
terluka oleh cengkeraman kuku-kuku jari tangan beracunnya
Su Cie Pan, maka dia akan terbinasa karena Lo Ping Kang
menyadari racun yang dipergunakan oleh lawannya merupakan
racun yang sangat hebat bekerjanya.
Begitulah, Lo Ping Kang telah mengandalkan kegesitan
tubuhnya untuk mengelakkan diri dari serangan-serangan yang
dilancarkan lawannya.
Setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh Su Cie
Pan, selalu dapat dihalaunya atau dielakkannya.
Tiba-tiba waktu Su Cie Pan sedang melancarkan serangan
dengan cengkeraman jari2 tangannya, disaat itulah tampak Su
Cie Pan mengeluarkan teriakan terkejut, karena tahu2 jari
tangan kanan Lo Ping Kang menyambar akan mencengkeram
jalan darah Po-ma-hiat dipunggungnya.
Tentu saja Su Cie Pan tidak mau membiarkan jalan darah
berbahaya ditubuhnya itu kena dicengkeram oleh lawannya,
sebab begitu kena dicengkeram, berarti kematianlah untuk
dirinya.
Itulah sebabnya Su Cie Pan telah berjongkok dan memutar
sedikit tubuhnya, dia telah menggerakkan tangan kanannya
dengan maksud akan membalas mencengkeram tangan
lawannya. Dan ternyata tangan lawannya telah kena
dicengkeramnya.

Koleksi kang zusi.com 81


Namun waktu Su Cie Pan hendak meremas untuk
menusukkan kukunya ke daging pergelangan tangan lawannya,
disaat itulah Lo Ping Kang telah mengibaskan tangannya, dari
telapak tangannya mengalir serangkum angin serangan yang
lunak sekali, lalu pergelangan tangannya itu berobah menjadi
licin seperti belut, entah dengan cara bagaimana, tahu2
pergelangan tangannya itu telah berhasil lolos dari
cengkeraman lawannya.
Segera Lo Ping Kang melanjutkan pula serangannya,
tangannya secepat kilat telah menampar ke batok kepala Su Cie
Pan.
Manusia bertubuh teromok gemuk itu jadi terkejut, dia
mengeluarkan suara siulan panjang, tahu2 dia telah membuang
dirinya kesamping kiri, waktu dia telah berdiri tetap napasnya
agak memburu.
Hanya beberapa jurus saja, mereka telah dapat mengukur
kepandaian mereka masing-masing.
Su Cie Pan semakin gusar saja mengingat lawannya ini
adalah pembunuh adiknya. Dia memang telah memutuskan,
malam ini, malam yang telah mereka janjikan sepuluh tahun
yang lalu, adalah malam yang akan menentukan, dimana Su
Cie Pan menghendaki kematian Lo Ping Kang.
Sedangkan Lo Ping Kang sendiri yakin, bahwa dalam
pertempuran ini dia tidak mungkin dirubuhkan oleh lawannya
yang seorang itu. Tetapi yang membuat dia berkuatir sekali
justru adalah kawan2 dari Su Cie Pan yang lima orang itu, yang
dilihat dari sorot mata mereka yang tajam, tentunya kelima
orang itu bukanlah sebangsa manusia lemah.
Sin Han yang tengah mengintai dari balik pintu gerbang
kuil tersebut, tergoncang hatinya. Dia melihat lawan-lawan Lo
Ping Kang semuanya orang-orang yang memiliki bentuk tubuh
menyeramkan dan tampaknya tidak memiliki kepandaian

Koleksi kang zusi.com 82


lemah, Lo Ping Kang tentu menghadapi ancaman bahaya yang
tidak ringan. Namun melihat sikap pengemis tua yang bergelar
“Kepalan Sakti Tanpa Tandingan" itu, yang tenang dan
tersenyum-senyum, agak terhibur juga hati Sin Han.
Tiba2 Su Cie Pan mengeluarkan suara teriakan yang sangat
keras, dia telah merentangkan kedua tangannya dengan gerakan
yang mengepung, yaitu menyambar dari samping kiri dan
kanan pengemis tua itu, maka Lo Ping Kang jadi terdesak dari
dua jurusan.
Jika menangkis, hal itupun akan berbahaya sekali, karena
Su Cie Pan juga telah ber-siap2, begitu lawannya menangkis,
maka Su Cie Pan bukan membenturkan pergelangan tangannya
tetapi dia akan mempergunakan kuku2 jari tangan untuk
mencengkeram tangan lawannya.
Tentu saja Lo Ping Kang mengenal bahaya, dia juga sudah
dapat menduga maksud lawannya itu. Maka jalan satu2nya
ialah melompat mundur.
Tetapi Su Cie Pan tetap membayanginya dengan melompat
maju dan meneruskan serangannya dengan kuku2 jari
tangannya itu.
Hebat cara menyerang Su Cie Pan, karena dia melancarkan
serangannya dengan nekad tanpa memikirkan perlindungan dan
keselamatan dirinya, dia bernafsu sekali ingin merubuhkan
lawannya.
Tetapi Lo Ping Kang telah menekuk kedua kakinya, dia
berdiri dengan setengah berjongkok, kemudian secepat kilat
kaki kanannya menendang menyerampang dalam bentuk
setengah lingkaran.
Tendangan si pengemis itu merupakan serangan maut,
karena dia mengincer kelemahan dari Su Cie Pan, yaitu bagian
selangkangan dari lawannya ini, jika tendangan itu tepat

Koleksi kang zusi.com 83


mengenai sasarannya niscaya akan mematikan orang she Su
tersebut.
Su Cie Pan sangat terkejut melihat cara menyerang
lawannya itu.
Dia mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah
melompat mundur dengan cepat.
Kemudian dengan didampingi kelima orang kawannya, dia
memandang bengis kepada Lo Ping Kang.
“Pengemis bau ternyata engkau telah memperoleh banyak
kemajuan pada dirimu..........!" katanya dengan suara yang
mengejek.
Dan kelima kawan Su Cie Pan telah melompat kedepan
untuk menghadapi si pengemis she Lo itu. Mereka
memperlihatkan sikap yang sangat mengancam sekali.
“Siapakah kelima sahabatmu ini ?" tanya Lo Ping Kang
sambil tersenyum mengejek. “Kukira, aku belum mengenal
mereka......!"
Su Cie Pan tertawa dingin, kemudian dia berkata dengan
suara yang keras : “Hemm,” katanya. “Mereka adalah yang
sangat terkenal didalam rimba persilatan dengan gelaran Ngo
haw Siang-kiam! Merekalah pendekar-pendekar yang memiliki
kepandaian sangat luar biasa sekali.......!"
Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran kelima orang itu,
yang disebut sebagai Ngo Hauw Siang Kiam (Lima harimau
dengan sepasang pedang), tampaknya dia bangga sekali.
Hati Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang jadi terkesiap juga,
karena dia sering mendengar nama hebat dari pendekar2 lima
harimau ini. Mereka memiliki kepandaian sangat tinggi,
disamping itu merekapun terkenal sekali sebagai orang2 yang
tidak berketentuan pendiriannya, seringkali berdiri dijalan

Koleksi kang zusi.com 84


putih, tetapi tidak jarang pula berdiri dipihak jalan hitam, yaitu
golongan penjahat.
Sehingga sulit sekali menempatkan mereka dibarisan putih
atau hitam, karena mereka memiliki pendirian yang sulit
diterka, di mana isi hati merekapun sulit untuk diraba.
“Aha, rupanya aku yang dekil kotor ini, memiliki rejeki
yang sangat besar bertemu dengan kelima tuan-tuan yang
memiliki nama besar, ada petunjuk apakah untukku ?" dan
sambil bertanya begitu, tampak Lo Ping Kang telah menatap
dengan sinar mata yang sangat tajam sekali, sikapnya itu sangat
menantang sekali.
Kelima orang pendekar yang bergelar Ngo hauw Siangkiam
itu tidak memberikan penyahutan, mereka hanya berdiam diri
mengawasi tajam sekali kepada si pengemis.
Sedangkan Su Cie Pan telah menyahuti dengan sikap yang
temberang sekali : “Aku justru menerima uluran tangan dan
bantuan dari sahabat-sahabat ini, untuk memusnahkan seorang
anjing dekil seperti kau dari permukaan dunia ! Karena itu, ber-
siap2lah untuk menerima kematian.” Setelah berkata begitu, Su
Cie Pan kemudian mengeluarkan suara seruan lagi, tahu2
tubuhnya telah melompat dengan lincah sekali dan kedua
tangannya kembali bergerak menyambar ke kiri Sin Kun Bu
Tek.
Lo Ping Kang telah berpikir keras, karena dia mengetahui
bahwa lawannya ini sangat tinggi kepandaiannya, tidak bisa dia
menghadapi dengan main2, terlebih lagi sekarang lawannya itu
dibantu oleh kelima orang jago yang sangat ternama sekali
seperti Ngo-houw Siang Kiam, tentu saja mereka merupakan
lawan yang sangat tangguh sekali.
Namun Sin Kun Bu Tek tidak memperlihatkan perasaan
kuatirnya itu, dia telah mengawasi datangnya samberan
serangan lawannya, dengan cepat sekali dia telah

Koleksi kang zusi.com 85


mengeluarkan kepandaian utamanya, yaitu Kepalan Tangan
Saktinya, tahu2 tangan dari pengemis ini telah melayang
menyambar kearah bahu Su Cie Pan. Gerakannya itu sulit
diterka, karena seperti menyambar kearah kanan, tetapi justeru
yang menjadi sasaran sebenarnya adalah sebelah kiri.
Su Cie Pan melihat betapa lawannya mulai mengeluarkan
ilmu simpanannya, dia telah mengibas dengan kuku2 jari
tangannya, untuk melindungi dirinya.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak mau
berlaku tanggung lagi, ia mengulurkan tangannya dan
mengeluarkan kepandaiannya dengan delapan bagian kekuatan
lweekangnya tersalur dalam kepalannya. Waktu menghantam
jitu sekali pergelangan tangan Su Cie Pan, terdengar suara
’krekkk’ yang cukup nyaring.
Tentu saja benturan itu membuat Su Cie Pan jadi kesakitan
dan kaget.
Untung saja dia bergerak cepat sekali, dan telah melompat
sambil menarik tangannya.
Jika saja dia terlambat, tentu pergelangan tangannya itu
akan patah, atau juga bisa terjadi tulang pergelangan tangannya
akan menjadi hancur.
Disaat itu, dengan mengeluarkan suara seruan yang
nyaring, dua orang dari Ngo Hauw Siang Kiam telah melompat
ke dekat Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, tahu2 tangan mereka
telah meraba gagang senjata masing2, mereka telah mencabut
sepasang pedangnya masing2. Secepat kilat pedang mereka itu
telah menyambar ke arah Lo Ping Kang.
Pengemis tua yang bergelar Sin Kun Bu Tek itu tidak jeri
menghadapi serangan lawannya, dia hanya tercekat hatinya,
karena walaupun bagaimana memang gerakannya itu
merupakan gerakan yang sangat berbahaya, yaitu tubuhnya

Koleksi kang zusi.com 86


telah ber-kelebat2 diantara samberan empat batang pedang,
ditambah ancaman jari jari mautnya Su Cie Pan.
Gerakan itu menimbulkan getaran yang kuat sekali, getaran
yang sangat dahsyat dan telah mendorong mundur kedua
lawannya, karena kedua telapak tangan Sin Kun Bu Tek telah
tersalur kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya.

Dalam sekejap mata mereka telah terlibat dalam


pertempuran yang seru sekali dan mereka seperti juga
bayangan yang berkelebat kelebat saja. Sin Han sendiri sudah
tidak bisa mengenali, yang mana Sin Kun Bu Tek yang mana
lawan-lawannya itu. Mata Sin Han jadi kabur menyaksikan

Koleksi kang zusi.com 87


pertempuran seperti itu, hati anak ini tergoncang keras sekali,
dia berkuatir kalau2 si pengemis dilukai lawan-lawannya.
Didalam hatinya Sin Han telah berdoa agar si pengemis tua
itu berhasil menghadapi lawan2nya.
Ketiga orang Ngo Hauw Siang Kiam lainnya tidak ikut
menerjang maju, rupanya mereka yakin bahwa kedua orang
kawan mereka itu, ditambah dengan Su Cie Pan, sudah lebih
dari cukup untuk menghadapi Sin Kun Bu Tek.
Sejak munculnya mereka, Ngo Hauw Siang Kiam memang
tidak banyak bicara.
Didalam rimba persilatan mereka memang terkenal sebagai
jago2 yang pendiam, dan tidak pernah banyak bicara. Yang
tertua bernama Miang Khu Lie, sedangkan yang kedua Miang
Khu An yang ketiga bernama Man Siang Ha, keempat dan
kelima Man Su Liong dan Man Tia Lu. Mereka berlima bukan
merupakan satu keturunan, melainkan dari dua marga keluarga,
yaitu keluarga Miang dan Man. Mereka memang satu
perguruan silat, maka setelah merasa cocok satu dengan yang
lainnya, disaat itulah mereka telah melatih diri bersama, dan
selanjutnya setiap menghadapi lawan mereka selalu berlima.
Keadaan seperti ini tentu saja telah membuat mereka sangat
terkenal sekali, karena kepandaian mereka sangat tinggi dan
sulit sekali dicari tandingannya.
Saat itu yang telah terjun dalam kalangan mengeroyok Sin
Kun Bu Tek adalah Miang-Khu Li, kedua saudara dari she
Miang itu. Mereka mengandalkan sekali sepasang pedang
masing2.
Setiap serangan yang dilancarkan Miang Khu Lie dan
Miang Khu An merupakan tikaman dan tabasan yang sangat
hebat sekali yang bisa mematikan, karena selalu menuju ke
bagian yang mematikan ditubuh lawannya.

Koleksi kang zusi.com 88


Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sendiri jadi gusar bukan
main, dia telah mengeluarkan 'kepalan sakti' yang merupakan
ilmu kepandaian yang paling diandalkannya, kedua tangannya
itu silih berganti ber-gerak2 melancarkan gempuran yang
dahsyat sekali.
Angin berkesiuran menerbangkan daun2 kering dan debu
yang terdapat dihalaman kuil tersebut, bahkan disaat itu
tampak Miang Khu An dan Miang Khu Lie agak terdesak oleh
kepalan tangan Sin Kun Bu Tek.
Hanya Su Cie Pan yang masih dapat melancarkan serangan
tanpa terdesak karena Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak
berani terlalu mendesaknya, sebab walaupun bagaimana Sin
Kun Bu Tek Lo Ping Kang masih jerih jika terkena racun di
kuku jari tangan lawannya yang seorang ini.
Gerakan yang dilakukan Su Cie Pan semakin lama semakin
cepat dan nekad, karena Su Cie Pan telah bertekad, walaupun
bagaimana dia bermaksud untuk mengadu jiwa dengan
lawannya tersebut.
Dalam keadaan demikian, tiba2 Sin Kun Bu Tek telah
merobah cara bertempurnya.
Diantara deru angin serangan kedua kepalan tangannya
yang dahsyat itu, tubuhnya telah berlompatan kekiri dan
kekanan, tahu2 dia telah berhasil mencengkeram baju
dipunggung Miang Khu Lie dan Miang Khu An.
Dengan gerakan menghentak, dia telah melemparkan kedua
lawannya itu kesamping. Dan membarengi dengan itu, tanpa
membuang waktu sedikitpun juga, tahu2 kepalan tangan
kanannya telah meluncur masuk ke dalam penjagaan Su Cie
Pan, dan dada orang she Su itu telah kena digempurnya.
“Bukkkk !" keras sekali dada orang she Su itu terhajar,
tubuhnya terhuyung, dan belum lagi dia bisa berdiri tetap,

Koleksi kang zusi.com 89


disaat itulah dia telah memuntahkan darah segar dua kali dari
mulutnya.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang ingin meneruskan
serangannya, tetapi dia telah diserang oleh ketiga orang
lawannya, yaitu Man Siang Ha, Man Su Liong dan Man Tia
Lu. Ketiga orang ini ketika melihat ketiga kawan mereka telah
mengalami kekalahan ditangan orang she Lo tersebut, dan
melihat jiwa dari Su Cie Pan terancam kematian, maka dengan
segera mereka mencabut sepasang pedangnya masing2 lalu
menerjang maju melancarkan serangan hebat.
Hal itulah yang membuat Lo Ping Kang harus membatalkan
maksudnya untuk meneruskan serangannya kepada Su Cie Pan,
sebab dia harus menyelamatkan jiwanya dari ancaman keenam
pedang lawan yang menyambar dengan serentak. Tetapi Sin
Kun Bu Tek benar2 merupakan jago yang tangguh sekali,
karena dia bisa menghadapi serangan ketiga lawannya dengan
baik. Dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya dan
kedua tangannya telah digerakkan dengan beruntun, dan hebat-
nya justru dari kedua kepalan tangannya itu mengeluarkan
serangan angin yang kuat sekali menyampok keenam pedang
yang tengah menyambar dirinya.
Sin Kun Bu Tek mempergunakan kesempatan itu untuk
melompat mundur, dia telah ber-siap2 menghadapi serangan
berikutnya dari lawan2nya tersebut.
“Mari, mari, kalian maju semuanya !" kata Sin Kun Bu Tek
dengan suara yang sangat nyaring, dia juga telah mengeluarkan
suara tertawa mengejek, seperti meremehkan keenam lawannya
itu.
Su Cie Pan yang hampir saja terhajar oleh gempuran dan
serangan Sin Kun Bu Tek jadi bertambah gusar dan nekad, dia
yang pertama-tama ingin melompat untuk melancarkan
serangan pula kepada si pengemis tua she Lo itu.

Koleksi kang zusi.com 90


Tetapi baru saja tubuhnya ingin bergerak disaat itulah
keheningan malam telah dipecahkan oleh suara pekik yang
sangat nyaring, suara pekik yang menyerupai suara jeritan
seekor burung rajawali yang terluka.
Kemudian disusul ditengah udara beterbangan berputar-
putar sepasang burung merpati, yang berputar-putar kira2
sepuluh kali.
Tampak muka Su Cie Pan dan yang lainnya juga telah
berobah menjadi pucat. Begitu pula tubuh mereka akan
menggigil.
“Siang-niauw Pek Sian !" berseru mereka. Siang Niauw Pek
Sian berarti Sepasang Burung Dewata Berpakaian Putih.
Suara Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran itu juga
tergetar, memperlihatkan bahwa dia sangat ketakutan sekali,
lalu tanpa memperdulikan Sin Kun Bu Tek, dia telah memutar
tubuhnya dan menjejakkan kakinya, berlari cepat sekali untuk
meninggalkan tempat tersebut. Tampaknya Su Cie Pan sangat
ketakutan sekali. Begitu juga dengan Ngo Hauw Siang Kiam
yang telah berobah pucat pias mukanya masing2, lalu tanpa
mengeluarkan sepatuh kata, mereka telah melompat untuk
melarikan diri juga.
Suara pekik itu terdengar semakin nyaring dan mendekati,
cepat sekali perpindahan suara itu, yang semula terdengar jauh
dan samar, akhirnya jadi begitu dekat sekali.
Sedangkan sepasang burung merpati yang berbulu putih itu
masih ber-putar2 diatas kepala Sin Kun Bu Tek.
Waktu melihat burung merpati itu, Sin-Kun Bu Tek
memang ketakutan juga, mukanya pun telah berubah pucat,
seperti juga Siang-niauw Pek Sian itu merupakan manusia atau
mahluk yang sangat menakutkan sekali. Dia telah memutar

Koleksi kang zusi.com 91


tubuhnya dan berlari dengan cepat sekali menuju kedalam kuil,
dia hampir saja bersamprokan dengan Sin Han.
“Ayo cepat lari.......cepat lari," katanya sambil mengulurkan
tangannya, dia telah menyambar pinggang Sin Han, yang
dipeluknya dan tubuh anak itu telah dibawanya lari dengan
cepat sekali meninggalkan tempat itu.
Dalam sekejap mata saja, Sin Kun Bu Tek telah berlari
puluhan lie, waktu sampai didekat pintu kampung sebelah
selatan, pengemis tua itu telah berhenti berlari, dia
menenangkan goncangan jantungnya, dan meluruskan
napasnya.
Sin Han heran bukan main melihat sikap si pengemis tua
she Lo itu yang sangat ketakutan.
Waktu berhenti berlari, pengemis tua itu pun telah
memandang sekelilingnya. Ketika melihat tidak ada yang
mengejar, dia baru menghela napas lega.
”Lojinke......." kata Sin Han kemudian.
”Diam, jangan bicara dulu.....kita harus cepat2 menyingkir,
sekali saja kita terlambat, niscaya jiwa kita sulit diselamatkan
pula.....!" dan sambil berkata begitu, si pengemis telah berlari-
lari lagi dengan cepat.
Setelah berlari terus menerus hampir lima puluh lie, barulah
dia menghentikan larinya itu sambil membuang napasnya yang
memburu.
“Kita selamat !" katanya kemudian sambil melepaskan
pelukannya dipinggang Sin Han.
Sin Han memandang bingung kepada si pengemis tua yang
telah menjatuhkan dirinya duduk didekat bawah batang pohon
yang ada disitu.
“Ada apa sebenarnya Lojinke ?" tanyanya kemudian.

Koleksi kang zusi.com 92


“Siapa itu Siang Niauw Pek Sian?" tanya Sin Han tidak
mengerti. “Kalau tidak salah tadi lawan2 Lojinke juga
menyebut gelaran itu pula......."
“Ya, majikan kedua burung merpati putih itu ! Itulah Siauw
Niauw Pek Sian !" mengangguk Sin Kun Bu Tek.
“Tetapi mengapa lojinke dan lawan2 lojinke tampaknya
begitu ketakutan sekali ?" tanya Sin Han lagi.
“Takut ? sudah tentu takut ! sedikit saja kami terlambat
angkat kaki, niscaya jiwa kami sudah tidak bisa dilindungi lagi
!" dan sambil berkata tampak si pengemis telah menyusut
keringatnya, dia telah menghela napas. ”Untung saja aku masih
sempat lolos diri, jika tidak.....ihihih....." dan diakhir kata-
katanya itu Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara seruan
seperti orang yang merasa ngeri sekali.
“Apakah Siang Niauw Pek Sian itu memang benar2
merupakan manusia yang sangat menakutkan sekali,
Lojinke.....?" tanya Sin Han lagi.
“Bukan hanya menakutkan, tetapi telengas dan kejam sekali
!" menyahuti Sin Kun Bu Tek.
“Apakah kepandaiannya lebih tinggi dari kepandaian
Lojinke ?” tanya Sin Han lagi.
“Anak tolol......!" bentak Sin Kun Bu Tek mendongkol.
“Jika kepandaiannya dibawahku tentu saja aku tidak perlu jeri
kepadanya ! Sudahlah......pergilah kau duduk disitu untuk
mengaso, setelah beristirahat sejenak dan napasku sudah tidak
memburu lagi, kita harus cepat-cepat berlalu dari tempat
ini.....!” dan setelah berkata begitu, Sin Kun Bu Tek
memejamkan matanya untuk beristirahat.
Sin Han duduk tidak begitu berjauhan dari si pengemis. Dia
heran sekali, akhir2 ini dia banyak sekali menemukan jago2
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali dimana menurut

Koleksi kang zusi.com 93


si pengemis justru Siang Niauw Pek-Sian merupakan orang
yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya. Melihat sikap
Sin-Kun Bu Tek dan keenam lawannya tadi, yang begitu
ketakutan bukan main walaupun baru mendengar suara pekik
dari Siang Niauw Pek Sian, membuktikan bahwa Siang Niauw-
Pek Sian itu merupakan jago yang luar biasa sekali.
Sin Han menghela napas.
“Ayah mengerti sedikit ilmu silat, tetapi akhirnya karena
ilmu silat dia harus menemui kematian dengan menyedihkan
sekali dan aku harus terlantar seperti ini........!" berpikir Sin
Han tanpa diinginkannya, dari sudut matanya menitik butir2 air
mata yang bening. “Andaikata ayah tidak mengerti ilmu silat
tentu bencana seperti ini tidak pernah menimpa kami." Dan Sin
Han telah menghela napas panjang.
Tiba-tiba sekali Sin Kun Bu Tek telah melompat berdiri
dengan gerakan yang sangat cepat, matanya terpentang lebar2
pengemis sakti ini juga telah mengawasi sekelilingnya.
”Ada apa, lojinke ?" tanya Sin Han dengan perasaan heran.
”Apakah......apakah engkau tidak mendengar suara itu ?"
tanya Sin Kun Bu Tek dengan sikap yang tegang sekali.
“Suara.......? Suara apa, Lojinke ?" Tanya Sin Han heran,
dia memasang baik2 pendengarannya, dan disaat itulah dia
mendengar samar samar suara pekik yang serupa dan sama
dengan yang pernah didengarnya, yaitu pekik dari Siang Niauw
Pek Sian.
Tanpa membuang waktu, dan tanpa berkata apapun juga,
tahu2 Sin Kun Bu Tek telah menyambar pinggang Sin Han
yang dirangkulnya dan dia telah berlari-lari lagi dengan cepat
sekali, gerakannya kali ini jauh lebih cepat dari tadi, bahkan si
pengemis tampaknya semakin ketakutan.

Koleksi kang zusi.com 94


“Dia mengejar aku....tampaknya dia tidak mau melepaskan
aku !" menggumam si pengemis seperti berkata kepada dirinya
sendiri.
Sin Han berdiam diri karena dia mengetahui si pengemis
tengah dikejar oleh perasaan takut yang luar biasa, diam2 Sin
Han juga jadi berpikir, kalau sampai Sin Kun Bu Tek berhasil
dikejar oleh Siang Niauw Pek Sian yang ditakutinya itu tentu
dirinya sendiripun tidak akan lolos dari malapetaka, yaitu tentu
saja akan dibinasakan oleh Siang Niauw Pek Sian pula.
Berpikir begitu, Sin Han jadi bergidik.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek telah ber-lari2 terus dengan
cepat sekali. Dia seperti juga tidak memikirkan yang lainnya,
karena baginya yang terpenting disaat itu adalah meloloskan
diri dari kematian, meloloskan diri dari Siang Niauw Pek Sian
yang rupanya mengejarnya.
Suara pekik itu akhirnya lenyap tidak terdengar
lagi.....Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak berani berhenti berlari, dia
terus juga mementangkan kakinya mempergunakan
ginkangnya, karena dia jeri kalau2 nanti Siang Niauw Pek Sian
akan berhasil menyusulnya.
Diantara angin yang berseliweran di telinganya yang
menyambar-nyambar dengan keras, Sin Han pun menjadi
ikut2an ketakutan, kalau2 nanti Siang Niauw Pek Sian itu
berhasil mengejarnya......
Tetapi disaat Sin Kun Bu Tek tengah enak2nya berlari,
tiba-tiba dia mengeluarkan suara seruan tertahan, dan langkah
lakinya yang terhenti.
Sin Han merasakan betapa tangan Sin Kun Bu Tek yang
melingkar dipinggangnya itu tergetar, seperti juga Sin Kun Bu
Tek menyaksikan sesuatu yang hebat.

Koleksi kang zusi.com 95


Sin Han berusaha mengangkat kepalanya dan melihat
kedepannya.
Terpisah lima tombak lebih dihadapan mereka, berdiri
sesosok tubuh, yang mengenakan pakaian serba putih,
jubahnya itu berkibar kibar yang tertiup oleh hembusan angin..
”Kau.......?" suara Sin Kun Bu Tek tergetar waktu menegur
begitu.
Sosok tubuh berpakaian putih itu tidak menyahuti, hanya
berdiam diri saja.
Sin Han berusaha melihat muka orang itu. Seorang lelaki
berusia diantara tiga puluh tahun, dengan kumisnya yang tipis
dan mukanya licin kelimis bersih sekali, tampak berdiri
dihadapan mereka. Lelaki berjubah putih itu telah mengawasi
kearah Sin Kun Bu Tek dengan sorot mata yang dingin tetapi
dalam sorot matanya itu memancarkan sinar yang mengerikan
sekali.
Diam2 Sin Han sendiri jadi bergidik waktu melihat sinar
mata orang itu.....
“Siang Niauw Pek Sian, aku tidak bermusuhan denganmu
!" kata Sin Kun Bu Tek akhirnya setelah berhasil menenangkan
goncangan hatinya.
“Hmmm.....!" hanya dengus dingin mengejek seperti itu
yang diperdengarkan sosok tubuh berpakaian serba putih itu.
Sin Kun Bu Tek jadi tambah ketakutan saja, tubuh sampai
gemetaran.
“Siang Niauw Pek Sian....." katanya kemudian dengan
suara yang tergetar.
“Tidak perlu kau banyak bicara.........serahkan jiwamu...."
suara orang berjubah putih keseluruhannya itu sangat dingin,
menyeramkan sekali.

Koleksi kang zusi.com 96


”Apa........apa salahku ? Aku tidak bersalah, bukan ?" tanya
Sin Kun Bu Tek dengan suara yang gemetar karena sangat
ketakutan. ”Aku tidak pernah bertemu dengan kau, aku tidak
pernah melakukan kesalahan apa2 padamu, tetapi........mengapa
kau harus menghendaki jiwaku ?"
“Tidak perlu dijelaskan, aku menghendaki jiwamu, dan
engkau jangan rewel !" menyahuti orang berjubah putih itu.
Disaat itulah, ditengah udara terdengar suara pekik burung
merpati.
Tidak lama kemudian, tampak sepasang burung merpati
telah terbang berputaran di atas kepala Sin Kun Bu Tek.
Melihat sikap Siang Niauw Pek Sian yang dingin dan
menyeramkan itu, dan melihat bahwa dirinya tak mungkin
lolos dari kematian, dengan sendirinya Sin Kun Bu Tek jadi
nekad. Karena sudah tidak ada jalan mundur lagi baginya. Dia
nekad ingin coba2 melakukan perlawanan.
Dilepaskannya rangkulannya pada pinggang Sin Han, dan
anak itu telah menyingkir ke samping, dia telah melihat betapa
Sin Kun Bu Tek menghadapi orang berpakaian putih itu
dengan sikap ragu2.
“Engkau ingin mengadakan perlawanan ?" dingin sekali
suara Sian Niauw Pek Sian itu, dia menegur dengan tatapan
mata yang mengerikan.
Sin Kun Bu Tek masih diliputi kebimbangan. Selama dua
tahun belakangan ini memang dia telah mendengar perihal
Siang Niauw Pek Sian, jago yang tiada tandingannya yang
memiliki kekejaman seperti iblis - bahkan melebihi iblis.
Memang hampir seluruh orang-orang rimba persilatan merasa
takut untuk bertemu dengan majikan kedua burung merpati itu,
karena telah tersiar banyak jago2 rimba persilatan yang mati
secara mengerikan datangnya Siang Niauw Pek Sian.

Koleksi kang zusi.com 97


Hal ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi ragu2
menghadapi lawannya, namun dia telah melihat betapa ginkang
Siang Niauw Pek Sian benar2 hebat, karena Siang Niauw Pek
Sian dapat mengejar dirinya dengan mudah sekali.
Walaupun Sin Kun Bu Tek telah berlari dengan
mengerahkan seluruh ginkangnya, namun kenyataannya dia
masih bisa dikejar juga oleh Siang Niauw Pek Sian tersebut.
Dengan sendirinya, dia sudah bisa mengukurnya bahwa
ginkang Siang Niauw Pek Sian mungkin berada diatasnya
beberapa tingkat.
Disaat itu Siang Niauw Pek Sian masih berdiri dengan
sikapnya yang kaku dan wajah yang dingin, hanya tangan
kanannya telah merogoh saku jubahnya, dia mengeluarkan
selembar daun kering.
Digerakkan tangannya dan "Serrrr" daun kering itu telah
menyambar datang kepada Sin Kun Bu Tek.
Daun kering itu ringan sekali, dan juga jarak Siang Niauw
Pek Sian dengan Sin Kun Bu Tek terpisah cukup jauh, namun
aneh sekali, justru Siang Niauw Pek Sian dapat melemparkan
daun itu dengan baik, menyambar lurus dan ringan sekali, lalu
jatuh tepat didekat kaki Sin Kun Bu Tek.
“Itu hadiah dariku...." kata Siang Niauw Pek Sian dengan
suara yang dingin.
Sin Kun Bu Tek bertambah menggigil tubuhnya, dia telah
mengambil daun itu, diperhatikannya, dan melihatnya betapa
didaun itu terlukis gambar seekor burung merpati, yang
dibuatnya tentu dengan pisau atau semacam benda tajam
lainnya.
Itulah hadiah kematian ! Memang telah tersiar didalam
rimba persilatan selama dua tahun belakangan ini, setiap calon

Koleksi kang zusi.com 98


korban dari Siang Niauw Pek Sian akan menerima hadiah
selembar daun kering yang berlukisan seekor burung merpati.
Dengan menerima daun kering itu, berarti dirinya juga
merupakan calon korban dari Siang Niauw Pek Sian.
Menyadari sulit baginya untuk lolos dari tangan Siang
Niauw Pek Sian, tentu saja telah membuat Sin Kun Bu Tek
bertambah nekad.
Dia telah merobek daun itu katanya dengan muka yang
merah padam.
“Siang Niauw Pek Sian, aku denganmu sama sekali tidak
terdapat ganjalan apa2, tetapi engkau terlalu mendesak diriku !
Baiklah ! Baiklah ! Terpaksa aku memberanikan diri untuk
menyambuti beberapa jurusmu...." Dan setelah berkata begitu,
Sin Kun Bu Tek bersiap-siap untuk menerima serangan
lawannya, dia telah mengerahkan sebagian besar tenaganya
pada kedua kepalan tangannya. Lo Ping Kang terkenal sebagai
"Kepalan Sakti Tanpa Tandingan'' yaitu Sin Kun Bu Tek,
dengan sendirinya kedua kepalan tangannya itulah yang hebat
sekali. Maka dalam menghadapi bahaya dari lawan tangguh
seperti Siang Niauw Pek Sian, dia telah mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk melawan mati2an. Siang Niauw Pek Sian
telah melangkah setindak menghampiri Sin Kun Bu Tek.
Walaupun dia tidak memperlihatkan sikap mengancam, tetapi
mukanya yang dingin, dan tubuhnya yang mengejang kaku
waktu dia melangkah maju menghampiri cukup menyeramkan
juga keadaannya itu.
Sin Kun Bu Tek menjadi semakin tergoncang keras hatinya.
Sin Han yang mengawasi dari pinggiran juga berdiri
dengan gemetaran. Anak ini bahkan merasakan lututnya jadi
lemas waktu melihat sinar mata Siang Niauw Pek Sian yang
dingin dan tidak memancarkan cahaya sedikitpun juga.

Koleksi kang zusi.com 99


Tiba2 Siang Niauw Pek Sian telah mengibaskan lengan
bajunya, sambil bentaknya : “Engkau belum mau menyerang?"
Dan dalam keadaan terjepit seperti itu, dan Sin Kun Bu Tek
telah tidak melihat jalan keluarnya lagi, dia telah mengeluarkan
suara teriakan yang sangat kuat, dan nekad sekali dia
menerjang maju. Dia telah menggerakkan kedua kepalan
tangannya, gerakannya itu gesit luar biasa, kedua tangannya
yang digerakkannya itu juga telah menyambar dengan
menyilang, maka hebat kesudahannya, tenaga gempuran yang
seperti memiliki kekuatan ribuan kati itu, menyambar kepada
Siang Niauw Pek Sian.
Tetapi Siang Niauw Pek Sian sama sekali tidak
memperlihatkan gerakan sesuatu apapun juga, dia tetap berdiri
tegak dengan sikapnya yang dingin, dengan membusungkan
dadanya ia telah menerima gempuran kedua kepalan tangan
dari Sin Kun Bu Tek.
“Bukkkk ! Bukkk !" kuat bukan main tenaga serangan Sin
Kun Bu Tek menghantam dada Siang Niauw Pek Sian.
Gempuran itu jika jatuh pada diri seorang jago biasa saja,
tentu tulang dadanya akan hancur dan korban pukulan dari
kepalan sakti Sin Kun Bu Tek, akan menemui kematian.
Tetapi aneh sekali Siang Niauw Pek Sian seperti tidak
merasa kesakitan sedikitpun juga dia bahkan telah tersenyum
tawar menyeramkan sekali.
Sikapnya yang tenang sekali memperlihatkan bahwa dia
sama sekali tidak merasa sakit, bahkan dia telah tersenyum
dengan sikapnya yang menyindir dan mengandung hawa
pembunuhan.
Kemudian Siang Niauw Pek Sian juga telah berkata:
“Sekarang sudah saatnya engkau harus menyerahkan jiwamu !"
dan Sin Kun Bu Tek merasakan kepalan tangannya yang

Koleksi kang zusi.com 100


menempel didada Siang Niauw Pek Sian kesemutan, dia
sampai mengeluarkan suara seruan kaget dan berusaha menarik
kepalan tangannya itu dengan cepat, agar terlepas dari
tempelan Siang Niauw Pek Sian. Namun terlambat!
Kepalan tangannya itu tidak bisa ditariknya kembali,
sehingga dia mengeluarkan suara seruan yang keras, dan
memusatkan tenaga dalamnya dengan mengeluarkan dan
menarik lebih kuat lagi. Tetapi kembali dia gagal, sehingga Sin
Kun Bu Tek jadi bingung sendirinya.
Tetapi sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian
cukup tinggi, Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup, dia telah
cepat2 mengeluarkan suara bentakan yang keras, dan
menyepak mempergunakan kedua kakinya dengan tendangan
yang beruntun, mengancam keperut Siang Niauw Pek Sian.
Dan Siang Niauw Pek Sian benar2 merupakan seorang
yang aneh dan memiliki kepandaian yang tinggi sukar dijajaki,
dia berdiam diri saja, hanya tangan kirinya diangkat dan
dikibaskan ringan.
Kesudahannya sangat hebat sekali, karena disaat itu juga
tubuh Sin Kun Bu Tek telah terpental keras, ambruk diatas
tanah bergulingan sambil mengeluarkan suara jeritan yang
mengerikan.
Setelah rebah sejenak, Sin Kun Bu Tek merangkak untuk
berdiri, tetapi belum lagi dia bisa berdiri tetap, dari mulutnya
dia telah memuntahkan darah segar.
Muka Lo Ping Kang pucat pias, tubuhnya gemetaran.
Rupanya kibasan tangan yang dilakukan Siang Niauw Pek Sian
benar2 dahsyat luar biasa, karena Lo Ping Kang merasakan
dadanya sangat nyeri sekali.

Koleksi kang zusi.com 101


Dari peristiwa tersebut, Sin Kun Bu Tek telah bisa
menduga berapa tinggi kepandaian lawannya, yang berada
beberapa tingkat diatas kepandaiannya.
Sehingga Sin Kun Bu Tek bertambah ketakutan, walaupun
bagaimana tidak dapat dia lolos dari tangan Siang Niauw Pek
Sian, sebab selain kepandaian lawannya itu memang jauh lebih
hebat dari dia beberapa tingkat, juga kini Sin Kun Bu Tek telah
terluka hanya dalam satu jurus dari Siang Niauw Pek Kut yang
perlahan seperti itu. Tanpa dikehendakinya Sin Kun Bu Tek
jadi menghela napas putus asa, dia berusaha mengerahkan
tenaganya pada kedua lututnya, untuk memperkuat kuda2
kedua kakinya.
Siang Niauw Pek Sian telah menghampirinya dengan wajah
yang mengerikan karena disamping matanya yang mengawasi
dingin sekali tanpa ber-gerak2 bola matanya, juga mukanya itu
bagaikan secarik kertas yang tidak memancarkan perasaan
apa2.
Disaat seperti itu Sin Han juga mengawasi dengan sorot
mata memancarkan kekuatirannya, karena walaupun dia
mengetahui Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian tinggi dan
Sin Han tidak mengerti ilmu silat, tetapi anak itu menyadarinya
bahwa dalam hal kepandaian tentu saja Siang Niauw Pek Sian
berada diatasnya si pengemis. Dengan hanya sekali
mengibaskan tangannya saja, si pengemis telah dapat dibuat
terpelanting begitu hebat oleh Siang Niauw Pek Sian.
Diam2 Sin Han berdoa agar Sin Kun Bu-Tek tidak kena
dirubuhkan lawannya, setidak tidaknya Sin Han mengharapkan
Sin Kun Bu Tek bisa meloloskan diri dari kematian
ditangannya Siang Niauw Pek Sian.
Cepat sekali Sin Kun Bu Tek menyalurkan tenaga
lwekangnya, tetapi karena dia tengah terluka parah, begitu dia
mengempos kekuatan tenaga dalamnya, segera dia merasakan

Koleksi kang zusi.com 102


darah didadanya jadi bergolak, dan tanpa bisa ditahan lagi
seketika itu juga dia telah memuntahkan darah segar......
Keadaan seperti ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi
berdiri dengan muka pucat pias, habislah harapannya untuk
meloloskan dirinya dari ancaman lawannya yang luar biasa ini.
Siang Niauw Pek Sian telah menghampiri dekat sekali dia,
menyeringai perlahan: “Kini kau serahkanlah jiwamu." dan
tangan kanannya telah diangkatnya, untuk menepuk batok
kepala Sin Kun Bu Tek.
Sin Kun Bu Tek menghela napas putus asa; dia
memejamkan matanya, dia pasrah menyerah menerima
kematian, sebab Sin Kun Bu Tek mengetahui percuma saja dia
melakukan perlawanan, tidak mungkin dia lolos dari kematian
ditangan lawannya yang tangguh luar biasa ini.
Tangan Siang Niauw Pek Sian telah meluncur terus dengan
cepat, dan Sin Han memejamkan matanya tidak berani
menyaksikan Sin Kun Bu Tek terserang begitu.
Namun waktu telapak tangan Siang Niauw Pek Sian hampir
mengenai sasarannya, batok kepala dari Sin Kun Bu Tek,
disaat itulah terdengar suara seruan perlahan sekali, disusul
dengan munculnya sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit
sekali. Gerakan itu menyerupai bayangan, dan belum lagi
telapak tangan Siang Niauw Pek Sian sempat mengenai batok
kepala Sin Kun Bu Tek, sosok bayangan yang baru muncul itu
telah mengulurkan tangan kanannya, maka terdengar suara
benturan yang keras sekali.
“Bukkk !!" tubuh Siang Niauw Pek Sian terhuyung
beberapa langkah, mukanya berobah hebat, sebab dia kaget
bukan main. Sebagai seorang jago yang telah merubuhkan
ratusan tokoh2 ternama didaratan Tionggoan, selama itu belum
pernah Siang Niauw Pek Sian menemui tandingan yang bisa
membuat dia mundur sejauh itu. Dan baru pertama kali ini dia

Koleksi kang zusi.com 103


terhuyung begitu.......maka seketika itu pula dihati Siang Niauw
Pek Sian telah menduga, tentunya orang yang baru muncul ini
seorang yang memiliki kepandaian sempurna sekali.
Dengan sorot mata yang tajam dan dingin tampak Siang
Niauw Pek Sian telah memandang kepada orang yang baru
muncul dan tengah berdiri tegak disamping Sin Kun Bu Tek.
Itulah seorang pendeta dengan kepala yang dikonde, dan
pakaian yang agak aneh, bukan cara berpakaian orang Han.
Dilihat dari wajah yang ditumbuhi kumis, janggut dan juga
hidungnya yang mancung, jika bukan orang Tibet, tentunya
pendeta itu dari India.
“Siapa kau....? Sungguh berani kau mencari mati dengan
mencampuri urusanku ?" bentak Siang Niauw Pek Sian dengan
suara yang bengis, mukanya tidak memancarkan perasaan
apapun juga namun sangat menyeramkan sekali.
Pendeta asing itu telah tersenyum dengan sikapnya yang
sabar, dia telah merangkapkan tangannya dengan sikap seorang
pengikut agama Buddha.
“Siancai! Siancai! Aku pendeta kecil Gunal Sing bukan
lancang tangan mencampuri urusan tuan, tetapi apakah
kesalahan tuan ini sehingga tampaknya tuan ingin
membinasakannya ?" menyahuti pendeta itu dengan suara yang
sabar, sikapnya juga tenang sekali, sedikitpun juga dia tidak
memperlihatkan perasaan takut terhadap Siang Niauw Pek Sian
yang mukanya tampak sangat bengis sekali. “Jika aku si
pendeta kecil boleh tahu, siapakah nama tuan yang mulia ?"
Muka Siang Niauw Pek Sian berobah merah padam karena
marah, biasanya jika seseorang berhadapan dengannya tentu
akan ketakutan bagaikan tengah berhadapan dengan dewa
pencabut nyawa. Tetapi sekarang pendeta ini memperlihatkan
sikap yang tenang sekali.

Koleksi kang zusi.com 104


“Dengarlah, aku masih ingin memberikan kesempatan
kepadamu, hanya kali ini saja, untuk cepat2 angkat kaki......!"
kata Siang Niauw Pek Sian. ”Aku Siang Niauw Pek Sian Bo
Siong Kun tidak akan segan untuk mengantarkan kau pergi
menghadap Giam-lo-ong si raja akherat....."
Mendengar perkataan Siang Niauw Pek Sian, muka si
pendeta tidak berobah, bahkan dia tersenyum ramah sekali.
“Jangan galak2 begitu, orang gagah !" katanya kemudian
dengan suara yang sabar. “Kulihat anda memiliki kepandaian
yang sangat tinggi dan sempurna. Tidakkah sayang jika
kepandaian yang tinggi dan sempurna itu harus dibawa ke jalan
yang sesat ?"
“Apa perdulimu tentang diriku? Kesempatanmu rupanya
kau sia2kan pendeta gundul dan kau memang sengaja rupanya
mencari-cari urusan denganku ! Baiklah! Aku ingin melihat,
sampai berapa tinggikah kepandaian seorang pendeta seperti
engkau seorang pendeta asing yang tidak mengenal selatan dan
tidak mengenal jalan hidup !"
“Siancai, jangan marah dulu, tuan..........!" kata Gunal Sing
dengan suara yang sabar sekali. “mengapa tuan harus bersikap
begitu garang, bukankah tidak ada persoalan yang tidak dapat
diselesaikan jika kita menghendakinya dengan hati yang baik !
Mengenai persoalan tuan dengan tuan pengemis itu, aku pun
tidak mengetahui ujung pangkalnya, namun aku percaya, tentu
itulah bukan urusan yang harus menyebabkan jatuhnya
korban....!"
Baru saja si pendeta asing tersebut berkata sampai disitu,
Siang Niauw Pek Sian telah tertawa gelak2 dengan suaranya
yang nyaring bukan main, suara tertawanya itu seperti
menggetarkan sekitar tempat itu.
Tentu saja Gunal Sing mengetahui bahwa suara tertawa
Siang Niauw Pek Sian itu mengandung kekuatan tenaga

Koleksi kang zusi.com 105


lwekang yang sangat kuat, karena suara tertawa itu
bergelombang, semakin lama semakin menggetarkan sekitar
tempat itu. Tetapi Gunal Sing tetap membawa sikap yang
tenang dan sabar, sama sekali dia tidak memperlihatkan
perasaan takut atau gugup.
“Baiklah !" kata Siang Niauw Pek Sian setelah cukup lama
tertawa keras. “Rupanya engkau memang benar2 keledai
gundul yang tidak tahu diri.......nah, kau terimalah seranganku
ini!!" dan sambil berkata dengan wajah yang menyeramkan,
Siang Niauw Pek Sian telah melangkahkan kaki kirinya
setengah langkah, tangan kanannya telah ditekuk sedikit,
tangan kirinya dilonjorkan kedepan, lalu tubuhnya agak
membungkuk kedepan. Berbareng dengan itu, dia telah
mengibas.
Dari tangan kanan Siang Niauw Pek Sian mengalir keluar
serangkum tenaga sakti yang kuat sekali, tetapi Gunal Sing
tetap berdiri di tempatnya tanpa berusaha berkelit. Sin Kun Bu
Tek yang melihat cara menyerang Bo Siong Kun jadi terkejut
bukan main, karena Sin Kun Bu Tek menyadari bahwa
serangan yang dilakukan oleh Bo Siong Kun merupakan
serangan yang sangat dahsyat, melebihi dahsyatnya dari
serangan-serangannya kepada Sin Kun Bu Tek sendiri.
”Taisu, hati2........!" teriak Sin Kun Bu Tek dengan suara
tergetar.
Tetapi belum lagi suara peringatan itu selesai terdengar,
angin gempuran yang dilancarkan oleh Siang Niauw Pek Sian
Bo Siong Kun telah menyambar tiba.
Gunal Sing tetap berdiri tegak tanpa bergerak, dia melihat
betapa Bo Siong Kun menyerang dengan bernafsu sekali, dan
melancarkan gempuran dengan kekuatan sangat dahsyat.
Dengan gerakan yang perlahan, tetapi gesit, tahu2 si
pendeta menggerakkan tangan kirinya, dia telah mendorong

Koleksi kang zusi.com 106


perlahan. Memang tidak keras dorongan itu tetapi
kesudahannya membuat Bo Siong Kun, si raja iblis yang
terkenal keganasannya itu jadi terkejut sekali, dia terkesiap
waktu merasakan gempuran itu bagaikan menghantam tempat
yang lunak dan kosong. Dan belum sempat dia menarik
serangannya itu, justru dia merasakan dorongan yang kuat
sekali pada dadanya, cepat2 Bo Siong Kun mengempos
pernapasannya, dia berusaha berdiri tetap untuk melawan
tenaga mendorong Gunal Sing, tetapi nyatanya tidak urung
tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang.
Pengalaman ini merupakan pengalaman pertama kali buat
Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun, karena untuk pertama
kali ini dia gagal melancarkan serangan dan bahkan dia sendiri
yang terhuyung begitu, sedangkan si pendeta asing itu
tampaknya tenang2 saja berdiri ditempatnya tanpa bergeming
sedikitpun juga.
“Kau......” berseru Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun
dengan suara yang tersendat tertahan, tampaknya dia kaget dan
gusar sekali.
“Sabar tuan, serangan tuan tadi merupakan serangan yang
kejam sekali....maka jika dalam hal ini orang yang menyambuti
serangan tersebut tidak memiliki kepandaian yang berarti, tentu
korban itu telah terbinasa karenanya ....!" sabar suara pendeta
itu, walaupun dia ber-kata2 dengan suara yang mengandung
teguran.
Bo Siong Kun jadi tambah gusar, dia telah mengeluarkan
suara teriakan yang sangat keras, dan tahu2 tanpa bicara
sepatah kata perkataanpun juga, kedua tangannya silih berganti
melancarkan serangan2 yang gencar.
Kedua tangannya itu diputar-putar dalam bentuk lingkaran
kecil. Tetapi di kesepuluh jari tangannya itu dia telah
menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya, sehingga waktu dia

Koleksi kang zusi.com 107


menggerakkannya, tenaga serangannya itu menimbulkan angin
yang berkesiuran keras sekali dan sekali saja dia mendorong,
maka bagaikan ada gempa bumi yang menghantam diri pendeta
asing itu.
Gunal Sing sedikitpun tidak menjadi gugup atau takut,
bahkan dia telah tersenyum sabar sekali. Dengan perlahan,
namun gerakannya itu dapat mengimbangi gerakan tangan Bo
Siong Kun, dia telah mengebutkan lengan bajunya.
Kembali Bo Siong Kun terdorong mundur, sehingga
membuat dia jadi tambah marah saja. Dengan suara yang
sangat keras dan bengis, beberapa kali Bo Siong Kun
melancarkan gempuran2 yang hebat, namun selalu gagal.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek yang menyaksikan peristiwa
ini, berdiri tertegun ditempatnya.
Sejak pertama kali dia bertemu dengan Bo Siong Kun,
memang Sin Kun Bu Tek telah ketakutan bukan main, karena
diapun telah merasakan betapa kepandaian Bo Siong Kun
sangat hebat, beberapa tingkat diatas kepandaiannya, dan
hampir saja jiwanya melayang di tangan orang she Bo itu.
Namun sekarang, nyatanya Gunal Sing dapat melayaninya
dengan baik, dengan tenang dan sabar, dan tanpa terdesak
sedikitpun juga. Bahkan sebaliknya Bo Siong Kun jadi sibuk
sekali melancarkan serangan2 yang beruntun tanpa
memperoleh hasil.
Setelah lewat belasan jurus, tampaknya Bo Siong Kun
merasa kesal juga serangan2nya itu tidak memberikan hasil
sedikitpun juga dia telah mengeluarkan suara bentakan kecil
sambil melompat kebelakang menjauhi diri.
@-dewikz~Hendra-@

Koleksi kang zusi.com 108


Jilid 4

MUKA Bo Siong Kun merah padam, dia gusar sekali.


Tahu2 mulutnya itu berkemak kemik perlahan, sepasang
matanya yang memancar menyeramkan itu semakin
mengerikan saja, dan saat itu sepasang burung merpati putih
yang sejak tadi ber-putar2 ditengah udara, kini telah terbang
mendekati Bo Siong Kun, dan kedua merpati putih itu telah
me-layang2 diatas kepala Bo Siong Kun.
Saat itu keadaan Bo Siong Kun aneh sekali, dia berdiri
dengan sepasang kaki yang tegak dan muka yang semakin lama
semakin menyeramkan sekali.
Dengan cepat segera terlihat perobahan di diri Bo Siong
Kun, dari atas kepalanya itu telah mengepul mengeluarkan
asap, dan waktu dia menggerakkan tangan kanannya, dia
mengeluarkan suara erangan perlahan.
”Oh, ilmu hitam !!" berseru Gunal Sing dengan suara yang
nyaring, tampaknya dia terkejut.
Cepat2 pendeta ini merangkapkan sepasang tangannya, dan
membaca ayat2 suci Sang Buddha, dia telah membacanya
dengan suara yang cukup nyaring.
Yang membuat Sin Han dan Sin Kun Bu Tek jadi terkejut
bukan main justru disaat itu dihadapan Gunal Sing seperti
muncul sesosok tubuh, sesosok tubuh seekor harimau.......yang
tengah meraung dan mengulurkan sepasang kaki depannya,
akan menerkam Gunal Sing...!
Sin Han sendiri sampai mengeluarkan suara pekik
ketakutan dan menubruk Sin Kun Bu Tek, sedangkan si
pengemis Lo Ping Kang juga telah ber-siap2 untuk melarikan
diri.

Koleksi kang zusi.com 109


Tetapi Gunal Sing mengetahui bahwa lawannya tengah
mempergunakan ilmu hitam, semacam ilmu sihir. Dia tidak
takut sedikitpun juga, karena Gunal Sing telah memiliki
kekuatan tenaga bathin yang sempurna sekali.
Setelah membaca sejenak lamanya ayat2 suci Sang Buddha,
dan melihat harimau ganas itu siap akan menerkamnya, Gunal
Sing telah mengebutkan lengan jubahnya : ”Kembalilah ke
asalmu..!"

Seketika tubuh harimau itu seperti terbakar mengeluarkan


asap, lalu lenyap ! Yang tertinggal diatas tanah hanyalah
sepotong besi yang bentuknya menyerupai harimau2an ...yang
menggeletak diam.

Koleksi kang zusi.com 110


Muka Bo Siong Kun jadi berobah merah padam. Jago sakti
she Bo itu memang seringkali mempergunakan ilmu hitamnya
jika tengah menghadapi jago2 yang hebat dan sulit
dirubuhkannya. Dan dia selalu berhasil dengan caranya itu,
karena dengan mempergunakan ilmu hitamnya itu, tentu saja
telah membuat Bo Siong Kun mudah sekali memusnahkan
lawan2nya.
Tidak mengherankan lagi jika dalam dua tahun ini justru Bo
Siong Kun cepat sekali berhasil mengangkat namanya menjadi
sangat terkenal dan ditakuti, karena setiap jago yang bentrok
dengannya, jangan harap bisa lolos dari kematian. Itulah
sebabnya, begitu terkenalnya kebengisan Bo Siong Kun,
dengan gelaran Siang Niauw Pek Sian, karena disamping dia
mengenakan pakaian serba putih juga burung merpatinya
itupun berbulu putih, membuat Sin Kun Bu Tek jadi ketakutan
bukan main begitu mengetahui dia akan bertemu dengan Bo
Siong Kun.
Jika saja tidak ditolong oleh Gunal Sing, niscaya Sin Kun
Bu Tek sulit lolos dari kematian. Teringat akan itu, tampak Sin
Kun Bu Tek jadi menggigil karenanya, dia merasa ngeri
sendirinya.
Sedangkan Bo Siong Kun waktu melihat ilmu hitamnya
bisa dipunahkan oleh Gunal Sing, dia jadi berdiri dengan tubuh
gemetar menahan kemarahan yang luar biasa. Diapun telah
mengeluarkan suara bentakan dan mulai melancarkan
serangan2 dengan kedua tangannya.
Anehnya, Bo Siong Kun sendiri tidak melangkah maju, dan
kedua tangannya itu hanya me-nyerang2 udara kosong, sama
sekali dia tidak menujukan sasarannya ke tubuh si pendeta
Gunal Sing.
Tetapi bagi yang mengetahui, tentu akan terkejut, karena
ilmu yang tengah dipergunakan oleh Bo Siong Kun justru

Koleksi kang zusi.com 111


merupakan ilmu hitam kelas tinggi yang sangat aneh dan
memiliki kedahsyatan yang luar biasa. Ilmu hitam itu
dinamakan 'Gugur Hancurkan Udara', dimana setiap kali ilmu
tersebut dipergunakan, tentu akan menimbulkan pengaruh yang
hebat, akan menyebabkan lawan seperti tengah menghadapi
badai hujan pasir yang hebat, bagaikan juga menghadapi
gunung berapi yang meletus, sehingga membuat korban dari
ilmu itu seperti orang gila yang ketakutan dan panik. Jika
memang korban telah panik demikian, dengan mudah Bo Siong
Kun akan menghabisi jiwa korbannya itu dengan satu pukulan
yang mematikan.
Gunal Sing juga terkejut sekali, dia sampai mengeluarkan
puja-puji akan kebesaran Sang Buddha, namun disebabkan
kebathinan dari Gunal Sing memang telah sempurna, dia tidak
menjadi gugup menghadapi ilmu hitam serupa itu. Walaupun
dimatanya pendeta itu seperti melihat dua makluk yang tinggi
besar menakutkan, dengan senjata kampak mengancam akan
menyerangnya, Gunal Sing tidak menjadi gentar. Dia membaca
ayat2 suci Sang Buddha, kemudian mengerahkan kekuatan
bathinnya, kedua telapak tangannya itu telah di-gosok2kannya,
diapun telah melawan ilmu hitam itu dengan ilmu kebathinan
pula.
Aneh sekali, disaat Gunal Sing meng-gosok2 kedua telapak
tangannya itu, justru disaat itu juga kedua makluk
menyeramkan itu meraung dan lenyap..suara berisik seperti
gempa bumi atau meletusnya gunung berapi juga ber-angsur2
telah lenyap, dan sirna.
Tentu saja keadaan seperti ini membuat Bo Siong Kun jadi
terkejut sekali, dia sampai mengeluarkan suara seruan seperti
rintihan. Dengan punahnya ilmu hitam yang dipergunakannya
itu, bukan berarti tanpa adanya akibat buruk pada dirinya,
karena segera Bo Siong Kun ter-huyung2 beberapa langkah
dengan muka yang pucat, dia merasakan dadanya nyeri dan

Koleksi kang zusi.com 112


sakit bukan main. Namun sebagai seorang yang memiliki
kepandaian tinggi sekali, Bo Siong Kun masih bisa
mempertahankan diri.
Dengan muka yang pucat pias, dia telah merangkapkan
sepasang tangannya, dan telah menjura kepada Gunal Sing,
katanya: ”Hari ini aku telah menerima petunjuk Taisu yang
sangat berharga, dan tentu saja pelajaran hari ini tidak akan
dilupakan oleh Bo Siong Kun. Jika ada jodoh, tentu aku akan
menemui Taisu pula disuatu hari kelak untuk meminta
petunjuk pula !” dan setelah berkata begitu, dia memutar
tubuhnya untuk berlalu. Masih sempat juga Bo Siong Kun
mengawasi mendelik kepada Sin Kun Bu Tek dan Sin Han
dengan sorot mata yang sangat mengerikan.
Sepasang burung merpati berbulu putih yang tengah
beterbangan diudara itu pun rupa2nya mengetahui bahwa
majikan mereka telah kena dipecundangi, dengan sendirinya
sepasang burung merpati itu mengeluarkan suara pekik yang
nyaring, dan terbang menuju kearah majikannya itu pergi....ikut
berlalu juga, dengan me-mekik2 mengeluarkan suara yang
berduka, bagaikan ikut bersedih hati atas kekalahan yang
dialami majikannya itu.....
Gunal Sing menghela napas, dia menggumam perlahan,
katanya : ”Sayang ! Sayang sekali, ilmu setinggi itu
disalahgunakan !"
Dan setelah menghela napas lagi, pendeta ini menoleh
kepada Sin Kun Bu Tek : ”Apakah tuan tidak cidera ?"
tanyanya.
Sin Kun Bu Tek cepat2 menghampiri si pendeta dan
merangkapkan sepasang tangannya menjura dalam2 memberi
hormat kepada Gunal Sing.

Koleksi kang zusi.com 113


”Terima kasih atas pertolongan Taisu.... tentu aku si
pengemis miskin Lo Ping Kang tidak akan melupakan budi
kebaikan Taisu...!" kata si pengemis tua itu.
Si pendeta tersenyum sabar, katanya : ”Tidak ada budi dan
kebaikan, yang ada ialah kewajiban diantara sesama manusia
harus saling tolong menolong, dan sudah menjadi kewajiban
aku si pendeta kecil harus menolongi seseorang yang tengah
dalam penderitaan ! Syukur saja atas kebesaran Sang Buddha,
aku berhasil menundukkan ilmu hitamnya orang itu..."
”Kepandaian Taisu luar biasa, Siang Niauw Pek Sian yang
begitu tinggi kepandaiannya, dapat Taisu tundukkan..!" puji
Sin Kun Bu Tek.
”Kemenangan itu bukan merupakan kemenangan apa2,
karena orang itu tidak berhasil kusadarkan dari kesesatannya !
Jika aku berhasil membinasakannya itupun bukan merupakan
suatu kemenangan apa2. Justru kemenangan itu akan tiba jika
saja berhasil membuat sadar orang itu agar dia kembali ke jalan
yang lurus menjauhi diri dari kesesatan.."
Sin Kun Bu Tek kagum sekali kepada pendeta yang gagah
dan ramah ini disamping sikapnya yang tenang dan sabar itu.
Saat itu si pendeta telah menoleh kepada Sin Han, mata
pendeta itu tiba2 bersinar dan dia tersenyum penuh welas asih:
”Adik kecil ini tampaknya tengah menghadapi
kesulitan...apakah yang telah mempersulit dan menyusahkan
hati adik kecil ?”
Sin Kun Bu Tek cepat2 menyahuti, ”Dia tengah
menghadapi musibah yang besar, ayahnya baru saja terbunuh,
dia sendiri di-kejar2 musuh ayahnya dan juga ingin
dibinasakan, untung saja bertemu denganku yang bisa
memukul mundur musuh2nya itu...”
Gunal Sing menghela napas panjang, katanya :
”Permusuhan ! Dendam ! Pembunuhan ! Apa artinya itu ?

Koleksi kang zusi.com 114


Ketakutan ? Apakah artinya itu ? Terhindar dari bahaya dan
tengah menderita ? Apakah artinya ? Yang terpenting bagi
seorang umat manusia, haruslah ber-sungguh2 menghadapi
kehidupan ini dengan jalan2 yang benar, dengan cara2 yang
benar...harus mengetahui kunci rahasia hidup..!"
Sin Han tertarik sekali mendengar perkataan si pendeta.
Setelah menjura memberi hormat, Sin Han masih sempat
bertanya : ”Taisu, apakah yang Taisu maksudkan dengan kunci
rahasia hidup itu ?”
Si pendeta tersenyum sabar, dia menyahutinya : ”Engkau
masih terlampau kecil nak, engkau tidak mungkin mengerti hal
itu. Maka, nanti jika engkau telah dewasa, aku akan mengupas
dan memberikan pengertian atas pertanyaanmu itu. Yang
terpenting, engkau tidak perlu di-kejar2 perasaan takut, tidak
perlu engkau men-cari2 yang belum ada, yang terutama sekali
engkau harus menjalankan apa yang ada disaat ini, engkau
harus berusaha hidup dengan cara yang baik, diliputi welas asih
dan kebajikan. Jika engkau bisa menghindarkan diri dari
tuntutan2 hati kecilmu, tuntutan2 badaniah, tentu engkau akan
mencicipi kehidupan yang tenang tenteram serta bahagia...!"
Sin Han memang tidak dapat memahami perkataan si
pendeta, dia hanya berdiam saja. Tetapi berbeda dengan Sin
Han, justru Sin Kun Bu Tek telah mengangguk kagum, bahkan
katanya : ”Taisu benar, aku Lo Ping Kang berusaha untuk
dapat hidup dengan cara yang benar, untuk dapat menuruti
nasehat Taisu !"
”Itu bukan merupakan suatu nasehat, kesadaran harus
berasal dari dasar hati sendiri...!" kata Gunal Sing. ”Tidak bisa
dipaksakan tetapi haruslah kita yang membuka mata, telinga
dan hati. Dengan demikian barulah kita akan mengenal apakah
artinya hidup ini...! Pahamkah engkau, tuan ?”

Koleksi kang zusi.com 115


Sin Kun Bu Tek mengangguk sambil menjura lagi untuk
menyatakan terima kasih dan kagumnya.
Disaat itu tampak Gunal Sing telah tersenyum lagi, katanya
dengan sabar, ”Baiklah, kukira sekarang telah cukup lama kita
ber-cakap2, dilain kesempatan jika ada jodoh, kita akan
bertemu lagi...!" Baru saja selesai perkataannya itu, si pendeta
tahu2 telah lenyap dari hadapan Sin Han dan Sin Kun Bu Tek.
Sin Han heran bukan main, dia menduga si pendeta
mengerti ilmu menghilangkan tubuh.
Dia menanyakannya kepada Sin Kun Bu Tek, si pengemis
itu tertawa, katanya: ”Bukan! Bukan ilmu melenyapkan tubuh!
Tetapi justru itulah ilmu meringankan tubuh yang telah
mencapai puncak kesempurnaan, sehingga begitu bergerak, dia
bisa berkelebat dengan cepat sekali, secepat angin, dan dalam
sekejap mata saja dia telah berhasil mencapai tempat yang jauh
sekali," menjelaskan si pengemis dengan suara memantul
perasaan kagum yang luar biasa.
Sambil ber-cakap2, Sin Han dan Sin Kun Bu Tek
melanjutkan perjalanan mereka.
Tiba2 Sin Han telah bertanya : ”Lojinke, sebenarnya
siapakah manusia jahat berpakaian serba putih itu ? Mengapa
dia bergelar Siang Niauw Pek Sian dan membawa2 sepasang
burung merpati putihnya itu, yang tampaknya jinak sekali
padanya?”
Ditanya begitu, Sin Kun Bu Tek menghela napas panjang,
tampak mukanya jadi muram.
”Sesungguhnya dia manusia jahat yang kejahatannya
melebihi iblis mana saja, tangannya juga sangat telengas, dan
sifatnya buruk bukan main, karena dia selalu diburu oleh
keinginan untuk membunuh orang sebanyak mungkin.....maka
dari itu, dengan munculnya manusia seperti dia, niscaya dunia

Koleksi kang zusi.com 116


persilatan akan kacau dan menghadapi ancaman yang tidak
ringan. Hai ! Hai ! Sayang sekali, sayang sekali ! Entah telah
berapa banyak jago2 yang rubuh dan terbinasa ditangan dia...!"
dan setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas
beberapa kali, tampaknya dia benar2 berduka sekali.
Selama setengah bulan lamanya Sin Han ikut si pengemis
melakukan perjalanan dari sebuah kampung ke kampung
lainnya, tidak jarang merekapun singgah di sebuah rumah
makan.
Sin Kun Bu Tek gemar sekali makan santapan yang enak2,
tetapi semua itu tidak pernah dibelinya, karena dengan
mengandalkan kepandaiannya, ilmu meringankan tubuhnya
yang tinggi sekali, dia selalu mencurinya.
Selama ikut Sin Kun Bu Tek, Sin Han juga selalu
memperoleh kegembiraan, karena dia dapat makan yang enak2,
juga dia pesiar ke tempat2 yang indah, dimana Sin Kun Bu Tek
telah mengajak anak ini untuk mendatangi tempat2 yang indah
sekali, seperti menikmati keindahan ditepi telaga Tai Ouw,
juga mendatangi tempat2 yang terkenal akan keindahannya,
serta kota2 yang sangat ramai.
Karena Sin Kun Bu Tek sebagai seorang pengemis, dengan
sendirinya pakaian Sin Han yang telah robek2 dan pecah itu
tidak diperhatikannya. Diapun tidak pernah menganjurkan Sin
Han untuk mengganti pakaian itu, bahkan si pengemis juga
sama sekali seperti tidak pernah teringat untuk membelikan
pakaian untuk Sin Han.
Semula memang Sin Han agak canggung dengan
pakaiannya yang compang-camping seperti itu, dengan
keadaan yang dekil dan kotor, tetapi setelah lewat setengah
bulan, dia akhirnya menjadi terbiasa juga.
Keadaan seperti ini telah membuat Sin Han tidak
mengacuhkan pula pada pakaiannya yang tidak keruan,

Koleksi kang zusi.com 117


tampaknya dia seperti pengemis kecil saja, keadaannya sama
seperti Sin Kun Bu Tek.
”Apakah aku selamanya akan menjadi pengemis seperti dia
?" berpikir Sin Han pada suatu malam, disaat dia tengah rebah
diruang sebuah kuil tua bersama Sin Kun Bu Tek. Pikiran anak
ini telah me-layang2 memikirkan nasibnya, dimana dia teringat
ayahnya yang dibinasakan oleh lawan2nya, sehingga dia
akhirnya harus terlantar seperti sekarang ini...diam2 anak itu
telah menitikkan air matanya.
”Mengapa kau menangis ?" tiba2 suara Sin Kun Bu Tek
telah mengejutkan Sin Han. Anak ini cepat2 menyusut air
matanya, dia telah menyahuti perlahan : ”Aku teringat kepada
ayahku, lojinke !"
”Hemm, untuk apa memikirkan orang yang telah mati ?"
kata si pengemis dengan suara yang datar dan telah
memejamkan matanya lagi.
Sin Han juga telah memejamkan matanya pura2 untuk
tidur, karena dia tidak mau terlalu rewel membantah perkataan
pengemis tua itu.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek tidak segera tidur, walaupun
dimulutnya dia berkata : ”Untuk apa memikirkan orang yang
telah mati ?" dan sikapnya tawar sekali, namun didalam hatinya
si pengemis justru berpikir : ”Anak ini baik sekali...ternyata dia
tidak terlalu memikirkan kepentingan dirinya sendiri, kasihan
nasibnya terlalu buruk, dalam usia sekecil ini dia sudah harus
ter-lunta2 kehilangan orang tuanya ! Entah siapa musuh2nya
itu, yang telah membinasakan ayahnya ! Sesungguhnya aku
ingin mengambilnya menjadi muridku, tetapi aku kuatir dia
menolak ! Tentang pengangkatan guru dan murid, tentu saja
tidak boleh ada unsur memaksa...!" dan setelah berpikir begitu,
tanpa dikehendaki si pengemis telah menghela napas dalam2,
tampaknya dia berduka sekali.

Koleksi kang zusi.com 118


Diam2 juga, si pengemis jadi teringat akan dirinya. Sejak
kecil dia telah kehilangan kedua orang tuanya, yang saat itu
terserang semacam penyakit menular, dan kedua orang tuanya
yang kena terjangkit penyakit menular itu jadi menemui
ajalnya. Sejak saat itulah si pengemis hidup sebagai anak
yatim. Dia telah berusaha untuk dapat hidup terus dengan jalan
mengemis, tetapi kesengsaraan yang dideritanya terlalu berat,
dihina orang, dipukuli dan juga dijauhi dari pergaulan, dengan
sendirinya telah membuat si pengemis waktu berusia sebelas
tahun, bermaksud menghabiskan dirinya dengan terjun
kedalam sebuah jurang digunung Heng-san. Namun siapa
sangka, justru disaat itu Lo Ping Kang telah ditolongi oleh
seorang pertapa sakti digunung tersebut, yang lalu
mengambilnya menjadi murid dan mendidik ilmu silat. Dengan
memiliki kepandaian yang tinggi, tentu saja selanjutnya tidak
ada orang yang bisa menghinanya dengan begitu saja, bahkan
nama Lo Ping Kang jadi terkenal didalam dunia persilatan atas
perbuatannya yang selalu membasmi kebathilan dan
kejahatan....
Walaupun telah memiliki kepandaian yang tinggi, Lo Ping
Kang tidak menjadi angkuh, bahkan dia senang sekali
menolongi orang2 yang tengah dalam kesulitan. Disamping itu
juga untuk mengenang penderitaannya dimasa lalu, dimana dia
pernah ter-lunta2 dan hidup sebagai pengemis kecil, maka Lo
Ping Kang telah berpakaian sebagai seorang pengemis, bahkan
selamanya dia menuntut penghidupan sebagai seorang
pengemis. Sebetulnya, jika memang Lo Ping Kang ingin hidup
mewah dan senang, dia bisa saja memperoleh semuanya itu,
karena dengan memiliki kepandaian yang sangat tinggi seperti
dia, tentu saja dengan mudah dia dapat mengambil uang dari
para hartawan kaya, dan diapun bisa saja berpakaian mewah
yang terbuat dari bahan yang mahal asal saja dia mau.
Tetapi Lo Ping Kang tidak menghendaki semua itu, dia
tetap berpakaian sebagai pengemis miskin yang butut sekali,
Koleksi kang zusi.com 119
rombeng dan cabik2. Jika suatu saat dia mencuri uangnya
hartawan kaya raya yang jahat, tentu saja uang itu di-bagi2kan
kepada penduduk yang miskin dan memerlukannya. Dengan
perbuatannya itu nama Lo Ping Kang, dengan gelarannya Sin
Kun Bu Tek, jadi semakin terkenal dan dihormati.
Tetapi watak dan sifat si pengemis sangat aneh, dia selalu
menghilang tanpa meninggalkan jejak, kemana saja dia senang,
dia datang, dan tidak pernah menetap disuatu tempat lebih dari
satu bulan. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang
mengetahui dimana jejak si pengemis yang senang berkelana
ini.
Banyak sahabat2 yang telah dijalin oleh Lo Ping Kang,
karena selama berkelana, dia senang mengunjungi jago2 silat
yang ternama dan dengan mereka telah bertukar pikiran dan
pandangan mengenai ilmu silat.
Tetapi disamping memiliki banyak sahabat2 tidak kurang
pula musuh2nya si pengemis, karena selama dia melakukan
perbuatan2 mulia membela si lemah dari tindasan si jahat
namun kuat, maka dia telah menanamkan tali permusuhan
dengan beberapa tokoh dari jalan hitam.......
Teringat semua itu, si pengemis she Lo tersebut jadi
teringat lagi akan perkataan Gunal Sing, pendeta asing itu,
”Apa itu penderitaan ? Apa itu ketakutan ? Apa itu kesengsara-
an ?" dan disaat inilah si pengemis baru menyadarinya bahwa
sebenarnya apa yang dikatakan oleh pendeta itu sangat tepat
sekali. Dia seharusnya tidak mengenal penderitaan, jika dia
menganggap penghidupan dan kehidupannya
menggembirakan. Dan diapun tidak perlu merasa bersengsara
jika saja menerima apa adanya saja yang terdapat di dirinya.
Yang terpenting seperti apa yang dikatakan oleh pendeta asing
itu, yaitu harus mengenal cara2 hidup yang baik, harus
mengetahui juga kunci hidup yang masih terselubung oleh
suatu rahasia yang sulit tertembusi. Jika saja seorang manusia
Koleksi kang zusi.com 120
telah mengenal rahasia kunci kehidupan, dengan sendirinya
orang itu akan hidup tenang dan bahagia, sehingga dapat
mengikuti tata cara kehidupan yang baik, yang diliputi welas
asih dan kebajikan....
Berpikir sampai disitu, perasaan kagum Sin Kun Bu Tek
terhadap Gunal Sing ber-tambah2 saja.
”Dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa, kebathinan
yang mengagumkan dan pengetahuan yang sangat luas
sekali...!" berpikir Sin Kun Bu Tek. ”Dia benar2 merupakan
seorang tokoh persilatan yang hebat sekali, karena dengan
mudah dan hanya beberapa jurus saja Gunal Sing berhasil
merubuhkan jago sehebat Siang Niauw Pek Sian...! Hai ! Hai !
Hai ! Siapakah sebenarnya Gunal Sing itu ? Dan apa maksud
kedatangannya ke daratan Tionggoan ini ? Jika mendengar
namanya, tentu tidak salah lagi pendeta itu dari India..!"
Berpikir sampai disitu, Sin Kun Bu Tek jadi menghela
napas lagi. Matanya telah mengawasi tertegun kepada langit2
ruangan kuil di mana dia berada.
Sin Han yang pura2 tidur, sesungguhnya masih tidak bisa
tertidur lelap, karena pikirannya me-layang2 memikirkan juga
akan nasibnya di-masa2 mendatang. Walaupun bagaimana Sin
Han berusaha untuk tidur dengan memejamkan matanya
rapat2, dia tidak berhasil juga.
Disaat itulah Sin Han mendengar si pengemis tua Lo Ping
Kang berulang kali telah menghela napas panjang dan
nampaknya berduka sekali. Sin Han membuka matanya dan
mengintainya. Dia melihat sikap si pengemis, dengan
sendirinya dia jadi heran.
”Entah apa yang sedang dipikirkan oleh orang tua itu...!"
berpikir Sin Han didalam hatinya. ”Hai ! Hai ! Tampaknya
Lojinke itu juga tengah berduka, tentu ada sesuatu yang tengah
menyusahkan hatinya...!”

Koleksi kang zusi.com 121


Tetapi Sin Han tidak berani lancang menanyakannya,
karena dia kuatir nanti disemprot oleh makian, maka Sin Han
telah memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur lagi...
Xdewi kzX
WAKTU Sin Han terbangun dari tidurnya matahari telah
naik tinggi, karena cahaya matahari telah menerobos masuk ke
dalam ruangan kuil yang kotor itu.
Sin Han memandang sekelilingnya, tetapi dia tidak melihat
Sin Kun Bu Tek.
Anak itu segera menduga si pengemis tentunya sedang
pergi mencari makanan yang enak...seperti hari2 sebelumnya,
setiap pagi Sin Kun Bu Tek tentu akan berkeliling, dari rumah
makan yang satu ke rumah makan lainnya, bukan untuk
mengemis, tetapi untuk mencuri makanan enak...dan setiap kali
dia kembali, tentu akan membawa ber-macam2 makanan yang
sedap dan gurih.....
Dengan sabar Sin Han telah duduk menantikan kembalinya
pengemis itu.
Dia telah membayangkan, sebentar lagi tentu dia akan
makan enak.
Tetapi menantikan sampai menjelang tengah hari, Sin Kun
Bu Tek tidak juga muncul.
Sin Han jadi gelisah, dia telah menantikan lagi sejenak, dan
kegelisahannya semakin menjadi waktu menjelang lohor si
pengemis tua Sin Kun Bu Tek masih juga belum muncul.
Dengan heran Sin Han telah keluar dari kuil itu, dia
memandang sekitar tempat tersebut.
Dilihatnya cukup banyak orang yang berlalu lalang dimuka
kuil, karena didepan kuil itu memang merupakan jalur jalan
yang cukup ramai dilalui orang.

Koleksi kang zusi.com 122


Tetapi Sin Han tidak melihat si pengemis. Hal ini membuat
Sin Han jadi berkuatir sekali.
Maka setelah menantikan sekian lama lagi, akhirnya Sin
Han memutuskan untuk mencari si pengemis. Dia telah
meninggalkan kuil itu dan mengelilingi kota Po-siong-kwan,
dia ber-putar2 dari jalan yang satu ke jalan yang lain.
Dan yang diperhatikan sekali oleh Sin Han adalah setiap
rumah makan yang dijumpainya. Dia selalu berdiri lama
dimuka rumah makan yang dijumpainya, untuk me-lihat2
apakah di rumah makan tersebut bercokol si pengemis tua yang
cukup nakal itu.......
Tetapi menjelang sore hari, usaha Sin Han tetap nihil, dia
tidak berhasil menemui si pengemis tua itu.
Ketika menjelang malam hari Sin Han kembali ke kuil
rusak itu, hatinya jadi kecewa waktu melihat didalam kuil tetap
tidak terlihat bayangan si pengemis tua itu.
”Apakah lojinke itu mengalami suatu halangan ?" pikir
anak itu kemudian. ”Apakah disaat dia ingin mencuri makanan
dia telah kena dipergoki sehingga dia dikeroyok...? Atau dia
memang sudah tidak mau mengajak aku...? Dia sengaja
meninggalkan aku disaat aku masih tertidur nyenyak...?" ber-
macam2 pikiran memenuhi benak anak ini.
Dengan jengkel dan sedih, Sin Han menantikan terus
kembalinya Sin Kun Bu Tek di kuil tersebut. Menjelang tengah
malam, Sin Kun Bu Tek masih juga belum kembali, dan
akhirnya karena terlalu letih, Sin Han telah tertidur lagi.
Keesokan paginya, tetap saja dia tidak melihat si pengemis,
hal itu menunjukkan bahwa si pengemis belum kembali ke kuil
ini.
”Lojinke itu tentu tidak mungkin kembali ke kuil ini
lagi...jika dia menemui halangan, tentu dia telah berurusan

Koleksi kang zusi.com 123


dengan bahaya yang mungkin tidak kecil...atau jika dia
memang bermaksud meninggalkan aku, tentunya dia telah
pergi jauh sekali...lebih baik aku melanjutkan perjalanan
seorang diri saja ! Tetapi...kemana aku akan pergi ? Kemana
tujuanku ? Dan besok2 aku harus makan apa ? Uang tidak ada,
dan kepandaian tidak bisa...paling tidak aku hanya melakukan
pekerjaan mengemis...!" dan setelah berpikir begitu, Sin Han
menghela napas lagi dengan hati berduka sekali. Dia
merasakan perutnya sangat lapar, karena sejak kemarin pagi
sampai pagi ini masih belum ada secuil barang makanan yang
sempat masuk ke dalam perutnya......
Dengan langkah kaki yang lesu, tampak Sin Han telah
keluar dari kuil itu. Dia berjalan tanpa tujuan, hanya ada sedikit
harapan dihatinya, kalau2 dia bisa berjumpa dengan Sin Kun
Bu Tek.
Perutnya lapar sekali, tetapi untuk meminta makanan
kepada pelayan rumah makan, Sin Han tidak berani lagi,
karena pengalamannya beberapa saat yang lalu telah membuat
Sin Han tidak mau mengalami pula peristiwa yang tidak
menggembirakan itu.
Setelah berkeliling kota dan hari mendekati siang, Sin Han
telah letih bukan main. Akhirnya karena tidak bisa menahan
laparnya pula, Sin Han telah menghampiri sebuah rumah yang
tidak begitu bagus bentuknya dipintu kota itu.
Dilihatnya didekat pekarangan rumah itu, yang banyak
sekali tumbuh pohon2 bunga, tampak berdiri seorang lelaki
setengah baya yang memelihara kumis dan jenggot cukup
panjang.
Sin Han menghampiri, dia telah menjura sambil katanya
dengan sikap yang sangat hormat sekali : ”Maaf lojinke...aku
ingin meminta tolong sesuatu dari lojinke...!" kata Sin Han
kemudian.

Koleksi kang zusi.com 124


”Pertolongan apa ?" tanya orang tua itu sambil
memperlihatkan sikap tidak senang setelah melihat yang
menegurnya itu seorang pengemis kecil, yang pakaiannya
compang camping dan kotor serta dekil sekali.
”Aku ingin mencari pekerjaan, lojinke..." kata Sin Han.
”Mencari pekerjaan ?" tanya orang tua itu sambil melirik
dengan sikap yang sinis.
”Ya Lojinke...tidak perlu lojinke membayar gajiku, asalkan
lojinke mau memberikan makan dan tempat bernaung untukku
!" kata Sin Han kemudian.
Orang tua itu tersenyum sinis.
”Setan kecil, tubuhmu begitu kurus kering, pekerjaan apa
yang bisa engkau lakukan? Tanpa bayar dan tanpa memberi
makan pun aku tidak sudi ! Hemm, hanya akan mengotori
rumahku saja ! Cepat pergi...! Merusak keindahan
pemandangan saja kau ! Masih kecil sudah malas...hanya
pandai berpakaian sebagai pengemis dan meminta belas
kasihan orang...''
Melihat orang tua itu bukannya menyanggupi, bahkan telah
memaki dan mengusirnya dengan cara yang kasar seperti itu,
tentu saja telah membuat Sin Han jadi tersinggung.
”Lojinke, aku tidak meminta makanan darimu, aku hanya
menawarkan tenagaku untuk bekerja kepada Lojinke dengan
pembayaran hanyalah lojinke cukup memberi makan kepada-
ku...! Jika memang Lojinke keberatan, itupun tidak
apa2...asalkan lojinke jangan memaki dan memperlakukan aku
begitu kasar...!"
Muka orang tua itu jadi berobah merah karena mendongkol
dan gusar.
”Eh, engkau berani menasehati aku?" bentaknya dengan
suara yang bengis. ”Cepat pergi, sebelum aku perintahkan
Koleksi kang zusi.com 125
pelayanku untuk membikin kau babak belur dan merobek
mulutmu yang kurang ajar itu !"
Dan setelah berkata begitu, orang tua itu telah mengawasi
Sin Han dengan sorot mata yang bengis, mendelik lebar2.
Sin Han jadi takut juga, walaupun dia mendongkol sekali
atas sikap orang tua itu, tidak urung anak ini hanya berdiam
diri saja dan telah memutar tubuhnya, dia telah berlalu
meninggalkan orang tua itu.
Hati anak ini sangat sedih, karena Sin Han tidak mengerti,
mengapa justru manusia2 seperti lelaki setengah tua itu yang
harus memperlakukan dia dengan kejam.
Bukankah jika memang orang tua itu tidak mau menerima
tawarannya untuk bekerja, dengan cara yang baik dia bisa saja
menolaknya ? Tidak perlu dia memaki dan mengusirnya
dengan cara begitu ?
Sin Han sambil berjalan dengan langkah2 kaki yang lesu,
telah menghela napas berulang kali. Didalam hatinya, dia jadi
berpikir keras, entah bagaimana caranya mengatasi keadaannya
yang seperti ini. Perutnya juga telah lapar bukan main.
Sambil berjalan Sin Han juga telah menunduk mengawasi
pakaiannya, dia melihat pakaian yang compang-camping. Dan
dia menghela napas lagi.
”Mungkin pakaian compang-camping inilah yang membuat
setiap orang menuduh aku sebagai pengemis kecil dan mereka
jadi membenci aku...!" pikirnya didalam hatinya. ”Dan... aku
harus berusaha untuk memperoleh sepotong pakaian yang agak
baik ! Tetapi bagaimana caranya yang terbaik ? Bagaimana
caranya aku bisa memperoleh sepotong pakaian yang cukup
pantas dan baik ? Bukankah untuk mengisi perut yang tengah
lapar ini saja aku tidak memiliki uang untuk membeli
makanan...?"

Koleksi kang zusi.com 126


Karena sangat bingung, Sin Han sampai mengucurkan air
mata sambil mengayunkan langkah kakinya. Tanpa terasa dia
telah berada dipintu kota sebelah barat.
Tanpa memiliki tujuan, Sin Han telah berjalan terus, dia
telah menghampiri sebuah pinggir hutan kecil yang ada didekat
bukit disamping kota itu, dimana terpisah enam tujuh lie.
Kemudian Sin Han duduk termenung mengawasi matahari
yang mulai tenggelam diufuk barat...sebentar lagi sang malam
akan tiba.
Disaat itulah, tiba2 Sin Han melihat seseorang yang
berpakaian sebagai seorang imam, tengah berjalan cepat sekali.
Keadaan imam itu tidak aneh dan tidak luar biasa. Tetapi justru
yang agak mengherankan adalah kelakuan imam itu, yang
berjalan sambil membawa sebuah tempayan air yang sangat
berat dikepalanya. Mungkin tempayan air yang berukuran
besar itu memiliki berat hampir dua ratus kati lebih. Tetapi
imam itu dapat berjalan dengan cepat sekali. Waktu melewati
tempat dimana Sin Han tengah mengawasi dia, imam yang
berusia diantara empat puluhan tahun itu telah menghentikan
langkah kakinya, dia telah menatap Sin Han dengan sorot mata
yang dalam.
”Anak, mengapa engkau seorang diri di tempat ini ?"
tegurnya.
Sin Han melihat muka imam itu bengis, tetapi nada
suaranya lembut dan ramah, sehingga agak lenyap perasaan
takutnya.
”Aku...aku tidak tahu harus pergi kemana, aku tidak punya
rumah...!" kata Sin Han agak bingung.
”Hemmm, jadi dalam usia semuda ini engkau telah
melakukan pekerjaan mengemis ?" tanya si imam, dan nada
suaranya berobah jadi tidak sedap didengar.

Koleksi kang zusi.com 127


”Ti...tidak...!" menyahuti Sin Han. ”Aku kebetulan tidak
memiliki uang untuk membeli pakaian yang lebih pantas, maka
banyak orang menuduh aku sebagai pengemis...!"
Muka si imam telah berobah.
”Hemmm, masih sekecil ini engkau telah berani berdusta !"
katanya dengan suara tidak senang. ”Apakah engkau menduga
aku akan mempercayai perkataanmu begitu saja ? Hem, jika
memang hanya untuk membeli pakaian yang cukup pantas
buatmu, tentu mudah sekali, asalkan kau mau bekerja, dan
kemudian memperoleh uang, lalu membelinya...! Mungkin
engkau yang sangat malas, hanya mau memperoleh yang
mudah saja...!"
Sin Han menggelengkan kepalanya dan dia telah berduka
bukan main, karena hatinya sedih mendengar perkataan imam
itu seperti memojokkannya dan menuduh dia sebagai pemalas !
”Bukan totiang...bukan begitu ! Aku telah berusaha untuk
bekerja, tetapi tidak ada orang yang hendak memakai tenagaku
!" kata Sin Han.
”Hemm, kembali kau berdusta ! Dasar kunyuk kecil yang
pandai berbohong ! Memang pengemis2 cilik seperti kau inilah
yang pandai sekali berdusta !"
Dan setelah berkata begitu, si imam telah berkata lagi
sambil menunjuk ke dalam jambangannya : ”Aku yang
bersedia menerimamu sebagai pembantuku ! Bersediakah
engkau ? Tetapi pekerjaanmu harus menggotong tempayan
ini...!!"
”Menggotong tempayan itu ?” tanya Sin Han terkejut.
”Aku...aku... mana kuat ?”
Imam itu telah tertawa dingin.
”Memang aku telah menduga sebelumnya !" kata imam itu.
”Memang engkau seorang anak yang malas...!!"
Koleksi kang zusi.com 128
Dan imam itu telah mengayunkan langkah kakinya lagi
akan berlalu.
”Tunggu dulu totiang...!" kata Sin Han sambil
menghampirinya.
”Mau apa lagi kau ? Meminta uang atau makanan dariku ?”
tanya si imam dengan suara mengejek.
”Bukan begitu, totiang, aku ingin sekali bekerja, jika
totiang memiliki pekerjaan yang bisa kukerjakan, aku tentu
mau bekerja...mengerjakan apa saja... asalkan yang cocok
dengan tenagaku ini...!"
Si imam telah tertawa dingin.
”Pintar bicara kau !" kata imam itu mengejek. ”Dengan
perkataan asal sesuai dengan tenagaku, berarti engkau artikan
pekerjaan yang ringan2 saja, bukan ? Dan pekerjaan yang
berat2 engkau katakan tidak sesuai dengan tenagamu ! Hemm,
hemm, kunyuk kecil yang pandai bicara ! Pintar sekali lidahmu
itu !!"
Muka Sin Han jadi merah, dia mendongkol juga si imam
selalu menyebut dia dengan perkataan 'kunyuk kecil yang
pandai bicara', dia berkata dengan suara kurang senang : ”Jika
memang totiang keberatan memberikan pekerjaan kepadaku,
umpamanya merawat kuil atau menyapu halaman kuil, ya
sudah...!" dan anak ini telah memutar tubuhnya, dia bermaksud
berlalu.
”Tunggu dulu !" bentak imam itu dengan suara yang
nyaring, ”Jangan pergi dulu...!"
Sin Han menahan langkah kakinya, dia telah menoleh
kepada imam itu, tanyanya : ”Apakah Totiang bersedia
membantu aku memberikan pekerjaan yang cocok dengan
tenagaku?"

Koleksi kang zusi.com 129


”Ya ! Tetapi engkau harus berjanji, pekerjaan apa saja harus
kau terima...!"
Alis Sin Han jadi tergerak, mengkerut dalam2. Karena dia
kuatir kalau dia memenuhi permintaan si imam dan
menyanggupi untuk mengerjakan apa saja, itulah berabe sekali,
karena sekali saja dia menyanggupi dan imam itu kembali
perintahkan dia menggotong tempayan air yang berukuran
besar dan berat itu, bukankah itu merupakan pekerjaan yang
mustahil dilakukannya ? Maka Sin Han telah menggelengkan
kepalanya.
”Maafkan totiang, aku meminta pekerjaan sebagai tukang
sapu atau pekerjaan merawat pekarangan kuil totiang saja,
untuk mengangkat barang2 berat seperti tempayan air itu, aku
tidak sanggup...!"
”Kalau memang begitu, engkau boleh bertahan dengan
laparmu itu juga...!" kata si imam. Dan dia telah membalikkan
tubuhnya pula untuk berlalu.
”Imam jahat...!" menggumam Sin Han dengan suara
perlahan, karena anak ini sangat mendongkol sekali, dia merasa
seperti dipermainkan imam itu.
Walaupun Sin Han menyebutkan perkataan: ”Imam jahat !"
itu sangat perlahan sekali, namun pendengaran imam itu
ternyata sangat tajam sekali, dia tahu2 telah memutar tubuhnya
dengan sikap yang marah dan telah bertanya dengan suara yang
mengandung kegusaran : ”Apa kau bilang ? Kau mengatakan
aku imam jahat ?"
Sin Han jadi gelagapan, dia tidak menyahuti, hanya
menundukkan kepalanya.
”Cepat jawab ! Apa maksudmu menuduh aku sebagai imam
jahat !" bentak si imam. ”Apakah kau ingin dihajar mampus
dengan tempayan air ini, heh ?”

Koleksi kang zusi.com 130


Diancam begitu, tentu saja Sin Han jadi ketakutan bukan
main, dia jadi mengeluarkan keringat dingin, dan tahu2 dia
telah memutar tubuhnya, dia bermaksud melarikan diri.
Tetapi imam itu telah tertawa dingin, tahu2 dia
mengibaskan tangan kirinya, menggerakkan lengan jubahnya
yang kebesaran itu, dari lengan jubahnya itu menyambar angin
yang keras sekali menghantam punggung Sin Han, sehingga
anak itu jadi kesakitan, sampai dia mengeluarkan seruan
kesakitan bercampur kaget. Untuk kagetnya lagi, tubuhnya
juga telah terjerunuk dan terjerambab jatuh mencium bumi !
Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi mendongkol
sekali, di hatinya dia telah mengatakan bahwa imam ini
memang benar2 jahat, karena bermaksud mempersakiti dirinya.
Sambil merangkak bangun dan menyusut hidungnya yang
telah mengeluarkan darah, Sin Han telah berkata dengan
mendongkol : ”To-tiang, aku seorang anak kecil yang tidak
berdaya ! Jika totiang tidak bermaksud memberikan pekerjaan
dan menolong aku, mengapa totiang harus mempersakiti
aku...?"
Ditegur begitu, si imam tampaknya jadi tambah gusar, dia
telah menggerakkan tangan kirinya lagi, dan sekali ini Sin Han
telah terdorong kembali oleh serangkum angin yang kuat bukan
main, sehingga dia menderita kesakitan, apa lagi sekarang yang
terkena gempuran itu dadanya, sehingga anak itu jadi
kejengkang dan kepalanya membentur tanah menimbulkan
sakit yang bukan main, sampai pandangan matanya jadi gelap.
”Anak kurang ajar ! Kunyuk kecil yang tidak tahu diri !
Sungguh lancang dan kurang ajar sekali mulutmu itu !" dan
setelah berkata begitu, si imam telah menggerakkan tangannya
lagi. Sin Han takut bukan main, dia pikir imam itu ingin
memukulnya lagi. Tetapi anehnya imam itu bukannya
memukul Sin Han bahkan telah memegang tempayan air yang

Koleksi kang zusi.com 131


tadi dibawa diatas kepalanya, dilontarkan ke tengah udara,
sehingga tempayan air yang berat itu terlemparkan dengan
mudah, seperti juga imam itu sama sekali tidak
mempergunakan tenaganya.
Disaat itulah, dengan cepat sekali tampak si imam telah
melompat dengan gesit, tangannya diulur, dia telah menjambak
punggung Sin Han.
”Mandilah kau disitu !" katanya dengan suara yang keras.
Dan tubuh Sin Han telah dilontarkan juga, sehingga tubuh anak
itu telah terlempar dan masuk kedalam tempayan air itu!
Waktu tempayan itu meluncur turun dengan air yang
bercipratan keluar, imam itu telah menyanggah kembali
tempayan air itu dengan mempergunakan kepalanya !
Itulah suatu cara yang sangat luar biasa sekali,
memperlihatkan imam itu memiliki kepandaian yang sangat
tinggi.
Sin Han yang tercebur kedalam tempayan air itu tidak bisa
melakukan apa2, diapun takut bergerak, karena tempayan itu
berada di kepala si imam. Anak ini kuatir kalau dia melakukan
gerakan2 yang cukup kuat, nanti tempayan itu rubuh dan
diapun ikut jatuh terbanting.. maka dia hanya berdiam diri di
dalam rendaman air tempayan itu, hanya kepalanya saja yang
muncul keluar dengan sepasang tangan memegangi tepian
tempayan itu........
Imam itu telah berjalan lagi seperti tidak pernah terjadi
suatu apapun juga, dengan membawa tempayan air yang telah
tambah isinya seorang anak.......
Setelah berjalan sekian lama, imam itu telah tiba di muka
sebuah kuil.
Disaat itu hati Sin Han ber-debar2 keras sekali, dia tidak
tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan imam itu kepada

Koleksi kang zusi.com 132


dirinya. Tetapi diperlakukan begitu oleh si imam, dengan
sendirinya Sin Han jadi membenci imam tersebut.
Waktu imam itu mendorong pintu gerbang dia disambut
seorang imam kecil, yang telah langsung memberi hormat
kepadanya dengan membungkukkan tubuh : ”Suhu telah
pulang?"
”Hem !" imam itu hanya menyahuti begitu saja, dia telah
melangkah masuk terus ke dalam kuil.
Setibanya dipekarangan kuil, dia melontarkan tempayan air
itu, sehingga Sin Han menjerit kecil, karena dia yakin
tempayan air itu akan terbanting berikut dirinya.
Tetapi anehnya, tempayan air yang berukuran besar itu
seperti dikendalikan oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat.
Memang benar tempayan air itu jatuh diatas tanah, di pinggir
kelompok pohon bunga, tetapi tempayan itu tidak terbanting
keras, juga tidak menimbulkan goncangan sedikitpun juga.
Sin Han cepat2 merangkak untuk keluar dari tempayan air
tersebut.
Tetapi imam itu telah mendelikkan matanya, dia telah
berkata : ”Sekali saja kau melangkah keluar, aku akan
menghukummu !"
”Tetapi totiang..." mendongkol sekali Sin Han dibuat imam
itu.
”Apa yang tetapi, tetapi?" bentak imam itu dengan suara
yang bengis. ”Hemm....lihatlah, sekali saja kau keluar, aku
akan menghajarmu dengan hukuman yang sangat berat !"
Tetapi dalam mendongkolnya, Sin Han jadi tidak takut lagi,
dia jadi nekad. Dengan cepat anak itu telah melangkah turun
dari dalam tempayan air itu.

Koleksi kang zusi.com 133


Si imam jadi berobah mukanya, dia telah melompat dan
mengulurkan tangannya. Dijambaknya baju Sin Han, kemudian
anak itu dimasukkan kembali kedalam tempayan air itu.
Namun Sin Han telah muncul pula dari permukaan air
tempayan dan bermaksud untuk melangkah keluar dari
tempayan air itu pula.
Imam itu telah menekan punggungnya, sehingga anak itu
tenggelam didalam air kembali.
Sin Han me-ronta2, sampai dia meneguk air cukup banyak,
dan sulit bernapas. Tetapi imam itu tidak juga mau melepaskan
tekanan tangannya itu.
Setelah Sin Han lemas dan hampir jatuh pingsan, barulah
imam itu melepaskan tekanannya.
Sin Han cepat2 muncul dari permukaan air, dia telah
mengambil napas dalam2, mukanya pucat pias dengan tubuh
basah kuyup.
”Totiang...kau...kau jahat sekali !" memaki Sin Han nekad.
”Jika memang engkau hendak membunuhku, bunuhlah !
Janganlah engkau menyiksa aku demikian rupa !"
”Hemm, membinasakan dirimu ? Apakah kau kira pantas
tanganku dikotori oleh darah pendusta seperti kau ?" bentak si
imam.
”Tetapi...tetapi totiang hanya berani kepada seorang anak
kecil seperti aku...coba jika aku memiliki kepandaian, tentu aku
akan melawan perlakuanmu ini ! Aku seorang anak kecil tidak
berdaya, apakah totiang tidak malu menghina aku ?"
Muka si imam jadi berobah merah padam, tampaknya dia
mendongkol sekali.
”Bagus ! Rupanya engkau benar2 pandai bersilat lidah !"
katanya. ”Engkau tidak puas dan menganggap bahwa aku telah

Koleksi kang zusi.com 134


menghina dirimu ! Baik ! Baik ! Aku akan perintahkan
muridku yang sebaya usianya dengan engkau... aku ingin
melihat, apa yang bisa kau lakukan terhadap anak yang sebaya
usianya dengan engkau, untuk mencegah kau mengatakan aku
si tua menghina si kecil !"
Dan setelah berkata dengan nada suara mendongkol seperti
itu, imam itu telah melambaikan tangannya memanggil imam
kecil itu, dia telah berkata : ”Kemari kau !"
Imam kecil itu, yang mungkin berusia delapan tahun dan
tinggi tubuhnya sama seperti Sin Han, telah menghampiri
sambil memberi hormat. Diapun telah bertanya : ”Ada perintah
apakah suhu ?"
”Kau lawan anak itu, kau hajar dia !" perintah imam itu.
Imam kecil itu tertegun. “Suhu...?" tanyanya tidak
mengerti.
“Aku perintahkan kau melawan anak itu kau hajar dia
sampai puas...dia beranggapan bahwa dirinya pandai sekali,
dan jika berkelahi dengan anak seusia dengan dia tentu akan
memperoleh kemenangan...!"
Mendengar sampai disitu, imam kecil itu baru mengerti, dia
segera menyahutinya : “Baiklah suhu...!" dan imam kecil itu
telah menghadapi Sin Han yang masih berada didalam
tempayan : “Engko kecil, mari kita main2...!"
Sin Han telah lemah sekali, diapun tadi telah disiksa si
imam ditenggelamkan didalam air tempayan itu, dengan
sendirinya dia kehabisan tenaga. Dan kini dia ditantang begitu,
diapun jadi kuatir sekali, karena memang Sin Han tidak bisa
berkelahi.
Tetapi melihat sinar mata si imam yang tengah mengawasi
dia dengan mendelik, Sin Han jadi nekad. Tidak mau dia
memperlihatkan kelemahannya dihadapan imam yang

Koleksi kang zusi.com 135


dianggapnya jahat ini, dia telah melangkah keluar dari
tempayan air itu, kemudian menghadapi imam kecil itu.
”Baiklah... tetapi aku tidak bisa berkelahi !" kata Sin Han.
”Bagaimana cara berkelahinya...”
”Terserah padamu, engko kecil !" menyahuti imam kecil itu
tertawa. ”Kau boleh menyerangku dulu, karena bukankah
engkau ini seorang tamu...?"
Sin Han bingung sekali, belum lagi dia tahu apa yang harus
dilakukannya, imam itu telah membentak muridnya. ”Kiang-jie
hajar dia ! Berilah pelajaran, agar lain waktu dia tidak besar
kepala dan lenyap sifat pendustanya itu...!"
Imam kecil itu tampaknya takut gurunya nanti menggusari
dia, segera dia mengiyakannya, dan melangkah maju satu
tindak mendekati Sin Han. Dan sambil mengayunkan
tangannya itu, dia telah menggerakkan kepalan tangan
kanannya. Gerakan itu sangat cepat sekali, dan belum lagi Sin
Han berhasil melihat datangnya kepalan si imam kecil, tiba2
dia telah merasakan sakit pada hidungnya, karena hidungnya
itu telah terkena hajaran yang dilakukan oleh kepalan tangan
imam kecil tersebut.
Tubuh Sin Han terhuyung lalu jatuh duduk diatas tanah
dengan hidung bercucuran darah segar, pandangan matanya
jadi gelap dan berkunang2.
Disaat itu si imam tua telah berkata dengan suara yang
keras : ”Hemm, hemm, semangat tempe! Mana itu
kepandaianmu ?” dan ejekan itu membuat telinga Sin Han jadi
merah.
Dengan menahan sakit, dia telah bangkit berdiri. Walaupun
bagaimana Sin Han sangat mendongkol dan benci sekali
kepada imam itu.

Koleksi kang zusi.com 136


Imam kecil itu menanti Sin Han berdiri, lalu dengan cepat
sekali tangan kanannya telah bergerak lagi.
”Bukk ! Bukk !" pundak dan dada Sin Han telah kena
dihajarnya dengan telak sekali.
Sin Han menderita kesakitan yang luar biasa, tetapi dia
tidak mau mengeluarkan jeritan, hanya sekuat tenaga, tahu2 dia
menubruk dan memeluk tangan imam kecil itu, lalu Sin Han
menundukkan kepalanya dan telah memegangi tangan imam
kecil itu.
Imam kecil itu jadi kaget, dia menarik pulang tangannya,
tetapi tidak bisa.
”Hajar dia, Kiang-jie !" perintah imam tua itu dengan suara
keras. ”Mengapa seperti anak perempuan yang main
pegang2an begitu ?"
Dibentak begitu, simurid tampaknya jadi takut, dia telah
cepat2 mengerahkan tenaganya, sambil menarik tangannya, dia
menggaet kaki Sin Han, sehingga Sin Han terjengkang dengan
kedua tangan terbuka, dengan sendirinya imam kecil itu bisa
menarik pulang kembali tangannya.
Sin Han merangkak bangun lagi dengan mendongkol, anak
ini jadi tambah nekad, dia telah menubruk dan akan memukul
imam kecil itu, Kiang jie, dengan mempergunakan kedua
kepalan tangannya.
Tetapi pukulan Sin Han mana memiliki tenaga seperti yang
dilakukan Kiang-jie ? Kiang jie merupakan murid imam itu,
dengan sendirinya dia mengerti ilmu silat dan sudah biasa
melatih diri, maka setiap pukulannya mengandung kekuatan
yang lumayan disamping taktik2 dari jurus2 pertempuran yang
memang telah dikuasainya.
Maka belum lagi kedua tangan Sin Han tiba, disaat itulah
Kiang-jie telah menyambuti tangan kanan Sin Han dengan

Koleksi kang zusi.com 137


kibasan tangan kiri, lalu tangan kanan Kiang-jie menerobos
nyelonong kemuka Sin Han lagi.
Kembali Sin Han harus terjungkel dan menderita kesakitan,
pipinya yang terpukul juga telah agak ke-biru2an
membengkak.
Tetapi Sin Han jadi semakin nekad.
”Sejak ayah menemui ajal ditangan musuh2nya, aku selain
menderita dihina orang ! Biarlah! Hari ini biarpun harus mati,
aku harus melawan imam kecil ini, untuk membuktikan bahwa
aku tidak mudah dihina ! Walaupun harus mati, aku harus
memberikan perlawanan sekuat tenagaku...jika aku sampai
mati, itupun bagus, aku bisa berkumpul kembali dengan ayah,
sehingga untuk selanjutnya tidak ada orang yang bisa
menghina aku pula ! Lagi pula, hidup dengan selalu dihina
orang, apakah gunanya ?"
Karena berpikir begitu, maka Sin Han jadi nekad sekali.
Waktu dia merangkak bangun, tanpa menanti dia bisa
berdiri tetap, dan sebelum Kiang jie sempat melancarkan
serangannya lagi, Sin Han telah menubruk dan memeluk kedua
kaki Kiangjie, kemudian ditariknya dengan kuat sekali,
sehingga tubuh Kiangjie terjungkel bergumul ber-sama2
dengan Sin Han diatas tanah.
Kiangjie mengeluarkan seruan tertahan, dia jadi
mendongkol atas perbuatan Sin Han yang dianggapnya licik.
Dengan cepat kedua tangannya menghantam kepala Sin Han.
”Bukk ! Bukk !" kepala Sin Han terpukul keras, tetapi dia
tidak menjerit, dia hanya merangkul kedua kaki Kiangjie
semakin kuat. Lalu dengan nekad dia menundukkan kepalanya,
tahu2 giginya telah terbenam dikaki Kiangjie yang digigitnya
dengan kuat sekali.

Koleksi kang zusi.com 138


Kiangjie menjerit kesakitan, dia jadi kelabakan dan
berusaha mendorong bahu Sin Han, agar anak itu melepaskan
kakinya.
Tetapi bukannya melepaskan rangkulannya itu, Sin Han
justru telah memeluk semakin kuat saja, dia juga menggigit
terus dengan gigi di-gerak2kan, sehingga menimbulkan
perasaan sakit bukan alang kepalang buat Kiangjie, sehingga
imam kecil ini telah men-jerit2 sambil menangis.
”Aduhh ! Aduhh, Suhu, tolong suhu...dia main curang !"
teriak Kiangjie dengan suara sesambatan menahan sakit, kedua
tangannya masih berada dipunggung Sin Han, berusaha
mendorong sekuat tenaganya.
Imam yang menjadi guru Kiangjie jadi berobah merah
padam, dia mendongkol dan gusar sekali, dia telah melompat
maju dan menjambak punggung Sin Han, yang ditariknya
dengan kuat untuk dilemparkan.
Tetapi untuk kagetnya imam itu, waktu dia mengangkat
naik tubuh Sin Han, tubuh Kiangjie juga ikut terangkat, karena
Sin Han mati2an merangkul terus kedua kaki Kiangjie, yang
terus juga digigitnya semakin keras.
Keruan saja Kiangjie jadi me-raung2 kesakitan dan
menangis, karena imam kecil itu merasakan dagingnya seperti
copot tergigit Sin Han.
Cepat2 guru Kiangjie menghantam pundak Sin Han,
sehingga anak itu merasakan tulang pundaknya seperti akan
patah, dia kesakitan bukan main, dan mengeluarkan suara
jeritan.
Karena menjerit maka gigitannya dikaki Kiangjie jadi
terlepas. Dan Kiangjie sambil ter-aduh2 telah meng-usap2
kakinya yang bekas tergigit itu, dia marah dan kesakitan sekali.

Koleksi kang zusi.com 139


Imam yang menjadi guru Kiangjie telah melontarkan tubuh
Sin Han, sehingga Sin Han terguling diatas tanah beberapa
tombak jauhnya, dan bantingan itu menyebabkan Sin Han juga
jadi kesakitan bukan main.
Sehingga imam itu telah menyalahi janjinya sendiri, dia
telah mengadu kedua anak itu, yang katanya ingin dilihat
apakah Sin Han sanggup merubuhkan muridnya ! Tetapi
kenyataannya Sin Han telah mempergunakan cara menggigit,
sehingga murid imam itu terhitung kalah, sebab dia telah
menangis dan ter-aduh2 tidak berdaya untuk melepaskan diri
dari gigitan Sin Han.
Sin Han jadi gusar dan bertambah nekad.
”Imam jahat ! Imam tidak tahu malu ! Engkau bilang ingin
membiarkan kami berkelahi, tetapi mengapa engkau imam tua
bangka yang ikut campur tangan ?" dan sambil membentak
begitu, Sin Han telah merangkak bangun untuk berdiri.
Muka imam itu jadi merah padam, dengan gusar dia telah
membentak : ”Kunyuk kecil yang licik, engkau telah berkelahi
dengan cara yang curang !"
”Curang ? Hemm, kalian yang curang ! Muridmu itu telah
berlatih diri mempelajari ilmu silat, sedangkan aku tidak !
Dengan mengandalkan semua itu, karena yakin muridmu dapat
menyiksa aku, maka engkau berani memajukan muridmu itu
untuk bertanding dengan aku ! Kenyataannya ? Hemm, hemm,
muridmu walaupun memiliki kepandaian silat, ternyata
gentong kosong tidak punya guna ! Bukankah dalam suatu
pertempuran kita bebas mempergunakan cara apa saja, asalkan
bisa merubuhkan lawan...?"
Disanggapi begitu, Si imam jadi mendongkol sekali.
”Kiangjie !" panggilnya kepada muridnya dengan suara
membentak keras. ”Kau lawan lagi dia, kau harus memberikan

Koleksi kang zusi.com 140


ganjaran padanya ! jika engkau sampai dirubuhkan lagi oleh
dia, hemm, hemm, aku akan menghukum berat padamu !"
Mendengar ancaman gurunya itu, tentu saja Kiangjie jadi
sangat ketakutan, dia sampai mengeluh perlahan, dan
kemudian telah melangkah menghampiri Sin Han dengan muka
merah padam : ”Engkau tidak boleh main gigitan lagi...kau
boleh memukul aku semaunya, tetapi tidak boleh curang main
gigit seperti anak perempuan...!" kata Kiangjie.
Dia telah berpesan begitu, karena dia kuatir nanti Sin Han
main gigit pula.
Karena jika sampai dia digigit pula, tentu dia akan
mengalami penderitaan yang tidak ringan dan kesakitan yang
tidak tanggung2.
Sin Han telah mentertawai untuk mengejeknya : ”Dalam
perkelahian, kita bebas mempergunakan cara apa saja.." kata
Sin Han kemudian. ”Mengapa engkau harus takut kepada
gigitan ? Bukankah engkau juga memiliki tangan yang bebas
memukul ? Dan lagi pula engkaupun memiliki gigi ? Engkau
boleh main gigit pula.”
Disahuti begitu oleh Sin Han, muka Kiangjie jadi berobah
merah.
Selama dia berguru kepada gurunya, dia telah digembleng
keras mempelajari ilmu silat, mana mungkin dalam suatu
perkelahian dia main gigit seperti Sin Han ? Bukankah hal itu
akan membuat nama gurunya jatuh ? Lagi pula, main gigit
seperti Sin Han itu, merupakan perbuatan yang dianggapnya
pengecut. Namun Kiangjie takut dan berkuatir kalau2 nanti Sin
Han akan main gigit lagi, karena dikakinya masih ada tapak
bekas gigi Sin Han, yang terbenam dalam sekali didaging
kakinya.

Koleksi kang zusi.com 141


Melihat muridnya ragu2, imam itu telah membentak :
”Kiangjie, apakah engkau ingin kuhajar ? Cepat pukul anak itu
! Awas, jika engkau kalah lagi atau menangis, aku akan
menghukum berat padamu !"
Itulah ancaman kedua kalinya dari sang guru, jika sampai
dia masih ragu2, tentu gurunya akan segera menghukumnya.
Maka, karena takut gurunya itu marah, Kiangjie telah
memaksakan diri maju menghampiri Sin Han, tetapi matanya
telah menatap terus kepada mulut Sin Han, kepada gigi dari
anak itu yang tampak samar2 dari sela bibirnya. Hati Kiang jie
jadi tergoncang. Dia telah mengayunkan tangannya, tetapi
matanya terus menatap ke mulut Sin Han.
Melihat imam kecil itu mulai memukulnya lagi, Sin Han
menggeser dirinya ke samping kanan, dia telah mengelakkan
serangan itu.
Tetapi Kiangjie telah mempelajari ilmu silat dibawah
didikan seorang guru seperti si imam yang tampaknya memiliki
kepandaian sangat tinggi, maka begitu Sin Han mengelakkan
diri ke kanan, dengan cepat sekali Kiangjie telah
menggerakkan lagi tangan kirinya berusaha menjambak Sin
Han, sedangkan tangan kanannya telah nyelonong menghantam
dada Sin Han.
”Bukk !" tubuh Sin Han telah terjungkel rubuh terguling
diatas tanah, sehingga Sin Han mengeluarkan suara seruan
tertahan dengan menahan perasaan sakit didadanya.
Kiangjie berdiri diam saja ditempatnya, dia tidak mengejar
untuk menyerang lagi, karena dia kuatir kalau2 nanti kakinya
itu ditubruk dan dipeluk lagi oleh Sin Han. Jika sampai terjadi
begitu, berabelah dia, karena kakinya tentu akan merasakan
pula gigi2 dari Sin Han.....
Melihat sikap muridnya itu, si imam jadi mendongkol
bukan main.

Koleksi kang zusi.com 142


”Kiangjie...mengapa kau diam saja ?" bentaknya dengan
suara bengis.
Kiangjie terkejut, cepat2 dia menyahuti : ”Aku akan segera
menyerang lagi, suhu !"
Dan benar2 Kiangjie telah maju, tetapi sekarang dia berlaku
hati2 sekali. Waktu dia berada didekat Sin Han yang masih
rebah di tanah, ketika Sin Han mengulurkan tangannya ingin
merangkul kedua kaki Kiangjie, maka imam kecil itu telah
melompat mengelakkan rangkulan itu, bahkan waktu tubuhnya
meluncur turun, kaki Kiangjie telah menjejak punggung Sin
Han, sehingga Sin Han menjerit kesakitan.
Belum lagi Sin Han tahu apa yang terjadi, kaki kanan
Kiangjie telah menyambar menendang mukanya lagi,
gerakannya itu sangat cepat, sehingga Sin Han tidak bisa
mengelakkannya, seketika itu juga pandangan mata Sin Han
jadi gelap dan dia sampai bergulingan di atas tanah beberapa
kali...
Kemudian Kiangjie menggerakkan tangan kanannya, dia
telah menjambak rambut Sin Han, kepala anak itu diangkatnya,
sehingga muka Sin Han menengadah keatas, dan membarengi
itu tangan kirinya menghajari muka Sin Han beberapa kali.
Walaupun menderita kesakitan, Sin Han tidak
mengeluarkan suara jeritan, dia hanya mengulurkan kedua
tangannya berusaha untuk mencekal tangan Kiangjie.
Tetapi kali ini Kiangjie berlaku waspada sekali, dia tidak
memberikan kesempatan kepada Sin Han memegang bagian
tubuhnya, maka dengan demikian Sin Han gagal beberapa kali
untuk mencekal tangan Kiangjie.
Bahkan Kiangjie terus menerus beruntun telah
menghantami muka Sin Han, sampai muka anak itu babak
belur.

Koleksi kang zusi.com 143


Apa lagi Kiangjie juga teringat betapa tadi Sin Han telah
menggigit kakinya, menimbulkan perasaan sakit yang bukan
main, sampai dia menangis, dan juga malu kepada gurunya.
Maka Kiangjie semakin bernafsu sekali melancarkan
pemukulan kepada Sin Han.
Sin Han yang sangat kesakitan, merasakan pandangan
matanya gelap, hampir saja dia jatuh pingsan.
Dalam keadaan tertekan seperti itu, Sin Han jadi kalap dan
nekad.
Dia telah meronta sekuat tenaganya untuk menubruk
kepada Kiangjie, tanpa memperdulikan lagi perasaan sakit
rambutnya yang dijambak Kiangjie, dia juga telah
mengulurkan kedua tangannya.
Usaha Sin Han berhasil, karena dia telah dapat merangkul
pinggang Kiangjie !
Hal ini tentu saja mengejutkan Kiangjie, dia sampai
berjingkrak mengeluarkan seruan kaget dan ketakutan.
Tetapi Sin Han seperti seseorang yang tenggelam disungai,
maka sekarang mendapatkan pinggang orang yang telah bisa
dirangkulnya, dia seperti mendapat kayu penolong. Dia
merangkulnya kuat2 dan tidak mau melepaskannya kembali
walaupun Kiangjie telah menjambak keras rambutnya dan
menarik kepala Sin Han kuat2 agar Sin Han tidak bisa
mendekati mulutnya ke perut Kiangjie.
Tetapi Sin Han benar2 nekad, tanpa memperdulikan
perasaan sakit dikepalanya, karena rambutnya tertarik keras,
Sin Han memajukan kepalanya, dan "Cepp !" mulutnya telah
berada diperut Kiangjie, seketika itu juga gigi2nya terbenam
didaging perut Kiangjie !
Melengkinglah suara jeritan Kiangjie, dia men-jerit2 sambil
berjingkrakan, dan juga telah mengucurkan air mata kesakitan,

Koleksi kang zusi.com 144


karena perut adalah bagian yang sensitif, sekarang digigit kuat2
oleh Sin Han begitu rupa, dengan sendirinya telah membuat
Kiangjie kesakitan luar biasa. Kedua tangannya juga telah
berkelejatan tidak bisa memegang tubuh Sin Han lagi.
”Ampun...ampun, jangan menggigit terus ! Aku kalah !
Aku kalah !" teriak Kiangjie melupakan malu dan takut pada
gurunya. Dia telah menyerah, dengan harapan Sin Han akan
melepaskan gigitannya itu.
Tetapi Sin Han tetap menggigit terus.
”Suhu...ohh suhu, tolongi aku suhu...dia...dia main gigitan
lagi...!" teriak Kiangjie kelabakan.
Imam itu jadi mengerutkan sepasang alisnya, karena dia
mendongkol bukan main.
Dia telah menghampiri dan dengan bengis dia telah
menarik tubuh Sin Han.
Tetapi Sin Han tetap merangkul keras pinggang Kiangjie,
dia juga menggigit sekuat tenaganya tidak mau melepaskan
gigitan di perut Kiangjie.
”Biarlah aku dihajar mati oleh imam jahat ini, tidak
nantinya aku melepaskan gigitanku ini...!" pikir Sin Han
dengan hati yang nekad.
Tentu saja yang menderita kesakitan hebat adalah Kiangjie,
karena dia merasakan sakit yang luar biasa diperutnya, yang
digigit oleh Sin Han semakin lama semakin keras sekali.
Disaat itu tampak Sin Han telah berkeringat, tetapi dia tetap
menggigit terus.
Si imam yang menarik tubuh muridnya juga tidak berdaya,
karena begitu dia menarik, segera Kiangjie menjerit dengan
tubuh berkelejatan, sebab begitu tubuh Sin Han ketarik, berarti

Koleksi kang zusi.com 145


gigitannya tertarik, dan perut Kiangjie yang tergigit itu ikut
tertarik juga.
Dengan sendirinya menimbulkan perasaan sakit yang tak
terhingga...membuat Kiangjie jadi mengucurkan air mata terus
menerus.
”Oh suhu, tolonglah aku...aduhh, suhu, tolonglah
cepat...gigitannya semakin keras...!" teriak Kiangjie dengan
suara sesambatan.
Imam itu jadi bingung juga. Memang bisa saja dia
menghantam pecah batok kepala Sin Han, membinasakan anak
itu, dengan demikian dia bisa menolongi muridnya. Tetapi,
apakah hanya persoalan kecil seperti itu dia harus
membinasakan Sin Han ?
Akhirnya imam itu telah menghela napas dia menyerah
juga.
”Baiklah, sudahilah gigitan gigimu itu,aku menyerah kalah,
muridku itu memang tolol...!" kata imam tersebut kemudian
dengan suara yang tidak sebengis tadi.
Tetapi Sin Han tetap menggigit, dia meng-geleng2kan
kepalanya.
Mungkin maksudnya dia ingin menyatakan bahwa dia tidak
mau melepaskan gigitannya itu.
Keruan saja Kiangjie jadi semakin men-jerit2, karena
begitu Sin Han menggelengkan kepalanya, berarti gigitannya
diperut Kiangjie juga jadi ter-gerak2, sehingga menimbulkan
perasaan sakit sampai terasa tulang2 tubuhnya pada ngilu.
”Kalau engkau tidak mau melepaskan gigitanmu itu,
terpaksa aku akan menghajar hancur batok kepalamu !" kata
imam itu dengar suara yang bengis sekali.
Tetapi Sin Han tidak memperdulikannya.

Koleksi kang zusi.com 146


”Walaupun engkau menghantam pecah batok kepalaku, aku
tidak akan menuruti lagi kata2mu, imam busuk !!" pikir Sin
Han didalam hatinya.
Bahkan Sin Han telah merangkul pinggang Kiangjie
semakin kuat, dia takut kalau2 si imam nanti menariknya
terlepas dari Kiangjie.
Kiangjie masih men-jerit2 kesakitan, dia kelabakan sekali,
sehingga membingungkan juga imam itu. Dia berpikir keras
untuk memisahkan muridnya dari Sin Han.
”Baiklah !" kata imam itu jengkel sekali, dengan hati yang
gusar. ”Karena engkau tidak mau melepaskan gigitanmu itu,
biarlah aku akan menghajar hancur batok kepalamu...!" dan
setelah berkata begitu, imam itu menggerakkan telapak
tangannya, dia bermaksud akan menghantam dengan tenaga
yang diperhitungkan, yaitu dengan pukulan yang akan
membuat Sin Han pingsan saja, tidak sampai menghancurkan
kepala anak itu.
Tetapi Sin Han benar2 nekad, walaupun dia telah melihat
imam itu mengayunkan tangannya untuk menghantam
kepalanya, tetap saja Sin Han tidak mau melepaskan gigitannya
pada perut Kiangjie, yang telah menangis meng-gerung2
kesakitan.
Telapak tangan imam itu telah meluncur dengan cepat
sekali menyambar kearah batok kepala Sin Han, dan hanya
terpisah beberapa dim lagi.
Tiba2 terdengar suara tertawa geli disertai dengan
perkataan : ”Imam jahat...jangan menghina anak kecil !"
Berbareng dengan habisnya perkataan itu, dari balik
sebatang pohon telah melompat keluar sesosok tubuh, dengan
gerakan yang ringan, tahu2 punggung imam itu telah
ditepuknya.

Koleksi kang zusi.com 147


Tetapi imam tersebut juga tidak lemah ilmunya, dia
mendengar mendesirnya angin serangan yang tajam. Keruan
saja dia jadi terkesiap hatinya, dengan cepat dia membatalkan
serangannya kepada Sin Han, dan kemudian dia memutar
tangannya itu, yang diteruskan untuk menangkis serangan
lawan gelap itu.
”Bukk !" kedua tangan itu telah saling bentur dengan kuat
sekali.
Tubuh imam itu tergoncang dan tampak orang yang
melancarkan serangan itupun mengeluarkan suara seruan
tertahan, dan telah melompat mundur sambil tertawa.
”Hebat ! Hebat ! Memang nama Tung Sie Cinjin tidak
kosong...!"
Imam itu, yang memang benar Tung Sie Cinjin adanya, jadi
marah sekali, dia melepaskan cengkeramannya pada Sin Han
dan membalikkan tubuhnya mengawasi orang yang baru
datang. Ternyata seorang pengemis berusia diantara enam
puluh tahun, yang pakaiannya compang-camping, tampak
berdiri dihadapannya sambil tersenyum seperti mengejek.
”Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang ?" tegur imam itu,
”Rupanya engkau yang usil dengan urusanku !!"
”Oho, bukan usil, tetapi engkau yang telah main curang,
yang mau menghina seorang anak kecil tidak berdaya lewat
tangan muridmu....Tetapi kau gagal, muridmu itu terlalu
goblok dan tolol, seperti gentong nasi yang setiap hari hanya
bisa gegares saja, maka dari itu, kau sendiri yang akhirnya
ingin menghina anak itu, mencelakainya ! Kalau urusan ini
tersiar keluar didalam kalangan Bu Lim, apakah engkau tidak
takut akan menjadi bahan tertawaan dari para orang gagah ?"
Ditegur begitu oleh si pengemis, muka Tung Sie Cinjin jadi
berobah merah padam. Dia gusar bercampur malu sekali,

Koleksi kang zusi.com 148


sehingga tubuhnya telah gemetaran menahan perasaan
marahnya.
”Baik ! Baik Sin Kun Bu Tek, aku memang telah lama
mendengar namamu yang sangat terkenal ! Dan juga kita telah
dua kali bertemu, tetapi sayangnya justru kita tidak memiliki
kesempatan untuk mengukur kepandaian ! Kali ini memang
benar2 merupakan kesempatan yang baik sekali, untuk melihat
siapa yang lebih tinggi kepandaiannya diantara kita berdua...!"
Tetapi baru saja Tung Sie Cinjin berkata sampai disitu,
kembali Kiangjie telah men-jerit2 dengan suaranya yang sangat
keras : ”A-duhh ! Suhu...tolongi aku dulu...suhu..suhu.... aduhh
tolongi aku dulu suhu...dia menggigit sangat keras sekali..."
Dan sambil ber-teriak2 menangis, Kiangjie juga mengayunkan
kedua tangannya memukuli punggung Sin Han.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 5
TETAPI Sin Han telah nekad benar, apa lagi sekarang dia
mendengar tadi Tung Sie Cinjin me-nyebut2 Sin Kun Bu Tek,
pengemis tua yang diketahui baik padanya, dengan sendirinya
semangat Sin Han jadi terbangun, dia pun girang si pengemis
yang di-cari2nya itu bisa muncul ditempat ini. Maka bukannya
dia melepaskan gigitannya, dia justru telah menggigit semakin
kuat saja, disamping itu, tangannya juga telah merangkul
pinggang Kiangjie dengan keras tanpa memperdulikan
pukulan2 kalap dari Kiangjie dipunggungnya.
Sin Kun Bu Tek yang melihat kejadian itu telah sengaja
memperdengarkan suara tertawa mengejeknya.
”Hemm, lihatlah muridmu yang goblok dan hanya bisa
gegares itu, telah me-lolong2 seperti anjing yang terjepit !

Koleksi kang zusi.com 149


Padahal dia telah kau didik bertahun-tahun ilmu pukulan dan
ilmu silat, mana itu kepandaian bangpaknya ? Hemm,
menghadapi seorang anak sebayanya yang tidak mengerti silat
saja dia sudah tidak sanggup! sebagai seorang guru, kau
terhitung guru macam apa? Muridnya begitu goblok, tentu saja
gurunya juga tolol sekali.... bagaimana kau bisa temberang dan
sesumbar ingin mengadu kepandaian denganku?"
Diejek begitu rupa oleh Sin Kun Bu Tek bukan main
murkanya Tung Sie Cinjin, sehingga dia tidak bisa menahan
kemarahannya itu lagi. Dengan mengeluarkan suara bentakan
yang keras sekali, dia telah menerjang maju. Dan sambil
melompat dia telah menggerakkan kedua tangannya itu untuk
melancarkan serangan yang sangat hebat pada jurus
pembukaan itu.
Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak takut sedikitpun juga, dengan
tenang dia memperhatikan datangnya kedua kepalan tangan
dari imam itu. Waktu kepalan tangan kanan imam itu hampir
sampai dimukanya, pengemis tua ini telah berkelit dengan
memiringkan kepalanya, sedangkan tangan kirinya dipakai
untuk menotok mata imam itu dengan gerakan secepat kilat.
Tentu saja hal ini tidak pernah diduga oleh Tung Sie Cinjin,
sehingga dia mengeluarkan seruan tertahan. Tetapi sebagai
seorang yang pandai dan memiliki kepandaian yang sangat
tinggi, dia tidak menjadi gugup menghadapi keadaan seperti
itu. Cepat sekali dia menarik pulang tangannya, dan kakinya
tahu2 telah menendang beruntun dengan mempergunakan ilmu
tendangan 'Ban-lian-tui’ (tendangan selaksa berantai), tampak
kedua kaki Tung Sie Cinjin telah saling samber tidak hentinya,
dan kepalanya juga telah mundur kebelakang sehingga totokan
jari tangan dari Sin Kun Bu Tek jadi bisa diloloskannya dengan
mudah, apa lagi si pengemis juga harus melompat mundur
akibat desakan tendangan2 berangkai yang sangat berbahaya
itu.

Koleksi kang zusi.com 150


”Haha, inikah kepandaian istimewa ?" tegur Sin Kun Bu
Tek dengan suara mengejek. ”Nah, sekarang kau lihatlah
seranganku ini, aku ingin memperlihatkan sedikit kebodohan !”
Setelah berkata mengejek begitu, tampak Sin Kun Bu Tek
telah menggerakkan kedua kepalan tangannya, yang di-
gerak2kan dengan cepat, sehingga berseliwiran seperti juga
ular2 naga yang me-nyambar2 dengan sasaran yang sulit
diterka.
Tung Sie Cinjin jadi kelabakan, dia berulang kali
mengeluarkan suara seruan2 tertahan dan melompat mundur,
karena kedua kepalan tangan Sin Kun Bu Tek itu telah berobah
jadi seperti seratus kepalan tangan yang berseliwiran didepan
mukanya, dan mengancam akan menghantamnya.
Itulah semacam kepandaian yang luar biasa karena Sin Kun
Bu Tek telah berhasil menggerakkan kedua kepalan tangannya
dengan cepat sekali, sehingga menyebabkan kepalan tangan itu
seperti juga berobah menjadi sangat banyak, menyesatkan
sasaran yang diincernya, menyebabkan lawan juga sulit sekali
untuk mengadakan penjagaan terhadap serangan semacam ini,
karena yang pasti lawan tentu bingung akan sasaran dari
serangan itu.
Disaat itu, Sin Han masih terus juga menggigit dengan
keras sambil merangkul semakin ketat, sehingga Kiangjie terus
men-jerit2 kesakitan.
Tentu saja jeritan2 Kiangjie membuat terpecahnya
perhatian Tung Sie Cinjin, dia sering dikejutkan oleh jeritan
dan teriak kesakitan Kiangjie.
Apa lagi dalam satu jurus permulaan tadi dia telah bisa
melihat bahwa dia masih kalah seurat dengan kepandaian Sin
Kun Bu Tek, walaupun per-tama2 di jurus pendahuluan ini
memang mereka tampak berimbang, tetapi jika nanti telah

Koleksi kang zusi.com 151


bertempur cukup lama, tentu akan berakhir dengan kekalahan
di dirinya.
Akibat pecahnya dari pemusatan pikirannya telah membuat
Tung Sie Cinjin tidak bisa bertempur dengan se-baik2nya, dan
membuat dia jadi berada dibawah angin, apa lagi tenaga
lwekangnya masih berada dibawah kepandaian Sin Kun Bu
Tek.
Tetapi disebabkan malu, maka imam ini jadi bertempur
terus dengan kalap dan nekad.
Lalu tanpa memperdulikan suatu apapun juga, dia telah
mengeluarkan kepandaian simpanannya, dengan melancarkan
serangan yang beruntun kepada Sin Kun Bu Tek, sehingga
memaksa pengemis itu harus melompat mundur beberapa kali
mengelakkan diri.
Tung Sie Cinjin mempergunakan kesempatan disaat tubuh
Sin Kun Bu Tek tengah melompat mundur, dia telah mencabut
pedangnya yang sejak tadi terselip dipunggungnya. Kemudian
dia telah menggerakkan pedangnya itu, untuk menikam dengan
ujung pedang digetarkan.
Sin Kun Bu Tek terkejut juga melihat cara menyerang
lawannya itu, karena jurus serangan yang dipergunakannya itu
merupakan jurus yang bisa mematikan.
Dengan cepat Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang berlaku lebih
waspada, dia telah memandang dengan sikap yang sangat hati2
sekali, mengawasi mata pedang yang tengah menyambar
kearah dadanya. Sebagai seorang yang telah digelari ”Kepalan
Sakti Tanpa Tandingan" tentu saja Sin Kun Bu Tek memiliki
kepandaian yang telah tinggi sekali pada kedua tangannya.
Itulah sebabnya waktu pedang lawannya menyambar datang,
dengan cepat Sin Kun Bu Tek menggerakkan tangan kanannya
kesamping kanan, lalu tahu2 jari tangannya akan menjepit
badan pedang itu.

Koleksi kang zusi.com 152


Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat dan berada
diluar dugaan dari Tung Sie Cinjin. Sehingga telah membuat
Tung Sie Cinjin mengeluarkan seruan kaget dan cepat2
menarik pulang pedangnya, agar tidak terjepit oleh jari tangan
lawannya, tetapi Tung Sie Cinjin jadi mengeluarkan keringat
dingin.
Jika tadi pedangnya dapat dijepit, tentu dia akan mengalami
kesulitan yang tidak kecil. Disamping itu juga, dia terkejut
untuk liehaynya tangan Sin Kun Bu Tek.
Sin Kun Bu Tek kembali melancarkan serangan kepada si
imam, waktu Tung Sie Cinjin melompat mundur, dengan cepat
tubuh si pengemis telah doyong kemuka, dia telah membarengi
dengan gempuran kedua kepalan tangannya. Gerakannya itu
agak aneh, karena biasanya jika orang melancarkan serangan
dengan kepalan tangan, tentu dia menyerang dengan jurusan
dari depan menerjang ke lawan. Tetapi justru Sin Kun Bu Tek
menggerakkan tangannya itu dengan jurus yang berlawanan,
yaitu kepalan tangannya itu menyambar dari bawah menuju
keatas.
Keruan saja Tung Sie Cinjin jadi heran, dia tidak bisa
tenggelam begitu saja dalam keheranannya itu, sebab jika dia
berlaku lambat sedikit saja, tentu dadanya, tepat dijalan darah
Mia-liu-hiatnya akan menjadi sasaran yang empuk.
Dengan cepat pedang ditangan kanannya diputar seperti
titiran, dan tangan kirinya mengibas kearah Sin Kun Bu Tek.
Titiran pedangnya yang cepat sekali dan memancarkan
hawa dingin, membuat Sin Kun Bu Tek menarik kembali
kedua tangannya, sebab jika meneruskan serangannya itu,
berarti kedua tangannya itu akan menjadi sasaran pedang dan
bisa buntung.

Koleksi kang zusi.com 153


Ketika Sin Kun Bu Tek menarik pulang tangannya, disaat
itu juga dia merasakan samberan angin dari tangan kiri si
imam, sehingga membuat dia jadi sibuk untuk menangkisnya.
Tenaga dalam Sin Kun Bu Tek memang menang seurat
dengan tenaga dalam yang dimiliki Tung Sie Cinjin, maka
waktu dua kekuatan tenaga itu saling bentur tubuh Tung Sie
Cinjin jadi terhuyung mundur beberapa langkah ke belakang.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek tidak terdorong sedikitpun juga
dari tempat berdiri, dia berdiri tegak tanpa bergeming.
Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa
mengejek, dia telah berkata dengan dingin, "Mana
kepandaianmu yang berarti ? Semua kepandaian yang tadi
kaukeluarkan merupakan jurus2 bangpak yang tidak memiliki
arti apa2 ! Jika aku mau, dalam sekejap mata saja, dengan
membalikkan telapak tangan, aku bisa mengirim kau pergi
menemui kakek moyangmu !" Itulah ejekan yang hebat, karena
si pengemis ingin mengartikan bahwa dia bisa saja
membinasakan imam itu dengan mudah, dengan mengirim
Tung Sie Cinjin ke neraka menemui kakek moyangnya .... !
Kumis dan jenggot Tung Sie Cinjin jadi bergerak gerak
menahan amarah, dia sampai lompat berjingkrak dengan
disertai teriakan kalap.
Tetapi waktu dia mau melompat menerjang kepada si
pengemis kembali dia mendengar Kiangjie telah menjerit jerit
kesakitan, sebab perutnya masih belum dilepas dari gigitan Sin
Han.
Mendengar suara jeritan muridnya itu, Tung Sie Cinjin jadi
semakin gusar, dengan cepat dia membatalkan maksudnya
menerjang Sin Kun Bu Tek, dia telah melompat ke dekat
muridnya, dan pedang ditangan kanannya itu digerakkan akan
menabas ke batang leher Sin Han !

Koleksi kang zusi.com 154


"Ihhh !" Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan seruan kaget,
karena dia tidak menyangka bahwa Tung Sie Cinjin bisa
melakukan perbuatan keji dan hina seperti itu, ingin
membinasakan seorang anak kecil seperti Sin Han dengan cara
yang demikian rendah.
Untuk melompat mencegah maksud Tung Sie Cinjin, jelas
sudah tidak lagi, karena Sin Kun Bu Tek terpisah ditempat
yang cukup jauh. Maka dari itu, dia telah cepat2 menendang
sebutir batu didekat kakinya dengan mempergunakan ujung
kaki, batu itu telah tertendang menyambar kearah pedang Tung
Sie Cinjin.
”Tringggg ....!" pedang itu telah terbentur oleh batu yang
ditendang Sin Kun Bu Tek dengan keras, sehingga tergetar
mengeluarkan suara mengaung, maka sasaran pedang Tung Sie
Cinjin jadi berobah arah.
"Imam hina-dina ... !" bentak Sin Kun Bu Tek sambil
melompat membarengi dengan tendangan pada batu kerikil itu,
maka belum lagi Tung Sie Cinjin sempat mengulangi tabasan
pedangnya pada diri Sin Han, disaat itu kepalan tangan Sin
Kun Bu Tek telah menyambar ke punggungnya, memaksa
Tung Sie Cinjin harus mengelakkan diri dengan melompat se-
jauh empat tombak dari tempat Sin Han berada.
Justru begitu, tampak Kiangjie telah men-jerit2 kesakitan
lagi, dia sudah tidak memperdulikan keadaan gurunya yang
tengah terdesak oleh Sin Kun Bu Tek, Kiangjie telah ber-
teriak2 : ”Aduhhh...suhu tolong...tolong suhu ! Sakit
sekali...setan kecil ini, eh toako, jangan gigit terus, lepaskan,
aku akan menuruti perintahmu...tolonglah aku jangan menyiksa
aku demikian rupa...!"
Sambil menangis seperti itu, tampak Kiang jie telah ter-
aduh2 tidak memukul lagi, karena dia ingin meminta belas
kasihan dari Sin Han.

Koleksi kang zusi.com 155


Tetapi Sin Han tetap menggigit, dan merangkul kuat2, dia
memang tidak mau melepaskan gigitannya itu karena Sin Han
menyadarinya jika saja dia melepaskan gigitan dan
rangkulannya itu, tentu Kiangjie akan menghantami lagi muka
dan tubuhnya seperti tadi.
Sin Kun Bu Tek jadi tertawa geli sendirinya melihat
keadaan murid Tung Sie Siangjin. Dia telah berkata dengan
suara nyaring, ”Eh kerbau kecil sekarang kau coba
bilang......jika memang engkau mau menjadi budak dari engko
kecil itu, gigitan itu akan kuperintahkan lepas ....!"

”Mau ! Mau ! Aduhhhh ! Sakit ! Sakit sekali !" teriak


Kiangjie dengan bercucuran air mata karena dia menahan

Koleksi kang zusi.com 156


perasaan sakit yang bukan main. ”Aku akan menuruti semua
perintah dari engko kecil ini .. !"
”Benar janjimu itu ?” tanya Sin Kun Bu Tek.
”Benar......aku tidak akan ingkar !" kata Kiangjie dengan
suara sesambatan.
”Baiklah ! Sebagai tanda bahwa engkau akan menuruti
setiap perintah dari engko kecil itu, sekarang coba engkau maki
si imam tua keparat itu, katakan dia dengan makian yang se-
hebat2nya, semakin hebat makianmu semakin baik dan
semakin cepat pula aku perintahkan engko kecil itu untuk
melepaskan gigitannya !!”
Kiangjie tengah kesakitan bukan main, tetapi mendengar
dia diminta untuk memaki gurunya, dia jadi kaget sendirinya.
Untuk sejenak dia tertegun, tetapi kemudian dia telah ter-aduh2
kembali.
”Mengapa engkau tidak segera memaki ?” tegur Sin Kun
Bu Tek dengan suara mengejek. ”Semakin lama engkau tidak
memaki, semakin lama pula engkau tersiksa dan menderita
kesengsaraan seperti itu ! Ayo cepat maki imam tua bangka
itu..!” kata2 Sin Kun Bu Tek itu disertai dengan suara
tertawanya yang nyaring, dia tidak memperdulikan Tung Sie
Cinjin yang berdiri dengan tubuh gemetar karena menahan
amarahnya yang me-luap2, si imam merasakan dadanya seperti
mau meledak.
Kiangjie tidak tahan terus menerus perutnya digigit seperti
itu. Maka dia telah mengeluarkan suara makiannya:
”Imam..imam busuk...aku benci padamu tidak bisa menolongi
aku !! Aku benci..!"
Dada Tung Sie Cinjin seperti mau meledak, dia sampai
merasakan telinganya merah panas dan kumis maupun
jenggotnya telah berdiri.

Koleksi kang zusi.com 157


”Murid murtad.." dia memaki dengan suara gemetar.
”Itulah makian yang cukup baik, tetapi tidak begitu hebat !
Ayo maki lagi !" perintah Sin Kun Bu Tek, pengemis tua yang
nakal itu. ”Sin Han, gigit yang lebih keras kalau dia tidak mau
memaki lebih hebat !"
Sin Han mengiyakan, dia menggerakkan giginya, sehingga
Kiangjie merasakan gigitan diperutnya itu semakin sakit saja.
Dia sampai menjerit ter-aduh2 dengan suara yang
melengking nyaring.
Disaat itu, sebetulnya Kiangjie tengah ragu2 untuk memaki
pula, karena walaupun bagaimana dia menghormati dan juga
merasa takut kepada gurunya itu. Kemudian dia telah berkata
dengan menangis ter-isak2 : ”Lebih baik ... lebih baik bunuh
saja aku ... jangan menyiksa aku begini !” dan waktu dia
berkata sampai disitulah, justru Sin Han tengah meng-
gerak2kan giginya, sehingga menimbulkan perasaan pedih
diperut imam kecil itu, yang membuat dia menjerit me-raung2.
Tung Sie Cinjin melihat muridnya tersiksa begitu rupa,
sudah tidak bisa mempertahankan kemarahannya lagi, dia
mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali, dan
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan
cepat sekali menerjang kearah Sin Han, yang maksudnya akan
ditikam dengan pedangnya.
Tetapi Sin Kun Bu Tek sangat waspada sekali, melihat
gerakan yang dilakukan Tung Sie Cinjin, dia telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek, ”Dasar imam tidak tahu
diri .. !" dan tubuh Sin Kun Bu Tek telah bergerak menyusul
imam itu, bahkan waktu tubuhnya tengah melayang seperti itu,
tangan kanannya telah bergerak dengan cepat sekali
menghantam ke punggung imam itu.

Koleksi kang zusi.com 158


Serangan yang dilancarkan Sin Kun Bu Tek merupakan
serangan yang luar biasa, angin berkesiuran sangat kuat sekali,
Tung Sie Cinjin sendiri merasakan betapa angin itu menyambar
dengan hebat ke punggungnya. Dengan sendirinya dia jadi
terkesiap juga, karena Tung Sie Cinjin menyadarinya bahwa
serangan yang dilancarkan oleh Sin Kun Bu Tek tidak dapat
diremehkan. Dia telah membatalkan tikamannya kepada Sin
Han, kemudian memutar tubuhnya mengayunkan pedangnya
dengan cara melingkar, akan menabas perut dari si pengemis
tua yang nakal itu.
Gerakan yang dilakukan oleh Tung Sie Cinjin merupakan
salah satu jurus berbahaya dari ilmu pedangnya, karena dia
melancarkan tabasan tanpa tanggung2 lagi.
Tetapi Sin Kun Bu Tek juga memiliki kegesitan dan
kepandaian yang telah tinggi, sehingga dia bisa menghadapi
tabasan itu dengan baik.
Waktu pedang berkelebat kearah perutnya secepat kilat si
pengemis tua itu telah menyentil badan pedang dengan
mempergunakan jari telunjuknya, sehingga menimbulkan suara
”Tringggg..!" yang sangat nyaring.
Pedang ditangan Tung Sie Cinjin telah melejit kesamping
terkena sentilan itu, dan hampir terlepas dari cekalan tangan si
imam.
Tung Sie Cinjin sendiri telah mengeluarkan suara seruan
kaget berbareng gugup juga karena hampir saja pedangnya
terlepas dari cekalannya dan yang terpenting sekali justru
pedang itu terpental menyambar kearah mukanya sendiri..!
Cepat2 dia memiringkan kepalanya, sehingga dia bisa
menghindari samberan pedangnya, yang hampir saja terjadi
senjata makan majikan......

Koleksi kang zusi.com 159


Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa
mengejek, ”Hemmmm, memang sejak semula aku telah
menduga bahwa Tung Sie Cinjin hanyalah seekor kerbau
dungu yang pintar menghina anak2 kecil saja ..... ! Ternyata
dugaanku itu tidak meleset......!" dan setelah berkata begitu, si
pengemis tua tersebut tertawa ber-gelak2 dengan suara yang
sangat nyaring sekali.
Dengan gusar Tung Sie Cinjin menyerang sekaligus dengan
mempergunakan empat jurus yang menyambar saling beruntun,
sehingga pedangnya itu ber-gerak2 dengan gerakan yang
berbahaya sekali.
Maka dari itu Sin Kun Bu Tek tidak berani main2 lagi
menghadapi serangan seperti itu, dia telah berusaha
menghadapinya dengan ber-sungguh2, karena dia merasakan
samberan pedang justru menyambar ke bagian2 yang sangat
berbahaya ditubuhnya.
Waktu itulah, cepat luar biasa tampak Sin Kun Bu Tek
menggunakan kegesitan tubuhnya untuk berkelit kekiri dan
kekanan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, disamping
itu kedua tangannya juga telah berseliwiran menyambar kearah
Tung Sie Cinjin. Gerakan tangannya itu sangat dahsyat sekali,
sebagai seorang pendekar gagah perkasa yang telah terkenal
dengan julukan Sin Kun Bu Tek, dengan sendirinya kepalan
tangan si pengemis merupakan kepalan tangan maut, jika
lawannya terkena satu kali saja serangan kepalan tangan Sin
Kun Bu Tek, jika dia tidak segera tewas, tentu dia akan
menderita luka berat didalam....
Kembali keduanya terlibat dalam pertarungan yang seru.
Disaat itu Kiangjie kembali ber-teriak2 kesakitan,
teriakan2nya itu telah membuat Tung Sie Cinjin jadi kelabakan
juga. Walaupun dia tidak ingin memperhatikan suara teriakan2
dari muridnya itu, tetapi pemusatan pikirannya tetap saja

Koleksi kang zusi.com 160


terpecahkan, sehingga setiap serangan pedangnya selalu
mengalami kegagalan.
Sin Kun Bu Tek juga sering mentertawai dan mengejeknya,
sehingga ketenangan dari Tung Sie Cinjin semakin berkurang.
Harus diketahui kalau seorang jago sedang bertempur, jika
ketenangannya berkurang dengan sendirinya kepandaiannya itu
seperti menurun seberapa bagian !!
Tung Sie Cinjin juga mengetahui pantangan terutama dalam
bertempur itu, yaitu tidak boleh lenyap ketenangan diri. Maka
dia telah berusaha untuk memulihkan kembali ketenangan
hatinya, selalu gagal, karena suara jerit2 kesakitan dari
Kiangjie selalu mengganggu pemusatan pikirannya.
Lebih2 disaat itu Kiangjie juga mulai memaki maki Tung
Sie Cinjin dengan kata2 yang kotor dan hebat2, seperti : "Guru
bangsat, guru tidak tahu adat, pantes saja kau digebuk oleh
pengemis itu .... engkau memang harus mampus ! Engkau
imam cabul, imam yang gemar sekali paras cantik, yang hanya
pandai menghina anak kecil, imam yang bisa makan saja ....
lihat saja aku sebagai muridmu, engkau tidak bisa mendidik
aku untuk menjadi seorang yang memiliki kepandaian yang
bisa diandalkan...kenyataannya justru jadi tersiksa! Tahu
begini, lebih baik aku tidak mempelajari ilmu silat...!"
Dan banyak lagi makian2 hebat yang dilontarkan Kiangjie
kepada gurunya.
Sang murid ini demikian nekad, karena dia sudah tidak bisa
menahan perasaan sakit diperutnya, akibat gigitan Sin Han
yang semakin kuat.
Tung Sie Cinjin merasakan dadanya seperti mau meledak,
karena dia merasakan darahnya meluap sampai keujung
kepalanya. Tetapi dia tetap berusaha menenangkan hatinya,
walaupun berulang kali konsentrasi dirinya gagal pula.

Koleksi kang zusi.com 161


Kenyataan seperti inilah telah membuat Sin Kun Bu Tek
semakin men-jadi2 melontarkan ejekan2 kepada imam itu
untuk membangkitkan kemarahannya.
”Hahaha, maka dari itu aku menasehati agar engkau hati2
melatih diri, jika belum yakin bahwa dirimu memiliki
kepandaian yang tinggi, jangan sekali2 sok menjadi guru dan
mengambil murid ! Lihatlah hasilnya sangat mengecewakan
sekali !"
Diejek pulang pergi seperti itu, Tung Sie Cinjin tidak bisa
menahan kemarahannya lagi, dengan mengeluarkan suara
teriakan kalap, dia telah menyerang si pengemis secara
membabi buta, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya lagi.
Sin Kun Bu Tek semakin girang, karena dia melihat
usahanya membikin marah Tung Sie Cinjin telah berhasil. Dia
melihat bahwa Tung Sie Cinjin mulai kehilangan
keseimbangan tubuhnya, karena dia terlalu mementingkan
penyerangannya dari pada pembelaan dirinya, maka banyak
sekali lowongan2 yang terdapat di diri Tung Sie Cinjin.
Dengan mempergunakan kepalan tangannya dalam suatu
kesempatan, tampak Sin Kun Bu Tek telah melancarkan
pukulan tangannya ke bahu lawannya.
Bukkkkkkkk! tubuh Tung Sie Cinjin telah jatuh terpental
kedepan.
Di saat itulah Sin Kun Bu Tek tidak memberikan
kesempatan lagi kepada lawannya, dia telah mencecar
lawannya dengan pukulan2 yang dahsyat.
Tetapi Tung Sie Cinjin merupakan salah seorang tokoh
yang memiliki kepandaian cukup tinggi, sehingga dia masih
bisa mempertahankan diri.
”Engkau mau menyerah atau tidak ?" bentak Sin Kun Bu
Tek dengan suara mengejek.

Koleksi kang zusi.com 162


Muka Tung Sie Cinjin jadi merah padam, walaupun
bagaimana, dia mana bisa diperhinakan sedemikian rupa.
Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras
sekali, pedangnya menyambar dengan hebat sekali, ber-
kelebat2 di empat penjuru.
Serangan Sin Kun Bu Tek sementara bisa dibendung
dengan pedangnya itu.
Kiangjie yang melihat walaupun dia telah memaki2 hebat
gurunya, namun masih juga gigitan Sin Han tidak dilepaskan,
telah berteriak sambil menangis : ”Eh pengemis bau apakah
engkau tidak menepati janjimu ! Lihatlah, apakah anak ini mau
menuruti perkataanmu .... dia belum mau melepaskan
gigitannya..."
”Hahahaha," tertawa si pengemis tua itu dengan suara yang
nyaring sekali, dia telah berkata dengan suara yang datar :
”Kau tanyakan saja langsung kepada anak kecil itu, apakah dia
bersedia untuk membebaskan engkau dari gigitannya itu ....!”
Mendengar perkataan pengemis itu, tentu saja membuat
Kiang-jie jadi kecewa sekali, sehingga dia jadi menangis
meng-gerung2.
Si pengemis tua she Lo itu telah tertawa lagi dengan suara
yang panjang.
”Eh imam tua busuk, apakah engkau tidak bisa mengajar
murid ? Lihatlah muridmu itu sudah tidak tahu malu me-
nyembah2 orang lain dan men-dewa2kan musuh untuk memaki
hebat kepada gurunya yang dianggap sebagai gentong
kosong......! Mana kewibawaanmu ?”
Tetapi Tung Sie Cinjin sudah tidak mau memperdulikan
lagi ejekan si pengemis.
Dia telah berseru keras dan melancarkan serangan2 dengan
pedangnya secara kalap.
Koleksi kang zusi.com 163
Cara bertempur dari imam ini membuat Sin Kun Bu Tek
akhirnya jadi kelabakan juga, karena dia melihat bahwa
lawannya dalam keadaaan nekad sudah tidak mengacuhkan
keselamatan dirinya lagi, setiap tusukan pedangnya merupakan
serangan yang mengajak musuhnya untuk gugur ber-sama2.
Tentu saja si pengemis Lo Ping Kang tidak mau jika harus
binasa ber-sama2 dengan imam itu.
Buru2 Lo Ping Kang telah merobah cara bertempurnya, dia
melompat mundur beberapa tombak, kemudian berdiri bertolak
pinggang menghadapi imam itu, diapun telah berkata dengan
suara yang dingin : ”Bagaimana ? Apakah engkau ingin
melanjutkan pertempuran ini atau memang engkau menyerah
kalah saja ?"
Ditanya begitu, si imam telah menjawab dengan getir :
”Lebih baik aku mati bersamamu daripada harus menyerah !"
sahutnya. Dan dengan cepat sekali pedangnya telah
menyambar lagi secara beruntun, sehingga terdengar suara
”Sringggg....!” yang nyaring dan pedang itu menyambar kearah
tenggorokan Sin Kun Bu Tek.
Sin Kun Bu Tek melompat mundur terus menerus, bagaikan
seekor kucing tengah mempermainkan tikus.
Tung Sie Cinjin jadi semakin kalap saja, dia terus menerus
me-lompat2 melancarkan serangan sambil ber-teriak2
penasaran.
Dalam soal ketenangan, tentu saja si pengemis tua itu yang
menang, karena justru dia yang sedang mempermainkan
lawannya. Tetapi Tung Sie Cinjin memiliki ilmu pedang yang
cukup hebat, sehingga membuat Sin Kun Bu Tek tidak berani
bertempur dalam jarak yang dekat, karena dalam keadaan kalap
dan tidak memperdulikan keselamatan diri dan jiwanya tentu
saja setiap serangan yang dilancarkan oleh Tung Sie Cinjin
sangat berbahaya sekali.

Koleksi kang zusi.com 164


Disaat itu Kiangjie rupanya sudah tidak sanggup bertahan
terus terhadap gigitan diperutnya yang sakit luar biasa, dia
telah jatuh pingsan.
Sin Han yang sedang menggigiti perut Kiangjie waktu
merasakan tubuh orang itu terkulai lemas tidak bertenaga, dia
menduga Kiangjie tentu telah pingsan, maka perlahan lahan dia
telah melepas rangkulan tangannya dari tubuh imam kecil itu
lalu rubuh ke tanah, waktu tubuh si imam cilik itu terjungkel,
Sin Han telah melepas gigitan pada perut imam itu.
Dia melihat betapa perut si imam kecil berlumuran darah,
dan waktu Sin Han menyusutnya, mulut itu juga telah
berlumuran darah.
Sin Han jadi bergidik sendirinya. Kiangjie kuatir nanti mati,
berarti dia jadi pembunuhnya...
Sin Kun Bu Tek yang juga melihat kiangjie telah rubuh
pingsan segera berteriak teriak dengan suara yang nyaring, "Eh
imam bodoh, lihat muridmu benar2 tidak punya guna setelah
puas memaki dirimu, dia tertidur nyenyak...ha ha ha ha !!"
Tung Sie Cinjin jadi tambah gusar saja, tetapi dia tahu
bahwa lawannya telah mancing kemarahannya, untuk
mengurangi ketenangan dirinya. Dia telah berseru keras dan
melancarkan tikaman lagi, waktu Sin Kun Bu Tek meloncat
mundur mengelakkan diri, Tung Sie Cinjin tidak mengejarnya,
dia berdiri mengatur jalan pernapasannya, untuk memulihkan
ketenangan hatinya, menjernihkan otaknya dan juga berusaha
mengendalikan lwekangnya yang mulai kacau balau itu. Dia
adalah seorang akhli lwekhe tenaga dalam, dengan sendirinya
dia memiliki lwekang yang tinggi, maka jika dia marah dan
lupa diri, sehingga lwekang itu berbalik menghantam dirinya,
tentu saja ini sangat berbahaya sekali, berarti dia akan
menerima bencana yang tidak kecil....

Koleksi kang zusi.com 165


Waktu Tung Sie Cinjin berdiam diri begitu, Sin Kun Bu
Tek telah melambaikan tangannya memanggil Sin Han :
"Kemari kau !"
Sin Han cepat2 menghampiri si pengemis, tangan anak itu
dicekel oleh si pengemis, kemudian Sin Kun Bu Tek menoleh
kepada Tung Sie Cinjin sambil berkata : "Baiklah, sekarang
kita akhiri pertemuan ini sampai disini saja.... dilain
kesempatan nanti kita bertemu lagi...!"
Setelah begitu, dengan cepat si pengemis menjejakkan
kakinya, tubuhnya telah melompat keatas dinding kuil dan
mencelat pergi seperti bayangan saja.
Tung Sie Cinjin yang menyadari dia tidak mungkin bisa
merubuhkan pengemis itu tidak mengejarnya, hanya saja dia
telah berseru dengan suara yang sangat keras : "Dilain waktu
aku akan mencarimu, Sin Kun Bu Tek !"
”Aku selalu siap menanti kedatanganmu,” Sahut Sin Kun
Bu Tek sambil berlari pergi, dalam sekejap mata saja suara si
pengemis telah terdengar jauh. Hal itu memperlihatkan bahwa
pengemis tersebut telah pergi jauh........
Sin Han yang dicekal tangannya oleh Sin Kun-Bu Tek
merasakan tubuhnya terangkat lalu terapung apung dimana
angin berseliwiran menyambar nyambar telinga dan mukanya.
Angin itu berkelisiran keras sekali, menunjukkan Sin Kun
Bu Tek berlari lari dengan cepat sekali.
Setelah berlari lari cukup lama dan telah mencapai tempat
yang jauh terpisah dengan kuil Tung Sie Cinjin, Sin Kun Bu
Tek berhenti berlari, dia menurunkan Sin Han.
”Lojinke, aku kuatir memikirkan kau beberapa hari ini !"
kata Sin Han begitu cekalannya dilepaskannya. ”Kau
menghilang begitu saja."

Koleksi kang zusi.com 166


Sin Kun Bu Tek tertawa renyah, dia menyahuti : "Kau
duduklah disitu, kita beristirahat dulu disini, nanti aku
ceritakan mengapa aku meninggalkan kau seorang diri selama
dua hari ini...”
Sin Han menuruti perintah si pengemis, dia telah duduk
dibawah sebatang pohon!
Si pengemis juga duduk disamping Sin Han, dia mulai
bercerita : "pagi itu, seperti biasa aku ingin mencari makanan ...
tetapi dengan tidak terduga aku telah bertemu dengan seorang
penjahat pemetik bunga...”
”Penjahat pemetik bunga ?” Sin Han heran. ”Apakah
bungapun ada pencurinya ?"
Sin Kun Bu Tek tersenyum lebar, ”Penjahat pemetik bunga
adalah seorang penjahat yang senang mengganggu anak istri
orang, tegasnya wanita2 cantik...yang selalu dirusak
kesuciannya..."
''Dirusak kesuciannya ?" tanya Sin Han, bingung lagi.
"Apakah dipukul pantatnya atau dihina oleh penjahat itu ?"
Mendengar pertanyaan Sin Han yang terakhir, pengemis itu
telah menggelengkan kepala sambil garuk2 kepalanya yang
tidak gatal, dia telah berkata, "Ah, sulit sekali aku
menjelaskannya, bagaimana ini harus dijelaskan .. ?”
Sin Han tertawa melihat sikap pengemis itu.
”Sudahlah lojinke, teruskan ceritamu, walaupun aku tidak
mengerti apa maksudnya dirusak kesuciannya itu, tetapi yang
terpenting sekarang aku telah berkumpul dengan lojinke lagi..."
"Ya, waktu itu kebetulan sekali aku melihat penjahat itu
seorang pemuda yang tentu saja tampan memasuki sebuah
rumah makan, aku mengenali dia sebagai pejahat pemetik
bunga, karena itu dengan adanya dia di kota ini, aku yakin
tentu dia tengah mengincar korbannya pula ... maka aku
Koleksi kang zusi.com 167
menantikan sampai dia selesai sarapan dan meninggalkan
rumah makan, aku menguntitnya terus......ternyata dia
menginap disebuah rumah penginapan yang cukup mewah !
Sebetulnya saat itu aku bermaksud kembali untuk
memberitahukan kepadamu, tetapi kupikir nanti kehilangan
jejaknya dan jadi repot. Tentu akan terjadi seorang korban yang
jatuh ditangannya maka dari itu aku telah membatalkan
maksudku itu aku telah menantikan saja dimuka rumah
penginapan itu sampai langit mulai menjadi gelap. Rupanya
penjahat cabul itu menantikan waktu menjelang tengah malam,
dia enak2an tertidur nyenyak ketika menjelang tengah malam,
benar saja, dari sebuah jendela kamar di rumah penginapan itu
telah melompat keluar sesosok tubuh ..."
"Bagaimana Lojinke dapat melihat sosok bayangan itu
keluar dari sebuah jendela kamar?" tanya Sin Han heran.
”Karena aku bercokol diatas genting, aku telah mengawasi
setiap kamar dari rumah penginapan tersebut. Dan menjelang
tengah malam itulah aku melihat sipenjahat pemetik bunga itu
telah keluar dari rumah penginapan tersebut. Dia memiliki
ginkang yang cukup sempurna, karena dia telah mengambil
jalan diatas genting dan berlari dengan cepat menuju ke utara,
maka aku segera mengikutinya .... disaat itu tentu saja aku
mengikutinya tanpa menimbulkan kecurigaan padanya,
sehingga dia tidak mengetahui bahwa aku mengikutinya aku
telah mengikuti terus dengan leluasa... ternyata penjahat
pemetik bunga itu telah menuju ke sebuah gedung yang cukup
besar dan mewah, disaat itulah aku menyaksikan dia menyilap
kedalam gedung itu lewat tembok dan kemudian berdiam
disamping jendela kamar. Dia telah mengintai dan
mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyalakan
sepasang dupa tidur, dibakarnya sehingga asap yang harum
memenuhi tempat itu, ketika itu aku telah gusar bukan main,
dan aku ingin menerjangnya untuk menghajarnya, tetapi aku
tidak mau mengejutkan pemilik gedung ini maka aku berdiam
Koleksi kang zusi.com 168
diri saja, untuk mengawasi sejenak lamanya. Hanya waktu
penjahat cabul itu ingin beraksi, aku telah menimpukkan
sebutir batu untuk mengalihkan perhatiannya dan
memancingnya keluar dari gedung itu......"
”Tampaknya penjahat itu menjadi terkejut sekali, dia
mengeluarkan seruan tertahan dan telah mengawasi
sekelilingnya dengan muka yang bengis.”
"Aku sengaja memperdengarkan suara tertawa kecil, agar
dia mendengarnya. Dan seperti yang kuduga, tiba2 penjahat itu
telah menjejakkan kakinya, dia berusaha untuk mengejar aku.
Aku memperdengarkan lagi suara tertawa yang keras dan
berlari-lari menjauhi gedung itu. Aku memancingnya sampai
diluar kota. Setelah itu barulah aku menghajarnya...sampai dia
terkencing-kencing dan memohon pengampunan...”
Sin Han tertawa mendengar cerita si pengemis yang
dianggapnya sangat jenaka itu. Dia telah bertanya lagi : "Lalu
bagaimana Lojinke ?" tanya Sin Han.
”Tetapi rupanya penjahat cabul itu ada gurunya, yang
membelanya, kebetulan sekali gurunya melihat muridnya itu
kuhajar terkencing kencing, maka dia telah menyerbu dan me-
lancarkan serangan kepadaku dengan sendirinya hal ini
membuat aku jadi sengit dan melabrak juga gurunya. Tetapi
guru si penjahat cabul itu cukup tinggi kepandaiannya, kami
bertempur satu hari satu malam, barulah aku berhasil
merubuhkannya .... waktu aku kembali ke rumah penginapan,
justru aku tidak melihat lagi, rupanya engkau telah pergi
meninggalkan kuil rusak itu ....!" Sin Han tersenyum.
”Memang aku menantikan Lojinke cukup lama, setelah
melewatkan satu malam lagi, keesokan paginya aku pun
meninggalkan kuil itu ....!" kata Sin Han kemudian, ”Lalu
bagaimana Lojinke mengetahui bahwa aku dibawa oleh imam
jahat itu ?"

Koleksi kang zusi.com 169


”Tentu saja aku mencarimu dengan hati yang kesal, karena
engkau tidak mau menantikan....!" kata si pengemis tua she Lo
dengan disertai suara tertawa. ”Aku ingin sekali
menempilingmu saat itu...aku mencarinya kemana mana, dan
secara kebetulan aku melihat kau ribut dengan imam itu maka
aku bersembunyi dan menyaksikan semua itu. Aku telah
mengikuti sampai dikuilnya, dan waktu melihat kau terancam
bahaya, sengaja aku menggertak dan mempermainkan imam
itu....!"
Mendengar cerita Pengemis itu, Sin Han tertawa terpingkal
pingkal, dia anggap si pengemis ini walaupun usianya telah
lanjut, kenyataannya dia sangat jenaka sekali.
”Lain kali kau tidak boleh keluyuran seorang diri !" kata si
pengemis kemudian.
"Bukankah lojinke yang telah meninggalkan aku seorang
diri ?" tanya Sin Han kemudian.
”Mungkin ...mungkin begitu !" sahut si pengemis jadi
gelagapan ditanggapi oleh Sin Han.
Sin Han tertawa.
”Masih untung lojinke berhasil menolongi aku, jika tidak,
tentu aku telah mati disiksa oleh tojin itu."
Si pengemis Sin Kun Bu Tek telah mengangguk
membenarkan, dan disaat itu dia telah berkata lagi :
”Seharusnya, mulai hari ini engkau mempelajari sedikit2 ilmu
silat, agar bisa kau pergunakan untuk menghadapi orang2 yang
menghinamu ........!”
Tetapi ..... Sin Han jadi tertegun waktu disinggung harus
mempelajari ilmu silat.
"Tetapi kenapa ?” tanya si pengemis tua she Lo sambil
mengawasi.

Koleksi kang zusi.com 170


Sin Han tidak menyahuti.
Dimatanya segera terbayang kembali peristiwa
mengenaskan yang telah menimpa ayah dan dirinya. Ayahnya
memang mengerti ilmu silat, dan justru karena mengerti ilmu
silat, akhirnya telah bermusuhan dengan seseorang, sehingga
dia akhirnya dibinasakan oleh anak buah musuhnya itu.
"Kenapa engkau tampaknya keberatan sekali mempelajari
ilmu silat ?” tanya Sin Kun Bu Tek mendesak.
"Aku sebenarnya tidak ingin mempelajari ilmu silat,
lojinke...!" menyahuti Sin Han.
"Eh ?" Sin Kun Bu Tek jadi tercengang heran. ”Mengapa
begitu ?”
”Karena...karena..."
”Karena apa?" desak si pengemis.
”Yang telah kusaksikan, setiap orang yang mengerti ilmu
silat, tentu memiliki musuh !"
”Eh, mengapa begitu ?"
”Seperti ayahku, karena dia mengerti ilmu silat, maka dia
telah terbinasakan oleh lawan2nya ...dan seperti Tung Sie
Cinjin, dia mengerti ilmu silat, tetapi akhirnya dia dibuat pena-
saran dan kecewa oleh tekanan Lojinke...!!"
Mendengar perkataan Sin Han, si pengemis telah tertawa
ber-gelak2 dengan suara yang keras.
”Hahaha, engkau ini lucu sekali !" katanya kemudian. ”Lalu
apa manfaatnya jika tidak memiliki ilmu silat ! Ayo engkau
katakan, aku ingin mendengarnya...!"
Sin Han ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah berkata
lagi : ”Sebetulnya orang yang tidak mengerti ilmu silat, tentu
saja kemungkinan memiliki musuh sangat kecil sekali...!”

Koleksi kang zusi.com 171


”Hemm, salah besar jika engkau memiliki pikiran seperti
itu...!" kata si pengemis.
”Mengapa begitu ?" tanya Sin Han. ”Bisa Lojinke
menjelaskannya ?"
”Jika seseorang tidak mengerti ilmu silat lalu bertemu
seseorang yang jahat dan kejam? sehingga orang itu disiksa,
apakah dia bisa memberikan perlawanan?"
Sin Han diam, dia tidak bisa menyahuti. Tetapi kemudian
dengan suara tidak lancar, dia coba menyahuti juga, ”Mungkin
bisa juga asalkan kita jangan mencari musuh dan lawan.
Bukankah kita memang tidak memiliki ilmu silat !"
”Enak saja kau bicara !” kata si pengemis sambil tertawa
lagi. ”Hmm, salah satu contohnya seperti tadi, waktu engkau
disiksa oleh muridnya Tung Sie Cinjin dan si imam sendiri,
bagaimana kalau tidak ada aku ?"
Ditegur begitu, Sin Han benar2 mati kutu tidak bisa
memberikan penyahutan.
”Nah anak, engkau telah mengalami sendiri, walaupun
engkau tidak bermaksud bermusuhan dengan orang2 tetapi
manusia2 jahat didunia ini terlalu banyak sekali. Jika engkau
tidak membekali dirimu dengan kepandaian yang tinggi,
akhirnya engkau sendiri yang akan menjadi bulan2an mereka,
dipermainkan dan bahkan dianiaya ...!"
Setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas lagi,
rupanya dia juga teringat akan pengalamannya sendiri waktu
masih kecil sewaktu dia belum memiliki kepandaian apa2 ...
Sin Han sendiri berdiam diri, dia tengah merenungi
perkataan si pengemis, sampai dia mengangguk ragu2 :
”Baiklah lojinke, tampaknya ilmu silat cukup penting untuk
bekal kita menjaga keselamatan diri ... jika memang lojinke
tidak keberatan, mau juga aku mempelajarinya ...!"

Koleksi kang zusi.com 172


”Haahaha, enak saja kau berkata, anak kecil !" kata si
pengemis. ”Untuk mempelajari ilmu silat, engkau harus
memiliki seorang guru. Dan seorang guru tidak bisa diperoleh
begitu saja, harus disertai pengangkatan antara guru dan murid
... mengerti kau ?"
Sin Han mengangguk, dia telah bangun berdiri, tahu2 anak
itu telah berlutut dihadapan si pengemis, dia telah
menganggukkan kepalanya tiga kali, sambil panggilnya:
”Suhu, terimalah hormat tecu."
Si pengemis jadi ber-seri2, tampaknya dia girang bukan
main, dia berkata : ”Anak yang baik! Arak yang baik !”
katanya. ”Engkau harus baik2 mempelajari setiap jurus ilmu
silat yang kuajarkan ! Bangunlah muridku ... mulai saat ini
engkau adalah muridku, Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang. Dan
selama menjadi muridku ini, engkau juga harus baik2 mentaati
peraturan pintu perguruan !” dan setelah berkata begitu, si
pengemis menguraikan pantangan2 bagi seorang murid dari
pintu perguruannya, yaitu dilarang melakukan pekerjaan jahat,
dilarang melakukan perampokan, dilarang mengikuti jejak
penjahat, dilarang melakukan perbuatan2 yang langsung atau
tidak langsung menolong si jahat menindas si lemah.
”Tecu (murid) akan berusaha sebaik mungkin menjadi
orang baik, Lojinke...!" kata Sin Han kemudian memberikan
janjinya, yang mirip2 dengan sumpah. ”Jika memang aku
melanggar janjiku ini, biarlah kelak aku mati dengan tubuh
yang tidak utuh dibacok ribuan golok !!"
Senang hati Sin Kun Bu Tek mendengarnya, dia telah
menepuk tangan sambil berseru : ”Bagus muridku ! Bagus
muridku !"
Kemudian banyak juga wejangan2 dan nasehat2 yang
diberikan Sin Kun Bu Tek kepada Sin Han. Terutama sekali
tentang kehidupan orang2 dikalangan rimba persilatan.

Koleksi kang zusi.com 173


Sin Kun Bu Tek juga menceritakan bagaimana peraturan2
didalam rimba persilatan, karena itu Sin Han kini mulai
mengerti sedikit2 sifat2 orang Bu Lim. Terutama sekali yang
ditekankan oleh Sin Kun Bu Tek adalah kesetia-kawanan
itulah.
Sin Han juga berjanji, jika dia telah berhasil mempelajari
ilmu silat, tentu dia akan bertingkah laku baik dan tidak
sembarangan membela orang jahat. Sin Kun Bu Tek jadi girang
sekali, karena hal ini telah memperlihatkan bahwa Sin Han
merupakan bibit yang baik dikemudian hari.
Sin Kun Bu Tek juga percaya bahwa Sin Han jika
memperoleh bimbingan yang baik, tentu kelak akan menjadi
seorang pendekar yang baik, dimana bisa diharapkan Sin Han
akan berdiri digaris keadilan.
Begitulah, dari hari ke hari Sin Han telah diajak berkelana
oleh Sin Kun Bu Tek, tanpa terasa telah lewat hampir dua
bulan, dan selama itu Sin Han memperoleh gemblengan dari
gurunya itu ilmu2 dasar untuk ilmu silat.
Yang diutamakan oleh Sin Kun Bu Tek adalah melatih diri
dalam ilmu tenaga dalam, dan juga dia telah berusaha
memberikan keyakinan kepada Sin Han, dengan mempelajari
ilmu tenaga dalam (lwekang) tentu seseorang bisa mengatur
jalan pernapasannya dengan baik. Dengan menerima pelajaran
dasar seperti itu, tentu saja Sin Han jauh lebih mudah kelak
untuk mempelajari ilmu senjata tajam atau yang terutama
sekali adalah mempelajari ilmu pukulan dari Sin Kun Bu Tek.
Sin Han ternyata memiliki otak yang sangat cerdas sekali,
karena dia bisa menerima pelajaran yang diberikan oleh Sin
Kun Bu Tek dengan mudah.
Selama dua bulan itu, dia telah berhasil mempelajari sampai
tingkat mengatur pernapasan yang dihentikan selama setengah
jam. Dan sebetulnya pelajaran itu bukan hal yang mudah, tetapi

Koleksi kang zusi.com 174


Sin Han dapat melakukannya dengan baik. Dia telah berhasil
menutup pernapasannya hampir mencapai setengah jam !
Tentu saja Sin Kun Bu Tek yang menyaksikan hasil yang
telah dicapai oleh muridnya itu, jadi girang bercampur kaget.
Sebab walaupun bagaimana dia heran juga melihat muridnya
bisa memiliki bakat yang begitu baik, dan juga memiliki
kecerdasan yang cepat sekali berhasil menangkap setiap
pelajaran yaug diberikan olehnya.
Maka Sin Kun Bu Tek semakin bersemangat untuk
mendidik Sin Han, dia telah berusaha untuk mengembleng
anak ini menjadi seorang pendekar yang gagah perkasa.
Selama hampir dua bulan itupun Sin Han telah melihat
betapa gurunya itu merupakan seorang yang adil bijaksana
karena selalu Sin-Kun Bu Tek banyak melakukan perbuatan2
mulia, menolongi orang2 yang lemah tertindas dari si kuat
tetapi jahat. Tidak jarang Sin Kun-Bu Tek Lo Ping Kang
terlibat dalam suatu pertempuran yang hebat sekali dengan para
penjahat tangguh, tetapi selama itu umumnya Lo Ping kang
berhasil memukul rubuh lawannya.
Sin Han kagum sekali, dia telah melihat betapa gurunya itu
tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tampaknya yang
diutamakan sekali oleh Lo Ping Kang adalah menolong orang
yang tertindas itu.
Pagi itu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek tiba dikampung Liu
ho cung, sebuah perkampungan yang tidak begitu besar. Tetapi
penduduk kampung itu cukup padat dan ramai, pertama tama
yang dicari Sin Kun Bu Tek adalah sebuah rumah makan,
dengan mempergunakan kegesitan tubuhnya, dia telah
mengambil jalan melompati dinding belakang rumah makan
itu, dia telah mencuri beberapa macam sayur, makanan kering
dan buah2an. Kemudian si pengemis telah membawa Sin Han

Koleksi kang zusi.com 175


ke sebuah kuil rusak yang ada dimulut kampung, mereka telah
bersantap dengan lahap sekali.
”Lihatlah Sin Han, aku selalu mencuri makanan dari orang2
yang cukup berada dan mampu! Jika soal uang, aku tentu akan
mencurinya dari hartawan kaya raya....mereka memiliki banyak
uang, tetapi belum tentu bersedia menolong si lemah dan si
miskin. Sedangkan makanan, dirumah makan tentu memiliki
makanan yang sangat banyak..! Coba kau memintanya secara
baik2, tentu mereka tidak akan memberikannya, bahkan akan
memaki, mungkin juga memukulmu ! Maka lebih baik kita
mencuri saja...! Itulah ganjaran untuk manusia2 kikir dan jahat
seperti mereka...!"
Sambil mengunyah daging kering, Sin Han mengangguk
tersenyum.
”Benar suhu... dulu aku masih belum mengetahui, aku
menduga bahwa dengan meminta secara baik2, mereka tentu
akan menaruh belas kasihan kepada kita dan memberikan
sedikit dari makanan yang berlebihan...tetapi aku pun telah
mengalaminya beberapa kali...mengalami pengalaman pahit,
mereka bukannya memberi, bahkan sengaja mengusir dan
memaki aku...!"
”Itulah umumnya sifat2 manusia kikir...Maka aku sendiri
selalu mengambilnya sesenang hati saja...karena jika aku
meminta, tentu mereka tidak akan memberikannya !" dan
setelah berkata begitu, si pengemis telah tertawa ber-gelak2
dengan suara yang sangat nyaring, tampaknya dia gembira
sekali.
Sedangkan Sin Han telah meneruskan makannya, setelah
kenyang, anak itupun tidur dengan nyenyak disudut ruangan
kuil itu.
Rupanya selama ini Sin Han telah terbiasa dengan tata-cara
hidup si pengemis, yang tidak pernah dipusingi segala apapun

Koleksi kang zusi.com 176


juga, yang hanya makan tidur sesenang hati, tanpa mau diliputi
segala persoalan yang tidak penting. Selama dua bulan itupun
tubuh Sin Han lebih gemuk dari saat2 yang lalu.
Tetapi baru saja Sin Han tertidur sejenak, tiba2 dia
tersentak oleh suara sesuatu yang gedubrakan keras sekali
didalam ruangan kuil.
Sin Kun Bu Tek yang sedang rebah didekat meja
sembahyang juga terkejut. Waktu dia tengah memejamkan
mata menikmati ngantuknya dengan perut yang telah kenyang
itu tiba2 dia merasakan menyambarnya angin yang keras
sekali, dan dari arah atas genting telah menyambar turun
sebungkah batu yang sangat besar sekali, akan menimpa
tubuhnya.
Sebagai seorang jago silat yang memiliki kepandaian telah
tinggi, tentu saja Sin Kun Bu Tek dapat bergerak cepat sekali,
dia telah melompat berdiri dan mengelak kesamping, sehingga
batu itu jatuh ditempat dia tadi tidur dengan mengeluarkan
suara gedubrakan keras sekali.
Sin Han yang terbangun dengan kaget itu masih sempat
melihat betapa Sin Kun Bu Tek dengan gerakan yang cepat
sekali, begitu kakinya menginjak lantai, segera menjejakkan
kakinya dan tubuhnya telah melompat pula ke atas dengan
gerakan yang sangat ringan.
Dia telah menerjang kearah dari mana batu besar itu tadi
jatuh.
Segera disusul dengan suara bentakan2 yang sangat nyaring
dari si pengemis, yang telah melancarkan serangan kepada
seseorang.
Sin Han cepat2 melompat bangun dan memburu kearah
meja sembahyang. Dia bergidik sendirinya. Coba batu itu

Koleksi kang zusi.com 177


menimpa dirinya, bukankah dia tidak bisa mengelakkan diri?
Dan akan tertimpa mati karenanya.
Disebabkan memikirkan begitu, Sin Han tidak berani
terlalu dekat pada batu itu karena anak ini menduga mungkin
nanti ada batu besar lainnya yang bisa jatuh menimpa dirinya.
Sin Han berlari keluar kuil, dia mengangkat kepalanya
mengawasi kearah genteng kuil, dilihatnya dua sosok tubuh
tengah ber-gerak2 cepat saling tempur.
Sin Han mengenali, salah seorang sosok tubuh itu tidak lain
dari gurunya. Sedangkan lawannya adalah seorang lelaki
berusia diantara lima puluh tahun, memiliki paras yang
menyeramkan, yang saat itu tengah membentak : ”Hari ini
adalah hari kematianmu, pengemis busuk! Telah tiga tahun aku
mencari-cari jejakmu, baru hari ini aku berhasil menemuinya !"
dan berulang kali kedua tangannya telah melancarkan serangan
dengan ganas.
Tetapi Sin Kun Bu Tek telah memiliki kepandaian yang
tinggi, mana mudah dia dihajar begitu, berulangkali si
pengemis telah mengelakkan diri dari serangan2 lawannya, dan
tidak jarang dia juga balas melancarkan serangan sambil
memperdengarkan suara tertawa mengejek.
"Ciang Ko Sin, empat tahun yang lalu aku pernah
mengampuni jiwamu, tetapi hari ini engkau sengaja
mengantarkan jiwamu lagi !” kata si pengemis dengan suara
yang nyaring. ”Maka, manusia jahat seperti engkau, hari ini
tidak boleh dibiarkan hidup terus..."
Dan Sin Kun Bu Tek membarengi perkataannya itu dengan
menggerakkan sepasang tangannya untuk melancarkan
serangan balasan.
Gerakan yang dilakukan Sin Kun Bu Tek sangat dahsyat
sekali, setiap tangannya digerakkan, tentu mendatangkan angin
yang berkesiuran sangat kuat mendesak lawannya.

Koleksi kang zusi.com 178


Orang itu yang dipanggil Ciang Ko Sin telah berusaha
memunahkan serangan Sin Kun Bu Tek dengan membalas
menyerang juga, dia telah berkata lagi : ”Tiga orang adikku
telah binasa ditanganmu, maka jika hari ini aku tak bisa
membinasakan pengemis tua seperti engkau, biarlah aku tidak
hidup terus ....!" dan membarengi selesainya perkataannya
kembali dia melancarkan serangan2 yang cepat sekali,
mempergunakan tangan kosong juga. Namun hal itu
dilakukannya hanya beberapa jurus saja, setelah lewat belasan
jurus, tahu2 tangan kanannya telah mengambil golok yang
berada di-pinggangnya, mempergunakan senjata tajam itu
untuk melancarkan serangan2 yang beruntun membacok dan
menabas kearah Sin Kun Bu Tek.
Si pengemis mengeluarkan suara tertawa dingin waktu
melihat lawannya telah mempergunakan senjata tajam. Dia
juga berkata mengejek, ”manusia rendah seperti engkau, yang
ingin menyerang secara menggelap dengan mempergunakan
batu besar itu mana pantes engkau dilayani olehku ?"
Dan sambil berkata begitu Sin Kun Bu-Tek mengeluarkan
suara seruan yang nyaring sekali, tahu2 kedua tangannya telah
dilintangkan dan didorong kedepan.
Ciang Ko Sin terkejut, dia merasakan tubuhnya diterjang
oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dia terhuyung dan
senjatanya itu hampir terlepas dari pegangannya. Dan belum
lagi dia mengetahui apa2, tiba2 tangan kanan Sin Kun Bu Tek
telah bergerak menerobos maju menggempur dadanya. Si
pengemis kita ini tidak berhenti hanya sampai disitu saja,
diapun telah menggerakkan tangan kirinya, menotok jalan
darah Kiu ho hiat dan ping cie-hiat dari lawannya, seketika itu
juga tubuh terbanting ditanah !
Sin Kun Bu Tek sama sekali tidak berusaha menahan
menggelindingnya tubuh lawannya itu, dia memandangi saja
dengan memperlihatkan senyuman dingin, kemudian dia
Koleksi kang zusi.com 179
menyusul melompat turun kebawah. Dengan mencengkeram
baju dipunggung Ciang Ko Sin, pengemis telah membawanya
ketengah ruang kuil, dilemparkannya tubuh Ciang Ko Sin
keatas lantai.
Walaupun dalam keadaan tertotok, tetapi Ciang Ko Sin
tidak memperlihatkan perasaan takut, matanya memandang
mendelik dengan sikap yang bengis.
"Aku telah rubuh kembali ditanganmu, kau ingin
membunuhku, silahkan bunuh, aku tidak takut !" kata Ciang
Ko Sin dengan suara yang nyaring, sedikitpun dia tidak
memperlihatkan perasaan takut.
Sin Kun Bu Tek tertawa dingin, dia telah mengejek: ”Kau
minta mati? Hemmm, tidak semudah itu! Jangan harap kau bisa
memperoleh kematian begitu mudah !"
Lalu si pengemis telah duduk disamping tubuh Ciang Ko
Sin, mengawasi dengan wajah yang jenaka sekali, untuk
mempermainkan orang she Ciang itu. Tangan si pengemis juga
telah melambai memanggil Sin Han yang tengah berdiri
mengawasi saja.
”Kemari kau, Han-jie (anak Han) !" panggilnya.
Cepat2 Sin Han menghampirinya, dan si pengemis
perintahkan muridnya itu duduk disampingnya.
”Sin Han !" kata Sin Kun Bu Tek berselang sejenak. ”Hari
ini aku akan mengajari engkau ilmu memukul ...!”
”Baik suhu !" mengangguk Sin Han.
”Jurus yang pertama haruslah dilakukan dengan gerakan
yang perlahan, ilmu pukulan ini mengandalkan kesabaran dan
ketenangan, dinamai "Sin Kun Eng Jiauw" atau "Pukulan
Rajawali”. Waktu Sucouw (kakek guru)-mu menciptakan ilmu
pukulan ini, dia telah melihat sepasang burung rajawali yang
tengah bertempur, dia melihat bagaimana cara mencengkeram
Koleksi kang zusi.com 180
sepasang burung rajawali itu, dan bagaimana binatang2 itu
menggerakkan sayap mereka saling kibas dan saling pukul,
sampai akhirnya Sucouwmu itu memiliki serupa ingatan untuk
menciptakan semacam ilmu pukulan yang disarikan dari cara
bertempur sepasang burung rajawali itu. Maka dengan
sendirinya ilmu pukulan itupun diberi nama "Sin Kun Eng
Jiauw", yaitu ilmu pukulan rajawali, yang digabung dari cara
mencengkeram maupun memukul dengan mempergunakan
sayapnya. Maka engkau harus memperhatikan baik2, inilah
jurus pertama...!" dan berbareng dengan selesainya perkataan-
nya itu, tangan si pengemis telah bergerak ke arah tulang iga
Ciang Ko Sin dengan cepat sekali, dan terdengarlah suara
"Dukkk !" yang cukup nyaring.
Iga Ciang Ko Sin yang dijadikan sasaran dari serangan itu
tentu saja tergempur keras, dan orang she Ciang ini jadi
menderita kesakitan yang luar biasa. Tetapi dengan muka yang
bengis, dia menatap kepada si pengemis, sama sekali dia tidak
menjerit.
”Inilah jurus yang kedua...!" kata Sin Kun Bu Tek lagi, dia
memutar kedua tangannya ditengah udara, kemudian meluncur
menyambar kearah dada lawannya, sehingga beruntun
terdengar suara "Bukkk ! Bukkk !" yang keras sekali, sehingga
walaupun Ciang Ko Sin bertekad tidak ingin menjerit, tidak
urung orang she Ciang tersebut mengeluarkan suara pekik
tertahan karena terlampau kesakitan.
Sin Han mengawasi saja cara gurunya itu melancarkan
serangan2 dengan jurus2 barunya itu, dimana Sin Han melihat
gerakan dan jurus2 itu memang sederhana sekali, tetapi
rupanya memiliki gerakan yang cukup ampuh untuk
menerobos pertahanan musuh. Walaupun kali ini musuh tidak
bisa bergerak, tetapi dari gerakannya yang hampir meliputi
sekitar tubuh lawan, tentu saja lawan sulit sekali mengelakkan
diri. Karena waktu melancarkan serangan yang kedua itu,

Koleksi kang zusi.com 181


justru si pengemis telah memutar terlebih dulu kedua
tangannya, dia telah menggempur dengan meluncur turun.
”Kau telah mengerti ? Bisa kau menangkap gerakan dari
jurus2 itu ?” tanya Sin Kun Bu-Tek setelah melakukan
penyerangan kedua kali itu.
Sin Han mengangguk.
"Bisa suhu..!" sahutnya.
"Coba kau lakukan...!'' Perintah si pengemis.
Sin han menuruti, dia telah mengikuti gerakan tangan
seperti yang dilakukan Sin Kun-Bu tek tadi dan melancarkan
serangan ke bagian tubuh dari Ciang Ko Sin.
Tetapi Sin Kun Bu Tek telah menggelengi kepalanya.
”Bukan begitu ! jika kau menyerang dengan cara demikian
memang gerakan2nya cepat tetapi tanpa diaturnya
pernapasanmu, tentu saja seranganmu itu tidak memiliki arti
apa2 .... tidak dapat membinasakan atau melukai lawan....!
Harusnya demikian !" dan si pengemis telah memberikan
beberapa petunjuknya lagi.
Begitulah, guru dan murid telah melatih dengan tubuh
Ciang Ko Sin dijadikan bahan latihannya.
Semakin lama Ciang Ko Sin jadi semakin terkejut saja,
karena segera dia mengetahui bahwa sasaran ditubuhnya justru
merupakan bagian2 yang sangat berbahaya, jalan2 darah
terpenting.
Maka jika hal ini terus menerus berlangsung, dimana
beberapa bagian jalan darah tergentingnya terpukul, berarti dia
akan mengalami luka parah, sedikitnya akan bercacad dan
musnah ilmu silatnya.
Rupanya Sin Kun Bu Tek melakukan hal itu, karena dia
sengaja ingin memusnahkan ilmu silat dari orang she Ciang
Koleksi kang zusi.com 182
tersebut. Dia telah melatih muridnya dengan ilmu silat Pukulan
Rajawali itu, tetapi tujuan utama adalah memusnahkan seluruh
kepandaian Ciang Ko Sin.
Setelah menyadari bahaya yang bisa mengancam dirinya,
Ciang Ko Sin akhirnya diliputi perasaan takut, karena kalau dia
sampai bercacad jelas hal itu jauh lebih mengenaskan
dibandingkan dengan kematian, maka akhirnya dengan suara
tersendat, Ciang Ko Sin telah berkata: ”Aku .. aku mohon kau
bunuh saja aku ... aku bersedia untuk binasa ..”
Sin Kun Bu Tek tertawa dingin.
”Hemm, enak saja kau bicara !” katanya. ”Tidak mudah
untuk mati..!"
”Tetapi...tetapi pengemis bau, kau jangan menyiksa aku
demikian rupa...!" kata Ciang Ko Sin lagi.
”Hemm, menyiksamu ? Tidak ! Aku tidak menyiksamu,
aku hanya melatih muridku...!"
”Tetapi dengan jalan darah Tai-cie-hiat, Su-kie hiat, Lian-
po-hiat, Cung-tie-hiat dan beberapa jalan darah lainnya yang
terpenting ditubuhku dipukuli terus menerus, berarti kau
membunuh aku secara per-lahan2 ! Itulah suatu perbuatan
seorang pengecut ! Lawan yang sudah tidak berdaya, engkau
siksa untuk binasa per-lahan2 !!"
Mendengar perkataan Ciang Ko Sin yang terakhir, Siu Kun
Bu Tek telah tertawa ber-gelak2 keras sekali, dia juga telah
memperlihatkan wajah yang keren sekali.
”Orang she Ciang, kau dengarlah !" katanya kemudian
dengan suara yang nyaring. ”Empat tahun yang lalu aku pernah
membebaskan dirimu dari kematian, walaupun seharusnya saat
itu engkau diganjar dengan kematian, sebab engkau melakukan
perbuatan terkutuk dengan membunuh gadis2 tidak berdosa,
memperkosa dan juga banyak perbuatan terkutuk lainnya

Koleksi kang zusi.com 183


engkau lakukan ! Lalu tadi engkau pernah mengatakan bahwa
engkau telah men-cari2 aku selama tiga tahun ! Hahaha,
sekarang engkau telah melihatnya bukan? Bahwa aku tidak
akan membiarkan kau lolos pula ! Aku memang menghendaki
engkau bercacad seumur hidup, memusnahkan seluruh ilmu
silatmu... dan untuk selanjutnya engkau akan menjadi manusia
bercacad yang tidak punya guna, sehingga berhadapan dengan
seorang manusia saja engkau tidak akan sanggup! Mengertikah
kau ?"
Bergidik Ciang Ko Sin mendengar ancaman si pengemis
itu.
”Jika demikian, engkau binasakan saja .. aku mohon engkau
bunuhlah aku," kata Ciang Ko Sin dengan suara sesambatan,
tampaknya dia ketakutan sekali.
”Haahaahaa, sudah kukatakan, tidak mudah untuk binasa,
tidak mudah meminta mati,” kata Sin Kun Bu Tek dengan
suara yang dingin, ”Manusia seperti engkau memang tidak
mudah hidup dan tidak gampang mati.... Hadiah yang paling
enak adalah memberikan cacad padamu dan memusnahkan
seluruh ilmu silatmu! Nanti aku akan membebaskan kau ...!"
kemudian si pengemis menoleh kepada Sin Han, katanya lagi:
”Ayo mulai berlatih lagi !"
Dan selesai berkata si pengemis telah memberikan beberapa
contoh lagi.
Ciang Ko Sin jadi musnah harapannya untuk bisa lolos dari
tangan Sin Kun Bu Tek.
Harus diketahui, bahwa seorang akhli silat paling takut jika
dirinya mesti bercacad dan musnah ilmu silatnya. Setiap akhli
silat yang telah melatih diri, tentu akan berusaha untuk
mempertinggi kepandaiannya, karena mereka pun banyak
memiliki lawan2 tangguh. Dengan musnahnya ilmu silat
mereka berarti akan berantakan hidup mereka.

Koleksi kang zusi.com 184


Itulah sebabnya, mengapa Ciang Ko Sin jadi demikian
ketakutan dan dia lebih rela harus mati, daripada musnah ilmu
silatnya.
Sin Han telah menjalankan jurus2 yang diajarkan
kepadanya. Dan dia melakukan pukulan-pukulan dengan jurus2
ilmu pukulan Rajawali itu dengan gencar, walaupun pukulan-
pukulan yang dilancarkan Sin Han tidak begitu keras dan
tenaga serangannya juga tidak sehebat yang dilakukan Sin Kun
Bu Tek, namun disebabkan sasaran dari pukulan2nya itu
mengambil bagian2 jalan darah terpenting ditubuh Ciang Ko
Sin, maka Ciang Ko Sin menderita kesakitan bukan main,
sampai akhirnya dia rubuh pingsan waktu beberapa jalan darah
terpentingnya telah hancur pecah akibat getaran dari ilmu
Pukulan Rajawali itu.
Sin Kun Bu Tek mengajarkan Sin Han jurus2 itu sampai
menjelang sore, Ciang Ko Sin telah tiga kali jatuh pingsan.
Setelah melihat cukup banyak pecahnya jalan2 darah ter-
penting ditubuh Ciang Ko Sin, barulah Sin Kun Bu Tek
mengajak Sin Han untuk berlalu meninggalkan kuil itu dan
Ciang Ko Sin yang menggeletak pingsan dilantai kuil tersebut.
”Tiga jam lagi dia akan tersadar dengan sendirinya, tetapi
saat itu dia telah berobah menjadi manusia bercacad dan
seluruh ilmu silatnya telah musnah, untuk selanjutnya manusia
jahat seperti dia tidak bisa membuat kejahatan lagi..."
menjelaskan Sin Kun Bu Tek.
Begitulah Sin Kun Bu Tek telah menanamkan sifat2
kegagahan seorang pendekar silat dari kalangan Kang-ouw.
Setiap kejahatan harus dibasmi.......
Pagi itu, Sin Kun Bu Tek berdua muridnya telah tiba
dipinggir sebuah hutan yang tidak begitu besar. Mereka sedang
melakukan perjalanan menuju kota Souwciu, karena si
pengemis ingin mengajak Sin Han menemui seorang

Koleksi kang zusi.com 185


sahabatnya yang telah lama tidak berjumpa, yaitu seorang akhli
silat ternama Goan Tie, yang kini telah hidup tenang
menyendiri di Souwciu, tidak mencampuri pula urusan2 dunia
persilatan.
”Goan Tie susiok (paman Goan Tie) merupakan sahabat
yang baik, waktu kami masih sama2 muda, kami selalu bekerja
sama untuk membasmi kejahatan ..!"
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 6
Saat mereka tiba di sebuah hutan, mereka melihat didekat
akar pohon yang melintang itu terdapat sesosok mayat, yang
menggeletak sudah tidak bergerak lagi.
Sebetulnya mayat itu tidak terlalu luar biasa jika tidak
terdapat sesuatu yaag istimewa. Tetapi keadaan mayat itu
justru sangat mengerikan sekali. Sepasang tangan dan kaki dan
mayat itu telah di-potong2 tidak karuan, dan muka mayat
itupun telah dibakar hangus sehingga tidak dikenali lagi
wajahnya.
”Perbuatan biadab...!" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan
suara kemarahan.
”Ya siapa yang telah melakukan perbuatan kejam seperti ini
?" menggumam Sin Han dengan hati yang goncang.
”Dan... dan kematian orang ini suhu, benar2 sangat
menakutkan sekali ....!"
”Inilah perbuatan manusia2 jahat yang tidak mengenal
perikemanusiaan !" kata Sin Kun Bu Tek dengan suara
mengandung kegusaran. "Hemm .... tunggu, apa itu !?" dan Sin
Kun Bu Tek berjongkok, dia mengambil sesuatu dari tangan si

Koleksi kang zusi.com 186


korban yang tercekal keras. Tangan itu, lengkap jari jari
tangannya, telah merupakan potongan kecil belaka, karena
mulai dari pangkal lengan dipotong menjadi enam bagian, dan
hanya bagian telapak tangan itulah yang utuh, dimana jari2
tangannya seperti mencekal sesuatu. Dan barang itulah yang
diambil Sin Kun Bu Tek.
Waktu barang tersebut dikeluarkan, ternyata merupakan
secarik kertas kecil, dan didalam kertas itu terdapat empat
huruf tulisan : ”Ban Hoa Ciang Mo'" yang artinya ”Tangan
Iblis Selaksa Bunga".
”Ban Hoa Ciang Mo !" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan
suara terkejut, sepasang alisnya mengkerut dalam2.
Tampaknya pengemis tua she Lo ini tengah berpikir keras,
”siapakah dia?"
”Apakah orang itu pembunuhnya, suhu?" tanya Sin Han.
“Hemmm, jika dilihat keadaan demikian tentu Ban Hoa
Ciang Mo itu yang telah melakukan pembunuhan kejam seperti
ini, sebab korbannya ini telah mencekal keras2 kertas yang
bertulisan gelaran iblis itu..! Tetapi siapa dia, yang bergelar
”Tangan Iblis Selaksa Bunga'' itu? Tampaknya dia hebat dan
kejam sekali."
Sin Han jadi merasa seram, karena dia melihat sosok mayat
itu terbinasa dengan cara yang sangat mengerikan sekali.
Sin Kun Bu Tek memasukkan secarik kertas yang
bertulisan Ban Hoa Ciang Mo itu kedalam sakunya, kemudian
dia menggali tanah dengan dibantu Sin Han untuk mengubur
mayat itu.
Setelah menguruk liang yang digalinya itu yang merupakan
gundukan kecil, si pengemis menghela napas lagi. ”Dan orang
yang terbunuh inipun entah siapa adanya? Entah dia memiliki

Koleksi kang zusi.com 187


sanak atau pamili dimana....dilihat dari pakaiannya, jelas dia
seorang ahli silat !”
Si pengemis menjauhkan dirinya duduk di bawah sebatang
pohon disamping gundukan kuburan baru itu untuk beristirahat.
Kemudian si pengemis memejamkan matanya untuk tidur.
Sin Han melihat gurunya telah tidur nyenyak, jadi gelisah
sekali. Dia merasa ngeri melihat gundukan kuburan baru itu,
karena dia membayangkan betapa mayat yang berada didalam
kuburan itu dalam keadaan rusak menyeramkan.
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Sin Han
telah duduk tidak berjauh dari gurunya, dan dia
mempermainkan batang2 rumput.
Keadaan disekitar tempat itu sepi sekali, tidak ada orang
yang berlalu lalang. Angin berhembus sepoi2. Lama juga Sin
Han menantikan gurunya itu bangun, tetapi Sin Kun Bu Tek
tampaknya benar2 pules.
Untuk mengisi waktu isengnya, Sin Han telah melatih
beberapa jurus ilmu pukulan yang telah diturunkan Sin Kun Bu
Tek. Walaupun belum bisa dipergunakan untuk bertempur,
tetapi Sin Han telah berhasil menguasai jalan2nya setiap jurus
itu, disamping itu dia juga telah mengetahui cara2 untuk
melancarkan serangannya.
Waktu Sin Han sedang berlatih, tiba2 dari kejauhan tampak
ber-lari2 dua sosok tubuh sambil memperdengarkan suara
jeritan yang menyayatkan hati, menghampiri kearah Sin Han
dan Sin Kun Bu Tek berada.
Sin Han jadi heran dan terkejut, dia berhenti berlatih dan
mengawasi kearah kedua orang yang sedang mendatangi itu.
Hatinya juga men-duga2 entah apa yang tengah terjadi di diri
kedua orang itu.

Koleksi kang zusi.com 188


Kedua sosok tubuh itu ber-lari2 semakin mendekat saja,
dan waktu Sin Han bisa melihat jelas, dia jadi terkejut bukan
main, hatinya sampai tergoncang keras dan darahnya mendesir
cepat, karena dia melihat betapa muka kedua orang itu rusak
seperti bekas terbakar. Tubuh kedua orang itupun telah rusak
oleh luka2 yang banyak diberbagai bagian tubuhnya, dimana
darah mengucur membasahi tubuh mereka.
Setelah ber-lari2 sekian lama dan hampir sampai ditempat
Sin Han dan Sin Kun Bu Tek berada, keduanya telah rubuh
terjungkel, bergulingan ditanah sambil me-raung2 dengan
suara menyayatkan.
Sin Han jadi bingung sekali, dia telah menghampiri
gurunya, yang tubuhnya telah di goncang2kannya dengan
keras.
”Suhu ... suhu bangun !" panggilnya. ”Ada sesuatu yang
luar biasa ... !"
Si pengemis tua she Lo itu telah membuka matanya dengan
sikap tak acuh.
”Ada apa ?" tanya Sin Kun Bu Tek dengan segan dan
menggeliat meluruskan tubuhnya. ”Engkau selalu mengganggu
tidurku saja ..... !"
”Lihatlah suhu....kedua orang itu..!" karena diliputi
perasaan takut, ngeri dan kaget, Sin Han tidak bisa ber-kata2
dengan lancar, dia telah menunjuk kearah dua orang yang
mukanya hangus terbakar dan tubuhnya telah terluka parah itu,
yang bergulingan ditanah sambil me-raung2.
Sin Kun Bu Tek memandang kearah yang ditunjuk oleh Sin
Han, dan kemudian dia menguap. Sedikitpun juga dia tidak
memperlihatkan perasaan kaget. Dia telah memejamkan
kembali matanya, sambil sahutnya: ”Biar saja, jangan
usil....jangan mengganggu tidurku lagi!"

Koleksi kang zusi.com 189


Sin Han jadi gelisah sekali bercampur heran karena dia
tidak mengerti mengapa gurunya membawa sikap demikian!?
Biasanya Sin Kun Bu Tek jika melihat urusan yang ganjil dan
tidak wajar, tentu akan segera bertindak.
Karena gurunya telah berpesan agar dia tidak mengganggu
tidurnya, Sin Han juga tidak berani membangunkan lagi
gurunya, walaupun hatinya tergoncang keras mendengar suara
jerit pekik kedua orang itu yang tetap bergulingan dengan
keadaan yang sangat mengenaskan sekali...
Kedua orang itu berkelejatan terus menerus, bergulingan
dan mengeluarkan suara pekik kesakitan. Disamping itu
samar2 kedua orang itu sesambatan :
”Ampun... aduhh...bunuhlah kami...aduhhh ..Ban Hoa
Ciang Mo, ampun..." dan suara teriakan mereka itu hanya
samar2, karena tampaknya mereka telah lemah benar.
Sedangkan saat itu Sin Han juga terkejut mendengar kedua
orang tersebut me-nyebut2 Ban Hoa Ciang Mo.
Bukankah Ban Hoa Ciang Mo itu merupakan iblis yang
membinasakan orang yang telah dikubur oleh gurunya dan dia
beberapa saat yang lalu ?
Apakah kedua orang ini, yang mukanya juga hangus
terbakar seperti mayat yang telah dikubur itu, adalah dua orang
korban lainnya dari Ban Hoa Ciang Mo ?
Hanya saja, bedanya mereka justru masih lengkap memiliki
sepasang tangan dan kaki yang belum ter-potong2..........
Sin Han jadi bingung sendirinya, beberapa kali dia menoleh
kepada gurunya, lalu beralih kepada kedua orang itu yang
tampaknya tengah tersiksa, lalu memandang gurunya pula dan
berbalik memandang kepada kedua orang itu lagi.
Sikap yang diperlihatkan Sin Han justru merupakan tanda
bahwa anak ini sedang diliputi oleh perasaan takut yang sangat,
Koleksi kang zusi.com 190
karena mendengar suara pekik kesakitan dan jerit raung dari
kedua orang itu Sin Han merasakan bulu tengkuknya bagaikan
terbangun berdiri semuanya.....
Anak itu hanya bisa berdiri mematung saja.
Tiba2 terdengar suara pekik yang nyaring dari kejauhan,
samar2 sekali.

”Ban Hoa Ciang Mo,.... ampunilah kami ! Ampunilah kami


!" tiba2 kedua orang yang tengah berguling ditanah dengan
muka yang terbakar itu, telah men-jerit2 dengan suara yang
keras, rupanya dia mendengar juga suara pekik dikejauhan itu.
Sin Han jadi menduga, apakah suara pekik dikejauhan itu
adalah suara pekiknya Ban Hoa Ciang Mo ? Dan hati anak ini
tambah tergoncang keras saja.

Koleksi kang zusi.com 191


Dengan cepat Sin Han menggeser tubuh, dia telah duduk
didekat gurunya dengan hati yang kebat-kebit. Sebetulnya Sin
Han ingin membangunkan gurunya lagi, karena disaat itu
bukankah tengah berlangsung peristiwa yang sangat hebat
sekali ?
Tetapi Sin Han tidak berani membangunkan Sin Kun Bu
Tek, sebab sebelum tidur pula, gurunya itu telah berpesan agar
tidak mengganggu tidurnya.
Suara pekik dikejauhan yang mirip2 suara tertawa atau
menangis itu terdengar semakin dekat juga.
Waktu Sin Han tengah mengawasi tertegun kepada kedua
sosok tubuh yang bergulingan ditanah itu, tahu2 ditempat itu
telah bertambah dengan seseorang lainnya!
Tampak seorang lelaki berpakaian pelajar, berusia dua
puluh empat atau dua puluh lima tahun telah berdiri. Mukanya
cukup tampan dan tangan kanannya meng-gerak2kan kipas
ditangannya. Sikapnya angkuh sekali, dan dari wajahnya yang
tampan gagah itu, seperti terpancar sinar yang cukup
mengerikan, karena matanya tampak memancarkan sinar yang
kejam dan aneh, mengawasi kedua orang yang tengah
bergulingan ditanah itu. Pelajar muda itu hanya melirik sejenak
kepada Sin Han dan Sin Kun Bu Tek, kemudian sudah tidak
mengacuhkan si pengemis dan Sin Han. Dia berkata dengan
suara yang dingin kepada kedua orang yang tengah bergulingan
diatas tanah itu : ”Kalian ingin mati ?" tanyanya dengan
suaranya yang datar sekali tidak mengandung perasaan apa2.
Tampaknya dia tidak terpengaruh atau ngiris menyaksikan
kedua orang yang telah terluka parah itu.
”Benar....benar Ban Hoa Ciang Mo....ampunilah kami,
bunuhlah kami....janganlah kami disiksa demikian !" teriak
kedua orang itu sesambatan dengan suara yang lebih keras,

Koleksi kang zusi.com 192


karena mereka telah memaksakan diri untuk ber-kata2, tetapi
kesudahannya mereka merintih dan bergulingan lagi ditanah.
Pemuda pelajar yang tampan itu telah mengeluarkan suara
tertawa dingin, sikapnya begitu tawar dan tidak
memperlihatkan perasan lainnya selain sikap angkuh dan
pemberang. Kipas ditangan kanannya telah di-gerak2kan.
”Hemm ... kalian berdua telah kuhadiahkan Pek Kut Ciam
(Jarum Tulang Putih), maka sulit aku mengambil dan menarik
kembali paku2 itu dari tubuh kalian ... !"
Kedua orang itu merintih lagi.
”Kami tahu ! Kami tahu Ban Hoa Ciang Mo, kami memang
telah terkena jarum Pek Kut Ciammu itu ... kami juga tahu
jarum itu sangat halus sekali, waktu kau menepuk punggung
kami dengan perlahan, paku itu telah menerobos masuk
kedalam daging tubuh kami dan menyelusup terus sampai
ketulang, menimbulkan sakit seperti sekarang ini ... maka
tolonglah kami, binasakan saja kami ... tidak tahan lagi kami
harus menderita seperti ini...!"
”Untuk binasa, itu mudah !" kata si pelajar muda dengan
suara yang tawar. ”Tetapi kalian harus memberikan jawaban
dulu atas pertanyaanku yang tadi ... yaitu dimana guru kalian
menyimpan kitab Sin Hian Pit Kip ?"
Kedua orang itu meng-gerung2 dengan suara tidak jelas,
tampaknya walaupun kesakitan tetapi mereka tidak bersedia
untuk menjawab pertanyaan pelajar bermuka dingin itu, yang
selalu dipanggilnya dengan sebutan Ban Hoa Ciang Mo.
Sin Han mengawasi dengan hati yang kebat kebit, karena
dia melihat kedua orang itu tampaknya semakin lama semakin
menderita saja.
Tiba2 Ban Hoa Ciang Mo telah berkata lagi dengan suara
yang dingin : ”Kalian boleh pilih, menderita kesakitan seperti

Koleksi kang zusi.com 193


itu selama dua hari dua malam, atau kalian sebutkan di mana
tempat penyimpanan kitab ”Sin Hian Pit Kip", maka kalian
akan segera kubinasakan, sehingga kalian terbebas dari siksaan
! Perlu kalian ketahui juga, bahwa guru kalian telah terbinasa,
telah kubunuh dengan muka yang terbakar dan tubuh ter-
potong2 ... karena dia terlalu keras kepala, dia tidak mau
menyebutkan dimana dia menyimpan kitab ilmu silatnya itu,
walaupun aku telah memotong tangan dan kakinya. Sampai
aku memotong tangan dan kakinya itu menjadi belasan potong,
tua bangka keparat itu tetap tidak mau menyebutnya ! Maka dia
menemui kematian dengan cara yang mengenaskan itu!
Apakah kalian juga hendak mengalami penderitaan seperti tua
bangka itu ?"
Kedua orang itu mengerang-erang lagi dengan suara yang
mengenaskan sekali. Mereka juga memohon agar mereka
dibinasakan saja oleh Ban Hoa Ciang Mo.
Sin Han mendengar perkataan Ban Hoa Ciang Mo, segera
menduga bahwa orang yang disebutnya sebagai tua bangka
yang telah di-potong2 tubuhnya itu, tentu tidak lain dari pada
mayat yang telah dikubur gurunya beberapa saat yang lain!
Bukankah mayat itu dalam keadaan hancur mengerikan,
dengan tubuh yang terpotong?
”Cepat kalian katakan, dimana disimpannya kitab Sim Hian
Pit Kip itu...! Atau aku akan segera berlalu meninggalkan
kalian, agar selama dua hari dua malam kalian tersiksa
perasaan sakit seperti itu terus menerus tanpa ada seorangpun
yang bisa menolongi kalian! Pek Kut Ciam-ku itu merupakan
jarum istimewa, tidak ada seorang manusiapun didunia ini
yang bisa mengeluarkan jarum itu atau mengurangi perasaan
sakit akibat jarum tersebut disetiap bonggolan tulang kalian ..
!"
Kedua orang yang terluka parah itu tampaknya masih
ragu2, tetapi salah seorang diantara mereka yang tampaknya
Koleksi kang zusi.com 194
sudah tidak bertahan lebih lama lagi dari perasaan sakit itu,
telah berkata dengan suara tidak lancar : ”Kitab Sim Hian Pit
Kip itu disimpan suhu.....disimpan suhu di....."
”Cepat katakan, begitu kau memberitahukan engkau akan
kubinasakan, sehingga penderitaan kau berakhir.....!" kata Ban
Hoa Ciang Mo dengan suara yang dingin, tetapi matanya
semakin terpentang lebar, karena dia menantikan dengan ber-
sungguh2 akan keterangan yang diberikan orang itu.
Tetapi orang tersebut tampaknya ragu2 karena dia telah
merintih pula sejenak lamanya.
Kawannya yang seorang telah berkata dengan suara yang
dingin : ”Hemmm, engkau...! Aduhhh !" dia tidak bisa
meneruskan perkataannya, karena kembali dia merintih lagi,
”Jangan.... aduhhh! Jangan katakan padanya....! Aduhhh !
Aduhhh !"
Ban Hoa Ciang Mo telah tertawa dingin, dia bilang:
”Hemmm, engkau ingin menderita lebih lama? Baiklah! Aku
pergi saja !" dan setelah berkata begitu, Ban Hoa Ciang Mo
telah mengayunkan langkahnya memutar tubuhnya untuk
berlalu.
Tetapi kedua orang itu jadi ketakutan sekali, mereka ter-
aduh2 sambil men-jerit2 : "Jangan .... jangan pergi .... aku
katakan.... aku aku akan mengatakan....!" dan setelah berteriak
begitu salah seorang diantara mereka telah berkata lagi sambil
ter-aduh2, "Sin Hian Pit Kip berada .... berada dibawah pem-
baringan ...aduuhh ... suhu ...!"
Mendengar itu, Ban Hoa Ciang Mo tertawa ber-gelak2 dia
mengibaskan kipasnya yang ditutup, lalu katanya: "Terima
kasih nah, aku pergi dulu ! Jika memang keteranganmu itu
benar, aku akan kembali kemari untuk membinasakan kalian,
agar penderitaan kalian tidak bertambah lama ! Tetapi jika
ternyata keteranganmu itu dusta, hemm, hemm, tentu saja

Koleksi kang zusi.com 195


penderitaan kalian akan berlipat lebih berat...!" Dan setelah
berkata begitu, tampak Ban Hoa Ciang Mo menjejakkan
kakinya, tubuhnya melompat akan berlalu.
Namun disaat itulah sebutir batu telah melesat lewat
didepan mukanya, disusul dengan kata2 : ”Jangan pergi dulu !"
Ban Hoa Ciang Mo jadi terkejut, dia berhenti melangkah
sambil memutar tubuhnya. Dihadapannya berdiri si pengemis
yang tadi dilihatnya tengah tidur nyenyak.
”Hemm, engkau ingin mencampuri urusan ini, pengemis
butut ?" tanyanya dengan suara dingin, ”Rupanya tadi kau
pura2 bodoh dengan tidur2 anjing...!"
Sin Kun Bu Tek tertawa dingin. ”Engkau masih demikian
muda usia, tetapi hatimu kejam melebihi serigala...! Tentu
manusia seperti engkau ini akan meminta korban yang jauh
lebih banyak lagi, maka jika tidak disingkirkan, akan
membawa bahaya yang sangat besar...!"
”Hemm...!" tertawa pelajar yang bergelar Ban Hoa Ciang
Mo itu dengan suara yang dingin, mengandung kegusaran :
”Engkau tidak takut nanti menderita seperti mereka..?”
”Membasmi kebathilan dan kejahatan mengapa harus takut
menderita ?” menyahuti si pengemis tua she Lo itu dengan
suara gusar juga, ”Justru manusia2 berhati serigala seperti
engkau yang harus disingkirkan dari permukaan bumi.." dan
setelah berkata begitu, tampak Sin Kun Bu Tek ber-siap2 untuk
melancarkan serangan sambil melanjutkan perkataannya; ”Nah,
mulailah !"
Ban Hoa Ciang Mo tertawa dingin, dan dia berkata tawar :
”Tidak perlu tergesa gesa untuk menerima maut !" katanya
mengejek. ”Hemmm, nanti setelah engkau merasakan enaknya
jarum Pek Kut Ciam-ku itu, engkau baru mengerti, betapa

Koleksi kang zusi.com 196


permintaan maaf dan ampun kepada Ban Hoa Ciang Mo sangat
penting sekali..”
Tetapi Sin Kun Bu Tek sama sekali tidak takut, dia telah
ber-siap2 untuk melancarkan serangan.
Sedangkan Ban Hoa Ciang Mo telah mengibaskan kipasnya
yang dibukanya kembali, di-gerak2kan dengan sikap seperti
orang yang tengah mengipas.
Setelah itu, tangan kirinya diangkat sampai kedepan
dadanya, dia juga tersenyum dengan sikap yang mengejek,
katanya, ”Sial sekali hari ini aku harus berurusan dengan
pengemis jorok menjijikkan seperti kau....majulah."
Sin Kun Bu Tek tidak berlaku segan2 lagi, tadi dia telah
menyaksikan betapa Ban Hoa Ciang Mo memang merupakan
iblis yang sangat kejam sekali, disamping itu dia juga melihat
salah seorang korbannya, tubuhnya telah di-potong2. Maka
sekarang dia melancarkan serangan dengan tidak sungkan2 lagi
dia telah menyalurkan tenaga lwekangnya dikedua kepalan
tangannya sebanyak delapan bagian.......sehingga serangannya
itu sangat berbahaya sekali, karena jika saja serangan itu
menghantam batu, tentu batu itu akan terhajar hancur.....
Tetapi Ban Hoa Ciang Mo sama sekali tidak jeri
menghadapi Sin Kun Bu Tek, dia menantikan waktu kepalan
tangan lawannya hampir tiba, baru dia menggerakkan kedua
tangannya secara aneh sekali, yaitu tangan kirinya yang tadi
diangkat kedepan dadanya dikibaskan ke depan dan kipasnya
itu dipergunakan untuk menunjuk kepada Sin Kun Bu Tek.
Terjadilah suatu peristiwa yang sangat aneh sekali yang
membuat Sin Kun Bu Tek kaget bukan main, karena tahu2
tubuhnya seperti diterjang suatu kekuatan yang tidak tampak,
dan badannya itu telah terpelanting bergulingan diatas tanah.

Koleksi kang zusi.com 197


”Ilmu hitam !" berseru Sin Kun Bu Tek dengan suara
tertahan.
Sebagai seorang pendekar ternama didunia rimba
persilatan, yang memiliki pengalaman luas, Sin Kun Bu Tek
mengetahui bahwa serangan yang dilakukan lawannya itu
bukan dengan mempergunakan tenaga dalam, melainkan
mempergunakan semacam ilmu gaib aliran hitam. Maka
sebelum tubuhnya tiba didekat si pelajar, justru dia merasakan
seperti menubruk selapis dinding tebal yang kuat yang
membuat dia terpental.
Ban Hoa Ciang Mo telah tertawa mengejek.
”Bagaimana ?" tanyanya sambil menggerak gerakkan
kipasnya dengan sikap acuh tak acuh meremehkan si pengemis.
”Hemm, ilmu hitam seperti itu memang bisa me-nakut2i
anak kecil, tetapi untuk aku tidak !" berseru Sin Kun Bu Tek
bukan berdiam diri saja, dia telah melompat dan melancarkan
serangan lagi dengan mempergunakan sekaligus kedua
tangannya.
Dalam keadaan gusar dan marah, dia telah melancarkan
serangan dengan mempergunakan ilmu Pukulan Rajawali.
Gerakan yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek rupanya
mengejutkan Ban Hoa Ciang Mo juga.
Dia melihat si pengemis seperti tidak takuti lagi ilmu
hitamnya, maka pelajar ini menyadari bahwa lawannya
memiliki ilmu bathin dan latihan lwekang yang cukup kuat.
Maka Ban Hoa Ciang Mo telah berlaku hati2, dia
mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali dan telah
menusuk dengan kipasnya.
Tetapi Sin Kun Bu Tek kali ini telah berwaspada, dia
mengetahui bahwa lawannya ini memiliki ilmu hitam yang bisa
dipergunakan melumpuhkan lawan, maka si pengemis
Koleksi kang zusi.com 198
mengerahkan lwekangnya dan memusatkan seluruh
perhatiannya, waktu Ban Hoa Ciang Mo membentak : ”Rubuh
!" si pengemis menghentakkan kepalanya untuk melenyapkan
pengaruh ilmu hitam itu, yang termasuk sejenis ilmu sihir juga.
Dengan hentakan kepala begitu, Sin Kun Bu Tek berhasil
melenyapkan pengaruh ilmunya Ban Hoa Ciang Mo, sehingga
serangan yang dahsyat itu telah menyambar terus dengan cepat.
Ban Hoa Ciang Mo jadi semakin sangat gusar melihat
usahanya kembali gagal untuk merubuhkan pengemis itu,
dengan cepat dia melompat kesamping, mulutnya telah
berkemak kemik pula disaat berhasil meloloskan diri dari
gempuran Sin Kun Bu Tek, lalu dia mengibaskan kipasnya
pula dengan beruntun. Gerakannya memang benar2 aneh,
karena gerakannya itu bukan menyerupai gerakan silat,
melainkan gerakan2 tangan yang dipenuhi oleh pengaruh2
sihir.
Walaupun Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan yang
gencar, tidak satupun dari serangan2nya itu yang bisa
mengenai sasarannya. Sehingga membuat Sin Kun Bu Tek
tambah penasaran dan heran.
Dia tidak mengerti, setiap tenaga serangannya hampir
mengenai diri Ban Hoa Ciang Mo, selalu pula serangan itu
membalik dan lenyap, bagaikan disekeliling diri Ban Hoa
Ciang Mo terlindung lapisan dinding yang tidak tampak.
Si pengemis tua she Lo mengenal bahwa itu adalah ilmu
hitam yang kuat sekali sebab si pelajar ganas itu melindungi
dirinya dengan rapat.
Dengan penasaran yang me-luap2, tampak Sin Kun Bu Tek
telah menggerakkan lagi kedua tangannya, dia telah mengibas
berulang kali dengan kepalan tangannya, untuk menggempur
pertahanan Ban Hoa Ciang Mo.

Koleksi kang zusi.com 199


Kedua orang itu telah bertempur dengan seru dan dahsyat,
dengan gerakan2 yang agak aneh, sebab yang seorang
mempergunakan kekuatan lwekang dengan jurus2 ilmu
pukulan biasa, sedangkan yang seorangnya lagi
mempergunakan ilmu hitam, yang aneh dan sulit dicernakan
oleh pikiran sehat si pengemis.
Ban Hoa Ciang Mo juga bukannya tidak berkuatir, dia
heran ilmu hitamnya tidak membawa pengaruh apa2 terhadap
diri si pengemis, dia telah beberapa kali menyalurkan ilmu hi-
tamnya itu dengan gerakan2 yang sangat ketat dan aneh namun
kenyataannya selalu gagal, si pengemis dapat memunahkan
semua pengaruh ilmu sihirnya itu dengan menggigit bibirnya
atau lidahnya. Rasa sakit pada lidah dan bibirnya itulah yang
telah membuat Sin Kun Bu Tek sulit dipengaruhi oleh
kekuatan sihir dari lawannya tersebut.
Waktu Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan dan
gempuran keras pula, tiba2 Ban Hoa Ciang Mo telah
mengeluarkan suara pekik yang cukup nyaring, nadanya aneh
sekali dan telinga Sin Kun Bu Tek jadi merah panas,
jantungnya bergoyang keras, darahnya mendesir dan hatinya
berdebar keras.
Si pengemis tua Lo Ping Kang kaget bukan main, dia
merasakan perobahan pada dirinya itu. Yang membuat dia
lebih kaget lagi justru ketika dia menyaksikan Sin Han yang
tengah berdiri dibawah pohon, telah terjungkel rubuh pingsan
waktu Ban Hoa Ciang Mo memekik begitu.
Tetapi Sin Kun Bu Tek menyadarinya bahwa dia tidak
boleh terpecah perhatiannya.
Sedikit saja dia terpengaruh oleh ilmu hitamnya Ban Hoa
Ciang Mo, tentu dia akan menghadapi kecelakaan yang tidak
kecil.

Koleksi kang zusi.com 200


Dengan cepat Sin Kun Bu Tek mengempos semangat
murninya, dia menggigit lidahnya cukup keras sampai
menimbulkan perasaan sakit.
Namun pengaruh ilmu hitam itu tidak juga lenyap, masih
mempengaruhi dirinya, sehingga pengemis ini merasakan
jantungnya tergoncang keras, dengan muka terasa panas
mengejang.
”Celaka !" mengeluh Sin Kun Bu Tek dengan suara
tertahan. Dengan saat itu Ban Hoa Ciang Mo juga telah
mengeluarkan suara pekikan lagi seperti tadi, kedua tangannya
di-gerak2kan.
Selanjutnya terjadi peristiwa yang tambah mengejutkan hati
Lo Ping Kang, karena dia merasakan betapa serangan kedua
tangannya selalu berobah arah. Jika dia bermaksud menyerang
kepala Ban Hoa Ciang Mo, maka tangannya itu telah meluncur
menghantam sisi pinggang pelajar ganas itu, jika dia mengincer
sasaran didada Ban Hoa Ciang Mo, maka dia justru menyerang
perut lawannya.
Sin Kun Bu Tek menyadarinya bahwa dirinya telah terjatuh
dalam pengaruhnya pelajar yang bergelar Ban Hoa Ciang Mo
itu (si Tangan Iblis Berlaksa Bunga).
Hati Sin Kun Bu Tek jadi kecut, dia telah berusaha
mengempos terus semangatnya. Tetapi waktu Ban Hoa Ciang
Mo memekik untuk ketiga kalinya sambil meng-gerak2kan
tangan kiri dan kanan seperti orang yang tengah mendayung,
gerakan tubuh Sin Kun Bu Tek semakin tidak leluasa, dia
merasakan sepasang tangannya itu seperti telah dikuasai oleh
kekuatan yang luar biasa dahsyatnya. Si pengemis jadi
mengeluh dan berkuatir.
Ban Hoa Ciang Mo telah mengeluarkan suara tertawa yang
keras sekali : ”Hemmmm, tidak lama lagi engkau tentu akan

Koleksi kang zusi.com 201


memohon-mohon ampun dariku...tetapi disaat itu, hahahaha,
tentu engkau akan merasakan enak Jarum Pek Kut Ciamku !!"
Dan setelah berkata begitu, kembali Ban Hoa Ciang Mo
memekik untuk keempat kalinya, pekikannya itu menyerupai
suara tertawa dan suara tangisan. Dia menyalurkan ilmu
hitamnya itu lewat suara pekikannya, untuk mempengaruhi
lawannya.
Sin Kun Bu Tek seketika merasakan sepasang lengannya
jadi lemas seperti tidak bertenaga, begitu juga sepasang
lututnya lemas bagaikan tidak memiliki kekuatan lagi, maka
tanpa ampun lagi pengemis itu telah rubuh terjungkel berlutut
ditanah!
Ban Hoa Ciang Mo tertawa keras.
”Lihatlah !" katanya dengan suara yang menyeramkan
sekali. ”Dengan demikan, dekat pula saatnya engkau akan
merasakan hebatnya Ban Hoa Ciang Mo. tetapi aku justru
menghendaki engkau binasa dan menderita per-lahan2 !!”
Rupanya Ban Hoa Ciang Mo bicara tidak main2, dia tidak
mau cepat2 menyiksa Sin Kun Bu Tek seperti korban2nya
yang lain. Dia juga mengeluarkan jarum beracun Pek Kut
Kiamnya, dia telah membentak keras dengan suara memekik
tadi tubuhnya tahu2 me-liuk2 dan kedua tangannya telah
digerakkannya.
Sin Kun Bu Tek yang merasakan seluruh tenaganya seperti
telah melompat berdiri, lalu me-nari2.
Keruan saja hati Sin Kun Bu Tek jadi terkejut dan gelisah
sekali, karena tangannya itu bergerak diluar kehendaknya, dia
me-nari2 terus.
Si pengemis berusaha menindih getaran dari suara pekikan
Ban Hoa Ciang Mo itu dengan hentak kepala dan mengempos
semangat murni maupun lwekangnya, tetapi selalu

Koleksi kang zusi.com 202


gagal...walaupun dia telah menggigit lidahnya cukup keras,
sampai mengeluarkan darah, pengaruh ilmu hitam dari
lawannya itu masih belum juga dapat dilenyapkannya...tangan
dan kakinya tetap ber-gerak2 diluar kehendak hatinya. Ban
Hoa Ciang Mo menyelesaikan gerakan tangannya dengan
pekikan lagi, tubuh Sin-Kun Bu Tek seperti tertendang suatu
kekuatan yang sangat kuat sekali, dan terpental kebelakang
kejengkang rubuh dengan mengeluarkan jeritan yang
menyakitkan hati ....!
Keadaan Sin Kun Bu Tek memperlihatkan bahwa dia telah
kena pengaruh oleh kekuatan ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang
Mo, karena diluar keinginannya, waktu dia terjungkel rubuh
disaat itu juga dia telah tertawa .... walaupun sesungguhnya dia
merasakan sekujur tubuhnya sakit bukan main.
”Habislah aku kali ini ....!" berpikir si pengemis didalam
hatinya, dia juga tidak berdaya untuk memberikan perlawanan
terhadap ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo.
Ban Hoa Ciang Mo tertawa keras, dia telah melirik kepada
Sin Han yang menggeletak diatas tanah dalam keadaan pingsan
itu.
”Hemm, anak itu beruntung, dia telah kabur pingsan,
sehingga tidak mendengar suara pekikanku yang dahsyat ....
sehingga dia tidak akan terpengaruh apa2, karena dalam
keadaan pingsan tentu saja dia tidak mendengar suatu apapun
juga."
Dan setelah menggumam begitu, tampak Ban Hoa Ciang
Mo telah memandang kepada si pengemis tua Lo Ping Kang
lagi, dia berkata dengan suara dingin: ”Sekarang tiba saatnya
engkau harus mengalami siksaan dariku, karena mulutmu yang
lancang dan sikapmu yang kurang ajar!"

Koleksi kang zusi.com 203


Mulut Ban Hoa Ciang Mo berkemak-kemik lagi perlahan,
dia menggerakkan tangan kanannya, dan menghentak keatas:
”Bangun !" bentaknya dengan keras.
Aneh sekali, tubuh Sin Kun Bu Tek seperti dikuasai suatu
kekuatan aneh yang memaksa dia melompat berdiri, gerakan
tubuhnya seperti juga robot yang telah menuruti saja perintah
Ban Hoa Ciang Mo.
Walaupun dalam pengaruh ilmu hitam, tetapi disebabkan
Sin Kun Bu Tek merupakan jago yang memiliki lwekang tinggi
sekali, maka kesadaran pikirannya belum lenyap semuanya.
Dia telah berpikiran keras untuk melawan pengaruh ilmu hitam
itu. Hanya sayangnya beberapa kali usahanya itu gagal.
”Tampar mukanya sendiri sebanyak sepuluh kali," perintah
Ban Hoa Ciang Mo dengan suara yang bengis.
Hati Sin Kun Bu Tek menolak perintah itu, justru karena
tangan kanannya telah terangkat diluar kehendaknya, dan
bergerak menempeleng mukanya sendiri sebanyak sepuluh
kali, sampai mengeluarkan suara plak plok yang keras sekali,
sebab dia telah menempelengnya dengan kuat sampai mukanya
itu bengkak. Tetapi dia tidak menderita sakit, bahkan diluar
keinginannya diapun telah tertawa keras. Sikapnya itu seperti
juga orang tidak waras.
Dengan cepat sekali Ban Hoa Ciang Mo telah membentak
lagi: "Cakar mukamu....”
Diluar keinginannya lagi, kedua tangan Sin Kun Bu Tek
telah mencakari mukanya berulang kali, sampai mukanya itu
bergaris terkena cakaran dan mengeluarkan darah yang cukup
banyak.
Ban Hoa Ciang Mo tertawa ber-gelak2, ”Bagus! Bagus!"
katanya dengan suara nyaring. ”Hmm, rupanya engkau seorang
yang patuh sekali pada perintah pengemis jorok!"

Koleksi kang zusi.com 204


Dan setelah berkata begitu, Ban Hoa Ciang Mo berkemak-
kemik lagi, ingin memerintahkan si pengemis Sin Kun Bu Tek
menyiksa dirinya sendiri dengan pengaruh ilmu hitamnya.
Tetapi disaat itu Sin Han telah tersadar dari pingsannya, dia
telah melihat keadaan muka gurunya yang berlumuran darah,
sehingga anak itu terkejut, dia berteriak : ”Suhu... kenapa kau
?"
Ban Hoa Ciang Mo yang tengah membacakan mantera2nya
segera menoleh kepada Sin Han, dan dalam kesempatan yang
hanya beberapa detik itulah, disaat Ban Hoa Ciang Mo berhenti
membaca manteranya, Sin Kun Bu Tek cepat2 mengulurkan
tangan kanannya, dia telah memasukkan jari telunjuknya, yang
ujungnya digigit keras2, sampai ujung jari tangan itu
mengucurkan darah. Dan gigitan pada ujung jari tangannya itu
justru telah menyebabkan Sin Kun Bu Tek menderita kesakitan
yang mendatangkan kesadaran pikirannya, sehingga dirinya
bebas dari pengaruh ilmu hitam Ban Hoa Ciang Mo.
Sin Kun Bu Tek menyadari juga bahwa keselamatan
jiwanya hanya tergantung pada waktu yang hanya beberapa
detik itu, jika dia tidak mempergunakan sebaik mungkin, tentu
di-waktu2 mendatang sulit baginya untuk meloloskan diri dari
pengaruh ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo.
Dengan mengeluarkan suara teriakan marah Sin Kun Bu
Tek telah menerjang menghajarkan kedua kepalan tangannya
itu ke dada Ban Hoa Ciang Mo, dia memukul dengan
mempergunakan seluruh kekuatan lwekang yang ada padanya.
Ban Hoa Ciang Mo jadi kaget bukan main, dia sampai
mengeluarkan teriakan tertahan karena dia tidak menyangka
bahwa Sin Kun Bu Tek bisa meloloskan diri dari pengaruh
ilmu hitamnya itu dan diapun sedang tidak bersiap siaga,
sehingga dengan ter-gesa2 dia ingin mengelakkan diri dari
gempuran itu.

Koleksi kang zusi.com 205


Namun disebabkan tadi perhatiannya terpecah kepada Sin
Han, maka dia tidak berhasil mengelakkan serangan mendadak
Sin Kun Bu Tek, kepalan tangan si pengemis telah
menggempur keras sekali dada dari pelajar yang ganas dan
memiliki ilmu hitam itu, sampai memperdengarkan suara
"krekkkk", karena ada tulang dadanya yang patah.
Ban Hoa Ciang Mo telah mengeluarkan pekik kesakitan,
tubuhnya terpental dan terbanting ditanah, bergulingan
beberapa tombak.
Sin Kun Bu Tek tidak mem-buang2 kesempatan yang ada,
karena Sin Kun Bu Tek tahu, jika sampai si pelajar yang ganas
itu sempat mempengaruhi dirinya dengan ilmu hitamnya,
habislah harapannya untuk lolos. Kembali dia menerjang
sambil mengirimkan pukulan dengan kepalan tangannya yang
telah disaluri oleh tenaga sinkangnya.
Gerakan itu mendatangkan angin yang berkesiuran sangat
keras sekali, sehingga Ban Hoa Ciang Mo yang semula
bermaksud akan membaca manteranya lagi, jadi batal dan
cepat2 mengelakkan diri.
Sin Kun Bu Tek mendesak terus tanpa memberikan
kesempatan kepada lawannya walaupun sedetik, ber-turut2 dia
melancarkan serangan2 yang mematikan, sebab Sin Kun Bu
Tek bertekad jika dia dapat dia ingin membinasakan lawannya
itu.
Ban Hoa Ciang Mo yang melihat kenekadan lawannya yang
telah begitu rupa, dengan cepat merogoh saku bajunya, karena
dia yakin jika harus menghadapi pukulan Sin Kun Bu Tek
dengan kepalan tangan biasa, tentu dia tidak akan sanggup,
karena kekuatan lwekangnya masih berada dibawah tingkat Sin
Kun Bu Tek. Begitu tangannya ditarik keluar dari saku
jubahnya, dia telah membanting sesuatu ditanah, segera
terdengar ledakan keras sekali.

Koleksi kang zusi.com 206


Sin Kun Bu Tek yang tengah menerjang maju jadi kaget
bukan main, apa lagi berbareng dengan terdengar suara ledakan
itu, juga mengepul asap hitam yang tebal sekali disekitar
tempat itu, menghalangi pandangan matanya, dia tidak berhasil
melihat dimana beradanya Ban Hoa Ciang Mo.
Dengan hati yang tergoncang keras, Sin Kun Bu Tek telah
melompat mundur melepaskan diri dari gulungan asap hitam
itu, kemudian mementang matanya lebar2, dia mengawasi
sekitar tempat itu men-cari2 Ban Hoa Ciang Mo. Tetapi pelajar
yang ganas itu telah lenyap, rupanya dia telah melarikan diri.
Setelah yakin bahwa Ban Hoa Ciang Mo telah berlalu,
tubuh Sin Kun Bu Tek jatuh duduk lemas tidak bertenaga,
tetapi dia bisa menghela napas lega.
Sin Han cepat2 memburu gurunya, untuk memayangnya
membawanya ke bawah sebatang pohon yang rimbun.
”Berbahaya ! Berbahaya !" mengeluh si pengemis dengan
suara gemetar, karena baru saja dia lolos dari bahaya yang
benar2 mengerikan. Jika saja dia tidak berhasil meloloskan diri
dari pengaruhnya ilmu sihir Ban Hoa Ciang Mo, niscaya akan
membuat dia menderita, dan menemui kematian dengan
bersengsara. Ban Hoa Ciang Mo ganas dan bertangan telengas
sekali, sedangkan kedua orang yang tadi ber-teriak2 kesakitan
dengan bergulingan ditanah, saat itu sudah tidak berkutik lagi,
diam kaku tanpa bernapas lagi, karena jiwa mereka telah
melayang..........
”Sungguh berbahaya manusia itu !! Dia benar2 seperti iblis
yang menakutkan ! Jauh lebih menakutkan dari Siang Niauw
Pek Sian Bo Siong Kun. Pelajar itu benar2 ganas sekali...!"
Sin Han jadi memandang bengong kepada gurunya, dia
telah berkata dengan suara ragu2: ”Sekarang ... sekarang
bagaimana suhu ? Apakah luka2 di muka suhu harus

Koleksi kang zusi.com 207


dibersihkan dengan air ? biarlah aku mencari air disekitar
tempat ini.....!"
Si pengemis mengangguk, dia memberikan secarik kain
kepada muridnya, dan Sin Han ber-lari2 mencari sungai, guna
membasahi carikan kain itu.
Kebetulan sekali ditempat yang terpisah tidak begitu jauh,
anak ini menemui sungai yang airnya jernih, segera Sin Han
merendam kain itu, dan membawa ke gurunya untuk menyusut
darah yang mengucur dari mukanya.
Setelah memborehkan semacam obat pada lukanya itu, si
pengemis mengajak muridnya berlalu dengan cepat, sebab dia
kuatir kalau2 Ban Hoa Ciang Mo muncul kembali .... sampai
kedua orang yang telah menggeletak menjadi mayat itu tidak
sempat lagi dikubur oleh Sin Kun Bu Tek, karena pengemis
inipun dikejar perasaan ngeri membayangkan bahwa tadi dia
telah kena dipengaruhi oleh ilmu hitamnya Ban Hoa Ciang Mo.
Sesungguhnya Ban Hoa Ciang Mo tadi waktu didesak oleh
serangan2 dahsyat si pengemis yang bergelar Kepalan sakti
Tanpa Tanding itu, dia melihat bahwa percuma berurusan
dengan Sin Kun Bu Tek, karena dia tengah memiliki kitab ”Sin
Hiat Pit Kip", yang menurut pengakuan dari salah seorang
diantara kedua orang korbannya, kitab itu diletakkan dibawah
pembaringan guru si korban. Inilah yang membuat Ban Hoa
Ciang Mo mau menyudahi pertempuran dengan pengemis dan
dia bermaksud untuk lebih dulu mengambil kitab pusaka yang
tampaknya sangat penting sekali bagi dia..... Jika tidak,
walaupun Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian dua kali lipat
lebih tinggi dari sekarang, tentu pengemis itu tidak akan lolos
dari pengaruh ilmu sihirnya.
Sin Kun Bu Tek mengajak Sin Han berlalu dengan tergesa
gesa untuk menjauhi tempat itu. Setelah melakukan perjalanan

Koleksi kang zusi.com 208


belasan lie mereka sampai dipermukaan sebuah kampung kecil,
yaitu Ban Hoo cung.
Si pengemis mengajak Sin Han mencari rumah penginapan,
karena Sin Kun Bu Tek perlu beristirahat disamping merawat
luka2nya, dia pun harus melatih lwekangnya yang telah
tergempur, karena dia telah mempergunakannya melebihi dari
takaran yang semestinya.
Sin Han melihat gurunya duduk bersemadhi melatih
lwekangnya didalam kamar rumah penginapan tersebut. Dia
mengetahui dalam keadaan seperti itu tentu gurunya tidak mau
diganggu.
Maka Sin Han hanya diam saja mengawasi gurunya yang
tengah melatih lwekangnya itu, dan hati anak ini jadi ngiris
melihat luka2 bekas cakaran dimuka gurunya. Diam2 Sin Han
jadi berpikir keras, kepandaian Ban Hoa Ciang Mo benar2
hebat sekali, dan anak ini tidak mengetahui entah siapa yang
bisa menguasai manusia yang berhati kejam itu.....
Setelah duduk bersemadhi hampir dua jam, akhirnya si
pengemis melompat turun dari pembaringan, dia bilang kepada
muridnya: ”Untung saja aku tidak terluka didalam....."
”Apakah kepandaian Ban Hoa Ciang Mo itu benar2 hebat
sekali, Suhu ?" tanya Sin Han.
Sang guru menggeleng perlahan.
”Kepandaian silatnya tidak seberapa, tetapi dia memiliki
ilmu hitam yang menyerupai ilmu sihir, sehingga setiap saat
bisa menguasai korbannya. Dengan sendirinya, dia bisa saja
mempengaruhi lawannya itu tidak memiliki tenaga, dan
menyebabkan lawan itu mudah sekali dirubuhkan...!!"
Sin Han bengong saja tidak mengerti, karena dia belum
mengetahui apa itu perbedaannya antara ilmu silat dengan ilmu

Koleksi kang zusi.com 209


hitam yang menurut gurunya hampir mirip2 dengan ilmu
sihir......
Malam itu mereka tidur tidak tenang. Lebih2 Sin Kun Bu
Tek, karena pengemis ini kuatir kalau2 Ban Hoa Ciang Mo
akan muncul disetiap waktu dengan tiba2 sekali. Sedangkan
Sin Han pun jadi tidur gelisah, karena sering kali dia melihat
gurunya itu melompat dari pembaringannya dan memasang
pendengarannya baik2 seperti sedang mendengarkan sesuatu.
Keadaan gurunya ini membuat Sin Han tambah berkuatir
dan tidak tenang. Tetapi sebagai seorang anak yang belum
dewasa, tentu saja Sin Han juga tidak tahu apa yang harus
dilakukannya, selain bingung.
Keesokan paginya, Sin Han dan Sin Kun Bu Tek bersantap
diruang depan rumah penginapan itu.
Waktu itu orang yang tengah bersantap di ruangan tersebut
tidak banyak, hanya tampak empat orang disebuah meja
sebelah kanan, merekapun berpakaian sebagai penduduk biasa
saja, bukan dari kalangan Kang ouw.
Ketika Sin Han dan gurunya tengah bersantap, tiba2 dipintu
rumah makan itu telah datang seorang lelaki berusia diantara
lima puluh tahun, pakaiannya sebagai seorang petani, tetapi
justru anehnya dipinggangnya membawa sebatang golok.
Mukanya kurus panjang, tetapi dengan alis yang tebal dan mata
yang tajam, dia tampaknya gagah sekali.
Dipanggilnya seorang pelayan rumah makan dan memesan
agar dipersiapkan empat meja makan dengan empat puluh
macam masakan yang mahal. Semua harga pesanannya itu
segera dibayarnya dengan menyerahkan dua buah goanpo
kepada si pelayan.
”Lebihnya boleh kau ambil !" katanya kepada si pelayan.

Koleksi kang zusi.com 210


Tentu saja pelayan itu jadi kegirangan, sisa dari
pembayaran itu mungkin masih lebih sepuluh tail. Seumur
hidupnya belum pernah pelayan tersebut menerima hadiah
sebesar itu, maka dia telah mengucapkan terima kasihnya
berulang kali.
Sedangkan lelaki yang berpakaian sebagai petani itu telah
mengambil tempat duduk di-meja sebelah barat, didekat
jendela, dia mengawasi kearah luar.
Waktu orang berpakaian petani itu melangkah masuk ke
ruangan makan ini, Sin Kun Bu Tek telah menundukkan
kepalanya dalam2, dia juga bilang kepada Sin Han dengan
suara yang perlahan sekali : ”Jangan melihati dia..kita harus
cepat2 berlalu...!"
Tetapi disebabkan orang berpakaian petani itu justru duduk
dimeja sebelah barat, yang letaknya berdekatan dengan meja
Sin Kun Bu Tek, sehingga tidak leluasa si pengemis mengajak
muridnya itu berlalu. Kalau dia berdiri untuk meninggalkan
meja itu, tentu orang berpakaian sebagai petani itu akan
melihat mereka dan akan memperhatikannya, karena orang itu
belum disibuki oleh barang2 santapannya yang belum
dihidangkan.
Maka dari itu Sin Kun Bu Tek telah meneruskan makannya
dengan kepala yang tertunduk dalam2 dia berdiam diri saja.
Sin Han yang melihat sikap gurunya itu jadi heran bukan
main, dia telah mengawasi saja. Walaupun Sin Han bermaksud
menanyakan mengapa gurunya bersikap seperti itu, tetapi
disebabkan melihat keadaan gurunya serupa itu Sin Han
membatalkan maksud hatinya. Dia hanya meneruskan
santapannya per-lahan2 dengan hati diliputi oleh tanda tanya,
pikirannya juga jadi bekerja : ”Orang2 rimba persilatan
ternyata memiliki banyak sekali persoalan yang aneh2....selama

Koleksi kang zusi.com 211


ini, hanya dalam beberapa bulan saja aku telah melihat dan
mengalami banyak peristiwa yang aneh2....."
Setelah melihat orang yang berpakaian seperti petani itu
repot bersantap dan meminum arak, Sin Kun Bu Tek memberi
isyarat kepada muridnya agar berlalu. Dia telah melambaikan
tangannya kepada seorang pelayan, dan membayarnya tanpa
menanti pelayan itu menyebutkan harga makanan itu.
”Sisanya kau ambil !" kata Sin Kun Bu-Tek dengan suara
perlahan.
Si pelayan tertegun. Waktu kemarin Sin Kun Bu Tek dan
Sin Han datang bermalam, mereka meremehkan dan bahkan
merasa jijik, namun Sin Kun Bu Tek telah membayar terlebih
dulu uang sewa kamar itu, sehingga mereka tidak bisa menolak
pengemis ini dan muridnya. Dan sekarang diberi hadiah uang
kembaliannya yang cukup banyak, mungkin hampir belasan
tail perak, pelayan itu jadi kaget bercampur girang, sampai dia
mau menduga bahwa pengemis ini adalah seorang hartawan
yang tengah menyamar sebagai pengemis.....
Tanpa mengatakan suatu apapun juga, Sin Kun Bu Tek
bangkit berdiri, menarik Sin Han yang ingin diajaknya kembali
ke kamarnya.
Waktu itulah orang yang berpakaian petani itu telah
mengangkat kepalanya, dia memandang ke arah Sin Kun Bu
Tek dan dari mulutnya terdengar seruan perlahan. Tetapi
kemudian orang itu telah menundukkan kepalanya lagi, dia
meneruskan makannya tanpa memperdulikan Sin Kun Bu Tek.
Waktu Sin Kun Bu Tek mendengar seruan perlahan orang
itu, muka si pengemis jadi berobah pucat pias, tampaknya dia
kaget dan seperti ketakutan.
Sin Han jadi tambah heran, dia hanya menuruti ajakan
gurunya kembali ke kamar mereka.

Koleksi kang zusi.com 212


Setelah mengunci pintu kamar, Sin Kun Bu Tek menghela
napas dalam2.
”Mengapa kita bisa bertemu dengan dia ?” tanya Sin Kun
Bu Tek seperti kepada dirinya sendiri.
”Engkau melihat orang yang berpakaian seperti petani,
bukan ?" tanya Sin Kun Bu Tek kepada muridnya.
Sin Han mengangguk.
”Ya, yang mengambil meja disamping kita bukan ?" tanya
Sin Han.
”Benar,” mengangguk Sin Kun Bu Tek, dan kembali dia
menghela napas lagi.
”Tetapi sayang sekali jika melewatkan kesempatan ini...!"
kata Sin Kun Bu Tek lagi, seperti menggumam seorang diri.
”Apa yang suhu maksudkan ?" tanya Sin Han heran.
”Aku maksudkan orang yang berpakaian sebagai petani itu.
Dia seorang yang sangat hebat kepandaiannya, mungkin
didalam rimba persilatan sulit mencari orang sehebat
dia...Orang itulah yang bergelar Kim To Ong San (Raja
Gunung Bergolok Emas), sedangkan namanya tidak diketahui
jelas, karena tidak ada seorangpun yang mengetahui siapa
nama sebenarnya dari Kim To Ong San tersebut...."
”Lalu apa maksud suhu dengan mengatakan sayang jika
melepaskan kesempatan....." tanya Sin Han.
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak segera menyahuti
pertanyaan muridnya itu, karena dia mempermainkan jari
telunjuknya yang terluka akibat gigitannya sendiri waktu
menghadapi Ban Hoa Ciang Mo, yang saat itu telah mulai
merapat kembali.
”Sebetulnya aku memikirkan kesempatan untukmu ! Jika
engkau bisa berguru kepada Kim To Ong San, tentu engkau
Koleksi kang zusi.com 213
bisa memperoleh pelajaran ilmu silat kelas tinggi, bukankah
kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik sekali ??"
dan waktu berkata begitu Sin-Kun Bu Tek mengawasi
muridnya kemudian dia menghela napas panjang dan
melanjutkan kata2nya lagi: ”Tetapi sayangnya justru aku
pernah bentrok dengannya, aku pun pernah dirubuhkannya dan
bersumpah tidak akan hidup berdua dengan dia didunia ini....."
”Jika demikian, tentunya terdapat permusuhan diantara
suhu dengan Kim To Ong San itu?" tanya Sin Han.
”Boleh dibilang begitu..." mengangguk si pengemis dengan
cepat. ”Tetapi buktinya sampai sekarang ini justru kami berdua
masih berada didunia....!"
”Permusuhan apakah yang terdapat diantara suhu dengan
orang itu ?" tanya Sin Han ingin mengetahui.
”Sebetulnya semua itu disebabkan watak dan sifat2
burukku juga...aku terlalu usil, sering mempermainkan orang
dan lebih2 ketika berusia muda, waktu duapuluh tahun yang
lalu jika mendengar ada orang gagah, aku mendatangi dan
mengajak mengadu kepandaian ! Dan waktu itu aku mendengar
Kim To Ong San memiliki kepandaian yang tinggi dan
disegani lawan maupun kawan, maka aku mencarinya dan
ketika bertemu dengannya aku telah memancing kemarahannya
dengan perbuatan2 menggodanya, sehingga dia menjadi marah
dan telah bertempur denganku. Kami bertempur dengan hebat,
kepandaianku telah kupergunakan seluruhnya, namun
kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa dia memang lebih
unggul dan jauh lebih tinggi kepandaiannya. Akhirnya dia
berhasil merubuhkan diriku dengan mudah. Disaat itulah, aku
bersumpah akan mempelajari lebih rajin lagi ilmu2 silat tingkat
tinggi dan juga bersumpah tidak akan hidup berdua dengannya
dibumi ini. Tetapi sumpahku itu tidak terwujud, walaupun aku
telah mempelajari dengan tekun melatih diri berbagai
kepandaian yang hebat2 kenyataannya selalu aku
Koleksi kang zusi.com 214
dikalahkannya. Dua kali aku menyatroninya dan
menantangnya, tetapi dua kali itu pula aku telah
dirubuhkannya. Maka segera aku mengetahui, selamanya aku
tidak mungkin dapat merubuhkan Kim To Ong San, karena
semakin aku melatih diri dan memperoleh kepandaian yang
jauh lebih tinggi, begitu juga dengan Kim To Ong San, yang
tentunya akan melatih diri dan kepandaiannya mengalami
kemajuan yang sangat pesat sekali. Maka dari itu, untuk
selamanya aku tidak mungkin bisa menandingi kepandaiannya,
dan aku menjadi malu, aku tidak mau bertemu lagi dengan dia.
Waktu tadi bertemu, diapun seperti terkejut sewaktu mengenali
aku, tetapi diapun tidak mau mencari urusan..."
Sin Han mengangguk mengerti.
”Jika demikian, tentunya locianpwe itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali...!" katanya.
”Ya, kesempatan yang baik seperti itu sayang sekali jika
dilewatkan...kalau saja aku tidak memiliki ganjalan apa2
dengan dia, bukankah bisa saja aku meminta dia menerimamu
menjadi muridnya ? Dengan demikian, jelas engkau kelak akan
menjadi seorang murid yang pandai..."
Tetapi Sin Han menggelengkan kepalanya.
”Tidak suhu, walaupun bagaimana aku tetap tidak mau
berpisah dengan suhu. Walaupun Kim To Ong San memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi itu bukan menjadi sebab yang
mengharuskan aku merasa beruntung jika bisa mengangkat dia
menjadi guru...."
”Hemm," Sin Kun Bu Tek hanya mendengus saja dengan
pikiran yang menerawang, sedangkan saat itu dia telah berpikir
juga. ”Anak ini memiliki hati yang baik, dia tidak serakah dan
kemaruk akan kepandaian.....!"

Koleksi kang zusi.com 215


Dan setelah itu si pengemis tua Lo Ping Kang merebahkan
dipembaringan untuk beristirahat.
Sin Han juga merebahkan dirinya dipembaringan satunya
lagi, anak ini masih memikirkan sikap suhunya tadi.
Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian yang sangat tinggi
sekali, Sin Han yakin, jika dia bisa mewariskan kepandaian
gurunya itu, itu pun telah lebih dari cukup baginya.
Karena berpikir begitu Sin Han telah melompat turun dari
pembaringannya, dia mulai melatih jurus2 yang pernah
diajarkan gurunya. Dengan cepat dia telah melatih dua puluh
jurus, dan napasnya agak memburu.
”Suhu mengatakan, aku hanya mengerti kembang dari
jurus2 ini saja...tidak mungkin dapat merubuhkan orang! Maka
aku harus melatih lebih giat dan juga melatih tenaga dalam....."
Waktu berpikir begitu, Sin Han segera teringat kepada
ayahnya yang telah marhum dan dia jadi membayangkan, jika
saja dia telah bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tentu dia
bisa mencari musuh ayahnya itu untuk membalas dendam.
Dan Sin Han melatih diri lagi dengan beberapa jurus
lainnya, sehingga akhirnya dia merasa letih dan berhenti
melatih diri rebah beristirahat.
Tiba2 Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah tertawa, rupanya
tadi dia tidak tidur.
”Bagus! Aku telah melihat engkau melatih diri dengan baik
! Semangatmu tinggi dan engkau telah mempelajari semua
jurus2 yang kuwariskan itu dengan baik ! Sekarang mari
kuajarkan lagi beberapa jurus lainnya."
Dan si pengemis Lo Ping Kang mulai menurunkan
beberapa jurus yang baru pula kepada anak itu.

Koleksi kang zusi.com 216


Sin Han telah memperhatikan setiap keterangan gurunya
dan kemudian melatihnya. Ada beberapa kesalahan yang
dilakukannya, dan dia telah memperoleh petunjuk lagi dari
gurunya, sampai akhirnya Sin Han berhasil menguasai jurus2
itu.
Tetapi waktu Sin Han ingin mengulangi lagi latihan2nya,
disaat itulah tampak muka Sin Kun Bu Tek telah berobah.
”Diruang makan telah berdatangan banyak sekali tamu!"
katanya kemudian. ”Mungkin orang2 yang di-nanti2kan Kim
To Ong San !”
Sin Han heran.
”Bagaimana Suhu bisa mengetahui? Bukankah suhu berada
di dalam kamar?" tanya anak itu.
”Tetapi aku mendengar dari suara2 langkah mereka, yang
menunjukkan bahwa jumlah mereka sangat banyak,"
menyahuti Sin Kun Bu Tek.
”Oh, betapa tajamnya pendengaran suhu...." kata Sin Han
kagum.
”Mari kita keluar untuk melihat !" ajak Sin Kun Bu Tek
menarik tangan Sin Han, yang ingin diajaknya keluar.
Sin Han hanya menurut saja ajakan gurunya, dia telah
mengikuti gurunya keluar dari kamar tersebut.
Waktu mereka sampai diruangan makan, memang ditempat
itu telah berkumpul banyak sekali orang yang ber-macam2 pula
cara berpakaian mereka, ada yang tinggi ada yang pendek.
Mereka umumnya membawa senjata tajam, dan dilihat dari
cara berpakaian mereka itu, rupanya mereka berasal dari dunia
persilatan.

Koleksi kang zusi.com 217


Disaat itu, Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan seruan
tertahan, dan bergumam perlahan : ”Mengapa disini bisa
berkumpul demikian banyak jago2 ternama ?"
Dan setelah bergumam begitu, Sin Kun Bu Tek menarik
tangan Sin Han, yang diajaknya berdiri dibelakang tiang
diambang pintu rumah makan itu, untuk menyaksikan lebih
jauh.
Tampak Kim To Ong San telah berdiri dari duduknya dan
sedang ber-kata2 : ”Kalian rupanya menepati janji juga
berkunjung menemui aku...!" suaranya nyaring dan keras
sekali, diapun telah menyambut kedatangan orang2 itu, yang
jumlahnya mungkin mencapai dua puluh orang, dengan
merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat.
Tetapi kedua puluh orang itu telah memandang dengan
sikap yang dingin, mereka berdiam diri saja tidak membalas
hormat Kim To Ong San sedikitpun juga.
Salah seorang, yang berpakaian sebagai tojin, telah maju
menghampiri lebih dekat Kim To Ong San, dia telah bilang:
”Apakah kita akan menentukannya disini......?"
”Jangan," kata Kim To Ong San cepat. ”Justru aku yang
rendah ingin menjamu kalian. Nanti baru kita menyelesaikan
urusan dua tahun yang lalu itu......!"
Dan setelah berkata begitu, Kim To Ong San telah
melambaikan tangannya memanggil seorang pelayan, yang
cepat sekali menghampirinya.
”Sudah siapkah barang santapan yang kupesan ?" tanya
Kim To Ong San kemudian.
”Sudah Loya......!" menyahuti pelayan itu. ”Dan semuanya
masih hangat.....!"
”Bagus ! Siapkan untuk tuan2 ini....!" kemudian Kim To
Ong San telah menoleh kepada orang2 yang rupanya menjadi
Koleksi kang zusi.com 218
lawannya itu, katanya, ”Mari, silahkan tuan2 bersantap
dulu...kali ini aku Kim To Ong San yang akan menjadi tuan
rumah...!"
Segera dia mempersilahkan para orang2 gagah itu untuk
duduk dibeberapa meja yang telah disiapkan lengkap dengan
ber-macam2 barang santapan.
Tetapi orang yang berpakaian sebagai tojin itu telah berkata
dengan suara yang dingin : ”Kedatangan kami bukan untuk
makan, kami ingin menyelesaikan persoalan kita seperti yang
telah kita janjikan...! Jika memang engkau tidak mau
melakukan penentuannya disebuah tempat yang lapang dan
terpisah dari keramaian, biarlah kita mengambil tempat disini
saja...!" lalu tojin tersebut menoleh kepada si pelayan yang
tengah menantikan tamu2nya itu mengambil tempat duduk. Dia
telah merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah goanpo yang
dilemparkan kepada pelayan itu, katanya : ”Ambillah untukmu
dan singkirkan meja2 itu, buatlah sebuah papan pengumuman
bahwa hari ini tidak menerima tamu...!"
Melihat tojin itu sulit diajak bicara, Kim To Ong San telah
tertawa, sabar sekali sikapnya.
”Baiklah ! Rupanya tuan2 sudah tidak sabar lagi ! Silahkan
para cuwie menentukan caranya, bagaimana kita ingin
mengadu kepandaian ?"
”Terserah kepadamu saja ! Kami hanya menurutkan !"
menyahuti Tojin itu dengan suara yang lebih dingin, dan agak
bengis.
”Tetapi kalian datang dalam jumlah yang sangat banyak,
sedangkan aku hanya seorang diri...terlebih lagi sekarang aku
sebagai tuan rumah...maka silahkan tuan2 yang lebih dulu
mengajukan cara2 yang baik untuk kita mengadu kepandaian
!!"

Koleksi kang zusi.com 219


Si Tojin tampaknya mendongkol mendengar perkataan Kim
To Ong San, dia telah berkata dengan suara yang tawar :
”Walaupun aku Cin An Cinjin datang dengan sahabat2 yang
cukup banyak, tetapi tentu aku tidak akan serendah itu main
keroyokan dan berbuat pengecut...mereka datang hanya untuk
menyaksikan, untuk menjadi saksi, siapa diantara kita nanti
yang jauh lebih unggul ! Dua tahun lalu, dua orang saudara
seperguruanku terbinasa ditanganmu, menurutku karena
ilmunya tidak tinggi dan itu maka sekarang justru aku ingin
melihatnya, apakah dengan memiliki kepandaian seperti
sekarang ini aku bisa merubuhkan dirimu..."
Waktu ber-kata2 begitu Cin An Cinjin memperlihatkan
sikap yang temberang sekali, dia telah berkata dengan angkuh
sekali.
Dalam sekejap mata dia telah memancarkan sikap
bermusuhan ber-siap2 untuk mulai melakukan pertempuran.
Kawan2 tojin itu telah menyingkir kesamping, mereka berdiam
diri dengan sikap yang dingin dan mata mereka memandang
kearah Kim To Ong San dengan sikap bermusuhan.
Tetapi Kim To Ong San tetap tenang, sama sekali dia tidak
merasa takut atau gentar melihat sikap mereka. Dia telah
merangkapkan kedua tangannya dan menjura memberi hormat.
”Silahkan...!" katanya dengan suara yang perlahan.
”Silahkan...aku bersedia menantikan ajaran darimu...!" dan
selesai berkata, tampak Kim To Ong San merentangkan
tangannya untuk menerima serangan.
”Sreenggg..!" Cin An Cinjin telah mencabut senjatanya,
sebatang pedang, dia telah mengibaskannya dan ber-siap2
untuk melancarkan serangan. Kemudian imam ini mengawasi
kearah Kim To Ong San dengan tatapan yang tajam sambil
katanya: "Jika aku yang melancarkan serangan kepadamu yang

Koleksi kang zusi.com 220


tidak bersenjata, itulah bukan perbuatan yang gagah, cabutlah
Golok Emasmu....!"
Kim To Ong San memang memiliki senjata yang terbuat
dari emas dalam bentuk sebatang golok, itulah sebabnya dia
digelari sebagai Kim To Ong San. Mendengar perkataan
lawannya, dia tertawa mengejek lalu katanya dengan suara
yang datar : "Engkau yang meminta aku mempergunakan
senjata, baiklah! Nah silahkan kau membuka serangan !" dan
sambil berkata begitu, Kim To Ong San telah mencabut golok
emasnya, sebuah golok yang pendek dan terbuat dari emas
dicampur bahan campuran lainnya, berkilauan cemerlang
sekali.
Disaat itu Cin An Cinjin mengeluarkan bentakan : ”Jaga
serangan ....!" pedangnya telah berkelebat dengan cepat sekali,
dia telah melancarkan serangan2 yang sangat cepat dan gesit,
pedangnya itu seperti juga seekor naga yang ber-kelebat2
dengan gerakan yang indah sekali, setiap gerakannya itu sangat
berbahaya, karena justeru mata pedang telah mengincar
bagian2 yang berbahaya ditubuh Kim To Ong San, seperti
leher, mata dan perut.
Tetapi Kim To Ong San berusaha untuk mengelakkan diri
dari serangan lawannya, dia hanya mengawasi saja betapa
pedang lawan menyambar datang dengan mata pedang bergetar
disaat serangan hampir sampai. Kim To Ong San dengan gesit
sekali menggerakkan golok emasnya, dia telah menangkisnya
dengan keras, sehingga terdengar suara "Tranggggg..!" yang
nyaring sekali ! Pedang si tojin telah berhasil disampoknya
dengan kuat, sampai pedang itu miring ke samping.
@-dewikz~Hendra-@

Koleksi kang zusi.com 221


Jilid 7
NAMUN Cin An Cinjin juga memiliki kepandaian yang
tinggi, dia memang telah menduga sebelumnya bahwa
serangan pedangnya itu akan dipunahkan, maka begitu
pedangnya dibentur oleh golok emas lawannya, dia telah
mengeluarkan seruan sambil menurunkan pedangnya kebawah,
kemudian menyontek keatas, menghentakkannya untuk
menabas dada lawannya.
Gerakan seperti itu tentu saja merupakan gerakan yang
sangat berbahaya, jika sampai mengenai sasaran yang tepat,
niscaya akan menyebabkan dada lawannya itu terobek oleh
kibasan mata pedang.
Tetapi Kim To Ong San benar2 memiliki kegesitan yang
luar biasa, walaupun mata pedang lawannya menyambar
dengan cepat sekali, tetapi dia bisa mengelakkan serangan itu
dengan mudah, dia memiringkan tubuhnya ke kanan, kemudian
golok mustikanya yang terbuat dari emas itu telah menabas
kearah pinggang Cin An Cinjin.
Cin An Cinjin menjadi terkejut, dia menjejakkan tubuhnya
berjumpalitan dua kali di-tengah udara, tetapi waktu tubuhnya
meluncur turun, dia telah merasakan sambaran golok lagi.
Hal itu disebabkan Kim To Ong San telah melancarkan
serangan sekaligus tiga serangan yang beruntun, sehingga ber-
turut2 pula Cin An Cinjin harus mengelakkan diri dengan
berlompatan menjauhi diri dari serangan2 golok mustika
tersebut.
Sinar kuning dari golok emas Kim To Ong San terus ber-
kelebat2 mengincar bagian2 tubuh Cin An Cinjin yang
mematikan.
Namun Cin An Cinjin telah berhasil berkelit terus dan
kemudian dalam suatu kesempatan, waktu Kim To Ong San

Koleksi kang zusi.com 222


menarik pulang senjatanya untuk dipergunakan menyerang
pula, disaat itulah Cin An Cinjin membarengi dengan
serangannya yang telah disaluri tenaga lwekangnya, karena dia
menginginkan lawannya ini mundur untuk memberikan
kesempatan padanya memperbaiki posisi dirinya.
Kim To Ong San juga tidak mau terlalu mendesak
lawannya yang memperlihatkan kenekadan seperti itu, sambil
mengeluarkan suara 'Hemmm !’ dia melompat kebelakang,
untuk ber-siap2 menantikan serangan berikut lawannya,
mulutnya juga telah bertanya sambil diiringi tertawa :
"Bagaimana kepandaianku ? Apakah cukup untuk menindih
kepandaianmu?"
Ditegur begitu, bukan main gusarnya Cin An Cinjin, dia
telah membentak, "Hemmm, coba engkau rasakan pedang ini
!" dan si imam telah memutar pedangnya itu dengan gerakan
yang sangat cepat sekali seperti titiran, lalu dengan
mengeluarkan erangan pedangnya telah melakukan tusukan2
yang beruntun beberapa kali.
Kim To Ong San juga telah melihat bahaya yang
mengancam dirinya, karena dalam beberapa jurus ini dia
mengetahui bahwa kepandaian Cin An Cinjin memang cukup
tinggi, hanya berbeda satu tingkat dibawah kepandaiannya.
Cuma saja karena Cin An Cinjin menyerang dirinya dengan
kalap dan nekad, sehingga untuk sementara waktu Kim To Ong
San tidak bisa menundukkan lawannya dengan kekerasan,
karena jika dipaksakan dia terlalu mendesak Cin An Cinjin ada
kemungkinan mereka bisa celaka bersama.
Hal itulah yang menyebabkan Kim To Ong San tidak mau
berlaku nekad seperti lawannya, untuk mengelakkan serangan
lawannya yang datang beruntun, tampak Kim To Ong San
hanya main kelit saja, dan goloknya sekali2 dipergunakan
untuk menangkis.

Koleksi kang zusi.com 223


Dalam sekejap mata saja Cin An Cinjin telah melancarkan
serangan sampai belasan jurus, tetapi disebabkan kepandaian
lawannya masih berada satu tingkat diatas kepandaiannya
sendiri, maka dia tidak berhasil mendesak lawannya. Malah
sedikit demi sedikit dirinya telah jatuh dibawah angin.
Sin Kun Bu Tek dan Sin Han yang menyaksikan jalan
pertempuran itu, telah melihat bahwa kedua orang itu memang
memiliki kepandaian sangat hebat. Tetapi berbeda dengan Sin
Han, Sin Kun Bu Tek telah bisa membedakan bahwa Cin An
Cinjin justru masih kalah setingkat jika dibandingkan dengan
lawannya dan serangan2 yang bernapsu mendesak terus
menerus diri lawannya, bisa meruntuhkan Cin An Cinjin
sendiri, sebab Kim To Ong San menghadapinya dengan tenang
dan tengah mencari bagian2 kelemahan dari lawan ini.
Diantara berkesiuran angin serangan yang menyambar
datang itu, tampak Kim To Ong San mulai berobah cara
bertempurnya. Dia sudah tidak terlalu memperhatikan
datangnya serangan2 pedang lawannya. Dia berdiri dengan
sepasang kaki yang tegak mengerahkan golok kekiri dan
kekanan untuk melindungi tubuhnya. Pada suatu kesempatan,
tampak Kim To Ong San mengerahkan lengan kirinya sambil
membentak : "Rubuh kau ...!" gempuran itu membuat tubuh
Cin An Cinjin terhuyung keras, karena Kim To Ong San
mengibas dengan mempergunakan lwekang (tenaga dalam)
yang dahsyat sekali.
Melihat keadaan Cin An Cinjin, Sin Kun Bu Tek menghela
napas.
”Tojin ini mengalami nasib seperti aku ...dia bertempur
dengan kalap, coba dia mau berlaku tenang sedikit, tentu dia
bisa menghadapi Kim To Ong San jauh lebih baik..!" kata si
pengemis dengan suara yang perlahan.

Koleksi kang zusi.com 224


”Tetapi suhu....beberapa kali tojin itu kena terserang dan
terdesak oleh Kim To Ong San, tampaknya kepandaian si tojin
memang masih berada dibawah kepandaian lawannya !"
”Memang benar apa yang kau katakan itu.....” kata Sin Kun
Bu Tek. ”Tetapi jika saja tojin itu mau berlaku tenang, belum
tentu dia dapat dirubuhkan Kim To Ong San dalam waktu yang
singkat, karena dia berlaku kalap dan melupakan ketenangan
dirinya, dengan sendirinya dia jadi terserang begitu hebat......!"
Melihat keadaan pertempuran seperti itu, kesembilan belas
orang kawan dari Cin An Cinjin memperlihatkan kekuatiran
dan gusar. Mereka kuatir kalau2 imam itu kena dicelakakan
Kim To Ong San, karena mereka bertempur dengan
mempergunakan senjata tajam. Gusar karena mereka yakin,
bahwa Kim To Ong San akan memperoleh kemenangan dan
sebagai sahabat2 dari Cin An Cinjin, mereka tentu saja marah
melihat sang kawan terdesak begitu. Kalau mereka tidak
teringat akan pesan Cin An Cinjin agar mereka tidak
membantu dirinya waktu dia bertempur dengan Kim To Ong
San, tentu mereka sudah maju membantu.
Kenyataan seperti ini telah membuat kesembilan belas
orang sahabat dari tojin itu mau atau tidak, mereka harus
mematuhi pesan tersebut, karena jika mereka itu menerjang
maju untuk mengepung Kim To Ong San, tentu akan
menyinggung perasaan kawannya itu.
Cin An Cinjin sendiri telah mengetahui, bahwa kepandaian
lawannya memang berada diatas kepandaiannya, tetapi karena
telah diliputi oleh hawa amarah, dia sudah tidak
memperdulikan lagi keselamatan dirinya, dia menyerang
lawannya dengan nekad sekali, setiap kali pedangnya itu
bergerak, maka dia melancarkan serangan2 yang mematikan.
Kim To Ong San juga menyadari bahwa lawannya itu
sangat penasaran, maka berulang kali dia tertawa dingin, hal itu

Koleksi kang zusi.com 225


untuk memancing kegusaran lawannya agar lawan itu
bertambah kalap, sehingga nanti mudah dia merubuhkannya.
Sin Han melihat betapa pedang dan golok telah ber-
kelebat2 dengan cepat sekali memperlihatkan bahwa
kepandaian kedua orang yang tengah bertempur itu telah
mencapai tingkat yang sangat tinggi sekali.
Kim To Ong San saat itu telah berkata dengan suara yang
nyaring: ”Kukira telah cukup kali ini kita main2....!” dan
membarengi dengan perkataan itu, tampak golok emas yang
telah menyambar datang dengan cepat sekali kearah batang
leher lawannya, Cin An Cinjin jadi mengeluarkan seruan
tertahan, dia telah mengibaskan pedangnya untuk menangkis
dan cepat2 mundur kebelakang beberapa tindak.
Justru gerakan seperti itulah yang diharapkan oleh
lawannya, Kim To Ong San telah menyalurkan tenaga
lwekangnya dikedua tangannya kemudian dia mendorongnya
sehingga tubuh Cin An Cinjin seperti tergempur oleh suatu
kekuatan yang sangat dahsyat, dengan mengeluarkan suara
”Bukkkk !" tubuh Cin An Cinjin telah terlempar sejauh
beberapa tombak.
Gerakan Kim To Ong San bukan hanya sampai disitu saja,
karena tangan kanannya telah meluncur untuk merampas
pedang si imam.
Pergelangan tangan Cin An Cinjin telah kena ditotoknya,
sehingga pedangnya terlepas dari cekalannya, dan waktu
pedang itu meluncur turun akan jatuh, dengan cepat sekali Kim
To Ong San mengulurkan tangannya meraih pedang itu. Dalam
sekejap mata, pedang si imam telah pindah tangan.
”Nah, sekarang kita telah mengetahui bahwa kepandaian
kita berimbang... apakah engkau ingin meneruskan
pertandingan ini ?" tanya Kim To Ong San sambil
mengembalikan pedang lawannya.

Koleksi kang zusi.com 226


Ditanya begitu, tentu saja Cin An Cinjin menjadi semakin
marah, setelah mengambil pedangnya dari tangan lawannya,
dengan nekad dia kembali melancarkan tikaman2 ke tubuh
Kim To Ong San, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya
lagi.
Kim To Ong San tentu saja tidak mau mengadu jiwa untuk
mati ber-sama2 dengan lawannya. Dia beberapa kali berkelit
dan kembali ingin merampas pedang Cin An Cinjin. Pedang itu
tadi dikembalikannya dengan maksud si imam menyudahi
permusuhan mereka, tetapi siapa duga imam itu justru
melancarkan serangan2nya lagi.
Waktu pedang Cin An Cinjin menyambar cepat, maka Kim
To Ong San telah berkelit, dan sambil berkelit dia lalu menotok
iga lawannya dengan gerakan "Bangau Keluar Goa", maka
seketika itu juga Cin An Cinjin telah terkulai rubuh ditanah.
Dalam keadaan seperti ini, Cin An Cinjin telah beberapa
kali berusaha untuk menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya
guna membuka totokannya, tetapi tidak berhasil.
Kim To Ong San mengambil pedang lawannya yang
kemudian diserahkan kembali kepada tojin itu.
”Kuharap engkau mau mengerti, bahwa permusuhan
diantara kita tidak perlu dilanjutkan terus...!"
Tetapi Cin An Cinjin mendelikkan matanya lebar2 dengan
sikap yang bermusuhan, dia telah berkata dengan dingin :
”Walaupun harus binasa, aku tetap akan mengadu jiwa
denganmu ! Mengapa engkau berlaku licik dan hina seperti ini
? Mengapa engkau main totok ? Cepat buka totokanmu ini...
mari kita bertempur lagi !"
Dan setelah berkata begitu, tampak Cin An Cinjin meludah,
dia begitu benci sekali kepada Kim To Ong San.

Koleksi kang zusi.com 227


Tetapi Kim To Ong San sabar bukan main, dia baru saja
ingin berkata, atau dari rombongan kawan Cin An Cinjin telah
melompat menghampiri seorang hweeshio berusia diantara
empat puluh tahun, mukanya lebar dan hidungnya besar, dia
telah memperdengarkan suara bentakan yang nyaring, ”Kim To
Ong San, engkau ternyata memang memiliki kepandaian yang
tinggi, Cin An Tosu ternyata telah berhasil kaurubuhkan !
Biarlah kali ini aku Bong Siu Siansu ingin coba2 untuk belajar
denganmu !"
Dan setelah berkata begitu, tampak si Hweeshio telah ber-
siap2 untuk melancarkan serangan. Sikapnya itu
memperlihatkan bahwa dia seorang akhli lwekang yaitu akhli
tenaga dalam, karena dia berusaha untuk dapat menyalurkan
kekuatan tenaga dalamnya itu di kedua telapak tangannya, lalu
kulit telapak tangannya telah berobah merah seperti darah.
Dalam keadaan seperti ini, Kim To Ong San terpaksa
menghadapi si hweshio yang tampaknya begitu garang, dia
telah berkata : ”Hemmm, memang sudah kuduga bahwa kalian
datang bersama tojin itu karena ingin main keroyok ...!"
Tampak Kim To Ong San telah melemparkan pedangnya si
tojin ke tanah, kemudian katanya dengan suara yang tawar:
"Nah, ber-siap2 untuk kita coba2 mengukur kepandaian."
Si Hweshio tidak mempergunakan senjata tajam, dia telah
menghadapi Kim To Ong San dengan mempergunakan tangan
kosong saja. Waktu ditantang begitu oleh Kim To Ong San,
justru si hweshio telah mengibaskan lengan jubahnya yang
kanan sambil melompat maju, tahu2 tangan kirinya telah
diulurkan untuk mencengkeram dengan keras sekali.
Setiap gerakan yang dilakukan si hweshio, angin yang
mendesir sangat kuat sekali, sehingga Kim To Ong San jadi
terhuyung mundur beberapa langkah dan telah memusnahkan

Koleksi kang zusi.com 228


kekuatan lwekangnya, karena dia bermaksud akan melawan
keras dengan keras.
”Bukkk ... !” terdengar suara benturan yang sangat kuat
sekali, benturan itu telah menyebabkan tubuh mereka
terhuyung mundur kebelakang.
Tetapi si Hweshio yang mengakui dirinya bergelar Bong
Siu Siansu, telah menerjang lagi sambil melancarkan serangan
yang ber-tubi2.
Dalam beberapa saat saja, dia telah melancarkan serangan
sampai belasan jurus.
Nama Kim To Ong San benar2 gagah, lawannya dia
diserang dengan serangan2nya yang begitu kuat, kenyataannya
dia dapat menghadapinya dengan baik.
Diantara berkesiuran angin serangan yang ber-tubi2 seperti
itu, tampak golok emas dari Kim To Ong San telah ber-
kelebat2 dengan gerakan yang dahsyat sekali, menyambar
bagian atas, tengah dan bawah tubuh dari lawannya.
Dan atas hasil serangan tersebut, menyebabkan Bong Siu
Siansu harus mengurangi desakannya, dia harus mundur
beberapa kali, karena serangan itu mengancam keselamatan
jiwanya.
Kim To Ong San sendiri saat itu telah terkejut bukan main
sebab dia telah melihat bahwa kepandaian Bong Siu Siansu
justru hampir setingkat dengan kepandaian dirinya. Dengan
sendirinya, hal itu telah membuat dia jadi berpikir keras untuk
mencari kelemahan dari lawannya, dia bermaksud akan
menyelesaikan pertempuran itu secepat mungkin.
Dengan mempergunakan gerakan "Kim To Siang Niauw"
atau "Sepasang Burung Bergolok Emas”, goloknya itu ber-
kelebat2 di atas kepala lawannya yang gundul itu, karena

Koleksi kang zusi.com 229


seperti juga golok itu benar2 telah berobah menjadi seekor
burung, yang mengancam batok kepala lawannya.
Angin dari serangan yang muncul dari golok Kim To Ong
San memaksa si hweshio sementara waktu harus
mengundurkan diri dari jarak yang semula, untuk mencari
kesempatan membalas serangan2 lawannya.
Tetapi Kim To Ong San sudah tidak mau mem-buang2
waktu lagi, goloknya ber-kelebat2 dengan hebat, dan juga
tenaga serangan itu sekalian mengincer jalan darah ’Mie-hong-
hiat' dan 'Pan-cie-hiat' dari lawannya, yang masing2 terletak
dibahu dan dilengan si hweshio.
Bong Siu Siansu jadi gusar bukan main, tahu2 kedua
telapak tangannya itu dimajukan kedepan, dia berusaha
menangkap golok lawannya dengan jepitan jari tangan kanan,
sedangkan tangan kirinya dipergunakan untuk menggempur
dada lawannya.
Dalam keadaan demikian, tentu saja Kim To Ong San tidak
bisa main2 menghadapi serangan lawannya, berulang kali dia
telah menarik goloknya agar keluar dari jepitan tangan
lawannya, disamping itu, gempuran tangan kiri lawan
didadanya dihadapi dengan kekuatan lwekang yang telah
disalurkan didadanya itu, sehingga waktu tangan Bong Siu
Siansu mengenai dada lawannya, dia merasakan betapa
tangannya seperti menghantam dada yang keras seperti baja.
Keruan saja Bong Siu Siansu jadi mengeluarkan suara
seruan kaget dan cepat2 menarik kembali tangan kirinya.
Tetapi waktu itu Kim To Ong San juga tidak berdiam saja, dia
telah mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tangan kirinya
membalas kepada Bong Siu Siansu.
Karena gerakan ini merupakan gerakan yang mengancam
keselamatan si hweshio, maka hweshio itu harus melepaskan
jari tangannya pada golok Kim To Ong San.

Koleksi kang zusi.com 230


Begitu goloknya terlepas dari jepitan tangan lawannya,
dengan cepat sekali Kim To Ong San telah membalas
menyerang dengan goloknya sampai menimbulkan cahaya
emas yang berkilauan.
"Ihhh !" Bong Siu Siansu berseru tertahan, dia telah
bergerak cepat mengelakkan samberan golok itu, dan waktu dia
terlolos dari bahaya itu, luar biasa Bong Siu Siansu telah
melancarkan pukulan dengan salah satu jurus ”Pek Lui Ciang"
atau Pukulan Tangan Geledek.
Pek Lui Ciang itu merupakan ilmu yang mirip dengan Pek
Kong Ciang, tetapi bedanya jika Pukulan Geledek itu justru
bisa menghancurkan besi dan batu, jadi jauh lebih kuat dan
ampuh.
Tetapi dalam keadaan demikian, Kim To Ong San berlaku
sebat sekali, dia memutar golok emasnya yang telah berhasil
mengangkat namanya menjulang keatas dalam dunia Kang-
ouw.
Kedelapan belas kawan Cin An Cinjin yang lainnya
rupanya jadi penasaran sekali melihat sebegitu jauh Bong Siu
Siansu masih belum juga bisa merobohkan lawannya. Maka
sambil mengeluarkan suara bentakan keras, beberapa orang
diantara mereka telah menerjang maju.
”Kepung saja !" teriak salah seorang di antara mereka
dengan suara yang nyaring.
”Ya, binasakan saja !"
”Kim To Ong San harus dibinasakan, dia terlalu berbahaya
untuk dibiarkan hidup terus!" dan beberapa orang itu sambil
berteriak begitu, telah mengeluarkan senjata mereka masing2,
ada yang mengeluarkan pedang, ada yang memakai golok dan
lain sebagainya. Dengan serentak mereka telah menyerbu
mengepung Kim To Ong San.

Koleksi kang zusi.com 231


Serangan2 yang mereka pancarkan juga sangat kuat sekali,
karena rata2 ilmu silat itu hanya berada satu tingkat dibawah
kepandaian Cin An Cinjin, maka dalam sekejap mata Kim To
Ong San telah terdesak hebat.
”Rupanya mereka memang jago2 yang memiliki
kepandaian cukup tinggi !" berpikir Kim To Ong San didalam
hatinya dengan perasaan terkejut juga melihat cara menyerang
lawannya yang selalu menuju ke bagian2 yang berbahaya
ditubuhnya.
Kim To Ong San saat itu telah berpikir juga: ”Jika aku
bertempur terus menerus demikian, tentu akhirnya aku akan
kehabisan tenaga, dan nanti dengan mudah dapat dirubuhkan
mereka..... Lebih baik aku mengambil jalan cepat saja
merubuhkan mereka karena masih banyak kawan2nya yang
belum ikut menyerang...!"
Karena berpikir begitu, Kim To Ong San telah merobah
cara bertempurnya, goloknya itu telah diputarnya dalam
gerakan delapan penjuru.
Itulah salah satu jurus dari ilmu Pat Kwa To (Ilmu Golok
Delapan Penjuru) yang merupakan ilmu andalannya yang
sangat dibanggakannya. Ilmu ini tidak akan dipergunakannya
jika memang dia tidak sedang menghadapi lawan yang berat.
"Sreenggg... tranggg tranggg...!" beberapa kali terdengar
suara benturan golok itu dengan pedang2 dan golok lawannya,
sehingga menimbulkan suara yang nyaring menyakitkan anak
telinga.
Sin Han dan Sin Kun Bu Tek yang berdiri menyaksikan
dari pinggiran, jadi merasa kuatir akan keselamatan Kim To
Ong San, karena mereka melihat lawan2 Kim To Ong San
memiliki kepandaian yang rata2 cukup tinggi.

Koleksi kang zusi.com 232


Dengan jurus2 Pat Kwa To itu Kim To Ong San berhasil
mendesak lawan-lawannya beberapa kali harus melompat
mundur mengelakkan diri dari samberan goloknya yang
menyambar dari delapan penjuru. Semakin lama lawan2 Kim
To Ong San merasa semakin sulit untuk bergerak, karena golok
Kim To Ong San seperti bayangan saja selalu mengurung
ruang gerak lawan2nya dari delapan penjuru.

"Tranggg... aduhhh !” terdengar suara benturan senjata


tajam itu yang disusul jeritan kesakitan dari salah seorang
lawan Kim To Ong San, yang tubuhnya ter-huyung2
kebelakang dan kemudian rubuh kejengkang.
Sedangkan kawan2 Cin An Cinjin yang lainnya jadi
terkejut, mereka mengeluarkan seruan kaget bercampur marah,

Koleksi kang zusi.com 233


kemudian mereka mengepung lebih rapat lagi diri Kim To Ong
San.
Bong Siu Siansu sendiri telah menggerakkan telapak
tangannya untuk mengincar tulang piepe (tulang selangka) dari
lawannya yang dihajar dengan pukulan yang dahsyat.
Bersamaan dengan itu, dua orang lawan Kim To Ong San yang
lainnya juga telah menyerang serentak dengan mempergunakan
senjata mereka, yang seorang menikam dan yang seorang lagi
menabas kaki Kim To Ong San.
Serangan2 itu menimbulkan angin yang berkesiuran keras
sekali menuju ke diri Kim To Ong San.
Kim To Ong San juga menyadari bahwa dia tidak boleh
main2 dalam hal ini, karena sedikit saja dia bergerak lambat,
maka akan menyebabkan dia terbinasa atau terluka berat
ditangan lawan2nya.
Waktu Kim To Ong San tengah berpikir keras untuk
merubuhkan lawan2nya itu, justru disaat itu Cin An Cinjin
telah terbebas dari totokan tadi, karena ada seorang sahabatnya
yang berpakaian pelajar telah membuka totokan itu.
Kemudian Cin An Cinjin ber-sama2 dengan sisa
kawan2nya yang tadi hanya berdiri menonton saja, telah
menerjunkan diri untuk ikut mengeroyok Kim To Ong San.
Jurus demi jurus telah dilewati mereka tetapi keadaan Kim
To Ong San benar-benar telah terdesak sekali, dan dia jadi
sibuk sekali mengelakkan diri dari setiap serangan2 yang
dilancarkan lawannya, yang jumlahnya sangat banyak itu.
Sin Han yang menyaksikan pertempuran itu jadi tambah
kuatir saja.
Sedangkan Sin Kun Bu Tek lebih terkejut lagi, karena
sebagai seorang akhli ilmu silat yang tinggi, tentu saja dia bisa

Koleksi kang zusi.com 234


melihatnya, mungkin dalam belasan jurus lagi Kim To Ong
San akan segera rubuh ditangan lawannya.
Disaat itulah Sin Kun Bu Tek telah mengambil keputusan
yang cepat, dia telah mengeluarkan suara seruan sambil
melompat ke tengah gelanggang.
”Kim To Ong San, jangan kuatir, aku akan membantumu
menghadapi manusia2 rendah itu!" dan sambil berteriak begitu,
Sin Kun Bu Tek juga telah menggerakkan kedua tangannya
dengan cepat.
Dia bergelar sebagai Sin Kun Bu Tek, dengan sendirinya
kepalan tangannya itu memiliki tenaga lwekang yang sangat
dahsyat, sehingga untuk sementara waktu dia berhasil
mendesak lawan2nya harus melompat menyingkir untuk
mengelakkan diri.
”Sin Kun Bu Tek !” bentak Cin An Cinjin waktu mengenali
si pengemis. "Engkau demikian usil, heh? Hemmm,
sesungguhnya kami memiliki urusan pribadi dengan Kim To
Ong San tetapi engkau sebagai orang luar ternyata ingin ikut
mencampuri urusan ini !!"
Mendengar bentakan itu, Sin Kun Bu Tek menyahuti
sambil terus melancarkan serangan2 kepada salah seorang
lawannya yang berada disamping kanannya : "Cin An Cinjin,
rupanya engkau manusia rendah yang tidak tahu malu. Tadi
engkau mengatakan sahabat2mu ini hanya ingin menyaksikan
engkau bertempur mengadu kepandaian dengan Kim To Ong
San, tetapi sekarang kenyataan? Hemm, justru engkau telah
berusaha untuk mengeroyok Kim To Ong San !"
Muka Cin An Cinjin jadi berobah menjadi merah padam,
dia telah mengeluarkan suara bentakan sambil menikam
pedangnya ke diri Sin Kun Bu Tek.

Koleksi kang zusi.com 235


”Pengemis busuk, engkau ingin mencobai tajamnya
pedangku, bukan? Terimalah !" dan sambil membentak begitu,
mata pedangnya mengincar tenggorokan Sin Kun Bu Tek.
Si pengemis bertangan kosong, tidak mungkin dia
menyambuti serangan hebat seperti itu.
Dengan memiringkan tubuhnya kesamping dia
mengelakkan serangan itu. Kemudian dari samping dia
melakukan pukulan dengan kepalan tangan kanannya kearah
lambung lawannya.
Tojin itu jadi terkesiap hatinya, tetapi dia tidak menjadi
gugup, dengan cepat dia telah mengelakkan diri dari gempuran
lawannya dan mempergunakan pedangnya untuk memapas
sehingga terpaksa si pengemis telah menarik pulang kepalan
tangannya untuk melompat mundur.
Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak berdiam diri, sambil
melompat mundur, dia telah mempergunakan kesempatan
tersebut untuk menyerang kepada lawannya yang ada
disamping kirinya, gerakannya begitu cepat dan tidak terduga,
sehingga kepalan tangannya singgah tepat sekali dibahu
lawannya.
”Bukkkk !" suara itu terdengar sangat keras sekali, dan
tubuh lawannya itu telah terguling rubuh.
Sin Kun Bu Tek telah memperdengarkan suara tertawa ber-
gelak, kemudian berkata : ”Hahaha, memang kalian merupakan
manusia2 rendah......terimalah serangan2ku ini !" dan Sin Kun
Bu Tek kembali telah melancarkan serangan2 berantai pula
dengan kepalan tangannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek kali ini jauh
lebih hebat dibandingkan dengan serangan2 sebelumnya.
Dalam sekejap mata saja, serangan2 itu telah menyebar dengan
dahsyat sekali menuju ke bagian2 yang mematikan ditubuh

Koleksi kang zusi.com 236


lawannya, karena Sin Kun Bu Tek memang kali ini ber-
sungguh2 untuk dapat membinasakan lawan2nya itu.
Sedangkan Kim To Ong San waktu melihat memperoleh
bantuan seorang gagah seperti Sin Kun Bu Tek, jadi terbangun
kembali semangatnya, dia mengeluarkan suara tertawa keras,
disusul dengan ucapan : ”Terima kasih saudara Lo Ping Kang,
engkau datang tepat waktunya! Mari kita ber-sama2 membasmi
manusia2 rendah ini !"
Kemudian dengan gagah sekali tampak Kim To Ong San
melancarkan serangan2 beruntun dengan mempergunakan
golok emasnya yang diputarnya dengan cepat dan bertenaga
sekali. Dan dari golok emasnya itu telah keluar angin yang
men-deru2 menerjang ke diri lawan2nya.
Dalam keadaan demikian lawan2 Kim To Ong San tidak
berani terlalu mendesak karena mereka takut kesambar golok
pusaka lawannya yang tampaknya tajam sekali.
Sin Kun Bu Tek telah berteriak : "Kim To Ong San, kita
harus membinasakan mereka karena manusia2 seperti ini tidak
tahu malu, mari kita bekerja sama !" dan sambil berkata begitu,
Sin Kun Bu Tek berulang kali melancarkan pukulan2 saktinya,
membuat musuh2nya tambah terdesak saja.
Kim To Ong San juga sudah tidak ragu2 lagi untuk turun
tangan keras, dia telah mengerahkan golok emasnya dengan
gerakan2 yang sangat berbahaya sekali bagi musuh2nya.
Jurus2 simpanannya juga telah dikeluarkan dan
dipergunakannya, sehingga lawan2nya itu semakin terdesak
saja.
Cin An Cinjin dan kawan2nya semakin lama jadi semakin
penasaran, mereka telah mengerahkan seluruh kepandaian yang
dimilikinya untuk berusaha merubuhkan kedua lawannya itu.

Koleksi kang zusi.com 237


Sin Han yang berdiri disamping menyaksikan jalannya
pertempuran itu jadi tergoncang keras hatinya, karena dia
menyadari bahwa Sin Kun Bu Tek dan Kim To Ong San
terancam bahaya yang cukup besar.
Tetapi untuk membantu jelas Sin Han tidak bisa, karena dia
memang belum memiliki kepandaian apa2, hanya beberapa
jurus saja yang baru diperoleh dari suhunya.
Keadaan seperti ini membuat Sin Kun Bu Tek juga
menyadari, bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan ber-larut2,
karena jika dibiarkan berlangsung terus, tentu dia sendiri dan
Kim To Ong San yang akan mengalami bahaya.
Tampak Kim To Ong San pun telah menjadi marah, dengan
mengeluarkan suara raungan, dia mengerahkan goloknya
dengan cara menyilang, terdengarlah suara jeritan tiga
musuhnya yang terhuyung mundur, karena lengan mereka telah
terluka golok emas Kim To Ong San.
Sin Kun Bu Tek juga tidak mau ketinggalan, dengan cepat
sekali dia telah berhasil memukul jatuh empat orang lawannya
terguling keras akibat kena kepalan tangannya
Disaat Cin An Cinjin ingin melancarkan tikaman dengan
pedangnya lagi, tampak Sin Kun Bu Tek mengulurkan kepalan
tangannya dengan berani, sehingga membuat Cin An Cinjin
jadi kegirangan karena hal itu bisa menyebabkan tangan si
pengemis tua she Lo itu terluka atau terbabat putus.
Tetapi rupanya gerakan Sin Kun Bu Tek hanya merupakan
gerakan menggertak saja, karena dia telah menghentak
tangannya kesamping waktu mata pedang hampir berhasil
mengenai sasarannya.
Dan waktu pedang itu menyamber lewat diatas bahunya
sejauh tiga dim, dengan cepat kepalan tangannya telah
menghantam perlahan batok kepala Cin An Cinjin.

Koleksi kang zusi.com 238


Walaupun kepala Cin An Cinjin tidak sampai terhajar
hancur dan pecah, namun tubuhnya telah terpental keras dan
rubuh terjungkel dilantai.
Sin Kun Bu Tek tertawa sambil katanya, ”Sekarang
bagaimana ? Apakah kita akan meneruskan pertandingan ini ?"
Ditanya begitu, Cin An Cinjin gusar sekali, tetapi dia
menyadari bahwa kedua lawannya itu liehay sekali, maka tidak
mungkin dia berhasil merubuhkan mereka.
Segera dia melompat berdiri, kemudian katanya kepada
kawan2nya : ”Biarlah hari ini kita ampuni jiwa kedua manusia
busuk itu, nanti kita akan mencari mereka lagi... !" dan setelah
berkata begitu, Cin An Cinjin telah menoleh dan mendelik
kepada Sin Kun Bu Tek, lalu diiringi oleh kawan2nya mereka
berlalu.
Kim To Ong San tidak bermaksud mencegah kepergian
orang2 itu, karena dia juga mengerti percuma saja dia
menghadang mereka, karena tentu akan menyebabkan dirinya
terlibat dalam suatu pertempuran yang panjang kembali.
Disaat itu Sin Kun Bu Tek telah menghampiri Kim To Ong
San, dia telah menjura sambil katanya: ”Rupanya kita berjodoh
sehingga hari ini kita bertemu kembali.....! Tetapi aku telah
mengerti bahwa ganjalan diantara kita tidak perlu
diteruskan....!"
Kim To Ong San tertawa.
“Akupun berpikir begitu.....!" katanya.
“Dan memang sekarang inipun aku belum lagi menyatakan
terima kasihku atas bantuanmu, saudara Lo !"
Sin Kun Bu Tek jadi girang bukan main mendengar
perkataan Kim To Ong San, karena dengan demikian berarti
permusuhan diantara mereka telah habis.

Koleksi kang zusi.com 239


Sin Han telah menghampiri Kim To Ong San dan gurunya,
dia juga telah menjura memberi hormat kepada Kim To Ong
San tanpa diperintahkan gurunya lagi.
”Tecu memberi hormat kepada Locianpwe.....!" katanya
kemudian.
Kim To Ong San cepat2 memegang bahu Sin Han, dia
mencegah anak itu memberi hormat, katanya: ”Anak yang
bagus! Anak yang baik! Engkau tentunya murid si pengemis
tua she Lo itu, bukan ?”
”Benar !" Lo Ping Kang telah menyahuti mewakili
muridnya, dia meneruskan kata2nya sambil tertawa : "Sin Han
seorang murid yang baik, dia memiliki tulang dan bakat yang
bagus.”
”Ya, menurut penglihatanku juga begitu," kata Kim To Ong
San sambil mengangguk.
Sin Kun Bu Tek tertawa : "Jika memang anak ini memiliki
rejeki bagus, tentu dia akan menerima hadiah dari kau,
Siangkoan Hengtai (saudara Siangkoan).” Si pengemis
memanggil Kim To Ong San dengan sebuah Siangkoan
Hengtai, karena memang Kim To Ong San sebenarnya
bernama Siangkoan Lu.
”Licik sekali kau, pengemis tua she Lo !" kata Siangkoan
Lu sambil tertawa juga. "Engkau membantu aku, tetapi dibalik
bantuan itu justru engkau menghendaki sesuatu ....!"
”Tetapi bukan untuk diriku....kukatakan juga jika muridku
ini memiliki rejeki jelek, berarti dia tidak mendapat apa2..!”
”Jangan kuatir, pengemis tua Lo, aku nanti menghadiahkan
beberapa jurus kepada anak ini....! Siapa namamu ?" tanya Kim
To Ong San.
Sin Han menyebutkan namanya.

Koleksi kang zusi.com 240


”Cepat kau nyatakan terima kasihmu....!” kata Sin Kun Bu
Tek kepada muridnya.
Sin Han juga tahu bahwa dia akan menerima hadiah yang
tidak ternilai, karena dengan mendapat beberapa jurus dari
ilmu Kim To Ong San, dia bisa memiliki kepandaian
tambahan, disamping kepandaian yang akan diturunkan oleh
gurunya.
Maka dari itu Sin Han cepat2 menekuk lututnya, dia telah
memberi hormat kepada Kim To Ong San, sambil katanya :
”Terima kasih atas kebaikan dan hadiah locianpwe....!"
Kim To Ong San telah mengibaskan tangannya, dia
mengerahkan sedikit tenaga lwekangnya, sehingga tubuh Sin
Han terangkat oleh kibasan tangannya itu.
Sin Kun Bu Tek telah melambaikan tangannya memanggil
seorang pelayan, para pelayan itu tengah berkelompok
ketakutan, mereka menghampiri dengan sikap ragu2.
”Jangan takut, tidak terjadi urusan jiwa disini, bukan ?
Maka kalian tidak perlu takut.....! Siapkan sebuah meja untuk
kami bersantap, lengkap dengan sayur2 yang enak...!"
Pelayan itu menghampiri, dia mengerjakan dengan cepat
sekali semua pesanan Sin Kun Bu Tek.
Dalam waktu yang singkat pelayan itu telah
mempersiapkan sebuah meja lengkap dengan delapan macam
sayur, begitu juga araknya.
Sin Kun Bu Tek telah mengajak Kim To Ong San untuk
dijamu, dan Siangkoan Lu tampaknya senang sekali dengan
sikap yang akrab dari si pengemis, karena dengan demikian
permusuhan atau ganjalan hati mereka telah habis sampai
disitu.

Koleksi kang zusi.com 241


Sin Han hanya lebih banyak mendengar saja percakapan
kedua orang tingkatan tua itu, yang membicarakan banyak
sekali persoalan2 dunia persilatan.
Sin Kun Bu Tek juga menanyakan kepada Kim To Ong
San, apa sebabnya Kim To Ong San bisa bentrok dengan
rombongan Cin An Cinjin.
”Sebetulnya jika diceritakan sungguh menggelikan !"
katanya kemudian, sambil berkata begitu Kim To Ong San
telah meneguk dulu araknya, baru kemudian melanjutkan
kata2nya. "Dan peristiwa itu juga terjadi kebetulan sekali ! Cin
An Cinjin memiliki dua orang saudara seperguruan yang
memiliki kepandaian lumayan tingginya, hanya saja mereka
kurang begitu baik, mereka telah melakukan perdagangan
tanpa modal, yaitu melakukan perampokan2. Jika yang
dirampok itu hartawan2 kaya yang kikir, masih tidak menjadi
persoalan .... tetapi justru mereka tidak memandang bulu, siapa
saja yang sempat dirampok, tentu akan dirampok oleh mereka.
Maka dari itu, dalam keadaan demikian telah membuat aku
tidak senang mendengarnya. Suatu hari secara kebetulan sekali
justru aku telah memergoki mereka telah melakukan
perampokan sehingga aku terus melabrak mereka. Kedua orang
itu juga memberikan perlawanan. Sebetulnya aku hanya ingin
menghajar mereka sampai kapok saja, namun mereka
memberikan perlawanan yang gigih, sampai akhirnya aku salah
tangan membinasakannya.......! Itulah sebabnya Cin An Cinjin
telah mencari aku untuk menuntut balas. Dua tahun yang lalu
justru dia telah bertemu denganku dan kami bertempur. Tetapi
nyatanya dia berhasil kurubuhkan juga dia melarikan diri.
Hanya sebelum pergi, Cin An Cinjin telah menjanjikan aku
untuk bertemu lagi dua tahun kemudian untuk mengadu
kepandaian .... dan kami menjanjikannya justru dirumah makan
ini ! Apa yang terjadi selanjutnya telah kalian saksikan.”

Koleksi kang zusi.com 242


Mendengar sampai disitu, Sin Han telah memotong :
"Apakah selama dua tahun Cin An Cinjin memperoleh
kemajuan yang cukup banyak, Siangkoan Locianpwe...?"
Siangkoan Lu mengangguk, sebelum menyahuti dia
mengambil sepotong daging dengan sumpitnya, kemudian
sambil mengunyah perlahan dia telah berkata, ”Benar mungkin
selama dua tahun dia telah melatih diri dengan giat, karena tadi
sempat aku merasakan betapa kepandaiannya itu telah
memperoleh kemajuan yang sangat pesat sekali, sehingga
akupun bila harus bertempur lagi dengannya dua atau tiga
tahun mendatang, niscaya sulit merubuhkannya pula !"
”Tetapi saudara Siangkoan, kepandaianmu telah sempurna,
sulit mencari orang seliehay engkau! terus terang saja
kukatakan, bahwa aku menyerah kalah dan tidak berani untuk
bertempur lagi denganmu saudara Siangkoan,” Dan setelah
berkata begitu, Sin Kun Bu Tek telah tertawa lebar.
Kim To Ong San juga ikut tertawa, dia cepat2
mengeluarkan kata2 rendah.
Dalam persoalan ini, memang Sin Kun Bu Tek mengakui
kepandaian Kim To Ong San telah mengalami kemajuan yang
sangat banyak jika dibandingkan masa lalu. Jika dulu Kim To
Ong San telah berhasil merubuhkannya, maka sekarang lebih2
lagi Sin Kun Bu Tek tidak sanggup menghadapinya....
Setelah selesai bersantap, Sin Kun Bu Tek mengajak Kim
To Ong San ke kamarnya. Dan dikamarnya itu, diwaktu si
pengemis tidur, justru Sin Han memperoleh petunjuk2 dan
pengajaran dari Kim To Ong San yaitu ilmu silat tangan
kosong, yang memiliki perobahan2 jurus yang sangat aneh dan
hebat.
Sin Han melatih diri dengan giat, karena dia memang
bermaksud benar2 dapat menguasai ilmu silat yang diturunkan
kepadanya.

Koleksi kang zusi.com 243


Disaat itu, Sin Kun Bu Tek tidak melihat apa yang
diajarkan Kim To Ong San, maka dia telah tidur membalik
punggung menghadap ke dinding.
Sin Han melatih diri terus, sehingga cepat sekali dia dapat
menguasai jurus2 yang diterimanya, walaupun belum
mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan lawannya.
”Kukira telah cukup !” kata Kim To Ong San setelah
memberikan petunjuk2 lagi kepada anak itu, sehingga Sin Han
telah mengerti benar. "Asal engkau rajin2 melatih diri, tentu
jurus2 itu telah cukup untuk menghadapi jago2 tingkat tiga dan
empat !"
Sin Han cepat2 mengatakan terima kasihnya.
Kim To Ong San melompat naik kepembaringan yang
satunya dia rebah untuk tidur.
Sedangkan Sin Han meneruskan latihannya dengan giat,
karena dia ingin melatih terus sampai dapat menguasai dengan
benar jurus ilmu silat yang baru saja diterimanya itu.
Waktu itu Sin Kun Bu Tek telah melompat turun dari
pembaringannya.
"Selesai ?" tanyanya kepada Sin Han. Murid itu
mengangguk.
"Memang hebat jurus2 yang diturunkan Siangkoan
locianpwe ...!" kata Sin Han kemudian. "Hmmmm, rupanya
Siangkoan locianpwe memiliki banyak sekali ilmu2 lainnya,
karena tadi dikatakannya jika kelak aku bisa bertemu lagi
dengannya, akan diturunkan empat macam ilmu silatnya lagi,
yaitu ilmu mengatur jalan pernapasan, ilmu pedang, ilmu golok
dan ilmu tangan kosong .....!"
Sin Kun Bu Tek tertawa, dia menoleh kepada Kim To Ong
San yang tengah rebah dengan mata terpejam.

Koleksi kang zusi.com 244


"Saudara Siangkoan, engkau benar2 hebat ! Lihatlah,
muridku sampai mengagumimu .....!" seru Sin Kun Bu Tek.
Kim To Ong San membuka matanya dan tertawa lebar agak
nyaring.
"Hmmmm, engkau pengemis licik kembali engkau ingin
mempergunakan kelicikanmu itu untuk menguras
kepandaianku untuk muridmu itu, sehingga engkau telah me-
ngumpak2 aku!!"
Keesokan paginya, setelah satu malam lagi Kim To Ong
San bermalam dikamar si pengemis Sin Kun Bu Tek, dia
pamitan.
Sebetulnya Sin Kun Bu Tek ingin menahannya untuk diajak
bertukar pikiran mengenai ilmu silat.
Tetapi kenyataannya Kim To Ong San telah menolaknya,
karena Siangkoan Lu mengemukakan bahwa dia masih
memiliki urusan yang penting.
Maka akhirnya mereka berpisahan, dan sebelum pergi Kim
To Ong San telah berpesan kepada Sin Han : “Engkau harus
baik2 melatih diri dibawah gurumu .... kepandaian gurumu si
pengemis tua she Lo itu cukup tinggi, didalam rimba persilatan
namanya terkenal sekali, maka engkau jika bisa mewariskan
setengah saja dari kepandaiannya, niscaya engkau akan dapat
melayani jago2 yang cukup tinggi tingkatannya !"
Sin Han berjanji akan mempelajari sebaik mungkin semua
pelajaran yang diberikan oleh gurunya dan yang pernah
diberikan oleh Kim To Ong San.
Sin Kun Bu Tek telah mengajak muridnya untuk
melanjutkan pula perjalanan mereka.
Selama satu bulan mereka berkelana dari kampung yang
satu ke kampung yang lainnya dan mereka telah melakukan

Koleksi kang zusi.com 245


banyak sekali perbuatan2 mulia dengan membantu orang2
yang tengah tertindas.
Selama satu bulan itupun Sin Han mempelajari terus semua
ilmu silat yang telah diperolehnya, sehingga dia bisa
menguasai dengan baik jurus2 yang telah dimilikinya. Maka
dengan satu bulan ini, walaupun Sin Han belum dapat
dipersamakan dengan jago2 dikalangan Kangouw, tetapi untuk
menghadapi orang dewasa biasa, dia tidak mungkin dapat
dikalahkan....
Pagi itu, Sin Kun Bu Tek dan muridnya telah tiba ditepi
telaga Sin-ouw, mereka menyewa perahu untuk ber-main2
ditengah telaga itu.
Hari itu tampaknya Sin Kun Bu Tek telah gembira sekali,
dia telah ber-nyanyi2 dengan suara yang lantang sekali,
membawakan syair Cing siu sie, syair yang memuji akan
keindahan alam.
Sin Han mengayuh per-lahan2, perahu meluncur tenang
diair telaga itu.
Tetapi waktu guru dan murid itu tengah bermain perahu,
tiba2 dari arah depan mereka meluncur sebuah perahu kecil
dengan cepat sekali.
Diatas perahu itu tampak dua orang lelaki setengah baya,
mereka tidak memperdulikan perahu Sin Kun Bu Tek yang
seperti tidak dilihatnya, sehingga perahu yang tengah meluncur
cepat itu akan menubruk perahu Sin Kun Bu Tek.
Tentu saja hal itu membuat Sin Kun Bu Tek dan Sin Han
jadi terkejut bukan main, mereka guru dan murid sampai
mengeluarkan suara seruan tertahan.
Dengan cepat Sin Kun Bu Tek telah memegang kedua
tepian perahu, dia mengerahkan tenaga lwekang ke tangannya,
dengan disertai suara teriakan yang nyaring sekali, dia telah

Koleksi kang zusi.com 246


menghentaknya, maka perahunya itu telah melompat ke
samping sejauh dua tombak seperti terangkat oleh kekuatan
yang tidak tampak oleh mata.
Sin Kun Bu Tek walaupun telah berhasil menyelamatkan
perahunya dari tabrakan, namun mendongkol bukan main, dia
telah menoleh dengan mata mendelik.
Sedangkan perahu yang berpenumpang dua orang lelaki
setengah baya itu terus meluncur dengan pesat. Mereka seperti
juga tidak mau mengacuhkan bahwa baru saja tadi perahu
mereka hampir saling bertubrukan dengan perahu Sin Kun Bu
Tek.
”Hemmm, kalian orang2 tidak tahu peraturan !" bentak Sin
Kun Bu Tek dengan suara yang nyaring, dan dia bukan hanya
berkata begitu saja, karena waktu perahu dari kedua orang
setengah baya itu meluncur lewat disisi perahunya, dengan
cepat tangan kanan Sin Kun Bu Tek telah menyambar kayu
pengayuh ditangan Sin Han, dia telah mengebut dengan kayu
itu.
Kedua orang setengah baya yang diatas perahu tersebut jadi
terkejut bukan main, mereka sampai mengeluarkan suara
seruan tertahan mengandung kegusaran.
Tampak mereka memiliki kepandaian yang tinggi dan
kegesitan yang lumayan, karena waktu kayu mengayuh itu
menyambar akan mengemplang kepala mereka, kedua orang
tersebut dengan cepat telah menundukkan kepala mereka,
sehingga selamatlah kepala mereka dari serangan kayu
pengayuh itu.
Saking jengkelnya waktu perahu kedua orang lelaki
setengah baya itu akan melesat lebih jauh, disaat itulah Sin
Kun Bu Tek menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya lewat
kayu pengayuh itu, dia telah mengayunkannya memukul buntut
perahu dengan kuat sekali sampai kayu pengayuh itu patah

Koleksi kang zusi.com 247


karenanya. Tetapi perahu kedua orang setengah baya itupun
bukannya tidak memperoleh kerusakan apa2, karena perahu
mereka seperti dihantam oleh suatu kekuatan yang dahsyat
sekali. Dengan mengeluarkan suara "krekkkkkk!” sangat keras,
buntut perahu mereka itu telah hancur, dan perahu itu justru
telah terjungkat naik seperti akan terbalik.
Kedua orang penumpang perahu itu tampaknya terkejut
bercampur marah, sebelum perahu mereka itu terbalik dan
tenggelam, mereka telah menjejakkan kaki mereka, dan
melompat gesit sekali dengan gerakan yang ringan.
Dengan meminjam tenaga pantulan dari kedua kaki mereka,
tubuh kedua orang tersebut telah melambung dan mendarat di
perahu Sin Kun Bu Tek, disamping Sin Han.
Bahkan salah seorang diantara mereka telah mengulurkan
tangan kanannya dengan maksud akan mencengkeram bahu
Sin Han, yang ingin dilemparkannya keluar dari perahu.
Sin Kun Bu Tek mendongkol bukan main karena dia
mengerti bahaya mengancam Sin Han, anak itu belum
memiliki kepandaian yang berarti, dengan adanya cengkeraman
itu tentu Sin Han tidak mungkin dapat memberikan perlawanan
apa2....
Cepat sekali Sin Kun Bu Tek mengibaskan lengan bajunya,
karena untuk melompat berdiri dia sudah tidak keburu lagi,
maka dia telah mengerahkan lwekangnya untuk menangkis
tangan lawannya.
Walaupun tangannya tidak sampai mengenai tangan orang
yang hendak mencengkeram bahu Sin Han, tidak urung tangan
orang itu telah berobah arah tidak mengenai sasarannya.
Sin Han melompat maju ke depan mendekati gurunya.

Koleksi kang zusi.com 248


”Mengapa kau begitu usil dan bertangan lancang merusak
perahu kami, heh?" bentak kedua orang itu dengan suara yang
hampir bersamaan. ”Siapa kau, pengemis bau ?”
Mendengar bentakan itu Sin Kun Bu Tek telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek, dia juga telah berkata
dengan suara yang dingin.
”Engkaulah yang sangat kurang ajar ingin membenturkan
perahumu ke perahu kami......! Untung hanya perahumu saja
yang kuhajar hancur ! Coba kalau memang kalian yang
kubinasakan....?”
Tetapi belum Sin Kun Bu Tek selesai mengucapkan
kata2nya itu, justru salah seorang diantara kedua orang itu telah
mencabut pedangnya, dengan mengeluarkan suara
”Sringgg..Sringgg !” yang nyaring sekali, ditangannya telah
tercekal sebatang pedang yang berkilauan.
”Pengemis busuk, justru kami yang akan menghajarmu !"
dan setelah berkata begitu, dengan cepat orang itu
menggerakkan pedangnya dengan cepat sekali, dia telah
menikam kearah dada Sin Kun Bu Tek dengan jurus Ma Hong
Sian, atau Kuda Angin menembus Dinding, gerakan yang
dilakukannya itu benar2 sangat berbahaya, karena mata pedang
baru saja melintas, ujungnya itu telah menempel di baju Sin
Kun Bu Tek. Hal itu telah memperlihatkan bahwa kepandaian
yang dimiliki orang itu sangat hebat sekali.
Sin Kun Bu Tek juga jadi terkejut waktu melihat cara orang
itu, karena dia telah merasakan menyambarnya angin serangan
yang kuat sekali. Sin Kun Bu Tek tidak berani main2 lagi,
dengan cepat dia telah mengeluarkan suara seruan yang
nyaring, dia mengelakkan serangan lawannya dengan
menggeser kaki kanannya sedikit, lalu dia mengebut dengan
lengan jubahnya untuk menggulung pedang lawannya. Gerakan
Sin Kun Bu Tek dilakukan dengan cepat dan gesit, namun

Koleksi kang zusi.com 249


lawannya itu telah keburu menarik pulang pedangnya, sehingga
tidak sampai tergulung lengan baju Sin Kun Bu Tek.
Waktu itu tampak lawan Sin Kun Bu Tek yang seorangnya
lagi telah mengeluarkan suara seruan sambil mencabut
pedangnya juga, dia telah melancarkan serangan sekaligus dua
kali dengan beruntun.
Tentu saja gerakan yang dilakukannya itu sama hebatnya
dengan gerakan yang tadi, karena justru serangannya itu
mengincar jalan darah Cu-ti-hiat dan jalan darah Ma lian ho
hiat, yang terletak dipinggang, di tingkat keempat dari tulang
rusuk si pengemis.
Gempuran seperti itulah yang telah membuat Sin Kun Bu
Tek terpaksa harus mundur sampai diujung perahunya.
Kedua lawan Sin Kun Bu Tek tampak tidak mau berhenti
sampai disitu saja, dengan mengeluarkan suara bentakan yang
keras, tampak keduanya telah menyerang maju dengan
mempergunakan kedua pedang mereka.
Gerakan yang mereka lakukan itu benar2 merupakan
gerakan yang sangat mendesak sekali, sebab tidak ada jalan
menyingkir lagi untuk Sin Kun Bu Tek, maka dari itu, bisa
dimengerti, Sin Kun Bu Tek terpaksa harus menghadapi
dengan kekerasan, dia harus menghadapi serangan kedua
lawannya itu dengan mengerahkan kekuatan tenaga lwekang
pada kesepuluh jari tangannya, dengan berani sekali dia telah
mencengkeram pedang2 lawannya.
Perbuatan seperti itu sangat berani sekali, sehingga dia
seperti mempertaruhkan keselamatan kedua telapak tangannya,
karena jika memang dia meremas pedang itu dan lawannya
menarik senjata masing2, niscaya tangan Sin Kun Bu Tek akan
mengalami luka yang tidak ringan.

Koleksi kang zusi.com 250


Tetapi ternyata Sin Kun Bu Tek bukan bermaksud
mencengkeram pedang2 lawannya itu, dia hanya menekan ke
bawah sedikit, kemudian dengan cepat sekali dia telah
melompat ke tengah udara, melompati kepala kedua orang
lawannya. Kedua lawannya itu sampai mengeluarkan seruan
kaget dan cepat2 mengelakkan tendangan kaki Sin Kun Bu
Tek.
Sin Kun Bu Tek tidak bertindak hanya sampai disitu saja,
dia telah meneruskan lagi tendangannya kepada punggung
kedua orang itu.
Tendangan yang dilakukan itu sangat dahsyat sekali,
sehingga tidak ampun lagi tubuh kedua orang itu telah
terhuyung mundur dan salah seorang diantara mereka telah
tertendang kecebur ke dalam air telaga.
Tentu saja kawan yang seorangnya lagi jadi kaget dan
cepat2 mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan
kepada kawannya yang kecebur itu.
Namun waktu dia membungkukkan tubuhnya dengan
mengeluarkan tangannya, disaat itu juga tampak Sin Kun Bu
Tek telah mengeluarkan suara bentakan yang keras dan telah
menendang lagi sampai tubuh lawannya yang sisa seorang
inipun telah terlempar dan kecebur ke dalam air empang...
Sin Kun Bu Tek telah berdiri dengan bertolak pinggang
menghadapi kedua orang lawannya yang telah berenang
menghampiri perahunya.
Sin Han telah ber-tepuk2 tangan dengan girang.
”Bagus suhu ! Mereka memang manusia2 galak yang perlu
diberi hajaran.”
Sin Kun Bu Tek juga telah tertawa, dia berkata dengan
suara yang dingin kepada lawan2nya yang telah berenang
mendekati kearah perahunya.

Koleksi kang zusi.com 251


"Engkau jangan harap dapat selamat ! Kau juga harus
merasakan kecebur diair telaga !" teriak salah seorang dengan
suara yang mengandung penasaran.
Kemudian dia telah selulup ke dalam air. Tentu saja
perbuatan lawannya itu membuat Sin Kun Bu Tek telah
terkejut, karena dia segera dapat menduganya apa yang ingin
dilakukan oleh lawannya itu.
Diantara berdesirnya angin yang dingin di tengah telaga itu,
justru perahu yang kecil itu telah meng-goyang2 membuat Sin
Kun Bu Tek dan Sin Han jadi terkejut. Muka si pengemis telah
berobah menjadi pucat.
Cepat Sin Kun Bu Tek mengerahkan tenaga dalamnya
menginjak dasar perahu itu, dia berusaha mengimbangi
perahunya itu, agar tidak bisa diterbalikkan oleh lawannya.
Tetapi karena lawan mempergunakan kekuatan lwekang
juga untuk menjungkirbalikkan perahu tersebut, dengan
sendirinya telah membuat perahu itu terbalik tanpa dapat
dicegah lagi.
Sin Han mengeluarkan suara jeritan tertahan, dia tidak bisa
berenang dan juga disaat itu Sin Kun Bu Tek tidak sempat
menjambretnya, karena dia sendiri telah terlempar dan tercebur
ke dalam air telaga.
Disaat itu, salah seorang lawannya yang lain justru telah
menyambuti Sin Kun Bu Tek dengan serangan kepalan
tangannya, dia menghantam kearah punggung.
”Bukkkkk !" keras bukan main gempuran itu, sehingga
dalam sekejap mata saja, punggung Sin Kun Bu Tek telah kena
digempurnya dengan dahsyat, sehingga membuat Sin Kun Bu
Tek jadi mengeluarkan suara seruan kesakitan.

Koleksi kang zusi.com 252


Waktu tubuhnya terlempar dan kecebur ke air telaga, disaat
itu pula terlihat lawannya telah berenang mendekatinya, untuk
melancarkan serangannya lagi.
Sin Kun Bu Tek gusar bukan main, tadi lawannya membuat
licik. Dia telah mengeluarkan seruan marah sambil
membalikkan tubuhnya diair, dan tangannya menyambar ke-
arah potongan kayu yang jauh yang telah digerakkannya untuk
menghantam kepada lawannya.
Lawannya itu kaget dengan mengeluarkan teriakan
tertahan, cepat2 menyelam kedalam air pula.
Air dimana dia telah menyelam itu justru telah terpukul
muncrat dan berhamburan kemana-mana.
Sin Kun Bu Tek tidak mau tinggal diam, dia telah
menyelam dan berenang dengan cepat mencari lawannya.
Justru jarak mereka tidak berpisah begitu jauh, maka
dengan cepat dia berenang dan mengejarnya, sambil kayu
pengayuhnya telah dipergunakan untuk melancarkan serangan
dengan ditusukkan.
Hebat sekali cara serangannya itu,karena dalam keadaan
demikian, kayu tersebut meluncur kuat sekali walaupun mereka
berada didalam air.
Hal itu disebabkan Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan
dengan menggunakan kekuatan lwekangnya sebanyak tujuh
bagian.
Lawannya yang berada didalam air juga sangat terkejut
sekali, dia telah mengerahkan lwekangnya untuk menyampok
samberan kayu itu.
Sin Kun Bu Tek jadi penasaran, dia ingin melancarkan
serangan pula, tetapi disaat itu dia telah melihat Sin Han yang
tengah tenggelam dengan bergelagapan.

Koleksi kang zusi.com 253


Untuk selamatkan anaknya itu, Sin Kun Bu Tek tidak bisa
melancarkan terus serangan kepada lawannya, dia telah
meluncur dengan cepat berenang mendekati Sin Han, yang
baju dipunggungnya telah dijambaknya dan diseretnya naik
keatas.
Sin Han gelagapan, tetapi setelah berhasil muncul
dipermukaan air, bisa bernapas kembali.
Anak itu menghela napas dalam2 karena merasakan
badannya seperti ingin meledak dan tadi dia telah meneguk air
yang cukup banyak.
Coba kalau memang dia tidak keburu ditolong oleh
gurunya, niscaya akan menyebabkan dia mati sesak tidak bisa
bernapas.
Tetapi kesempatan tersebut telah dipergunakan oleh
lawannya, kedua2nya telah berenang menghampiri kearah Sin
Kun Bu Tek. Mereka juga telah melancarkan serangan yang
kuat.
Serangan itu cukup berbahaya. Sekali saja mengenai Sin
Kun Bu Tek, walaupun tengah berada didalam air, niscaya
akan menyebabkan dia terluka didalam.
Namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi,
tentu saja Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup, dia telah
mempergunakan kedua kakinya untuk menendang kepada
kedua lawannya itu.
Waktu dia menendang, si pengemis telah menendang
kepada kedua kepalan tangan lawannya, sehingga dengan
meminjam tenaga pantulannya dia telah mencelat berenang
menjauhi kedua lawannya.
Berbareng dengan itu tampak Sin Kun Bu Tek telah
berenang ke tepi telaga.

Koleksi kang zusi.com 254


Walaupun jarak tepian telaga itu cukup jauh, namun dia
bisa berenang dengan cepat sekali, dan dia bisa mencapai tepi
telaga dengan selamat.
Sin Han telah dilemparkannya sehingga anak itu terbanting
ditepian telaga, tetapi dia tidak menderita kesakitan apa2,
karena si pengemis melemparkannya dengan mempergunakan
tenaga yang diperhitungkannya.
Disaat itu kedua orang lawan Sin Kun Bu Tek memburu
berenang ke tepi juga, muka mereka telah memancarkan
kebengisan yang sangat.
Tampak jelas kedua orang itu murka sekali kepada Sin Kun
Bu Tek. Begitu mereka mendekat, keduanya telah menyerang
serentak.
Sin Kun Bu Tek juga tidak tinggal berdiam diri saja.
Tadi kedua orang itu yang telah mencari persoalan, tanpa
sebab perahunya ingin diterjang.
Maka waktu melihat kedua orang berusia setengah baya ini
melancarkan serangan, dengan cepat Sin Kun Bu Tek
merentangkan kedua tangannya, dalam waktu yang sangat
singkat sekali dia telah melancarkan serangan balasan yang
beruntun.
Kedua lawan Sin Kun Bu Tek jadi terkejut melihat
serangan2 Sin Kun Bu Tek seperti itu.
Tetapi disebabkan mereka juga merupakan dua orang akhli
dengan cepat mereka merobah posisi kedudukan kedua kaki
masing2. Sambil berbuat begitu, mereka juga telah membalas
melancarkan serangan.
Hebat bukan main cara menyerang kedua orang berusia
setengah baya itu, karena yang seorang lagi dari samping kiri.
Gerakan mereka itu luar biasa cepatnya, dan angin serangan
yang menyambar juga keras sekali.
Koleksi kang zusi.com 255
Sin Kun Bu Tek jadi gusar dan tambah mendelu, dia telah
melakukan totokan ke jalan darah Lu-tie-hiat dari kedua
lawannya.
Letak jalan darah itu berada dibagian kiri perut, dan
serangan yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek bisa
menghancurkan isi perut lawannya.
Sehingga kedua lawannya jadi terdesak dengan hebat. Apa
lagi Sin Kun Bu Tek melancarkan serangannya itu dengan
sepenuh tenaganya.
Dengan mengeluarkan suara seruan tertahan kedua orang
itu telah melompat ke belakang perahu menjauhi diri dari Sin
Kun Bu Tek sejauh tiga tombak, mata mereka memancarkan
sinar yang bengis sekali, kata salah seorang diantara mereka :
"Pengemis busuk, siapa kau sebenarnya ? Mengapa engkau
mencari urusan denganku ?"
Mendengar pertanyaan orang itu, Sin Kun Bu Tek
memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian katanya
dengan suara yang tawar : "Seharusnya aku yang menegur
kalian, yang tidak hujan tidak angin ingin menubruk perahu
kami ....! Hemm ! Hemm ! Sekarang kalian katakan, siapa
kalian berdua ? Apa sebabnya secara ugal2an begitu ingin
menubruk perahu kami ?"
Kedua orang itu tampak ragu2 mereka saling pandang satu
dengan yang lainnya.
Setelah berdiri diam sejenak lamanya, akhirnya salah
seorang diantara mereka telah berkata: "Hemm... sesungguhnya
kami tidak mau diganggu oleh kau pengemis butut, karena
kami masih memiliki banyak urusan! Namun, baiklah ! Karena
engkau menanyakan siapa kami, tidak ada halangannya kami
memberitahukannya. Kami berdua murid Ceng Hay Kiehiap
(Pendekar gagah dari Ceng Hay) Khu Tiong Beng .... aku
sendiri bernama San Cie Liang, dan ini adik seperguruanku she

Koleksi kang zusi.com 256


Hiu dan bernama Kiu Eng. Nah, sekarang coba kau katakan,
urusan apa yang pernah terjadi diantara kau dengan kami?
Mengapa kau menghancurkan perahu kami ?"
Sin Kun Bu Tek terkesiap juga mendengar bahwa kedua
orang ini adalah murid dari Ceng Hay Kiehiap, karena justru
Khu Tiong Beng merupakan seorang pendekar gagah dimasa
itu.
Namun Sin Kun Bu Tek dapat menenangkan kembali
goncangan hatinya, dia telah berkata dingin : "Hemm, jika
memang engkau tidak mengganggu kami, jelas kamipun tidak
akan membentur diri kalian. Tetapi kenyataannya tadi, Hemm,
hemm, justru kalian ingin menubruk perahu kami dengan
perahu kalian !"
Dua orang itu, San Cie Liang dan Hiu Kiu Eng, tertawa
menggelak.
“Walaupun engkau mengatakan tidak ingin menempur
diriku, tetapi kalian memang sengaja ingin mencari persoalan
dengan kami, yaitu telah ditenggelamkan akibat pukulan kayu
pengayuhmu ! Hemmm, bocah kecil itupun harus merasakan
enaknya hukuman dari kami!"
Sin Han terkejut sekali mendengar perkataan orang itu,
karena dia mengetahui kedua lawan gurunya itu memang
memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dan jika gurunya itu
sampai dirubuhkan kedua orang lawannya itu, dirinya juga
tidak nantinya dapat lolos dari kematian ditangan kedua orang
itu.
Tetapi Sin Kun Bu Tek telah tertawa tawar lagi, katanya
dengan suara yang tawar: ”Hemmm, dengan hanya memiliki
kepandaian seperti itu, kalian berdua ingin menjagoi dan
bertindak se-wenang2 ? Coba terimalah seranganku ini
lagi.....!"

Koleksi kang zusi.com 257


Dan sambil berkata begitu, si pengemis telah melonjorkan
tangan kanannya, menekuk sedikit, dan sikunya itu jatuh
didekat dada sedangkan tangan kirinya telah mengibas.
Tiba2 Sam Cie Liang dan Kiu Eng telah merasakan
sambaran yang kuat dari tangan Sin Kun Bu Tek sehingga
kedua orang itu harus mundur ke belakang dan memperkuat
posisi kaki mereka.
Tetapi kali ini Sin Kun Bu Tek melancarkan serangan tidak
kepalang tanggung, hampir seluruh kekuatan lwekang yang ada
padanya telah dikerahkan dan dipergunakannya.
Kedua lawan Sin Kun Bu Tek menyadari jika mereka
melawan terus berarti mereka sendiri yang akan rubuh.
Dengan cepat mereka merobah cara bertempurnya, Sam Cie
Liang telah berteriak nyaring: ”Gelombang besar....!"
maksudnya meminta kawannya untuk melarikan diri.
Hiu Kiu Eng juga mengerti maksud kakak seperguruannya
itu, dia memperhatikan gerakan dan cara menyerang si
pengemis, kemudian dia telah melancarkan serangan yang
gencar dan kuat, sehingga tubuh Sin Kun Bu Tek terhuyung
mundur dua tombak.
Mempergunakan kesempatan seperti inilah tampak San Cie
Liang dan Hiu Kiu Eng telah melompat mundur dengan
gerakan yang gesit lalu memutar tubuh hendak melarikan diri.
Sin Kun Bu Tek hanya tertawa saja, sama sekali dia tidak
mau mengejarnya.
Memang Sin Kun Bu Tek tidak mau mencari permusuhan,
dia menganggap bahwa kedua orang itu hanya berlaku tolol,
karena tanpa sebab kedua orang setengah baya itu ingin
mencari urusan dengan dirinya.

Koleksi kang zusi.com 258


Sin Han menghela napas lega, dia telah melihat bahwa
gurunya memang benar2 lihay dan berhasil mengusir kedua
lawannya dengan hanya beberapa jurus saja.
”Mari kita pergi....!" kata Sin Kun Bu Tek setelah berdiam
diri sejenak lamanya. ”Hemm, kedua manusia rendah itu
mungkin ingin melakukan sesuatu, nanti kita kuntit saja ...!"
Dan Sin Kun Bu Tek telah menarik tangan Sin Han untuk
diajak berlalu dari tempat itu.
Gerakan Sin Kun Bu Tek agak cepat, dia setengah berlari.
Sedangkan Sin Han mengikutinya dengan ber-lari2 keras.
Napas Sin Han memburu keras tetapi Sin Kun Bu Tek yang
sering melirik dan melihat keadaan murid, tetap berdiam saja,
dia terus juga ber-lari2 dengan cepat. Dan waktu itu tampak
Sin Han telah bermandi keringat dikening, muka dan tubuhnya.
Tetapi Sin Han memang ulet dan tabah, dia bisa mengikuti
terus gurunya, dengan mempergunakan ilmu lari cepat yang
selama beberapa bulan belakangan ini dia peroleh dari
gurunya.
Waktu itu tampak Sin Kun Bu Tek menghentikan langkah
kakinya, dia menoleh kepada Sin Han.
”Lelah ?” tanyanya.
Sin Han menggeleng perlahan dengan muka yang berobah.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 8
“TECU sangat malu, sudah cukup lama tecu menerima
pelajaran dari suhu, tetapi kenyataannya tecu (murid) tidak bisa
menyandak dan mengejar suhu, walaupun suhu hanya berjalan

Koleksi kang zusi.com 259


biasa saja. Tecu memang harus berlatih diri lebih giat lagi,"
menyahuti Sin Han dengan sikap sungguh2.
Sin Kun Bu Tek tersenyum sabar, katanya : ”Muridku,
engkau sebetulnya seorang murid yang baik dan memiliki
bakat yang bagus pula, karena itu aku bersedia menerima
engkau menjadi muridku, asalkan engkau mau berlatih diri
dengan rajin...! Mengenai kepandaian yang sekarang engkau
miliki ini bukan menjadi soal, tidak bisa engkau mempelajari
ilmu yang tinggi dengan waktu yang singkat... engkau harus
banyak berlatih diri dan juga harus ulet mempelajari setiap
jurus yang kuberikan..!"
“Terima kasih suhu...!" kata Sin Han cepat, "Wejangan
yang diberikan oleh suhu akan Tecu ingat baik2."
“Bagus! Mari kita lanjutkan pula perjalanan kita," kata Sin
Kun Bu Tek.
Kali ini Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak berlari cepat
seperti tadi, dia hanya mengendurkan langkah kakinya per-
lahan2, sehingga Sin Han bisa berjalan sejajar dengannya.
Disaat hari menjelang sore, Sin Kun Bu Tek bersama
muridnya telah tiba dipermukaan kampung Liang Sie cung.
Perkampungan itu sangat kecil dan penduduknya juga tidak
begitu padat. Sedangkan dipermukaan kampung yang begitu
sepi, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
”Kita beristirahat disini saja....!” kata Sin Kun Bu Tek
setelah berdiri sesaat lamanya mengawasi permukaan kampung
itu.
”Kita cari dulu kuil tua untuk kita bermalam, tetapi jika
dikampung ini tidak terdapat kuil tua, maka terpaksa kita
bermalam di rumah penginapan...."
Sin Han menyetujui. Dia sendiri tidak tahu mengapa setelah
menjadi murid Sin Kun Bu Tek, diapun senang sekali tidur di-

Koleksi kang zusi.com 260


kuil2 tua yang tidak terpelihara dibandingkan harus menginap
dirumah penginapan yang ramai dan tentunya merekapun akan
memperoleh perlakuan sinis dari pelayan2 rumah penginapan
itu, bukankah mereka hanya berpakaian sederhana dengan
penuh tambalan sebagai pengemis ?
Sin Kun Bu Tek mengajak muridnya mengelilingi kampung
tersebut, tetapi mereka tidak berhasil menemuinya. Mungkin
juga kampung ini tidak memiliki kuil.
”Hai !" Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah menghela
napas dalam2, kemudian katanya: "Memang sial sekali hari ini,
mengapa kampung ini tidak memiliki kuil untuk kita
bermalam?! Aku paling benci kalau harus menginap di-rumah2
penginapan....."
Sin Han tersenyum, lalu katanya: "Suhu jangan berkata
begitu, menginap dimana saja sama, bukan? Jika memang
kampung ini tidak memiliki kuil, kita bisa saja mengasoh
dialam terbuka.....!"
Si pengemis tua she Lo itu mengangguk sambil tersenyum
lebar.
”Benar !" katanya kemudian. "Memang benar apa yang kau
katakan....! Mari kita cari lagi beberapa saat, jika benar2 tidak
terdapat kuil dikampung ini, biarlah kita tidur diemperan
rumah pendudukpun tidak menjadi persoalan......!"
Guru dan murid itu mengelilingi satu kali lagi kampung
tersebut, mereka hanya sekali2 saja bertemu dengan satu orang
penduduk kampung itu.
Tetapi kuil tua yang dicari Sin Kun Bu Tek benar2 tidak
ada, maka Sin Kun Bu Tek telah mengajak Sin Han untuk
mengasoh di dekat emperan rumah yang cukup megah,
rupanya rumah yang mewah ini milik seorang hartawan kaya.

Koleksi kang zusi.com 261


Sin Han melihat gurunya telah duduk dengan sepasang kaki
dilonjorkan didekat pintu gedung itu, diapun telah
memejamkan matanya rapat2.
Sin Han mengikuti apa yang dilakukan gurunya, meringkuk
disamping Sin Kun Bu Tek untuk tidur.
Tetapi disaat Sin Han tengah enaknya terlelap dalam
tidurnya, anak itu dikejutkan oleh suara bentakan yang nyaring:
”Siapa yang berani menggoda aku ?” dan Sin Han mengenali
itulah suara gurunya yaitu Sin Kun Bu Tek.
Waktu Sin Han membuka matanya, dia melihat gurunya
telah bertolak pinggang mengawasi sekelilingnya.

Koleksi kang zusi.com 262


Sin Han cepat2 melompat bangun, dia segera bertanya :
”Ada apa, suhu ?"
”Hemm, tadi ada orang yang menjailkan kita... nah, kau
lihatlah, benda apa itu...didekat ambang pintu ?"
Sin Han menoleh mengawasi tempat yang ditunjuk
gurunya, Sin Han jadi mengeluarkan suara jeritan tertahan,
karena kaget dan ngeri.
Didekat undakan tangga, ternyata menggeletak dua pasang
tangan, lengkap dengan jari2nya, tangan itu hanya sebatas
sikut, tentu kedua orang pemilik tangan tersebut telah peroleh
malapetaka yang hebat.
”Tangan ... tangan siapa itu, suhu ?" tanya Sin Han dengan
suara tergetar.
”Hemmm, sudah kukatakan, ada seseorang yang hendak
mempermainkan kita...!" dan setelah berkata begitu, tampak
Sin Kun Bu Tek mengerahkan tenaga dalamnya, dengan
menyalurkan lwekangnya Sin Kun Bu Tek telah berkata :
”Siapa yang ingin main2 dengan aku si pengemis tua Lo Ping
Kang. Perlihatkanlah dirimu agar kita dapat saling
berkenalan..!"
”Hehehe, aku tidak menyangka bahwa pengemis busuk tua
bangkotan seperti itu..!"
Menyusul dengan kata2 itu tampak sesosok tubuh telah
melompat keluar dari balik dinding dengan gerakan yang
ringan sekali.
Dialah seorang lelaki berusia diantara empat puluhan tahun,
tetapi potongan mukanya sangat kasar dan buruk sekali, sebab
sebelah mata kirinya telah picak dan bibirnya juga tebal,
sehingga keadaannya itu tidak sedap dilihat. Hanya bentuk
tubuhnya yang bagus, yaitu tinggi dan tegap. Di pinggangnya
tampak tergantung sebatang joanpian (pecut lemas), yang

Koleksi kang zusi.com 263


digulung beberapa gulungan dan tergantung tidak begitu
terlihat jika tidak diperhatikan baik2.
Muka Sin Kun Bu Tek jadi berobah ketika melihat orang
itu, tampaknya Sin Kun Bu Tek terkejut sekali.
”Kiranya engkau, Tiat-sim Sianjin (Manusia sakti Berhati
Besi),” kata Sin Kun Bu Tek dengan suara yang perlahan,
setelah memperhatikannya dengan seksama keadaan orang itu.
”Tepat ! sama sekali tidak salah ! Akulah Tiat Sim Sianjin
Su Hong Sin," menyahuti orang yang bermata picak itu, ”Aku
ingin berhitungan denganmu mengenai penghinaan terhadap
muridku."
Sin Kun Bu Tek tertawa perlahan, dia telah berkata dengan
suara yang mengejek: ”Engkau ingin mencari balas untuk
muridmu....? Siapakah muridmu itu ?"
Muka Su Hong Sin semakin tidak enak dilihat, dia telah
mengibaskan tangan kanannya dengan keras sekali, sehingga
menimbulkan kesiuran angin yang sangat kencang.
Sin Kun Bu Tek tidak takut menghadapi serangan seperti
itu, dia telah mengawasinya dengan sorot mata yang sangat
tajam memandang kearah tangan Su Hong Sin, waktu angin
serangan hampir sampai maka disaat itulah tampak Sin Kun Bu
Tek dengan cepat sekali mengelakan diri kesamping.
Keadaan seperti ini membuat Su Hong Sin jadi tambah
penasaran. Dia bergelar sebagai Tiat Sim Sianjin, sehingga
lawan maupun kawan merasa segan terhadap ilmu 'Tiat Sim
Ciang atau Pukulan Hati Besinya”.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia telah
melompat lagi dengan terjangan yang sangat kuat,
mempergunakan salah satu jurus dari ilmu Tiat Sim Ciang.
Namun Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup waktu
melihat lawannya telah melancarkan serangan begitu hebat.
Koleksi kang zusi.com 264
Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan juga jurusnya yang
hebat, dia menyambuti serangan Tiat Sim Ciang dengan
kekerasan, sehingga Su Hong Sin jadi terkejut, dia ingin
menarik pulang serangannya namun sudah tidak keburu lagi,
maka dari itu, cepat2 dia telah meneruskan serangannya itu
dengan menambahkan kekuatan tenaga lwekangnya.
”Bukkk !" terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali,
seperti juga keadaan disekitar tempat itu akan gempa.
Suara bentakan dan berkesiuran angin yang sangat keras
sekali telah membuat penghuni gedung itu jadi terbangun dari
tidurnya, mereka jadi men-duga2, entah apa yang telah terjadi
sehingga menimbulkan suara yang begitu keras dan bentakan2
bengis.
Penghuni gedung itu tidak berani keluar waktu mengetahui
diluar pintu gedung itu terdapat dua orang yang sedang
mengadu kepandaian.
Sin Han yang sejak tadi berdiri mengawasi saja, jadi
diliputi kekuatiran. Dan juga dia telah melihat betapa gurunya
berusaha untuk dapat merubuhkan lawannya, tetapi Tiat Sim
Ciang lawannya cukup hebat.
Sin Kun Bu Tek paling sengit jika dia tidak bisa
merubuhkan lawannya, walaupun pengemis ini mengetahui
bahwa lawannya merupakan lawan yang sangat tangguh. Maka
dari itu dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya,
tahu2 Sin Kun Bu Tek berputar setengah lingkaran, dengan
cepat sekali kedua tangan si pengemis tua she Lo telah
melancarkan serangan yang beruntun.
Su Hong Sin sendiri yang melihat hal itu jadi berpikir keras.
Dia memang ingin membalas sakit hati muridnya, yang pernah
dirubuhkan oleh si pengemis dan dibuat bercacad. Maka dari
itu, sekarang dia berusaha untuk dapat merubuhkan Sin Kun
Bu Tek.

Koleksi kang zusi.com 265


Saat itu tampak Sin Kun Bu Tek bekerja tidak kepalang
tanggung, begitu kedua serangannya dielakkan, dalam waktu
yang singkat sekali si pengemis telah menyusuli pula dengan
serangan yang lainnya.
Kekuatan tenaga lwekang Sin Kun Bu Tek sesungguhnya
lebih tinggi satu tingkat dari Su Hong Sin, begitu juga jika
berbicara mengenai kepandaiannya, Su Hong Sin belum bisa
menandingi Sin Kun Bu Tek. Tetapi ada satu keuntungan untuk
Su Hong Sin, karena dia telah mempergunakan ilmu pukulan
Tiat Sim Ciang, yang memiliki jaringan kuat sekali sebab
kedua tangan Su Hong Sin yang bersilat dengan
mempergunakan Tiat Sim Ciang itu seperti berobah menjadi
puluhan pasang tangan.
Disamping itu juga tampak sepasang tangan itu bagaikan
mengurung dan menjirat tubuh Sin Kun Bu Tek.
Keadaan demikan telah membuat Sin Kun Bu Tek memutar
otaknya sekeras mungkin, dia mengerahkan seluruh
kepandaiannya untuk mendesak lawannya.
Gerakan2 yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek merupakan
serangan yang cukup hebat dan mematikan, memaksa Su Hong
Sin harus melompat mundur beberapa kali menggerakkan
serangan yang menyambar cepat sekali.
Sin Kun Bu Tek saat itu telah berpikir, "Hemm, jika
kesempatan disaat dia tengah terdesak aku tidak
memanfaatkannya, niscaya beberapa saat lagi nanti aku akan
sulit merubuhkannya!"
Karena berpikir begitu, tampak Sin Kun Bu Tek
mempergencar serangannya.
Sehinggga Su Hong Sin jadi terdesak dengan hebat, dia
berusaha untuk memberikan perlawanan yang gigih, namun
tetap saja Su Hong Sin tidak berhasil untuk balas menyerang.

Koleksi kang zusi.com 266


Sin Kun Bu Tek saat itu telah berkata mengejek, katanya
dengan suara yang nyaring, "Hemmm, ternyata kepandaianmu
hanya begitu saja.....!"
Begitu habis suaranya, segera tangan Sin Kun Bu Tek
melancarkan gempuran yang jauh lebih keras lagi.
Su Hong Sin juga rupanya telah mendongkol bercampur
penasaran, dia mengeluarkan suara erangan, dan menubruk
kepada si pengemis, maksudnya ingin mengadu jiwa dengan
lawannya untuk mati bersama.
Tetapi Sin Kun Bu Tek mana mau berlaku nekad seperti
lawannya itu, dengan cepat si pengemis tua she Lo itu telah
meluncurkan suara bergetar yang keras, berbareng dengan itu
kedua telapak tangannya telah dimajukan untuk melancarkan
gempuran dengan mempergunakan seluruh kekuatan murninya.
Kebetulan sekali Su Hong Sin telah melompat dan
menerjang maju pula. Maka pada kesempatan itu, dimana Su
Hong Sin tidak memiliki pertahanan yang gigih dan rapat, Sin
Kun Bu Tek telah berhasil menghantam dadanya.
”Bukkk !" bukan main hebatnya tenaga hantaman itu,
karena seketika itu tubuhnya Su Hong Sin yang tinggi besar itu
telah terlempar tinggi sekali, kemudian terguling2 ditanah
beberapa tombak.
Su Hong Sin mengeluarkan suara keluhan dan telah
merangkak berdiri.
”Kau memang hebat, pengemis tua ! Kuakui sekarang aku
rubuh ditanganmu, tetapi ingat suatu saat kelak aku akan
mencarimu lagi !”
Dan setelah berkata begitu, tampak Su Hong Sin
membalikkan tubuhnya, berlalu dengan cepat. Hanya dengan
berapa jejakan kaki saja, tubuhnya telah lenyap dari pandangan
Sin Kun Bu Tek.

Koleksi kang zusi.com 267


Si pengemis tua she Lo itu telah menghela napas dalam2,
dia telah berkata : "Untung saja tadi aku berhasil memukul dia
terguling, jika sampai dia mempergunakan seluruh ilmu Tiat-
sim-ciangnya itu, belum tentu aku bisa menundukkannya,”
menjelaskan si pengemis kepada muridnya.
Sin Han mengangguk, lalu tanyanya dengan suara yang
ragu2 : "Tetapi Suhu, tadi aku melihat suhu telah terkejut dan
wajah suhu berobah waktu melihat munculnya orang itu..
mengapa demikian, suhu?"
Sin Kun Bu Tek menghela napas panjang lagi.
”Engkau tidak mengetahui, muridku! Su Hong Sin yang
bergelar Tiat Sim Sianjin merupakan seorang yang pandai
bukan main dan juga bertangan telengas. Coba kau lihat itu dua
pasang tangan yang telah buntung, itulah hasil
perbuatannya.....!" Sambil berkata begitu, Sin Kun Bu Tek
telah menunjuk kepada kedua pasang tangan yang menggeletak
di dekat undakan anak tangga gedung itu. Sin Han diam2 jadi
bergidik ngeri.
”Hemmm, belum apa2 sudah takut !" kata Sin Kun Bu Tek
kepada muridnya itu. "Itu hanya dua pasang tangan yang
dibuntungi, masih banyak hal2 yang mengerikan dilakukan
manusia rendah itu ! Sebetulnya kepandaian kami berimbang,
namun disebab dia membawa adat dan menuruti hawa
amarahnya, telah membuat dia kurang mempertahankan
perbentengan dirinya, sehingga dia harus menelan pil pahit
dibuat terpental olehku.....!" kembali si pengemis telah
menghela napas beberapa kali.
Kemudian si pengemis tua she Lo itu telah menganjurkan
Sin Han melanjutkan tidurnya, sedangkan Sin Kun Bu Tek
sendiri telah merebahkan dirinya didekat undakan anak tangga.
Pemilik gedung dan pelayan2nya tidak seorangpun yang
berani keluar. Apa lagi tadi mereka telah menyaksikan Sin Kun

Koleksi kang zusi.com 268


Bu Tek berhasil merubuhkan lawannya, membuktikan bahwa
kepandaian Lo Ping Kang benar2 hebat, mana mereka berani
mengusirnya? Sedangkan tuan rumah itu telah memesan
kepada pelayan2nya agar tidak usil atau mengganggu tidurnya
si pengemis she Lo dan muridnya itu. Juga hartawan kaya itu
telah memesan agar pelayan2nya itu tidak membuka pintu
sebelum Lo Ping Kang berlalu.
Sin Kun Bu Tek bersama Sin Han tertidur lelap sekali,
sampai terbangun matahari sudah naik cukup tinggi.
”Setan kecil, kau !" kata Sin Kun Bu Tek tertawa sambil
menabok pundak Sin Han.
Sin Han terkejut dan telah melompat berdiri, dia
menanyakan: "Suhu mau kemana?"
Sin Han bertanya begitu, karena dia melihat si pengemis
telah berdiri dan merapihkan baju tambalannya itu.
”Biasa..!" kata Sin Kun Bu Tek sambil tersenyum lebar.
"Aku ingin meminta bagian rangsum makanan kepada rumah2
makan !"
Mendengar perkataan gurunya yang jenaka itu, Sin Han
telah tertawa juga.
”Kau tunggu saja disini, jangan pergi kemana2 !!" pesan
Sin Kun Bu Tek pula sambil mengayunkan langkah kakinya
untuk mengambil bagiannya dari rumah makan yang terdapat
di kampung ini.
Sin Han menuruti pesan gurunya, dia tetap duduk
diemperan gedung itu lagi.
Sin Han duduk sambil mencabuti rumput2 kecil yang
tumbuh banyak sekali dimuka gedung tersebut, digigitnya per-
lahan2.

Koleksi kang zusi.com 269


Waktu itu, keadaan sudah cukup siang, sehingga banyak
juga orang yang berlalu-lalang ditempat tersebut.
Tetapi semua orang yang lewat dimuka gedung itu, dan
melihat Sin Han tengah duduk seorang diri, mereka tidak
mengacuhkannya, karena mereka pikir mungkin Sin Han
seorang pengemis kecil yang malas.
Tetapi waktu dijalan tersebut lewat seorang tojin, yang
memakai jubah warna hijau dan tengah me-ngebut2kan
perlahan Hudtimnya, dia tertegun melihat Sin Han.
Tojin itu telah menunda langkah kakinya, dia memandangi
lagi Sin Han sesaat lamanya tanpa mengucapkan kata2.
Sin Han jadi kikuk diperhatikan begitu rupa oleh si tojin,
segera anak ini bangkit merangkapkan sepasang tangannya, dia
telah menjura memberi hormat.
”Apakah ada sesuatu yang Tootiang ingin sampaikan
kepadaku ?” ramah sekali waktu Sin Han bertanya begitu.
Tojin itu membawa sikap acuh tak acuh, dia masih juga
mengawasi Sin Han dengan tatapan mata yang sangat tajam
sekali.
”Mengapa engkau menjadi pengemis kecil ?” tiba2 tojin itu
telah menegur dengan suara yang dingin. ”Tidakkah sayang
dalam usia sekecil engkau sudah tidak memiliki tekad dan
cita2, hanya mengandalkan belas kasihan orang...!"
Muka Sin Han jadi berobah merah.
”Benar totiang, apa yang dikatakan oleh totiang memang
benar. Tetapi justru kebetulan sekali aku memiliki seorang
guru dari partai Kaypang, maka tidak dapat aku tidak menuruti
peraturan2 yang ada didalam Kaypang...!"
Tojin itu tampaknya terkejut juga.

Koleksi kang zusi.com 270


”Engkau...engkau murid Kaypang ? Siapa gurumu ?" tanya
si tojin dengan cepat.
”Sin Kun Bu Tek... Namanya Lo Ping Kang !" menyahuti
Sin Han, setelah dia ragu sejenak.
”Ihh..!” berseru tojin itu dengan suara yang tertahan,
wajahnya juga memperlihatkan rasa terkejut. ”Engkau
muridnya Lo Ping Kang, si pengemis tua bangka itu ?"
”Benar !" Sin Han mengangguk cepat. ”Insu sedang
mencari makanan...!"
”Hemm,” mendengus si tojin, tampaknya dia benar2
mendongkol dan sengit waktu mengetahui Sin Han murid Sin
Kun Bu Tek Lo Ping Kang. "Sungguh kebetulan sekali kita
bisa bertemu denganmu disini !"
”Apa maksud Totiang...?” kata Sin Han sambil menatap
kepada tojin itu.
”Hemmm... memang sudah belasan tahun kami tidak
bertemu, dan disini rupanya aku tidak akan gagal mencari pula.
Yang pasti tidak akan sia2 capai lelahku untuk mencarinya, dan
melatih ilmu....Hahahaha....!" dan diakhir dari perkataannya
itu, tojin itu telah tertawa ber-gelak dengan suara yang nyaring.
Di detik2 seperti itu, Sin Han segera tersadar, bahwa Tojin
ini tentu memiliki ganjalan sesuatu dengan gurunya. Dilihat
dari sikap dan wajahnya yang memancarkan kebengisan itu,
tentu menunjukkan Tojin tersebut tengah gusar.
”Totiang..." kata Sin Han.
Tetapi belum lagi perkataannya itu habis, justru tojin itu
telah mencengkeram baju dipunggung Sin Han, kemudian
dilemparkan terbanting ditanah! Gerakan yang dilakukan itu
tampaknya ringan sekali, tetapi kenyataannya Sin Han
terbanting keras bukan main, sampai anak itu bagaikan rontok
semua tulang tulang ditubuhnya. Tanpa dikehendaki oleh Sin
Koleksi kang zusi.com 271
Han, karena terlalu sakit sekali maka dia telah menjerit dengan
suara yang melengking.
Si Tojin rupanya tidak bertindak sampai disitu saja, dia
telah mengayunkan kaki kirinya, maka tubuh Sin Han
terlempar ketengah udara cukup tinggi, kurang lebih lima
tombak, itulah tenaga menendang bukan biasa, karena
tendangan tersebut disertai tenaga lwekang yang dahsyat
sekali.
Begitu tubuh Sin Han terpental meluncur dengan kecepatan
yang luar biasa, imam itu telah menggerakkan tangan
kanannya, dia telah berhasil mencengkeram baju didekat
punggung Sin Han.
Dengan demikian Sin Han tidak sampai terbanting pula, si
Tojin kemudian melemparkan Sin Han ke tanah.
”Dimana sekarang gurumu berada ?” tegur tojin itu.
”Suhu.....suhu ..." Sin Han jadi tergugu.
”Cepat katakan !”
”Aku sendiri tidak mengetahui, karena yang kuketahui
adalah pekerjaan yang tetap bagi guruku itu, yaitu mencari
makanan yang digemarinya."
”Hemm, engkau memperoleh guru seperti Lo Ping Kang,
maka dari itu, engkau kelak pun bukan manusia baik2..! Maka
lebih baik engkau dibinasakan saja...!"
Mendengar perkataan Tojin itu, tubuh Sin Han jadi gemetar
kaget.
”Hemm, mukamu pucat sekali tentu engkau ketakutan,
bukan ?" tanya si imam lagi, ”tidak perlu kau takut, aku tidak
akan menganiaya dirimu asalkan engkau bersedia
mengantarkan aku kepada gurumu..!"

Koleksi kang zusi.com 272


Setelah berkata begitu, si imam telah mengulurkan tangan
kanannya, dia mencekal tangan kiri Sin Han, kemudian diajak
untuk pergi mencari Sin Kun Bu Tek.
Tetapi Sin Han tidak mau menuruti kehendak Tojin itu, dia
telah meronta.
Tetapi walaupun Sin Han meronta sekuat tenaganya, namun
tidak urung tangannya itu tercekal terus tidak bisa
dilepaskannya.
Keadaan seperti ini membuat Sin Han jadi nekad.
”Tojin jahat, aku tidak mengganggumu, mengapa justru
sekarang engkau ingin menggangguku ? Cepat lepaskan
cekalan tanganmu ini...!”
Mendengar perkataan Sin Han, tampak si Tojin telah
tertawa dengan suara yang nyaring sekali, katanya kemudian:
”Hemm sudah dalam keadaan demikian, engkau masih
membangkang saja atas perintahku, maka nanti setelah
kupotong jari tanganmu, engkau bersedia mengantarkan aku
bertemu dengan gurumu, itulah suatu tindakan yang
bijaksana,....tetapi jika engkau membangkang, akupun tidak
perdulikan akan kata2 : Si tua menghina si kecil, aku akan
menyiksamu......"
Sin Han jadi takut lagi, dia telah berkata dengan suara
tersendat. ”Hemm, engkau memaksa aku dengan demikian
rupa, apakah engkau tidak takut ditertawai orang2 rimba
persilatan? Lagi pula memang aku tidak mengetahui dimana
sekarang ini suhu tengah berada."
Mendengar perkataan Sin Han, tojin itu telah berkata lagi :
”Hemm, memang engkau seorang anak yang terlalu keras
kepala ! Yang terpenting sekarang engkau ikut denganku, nanti
jika kita telah bertemu dengan gurumu itu, Sin Kun Bu Tek,
barulah kau kubebaskan. Tetapi jika tidak hemm, hemmm.....”

Koleksi kang zusi.com 273


Sin Han juga menyadari ancaman bahaya untuk dirinya jika
dia membangkang terus. Maka dia telah berkata dengan suara
yang dingin : ”Hemm kau bunuhlah jika memang ingin
membinasakan diriku..!"
”Jangan pura2 seperti seorang Hohan, sedangkan hatimu
tengah memikirkan jalan untuk meloloskan diri dari
cengkeramanku ini, bukan ?"
Sin Han cerdas, dia tahu, jika dia melawan si tojin dengan
sikap kepala batunya, niscaya akan menyebabkan tojin itu
gusar dan juga bisa2 dia dianiaya si tojin.
”Baik !" kata Sin Han kemudian. ”Hemm, dengan keadaan
seperti ini tentu saja kita harus mencarinya disekitar
perkampungan ini...."
”Tidak menjadi persoalan...!" kata tojin itu dengan suara
yang nyaring. ”Hemm...dalam persoalan ini, yang terpenting
engkau harus turut denganku ! Jika memang si pengemis tua
she Lo itu berusaha menyingkir dariku, maka engkau yang
akan menggantikan dia...!"
Muka Sin Han jadi berobah merah karena gusar dan
mendongkol. Tojin ini tidak hujan dan tidak angin, justru telah
menyiksanya dengan kejam.
XdwXkzX
”Baiklah !” kata Sin Han kemudian dengan perasaan
mendongkol bukan main. Kemudian dia berkata lagi sambil
menatap kepada si tojin, ”Tetapi kau harus ingat, jika memang
gagal, maka engkau jangan mempersalahkan aku.”
”Yang terpenting kita harus mencari sampai dapat si
pengemis tua Lo Ping Kang itu...!" kata tojin itu dengan suara
yang bengis.
Sin Han tidak mau membantahnya terlebih jauh, dia hanya
menganggukkan kepalanya saja dan mengikuti si tojin yang
Koleksi kang zusi.com 274
membawanya kemana saja untuk mengelilingi perkampungan
itu.
Tetapi berputaran sampai seharian penuh, ternyata mereka
masih belum bisa menjumpai Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang.
Keadaan demikian membuat imam itu jadi uring2an, beberapa
kali si tojin telah mengebutkan bulu2 Hudtimnya dikepala Sin
Han.
”Engkau jangan mempermainkan aku !" bentak tojin itu
dengan suaranya yang keras mengandung kemarahan yang
sangat hebat, karena tampaknya dia benar2 penasaran sekali,
dia juga telah menarik tangan Sin Han yang dicekalnya keras
sekali, sehingga menimbulkan perasaan sakit yang bukan main.
”Aduhh.... jangan mencekal tangan begitu keras, totiang,
sakit sekali !" merintih Sin Han.
”Engkau ingin menunjukkan atau tidak tempat
bersembunyinya gurumu itu ?" bentak si imam. ”Jika tetap
keras kepala, hemm, sekali saja aku mencekal lebih keras, tentu
lengan tanganmu ini akan hancur, sehingga kelak tidak bisa
dipergunakan pula karena akan bercacad."
Sin Han menghela napas dalam2, kemudian katanya sambil
menggelengkan kepalanya beberapa kali.
”Totiang, memang sesungguhnya aku tidak mengetahui
jelas kemana perginya guruku itu, karena sudah menjadi
kebiasaannya untuk mencari makanan di pagi hari....!"
Imam itu telah berdiri sekian lama, akhirnya mengendurkan
cekalannya itu.
”Baiklah, mari kita mencari pula pengemis tua she Lo itu....
Tidak mungkin dia bisa lenyap ke dalam bumi," kata tojin itu
lagi dengan suara yang dingin.
Dan tangan Sin Han ditariknya untuk mengelilingi pula
perkampungan tersebut.
Koleksi kang zusi.com 275
Dan beberapa saat kemudian mereka telah letih, karena
hampir satu harian mereka men-cari2 kesana kemari dengan
tidak memperoleh hasil.
Waktu itu, si tojin tampaknya telah semakin gusar saja dan
sejenak lamanya, dia telah berhenti dan melepaskan cekalan
tangannya pada tangan Sin Han.
Disaat itulah tampak si tojin telah mengawasi bengis
kepada Sin Han. Mukanya merah padam menahan kemarahan
dan kemendongkolannya.
”Jika engkau tidak mau memberitahukan dimana gurumu
berada, biarlah nanti aku yang mencarinya sendiri ! Tetapi
sekarang justru engkau harus mewakili gurumu itu ! Jika kelak
aku gagal mencari pengemis tua she Lo itu, maka hitung2 aku
telah melampiaskan sebagian dari sakit hatiku !"
Sin Han kini baru menyadarinya bahwa tojin ini adalah
musuh gurunya.
Dan Sin Han jadi menyesal, mengapa tadi dia
memberitahukan bahwa dia murid Sin Kun Bu Tek, tetapi
penyesalan itu tidak berarti apa-apa lagi, karena dia telah
tertawan oleh tojin tersebut.
Namun sebagai seorang anak yang cerdas, cepat sekali Sin
Han berkata : ”Tunggu dulu totiang, bicara soal kematian aku
tidak takut tetapi justru engkau sendiri, apakah tidak menjadi
malu ditertawai oleh orang2 Kangouw dengan tuduhan si tua
menghina si kecil ? Hem mengenai guruku, jika dia telah tiba
didepan gedung dimana tadi aku berada, totiang bisa bertemu
dengannya.”
”Hemmm ... !" mendengus dingin tojin itu. ”Aku sudah
mengatakan, jika engkau tidak ingin memberitahukan dimana
bersembunyinya gurumu itu, maka engkau harus
mewakilinya...!"

Koleksi kang zusi.com 276


Dan setelah berkata begitu, tojin ini telah melepaskan
cekalan tangannya.
Sin Han yang tengah bingung dan panik mengetahui tojin
itu memiliki kepandaian yang tinggi, dengan hanya sekali
pukul dikepalanya tentu dia akan binasa disaat itu juga. Maka
dari itu, Sin Han tidak mau mem-buang2 kesempatan yang ada,
begitu tojin tersebut melepaskan cekalannya, dengan cepat Sin
Han memutar tubuhnya, dia telah berlari dengan sekuat
tenaganya.
Tetapi mana bisa Sin Han lolos dari tangan tojin yang
gagah itu ? Dengan mengeluarkan suara bentakan yang dingin:
”Mau lari kemana kau ?" tampak tubuh si tojin telah bergerak
cepat sekali, dan begitu dia mengulurkan tangannya, seketika
itu juga baju bagian punggung Sin Han telah kena dicekal oleh
si tojin, kemudian tubuh Sin Han diangkatnya tinggi-tinggi.
Sewaktu baju dibelakang punggungnya kena dicekal tojin
itu, Sin Han merasakan semangatnya seperti terbang
meninggalkan raganya, dan dia menjadi tambah terkejut waktu
tubuhnya telah dilemparkan melayang ke tengah udara dan
kemudian jatuh terbanting pula di tanah, dengan diiringi pula
oleh suara jeritannya.
Tojin itu telah tertawa mengejek sambil meng-gerak2kan
hudtimnya (kebutan untuk pendeta).
”Sudah kukatakan, engkau jangan memiliki pikiran2 yang
tidak2, jangan memikirkan untuk dapat lolos dari tanganku!
Hemm, walaupun engkau memiliki ilmu lari cepat sepuluh kali
lipat dari sekarang, tidak nantinya engkau bisa lolos dari tangan
Kiang An Cinjin...”
Dan setelah berkata dengan suara yang mengejek begitu,
tojin tersebut telah tertawa lagi dengan keras.

Koleksi kang zusi.com 277


Sin Han merasa ngeri melihat muka si tojin yang
tampaknya cukup menyeramkan.
Disaat itu, Sin Han juga telah merangkak bangun dengan
muka berlepotan darah, sebab tadi si tojin telah
melemparkannya, sehingga dia jatuh terbanting keras, dengan
muka yang lebih dulu mencium bumi, sehingga seketika itu
juga dari hidungnya telah mengucur deras sekali darah merah
segar.
Waktu Sin Han telah dapat berdiri tetap dan meraba
mukanya, dia jadi kaget melihat darah yang berlepotan di
telapak tangannya.
Seketika itu juga Sin Han jadi nekad, dia telah berteriak
memaki tojin itu dengan berani, ”Hidung kerbau yang tidak
tahu malu, hemm ! Rupanya engkau ini memang benar2 tojin
yang rendah dan hina !”
Mendengar perkataan itu, tojin tersebut memandang Sin
Han dengan sorot mata yang tajam sekali, memancarkan
kebengisan yang sangat.
Dan tojin tersebut pun tidak berdiam diri saja, dengan
mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali tampak dia
telah menggerakkan jari telunjuknya, tetapi hebat akibatnya
bagi Sin Han, karena begitu mukanya tersentuh oleh jari2
tangan tojin itu, seketika Sin Han merasakan sakit bukan main,
disamping hidungnya yang bocor mengeluarkan darah merah
segar, juga dia merasakan pandangan matanya jadi gelap
sekali.
Setelah berputar tiga kali, tampak Sin Han terjerunuk jatuh
di tanah.
”Hidung kerbau bau ! Engkau terlalu jahat sekali !” teriak
Sin Han yang nekad sekali. ”Aku akan adu jiwa denganmu....!”

Koleksi kang zusi.com 278


Dan setelah berkata begitu tampak Sin Han mengeluarkan
suara seruan nyaring, dia telah melancarkan serangan dengan
sepasang tangannya yang kecil itu. Justru jurus yang
diturunkan oleh Sin Kun Bu Tek merupakan ilmu yang hebat
dan cukup luar biasa.
Tojin itu waktu melihat Sin Han memukul, dengan tenang
dia menerima serangan tersebut. Dia telah memasang dadanya,
sehingga dadanya itu terpukul keras juga.
”Bukkk !" bukannya Tojin itu yang kesakitan, bahkan Sin
Han sendiri yang telah kesakitan, dan menarik cepat2
tangannya.
Tojin itu telah tertawa melihat Sin Han kesakitan seperti
itu, dia telah berkata dengan suara mengejek : ”Hemm, apakah
engkau ingin merasakan lagi siksaan dariku ? Ayo jalan,
tunjuki aku dimana beradanya si tua bangka she Lo itu !”
Melihat sikap tojin itu dan juga tadi dia telah merasakan
akibat dari cekalan tangan maupun dibanting keras, membuat
Sin Han tidak berani terlalu berkepala batu lagi.
”Totiang, memang sesungguhnya aku tidak mengetahui
dimana sekarang suhu berada !” kata Sin Han. ”Tetapi aku
tentu saja tidak keberatan untuk mengelilingi kampung ini
untuk mencari guruku itu ! Tetapi yang pasti, suhu berada
dimana pada saat2 sekarang ini sama sekali aku tidak
mengetahuinya !” Sin Han ber-kata2 dengan memperlihatkan
sikap yang ber-sungguh2.
Tetapi si tojin tampaknya tidak puas, dia mengebutkan
perlahan lengan jubahnya, katanya dengan nyaring, ”Hemm,
engkau tidak perlu banyak alasan! Yang penting sekarang
engkau harus menunjukkan dimana gurumu itu, si tua bangka
she Lo berada, sehingga engkau tidak akan menerima siksaan2
yang jauh lebih hebat dariku....!"

Koleksi kang zusi.com 279


Sin Han menghela napas. Dia telah ngeloyor meninggalkan
tempat itu untuk mengelilingi kampung.
Si Tojin mengawasi dari belakang, dia tak mau berjalan
dimuka, hanya mengikuti Sin Han dari belakang saja.
Sedangkan saat itu Sin Han sering berpikir, apakah dia
berusaha melarikan diri pula, atau memang mengikuti saja
perintah2 tojin itu.
Sambil berjalan Sin Han telah berpikir keras, dan dia tidak
tahu apa yang harus dilakukannya, karena jika dia melarikan
diri, tentu dengan mudah tojin itu akan dapat menyusulnya,
sebab tojin itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.
Tetapi jika dia berdiam diri dikuasai si pendeta, tentu saja
dia akan terikat, kemungkinan dia akan disiksa dan dipersakiti
oleh imam itu.
Tojin itu juga rupanya mengetahui bahwa Sin Han, yang
telah menjadi tawanannya itu tengah berpikir dan berusaha
untuk mencari kesempatan melarikan diri.
Itulah sebabnya tojin tersebut mengikuti dengan jarak yang
tidak terlalu jauh. Walaupun dia tidak menuntun Sin Han,
namun dia tetap berwaspada, jika sampai anak itu bermaksud
melarikan diri, niat tentu akan dibatalkan dengan cepat, karena
jarak terpisahnya tidak begitu jauh, sehingga mempermudah
tojin itu untuk menangkap dan memberikan hajaran lagi kepada
Sin Han.
Waktu itu, Sin Han melihat kesempatan untuk melarikan
diri sama sekali tidak ada.
Tetapi anak ini memang cerdas dan cerdik sekali
pikirannya, sebab itu untuk sementara waktu Sin Han tidak
memperlihatkan sikap seperti ingin melarikan diri, dia patuh
saja kepada setiap kata2 tojin itu. Dan jika memang nanti
bertemu dengan gurunya, diapun tentu bisa bebas kembali.

Koleksi kang zusi.com 280


Namun, dimana gurunya itu harus dicari ? Sin Han masih
tidak mengetahui kearah mana mencari gurunya itu, sedangkan
si tojin telah beberapa kali mengeluarkan suara ejekan dan
hinaan kepadanya dan juga untuk Sin Kun Bu Tek.
Memang hati Sin Han mendongkol bukan main, dia
berusaha menindih perasaan mendongkolnya itu dan tidak
diperlihatkan dimukanya. Hanya saja diam2 Sin Han telah
berpikir dihatinya : ”Jika nanti kau telah bertemu dengan
guruku, kau baru mengetahui bahwa Sin Kun Bu Tek seorang
gagah perkasa.”
”Cepat tunjukkan tempat persembunyian si tua bangka
pengemis she Lo itu ! Jika kau sengaja mengajak aku mutar2
keliling kampung hemm, hemm, kedua kakimu itu akan
kupatahkan !”
Mendengar perkataan si tojin, Sin Han jadi bergidik.
Karena tidak mustahil si pendeta akan membuktikan
ancamannya itu. Lagi pula nada suara pendeta tersebut
memperlihatkan kegusarannya dan bengis sekali.
”Aku memang ingin mencari guruku itu !" kata Sin Han
setelah tertegun sejenak. ”Dengan adanya guruku, tentu engkau
tidak akan menghina aku lagi....."
”Hmm, jadi engkau maksudkan gurumu itu seorang
pendekar gagah perkasa yang tanpa tanding ? Hmmmm,
hemmmm sayang tua bangka pengemis she Lo itu tidak ada
disini, jika nanti kita telah berhasil menemui jejaknya, aku
akan memperlihatkan kepadamu bagaimana sesungguhnya
pengemis busuk itu."
Sin Han bungkam tidak memberikan komentar apa2, dia
hanya berjalan terus.
Si tojin juga sudah tidak mengomel lagi, hanya mengikuti
dibelakang Sin Han.

Koleksi kang zusi.com 281


Tojin ini telah melihat bahwa Sin Han memang tidak
berdusta, karena dari gerak geriknya dapat dilihat bahwa anak
ini memang tengah mencari gurunya juga.
Tetapi setelah lewat lagi sekian lama, mereka masih belum
berhasil menjumpai Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, maka
kemarahan tojin itu jadi meluap lagi.
”Hmm, sudahlah !" kata tojin itu dengan suara yang sangat
keras. ”Walaupun aku tidak tisa berhasil mencari si tua bangka
pengemis itu, yang bisa main sembunyikan ekor, maka biarlah
engkau saja yang mewakilinya....."
Dan setelah berkata begitu, tojin tersebut telah
menghampiri Sin Han.
Matanya memancarkan sinar yang keji sekali, dia juga telah
mengangkat tangan kirinya, untuk melancarkan serangan ke
diri anak itu.
Walaupun untuk menepuk batok kepala Sin Han yang
cukup keras, tetapi tojin itu hanya mempergunakan dua bagian
dari tenaga dalamnya.
Angin serangan itu berkesiuran, dan hati Sin Han tercekat
kaget. Bagaimana dia bisa menangkis atau mengelakkan dari
dari serangan itu ??
Maka akhirnya Sin Han pasrah saja, dia berdiam diri
dengan memejamkan matanya.
Disaat yang bersamaan waktu telapak tangan dari si tojin
hanya berpisah beberapa dim dari batok kepalanya, tiba2
tampak sesosok bayangan telah berkelebat dengan cepat sekali.
Gerakan tangan tojin itu sudah cepat, karena dia menyerang
dengan pukulan yang aneh, tetapi justru orang yang baru
muncul itu lebih gesit lagi, sebab disaat dia mengayunkan
tangannya, tangan tojin tersebut berhasil ditangkisnya.

Koleksi kang zusi.com 282


Sehingga membuat si tojin jadi gusar bukan main, dia telah
melompat mundur beberapa langkah ke belakang dengan muka
yang merah padam.
”Hemmm, rupanya engkau ?" tanya si-tojin sambil
memandang orang yang muncul itu. Diapun telah melanjutkan
pula : ”Memang aku sejak tadi telah men-cari2mu. Rupanya
engkau tadi sengaja bersembunyi dan sekarang baru
memperlihatkan dirimu !"
Sin Han yang sejak tadi memejamkan matanya saja, telah
membuka kembali pelupuk matanya, dan alangkah senangnya
dia waktu mengenali orang yang baru muncul menolonginya
itu.
”Suhu...!” teriaknya.
Orang yang baru muncul itu memang tidak lain daripada
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, yang saat itu tengah berdiri
menghadapi si tojin dengan sikap mengejek.
”Hidung kerbau, mengapa engkau menghina muridku ?”
tanyanya kemudian.
Si imam yang dipanggil sebagai ’hidung kerbau’ marah
bukan main, dia telah memandang dengan sorot mata yang
tajam sambil katanya, ”Sin Kun Bu Tek, kedatanganku kemari
untuk membuat pertemuan denganmu guna menentukan siapa
yang kalah dan siapa yang tewas...!”
Tetapi Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang menyambuti
perkataan tojin itu dengan sikap yang dingin sekali.
”Hemm, engkau ingin mengadu kepandaian ? Aku
menasehatimu, bahwa dalam mengadu kepandaian, salah
seorang diantaranya ada yang menang, dan ada yang kalah !
Maka jika nanti engkau keluar sebagai pemenang, tentu engkau
tidak akan memperoleh apapun juga... Tetapi jika memang

Koleksi kang zusi.com 283


dalam hal ini engkau kalah, tidakkah engkau akan menderita
malu ditertawakan orang2 rimba persilatan ?"
Ditanya begitu, si tojin tertawa mengejek, diapun telah
berkata dengan suara yang dingin: ”Engkau tidak perlu
menasehatiku ! Ketahuilah beberapa orang adik maupun kakak
seperguruanku telah jatuh ditanganmu ! bahkan adik kami yang
ketiga, telah dibinasakan engkau ! Dalam hal ini disamping aku
mengadu kepandaian, akupun ingin memperhitungkan dendam
belasan tahun yang lalu !!” selesai berkata si tojin telah
mengebutkan hudtim ditangannya.
Dari kebutan hudtimnya itu menyambar angin yang kuat
sekali, karena tojin itu menyadari Sin Kun Bu Tek merupakan
lawan yang berat.
Tetapi Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang hanya berdiri
tenang2 di tempatnya, dia memandangi saja datangnya
serangan tersebut.
Waktu tangan kiri tojin itu akan mencengkeram baju bagian
dada, Sin Kun Bu Tek baru menyambuti dengan satu
sampokan.
Luar biasa kebutan hudtim ditangan si tojin itu, maka jika
memang terkena pada sasarannya niscaya akan menyebabkan
dia terluka parah atau binasa....
Tetapi Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang memang memiliki
kepandaian yang telah tinggi, dia tidak menjadi gugup waktu
diserang pula dengan pukulan2 tangan si tojin yang dicampur
juga dengan kebutan2 hudtimnya.
Keadaan seperti ini membuat tojin itu jadi tambah
penasaran, dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya
untuk menyerang Sin Kun Bu Tek.

Koleksi kang zusi.com 284


Tetapi Sin Kun Bu Tek memang memiliki ginkang dan
kepandaian yang cukup tinggi, dia telah menyambuti serangan
tojin itu dengan kekerasan pula.
Sin Kun Bu Tek memang yakin bahwa dia akan dapat
merubuhkan tojin ini. Maka walaupun si tojin telah
melancarkan serangan yang sangat kuat, dia telah membarengi
pula dengan tendangan kakinya.
Tendangan kaki Sin Kun Bu Tek luar biasa cepatnya,
sehingga tojin itu jadi mengeluarkan seruan kaget.
Waktu beberapa saat yang lalu dia men-cari2 jejak Sin Kun
Bu Tek, hatinya yakin bahwa dia akan berhasil menundukkan
Sin Kun Bu Tek dalam beberapa jurus saja. Namun sekarang,
begitu mereka bertempur, disaat itu juga tojin itu merasakan
bahwa kekuatan lwekang dan kepandaian si pengemis tidak
berada disebelah bawahnya.
Tetapi karena diliputi kegusaran dan marah, tojin itu telah
menggerakkan kedua tangannya lagi dengan gerakan yang
sangat kuat.
Serangan mana telah membuat Sin Kun Bu Tek sementara
waktu harus mengelakkan diri dulu.
Tojin itu jadi girang, dia telah melancarkan serangan yang
jauh lebih hebat. Terbangun semangat tojin itu waktu melihat
Sin Kun Bu Tek mulai terdesak dan disaat itupun terlihat
betapa si pengemis sibuk mengelakkan diri, maka si tojin
berulang kali mengeluarkan suara seruan nyaring, sambil
tangannya itu digerakkan, dimana hudtimnya telah me-
nyambar2 bagaikan seekor naga dan juga tangannya telah
dipergunakan untuk mencengkeram.
Sin Kun Bu Tek mengetahui, tidak bisa dia bertempur
dengan cara2 seperti itu. Maka dengan mengeluarkan suara
bentakan keras, tahu2 kedua kepalan tangannya yang sangat

Koleksi kang zusi.com 285


kuat dan tangguh itu, telah menyambar silih berganti ke
bagian2 yang mematikan ditubuh tojin itu.
Tentu saja tojin itu harus mengelakkan diri sambil menarik
pulang serangannya. Tetapi belum lagi tojin itu berhasil
memperbaiki kedudukan kedua kakinya, ternyata si pengemis
tua she Lo itu telah melancarkan serangan lagi dengan gencar.
Lo Ping Kang terkenal dengan julukannya, yaitu kepalan
sakti tanpa tandingan. Maka dari itu bisa dibayangkan betapa
hebatnya kedua kepalan tangannya itu.
Namun sebagai seorang tokoh persilatan yang memiliki
kepandaian cukup tinggi, tojin itu tidak menjadi gugup. Dia
telah memutar Hudtimnya dengan cepat sekali, lingkaran
hudtimnya itu melindungi sekujur tubuhnya agar tidak sampai
terserang oleh kepalan tangan Sin Kun Bu Tek.
Waktu itu Sin Han hanya menyaksikan dari samping
dengan hati berdoa agar gurunya yang bisa memperoleh
kemenangan, karena tojin itu jadi sangat jahat dan telah
menyiksa dirinya.
Sin Kun Bu Tek dan tojin itu telah terlibat dalam suatu
pertempuran yang seru sekali, masing2 telah mengeluarkan
ilmu simpanan mereka.
Si Tojin sendiri dengan mempergunakan Hudtimnya itu,
tampaknya semakin lama semakin gagah, maka tidak mudah
buat Sin Kun Bu Tek untuk merubuhkan lawannya.
Waktu itu si tojin juga tidak tinggal diam, dia telah berpikir,
"Si pengemis memang tangguh dan gagah, tetapi.....Hemm,
coba nanti lihat, apakah aku yang dapat menundukkanmu atau
engkau yang bisa merubuhkan diriku ! Kepandaian kita hampir
berimbang, dan si pengemis hanya menang seurat dariku !
Maka jika aku bisa melibatkan dia dengan mempergunakan

Koleksi kang zusi.com 286


jurus Ban Hoa Ie (Hujan bunga selaksa), tentu aku bisa
merubuhkan si pengemis busuk ini...!"
Karena berpikir begitu, tampak si tojin telah mempergencar
serangannya, dengan hudtimnya justru tojin itu ingin melibat
Sin Kun Bu Tek.
Sin Kun Bu Tek pun berpikir : ”Kepandaian imam ini tidak
berada disebelah bawahku...! Hemm, tampaknya dia tidak
mudah untuk dirubuhkan..!"
Sin Kun Bu Tek baru berpikir sampai disitu, justru disaat
tersebut dia telah melihat si tojin merobah cara menyerangnya,
sehingga pengemis itu jadi terkejut juga. Dia telah berusaha
memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk balas
menyerang.
Keadaan seperti ini telah membuat si tojin agak sulit untuk
melancarkan serangan yang mengikat si pengemis, karena
justru Sin Kun Bu Tek selain mengandalkan lwekangnya yang
tinggi, juga kedua kakinya melakukan tendangan yang silih
berganti, membuat tojin itu agak repot untuk mengelakkan diri
dari serangan2 itu.
Suatu kali Sin Kun Bu Tek melihat ada kesempatan dimana
tojin itu tengah mengangkat hudtimnya, untuk melakukan
penyerangan, sedangkan jarak keduanya sangat dekat sekali.
Maka ketika si tojin mengangkat hudtimnya, pertahanan
didadanya terbuka, sehingga membuat Sin Kun Bu Tek jadi
girang bukan main. Dia mana mau membuang kesempatan
yang ada ini ? Dengan mengerahkan tenaga lwekangnya
dikedua kepalan tangannya, tangan kirinya telah melancarkan
serangan kearah dada, kemudian tangan kanannya dipakai
untuk menggempur perut si Tojin.

Koleksi kang zusi.com 287


Hebat kesudahannya, karena dengan mengeluarkan suara
yang keras: ”Bukkk! Dukk!” dada dan perut tojin itu kena
digempur hebat sekali.
Begitu terkena serangan si pengemis, tojin itu
mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring, tubuhnya
telah terpental keras sekali.
Sin Kun Bu Tek telah menghampiri tubuh si tojin yang
tengah terguling diatas tanah itu. Sebetulnya Sin Kun Bu Tek
ingin melancarkan serangan lagi, tapi ketika melihat si tojin
merangkak berdiri dan kemudian memuntahkan darah segar
sebanyak tiga kali, si pengemis tua she Lo itu telah
membatalkan maksudnya untuk menyerang kepada tojin itu
lagi.
”Sekarang engkau telah melihat, manusia hidung kerbau
seperti engkau tidak dapat menandingi Sin Kun Bu Tek, bukan
?” ejek si pengemis.
Waktu itu si tojin telah berhasil berdiri dengan tubuh yang
ter-huyung2 dan dia telah mengawasi Sin Kun Bu Tek dengan
sorot mata yang tajam.
”Hmm, aku tidak akan melupakan hadiah ini !" katanya
dengan suara yang agak serak, karena disaat itu si tojin telah
memuntahkan lagi darah segar sebanyak tiga kali.
Sin Kun Bu Tek tertawa lebar.
”Hemm, jika engkau ingin membalas dendam, aku tidak
bisa mengatakan apa2, tetapi sekarang ini jika memang aku
menghendakinya, maka mudah sekali aku membinasakanmu
disini....”
Muka tojin itu jadi berobah merah.
”Aku tidak akan membiarkan engkau berlalu begitu enak,
karena tadi engkau telah menghina dan menyiksa muridku !
Nah, sekarang kau coba rasakan tanganku ini !" dan setelah
Koleksi kang zusi.com 288
berkata begitu, sepasang tangan Sin Kun Bu Tek telah bergerak
melancarkan serangan lagi, namun si tojin yang tengah
menoleh melihat serangan Sin Kun Bu Tek, maka dia bisa
mengelakkannya. Tanpa balas menyerang atau memaki,
tampak tojin itu telah melompat untuk berlalu.
Sin Kun Bu Tek telah puas mempermainkan tojin itu.
Sin Han cepat2 menghampiri gurunya, dimana Sin Kun Bu
Tek telah mempergunakan secarik kain untuk membersihkan
luka muridnya itu.
”Kepandaian tojin itu cukup tinggi, tidak berada disebelah
bawahku.... maka jika memang kami bertempur terus, sulit
bagiku untuk merubuhkannya ! untung saja tadi tojin itu
melakukan gerakan yang melowongkan pertahanan dadanya,
sehingga aku berhasil melancarkan serangan kepadanya dan
membuat dia terluka didalam...coba kalau tojin itu berlaku
tenang, tentu sulit bagiku untuk merubuhkannya !”
”Siapakah tojin jahat itu suhu?" tanya Sin Han setelah
gurunya itu membersihkan noda-noda darah dimukanya.
Si pengemis mengangkat bahunya. ”Aku sendiri baru
pertama kali ini melihatnya, entah siapa dia dan berasal dari
perguruan mana. Ilmu silatnya cukup hebat karena itu sulit aku
men-duga2 dari pintu perguruan mana tojin itu.....”
”Tetapi tojin itu jahat sekali, suhu, dia telah menyiksa aku
tanpa mengenal kasihan lagi..!" kata Sin Han kemudian dengan
sikap yang manja.
”Sudahlah, bukankah aku telah membalas
kemendongkolanmu itu dengan merobohkan si tojin hidung
kerbau itu? Bukankah diapun telah memuntahkan darah
segar?"
Sin Han mengangguk, tampaknya anak ini puas melihat
gurunya telah berhasil mempermainkan si tojin.

Koleksi kang zusi.com 289


Waktu itu tampak cuaca mulai menjelang lohor, dari balik
bajunya yang penuh tambalan itu si pengemis telah
mengeluarkan dua potong ayam panggang dan beberapa
macam kue dan sayur lainnya. Guru dan murid itu segera
mengisi perut.
Sin Kun Bu Tek mengajak Sin Han melanjutkan
perjalanannya lagi setelah beristirahat.
”Kita akan pergi ke Kanglam, daerah itu merupakan daerah
yang sangat permai, dan penuh kelembutan sebab udara di
selatan itu sangat baik dan tanahnya subur ! Tahukah engkau,
karena kagumnya, beberapa orang pujangga telah menulis syair
yang bunyinya sebagai berikut : ”Kanglam merupakan
sorganya dunia...!” dari kata2 itu saja engkau sudah bisa
membayangkan betapa indahnya Kanglam.”
Sin Han girang bukan main, dia sampai me-nepuk2 tangan
beberapa kali.
”Tentu disana aku bisa ber-main2 sepuas hati ... !" kata Sin
Han dengan suara yang riang.
Sin Kun Bu Tek tersenyum mendengar perkataan muridnya
itu, dia telah berkata perlahan : ”Muridku, walaupun daerah
disana indah luar biasa, engkau tidak bisa ber-main2 saja,
latihan ilmu silatmu harus ditekuni agar engkau bisa
menguasainya dengan baik...!”
”Ya, tecu juga selalu akan mengingat dan menyimpan
semua nasehat suhu...tetapi dengan berada di daerah yang
permai seperti Kanglam, berarti aku bisa menyaksikan
keindahan yang menakjubkan...! mengenai latihan ilmu silat
seperti suhu lihat sendiri, bukankah aku tidak pernah lalai ?”
Kembali Sin Kun Bu Tek tersenyum sabar, dia telah meng-
usap2 kepala Sin Han dengan penuh kasih sayang.

Koleksi kang zusi.com 290


Setelah beristirahat lagi sejenak, si pengemis melompat
berdiri katanya : ”Mari kita berangkat!"
Sin Han juga telah bangun berdiri, tetapi baru saja mereka
ingin mengayunkan langkah kakinya, tiba2 mata Sin Han telah
terpentang lebar2.
Begitu juga dengan gurunya, Sin Kun Bu Tek Lo Ping
Kang, yang matanya telah terbuka lebar2, mengawasi ke suatu
tempat dibawah pohon.
Ternyata dibawah pohon itu terdapat segerombolan ular2
yang berukuran tidak menentu, ada yang panjang dan ada yang
pendek, warnanya juga ber-macam2, ada yang hijau, ada pula
yang merah dan coklat. Jumlah ular itu sekitar seratus ekor
tengah menggeleser ditanah, lidah ular2 itu terjulur keluar dan
mereka mendesis dengan suara yang menakutkan sekali.
”Aneh sekali !" kata Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang dengan
suara tertahan. "Dari mana saja ular2 itu yang terdiri dari
berbagai jenis.... yang mengherankan sekali justru mereka bisa
berkumpul menjadi satu seperti itu....!” Sin Kun Bu Tek tidak
bisa melanjutkan perkataannya, karena ular2 itu telah
menggeleser menghampiri kearah mereka.
”Mari kita pergi....!" ajak Sin Kun Bu Tek yang ingin
menjauhi ular2 itu. "Binatang melata seperti itu tidak perlu kita
lawan, walaupun kepandaian kita tinggi dan tingkat kita
sempurna, tetapi jika harus menghadapi ular2 berjumlah begitu
besar, bagaimana kita bisa menghindarkan diri ?"
Sin Han hanya menurut saja ajakan gurunya, memang anak
ini tengah ketakutan dan jijik melihat ular2 yang jumlahnya
banyak sekali.
Tetapi waktu mereka baru memutar tubuh berjalan empat
langkah, dari arah depan mereka mendatangi segerombolan

Koleksi kang zusi.com 291


ular2 berbagai jenis itu. Jadi tegasnya mereka seperti terkurung
oleh barisan ular itu.
Waktu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek menoleh lagi kearah
lainnya, didua tempat kiri dan kanan mereka juga tampak
barisan ular yang menyeramkan sekali dan tengah menggeleser
mendatangi kearah Sin Kun Bu Tek dan Sin Han.
Sin Han jadi ketakutan bukan main melihat jumlah ular
yang demikian banyak, dia sampai mendekati gurunya, seperti
ingin meminta perlindungan.

Sin Kun Bu Tek sendiri jadi bingung untuk menghadapi


barisan ular seperti itu, karena jika memang dia
mempergunakan gin-kangnya (ilmu meringankan tubuhnya),
tidak nantinya dia bisa melompat sampai enam atau tujuh
Koleksi kang zusi.com 292
tombak, sedangkan jumlah ular itu sangat banyak dan berbaris
panjang sekali, sampai belasan tombak.
Sin Kun Bu Tek jadi mengeluh.
Dia memang gagah dan memiliki kepandaian yang tinggi,
tetapi menghadapi barisan ular ini ternyata dia tidak berdaya
dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Dia pun
jijik bukan main.
Barisan ular itu telah mendatangi semakin dekat, sehingga
Sin Kun Bu Tek dan muridnya telah terkurung oleh barisan
ular itu.
Tetapi waktu ular2 itu sedang mengurung Sin Han dan Sin
Kun Bu Tek dalam bentuk lingkaran satu tombak, tiba2
ditengah udara lewat sepasang burung merpati, yang
mengeluarkan suara pekik yang beruntun.
Melihat burung merpati itu, muka Sin Kun Bu Tek jadi
berobah.
”Siang Niauw Pek Sian !” berseru Sin Han dengan suara
tersendat, karena dia mengetahui dengan adanya sepasang
burung merpati itu, berarti hadir juga Siang Niauw Pek Sian
majikan burung itu.
Sin Kun Bu Tek juga telah berpikir : ”Menghadapi ular2 ini
saja sudah sulit karena ular2 ini tampaknya terlatih sekali !
Entah siapa pemiliknya...! Dan sekarang ditambah pula dengan
munculnya Siang Niauw Pek Sian, tentu keadaan jadi lebih
rumit."
Suara pekik burung merpati itu telah menyebabkan ular2
yang ada disekitar tempat itu mengangkat kepalanya dengan
lidah terjulur, tampaknya binatang melata ini tengah
menghadapi sesuatu yang dihormatinya.
Tidak lama kemudian, dari kejauhan terdengar samar2
suara pekikan dan disaat itu pula Sin Kun Bu Tek dan Sin Han
Koleksi kang zusi.com 293
jadi memandang sekelilingnya, karena orang yang
mengeluarkan suara pekikan yang menyerupai suara tertawa
dan menangis itu, semakin lama semakin dekat. Sin Kun Bu
Tek tahu, bahwa yang mengeluarkan suara pekikan itu tidak
lain dari pada tokoh iblis Siang Niauw Pek Sian. Tetapi
sebegitu jauh, belum terlihat orangnya.
Ular2 yang jumlahnya ribuan ekor itu, ketika mendengar
suara pekik yang menyeramkan itu, telah menundukkan
kepalanya masing2, sikap ular2 itu seperti juga tengah
menantikan munculnya orang yang mengeluarkan pekikan itu,
untuk memberi hormat.
Kedua burung merpati putih yang bulunya halus dan indah
itu, telah menukik dengan serentak, menyambar seekor ular
yang berukuran tidak begitu besar.
Ular yang disambar oleh burung merpati itu sama sekali
tidak meronta atau mengeluarkan desiran, hanya berdiam diri
saja.
Kedua burung merpati itu telah terbang tinggi kembali,
mereka telah menarik tubuh ular itu, maka putuslah tubuh ular
itu. Kedua burung merpati itu terbang lagi kebawah dan berdiri
disebuah batu yang cukup besar, lalu mematuki ular tersebut,
untuk dijadikan santapan mereka !
Melihat itu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek telah memandang
heran, karena mereka tidak mengerti mengapa ular beracun
seperti itu bisa tunduk dan diam saja dibinasakan oleh kedua
burung merpati itu.
Sehingga perasaan ngeri telah meliputi hati Sin Han, dan
begitu juga dengan Sin Kun Bu Tek, pengemis tua ini juga
terkejut sekali, tetapi dia bisa mempertahankan dirinya untuk
menindih perasaan ngerinya terhadap ribuan ekor ular itu.

Koleksi kang zusi.com 294


Bahkan Sin Kun Bu Tek ingin melihat perkembangan
selanjutnya. Untuk keluar dari lingkaran barisan ular itu, jelas
mereka tidak bisa. Tetapi untuk berdiam diri saja juga tidak
bisa.
Dengan cepat Sin Kun Bu Tek berpikir untuk mencari jalan
keluar.
Waktu itu, suara pekik yang menyeramkan dari Siang
Niauw Pek Sian, telah terdengar lebih keras lagi.
Dan tidak lama kemudian muncullah orang tersebut, Siang
Niauw Pek Sian yang memiliki mata dan muka menyeramkan.
Waktu sampai ditempat itu, Siauw Niauw Pek Sian telah
melihat Sin Kun Bu Tek dan muridnya, maka Siauw Niauw
Pek Sian mengeluarkan suara yang mengejek, katanya dengan
suara yang tawar, ”Kita rupanya berjodoh...sekarang kita telah
bertemu lagi !!”
Dan setelah berkata begitu, Siauw Niauw Pek Sian tertawa
ber-gelak2, dia mengayunkan kakinya untuk melangkah
memasuki gelanggang dimana barisan ular itu memenuhi tanpa
terdapat lowongan sedikitpun juga.
Tetapi anehnya waktu Siauw Niauw Pek Sian melangkah
masuk melewati barisan ular itu justru ular2 itu yang
menyingkir kesamping.
Sin Kun Bu Tek telah menyahuti : "Memang tidak pernah
kusangka, bahwa dunia ini terlalu sempit, sehingga kita bisa
saling bertemu lagi...!”
”Hemm, kalian lihat bukan barisan ular. Ular2 itu adalah
mainan isteriku.... jika mainanku adalah burung merpati itu,
yang patuh terhadap setiap perintahku. Justru istriku itu
memelihara ular sebanyak ini untuk membantu aku, agar
burung2 merpatiku tidak kelaparan....! setiap hari burung
merpati itu bisa makan daging ular !!”

Koleksi kang zusi.com 295


Kembali Siang Niauw Pek Sian telah tertawa ber-gelak2
lagi.
Sin Kun Bu Tek tertawa dingin, dia telah berkata : ”Kau
memang manusia rendah yang tidak tahu malu ! Hemm, hal ini
membuktikan bahwa engkau mengangkat nama di kalangan
kangouw bukan mengandalkan kepandaianmu, hanya
mengandalkan burung2 merpatimu dan ular2 itu...!”
Siang Niauw Pek Sian jadi gusar bukan main, dia telah
mengeluarkan suara seruan yang keras sekali. Seruan mana
telah membuat Sin Kun Bu Tek dan Sin Han merasakan telinga
mereka seperti tuli. Jika Sin Kun Bu Tek dapat
mempertahankan getaran suara itu dengan menyalurkan tenaga
dalamnya, justru Sin Han yang masih memiliki kepandaian
rendah, telah rubuh terguling.
Sin Kun Bu Tek menjadi kaget, cepat2 dia berjongkok
untuk membangunkan muridnya itu. Dia juga telah menotok
beberapa jalan darah di tubuh Sin Han, sehingga muridnya itu
telah sadar kembali.
Siang Niauw Pek Sian membiarkan Sin Kun Bu Tek
menolongi muridnya, tetapi disaat itu, diapun tidak hentinya
mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras, yang disertai
dengan kekuatan tenaga lwekangnya.
Begitu tersadar, Sin Han pingsan lagi karena getaran suara
yang sangat kuat dari Siang Niauw Pek Sian.
Sin Kun Bu Tek jadi tambah mendongkol, dia sampai
memaki Siang Niauw Pek Sian, hatinya juga telah berpikir :
”Biarlah Sin Han pingsan dahulu...aku harus menghadapi
manusia berhati srigala ini....”
Maka dari itu Sin Kun Bu Tek meletakkan tubuh muridnya
ditanah, sedangkan dia sendiri telah melompat berdiri dengan
muka memancarkan kegusaran yang sangat.

Koleksi kang zusi.com 296


”Siang Niauw Pek Sian !" seru Sin Kun Bu Tek dengan
suara yang mengandung kegusaran. ”Engkau keterlaluan sekali
! Janganlah engkau melakukan perbuatan licik dengan
meminjam tenaga sihir maupun binatang melata itu....jika
memang benar2 Hohan, tentu engkau akan menghadapi aku
dengan ilmu silatmu....!”
Siang Niauw Pek Sian berhenti memekik, dengan muka
yang sangat merah seperti kepiting direbus, sebab dia gusar
sekali, disaat itulah dia telah berkata dengan suara yang
mengandung hawa pembunuhan : ”Pengemis bau, engkau tidak
perlu banyak bicara !" katanya kemudian, ”Jika memang
engkau merasakan aku bermain licik, aku persilahkan engkau
menyerang aku.. kita akan mengadu kepandaian secara jujur,
agar hatimu puas...!"
Lo Ping Kang tertawa dingin, dia telah berkata dengan
suara yang tawar, ”Baik ! Baik ! Tetapi janji seorang Hohan
sama seperti seekor kuda yang telah dipecut lari...engkau tidak
bisa memungkiri lagi kata2mu .. ! Nah, sekarang perintahkan
ular2 itu untuk pergi... agar kita bisa bertempur lebih leluasa.”
Siang Niauw Pek Sian tertawa mengejek mendengar
perkataan si pengemis tua she Lo itu.
”Ular2 itu dipelihara isteriku, maka mana aku bisa
perintahkan ular2 itu untuk pergi? Terlebih lagi burung
merpatiku itu belum makan kenyang....! Biarlah kita bertempur
disini saja....!”
Mendengar perkataan Siang Niauw Pek Sian, Lo Ping Kang
masih ragu2, dia telah mengawasi kearah barisan ular yang
tengah berjajar itu.
”Kenapa? Apakah engkau kuatir kalau nanti setelah aku
terdesak olehmu ?"

Koleksi kang zusi.com 297


”Benar ! Tepat sekali !" kata Sin Kun Bu Tek kemudian
dengan suara yang ragu2.
”Hemmm....aku tidak akan sehina itu !” kata Siang Niauw
Pek Sian dengan marah. ”Akupun mengetahui, dengan
memiliki kepandaian seperti engkau sekarang ini, tidak lebih
dari sepuluh jurus engkau telah dapat dirubuhkan !"
”Baiklah,” kata Sin Kun Bu Tek sambil tertawa kecil
mengejek. ”Marilah buktikan perkataan itu !”
Siang Niauw Pek Sian gusar bukan main, dia telah
mengeluarkan suara pekikan dengan bola mata yang berubah
menjadi merah.
Sin Kun Bu Tek tidak berani menatap mata Siang Niauw
Pek Sian, yang seperti mengandung kekuatan gaib, maka dari
itu, sambil melirik, dia hanya memandang bagian2 tubuh
lawannya yang sangat berbahaya.
Sin Kun Bu Tek juga menyadari sekali saja dia terjatuh
dalam lingkaran mata Siang Niauw Pek Sian, niscaya dirinya
akan terjatuh dalam cengkeraman Siang Niauw Pek Sian.
Keadaan seperti ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi
berlaku hati2 sekali, karena Siang Niauw Pek Sian telah
berusaha beberapa kali untuk menguasai lawannya dengan
kekuatan ilmu hitamnya (semacam ilmu gaib).
Namun, disebabkan Sin Kun Bu Tek memang bukannya
seorang yang lemah, dia dapat menghadapinya dengan
berusaha menenangkan dirinya sebisa mungkin.
Rupanya Siang Niauw Pek Sian mendongkol dan penasaran
sekali melihat Sin Kun Bu Tek bisa bertahan demikian lama.
Sedangkan saat ini telah berlangsung delapan jurus gerakan,
hanya sisa dua jurus lagi bagi Siang Niauw Pek Sian untuk
merubuhkan lawannya.

Koleksi kang zusi.com 298


”Ayo keluar semua kepandaianmu, aku tidak percaya
engkau bisa merubuhkan aku dengan mengandalkan sepuluh
jurus saja," kata Sin Kun Bu Tek dengan suara yang bengis
sekali sambil tetap waspada terhadap serangan2 Siang Niauw
Pek Sian yang aneh2 gerakannya!
Tetapi Siang Niauw Pek Sian juga memiliki kepandaian
yang luar biasa, maka dalam keadaan terdesak dan terjepit
seperti itu, cepat sekali Siang Niauw Pek Sian menangkis
dengan mendorong telapak tangan Sin Kun Bu Tek. Ketika
tangan mereka saling bentur satu dengan yang lainnya, Siang
Niauw Pek Sian telah mengeluarkan suara pekikan yang sangat
keras sekali.
Tapi suara teriakan yang dikeluarkan oleh Siang Niauw Pek
Sian tidak bisa merubuhkan Sin Kun Bu Tek, walaupun suara
itu memiliki getaran lwekang yang kuat sekali, karena Sin Kun
Bu Tek telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menutup
pendengarannya. Kedua tangannya telah ditarik pulang sambil
melompat mundur satu langkah kebelakang.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 9
DIKALA Sin Kun Bu Tek menarik pulang tangannya,
disaat itu terlihat pergelangan tangan si pengemis telah
berwarna merah, karena tadi lengannya itu sangat keras
membentur lengan lawannya.
Dalam keadaan demikian, Sin Kun Bu Tek bertambah
semangat dalam bertempurnya. Bukankah dia hanya perlu satu
jurus lagi saja untuk menghadapi lawannya itu ? Sembilan
jurus telah dilewatkan, dan kini hanya tinggal satu jurus untuk
Siang Niauw Pek Sian membereskan Sin Kun Bu Tek.

Koleksi kang zusi.com 299


”Sudah kukatakan, tua bangka seperti engkau tidak punya
guna dan hanya bisa membuka mulut temberang saja..!" kata
Sin Kun Bu Tek dengan suara yang nyaring. Dia sengaja
berkata begitu, karena memang Sin Kun Bu Tek bermaksud
untuk memancang kemarahan lawannya, dan jika lawannya
telah diliputi kemarahan, niscaya lawannya itu akan kehilangan
ketenangannya.
Sin Han yang melihat keadaan kedua jago yang tengah ber-
siap2 untuk saling terjang itu, telah memandang dengan sikap
berkuatir sekali.
Diantara siliran angin sore, tampak kedua orang itu
berusaha untuk mencari kelemahan lawannya masing2.
Waktu itu, Sin Kun Bu Tek melompat melancarkan
serangan, karena dia bermaksud untuk memancing lawannya
melancarkan serangan satu jurus lagi berarti dirinyalah yang
akan menang. Sebab Siang Niauw Pek Sian telah berjanji jika
dalam sepuluh jurus dia tidak bisa merubuhkan Sin Kun Bu
Tek, dia yang terhitung kalah.
Siang Niauw Pek Sian juga cerdik, tidak mau dia termakan
oleh pancingan yang diulurkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang,
justru waktu serangan Lo Ping Kang menyamber datang, Siang
Niauw Pek Sian telah melompat ke belakang beberapa langkah,
kemudian dia mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring
sekali.
Suara itu menggema menulikan anak telinga terpaksa Sin
Kun Bu Tek harus menjauhi diri mempergunakan kedua
tangannya menutup telinganya. Ketika mengetahui Siang
Niauw Pek Sian mulai melancarkan gempuran lewat ilmu
hitamnya, Sin Kun Bu Tek jadi berkuatir juga. Dia telah
mengempos semangatnya untuk menenangkan hatinya yang
bergoncang keras.

Koleksi kang zusi.com 300


Cepat bukan main, Sin Kun Bu Tek telah melancarkan
gempuran lagi kepada lawannya !
Namun Siang Niauw Pek Sian tidak mau menyambutinya,
setiap kali serangan menyambar datang, dia telah
mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras sekali.
Setiap kali Siang Niauw Pek Sian berteriak dengan suara
yang nyaring memekikkan anak telinga, Sin Kun Bu Tek selalu
harus melompat mundur menjauhi diri...
Semakin lama Sin Kun Bu Tek jadi semakin penasaran,
maka dia telah membentak : ”Hei tua bangka, apakah engkau
tidak tahu malu, sehingga engkau harus main ilmu sihir seperti
itu, sedangkan aku hanya mempergunakan ilmu silat biasa !
Tidakkah kau takut ditertawakan oleh orang2 rimba persilatan
?”
Siang Niauw Pek Sian tertawa ber-gelak2 dan diapun telah
menggerakkan kedua tangannya yang diputar cepat sekali.
Dalam keadaan demikian, Sin Kun Bu Tek harus cepat2
mengelakkan diri, karena serangan Siang Niauw Pek Sian yang
terakhir ini mengandung kekuatan yang luar biasa hebatnya.
Siang Niauw Pek Sian bermaksud akan mempergunakan
ilmu hitamnya guna merubuhkan si pengemis she Lo itu dan
lalu membinasakannya. Tetapi waktu Siang Niauw Pek Sian
tengah membaca manteranya, tiba2 terlihat dari sebelah
kanannya berkelebat sesosok tubuh yang gerakannya sangat
gesit, dan belum lagi kedua kaki orang itu mengenai tanah, dia
telah berseru dengan suara nyaring sekali : ”Aha ... rupanya
Siang Niauw Pek Sian cuma berani menghina orang yang
memiliki kepandaian lebih rendah dari dia...."
Itulah ejekan yang sangat hebat sekali yang diterima oleh
Siang Niauw Pek Sian, karena seumur hidupnya belum pernah
dia menerima hinaan seperti itu.

Koleksi kang zusi.com 301


Dia telah memutar kepalanya memandang kepada orang
yang baru sampai itu, dia mengawasi dengan mata yang tajam
sekali. Waktu dia melihat jelas orang itu, seorang nenek tua
yang berusia diantara tujuh puluh tahun, Siang Niauw Pek Sian
jadi terkejut, tetapi dia sama sekali tidak memperlihatkan
perasaan terkejutnya itu diwajahnya.
”Kau Ceng-ie Hujin ?” tanya Siang Niauw Pek Sian dengan
suara yang sengaja dikeraskan, karena dia tidak mau kalah
gertak dengan si nenek, yang diketahuinya merupakan salah
seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian
sangat tinggi sekali.
”Benar !" tertawa wanita tua itu, yang dipanggil oleh Siang
Niauw Pek Sian dengan sebutan Ceng-ie Hujin atau Nyonya
Berpakaian hijau. ”Justru aku tidak gembira melihat orang
yang sudah tidak berdaya disiksa begitu olehmu ! Biarlah
urusan si pengemis itu kuambil alih, engkau boleh
menyerangku sekuat tenaga."
Mendengar perkataan Ceng-ie Hujin, muka Siang Niauw
Pek Sian jadi berobah tidak senang, karena dia gusar sekali.
Walaupun Siang Niauw Pek Sian telah yakin bahwa wanita tua
ada dihadapannya merupakan lawan yang berat sekali, tetapi
hinaan yang dilontarkan wanita tua itu tentu saja tidak bisa
diterima oleh Siang Niauw Pek Sian. Dengan mengeluarkan
suara teriakan yang sangat keras, tampak Siang Niauw Pek
Sian telah menerjang maju disertai juga dengan kedua
tangannya yang bergerak cepat sekali mengandung kekuatan
lwekangnya sebanyak enam bagian.
Sin Kun Bu Tek yang melihat munculnya Ceng-ie Hujin,
semula dia girang, tetapi akhirnya diapun jadi kecewa lagi,
karena dia segera teringat bahwa Ceng ie Hujin merupakan
seorang tokoh rimba persilatan yang sangat hebat dan memiliki
adat yang aneh ! Jika sekarang ini dia telah muncul
memperlihatkan diri, itupun bukan berarti Ceng-ie Hujin ingin
Koleksi kang zusi.com 302
menolonginya. Mungkin hanya disebabkan Ceng-ie Hujin
merupakan seorang wanita tua yang suka mengagulkan
kepandaiannya, dimana Ceng-ie Hujin tidak pernah mau
mengalah kepada siapapun juga.
Waktu itu serangan yang dilancarkan oleh Siang Niauw Pek
Sian sudah hampir tiba, cepat luar biasa Ceng-ie Hujin telah
menyambuti serangan Siang Niauw Pek Sian tanpa merasa
gentar sedikitpun juga, dia juga tidak merobah kedudukan
kedua kakinya.
Dengan mengeluarkan suara "Buuuk !" yang keras sekali
kedua tangan dari Siang Niauw Pek Sian dan Ceng-ie Hujin
telah saling bentur.
Walaupun baru satu jurus saja mereka bertempur, tetapi
Ceng-ie Hujin telah dapat melihatnya bahwa kepandaian Siang
Niauw Pek Sian bukanlah merupakan kepandaian apa2
baginya, hanya saja lwekang yang dimiliki oleh Siang Niauw
Pek Sian agak berlainan dengan lwekang yang umumnya.
Ceng-ie Hujin tidak bimbang lagi untuk merubuhkan Siang
Niauw Pek Sian, dengan jurus "Sie Bong Sie Kui" (Empat
setan dengan empat nisan), tubuh Siang Niauw Pek Sian telah
dikurung rapat sekali oleh si nenek.
Hal ini membuat Siang Niauw Pek Sian jadi tambah
terkejut, karena walaupun bagaimana dia tidak mau sampai
dirubuhkan si nenek.
Dengan cepat Siang Niauw Pek Sian telah mengucapkan
beberapa manteranya, mulutnya berkemak-kemik tidak
hentinya, dia rupanya telah berusaha mempergunakan ilmu
hitamnya untuk merubuhkan Ceng ie Hujin yang tangguh itu.
Tetapi waktu Siang Niauw Pek Sian telah membentak
dengan suara yang keras sekali dan jaluran angin serangan itu
menerjang kepada lawannya, Ceng ie Hujin telah tertawa

Koleksi kang zusi.com 303


dingin, dia juga berkata : ”Hemm, ilmu hitam yang buruk
seperti ini mana bisa kau pergunakan untuk merubuhkan diriku
?" dan selesai berkata, tampak Ceng ie Hujin mengeluarkan
suara bentakan dan telah mendorongkan kedua telapak
tangannya itu kepada lawannya, maka tidak ampun lagi ilmu
hitamnya Siang Niauw Pek Sian telah terpukul mundur dan
berbalik menghantam dirinya sendiri.
Siang Niauw Pek Sian tidak menyangka akan terjadi urusan
seperti ini, dimana tenaga pengaruh ilmu hitamnya telah
berbalik menyerang dirinya, karena Ceng ie Hujin memang
memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan lwekang yang
telah sempurna.
Tetapi Siang Niauw Pek Sian sama sekali tidak menjadi
gugup, dengan mengeluarkan suara kecil, dia telah membuang
dirinya kesamping kanan berguling diatas tanah.
Memang ilmu hitam yang berbalik menghantam dirinya
sebab tangkisan lwekang si nenek tua Ceng-ie Hujin telah
berhasil dielakkan Siang Niauw Pek Sian, sehingga dia bisa
lolos dari kematian atau terluka berat, tetapi dengan melompat
kesamping dan bergulingan diatas tanah, pertahanan diri Siang
Niauw Pek Sian menjadi lowong.
Maka Ceng-ie Hujin yang melihat terbukanya kesempatan
seperti ini, dia tidak mau me-nyia2kannya dan telah melompat
sambil mengayunkan telapak tangan kirinya, menghantam
punggung Siang Niauw Pek Sian, untuk menggempur tulang
piepe (selangka) di pundak Siang Niauw Pek Sian.
Rupanya gempuran yang dilakukan oleh Ceng-ie Hujin
tidak berhasil dielakkan lagi oleh Siang Niauw Pek Sian, maka
dia hanya bisa merasakan tulang piepenya sakit dan hancur.
Siang Niauw Pek Sian tidak berdaya untuk balas menyerang
pula.

Koleksi kang zusi.com 304


”Hem,” mendengus perlahan si nenek. ”Sudah kukatakan
engkau tidak memiliki kepandaian apa2...! Mana bisa kau
melawan diriku? Lihatlah, baru empat jurus saja, engkau telah
berhasil kurubuhkan ! Tulang piepemu telah patah dan hancur,
maka ilmu silatmu sebagian besar telah musnah ! Jika engkau
merawat diri baik2, mungkin lima tahun kemudian
kepandaianmu baru bisa pulih kembali ! Pergilah ! Aku muak
melihatmu....!"
Sambil berkata begitu, si nenek Ceng ie Hujin telah
mengebutkan tangan kanannya, seperti perintahkan Siang
Niauw Pek Sian berlalu.
Sepasang burung merpati berbulu putih yang dipelihara
Siang Niauw Pek Sian, sejak tadi ber-putar2 diatas kepala
majikannya, karena mereka seperti juga ikut bersedih hati
melihat majikan mereka itu telah berhasil dirubuhkan oleh
lawannya.
Dalam keadaan demikian tampak Siang Niauw Pek Sian
merangkak untuk berdiri, dia merasakan tulang piepenya sakit
sekali dan punggungnya seperti telah hancur. Dia
mengeluarkan suara erangan, agar dirinya dapat berdiri dengan
mempergunakan bantuan sisa tenaganya.
Waktu itu tampak Ceng ie Hujin telah berkata lagi dengan
tawar : ”Engkau seorang yang berhati jahat, maka kukira
imbalan yang telah kuberikan cukup pantas bagimu...!"
Muka Siang Niauw Pek Sian berobah merah padam, dia
telah mendengus, kemudian katanya : ”Terima kasih atas
pelajaran yang telah engkau berikan ini...tetapi suatu saat nanti
kita akan bertemu lagi ! Walaupun bagaimana aku ingin
meminta pengajaran lagi dari kau...!"
Dan setelah berkata begitu, Siang Niauw Pek Sian memutar
tubuhnya untuk berlalu.

Koleksi kang zusi.com 305


Sedangkan Ceng ie Hujin seperti tidak mengacuhkan
ancaman Siang Niauw Pek Sian, dia hanya menoleh kepada Sin
Kun Bu Tek dan Sin Han, yang waktu itu telah tersadar dari
pingsannya, sebab Sin Kun Buk Tek telah menguruti jalan
darahnya, ketika Siang Niauw Pek Sian tengah dilibat oleh
Ceng-ie Hujin.
Sin Kun Bu Tek menghampiri Ceng ie Hujin, dia telah
menjura dalam2, katanya : ”Aku menghaturkan terima kasih
atas pertolongan yang diberikan oleh Hujin (Nyonya).”
Tetapi muka Ceng-ie Hujin tidak memancarkan perasaan
apapun juga. Dia seperti tidak memperdulikan ucapan terima
kasih itu, waktu itu tampak Ceng-ie Hujin bukannya
memperhatikan Sin Kun Bu Tek dan Sin Han, melainkan
matanya telah mengawasi sekelilingnya dimana ular2 yang
jumlahnya ribuan itu, masih tetap mengurung dengan kepala
terangkat dan lidah yang terjulurkan.
”Hemm, Mo Coa !" berkata Ceng ie Hujin seperti juga
tengah berbicara dengan seseorang lainnya. ”Keluarlah dan
perlihatkan dirimu! Suamimu tadi telah kuhajar babak belur,
apakah engkau tidak penasaran ? Mengapa engkau selalu
menyembunyikan diri ?"
Nyaring sekali kata2 yang diucapkan oleh Ceng ie Hujin,
sehingga suara itu bergema, sebab disertai tenaga lwekang
yang sempurna.
Dari arah dalam hutan kecil itu telah terdengar suara
tertawa perlahan, kemudian disusul dengan perkataannya :
”Menyembunyikan ekor katamu? Hemm, justru aku tidak
kesudian bertemu muka dengan Siang Niauw Pek Sian, tua
bangka yang tidak tahu diri itu."
”Sekarang kau keluarlah, dan perintahkan ular2mu itu
mundur dahulu, agar kita bisa mengeluarkan kepandaian
masing2...."

Koleksi kang zusi.com 306


Terdengar kembali suara tertawa dari orang didalam hutan,
yang dipanggil oleh Ceng ie Hujin dengan sebutan Mo Coa
atau Iblis Ular.
”Ceng-ie Hujin, sekarang memang engkau berhasil
menghina suamiku, tetapi akupun akan membuat engkau
merasakan bagaimana jika tubuhmu itu dijadikan santapan
ular2ku !”
Dan berbareng dengan habisnya perkataan itu, dari arah
dalam hutan telah berjalan melangkah dengan tindakan kaki
yang satu2, seorang wanita yang berusia diantara lima puluhan
tahun.
Disaat itupun tampak barisan ular beracun itu memisahkan
diri, sehingga wanita yang baru muncul dari dalam itu bisa
berjalan dengan tenang.
Ceng Ie Hujin tertawa mengejek, katanya, ”Mo Coa, selama
ini engkau melakukan banyak sekali perbuatan jahat. Hemmm,
sekarang justru kebetulan aku datang ke daerah Kanglam untuk
keperluan bertemu dengan beberapa tokoh persilatan, maka
dengan mempergunakan kesempatan ini, aku bermaksud untuk
membereskan dulu manusia2 jahat seperti kau dan suamimu...”
Muka Mo Coa jadi berobah merah padam, dia telah berkata
dengan nada yang bengis sekali.
”Hemm, jika memang dalam hal ini engkau merasakan
dirimu memiliki kepandaian yang sangat tinggi, itulah terlalu
temberang sekali ! Siapa yang tidak mengetahui bahwa Ceng Ie
Hujien merupakan iblis yang paling aseran. Jangan kau
mengambing hitamkan kami, dengan menunjuk kami adalah
orang2 jahat ! Jika diukur dan ditimbang, sama saja setail
delapan kati !" menyahuti Mo Coa dengan suara yang
mengejek sekali.

Koleksi kang zusi.com 307


Sin Kun Bu Tek melihat bahwa Mo Coa memiliki paras
yang cantik, namun diseluruh mukanya dan juga tangannya
tampak bekas2 luka.
Sebagai seorang tokoh terkenal yang telah berkelana selama
puluhan tahun tentu saja si pengemis mengetahui jelas siapa itu
Mo Coa. Sudah lama sekali Sin Kun Bu Tek mendengar
tentang Mo Coa yang selalu memelihara ular2 yang bisa
dijinakkannya, maka dari itu, banyak jago2 rimba persilatan
yang rubuh mudah sekali ditangannya. Mo Coa juga terkenal
sebagai iblis bertangan telengas, setiap orang yang tidak
disenangi tentu dibinasakannya. Sehingga Mo Coa tidak
disenangi oleh golongan putih maupun golongan hitam, tetapi
sekarang Sin Kun Bu Tek melihatnya sendiri, bahwa Mo Coa
tidak seangker apa yang diceritakan oleh para orang2 gagah
didaratan Tionggoan, hanya yang agak menonjol keluar
biasaannya dimata Sin Kun Bu Tek, yaitu wanita ini pandai
sekali memelihara dan mengendalikan ular2nya.
Waktu itu Ceng-ie Hujin telah berkata dengan suara yang
dingin : ”Cabut senjatamu !"
Mo Coa tersenyum mengejek. ”Hemm...." mendengus Mo
Coa dengan suara yang tawar. ”Seumur hidupku, aku tidak
pernah mempergunakan senjata, sayang sekali sepasang
tanganku ini terlalu bertingkah, di mana tanganku ini tidak
kesudian mencekal senjata jika menghadapi lawan !"
Hebat kata2 Mo Coa, dia ingin mengartikan bahwa dengan
sepasang tangannya itu saja dia sudah dapat merubuhkan
lawannya.
Bahkan didalam kata2nya yang sangat temberang itu, Mo
Coa bagaikan ingin menyatakan bahwa dia lebih sempurna
ilmunya dengan bertangan kosong, dibandingkan dengan
mempergunakan senjata.

Koleksi kang zusi.com 308


Kemudian Mo Coa telah berkata lagi, ”Ayoh, kau mulai
menyeranglah ! Aku hanya mengikuti saja apa yang kau
inginkan! Kita bertempur disini boleh ditempat lainpun boleh!"
Ceng-ie Hujin tertawa dingin. ”Hemmm, rupanya engkau
terlalu angkuh dan temberang! Kelak jika aku kesalahan tangan
melukaimu, engkau jangan mempersalahkan diriku !!"
Setelah berkata begitu, tampak Ceng-ie Hujin telah meng-
gosok2 kedua telapak tangannya sampai beberapa saat,
sehingga membuat Mo Coa jadi heran, karena Ceng-ie Hujin
bukannya menyerang dia, justru telah meng-gosok2 telapak
tangannya tersebut.
”Apa yang engkau lakukan ?" tegur Mo Coa dengan suara
yang keras sekali, ”Apakah engkau ingin main tepuk tangan
saja."
Ceng ie Hujin tidak melayani ejekan lawannya, dengan
cepat sekali tampak Ceng ie Hujin telah berhenti menggosok
kedua telapak tangannya. Telapak tangan itu agak merah
bagaikan dialiri oleh darah yang sangat banyak, sinar ke-
merah2an dari kedua telapak tangan Ceng-ie Hujin cukup
mengejutkan Mo Coa.
”Hebat sekali tampaknya lwekang wanita tua ini..." pikir
Mo Coa. ”Aku harus hati2 menghadapinya, dia bukan orang
sembarangan."
Karena berpikir begitu, Mo Coa telah bersiap sedia untuk
menerima serangan lawannya, sikapnya tenang sekali, dia tidak
memperlihatkan perobahan dimukanya walaupun hatinya kaget
melihat kedua telapak tangan lawannya bisa berobah begitu
merah.
Tiba2 Ceng-ie Hujin telah mengeluarkan bentakan keras
sambil merentangkan kedua tangannya itu. Dari kedua
tangannya meluncur angin serangan yang sangat kuat, sehingga

Koleksi kang zusi.com 309


Mo Coa merasakan tubuhnya seperti tergetar keras. Untung
saja dia memiliki lwekang yang cukup tinggi, sehingga dia bisa
menghadapi lawannya dengan mengandalkan ginkang dan
lwekangnya, sehingga serangan Ceng-ie Hujin terdorong
mundur sebelum tenaga serangannya itu tiba disasarannya. Dan
berbareng itu Mo Coa juga menggerakkan tangannya dengan
jurus ”Cie Hoa Ie Thian" atau ”Hujan Bunga Dari Langit", dan
serangannya memang cocok dengan nama jurus itu, karena
semua jari2 tangannya bagaikan hujan dari langit telah
mengurung tubuh Ceng-ie Hujin dengan totokan2 yang
berbahaya.
Ceng-ie Hujin waktu melihat lawannya bergerak cepat
seperti itu, dia jadi berpikir keras, karena justru serangan Mo
Coa merupakan serangan yang bisa mematikan.
Ceng-ie Hujin juga tidak berdiam diri saja, cepat2 dia
memperbaiki posisi kedudukan kedua kakinya, dia
mengeluarkan suara erangan dan muka Ceng-ie Hujin jadi
tambah menyeramkan.
Keadaan pertempuran sekarang merupakan saat2 yang
menegangkan, karena Ceng-ie Hujin telah mengerahkan tenaga
dalamnya ke telapak tangannya, sehingga telapak tangan itu
semakin memerah darah saja. Dengan bertambah merah
telapak tangan Ceng-ie Hujin, bertambah liehay pula tenaga
serangannya.
Sedang Mo Coa telah mengawasi lawannya dengan sorot
mata yang sangat tajam sekali mengandung penasaran dan
kebencian.
Sehingga kedua orang yang ingin bertempur itu seperti juga
dua ekor singa betina yang akan saling terjang dan saling
merubuhkan.
Rupanya Ceng ie Hujin menyadari bahwa kali ini dia
bertemu lawan yang tangguh sekali.

Koleksi kang zusi.com 310


Mo Coa memang memiliki nama sangat terkenal didalam
rimba persilatan. Nama sebenarnya dari iblis Ular itu Bwee
Sian Giok, tetapi karena telah puluhan tahun namanya itu
jarang dipergunakan, maka orang2 rimba persilatan
menganggapnya telah mati, dan juga namanya mulai
dilupakan, karena orang2 Kangouw hanya mengetahui dia bisa
menjinakkan ular dalam jumlah yang banyak, bahkan ular2nya
itu bisa diperintah olehnya, itulah sebabnya Bwee Sian Giok
diberikan gelaran sebagai Iblis Ular.
Ceng ie Hujin juga telah seringkali mendengar soal Mo
Coa, yang kepandaiannya tinggi, dan juga memiliki sepasang
tangan yang sangat beracun sekali.
Sin Kun Bu Tek yang melihat cara bertempur kedua orang
itu jadi tertegun.
Dia mementang matanya lebar2, dan menghela napas
panjang akhirnya, diapun telah berpikir : ”Ha, memang benar
apa yang dikatakan dalam pepatah, gunung yang tinggi masih
ada yang jauh lebih tinggi."
Sin Han lain sikapnya dengan Sin Kun Bu Tek, anak ini
hanya berdiam diri mengawasi jalannya pertempuran diantara
kedua wanita yang luar biasa itu. Sin Han tertarik melihat
tangan dari kedua wanita yang tengah bertempur itu silih
berganti ber-gerak2 cepat luar biasa.
Dalam keadaan demikian, Sin Han juga tidak bisa berdiri
terlalu dekat digelanggang pertempuran itu, sebab angin
serangan dari kedua wanita itu yang tengah saling bertempur
itu mengeluarkan damparan2 angin yang sangat kuat sekali,
jika sampai tersampok satu kali saja, niscaya anak itu akan
terpental keras. Tetapi untuk menyingkir dari gelanggang
pertempuran, diapun tidak bisa, karena mereka semuanya
terkurung oleh barisan ular peliharaan Mo Coa.

Koleksi kang zusi.com 311


Jalan satu2nya bagi Sin Han hanyalah menggeser tubuhnya
mendekati gurunya, Sin Kun Bu Tek.
Kedua wanita yang tengah terlibat dalam suatu pertempuran
yang menentukan itu telah saling menyerang dengan
mengeluarkan ilmu2 mereka yang dahsyat, maka angin
serangan dari kedua orang tersebut men-deru2 keras sekali
bahkan debu telah bertebaran.
Suatu kali Mo Coa melihat kesempatan pada lawannya,
dimana Ceng ie Hujin tengah melancarkan serangan dengan
mempergunakan kedua tangan yang dirangkapkan, kemudian
tubuhnya doyong ke sebelah depan, membarengi mana tampak
Ceng-ie Hujin telah menyerang mempergunakan kepalan
tangannya kearah dada sebelah kiri lawannya.
Serangan yang dilancarkan oleh Ceng-ie Hujin memang
sangat dahsyat, karena itu jika tidak sempat dielakkan oleh
lawannya tentu akan menemui kematian yang mengerikan,
dengan tulang2 dada yang hancur dan jantung maupun hati
akan ikut jadi hancur. Inilah yang dinamakan jurus ''Hud-couw
San Ciang" atau "Buddha Selaksa Tangan", serangan seperti ini
mengandalkan kekuatan tenaga lwekang yang sempurna sekali.
Jika tadi Ceng-ie Hujin hanya men-gosok2 kedua telapak
tangannya sampai berobah merah, hal itu karena dia ingin
mempergunakan sebagian dari tenaga lwekangnya saja. Tetapi
sekarang melihat lawannya itu memiliki kepandaian yang
benar2 sangat tinggi, tentu saja membuat Ceng-ie Hujin harus
mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk
merubuhkan Mo Coa.
Memang Mo Coa sendiri terkesiap waktu melihat
datangnya serangan seperti itu, tetapi sebagai seorang jago
yang telah berpengalaman, Mo Coa dapat menghadapi
serangan tersebut dengan mempergunakan ginkangnya, dia
melompat kebelakang, lalu melompat lagi ke kiri, kemudian

Koleksi kang zusi.com 312


melompat pula ke belakang Ceng ie Hujin. Semua itu
dilakukannya dengan cepat sekali, karena belum lagi lompatan
yang pertama itu selesai, ujung kakinya telah bergerak lagi
melompat pula.
Keadaan seperti ini mengejutkan Ceng-ie Hujin juga,
karena justru disaat itu dia belum bisa berdiri tegak, dan belum
sempat menarik pulang tenaga serangannya.
Namun sebagai tokoh sakti yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, tampak Ceng-ie Hujin tidak begitu mengacuhkan
serangan lawannya, dengan langkah kaki yang aneh dia
berhasil lolos menyerang lawannya.
Dalam keadaan demikian, tampak Mo Coa telah
mengelakkan diri sambil menangkis tangan Ceng ie Hujin.
Namun rupanya gerakan Mo Coa kurang begitu cepat,
sehingga tubuhnya telah terpental waktu menangkis serangan
Ceng-ie Hujin.
Ceng-ie Hujin juga tidak mau mem-buang2 kesempatan
yang ada, dengan mengeluarkan suara teriakan nyaring, Ceng-
ie Hujin menubruk dan menggempur Mo Coa dengan
mempergunakan kepalan tangannya.
Serangan yang dilakukan oleh Ceng-ie Hujin memiliki
kekuatan lwekang yang sangat dahsyat sekali.
Mo Coa saat itu tengah terdesak dan terhuyung belum
sempat dia memperbaiki kedudukannya, dan kini telah
menyambar lagi serangan Ceng-ie Hujin, menyebabkan dia jadi
terkesiap hatinya, karena Mo Coa menyadarinya bahwa
serangan2 seperti itu bisa mematikan. Dan dia tidak mau mem-
buang2 waktu lagi, cepat sekali dia berusaha, bergulingan pula
untuk menjauhi dari Ceng-ie Hujin.

Koleksi kang zusi.com 313


Ketika serangan Ceng-ie Hujin telah tiba, Mo Coa sudah
tidak bisa berpikir lebih panjang lagi, dia menggerakkan
tangannya untuk menangkis mengadu untung ....
XdwXkzX
TEPAT Ceng-ie Hujin tidak jadi meneruskan serangannya
waktu melihat lawannya telah berusaha menangkis, dia
merobah cara menyerangnya. Sambil menarik pulang tangan
kanannya, dengan cepat sekali tangan kirinya bekerja,
menghantam tepat sekali dada lawannya.
Mo Coa sebetulnya ingin menangkis dan mengelakkan diri
dari serangan itu, tetapi justru kesempatan tidak ada, dan
akhirnya waktu tangannya terangkat dan bagian dadanya
lowong, disaat itu pula tangan Ceng ie Hujin telah menyambar.
”Bukkk !" Suara benturan itu sangat keras dan kuat sekali.
Dengan mengeluarkan suara erangan, Mo Coa telah
terbanting ditanah dekat ular2nya bahkan dua atau tiga ekor
ular telah terduduki olehnya. Cepat sekali Mo Coa telah
melompat berdiri lagi dengan muka yang merah padam.
”Jika hari ini aku Bwee Sian Giok tidak berhasil
membinasakan dirimu dan menghirup darahmu, aku
bersumpah tidak akan hidup lebih lama lagi.”
Mendengar perkataan Bwee Sian Giok, Ceng-ie Hujin telah
mendengus mengejek. ”Hemmm, engkau jangan bermimpi bisa
merubuhkan aku, sedangkan kepandaianmu itu memang tidak
seberapa tinggi ! Ayo kita mulai lagi main2 untuk menentukan
siapa yang lebih atas dan siapa yang dibawah......!"
Kemudian Ceng-ie Hujin telah maju selangkah, kaki
kanannya ditekuk sedikit, dan sambil mengeluarkan suara
seruan yang nyaring sekali, tampak Ceng-ie Hujin telah
menggerakkan tangan kirinya, lalu menyusul tangan kanannya
bersiap sedia jika tangan kirinya itu hendak ditangkis oleh Mo

Koleksi kang zusi.com 314


Coa. Begitulah Ceng-ie Hujin telah menyerang saling susul
dengan cepat sekali.
Dalam kesempatan itu, Ceng-ie Hujin telah menarik dua
keuntungan baginya, yaitu per-tama2 justru Mo Coa belum
sempat membenarkan kuda2 kedua kakinya, dan diapun tengah
terluka didalam akibat pukulan Ceng-ie Hujin tadi, tentu saja
diserang hebat seperti itu membuat Mo Coa jadi kelabakan.
Tetapi tanpa menantikan tibanya serangan, Mo Coa telah
menjejakkan kakinya, dia telah melompat dengan cepat sekali
kebelakang melewati barisan ularnya.
Ceng ie Hujin jadi mendongkol bukan main, dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sambil
melompat melewati kepala ular2 itu.
Mo Coa melihat lawannya menyusul dia, iblis ini telah
tertawa keras: ”Hemm...!" kata Mo Coa dengan geram.
”Apakah engkau bermaksud mengadu jiwa ? Sengaja aku telah
mengalah, tetapi mengapa engkau justru terlalu mendesak aku?
Jika memang engkau tidak mau menyudahi urusan ini biarlah
aku akan mengerahkan pasukan ularku agar mengepung
dirimu..."
Ceng-ie Hujin tidak takut oleh gertakan Mo Coa dan malah
menerjang maju untuk melompat dan melakukan penyerangan
yang hebat.
Mo Coa Bwee Sian Giok juga menyadarinya, jika dia masih
melayani Ceng-ie Hujin, tentu dirinya yang akan menerima
bencana, maka ia berusaha untuk menjauhi diri dari lawannya,
Sin Kun Bu Tek juga menyaksikan betapa kedua orang itu
telah bertempur dengan mengeluarkan kepandaian mereka
masing2, dan setiap serangan yang dilancarkan oleh salah
seorang diantara kedua orang yang tengah bertempur itu,
memang memiliki kekuatan yang bisa mematikan lawannya.

Koleksi kang zusi.com 315


Sedangkan Sin Han yang masih belum mengetahui
dalamnya ilmu silat, jadi memandang tertegun saja, dia
memang tidak bisa melihat jelas kedua orang yang tengah
bertempur itu, karena Ceng ie Hujin dan Mo Coa Bwee Sian
Giok ber-gerak2 gesit sekali seperti bayangan.
Ceng ie Hujin yang melihat dia belum juga berhasil
merubuhkan lawannya, jadi semakin marah.
Tiba2 Mo Coa telah bersiul dengan suara yang sangat
nyaring sekali. Suara siulan itu seperti juga menyebutkan
barisan ularnya, sehingga tampak jelas sekali pasukan ular itu
telah meluncur akan mendekati majikannya itu.
Ceng ie Hujin terkejut sekali, dia mengerti, sekali saja
pasukan ular yang jumlahnya ribuan dan dari berbagai jenis itu
berhasil mengurungnya, celakalah dia !
Tanpa memperdulikan lawannya, Ceng ie Hujin telah
melompat berlari beberapa tombak jauhnya, untuk
mengelakkan ular2 yang mendekatinya itu.
”Hahahaha,” tertawa Mo Coa dengan suara yang sangat
nyaring sekali, lalu dia mengejek : "Mana kepandaianmu yang
kau agul2kan? Hemmm, kini engkau jangan harap bisa lolos
dari ular2 peliharaanku itu....!"
Kembali Mo Coa mengeluarkan siulan yang panjang, dan
ular2 itu yang menjadi binatang peliharaannya, telah
menggeleser mendekati Ceng ie Hujin dengan maksud ingin
memagut dengan mulutnya yang beracun.
Ceng-ie Hujin jadi gentar juga melihat binatang melata itu
telah mendekatinya. Ceng-ie Hujin telah mengerahkan tenaga
murninya ditelapak tangannya, dimana kedua telapak
tangannya itu berobah jadi bercahaya putih, bagaikan tangan
terbuat dari perak. Ilmu ini yang dinamakan Pek Kong Ciang
atau Ilmu Pukulan Udara Kosong.

Koleksi kang zusi.com 316


Cepat sekali dia telah menggerakkan sepasang tangannya,
menghantam kearah ular2 yang berada paling dekat dengannya.
Tanpa menyentuh ular2 itu, justru Ceng ie Hujin telah berhasil
membinasakan belasan ekor ular2 yang tengah melata
didekatnya.
Muka Mo Coa jadi berobah merah padam karena marah,
dia telah berkata : ”Walaupun engkau memiliki ilmu Pek Kong
Ciang jangan harap engkau bisa lolos dari pasukan ularku
itu...." Dan selesai berkata begitu tampak Mo Coa telah
mengeluarkan siulan yang panjang.
Pasukan ular Mo Coa yang tadi berjalan lenggang lenggok
per-lahan2, begitu mendengar suara siulan Mo Coa, ular2 itu
seperti juga menjadi kalap, mereka telah menggeleser
menerjang Ceng ie Hujin.
Yang luar biasa lagi adalah dua ekor ular hijau yang
berukuran satu jari telunjuk manusia, yang telah melompat
dengan gesit sekali menubruk kearah pergelangan tangan Ceng
ie Hujin.
Ceng ie Hujin terkejut sekali, karena ia melihatnya
bagaimana ular itu menerjang dan memagutnya, sehingga
dalam sekejap mata, daging lengan Ceng ie Hujin telah
terhujam gigi2 ular tersebut.
Sakit dan darah meliputi diri Ceng ie Hujin, dia juga telah
beberapa kali mengebutkan tangannya agar ular itu melepaskan
gigitannya.
Namun ular itu tetap menggigit, sehingga tubuhnya
bergelantungan dilengan Ceng ie Hujin. Saking kesalnya Ceng
ie Hujin telah menangkap ular itu dengan tangannya yang lain
dan menariknya dengan cara menghentak.
Memang waktu itu sakit bukan main, namun gigitan ular itu
bisa ditarik terlepas berikut sepotong daging lengan dari Ceng-

Koleksi kang zusi.com 317


ie Hujin. Dengan gusar Ceng-ie Hujin membanting ular itu
sampai remuk, karena kerasnya bantingan yang dilakukannya.
Muka Mo Coa jadi berobah cerah, tampaklah Bwee Sian
Giok girang sekali melihat salah seekor ularnya telah berhasil
menggigit. ”obat yang hebat bagaimanapun juga, tidak
nantinya engkau bisa memunahkan racun ularku ini !
Ketahuilah olehmu, ular ini yang biasa dipanggil Ceng Coa,
ular hijau. Tetapi ular hijau ini tidak sama dengan ular hijau
biasa, karena jika potongan tubuh ular biasa agak besar, tetapi
Ceng Coa milikku ini justru memiliki kelainannya. Nah,
sebelum lewat sepuluh jam, tubuhmu akan hancur menjadi
cairan ... ! Hehehehehe !!"
Wajah Ceng-ie Hujin jadi berobah merah padam,
tampaknya dia sangat gusar. Dalam keadaan ini, tampak Ceng-
ie Hujin telah membentak keras: "Rupanya engkau memang
manusia licik ! Cepat keluarkan obat pemunahnya !"
”Enak saja kau !" kata Mo Coa Bwee Sian Giok dengan
suara mengejek : "Apakah obatku itu dibuat oleh kakek dan
ayahmu?"
”Baiklah! Aku telah terlanjur terkena racun ularmu itu,
maka biarlah aku mengadu jiwa denganmu, untuk mati ber-
sama2 !"
Dan sambil berkata begitu, berulang kali Ceng-ie Hujin
meng-gerak2kan tangan kanan dan kirinya dengan cepat sekali,
kembali dia mempergunakan ilmu pukulan Pek Kong
Ciang...... begitu kedua tangannya bergerak, segera pula
beberapa ekor ular telah terbinasakan.
Karena Ceng-ie Hujin merupakan seorang yang memiliki
kepandaian lwekang sempurna maka dengan cepat sekali dia
bisa melakukan pukulan2 yang beruntun mempergunakan
tenaga lwekangnya. Pukulan Pek Kong Ciangnya tidak hanya

Koleksi kang zusi.com 318


melumpuhkan ular2 itu, namun juga berhasil meremukkan
tubuh ular2 itu.
Mo Coa jadi marah sekali, dia telah mengeluarkan siulan
lagi, yang nadanya sangat tinggi dan kuat sekali. Dan pasukan
ular ini seperti juga tersentak dari kagetnya, mereka telah
melompat beberapa tombak menerjang Ceng-ie Hujin.
Rupanya siulan Mo Coa yang terakhir itu merupakan perintah
buat ular2 tersebut.
Tetapi Ceng-ie Hujin memiliki ginkang yang menakjubkan,
dia berhasil mengelakkan diri dari serangan ular2 berbisa ini.
Bahkan dengan beruntun Ceng-ie Hujin kembali
mempergunakan telapak tangannya untuk memukul kepala ular
ini, yang hancur seketika itu juga.
Mo Coa yang menyaksikan kejadian tersebut jadi
mengeluarkan suara tertawa yang sangat keras sekali, diapun
kemudian telah berkata : ”Hemm, coba kau keluarkan seluruh
kepandaianmu, aku ingin melihatnya engkau sanggup atau
tidak menghadapi ularku ini..!"
Lagi2 Mo Coa mengeluarkan suara tertawanya yang
nyaring, diwaktu dia mengakhiri suara tertawanya itu, Mo Coa
Bwee Sian Giok bersiul dengan suara tajam sekali.
Gerakan yang dilakukan ular2 itu jadi berobah lagi, sebab
mereka seperti terpengaruh oleh suara seruan dari Mo Coa,
majikan mereka.
Bagaikan kalap ular2 itu menerjang ke diri Ceng ie Hujin,
gerakan ular2 itu yang berjumlah sangat banyak sekali cukup
mengerikan juga Ceng ie Hujin.
Keruan Ceng ie Hujin jadi kelabakan dan berusaha untuk
memukul jatuh ular2 itu yang menerjang dirinya. Diapun telah
melindungi diri dengan jurus ”Ceng Kong” atau "Seribu

Koleksi kang zusi.com 319


patung" dimana dia telah memutar kedua tangannya itu
bagaikan titiran.
Sehingga dalam sekejap mata Ceng ie Hujin telah
membinasakan ratusan ekor ular dan juga telah melindungi
dirinya dengan ilmu "Ceng Kong", dan memang untuk
sementara ini Ceng ie Hujin masih sanggup menghadapi
terjangan gerombolan ular itu. Cuma saja dihatinya dia jadi
berpikir : "Jika aku terus menerus bertempur dengan pasukan
ular, tentu tenagaku akan habis ! Jika aku tidak terbinasa oleh
pagutan ular ular itu, niscaya Mo Coa Bwe Sian Giok akan
dapat mengambil kesempatan itu untuk membinasakan aku."
Karena berpikir begitu, tampak Ceng-ie Hujin telah
mempercepat gerakan pukulan telapak tangannya, kembali dia
membinasakan lagi puluhan ekor ular.
”Mo Coa, engkau manusia licik, dengan mengandalkan
tentara ularmu ini, engkau ingin mencari kemenangan dariku !
Hemm, jangan mimpi, walaupun harus dikurung ular2mu itu
aku sama sekali tidak gentar !"
Dan sambil berkata begitu, tampak Ceng ie Hujin
menjejakkan kakinya, dia telah melompat menubruk ke arah
Mo Coa.
Waktu kedua kakinya hampir menginjak tanah, disaat itulah
tampak Ceng-ie Hujin menggerakkan tangan kanannya yang
ingin menotok kedua mata Mo Coa.
Keadaan seperti ini membuat Mo Coa tidak dapat harus
menangkisnya. Karena dia disaat itu berada dalam jarak yang
tidak begitu jauh, juga telah membuat persiapan yang ter-gesa2
sehingga dia tidak berhasil untuk mengelakkan diri.
Waktu itu, tampak Ceng-ie Hujin telan menarik pulang
tangannya, lalu menyusuli dengan gerakan tangan lainnya,
karena Ceng-ie Hujin bermaksud membinasakan lawannya.

Koleksi kang zusi.com 320


Mo Coa juga tidak tinggal diam, dia telah mengeluarkan
suara bentakan marah dan tangan kirinya diulurkan untuk
mencengkeram baju bagian dada lawannya.
Ceng-ie Hujin tidak gentar menghadapi ancaman yang
keras seperti itu, dia mengelak sambil memiringkan tubuhnya,
kemudian dengan cepat sekali dia telah menabas dengan
telapak tangan. Tabasan telapak tangan itu dilakukannya
dengan kuat sekali, terdengar suara 'bukkk' yang keras sekali,
dan kedua orang itu, yaitu Ceng-ie Hujin dan Mo Coa telah
terhuyung mundur kebelakang beberapa langkah.
Kemudian tampak keduanya telah ber-siap2 lagi untuk
saling melancarkan serangan.
Ceng-ie Hujin tidak takut menghadapi Mo Coa, justru yang
ditakutinya adalah pasukan ular dari iblis Ular itu.
Mo Coa telah memonyongkan mulutnya memberikan
perintah kepada ularnya melalui siulannya lagi.
Tetapi Ceng ie Hujin tidak mau memberikan kesempatan
untuk Mo Coa bersiul, dia terus mencecar diri Mo Coa agar
tidak sempat bersiul.
Sehingga Mo Coa jadi batal bersiul, karena dia harus
memperhatikan baik2 terhadap serangan yang akan dilancarkan
oleh lawannya.
Melihat kedua tangan dari Ceng-ie Hujin telah menyambar
datang, maka Mo Coa cepat2 menangkisnya dengan
mempergunakan tenaga lunak.
Dilawan lunak seperti itu, serangan Ceng ie Hujin seperti
lenyap ditelan oleh kekuatan Mo Coa.
Ceng ie Hujin jadi terkejut merasakan tenaga serangannya
seperti lenyap tidak ada bekasnya.

Koleksi kang zusi.com 321


”Ihh !" berseru Ceng-ie Hujin dengan suara tertahan, karena
dia terkejut bukan main.
Waktu itu Mo Coa telah mengeluarkan suara tertawa dingin
: ”Sekarang sudah selesai pertandingan kita, karena ada urusan
lainnya yang perlu kuselesaikan, kita tunda sampai tiga tahun
mendatang bertemu di Tiang-lo-kwan di Souwciu. Nanti kita
bisa main2 sepuas hati.”
Dan tanpa menantikan jawaban dari Ceng ie Hujin, Iblis
Ular ini telah memutar tubuhnya untuk berlalu.
Sedangkan Ceng-ie Hujin tidak mencegahnya, karena dia
memang tidak mau mencari urusan dengan si Iblis Ular ini.
Ceng-ie Hujin tidak jeri menghadapi Mo Coa, tetapi justru
pasukan Ular2nya itulah yang membuat dia ngeri.
Sedangkan Mo Coa telah melangkah jauh dan tanpa
menoleh lagi dia telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring
sekali, seperti juga dia memberikan perintah kepada Ular2nya
ini untuk berlalu dari tempat tersebut. Binatang melata yang
jumlahnya ribuan itu beringsut-ingsut mengikuti majikannya,
yaitu Mo Coa, meninggalkan tempat itu dengan mengeluarkan
suara desis yang ramai sekali.
Ceng ie Hujin jadi bergidik melihat pasukan ular Mo Coa.
Ceng ie Hujin ini membayangkan, kalau saja dia diserbu oleh
pasukan ular Mo Coa, niscaya sulit sekali baginya untuk
menghindarkan gigitan satu atau dua ekor ular Mo Coa itu.
Sin Kun Bu Tek menarik tangan Sin Han diajak untuk
menjura memberi hormat guna mengatakan terima kasih
mereka atas pertolongan Ceng ie Hujin.
Tetapi waktu Sin Kun Bu Tek menjura sambil berkata,
"Terima kasih atas pertolongan Liehiap..." disaat itulah Ceng ie
Hujin telah mendengus dingin.

Koleksi kang zusi.com 322


”Siapa yang sudi menolongmu ?" tegur Ceng ie Hujin
dengan suara yang tawar, mukanya juga tidak enak dilihat.
”Aku sedang mengurus persoalan aku, tidak ada sangkut paut
dengan diri kalian....!"
Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang dan Sin Han jadi tertegun
mendengar perkataan Ceng ie Hujin. Lebih lebih Sin Kun Bu
Tek, dia tidak menyangka bahwa Ceng-ie Hujin akan
mengeluarkan kata2 yang kasar seperti itu.
”Lihiap..." kata Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil
menatap kepada Ceng-ie Hujin.
”Ketahuilah, bahwa apa yang dilakukan tadi adalah
urusanku, bukan untuk menolongi kalian! Aku memang
memiliki persoalan dengan Siang Niauw Pek Sian dan istrinya
itu, yaitu Mo Coa ! Hemmm, aku justru ingin membinasakan
mereka untuk menyelesaikan persoalanku.....sayang Mo Coa
terlalu tangguh dengan pasukan ularnya.”
Dan setelah berkata begitu, Ceng ie Hujin telah menghela
napas panjang.
Sin Kun Bu Tek telah menatap lagi sekian lama pada Ceng-
ie Hujin, kemudian katanya. ”Walaupun Liehiap tidak
bermaksud menolongku, tetapi memang kenyataan yang ada
telah memperlihatkan, jiwa kami selamat karena pertolongan
tidak langsung yang diberikan Liehiap. Jika tidak, bagaimana
kami bisa hidup sampai sekarang? Menghadapi Siang Niauw
Pek Sian saja aku tidak sanggup, apa lagi harus menghadapi
isterinya itu...."
”Sudahlah !" kata Ceng-ie Hujin dengan suara yang tawar
dan muka yang tidak senang, rupanya dia tengah diliputi
kemendongkolan yang sangat. ”Jangan kau menambah
kemendongkolanku ! Pergilah !!"

Koleksi kang zusi.com 323


Perkataan Ceng-ie Hujin seperti itu tentu saja merupakan
perkataan yang kasar, membuat Sin Kun Bu Tek tersinggung,
mukanya berobah merah.
”Terlalu temberang dan sombong sekali wanita tua ini !"
pikir Sin Kun Bu Tek didalam hatinya, tetapi diapun telah
berkata : ”Baiklah, terima kasih atas bantuan tadi yang
diberikan liehiap....!"
Ceng-ie Hujin hanya mendengus saja, kemudian dia
memutar tubuhnya, beberapa kali lompatan saja dia telah
lenyap dari pandangan mata Sin Kun Bu Tek dan Sin Han.
Sin Kun Bu Tek juga mengajak muridnya untuk berlalu.
Dua hari mereka melakukan perjalanan, dan tiba dipinggiran
kota Lam ciu-kwan, sebuah kota yang padat penduduknya,
karena sampai dipinggiran kotapun banyak sekali orang yang
berlalu lalang.
Sin Kun Bu Tek telah mengajak Sin Han singgah disebuah
kedai arak. Disitu telah banyak pengunjungnya, tetapi masih
ada beberapa meja kosong, sehingga Sin Kun Bu Tek dan Sin
Han leluasa memilih meja didekat jendela.
Pelayan yang melihat tamunya ini merupakan pengemis tua
dan pengemis kecil, jadi memandang sinis. Tetapi Sin Kun Bu
Tek cepat mengeluarkan seraupan uang hancuran seberat lima
tail, diberikannya kepada pelayan itu: ”Siapkan beberapa
macam makanan dan lebihnya boleh kau ambil..."
Peristiwa seperti ini tidak di-sangka2 oleh si pelayan
sehingga dia memandang tertegun sejenak, dan kemudian ter-
gesa2 pergi ke belakang mempersiapkan santapan untuk Sin
Kun Bu Tek. Waktu pelayan itu menyusun makanan yang telah
matang, sikapnya menghormat sekali.
Sin Kun Bu Tek telah bersantap dengan bernafsu sekali,
karena dia melihat sayur2 yang disajikan merupakan sayur

Koleksi kang zusi.com 324


yang lezat2. Begitu pula halnya dengan Sin Han, biasanya sang
guru mencuri makanan dari rumah makan, dan kini justru dia
bersama gurunya bersantap dirumah makan, jelas dia lebih
berselera lagi.
Tetapi waktu Sin Kun Bu Tek dan Sin Han bersantap, tiba2
terdengar suara seseorang di luar pintu kedai arak ini : ”Apakah
kau melihat seorang lelaki berusia lima puluhan tahun, dengan
kumis tipis tanpa jenggot, memakai baju hijau ?” suara itu
bernada sabar dan ramah sekali.
”Tidak...!" pelayan diluar pintu menyahuti. ”Mungkin
orang yang Taisu cari tidak lewat di kota ini ... !"
Terdengar suara menghela napas dari si penanya tadi,
tampaknya dia tengah berpikir sejenak lamanya, sampai
akhirnya dia telah berkata lagi : ”Baiklah, siapkan meja
untukku lengkap dengan sayur2 tanpa daging ...!"
”Baik Taisu, silahkan masuk..!” kata pelayan yang diajak
ber-cakap2 tadi.
Sin Kun Bu Tek dan Sin Han telah menoleh kearah pintu,
saat itu tengah melangkah masuk seorang pendeta dengan
pakaian yang diselempangkan, memelihara jenggot dan kumis
yang pendek, namun lebat. Rambutnya dikonde, hidungnya
mancung, dan juga pipinya merah, bersinar segar. Dialah
seorang pendeta asing, seperti juga pendeta dari Lhasa, Tibet
ataupun juga pendeta dari India, seperti diketahui bahwa
Hweshio (pendeta) agama Buddha di Tiong-goan selalu
mencukur rambut dan memiliki kepala yang botak licin, namun
pendeta India umumnya memelihara rambut walaupun sebagai
pemeluk agama Buddha, karena peralihan antara agama
Buddha dan Hindu masih memiliki kekuatan yang berimbang
di India.
”Suhu.... bukankah itu Gunal Sing ?" tanya Sin Han waktu
melihat pendeta dari India itu.

Koleksi kang zusi.com 325


Sin Kun Bu Tek juga jadi girang, dia sampai cepat2 berdiri
menyambut pendeta itu.
”Gunal Sing Taisu ....!" panggilnya dengan suara riang.
”Ternyata kita berjodoh bertemu kembali disini."
Sambil berkata begitu si pengemis Lo Ping Kang telah
menjura memberi hormat kepada Gunal Sing. Sedangkan Sin
Han juga telah memberi hormat kepada pendeta India itu.

Cepat2 Gunal Sing meminta kepada guru dan murid itu


agar jangan telalu banyak peradatan.
”Mari kita bersantap bersama, Taisu !" kata Sin Kun Bu
Tek. ”Pertemuan ini tentu sangat menggembirakan sekali, aku
si pengemis miskin yang mengundang Taisu untuk ditraktir.....”

Koleksi kang zusi.com 326


Gunal Sing tersenyum sabar waktu mendengar perkataan
Sin Kun Bu Tek, dia telah duduk dikursi yang lainnya,
santapan untuk pendeta ini juga diantar pelayan ke meja Sin-
Kun Bu Tek.
”Maafkan Siauwkeng (pendeta kecil) tidak makan barang
berjiwa....!” kata Gunal Sing setelah pelayan itu selesai
mempersiapkan santapan untuknya.
Sambil bersantap, mereka ber-cakap2 dengan gembira.
Terutama sekali Sin Kun Bu Tek yang berulang kali
menyatakan terima kasihnya kepada Gunal Sing yang telah
menolonginya.
”Sesungguhnya...." kata Gunal Sing dalam suatu
kesempatan. ”Kedatangan Siauwceng kedaratan Tionggoan,
ingin menyebar luaskan pelajaran sang Buddha. Disamping itu,
Siauw-ceng juga seringkali mendengar bahwa didaratan
Tionggoan banyak sekali pendekar2 Kangouw yang memiliki
kepandaian yang tinggi dan sempurna dalam ilmu silat..
Siauwceng tertarik sekali untuk melihat semua itu, .. sengaja
Siauw-ceng telah melakukan perjalanan yang jauh untuk
melihat dengan mata kepala sendiri ilmu silat didaratan
Tionggoan...! Disamping itu juga, keindahan alam
pemandangan yang dimiliki Kanglam (daerah selatan) ini, telah
menggugah hati Siauw-ceng untuk melihatnya.”
Sin Kun Bu Tek tertawa mendengar perkataan si pendeta,
dia telah berkata, ”Mungkin orang yang menceritakan
segalanya kepada Taisu hanyalah melebih-lebihkan saja !
Buktinya, waktu Taisu menolong jiwaku, kepandaian Taisu
jauh beberapa tingkat lebih tinggi dari kepandaianku maupun
kepandaian orang yang Taisu rubuhkan !"
Si pendeta tersenyum sabar.
”Siancai ! Siancai !" katanya kemudian dengan suara yang
tenang. ”Tetapi kini Siauw-ceng memang telah beruntung

Koleksi kang zusi.com 327


dapat menyaksikan sendiri betapa kepandaian yang dimiliki
pendekar2 didaratan Tionggoan sangat hebat, hanya mereka
kurang melatih diri. Jika memang ada kesempatan, Siauw-ceng
juga ingin mendirikan kuil dan memberikan bimbingan kepada
mereka yang memiliki bakat baik dan tulang yang sempurna !"
Sin Kun Bu Tek jadi gembira sekali mendengar perkataan
si pendeta, dia telah berkata dengan suara yang riang. ”Taisu,
jika memang begitu maksud Taisu, mungkin muridku ini cocok
sekali untuk menerima keberuntungan dididik oleh Taisu.”
kemudian si pengemis Lo Ping Kang memberi isyarat kepada
muridnya.
Sin Han juga mengerti arti isyarat dari gurunya itu, cepat-
cepat dia telah bangun berdiri dan berlutut mengangguk kepala
beberapa kali kepada pendeta Gunal Sing itu.
”Oh anak yang manis, jangan banyak peradatan..." kata
Gunal Sing dengan suara yang lembut dan sabar, dia juga telah
memegang bahu Sin Han, yang akan diangkatnya bangun
berdiri.
Sin Han mana bisa membandel? Tenaga tarikan Gunal Sing
sangat kuat sekali ! dan karena Sin Han tetap berlutut, dia
terangkat dalam keadaan berlutut.
”Berdirilah anak manis...!" kata Gunal Sing sambil
tersenyum gembira, ”Kelak jika kita berjodoh bertemu pula,
maka aku akan menurunkan kepandaian tenaga dalam yang
berasal dari ilmu Yoga yang dicampur dengan latihan
pernapasan yang kuperoleh didaratan Tionggoan ini selama
aku mengembara, dimana kedua jenis latihan yang sebetulnya
berlainan itu telah berhasil kugabungkan."
Sin Han girang bukan main, dia telah meluruskan kakinya,
maka dia bisa berdiri dihadapan si pendeta sambil katanya :
"Terimakasih Taisu......budi Taisu tentu tidak akan
kulupakan.....!"

Koleksi kang zusi.com 328


Gunal Sing telah berkata lagi : ”Sebetulnya aku tengah
mengejar seseorang ....! Orang itu merupakan iblis yang sangat
kejam dan membahayakan bagi jago2 didaratan Tionggoan.
Dia berasal dari daratan Persia dan memiliki kepandaian yang
sangat tinggi sekali yang sulit untuk ditundukkan. Hal ini
bukan aku sangat mengagul-ngagulkan kepandaian iblis itu,
memang sesungguhnya dia merupakan iblis yang benar2
tangguh dan memiliki kepandaian yang tinggi disamping itu
juga sangat aneh sekali. Itulah sebabnya, karena memikirkan
keselamatan dari orang2 didaratan Tionggoan ini, terpaksa
Siauwceng melakukan pengejaran. Siauw ceng bermaksud
untuk membasminya, karena telah terlalu banyak dosa yang
dilakukannya.”
Sin Kun Bu Tek jadi memandang tertarik, tanyanya : "Lalu
sekarang, apakah Taisu sudah mengetahui jejaknya ?"
Gunal Sing menggeleng.
”Dua hari yang lalu aku berhasil bertemu dengannya,
memergoki disaat dia ingin memperkosa seorang gadis, dimana
ayah dan ibu mau pun kakak adik dari si gadis telah
dibinasakan dengan cara yang kejam, yaitu disamping kepala
mereka dihajar pecah, pun tubuh mereka telah dirusak dengan
cara yang benar2 mengerikan ! Tentu saja hal ini membuat
Siauwceng merasa pedih dihati dan menyesali mengapa
didunia ini bisa terdapat manusia berhati srigala, bahkan lebih
kejam dari serigala itu sendiri.... Dan kebetulan sekali justru
Siauwceng tiba sebelum iblis Persia itu berhasil merusak
kehormatan calon korbannya itu, dan kami telah bertempur tiga
hari tiga malam tanpa berkesudahan, sehingga akhirnya kami
sama2 letih, dan duduk mengaso menghentikan pertempuran
itu. Sedangkan si iblis telah mempergunakan kesempatan itu
untuk melarikan diri ! Memang kepandaian iblis itu masih
berada satu tingkat dibawah kepandaian Siauw-ceng namun
untuk merobohkannya tidaklah mudah. Dengan berhasilnya dia

Koleksi kang zusi.com 329


melarikan diri, berarti Siauw ceng harus mengikuti jejaknya
lagi. Inilah yang sulit...."
”Siapakah nama iblis Persia itu, Taisu ?” tanya Sin Kun Bu
Tek tertarik sekali.
”Di Persia dia memang merupakan jago yang sulit dicari
tandingannya. Dia bernama Koko Timo, kepandaiannya mirip2
dengan kepandaian Siauw ceng, karena rupanya diapun
mempelajari aliran latihan Yoga sehingga lwekangnya itu telah
mencapai tingkat yang sempurna ! Tetapi jika Siauw ceng tidak
berhasil merubuhkannya dan memunahkan kepandaiannya,
niscaya keselamatan dari para jago2 didaratan Tionggoan
terancam oleh bahaya yang tidak kecil, disamping itu juga
isteri dan anak orang baik2 akan terancam kehormatannya....!"
Setelah berkata begitu, Gunal Sing berulang kali menghela
napas, mukanya muram dan tampaknya dia jengkel sekali.
”Taisu, jika memang Taisu membutuhkan bantuan,
perintahkan saja, aku tentu akan melakukan perintah Taisu
tanpa berpikir dua kali, aku yakin Taisu berdiri di pihak yang
benar untuk membasmi kebathilan ! Walaupun harus terjun
kedalam kobaran api, tentu aku si pengemis miskin Lo Ping
Kang akan melakukannya dengan hati rela, asalkan Koko Timo
dapat dihancurkan...!"
Gunal Sing tersenyum sabar, wajahnya yang muram telah
lenyap, kini tampak berseri.
”Terima kasih ! Terima kasih !" kata si pendeta setelah
lewat sekian lama. ”Walaupun tidak mudah untuk merubuhkan
Koko Timo, tetapi diapun tidak akan bisa merubuhkan Siauw
ceng. Justru yang terpenting, bagaimana Siauw ceng mencari
kelemahannya, untuk merubuhkannya dan memusnahkan
ilmunya itu ! Koko Timo saat sekarang berusia lima puluhan
tahun, memakai baju berwarna hijau dan memelihara kumis
yang tipis tanpa jenggot. Dia mudah dikenali, karena dia

Koleksi kang zusi.com 330


bangsa asing untuk daratan Tionggoan....! Sekarang yang
terpenting sekali, Siauw-ceng harus dapat menemui
jejaknya...!"
Sin Kun Bu Tek mengangguk perlahan, kemudian dia telah
berkata lagi dengan nada yang hati2 sekali : ”Taisu ...apakah
kami bisa ber-sama2 Taisu mencari orang Persia itu?"
Gunal Sing tersenyum sabar, katanya, ”terima kasih, kalian
memang baik sekali, terima kasih ! Tetapi kepandaian Koko
Timo sangat tinggi sekali, dia memiliki lwekang yang
sempurna, yaitu cara mengatur pernapasan yang
dikombinasikan dengan pernapasan dari negeri lainnya !
sehingga dengan memiliki latihan pernapasan dari beberapa
aliran, Koko Timo memang sudah memiliki kepandaian yang
luar biasa hebatnya! Aku sendiri belum tentu dapat
merubuhkannya......"
Setelah berkata begitu, Gunal Sing telah berhenti sejenak,
kemudian dia baru melanjutkan perlahan sekali. “Dan kukira
lebih leluasa, jika Siauwceng (aku pendeta kecil) yang
mencarinya..."
Sin Kun Bu Tek mengerti, itulah penolakan secara halus.
“Baiklah Taisu…semoga usaha Taisu berhasil !" kata Sin
Kun Bu Tek.
Saat itu Gunal Sing telah berkata lagi : "Sesungguhnya,
keadaan Siauw-ceng juga belum memungkinkan bisa
memenangkan dia, tetapi Siauw ceng berusaha untuk
membendung kejahatan2 yang biasa dilakukannya...!"
Sin Kun Bu Tek mengangguk sambil mengeluarkan pujian
untuk pendeta tersebut.
Gunal Sing tersenyum, katanya dengan suara yang sabar :
"Apa itu arti sanjungan dan pujian? Kosong, semuanya tidak
berisi. Apa pula artinya caci maki dan sumpah serapah, semua

Koleksi kang zusi.com 331


itupun Kosong. Yang ada, haruslah ada pengertiannya, dengan
adanya pengertian tentu semuanya akan berjalan dengan
lancar."
Sin Kun Bu Tek cepat2 menyatakan terima kasihnya.
”Taisu telah memberikan wejangan yang sangat berarti, dan
nasehat Taisu tidak akan kulupakan.... !" kata si pengemis Lo
Ping Kang.
”Selama setengah tahun berkelana didaratan Tionggoan
banyak sekali orang2 Han yang tidak mengetahui siapa adanya
Siauw-ceng, maka mereka selalu memberikan nama kepadaku
dengan sebutan Tat Mo, dan gelaran seperti itu memang tidak
memberatkan Siauw-ceng, hanya justru embel2 yang ada, yaitu
perkataan Cauwsu dibelakang dari Tat Mo, merupakan pujian
kosong yang terlalu tinggi melambungkan Siauw-ceng,
sehingga Siauw-ceng jadi kuatir kalau2 nanti nama Tat Mo
Cauwsu hanya merupakan nama kosong belaka...!"
Itulah kata2 merendah dari Gunal Sing atau Tat Mo
Cauwsu yang tidak ingin dipuji dan disanjung berlebihan.
Tetapi Sin Kun Bu Tek telah menepuk tangannya sambil
berkata : ”Bagus ! Memang kepandaian seperti Taisu sulit
dicari duanya ! Taisu sudah memiliki kepandaian yang luar
biasa tingginya dan juga lwekang yang sempurna. Maka nama
Tat Mo Cauwsu itu memang tepat sekali diberikan untuk
Taisu."
Gunal Sing mengeluarkan kata2 merendah. Setelah ber-
cakap2 beberapa saat lagi, Tat Mo Cauwsu atau Gunal Sing
telah meminta diri untuk melanjutkan perjalanannya.
Waktu bangkit dari duduknya, Gunal Sing telah menoleh
kepada Sin Han : ”Jika kelak aku memiliki kesempatan
berjodoh bertemu lagi dengan kau, anak yang manis, tentu

Koleksi kang zusi.com 332


Siauw-ceng akan menurunkan beberapa macam ilmu
kepandaian untukmu !"
Sin Han cerdas, segera dia juga berlutut menyatakan terima
kasihnya : ”Budi Taisu tidak akan tecu (murid) lupakan ... !"
Cepat2 Gunal Sing membalas penghormatan Sin Han,
katanya : ”Bukan berarti aku menjadi gurumu, nak ! Nanti aku
hanya menghadiahkan saja, karena sekarang2 ini aku belum
lagi bermaksud menerima murid, karena masih banyak
persoalan yang harus Siauw-ceng selesaikan ... !"
Sin Han mengucapkan terima kasihnya sekali lagi, lalu
katanya : ”Baiklah Taisu, tetapi terimalah pernyataan terima
kasihku ..."
Dan sekali ini Sin Han telah memberikan hormat tanpa
berlutut, dia hanya menjura membungkukkan badannya.
Tat Mo Cauwsu atau Gunal Sing, tidak mengelakkan diri
lagi dari penghormatan itu, dia hanya memegang bahu Sin Han
untuk diangkat agar anak itu tidak memberi hormat lebih jauh.
Kepada Sin Kun Bu Tek, Gunal Sing juga telah berkata
sambil tersenyum : ”Lo-heng (saudara Lo) muridmu memiliki
bakat dan tulang yang baik, dia merupakan bahan yang baik
sekali, maka engkau harus mendidiknya baik baik.”
Sin Kun Bu Tek cepat2 mengangguk !
”Benar Taisu," katanya sambil tertawa, ”Apa yang
dikatakan oleh Taisu memang benar! Tetapi, jika anak ini
memperoleh bimbingan dariku, seorang guru yang butut dan
tidak memiliki kepandaian apa2 tentu sayang sekali bakat
bagus itu ter-sia2, untung saja Tai-su tadi telah menjanjikan
dalam suatu kesempatan akan menurunkan ilmu silat
kepadanya, sehingga kelak aku tidak perlu menelan kepahitan
dari perkataan orang2 yang mengatakan murid Sin Kun Bu Tek
tidak punya guna !"

Koleksi kang zusi.com 333


“Siancai ! Siancai ! Siecu (anda) terlalu merendahkan diri !
Dan juga tampaknya lidah Siecu pandai sekali, sehingga
dengan berkata begitu Siecu telah mengikat diriku dengan
janjiku ini...!"
Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah tertawa
ber-gelak2. Sin Kun Bu Tek tertawa dengan suara yang
gembira.
Waktu Tat Mo Cauwsu telah berlalu, Sin Kun Bu Tek
menghela napas sambil meng-geleng2kan kepalanya : ”Itulah
namanya gunung yang sangat tinggi masih ada yang lebih
tinggi lagi, begitu pula dengan kepandaian ilmu silat ! Semula
aku menduga bahwa kepandaianku sudah cukup tinggi dan
jarang yang bisa menandinginya, tetapi setelah bertemu dengan
Tat Mo Cauwsu, segera kurasakan bahwa kepandaianku belum
ada sepersepuluh dari kepandaiannya ... ! Itulah sebabnya aku
harus menyadari kenyataan seperti ini, beberapa kali aku
bertempur dengan Siang Niauw Pek Sian, Mo Coa dan
lain2nya, tetapi ternyata aku tidak berdaya apa2 sewaktu
menghadapi mereka ! Maka dari itu, yang jelas aku memang
harus berlatih diri lagi ... !”
Sin Han mengawasi gurunya dengan penuh perhatian,
diapun telah bertanya : ”Suhu...!" katanya kemudian. ”Apakah
kepandaian dari pendeta itu memang luar biasa sekali ?"
”Memang begitu keadaannya, kepandaiannya hebat sekali !
Tetapi bukan berarti dia tidak memiliki lawan yang punya
kepandaian setinggi dia, hanya jarang ada orang yang bisa
menandingi kepandaiannya ! Maka engkau, Sin Han
selanjutnya engkau harus belajar yang giat, dan kelak jika
memang masih berjodoh sehingga kau bisa bertemu dengan Tat
Mo Cauwsu, berarti engkau bisa memiliki kepandaian yang
lebih tinggi lagi....!"

Koleksi kang zusi.com 334


”Terima kasih suhu, semua ini berkat bantuan dan budi
suhu juga...!" kata Sin Han. ”Aku bersumpah akan mempelajari
dan melatih diri sebaik mungkin, agar tidak mendatangkan
malu pada suhu....!"
Sin Kun Bu Tek tampaknya girang bukan main mendengar
janji muridnya itu, dia telah berkata : ”Bagus! Bagus! Besok
aku akan mulai menurunkan jurus2 dengan mempergunakan
senjata tajam, disamping itu akupun akan mengajarimu ilmu
mengatur pernapasan !"
Sin Han mengucapkan terima kasihnya lagi.
Tidak lama kemudian, guru dan murid telah meninggalkan
kedai arak itu untuk melanjutkan perjalanan mereka.
XdwXkzX
TAT MO CAUWSU atau Gunal Sing, begitu keluar dari
kedai arak itu, telah mengambil jalan kearah barat, dia
bermaksud untuk melanjutkan perjalanannya dengan
mengambil kearah barat, dimana begitu dia keluar dari pintu
kota, dia bisa mengambil kearah Selatan, karena tujuannya
adalah kota Phung-sie kwan sebuah kota yang tidak begitu
besar dan tidak begitu padat penduduknya. Menurut
penyelidikannya, justru Koko Timo bersembunyi
mengasingkan diri dikota itu, untuk melatih semacam ilmu dari
kitab mustika yang diperolehnya ditanah Persia.
Dalam pengejaran kepada Koko Timo itu, Gunal Sing atau
Tat Mo Cauwsu ini telah melakoni banyak sekali perjalanan
jauh, tetapi karena Tat Mo Cauwsu memang bermaksud
membasmi kebathilan, dan dia juga merasakan bahwa
melakukan pengejaran kepada Koko Timo bukan merupakan
pekerjaan yang ringan disamping dia harus menyelidiki, juga
jika kelak telah saling jumpa, mereka akan terbentur dalam
suatu pertempuran yang seru sekali, sebab Koko Timo memang

Koleksi kang zusi.com 335


memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya, hampir
berimbang dengan kepandaian dia sendiri.
Cuma satu keuntungan dari Tat Mo Cauwsu sebagai orang
beribadat, dia memiliki iman yang jauh lebih kuat dan Koko
Timo, disamping itu juga dia memiliki ilmu kebathinan
disamping Lwekangnya yang sempurna.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 10
DALAM perjalanan menuju kepintu kota sebelah barat Tat
Mo Cauwsu telah teringat kepada Sin Han.
”Anak itu merupakan bahan yang baik ! Mudah2an saja
urusan cepat selesai, dan berhasil merubuhkan Koko Timo,
sehingga aku bisa membimbing anak itu.....!!" berpikir Tat Mo
Cauwsu didalam hatinya. Dan diapun telah tersenyum.
Tampak Tat Mo Cauwsu memang terkesan baik sekali pada
Sin Han. Dia melihatnya Sin Han memiliki kepribadian yang
baik, tulang2 yang bagus, disamping bakatnya yang menonjol
sekali. Maka dari itu Tat Mo Cauwsu memang ber-sungguh2,
jika urusannya dengan Koko Timo telah dapat diselesaikannya,
maka dia akan mencari Sin Han, untuk mendidiknya berbagai
ilmu silat kelas tinggi....
Berpikir sampai disitu, tiba2 Tat Mo Cauwsu merasakan
bahwa dibelakangnya ada seseorang yang menguntitnya.
Walaupun Tat Mo Cauwsu tidak menoleh kebelakang, tetapi
lewat hati kecilnya dia yakin ada seseorang yang diam2
mengikutinya.
“Siapa dia....?" pikir Tat Mo Cauwsu dalam hatinya.
“Didengar dari suara tindakan kakinya orang ini memiliki

Koleksi kang zusi.com 336


ginkang yang sangat tinggi sekali...apa maksudnya orang ini
mengikuti aku secara diam2 ?"
Saat itu Tat Mo Cauwsu melihat didepannya ada sebuah
tikungan. Dia telah membelok ditikungan itu, kemudian dia
mengintai kearah dari mana tadi dia mendatangi. Ternyata
seorang pemuda berusia diantara tiga puluh tahun, dengan
pakaiannya yang parlente, tengah ter-gesa2 berlari karena dia
takut kehilangan jejak dari Tat Mo Cauwsu.
Tetapi ketika pemuda itu membelok ditikungan tersebut,
tahu2 ada sebuah tangan yang besar dan kekar mencengkeram
baju dibagian pundaknya, disertai kata2 yang sangat sabar:
“Mengapa siecu mengikuti Siauwceng? Apa maksud siecu?"
Waktu pakaiannya kena dicengkeram dan mendengar
pertanyaan itu, pemuda tersebut jadi kaget bukan main, dia
sampai mengeluarkan seruan kaget dan telah meronta untuk
melepaskan cengkeraman yang dilakukan oleh Tat Mo
Cauwsu.
Tetapi walaupun dia meronta dengan menyalurkan tenaga
lweekangnya, tetap saja dia tidak bisa membebaskan dari
cengkeraman itu.
Lebih kaget lagi pemuda itu waktu dia mengenalinya
bahwa yang mencengkeramnya itu tidak lain dari Tat Mo
Cauwsu yang tengah dikuntitnya, maka seketika keringat
dingin membasahi muka dan tubuhnya.
“Lepaskan! Siang hari begini engkau ingin menghina
orang, heh ?" bentak pemuda itu setelah berhasil menindih
goncangan hatinya.
Tat Mo Cauwsu memang telah melepaskan cengkeraman
tangannya, dia berkata dengan sabar : ”Mengapa siecu
menguntit diam2...? Siapakah Siecu ?"

Koleksi kang zusi.com 337


Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu yang sabar dan tidak
memperlihatkan kemarahan sedikitpun juga, pemuda itu jadi
lebih tenang, dia telah sengaja membentak : ”Siapa yang
kesudian mengikutimu ? Hemm, engkau disiang hari seperti ini
main tuduh orang! Apakah kau kira aku memiliki waktu yang
cukup banyak mengikuti dirimu ?"
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar, diapun telah berkata :
”Siancai ! Siancai ! Maafkanlah ! Mungkin juga Siauwceng
yang keliru menyangka....silahkan Siecu melanjuti perjalanan
Siecu, maafkanlah atas perbuatan kasar yang Siauwceng
lakukan tadi."
Mendengar perkataan si pendeta, sebetulnya pemuda
tersebut ingin memaki lagi. Tetapi karena pemuda ini juga
menyadari si pendeta India ini memiliki kepandaian yang
sangat tinggi, dia tidak mau banyak rewel lagi, segera dia
memutar tubuhnya dan berlalu dengan langkah kaki lebar2.
Tat Mo Cauwsu menghela napas dalam2, diapun
menggumam : ”Hemm, rupanya orang itu diperintah oleh
seseorang lainnya. Tetapi siapa dia? Apakah Koko Timo ?"
Sambil menggumam begitu, Tat Mo Cauwsu sudah
melangkah lagi menyusuri lorong jalan itu, dan dia sampai di
pintu kota sebelah barat.
Disekitar tempat itu sepi sekali, hanya beberapa orang
penjaga pintu kota yang juga tengah duduk seenaknya pada
mengantuk.
Tat Mo Cauwsu telah keluar dari kota itu, menyusuri jalan
kecil berumput.
Dalam perjalanannya, dia hanya sekali2 bertemu dengan
orang yang ingin menuju ke kota tersebut. Tetapi Tat Mo
Cauwsu kurang begitu memperhatikannya, sebab pendeta ini

Koleksi kang zusi.com 338


tengah berpikir keras untuk mencari jejak dari Koko Timo,
jago dari Persia itu.
Tetapi waktu berpapasan dengan seseorang lagi, yang
jalannya dengan kepala tertunduk, Tat Mo Cauwsu tersenggol
pundaknya, sampai tubuhnya seperti tergoncang, karena
benturan yang terjadi itu merupakan benturan yang sangat kuat,
seperti juga disertai dengan tenaga lwekang.
Sebagai seorang pendeta yang telah memiliki kebathinan
kuat, tubuh Tat Mo Cauwsu hanya bergoyang sedikit,
sedangkan kedua kakinya tetap berdiri ditempatnya tanpa
berobah kedudukan kuda2 kedua kakinya.
Orang yang menyenggol Tat Mo Cauwsu itu adalah
seorang laki2 berusia enam puluhan tahun, memelihara kumis
yang tebal dan panjang, masih berwarna hitam, meskipun
usianya telah mencapai enam puluhan tahun.
Tat Mo Cauwsu segera juga memutar tubuhnya, tangannya
menyambar ke punggung orang itu dengan disertai kata2 :
"Tunggu dulu sahabat.....!"
Orang itu terkejut juga waktu dari arah punggungnya
menyambar angin serangan yang kuat sekali sehingga
punggungnya jadi sakit dan dingin.
Mengetahui cengkeraman tangan Tat Mo Cauwsu sangat
kuat, orang itu tidak berani berlaku ayal, dia telah bergulingan
kedepan, bersalto yaitu berjumpalitan beberapa kali,
meloloskan diri dari serangan lawannya.
Waktu itu, Tat Mo Cauwsu juga terkejut. Tapi
cengkeramnya berhasil mencengkeram tubuh orang itu, tetapi
tubuh orang tersebut seperti licin bagaikan belut. Hal itu
menunjukkan bahwa orang itu memiliki semacam ilmu weduk,
ilmu kebal terhadap serangan senjata tajam.

Koleksi kang zusi.com 339


Dengan sinar mata yang sangat tajam, Tat Mo Cauwsu
telah mengawasi orang itu. Sedangkan laki2 berusia enam
puluh tahun itu telah mengayunkan langkahnya ingin berlari
meninggalkan tempat itu. Tat Mo Cauwsu bergerak cepat
sekali, dengan mengeluarkan suara seruan, ”Tunggu dulu
sahabat, mari kita bicara dulu secara baik2....!"
Sabar sekali seruan Tat Mo Cauwsu, tetapi justru sambil
berseru segera kedua tangannya telah bekerja, dia
mempergunakan tangan kanannya untuk mencengkeram tulang
pipe dipundak lawannya, sedangkan tangannya yang kiri telah
meluncur akan menotok jalan darah Lu hie hiat lawannya.
Serangannya itu sangat cepat sekali, kalau sampai lawannya
terkena cengkeraman tangan kanan Tat Mo Cauwsu, berarti dia
akan cacad seumur hidupnya....atau jika memang totokan jari
tangan Tat Mo Cauwsu berhasil menotok tepat jalan darah Lu
hie hiatnya, maka separoh tubuhnya akan mati serta lumpuh
..dan orang itu rupanya menyadari bahaya yang tengah
mengancamnya itu, maka dengan tidak berpikir panjang lagi
dia kembali bergulingan untuk menjauhi diri dari Tat Mo
Cauwsu.
Tetapi belum dia sempat berdiri, Tat Mo Cauwsu tahu2
sudah berada dihadapannya dan berdiri tegak sambil
memperhatikannya dengan sinar mata yang sangat tajam sekali.
Laki2 berusia enam puluh tahun itu telah berdiri dengan
sikap.
”Mengapa....mengapa kau menyerang aku ? Apakah disiang
hari seperti ini engkau hendak merampok? Tidak takutkah kau
akan ancaman hukuman jika perbuatan ini kulaporkan kepada
Tiekwan ?"
Ditegur begitu, Tat Mo Cauwsu tertawa tawar, kemudian
katanya, ”Baiklah, jika engkau ingin melaporkan kepada
Tiekwan, silahkan ! Tetapi sekarang ini, sebelum engkau

Koleksi kang zusi.com 340


menjelaskan apa maksudmu menyenggol pundak Siauwceng
dengan kerahkan tenaga dalam, dan juga ingin merubuhkan
Siauwceng dengan kekuatan murnimu itu, jangan harap engkau
bisa meloloskan diri dari tanganku."
Muka orang itu jadi berobah pucat, walaupun bagaimana
memang dia telah mendengar sebelumnya bahwa Tat Mo
Cauwsu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Dia
pun menyadari bahwa pendeta dari India ini bukan lawan yang
empuk, tetapi kini dia telah berada ditangan si pendeta.
Jika tadi orang tersebut sengaja menyenggolkan bahunya
kepada pundak Tat Mo Cauwsu, karena dia bermaksud untuk
mencoba kekuatan si pendeta dari India, yang selama ini
namanya telah sangat terkenal.
Begitu dia membentur, tadipun dia telah merasakan
kesakitan pada bahunya, karena bahunya itu seperti juga
menyenggol sebatang besi yang keras sekali.
Dan kini, diapun tampaknya tidak bisa meloloskan diri dari
lawannya.
Tat Mo Cauwsu melihat orang itu berdiam diri ragu2, maka
pendeta ini telah bertanya dengan sabar : "Hemmm, apakah
engkau tidak ingin bicara secara jujur, sehingga menghendaki
aku mempergunakan kekerasan....?"
Ditegur begitu, orang yang berusia enam puluhan tahun itu,
jadi gentar juga.
Dia telah melihatnya, kepandaian Tat Mo Cauwsu berada
diatas kepandaiannya sendiri, jika memang Tat Mo Cauwsu
melancarkan serangan yang sungguh2 niscaya dia akan binasa.
”Aku..... aku tadi tanpa sengaja telah menyenggol bahumu,"
kata orang tersebut berusaha mengalihkan persoalan. "Dan
maafkanlah, sungguh aku tidak sengaja menyenggol pundakmu
itu.....!”

Koleksi kang zusi.com 341


Mendengar perkataan orang tersebut, dan melihat wajahnya
yang licik, Tat Mo Cauwsu merangkapkan tangannya, kembali
dia berkata : ”Siancai ! Siancai ! Tampaknya memang engkau
sulit diajak bicara secara baik ! Jika siecu (anda) tidak bersedia
untuk bicara dengan baik, maka Siauwceng akan
mempergunakan kekerasan."
Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu menggerakkan
tangan kirinya, dia mempergunakan dua bagian dari tenaga
dalamnya, namun kesudahannya justru membuat orang berusia
enampuluhan tahun itu terhuyung mundur kejengkang diatas
tanah. Itulah membuktikan kepandaian Tat Mo Cauwsu
memang luar biasa sekali.
Bahkan lelaki berusia enam puluhan tahun itu bukan hanya
rubuh terjungkel saja, karena dia telah menjerit kesakitan, lalu
dia merangkak berdiri, tetapi tubuhnya masih sempoyongan,
dan mukanya juga jadi pucat pias.
Tat Mo Cauwsu berkata lagi dengan suara yang tawar :
”Berikanlah kepada Siauwceng keterangan yang
sesungguhnya, setelah itu Siauwceng akan membiarkan Siecu
angkat kaki..."
Hati lelaki tua itu jadi tergoncang, dia berada dalam
keraguan.
”Siapa nama siecu ?" tanya Tat Mo Cauwsu, waktu dia
melihat orang itu berdiam diri saja.
”Aku Bong dan bernama Lap Hin," menyahuti orang
tersebut.
”Siapa yang perintahkan kau untuk mencari urusan dengan
Siauwceng ?" tanya Tat Mo Cauwsu lagi.
”Aku.....aku tidak sengaja menyenggol bahu
Taisu....sungguh aku tidak sengaja..!” menyahuti orang she
Bong itu dengan suara berusaha meyakinkan bahwa

Koleksi kang zusi.com 342


senggolannya tadi hanyalah merupakan senggolan tanpa dise-
ngaja.
”Hemm.....!" mendengus si pendeta dari India itu, sikapnya
tetap sabar. ”Baiklah! Jika memang Siecu tetap bersikap keras
tidak ingin mengakui apa yang sesungguhnya, Siauw ceng juga
tidak bisa memaksanya.... maka dari itu, pergilah !!" kemudian
dengan perlahan Tat Mo Cauwsu mengebutkan lengan jubah-
nya, tepat disaat itu juga tubuh orang she Bong tersebut telah
terpental keras sekali.
Tubuh Bong Lap Hin bergulingan diatas tanah, dia
merasakan dadanya seperti melesak dan ada beberapa tulang
ditubuhnya bagaikan patah.
Tetapi dia bandel sekali, dia berusaha merangkak untuk
berdiri, karena ia mengetahui Tat Mo Cauwsu tidak mungkin
menarik perkataannya tadi, yaitu membebaskan dia.
Secepatnya Bong Lap Hin bermaksud melarikan diri.
Disaat orang itu ingin berlalu, Tat Mo Cauwsu telah berkata
: "Ingatlah baik2 olehmu, jalan darah Tu liang hiat dan Tat cie
hiatmu telah kuserang hancur ! Jika dalam tiga hari engkau
tidak memperoleh obat yang tepat, maka jiwamu terancam
kematian, atau juga akan bercacad seumur hidup...!"
Sabar sudah Tat Mo Cauwsu, seperti juga urusan yang
menyangkut masalah jiwa dipandang ringan.
Muka Bong Lap Hin jadi berobah seketika itu juga, menjadi
pucat pias.
”Apa.... apa yang Taisu bilang ?” tanyanya dengan suara
terkejut dan tubuh gemetar.
”Coba kau tarik napas dalam2, salurkan lwekangmu ke
jalan darah Tan Tian Hiat, nanti engkau akan mengetahuinya
apa yang telah terjadi ditubuhmu...!"

Koleksi kang zusi.com 343


Bong Lap Hin menuruti petunjuk yang diberikan oleh Tat
Mo Cauwsu, dia menghirup udara dalam2, kemudian
menyalurkannya ke jalan darah Tan Tian Hiat, seketika itu juga
dia merasakan betapa jalan darah Tu Liang Hiat dan Tat-cie-
hiatnya itu gatal2 bercampur sedikit perasaan sakit !
Muka Bong Lap Hin jadi pucat seperti kapur tembok, tahu2
ia telah menekuk kedua kakinya berlutut dihadapan Tat Mo
Cauwsu sambil menangis.
”Taisu....ampunilah jiwaku... memang aku bermaksud
buruk kepada Taisu, tetapi semua itu diperintahkan oleh
seseorang, aku hanya menerima upah saja....!” sesambatan
Bong Lap Hin.
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar, dia telah berkata:
”Bagus! Bagus! Engkau rupanya masih sayang pada jiwamu,
siecu! Aku akan memberikan obat yang bisa menyembuhkan
luka didalam tubuhmu itu, tetapi engkau harus menjelaskan
dulu apa sesungguhnya yang menyebabkan engkau mau
menerima permintaan seseorang untuk mencari urusan dengan
Siauw ceng??"
Tampak Bong Lap Hin ragu2, tetapi kemudian dia berkata
juga: ”Sebetulnya ... sebetulnya orang yang memerintahkan
aku untuk mencelakai Taisu adalah...... adalah Tan.....Akhhh !"
Baru saja Bong Lap Hin berkata sampai perkataan 'adalah
Tan....', dia sudah mengeluarkan suara jeritan yang sangat
nyaring sekali, karena dipunggungnya telah menancap
sebatang pisau yang menembusi jantungnya, tubuhnya seketika
berkelejatan sebentar, lalu diam. Bong Lap Hin telah putus
napasnya dengan sepasang mata yang mendelik lebar.
Tat Mo Cauwsu juga jadi terkejut, dia cepat2 membungkuk
untuk memeriksa keadaan Bong Lap Hin. Dia melihat orang
she Bong itu telah putus napasnya, maka dia menghela napas
dalam2.

Koleksi kang zusi.com 344


Senjata rahasia itu berbentuk sebilah pedang pendek, yang
diberi racun, karena dari luka itu mengalir keluar darah kental
yang ke-hitam2an.... mungkin racun yang dipergunakan
merupakan racun yang dapat bekerja cepat, disamping itu
mengenai sasaran yang tepat, yaitu jurusan jantung, maka telah
membuat Bong Lap Hin seketika menghembuskan napasnya
tanpa bisa ditolong lagi.
Sambil menghela napas, Tat Mo Cauwsu telah berdiri, dia
mengawasi kearah sekelilingnya, tetapi tidak ada seorangpun
disekitar tempat itu. Tadi Tat Mo Cauwsu sempat melihat
menyambarnya pedang itu dari arah belakang sebatang pohon
yang sangat besar. Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak keburu untuk
menolong orang she Bong itu dari kematiannya.
Tat Mo Cauwsu juga sempat melihat sesosok bayangan
yang melompat berlari dari balik batang pohon itu, tetapi Tat
Mo Cauwsu tidak ingin mengejarnya, sebab dia ingin
menolongi terlebih dulu korban serangan gelap itu, yaitu Bong
Lap Hin.
Setelah menghela napas sekali lagi, Tat Mo Cauwsu lalu
menggali tanah, dia mengubur jenasah Bong Lap Hin.
”Bong Siecu, kasihan engkau menjadi korban dari
keganasan seseorang... tenanglah engkau diduniamu yang
baru....!"
Kemudian Tat Mo Cauwsu telah membacakan beberapa
manteranya.
Dengan langkah yang per-lahan2 Tat Mo Cauwsu telah
melanjutkan perjalanannya lagi.
Dia mengetahui dari Bong Lap Hin, bahwa orang yang
memusuhinya itu adalah orang she Tan. Siapakah orang she
Tan itu ? Apa maksudnya memusuhi dirinya ? ber-macam2
pertanyaan timbul dibenak Tat Mo Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 345


Saat itu hari sudah mendekati sore, dan udara mulai dingin
serta langitpun mulai gelap, dimana diufuk barat sisa cahaya
matahari itu tampaknya memerah indah sekali.
”Akh, manusia didunia ini selalu harus terlibat dalam suatu
pergolakan untuk kelanjutan hidupnya ! Seperti aku yang telah
mensucikan diri, akhirnya harus melibatkan diri pula dalam
kancah2 yang terjadi didaratan Tionggoan! Tetapi tugas mulia
seperti ini walaupun harus menghadapi peristiwa yang paling
mengerikan sekalipun, harus dihadapinya dengan tabah.. !
Siancai ! Siancai !" setelah berkata begitu Tat Mo Cauwsu
memuji kebesaran Sang Buddha, dia juga menghela napas
beberapa kali.
Gunal Sing atau yang dikenal oleh jago didaratan
Tionggoan dengan nama Tat Mo Cauwsu telah melanjutkan
perjalanannya. Tekadnya untuk mencari Koko Timo semakin
besar saja, dia berusaha untuk membekuk Koko Timo, dan
membinasakannya, jika memang iblis itu sama sekali tidak
mau juga tersadar dari perbuatannya yang sesat.
Setelah melakukan perjalanan beberapa lie lagi, maka Tat
Mo Cauwsu telah sampai dikampung Liu-in-cung, sebagai
perkampungan yang tidak begitu besar.
Tat Mo Cauwsu mencari rumah penginapan dikampung itu,
dan dia memperoleh kenyataan bahwa dirumah penginapan
dikampung tersebut hanya satu, lagi pula keadaannya tidak
bersih dan jorok sekali.
Pengunjung rumah penginapan inipun sedikit sekali, saat
itu yang menginap dirumah penginapan tersebut hanya satu
orang, masih terdapat tujuh kamar kosong.
Tat Mo Cauwsu memperoleh kamar yang paling ujung,
yang letaknya dibelakang rumah penginapan itu.

Koleksi kang zusi.com 346


Karena agak letih melakukan perjalanan setengah harian,
Tat Mo Cauwsu telah menaruh pauwhok (buntalan)nya di
meja, lalu dia meminta kepada pelayan untuk mempersiapkan
air mencuci muka.
Setelah selesai bersalin, Tat Mo Cauwsu keluar dari
kamarnya, dia menghampiri ruangan untuk makan dan
memesan beberapa macam sayur tanpa daging.
Dengan segera pesanan Tat Mo Cauwsu telah dipersiapkan
dan pendeta ini meminta tambahan nasi. Waktu itu dikala
pelayan tengah menyediakan semangkok nasi pula, mata Tat
Mo Cauwsu yang tajam dan jeli telah melihat seseorang
melangkah masuk kedalam rumah penginapan yang merangkap
sebagai rumah makan juga. Namun waktu orang itu baru saja
melangkahkan kakinya diambang pintu, dia telah melihat Tat
Mo Cauwsu. Tampaknya orang tersebut jadi terkejut dan
mukanya juga berobah pucat, cepat2 dia memutar tubuhnya
untuk berlalu batal memasuki rumah makan tersebut. Dialah
seorang pemuda yang mungkin baru berusia dua puluh lima
tahun.
Walaupun Tat Mo Cauwsu mengetahui bahwa pemuda itu
mengandung maksud tidak baik terhadapnya, tetapi pendeta ini
tidak mengejarnya, dia meneruskan santapannya.
Setelah membayar harga makanan itu Tat Mo Cauwsu
kembali kekamarnya.
”Hemm, sikap pemuda tadi sangat mencurigakan sekali....
kukira malam ini akan terjadi sesuatu....!" pikir Tat Mo
Cauwsu.
Pendeta dari India tersebut telah naik ke pembaringannya,
dia duduk bersemadhi. Pendeta inipun kemudian membaca
Liam Keng, yaitu ayat2 suci ajaran Sang Buddha.

Koleksi kang zusi.com 347


Menjelang sampai kentongan kedua ditengah malam, Tat
Mo Cauwsu masih juga duduk bersemadhi, seperti tengah
menantikan sesuatu. Karena lwekangnya telah tinggi dan
mencapai taraf yang sempurna, pendeta ini dapat tidak tidur,
dan hanya bersemadhi beberapa jam sudah bisa memulihkan
kesehatan tubuhnya.
Tiba2 pendengaran Tat Mo Cauwsu yang sangat tajam telah
mendengar suara sesuatu diatas genting, suara yang sangat
ringan sekali, bagaikan jatuhnya sehelai daun kering di atas
genting.
Tentu saja, suara itu menunjukkan ada 'tamu' malam yang
berkunjung.
”Ginkangnya cukup baik, walaupun dia masih
memperdengarkan suara yang sangat perlahan itu pada langkah
kakinya namun hal itu telah membuktikan bahwa tamu ini
bukan lawan yang ringan."
Sambil berpikir begitu, Tat Mo Cauwsu tetap duduk
bersemedhi tidak bergerak dari tempat duduknya. Dia berdiam
diri saja, hanya telinga yang dipasang benar2.
Tidak lama kemudian, terdengar kembali suara kaki yang
perlahan diatas genting.
”Ssttt....!" terdengar suara yang perlahan, rupanya orang
yang pertama telah memberi isyarat kepada kawannya yang
baru datang, agar tidak menimbulkan suara berisik.
Be-runtun2 telah terdengar tiga kali lagi suara langkah kaki
hinggap diatas genting.
”Mereka berjumlah lima orang....” pikir Tat Mo Cauwsu
setelah sekian lama tidak mendengar suara langkah kaki
lainnya. "Apa maksud mereka dan siapa mereka ?"
Walaupun hatinya ber-tanya2, tetapi Tat Mo Cauwsu tetap
meneruskan semadhinya.
Koleksi kang zusi.com 348
Waktu itu terdengar salah seorang diantara kelima 'tamu'
yang tidak diundang itu telah berkata dengan suara yang
perlahan sekali, hampir tidak terdengar : ”Dia sedang
bersemadhi.... Toako, apakah kita terjang saja kedalam ? Atau
kita memancing dia keluar dari kamarnya ?"
”Biarlah, kita lihat dulu, bagaimana akan dilakukannya !
Sesungguhnya, melihat keadaan seperti ini, kepandaian pendeta
India ini kurang begitu baik dan tidak setinggi apa yang
dibicarakan oleh orang2 rimba persilatan.....buktinya saja
kedatangan kita berlima tidak diketahui olehnya....."
”Siapakah tuan2 yang malam gelap pekat ini datang
berkunjung untuk menjengukku ?" tanya Tat Mo Cauwsu tiba2
dengan suara yang tawar dan sabar. ”Silahkan kalian masuk
dari pintu saja, Siauwceng akan menerima dan menyambut
kalian dengan hati yang senang....."
Kelima orang yang berada diatas genting itu jadi terkejut,
mereka sejenak tertegun.
Semula mereka menduga Tat Mo Caswsu tidak mengetahui
kedatangan mereka, tetapi justru mereka baru tahu, bahwa Tat
Mo Cauwsu telah mengetahui kehadiran mereka.
Setelah berhasil menenangkan goncangan hatinya, orang
yang dipanggil Toako itu, telah berkata dengan suara yang
mengejek: "Pendeta busuk, keluarlah untuk menerima
hukumanmu !"
Suara itu keras sekali, terdengarnya sangat lantang, tetapi
Tat Mo Cauwsu menghadapinya dengan tenang sekali, dia
menyahuti dengan suara yang sabar : "Kalian berlima datang
berkunjung untuk bertemu dengan Siauwceng, mengapa harus
Siauwceng yang keluar menemui kalian ?"
Kembali kelima orang yang berada diatas genting jadi
terkejut, disamping itu mereka juga kagum sekali atas

Koleksi kang zusi.com 349


ketajaman pendengaran pendeta itu. Karena tanpa melihat, Tat
Mo Cauwsu telah berhasil menyebutkan jumlah ''tamu" tidak
diundang itu.
”Tat Mo Cauwsu, kami Ngo Liong Tang Hay datang untuk
mengadakan suatu perhitungan.....!" seru si Toako dengan nada
yang meninggi menunjukkan kegusarannya. "Keluarlah, mari
kita bicara diluar...."
Dan selesai berkata, terdengar kelima orang 'tamu' tidak
diundang itu telah melompat turun saling susul.
Tat Mo Cauwsu juga telah turun dari pembaringannya,
dengan sikap yang tenang sekali, dia melangkah ke pintu,
membukanya dengan sabar. Sama sekali pendeta ini tidak
memperlihatkan perasaan jeri atau takut.
Begitu Tat Mo Cauwsu membuka pintu kamarnya dan
melangkah ke belakang rumah penginapan itu, dilihatnya
dipekarangan rumah penginapan itu telah berdiri lima orang
yang bentuk tubuhnya tidak rata, ada yang pendek ada yang
jangkung dan juga ada yang sedengan tubuhnya.
Kelima orang itu yang menyatakan gelaran mereka sebagai
Ngo Liong Tang Hay, atau Lima Naga dari lautan Tang Hay,
telah memandang Tat Mo Cauwsu dengan muka yang
mengerikan dan wajah yang bengis. Hampir berbareng mereka
pun berkata: "Mari kita memperhitungkan sakit hati dari Liok-
te (adik keenam) kami yang telah binasa ditanganmu..!”
Setelah berkata begitu kelima orang tersebut, yaitu Ngo
Liong Tang Hay telah melompat lincah sekali, mengurung Tat
Mo Cauwsu di-tengah2.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak gentar sedikitpun juga, dia
telah memandang satu persatu wajah kelima Naga lautan Tang
Hay itu. Tanyanya kemudian dengan sabar : ”Apa maksud
kalian yang sebenarnya? Liok-te kalian yang bernama Wu

Koleksi kang zusi.com 350


Sung Cie memang mati wajar, dia sangat jahat dan melakukan
banyak sekali pekerjaan2 yang tidak terpuji ! Sebagai penjahat
apa perlunya disayangkan kematiannya ? Bukankah diapun
telah berusaha mempergunakan kepandaiannya sebelum binasa
ditangan Siauwceng? Siauwceng pun bukan membunuhnya
dengan mempergunakan akal licik atau tipu serangan
menggelap ? Maka Siauwceng anggap, tidak perlu kalian
mengusut dan mengurusi persoalan itu pula, karena tidak ada
artinya! Sekarang kalian ingin memanjangkan urusan,
Siauwceng memang tidak kuatir kepada kalian, tidak mungkin
kalian bisa memenangkan Siauwceng dan juga tidak mungkin
kalian bisa membinasakan diri Siauwceng, karena kepandaian
kalian belum cukup sempurna! Lebih baik kalian hidup
mengasingkan diri untuk melatih ilmu silatmu, agar lebih
sempurna, dan hidup secara baik2 sebagaimana layaknya.....!"
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu tampaknya kelima
tamu tidak diundang itu jadi marah bukan main, mereka
berseru dengan suara yang hampir bersamaan.
”Engkau tidak perlu menasehatiku !" kata si Toako dengan
suara yang nyaring, menindih suara kawan2nya yang lain, dan
dia juga telah mengawasi Tat Mo Cauwsu dengan sorot mata
yang sangat tajam sekali.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah berkata lagi, "Siancai !
Siancai ! Siauwceng hanya ingin menyadarkan kalian,
memberikan bimbingan atas belas kasih dan sayang Sang
Buddha, maka jika kalian memang tidak mengacuhkan
mengapa pula Siauwceng harus terlalu bersikeras memaksa
kalian agar hidup layak? Bukankah itupun tidak pantas, setiap
manusia tentu berhak dan bisa menentukan hidupnya sendiri."
Muka si Toako lelaki yang memelihara jenggot brewokan
itu, berobah merah padam, dialah seorang laki2 berusia
diantara lima puluh tahun, usianya itu lebih muda dan keadaan
wajahnya yang tampak menyeramkan. Dilihat dari keadaan
Koleksi kang zusi.com 351
tubuhnya, mungkin dia seorang akhli Gwa-khe (tenaga luar).
Dengan sikap yang berang mengandung kemarahan, tampak si
Toako itu telah berkata : ”Sekarang yang terpenting kita tidak
perlu banyak bicara, kita harus mengadakan perhitungan
dulu...!" lalu si Toako mengebutkan lengan baju kanannya
untuk memberi isyarat kepada kawan2nya. Dan gerakan isyarat
itu telah diikuti oleh kawan2nya yang melompat mengurung
Tat Mo Cauwsu lebih dekat. Mereka juga telah mencabut
senjatanya masing2, yaitu sebatang pedang. Dengan bersenjata
pedang mereka memang bukan lawan yang ringan. Si Toako
yang telah mencabut pedangnya, dengan mengeluarkan suara
bentakan yang keras, dia melancarkan tikaman pembukaan
kepada Tat Mo Cauwsu.
Tetapi pendeta dari India ini berdiri tenang ditempatnya,
sama sekali dia tidak berusaha mengelakkan diri dari serangan
lawannya itu.
”Hati2 siecu, Siauwceng Gunal Sing sesungguhnya tidak
ingin memiliki musuh, karena Siauwceng menghendaki
persahabatan dan persaudaraan..." sabar suara si pendeta. Dan
waktu itu serangan si Toako telah sampai dekat sekali didada
pendeta itu.
Dalam keadaan seperti ini, dengan gerakan yang sulit
diikuti oleh pandangan mata, tampak Tat Mo Cauwsu
menggeser kaki kirinya, dia telah merobah kedudukan
tubuhnya sambil mengangkat tangan kanannya, dia telah
berhasil mengelakkan diri dari serangan mata pedang
lawannya, yang menyambar lewat disisi ketiak tangannya.
Dan disaat itu dengan cepat Tat Mo Cauwsu telah
menurunkan tangannya, menjepit pedang itu dengan
mempergunakan ketiaknya.
Si Toako jadi terkejut sekali, mukanya juga berubah
menjadi merah padam. Dia telah berkata dengan suara marah :

Koleksi kang zusi.com 352


"Cepat lepaskan pedangku. Kau bersikap jantan sedikit, jangan
hanya bisa main bicara dan menjepit ini !"
Itulah ejekan untuk Tat Mo Cauwsu, tetapi pendeta dari
India ini justru sangat sabar dan tenang, dia hanya berkata :
”Kau teriaklah sendiri...!”
Dan belum lagi kata-katanya itu habis diucapkan tiba2
keempat kawannya si Toako telah menerjang maju
melancarkan serangan kepada Tat mo Cauwsu dengan berbagai
gerakan, ada yang menikam ada pula yang menebas. Gerakan2
yang dilakukan oleh mereka merupakan yang bisa mematikan,
karena justru mereka mengincer bagian-bagian yang sangat
berbahaya ditubuh si pendeta India.
Tat Mo Cauwsu telah memperdengarkan suara tertawa yang
perlahan dan sabar, katanya, "Kalian benar2 terlalu mendesak
Siauw ceng !"
Dan sambil berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah melompat
keatas, berjumpalitan melewati atas kepala lawan-lawannya.
Pedang si Toako jadi terlepas.
"Serang terus, kita harus membinasakannya, jangan biarkan
dia bisa meloloskan diri......!" kata si Toako dengan suara yang
sangat keras.
Mereka berlima, Ngo Tang Hay merupakan tokoh2
persilatan yang menjagoi selama puluhan tahun disekitar lautan
Tang Hay. Mereka lebih mirip hidup sebagai bajak laut. Dulu
mereka terkenal sebagai Liok Liong Tang Hay, tetapi beberapa
tahun yang lalu adik angkat mereka yang keenam, yaitu Wu
Sung Cie telah binasa ditangan Tat Mo Cauwsu, maka
seterusnya mereka memakai gelaran sebagai Ngo Liong Tang
Hay.
Si Toako bernama Lim Cung Liang. Jite (adik kedua) dari
Ngo Liong Tang Hay itu bernama Tang Pao Liang, Samte

Koleksi kang zusi.com 353


(adik ketiga) bernama Yu Hui An. Siete (adik keempat)
kelompok Ngo Liong Tang Hay ini bernama Ho Sui In, dan
Ngote (adik kelima) dari Ngo Liong Tang Hay bernama Bun
Tai Lui, tentu saja mereka berlima memang memiliki
kepandaian yang cukup tinggi sebab selama puluhan tahun
mereka malang melintang dilautan Tang Hay, tidak pernah
menemui tandingan.
Tetapi justru satu kali, disaat adik ke enam dari Ngo Liong
Tang Hay, yang bernama Wu Sung Cie itu tengah melakukan
suatu kejahatan, dia kepergok oleh Tat Mo Cauwsu yang telah
memberi ganjaran cukup keras. Tapi Wu Sung Cie terlalu keras
kepala, dia pantang menyerah dan telah mengadakan
perlawanan kepada pendeta India itu dengan tidak memikirkan
keselamatan dirinya. Maka dari itu tidak mengherankan dalam
waktu yang singkat hanya empat jurus saja, Tat Mo Cauwsu
kesalahan tangan telah memukulnya tepat dikepala, sehingga
kepalanya itu pecah dan remuk..
Saat itu Tang Pao Liang ber-sama2 dengan keempat
saudara angkatnya telah melompat dan menggerakkan pedang
mereka masing2 untuk melakukan tikaman dari berbagai
jurusan kearah tubuh pendeta dari India itu.
Tat Mo Cauwsu tercekat juga hatinya, karena dia melihat
kepandaian kelima orang lawannya ini jauh lebih liehay
dibandingkan dengan Wu Sung Cie, terlebih lagi sekarang Ngo
Liong Tang Hay itu berlima, maka setiap serangannya jauh
lebih hebat dibandingkan dengan kepandaian Wu Sung Cie.
Yang membuat Tat Mo Cauwsu berlaku lebih hati2 lagi,
karena dia melihat kekompakan kelima orang Ngo Liong Tang
Hay itu, yang dapat bekerja sama dengan baik. Jika yang
seorang tengah terdesak oleh Tat Mo Cauwsu, maka keempat
orang yang lainnya melancarkan serangan serentak.

Koleksi kang zusi.com 354


Tentu saja keadaan demikian membuat Tat Mo Cauwsu
harus mengeluarkan kepandaiannya juga. Jika semula dia
meremehkan kelima Ngo Liong Tang Hay, mengingat Wu
Sung Cie dapat dirubuhkannya dengan mudah, sekarang justru
tampak Tat Mo Cauwsu telah mengeluarkan ilmu Cap-sah Lo
Han Kun (Delapan belas arhad). Tubuhnya ber-gerak2 dengan
tindakan kaki yang mantap, setiap lengan jubahnya dikebutkan
juga membawa samberan angin yang men-deru2 keras sekali.
Lawan2 Tat Mo Cauwsu jadi sangat terkejut waktu melihat
bahwa Tat Mo Cauwsu bukan saja dapat menghindarkan diri
dari serangan serentak mereka, juga telah berhasil balas
menyerang dengan dahsyat luar biasa.
Tetapi Lim Cung Liang, si Toako, telah mengeluarkan
suara bentakan keras, dan merobah cara bertempurnya. Jika
tadi dia melancarkan serangan dengan pedangnya yang
menikam, maka kini dia menyerang dengan pedang yang
diputar ber-gulung2 bagaikan pelangi berkilauan.
Sedangkan Tang Pao Liang, si Jiete, telah menggerakkan
pedangnya dengan cepat sekali, dia memusatkan seluruh
kekuatan tenaga lwekang ke telapak tangannya, lalu disalurkan
ke pedangnya !
Serangan dari kedua Ngo Liong Tang Hay ini memang
mempengaruhi gerakan Tat Mo Cauwsu, karena pendeta itu
harus berulang kali berkelit kekiri dan kekanan, mengelakkan
diri dari lingkaran sepasang pedang itu.
Serangan Yu Hui An, si Samte, dan Ho Sui In, si Siete,
telah melancarkan serangan juga dengan cara yang me-lingkar2
seperti itu. Hanya adik kelima dari Ngo Liong Tang Hay, yaitu
Bun Tai Lui, yang tidak memutar melingkar pedangnya, dia
hanya menikam. Tetapi walaupun hanya menikam, justru
tenaga pokok dalam kelompok Ngo Liong Tang Hay dengan
ilmu pedang me-lingkar2 itu berada ditangan si adik yang

Koleksi kang zusi.com 355


kelima ini, karena Bun Tai Lui memegang peranan terpenting.
Keempat saudaranya hanya mengaburkan perhatian dan
pandangan mata dari lawan, sedangkan Bun Tai Lui yang
melancarkan tikaman2 di tempat2 yang lowong.
Tat Mo Cauwsu berseru : "Sianca i! Siancai !" dia kagum
sekali kepada kepandaian kelima orang ini, yang tentu tidak
mudah dilatih dalam waktu yang singkat, sebab kekompakan
mereka tampak jelas sekali. "Sayang sekali kepandaian yang
demikian tinggi dipergunakan oleh manusia2 jahat seperti
mereka..... jika bisa dimiliki oleh orang yang berbudi luhur dan
memiliki tanggung jawab, tentu kepandaian ini besar artinya.....
untuk keadilan dalam memberantas kebathilan.....!"
Karena berpikir begitu, dan juga kelima orang lawannya
telah mengepung dirinya rapat, Tat Mo Cauwsu juga tidak bisa
terlalu lama berpikir. Dengan cepat, dari gerakan Cap-Peh Lo
Han Kun, dia telah merobah kedua tangannya yang digetarkan
seperti pendeta ini tengah bersujud dihadapan Sang Buddha.
Hanya saja kedua tangannya itu yang telapak tangannya
dirangkapkan, telah bergetar keras sekali.
Melihat cara Tat Mo Cauwsu yang agak luar biasa ini,
kelima orang lawannya telah tertegun sejenak, dan mereka
mengawasi apa yang akan dilakukan olah Tat Mo Cauwsu,
karena mereka masih men-duga2 entah ilmu apa yang ingin
dipergunakan oleh Tak Mo Cauwsu.
Tetapi Tat Mo tidak memperdulikan sikap kelima orang
lawannya itu, dia telah mengeluarkan suara seruan yang
nyaring sekali, tahu2 sepasang tangannya telah ditentangkan
dan dibulatkan.
Begitu tangan Tat Mo Cauwsu dikebutkan, dari telapak
tangannya menyambar angin yang dahsyat sekali sekaligus
kepada kelima lawannya, kekuatan tenaga serangan dari Tat
Mo Cauwsu itu seperti juga runtuhnya gunung.

Koleksi kang zusi.com 356


Tentu saja kelima orang Ngo Liong Tang Hay jadi kaget
bukan main. Mereka mengerahkan tenaga lwekang mereka
untuk menangkis dengan pedang masing2, tetapi tenaga
serangan yang menyambar itu terlalu dahsyat. Tanpa bisa
mereka kuasai lagi, tubuh mereka telah terpelanting keras
bergulingan diatas tanah!
Waktu kelima Ngo Liong Tang Hay itu berusaha
merangkak untuk berdiri, mereka masing2 telah memuntahkan
darah segar, ada yang dua kali, ada yang tiga kali
memuntahkan cairan merah yang mengerikan.
”Omitohud !” memuji Tat Mo Cauwsu dengan suara yang
perlahan, seperti mengandung penyesalan. ”Terpaksa
Siauwceng menggunakan tangan keras kepada kalian, karena
tampaknya kalian sulit disadarkan dengan kata2 sang Budha
saja...."
Muka kelima orang jago Ngo Liong Tang Hay itu merah
padam, tampaknya mereka sangat gusar sekali.
Tat Mo Cauwsu telah berkata lagi : ”Pergilah... kali ini
Siauwceng hanya mempergunakan lima bagian dari tenaga
mujijat api Yang-kang (yang kemudian setelah didirikan kuil
Siauw Lim Sie oleh Tat Mo Cauwsu, jurus Yang-kang itu
diberi nama Kiu Yang Cin Khe) .... tetapi jika memang kelak
kalian bertemu dengan Siauwceng dan masih juga belum sadar
akan kejahatan2 yang diperbuat oleh kalian, hemmm, hemm,
Siancai ! Disaat itu Siauwceng tidak bisa bertangan ringan lagi,
tentu kalian akan dibereskan, untuk menghindarkan umum dari
malapetaka tangan jahatmu."
Dan setelah berkata begitu Tat Mo Cauwsu telah memutar
tubuhnya, dengan langkah kaki yang tenang tampak pendeta
dari India tersebut telah melompati dinding dan kembali ke
kamarnya, merebahkan diri dan tidur nyenyak.

Koleksi kang zusi.com 357


Ngo Liong Tang Hay melihat kenyataan ilmu yang dimiliki
Tat Mo Cauwsu, baru sekarang mengakui bahwa pendeta dari
India itu sangat liehay dan sulit sekali untuk menandingi
kepandaian pendeta India itu. Sedangkan Tat Mo Cauwsu tadi
hanya mempergunakan lima bagian dari tenaga Yang-kangnya,
coba jika pendeta itu berhati kejam, dan melancarkan serangan
dengan delapan bagian tenaga Yang-kangnya itu, niscaya akan
menyebabkan tubuh Ngo Liong Tang Hay akan tergempur
hancur ber-keping2.
Dengan tubuh lesu, Ngo Liong Tang Hay telah
meninggalkan pekarangan rumah penginapan itu, karena
mereka menyadari, sampai nantipun walaupun mereka melatih
diri sekuat mungkin, tidak bisa mereka mengharapkan
kemenangan untuk menundukkan pendeta India itu.
Kepandaian yang dimiliki Tat Mo Cauwsu memang merupakan
kepandaian mujijat yang jarang sekali dimiliki jago2 lainnya
didaratan Tionggoan.
Keesokan paginya Tat Mo Cauwsu terbangun dari tidurnya
dengan tubuh yang segar. Pendeta itu telah bersembahyang
membaca Liamkeng beberapa saat lamanya, kemudian baru
keluar dari kamarnya untuk perintahkan pelayan
mempersiapkan santapan paginya dengan sayur2an saja tanpa
daging.
Selesai bersantap, Tat Mo Cauwsu keluar dari rumah
penginapan itu, dia memandang sekitar tempat tersebut, cukup
ramai orang yang berlalu lalang. Memang Tat Mo Cauwsu
bermaksud untuk bermalam dua atau tiga malam dirumah
penginapan ini, untuk me-lihat2 keadaan disekitar tempat
tersebut. Sesungguhnya, Tat Mo Cauwsu datang kedaratan
Tionggoan untuk menyebar luaskan agama Buddha.
Dan dengan demikian, selama berkelana didaratan
Tionggoan, pendeta dari India ini pun telah melihat lihat daerah

Koleksi kang zusi.com 358


mana yang baik untuk mendirikan kuil, guna dijadikan pusat
penyebaran agama Buddhanya.
Sebegitu jauh Tat Mo Cauwsu masih juga belum menemui
tempat yang cocok dengan apa yang diharapkannya.
Setelah memandang sekitar tempat itu beberapa saat
lamanya, Tat Mo Cauwsu telah melangkah per-lahan2, dia
berjalan sambil menikmati keindahan di kampung itu.
Walaupun saat itu dia berada disebuah kampung tidak
begitu besar, namun Tat Mo Cauwsu melihat keindahan alam
yang sejati, kehidupan dan para penduduk kampung yang
tampaknya rukun dan ramah, dia mengakuinya, penghidupan
dikampung dengan di kota memang berbeda sekali. Manusia-
manusia yang berada dikota kota besar umumnya memiliki
penghidupan yang agak berada dengan penghidupan
dikampung kampung kecil. Dimana mana manusia yang
kebetulan hidup dikota terutama sekali dikota besar maka
mereka menjadi seorang yang terlalu masa bodoh terhadap
sekitarnya dan juga selalu di-kejar2 oleh kebutuhan untuk
memuasi lahiriah mereka belaka dimana uang dan kekayaan
memegang peranan, dengan cara apa saja mereka mengejar
kekayaan, dan merekapun menghalalkan yang diharamkan.
Tetapi bagi penduduk di kampung2, terutama sekali di
kampung yang kecil dan berpenduduk sedikit sekali, kehidupan
dan penghidupan manusia2 dikampung lebih tenteram, lebih
tenang dan rukun, karena mereka umumnya memang lebih bisa
menyelami perasaan diantara sesamanya. Pengejaran untuk
kekayaanpun hampir sama sekali tidak ada, karena umumnya
mereka telah puas dengan yang diperolehnya, yang telah
diperiksa oleh Thian, maka dari itu mereka tidak diperbudak
oleh berbagai cara untuk mengejar harta dan kekayaan.
Tat Mo Cauwsu menghela napas waktu berpikir sampai
disitu, betapapun memang pendeta ini selama berkelana

Koleksi kang zusi.com 359


didaratan Tionggoan, dia telah melihatnya perbedaan yang me-
nyolok seperti itu.
Waktu Tat Mo Cauwsu sedang menyusuri sebuah lorong
kecil, yang jarang sekali rumah penduduknya hanya ada satu2
dan jaraknya pun terpisah cukup jauh, mata pendeta ini telab
melihat sesuatu yang agak aneh. Dia melihat disebuah batu
gunung yang ada disisi sebatang pohon, tampak ada guratan2
yang bentuknya seperti lukisan kepala tengkorak.
Setelah berada dekat Tat Mo Cauwsu memperhatikan
dengan cermat, hatinya terkejut juga, karena justru lukisan
kepala tengkorak itu dibatu merupakan ukiran yang sangat
dalam dan besar2.
Tat Mo Cauwsu mengulurkan jari telunjuknya, tepat sekali
ukiran itu menurut ukiran dari telunjuknya, waktu Tat Mo
Cauwsu menggerakkan jari telunjuknya mengikuti jalur ukiran
dibatu itu, dia segera mengetahuinya bahwa ukiran tersebut
tentu telah dibuat oleh ukiran jari tangan.
Yang mengejutkan Tat Mo Cauwsu bukanlah ukiran kepala
tengkorak dibatu itu, karena diapun memang bisa saja
melakukan hal itu. Tetapi justru yang mengejutkannya adalah
dikampung sekecil ini bisa terdapat seorang tokoh persilatan
yang memiliki keakhlian lwekang begitu sempurna? Dan
siapakah jago luar biasa itu? Lagi pula untuk apa dia
meninggalkan ukiran kepala tengkorak dibatu tersebut? Apa
yang hendak dilakukannya.
”Omitohud....!" memuji Tat Mo Cauwsu kepada kebesaran
Sang Buddha. Dia telah merangkapkan tangannya didepan
dadanya, untuk menenangkan hatinya, karena melihat lukisan
berbentuk kepala tengkorak manusia, maka tentunya orang
yang mengukir batu tersebut merupakan seorang yang cukup
kejam hatinya.

Koleksi kang zusi.com 360


Diwaktu Tat Mo Cauwsu tengah memuji akan kebesaran
San Buddha, disaat itulah terdengar suara seruling yang ditiup
perlahan sekali, mengalun lembut luar biasa, suaranya halus
dan syair dari suara seruling itu diambil dari sajak yang sangat
terkenal dari pujangga Ban Tiong Gie yang berjudul "Sin Sin
Po Ling". Dengan demikian, sipeniup seruling itu tentunya
seorang yang sangat terpelajar sekali, jarang orang bisa
membawakan sajak Sin Sin Po Ling karena sajak itu
mengandung banyak sekali kata2 sulit dari persediaan, 'Seribu
Kata Bahasa Tionggoan', maka jika ada sesorang yang sanggup
membawakan sajak itu dari awal sampai akhir tanpa salah
sehuruf pun, orang itu tentu merupakan seorang yang sangat
terpelajar sekali.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah memandang kearah
datangnya suara seruling itu.
Terpisah kurang lebih belasan tombak, tampak mendatangi
per-lahan2 seorang lelaki bertubuh agak gemuk, memakai baju
panjang berwarna kuning, dengan kopiah pelajarnya yang
berwarna merah sangat menyala dan agung sekali sikapnya.
Usianya mungkin baru empat puluh tahun, tetapi karena dia
tidak memelihara kumis dan jenggot, wajahnya jauh lebih
muda dari usianya. Waktu itu dia mendatangi sambil
meneruskan tiupan serulingnya dia menghampiri Tat Mo
Cauwsu.
Tepat waktu jarak mereka terpisah kurang lebih dua
tombak, pelajar itu telah menyelesaikan tiupan serulingnya di-
kata2 terakhir dari sajak Sin Po Ling.
”Bagaimana Taisu, cukup merdukah tiupan serulingku itu
?" tanya pemuda tersebut, tampaknya dia gembira sekali,
mukanya cerah dan waktu dia selesai bertanya, dia telah
tersenyum, sehingga tampak jelas sekali baris giginya yang
putih cemerlang itu.

Koleksi kang zusi.com 361


Tat Mo Cauwsu telah berkata: ”Siancai ! Siancai ! Merdu
sekali ! Tampaknya Hengtai seorang yang Bun bu Coancai
(Terpelajar memiliki ilmu surat dan silat)."
Mendengar perkataan si pendeta, muka si pelajar telah
berobah, sikap yang riang telah sirna, dan mukanya
memperlihatkan keterkejutannya.
”Bagaimana Taisu mengetahui aku memiliki kepandaian
silat dan surat ?" tanyanya kemudian sambil memandang
dengan sorot mata menyelidiki.
”Ha, rupanya Hengtai tidak mau memperlihatkan bahwa
engkau mengerti juga ilmu silat yang cukup tinggi disamping
ilmu suratmu yang sempurna itu ...." kata Tat Mo Cauwsu
sambil tertawa.
”Walaupun Hengtai menyamar dengan cara bagaimanapun
juga tetapi dengan sinar mata seperti itu, tentu saja orang bisa
mengenali bahwa Hengtai sebetulnya bukanlah pelajar yang
sejati, karena Hengtai tentunya memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, karena sinar matamu yang tajam itu
memperlihatkan bahwa engkau memiliki lwekang yang sangat
tinggi....! Sinar mata itulah yang tidak bisa disembunyikan ...!"
Pelajar itu telah menggerakkan seruling ditangannya sambil
tertawa lebar.
”Ternyata Taisu sangat tajam sekali pandangan matanya,
sehingga baru bertemu, engkau sudah bisa mengetahui bahwa
aku mengerti ilmu silat disamping menguasai ilmu surat!
Bagus! Bagus! Rupanya Taisu merupakan seorang sahabat
yang enak untuk diajak bicara ! Jika melihat cara berpakaian
Taisu, dan keadaan wajah Taisu, tentunya Taisu bukanlah
bangsa Han, setidaknya jika bukan berasal dari India, tentu
Taisu merupakan pendeta dari Tibet atau Persia...!"

Koleksi kang zusi.com 362


”Mata Hengtai (saudara) ternyata sangat tajam sekali,
memang Siauwceng berasal dari India. Hanya sejak kecil
Siauwceng senang mempelajari bahasa Han, karena ada paman
luar Siauwceng yang berasal dari Tionggoan dan menetap di
India, sehingga Siauwceng bisa menguasai sedikit bahasa
Tionggoan.”
Si pelajar tertawa.
”Kita baru bertemu, tetapi kita seperti dua orang sahabat
lama yang baru bertemu...! tampaknya seperti ada kecocokan
diantara kita......!" kata pelajar itu lagi sambil menggerak
gerakkan serulingnya yang berkilauan, ternyata seruling itu
dibuat dari baja putih, mulus dan berkilauan indah sekali.
"Ya, memang Hengtai tampaknya ramah dan sopan sekali
sehingga Siauwceng kagum atas sikap Hengtai yang periang..”
mengangguk Tat Mo Cauwsu. "Memang mencari sahabat sejati
yang sulit, karena itu kita harus berkelana dari ujung dunia
yang satu ke ujung dunia lainnya untuk melihat, mencari dan
memperoleh sahabat sejati itu. Walaupun ada kata2 yang
mengatakan, manusia dibumi ini adalah saudara2 kita namun
tidak mustahil diantaranya terdapat manusia2 berwatak hina
dan berpribudi rendah, mereka hanya mementingkan
kepentingan pribadi, dan itupun masih bagus, asal mereka tidak
mencelakai sesamanya untuk kepentingan pribadinya
tersebut...! Tetapi, untuk mencari lawan, mudah sekali sama
seperti kita membalik telapak tangan....” Mendengar perkataan
Tat Mo Cauwsu, si pelajar telah mengacungkan ibu jari tangan
kanannya.
”Tepat !" katanya setengah berseru sambil tersenyum lebar.
”Memang tepat apa yang dikatakan oleh Taisu, karena itu
marilah kita mengikat tali persahabatan, agar kita kelak
menjadi sahabat2......!"

Koleksi kang zusi.com 363


”Sejak tadi, Siauwceng telah menganggap Hengtai sebagai
sahabat.... begitu pula jika Siauwceng menghadapi siapa saja,
Siauwceng segera menganggapnya sebagai sahabat. Jika orang
yang bersangkutan menganggap Siauwceng sebagai musuh, itu
adalah urusan mereka, karena justru bagi Siauwceng, mereka
adalah sahabat ! Dan kalau sampai ada seseorang yang
memusuhi Siauwceng, itupun urusan pribadi mereka sendiri,
bukan persoalan bagi diri Siauwceng, karena Siauwceng akan
tetap menganggapnya sebagai sahabat..... sedapat mungkin
Siauwceng akan menyadari mereka dari segala kekeliruan yang
mereka lakukan, tetapi jika mereka menolak uluran tangan kita,
apa yang hendak dikata ...?"
Mendengar perkataan pendeta dari India ini yang cukup
panjang, tiba2 pelajar itu telah tertawa ter-bahak2 sambil
mengempit serulingnya di ketiak dan dia telah menepuk
tangannya keras2.
”Bagus! Bagus ! Sejak aku dilahirkan sampai sekarang ini,
baru pertama kali ini aku mendengar kata2 sebaik itu !! Nah
Taisu, apakah kau bersedia mengikat tali persahabatan
denganku ? Aku biasa dipanggil oleh sahabat atau lawan
dengan julukan Gin Tok Siucai (Pelajar berseruling perak),
namaku Cie Hok dibawah dan diatas huruf Tang. Bolehkah aku
mengetahui gelaran Taisu yang harum ?”
”Apa itu harum ? Apa itu kemuliaan ? Semuanya kosong!
Yang terpenting kita mengenal terlebih dulu diri kita, mengenal
pribadi kita dan barulah kita bisa membuka mata, memandang
sekitar kita, untuk melihat, mendapatkan dan
memeliharanya....! Jika memang seseorang bisa terlepas dari
rangsang dan nafsu keduniawian, dia akan berhasil mengecap
hidup bahagia dan tenteram..!"
”Hai! Hai! Kembali Taisu mengeluarkan kata2 yang
membuat aku harus angkat topi karenanya...!" kata Tang Cie
Hok dengan suara yang riang. "Baiklah, jika memang Taisu
Koleksi kang zusi.com 364
tidak gemar dengan basa basi, akupun bisa bertanya langsung.
Dapat aku mengetahui gelaran Taisu ?"
”Sebetulnya Siauwceng bernama Gunal Sing, tetapi selama
berkelana didaratan Tionggoan, Siauwceng dipanggil dengan
sebutan Tat Mo Cauwsu.”
”Tat Mo Cauwsu? Ohhh, ya...coba tunggu dulu, aku seperti
pernah mendengarnya nama itu... tetapi, sayang sekali aku lupa
! Mungkin dalam percakapan beberapa orang sahabat nama Tat
Mo Cauwsu itu di-sebut2. Tetapi yang kuingat, justru nama Tat
Mo Cauwsu itu mendatangkan kesan yang baik dan merupakan
nama yang mengejutkan bagi para penjahat, bukan ?"
Gin Tok Siucai Tang Cie Hok adalah seorang begal tunggal
yang memiliki kepandaian sangat tinggi, dia memiliki ilmu
silat totokan yang ampuh sekali. Selama lima belas tahun
belajar berseruling perak ini telah malang melintang didaratan
Tionggoan, selama itu dia belum memperoleh tandingan.
Dengan demikian timbul sikap angkuhnya dan selalu
memandang lawan2nya dengan ringan sekali, karena itu pula
diapun selalu bersikap congkak. Sikapnya memang periang,
karena dia merasakan dan yakin bahwa dirinya merupakan jago
nomor wahid didunia Kangouw. Dia selalu tertawa dan
meremehkan lawannya.
Tetapi waktu dia bertemu dengan Tat Mo Cauwsu, justru
dia telah diberikan santapan kata2 wejangan seperti itu, keruan
saja dia merasakan bahwa sikap aneh dari Tat Mo Cauwsu
tidak berada dibawahnya. Memang Gin Tok Siucai selalu
membawakan sikap yang aneh, dan jika ingin membinasakan
lawannya pelajar ini sering memperlihatkan tingkah yang
bukan2, dia tertawa se-puas2nya, atau dia menakut-nakuti dulu
lawannya dengan wajah yang mengerikan dan ancaman2 yang
menakutkan. Setelah lawannya ketakutan bukan main, barulah
dia menghabiskan jiwa lawannya itu.

Koleksi kang zusi.com 365


Namun menghadapi Tat Mo Cauwsu yang wajahnya angker
dan agung sekali, dia jadi mati kutu. Lebih2 pendeta itu selalu
menyodorkan kata2 yang mengandung arti sangat luas sekali,
maka dari itu dengan sendirinya si pelajar berseruling perak itu
tidak bisa membawakan sikap ugal2annya.
Melihat cara Tat Mo Cauwsu yang agak aneh dalam
menghadapinya, yang baru saja bertemu telah ber-kata2
sebebas itu, Gin Tok Siucai malah jadi gembira! Dia
merasakan, bahwa dia telah bertemu dengan lawan yang
setimpal dengan dirinya.
Sambil menggerakkan serulingnya, tampak Gin tok Siucai
telah berkata dengan suara yang nyaring: ”Taisu, tentunya
Taisu memiliki kepandaian luar biasa yang mengagumkan
sekali bukan?"
”Apa itu kagum? Apa itu yang luar biasa ?" balik tanya Tat
Mo Cauwsu sambil tersenyum sabar. ”Sudah kukatakan sejak
tadi, apa yang masih menyangkut keduniawian, tentu akan
membawa malapetaka ! Maka dari itu, jika seseorang telah
berhasil melepaskan diri dari tuntutan2 keduniawian, maka
orang itu bisa hidup dengan teratur dan tenteram, apa adanya
disaat sekarang saja yang harus dikerjakan, tanpa memikirkan
masa lalu dan masa yang akan datang...! Tetapi sebagai
manusia tentu saja harus berpikir panjang dan luas, justru untuk
mengertikan saat2 sekarang ini yang sering dilupakan,
umumnya manusia sering dilemparkan dalam khayalan yang
terlalu jauh, sehingga menyeret mereka pula ke alam yang
belum terwujud bentuknya.”
Si pelajar seruling perak itu telah meng-geleng2kan
kepalanya sambil tertawa.
”Taisu, pengetahuanmu mengenai penghidupan tampaknya
lebih jauh dan luas dibandingkan dengan apa yang telah kulihat
! Tampaknya Taisu memang benar2 menghayati segalanya itu.

Koleksi kang zusi.com 366


Sekarang marilah kita bicara mengenai ilmu silat ! Menurut
apa yang kulihat dan hematku tentunya, Taisu bukanlah orang
sembarangan. Dengan berani merantau seorang diri dari India
datang ke daratan Tionggoan, tentu Taisu telah memiliki bekal,
terutama sekali ilmu silatmu....! Maka menurut apa yang telah
Taisu alami, bagaimana pandangan Taisu mengenai jago2 di
daratan Tionggoan ini...?" tanya si pelajar berseruling perak itu.
Tat Mo Cauwsu tersenyum.
”Semuanya hebat, hanya saja mereka belum dapat
mengekang nafsu dan emosi, mereka terlalu cepat puas dan
tidak melatih diri dengan penuh kesungguhan, karena perasaan
tinggi diri dan merasa puas yang terlalu cepat seperti itu,
membuat mereka akhirnya jadi tertinggal oleh yang muda2,
generasi yang mendatang....!"
Tat Mo Cauwsu berusaha memberikan penyahutan yang
cukup luas ruang lingkupnya.
”Bagus ! bagus ! Pendapat Taisu memang sependapat
dengan yang selama ini kupikirkan....! Begitu pula pendapatku,
memang banyak jago2 silat yang ternama dan memiliki
kepandaian tinggi, tetapi setelah memperolah keharuman nama,
mereka tenggelam dalam keharuman namanya itu, melupakan
untuk berlatih dengan giat, malas untuk meningkatkan
kepandaian, hatinya ber-senang2 dalam limpahan hormat dan
kemasyuran nama belaka, sehingga sepuluh atau dua puluh
tahun kemudian, mereka baru terkejut dan menyadari
ketertinggalannya itu oleh anak2 muda....!"
Tat Mo Cauwsu tersenyum pula.
“Hengtai bicara mengenai ilmu silat, apakah ada sesuatu
yang hendak Hengtai utarakan?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil
mengawasi pelajar berseruling perak itu dengan sorot mata
yang tajam sekali, karena Tat Mo Cauwsu begitu melihat
pelajar ini segera dapat merasakan di hati kecilnya, bahwa Gin

Koleksi kang zusi.com 367


Tok Siucai Tang Cie Hok tersebut bukanlah sebangsa manusia
baik2, bahkan sangat licik sekali. Itulah sebabnya mengapa Tat
Mo Cauwsu membuka perkataannya dengan kaitan yang
bersangkutan dengan ujar2 yang mengandung wejangan.
“Begini Taisu," kata Gin Tok Siucai Tang Cie Hok sambil
tertawa dengan muka yang riang, "Seperti tadi Taisu telah
mengetahui bahwa aku digelari sahabat2 maupun lawan
dengan julukan "Gin Tok Siucai", yaitu si pelajar berseruling
perak, maka aku ingin memperlihatkan kepandaian serulingku
itu, untuk dipergunakan menotok lawan, nanti setelah melihat
keburukan dari ilmu totokanku itu, harap Taisu memberikan
petunjuk !"
Dan setelah berkata begitu, Gin Tok Siucai memang
menggerakkan serulingnya, dia ingin memperagakan
kepandaiannya dihadapan si pendeta, karena dia yakin Tat Mo
Cauwsu tentu akan terkejut nanti setelah melihat ilmu
serulingnya. Maka dia mulai bersilat dengan serulingnya itu,
dengan gerakan2 yang dahsyat dan cepat sekali. Setiap gerakan
pelajar berseruling perak ini memang dapat diikuti, tetapi
setiap jurus yang diperlihatkannya mengandung perobahan
gerak yang rumit sekali dan membahayakan lawannya.
Seruling itu bergerak me-lingkar2 dan setiap tusukan atau
tabasan ujung seruling itu, pasti akan mengenai tempat yang
sangat berbahaya sekali ditubuh lawannya.
Tat Mo Cauwsu sendiri tercekat hatinya, tetapi pendeta itu
tidak memperlihatkan perasaan terkejutnya itu diwajahnya, dia
tersenyum saja mengawasi terus.
Setelah menjalankan dua puluh satu jurus dari ilmu
serulingnya itu, yang setiap jurus mengandung delapan
perobahan gerakan, Gin Tok Siucai berhenti dengan seruling
yang diturunkan ke dekat pahanya, seperti juga itulah jurus
yang penutupnya.

Koleksi kang zusi.com 368


"Bagaimana Taisu ?" tanya Gin Tok Siucai sambil
tersenyum lebar, "Apakah engkau bisa membedakan gerakan
yang lemah dan kurang sempurna dalam jurus2 seruling itu ?"
Tat Mo Cauwsu telah berkata : "Siancai ! Jarang sekali
orang bisa memiliki kepandaian sehebat Hengtai. Itulah
kepandaian yang cukup sempurna...! Hanya sedikit sekali
kekurangannya, setiap totokan tidak mengandung kekuatan
lwekang yang mantap dimana Hengtai merobah perobahan dari
jurus2 seruling itu yang tampaknya semakin rumit semakin
hebat, coba kalau memang Hengtai menyertainya sejurus
dengan penyaluran lwekang yang kuat, niscaya Hengtai akan
lebih sempurna lagi......”
Muka Gin Siucai jadi berobah memperlihatkan perasaan
tidak senang dan penasaran.
Semula dia mengharapkan si pendeta akan memujinya
setinggi langit, seperti apa yang sering dialaminya. Tetapi kini
sebaliknya si pendeta telah mengemukakan kelemahan2nya,
walaupun apa yang dikatakan oleh Tat Mo Cauwsu memang
apa yang sebenarnya namun dalam hal ini telah membuat Gin
Tok Siucai kurang gembira. Sudah diketahui wataknya yang
sering mempermainkan lawan, maka sekarang dia dicela,
walaupun dengan perkataan yang halus dan tidak mencela
secara langsung se-tidak2nya telah membuat Gin Tok Siucai
Tang Cie Hok jadi penasaran.
”Mungkin apa yang dikatakan oleh Taisu memang benar...."
kata Tang Cie Hok kemudian sambil tersenyum, senyum yang
agak sinis, tidak seperti tadi cerah dan riang. "Tetapi apakah
Taisu mau untuk main2 beberapa jurus serulingku ini, agar
mataku terbuka ?”
”Siancai ! Siancai ! Siauwceng tidak memiliki kepandaian
yang berarti, tentu tidak dapat dibandingkan dengan

Koleksi kang zusi.com 369


kepandaian Hengtai yang tinggi dan sempurna itu? Mana
berani Siauwceng mengadu tangan dengan Hengtai...?"
”Janganlah Taisu merendah seperti itu, aku mengetahui
tentunya Taisu memiliki kepandaian yang sempurna! Marilah
Taisu, kita main2 beberapa jurus untuk melewati waktu
senggang...” kata Tang Cie Hok mendesak.
Tat Mo Cauwsu kembali tersenyum, ”Baiklah !" katanya
mengangguk sabar. ”Tetapi kuharap saja Hengtai mau berlaku
murah hati kepada Siauwceng, tidak menurunkan tangan
keras....!"
Gin Tok Siucai tertawa, dia menggerakkan tangan
kanannya untuk melancarkan serangan dengan jurus
pembukaan. Dia menggerakkan serulingnya itu lurus2 ke
depan, untuk menotok jalan darah Pa-tie hiat disamping dada
kanan dari si pendeta India tersebut.
Gerakannya memang tidak begitu cepat, dapat dilihat
menyambarnya seruling, tetapi justru perobahan dari serangan
itu yang rumit dan akan membingungkan lawan, maka seruling
bisa ber-obah2 arah dengan cepat sekali dalam satu kali
serangan tersebut.
Hal ini membuat Tat Mo Cauwsu jadi berpikir dalam
hatinya, "Kepandaian pelajar ini memang cukup tinggi, tenaga
lwekangnyapun lumayan dan kepandaian menotoknya sangat
hebat, tetapi sayangnya dia tidak bisa memecahkan diri antara
penyaluran tenaga lwekangnya ke serulingnya ! Itulah
kelemahannya....!"
Tat Mo Cauwsu bukan hanya berpikir begitu saja, tetapi dia
telah mengelakkan serangan lawannya dengan gerakan yang
cepat sekali, dia memiringkan dadanya tanpa merobah
kedudukan kuda2 kakinya.

Koleksi kang zusi.com 370


Seruling lewat disamping dadanya hanya terpisah dua dim,
dan waktu itu Tat Mo Cauwsu telah mengulurkan tangan
kirinya, dia mengancam jalan darah Liong-ku hiat didekat
pergelangan tangan Tang Cie Hok, yang hendak
dicengkeramnya.
Tang Cie Hok waktu memperoleh kenyataan serangannya
itu gagal dan mengenai tempat kosong, secara beruntun telah
melanjutkan dengan serangan kedua, ketiga, keempat dan
seterusnya dengan beruntun.
Setiap serangan itu semakin lama jadi semakin kuat dan
menindih ruang gerak lawannya.
Tat Mo Cauwsu juga merasakan pengaruh dari tekanan
seruling itu, karenanya dia juga telah merasakan bahwa tidak
bisa dia hanya berkelit saja.
Ketika sampai jurus yang kedua belas Tat Mo Cauwsu
berkata sabar : ”Maaf, Siauwceng harus menggagalkan
serangan ini !"
Waktu itu seruling Gin Tok Siucai Tang Cie Hok tengah
meluncur turun akan menotok leher Tat Mo Cauwsu. Dengan
cepat sambil berkata begitu, si pendeta telah memiringkan
kepalanya, sehingga seruling itu gagal mengenai sasarannya
yang tepat, lewat disisi leher pendeta itu beberapa dim jauhnya.
Dan Tat Mo Cauwsu bukan bergerak sampai disitu saja, tangan
kanannya bergerak cepat sekali tahu2 dia berhasil menjepit
seruling Gin Tok Siucai!
Gerakan yang dilakukan si pendeta sangat sulit untuk
diikuti oleh pandangan mata, sehingga serangan itu telah
mengejutkan Gin Tok Siucai, sebab pelajar ini justru tidak
dapat menarik pulang serulingnya.

Koleksi kang zusi.com 371


Cepat2 Tang Cie Hok mengerahkan tenaga lwekangnya
yang disalurkan sembilan bagian ke telapak tangannya, dia
menarik kuat2 sambil mengeluarkan suara teriakan nyaring.
Disaat itulah, dengan getaran yang kuat sekali, seruling
bergerak sedikit, tetapi tidak terlepas dari cekalan jari telunjuk
Tat Mo-Cauwsu yang menjepitnya bagaikan capit baja.
Tang Cie Hok jadi penasaran sekali, dia mengerahkan lagi
tenaga murninya dan berusaha sekuat tenaga untuk menarik
serulingnya.
Tetap saja seruling yang dijepit oleh jari telunjuk Tat Mo
Cauwsu tidak bergeming.
”Apakah telah cukup, Hengtai ?" tanya Tat Mo Cauwsu
dengan suara yang sabar.
Muka Tang Cie Hok jadi berobah merah padam, dia marah
bercampur penasaran.
Sekali lagi Tang Cie Hok telah menarik serulingnya itu,
tapi tetap tidak berhasil.
Akhirnya Tat Mo Cauwsu melepaskan juga japitan jari
telunjuknya, dia telah berkata dengan suara yang sabar dan
ramah : ”Sudahlah Hengtai, apa lagi yang harus kita lakukan
hanya untuk sekedar memperoleh perkataan menang atau kalah
itu? Semuanya kosong dan tidak ada artinya. Marilah kita
menyudahi saja urusan ini sampai disini, selanjutnya kita akan
mengikat tali persahabatan yang erat....! Bukankah itu jauh
lebih baik?"
Tang Cie Hok telah memandang Tat Mo Cauwsu dengan
muka yang berobah merah karena malu dan penasaran, tetapi
dia mengakui kepandaian Tat Mo Cauwsu memang benar2 luar
biasa dan tidak mungkin dapat ditandingi oleh kepandaiannya.
Jika tadi Tat Mo Cauwsu bermaksud untuk menurunkan tangan
jahat padanya atau melukainya, tentu hal itu dengan mudah

Koleksi kang zusi.com 372


dapat dilakukannya. Tetapi rupanya Tat Mo Cauwsu memang
tidak bermaksud buruk.
Si pelajar seruling perak itu telah merangkapkan sepasang
tangannya menjura memberi hormat kepada Tat Mo Cauwsu.
”Terima kasih atas petunjuk Taisu...dengan demikian bisa
terbuka pandangan mata dan pikiranku bahwa diatas gunung
masih ada gunung yang lebih tinggi .....! Terima kasih Taisu
atas kemurahan hati Taisu yang tidak menurunkan tangan keras
kepadaku ! Selama aku berkelana malang melintang didalam
dunia persilatan, belum ada orang yang kupandang dan
kusegani tetapi sekarang mataku baru terbuka, bahwa ada
seseorang yang berjiwa luhur dan agung seperti Taisu, yang
memiliki kepandaian sangat menakjubkan sekali."
Tat Mo Cauwsu telah berkata lagi: ”Hengtai terlalu tinggi
memuji ! Tahukah Hengtai, bahwa pujian yang terlalu tinggi
akhirnya dapat mencelakai orang yang bersangkutan ? Orang
yang di-puji2 dan dipuja itu, jika menerima suatu hal yang
tidak diinginkan, sama pula halnya dia jatuh dari tempat yang
tinggi sekali menimbulkan sakit yang luar biasa. Maka
alangkah bijaksananya jika saja kita bisa ber-hati2 dalam
persoalan ini dengan apa adanya saja....."
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 11
”TAISU terlalu merendah dan memang sudah sepatutnya
Taisu menerima penghargaan yang tinggi dari kami golongan
Kangouw di Tionggoan ! Jika menurut penglihatan aku yang
picik, tentu tidak ada seorangpun kaum gagah kalangan
Kangouw di Tionggoan ini yang bisa menandingi kepandaian
Taisu....” kata Gin Tok Siucai lagi dengan sikap bersungguh-
sungguh.
Koleksi kang zusi.com 373
”Ah, tidak bisa Hengtai berkata begitu, bukankah tinggi
gunung ada yang lebih tinggi lagi ? Sudahlah, kini mari kita
melihat kepada persoalan lain ! Tadi secara kebetulan, aku
telah melihat dibatu itu terdapat lukisan yang berbentuk kepala
tengkorak manusia.” Dan sambil berkata begitu, Tat Mo
Cauwsu telah menunjuk ke batu yang berada dibawah batang
pohon itu, dibatu yang berukiran kepala tengkorak manusia.
Gin Tok Siucai waktu melihat ukiran kepala tengkorak
manusia itu jadi berobah mukanya pucat pias, dia juga
mengeluarkan seruan tertahan.
Tat Mo Cauwsu melihat perobahan muka Gin Tok Siucai,
dia jadi heran melihat pelajar seruling perak yang
kepandaiannya tinggi itu bisa memperlihatkan sikap seperti
ketakutan begitu melihat ukiran kepala tengkorak di batu
tersebut.
“Celaka Taisu ! kita harus cepat-cepat meninggalkan
tempat ini, kalau terlambat .....tentu kita bisa menerima
bencana yang sangat hebat sekali .....!” suara Gin Tok Siucai
waktu berkata begitu tergetar, tampaknya dia memang
ketakutan sekali.
Tat Mo Cauwsu tambah heran dan menatap dalam dalam
kepada Pelajar berseruling perak tersebut, dia telah berkata
dengan suara yang tetap tenang. “Tunggu dulu Hengtai,” dia
juga menarik tangan si pelajar seruling perak itu, karena Gin
Tok Siucai seperti hendak cepat-cepat angkat kaki berlalu dari
tempat tersebut. “Gambar ukiran kepala tengkorak manusia itu
apa artinya? Mengapa Hengtai begitu berkuatir ?”
Si pelajar seruling perak telah menatap Tat mo Cauwsu
dengan sinar mata yang gelisah, diapun telah berkata :
“Apakah... apakah Taisu belum pernah mendengar tentang Khu
Ke Lo Mo (Iblis Tengkorak) Cung Cie Liang ?”
Tat Mo Cauwsu memperlihatkan sikap seperti heran.

Koleksi kang zusi.com 374


”Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?” tanyanya.
Tang Cie Hok mengangguk, sedangkan matanya telah
memandang sekeliling tempat itu.
”Benar Taisu.... Iblis Tengkorak itu sangat telengas sekali
tangannya...!” kata Tang Cie Hok dengan sikap ketakutan
sekali. “Setiap orang tentu akan menggigil ketakutan sampai
terasa tulang tulang ditubuh berlepasan jika bertemu dengan
Iblis Tengkorak itu, karena disamping adatnya yang aneh dan
senang sekali menganiaya lawannya, juga Iblis Tengkorak itu
memiliki ilmu yang sangat luar biasa, diapun memiliki
semacam kepandaian seperti ilmu sihir...! Mari Taisu, mari kita
cepat-cepat berlalu !”
Dan setelah berkata begitu, Tang Cie Hok menarik
tangannya agar terlepas dari cekalan Tat Mo Cauwsu, dia
cepat2 hendak berlalu dari tempat itu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tetap mencekal tangan Tang Cie
Hok, sehingga pelajar berseruling perak itu tidak berhasil
melepaskan tangannya.
”Lepaskan Taisu! Aku ingin cepat2 menghindarkan diri
dari pertemuan dengan iblis itu...!” kata Tang Cie Hok. ”Jika
kau mau tetap berdiam disini, terserah..!” kemudian tampak
Tang Cie Hok menarik tangannya lagi, untuk melepaskan
cekalan tangan Tat Mo Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu tetap mencekal tangan Cie Hok kuat kuat,
sia sia belaka Tang Cie Hok menarik tangannya, yang tidak
juga dapat terlepas dari cekalan tangan Tat Mo Cauwsu.
”Sabar Hengtai, jangan tergesa-gesa! Tadi kau mengatakan
Khu Ke Lo Mo merupakan iblis yang sangat telengas sekali,
apakah dia berasal dari golongan hitam ?”
”Bukan hanya berasal dari golongan hitam, bahkan dia
biang dari kalangan para jago-jago di aliran hitam !” menyahut

Koleksi kang zusi.com 375


Tang Cie Hok jadi gelisah sekali, karena tidak juga Tat Mo
Cauwsu melepaskan cekalannya. ”Cepat kita menyingkir,
Taisu... kalau kita sampai bertemu dengannya, tentu celakalah
kita... niscaya dia akan menguasai kita dengan ilmu sihirnya...
sejak dulu sampai sekarang, tidak pernah ada korbannya yang
lolos dari kematian ditangan iblis tersebut...! Tanda gambar
tengkorak yang diukir dengan jari telunjuk tangan merupakan
tanda kehadirannya ditempat ini ! Ayoh cepat kita berlalu
Taisu...!”
Tat Mo Cauwsu menggelengkan kepalanya perlahan,
katanya sabar dan tenang : ”Nanti dulu Tang Hengtai... justru
Siauwceng ingin bertemu dengan iblis itu...!”
”Apa ?” tanya Tang Cie Hok dengan bulu tengkuknya yang
berdiri, karena kaget bercampur perasaan ngeri. ”Taisu... taisu
ingin bertemu dengan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?”
Tat Mo Cauwsu telah mengangguk.
”Ya, jika memang dia berada disekitar tempat ini, biarlah
kita nantikan saja munculnya ....”
”Mana...mana boleh begitu Taisu ?” kata Tang Cie Hok
gugup sekali, ”Kita seperti juga menghampiri kematian !”
Tetapi Tat Mo Cauwsu tenang sekali, dia menggelengkan
kepalanya, ”Biarlah aku berkenalan dengan iblis itu, dan
engkau tertarik untuk menyaksikan, bukan ?”
”Tetapi Taisu, bukan aku meremehkan kepandaian Taisu,
karena jika sampai iblis itu melihat kita, jangan harap kita bisa
menyingkir dari kematian ditangannya. Soal kepandaian ilmu
silatnya mungkin bisa ditandingi Taisu tetapi ilmu hitamnya
yang luar biasa anehnya mana dapat kita menghadapinya.”
Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat Mo Cauwsu
tersenyum sabar dan melepaskan cekalan tangannya.

Koleksi kang zusi.com 376


”Nah, jika memang Hengtai tidak bersedia menyaksikan
pertemuan Siauwceng dengan Cun Cie Liang, Siauwceng juga
tidak bisa memaksanya, silahkan Hengtai berlalu. Tetapi jika
seandainya nanti dalam perjalanan pergi itu Hengtai
berpapasan dengannya, bukankah itu lebih merepotkan lagi ?”
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu itu Tang Cie Hok
jadi mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya tergetar keras dan
kemudian ia menganggukkan kepala.
”Benar...Benar Taisu ... jadi bagaimana harusnya yang
kulakukan? Jika aku pergi melarikan diri dari tempat ini, lalu
berpapasan dengan dia, bukankah bahaya itu telah didepan
mata juga ? Tetapi jika berdiam ditempat ini dan iblis itu
muncul, bukankah kematian juga untukku? Jelas aku tidak
sanggup menghadapi iblis itu, aku tidak bisa menghadapi ilmu
hitamnya.”
Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat Mo Cauwsu telah
tertawa hambar.
”Menurut hemat siauwceng, alangkah baiknya jika memang
Hengtai berdiam disini bersama Siauwceng, bukankah jika iblis
itu muncul Siauwceng yang akan menghadapinya dan Hengtai
hanya menyaksikan saja ! jika memang nanti Siauwceng
ternyata tidak sanggup menghadapinya, Hengtai bisa angkat
kaki untuk bersembunyi dari dia .... kukira itulah cara yang
baik ...!”
Muka Tang Cie Hok berobah jadi merah. Dia merasakan
kata-kata Tat Mo Cauwsu itu merupakan sindiran halus untuk
dirinya, karena dia seperti dianggap pengecut.
”Baiklah Taisu,” kata Tang Cie Hok setelah ragu2 sejenak,
“Tetapi .... apakah Taisu memilki ilmu andalan untuk
menghadapinya? Jika memang kita mengetahui tidak sanggup
menghadapinya, untuk apa kita mencoba coba menghadapinya
? Bukankah lebih baik kita berdua menyingkirkan diri tidak

Koleksi kang zusi.com 377


menahan permusuhan dengan iblis celaka itu ? Tahukah Taisu,
telah ratusan jiwa para orang2 gagah yang terbinasa
ditangannya.”
Tat mo Cauwsu tetap membawa sikap yang tenang, dia
telah berkata sabar : “Tenang saja Hengtai, karena maksud
Siauwceng untuk menemui iblis Tengkorak itu bukan hanya
sekedar untuk memperoleh kemenangan saja..... justru
Siauwceng ingin menghadapinya untuk membasmi
kebathilan.....! Maka dari itu, Siauwceng hanya akan berusaha
saja untuk menundukkan dan menyadari Iblis Tengkorak
tersebut dari jalannya yang sesat...! Sabar saja jangan berlalu
gugup seperti itu .....!”
Tang Cie Hok menghela napas, dia berkata dengan suara
terbata bata : “Terus terang saja Taisu, selamanya aku tidak
takut kepada siapapun juga, tetapi hanya iblis Tengkorak ini
saja yang membuat aku jadi gentar dan ketakutan, sehingga aku
melupakan harga diri dan malu, aku ingin melarikan diri dari
jaringan tempat dia berada. Hal itu disebabkan secara kebetulan
sekali aku pernah menyaksikan dengan mataku, betapa iblis itu
membinasakan tiga orang tokoh persilatan yang sangat
ternama, yang kepandaiannya tidak berada di bawah
kepandaianku, mereka hanya melayani empat jurus, kemudian
seorang demi seorang terbinasa dengan cara mengerikan sekali,
dengan sekujur tubuh yang hancur lumat oleh pukulan yang
dilancarkan oleh si iblis Tengkorak.”
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah menepuk bahu Tang Cie
Hok, katanya : “Kau tenang saja, Hengtai, aku berjanji akan
menghadapi iblis itu sebaik mungkin......!”
Tetapi Tat Mo Cauwsu belum bisa meyakinkan penuh
kepada Tang Cie Hok, karena pelajar berseruling perak tersebut
tampaknya masih diliputi perasaan takut saja.

Koleksi kang zusi.com 378


”Sebenarnya Iblis Tengkorak Cung Cie Liang itu memiliki
kepandaian yang diandalkannya dalam bentuk ilmu sihir atau
memang ilmu silatnya ?” tanya Tat Mo Cauwsu.
”Kedua-duanya, disamping kepandaian silatnya dan
lwekangnya yang sempurna, juga dia memiliki ilmu sihir aliran
hitam, yang bisa menguasai lawannya dengan sinar
matanya....!” menyahuti Tang Cie Hok.
”Jika begitu, Hengtai tidak perlu kuatir, karena aku berjanji
akan menghadapinya nanti..! Soal ilmu hitamnya itu tidak perlu
Hengtai kuatirkan, bukankah Siauwceng seorang beribadat
yang memiliki mantera-mantera yang bisa mengusir iblis dan
setan ?”
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu yang seperti
merupakan jaminan untuknya, Tang Cie Hok jadi agak tenang.
Dia telah mengangguk.
”Mudah-mudahan saja...!” tetapi baru saja Tang Cie Hok
berkata sampai disitu, justru suaranya terhenti, karena telah ada
yang menyambungi : ”Mudah2an saja iblis Tengkorak itu
muncul sekarang juga.”
Semangat Tang Cie Hok seperti terbang meninggalkan
raganya, dia mendengar suara itu parau menyeramkan, sampai
sepasang lututnya menggigil gemetaran.
”Ini...ini...,“ katanya dengan suara tersendat. Sebetulnya
Tang Cie Hok ingin memberitahukan Tat Mo Cauwsu bahwa
iblis Tengkorak itu telah datang ditempat tersebut tetapi karena
diliputi ketakutan yang luar biasa, Tang Cie Hok yang biasanya
periang dan sering meremehkan lawannya, jadi tidak bisa
berkata-kata dengan lancar.
Tat Mo Cauwsu juga telah mendengar suara yang parau
menyeramkan itu, dia menoleh kearah datangnya suara itu.
Dari balik gerombolan pohon bunga terpisah kurang lebih tiga

Koleksi kang zusi.com 379


puluh tombak tampak sesosok bayangan yang berkelebat cepat
sekali mendatangi.
Sosok tubuh itu rupanya memiliki ginkang (ilmu
meringankan tubuh) yang sangat tinggi sekali. Karena begitu
dia berkata, segera tubuhnya telah sampai dihadapan Tat Mo
Cauwsu dan Tang Cie Hok, hanya terpisah dua tombak.
Tubuh Tang Cie Hok jadi gemetaran, belum apa apa dia
sudah jeri melihat munculnya si iblis Tengkorak yang
keadaannya memang agak luar biasa.
Tat Mo Cauwsu sendiri waktu melihat bentuk dan ujud dari
Iblis Tengkorak itu, jadi tergetar hatinya.
Dihadapan mereka berdiri seorang laki-laki yang bertubuh
jangkung kurus, dengan muka yang menyeramkan, bagaikan
muka itu tidak berdaging dan menyerupai tengkorak kepala
manusia... iblis itu memiliki sepasang mata yang cekung ke
dalam dengan kening yang menonjol dan beberapa rambut saja
yang bertumbuhan diatas kepalanya, bibirnya lebar sekali,
sehingga keadaan mukanya itu memang benar-benar seperti
tengkorak kepala manusia.
Matanya yang cekung itu memancarkan sinar kehijau-
hijauan menakutkan sekali.
”Kaliankah yang menantikan kedatanganku ? Kudengar
kalian ingin bertemu... hahaha, maka aku telah cepat-cepat
datang kemari agar tidak mengecewakan kalian..!” kata Iblis
Tengkorak Cung Cie Liang dengan suara yang menyeramkan
sekali.
Tat Mo Cauwsu cepat2 merangkapkan tangannya, dia juga
memuji kebesaran Sang Buddha untuk menenangkan kembali
goncangan hatinya.
”Siancai ! Siancai ! Bolehkah Siauwceng mengetahui nama
Hengtai ?” tanya Tat Mo Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 380


”Hemm, bukankah engkau telah mendengar sendiri dari
mulut dia ?” tanya Cung Cie Liang dengan suara menyeramkan
dan menunjuk kepada Tang Cie Hok.
Ditunjuk begitu Tang Cie Hok jadi lemas seperti tidak
bertenaga, dia cepat-cepat menunduk tidak kuat saling
bentrokan mata dengan manusia yang ujudnya agak luar biasa
ini, karena terlalu kurusnya itu, sehingga kepalanya dan
mukanya bagaikan tidak berdaging lebih mirip tengkorak
kepala manusia.
”Jadi Hengtai yang bergelar Khu Ke Lo Mo Cung Cie
Liang ?” tanya Tat Mo Cauwsu dengan suara yang tenang.
”Tidak salah ! Tepat sekali ! Tadipun engkau telah
mendengarnya ... memang akulah si iblis yang paling kejam,
iblis yang bertangan telengas yang tidak pernah memiliki
perasaan kepada lawannya, iblis yang selalu menyiksa
lawannya terlebih dulu sebelum membinasakannya ! Itulah aku
Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang....!”
Tat Mo Cauwsu tetap membawakan sikap yang tenang
sekali, dia telah berkata dengan suara yang sabar : ”Cung
Hengtai, kiranya engkau memiliki ilmu menangkap suara yang
sempurna sekali ! Tadi engkau terpisah dengan kami cukup
jauh, tetapi engkau telah berhasil menangkap semua
pembicaraan kami dengan jelas ! Disamping itu engkau
memiliki Ginkang yang sangat tinggi sekali. Maka apakah
kepandaian yang begitu tinggi dan mengagumkan sekali tidak
dibuat sayang untuk dipergunakan melakukan hal hal yang
tidak baik dan tidak wajar ?”
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu seperti juga
menyesali perbuatan perbuatannya si Iblis telah tertawa dengan
suara bergelak gelak keras sekali.
”Bagus ! Bagus ! Seumurku ini, baru pertama kali ini aku
ditegur orang...! Bagus ! itulah yang kuhendaki ! Selamanya

Koleksi kang zusi.com 381


aku paling benci pada manusia manusia pengecut seperti dia !”
dan sambil berkata begitu tampak Khu Ke Lo Mo telah
menunjuk kepada Tang Cie Hok dengan sikap yang mengejek.
”Justru sekali-sekali aku ingin bertemu manusia seperti engkau,
yang baru pantas dijadikan lawan bertanding..!”
Kemudian mata Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang
memandang kepada Tat Mo Cauwsu dengan sorot mata yang
sangat mengerikan sekali, matanya itu memancarkan sinar biru
kehijau-hijauan.
Tat Mo Cauwsu waktu melihat mata dari Khu Ke Lo Mo
Cung Cie Liang, jadi terkejut, karena dia mengetahui, itulah
sinar mata seorang yang memiliki ilmu hitam sangat tinggi.
”Siancai ! Siancai !” kata si pendeta India ini dengan suara
yang sabar. ”Bisakah Hengtai memberikan petunjuk lainnya ?”
”Engkau maksudkan untuk mengadu ilmu bukan ?” tanya si
Iblis Tengkorak.
”Itulah yang tidak diharapkan Siauwceng...hanya
Siauwceng mengharapkan, kalau bisa, Hengtai merobah cara
hidup Hengtai, meninggalkan kesesatan dan kembali ke jalan
benar.. Bukankah sayang jika kepandaian setinggi itu
dipergunakan untuk melakukan yang tidak tidak? Jika saja
Hengtai mau kembali ke jalan yang lurus, dengan
mempergunakan kepandaian setinggi itu, banyak pekerjaan
mulia yang bisa Hengtai kerjakan...!”
”Hahaha !” tertawa Khu Ke Lo Mo dengan suara yang
keras sekali, tubuhnya sampai tergoncang goncang. Disaat
itulah dia telah berkata dengan suara yang sangat nyaring.
”Bagus! Bagus! Sudah dua kali engkau menganjurkan aku dan
menasehati aku agar kembali ke jalan yang lurus menurut
istilah yang kau katakan itu! Tetapi dalam hal ini, aku lebih
senang jika tetap di jalanku ini ! Nah, jika engkau bisa

Koleksi kang zusi.com 382


menundukkan aku, nanti aku mau mendengarkan kata-katamu
!”
Si pendeta dari India itu kembali tersenyum sabar.
”Berhasil merubuhkan atau tidak, itu bukan merupakan
persoalan, yang menjadi persoalan justru adalah keinginan dari
engkau sendiri yang kembali ke jalan lurus dan juga melakukan
banyak perbuatan perbuatan mulia...!” menyahuti Tat Mo
Cauwsu dengan suara yang tenang. ”Terserah kepada kau
sendiri, ingin mengikuti sedikit saranku itu atau memang kau
tetap dengan duniamu. Mengenai adu kepandaian, Siauwceng
tidak memiliki kepandaian apa apa, hanya sedikit sedikit
gerakan untuk menyehatkan tubuh....!”
Si iblis Tengkorak itu telah tertawa dengan suara yang
sangat keras, lalu Cung Cie Liang setelah puas tertawa, dia
membentak dengan suara yang keras sekali : “Rubuh !” tangan
kanannya telah dikebutkannya dengan kuat, sehingga dari
kebutan tangannya itu meluncur kekuatan angin serangan yang
sangat dahsyat dan mengandung suatu kekuatan gaib yang
mendorong ke arah Tat Mo Cauwsu.
Tetapi pendeta India itu tetap tenang, dia tersenyum sambil
merangkap sepasang tangannya, maka gempuran yang
dilakukan oleh Khu Ke Lo Mo lenyap !
Khu Ke Lo Mo terkesiap sejenak. Belum pernah ada yang
sanggup menyambuti serangannya itu tanpa bergeming
sedikitpun, seperti yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu.
Tang Cie Hok sendiri, yang kala itu tengah berdiri terpisah
dua tombak dari Tat Mo Cauwsu terguling ditanah beberapa
kali, waktu bangun berdiri, dia merasakan tubuhnya sakit-sakit.
Maka setelah menelan pil pahit seperti itu, Tang Cie Hok tidak
berani berdiri terlalu dekat, dia telah menjauh diri sampai
belasan tombak, karena dia takut kalau2 nanti terulang kembali
angin serangan dari Khu Ke Lo Mo menghantam dia.

Koleksi kang zusi.com 383


”Bagus !” kata Khu Ke Lo Mo setelah tersadar dari
tertegunnya. ”Engkau memang lawan yang pantas untuk
kulayani !” dan setelah berkata begitu, tampak Khu Ke Lo Mo
mengeluarkan suara erangan, kedua tangannya diangkat
perlahan-lahan, tampaknya dia tengah mengerahkan ilmu
sihirnya yang digabung dengan ilmu silatnya, sepuluh jari
tangannya dipentang lebar lebar, dia ber-siap2 seperti juga
ingin menyerang.
Tat Mo Cauwsu hanya berdiri diam ditempatnya dengan
sikap yang tenang, dia mengawasi apa yang dilakukan oleh
lawannya.
”Terimalah seranganku !” kata Khu Ke Lo Mo dengan
suara teriakannya itu yang mengandung suatu kekuatan gaib
yang bisa mempengaruhi jiwa dari lawannya yang belum
memiliki kepandaian lwekang yang tinggi.
Tetapi menghadapi Tat Mo Cauwsu, teriakan dari Khu Ke
Lo Mo tidak berarti apa apa... hanya waktu kedua tangannya
itu melancarkan serangan, disaat itulah Tat Mo Cauwsu telah
menggerakkan kedua tangannya, dengan tangan kiri ditekuk
dan sikut berada disamping dadanya, lalu tangan kanannya
dilonjorkan kearah Khu Ke Lo Mo.
Gerakan Tat Mo Cauwsu itu tampaknya dilakukan dengan
perlahan sekali, tetapi kesudahannya sangat hebat sekali, sebab
memiliki kekuatan lwekang yang dahsyat sekali.
Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang juga terkejut melihat cara
Tat Mo Cauwsu menghadapinya, dia mengetahui bahwa
tangkisan merangkap serangan yang dilancarkan oleh Tat Mo
Cauwsu merupakan jurus yang sangat berbahaya sekali.
Dalam keadaan seperti itu, Khu Ke Lo Mo telah
membatalkan serangannya, dia melompat ke belakang dengan
gerakan yang gesit sekali, dia juga telah tertawa dengan suara
yang keras, sambil katanya : “Tidak percuma engkau berani

Koleksi kang zusi.com 384


banyak tingkah dihadapanku, kiranya engkau memang
memiliki kepandaian yang berarti ! Bagus ! Bagus, inilah
menggembirakan sekali !!”
Kemudian cepat luar biasa tampak Khu Ke Lo Mo Cung
Cie Liang telah mengeluarkan suara erangan lagi, tetapi sekali
ini tidak akan menyerang dengan mempergunakan kedua
tangannya, melainkan kakinya yang ditendangkan berantai
sambil membentak : “Rubuh kau!” dia telah mengeluarkan
ilmu sihirnya untuk mempengaruhi Tat Mo Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu merasakan kepalanya seperti membesar,
dan tengkuknya dingin sekali.
Tetapi pendeta India ini cepat sekali membaca mantra dari
ajaran Sang Buddha, maka dengan cepat dia bisa menguasai
diri, karena dengan menyebut kebesaran Sang Buddha, ilmu
hitam yang dipergunakan oleh Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang
bisa dipunahkannya.
Waktu itu, kaki Khu Ke Lo Mo hampir tiba, cepat luar
biasa Tat Mo Cauwsu telah menggerakkan tangan kanannya
untuk menotok mata kaki si iblis Tengkorak. Totokan itu bukan
merupakan totokan biasa, karena jika saja totokan itu berhasil
mengenai sasarannya dengan tepat, tentu akan membuat iblis
Tengkorak itu terjungkel dengan kaki yang lumpuh.
Khu Ke Lo Mo mana mau membiarkan kakinya itu ditotok
oleh Tat Mo Cauwsu, dia kembali menarik pulang tendangan
berantainya itu.
Tetapi sekarang dihati Khu Ke Lo Mo telah bersemi
perasaan mendongkol bercampur penasaran, telah dua kali
beruntun dia gagal dengan serangannya, yang kedua kalinya
dia menarik pulang serangannya.
Matanya yang memang bersinar biru kehijau-hijauan itu
memancar tajam sekali, memandang kepada Tat Mo Cauwsu

Koleksi kang zusi.com 385


dengan sorot mata yang sangat mengerikan. Dia telah
mengeluarkan ilmu sihirnya lagi, waktu dia mengebutkan
tangannya keatas tahu2 Tang Cie Hok yang berdiri dikejauhan
seperti melihat Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang seperti juga
telah berobah menjadi jauh lebih besar lima kali dari ukuran
tubuhnya yang semula. Tampaknya seperti seorang raksasa
yang memiliki tangan dan kaki yang besar sekali, yang bersiap
siap untuk menerkam kepada Tat Mo Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu tetap tenang, dia telah menyebut beberapa
kali kebesaran Sang Budha, dan tangan kanannya diangkat
menempel didadanya, dia telah memandang tajam kepada Khu
Ke Lo Mo yang tengah bersiap-siap menerkam dengan bentuk
tubuh yang sangat besar itu. Tetapi karena ilmu kebathinan
yang dimiliki Tat Mo Cauwsu telah mencapai tingkat yang
sempurna, dengan sendirinya cepat sekali pengaruh ilmu hitam
dari Khu Ke Lo Mo bisa dilenyapkan. Dimata Tat Mo Cauwsu
keadaan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang sama seperti manusia
biasa, yang tidak ada perobahan sesuatunya. Malah saat itu
Khu Ke Lo Mo telah menerkam melancarkan serangannya.
Berbeda dengan Tat Mo Cauwsu, justru Tang Cie Hok telah
rubuh duduk numprah di tanah, karena dia kaget dan semaput
melihat Khu Ke Lo Mo yang seperti telah berobah menjadi
seorang raksasa yang besar sekali.
Tat Mo Cauwsu mengawasi datangnya serangan dari
lawannya, dia berkata dengan suara yang perlahan, “Cung
Hengtai, lebih baik kita sudahi permainan seperti ini....
percayalah tidak ada keuntungan apapun bagi kita !!”
Khu Ke Lo Mo menyadari ilmu hitamnya tidak berhasil
menguasai lawannya, dia malah jadi semakin penasaran dan
marah sekali, serangannya yang tengah menyambar kearah
pundak Tat Mo Cauwsu meluncur semakin cepat saja.

Koleksi kang zusi.com 386


Tetapi Tat Mo Cauwsu disamping mendalami ilmu
kebathinan, juga memang memiliki kepandaian silat yang
tinggi sekali, dia tidak gentar menghadapi serangan yang
dilakukan oleh Khu Ke Lo Mo.
Dengan berdiri dikaki kanannya, kaki kirinya diangkat
tertekuk keatas, dengan gerakan Kim Ke Tok Pit (Ayam emas
berdiri dikaki tunggal), secepat kilat Tat Mo Cauwsu memutar
tubuhnya dengan gerakan yang gesit, dan begitu terkaman dari
Khu Ke Lo Mo menyambar datang, tampak tangan kanan Tat
Mo Cauwsu meluncur dibawah ketiak lawannya.
Khu Ke Lo Mo waktu melihat Tat Mo Cauwsu
mempergunakan jurus Kim Ke Tok Pit, dia sudah terkejut,
karena melihat gerakan Tat Mo Cauwsu sangat luar biasa
sekali.
Biasanya, jurus Kim Ke Tok Pit merupakan jurus silat yang
biasa saja, karena jurus itu memang dimiliki oleh setiap pintu
perguruan silat, yaitu dengan mengandalkan satu kaki untuk
merebut kegesitan dari lawan.
Tetapi Tat Mo Cauwsu telah berdiri berputar dengan kaki
tunggalnya itu, sehingga dia bisa merobah posisi tubuhnya
dalam waktu yang sangat singkat sekali, dimana tahu-tahu
kepalan tangannya nyelonong menghantam dada disamping iga
dari Iblis Tengkorak itu.
”Bukkk !” bukan main kerasnya suara benturan itu, tetapi si
Iblis Tengkorak tidak terpental, hanya terhuyung beberapa
langkah saja kebelakang.
Tat Mo Cauwsu tidak meneruskan serangannya, dia tidak
mendesak lebih jauh.
Sedangkan Khu Ke Lo Mo telah memandang bengis kepada
Tat Mo Cauwsu, tampaknya dia marah bercampur penasaran,

Koleksi kang zusi.com 387


dengan sinar mata yang menyala ke-biru2an dia telah
melompat lagi melancarkan serangan.
Untuk jurus ini Tat Mo Cauwsu hanya mengelakkan diri
saja, dia tidak balas menyerang.
Khu Ke Lo Mo terus melakukan serangan bertubi-tubi,
sehingga kedua orang yang memiliki kepandaian luar biasa
tingginya itu telah terlibat dalam pertempuran yang sangat
seru. Dalam waktu yang singkat sekali mereka telah bertempur
belasan jurus.
Tang Cie Hok yang melihat pertempuran kedua orang yang
masing2 memiliki kepandaian begitu tinggi, dia memandang
dengan takjub. Dengan mengerahkan sisa tenaganya Tang Cie
Hok dapat merangkak berdiri.
Dia melihatnya Tat Mo Cauwsu tampak berada diatas
angin, sebab setiap serangan lawannya dapat dielakkannya
dengan mudah. Begitu juga bermacam-macam ilmu hitam dari
Cung Cie Liang telah berhasil dipunahkan, sehingga Iblis
Tengkorak itu jadi semakin gusar dan telah mengeluarkan
seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk mengimbangi Tat
Mo Cauwsu yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya.
Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang sebetulnya baru sepuluh
tahun angkat nama didalam kalangan Kangouw. Tetapi karena
kepandaiannya yang sangat tinggi, cepat sekali dia disegani
dan ditakuti oleh orang-orang rimba persilatan.
Waktu itu, Khu Ke Lo Mo memiliki muka yang tampan,
usianya juga baru empat puluh tahun, tetapi waktu dia
bertempur dengan beberapa pendeta Lhama dari Tibet, dia ter-
kena serangan senjata berapi yang menyebabkan mukanya
terbakar dan rusak, sehingga wajahnya tidak mirip manusia
lagi, dia lebih mirip dengan tengkorak manusia.

Koleksi kang zusi.com 388


Maka dari itu, selanjutnya dia digelari dengan julukan Khu
Ke Lo Mo.
Cung Cie Liang pun berobah wataknya, jika semula dia
sudah kejam, justru setelah kerusakan wajahnya itu dia tambah
kejam dan telengas, sehingga berangsur angsur setiap orang
rimba persilatan merasa takut bertemu dengannya.
Tanda kepala tengkorak manusia yang selalu diukir dibatu-
batu dengan mempergunakan jari telunjuknya, merupakan
tanda bahwa dia berada disekitar tempat tersebut.
Tidak perduli jago-jago dari aliran putih atau hitam,
semuanya merasa takut untuk berjumpa dengannya.
Maka dari itu, perlahan lahan Cung Cie Liang dianggap
sebagai raja dari segala iblis iblis pentolan aliran hitam yang
berada didaratan Tionggoan.
Tetapi Cung Cie Liang bukannya merobah kelakuannya
disaat usianya mencapai lima puluh tahun lebih, bahkan dia
bertambah bengis saja.
Dengan menyingkirnya setiap orang yang melihat tanda
tengkorak yang diukirnya dibatu, membuat Cung Cie Liang
merasakan dia hidup menyendiri didunia ini, karena dimana
saja dia tiba dan melukiskan gambar tengkorak dengan ukiran
jari tangannya dibatu-batu, maka selalu orang-orang
menyingkir. Hal ini menimbulkan kesepian untuk Cung Cie
Liang juga.
Sehingga dia menaruh dendam kepada orang-orang
persilatan, yang dianggapnya telah menjauhi diri dan
mengasingkannya seorang diri. Dendam itu meluap dalam
tingkat yang lain, yaitu setiap orang yang mengerti ilmu silat
yang berpapasan dengannya, tentu akan dibinasakannya,
dengan cara-cara yang sangat kejam sekali.

Koleksi kang zusi.com 389


Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Cung Cie Liang
semakin ditakuti oleh orang-orang persilatan didaratan
Tionggoan, sebab semua jago-jago yang mengetahui adanya
Cung Cie Liang, segera menyembunyikan diri.
Itulah sebabnya, semakin hari sikap dan watak Cung Cie
Liang semakin kejam dan telengas, karena setiap orang yang
mengerti ilmu silat, baik tinggi maupun rendah, selalu
dianggapnya sebagai lawannya.
Tat Mo Cauwsu telah menyaksikan betapa serangan-
serangan yang dilakukan oleh lawannya dicampurbaurkan
dengan ilmu hitamnya.
Memang agak merepotkan pendeta India ini juga
menghadapi serangan serangan serupa itu, karena disamping
harus memperhatikan kedua tangan dari si Iblis Tengkorak
yang menyambar-nyambar ke bagian bagian tubuhnya yang
mematikan, pun Tat Mo Cauwsu harus mengerahkan kekuatan
batinnya untuk memunahkan ilmu hitam dari si iblis.
Setelah bertempur sebanyak belasan jurus, pendeta dan
India ini akhirnya habis sabar, katanya dengan suara nyaring :
”Baiklah Khu Ke Lo Mo ... engkau terlalu mendesak, maafkan
Siauwceng terpaksa harus mempergunakan sedikit kepandaian
Siauwceng.”
Setelah berkata begitu, tampak Tat Mo Cauwsu melompat
mundur menjauhi lawannya terpisah satu tombak. Kemudian
disaat Khu Ke Lo Mo bermaksud akan melancarkan serangan
lagi kepadanya, Tat Mo Cauwsu telah mendahuluinya dengan
mengebutkan sekaligus kedua tangannya.
Kebutan itu memiliki kekuatan tenaga yang luar biasa
dahsyatnya, karena Tat Mo Cauwsu sudah habis sabarnya dan
benar-benar melakukan penyerangan yang sangat kuat sekali.

Koleksi kang zusi.com 390


Dengan cepat Khu Ke Lo Mo melompat mundur beberapa
langkah kebelakang, mukanya merah padam karena diamuk
oleh amarahnya.
Tat Mo Cauwsu menghela napas panjang2 kemudian
katanya sambil tersenyum tenang : ”Apakah Cung Hengtai
masih tidak puas main-main begitu lama ?” tanya Tat Mo
Cauwsu.
Wajah Khu Ke Lo Mo tampak merah padam, dengan gusar
dia berseru: ”Jika hari ini aku tidak bisa mengelupas kulit
kepalamu, biarlah aku tidak perlu hidup lagi dibumi ini....!”
dan suara ancamannya itu sangat menyeramkan sekali, seperti
juga menggetarkan sekitar tempat ini.
Dan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang bukan hanya
membentak menyeramkan saja, tubuhnya juga melompat
menerkam dengan cepat sekali melancarkan gempuran yang
sangat hebat kepada Tat Mo Cauwsu.
Kali ini karena Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang telah
mengetahui bahwa lawannya merupakan seorang pendeta yang
sangat liehay ilmu silat maupun juga ilmu kebatinannya, maka
dia telah mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya.
Sedangkan Tang Cie Hok yang berdiri di pinggiran, waktu
melihat Cung Cie Liang melancarkan gempuran yang begitu
dahsyat, sama seperti juga runtuhnya gunung kepada Tat Mo
Cauwsu, Tang Cie Hok jadi menggidik ngeri.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tetap berdiri tenang tenang
ditempatnya, dia berseru perlahan, kemudian menyambuti
serangan Cung Cie Liang dengan kekerasan pula, karena
disinilah kelak dari kesempatan yang dinanti nanti Tat Mo
Cauwsu untuk mengukur sampai berapa tinggi kepandaian
yang dimiliki lawannya itu, maka dia sengaja telah
melancarkan tangkisan dengan cara keras dilawan keras.

Koleksi kang zusi.com 391


Gempuran itu menimbulkan suara yang hebat waktu kedua
kekuatan tenaga itu saling bentur, dan tubuh Tat Mo Cauwsu
terhuyung beberapa tindak kebelakang, sedangkan Khu Ke Lo
Mo sendiri telah terpental satu tombak lebih.
Tetapi Iblis tengkorak itu berhasil untuk menguasai dirinya,
dia tidak sampai jatuh terjungkel.
Dalam kesempatan itu Tat Mo Cauwsu tidak mau mengalah
lebih jauh, dengan mengeluarkan suara bentakan yang
menggetarkan tempat ini, bagaikan angin menumbangkan
pohon-pohon dan menggugurkan batu-batu yang ada disekitar
tempat ini, Tat Mo Cauwsu telah melompat melancarkan
gempuran kearah dada Khu Ke Lo Mo.
Khu Ke Lo Mo baru saja bisa memperbaiki kedudukan
kedua kakinya, dan disaat itu dia telah melihat datangnya
gempuran yang luar biasa kuatnya dari Tat Mo Cauwsu. Tetapi
sebagai seorang tokoh silat yang memiliki kepandaian sangat
tinggi, walaupun kaget, Khu Ke Lo Mo tidak menjadi gugup.
Diantara berkesiuran angin serangan Tat Mo Cauwsu yang
menyambar datang itu, tampak Khu Ke Lo Mo telah melompat
ke samping kanan, berusaha mengelakkan diri sambil tangan
kanannya telah menghantam pergelangan tangan pendeta dari
India itu.
“Tukkk !” tulang pergelangan tangan mereka saling bentur
dengan keras, sampai terdengar sangat nyaring sekali.
Tat Mo Cauwsu telah menyalurkan tenaga dalamnya ke
arah pergelangan tangannya, dia menindih pergelangan tangan
Khu Ke Lo Mo, sehingga seperti juga memiliki tenaga tindihan
ribuan kati.
Khu Ke Lo Mo waktu dibentur tulang pergelangan
tangannya jadi kaget berbareng kesakitan, karena dia
merasakan tulang pergelangan tangannya itu bagaikan

Koleksi kang zusi.com 392


dihantam oleh sesuatu yang keras dan berat sekali, dia ingin
menarik pulang tangannya, tetapi justru disaat itu dia tidak bisa
menarik kembali tangannya. Keadaan seperti ini tentu saja
telah membuat Khu Ke Lo Mo jadi terkejut, dia mengempos
semangatnya dan bermaksud menariknya, tetapi tidak
bergeming, karena pergelangan tangannya itu seperti lengket
dengan tulang pergelangan tangan Tat Mo Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang sabar:
“Siancai ! Siancai ! Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang, apakah
tidak lebih baik kita menyelesaikan urusan sampai disini saja
?”
Tetapi Cung Cie Liang justru mengeluarkan suara bentakan
yang mengguntur, dia marah sekali maka disamping
mempergunakan lwekangnya yang disalurkan ke seluruh
pergelangan tangan, diapun mengeluarkan ilmu hitamnya,
sehingga tampak tangan Khu Ke Lo Mo seperti telah berobah
menjadi sangat besar sekali.
Dalam keadaan demikian, Tat Mo Cauwsu tetap
menghadapi dengan tenang, dia telah melihat lawannya seperti
keripuhan sendiri, sehingga dia mengeluarkan suara tertawa
mengejek, katanya dengan nada yang sabar : ”Jika saja hengtai
(saudara) Khu Ke Lo Mo bersedia berjanji tidak meneruskan
perbuatan jahatmu maka aku bersedia melepaskan dan
membebaskan dirimu dari cacad atau kematian ....! Siancai !
Siancai ! Bersediakah Cung Hengtai ?”
Khu Ke Lo Mo jadi gusar bukan main, dia telah
mengeluarkan suara bentakan yang bengis sambil
menggerakkan tangan kanannya itu dengan kuat sekali untuk
diputar, walaupun tangan Tat Mo Cauwsu masih menempel
dipergelangan tangannya, tetapi justru dia ingin menguasai
tangan Tat mo Cauwsu yang hendak diputarnya itu.

Koleksi kang zusi.com 393


Tetapi Tat mo Cauwsu tidak mau membiarkan tangannya
itu diputar, dia telah tersenyum, sambil katanya: ”Walaupun
engkau mengerahkan seluruh kekuatanmu, tidak nantinya
engkau akan berhasil melepaskan pergelangan tanganmu itu.“
Khu Ke Lo Mo jadi semakin gusar dia berusaha memutar
tangannya itu. Tetapi kembali gagal, hanya ber-gerak2 perlahan
saja.
Waktu itu, Tang Cie Hok menyaksikan pertempuran antara
Tat Mo Cauwsu dan Khu Ke Lo Mo merupakan pertempuran
yang sangat luar biasa, jarang sekali dia bisa menyaksikan
pertempuran sengit ini.
Maka dari itu Tang Cie Hok telah memandang tertegun
dengan pancaran mata yang terpentang lebar2.
Saat itu Khu Ke Lo Mo setelah gagal beberapa kali
memutar tangan lawannya, telah mengeluarkan suara bentak
pula yang mengguntur sambil menggerakkan tangan kirinya,
yang digerakkan untuk menotok biji mata Tat Mo Cauwsu
yang ditotoknya dengan cepat dan luar biasa, jika saja orang
lain yang menjadi lawan dari Khu Ke Lo Mo, tentu akan
membuat dia menjadi korban totokan itu.
Walaupun bagaimana cepatnya totokan yang dilakukan
Khu Ke Lo Mo, namun tidak berhasil mengenai sasarannya,
karena Tat Mo Cauwsu dengan gerakan yang cepat luar biasa
telah mengelakkan serangan itu dengan memiringkan
kepalanya. Justru saat itu tangan Tat Mo Cauwsu yang satunya
meluncur akan mencengkeram bahu lawannya.
Gerakan itu memang merupakan gerakan yang aneh dan
tidak diduga oleh Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang, sebab
semula Tat Mo Cauwsu dengan posisi kedudukan miring, ber-
arti tangannya yang satu itu berada dalam jarak jangkau yang
cukup jauh.

Koleksi kang zusi.com 394


Tetapi anehnya, justru tangan Tat Mo Cauwsu itu seperti
bisa diulur menjadi lebih panjang beberapa dim dari yang
sebenarnya, dia telah mencengkeram bahu Khu Ke Lo Mo,
bahkan telah menekan jalan darah Ciu-tie-hiat didekat tulang
piepe lawannya, cengkeraman yang kuat itu bisa
menghancurkan tulang piepe lawannya.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak melakukan cengkeraman yang
bisa melukai lawannya, dia hanya menyentuh dan menarik
pulang tangannya lagi, disusuli dengan katanya : ”Sudahlah!
Jika memang Cung Hengtai bermaksud kembali ke jalan yang
benar, pergilah !” katanya sambil menarik tangan yang
menindih pergelangan tangan Cung Cie Liang.
Terbebas dari tekanan tangan Tat Mo Cauwsu dan baru saja
kaget waktu bahunya disentuh oleh cengkeraman Tat Mo
Cauwsu, Khu Ke Lo Mo menyadari bahwa lawannya berlaku
murah hati tidak mencelakainya. Jika saja cengkeraman tadi
dibahunya diperkeras sedikit saja dan mematahkan tulang
piepenya, berarti akan membuat bercacad si iblis Khu Ke Lo
Mo seumur hidupnya.
Cung Cie Liang bergelar Iblis Tengkorak, dia juga sangat
telengas dan kejam sekali. Maka dari itu, belum pernah dia
memberi kesempatan hidup kepada lawannya. Baru pertama
kali inilah dia menghadapi lawan yang justru memiliki
kepandaian silat dan kesaktian yang jauh lebih tinggi darinya.
Maka baru saja mengalami ancaman kematian atau bercacad
dan lolos dari bencana, membuat Khu Ke Lo Mo jadi berdiri
diam salah tingkah ditempatnya.
”Pergilah !” kata Tat Mo Cauwsu lagi dengan suara yang
sabar dan tenang. ”Tetapi ingatlah baik2 oleh Cung Hengtai,
jangan sekali-sekali engkau kembali melakukan perbuatan
jahat lagi, lebih baik engkau hidup secara baik2 untuk
memperoleh ketenangan dan ketentraman!”

Koleksi kang zusi.com 395


Khu Ke Lo Mo tertawa dingin, dia berkata dengan suara
yang tawar : ”Baiklah! Hari ini aku telah menerima pelajaran
yang cukup berarti, tetapi dilain kesempatan aku ingin sekali
meminta petunjuk pula dari kau Tat Mo Cauwsu !”
Setelah berkata begitu Khu Ke Lo Mo telah memutar
tubuhnya dia berlalu dengan cepat sekali.
Tat Mo Cauwsu membiarkan lawannya pergi, dia hanya
memutar tubuhnya sambil menghela napas.
”Iblis yang sangat berbahaya jika dia masih melanjutkan
perbuatan jahatnya, tentu akan mendatangkan bencana yang
tidak kecil untuk orang2 Kangouw di daratan Tionggoan....!”
menggumam Tat Mo Cauwsu dengan suara yang perlahan
mengandung sesalan.
Tang Cie Hok telah menghampiri Tat Mo Cauwsu, dia
merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat
kepada Tat Mo Cauwsu, “Terima kasih atas pengajaran yang
tadi Taisu berikan! Baru hari ini mataku terbuka, bahwa
didunia ini memang tidak ada yang memiliki kepandaian
tertinggi, yang tinggi ada pula yang lebih tinggi, kepandaian
ilmu silat selama ingin dipelajari, tentu tidak ada batasnya...
Semoga saja aku dilain kesempatan bisa melakukan banyak
perbuatan2 mulia untuk menebus dosa2ku...!”
Tat Mo Cauwsu gembira mendengar janji Tang Cie Hok.
”Kepandaian Tang Hengtai sangat tinggi, juga memiliki
kepandaian Bun (sastra), maka jika kedua macam kepandaian
itu dipergunakan untuk alam dan kebaikan membela keadilan
untuk si kecil yang tertindas, tentu Tang Hengtai memiliki
kesempatan untuk menjadi seorang pendekar yang sangat
ternama sekali...”
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu muka Tang Cie Hok
jadi berobah merah, dia telah berkata dengan suara yang

Koleksi kang zusi.com 396


perlahan: ”Petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dari Taisu
sangat saya hargai !” dia berdiam diri sejenak, tetapi kemudian
meneruskan perkataannya lagi : “Aku tidak akan melupakan
petunjuk-petunjuk Taisu.“ Setelah itu Tang Cie Hok pamitan
untuk melanjutkan perjalanannya.
Tat Mo Cauwsu telah mengawasi kepergian orang she Tang
itu untuk sejenak lamanya, Tat Mo Cauwsu berdiri diam
ditempatnya tanpa bergerak, karena dia masih memikirkan Khu
Ke Lo Mo Cung Cie Liang.
”Didaratan Tionggoan banyak sekali jago-jago yang
memiliki kepandaian aneh dan luar biasa, tetapi justru mereka
umumnya berjalan dijalan hitam, melakukan banyak kejahatan.
Hal inilah yang harus kuberikan pengertian agar mereka mau
merobah kelakuan mereka. Jika memang mereka membandel
tidak mau menuruti petunjuk petunjukku, barulah aku harus
mempergunakan kekerasan untuk membinasakannya...
membasminya agar jago-jago jahat seperti itu tidak
menimbulkan bencana bagi masyarakat umumnya.”
Setelah menghela napas lagi beberapa kali, Tat mo Cauwsu
kemudian melanjutkan perjalanan, setelah matahari menyilam
diufuk barat, Tat mo Cauwsu tiba didesa wu cing kwan. Dia
bermalam didesa itu dirumah seorang penduduk, keesok
harinya kembali pendeta India ini melanjutkan perjalanannya.
Dua hari lamanya Tat Mo Cauwsu melakukan perjalanan
menuju ke selatan, daerah selatan memang indah dan permai.
Tetapi pada sore hari ketiga Tat Mo Cauwsu berada dikaki
gunung Sing cie san, sebuah gunung yang tidak begitu besar
yang mirip-mirip bentuknya dengan keadaan digunung Bie san.
Pendeta dari India ini telah memandang sekelilingnya
mengawasi sekitar tempat itu, kalau kalau ada rumah penduduk
yang bisa diminta bermalam, tetapi sekitar dikaki gunung ini

Koleksi kang zusi.com 397


sepi sekali, tidak terlihat juga rumah penduduk dan hanya
pohon dan batu belaka yang tampak.
Tat Mo Cauwsu sudah memasuki pedalaman gunung itu,
maksudnya ingin mencari sebuah tempat yang bisa
dipergunakannya tidur dan beristirahat.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih lima lie, Tat Mo
Cauwsu mendengar samar-samar suara yang aneh sekali.
Pendeta ini memasang pendengarannya baik-baik dan akhirnya
dia tersenyum sendirinya, karena segera dia mengenalinya
bahwa suara aneh itu tidak lain dari suara air tumpah, yaitu air
terjun. Didengar suaranya yang perlahan dan samar itu,
memang menunjukkan letak air terjun itu masih terpisah jauh.
Tat Mo Cauwsu melihat matahari telah tenggelam ditelan
oleh kaki langit sebelah barat dan dia masih terus juga
melakukan perjalanan karena keadaan disekitar hutan yang
dijalaninya itu sangat sepi sekali, sampai sampai binatang
buaspun tidak dilihatnya dihutan tersebut.
Keadaan hutan yang besar tapi sepi seperti tidak memiliki
penghuninya yaitu binatang-binatang liar membuat Tat Mo
Cauwsu jadi bertanya-tanya didalam hatinya. Karena biasanya
hutan yang bagaimana kecilpun, pasti dihunikan oleh binatang
liar, setidak-tidaknya binatang-binatang kecil seperti burung
dan lain lainnya.
Tat Mo Cauwsu telah menyusuri terus menuju kearah dari
mana datangnya suara air tumpah itu, yang semakin lama
terdengar semakin jelas. Dia melangkah terus, tetapi suatu
ketika, Tat Mo Cauwsu telah menahan langkah kakinya, dia
berdiri tertegun, karena justru dia mendengar suara mengaung
yang sangat aneh sekali, suara itu seperti suara pekik atau jerit,
tetapi mirip juga suara tertawa, sehingga terdengarnya suara itu
aneh sekali.

Koleksi kang zusi.com 398


”Suara apa itu ?” berpikir pendeta India ini didalam
hatinya. ”Terdengarnya suara itu bagaikan memiliki kekuatan
hitam... mengerikan....”
Tetapi sebagai seorang pendeta yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, Tat Mo Cauwsu tidak jeri untuk menghadapi
apapun juga, dia melangkah maju terus. Dua kali dia
mendengar kembali suara pekik yang mirip tertawa dan
nadanya menyeramkan sekali, yang menurut pendengaran Tat
Mo Cauwsu seperti mengandung kesesatan.
Sedangkan suara air tumpah terdengar semakin jelas, Tat
Mo Cauwsu mengetahui bahwa air terjun itu tentunya terletak
ditempat yang tidak jauh lagi.
Waktu Tat Mo Cauwsu tiba di mulut hutan sebelah lainnya,
dia melihat terhampar sebuah lapangan rumput yang luas.
Disebelah kanannya, terpisah kurang lebih belasan tombak,
tampak sebuah anak sungai yang cukup besar mengalir tenang,
airnya jernih sekali, dan diujung batu2 gunung yang terpisah
kurang lebih ratusan tombak, tampak tebing yang tinggi. Dari
atas tebing itulah meluncur turun air terjun yang bening
bagaikan segaris benang sutra putih.
Suara jatuhnya air terjun itu yang menimpah air dan batu,
memang merupakan suara yang bergemuruh.
Tat Mo Cauwsu menghampiri tempat itu ke kaki tebing,
maksudnya hendak mencuci muka dan tubuhnya, karena Tat
Mo Cauwsu bermaksud beristirahat di bawah kaki tebing itu,
didekat air terjun.
Tetapi setelah Tat mo Cauwsu tiba dikaki tebing itu,
kembali pendeta ini dihadapi oleh sesuatu yang agak ganjil. Air
terjun yang turun dan belum tumpah ke sungai, justru telah
berpencaran seperti terbentur suatu kekuatan yang dahsyat.

Koleksi kang zusi.com 399


Tat Mo Cauwsu untuk sejenak lamanya berdiri tertegun
mengawasi pecahan ujung air mancur disebelah bawah, yang
terus menerus berhamburan seperti membentur suatu kekuatan
yang tidak tampak. Samar2 Tat Mo Cauwsu melihat sesosok
benda yarg didalam tumpahan air terjun itu.
Pendeta India ini telah mengerutkan alisnya, dia memasang
penglihatannya lebih baik memperhatikan benda yang samar2
dibalik tirai air terjun itu. Dia telah melihatnya, benda itulah
yang menyebabkan tirai air terjun disebelah bawah
beterbangan bagaikan terbentur kekuatan yang sangat dahsyat
sekali.
Yang membuat Tat Mo Cauwsu lebih heran lagi justru
benda itu menyerupai seorang manusia.
Karena penasaran, Tat Mo Cauwsu telah menghampiri
lebih dekat, dan memang dibalik tirai air terjun itu duduk
bersila seorang yang bentuk tubuhnya agak pendek, mukanya
bulat sama seperti potongan tubuhnya yang bulat juga.
Hidungnya bundar dan pesek, dengan bibirnya yang tebal,
matanya terbuka lebar, walaupun bentuknya tetap saja tidak
berobah merupakan mata yang sipit. Keadaannya mirip-mirip
orang Han, tetapi juga mirip mirip seperti orang dari suku
bangsa diluar bangsa Han. Lama Tat Mo Cauwsu berdiri diam
mengawasi orang itu.
Yang membuat Tat Mo Cauwsu takjub, justru dia melihat
betapa orang itu selalu menggerak-gerakkan kedua tangannya
bergantian, memukuli air yang tumpah kebawah. Kekuatan air
terjun itu bukannya ringan, meliputi ribuan kati. Tetapi yang
mengherankan sosok tubuh itu berada tepat sekali dibawah
tumpahnya air terjun tersebut, bahkan tirai air terjun itu
berhamburan setiap kali terpukul oleh kedua tangannya.
”Hebat orang pendek ini..!” berpikir Tat Mo Cauwsu
didalam hatinya. ”Dia bisa menahan kekuatan tumpahnya air

Koleksi kang zusi.com 400


terjun sudah merupakan hal yang sangat luar biasa, karena
tekanan jatuhnya air terjun tentu meliputi ribuan kati... tetapi
justru yang lebih luar biasa lagi adalah kedua tangannya itu
yang dapat menghantam hancur tirai air terjun itu sehingga
tidak ada air yang bisa membasahi tubuhnya...!”
Sambil berpikir begitu Tat Mo Cauwsu telah mengawasi
dengan mata tertegun, karena dia kagum sekali.
Tetapi orang yang bertubuh pendek gemuk itu, yang tengah
bergumul dengan air tumpah itu, tampaknya melihat Tat Mo
Cauwsu juga, karena dia telah mengeluarkan suara pekikan
yang aneh sekali, seperti suara teriakan dan suara tertawa yang
tergabung menjadi satu.
Tat Mo Cauwsu baru mengetahui bahwa suara aneh yang
didengarnya tadi adalah suara teriakan orang bertubuh pendek
ini.
Dan orang bertubuh pendek itu bukan berteriak saja, dia
telah melompat, gerakannya luar biasa gesitnya, karena tahu2
dia telah berada dihadapan Tat Mo Cauwsu.
Matanya yang sipit itu telah dibuka lebar-lebar, dia
mengawasi dengan sinar mata yang menyelidik, tapi sinar mata
itu menurut Tat Mo Cauwsu mengandung sinar dari sesuatu
ilmu sesat.
“Siapa kau ?” tegur orang itu dengan mempergunakan
kata2 Han yang kaku, “Tahukah engkau, bahwa beradanya
engkau disini telah mengganggu latihanku ?”
Tat Mo Cauwsu cepat-cepat merangkapkan tangannya, dia
menjura kepada orang itu : ”Siancai, maafkan, Siauwceng tidak
tahu bahwa justru kedatangan Siauwceng ditempat ini telah
mengganggu ketenangan Siecu (tuan) berlatih diri. Tadi
Siauwceng tidak sengaja datang ditempat ini, karena
Siauwceng bermaksud untuk beristirahat disini setelah

Koleksi kang zusi.com 401


melakukan perjalanan satu hari lamanya, Siauwceng harap
Siecu tidak marah, dan Siauwceng akan segera berlalu.....”
Sambil berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah memutar
tubuhnya untuk berlalu.
Tetapi belum lagi melangkah lebih dari tiga tindak, orang
itu telah membentak: ”Berhenti...!”
Bentakan itu sangat keras, dan seperti mengandung suatu
kekuatan pengaruh yang menggetarkan hati. Tat Mo Cauwsu
telah menahan langkah kakinya, dia menoleh sambil
tersenyum.
”Ada yang ingin Siecu katakan ?” tanyanya dengan suara
yang sabar.
”Hemm...enak saja kau setelah mengganggu latihanku, lalu
engkau ingin berlalu dengan begitu saja ?” kata orang bertubuh
pendek gemuk itu dengan suara yang tidak sedap didengar oleh
telinga, karena selain dia berkata-kata dengan suara yang kaku
dalam bahasa Han, juga dia membentak dengan suara yang
seperti kaleng pecah.
”Apakah dengan begitu saja kau ingin meninggalkan
tempat ini setelah menggagalkan latihanku hari ini?”
Tat Mo Cauwsu melihat sikap orang ini jadi kurang senang
juga hatinya karena itu bersikap kasar dan tidak
menyenangkan. Tetapi Tat Mo Cauwsu sabar sekali, dia telah
berkata dengan suara yang ramah : ”Lalu, apa yang
dikehendaki oleh siecu ?”
”Hemm, tidak ada orang yang bisa berlalu begitu saja dari
hadapan Keuki Takashi sebelum menerima hadiah dariku !”
katanya dengan suara yang nyaring dan mengandung nada
yang agak bengis.
”Hadiah ? Hadiah apa yang ingin diberikan Siecu kepada
Siauwceng ?” tanya Tat Mo Cauwsu dengan suara yang sabar.
Koleksi kang zusi.com 402
”Kau boleh pilih sendiri, anggota tubuhmu yang mana
bersedia dibuat cacad, tanganmu atau kakimu, atau anggota
tubuh lainnya, kau pilih sendiri !” kata orang itu lagi, Keuki
Takashi, dengan suara yang tetap seperti kaleng pecah.
Tat Mo Cauwsu jadi tidak senang karenanya, dia telah
mengawasi tajam orang pendek ini. Mendengar dari perkataan
orang itu dan juga namanya, maka Tat Mo Cauwsu segera
mengetahui bahwa orang ini bukan bangsa Han, dan tentunya
orang dari negeri matahari terbit yaitu Jepang.
Mengetahui itu Tat Mo Cauwsu jadi heran sendirinya,
karena yang diketahuinya daratan Tionggoan yang dihunikan
juga oleh perantauan perantauan suku bangsa matahari terbit
biasanya berada di sebelah Utara pinggiran. Namun kini justru
orang Jepang ini berada didaerah Selatan. Keadaannya juga
luar biasa sekali melatih diri dibawah tumpahnya air terjun.
”Apa maksud Siecu ? Siauwceng tidak mengerti, tolong
Siecu memberitahukannya....”
Keuki Takashi telah tertawa, suara tertawanya tidak enak.
Dan Tat Mo Cauwsu kembali mendengar dalam nada suara
orang itu mengandung kesesatan.
”Hadiah yang kumaksudkan,” kata Keuki Takashi dengan
suara yang cempreng, ”Ialah hadiah cacad untukmu! Setiap
orang yang datang kemari, tidak gampang2 meninggalkan
tempat ini sebelum membawa tanda mata dari Keuki
Takashi....apa lagi justru engkau telah lancang datang kemari
disaat aku tengah berlatih, setidak-tidaknya engkau telah
mencuri lihat latihanku...”
Mendengar perkataan Keuki Takashi sampai disitu,
habislah kesabaran Tat Mo Cauwsu. Dia melihatnya bahwa
orang Jepang ini rupanya bukan manusia baik2.

Koleksi kang zusi.com 403


”Baiklah,” kata Tat Mo Couwsu dengan suara yang sabar.
”Aku merupakan pendeta miskin perantauan, jadi apa yang
dikehendaki oleh Siecu? Aku hanya akan menuruti dan
mengikuti kemauan Siecu...”
Muka Keuki Takashi jadi semakin tidak sedap dilihat, dia
memperdengarkan suara tertawanya yang tidak enak untuk
didengar oleh telinga.
”Hemmm, engkau rupanya sudah mengerti maksudku,
bukan?“ tanya kemudian. ”Nah, sekarang katakanlah, bagian
bagian anggota tubuhmu yang mana bersedia dibuat
bercacad?!”
”Omitohud ! Omitohud !” berkata Tat Mo Cauwsu memuji
kebesaran sang Buddha. ”Kenapa harus begitu ? Bukankah
Siauwceng tanpa sengaja tersesat ditempat ini, jika memang
kedatangan Siauwceng ditempat ini mengganggu latihan Siecu,
maka Siauwceng telah meminta maaf...dan Siecu boleh
meneruskan latihanmu lagi tanpa terganggu dengan kehadiran
Siauwceng, bukankah Siauwceng akan segera berlalu ? Hemm,
mengapa sampai harus dibuat bercacad dulu tubuhku ?”
Wajah Keuki Takashi semakin tidak enak dilihat, dia
rupanya telah memperlihatkan kemarahannya.
”Tidak ada seorangpun yang bisa menentang keinginan
Keuki Takashi...apa lagi berusaha membangkang !” katanya
dengan suara yang sember.
”Bersiap-siaplah engkau untuk menerima hukuman dariku
!”
Tat Mo Cauwsu memaksakan dirinya untuk tertawa,
walaupun saat itu hatinya juga diliputi kemarahan.
”Jika memang Siecu berkata begitu sesungguhnya
peraturan dari mana yang Siecu pergunakan ?” tanya Tat Mo

Koleksi kang zusi.com 404


Cauwsu. ”Tidak mungkin seorang manusia, tanpa kesalahan
yang berarti, bersedia tubuhnya dibuat bercacad..“
”Kepala gundul !” bentak Keuki Takashi dengan suara yang
nyaring mengandung kemarahan. ”Engkau ingin
membangkang ?“
”Membangkang ? Siauwceng tidak membangkang, hanya
ingin menjelaskan kepada Siecu, bahwa Siauwceng tanpa
sengaja datang di tempat ini, jika memang siecu menganggap
kehadiran Siauwceng sangat mengganggu Siecu bukankah
tadipun Siauwceng telah meminta maaf ? Kenapa harus
didesak terus untuk memperoleh apa yang disebut 'hukuman'
oleh Siecu ?”
”Engkau terlalu rewel, kepala gundul !” bentak Keuki
Takashi dengan suara yang temberang sekali, sinar matanya
memancarkan sikap yang angkuh. ”Kau lihat ini, apakah
kepalamu lebih keras dari ini....”
Sambil berkata begitu, Keuki Takashi telah menggerakkan
tangan kanannya yang diangkat sampai melewati atas
kepalanya, kedua kakinya direnggangkan, dan dia
mengeluarkan suara pekik sambil menghajar sebungkah batu
yang berukuran besar dengan tepian telapak tangannya.
Tidak terdengar suara apa-apa waktu tepian telapak
tangannya itu menghantam batu tersebut, hanya saja, akibat
pukulan itu sangat hebat. Waktu Keuki Takashi mengangkat
tangannya dari batu itu, batu yang semula berbungkah besar itu
telah meluruk menjadi beberapa puluh pecahan.
Hati Tat Mo Cauwsu jadi tercekat, dan berbareng kagum
juga. Telapak tangan orang Jepang ini rupanya telah terlatih
sekali, karena batu yang begitu keras telah berhasil dipukulnya
pecah sedemikian rupa. Tetapi melihat cara waktu Keuki
Takashi mengerahkan tenaganya dan memukulnya, Tat Mo
Cauwsu mengetahui bahwa Keuki Takashi seperti memiliki

Koleksi kang zusi.com 405


kepandaian Gwakang (tenaga lahiriah yang mengandalkan
kekuatan tubuh atau phisik, yang sesungguhnya kepandaian
Keuki takashi dimasa sekarang ini lebih dikenal sebagai
pelajaran Karate).
”Bagaimana menurut penglihatanmu, apakah kepalamu
yang gundul itu jauh lebih keras dari batu itu ?” tanya Keuki
Takashi dengan suara yang temberang sekali.
Tat Mo Cauwsu dengan sabar memperlihatkan senyumnya,
dia juga telah menyebut beberapa kali kebesaran Sang Buddha,
kemudian baru menyahuti, ”Memang kepandaian dari suatu
kekuatan yang dilatih semakin lama semakin tinggi dan
sempurna harus dibuat bangga, tetapi seorang manusia melatih
diri untuk memiliki kekuatan dan kepandaian yang tinggi
bukan sekedar untuk bertindak sewenang-wenang, bukan untuk
mencelakai sesama manusia yang tidak bersalah apa2
padanya... Justru tujuan yang pokok adalah bagaimana
menyalurkan dan mempergunakan kepandaian yang telah
dimilikinya itu, disertai dengan akal yang sehat, harus
melakukan banyak perbuatan2 mulia barulah merupakan suatu
hal yang patut dibanggakan .....!”
Keuki Takashi jadi semakin gusar hatinya. “Aku tidak perlu
kata-kata nasehatmu itu keledai gundul,” kata Keuki Takashi
dengan suara yang bertambah garang dan kasar. “Justru kini
kau boleh sebutkan, bagian anggota tubuhmu yang mana
bersedia untuk dibuat bercacad, atau memang engkau
menghendaki kematian dengan kepalamu itu kuhajar hancur
remuk seperti batu itu yang menjadi contohnya ?”
Tat Mo Cauwsu masih tersenyum dengan sikap yang sabar,
walaupun hatinya telah mendongkol sekali.
”Sebungkah batu tidak bisa dipersamakan dengan seorang
manusia. Jika sebungkah batu walaupun bagaimana besar dan
kerasnya, hanya sebungkah batu yang tidak bergerak dan diam.

Koleksi kang zusi.com 406


Tetapi justru manusia, memiliki gerak, yang bisa saja
mengelakkan, dan bisa saja menghadapi setiap mara bahaya
yang mengancam dirinya, tidak mungkin seorang manusia akan
berdiam diri saja walaupun mengetahui telah datang mara
bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya...!”
Keuki Takashi memperlihatkan sikap yang lebih garang,
dia telah membentak, ”Jadi kau memang menantang aku....?”
Dan belum lagi suara bentakannya itu habis, disaat itulah
telah terlihat Keuki Takashi membarengi dengan gerakan
tangannya yang sangat cepat sekali meluncur akan
menghantam pundak Tat Mo Cauwsu dengan mempergunakan
tepian telapak tangannya.
Kalau orang lain yang menerima serangan ini mungkin
akan terkejut. Tetapi tidak demikian halnya dengan Tat Mo
Cauwsu, dia mengawasi datangnya serangan itu dengan berdiri
tenang dihadapannya. Waktu dia melihat tepian telapak tangan
lawannya hampir mengenai bahunya, barulah dia memiringkan
pundaknya dan dengan hanya mempergunakan jari telunjuknya
dia telah berhasil mendorong telapak tangan Keuki Takashi.
Itulah peristiwa yang belum pernah dialami oleh Keuki
Takashi, sehingga dia jadi terkejut dan tertegun. Dia merasakan
dorongan jari telunjuk dari pendeta dihadapannya itu telah
membuat telapak tangannya itu terdorong keras walaupun
hanya jari telunjuk itu yang mendorong.
Tetapi dalam keadaan terkejut seperti itu justru Keuki
Takashi telah mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras
sekali, tangan kanannya itu baru terdorong oleh jari telunjuk
Tat Mo Cauwsu namun tangan kirinya telah menyerang lurus
kedepan biji mata pendeta dari India itu.
Tat Mo Cauwsu juga terkejut sekali melihat cara
menyerang Keuki Takashi, karena cara bertempur Keuki

Koleksi kang zusi.com 407


Takashi berlainan dengan cara bertempur jago2 silat didaratan
Tionggoan.
Jika orang yang menghadapinya itu memiliki kepandaian
tanggung2, tentu akan dapat dicelakai oleh Keuki Takashi.
Karena itu, Tat Mo Cauwsu cepat2 menggerakkan
kepalanya, dia berhasil mengelakkan serangan ujung jari
tangan Keuki Takashi, dan kemudian dengan cepat Tat Mo
Cauwsu menyusuli dengan kebutan lengan bajunya. Kebutan
lengan jubah Tat Mo Cauwsu itu mengandung kekuatan tenaga
lwekang yang sangat dahsyat sehingga Keuki Takashi telah
mengeluarkan suara teriakan dan terhuyung mundur beberapa
langkah.
Peristiwa yang terjadi ini sangat mengejutkan Keuki
Takashi, karena belum pernah ada orang yang berhasil
menggempur kuda2 kedua kakinya yang sangat kuat. Tetapi
Keuki Takashi tidak lama2 tenggelam dalam keterkejutannya
itu, karena dia juga telah diliputi oleh perasaan penasaran dan
marah.
Dengan disertai oleh suara pekikan yang sangat nyaring
memekakkan anak telinga tampak Keuki Takashi telah
melompat dan melancarkan tendangan lurus dengan
mempergunakan telapak kakinya. Yang dituju adalah leher
pendeta dari India tersebut, yang ingin ditendang dengan
mempergunakan tepian kakinya itu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu memiliki gerakan yang sangat gesit
sekali, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang sangat
nyaring dan mengebutkan lengan jubah pertapaannya, sehingga
ujung lengan jubahnya itu telah melibat kaki Keuki Takashi.
Dengan menghentak Tat Mo Cauwsu membuat tubuh
Keuki Takashi hampir jatuh terjungkel.

Koleksi kang zusi.com 408


Keuki Takashi berusaha mempertahankan keseimbangan
tubuhnya dia telah mengerahkan tenaganya dan
mempergunakan kedua tangannya menahan meluncurnya
tubuh itu, kemudian mendorong lagi keatas, sehingga tubuhnya
melambung ketengah udara dan meluncur turun dengan kedua
kakinya terlebih dulu, berdiri tegak tanpa goyah sedikitpun
juga.
Tat Mo Cauwsu kagum juga melihat kegesitan dan kuatnya
kuda-kuda kedua kaki Keuki Takashi. Pendeta dari India ini
telah berkata : “'Rupanya engkau terlalu mengandalkan
kepandaian dan kekuatanmu untuk melakukan hal-hal yang
tidak baik kepada sesamamu... Baiklah, jika memang Siecu
mendesak terus, biarlah Siauwceng menemanimu main-main
beberapa jurus...!” Tat Mo Cauwsu berkata begitu karena
pendeta India ini jadi tertarik juga untuk main-main beberapa
jurus dengan jago Jepang yang memiliki kepandaian tinggi itu.
Keuki Takashi telah mengeluarkan suara teriakan yang
nyaring. Tubuhnya telah melompat melambung ke tengah
udara dengan gerakan yang cepat sekali sambil melakukan
tendangan tendangan mautnya.
Tat Mo Cauwsu tiga kali beruntun runtun telah
mengelakkan tendangan tendangan kaki Keuki Takashi. Dia
berhasil mengelakkan diri dengan mudah. Namun Keuki
Takashi terus melakukan pukulan-pukulan karatenya yang
dikombinasikan dengan tendangan-tendangan kedua kakinya
yang menyambar bertubi tubi ke tubuh Tat Mo Cauwsu.
Setiap serangan yang dilakukannya itu merupakan
serangan2 yang bisa mematikan, sebab beberapa kali Tat Mo
Cauwsu berhasil mengelakkan diri dari tendangan itu, kaki
Keuki Takashi telah menendang hancur batu batu yang ada di
dekat Tat Mo Cauwsu. Maka bisa diambil perbandingan bahwa
tendangan kaki Keuki Takashi tidak kalah hebatnya dengan
tepian telapak tangannya yang bisa menghancurkan batu.
Koleksi kang zusi.com 409
Tat Mo Cauwsu sendiri heran memikirkan kepandaian
orang bertubuh pendek gemuk ini. Dia tidak mengerti mengapa
kekuatan Gwakang yang dimiliki Keuki Takashi demikian
hebat dan tangguh.
Dalam keadaan demikian, tampak Tat Mo Cauwsu bukan
hanya ingin berkelit saja. Jika tadi beruntun Tat Mo Cauwsu
telah mengelakkan diri tanpa melancarkan serangan balasan
karena dia bermaksud ingin mencari dulu titik kelemahan dari
ilmu karate sipendek gemuk ini.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 12
TIBA-TIBA Tat Mo Cauwsu telah merobah cara
bertempurnya, dengan jurus ‘Hong Liu Cut Hay' atau 'Angin
Menerpa Yangliu Masuk Kelautan’, tahu2 tangan Tat Mo
Cauwsu telah bergerak gerak cepat sekali.
Yang luar biasa bukanlah gerakan kedua tangannya yang
cepat, tetapi angin serangan tangan Tat Mo Cauwsu yang
berkesiuran, sehingga di tempat tersebut bagaikan diterpa oleh
terjangan badai dan angin topan.
Keuki Takashi juga nampaknya terkejut dengan perobahan
cara bersilat yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu, karena
begitu kedua tangan Tat Mo Cauwsu bergerak-gerak dengan
lincah dan cepat, segera pula menyambar angin serangan yang
tidak hentinya menerjang dirinya.
Bahkan yang membuatnya jadi kaget sekali, setiap
terjangan angin serangan yang dilancarkan Tat Mo Cauwsu
membuat tubuhnya jadi terhuyung berulang kali.
Tetapi Takashi juga memiliki kekuatan dan kepandaian
yang dapat diandalkan olehnya, sehingga dia tidak menjadi
Koleksi kang zusi.com 410
gugup menghadapi keadaan seperti ini. Bahkan cepat sekali dia
mengerahkan kekuatan dikedua telapak tangannya dan
menerjang dengan kekerasan.
Tat Mo Cauwsu menyadari bahayanya telapak tangan
Keuki Takashi yang mengandung tenaga gwakang, dia tidak
mau saling membenturkan tangannya dengan pihak lawan
tersebut. Memang bisa saja dia menghadapi tenaga serangan
lawannya dengan mempergunakan tenaga lwekangnya atas
latihan Yoga yang dimilikinya, namun Tat Mo Cauwsu tidak
mau menempuh resiko seperti itu. Dengan menggerakkan
ginkangnya, tubuh Tat Mo Cauwsu berkelebat-kelebat
mengelakkan serangan-serangan Keuki Takashi, sambil balas
menyerang dengan tidak kalah hebatnya.
Menghadapi cara bertempur yang dilakukan Tat Mo
Cauwsu, Keuki Takashi rupanya kaget bercampur penasaran,
dengan mendongkol beberapa kali dia harus mengelakkan diri
juga, karena pernah sekali terjadi waktu keuki Takashi tidak
memperdulikan serangan Tat Mo Cauwsu dan terus
menggempur dada pendeta itu, tangan Tat Mo Cauwsu singgah
didadanya, sehingga tubuh Keuki Takashi jadi tergoncang
hebat dan mundur dengan wajah yang pucat. Sedangkan yang
mengejutkan dia justru waktu tadi tepian telapak tengannya
berhasil menggempur punggung pendeta India tersebut, dia
merasakan tenaga serangannya seperti lenyap karena Tat Mo
Cauwsu mempergunakan ilmu (tenaga lunak) untuk menerima
gempuran yang dilakukan oleh Keuki Takashi yang membuat
punggungnya itu selunak kapas, dengan demikian lenyaplah
daya tenaga serangan Keuki Takashi.
Jago Jepang yang bertubuh gemuk pendek itu telah berdiam
diri sejenak menatap tajam pada Tat Mo Cauwsu. Hasil
serangannya yang tidak memberikan hasil apa apa padanya
membuat dia heran tercenung, dia tidak mengerti mengapa
punggung pendeta itu bisa selunak kapas.

Koleksi kang zusi.com 411


Biasanya, jangan kata tubuh manusia, sedangkan batu atau
besi dapat dihancurkan oleh gempuran pinggir telapak
tangannya, karena telah dua puluh lima tahun lamanya Keuki
Takashi melatih ilmunya tersebut. Bahkan selama lima tahun
belakangan ini Keuki Takashi telah melatih diri dibawah
tumpahan air terjun yang mengandung kekuatan mendorong
mencapai ribuan kati, sehingga kepandaiannya jadi meningkat
lebih hebat lagi dibandingkan dengan masa lalunya.
Selain kuda kuda kedua kakinya menjadi kuat sekali,
seperti juga gunung yang tegar dan kokoh, yang tidak akan
goyah oleh gempuran bagaimana kuatpun juga. Namun
kenyataan yang dihadapi kini membuat dia heran. Pertama-
tama, dia menyerang Tat Mo Cauwsu tanpa mendatangkan
hasil, punggung pendeta itu tidak berhasil dihancurkannya.
Dan begitu juga waktu telapak tangan Tat Mo Cauwsu
mengenai dadanya, walaupun nampaknya sentuhan yang
dilakukan Tat Mo Cauwsu mengenai dadanya itu perlahan
sekali, namun berhasil membuat tergempur kuda kuda kedua
kaki Keuki Takashi, sehingga diapun terhuyung mundur,
bahkan merasakan sakit yang bukan main pada dadanya.
Tat Mo Cauwsu telah merangkapkan kedua tangannya, dia
berkata dengan suara yang sabar : ”Siancai ! Siancai ! Siecu
telah melihat, tidak selamanya kepandaian Siecu bisa
diandalkan untuk merubuhkan dan menganiaya sesama
manusia, bukan? Maka dari itu, alangkah bijaksananya
seseorang melakukan amal kebaikan, untuk memupuk jiwa
yang luhur, coba Siecu bayangkan kepandaian tanpa pemikiran
yang baik mendatangkan bencana bagi sesama manusia diri
sendiri, tetapi jika pemikiran tanpa kepandaian bisa
menyebabkan malapetaka, Siecu pikirkan, jika Siecu tetap
dengan perbuatan yang selalu menuruti hawa angkara murka,
dengan mengandalkan kepandaian yang sekarang kebetulan
dimiliki Siecu, bukankah hal itu akan mendatangkan bencana
yang tidak kecil? Terutama untuk sesama manusia dan juga
Koleksi kang zusi.com 412
untuk Siecu sendiri jika kelak suatu saat Siecu bertemu dengan
lawan yang kebetulan sekali memiliki kepandaian yang jauh le-
bih tinggi dari kepandaian Siecu, serta lawan Siecu itu
memiliki sifat yang kejam dan bertangan telengas juga,
bukankah akan mendatangkan malapetaka yang hebat untuk
diri Siecu? Terlebih lagi memang didunia ini tiada yang kekal
dan karma itu akan selalu ada, maka tidak bisa selamanya
Siecu berada diatas, suatu saat kegetiran itu akan diterima oleh
Siecu jika meneruskan perbuatan yang tidak baik ini...!”
Keuki Takashi waktu mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu
bukannya merenungkan perkataan itu, bahkan sebaliknya jadi
gusar sekali. Dia berjingkrak sambil mengeluarkan suara
teriakan yang mirip dengan suara tertawa atau tangis itu,
mengerikan dan nada suaranya itu mengandung kesesatan.
Tangan kirinya diturunkan ke dekat perutnya, sedangkan
tangan kanannya per-lahan2 diangkatnya, dengan mengerahkan
seluruh kekuatan inti yang dimilikinya, dia mengangkatnya
sampai telapak tangan kanan itu berada diatas kepalanya.
Dengan mengeluarkan suara erangan yang mengerikan dan
muka memancarkan sinar yang mengandung hawa
pembunuhan, tampak Keuki Takashi telah melompat
melakukan pukulan dengan kedua tangannya.
Tat Mo Cauwsu juga jadi terkejut waktu melihat cara
lawannya melancarkan serangan seperti itu, dia menggidik
melihat sinar mata Keuki Takashi yang memancar
menyeramkan, tetapi sebagai seorang yang patuh beribadah,
Tat Mo Cauwsu segera menyebut kebesaran nama Sang
Buddha, sambil mengerahkan semangat murninya dikedua
tangannya.
Pukulan yang kali ini dilakukan oleh Keuki Takashi tidak
mungkin bisa dielakkannya, karena terlalu cepat dan kuat
sekali, tubuh Keuki Takashi juga melambung ditengah udara
waktu tangannya melancarkan pukulan. Maka Tat Mo Cauwsu
Koleksi kang zusi.com 413
telah berdiri dengan Tiat Lo Han (Arhad Besi), kedua kakinya
seperti menancap dibumi, dan dia telah mempergunakan salah
satu jurus dari Cap-peh Lo Han Kun, ilmu silat telapak tangan
kosong yang memiliki ketangguhan sangat diandalkannya.
”Bukkk !” gempuran yang dilakukan oleh Keuki Takashi
telah berhasil mengenai telapak tangan Tat Mo Cauwsu, tubuh
mereka berdua tergetar keras sekali. Keuki Takashi telah
meluncur turun dengan tubuh yang dirasakan sakit-sakit akibat
dorongan tenaga Tat Mo Cauwsu, Maka dia kembali diliputi
perasaan heran dan kaget, karena pukulannya yang begitu
hebat, tidak bisa merubuhkan Tat Mo Cauwsu, membuat Keuki
Takashi sejenak lamanya jadi berdiam diri tertegun menatap si
pendeta.
Tat Mo Cauwsu berdiri tegak ditempatnya, bagaikan kedua
kakinya berakar ditanah, sedikitpun tidak tergoyahkan oleh
tenaga serangan yang dilakukan oleh Keuki Takashi.
Tetapi diluar tahunya Keuki Takashi, hati Tat Mo Cauwsu
tercekat. Waktu tadi dia menangkis serangan yang dilakukan
oleh Keuki Takashi, justru dia merasakan betapa tenaga
tangkisannya itu tidak memberikan hasil apa apa, bahkan
tenaga gempuran Keuki Takashi bagaikan membuat seluruh
darah ditubuhnya telah bergolak. Untuk itu, Tat Mo Cauwsu
cepat-cepat mengempos tenaga lwekangnya. Untung saja dia
memang memiliki lwekang yang telah mencapai puncaknya,
ditambah dengan hasil latihan tenaga Yoganya, maka dia
berhasil memunahkan tenaga pukulan telapak tangan Keuki
Takashi. Namun sejenak lamanya dadanya masih dirasakan
sakit sekali, hal itu membuktikan bahwa tenaga pukulan Keuki
Takashi walaupun tidak bisa merubuhkannya tetapi telah
membuat dia tergempur didalam.
Diluar Tat Mo Cauwsu tenang2 saja, tetapi dihatinya dia
agak gelisah, karena pendeta dari India ini menyadari, kalau
saja Keuki Takashi melancarkan serangan beruntun seperti tadi
Koleksi kang zusi.com 414
sebanyak tiga kali lagi, kemungkinan untuk bertahan terus
tidak bisa dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu, dia tentu akan
terluka didalam.
Cepat-cepat Tat Mo Cauwsu menyalurkan kekuatan tenaga
lwekangnya dibeberapa jalan darah terpenting dikepala, leher,
dada dan perutnya, dia menyalurkan dengan cepat, dan
perasaan sakit didadanya ber-angsur2 lenyap. Untung juga
disaat itu Keuki Takashi juga tidak melancarkan serangan lagi,
sebab jago Jepang itu juga tengah tertegun. Itulah suatu
keuntungan bagi Tat Mo Cauwsu, dia bisa memanfaatkan
keadaan seperti itu untuk melancarkan peredaran jalan
darahnya yang tadi hampir macet akibat pukulan telapak
tangan Keuki Takashi.
Dalam keadaan demikian Keuki Takashi sendiri berpikir
dua kali untuk melancarkan serangan lagi, sebab diapun tadi
merasakan dada dan perutnya sakit sekali. Dadanya sesak
mengganggu napasnya disamping perasaan sakit perutnya
dimana isi perutnya itu seperti terbalik. Waktu itupun Keuki
Takashi baru mengakui bahwa pendeta India itu memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, mungkin lebih tinggi seurat dari
kepandaiannya.
Tetapi Keuki Takashi tentu saja tidak mau memperlihatkan
kelemahan dirinya, dia telah tersenyum mengejek sambil
katanya, “Sebetulnya jika aku hendak mengambil jiwamu,
sama mudahnya seperti aku menghantam batu tadi yang hancur
luluh..! Tetapi melihat engkau memiliki kepandaian yang
lumayan dan tentunya kau peroleh dengan susah payah dan
latihan yang berat memakan waktu tidak singkat, aku merasa
sayang bila orang seperti engkau harus binasa dibawah
tanganku. Nah pergilah, kali ini aku mau memaafkan orang
yang datang menggangguku ! Dan engkau merupakan orang
yang pertama kalinya, yang datang kemari dan berlalu tanpa
cacad...”

Koleksi kang zusi.com 415


Semula sebelum bertempur memang Tat Mo Cauwsu
bermaksud meninggalkan tempat itu tanpa menimbulkan
bentrokan dengan jago bertubuh pendek gemuk itu.
Tetapi sekarang, setelah bertempur dan melihat kepandaian
jago Jepang itu tinggi sekali, dan memiliki sifat-sifat yang agak
sesat, tentu saja membuat Tat Mo Cauwsu jadi berpikir juga.
Jika membiarkan jago Jepang itu tetap dengan keadaan dan
kelakuannya yang sesat, pasti akan banyak sekali berjatuhan
korban-korban lainnya dikemudian hari. Sekarang saja dia
telah memiliki kepandaian yang begitu tinggi, mungkin satu
dua tahun lagi setelah jago Jepang ini menyelesaikan
latihannya, akan mendatangkan bencana yang hebat, sebab
disaat itu tentu jago Jepang ini telah memiliki kepandaian yang
jauh lebih sempurna lagi.
Tat Mo Cauwsu telah merangkapkan kedua tangannya, dia
menyebut perkataan, ”Siancai !” dua kali, lalu dia berkata
dengan suara yang sabar sekali : ”Siecu memiliki kepandaian
yang mendatangkan rasa kagum di hatiku....Siauwceng
mengakui bahwa kepandaian Siecu jarang yang bisa
menandinginya. Alangkah menggembirakan jika kita mengikat
tali persahabatan, dimana kita bisa bertukar pandangan
mengenai ilmu silat...”
Keuki Takashi menatap Tat Mo Cauwsu dengan sepasang
alis yang memain, sejenak lamanya dia tidak menyahuti, hanya
memandang dengan sorot mata yang tajam, sampai akhirnya
dia mengibaskan tangannya, katanya dengan kasar : “Engkau
memiliki jalanmu sendiri, sedangkan aku pun memiliki jalan
sendiri maka kita asal tidak saling mengganggu itu pun telah
lebih dari cukup...!”
Dengan berkata begitu, Keuki Takashi ingin mengatakan
bahwa dia juga kagum atas kepandaian yang dimiliki Tat Mo
Cauwsu, hanya dia tidak mau menyebutkan dan mengakuinya
secara terus terang. Dia hanya menegaskan, jika Tat Mo
Koleksi kang zusi.com 416
Cauwsu kelak tidak mengganggunya, diapun tidak ingin
mencari urusan kepada pendeta India itu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak puas oleh jawaban yang
diberikan oleh Keuki Takashi, dia telah berkata dengan suara
yang sabar : “Walaupun kita memiliki jalan yang berbeda
tetapi jika memang kita ingin mengikat tali persahabatan yang
intim dan memiliki rasa pengertian, tentu banyak orang yang
bisa kita selamatkan..!”
”Apa maksudmu ?“ bentak Keuki Takashi dengan suara
yang tawar.
”Omitohud, atas nama Sang Buddha yang agung, maka
Siauwceng ingin meminta agar Siecu tidak lagi menurut hawa
nafsu untuk mencelakai sesama manusia..!!” menyahuti Tat
Mo Cauwsu dengan suara yang sabar, walaupun lawannya itu
bersikap kasar sekali.
Muka Keuki Takashi jadi berobah waktu mendengar
perkataan Tat Mo Cauwsu, dengan muka yang merah padam,
dia telah berkata dingin : ”Jika engkau masih banyak bicara
lagi, kerewelanmu itu akan merobah pendirianku... dan jika
terjadi begitu, tidak bisa engkau mempersalahkan diriku jika
aku menyerang lagi dirimu ! Terlebih baik, cepatlah kau angkat
kaki dari tempat ini !” suara Keuki Takashi kaku dan tidak
mengandung persahabatan.
Namun Tat Mo Cauwsu tenang sekali, dia telah tersenyum
tawar, sambil katanya : ”Jika memang Siecu masih tidak
bersedia untuk mengambil “Empat Kebenaran Mulia”, dan juga
“Delapan Jalan Utama”, niscaya Siecu akan mengalami banyak
kesengsaraan dikemudian hari, karena hukum karma tidak akan
bisa dielakkan lagi untuk orang-orang yang banyak melakukan
perbuatan-perbuatan jahat.”
Muka Keuki Takashi jadi berobah merah padam mendengar
perkataan Tat Mo Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 417


”Aku jahat atau baik, itu bukan urusan untukmu, bukan?”
tanyanya mengejek.
”Benar, tetapi sebagai sesama manusia, Siauwceng merasa
kasihan jika melihat siecu mengambil jalan yang sesat.
Terlebih lagi jika dengan kepandaian yang Siecu miliki itu
kelak mengancam keselamatan banyak manusia dibumi ini,
maka itupun merupakan suatu kewajiban Siauwceng untuk
menyadari Siecu dari jalan yang sesat itu...”
Keuki Takashi jadi gusar sekali, dia mengeluarkan suara
teriakan yang mirip suara tertawa dan tangis itu, dia telah
berjingkrak dengan penuh kemarahan, dan kemudian berseru
gusar, “Sekarang ini coba katakan, apakah engkau memang
demikian usil ingin mencampuri apa yang hendak kulakukan?
Sudah kukatakan, walaupun engkau memiliki kepandaian yang
lumayan tingginya, aku tidak gentar ! Jika engkau masih tidak
mau cepat angkat kaki, tentu aku akan membinasakanmu atau
setidak-tidaknya aku akan membuat kau bercacad...!”
Mendengar perkataan Keuki Takashi, Tat Mo Cauwsu telah
berkata tawar : ”Siancai! Siancai! Memang Siecu masih belum
mau melihat jalan yang terang, dan memilih jalan yang gelap
pekat ..! Siauwceng memang tidak bisa memaksa..”
Keuki Takashi gusar dan penasaran, tetapi karena dia
mengetahui Tat Mo Cauwsu memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, dia tidak mau cari urusan dengan pendeta itu. Maka
sedapat mungkin Keuki Takashi berusaha membendung
kemarahan hatinya itu.
Baru saja jago Jepang tersebut hendak berkata lagi, tiba-tiba
terdengar suara tertawa mengikik, suara itu merdu sekali
terdengarnya, tetapi mengandung nada yang cukup mengerikan
di suara tertawanya tersebut.
Didengar dari nada suara tertawa itu yang cukup merdu,
tentunya seorang wanita yang cukup cantik. Memang Tat Mo

Koleksi kang zusi.com 418


Cauwsu dan Keuki Takashi tidak perlu tunggu lama lagi,
segera terlihat sesosok tubuh langsing telah meluncur cepat
sekali dari atas tebing, gerakannya luar biasa cepatnya,
membuktikan ilmu meringankan tubuhnya tinggi sekali.
Tubuhnya itu meluncur bagaikan kakinya tidak menyentuh
tanah saja. Bukan lagi rasa heran Tat Mo Cauwsu lenyap,
seorang wanita cantik sekali berpakaian warna merah dan
penuh perhiasan, telah berdiri dihadapannya dengan
memperdengarkan suara tertawanya yang merdu, namun genit.
Usia wanita ini mungkin tiga puluh tahun, tetapi disebabkan
dia berpakaian robek seperti itu, dengan rambut yang disanggul
menjadi dua dan dipenuhi perhiasan, membuat dia jauh lebih
muda dari usianya yang sebenarnya.
Muka Keuki Takashi telah berobah ketika melihat wanita
itu. Diapun telah berkata dengan suara yang dingin, ”Ang Ie
sian lie (Dewi Baju Merah) Cie Cie Lian, apakah engkau
belum puas mengganggu aku, sehingga kini engkau kembali
lagi ?”
Wanita cantik itu tertawa lagi, tetapi kali ini suara
tertawanya sangat perlahan, disusul dengan kata2nya yang
genit sekali : ”Kakakku yang tercinta, mengapa engkau selalu
tidak gembira melihat kedatanganku... Apakah aku
menyebalkan sekali dalam pandanganmu? Apakah aku kurang
cantik ?”
Tat Mo Cauwsu mengerutkan alisnya dan didalam hatinya
menyebut kebesaran Sang Buddha, karena wanita tersebut
sangat genit sekali, sikapnya memperlihatkan kebinalannya,
walaupun memang parasnya cantik sekali dan potongan
tubuhnya sangat baik.
Keuki Takashi kembali tertawa dingin.
”Aku seorang lelaki, dan sama seperti lelaki yang lainnya,
aku pun senang sekali dengan wanita-wanita cantik seperti

Koleksi kang zusi.com 419


engkau ! Tetapi sekarang, aku tengah melatih diri untuk
menyempurnakan ilmuku, maka engkau harus mengerti, tidak
dapat aku melayanimu... janganlah engkau mengganggu aku
terus menerus....”
”Mengganggu? Tidak ! Aku tidak mengganggumu !!”
menyahuti Ang Ie Sianlie dengan suara disertai suara
tertawanya yang genit. ”Aku hanya ingin selalu berdekatan
dengan engkau! Terus terang kukatakan kepadamu, kakakku
yang gagah, aku memang paling menyukai lelaki gagah seperti
engkau ! Banyak lelaki lelaki yang memiliki muka dan tubuh
yang baik, jauh lebih baik dari engkau, tetapi mereka tidak
memiliki kegagahan seperti engkau, aku hanya ingin selalu
berdekatan dengan engkau, tidak akan mengganggu, bolehkan
kakakku yang gagah ?”
Waktu berkata-kata begitu, Ang Ie Sian lie juga telah
melirik kepada Tat Mo Cauwsu lalu katanya lagi : ”Hai, hai,
apakah pendeta gundul ini mengganggumu ? Biar nanti aku
yang melemparkannya pergi !”
Tanpa menantikan persetujuan Keuki Takashi, Ang Ie
Sianlie telah menghampiri Tat Mo Cauwsu.
Keuki Takashi memang tidak ingin mencegahnya, justru
dia girang melihat Ang Ie Sianlie ingin menempur Tat Mo
Cauwsu, karena Keuki Takashi mengetahui Ang Ie Sian lie
memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Telah beberapa kali
sebelumnya Ang Ie Sian lie selalu datang mengganggunya, dan
selama itu tidak berhasil Keuki Takashi merubuhkannya,
walaupun Ang Ie Sianlie Cie Cie Lian juga tidak berhasil
merubuhkan Keuki Takashi.
Setelah menghampiri kurang lebih terpisah setombak
dengan Tat Mo Cauwsu, Cie Cie Lian telah mengeluarkan
suara tertawa yang genit sekali.

Koleksi kang zusi.com 420


”Pendeta gundul, apakah engkau tidak mau cepat-cepat
angkat kaki, menantikan nona manismu melemparkan kau
kedalam sungai itu ?” tanyanya. Suaranya merdu sekali tetapi
nadanya mengancam.
Tat Mo Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya, dia
mengucapkan kebesaran Sang Buddha.
”Siancai ! Siancai ! Diantara kita tidak tersangkut urusan
dan hubungan apapun juga, mengapa tampaknya kau begitu
galak ?”
Seperti juga angin cepatnya, Ang Ie Sian lie tahu2 telah
menggerakkan tangan kirinya untuk mencengkeram baju
bagian dada dari Tat Mo Cauwsu, sambil katanya dengan suara
merdu: “Kau pergilah pendeta botak, jangan banyak bicara...!”
Memang Ang Ie Sianlie memiliki ginkang yang hebat
sekali, seperti tadi dia telah berhasil menuruni tebing yang
begitu tinggi dengan gerakan yang gesit dan tampaknya mudah
sekali selain sangat cepat.
Maka dari itu, waktu dia mengulurkan tangannya, Tat Mo
Cauwsu juga terkejut karena tangan itu berkelebat sangat cepat
sekali, hampir tidak bisa dilihat oleh pandangan mata biasa.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak mau membiarkan tubuhnya itu
disentuh tangan Ang Ie Sianlie, dia telah mengeluarkan suara
tertawa tenang, lalu katanya : ”Maaf ! Maaf ! Siauwceng tidak
bisa melayanimu, nona ... !” sambil berkelit dari cengkraman
Ang Ie Sian lie tampak Tat Mo Cauwsu mengulur langkahnya
kebelakang menjauhi diri dari Ang Ie Sianlie.
”Ihhh...! “ Ang Ie Sianlie mengeluarkan suara seruan
seram, dia kaget karena pendeta yang alim ini bisa
mengelakkan diri dari cengkraman tangannya, yang
dilakukannya sangat cepat sekali. “Engkau memiliki
kepandaian yang lumayan pendeta botak? Coba terima

Koleksi kang zusi.com 421


tanganku ini...!“ dan membarengi perkataannya itu, tampak
Ang Ie Sianlie beruntun telah menggerakkan kedua tangannya,
ke bagian dada, dan perut Tat Mo Cauwsu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu sudah tidak terkejut lagi, karena
sekarang Tat Mo Cauwsu mengetahui bahwa wanita cantik
yang ada di depannya ini memang merupakan seorang wanita
yang memiliki kepandaian cukup liehay.
Waktu melihat kedua tangan Ang Ie Sianlie meluncur
kearahnya, Tat Mo Cauwsu tidak menyingkir lagi, dia hanya
mengibaskan lengan bajunya. Tetapi didalam hatinya pendeta
ini jadi berpikir.
”Tampaknya kepandaian wanita genit ini tidak berada
disebelah bawah kepandaian Keuki Takashi, jika ia si pendek
itu ikut maju melancarkan serangan bersama, tentu aku akan
lebih sibuk menghadapinya..!”
Kibasan tangan Tat Mo Cauwsu yang memiliki kekuatan
sangat dahsyat itu membuat kedua tangan Ang Ie Sianlie jadi
tersampok kesamping, sehingga wanita genit yang cantik ini
terkejut sekali, dia merasakan pergelangan tangannya ngilu dan
sakit.
”Ihh...!” dia mengeluarkan suara seruan tertahan lagi karena
heran : ”Benar2 engkau memiliki kepandaian yang lumayan.
Hai kakakku yang gagah, apakah si pendeta botak ini memang
lihay ?” Dia bertanya begitu ditujukan kepada Keuki Takashi.
”Ya, dia memang memiliki kepandaian yang tidak dibawah
kepandaianku,” menyahut Keuki Takashi. Jawaban itu
diberikan, karena Keuki Takashi bermaksud mengingatkan
kepada Ang Ie Sian Lie agar berlaku lebih hati-hati dan
waspada waktu melancarkan serangan kepada Tat Mo Cauwsu.
Tentu saja ia merupakan kisikan yang tersembunyi untuk Ang
Ie Sian Lie.

Koleksi kang zusi.com 422


Cie Cie Lian tidak melancarkan serangan berikutnya, dia
berdiri dengan sikap yang genit sekali dan tertawa tawa.
“Aneh sekali ! Dua bulan yang lalu aku heran bisa bertemu
seorang gagah perkasa seperti kakakku yang tampan itu, Keuki
Takashi dan kini aneh pula, bisa bertemu dengan pendeta botak
yang kepandaiannya tampaknya tidak rendah..! Ditempat yang
sunyi, tetapi ramai dengan manusia-manusia gagah! Bagus!
Inilah tentu akan meramaikan suasana ditempat ini...”
Selesai dengan perkataaannya itu, tampak Ang Ie Sian Lie
telah mengeluarkan suara seruan nyaring yang merupakan
pekikan wanita yang genit sekali, tampak kedua tangannya
digerak-gerakkan dengan cepat namun tangannya itu tidak
ditujukan menyerang Tat Mo Cauwsu, hanya digerak gerakkan
dengan diikuti oleh gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk seperti
tengah menari, memang gerakan tubuhnya itu menimbulkan
rangsangan bagi orang yang melihatnya, tetapi untuk Tat Mo
Cauwsu yang memiliki iman sangat kuat, dia menatapnya
dengan perasaan sebal dan muak.
Namun Ang Ie Sianlie bukan sekedar menari, itulah
gerakan2 ilmu pukulan yang mengandung kekuatan dahsyat
sekali. Jika liuk2 tubuhnya itu yang menimbulkan kegairahan
dan rangsangan, hanyalah disebabkan ingin memecahkan
perhatian lawan, dan setelah berputar tujuh kali mengelilingi
Tat Mo Cauwsu, tahu2 Ang Ie Sian Lie melancarkan serangan
yang sangat cepat sekali, menotok dan mencengkeram ber-
tubi2.
Tat Mo Cauwsu juga heran melihat seorang wanita cantik
seperti Ang Ie Sian Lie Cie Cie Lian bisa memiliki kepandaian
setinggi itu, walaupun usianya masih demikian muda. Dan
dilihat dari caranya dia melancarkan serangan, wanita itu
mempergunakan ilmu silat dari aliran Utara didaratan
Tionggoan. Telah dua kali Tat Mo Cauwsu bertemu dengan
aliran ilmu silat dari Utara itu, karena waktu dia memasuki
Koleksi kang zusi.com 423
daratan Tionggoan disaat itu dia sering kali bertemu dengan
para jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
Ang Ie Sian Lie waktu melihat serangan2 yang
dilancarkannya itu tidak juga mengenai sasarannya dengan
tepat, bahkan Tat Mo Cauwsu dengan menggeser-geser sedikit
kakinya telah berhasil memunahkan serangan2nya.
Dengan sendirinya membuat Ang Ie Sian Lie jadi heran dan
berbareng penasaran. Semakin lama gerakan kedua tangannya
yang melancarkan totokan dan cengkeraman itu semakin cepat
saja, dia telah mengincar bagian2 tubuh yang berbahaya dari
pendeta tersebut. Jika cengkeramannya itu berhasil mengenai
sasarannya, niscaya salah satu jalan darah penting ditubuh Tat
Mo Cauwsu akan hancur karenanya, yang bisa mendatangkan
luka berat untuk dirinya, sedangkan totokan yang dilancarkan
oleh Ang Ie Sian Lie juga memiliki kehebatan yang
mengerikan, sebab yang diincar jari tangannya merupakan
jalan darah penting ditubuh Tat Mo Cauwsu.
”Wanita secantik ini ternyata memiliki hati yang kejam dan
tangan telengas, totokan2nya selalu mengincar bagian2 yang
mematikan ! Coba kalau kebetulan yang menghadapinya
seorang yang berkepandaian sedang2 saja, bukankah orang itu
akan menjadi celaka di tangannya ?” pikir Tat Mo Cauwsu.
Karena berpikir begitu, cepat sekali Tat Mo Cauwsu telah
mengeluarkan seruan nyaring tahu2 kedua lengan jubahnya
dikebutkan ke arah muka Ang Ie Sian Lie Cie Cie Lian.
Gerakan itu bukan sembarang gerakan karena disertai tenaga
lwekang yang sangat kuat sekali, tepat menyambar kearah
muka wanita cantik she Cie itu.
Cie Cie Lian mengeluarkan seruan heran tetapi dia tidak
menjadi kaget atau gugup oleh gempuran kedua lengan jubah
Tat Mo Cauwsu, karena dia memang memiliki kepandaian
yang tinggi, sehingga dia bisa mengelakkannya dengan

Koleksi kang zusi.com 424


melompat mundur dan memunahkan tenaga yang menyambar
kearah dirinya.
Hanya perasaan herannya itu disebabkan dia tidak
menyangka bahwa Tat Mo Cauwsu memiliki kepandaian yang
diluar dugaannya.
Sambil tertawa lagi dengan sikap yang genit, tampak Cie
Cie Lian telah melompat tinggi ke tengah udara menerjang Tat
Mo Cauwsu, kedua tangannya dipentang, seperti juga ingin
merangkul dan memeluk Tat Mo Cauwsu.
Pendeta India ini jadi terkejut. Wanita itu memang
merupakan wanita yang genit sekali, dan Tat Mo Cauwsu telah
mensucikan diri, maka tidak sudi Tat Mo Cauwsu bersentuhan
tangan, apa lagi tubuh dengan wanita genit itu.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Ie Sian lie memang
merupakan gerakan pancingan, dia ingin merangkul lawannya,
sebab biasanya kaum lelaki jarang yang kuat menghadapi
godaan nafsu birahi jika dipeluknya, sehingga bisa
mendatangkan kesempatan kepada Cie Cie Lian untuk
merubuhkan lawannya dengan mudah.
Namun Tat Mo Cauwsu dengan jurus 'Lee Ie Ta Teng' atau
'Ikan Lee Ie Meletik', tubuhnya cepat sekali melompat
berjumpalitan kebelakang dua kali, meluncur dengan kedua
kaki turun terlebih dulu dibumi.
Ang Ie Sianlie mengeluarkan suara tertawa terkikik melihat
kelakuan Tat Mo Cauwsu.
”Apakah kau jijik dipeluk olehku ?” ejeknya, ”Apakah kau
tidak ingin merasakan betapa mesra dan hangatnya dirangkul
oleh seorang wanita secantik aku ?”
Ditegur begitu, Tat Mo Cauwsu telah merangkapkan kedua
tangannya, katanya : ”Siancai! Siancai ! Nona memiliki

Koleksi kang zusi.com 425


kepandaian yang tinggi, wajahmu juga cantik, mengapa tangan
dan hatimu telengas sekali...?”
Muka Ang Ie Sianlie tidak berobah sedikitpun juga, malah
dia tertawa terkikik pula dengan sikap yang jauh lebih genit.
”Memang ! Memang kepada orang-orang yang tidak
kusenangi, bisa saja sekali hantam memecahkan batok
kepalanya! Tetapi bagi orang-orang gagah yang memiliki
kepandaian tinggi mendatangkan perasaan kagum kepadaku
tentu saja aku tidak tega untuk membinasakannya, atau
menurunkan tangan telengas dan kejam ... bukankah tadi aku
hanya ingin memelukmu saja ?” dan kembali Ang Ie Sian lie
tertawa mengikik dengan suara yang sangat centil sekali, dia
juga telah melangkah maju lagi dua langkah mendekati Tat Mo
Cauwsu.
Pendeta itu semakin muak melihat sikap dan tingkah laku
dari wanita cantik tetapi genit dan berandalan sekali sikapnya
itu, dia telah mundur menjauhi diri dari Ang Ie Sian Lie,
kemudian dengan cepat dia berkata, “Omintohud! Jangan
terlalu mendesak Siauwceng untuk menurunkan tangan keras
!”
Tetapi Ang Ie Sian Lie telah melangkah terus mendekati
Tat Mo Cauwsu sehingga membuat pendeta itu beberapa kali
harus melangkah mundur menjauhi diri.
”Kemarilah engkau !” kata Ang Ie Sian Lie dengan suara
perlahan, mendesis, tetapi suaranya itu aneh sekali,
mengandung kekuatan seperti menarik dan membetot, karena
dia mempergunakan ilmu penarik (semacam hipnotis dimasa
kini), sehingga hati Tat Mo Cauwsu jadi tergoncang.
Tetapi pendeta ini memang memiliki iman yang sangat kuat
sekali, teguh bukan main. Dia telah berulang kali menyebut
kebesaran sang Buddha dan berhasil menguasai goncangan
hatinya.

Koleksi kang zusi.com 426


Sedangkan Ang Ie Sian Lie waktu melihat dia tidak juga
berhasil menguasai pendeta itu, telah mengeluarkan lagi
perkataan mendesisnya itu : ”Kemarilah..mendekatlah sayang,
kemarilah !” suaranya itu membuat tubuh Tat Mo Cauwsu jadi
bergidik. Walaupun bagaimana pengaruh kata-kata itu
menggoncangkan hati pendeta ini.
Tat Mo Cauwsu menyadari bahwa wanita genit ini telah
mempergunakan ilmu penarik untuk menguasainya. Jika
kepandaian lwekang Tat Mo Cauwsu kurang kuat, tentu dia
akan kena dipengaruhi dan akan menghampiri, sehingga mudah
sekali Ang Ie Sianlie Cie Cie Lian menjatuhkan tangan yang
menentukan.
Memang telah sering kali sebelumnya Cie Cie Lian
mempergunakan ilmu penarik itu untuk menguasai lawan
lawannya, dan biasanya berhasil memuaskan sekali, sehingga
dengan mudah dia bisa merubuhkan lawannya. Tetapi dia gagal
waktu mempergunakannya pada Keuki Takashi.
Dan kali ini pun Ang Ie Sianlie telah mengalami kegagalan
lagi, karena dia tidak berhasil menguasai Tat Mo Cauwsu.
Keadaan demikian membuat Ang Ie Sian lie jadi
mendongkol dan penasaran. Dia melihat Tat Mo Cauwsu
bukannya menghampiri malah telah melompat kebelakang
menjauhi diri.
Ang Ie Sianlie memusatkan lagi perhatiannya dan berseru
pula, ”Kemarilah sayang.... kemarilah !” dan sambil berkata
begitu, dia telah menggerak gerakkan tangan dan tubuhnya
yang meliuk liuk, sehingga menimbulkan rangsangan.
Tat Mo Cauwsu mana bisa dikuasai dengan ilmu penyirap
seperti itu? Karena iman pendeta ini sangat kuat, disamping itu
sejak kecil Tat Mo Cauwsu memang telah melibat diri dan
mensucikan diri dari keduniawian sehingga ilmu itu tidak ada
artinya lagi sama sekali baginya.

Koleksi kang zusi.com 427


Setelah mencoba dua kali dan selalu gagal, Ang Ie Sian Lie
Cie Cie Lian telah mengeluarkan suara seruan membentak, dan
dia berkata : ”Baiklah, rupanya imanmu kuat sekali. Aku ingin
melihat, apakah dengan mempergunakan ilmu silat engkaupun
tidak bisa dirubuhkan !”
Dan lenyap tertawa genitnya. Sikapnya jadi ber-sungguh2,
dia telah melompat menyerang dengan kekuatan yang sangat
penuh dikedua tangannya, Ang ie Sian Lie memang merupakan
seorang wanita yang sulit dicari tandingannya dimasa kini !
Dia sebetulnya merupakan murid dari seorang sakti yang sudah
mengasingkan diri.
Tetapi setelah lulus dari pelajaran pintu perguruannya, Ang
Ie Sian Lie telah mengembara dalam daratan Tionggoan, cepat
sekali mengangkat nama ! Tetapi tahun demi tahun, karena
belum pernah dirubuhkan orang dan setiap pertempuran selalu
dimenangkannya, sehingga membuat Ang Ie Sian Lie semakin
congkak dan angkuh saja, sampai akhirnya dia memiliki sifat
yang telengas sekali.
Waktu dia berusia dua puluh lima tahun, Ang Ie Sian Lie
Cie Cie Lian telah berkenalan dengan seorang pemuda tampan
bernama Siangkoan Hu, seorang pemuda yang memiliki
kepandaian tinggi sekali. Setelah memupuk percintaan dan
hubungan mereka sampai dua tahun, Siangkoan Hu telah
meninggalkannya begitu saja dan menolak cinta Ang Ie Sian
Lie, sehingga Cie Cie Lian jadi patah hati dan sakit hati kepada
kaum lain jenisnya itu. Untuk selanjutnya pula Ang Ie Sian Lie
telah melakukan banyak perbuatan perbuatan mempermainkan
pihak kaum pria. Semakin tinggi kepandaian pria yang
ditemuinya, maka semakin bersemangat Ang Ie Sian Lie untuk
mempermainkan pria tersebut. Dengan sendirinya semakin
lama Ang Ie Sian Lie disamping disegani dia juga ditakuti,
karena setiap pria yang berhasil ditundukinya akan
dibinasakannya dengan cara halus yaitu dengan berbagai jalan

Koleksi kang zusi.com 428


memperdayakan lelaki itu, sampai akhir sang korban menemui
kematian, baik kematian dalam putus asa dan patah hati, atau
memang dibinasakan oleh Ang Ie Sian Lie sendiri.
Dalam keadaan seperti ini telah membuat banyak pria yang
berlaku hati-hati menghadapi Ang Ie Sian Lie. Memang
semakin tinggi usianya, Ang Ie Sian Lie semakin cantik saja
tampaknya, semakin matang dan menarik.
Kini melihat kegagalan untuk kedua kalinya terhadap Tat
Mo Cauwsu, karena yang pertama kali dia berusaha menguasai
Keuki Takashi, Ang Ie Sian Lie jadi penasaran.
Disaat dia mengeluarkan suara bentakan yang keras, kedua
tangannya mulai melancarkan serangan serangan yang sangat
kuat sekali karena Ang Ie Sian Lie telah mengerahkan seluruh
tenaga lwekangnya dikedua tangannya.
Tat Mo Cauwsu juga merasakan serangan yang kali ini
diterimanya dari Ang Ie Sian Lie lebih kuat dari yang semula,
maka Tat Mo Cauwsu berlaku hati2.
Untuk belasan jurus Tat Mo Cauwsu selalu main kelit saja
dari setiap serangan lawannya yang cantik itu.
Keuki Takashi telah mengawasi terus jalannya pertempuran
antara Tat Mo Cauwsu dengan Ang Ie Sian Lie, karena dia
melihatnya betapa ilmu Tat Mo Cauwsu memang sempurna
sekali, tidak ada lowongan kelemahannya.
Dengan memperhatikan begitu, justru Keuki Takashi
bermaksud men-cari2 kelemahan Tat Mo Cauwsu dan Ang Ie
Sian Lie.
Jika dia bertempur sendiri memang sulit untuk melihat dan
mencari kelemahan lawan. Tetapi sekarang, dengan
menyaksikan dari luar gelanggang, seharusnya dia lebih mudah
mencari kelemahan lawannya itu.

Koleksi kang zusi.com 429


Tetapi Keuki Takashi menemui kesulitan sewaktu mencari
kelemahan pada diri pendeta India itu. Demikian juga, dia
hanya menemui sebagian kecil dari kelemahan Ang Ie Sian
Lie. Dia melihat Cie Cie Lian memiliki ginkang yang mungkin
berada diatas dirinya sendiri tetapi tenaga lwekang wanita itu
masih berada disebelah bawah tenaga lwekangnya sendiri.
Hal ini mungkin disebabkan ilmu silat yang dipelajari oleh
Ang Ie Sian Lie merupakan kepandaian untuk kaum wanita,
sehingga mengandalkan kegesitan dan kurang memperhatikan
hal2 untuk kekerasan.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu agak sibuk juga mengelakkan
diri berulang kali dari gempuran2 yang dilakukan oleh Ang Ie
Sian Lie.
Jika lawan pendeta India ini seorang lawan pria yang
memiliki kepandaian setinggi Ang Ie Sian Lie, mungkin Tat
Mo Cauwsu tidak akan serepot seperti itu, sebab justru kini
yang dihadapannya adalah wanita yang genit dan centil sekali.
Beberapa kali sebenarnya Tat Mo Cauwsu melihat
lowongan dari penjagaan kedua tangan Cie Cie Lian.
Waktu Tat Mo Cauwsu melancarkan serangannya itu
kearah jalan darah berbahaya didekat dada si wanita cantik
yang genit ini, justru Cie Cie Lian sengaja tidak mengelakkan
diri, sambil membusungkan dadanya yang montok berisi itu
Cie Cie Lian telah berseru disertai tertawanya: ”Ya, usaplah
yang lembut, sayangku...!”
Keruan saja Tat Mo Cauwsu jadi kaget setengah mati,
sampai dia menarik pulang tangannya cepat-cepat. Dan
kesempatan seperti itu telah dipergunakan sebaik mungkin oleh
Ang Ie Sian Lie, dia telah membarengi dengan melancarkan
gempuran yang sangat kuat sekali.

Koleksi kang zusi.com 430


Serangan yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu jadi gagal
ditengah jalan, dan dia menarik pulang tangannya. Gerakan itu
meminta waktu beberapa detik. Tetapi beberapa detik dari jarak
menarik tangannya itu dibarengi dengan serangan Cie Cie
Lian, maka membuat Tat Mo Cauwsu jadi kelabakan harus
cepat-cepat mengelakkan diri mengatur gerakan kedua kakinya.
Memang Tat Mo Cauwsu berhasil mengelakkan diri, tetapi
peristiwa seperti itu selalu terulang lagi saja, di mana memang
Ang Ie Sian Lie selalu mempergunakan akal licik dengan
sengaja memancing serangan Tat Mo Cauwsu jatuh dibagian
tubuhnya yang tertentu, yang membuat Tat Mo Cauwsu selalu
tidak berani menyentuhnya dan berulang kali harus
membatalkan serangannya dengan menarik pulang tangannya.
Melihat cara pendeta itu menghadapi dirinya, Ang Ie Sian
Lie segera dapat menangkap kelemahan dari pendeta ini.
Suatu kali waktu Tat Mo Cauwsu melompat mundur untuk
menjauhi diri dari Ang Ie Sian Lie, disaat itulah tampak Ang Ie
Sian Lie telah tertawa genit sambil tangannya memegang
kedua tepian bajunya dibagian dada. Tahu-tahu dia membuka
bajunya itu, sehingga tampaklah dua buah dadanya yang putih
mulus dan bulat berisi itu, membuat Tat Mo Cauwsu jadi
terpaku dan terkejut bukan main.
Pendeta ini cepat-cepat memejamkan matanya sambil
menyebut nama Sang Buddha.
Tetapi Ang Ie Sian Lie bukannya berdiam diri saja, justru
kesempatan itu tidak disia-siakannya, dengan menjejakkan
kakinya, tubuhnya telah melompat tinggi sekali menghantam
ke arah batok kepala Tat Mo Cauwsu yang bulat licin itu.
Angin serangannya berkesiuran sangat kuat, karena Ang Ie
Sian Lie melancarkan gempurannya itu dengan bersungguh-
sungguh dan mengerahkan tenaga lwekang sepenuhnya.

Koleksi kang zusi.com 431


Tat Mo Cauwsu sendiri tidak berani membuka matanya,
karena jika dia membuka matanya, berarti dia akan melihat
pemandangan tidak sedap lagi, dimana dia akan melihat kedua
buah dada dari wanita cantik yang genit itu yang telah dibuka
bergelantung menantang sekali..
XdwXkzX
TETAPI karena memang Tat Mo Cauwsu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, disamping itu diapun memiliki
pendengaran yang sangat tajam dan terlatih, maka begitu
mendengar berkesiuran angin serangan yang menyambar
kearah kepalanya dengan kuat, si pendeta telah mengebutkan
lengan jubahnya sambil memusatkan tenaga lwekangnya.
Tangan Ang Ie Sian Lie berhasil dilibatnya, sehingga
kekuatan daya serangan dari wanita yang genit dan nekad
memperlihatkan sebagian tubuhnya untuk merebut
kemenangan itu, telah gagal sama sekali.
Namun Ang Ie Sian Lie tidak berhenti hanya sampai disitu
saja, dia telah mengeluarkan suara seruan sambil menarik
tangan kanannya membarengi mana tangan kirinya telah
meluncur melancarkan gempuran.
Tat Mo Cauwsu terpaksa menghadapi wanita ini dengan
memejamkan matanya.
Suatu kali karena serangan Ang Ie Sian Lie datang dari dua
jurusan, dari atas dan bawah, pendeta itu agak bingung, karena
dengan memejamkan matanya dia jadi tidak mengetahui
gerakan apa yang dilakukan oleh Ang Ie Sian Lie. Dia
membuka matanya, tetapi Tat Mo Cauwsu terpaksa menyebut
kebesaran nama Sang Buddha beberapa kali sambil cepat2
memejamkan matanya lagi, karena justru begitu dia membuka
matanya, segera dia melihat dada Ang Ie Sian Lie sangat
menantang sekali, yang terpisah jaraknya tidak jauh dengan

Koleksi kang zusi.com 432


dia, karena wanita genit yang centil itu melancarkan serangan
ke dada si pendeta India dengan mengambil jarak yang dekat.
Serangan Ang Ie Sian Lie telah meluncur tiba ke tubuh Tat
Mo Cauwsu yang sudah tidak keburu menangkisnya, karena
pendeta itu justru tengah kaget melihat dada terbuka dari
wanita genit yang centil itu yang jarak pisahnya tidak jauh
sehingga terlihat jelas dan tegas sekali, membuat hati Tat Mo
Cauwsu tergoncang keras. Sedangkan saat itu serangan Ang Ie
Sian Lie telah hinggap tepat sekali di perut dan didadanya.
Perut Tat Mo Cauwsu kena ditendang kaki kiri dari wanita
genit itu dan dadanya terhantam oleh tangan kanan dari Ang Ie
Sian Lie.
Tubuh Tat Mo Cauwsu terhuyung beberapa langkah, dia
mengeluarkan keluhan kesakitan.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak berani membuka matanya lagi,
dia juga menyadari jika bertempur dengan memejamkan mata
seperti itu dan hanya mengandalkan telinganya mendengari
menyambarnya angin serangan, dirinya bisa menghadapi
bahaya yang tidak kecil, sebab lawannya itu bukanlah lawan
yang ringan.
Cepat sekali Tat Mo Cauwsu telah mengambil keputusan,
dia mengeluarkan suara seruan dan telah menjatuhkan
tubuhnya duduk bersila ditanah. Kedua tangannya digerakkan
berputar.
Dengan cara demikian, Tat Mo Cauwsu telah memaksa
Ang Ie Sian Lie yang saat itu akan melancarkan serangan lagi
kepadanya harus melompat mundur menjauhi darinya, karena
kebutan lengan jubah pendeta India itu mendatangkan angin
yang bergulung-gulung kuat sekali.
Dalam keadaan begitu, tampak Ang Ie Sian Lie telah
melompat kebelakang beberapa tombak.

Koleksi kang zusi.com 433


Tat Mo Cauwsu tetap tidak berani membuka matanya, dia
tetap duduk bersila dengan kedua mata yang tertutup rapat. Tat
Mo Cauwsu telah mengambil keputusan untuk menghadapi
serangan2 Ang Ie Sian Lie dengan mempergunakan pertahanan
diri saja, dengan cara demikian lebih mudah, karena dia bersila,
berarti ruang gerak Ang Ie Sian Lie juga terbatas sekali.
Waktu itu Ang Ie Sian lie telah tertawa mengikik katanya
dengan nada yang genit sekali, ”Wahai pendeta yang baik dan
alim, mengapa kau memejamkan mata seperti itu? Apakah
engkau tidak mengetahui, jika bertempur dengan
mempergunakan cara seperti itu berarti kau membahayakan
dirimu sendiri? Sedangkan serangan2ku akan semakin hebat !”
Tat Mo Cauwsu tidak melayani perkataan Ang Ie Sian Lie,
dia hanya duduk bersemadhi sambil mengeluarkan lwekangnya
dan membaca liamkeng perlahan sekali.
Ang Ie Sian Lie tertawa mengejek dengan nada yang centil
sekali, diapun telah berkata lagi, ”Baiklah jika memang engkau
dilarang untuk melihat sesuatu yang tidak pantas, apakah
engkau akan melarikan diri jika aku membuka seluruh
pakaianku dihadapanmu ?”
Mendengar ancaman Ang Ie Sian Lie, Tat Mo Cauwsu
mendesir kuatir dan dia ketakutan juga kalau2 wanita yang
genit dan centil ini benar2 membuktikan ancamannya.
Bukankah hal itu membahayakan sekali jika sampai Ang Ie
Sian Lie yang tidak tahu malu itu mencopotkan seluruh
pakaiannya dan melancarkan serangan2 yang hebat kepadanya
sedangkan sama sekali Tat Mo Cauwsu tidak bisa membuka
matanya ?
Menyadari akan keadaannya yang terancam itu, Tat Mo
Cauwsu telah berucap: “Omitohud!“ beberapa kali dia
membaca Liamkeng jauh keras lagi, kemudian bersiap sedia
menantikan serangan dari wanita genit itu.

Koleksi kang zusi.com 434


Tetapi Ang Ie Sian Lie sengaja ingin mempermainkan
pendeta ini, ia telah berdiam diri saja mengawasi Tat Mo
Cauwsu tanpa melancarkan serangan.
Tat Mo Cauwsu jadi heran karena serangan tidak kunjung
tiba dan tidak ada angin berkesiuran dari tangan wanita yang
cantik dan genit itu. Tetapi untuk membuka matanya Tat Mo
Cauwsu tidak berani, karena dia kuatir kalau dia membuka
matanya justru bukan hanya melihat dada menantang dari
wanita itu yang terbuka keseluruhannya, pun akan melihat
seorang wanita genit yang bugil dihadapannya karena
melepaskan seluruh pakaiannya... pikiran seperti itulah yang
telah membuat Tat Mo Cauwsu tidak berani membuka
matanya.
Keuki Takashi yang menyaksikan jalannya pertempuran
jadi seperti itu, telah tertawa terpingkal-pingkal.
”Heii, pendeta botak !” kata Keuki Takashi dengan bahasa
Han yang agak kaku. ”Dengan bertempur memejamkan kedua
mata, engkau tidak mungkin menang menghadapi Ang Ie Sian
Lie Cie Cie Lian ! Dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali,
tidak berada dibawah kepandaianku ! Buka saja matamu, dan
kau serang dia dengan jurus2 silatmu yang hebat, walaupun
matamu nanti terlanjur menyaksikan pemandangan yang
dipantangkan oleh agamamu ! Bukan nanti engkau bisa berdoa
memanjatkan permintaan ampun setelah pertempuran itu
selesai ?”
Mendengar perkataan Keuki Takashi, Tat Mo Cauwsu jadi
mendongkol sekali, karena dia mengetahui benar bahwa Keuki
Takashi sedang mengejeknya. Tetapi dalam keadaan demikian
Tat Mo Cauwsu memang tidak berdaya dan tidak memiliki
keberanian untuk membuka kedua matanya, dia berdiam diri
saja dan membaca terus liamkeng tidak henti2nya.

Koleksi kang zusi.com 435


Ang ie Sian lie telah tertawa mengikik dengan nada yang
memuakkan bagi Tat Mo Cauwsu.
”Pendeta botak, jika engkau tetap memejamkan mata
seperti itu, aku akan membuka seluruh pakaianku dan
memelukmu,” ancam Ang Ie Sian Lie.
Tat Mo Cauwsu jadi terkejut sekali.
”Jika kau mendekat, aku akan melancarkan serangan yang
sungguh2 yang bisa mematikan...” kata Tat Mo Cauwsu dalam
kaget dan mendongkolnya !
”Jika menyerang, aku mengelak lagi..!” kata Ang Ie Sian
Lie yang jadi senang bisa mempermainkan pendeta tersebut.
Tat Mo Cauwsu jadi kewalahan juga, dia mengeluh.
Didalam hatinya dia jadi berpikir, apakah dia meninggalkan
saja tempat ini ?
Disaat itu Ang Ie Sian Lie telah berkata lagi, ”Nah, kau
lihatlah, aku mulai menanggalkan pakaian atasku...!”
Hati Tat Mo Cauwsu jadi tidak tenteram dan akhirnya
tetaplah keputusannya, walaupun bagaimana dia harus
melarikan diri meninggalkan tempat ini. Dia melarikan diri
bukan karena dia takuti kepandaian lawannya tetapi karena dia
muak dengan kecentilan dan kegenitan lawannya yang cabul
ini.
Setelah berdiam diri sejenak lagi, Tat Mo Cauwsu telah
melompat bangun.
Ang ie Sian Lie menduga si pendeta bermaksud akan
melancarkan serangan, dia bersiap sedia untuk menghadapinya.
Tetapi siapa tahu Tat Mo Cauwsu telah memutar tubuhnya
dan membuka matanya, kemudian tanpa mengatakan suatu
apapun juga Tat Mo Cauwsu sudah mementang kedua kakinya

Koleksi kang zusi.com 436


lebar2, kabur secepat mungkin dengan mempergunakan
ginkangnya.
Ang Ie Sian Lie waktu melihat kelakuan Tat Mo Canwsu,
telah tertawa ter-pingkal2 karena dia menganggap peristiwa ini
lucu dan menyenangkan hatinya.
Begitu juga Keuki Takashi telah tertawa ter-gelak2 karena
dia menganggap perbuatan Ang Ie Sian Lie memang
keterlaluan, namun menimbulkan kelucuan yang sangat untuk
dirinya, terlebih lagi Tat Mo Cauwsu tampaknya seperti
menjadi agak tolol menghadapi wanita genit centil ini.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah berlari terus tanpa
memperdulikan kedua orang itu mentertawai kelakuannya, dia
berlari terus dengan cepat, sehingga tubuhnya seperti juga
melayang secepat angin.
Setelah berlari puluhan lie, dan yakin telah berhasil
menjauhi diri dari Ang Ie Sian Lie, Tat Mo Cauwsu baru
berhenti berlari, dia menghela napas sambil berulang kali
mengucapkan kebesaran sang Buddha.
Setelah berdiri sejenak untuk beristirahat, Tat Mo Cauwsu
melanjutkan perjalanan. Selama dalam perjalanan, hari telah
semakin gelap, karena sang malam telah menyelimuti bumi.
Setelah berjalan lagi beberapa jauh barulah Tat Mo Cauwsu
mengasoh di batang sebuah pohon, dia telah tidur dengan
nyenyak. Keesokan paginya waktu matahari mulai
memancarkan sinarnya, Tat Mo Cauwsu telah terbangun dari
tidurnya. Malam itu dia tidur dibawah sebatang pohon dengan
duduk bersemedi, maka begitu dia membuka matanya, segera
dia bisa melompat berdiri.
Karena semalam dia tidur nyenyak sekali dirasakan
tubuhnya segar kembali. Dia menggeliat sejenak kemudian
melanjutkan perjalanan pula.

Koleksi kang zusi.com 437


Satu harian lamanya Tat Mo Cauwsu melakukan perjalanan
dengan singgah dua kali di dua buah kampung yang dilaluinya.
Selama itu dia tidak menjumpai peristiwa yang berarti, tetapi
waktu sore harinya, kembali Tat Mo Cauwsu terlibat dalam
urusan yang membuat dia harus menghadapinya dengan
bersungguh-sungguh, karena sore itu dia menghadapi urusan
yang diluar dugaannya.
Sebetulnya sore itu Tat Mo Cauwsu telah sampai dimuka
perkampungan Liu khe cung, sebuah perkampungan kecil yang
didirikan oleh orang-orang she Liu. Seluruh penduduk
dikampung itu she Liu, karena memang waktu didirikan
perkampungan itu oleh beberapa orang keluarga she Liu,
mereka telah memutuskan tidak akan menerima orang dari lain
she (marga) untuk menjadi penduduk kampung ini. Tetapi
setelah lewat beberapa keturunan, kini dikampung tersebut
terdapat satu dua keluarga yang berlainan she.
Tat Mo Cauwsu bermaksud untuk bermalam dikampung ini
dengan meminta salah seorang penduduk bersedia menerima
bermalam dirumahnya, tetapi waktu Tat Mo Cauwsu tengah
melangkah memasuki pintu kampung, matanya tanpa sengaja
telah melihat seorang pengemis tua yang rambutnya tumbuh
agak panjang riap riapan tidak teratur, tengah duduk dengan
tubuh meringkuk dan mengeluarkan suara rintihan perlahan.
Sebetulnya kalau Tat Mo Cauwsu saat itu tidak mau ambil
tahu keadaan pengemis itu, dia tidak akan terlibat oleh urusan
yang akhirnya membuat Tat Mo Cauwsu harus menghadapi
urusan yang agak berat dan mengharuskan dia berhadapan
dengan beberapa persoalan yang aneh.
Perasaan kasihan membuat Tat Mo Cauwsu menghampiri
pengemis tua itu, dilihatnya selain pakaiannya yang tambal
sana tambal sini, juga pakaian itu kotor sekali, lusuh dan telah
dekil bukan main. Pengemis tua itu pucat pias wajahnya,

Koleksi kang zusi.com 438


tubuhnya kurus sekali, sehingga pakaian itu bagaikan
menyelubungi tulang yang dibungkus kulit saja.
Tampaknya pengemis itu tengah menderita kesakitan yang
cukup berat, karena dia merintih terus menerus dengan kedua
tangan memegangi perutnya.
”Omitohud.... apakah ada sesuatu yang bisa Siauwceng
lakukan untuk meringankan penderitaan siecu ?” tanya Tat Mo
Cauwsu dengan suara yang ramah.
Pengemis tua itu, yang semula merintih dengan
memejamkan matanya, telah terkejut dan mengangkat
kepalanya menatap sejenak pada Tat Mo Cauwsu tetapi setelah
melihat yang menegurnya seorang hweshio asing dia
menggelengkan kepalanya.
”Terima kasih... aduhhh... percuma kau tidak mungkin bisa
menolongi diriku yang tengah menderita ini ....” kata pengemis
tua itu dengan suara yang putus asa.
Tat Mo Cauwsu yakin, sedikitnya dia bisa menolongi
pengemis ini, maka katanya : “Walaupun Siauwceng tidak
mengetahui penderitaan apa yang tengah diderita oleh Siecu,
tetapi Siauwceng kira, kalau memang Siecu menjelaskan, tentu
Siauwceng bisa menolong sedikit penderitaan itu.”
”Percuma saja, kau mungkin bisa menolong diriku, kalau
saja... kalau saja..” si pengemis tidak bisa melanjutkan
perkataannya itu dia telah ter-aduh2 lagi.
”Kalau saja...mengapa, Siecu ?“ tanya Tat Mo Cauwsu jadi
tertarik. “Coba kau jelaskan.”
Pengemis tua itu tidak segera menyahuti, karena dia masih
merintih rintih beberapa kali.
Peluh tampak memenuhi mukanya, dan wajahnya yang
pucat itu seperti menahan sesuatu penderitaan yang tidak
ringan.
Koleksi kang zusi.com 439
”Sayang engkau seorang pendeta..coba kau seorang tabib,
mungkin engkau bisa menolong aku..itupun baru mungkin ...”
berkata sampai disini, kembali pengemis tua itu telah teraduh
aduh lagi dengan suara yang menyedihkan, tampak perutnya
itu benar2 menderita kesakitan yang luar biasa hebatnya.
Tat Mo Cauwsu jadi heran, dia telah bertanya : “Walaupun
Siauwceng bukan tabib tetapi jika memang Siecu memerlukan
tabib bukankah siauwceng bisa bantu memanggilkannya.....?”
tanya Tat Mo Cauwsu.
Si pengemis kembali merintih beberapa kali, tetapi untuk
sejenak matanya bersinar-sinar waktu mendengar perkataan Tat
Mo Cauwsu.
“Benar juga,” katanya kemudian. “Mungkin ada tabib yang
bisa dicari oleh taisu..tetapi... tetapi sayang sekali, sayang
sekali, tidak mungkin tabib yang biasa-biasa saja bisa
menyembuhkan lukaku...”
”Luka? Apa Siecu terluka? Jika hanya untuk mengobati
beberapa luka2 saja, Siauwceng kira masih bisa Siauwceng
mengobatinya...”
Si pengemis telah teraduh aduh, untuk sejenak lamanya dia
seperti tidak melayani Tat Mo Cauwsu, karena saat itu dia
tengah digeluti oleh perasaan sakit yang hebat, tubuhnya duduk
ter-bungkuk2 dengan sepasang tangan yang memegangi
perutnya, dia seperti juga merasakan kesakitan yang luar biasa
di perutnya itu.
Tat Mo Cauwsu yang melihat ini jadi merasa iba dan
kasihan kepada si pengemis.
”Anggota tubuhmu yang mana Siecu yang terluka ?” tanya
Tat Mo Cauwsu.
Si pengemis masih mengerang beberapa kali sampai
akhirnya dia berkata : ”Bukan terluka, tetapi aku...aku

Koleksi kang zusi.com 440


keracunan, dengan racun yang bekerja hebat sekali....
aduhh...bukan tadi aku telah mengatakan bahwa tidak
sembarangan tabib yang bisa mengobati lukaku ini, karena
racun yang dipergunakan musuhku itu memang benar-benar
sangat dahsyat cara bekerjanya...!” dan berkata sampai disitu si
pengemis telah mengerang erang lagi dengan suara yang
memelaskan sekali.
Tat Mo Cauwsu melihat muka pengemis tua itu yang pucat
pasi juga dipenuhi oleh peluh yang bercucuran, tampaknya
pengemis ini menahan perasaan sakit yang hebat sekali.
”Jika memang Siecu hanya terkena serangan racun,
mungkin Siauwceng memiliki obat yang cocok sebagai
penawarnya,” kata Tat Mo Cauwsu kemudian sambil merogoh
saku jubahnya.
”Obat penawarnya ?” tanya si pengemis sambil melirik dan
me-rintih2 lagi.
”Ya, Siauwceng memiliki pil “Cut Sie Tok Wan”, pil untuk
melawan racun, walaupun racun yang bagaimana hebat,
biasanya dapat dilenyapkan dengan menelan tiga butir pil ini,
yang terbuat dari sari embun dan Soat lian, dicampur juga
dengan beberapa macam ramuan yang memiliki khasiat
tinggi,” dan sambil berkata begitu Tat Mo Cauwsu telah
mengeluarkan botol obatnya yang berwarna hijau dari
jubahnya, dia juga telah membuka tutup botol itu, sehingga
seketika itu disekitar tempat tersebut tersiar bau harum yang
semerbak dari obat tersebut.
Mata si pengemis telah bersinar memperlihatkan harapan
lagi, dia telah berkata : ”Apakah.. apakah pil obat itu bisa
melenyapkan juga racun ular Kim Tok (Racun Emas) ?”
Tat Mo Cauwsu terkejut. Walaupun dia berasal dari daratan
India, namun telah cukup lama Tat Mo Cauwsu berkelana
didaratan Tionggoan. Diam-diam Tat Mo Cauwsu mengetahui

Koleksi kang zusi.com 441


bagaimana hebatnya racun ular Kim Tok itu, karena begitu
terkena, tentu sang korban akan terbinasa dalam waktu tidak
lebih dari sepasang hio.
Namun sungguh hebat pengemis ini bisa bertahan demikian
lama, dan hanya perutnya saja yang sakit, padahal setiap
korban racun Kim Tok, tentu tubuhnya seluruhnya akan
menjadi hitam hangus. Melihat ini, Tat Mo Cauwsu segera
menyadari bahwa pengemis ini tentu bukan pengemis
sembarangan, setidak tidaknya dia pasti memiliki lwekang
yang sangat kuat yang telah dipergunakan untuk melawan dan
menahan menjalarnya racun ular Kim Tok kejantungnya, sekali
saja racun itu berhasil menjalar terus ke jantungnya, niscaya
jiwa si pengemis sudah tidak bisa dipertahan lagi, walaupun
kemudian dia memperoleh pil obat dari dewa.
“Kapan Siecu terkena racun itu ?” tanya Tat Mo Cauwsu
kemudian dengan suara yang mengandung rasa tertarik untuk
mengetahui.
“Kurang lebih tujuh jam lalu....” menyahuti pengemis itu
dengan suara yang bersusah payah dan ter-sendat2.
“Sudah begitu lama..?” tanya Tat Mo Cauwsu tercengang.
”Ya, aku berusaha melawannya ... melawannya dengan
lwekangku, tetapi kukira satu jam lagi, habislah kekuatanku,
dan racun itu pasti dengan cepat akan menjalar ke jantungku ...
maka disaat itu sudah tidak ada harapan lagi buatku hidup lebih
lanjut ! Sesungguhnya saat sekarang ini aku tengah memiliki
tugas yang berat dan penting sekali, menyesal sekali aku harus
terluka seperti ini, sehingga tugas yang tengah kupikul ini akan
terlantar karenanya...”
Berkata sampai disitu, pengemis telah merintih lagi dengan
suara yang menyedihkan. Dia telah terbungkuk bungkuk
dengan kedua tangan memegangi erat2 perutnya, tampaknya
dibagian perutnya itulah dia menderita kesakitan yang hebat.

Koleksi kang zusi.com 442


Tat Mo Cauwsu cepat-cepat mengeluarkan enam pil
obatnya, dia mengangsurkan kepada si pengemis.
”Coba siecu menelan pil 'Cut Sie Tok Wan’
ini....sebetulnya dengan tiga butir saja sudah bisa menawarkan
racun2 biasa, tetapi karena racun Kim Tok merupakan racun
yang cukup hebat dan daya kerjanya keras, coba siecu
menelannya enam butir....”
Si pengemis telah memandang ragu2 sejenak, tetapi karena
dia tahu tidak lama lagi dia tidak tahan dari serangan racun itu
dan akan terbinasa, maka tidak ragu2 lagi dia menelan obat
tersebut.
Jika memang hweshio yang memberikan obat itu
bermaksud jahat kepadanya dan memberikan pil beracun,
paling tidak dia tokh akan mati juga, malah lebih cepat dan
penderitaannya berakhir lebih cepat lagi.
Setelah menelan keenam butir pil itu, berangsur-angsur
suara rintihannya berkurang, sampai akhirnya dia sudah tidak
merintih lagi, karena perutnya sudah tidak terlalu sakit seperti
tadi, walaupun si pengemis masih merasakan dipusatnya
(pusar) denyutan denyutan yang cukup sakit, bagaikan
usus2nya itu akan terputuskan oleh sesuatu kekuatan didalam
perutnya.
“Terimakasih Taisu, obatmu ternyata mujarab sekali,” kata
si pengemis dengan bibir gemetar berusaha tersenyum.
“Maafkan aku tidak bisa menjura menyatakan terima kasihku,
karena sekujur tubuhku masih lemas sekali.”
Tat Mo Cauwsu tidak menyahuti karena waktu itu ada dua
orang lelaki setengah baya yang lewat dijalan itu tengah
menuju ke dalam perkampungan. Kedua lelaki itu hanya
berdiam diri dan memandang sekilas kepada si pengemis dan si
pendeta, mereka telah meneruskan langkah kaki mereka,

Koleksi kang zusi.com 443


seperti juga apa yang terjadi itu tidak menarik perhatian
mereka.
Dengan sabar Tat Mo Cauwsu telah berkata: ”Sebetulnya
keenam butir pil itu belum tentu dapat melenyapkan racun Kim
Tok, karena tidak seperti biasanya, Siecu tampaknya belum
sehat, maka setidak tidaknya pil itu bisa memperpanjang usia
Siecu. Tadi Siecu mengatakan memiliki urusan yang penting,
pergilah Siecu menyelesaikannya, dan ambillah ini dua belas
pil “Cut Sie Tok Wan”, jika nanti dalam perjalanan engkau
merasakan racun itu mulai bekerja lagi, maka di waktu itu kau
boleh menelannya enam butir pula..”
Si pengemis telah menyambuti kedua belas butir pil itu,
dimasukkan kedalam saku bajunya yang dekil, sambil
menyatakan terima kasihnya.
”Aku si pengemis miskin Ciam Kiam Sin Kay (pengemis
sakti pedang jarum) Wie Siu Bun tidak akan melupakan budi
kebaikan Taisu. Bolehkah aku mengetahui nama besar yang
harum dari Taisu ?”
Tat Mo Cauwsu segera mengeluarkan kata-kata merendah,
kemudian dia baru bilang: ”Sesungguhnya nama Siauwceng
Gunal Sing, tetapi didaratan Tionggoan ini Siauwceng selalu
dipanggil dengan sebutan Tat Mo Cauwsu..!”
”Tat Mo Cauwsu ?” berseru si pengemis dengan suara
terkejut dan wajah memperlihatkan sikap agak aneh.
Tat Mo Cauwsu juga jadi heran.
”Kenapa? Adakah sesuatu yang aneh?” tanya Tat Mo
Cauwsu waktu melihat sikap orang itu.
”Sudah lama aku si pengemis miskin Wie Siu Bun
mendengar kebesaran nama guru besar...!” kata pengemis she
Wie itu. Dia menyebut Tat Mo Cauwsu sebagai guru besar

Koleksi kang zusi.com 444


karena perkataan Cauwsu memang bisa berarti juga guru besar
yang artinya hampir bersamaan dengan perkataan Taisu.
”Sebetulnya nama besar tidak ada artinya sama sekali, yang
terpenting perilaku kita...,” kata Tat Mo Cauwsu merendah.
”Dan selama berkelana didaerah Tionggoan, selama itu pula
belum ada sesuatu yang dapat kulakukan..”
Wie Siu Bun telah tertawa dengan bibir terpentang lebar,
cepat2 dia berkata : ”Taisu terlalu merendahkan diri....
sesungguhnya nama Taisu telah tersebar luas didaratan
Tionggoan ini. Mungkin untuk orang2 Bulim didaratan
Tionggoan mulai mengetahui siapa Taisu dan telah mendengar
juga betapa kepandaian yang luar biasa ! Dengan berjumpa
Taisu disini, berarti aku si pengemis miskin masih dilindungi
Thian, karena benar-benar aku bertemu dengan bintang
penolong..”
Mendengar perkataan si pengemis, setelah mengucapkan
beberapa kali kebesaran nama Sang Buddha, Tat Mo Cauwsu
kemudian mengeluarkan kata-kata merendah.
”Taisu, seperti tadi aku si pengemis miskin she Wie telah
mengatakan bahwa aku memiliki urusan yang penting dan
berat sekali, maka aku lancang sekali ingin meminta bantuan
Taisu, bisakah Taisu membantuku ?” tanya si pengemis.
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar dan ramah, dia berkata :
”Siancai ! Siancai! Persoalan dan bantuan yang bisa Siauwceng
lakukan tentu akan Siauwceng lakukan! Katakanlah Siecu,
janganlah berlaku sungkan seperti itu...”
Si pengemis ragu ragu sejenak, tetapi kemudian dia berkata
dengan sikap yang agak hati-hati : ”Urusan ini sangat penting
sekali Taisu, menyangkut keselamatan beberapa ratus jiwa
manusia....”

Koleksi kang zusi.com 445


Kini giliran Tat Mo Cauwsu yang terkejut, karena dia kaget
mendengar urusan itu menyangkut dengan keselamatan jiwa
manusia, terlebih lagi dalam jumlah yang demikian besar.
”Urusan penting apakah yang tengah Siecu lakukan
sehingga bisa menyangkut keselamatan jiwa manusia begitu
besar jumlahnya ?” tanya Tat Mo Cauwsu kemudian.
Si pengemis Wie Siu Bun ragu2, sampai akhirnya dia telah
berkata : “Ya, kalau ingin diceritakan cukup panjang, tetapi
mungkin racun Kim Tok yang mengeram didalam tubuh ini
tidak dapat dibendung terlalu lama dan akan bekerja kembali
sehingga akan menyebabkan kematian untukku..! Maka dari itu
baiklah aku menceritakan secara singkat saja agar Taisu
mengetahuinya ..!”
”Ya, jika siecu tidak keberatan, ceritakanlah ! Jika memang
untuk urusan yang benar dan keadilan, Siauwceng tentu
bersedia untuk membantu...” kata Tat Mo Cauwsu cepat.
Wie Siu Bun menghela napas lagi, dia kemudian baru
berkata : “Sesungguhnya aku tengah membawa sepucuk surat
dari Pangcu dipusat, untuk disampaikan kepada Kiong Siang
Han, pangcu daerah yang berkuasa di seputaran Souwciu. Isi
surat pangcu pusat itu singkat sekali, hanya memerintahkan
agar pangcu di daerah she Kiong tersebut menangkap seorang
penjahat yang menyelusup ke dalam barisan Kaypang yang
berada dalam kekuasaannya, dan orang itu...” berkata sampat
disitu Wie Siu Bun ragu2, tidak meneruskan perkataannya, dia
telah menatap Tat Mo Cauwsu beberapa saat lamanya, baru
kemudian berkata: “Orang itu she Auwyang dan bernama
Siang Ban.”
@-dewikz~Hendra-@

Koleksi kang zusi.com 446


Jilid 13
“DIA seorang penjahat yang memiliki kepandaian yang luar
biasa, dan kepandaiannya itu beberapa tingkat berada diatas
kepandaian dari Kiong Siang Han, pangcu daerah. Dan jika
kini dia menyelusup menyamar sebagai anggota biasa dari
Kaypang didaerah itu, sebab dia tengah menghindarkan diri
dari lawannya yang berkepandaian tinggi dan tengah
mengejarnya. Lawannya itu seorang iblis juga yang memiliki
sifat yang kejam dan telengas sekali, dia tengah memburu
Auwyang Siung Bun, karena mereka memiliki permusuhan...!
Dengan menyamarnya Auwyang Siung Bun sebagai anggota
Kaypang, bukankah hal itu bisa mendatangkan malapetaka
yang hebat sekali untuk Kaypang ? Bukankah jika iblis yang
menjadi lawan Auwyang Siung Bun itu mengetahui Auwyang
Siung Bun sebagai anggota Kaypang, berarti juga akan
menyebabkan banyak anggota kaypang yang menjadi
ketelengasan dari iblis itu. Hal itu telah didengar pangcu
dipusat, yang menerima kisikan dari salah seorang sahabatnya
yang kebetulan mengetahui urusan ini, maka pangcu pusat
mengambil langkah-langkah yang diperlukan."
"Lalu, jika surat pangcu pusat itu bisa diterima oleh pangcu
daerah berarti Auwyang Siung Bun bisa ditangkap dan
diserahkan kepada lawannya ?” tanya Tat Mo Cauwsu.
"Kurang lebih begitu maksud pangcu kami, tetapi
pelaksanaannya tidak mudah...” menyahuti Wie Siu Bun.
"Mengapa begitu ?" tanya Tat Mo Cauwsu.
“Karena dalam perjalanan, telah beberapa kali aku dihadang
oleh jago-jago yang berkepandaian tidak rendah ! Rupanya
Auwyang Siung Bun memiliki sahabat dan anak buah yang
cukup banyak jumlahnya dan semuanya liehay-liehay. Dan
akhirnya waktu aku tiba dikampung ini justru aku telah dilukai
sedemikian rupa, melihat keadaan ini justru aku jadi berpikir,

Koleksi kang zusi.com 447


mungkin maksud Auwyang Siung Bun bukan sekedar
menyamar sebagai anggota Kaypang, bahkan dia mengandung
maksud tertentu ! Dan sebelum aku terluka seperti ini, aku
kebetulan sekali mengetahui rahasianya itu, rahasia yang
mengerikan sekali, sebuah rencana yang paling biadab sekali..!
Sayangnya aku telah terluka, sehingga aku tidak bisa pulang ke
pusat untuk memberitahukan kepada Pangcu bahwa semua
tindakan yang diambil dengan memberikan perintah kepada
Kiong Siang Han tidak ada gunanya sama sekali, dan memang
aku bermaksud untuk membatalkan pergi menemui Kiong
Siang Han, hanya ingin cepat2 kembali ke pusat untuk
memberikan laporan kepada Pangcu .. tetapi luka yang kuderita
ini justru telah membendung maksudku itu.." setelah berkata
begitu, tampak Wie Siu Bun menghela napas berulang kali.
Tat Mo Cauwsu jadi heran dan kaget, dia tidak menyangka
urusan jadi begitu diluar dugaan.
”Urusan dan rencana mengerikan apakah yang engkau
ketahui, saudara Wie ?” tanya Tat Mo Cauwsu kemudian.
”Rencana dari Auwyang Siung Bun ....rencana yang benar2
menakutkan sekali .. akan membawa kabut hitam dan bencana
untuk Kaypang kami...! Hai! Hai! Sayang sekali aku terluka
seperti ini, jika aku menemui kematian, berarti untuk
selamanya rencana busuk dari Auwyang Siung Bun akan
tertutup dan Kaypang menghadapi bencana tanpa
mengetahui..."
Tat Mo Cauwsu jadi semakin tertarik mendengar
keterangan Wie Siu Bun sampat disitu, dia telah berkata : "Jika
memang Siauwceng bisa membantu, tentu Siauwceng bersedia
untuk membela Kaypang. Selama berkelana didalam daratan
Tionggoan telah banyak yang didengar Siauwceng mengenai
sepak terjang Kaypang yang membela keadilan dan pihak si
lemah....”

Koleksi kang zusi.com 448


Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu, si pengemis she
Wie itu jadi mempercayai Tat Mo Cauwsu. Jika tadi dia masih
bimbang karena dia belum mengetahui pendirian pendeta ini.
”Baiklah Taisu, rencana jahat dari Auwyang Siung Bun
adalah untuk menguasai Kaypang. Coba Taisu bayangkan,
akhir2 ini aku baru mengetahui bahwa Auwyang Siung Bun
sebenarnya memiliki banyak sekali pengikut, berjumlah ribuan
orang dan semuanya umumnya memiliki kepandaian yang
tinggi sekali, maka aneh bukan main jika sampai dia rela hanya
sekedar untuk menghindari lawannya, dia harus bersembunyi
dibarisan Kaypang sebagai anggota biasa saja...! Se-tidak2nya
untuk menghadapi lawannya, dia masih bisa mengerahkan anak
buahnya dan juga pengikutnya, untuk ber-sama2
menghadapinya.... tidak perlu sampai dia harus menyamar
sebagai anggota biasa di Kaypang. Semula memang tidak
terpikir olehku tetapi setelah terjadinya peristiwa ini, barulah
aku tersadar akan hal itu.... betapapun juga tentu saja Auwyang
Siung Bun memang memiliki suatu rencana yang untuk
kepentingan dirinya.... kuketahui itu dari mulutnya dua orang
pengikutnya yang berhasil melukai aku. Semula waktu terkena
racun Kim Tok, aku telah jatuh pingsan tidak sadarkan diri,
tetapi kesudahannya ternyata setelah kedua orang itu berlalu,
aku masih bisa mempertahankan diri dengan mempergunakan
lwekang, sehingga tidak sampai binasa... Itulah kesalahan besar
yang dilakukan oleh kedua pengikut Auwyang Siung Bun.
Memang tentunya mereka menerima perintah dari orang she
Auwyang itu agar aku dibinasakan, tetapi kesudahannya
mereka keliru menganggap aku telah terbinasakan oleh racun
mereka, sehingga membuat urusan mereka masih tetap berada
dalam tanganku ! Sayangnya daya bekerja dari racun itu
memang sangat dahsyat, sehingga jika aku tidak bertemu
dengan Taisu, mungkin satu atau dua jam lagi aku tidak akan
kuat bertahan pula dan binasa..."

Koleksi kang zusi.com 449


Dengan suara tidak sabar Tat Mo Cauwsu telah bertanya
kepada Wie Siu Bun : "Sesungguhnya rencana busuk apa yang
ingin dikerjakan Auwyang Siung Bun kepada Kaypang ?”
”Rencananya itu untuk menguasai Kaypang, merubuhkan
pangcu di pusat dan kemudian mengangkat dirinya sebagai
pangcu Kaypang dengan dukungan dari pengikut2nya yang
ternyata telah banyak yang menyelusup ke berbagai cabang
Kaypang di daerah sebagai anggota partai pengemis..! Nah,
coba Taisu bayangkan, tidakkah itu hebat sekali? Sedangkan
pangcu Kaypang daerah, yaitu Kiong Siang Han, telah berhasil
dibujuk Auwyang Siang Bun untuk bekerja sama, tentunya
disamping bujukan juga disertai tekanan, karena kepandaian
Kiong Siang Han terpaut jauh beberapa tingkat dibawah
kepandaian Auwyang Siung Bun. Coba kalau memang aku
menemui Kiong Siang Han dan menyerahkan surat Pangcu,
bukankah sama saja aku membuka tabir kepada musuh bahwa
Pangcu pusat telah mengetahui perihal Auwyang Siung Bun
dan aku sendiri sama saja seperti mengantarkan diri untuk mati,
karena Kiong Siang Han sendiri telah berserikat dengan
Auwyang Siung Bun untuk berkhianat kepada partai
pengemisnya sendiri...!"
Tat Mo Cauwsu menghela napas.
”Aku mengerti, tentunya yang engkau maksudkan dengan
perkataan akan datang dan jatuhnya bencana di pihak Kaypang
serta akan menelan banyak korban jiwa, tentunya jika terjadi
peperangan didalam Kaypang sendiri, diantara dua golongan,
yaitu pengikut setia pangcu pusat dengan pengikut dari Kiong
Siang Han serta Auwyang Siung Bun, bukan?”
"Itu masih tidak apa2, tentu banyak sekali pengikut setia
dari pangcu pusat, karena memang selama ini pangcu pusat
memimpin sangat baik, dan persoalan Auwyang Siung Bun
dapat diselesaikan walaupun pasti akan berjatuhan korban yang
tidak sedikit ! Yang hebat dan mengerikan, Kiong Sian Han
Koleksi kang zusi.com 450
atas nama Kaypang telah mengirim surat tantangan kepada
iblis yang menjadi lawan Auwyang Siung Bun, menantangnya
untuk bertemu dimarkas pusat Kaypang, karena didalam
suratnya dijelaskan pangcu pusat ingin adu tenaga dengan si
iblis ! Nah coba Taisu bayangkan, bukankah urusan ini akan
merepotkan sekali ? Disamping itu didalam surat Kiong Siang
Han dikatakan juga bahwa Auwyang Siung Bun telah menjadi
anggota Kaypang, semua urusannya menjadi urusan Kaypang.
Maka kini iblis itu tentu telah main bunuh terhadap anggota
Kaypang yang dijumpainya, yang sesungguhnya tidak tahu
apa2...!"
Tat Mo Cauwsu menghela napas mendengar keterangan
seperti itu. Inilah yang tidak terpikir sebelumnya oleh pendeta
tersebut, semula dia berpikir hanya terjadi penghianatan
didalam partai pengemis itu, tetapi kesudahannya membuat Tat
Mo Cauwsu jadi bergidik sendirinya, karena dia bisa
membayangkan bencana yang akan menimpa partai pengemis
itu.
Memang Kaypang merupakan perkumpulan yang sangat
besar dan memiliki jaringan yang luas diseluruh daratan
Tionggoan Selatan maupun Utara, yang memiliki wakil2nya
menggabungkan seluruh pengemis yang terdapat didaratan
Tionggoan.
Tetapi sebagai perkumpulan yang besar seperti itu,
Kaypang tentu saja memiliki banyak sekali persoalan dan
urusan2 didalamnya dan semua itu harus ditangani oleh
pangcu2 daerah, yang secara resminya menjadi wakil dari
pangcu dipusat, dan mereka biasanya menguasai suatu daerah
tertentu.
Namun jika sampai terjadi bentrokan didalam, dan juga
salah seorang pangcu daerah atas nama Pangcu pusat telah
memancing ikan diair keruh dengan memancing juga iblis yang
menjadi musuh Auwyang Siung Bun, dengan maksud
Koleksi kang zusi.com 451
mengadudombakan dengan Pangcu dipusat, niscaya Kaypang
menghadapi bencana yang tidak kecil.
”Siapakah iblis yang menjadi musuh dari Auwyang Siung
Bun ?" tanya Tat Mo Cauwsu setelah menyebut nama Sang
Buddha yang besar.
”Aku sendiri belum mengetahuinya dengan jelas, tetapi dari
cerita kedua orang pengikut Auwyang Siung Bun, kepandaian
iblis lawan Auwyang Siung Bun itu jauh lebih tinggi dari
kepandaian Auwyang Siung Bun sendiri. Maka bisa
dibayangkan, betapa iblis itu merupakan lawan yang sangat
berat sekali...” menyahuti Wie Siu Bun.
Tat Mo Cauwsu mengangguk-angguk beberapa kali,
kemudian sambil menghela napas dia telah bertanya kepada
Wie Siu Bun : ”Sekarang, apa rencana Siecu ?”
”Kembali ke pusat dan cepat-cepat memberitahukan hal ini
kepada Pangcu, agar Pangcu dapat mengambil langkah-
langkah yang diperlukan, untuk menyelamatkan jiwa dari
anggota Kaypang yang tidak bersalah, yang kemungkinan
besar akan menjadi korban dari amukan iblis yang menjadi
lawan Auwyang Siung Bun itu...”
”Ya, langkah seperti itupun sangat baik. Tetapi...tentunya
dalam perjalanan ke pusat engkau akan banyak menemui
rintangan dari pengikut2 Auwyang Siung Bun..." kata Tat Mo
Cauwsu. ”Jika memang mereka mengetahui engkau tidak
binasa tentu mereka akan segera melakukan pengejaran pula
untuk menutup mulutmu, guna melindungi rahasia mereka itu
jangan sampai terbuka sebelum waktunya...!”
"Tepat Taisu ! Itulah yang tengah menjadi pemikiranku !
Maka aku lancang sekali ingin mengajukan suatu permintaan
kepada Taisu, yang entah dapat disanggupi atau tidak oleh
Taisu ?”

Koleksi kang zusi.com 452


"Permintaan apa ?" tanya Tat Mo Cauwsu.
"Jika memang Taisu mau menolong, bersediakah Taisu
yang berkunjung ke pusat dan memberituhukan hal ini kepada
Pangcu kami, menceritakan perihal penghianatan Kiong Siang
Han dan juga perihal perkembangan berikutnya dari urusan
ini...tentunya jika Taisu yang pergi kesana, Taisu terlepas dari
inceran orang2nya Auwyang Siung Bun... sedangkan akupun
akan pergi ke markas pusat... untung saja jika aku bisa tiba
dengan selamat tetapi jika tidak, tentu sudah ada Taisu yang
mewakilkan, walaupun aku harus binasa di tangannya pengikut
Auwyang Siung Bun, tetapi aku bisa mati dengan mata yang
terpejamkan...!"
Tat Mo Cauwsu menghela napas.
”Jika demikian, alangkah baiknya Siecu melakukan
perjalanan ber-sama2 dengan Siauwceng, sehingga jika Siecu
menghadapi ancaman bahaya, tentu Siauwceng bisa sedikit
banyak memberikan perlindungan ...”
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu, muka Wie Siu Bun
jadi terang.
”Apakah..., apakah Taisu tidak merasa jijik harus
melakukan perjalanan ber-sama2 seorang pengemis miskin
seperti aku ini ?" tanya Wie Siu Bun kemudian.
Tat Mo Cauwsu telah tersenyum.
”Semua manusia dilahirkan dengan bertelanjang dan
semuanya sama... maka dari itu, pakaian, harta dan keadaan di
duniawi ini hanya sebagai perhiasan. Yang terutama adalah
kemuliaan sepotong hati didalam dada, itulah perhiasan yang
paling berharga untuk seorang manusia...!"
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu, Wie Siu Bun jadi
terharu dan kagum. Dia cepat-cepat berlutut menekuk kedua
kakinya mengangguk empat kali.

Koleksi kang zusi.com 453


Tat Mo Cauwsu jadi sibuk membangunkan pengemis itu,
dia mengelak dari pemberian hormat Wie Siu Bun.
”Jangan banyak peradatan seperti itu, karena peradatan
justru mengikat manusia akan hal-hal yang lainnya...!" kata Tat
Mo Cauwsu. ”Kita harus bertindak dengan jalan yang benar,
dengan pertimbangan suara hati yang benar melalui "Empat
kebenaran yang Mulia" dan "Delapan Jalan Utama”. Itu yang
terpenting, jika orang sudah mengerti dan dapat
menjalankannya, nanti dia terbebas dari kesengsaraan dunia,
dapat keberuntungan yang kekal dan bisa menghadapi segala
macam persoalan di duniawi ini dengan tenang dan tabah...
baik kesenangan, baik kesengsaraan, semuanya sama saja,
hanya bagaimana manusianya yang menerima dan
menghadapinya !"
”Pelajaran yang Taisu berikan hari ini akan kuingat baik
baik," kata Wie Siu Bun setelah selesai memberi hormat. ”Dan
semoga Kaypang memperoleh sinarnya Sang Buddha ..!"
Tat Mo Cauwsu tersenyum puas.
”Mari kita berangkat..." Namun baru saja Tat Mo Cauwsu
berkata sampai disitu, justru disaat itu telah berkelebat dua
sosok tubuh, yang tahu-tahu telah berada di hadapan Wie Siu
Bun, salah seorang diantara mereka bahkan telah membentak :
”Pengemis busuk, rupanya kau cukup kuat untuk bertahan dari
serangan Kim Tok ! Ha, kini jangan harap engkau bisa hidup
lebih lama lagi..!"
Muka Wie Siu Bun jadi berobah agak pucat, dia mengenali
kedua orang yang baru datang itu tidak lain kedua orang yang
telah melukainya dengan racun Kim Tok.
Beberapa saat yang lalu disaat dia belum terluka, dia sudah
tidak berhasil menghadapi kedua orang itu, yang memiliki
kepandaian lebih tinggi dari dia, apa lagi sekarang dia tengah
dalam keadaan terluka dan racun Kim Tok belum berhasil

Koleksi kang zusi.com 454


diusir seluruhnya dari tubuhnya maka dari itu telah membuat
Wie Siu Bun jadi mengeluh.
Tat Mo Cauwsu dengan tenang telah menoleh dan melihat
kedua orang lelaki yang baru muncul itu tidak lain dari kedua
orang lelaki setengah baya yang masing-masing memiliki
wajah bengis dan sikap yang kaku. Dilihat dari gerakan tubuh
mereka, rupanya kedua orang itu memang memiliki kepandaian
yang cukup tinggi.
Wie Siu Bun saat itu telah memaksakan diri berkata,
“Rupanya Thian memang menghendaki Kaypang menghadapi
ujian cukup berat...! Kalian manusia manusia jahat dan rendah
budi, telah mempergunakan segala macam akal licik dan racun
untuk melukai aku ! Hmm, jika hari ini aku bisa lolos dari
kematian, aku tidak akan melupakan kalian berdua, suatu hari
kelak jika urusan Kaypang telah selesai, tentu aku akan
mencari kalian.." dari suaranya dapat diketahui Wie Siu Bun
keputus asaan dan marah, suaranya itu juga tergetar.
Kedua orang itu mengeluarkan suara tertawa yang
mengejek, keduanya juga serentak telah mencabut keluar
sebuah tabung dari masing2 pinggangnya.
Muka Wie Siu Bun telah berubah tambah pucat dan putus
asa.
“Jika kalian berdua memiliki sifat yang gagah, tentu tidak
akan mempergunakan racun untuk merebut kemenangan !"
kata si pengemis dengan suara yang sangat nyaring. "Tetapi,
memang kalian manusia2 busuk maka kalian selalu
mempergunakan racun untuk membuat kemenangan....! jika
memang kalian gagah, simpanlah tabung racun kalian itu dan
hadapilah aku dengan ilmu kepandaianmu..walaupun aku telah
terluka oleh racun Kim Tok kalian, aku akan menghadapi
kalian sampai ajalku tiba....!"

Koleksi kang zusi.com 455


Tetapi kedua orang lelaki setengah baya itu yang wajahnya
sangat seram, telah mengeluarkan suara dengusan yang dingin
mengejek.
”Gagah? mengapa harus mementingkan kegagahan? Yang
terpenting bagi kami adalah kemenangan dan kematian dari
kalian manusia2 tolol yang tidak tahu selatan ! Coba kalau
memang engkau bekerja untuk kepentingan Auwyang Siung
Bun Locianpwe, mungkin kau masih bisa menikmati enaknya
hidup didunia ini dengan segala kemewahan....!"
”Siapakah kalian ?" tanya Tat Mo Cauwsu tiba2 dengan
suara yang sabar.
“Engkau keledai gundul ingin ikut campur pula dalam
urusan ini ? Apakah engkau tahu, urusan ini tidak bisa
diselesaikan dengan hanya doa2 sucimu ?" ejek salah seorang
diantara kedua lelaki setengah baya itu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak menjadi gusar.
”Siauwceng bertanya, siapakah kalian ?” mengulangi Tat
Mo Cauwsu dengan pertanyaannya.
”Jika kau keledai gundul ingin mendengar nama besar
kedua tuanmu, hati2 jangan sampai pingsan karenanya !
Dengarlah baik2, aku bernama Tiang Koan Lu, dan ini tuan
besar yang satu bernama Cing San dan she Wu. Nah, kau telah
dengar, bukan ? Kami berdua merupakan jago-jago yang tidak
pernah terkalahkan dan merupakan dua orang dari sepuluh
orang kepercayaan Auwyang Siung Bun Locianpwe !"
Angkuh sekali waktu Tiang Koan Lu berkata dengan suara
keras seperti itu, dia juga perlahan-lahan telah mengangkat
tabung racun ditangannya, sehingga membuat Wie Siu Bun
jadi berkuatir sekali. Begitu tabung racun itu dipergunakan
untuk menyerang dirinya, habislah riwayatnya, karena dari
tabung itu akan menyembur racun Kim Tok lagi.

Koleksi kang zusi.com 456


Wie Siu Bun mengharapkan Tat Mo Cauwsu cepat
bertindak, tetapi justru pendeta itu tampaknya tenang-tenang
saja dan mengawasi Tiang Koan Lu berdua dengan sikap yang
sabar sekali.
”Omitohud! Apakah kalian tidak menyadari bahwa
perbuatan jahat tentu akhirnya akan hancur dan menerima
karma yang tidak menggembirakan ? Jika kalian menanam biji
ketimun, kalian akan memperoleh ketimun sebagai hasilnya
dan jika kalian menanam biji semangka, maka kalian akan
menerima hasilnya kelak buah semangka juga...! Mengapa
kalian kini malah menanam bibit kejahatan ? Bukankah kelak
kalian akan memperoleh hasilnya yang mendatangkan
kesengsaraan ?"
Namun kedua orang pengikut Auwyang Siung Bun itu
bukannya mengakui kebenaran perkataan Tat Mo Cauwsu,
malah telah tertawa bergelak-gelak.
”Keledai gundul !” kata Tiang Koan Lu dengan suara yang
nyaring. ”Sudah kukatakan tadi, percuma saja doa-doa sucimu,
tidak akan bisa menghadapi urusan ini !"
Wu Cing San juga telah mengeluarkan suara tertawa yang
keras dan angkuh, malah dia ini telah mengangkat tabung racun
Kim Toknya yang siap akan disemburkan kepada Wie Siu Bun.
”Janganlah kalian mempergunakan kelicikan mengandalkan
racun untuk merebut kemenangan...!" berkata Tat Mo Cauwsu
waktu melihat sikap Wu Cing San.
Tetapi Wu Cing San tidak memperdulikan, dia telah
mengincerkan tabungnya itu untuk disemprotkan kepada Wie
Siu Bun.
Si pengemis jadi putus asa dan berkuatir sekali, dengan sisa
tenaganya dia bermaksud akan menerjang kepada orang itu
untuk mengadu jiwa dengan mempergunakan kesempatan yang

Koleksi kang zusi.com 457


masih ada, karena begitu tabung itu menyemburkan racunnya,
niscaya akan menyebabkan jiwanya segera melayang.
Wu Cing San tidak memperdulikan sikap dan perkataan Tat
Mo Cauwsu, dia telah menekan sebuah tombol diatas tabung
beracun itu. Dari atas tabung tersebut menyembur cairan racun
menerjang ke arah Wie Siu Bun.
”Perbuatan yang jahat dan licik sekali !” menggumam Tat
Mo Cauwsu, dia bukan hanya berkata saja, tetapi tangan
kanannya telah dikebutkan dengan gerakan yang cepat sekali,
sehingga angin dari kebutan lengan bajunya itu telah
mendampar dan memukul balik cairan racun yang semula
menyambar kearah Wie Siu Bun jadi menghantam muka Wu
Cing San sendiri !
Seketika terdengar suara pekikan dan tubuh Wu Cing San
bergulingan diatas tanah sambil tidak hentinya mengeluarkan
suara jeritan yang mengenaskan sekali. Dan racun itu rupanya
merupakan racun Kim Tok yang dahsyat sekali, karena bekerja
dengan cepat dalam waktu yang singkat itu tubuh dan muka
Wu Cing San telah berobah biru kehitam hitaman.
Tiang Koan Lu yang menyaksikan nasib kawannya jadi
tertegun sejenak. Disamping kaget jeri dan marah, dia masih
ingat untuk menolongi kawannya.
Dengan cepat dia melompat kesamping Wu Cing San
mengeluarkan obat penawar racun Kim Tok itu.
Dimasukkannya kedalam mulut Wu Cing San.
Kemudian setelah itu Tiong Koan Lu melompat dan bersiap
siap ingin menyemburkan racun ditabungnya dengan sikap
hati-hati, karena dia tidak mau terjadi seperti apa yang dialami
oleh kawannya, yaitu racun kena disampok membalik
menghantam dirinya sendiri.

Koleksi kang zusi.com 458


Tetapi Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
dingin : "Kalian rupanya manusia2 yang tidak memiliki hati
yang baik jika diampuni juga percuma, dikemudian hari hanya
akan mendatangkan bahaya untuk orang-orang yang lemah....!"
dan Tat Mo Cauwsu tidak menyelesaikan perkataannya itu,
karena melihat betapa Tiang Koan Lu ber-siap2 akan
menyemburkan racun dari tabung rahasianya itu.
Tiba2 tubuh Tat Mo Cauwsu berkelebat ke samping Tiang
Koan Lu, lalu dengan cepat tangan kanannya telah bergerak
menepuk punggung Tiang Koan Lu sebelum orang she Tiang
itu sempat untuk mengetahui bahwa pendeta liehay itu telah
berada disampingnya.
”Buk....!” perlahan sekali tepukan tangan Tat Mo Cauwsu,
tetapi kesudahannya sangat hebat sekali untuk Tiang Koan Lu,
dia mengeluarkan suara jeritan yang keras, tubuhnya telah
meloso jatuh ketanah dan berkelejetan kemudian pingsan!
Rupanya yang ditepuk oleh Tat Mo Cauwsu adalah darah
penting di punggung orang she Tiang itu, dan setelah itu
terlihat Tat Mo Cauwsu juga tidak bertindak hanya sampai
disitu saja, karena dengan cepat kedua tangannya bergerak
menepuk ke beberapa bagian di tubuh Tiang Koan Lu. Setelah
itu Tat Mo Cauwsu berkata kepada Wie Siu Bun yang saat itu
tengah berdiri tertegun memandang dengan takjub :
"Kepandaian silatnya telah kumusnahkan, sengaja Siauwceng
terpaksa membuatnya bercacad, karena manusia seperti ini
membahayakan keselamatan umum...!” tenang sekali kata2 itu
seperti juga tidak ada peristiwa apapun ditempat itu. Bahkan
Tat Mo Cauwsu telah melangkah menghampiri Wu Cing San
yang masih pingsan, dia telah menepuk beberapa tempat2
tertentu di tubuh orang she Wu itu, sambil mulutnya berkata :
”Dia telah diberikan tadi obat penawar racun, memang jiwanya
bisa dilindungi dari serangan racun Kim Tok, tetapi tentu saja
diapun harus dibuat bercacad...kepandaiannya harus
dilenyapkan !"
Koleksi kang zusi.com 459
Setelah selesai me-nepuk2 beberapa di tubuh Wu Cing San,
tampak Tat Mo Cauwsu menghampiri Tiang Koan Lu yang
masih pingsan, merogoh saku orang itu, mengeluarkan botol
obat yang tadi dikeluarkan Tiang Koan Lu, menuangkan dua
butir dan memberikan kepada Wie Siu Bun.
”Kebetulan sekali mereka muncul kembali, sehingga kau
bisa memperoleh obat pemunah racun Kim Tok, siecu !!" kata
Tat Mo Cauwsu. ”Telanlah obat ini...!"
Wie Siu Bun girang bukan kepalang, dia telah
mengucapkan terima kasih beberapa kali kepada Tat Mo
Cauwsu. Segera dia menelan kedua pil penawar racun Kim Tok
itu. Sedangkan Tat Mo Cauwsu memberikan juga botol obat
yang masih ada isinya kurang lebih belasan butir pil penawar
racun Kim Tok itu. “Simpanlah, mungkin suatu waktu kelak
engkau memerlukannya...!"
Bukan main kagumnya Wie Siu Bun melihat hanya dalam
segebrakan begitu mudah Tat Mo Cauwsu bisa merubuhkan
kedua lawan yang sebetulnya memiliki kepandaian tidak
rendah itu. Melihat ini Wie Siu Bun segera yakin bahwa
Kaypang bisa diselamatkan dari bencana, karena justru Tat Mo
Cauwsu merupakan seorang yang sakti dan memiliki
kepandaian yang liehay sekali, maka Wie Siu Bun jadi
bersyukur tidak berkesudahannya.
Tanpa memperdulikan Wu Cing San dan Tiang Koan Lu
yang masih menggeletak pingsan, Tat Mo Cauwsu telah
mengajak Wie Siu Bun untuk melanjutkan perjalanan
meninggalkan tempat itu.
Tujuan mereka adalah Pakkhia, kota raja, untuk menemui
pangcu pengemis itu di markas pusatnya...
X dw X

Koleksi kang zusi.com 460


KOTA raja Pakkhia memiliki keramaian tersendiri, sebagai
kota raja dan pusat pemerintahan daratan Tionggoan oleh
Kaisar Ming Ti dari Dinasti Han Timur, jelas kota raja
memiliki banyak kelebihan-kelebihan dari kota kota yang
lainnya. Disamping dikota raja ini banyak sekali terdapat
gedung yang dibangun bertingkat, juga umumnya kemewahan
lebih tertampak secara menyolok, di mana kekayaan telah
memegang peranan dikota raja, dan segalanya selalu disertai
kemewahan, bagaikan penduduknya berlomba untuk
menonjolkan keberhasilan dalam usaha mereka mengumpulkan
kekayaan.
Disamping gedung2 bertingkat mewah, rumah makan
berloteng yang luas dan indah juga banyak toko-toko yang
menjajakan barang dagangannya itu dengan berlebihan, sampai
ber-tumpuk2 diluar pintu toko. Ramai sekali keadaan dikota
raja ini, semua orang yang hilir mudik tidak berkeputusan itu
memiliki kepentingan masing2.
Dimuka sebuah rumah makan yang besar dan bertingkat
dua yang dimuka pintunya terpasang papan merek "Ciu Sing
Touw" yang bertulisan dari air emas itu, tampak mentereng
sekali, pengunjung yang berdatangan sangat ramai dan banyak
sekali, dari pagi sampai malam tidak berkeputusan. Dari orang
yang hendak menjamu kenalan dan sahabatnya sampai orang-
orang yang singgah dari perjalanannya untuk mengisi perut.
Suara piring dan mangkok yang terbentur dengan sumpit dan
sendok terdengar ramai, disamping suara tepukan tangan dari
beberapa tetamu yang memanggil pelayan dan suara gelak tawa
dari tamu tamu yang tengah bersantap itu, sangat ramai sekali,
diselingi juga oleh ruangan yang memang telah tersiar bau arak
dan bermacam macam harumnya masakan.
Tetapi diluar muka rumah makan itu, barisan pengemis, tua
dan muda, tengah berkerumun sambil mengulurkan tangannya
meminta belas kasihan dari pelayan untuk memperoleh

Koleksi kang zusi.com 461


makanan sisa atau pada para tamu yang mau masuk kedalam
rumah makan dan keluar setelah bersantap, agar memberikan
sedikit derma satu atau dua tail kepada mereka.
Memang keadaan dikota raja sangat ramai dan penuh hiruk
pikuk.
Dan saat itu tampak seorang lelaki bertubuh gemuk dengan
muka yang memerah sehat serta pakaiannya yang mewah
penuh dengan hiasan2 yang membuktikan dia berasal dari
keluarga kaya raya atau berpangkat, tengah melangkahkan
kakinya memasuki pintu rumah makan itu, disambut dengan
sikap hormat ter-bungkuk2 dari dua orang pelayan yang
memang sengaja menanti didepan pintu untuk menerima tamu.
Waktu lelaki gemuk yang angkuh dan tampaknya berjalan
dengan dada yang terbusungkan dan langkah kaki per-lahan2
itu melewati barisan pengemis, dia melirik sedikit, lalu
merogoh saku bajunya mengeluarkan belasan tail, yang
dilemparkan ke tanah.
”Ambil untuk kalian, bagi yang rata..." katanya dengan
suara yang acuh tak acuh.
Para pengemis yang jumlahnya belasan itu saling rebut
dengan mengeluarkan suara yang riuh sekali, seorang pelayan
telah mengusir mereka, untuk memulihkan ketenangan
dirumah makan itu. Sedangkan pelayan yang seorang lagi telah
mengantarkan lelaki gemuk itu ke sebuah meja yang masih
kosong. Rumah makan itu memiliki ruangan yang sangat luas,
yang bisa terisi lebih dari lima puluh meja. Tamu-tamu saat itu
sangat ramai, walaupun hari hampir sore. Dan lelaki gemuk itu
ke bagian meja dibagian sebelah dalam, disamping pintu yang
akan menuju ke dapur. Dia telah duduk dengan sikap yang
angkuh sekali, sedangkan pelayan telah melayaninya dengan
sikap yang menghormat sekali, dimana lelaki gemuk itu
menyebutkan satu persatu makanan yang dikehendakinya.

Koleksi kang zusi.com 462


Tidak lama kemudian pelayan telah sibuk mempersiapkan
bermacam-macam masakan dan arak.
Dengan sikap yang agung dan perlahan-lahan, lelaki gemuk
itu mulai bersantap.
Sikapnya yang agung dan angkuh itu seperti tidak
diperdulikan oleh tamu tamu yang lainnya, seperti juga mereka
memang tidak usil dengan urusan orang-orang lainnya, karena
mementingkan perut masing masing, menikmati santapan lezat
untuk mereka.
Tetapi disaat si gemuk yang berasal dari keluarga kaya raya
dan berusia diantara tiga puluh lima tahun tengah menikmati
santapannya itu, dari luar telah melangkah masuk seorang tojin
yang berusia lima puluh tahun, bertubuh tegap dengan kumis
dan jenggot yang cukup panjang, dan ditangan kanannya
memegang sebatang hudtim yang digerak gerakkan perlahan.
Mata Tojin (imam) itu telah memandang sekitar ruangan
rumah makan itu, dia memperhatikannya dengan seksama,
sampai akhirnya dia melihat si gemuk yang terdapat di meja
yang terletak disudut ruangan itu. Si imam telah melangkahkan
kakinya menghampiri ke arah meja si gemuk.
"Ang Toaya...!" sapa si tojin dengan suara yang cukup
keras waktu dia hampir tiba di meja si gemuk.
Si gemuk itu Ang Toaya telah menunda makannya, dia
mengangkat kepalanya memandang si tojin.
"Oh kau, Po Liang Cinjin ?” tanyanya terkejut bercampur
girang. ”Mari! Mari duduk makan bersamaku !”
Si tojin memang tidak menolak, dia menarik kursi
dihadapan Ang Toaya (tuan besar Ang) itu, dia telah duduk dan
segera pelayan mempersiapkan segala peralatan makan untuk
tojin itu.

Koleksi kang zusi.com 463


''Ada kabar baru ?” tanya Ang Toaya kepada tojin itu
sambil mengangkat cawan araknya, dan meminumnya per-
lahan2, sedangkan matanya mengawasi tojin itu.
"Ada sesuatu yang hendak pinto laporkan kepada Ang
Toaya, sesuatu yang aneh dan cukup mencurigakan,” menyahut
si tojin setelah melirik sekitarnya. ”Sebentar selesai Ang Toaya
bersantap, akan pinto sampaikan laporan itu...!"
”Menyangkut masalah apa ?" tanya Ang Toaya yang tidak
memperlihatkan perobahan diwajahnya, sikap tenang sekali,
walaupun Ang Toaya itu mengetahui bahwa tojin itu datang
tentu membawa kabar yang kurang begitu menggembirakan.
”Mengenai urusan Auwyang Locianpwe..!" menyahuti si
tojin. "Ada.... ada dua orang pengikutnya yang telah terluka
dan dibuat bercacad oleh seseorang yang memiliki kepandaian
luar biasa..!"
Jika tadi Ang Toaya itu bersikap tenang dan angkuh sekali,
mendengar perkataan si tojin seperti itu, seketika mukanya
berobah sejenak, tetapi dia bisa menguasai dirinya, hanya
suaranya saja yang jadi perlahan sekali waktu dia bertanya:
"Apa yang terjadi ?"
”Wu Cing San dan Tiang Koan Lu telah terluka dan dibuat
bercacad oleh seseorang...." menyahuti si Tojin. "Urusan ini
tampaknya akan menyebabkan terhambatnya rencana Auwyang
Locianpwe !"
Sebetulnya si gemuk Ang Toaya itu tengah berselera untuk
bersantap, tetapi sejak kedatangan tojin itu, ludeslah selera
makannya, apa lagi mendengar ada peristiwa yang menyangkut
dengan dirinya yang tentunya kurang menggembirakan itu.
Ang Toaya meletakkan sepasang sumpitnya disamping
mangkok nasi yang belum dihabiskan isinya itu, dia telah
berdiri.

Koleksi kang zusi.com 464


”Baiklah, mari kita pergi !" katanya sambil menoleh kepada
si pelayan. ”Hitung semua dan pembayaran nanti kau tagih
dirumah...!”
Pelayan itu mengiyakan berulang kali sambil mengucapkan
terima kasih, karena dia mengetahui Ang Toaya ini seorang
yang kaya raya terkenal dikota raja akan keterbukaan
tangannya, yang selalu memberikan persen cukup besar bagi
pelayan yang menagih pembayaran makannya digedungnya.
Dengan diikuti si Tojin, tampak Ang Toaya itu telah
meninggalkan rumah makan tersebut.
Pengemis-pengemis dimuka rumah makan yang
mengajukan tangan mereka meminta pemberian dari si tuan
besar Ang yang murah hati itu tidak diacuhkan si gemuk, yang
kini berjalan agak tergesa dan langkah kakinya cepat sekali.
Mereka menyusuri beberapa jalur jalan diantara orang-orang
yang tengah hilir mudik itu, sedangkan si Tojin itu mengikuti
Ang Toaya dengan matanya tidak hentinya berjelilatan kesana
kemari seperti tengah mencari cari sesuatu.
Ketika sampai di sebuah gedung yang besar, Ang Toaya
telah disambut oleh dua orang pelayan rumah dan dengan
langkah yang lebar dan juga muka yang agak muram Ang
Toaya sudah menuju ke ruang tengah. Setelah melewati sebuah
taman yang penuh dengan bunga bunga warna warni, tampak
Ang Toaya tiba disebuah ruangan yang memiliki prabotan
sangat mewah dan mahal-mahal harganya. Dia duduk disebuah
kursi dan menujuk kursi yang satunya, mengisyaratkan agar si
Tojin juga duduk.
Seorang pelayan kecil telah datang mempersiapkan teh
untuk Ang Toaya dan tojin itu serta beberapa makanan kecil
sebagai teman minuman itu.

Koleksi kang zusi.com 465


”Po Liang Cinjin, berita apa sebenarnya yang ingin kau
sampaikan ?" tanya Ang Toaya setelah meneguk sedikit air teh
di cawannya.
Po Liang Cinjin telah menghela napas. Sebenarnya rencana
Auwyang Locianpwe berjalan lancar, utusan dari pangcu pusat
Kaypang telah berhasil dilumpuhkan oleh Wu Cing San dan
Tiang Koan Lu, dilukai oleh racun Kim Tok, hanya mereka
melakukan sedikit kesalahan, karena semula mereka telah
berhasil membinasakan Wie Siu Bun, utusan Kaypang pusat
itu! tetapi kenyataan yang ada, justru orang she Wie itu bisa
bertahan dengan lwekangnya yang cukup tinggi dan dia
kebetulan pula mencuri dengar percakapan dari Tiang Koan Lu
berdua, sehingga dia mengetahui seluruh rencana dari
Auwyang Locianpwe...! Itulah kesalahan besar tidak berampun
dari Tiang Koan Lu dan Wu Cing San yang telah berlaku
ceroboh dan tidak hati2 dalam tindakannya ! Ketika Wu Cing
San dan Tiang Koan Lu berdua mengetahui si pengemis belum
terbinasa, mereka telah kembali mencarinya dan waktu itu si
pengemis ditemani oleh seorang pendeta berusia diantara tiga
puluh lebih, pendeta asing, seperti dari India ... dalam
segebrakan saja waktu Wu dan Tiang ingin mempergunakan
tabung racunnya, mereka telah dirubuhkan dan dibuat bercacad
seumur hidup oleh pendeta itu, menurut Tiang Koan Lu, bahwa
pendeta asing itu memiliki kepandaian luar biasa seperti setan,
gerakannya sangat gesit dan cepat sekali... kini pendeta itu juga
tengah menemani orang she Wie menuju ke Pakkhia ini...!"
Muka Ang Toaya telah berobah, dia telah menggeram
sedikit memukul tepian meja dengan sikap yang jengkel sekali.
”Ha, mengapa harus terjadi urusan seperti ini ?? Jika
memang Wu dan Tiang Koan Lu berhasil membinasakan
utusan Kaypang pusat, tentu rencana Auwyang Locianpwee
akan berjalan dengan lancar ! Sekarang...bagaimana ?"
Tojin itu juga telah menghela napas.
Koleksi kang zusi.com 466
”Jika dilihat demikian, tentu bisa membawa kerepotan
untuk pihak kita, karena tentu Wie Siu Bun akan melaporkan
segalanya kepada Pangcu dipusat ini, dan Kaypang pasti akan
mempersiapkan diri ! Kita memang mengetahui bahwa
Kaypang memiliki jago2 yang memiliki kepandaian sangat
tinggi sekali disamping itu juga memang telah banyak orang-
orang kita yang menyelinap ke dalam tubuh Kaypang.... tetapi,
dengan demikian, bentrokan yang akan terjadi pasti akan
merugikan kita, karena Pangcu Kaypang itu dapat
mempersiapkan segalanya dengan sebaik mungkin jika laporan
yang disampaikan Wie Siu Bun telah berhasil didengarnya !
Selama dalam perjalanan, banyak orang-orang kita telah
menghadang Wie Siu Bun dan pendeta asing itu.... tetapi ...
kepandaian pendeta asing itu benar-benar luar biasa sekali....
dengan satu dua kali gebrakan orang-orang kita telah dilukai,
bahkan banyak yang dibuat bercacad! Celaka lagi, justru
orang-orang kita yang telah dilukai itu dipaksa untuk
memberikan keterangan, sehingga sekarang telah banyak sekali
rahasia kita diketahui Wie Siu Bun! Malam ini pendeta asing
itu dan Wie Siu Bun akan tiba.... bagaimana menurut Ang
Toaya? Apakah kita menghadangnya diluar kota Pakkhia, atau
membiarkan mereka tiba di markas Kaypang tanpa gangguan,
agar menyampaikan segalanya kepada Pangcu Kaypang itu,
dan diwaktu pangcu Kaypang itu tengah panik, kita
melancarkan gempuran yang terbuka saja... tentu kita bisa
merebut kemenangan, karena orang2 Kaypang itu pasti belum
bersiap sedia...! Hanya sayang, dengan demikian kita gagal
mengadu domba antara Kaypang dengan iblis It Cie Sin Mo
(Iblis Sakti Berjari Satu) Kwee Bo In. Itulah kegagalan yang
akan menyebabkan Auwyang Locianpwee akan marah
sekali..!”
Berulang kali Ang Toaya itu menghela napas.
Dia juga mengerutkan keningnya, tampaknya dia tengah
berpikir keras sekali.
Koleksi kang zusi.com 467
Tetapi dalam keadaan demikian, tampak dia tidak bisa
segera mengambil keputusan.
”Urusan ini bukan urusan kita, jika kita melancarkan
serangan terbuka dengan memerintahkan orang2 kita yang
telah berhasil menyelusup ke dalam Kaypang itu melakukan
pembunuhan dan penyerangan, berarti segalanya akan menjadi
terang... jika gagal, kita yang celaka dan Auwyang Locianpwee
juga akan murka sekali karena kemungkinan besar rencananya
akan gagal...!" kata Ang Toaya kemudian, seperti juga dia
berkata kepada dirinya sendiri.
Tojin itu telah mengangguk beberapa kali, dia juga agak
bingung untuk mencari jalan keluar dalam urusannya yang
dianggap sangat besar dan penting itu.
Setelah berdiam diri beberapa saat lamanya, Ang Toaya
menghela napas, sambil katanya kepada Po Liang Cinjin,
"Siapkan beberapa orang-orang kita, lebih baik kita hadang
saja pendeta asing itu dan Wie Siu Bun diluar pintu kota
Pakkhia .... jika dapat kita usahakan untuk membinasakan
mereka berdua! Hanya aneh siapakah pendeta asing itu ?
Mengapa Wie Siu Bun bisa memperoleh tulang punggung yang
demikian kuat ?"
Po Liang Cinjin juga telah mengangkat bahunya sambil
menghela napas.
"Ya, entah siapa pendeta asing itu?! Jika memang tidak
munculnya pendeta asing itu, tentu dengan mudah kita
menyelesaikan Wie Siu Bun...... tetapi kini perobahan telah
terjadi demikian diluar dugaan...maka kali ini kita harus
mempersiapkan orang-orang cukup banyak, jangan sampai
gagal lagi ! Jika kali ini gagal, tentu sulit untuk mengatur
segalanya dari pertama lagi..!"
Ang Toaya itu telah mengangguk.

Koleksi kang zusi.com 468


Si Tojin lalu pamitan untuk mempersiapkan orang2nya,
sedangkan Ang Toaya itu telah berjalan mondar mandir dengan
kening yang berkerut dalam2, tampaknya dia telah memutar
otak mencari akal yang baik untuk rencananya...
Ang Toaya itu memang seorang yang kaya raya dikota
tersebut. Nama lengkapnya adalah Ang Bie Tin, dan dia
seorang yang memiliki kekayaan disamping juga memiliki
kepandaian yang tinggi, karena dia merupakan murid pertama
(murid kepala) dari Auwyang Siung Bun, walaupun tubuhnya
itu gemuk dampak, namun kegesitan tubuhnya luar biasa.
Jarang sekali orang mengetahui bahwa dia memiliki
kepandaian silat yang sangat tinggi, hanya orang2 dikota raja
menganggap Ang Toaya ini sebagai seorang yang kaya raya.
Belum lama yang lalu gurunya, Auwyang Siung Bun,
memang telah menyampaikan kepadanya, agar dia yang
bertugas dikota raja mengawasi gerak gerik perkembangan
kaypang dan pangcunya. Karena sang guru itu bermaksud
melakukan sesuatu yang telah direncanakan masak2.
Maka dari itu, jika memang berhasil tentu kelak yang akan
menjadi Pangcu Kaypang gurunya tersebut. Auwyang Siung
Bun bermaksud untuk merebut kedudukan Pangcu Kaypang
itu, karena Kaypang merupakan perkumpulan yang sangat
kuat, yang seluruh anggotanya tersebar merata didaratan
Tionggoan, jika Auwyang Siung Bun berhasil merebut
kedudukan Pangcu itu, tentu dia bisa mendesak dan
mengadakan suatu pengumuman bahwa dia merupakan jago
tanpa tanding, karena cita2 utamanya untuk menjadi Bu Lim
Te lt, jago nomor satu dalam dunia persilatan.
Dengan dukungan anggota Kaypang, niscaya dia yakin
berhasil dengan tujuan dan cita citanya itu.
Sebagai permulaan, dia telah menyamar sebagai anggota
Kaypang, agar kelak jika di Kaypang pusat terjadi kericuhan,

Koleksi kang zusi.com 469


sebagai anggota dia bisa ikut muncul. Disaat itulah, dia akan
muncul dan membereskan urusan urusan tersebut, sehingga
pasti dia akan menggantikan kedudukan Pangcu Kaypang yang
lama. Sebagai persiapan, diapun telah perintahkan pengikutnya
yang berjumlah ribuan orang untuk menyelusup kedalam
anggota Kaypang.
Ang Toaya sendiri telah dijanjikan oleh gurunya, jika usaha
gurunya itu berhasil, tentu dia akan diberi kedudukan sebagai
wakil Pangcu Kaypang.
Maka dari itu, mati-matian Ang Bie Tin telah berusaha
untuk dapat mengawasi gerak-gerik Kaypang pusat ini, diapun
telah mempersiapkan orang-orang pandai yang banyak
jumlahnya, yang merupakan sahabat-sahabatnya. Dengan
kekuatan uangnya, dia membeli orang-orang pandai dari
beberapa golongan yang bekerja untuk dirinya....
Tetapi perobahan yang terjadi ini telah membuat dia jadi
heran sekali dan jengkel. Heran karena tidak disangkanya bisa
muncul seorang pendeta asing yang hampir menggagalkan
usaha gurunya. Dan jengkel, karena dengan munculnya
pendeta asing itu, berarti dia harus bekerja lebih keras.
Sebetulnya tanpa munculnya pendeta asing itu, dia bisa bekerja
dengan ringan, sebab telah diutusnya beberapa orang-orangnya
untuk mengikuti gerak gerik utusan pangcu Kaypang pusat itu
dan juga diperintahkannya untuk membinasakannya.
Dengan bocornya rahasia rencana Auwyang Siung Bun,
berarti juga akan terancam kegagalan rencana gurunya itu.
Setelah berjalan mondar mandir beberapa saat, dia melihat
Po Liang Cinjin telah bergegas masuk dengan cepat.
"Semua telah bersiap siap didelapan pintu kota...mereka
akan menghadang pendeta asing itu dan Wie Siu Bun sepuluh
lie dari pintu kota....apakah Ang Toaya akan ikut serta ?"

Koleksi kang zusi.com 470


Si gemuk telah mengangguk.
"Jika semuanya gagal menghadapi pendeta itu, biar nanti
aku yang menghadapinya !" kata Ang Bie Tin dengan suara
perlahan dengan wajah yang muram.
Po Liang Cinjin berseru, "Bagus !" karena dia mengetahui
Ang Bie Tin memang memiliki kepandaian yang tinggi dan
imam itu juga mengetahui justru kepandaian Ang Bie Tin jauh
diatas kepandaiannya.
Maka dia yakin, dengan turun tangannya Ang Bie Tin, tentu
pendeta asing yang belum diketahui nama maupun gelarannya
oleh mereka akan berhasil dihadapi.
Begitulah, dengan langkah kaki yang lebar, Ang Bie Tin
dan Po Liang Cinjin telah meninggalkan gedung tersebut,
mereka bergegas menuju ke kota raja.
”Untuk kontak satu dengan yang lainnya telah dipersiapkan
api udara (panah api) yang dipergunakan sebagai tanda !
Rombongan kita yang melihat dan menghadang si pendeta
asing dan Wie Siu Bun, harus melepaskan panah api, sehingga
kita bisa segera bergabung menjadi satu.... karena sampai
sekarang belum dapat kita memastikan Wie Siu Bun dan
pendeta asing itu entah mengambil jalan pintu kota yang
mana..!” menjelaskan Po Liang Cinjin.
Memang kota Pakkhia sebagai ibu kota telah memiliki
delapan pintu kota, yaitu disebelah barat, timur dan bagian2
lainnya.
Maka dari itu, Po Liang Cinjin telah mengatur orang-
orangnya agar berjaga jaga di masing masing pintu kota.
Dan rombongan yang terpecah delapan itu harus bersatu
begitu melihat panah api yang dilepaskan oleh rombongan
yang menghadang Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun.

Koleksi kang zusi.com 471


Po Liang Cinjin dan Ang Bie Tin berada dipintu kota
sebelah utara, mereka menantikan dengan tidak sabar.
XdwXkzX
JIKA orang Po Liang Cinjin dan Ang Bie Tin tengah sibuk
bersiap siap untuk menghadang Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu
Bun, maka pihak Kaypang rupanya terjadi kesibukan juga.
Diantara hiruk-pikuk keramaian kota raja itu, dan juga diantara
ketenangan kota raja yang terjaga ketat oleh pihak keamanan,
tampak pengemis pengemis dimuka-muka berbagai rumah
makan juga telah telah sibuk sekali. Karena beberapa orang
pengemis kecil telah berlari-lari dikota raja itu, dari rumah
makan yang satu ke rumah makan yang lainnya, membisiki
sesuatu kepada rombongan pengemis yang berada dimuka
rumah makan tersebut.
Dalam waktu yang tidak begitu lama, sebelum hari menjadi
gelap, seluruh pengemis telah lenyap dari depan rumah-rumah
makan yang terdapat dikota raja. Mereka telah berlalu, lenyap
tanpa terlihat seorang manusiapun juga.
Sebetulnya keadaan seperti ini merupakan kejadian yang
agak janggal, sebab biasanya setiap hari sampai jauh malam
dimuka rumah makan yang terdapat dikota raja ini dipenuhi
oleh pengemis. Bahkan jika ada pengemis yang sudah letih
dimalam hari, mereka sering tidur dengan menggeletak
disamping-samping rumah makan.
Karena rombongan pengemis memang tidak begitu
disenangi oleh orang-orang yang bersantap lenyapnya mereka
tidak begitu diperhatikan. Tidak seorang pengemispun yang
terlihat berkeliaran dijalan jalan atau dimuka rumah makan,
semuanya telah menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Hal itu ternyata disebabkan sepanjang perjalanan Wie Siu
Bun telah perintahkan kepada pengemis pengemis yang
dijumpainya agar berangkat ke kota raja memberi laporan

Koleksi kang zusi.com 472


kepada Pangcu pusat agar mengumpulkan semua pengemis di
malam itu untuk berkumpul. Memang perkumpulan pengemis
memiliki jaringan yang ketat sekali, sehingga cepat sekali
sampai berita kembalinya Wie Siu Bun yang membawa berita
buruk itu ke telinga pangcu Kaypang.
Segera pangcu pusat Kaypang itu telah memerintahkan
beberapa orang pengemis kecil untuk menarik pulang
pengemis2 yang tengah melaksanakan tugasnya untuk
mengemis.
Tetapi diantara anggota2 pengemis itu memang telah
dimasuki orang2nya Auwyang Siung Bun, sehingga cepat pula
berita ini sampai ditelinga Po Liang Cinjin, yang
melaporkannya kepada Ang Bie Tin.
Keadaan demikian telah berlangsung dengan cepat, diantara
ketenangan yang ada dikota raja, ternyata tengah berlangsung
ketegangan2 diantara dua kekuatan...
Tat Mo Cauwsu yang melakukan perjalanan dengan Wie
Siu Bun telah sampai di dekat pintu kota sebelah barat, masih
terpisah kurang lebih seratus lie. Mereka perkirakan malam ini
mereka berdua bisa tiba dimarkas pusat Kaypang.
Maka dari itu, karena mengingat jarak yang telah dekat,
kedua orang ini tidak bermaksud untuk beristirahat walaupun
hari mulai malam, mereka telah melanjutkan terus perjalanan
itu.
Tetapi, waktu mereka sedang melakukan perjalanan,
terpisah kurang lebih lima puluh lie dari pintu kota raja, dari
depan mereka telah berlari lari cepat sekali serombongan
penunggang kuda, yang melarikan kuda tunggangnya dengan
cepat sekali.
Jumlah mereka kurang lebih belasan orang dan semuanya
mengenakan pakaian ringkas dan membawa senjata tajam.

Koleksi kang zusi.com 473


Cepat sekali belasan orang penunggang kuda itu telah
sampai dihadapan Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun, semuanya
melompat turun dengan sikap tidak menggembirakan, karena
masing2 memperlihatkan sikap yang bengis.
Tampak salah seorang penunggang kuda telah
menggerakkan tangannya keatas, maka melesatlah sebatang
panah api, yang mengaung memperdengarkan suaranya.
Waktu tiba ditengah udara, panah api itu telah meledak, dan
memancarkan cahaya yang kemilau diantara kegelapan sang
malam.
Wie Siu Bun dan Tat Mo Cauwsu tidak mengetahui, entah
apa maksud orang2 yang telah menghadang, bahkan telah
mengurungnya itu.
Salah seorang diantara mereka telah mengawasi Wie Siu
Bun yang berpakaian tambal tambal dan dekil sekali, orang itu
memiliki raut muka yang empat persegi, dengan mata yang
cekung dalam memancarkan sifat2nya yang licik. Dia telah
tertawa sambil katanya : "Aha, tentu Kaycu (saudara pengemis)
ini yang bernama Wie Siu Bun, bukan ?"
Wie Siu Bun cepat-cepat mengiyakan. Walaupun hatinya
heran, tetapi dia mengetahui adat adat kesopanan, maka
walaupun dia tidak kenal dengan orang itu, si pengemis she
Wie Siu ini telah berlaku sangat hormat.
”Benar, aku si pengemis miskin yang bernama Wie Siu
Bun. Ada urusan apa tuan2 menemui kami ?" tanya Wie Siu
Bun.
Orang itu telah tertawa lagi, tertawanya itu tidak sedap.
”Kami justeru diperintahkan Pangcu Kaypang untuk
menjemput kalian ... menurut Pangcu bahwa Wie Kaycu telah
berhasil menjalankan tugas dengan baik !"

Koleksi kang zusi.com 474


Dan waktu si pengemis dan Tat Mo Cauwsu tengah heran,
justru orang itu hanya berkata sampai disitu, tahu2 tangannya
yang memang sejak tadi mencekal kepala batang goloknya,
telah ditariknya dengan cepat sekali, dan ”sringggg ...!" golok
itu telah menyambar kearah batang leher Wie Siu Bun.
Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang
sama dengan serangan membokong.
"Ihh...” Wie Siu Bun bergerak cepat mengelakkan diri.
Karena dia sudah tidak terpengaruh oleh racun Kim Tok, dia
berhasil bergerak dengan lincah sekali, sehingga serangan
orang itu jatuh ditempat kosong.
Namun belasan orang kawannya yang lain telah mencabut
senjata mereka masing2. Ada yang bersenjata pedang, ada yang
bersenjata tombak, golok, samcio dan lain lainnya. Ada juga
yang bersenjatakan Poan Koan Pit, sepasang pit yang terbuat
dari besi.
Mereka itu mengambil sikap mengurung dan bersiap-siap
akan melancarkan serangan. Tentu saja sikap mereka itu
mengandung permusuhan.
Tat Mo Cauwsu telah merangkapkan sepasang tangannya,
katanya : ”Siancai ! Siancai ! Tuan-tuan datang dengan
mengatakan ingin menyambut kami, tetapi sikap tuan-tuan
tampaknya memusuhi kami ! Apakah yang sebenarnya tuan-
tuan kehendaki !!?"
”Jiwa kalian berdua !" teriak orang-orang itu hampir
berbareng, bahkan serentak mereka telah menerjang
melancarkan serangan dengan senjata mereka, ada yang
membacok, ada yang menikam, ada pula yang menotok.
Wie Siu Bun terkejut, dia melihat jumlah lawan sangat
banyak, dia berkuatir kalau memang dirinya dikeroyok.

Koleksi kang zusi.com 475


Tetapi justru sebaliknya Tat Mo Cauwsu tetap membawa
sikap yang tenang sekali.
Jika Wie Siu Bun menjadi sibuk sekali mengelakkan diri,
justru Tat Mo Cauwsu telah bergerak tenang sekali
mengelakkan diri untuk menghindar dari setiap serangan lawan
lawannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu memiliki
kelincahan yang luar biasa cepatnya, didalam waktu yang
sangat singkat sekali, dia telah berhasil mengelakkan diri dari
setiap serangan yang dilakukan oleh lawannya. Bahkan setiap
kali tangan Tat Mo Cauwsu bergerak, terdengar jerit dari salah
seorang lawannya, yang jika tidak tersungkur, tentu terlepas
senjatanya dari cekalannya.
Maka tidaklah mengherankan jika dalam saat-saat seperti
itu telah membuat lawan-lawannya jadi gentar juga untuk
mendesak Tat Mo Cauwsu lebih lanjut.
Tetapi Wie Siu Bun jadi sibuk sekali menyelamatkan diri
berkelit dari serangan-serangan lawannya.
Bermacam-macam senjata telah meluncur kearah dirinya
dengan gerakan yang cepat sekali.
Dalam keadaan terdesak begitu, Tat Mo Cauwsu telah
melompat kedekatnya dan menggerak-gerakkan kedua
tangannya untuk menolong Wie Siu Bun dari desakan lawan-
lawannya. Pendeta India itu berhasil merubuhkan orang-orang
yang tidak dikenalnya itu dengan mudah.
Tetapi disaat itulah, dari berbagai jurusan tampak beberapa
rombongan penunggang kuda tengah mendatangi,
serombongan dari orang-orang yang berpakaian seragam
perwira tengah melarikan kudanya dengan cepat, dan telah
melompat turun.

Koleksi kang zusi.com 476


Pakaian mereka ternyata dari lapisan besi, maka mereka
seperti tidak takuti senjata tajam. Dengan gerakan yang gesit
masing masing telah ikut mengurung Tat Mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun.
Tat Mo Cauwsu semula mengira bahwa rombongan tentara
negeri itu adalah alat keamanan dikota itu, yang ingin
memisahkan mereka dari kepungan orang-orang tidak dikenal
itu. Alangkah heran dan terkejutnya dia waktu melihat
rombongan tentara negeri itu justru telah melancarkan serangan
yang bertubi tubi kepadanya dengan gerakan gerakan yang
sangat hebat sekali, sehingga tampaknya bahwa tentara negeri
itu bukanlah orang biasa, mereka tentu berasal dari orang-
orang persilatan yang memiliki kepandaian cukup tinggi.
Terlebih lagi setelah berlangsung pertempuran beberapa jurus,
dari berbagai jurusan telah tiba pula rombongan orang lainnya.
Jumlah seluruh orang itu ratusan dan telah melancarkan
kepungan dengan berbagai ancaman senjata tajam.
Diantara mereka itu, tampak yang datang paling akhir dua
orang penunggang kuda, yang telah berdiam diatas binatang
tunggangan itu mengawasi jalannya pengepungan. Mereka
seorang tojin dan seorang lelaki bertubuh gemuk karena tidak
lain dari Po Liang Cinjin dan si gemuk Ang Bie Tin.
Tat Mo Cauwsu segera dapat menduga bahwa justru orang-
orang ini memang tidak bermaksud baik padanya dan Wie Siu
Bun.
Disaat itu juga terlihat Wie Siu Bun jadi sibuk sekali untuk
menangkis dan mengelakkan diri dari setiap serangan yang
dilancarkan lawan lawannya itu.
Wie Siu Bun telah mempergunakan senjata sebatang
pedang yang berhasil direbutnya.

Koleksi kang zusi.com 477


Dengan pedangnya itu untuk sementara waktu Wie Siu Bun
bisa mempertahankan diri. Tetapi jika keadaan ini berlangsung
ber-larut2, niscaya akan menyebabkan orang she Wie itu akan
terluka atau terbinasa diujung senjata lawannya.
Tat Mo Cauwsu juga telah melihat keadaan yang
membahayakan diri kawannya.
Maka setelah merubuhkan dua orang lawannya yang
terdekat, tampak Tat Mo Cauwsu telah bersiul panjang dan
menggerakkan tangan kanan dan tangan kirinya dengan cepat,
setiap gerakan kedua tangannya itu mengandung kekuatan
yang luar biasa hebatnya, karena Tat Mo Cauwsu telah
mempergunakan kekuatan lwekangnya untuk merubuhkan
lawan lawannya.
Memang lawan lawan Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun
semuanya merupakan orang2 yang berkepandaian ilmu silat
tidak rendah, tetapi sekarang mereka menghadapi seorang
manusia dewa seperti Tat Mo Cauwsu, maka kepandaian
mereka itu jadi tidak ada artinya.
Waktu Tat Mo Cauwsu menggerakkan kedua tangannya,
maka disaat itulah belasan orang yang berada didekatnya telah
terpental dan berhamburan terpelanting ditanah seperti juga
daun2 kering yang dihembus angin yang kuat.
Begitu Tat Mo Cauwsu mengebutkan lengan bajunya,
kembali belasan orang telah jatuh terpelanting.
Malah hebatnya, belasan orang korban dari angin kebutan
lengan bajunya Tat Mo Cauwsu itu tidak bisa cepat2 bangkit
berdiri.
Maka dari itu teman2nya walaupun berjumlah sangat
banyak, tidak berani terlalu mendesak si pendeta.
Mereka lebih mencurahkan perhatian dan pengepungan
kepada Wie Siu Bun.

Koleksi kang zusi.com 478


Jelas Wie Siu Bun yang memiliki kepandaian tidak setinggi
Tat Mo Cauwsu semakin kewalahan.
Dia telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya dengan
memutar pedangnya, mempertahankan diri dari setiap serangan
lawannya.
Tat Mo Cauwsu juga melihat bahaya yang tengah
mengintai jiwa sahabatnya itu.
Dengan mengeluarkan seruan "Omitohud ! Jangan takut
Wie Siecu !” tampak Tat Mo Cauwsu telah melompat
kesamping Wie Siu Bun.
Waktu dia melompat, kedua tangannya telah bekerja
berkali-kali dengan cepat, yaitu menjambaki punggung lawan-
lawannya, lalu dilemparkannya keatas udara.
Dalam sekejap mata belasan orang telah jatuh terbanting
diatas tanah.
Dan waktu Tat Mo Cauwsu berada disisi Wie Siu Bun, dia
telah mengerahkan lwekangnya, lalu mengebutkan lengan
jubahnya merubuhkan belasan orang lainnya.
Apa yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu ini memang
sangat luar biasa sekali.
Dia telah membuat lawan-lawannya selanjutnya tidak
berani terlalu mendesak dan telah melompat mundur.
Ang Bie Tin dan Po Liang Cinjin yang menyaksikan semua
itu dari kuda mereka, jadi terkejut juga.
Bahkan Ang Bie Tin telah melompat turun dari kudanya
dengan mengeluarkan suara seruan nyaring.
Walaupun tubuhnya gemuk, tetapi gerakannya sangat gesit
sekali, dia hinggap diatas tanah tanpa menimbulkan suara
sedikitpun juga.

Koleksi kang zusi.com 479


Tat Mo Cauwsu melihat gerakan si gemuk she Ang itu,
diam2 dia heran juga.
Mengapa kini bisa muncul banyak sekali orang2 yang
memusuhinya bersama Wie Siu Bun?
Tetapi belum lagi Tat Mo Cauwsu sempat menegurnya
disaat itu Ang Bie Tin telah berseru: ”semua minggir !!”
Puluhan orang yang mengepung Tat Mo Cauwsu telah
melompat mundur kebelakang sedangkan Ang Bie Tin telah
menghadapi Tat Mo Cauwsu.
Po Liang Cinjin juga tidak berdiam diri terus diatas
kudanya.
Imam ini telah melompat turun dari kudanya dengan
gerakan yang ringan.
Dengan beberapa kali lompatan, dia telah berada dihadapan
Wie Siu Bun.
Ang Bie Tin saat itu telah berkata dengan suara yang
dingin, ”pendeta asing, mengapa engkau mencampuri urusan
kaypang ? Apakah engkau telah mengetahui urusan yang
sebenarnya, sehingga engkau berdiri di pihak kaypang ?”
Tat Mo Cauwsu merangkapkan tangannya.
"Siancai ! Siancai ! Sesungguhnya memang Siauwceng
dengan Wie Siecu itu tidak memiliki hubungan apa2 ...! Jika
kini Siauwceng berdiri dipihak Wie Siecu, karena untuk
membela dan menyelamatkan jiwa manusia yang terancam ...!”
”Hmmm, tahukah engkau bahwa Kaypang bermaksud
memberontak terhadap pemerintah, maka pihak pemerintah
telah mengambil tindakan untuk membasminya ..?" kata Ang
Bie Tin pula.
"Hah ?" Tat Mo Cauwsu jadi terkejut, dia telah melirik
kepada Wie Siu Bun.
Koleksi kang zusi.com 480
Melihat sikap Tat Mo Cauwsu yang kaget dan ragu2 seperti
itu, Ang Bie Tin telah berkata lagi : ”Sebagai seorang yang
telah hidup mensucikan diri, maka kau jangan mencampuri
urusan Kaypang, karena akan menyangkut kepengkhianatan
terhadap pemerintah! Jika memang engkau membela secara
membabi buta, tentu engkau akan terkena getahnya !"
Kata2 itu diucapkan Ang Bie Tin dengan suara tidak
sekeras tadi, diapun berusaha membujuk si pendeta agar tidak
mencampuri urusan ini.
Tetapi Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
sabar : "Jika memang urusan ini menyangkut urusan
pemberontakan, tentu Siauwceng tidak berani mencampurinya
.... tetapi tampaknya didalam urusan ini terdapat suatu yang
agak ganjil..."
"Apa maksudmu ?” tanya Ang Bie Tin.
"Selama dalam perjalanan, Wie Siecu selalu dimusuhi
orang-orang yang tidak dikenal, maka itu Siauwceng berusaha
untuk melindunginya.”
”Hmm, engkau lihat mereka itu ?" tanya Ang Bie Tin
sambil menunjuk kepada orang-orangnya yang berpakaian
sebagai alat negara.
"Ya !" mengangguk Tat Mo Cauwsu.
”Mereka adalah utusan dari pemerintah untuk meminta
bantuan kami membekuk semua anggota anggota Kaypang
dikota raja ini,” berkata Ang Bie Tin lagi.
Dengan sendirinya, perkataan itu mempengaruhi juga hati
Tat Mo Cauwsu.
"Kalau begitu..." kata Tat Mo Cauwsu ragu2. "Aku akan
mengantarkan Wie Siecu sampai bertemu dengan pangcu pusat
Kaypang...jika kelak memang pihak kaypang bermaksud untuk

Koleksi kang zusi.com 481


mengadakan pemberontakan kepada pemerintah, Siauwceng
akan mengundurkan diri..”
”Disaat itu tentunya telah terlambat !" kata Ang Bie Tin
tidak kalah liciknya. Dia telah berkata lagi : "Dan disaat itu jika
memang engkau ingin mengundurkan dan menarik diri, juga
sudah tidak dapat, karena engkau telah berurusan dengan
pemberontakan !”
Mendengar perkataan itu, Tat Mo Cauwsu telah
merangkapkan sepasang tangannya.
”Orang! Orang! Sama sekali Siauwceng tidak memiliki
hasrat untuk mencampuri urusan2 seperti itu..! Dan Siauwceng
datang ke daratan Tionggoan ini hanya untuk menyebarkan
pelajaran agama Buddha dan ilmu silat. Bukankah Kaisar
sendiri telah mengutus seorang kurir untuk mencari tahu
pelajaran Sang Buddha ke tanah Hindustan....?”
”Benar...!" mengangguk Ang Bie Tin dengan suara yang
keras. "Dan disaat saat seperti sekarang ini, tentunya engkau
masih memiliki waktu untuk menarik diri dari kalangan
pengemis itu. Aku juga akan mengabiskan urusan ini sampai
disini saja ! Namun jika nanti tentu segalanya telah
terlambat..!"
Tetapi Tat Mo Cauwsu telah menggelengkan kepalanya.
"Tidak dapat Siauwceng meninggalkan Wie Siecu begitu
saja. Siauwceng telah menjanjikan kepadanya untuk
melindunginya sampai bertemu dengan Pangcu pusat
Kaypang...!"
Waktu itu, Wie Siu Bun sendiri telah menangkis serangan
Hudtim Po Liang Cinjin yang mulai meluncur menghujani
dirinya.
Wie Siu Bun juga telah berteriak dengan suara yang sangat
keras : "Jangan mempercayai perkataannya Taisu, itu hanya

Koleksi kang zusi.com 482


dongengan dia saja...! Mereka tentu orang2 yang menjadi
pengikut Auwyang Siung Bun...!"
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 14
TAT MO CAUWSU telah tersenyum.
“Memang Siauwceng juga memiliki dugaan yang serupa,”
katanya. “Maka jika memang urusan ini ingin dibuat terang,
biarkanlah Siauwceng mengantarkan Wie Siecu sampai
bertemu dengan Pangcunya...!"
Tetapi belum lagi suara Tat Mo Cauwsu selesai, Ang Bie
Tin telah habis sabar, dia mengetahui tidak mungkin bisa
membujuk pendeta itu.
Dengan cepat dia mengeluarkan suara seruan yang nyaring
dan tangan kanannya telah bergerak akan mencengkeram bahu
si pendeta.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Bie Tin itu sangat cepat
dan berbahaya, karena dikelima jari tangannya itu mengandung
kekuatan yang dahsyat sekali.
Jika orang yang berkepandaian biasa saja diserang seperti
itu, tentu akan menjadi gugup. Dan jika serangan tersebut
berhasil mengenai sasarannya, pasti akan membuat pundak dan
tulang pipe sang korban menjadi hancur.
Dengan hancurnya tulang pipe, maka seseorang akan
bercacad, dan lenyap pulalah ilmu silat yang telah
dipelajarinya.
Melihat cara menyerang Ang Bie Tin telah membuat Tat
Mo Cauwsu memperoleh kesan tidak baik pada orang yang
bertubuh gemuk ini.

Koleksi kang zusi.com 483


”Hemm, dia bertangan telengas dan kejam sekali, serangan
pembukaannya saja telah menghendaki kematianku !" berpikir
Tat Mo Cauwsu.
Karena berpikir begitu, dengan cepat Tat Mo Cauwsu
mengelakkan diri dari serangan Ang Bie Tin.
Sebagai seorang pendeta India yang memiliki kepandaian
tinggi luar biasa, tidak sulit baginya untuk menghindarkan diri
dari cengkeraman Ang Bie Tin.
Segera Tat Mo Cauwsu memiringkan pundaknya,
sedangkan tangan kanannya juga serentak bergerak akan
menghantam dada lawannya.
Ang Bie Tin melihat cara berkelit si pendeta, sambil
berkelit juga telah melancarkan serangan balasan membuat dia
sangat mendongkol disamping juga kaget.
Cepat2 dia menarik pulang tangannya untuk berkelit
kesamping, karena jika dia meneruskan serangannya itu,
niscaya dadanya sendiri yang akan tergempur oleh serangan
tangan Tat Mo Cauwsu.
”Apakah engkau juga ingin menjadi pemberontak ?” tegur
Ang Bie Tin dengan suara yang keras sekali.
Namun Tat Mo Cauwsu sudah tidak mau melayani, sebagai
seorang yang berhati welas asih dan selalu membela keadilan,
dia yakin bahwa Ang Bie Tin bukan manusia baik2.
Dari jurus yang pertama itu saja Ang Bie Tin telah
mengeluarkan jurus yang sangat ganas, sehingga Tat Mo
Cauwsu menduga dia sebagai orang yang tidak baik.
Tat Mo Cauwsu sebetulnya selalu menghindarkan turun
tangan keras, maka sejak tadi dia hanya melontarkan dan
membuat terpelanting lawan-lawannya dan memberi luka-luka
ringan saja, jika memang Tat Mo Cauwsu menghendaki, sekali
menggerakkan tangannya berarti akan berjatuhan beberapa
Koleksi kang zusi.com 484
korban dengan jiwa melayang, karena hal itu hanya tergantung
pada Tat Mo Cauwsu saja, yang ingin mempergunakan tenaga
yang ringan atau keras.
Tetapi melihat Ang Bie Tin telah melancarkan serangan2
dengan ganas, dia jadi tidak senang.
Walau bagaimana Tat Mo Cauwsu masih bisa menguasai
diri, dia hanya mengelakkan diri dari serangan Ang Bie Tin.
Walaupun kepandaian Ang Bie Tin cukup tinggi namun
tidak sehebat kepandaian Keuki Takashi atau Ang Ie Sian Lie
Cie Cie Lian.
Dengan mudah Tat Mo Cauwsu bergerak kesana kemari
mengelakkan serangan serangan gemuk dampak she Ang itu.
Ang Bie Tin yang dilayani begitu oleh Tat Mo Cauwsu jadi
semakin diliputi kemendongkolan dan kemarahan, dia
penasaran sekali.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur,
tampak Ang Bie Tin telah menyerang jauh lebih hebat lagi.
Namun menghadapi Tat Mo Cauwsu, kekuatan serangan
Ang Bie Tin seperti kehilangan keampuhannya.
Di saat itu, tampak Tat Mo Cauwsu telah mengelakkan
serangan2 Ang Bie Tin sambil melirik kepada Wie Siu Bun.
Hati Tat Mo Cauwsu jadi terkejut, karena melihat Wie Siu
Bun tengah terdesak hebat sekali dan terancam bahaya yang
tidak kecil dibawah serangan2 hudtim Po Liang Cinjin, dimana
tojin itu telah melancarkan totokan2 yang mematikan dengan
bulu2 hudtimnya.
Seketika itu juga Tat Mo Cauwsu berpikir, bahwa dia tidak
bisa membuang buang waktu lagi.
Ketika melihat Ang Bie Tin melancarkan serangan yang
berikutnya dengan disertai oleh tenaga lwekang yang kuat
Koleksi kang zusi.com 485
sekali, Tat Mo Cauwsu tidak berkisar dari tempatnya berdiri.
Dia telah mengerahkan kekuatan seribu kati di kedua kakinya,
berdiri tegak menantikan serangan Ang Bie Tin.
Waktu gempuran yang dahsyat dari Ang Bie Tin
menyambar datang, dengan mengeluarkan seruan Omitohud
yang perlahan sekali, tampak Tat Mo Cauwsu telah
mengibaskan kedua tangannya, dia telah membuat serangan
Ang Bie Tin jadi seperti membentur perbentengan yang kuat
seperti tembok baja.
Tubuh Tat Mo Cauwsu sama sekali tidak bergeming waktu
kepalan tangan Ang Bie Tin menghantam dadanya.
Dia telah menyalurkan kekuatan lwekangnya melindungi
dadanya, maka tenaga serangan Ang Bie Tin jadi mandek
disitu.
Waktu si pendek gemuk itu tengah terkejut, dia telah
mengibaskan lengan jubahnya.
Seketika itu juga tubuh Ang Bie Tin telah tertolak keras,
tergulung oleh kekuatan tenaga kibasan tangan Tat Mo
Cauwsu.
Dalam keadaan demikian, tubuh si gemuk bergulingan
ditanah beberapa kali, karena jika Ang Bie Tin berusaha untuk
mempertahankan diri dari gempuran itu, dia akan terluka di
dalam.
Dengan bergulingan begitu, tenaga kibasan Tat Mo Cauwsu
telah berhasil dipunahkan.
Mempergunakan kesempatan seperti itu Tat Mo Cauwsu
telah melompat kebelakang Po Liang Cinjin, yang tengah
mendesak Wie Siu Bun.
Diulurkan tangannya untuk menjambak baju si tojin, yang
maksud Tat Mo Cauwsu hendak melemparkan tubuh tojin itu.

Koleksi kang zusi.com 486


Tetapi Po Liang Cinjin juga memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, karena begitu dia mendengar menyambarnya
angin serangan yang kuat sekali dibelakangnya, dia telah
berkelit. Sambil menarik pulang hudtimnya, dia berbalik
mengibas dengan kebutannya itu untuk menyerang Tat Mo
Cauwsu.
Jika memang tadi Po Liang Cinjin membiarkan
punggungnya dijambak Tat Mo Cauwsu, mungkin dia tidak
akan mengalami penderitaan yang berat.
Justru karena dia mengelakkan diri dan bahkan
melancarkan serangan yang tepat dengan Hudtimnya itu telah
membuat Tat Mo Cauwsu mempergunakan tangan kanannya
yang semula gagal menjambak punggung si tojin itu berputar
tahu2 menghantam jitu sekali dada Po Liang Cinjin, sehingga
tubuh tojin itu tergoncang keras mundur kebelakang sambil
mengeluarkan suara pekikan yang keras sekali... dia mundur
dengan muka yang pucat dan telah memuntakan darah segar
beberapa kali.
Ang Bie Tin yang telah berhasil melompat berdiri pula,
tidak berani melancarkan serangan kepada Tat Mo Cauwsu
lagi, karena sekarang dia telah mengetahui bahwa Tat Mo
Cauwsu merupakan seorang pendeta yang memiliki kepandaian
jauh berada diatas kepandaiannya.
Maka dari itu, begitu melihat Po Liang Cinjin terluka, dia
telah memutar tubuhnya melompat keatas kudanya, untuk
melarikan kabur.
Mulutnya juga telah berteriak dengan suara yang keras
sekali.
”Angin keras..!" teriaknya itu berarti menganjurkan
kawannya untuk melarikan diri.

Koleksi kang zusi.com 487


Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun sama sekali tidak
bermaksud mengejar lawan2nya itu.
Musuh musuhnya semua telah serabutan melompat keatas
punggung kuda yang berada didekat mereka. Sama sekali
mereka tidak memperdulikan apakah kuda itu kuda mereka
atau bukan, yang terpenting asal bisa melarikan diri secepat
mungkin.
Mereka telah menyaksikan bahwa Tat Mo Cauwsu
memiliki kepandaian seperti dewa saja.
Maka mereka berpikir untuk bisa meloloskan diri dari si
pendeta itu dulu.
Karena Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun tidak bermaksud
menghalangi mereka, dengan sendirinya semua orang itu dapat
berlalu dengan cepat.
Kawan2 mereka yang terluka telah dibawa serta dengan
diangkat keatas kuda dan kuda2 itupun dilarikan kembali
kedalam kota.
Dalam waktu sekejap mata saja ditempat yang semula
sangat ramai oleh suara bentakan2 dan seruan2 kesakitan itu
telah menjadi hening dan sepi sekali.
Hanya tertinggal Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun berdua
saja yang berdiri mengawasi debu yang mengepul dari derap
kuda orang2 yang melarikan diri itu.
Setelah semua lawan2 itu lenyap dari pandangan mata, Wie
Siu Bun menghela napas.
”Jika tidak ada Taisu, tentu siang2 jiwaku telah berada di
akherat,” kata Wie Siu Bun.
Tat Mo Cauwsu tersenyum.

Koleksi kang zusi.com 488


”Mereka bukan manusia baik2..dan mereka juga berani
mati menjual nama pemerintah untuk menggertak aku..!” kata
Tat Mo Cauwsu.
Wie Siu Bun menghela napas lagi.
”Jika dilihat perkembangan yang terjadi seperti sekarang
dan beberapa saat yang lalu, tampak urusan ini bukan
merupakan persoalan yang kecil.... kami pihak Kaypang tentu
akan menghadapi urusan yang sangat berat ...!”
Tat Mo Cauwsu telah tersenyum lagi, katanya dengan suara
yang nyaring, ”Hemmm, tetapi kebathilan selalu harus lenyap
dari permukaan bumi .....!”
”Benar Taisu ..... terima kasih atas bantuan-bantuan yang
telah Taisu berikan ! Dan kami pihak Kaypang seperti
mendapat bintang penolong yang benar2 bisa menyelamatkan
kami dari kehancuran ....!"
Tat Mo Cauwsu telah mengucapkan kata2 merendah.
Mereka telah melanjutkan perjalanan pula untuk memasuki
kota raja .....
Keadaan didalam kota raja tetap ramai.
Wie Siu Bun mengajak Tat Mo Cauwsu menuju ke sebuah
lorong yang panjang, dan sepanjang jalan itu penuh oleh
pengemis-pengemis tua muda dan kecil yang tengah memenuhi
kedua tepian jalan tersebut.
Ada yang tengah berdiri lesu, ada yang tengah rebah, ada
yang tengah duduk.
Mereka umumnya memberi salam hormat kepada Wie Siu
Bun, dan Tat Mo Cauwsu mengetahui bahwa pengemis2
tersebut memenuhi jalan tersebut untuk mencegah orang luar
yang memasuki wilayah ini, karena di markas pusat dari partai
pengemis itu akan diadakan pertemuan.

Koleksi kang zusi.com 489


Disaat itu, ada seorang pengemis kecil yang menyambut
Wie Siu Bun, setelah memberi hormat, pengemis kecil itu
berkata dengan sikap yang menghormat sekali, ”Wie Tocu,
sudah lama Pangcu menantikan kembalinya Wie Tocu.....!”
Wie Siu Bun hanya mengiyakan dan dipimpin oleh
pengemis kecil itu mereka telah menuju ke sebuah kuil tua
yang terdapat ditempat itu.
Disekitar kuil itu tampak banyak sekali pengemis yang
bertebaran, ada yang tengah tidur, ada yang ber-cakap2 dan ada
pula yang tengah berdiri mengawasi Tat Mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun dengan sikap yang menghormat sekali.
Waktu itu tampak seorang pengemis setengah tua telah
keluar menyambut kedatangan Wie Siu Bun, rupanya dia telah
memperoleh laporan dari pengemis2 yang menyambut
kedatangan Wie Siu Bun.
"Selamat datang Wie Tocu….dan juga kepada tuan
penolong perkumpulan kita… maafkan kami tidak melakukan
penyambutan diluar kota….!"
Dan pengemis setengah tua itu telah menjura kepada Tat
Mo Cauwsu.
Kedudukan pengemis setengah baya itu rupanya sama
dengan tingkat kedudukan Wie Siu Bun.
Dengan mengucapkan beberapa kata merendah tampak Tat
Mo Cauwsu membalas penghormatan pengemis itu.
Dari Wie Siu Bun, Tat Mo Cauwsu mengetahui nama
pengemis itu Lo Ping Siu, memang memiliki tempat
kedudukan yang sama dengan Wie Siu Bun.
Dengan diantar oleh Lu Ping Siu, Tat Mo Cauwsu dan Wie
Siu Bun telah memasuki kuil tua itu.

Koleksi kang zusi.com 490


Didalam kuil telah berkumpul ratusan orang pengemis,
mereka semua telah berdiri dan memberi hormat waktu melihat
Wie Siu Bun dan Tat Mo Cauwsu memasuki ruangan.
Pendeta India itu jadi sibuk membalas penghormatan
beberapa orang pengemis penyambut.
Tat Mo Cauwsu diperlakukan dengan hormat sekali, karena
rupanya pengemis2 ini telah mengetahui bahwa Tat Mo
Cauwsu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali dan
telah menyelamatkan jiwa Wie Siu Bun.
Kuil tua yang dijadikan sebagai pusat markas pengemis
tersebut merupakan kuil yang telah dirombak menjadi
bangunan yang terbagi dalam beberapa ruangan.
Tat Mo Cauwsu dan Siu Bun telah diajak ke sebuah
ruangan yang saat itu masih kosong, terdapat beberapa kursi
dan meja. Lo Ping Siu telah meminta agar Tat Mo Cauwsu dan
Wie Siu Bun duduk dulu, menantikan munculnya Pangcu
mereka.
Selama itu Lo Ping Siu yang telah menemaninya, mengajak
Tat Mo Cauwsu dan Wie Siu Bun ber-cakap2.
Sedangkan Wie Siu Bun juga telah menceritakan kepada
kawannya itu mengenai beberapa peristiwa dimana dia
ditolongi oleh Tat Mo Cauwsu. Jika tidak, menurut Wie Siu
Bun, tentu mereka tidak dapat berjumpa lagi di saat2 sekarang
ini, dan Wie Siu Bun tentunya telah terbinasa, karena orang-
orang yang menghadangnya justru memiliki kepandaian yang
tinggi sekali.
Lo Ping Siu memuji tidak hentinya akan kehebatan Tat Mo
Cauwsu, sehingga membuat pendeta India itu jadi sibuk sekali
mengeluarkan kata-kata merendah.

Koleksi kang zusi.com 491


Tidak lama kemudian didalam ruangan itu masuk seorang
pengemis kecil, yang berusia diantara belasan tahun. Dia
menyatakan Pangcu akan segera datang.
Wie Siu Bun dan Lo Ping Siu cepat2 berdiri untuk
menyambut kedatangan Pangcu mereka, sedangkan Tat Mo
Cauwsu juga jadi tidak enak hati jika duduk terus, dia telah ikut
berdiri disamping Wie Siu Bun.
Dari ruangan dalam tampak melangkah masuk seorang
pengemis tua berusia diantara enam puluh tahun, dengan wajah
yang memerah sehat dan ditangan kanannya memegang
sebatang tongkat bambu, dibahunya tergemblok sebuah cupu2
arak.
Sambil melangkah masuk, mulutnya telah
memperdengarkan suaranya yang nyaring : ”Selamat ! Selamat
! Ternyata Wie Tocu pandai sekali bekerja !”
Lo Ping Siu dan Wie Siu Bun cepat2 menekuk kedua kaki
mereka, berlutut dihadapan lelaki tua itu, rajanya pengemis
tersebut.
”Saya datang menghunjukkan hormat kepada pangcu,” kata
Lo Ping Siu dan Wie Siu Bun hampir berbareng.
Ketua pengemis itu telah membangunkan kedua orang
bawahannya. Kemudian menoleh kepada Tat Mo Cauwsu,
merangkapkan kedua tangannya dengan tongkat dikempit
diketiaknya, dia telah berkata.
”Terima kasih atas bantuan dan pertolongan yang telah
diberikan Taisu kepada Kaypang.... dengan adanya Taisu,
Kaypang seperti menerima bintang penolong yang bisa
menyelamatkan kami ! Aku Sun Cie Po menyatakan terima
kasih atas nama seluruh anggota Kaypang."
Tat Mo Cauwsu cepat2 menjura membalas penghormatan
ketua pengemis itu.

Koleksi kang zusi.com 492


”Pangcu terlalu merendah, pertemuan Siauwceng dengan
Wie Siecu hanya kebetulan saja, dan secara kebetulan pula
Siauwceng bisa melakukan sedikit pekerjaan membereskan
persoalan yang dimiliki Wie Siecu...” kata Tat Mo Cauwsu.
Setelah masing2 mengeluarkan basa basi sekedar
berkenalan, Pangcu Sun Cie Po telah mempersilahkan Tat Mo
Cauwsu untuk duduk dikursi kehormatan dan Pangcu itu telah
duduk pula disampingnya.
Sedangkan Wie Siu Bun dan Lo Ping Siu duduk di kursi
lainnya yang berada dipinggir.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
sabar : ”Selama dalam perjalanan telah terjadi banyak sekali
peristiwa yang mengherankan...banyak yang menyatakan
bahwa Kaypang telah berurusan dengan pihak pemerintah,
benarkah itu Pangcu?"
Sun Cie Po tertegun sejenak, tetapi Wie Siu Bun cepat2
menceritakan peristiwa yang terjadi diluar pintu kota beberapa
saat yang lalu.
Sun Cie Po Pangcu jadi muram mukanya, dia telah
mengetuk lantai dengan ujung tongkatnya, dia bilang, ”Inilah
berbahayanya orang she Auwyang itu, dia selalu mengadu
dombakan partai pengemis kami dengan beberapa golongan !
Tampaknya didalam urusan ini mereka berusaha menggerogoti
dan memperlemah kaypang kami, baru nanti mengadakan
penyerangan.”
Dan sambil berkata begitu, tampak Sun Cie Po Pangcu
telah menoleh kepada Wie Siu Bun, dia perintahkan orangnya
itu menceritakan pengalamannya.
Wie Siu Bun menceritakan jelas seluruh apa yang
dialaminya.

Koleksi kang zusi.com 493


”Hemm,” mendengus Sun Cie Po Pangcu setelah
mendengar habis cerita Wie Siu Bun. "Rupanya urusan
menjadi demikian hebat...semula aku hanya menganggap orang
she Auwyang itu bermaksud menyelusup ke anggota Kaypang
dengan maksud mempergunakan nama terang Kaypang
berlindung dari kejaran musuhnya, tetapi didalam hal ini
memang kita harus berhati-hati, karena dibalik peristiwa ini
terselip urusan yang cukup luas ruang lingkup rencana dari
orang she Auwyang itu...!" dan muka Pangcu kaypang itu jadi
muram.
Tat Mo Cauwsu melihat sinar mata pangcu kaypang ini,
mengetahui bahwa Sun Cie Po merupakan seorang jago yang
memiliki kepandaian sangat tinggi lwekangnya juga pasti
sangat sempurna, karena matanya memancarkan sinar yang
sangat tajam sekali. Dilihat dari raut muka dan sikap pangcu
kaypang ini tentu dia seorang yang sabar dan cerdas sekali.
Tetapi urusan yang dihadapi pihak Kay pang tampaknya
bukan urusan yang kecil, karena justru perkumpulan pengemis
yang tersebar diseluruh daratan Tionggoan itu tengah
menghadapi ancaman dari seorang yang bernama Auwyang
Siung Bun.
”Sesungguhnya...," kata Pangcu Kaypang itu, waktu Tat
Mo Cauwsu menanyakan kepadanya siapakah sebenarnya
Auwyang Siung Bun. ”Orang she Auwyang itu seorang jago
yang berusia telah lanjut yang berkuasa disekitar daerah
Ouwlam dan beberapa kota lainnya. Dia memiliki banyak
sekali pengikutnya, tetapi disamping kepandaiannya memang
tinggi dan jarang orang bisa menandinginya, diapun seringkali
melakukan perbuatan2 yang tidak baik, sehingga banyak
musuhnya. Entah bagaimana caranya, Auwyang Siung Bun
telah mengikat tali permusuhan dengan iblis nomor satu saat
sekarang ini, yaitu It Cie Sin Mo (Iblis Sakti Berjari Satu)
Kwee Bo In, yang kepandaiannya jauh lebih tinggi dari

Koleksi kang zusi.com 494


Auwyang Siung Bun sendiri, sehingga membuat Auwyang
Siung Bun tidak berani menghadapinya dan telah melarikan
diri dari tempat kediamannya, dan kemudian menyelusup
menyamar sebagai anggota Kaypang didaerah yang berdekatan
dengan tempatnya berada, yang dikuasai oleh wakil pangcu
Kaypang Kiong Siang Han. Tetapi penyamarannya itu justru
secara kebetulan diketahui olehku, seorang sahabat baik yang
kebetulan berkunjung telah memberikan kisikan, sehingga aku
mengutus Wie Siu Bun untuk memberitahukan hal penyamaran
itu kepada Kiong Siang Han, sebab bisa membahayakan
Kaypang, dimana Auwyang Siung Bun bermaksud mengadu
domba Kaypang dengan pihak It Cie Sin Mo Kwee Bo In.
Tetapi setelah kudengar pengalaman Wie Siu Bun, selain
Kiong Siang Han berhasil dipengaruhinya, juga memang
tampaknya Auwyang Siung Bun bermaksud untuk merebut
kedudukan Pangcu Kaypang, menguasai perkumpulan kami
ini....! Hai! Hai! Urusan telah terjadi demikian, kita harus dapat
mengadakan persiapan yang cepat ! Mulai besok kita sudah
harus mengadakan persiapan, dengan mengirimkan beberapa
orang kurir untuk menemui wakil pangcu di cabang2 daerah
dan kota2 lainnya, agar mereka ber-hati2 terhadap
menyelusupnya anak buah Auwyang Siung Bun ... disamping
itu merekapun harus bersiap-siap menghadapi suatu
kemungkinan...!” setelah berkata begitu, pangcu Kaypang ini
telah menghela napas.
Tat Mo Cauwsu juga telah tersenyum kecil, katanya, "Jika
dilihat dari cara orang2 Auwyang Siung Bun mengepung kami,
mereka semuanya memiliki anggota yang berkepandaian rata
cukup tinggi, maka dari itu, Pangcu harus ingat jangan sampai
nanti anggota Kaypang jadi korban dari keganasan mereka !"
"Tepat ! Tepat Taisu !” kata Sun Cie Po. ”Memang akupun
tengah memikirkan cara yang sebaik mungkin memancing
Auwyang Siung Bun agar mau muncul memperlihatkan diri !

Koleksi kang zusi.com 495


Dengan berurusan langsung dengan dia, berarti kita bisa
menghindarkan berjatuhannya korban yang tidak perlu...."
Tat Mo Cauwsu merangkapkan tangannya, dia menyebut
kebesaran Sang Buddha.
"Untuk membasmi kebathilan, maka silahkan Pangcu
perintahkan saja kepada Siauwceng, tugas apa yang harus
Siauwceng lakukan ?” kata Tat Mo Catwsu.
Pangcu Kaypang itu jadi terkejut, cepat-cepat dia bangkit
dari duduknya dan telah menjura kepada si pendeta dari India
ini.
”Terima kasih atas kesediaan Taisu membantu pihak kami
!" kata Pangcu itu kemudian. ”Tidak berani kami
mempergunakan kata-kata "Perintah", tetapi kami sangat
mengandalkan sekali tenaga dan bantuan Taisu, agar Kaypang
kami ini tidak mengalami kehancuran dari inceran orang she
Auwyang itu ! Harus diketahui juga Taisu, jika Auwyang
Siung Bun berhasil menguasai Kaypang, tentu bahaya untuk
umum akan timbul, dia akan memanfaatkan kekompakan
Kaypang untuk mendukung dia melakukan banyak perbuatan
jahatnya ... disamping itu tentu saja dia akan mengorbankan
Kaypang untuk menghadapi It Cie Sin Mo Kwee Bo In ...
musuhnya itu !”
Tat Mo Cauwsu telah mengangguk membenarkan.
”Pikiran Pangcu ternyata sangat luas sekali..” pujinya. ”Dan
Siauwceng berjanji dengan kekuatan yang ada, bersedia
membantu Kaypang sekuat kesanggupan Siauwceng .....!”
Beberapa kali Pangcu Sun Cie Po mengucapkan terima
kasihnya. Dia telah berkata lagi: ”Semoga saja dengan sinarnya
Sang Buddha kami bisa mengatasi persoalan ini...."
Tetapi baru saja Pangcu Kaypang tersebut berkata sampai
kesitu, justru di saat itu telah terdengar suara yang aneh sekali

Koleksi kang zusi.com 496


diluar kuil seperti suara pecahnya kaleng dan disertai dengan
suara jeritan beberapa orang. Bahkan yang mengerikan sekali
suara jeritan itu merupakan suara jerit kematian.
Muka Pangcu Sun Cie Po berobah jadi guram, dengan
menjejakkan kakinya, tubuhnya berkelebat keluar dan ruangan
itu untuk melihat apa yang terjadi.
Tat Mo Cauwsu kagum melihat ginkang yang dimiliki
Pangcu Kaypang, karena tubuhnya bergerak begitu cepat
sehingga tampaknya kakinya tidak menginjak lantai, ringan
dan tidak bersuara.
Wie Siu Bun bertiga dengan Tat Mo Cauwsu dan Lo Ping
Siu juga telah keluar menyusul Sun Cie Po.
Waktu mereka tiba diluar, tampak Pangcu itu tengah berdiri
berhadapan dengan seseorang.
Tat Mo Cauwsu jadi tercengang heran, karena cepat sekali
dia mengenalinya bahwa orang yang datang itu yang berdiri
dihadapan Pangcu Kaypang tidak lain dan Keuki Takashi, jago
Jepang yang lihay tangan dan kakinya itu.
Di dekat Keuki Takashi tampak menggeletak tiga sosok
tubuh pengemis dengan kepala yang pecah dan darah
bercampur otak membasahi lantai pekarangan kuil itu.
Dalam keadaan seperti ini membuat Tat Mo Cauwsu dapat
menduganya, tentunya ketiga pengemis itu menjadi korban
pukulan telapak tangan Keuki Takashi.
Maka dari itu terlihat Tat Mo Cauwsu mengerutkan alisnya,
dia jadi men-duga2 entah hendak melakukan apa jago Jepang
ini dengan mendatangi pusat perkumpulan Kay pang.
Sun Cie Po juga telah melihat ketiga orang korban dari
pukulan Keuki Takashi yang menggeletak tidak bernyawa itu,
membuat Sun Cie Po untuk sejenak berdiri dengan tubuh
gemetar karena menahan gejolak hawa amarah di hatinya. Dia
Koleksi kang zusi.com 497
telah bilang kepada Keuki Takashi dengan suara yang dingin
karena dia menindih perasaan amarahnya itu : ”Apa maksudmu
datang mengacau disini..?”
Ditegur begitu bukannya menyahuti, Keuki Takashi telah
tertawa ber-gelak2 dengan suara yang sangat nyaring sekali,
suaranya terdengar keras bagaikan kaleng pecah, mirip2
dengan suara tertawa dan juga suara menangis, mengerikan
sekali.
Setelah puas tertawa, barulah dia berkata, ”Aku mencari
Pangcu Kaypang.....!!"
Sun Cie Po berseru, ”Aku sendiri yang memangku jabatan
Pangcu di Kaypang...ada persoalan apakah engkau mencariku
!"
Muka Keuki Takashi tampak berobah, dia menatap Sun Cie
Po dengan sorot mata yang sangat tajam, kemudian katanya
dengan suara yang sangat perlahan : ”Aku membawa surat
titipan dari seseorang untukmu...”
Sambil berkata begitu, Keuki Takashi telah merogoh saku
bajunya, si pendek jago Jepang ini telah mengeluarkan
segulungan surat yang dilemparkan kedepan Sun Cie Po.
Gerakan tangan Sun Cie Po cepat sekali, belum lagi kertas
yang tergulung itu terjatuh, dia telah berhasil mengulurkan
tangan menyambutinya.
Kemudian dibukanya surat itu, dibacanya huruf2 yang
terdapat di kertas tersebut.
Pangcu Kaypang Sun Cie Po : Lewat kawanku yang
bernama Keuki Takashi ini, ingin kusampaikan bahwa
tantangan yang kau berikan kepadaku dapat diterima dengan
baik! Tolong kau sampaikan, hari dan tempo yang kau
tetapkan....! Soal Auwyang Siung Bun yang telah memasuki
Kaypang sebagai tempat berlindungnya dibawah pengaruh

Koleksi kang zusi.com 498


nama besarmu, tidak menjadi persoalan, aku mengerti apa yang
engkau maksudkan di dalam suratmu, bahwa seluruh tanggung
jawab Auwyang Siung Bun diambil alih oleh kau ! Tetapi,
perlu kujelaskan disini, bahwa setelah selesainya pertemuan
kita nanti untuk menentukan siapa yang diatas dan siapa yang
dibawah, tetap saja Auwyang Siung Bun harus
mempertanggung jawabkan dosanya kepadaku, aku tetap akan
mencarinya untuk memperhitungkan urusan kami...!
Tertanda
It Cie Sin Mo Kwee Bo In.
Membaca surat itu, muka Pangcu Kay pang ini telah
berobah, segera dia teringat cerita Wu Siu Bun, bahwa Kiong
Siang Han telah berhasil dipengaruhi oleh Auwyang Siung
Bun, dan telah mengirim surat atas nama Kaypang kepada iblis
nomor satu waktu itu yaitu It Cie Sin Mo Kwee Bo In.
Tentunya surat ini merupakan surat balasan dari It Cie Sin
Mo Kwee Bo In terhadap surat tantangan yang dikirim oleh
Kiong Siang Han, yang mempergunakan nama Sun Cie Po
sebagai penantangnya.
Sedang Pangcu Kaypang ini mencari kata2 yang baik untuk
menjelaskan kepada Keuki Takashi peristiwa dan urusan yang
sebenarnya, saat itu jago Jepang itu telah bertanya dengan
suara yang dingin : "Apakah engkau ingin memberikan
jawaban atas surat itu? Jika ada balasan, aku akan
menantikannya...!"
Sun Cie Po menghela napas.
”Sebenarnya didalam urusan ini terdapat
kesalahmengertian... ada orang ketiga yang hendak mengadu
domba antara diriku dengan sahabatmu itu, yaitu It Cie Sin Mo
Kwee Bo In...!" kata Sun Cie Po kemudian.

Koleksi kang zusi.com 499


Keuki Takashi telah tertawa dingin, dia bilang dalam
bahasa Han yang kaku : "Aku tidak tahu urusan itu, yang
terpenting engkau ingin memberikan balasan atau tidak.”
Sun Cie Po menghela napas lagi, diapun tidak puas melihat
sikap Keuki Takashi yang begitu tawar padanya, maka dia
bilang : "Baiklah, aku menantikan It Cie Sin Mo disini... Besok
jam dua belas malam ! Tetapi sampaikan juga kepadanya agar
jangan membinasakan seorangpun anggota Kaypang yang tidak
mengetahui apa2 persoalan kami...langsung menemui aku...!"
Keuki Takashi telah tertawa mengejek lagi, tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia telah melompat tinggi
sekali.
Gerakan yang dilakukannya itu bukan dengan
mempergunakan ilmu meringankan tubuh dari cabang
persilatan yang biasa terdapat didaratan Tionggoan, karena dia
melompat dengan gerakan yang kaku, namun tubuhnya
bergerak ringan dan sekejap mata dia telah melewati dinding
tembok itu lenyap di baliknya ....
Sun Cie Po menghela napas, dia memberikan surat It Cie
Sin Mo Kwee Bo In kepada Tat Mo Cauwsu.
Pendeta India ini telah membaca surat dan sepasang alisnya
tampak mengkerut dalam dalam.
"Jika dilihat demikian, tampaknya kepandaian si iblis It Cie
Sin Mo memang luar biasa karena dia bisa mempengaruhi
Keuki takashi sebagai orang suruhannya..!"
Dan Tat Mo Cauwsu telah menceritakan pertemuannya
dengan Keuki Takashi beberapa saat yang lalu dimana mereka
bertempur dengan hebat, dan keduanya masih belum berhasil
menentukan siapa yang menang dan kalah, karena kepandaian
Keuki Takashi juga memang aneh dan sempurna.

Koleksi kang zusi.com 500


Mengenai Ang Ie Sian lie Cie Cie Lian tidak diceritakan
oleh Tat Mo Cauwsu, karena dia merasa malu jika teringat
akan kenekadan jago wanita yang membuka pakaiannya.
Sun Cie Po jadi guram wajahnya, dia menghela napas
dengan pikiran yang agak kusut.
”Jika mendengar cerita Taisu, tentunya kepandaian iblis
utama It Cie Sin Mo berada di atas kepandaian Keuki Takashi,
bukankah begitu Taisu ?"
Tat Mo Cauwsu mengangguk ragu2.
”Kurang lebih begitulah dugaanku, karena menurut
penglihatanku Keuki Takashi tidak mudah ditundukkan, karena
dia memiliki kepandaian yang tinggi sekali, tidak berada
disebelah bawah kepandaianku ! Jika Iblis It Cie Sin Mo itu
memiliki kepandaian yang hanya lebih tinggi sedikit dari Keuki
Takashi, tentu dia tidak bisa memerintahkan Keuki Takashi
sebagai pembawa suratnya !"
Sun Cie Po menganggap perkataan Tat Mo Cauwsu
beralasan. Tetapi urusan telah terjadi demikian, maka Tat Mo
Cauwsu menganjurkan kepada Sun Cie Po agar menantikan
tibanya besok saja pertemuan itu berusaha memberikan
penjelasan dan keterangan yang sesungguhnya kepada It Cie
Sin Mo. Mudah2an saja pertempuran antara mati dan hidup itu
bisa dijelaskan dan dibatalkan dengan pengertian si iblis.
Tetapi menurut Sun Cie Po, yang akan celaka adalah
anggota2 Kaypang, yang tentunya akan banyak berguguran
akibat keganasan It Cie Sin Mo jika iblis itu muncul besok
malam dikuil ini.
Tat Mo Cauwsu juga jadi berkuatir, karena dia mungkin
bisa menghadapi Keuki Takashi tetapi Sun Cie Po apakah
sanggup menghadapi It Cie Sin Mo Kwee Bo In ?

Koleksi kang zusi.com 501


Tanda tanya itu masih belum terjawab... dan semua anggota
Kaypang yang mengetahui bahwa Pangcu mereka tengah
menghadapi kesulitan yang tidak kecil, telah bermuram durja,
dan terdiam diri saja.
Walaupun di kuil itu berkumpul banyak sekali anggota
Kaypang, tetapi disebabkan mereka itu hanya berdiam diri,
dengan sendirinya telah membuat keadaan disekitar tempat
tersebut jadi hening sekali. Umpama kata sebatang jarum jatuh
ke lantai, suara jatuhnya itu tetap akan terdengar..
Wie Siu Bun juga agak bingung, karena dia mengetahui Tat
Mo Cauwsu memiliki kepandaian yang sangat tinggi tetapi
berimbang dengan Keuki Takashi, dan jika menurut perkiraan
Tat Mo Cauwsu bahwa kepandaian iblis It Cie Sin Mo Kwee
Bo In itu berada diatas Keuki Takashi, apakah hal ini bisa
dihadapi oleh Pangcunya ?
Tanda tanya seperti itu membuat Wie Siu Bun berkuatir
sekali.
Tetapi Sun Cie Po akhirnya memerintahkan beberapa orang
pengemis untuk menyediakan meja perjamuan. Walaupun
mereka golongan pengemis, untuk perjamuan tersebut ternyata
telah dikeluarkan macam2 sayur yang mahal harganya, Tat Mo
Cauwsu tidak mengetahui mereka itu memperoleh semua
barang makanan ini dari mana.
Didalam pesta itu cukup banyak pengemis yang turut serta,
sehingga keadaan menjadi ramai kembali.
Tat Mo Cauwsu malam itu bermalam di kuil tersebut,
memperoleh kamar yang bersih dan teratur yang terletak
dibelakang kuil itu. Tat Mo Cauwsu memang ingin menantikan
sampai tibanya saat2 pertemuan diantara It Cie Sin Mo Kwee
Bo In, karena pendeta India inipun tertarik sekali untuk melihat
macam bagaimanakah iblis yang bisa menduduki tokoh nomor
wahid untuk masa kini.

Koleksi kang zusi.com 502


XdwXkzX
Malam telah larut, hampir kentongan kedua. Keadaan dikuil
tua yang dipergunakan sebagai markas Kaypang itu tampak
sunyi, karena sejak sore itu Sun Cie Po telah memerintahkan
anggota2 pengemis untuk memisahkan diri agar tidak berada
dikuil tersebut, menghindarkan hal2 yang tidak diinginkan.
Sun Cie Po hanya memperbolehkan beberapa orang
pengemis dari tingkat keempat keatas boleh berada didalam
kuil, karena mereka memiliki kepandaian telah cukup tinggi,
sehingga bisa menjaga keselamatan diri mereka jika
diperlukan.
Waktu hampir mendekati kentongan kedua itu, Tat Mo
Cauwsu telah duduk diruangan tengah kuil itu ber-sama2
dengan Sun Cie Po dan tokoh2 pengemis lainnya, termasuk
Wie Siu Bun dan Lo Ping Siu.
Semuanya telah berdiam diri, sehingga ruangan itu sunyi
sepi, bagaikan tidak berpenghuni, karena keadaan disekitar
ruangan itu telah terbungkus oleh ketegangan. Kunjungan Iblis
utama It Cie Sin Mo Kwee Bo In memang menimbulkan kesan
yang agak menyeramkan, karena Kwee Bo In telah diembeli
dengan perkataan "Iblis Nomor Satu” tentu tindak tanduknya
akan mengerikan dan ganas sekali.
Kentongan ketiga telah dipukul terdengar dikejauhan,
wajah semua pengemis2 yang berkumpul diruangan itu jadi
berobah semakin tegang. Hanya mata mereka saling melirik,
tetapi tidak sepatah perkataanpun yang terucapkan dari mereka.
Tetapi belum lagi begitu lama lewatnya suara kentongan
itu, justru diantara keheningan itu telah terdengar suara
lolongan yang panjang sekali, dicampur juga oleh suara pekik
yang aneh menyerupai suara tertawa dan suara menangis.

Koleksi kang zusi.com 503


Tat Mo Cauwsu dan yang lain2nya mengetahui bahwa si
iblis telah muncul. Suara pekik yang menyerupai suara tawa
dan tangis itu adalah suara pekikan Keuki Takashi yang
dikenal benar oleh Tat Mo Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu segera dapat menduganya bahwa yang
tengah mendatangi itu tentu se-tidak2nya Keuki Takashi
berdua dengan seseorang yang mengeluarkan suara lolongan
itu, dan orang yang mengeluarkan suara lolongan itu mungkin
iblis utama It Cie Sin Mo Kwee Bo In.
Keadaan bertambah tegang, dan semuanya telah menanti
dengan gelisah, sedangkan suara lolongan pekikan itu semakin
lama terdengar semakin jelas.
Tidak menanti terlalu lama, tampak dua sosok tubuh telah
melompati dinding tembok kuil, meluncur masuk dengan gesit.
Kemudian kedua sosok tubuh itu telah melangkah memasuki
ruangan kuil dengan langkah2 lebar tanpa memperdulikan
beberapa orang pengemis yang berdiri sebagai penyambut
tamu itu. Sikap mereka angkuh sekali.
Waktu semua orang melihat kedua orang itu, semuanya jadi
bergidik.
Jika yang seorang memang Keuki Takashi yang telah
mereka kenal waktu kemarin datang mengantarkan surat dari
Kwee Bo In. Namun membuat mereka jadi bergidik ngeri
justru disaat itu orang yang berjalan bersama Keuki Takashi
merupakan seorang yang wajah dan keadaannya sangat
mengerikan sekali. Kepalanya gundul dan penuh bisul-bisul,
disamping itu mukanya yang kurus itu penuh daging2
menonjol sehingga tampaknya menyeramkan sekali seperti
juga muka itu memang pernah terbakar api. Tubuh orang
itupun sangat mengerikan, kedua tangannya pendek, sepasang
kakinya panjang, sehingga keanehan itu mendatangkan ngeri
dengan bentuk muka yang tidak keruan macam itu.

Koleksi kang zusi.com 504


Sun Cie Po juga tergetar hatinya waktu melihat keadaan
tamunya yang seorang itu. Tetapi dengan cepat Pangcu
Kaypang itu telah tertawa dan berdiri dari duduknya.
”Selamat datang ditempat kami, saudara Kwee !" katanya
sambil merangkapkan kedua tangannya dia telah menjura
memberi hormat.
Orang yang kepalanya penuh bisulan dan botak itu telah
mengeluarkan suara tertawa aneh yang seperti suara melolong
itu, dia memberi isyarat kepada Keuki Takashi, dan jago
Jepang yang tangguh itu dengan patuh telah menyingkir
kesamping.
Barulah orang berkepala gundul menyeramkan itu berkata
dengan suara yang dingin sekali, ”Kedatanganku untuk
memenuhi tantangan Pangcu Kaypang Sun Cie Po....!”
Sun Cie Po tersenyum pahit, katanya, ”Sesungguhnya, aku
tidak pernah merasa menantangmu, saudara Kwee..."
”Heh ?” bertanya dingin sekali orang she Kwee itu dengan
muka yang tidak sedap dilihat, dia tampaknya heran. Tetapi
kemudian dia meneruskan perkataannya, ”Apakah engkau
menarik tantanganmu karena merasa takut kepadaku ?”
Kwee Bo In berkata begitu dengan sikap memandang
enteng dan angkuh sekali.
Tat Mo Cauwsu sejak kedatangan iblis utama ini telah
memperhatikan terus.
Dia melihat bahwa Kwee Bo In tampaknya memiliki
kepandaian yang tidak berada dibawah Keuki Takashi, karena
selain langkah langkah kakinya yang telah meninggalkan bekas
telapak kaki yang dalam ditanah, juga Keuki Takashi
tampaknya begitu patuh kepadanya.
Sun Cie Po telah merangkapkan kedua tangannya, katanya :
”Tidak pantas jika aku tidak mempersilahkan tamu untuk
Koleksi kang zusi.com 505
duduk dan dijamu dulu.... nanti aku akan menjelaskannya,
bahwa didalam urusan ini ada orang ketiga yang ingin
mengadu domba diantara kita berdua...!"
Mendengar perkataan Sun Cie Po, Kwee Bo In tiba2
tertawa dengan suara yang ber-gelak2, sehingga menggetarkan
ruangan itu.
”Hahahahaha.......” suaranya itu mendirikan bulu tengkuk.
”Apakah engkau ingin maksudkan Auwyang Siung Bun yang
mengadu domba kita ? Itu sudah resiko Kaypang, berani
menerima dia menjadi anggota Kaypang, berarti akibatnya
harus diterima oleh Kaypang pula!"
”Tetapi Auwyang Siung Bun bukan anggota Kaypang...."
menjelaskan Sun Cie Po.
”Bukan anggota Kaypang ?" suara Kwee Bo In terdengar
keras sekali. Kemudian dengan muka yang berobah tambah
bengis, lebih2 dengan keadaan mukanya yang menyeramkan
ini, sehingga mendatangkan kesan yang tidak enak dilihat, dia
meneruskan perkataannya. ”Apakah engkau ingin
mempermainkan aku? Bukankah suratmu yang lalu itu telah
menyatakan bahwa Auwyang Siung Bun telah diterima
menjadi anggota Kaypang dan bahkan engkau sendiri yang
ingin menanggung semua urusannya itu denganku...engkau
menantang aku untuk mengadu kekuatan ..."
”Surat itu bukan dikirim olehku...”
”Oh, Pangcu yang tidak bertanggung jawab !" teriak Kwee
Bo In dengan suara menyerupai teriakan, dia telah berteriak
dengan suara yang aneh, hampir menyerupai suara lolongan,
rupanya dia telah diliputi kemarahan. ”Apakah sekarang,
setelah tiba saatnya, engkau ingin menarik diri dan
membatalkan suratmu itu, dengan menimpahkannya kepada
orang lain?"

Koleksi kang zusi.com 506


”Bukan begitu ...!" menjelaskan Sun Cie Po, hatinya telah
mendongkol bukan main, karena belum pernah seumur
hidupnya orang memperlakukan dia dengan sikap kasar seperti
itu.
”Lalu kenapa engkau bicara ber-belit2 ?" tegur Kwee Bo In
dengan suara mengandung kegusaran.
”Duduklah dulu, Kwee Hengtai, nanti aku akan
menjelaskannya..." kata Sun Cie Po menyabarkan hatinya.
”Aku menghendaki sekarang juga kita menentukan siapa
yang diatas dan siapa yang dibawah,” seru Kwee Bo In dengan
suara yang aseran.
”Baiklah saudara Kwee, dengarlah baik2 ! Sebetulnya
Auwyang Siung Bun telah menyelusup menyamar sebagai
anggota Kaypang di dalam wilayah kekuasaan Kiong Siang
Han, orangku...diapun dengan jalan kekerasan atau membujuk,
telah berhasil mengatasi dan mempengaruhi Kiong Siang Han,
sehingga orangku itu yang mewakiliku memegang pimpinan di
daerah, telah menulis surat kepadamu, mengatas namakan
padaku...! Sesungguhnya, aku sendiri ingin menangkap
Auwyang Siung Bun, karena disebabkan dia, telah cukup
banyak anggota Kaypang yang menderita dan berkorban
jiwa....”
Mendengar penjelasan ini, tampaknya Kwee Bo In jadi
heran dan tertegun.
Tetapi segera dia menduga bahwa semua ini tentu hanyalah
suatu permainan dari Sun Cie Po, yang ingin membatalkan
pertemuan itu dengan bermacam macam alasan.
”Aku tidak perduli akan semua itu, yang terpenting hari ini
aku telah berada disini dan aku ingin melihat kepandaianmu
yang berani mengangkat diri sebagai Pangcu dari perkumpulan
Kaypang ! Persoalan Auwyang Siung Bun memang akan

Koleksi kang zusi.com 507


kuselesaikan nanti, aku akan mencarinya dan mematahkan
batang lehernya.....!"
Tegas sekali perkataan Kwee Bo In, dan sama sekali dia
tidak memperlihatkan sikap bersahabat, bahkan dia terlalu
mendesak Sun Cie Po.
Tidak ada jalan lain bagi Sun Cie Po, karena sebagai
seorang Pangcu, tidak bisa dia terlalu mengalah, karena dapat
menjatuhkan pamor dari kaypang. Walaupun harus
menghadapi kematian, dia harus mempertahankan kehormatan
dirinya untuk kemegahan kaypang.
”Baiklah !" katanya kemudian sambil mengangguk. "Apa
yang Kwee hengtai inginkan, pasti akan kuiringkan..,tetapi
duduklah dulu aku hendak menjamumu !!"
Tetapi Kwee Bo In benar-benar sangat aneh tindak
tanduknya, dan gelar iblis pada dirinya tampaknya sesuai
sekali. Sebab tanpa mengucapkan sepatah katapun juga dia
telah melompat ke tepi ruangan itu, tahu-tahu tangannya telah
meluncur kepada salah seorang pengemis yang berdiri disitu.
Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun juga, tangannya
bekerja cepat melancarkan cengkraman. Sebetulnya si
pengemis itu bermaksud mengelakkan diri dalam keadaan
kaget seperti itu, dia merupakan seorang pengemis tingkat
kelima dan memiliki kepandaian yang tidak sembarangan.
Namun disebabkan gerakan tangan Kwee Bo In sangat
cepat sekali, pengemis itu tidak bisa berkutik, tahu2
punggungnya telah kena dicengkeram.
Tangan Kwee Bo In yang lainnya telah bergerak lagi, dan
seperti memotes sesuatu barang saja, dia telah menjambak
rambut pengemis itu dan memotes kepala pengemis itu,
lehernya putus dan batok kepalanya itu dilemparkan
menggelinding di lantai.

Koleksi kang zusi.com 508


Semua itu terjadi singkat dan cepat sekali, diwaktu orang-
orang masih tertegun dengan mata terbuka lebar2, tahu2 kepala
pengemis yang putus dari lehernya tanpa bisa mengeluarkan
jeritan itu, telah menggelinding diatas lantai ....
Mengerikan sekali apa yang terjadi itu, membuat semua
orang menggidik.
Tetapi Sun Cie Po waktu tersadar dari kagetnya, telah
melompat marah.
"Dasar iblis kau....!” bentaknya. ”Orang-orangku tidak ada
sangkutan apa2 dengan engkau, karena justru engkau akan
mengadu kekuatan denganku, mengapa engkau menurunkan
tangan telengas begitu kepada orang2ku ?"
Tetapi Kwee Bo In sambil melemparkan tubuh korbannya
yang sudah tidak berkepala itu keatas lantai, tertawa bergelak-
gelak.
”Jika engkau ingin mengulur-ngulur waktu, maka jangan
engkau sesalkan jika korban yang berjatuhan bertambah
banyak !" katanya dengan suara yang menyeramkan.
Tat Mo Cauwsu sendiri yang melihat kekejaman Kwee Bo
In, telah memuji kebesaran nama Sang Buddha beberapa kali.
Disamping itu diapun terkejut sekali, gerakan Kwee Bo In
secepat bayangan setan. Dan cara dia menangkap tawanannya
itu merupakan gerakan yang luar biasa, sehingga pengemis
yang menduduki tingkat kelima itu saja tidak berdaya
mengelakkan diri, benar-benar luar biasa sekali kepandaian
dari iblis itu. Maka bisa dibayangkan tentu kepandaian lainnya
dari Kwee Bo In jauh lebih hebat dari yang diperlihatkannya
itu.
Sedangkan Keuki Takashi hanya tersenyum-senyum saja
waktu melihat apa yang dilakukan oleh Kwee Bo In.

Koleksi kang zusi.com 509


Sun Cie Po sudah tidak bisa menahan kemarahan dihatinya,
dia melompat ke tengah ruangan yang memang telah
dipersiapkan sejak siang tadi, yang dikosongkan dari kursi dan
meja, sehingga cukup luas untuk dipergunakan sebagai
lapangan mengadu kepandaian.
"Baik ! Baik !” kata Sun Cie Po dalam kegusaran yang
tidak kepalang. "Mari ! Mari ! kita mengadu kepandaian !!"
Kwee Bo In juga tidak banyak peradatan, dia telah
melompat dengan gerakan yang ringan menyusul pangcu
Kaypang itu.
Begitu tiba didekat pangcu Kaypang itu, tanpa banyak
bicara dia telah mengulurkan tangan kanannya dengan gerakan
yang cepat sekali untuk mencengkeram.
Tetapi Sun Cie Po merupakan pengemis yang memiliki
kepandaian sangat tinggi, berbeda dengan si pengemis tingkat
lima tadi. Dia telah mengeluarkan suara dengusan marah dan
mengelakkan diri dengan membungkukkan tubuhnya sambil
tangan kanannya menggerakkan tongkatnya menyodok ke
perut Kwee Bo In.
Tetapi iblis It Cie Sin Mo tersebut tidak memperdulikan
sodokan tongkat bambu Sun Cie Po, dia membiarkan perutnya
tersodok tongkat, sedangkan kedua tangannya telah bergerak
lagi melancarkan cengkeraman.
Sun Cie Po terkejut sekali waktu melihat apa yang
dilakukan lawannya.
Terlebih kaget lagi pangcu Kaypang ini, karena dia
merasakan waktu ujung tongkatnya itu menyodok perut si iblis,
tangannya jadi pedih, dan perut si iblis itu keras sekuat baja,
memperdengarkan suara "Tokkk !” dan tongkat itu sampai
melengkung, tetapi tidak memberikan hasil apa2.

Koleksi kang zusi.com 510


Sedangkan kedua tangan Kwee Bo In justru telah meluncur
menyambar akan mencengkeram ke arah punggungnya.
Sun Cie Po menyadarinya, jika dia sampai terkena
cengkeraman si Iblis, akan celakalah dia.
Maka mati2an Sun Cie Po melesat kesamping, dia
bermaksud menjauhi diri dulu dari si Iblis.
Tetapi Kwee Bo In sama sekali tidak mau memberikan
kesempatan bernapas padanya, begitu tubuh Sun Cie Po
bergerak, segera si Iblis itupun melompat mengikutinya, yang
membuat Sun Cie Po terdesak sekali, karena begitu kakinya
menyentuh lantai, justru ke sepuluh jari tangan si iblis telah
berada didekat punggungnya lagi.
Karena terdesak sekali, Sun Cie Po jadi nekad, dia sudah
tidak keburu untuk mengelakkan diri dari cengkeraman itu
jalan satu2nya bagi dia hanyalah menangkis dengan
tongkatnya.
Dengan cepat diputarnya tongkatnya menghantam kedua
tangan Kwee Bo In, ”Takkk!” terdengar keras sekali tongkat
itu menghantam tangan Kwee Bo In.
Tetapi kedua tangan Kwee Bo In tetap meluncur,
sedangkan tongkat itu telah patah tiga bagian!
Semangat Sun Cie Po seperti terbang meninggalkan
tubuhnya, dia mengeluh didalam hatinya, dan dirasakan jari
tangan Kwee Bo In telah menempel dibaju bagian
punggungnya. ”Habislah aku...!" keluhnya tanpa daya lagi.
Tetapi Tat Mo Cauwsu yang sejak tadi memang telah
bersiap sedia, melihat keadaan demikian telah menimpukkan
sepasang sumpit yang tercekal ditangannya.
Kedua batang sumpit itu meluncur cepat sekali secara lurus
sejajar menyambar kedua biji mata Kwee Bo In.

Koleksi kang zusi.com 511


Menyambarnya sumpit itu cepat sekali, tahu2 telah berada
didepan muka Kwee Bo In.
Iblis itu jadi terkejut, cepat2 dia mengelak kesamping untuk
menyelamatkan biji matanya dari terjangan kedua ujung sumpit
itu. Tetapi gerakannya itu telah memperlambat gerakan kedua
tangannya.
Sun Cie Po mati2an telah melompat mundur beberapa
tombak, muka Pangcu perkumpulan pengemis tersebut telah
berobah pucat dan keringat dingin telah mengucur
dikeningnya. Dia mengeluh, nyaris tadi dia celaka ditangan
Kwee Bo In jika tidak ditolong oleh Tat Mo Cauwsu.
Kwee Bo In tidak mengejar Sun Cie Po, dia telah
membalikkan tubuhnya, memandang bengis sekali kepada Tat
Mo Cauwsu.
”Pendeta, kemari kau !” katanya dengan suara yang
mengandung kemarahan dan memerintah.
Tat Mo Cauwsu memang telah mengambil keputusan
bahwa lebih baik dia yang melayani iblis itu. Maka dia telah
berdiri dari duduknya dan merangkapkan sepasang tangannya.
”Maafkan, Siauwceng ingin main2 beberapa jurus dengan
kepandaian siecu.....” katanya dengan suara yang sabar dan
sikap yang tetap sopan, walaupun Tat Mo Cauwsu tengah
menghadapi iblis ganas seperti Kwee Bo In.
Melihat sikap dan langkah kaki Tat Mo Cauwsu yang
mantap, muka Kwee Bo In memperlihatkan perasaan heran,
lalu dia menoleh kepada Keuki Takashi yang tengah berdiri
diam dipinggir ruangan itu, katanya, ”Diakah yang kau katakan
pendeta sakti itu ?”
Keuki Takashi mengiyakan, tambahnya : ”Tetapi
kepandaiannya tidak lebih tinggi dari kepandaianku !"
Tat Mo Cauwsu tersenyum.
Koleksi kang zusi.com 512
”Memang kami pernah main2 beberapa jurus.....rupanya
Keuki Takashi telah menceritakan segalanya kepada siecu !”
kata pendeta India ini.
Kwee Bo In telah tertawa mengejek, sikapnya memandang
remeh kepada Tat Mo Cauwsu, dia dengan temberang :
"Kebetulan engkau berada disini, biarlah engkau kubereskan
dulu !"
"Siancai ! Siancai ! Bukankah lebih bijaksana jika urusan
diselesaikan dengan pengertian dan juga dengan jalan yang
baik penuh perdamaian ?" tegur Tat Mo Cauwsu.
”Kau takut ?" tegur Kwee Bo In dengan aseran.
Tat Mo Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya.
”Siancai ! Tidak ada yang bisa dipastikan dengan perkataan
takut dan berani. Takut itu bisa muncul didalam waktu2 yang
tertentu. Tetapi bagi seseorang yang tengah ketakutan jika
sudah tidak memiliki jalan lain dan dalam keadaan terdesak
disuatu saat bisa muncul keberaniannya, melebihi keberanian
yang sebelumnya .... !”
"Aku datang kemari bukan hendak mengadu bicara dengan
engkau, pendeta keledai !” bentak Kwee Bo In dengan suara
yang kasar sekali. "Bersiap-siaplah engkau untuk menerima
seranganku !"
Karena dia telah mendengar dari Keuki Takashi bahwa Tat
Mo Cauwsu memiliki kepandaian yang luar biasa, maka Kwee
Bo In tidak berani terlalu ceroboh.
Tetapi dengan seusainya perkataannya itu tanpa menantikan
jawaban dari Tat Mo Cauwsu, dengan cepat sekali dia telah
melompat dan melancarkan serangan dengan tangan kanannya.
Gerakan yang dilakukannya tampaknya biasa saja, seperti
jurus ilmu silat ”Yang Liu Menari Diatas Air", tetapi justru
serangan yang dilakukan oleh Kwee Bo In mengandung
Koleksi kang zusi.com 513
kekuatan tenaga lweekang yang luar biasa hebatnya, anginnya
berkesiuran dan Tat Mo Cauwsu segera dapat menduga bahwa
serangan ini tidak bisa dipandang remeh, karena bisa
membawa bencana padanya.
Cepat sekali Tat Mo Cauwsu menggeser kedudukan kedua
kakinya, dia telah meng-gerak2kan kedua tangannya yang
dirangkapkan, ingin menangkap tangan Kwee Bo In.
Melihat gerakan Tat Mo Cauwsu sama sekali Kwee Bo In
tidak menarik pulang tangannya itu.
Dibiarkan tangannya itu ditangkap oleh kedua tangan Tat
Mo Cauwsu.
Tetapi begitu tangan Tat Mo Cauwsu hampir menyentuh
tangan si iblis yang berukuran pendek itu, disaat itulah tahu2
tangan itu seperti telah berhasil diulurkan lebih panjang dari
ukurannya semula.
Tahu2 jari tangannya telah melewati kedua telapak tangan
Tat Mo Cauwsu dan meluncur ke arah muka pendeta itu.
Tat Mo Cauwsu kaget sekali, dia sampai mengeluarkan
suara seruan nyaring.
Tetapi sebagai seorang pendeta yang berkepandaian tinggi,
sama sekali Tat Mo Cauwsu tidak menjadi gugup dengan
keadaan seperti ini, dengan cepat dia telah membelakangi
kepalanya yang ditarik mundur, sehingga jari tangan dari It Cie
Sin Mo Kwee Bo In tidak berhasil menyerang mukanya. Kedua
tangannya yang berhasil menangkap pergelangan tangan si
iblis telah diisi dengan kekuatan lwekang, dia memutarnya,
bermaksud akan mematahkan tangan lawannya itu.
Namun Kwee Bo In bertindak selalu dengan cepat, melihat
akal liciknya dengan serangan seperti itu tidak memberikan
hasil dia telah menggerakkan tangannya yang satunya lagi.

Koleksi kang zusi.com 514


Waktu tangan Kwee Bo In itu yang tertangkap kedua
tangan Tat Mo Cauwsu ingin diputar, justru serangan tangan
yang satunya telah menyambar datang.
Serangan yang dilakukannya itu bukan serangan
sembarangan, pada kepalan tangannya itu mengandung
kekuatan yang ribuan kati, sehingga angin serangan itu
berkesiuran sangat keras sekali.
Tat Mo Cauwsu juga menyadari, jika dia meneruskan
maksudnya memutar tangan si iblis yang satu, tentu dadanya
akan tergempur serangan Kwee Bo In dengan tangannya yang
satunya itu. Dan Tat Mo Cauwsu juga menyadari bahaya yang
mengancamnya, maka dia membatalkan maksudnya memutar
tangan si iblis, dia telah menggerakkan tangan kirinya
menyampok kesamping menangkis kepalan tangan Kwee Bo
In, "Bukkk !"
Suara terbenturnya kedua tangan itu menimbulkan getaran
yang keras diruangan tersebut, hal ini memperlihatkan bahwa
benturan itu merupakan benturan yang kuat dan keras.
Tetapi kuda2 kedua kaki Tat Mo Cauwsu menancap kuat
sekali dilantai, dia tidak bergeming atau tergeser kedua kakinya
dari tempatnya semula.
Bahkan menyusuli pula dengan itu, Tat Mo Cauwsu telah
mengebut dengan tangannya yang satunya.
Kwee Bo In sama sekali tidak menyangka bahwa Tat Mo
Cauwsu memang benar2 merupakan lawan yang tangguh
sekali, dia telah cepat2 berkelit kesamping.
Namun Tat Mo Cauwsu tidak bergerak hanya sampai disitu
saja, dia telah mengeluarkan suara seruan perlahan dan tahu2
kedua tangannya serentak menghantam.
Kwee Bo In melihat Tat Mo Cauwsu menggempurnya
dengan cara demikian, yaitu mempergunakan waktu yang cepat

Koleksi kang zusi.com 515


sekali tetapi Kwee Bo In juga tidak mau mengalah, dia tidak
mau berkelit dari serangan itu.
Dengan mempergunakan kekerasan, dia telah menangkis
kedua tangan Tat Mo Cauwsu, dimana kedua tangan Kwee Bo
In yang berukuran pendek itu telah menangkisnya.
Begitulah, kedua jago ini yang memiliki kepandaian luar
biasa sekali telah terlibat dalam suatu pertempuran yang sangat
dahsyat, dengan cepat telah belasan jurus dilewatkan.
Tetapi diantara mereka tampaknya tidak ada yang terdesak
atau yang didesak.
Jika yang seorang melancarkan serangan dan gempuran,
maka yang seorang lainnya membarengi dengan serangan
balasan.
Begitulah bergantian mereka telah melancarkan serangan2
dan juga mengeluarkan kepandaian mereka.
Keuki Takashi telah berdiri mengawasi jalan pertempuran
itu dengan tertarik.
Diam2 Keuki Takashi telah berpikir didalam hatinya :
”Waktu dulu dia bertempur dengan aku, ternyata si pendeta
busuk ini tidak mengeluarkan seluruh kepandaiannya, sekarang
dia memperlihatkan kepandaian yang jauh lebih tangguh dari
yang dulu. Jika waktu itu dia mempergunakan kepandaian
seperti sekarang ini, tentu aku tidak sanggup
menghadapinya...!” dan diam2 Keuki Takashi jadi merasa
kagum sekali kepada Tat Mo Cauwsu.
Tetapi berbeda dengan Keuki Takashi, justru disaat itu
Pangcu Kaypang Sun Cie Po telah berpikir : "Kepandaian
mereka berdua tampak berimbang, luar biasa sekali....! untung
saja hari ini aku telah menerima kedatangan Tat Mo Cauwsu..
jika tidak, tentu kaypang akan dihancurkan oleh iblis bertangan
telengas ini ! sekarang aku baru terbuka mata dan pikiranku

Koleksi kang zusi.com 516


bahwa diatas gunung yang tinggi masih ada yang lebih
tinggi...Hemmm jika dibandingkan dengan kepandaian mereka
berdua, maka kepandaianku seperti tidak ada artinya, sia-sia
aku telah melatih diri dengan waktu selama lima puluh
tahun....” dan Sun Cie Po jadi mengawasi jalannya
pertempuran itu dengan mata yang terpentang lebar lebar dan
sikap tertegun, dari matanya terlihat sinar kagum kepada kedua
orang yang tengah bertempur dengan kepandaian yang aneh
dan luar biasa itu.
Semua orang yang berada diruangan itu, yaitu pengemis2
lainnya, telah merasakan diri mereka jadi kecil sekali waktu
melihat kepandaian kedua orang yang tengah bertanding itu,
karena mereka telah menyaksikan bahwa kalau mereka yang
menghadapi salah seorang di antara kedua itu tentunya dalam
satu atau dua jurus saja mereka akan jatuh rubuh... diam2
mereka jadi berjanji didalam hati masing2 untuk berlatih sekuat
kesanggupannya di-hari2 mendatang nanti.
Sedangkan Kwee Bo In yang melihat lawannya dapat
menghadapi serangan serangannya tanpa terdesak sedikitpun
juga semakin lama jadi semakin penasaran.
Beberapa kali It Cie Sin Mo Kwee Bo In telah
mengeluarkan jurus-jurus yang jauh lebih hebat, dengan
disertai oleh tenaga lwekang yang lebih kuat.
Kenyataan Tat Mo Cauwsu tetap dapat menghadapi
serangan si iblis dengan baik, bahkan berulang kali Tat Mo
Cauwsu juga telah balas menyerang.
Setiap serangan yang dilancarkan Tat Mo Cauwsu tidak
kalah dahsyatnya dari si iblis Kwee Bo In.
Tetapi disebabkan kedua orang ini memang memiliki
kepandaian yang berimbang, mereka telah bertempur dengan
berimbang pula. Serang menyerang silih berganti, jurus demi
jurus telah lewat, hampir seratus jurus lebih telah mereka

Koleksi kang zusi.com 517


lewatkan tetapi belum ada tanda-tanda salah satu pihak diantara
mereka itu akan terdesak karenanya.
Keadaan seperti ini telah membuat Tat Mo Cauwsu juga
jadi penasaran sekali. Dia telah mengawasi cara dan jurus-jurus
silat yang dipergunakan Kwee Bo In. Waktu dia melihat cara
menyerang Kwee Bo In selalu menghantam dan mengincer
bagian atas, mengingat kedua tangannya memiliki ukuran yang
pendek dibandingkan dengan ukuran tangan manusia dewasa
lainnya, maka jarak jangkau yang bisa diperoleh dari kedua
tangan ini sangat terbatas.
Tat Mo Cauwsu jadi mempergunakan keuntungan yang
tidak begitu besar, tetapi bagi Tat Mo Cauwsu memegang
peranan tidak kecil. Dengan mengambil kelemahan dari ukuran
kedua tangan lawannya itu, Tat Mo cauwsu melancarkan
serangan yang beruntun dan tidak hentinya menyambar-
nyambar kebagian bawah, mulai dari perut sampai ke kaki,
sehingga membuat Kwee Bo In segera terlihat agak sibuk
untuk menangkis atau mengelakkan diri.
Iblis itu mengetahui juga bahwa Tat Mo Cauwsu
mempergunakan kelemahannya itu untuk mendesaknya, dia
jadi gusar bukan main, sampai suatu kali dia berjingkrak.
Kemudian dia telah menggerakkan kedua tangannya
mendorong keras ke arah Tat Mo Cauwsu.
Sebetulnya saat itu Tat Mo Cauwsu ingin melancarkan
gempuran yang cukup kuat dengan jurus ”Siang Liong Cut
Hay" atau ”Sepasang Naga Muncul dari Lautan", tetapi tenaga
mendorong yang dilakukan oleh Kwee Bo In bukan main
cepatnya, memaksa Tat Mo Cauwsu membatalkan serangannya
dan cepat2 mengelakkan diri.
Mempergunakan kesempatan itu, tampak Kwee Bo In telah
melompat mundur menjauhi diri.

Koleksi kang zusi.com 518


”Engkau licik !" teriaknya dengan marah. ”Jika memang
engkau memiliki kepandaian yang tinggi mengapa engkau
tidak bertempur dengan cara yang baik ?"
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar.
”Saudara Kwee, jika engkau ingin melihat tinggi atau
rendahnya ilmu silat, bukan cara demikian, karena dengan
bertempur, cara apa saja dipergunakan asal tidak
mempergunakan cara yang sesat..." menyahuti Tat Mo
Cauwsu. "Tetapi justru beberapa kali sempat Siauwceng
melihat betapa kau telah mempergunakan jurus2 yang agak
sesat, tenaga lwekangmu juga mulai terperangkap oleh
kesesatan, itu bisa membahayakan dirimu sendiri jika engkau
tidak bisa segera merobah dan melatih diri dengan lwekang
dari aliran yang lurus bersih, karena jika sudah tiba waktunya
kelak, justru lwekang yang agak sesat itu akan meledak dan
mencelakai dirimu sendiri..."
Kwee Bo In kaget juga hatinya, dia tidak menyangka
bahwa pendeta yang menjadi lawannya ini memiliki mata yang
sangat tajam, sampai soal lwekangnya yang memang agak
sesat itu diketahuinya. Tetapi perasaan kagetnya itu tidak
diperlihatkan dimukanya, sambil tertawa dingin dia telah
berkata :
”Itu bukan urusanmu ! Baiklah, karena sekarang tidak
terlihat orang she Auwyang itu, biarlah lain kali aku akan
datang kembali...!" setelah berkata begitu, tanpa
memperdulikan semua orang tengah memandangi padanya,
Kwee Bo In menoleh pada Keuki Takashi, katanya, ”Mari kita
pergi...."
Baru kata2nya itu terdengar, tubuhnya telah bergerak cepat
sekali, tahu-tahu telah berada diatas dinding tembok
pekarangan kuil tersebut.

Koleksi kang zusi.com 519


Keuki Takashi telah mengikuti gerakan Kwee Bo In, dia
telah menyusulnya dengan cepat, setelah mendelik kepada Tat
Mo Cauwsu.
Setelah kedua orang itu, Kwee Bo In dan Keuki Takashi
lenyap dari pandangan mata, Sun Cie Po dan pengemis2
lainnya bisa bernapas lega.
Pangcu Kaypang itu cepat2 menghampiri Tat Mo Cauwsu,
dia merangkapkan tangannya, memberi hormat kepada pendeta
itu.
"Terima kasih atas bantuan Taisu yang menyelamatkan
Kaypang dari malapetaka ....!" kata Sun Cie Po.

Tat Mo Cauwsu cepat-cepat mengeluarkan kata-kata


merendah, tidak mau dia menerima kata-kata pujian.

Koleksi kang zusi.com 520


Sedangkan Sun Cie Po telah mengeluarkan sebuah pay,
tanda yang terbuat dari besi, ia memberikannya kepada Tat Mo
Cauwsu.
"Tiat Pay ini merupakan lambang milikku, maka jika Taisu
menemui kesulitan disuatu tempat, perlihatkan saja Tiat Pay
(Pay besi) ini kepada pengemis mana saja, tentu kebutuhan
Taisu akan terpenuhi...” kata Sun Cie Po sambil
mengangsurkan Pay itu kepada Tat Mo Cauwsu.
Sesungguhnya Tat Mo Cauwsu ingin menolak pemberian
itu, tetapi dia kuatir kalau2 nanti menyinggung perasaan tuan
rumah, maka dia menerimanya juga. Dimasukkannya Pay itu
kedalam saku jubahnya sambil mengucapkan terima kasih.
Sun Cie Po telah perintahkan beberapa orang pengemis
untuk membereskan ruangan dan mengatur meja perjamuan,
kepala pengemis ini telah menjamu Tat Mo Cauwsu lagi.
Beberapa hari lamanya Tat Mo Cauwsu berkumpul dengan
para pengemis itu, dia telah membicarakan banyak persoalan
dengan Sun Cie Po.
Terutama sekali bagi Pangcu Kaypang itu, dia menanyakan
pendapat Tat Mo Cauwsu bagaimana caranya yang terbaik
untuk mengatasi persoalan Auwyang Siung Bun.
”Persoalan itu termasuk persoalan keluarga Kaypang,
maafkan Siauwceng tidak berani mencampurinya...” kata Tat
Mo Cauwsu dengan rendah hati.
Pangcu Kaypang itu tidak menjadi kurang senang, dia telah
mengerti persoalan dan kedudukan Tat Mo Cauwsu, hanya saja
dia masih bilang : "Jika memang suatu kali nanti kebetulan
Taisu bertemu dengan orang she Auwyang itu, tolong Taisu
nasehatkan dia, agar tidak menimbulkan persoalan, karena de-
ngan menyelusupnya dia ke dalam barisan pengemis, berarti

Koleksi kang zusi.com 521


dia telah memancing malapetaka untuk perkumpulan Kaypang
kami...”
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 15
TAT MO CAUWSU mengangguk, dia menyatakan
kesediaannya untuk menasehati Auwyang Siung Bun. Padahal
Tat Mo Cauwsu menyadari, permintaan yang tampaknya kecil
itu, sesungguhnya mengandung tanggung jawab yang besar,
karena dengan menyanggupi untuk menasehati Auwyang Siung
Bun, berarti Tat Mo Cauwsu harus mencari orang she
Auwyang itu, untuk nanti menasehatinya atau
menggempurnya...!
Setelah berkumpul dengan para pengemis itu empat hari
lamanya, Tat Mo Cauwsu telah pamitan untuk melanjutkan
perjalanannya. Sebelum berlalu, Tat Mo Cauwsu mengingatkan
kepada Sun Cie Po agar berhati-hati jika berhadapan pula
dengan Kwee Bo In atau Keuki Takashi.
Sun Cie Po juga mengangguk sambil menyatakan bahwa
dia tengah memikirkan cara yang terbaik untuk dapat
menguasai Kwee Bo In dan Keuki Takashi. Menurut Sun Cie
Po, dia ingin mengelakkan pertemuan sementara ini dengan
kedua orang itu, karena walaupun bagaimana dia mengakui
bahwa kepandaian yang dimilikinya tidak cukup untuk
menghadapi kedua orang itu, Jika dia mengerahkan orang2nya,
mungkin hanya akan mendatangkan bencana dan korban yang
tidak sedikit. Maka cara yang terbaik adalah mengelakkan diri
dari bentrokan dengan kedua orang itu.
Senang Tat Mo Cauwsu mendengar hal itu, dia telah
memuji kebijaksanaan Sun Cie Po.

Koleksi kang zusi.com 522


“Memang mengalah itu bukan berarti kita kalah, tetapi
mengalah untuk kepentingan dan keselamatan dari banyak
orang, merupakan tindakan yang sangat bijaksana sekali ....”
kata Tat Mo Cauwsu.
Kemudian pendeta ini meminta diri, Sun Cie Po dan
beberapa orang tokoh2 Kaypang telah mengantarkannya
sampai dipintu kota sebelah selatan.
Tat Mo Cauwsu melakukan perjalanan menuju ke sebelah
barat, dia ingin mengembara dan berkelana guna menambah
pengetahuannya.
Terutama sekali dia ingin berkelana menyusuri seluruh
daratan Tionggoan. Sudah sejak di India dia mendengar prihal
keindahan pemandangan alam dan suasana didaerah selatan,
yaitu di kanglam. Maka dia bermaksud untuk pergi ke
Kanglam untuk pesiar sambil me-lihat2 keindahan yang
terdapat disana.
Kanglam merupakan daerah selatan yang memiliki
pemandangan yang paling indah dibandingkan dengan seluruh
daerah didaratan Tionggoan. Karena daerah selatan ini
memiliki hawa yang baik sekali, panas yang cukup dan juga
dengan keindahan alam yang menarik hati. Gadis2 Kanglam
juga terkenal akan keluwesannya.
Tat Mo Cauwsu waktu memasuki daerah selatan tersebut
telah melihat pohon2 tumbuh subur dan indah sekali dan juga
telaga2 yang banyak terdapat didaerah ini menarik sekali
dengan airnya yang jernih. Dan sungai2 yang ber-liku2 panjang
memiliki air yang bersih bening.
Semua yang dilihatnya umumnya mengandung keindahan
yang sulit dilupakan.
Tat Mo Cauwsu senang sekali berada didaerah tersebut,
karena hawa udaranya pun tidak terlalu panas dan tidak terlalu

Koleksi kang zusi.com 523


dingin. Hari itu, Tat Mo Cauwsu berada di pinggiran sebuah
telaga yang cukup luas. Dia melihat air telaga itu berwarna
kebiru-biruan dan bening sekali.
Lama Tat Mo Cauwsu berdiri ditempatnya tersebut,
pikirannya jadi menerawang teringat akan kampung
halamannya. Di India Tat Mo Cauwsu memang tidak memiliki
sanak saudara, dia sejak kecil telah memasuki pintu sang budha
dan dengan tekun dia mempelajari ajaran sang Budha.
Ayah Tat Mo Cauwsu mati karena serangan penyakit
menular, sedangkan ibu Tat Mo Cauwsu meninggal karena
melahirkan. Maka sebagai anak yatim, bibinya yang telah
memeliharanya. Waktu berusia empat tahun, Tat Mo Cauwsu
sudah bisa menyatakan keinginannya untuk memasuki pintu
sang Budha.
Dan bibinya itu berpendapat, dengan berada didalam biara,
tentu Tat Mo Cauwsu hidup lebih teratur dan lebih baik jika
dibandingkan dengan perawatannya yang hidup dalam
kemiskinan seperti itu. Maka keinginan Tat Mo Cauwsu untuk
masuk ke jalan Sang Buddha telah dipenuhi oleh bibinya.
Sejak saat itulah Tat Mo Cauwsu mempelajari pelajaran
Sang Buddha dan waktu berusia belasan tahun Tat Mo Cauwsu
memperoleh kabar bahwa bibinya telah meninggal dunia.
Memang perasaan sedih bergolak sementara waktu didalam
hatinya.
Namun sebagai seorang Buddhis yang telah memiliki
pegangan dan kebathinan yang kuat, Tat Mo Cauwsu bisa
menindih perasaan sedihnya itu. Dia bertambah tekun
menghayati pelajaran Sang Buddha, sampai akhirnya gurunya
memperkenankan dia keluar biara untuk menambah
pengetahuan dan melakukan perbuatan2 mulia.
Tetapi dari salah seorang penduduk dia mendengar telah
datang ditempat tersebut utusan dari Kaisar Ming Ti, Kaisar

Koleksi kang zusi.com 524


daratan Tionggoan, Kaisar Ming Ti telah perintahkan
utusannya itu untuk mencari tahu perihal agama Buddha. Maka
tertariklah hati Tat Mo Cauwsu untuk berkelana didaratan
Tionggoan.
Karena Tat Mo Cauwsu tidak memiliki sahabat didalam
istana, dan juga tidak bisa dia menemui langsung utusan Kaisar
Ming Ti, akhirnya Tat Mo Cauwsu memutuskan untuk pergi
berkelana seorang diri kedaerah Tionggoan.
Dengan tekadnya yang kuat, maka tiba juga akhirnya dia
didaratan Tionggoan.
Semua peristiwa yang dialami dalam perjalanannya itu
dianggapnya indah, karena Tat Mo Cauwsu menganggap
semua itu, kesenangan dan kesengsaraan, hanyalah suatu
percobaan untuk imannya saja.
Teringat semua itu, Tat Mo Cauwsu menghela napas
panjang. Hampir dua tahun dia telah berkelana didaratan
Tionggoan dan telah cukup banyak juga dia memperoleh
pengalaman-pengalaman yang membuat jiwanya semakin
matang, dimana diapun melihat, setiap peristiwa yang
dialaminya itu, selalu memiliki sangkut paut dengan pelajaran
Sang Buddha.
"Benar,” berpikir Tat Mo Cauwsu lebih lanjut. "Jika saja
keinginan Kaisar Ming Ti yang bermaksud mengundang agama
Buddha memasuki daratan Tionggoan, tentu jago-jago
didaratan Tionggoan yang umumnya bergerak dalam
perbuatan-perbuatan jahatnya itu, tentu bisa dibimbing
mengambil jalan yang lurus dan bersih.... agama Buddha
rupanya sangat diperlukan sekali....!”
(Peristiwa Kaisar Ming Ti mengirim utusannya mencari
tahu perihal agama Buddha ke tanah Hindustan terjadi 1900
tahun yang lalu, dan semua itu tercatat didalam buku sejarah
maupun buku 'Hikayat Bangsa Han’. Utusan Kaisar Ming Ti

Koleksi kang zusi.com 525


dari Dinasti Han Timur itu akhirnya kembali dengan membawa
dua orang pendeta Buddha, yang menyebarkan pelajaran Sang
Buddha, yang dinamai Dharma).
Setelah berdiri sejenak lagi beberapa saat lamanya ditepi
telaga itu, akhirnya Tat Mo Cauwsu telah menghela napas
sambil memutar tubuhnya untuk berlalu.
Tetapi waktu itu matanya melihat sesuatu ditengah telaga,
sehingga Tat Mo Cauwsu membatalkan maksud hatinya untuk
berlalu, dia telah berdiam terus ditempatnya itu mengawasi
setitik hitam yang tengah meluncur diatas air telaga itu.
Setelah mengawasi sekian lama, dan benda diatas air itu
mendatangi mendekat, segera dilihatnya sebuah biduk perahu
yang tengah meluncur dengan cepat menghampirinya.
Tat Mo Cauwsu telah mengawasi terus, karena dia agak
heran juga melihat perahu itu yang meluncur cepat sekali
dipermukaan air telaga.
Walaupun dikayuh cepat, tetapi perahu tidak bisa meluncur
secepat itu seharusnya. Namun perahu yang kali ini dilihatnya
justru meluncur dengan cepat, seperti juga terbang diatas
permukaan air telaga.
Itulah suatu keanehan yang menarik hati pendeta dari India
tersebut.
Untuk sejenak lamanya Tat Mo Cauwsu berdiri lagi
ditempatnya, sampai akhirnya dengan cepat perahu berukuran
kecil itu tiba didekatnya.
Penumpang perahu itu seorang gadis berusia lima belasan
tahun.
Parasnya cantik, rambutnya disanggul, dia mengenakan
pakaian serba putih, kunnya juga putih dengan angkin pengikat
pinggang berwarna merah.

Koleksi kang zusi.com 526


Waktu sampai ditelaga, gadis itu telah tersenyum dan
mengangguk pada Tat Mo Cauwsu.
Pendeta dari India ini jadi membalas mengangguk padanya,
sedangkan gadis itu dengan gerakan yang lincah sekali telah
melompat ke tepian, gerakannya seperti seekor burung walet.
Tat Mo Cauwsu jadi kagum melihat dalam usia semuda itu,
si gadis telah memiliki ilmu meringankan tubuh yang demikian
tinggi. Dia telah menghela napas dan memuji: “Omitohud !“
beberapa kali dengan suara yang perlahan.
"Taisu..! Maukah kau menemani ku main perahu ?“ gadis
itu telah menegurnya. Sikapnya lincah dan manis sekali, dia
seperti juga tidak memperdulikan bahwa pendeta asing ini
belum dikenalnya, dia menyapanya seperti juga dia telah
berkenalan lama dengan si pendeta.
Tat Mo Cauwsu juga senang melihat sikap polos dan
terbuka dari si gadis. Dia melihatnya, mata gadis itu bening dan
besar indah sekali, dengan hidung yang mancung dan bibir
yang tipis, kulitnya juga putih halus seperti juga bersaing
dengan putih dari kun yang dikenakannya.
"Nona kecil,“ kata Tat Mo Cauwsu sambil tersenyum juga.
“Apakah engkau tidak kuatir perahumu terbalik dengan
menaikinya begitu cepat....?”
“Terbalik ? Jangan takut Taisu, aku jamin tidak mungkin
perahu ini terbalik ! Takutkah Taisu naik perahu bersamaku ?
Mari kita main perahu, tentu menggembirakan ! Dari pada
berdiam diri mematung disitu tanpa kegembiraan .....” lincah
dan manis sekali cara dan sikap si gadis, yang ber-kata2 tanpa
banyak peradatan, tetapi tidak kurang ajar. Hal itu hanya
memperlihatkan bahwa gadis ini memiliki sifat yang polos.
Tat Mo Cauwsu juga senang berteman dengan gadis kecil
ini, karena gadis kecil yang masih suci dan tampaknya polos

Koleksi kang zusi.com 527


tidak diliputi oleh akal2 licik itu, merupakan kawan yang
menyenangkan.
“Bagaimana Taisu, kau menolak ajakanku ?“ tanya si gadis
kecil lagi.
“Apakah kedua orang tuamu tidak akan memarahimu jika
engkau selalu ber-main2 perahu saja ?“ tanya Tat Mo Cauwsu
tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan si gadis, bahkan
dia balik bertanya begitu.
Ditanya mengenai kedua orang tuanya, muka si gadis jadi
berobah murung, dia telah menunduk sejenak, tetapi kemudian
dia mengangkat kepalanya sambil tertawa lagi.
"Kedua orang tuaku jahat, mereka tidak memperhatikan
aku, aku main kemana saja mereka tidak pernah mencarinya!
Ayo Taisu, mari kita main2 perahu....!” ajak gadis kecil itu
lagi.
Tat Mo Cawusu mengangguk perlahan, katanya: “Baiklah,
tetapi kau harus hati2 mengendarai perahumu, jangan seperti
tadi perahu diluncurkan begitu cepat....”
Gadis kecil itu tertawa geli, rupanya dia mentertawakan
sikap Tat Mo Cauwsu yang diduganya takut dan memiliki jiwa
yang kecil. Tetapi gadis kecil ini tengah bersendirian, dia tidak
memiliki sahabat, maka pendeta ini bisa menambah
kegembiraannya menurut perkiraannya. Apa lagi dia melihat
Tat Mo Cauwsu merupakan seorang pendeta yang sabar,
walaupun dia seorang pendeta asing.
Dengan gerakan yang lincah, gadis kecil itu telah melompat
keatas perahunya lagi, duduk diujung perahu.
Gerakan2 yang terjadi pada perahu itu seperti tidak
mempengaruhi gadis tersebut, tampaknya dia memiliki
keseimbangan tubuh yang mantap, dia dapat duduk dengan
tenang.

Koleksi kang zusi.com 528


Tat Mo Cauwsu tidak ingin memperlihatkan
kepandaiannya, dia hanya berkata : "Dekatkan dulu perahumu,
dengan jarak yang begitu jauh sulit untuk aku melompat
kedalamnya !” katanya dengan sabar. "Nanti bisa-bisa aku
tercebur...”
Gadis kecil itu tertawa lagi, dia mendorong perahunya itu
mendekat dengan sentuhan ujung pengayuhnya pada
permukaan air.
Melihat cara gadis itu menggerakkan perahunya, Tat Mo
Cauwsu jadi terkejut juga, karena dengan caranya seperti itu si
gadis telah memperlihatkan dia mempergunakan lwekang yang
cukup tinggi menyalurkannya pada kayu pengayuhnya dan
telah menyentuh pada permukaan air, sehingga perahu itu
meluncur cepat ke tepian.
"Gadis ini masih muda sekali usianya, tetapi dia memiliki
tenaga dalam yang demikian tinggi.... entah siapa orang tuanya,
dan entah siapa gurunya....?” berpikir Tat Mo Cauwsu.
Sementara itu ujung perahu telah merapat ke tepian telaga,
Tat Mo Cauwsu melangkahkan kakinya memasuki perahu itu.
Dia duduk disudut perahu lainnya, berhadapan dengan gadis
itu.
"Sudah ?” tanya gadis kecil itu tertawa. "Sudah? Sudah
apa?” tanya Tat Mo Cauwsu heran.
"Apakah Taisu sudah duduk baik2.....?” tanya gadis kecil
itu. "Jangan nanti perahu ini meluncur cepat, Taisu terguling
masuk kedalam air telaga.......!” dan setelah berkata begitu,
gadis kecil itu tertawa geli pula.
Tat Mo Cauwsu mau tidak mau jadi ikut tertawa juga, dia
telah mengangguk.
"Sudah......sudah siap!” katanya.
Si gadis menggerakkan kayu pengayuhnya.
Koleksi kang zusi.com 529
Tetapi tidak seperti umumnya para nelayan mengayuh
perahu yaitu dengan mengayuh mempergunakan tepian dari
kayu pengayuh yang masuk kedalam air, lalu mendorongnya
sehingga perahu dapat meluncur, maka si gadis ini justru hanya
menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya itu sampai
dipermukaan air telaga saja, dia seperti memukul-mukul air
telaga dengan tepian kayu pengayuhnya, dan aneh sekali,
perahu itu seperti terdorong oleh suatu kekuatan yang sangat
besar, telah meluncur dengan cepat sekali.
Tat Mo Cauwsu yang memperhatikan cara si gadis
menggerakkan perahunya, mengetahui bahwa gadis kecil ini
telah mempergunakan tenaga dalamnya.
Tidak heran kalau tadi perahu ini telah meluncur secepat
terbang dipermukaan air telaga. Tat Mo Cauwsu juga baru
mengetahui mengapa tadi perahu itu meluncur mendatangi
dengan cepat sekali.
“Tetapi yang aneh,“ berpikir Tat Mo Cauwsu. “Gadis
sekecil ini sudah memiliki lwekang yang demikian tinggi ...
agak luar biasa juga ..!”
Namun walaupun dihatinya diliputi oleh perasaan heran,
Tat Mo Cauwsu telah berdiam diri saja.
Sedangkan si gadis dengan gerakan yang cekatan telah
meng-gerak2kan kayu pengayuhnya itu, dimana dia me-nepuk2
berulang kali kayu pengayuhnya pada permukaan air.
Diantara terdengar suara plakkk, ploooookk, plaaakk, maka
perahu itu telah meluncur dengan cepat sekali.
Diantara berkesiuran angin, memang menggembirakan
bermain-main perahu seperti itu.
Si gadis cilik itu telah menoleh kepada Tat Mo Cauwsu dia
tertawa sambil bertanya: "Taisu, apakah kau gembira bermain
perahu seperti ini...?” tanyanya.

Koleksi kang zusi.com 530


"Tidak!”
"Tidak ?” mulut si gadis jadi dimonyongkan. ”Mengapa
tidak gembirakan Taisu?”
"Kau mengendarai perahu ini telah cepat dan mengerikan
sekali..!”
"Taisu takut terjatuh kedalam air telaga ini ?” tanya gadis
kecil itu lagi.
"Ya....!”
"Jangan takut, kalau Taisu tercebur ke dalam air telaga, aku
akan menolongi..”
"Tetapi nanti jubahku telah basah semua .." sahut Tat Mo
Cauwsu.
"Aku jamin tidak akan tercebur!” akhirnya si gadis kecil itu
telah menyahuti dengan suara yang jengkel.
"Hemm, mengapa engkau bisa begitu pasti menjamin aku
tidak akan tercebur? Sedangkan saat sekarang ini aku melihat
perahu meluncur demikian cepat...?” tanya Tat Mo Cauwsu,
sengaja dia bertanya begitu, karena dia memancing ingin
mengetahui apa yang akan dikatakan si gadis.
Tetapi gadis kecil itu sibuk sementara waktu dengan
tepukan-tepukan kayu pengayuhnya itu pada permukaan air
telaga. Dia telah menepuk-nepuk puluhan kali, sampai
akhirnya dia baru berkata, "Aku memiliki semacam ilmu
bermain perahu yang agak aneh, tidak sembarangan orang yang
bisa mempergunakan cara ini! Taisu telah melihat, perahu
meluncur tanpa dikayuh, bukan?” waktu berkata begitu, gadis
kecil itu memperlihatkan perasaan bangga sekali.
Tat Mo Cauwsu telah mengiyakan sedangkan didalam
hatinya pendeta ini sesungguhnya sangat girang sekali, karena
dia memang ingin mengetahui siapa sebenarnya kedua orang

Koleksi kang zusi.com 531


tua si gadis. Dan diapun ingin mengetahui sesungguhnya gadis
ini berasal dari aliran mana.
Saat itu si gadis telah berkata lagi, sedangkan kedua
tangannya tetap sibuk menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya
itu yang dipukul-pukulkan pada permukaan air telaga.
"Ayah dan ibuku yang bisa melakukan hal ini, dan aku baru
dua bulan yang lalu bisa melakukannya.......! Tetapi perahu ini
sudah dapat meluncur dengan cepat, bukan?”
“Cepat sekali, justru aku kuatir kalau2 perahu ini nanti
terbalik...” menyahuti Tat Mo Cauwsu.
Sedangkan didalam hatinya dia berpikir, “Demikian cepat
dia mengatakan baru ”agak cepat” sedangkan ayah ibunya
dapat melakukannya dengan cepat sekali....bagaimana perahu
yang biasa meluncur lebih cepat dari gerakan ini? Tentunya
seperti terbang.”
“Ayah dan ibuku sangat pandai menguasai perahu, mereka
bisa membuat perahu yang ditumpanginya itu selain melesat
sangat cepat sekali, dapat juga membuat perahu melompat2
dan juga bisa meluncur menaiki air terjun...!”
“Apa ?” tanya Tat Mo Cauwsu agak heran.
“Perahu bisa menaiki air terjun...” menjelaskan si gadis
kecil itu lagi.
“Aku tidak percaya...”
“Tidak percaya ?“
“Ya !”
“Sayang ayah dan ibuku tidak berada disini, jika tidak tentu
mereka bisa memperlihatkan contohnya kepada Taisu !“ kata si
gadis.

Koleksi kang zusi.com 532


"Jika perahu meluncur turun dari atas kebawah ditirai air
terjun, mungkin juga bisa...... tetapi jika perahu menerjang air
tumpah itu untuk naik keatas, bagaimana hal itu bisa terjadi?”
Mendengar pertanyaan Tat Mo Cauwsu, gadis kecil itu
telah tertawa lagi.
"Aku tidak berbohong, Taisu, apa yang kukatakan memang
dapat dilakukan oleh ayah dan ibuku....”
"Jika begitu tentunya kedua orang tuamu itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali......”
"Ya......mereka memang merupakan pendekar-pendekar
yang memiliki nama sangat besar dan juga disegani kawan dan
lawan........” menyahuti gadis kecil itu.
Tetapi menyahuti sampai disitu, gadis kecil ini seperti
menyesal telah terlalu banyak bicara, maka katanya kemudian
dengan suara yang riang : "Sudahlah, kita lebih baik bersenang-
senang bermain perahu. Mengapa harus membicarakan kedua
orang tuaku itu?”
Dan dengan bersemangat sekali gadis kecil itu telah
menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya lebih cepat lagi me-
nepuk2 permukaan air.
Maka segera terlihat perahu yang ditumpangi Tat Mo
Cauwsu dan gadis kecil itu telah meluncur semakin cepat saja
sampai sering kali ujung perahu itu ter-angkat2 naik dari
permukaan air seperti juga meluncur terbang.
Setidak tidaknya Tat Mo Cauwsu merasa kagum atas
kepandaian gadis kecil yang muda usia ini menguasai
perahunya.
"Memang jika dibandingkan dengan tokoh2 persilatan
lainnya, lwekang si gadis belum seberapa tinggi, tetapi
kepandaiannya menguasai perahu dengan mempergunakan

Koleksi kang zusi.com 533


lwekang merupakan hal yang baru pertama kali ini kulihat.....!”
berpikir Tat Mo Cauwsu.
Dengan riang Tat Mo Cauwsu menemani gadis kecil itu
bermain perahu.
Sampai akhirnya suatu saat dari arah tengah telaga itu
meluncur sebuah perahu lainnya. Perahu yang baru mendatangi
itu meluncur tidak begitu cepat.
Si gadis kecil itupun telah melihatnya, setelah
memperhatikan, dia melihat penunggang perahu itu dua orang
lekaki setengah baya, berusia diantara empat puluh lima tahun.
"Mari kita permainkan mereka !” kata gadis kecil itu
dengan riang.
"Jangan....” mencegah Tat Mo Cauwsu.
Tetapi gadis cilik itu tidak memperdulikannya, dia telah
me-nepuk2 permukaan air dengan kayu pengayuhnya agak
dimiringkan.
Perahu telah membelok dan meluncur lagi memapaki
perahu kedua lelaki setengah baya yang tengah meluncur
mendatangi itu.
Tat Mo Cauwsu menghela napas.
"Anak ini belum mengerti bahaya! Dia masih senang
mempermainkan orang lain.. jika memang kedua orang itu
senang bermain dengannya, tetapi jika tidak? Atau jika perahu
orang itu terbalik, bukankah timbul urusan?”
Tat Mo Cauwsu telah berpikir begitu bermaksud mencegah
si gadis meneruskan maksudnya itu. Tetapi dia melihat gadis
kecil tersebut telah meng-gerak2kan kedua tangannya lebih
cepat dari sebelumnya.

Koleksi kang zusi.com 534


Tampak perahu yang ditumpangi Tat Mo Cauwsu dan gadis
kecil itu telah meluncur semakin lama semakin cepat,
memapak kedatangan perahu yang ditumpangi kedua orang itu.
Kedua orang didalam perahu yang baru mendatangi itu
semula memperlihatkan perasaan heran menyaksikan perahu
yang meluncur mendatangi dengan cepat sekali, dia juga heran
melihat penumpangnya seorang pendeta asing dengan seorang
gadis kecil. Yang membuat mereka heran justru mereka
melihat pendeta asing itu tenang-tenang duduk diam. Justru
gadis kecil itu yang telah menggerak-gerakkan kayu
pengayuhnya memukuli permukaan air, membuat perahu itu
meluncur cepat sekali.
Maksud si gadis ingin memotong meluncurnya perahu
kedua orang itu, agar kedua orang itu terkejut. Tetapi waktu
gadis ini menyilang dan tertawa-tawa, salah seorang diantara
kedua penumpang perahu itu menggerakkan kayu
pengayuhnya,dia telah menghantam kearah buritan perahu si
gadis.
Pukulan itu mengeluarkan angin yang berkesiuran, si gadis
jadi terkejut, kalau sampai pukulan itu mengenai buritan
perahunya, di samping perahunya bisa rusak, juga bisa-bisa
perahu itu terbalik dan mereka, yaitu dia dan Tat Mo Cauwsu
bisa tercebur masuk kedalam air telaga.
Gadis kecil itu mengeluarkan suara seruan kecil sambil
cepat-cepat menggerakkan kayu pengayuhnya memukul cepat.
Perahu meluncur lebih cepat. Tetapi justru kayu pengayuh
orang itu panjang sekali, dia tetap dengan pukulannya,
sehingga buritan perahu itu akan menjadi sasarannya.
Tat Mo Cauwsu sendiri terkejut.
Dia melihat orang itu memukul buritan perahu bukan
dengan mempergunakan tenaga biasa.

Koleksi kang zusi.com 535


Dibalik dari tenaga pukulan itu seperti mengandung
kekuatan ribuan kati, maka jika memang pukulan itu berhasil
mengenai buritan perahu, niscaya disamping buritan perahu si
gadis kecil ini akan rusak, juga akan membuat si gadis itu
tercebur kedalam air.
Cepat-cepat Tat Mo Cauwsu memegang kedua tepian
perahunya dengan kedua tangannya.
Dikerahkan tenaga lwekang dikedua tangannya, maka
sambil menghentakkan dan mengeluarkan suara seruan kecil,
Tat Mo Cauwsu membuat perahunya 'terbang' meluncur cepat
sekali ke depan !
Dengan sendirinya pukulan kayu pengayuh dari orang itu
menghantam tempat kosong, dia menghantam permukaan air
telaga yang muncrat dan membasahi mukanya sendiri...!
Keruan saja orang itu jadi marah, karena dia merasa dirinya
dipermainkan.
Sedangkan kawannya yang seorang telah memutar haluan
perahunya mengejar perahu si gadis.
Tetapi gadis kecil itu tidak melarikan diri, dia membiarkan
perahunya diam menantikan kedua orang itu. Tadi waktu
perahunya itu 'terbang' meluncur terangkat dari permukaan air,
dia menganggap bahwa itu adalah hasilan tamparan kayu
pengayuhnya pada permukaan air.
Tentu saja gadis ini tambah gembira untuk melayani kedua
orang itu, yang ingin dipermainkan, sama sekali dia tidak
mengetahui bahwa Tat Mo Cauwsu telah menolongnya secara
diam-diam.
Kedua orang itu telah mengayuh perahunya mendekati
perahu si gadis. Wajah mereka kurus tiga persegi seperti muka
tikus, terlebih lagi dengan memelihara kumis yang tipis dan
janggut yang panjang tipis, keadaan mereka tidak sedap dilihat.

Koleksi kang zusi.com 536


Salah seorang yang duduk diujung perahu yang dekat
dengan perahu si gadis, telah berkata dengan suara yang tidak
enak didengar oleh telinga :
"Monyet kecil...!“ katanya dengan suara yang garang.
“Mengapa engkau mempermainkan kami ?”
“Mempermainkan ? Sama sekali aku tidak mempermainkan
! Hanya kalian sebangsa lutung2 tolol yang tidak dapat
mengendalikan perahu kalian dengan baik !“ menyahuti gadis
kecil itu.
Mendengar perkataan gadis itu, kedua orang itu jadi tambah
tidak senang. Yang seorang tadi memanggil si gadis dengan
sebutan kasar monyet kecil, tetapi sekarang justru mereka telah
dipanggil sebagai lutung2 keruan saja membuat mereka jadi
tambah mendongkol.
Belum pernah ada orang yang berani bersikap kurang ajar
terhadap mereka.
Tetapi kini seorang gadis kecil telah berani menyebut
mereka sebagai lutung...! Maka bisa dibayangkan perasaan
mendongkol dan marah kedua orang itu.
Yang tadi telah menegur, kembali membentak dengan suara
yang dingin mengandung kemarahan : “Kau berani bicara
begitu lancang dan kurang ajar, apakah engkau mengetahui
tengah berhadapan dengan siapa ?”
Si gadis kecil itu tersenyum lincah dan lucu, katanya
dengan tenang tidak memperlihatkan perasaan takut sedikitpun
juga : “Sudah kukatakan bahwa engkau lutung2 tolol !
Mengapa kalian menanyakan lagi ? Aku sudah jelas
mengetahui tengah menghadapi lutung2 tolol seperti kalian...!”
dan setelah menyahuti seperti itu, si gadis menggerakkan kayu
pengayuhnya, dia telah menepuk permukaan air telaga,
maksudnya ingin meninggalkan kedua orang itu, karena

Koleksi kang zusi.com 537


hatinya telah puas berhasil memaki dan mempermainkan kedua
orang itu.
Perahu meluncur dengan cepat.
Tetapi kedua orang berusia setengah baya itu tidak mau
membiarkan si gadis berlalu begitu saja, mereka telah
mengeluarkan seruan hampir berbareng :
"Hai, jangan pergi...!” dan keduanya sibuk mengayuh
perahu mereka.
Melihat perahu si gadis bergerak meluncur cepat
dipermukaan air, mereka jadi penasaran. Keduanya telah
mengeluarkan lwekangnya, dan telah mengayuh dengan kuat
sekali, setiap hentakan mereka membuat perahu meluncur
secepat terbang.
Si gadis jadi kaget melihat dia tidak bisa melepaskan diri
dari kejaran kedua orang itu.
Dengan cepat dia telah bergerak memukuli permukaan air
lebih keras.
Tat Mo Cauwsu merasa kasihan melihat keadaan si gadis
kecil, dia jadi tersenyum.
Dan diam2 Tat Mo Cauwsu telah memegang kedua tepian
perahu.
Sambil mengeluarkan seruan2, dia telah menyalurkan
kekuatan lwekangnya, maka di saat itu perahu meluncur pesat
sekali bagaikan terbang dipermukaan air telaga.
Dalam waktu yang singkat sekali perahu kedua orang itu
telah tertinggal jauh.
Tetapi gadis kecil itu tidak mengetahui bahwa semua itu
adalah bantuan Tat Mo Cauwsu yang dilakukan secara diam2,
dia menduga bahwa semua ini berkat pukulan2 kayu
pengayuhnya yang memang telah dipercepat.
Koleksi kang zusi.com 538
"Lihatlah Taisu.....tidakkah kepandaianku sangat menarik
sekali? Apakah Taisu tidak merasakan, perahu seperti terbang
di atas permukaan air?”
Tat Mo Cauwsu mengangguk.
"Ya, ya, kau hebat sekali, nak......!” menyahuti Tat Mo
Cauwsu sambil tersenyum lebar, senang dia melihat gadis kecil
itu gembira sekali.
Tetapi kedua lelaki setengah baya itu tampaknya tidak mau
melepaskan si gadis, mereka tetap mengayuh dengan cepat
melakukan pengejaran.
"Kita harus meninggalkan mereka, Taisu! Kau lihat
bukankah tadi mereka telah marah......muka mereka jadi
menakutkan sekali ! Kita harus menjauhi diri dari
mereka.......!”
"Jika kini kau mengetahui takut, mengapa tadi kau
mempermainkan mereka?” tanya Tat Mo Cauwsu.
“Kukira mereka bukan sebangsa manusia yang cepat
marah...!“ menyahuti si gadis. “Ihhhh, kalau aku tahu mereka
itu sebangsa manusia pemarah, tentu aku tidak mau mengajak
mereka main2...! Tunggu dulu Taisu, biar aku menjauhi diri
dulu dari mereka, nanti setelah mereka tidak bisa mengejar
kita, baru kita main2 perahu lagi....!”
Dan setelah berkata begitu, si gadis telah menggerak
gerakkan kayu pengayuhnya.
Tampaklah dia ingin menjauhi diri dari kejaran kedua orang
itu, tetapi walaupun dia telah mengerahkan tenaganya, tokh
tetap saja tidak bisa membuat perahunya melesat secepat tadi
tanpa bantuan Tat Mo Cauwsu.
Diam2 Tat Mo Cauwsu sendiri telah berpikir: “Biarlah
kedua orang itu berhasil menyusul, aku ingin melihat apa yang
hendak dilakukan mereka. Dan yang terutama sekali, agar
Koleksi kang zusi.com 539
menjadi pelajaran bagi gadis kecil ini, supaya dilain saat tidak
terlalu nakal ........dan tidak terlalu iseng menjaili orang lain!”
Karena berpikir begitu Tat Mo Cauwsu telah berdiam diri
saja sehingga si gadis jadi panik juga, karena walaupun dia
telah menggerak-gerakkan kayu pengayuhnya memukul agak
keras pada permukaan air, perahu hanya dapat meluncur cepat,
tetapi tidak secepat tadi waktu Tat Mo Cauwsu membantunya.
"Aneh... apakah aku telah letih dan tenagaku habis ?”
menggumam gadis kecil itu. "Aku tidak bisa membuat perahu
ini meluncur lebih cepat lagi....”
Karena memiliki dugaan tenaganya telah habis, gadis ini
mengeluarkan seluruh kekuatannya.
Tetapi tepukan kayu pengayuhnya itu tetap saja hanya bisa
membuat perahu itu meluncur dalam batas-batas kecepatan
yang telah tertentu.
Sedangkan kedua orang yang mengejarnya, telah
mempergunakan tenaga lwekang mereka, menyalurkan pada
kayu pengayuh, maka setiap kali mereka mengayuh dan
mendorong, dengan meminjam tenaga dorongan itu, telah
membuat perahu mereka meluncur dengan cepat sekali.
Semakin lama jarak antara si gadis dengan perahu orang itu
telah semakin dekat.
Keadaan demikian membuat gadis cilik itu jadi tambah
panik sampai dia berkeringat karena terlalu cepat memukulkan
kayu pengayuhnya dipermukaan air.
Sesungguhnya Tat Mo Cauwsu merasa kasihan melihat
keadaan gadis kecil itu.
Tetapi pendeta India ini bermaksud memberikan pelajaran
kepada gadis kecil ini, agar dilain waktu dia tidak terlalu iseng
menjaili orang yang tidak dikenalnya. Maka Tat Mo Cauwsu
telah melihati saja dengan berdiam diri.
Koleksi kang zusi.com 540
Sedangkan perahu kedua orang itu meluncur semakin lama
semakin mendekati perahu si gadis. Mungkin tidak lama lagi,
perahu kedua orang itu akan dapat menyusulnya.
"Celaka Taisu !” berseru gadis kecil itu agak panik dan
gugup.
"Kenapa ?” tanya Tat Mo Cauwsu pura2 memperlihatkan
sikap tidak tenang.
"Mereka tentu bisa menyusul kita.....!” kata si gadis kecil
agak panik.
"Jika mereka bisa menyusul kita biarkan saja, mengapa kita
harus gugup ?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil tersenyum,
“paling tidak mereka hanya melewati perahu kita ?”
”Enak saja Taisu bicara begitu.... jika mereka berhasil
menyusul kita, celakalah kita ! Taisu tidak lihat, mereka itu
tengah marah ! Jika nanti kepala kita dihantam dengan kayu
pengayuh, tentu kita akan celaka ! Untuk aku masih lebih baik,
mungkin aku bisa melawannya dengan mempergunakan ilmu
silat yang kumiliki ! Atau kalau aku kalah, aku bisa terjun
kedalam air dan selulup untuk bersembunyi menghindarkan
diri dari mereka! Tetapi Taisu? Bagaimana nanti keadaan Taisu
?”
Mendengar perkataan si gadis, diam-diam Tat Mo Cauwsu
berpikir didalam hatinya : "Gadis kecik ini baik-hatinya....
dalam keadaan demikian masih sempat dia memikirkan
keselamatan diriku....!”
Berpikir begitu Tat Mo Cauwsu jadi tersenyum dan
menyahuti perkataan si gadis : "Soal diriku tidak perlu kau
pikirkan, karena jika sampai terpaksa aku tercebur kedalam
telaga ini, bisa saja aku berenang....!”
Sengaja Tat Mo Cauwsu berkata begitu, karena dia ingin
menenangkan hati si gadis kecil tersebut.

Koleksi kang zusi.com 541


Sedangkan gadis cilik itu telah sibuk sekali menggerakkan
kayu pengayuhnya, berulang kali dia telah berkata: “Tetapi jika
mereka berani mengganggu kita, kedua orang tuaku tentu tidak
akan mau mengerti.... mereka tentu akan dihajar oleh kedua
orang tuaku!“ waktu menggumam begitu, tampaknya si gadis
demikian yakin.
Tat Mo Cauwsu tersenyum, sedangkan di dalam hatinya
berkata: “Gadis cilik ini besar hatinya, dia berani sekali. Tetapi
tampaknya dia terlalu mengandalkan kedua orang tuanya yang
mungkin sangat ternama. Tetapi mana mungkin kedua orang
tuanya itu menolonginya dalam keadaan dia seperti ini,
bukankah kedua orang tuanya tidak berada disini?”
Saat itu perahu kedua lelaki setengah baya itu telah
meluncur dekat sekali, muka mereka memperlihatkan sikap
yang sinis dan mengejek, bahkan salah seorang diantara
mereka telah berkata: “Monyet kecil, jangan harap engkau bisa
meloloskan diri dari tangan kami.....!”
Dan memang perahunya telah sampai dipinggir perahu si
gadis kecil. Orang itu telah memandang dengan tajam kepada
gadis kecil tersebut dan Tat Mo Cauwsu bergantian, lalu
kepada gadis kecil itu dia berkata dengan suara yang nyaring:
”Cara engkau mempergunakan kayu pengayuh itu untuk
meluncurkan perahumu merupakan kepandaian tersendiri dari
majikan pulau Cie Hung To, masih ada hubungan apa antara
kau dengan Pai Cing Han?”
Gadis kecil itu telah tertawa dengan suara yang dingin,
katanya dengan suara yang berani: ”Kalian kenal ayahku?
Hemm, jika kemikian, mengapa kalian masih berani berlaku
kurang ajar kepadaku ?”
Muka kedua orang lelaki bermuka seperti potongan tikus
itu jadi berobah, dia telah memandang satu dengan yang lain,

Koleksi kang zusi.com 542


kemudian orang yang tadi berkata itu telah bilang dengan suara
ragu2 : ”Engkau putri dari Pai Cing Han ?”
"Tepat !” menyahut si gadis kecil dengan memperlihatkan
sikap yang gagah karena dia tahu kedua orang lelaki setengah
baya itu agak gentar setelah mengetahui dia Putri Pai Cing
Han.
Tetapi lelaki yang seorangnya telah berkata dengan suara
yang parau, ”Kepalang tanggung terlanjur kita telah
mengejarnya, binasakan saja...urusan dengan Pai Cing Han
bisa kita urus nanti ! Kita katakan saja putrinya ini mengalami
kecelakaan disaat sedang main perahu dan tenggelam diair
telaga ini ! Bagus, bukan?”
Tetapi orang yang pertama tadi masih ragu2, dia melirik
kepada Tat Mo Cauwsu.
"Pendeta ini tampaknya pendeta asing,” katanya kemudian
kepada si gadis kecil itu. “Apakah dia tamu ayahmu ?”
"Bukan, dia tamuku, tadi aku mengundangnya agar dia mau
main perahu bersamaku...!” polos si gadis memberikan
keterangan yang sebenar2nya.
Mendengar itu, lega hati kedua orang tersebut. Mereka
telah saling pandang dan kemudian saling tersenyum penuh
arti.
"Baiklah nona kecil, sebenarnya kau telah mengganggu
kami terlebih dulu, dan kami tidak mempersakiti kau, bukan?
Nanti setelah engkau kembali ketempat ayahmu, apakah
engkau akan menceritakan hal ini kepada orang tuamu ?”
“Tentu ! Tentu saja ! Agar kalian diberi hajaran !” sahut si
gadis kecil itu dengan suara nyaring. Sesungguhnya dia
menyahuti seperti itu dengan maksud untuk menggertak saja
kedua orang itu, namun tanggapan orang-orang itu justru lain.
Sebetulnya jika saja si gadis memberikan jawaban bahwa dia

Koleksi kang zusi.com 543


tidak akan menarik panjang urusan ini dan juga memang tidak
mengetahui siapa adanya kedua orang itu, mungkin urusan
akan habis sampai disitu saja......tetapi dengan jawaban itu,
justru telah membuat kedua orang itu berobah wajahnya jadi
semakin tidak enak dilihat.
Orang yang bertanya tadi telah tertawa dingin, dia bilang
dengan suara yang tawar : “Hmmmm, jika demikian terlanjur
kami telah mengganggumu, lebih baik kau kubinasakan saja !”
Gadis kecil itupun rupanya mengetahui bahwa dia telah
kesalahan bicara, maka cepat2 dia berkata :”Jika sekarang
kalian mau pergi dan tidak menggangguku, tentu nanti aku
akan memberitahukan kepada ayah dan ibuku bahwa kalian
adalah dua orang paman yang sangat baik hati...!”
Tetapi kedua orang itu tahu bahwa gadis kecil ini hanya
ingin mengelakkan diri dari mereka, maka mereka tidak
mempercayai penuh perkataan itu.
”Tidak bisa kami mempercayai perkataanmu, lebih baik
engkau dihabiskan saja, dibinasakan dan ditenggelamkan ke
dasar telaga ini, sehingga kami tidak perlu menerima ancaman
kelak dikemudian hari ......!”
"Beranikah kalian mencelakai kami ?” tanya gadis itu
dengan suara setengah tidak mempercayai, karena dia tahu
kedua orang itu tentu mengetahui bahwa ayah dan ibunya
merupakan orang2 ternama yang disegani oleh semua jago2
didalam rimba persilatan dan juga tentunya kedua orang inipun
tidak akan berani membentur orang tuanya.
Tetapi kedua orang itu telah saling pandang sejenak,
kemudian tampak mereka telah menggerakkan kayu
pengayuhnya, tampaknya mereka ingin melancarkan serangan
dengan mempergunakan kayu pengayuhnya itu.

Koleksi kang zusi.com 544


Si gadis juga terkejut melihat sikap kedua orang itu, dia
cepat-cepat berseru : "Kalian.."
Tetapi suaranya belum lagi selesai diucapkan, justru kedua
batang kayu pengayuh itu telah bergerak menyambar. Yang
seorangnya telah menggerakkan kayu pengayuhnya ke arah
kepala si gadis, sedangkan yang seorangnya lagi telah
menggerakkan menghantam kepala Tat Mo Cauwsu.
Serangan yang dilakukan kedua orang itupun bukan
merupakan serangan yang ringan, karena mereka melancarkan
serangan dengan mempergunakan kekuatan tenaga dalam yang
cukup tinggi, angin serangan itu berkesiuran kuat sekali.
Tat Mo Cauwsu yang melihat hal ini jadi merasa kurang
senang, karena dia melihat kedua orang ini cukup telengas dan
juga kejam hatinya.
Terhadap seorang gadis kecil seperti itu saja mereka telah
melancarkan serangan dengan mempergunakan jurus yang
mematikan dan maksud mereka tentu untuk membinasakan si
gadis guna menutup mulutnya.
Waktu itu kayu yang menyambar kearah Tat Mo Cauwsu
telah tiba dekat sekali, pendeta ini karena memang merasa
tidak senang kepada kedua orang tersebut, telah mengulurkan
tangan kirinya, tahu-tahu dia telah dapat mencekal pinggiran
kayu pengayuh itu.
Orang itu terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan
seruan kaget dan ingin menarik kayu pengayuhnya lagi. Tetapi
sedikitpun kayu pengayuh yang dicekal oleh Tat Mo Cauwsu
tidak bergeming.
Sedangkan kawannya yang tengah melancarkan serangan
dengan kayu pengayuhnya kepada si gadis, telah mendengar
seruan kaget kawannya itu, dia membatalkan serangannya dan
cepat2 menoleh.

Koleksi kang zusi.com 545


Diwaktu itu bersamaan dengan dia menoleh, Tat Mo
Cauwsu tengah mendorong sambil disertai suara gumamnya :
“Pergilah kau !”
Dorongan yang dilakukan Tat Mo Cauwsu tampaknya
perlahan sekali, tetapi tenaga yang mendorong dari pendeta ini
kuat sekali, tanpa bisa mempertahankan diri lagi tampak tubuh
orang itu doyong ke belakang dan seperti didorong oleh
sesuatu kekuatan yang tidak terlihat, tubuhnya telah terhuyung
beberapa tindak lalu tercebur kedalam telaga!
Air telah muncrat kesana kemari karena tertimpah tubuh
orang itu.
Kawannya jadi tidak meneruskan pukulannya kepada si
gadis, dia telah mengayuh perahunya sambil mengulurkan
tangannya, menyambar tangan kawannya,
Dengan mempergunakan gerakan ”Lee Ie Ta Teng” atau
“Ikan gabus Meletik”, tampak tubuh orang yang tadi tercebur
ke dalam telaga itu telah melompat naik keatas perahu pula,
tetapi tubuhnya telah basah kuyup, walaupun dia tidak
menderita luka.
Dengan roman muka mengandung kegusaran yang sangat
kedua orang itu telah mengawasi si pendeta India tersebut.
Malah salah seorang diantara mereka telah menegur: “Siapakah
kau, Taisu..?” tegur mereka. “Kami Jie Liong Kim Hay (Dua
Naga dari Lautan Emas) tidak pernah memiliki hubungan dan
sangkut-paut denganmu..., mengapa engkau mencampuri
urusan kami ?! Rupanya kaupun tidak memiliki kepandaian
yang rendah !”
Mendengar disebutnya nama julukan kedua orang itu, muka
si gadis jadi pucat.
Jie Liong Kim Hay merupakan dua jago yang menguasai
telaga ini, mereka memang telah malang melintang ditempat

Koleksi kang zusi.com 546


tersebut selama belasan tahun tanpa pernah menemui
tandingan. Bahkan ayah si gadis sering menceritakan
kepadanya prihal kedua jago ini.
Tetapi melihat Tat Mo Cauwsu dengan mudah dapat
mendorong rubuh lawannya yang seorang itu, si gadis jadi
berbesar hati kembali, dia telah tertawa.
"Taisu, rupanya engkau memiliki kepandaian yang
tinggi...” bilangnya, “Bagus! Bagus! Hajar mereka berdua itu
Taisu, agar mereka tahu adat ...”
Tat Mo Cauwsu tersenyum mendengar perkataan si gadis
yang nakal ini.
“Jika mereka tidak mendesak kita, biarkan saja !“ kata Tat
Mo Cauwsu. “Tetapi jika memang mereka melakukan
perbuatan jahat, walaupun mereka meminta ampun, tentu
Siauwceng tidak akan mengampuninya.....!”
“Justru mereka dua orang jahat besar yang selalu
melakukan perbuatan2 jahat ! Kedua orang tuaku justru ingin
mencari mereka, maka kami telah datang ke tempat ini!“
Sengaja si gadis telah berkata begitu, karena dia mendengar
bahwa Tat Mo Cauwsu baru mau menghajar mereka jika kedua
orang itu penjahat adanya.
Muka Jie Liong Kim Hay telah berobah gusar, mereka
marah sekali kepada gadis itu.
Tetapi melihat si pendeta dari India itu tampaknya memiliki
kepandaian yang tinggi mereka jadi tidak berani berlaku
ceroboh.
Saat itu salah seorang diantara mereka telah berkata :
“Taisu jika memang engkau dengan pihak keluarga Pai tidak
memiliki hubungan apa-apa, jangan engkau mencampuri
urusan kami.....!”

Koleksi kang zusi.com 547


Tat Mo Cauwsu telah merangkapkan kedua tangannya, dia
tetap dalam keadaan duduk.
"Siancai! Siancai! Walaupun aku memang tidak kenal
kedua orang tua nona kecil ini, namun segala perbuatan jahat
tidak bisa kusaksikan dengan berpeluk tangan saja.....Jika
memang tuan-tuan tidak memiliki urusan lainnya, silahkan
pergi...!”
Tetapi Jie Liong Kim Hay berdua memang sedang
mendongkol dan penasaran, salah seorang diantara mereka tadi
telah kena diceburkan, dan hal itu mereka anggap karena
mereka kurang waspada, maka sekarang mana mau mereka
ngeloyor pergi begitu saja seperti si pecundang?
Jika urusan ini tersiar, bukankah nama mereka yang
terkenal itu akan rusak dan kelak orang-orang persilatan akan
mengatakan bahwa Jie Liong Kim Hay merupakan manusia2
tidak punya guna, merekapun akan dipandang rendah oleh
jago2 rimba persilatan.
Karena berpikir begitu, salah seorang diantara kedua Naga
dari Lautan Emas itu telah berkata dengan suara yang dingin :
”Kami selalu berlaku lunak kepada orang2 yang tidak kami
kenal, kami selalu memberikan kesempatan kepada lawan2
kami agar segera berlalu dari hadapan kami sebelum kami
turun tangan ! Tetapi jika Taisu memang bandel dan keras,
janganlah Taisu menyesali kami...!”
Berkata sampai disitu, tampak kedua orang itu ber-siap2,
karena tangan kanan mereka telah mencekal gagang pedang
yang terselip diatas punggung mereka masing2, dengan
bersuara “Sringgg...!” mereka telah mencabut keluar pedang
mereka masing2.
Si gadis kecil yang melihat hal ini telah tertawa, dia
bukannya takut, bahkan sebaliknya menjadi girang melihat
akan adanya keramaian yang segera terjadi.

Koleksi kang zusi.com 548


"Lihatlah Taisu, mereka manusia2 jahat, sedikit saja kita
salah, mereka tentu main bunuh !” kata si nona kecil itu dengan
suara yang nyaring.
Tat Mo Cauwsu tertawa.
"Baiklah, aku akan menemani kalian untuk main2 beberapa
jurus.....!” kata Tat Mo Cauwsu kemudian dengan suara yang
sabar. "Dan Siauwceng juga akan meminta pengajaran dari
kalian....!” Setelah berkata begitu, tampak Tat Mo Cauwsu
mengambil sikap bersiap sedia, dan tetap tenang ditempatnya.
Sedangkan kedua orang Jie Liong Kim Hay tersebut telah
menggerakkan pedang mereka dengan gerakan yang cepat
sekali, dua sinar perak yang panjang telah menyambar ke arah
Tat Mo Cauwsu.
Mata si gadis kecil itu jadi silau, dia juga berkuatir untuk
keselamatan Tat Mo Cauwsu, sampai nona kecil itu telah
mengeluarkan suara teriakan tertahan.
Tetapi Tat Mo Cauwsu yang menyaksikan kedua orang Jie
Liong Kim Hay tersebut yang begitu turun tangan telah
melancarkan tabasan dan tikaman yang demikian telengas tentu
saja membuat dia jadi mendongkol juga. Namun sebagai
seorang yang berilmu tinggi, dia tidak mau menurunkan tangan
yang keras. Pendeta ini hanya mengulurkan tangan kanannya,
dengan mempergunakan jari telunjuknya, dia telah menyentil
pedang lawannya.
“Tringgg...!” kedua batang pedang itu sekaligus telah
berhasil disentilnya. Disaat mana tampak kedua batang pedang
itu telah terpental keras, hampir saja balik menyambar ke
majikannya masing-masing.
Untung saja Jie Liong Kim Hay memiliki ginkang dan mata
yang awas, maka mereka cepat2 memiringkan kepala mereka
sambil mengerahkan tenaga lwekang mereka pada tangan

Koleksi kang zusi.com 549


mereka masing2 untuk menahan bergeraknya pedang itu,
dengan demikian muka mereka yang nyaris menjadi korban
dari senjata mereka sendiri bisa dihindarkan.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang
sabar : "Kalian memang dua manusia yang berhati jahat, kalian
telah berusaha mencelakai kami...!” katanya. "Dan kukira dua
orang manusia jahat seperti kalian harus menerima ganjaran
yang setimpal. Maafkan, Siauwceng akan turun tangan agak
keras....!”
Jie Liong Kim Hay waktu itu juga tengah penasaran sekali,
mereka tidak mengerti mengapa pendeta dari India ini memiliki
kepandaian yang begitu tinggi. Dan sekarang mendengar
perkataan dari pendeta tersebut, mereka jadi tambah
mendongkol. Dengan mengeluarkan suara teriakan nyaring,
tahu-tahu pedang mereka masing-masing telah menyambar
dengan kekuatan lwekang yang menyelubungi kedua batang
pedang mereka, kemudian tampak kedua batang pedang itu
berkelebat menyambar kearah leher dan dada Tat Mo Cauwsu.
Tetapi Tat Mo Cauwsu tetap berdiri tenang ditempatnya,
waktu kedua batang pedang itu menyambar telah dekat, dia
hanya berkelit dengan menggerakkan sedikit tubuhnya. Dan
bersamaan dengan itu, dia juga telah membarengi dengan
menggerakkan tangan kanannya.
Gerakan yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu sangat cepat
sekali dan sulit dilihat jelas oleh mata biasa.
Dengan mengeluarkan suara “Bukkk...!” dua kali tampak
tubuh kedua orang itu telah terpental keras sekali ke tengah
udara terlempar keluar dari perahu mereka, dan tercebur ke
dalam air, sehingga air itu muncrat berhamburan seperti juga
bunga air yang tampak indah sekali.
Si gadis cilik yang menyaksikan peristiwa ini jadi
memperdengarkan suara bersorak yang nyaring, tampaknya dia

Koleksi kang zusi.com 550


girang bukan main. Malah dia telah berjingkrak beberapa kali
menunjukkan kegembiraan hati yang meluap, sampai perahu
itu bergoyang goyang.
Tat Mo Cauwsu bersenyum, dengan suara yang sabar telah
berkata kepada Jie Liong Kim Hay yang waktu itu tengah
merangkak menaiki perahu mereka lagi. Tubuh mereka tampak
basah kuyup, ”Kalian berdua pergilah, lain kali jangan
mengganggu manusia baik baik lagi....... Siauwceng mau
mengampuni jiwa kalian..!”
Tetapi Jie Liong Kim Hay yang telah mengalami peristiwa
yang tidak menggembirakan hati mereka itu jadi penasaran
bukan main dan telah mencekal pedang mereka masing2
dengan kuat.
"Taisu, siapa gelaranmu ?” tanya mereka.
Tat Mo Cauwsu tersenyum melihat Jie Liong Kim Hay
tampaknya masih penasaran seperti itu.
"Siauwceng bergelar Tat Mo Cauwsu...!” kata Tat Mo
Cauwsu.
Jie Liong Kim Hay baru pertama kali ini mendengar nama
Tat Mo Cauwsu, mereka tidak pernah mendengar sebelumnya.
Maka mereka masih tidak mengetahui siapa adanya Tat Mo
Cauwsu ini. Mereka telah mengeluarkan suara tertawa dingin,
salah seorang diantara mereka telah berkata, ”Tadi kami
berlaku kurang hati-hati, sehingga kami bisa dirubuhkan oleh
Taisu. Baiklah, sekarang kami hendak meminta pengajaran
pula dari Taisu....!”
Dan setelah berkata begitu, cepat bukan main dia telah
menggerakkan pedangnya menerjang kepada Tat Mo Cauwsu
lagi, sambil melompat menerjang begitu, pedangnya telah
digerakkan untuk menikam ke ulu hati Tat Mo Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 551


Yang seorang lagi dari Jie Liong Kim Hay juga telah
mengeluarkan suara raungan seekor singa, dengan muka yang
merah padam diliputi kemarahan, tampak dia telah menyambar
juga ke arah Tat Mo Cauwsu sambil memutar pedangnya
melindungi tubuhnya.
Tat Mo Cauwsu jadi mendongkol juga melihat kebandelan
kedua orang itu. Dengan mengeluarkan suara tertawa kecil, dia
mengebutkan ujung jubahnya, sambil mengerahkan sebagian
tenaga lwekangnya untuk menyampok sekaligus kepada kedua
orang itu, seketika itu juga Jie Liong Kim Hay merasakan
tubuh mereka seperti disampok oleh suatu kekuatan yang luar
biasa dahsyatnya, dan kekuatan itu telah membuat gerakan
mereka seperti terhambat.
Salah seorang Jie Liong Kim Hay, yang bergerak lebih dulu
dan tengah menikamkan pedangnya ke arah Tat Mo Cauwsu,
tergempur lebih dulu, tubuhnya kembali terpental dan
berpoksay ditengah udara tiga kali lalu meluncur turun dan
kakinya telah cepat2 menotol ujung kepala perahunya,
sehingga tubuhnya telah melambung lagi ketengah udara, dan
sambil berbuat begitu, seperti juga seekor burung rajawali,
dengan mengandalkan tenaga pinjaman dari totolan ujung
kakinya tadi, dia telah menyambar lagi kepada Tat Mo
Cauwsu. Gerakan yang dilakukannya itu manis sekali, dan
telah membuat Tat Mo Cauwsu memuji : ”Bagus.....!” lalu
berkelit dari samberan pedang lawannya yang seorang ini.
Sedangkan Jie Liong Kim Hay yang seorang lagi, terkena
gempuran tenaga sinkang Tat Mo Cauwsu, telah tercebur
kembali di air telaga.
Melihat tikamannya kembali mengenai tempat kosong, Jie
Liong Kim Hay yang seorang itu, yang tubuhnya tetap
meluncur menyambar, telah merobah gerakan pedangnya
hanya dalam beberapa detik itu saja, pedangnya telah

Koleksi kang zusi.com 552


berkesiuran menyambar akan menabas batang leher Tat Mo
Cauwsu.
Sekarang tampaknya kesabaran Tat Mo Cauwsu telah
habis, dengan mengeluarkan seruan perlahan, tahu2 pendeta
dari India ini telah menggerakkan tangan kanannya, menuju ke
dada lawannya.
Pukulan telapak tangan yang dilakukan Tat Mo Cauwsu
tersebut bukan serangan sembarangan, karena pada telapak
tangannya itu terlihat uap tipis dan kulit telapak tangan yang
memerah, maka hal itu menandakan bahwa Tat Mo Cauwsu
telah mengerahkan tenaga sinkangnya pada telapak tangannya.
Jie Liong Kim Hay yang seorang itu kaget bukan kepalang
waktu menyaksikan keadaan telapak tangan lawannya, dia
menyadari apa artinya semua itu, yaitu telapak tangan yang
bisa mendatangkan kematian buatnya, jika saja dia terlambat
mengelakkan diri.
Dengan cepat dan ter-gesa2 dia menarik pulang pedangnya,
kemudian ia mengerahkan tenaganya, kakinya menotol keatas
perahu, tubuhnya melompat ke tengah udara lebih tinggi
dengan meminjam tenaga totolan pada perahunya, dia
berjumpalitan bermaksud menghindarkan diri dari pukulan
telapak tangan Tat Mo Cauwsu.
Tetapi pukulan telapak tangan Tat Mo Cauwsu telah
menyambar dekat sekali dan cepat, waktu tubuh Jie Liong Kim
Hay yang seorang itu berpoksay lagi ditengah udara, pendeta
ini mengeluarkan suara “Hmmm !” perlahan tahu-tahu dia
memutar telapak tangannya itu seperti juga jari-jari tangannya
mengaduk kearah bawah, dan ibu jarinya menyentuh dada dari
lawannya. Sentuhan itu tampaknya perlahan sekali, tetapi hebat
kesudahannya, karena ibu jari yang mengandung kekuatan
tenaga sinkang itu melebihi hebatnya dari senjata tajam mana
saja, dengan mengeluarkan suara jeritan yang mengenaskan,

Koleksi kang zusi.com 553


tampak tubuh Jie Liong Kim Hay yang seorang itu telah
meluncur turun dan tercebur diair telaga. Diapun segera
pingsan tidak sadarkan diri.
Jie Liong Kim Hay yang seorangnya lagi, cepat2 mengayuh
perahunya yang meluncur mendekati temannya itu, dan segera
menolonginya.
Selama itu Tat Mo Cauwsu dan si gadis kecil hanya
mengawasi saja, dan si gadis kecil itu beberapa kali telah
tertawa seperti juga mengejek kepada kedua Jie Liong Kim
Hay tersebut.
Setelah menerima pertolongan dari kawannya itu, Jie Liong
Kim Hay yang seorang itu tersadar dari pingsannya. Tetapi
mukanya waktu itu pucat pias, karena dia terluka didalam yang
cukup berat, sebab hampir sebagian dari tenaga dalam yang
dimilikinya telah terpunahkan oleh totokan ibu jari tangan Tat
Mo Cauwsu.
Dengan muka merah padam Jie Liong Kim Hay yang
seorang lagi, telah memandang bengis kepada Tat Mo Cauwsu,
dengan suara mengandung dendam dia telah berkata:
“Hemmm, sungguh bagus sekali Taisu turunkan tangan
demikian berat kepada temanku.... tetapi kami Jie Liong Kim
Hay tidak akan mau sudah sampai disini saja..... kelak kami
akan minta pengajaran lagi dari Taisu.....!” dan setelah berkata
begitu, jie Liong Kim Hay yang seorang ini telah mengayuh
perahunya, yang meluncur cepat meninggalkan tempat
tersebut.
"Aha, monyet2 busuk akhirnya angkat kaki juga....“ berseru
gadis kecil itu dengan suara yang nyaring dan ber-tepuk2
tangan, tampaknya dia gembira sekali sehingga dia pun
bersorak dengan suara yang nyaring dan tubuh yang
berjingkrakan.

Koleksi kang zusi.com 554


Tetapi Jie Liong Kim Hay tidak melayani ejekan dari gadis
she Pai tersebut, karena mereka menyadari tidak mungkin bisa
menghadapi Tat Mo Cauwsu. Perahu mereka telah meluncur
terus dan tidak lama kemudian telah lenyap dari penglihatan
Tat Mo Cauwsu dan si gadis cilik itu.
Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah mengajak si gadis cilik she
Pai tersebut untuk ber-main2 perahu lagi.
Dengan riang si gadis cilik she Pai tersebut telah mengayuh
pula perahunya meluncur dengan pesat sekali dipermukaan air
telaga tersebut. Sebagai seorang pendeta yang memiliki
kepandaian tinggi, Tat Mo Cauwsu menyadari sesungguhnya
tidak mudah meluncurkan perahu dengan cara seperti yang
dilakukan gadis cilik she Pai tersebut, setidaknya harus
memiliki keakhlian yang terlatih sekali. Beberapa kali pendeta
ini telah memuji gadis cilik tersebut, sehingga si nona she Pai
itu jadi kegirangan.
Cukup lama mereka bermain perahu di telaga tersebut, dan
setelah puas, Tat Mo Cauwsu dan gadis kecil itu kembali
kedaratan.
Tetapi baru saja mereka turun ke darat dan nona cilik she
Pai tersebut menambatkan perahunya, waktu itu terdengar
suara seseorang berkata : “Kukira mereka akan segera
mendarat ...!” Suara itu suara yang dalam dan parau sekali.
“Ya.... tidak lama lagi mereka tentu akan mendarat .....!”
menyahuti suara yang lainnya.
Tat Mo Cauwsu seperti kenal dengan suara orang yang
kedua itu, dia merasa seperti suara salah seorang dari kedua jie
Liong Kim Hay.
Waktu itu, tampak dua sosok tubuh yang baru keluar dari
balik gerombolan pohon2 yang tumbuh lebat di tepi telaga
tersebut.

Koleksi kang zusi.com 555


Dan apa yang diduga oleh Tat Mo Cauwsu memang tepat,
salah seorang dari kedua orang itu adalah Jie Liong Kim Hay
yang tidak terluka, dan bersamanya itu seorang lelaki tua
berusia antara tujuh puluh tahun dengan jenggot dan kumis
yang tumbuh panjang dan memutih.
Jie Liong Kim Hay yang seorang itupun telah melihat Tat
Mo Cauwsu dan si gadis cilik she Pai tersebut, dia telah
menunjuk, “Lihatlah !" katanya dengan suara yang nyaring.
“Itulah mereka...!”
Lelaki tua berkumis dan berjenggot panjang itu telah
menoleh dan memandang tajam sekali kepada Tat Mo Cauwsu,
sikapnya sangat tenang sekali, dan juga dari wajahnya
terpancarkan sikap yang angkuh.
Si gadis she Pai tersebut jadi pucat wajahnya, dia berpikir
tentunya Jie Liong Kim Hay yang seorang ini telah
mengundang seorang pandai lainnya. Tetapi dia berani, dia
segera dapat mengatasi perasaan gugupnya, cepat-cepat gadis
kecil itu mengeluarkan suara tertawanya yang nyaring : ”Aha,
rupanya Naga yang telah patah tanduknya dan keok datang
kembali dengan mengundang seorang badut....!” kata gadis she
Pai tersebut, mengejek dengan suara yang tetap nyaring.
Muka Jie Liong Kim Hay yang seorang itu jadi berobah
merah padam.
"Susiok (paman guru), itulah dia yang mengaku bergelar
Tat Mo Cauwsu...!” kata Jie Liong Kim Hay kepada orang tua
di sisinya, rupanya paman gurunya.
Orang tua itu telah mengangguk perlahan dengan sinar
mata yang sangat tajam dia telah merangkapkan tangannya
memberi hormat kepada Tat Mo Cauwsu, tampaknya dia bukan
orang tua sembarangan, dia memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, melihat dari sinar matanya yang tajam itu, bisa di-
ketahui dia memiliki lwekang yang mahir sekali.

Koleksi kang zusi.com 556


"Selamat bertemu ....aku Kim Liong San (Naga Emas Dari
Gunung) Bu Bok Sun, gembira sekali bisa bertemu dengan
seorang pandai seperti Taisu..!” suaranya dalam dan parau, dia
juga tetap mengawasi Tat Mo Cauwsu dengan sinar matanya
yang tajam.
Tat Mo Cauwsu segera membalas penghormatan orang she
Bu itu, dia juga telah merangkapkan sepasang tangannya.
"Siauwceng juga gembira sekali bisa berjumpa dengan
tuan.... ada urusan apakah tuan mencari Siauwceng ?” tanya
Tat Mo Cauwsu.
Orang tua itu tetap dengan sikapnya yang angkuh dan sinar
mata yang tajam itu, telah menyahuti dengan suaranya yang pa-
rau : "Tadi dua orang keponakan muridku ini telah
memberitahukan bahwa mereka telah diganggu oleh seorang
pendeta India yang bergelar Tat Mo Cauwsu, tentunya pendeta
yang mereka maksudkan itu Taisu adanya.... bahkan salah
seorang dari keponakan muridku ini telah terluka didalam,
sebagian besar dari kepandaian dan ilmu silatnya telah
terpunahkan.... dengan demikian, ingin sekali aku si orang she
Bu meminta petunjuk dari Taisu....!”
Tat Mo Cauwsu tetap berdiri tenang di tempatnya, dia
mengawasi dengan sikap yang sabar.
"Sesungguhnya itu hanya terjadi disebabkan salah paham
belaka......dan urusan kecil itu tidak perlu ditarik panjang,
Siauw ceng juga memang telah menurunkan tangan agak keras
kepada salah seorang keponakan murid tuan, karena dia terlalu
mendesak.....Siauwceng kira tidak perlu kita saling bersikeras
mempersoalkan urusan yang tidak begitu penting itu.”
Tetapi Bu Bok Sun telah mengeluarkan suara mendengus
perlahan, kemudian dia berkata dengan suara yang tetap parau :
"Sejak kecil aku paling gemar mempelajari ilmu silat, dan
selalu merasa tertarik jika mendengar ada seseorang yang

Koleksi kang zusi.com 557


memiliki kepandaian tinggi, dan hendak meminta
pengajarannya. Sekarangpun sifat dan kegemaranku yang satu
itu belum juga lenyap, malah semakin menjadi. Kini justru aku
si orang she Bu telah mendengar langsung dari kedua
keponakan muridku, yang sesungguhnya mereka juga memiliki
kepandaian cukup lumayan tingginya, bahwa Tat Mo Cauwsu
memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya, dengan
demikian tertarik sekali aku si orang she Bu ingin meminta
pelajaran beberapa jurus darimu, Taisu....!” dan setelah berkata
begitu, Bu Bok San telah merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat, dan dia membawa sikap seperti juga
menantang, mempersilahkan Tat Mo Cauwsu mulai
menyerang.
Melihat sikap orang ini, Tat Mo Cauwsu tersenyum.
"Tuan, engkau terlalu mendesak....!” kata Tat Mo Cauwsu
kemudian. “Sesungguhnya aku tidak memiliki kegembiraan
untuk main2 dengan kau... tetapi karena engkau memang
hendak juga ber-main2 beberapa jurus, baiklah aku si pendeta
miskin akan melayaninya....!”
Dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu mengawasi
orang tua itu dengan sikap bersiaga, karena dia mengetahui
bahwa orang she Bu ini merupakan seorang tokoh persilatan
yang memiliki kepandaian tinggi sekali. Maka dari itu, Tat Mo
Cauwsu tidak berani meremehkannya.
Bu Bok Sun telah memperdengarkan suaranya : "Maafkan,
si orang she Bu akan segera mulai.....!” dan sambil berkata
begitu, kedua kakinya ditekuk sedikit, dan tahu-tahu dia telah
menggerakkan kedua tangannya, dari kedua telapak tangannya
itu telah meluncur serangkum angin yang kuat sekali.
Tetapi Bu Bok Sun bukan menyerang langsung kepada Tat
Mo Cauwsu seperti lainnya, karena dia telah mengangkat
sedikit telapak tangan kanannya, lalu dengan kedua telapak

Koleksi kang zusi.com 558


tangan yang seperti saling tindih itu, dia telah mendorong
kearah samping dan kemudian berbelok akan menghantam ke
arah iga dari Tat Mo Cauwsu.
Serangan yang dilancarkan oleh Bu Bok Sun ini merupakan
cara yang aneh sekali. Karena biasanya, jika seseorang tengah
melancarkan serangan kepada lawannya, tentu akan
melancarkan serangannya langsung ke arah sasarannya. Namun
justru Bu Bok Sun ini telah melancarkan serangannya itu
dengan mempergunakan cara yang agak aneh, dimana dia
menghantam kesamping dan baru berbelok lagi menghantam
kearah iga Tat Mo Cauwsu. Jika penyerangan seperti itu
dilakukan oleh orang yang memiliki lweekang atau sinkang
yang kepalang tanggung, tentu orang itu akan kehilangan
tenaga serangannya setengah jalan.
Namun hebat kesudahannya dari cara menyerang yang
dilakukan oleh Bu Bok Sun, karena tenaga serangannya itu
benar2 aneh dan kuat sekali, Tat Mo Cauwsu merasakan
tubuhnya seperti juga ditindih oleh suatu kekuatan yang luar
biasa beratnya. Waktu Tat Mo Cauwsu hendak melompat
kesampingnya diwaktu itulah dia merasakan tindihan dari suatu
kekuatan tenaga lainnya yang tidak tampak. Itulah kehebatan
cara menyerang dari Bu Bok Sun.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 16
KARENA dia melancarkan serangan dengan cara yang
menyimpang kesamping dulu, dengan demikian waktu Tat Mo
Cauwsu hendak menyingkir kesamping, ditempat itu telah
menanti tenaga yang kuat sekali dari lwekang Bu Bok Sun.
Dan tenaga lwekang itu telah menghambat gerakan Tat Mo
Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 559


Namun sebagai seorang pendeta yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, dia cuma heran sejenak, tetapi cepat sekali dia
bisa menguasai keadaan. Cepat luar biasa Tat Mo Cauwsu telah
menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melambung ke tengah
udara, dan dia telah menggerakkan kedua tangannya, tangan
yang kiri akan mencengkeram kepala dari Bu Bok Sun,
sedangkan tangan kanannya telah menyambar akan menghan-
tam patah tulang piepe dipundak Bu Bok Sun. Gerakan yang
dilakukannya itu merupakan gerakan yang saling susul dan
tangguh sekali, memaksa lawannya harus menarik pulang
tenaga serangannya dulu.
Si gadis cilik she Pai telah meloncat mundur, untuk
menyaksikan jalannya pertempuran kedua orang yang memiliki
kepandaian sama2 hebat itu.
Sedangkan Jie Liong Kim Hay yang seorang itu, berdiri
terpisah belasan tombak dari gelanggang. Berulang kali
matanya melirik kepada si nona cilik she Pai itu dengan sinar
mata mengandung kebencian.
Tetapi si nona tidak memperdulikannya, karena gadis cilik
itu tengah asyik mengawasi jalannya pertempuran yang tengah
terjadi antara Tat Mo Cauwsu dengan Bu-Bok Sun.
Angin serangan dari kedua orang yang tengah bertempur itu
telah berseliwiran dengan kuat sekali, sehingga debu ditepi
telaga itu telah beterbangan. Yang lebih luar biasa adalah batu2
kerikil kecil yang berada digelanggang pertempuran tersebut,
telah ikut berpentalan kesana kemari, karena kuatnya angin
serangan yang ber-gulung2 dari kedua orang yang tengah
bertanding itu.
Jurus demi jurus telah berlalu cepat sekali dan tanpa terasa
telah dua puluh jurus lebih. Dan dalam waktu seperti itu, Bu
Bok Sun juga rupanya heran pula, karena tidak biasanya dia
menemui tandingan yang demikian tangguh seperti Tat Mo

Koleksi kang zusi.com 560


Cauwsu. Biasanya tidak lebih dari belasan jurus dia akan
berhasil merubuhkan lawannya. Didalam rimba persilatan Bu
Bok Sun yang bergelar Kim Liong San tersebut merupakan
seorang tokoh persilatan yang memiliki nama sangat terkenal
dan dia merupakan datuk yang disegani oleh jago2 aliran hitam
maupun putih. Seperti halnya kedua orang keponakannya, Jie
Liong Kim Hay, telah bisa memiliki nama yang harum didalam
rimba persilatan, terlebih lagi dia yang memang memiliki
kepandaian beberapa kali lipat lebih tinggi dibandingkan
dengan kedua keponakannya itu.
Dengan demikian, terlihat Bu Bok Sun semakin lama jadi
semakin ber-sungguh2 dalam memusatkan seluruh kekuatan
sinkang yang dimilikinya. Jurus demi jurus, tenaga yang
meluncur dari telapak tangannya mengiringi pukulan-pukulan
yang dilakukannya semakin kuat. Sedangkan Tat Mo Cauwsu
juga telah berulang kali harus mengerahkan tenaga dalamnya,
guna menghadapi tenaga desakan lawannya itu.
Setelah lewat sepuluh jurus lagi, akhirnya Tat Mo Cauwsu
sudah berhasil memperoleh kesempatan untuk menerobos
kelemahan dari lawannya, ia telah melancarkan serangan yang
beruntun kearah dada dari Bu Bok Sun, karena justru bagian
tengah dari lawannya ini, yaitu bagian dadanya, merupakan
bagian yang lowong.
Melihat kelemahannya menjadi sasaran dari serangan
lawannya, justru Bu Bok Sun bukannya menjadi kaget, malah
telah memperdengarkan suara tertawa dingin, dia telah berkata
dengan suara mengejek : "Hmm, sekarang kita memang
menemui tandingan yang setimpal...... sungguh
menggembirakan !” dan diwaktu itu Bu Bok Sun telah
menjejakkan kaki kanannya, tubuhnya melambung ke tengah
udara, membarengi dengan mana kaki kirinya telah melayang
menendang kearah pinggang Tat Mo Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 561


Tat Mo Cauwsu berkelit ke kanan, dan dia mengulurkan
tangan kanannya, dengan gerakan yang cepat dia berusaha
mencekal mata kaki dari lawannya. Cara yang dilakukan oleh
Tat Mo Cauwsu bukan cekalan biasa, karena jika dia berhasil
mencekal mata kaki dari lawannya tersebut, tentu Bu Bok Sun
akan menderita hebat sekali dimana tulang mata kakinya itu
akan remuk, karena jari jemari tangan dari Tat Mo Cauwsu
sudah dialiri kekuatan sinkang yang menjadikan jarinya lebih
keras dan kuat dari jepit besi.
Tetapi Bu Bok Sun juga bukan orang yang lemah, melihat
tendangannya tidak akan memberikan hasil, dia telah menarik
pulang kakinya, dia sama sekali tidak mau membiarkan
kakinya itu kena dicengkeram oleh tangan Tat Mo Cauwsu.
Begitulah, mereka telah saling hantam dan mencengkeram
berulang kali, tetapi keduanya memang memiliki kepandaian
yang sama tinggi, sehingga mereka jadi tidak ada yang
terdesak.
Namun pertandingan kedua orang ini akhirnya mencapai
tingkat yang lebih serius lagi, dimana keduanya tidak
melompat lompat seperti semula, mereka berdua saling
berdiam diri ditempat masing-masing, hanya kedua tangan
mereka saja yang bergerak gerak.
Cara bertempur mereka ini mengandalkan kekuatan sinkang
yang dahsyat untuk merubuhkan lawannya masing-masing.
Tetapi Tat Mo Cauwsu yang melihat Bu Bok Sun memang
benar-benar tangguh, sudah tidak mau membuang waktu lagi,
dia mengeluarkan suara bentakan nyaring, dan diwaktu itulah
dia memusatkan tenaga sejati andalannya, dimana telapak
tangannya seketika mengeluarkan uap dan juga telapak
tangannya berobah menjadi merah, dia telah mengeluarkan
suara bentakan pula tangan kirinya menyentil kearah mata dari
Bu Bok Sun, disaat lawan ini berkelit, telapak tangan kanannya
telah bergerak.

Koleksi kang zusi.com 562


”Wuttt...!” angin serangan itu berkesiuran kuat sekali dan
disaat itulah tampak tubuh Bu Bok Sun telah terhuyung dengan
muka yang berobah pucat dan belum lagi dia bisa memperbaiki
kuda kuda kedua kakinya, disaat itu Tat Mo Cauwsu telah
menggerakkan sekali lagi tangan kanannya, dari mana
meluncur kekuatan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya dan
dengan memperdengarkan suara “Bukkk !“ yang nyaring sekali
telapak tangannya itu telah singgah didada lawannya.
Bu Bok Sun terhuyung mundur berulang kali sampai satu
tombak lebih.
Mukanya juga pucat pias dan ketika dia membuka
mulutnya, “Uwaah, uwaaah !“ dua kali Bu Bok Sun telah
memuntahkan darah segar, wajahnya juga jadi pucat pias,
tubuhnya gemetaran.
Muka dari Jie Liong Kim Hay juga telah berobah pucat
melihat paman gurunya terluka berat seperti itu, cepat sekali
mereka melompat mendekati, dan bertanya dengan suara
mengandung kekuatiran.
“Susiok,“ katanya. “Apakah keadaanmu tidak terlalu
parah?”
Bu Bok Sun menggeleng perlahan, kemudian dia menyusut
bibirnya yang dilumuri oleh darah, dia lalu bersenyum pahit
kepada Tat Mo Cauwsu.
"Sungguh menggembirakan sekali bahwa kali ini aku bisa
bertemu dengan lawan yang benar-benar tangguh......walaupun
kali ini aku harus rubuh ditangan Taisu, tetapi aku puas......!”
Tat Mo Cauwsu merangkapkan sepasang tangannya, dia
telah memberi hormat, dengan muka memperlihatkan perasaan
menyesal dia berkata : "Sesungguhnya aku tidak bermaksud
menurunkan tangan begitu keras kepadamu, tuan Bu......namun

Koleksi kang zusi.com 563


kenyataannya tadi aku terpaksa...... maafkan Siauwceng.....
maafkan Siauwceng......!”
Setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu merogoh jubahnya,
dia mengeluarkan sebuah botol kecil, didalamnya tampak
belasan pil yang berwarna merah darah.
Pendeta dari India tersebut telah mengeluarkan dua butir,
dan telah diangsurkannya kepada Bu Bok Sun.
"Jika memang engkau tidak keberatan untuk menerimanya,
silahkan tuan menelan pil ini untuk memulihkan kesehatan
........!“ kata Tat Mo Cauwsu. “Sekarang tuan menelan yang
sebutir, dan malam nanti tuan menelannya sebutir lagi .......!”
Bu Bok Sun telah melihat bahwa Tat Mo Cauwsu
merupakan seorang pendeta yang memiliki kepandaian luar
biasa, dan tadi dia telah bertempur puluhan jurus, dengan
demikian dia memperoleh kenyataan, bahwa kepandaian Tat
Mo Cauwsu beberapa tingkat diatasnya. Jika tadi Tat Mo
Cauwsu menghendaki jiwanya, sama mudahnya buat si
pendeta, seperti pendeta itu membalikkan telapak tangannya
sendiri. Namun kenyataannya Tat Mo Cauwsu tidak melakukan
hal itu dia hanya menurunkan tangan ringan yang cuma
melukainya saja. Maka dia tidak bercuriga menerima pil
pemberian pendeta tersebut, dia telah menyambutinya dan
menelannya yang sebutir, sedangkan yang sebutir lagi dia
simpan disaku jubahnya. Lalu dia memberi hormat, sambil
katanya: “Sungguh membuat aku kagum memperoleh
kesempatan untuk menyaksikan kepandaian Taisu yang
demikian mengagumkan. Walaupun sekarang aku harus
menutup mata, aku akan mati dengan hati yang puas.”
"Siecu terlalu memuji....!” kata Tat Mo Cauwsu.
Setelah berkata begitu, Bu Bok Sun mengajak Jie Liong
Kim Hay untuk berlalu.

Koleksi kang zusi.com 564


Si nona Pai telah tertawa-tawa menghampiri Tat Mo
Cauwsu, sambil katanya : "Hebat sekali kepandaian Taisu....
hebat sekali kepandaian Taisu...! Maukah Taisu mengajari aku
satu dua jurus kepandaian Taisu itu.... agar aku bisa menghajar
penjahat penjahat tengik nantinya ?”
Tat Mo Cauwsu bersenyum.
"Jika didengar tadi dari perkataan Jie Liong Kim Hay,
kedua orang tuamu merupakan jago-jago yang sangat ternama
sekali, mereka tentu memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Tidak berani Siauwceng berlaku lancang begitu menurunkan
ilmu kepadamu, nona...!”
"Baiklah,” kata nona Pai itu. "Jika memang Taisu tidak mau
menurunkan ilmumu, maukah jika Taisu memberikan petunjuk
kepadaku, tentang kesalahan-kesalahan dari ilmu yang kumiliki
?”
Dan tanpa menantikan jawaban dari Tat Mo Cauwsu, si
gadis yang periang ini telah mulai bersilat. Sepasang tangannya
yang kecil mungil itu telah digerak gerakkan dengan cepat dan
tubuhnya bergerak gesit sekali. Dia membawakan ilmu silat
dari aliran selatan, dimana dia bersilat dengan bersemangat
sekali.
Tat Mo Cauwsu mengawasi si gadis cilik yang tengah
bersilat itu dengan bersenyum, sampai akhirnya waktu si gadis
telah menyelesaikan gerakannya itu, dan berdiri dihadapannya,
pendeta dari India ini telah berkata sabar :”Kau kurang latihan,
nona.... ilmu silat yang kau miliki itu sesungguhnya merupakan
ilmu yang sangat tinggi sekali, setiap jurus memiliki
kehebatannya masing2, namun engkau baru menguasai kulit,
belum menguasai isinya sehingga engkau baru bisa
membawakan setiap jurus hanya untuk keindahan gerakan saja,
dan belum bisa dipergunakan untuk menghadapi juga yang
memiliki kepandaian cukup tinggi.......... Tetapi itu tidak sulit,

Koleksi kang zusi.com 565


jika engkau telah melatih diri tiga atau empat tahun lagi, tentu
engkau bisa memperoleh kemajuan yang pesat .... yang
terpenting sekali, engkau harus melatih lwekang juga. Ingatlah
nona perihal kata2 rimba persilatan : ”Tajamnya golok,
tajamnya pedang, dan tajamnya mata tombak, semua itu akan
patah oleh telunjuk tangan” dan kata2 itu membuktikan bahwa
tenaga lwekang jauh lebih penting dari senjata tajam mana
saja! Jika memang kelak nona telah memiliki lwekang yang
berarti, maka setiap jurus dari ilmu silatmu itu akan memiliki
manfaat yang tidak kecil, dan juga akan memiliki kehebatan
yang mengagumkan...!”
Si gadis telah merangkapkan tangannya memberi hormat.
"Terima kasih atas petunjuk yang diberikan oleh
Taisu,...dan aku tentu akan melatih diri lebih baik lagi diwaktu
waktu mendatang...!”
Tat Mo Cauwsu tersenyum, dan dia mengangguk sambil
mengulurkan tangan kanannya, membelai rambut si gadis kecil
itu dengan penuh kesabaran.
"Untuk menurunkan kepandaianku tentu sulit diterima
olehmu, nona.... karena dasarnya belum kau miliki. Tetapi
untuk memberikan teorinya, aku akan memberikan dua tiga
jurus dari kepandaian yang bisa engkau pelajari, agar kelak
engkau tidak mudah diganggu oleh orang jahat. Jika memang
engkau bersungguh-sungguh, walaupun hanya tiga jurus saja,
namun besar sekali manfaatnya buatmu....!”
Bukan main gembiranya hati si gadis kecil she Pai itu,
berulang kali dia telah menyatakan terima kasihnya.
Tat Mo Cauwsu telah menurunkan tiga jurus ilmu pukulan
telapak tangan. Walaupun hanya tiga jurus saja, namun ilmu
pukulan telapak tangan itu setiap jurusnya memiliki delapan
belas pecahan, dengan demikian, ketiga jurus itu seluruhnya
memiliki lima puluh empat gerak perobahan. Seperti apa yang

Koleksi kang zusi.com 566


telah dikatakan oleh Tat Mo Cauwsu, bahwa si gadis belum
memiliki dasarnya, dengan demikian dia tidak bisa segera
melatih diri dengan gerakan2 yang telah diperlihatkan Tat Mo
Cauwsu. Gadis cilik ini hanya menghafal saja teori dari ketiga
jurus ilmu pukulan telapak tangan yang telah diturunkan Tat
Mo Cauwsu. Malah diapun telah mengingat sebaik mungkin
setiap gerakan yang diperlihatkan pendeta dari India itu.
Menjelang sore hari, diwaktu itu burung burung berkicau
beterbangan seperti ingin pulang ke sarang mereka masing2,
Tat Mo Cauwsu telah selesai memberikan petunjuknya. Si
gadis she Pai itu telah berhasil menghafal seluruh apa yang
diturunkan oleh pendeta India tersebut.
Tetapi nona Pai itu rupanya masih belum puas, dia telah
menjalani lagi jurus2 itu dengan gerakan2 yang gesit.
Tat Mo Cauwsu memandang sambil tersenyum, dia melihat
tidak ada kesalahan2 lagi dalam gerakan2 yang dibawakan oleh
gadis kecil itu. Yang tinggal hanyalah latihan belaka, karena
seluruh gerakan dan teori dari ketiga jurus ilmu pukulan
tersebut, yang dinamakan ”Sam Kun Pa Houw” atau “Tiga
pukulan Menghantam Harimau” telah dijalankan si gadis
dengan baik.
Dengan mengandalkan ketiga ilmu pukulan tangan kosong
tersebut, jika kelak si nona Pai telah berhasil melatihnya
dengan baik dan sempurna, tentu dia akan berhasil menghadapi
jago-jago yang berkepandaian tinggi dan dia akan merupakan
seorang gadis yang sulit dirobohkan oleh jago2 yang
berkepandaian tanggung2.
“Sekarang hari telah menjelang malam, Siauwceng kira
telah cukup kita main-main seharian penuh...nah nona, kita
berpisah di sini saja....! Engkau akan pulang kemana?” kata Tat
Mo Cauwsu.
Si gadis telah bersenyum.

Koleksi kang zusi.com 567


“Taisu tidak perlu kuatir, aku bisa pulang sendiri menemui
kedua orang tuaku. Tetapi Taisu, apakah tidak lebih baik, kalau
saja seandainya Taisu bersedia untuk menemui kedua orang
tuaku, guna saling berkenalan?”
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar.
”Jika ada jodoh, dilain waktu kita bisa berjumpa lagi,
kukira tidak begitu perlu untuk mengganggu kedua orang
tuamu itu... nah nona kecil, selamat tinggal....!''
Baru saja Tat Mo Cauwsu berkata sampai perkataan
”tinggal” itu, justru tubuhnya telah mencelat keatas dan lenyap
bagaikan bayangan dari hadapan si nona cilik she Pai tersebut.
Sesungguhnya gadis cilik she Pai tersebut ingin
mengatakan sesuatu lagi, tetapi Pendeta yang sakti itu justru
telah pergi demikian cepat.
Akhirnya dengan perasaan tidak puas, karena tidak bisa
berkumpul dan bermain lebih lama lagi dengan Tat Mo
Cauwsu, yang memiliki kepandaian sangat tinggi itu, si nona
she Pai telah menyesali dirinya sendiri. Tetapi gadis cilik ini
telah berlari2 dengan lincah untuk menuju kearah Timur, dia
melewati sebuah perkampungan yang tidak begitu besar, dan
juga telah melewati sebuah padang rumput yang cukup luas,
barulah tiba disebuah bangunan yang kecil terdiri dari tembok
batu. Jarak yang ditempuhnya dari pinggiran kota sampai
dibangunan kecil tersebut, memang cukup jauh, tetapi si gadis
bisa melampauinya dengan cepat, hanya kurang lebih
memakan waktu satu jam lebih.
Diketuknya pintu rumah itu, yang seperti dibangun
terpencil ditempat tersebut, kemudian dari dalam terdengar
jawaban seorang wanita : “Siu-jie-kah ?”
"Ibu.... Siujie (anak Siu) telah pulang...!”

Koleksi kang zusi.com 568


Pintu rumah itu terbuka, dan dari dalam keluar seorang
wanita setengah baya dengan wajah dicemberutkan, tetapi
memancarkan kasih sayang, telah menegur : ”Anak nakal,
kemana saja satu harian engkau pergi bermain ?”
Si gadis kecil tersebut tertawa dengan sikapnya yang manja,
dia memeluk wanita setengah baya itu, katanya dengan diiringi
tertawanya yang manja : “Ibu, apakah aku akan dimarahi ayah
?”
”Sejak sore tadi ayah telah menanyakanmu, aku
mengatakan engkau tidak lama lagi tentu akan kembali, pergi
kau temui ayahmu...!”
Si gadis cilik she Pai itu mengiyakan, dia berlari masuk
kedalam. Diruang tengah dia melihat seorang lelaki berusia
lima puluh tahunan, sang ayah Pai Cing Han, yang tengah
menikmati teh hangatnya.
Sang ayah itu hanya melirik sedikit kepada puterinya
tersebut, sedangkan Siu-jie telah merangkul ayahnya itu.
"Thia (ayah), Siu-jie telah kembali, engkau si orang tua
tentunya tidak akan memarahi, bukan ?” tanya gadis kecil itu.
Pai Cing Han telah berkata perlahan setelah menghela
napas panjang.
”Anak nakal, engkau bermain ke mana saja selama satu
harian ini ? Engkau tahu bukan, bahwa kita singgah ditempat
ini hanya untuk beberapa hari saja ? Mengapa engkau begitu
liar pergi tanpa memberitahukan dulu kepada kami, sehingga
ibumu jadi begitu berkuatir ?”
Siujie tersenyum manja, dia berkata : ”Anak telah bertemu
dengan seorang sakti luar biasa....dan anak juga telah
mengalami suatu peristiwa yang hebat sekali, ayah.........!”
"Coba kau ceritakan.....!” kata Pai Cing Han sabar.

Koleksi kang zusi.com 569


Dengan manja Pai Ing Siu, Siujie, telah menceritakan
pengalamannya tadi. Muka Pai Cing Han jadi berobah ketika
mendengar disebutnya perihal Tat Mo Cauwsu, dia
mengerutkan alisnya, seperti juga tengah berpikir keras.
Pai Ing Siu jadi heran melihat sikap ayahnya, dia telah
memandang sejenak dan berhenti bercerita kemudian tanyanya:
”Ayah, apakah ada sesuatu yang tidak beres? Apakah Thia
akan marah kepada Siu jie yang telah begitu nakal?”
Pai Cing Han membelai rambut putrinya, dengan suara
yang sabar dia menyahuti: ”Anak, sekarang engkau telah cukup
besar, engkau memang seorang anak yang nakal, sejak kecil
selalu engkau membawa caramu yang liar. Tetapi itu dulu
sewaktu kita berada dipulau Cie Hung To, memang masih tidak
menjadi persoalan yang terlalu perlu diperhatikan. Namun
sekarang engkau harus ingat, bahwa kita bukan tengah berada
di Cie Hung To, dan engkau juga bukan seorang anak kecil
berusia satu atau dua tahun, yang jika nakal bisa kami jewer
telinganya. Maka engkau harus mendengar nasehat dan
larangan ibumu, jika ibumu tidak mengijinkan engkau pergi
jauh jauh, engkau tidak boleh bermain terlalu jauh. Seperti
yang kau ceritakan tadi, jika memang engkau mengalami
bencana ditangannya Jie Liong Kim Hay, walaupun kami ayah
dan ibumu bisa menghajar mampus Jie Liong Kim Hay, apa
artinya ? Engkau telah bercelaka ditangan mereka....!”
"Baiklah Thia... lain kali Siu-jie tidak akan berbuat nakal
lagi....!” menyahuti gadis tersebut.
"Mengenai Tat Mo Cauwsu, pendeta dari India itu, aku
memang akhir2 ini telah sering mendengar dari cerita-cerita
beberapa orang sahabat dirimba persilatan ....dia merupakan
manusia yang luar biasa. Menurut cerita dari sahabat2 rimba
persilatan, bahwa kepandaian pendeta dari India itupun sangat

Koleksi kang zusi.com 570


luar biasa sekali dan sulit ditandingi. Aneh sekali, engkau bisa
bersahabat dengannya...!”
Siujie telah melanjutkan ceritanya, dia juga menjelaskan
bahwa dia telah menerima pelajaran ilmu pukulan “Sam Kun
Pa Houw” dari Tat Mo Cauwsu. Si gadis cilik she Pai tersebut
malah telah membawakan ketiga jurus itu dihadapan ayah dan
ibunya.
Muka Pai Cing Han jadi berobah terang dia mengangguk.
"Bagus, kepandaian itu cukup hebat, benar apa yang telah
dikatakan pendeta India itu jika engkau telah memiliki dasar
yang kuat, tentu engkau bisa memiliki kepandaian yang jauh
lebih hebat dan berarti. Tetapi engkau harus ingat, engkau
harus lebih mementingkan ilmu silat keturunan Pai kita,
engkau tidak boleh bermalas-malasan melatih diri. Seperti yang
ayah katakan tadi, bahwa engkau mulai besar, dan engkau
harus rajin berlatih diri, jangan hanya bermain-main saja..!”
Siujie telah mengiyakan.
“Sekarang pergilah kau membersihkan tubuh dan makan,
kemudian tidurlah, mungkin besok pagi kita akan melanjutkan
perjalanan kita...“ kata Pai Cing Han.
Siujie telah berlalu dari hadapan ayah ibunya.
Pai Cing Han masih duduk ditempatnya dia tengah
termenung.
”Hebat sekali pendeta India itu....dia merupakan jago luar
yang memiliki kepandaian tinggi, dalam waktu yang singkat
dia telah bisa menancap nama didaratan tionggoan demikian
terkenal dan menakjupkan...jika memang ada kesempatan, aku
ingin sekali bertemu dengannya, untuk main-main dengannya
guna melihat sendiri, sesungguhnya berapa tinggi kepandaian
yang dimilikinya.”

Koleksi kang zusi.com 571


Dan setelah berpikir begitu Pai Cing-Han menghela napas
berulangkali. Kemudian dia menoleh kepada istrinya, yang
tengah duduk menyulam pakaian putrinya.
"Hujin,“ panggilnya dengan suara yang sabar, “Jika besok
kita melanjutkan perjalanan kita, kuharap engkau bisa menjaga
Siu-jie baik2, karena kukira telah tiba waktunya besok aku
menemui Kim Liong San Bu Bok Sun, untuk meminta dia
mengembalikan kitab mujijat milik keluarga Pai yang telah
dicuri dan terjatuh ditangannya .....!”
Isterinya, pai Hujin, telah mengangguk sambil tersenyum.
"Ya, kita tidak menyangkanya bahwa Kim Liong San Bu
Bok Sun bisa kita temui jejaknya ditempat ini ......!” menyahuti
nyonya itu.
Pai Cing Han telah bangkit dari duduknya, dia menuju
keruang belakang rumah tersebut, kemudian menghampiri
pintu sebuah kamar yang terdapat dibelakang rumah itu. Dia
mengetuk pintu kamar tersebut, dari dalam telah muncul
seorang lelaki tua berusia enam puluh tahun, tubuhnya kurus
dan tinggi. Dia menanyakan kepada Pai Cing Han apakah ada
sesuatu yang bisa dibantunya.
Pai Cing Han menggeleng.
"Tidak, kami besok akan berangkat......terima kasih atas
kebaikan hati dari Hengtai yang telah memberikan kesempatan
kami mondok dirumahmu ini......dan ini,” Pai Cing Han
merogoh sakunya, "sebagai tanda terima kasih kami, harap
Hengtai menerimanya.......!” sambil berkata begitu, tampak Pai
Cing Han telah menyerahkan dua puluh tail perak kepada
pemilik rumah tersebut. Dia memang hanya tinggal seorang
diri dirumahnya tersebut, dan ketika Pai Cing Han bersama
anak dan istrinya singgah dirumahnya, menyatakan mereka
hendak mondok di rumahnya, pemilik rumah yang baik hati ini
mengijinkannya dengan senang hati. Telah empat hari lamanya

Koleksi kang zusi.com 572


Pai Cing Han bersama isteri dan anaknya tinggal dirumah
tersebut, dan justru memang mereka tengah mencari jejak dari
Kim Liong San Bu Bok Sun, untuk mendesaknya
mengembalikan kitab pusaka milik keluarga Pai yang pernah
lenyap. Pai Cing Han telah mendengar dari sahabat2nya
didalam rimba persilatan, bahwa kitab pusaka keturunan
keluarga Pai berada ditangannya Kim Liong San Bu Bok Sun
tersebut.
Dan memang Pai Cing Han juga telah mendengar bahwa
Bu Bok Sun tengah berkeliaran disekitar daerah tersebut, itulah
sebabnya dia bersama istri dan anaknya telah mendatangi
tempat ini. Dan ternyata apa yang didengarnya tidak salah, dia
telah mendengar sendiri dari putrinya, bahwa Bu Bok Sun
berada di tempat ini.
Malam itu Pai Cing Han tidur nyenyak sekali, dan begitu
matahari fajar mulai memperlihatkan diri, Pai Cing Han
bersama istri dan putrinya meninggalkan rumah tersebut.
Mereka telah memasuki kota dan menangsal perut disebuah
rumah makan.
Hari itu juga Pai Cing Han telah menyelidiki perihal Bu
Bok Sun dan Jie Liong Kim Hay.
Dari seorang pemilik rumah obat, dia memperoleh
keterangan, bahwa Jie Liong Kim Hay tinggal disebelah
tenggara dari tepian telaga tersebut, tempat itu jarang sekali
didatangi oleh orang-orang, baik penduduk tersebut maupun
orang-orang luar kota yang hendak pesiar ditelaga tersebut
karena mereka takut dan jeri akan keganasan Jie Liong Kim
Hay, dan pemilik rumah obat mengetahui tempat tinggalnya Jie
Liong Kim Hay, karena kedua naga dari Laut Emas itu sering
memborong beberapa macam obat tertentu. Menurut cerita dari
pemilik rumah obat tersebut, bahwa Jie Liong Kim Hay juga
memiliki banyak sekali anak buah sehingga dimana tempat Jie
Liong Kim Hay menetap itu, merupakan daerah tertutup dan
Koleksi kang zusi.com 573
tempat itu dijadikan markas yang selalu terjaga kuat siang dan
malam, sehingga siapa saja yang tersesat ditempat tersebut,
tentu akan bercelaka.
Setelah cukup mendengar keterangan pemilik rumah obat
tersebut, hari itu juga Pai Cing Han bersama istri dan putrinya
telah menuju kebagian tenggara dari telaga yang terdapat diluar
kota tersebut. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh pemilik
rumah obat itu waktu Pai Cing Han tiba disebelah tenggara
telaga itu keadaan sepi sekali.Tidak terlihat seorang
manusiapun juga yang berkeliaran ditempat tersebut.
Tetapi waktu Pai Cing Han bersama isteri dan puterinya
tiba disebelah dalam dari hutan kecil yang terdapat ditempat
itu, disaat mereka sedang berjalan dengan perlahan, dari
gerombolan pohon yang lebat telah melompat tiga orang lelaki
bertubuh tegap dengan ditangan masing2 tercekal sebatang
golok.
Sikap mereka juga garang sekali, dimana mereka telah
mengawasi dengan mata yang menakutkan sekali. Salah
seorang di antara mereka telah membentak: “Berhenti......!”
Pai Cing Han telah menghentikan langkah kakinya, dia
telah mengawasi ketiga orang tersebut, lalu tanyanya dengan
suara yang tawar: “Apa yang kalian inginkan?”
"Apa maksud kalian berkeliaran ditempat ini ?“ bentak
orang itu. “Tahukah kalian tempat apa ini?”
Pai Cing Han mengeluarkan suara tertawa dingin.
"Hemmm,“ katanya dengan suara dingin.
“Aku mengetahui tempat ini tempat kediaman dari Jie
Liong Kim Hay, bukan? Kami ingin bertemu dengan
mereka...”
"Apakah kalian ingin mencari mampus?” bentak salah
seorang diantara ketiga orang itu.
Koleksi kang zusi.com 574
Pai Cing Han telah tertawa dingin, dia berkata dengan suara
yang tawar: ”Kalian harus membawa kami menemui mereka!”
"Siapa kalian?” tanya orang itu yang mulai ragu2.
"Katakan, aku pai Cing Han.”
Karena dia menduga tentunya salah seorang dari mereka
akan pergi melaporkan perihal kedatangannya.
Tetapi orang itu justru telah berkata dengan suara yang
keras : ”Kedua pemimpin kami tengah sibuk dan tidak
memiliki waktu....tidak bisa menerima kalian..! Pergilah
kembali ke tempat kalian....!”
Tetapi Pai Cing Han yang melihat sikap ketiga orang itu,
telah tidak sabar, tahu-tahu tubuhnya telah melompat dan
kedua tangannya bekerja. Dengan mudah, dia telah bergantian
mencengkeram punggung ketiga orang itu, dan dengan
mempergunakan sedikit tenaga dalamnya, dia telah
melemparkan ketiga orang itu.
Gerakannya itu sangat cepat sekali, karena sebelum ketiga
orang itu tahu apa-apa, tiba-tiba tubuh mereka telah terlempar
dan terbanting seorang demi seorang diatas tanah dengan keras
sekali, sehingga mereka merintih mengeluarkan suara erang
kesakitan.
Pai Cing Han tidak bertindak sampai disitu saja, tubuhnya
telah melompat kesana kemari dengan gerakan yang ringan
sekali, dan kedua tangannya juga telah bekerja dengan cepat,
tahu-tahu tubuh ketiga orang itu telah berhasil dilontarkan
kembali ketengah udara, dimana tubuh ketiga orang tersebut
kembali terbanting keras.
"Jika kalian tidak mau membawa aku menemui Jie Liong
Kim Hay, biarlah aku akan membanting terus menerus kalian
bertiga, apakah kalian tidak akan mampus dengan menderita
kesakitan..!”

Koleksi kang zusi.com 575


Dan setelah berkata begitu Pai Cing Han melangkah
kakinya lagi, dia bergerak akan melancarkan cengkeramannya
guna mengangkat tubuh salah seorang dari ketiga orang itu
untuk dibantingkannya pula.
Tetapi justru orang tersebut telah ketakutan bukan main,
mereka bertiga dengan serentak berteriak : ''Ampunnn, kami
akan segera menurut perintah Kiesu.“
Pai Cing Han berhenti mencengkeram dan dia telah berkata
bengis, ”Cepat bangun, antarkan aku menemui mereka !”
Ketiga orang itu tanpa membantah lagi, telah mengiyakan
dan membawa Pai Cing Han bersama putri dan istrinya ke
sebuah tempat, yaitu sebuah bangunan yang besar sekali, yang
hanya satu satunya terdapat di tempat tersebut. Salah seorang
dari mereka telah melangkah masuk keruang dalam dari
bangunan tersebut. Tidak lama kemudian, dari dalam bangunan
itu muncul seorang lelaki setengah baya. Dialah salah seorang
Jie Liong Kim Hay yang tidak terluka ditangan Tat Mo
Cauwsu dan bernama Lung Kiu Eng. Wajahnya juga agak
pucat, dan dia telah cepat2 merangkapkan tangannya memberi
hormat kepada Pai Cing Han begitu melihat jago tersebut.
“Maafkan....maafkan Siauwte terlambat menyambut....
Mengapa Pai Tocu tidak memberi kabar terlebih dahulu akan
berkunjung kemari ?”
Pai Cing Han tertawa dingin.
“Aku tidak memiliki urusan dengan kalian, Jie Liong Kim
Hay, tetapi aku hendak bertemu dengan Bu Bok Sun ... dimana
sekarang ini dia berada ?”
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah ketika mendengar Pai
Cing Han mencari Bu Bok Sun dia berkata dengan ragu :
“Paman guru kami itu... sekarang ini.... sekarang ini tengah
mengurung diri untuk empat puluh hari lamanya guna melatih

Koleksi kang zusi.com 576


tenaga sinkangnya.... sayang sekali Pai Tocu datang tidak tepat
waktunya ...! Maafkan.... Maafkan Siauwte yang akan
mewakili menyambut Pai Tocu...! Silahkan masuk, nanti
didalam kita bicara lagi...!”
Tetapi Pai Cing Han memperlihatkan sikap yang bengis,
katanya : ”Cepat panggil keluar orang she Bu itu !”
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah, dia merangkapkan
tangannya menjura.
"Maafkan, memang benar2 tidak bisa Bu Bok Sun Siok
menemui Pai Tocu...“ kata Lung Kiu Eng dengan muka
memperlihatkan penyesalan.
"Jika dia tidak mau keluar, biar aku nanti yang akan masuk
dan menyeretnya keluar....!” kata Pai Cing Han dengan suara
yang tetap bengis.
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah tidak enak dilihat, dia
serba salah. Karena Lung Kiu Eng mengetahui bahwa Pai Cing
Han ini tokoh seorang persilatan yang memiliki kepandaian
sangat tinggi sekali, dengan demikian, berarti dia tidak
mungkin bisa menandingi kepandaian dari Pai Tocu tersebut.
Tetapi sekarang justru Bu Bok Sun pun tengah terluka dan
sedang merawat lukanya yang membutuhkan waktu empat
puluh hari lamanya untuk memulihkan semangat murninya.
Dengan demikian, tidak mungkin Bu Bok Sun diganggu
ketenangannya, karena jika perhatiannya terpecahkan, tentu
akan menyebabkan dia bercelaka, dimana luka didalam
tubuhnya akibat gempuran tenaga dalam dari Tat Mo Cauwsu
akan bertambah parah dan sulit untuk disembuhkan kembali.
”Apakah kau tetap tidak mau memberitahukan perihal
kedatanganku ini kepada orang she Bu itu ?“ tegur Pai Cing
Han dengan suara yang dingin.

Koleksi kang zusi.com 577


Lung Kiu Eng jadi serba salah, dia telah memaksakan diri
untuk tertawa.
“Akh, Pai Tocu tentu tidak akan begitu tergesa gesa,
bukan? Mari silahkan masuk dulu.....nanti kita bicarakan
perlahan lahan.....persoalan Bu Bok Sun Susiok nanti bisa kita
selesaikan dengan baik.....sekarang ijinkanlah Siauwte
menjamu kalian....!” dan waktu berkata sampai disitu, Lung
Kiu Eng telah melirik kepada Pai Ing Siu, si gadis kecil yang
menjadi puterinya Pai Cing Han tersebut. Sesungguhnya
semula dia menduga kedatangan Pai Cing Han ke tempatnya
ini hanya untuk membalaskan sakit hati puterinya tersebut,
dimana dia pernah menghinanya ditengah telaga pada kemarin
hari. Tetapi jika memperhatikan sikap dan kata2 Pai Cing Han,
rupanya urusan yang sebenarnya bukan urusan yang
bersangkut kait dengan gadis cilik itu.
Pai Cing Han tampaknya habis sabar dia telah melangkah
dua tindak.
"Jika kau masih tidak mau memanggilkan Bu Bok Sun agar
dia keluar, biarlah aku yang akan memanggilnya sendiri !”
katanya.
Melihat ini, Lung Kiu Eng jadi bingung, dia melangkah
berusaha menghalangi Pai Cing Han.
Namun Pai Cing Han menggerakkan tangan kanannya, dia
telah mengebutkan lengan bajunya.
Kebutan itu memang tampaknya seperti kebutan biasa saja,
tetapi tenaga kebutan dari tangan itu kuat sekali, dimana
tampak tubuh Lung Kiu Eng jadi terhuyung mundur tiga
langkah dengan muka yang pucat.
Tetapi Lung Kiu Eng adalah salah seorang dari Jie Liong
Kim Hay yang memiliki kepandaian cukup tinggi, dan telah
malang melintang cukup lama dalam kalangan Kangouw, maka

Koleksi kang zusi.com 578


tidak mau dia begitu saja menyerah. Dia telah berusaha
tertawa, katanya : "Pai Tocu, engkau berkunjung ketempat
kami, ini merupakan suatu kehormatan buat kami...... dengan
demikian kami mengucapkan banyak terima kasih.......tetapi
seharusnya, jika ada sambutan yang kurang menyenangkan hati
Tocu, harap diberitahu saja......!”
Pai Cing Han telah mengeluarkan suara tertawa dingin.
Dia telah melangkah terus untuk menghampiri pintu
bangunan gedung itu. Diwaktu itu tampak dua belas lelaki
bertubuh tinggi tegap berdiri di muka pintu dengan tangan siap
sedia digagang golok mereka masing-masing.
Lung Kiu Eng telah melompat kedepan Pai Cing Han
sambil berseru : “Pai Tocu, tahan...!” dia mengulurkan tangan
kanannya, untuk mencengkeram pundak Pai Cing Han.
Pai Cing Han tidak menghentikan langkah kakinya, dia
mandek, membungkukkan sedikit tubuhnya, waktu itu tangan
kanannya telah mengebut kebelakang, agak miring ke samping
kirinya, angin dari telapak tangannya berkesiuran kuat sekali
menerjang Lung Kiu Eng.
Diwaktu itulah tampak Lung Kiu Eng mengeluarkan suara
seruan tertahan, dan dia merasakan dadanya jadi menyesak,
cepat2 dia telah menarik pulang tangannya yang akan
mencengkeram pundak Pai Cing Han. Cepat bukan main dia
membuang diri untuk mengelakkan kebutan tangan Pai Cing
Han.
Tetapi tenaga kebutan Pai Cing Han telah menyambar
begitu kuat. Walaupun Lung Kiu Eng telah bergerak cepat
sekali untuk mengelakkan diri, namun kenyataannya
pundaknya yang sebelah kiri telah kena tersampok dan diwaktu
itu tubuh Lung Kiu Eng telah terhuyung mundur beberapa
langkah. Mukanya pucat dan meringis menahan sakit.

Koleksi kang zusi.com 579


Sebagai seorang jago persilatan yang memiliki kepandaian
tidak rendah, memang Lung Kiu Eng tidak merasa gentar untuk
bertempur dengan siapa saja. Tetapi dia telah sering mendengar
akan hebatnya ilmu dan kepandaian Tocu dari pulau Cie Hung
To tersebut. Maka dari itu, dia telah berlaku hati-hati sekali.
Namun kenyataannya dia masih terserang seperti itu, dengan
sendirinya, dia telah mengetahui bahwa dirinya memang bukan
menjadi tandingan dari Tocu pulau Cie Hung To tersebut.
Pai Cing Han telah mendengus dan melangkah terus
menghampiri pintu gerbang dari gedung itu.
Kedua belas orang anak buah dari Lung Kiu Eng telah
mencabut golok mereka masing-masing.
Tetapi Pai Cing Han tidak memperdulikan mereka, dia
melangkah terus, dan kedua tangannya telah digerakkan
dengan beruntun, sangat cepat sekali. Seketika itu juga
terdengar suara jeritan yang beruntun, dan tampak lima sosok
tubuh telah terlempar ketengah udara, lalu terbanting diatas
tanah, sehingga kelima orang tersebut yang telah terbanting
seperti itu tidak bisa segera bangun kembali, hanya melingkar
menahan sakit diatas tanah.
Pai Cing Han tidak bergerak sampai di situ, waktu itu dua
batang golok telah menyambar datang kearahnya, dan cepat
sekali Pai Cing Han mengelakkan diri. Dia mana memandang
sebelah mata terhadap kepandaian dari anak buahnya Lung Kiu
Eng.
Setelah berhasil berkelit dari samberan kedua batang golok
itu, tampak Pai Cing Han menggerakkan tangannya lagi, cepat
bukan main tiga sosok tubuh telah terlempar lagi. Sisanya anak
buah Lung Kiu Eng jadi tidak berani merangsek maju, mereka
hanya berseru-seru dengan suara yang berisik saja, tetapi
semuanya malah mundur waktu Pai Cing Han melangkah
menghampiri pintu gerbang.

Koleksi kang zusi.com 580


Lung Kiu Eng waktu itu telah melompat kedepan Pai Cing
Han, dia merangkapkan sepasang tangannya, katanya dengan
suara yang setengah memohon : ”Pai Tocu..... kuharap engkau
tidak menimbulkan kekacauan ditempat ini .....!”
Pai Cing Han tertawa dingin.
“Engkau mau memanggilkan orang she Bu itu untuk keluar
menemui aku atau tidak ?” tanya Pai Cing Han.
”Tetapi paman guruku itu memang benar-benar tengah
dalam kesulitan yang sukar sekali diceritakan .....!” kata Lung
Kiu Eng.
"Hmmm, baiklah, biar aku yang menyeretnya keluar !” kata
Pai Cing Han. ”minggirlah kau......!”
Sambil berkata begitu, tampak Pai Cing Han telah
menggerakkan tangan kanannya dia telah mengibas dengan
gerakan yang cepat dan kuat sekali.
Lung Kiu Eng berusaha menangkis dengan menggerakkan
seluruh kekuatan tenaga lwekang yang ada padanya. Tetapi dia
mana bisa menandingi kekuatan sinkang yang dimiliki Pai
Cing Han? tanpa ampun lagi tubuhnya telah terpental dan
ambruk diatas tanah, tulang tangannya telah patah.
Pai Cing Han melangkah terus, dan telah menaiki undakan
pintu ketiga itu, justru dari dalam telah muncul seseorang, yang
berkata dengan suara yang parau: “Siapa yang mencariku ?”
Pai Cing Han mengangkat kepalanya, dia melihat Bu Bok
Sun tengah berdiri dihadapannya dengan wajah yang agak
pucat, tetapi dia tetap memperlihatkan sikap yang angkuh, dan
memandang Pai Cing Han dengan sinar mata yang sangat
tajam.
"Oh, kiranya Pai Tocu..!” kata Bu Bok Sun kemudian. ”Ada
urusan apakah engkau memaksa hendak bertemu denganku ?”

Koleksi kang zusi.com 581


”Bagus !” berseru Pai Cing Han sambil membalas
memandang pada orang she Bu itu. ”Akhirnya engkau keluar
juga ! Aku memang hendak meminta sesuatu dari kau....ialah
kitab pusaka turunan keluarga Pai yang akhir-akhir ini telah
menjadi rebutan diantara orang-orang persilatan......dan kabar
terakhir yang kudengar, kitab pusaka itu berada
ditanganmu......!”
Muka Bu Bok Sun berobah, tetapi itu hanya sejenak karena
kemudian dia telah tertawa tawar : "Benar, memang kitab
pusaka yang tengah diperebutkan oleh orang-orang rimba
persilatan itu berada ditanganku, namun kitab pusaka itu bukan
kitab pusaka milik keluarga Pai......!”
"Aku datang hendak mengambil pulang kitab itu. Kau akui
atau tidak kitab pusaka itu milik keluarga Pai, aku tetap hendak
mengambilnya pulang......cepat kau serahkan kitab pusaka
itu......!”
Tetapi Bu Bok Sun tertawa dingin, katanya : "Pai Cing
Han, engkau seorang yang memiliki nama terkenal didalam
rimba persilatan......apakah engkau tidak merasa malu jika
mengakui kitab bukan milikmu itu sebagai kitabmu?”
"Aku tidak perduli semua itu. Yang terpenting sekarang,
engkau hendak menyerahkan kitab pusaka itu kepadaku atau
tidak?”
"Tidak !” tegas Bu Bok Sun menyahuti.
"Baik, aku akan mengambilnya sendiri.....!” kata Pai Cing
Han.
"Boleh, asal engkau telah bisa membinasakan diriku.....!”
menyahuti Bu Bok Sun.
Tetapi sambil berkata begitu, hatinya berpikir : "Pai Cing
Han adalah Tocu Cie Hung To yang memiliki kepandaian
tinggi, jika memang aku tidak sedang dalam keadaan terluka

Koleksi kang zusi.com 582


seperti sekarang ini, mungkin aku bisa bertempur selama dua
ratus jurus dengan dia......namun sekarang aku tengah terluka di
dalam tubuh......tenaga sinkangku telah punah sebagian......!”
Belum lagi Bu Bok Sun berpikir habis, diwaktu itulah Pai
Cing Han telah berkata: "Baik, baiklah....sekarang saja kita
mulai...!” dan Pai Cing Han telah mempersiapkan kedua
tangannya yang diangkat sebatas dada, dimana Pai Cing Han
rupanya sudah tidak sabar untuk mulai melancarkan serangan
kepada orang she Bu itu.
"Tahan dulu......!” kata Bu Bok Sun.
"Apa lagi yang hendak dibicarakan ? Bukankah sudah tidak
ada pembicaraan lainnya ?” tanya Pai Cing Han dengan suara
yang dingin.
Bu Bok Sun menoleh kepada Pai Ing Siu, lalu katanya :
"Gadis cilik itu puterimu, bukan?”
"Benar....!” mengangguk Pai Cing Han, hatinya jadi heran
mendengar Bu Bok Sun membicarakan diri puterinya tersebut.
"Terus terang saja, disaat sekarang ini aku tidak bisa
menemani kau main-main, karena aku telah terluka didalam
tubuh oleh serangan seseorang.... dan puterimu itu juga
menyaksikan peristiwa tersebut. Jika memang engkau hendak
main-main denganku, datanglah empat puluh hari lagi, tentu
disaat itu lukaku telah sembuh, dimana kita bisa main-main
sepuas hati....!”
"Hmm, aku tidak perduli hal itu, yang terpenting aku
menghendaki kau mengembalikan kitab pusaka milik keluarga
Pai...!”
"Apakah engkau benar-benar tidak malu mendesak
seseorang yang tengah terluka seperti aku ini ?” tanya Bu Bok
Sun mendongkol.
Pai Cing Han tertawa dingin.
Koleksi kang zusi.com 583
"Tetapi engkau manusia licik, aku tidak percaya
kepadamu.... kemungkinan setelah empat puluh hari engkau
telah menghilangkan jejak, pergi entah kemana! Maka
sekarang juga aku hendak kau menyerahkan kitab pusaka milik
keluarga Pai itu kepadaku.....!”
"Baiklah, engkau terlalu mendesak!“ kata Bu Bok Sun
dengan suara yang tawar.
"Thia.....!” teriak Pai Ing Siu sesaat kemudian waktu kedua
orang itu tengah ber-siap2 akan mengadu ilmu. “Apa yang
dikatakan oleh paman she Bu itu benar adanya dialah yang
telah dilukai oleh Tat Mo Cauwsu Taisu.....!”
"Aku tahu....!” menyahuti sang ayah.
Bu Bok Sun tertawa dingin.
"Hemmm, aku tidak menyangka bahwa Tocu dari Cie Hung
To merupakan manusia rendah, yang hanya bisanya mencari
kesempatan untuk merubuhkan lawannya disaat lawan itu
tengah dalam keadaan lemah.....! Jika memang engkau hendak
mengadu ilmu, engkau tentunya bersedia menanti empat puluh
hari sampai kesehatanku ini pulih...!”
"Tetapi kedatanganku kemari bukan hendak mengadu ilmu,
aku juga tidak memiliki selera mengadu ilmu dengan manusia
seperti engkau.. kedatanganku hanya untuk mengambil pulang
kitab pusaka milik keluarga Pai kami....!”
Bu Bok Sun sudah kewalahan, dia memang telah
melihatnya tidak mungkin dia bisa mengelakkan diri dari
desakan Pai Cing Han. Akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah...!” katanya kemudian. “Jika memang demikian
halnya, aku tidak bisa menampik terus menerus.“
Dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun memusatkan
lwekangnya, dia mengalirkan pada kedua telapak tangannya,
dan ber-siap2 menantikan serangan dari Pai Cing Han.
Koleksi kang zusi.com 584
Waktu itu tampak Pai Cing Han juga telah bersiap siap, dia
melangkah maju dua tindak lagi, lalu dia mengebutkan lengan
baju kanannya. Gerakan yang dilakukannya itu menimbulkan
angin yang berseliwiran kuat sekali, dan juga telah menyambar
kearah bagian yang mematikan dibawah ulu hati dari
lawannya.
Tetapi Bu Bok Sun walaupun dalam keadaan terluka
didalam oleh Tat Mo Cauwsu, namun dia merupakan seorang
tokoh persilatan yang memiliki kepandaian telah tinggi, tidak
mudah dia menyerah begitu saja, walaupun dia mengetahui Pai
Cing Han merupakan lawan yang tidak ringan.
Cepat2 Bu Bok Sun telah mengelakkan diri dengan gerakan
yang gesit sekali, dan dengan dibarengi seruannya yang
nyaring, dia telah balas menerjang maju, kedua kakinya telah
melakukan tendangan yang berantai.
Tetapi Pai Cing Han bergerak lincah sekali, dia juga telah
berulang kali mendesak Bu Bok Sun.
Orang she Bu itu telah mengeluarkan suara seruan beberapa
kali, karena hampir saja dia terkena serangan itu, namun dia
masih berhasil mengelakkan diri.
Dalam keadaan seperti ini, diam2 Bu Bok Sun juga
mengeluh, karena dia menyadari, paling tidak dia hanya bisa
melayani lawannya itu sebanyak puluhan jurus.
Tetapi karena lawannya mendesak terus menerus, dia
memaksakan diri untuk mengerahkan tenaga dalam, dan
beberapa kali dia mendesak Pai Cing Han, agar lawannya itu
mundur dan dia bisa mengatur pernapasannya.
Namun Pai Cing Han merupakan Tocu Cie Hung To yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, dengan demikian tidak
mungkin dia bisa didesak begitu mudah oleh Bu Bok Sun,
apalagi memang orang she Bu tersebut tengah terluka. Dengan

Koleksi kang zusi.com 585


gerakan tubuh yang memutar, tahu-tahu Pai Cing Han telah
mengebut kedua tangannya.
Angin yang kuat berkesiuran menyambar kepada Bu Bok
Sun, dan di saat itu napas Bu Bok Sun telah memburu keras
sekali, dia juga merasakan betapa tenaganya telah berkurang
banyak.
"Paling lama aku hanya bisa menerima sepuluh jurus lagi
dari dia.... setelah itu aku akan kena dihantamnya rubuh...!”
Karena berpikir begitu, Bu Bok Sun mengempos
semangatnya, dan dia telah memusatkan seluruh kekuatannya
untuk berusaha memberikan perlawanan yang lebih kuat lagi.
Namun memang kenyataannya tenaga sinkangnya telah
berkurang banyak, dia jadi terdesak begitu hebat oleh
lawannya.
Pai Cing Han melihat bahwa Bu Bok Sun memang tidak
berdusta, dia tengah terluka didalam, sebab tenaga perlawanan
yang diberikan oleh orang she Bu itu tidak begitu kuat dan juga
tubuh orang she Bu itu sering terhuyung, seperti juga akan
jatuh rubuh.
Tetapi Pai Cing Han tidak mau membuang kesempatan
yang ada ini, dia menghendaki Bu Bok Sun mengembalikan
kitab pusaka keluarga Pai yang dikehendakinya.
Itulah sebabnya, berulang kali Pai Cing Han telah
menggerakkan kedua tangannya, beruntun dia telah
melancarkan serangan yang jauh lebih kuat dan gencar sekali
ke diri lawannya yang mulai kehabisan tenaga.
Bu Bok Sun mati2an telah mengelakkan diri, jika terpaksa
dia baru menangkisnya.
Namun napas orang she Bu itu telah berulang kali tersendat
bagaikan tenggorokannya tersumbat, sehingga dia sulit untuk
meluruskan pernapasannya. Dengan begitu, Bu Bok Sun harus

Koleksi kang zusi.com 586


berusaha mati2an untuk dapat melancarkan pernapasannya. Dia
telah menggerakkan kedua tangannya menangkis sambil
meluruskan napasnya. Dengan cara seperti ini, dia bisa
memperlambat tibanya serangan dari Pai Cing Han, dan
mempergunakan waktu yang hanya beberapa detik itu dia
cepat2 meluruskan pernapasannya.
Sepuluh jurus lagi telah lewat, dan Bu Bok Sun telah
memusatkan seluruh sisa kekuatannya untuk memberikan
perlawanan.
Pai Cing Han terus mendesaknya, semakin lama semakin
keras.
Sampai akhirnya Bu Bok Sun telah terdesak tidak berdaya
lagi, disaat mana Pai Cing Han dalam suatu kesempatan telah
menggerakkan tangan kanannya, dia menghantam ke arah
kepala Bu Bok Sun.
Bu Bok Sun mengeluh, "Habislah aku kali ini......!” Dan dia
memejamkan matanya.
Melihat itu, Pai Cing Han menahan meluncurnya
tangannya, dia membentak : "Apakah engkau tetap tidak mau
menyerahkan kitab pusaka keluarga Pai itu......?”
Bu Bok Sun membuka matanya, dia mengawasi Pai Cing
Han sejenak, lalu dia menghela napas, katanya dengan suara
mengandung keputus asaan, "Baiklah.....aku akan menyerahkan
kitab itu......!” dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun merogoh
sakunya, dia mengangsurkan sejilid kitab yang cukup tebal,
berukuran lebar sejengkal tangan kepada Pai Cing Han.
Pai Cing Han girang, dia menyambuti dengan tangan
kanannya, guna menerima kitab itu.
Namun baru saja jari tangan dari Pai Cing Han menyentuh
kitab tersebut, diwaktu itulah Pai Cing Han merasakan angin
yang berkesiuran disisinya, desiran angin yang dingin sekali,

Koleksi kang zusi.com 587


dan tahu2 kitab pusaka yang ditangan Bu Bok Sun itu telah
disambar seseorang, sehingga Pai Cing Han jadi tertegun
ditempatnya beberapa saat lamanya.
Bukan main gusarnya Pai Cing Han setelah menyadari apa
yang terjadi, karena dilihatnya seorang lelaki berpakaian
seperti siucai (pelajar) berusia lima puluh tahun, tengah berdiri
dengan kedua tangannya memainkan kitab pusaka itu.
Wajahnya juga tampak riang sekali memperlihatkan
senyumnya yang lebar.
“Kitab pusaka yang bagus sekali yang telah menelan
banyak korban..!” kata pelajar tua tersebut.
“Siapa kau?” bentak Pai Cing Han dengan suara yang
dingin. ”Kembalikan kitab itu...!”
Pelajar tua itu telah menoleh dengan mata agak dipicingkan
memandang kepada Pai Cing Han, lalu katanya diiringi
tertawanya, ”Kau tentunya Tocu dari Cie Hung To, bukankah
tepat dugaanku ?”
"Tidak salah..!” menyahuti Pai Cing Han dengan berang.
”Cepat kembalikan kitab pusaka itu, jika tidak aku akan mema-
tahkan batang lehermu...!”
Bu Bok Sun yang menyaksikan hal itu juga jadi tertegun, ia
telah memandang kepada pelajar tua tersebut dengan sorot
mata tajam, akhirnya dengan suara yang tergagap ia bertanya :
”Bukankah engkau...Bin San Siucai (Pelajar dari gunung Bin
San) ?”
Pelajar tua tersebut telah mengangguk cepat, ia masih
tertawa2 dan katanya : ”Ya benar....memang aku Bin San
Siucai Lauw Ho Lun. Aku tidak menyangka bahwa disini ada
orang yang kenal juga dengan diriku..!” dan setelah berkata
begitu, Bin San Siucai tertawa bergelak lagi.

Koleksi kang zusi.com 588


Pai Cing Han sudah tidak bisa menahan sabar, ia berkata
dengan suara mengandung kemarahan : ”Cepat kembalikan
kitab pusaka itu......!” dan Pai Cing Han bukan hanya berkata,
ia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat cepat
sekali, dan tangan kanannya telah digerakkan untuk melayang
menyambar kearah kitab pusaka yang berada ditangan pelajar
tersebut.
Tetapi Bin San Siucai rupanya memang memiliki
kepandaian tinggi, karena begitu melihat Pai Cing Han
bergerak menyambar kearah dirinya, ia cepat2 telah melompat
menyingkir.
Namun Pai Cing Han sebagai tokoh persilatan yang
namanya menggetarkan rimba persilatan, mana mudah begitu
saja dihindarkan. Begitu sambaran tangannya pada kitab
pusaka tersebut lolos, segera ia mempergunakan telapak
tangannya menghantam kearah pundak Bin San Siucai Lauw
Ho Lun.
Tenaga sinkang yang dipergunakannya sangat kuat,
walaupun Lauw Ho Lun berhasil mengelakkan diri lagi, tidak
urung lengannya tergetar terkena serempetan angin pukulan itu,
sampai ia merasa nyeri. Diwaktu itulah Bin San Siucai tersebut
telah tertawa ber-gelak2 lagi, kemudian dengan sikap angkuh
ia berkata : “Memang tidak salah apa yang dikatakan oleh
orang2 rimba persilatan, bahwa tocu dari pulau Cie Hung To
memiliki kepandaian yang menakjubkan ....!”
Dan Bin San Siucai berkata sambil menjejakkan kaki
kanannya, tahu2 tubuhnya mengambil sikap seperti hendak
berputar, membarengi dengan mana, tubuhnya telah
melambung sejauh kurang lebih empat tombak, maksudnya
hendak meninggalkan tempat itu.
Pai Cing Han mengeluarkan seruan marah.

Koleksi kang zusi.com 589


“Hendak lari kemana kau ?” dan tubuh Pai Cing Han juga
telah berkelebat mengejar Bin San Siucai tersebut.
Mereka merupakan orang2 yang memiliki Ginkang tinggi,
maka begitu mereka bergerak, tubuh mereka seperti juga
bayangan. Cepat sekali dia saling kejar mengejar.
Bu Bok Sun menghela napas, ia tiba tiba melihat Pai Ing
Siu dan istri Pai Cing Han. Muka Bu Bok Sun tiba tiba berobah
jadi terang.
"Aha, inilah kesempatan yang baik,“ berpikir Bu Bok Sun,
dan tanpa membuang buang waktu lagi, ia telah melompat
kedekat Pai Ing Siu dan ibunya.
Pai Ing Siu dan ibunya waktu melihat Bu Bok Sun
menghampiri mereka, telah timbul dugaan yang tidak baik
terhadap orang she Bu tersebut, lebih2 ketika itu Bu Bok Sun
telah menggerakkan tangan kanannya, di mana ia telah
mengulurkannya untuk mencengkeram lengan Pai Ing Siu.
Walaupun masih kecil, tetapi karena sejak berusia tiga
tahun Pai Ing Siu telah dididik oleh ayahnya, maka ia memiliki
kepandaian yang lumayan. Dan juga disamping itu, gadis kecil
ini memiliki hati yang tabah sekali, sehingga waktu melihat
lengannya hendak dicengkeram oleh Bu Bok Sun ia melompat
kesamping mengelakkan diri.
"Hemmm, engkau hendak lari kemana bocah?“ bentak Bu
Bok Sun dengan suara yang keras, dan telah maju lagi
mengejarnya, sambil menggerakkan kedua tangannya waktu
telah tiba didekat gadis kecil itu, ia bermaksud akan
menangkap lengan gadis cilik itu.
Namun Pai Ing Siu telah menggerakkan tangannya yang
kanan untuk menghantam.
"Bukkk....!” dada Bu Bok Sun kena didihantamnya
memang Bu Bok Sun sama sekali tidak berusaha berkelit.

Koleksi kang zusi.com 590


Tetapi tangan kanan dari Bu Bok Sun telah diulurkan
mencengkeram pergelangan tangan Pai Ing Siu.
Pai Ing Siu kaget bukan main waktu merasakan
pergelangan tangannya sakit sekali, ia juga mengeluarkan suara
seruan yang nyaring. Namun bersamaan dengan itu, ia teringat
kepada jurus2 yang diajarkan oleh Tat Mo Cauwsu, yaitu “Sam
Kun Pa Houw”, maka segera ia menggerakkan tangannya yang
satunya sambil merandekkan tubuhnya, menjalankan jurus
yang diperolehnya dari pendeta India itu.
Luar biasa, pergelangan tangan Pai Ing Siu yang semula
kena dicengkeram oleh Bu Bok Sun jadi terlepas, karena Bok
Sun merasakan jalan darah ”Kie-me hiat”nya kena tertotok
dengan kuat. Walaupun totokan tersebut tidak bisa
mematikannya, tetapi kenyataannya ilmu dari ”Sam Kun Pa
Hauw” tersebut merupakan jurus2 pukulan yang hebat sekali,
dimana walaupun hanya dalam bentuk tiga jurus saja, tokh
memiliki sasaran yang bisa mematikan. Untung saja Pai Ing
Siu seorang gadis cilik yang tenaga dalamnya belum seberapa,
dengan memiliki totokannya pada jalan darah “Kie me hiat”nya
Bu Bok Sun tidak mematikan. Tetapi itu telah membuat Bu
Bok Sun jadi terhuyung dengan kedua tangannya terasa lemas
tidak bertenaga. Inilah yang menyebabkan cekalannya jadi
terlepas.
Setelah tertegun sejenak, Bu Bok Sun berseru marah :
”Mau kemana kau?” Tubuhnya juga gesit sekali mengejar Pai
Ing Siu yang waktu itu tengah berlari mendekati ibunya.
Isteri Pai Cing Han merupakan seorang wanita yang cantik
dan lemah lembut, ia tidak mempelajari ilmu silat, maka dia itu
sekarang melihat putrinya dikejar-kejar oleh Bu Bok Sun
seperti itu, dimana putrinya tengah terancam keselamatannya,
ia jadi berkuatir sekali. Ketika Pai Ing Siu telah tiba
didekatnya, segera dirangkulnya.

Koleksi kang zusi.com 591


Bu Bok Sun waktu itu telah sampai, dan sambil tertawa
menyeringai telah berkata : ”Hemmm, kalian ibu dan anak
harus kutawan..!” dan kedua tangannya diulurkan serentak,
tangan kanannya menotok jalan darah Lu yang dan jalan darah
Ku lim pada tubuh Pai Ing Siu, sedangkan tangan kirinya
menotok jalan darah siang hong pada tubuh nyonya Pai
tersebut, maka tidak ampun lagi ibu dan anak telah terjungkel
rubuh tidak bisa bergerak lagi.
Bu Bok Sun tertawa ber-gelak2, kemudian menoleh kepada
Lung Kiu Eng, katanya : ”Ringkus kedua orang ini !”
Jika dalam keadaan biasa, tentu Lung Kiu Eng gembira
sekali untuk meringkus ibu dan anak itu, tetapi karena sekarang
ia mengetahui bahwa kedua orang itu ibu dan anak tersebut
adalah istri dan anaknya Pai Cing Han, tokoh persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, hatinya jadi ciut.
“Susiok....apakah tidak akan berbahaya....ini...ini tentu akan
mendatangkan kemarahan yang bukan main pada Pai Cing
Han....tentu ... tentu akan menimbulkan urusan yang tidak
menggembirakan ...!” sambil berkata begitu, Lung Kiu Eng
telah mengawasi Bu Bok Sun dengan sorot mata mengandung
keraguan.
Bu Bok Sun mendengus, dan kemudian tertawa dingin,
katanya : “Ringkus dan tidak perlu engkau banyak tanya lagi,
semua yang akan terjadi nanti akan kupertanggung jawabkan ...
!”
Lung Kiu Eng tidak berani membantah perintah paman
gurunya tersebut, segera ia memberi isyarat kepada anak
buahnya, lalu ber-sama2 meringkus Pai Ing Siu dan ibunya.
Ibu dan anak yang telah tertawan itu dibawa masuk
kedalam markas mereka, dan Bu Bok Sun berharap, jika
memang Pai Cing Han berhasil merebut kembali kitab pusaka
itu dari tangan Bin San Siucai, maka ia hendak

Koleksi kang zusi.com 592


mempergunakan ibu dan anak itu sebagai barang tebusan dan
ia yakin bahwa Pai Cing Han tentu lebih menyayangi anak dan
istrinya tersebut dibandingkan dengan kitab pusaka itu.
XdwXkzX
PAI CING HAN yang mengejar Bin San Siucai waktu itu
diliputi kemarahan yang luar biasa, ia telah mengempos
semangatnya dan mengejar dengan cepat, tetapi Bin San Siucai
juga memiliki ginkang yang tinggi sekali, sehingga ia bisa
berlari cepat tidak terkejar oleh Pai Cing Han.
Tubuh mereka berkelebat kelebat meninggalkan daerah
tersebut, dalam waktu yang singkat saja telah melalui puluhan
lie, dan juga Pai Cing Han semakin lama telah mengejar
semakin cepat.
Bin San Siucai beberapa kali telah berteriak dengan suara
nyaring mengejek kepada Pai Cing Han : ”Aha, aha, mari kita
berlomba untuk mengadu kecepatan berlari, apakah memang
engkau memiliki ginkang yang sempurna ? Ayo, kejarlah aku
....!” dan sambil mengejek begitu, Bin San Siucai Lauw Ho
Lun telah berlari lebih cepat lagi.
Kejar mengejar seperti itu berlangsung terus, sampai
akhirnya tampak Pai Cing Han telah berhasil memperpendek
jarak mereka, yang hanya terpisah kurang lebih empat tombak.
Waktu itu mereka telah berada disebuah hutan lapangan
rumput yang dipinggir kanannya tampak sebuah hutan yang
cukup lebar. Dan Bin San Siucai telah berlari terus akan
menuju kearah hutan itu.
Melihat ini Pai Cing Han kuatir akan kehilangan jejak
orang buruannya itu, ia telah mengempos semangatnya, sambil
mengeluarkan suara bentakan yang keras, tahu2 Pai Cing Han
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti juga sebuah bola
yang berputar ditengah udara, berjumpalit, dan ketika hinggap

Koleksi kang zusi.com 593


diatas tanah, ia telah menotol lagi, tubuhnya kembali
melambung ke tengah udara, berjumpalitan lagi, kemudian
meluncur hanya terpisah kurang dari setombak didekat Bin San
Siucai.
Pelajar itu juga terkejut waktu merasakan berkesiuran angin
disisi tubuhnya, ia telah menggerakkan tangan kirinya,
menyampok kearah Pai Cing Han.
Tetapi Pai Cing Han waktu meluncur turun, telah
mempersiapkan tenaganya, dimana begitu Bin San Siucai
menyerangnya, ia menangkis dengan tangan kanannya,
benturan kedua tangan itu kuat sekali, tubuh Bin San Siucai
tergoncang keras, namun ia hanya mundur satu langkah, dan
menarik pulang tangan kirinya.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 17
Pai Cing Han tidak hanya menangkis, karena begitu Bin
San Siucai menarik pulang tangannya, Pai Cing Han malah
membarengi menotok kearah ketiak lawannya. Totokan yang
dilakukannya tersebut merupakan totokan yang disertai tenaga
sinkang, kalau mengenai sasaran dengan tepat, jelas akan
membuat Bin San Siucai tergempur tenaga dalamnya.
Pelajar tersebut mana mau membiarkan dirinya tertotok,
cepat sekali ia telah mengeluarkan tenaga dalamnya dan
berusaha menangkis lagi. Walaupun gerakannya kalah cepat
dengan gerakan tangan Pai Cing Han, namun kenyataannya ia
masih berhasil menangkis, dan dikala tangan Pai Cing Han
masih juga meluncur lagi kearah atas dari ketiaknya, Bin San
Siucai telah melompat mundur tiga langkah.

Koleksi kang zusi.com 594


Kedua orang yang masing2 memiliki kepandaian tinggi itu
berdiri berhadapan. Mereka saling pandang dengan sorot mata
yang tajam. Bin San Siucai yang memang bersikap selalu
jenaka, telah mengeluarkan suara tertawa bergelak, sambil
ejeknya : "Hemmm, kita telah main2 beberapa jurus, tentu
engkau telah melihat bahwa kepandaian Bin San Siucai tidak
berada disebelah bawah kepandaianmu, bukan? Mari, mari kita
main-main seribu jurus lagi......!"
Pai Cing Han telah mengawasi dengan mata mendelik,
katanya bengis : “Serahkan kitab pusaka itu, atau memang
engkau akan kubinasakan......!”
"Jika memang engkau memiliki kesanggupan untuk
membinasakan aku, silahkan....silahkan kau turun
tangan......aku akan melayaninya......!" sambil menantang
begitu, kembali Bin San Siucai telah tertawa terbahak-bahak
keras sekali, sampai tubuhnya tergoncang.
Bukan main mendongkol dan marahnya Pai Cing Han,
sehingga tubuhnya tergetar, dan kemudian dengan
mengeluarkan suara dengusan, ia melangkah maju dua
langkah, tahu2 kedua tangannya telah dirangkapkan kemudian
dengan menekuk sedikit kaki kanannya serentak kedua telapak
tangan itu telah mendorong, hebat sekali tenaga yang meluncur
keluar dari kedua telapak tangan tersebut, sehingga
bergemuruh angin terjangan yang menghantam kepada Bin San
Siucai.
Bin San Siucai juga terkejut melihat cara menyerang
lawannya, karena ia mengetahui bahwa itulah pukulan yang
dinamakan "Im yang kun" merupakan ilmu pukulan yang hebat
sekali dan terkenal didalam rimba persilatan.
Tanpa berayal, ia telah mengelakkan diri dan sambil
melompat kesamping, ia juga telah membalas melancarkan
gempuran dengan kepalan tangannya.

Koleksi kang zusi.com 595


Begitulah, kedua orang ini terlibat lagi dalam pertempuran
yang seru sekali, tubuh mereka berkelebat2 gesit dan juga
menimbulkan angin yang berkesiuran keras, dimana masing2
tengah mengerahkan tenaga dalam mereka.
Tetapi setelah lewat lagi tiga puluh jurus lebih, rupanya Bin
San Siucai Lauw Ho Lun merasakan desakan yang kuat dari
Pai Cing Han, yang datangnya beruntun sekali, sehingga
membuat ia sulit bernapas. Cepat2 Bin San Siucai mengatur
pernapasannya, dan setelah balas menyerang satu kali, ia telah
melompat mundur, dan membalikkan tubuhnya untuk berlari
lagi!
"Mau lari kemana kau?" bentak Pai Cing Han penuh
kemarahan dan telah mengejarnya lagi dengan cepat.
Bin San Siucai mengeluarkan suara tertawa yang keras, dan
ia berkata: "Kejarlah aku jika memang engkau memiliki
kemampuan.....!"
Mendengar ejekan tersebut, Pai Cing Han mengeluarkan
seruan marah dan mempercepat larinya untuk dapat
menyandak Bin San Siucai. Begitulah mereka telah saling kejar
mengejar kembali, sedangkan Bin San Siucai juga mengempos
semangatnya, berusaha melepaskan diri dari kejaran Pai Cing
Han.
Waktu mereka tengah saling kejar mengejar seperti itu dan
tiba didekat permukaan hutan, disaat itulah Bin San Siucai
melihat seseorang yang tengah duduk di bawah sebatang pohon
yang cukup rindang dipermukaan hutan tersebut. Ia
melihatnya, orang itu memakai jubah sebagai seorang pendeta,
seorang pendeta asing dengan hidung yang mancung dan
berewokan yang lebat didagunya, rupanya tengah duduk
beristirahat disitu.
Pendeta asing itupun sejak tadi tengah mengawasi kedua
orang yang tengah saling kejar mengejar tersebut, dan waktu

Koleksi kang zusi.com 596


melihat kedua orang yang tengah saling kejar-kejaran itu
menuju ketempatnya berada, pendeta itu berdiri dari duduknya.
Bin San Siucai telah tertawa waktu sampai didekat pendeta
itu.
"Taisu... lihatlah diriku dikejar-kejar terus menerus
olehnya, ia hendak merampok harta bendaku....!" kata Bin San
Siucai sambil tertawa.
Waktu itu Pai Cing Han telah tiba di tempat itu juga, ia
mengawasi sejenak kepada pendeta asing itu, lalu membentak
kepada Bin San Siucai.
"Cepat kau kembalikan kitab pusaka itu, atau engkau benar-
benar harus binasa ditanganku !" bentaknya.
Bin san siucai tertawa lagi, ia menunjuk kepada Pai Cing
Han, katanya kepada pendeta asing itu : "Taisu lihat, betapa
orang ini benar2 tidak kenal aturan ...... ia telah mendesak terus
hendak merampok hartaku .....! Hemmmm, orang seperti itu
pantasnya diserahkan kepada pihak yang berwajib ....!"
Tanpa menanti Bin San Siucai selesai berkata, Pai Cing
Han telah mengeluarkan bentakan marah, tubuhnya cepat
sekali telah melompat sambil tangannya melancarkan serangan
kepada Bin San Siucai.
Serangan yang dilakukan oleh Pai Cing-Han merupakan
serangan yang bisa mematikan, karena angin dari serangan itu
berkesiuran kuat sekali.
Pendeta asing itu tampaknya terkejut, dengan cepat tangan
kanannya telah diangkat.
”Jangan mencelakai orang .....!" katanya dengan suara yang
sabar, dan diwaktu itu tangannya yang diangkat telah
membentur tangan Pai Cing Han, sehingga mengeluarkan suara
bentrokan yang sangat kuat sekali. Bin San Siucai sendiri

Koleksi kang zusi.com 597


tertawa hahaha hehehe waktu menyaksikan hal itu. "Janganlah
turun tangan begitu telengas....!"
Pai Cing Han waktu menyaksikan benturan tangannya
dengan tangan pendeta asing tersebut, mengeluarkan seruan
heran, karena ia merasa pergelangan tangan pendeta asing itu
lunak sekali seperti kapas.
Sebagai seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian
tinggi sekali, disamping itu juga telah berpengalaman, seketika
itu juga Pai Cing Han menyadari bahwa pendeta asing ini
bukan orang sembarangan dan sinkangnya telah tinggi sekali.
Ia menarik pulang tangannya, dan kemudian dengan mata
memandang tajam kepada pendeta itu, Pai Cing Han menegur :
"Siapakah Taisu, mengapa mencampuri urusan kami ?"
Pendeta itu merangkapkan kedua tangannya, dengan sikap
yang sabar menyahuti : "Siauwceng bergelar Tat Mo
Cauwsu....!"
"Oh, kiranya engkau.....!" kata Pai Cing Han sambil
memperlihatkan sikap yang lebih sabar dari semula.
"Engkaulah yang telah mengajari puteriku tiga jurus "Sam Kun
Pa Houw"..... terima kasih atas perhatian Taisu terhadap
puteriku itu."
Tat Mo Cauwsu jadi memperlihatkan perasaan heran.
”Siapakah puterimu itu? "tanyanya.
"Puteriku itu menceritakan, ketika tengah bermain perahu
bersama Taisu, telah diganggu oleh Jie Liong Kim Hay, dan
puteriku itu mengatakan untung saja ada Taisu yang telah turun
tangan membereskan Jie Liong Kim Hay,... dan juga telah
menurunkan tiga jurus ilmu pukulan "Sam Kun Pa Houw".
Untuk itu aku Pai Cing Han mengucapkan terima kasih.....”

Koleksi kang zusi.com 598


Tat Mo Cauwsu telah cepat2 membalas hormat dari Pai
Cing Han, kemudian katanya dengan ragu2: "Kalau begitu.....
Siecu tentunya Tocu Cie Bun To yang bernama Pai Cing Han?"
"Tepat......!"
"Tetapi......mengapa tuan ini......mengatakan bahwa Siecu
hendak merampas harta dan bendanya?" tanya Tat Mo Cauwsu
lagi.
"Itulah dusta belaka......!" kata Pai Cing Han kemudian. "Ia
telah merampas kitab pusaka milikku dan membawanya
lari......tentu saja aku telah mengejarnya untuk meminta pulang
padanya......!"
"Hemmm, engkau bisa saja memutar balik urusan !" kata
Bin San Siucai dengan suara yang nyaring, kemudian diiringi
oleh suara tertawanya yang keras. "Engkau sejak tadi telah
mendesak padaku, agar menyerahkan barang dan hartaku
kepadamu, jika tidak engkau hendak membinasakan aku......!"
Muka Pai Cing Han merah padam karena murka bukan
main, tubuhnya sampai gemetaran keras.
"Taisu, dia seorang yang licik!" kata Pai Cing Han
kemudian dengan suara mengandung kemarahan. "Biarlah aku
membereskan dia lebih dulu, nanti barulah kita bercakap-cakap
lagi!"
Dan tanpa menantikan jawaban Tat Mo Cauwsu, segera
juga Pai Cing Han menjejakkan kakinya, tubuhnya cepat dan
gesit sekali telah mencelat menerjang kepada Bin San Siucai.
Tetapi Bin San Siucai Lauw Ho Lun telah berlari-lari
sambil menghindarkan diri dari segala serangan Pai Cing Han,
ia berlari memutari Tat Mo Cauwsu.
Pendeta India tersebut ternyata tidak bisa berdiam diri saja.
Waktu Pai Cing Han hendak melancarkan pukulan pula ke
punggung Bin San Siucai, diwaktu itulah Tat Mo Cauwsu telah
Koleksi kang zusi.com 599
mengibaskan tangannya, serangkum angin yang kuat telah
menangkis pukulan Pai Cing Han, membuat tubuh Pai Cing
Han tergoncang keras, terpaksa orang she Pai tersebut mundur
tiga langkah. Di waktu itulah Tat Mo Cauwsu juga telah
menggerakkan tangannya yang satu, tahu2 ia telah menyambar
pergelangan tangan Bin San Siucai, dan cepat sekali ia telah
berhasil mencekal pergelangan tangan dari pelajar tua tersebut.
Bin San Siucai jadi terkejut waktu melihat tangan Tat Mo
Cauwsu hendak mencekal pergelangan tangannya dan ia lebih
terkejut lagi setelah merasakan pergelangan tangannya itu kena
dicekal tanpa ia sempat mengelakkan diri. Kepandaian Bin San
Siucai tinggi, dalam satu gebrakan seperti itu Tat Mo Cauwsu
luar biasa.
”Tuan, sekarang katakanlah yang sebenarnya....apakah
memang kau yang telah mengambil kitab pusaka dari Pai Siecu
itu ?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil mengawasi Bin San Siucai
dengan mata yang tajam.
Bin San Siucia hanya terkejut sejenak waktu pergelangan
tangannya kena dicekal oleh Tat Mo Cauwsu, setelah itu ia
memperdengarkan suara tertawanya lagi, katanya : "Jika benar
apa yang hendak dilakukan Taisu? Jika tidak, apa pula yang
ingin dilakukan Taisu?"
Tat Mo Cauwsu telah bersenyum dengan sikapnya yang
sabar.
"Tuan ceritakan yang sebenarnya, jika memang benar Pai
Siecu itu hendak merampas harta dan barangmu, maka aku
akan memberikan nasehat padanya, tetapi jika engkau berdusta,
untuk selanjutnya sifat buruk itu harus kau lenyapkan, karena
itu bisa membahayakan dirimu sendiri. Dan jika memang benar
engkau telah mengambil kitab pusaka milik Pai Siecu,
kembalikanlah !"

Koleksi kang zusi.com 600


Bin San Siucai telah tertawa keras, tahu-tahu ia telah
menggerakkan tangannya, ia menariknya sehingga terlepas dari
cekalan Tat Mo Cauwsu. Dan sambil tetap tertawa seperti itu,
tahu-tahu ia telah memutar tubuhnya, kemudian berlari dengan
cepat sekali. Maksudnya hendak menjauhi diri dari Pai Cing
Han dan Tat Mo Cauwsu.
Melihat kelakuan Bin San Siucai, Tat Mo Cauwsu segera
dapat menerkanya, bahwa Bin San Siucailah yang telah
berbohong. Maka waktu melihat Bin San Siucai Lauw Ho Lun
hendak melarikan diri seperti itu, pendeta India tersebut telah
tersenyum, tahu-tahu ia telah menggerakkan tangan kanannya,
dengan mana ia telah menghantam ke punggung Lauw Ho Lun.
Waktu itu Bin San Siucai tengah berlari cepat sekali, karena
ia memang memiliki ginkang yang tinggi, namun diwaktu ia
baru berlari belasan tombak, tiba2 ia merasakan berkesiuran
angin dari belakang punggungnya dan kemudian ia merasakan
tenaga membetot yang kuat sekali, ia jadi kaget dan
mengempos semangatnya hendak berlari terus, tetapi justru di
waktu ia hendak mengerahkan tenaganya untuk berlari terus,
dikala itu tubuhnya seperti telah terbetot keras sekali ke
belakang dan jatuh terjengkang!
Ternyata Tat Mo Cauwsu telah mempergunakan semacam
ilmu dari Yoga, karena Tat Mo Cauwsu memang telah melatih
mahir ilmu Yoganya, ia bisa mempergunakan kekuatan
tenaganya selain menghantam kuat menghancurkan lawan, pun
dia bisa mempergunakan tenaganya untuk membetot. Dengan
begitu, Bin San Siucai jadi gagal sama sekali melarikan diri.
Disaat ia telah melompat bangun berdiri pula, Tat Mo Cauwsu
telah berdiri disampingnya.
Bin San Siucai memandang Tat Mo Cauwsu dengan sorot
mata penasaran, ia berkata: "Taisu......engkau rupanya memang
ingin main-main denganku? Tahukah engkau siapa aku?”

Koleksi kang zusi.com 601


Tat Mo Cauwsu tersenyum tawar, katanya: "Siecu rupanya
memang hendak mempermainkan Pai Siecu..silahkan Siecu
kembalikan kitab pusaka dari Pai Siecu yang telah diambil
olehmu tadi....!"
Bin San Siucai mendongkol bukan main, ia telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek. Didalam rimba
persilatan, Bin San Siucai merupakan seorang tokoh persilatan
yang disegani dan dihormati, karena memang ia memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi sekarang Tat Mo Cauwsu seperti
juga tidak memandang sebelah mata padanya. "Hmmm pendeta
asing ini rupanya belum mengetahui siapa aku sebenarnya....!"
setelah berpikir begitu, Bin San Siucai berkata: "Taisu, aku Bin
San Siucai tidak akan mundur menghadapi siapapun juga...,
jika memang Taisu masih hendak menahan diriku, baiklah aku
akan melayani keinginan Taisu....”
Pai Cing Han waktu itu telah melangkah menghampiri
sambil berkata kepada Tat Mo Cauwsu : "Taisu......biarkan aku
yang menghadapinya......!"
Tetapi Tat Mo Cauwsu telah mengulap ulapkan tangannya,
"Biarlah Pai Siecu, aku yang akan memintakan kembali kitab
pusakamu itu......!" kata Tat Mo Cauwsu, kemudian
memandang tajam kepada Bin San Siucai, sambil tanyanya:
"Apakah Siecu masih tidak hendak mengembalikan kitab
pusaka milik Pai Siecu?"
Melihat sinar mata Tat Mo Cauwsu yang tajam, Bin San
Siucai merasakan hatinya agak tergoncang, tetapi kemudian ia
tertawa dingin.
"Memang benar aku telah mengambil kitab pusaka milik
orang she Pai itu, apa yang hendak dilakukan oleh Taisu ?"
tanyanya dengan sikap yang menantang sekali.
Tat Mo Cauwsu bersenyum sabar, katanya : "Tentu saja
Siauwceng tidak bisa berbuat apa-apa, hanya ingin minta

Koleksi kang zusi.com 602


kerelaan dari Siecu untuk mengembalikan kitab pusaka milik
Pai Siecu itu......!"
"Jika aku menolaknya?"
"Jangan membawa sikap begitu, Siecu ..... karena yang
akan menemui kesulitan adalah Siecu sendiri !" kata Tat Mo
Cauwsu dengan sabar.
Tetapi Bin San Siucai merupakan seorang pelajar tua yang
memiliki kepandaian tinggi dan pengalaman yang luas, ia juga
tidak pernah jeri terhadap siapapun juga, maka dari itu ia sama
sekali tidak gentar untuk berurusan dengan pendeta dari India
itu. Jika tadi ia melihat Tat Mo Cauwsu tengah duduk dibawah
batang pohon itu, ia memang sengaja menghampirinya, hanya
sekedar untuk mempermainkan Pai Cing Han. Tetapi siapa
sangka Tat Mo Cauwsu merupakan seorang pendeta yang
memiliki kepandaian begitu tinggi. Dengan demikian, Bin San
Siucai jadi bersiap sedia untuk bertempur dengan pendeta ini,
yang akhirnya membela Pai Cing Han.
”Baiklah, jika memang Taisu hedak main-main denganku,
Bin San Siucai Lauw Ho Lun tidak akan menampiknya......!"
kata Bin San Siucai. "Silahkan Taisu memberikan petunjukmu
......!"
Tat Mo Cauwsu telah mengawasi Bin San Siucai beberapa
saat lamanya, kemudian tanyanya : "Apakah ... tuan benar2
tidak hendak mengembalikan barang milik Pai Siecu itu ?"
"Hemmm, Taisu tidak perlu mencampuri urusan itu, tetapi
sekarang Taisu tinggal pilih, jika memang Taisu hendak
mencampuri urusan ini, berarti Taisu akan berurusan
denganku, tetapi jika memang Taisu tidak ingin terlibat dalam
urusan yang tidak menggembirakan, aku orang she Lauw tentu
tidak akan menolak untuk main-main denganmu, Taisu......!"

Koleksi kang zusi.com 603


Tat Mo Cauwsu tertawa sabar. "Baiklah jika memang Lauw
Siecu menghendaki begitu," kata Tat Mo Cauwsu kemudian
."Terpaksa Siauwceng harus main2 denganmu beberapa
jurus....!"
Dan Tat Mo Cauwsu mengambil sikap menanti, untuk
menerima serangan.
"Silahkan......!" katanya kemudian.
Bin San Siucai menoleh memandang pada Pai Cing Han
beberapa saat lamanya, kemudian ia memandang lagi kepada
pendeta India tersebut, barulah kemudian ia tanpa segan-segan
telah menggerakkan tangan kanannya, menghantam kearah
dada pendeta India itu.
Tubuhnya berkelebat sangat cepat sekali, dimana pada
kepalan tangannya itu juga mengandung tenaga sinkang yang
tangguh sekali.
Tat Mo Cauwsu tidak beranjak dari tempatnya berdiri, dia
telah membiarkan dadanya dihantam oleh kepalan tangan Bin
San Siucai.
"Bukkk !" kuat sekali kepalan tangan Bin San Siucai telah
menghantam dada pendeta tersebut, jika memang Bin San
Siucai menghantam sebungkah batu, tentu batu itu akan hancur
dan remuk. Tetapi kenyataannya sekarang, Tat Mo Cauwsu
seperti juga tidak merasakan suatu apapun juga, walaupun
dadanya telah begitu tepat dihantam oleh kepalan tangan Bin
San Siucai.
Sambil tersenyum Tat Mo Cauwsu malah berkata:
"Silahkan Siecu memilih bagian yang empuk....!"
Mendengar tantangan yang merupakan ejekan tersebut, Bin
San Siucai yang waktu itu tengah kaget karena seperti
menghantam kapas saja dan dada Tat Mo Cauwsu lunak tidak
memberikan tenaga perlawanan, jadi berbalik gusar. Ia

Koleksi kang zusi.com 604


mengempos semangat dan tenaganya, diwaktu itulah ia telah
mengeluarkan suara bentakan yang sangat kuat sekali,
dibarengi dengan tangannya yang telah digerakkan untuk
menghantam lagi.
Angin pukulan itu berkesiuran keras dan kembali
menghantam dada Tat Mo Cauwsu, karena pendeta India
tersebut memang sama sekali tidak menghindarkan diri dari
gempuran itu. Dan kembali Bin San Siucai merasakan betapa
kepalan tangannya itu menghantam tepat sekali pada dada Tat
Mo Cauwsu, hanya dada itu lunak seperti kapas. Untuk kedua
kalinya ia menemui kegagalan.
Tat To Cauwsu masih berdiri tenang di tempatnya tanpa
memberikan perlawanan.
Bin San Siucai jadi malu dan penasaran mukanya berobah
menjadi merah sekali. Apa lagi ketika ia melirik dan melihat
Pai Cing Han tengah mengawasinya dengan bibir tersungging
senyuman mengejek.
Dengan mengempos seluruh kekuatannya, Bin San Siucai
telah menghantam untuk ketiga kalinya, kali ini tenaga
serangannya itu dua kali lebih kuat dari tenaga serangannya
yang tadi, angin serangan tersebut juga berkesiuran sangat
kuat.
”Bukkkkk...!" kembali dada Tat Mo Cauwsu tergempur
kuat sekali, karena pendeta tersebut sama sekali tidak berusaha
mengelakkan diri.
Tetapi berbeda dengan tadi, kali ini dada Tat Mo Cauwsu
keras melebihi besi, sehingga begitu kepalan tangan Bin San
Siucai mengenai dadanya, menghantam dengan kuat, seketika
ia mengeluarkan suara jeritan yang keras sekali, jerit kesakitan.
Tubuhnya juga telah terpental beberapa tombak.

Koleksi kang zusi.com 605


Ternyata, waktu melihat Bin San Siucai menyerang lagi
dengan mempergunakan kekuatan tenaga yang begitu besar,
Tat Mo Cauwsu telah mengganti hawa murni yang melapisi
dadanya. Jika semula Tat Mo Cauwsu mempergunakan tenaga
Im (lunak), ia kini mempergunakan tenaga Yang, yaitu keras.
Dengan begitu, dadanya melebihi kerasnya besi maupun baja,
dan memang Bin San Siucai telah menyerangnya begitu kuat,
menyebabkan tulang tangan Bin San Siucai menjadi patah, dan
tubuhnya tertolak terpental begitu rupa.
Dengan meringis menahan sakit, Bin San Siucai telah
berdiri.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu telah berkata : "Maaf, maaf....
Lauw Siecu telah menyerang terlalu hebat melebihi takaran....
apakah engkau terluka ?”
Bin San Siucai memandang pada Tat Mo Cauwsu dengan
sorot mata mengandung dendam. Sedangkan Pai Cing Han
sambil senyum puas telah berkata : "Cepat kembalikan
kitabku....!"
Tanpa banyak bicara Bin San Siucai telah merogoh sakunya
dengan mempergunakan tangannya yang tidak patah, kemudian
melemparkan kitab pusaka yang semula telah dirampasnya itu
kepada Pai Cing Han.
Pai Cing Han menyambuti kitab itu, yang kemudian
disimpan didalam sakunya.
Bin San Siucai setelah melemparkan kitab pusaka itu
kepada Pai Cing Han, tanpa berkata sepatah katapun juga, telah
memutar tubuhnya dan berlari dengan cepat sekali
meninggalkan tempat itu.
Tat Mo Cauwsu hanya menghela napas saja, ia berkata
perlahan : "Sesungguhnya kepandaian Lauw Siecu itu cukup

Koleksi kang zusi.com 606


tinggi, hanya sayang sekali ia senang mempermainkan
orang....!"
Pai Cing Han telah menghampiri dan menjura memberi
hormat kepada pendeta India tersebut untuk mengucapkan
terima kasihnya.
"Dimanakah putrimu sekarang ini berada, siecu ?" tanya
Tat Mo Cauwsu kemudian.
"Dia berada bersama ibunya...!” tetapi waktu berkata
sampai disitu, wajah Pai Cing Han jadi berobah, ia terkejut
sendirinya, karena teringat bahwa putrinya bersama istrinya
berada disarang macan, dimana Bu Bok Sun dan juga Lung Kie
Eng berada disitu, "Ahh, aku telah meninggalkan mereka
begitu saja !" berseru Pai Cing Han, dan tanpa menantikan Tat
Mo Cauwsu bertanya lagi, ia telah memutar tubuhnya untuk
berlari ke markas Jie Liong Kim Hay.
Tat Mo Cauwsu heran melihat sikap Pai Cing Han, tetapi ia
memang ingin bertemu lagi dengan Pai Ing Siu, yang
dianggapnya jenaka dan lincah menarik hati, dimana Tat Mo
Cauwsu bermaksud untuk melihat berapa jauh latihan Pai Ing
Siu terhadap ketiga jurus ilmu pukulan yang telah
diturunkannya. Dan Tat Mo Cauwsu juga memang hendak
menurunkan beberapa jurus ilmu silat lagi kepada gadis itu, ka-
lau saja Pai Cing Han meluluskan keinginannya itu.
Dengan gerakan yang ringan, Tat Mo Ciauwsu telah berlari
cepat sekali menyusul Pai Cing Han. Karena Ginkang Tat Mo
Cauwsu telah mahir sekali, mudah saja ia mengikuti
dibelakang Pai Cing Han.
Ketika sampai didepan markas Jie Liong Kim Hay, wajah
Pai Cing Han jadi berobah pucat, ia tidak melihat putri dan
istrinya, disamping itu juga ia sama sekali tidak melihat
seorang manusiapun disekitar tempat itu. Dengan perasaan
kuatir, tampak Pai Cing Han telah berlari kesana kemari sambil

Koleksi kang zusi.com 607


memanggil2 putrinya. Tetapi sejenak kemudian mukanya jadi
berobah merah padam.
”Hemmmm, tentunya orang2 Jie Liong Kim Hay yang telah
mempergunakan kesempatan disaat aku tidak berada disini
untuk berbuat kurang ajar pada Siujie dan istriku....!" karena
berpikir begitu, dengan murka tampak Pai Cing Han telah
menghampiri pintu gerbang dari gedung yang dijadikan markas
Jie Liong Kim Hay itu, dia murka berbareng diliputi
kekuatiran.
Tat Mo Cauwsu hanya berdiam diri mengawasi tingkah
laku Pai Cing Han, dia juga heran melihat disekitar tempat itu
tidak terdapat seorang manusiapun juga, dan tidak mengerti
mengapa Pai Cing Han mengajaknya ke tempat ini.
Tetapi disebabkan Tat Mo Cauwsu melihat sikap Pai Cing
Han yang tampaknya begitu gugup dan bingung, maka dia
membiarkan saja Pai Cing Han menghampiri pintu gedung
markas Jie Liong Kim Hay.
Dengan gusar Pai Cing Han telah mempergunakan tangan
kanannya menghantam daun pintu gedung itu.
"Brakkk.....!" daun pintu tersebut terhantam pecah karena
Pai Cing Han telah memukul dengan mempergunakan sinkang
yang penuh.
Dengan gerakan yang lincah, tubuh Pai Cing Han juga telah
melompat masuk kedalam gedung itu. Sedangkan Tat Mo
Cauwsu telah menghampiri ke pintu gerbang gedung itu untuk
melihat keadaan didalam gedung tersebut.
Sunyi dan sepi sekali keadaan digedung itu dan juga
tampaknya memang tidak terdapat seorang manusiapun juga.
Pai Cing Han dengan gusar telah berteriak nyaring sekali :
"Bu Bok Sun.... keluarlah kau....!"
Tidak terdengar sahutan.
Koleksi kang zusi.com 608
Kembali Pai Cing Han telah berteriak dengan nyaring,
memanggil Bu Bok Sun, tetapi tidak terdengar suara sahutan.
Bukan main gusarnya Pai Cing Han, tubuhnya sampai
gemetaran keras.
"Jika engkau tidak juga mau keluar, biarlah gedung ini akan
kubakar...!" ancam Pai Cing Han dengan suara yang nyaring.
Waktu itulah terdengar suara tertawa yang dingin
mengandung ejekan, dari ruang dalam telah melompat keluar
sesosok tubuh, kemudian disusul dengan beberapa sosok tubuh
lainnya.
Ternyata orang yang melompat keluar itu adalah Bu Bok
Sun, dan juga diiringi oleh Lung Kiu Eng serta beberapa orang
anak buah Lung Kiu Eng.
"Pai Tocu, mengapa kau datang kembali sambil marah2
seperti itu? Bukankah kitab pusaka yang kau kehendaki telah
kuberikan ?" tanya Bu Bok Sun sambil memperdengarkan
suara tertawa mengejeknya, sama sekali ia tidak
memperlihatkan perasaan takut.
Muka Pai Cing Han merah padam, ia menegur dengan
gusar : "Mana puteri dan istriku?"
"Mana aku tahu? Pai Tocu... bukankah mereka
menyusulmu ?" tanya Bu Bok Sun dengan sikap mengejek.
"Aku mana memiliki waktu untuk mengurusi mereka...!”
"Orang she Bu ...!" bentak Pai Cing Han dengan suara
mengandung kemarahan bukan main. "Jika engkau tidak
mengatakan terus terang mengenai diri putriku dan isteriku,
akan kubinasakan kalian semuanya...!"
Mendengar ancaman Pai Cing Han, Bu Bok Sun tertawa
bergelak gelak.

Koleksi kang zusi.com 609


”Hebat ! Hebat ! Engkau ingin memusnahkan kami semua?
Ohh, sungguh maksud yang baik sekali ! Aku orang she Bu
sama sekali tidak akan mundur ! Tadi engkau telah meminta
kitab pusaka yang kau katakan milikmu, aku telah mengalah
dan memberikannya...... tetapi sekarang setelah memperoleh
kitab itu engkau kembali kemari marah-marah seperti itu
bahkan mengancam kami ingin dibinasakan olehmu......! Ohhh,
apakah engkau mengenal aturan Kangouw ?"
"Hemmm, jika engkau tidak mau bicara terus terang
mengenai keadaan puteriku dan isteriku itu, aku akan
membuktikan ancamanku itu, kalian seluruhnya akan
kubinasakan!" kata Pai Cing Han.
Bu Bok Sun memperdengarkan suara tertawa dingin sambil
katanya kemudian : "Baik, baik, apa keinginanmu yang
sebenarnya? Tampaknya memang engkau mencari-cari urusan
dengan kami......!"
Pai Cing Han sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya,
dengan diiringi suara teriakan yang nyaring, ia telah mencelat
menerjang kepada Bu Bok Sun, cepat sekali ia telah
menggerakkan kedua tangannya, dimana ia melancarkan
gempuran kuat sekali.
Bu Bok Sun yang telah menduga bahwa Pai Cing Han akan
melancarkan serangan kepadanya, memang telah bersiap-siap
sejak tadi. Begitu melihat orang she Pai tersebut memang
benar2 melancarkan serangan padanya, ia tidak tinggal berdiam
diri, tanpa menanti tibanya serangan, ia telah melompat
kesamping, dan membarengi menyerang ke pinggang Pai Cing
Han.
Serangan yang dilakukan oleh Bu Bok Sun mengandung
kekuatan tenaga sinkang yang hebat, memang
kepandaiannyapun tinggi sekali. Jika belum lama yang lalu dia
menyerah kalah kepada Pai Cing Han dan mengembalikan

Koleksi kang zusi.com 610


kitab pusaka yang dikehendaki Pai Cing Han, waktu itu ia
tengah terluka didalam, tenaga dalamnya tidak bisa kumpul
dengan baik, memerlukan empat puluh hari guna
mengobatinya.
Tetapi sekarang, karena ia tidak mau begitu saja diserang
oleh Pai Cing Han, ia telah melancarkan serangan balasan yang
lebih cepat tanpa menantikan tibanya serangan yang dilakukan
Pai Cing Han, dengan harapan bisa merebut waktu. Perlu
diketahui bagi seorang akhli silat yang telah memiliki
kepandaian tinggi sekali, waktu yang beberapa detik sangat
penting sekali. Dan Bu Bok Sun yang hendak merebut
kemenangan dari waktu tersebut, telah menyerang ke pinggang
Pai Cing Han mempergunakan seluruh kekuatan yang
dimilikinya.
Pai Cing Han melihat lawannya telah mengelakkan diri dan
malah telah melompat ke samping balas menyerang tanpa
menantikan tibanya serangan, ia jadi tambah mendongkol.
Tanpa menarik pulang serangannya, Pai Cing Han hanya
memiringkan tubuhnya dan membelokkan kedua tangannya,
maka ia telah menggempur kearah Bu Bok Sun lagi.
Segera terdengar suara benturan yang kuat sekali, kekuatan
tenaga Pai Cing Han telah saling bentur dengan tenaga
serangan Bu Bok Sun, terdengar suara menggelegar yang kuat
memekakkan anak telinga.
Tubuh Bu Bok Sun tergoncang keras, ia melangkah mundur
tiga langkah kebelakang. Sedangkan Pai Cing Han hanya
merasakan pergelangan tangannya tergetar dan kesemutan,
namun ia tidak beranjak dari tempat berdiri, malah begitu
tenaga mereka saling bentur dan diwaktu tubuh Bu Bok Sun
tengah terhuyung mundur seperti itu, Pai Cing Han telah
mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyerang lagi !

Koleksi kang zusi.com 611


Bu Bok Sun terkejut, dan ia merasakan bahwa kesempatan
untuk menangkis sudah tidak dimilikinya lagi, hanya satu
satunya jalan yang bisa menyelamatkan dirinya dari serangan
Pai Cing Han, yaitu mengelakkan diri saja. Ia telah membuang
tubuhnya ke tanah bergelindingan disitu beberapa tombak
jauhnya.
Lung Kiu Eng yang melihat ancaman untuk Susioknya
tersebut, juga tidak bisa berdiam diri, dengan cepat ia telah
melompat kesamping Pai Cing Han, dan ditangannya tercekal
sebatang golok, dengan senjata tajam tersebut ia telah
membacok kearah punggung Pai Cing Han. Gerakan yang
dilakukannya itu cepat sekali, angin dingin berkesiuran.
Pai Cing Han juga mengetahui bahwa dari arah
belakangnya datang serangan membokong. Tanpa menoleh lagi
ia telah menggerakkan tangan kanannya, ia menyentil golok
itu, sehingga terdengar suara ”Tringgg.....!" yang nyaring, dan
membarengi dengan itu, diwaktu golok tersebut terpental, cepat
sekali ia telah menggerakkan tangannya yang satu lagi, lewat
ketiaknya, dia telah menyerang dengan telapak tangannya.
Angin serangan itu berkesiuran sangat kuat dan segera
terdengar suara jeritan Lung Kiu Eng, yang tubuhnya telah
terpental, mengeliat-ngeliat diatas tanah tidak bisa bangun
dengan segera, karena dadanya dirasakan seperti remuk akibat
serangan yang dilakukan Pai Cing Han.
Bu Bok Sun sendiri telah berdiri dengan muka beringas
memandang kepada Pai Cing Han, katanya dengan sengit :
"Bagus! Engkau terlalu memaksa kami ! Jika begitu, puterimu
dan isterimu biarlah binasa bersama-sama kami !"
Muka Pai Cing Han jadi merah padam karena murka dan
kaget.
"Katakan, apakah puteriku dan isteriku memang ditahan
oleh kalian ?" tegurnya.

Koleksi kang zusi.com 612


Bu Bok Sun telah mengangguk sambil memperdengarkan
suara tertawa dingin.
"Benar!" katanya kemudian. "Jika memang engkau terlalu
mendesak kami, kami pun tidak takut untuk mati, tetapi puteri
dan isterimu itupun akan segera menemui kematian......!" dan
setelah berkata begitu, Bu Bok Sun telah merogoh saku
bajunya, ia mengeluarkan sebatang panah bersuara, yang
dilontarkan ketengah udara, mendesing mengeluarkan suara
yang sangat nyaring.
"Orang-orang kami yang berada didalam telah bersiap-siap
dengan senjata tajam di tangan, untuk membinasakan puteri
dan isterimu ! Panah yang pertama itu memberikan perintah
kepada mereka untuk bersiap-siap membinasakan puteri dan
isterimu, dan begitu kulepaskan anak panah keduanya, berarti
jiwa anak dan isterimu itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi,
begitu kau memasuki gedung kami, kelak engkau hanya bisa
menemui dua sosok tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi dari
kedua orang yang engkau cintai itu.....!"
Bukan main marah dan kuatirnya Pai Cing Han, ia telah
berkata dengan suara membentak marah : "Bebaskan
mereka....aku akan mengampuni kalian semua....!"
Tetapi Bu Bok Sun telah tertawa dingin, ia juga telah
menimang-nimang sebatang anak panah ditangannya yang siap
akan dilontarkan ketengah udara lagi. Jika memang anak panah
itu dilontarkan, tentu anak buah Bu Bok Sun akan
menghabiskan jiwa Pai Ing Siu dan isteri Pai Cing Han.
Pai Cing Han berdiri tertegun ditempatnya, ia mengetahui,
tidak mungkin ia keburu untuk merebut anak panah itu. Jika ia
melangkah maju untuk menyerang, tentu Bu Bok Sun lebih
dulu dapat melepaskan anak panah bersuara itu. Dengan
demikian, berarti juga keselamatan jiwa anak dan isterinya itu
akan terancam kematian.

Koleksi kang zusi.com 613


Ia memang telah menduga bahwa anaknya dan isterinya
ditawan oleh Bu Bok Sun, begitu ia tiba dimuka markas Jie
Liong Kim Hay tersebut dan tidak melihat anak dan isterinya,
dugaan seperti itu telah terdapat dibenaknya.
Pai Cing Han juga tidak tolol untuk berlaku nekad
menyerbu kepada Bu Bok Sun karena begitu anak panah Bu
Bok Sun dilepaskan, anak dan istrinya bisa menemui kematian.
Ia juga mengetahui bahwa ancaman yang diutarakan oleh Bu
Bok Sun bukan merupakan ancaman kosong belaka.
"Baiklah," kata Pai Cing Han kemudian. "Apa yang kau
kehendaki ?"
”Hmm......" tertawa dingin Bu Bok Sun.
"Apakah engkau masih menghendaki anak dan istrimu itu
kembali kesisimu dalam keadaan masih bernyawa ?"
Pai Cing Han menggeretekkan giginya kemudian dengan
gusar ia menyahuti : ''Seujung rambut saja mereka terganggu,
hemmm hemmm, kau lari ke ujung dunia sekalipun tidak akan
kulepaskan.....!"
”Hahahaha....!" Bu Bok Sun telah tertawa keras. "Aku akan
membebaskan mereka, tetapi engkau harus memenuhi dua
buah syaratku..."
"Katakan syaratmu itu.....!" kata Pai Cing Han dengan
murka.
”Pertama, kau harus menyerahkan kembali kitab pusaka itu
kepadaku dan berjanji untuk selanjutnya tidak akan
menggangguku lagi...dan juga tidak akan berusaha untuk
merebut kembali kitab pusaka itu.....!" kata Bu Bok Sun.
Pai Cing Han berdiam diri sejenak, namun akhirnya ia
mengangguk.

Koleksi kang zusi.com 614


”Baik," katanya sambil merogoh sakunya mengeluarkan
kitab pusaka itu, yang kemudian dilemparkan kepada Bu Bok
Sun. "Terimalah kitab itu......dan kini katakan apa syaratmu
yang kedua ?"
Bu Bok Sun tertawa.
”Mudah....syaratku yang kedua itu tidak sulit ! Aku hanya
menghendaki kau berjanji tidak akan menginjakkan kaki pula
di daratan Tionggoan untuk waktu-waktu mendatang. Jika
memang engkau meluluskan syaratku yang ini, tentu putri dan
isterimu akan kubebaskan...!"
Pai Cing Han tidak segera menyahuti, mukanya merah
padam karena murka.
Ia sebagai seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki
nama sangat terkenal, tentu saja ia tidak sembarangan
memberikan janjinya.
Sekali saja ia memberikan janji, tentu ia tidak akan
melanggarnya, tidak mungkin ia menjilat ludah yang telah
dibuangnya !
Maka dari itu, walaupun terdengarnya memang mudah
syarat dari Bu Bok Sun, tetapi sulit untuk diterima olehnya.
Sekali saja dia berjanji, berarti selama hidupnya ia tidak akan
menginjak daratan Tionggoan, dan hanya dapat berdiam
dipulau Cie Hung To.
"Bagaimana ?" tanya Bu Bok Sun sambil tersenyum
menyeringai mengejek.
Pai Cing Han membanting2 kakinya, akhirnya ia
mengangguk.
Tetapi belum lagi ia berkata menyanggupi syarat kedua dari
Bu Bok Sun tersebut, diwaktu itulah tampak sesosok tubuh
berkelebat dengan cepat sekali ke samping Bu Bok Sun.

Koleksi kang zusi.com 615


Bu Bok Sun hanya melihat sosok tubuh yang berkelebat
kedekatnya, tetapi belum lagi ia bisa melihat jelas, diwaktu
itulah ia merasakan tangannya dingin, dan anak panah bersuara
yang berada ditangannya telah direbut oleh sosok tubuh itu.
Dengan kaget dan marah Bu Bok Sun telah memandang
kepada orang yang merebut anak panah bersuaranya itu, dan ia
melihat orang tersebut tidak lain dari seorang pendeta India,
yang tadi berdiri dipintu gerbang gedung itu.
"Kau ...?" suara Bu Bok Sun mengandung kegusaran.
Tetapi ia tidak bisa meneruskan kata-katanya, karena begitu
melihat anak panah di-tangan Bu Bok Sun dapat direbut oleh
Tat Mo Cauwsu, pendeta India tersebut, cepat bukan main
tampak Pai Cing Han telah melompat ke dekat Bu Bok Sun,
tangan kanannya bergerak menghantam dengan kuat sekali.
Tenaga pukulan yang dipergunakannya sangat kuat sekali, dan
Bu Bok Sun yang tengah terkejut dan marah karena anak panah
bersuaranya dirampas oleh Tat Mo Cauwsu, tidak keburu untuk
mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan oleh Pai Cing
Han, karena itu, tidak ampun lagi tubuh Bu Bok Sun jadi
terpental sambil mengeluarkan suara jeritan yang sangat keras
sekali, bergulingan diatas tanah.
Tat Mo Cauwsu telah menghela napas.
”Hemmm, dia mengandung maksud jahat untuk mencelakai
putri dan istrimu, Pai Siecu..... tetapi niat jahatnya itu telah
digagalkan, ampunilah jiwanya.....!" kata Tat Mo Cauwsu.
Pai Cing Han waktu itu sesungguhnya hendak melompat
kepada Bu Bok Sun untuk menghantam pula, tetapi mendengar
perkataan Tat Mo Cauwsu ia jadi membatalkan maksudnya itu,
ia tidak jadi menyerang Bu Bok Sun.
Orang she Bu itu telah merangkak bangun dengan muka
meringis. Sedangkan Pai Cing Han menoleh kepada Tat Mo

Koleksi kang zusi.com 616


Cauwsu sambil katanya : "Taisu........ aku harap kau mengawasi
orang she Bu ini, aku akan membebaskan anak dan istriku
dulu........!”
Tat Mo Cauwsu mengiyakan.
Diwaktu itulah Pai Cing Han telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya telah mencelat ke dekat beberapa orang anak buah Jie
Liong Kim Hay. Dengan kedua tangan digerakkan, ia telah
menghantam mereka. Beberapa orang anak buah Jie Liong
Kim Hay yang telah berdiri tertegun ditempat mereka karena
kaget menyaksikan Bu Bok Sun dirubuhkan oleh Pai Cing Han,
jadi terpelanting semuanya, karena mereka terkena angin
serangan yang dilancarkan oleh Pai Cing Han.
Dan tanpa memperdulikan anak buah Jie Liong Kim Hay
tersebut, Pai Cing Han telah berlari menerobos masuk kedalam
gedung tersebut.
Tat Mo Cauwsu telah berdiri didekat Bu Bok Sun, menjagai
orang she Bu tersebut. Karena kalau sampai Bu Bok Sun
berhasil melepaskan anak panah bersuaranya, Pai Cing Han
tentu tidak berhasil untuk menolongi jiwa anak dan isterinya.
Tidak lama kemudian tampak Pai Cing Han telah muncul
kembali bersama Pai Ing Siu dan isterinya. Sedangkan si gadis
kecil waktu melihat Tat Mo Cauwsu, telah mengeluarkan
seruan girang sambil berlari menghampiri pendeta India
tersebut : "Taisu......kau berada disini?"
Tat Mo Cauwsu bersenyum, ia mengusap usap rambut anak
itu, katanya: "Bagaimana apakah "Sam Kun Pa Houw" telah
kau pelajari dengan baik ?"
Pai Ing Siu menggeleng sambil tersenyum manis.
"Belum..... dalam waktu yang begitu singkat aku mana
memiliki waktu untuk melatih diri lebih-lebih ayah telah
mengajak aku untuk mendatangi tempat ini...!"

Koleksi kang zusi.com 617


Tat Mo Cauwsu mengangguk sambil katanya: "Kelak kau
harus melatih diri baik-baik.....!"
Pai Ing Siu mengiakan.
Pai Cing Han telah mengajak Tat Mo Cauwsu, anaknya dan
isterinya meninggalkan gedung tersebut. Sedangkan Bu Bok
Sun dan Lung Kiu Eng hanya bisa mengawasi saja tanpa bisa
mengatakan apa-apa. Begitu pula waktu kitab pusaka yang
berada didalam saku Bu Bok Sun diambil kembali oleh Tat Mo
Cauwsu, dan diserahkan kepada Pai Cing Han, Bu Bok Sun
tidak bisa berbuat apapun juga selain hanya menghela napas
dalam-dalam.....
*dw*kz*
NAMA Tat Mo Cauwsu semakin lama semakin terkenal,
segala tindak tanduknya di daratan Tionggoan telah didengar
oleh banyak jago2 daratan Tionggoan, terutama sekali jago2
yang memiliki kepandaian tinggi dan juga telah hidup
mengasingkan diri untuk menekuni ilmu mereka. Tetapi nama
Tat Mo Cauwsu yang begitu terkenal, dan juga disertai cerita2
yang menarik mengenai petualangan pendeta dari India, yang
sesungguhnya bernama Gunal Sing tersebut, ternyata
merupakan cerita yang seperti sebuah dongeng saja, karena
padanya dapat dijumpai berbagai peristiwa dan kejadian,
dimana ia seperti memiliki ilmu sihir.
Padahal Tat Mo Cauwsu lebih banyak mempergunakan
kepandaian ilmu silatnya yang dicampur pemakaiannya dengan
ilmu Yoga yang dikuasainya dengan baik. Mengenai ilmu sihir,
ia hanya mempergunakannya jika tengah berhadapan dengan
para penjahat yang memiliki ilmu sesat itu, dengan demikian
munculnya Tat Mo Cauwsu didaratan Tionggoan merupakan
sesuatu yang menarik perhatian dari tokoh-tokoh persilatan
didaratan Tionggoan itu sendiri.

Koleksi kang zusi.com 618


Terlebih lagi orang-orang yang menceritakan tentang
kesaktian Tat Mo Cauwsu umumnya tokoh-tokoh sakti jago
Rimba Persilatan didaratan Tionggoan itu seperti Pai Cing
Han, Tocu dari pulau Cie Hung To, sehingga lebih menarik
lagi kisah petualang Tat Mo Cauwsu. Menurut Pai Cing Han,
yang bercerita kepada tokoh-tokoh persilatan yang memiliki
kepandaian setinggi dia, bahwa Tat Mo Cauwsu merupakan
seorang pendeta yang memiliki kepandaian sulit ditandingi. Pai
Cing Han juga menceritakan ia telah pernah selama beberapa
bulan lamanya berada bersama-sama dengan Tat Mo Cauwsu,
dengan demikian ia telah melihat betapa ilmu dan kepandaian
pendeta India tersebut memang benar-benar luar biasa sekali.
Dengan banyaknya jago-jago rimba perpersilatan, yang
merupakan tokok-tokoh saktinya, bercerita mengenai
kehebatan kepandaian Tat Mo Cauwsu, dengan sendirinya
nama Tat Mo Cauwsu semakin terkenal saja.
Namun nama yang terkenal seperti itu, membuat Tat Mo
Cauwsu agak repot juga, karena cukup banyak tokoh2
persilatan yang tertarik mendengar kisah petualang Tat Mo
Cauwsu lalu turun gunung mencari pendeta India tersebut,
untuk mengadu ilmu. Walaupun cukup mudah Tat Mo Cauwsu
selalu merubuhkan lawan2nya, namun tidak urung dengan
diganggu terus menerus oleh puluhan orang tokoh sakti
tersebut, membuat Tat Mo Cauwsu harus menghadapi perbagai
pertempuran. Dengan begitu, dengan berjatuhnya jago2 sakti
daratan Tionggoan tersebut ditangan Tat Mo Cauwsu, telah
membuat nama Tat Mo Cauwsu semakin terkenal dan disegani
oleh para tokoh2 sakti didaratan Tionggoan.
Dan tidak kurang pula banyak orang2 rimba persilatan yang
berusaha mencari jejak Tat Mo Cauwsu, guna memohon
pendeta dari India tersebut menerima mereka menjadi
muridnya, untuk menuruni ilmu dan kesaktian dari pendeta
India tersebut. Tetapi sejauh itu Tat Mo Cauwsu belum

Koleksi kang zusi.com 619


bersedia untuk menerima murid karena ia merencanakan, jika
memang telah tiba waktunya, ia hendak membuka sebuah pintu
perguruan silat, yang dihubungkan dengan pelajaran agama
Buddha, dan ia baru akan menerima murid untuk dididiknya,
baik ilmu silat dan Yoga, juga akan dididiknya ilmu agama dari
pelajaran Sang Buddha.
Selama berkelana didaratan Tionggoan memang Tat Mo
Cauwsu selain meneliti setiap kepandaian dari tokoh2
persilatan didaratan Tionggoan, juga ia mencari tempat yang
sekiranya sesuai baginya guna mendirikan sebuah gedung
untuk dijadikan tempat mengajar dan menerima murid,
mengembangkan ilmu dan kepandaiannya.
Namun sejauh itu, Tat Mo Cauwsu masih juga belum
menemui tempat yang cocok dihatinya, maka ia masih
mengembara juga dengan selalu menemui berbagai peristiwa
yang menegangkan, karena cukup banyak jago2 daratan
Tionggoan yang berusaha menguji kepandaiannya. Namun
selalu Tat Mo Cauwsu berhasil merubuhkan lawan2 yang
membuat namanya semakin terkenal. Disamping itu, Tat Mo
Cauwsu juga memupuk persahabatan dengan banyak tokoh-
tokoh persilatan Tionggoan, yang menaruh perasaan hormat
kepada pendeta sakti tersebut yang berasal dari India, dimana
kepandaiannya yang begitu istimewa, boleh dikata selama
didaratan Tionggoan, hampir tidak ada orang yang sanggup
menandinginya.
Karena terlalu seringnya Tat Mo Cauwsu bertempur dengan
tokoh-tokoh persilatan didaratan Tionggoan, maka ia bisa
mempelajari setiap kepandaian dan ilmu silat dari berbagai
aliran. Setelah ditelitinya, maka ia memperoleh kesimpulan,
seluruh ilmu dari berbagai pintu perguruan tersebut, memiliki
sumber dan inti satu, yang sama, dan juga hampir bersamaan
pula inti kekuatannya dengan kepandaian ilmu silat Tat Mo
Cauwsu sendiri. Hanya saja, cara mengembangkan ilmu silat

Koleksi kang zusi.com 620


itu sendiri yang berbeda beda, sehingga menyebabkan jumlah
gerak dan cara untuk bersilat yang berlainan.
Waktu tengah berkelana itu, Tat Mo Cauwsu juga sering
meluangkan waktunya untuk menulis setiap ilmu yang telah
berhasil diolahnya menjadi sejurus ilmu silat yang hebat sekali,
yang telah diringkaskan dan dijadikan intinya belaka, tetapi
mengandung kehebatan yang luar biasa. Sejurus demi sejurus
telah ditulisnya dengan rapi, dan akhirnya setelah kitab itu
rampung di-kemudian hari merupakan kitab ilmu silat yang
paling luar biasa didaratan Tionggoan yang biasa disebut Tat
Mo Pitkip atau Ih-kin dan Swee-jwe. Kitab ilmu silat yang
diciptakan oleh Tat Mo Cauwsu tersebutlah yang merupakan
kitab ilmu silat yang paling diincer oleh setiap tokoh tokoh
rimba persilatan didaratan Tionggoan, selain didalamnya
terdapat ilmu pukulan, ilmu pedang dan mempergunakan
senjata lainnya pun di situ terdapat pelajaran untuk melatih
Lwe-kang guna mencapai kesempurnaan tenaga dalam, dalam
bentuk sinkang, tenaga sakti yang merupakan tenaga murni
dari Tantian terus ke urat besar di belakang kepala, membuat
seseorang bisa mencapai puncak kesempurnaan dalam melatih
tenaga lwekangnya.
Tahun demi tahun telah lewat, tanpa terasa telah tujuh
tahun lamanya pendeta dari Thian-tiok (India) tersebut
berkelana didalam daratan Tionggoan, dan nama Tat Mo
Cauwsu semakin harum dan disegani oleh para jago-jago rimba
persilatan......!
O o odwo o O
SIONG SAN merupakan pegunungan yang tidak begitu
tinggi, tetapi bicara mengenai keindahan panorama yang
terdapat disekitar pegunungan tersebut, dimana keindahan alam
dengan pohon-pohon bunga yang beraneka warna dan juga
dengan hawa udara yang senantiasa hangat disepanjang musim,
tidak kalah jika dibandingkan dengan pemandangan alam yang
Koleksi kang zusi.com 621
terdapat dipegunungan Heng-san, Kun Lun, maupun Cauw-
san. Dengan demikian, Siong San merupakan pegunungan
yang cukup ramai dikunjungi oleh orang2 yang pesiar dan
hendak menikmati keindahan alam di pegunungan tersebut.
Waktu itu, hari masih pagi, dan kabut yang mulai menipis
terkena cahaya matahari pagi yang hangat, dan pohon-pohon
bunga yang tengah mekar indah, tampak seseorang tengah
berjalan dengan langkah kaki yang perlahan-lahan dan
menikmati keindahan alam disekitar pegunungan tersebut.
Orang itu adalah seorang lelaki berusia lanjut, mungkin
telah tujuh puluh tahun, memelihara jenggot yang panjang dan
telah memutih, dengan kumis yang terpilin panjang dan rapi, ia
mengenakan baju berwarna putih, merupakan thungsia (baju
panjang) memakai kopiah yang berwarna kuning gading.
Ditangan kanannya tampak sebatang seruling yang digerak-
gerakkan perlahan memukuli telapak tangannya yang satunya.
Wajahnya sabar sekali, dan ia benar-benar tengah meresapi
keindahan pemandangan alam yang terdapat disekitar tempat
itu. Beberapa kali terdengar pujiannya yang perlahan,
menunjukkan bahwa dia sangat mengagumi keindahan alam
ditempat tersebut.
Setelah berjalan beberapa saat lamanya, akhirnya ia
mengangkat serulingnya, dibawa kebibirnya, kemudian
ditiupnya perlahan mengayun, muncul irama yang lembut dan
merdu sekali, membawakan lagu "Hung Cing Hoa", ciptaan
dari pujangga terkenal dimasa pemerintahan dinasty Shang,
yang bernama Chou In Lie, yang waktu itu menjabat pangkat
sebagai penyair istana, yang selalu mendampingi Kaisar Chou
Wang, untuk menghiburnya dengan segala macam sajak yang
indah dan juga dengan syair-syair lagu yang akan mengiringi
Tai Chi, selir Kaisar Chou Wang menari dihadapan Kaisar.
"Hung Cing Hoa" memang merupakan lagu yang memiliki
keindahan yang luar biasa, dan lelaki tua yang berada digunung

Koleksi kang zusi.com 622


Siong San tersebut telah membawakannya dengan baik lagu itu
lewat serulingnya, ia benar-benar meresapi sekali keindahan
alam dari gunung tersebut, yang seperti juga lukisan yang in-
dah menarik hati.
Selesai membawakan lagu "Hung Cing Hoa" tersebut,
orang tua itu menghela napas dalam-dalam, kemudian dia
menggumam dengan suara yang perlahan : "Hai, hai, jika saja
aku bisa hidup demikian tenang seperti pohon bunga bwee,
pohon ci tan, yang semuanya tumbuh begitu indah dan jauh
dari jamahan tangan manusia, dalam suasana yang tenang dan
menyenangkan ini, benar2 merupakan keadaan yang sangat
menyenangkan sekali....Haruskah aku hidup mengasingkan diri
ditempat ini.......?"
"Omitohud ! Omitohud !" terdengar seseorang menimpali
perkataan orang tua itu disusul dengan munculnya seseorang
yang memiliki potongan tubuh tinggi besar, dan ia mengenakan
pakaian pendeta, jubah yang kebesaran dan bergombrangan,
berkibar kibar terhembus oleh siliran angin. Dialah seorang
pendeta berusia lima puluh tahunan berwajah bersih berseri
seri, dengan senyum yang menghiasi bibirnya. "Apa yang
dikatakan oleh Siecu merupakan perkataan yang tidak sulit
untuk dilaksanakan, tenangkan hati, bersihkan pikiran, dan
nikmati keindahan yang ada Siecu akan memperoleh apa yang
siecu kehendaki ........."
Orang tua yang mencekal seruling ditangannya, telah
menoleh kepada pendeta itu, ia memandang dengan sikap yang
mengandung perasaan heran, lalu tanyanya : ”Siapakah Taisu
itu? Tentunya Taisu tinggal disekitar tempat ini...”
Pendeta itu menggelengkan kepalanya, ia berkata sabar :
"Lolap kebetulan lewat ditempat ini dan mendengar lagu
"Hung Cing Hoa" yang Siecu bawakan tadi, sungguh merdu
dan menarik sekali, begitu halus menggugah hati...! Lolap

Koleksi kang zusi.com 623


bergelar Sam Liu Taisu, bolehkah Lolap mengetahui nama
Siecu yang mulia ?"
Orang tua itu meng-gerak2kan seruling ditangannya, ia
menghela napas sambil memandang jauh sekali, katanya
kemudian. "Mega telah buyar, air telah mengalir, angin telah
bersilir pergi, begitu juga halnya dengan diriku Taisu, maka
aku telah mempergunakan nama Yin Sui Hong, itulah namaku,
Taisu...!"
Pendeta itu mengangguk.
"Dan dari nama Siecu, memang diketahui bahwa Siecu
memiliki pengetahuan yang luas dan mengerti akan
keindahan......." kata pendeta tersebut.
"Tetapi sayang sekali, walaupun namaku Yin Sui Hong,
kenyataannya aku tidak bisa untuk hidup tenang seperti Mega,
Air dan Angin....... dimana aku selalu diliputi oleh pergolakan
yang tidak hentinya, oleh banjir darah, oleh pertempuran, oleh
pertikaian, dan oleh segala macam persoalan di dalam rimba
persilatan........!” dan setelah berkata begitu, kembali Yin Sui
Hong menghela napas dalam2, ia memandang jauh sekali,
kearah gumpalan awan yang tengah bergeser sedikit diatas
langit.
Pendeta itu tertawa, dengan ramah ia berkata : "Tetapi
Siecu tentu memaklumi, bahwa mega tidak selamanya
bergumpal dan menjadi satu dalam bentuknya yang tetap,
karena akan pecah dan berobah2 dalam berbagai bentuk, begitu
pula hal dengan air yang mengalir, baru melewati berbagai batu
dan kerikil, dimana harus berliku2 menuruti bentuk dari sungai
atau laut yang ditempati. Semakin luas tempat yang
didiaminya, yaitu jika saja ia berdiam di laut, berarti ia harus
berani menjadi gelombang yang dahsyat penuh dengan segala
kekuatan yang ada, menerjang karang2 yang keras dan kuat.
Dan begitu pula halnya dengan angin, tidak selamanya bersilir

Koleksi kang zusi.com 624


dengan lembut menyenangkan, tetapi sering juga harus
berhembus dengan keras dan kuat, menjadi badai dan tofan
yang mengerikan. Maka Siecu tidak ada sesuatu didunia ini
yang akan kekal abadi, kita harus dapat melihat kenyataan ini
dan dapat menyesuaikan diri....!"
Yin Sui Hong termenung sejenak, seperti juga meresapi
perkataan pendeta tersebut, tetapi tiba2 sekali ia memukul
pahanya dengan serulingnya, mukanya menjadi cerah,
kemudian memasukkan serulingnya pada libatan ikat
pinggangnya, merangkapkan tangannya, menjura memberi
hormat kepada pendeta itu, Sam Liu Taisu.
"Terima kasih, terima kasih...!" kata Yin Siu Hong
kemudian dengan wajah berseri2. "Taisu telah membuka mata
dan pikiranku.....terima kasih atas kata-kata petuah Taisu !" dan
Yin Sui Hong telah membungkukkan tubuhnya sampai tiga
kali.
Sam Liu Taisu telah tersenyum, dengan ramah ia berkata :
"Ya, begitu pula halnya dengan manusia, tidak selamanya ia
akan hidup tenang, juga akan mengalami pergolakan disuatu
saat, tidak selalu selamanya gembira, terkadang ia akan
berduka, tidak selamanya ia akan tidur, karena suatu kali ia
akan terbangun. Dan juga tidak selamanya ia akan berdiam
diri, karena suatu saat ia harus menggerakkan kedua tangan dan
kakinya, tidak selamanya harus memandang keindahan, karena
suatu saat ia harus memandang keburukan yang ada. Maka dari
itu Siecu, tidak selamanya pula Siecu dapat mengecap
ketenangan yang diharapkan Siecu, karena suatu saat Siecu
juga harus berani menghadapi pergolakan. Tidak bisa pula
Siecu mendambakan kemuliaan jika memang Siecu belum juga
merasakan penderitaan. Tidak mungkin pula Siecu dapat
mengharapkan kesempurnaan jika memang Siecu belum juga
dapat membersihkan hati dari segala kekotoran yang ada....!"
Panjang lebar Sam Liu Taisu sudah memberikan penjelasan.

Koleksi kang zusi.com 625


Kembali Yin Sui Hong telah merangkapkan kedua
tangannya menjura mengucapkan terima kasih.
"Sekarang aku Yin Sui Hong baru menyadari, bahwa semua
itu yang disebut hidup. Dan memang dalam keadaan detik ini,
diwaktu sekarang kita bernapas, merupakan apa yang disebut
hidup, tanpa memandang kemarin dan esok. Hidup itu adalah
saat ini sekarang ini. Terima kasih Taisu, terima kasih......
mataku telah terbuka lebar, pikiranku telah terbuka oleh petuah
Taisu.... dan memang hidup ini harus diterima dengan
kenyataan yang ada pada sekeliling kita....!" dan dengan wajah
yang puas, Yin Sui Hong telah bernyanyi dengan suara yang
nyaring menyatakan kegembiraan hatinya.
Sam Liu Taisu tampak gembira telah bisa memberikan
petuah yang bisa diterima oleh Yin Sui Hong, ia hanya
mengawasi dengan bersenyum.
Namun belum lagi Yin Sui Hong selesai dengan nyanyian
itu, telah terdengar seseorang mendesis dengan suara yang
menghina : "Cisss......manusia tua yang sudah mau mampus
masih membayangkan kesempurnaan dan kegembiraan.......!"
dan membarengi dengan perkataan itu, tampak berkelebat
sesosok bayangan yang gesit sekali, tubuhnya bergerak begitu
ringan dan juga hinggap dihadapan Yin Sui Hong dan Sam Liu
Taisu tanpa menimbulkan suara. Ternyata ia seorang wanita
berusia antara lima puluh tahun, rambutnya dikonde dan
diberikan perhiasan dibeberapa bagian, disamping itu parasnya
masih cukup cantik, sisa-sisa kecantikan dimasa mudanya.
Dipinggangnya tampak tergantung sebilah pedang panjang,
dengan gaunnya yang berwarna jingga dan angkin yang
berwarna merah.
"Kau......Kie-san Nio-cu (Nyonya dari Kie-san) Thio Su
Ing?" tanya Yin Sui Hong dengan suara seperti terkejut.

Koleksi kang zusi.com 626


Wanita tua itu, Thio Su Ing telah tertawa dengan suaranya
yang nyaring.
"Sudah kukatakan, kemana saja kau pergi, tetap akan
kukejar......jangan harap engkau terlepas dari tanganku !"
katanya.
"Tua bangka yang sudah mau mampus seperti engkau
masih hendak mencicipi ketenangan? Hmm, jangan harap!
Jangan harap! Sebelum kau mampus, jangan harap kau akan
kulepaskan!"
Muka Yin Sui Hong jadi berobah berduka, ia berkata
dengan suara yang tawar: "Hubungan kita telah putus dengan
yang lain, kita sudah tidak memiliki hubungan apa2 lagi,
mengapa engkau selalu mengintili aku terus?"
"Ha ha ha...." tertawa Thio Su Ing dengan suara yang
nyaring. "Engkau memang sudah bukan apa2ku lagi, engkau
juga seorang manusia yang telah menghancurkan hidupku!
Aku mencintaimu, tetapi engkau mempermainkan aku.... dan
kini, dikala kita sudah sama2 tua, engkau hendak memisahkan
diri begitu saja....maka sebelum engkau terbinasa, jangan harap
engkau bisa melepaskan diri dariku....!"
Yin Sui Hong menghela napas lagi. Ia menoleh kepada Sam
Liu Taisu, katanya dengan suara yang mengandung
penyesalan: "Seperti Taisu lihat.... telah lebih dari sepuluh
tahun wanita ini selalu mengejar-ngejar diriku....bahkan tidak
jarang dengan mempergunakan akal licik ia hendak men-
celakaiku, dan juga tidak jarang pula ia menimbulkan urusan
didalam rimba persilatan dengan menjual namaku, sehingga
banyak orang-orang rimba persilatan yang mencari diriku, yang
membuat seringnya terjadi pertempuran antara aku dengan
orang-orang rimba persilatan, dan akhirnya menimbulkan
permusuhan-permusuhan diantara kami....! Hemm, seperti apa
yang Taisu katakan tadi, bahwa semua itu tidak ada yang kekal

Koleksi kang zusi.com 627


abadi, maka ketenangan yang baru saja kuperoleh tadi telah
lebih dari cukup menggembirakan hati, walaupun kini aku
harus menghadapi pergolakan lagi....!"
Dan setelah berkata begitu, tanpa menanti jawaban Sam Liu
Taisu, Yin Sui Hong telah menoleh kepada Thio Su Ing,
katanya: ”Baiklah, sekarang katakanlah, apa yang kau
kehendaki ?"
Thio Su Ing telah tertawa terbahak-bahak, sampai tubuhnya
tergoncang, kemudian katanya dengan suara yang dingin:
"Hemmm, kau menanyakan apa yang diinginkan? Baik ! Baik !
Sejak dulu aku telah mengatakan, bahwa aku menghendaki
jiwamu !"
Dan berbareng dengan perkataannya itu Thio Su Ing telah
meraba gagang pedangnya dan kemudian mencabutnya, ia
telah menggerakkan pedangnya tersebut ditengah udara,
sehingga memperdengarkan suara mendengung yang sangat
nyaring, membuktikan bahwa ia memiliki tenaga lwekang yang
mahir.
Sam Liu Taisu telah mengawasi dengan sorot mata yang
bimbang, ia telah melihat bahwa Yin Siu Hong dengan Thio Su
Ing rupanya dulu memiliki hubungan satu dengan yang
lainnya, maka dari itu, untuk sementara waktu lamanya ia tidak
bisa mengucapkan kata-kata, selain hanya mengawasi saja.
Sedangkan Yin Sui Hong telah bersenyum pahit, katanya:
"Telah ratusan kali kita selalu bertanding, sesungguhnya jika
memang aku hendak mencelakai dirimu, sama mudahnya
seperti membalik telapak tanganku....tetapi engkau benar2
tidak tahu diri dan selalu mendesak diriku demikian rupa.......!"
Tetapi belum lagi Yin Sui Hong selesai dengan
perkataannya itu, diwaktu itulah Thio Su Ing telah
mengeluarkan suara bentakan nyaring: "Awas serangan.......!"
pedangnya telah berkelebat dengan cepat, dimana mata pedang

Koleksi kang zusi.com 628


yang tajam berkilauan itu telah menyambar kearah dada Yin
Sui Hong, gerakan yang dilakukannya selain cepat juga
merupakan jurus yang mematikan.
Tetapi Yin Sui Hong memang memiliki kepandaian yang
tinggi, karena serangan yang mematikan seperti itu, yang
datangnya begitu cepat dan dahsyat, dengan mudah ia telah
berhasil mengelakkannya, tubuhnya melejit kesamping kanan
sejauh lima tombak.
Namun Thio Su Ing juga tidak mendiamkan begitu saja,
begitu melihat tikamannya yang pertama gagal, cepat sekali ia
telah melangkah kekanan dua tindak, lalu pedangnya
menyambar dengan miring kearah perut Yin Sui Hong, gerakan
itu juga merupakan jurus yang bisa mematikan. Dengan
demikian, telah membuat Yin Sui Hong tidak bisa berlaku ayal,
karena jika ia terlambat mengelakkan diri, jelas akan membuat
dirinya bercelaka ditangan Thio Su Ing.
Cepat dan gesit sekali ia berkelit, dan kemudian
mempergunakan seruling ditangan kanannya itu, diketuknya
perlahan pedang tersebut, dan terdengar suara "Tranggg....!"
dan Thio Su Ing merasakan telapak tangannya pedih, serta
pedangnya itu tergetar, karena memang ketukan seruling yang
dilakukan oleh Yin Sui Hong mengandung kekuatan lwekang
yang tangguh sekali.
Thio Su Ing mengeluarkan suara seruan tertahan, tubuhnya
cepat melompat ke tengah udara beberapa tombak, sambil
memutar pedang panjangnya yang berkelebat2 menyambar
kearah Yin Sui Hong.
Gerakan yang dilakukan oleh Thio Sui Ing merupakan
tikaman pedang dengan mempergunakan jurus "Seratus Mata
Pedang" membuat pedangnya itu tergetar keras sekali dan mata
pedang itu telah berobah menjadi banyak mengincar berbagai
bagian tubuh Yin Sui Hong, karena pedang itu digetarkan, dan

Koleksi kang zusi.com 629


sesuai dengan nama jurus tersebut, yaitu "seratus Mata
pedang", maka mata pedang ditangan Thio Sui Ing tersebut
seperti telah berobah menjadi seratus banyaknya, mengincar
jalan2 darah mematikan tubuh lawannya!
Yin Sui Hong tidak merasa jeri menghadapi tikaman aneh
seperti itu, karena ia telah mengetahui dengan betul sampai
berapa tinggi kepandaian yang dimiliki oleh wanita yang
pernah menjadi isterinya tersebut.
@-dewikz~Hendra-@

Jilid 18
MAKA ia telah berkelit dengan gerakan seperti orang yang
sempoyongan mabok arak, tubuhnya bergoyang kekiri dan
kekanan tidak hentinya, dan diwaktu itu ia juga telah beberapa
kali mempergunakan serulingnya untuk menangkis. Cepat
sekali serulingnya itu telah menghantam berulang kali,
membuat pedang Thio Su Ing seperti tergetar dan sering
hampir terlepas dari cekalannya.
Begitulah, kedua orang ini terus juga bertempur dengan
saling mengeluarkan tenaga dan kepandaian mereka, terutama
sekali Thio Su Ing yang telah mempergunakan ilmu
pedangnya, dimana ia mempergunakan Kiam-hoat, ilmu
pedang yang paling istimewa yang dimilikinya.
Sinar pedang itu ber-gulung2 menyambar kepada Yin Sui
Hong. Walaupun memang tampaknya ia tidak bisa merubuhkan
Yin Sui Hong, kenyataannya memang terlihat jelas betapa ia
berlaku nekad, sehingga dengan kenekadannya itu, ia memaksa
Yin Sui Hong harus berlaku hati2, karena Yin Sui Hong tidak
mau terbinasa atau bercelaka bersama dengan lawannya.

Koleksi kang zusi.com 630


Sam Liu Taisu yang melihat jalannya pertempuran tersebut,
menghela napas. Ia akhirnya merangkapkan kedua tangannya
sambil memuji kebesaran sang Buddha : "Omitohud!
Omitohud! Hentikanlah......hentikanlah!"
Tetapi Thio Su Ing yang tengah memutar pedangnya
tersebut sama sekali tidak memperdulikan teriakan Sam Liu
Taisu, ia terus dengan gencar meluncurkan tikaman dan
tabasan pedangnya itu pada lawannya.
Yin Sui Hong ketika mendengar teriakan Sam Liu Taisu,
cepat-cepat berkata : "Baik Taisu......!" lalu ia menggerakkan
serulingnya dengan cepat, seperti kitiran, dimana berulang kali
serulingnya menyampok pedang Thio Su Ing, sehingga
terdengar suara berkerontangan nyaring.
Kali ini Yin Sui Hong telah menggerakkan tujuh bagian
tenaga lwekangnya yang disalurkan pada serulingnya itu,
sehingga serulingnya tersebut kuat sekali, walaupun
membentur pedang Thio Su Ing, tokh yang tergetar adalah
pedang lawannya, dan memaksa Thio Su Ing melompat
mundur untuk membenarkan cekalan pedangnya.
Mempergunakan kesempatan tersebut tampak Yin Sui
Hong telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat
kebelakang, dengan cepat ia menghampiri Sam Liu Taisu, lalu
katanya : "Taisu.... rupanya wanita itu memang harus
disingkirkan....!"
Tetapi Sam Liu Taisu telah menggelengkan kepalanya
beberapa kali, sambil katanya : "Omitohud.... sabar... sabar....!"
dan kemudian menoleh kepada Thio Su Ing, sambil katanya :
"Nyonya.... dapatkah nyonya menahan diri sebentar ?"
Muka Kie-san Nio-cu Thio Su Ing telah berobah merah
padam, bentaknya : "Keledai gundul, apakah engkau hendak
mencampuri urusan kami ?"

Koleksi kang zusi.com 631


Sam Liu Taisu tidak marah oleh bentakan Thio Su Ing,
dengan senyum penuh welas asih, ia berkata : "Jika memang
nyonya meneruskan pertempuran nyonya dengan Siecu itu,
tentu yang rugi adalah nyonya sendiri......tadi telah Lolap
melihat bahwa kepandaian nyonya masih berada dibawah
beberapa tingkat dari kepandaian Siecu itu......!"
Muka Kiesan Niocu jadi berobah merah padam karena
gusar, ia mengibaskan pedangnya :"Jika memang engkau ingin
merasakan tajamnya pedang Kie Niocu, maka terimalah
serangan ini......!" membarengi dengan perkataannya itu
tampak Kie san Niocu telah menggerakkan pedangnya, ia
menikam dengan cepat sekali ke dada Sam Liu Taisu. Gerakan
yang dilakukannya merupakan tikaman yang bisa mematikan.
Tetapi Sam Liu Taisu tetap berdiri tenang ditempatnya, ia
merangkapkan kedua tangannya, dan waktu itulah pedang Thio
Su Ing telah menikam lengan jubah pendeta tersebut. Tetapi
aneh sekali, lengan jubah yang terbuat dari kain itu seperti
telah berobah menjadi lempengan besi, karena waktu mata
pedang menikam mengenai tepat, terdengar suara "trang.....!"
dan sama sekali mata pedang itu tidak bisa menembusi lengan
jubah tersebut.
Ternyata Sam Liu Taisu telah mengerahkan lwekangnya
pada lengan jubahnya, sehingga lengan jubahnya itu telah
diselubungi oleh kekuatan tenaga dalamnya yang membuat
lengan jubah itu berobah seperti juga lempengan besi, yang
tidak tertembuskan oleh senjata tajam.
Jika saja Thio Su Ing memiliki lwekang yang lebih tinggi
dari pendeta tersebut, mungkin ia bisa memecahkan lwekang
yang menyelubungi lengan jubah tersebut dan melobanginya,
tetapi kenyataannya, lwekang dari Sam Liu Taisu lebih tinggi
dari Kie-san Niocu tersebut. Dengan demikian, sama sekali ia
tidak berdaya untuk menembusi lengan jubah itu
mempergunakan mata pedangnya. Berulang kali ia menyerang,
Koleksi kang zusi.com 632
berulang kali pula mata pedangnya ditangkis oleh Sam Liu
Taisu mempergunakan lengan jubahnya dan setelah pula
tikaman dari Kie san Niocu telah gagal menembusinya, karena
mata pedangnya itu seperti membentur lempengan besi yang
keras sekali, malah membuat tangannya jadi tergetar dan
pergelangan tangannya seperti menjadi lumpuh oleh
berbaliknya tenaga tikaman itu, memaksa Kie san Niocu
berulang kali harus melompat mundur dengan telapak tangan
terasa pedih.
Disaat Kie san Niocu menikam lagi dengan tikaman yang
jauh lebih kuat dan nekad, diwaktu itulah Sam Liu Taisu telah
mementang sedikit kedua tangannya, kemudian waktu pedang
nyonya itu menyambar dekat, ia merangkapkan kedua telapak
tangannya, pedang lawannya telah dijepit oleh kedua telapak
tangannya dan pedang itu tidak bisa meluncur lebih jauh,
tertahan ditelapak tangan Sam Liu Taisu!
Itulah lwekang yang telah tinggi dan mahir sekali, karena
Kie san Niocu walaupun telah menarik pulang pedangnya
dengan seluruh kekuatan lwekang, tokh ia tidak berhasil.
Begitu juga ketika ia mendorong untuk meneruskan
tikamannya, pedangnya itu tidak bergeming sama sekali.
Sam Liu Taisu telah bersenyum dengan sabar, sambil
katanya : "Nyonya, tenangkan hatimu, sabarlah.... dengarlah
dulu kata-kata Lolap.....!"
Tetapi Kie-san Nio-cu telah memperdengarkan suara
bentakan bengis : "Lepaskan pedangku.... biarlah aku akan
mengadu jiwa dengan engkau, keledai kepala gundul.....!" dan
dengan sekuat tenaganya Thio Su Ing menarik pedangnya,
namun tetap pedang itu tidak bergeming.
Sam Liu Taisu telah tertawa sabar, katanya : "Nyonya, tidak
ada manfaatnya kau menuruti nafsu angkara murkamu itu !”

Koleksi kang zusi.com 633


Tetapi muka Kie-san Niocu merah padam, dia penasaran
sekali, berulang kali ia telah menarik pulang pedangnya, tetap
tidak bergeming dari jepitan telapak tangan pendeta tersebut.
Waktu Kie-san Niocu tengah menarik pula dengan kuat
sekali, diwaktu itulah pendeta tersebut mendadak sekali
mengendorkan jepitan telapak tangannya.
Karena begitu mendadak, dan juga di waktu itu ia tengah
mempergunakan tenaga yang sangat kuat untuk menarik
pulang pedangnya, dengan sendirinya, telah membuat tubuh
Thio Su Ing kehilangan keseimbangan tubuhnya, hampir saja ia
jatuh terjengkang.
Untung saja Kie-san Niocu cepat memusatkan kekuatan
lwekang pada kedua kakinya, dengan demikian tubuhnya
seperti juga sebatang kayu yang akan kejengkang dan
kemudian balik berdiri lagi.
Sam Liu Taisu telah berkata, "Maaf, maaf......bukan maksud
Lolap hendak mempersakiti dirimu, nyonya......!"
Tetapi Kie-san Niocu telah mengeluarkan suara bentakan
nyaring, dengan penasaran sekali ia melancarkan tikaman-
tikaman lagi dengan pedangnya.
Rupanya Sam Liu Taisu sudah habis sabar melihat kepala
batunya nyonya itu.
"Baiklah nyonya......engkau tidak bisa diajak bicara secara
baik-baik ......!" kata Sam Liu Taisu, dan ketika pedang itu
menyambar datang, diwaktu itulah Sam Liu Taisu telah
menggerakkan tangan kanannya, dan mempergunakan jari
telunjuknya, untuk menyentil.
"Tringgg........!" pedang lawannya telah kena disentilnya
dengan keras sekali, dengan mempergunakan tenaga lwekang
pada jari telunjuknya, dan hebat kesudahannya, karena pedang
Kie san Niocu telah patah menjadi dua !

Koleksi kang zusi.com 634


Muka Kie-san Niocu jadi berobah merah padam dan pucat
pias bergantian. Ia kaget dan marah sekali, tetapi sekarang dia
hanya mencekal pedang buntung belaka, membuat ia jadi tidak
bisa menyerang kembali.
Sam Liu Taisu telah tersenyum, dengan suara yang sabar ia
berkata, "Nyonya........percuma saja engkau mengumbar
kemarahanmu, walaupun nyonya selalu menikam dan
menyerangnya dengan jurus2 yang mematikan. Karena itu,
nyonya juga harus mengerti, bahwa semua itu tidak akan
membawa suatu keuntungan bagi nyonya sendiri. Jika memang
nyonya berhasil membinasakan diri Siecu itu, berarti selembar
jiwa akan melayang, berarti menambah dosa nyonya saja.......!
Untuk apa? Bukankah lebih baik jika kalian bersahabat dengan
baik ?"
Muka Thio Su Ing berobah merah padam karena marah dan
penasaran, dengan suara yang serak diliputi oleh kemarahan, ia
telah berkata kepada Yin Sui Hong : "Bagus ! Rupanya engkau
memang mengandalkan pendeta gundul ini untuk menghadapi
aku ! Biarlah, kali ini kembali aku harus menyingkir darimu,
tetapi dilain waktu, aku pasti akan mencarimu untuk
memperhitungkan kembali urusan kita........!" dan setelah
berkata begitu, Thio Sui Ing telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya dengan ringan telah melayang ke tengah udara dan
berlari meninggalkan tempat tersebut, meninggalkan Yin Sui
Hong dan Sam Liu Taisu.
Sedangkan Yin Sui Hong menghela napas dalam dalam,
tampaknya ia berduka.
"Ia masih juga tidak mau mengerti....!” gumamnya dengan
suara yang mengandung kedukaan.
Sam Liu Taisu telah bersenyum sabar, tanyanya, "Bolehkah
Lolap mengetahui pangkal urusan yang sebenarnya antara
Siecu dengan nyonya itu ?"

Koleksi kang zusi.com 635


Yin Sui Hong tampak ragu2, tetapi setelah berdiam diri
sejenak, ia mengangguk: ”Ya, Taisu memang patut
mendengarkannya, nanti aku hendak meminta petunjuk dari
Taisu....!"
Sam Liu Taisu telah mengawasi Yin Sui Hong, pendeta
tersebut telah berkata dengan suara yang sabar: "Jika memang
urusan itu adalah urusan pribadi, maka tidak perlu Siecu
menceritakannya."
Yin Sui Hong telah menggeleng perlahan, kemudian
menghela napas.
"Dalam hal ini, sesungguhnya aku merasa yang telah salah
pilih teman hidup.... isteri itu yang bernama Thio Su Ing,
adalah seorang pendekar wanita yang memiliki kepandaian
tinggi. Diwaktu gadisnya, ia merupakan seorang gadis yang
cantik rupawan, dan waktu aku berkenalan dengannya, ia
merupakan seorang pendekar wanita yang sangat dihormati
oleh jago-jago rimba persilatan. Perkenalan kami itu, diawali
dengan pertempuran untuk mengadu ilmu yang dimenangkan
olehku, dan sejak saat itu Thio Su Ing jatuh cinta padaku. Dan
memang aku pun sangat mencintainya. Tetapi disamping
diriku, rupanya banyak pemuda lainnya yang menaruh hati
pada Thio Su Ing, dimana mereka jadi menaruh perasaan tidak
senang terhadap hubungan kami dan berusaha untuk
merintanginya. Namun kami bisa menghadapi mereka dengan
baik, mengatasi persoalan itu tanpa perlu jatuh korban....."
bercerita sampai disitu, Yin Sui Hong telah menghela napas
dalam dalam, ia memandang jauh sekali, seperti juga tengah
mengenang peristiwa-masa silamnya.
Sam Liu Taisu hanya mengawasi saja.
"Dan," melanjutkan pula Yin Sui Hong kemudian,
"Kamipun telah menikah, puluhan tahun kami menjadi suami
istri, kami hanya bisa mencurahkan seluruh waktu dan

Koleksi kang zusi.com 636


perhatian kami melatih ilmu silat kami yang memperoleh
kemajuan pesat sekali. Tetapi sejauh itu, kami tidak dikaruniai
keturunan. Ia yang telah mengecewakan kami. Hidup kami
terasa kosong, sunyi dan tidak terdapat kegembiraan lain,
selain hanya melatih ilmu silat memperdalamkan kepandaian
kami belaka....Sampai akhirnya diantara kami berdua sering
timbul pertengkaran2 yang memang sering diawali oleh
masalah anak... Tetapi akhirnya pertengkaran2 itu menjalar
kebidang lain, dimana setiap hari kami bertengkar dan akhirnya
kami sering mempergunakan ilmu silat kami untuk bertempur.
Tentu saja aku selalu mengalah, walaupun isteriku selalu
melancarkan serangan dengan nekad setiap kali ia berada da-
lam kemarahan yang sangat....dan peristiwa seperti itu terjadi
sampai puluhan, bahkan ratusan kali, akhirnya aku merasa
bahwa di antara kami tidak terdapat kecocokan lagi...hidup
dalam pertengkaran2 terus menerus merupakan siksaan yang
tidak kecil, maka aku telah memutuskan untuk berpisah saja.
Tetapi Thio Su Ing, isteriku itu, tetap dengan keadaannya,
selalu hendak bertengkar denganku, tetapi juga tidak mau
diceraikan........ maka dari itu, aku dalam keadaan yang sulit
sekali. Jika memang setiap hari aku harus bertengkar dan
bahkan bertanding ilmu silat, melayani perangai isteriku itu,
apalah gunanya semua itu...... dan setelah dapat bertahan
sepuluh tahun lagi, akhirnya aku memutuskan, untuk
mengambil keputusan tegas, kutinggalkan isteriku itu.........aku
berusaha bersembunyi di tempat sunyi dan isteriku tentu tidak
akan mengetahui jejakku, karena aku bermaksud melewati
hari-hari tuaku dengan tenang. Tetapi rupanya memang isteriku
itu selalu dapat saja mengikuti jejakku, maka ia bagaikan
bayanganku belaka, dimana aku berada, disitu pula ia ada.
Maka setiap kami berjumpa, selalu pula kami bertempur, malah
akhirnya kami seperti juga dua orang yang bermusuhan
hebat......!"

Koleksi kang zusi.com 637


Dan Yin Sui Hong menghela napas dalam-dalam lagi,
wajahnya murung bukan main.
Sam Liu Taisu menghela napas juga, ia merasa kasihan
terhadap nasib dari orang she Yin tersebut. Tetapi pendeta ini
berdiam diri saja, ingin mendengarkan terus cerita dari orang
she Yin tersebut.
"Dan seperti apa yang Taisu lihat, tadi kami telah bertemu
lagi......dan bagaikan seorang musuh besar, isteriku telah
menyerangku dengan jurus-jurus silat yang bisa mematikan.
Dan memang begitulah aku selalu melayaninya, berusaha
memberikan pengertian padanya...... kenyataannya ia selalu
keras kepala, dari perasaan cintanya terhadapku, rupanya kini
telah beralih menjadi suatu perasaan marah dan dendam, sakit
hati, dan juga benci...... sulit sekali aku memberikan pengertian
padanya, bahwa apa yang kulakukan dulu itu hanya untuk
kepentingan kami berdua, agar kami bisa memperoleh
ketenteraman dengan adanya perpisahan itu, tanpa perlu setiap
hari dibuntuti oleh pertengkaran-pertengkaran yang tiada
hentinya.....!"
Selesai bercerita sampai disitu, Yin Sui Hong telah
memandang kepada Sam Liu Taisu tanyanya : "Lalu menurut
pandangan Taisu cara bagaimana sebaiknya yang kulakukan
untuk menyadari isteriku itu, bahkan aku menghendaki agar
kami tetap bersahabat baik walaupun kami telah berpisah,
janganlah menjadi pasangan musuh yang bagaikan memiliki
dendam yang tiada habisnya......!"
Sam Liu Taisu menghela napas dalam-dalam.
"Itu hanya disebabkan oleh tindakan Siecu yang melakukan
segalanya menuruti isi hatimu sendiri......mengapa dulu Siecu
meninggalkannya begitu saja? Bukankah ada baiknya jika
Siecu berusaha untuk memberikan pengertian padanya.
Masalah anak, jika memang kalian tokh tidak mungkin lagi

Koleksi kang zusi.com 638


memperoleh keturunan, itu sudah nasib kalian.... dan kalian
boleh saja memungut anak, dan mendidiknya dengan baik.
Dengan demikian, kekosongan dalam hidup kalian berdua akan
terisi dengan baik !"
Yin Sui Hong menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia
menghela napas lagi, wajahnya tetap murung.
"Dalam persoalan ini, seperti apa yang telah kukatakan tadi,
bahwa memang aku mengakui kesalahan berada dalam ta-
nganku. Dulu, karena aku tidak memikirkan akibatnya akan
berakhir seperti sekarang ini, dimana kami menjadi dua orang
yang seperti dilibat permusuhan yang tidak berkesudahan....!"
"Jika memang urusan telah terjadi demikian, mengapa
Siecu tidak berusaha untuk memberikan pengertian kepada
nyonya itu, agar ia mau mengerti akan kesulitanmu itu?" tanya
Sam Liu Taisu.
Yin Sui Hong menghela napas dalam2.
"Seperti yang Taisu saksikan, betapa ia sulit sekali
diberikan pengertian..dan setiap kali kami bertemu, tentu ia
tidak pernah memberikan kesempatan kepadaku untuk
memberikan penjelasan padanya, dan ia selalu melancarkan
serangan2 yang mematikan!"
Sam Liu Taisu berdiam sejenak, seperti juga tengah
berpikir, sampai akhirnya ia berkata, "Atau memang Siecu
tidak pernah berpikir, bahwa kalian bisa rujuk kembali ?"
Yin Sui Hong menghela napas dalam.
"Memang sejak berpisah dengan isteriku aku tidak menikah
lagi, dan begitu juga halnya dengan isteriku itu, ia tidak
menikah lagi...... tetapi kukira, kami telah sama sama berusia
lanjut, telah lebih dari dua puluh tahun kami berpisah, dan
kukira.....untuk rujuk, itulah suatu hal yang benar-benar tidak

Koleksi kang zusi.com 639


dapat kami lakukan...... kami malu oleh diri kami sendiri......
dan itulah suatu hal yang kukira tidak mungkin, Taisu....!"
Sam Liu Taisu telah tertawa sambil katanya, "Jika memang
demikian, Lolap juga tidak bisa mengatakan apa apa......!"
Yin Sui Hong menghela napas, ia menengadah memandang
langit, kemudian menggumam perlahan : "Ya, semuanya
berlalu begitu cepat....... kini kami sama sama telah tua.......
sedangkan aku hampir tujuh puluh tahun......dan dia......dia
telah hampir enam puluh tahun ! Usia yang tidak muda lagi,
dan sebentar lagi kami akan masuk kubur.....mengapa pula
kami harus meneruskan ganjalan yang tidak ada artinya sama
sekali ini ? Mengapa ? Bukankah terlebih baik kami
mempergunakan sisa waktu kami untuk mengambil murid,
mewariskan seluruh kepandaian kami kepada murid itu, agar ia
menjadi manusia yang berguna untuk sesama manusia......”
"Itulah pemikiran yang baik.....” kata Sam Liu Taisu. "Jika
memang Siecu dan nyonya itu bisa memiliki pemikiran yang
sama seperti itu, tentu urusan bisa diselesaikan dengan baik.
Memang disebabkan usia kalian yang telah lanjut, telah sama2
tua, masalah rujuk sudah tidak berarti banyak, namun dapat
hidup bersama dengan tenang dan akur, bukankah itu
merupakan urusan yang menggembirakan, membahagiakan,
dapat ber-sama2 mencurahkan seluruh sisa hidup kalian untuk
melakukan suatu kebaikan dengan mengambil seorang murid
dan menurunkan seluruh kepandaian kalian, Lolap kira
tentunya murid itupun akan menjadi jago yang memiliki
kepandaian tangguh........!"
Yin Sui Hong telah merangkapkan kedua tangannya, ia
menjura memberi hormat, sambil katanya, "Baiklah...... Taisu
telah cukup banyak memberikan wejangan kepadaku, dan
mungkin kelak aku akan berusaha mencari isteriku itu, untuk
berusaha memberikan pengertian padanya, syukur kalau ia bisa
menerima kenyataan yang ada!"
Koleksi kang zusi.com 640
Dan setelah berkata begitu, Yin Sui Hong pamitan untuk
berlalu kepada hweshio yang sabar dan memiliki kepandaian
tinggi tersebut.
Sam Liu Taisu hanya mengawasi kepergian orang tua itu
dengan tatapan mata memancarkan belas kasih, karena pendeta
ini mengetahui, kedukaan yang tengah menggeluti hati Yin Sui
Hong. "Inilah suatu segi dari sekelumit perjalanan
hidup.......dan tidak bisa diingkari lagi, menanam sesuatu akan
memetik buahnya, menanam semangka akan memperoleh
buahnya, menanam kericuhan, akan memperoleh
persoalan........!"
Setelah menggumam begitu, Sam Liu Taisu melangkah
perlahan-lahan meninggalkan tempat itu juga.
Pendeta tersebut telah menuju kepuncak gunung, ia
memang datang ke gunung Siong San hendak menikmati
keindahan alam digunung itu.
Samar-samar ia mendengar gemercik air, pendeta tersebut
segera menduga pada sebuah air terjun dipuncak gunung itu. Ia
segera mempercepat langkahnya dan memang tidak jauh dari
tempatnya berada, tampak sebuah air terjun, walaupun tidak
begitu tinggi, tetapi menambah keindahan alam di sekitar
tempat tersebut, yang tenang sekali, udara yang sejuk dan juga
pohon-pohon bunga yang banyak bertumbuhan ditempat itu
menyiarkan harum semerbak.........
Namun, sebagai seorang hweshio yang memiliki
kepandaian tinggi, Sam Liu Taisu segera mendengar suara
sesuatu yang agak aneh. Terdengarnya samar, tetapi ia bisa
mengetahui itulah suara pecahnya dari batu-batu yang menjadi
hancur karena hantaman sesuatu yang keras sekali. Setelah
berdiri sejenak ditempatnya mendengarkan sesaat suara yang
aneh tersebut, akhirnya Sam Liu Taisu mengetahui bahwa

Koleksi kang zusi.com 641


suara pecahnya batu-batu itu berasal dari balik air terjun
tersebut.
Segera Sam Liu Taisu menjejakkan kakinya, tubuhnya
melompat gesit mendekati air terjun tersebut.
Air yang turun kebawah itu seperti juga sutera putih yang
halus sekali, suara air terjun yang menimpa batu-batu
dibawahnya juga terdengar semakin keras dan berisik waktu
Sam Liu Taisu tiba didekatnya, namun suara pecahnya batu-
batupun dapat didengarnya lebih jelas.
Sam Liu Taisu mengawasi dengan sorot mata tajam
menyelidik, mengawasi sekitar tempat itu. Dan akhirnya, ia
melihat dibalik dari tirai air terjun tersebut tampak sesosok
bayangan yang tengah menggerak-gerakkan kedua tangannya,
menghantam batu batu yang besar dan menimbulkan suara
yang keras dari pecahnya batu yang terpukul itu.
Sam Liu Taisu mendekati beberapa langkah, kemudian
melompat menerjang tirai air terjun, ia tiba disebuah tempat
yang cukup luas, merupakan tempat yang berbatu batu.
Orang yang berada dibalik tirai air terjun tersebut ternyata
seorang pendeta asing, yang bertubuh tinggi dan berhidung
mancung.
Sedangkan pendeta asing tersebut, ketika melihat
kedatangan Sam Liu Taisu, telah menoleh dan bersenyum
ramah, kemudian merangkapkan kedua tangannya memberi
hormat: "Siapakah Taisu.......? Tentu ada keperluan yang
hendak Taisu sampaikan kepada Siauwceng......?" katanya
dengan suara yang sabar dan ramah.
Sam Liu Taisu tidak segera menyahuti, karena matanya
terbeliak melihat pemandangan yang ada ditempat itu yaitu
batu batu yang telah hancur sebagian menjadi bubuk dan
sebagian lagi merupakan pecahan batu batu kerikil yang kecil

Koleksi kang zusi.com 642


kecil. Yang membuat Sam Liu Taisu terkejut, karena dengan
adanya pemandangan seperti itu, ia bisa menarik kesimpulan
bahwa pendeta asing yang berusia diantara tiga puluh tahun
lebih itu, memiliki ilmu pukulan yang hebat sekali. Apa lagi
tadi Sam Liu Taisu masih sempat melihat betapa pendeta asing
tersebut hanya memukul dengan telapak tangan kosong belaka
menghancurkan batu itu. Dengan demikian, tentunya pendeta
asing itu bukan orang sembarangan.
Setelah tersadar dari tertegunnya, Sam Liu Taisu cepat2
merangkapkan kedua tangannya membalas hormat pendeta
asing tersebut.
"Kebetulan sekali Lolap lewat ditempat ini dan tertarik oleh
keindahan alam disekitar tempat ini," kata Sam Liu Taisu
kemudian. "Dan tidak disangka2 akan bertemu dengan seorang
sakti seperti Taisu...!"
Pendeta asing itu telah bersenyum dengan sikapnya yang
rendah, kemudian katanya: "Sesungguhnya Siauw-ceng
melewati waktu senggang ditempat ini! Seperti apa yang
dikatakan oleh Taisu, bahwa tempat ini memang memiliki
pemandangan yang indah... Sungguh menyenangkan untuk
berdiam ditempat indah seperti ini....!"
"Siapakah Taisu??” tanya Sam Liu Taisu setelah
mengawasi pendeta asing tersebut sejenak lamanya.
Pendeta asing itu telah merangkapkan kedua tangannya
lagi, ia menyahuti sambil memberi hormat: "Siauw-ceng
berasal dari Thian tiok (India), dan bernama Gunal Sing. tetapi
sahabat sahabat didaratan Tionggoan ini memberikan gelaran
kepada Siauwceng dengan sebutan Tat Mo Cauwsu !"
"Tat Mo Cauwsu ?" tanya Sam Liu Taisu dengan mata yang
terbuka lebar. "Orang yang begitu terkenal sekali, yang akhir-a-
khir ini telah menggemparkan rimba persilatan dengan segala
tindak tanduknya yang membela kebenaran....! Tidak Lolap

Koleksi kang zusi.com 643


sangka akan bertemu dengan orang liehay dan sakti itu
ditempat ini, sunggah merupakan jodoh Lolap yang baik
sekali....!"
"Taisu terlalu memuji...!" Tat Mo Cauwsu cepat-cepat
merendahkan diri.
Sam Liu Taisu telah memperlihatkan sikap yang
bersungguh-sungguh, katanya: "Memang sebenarnya, Lolap
telah banyak mendengar perihal sepak terjang Taisu..... dan
terutama tahun-tahun terakhir ini, di mana banyak orang-orang
gagah rimba persilatan yang merasa kagum dan hormat kepada
Taisu.....! Memang telah lama juga Lolap mengandung niat
hendak bertemu dengan Taisu, guna bertukar pikiran, namun
selama itu belum juga memiliki kesempatan untuk bertemu
dengan Taisu....”
Tat Mo Cauwsu kembali merendah, lalu katanya :
"Sungguh menggembirakan ditempat ini Siauwceng bisa
bertemu dengan orang yang sama-sama memeluk agama
Buddha, dan tentunya kita bisa bercakap-cakap dengan
menggembirakan......”
Sam Liu Taisu mengangguk.
"Ya, seperti yang telah Lolap katakan bahwa Lolap hendak
bertukar pikiran dengan Taisu...maka kesempatan yang kali ini
ada dimana Lolap bisa bertemu dengan Taisu merupakan hal
yang menggembirakan sekali, Lolap bergelar Sam Liu
Taisu....!''
Beginilah, kedua pendeta tersebut, yang seorang pendeta
asing dari India sedangkan yang seorangnya lagi adalah
pendeta dari daratan Tionggoan, telah bertemu dan gembira
sekali saling tukar pikiran.
Pertama-tama yang mereka bicarakan adalah urusan agama,
untuk melihat persamaan-persamaan dan kelainan2 yang

Koleksi kang zusi.com 644


terdapat pada pelajaran agama Buddha di India maupun agama
Buddha didaratan Tionggoan.
Dan mereka bisa melihat betapa banyaknya persamaan
pandangan2 mereka untuk agama mereka yang memang sama
itu, hanya bedanya Tat Mo Cauwsu memiliki pengetahuan
yang jauh lebih luas dan juga memiliki pandangan yang benar2
mendalam untuk agama tersebut. Dan Sam Liu Taisu sendiri
menyadari, bahwa ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan
pendeta India ini, karena bukankah agama Buddha bersumber
dari negerinya Tat Mo Cauwsu itu ?
Akhirnya, Sam Liu Taisu lebih banyak bertanya kepada Tat
Mo Cauwsu, dimana masih banyak pelajaran sang Buddha
yang tidak dimengerti oleh Sam Liu Taisu. Tetapi setelah Tat
Mo Cauwsu membentangkan dan memberikan tafsiran2nya
yang mendalam, terbukalah pikiran dan pandangan Sam Liu
Taisu. Betapa kagumnya Sam Liu Taisu terhadap pendeta dari
India ini, yang walaupun usianya jauh lebih muda dari dia,
namun memiliki pengetahuan yang begitu mendalam untuk
agama mereka.
"Apakah Taisu juga mempelajari ilmu silat Tionggoan?"
tanya Sam Liu Taisu kemudian, aambil melirik kepada
hancuran batu-batu yang tadi telah dipukul hancur oleh Tat Mo
Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu bersenyum.
"Memang, selain Yoga dan ilmu berkelahi dari daratan
India, Siauwceng juga telah mengubah ilmu silat yang
disesuaikan dengan daratan Tionggoan ini....! Ilmu berkelahi
dari negeri Siauwceng merupakan ilmu berkelahi yang
dicampur dengan keakhlian menguasai ilmu yoga....Dan Taisu
maksudkan ilmu silat itu dalam hal bertangan kosong atau
bersenjata tajam ?"
"Kedua-duanya.....!"

Koleksi kang zusi.com 645


"Ohhh, itulah merupakan suatu hal yang terlalu luas untuk
diungkapkan, Siauw ceng akan berusaha mengungkapkan
singkatnya saja. Ilmu berkelahi seperti itu, yaitu dengan
bertangan kosong, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
ilmu berkelahi dengan menggunakan senjata tajam.......maka
dari itu, dalam hal ini, harus diperhatikan dengan seksama,
seperti yang Taisu tentunya mengetahui, didaratan Tionggoan
umumnya mengandalkan ilmu berkelahi dengan
mempergunakan senjata tajam, yang dianggap lebih unggul
dari ilmu berkelahi dengan mempergunakan tangan kosong.
Namun justru kami di India lebih mementingkan ilmu
berkelahi dengan tangan kosong, yaitu dengan disertai latihan
Yoga. Namun setelah bertahun-tahun Siauw-ceng mengembara
didaratan Tionggoan, Siauw-ceng telah berhasil meneliti
seluruh sari ilmu silat yang terdapat dinegeri ini, yang
kemudian Siauw-ceng mengubahnya menjadi semacam ilmu
silat yang mungkin bisa dipelajari oleh jago-jago daratan
Tionggoan ini dikemudian hari.........!"
"Jadi maksud Taisu, ilmu yang Taisu ciptakan itu lebih
mementingkan ilmu pukulan tangan kosong........?" tanya Sam
Liu Taisu.
"Itupun tidak benar keseluruhannya...!" menyahuti Tat Mo
Cauwsu. "Dalam ilmu pukulan, tanpa disertai dengan latihan
tenaga dalam yang mahir, tentu akan menyebabkan sia sia
belaka seseorang mempelajari ilmu pukulan tangan kosong
itu...... dengan demikian, harus dimengerti oleh Taisu, yang
diutamakan adalah latihan tenaga dalam, kemudian diolah
menjadi semacam kekuatan yang meresap kedalam diri kita,
sehingga leluasa kita untuk mempergunakannya. Apa yang
disebut lunak, bisa kita robah menjadi keras dan yang keras
bisa kita robah menjadi lunak...... itulah semacam sari pelajaran
yang akan Siauwceng siarkan.....!"

Koleksi kang zusi.com 646


"Bisakah Taisu memberikan contoh ?" tanya Sam Liu Taisu
kemudian, parasnya memancarkan perasaan kagum. Ia
memang mengakui, bahwa jago-jago yang terdapat didaratan
Tionggoan pada masa itu, lebih mementingkan senjata tajam,
yang dianggap lebih tangguh dari ilmu pukulan tangan kosong.
Dan Sam Liu Taisu juga tahu, sebagai seorang pendeta India,
tentunya Tat Mo Cauwsu memiliki ilmu Yoga dan semacam
ilmu berkelahi yang berasal dari negerinya itu, tetapi sama
sekali ia tidak menyangka bahwa pendeta dari Thian-tiok
tersebut ternyata memiliki pandangan yang begitu luas
mengenai seluk beluk ilmu silat didaratan Tionggoan. Dengan
demikian, tersirat didalam hati Sam Liu Taisu hendak mencoba
berapa tinggi tenaga dalam yang dimiliki Tat Mo Cauwsu.
Memang sebelum-belumnya Sam Liu Taisu telah banyak
mendengar nama Tat Mo Cauwsu dari jago-jago rimba
persilatan baik untuk ilmu sihir pendeta India tersebut yang
benar-benar hebat sekali maupun juga ilmu bertempurnya,
yang dicampur adukkan dengan ilmu Yoga. Tetapi sama sekali
Sam Liu Taisu tidak menyangka bahwa Tat Mo Cauwsu
sesungguhnya berkelana didaratan Tionggoan untuk melihat
seluruh ilmu silat ilmu silat yang terdapat didaratan Tionggoan
ini untuk diolahnya dan dicampur adukkan dengan kepandaian
yang dimilikinya guna menciptakan semacam ilmu yang hebat.
Tat Mo Cauwsu waktu itu telah mengangguk, sambil
katanya: "Jika memang Taisu menginginkan Siauwceng
memberikan contoh, hal itu bisa saja Siauwceng
lakukan......tetapi tentunya Taisu mau menemani satu dua
jurus....!"
"Dengan cara apa kita bertempur ?” tanya Sam Liu Taisu.
Tat Mo Cauwsu menggelengkan kepalanya.
"Tidak," sahutnya, "Kita hanya main-main dengan suatu
permainan yang menarik. Silahkan Taisu duduk disini...!"

Koleksi kang zusi.com 647


sambil berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah menunjuk kepada
sebuah batu.
Sam Liu Taisu tidak rewel telah duduk ditempat yang
ditunjuk oleh Tat Mo Cauwsu, sedangkan Tat Mo Cauwsu
telah duduk dihadapannya.
”Silahkan Taisu menyerang diri Siauw ceng dengan seluruh
kekuatan yang ada pada Taisu.....!" kata Tat Mo Cauwsu lagi.
Sam Liu Taisu jadi terkejut.
"Ini.... ohh, itu tidak mungkin !" kata Sam Liu Taisu.
"Apakah Taisu kuatir kalau nanti Siauwceng tidak sanggup
menerima serangan Taisu ?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil se-
nyum.
”Begini,” kata Sam Liu Taisu kemudian. "Lolap akan
memukul dengan lima bagian dari tenaga Lolap.....!"
”Boleh !" mengangguk Tat Mo Cauwsu.
Sam Liu Taisu telah menarik napas dalam2, mengempos
semangatnya dan mengerahkan tenaga dalamnya yang
disalurkan pada kedua telapak tangannya. Ia mengerahkan lima
bagian dari tenaga lwekangnya.
"Jagalah serangan....!" kata Sam Liu Taisu, yang telah
mendorong kedua telapak tangannya itu kepada Tat Mo
Cauwsu.
Tat Mo Cauwsu tetap duduk berdiam di tempatnya tanpa
bergerak, tanpa menangkis.
"Blesss...!" kedua telapak tangan Sam Liu Taisu seperti
memukul kumpulan kapas waktu kedua telapak tangan itu
menghantam jitu sekali pada dada Tat Mo Cauwsu.
Sam Liu Taisu kaget bukan kepalang, ia menarik pulang
kedua tangannya dengan cepat.

Koleksi kang zusi.com 648


Tat Mo Cauwsu tetap duduk tenang sambil tersenyum, lalu
katanya: "Inilah yang disebut ilmu lunak, dari yang keras kita
membuat menjadi lunak........Seperti Taisu ketahui, dada
seorang manusia dilindungi oleh daging, tulang2 iga dan juga
isi dada lainnya. Tetapi jika kita tidak melatih dengan baik
untuk bagian anggota tubuh tersebut, tentu tidak bisa menerima
hantaman yang mengandung kekerasan padanya yang bisa
membawa kerusakan hebat.... dengan mempergunakan ilmu
yang telah Siauw ceng ciptakan, dari yang keras menjadi lunak,
maka Siauwceng berhasil membuat seluruh bagian dari dada
Siauwceng ini bisa menerima hantaman yang bagaimana kuat
sekalipun, tanpa perlu memberikan daya lawan sama sekali,
tenaga hantaman itu akan punah sendirinya........!"
Sam Liu Taisu tercengang sejenak, namun akhirnya ia
mengangguk, dengan penasaran ia berkata, "Baiklah, Lolap
akan mencobanya satu kali lagi.....!" dan membarengi dengan
selesainya perkataan Sam Liu Taisu, pendeta ini telah
menggerakkan lagi kedua tangannya, ia telah menghantam
dengan sembilan bagian dari tenaga dalamnya.
Tat Mo Cauwsu tetap tidak menyingkir dari tempat
duduknya, ia menantikan pukulan kedua telapak tangan Sam
Liu Taisu dengan tenang.
”Bukkkk !" hantaman Sam Liu Taisu mengenai tepat sekali
dada Tat Mo Cauwsu, dan menimbulkan suara benturan yang
keras.
Sam Liu Taisu kaget setengah mati, semula ia menduga
dada Tat Mo Cauwsu akan lunak seperti tadi, seperti gumpalan
kapas, tetapi untuk kagetnya, begitu kedua telapak tangannya
menghantam telak, ia merasakan kedua telapak tangannya
bagaikan menghantam batu karang yang tidak tergoyahkan,
keras sekali, melebihi perbentengan besi sekalipun. Kedua
telapak tangannya juga sakit bukan main.

Koleksi kang zusi.com 649


Malah yang membuat Sam Liu Taisu jadi lebih kaget lagi,
tubuhnya tahu2 telah "terbang" dari tempat duduknya, terpental
menerjang tirai air terjun, jatuh diluar dengan keras sekali.
Untung Sam Liu Taisu memiliki kepandaian yang tinggi,
begitu tubuhnya menyentuh tanah, segera ia menggerakkan
tangan kanannya menepuk tanah dan tubuhnya meletik bangun.
Iapun cepat melompat masuk ke balik tirai air terjun, sambil
merangkapkan kedua tangannya memberi hormat pada Tat Mo
Cauwsu.
"Sungguh mengagumkan sekali !" kata Sam Liu Taisu
kemudian. "Memang kami dari daratan Tionggoan pun
mengenal akan istilah Im dan Yang, tetapi tenaga lunak dan
keras itu tidak bisa dipergunakan sebaik seperti yang telah
dilakukan oleh Taisu.... seperti membuat dada menjadi lunak
bagaikan gumpalan kapas memunahkan tenaga hantaman
lawan, dan merobah menjadi keras sekali seperti lempengan
besi......benar-benar menakjubkan........!"
Tat Mo Cauwsu bersenyum.
"Ya, memang telah Siauwceng pelajari, umumnya jago-
jago rimba persilatan didaratan Tionggoan ini mempergunakan
lwekang mereka untuk menghantam dengan kekerasan, dimana
mereka melatih ilmu tenaga dalam tersebut sama halnya seperti
melatih tenaga gwakang (tenaga luar). Mereka melupakan
sesuatu yang kecil dari pelajaran tersebut, namun sangat besar
artinya, yaitu mereka tidak menyalurkan kekuatan tenaga
lwekang yang telah mereka pelajari itu untuk meresap kedalam
tubuh, sehingga setiap detik, setiap saat kita menghendakinya,
dengan sendirinya tubuh kita akan dapat dibuat menjadi lunak
maupun menjadi keras, dilindungi oleh kekuatan tenaga itu
sendiri......! Apa yang disebut hitam untuk menjadi putih, dan
yang merah menjadi hijau, merupakan kata-kata yang tepat
untuk ilmu yang dilatih oleh Siauw ceng......"

Koleksi kang zusi.com 650


"Apa maksud Taisu dengan perkataan yang hitam menjadi
putih dan yang merah menjadi hijau ?" tanya Sam Liu Taisu
tidak mengerti.
Tat Mo Cauwsu tersenyum.
”Jika kita memejamkan mata, belum tentu kita tidur, tetapi
jika kita membuka sepasang mata, bukan berarti pula kita
tengah sadar. Itulah makna dari apa yang telah Siauwceng
katakan tadi. Seseorang melihat hitam, tetapi warna hitam itu
sesungguhnya tidak ada, yang ada hanya putih. Dan jika dilihat
warna merah, sesungguhnya yang ada hanyalah warna hijau.
Itulah kesempurnaan dari ilmu tenaga dalam hasil ciptaan
Siauwceng..... Dengan cara demikian, kita bisa sekehendak hati
membuat tubuh kita menjadi lunak, menjadi keras, menjadi
ringan, menjadi berat. Dan semuanya itu dapat dilakukan setiap
detik kita kehendaki."
Sam Liu Taisu berpikir agak lama, tetapi akhirnya ia
berjingkrak.
"Tepat !" serunya dengan gembira dan mengandung
perasaan kagum. "Apa yang dikatakan oleh Taisu memang
tepat ! Jika yang hitam bisa menjadi putih, dan yang merah bisa
menjadi hijau, tentulah itu merupakan hal yang benar-benar
berarti sekali dalam latihan tenaga dalam, dan Taisu tentunya
ingin mengartikan jika kita telah melatih sempurna tenaga
dalam kita sehingga kita berhasil menyalurkan meresap
kedalam sekujur tubuh kita, maka akan membuat lawan kita
menjadi bingung, di mana ia melihat kosong, namun
sesungguhnya berisi dan jika ia melihat berisi, sesungguhnya
kosong.....! Bukankah begitu maksud Taisu ?"
"Tidak tepat seluruhnya.....!" menyahuti Tat Mo Cauwsu.
"Dapatkah Taisu memberikan petunjukmu lagi ?" tanya
Sam Liu Taisu.

Koleksi kang zusi.com 651


"Arti dari perkataan Siauwceng tadi, memang termasuk
juga akan hal yang kosong, tetapi disamping itu, yang lebih
diutamakan adalah "Kosong tetapi berisi, berisi menjadi
tunggal". Itulah makna yang sesungguhnya. Dengan hanya
mengandalkan taktik kosong tetapi berisi, berisi tetapi kosong,
itulah belum sempurna. Harus dimengerti, jika memang
seorang lawan memiliki kepandaian yang sungguh-sungguh
tinggi, lalu secara membabi buta kita mempergunakan taktik
seperti itu, yang akan hancur adalah diri kita sendiri. Tetapi
jika kita menyempurnakan hal itu, yaitu kosong tetapi berisi
dan berisi menjadi tunggal, itulah kesempurnaan dari latihan
tenaga dalam, dimana seluruh tenaga dalam yang telah terlatih
mahir dan baik, akan disalurkan secara merata keseluruh tubuh
kita, dengan demikian, dari ujung rambut sampai keujung kaki,
semua anggota tubuh akan dapat kita kendalikan sesenang hati
kita, dan jika diperlukan dalam saat-saat tertentu, sehelai
rambut kitapun bisa dipergunakan untuk menjadi senjata yang
meruntuhkan lawan....!"
Sam Liu Taisu telah merangkapkan kedua tangannya
memberi hormat lagi, ia menyatakan kekagumannya yang
bukan main pada Tat Mo Cauwsu. Dan dihatinya, Sam Liu
Taisu mengakui, bahwa apa yang didengarnya selama ini
tentang diri pendeta India tersebut memang tidak salah, dimana
Tat Mo Cauwsu benar-benar seorang pendeta India yang sakti.
Seperti tadi ia telah merasakan, betapa dengan mudah
sekali, tanpa menggerakkan kedua tangan atau kedua kakinya,
dan juga dengan tubuh yang diam tidak bergerak di-tempatnya
ia telah bisa dibuat terpental begitu rupa oleh Tat Mo Cauwsu,
padahal Sam Liu Taisu didaratan Tianggoan ini sudah
merupakan seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian
sangat tinggi.

Koleksi kang zusi.com 652


"Ada satu lagi yang hendak Lolap tanyakan, Taisu..........
yaitu ilmu silat dengan senjata tajam..... bisakah Taisu
memberikan petunjukmu ?" tanya Sam Liu Taisu lagi.
Tat Mo Cauwsu bersenyum lagi, dengan sabar pendeta
India ini berkata : "Mengenai ilmu silat yang mempergunakan
senjata tajam baik pedang, golok, atau senjata tajam lainnya,
semua itu sesungguhnya merupakan pelajaran tidak berjauhan
dengan apa yang telah Siauwceng katakan tadi..... jika
seseorang telah memiliki tenaga dalam yang sempurna, tentu
mempergunakan senjata apa saja akan memiliki arti yang sama
besarnya, sampai pun jika kita mempergunakan sebatang
ranting sebagai pengganti pedang, tidak akan kalah hebatnya
jika kita mempergunakan pedang yang sesungguhnya....!"
Sam Liu Taisu memang sering berusaha memperdalam
kepandaiannya untuk mempergunakan senjata tajam, dan ia
telah mempelajari delapan belas macam senjata tajam termasuk
ilmu melepaskan senjata rahasia. Namun, pengetahuan dan
kepandaiannya mempergunakan senjata tajam tersebut, sama
liehaynya jika ia mempergunakan ilmu pukulan kedua telapak
tangan kosong, sehingga akhirnya Sam Liu Taisu jarang
mempergunakan senjata tajam. Setiap kali menghadapi
lawannya, ia mempergunakan kedua tangan kosong belaka,
yang merupakan kepandaiannya yang menakjubkan. Juga Sam
Liu Taisu sering mempergunakan cabang atau ranting pohon
sebagai pengganti pedang, dimana ia mempergunakan tenaga
dalamnya untuk disalurkan pada cabang atau ranting pohon
ditangan untuk menghadapi senjata tajam lawan. Maka
penjelasan Tat Mo Cauwsu mengenal ranting pohon yang bisa
dipergunakan sebagai gantinya pedang, tidak begitu
mengherankannya.
"Maksud Taisu, dengan mempergunakan ranting ditangan
dan kita menyalurkan kekuatan lwekang kita pada ranting itu,

Koleksi kang zusi.com 653


sehingga sama lihaynya dan tajamnya dengan pedang biasa ?"
tanya Sam Liu Taisu.
Tat Mo Cauwsu menggeleng.
"Tidak tepat seluruhnya lagi," kata pendeta dari India itu.
"Bagi seorang jago silat yang memang memiliki lwekang
belum sempurna, sering mempergunakan lwekang itu untuk
disalurkan pada benda yang dipegangnya, untuk dijadikan
senjata yang ampuh. Semua itu bisa dilakukan oleh seluruh
jago2 silat yang memang memiliki lwekang cukup untuk
melaksanakannya. Tetapi yang Siauwceng maksudkan disini
adalah sebilah pedang sangat tajam, bisa menabas dan
memotong sesuatu yang memang bisa dipotong atau
ditabasnya, namun jika harus memotong selempeng besi atau
sebungkah batu, tentu pedang itu sendiri yang akan menjadi
semplak atau rusak. Perkataan bahwa tajam itu lunak dan lunak
itu tajam, merupakan perkataan yang sesuai untuk persoalan
ini....!"
Kembali Sam Liu Taisu dibuat bingung oleh perkataan Tat
Mo Cauwsu.
"Apa yang Taisu maksudkan ?" tanya Sam Liu Taisu.
"Perkataan itu tajam, tetapi tajamnya pedang belum berarti
bisa disebut kuat. Coba Taisu buktikan, pergunakan sebilah
pedang, tabaslah batu ini, dan apa akibatnya........! Bukan batu
yang keras itu akan hancur, namun pedang itu sendiri yang
akan rusak, bagaikan sebuah benda lunak menghantam suatu
yang keras. Tetapi sekarang coba Taisu lihat, Siauwceng akan
memperlihatkan, bahwa yang lunak itu tajam, yaitu dari
sesuatu yang lunak, akan memiliki ketajaman yang melebihi
tajamnya pedang....” dan setelah berkata begitu, Tat Mo
Cauwsu membuka angkinnya, pengikat pedangnya, yang terdiri
dari sehelai kain berwarna kuning gading.

Koleksi kang zusi.com 654


Sam Liu Taisu telah mengawasi angkin Tat Mo Cauwsu
dan men-duga2 apa yang hendak dilakukan oleh pendeta India
tersebut.
Sambil memegangi angkinnya itu, Tat Mo Cauwsu telah
berkata : "Cobalah Taisu lihat.....!" dan tahu2 Tat Mo Cauwsu
telah menggerakkan tangan kanannya, yang mencekal ujung
dari angkinnya itu, dimana angkin tersebut yang terdiri dari
sehelai kain, yang memiliki sifat yang lemas dan lunak, tahu2
telah menjadi tegak dan kaku, kata Tat Mo Cauwsu : "Inilah
yang disebut yang lunak menjadi keras, dengan cara seperti ini,
kita bisa mempergunakan kelunakan untuk menghancurkan
sesuatu yang keras. Tetapi yang terpenting lagi, lunak adalah
tajam, lihatlah !" dan setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu
telah menghentak tangannya, angkinnya telah menjadi lemas
dan berkibar-kibar digerakkan tangan kanan Tat Mo Cauwsu,
dimana pendeta India tersebut seperti juga tengah menari,
angkinnya itu telah berseliwiran kesana kemari, dan tahu-tahu
telah menyambar kearah sebungkah batu yang berukuran
cukup besar, tanpa bersuara, angkin itu telah menyambar
memotong batu itu menjadi dua potong besar ! Luar biasa
sekali ! Angkin tersebut seperti juga menjadi senjata yang
paling tajam di dunia, dimana membelah batu itu seperti
membelah "tahu" dengan senjata tajam ! Tidak menerbitkan
suara sama sekali, hanya tahu-tahu batu tersebut telah
menjeblak dan berjatuhan menimbulkan suara berisik.
Sam Liu Taisu berdiri bengong di tempatnya, ia tidak
menyangka begitu hebat kepandaian yang dimiliki Tat Mo
Cauwsu.
Apa yang dikatakannya lunak adalah tajam, ternyata
memang benar-benar telah dibuktikannya didepan mata
hidungnya Sam Liu Taisu sendiri.
"Dan kini Taisu lihatlah lagi.....!" kata Tat Mo Cauwsu, ia
telah mengerakkan angkinnya itu, yang menyambar pula kepa-
Koleksi kang zusi.com 655
da sebungkah batu besar lainnya. Angkin itu lemas sekali, jatuh
pada batu tersebut, menempel dibatu itu. Namun ketika Tat Mo
Cauwsu menarik pulang angkinnya, tidak terdapat sesuatu yang
terjadi, batu itu tetap tidak terbelah seperti tadi.
Sam Liu Taisu mengawasi dengan penuh perhatian pada
batu itu, tidak ada suatu kelainan pada batu tersebut.
Sambil tersenyum Tat Mo Cauwsu melangkah mendekati
batu itu, ia memonyongkan mulutnya sedikit, meniupnya.
Seketika batu itu meluruk, telah hancur menjadi bubuk halus,
yang sebagian telah bertebaran kemana-mana.
Pertunjukan yang telah disaksikan Sam Liu Taisu membuat
pendeta ini seperti tidak mempercayai apa yang telah terjadi.
Lama ia berdiri bengong mengawasi tumpukan abu dari
hancuran batu itu.
"Lihatlah Taisu, tidak mungkin sesuatu yang keras dapat
memenangkan yang lunak. Segala apapun, akan dapat dikuasai
dengan sebaik mungkin, jika kita telah berhasil
menyempurnakan latihan menurut kata-kata kosong tapi berisi,
berisi menjadi tunggal. Dan buktinya telah Taisu lihat, bukan?
Dengan tenaga tunggal Siauwceng telah mempergunakan
sehelai angkin yang begini lemas dan sesungguhnya menurut
pandangan manusia biasa tidak memiliki arti, ternyata bisa
menghancurkan sebungkah batu yang besar dan keras
itu.........!"
Sam Liu Taisu untuk sejenak lamanya tidak bisa berkata-
kata dan hanya berdiri bengong saja sampai akhirnya ia
merangkapkan kedua tangannya, memberi hormat kepada Tat
Mo Cauwsu berulang kali, katanya juga dengan hati diliputi
kekaguman yang bukan main : "Taisu telah membuka
mataku..........hari ini aku telah berhasil menemukan sesuatu
yang sangat berharga sekali ! Terima kasih Taisu ! Terimakasih
Taisu...."

Koleksi kang zusi.com 656


Begitulah Tat Mo Cauwsu dan Sam Liu Taisu ber-cakap2
beberapa saat lamanya lagi. Dan Tat Mo Cauwsu juga
menyatakan bahwa ia hendak mencari sebuah tempat untuk
membangun sebuah kuil, yang akan dijadikan tempat untuk
menerima murid dan menyiarkan pelajarannya, baik ilmu
silatnya maupun agama Buddha yang dianutnya.
Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu, tiba2 Sam Liu Taisu
telah menjatuhkan dirinya, berlutut dihadapan Tat Mo Cauwsu.
"Jika memang Taisu tidak mentertawakan, dan juga tidak
keberatan, Lolap Sam Liu Taisu ingin sekali mengangkat Taisu
menjadi guru....Inilah maksud hati yang setulusnya, Taisu, dan
itulah suatu kebahagiaan yang tidak terkira jika saja Taisu mau
meluluskan permohonan Lolap ini...."
Tat Mo Cauwsu telah mengulurkan tangannya,
membangunkan Sam Liu Taisu dari berlututnya.
"Jangan Taisu berkata begitu, kepandaian yang dimiliki
oleh Siauwceng mungkin tidak berarti banyak buat
Taisu........Menurut penglihatan Siauwceng, Taisu sudah
memiliki dasar yang baik sekali, memiliki kepandaian yang
tidak rendah, jika memperoleh latihan yang baik, jelas Taisu
akan bisa mencapai kesempurnaan dari ilmu yang dimiliki
Taisu......!"
"Justru Lolap membutuhkan sekali petunjuk-petunjuk dari
Taisu, untuk memperoleh kesempurnaan itu........dan juga
disamping meyakinkan ilmu silat, Lolap juga ingin
mencurahkan seluruh sisa hidup Lolap untuk lebih
memperdalam pelajaran agama Buddha yang memang dianut
oleh Lolap...!"
Tat Mo Cauwsu tidak segera menyahuti, ia mengangkat
kepalanya, mengawasi langit, kemudian ia bersenandung
dengan suara yang perlahan : ”Bunga salju turun kebumi,
akhirnya mencair, manusia terlahirkan dan akhirnya kembali

Koleksi kang zusi.com 657


kebumi..........Apakah yang dicari didalam dunia ini? Hanya
satu, kebajikan!"
Dan setelah bersenandung begitu, Tat Mo Cauwsu telah
tertawa sambil katanya kepada Sam Liu Taisu: "Baiklah,
keinginanmu kuterima....!"
"Suhu....!" Sam Liu Taisu telah menjatuhkan dirinya
berlutut dihadapan Tat Mo Cauwsu, bukan main girang
hatinya, dan diwaktu itu, kebahagiaan dihatinya sama halnya
seperti ia memperoleh sesuatu yang sangat berharga sekali.
Rupanya Sam Liu Taisu tidak memperdulikan bahwa
usianya jauh lebih tua dari Tat Mo Cauwsu, karena ia telah
membuktikan, walaupun usia Tat Mo Cauwsu jauh lebih muda
dari dia, tetapi ilmu silat mau pun pengetahuannya dan
pandangannya dalam pelajaran agama Buddha, melebihi dia
beberapa tingkat. Dan memang Sam Liu Taisu juga yakin,
bahwa Tat Mo Cauwsu pantas menjadi gurunya.
Begitu juga halnya dengan Tat Mo Cauwsu, ia tidak
mempersoalkan masalah usia. Persoalan itu telah dianggapnya
hanyalah disebabkan oleh sang waktu belaka dan tidak
memiliki suatu keharusan yang merintangi untuk hubungan
seorang guru dan murid. Dan memang Tat Mo Cauwsu juga
melihat bahwa Sam Liu Taisu merupakan seorang yang
memiliki bakat cukup baik untuk digembleng mempelajari
ilmu silat dan pelajaran agama yang sama2 mereka anut yaitu
agama Buddha.
Dan kemudian hari, Sam Liu Taisu dikenal sebagai murid
pertama Tat Mo Cauwsu, murid yang membantu banyak pada
gurunya tersebut, untuk mendirikan kuil Siauw Lim Sie, dan
merupakan satu2nya murid Tat Mo Cauwsu yang menerima
penuh seluruh pelajaran dari pendeta India yang sakti tersebut.
Setelah mengangkat guru dan murid itu selesai, Tat Mo
Cauwsu merundingkan bersama Sam Liu Taisu perihal maksud

Koleksi kang zusi.com 658


Tat Mo Cauwsu yang akan memilih gunung Siong San sebagai
tempat mereka membangun kuil. Dan setelah meneliti seluruh
keadaan gunung tersebut, dipilihnya tempat didekat air terjun
itu.
Cukup banyak tukang2 yang dipergunakan oleh Tat Mo
Cauwsu untuk membangun kuil tersebut dimana pembangunan
kuil itu langsung diawasi oleh Tat Mo Cauwsu dan Sam Liu
Taisu. Waktu yang dipergunakan hampir satu tahun, dan
akhirnya rampunglah pembangunan kuil tersebut.
Karena Tat Mo Cauwsu memang telah memiliki nama yang
sangat harum didalam rimba persilatan, dan juga ia dikagumi
dan dihormati oleh orang2 gagah rimba persilatan didaratan
Tionggoan, maka banyak yang berdatangan untuk ikut
membantu, disamping memberi ucapan selamat kepada Tat Mo
Cauwsu. Waktu kuil itu diresmikan, dan Tat-Mo Cauwsu
merundingkan nama yang baik untuk kuil tersebut, banyak
sekali orang2 gagah yang telah mengajukan nama yang
bermacam-macam, tetapi akhirnya Tat Mo Cauwsu memilih
nama untuk kuil tersebut terdiri tiga huruf "Siauw Lim Sie"
(kuil Kurang Rimba).
Tat Mo Cauwsu memilih ketiga huruf tersebut, yaitu Siauw
Lim Sie untuk nama kuilnya itu berdasarkan tempat
dibangunnya kuil tersebut, di dekat air terjun itu memang
jarang sekali terdapat pohon, dan yang terdapat disitu hanya
batu-batu gunung yang berukuran besar.
Tetapi makna dari nama yang dipergunakan Tat Mo
Cauwsu untuk kuilnya tersebut, memiliki arti yang sangat
dalam sekali. Dengan perkataan "Kurang Rimba", Tat Mo
Cauwsu hendak mengartikan bahwa tiada yang sempurna
didalam dunia ini, karena itu walaupun ia merupakan tokoh
persilatan yang sakti, tokh ia merasa bahwa kuilnya tersebut
merupakan tempat berkumpulnya orang-orang rimba
persilatan, dan selain menyiarkan pelajaran agama dan ilmu
Koleksi kang zusi.com 659
silat, tentu Siauw Lim Sie pun memiliki banyak kekurangan-
kekurangannya. Dan perkataan "Lim" yang diambil dari
perkataan "Bu-lim", yang artinya rimba persilatan, karena
Siauw Lim Sie selain menyiarkan agama Buddha, juga
memang seluruh murid murid Siauw Lim Sie mempelajari ilmu
silat, dan tentu akan berkecimpung juga didalam rimba
persilatan.
Sejak saat itulah Tat Mo Cauwsu telah menerima banyak
murid, dan telah mengharuskan setiap murid Siauw Lim Sie
mencukur rambut, menggundulkan kepala menjadi hweshio.
Seluruh pelajaran agama diberikan oleh Sam Liu Taisu, dan
jika memang terdapat pelajaran yang sulit, barulah Tat Mo
Cauwsu sendiri yang memberikan bimbingannya.
Kuil Siauw Lim Sie sebagai pintu perguruan silat dan juga
menyiarkan agama Buddha, kian hari berkembang pesat sekali.
Dan didaratan Tionggoan telah terlahir sebuah pintu perguruan
yang hebat dan kelak akan menjadi sebuah pintu perguruan
yang paling disegani oleh semua jago-jago silat didaratan
Tionggoan.......!
Malah ilmu silat ciptaan Tat Mo Cauwsu yang kemudian
ditulis seluruhnya dalam bentuk sebuah kitab, yang diberi
nama Tat-mo Pit-kip, yang dipecah menjadi empat bagian,
yaitu Kiu Yang Cin Keng, Kiu Im Cin Keng, Ih Kin dan Swe
Jwe, merupakan kitab-kitab silat yang membuat seluruh jago-
jago rimba persilatan menjadi ngiler untuk memilikinya, karena
siapa saja yang bisa mempelajari ilmu silat yang terdapat
didalam kitab itu, tentu akan menjadi seorang jago tanpa
tandingan.
Dengan berdirinya pintu perguruan Siauw Lim Sie, maka
ilmu silat yang terdapat didaratan Tionggoan pun mengalami
banyak perobahan, karena jago-jago rimba persilatan didaratan
Tionggoan lebih banyak mengikuti ajaran yang disiarkan oleh

Koleksi kang zusi.com 660


Tat Mo Cauwsu, yang lebih mengutamakan ilmu yang lurus
dan juga bersih dari kesesatan.
X dwXkz X
SUARA air terjun yang jatuh menimpa batu menimbulkan
irama yang tidak beraturan dipagi hari itu, dan suara burung
burung yang bercicit, serta cahaya matahari yang bersinar
sangat hangat, menyebabkan pemandangan sekitar tempat
tersebut, yang berada dipuncak sebelah barat gunung Siong
San, sangat menarik dan nyaman. Memberikan juga
ketenteraman bagi siapa saja yang berada disitu, terlebih lagi
dengan terdapat sebuah kuil yang dibangun megah dan luas
sekali disisi air terjun tersebut, yang memiliki tiga bangunan
utama dan puluhan perumahan kecil. Warna kuil itu seluruhnya
terdiri dari warna merah, begitu juga halnya dengan pintu
utama kuil tersebut, yang berwarna merah dengan diberi
penghias ditepinya lukisan air emas. Suara pendeta yang
tengah Liam-keng dan ketukan kayu bokkie mendatangkan
perasaan tenteram untuk mendengarnya.
Air terjun yang turun bergemuruh itu tepat berada
dibelakang kuil tersebut, dan dihalaman belakang serta depan
kuil tersebut juga terdapat cukup banyak pohon-pohon bunga,
yang rupanya belum begitu lama ditanam. Keangkeran
terpancar dari kuil yang megah tersebut, karena itulah Siauw
Lim Sie, kuil yang telah dibangun selama satu tahun dan
memakan tenaga pekerja yang banyak sekali, disamping juga
kegotong royongan dari orang-orang gagah rimba persilatan
yang ikut membantu membangun kuil tersebut. Sekarang, di
saat kuil telah diresmikan sebagai tempat kediaman Tat Mo
Cauwsu, cakal bakal pintu perguruan Siauw Lim Sie tersebut,
kuil itu merupakan sumber dari penyiaran ilmu silat dan agama
Buddha didaratan Tionggoan.......
Dipagi hari yang tenang seperti ini, tampak tidak jauh dari
kuil Siauw Lim Sie tersebut, seorang pendeta bertubuh gemuk
Koleksi kang zusi.com 661
dengan keadaannya yang aneh, tengah berdiri memandangi kuil
tersebut. Dia merupakan seorang pendeta berkepala botak dan
memakai jubah kependetaannya yang telah robek di-sana sini,
koyak bagaikan pakaian pengemis penuh juga dengan
tambalan. Ditangan kanannya mencekal sebatang Sianthung,
tongkat kependetaannya, yang pada ujungnya yang satu
berukiran dalam bentuk kepala naga.
Sebagai seorang hweshio, yang mengenakan Khashe
(pakaian kependetaan) yang telah compang camping seperti itu,
memang keadaan pendeta tersebut merupakan suatu yang
ganjil, karena iapun berada dekat sekali dengan Siauw Lim Sie,
yang seluruh penghuninya terdiri dari pengikut2 sang Buddha.
Memang luar biasa di tempat seperti itu bisa terdapat seorang
hweshio yang berpakaian serupa itu.
Usia hweshio tersebut mungkin hampir lima puluh tahun,
wajahnya biasa saja, hanya karena ia gemuk, semuanya serba
bulat. Daging pipinya yang bulat, dagunya yang bulat, dan
matanya yang seperti bengkak menyipit itu, dan juga
hidungnya yang bundar pesek besar melebar kesamping kiri
kanannya, sama sekali hweshio ini tidak memelihara kumis
atau jenggot.
Lama juga hweshio yang berkhashe compang-camping
tersebut berdiri mengawasi bangunan kuil Siauw Lim Sie
tersebut, akhirnya ia tertawa dingin, "Hemmm, luar biasa, luar
biasa, tempat yang cukup baik untuk aku berdiam
didalamnya.....!"
Ia pun telah melangkah menghampiri pintu kuil. Setelah
dekat, tahu-tahu ia menggerakkan Sianthungnya kearah pintu
kuil.
"Tukkk..” perlahan ketukan itu, seperti juga ia
menggerakkan Sianthungnya tanpa mempergunakan tenaga.

Koleksi kang zusi.com 662


Tetapi kesudahannya hebat sekali. Daun pintu itu menjeblak
terbuka dan terlepas engselnya, lalu terlempar ambruk ditanah !
Pintu kuil Siauw Lim Sie terbuat dari kayu yang tebal
sekali, yang dibuat dari semacam kayu jati, selain berukuran
besar dan berat, pun terpasang kuat sekali oleh puluhan engsel,
namun sekali ketuk seperti itu, hweesio aneh tersebut bisa
membuat daun pintu yang semula terkunci jadi terbuka
menjeblak serta telah terlepas dari engselnya, merupakan hal
yang mengejutkan sekali.
"Hahahahahahaha........!" hweshio aneh tersebut telah
tertawa keras sekali, suara tertawanya itu seperti bergema
disekitar tempat tersebut, dan karena disitu memang
merupakan daerah pegunungan, suara tertawa pendeta itu
seperti bergema bersahut sahutan.
"Tat Mo Cauwsu......keluarlah untuk menemui Lolap, Lu
Kak Siansu !"
Suara itu nyaring sekali, mengejutkan beberapa orang
murid Siauw Lim Sie, yang segera keluar untuk melihat apa
yang terjadi.
Pemandangan yang mereka lihat, yaitu pintu kuil yang telah
rusak menggeletak di atas tanah, dan seorang pendeta aneh
dengan pakaian compang camping tengah berteriak2 seperti
itu, membuat mereka jadi berdiri tertegun.
Tetapi salah seorang diantara mereka, yang cepat sekali
tersadar, telah melompat kedekat pendeta aneh tersebut,
tanyanya : ”Siapakah Toa Suhu....?" tegurnya. "Mengapa
merusak pintu kuil ?"
Pendeta aneh itu tertawa aneh, dan telah berkata dengan
suara yang sinis, ”Pergi panggil Tat Mo Cauwsu, katakan ia
harus menemui aku Lu-Kak Siansu...!"

Koleksi kang zusi.com 663


Melihat sikap pendeta berpakaian compang camping yang
begitu kurang ajar, pendeta yang menegur itu, seorang hweshio
berusia tiga puluh tahun telah mengerutkan sepasang alisnya.
"Toa Suhu....Jika memang Toa Suhu hendak menghadap
pada Cauwsu kami, tentunya engkau harus mematuhi aturan
yang baik, sikap dengan cara demikian....."
"Oho, engkau terlalu rewel....!" kata pendeta aneh tersebut,
dan telah menggerakkan Sianthungnya...Perlahan sekali
gerakan yang dilakukannya itu, tetapi hebat kesudahan dan
akibatnya untuk hweshio muda itu. Tubuhnya telah terpental
dan terpelanting, ambruk diatas tanah dengan memuntahkan
darah segar, mengerang erang kesakitan.
Beberapa orang saudara seperguruan hweshio muda itu jadi
kaget dan marah. Mereka segera melompat kedekat hweshio
berpakaian compang camping tersebut.
”Toa Suhu, mengapa kau membuat keonaran disini ?"
bentak beberapa orang diantara mereka hampir serentak.
Tetapi hweshio aneh tersebut telah tertawa dengan suara
yang panjang dan aneh, seperti suara burung hantu, kemudian
ia berkata : "Kalian tidak cepat-cepat memanggil Tat Mo
Cauwsu agar menemui aku ? Apa memang kalian sudah bosan
hidup ?"
Tadi mereka telah menyaksikan betapa hebatnya Sianthung
pendeta tersebut yang sekali menggerakkan tongkatnya telah
membuat saudara seperguruan mereka terpental dan terluka
parah seperti itu. Maka hweshio Siauw Lim Sie itu membawa
sikap yang ber-hati2.
"Apa yang dikehendaki Toa Suhu sesungguhnya ?" tanya
mereka.

Koleksi kang zusi.com 664


"Aku ingin bertemu dengan Tat Mo Cauwsu... panggil dia
keluar ! Atau memang aku perlu masuk tanpa undangan lagi ?"
menyahut hweshio itu dengan suara yang dingin.
"Baiklah, karena Toa Suhu telah melakukan keonaran
disini, dan melukai seorang saudara seperguruan kami, kau
harus kami tangkap...." kata salah seorang murid Siauw Lim
Sie yang segera maju untuk mencekal lengan pendeta aneh itu.
Sedangkan murid2 Siauw Lim Sie yang lainnya telah
memencar diri untuk mengurung pendeta tersebut.
Tetapi pendeta aneh itu telah tertawa lagi keras sekali,
kemudian memutar Sianthungnya, maka disaat tongkat itu
diputarnya berkesiuran angin yang kuat sekali, tidak ampun
lagi, tanpa memiliki kesempatan untuk mengelakkan diri,
murid murid Siauw Lim Sie itu yang berjumlah delapan orang,
telah berhamburan terpental dan semuanya terluka
memuntahkan darah segar !
"Ilmu iblis......!" menggumam dua orang murid Siauw Lim
Sie yang terluka paling ringan, malah salah seorang dari
mereka telah berlari dengan sisa tenaga yang ada padanya,
untuk masuk kedalam kuil, guna melaporkan keributan itu.
Pendeta aneh tersebut telah mengeluarkan suara tertawa
yang panjang dan menggema ditempat itu, lalu disusul dengan
kata-katanya : "Tat Mo Cauwsu apakah engkau tidak mau
keluar menemui aku......? Atau memang engkau menghendaki
semua murid-murid Siauw Lim Sie terluka dan mampus
diujung tongkatku ini?”
Tetapi baru saja perkataan pendeta aneh itu selesai
diucapkan, disaat itulah tampak bergegas keluar beberapa
orang pendeta. Mereka merupakan murid murid Siauw Lim Sie
dari tingkat kedua. Jalan paling depan dari murid murid Siauw
Lim Sie tingkat kedua itu, tampak Sam Liu Taisu. Tadi ia telah
menerima laporan bahwa diluar kuil timbul keributan oleh

Koleksi kang zusi.com 665


tingkah seorang pendeta aneh, yang memiliki sifat telengas dan
kejam sekali, yang telah mengacau.
Ketika sampai didepan pendeta aneh itu yang menamakan
dirinya Lu Kak Siansu, Sam Liu Taisu telah merangkapkan
tangannya memberi hormat.
"Omitohud ! Omitohud ! Siapakah Toa Suhu.......mengapa
menimbulkan kekacauan disini ?" tanya Sam Liu Taisu dengan
suara yang sabar.
Lu Kak Siansu telah memperdengarkan suara tertawanya
yang tidak sedap ditelinga kemudian ia berkata dengan nada
yang mengejek : "Aku ingin bertemu dengan Tat Mo Cauwsu
bukan dengan kau !"
Sam Liu Taisu telah bersenyum sabar, ia berkata : "Cauwsu
tengah berada dalam kamar semedhi, tidak bisa
diganggu.....maafkan, Toa Suhu tentu kecewa dengan hal ini..!
Lolap Sam Liu yang akan mewakilinya untuk menerima
petunjuk-petunjuk dari Toa Suhu, agar nanti bisa lolap
menyampaikannya kepada Cauwsu........!"
"Hemmm.....!" mendengus pendeta aneh itu, "Engkau
anggap apa aku ini yang disambut dengan segala manusia
seperti engkau.... pergilah !"
Sambil membentak begitu, ia telah menggerakkan
tongkatnya, yang menyambar kepada Sam Liu Taisu.
Tetapi Sam Liu Taisu memiliki kepandaian yang tinggi.
Sebelum ia mengangkat guru pada Tat Mo Cauwsu, Sam Liu
Taisu memang telah memiliki kepandaian yang tinggi, dengan
demikian sekarang setelah menjadi murid Tat Mo Cauwsu,
dengan sendirinya ia memperoleh kemajuan yang pesat untuk
ilmu silatnya.

Koleksi kang zusi.com 666


Melihat menyambarnya tongkat pendeta aneh itu, Sam Liu
Taisu telah memiringkan tubuhnya kekanan, dan kemudian
menyentil jari telunjuknya.
"Tukkkk !" tongkat itu telah kena disentilnya dengan kuat,
sampai tongkat itu jadi miring karenanya.
Pendeta aneh itu sesungguhnya menggerakkan tongkat
kependetaannya dengan mempergunakan tenaga dalam yang
tangguh sekali.
Sama halnya seperti tadi murid2 Siauw Lim Sie telah bisa
dirubuhkan dengan gerakan tongkatnya tersebut. Tetapi
sekarang, di waktu tongkatnya bisa disanggah dan dibuat
miring arahnya oleh sentilan jari telunjuk Sam Liu Taisu
membuat pendeta aneh tersebut benar2 jadi terkejut sekali, ia
sampai mengeluarkan suara seruan tertahan, dan cepat-cepat
menarik pulang tongkatnya.
Tetapi Lu Kak Siansu bukan hanya menarik pulang
tongkatnya untuk berdiam diri, ia telah menggerakkan
tongkatnya itu lagi menyerampang pada Sam Liu Taisu.
Menyambarnya Sianthung si pendeta aneh itu kuat sekali,
karena ia mempergunakan tenaga dalam beberapa kali lipat le-
bih kuat dibandingkan dengan tadi.
Sam Liu Taisu yang hanya dalam satu jurus telah melihat
bahwa kepandaian Lu Kak Siansu ini memang tinggi sekali, ia
telah berlaku hati-hati.
Ketika tongkat hampir tiba, Sam Liu Taisu mengelakkan
diri. Tubuhnya melompat kesamping, dan berbareng dengan
itu, ia telah menghantam dengan telapak tangannya.
Namun pukulan telapak tangan dari Sam Liu Taisu
mengenai tempat kosong. Lu Kak Siansu bisa mengelakkannya
dengan mudah. Walaupun serampangan tongkatnya itu gagal

Koleksi kang zusi.com 667


mengenai sasaran, ia tidak berhenti disitu saja, tongkatnya
menyambar terus akan mengemplang kepala Sam Liu Taisu.
"Toa suhu, engkau keterlaluan....!" kata Sam Liu Taisu
yang habis sabar, kemudian ia bersilat dengan gesit sekali,
kedua tangannya menyambar-nyambar. Tiga kali beruntun Sam
Liu Taisu mengelakkan diri, dan setelah itu ia berhasil
menghantam telak sekali punggung Lu Kak Siansu.
Namun pukulan telapak tangan Sam Liu Taisu seperti
mengenai daging yang berminyak, seperti menghantam tubuh
belut, licinnya bukan main, telapak tangannya melejit, dan
tenaga serangannya punah dengan sendirinya.
Lu Kak Siansu tertawa ber-gelak2 keras sekali, ia memutar
tongkatnya.
"Engkau pendeta bawel yang mencari mampus !" kata Lu
Kak Siansu, "Sudah kukatakan, kau panggil Tat Mo Cauwsu,
jiwamu tidak akan mengalami bencana...... tetapi engkau tidak
tahu diri.....!" dan kata2nya itu telah disusul dengan tongkatnya
yang bergerak sangat cepat sekali, men-deru2 seperti angin
topan yang bergulung menyambar kepada Sam Liu Taisu,
mengurung tubuh pendeta Siauw Lim Sie ini.
Sam Liu Taisu juga kaget melihat hebatnya kepandaian Lu
Kak Siansu, sama sekali ia tidak menyangka, pendeta yang
berpakaian compang camping seperti ini bisa memiliki
kepandaian yang begitu tangguh.
Tetapi disebabkan dirinya telah diserang begitu hebat oleh
putaran tongkat Lu Kak Siansu, yang telah memutar
tongkatnya dengan mempergunakan tenaga lwekangnya yang
tinggi dan mahir sekali, Sam Liu Taisu juga tidak bisa berdiam
diri, ia memberikan perlawanan.
Lewat belasan jurus, Sam Liu Taisu segera menyadari
bahwa lawannya menang satu tingkat kepandaiannya, maka

Koleksi kang zusi.com 668


Sam Liu Taisu telah mengempos semangatnya dan
mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya.
Mereka bertempur dengan seru, semakin lama Sam Liu
Taisu jatuh dibawah angin dan terdesak, napas pendeta Siauw
Lim Sie ini juga telah memburu keras, dimana ia tampaknya
letih sekali, telah mempergunakan tenaga yang berlebihan.
Lu Kak Siansu sambil menyerang tertawa tidak hentinya,
tampaknya semakin lama ia semakin bersemangat.
Diwaktu itu murid2 Siauw Lim Sie lainnya berdiri
menyaksikan jalannya pertempuran tersebut dengan hati yang
ber-debar2. Mereka tidak bisa membantuinya, karena dengan
berdiri diluar gelanggang saja, terpisah sepuluh tombak lebih,
mereka masih merasakan hebatnya samberan angin dari
putaran tongkat Lu Kak Siansu.
Disaat Sam Liu Taisu tengah terdesak seperti itu, terdengar
seseorang berkata : ”Mengapa harus bertempur seperti ?" dan
disusul dengan terlihatnya seorang pendeta India yang sudah
berusia antara empat puluh tahun lebih, melangkah mendekati
gelanggang pertempuran. Itulah Tat Mo Cawsu cakal-bakal
dari pintu perguruan Siauw Lim Sie tersebut.
"Suhu !" teriak Sam Liu Taisu girang bukan main melihat
datangnya gurunya. Semangat bertempurnya jadi bangkit lagi.
Tetapi Tat Mo Cauwsu yang telah melangkah kedalam
gelanggang pertempuran itu, telah mengibaskan ujung
jubahnya ke arah tongkat Lu Kak Siansu. Luar biasa sekali,
tongkat yang tengah menyambar kearah Sam Liu Taisu dengan
memiliki tenaga mengemplang ribuan kati itu, telah kena
disampok terpental, dan bahkan terlepas dari cekalan tangan Lu
Kak Siansu, dimana telapak tangan Lu Kak Siansu telah pecah,
menimbulkan perasaan pedih bukan main.

Koleksi kang zusi.com 669


Lu Kak Siansu kaget bukan kepalang, ia mengeluarkan
suara seruan dan melompat mundur, mengawasi Tat Mo
Cauwsu dengan mata terpentang lebar.
Sam Liu Taisu telah berdiri disisi gurunya, guru besar
Siauw Lim Sie tersebut.
Tat Mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya, dengan
sabar ia berkata : "Omitohud.... apa yang dikehendaki oleh
Taisu ?"
Lu Kak Siansu mengawasi sejenak lamanya kepada Tat Mo
Cauwsu, kemudian mengeluarkan suara dengusan tertawa
dingin.
"Engkaukah Tat Mo Cauwsu ?" tanyanya dengan suara
teguran yang tidak enak didengar. Walaupun tadi ia telah
merasakan kebutan lengan baju Tat Mo Cauwsu yang kuat
sekali, tokh ia tidak menjadi jeri.
Tat Mo Cauwsu mengangguk sabar.
"Benar.... apakah Taisu memerlukan sesuatu dari
Siauwceng ?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil tersenyum sabar,
sama sekali tidak terlihat perasaan marah diwajahnya atau
perasaan tidak senang karena pendeta aneh ini telah mengacau
dikuilnya.
Lu Kak Siansu tertawa bergelak gelak.
"Bagus! Bagus! Akhirnya kesampaian juga maksudku !
Kedatanganku kemari memang hendak bertemu denganmu
guna mengadu ilmu.......!" kata Lu Kak Siansu.
Tat Mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya.
"Siancai ! Siancai ! Apakah Taisu telah memikirkannya
masak-masak mengenai maksud Taisu itu......?" tanya Tat Mo
Cauwsu.

Koleksi kang zusi.com 670


"Dengan kedatanganku kemari tentu saja telah
kupertimbangkan dengan baik sebelumnya......!" menyahuti Lu
Kak Siansu dengan sikap yang berang. "Hemmm, Tat Mo
Cauwsu merupakan pendiri Siauw Lim Sie tetapi aku tidak
percaya bahwa kau memiliki kepandaian yang begitu tinggi
dan sakti seperti cerita dari sahabat-sahabatku....!"
"Siauwceng memang tidak memiliki kepandaian apa
apa....... dan juga tidak ada sesuatu yang pantas untuk
dipertandingkan. Sekarang coba Taisu jawab........!" Dan
berkata sampai disitu Tat Mo Cauwsu memandang Lu Kak
Siansu dengan sinar mata yang tajam dan wajah yang
bersungguh-sungguh, sehingga membuat Lu Kak Siansu yang
semula menatap Tat Mo Cauwsu dengan sikap menantang, jadi
tidak berani terlalu lama menentang tatapan mata Tat Mo
Cauwsu yang angker itu, ia jadi menundukkan kepalanya.
"Jika memang benar kita nanti bertanding, dan Taisu
memperoleh kemenangan, apa keuntungannya buat Taisu ?"
”Banyak! Aku akan menjadi pemimpin kalian !" menyahuti
Lu Kak Siansu cepat. "Dan semua orang-orang rimba
persilatan tentu mengetahui bahwa Tat Mo Cauwsu hanya
memiliki nama kosong, dan sesungguhnya Lu Kak Siansu
merupakan jago nomor satu di dalam rimba persilatan.......!"
"Baik !" kata Tat Mo Cauwsu sabar. "Jika memang Taisu
hendak memimpin kami, silahkan, kami menerima kehadiran
Taisu dengan kedua tangan terbuka dan hati yang senang.....!
Dan Siauw Lim Sie juga selalu terbuka untuk setiap orang yang
sungguh2 sujud untuk melaksanakan ajaran2 sang Budd-
ha.....Mengenai keinginan Taisu, agar Taisu merupakan
seorang jago nomo satu didalam rimba persilatan, sekarangpun
memang telah tercapai ! Taisu merupakan jago tanpa
tandingannya. Murid2 Siauwceng telah banyak yang luka, dan
Siauwceng-pun mengaku kalah...!"

Koleksi kang zusi.com 671


Muka Lu Kak Siansu jadi berobah merah.
"Kau hendak menghinaku, heh ?" bentak Lu Kak Siansu
gusar.
Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar.
"Kita tidak memiliki persoalan dan permusuhan apa2 juga,
sebagai seorang pengikut sang Buddha, tentu Taisu juga tahu,
tiada gunanya menanam benih permusuhan..... juga bukankah
kita sama-sama penganut ajaran Sang Buddha? Mengapa hanya
disebabkan ingin disebut diri sebagai jago nomor satu, harus
saling bertempur mempertaruhkan jiwa?"
”Tetapi aku menghendaki kau menemani aku main-main
beberapa jurus, agar aku bisa melihat berapa tinggi
kepandaianmu yang begitu dipuji-puji oleh orang-orang rimba
persilatan! Terimalah pukulanku ini......!" dan tanpa banyak
komentar lagi, Lu Kak Siansu telah menggerakkan tangan kiri
dan tangan kanannya serentak, ia telah menyerang dengan
hebat, dengan mempergunakan kekuatan tenaga lwekang yang
penuh. Tadi ia telah merasakan kebutan ujung lengan baju Tat
Mo Cauwsu, yang membuat tongkatnya terlepas dari
cekalannya dan telapak tangannya pecah terluka, sehingga
sekarang ia menyerang dengan kuat sekali, bersungguh-
sungguh.
Tat Mo Cauwsu sabar sekali, dengan wajah welas asih, ia
memuji akan kebesaran Sang Buddha.
"Siancai.....Siancai......” katanya. "Jangan menuruti bisikan
hati yang tidak baik, Taisu.....!" dan waktu itu kedua tangan
dari Lu Kak Siansu telah menyambar dekat pada tubuhnya, Tat
Mo Cauwsu sama sekali tidak mengelak, hanya mengulurkan
kedua tangannya, tahu2 mencekal pergelangan kedua tangan
Lu Kak Siansu.

Koleksi kang zusi.com 672


Bagaikan dijapit oleh japitan besi, Lu Kak Siansu
merasakan pergelangan tangannya sakit luar biasa, dan iapun
tidak bisa meneruskan pukulannya itu. Bahkan ketika ia
hendak menarik pulang kedua tangannya itu, ia tidak berdaya
sama sekali, walaupun ia telah mempergunakan seluruh tenaga
lwekangnya, kedua tangannya itu tidak bergeming dalam
cekalan Tat Mo Cauwsu.
Muka Lu Kak Siansu jadi merah padam, ia penasaran
bukan main.
"Lepaskan cekalanmu !" bentaknya sengit.
Tat Mo Cauwsu menyahuti, "Baik !" dan ia melepaskan
cekalannya.
Tetapi begitu cekalan tangan Tat Mo Cauwsu dilepaskan,
begitu tubuh Lu Kak Siansu terpental ke tengah udara.
Tetapi Lu Kak Siansu memiliki kepandaian yang tinggi, ia
berpoksay beberapa kali ditengah udara, waktu tubuhnya
meluncur turun, ia telah tiba lebih dulu dengan kedua kakinya
menginjak tanah, maka ia tidak perlu sampai terguling.
"Saudara Taisu, apa yang dilakukan oleh Taisu tidak ada
gunanya....!" kata Tat Mo Cauwsu dengan sabar.
"Hemm, terimalah seranganku lagi..jika memang aku kalah
ditanganmu, biarlah aku Lu Kak akan mengangkat kau menjadi
guruku !" dan membarengi dengan perkataannya itu, Lu Kak
Siansu telah menerjang lagi.
Tetapi Tat Mo Cauwsu sama sekali tidak bergerak dari
tempatnya. Waktu serangan tangan Lu Kak Siansu yang
mengandung maut itu tiba, ia membiarkan menghantam
tubuhnya.
Anehnya, bukan Tat Mo Cauwsu yang terpental oleh
pukulan yang kuat dan mematikan itu, justru Lu Kak Siansu

Koleksi kang zusi.com 673


sendiri yang terpental keras sekali, tubuhnya terapung diudara,
dan terbanting diatas tanah.
Nyali Lu Kak Siansu mulai pecah, tetapi ia penasaran
sekali.
Beberapa kali ia mengulangi serangannya, namun berulang
kali pula ia harus terbanting keras.
Akhirnya dengan nekad, Lu Kak Siansu telah memutar
kedua tangannya seperti titiran, dan kemudian dibarengi
dengan lompatan tubuhnya yang pesat, ia telah menerjang
menggerakkan kedua tangannya, menyerang hebat sekali.
Itulah serangan yang merupakan pukulan untuk mengadu jiwa,
yang bisa mematikan kedua pihak.
Tat Mo Cauwsu merangkapkan kedua tangannya sambil
memuji akan kebesaran sang Buddha, lalu berkata dengan
sabar : "Taisu telah cukup pelajaran yang Siauwceng
berikan.........!" dan waktu gempuran yang dilancarkan oleh Lu
Kak Siansu hampir tiba pada sasaran, diwaktu itulah cepat
sekali Tat Mo Cauwsu bergerak setengah memutar, dan tahu-
tahu ia telah berada dibelakang Lu Kak Siansu yang tengah
meluncur ditengah udara, cepat sekali Tat Mo Cauwsu
mengulurkan tangannya mencekal baju dipunggung pendeta
tersebut.
Cengkeraman Tat Mo Cauwsu begitu kuat, dan tubuh Lu
Kak Siansu yang tengah melayang ditengah udara, jadi
tertahan, turun tidak, meluncurpun tidak.
Lu Kak Siansu terkejut bukan main, ia berusaha
menggerakkan kedua tangannya untuk menyampok
kebelakang.
Tetapi hatinya lebih kaget lagi waktu ia merasakan seluruh
tenaganya seperti lenyap dari raganya.

Koleksi kang zusi.com 674


Lemaslah Lu Kak Siansu pecahlah nyalinya dan ciutlah
hatinya. Habis pula harapannya bisa melakukan perlawanan. Ia
jadi berdiam diri saja, tergantung ditengah udara dalam
cengkeraman tangan Tat Mo Cauwsu.
Sedangkan Tat Mo Cauwsu telah melemparkan tubuh Lu
Kak Siansu, diiringi perkataannya: "Kembalilah ke jalan lurus,
Taisu....!"
Lu Kak Siansu yang tenaganya telah lenyap, menduga
tubuhnya akan terbanting keras diatas tanah. Tetapi
kenyataannya tubuhnya itu meluncur dengan baik dan juga ia
jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu, sama sekali tidak
terbanting.
Cepat bukan main Lu Kak Siansu telah memutar tubuhnya,
melompat ke dekat Tat Mo Cauwsu, kemudian menekuk kedua
kakinya berlutut dihadapan Tat Mo Cauwsu.
"Cauwsu-ya (guru besar), terimalah murid murtad ke jalan
Sang Buddha.....!" kata Lu Kak Siansu.
"Sang Buddha maha pengasih dan penyayang, jika memang
engkau setulus hati hendak kembali ke jalan Sang Buddha,
maka pintu Sang Buddha terbuka lebar untukmu.....!"
Bukan main gembiranya Lu Kak Siansu, ia mengangguk-
anggukkan kepalanya berulang kali, sampai keningnya
menghantam tanah dengan keras sekali. Tadi ia telah
merasakan hebatnya Tat Mo Cauwsu, yang hanya beberapa
jurus telah membuatnya tidak berdaya. Kini benar2 Lu Kak
Siansu tunduk pada kehebatan pendeta India itu, yang menjadi
guru besarnya Siauw Lim Sie ini.
Begitulah, Lu Kak Siansu telah diangkat menjadi murid Tat
Mo Cauwsu. Walaupun kepandaian Lu Kak Siansu lebih tinggi
dari Sam Liu Taisu, tetapi disebabkan ia diterima dalam pintu
perguruan Siauw Lim Sie untuk menjadi murid pintu perguruan

Koleksi kang zusi.com 675


ini lebih belakang dari Sam Liu Taisu, dengan sendirinya ia
menjadi Sute (adik seperguruan) Sam Liu Taisu. Dalam hal
ilmu silat Lu Kak Siansu memang menang setingkat dari Sam
Liu Taisu, tetapi mengenai pelajaran agama Buddha, ia
tertinggal jauh sekali oleh Sam Liu Taisu. Untuk membuang
kenangan masa lalunya, dimana Lu Kak Siansu dulu banyak
melakukan perbuatan2 yang kejam dan telengas, juga ia
merupakan seorang hweshio yang jahat, maka setelah diterima
menjadi murid Siauw Lim Sie, Lu Kak Siansu mengganti nama
gelarannya menjadi Sin Ceng Siansu yang berarti pendeta yang
baru. Dengan mempergunakan gelarnya yang baru itu, Sin-
Ceng Siansu telah mulai dengan hidupnya yang baru, penuh
dengan welas kasih terhadap sesamanya.
Dan kelak Sin Ceng Siansu merupakan seorang tokoh yang
terkemuka dari Siauw Lim Sie, yang telah banyak sekali
melakukan perbuatan perbuatan mulia, mengangkat nama
Siauw Lim Sie menjadi sangat terkenal dan harum.
Hari hari telah lewat, dan Siauw Lim Sie pun tetap
berkembang dengan murid muridnya yang semakin banyak,
begitu juga ilmu silat Siauw Lim Sie yang tersiar semakin luas.
@-dewikz~Hendra-@

TAMAT
KISAH "Tat Mo Cauw Su" telah tamat, tetapi jika memang
para pembaca ingin mengetahui perkembangan dari pintu
perguruan tersebut, dimana Tat Mo Cauwsu akan terlibat
dalam perbagai persoalan yang ditimbulkan oleh tokoh2 aneh
dan sakti daratan Tionggoan, yang tidak senang dengan
berdirinya kuil Siauw Lim Sie tersebut, dapat anda
mengikutinya dalam kisah "BADAI DI SIAUW LIM SIE".

Koleksi kang zusi.com 676

Anda mungkin juga menyukai