Jilid 1
TITIK2 dari butir2 air hujan yang turun deras sekali,
menyiram seluruh permukaan bumi disekitar daerah
pegunungan Bie-san. Gunung yang lebat oleh semak belukar,
dengan jurang2 yang dalam dan curam mengerikan itu
ditambah dengan udara yang dingin menusuk tulang dan cuaca
yang gelap pekat, hanya diselingi oleh kilatan2 dibarengi suara
petir yang menyeramkan seperti raungan harimau luka, tentu
saja disekitar daerah pegunungan tersebut bukanlah merupakan
tempat yang menyenangkan untuk didiami. Hujan turun sejak
pagi tadi sampai menjelang sore, air dari langit itu masih juga
menyiram bumi dengan deras.
Binatang2 liar yang menjadi penghuni di sekitar hutan-
rimba dipegunungan Bie-san telah mencari tempat
bersembunyi masing2, tidak ada seekorpun yang
memperdengarkan suara mereka, bagaikan mereka takut
menghadapi murkanya langit yang acapkali memantulkan
kilatan2 yang menyilaukan dengan disertai oleh ledakan2 suara
guntur. Memang suasana demikian cukup menyeramkan untuk
seseorang berada ditempat tersebut.
Tetapi bukan berarti ditempat tersebut tidak ada manusia,
karena diantara siraman air hujan yang turun begitu deras,
tampak dipinggang gunung sebelah selatan, dekat dengan Lam-
hong (bukit selatan), tampak sesosok tubuh kecil yang tengah
ber-lari2 cepat tanpa mengacuhkan ledakan2 guntur dan
siraman air hujan yang deras. Mungkin terlampau ter-gesa2
Koleksi kang zusi.com 3
atau memang sudah sangat letih, sosok tubuh kecil itu berulang
kali jatuh, namun cepat pula dia bangun dan melanjutkan pula
larinya.
Ketika tiba dipermukaan hutan kecil, tanpa memperdulikan
didalam hutan tersebut ada binatang buas yang mungkin bisa
mencelakai dirinya, sosok tubuh itu telah menerobos dengan
cepat dan telah menerjang kedalam hutan dengan bersusah
payah, karena seringkali dia jatuh bangun akibat rintangan
akar2 pohon yang malang melintang dan juga hutan itu
walaupun merupakan hutan yang tidak begitu luas, namun
pohon2 liar yang tinggi besar bertumbuhan lebat sekali.
Didalam hutan inilah siraman air hujan tidak sederas diluar
rimba tadi, karena butir2 air hujan itu terbendung sebagian
besar oleh daun2 pohon yang lebat rapat. Sosok tubuh itu
berhenti berlari, dia berdiri bingung dibawah sebatang pohon,
memandang sekelilingnya berusaha menembus kegelapan
disekitarnya.
Kilat memancarkan cahayanya yang terang untuk sejenak,
kemudian suara guntur telah memecahkan kesunyian disekitar
tempat tersebut.
Diantara pancaran cahaya kilat yang sempat menerobos
masuk diantara sela2 daun pohon2 dihutan kecil itu, sosok
tubuh kecil itu ternyata tidak lain dari seorang anak lelaki
berusia diantara delapan tahun. Melihat seorang anak kecil
berada di-tengah2 hutan dalam suasana keganasan alam yang
tengah berlangsung, telah merupakan peristiwa yang cukup
mengherankan. Karena jangankan seorang anak, sedangkan
seorang yang dewasapun akan takut untuk berada seorang diri
di-tengah2 keganasan alam pada saat itu. Tetapi yang luar biasa
lagi adalah keadaan anak kecil itu. Tubuhnya kurus kecil,
pakaiannya robek disana-sini, dan juga diwajahnya yang
dibasahi oleh siraman air hujan itu, tampak noda2 darah yang
telah mengering. Matanya yang sebelah kiri juga membengkak
Jilid 2
KIM KUT MO SAT sebetulnya sangat marah sekali, tetapi
dia menindih perasaan gusarnya itu.
“Siapa kau? Dan siapa gurumu ?" tegurnya dengan suara
menyeramkan.
“Aku? Kau menanyakan diriku? Aku tidak keberatan
memberitahukan kepadamu namaku! Ayahku biasanya
memanggil aku dengan sebutan Lian-jie (anak-Lian), engkau
boleh juga memanggil aku dengan sebutan itu ! Tetapi jika
engkau ingin mengetahui siapa guruku, hal itu tidak bisa
kuberitahukan, nanti engkau mendengar nama guruku, tentu
ter-kencing2 karena ketakutan......"
Jilid 3
SEDANGKAN si pengemis tetap dengan sikapnya yang
adem-ayem, dia duduk sambil memakan daging ayam
panggang diselingi dengan tegukan araknya.
Jilid 5
TETAPI Sin Han telah nekad benar, apa lagi sekarang dia
mendengar tadi Tung Sie Cinjin me-nyebut2 Sin Kun Bu Tek,
pengemis tua yang diketahui baik padanya, dengan sendirinya
semangat Sin Han jadi terbangun, dia pun girang si pengemis
yang di-cari2nya itu bisa muncul ditempat ini. Maka bukannya
dia melepaskan gigitannya, dia justru telah menggigit semakin
kuat saja, disamping itu, tangannya juga telah merangkul
pinggang Kiangjie dengan keras tanpa memperdulikan
pukulan2 kalap dari Kiangjie dipunggungnya.
Sin Kun Bu Tek yang melihat kejadian itu telah sengaja
memperdengarkan suara tertawa mengejeknya.
”Hemm, lihatlah muridmu yang goblok dan hanya bisa
gegares itu, telah me-lolong2 seperti anjing yang terjepit !
Jilid 6
Saat mereka tiba di sebuah hutan, mereka melihat didekat
akar pohon yang melintang itu terdapat sesosok mayat, yang
menggeletak sudah tidak bergerak lagi.
Sebetulnya mayat itu tidak terlalu luar biasa jika tidak
terdapat sesuatu yaag istimewa. Tetapi keadaan mayat itu
justru sangat mengerikan sekali. Sepasang tangan dan kaki dan
mayat itu telah di-potong2 tidak karuan, dan muka mayat
itupun telah dibakar hangus sehingga tidak dikenali lagi
wajahnya.
”Perbuatan biadab...!" mendesis Sin Kun Bu Tek dengan
suara kemarahan.
”Ya siapa yang telah melakukan perbuatan kejam seperti ini
?" menggumam Sin Han dengan hati yang goncang.
”Dan... dan kematian orang ini suhu, benar2 sangat
menakutkan sekali ....!"
”Inilah perbuatan manusia2 jahat yang tidak mengenal
perikemanusiaan !" kata Sin Kun Bu Tek dengan suara
mengandung kegusaran. "Hemm .... tunggu, apa itu !?" dan Sin
Kun Bu Tek berjongkok, dia mengambil sesuatu dari tangan si
Jilid 8
“TECU sangat malu, sudah cukup lama tecu menerima
pelajaran dari suhu, tetapi kenyataannya tecu (murid) tidak bisa
menyandak dan mengejar suhu, walaupun suhu hanya berjalan
Jilid 9
DIKALA Sin Kun Bu Tek menarik pulang tangannya,
disaat itu terlihat pergelangan tangan si pengemis telah
berwarna merah, karena tadi lengannya itu sangat keras
membentur lengan lawannya.
Dalam keadaan demikian, Sin Kun Bu Tek bertambah
semangat dalam bertempurnya. Bukankah dia hanya perlu satu
jurus lagi saja untuk menghadapi lawannya itu ? Sembilan
jurus telah dilewatkan, dan kini hanya tinggal satu jurus untuk
Siang Niauw Pek Sian membereskan Sin Kun Bu Tek.
Jilid 10
DALAM perjalanan menuju kepintu kota sebelah barat Tat
Mo Cauwsu telah teringat kepada Sin Han.
”Anak itu merupakan bahan yang baik ! Mudah2an saja
urusan cepat selesai, dan berhasil merubuhkan Koko Timo,
sehingga aku bisa membimbing anak itu.....!!" berpikir Tat Mo
Cauwsu didalam hatinya. Dan diapun telah tersenyum.
Tampak Tat Mo Cauwsu memang terkesan baik sekali pada
Sin Han. Dia melihatnya Sin Han memiliki kepribadian yang
baik, tulang2 yang bagus, disamping bakatnya yang menonjol
sekali. Maka dari itu Tat Mo Cauwsu memang ber-sungguh2,
jika urusannya dengan Koko Timo telah dapat diselesaikannya,
maka dia akan mencari Sin Han, untuk mendidiknya berbagai
ilmu silat kelas tinggi....
Berpikir sampai disitu, tiba2 Tat Mo Cauwsu merasakan
bahwa dibelakangnya ada seseorang yang menguntitnya.
Walaupun Tat Mo Cauwsu tidak menoleh kebelakang, tetapi
lewat hati kecilnya dia yakin ada seseorang yang diam2
mengikutinya.
“Siapa dia....?" pikir Tat Mo Cauwsu dalam hatinya.
“Didengar dari suara tindakan kakinya orang ini memiliki
Jilid 11
”TAISU terlalu merendah dan memang sudah sepatutnya
Taisu menerima penghargaan yang tinggi dari kami golongan
Kangouw di Tionggoan ! Jika menurut penglihatan aku yang
picik, tentu tidak ada seorangpun kaum gagah kalangan
Kangouw di Tionggoan ini yang bisa menandingi kepandaian
Taisu....” kata Gin Tok Siucai lagi dengan sikap bersungguh-
sungguh.
Koleksi kang zusi.com 373
”Ah, tidak bisa Hengtai berkata begitu, bukankah tinggi
gunung ada yang lebih tinggi lagi ? Sudahlah, kini mari kita
melihat kepada persoalan lain ! Tadi secara kebetulan, aku
telah melihat dibatu itu terdapat lukisan yang berbentuk kepala
tengkorak manusia.” Dan sambil berkata begitu, Tat Mo
Cauwsu telah menunjuk ke batu yang berada dibawah batang
pohon itu, dibatu yang berukiran kepala tengkorak manusia.
Gin Tok Siucai waktu melihat ukiran kepala tengkorak
manusia itu jadi berobah mukanya pucat pias, dia juga
mengeluarkan seruan tertahan.
Tat Mo Cauwsu melihat perobahan muka Gin Tok Siucai,
dia jadi heran melihat pelajar seruling perak yang
kepandaiannya tinggi itu bisa memperlihatkan sikap seperti
ketakutan begitu melihat ukiran kepala tengkorak di batu
tersebut.
“Celaka Taisu ! kita harus cepat-cepat meninggalkan
tempat ini, kalau terlambat .....tentu kita bisa menerima
bencana yang sangat hebat sekali .....!” suara Gin Tok Siucai
waktu berkata begitu tergetar, tampaknya dia memang
ketakutan sekali.
Tat Mo Cauwsu tambah heran dan menatap dalam dalam
kepada Pelajar berseruling perak tersebut, dia telah berkata
dengan suara yang tetap tenang. “Tunggu dulu Hengtai,” dia
juga menarik tangan si pelajar seruling perak itu, karena Gin
Tok Siucai seperti hendak cepat-cepat angkat kaki berlalu dari
tempat tersebut. “Gambar ukiran kepala tengkorak manusia itu
apa artinya? Mengapa Hengtai begitu berkuatir ?”
Si pelajar seruling perak telah menatap Tat mo Cauwsu
dengan sinar mata yang gelisah, diapun telah berkata :
“Apakah... apakah Taisu belum pernah mendengar tentang Khu
Ke Lo Mo (Iblis Tengkorak) Cung Cie Liang ?”
Tat Mo Cauwsu memperlihatkan sikap seperti heran.
Jilid 12
TIBA-TIBA Tat Mo Cauwsu telah merobah cara
bertempurnya, dengan jurus ‘Hong Liu Cut Hay' atau 'Angin
Menerpa Yangliu Masuk Kelautan’, tahu2 tangan Tat Mo
Cauwsu telah bergerak gerak cepat sekali.
Yang luar biasa bukanlah gerakan kedua tangannya yang
cepat, tetapi angin serangan tangan Tat Mo Cauwsu yang
berkesiuran, sehingga di tempat tersebut bagaikan diterpa oleh
terjangan badai dan angin topan.
Keuki Takashi juga nampaknya terkejut dengan perobahan
cara bersilat yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu, karena
begitu kedua tangan Tat Mo Cauwsu bergerak-gerak dengan
lincah dan cepat, segera pula menyambar angin serangan yang
tidak hentinya menerjang dirinya.
Bahkan yang membuatnya jadi kaget sekali, setiap
terjangan angin serangan yang dilancarkan Tat Mo Cauwsu
membuat tubuhnya jadi terhuyung berulang kali.
Tetapi Takashi juga memiliki kekuatan dan kepandaian
yang dapat diandalkan olehnya, sehingga dia tidak menjadi
Koleksi kang zusi.com 410
gugup menghadapi keadaan seperti ini. Bahkan cepat sekali dia
mengerahkan kekuatan dikedua telapak tangannya dan
menerjang dengan kekerasan.
Tat Mo Cauwsu menyadari bahayanya telapak tangan
Keuki Takashi yang mengandung tenaga gwakang, dia tidak
mau saling membenturkan tangannya dengan pihak lawan
tersebut. Memang bisa saja dia menghadapi tenaga serangan
lawannya dengan mempergunakan tenaga lwekangnya atas
latihan Yoga yang dimilikinya, namun Tat Mo Cauwsu tidak
mau menempuh resiko seperti itu. Dengan menggerakkan
ginkangnya, tubuh Tat Mo Cauwsu berkelebat-kelebat
mengelakkan serangan-serangan Keuki Takashi, sambil balas
menyerang dengan tidak kalah hebatnya.
Menghadapi cara bertempur yang dilakukan Tat Mo
Cauwsu, Keuki Takashi rupanya kaget bercampur penasaran,
dengan mendongkol beberapa kali dia harus mengelakkan diri
juga, karena pernah sekali terjadi waktu keuki Takashi tidak
memperdulikan serangan Tat Mo Cauwsu dan terus
menggempur dada pendeta itu, tangan Tat Mo Cauwsu singgah
didadanya, sehingga tubuh Keuki Takashi jadi tergoncang
hebat dan mundur dengan wajah yang pucat. Sedangkan yang
mengejutkan dia justru waktu tadi tepian telapak tengannya
berhasil menggempur punggung pendeta India tersebut, dia
merasakan tenaga serangannya seperti lenyap karena Tat Mo
Cauwsu mempergunakan ilmu (tenaga lunak) untuk menerima
gempuran yang dilakukan oleh Keuki Takashi yang membuat
punggungnya itu selunak kapas, dengan demikian lenyaplah
daya tenaga serangan Keuki Takashi.
Jago Jepang yang bertubuh gemuk pendek itu telah berdiam
diri sejenak menatap tajam pada Tat Mo Cauwsu. Hasil
serangannya yang tidak memberikan hasil apa apa padanya
membuat dia heran tercenung, dia tidak mengerti mengapa
punggung pendeta itu bisa selunak kapas.
Jilid 14
TAT MO CAUWSU telah tersenyum.
“Memang Siauwceng juga memiliki dugaan yang serupa,”
katanya. “Maka jika memang urusan ini ingin dibuat terang,
biarkanlah Siauwceng mengantarkan Wie Siecu sampai
bertemu dengan Pangcunya...!"
Tetapi belum lagi suara Tat Mo Cauwsu selesai, Ang Bie
Tin telah habis sabar, dia mengetahui tidak mungkin bisa
membujuk pendeta itu.
Dengan cepat dia mengeluarkan suara seruan yang nyaring
dan tangan kanannya telah bergerak akan mencengkeram bahu
si pendeta.
Gerakan yang dilakukan oleh Ang Bie Tin itu sangat cepat
dan berbahaya, karena dikelima jari tangannya itu mengandung
kekuatan yang dahsyat sekali.
Jika orang yang berkepandaian biasa saja diserang seperti
itu, tentu akan menjadi gugup. Dan jika serangan tersebut
berhasil mengenai sasarannya, pasti akan membuat pundak dan
tulang pipe sang korban menjadi hancur.
Dengan hancurnya tulang pipe, maka seseorang akan
bercacad, dan lenyap pulalah ilmu silat yang telah
dipelajarinya.
Melihat cara menyerang Ang Bie Tin telah membuat Tat
Mo Cauwsu memperoleh kesan tidak baik pada orang yang
bertubuh gemuk ini.
Jilid 15
TAT MO CAUWSU mengangguk, dia menyatakan
kesediaannya untuk menasehati Auwyang Siung Bun. Padahal
Tat Mo Cauwsu menyadari, permintaan yang tampaknya kecil
itu, sesungguhnya mengandung tanggung jawab yang besar,
karena dengan menyanggupi untuk menasehati Auwyang Siung
Bun, berarti Tat Mo Cauwsu harus mencari orang she
Auwyang itu, untuk nanti menasehatinya atau
menggempurnya...!
Setelah berkumpul dengan para pengemis itu empat hari
lamanya, Tat Mo Cauwsu telah pamitan untuk melanjutkan
perjalanannya. Sebelum berlalu, Tat Mo Cauwsu mengingatkan
kepada Sun Cie Po agar berhati-hati jika berhadapan pula
dengan Kwee Bo In atau Keuki Takashi.
Sun Cie Po juga mengangguk sambil menyatakan bahwa
dia tengah memikirkan cara yang terbaik untuk dapat
menguasai Kwee Bo In dan Keuki Takashi. Menurut Sun Cie
Po, dia ingin mengelakkan pertemuan sementara ini dengan
kedua orang itu, karena walaupun bagaimana dia mengakui
bahwa kepandaian yang dimilikinya tidak cukup untuk
menghadapi kedua orang itu, Jika dia mengerahkan orang2nya,
mungkin hanya akan mendatangkan bencana dan korban yang
tidak sedikit. Maka cara yang terbaik adalah mengelakkan diri
dari bentrokan dengan kedua orang itu.
Senang Tat Mo Cauwsu mendengar hal itu, dia telah
memuji kebijaksanaan Sun Cie Po.
Jilid 16
KARENA dia melancarkan serangan dengan cara yang
menyimpang kesamping dulu, dengan demikian waktu Tat Mo
Cauwsu hendak menyingkir kesamping, ditempat itu telah
menanti tenaga yang kuat sekali dari lwekang Bu Bok Sun.
Dan tenaga lwekang itu telah menghambat gerakan Tat Mo
Cauwsu.
Jilid 17
Pai Cing Han tidak hanya menangkis, karena begitu Bin
San Siucai menarik pulang tangannya, Pai Cing Han malah
membarengi menotok kearah ketiak lawannya. Totokan yang
dilakukannya tersebut merupakan totokan yang disertai tenaga
sinkang, kalau mengenai sasaran dengan tepat, jelas akan
membuat Bin San Siucai tergempur tenaga dalamnya.
Pelajar tersebut mana mau membiarkan dirinya tertotok,
cepat sekali ia telah mengeluarkan tenaga dalamnya dan
berusaha menangkis lagi. Walaupun gerakannya kalah cepat
dengan gerakan tangan Pai Cing Han, namun kenyataannya ia
masih berhasil menangkis, dan dikala tangan Pai Cing Han
masih juga meluncur lagi kearah atas dari ketiaknya, Bin San
Siucai telah melompat mundur tiga langkah.
Jilid 18
MAKA ia telah berkelit dengan gerakan seperti orang yang
sempoyongan mabok arak, tubuhnya bergoyang kekiri dan
kekanan tidak hentinya, dan diwaktu itu ia juga telah beberapa
kali mempergunakan serulingnya untuk menangkis. Cepat
sekali serulingnya itu telah menghantam berulang kali,
membuat pedang Thio Su Ing seperti tergetar dan sering
hampir terlepas dari cekalannya.
Begitulah, kedua orang ini terus juga bertempur dengan
saling mengeluarkan tenaga dan kepandaian mereka, terutama
sekali Thio Su Ing yang telah mempergunakan ilmu
pedangnya, dimana ia mempergunakan Kiam-hoat, ilmu
pedang yang paling istimewa yang dimilikinya.
Sinar pedang itu ber-gulung2 menyambar kepada Yin Sui
Hong. Walaupun memang tampaknya ia tidak bisa merubuhkan
Yin Sui Hong, kenyataannya memang terlihat jelas betapa ia
berlaku nekad, sehingga dengan kenekadannya itu, ia memaksa
Yin Sui Hong harus berlaku hati2, karena Yin Sui Hong tidak
mau terbinasa atau bercelaka bersama dengan lawannya.
TAMAT
KISAH "Tat Mo Cauw Su" telah tamat, tetapi jika memang
para pembaca ingin mengetahui perkembangan dari pintu
perguruan tersebut, dimana Tat Mo Cauwsu akan terlibat
dalam perbagai persoalan yang ditimbulkan oleh tokoh2 aneh
dan sakti daratan Tionggoan, yang tidak senang dengan
berdirinya kuil Siauw Lim Sie tersebut, dapat anda
mengikutinya dalam kisah "BADAI DI SIAUW LIM SIE".