com/
JILID 1
Buat Penduduk Kie-lok, Tit-lee, nama Jie Hiong Wan sudah
tidak asing lagi Mulai umur delapan-belas tahun ia telah
masuk dikalangan piauw-su, dalam usia enam puluh lebih ia
telah undurkan diri. Ia telah kunjungi banyak tempat,
bertempur dengan banyak lawan, tetapi ia juga telah dapatkan
banyak kenalan. Iapun terkenal manis-budi dan pemurah hati.
Dikalangan Sungai Telaga orang panggil ia Tiat cie tiauw, si
Garuda Sayap Besi, tetapi setelah usianya bertambah, dengan
singkat ia dipanggil Lauw-Tiauw, si Garuda tua.
Mula2 piauwsu ini bekerja pada Tay Hin Piauw-hang di Pak-
khia, dua puluh tahun lebih ia telah kerahkan tenaga dan
kepandaiannya, hingga piauw-hang itu jadi piauw-hang yang
kesatu dikota raja, tetapi setelah masuk umur empat puluh
lebih, ia anggap ia tidak boleh terus jadi kuli orang, maka ia
meletakkan jabatannya dan pulang kekampung halamannya
sendiri, Kie lok, dan disitu mendirikan Hiong Wan Piauw-hang,
yang dibawah pimpinannya sendiri, dapat kemajuan cepat,
karena namanya telah menjadi tanggungan utama. Malah
sekarang, bila menghantar piauw, ia tidak usah selalu
menghantar sendiri, cukup asal benderanya ditancap dikereta
barang2 yang dilindungi, dan karcis nama nya dibawa guna
dihaturkan kepada orang yang berkepentingan. Sebegitu jauh
ia belum pernah menghadapi rintangan apapun juga, sehingga
banyak saudagar menaruh kepercayaan besar padanya.
Akan tetapi pada suatu hari datanglah saatnya Hiong Wan
Piauw-hang ditutup secara mendadak, hingga orang heran,
malah orang2 dalam rumahnya tidak terkecuali juga. Orang
heran, karena orang tahu perusahaan berjalan baik dan sebab
penutupannya merupakan suatu rahasia.
Pada suatu hari Jie Loo-piauw-tauw berangkat seorang diri
ke Holam, ia pergi selama satu bulan lebih, kapan ia pulang,
dengan lantas ia bubarkan perusahaannya, semua pegawai
diberhentikan, dan sejak itu ia jadi lebih sabar daripada
biasanya, bila tidak perlu ia tidak keluar. Putusan mendadak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
pintu, yang ia kunci dan ganjal dengan batu besar. Siu Lian
sudah lantas tuang teh untuk ayahnya.
„Sebenarnya bagaimana duduknya hal ini” baru sekarang
Lauw-sie tanya. „Kenapa empat orang itu bersikap demikian
bengis?"
Sang suami menghela napas.
„Kasihlah aku mengaso sebentar, nanti aku tuturkan
duduknya perkara," ia menyahut.
Ia letakkan golok dipojok meja, ia samperkan kursi dan
duduk disitu. Sekarang kelihatan napasnya sedikit memburu.
„Minum teh dulu, ayah," Siu Lian berkata.
Ayah itu sambuti cangkir teh yang di sodorkan, isinya ia
irup kering.
„Baiknya kau ikut, anak, jikalau tidak pastilah aku akan jadi
korban tangan jahat dari musuhku," kemudian kata Jie Hiong
Wan.
Air mata Siu Lian mengetel kapan ia dengar ucapan ayah
itu, ia terharu kapan ia ingat kejadian kejadian tadi, yang
hebat.
Melihat anaknya menangis, mata ayah itu pun
mengembeng air.
„Kau ingat kejadian enam tahun yang sudah?" kemudian si
orang tua berkata, sambil menghela napas. „Waktu itu kau
baru berusia sebelas tahun, kau tentu masih ingat itu. Ketika
itu aku pergi ke Holam, pulangnya aku lantas tutup piauw-
hang kita, aku berhenti berusaha. Nah, permusuhan itu telah
dimulai sejak itu, permusuhan besar sekali!....." Karena
terharu, jago tua ini menangis. „Kau dulu punya Ho Jie-siok,"
ia meneruskan, suaranya tidak lancar. Ia lalu menunjuk pada
isterinya yang duduk didekat meja sambil menepas air mata
juga, karena isteri ini turut terharu: „Ibumu pernah lihat
encekmu itu, ibumu kenal dia. Ia adalah Potoo Ho Hui Liong,
diwaktu mudanya, ia adalah sobatku yang paling kekal.
Tatkala itu kami masih sama-sama tinggal di Pakkhia, aku
bekerja di Tay Hin Piauw-hang, ia di Po An Piauw-hang, Selagi
senggang kami senantiasa berada berduaan, pasang omong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Oleh karena rahasia tak dapat ditutup lagi, Jie Hiong Wan
lantas tuturkan hal permusuhannya dengan keluarga Ho,
bagaimana keluarga itu datang mencari balas. Diakhirnya, ia
tambahkan ;
,,Aku sudah tua, semangatku sudah kendor, tenagaku
sudah kurang, sudah begitu, anakku satu cuma seorang
perempuan, meski kepandaiannya sudah boleh diandalkan ia
toh tetap seorang perempuan. Disebelah itu, anakku, apabila
terjadi suatu apa atas dirinya, bagaimana nanti aku bisa ke
temui besanku? Maka itu, Ceng Lee, aku telah panggil kau,
aku ingin kau bantu aku."
,.Jangan kuatir, suhu !" berkata Ceng Lee sambil tepok-
tepok dada. ,,Aku sekarang mengajar silat pada dua orang
murid, kecuali jam belajar, aku punya banyak tempo, maka
baiklah aku pindah kesini, akan tinggal sama suhu. Siang atau
malam, jikalau ada orang2 tidak tahu diri berani datang
ganggu suhu, lihat, pasti aku nanti labrak mereka !"
Jie Hiong Wan serang mendengar suaranya murid itu, ia
tahu murid ini beradat keras. Ia tahu, Sun Ceng Lee memang
bernyali besar dan selama ini kepandaian-nyapun telah
bertambah.
„Baiklah," ia lalu menjawab. „Bersama-sama Cui Sam kau
boleh pindah kesini, kau boleh pakai kamar diluar itu."
Ceng Lee dan Cui Sam benar2 pindah, mereka bertempat
dikamar barat. Maka sejak itu, kecuali sedang mengajar, Ceng
Lee terus berada dirumah gurunya, goloknya ia telah asah
tajam, setiap malam ia keluar meronda tiga sampai empat
kali, Tapi, selang dua-tiga hari, tidak ada terjadi suatu apa.
Pertempuran diluar kota dengan tidak perdulikan sebabnya
pertempuran itu sudah terbitkan kegemparan diantara orang
banyak. Baru dua hari atau orang banyak telah ketahui
kepandaiannya nona Jie, hingga ada yang mengatakan : „Oh,
kiranya kegagahan nona Jie melebihi ayahnya!"
Disebelah kekaguman itu, ada beberapa anak muda yang
sebaliknya jadi lesu. Mereka ini, bangsa hidung-belang,
tadinya mengharap akan bisa dapati sinona, tapi sekarang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Oh, kiranya Nio Tauwkee!" kata Jie Hiong Wan. „Hari itu
diluar kota syukur ada kau yang memisahkan, jikalau tidak,
pasti akan terbit perkara darah hebat....."
Lantas ia letakkan goloknya dipinggir tembok dan minta Cui
Sam menyuguhi teh.
„Siotit tinggal di Lam-kiong," Nio Bun Kim kemudian
perkenalkan diri lebih jauh. „Disini siotit punya perusahaan,
maka itu siotit jadi sering datang kemari.
Kemarin ini siotit pergi keluar guna mengunjungi sobat,
dalam perjalanan pulang siotit saksikan pertempuran itu. Siotit
kagumi kepandaian loo siok dan puterimu dalam memainkan
golok, tetapi kalau sampai aku datang menyelak, itulah
disebabkan kuatir nanti terbit perkara darah yang ber-ekor
panjang. Sebenanya aku hendak bikin kunjungan hari itu juga,
sayang karena ada sedikit urusan, aku telah mesti
menundanya sampai hari ini. Aku harap loo-siok dan puterimu
banyak baik."
„Terima kasih buat kebaikan kau tuan'
Jie Hiong Wan jawab. „Aku undurkan diri dari kalangan
Sungai Telaga sudah hampir sepuluh tahun, aku tahu, aku
adalah orang yang bersikap damai, tetapi kejadian hari itu
hingga kini aku masih belum mengerti duduk hal, aku tidak
tahu kenapa orang cari dan musuhkan aku. Bisa jadi mereka
dulu diluar tahuku bersangkutan dengan aku dan baru
sekarang mereka datang mencari....."
„Loo siok seorang yang terkenal, dulu loo-siok sering
lakukan banyak kebaikan, tidak heran, karena perbuatan loo-
siok itu, ada orang yang mendendam sakit hati," berkata si
anak muda, yang sikapnya manis. „Rupanya karena sekarang
loo-siok telah berusia tinggi, mereka jadi tidak pandang mata,
begitulah mereka datang balas, tetapi, diluar sangkaan
mereka, tinggi usia loo-siok, loo-siok masih gagah seperti
sediakala, hingga maksud mereka gagal, sedang disebelah
loo-siok, ada puterimu yang gagah! Aku percaja dibelakang
hari mereka tidak akan berani datang pula kemari."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
buat coba ”piebu" dengan nona itu, agar si nona kagum dan
sukai ia, dengan begitu dengan mudah ia bisa dapati nona itu.
Dengan keinginan ini, ia harap bisa ikat tali persahabatan,
supaya bisa sering sering datang kerumahnya simanis. Ia tidak
sangka, bahwa ia telah disambut dengan dingin. Penyambutan
ini bikin ia panas hati.
„Aku gagah dan cakap, aku berharta besar," demikian ia
pikir, „orang lain malah sodor2kan gadisnya, supaya bisa
bersanak dengan aku, tetapi kau, satu piauwsu, satu tua
bangka, kenapa kau bertingkah? Apa itu disebabkan kau
punya gadis cantik, yang mengerti silat juga, maka kau
hendak pegang harga tinggi? Lihat, lihat bagaimana aku nanti
dapati gadismu!"
Dengan memikir demikian, Nio Bun Kim jadi sudah
beringatan jahat, sudah begitu, selagi bersantap dirumah
makan, dua kawannya yang telah ketahui kegagalannya tadi
siang sudah pukul sindir padanya, hingga ia jadi bertambah
panas.
Bouw Cu Cun tahu yang Tiat-cie-tiauw tidak boleh dibuat
permainan, ia merasa pasti Bun Kim tidak akan sanggup
lawani jago tua itu, tetapi dengan sengaja, ia ojok2 cucu-
keponakan itu.
Sek Tiong Houw adalah pemuda hartawan dari Lam-kiong,
ia selamanya mau lebih menang daripada Bun Kim, akan
terapi ia tahu betul siapa adanya Jie Hiong Wan, kendati iapun
mengilar pada nona Jie, ia tidak berani main gila terhadap si
Garuda Tua Dimata ia Siu Lian adalah laksana bunga mawar,
indah dan wangi, melainkan harumnya hanya bisa dicium dari
jauh, keindahannya cuma bisa dipandang, kalau diraba,
durinya lantas menusuk jari karena ini ia mundur sendirinya.
Iapun tidak percaya yang Bun Kim bisa dapati nona itu, tetapi
ia jail seperti Bouw Cu Cun, ia sengaja sindirin kawan itu.
Sekalipun mereka menggoda, dua kawan itu tidak pernah
menyangka bahwa Nio Bun Kim begitu berani mati, malam2
sudah satroni rumah keluarga Jie.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
si engku jahil. Tiga orang yang lain adalah pegawai toko Tay
Tek Hoo.
„Kau tentu sudah mabuk, maka kau jatuh sampai terluka,"
kala Cu Cun. „Kau tahu, kami telah cari kau ubek2 an ! jangan
kau tolak kebaikan orang."
Kendali demikian, Bun Kim masih memaki, hingga Tiong
Houw sambil tertawa dingin berkata ;
„Kau boleh memaki kalang kabutan, aku tidak mau bilang
apa2, tunggu sampai besok kita pulang, aku nanti pergi
ketemu pehhu....... "
Akhirnya mereka ini berjalan pulang ke toko Tay Tek Hoo,
dengan bikin banyak ramai disepanjang jalan yang gelap
gulita, cuma dua lentera yang menerangi jalanan. Kapan
mereka sudah Sampai, Cu Cun perintah ambil air, buat si
tauwkeh muda cuci muka. Kemudian Bun Kim rebah sambil
sedot candu, mukanya ia rasai masih sakit sekali, hatinya
bimbang karena ia jeri.
“Kejadian hebat sekali, aku terlalu sembrono," demikian ia
berpikir. „Jikalau sinona Jie bunuh aku, atau si orang lelaki
kemplang mampud aku, habis perkara, tetapi kapan si orang
tua ringkus aku dan serahkan aku pada pembesar negeri,
inilah hebat, sebab kendati juga bisa digunai pengaruh uang,
buat loloskan aku, malunya bukan main ! Baiknya sinona ada
belas kasihan dan si tua-bangka berhati murah, mereka suka
merdekakan aku . . . .ya, ini adalah satu pengajaran bagiku .
..." Lantas setelah itu Bun Kim ingat dua kawannya.
„Cu Cun aku punya engku, ia tentu tidak akan uarkan
rahasiaku ini," demikian ia pikir lebih jauh, „tetapi Tiong Hauw
orang luar, ini berbahaya, kalau ia cerita diluaran, namaku
akan ternoda."
Oleh karena memikir begini, ia lantas berbangkit,
hampirkan sobat itu pada siapa ia menjura.
„Harap kau maafkan aku buat perkataan-perkataanku tadi,"
ia memohon.
Orang she Sek itu bawa aksi, ia tetap gusar dan tidak mau
mengerti, adalah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 2
„TAPI AKU TIDAK MAIN MAIN dengan kau, sobatku !"
Tiong Hai baliki, sekarang dengan roman sungguh2. Dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sebenarnya, aku telah tolongkan kau cari nona yang elok luar
biasa serta gagah, aku hanya tidak kenal orang itu, aku
melainkan hendak tunjuki dia pada kau, maka di umpamakan
kau penuju, kau boleh berdaya akan majukan lamaran
sendiri........"
Mau atau tidak, Lie Bouw Pek toh merasa tertarik. Dia
tertawa.
„Coba bilang, nona itu anak siapa?" dia tanya.
„Kau kenal atau tidak Loo piauw tauw Jie Hiong Wan dari
Kielok ?" Tiong Hauw balik menanya.
„Aku pernah dengar namanya Jie Loo piauw tauw, cuma
orangnya aku tidak kenal"
„Yang aku maksudkan adalah putrinya jago tua itu" Tiong
Hauw lantas terangkan „Nona itu bernama Siu Lian, umurnya
baru enam atau tujuh belas. Bicara tentang kecantikannya, dia
bisa bikin negeri dan kota rubuh! Melihat dia, See Sie akan
tunduki kepala ! Kalau di Kielok orang sebut Jie Biejin, tidak
ada satu orang yang tidak ketahui!"
Bouw Pek manggut.
„Kalau ditempat kecil ada orang elok, itulah tidak heran
apabila dia telah tarik perhatian orang banyak," dia bilang.
Tetapi Sek Tiong Houw geleng kepala.
„Tidak, bukannya begitu, sobatku !" dia kasi tahu. „Aku
lihat, sekalipun dikota besar, sukar akan cari tandingannya si
elok she Jie itu! Kau tidak ketahui, kecuali keelokannya,
kegagahannyapun sama tersohornya!" dia kata dengan roman
sungguh2. „Dengar sobatku," Tiong Houw melanjutkan,
„tadinya orang melainkan ketahui Jie Loo piauw tauw punya
anak dara yang cantik manis, adalah setelah beberapa hari
yang lalu baru ketahuan kegagahannya si nona. Hari itu Jie
Loo piauw tauw telah ajak anak isterinya pergi keluar kota
untuk sambangi kuburan leluhur mereka, pulangnya, ditengah
jalan mereka dipegat oleh beberapa musuh mereka. Semua
musuh bersenjata golok, sebaliknya sijago tua tidak, karena
dia tidak bekal senjata. Adalah selagi si jago tua dibokong,
gadisnya telah lompat menerjang si penyerang, golok siapa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
carikan pekerjaan untuk kau, asal kau mau bekerja betul, kau
pasti akan peroleh ke majuan . . . ."
„Benar," Bouw Pek lekas menyawab, „cuma, buat pergi
kekota raja, aku perlu lebih dahulu dapati surat dari piauwcek,
jika tidak, sesampainya disana aku tetap nganggur. Kemarin
aku pergi pada kouwma, surat dari kota raja tidak ada,
rupanya kita mesti bersabar lagi beberapa hari. Lantas, gunai
ketika yang baik ini, Bouw Pek teruskan :
,Pada tahun yang lalu, waktu bikin ujian diibukota propinsi
aku ketemu seorang dari Kielok, Kee Seng Hun namanya," dia
kata. „Sobat itu sudah lulus sebagai kiedjin dan sekarang jadi
tiekoan, baru saja dia pulang kekampungnya, maka aku pikir
besok aku mau pergi ke Kielok, akan mengunjungi sobat itu.
Aku ingin bicara dengan sobat itu, supaya jika bisa, biarlah dia
bantu carikan aku pekerjaan
„Memang sebenarnya kau perlu pergi ke luar, buat
dapatkan kenalan," berkata sang
paman. ,,Tanpa banyak kenalan, kendati kau terpelajar
tinggi, dengan diam saja dirumah, kau tidak nanti dapati Lauw
Pie yang tiga kali berkunjung kerumah gubuk. Setelah kata
begitu, Lie Hong Keng ber lalu, tinggalkan keponakan itu,
yang berduka sampai hampir menangis. Tapi sekarang
berbayang harapan baru didepan mata nya, dia harap
bayangan itu bisa bikin kecil kesukarannya. Maka itu, tidak
tempo lagi, dia lantas siap, sedia buntalan untuk besok
berangkat.
Sang tempo pun berlalu dengan cepat, besok pagi2 Sek
Tiong Hauw telah datang menyampar dengan keretanya
sendiri, maka dengan tidak buang tempo lagi, dia tenteng
buntalannya, bawa pedangnya, dan ikut sobat itu berangkat
ke Kielok.
Dalam perjalanan ini, Sek Tiong Houw gembira sekali.
„Kemarin aku telah pergi pada Bun Kim dirumahnya." dia
bilang, „aku telah kasih tahu padanya, bahwa kau mau pergi
ke Kielok. Kelihatan nyata yang Bun Kim sedikit cemburuan.
Kau tahu apa yang dia bilang padaku? Dia kata kalau kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
tidak lupai, hingga dia nampaknya aksi sekali. Dia tidak mau
kalah.....
Tidak lama telah datang waktunya dahar, Tiong Hauw dan
sobatnya diundang bersantap. Tapi pemuda gila basa ini sibuk
sendirinya, lebih dulu dia minta seorang pegawai pergi
kerumahnya Jie Piauwsu, akan tengok keluarga itu sudah
berangkat atau belum. Dia belum selesai dahar, atau pegawai
itu sudah kembali, air mukanya tersungging dengan
senyuman.
„Lie Siauwya benar berjodoh dengan si nona she Jie!"
berkata pegawai ini sambil tertawa. „Barusan waktu aku baru
saja sampai digang dirumahnya keluarga Jie itu, didepan
rumah sudah menunggu sebuah kereta besar, rupanya orang
tua itu hendak ajak isteri dan gadisnya pergi pesiar ke bio . . .
." Tiong Hauw jadi sangat besemangat.
„Hayo dahar lekasan, mari kita lantas berangkat!" dia desak
Bouw Pek. „Kalau orang sampai duluan di bio dan telah
bercampuran dengan orang banyak, sukar untuk cari mereka !
. . . ." Juga Bouw Pek ingin lekas2 dapat lihat si nona yang
begitu disohorkan, dia lalu dahar dengan cepat, maka
sebentar kemudian mereka sudah cuci tangan dan muka.
,,Bawalah pedangmu, sobat," Tiong Hauw kata pada
sobatnya.
Sesampainya didepan toko, Tiong Hauw kata pada
sobatnya :
„Lebih baik kita melongok dulu kerumah mereka, buat lihat
mereka sudah berangkat atau belum ...''Bouw Pek manggut
dan mengikuti dibelakang.
Selagi menuju kegang dimana ada rumahnya Jie Piauwsu,
Bouw Pek dan sobatnya dapat kenyataan Kielok ramai luar
biasa. Banyak orang umumnya mau pergi ke Tiang Cun Sie,
untuk bayar kaul, minta berkah dan pesiar. Terutama buat
anak2 muda, pesiar ketempat keramaian paling
menggembirakan. Suara roda roda kereta ramai sekali.
Sebentar kemudian kedua anak muda sudah sampai
dimulut gang yang dituju.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Nona Jie tidak takut, sebaliknya dia jadi gembira. Dia sudah
pikir, kalau dugaannya tidak keliru dan mereka itu turun
tangan, dia nanti tempur mereka, agar mereka mengerti
sedang berhadapan siapa.
Juga Tee lie kui telah bercuriga, apabila dia telah dapat
saksikan tingkah orang. „Dua orang telor busuk ini, kembali
jatuh hati pada nonaku!" pikir dia. „Mereka tentunya tidak
ketahui mereka sayang jiwanya atau tidak........"
Kendati demikian Cui Sam perintah si tukang kereta untuk
larikan kudanya. Maka sebentar saja, roda2 kereta lantas
menggelinding cepat, akan kemudian mulai masuk pintu kota.
Tiong Hauw dan Bouw Pek bertindak dengan cepat, akan ikuti
terus keretanya keluarga Jie, hingga mereka tinggalkan Ho
Hweekie, tetapi setelah kereta dilarikan cepat, mereka sendiri
pun ketinggalan, sedang Bouw Pek tidak niat lari sekuatnya
akan mengikuti terus. Dia lantas merandek.
„Rupanya mereka sudah engah!" dia kata sambil tertawa
„Biarlah mereka pulang duluan," Tiong Hauw bilang. „Kita
toh ketahui rumahnya
Sesampainya dipintu kota, dua orang ini lalu menyewa
kereta. Tukang kereta diperintah menuju kegang dalam mana
keluarga Jie tinggal, begitu sampai mereka lompat turun,
setelah membayar uang sewa mereka bertindak masuk
kedalam gang.
Pintu rumah keluarga Jie ditutup, rupanya dikunci rapat.
Mereka berhenti didepan rumah itu, berdiri mengawasi.
„Sutee," kata Tiong Hauw akhirnya sambil berbisik, „kau
telah saksikan si nona, pintunya sekarang dikunci, maka
terserah pada keberanianmu! Apa kau berani ketok pintu, buat
ketemu si nona akan tantang dia piebu ? Kalau kau menang,
dalam sekejap saja kau akan bertunangan dengan dia !" Oh,
bagaimana menggembirakan !"
Bouw Pek merasa seperti semangat nya sudah terbetot
oleh si nona she Jie. Dia mengerti anjurannya Tiong Hauw,
mengetok pintu dan majukan tantangan adalah perbuatan
lancang, dengan begitu, sobat ini harap sangat dia nanti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
minta supaya jangan bicara lebih jauh. Sesudah itu, dia hadapi
Lie Bouw Pek.
„Melihat romanmu, tuan, kendati kau pandai silat, kau
mestinya bukan orang dari kalangan Sungai Telaga," dia
berkata. „Kita tidak kenal satu pada lain, diantara kita tidak
ada permusuhan, kenapa kau satroni rumah kita dengan
bawa2 senjata, kenapa kau coba perhinakan anak perempuan
dan muridku?"
Tiat cie tauw bicara dengan hormat, tetapi perkataannya
tajam. Maka itu, ditanya demikian rupa, Bouw Pek menjadi
bermuka merah, bahna jengah. Lekas dia jumput sarung
pedangnya, masukkan pedang kedalam sarungnya dan
mencantel kan di pinggangnya. Dia pun lekas lekas rapikan
pakaiannya.
„Maafkan aku, loocianpwee," dia kata seraya unjuk
hormatnya, „harap loocianpwee tidak menyadi gusar oleh
karena perbuatanku ini yang sembrono. Tapi baiklah
loocianpwee tidak keliru mengerti, aku sebenamja tidak
kandung maksud jahat, kami bertempur sebab aku tidak dikasi
tempo buat bicara. Aku Lie Bouw Pek dari Lamkiong, aku
muridnya kedua suhu Kang Lam Hoo dan Kie Kong Kiat......"
„Jie Lauw Tiauw terperanyat apa bila dia dengar nama dua
hiapkek tua itu, hingga dia awasi anak muda itu dengan
mendelong.
„Kiranya kau muridnya kedua loohiapkek itu?" dia
menegasi. „Kie Kong Kiat sobat kekalku, ketika dia tinggal di
Lamkiong, dia sering kunjungi aku. Kami seperti saudara
benar. Kang Lam Ho aku tidak kenal, aku belum pernah
ketemu dia, akan tetapi namanya yang besar aku sudah lama
dengar, aku memang kagumi dia. Anak muda, kau adalah
loohiantit dari aku!"
Setelah kata begitu, jago tua ini tertawa, dia maju akan
pegang tangan orang.
„Mari hiantit, silahkan masuk, kita boleh bicara didalam
rumahku!" dia mengundang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Bouw Pek terima baik undangan itu. dia ikut masuk. Tapi
sekarang dia tambah jengah, karena dia dengar tuan rumah
bilang, guru she Kie adalah sobat kekal dari tuan rumah ini.
Hiong Wan undang tamunya kekamar barat, yang berada
dibagian luar dari rumahbesar. Dia perintah Cui Sam ambil teh
dan tamu ini dia ajar kenal pada Sun Ceng Lee, siapa telah
ikuti gurunya itu dengan hati tidak tenteram karena dia tidak
sangka bahwa diantara gurunya dan si tamu sedikit nya ada
hubungan tidak langsung......
Bouw Pek berlaku hormat, pada Ceng Lee dia haturkan
maaf.
„Sejak aku tutup perusahaan piauw, selama ini sudah
berjalan enam atau tujuh tahun, aku selalu berdiam dirumah,"
tuan rumah kemudian berkata menerangkan keadaannya
sendiri. Sejak itu, aku tidak punya hubungan lagi dengan
sobat ku dari kalangan Sungai Telaga. Gurumu, Kie Kong Kiat,
tinggal dekat dari sini, dia suka kunjungi aku, sebaliknya aku
tak pernah balas mengunjunginya. Adalah setelah lama juga,
baru aku dengar yang sobatku itu telah meninggal dunia.
Sekarang ini usiaku sudah tua, tentang anak2 muda, aku tidak
ketahui, dengar nama mereka pun tidak. Ini, hiantit, terbukti
dengan kau sendiri, aku tidak kenal kau kendati kau muridnya
sobat kekalku. Coba kau tidak perkenalkan diri, pasti aku terus
tidak ketahui, yang dimana hidupnya, gurumu telah terima
kau sebagai muridnya. Kau murid yang baik!"
,,Kau telah undurkan diri, loocianpwee, tidak heran apabila
kau tidak kenal aku!" kata Lie Bouw Pek, yang lebih jauh lalu
tuturkan hal ihwalnya sendiri.
„Ada urusan apa maka kau dalang kemari, hiantit?"
kemudian tuan rumah tanya.
Ditanya begitu, Bouw Pek kemekmek. Tadinya dia tidak
mau mengasi tahu hal yang sebenarnya, tapi mengingat tuan
rumah adalah sobat gurunya, sedang wayahnya si nona telah
menarik sangat hatinya, dia anggap baik dia berlaku terus
terang. Maka mesti dengan kurang lancar, dia menyahut;
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Baru saja dia muncul digang, Sek Tiong Hauw sudah papaki
dia. „Bagaimana, apa kabar girang telah di dapatkan sobat?"
sobat jail ini menanya. Tapi Lie Bouw Pek pandang sobat itu
dengan senyuman ewah, tampang mukanya merah.
„Kau benar pandai menipu orang !" dia kata dengan
mendongkol. , Kau telah bikin aku lakukan suatu perbuatan
semberono dan lancang !" Setelah kata begitu, dia jalan terus.
Tiong Hauw tidak puas, tetapi dia tidak kata apa2, dia ikuti
sobat itu, pulang ketoko Tay Tek Hoo.
Sesampainya dikamarnya, Bouw Pek lolos kan pedangnya
dan letakkan senjata itu diatas meja. Dia lalu menarik napas
panjang dan pendek, dia jatuhkan diri dikursi, dimana dia
duduk menyender dengan lesu. la menyesal bukan main.
Tiong Hauw rebahkan diri ditanah, buat terus sedot pipanya.
„Sutee, bagaimana kau bilang bahwa aku telah tipu kau ?"
dia tanya sembari ngelepus. „Mustahil nona Jie kurang cantik,
bugee nya tidak sempurna ? Apakah dia tidak setimpal dengan
kau ?" Jawaban itu tidak sedap didengarnya oleh Bouw Pek.
„Bagaimana kau tidak tipu aku? Coba jawab kapan Jie
Piauwsu pernah keluar kan omongan, bahwa dia suruh
anaknya piebu buat cari pasangan untuk si anak sendiri ?"
Mendengar demikian, Tiong Hauw tertawa berkakakan.
„Jikalau aku tidak kata demikian, belum tentu kau suka
datang kemari," dia jawab „Tapi, tidak perduli Jie Piauwsu
pernah mengucap demikian atau tidak, kau sekarang sudah
piebu dengan nona she Jie itu ! Potonganmu, romanmu,
bugeemu, semua dapat dilihat oleh Jie Piauwsu, kalau kau
buka mulut meminang puterinya itu, mustahil dia nanti tampik
kau ?"
„Kau tidak ketahui !" Bouw Pek bilang, sambil bersenyum
dingin. „Jie Loo piauwsu sebenarnya sobat kekal dari suhu
semasa hidupnya suhu, sedang puterinya itu sedari siang2
telah ditunangkan pada putera kedua dari Beng Loo piauw
tauw dari Soanhoa ! Tahun depan si nona akan diantar ke
rumah fihak Beng itu !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Kalau kau tidak mau pulang, aku nanti pulang sendiri !"
kata Bouw Pek seraya berbangkit. „Aku bisa sewa kereta!Aku
tidak betah berdiam lebih lama pula disini!"
Tiong Hauw tertawa, tertawa terpaksa, karena hatinya
tidak senang.
„Adatmu keras sekali," dia bilang. „Mustahil lantaran tidak
bisa dapatkan istri, lantas di Kielok ini kita tidak bisa tinggal
sedikitnya sehari lagi ?". Ketika itu, Ho Hweekie bertindak
masuk. Dia baru saja tiba. ,Ho Hweekie, tolong carikan
kereta!" Bouw Pek kata pada pegawai itu. „Sekarang aku mau
kembali ke Lamkiong !'
„Kenapa begitu, Lie Siauwya ?" pegawai itu tanya. „Apa
tidak baik buat siauwya berdiam pula disini satu dua hari ?'
Tapi Bouw Pek tidak bisa dibujuk.
„Aku ada urusan, aku mau pulang sekarang juga," dia
sahuti. „tolong kau pergi kepersewaan kereta, lihat ada kereta
buat ke Lamkiong atau tidak "
Pegawai itu tidak menyahuti, dia juga? tidak lantas pergi,
dia hanya mengawasi Tiong Hauw, yang sedang asik dengan
pipanya.
Tiong Hauw masih hendak berdiam di Kie lok, dia pun tidak
ingin berada bersama2 lebih lama dengan orang she Lie ini,
yang dia anggap adatnya keras dan kukoay.
„Baiklah, pergi kau tolong carikan kereta buat Lie Siauwya,"
dia kata. „Kau mesti cari tukang kereta yang dikenal, jangan
nanti Lie Siauwya tidak dihantar pulang ke Lamkiong, hanya
dia pergi ketempat lain buat menjadi hweeshio !" Sembari
kata begitu, dia berbangkit dengan cepat. dan tambahkan:
„Apakah kau tidak ketahui, Ho Hwee kie ? Lie Siauwya batal
menikah dengan Nona Jie, dia sekarang lagi tidak senang hati
!" Bauw Pek mendongkol.
„Sudah kau tipu aku, sampai aku lakukan perbuatan
semberono, sekarang kau masih goda aku ?" dia menegor.
Tiong Hauw duduk, dia tertawa bergelak gelak.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 3
JIE HIONG WAN tidak lantas menyahut, agaknya dia
bersangsi, tapi akhirnya menunjuk pada kereta. „Aku lagi
hantar mereka pergi ke Po-teng," dia menyahut juga.
Bouw Pek manggut, dia tidak kata apa2. Dia jalan sambil
terus tuntun kudanya.
Melihat sikap orang itu, Jie Hiong Wan lalu kata;
„Kalau kau ada urusan penting, hiantit, silahkan kau jalan
lebih dulu. Karena kami jalannya lambat sekali"
Mendengar itu, Bouw Pek dapati ketika baik. Dia angkat
kedua tangannya.
„Baiklah, lauwsiok," dia jawab. „Nanti, sepulangnya dari
kota raja, aku akan mampir pula pada kau. Kalau ada
keperluan di kota raja, tolong lauwsiok bilang saja, nanti aku
akan berbuat apa yang aku bisa."
„Oh, tidak ada apa2 !" Hiong Wan jawab sambil tertawa.
Lie Bouw Pek betulkan les kudanya, lantas dia lompat naik
keatas kudanya itu. dia baru kasi kudanya jalan beberapa
tindak, atau si jago tua teriaki dia : „Lie Hiantit!" Maka dia
lekas2 tahan kudanya. Kapan dia menoleh, dia lihat si orang
tua kasi kudanya lari akan menyusul dia. „Ya, lauwsiok," dia
tanya, „ada apa ?"
Setelah datang dekat, jago tua itu berdiam, pertanyaan
orang dia tidak jawab, nampaknya dia sangsi, sampai
keretanya telah dapat susul dia.
Tenda kereta disingkap sedikit, mukanya Jie Siu Lian
muncul separoh.
„Ayah, hayo kita berangkat!" kata anak itu. yang suaranya
halus tapi terang.
Bouw Pek bisa pandang nona itu, roman siapa nampaknya
terlebih elok dan manis, hingga hatinya jadi memukul.
Sementara itu si orang tua sudah ambil putusan tidak mau
bicara, maka dia kata sembari ketawa :
„Benar-benar aku tua, sampai urusan yang baru mau
dibicarakan aku lupa lagi ! Tapi tidak apa, hiantit, silahkan kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
musuh2nya itu. Dia tidak ingin si anak muda dapat kesan jelek
tentang dirinya. Tapi karena lihat si anak muda sanggup layani
dua musuh lelaki, dia lalu maju membantu anaknya.
Lie Bouw Pek unjuk ketangguhannya, belum terlalu lama
dia hayar si jangkung, setelah mana dia lalu rangsak si hitam.
Dia ini terkejut melihat kawan nya rubuh, hatinya jadi ciut,
tidak menunggu lama lagi dia lompat mundur dan lari
kejurusan kudanya, lompat naik atas tunggangannya dan
kabur. Tapi sembari menyingkir, ber-ulang2 dia berteriak :
„Moay-moay, hayo lari! Lekas !"
Nyonya muda itu tangguh dan berani juga, dia telah lawan
dua musuh, sedikitpun dia tidak merasa takut, malah dalam
sengitnya dia bisa bikin Jie Hiong Wan dan gadisnya terdesak
mundur!
„Kepandaiannya bangsat perempuan ini tidak bisa dicela."
pikir Bouw Pek, apabila dia sudah saksikan perempuan muda
itu ber tempur sekian lama. Karena ini dia tidak jadi susul si
penjahat lelaki, tadinya niat kejar, dia hanya hampirkan Hiong
Wan dan anaknya, akan bantu mereka. Ini membikin
perempuan muda itu kewalahan.
„Kau beberapa orang kerubuti aku satu? " dia lalu berteriak.
Tapi belum dia keburu tutup mulutnya, goloknya Siu Lian
telah kena kemplang punggungnya, hingga sambil keluarkan
jeritan, dia rubuh terbanting. Nona Jie sengit, dia hendak maju
akan bikin habis jiwa orang, tetapi ayahnya keburu mencegah.
Bouw Pek pun sudah lantas berhentikan gerakan
tangannya, dia berdiri mengawasi.
Ketika itu, simuka hitam sudah menghilang.
Pertandingan itu bukan tidak ada yang tonton, sebaliknya
cukup banyak orang yang menyaksikan yalah mereka yang
berlalu lintas, baik yang naik kereta maupun yang jalan kaki,
mereka ini merandek akan menonton, sebegitu jauh tidak ada
yang berani datang dekat atau berteriak memisahkan, adalah
setelah pertempuran sampai diakhirnya, mereka pada datang
mendekatkan dan mengerumuni.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
bisa kata apa2, dia lihat jago tua itu sedang jengkel, dia tidak
berani lantas tanyakan duduknya perkara diantara kedua
pihak.
Sementara itu si pembesar kampung sudah datang dengan
sebuah gerobak kerbau, dua orang yang luka dinaikkan keatas
gerobak itu. Karena ini, terpaksa Jie Hiong Wan mesti ikut
juga dengan tunggang kudanya. Bouw Pek turut naik atas
kudanya.
Pembesar kampung pun tarik dua-tiga orang diantara orang
banyak, untuk dijadikan saksi Mereka tidak lupa bawa golok
dan kudanya dua penjahat itu.
Keretanya nyonya Jie lalu mengikuti di belakang.
Mereka menuju kebarat laut, setelah melalui sepuluh lie
lebih mereka sampai di Jiauwyang. Mereka masuk kedalam
kota, terus menuju kekantor tiekoan.
Dengan dibantu oleh beberapa opas, dua orang yang luka
dibawa kemuka kantor. Kepala kampung minta Jie Hiong Wan
menghadap bersama anak isterinya dan juga Lie Bouw Pek,
begitupun beberapa saksi.
Jie Lauw Tiauw merasa tiekoan itu pembesar lihai apabila
dia lihat hidung orang seperti patok betet dan mata seperti
alap.
Tiekoan mulai pemeriksaannya dengan lebih dulu tanya she
dan nama semua orang yang dibawa menghadap padanya
oleh karena ini, Jie Hiong Wan jadi dapat tahu si jangkung
adalah Can Tek lo dan si perempuan adalah anak perempuan
Ho Hai Liong, namanya Kiam Go, gelarannya Lie Mo-ong, si
Raja Iblis perempuan.
„Ada permusuhan apa diantara kau dan mereka ini, hingga
mereka datang mengejar dan hendak bunuh kau ditengah
jalan?" tiekoan kemudian tanya piauwsu tua itu.
„Aku tadinya piauwsu, yang suka bikin perjalanan sambil
melindungi barang2" Jie Hiong Wan aku, „oleh karena
pekerjaanku ini, tidak jarang aku mesti tempur orang untuk
melindungi barang2 dan jiwaku, terutama buat nama baikku
sebagai piauwsu yang dipercaya orang banyak. Begitu diluar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Tidak bisa kau cari pondokan sendiri!" kata pula opas itu,
suaranya tetap kaku. ,Dengan kau yang cari tempat sendiri,
bila ada panggilan, kemana kami mesti cari kau?"
„Kalau begitu, silahkan jiewie tolong carikan tempat,"
berkata jago tua kita, yang terus berlaku hormat dan sabar.
Ketika itu si anak muda yang kelihatannya mewah telah
hampirkan kereta, dengan angkat tangannya dia menyingkap
tenda akan melongok kedalam.
Siu Lian lekas melengoskan muka kesamping ibunya. Anak
muda dengan matanya yang sipit tertawa. Jie Hiong Wan dan
Lie Bouw Pek jemu melihat kelakuan orang, tetapi karena
mereka tidak tahu si anak muda adalah tiekoan punya apa,
mereka tahan sabar."
„Inilah isteri dan anakku," kata jago tua kita, yang maju.
Dia berlaku manis, kendatipun dengan paksaan. Anak muda
itu manggut, dia lepaskan tenda, dengan tidak kata apa2.
„Mari, kita nanti carikan rumah penginapan untuk kau
orang," kata si dua opas.
Jie Piauwsu manggut, bersama Bouw Pek sambil tuntun
kuda mereka, mereka ikut dua hamba wet itu. Keretapun
mengikuti dari belakang.
Beberapa kali Lie Bouw Pek menoleh ke belakang, dia
dapat lihat si anak muda mewah masih berdiri dengan diapit
oleh dua pengiringnya, berdiri mengawasi kedalam kereta.
Sudah terang anak muda ini tertarik oleh oleh Siu Lian. Tentu
saya anak muda kita jadi panas.
„Beginilah peruntungan perempuan cantik, kemana saja dia
pergi dia tentu bikin orang2 perhatikan dia," pikir dia.
Dengan lekas mereka sudah sampai dihotel yang dicarikan
oleh kedua opas, nama nya Hok San," Jie Piauwsu pilih
sebuah kamar yang besar serta sebuah yang kecil,
yang kecil ini buat Lie Bouw Pek. Barang2 sudah lantas
dibawa masuk, jongos dipesan buat kuda mereka.
Diam2 Jie Piauwsu selipkan dua potong perak pada kedua
opas pengantarnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
,,Buat jiwie minum arak," dia kata. Dengan segera air muka
dua hamba wet itu berobah.
„Tidak usah, looya-cu," kata yang satu, sedang yang
satunya lalu menghibur, katanya: „Dalam perkara ini looya-cu
jangan kuatir, kau jadi pendakwa dan mereka itu penjahat,
malah tadi si perempuan sudah terbitkan gara2, dia tentu
akan dapat hukuman berat. Benar besok barangkali kau tidak
usah sampai dipanggil menghadap lagi, koan-thayya
barangkali akan kami kirim buat mengasi tahu, yang kau
merdeka dan boleh melanjutkan perjalanan"
„Dalam segala hal aku mengandal pada kau berdua jiewie,"
kata piawsu kita, yang tidak mau banyak omong. Sebagai
seorang yang berpengalaman, dia tahu kepusingan selagi
berhadapan dengan hamba2 wet yang rakus. Sampai disitu
dua orang itu lantas berlalu.
Siu Lian pimpin ibunya duduk ditaphang dia sendiri duduk
disampingnya.
„Ayah, kau perlu mengaso," kata anak perempuan ini.
„Sekarang ini ayah tidak usah kuatir lagi."
„Aku tidak ibuk, aku tidak lelah," sahut sang ayah. „Aku
mau bicara dengan Lie Hiantit."
Orang tua itu benar2 lantas pergi keluar akan pergi
kekamarnya Bouw Pek.
Anak muda kita tidak sampai ikut masuk kekamarnya
piauwsu tua itu. Dia masih merasa likat. Dia terus masuk
kekamarnya, setelah letakkan buntalannya dan pedang diatas
pembaringan, dia perintah jongos bawakan dia air teh. Dia
duduk dikursi sambil menunggui jongos itu. Dia lekas
berbangkit apabila dia lihat si jago datang.
„Duduk, hiantit," orang tua itu pun minta. Dia lantas duduk
didepannya anak muda itu, yang telah ambil kursinya pula.
„Kejadian tadi adalah diluar dugaanku" kata siorang tua,
sambil menghela napas. „Syukur ada kau, hiantit, bila tidak,
pasti lah kami akan jadi korbannya tiga orang kejam itu."
„Belum pasti, lauwsiok," Bouw Pek menghibur. „Aku lihat
diantara mereka tiga, si orang perempuan yang paling lihai
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Thio Giok Kin. Katanya dalam tempo tiga bulan mereka akan
mewujudkan pembalasan nya. Kabar ini belakangan benar
telah di buktikan."
Jie Hiong Wan lantas tuturkan bagaimana dia dipegat
ditengah jalan waktu tee-coa diharian Cengbeng, bahwa
sekarang dia ingat, si muka hitam tadi adalah satu dari antara
empat pemegatnya.
„Sutitku Yok Thian Kiat kemudian datang pula kasi kisikan
padaku hal anak nya Ho Hui Liong mau cari aku," dia cerita
lebih jauh „katanya Thio Giok Kin bersama Ho Cit Houw dan
sejumlah jago lain merupakan satu rombongan, yang sudah,
berangkat dari Wee-hui menuju ke Kie-lok. Jumlah mereka
besar, aku sedikit, biar bagaimana juga aku kuatir kami nanti
jadi korban2 mereka, maka dengan terpaksa aku ajak anak-
isteriku meninggalkan Kie-lok. Aku mau pergi ke Po-teng akan
berdiam untuk sementara waktu di-rumahnya sobatku, tidak
nyana mereka bisa susul aku ditengah jalan, hingga terbitkan
perkara ini." Sehabis cerita, jago tua itu menghela napas pula.
„Aku sudah tua sekarang, aku tidak berdaya," kemudian dia
tambahkan. „Sudah lama aku mundurkan diri, diluaran aku
sudah tidak punya banyak sobat lagi. Lebih sukar bagiku aku
sekarang mesti berati isteriku yang sudah berusia tinggi dan
anakku yang masih belum keluar pintu. Coba aku masih muda
dan bersendirian, tidak nanti aku takut terhadap mereka itu."
Bouw Pek bersimpati pada orang tua ini, dia merasa
kasihan. Menyedihkan yang jago tua itu, karena usianya sudah
lanjut, sekarang jadi begini lemah.
„Baik lausiok jangan terlalu pikirkan hal itu," dia menghibur.
Ganjalan dari kelancangannya bikin dia tidak berani bicara
sembarangan. „Lie Mo-ong Ho Kiam Go sudah terluka dan
tertangkap dan pembesar negeri tentu hukum dia, maka
sesudah dua kali gagal, bisa jadi pihak mereka itu menjadi
jerih, mereka mestinya insyaf yang lauwsiok tidak boleh dibuat
permainan, bisa jadi selanjutnya mereka tidak berani datang
mencari lauwsiok lagi. Sekarang urusan sudah beres, siauwtit
mau lanjutkan perjalanan ke Pakkhia. Umpama kata
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Opas itu lihat orang gusar, kuatir nanti kena dihajar, maka
dengan tidak berkata apa lagi, sambil kasi dengar tertawa
menjengeki dia berbangkit dan bertindak pergi.
Jie Lauw Tiauw duduk diam, bahna pepat pikiran, dia pun
kucurkan air mata tua.
Lie Bouw Pek dapat dengar suara ramai, dia telah dalang
kekamar orang, ia terperanjat apabila melihat orang sedang
menangis.
„Ada apakah, lauwsiok ?" dia tanya.
„Kita lagi hadapkan kesulitan baru, hiantit," sahut orang tua
itu, yang lalu tuturkan hal kedatangan nya si opas, yang mau
lamar gadisnya buat putera tiekoan yang sulung, buat jadi
isteri muda. Dia unjuk bagaimana opas itu sudah ancam dia.
„Sayang aku telah tua dan lemah." kata dia akhirnya.
Benar sulit, lauwsiok." kata Bouw Pek yang turut jadi
terharu. Dia mendongkol, tetapi dia tidak bisa lampiaskan itu
disitu dihadapannya orang tua dan anaknya itu.
Bouw Pek lebih masgul apabila dia lihat Siu Lian duduk
menangis sambil baliki belakang. „Biar bagaimana juga,
baiklah lauwsiok bersabar," coba menghibur.
„Diwaktu muda aku beradat keras, belum pernah aku
terima hinaan dari siapapun juga," mendadak kata orang tua
itu sambil keprak meja, 'jikalau tidak, Ho Hui Liong tidak akan
binasa ditanganku, sedang dia adalah sobatku selama dua-
puluh tahun. Kejadian itu telah menanam sakit hati, hingga
aku tutup perusahaanku dan keram diri di dalam rumah,
sampai aku takut bertengkar dengan orang, siapa nyana
sekarang aku hadapi kesukaran be-runtun2 . . Ah!.Cuma
sebentar jago tua ini berdiam, lantas dia tambahkan: „Benar
aku sudah tua, tapi golokku aku masih bisa gunai, ilmu silatku
belum terlupa semuanya, maka apabila orang desak aku
secara keterlaluan, aku nanti korbankan jiwa tuaku!"
„Jangan turut hawa kemurkaan, lauwsiok," Bouw Pek
menghibur pula. „Sekarang dalam segala tindakan. lauwsiok
harus ingat ada encim dan si nona. Sekarang masih ada aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Tie-koan jadi ayah ibu rakjat, dia telah makan gaji negeri,
dia mesti berlaku jujur dan adil," pikir anak muda ini, „tapi
Tong Tiekoan, sebab lamarannya ditolak, sudah tangkap
orang secara sembarangan, jikalau pembesar secara dia tidak
disingkirkan sungguh tidak ada keadilan'
Dengan masih mendongkol Bouw Pek sampai didepan
kantor tiekoan. Disini dia lihat beberapa opas, dengan roman
yang garang tengik senantiasa usir orang2 yang datang berdiri
didekat kantor. Tapi Bouw Pek samperi salah seorang dari
mereka, sambil unjuk hormatnya, dia tanya: „Toako, barusan
ada seorang tua she Jie, yang dibawa dari Hok San Loo-tiam,
apa aku boleh ketemui dia?"
Beberapa opas itu kenali anak muda kita, yang kemarin
turut menghadap dikantor, karena lihat pakaian orang rapi,
mereka tidak mau berlaku sembarangan. Mereka pun
mengharap bisa garuk sakunya pemuda ini. Orang yang
ditanya tidak lantas menjawab, dia mengawasi dulu.
„Aku tidak tahu,"akhirnya dia jawab dengan dingin „Pergi
kau tanya disana."
Dia menunjuk pada kamar didalam kantor,
Bouw Pek maju akan masuk kekantor, kekamar panpong
disebelah selatan. Kamar itu terpecah dua, bagian luar dan
dalam. Didalam dia lihat belasan orang sedang kerja dan
pasang omong. Dia tidak mau berlaku lancang, dia berdiri
menunggu.
„Ada apa, eh?" tanya seorang yang baru keluar sikapnya
tak perdulian.
Bouw Pek unjuk hormat, dia berkata: „Barusan sobatku
yang bernama Jie Hiong Wan telah dibawa kemari, aku pikir
sesudahnya pemeriksaan, aku hendak ketemui dia." dia
menyahut. Dia rogoh kantong nya dan keluarkan sepotong
perak, yang mana dia sodorkan pada hamba kantor itu.
,Tolong kau terima ini, buat kebaikan mu.,
Orang itu ulur tangannya akan sambuti uang itu, air
mukanya dengan lantas berobah manis.
„Kau she apa " dia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 4
„JIE HIONG WAN telah begitu lemah, apa nanti jadinya bila
rombongan dari Lie Mo-ong susul dia' demikian dia pikir. „Apa
nanti jadinya, umpama karena kelemahan tubuhnya, jago tua
itu jatuh sakit ditengah jalan, sedang isterinya pun lagi sakit ?
Bagaimana sendirian saja Siu Lian bisa urus dua orang tuanya
dengan berbareng ? Tidak bisa lain, aku mesti susul mereka,
dengan cara menguntit, andaikata mereka perlu pertolongan,
baru aku muncul"
Lantas Bouw Pek minta jongos sediakan kudanya,dia
sendiri lantas dandan, ketika tidak lama kemudian dia keluar
dari kamarnya, kuda sudah sedia, maka dia lompat keatas
binatang itu dan kabur kejurusan pintu kota timur.
Diluar kota orang dapat memandang keempat penjuru
dengan leluasa, pohon padi merupakan lautan hijau, akan
tetapi heran, kereta atau kudanya Jie Lauw Tiauw tidak
kelihatan sama sekali.
„Kemana dia menuju?" anak muda ini menduga-duga, „Ia
katanya tidak mau pergi ke Po-teng, tetapi tidak bisa jadi dia
pulang ke Kie-lok, oleh karena musuh2nya sedang
membayangi ia. Biarlah aku menuju utara"
Bouw Pek larikan kudanya, Matahari sedang unjuk
pengaruhnya: panas terik! Sang angin seperti sedang
sembunyi, hingga pohon padi seperti berdiri kaku, begitupun
pohon kaoliang.
Baru saja kudanya lari kira2 sepuluh lie, Bouw Pek sudah
mandi keringat, begitu juga kudanya. Kebetulan didepannya
banyak pepohonan,dia lalu singgah. Disitu pun ada beberapa
orang sedang berhenti mengaso. Disitu kebetulan juga ada
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jie Hiong Wan mau minum obat, sesudah itu dia rebahkan
diri, coba napasnya tidak lagi berjalan, dia mirip dengan
mayat.
Siu Lian ambil kipas akan usir pergi lalat yang merubung
orang tuanya.
Nyonya Jie duduk ditepi pembaringan, sebelah tangan
meng-usut2 dadanya, sebelah lagi dipakai menyusut air mata.
Dia menanggis dengan tidak bersuara, air matanya tidak mau
berhenti meleleh.
Dengan se-bisa2 Bouw Pek hiburkan ibu dan gadisnya,
kemudian dia pergi keluar minta tuan rumah sediakan kamar
buat dia. Disini dia mengasokan diri.
Hari itu keadaannya Jie Hiong Wan tidak menjadi lebih
baik, malah sebaliknya, sedang esoknya pagi dia muntah
darah lagi dua kali dan napasnya mulai mendesak, kemudian
buka mulut akan bicarapun dia tidak bisa.
Tabib yang kemarin telah diundang lagi, akan tetapi
sekarang ini dia tidak sanggup bikin resep lagi, maka bisa
dimengerti yang nyonya Jie dan Siu Lian menjadi bingung
bukan main, sampai mereka tidak tahu musti berbuat apa
kecuali menangis saja.
Bouw Pek penasaran, dia minta tuan rumah tolong carikan
tabib lain, akan tetapi tabib yang baru juga geleng kepala.
„Ia sudah tidak dapat ditolong lagi, baiklah sediakan segala
apa, kata sang tabib waktu dia pamitan pulang.
Bouw Pek masih coba hiburkan Siu Lian dan ibunya,
kemudian dia cari tuan rumah buat diajak berdamai dalam hal
membeli peti mati, pakaian dan tempat buat taruh peti karena
dihotel orang tidak bisa taruh peti lama2. Untuk semua ini
dengan dibantu oleh tuan rumah yang baik hati, dia telah
gunai antero hari.
Malamnya Jie Hiong Wan bisa juga bicara, kendati
napasnya telah makin mendesak. Jago tua ini bisa tinggalkan
pesanan, yalah.:
„Dengan anaknya Ho Hui Liong, jangan kau bikin
dendaman jadi lebih hebat. Kalau nanti kau sudah sampai di
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Soan hoa, aku ingin kau menjadi nyonya mantu yang baik.
Ketiga adalah aku minta kau dan ibumu jangan lupakan
kebaikannya Lie Hiantit, karena dia telah berbuat terlalu
banyak buat kita. "
Dari lagu bicaranya orang tua ini, nyata dia menyesal yang
jodoh anak gadisnya itu sudah ditetapkan sedari siang , bila
tidak, pastilah jodoh anak itu dia akan rangkap dengan Lie
Bauw Pek. seorang muda siapa hati dan kegagahannya dia
sudah buktikan sendiri. Ketika pesanan itu diucapkan, Bouw
Pek kebetulan tidak ada didalam kamar, tetapi Siu Lian nyata
sangat terduka.
Diwaktu orang tidur, Bouw Pek datang menengoki, dia
dapat kenyataan napasnya si orang tua telah jadi pendek dan
makin pendek, maka dia bisa duga saatnya akan segera tiba
yang jago tua itu akan ambil selamat berpisah dari mereka.
,,Kelihatannya sang saat akan lekas datang, kendati
demikian, nona baiklah jangan bingung, " katanya kemudian
kepada nona Jie. „Peti mati dan pakaian aku sudah belikan,
pakaian ada dikamarku, peti mati tinggal digotong saja. Peti
mati dari kayu cemara yang kuat. Tempat buat taruh layon
juga aku sudah cari, yalah di Kwan Tee Bio disebelah timur
dusun ini. "
Siu Lian menangis sampai tak bisa kata apa-apa,dia cuma
bisa manggut.
Kemudian Bouw Pek duduk dibangku disamping
pembaringan, akan temani nona itu dan ibunya menunggu si
orang tua. Nyonya Jie duduk diam saja seperti juga sedang
tidur, dia menangis dengan tidak keluarkan suara, air matanya
tidak keluar.
Kamar itu diterangi dengan lampu minyak tanah, nyala
apinya kelik-kelik, hingga membikin seluruh kamar nampaknya
seram.
Dari kamar-kamar sebelah terdengar nyata mengerosnya
tamu2 lain. yang sudah pada tidur pulas sesudah tadi siang
mereka lintasi perjalanan jauh.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dan cepat, maka tidak lama berselang layon itu sudah bisa
digotong ke Kwan Tee Bio. Disini upacara sembahyang
dibantu oleh beberapa hweeshio yang membaca doa.
Oleh karena perembukan telah dilakukan sejak kemarinnya,
hweeshio Kwan Tee Bio telah berikan bantuannya dengan
mudah, malah dia juga yang unjuki tanah kosong dibelakang
bio, tanah mana ada pepohonan nya, hingga dia anggap itu
suatu tempat yang bagus letaknya untuk kuburan.
„Penguburan lebih baik dilakukan disitu, kalau lain waktu
peti mau digali, se-gala2 nya mudah," kata si orang suci.
Bouw Pek setuju, tetapi buat ambil putusan,dia cari Siu Lian
buat diajak ber damai.
„Nona akan pergi ke Soanhoa, setahu sampai kapan nona
bisa kembali kemari, maka itu jalan paling sempurna adalah
tunda layonnya ayahmu," dia memberi pikiran. Sukur apabila
dibelakang hari nona bisa datang kemari jauh lebih cepat."
„Begitupun baik," sahut Siu Lian sambil menangis. „Tentang
ongkosnya koko boleh putuskan sendiri, nanti aku bayar."
‘Ongkosnya tidak seberapa," kata Bouw Pek, yang merasa
senang bahwa usulnya di terima baik. Demikian putusan
diambil. Dihari kedua, pagi2 tukang2 gali lobang kuburan
sudah datang dan lantas bekerja, maka tidak lama berselang
layonnya Jie Hiong Wan telah digotong untuk dimasuki
kedalam lobang itu. Siu Lian dan ibunya telah saksikan
bagaimana layon ayah dan suaminya dikebumikan.
Demikian Tiat-cie-tauw atau Lauw Tiauw, piauwsu ketua Jie
Hiong Wan, telah sampai pada akhir penghidupannya yang
banyak pengalaman nya.
Siu Lian dan ibunya telah bakar kertas, mereka telah
menangis, kemudian ber-sama2 Bouw Pek mereka kembali
kerumah penginapan, untuk ambil putusan hal keberangkatan
mereka dan lakukan segala pembayaran.
„Lie Toako, sukur ada kau yang telah bantu kami," kata Siu
Lian, „kalau tidak ada kau, entah bagaimana kesukaran kami
urus layonnya ayah. Kami juga bersukur untuk bantuan kau
selagi kami dikepung oleh anak nya Ho Hui Liong, waktu ayah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
omong lagi, dia hanya pimpin nyonya dan nona tamu masuk
kedalam, dengan diam-diam dia susut air matanya.
Sementara itu tuan rumah telah diberitahukan oleh
pegawai lain tentang kedatangannya nyonya dan nona tamu
dari Kie-lok. Beng Eng Siang bersama isterinya sudah lantas
keluar untuk menyambut, dengan begitu kedua pihak telah
saling ketemu di depan rumah.
Melihat Beng Loo-thaythay Jie Loo-thaythay segera samber
tangan orang.
„Adikku!." dia berseru seraya menangis.
Nyonya rumah sambut tangan orang dengan keras, iapun
turut menangis, sedang kemudian dia jabat tangannya, Siu
Lian.
Beng Eng Siang keluar dari dalam dengan perasaan girang,
dia sudah tahu yang Jie Hong Wan tidak turut datang, sobat
dari tiga-puluh tahun, siapa tahu, dia tampak tamunya pada
berkabung dan mereka datang2 menangis, hatinya jadi
mencelos, karena dia ketahui apa artinya itu.
„Ajaklah enso kedalam,"dia kata pada isterinya. „Siapa yang
antar enso?"
„Pengantarnya Lie Lauwtee ini," Lauw Keng mendahului
menyawab.
Dengan air muka tersungging, senyum, Eng Siang hadapi
tamunya.
„Kau banyak cape, hiantit. Sudikah kau perkenalkan dirimu
padaku?"
Lie Bouw Pek unjuk hormatnya, yang mana dibalas oleh
tuan rumah. Dia memberi tahu she dan namanya.
„Menurut Lie Lauwtee ini, Jie Loopeh telah meninggal
duuia," Lauw Keng memberi tahu majikannya. Eng Siang
banting2 kaki. „Ah !."dia berseru dengan tertahan.
Air matanya lantas saja turun, hingga Lauw Keng kembali
turut mewek. Pengawal ini ternyata sangat cinta bekas
majikannya. Lie Bouw Pek lantas diundang duduk di thia,
dimana disuguhkan teh. Beng Eng Siang susut air matanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Aku tahu Jie Toako biasa pandai rawat diri dan dia belum
berumur tujuh puluh tahun, kenapa dia meninggal dunia?" dia
tanya. „Ia dapat penyakit apakah?"
„Ia menutup mata karena kedukaan dan kejadian ditengah
jalan," sahut anak muda kita yang se-bisa2 tahan kesedihan-
nya. Eng Siang dan Lauw Keng merasa heran.
„Ia meninggal dunia ditengah jalan ?" piauwsu itu
ulangkan, „Kalau suka, hiautit, tolong kau tuturkan aku satu
dan lain tentang Jie Toako."
Lie Bouw Pek bersedia berikan penuturannya, mulai
terbitnya permusuhan diantara Jie Hiong Wan dan Ho Hui
Liong, sampai anak2nya orang sbe Ho itu datang mencari
balas, sampai Lauw Tiauw terpaksa sekap diri dan mau
menyingkir, apa mau, sang nasib tidak bisa dilawan, maka
kejadian jago tua itu menutup mata ditengah perjalanan. Dia
terangkan tentang dua kali pengepungan pada Hong Wan,
sampai yang paling belakang jago tua itu kena ditahan dalam
penyara, rupanya musuh gunai pengaruh uang.
„Semua itu adalah kejadian hebat yang bikin Jie Loo-
enghiong sangat mendongkol dan berduka, hingga dia tidak
tahan akan derita itu lebih jauh. Oleh karena terpaksa,
layonnya loo-eng-hiong telah dikubur di Jie-sie-tin."
Lebih jauh Bouw Pek beritahukan, yang dia muridnya Kie
Kong Kiat, dari itu dengan Jie Hiong Wan dia pernah paman
dan keponakan.
„Menurut pesanan Jie Loo-enghiong, aku telah antar encim
dan anak Siu Lian sampai disini," kemudian anak muda kita
bicara lebih jauh. „Adalah keinginan loo-enghiong buat
anaknya nanti dinikahkan, apabila perkabungannya sudah
cukup tiga tahun, sesudah itu, dia harap anaknya nanti angkut
pulang layonnya. Aku punya urusan di Pakkhia aku pikir buat
berangkat besok." Beng Eng Siang menghela napas.
„Aku tidak pernah sangka, bahwa saudara Jie bisa
mengalami nasib demikian hebat." Dia kata. „Ketika aku masih
muda, bersama Jie Toako aku bekerja di Tay Hin Piauw-tiam
di Pakkhia, sebagian dari ilmu silatku adalah toako yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Apakah adanya itu, loopeh ?" tanya Bouw Pek. Dia tertarik
dengan penuturan itu, dia tertarik oleh sifatnya Su Ciauw. Eng
Siang menghela napas, dia batuk2.
„Di Soanhoa ini ada hartawan besar bernama Thio Ban
Teng."dia menutur „selain berharta diapun berpengaruh luar
biasa."
Itu disebabkan dia punya encek, yang didalam Istana
Terlarang menjadi toa-cong koan, yang pengaruhnya umpama
kata melebihi pengaruhnya kun-kee tay-sin. Begitulah
sekalipun hu-tay disini tidak berani main gila terhadap
hartawan ini. Thio Ban Teng punya batin buruk, dia sudah
punya belasan gundik, tetapi dia masih tetap kemaruk paras
elok, sedang diluaran dia masih punya beberapa sobat
perempuan lagi. Didalam kota ada seorang tukang sayur
bernama Gouw Loo Toa, dia punya isteri yang elok romannya.
Setahu kapan, nyonya Gouw dapat dilihat oleh Thio Ban Teng
dan hartawan ini lantas gunai pengaruhnya, akan kang-kangi
isteri orang. Ketika Gouw Loo Toa ketahui perbuatan isterinya,
dia tidak dapat lihat jalan lain daripada hajar isterinya itu,
Karena kejadian ini, nyonya Gouw menjadi sangat malu, dia
ambil putusan nekat dengan gantung diri hingga mata Gouw
Loo Toa ketakutan, tahu pasti yang hartawan Thio akan tidak
mau sudah, dia buron dari kota, entah kemana dia pergi,
boleh jadi dia sudah mati. Itulah hal yang hebat, tetapi
dengan kami tidak ada sangkutannya, tetapi kapan Su Ciauw
dengar kejadian itu, dia sangat gusar, dengan bawa pedang
dia satroni Thio Ban Teng, dia serang hartawan itu pada dua-
dua kakinya, setelah ini anakku buron, malah dia pergi dengan
tidak bawa uang. Thio Ban Teng tidak mati, dia dan
orang2nya tidak mau mengerti, pengaduan segera dimajukan
pada pembesar negeri. Karena pengaduan ini, hampir2 aku
dijebluskan dalam penjara, aku telah gunai lima-ratus tail
perak, baru perkara itu bisa dibikin sirap. Sejak itu, anakku
yang put-hauw itu telah tidak pernah pulang ke Soan-hoa ini
!" Eng Siang lagi2 menghela napas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 5
,,KENAPA aku tidak berani lewat disini?" dia tanya. „Ini
jalan besar yang rata dan setiap hari entah berapa banyak
orang berlalu-lintas disini?."
Si kurus yang berkipas tertawa.
„Memang juga banyak orang yang tiap hari lewat disini "
dia kata. „Kendati demikian, kaum saudagar mesti lewat disini
dengan dapat bantuan pihak piauwtiam, sedang orang
pelancongan biasa mesti jalan sesudah dia menunggu kawan
hingga merupakan rombongan empat atau lima-puluh orang.
Siapa tak berombongan, dia tidak nanti berani ambil jalan ini.
Kau beruntung, tuan, kau ketemu rombongan piauw kami,
jikalau tidak, kuda kau, buntalan kau, sudah pasti akan kena
dirampas habis, malah jiwamu jangan2 tidak akan tertolong !."
„Dengan sesungguhnya, jalan seorang diri kau terancam
bahaya besar," berkata orang yang pertama bicara „Sekarang,
dengan jalan sama kami, kau boleh mengaku saja sebagai
pegawai kami !"
Bagaimana juga. Bouw Pek mendongkol mendengar
ucapan2 itu. dia bisa mengerti yang rombongan piauw ini
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
aku perlu campur tahu. Tapi aku dengar kau sangat jumawa,
dari itu sekarang aku datang mencari kau, buat minta
pengajaran dari kau !"
Bouw Pek jawab ucapan itu sambil tertawa secara terbuka :
„Kau bilang aku jumawa, tetapi aku tidak merasakan yang
aku sombong !" dia kata dengan tingkah sewajarnya. „Tapi
kalau kau sebut2 perkara piebu, itulah lain, buat itu aku
bersedia akan temani kau buat itu. aku ingin kau beritahukan
dulu she dan namamu, sebab aku tidak mau piebu dengan
segala bu beng siauw-pwee !"
Ditegor begitu, orang itu menjadi terguguh, kendati terang
dari romannya dia sangat mendongkol atau gusar. Rupanya
dia dalam kesangsian !
Tapi juga Lie Bouw Pek bisa mengetahui hati orang, dia
segera tambahkan :
„Kau jangan kuatir! Aku bukan orang memakan gaji dari
negeri, tidak nanti aku bekerja untuk pembesar negeri dengan
menangkap segala bajingan ! Aku hendak tanya, kau betul
siorang she Gui atau bukan ?" Gui Hong Siang bersenyum
ewah.
„Betul, aku siorang she Gui ! dia jawab. iapun tidak kurang
beraninya.
„Bagus !" tertawa Bouw Pek. Tentu saja dia tertawa secara
menantang, „Kau boleh keluarkan hong-thian hoa-kek kau,
aku mau ambil pedangku, yang aku taruh didalam kamarku !
Pekarangan ini luas, baiklah kita main2 disini saja !"
Gui Hong Sang masih punyakan dua kawan lain, yang
menunggu diluar menjagai kuda mereka dan tumbak cagak-
nya, maka itu disatu pihak dia perintah salah satu orang ambil
senjatanya itu dipihak lain dia kiongchiu pada orang
disekitarnya.
„Sobat2, aku adalah si orang she Gui” dia berkata. „Hari ini
aku cari Lie Bouw Pek bukan karena permusuhan, hanya itu
disebabkan dia orang yang sangat jumawa, yang diluaran
telah buka mulut terlalu besar, hingga aku merasa tidak puas,
maka sekarang aku datang buat adu kepandaian !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Dari belasan tamu hotel itu tidak ada satu orang yang
menyahut, mereka tadinya niat pergi karena urusan tidak
mengenai mereka, tetapi kapan ketahui orang hendak piebu,
mereka jadi ketarik hati, maka mereka lantas berdiri diam,
buat nonton.
Adalah beberapa jongos, bersama tuan rumah, yang sudah
lantas menghampirkan
„Aku minta jangan kau orang piebu di dalam rumah
penginapan kami ini," kata pengurus hotel, „Diluar, didepan
pintu, ada pekarangan luas, jikalau kau hendak bertanding,
baiklah kau pergi kesana saja ! Disana kau boleh piebu
sesukanya !"
Mendengar perkataan itu, Gui Hong Siang tolak tubuhnya si
pengurus hotel, seraya tangannya yang lain dikasi melayang
pada muka orang.
„Kau jangan takut, tidak nanti terbit perkara jiwa!" dia kata
dengan tenang, tetapi romannya sangat bengis, sedang tuan
rumah terpelanting dan meringis, karena tangannya Gui Hong
Siang keras dan panas !
Bouw Pek sementara itu sudah keluar pula, dia telah
dandan dengan ringkas dan tangannya memegang pedang.
Hong Siang sudah lantas singsatkan pakaiannya, dia
sambuti dia punya tumbak hong thian hoakek dari orangnya
yang dia perintah ambil.
„Orang she Gui, sekarang aku ingin kau lebih dulu memberi
penyelasan," berkata Lie Bouw Pek seraya maju mendekatkan.
„Aku ingin kau terangkan, sekarang ini kita bertanding buat
adu jiwa atau piebu biasa saja ! Umpama kau ingin kan
pertandingan yang meminta jiwa, marilah kita pergi keluar,
kita jangan nanti bikin orang kerembet rembet dan mendapat
susah karenanya!"
,Benar, benar, Lie Toaya omong benar !” berseru seorang
jongos.
„Baiklah kau main2 diluar saja!.'
Tapi Gui Hong Siang goyang2 kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
beberapa jurus pukulan. Tapi, Lie Lauw hia apa kau sudi
beritahukan padaku namamu yang besar di Titlee dimana kau
tinggal ? Apa lauwhia suka juga kasi tahu, apa keperluan kau
berangkat ke-Pakkhia?"
Bouw Pek beritahukan namanya seraya tambahkan:
„Aku asal Lam kiong di Kie-ciu, aku mau pergi ke Pakkhia
akan tengok paman misanku, yang bekerja menjadi cusu di
dalam Heng-pou." Agaknya Tek Siauw Hong tidak mengerti.
„Lauwhia asal Lamkiong, tetapi sekarang kau datang dari
jurusan Kieyong?" dia menegasi.
„Itulah sebab aku telah lebih dulu pergi pada sobatku di
Soan-hoa," menerangkan anak muda kita.
”Itulah lain," berkata orang Boan itu, yang lalu tuturkan hal
dirinya. dia kata „Aku punya tanah disini, tanah itu dikasi
sewa, oleh karena ada sedikit keruwetan, aku sengaja datang
sendiri kemari buat membereskan. Boleh jadi lagi satu dua
hari aku sudah akan bisa kembali ke Pakkhia Aku tinggal di
Samtiauw Hoo-tong di Su pay-lauw, rumahku letaknya
disebelah utara, yang pintu gerbangnya besar. Lauw-hia, bila
nanti kau sudah sampai di Pakkhia dimana kau punya tempo
senggang, aku girang sekali apabila kau suka datang
berkunjung kerumahku itu."
”Kalau nanti aku sudah sampai di Pakkhia, pasti sekali aku
akan bikin kunjungan," sahut Lie Bouw Pek, yang terima
undangan itu „Aku menghaturkan terima kasih buat kebaikan
Tek Ngo-ya."
„Terima kasih, aku girang sekali," Tek Siauw Hong kata.
Kemudian dia tanyakan duduknya hal mengenai piebu tadi.
Bouw Pek lihat orang Boan ini jujur, oleh karena dia
percaya, dia jelaskan lebih jauh tentang dirinya dan kemudian
ceritakan bagaimana dia saksikan sikapnya berandal, maka
dengan maksud men-coba2 Say Lu Pou, dia sengaja sudah
ganggu berandal itu, Gui Hong Siang benar bernyali besar, dia
telah susul aku kemari dan mencoba bikin pembalasan atas
diriku."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Tek Siauw Hong kagum bukan main apa bila telah dengar
keterangan itu
„Terang sekali, Lie Liauwhia, kau pemuda bun bu coan
cay!" kata dia dengan pujiannya, „maka tidaklah kecewa akan
panggil kau Jie-hiap, seorang terpelajar yang gagah perkasa!"
„Yang benar adalah Tek Toako yang terlalu puji aku !" kata
anak muda itu sambil tertawa. „Mana aku bisa dipanggil Jie
hiap? Memang aku telah pelajarkan kitab dan silat dengan
berbareng, akan tetapi tidak ada satu yang aku akhirkan
hingga sempurna. Ini juga sebabnya kenapa aku hendak cari
sanak dikota raja, untuk bekerja. Tapi aku telah dengar dikota
raja ada sejumlah enghiong, apabila ada ketikanya, aku ingin
sekali berkunjung buat berkenalan dengan mereka itu."
„Bicara tentang kepandaian, memang kami dikota raja
punya beberapa orang yang bisa dibilang mengerti itu" Siauw
Hong kata. „Salah satu diantaranya, yang paling ternama,
adalah Siauw-houwya Gin-chio Ciangkun Khu Kong Ciauw,
tidak ada seorang yang tidak ketahui. Disebelah siauw houwya
ini ada keluarga Oey yang dipanggil Gwa kun Oey-kee, yaitu
Siu Bie-To Oey Kie Pok, si Bie-To Kurus! Mereka budiman.
Hiapsu lainnya, yang sama terkenalnya, adalah Tiat Pweelekhu
punya pweelek muda Tiat Jie ya, yang orang gelarkan Siauw-
Hong-jiam, si Hong-jiam-kek Kecil. Aku kenal mereka secara
seliwatan saja, sebab kami tidak punya hubungan yang
menyebabkan adanya pergaulan kekal. Sebabnya yang utama
adalah mereka itu orang2 bangsawan dan hartawan besar”
,,Mereka yang banyak hartanya memang gampang
mengundang guru, juga punya banyak tempo senggang, tidak
heran bugee mereka bagus, "berkata Bouw Pek, „cuma lah,
jikalau mereka pergi mengembara, masih belum bisa diketahui
apa kepandaiannya itu bisa digunai atau tidak?"
„Tetapi Khu Siauwhouwya pernah ikut ayahnya pergi
kemedan perang," Tek Siauw Hong kasi tahu, Dia pernah
dirikan jasa, cuma dia tak suka pangku pangkat, kalau dia
mau, sedikitnya dia sudah jadi congpeng. Siu-Bie-To Oey Suya
pernah pergi keluar Thio-kee-kauw, disana sekalian penjahat,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Baru kira2 jam sembilan, Bouw Pek telah lihat tembok kota
Pakkhia jauh didepannya dia dapat kenyataan, tembok kota
benar kelihatannya angker seperti ceritanya banyak orang. Itu
sebuah kota tua dan banyak riwayat, karena disitu telah
bertahta beberapa kerajaan. dia juga dengar hal penduduk
Pakkhia paling suka senda-gurau dengan omongan, bahwa
ada beberapa tempat dimana orang dilarang lewat dengan
menunggang kuda, dari itu begitu lekas dia telah sampai
dipinlu Tek-seng-mui, dia lantas lompat turun dari kudanya,
buat jalan kaki sambil tuntun binatang tunggangan itu. dia
sekarang pakai baju luarnya, merapikan tudungnya.
„Encek Kie Thian Sin tinggalnya di Poan-cay Hootong
disebelah selatan, aku pasti mesti menuju kejurusan itu,"Dia
berpikir sembari jalan. Tapi dia tahu, Pakkhia kota besar dan
luas, mencari gang itu seorang diri dia tentunya tidak mampu,
maka ditengah jalan, bila dia ketemu orang, dia lantas tanya
dimana letaknya Poancay Hootong selatan.
”Itu jalan besar dari Tek-seng-mui," kata seorang yang
ditanya, yang manis budi bahasanya „Poan-cay Hootong
selatan adanya diluar Sun-tie-mui, terpisahnya dari sini masih
jauh. Sebenarnya sukar buat terangkan pada kau, karena pasti
kurang jelas dan kau sukar cari jalanan itu. Kau jalan terus
saja kesana, keselatan, nanti kau ketemu gang Chio-yang-
pong. Dari gang itu kau maju terus, begitu lekas kau keluar
dari mulut jalanan sebelah barat, kau telah sampai dimulutnya
jalan baru, Sin-kay-kauw. Dari sini menuju terus keselatan,
kau akan sampai di Sun-mui. Perjalanan ini, kira2 sepuluh lie
jauhnya."
Bouw Pek benar2 merasa dia tidak dapat mengerti
penyelasan orang itu, maka setelah haturkan terima kasih, dia
jalan terus menuruti pengunjukan orang, dia terus tanya
orang disepanjang jalan. Masih saja dia tuntun kudanya,
saban2 dia tanya orang dia dikasihkan keterangan. dia telah
sampai dijembatan Tek Seng Kio. disini dia tanya orang,
kemudian dia sampai di Chio yang-pong. Sekeluarnya dari
jalanan ini, dia tampak perhubungan lalu lintas lebih ramai,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dikiri kanan terdapat banyak warung dan toko. Tapi disini ada
orang jalan sambil menunggang kuda, maka menurut contoh
dia juga lompat naik atas kudanya. Dengan ikuti jalan besar
dia menuju keselatan.
Akhir2nya Bouw Pek bisa lewatkan Su pay-lauw barat, dari
sini didepannya, dia tampak rangon tembok kota yang besar
dan kelihatannya angker.
„Ini tentu pintu Sun-tie-mui dia men-duga2. Kemudian
dengan langsung dia menuju kepintu kota dia mesti gunai
banyak tempo buat bisa masuk ke dalam pintu kota itu dia
turun dari kudanya, yang dia tuntun, sembari jalan, dia coba
minta keterangan lebih jauh dari orang-orang yang dia temui
dijalanan.
Nyata Toan cay hoo-tong selatan sudah tak jauh lagi
letaknya.
Dengan roman dan dandanan bekas korban angin dan es,
Lie Bouw Pek anggap dia tidak pantas lantas temui paman
misannya, maka itu dia tanya orang apa di-dekat2 situ ada
hotel atau rumah penginapan.
„Gang ini dipanggil Kan-louw-sie," terangkan seorang,
„kalau kau jalan terus kesana, ketimur, kau akan sampai di
See-ho-yan, disana ada beberapa puluh hotel."
Bouw Pek mengucap terima kasih, dia lantas menuju
ketempat yang ditunjuk. Benar saja, dijalanan ini dia tampak
banyak rumah, malah rumah2 yang besar dan tinggi, Yang
beda daripada rumah2 di-kota2 kecil. Merek, dengan huruf
besar, juga tertulis dengan air emas, antaranya ada yang
diperuntukkan pembesar2 negeri.
„Aku bukan orang berpangkat, aku tidak perlu dengan
pondokan2 istimewa seperti ini," pikir anak muda kita. „Juga,
kalau piauw-cek ketahui aku sewa kamar dirumah rumah
penginapan besar ini, dia nanti kata kan aku royal tidak
keruan."
Begitulah dia cari hotel yang kecil merek Goan Hong. dia
serahkan kudanya pada jongos buat dirawat, dia masuk
kedalam akan cari sebuah kamar yang kecil. dia cuci muka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dan ganti pakaian, sebagai baju luar dia pakai thungsha hijau,
kepalanya ditutup dengan kopiah kecil dan tangannya
memegang kipas. Begitu lekas sudah tanya tegas pada jongos
dimana letaknya Poan-cay Hoo-tong selatan, dia lantas pergi
cari rumah encek misannya.
Sampai waktu itu tidak sukar buat Bouw Pek cari Poan-cay
Hoo tong selatan, begitu lekas dia masuk kedalam gang dan
tanya orang yang pertama diketemukan, dia segera
ditunjukkan rumahnya Kie Cu-su. Di muka lauwteng dipasang
merek „Sian Tek Tong Kie", hurufnya dari air emas. Merek itu
memastikan dia bahwa dia tidak salah kenalkan. dia segera
samperkan rumah itu, yang daun pintunya tertutup separoh,
dia lalu mengetok.
Dari dalam ada suara orang menyahuti, lantas keluar
seorang umur kira2 dua puluh tahun, yang pakai baju warna
gwee peh.
Menduga orang itu bujang atau pengikut pamannya, Bouw
Pek perkenalkan diri.
„Aku orang she Lie dari Lam-kiong " demikian dia kasi tahu.
„Kie Looya disini ada lah piauw-cekku. Mendengar itu hamba
itu lantas saja bersenyum.
„Kiranya Lie Sauwya." dia kata. „Selama beberapa hari ini,
looya dan thaythay memang selalu harap datangnya siauwya,
Silahkan masuk!"
la mundur akan mengasi jalan, kemudian sembari jalan dia
kata dengan sedikit keras : ,Lie Siauwya dari Lamkiong telah
datang !" Ucapan ini ditujukan pada orang dipedalaman.
Sesampainya dithia untuk terima tamu, Lie Bouw Pek dapat
kenyataan yang rumahnya pamannya, dari perabotannya,
tidak menandakan rumah orang hartawan. Kursi meja dan
gambar2 tapinya cukup banyak. Dari sini dia dapat perasaan,
yang pamannya sebagai pembesar adalah putih bersih.
Si pengikut minta anak muda ini duduk, dia lalu masuk
kedalam, kesebelah utara, tetapi belum lama dia sudah
kembali seraya terus berkata :
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
ditengloleng. dia baca „Hok Sian Pan", „Lee Cun Koan", „Peh
Bie Pan" dan lain-lain. Tiba-tiba dia seperti tersadar.
„Mestinya ini gang yang tersohor di Pakkhia yang dipanggil
gang Peng-kong, gang dimana terdapat rumah-rumah
pelesiran," pikir ia. „Aku seorang miskin dan aku telah datang
kegang ini yang penuh dengan impian, apakah ini lucu ?"
Oleh karena tidak cocok dengan hatinya, lekas-lekas Bouw
Pek buka tindakan-nya menyingkir dari gang itu, tetapi baru
saja dia jalan beberapa tindak, dari sebuah rumah hina keluar
dua tamu, yang rupanya baru habis bersenang-senang.
Mereka ini mau naik atas sebuah kereta, ketika satu
diantaranya dapat lihat anak muda kita, lantas saja dia
memburu buat menghampirkan seraya berseru.
„Saudara Bouw Pek ! Ha ha-ha-ha, siapa nyana kita bisa
bertemu disini ! Jangan kau menyingkir, saudara !"
Bab 9
Sekalipun dia terkejut, Bouw Pek toh menoleh. Orang itu
ialah Tek Siauw Hong, si orang Boan yang dia ketemu di See-
ho. Bahna jengah, mukanya menjadi merah. Pakaiannya
Siauw Hong berwarna biru, dari kain mahal dan indah, sedang
ma-kwanya dari cita hijau. Iapun lihat kuncir orang, yang
disisir licin sampai mengkilap sedang tangannya memegang
kipas yang bagus.
„Saudara Bouw Pek," kata pula Tek Siauw Hong sambil
tertawa. „Ketika hari itu aku ketemu kau, aku anggap kau
seorang Jie-hiap maka aku sungguh tidak sangka, bahwa
sekarang kaupun seorang hongliu hiapkek l"
Hongliu hiapkek berarti orang gagah yang romantis, maka
itu, mendengar demikian anak muda kita menjadi bertambah
jengah. dia tidak tahu, bahwa dia telah masuk kegang tempat
pelesiran, siapa tahu, disini dia justeru bertemu dengan sobat
baru, yang belum kenal sifat dan adat tabiatnya, hingga
mudah saja dia dicap sebagai tukang mogor. celakanya buat
ia, dia tidak bisa buka mulut akan bersihkan diri. Tapi dia
paksakan diri akan berlaku sabar dan sambil tertawa dia tanya
:
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 6
KEMUDIAN dia ajar kenal kawannya seorang berumur
kurang lebih tiga-puluh tahun, tubuhnya gemuk dan besar. dia
kata :
„Ini Yo Jieko, seorang yang terkenal buat kota Pakkhia,
namanya Yo Cun Jie. Kau boleh panggil saja Poan-siauw-cu."
„Poan-siauw-cu" berarti si Gemuk Kecil.
Bouw Pek memberi hormat pada orang she Yo itu, yang
pun unjuk hormat padanya.
Tek Siauw Hong kata pada sobatnya, seraya tunjuk anak
muda kita :
„Yo Jieko, ini saudara Lie Bouw Pek, yang tadi aku tuturkan
pada dapat salah dari dia, hati-hati, dia hiapkek jaman
se¬karang, maka kau mesti jaga jangan sampai dapat salah
dari dia, hati-hati, dia nanti hajar kau !"
Yo Cun Jie tertawa karena sobatnya yang doyan
membanyol itu.
„Saudara," kata Tek Siauw Hong kemudian, „yang mana
sobat kau, mari ajak aku pergi menemui dia !" Bouw Pek
jengah hingga mukanya jadi merah sekali.
„Tidak, tidak, aku tidak punya," kata dia dengan cepat
„Barusan sehabis bersantap aku keluar jalan tidak tahunya aku
telah jalan sampai disini."
„Aku tidak percaya," Tek Siauw Hong' geleng kepala. „Mana
bisa demikian kebetulan. jalan2 justeru sampai di gang Cio-
tauw Hootong !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Cun Jie dapat kenyataan Bouw Pek muda tetapi alim, dia
anggap pemuda ini putranya hartawan maka dia ingin sekali
baiki kenalan baru ini. Begitulah dia ajaki pemuda kita, akan
"cari kenalan".
Bouw Pek hendak tampik "kebaikan" orang itu, tatkala Tek
Siauw Hong usap2 kan tangan seraya terus berkata:
„Buat carikan kawan saudara Lie, jangan kau berlaku
sembarangan ! Menurut penglihatanku, dibeberapa gang
sebelah selatan ini semua nona2 adalah sisa2 atau sebangsa
siluman melulu." Yo Cun Jie goyang2 kepalanya yang besar.
„Kau dengar atau tidak?" tanya dia pada Siauw Sian dan
Bie Hie „Lihatlah Tek Ngoya bilang kau adalah segala
siluman!."
Kedua nona itu pandang Tek Siauw Hong mereka
mendongkol berbareng tersenyum, karena mereka tahu
hartawan Boan itu pun sedang main . Tapi mereka kata:
„Ngo-ya, kenapa kau katakan bangsa siluman? Bukankah
kami tidak biasanya ma¬kan manusia? Hajolah bilang!"
„Kau memang tidak gegares orang, tapi sudah terang kau
paling pandai bikin orang lupa daratan," Tek Siauw Hong
jawab sambil tertawa „Kau benar2 siluman atau bukan, itulah
bukan soal tetapi yang sudah terang adalah Yo si Gemuk dan
aku ada¬lah orang2 yang suka gegares siluman!"
Setelah kata begitu dia tertawa ber-gelak2 hingga Yo Cun
Jie turut tertawa berkakakan, hingga kedua nona itu pun turut
pentang bacotnya, sehingga mereka mesti gunai saputangan
akan tutup mulutnya.
Tek Siauw Hong tidak gubris orang tertawa, dia tepok
pundaknya Bouw Pek seraya menoleh pada Yo Cun Jie.
„Dengan sebenarnya," dia berkata pula. „pasangan buat
saudara Lie ini pilihanku cuma satu, dan aku percaya dia pasti
akan setuju!."
Cun Jie dan kedua nona berdiam, tetapi dengan berpikir
men-duga2 siapa yang Siauw Hong maksudkan.
„Tek Ngo-ya, apakah kau pilih Yan Toh!" tanya Bie Hie
akhirnya, dengan ro¬man yang menandakan jelus.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Aku tidak kenal kau !" berkata dia de¬ngan kasar. „Apa
yang kau buat andalan, maka urusan ini kau mau bikin habis
dengan begini saja? Kau sebenarnya mahluk apa?"
Ucapan kasar itu membikin tampang mukanya Tek Siauw
Hong menjadi berobah, itu adalah jawaban yang dia tidak
pernah sangka. Orang2 lain disekitarnyapun terkejut heran.
„Kutu busuk !" Tek Siauw Hong mem¬bentak dengan biji
matanya berputar. „Dengan maksud baik aku mengasi muka,
kenapa tidak mau terima ? Kenapa sudah kau pentang
mulutmu memaki sembarangan ? Pergilah kau !"
Tapi sambutan si orang tinggi besar adalah melayangnya
tangannya, yang dipakai menyambar teekoan-teh dan
sambitkan itu pada Tek Siauw Hong !
Tek Siauw Hong berkelit dengan lekas, teekoan melayang
terus, menyambar seorang yang kebetulan berada disatu
jurusan de¬ngan dia, tidak heran kalau orang ini menjerit
bahna kasakitan, maka sekejap sa¬ja suara jadi bertambah
ramai.
Tek ngo-ya ulur tangannya. bukannya buat menyerang,
hanya pegang tangan orang buat ditarik.
„Marilah kita keluar !" dia mengajaki. „Ditempat ini kita
tidak boleh ganggu orang banyak! Kalau kau sobat sejati, mari
ikut aku !"
Orang tinggi besar itu terima tantangan itu.
„Marilah !" dia jawab dengan tingkahnya yang katak sekali.
Tek Siauw Hong bertindak keluar, di¬ikuti orang kasar ini,
dibelakang siapa mengekor empat lawannya. Lie Bouw Pek
lantas menyusul, dibelakang dia ada in Po si Kaki Keras, biang
keladi dari kerusuhan. Paling belakang sekali ikut penonton
lain karena mereka sekarang tidak gubris lagi pertunjukan
wayang.
Kapan mereka sampai diluar, beberapa orang yang tadi
pada jongkok didepan pin¬tu pekarangan sudah lantas
menghampirkan, mereka unjuk sikap sebagai tukang2 pukul.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
main. dia bukannya tukang mogor, lapi dia toh ingin tengok
nona itu! Begitulah dia jadi diam saja mengawasi sobat itu.
Siauw Hong tertawa dengan tiba2, apa¬bila dia pun telah
pandang sobatnya itu.
„Buat pergi bersantap, itulah boleh," kata Bouw Pek
kemudian, sambil tertawa, „tetapi buat pergi ketempat yang
kebelakangan, aku pikir tidak usah "
„Tapi orang itu kau tidak boleh tidak lihat," Siauw Hong
mendesak. „Dalam kalangan rumah pelesiran di Pakkhia, dia
adalah bunga yang paling cantik, malah dia bisa dianggap
nona paling luar biasa! baiklah aku sebutkan dua hal pada
kau, agar kau dapat pengertian lebih dalam tentang dia.
Pada satu waktu kawannya pe¬rempuan, karena
penghidupannya yang terlalu royal, telah tinggalkan banyak
hutang, diakhir tahun waktu tuan uang menagih padanya, dia
tidak sanggup bayar, hingga dia jadi sangat malu dan duka.
la bunga raya, dengan apa dia bisa membayar, jalan apa dia
bisa dapat buat cari uang dalam tempo begitu pendek? Tidak
ada jalan lain, diam2 dia masuk kedalam kamarnya dan
gantung diri! Apa mau, perbuatannya yang nekat ini ada yang
lihat, dia lantas di tolongi. Kendati begitu, karena sudah
pu¬tus asa, pikirannya yang pendek tidak bisa jadi panjang,
dia masih saja cari ketika, buat bunuh diri. Kapan si nona luar
biasa ketahui kesukaran sobatnya, dengan lantas dia
keluarkan dua ratus tail uang simpanannya, yang mana dia
bayarkan hutangnya bu¬nga berjiwa itu, sedang kemudian dia
pun dayakan sampai bunga itu dapat jodohnya dan menikah,
hingga selanjutnya dia bebas dari lautan kesengsaraan."
Benar Bouw Pek merasa heran, maka dia berdiam saja dan
dengarkan penuturan Siauw Hong lebih jauh.
„Bertetangga menyebelah dengan dia ada seorang yang
piara tiga bunga raya, yang dijadikan pohon emas," demikian
sobat Boan itu. „Tuan rumah ini bengis dan tiga bunga berjiwa
itu dia perlakukan dengan kejam, seumpama "babi saja. Si
nona tidak senang atas perlakuan itu, de¬ngan melupai
bahaya dia ajak dua-tiga te¬tangga lainnya dan pergi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Penulis dari lian itu adalah „Yan San Siauw In", atau Siauw
In dari Yan San.
Siauw In berarti „orang kecil yang umpat kan diri". Sedang
modelnya huruf2 diambil dari tulisan „Thio Hek Lie Cie" atau
„Catatan dari Thio Hek Lie" dari jaman Gui.
„Ia benar beda daripada kebanyakan bunga raya lainnya,"
pikir anak muda ini.
„Kau lihat, bagaimana tinggi harga diri nya," Siauw Hong
berbisik pada sobatnya. Karena mereka dibikin mesti
menunggu sampai sekian lama.
Juga Bouw Pek telah mulai jadi tidak sabaran.
„Inilah yang dibilang, dipanggil beribu kali, berlaksa kali,
baru dia datang," kata ia. Kendati begitu, dia pun tidak
menjadi tidak senang.
Siauw Hong kipaskan dirinya, dia berse¬nyum.
Adalah liwat pula sekian saat, baru ter¬tampak kere
disingkap dan dari situ muncul si cantik yang diharap harap,
tindakan nya lambat, tetapi bebauannya yang harum sudah
mendului menyerang hidung.
Cui Siam berusia kuranglebih dua-puluh tahun, tubuhnya
ceking, mukanya potong¬an kwacie, sepasang alisnya kecil
dan panjang, mulut engtohnya berbibir merah sebagaimana
kedua belah pipinya. dia begitu cantik, mirip dengan bunga
souwyoh yang baru mekar. Pakaiannya baju merah dengan
celana hijau dengan angkin hijau juga. Kendati demikian,
keelokannya bukannya keelokan mentereng, hanya ayu dan
agung, karena sederhananya dandanannya.
Selagi mendatangi, Siam Nio telah awasi Bouw Pek, kapan
dia sudah datang dekat dia unjuk hormat pada kedua
tamunya.
„Tuan ini she apa?" dia kemudian tanya anak muda kita,
suaranya pelahan dan halus. Sepasang biji matanya bersinar
jernih dan hidup sekali.
„Aku she Lie," sahut Bouw Pek, yang untuk sesaat
terguguh, mukanya jadi merah, karena dia tidak tahu
bagaimana harus menjawab.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Tek Looya, Lie Loya, harap pasti kau datang pula besok!"
kata dia yang meng¬antar tamunya.
„Andai-kata aku tidak datang sobatku ini tentu !" kata si
orang Boan sambil tertawa. dia jalan terus disebelah depan.
Mereka turun ditangga lauwteng, sesampainya dibawah
mereka menoleh dan dongak me¬mandang keatas lauwteng,
disana, menyender pada lankan, mereka tampak Cui Siam
mengawasi mereka sambil unjuk senyumannya yang manis.
Begitu lekas sampai diluar, Siauw Hong kata pada Hok Cu,
kusirnya :
„Pergi antarkan Lie Toaya pulang ke-hotelnya."
Kemudian ber-sama2 mereka naik ke-atas kereta.
Hok Cu bawa kendaraannya ke Seeho-yan, dimana dia
berhenti didepan hotel Goan Kong. Bouw Pek sudah lantas
lompat turun.
„Aku tidak mampir lagi." kata Tek Siauw Hong. „Nah,
sampai besok !"
„Sampai besok !" sahut Bauw Pek.
Selagi roda2 kereta menggelinding per¬gi, anak muda ini
masuk kedalam kamarnya. dia nyalakan api, sedang jongos
bawa kan dia teh. dia lantas duduk dengan pikiran bekerja,
seperti si elok berbayang di depan matanya.
„Tadi aku hendak tanya hal-ihwalnya si nona, Siauw Hong
mencegah, kenapakah ?" ia pikir, apabila dia ingat kedipan
mata dari sobatnya itu. ,,Ya, aku baru ingat sekarang. Pasti
sekali, seperti kebanyakan bunga berjiwa, dia tentu punya
lelakon penghidupan yang menyedihkan, apabila aku tanya,
lukanya bisa kambuh, hingga dia bisa menangis didepan tamu,
sedang tamu datang ingin dilayani dengan manis. Tentu Siam
Nio tidak ketahui aku bukannya tamu rumah pelesiran yang
kebanyakan, yang datangnya melulu untuk pelesiran. Nona,
penghidupan kita se¬benarnya sama, cocok dengan syairnya
Pek Lok Thian yang bilang : Sama2 orang perantauan, diwaktu
saling bertemu, kenapa kita mesti selamanya saling kenal lebih
dulu ?'
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
bunga raya, aku punya mata dan bisa bedakan orang yang
busuk dan yang baik, maka juga kemarin begitu bertemu
dengan kau, aku bisa lantas hargakan kau !.”
Setelah kata begitu, Cui Siam tunduk, karena dia malu
sendirinya sudah puji-puji orang muda itu. Bouw Pek tergerak
hatinya karena ucapannya si nona.
„Kau terlalu puji aku, nona," dia kata. „Dari Tek Looya
akupun dengar bahwa kau seorang yang jujur dan
berambekan, beda dari yang kebanyakan. Ini juga sebabnya,
kenapa aku suka datang pada kau. Kalau tidak, tidak nanti aku
kesudian datang ketempat semacam ini." Siam Nio angkat
kapalanya, dia menghela napas.
„Memang, biar bagaimana juga jarang datang ketempat
begini lebih baik bagi kau," dia kata. „Melulu terhadap kau,
looya, aku suka bicara begini, apabila terhadap orang lain,
tidak nanti. Aku jadi bunga raya, akan tetapi didalam diriku
ada hati manusia, maka aku tidak inginkan seorang yang
bersemangat mesti siasiakan ketikanya yang muda dan
berpengharapan secara begini!." Sehabis kata begitu, Siam
Nio tepas ujung matanya.
Bouw Pek awasi nona itu, dari mulut siapa dia tidak sangka
akan keluar ucapan semacam itu. dia baru mau buka
mulutnya, waktu si nona sambung kata-katanya :
„Aku, dengan sesungguhnya, aku suka sekali pasang
omong dengan kau."
Sembari kata begitu, Cui Siam curi lihat anak muda kita,
roman siapa agaknya kurang puas, sedang alisnya mengkerut,
maka lekas lekas dia berbangkit.
„Cukup, looya, cukup!" dia kata sambil tertawa, suaranya
nyaring.
„Sudah cukup, kita jangan ngelamun saja ! Mari kita cari
kegembiraan!"
Ia menoleh keluar jendela, dia tarik tangan orang.
„Lihat disana! Lihat, malam ini rembulan indah' dia kata
pula.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 7
„AKU lupa alamatnya, tetapi lupa atau tidak, aku sekarang
perlu kunjungi dia," dia pikir akhirnya. „Ia seorang yang
ternama, dia mestinya mudah dicari."
Ia tukar pakaian, sambar kipasnya. lantas keluar. Didepan
pintu dia teriaki sebuah kereta kaldai, yang bawa dia menuju
ketimur. Hawa udara panas, maka duduk didalam kereta, anak
muda ini tidak berhentinya goyang2 kipasnya. Si tukang
kereta telah mandi keringat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Toako, kau........”
„Jangan sebut itu ! Siauw Hong mencegah seraya goyang2
tangannya, hingga perkataan sobatnya jadi terpotong. „Sama
sekali tidak ada artinya, kau jangan buat pikiran, kalau kau
pikirkan itu, kau pasti anggap aku sebagai orang luar. Malah
kalau kau perlu apa apa, kau mesti kasi tahu padaku, aku
selama nya bersedia buat bantu kau. Kau telah ketahui
rumahku ini, lain kali harap kau sering2 datang. Setiap hari
pada jam sepuluh aku sudah senggang dan berada dirumah,
waktu itu kau boleh datang, jangan malu2. Dirumahku ini
semua orangku kau boleh perintah, siapa saja diantaranya
tidak boleh berlaku ayal !" Bouw pek manggut2.
„Baik, toako, lain kali aku akan sering2 datang," dia bilang.
Siauw Hong sedot hoencweenya dua kali, lantas dia tertawa.
„Kau pergi ke Cui Siam atau tidak?" dia tanya.
Ditanya begitu, mukanya Bouw pek menyadi merah.
„Kemarin lohor aku ketemu dia ditengah jalan, dia bersama
ibunya," dia jawab. „Ia teriaki aku dan kami jadi bicara
ditengah jalan,
Jadi bicara ditengah jalan, dia undang aku datang
malamnya, aku terima undangan itu. jadinya aku terima
undangan secara sembarargan saja, tapi belakangan aku pikir,
pada orang sebangsa dia aku tidak boleh hilangkan
kepercayaan, maka malamnya aku telah pergi memenuhi
janyi. Aku berdiam satu jam lebih di sana."
Siauw Hong tertawa tidak berhentinya apabila dia dengar
jawaban itu.
“Lauwtee, kenapa sih kau omong dengan berputar putar ?"
dia menegor. “Aku kasi tahu kau, buat kau pergi kesana tidak
ada halangannya sembarang waktu kau boleh pergi, toh
melulu untuk main main saja ! Daripada berdiam sendirian
saja dihotel, lebih baik kau keluar pesiar, diluaran kau tidak
akan hadapi kemasgulan seperti menyekap diri di dalam
kamar. Tidakkah kita hanya cari kesenangan ? kita boleh pergi
atau tidak, semua menurut kehendak kita sendiri."
Bouw Pek manggut sambil bersenyum. dia mesti akui
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
“Oey Soe ko, hari ini kau senggang?' menegor Siauw Hong.
Orang she Oey itu manggut sambil bersenyum, tetapi teguran
orang seperti juga dia tidak dengar, karena dia lanjutkan
perjalannannya tanpa menoleh lagi.
Mukanya Siauw Hong menyadi merah. Dihadapannya Lie
Bouw Pek orang perlakukan dia demikian tawar, sedang dia
telah berlaku manis dan hormat, sekalipun tidak usah malu,
dia toh menjadi jengah dia menyesal yang Sioe bie to sudah
tidak singgah di situ akan beromong kendati satu dua kata.
Maka itu lalu dia duduk dengan diam saja, karena masgul.
Lie Bouw Pek bukannya seorang tolol, tentu sekali dia
mengerti kemasgulannya sobat itu, malah la merasa turut
mendongkol karena sikap agul2an orang itu.
„Kiranya begitu saja Sioe Bie to yang orang sohorkan”
katanya. „Dimataku, biar dia tidak katak, sikapnya terlalu
jumawa !"
„Ia bukan nya terlalu jumawa," kata Siauw Hong, yang bisa
mengerti maksud sobatnya itu. „Yang benar adalah
persahabatan kami biasa saja dan diantara kami jarang sekali
ada pergaulan yang rapat .......malah, buat bilang terus
terang, di antara kami bahkan ada sedikit ganjalan ! ......."
„Apakah itu?” tanya Bouw Pek, yang agak nya sangat
tertarik
„Ganjalan apa itu toako?”
“Ganjalan kecil,” Siauw Hong ulangi. “Aku punya keponakan
perempuan, yang dikasi menikah pada seorang she Hong dari
Pak Siu Kio, dirumah suaminya keponakan itu dapat perlakuan
kejam dari ipar2nya, bahna jengkel dia telah menutup mata.
Buruk nasibnya keponakan itu, sudah mayatnya telah tidak
diurus sebagaimana mestinya, malah dia telah dibicarakan
jelek di muka orang lain. Ketika aku kesitu hal itu. aku jadi
tidak senang, aku lalu kirim beberapa orang pada keluarga
Hong itu akan menegor. Kapan Oey Kie Pok dapat tahu halnya
aku kirim orang itu, dia jadi tidak puas. dia katakan bahwa aku
tidak pandang mata padanya Inilah sebabnya kenapa dia jadi
berlaku tinggi terhadap aku."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Kalau begitu, dia seorang yang tidak bisa diajak bergaul !"
kata Bouw Pek yang menjadi tidak senang „Kenapa tidak dari
tadi tadi nya ia campur tangan, buat bikin akur kedua
keluarga? Kenapa dia tidak mau berlaku terus terang terhadap
toako?”
„Kau tidak tahu adatnya orang Pakkhia, saudara Lie." kata
Siauw Hong dengan sabar „Kami dikota ini adalah orang yang
sering dan mudah merasa tersinggung. Oey Kie Pok adalah
hartawan besar dan tersohor buat Pakkhia, dia juga terkenal
ilmu silatnya. Di kota sebelah timur tidak ada satu orang yang
tidak junjung dia, kecuali aku seorang she Tek. Aku tidak kaya
sepertinya. boegee pun aku kalah terkenal, akan tetapi diluar
dan dalam kota aku punya banyak sekali kenalan, maka itu
kapan satu waktu aku bepergian, aku selamanya mandapat
muka lebih terang dari padanya. Ini adalah salah satu sebab
lain kenapa dia jadi berdengki terhadap aku. Begitu lah,
kendati kami kenal satu sama lain sudah belasan tahun, kami
tidak pernah duduk bicara lama2. "
„Menurut kau, toako, terang Oey Kie Pok seorang dengan
pikiran cupat !" kata Bouw-Pek yang tetap tidak puas.
„percaya, toako, satu waktu aku nanti hadapi dia, buat
lenyapkan kemendongkolan toako."
Siauw liong tidak nyana sobatnya ini gusar dan penasaran
untuk dia sampai begitu rupa.
„Jangan, saudara, jangan! ia segera mencegah. „Biarlah dia
berdengki terhadap aku. aku sendiri tidak mau berbuat salah
terhadap dia. Bagaimana juga, dalam keadaan sekarang,
diantara kami masih tetap ada perkenalan tetapi satu kali kami
bentrok, lantas selanjutnya kami akan jadi musuh."
„Disebelah itu, Oey Kie Pok bersobat sangat rapat dengan Gin
chio Khoe Siauw Houw maka aku tidak ingin bentrok terhadap
mereka berdua melulu sebab menuruti adat di satu waktu."
Lie Bouw Pek tersenyum.
„Aku juga tidak mau mendapat salah dari mereka," dia
bilang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Lie Looya, kau benar benar sedang mabok," dia kata. „Apa
yang kau bilang, semua aku tidak mengerti .... "
Baru saja mereka bicara sampai disitu, diluar kamar terdenger
pula suaranya Mo Ho yang telah naik kelauwteng.
Nona Siam Nio ada surat undangan untuk kau !"
Cia Mama buka pintu akan terima surat undangan itu,
selembar kertas merah, sembari bertindak masuk, dia kata :
„Cie Tayjin bersama Louw Sam ya sedang menunggui di Kong
Hoo Kie, anak, kau baik lah lekas pergi !”
“Siam Nio sambuti karcis nama itu, setelah baca itu, sepasang
alisnya berkerut.
.Ah, kenapa begini waktu mereka baru duduk bersantap ?"
katanya, yang tampaknya masgul, hingga suaranya pun tidak
lampias. „Lie Looya, mari aku antar kau kepembaronganku,
kau boleh rebah rebahan atau tidur disana, aku mau keluar
sebentar, aku akan segera kembali . . ..”
Bouw Pek dapat ingatan buat pulang saja kehotel, apamau
pengaruh arak sedang ber-kuasa atas dirinya, hingga dia
seperti tidak mampu geraki tubuhnya.
„Baiklah. kau boleh pergi” dia menyahut. Siam Nio lantas
bukai baju luar anak muda ini, lalu dia dukung dikasi bangun
buat di antar kepembaringan, disitu dia rebahkan tubuh orang,
yang dia tutupi dengan selimut merah, kemudian dia tutup
kelambunya dia pun bakar dupa nyamuk. Kemudian lekas-
lekas dia dandan dan ajak ibunya pergi.
Bouw Pek rebah dengan tidak karuan rasa, kepalanya pusing,
dia gulak gulik beberapa kali, tidak juga pulas, maka akhirnya
dia ber bangkit dan duduk diatas pembaringan. Mendadak dia
enek dan muntah muntah, hingga keluarlah semua makanan
dan arak yang dia gasak dirumahnya Tek Siauw Hong. dia
muntah beberapa kali, sampai rasai perutnya kosong, hingga
tubuhnya menjadi enteng dan lega. Tentu sekali karena itu
otaknya juga menjadi sedikit jernih.
Dari kamar2 lain, diatas dan di bawah lauw teng, saban2
terdengar suara bicara dan tertawa riuh, yang keluar dari
mulutnya nona nona lain dan tamu2. Diantara itu ada juga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
„Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. „Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
„Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. „Sebentar aku
pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi agaknya sungguh sungguh, Siam nio
kata:”
Apakah benar?. Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya?'
Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
„Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang kemari,"
dia kata......
“Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau." Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
muka lebih terang dari padanya. Ini adalah salah satu sebab
lain kenapa dia jadi berdengki terhadap aku. Begitu lah,
kendati kami kenal satu sama lain sudah belasan tahun, kami
tidak pernah duduk bicara lama2. "
„Menurut kau, toako, terang Oey Kie Pok seorang dengan
pikiran cupat !" kata Bouw-Pek yang tetap tidak puas.
„percaya, toako, satu waktu aku nanti hadapi dia, buat
lenyapkan kemendongkolan toako."
Siauw liong tidak nyana sobatnya ini gusar dan penasaran
untuk dia sampai begitu rupa.
„Jangan, saudara, jangan! ia segera mencegah. „Biarlah dia
berdengki terhadap aku. aku sendiri tidak mau berbuat salah
terhadap dia. Bagaimana juga, dalam keadaan sekarang,
diantara kami masih tetap ada perkenalan tetapi satu kali kami
bentrok, lantas selanjutnya kami akan jadi musuh."
„Disebelah itu, Oey Kie Pok bersobat sangat rapat dengan
Gin chio Khoe Siauw Houw maka aku tidak ingin bentrok
terhadap mereka berdua melulu sebab menuruti adat di satu
waktu." Lie Bouw Pek tersenyum.
„Aku juga tidak mau mendapat salah dari mereka," dia
bilang. „Aku hanya ingin cari tahu, sampai dimana boegee
mereka. Umpama kata kejadian aku pieboe dengan mereka,
toako, tidak nanti aku kasi tahu mereka bahwa aku sobat
toako."
Tek Siauw Hong juga tertawa mendengar perkataannya
sobat ini.
„Saudara, kau benar bicara sebagai seorang muda yang
berdarah panas” katanya. “Kau belum ketahui bagaimana
besar pengaruhnya Oey Kie Pok , kau belum tahu yang dia
punya banyak kuping dan mata, yang setiap saat bisa
menyampaikan segala macam kabar padanya. Persobatan kita
bisa dibilang masih baru, akan tetapi aku percaja dia tentu
telah ketahui adanya pergaulan rapat diantara kita. Apa yang
dia belum ketahui pasti adalah keadaan diri saudara. Ganjalan
diantara dia dan aku, saudara, tidak boleh menyebabkan kami
bentrok hebat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Aku percaya, dia pun tidak akan mau satrukan aku, tapi
satu kali kau cari dia. lantas urusan berobah menjadi
keonaran. Umpama kata dia hinakan kau, saudaraku, urusan
masih bisa diurus, celakanya adalah kapan kejadian sampai
kau hajar dia, apa juga ke sudahannya sudah terang dia akan
bikin kau tidak akan mampu injak kota Pakkhia ini lebih lama
pula ! Saudara, kau masih muda kau bertenaga besar dimana
saja, asal kau mau, kau bisa taruh kakimu, tapi kendati
demikian aku minta kau bisa berpikir panjang. Bintangmu
belum terbuka, saudara, itu artinya kau perlu bersabar. kau
mesti menunggu waktu. Aku percaya betul satu waktu kau
akan ke sampaian cita citamu ! Kenapa mesti turuti adat
disatu waktu? Kenapa, dengan tidak ada perlunya, kau cari
musuh dengan orang semacam dia itu? baiklah saudara
mengerti, Oey Kie Pok itu bukannya berandal atau okpa."
Bouw Pek bisa mengerti kejujurannya sobat ini, yang
sangat tidak inginkan dia mencari perkara. Tentu saja dia
mesti hargakan kebaikan orang.
„Baik tetapkan hatimu, toako, tidak nanti aku terbitkan onar
untuk kau, dia kata.
„Aku bukannya kuatir terbit onar untuk diriku, aku hanya
kuatirkan kau, saudara," kata Pek Siauw Hong, yang berlaku
terus terang. „Aku memikir untuk kau.
Bouw Pek manggut.
„Aku tahu, toako memang sangat perhati kan aku,”
katanya, yang lalu menghela napas.
Siauw Hong merasa tidak enak sendirinya menampak sobat
itu jadi berduka.
„Mari kita jalan jalan lagi sebentar, lantas kita pulang," kata
dia setelah hirup cawan tehnya yang penghabisan. „Sebentar
aku akan undang kau bersantap, buat rasai barang makanan
se hari2 dari kota Pakkhia, aku ingin ketahui bagaimana
anggapanmu tentang makanan rumahan itu."
„Kalau aku telah kebiasaan makan cara Utara, bagaimana
bila nanti aku pulang kekampungku? tanya Bouw Pek sembari
tertawa, satu tanda dia sedang main2.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
menoleh dia lihat Siam Nio sudah pulang ber sama ibunya. dia
merasa malu, tetapi dia segera pegat si nona.
„Jangan masuk kekamarmu, kasur dan sprei kau aku telah
kena bikin kotor!" dia kasi tahu. Si nona memandang anak
muda kita. lantas ia bisa menduga.
“Kau telah muntah muntah, Lie Looya," dia kata. „Tidak
apa, aku nanti suruh orang bikin bersih." dia masuk kedalam
kamarnya akan lihat pembaringannya, akhirnya dia tertawa.
„Lie Looya," katanya, „kau rupanya telah keluarkan isi
perutmu !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah. dia jengah buat dua
hal. yalah muntah2 itu dan tadi dia telah beber rahasia hati
nya pada si nona. Tapi Walau merasa malu dia paksakan diri
buat tertawa.
Ketika itu Mo Ho telah masuk kekamar, karena Siam Nio
telah titahkan dia bikin bersih pembaringan, si nona sendiri
dipihak lain telah tuangkan teh untuk anak muda itu.
„Bagaimana sekarang?' tanya nona ini „Pakaian kau telah
kotor semua dan kami di sini tidak punya pakaian buat kau
tukar! Apa tidak baik kirim orang kehotel-mu akan ambil
pakaian kau?"
“Tidak usah," sahut Bouw Pek, "Pintu kamarku aku yang
kunci sendiri orang-orang hotel niscaya tidak bisa ambilkan
pakaianku."
Ia lantas minta baju luarnya, yang dia lalu pakai untuk
kerobongi diri. dia keluarkan lima lembar uang kertas dari satu
tail selembar nya, uang itu dia letakkan di atas meja.
„Aku telah bikin kotor seprei dan selimut kau, kau tidak bisa
pakai lagi itu, kau tukar saja dengan yang baru, dia bilang,
„Pakailah uang ini untuk membelinya."
Siam Nio jumput uang itu, dia periksa jumlahnya, lantas dia
ambil salembar, empat yang lain dia serahkan kembali pada
tamunya.
„Aku tidak bisa terima semua uangmu,” kata dia dengan
roman sungguh2. „Apa artinya barang kotor? Kenapa itu mesti
diganti? Apakah kau tidak pandang mata padaku?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
nasi yang berdekatan, dengan ini kau juga bisa hematkan lagi
sejumlah uang."
Mendengar begitu, hatinya anak muda kita menjadi lega.
dia manggut.
“Baiklah,” dia bilang. „Sebentar aku pulang dan berbenah,
besok aku bisa lantas pindah” Ia ambil putusan dengan lantas,
terutama, bikin paman itu tidak kecil hati.
„Aku nanti perintah opas pergi antar kau ke gereja, ' Kie
coe-soe kata pula „Disana kau boleh periksa dulu kamar dan
gereja itu andaikata kamarnya bocor atau demak hawanya,
kau tentu tidak bisa tinggal disana. Bouw Pek manggut, dia
nyatakan setuju.
Kie Coe Soe lantas panggil opasnya. Lay Sin, sambil kasikan
karcis namanya dia suruh hamba ini antarkan kemenakannya
pergi ke Hoat Beng Sie.
Lay Sin terima perintah, supaya dia lantas ajak Bouw Pek
pergi ke gereja nya Kong-Goan Hwee shio.
Ternyata paderi itu sudah tua. usianya sudah enam puluh
lebih, orangnya kurus, romannya menundukkan dia seorang
paderi sejati. dia perintah muridnya, yang bernama Tie Tong
akan antarkan anak muda ini kekamar yang dia unjuk.
Hoat Beng Sie besar, tapi sudah tua dan kelihatannya
kurang rawatan rupanya gereja ini tidak punya sawah kebun
yang besar dan kekurangan dermawan2 yang mau jadi
penunjang. Hweeshionya pun sama sekali cuma ada belasan
orang.
Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
“Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. „Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka
sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
„Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. “Aku tahu sendiri,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
„Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !”
„Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie.
„Itulah bagus," Siauw Hong bilang. „Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... "
,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita lihat saja
belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
„Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
„Dengan begini dirumah ada siapa?"
„Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. „kami lantas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
‘Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...."
Kabar itu benar hebat, tidak, heran bila Tek Siauw Hong
nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
“Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol.
„Jangan !” Siauw Hong mencegah. „Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !”
„Akal ?” Bouw Pek baliki. „Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi? Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako ? Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
„Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta
pembesar kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie
campur bicara.
„Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
“Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku ? Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
„Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. „Saudara, mari kau temani aku !”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 8
EMPAT orang itu berdiam, mukanya Siu Jie dan Hok Jie
menjadi pucat. karena didalam kekuatiran merekapun dibikin
men¬dongkol. Sudah disuruh diam seja, kenapa merekapun
dilarang melawan kalau mereka diserang ?, Apa maunya
majikan ini ?
Bouw Pek telah kasi turun pedangnya, yang tadi dia
urungkan angkat.
„Toako, kau telah terluka, bagaimana kau bisa layani
mereka itu ?' katanya. “Biarlah aku pergi sendiri dan hajar
mereka itu !"
Tek Siauw Hong goyang kepala dengan tertawa.
“Itulah bukannya soal," ia bilang. „Katanya Hoa-chio Phang
Liong berada diantara mereka, aku hendak ketemui ketua dari
Cun Goan Piauw-tiam itu. dia orang dagang, dia buka piauw-
tiam, artinya dia perlu perkenalan dan pertobatan, aku
percaya dia bisa di ajak bicara !"
Lantas orang Boan ini pakai baju luarnya dan bertindak
keluar, dengan begitu Lie Bouw Pek lantas menyusul, diikuti
lebeh jauh oleh Siu Jie berempat.
Diluar, tuan rumah dan orang2nya men¬duga bahwa
sebentar orang Boan ini begitu berhadapan Phang Liong,
pertempuran hebat niscaya tidak dapat dicegah lagi.
Beberapa orang yang tidak punya pekerjaan lantas
mengintil.
Lie Bouw Pek tidak pakai thungsha, dengan tengteng
pedangnya dia jalan dimukanya Tek Siauw Hong maka itu
dengan sendirinya, dia menjadi pusat perhatian orang banyak.
Tek Siauw Hong maju terus, Hok Jie berempat diperintah
ikut dengan bawa ke¬reta mereka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dan dia kuatir nanti datang hamba2 polisi yang akan bekuk
mereka. „Apa kau berani pergi ke Lam hwe-wa ?”
„Tentu saja ! Kemana juga aku tidak takut ! Hajolah !”
Siauw Hong terima tawaran dengan unjuk sikap jumawa.
„Baik, hayolah jalan ! Siapa tidak pergi, bukannya hohan !"
Phang Liong berseru seraya geraki tumbaknya.
Siauw Hong sangat gusar, hingga mukanya menjadi pucat.
dia naik karetanya.
„Saudara Lie, hayolah kau juga naik !” katanya pada Bouw
Pek, yang masih belum mau loncat naik, karena dia menunggu
mengawasi musuh.
Dengan romnan garang Phang Liong dan orang2nya sudah
lantas berangkat. Mereka tidak bawa kereta, mareka mesti
jalan kaki. Di belakang mereka mengikut orang2 usilan, yang
ingin menonton.
Siu Jie dan dua kawannya mengikuti sambil jalan kaki,
mareka berkuatir dan bingung.
“Mereka berjumlah banyak, looya cuma berdua, mereka
mau bertempur di Lam hwee wa, inilah berbahaya," kata
hamba yang setia ini.
„Apa tidak baik kita lekas2 pulang, buat mengasi kabar
pada thaythay ?" kata si dua kawan.
“Kasi tahu pada thaythay masih tidak bisa menolong,” Siu
Jie bilang. „Malah looya tentu akan damprat kita habis2an.
Aku pikir lebih baik kita pergi kegiesu geemui, akan
menghadap Thio Thayjin, biar Thio Thayjin kirim hamba
negeri buat cegah partempuran mereka...... "
Pelayan ini lakukan apa yang dia pikir, selagi Tek Siauw
Hong tidak lihat dia, dia ngeloyor pergi diluar tahunya majikan
itu.
Sebentar kemudian Tek Siauw Hong dan Phang Liong
sudah sampai di Lam hwe wa, mereka cari tempat yang
kosong dan rata, dimana mereka lalu berkumpul dalam dua
rombongan yang berhadapan satu pada lain.
„Tempat ini cocok !" kata Phang Liong, seraya menunjuk
dengan tumbaknya. „Hayo lah kau turun dari kendaraanmu !'
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Atas tantangan itu Lie Bouw Pek dului si orang Boan lompat
turun dari kereta, sambil hunus pedangnya dia hampirkan
piauwsu dari Cun Goan Piauw tiam.
“Lengan kanan dari Tek Toako telah ter luka, dengan
menangkan dia kau tidak akan terhitung sebagai enghiong,"
dia bilang „oleh karena itu, Lebih baik kita berdua yang main
main lebih dulu !"
Kendati dia kata demikian anak muda kita sudah lantas
mulai menyerang.
“Siapa kau ?" tanya Phang Liong, yang tidak lantas
melayani. , Kau she apa ?'
“Toaya kau adalah Lie Bouw Pek !" Bouw Pek perkenalkan
diri sambil sengaja unjuk sikap jumawa. , Aku asal Lamkiong,
Titlee. Tek Siauw liong adalah Saudara angkatku ! Jangan kata
baru kau, Hoa Chio Phang Liong, kendati saudara kau, Kim
Too Phang Bouw, aku tidak takuti ! Aku tidak takut juga
segala Siu bieto dan Gin Chio Ciang kun. atau siapa juga yang
berani perhinakan Tek Toako mesti bisa menangkan dulu
pedangku ini !"
Waktu itu Tek Siauw Hong juga sudah turun dari keretanya.
sebelum Phang Liong bilang apa2 pada anak muda itu, orang
Boan ini telah kata padanya :
„Apa yang saudaraku ini Bilang adalah hal yang benar
Jikalau kau mampu menangkan pedangnya saudara mudaku
ini nanti dihadapan orang banyak aku akan unjuk hormat pada
kau sambil manggut ber ulang2 !”
Tek Siauw Hong tidak sungkan2 lagi, Dia antap Lie Bouw
Pek bawa keinginan nya.
Phang Long begitu mendongkol, hingga dia banting2 kaki.
Nyata dia seorang yang beradat keras, yang tidak bisa dengar
ucapan yang tidak manis.
„Baik !" dia berseru. Lalu dia kata pada orang banyak yang
datang dan bergumam : ,Silah kan kau mundur sedikit ! Lihat
aku nanti tempur orang dari tingkatan muda Ini !"
Lantas setelah itu dia putar tumbaknya akan tusuk Lie
Bouw Pek. Anak muda kita memang sudah bersiap2, malah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Baru tiga hari aku tidak datang, itu rasanya seperti tiga
bulan saja. Aku senantiasa merasa hatiku tidak tenteram,
maka sekarang, kendati juga hujan besar aku telah datang
kemari. Aku sengaja buang tempo........"
Si nona tertawa cekikikan apabila dia dengar keterangan
itu.
„Jadi kau telah buang tempo untuk da¬tang kemari ? ia
tegasi.
„Kalau begitu, kau tentu juga akan buru buru pulang !...... “
Tapi anak muda kita lekas geleng kepalanya.
„Tidak,” dia bilang, „aku sekarang sudah tidak punya
urusan lagi! Aku sudah pindah
rumah dan urusan sobatpun telah selesai. Seterusnya aku
bisa datang tiap hari......”
Baru saja Bouw Pek tutup mulutnya atau dia sudah
menyesal bukan main.
“Kenapa aku mesti bilang bahwa aku bisa dalang setiap
hari ?" demikian dia tegur dirinya sendiri. „Mana aku bisa
lakukan itu ?"
Tetapi ucapan itu justru bikin Siam Nio girang bukan main.
„Kau bilang kau bisa datang setiap hari?,” dia bilang. „Aku
tidak percaya, Tapi hari ini hujan besar, mestinya tidak ada
tamu lain yang datang, maka kau jangan lantas pergi”
„Tidak, aku memang tidak mau lantas pergi " Bouw Pek
manggut. “Aku bisa pulang sebentar sesudah tengah malam”
„Tengah malam ? Apakah kau tidak takut nanti diomeli
isterimu ?"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah.
„Apakah aku belum pernah kasi tahu kau?” dia tanya.
„Sekarang aku telah berumur dua puluh lebih. akan tetapi aku
masih belum ber isteri ! Aku datang kekota raja sendirian saja,
tadinya aku tinggal dihotel, baru dua hari aku pindah kebio di
Sinsiang Hootong”
Cu Siam benar2 tidak ketahui yang tamunya seorang
jejaka, katerangannya anak mu¬da ini bikin dia heran.
„Kenapa kau belum menikah, Lie Looya?" dia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Cui Siam menghela napas. dia tahu ibunya omong hal yang
benar. dia lalu berbangkit.
„Lie Looya, sukalah kau menunggu disini, sebentar aku
kembali," dia kata pada anak muda kita.
„Kau pergilah,” sahut Bauw Pek sambil manggut. Meski dia
mendelu, dia diam saja, dia tidak mau campur tahu urusannya
ibu dan anak itu.
Ibunya Cui Siam merasa tidak puas yang anaknya mau
tahan si anak muda, tetapi mengingat orang telah sering
datang dan telah antar cita, dia kuatir anak itu gusar.
“Ya, looya, kau jangan pergi dulu," iapun kata. „Bila kau
merasa lelah, kau boleh rebahkan diri . . . ."
„Aku tidak lelah " Bouw Pek jawab.
Cui Siam lantas rapikan pakaian dan rambutnya, dia ikut
ibunya pergi.
Bouw Pek jadi duduk sendirian saja, dalam kesunyian dia
jadi masgul dia juga sebal mendengar hujan, yang tetap tidak
mau berhenti.
“Aku sudah pikir buat jarang datang ke-tempat begini, aku
toh laki laki, tidak tahu-nya sekarang aku kembali berada di
sini . . ." dia berpikir. „Entah bagaimana, romannya
Cui Siam menyebabkan aku selalu merasa kasihan
terhadapnya. Sudah Siu Lian sekarang Siam Nio ... . Secara
begini, bagaimana nanti aku bisa majukan diri?”
Kemudian dia lalu ingat orang yang dipanggil Cie Tayjin itu.
„Beberapa kali aku senantiasa dapatkan karcis namanya,
dia tentunya Cie Sie long yang Tek Siauw Horg sering sebut,"
dia pikir. „Ia memangku pangkat, dia kuatir ada giesu yang
dakwa, maka itu, buat berpelesiran dengan Siam Nio, dia
saban saban undang Siam Nio datang ketempatnya. Bersama
Cie Tayjin ini ada Louw Sam Looya siapa dia ini, apa
pekerjaannya ? Apakah dia Poan Louw Sam, yang katanya
punya enam chian thong dikota selatan ? Cui Siam punya
banyak kenalan jempolan, kenapa dia masih ketarik padaku ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Bouw Pek tidak bisa menduga dengan cocok, maka dia jadi
lelah sendirinya. dia lantas rebahkan diri dipembaringannya
Cui Siam, tangannya meraba bantal.
„Eh, kenapa bantal ini berat ?" pikirnya. dia bangun, dia
angkat bantal itu, yang terbikin dari kayu yang dicat hitam.
Beda dari bantal lain, bantal ini kosong dalamnya dan berupa
seperti peti, oleh karena tidak dikunci, dia buka tutupnya. dia
heran dan jadi ingin dapat tahu. dia tercengang ketika dia lihat
isi nya bantal itu : bukannya uang, bukan barang perhiasan,
hanya sebuah pisau belati yang tajam mengkilap, panjangnya
delapan cun !
„Heran, apa perlunya Siam Nio dengan senjata ini?" pikir
dia yang lekas lekas rapi kan pula bantal itu. „Apakah dia
benar2 bu¬nga raya yang gagah ? ia lemah lembut. Rahasia
apa dia simpan dalam hatinya ? Apa kah tidak bisa jadi dia
punya lelakon penghidupan yang menyedihkan dan hebat,
yang menyebabkan dia sekarang menjadi bunga raya? Apakah
bisa jadi dia telah ketahui atau telah menduga aku orang
macam apa, maka terhadap aku dia telah tumplekkan per
hatiannya secara istimewa ?"
Sia sia saja Bouw Pek menduga duga.
„Cuma Siam Nio yang bisa jelaskan semua ini padaku,"
akhirnya dia pikir.
Sekarang hujan sudah mulai berhenti, suara nyanyian
dikamar sebelah pun sudah sirap Po Hoa Pan telah menjadi
sunyi, kecuali suara rincik2 air hujan.
Tidak antara lama, ditangga lauwteng ter dengar tindakan.
Menduga Cui Siam pulang, Bouw Pek pura pura tidur. yang
datang be¬nar si nona, yang baru pulang dari tempat nya Cie
Tayjin.
„Oh, Lie Toaya tidur," kata ia, kapan ia lihat orang sedang
rebah dengan diam saja.
Ia lantas pentang kelambu, dan ambil selimut, buat
kerobongi tubuh orang. Tapi berbareng dengan itu anak muda
kita buka matanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Kalau Cui Sam bisa robah cara hidup nya, dia pantas buat
jadi isteriku, pikir anak muda ini. Hatinya lega apabila dia
memikir demikian, tetapi hati itu segera jadi pepat, apabila dia
ingat dari pamannya tidak kabar apa2, sedang dia sudah
berdiam lama juga di kota raja.
„Pengharapan seperti tidak ada bagaimana aku bisa
berdiam lama2 disini " satu kali Bouw Pek berpikir. „Benar aku
punya sobat, yang bisa tolong aku, akan tetapi apakah daya
sempurna buat terus2an harapkan bantuan sobat ? Tidak, aku
mesti berdaya !"
Bouw Pek lantas kunyungi Siauw Hong.
„Toako, kau kenal banyak orang di Pak-khia, apa kau bisa
pujikan aku pada salah satu rumah buat mengajar silat ?" dia
tanya.
Diluar sangkaan, Siauw Hong geleng kepala apabila dia
dengar pertanyaan itu.
„Kerjaan guru bagi kau tidak cocok," kata orang Boan ini.
„Disini mereka yang menjadi guru adalah sebab didalam
penghidupan mereka sudah tampak kesukaran hebat. Kau
telah jadi sobatku, ini juga salah satu sebab kenapa aku mesti
cegah kau menjadi guru silat! Mana aku punya muka akan
antap sobatku bekerja pada orang lain, melulu untuk dapatkan
beberapa tail ? Sekarang, saudaraku, kau jangan sibuk tak
karuan, kalau sampai duaratus tail perak, aku masih sanggup
bantu kau. Apabila saja kau perlu uang, lantas beritahukan
padaku. Sekarang kau sabar saja menganggur, tunggu nanti
sampai aku sudah pulang dari Tong leng, kita nanti kumpul
sejumlah uang, buat buka piauwkiok buat kau kepalai.
Tidakkah itu lebih baik daripada kau jadi guru silat dari
sembarangan orang ?"
sekali juga Siu Bie to Oey Kie Pok akan pandang hormat pada
kau . . .!"
Bouw Pek bersenyum dingin.
„Nyatalah Oey Kie Pok ini seorang yang licin." Pikirnya “Ia
mau piebu padaku, tetapi dia tidak mau perkenalkan diri, dia
lebih suka memakai nama palsu. Tapi ini lebih baik lagi, aku
jadi tidak usah berlaku sungkan lagi. sebentar sesudah coba
coba. baru kita bicara pula bagaimana baiknya
Karena dia berpikir demikian, dia lantas menjawab:
„Baiklah, tuan Kim, aku bersedia akan iringi kehendak kau
!!”
Oey Kie Pok manggut, kelihatannya dia puas sekali, dengan
tidak kata apa apa lagi dia buka baju luarnya yang panjang
dan gerombongan, bersama sama kipasnya dia serahkan baju
itu pada dua pengikutnya. dia ternyata sudah siap dengan
pakaian yang ringkas, hingga tinggal gulung tangan bajunya
saja.
„Saudara Lie, silahkan maju !” dia menan¬tang setelah dia
maju beberapa tindak dan pasang kuda kudanya.
Memandang gerakan2 orang, Bouw Pek duga Siu Bie to
mesti punya kepandaian yang berarti, tetapi dia tidak takut,
setelah gulung tangan bajunya diapun lantas maju
menghampirkan, Dengan benar benar tidak sungkan sungkan
lagi dia kirim jotosannya. Sudah tentu dia mengancam untuk
mencoba coba dulu, akan cari tahu, pelajaran Oey Kie Pok dari
golongan mana.
Begitu tonjokan sampai, Oey Kie Pok berkelit kekiri, dari
sini dia maju pula dengan cepat, kedua tangannya diangkat
dan dibuka buat ganjal iga si anak muda iga yang ter¬buka
karena tonjokan maju kedepan !
Segera juga Lie Bouw Pek lihat gerakan Patwa tiang itu, dia
lantas tahu bagaimana mesti melayani. Dengan enjotan kaki
kanan dan kaki kiri terangkat naik dia perlihatkan
kepandaiannya lompat tinggi yang luar biasa, karena tubuhnya
sudah mencelat keatas, melewati kepalanya si orang she Oey
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
besarnya masih kalah dari Oey Kie Pok. Umpamanya saja Oey
Kie Pok pun terkenal dalam hal bugee, dalam hal mengamal,
dalam hal memperbaiki rumah-berhala, Poan Louw Sam kalah
jauh !"
Di-sebutanya nama Poan Louw Sam membikin Bouw Pek
jadi kumat kebenciannya terhadap si Terokmok itu.
„Sekarang aku telah rubuhkan Oey Kie Pok, lain kali mesti
datang gilirannya Poan Louw Sam buat diajar adat ! dia
berpikir.
.Mereka itu tidak boleh di antap berpengaruh dengan
uangnya, mereka mesti dikasi mengerti, agar mereka jangan
tidak pandang mata pada semua orang !"
Kendati dia pikir demikian anak muda ini kata pada si
Gemuk :
„Menurut pemandanganku, karena Oey Kie Pok dan Poan
Lauw Sam barharta besar dan berpengaruh, perbuatan
mereka se-hari2 tentunya busuk ?"
„Itulah ada benarnya", Su Poan-cu jawab. „Diantara
mereka, Oey Kie Pok masih mendingan, kendati karena
uangnya dia suka menghina sesamanya, dia masih kenal
persobatan dan masih suka mengamal. Sampaipun nona2 dari
Han kee thoa, di Cio tauw Hoo tong kendati mereka benci
sebut namanya Poan Louw Sam, mereka tidak berani banyak
omong. Sekarang ini baik orang berpangkat maupun orang
berharta, kalau dia mau ambil nona2 manis buat jadi istri atau
gundiknya, tidak perduli si nona sendiri setujui, lebih dulu dia
mesti cari tahu si nona yang tersangkut itu punya
perhubungan dengan Poan Louw Sam atau tidak, asal yang
Poan Louw Sam kenal, siapa juga lantas tidak berani ambil."
Bouw Pek awaskan sobat ini, ucapan siapa bikin dia heran
dan berbareng kurang percaya. dia memang tidak boleh
sembarangan dengar omongan orang.
Su Poan cu tidak perdulikan apa yang orang pikir, dia kata
pula;
“Sekarang ini. Lie Toaya oleh karena kau telah rubuhkan
Oey Kie Pok, selanjutnya kau harus berlaku hati hati. kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
mesti ber¬siaga, kalau kalau dia gunai satu atau lain daya
untuk balas sakit hati nya ini !....."
„Aku tidak takut !" kata Lie Bouw Pek. sambil goyang
kepala dengan tersenyum ewah „Aku sebatangkara, paling
banyak juga mereka bisa bikin aku tidak mampu tancap kaki
lebih lama disini ! Andaikata kejadian mereka main tipu usir
aku, disaat aku hendak angkat kaki aku mesti lakukan suatu
apa yang mengejutkan, supaya segolongannya bisa lihat !”
Tadinya Su Poan cu hendak berkata kata pula, tetapi ia
lihat seorang hweeshio lagi mendatangi, dia lantas saja
terbangkit.
„Baiklah, toaya, sarnpai kita bertemu pula !" katanya.
Bouw Pek pun berbangkit.
“Baiklah sampai bertemu pula " dia kata Maaf, aku tidak
antar kau."
Seberlalunya si Gemuk, si hweeshio yang telah datang
dekat telah menjura pada Bouw Pek, gerak gerakannya mirip
sebagai dia sedang unjuk hormatnya pada Budha.
„Kabarnya Oey Su ya tadi datang kemari," berkata dia. Oey
Su ya seorang dermawan yang gemar menderma dan
mengamal, sebagai mana belakangan ini dia sudah perbaiki
Tay Cu Sie dan Tiauw In Am. Kau kenal Oey Su ya. Lie Looya
kami mau minta pertolongan kau. Sukalah kau omong pada
Oey Su ya, supaya ia suka menderma atau memperbaiki
gereja kami ini. Umpama kata Oey Su ya suka menulis
beberapa ratus tail perak dalam buku urunan kami, lantas
dengan leluasa kami bisa bawa buku urunan itu untuk
memungut derma di tempat2 lain."
Paderi ini lantas unjuk bagian mana yang perlu diperbaiki,
bagian mana yang mesti di cat lagi, omongannya manis dan
menghormat.
Bouw Pek tertawa didalam hatinya.
“Kasihan paderi tolol ini," dia pikir. „Baru saja aku hajar Oey
Kie Pok atau dia seka¬rang suruh aku pergi pada cabang atas
itu buat mintakan derma, apa ini tidak lucu ! Mana aku bisa
pergi dan Oey Kie Pok sudi ladeni aku ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 9
SU POAN CU cerita seperti pembawa kabar saja, tidak
tahunya Bouw Pek dengari itu dengan sungguh2 dan hatinya
panas bukan main. ia telah tenggak pula araknya, sedang
tadinya dia sudah mau berhenti minum.
„Kiranya dengan cara beginilah Louw Sam bikin dirinya
kaya" kata dia dengan bersenyum ewah. „Baiklah, nanti
datang waktunya yang aku akan bikin Poan Louw Sam kenal
siapa adanya aku !"
Ketika itu datang dua tamu, Su Poan cu tinggalkan
sobatnya akan layani dua orang itu.
„Catat saja semua apa yang aku dahar dan minum," kata
Bouw Pek kemudian. dia berbangkit dan pakai baju luarnya,
lantas bertindak keluar dari warung arak itu. dia bertindak
dibawah sinar bulan dan bintang yang guram, dia jalan
pelahan, hatinya masih panas, sedang pengaruh arak
menambah panesnya hati itu.
Dengan pulang kegereja, apa aku mesti lakukan? pikir dia
„Lebih baik aku pergi pada Siam Nio dan kongkouw dengan
sinona.
Ingat Cui Siam. hatinya anak muda ini goncang. Tapi dia
jalan terus menuju ke Hin-kie thoa. Ketika sampai didepan Po
Hoa Pan, dia lihat api terang dan orang yang keluar masuk
banyak. Di depan rumah juga ada menunggu beberapa
kereta.
“Boleh jadi Cui Siam sedang layani tamu” pikir anak muda
kita. Tapi, biar bagaimana juga, aku mesti ketemukan dia."
Dia bertindak masuk, atas mana jongos segera sambut dia.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Lie Toaya datang !" dia berkata sambil tertawa. „Nona Cui
Siam ada tamunya !"
„Siapakah tamu itu ?" Bouw Pek tanya.
“Louw Sam ya sahut jongos itu, kembali sambil tertawa.
„Boleh jadi tidak lama kemudian dia akan berlalu. Baiklah
toaya pergi dulu kekamar sebelah......."
Hatinya Bouw Pek memukul.
“Kalau tamu itu Louw Sam-ya, tidak apa !” dia bilang. „Aku
kenal Louw Sam ya, nanti aku sekalian ketemukan dia !"
„Kalau begitu, silahkan toaya naik ditangga dengan
tindakan berlari lari itu, yang terus saja dongak dan
menyerukan : „Tamu buat nona Cui Siam !”
Bouw Pek sementara itu sudah naik di tangga dengan
tindakan perlahan2, dengan lekas dia sampai diatas, baru saja
dia berada didepan pintu kamarnya Cui Siam, Cia Mama telah
papak dia. Pada muka yang kisut dan kurus dari nyonya tua ini
tersugging senyuman, tentu saja senyuman yang di-bikin2.
Hampir seperti berbisik, dia kata pada tamunya :
“Lie Toaya, baik kau datang lain kali saja. Sekarang Louw
Sam ya ada dikamarnya si Siam."
Bouw Pek mendongkol, hingga mukanya menjadi merah.
Belum sampai dia buka mulutnya, kupingnya segera dengar
tertawa yang keras dan kaku, datangnya dari kamarnya Siam
Nio, suara tertawa mana segera disusul dengan suara tertawa
yang empuk. Tentu saja suara tertawa itu melulu menambah
ke mendongkolannya. dia gusar bercampur iri hati.
„Apa ? Poan Louw Sam ada didalam ?" dia kata dengnn
suara keras. „Dia itu mahluk apa? Aku tidak takut dia. Suruh
Cui Siam keluar, aku mau bicara padanya, tidak lama, aku
akan lantas pergi lagi!"
Sikapnya anak muda ini bikin Cia Loo mama menjadi sibuk
bukan main, hingga dia banting2 kakinya.
“Lie Looya," katanya, „bicaralah pelahan sedikit........"
Suara tertawa didalam kamar berhenti dengan mendadak,
sebagai gantinya kere disingkap dan satu tubuh yang tinggi
dan terokmok muncul keluar. Diterangnya lampu, dia kelihatan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Bouw Pek gusar, dia mau hajar hartawan itu, tetapi Cui
Siam pegangi keras2.
„Jangan, looya. Jangan” kata si nona sambil menangis.
„Sukalah kau pandang aku, jangan kau serang dia pula......"
„Ya, jangan kau serang dia, looya," Cia Mama turut
berkata. „Louw Sam ya seorang yang berharta besar, kita
tidak boleh main gila terhadap dia !"
Tapi Lie Bouw Pek bersenyum tawar.
Orang lain boleh takut padanya, tetapi aku tidak !" dia
berseru. „Ia punya uang, aku punya kepalan, coba lihat,
uangnya yang lebih keras atau kepalanku ! "
Setelah kata begitu, dia tarik Siam Nio, dia ajak masuk
kedalam kamar. Maka semua nona2 lain, tamu2 dan jongos
lantas pada berlalu dan turun dari lauwteng. Semua nona dan
tamu balik kekamarnya masing2 dengan terus bicarakan
kejadian itu, begitu juga kawanan jongos.
Orang she Lie itu tidak saja liehay bugee nya, dia mestinya
berpengaruh juga," demikian orang men-duga2. Jikalau dia
tidak punya pengaruh, bagaimana dia berani hajar Poan Louw
Sam !”
„Biasanya di kota selatan, Poan Louw Sam lebih
berpengaruh dan malaikat uang, lebih berkuasa daripada Giam
Lo Ong, siapa sangka hari ini dia mesti rasai orang gaplok dan
dupak dia pergi datang !" kata yang lain. „Karena dia telah
rubuh, hingga namanya jadi merosot, dia tentunya tidak akan
mau mengerti, boleh jadi sebentar dia datang pula dengan
bawa banyak orang, atau dia kirim orang2nya buat hajar si
orang she Lie ini !
Diantara orang didalam rumah pelesiran itu, Cia Loo mama
adalah yang paling sibuk dan kuatir sampai hatinya
tergoncang terus, air mukanya juga terus pucat, sebab takut.
„Lie-ya," demikian dia kata pada anak muda kita, „Menurut
aku, baiklah kau menyingkir saja buat sedikit
waktu......Sebentar Louw Sam tentu akan datang pula
bersama orang2 nya. ia punya banyak orang, yang kabarnya
semua bangsa kasar ! Mereka itu andaikata membunuh orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
pasti tidak akan berani datang pula, karena datang pula buat
dia berarti cari susah sendiri ......
Bouw Pek manggut dia lantas berlalu dari Po Hoa Pan dia
tetap masih mendongkol, ketika sampai didalam kamarnya dia
tidak bisa lantas tidur, percuma dia coba meramkan mata.
„Selama dua bulan ini, perbuatanku bisa dibilang keliru,"
begitu dia jadi ngelamun. „Aku seorang miskin, hak apa aku
punya akan keluar masuk rumah hina ? Lagi makin lama aku
berkenalan dengan Cui Siam, makin keras hatiku tertarik.
Maka lagi seketika lama, bisa2 ludaslah semangat laki2ku. Ciu
Siam Nio adalah bunga yang terkenal; banyak kenalannya,
seperti Cie Sie long dan Poan Louw Sam, apa bisa dengan
sebenarnya dia jatuh hati padaku, tidak perduli aku masih
muda dan jujur? Umpama kata benar dia menyinta aku, tetapi
kalau aku mesti ajak dia merantau, apakah dia sudi ?
Memikir demikian, hatinya pemuda ini menjadi sedikit
tawar. Adalah karena ini, baru sampai tengah malam dia bisa
meramkan mata dan pulas.
Kapan esoknya pagi Bouw Pek mendusin dari tidurnya, dia
lantas ingat perbutannya kemarin, ialah dengan bergantian dia
telah rubuhkan Oey Kie Pok dan Louw Sam, dua orang yang
terkenal di Pakkhia. „Benar kejadian itu bikin aku puas, tetapi
bagaimana dengan mereka berdua?" demikian dia pikir.
„Mereka tentu tidak puas dan tentu sekali akan berdaya buat
bikin aku celaka. Mau tidak mau, aku mesti berlaku hati2 .......
"
Hari itu hawa udara panas sekali, kendati begitu, kecuali
pergi kewarungnya Su Poan cu, Bouw Pek tidak pergi kemana
mana lagi. maka berdiam dikamarnya dia merasa tak keruan.
Oleh karena ini sorenya dia lantas pergi ke Po Hoa Pan.
Sekali ini, sikapnya Cui Sam beda sekali daripada yang
sudah dia dingin sekali, sepasang alisnya senantiasa
mengkerut, pada tampang mukanya tidak pernah tertampak
tertawa atau senyuman. Duduk sekian lama, anak muda kita
jadi tidak gembira, maka dia lantas angkat kaki , ditengah
perjalanan dia mampir diwarungnya Su Poan cu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
bahwa bugee kau jauh lebih tinggi dari pada apa yang aku
bisa, maka juga aku jadi sangat kagumi kau. Sudah begitu
kemarin pun aku dengar, saudara. kau telah hajar Poan Louw
Sam, orang hartawan dan ternama dikota selatan, aku jadi
lebih kagum lagi! Demikianlah hari ini, dengan kehormatan
setulusnya, aku datang berkunjung Kalau kau bisa lupai
kejadian kemarin , saudara aku ingin sekali menjadi sobat
kekal kau !”.
Bouw Pek jujur dan manis budi, melihat sikap orang itu,
kendati dia kurang mengerti, dia pun berlaku hormat.
„Kau terlalu memuji tuan Oey," dia ber kata. „Dalam
kejadian kemarin ini, sebenar nya akulah yang paling
sembrono dan lancang ..."
“Tidak, saudara Bouw Pek, kejadian itu tidak berarti sama
sekali," Kie Pok kata pula. „Bicara tentang sembrono, akulah
yang paling lancang. Kita tadinya belum pernah ketemu satu
sama lain, datang2 aku lantas menantang piebu Coba orang
lain ketahui hal ini, mereka pasti akan tertawakan aku. Meski
begitu, dengan tidak terlebih dulu berkelahi, mana kita bisa
saling berkenalan ? Nanti, saudara, sesudah kau bergaul
cukup lama dengan aku, barulah kau ketahui aku ini orang
macam apa ! Biasa bagiku, apa yang keluar di mulut, tidak
ada didalam hati, aku jujur. Siauw Hong kenal aku baik sekali,
kau tunggu sampai nanti dia pulang, kau boleh tanya padanya
dan dia akan berikan keterangannya seperti apa yang aku
katakan ini.”
„Nama kau, saudara Oey, aku memang dengar pada
sebelumnya aku datang ke Pakkhia Ini," Bouw Pek bilang.
„Ketika baru baru ini aku ikut saudara Siauw Hong pesiar ke
Jie kap, disana aku juga pernah lihat kau."
„Oh, kalau begitu saudara sendiri yang hari itu berada
bersama sama Siau Hong ? kata Siu Bie to, yang unjuk roman
heran. „Hari itu aku bersama dua sobatku, lantaran tidak
dapat kesempatan aku jadi tidak bisa samperi saudara Siauw
Hong buat pasang omong. Kalau tidak demikian, tentulah
waktu itu kita sudah berkenalan."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
aku, kendati demikian, pada hari hari yang telah lalu dia
berlaku baik sekali padaku, maka kebaikan itu aku tidak boleh
lupakan. Aku ingin terangkan pada Siam-Nio sebabnya aku
hendak berlalu dari Pakhia ini. Pada Hoa chio Phang Liong dari
Cun Goan Piauwtam aku mau pergi, aku hendak jelaskan
bahwa aku adalah orang yang telah lukai ia, apabila dia
mempunyai kepandaian, dia boleh cari dan seterukan aku,
sekali kali dia tidak boleh musuhi Tek Siauw Hong”
Mendengar ucapannya pemuda gagah itu, tiba tiba si
Gemuk ingat suatu hal.
„Hampir aku lupa kasi toaya tahu," berkata dia. „Kemarin
aku telah dengar kabar dari seorang yang berkata padaku.
Menurut orang itu, sekarang ini Kim too Phang Bouw dari
Cimciu sudah berangkat menuju ke Pakkhia.w
Bouw Pek melongo mendengar warta ini,
„Kalau benar Phang Bouw mau datang, betul betul aku
tidak boleh meninggalkan kota ini," pikirnya. Lantas dia kata
pada sobatnya itu: „Kalau benar dia telah berangkat dari
Cimciu kemari, tidak lain maksudnya pasti adalah buat coba
lawan aku. Karena dia akan datang, aku mesti tunda
keberankatanku. Orang pasti akan katai aku takut, apabila aku
paksa berangkat juga! Baiklah, disini aku nanti tunggu dia
sampai tiga hari, dalam tempo tiga hari, apabila dia tidak
muncul aku akan berangkat menuju ke Cimciu, akan papaki
dia di tengah jalan !"
Su Poan cu nampaknya berpikir, keras dan dia berkata:
„Menurut pemandanganku, apabila sesampainya dikota raja
ini Kim too Phang Bouw lantas dapat dengar yang Siu Bie to
Oey Kie Pok telah kena toaya pukul rubuh, ia tentu tidak
berani cari toaya. Selama beberapa tahun ini , Kim too Phang
Bouw telah menyagoi dipropinsi Titlee. namanya sama
terkenalnya sebagai Kim chio Tio Giok Kin dipropinsi Holam."
Mendengar disebutnya nama Kim chio Tio Giok Kin. Bauw
Pek lantas ingat pamili Ho, ialah musuh musuhnya Jie Hong
Wan almarhum. dan ingat almarhum piauwsu tua itu, dia jadi
teringat pada anak daranya, Bagaimana keadaannya Jie Siu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Lian sekarang? dia jadi masgul apabila ingat sinona itu yang
umpama kata dia boleh lihat tetapi tidak boleh pegang,
barsama si nona sudah ada yang punya.
„Jikalau Kim too Phang Bouw ingat nama beliau. pasti
sekali dia tidak akan sembarangan adu kepandaian dengan
orang yang sudah terang berkepandaian tinggi," Su Poancu
nyatakan pula.
Dia mesti ingat, satu kali dia kalah, lantas namanya jadi
rusak, pamornya jadi turun, hingga habislah semua
pengharapannya !"
Tapi Bouw Pek tertawakan sobat ini.
„Semua itu terserah pada dia sendiri !” dia bilang „Buat
aku, sedikit juga aku tidak takut ! Sekarang aku mau pergi ke
Po Hoa Pan”.
Benar benar Bouw Pek bertindak keluar dari warung arak,
akan menuju ke Han kee hoa. Begitu masuk di pintu rumah
peleSIr, paling dulu dia tanya jongos Poan Louw Sam datang
lagi atau tidak.
Jongos itu melihat keseputarnya lantas dia tertawa.
“Sejak dia kena dihajar, Poan Louw Sam belum pernah
datang pula kemari” kemudian dia menyahut „Boleh jadi dia
ngeram di rumah, akan obati lukanya, atau karena dia jerih
terhadap kau, toaya . . .”
Bouw Pek tertawa dia tidak kata apa apa, hanya dia naik di
lauwteng. Mulai didepan kamarnya Cui Siam. dia sudah
pasang kuping, akan dengar didalam ada tamu atau tidak,
apabila dia dapatkan kamar sepi saja, dia bertindak masuk
dengan tidak mengasi tanda apa2 lagi.
Dengan baju dadunya yang marong Cui Siam sedang duduk
sendirian menghadapi api, nampaknya dia sangat masgul atau
bersedih kapan dia lihat datangnya si anak muda. dia
terbangkit dengan ayal ayalan, agaknya dia lesu atau ogah
ogahan. Tapi dia menghampirkan, akan bantui tamunya
membuka baju luarnya.
Bouw Pek mengasi tanda dengan ulapan tangan buat
mencegah. dia hampirkan kursi dia duduk disitu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Cui Siam ambil teh, yang dia angsurkan pada anak muda
itu, kemudian ia berdiri di sampingnya, romannya tetap
berduka, alisnya mengkerut, mulutnya berat buat dibuka akan
ucapkan kata2,
Bouw Pek irup tehnya, baru dia bicara, dengan sabar.
„Aku datang buat kasi kabar pada kamu," demikian
katanya, „hari ini juga aku niat berangkat meninggalkan
Pakkhia, dan itu aku mau ambil selamat berpisah darimu !”
Biar bagaimana juga, mendengar pengutaraan itu Cui Siam
terperanjat. Dengan mata yang mengembeng air.
menandakan beratnya hati, dia awasi anak muda itu, tangan
siapa ia pegangi.
„Kau mau pergi kemana, looya ?" dia tanya. „Kau akan
balik lagi atau tidak?” Bauw Pek merasa seperti dirinya kena di
pengaruhi, akan tetapi dia coba kandalikan diri.
„Untuk sementara ini aku tidak niat pulang kerumahku, aku
belum tetapkan kemana aku hendak pergi," dia menyahut.
„Boleh jadi dibelakang hari aku akan datang pula ke Pakkhia
ini, cuma itu tentunya akan kejadian lagi tiga atau lima
tahun....."
Matanya Cui Siam menjadi merah.
„Aku mesti pergi, tidak bisa tidak,” Bouw Pek jelaskan.
„Tinggal disini, aku merasa penghidupan tawar, tidak ada
artinya. Cuma, sebelumnya aku berangkat, sebenarnya aku
niat omong banyak pada kau. Kau harus ketahui, aku
bukannya seperti kebanyakan pemogor. Mereka itu boleh
datang kapan mereka suka, mereka boleh pergi begitu lekas
mereka mau pergi, dimata mereka kau orang bangsa bunga
raya tidak lagi dipandang sebagai manusia. sehabisnya dibuat
main kau boleh dilempari. Aku sebaliknya lain tidak nanti aku
berbuat demikian ! Bicara terus terang, selama aku kenal kau,
aku telah mencinta dan kasihan padamu, umpama kata aku
punya uang, seandainya kau juga ingin, aku ingin sekali tolong
kau berlalu dari lautan kesengsaraan ini, supaya kita berdua
bisa menjadi suami isteri. Tapi, sekarang hal yang demikian
tidak nanti bisa berwujud ! Sejak aku hajar Poan Louw Sam,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
apa kau suka ! Dengan bertangan kosong dan tidak ada orang
yang bantui aku, kau boleh maju dengan, berbareng ! Jikalau
aku Lie Bouw Pek jerih sedikit saja, aku bukannya muridnya
Kie Kong Kiat dan bukan keponakan murid Kang Lam Hoo !"
Phang Bouw terperanjat akan dengar di sebutnya nama
kedua lauw hiap, jago tua, yang tersohor itu, kendati demikian
dia tertawa dingin.
„Kau sebut namanya Kie Kong Kiat dan Kang Lam Hoo, apa
dengan begitu kau hendak bikin jerih aku?" dia mengejek.
Kemudian dia lanjuti : „Baiklah, karena kau juga orang2 yang
punya nama, aku suka main dengan kau, dengan begini bukan
saja aku jadi bisa coba lampiaskan penasarannya shako
dan ngotee, aku juga ingin coba kepandaian kau, kau yang
katanya muridnya Kie Kong Kiat, akan ketahui berapa tinggi
kepandaianmu itu !"
Bouw Pek bisa lihat yang sikapnya jadi lebih sabar.
„Sudahlah baik kau jangan ucapkan kata kata yang tak ada
perlunya !" dia bilang „Aku kasi tahu pada kau, sejak hari aku
lukai saudara kau. Hoa Chio Phang Liong, aku memang
sengaja tunggu kedatanganmu, malah aku sudah ambil
putusan, andaikata kau tidak datang aku hendak berangkat ke
Cimciu buat papaki kamu ! Tapi sekarang kita sudah bertemu,
inilah bagus, aku jadi tidak perlu susul kau lagi. Sekarang aku
hendak tanya kau, kau sebenarnya niat adu jiwa atau hendak
piebu ? Apabila kau berniat adu jiwa, nah, silahkan hunus
senjatamu dan majulah kau semua dengan berbareng !"
Tapi atas tantangan itu, Phang Bouw tertawa berkakakan.
„Apakah kau anggap Kim too Phang Bauw pithu yang cupat
pikirannya dan busuk hatinya?" dia tanya dengan mata
melotot, dengan senyuman menghina. „Sekarang sudah
tengah malam buta rata dan kau tidak bersenjata, taruh kata
kami mampu hajar kau, kami bukannya enghiong !
Kau benar sudah hinakan saudaraku, kendati demikian.
Phang Su Thayya bukannya orang yang sembarangan mau
bunuh orang ! Aku juga bukannya hendak kepung kau !
jikalau kau punya nyali, apakah besok pagi kau berani datang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Bouw aku telah dengar sejak lama, maka kalau sebentar toaya
berhadapan, aku minta sukalah kau jangan pandang enteng
padanya, kau mesti hati2 dengan gerakan tangannya !"
Bouw Pek manggut, dia bersukur buat peringatan itu.
Aku tahu, kau jangan kuatir," dia bilang. „Jangan kata baru
Kim too Phang Bouw, kendati ditambah satu orang lagi, yang
lebih gagah daripadanya. aku percaya aku akan sanggup
jatuhkan dia !"
Anak muda ini sedang bersemangat, hingga dia bicara
secara tekebur. dia berbangkit sambil tolak kesamping cawan
araknya.
„Uangnya sebentar malam saja kita perhitungan," katanya.
„Jangan pikirkan itu toaya,” kata Su Poan cu “Nah, sampai
sebentar malam !”
Tuan rumah ini mengawaskan perginya anak muda itu
dengan kagum.
Sekeluarnya dari warung. Bouw Pek lantas sewa kereta,
dengan apa dia pergi ketimur. Tidak lama dia telah lewatkan
Cay-sie-kauw dan menuju keutara, akan sampai di Ta mo
ciang Di gang ini. kecuali rumah2 penginapan dan beberapa
piauw tiam, ada bengkel bengkel alat senjata, maka juga
orang yang mondar mandir disini kebanyakan mereka
kalangan Sungai Telaga.
Belum lama masuk kedalam gang, kereta nya Bouw Pek
telah sampai didepan sebuah rumah dengan pintu pekarangan
yang besar, didepan mana berdiri dua orang. Pintu itu berada
disebelah selatan jalanan Dua orang itu sedang mengawasi
kesana sini, kapan mereka melihat pemuda kita mereka lantas
maju menghampirkan buat terus unjuk hormat.
“Lie ya, tolong kau tahan dulu keretamu, kami ingin bicara
sebentar," mereka kata.
Bouw Pek menjadi keheranan, karena dia tidak kenal dua
orang itu. dia lantas menduga pada orang2nya Cun Goan
Piauw-tiam. dia perintah kusir tahan keretanya.
„Apakah kau dari Cun Goan Piauw tiam ?” dia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
„Bukan," sahut salah satu dari dua orang itu, Kami dari Tay
Hin Piauw tiam ini." dia menunjuk pada rumah didepan mana
mereka berdiri. „Loopiauw tauw kami, Lauw Kie lu, dapat tahu
toaya mau piebu dengan Kim too Phang Bouw. dia perintah
kami tunggu toaya disini, buat minta toaya sudi mampir
sebentar di piauw tiam ingin bicara sedikit pada toaya."
Jawaban itu bikin Bouw Pek bertambah heran. Tapi dia
kenali Tay Hin Piauw tiam, salah satu piauwkiok yang
tersohor, sebab dulu Jie Hong Wan pernah menjadi piauw su
disini.
“Baiklah " dia menyahut sambil manggut. dia ingin sekali
tengok piauw-tiam itu dan piauwsunya. dia lompat turun dari
keretanya dan terus bayar uang sewanya, kemudian dia ikut
dua orang itu, yang persilahkan dia masuk.
Difihak lain, sudah ada orang yang masuk kedalam kasi
kabar pada Lauw Kie In, maka piauwsu tua itu segera juga
kelihatan muncul buat sambut tamunya. dia telah berusia
enam puluh tahun atau lebih, kumisnya dan jenggotnya,
rambutnya, sudah putih semua, kendati begitu dia nampaknya
masih gagah.
Bouw Pek angkat kedua tangannya buat kasi hormat.
„Apakah loocianpwee Lauw Loo-piauw-tauw ?" dia tanya.
Lauw Kie In lekas2 balas hormat itu.
„Itulah aku yang rendah " sahut tuan rumah dengan manis
„Apakah tuan Lie Bouw Pek sendiri ? Sudah lama aku dengar
nama kau yang besar !"
Lantas tuan rumah ini undang tamunya duduk, pegawainya
sudah lantas menyuguhkan teh.
Dengan mengucap terima kasih, Bouw Pek terima
undangan itu.
“Sudah sekian lama aku dengar dari sobat ku tentang kau
tuan Lie, namamu yang besar bikin aku kagum," berkata Lauw
Kie In. “Aku juga dengar tuan muridnya kedua lauwhiap Kang
Lam Hoo dan Kie Kong Kiat, adakah itu benar ?" Bouw Pek
manggut, dia menyahut ;
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 10
Ketika itu Tiat koen Phang Hoay bersama Hoa khio Phang
Liong, beberapa piauwsoe dan pegawal piawkiok, hendak
serbu Bouw Pek dengan senjata ditangan.
Anak muda kita mengawasi dengan tajam, pedangnya sudah
siap, sedikit juga ia tidak unjuk yang ia takut atau jeri.
“Jangan bcrlaku tidak tau aturan !”
Phang Houw teriaki fihaknya seraya ulapkan tangannya
mencegah ..Lie Bouw Pek boegeenya lebih liehay dari padaku,
aku menyerah Kalah !” Air matanya meleleh turun. Ia kasi
hormat pada anak muda kita, seraya berkata “Saudara Lie
mulai hari ini dan selanjutnya, Phang Bouw tidak bisa sebut
dirinya hoohan lagi, daerah Titlee Selatan aku serahkan pada
kau ...... “
Bouw Pek girang yang ia telah bisa kalahkan jago Cimcioe itu
akan tetapi kapan ia saksikan sikap jujur dan laki2 itu, hatinya
tertarik, ia jadi likat serunya Dengan angkat pedangnya ia
balas hormatnya jago-pecundang itu.
“Saudara Phang, aku minta janganlah kau mengucap seperti
ini,” ia bilang. “Aku telah gunai sepuluh bagian dari tenagaku,
baru aku bisa menangkan kau. Boegee kau sungguh
mengagumkan aku !”
Phang Bouw goyang2 tangannya, ia menghela napas.
“Habis, habislah,” kata ia dengan lesu, “pamorku dari belasan
tahun hari ini telah jatuh ditangan kau ? Meski begini, aku
tidak benci kau. Selanjutnya aku tidak mau hidup pula
dikalangan Sungai Telaga.....”
“Jikalau kau wujudkan perkataanmu ini, saudara Phang,
terang aku Lie Bouw Pek bukannya orang dengan muka
terang,” kata anak muda kita.
Phang Bouw susut air matanya, ia pakai bajunya lantas
hampirkan bekas lawan itu akan jabat tangannya.
“Saudara Lie “ ia berkata, “urusan kita ini baikah kita jagan
sebut2 lagi! Saudara, mari duduk, mari kita minum dan
bersantap!”
“Nah. ini barulah kelakuannya kangouw hoohan !” Lauw Kie
In memuji dengan kekaguman.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
she Lie adalah orang yang tak berasal usul, meulu karena ia
kenal baik Tek Siauw Hong pengaruh siapa rupanya ia
andalkan ia jadi berani main gila disini ! Ia serang aku masih
tidak apa, kurang ajarnya, ia berani juga hajar Oey Kie Pok,
sedang hari ini aku dengar iapun telah pukul rubuh Kim too
Phang Bouw, jagoan dari Cimcioe yang tersohor, la manusia
miskin, ia tidak punya rumah tangga dan pekerjaan, melulu
katena berkepandaian boegee, ia berani lantangi kita, hingga
ia telah berani bikin malu pada kita. Sekarang, dengan gunai
pengaruhnya sedikit uang, ia bisa dibikin tak berdaya, malah
jiwanya akan disingkirkan, apakah itu tidak bagus?”
Masih saja Cie Sie long kerutkan alisnya.
“Aku tetap masih kuatir ia punya sobat yang tidak takut mati”
berkata orang tua ini, “aku kuatr sobat itu nanti datang
mencari kita, hingga kita bisa hadapkan kesulitan. Kita orang
orang dengan kedudukan baik, mana kita bisa lawan orang
bangsa tak keruan”
Poan Louw Sam tertawa tertawakan hati yang kecil dari
sobatnya itu.
“Jangan kuatir tidak akan ada kesukaran ! ia coba menghibur.
Pertama tama tentang si orang she Lie aku sudah cari
keterangan jelas, di Pakkba ini ia orang sebatang kara. kecuali
paman misannya Kie Thian Soe, coe soe yang melarat, disini
ia hanya kenal Tek Siauw Hong sendirian, tetapi sekarang Tek
Siauw Hong tidak ada dikotaraja Kedua: urusan ini tidak eaja
telah bikin lampias sakit hatiku, juga melampiaskan sakit
hatinya Oey Kie Pok. Oey Kie Pok bersobat baik dengan Khoe
KongCiaw, dengan mereka berdua, bukankah kita tidak usah
takuti lagi segala buaya darat?”
Disebutnya nama Oey Kie Pok bikin nyalinya Cie Sie long
menjadi besar juga.
Seperti orang banyak, ia juga ketahui yang Oey Kie Pok
punya boegee tinggi, benar Sioe Bee to katanya pernah
dikalahkan oleh Lie Bouw Pek, akan tetapi dia itu punya
banyak sobat yang berkepandaian tinggi
“Baiklah” ia kata akhirnya, “Tunggu lagi dua hari, kau boleh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
cari Oey Kie Pok, buat kasi tahu halnya si orang she Lie itu
sudah ditangkap, agar ia bisa berjaga jaga buat akibatnya
penangkapan itu.”
“Besok juga aku akan pergi cari Kie Pok !” kata Poan Louw
Sam, buat besarnya hatinya sobat itu. “Sekarang sudah siang,
mari kita pergi ke Kauw thio Go tiauw. buat panggil Coei Siam
dan ibunya, supaya kita dapat penegasan Siam Nio suka ikut
kau atau tidak !”
“Eh, kenapa sih kau jadi lebih repot dari pada aku sendiri ?”
tanya Cie Sie long dengan heran. Ia tertawa. “Sekarang ini
pintu kota tentu dikunci, apakah kita tidak bisa tunggu sampai
besok?”
Ditanya begitu, Poan Louw Sam jadi berpikir. Ia anggap
benar benar ia terlalu repotkan diri tak keruan. Juga belum
tentu isterinya mengijinkan ia diwaktu demikian pergi ke Kauw
thio Go tiauw, yalah gang dimana berada di rumah isteri
mudanya
“Baiklah,” Ia manggut akhirnya, “baik, kita pergi besok saja”
Cie Sie long masih menyedot terus sampai ia pamitan pulang
Esoknya, seperti ia janji pada Cie Sie long, Poan Louw Sam
benar benar kunjungi Sioe Sie to Oey Kie Pok di Pak Sin Kio
dikota timur, pada si Be to Kurus ia beritahukan bagaimana
dengan jalannya Lie Bouw Pek telah ditangkap dan akan
dihukum, bahwa berhubung dengan itu undang kata terbit
keruwetan disebabkan tindakan orang atau orang orang
kalangan Sungai Telaga dari fihaknya si orang she Lie, supaya
jago Pakkhia ini suka bantu ia.
Dengan menutur semua dan minta bantuannya itu. Louw Sam
harap Oey Kie Pok menjadi girang dan akan suka bantu ia,
sebab ia secara tidak langsung sudah balaskan atau
lampiaskan dendamnya si orang she Oey. Diluar dugaan
apabila ia sudah dengar semua, Oey Kie Pok justeru
bersenyum tawar.
“Dengan si orang she Lie itu, aku bukannya sanak, bukannya
kadang, sobatpun tidak, maka perkaranya itu dengan aku
tidak punya sangkutan suatu apa “ ia berkata. “Benar, dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dia aku pernah pieboe. ia telah hajar aku satu kali, difihak lain
aku kena pukul ia dua kali, dengan begitu kesudahannya kita
berdua seri. Sesudah adu kepandaian dengan tangan kosong,
aku tantang ia gunai senjata, tetapi ia menolak. malah ia
minta pieboe dibikin habis saja. Karena ingat ia orang asing
aku merasa kasihan padanya, aku suka pieboe dibikin habis
sampai disitu.”
Poan Louw Sam mendongkol yang tuan rumah sudah angkat
diri begitu tinggi, sedang maksud kedatangan ia bukannya
buat dengar orang agulkan dirinya sendiri.
“Apakah kau kira aku tidak mampu berbuat lain kecuali minta
bantuan kau, Oey Soeya ?” demikian ia pikir.
Sementara itu Oey Kie Pok lanjutkam omongannya, ia kata:
“Lain kali. apabila kau hadapi suatu urusan, kau mesti
bentahukan itu padaku, aku percaya aku akan punya daya
untuk membikin beres”
Perkataan yang belakangan ini membuka pikirannya Louw
Sam juga, dari itu ia tidak lagi mendongkol seperti tadi,
Kemudian ia pamitan dan pulang.
Sorenya Poan Louw Sam pergi ke Kauw thio Gu tiauw,
dirumah gundiknya, dimana ia tunggui Cie Sielong. Gundiknya
itu dipanggil A Go, asal dari rumah pelesiran, karena nona ini
tidak bisa diajak tinggal sama isterinya, ia sengaja tempatkan
di Kauw thio Go tiauw sebuah rumah kecil tetapi indah. Adalah
dirumah ini ia berkumpul dengan Cie Sie long setiap waktu
mereka kirim orang buat panggil Siam Nio melayani mereka
menyedot dan bersantap. Adalah maksudnya Poan Louw Sam
akan tempatkan Siam Nio dirumah ini, supaya kedua nona
bisa tinggal sama sama, hingga baik ia dan Sie long sendiri
tidak usah terlalu sibuk memikirkan dan menunggu seperti
waktu Coei Siam masih merdeka. Ia ingat A Go dan Siam Nio
jadi encie dan adik, makin mereka berdua ini hidup rukun,
makin baik baginya yang inginkan bantuan dan peagaruhnya
Cie Sielong. Dengan Coei Siam tinggal dirumahnya itu, makin
sering Cie Sielong akan datang.
Kendati sudah berusia tinggi, Cie Sielong adalah salah satu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
aku, telah hajar Oey Soe ya, malah ia telah serang juga
Pakkhia punya beberapa piauwsoe yang ternama ! Dan setiap
hari apakah yang ia tidak lakukan ? Mogor mau, dandan bagus
juga mau ! Buat itu semua apakah yang ia andaikan, darimana
ia gablek.uang? Memang aku curigai ia sejak lama. siapa tahu
kemarin rahasianya terbongkar! Ia nyata pnejahal besar asal
propinsi lain, begitu sampai di Pakkhia ia sudah lantas laku
kau beberapa kejahatan, yang gelap bagi kita orang “
Siam Nio berduka berbareng kuatir, hingga tubuhnya
gemetar.
“Fihak kantor sekarang sudah dapat tahu” kata pula Poan
Louw Sam. yang tahu bagaimana mesti mendesak buat bikin
rentananya berhasil, mereka sudah ketahui, uangnya Lie Bouw
Pek, yang ia peroleh dari kejahatannya itu, sudah
dihamburkan atas dirimu”
Cia Loo-mama kaget bukan main, sampai ia menjerit.
“Dengan sebenarnya aku tidak tahu yang ia penjahat besar!”
kata nyonya tua ini, yang bendak menyangkal.
Siam Nio diam saja. akan tetapi matanya mengucurkan air, ia
tetap ketakutan dan berduka.....
“Fihak kantor tentu saja tidak gubris kau tahu ia satu
penjahat besar atau tidak,” Louw Sam masih saja mendesak,
sebab ini ketika yang baik akan bikin ciut nyalinya ibu dan
anak itu, terutama si anak. “Mereka cuma tahu, ia hamburkan
uangnya diantara kau, maka kau sama bersalahnya seperti
dia”
Ketika bicara lebih jauh siterokmok robah sikapnya demikian
ia kata. “Dengan Cie Tayjin aku sudah mengantur buat
lindungi kau dari bahaya, hingga orang2 kantor tidak nanti
datang bekuk kau berdua, ibu dan anak cuma selanjutnya kau
tidak bisa berdiam lagi di Po Hoa Pan......”
Cia Loo mama telah kena dipengaruhi, ia jadi takut bukan
main hingga tidak mampu lagi gunai otak dingin.
“Louw Sam Looya, Cie Toa looya” demikian ia berkata, “jiewie
looya, aku minta sukalah kau kasihani kami ibu dan anak,
sukalah kau tolong kami......”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Ia menangis tersedu2.
“Sudah, jangan nangis” kata Jie SieLong yang peluk nona itu
“Bagaimana juga duduknya urusan, itu masih biia diurus.
Jangan menangis, aku nanti tolong kau .. ..”
Poan Louw Sam, yany biru saja habis menyedot, lantas saja
bicara pula,
“Kau lihat kebaikan Cie Tayjin” ia kata pada Cia Loo mama.
“Bukankah aku telah bilang beberapa kali, bagaimana niatnya
tayjin? cuma tinggal Siam Nio saja, yang agaknya bersangsi
yang membisu saja, tidak menolak. juga tidak menerima
........” Sekarang, sesudah muncul perkara Lie Bouw Pek in1,
Cie Tayjin ingin dapat kepastian dan kau. Kalau Siam Nio suka
ikut Cie Tayjin, besok ia boleh lantas pindah dari Po Hoa Pan,
pindah kesalah satu kamar dari rumah penginapan Kang tim.
Disana kau berdiam dua atau tiga hari, nanti Iyie Tayjin kirim
orang untuk sambut kau. buat tinggal dirumahku ini.
Disebelah barat sana aku punya tiga kamar, Siam Nio boleh
pakai itu. Kau sendiri mama, kau boleh pakai dua kamar
sebelah timur. Segala peratbotan, seperti kau ketahui, sudah
kau sedia semua, hingga kau tinggal piara dua bujang, guna
melayani kau berdua.”
“Memang, berhubung dengan kejadian ini, anakmu tidak ada
bicara perkara harga dirinya akan tetapi kendati demikian, Cie
Tayjin sudah omong padaku, ia akan titipkan dua ribu tai1
perak dikantorku, buku uang itu ia mau serahkan pada Siam
Nio untuk dipakai sesuka hati. Semua ini, mama, andaikata
Siam Nio setuju akan ikut Cie Tayjin, jikalau ia tidak mufakat,
itu soal lain. Diumpamakan Siam Nio menolak, aku hanya
hendak jelaskan begini pada kau : Cie Tayjin seoraag
berpangkat dan pangkatnya tinggi, selanjutnya ia tidak bisa
bersebat atau berkenan lagi pada orang2 yang punya
hubungan atau sangkutan dengan penjahat besar ! Bukankah
kau telah berkenalan dengan satu penjahat?”
Ucpan yang 1iehay ini telah sangat pengaruhi Cia Loo mama,
siapa telah jadi girang berbareng takut. Girang karena Cie
Tayjin penuju Siam Nio, takut sebab ia dan anaknya tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 11
“PERKARA pakaian urusan gampang!” ia lalu nyelak. “Aku kira
dihari nikah tidak akan datang banyak orang, tidak ada
halangannya Cui Siam berpakaian sedikit lebih mentereng.
Apakah ia mesti pakai pakaian kemantin dan tayjin sendiri
tidak boleh tidak pakai kopia kcbesaraa jie pin tenglay?.....”
Ditanya begitu, Coe Sielong tertawa seraya urut kumisnya,
lantaran tertawa, ini lantas meringis pula karena pinggangnya
sakit......
Kemudian mereka pasang omong hal2 lain lagi lantas Cia Loo
mama ajak anaknya ambi! selamat berpisah dan pulang.
Mereka naik kereta Duduk didalam kendaraan, air matanya Cui
Siam terus mengucur, hampir saban2 ia mesti tepas itu
Sampai di Po Hoa Pan, baru ia bisa berhenti menangis dan air
matanya sudah disekah kering.
Cia Mama girang betu1, diwaktu turun dari kereta ia rasai
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Coei Siam Ketika Coei Siam baru masuk umur tujuh atau
delapan tahun. Cia cit diberhentikan oleh majikannya. Oleh
karena berhenti bekerja penghidupan mereka bertiga menjadi
sukar. Terpaksa Cia Cit mengandalkan kebisaan silat dan
sunglapnya. Ia pandai gunai ilmu pisau belati, yang ia lempar
pergi datang dengan dua tangannya dengan tidak ada
sebatang pisau yang jatuh ketanah, dua pisau selamanya
berada ditangannya dan Yang ketiga, dengan bersusun dan
bergantian, berada diudara Dalam ilmu sunglap ia bisa “telan
pedang” dan lain lagi.
Sebagai pembantu, Coei Siam diajar menabuh tambur dan
nyanyi.
Demikian bertiga mereka mengembara, mengasi pcrtunjukan,
akan peroleh uang untuk penghidupan mereka Penghidupan
ini tidak bisa bikin mereka berharta, tetapi dengan
penghematan mereka bisa juga menabung. Ada kalanya
mereka dapat banyak persenan.
Belasan tahun Coei Siam ikut ayahnya merantau, ia mesti
manda diterjang angin dan diterpa hujan, panas kepanasan,
dingin kedinginan.
Akhirnya datang satu hari, yang Cia Tiit berhenti menjual silat
dan main sunglap. Di Cioe ma tiam di Holam ia mendirikan
rumah dengan membeli beberapa petak sawah dan kebun
untuk hidup bertani. Ia merasa bahwa ia sudah ada umur
anaknya telah jadi gads remaja, sedang tabunganya sudah
lumayan.
Apa lacur......
berbareng d waktu itu ditempat itu, Coe-ma-tiam. hidup
seorang hartawan, yang gagah dan galak, malah kejam, maka
orang telah panggil okda, hartawan jagoan yaog jahat. Ia
adakah Teng co whie Biauw Cin San, si Ikan Lodam. Ia
ternama sebagai “enghiong” dari Holam, sebab ia bertenaga
kuat dan pandai silat, senjata goloknya - golok poktoo-adalah
lihay Disebelah kepandaian bertarung dan selulup piauwnya
yuga tidak kurang liehaynya. Maka juga selama tiga puluh
tahun lebih ia belum pernah menemui tandingan. Dari itu tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Cia Mama girang bukan main karena urusan sudah pasti dan
tangannyapun sudab kepal uang.
“Jangan Tayjin ibuk. besok aku akan antarkan Siam Nio!” kata
ia.
Cie Sielong tertawa, sampai kumis dan jenggotnya bergerak
gerak.
“Louwko, mari kita pergi” kata Louw Sam pada erang tua itu.
Cie Sielong bisa kendalikan diri dengan air muka terang, ia
ikut siTerokmok itu.
Siam Nio diam saja. ia telah ambil keputusan pasti akan nikah
Cie Sielong. tidak perduli sielong ini sudah tua. Ia ingat Bouw
Pek. ia ingin lupakan sianak muda. tetapiia pikir buat nanti
minta pertolonginnya Cie Sieiong akan bekas kekasih itu dapat
pulang kemerdekaannya......
Selang dua hari yatah hari baik yang dipilih Cia Seloeg telah
kirim joli buat sambut pengantnnya, yang diantar ke Lauw thio
Go tiauw kerumahnya Poan Louw Sam. Cia Mama mengiringi
anaknya itu.
Cie Sielong telah undang beberapa sobat buat bikin pesta
kecil, diantaranya ada Lauw Tie soe, Bang Ge soe, Ma Han
lim, Ong Koan toe dari Lwee Boe hoe, Toa koansoe Yo Jie dari
Iyee Kong hoe dan Toa Koan soe Ciauw Gouw dari suatu
onghoe. Dua tiga orang lainnya lagi adalah saudagar.
Diantara sekalian tamu itu, Ciauw Gouw dapat layanan
istimewa, kendati ia hanya toa koansu atan kuasa, itulah
disebabkan majikannya seorang ongya, raja muda atau
pangeran, berpengaruh didalam istana, banyak mentri dan
pembesar yang perlu berurusan padanya. Buat ketemui si
ongya orang selamanya mesti berurusan lebih dulu dengan
toakonsoe ini. Siapa tidak berlaku telaten padanya, sukar akan
dapat ketemui majikannya itu. Dem kian dipesta ini, mesti ia
tidak berpangkat, ia dapat perlakuan manis dari sekalian tamu
lainnya. Ia dandan secara perlente.
Ciauw Gouw belum pernah lihat Siam Nio, kendati juga ia
pernah dengar orang bilang, si nona cantik dan manis. Ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
menduga.
“Dan hari ini pesta siapakah yang kau kunjungi?” ia tanya
sembari tertawa.
Mendadak Ciauw Gouw ingat pweelek ini paling gemar
bergaul dan campur tahu urusan yang sedikit saja berbau tak
pantas.
“Kenapa aku tidak mau gunai ketika ini?” pikirnya yang terus
saja bawa aksinya. Ia menghela napas.
“Apakah aku mesti jawab kau, Jie-ya?” ia balik menanya.
“Baru saja aku hadirkan pestanya Cie Sielong! Tua bangka itu
telah ambil pula isteri muda, kabarnya nona dari rumah
pelesiran. Memang sedari beberapa hari yang lalu ia telah
omong tentang niatnya itu padaku, siapa tahu, ia bicara
dengan sebenarnya. Ia sudah punya dua gundik, semuanya
dan usia belasan, hari ini ia ambil yang ketiga. Nona ini dari
Kota Selatan, kalau tidak salah bernama Coei Siam, orangnya
cantik sekali laksana bidadari...... Bukannya
mudah akan Cie Sieieng dapatkan nona ini. butuh berapa
dalam ia telah ngodol saku! Dalam hal ini, Poan Louw Sam si
Termokmok sudah bantu dia. Kabarnya nona Coei Siam tidak
setuju menikah pada Cie Sielong, ia sebenarnya telah jatuh
hati pada pemuda yang bernama Lie Bouw Pek.
Mendengar disebutnya nama itu, sikapnya Tiat Pweelek
sedikit berobah, hingga dengan lebib sungguh2 ia perhatikan
omongaanya Ciauw Gouw.
“Kabarnya pemuda itu bertenaga besar,” Ciauw Gouw
lanjukan omongannya. “Pada satu hari, entah sebab apa, ia
telah hajar Poan Louw Sam sampai hidung dan muka orang
itu babak belur, lantaran mana Poan Louw Sam mendendam
sakit hati justeru ada urusannya Coei Siam dan Cie Sielong Ini,
ia sudah ambil tindakan, kesatu untuk melampiaskan sakit
hatinya. kedua guna singkirkan saingan bagi Cie Sielong.
Dengan gunai pengaruhnya, Poan Louw Sam sudah adakan
pengaduan kekantor teetok, dengan tuduhan jadi penjahat
besar Lie Bouw Pek inden ditangkap dan dijebloskan dalam
penjara. Coba Jie ya pikir, apa perbuatan ini tidak terlalu?
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sambang kau sambil kasi tahu supaya kau tetapkan hati dan
jangan berduka, jie ya telah undang teetok Tayjin buat
sebentar malam datang ke Pweelek hoe untuk bicarakan
urusan kau, aku percaya, lagi beberapa hari kau akan dapat
pulang kemerdekaanmu
Bouw Pek tercengang Ini adalah kabar atau kejadian yang ia
tak pernah sangka. Ia pernah dengar namanya Tiat Pweelek
akan tetapi ia belum tahu siapa Jie ya ini.
“Sebenarnya, aku belum pernah ketemu Jie ya kau itu...” kata
ia.
“Kau belum pernah ketemu Jie ya, akan tetapi Jie ya tahu kau
siapa, Lie ya” Tek Lok berikan keteranganya “Jie ya sudah
dengar namamu ia ingin berkenalan dengan kau Baiklah Lie ya
ketahui, Jie ya adalah yang bernama Siauw Hong Jiam, Tiat
Jie
Baru sekarang Bouw Pek ketahui, itulah Jie ya yang Tek
Siauw Hong sering sebut namanya.
“Ia raja muda dan tidak kenal aku” seperti aku tidak kenai da.
bagaimana sekarang ia hendak tolong aku ?” ia kata dalam
hatinya. ia ternyata orang yang berhati mulia, aku mesti
nyatakan syukur terhadap ia”.
“Aku berterima kasih yang Jie-ya begitu perhatikan diriku”
kata ia kemudian seraya menghela napas . “Bila sebentar kau
pulang tolong sampaikan pada Jie-ya, bahwa aku Lie Bouw
Pek adalah siu cay dari Lam kiong, bahwa aku datang kekota
raja untuk sambangi sanak. Aku orang jujur dan penduduk
baik2, melulu lantaran aku telah hajar Poan Louw Sam, si
saudagar jahat, ia telah fitnah aku hingga sekarang aku mesti
mendekam didalam penjara ini. Aku telah dituduh menjadi
peajahat besar, tetapi ia tidak punya bukti dan saksi. Apibila
Tiat Jie ya sudi tolong aku, hingga aku dapat pulang
kemerdekaanku, tidak nanti aku lupai budi Jie ya yang baik
itu. Benar aku tidak omong terlalu banyak. Aku belum
pernah ketemu Jie ya, aku percaya Jie ya yang jujur dan mulia
tolong kasi tahu Jio ya, aku minta ia suka tolong aku dengan
sungguh sungguh, sekeluarnya dari penjara ini aku nanti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
makanan.
Belum lama kemudian diluar kamar terdengar suara
berkotrangannya rantai2.
“Entah siapa lagi yang akan diperiksa dan rasai kompasan...”
pikir anak muda kita,
“Kalau Tiat Pweelek tidak berhasil menolong aku dan Poan
Louw Sam tambah pengaruh uangnya, tidakkah hukuman mati
akan jadi bagianku ? Apa anak muda pintar dan gagah sebagai
aku mesti binasa secara begini penasaran dan kecewa?...”
Tangan Bouw Pek merabah kikir dibawah rumput, tetapi
kapan tangannya bentur perkakas itu ia dapat pulang
ketetapan hatinya. Ia menghela napas, lalu rebahkan diri,
tidak perduli sang nyamuk bernyanyi nyanyi dikupingnya dan
berhinggap dimukanya sebentar kemudian ia bisa pulas,
karena ia merasa pikirannya lega. Berapa lama sudah
menggeros ia tidak tahu, ia hanya ngendutin dengan
terperanjat, tatkala merasai tabuhnya terdorong, hingga ia
ttrkejut Ia segera bangun dan duduk, ternyata karena ia tidur
nyenyak sekali, diluar tahunya ada orang masuk dan sedang
merayap disampingnya.
Kamar tetap gelap, sekalipun didepan mata sukar akan kenali
orang.
“Mari kita pergi “ demikian orang itu berbisik serta tangannya
merayap pada rantai yang ia hendak bikin lolos.
Heran berbareng kaget, Bouw Pek tolak tubuh orang. Ia pun
tidak senang.
“Aku tidak mau pergi !” ia kata “kalau aku mau kabur, aku
bisa lakukan itu dengan tidak tunggu kudatang menolong”
Orang itu berbangkit, napasnya memburu.
“St, st “ ia mengasi tanda.
“Kau siapa ?” Bouw Pek tanya.
Orang itu tidak menjawab, sebaliknya ia menjauhkan diri.
sebab ia lihat anak muda kita berbangku, rupanya ia kuatir
nanti dipegangi. Ia pergi kepintu.
Dengan mendongkol Bouw Pek duduk pula. Ia bingung juga,
hingga ia mau menyangka bahwa ia sedang mengimpi ....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 12
Ngo ya, baik kau jalan mutar, masuk dari Sin-mui, ia kata
dengan pelahan. “Kau sekarang sedang ditunggui di Tong
hoa-muu oleh Hoa yauw eng Lauw Kiu, Tiat put cu Kiang Sam
dan beberapa buaya darat lainnya, mereka itu semua telah
diperintah oleh Oey Kie Pok buat keroyok kau”
Siauw Hong terkejut, air mukanya berobah, tetapi didepannya
Thong Sam, ia tidak mau unjuk nyali kecil.
“Mereka berani cari aku? Bagus !” ia berseru. “Baik aku nanti
ketemukan mereka!”
Hok Cu, majukan kereta kita, lekas “
Tapi Thong S»m lakas msncegah.
“Jangan, Ngo ya, jangan kau samperi mereka” ia mengasi
nasihat. “Jangan Ngo ya turutkan hati saja. Aku tahu Ngo-ya
pandai si1at see-ciang tetapi jumlah mereka besar! Jangan
kita omong lainnya, andai kata kau kena kecakar mukamu dan
menjadi lecet saja lantas kau tidsk akan mampu lakukan
kewajibanmu pergi jauh...
Siauw Hong duduk diam sekian lama, perkataannya orang
she Thong ini memang benar.
“Baiklah,” akhirnya ia bilang, “aku nanti jalan mutar ke Sn
ngo moei. Terima kasih buat kebaikanmu ini, Tbong ya !”
Orang she Thong itu lantas berlalu dan keretapun ambil
jurusan lain! Sioe Je telah naik kereta buat terus turunkan
tenda. Dari pintu belakang kereta ini masuk ke Sin ngo moei,
sampai ke Lweeboehoe.
Siauw Hong ketemui tong hoa, sepnya, buat kasi tahu belwa
ia suka diutus ke Jiat ho
(yebol)
“Siauw Hong kau baru kembali dari Tong leng, kau banyak
cape, biarlah aku perintah orang lain yang pergi” kata sep itu
“Bukan maksudku akan rebut pekerjaan ini” kata Siauw Hong,
“aku niat pergi ke Jiat ho supaya aku bisa sekalian tengok
sanakku di Yankeng. Sanakku ini telah dapat kesulitan urusan
sawah. Kalau tonghoa perintah aku, besok aku bisa antas
berangkat. Aku nanti lebih dulu pergi ke Jiat ho, baru terus ke
Yan keng. Aku percaya, dalam tempo satu bulan, aku akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sudah kembali.”
Melibat orang punya urusan pribadi, tong-hoa terima baik
permintaannya Siauw Hong.
Benar saja, urusan ini menyebabkan beberapa orang tidak
puas, tapi mereka tidak bisa kata apa2. Siauw Hong lantas
pergi ke Siang soewan, kantor urusan kuda, akan pinjam dua
ekor kuda. Ia sudah pasti mau berangkat besok, urusannya
Bouw Pek ia hendak serahkan pada Tiat Pweelek, untnk ini
maka ia terus pergi ke Pweelek hoe.
Hari itu Tiat Pweelek telah dapat kunjungan dua ongya,
Siauw Hong minta pengawal tolong sampaikan perkataannya
yaitu bahwa besok ia mau pergi ke Jiatho dan ingin aaa b 1
selamat jalan dari Pweelek itu.
Tidak lama pengawal itu keluar dengan berkata:
“Hari ini Jie-ya kedatangan tamu, ia tidak bisa ketemui kau.
Jie-ya bilang bahwa kemarin Koeboen Teektok telah datang
buat mengabarkan, yang lagi empat atau lima hari barulah Lie
Bouw Pek dimerdekakan”
Meski tidak dapat ketemu Tiat Pweelek, Siauw Hong girang
menerima kabar itu. Ia segera menuju kepenjara buat ketemui
Bouw Pek, guna kasi tahu hal keberangkatannya serta kabar
girang dari Tiat Pweelek.
“Aku sudah dapat tahu itu” kata Bouw Pek. “Tadi pagi Tiat
Pweelek telah kirim orangnya kemari menyampaikan kabar itu
padaku dan minta aku jangan kuatir.”
“Siauw Hong Jiam Jie-ya sungguh baik sekali” kata Siauw
Hong dengan sangat bersyukur. “Ia perlakukan begini rupa,
dibelakang hari kau tidak boleh lupakan budi kebaikannya ini.”
“Jie ya begitu baik, aku pasti ingat dia” Bouw Pek bilang.
“Hiatee, jodoh kita seperti juga tipis” kemudian Siauw Hong
bilang. “Baru saja aku pulang dari Tongleng, atau sekarang
aku diperintah pergi ke Jiatho. Besok aku hendak berangkat
Bouw Pek merasa sayang atas kepergian itu
“Kau lagi lakukan kewajiban, toako, kau tidak harus alpakan
itu,” ia bilang. “Oleh karena sudah pasti aku akan keluar dari
sini, toako baik tak usah pikirkan tentang diriku”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
ketahui kepalsuannya.
“Terima kasih, Oey Soe ko,” berkata ia. “Dulu aku tidak
tampak, kesukaran, kecuali pikiranku pepat. Poan Louw sam
telah gunai tipu daya jahat buat bikin celakai aku melulu
karena aku telah berikan hajaran padanya jikalau nanti aku
sudah keluar, aku akan bikin pembalasan terhadap ia”
Diam diam Oey Kie Pok bergidik mendengar perkataan itu,
tetapi ia tetap bawa peranan sebagai seorang yang menaruh
perhatian pada pemuda itu.
“Poan Louw Sam benar benar jahat sekali” ia kata dengan
unjuk roman sengit, “dengan andalkan, pengaruh uang,
segala apa ia berani lakukan. Aku juga punya ganjalan besar
terhadap ia. Nanti saudara, sesudah kau merdeka aku akan
kasi keterangan jelas padamu. Di Pakkhia ini andaikata aku
tidak puiya banyak kenalan dan namaku tidak terkenal juga,
siang siang akupun tentu sudah kena ia bikin celaka. Sampai
sebegitu jauh aku selalu menyingkir dari ia, aku tidak mau
meladeni sebab dengan sesungguhnya ia tidak boleh dibuat
permainan. Maka, saudara, aku suka kasih nasihat padamu,
setelah nanti kau merdeka, lebih baik kau jangan cari2 perkara
dengan dia, kau harus sabar dan tunggu ketika baik guna
balas sakit hatimu ini.”
Tapi ucapan ini mslulu membikin Bouw Pek menjadi tambah
mendongkol, sebab dari situ ternyata Oey Ke Pok juga sangat
takut terhadap Poan Louw Sam.
“Sesudah merdeka, aku juga pikir lebih baik aku tidak cari
dia,” ia kata sambil manggut, ia bisa berlaku tenang, “Aku niat
berlalu dan Pakkhia ini, disini aku tiada punya muka uutuk
berdiam lebih lama pula
Mendengar ucapan itu, Kie Fok segera kasi otaknya bekerja.
Ia menduga duga ke mana sebenarnya Bouw Pek mau pergi
sekeluarnya dari penjara.
Mungkin ia juga hendak pergi ke Yan keng akan berserikat
dengan Yo Kian tong untuk setrukan aku.”demikian ia pikir
Mengingat ini, ia lantas berkata;
“Tek Siauw Hong berangkat dengan terburu, aku anggap
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Phang Hoay lantas juga lihat dan kenali orang itu, yalah Moh
Po Koen, piauwsoe dan Soe Hay Piauw tiam, maka lekas lekas
ia baikata.
“Disini ada orang, silahkan duduk dulu dikamar timur......”
Akan tetapi baru ia tutup mulutnya, atau orang itu sudah
bertindak masuk.
Melihat Oey Kie Pok, piauwsoe itu lantas saja angkat kedua
tangaanya.
“Oh, Sioe Bie too Oey Soe ya, kiranya kau disini !” berkata ia.
Oey Kie Pok segera berbangkit akan terus awasi orang yang
ia tidak kenal itu. Ia lihat “alit tikus” dan “mata ular” orang itu
dan dibatok kepalanya ada bekas bacokan golok, dua
kupingnya Lebar, sinar mukanya tak mengasih. Ia benar benar
tidak ingat. Akan tetapi, sambil tertawa ia manyahuti
“Maafkan aku, tuan, sungguh aku lupa padamu !”
Moh Po Koen tertawa.
“Digedungny Gin khio Khoe Siauw Houw ya aku sering lihat
kau. Oey Soe ya,” ia menjawab “Kita memang belum pernah
bicara satu pada lain. Aku Moh Po Koen, dari Soe Hay Piauw
Tiam disebelah timur”
Sekarang barulah Oey Kie Pok ingat. Duluan Kauwsoe Cin Cin
Goan dari gedungnya Khoe Khong Ciauw pernah kasi tahu
padanya, bahwa di Soe Hay Piauw Tiam ada piauwsoe ini,
yang pandai sekali lompat tinggi-
“Sudah lama aku dengar namamu, Moh Lauwhia!” ia lekas
menyahut. “Silahkau duduk, silahkan”
Moh Po Koen tidak seeiyie lagi, ia duduk didepannya Sioe Bie
too, tangannya ia ulur pada theekoan, yang airnya ia segera
tuang kedalam cangkir dan kemudian ia minum dengan tidak
tanyakan orang lagi.
Dua saudara Phang melirik pada dua orang itu selama
mereka bicara, terutama pada Oey Kie Pok.
Setelah hirup teh, Moh Po Khoen bicara pula pada Sioe Bie
too.
“Oey Soe-ya, Lie Bouw Pek akan lekas keluar dari penjara,
kau tahu atau tidak ?” tiba2 ia menanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
yang menjadi girang dan puas oleh karena hati orang tertarik.
Ia agaknya sangat berdahaga, karena lagi2 ia ulur tangan
pada theekoan.
“Biauw Cin San sebenarnya seorarg dengan kepandaian silat
yang tinggi,” ia mulai koterangannya. Selama tahun2 yang
belakangan ini. apa juga ia tidak kerjakan, ia hanya keluar
satu tahun satu kali. Ia punya perhubungan dengan raja
gunung parbungan yang bersipat istimewa. Beberapa raja
gunung, apabila mereka habis bekerja selalu pilih beberapa
rupa barang perhiasan yang paling bagus, Tentu saja emas,
yang mereka sediakan untuk dipersembahkan pada orang she
Biauw ini, kedatangan siapa diharap harap. Apabila ada raja
gunung yang tidak membayar upeti semacam itu, jangan
harap ketenteraman hidupnya tidak terganggu, tentara Biauw
Cin San tentu bantu tentara negeri buat serang dan basmi dia
! Maka itu hidupnya orang she Biauw ini bukan sebagai
pembesar bukan sebagai bersndal, hanya ia andalkan.
boegeenya yang tinggi serta kong-piauwnya yang liehay.
Dengan cara penghidupan ini yang luar busa, ia telah dapat
kumpul nama besar hingga ia menjadi hartawan satu Satunya
di Coe ma tiam. la seorang tua, usianya sudah lima puluh
lebih, akan tetapi dirumahnya ia punya belasan gundik. Buat
jadi gundiknya Biaow Cin San bukannya mudah. Seorang
gundik yang menyebabkan kemarahannya, umpama gundik itu
bicara dengan lelaki muda hingga kena dicurigai, bagiannya
adalah hebat, karena ia bisa dipukuli sampai mati. Gundik
yang biasa diujung tombak bukannya baru satu atau dua
orang.”
Keterangan ini menarit hati, tidak heran apabila Kie Pok dan
dua saudara Phang telah pasang kuping dengan sungguh
sungguh.
“Tatkala tiga tahun yang sudah aku kunjungi Biauw Cin San,
kebetulan ia lagi sakit hingga ia tidak bisa turun dari
pembaringan, Moh Po Koen cerita terus. “Ia bersobat baik
padaku buat terima aku ia telah undang aku masuk
Kepedalaman. Kami telah kongkauw banyak perihal kejadian2
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
kebentrok dengan Lie Bouw Pek dan Jie Sielong juga, dan kau
boleh berdiri saja menonton harimau saling bergulat!
Bagaimana sekarang kau pikir?”
Oey Kie Pok tertawa.
“Kalau ifu terjadi, celakalah Cie Sielong, situa-bangka itu”
kata ia.
“Apa! Apakah soe-ya tersobat baik dengan sielong itu?” Po
Koen tajam.
“Tidak, aku tidak bersobat rapat dengan dia itu” Kie Pok
geleng kepala. Ia berpikir dengan cepat. maka lekas juga ia
tambahkan : “BaiklahI Aku mau pulang akan kutulis surat
undangan itu, yang aku akan berikutkan uangnya sekalian!
Aku harap Moh Lauwtee. sukalah kau pergi ke Holam, akan
undang Biauw Cin San. Cuma aku hendak minta, selama
Biauw Cin San belum datang, biarlah urusan ini dirahasiakan”
“Itulah tentu,” sahut Po Koen, begitupun kedua saudara
Phang.
Kie Pok merasa girang, ia lantas pamitan dan berangkat
pulang Begitu lekas sampai sampai ia sudah lantas tulis
suratnya. Oleh karena ia tidak kenal Biauw Cin San, ia pakai
saja alasan, bahwa ia telah dengar nama besarnya dan ingin
berkenalan, maka itu ia undang Cin San datang kekota raja. Ia
bilang ia kirim antaran yang tidak berarti dan minta supaya
jago Holam itu suka terima dengan baiK Akhirnya ia mohon
dengan sangat akan mohon orang she Biauw itu lekas datang
ke Pakkhia. la tidak sebut jumlahnya uang, ia tidak unjuk itu
adalah guna ongkos jalan. Yang ia kirim adalah : uang perak
lima ratus tail dan uang kertas sebegitu juga, jumlah seribu
tail. Buat Moh Po Koen sendiri ia bekalkan ongkos jalan
seratus tail. Uang dan surat itu ia perintah kuasanya. Goe
siauw Hek sampai Kepala Kerbau, antarkan pada Po Koen.
Hek Sam si kepala kerbau antarkan kepada Po Koen.
Hek sam pergi. tidak seberapa lama ia telah kembali dengan
kabar, bahwa uang dan surat sudah diserahkan dengan betul
pada Moh Po Koen. siapa katanya hari itu siap dan besok ia
akan segera berangkat, bahwa piauwsoe itu janji akan lekas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Majikan ini belum buka mulutnya, Poan Louw Sam telah turut
masuk Kapan ia kemasi obat itu, ia heran berbareng
terperanjat.
Poan Loaw Sam datang dengan napas tersengal-sengal dan
roman merah-pucat bahwa kesakitan, begitu ia berada
didalam kamar, ia banting2 kakinya.
“Lihat. menyebalkan atau tidak kata ia Seakan dengan
mendadak. “Tiat Pweelek benar2 telah tolongi Lie Bouw Pek
keluar dari penjara”
Kie Pok pun terkeyut, sampai mukanya pucat dengan
sekonyog-konyong, hingga ia batuk2.
“Kapan Lie Bouw Pek keluar dari penjaya?” ia menegaskan.
“Baru saja!”Louw Sam jawab Oey Kie Touw dari kantor teetok
telah kirim orangnya untuk mengasi kabar padaku, dan aku
segera datang kemari......” Lagi2 ia
banting kakinya. ia tambahkan: “Lie Boaw Pek tidak boleh
dibuat permainan! orarg miskin, ia bisa lakuan segala apa.
Umpama ia datang cari kita berdua , apa kita bisa bikin?”
Kie Pok batuk2 pula. “Belum tentu Lie Bouw Pek ketahui,
bahwa aku telah bekerja diam2 untuk bikin ia celaka demikian
ia pikir.
“kalau begitu, perkaranya Bouw Pek jadinya sudah beres?”
kata ia kemudian.
“Demikian kiranya!” sahut Louw Sam. “Ia dimestikan kasih
tanggungan dan selama satu bulan tidak boleh meninggalkan
Pakkhia, tiap saat ia dipanggil ia mesti segera datang. Tentu
sekali itu melulu suatu daya upaya untuk menolong muka
terang! Kenyataannya ia sudah merdeka betul ....!”
Jilid 13
BAGAIMANA juga, Kie Pok tetap sibuk.
"Jikalau demikian, lebih baik setelah dimerdekakan ia lantas
diusir pergi dari kota ini!" kata ia. "Apakah artinya tempo satu
bulan........? "
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
puas dan aku kuatir Cui Siam nanti kena diakali. Susah apabila
si nona ikut siorang tua bangka itu. Maka aku lantas berdaya
buat mencegah ......."
Bouw Pek terus mendengarku, ia tidak memotong
penuturannya si Gemuk.
"D hari kedua sedari aku mendapat tahu hal itu, dangan
dandan rapi aku telah berkunjuna ke Po Hoa Pan. Aku telah ke
temui Cui Siam dan si nyonya tua. Pada mereka aku lantas
kata: "Lie Touya seorang baik, melulu karena urusan kau, ia
sudah difitnah oleh Poan Louw Sam yang berkonco dengan
Cie Sielong. Tapi Lie Toaya punya banyak sobat mewah dikota
Pakkhia ini, perkaranya juga tidak ada buktinya, maka selang
beberapa hari ia pasti akan dibebaskan. Maka itu, dalam
beberapa hari ini andai kata Poam Louw Sam dan Cie Sielong
mendesak kau supaya kau menikah, biar bagaimana juga kau
jangan dengar perkataanaya itu. Kau harus mengerti, jikalau
sobatnya Lie Toaya ketahui kau ikut orang, mereka tentu tidak
akan mau mengerti dan kau tidak akan dapat ampun"
"Apa katanya anak dan ibu itu? " Bouw Pek potong.
"Cui Siam terangkan padaku, bahwa ia tidak akan menikah
Cie Sielong" sahut Su Poan cu, "Meski ia teiah janji demikian
padaku, tapi selang belum tiga hari Cie Sielong teiah kirim joli
buat sambut ia dan sekarang ia tinggal di Kouw-thio Gotiauw
tinggal bersama2 isteri muda dari Poan Louw Sam. Setiap hari,
Cie Sielong dan Poan Louw Sam bersenang2 saja dirumah itu.
Tatkala mengetahui itu. mula mu1a aku gusar sekali, tetapi
belakangan, setelah berpikir lebih jauh, aku bisa sabarkan diri.
Cui Siam bunga raya, dari bunga raya apa yang bisa diharap?
Dimana ada bunga raya yang punya liangsim? Apa ada bunga
raya yang dipikirkan Cie Sielong sudah tua atau tidak? Maka
sekarang, ibu dan anak .itu telah dapatkan penghidupan yang
pasti...."
Kendati sobatnya bilang demikian, mukanya Bouw Pek
menjadi pucat karena ia mendongkol dan masgul dengan
berbareng, sekian lama ia bingung saja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dan Cui siam, jikalau tidak, tidak nanti pemuda ini demikian
terluka hatinya. ferang Bouw Pek seperti seorang yang
isterinya telah orang curi.
"Lie Toaya," ia kata sambil tertawa, "umpama kata kau
ketemu Iyui Siam, apa kau akan bilang? "
Bouw Pek yusteru sedang tenggak araknya, ditanya begitu
ia kelihatannya jadi mendongkol.
"Aku tidak mau omong banyak padanya, aku hanya mau
tanya, ia kawin dengan Cie Syelong karena suka ia sendiri
atau bukan!" ia jawab dengan getas.
"Andaikata ia jawab, bahwa ia menikah karena suka sendiri,
apa kau hendak bikin? " Su Puan-cu tanya pula.
"Pasti sekali aku akan tidak kata apa lagi....." sahut Bouw
Pek dengan bersenyum meringis. "Dalam hal itu aku mau
anggap saja aku gelap pikiran dan adalah salahku yang
tadinya aku telah berlaku jujur terhadap segala bunga berjiwa.
Tapi kalau ia ikut Ce Sielong bukan karena suka sendiri,
bahwa ia telah kena dipaksa, terang Poan Louw Sam dan Cie
Sielong telah menghina aku Maka dalam bal begitu, aku tidak
mau diam saja terima hinaan. aku mesti cari mereka akan adu
jiwa"
Selagi ucapkan itu Bouw Pek keprak meja sampai mangkok
dan cangkir bergerak menerbitkan suara.
Melihat keakluannya sobat itu, Su Poan-cu fcrsenyum.
"Bagus kalau begitu," ia berkata. "Rumah isteri muda dari
Poan Louw Sam dimana Cie Sielong taruh Cui Siam ada di
Kauw-thio Go Tiauw, deri sini tidak terpisah jauh, rumahnya
baru didirikan, duduknya disebelah barat jalanan, mudah buat
dikenal, karena didepannya eda dua kuda2an batu. Kalau kau
pergi kesana, Lie Toaya, dan menunggui Cui Siam tentu akan
dapat diketemukan Mustahil yang ia tidak keluar dari
rumahnya
Bouw Pek bersenyum tawar.
"Buat ketermui dia adalah urusan mudah. Sekarang aku
tidak niat segera ketemu ia, aku rasai tubuhku kurang sehat"
ia kata. Ia lihat orang seperti sedang pikir apa2. lantas ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
tidak bisa lihat yang kau mesti menjadi gundiknya tua bangka
yang sendirinya sudah punya dua tiga isteri muda. Kau turut
aku, besok kita nanti tinggalkan Pakkhia ini Tidak perduli
kemana kita pergi, aku pasti tidak nanti bikin kau menderita
kesengsaraan"
Siam Nio kaget, sampai mundur dua tindak, la goyang
goyang kepala.
"Aku tidak bisa ikut kau" ia menyahut.
Bouw Pek sudah ulur tangannya akan tarik si nona, ketika
ia tercengang karena mendengar jawaban itu.
"Kenapa kau tidak biia ikut aku? " ia tegasi. "Apakah kau
memang suka menjadi gundiknya tua bangka she Cie itu"
Siam Nio goyang pula kepalanya.
"Tidak," ia menyahut, "aku tidak suka, Tapi... Cie Tayjin
punya pengaruh besar ia punya banyak uang, dengan itu
semua ia bisa berbuat segala apa. Lain dari itu, ia telah
perlakukan kami ibu dan anak baik sekali, maka kami tidak
boleh tidak punyakan liangsim, tidak...."
Mendadak nona Cia menangis, hingga perkataannya jadi
terputus. Ia agaknya tidak takut lagi, ia banting banting
kakinya.
"Sekarang aku tidak bisa nikahi kau..." berkata ia. "Kau
orang kalangan Sungai Telaga, tidak ada yang baik hatinya.
Aku suka ikut Cie Tayjin seumur hidupku! Jikalau kau hendak
bunuh Cie Tayjin, hayo, kau sekalian bunuh aku juga"
Bouw Pek jadi melongo, hatinya menjadi dingin.
"Baiklah. akhirnia ia manggut2. "Oleh karena kau telah
mengucap begini, aku juga tidak mau timbulkan pula urusan
kita berdua, anggap saja aku telah keliru kenal orang Baiklah,
aku pergi sekarang ..."
Ia bertindak keluar, daun pintu ia tutup pula cuma dengan
satu enjotan tubuh ia sudah mencelat keatas genteng.
Siam Nio tercengang, kemudian ia jatuhkan kepalanya
diatas meja dan menangis. Ia menyesal yang ia telah
perlakukan secara demikian anak muda itu, roman siapa yang
cakap telah segera berbayang dimatanya, suara siapa yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
saja padaku. Kau akur, bukan? Jangan kau banyak lihat Poan
Louw Sam punya enam rumah gadai dan Cie Sielong
berpangkat tinggi Aku seorang she Su meski hanya tukang
warung tetap aku tanggung adalah mudah sekali buat suruh
mereka itu serahkan kembali Siam Nio padamu, Lie Toaya!"
Lagi lagi si Gemuk tertawa, sembari mengawasi si anak
muda. Ia telah lonjorkan sebelah lengannya yang besar. Ia
seperti hendak bilang.
"Lie Toaya jikalau kau tidak pergi, nanti aku yang pergi
gantikan kau"
Tetapi Su Poan cu telah menduga keliru. Bouw Pek lesu
bukan urusannya Siam Nio, ia lesu karena gangguannya sakit
kepala, yang sebisa bisa ia hendak lawan. Ia malah tidak
dengar semua ucapannya si Gemuk itu.
"Jangan kau ngaco belo, sekarang ini pikiranku lagi kusut!"
ia kata ia menghela napas, kemudian ia berbangkit "Aku tidak
bisa duduk lama disini, aku hendak pulang"
Dengan tindakan berat, ia pergi keluar. Ia pergi kerumah
obat. Ia pulang buat teras rebahkan diri, ia bisa juga tidur
pulas.
Terapi setelah mendusin dari tidurnya, Bouw Pek rasai
kepalanya sakit sangat, tubuhnya pun panas.
"Saudara Bouw Pek"
Suara itu datangnya dengan mendadak.
Bouw Pek terperanjat, ia buka matanya, yang baru seja ia
meramkan. Suara itu berada dekat dan ia ingin lihat siapa
orangnya yang menegor ia, yang panggil ia "saudara".
Kapan ia sudah. buka matanya. Ia menjadi heran.
Didepan pembaringan berdiri seorang dengan muka kuning
dan kurus, dua matanya besar, bajunya hijau. Ia adalah si
bujang istal dari Pweelek-hu, yang telah bisa ketahui ilmu alat
rahasia Bouw Pek.
Lekas2 Bouw Pek berbangkit, tapi ia mesti senderkan
badannya.
"Saudara Jie, aku justeru harap kau" ia berkata. "Kemarin
aku pergi keistana mencari kau. kau tidak ada! Silahkan duduk
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JlLlD KE-14
"KELIHATANNYA sakitku ini tidak berarti" sahut ia sambil
menghela napas. "Rupanya aku telah terkena angin dingin.
Aku belum undang thabib aku hanya makan beberapa butir
yohwan. Sesudah mengaso dua tiga hari, barangkali aku akan
sembuh."
Sembari kata bagitu, matanya Bouw Pek memandang
kemejanya, dimana sekarang terletak sebatang pedang ialah
pedang pemberiannya Tiat Siauw Pweelek, yang diwaktu
malam lenyap tercuri orang. Ia lantas bersenyum.
"Saudara Jie," berkata ia, "ketika kemarin ini aku layani Jie
ya main pedang dan kau telah lihat ilmu pukulanku dan lantas
peringati Jie ya, aku lantas ketahui yang kau seorang ahli silat,
maka selanjutnya aku perhargai diri kau. Pada Tek Lok aku
telah minta keterangan, adalah diri dia itu aku ketahui kau
orang she Jie. Aku menyesal yang Tiat Jie-ya sudah tidak
mampu melihat orang Kau punya kepandaian tinggi, kenapa
kau diantapi mendekam dikandang kuda? Aku telah pikir, aku
mesti ketemui Jie ya guna kasi tahu tentang dirimu. Kemarin
aku kunjungi Jie ya, ia kebetulan tidak ada diistana...."
Tetapi Siauw Jie goyang kepala.
"Jangan, toako. pada Pweelek ya jangan kau sebut aku, ia
minta. "Pekerjaan meroskam kuda itu adalah pekerjaan yang
aku sendiri inginkan. Sudah hampir satu tahun sejak aku
datang dan bekerja di Pweelek hu, tetap hari kecuali
melakukan kewajibanku aku tidak mau urusan lain. adalah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Kau siapa, tuan ?" ia tanya "Bolehkah aku ketahui she kau
yang mulia ?"
"Aku orang she Jie." sahut Siauw Jie sembari bersenyum
"Saudara ini adalah Jie Jietee," Bouw Pek memberi tahu,
"ilmunya jauh lebih liehay daripada apa yang aku bisa" Segera
ia tambahkan : "Hiantee, tuan ini adalah Su Ciangkui yalah
tuan dari warung arak diluar gang kita. lapun menjadi sobat
kekalku."
Siauw Jie dan Su Poan Iyu bcrkiongkhiu satu pada lain.
Masih saja Su Ciangkui mengawasi kenalan baru itu,
barulah ia menoleh pada Bouw Pek.
kau telah undang thabib toaya, sesudah makan obat
bagaimana kau rasakan?" ia tanya.
"Thabib bilang penyakit ini tidak berarti" Sauw Jie yang
talangi menjawab, "katanya sesudah minum beberapa
bungkus obat. ia akan sembuh. Cuma ia perlu mengaso"
Su Poan cu manggut .
"Itulah aku percaya," ia bilang. "Cuma Lie Toaya ini.
kendati ia pandai ilmunya dan pandai mencari hiburan tapi
pikirannya agak tertutup. Sebenarnya juga, orang muda
seharusnya mesti pantang paras elok ..."
Mendengar ucapannya si Gemuk, Siauw Jie tercengang,
kemudian ia lekas menoleh pada si sakit.
Bouw Pek pandang si Gemuk itu, ia berniat mencegah
orang bicara teius, tetapi Soe Poan coe yang tidak
mamperdulikan mukanya bersemu merah, sudah bicara lebih
jauh, katanya:
"Apa yang lebih liehay lag1 daripada paras elok adalah sakit
rindu ....."
Bouw Pek tidak bisa tahan sabar lagi, hingga ia menegor:
"Soe Ciangkoei , ayo jangan kau ngaco belo"
Tapi si Gemuk yang lucu itu tertawa
"Jangan sembunyi sembunyikan, sobatku ......" kata ia. Lie
toaya. hayo bicara menurut liangsim kau! Mustahil penyakit
kau ini bukan disebabkan Coei Siam? ia nona bunga latar,
jikalau ia suka nikah Poan Louw Sam atau mau ikut Cie
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Sielong, perduli apa antap salya! Kita laki , asal kita punya
kepandaian dan kemauan berapa saja nona kita hendak nikah,
kita bisa dapatkan! kenapa sih kau mesti selalu pikirkan Coei
Siam. hingga kau bikin rusak tubuhmu yang kuat laksana besi?
Bunga raya yang tidak punya liangsim, kita jangan buat
pikiran! Kau seorang pintar, Lie Toaya, kau sebenarnya tidak
usah minum obat, asal kau suka buka matamu dan hatimu
dengan sendirinya penyakitmu akan sembuh !......"
Beda dari pada biasanya, Soe Poan coe bicara dengan
sungguh sungguh, nampaknya ia sengit atau tidak tenang,
tetapi kemudian kelihatannya ia agak menyesal maka ia
terpandang Siaaw Jie dan kata pada orang baru ini:
"Aku adalah orang Yang asing suka omong terus terang.
urusannya Lie Toaya ini telah bikin aku menjadi ibuk sekali Lie
Toaya ini menjadi langgananku dan berbareng sobat baik yang
aku hargakan "
Siauw Jie manggut, ia tidak jawab tukang warung itu. Tapi
Lie Bouw Pek, yang rebah dipembaringannya, bersenyum
tawar.
"Soe Cangkoei, apa yang kau barusan bilang, semuanya
tfdak cocok" ia membantah. "Memang aku telah kenal bunga
raya, tetapi sekarang ini dia itu aku telah lupakan Sakitku ini
sedikit diuga tak ada hubungannya dengan bunga itu!"
Tapi si Gemuk bandel, ia tertawa.
"Sudah cukup Lie Toaya," kerkata ia. "Sekarang baiklah kau
mengaso aku tidak mau adu lidah, sekarang aku mau pulang,
besok aku nanti datang pula ......"
Sehabis kata begitu, si Gemuk pandang Siauw Jie dan
manggut, lalu bertindak pergi.
Siauw Jie anggap pemilik warung arak itu seorang yang
aneh Ia tidak mengerti, kenapa meskipun tubuhnya begitu
besar, tindakannya cepat dan tepat.
Lie Bouw Pek bila lihat yang orang merasa heran, maka ia
kata:
"hiantee, kau jangan pandang enteng pada tukang warung
arak ini! ia memang punya bagian bagian yang istimewa aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
akan banyak orang yang ketahui aku ini orang macam apa
....."
Bouw Pek terperanjat.
"Kalau begitu, hiantee" berkata ia, "jadinya dengan jadi
tukang istal ini kau sedang umpatkan diri? Kau jadinya tak
ingin orang kenali kau?..."
Siauw Jie manggut pula disertai helaan napas.
"Toako, sekarang kau telah mengerti, aku minta kau jangan
menanyakan lebih jauh" memegat tukang istal ini.
"Ringkasnya dalam hatiku aku punya kesukaran yang aku tak
dapat Uraikan Tapi Jie Jie tidak takut, tidak takut siapa juga.
Akupun belum pernah lakukan apa yang melanggar undang
negeri, aku tinggal di Pweelekhu selaku bujang istal melulu
untuk sementara. Aku sekarang lagi uji kesabaran lagi tunggu
waktu, apabila ketikanya sudah tiba, aku hendak pergi
ketempat lain"
"Hiantee, kalau nanti aku sudah sembuh, aku hendak pergi
ke Yankeng, apakah kau suka ikut aku sama pergi kesana?"
Bouw Pek tanya. "Di Yankeng aku punya sobat kekal yang
bernama Tiat seeciang Tek SiauW Hong serta Sin-tho Yo Kian
Tong mereka itu sedang menantikan aku. Disana kita bisa
bekerja sebagii piauwsu"
Tapi Siauw Jie goyang2 kepala.
"Ke Yankeag aku tidak mau pergi" ia menyahut.
Bouw Pek heran atas jawaban ini. Ia anggap sobat ini
benar2 kukoay. Ketika ia hendak bicara pula, tiba ia lihat
Siauw Jie berbangkit. tangannya menyambar surat obat.
"Toako tunggu, aku hendak pergi beli obat" ia kata.
"Kau tidak bawa uang, hiatee. Dikantongku ada beberapa
tail, kau ambilah itu."
"Tidak usah, aku juga punya uang" ia kata Dan sembari
kata begitu ia bertindak keluar.
Bouw Pek bertambah pusing kepalanya, karena ia tidak
mengerti kelakuan yang aneh itu.
Belum terlalu lama Siauw Jie sudah kembali dengan
bungkusan obat, ia terus nyalakan api dan masak obat itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Dikota raja ini aku punya banyak sanak dan sobat, aku
tidak bisa pertaruhkan jiwaku buat singkirkan dua manusia
busuk itu, jikalau orang lain, itu urusan mereka sendiri!"
Bouw Pek bicara dengan lagu dan roman menyatakan ia
sangat mendongkol dan berbareng juga merasa puas, karena
kebinasaannya Poan Louw Sam dan Cie Sielong memang
membikin ia puas.
Hamba negeri itu tidak kata apa2 lagi, apa pula ia
memangnya percaya, pembunuhan itu tidak bisa diadi
perbuatannya anak muda ini, maka tidak lama berselang ia
berbangkit untuk pamitan.
"Lihay" kata Bouw Pek seperginya hamba negeri itu,
"baiknya aku kebetulan sakit, jikalau tidak, lagi aku mesti
berurusan dengan pembesar negeri dan dalam perkara yang
lebih hebat..."
"Itulah belum pasti, toako" Siauw Jie borkata. "Tidakkah
saksi2 perempuan sendiri bilang, sipembanuh berbadan
gemuk?"
Bouw Pek berdiam, ia berpikir, lalu ia bcrsenyum.
Berulang2 ia manggut2.
"Toako, apa benar kau kenal Cui Siam, gundiknya Cie
Sieloag itu?" kemudian Suuw Jie tanya.
Ditanya begitu, Bouw Pak merasa malu sendiri. Ia
menghela napas.
"Saudara, betul pantangan paling keras untuk anak muda
adalah perkenalan dengan nona nona," ia berkata. "Selama
setengah tahun ini aku sangat menderita oleh karena aku
kenal orang perempuan, hingga semangatku jadi seperti telah
buyar pergi... Aku merasa tidak beruntung lantaran adanya
perkenalan itu. Sekarang aku mengerti, sekarang aku
menyesal bukan main .....Saudara jikalau kau suka dengar aku
nanti menuturkan"
Siauw Jie bersenyum. Ia memang ingin ketahui hal
ihwalnya jago muda ini, maka pengutaraan itu ia sambut
dengan girang sekali.
"Silahkan, toako" ia bsrkata seraya terus pasang kuping.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
saja selama dua hari ini aku dapat keterangan yang benar.
Dalam perkara kau difitnah, bukan melainkan Louw Sam
seorang yang aniaya kau, diantaranya Oey Kie Pok juga turut
memasukkan bukan sedikit racun Tek Ngo ya pulang ke
Pakkhia belum ada tiga hari, ia sudah dipaksa mesti angkat
kaki pula. Sekarang Oey Kie Pok lagi bertindak lebih jauh, ia
sudah berkonco dengan Phang Hoay dan Phang Liong dua
saudara, mereka telah minta Moh Po Koen dari Soe Hay Piauw
Tiam pergi ke Holam guna undang Teng couw hie Biuw Cin
San dan Kim khio Thio Giok Kin. Mereka semua diundang
untuk musuhi kau! Maka, Lie Bouw Pek, seorang kau mesti
berlaku hati2! Thio Giok Kin punya Tumbak Emas, Biauw Cin
San punya piauw terbang, bersama2 Oey Kie Pok punya golok
yang tersembunyi
dalam tertawanya yang manis. semua itu tidak boleh
dipandang ringan semua berbahaya sekali. Aku kasi tahu
padamu, karena aku akan pergi, aku tak dapat bantu kau lebih
jauh" Ia tertawa, ia angkat kedua tangannya, kiongcioe pada
dua orang didalam kamar itu lalu ia tambahkan "Aku
berangkat sekarang! Mudah2an nanti kita akan bertemu pula"
Setelah kata begitu, ia putar tubuhnya dan bertindak
keluar, kapan diluar terdengar suara angin menyambar dan
genteng terinjak, si Ular Gunung telah hilang lenyap dimalam
yang gelap itu.
Tapi Lie Bouw Pek mendadak tertawa berkakakan.
"Kau lihat, hiantee sudah terang Lie BouW Pek bukannya
tidak ternama." ia kata pada Siauw Jie, yang ia awasi.
"Lihatlah, namaku sudah mendatangkan kedengkiannya
semua orang itu! Bukankah Soe Poan coe telah beritahukan
barusan, bahwa Sioe Bie too Oey Kie Pok sudah minta
bantuannya si orang she Moh buat undang datang Kim khio
Thio Giok Kin dan Biauw Cin San? Namanya Thio Giok Kin itu
aku pernah dengar dari mulutnya almarhum Jie Loo enghiong.
tetapi namanya Biauw Cin San barulah pertama kali ini aku
dapat tahu. Bagus! Kalau nanti mereka sampai di Pakkhia,
sakitku tentulah sudah sembuh betul, maka waktu itu aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
aku bertemu Siauw Je, yang jauh lebih aneh dari pada si
Gemuk itu. Entah apa yang orang aneh ini hendak lakukan?"
Kereta telah jalan dengan cepat, Sebentar kemudian Bouw
Pek sudah sampai di LouW ma sie toakay yaitu jalan besar di
Louw ma sie diluarnya Tian moei. Ia duduk dikereta dengan
tidak turunkan tenda, maka itu, selainnya bisa melihat
kesekitarnya. orang lain pun bisa lihat ia dengan nyata.
Banyak orang yang mundar mandir dikiri dan kanan banyak
warung atau toko. Selagi keretanya jalan terus tiba tiba ia
dengar orang teriaki ia berulang ulang "Lie Toaya Lie Toaya
Mendengar panggilan itu, anak muda kita segera menoleh
kejurusan darimana suara datang. Maka ditepi jalanan ia
tampak seorang perempuan tua yang lagi menggape ia sambil
masih terus memanggil2. Dan la segera kenalkan Cia Loo
mama, ibunya Siam Nio.
Nyonya itu berpakaian tua, bajunya pendek, tangannya
disesapkan karena kedinginan, tetapi ditangan itu kelihatan
bungkusan obat.
Bouw pek perintah kusir tahan keretanya.
"Ada apa?" ia tanya. Kenapa kau disini?"
Cia Mama menghampirkan, ia unjuk hormat sambil
membongkokkan tubuh, kemudian ia menunjuk kejurusan
selatan.
"Aku tinggal disana, di Hun pong Liu lie kay" ia menyahut.
"Bersama2 si Siam aku sudah pindah, sekarang kami
menumpang pada engkimnya. Siam Nio setiap hari ingat kau,
looya lantaran selalu ingat kau, ia sampai jatuh sakit.... Apa
kau sekarang lagi senggang, looya? Mari ikut aku pergi lihat si
Siam!"
Suaranya Cia Mama perlahan dan mendatangkan rasa
kasihan, pakaian dan romannyapun bisa membikin orang
terharu. Bouw Pek bisa duga kesukaran orang, yang
disebabkan mampusnya Cie Sielong. Ia sebetulnya tidak niat
keremui Cui Siam lagi, tetapi kapan ia ingat persobatannya
duluan, hatinya berubah dalam sekejap. Ia ingat, baru dua
bulan perubahan telah terjadi begini rupa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 15
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sedang Lie Bouw Pek lagi berdiri dengan air muka merah
bahna gusar. Buat sesaat, ia jedi melegak.
Bouw Pek awasi nyonya itu.
"Bagaimana kau pikir tantang hari kemudian kau?" ia tanya.
"Bagaimana bisa disebut urusan dibelakang, sedang
sekarang kami ibu dan anak akan lekas binasa?" kata Siam
Nio, yang dului ibuaya menjawab.
Sinona ini bicara sambil menrngis dan air mata bercucuran.
Cia Mama kaget. Ia memang lagi bersedih, menampak
roman anaknya itu, ia turut menangis.
"Urusan kami berdua aku tak dapat umpatkan terhadapmu,
looya," berkata ia kemudian seraya susut air matanya. "Siam
Nio menikah Cie Sielong belum ada satu bulan, sielong itu
sudah lantas ada penjahat yang bunuh. Celaka adalah kami
ibu dan anak. buat beberapa hari kami mesti mendekam
didalam penjara, malah Siam Nio telah menderita kompesan.
hingga selanjutnya ia telah jadi seorang yang berpenyakitan.
Memang sudah sedari tadinya anakku punya tubuh tidak kuat
dan sering dapat sakit. Dikantor orang telah taboki ia secara
hebat. Barang berharga kami sementara itu telah dirampas
oleh pihaknya Cie Sielong. Karena semua itu terpaksa kami
pindah kerumah engkimnya Siam Nio Tapi disini kami tidak
bisa tinggal lama2 sebab engkim itu punya rewatao beberapa
anak lainnya dan Siam Nio terluka mukanya, hingga ia tidak
bisa tuntut pula penghidupannya yang lama. Disebelah itu, ke
mana ia mesti pergi akan pinjam pakaian dan barang
perhiasan? Lantaran ini, aebab sudah tak berdaya, aku telah
minta kau, Lie Looya datang kemari. Aku mohon, mengingat
perhubungan kau dan Siam Nio dulu, sukalah kau tolong
kami."
Bouw Pek berdiam. Biar bagaimana juga, ia terharu,
"Seteiah segala apa berjalan begini rupa apa aku bisa bikin?"
kata ia, sambil menghela napas ia melihat keatas. menghela
napas pula. Kemudian ia kata pula Sekarang begini saja. Aku
nanti pergi pada beberapa sobatku akan pinjam uang, guna
tolong kau, sedikitnya buat lewatkan hari yang mendatang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Tapi Siauw Jie potong omongan orang "Aku tidak ingin kau
kasi pinjam uang padaku! Keadaan kau toako, tidak berbeda
jauh daripada keadaanku.."
Bouw Pek goyang kepalanya.
"Itu uaing bukannya uangku" ia terangkan. "Ketika Tek
Siauw Hong mau berangkat, padaku ia serahkan sejilid buku
uang dengan jumlah duaribu tai1, ia bilang aku boleh pakai
uang itu menurut sukaku. Sampai sekarang uang itu aku
belum pernah pakai sama sekali, maka kebetulan hiantee
perlu uang, uang itu aku boleh pakai. Tek Siauw Hong
berharta, uangnya itu tidak berarti apa2 baginya."
Siauw Jie manggut , tetapi ia kata "Justeru uang sobatmu
itu aku lebih2 tidak bisa pakai?" Kelihatannya ia bersangsi.
Kemudian ia tambahkan "Hal ini baiklah kita bicarakan lagi lain
kati, perlahan saja, Aku tidak akan berangkat lekas2..."
Dengan matanya yang tajam, Bouw Pek awaskan sobat luar
biasa itu. Ia menduga, bahwa sobat ini sedang menghadapi
soal ruwet, cuma dengan sikap tenang yang dibikin bikin dia
itu bikin dirinya seperti tidak tertampak perobahan apa juga.
Ia ketahui yang sobat ini tetap ucapkan apa2 padanya.
"Hiantee" berkata anak muda kita, "perkenalan kita belum
berjalan lama. akan tetapi sejak kau rawat aku selama aku
sakit, aku telah lantas pandang kau sebagai saudara
kandungku. Aku sangat berterima kasih buat kebaikan hatimu.
Maka aku harap diantara kita baiklah jangan ada perbedaan
apa2 dan dimana perlu haruslah kita saling bantu saling tolong
Hiantee, aku lihat dalam hatimu terkandung suatu apa, tetapi
kau agaknya tidak mau bicara terus terang kepadaku Kenapa
begitu, hiatee?"
Siauw Jie bersenyum.
"Kita sama2 muda, kita sama2 pandai meoggunai pedang,
malah kepandaian kita sebanding satu pada lain, tetapi
kendati demikian, keadaan dan tabeat kita berlainan," ia
berkata dengan sabar. "Jikalau aku mesti tuturkan tentang
hatiku, toako, kau pasti tidak akan mengerti. Maka mengenai
ini, baiklah kau bersabar, nanti juga kau akan meegetahui
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sobatku ini, Beng Soe Ciauw masih belum pulang dan tidak
ada kabar kabarnya Nona Jie matih tinggal dirumah keluarga
Beng dan ibunya sedang sakit, katanya sakitku, berat....."
Bouw Pek terkejut dan berbareng lantas merasa kasihan
pada Sioe Lian. Ia anggap nasibnya nona itu dan pamilinya
malang sekali. Tapi kendati demikian, ia tidak kata apa2,
Mareka minum teh, buat sekian lama mereka sama sama
bungkam. Kemudian mendadak Lauw Kie In bicara pula.
"Lie Lauwtee," ia kata, "kau tahu atau tidak, dua hoohan
yang terkenal dari Holam akan datang ke Pakkhia ini untuk
ketemu kau!"
"Apakah mereka bukannya Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin? " tanya Bouw Pek seraya bersenyum ewah.
"Benar" piauwsoe tua itu manggut. "Moh Po Koen dari Soe
Hay Piauw Tiam sudah pergi lebih dan setengah bulan
lamanya, maka boleh jadi bersama2 Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin ia akan lekas kembali...."
Bouw Pek tetap unjuk romannya yang gagah
"Jikalau tidak ada urusan ini. siang2 aku sudah pergi ke
Yankeng" ia kasi tahu, "Sekarang aku justru sedang tunggui
mereka. Biauw yin San itu tidak ada sangkutannya dengan
aku, kami tidak bermusuhan. Tapi Kim chio Thio Giok Kin aku
tahu adalah seorang jahat dan perbuatannya sewenang
wenang, malah Jie Hiong Wan Jie Loo piauwtauw ialah yang
desak sampai jadi matinya. Isterinya. Lie Mo ong Hoo Kiam Go
pernah aku lukai dan dia sekarang barangkali masih
meringkuk dalam penjara di lauwyang Oleh karena adanya
permusuhan ini, aku dan Thio Giok Kin tentu adu jiwa.
Menyebalkan adalah Sioe Bie too Oey kie Pok! Jikalau ia benci
aku, apa halangannya buat cari aku secara langsung? Kenapa
didepan ia berlaku hormat dam manis padaku, tetap!
dibelakangku ia seraya akan fitnah dan bikin celaka aku? Ini
orang yang sangat kejam dan berbahaya!"
Begitu memangnya sifat Oey Kie Pok" berkata Lauw Kie In.
"Maka itu aku puji dan kagumi Kim too Phang Bauw Ia datang
kemari dengan kemurkaan, tetapi sesudah pieboe kalah, ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
hoe Budi kau itu, toako, dalam laksana lautan, tinggi laksana
gunung.
Difihak lain, Beng Sioe Ciauw, sudah tinggalkan rumahnya,
ia telah sia siakan bakal isterinya, terhadap siapa sedikitpun ia
tak punya budi kebaikan, maka andaikata ia bisa muncul lagi,
apa ia berani bilang?"
Siauw Jie bicara dengan sungguh sekali, suaranya tetap
dan tenang, ia seperti paksa supaya Bouw Pek terima dan
menikah Sioe Lian.
Bouw Pek heran melihat sikap ini. Memang ia sudah asah
otaknya, ia sudah berdaya, ia tetap tak mampu pecahkan
kecurigaannya. Tapi sekarang, dalam haluya Sioe Lian, bujang
istal ini bersikap luar biasa, hingga menuruti akan kembali
kecurigaannya anak muda kita. la lihat orang bersenyum
tetapi itu bukan senyum sewajarnya. Mendadak ia sadar.
seperti sadar dari tidurnya yang nyenyak. Dengan sekonyong-
konyong, diluar dugaannya Siauw Jie, ia samber iengannya
dan memegangnya dengan keras. lapun tertawa berkakakan!
"Hal, hiantee, kau anggap aku Lie Bouw Pek orang macam
apa kata ia sembari berseru. "Apakah kau kira aku Lie Bouw
pek adalah simanusia keparat, yang karena paras elok menjadi
lupa daratan. Ha saudara, kau sekarang jangan kelabui aku
lebih lama pula! Aku telah ketahui, siapa kau ini! Kau adalah
orang yang sekian lama aku terus cari. Kau adalah Beng Soe
Ciauw Dan sekarang nona Jie akan datang, inilah bagus, inilah
bagus!......"
Siauw Jie kaget, mendengar orang berkata demikian,
parasnya sampai berobah, mendadak ia kipaskan tangannya
akan lepaskan diri dan lari keluar.
Bouw Pek tertawa geli.
"Kau lari, saudara, kenapa ?" borkata ia, yang terus
mengejar keluar. Ketika ia sampai diluar bio Siauw Jie sudah
berada di mulut jalan sebelah utara, dan kapan la telah
msnyusul sampai disitu, anak muda itu sudah tidak kelihatan
sekalipun bayangannya saja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
datang, ia telah bujuk aku buat nikah nona itu, sedang difihak
lain ia nyatakan, bahwa ia mau pergi keselatan dan untuk
selamanya ia tidak niat kembali ke Utara ini. Dari sikapnya ini
aku justeru jadi curigai ia semakin keras. Dengan tiba2 aku
cekal ia dan Beng soe Ciauw, apamau ia loloskan dir1 dan
kabur, barusan aku susul ia diistal, katanya ia belum kembali.
Begitulah maka sekarang aku datang pada Jieya. maksudku
minta bantuan Jieya guna tahan ia supaya kita bisa recoki
perjodohannya dengan nona Jie..."
Setelah dengar keterangan Itu, buat sesaat Tiat pweelek
melongo, mukanya lantas berobah menjadi merah bahna
jengah.
"Benar benar aku punya mata, tetapi tidak ada bijinya! ia
akui kemudian. "Sudah hampir satu tahun Siauw Jie tinggal
sama aku, kenapa aku tidak ketahui ia sebenarnya pemuda
gagah? Coba orang luar ketahui ini ,apa orang tidak akan
tertawai aku dan katakan aku sudah tidak pandang mata pada
orang pandai?"
"Duduknya hal yang sebenarnya bukannya demikian, Jieya,
"Bouw Pek menghibur. "Sebenarnya bukan Jieya yang tidak
mampu melihat orang, hanya adalah Beng Soe Ciauw yang
sangat pandai selimuti diri! Bagaimana Jieya bisa menduga,
yang didalam istal bisa ada orang pandai seperti ia?"
Tiat Pweelek manggut?:
"Aku mengerti omongan kau" kata ia "Kau dan Beng Soe
Ciauw tidaklah kecewa menjadi orang orang gagah sejati.
yang bisa memandang jauh. Msnurut aku, Beng Soe Ciauw
kabur dari Soanhoa boe bukan melulu disebabkan
kekuatirannya terhadap musuh-masuhnya, itu hanya
disebabkan oleh soal lain. yang masih gelap bagi kita. Mustahil
orang gagah seperti ia mesti takut musuh sampai mesti
umpatkan diri, tukar she dan nama? Kenapa ia mesti siksa diri
bersembunyi diistal dan menuntut penghidupan demikian
sengsara? Bahwa ia telah menyingkir dari kau, itulah tentu
disebabkan ia ketahui adanya perhubungan diantara kau dan
nona Jie dan ia menyangka perhubungan kau itu sudah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
terimalah dua puluh taii perak dari aku, kau pakai itu
sepertinya, aku sendiri tidak bisa pergi lagi akan ketemui
ia.....-
Benar Bouw Pek ambil dua puluh tail dan serahkan itu pada
si nyonya.
"Sekarang lekaslah kau pulang, kau panggil thabib atau beli
obat untuk cui Siam, aku lagi ruwat pikiran, aku tidak bisa
omong banyak" ia kata.
Cia Mama. terima uang itu, ia menghaturkan terima kasih.
Dasar doyan omong, masih saja ia mau ngoce buat unjuk
bahwa pemuda itu berhati murah tapi Bouw pek tidak mau
meladeni, hingga akhirnya nyonya itu pergi sendirinya. Adalah
setelah orang berlalu, baru ia menghela napas berulang-ulang,
beberapa kali ia banting kaki...
"Terang selama satu tahun ini, kesulitan saja yang aku
hadapi .... " ia kata seorang diri dengan masgul. "Selagi
ketemu Siu Lian, selagi ketemu Cui Siam, selagi ketemu Beng
Su Ciauw. semua itu ada kesukaran belaka.... Kalau aku tidak
tengok Cui Siam aku sebenarnya keterlaluan, tetapi apabila
aku peigi padanya, bagaimana andaikata aku
kena terlibat pula?... Aku telah berikan uang, aku rasa aku
telah cukup lakukan kewajibanku ....."
Benar Bouw Pek bisa keraskan hati akan tidak tengok Cui
Siam
Sementara itu, selang beberapa hari, tentang Beng Su
Ciauw tetap tidak ada kabar ceritanya, begitupun perihal
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin yang katanya diundang oleh
Moh Po Kun, sedang piauwsu itu tidak terkabar sudah pulang
ke piauw tiamnya
Seantero hari nganggur saja, setiap saat pikirannya kusut
Bouw Pek jadi lenyap kegembiraannya, hingga akhirnya ia
pikir baik berlalu saja dari kota raja. Dari pamannya pun ia
tidak dengar kabar apa2 perihal pekerjaan yang ia cari.
"Baiklah aku pergi papaki Biauw Cin San dan Thio Giok Kin"
demikian ia ngelamun akhirnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
hilang, sedang sang ipar, yaitu Ouw ie, isterinya Beng Soe
Ciang, nyata seorang yang hatinya dengki. Ia ini mula2 masih
berpura pura baik, akan selewatnya beberapa hari ia berani
perlakukan nona kita sebagai bujang ...."
Sioe Lian biasa hidup merdeka, meski bukan gadisnya
hartawan, ia toh hidup cukup makan dan pakaian, sedang ia
terpalajar sempurna, maka mana ia bisa bekerja sebagai
bujang? Akan tetapi sekarang, dalam keadaan seperti itu,
selagi ibunia menderita sakit, ia terpaksa mesti sabarkan hati
dan terima nasibnya itu. Maka juga setiap hari, setiap saat ia
harap harap kembalinya Lie Bouw Pek bersama sama Beng
Soe Ciauw, agar tentang dirinya bisa terdapat kepastian, agar
tidak lebih lama ia hidup superti tersiksa. Tapi, sudah
berselang setengah bulan sejak perginya Bouw Pek, soe Ciauw
tidak nampak pulang.
Sementara itu Beng Soe Ciang. anak sulung dari Beng Eng
Siang, toapenya, telah pulang dari bepergian. Ia punya tubuh
tinggi dan besar, mukanya hitam dan brewokan. Ia heran
kapan lihat nona kita dan ibunya apa pula mereka ini
berkakung, dengan tidak banyak pikir lagi, dengan suaranya
yang keras, ia kata pada isterinya:
"Dasar keluarga kita yang sial dangkalan! Kenapa sekarang
datang dua orang perempuan dengan pakaian berkabung?
Kenapa sih mereka tidak bawa barang sedikit juga? Aku kuatir,
siang atau malam perusahaan kita akan ambruk Kemudian ia
tambahkan dengan kejam: "Si loojie sudah pergi lama sekali,
turut katanya Sin chio Yo sam ya, ia sudah mampu diluaran,
sekarang datang bakal isteri dan mertua perempuannya,
bagaimana ini?"
Atas itu sang isteri berikan jawabannya, yang tidak kurang
hebatnya. Ia ini kata:
"Kenapa kau banyak mulut terhadap aku? Orang she Jie
itu, ibu dan anak, datang kemari bukan aku yang undang!
Adalah keluargamu sendiri yang kesudian terima datangnya
sibinatang macan putih, kenapa ngaco belo pada kami?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID KE l6
BERSELANG lagi dua hari Siu Lian kembali kerumah pamili
Beng, buat terus dengan diam bersiap untuk bikin perjalanan.
Tapi berbareng dengan itu ia lagi-lagi mesti mengalami
kejadian yang bikin ia naik darah dan menyesal itu adalah
tingkahnya Beng Soe Ciang, si toape. Ia ini sejak
meninggalnya Jie Loo thaythay, tidak lagi unjuk roman bengis,
angkuh atau dengki, sebaliknya setiap kali ia bertemu atau
berpapasan dengan nona kita, lantas pada mukanya yang
hitam tertampak senyuman manis Siu Lian menduga orang
kandung maksud buruk, ia tidak suka meladeni. Inipun salah
satu pendorong kenapa ia jadi ambil putusan getas untuk
selekas mungkin angkat kaki dari rumah pamili itu.
Demikian pada suatu hari, nona Jie pergi ketemui Beng Eng
Siang buat kasih tau maksudnya untuk bepergian, sebagai
alasan ia kata ia hendak tengok kuburan ayahnya di Jie sie tin
di Beng touw.
"Kau baik bersabar" berkata Beng Eng siang "tunggu lagi
beberapa bulan, setelah aku sediakan uang, kau pergi kesana
bawa peti layon ayahmu pulang ke Kie lok uutuk dikubur
ditanah dengan baik. Lagian, dengan kau pergi sendiri, aku
kuatir...."
Sioe Lian ketahui orang menahan ia dengan berpura pura,
tetapi ia terpaksa menggunai akal maka ia menjawab bahwa
ia suka menunggu. Disebetah itu dengan diam ia telah
bermufakat dengan Lauw Keng, demikian pada satu pagi,
diluar tahunya ia apa juga, dengan gendol buntalannya, Sioe
Lan keluar dari Piauwtiaw. Ditempat yang dljanjikan, Lauw
Keng telah tunggu, ia dengan kudanya siap sedia.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
ini, dan mereka itu akan lekis datang apa kau kiranya tidak
bisa campur tahu urusan itu"
Ditanya begitu Khoe Koong Ciauw kelihatannya jengah, ia
menghela napas.
"Dalam hal itu aku tak berdaya" ia aku. "Tatkala pertama
kali aku dapat dengar hal, aku sudah tanya Oey Kie Pok, aku
telah kasi nasehat padanya supaya ia jangan Lanjutkan
tindakannya itu Tapi, apakah ia bilang? [a telah menyangkal Ia
kata dingin Lie ya ia tidak bermusuhan, ia tidak kenal orang
she Moh, dan hal kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin dengar pun tidak, katanya. Lantaran sangkalannya itu
hampir kami jadi kebenterok"
"khoe heng dan 0ey Kie pok adalah sobat kekal dari banyak
tahun, aku minta janganlah karena urusanku kau jadi
berselisihan" Bouw Pek berkata.
"tidak demikian, saudara Lie" berkata Khoe Kong Ciauw
"Kalau benar Oey Kie Pok pengaruh uangnya buat undang
orang dari propinsi lain dataag kemari melulu untuk
musnahkan kita, aku tidak takut yang aku kebentrok padanya!
Percaya aku, aku akan tempur Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, untuk lindungi kehormatannya sobatku yang berada di
Pakkhia ini
Bouw Pek kagum mendengar suara itu sedang Khoe Kong
Ciaiw telah bicara dengan sikap gagah. Ia tidak sangka Graaf
ini adalah laki2, yang sangat junyung tinggi keadilan.
"Akur, Kong Ciauw " nimbrung Yo Kian Tong. "Begitu
memang seharusnya kau bertindak! Orang lain aku tidak
perduli tetapi Kim Khio Thio Giok Kin kita mesti coba, jikalau
tidak bukan saja kau punya Gin khio, juga aku punya Sin Khio
akan tidak bisa dipakai buat melihat orang lagi "
Nyata jago tua ini tidak merasa senang pada Giok Kin. yang
pakai julukan Kim khio Tumbak Emas. sejak Khoe Kong Ciauw
pakai gelar Gin Khio atau Tumbak Perak dan ia sendiri Sin
khio, tumbak Malaikat
Siauw Hong jadi gembira hingga berseru
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
tidak pakai pupur atau yancie, tetapi muka itu elok, tubuhnya
langsing, gerakannya halus tetapi tampaknya sebat dan segar.
Ia pakai baju dan celana hijau, tepatunya putih yang
menambah keheranan adalah tangannya si nona memegang
sepasang golok.
Sesampainya dithia, nona ini manggut pada semua orang
kemudian ia awasi Lie Bouw Pek, pada siapa ia datang lebih
dekat. Mukanya telah berobah menjadi merah sendirinya
"Lie Toako" menegor ia, "apa yang barusan dibicarakan
oleh semua tuan2 disini aku telah dengar semua. Nyata Beng
Su Ciauw sudah pergi dan sekarang ia tidak ketahuan berada
dimana! kim khio Thio Giok Kin mau datang kemari bersama
Ho Sam Houw, Ho Iyit Houw dan Ho Kiam Go, itulah bagus
Mereka semua musuhku, merekalah yang hendak bikin celaka
ayahku, hingga ayah menyingkir dari Kie lok, hingga
kesudahannya belum setengah tahun ayah mesti menutup
mata" tiba2 air matanya sinona mengucur hingga Bouw Pek
jadi terharu bukan main. Kendati begitu, nona ini bisa bicara
terus: "Tuan2, Tolong kasi tahu aku, dimana beradamu thio
Giok Kin sekalian, aku hendak balas sakit hatinya ayahku.
Tentang Beng Su ciauw ...."
Ia berhenti dan menangis sesenggukan.
Siauw Hong semua mengawasi dengan melongo, mereka
terharu berbareng tercengang. Mereka saling memandang
dengan mulut bungkam.
Siu Lian maju lebih jauh pada Lie Bouw Pek.
"Toako, kau seperti engko kandungku, maka itu,
bagaimana juga, aku minta kau kasi tahu aku, kenapa Beng
Su Ciauw berlalu dari sini" ia kata. "Apakah bisa jadi ia berlalu,
oleh karena ia dapat kabar yang aku akan datang kemari ?"
Masih saja si nona menangis, kakinya ia banting, ujung
goloknya mengenai batu sampai menerbitkan suara nyaring.
Lie Bouw Pek seorang gagah, ia tidak takut ancamannya
Thio Giok Kin sekalian, tetapi sekarang, menghadapi Siu Lian,
ia kewalahan. Mukanya menjadi merah, sebab ia tidak tahu
bagaimana harus meajawabnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sekali. ia merasa dirinya tak berguna dan dari itu malu buat
ketemukan kau, maka dengan paksakan diri ia angkat kaki,
Aku percaya, dibelakang hari, apabila diluaran ia bisa angkat
dirinya, pasti ia akan kembali mencari kau, nona, itu adalah
adat biasa dari kebanyakan anak muda. Maka sekarang aku
minta sukalah nona tetap berdiam sama Tekngoya, lewat lagi
Beberapa hari kami akan kirim orang berpencaran akan cari
Beng su Ciauw, aku merasa pasti kami akan berhasil mencari
ia. Perihal nona sendiri hendak cari Thio Giok Kin sekalian dan
menyusul Beng Su Ciauw, itu aku tidak mufakat, kami tidak
dapat luluskan. Kami tahu nona gagah, tetapi apabila terjadi
satu hal yang tak diinginkan, apa kata kami nanti terhadap
Beng Su Ciauw? kami pasti akan dapat malu!......"
Tiat Pwaelek bicara dengan lancar, suaranya menarik hati,
hingga Sui Lian jadi terharu. ia tidak kata apa2 tetap ia
manggut Beberapa kali ia lepas air matanya
Siauw hong dan Yo Kian Tang kembali bantu membujuk
dan menghiburkan cuma Khu Kong Ciauw yang diam saja dan
BouW Pek yang terus bungkam.
Bicara lebih jauh, Tiat Pweelek sekalian telah berikan janji
bahwa dalam tempo satu bulan mereka akan dapat cari Beng
Su Ciauw.
Melihat sikap orang banyak itu, Siu Liaa Suka mengalah.
"Baiklah" ia kata akhirnya Ia kasi hormat pada orang
banyak seraya haturkan terima kasih, kemudian ia undurkan
diri dengan bawa siangtoonya.
Begitu lekas nona gagah Ini sudah berlalu, mereka orang
menghela napas lega.
Yo Kian Tong puji Tiat Pweelek karena omongannya yang
tajam itu.
"Aku benar2 takut terhidap nona itu," Siauw Hong aku.
"Tadi malam ia terusan tanya dan desak aku. Bagaimana aku
bisa omong hal yang sebenarnya?"
"Sebenarnya urusan sederhana, hanya buka mulut yang
sukar" kata Yo Kian Tong. "Lagian si nona nampaknya beradat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 17
TATKALA itu aku berada dirumahnya sobatku dengan tidak
punya pekerjaan apa2 maka aku lantas ikut Siauw Jie" Soe
Poan cu manutur lebih jauh. "Akupun memikir buat ketemui
Biauw Cin San dan thio Giok Kin itu. Diluar dugaan kami, baru
saja sampai di Kho yang, ditengah jalan kami telah
berpapasan dengan Biauw Cin San dan Thio Giok Kin. Aku
mesti sesalkan Siauw Jie, buat kasemberonoannya Begitu
ketahui siapa mereka itu dengan tidak kata apa apa lagi Siauw
Jie hunus pedangnya dan menerjang, hingga pertempuran
tidak dapat dicegah lagi. Aku lihat Siauw Jie benar benar
pandai ilmu silat dan gagah, Ia bukan hanya hadapi Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin berdua, ia lawan 5 orang, oleh karena 5
orang itu berkawan dengan tiga orang lain. semuanya she Ho,
yaitu Ho Sam Houw sekalian.
Mereka gagah, pertempuran sangat hebat. Setelah
bertarung lama juga, dengan pedangnya Siauw Jie berlukai
lengan kiri dari Ho Cit Houw. Apa mau selagi musuh banyak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
senjata rahasia Biauw Cin San pun lihay. Diluar sangkaan, iga
kirinya Siauw Jie terkena sebatang piauw dari Teng couw Hie
Ikan Lodan atas mana gerakannya jadi kendor dengan lantas,
tidak heran kalau goloknya Ho Sam Houw kegera mengenai
pundak kanannya. Menampak demikian aku tidak berayal lagi,
aku teriaki orang polisi untuk minta pertolongan. Atas itu,
Biauw Cin San batalkan kehendaknya akan bunuh Siauw Jie.
mereka lantas singkirkan diri. Bersama orangku, aku bawa
Siauw Jie kerumah penginapan, aku belikan ia obat luka,
sayang lukanya hebat. Sekujur tubuhnya lantas menjadi
panas. Berulang ia nyatakan ia mau ketemu kau, Lie Toaya, ia
bilang ia hendak bicarakan suatu urusan penting.
Darahnya Bouw Pek meluap mendengar Siauw Jie menjadi
korban keroyokan, tetapi air matanya lantas mengucur
mengetahui sobatnya yang jujur dan gagah itu terluka parah,
Ia gagah dan berhati keras, tetapi ia tak dapat mencegah air
matanya turun bercucuran
"Maka itu, toaya, dengan tidak berayal lagi aku terus
tunggang kudaku dan kaburkannya ke kota raja." Soe Poau
coe meneruskan keterangannya. Tapi aku tidak berani masuk
kedalam kota. Kebetulan sekali aku dapat cari sobatku thio
Gouw ini maka aku minta pertolongannya supaya ia cari kau
dan sampaikan kabar dari aku, aku sendiri menunggu disini
dengan dua ekor kuda. Aku girang, yang saudara Gouw telah
bcrhasil mengadakan kau datang kemari Toaya, hayo lekas
naik kuda, mari kita memburu ke Kho yang aku kuatir, apabila
kita terlambat, kau tidak akan ketemu lagi Siauw Jie selagi ia
masih hidup!........"
Sembari kata begitu Soe Poai coe bertindak kekuda
mereka, akan buka tambatan dia binatang tunggangan itu.
"Mau, toaya, lekas!" ia mendesak ia sendiri mendului
lompat naik keatas kudanya Ia terokmok, tetapi ia bisa loncat
dengan gesit
"Selama ini aku memang lagi tunggui Biauw Cin San
sekalian " kata Bouw Pek seraya dengan sengit menusuk
tanah dengan pedangnya, "jikalau tidak, niscaya sedari siang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
aku sudah tinggalkan Pakkhia buat susul dan cari Siauw Jie.
Kalau sekarang aku ikut kau, apakah orang tidak akan sangk
aku kabur karena takut terhadap Biauw Cin San itu?"
Ia bersangsi sesaat apabila ia ingat soal ini
See Poan coe goyang kepala.
"Tidak !" kata tukang warung arak ini. "juga Thio Giok Kin
dan Biauw cin San sekalian tidak akan sampai di Pakkhia
dalam waktu yang cepat. Aku tahu betul, dari thio yang
mereka lebih dulu telah menuju ke Poleng. Lie Toaya hayolah
naik atas kudamu, mari kita pergi ke Kho yang aku lihat Jie ya
sedang rebah dirumah penginapan, dengan napas tinggal
sekali dan sekali tarik, ia asyik tunggui kau ........"
Bauw Pek lantas kertak giginya.
"Baiklah ia manggut" Mari kita pergi " Tapi ia menoleh pada
Siauw Gia Kang, pada siapa ia kata: Aku minta kau suka pergi
pula kekota. ke Tong su tam tiauw, kerumah Tek Ngo ya,
tolong kau beritahukan bahwa aku telah tinggalkan Pakkhia
buat cari Beng Soe Ciauw, Bilang juga bahwa paling banyak
dalam tempo belasan hari aku akan sudah kembali Tapi ingat,
jangan kau kasih tahu aku pergi sama siapa dan juga bahwa
aku pergi ke Kho yang"
Baik, toaya," sahut si Kala kecil yang Cerdik ini.
Tapi Soe Poan coe terperanjat mendengar nama yang asing
itu.
"Siapa itu Beng Soe Ciauw?" ia tanya.
"Beng Soe Ciauw adalah Siauw Jie." Bouw Pek jawab. "Ia
seorang yang mempunyai riwayat luar biasa, nanti di
sepanjang jalan aku akan ceritakan padamu"
Sembari kata begitu, Bouw Pek contelkan pedangnya diatas
sela , setelah singsatkan bajunya ia lompat naik atas kuda itu.
Soe Poan coe menoleh pada si Gouw, ia tersenyum:
"Gouw Hiatee, sampai ketemu pula ia kata.
Sampai ketemu!" kata kawan itu.
Sekejab saja dua ekor kuda telah dikasih diri meninggalkan
Kwan siang dan Ciang gie moei, mereka lerat dijalan besar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Dan Khoe Kong Ciavw tidak mau lepaskan orang ceriwis itu,
yang ia terus hajar dengan kepalan dan dupakan.
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin jadi gusar, mereka lantas
maju dengan niatan serang orang bangsawan itu.
Oey Kie Pok dan Moh Po Koen lantas maju akan
menghalangi dua sobat itu.
"Biauw Toasiok. Thio Toasiok, jangan gusar Po Koen
berkata. "Tuan ini Gin chio Ciangkoen Khoe Siauw Houwya ia
adalah sobat baik dari Oey Soe ya. Baiklah kita bicara dengan
sabar."
Moh Po Koen kenal baik Kauw su Cin Chin Goan. ia juga
ketahui yang Khoe Kong Ciauw kecuali berharta pun pengaruh
nya besar, dan itu ia tidak ingin dua jago dari Holam terbitkan
onar yang bisa merusak usaha mereka.
Thio Giok Kin sejak di Holam sudah dengar yang di Pakkhia
ada seorang graaf turun temurun, yang dipanggil Gin chio
ciangkoen Khoe eng Ciauw, yang katanya masih muda dan
pandai mainkan tumbak, ia memaag ingin coba
kepandaiannya orang bangsawan itu, kapan sekarang ia
dengar pemuda, itu adalah Khoe Kong Ciauw ta bisa tahan
sabar. Membatalkan niiatannya akan menerjang. ia berbalik
mencegah Biauw Cin San dan kawannya, yang juga sudah
siap.
"Tuan jadinya Gin chio Khoe Siauw Houwya?" berkata ia,
seraya angkat kedua tangannya. "Harap tuan tidak menjadi
gusar. Kita memang belum kenal satu pada lain. tetapi
mengingat tuan menjadi sobat kekal dari Oey Soeya jikalau
tidak ada hal yang bikin kau tidak senang marilah kita
bicarakan itu didalam !
Khoe Kong Ciauw pandang Giok Kin, ia orang pemuda
bermuka bundar alis gomplok mata besar, romannya jahat,
sedang bajunya, dari sutera biru, ditutup dengan mahkota
hijau.
Kau siapa. tuan?" ia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Ia Kim chio Thio Giok Kin dari Holam" Kie Pok mendului,
memperkenalkan tamunya yang baru itu "Ia Kira Chio dan kau
Gin Chio maka kau berdua haruslah menjadi sobat!.......
Khoe Kong Ciauw masih mengawasi Giok Kin sekian lama,
lantas ia bersenyum.
"Itulah nama yang sudah lama aku dengar" lata ia. "Jikalau
kau tidak punya urusan apa2, siiahkan tunggu disini sebentar,
aku hendak antar pulang isteriku. nanti aku lantas kembali
kesini guna minta pelajaran dan kau!"
Setelah kata begitu, ia menyamperi keretanya
"Jangan kasih ia lari !" berseru Biauw Cin San dan
kawannya, berikut tiga orangnya yang tadi dihajar kalang
kabutan. Mereka mau maju menyerang
Thio Giok Kin lekas maju menghalangi sekalian kawannya
itu.
Oey Kie Pok humpirkan Khoe Kong Ciauw.
"Saudara buat apa kau lekas pulang?" ia kata. "Aku punya
urusan yang aku hendak bicarakan padamu!"
Kong Ciauw tidak gubris sobat ini, yang ia jadi pandang
tidak mata. Ia hanya lalu memandang Thio Giok Kin.
"Thio Giok Kin, kau boleh siapkan Tambak emasmu,
sebentar aku akan datang pula untuk minta pengajaran
darimu katanya Lantas ia loncat naik atas keretanya itu.
Thio Giok Kin mengawasi kedua kereta berlalu lantas ia
bersenyum ewah.
"Pergi kau kehotel, ambii tumbakku" kata ia pada satu
orangnya. Kemudian ia menoleh pada Biauw Cia San: "Engku,
sebentar kau jangan usil aku biarkan aku layani Gin chio
Ciangkun
Biauw Cin San tidak kata apa-apa, ia hanya ikut Oey Kie
Pok, yang undang mereka buat masuk pula kedalam.
Sioe Bie too menyesal dengan kejadian itu. ia undang
rombongannya Biauw Cin San untuk satrukan Lie Bouw Pek
dan Tek Siauw Hong, tak disangka, sekarang terbit soal
dengan Khoe Kong Ciauw, sedang orang bangsawan itu
adalah sobat baiknya, malah dengan bersobat dengan Khoe
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
San dan Thio Giok Kin datang kekota raja buat satrukan Lie
Bouw Pek, untuk balaskan sakit hatinya 0ey Kie Pok, mereka
itu tidak ada sangkutannya dengan Houwya. Houwya adalah
sobat baik Oey Soeya, sesudah tidak bantui Qey Soeya, tidak
seharusnya Houwya musuhkan dia pahlawannya itu....."
Khoe Kong Ciauw tidak puas dengan perkataannya
kauwsoe itu.
"Apakah kau anggap aku kesudian bersobat dengan Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin. kawanan orang jahat?" ia kata. Lie
Bouw Pek sudah pergi. tetapi juga Tek Siuaw Hong tidak boleh
dipandang ringan, maka bersama sama Yo Kian Tong aku
tidak bisa antapkan awasi saja mereka itu malang-melintang
dikota raja ini
Justeru itu datang orang suruhannya Oey Kie Pok, yalah
Goe tauw Hek Sam Ia ini segera sampaikan pesanannya Oey
Kie Pok, katanya :
"Aku datang kemari atas perintahnya Oey Soeya , Soeya
mengasih pikiran supaya Houwya jangan ladeni Thio Giok Kin
dan kawannya. Mereka itu adalah orang undangannya Soeya
maka sukalah Houw ya sedikit memandang kepadanya
Khoe Kong Ciauw bersenyum sendiri.
"Jikalau aku tadinya ketahui mereka itu orang undangannya
soe-ya kau, tidak nanti aku datang berkunjung padanya' ia
kata. "Sekarang pergi kau pulang, kasih tahu pada Soe-ya
supaya ia jangan kuatir Kalah atau menang, aku sendiri yang
tanggung jawab, aku tidak rembet2 Soe ya kemudian ia
tambahkan: "Kau kasih tahu pada Thio Giok Kin semua,
supaya mereka tunggui aku, aku akan segera berangkat
kesana
Hek Sam jadi serba salah karena iapun ingin perselisihan
dibikin habis. Tapi ia mesti lekas pulang buat mengasih kabar.
Cin tin Goan masih coba membujuk majikan sampai Siauw
Hong dan Yo Kian Tong muncul, hasilnya tidak ada.
Kong Ciauw sangat gembira apabila ia lihat dua orang itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Oey Kie Pok telah berhasil mengundang Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. mereka sudah datang, kau tahu atau tidak?" ia
tanya.
Sedari tadi pagi aku telah ketahui itu, sahut Siauw Hong
katanya mereka datang dalam jumlah besar!......"
Orang Boan ini lantas ketihatannya masgul.
Kong Ciauw lantas tuturkan hal ia telah benterok dengan
mereka itu.
Mereka sekarang masih ada dirumahnya Oey Kie Pok dan
sedang menunggui aku" ia tambahkan. Jiewie hayo kau ikut
aku, aku nanti tempur mereka itu !
Yo Kian Tong jadi sangat gembira.
"Begus!" ia berseru. "Coba perintah orang ambil tumbakku
Mari kita lantas berangkat"
Tetapi Siauw Hong geleng kepala.
Kalau kita pergi sekarang, kita berlaku terburu napsu," ia
bilang "Umpama kita benar Oey Kie Pek berbuat tidak pantas,
kita jangan turutkan ia dan pergi kerumahnya untuk besarkan
onar Lebih baik kita tetapkan suatu tempat dan tanggal lantas
kita undang sobat untuk menyaksikan......
Yo Kian Tong tidak setujui pikiran itu.
"Biauw Cin San dan Thto Giok Kfn itu orang macam apa
maka kita mesti berlaku demikian manis budi terhadap mereka
? ia kata. "Mereka telah berani menghina Kong Iyiauw mari
kita lantas ketemui mereka ! Dengan tumbak kita harus usir
mereka pergi Mari lekas " ia desak Kong Ciauw.
Kong Ciauw lantas salin pakaian, ia ajak Cin Chin Goan dan
beberapa bujang yang ia perintah bawa dua batang tumbak
panjang serta beberapa golok, kemudian dengan ajak Siauw
Hong ia keluar dari istananya, dengan naik kereta mereka
berangkat ke Pak Sin Kio.
nasehat siapa juga tidak digubris, bahwa graf itu akan segera
datang bersama-sama Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong.
Sepasang alisnya 0ey Kie Pek mengkerut naik, ia benar2
bersusah hati......
Dikamar tamu, Biauw Cin San dan kawan-kawannya sedang
minum dengan gembira, sedikit juga mereka tidak takut,
malah mereka mtnantikan musuh dengan bernapsu Kie Pok
mesti layani mereka dengan unjuk roman gembira, meskipun
sebenarnya ia berduka bukan main.
Biauw Cin San sekarang sudah buka thung sha yang
gerombongan, hingga kelihatan tubuhnya dengan pakaian
dalam yang ringkas, sedang dipinggangnya ada tergantung
kantong piauw. Ia punya kumis putih yang kaku, kedua biji
matanya besar dan bersinar tajam. Dibelakangnya berdiri
pemuda yang romannya keren, yaag siap dengan golok
kangtoo. Ia menghadapi mangkok arak yang besar. Ia telah
bicara dengan suaranya yang kaku dan omongannya yang
kasar, yang menyatakan ia benar2 orang desa dan bandit.
Melihat sikap atau kelakuan itu. Oey Kie Pok menyesal
sudah undang jago Holam ini, akan tetapi karena sudah
tcrlanjur ia tidak dapat berbuat lain dari pada terima apa yang
akan terjadi.
Orang menantikan belum lama ketika bujang datang
masuk, dengan warta:
Khoe Siauw Houwya sudah datang, bersama Tek Ngoya"
Hawa amarahnia Kie Pok naik. apabila ia dengar Siauw
Hong turut datang juga
Thio Giok Kin adalah orang yang berbangkit paling dulu,
"Khoe Kong Ciauw sudah datang" ia kata pada Biauw Cin
San semua. Ingat, kau semua diangan bergerak, biarkan aku
sendiri yang layani mereka itu"
Lantas ia bertindak keluar dari kamar tamu menuju keluar.
Khoe Kong Ciauw ini kali datang tidak seperti tadi pertama
kali, ia tidak masuk langsung, banya ia menantikan disamping
keretanya. Ia lihat Thio Giok Kin mendatangi, kapan si
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
ayah dan perhina dan siksa kita, kalau kita tidak keburu
minggat, setahu apa jadinya dengan kita. Ia tentu benci
sangat pada kita, ia mau datang kemari, kalau ia ketahui kita
ada disini, apa kau kira ia mau mengerti?.
Nona ini menangis, hingga ia tidak mampu bicara terus.
Cia Mama ketakutan, sampai ia berhenti nangis.
"Apa benar Lie Toaya ada omong begitu? ia tegaskan.
"Ya ! Lie Toaya kenal banyak orang dari kalangan Sungai
Telaga, ia tentu tidak mendusta. Pada Lie Toaya aku tidak
pernah kasi tahu hal kita di Cu ma tiam."
"Harimau she Biauw itu datang ke Pakkhia barangkali untuk
urusan lain, barangkali ia tidak ketahui kita berada disini kata
Cia Mama kemudian untuk hiburkan diri.
"Bu mengharap demikian, boleh" kata sang anak. "Tapi
disini ia punya banyak kenalan ia bisa mencari tahu, atau ia
akan dengar cerita orang. Aku sangsikan si orang she Moh
barusan, jangan2 ia matanya si jahat she Biauw itu. Belum
pernah aku dengar Lie Toaya puiya sobat orang sha Moh."
Cia Mama kembali terkejut.
"Kalau begitu, barangkali Lie Toaya belum berangkat. Nanti
aku tengok ia dibio, buat minta ia tolong kita lebih jauh."
Siam Nio menghela napas,
"Tapi ibu Lie Toaya tidak akan perhatikan kita seperti dulu
lagi" kata ia dengan masgul. "Ha Kalau si jahat sha Biauw
datang, aku tidak takut!" mendadak ia teruskan. "Kota Pakkhia
adalah tempatnya raja, disini ada undang2 negeri, apa ia bisa
bikin terhadap kita? Paling banyak kita akan adu jiwa terhadap
ia!"
Cia Mama lihat anaknya jadi nekat, ia tidak mau melayani,
sambil tepas air mata, ia berlalu, kemudian ia pergi ke
Siansiang Hotong.
Seperginya ibunya Siam Nio tarik bantal kepalanya akan
keluarkan pisau belati simpanannya, warisan dari ayahnya. Ia
curigai betul siorang she Moh. Sekalipun ibunya tidak ketahui
ia masih simpan senjata itu. Ia sebenarnya telah didaulat
terindil oleh orangnya Cie Sielong, kalau bantalnya masih ada,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 18
"Bunuhlah aku lebih dahulu?" fa segera menjerit Dari takut,
ia jadi nekat. Ia tubruk Biauw Cin San, akan pagangi
lengannya.
Biauw Cin San berontak dengan tenaganya yang besar.
"Perempuan pengemis" ia berteriak.
Cia Mama terguling dengan lantas. Apa celaka, kepalanya
mengenai tembok hingga ia rubuh pingsan........
Biauw Cin San masih sengit, ia pungut pisau belati yang
tadi dipakai lukai ia. Dengan itu ia hendak tikam bekas
gundiknya.
Moh Po Kun mencegah dengan segera, ia dibantu oleh
beberapa kawannya.
"Toasiok, jangan!" ia mencegah dengan suara memohon,
lengan orang ia terus pegangi. "Pakkhia bukan seperti kota
lain, di sini kau tidak boleh sembarangan bunuh orang....."
Nampaknya Biauw Cin San jerih juga. Ia lempar pisau
belatinya, dengan tangan baju yang kiri ia susut mukanya.
"Kau cegah aku !" ia kata. "Tapi karena dongkol aku tidak
bisa dibikin lenyap!"
"Sebenarnya urusan gampang dibikin beres," Po Kun
menyahut. "Ia gundik toasiok, ia minggat dan disini ia jadi
bunga raya, kalau toasiok adukan ia pada pembesar negeri, ia
pasti tak bisa lari lagi. Apalagi kalau toasiok sskalian tuduh ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
lebih baik kau yang pergi ke Tang shia, disana andai kata kau
tidak dapat cari Lie Toaya, Tek Ngo ya pasti akan bisa tolong
kau."
"Itu betul" Siam Nio kata. "Ibu, pergi kau cari Tek
Ngoya........."
"Ya enso, kau pergilah kesana" le Diie menganjuri" Tek
Ngoya berhati mulia, kalau ia ketahui hal kau, ia tentu suka
menolongi......."
Cia Mama memang sedang bingung, ia tidak bisa banyak
pikir
"Baiklah" kata ia, yang terus minta Ie Jie antar ia.
Ie Jie berserdia akan jadi pengantar, maka itu ia terus ajak
Cia Mama pergi. Ia cari keterangan dulu dimana alamatnya
Tek Siauw Hong. sesudah itu ia menuju langsung ke Tang Soe
sam tiauw.
Mereka jalan diantara angin besar yang dingin sekali, Ie Jie
didepan, sinyonya dibelakang. Nyonya ini masih saban tepas
air matanya. Ketika mereka sampai didepan pintu, mereka
lihat pintu pekarangan ditutup separoh.
"Pergi masuk sendiri," Ie Jie kata. "Kalau ketemu pengawal
pintu, kau minta pertolongannya, akan mengabarkan pada
Tek Ngoya. Kau seorang miskin, ia tentu suka tolong, kalau
aku ikat masuk sama aku kuatir ia menolak......."
Cia Mama menurut, ia terus bertindak masuk. ia
kelihatannya jerih. Ia ketemu dua pengawal dimuka pintu,
minta dltolongi agar ia bisa menghadap Tek Ngoya.
"Tek Ngoya tidak ada dirumah" sahut salah satu pengawal.
"Kau punia urusan apa? Kasi tahu saja pada kami, nanti kami
sampaikan lebih jauh
Kau siapa ? Apa kau pernah ketemu Tek Ngoya 7" yang lain
tegasi.
"Aku orang she Cia" sahut Cia Mama. kemudian sambil
menangis ia tuturkan urusannya. "Kami kenal Tek Ngoya dan
Lie Toaya, yang sering berkunjung kerumah kami Aku
sekarang perlu minta pertolongannya Tek Ngoya........"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Oey Kie pok tidak bisa menduga siapa adanya pemuda itu.
sedang sobatnya Lie Bouw Pek melainkan Tiat Pweelek dan
Tek Siauw Hong.
Moh Po Koen tidak lantas masuk, ia hanya melongok dulu,
melihat keadaan orang2 "yang sedang berpesta itu, ia lekas
ngelepot pula.
"Sekarang pergi dulu kau kelain kamar" ia kata pada dua
kawannya yaag terluka, "pergi kau bungkus lukamu dan tukar
pakaian biar rapi. Biauw Wan gwee lagi pesta, kalau kita
ketemu ia sekarang, ia tentu tidak akan mau perdulikan kita.
Atau kalau ia gusar, ia tentu akan segera cari si nona she Jie
dan ibu dan anak itu, dan bunuh mereka, apa bila terjadi
demikian, urusan jadi makin hebat. Aku nanti tunggu ketika
akan omong dengan pelahan2 pada Biauw Wangwee"
Dua orang itu merata sakit pada tubuh mereka, tetapi
mereka turut perkataannya Moh Po koen, mereka balik
kekamar mereka buat obati lukanya, cuci tubuh dan ganti
pakaian.
Moh Po Koen sendiri masuk keiuangan pesta akan turut
makan minum Matan}a saban2 melirik pada sinona manis,
melihat siapa ia jadi ingat Sioe Lian, roman siapa mengiurkan
hati, tapi sinar matanya bikin ia kuncup. iapub asah otaknya
akan cari alasan caia bagaimana ia bisa sampaikan kejadian
barusan di Hoen pong Lioe liekay
Sementara itu nona Jie dirumahnya Kim Mama, telah dapat
penghargaan besar dari semua orang karena mereka itu
kagum karena keberanian dan kegagahannya.
"Aku rasa mereka itu tidak berani datang pula, Jie Toa
kouwnio" berkata ie Jie yang girang sekali. "Kalau suka, mari
aku antar Toa Kouwnio ke Keng In Tang akau cari mereka,
buat unjuk pada mereka yang kita tidak boleh dibuat
permainan!"
"Kita baik tunggu mereka sebentar lagi" sahut Sioe Lian,
Kemudian ia rogo sakunya akan keluarkan uang, buat suruh Ie
Jie pergi beli barang makanan, buat ia dahar sama Cia Mama.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
jahat. Disini bisa terjadi segala hal, yang kita tidak pernah
sangka"
Sioe Lian hanya bersenyum, ia duduk dibangku, tangannya
keluarkan golok pendek, yang tadi ia umpatkan dalam
bajunya.
"Ngoko, lihat ini" la kata pada Siauw Hong. "Tadi depan
rumahnya Cia Mama aku rampas golok ini dan orangnya
Biauw Cin San aku telah hantam mereka dan lukai sebelah?
tangannya salah satu dari mereka itu"
Dan ia tuturkan lebih jauh apa yang telah terjadi saja.
sebab Cia Mama dan gadisnya hendak dibikin susah oleh
Biauw Cin San
Tek Siauw Hong terperanjat.
"Siapa sangka Siam Nio adalah gundik yang minggat dari
Biauw Cin San" pikir ia. Ia menyesal, yang duluan ia telah ajak
Bouw Pek pergi karumah pelesiran hingga sekarang telah
timbul ekor seperti ini, sedang perkenalan Bouw Pek dengan
Siam Nio pun mengasih kesudahan hebat bagi si anak muda,
bagi Cie Sielong sendiri dan Poan Louw Sam si terokmok.
"Kelihatannya lelakon masih panjang. Bouw Pek sudah pergi,
sekarang sebagai gantinya datang nona ini. yang hatinya lebih
keras daripada pemuda itu. Rupanya beberapa jiwa mesti
melayang....."
Melihat orang diam saja Sioe Lian jadi berduka.
"Tek Ngo ko." berkata ia. "kau meajadi hamba negeri.
sebenarnya tidak pantas buat aku, yang menumpang padamu,
terbitkan urusan semacam ini. Sedikit banyak kau mesti kena
kerembet rembet. Aku menycsal....... Tapi orang2 yang
menyebabkan kebinasaannya ayahku berada disini Thio Giok
Kin, Ho Siam Houw. Ho Iyit Houw, Lie mo Ong Ho Kiam Go
aku tidak tahan sabar lagi, aku hendak cari mereka dulu.
Jikalau aku menang, urusan lain. tetapi aku akan tanggung
sendiri..."
Tek Siauw Hong goyang kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
diundang oleh Oey Kia Pok untuk Setrukan ia, dan Iyoei Siam
pun kenalannya
Selagi mengucap yang paling belakang ini Siauw Hong
perhatikan si nona.
Tapi Sioe Lian bersenyum dengan tidak kata apa, agaknya
sinona sudah ambil putusan.
Sebentar kemudian nona ini nampaknya ia sabar pula
seperti biasa.
"Tentang sakit hatiku, kita jangan bicarakan lagi" ia kata.
"Tadi aku telah lukai dua orangnya Biauw Cin San, jikalau
mereka datang pula, nyonya Cia dan anaknya tentu bisa
celaka. Aku kuatirkan keselamatan mereka...."
"Tentang itu kouwnio jangan kuatir" S auw Hong
menghibur "Dengan gunai pengaruh pangkatku, akan nanti
kirim orang kekantor di Lam shia, minta dikirim orang
kerumahnya Cia Mama untuk kasi lindungi ibu dan anak itu.
Umpama kata Biauw Cin San datang sendiri dan tahu ada
hamba negeri, ia tentu tidak berani gunai paksaan"
Setelah kata begitu Siauw Hong lantas keluar."
Tek Naynay segera gantikan suaminya membujuk nona itu.
Sioe Lian tidak banyak omong lagi tetap unjuk roman
sabar.
"Sejak sku datang, aku selalu bikin Tek Ngo ko pusing" ia
kata.
"Jangan bilang begitu, adikku " Tek Naynay kata sambil
tertawa. "Ngo ko memang paling suka bersobat dan campur
tahu urusan orang lain. aku sendiri sekarang ketularan
adatnya itu. Marilah kitapun menjadi sahabat kekal" ia tertawa
pula. "Apa yang aku harap sekarang yalah supaya Beng Jie
Siauwya lekas kembali, agar kau berdua bisa bertemu, dengan
begitu hatiku tenteram. Kau seorang perempuan, kendati
gagah dan orang tidak bisa hinakan kau, buat kau hidup terus
sendirian, itulah tidak selayaknya...."
Nyonye ini jadi terharu.
Sioe Lian kemudian balik kekamarnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
tenda dikasih turun dan kalau toh ada yang tunggang keledai,
itu adalah orang2 perempuan desa. Maka sekarang Sioe Lian
tarik perhatian orang banyak. Ia naik kuda sendiri dengan
pakaian singsat. Begitulah ada juga yang membuntutinya.
Semua orang menduga-duga ia orang apa, dari mana
datangnya dan hendak pergi kemana..... Tapi ia sendiri tidak
perhatikan orang2 yang terheran-heran itu, ia kasih kudanya
lari terus, suara empat kaki kuda berketoprakan dijalan batu.
Matahari dari timur menyoroti rambutnya yang hitam
mengkilat....
Serangka goloknya yang kebentur-bentur kasih dengar
suara.
Pagi itu angin dingin sekali.
Tak antara lama, Sioe Lian sudah sampai di Hoen pong
Lioe-lie kay. ia menampak pintu rumah yang bobrok dari Cia
Mama tertutup rapat. Ia turun dari kudanya dengan cambuk
Ia ketuk pintu.
Tidak lama dari dalam terdengar suaranya Ie Jie
"Siapa?"
"Aku, si orang she Jie," sahut Sioe Lian
Ie Jie kenal suara si nona, ia lantas membuka pintu,
rambutnya masih kusut, tubuhnya dikerobongi baju butut.
mukanya masih bertanda bekas aniaya kemarin.
"Pagi2 kau sudah datang, kouwnio" la menegor dengan
kegirangan, "Silahkan duduk didalam! Cia Mama dan anaknya
masih tidur, nanti aku bangunkan mereka....."
"Tidak, tidak usah" nona Jie mencegah. "Aku mau tanya
kau, kemarin sepergiku ada terjadi apa disini?"
"Ada, tetapi tidak apa" sahut le Jie. "Nona pergi belum
lama, Biauw Cin San kirim orang pula buat mengganggu,
baiknya datang dua hamba negeri, dengan begitu mereka
tidak berani berbuat jahat. Mereka tanya nona pergi kemana,
aku jawab tidak tahu"
Sioe Lian borsenyum ewah.
"Tidak usah mereka cari aku, aku sendiri akan cari
mereka?" ia kata. Lantas ia tanya letaknya Keng in Tiam di
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
JILID 19
Siu Lian mendapat tahu orang telah timpuk ia dengan
piauw, karena si okpa mendadak tahan kudanya dan sekarang
mengejar pula, lantaran ini ia lantas waspada. Ia memang
tahu, jago Holam itu adalah ahli piauw yang liehay.
Biauw Cin San tunggu ketikanya, lantas ia menimpuk untuk
kedua kallnya
"Jatuhlah kau" ia membarengkan berseru.
Sekarang nona Jie sudah siap, selagi ia dengar seruan, ia
menoleh kebelakang justru piauw hendak menyambernya, ia
ulur tangannya menangkap!
Biauw Cin San terperanjat berbareng gusar, hatinya panas!
Begitu dekat, tapi gagal, sedang ia tahu kepandaiannya.
Sambil mengejar terus, ia siapkan piauw yang ketiga, bahna
gusar, ia pusatkan perhatiannya hanya pada piauwnya itu.
Tapi selagi tangannya belum ditarik keluar dari kantong pinuw,
mendadak ia rasai dadanya sangat sakit, sampai ia menjerit,
dengan kepala pusing ia rubuh dari kudanya! Apa celaka
baginya, sebelum ia ketahui apa2, kedua kaki belakang dari
kudanya telah injak pinggangnya, maka ia rebah ditanah
dengan pingsan
Jie Sioe Lian balik dengan lekas, setelah lihat musuh rubuh
musuh yang ia hajar dengan piauw yang tadi ia sambuti,
sesudah datang dekat, ia membacok dua kali dengan sengit
pada kedua paha lawannya Lantaran okpa itu sedang pingsan,
ia tidak menjerit karena dua bacokan itu, melainkan pahanya
lantas mandi darah.....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
orang tidak berani main gila dengan dia. Sudah begitu ia juga
piara Lie Bouw Pek dan Yo Kian Tong dan nona she Jie itu
selaku tukang2 pukul, hingga orang makin takuti dia Thio
Lauwse, bilamana kau berlalu dari Pakkhia, aku juga tidak bisa
tinggal dengan tenteram lagi disini, aku hendak cari tempat,
kemana sku bisa pergi menyungkirkan diri.... Jikalau tidak,
dapat dipastikan, aku mesti mendapat malu dari dia !"
Ucapan berbisa ini mengasi hasil.
Thio Giok Kin loncat bangun dengan gusarnya.
"Jangan kira Tek Siauw Hong bisa besenang senang !" ia
kata dengan sengit, Meski kami akan berlalu dari sini, aku
tidak nanti kasih ampun padanya "
Lantas Thio Giok Kin ajak Oey Kie Pok pergi keluar buat
diajak bicara diluar tahunya dua saudara Phang, sesudah itu ia
pamitan pulang, mayatnya Biauw Cin San sudah selesai
dimasukan kedalam peti. Ia rasakan hatinya sakit, kendati ia
tidak kentarakan itu pada wajah mukanya, bagaimana ia tidak
bersedih, sebab Biauw Cin San adalah sanaknya, mereka telah
bergaul buat banyak tahun dan sekarang ini mereka datang
sama atas undangan Oey Kie Pok. siapa nyana. Lie Bouw Pek
yang dicari tidak didapatkan sebaliknya Teng couw hie mesti
serahkan jiwa pada Jie Sioe Lian. lapun benci sekali pada Tek
Siauw Hong. Ia tidak ketahui, yang ia sudah kena hasutannya
Sioe Bie to yang bermulut manis tapi hatinya berbisa. Maka ia
telah ambil putusan akan unjuk kekejaman.
Tiga saudara Ho dan orang mereka orangnya Biauw Cin
San semua sangat gusar sampai mereka tidak bernspsu dahar.
"Bukankah kau dengar sendiri apa yang polisi bilang? "kata
Ho Sam Houw pada kawan2nya. "Kita hanya dikasih tempo
dua hari akan mesti menggelinding pergi dari sini kalau tidak,
kita akan ditangkap dan dihukum ! Celaka betul ! Kiranya
disini orang lebih2 tidak pakal aturan. Apakah bisa jadi yang
Biauw Toasiok mesti antarkan jiwanya secara percuma begini
dan kita mesti menyerah saja yang orang telah bikin kita
terguling?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Tentang aku, kau harus tetap pandang aku sebagai Siauw Jie.
tukang istal Pweelek-hoe, kau jangan anggap aku sebagai
Beng Soe Ciauw!......"
Bukan main terharunya Bouw Pek, ucapannya Soe Ciauw
menusuk hatinya sampai air matanya mengembang dengan
tiba2. Ia heudak beber rasa hatinya, bahwa benar tadinya ia
harapi Sioe Lian, tapi bahwa ia robah pikiran setelah ketahui
Siu Lian sudah bertunagan, Tetapi niatan ini ia batalkan,
kapan ia ingat Soe Ciauw berhati keras. Kalau Soe Ciauw
gusar, kegusaran itu bisa membahayakan jiwanya sebaliknya
kalau tidak bicara, ia tidak puas. Sebab ia bingung, ia jadi
membungkam.
Soe Poan-coe turut bingung saja, ia pun tidak bisa kata
apa2.
Sehabis bicara begitu banyak Soe Ciauw meramkan mata,
diam saja.
Soe Poan coe tarik tangannya Bouw Pek buat ajak pemuda
itu keluar.
"Aku kagum terhadap Beng Soe Ciauw, berkata Soe Kian
sesudah mereka berada berduaan. "Ia laki2 tulen ia sobat
sejati Barusan ia telah bicara terus terang"
Bouw Pek hendak kasih keterangan. Tapi Soe Kian pegat ia.
"Aku mengerti kau, Lie Toaya, kaupun ada kesukaranmu ia
kata "tetapi sekarang kau tidak boleh ngotot terhadapnya, ia
sangat lemah. Sekarang kita cuma mengharap ia tidak mati.
kalau ia sudah sembuh, waktu itu kita masih punya tempo
akan bicara lebih jauh!"
Bouw Pek mengerti si Gemuk ini, ia tidak jadi bicara. Ia
bertindak masuk.
Soe Poan coe mengawasi orang pergi, ia goyang2 kepala.
"Satu anak muda begitu gagah siapa nyana ia punya
kesukaran didalam hati" kata ia dalam hati. "Duluan aku
sangka, Coei Siam sdalah jiwanya kedua. Untuk dapat
pulangkan si nona kepadanya, aku telah mampusi Cie Sielong
dan Poan Louw Sam, siapa tahu sekarang ada nona Jie Sioe
Lian. Sekaraog aku mesti hadapi yang satu tinggal matinya,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
yang lain korban rindunya, maka tenaga apa aku punya akan
tolong mereka berdua......."
Lagi2 si Gemuk geleng kepala, berulang ulang ia menghela
napas. Kemudian ia hiburkan diri dengan berpikir "Baiknya aku
seorang gemuk terokmok. dengan romanku ini tidak ada
nona2 yang bisa jatuh cinta padaku, kalau tidak, aku juga bisa
diserang penyakit rindu yang hebat,
Dengan di sambar sambar angin, Soe Poan coe masih
berdiri saja, mengawasi repotnya jongos dan tamu2.
"Rupanya dasar aku sial juga, kenapa aku berkawan
dengan dua anak muda? ....."
ia ngelamun "Tapi bagaimana juga mereka orang baru atau
orang lama, adalah sobat2ku, maka aku tidak boleh diam saja
peluk tangan"
Ngelamun sampai disitu ia bersenyum sendirinya.
Ketika itu terdengar rintihannya Beng Soe Ciauw, si Gemuk
lantas lari kedalam. Soe Ciauw merintih dan menggelisah.
Tiba2 ia buka matanya.
"Biauw Cin San, kau jahat " mendadak ia berseru. "Kenapa
kau gunai senjata rahasia? Apakah dengan begitu kau hoohan
?"
Ia berdiam akan merintih pula. Ia pandang anak muda kita,
kelihatannya ia menahan sa kit. "Lie Toako......" ia kata.
"Ada apa saudara? Bouw Pek aegera menghampirkan
Matanya Su Ciauw mengeluarkan air. tetapi mulutnya tetap
tertutup. Satu kali tubuhnya bergerak, mulutnya berkemik,
tapi ia masih tidak bisa bicara, hanya matanya yang
sekonyong2 terbalik.
Bouw Pek terperanjat, ia cekal tangannya. Tangan itu
dingin, ia rasai menjadi adem enyam dan keras..... Maka ia
lantas saja menangis.
Su Poan cu berdiri dengan goyang kepala, ia tepas air
matanya, kemudian ia betot bangun Lie Bouw Pek
didepannya.
"Lie Toaya, sekarang bukan waktunya untuk menangis" ia
kata "menangis adalah perbuatannya Cui Siam atau Siu Lian
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
kembali kekota raja akan susul dan tempur mereka itu, untuk
sekalian balaskan sakit hatinya Beng Jie lauwya !"
Si Gemuk harap, dengaa perkataannya itu, ia bisa bikin
bangun semangatnya si anak muda, siapa tahu, Bouw Pek
tetap duduk diam, mulutnya terus tertutup. Karena ia sedang
pikir, bagaimana ia mesti berurusan dengan Siu Lian, hingga
ia kesampingkan dulu urusannya Biauw Cin San-
Su Poan cu masih saja bicara sekian lama dan si anak
muda tetap tidak bergeming, ia berbangku dengan tidak
sabar, agaknya ia mendongkol juga. Ia gelung lengan bajunya
buat kasi lihat lengannya yang besar dan kasar.
Lie Toaya, sebenarnya bagaimanakah pikiranmu?" kata ia
akhirnya, suaranya keras. "Beng Jie Siauwya telah tempur
Biauw Cin San untuk kau, karena itu ia sampai terima
kebinasaannya ! Ia betul sudah binasa, tapi ia tetap satu
hoohan, semua orang kagum dan puji dia ! Kalau kau mau
tetap tinggal diam, buat jagai kuburannya Beng Jie Siauwya,
aku tak akan menentang, tetapi aku sendiri mau pergi. Biar
aku si Su Poan cu saja, aku toh mau kembali ke Pakkhia, aku
hendak tempur Biauw Cin San semua Pendeknya, Lie Toaya,
kau nanti lihat Setelah kata begitu, ia titahkan pengikutnya
siap buat berangkat kekota raja.
Jilid 20
MENDADAK Lie Bouw Pek berbangkit dan menolak tubuh
Su Poan cu yang gemuk, yang mengadang dihadapannya,
biarpun tubuh itu besar, tidak urung si Gemuk terpelanting
sampai membentur tembok!
"Kau seperti juga main gila terhadap aku!" ia berseru.
"Kalau Lie Bouw Pek bekerja, ia bekerja menurut pikirannya
sendiri! Apa kau kira aku bisa mengekor saja padamu ?"
Su Poan-cu nyender ditembok, ia awasi anak muda itu, ia
tertawa cekikikan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Saudara Bouw Pek, aku hendak kasi tahu kau satu hal"
demikian ia berkata hampir berseru. Inilah yang dibilang wan
wan siang po, atau balas membalas coba kau tebak?"
Meskipun ia majukan pertanyaan, selagi orang memandang
ia, Siauw Hong toh sudah menjawab pertanyaannya sendiri. Ia
kata:
"Biauw Cin San sudah sampai di Pakkhia, tetapi belum
beberapa hari, ia sudah mampus terbunuh ditangannya nona
Jie! Dengan begini bisalah dibilang bahwa nona Jie sudah
balaskan sakit hatinya tunangannya itu !"
Bouw Pek memang tidak ketahui urusan itu, ia nampaknya
heran.
"Duduknya hal begini" kata pula Siauw Hong, yang segera
bercerita hal keganasannya Biauw Cin San. lapun sebut,
bahwa Siam Nio adalah gundiknya okpa dari Holam itu. Ia
tutup ceritanya sampai Thio Giok Kin satroni ia diwaktu
malam, tetapi maksud jahat itu gagal karena rintangan dari
nona Jie
Bagaimana juga, Bouw Pek mendengar penuturan itu
dengan kekaguman.
"Siu Lian bisa bunuh Biauw Cin San, ia bisa pecundangi
Thio Giok Kin, terang boegeenya sudah maju banyak" ia pikir.
"Sayang tunangannya telah menutup mata dan nasibnya
sendiri buruk.... Aku tidak nyana Cui Siam adalah gundik
orang, pantas ia seperti rahasiakan suatu apa dan benci orang
kalangan sungai Telaga, rupanya ia benci Biauw Cin San dan
lantas menyamakan semua orang seolah2 jahat seperti okpa
itu....."
Siauw Hong cari huncweenya dan sedot itu.
"Hiantee, apa kau sudah makan ?" akhirnya ia tanya.
Bouw Pek geleng kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Lie Toaya, baiklah !" kata ia. "Lie Toaya, pergilah kau
dengan hari kemudianmu yang penuh harapan. Tentang aku
kau tidak usah buat pikiran! Akupun tidak perlu uang, uang itu
kau boleh pakai untuk ongkos perjalananmu ! Malam ini kita
masih bisa bertemu muka, itu adalah bukti bahwa tidaklah
percuma yang kita pernah saling berkenalan!..."
Meski ia kata demikian, Siam Nio toh menangis tersedu2,
hingga ia bikin Bouw Pek berdiri tercengang. Anak muda ini
mendongkol dengan berbareng hatinya seperti ditusuk2. Ia
mendongkol karena kepala besar itu...
"Ah, kenapa aku mesti layani dia. ia pikir akhirnya sambil
menghela napas. Tapi toh ia kata: Cui Siam, jikalau kau
anggap aku bukannya manusia, baiklah, aku tidak mau
membantah. Tentang diriku, kau boleh pikir perlahan2 saja...
Sekarang aku pergi!...
Ia bertindak keluar dengan cepat, angin yang dingin
sambar ia. Ia lihat, cuaca telah jadi jauh lebih gelap.
Ie Jie mengikuti akan membuka pintu"
"Toaya mau pulang... berkata ia.
Dengan tindakan yang berat Bouw Pek injak salju yang
memenuhi jalanan. Ia jawab ie Jie hanya dengan "Ya" Tapi
belum bertindak jauh tatkala ia dengar jeritannya Cia Mama
didalam rumah: "Oh, Thian ! Oh, anak kau benar2 tinggalkan
aku!" Setelah itu nyonya itu lantas menangis menggerung2
Bahna kaget pemuda ini balik kembali kedalam.
Diatas pembaringan Siam Nio telah mandi darah.
Rambutnya kusut, kedua tangannya ada didadanya. Ia lagi
bergelisahan sambil merintih2 Disamping pembaringan
menggeletak pisau belati yang berlepotan darah ! Cia Mama,
sambil menangis, peluki anaknya itu...
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dan Siam Nio sedang sakit ? Sekarang Siam Nio lolos dari
tangan kejamnya Biauw Cin San, siapa nyana ia tidak lolos
dari tangannya sendiri yang lemah. Dan ia binasa justeru
dihadapanku...."
Bouw Pek hampir ngelamun terus, baiknya ia ingat akan
ketok pintu. Sang salju melayang turun, menimpah ia, selagi
ia menunggu pintu dibuka. Rupanya hawa dingin bikin orang
tidur nyenyak, hingga ketokan pada pintu tidak segera
terdengar. Sampai lama juga baru terdengar suara didalam :
"Siapa?"
"Aku, Lie Bouw Pek " sahut pemuda kita dengan cepat dan
nyaring.
"Oh, Lie Toaya " kata suara didalam, setelah mana pintu
dibuka. "Toaya, kudamu aku telah belikan rumput dan piara"
"Terima kasih" menyahut Bouw Pek "Aku baru pulang,
tetapi aku akan pergi pula. Nanti saja, sekalian mau
berangkat, aku haturkan terima kasihku pada kau suhu "Tidak
apa, toaya. Terima kasih," kata hweesbio yang baik budi itu,
Bouw Pek bertindak masuk, si hweeshio kunci pintu dan
balik kekamarnya.
Kapan Bouw Pek sedang mendekati kudanya yang berada
ditambatnya, binatang itu berdongkrak dan berbunyi tidak
berhentinya. Kuda itu seperti ingat sahabatnya, Beng Su
Ciauw, dan mau cari sahabat itu....
Masuk kedalam kamarnya, Bouw Pek segera pasang lampu,
sesudah itu ia duduk bercokol dikursi dengan tidak tahu apa ia
mesti berbuat. Ia terbenam dalam kedukaan dan keruwetan
pikiran, Maka akhirnya ia padamkan api dan naik atas
pembaringannya. Ia tidak bisa lantas tidur pulas. Diluar ia
masih dengar suara kuda berbareng dan anjing
menggonggong. Ia rasakan hawa dikamarnya itu sangat
dingin.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Kalau aku pergi, apa bisa jadi Tek Siauw Hong tidak akan
beritahukan Siu Lian perihal Beng Su Ciauw telah meninggal
dunia?" ia berpikir. "Dan kalau Siu Lian ketahui itu, bukankah
dengan bejal kudanya, dengan lawan angin dan salju, ia akan
susul aku? Bagaimana aku mesti jawab ia jikalau ia mendesak
meminta keterangan ? Sebenarnya tidak ada rahasia sama
sekali ! Cuma apa aku mesti bilang andaikata ia tanya, kenapa
Beng Su Ciauw menyingkir dari ia? Apa aku mesti jelaskan
salah mengerti dari Su Ciauw, tentang kecurigaannya terhadap
adanya perhubungan antara aku dan ia? Dan apa aku mesti
sampaikan segala ucapan terakhir dari Su Cauw ? Apa aku
bisa bicara terus-terang ? Bagaimana kalau terjadi salah
mengerti dan Siu Lian pun kabur? Bila sampai terjadi
demikian, itu adalah kedosaanku.
Semua itu menyebabkan satu malam terus Bouw Pek tidak
bisa pulas. Pagi2 ia sudah turun dari pembaringan, ia buka
pintu kamarnya dan bertindak keluar. Salju tebal dan jagat
telah menjadi seperti perak. Malah diudara masih kelihatan,
salju yang sedang terbang melayang2.....
Dengan lantas Bouw Pek ingat halnya Siam Nio dan
janjinya pada Cia Mama akan memberikan pinjaman uang. Ia
segera masuk akan cuci muka, akan kemudian keluarkan buku
keuangan Siauw Hong dengan bawa itu ia pergi ketoko uang
guna tukarkan lima puluh tail. Uang ini ia bawa kembali
kegereja Baru saja ia sampai di pekarangan depan, satu
hweeshio yang sedang menyapu salju berkata padanya :
"Ada nyonya tua cari kau, toaya.
Bouw Pek cepatkan langkahnya kedalam didepan kamarnya
ia lihat Cia Mama sedang menantikan, tubuhnya
menggelendot pada meja, tubuh itu menggigil bahna
kedinginan, kedua matanya nyonya ini merah dan bengul. Ia
tampaknya lebih kurus dan pucat.
"Kau telah datang mama" kata anak muda ini. "Aku baru
saja ambil uang. Nah, kau terimalah ini. Semua ini berjumlah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
tidak punya orang tua lagi, tak ada orang. Buat tinggal tetap
sama Siauw Hong pun tak mungkin! Maka itu Siauw Hong
punya pikiran, ia ingin kau dan si nona menikah."
Mendengar yang belakangan ini, Bouw Pek lantas geleng
kepala.
Tapi Tiat Pweelek berkara terus :
"Aku lihat dalam hal ini tidak bisa digunakan desakan.
Tadipun aku telah kasi mengerti pada Siauw Hong. Sekarang
aku hendak tanya pada kau, aku ingin kau berikan putusanmu
yang pasti ! Sebenarnya, kau suka Siu Lian atau tidak"
Sambil kata begitu, Tiat Jieya awasi muka orang dengan
tajam.
Wajahnya Bouw Pek berrobah merah dan puiyat bergantian
Ia tidak nyana yang Tiat Pweelek akan menanyakan ia secara
demikian. Memang ia suka Siu Lian, kalau tidak mustahil ia
jadi seperti orang gila ! Melulu karena ada kesulitan dari Beng
Su Ciauw, ia sekarang jadi berpikir lain menindas hatinya
sendiri. Siauw Hong ia bisa egoskan, bagaimana sekarang
dengan pengeran ini, yang tanya ia secara ringkas? Ia tahu
bagaimana ia mesti menjawab, tapi ia sangsi. Terhadap Tiat
Jieya ia tidak boleh bawa sikap seperti terhadap Tek Siauw
Hong. Akhir2nya, selelah bersangsi, ia berikan jawabannya
"Aku tidak suka nona Jie!"
Tentu saja mulut demikian tetapi hati berpikir lain. Ia
sebenarnya hendak menambahkan keterangan. Tapi Tiat
Pweelek, yang manggut?, sudah dului ia
"Baik! Secara begini, semua sudah beres ! Taytianghu
memang mesti omong terus terang dan jelas Sekarang aku
hendak peringatkan : oleh karena kau sudah menyatakan
yang kau tidak suka nona Jie, segala hal yang sudah lewat kau
tidak boleh sebut2 lagi, aku ingin kau dapat pulang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 21
"BELUM pernah aku dengar Lie Bouw Pek punya sobat
semacam dia ini" kemudian Siu Lian bersangsi. "Apa tidak bisa
jadi orang ini konconya penjahat, yang sedang tipu aku,
supaya aku kena dijebak? Apa bisa jadi orang kenalkan aku
dan sengaja atur tipu daya ini, supaya ditengah jalan mereka
bisa cegat aku? Tapi apa aku perduli? Aku tidak takut! Dulu
ayah jerih terhadap Thio Giok Kin, toh akhirnya aku bisa usir
ia! Orang sohorkan Biauw Cin San punya piauw liehay terapi ia
binasa ditanganku! Apa bisa jadi ada orang2 jahat yang
melebihi jahat dan liehaynya Thio Giok Kin dan Biauw Cin
San?"
Siu Lian maju dengan hati tidak keder barang sedikit.
Sekalipun diantara salyu, kaki kuda masih menerbitkan suara.
Dan diatas sela siangtoo dari si nona kasi dengar suara karena
saling beradu.
Disekitarnya melulu salyu putih melesak yang tertampak.
Malah si nona sendiri telah mandi salyu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Disini Tok ciu, nona," sahut tuan rumah, "Sayang aku tidak
tahu berapa jauhnya Bong-touw-koan dari sini, barangkali lagi
lima atau enam perhentian..."
Tuan rumah tampaknya heran melihat golok yang tajam
dari tamunya.
"Sudahlah" kala, nona kita, yang bisa duga hati orang,
"kalau sebentar aku hendak dahar, aku nanti minta."
Sambil menyahut "Baik, baik," tuan rumah itu undurkan diri
dengan segera.
"Seorang perempuan melakukan perjalanan, benar ia kalah
leluasa daripada orang lelaki" pikir Siu Lian sekeluarnya tuan
rumah. Lantas ia simpan rapi siangtoonya.
Sore itu ia minta nasi siang2, setelah dahar ia tutup pintu
kamarnya, kemudian dengan padamkan api ia naik tidur, la
dapat pulas, kendati ia berdaya2.
Esoknya pagi cuaca terang dan jalanan tidak becek lagi, Siu
Lian dandan dan siap. ia telah panggil tuan rumah untuk
lakukan pembayaran sambil berbareng minta kudanya
disediakan. Maka juga ketika ia keluar kudanya sudah
menantikan. Dengan tuntun kuda itu ia pergi keluar
pekarangan, disini ia loncat naik atas kudanya itu dan mulai
lagi dengan perjalanannya keselatan Matahari pagi teduh,
langit penuh dengan awan putih dan angin utarapun tidak
menyampok keras, hanya hawanya dingin. Sisa salyu masih
sedikit dan telah beku pula. Dari rumah2 penduduk terdengar
ramainya suara ayam jago berkokok. Diatas cabang2 yang
disepanjang tepi jalan masih ada menyangsang sisa salyu.
Jalanan ramai dengan orang2 yang berjalan kaki, naik
kereta atau menunggang kuda, dengan mereka yang memikul
barang Umumnya sesuatu orang awasi nona Jie selagi lewat
atau datang dekat pada mereka.
Siu Lian tetap pakai baju dan celana hijau yang pas betul,
kepalanya dibungkus dengan saputangan. Ia memakai sepatu
yang solnya terbikin dari tembaga. Goloknya tergantung
disamping sela. Ia pandai menunggang kuda dengan tubuh
yang tetap. Dengan cara dandannya itu, dengan romannya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
ditangannya Bianw Cin San, benar aku bisa bunuh Biauw Cin
San tetapi ia telah menutup mata, apa artinya itu bagiku? Aku
telah berbuat keliru terhadap Lie Bouw Pek. Ia tentu sangat
berduka karena kematiannya Soe Ciauw, ia tidak membuka
rahasia padaku rupanya ia kuatir aku bersusah hati. Iapun
tentu masgul karena kehilafanku... Coba Beng Su Ciauw
seorang busuk, aku tentu bisa menikah pada Bouw Pek...
Sekarang?"
Siu Lian merasakan seperti ada tangan gaib, yang
permainkan ia bertiga Soe Ciauw dan Bouw Pek. Kalau tidak,
kenapa perkara jadi demikian kusut? Hampir ia putus asa,
baiknya ia kena rebah sepasang goloknya.
"Ayah didik aku sebagai wanita jantan mustahil sekarang,
setelah berada sendirian, aku jadi tidak berdaya?" demikian ia
pikir "Tidak, aku mesti unjuk semangatku!"
Nona Jie kunci pintu kamar dan padamkan api, lantas ia
naik kepembaringan. Ia tidak bisa lantas pulas, masih saja ada
pikiran yang mengganggu ia. Ia ambil putusan akan tidak
perdultkan Beng Su Ciauw yang sudah menutup mata dan Lie
Bouw Pek yang telah tinggalkan ia, ia mau andalkan goloknya,
guna angkat derajatnya.
Adalah setelah ambil putusannya itu baru ia bisa pulas.
Besoknya pagi, ketika baru saja sadar, Siu Lian sudah
panggil jongos.
"Lekas sediakan kudaku" ia kata. Ia sendiri lantas dandan.
Su Poan-cu tidur dikamar sebelah, ia dengar suaranya si
nona, ia turun dari pembaringannya dan lari menghampirkan.
"Apa nona sudah bangun?" ia tanya dari luar jendela.
"Su Toaya diluar?" Siu Lian jawab. "Silahkan masuk"
Soe Poan-cu buka pintu dan masuk, ia lihat kamar masih
gelap, tetapi ia dapatkan nona itu sudah siap berikut
buntalannya.
"Bagaimana, nona? Apa kau hendak berangkat sekarang
juga?" ia tanya.
"Benar, toako, aku hendak berangkat Sekarang!" sahut
nona Jie. Suaranya sekarang beda jauh daripada kemarinnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
air salyu yang bercampur demi basah, coba orang tidak lihat
sepatunya yang mungil, orang bisa sangka ia lelaki.
Adalah setelah cuci muka dan rapikan pakaiannya, baru
tuan rumah menjadi kagum karena tamunya itu kecuali muda
pun elok.
"Apakah nona mau dahar sekarang?" "Ya Lekasan sedikit"
Siu Lian naik ke pembaringan dimana goloknya ia lempar.
Tuan rumah undurkan diri dengan merasa heran, karena ia
tidak bisa duga, tamunya ini sebenarnya orang dari golongan
mana.
Siu Lian buka sepatunya, ia duduk mengaso, sampai ia
rasai tubuhnya mulai segar pula la merasakan bagaimana
sengsaranya orang melakukan perjalanan seorang diri, dengan
menunggang kuda, diwaktu angin besar dan salyu turun.
Tidak lama tuan rumah muncul pula, dibelakang ia ikut
seorang lain, yang pakai baju kapas abu, yang tertutup
mantel.
"Inilah tuan Thio, kepala kampung kita" kata tuan rumah
yang memperkenalkan.
Siu Lian mengawasi, ia merasa tidak puas.
"Kau kepala kampung, ada urusan apa kau datang kemari?"
ia tanya. "Aku toh tidak undang kau?"
Ketua kampung itu uruti kumisnya, ia bawa lagak seperti
pembesar negeri yang berpangkat tinggi. Ia tidak kelihatan tak
senang, malah ia bersenyum, tetapi waktu buka mulutnya ia
kata dengan tedas : "Oleh karena aku dengar kabar kau bawa
golok, aku sengaja datang untuk mendengar keteranganmu :
Kau ini datang darimana dan hendak pergi kemana? Apa
kerjaan suamimu?"
Siu Lian gusar melihat sikap dan mendengar omongan yang
tidak pantas itu. Memang ia sedang mendongkol.
"Kau tidak perlu tanya aku!" ia membentak. "Lekas pergi!"
Sekarang barulah si kepala kampung ibuk
"Eh, eh," kata ia, "kau seorang perempuan, kenapa datangi
kau omong begini kasar?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Poteng untuk tempur Thio Giok Kin, guna mencari balas. Maka
sekarang aku sekalian mau singkirkan bahaya disini!"
Sehabis kata begitu, karena sudah lapar Siu Lian lantas
duduk bersantap, sedang tuan rumah, yang masih sedikit
bingung, lantas keluar.
Nona Jie dahar dengan cepat setelah cukup ia naik
kepembaringan dan duduk numprah seperti orang lagi
bersemedhi. Ia pasang kuping, ia mau tunggu kalau2 To Hong
datang, la menunggu sampai jam tiga, tidak ada orang yang
datang, ia lalu tertawa sendirinya.
"Apa benar mereka tak punya guna, hingga mereka takut
datang pula? Apa bisa jadi Thio Giok Kin menduga pada aku
dan sebab ketahui kegagahanku, ia tidak berani cari aku?
Kenapa aku begitu bodoh mesti bangun seantero malam, akan
dengan sia sia menantikan mereka? Kalau besok pagi mereka
tidak datang, aku satroni mereka!"
Lantas Siu Lian kunci pintu dan padamkan api, ia rebahkan
diri dengan siangtoo disampingnya. Bahna lelah dan hati puas,
ia bisa tidur pulas. Seterusnyapun tidak ada gangguan
baginya. esoknya pagi ia mendusin karena ramainya suara
ayam bercukuk.
Begitu ingat kejadian semalam, Siu Lian tetapkan apa yang
ia ucapkan. Ia buka pintu dan minta tuan rumah sediakan air
untuk cuci muka dan bersihkan tubuh. Kemudian ia lakukan
pembayaran seraya kata:
"Lekas siapkan kudaku, aku mau pergi cari To Hong,
supaya tidak usah sampai kejadian ia mengadu biru disini"
Tuan rumah girang mendengar itu, sedang ia memang
harap2 si nona lekas berlalu dari hotelnya Ia pergi sambil
berlari-lari, akan sediakan kuda itu.
Siu Lan dandan dengan cepat, dengan cepat juga ia
bungkus buntelan, maka sebentar kemudian ia sudah keluar
sambil tenteng golok dan pauwhoknya. Rambutnya ia bungkus
dengan sapu tangan hitam.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 22
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Makin lama makin rapat dua orang yang lagi adu jiwa itu,
karena kesengitan dua2nya telah naik sampai dipuncaknya,
masing2 ingin lekas rebut kemenangan.
Thio Giok Kin cari kudanya, dengan kasi larat kuda itu ia
turut mengejar.
Siu Lian tahu diri, meski sebenarnya ia niat layani pula Giok
Kin, ia tahu biar ia bersemangat tapi tenaganya terbatas. Giok
Kin punya banyak kawan, ia tahu ia akan repot kalau mereka
kurung ia. Dari itu terpaksa ia terus kaburkan kudanya. Berapa
lama ia sudah lari, ia tidak tahu pasti, hanya ketika kemudian
ia menoleh kebelakang, ia tidak lihat lagi sekalian
pengejarnya. Maka sekarang ia bernapas lega, kudanya ia kasi
jalan pelahan2.
"Apakah kau tahu barusan aku telah tempur Thio Giok Kin
dan To Hong sekalian?" tanya si nona itu sambil unjuk roman
bangga"
"Hari ini angin hebat sekali nona, apa tidak baik kita tunda
keberangkatan kita sampai besok?" tanya si Ular Gunung
"Aku memang niat mengaso satu hari ini" Siu Lian jawab
"Aku pikir besok baiklah kau jangan ikut aku. Kau telah bantu
aku, Su Toako, aku haturkan terima kasih pada kau, biarlah
lain kali saja aku balas budimu ini!"
"Sun Toaya yang mana itu ?" tanya So Lian sambil berpikir.
Suara tindakan kaki yang cepat dari Tee-lie kui Cui Sam
terdengar dan pintu segera juga dipentang.
Nyonya Cui Sam lantas suguhkan teh pada nona rumah itu.
Bun Kim sedang berada didalam tok Tay Tek Hoo, tatkala ia
dengar Siu Lian pulang, segera ia nyatakan mau pulang ke
Lamkiong.
Mau tidak mau, hatinya siorang she Nio itu tergerak. Tapi
kalau ia ingat hajaran si nona hatinya kuncup pula.... Kalau ia
ingat ini, pikiran sadar mendampinginya....
"Tiong Hauw, aku tidak bisa diakali lagi!" ia kata "Kalau kau
ada ingatan, pergilah sendiri, pergilah, supaya kau berhasil"
Sek Tiong Hauw fertawa. Ia tahu sobat ini takut pada Lie
Bouw Pek, maka dia keluarkan alasan itu. Sebenarhya sahabat
ini jelus dan berlaku hati, andaikata Lie Bouw Pek bisa dapati
Siu Lian.
Tentang Oey Kie Pok mau bikin ia celaka atau terus hendak
ganggu ia halnya Thio Giok Kin hendak satronkan ia, juga
halnya Su Poan itu semua itu Bouw pek tidak buat pikiran,
kalau toh satu wakytu ia ingat, dengan lekas ia bisa lupakan
pula, hatinya jadi tawar terhadap lelakon perkelahian
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Hari itu adalah hari kesepuluh dari bulan dua belas langit
tda terang, karena kemarinnya telah turun salyu, Lie Bouw
Pek keluar dari rumahnya dan jalan dipelataran. ia tidak bisa
legakan pikirannya, ia ingat semua pengalamannya. baru kali
ia angkat kepalanya, memandang kedepan, tiba2 ia lihat ada
orang sedang mendatangi. Ia tidak usah mengawasi lama
akan kenal kan Sek Tiong Hauw. dari itu dengan segera ia jadi
merasa tidak gembira.
"Lekas buka pintu! Aku Jie Siu Lian! Kau tahu, Siam Nio
juga datang bersama aku! Lekas buka pintu!"
"Lie Toaya, apa kau baik ?" ia kata "Aku datang dengan
dua maksud, kesatu buat mengunjungi dan kedua..."
Hong dan Kie Pok asal mulanya adalah urusan kau juga, maka
aku datang pada kau untuk menyampaikan kabar Siauw Hong
sekarang terpenjara, barangkali kau tidak mampu
menolonginya tetapi kau bisa tengok dia, sedikitnya untuk
lakukan kewajiban sebagai sahabat"
"Su Ciangkui, aku minta kau tunggu aku diluar. Aku hendak
ketemui pamanku, akan beritahukan niat kepergianku ini,
guna minta perkenan dan ambil selamat berpisah!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Aku bukan lagi bekerja untuk Tek Siauw Hong, aku hanya
bantu kau" kata si ular Gunung, yang segera tambahkan:
"Apakah uangmu cukup?"
kudanya masih kuat. Dari itu bisa dibilang ia telah jalan terus-
menerus. Ketika ia lewat di Khoyang, ia mampir di Hong-touw
po, akan unjuk hormatnya pada Beng Su Ciauw, didepan
kuburan siapa ia turun dan berdiri sambil kucurkan air mata.
Ia merasa berhutang budi pada pemuda itu, yang telah
berkorban untuk ia. Setelah itu ia berdoa lan pula.
"Cari siapa eh ?" Lekas buka pintu!" Bouw Pek kata. "Aku
Lie Bouw Pek, sahabatnya Tek Ngoyal"
"Tolong kau urus kudaku, aku mau masuk akan ketemu loo
thaythay" ia kata kemudian.
Bujang itu tidak kenal Bouw Pek, tetapi ia tahu pemuda ini
a Ialah sahabat majikannya, maka ia lekas2 unjuk hormatnya.
Aku tidak bersalah, sang hari masih panjang! Hiantee, biar lain
hari kita bicara pula....."
"Hampir aku lupa, hiantee! Apa kabar dengan nona Jie Siu
Lian? Ketika pada bulan sepuluh kau berlalu ketika salyu
turun, dilain harinya ia sudah berlalu dari rumahku dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Din ketika Siu Jie sudah pergi, naik kekeretanya Pada kusir
ia kata : Ke Pak-kauw-yan dikota Barai!"
Jilid 23
"Aku telah pergi pada Tiat Pweelek dan ia janji akan tolong
Ngo-ya" Bouw Pek kasi tahu kacungnya Siauw Hong itu. "Baru
saja aku hajar Moh Po Koen dan Phang Liong dan bikin Phang
Hoay tidak berdaya, sedang surat hutangnya toko-uang dari
Poan Louw Sam aku telah robek hancur. Pergi kau beritahukan
ini pada naynay supaya hatinya jadi tetap dan tidak berkuatir"
Siu Jie girang mendengar kabar itu.
"Baik, toaya," kata ia, yang terus masuk.
Bouw Pek pergi kekamarnya akan beristirahat, tapi hatinya
masih panas saja, ia rasai tubuhnyapun turut panas juga,
hingga ia jadi tidak enak duduk dan berdiri, akhirnya ia rasai
kepalanya pusing, la menjadi kaget.
"Tidak, sekarang aku tidak boleh jatuh sakit!" kata ia pada
dirinya sendiri.
"Kalau aku rubuh karena sakit, tidak saja Siauw Hong bisa
celaka, aku sendiri bisa hadapi bahaya Oey Kie Pok tentu tidak
takuti siapa juga....."
Bouw Pek jalan mondar-mandir dengan keraskan hatinya,
untuk bikin tenang dirinya, setelah sekian lama baru ia
jatuhkan diri diatas pembaringan, dengan mata tidur pulas
agar bisa mengaso. Akan tetapi sekonyong2 Kok Cu datang
masuk sambil berlari2, romannya gugup
"Toaya lekas keluar, lihat!" ia kata dengan suara keras
tetapi tidak tedas. di luar ada seorang dengan tubuh tinggi
dan besar, kaianya ia piauwsu dari Su Hay Piauw Tiami,
mungkin ia ingin ketemukan Toaya....."
Bouw Pek jadi heran berbareng hatinya panas lagi.
"Dia tentu Moh Po Kun yang tidak puas karena hajaranku
tadi dan sekarang ia datang pula bersama kawannya" ia
menduga duga, ia loncat bangun seraya sambar pedangnya.
Dengan tindakan cepat pemuda kita pergi keluar Didepan
pintu ia tampak seorang dengan tubuh tinggi dan besar
usianya tiga puluh lebih, pakaiannya ringkas tetapi tidak bekal
senta menampak orang itu, ia merasa seperti pernah bertemu.
Selagi ia berpikir, tamu itu sudah hampirkan ia seraya unjuk
hormat dengan air muka lersungging senyuman.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
beradat aneh, aku benci Kie Pok, Kalau aku yang bunuh ia aku
tentu tidak akan rembet siapa juga"
Masih saja Bouw Pek membujuki.
"Aku tahu kejujuran kau. Sun Toako, tetapi untuk sekarang
mencari dan tempur Oey Kie Pok, waktunya tidak cocok Malah
dengan Moh Po Kun kau tidak boleh putuskan persahabatan
sekarang juga"
Ceng Lee jadi mendongkol, tapi ia geleng2 kepala.
"Kau tidak tahu, saudara Bouw Pek" ia kata. "Dengan Moh
Po Kun itu aku asal satu kampung, lantaran kami sering
bergaul, kami telah angkat saudara. Belakangan aku dapat
tahu perbuatannya kurang baik, aku tidak suka bergaul lagi
sama ia, kalau sekarang aku datang ke Pakkhia dan cari ia,
itulah karena sangat terpaksa, aku tak berdaya. Aku malah
mengharap, dengan peranaannya aku nanti bisa berkenalan
dengan beberapa piauwsu dari Pakkhia ini. Sekarang aku
dapat tahu ia demikian busuk, apa aku mesti campur dengan
dia lebih jauh? Kalau aku andalkan golokku, dengan jual silat
aku masih bisa hidup!"
"Kau benar Sun Toako tetapi kau harus sabar" Bouw Pek
kata pula. mangut2.
"Kalau kau niat masuk dikalangan piauwtiam, aku bisa jadi
orang perantaraan, Tay Hong Piauwtiam adalah piauwtiam
dimana gurumu. Jie Loo enghiong, pernah berikan jasanya,
ketuanya Lauw Kie In, adalah sahabat baik dari almarhum
gurumu itu. Aku kenal Lauw Loo-piauwsu itu. Kalau Sun Toako
setuju, baik kau kunjungi dia, kau boleh sebut namaku, aku
percaya, ia akan undang kau akan berkerja sama2 dia. Ini
lebih baik daripada kau campur Su Hay Piauw-tiam. Kalau kau
ketemu Moh Po Kun, jangan sebut2 aku, persahabatan kau
antapilah dahulu seperti biasa. Mereka bersama Oey Kie Pok,
tentu masih belum puas, entah daya apalagi mereka akan
ambil untuk celakai Siauw Hong lebih jauh, kalau kau ada
disana, kau jadi bisa dengar2 daya upaya mereka itu. Apa saja
yang kau dengar, tolong kau beritahukan dengan segera
kepadaku, agar aku bisa siapkan diri. Aku berada di Pakkhia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
kau juga! Dulu dalam perkara kau katanya Poan Louw Sam
yang dakwa kau, sebenarnya dibelakang layar Oey Kie Poklah
yang jadi dalang. Perkara ini semua orang tahu dengan baik.
Dikantor sekarang semua orang ingat nama kau. Mengenai
kebinasaannya Poan Louw Sam dan Cie Sielong, banyak orang
yang duga kau pembunuh mereka, coba kau tidak bersender
kepada Tiat Pweelek, satu hari juga kau tidak bisa tancap kaki
di Pakkhia ini. Maka sekarang, setelah kembali disini,
berlakulah hati2 jangan kau terbitkan onar pula!"
Bouw Pek tidak puas, tetapi dihadapan sang paman ia tidak
kata apa.
"Aku mengerti" kata ia, yang lalu minta si paman bantu
Siauw Hong.
"Aku tahu tidak usah kau pesan" paman itu jawab.
"Dikantor semua orang ingin berbuat baik terhadap Siauw
Hong, kesatu ia berharta, kedua ia hamba dari Lweebuhu,
hingga orang percaya, satu waktu ia akan bangun pula! Siapa
tidak mau menjadi sahabatnya?"
Bouw Pek senang mendengar keterangan ini, maka setelah
bircara lagi sebentar, ia lantas pamitan Ia tadinya pikir mau
cari tahu kuburannya Siam Nio, tetapi karena kuatirkan
rumahnya Siauw Hong, ia batalkan niatnya itu, ia terus
pulang. Ketika sampai digedung, orang bilang tidak ada yang
datang mengganggu, maka hatinya jadi lega. Seterusnya ia
berdiam dikamar tulis. Terus sampai malam ia tidak keluar
lagi, dan malamnya, seperti malam pertama, ia terus
berjaga2. Malam itu juga lewat dengan tenteram.
Dihari kedua sewaktu siang Bouw Pek kunjungi pula Siauw
Hong dipenjara. Lohornya, ketika ia berada dirumah, Siauw
Gia Kang mencarinya. Si Kala kecil ini lantas berkata padanya :
"Diwarung teh aku dengar beberapa orangnya Oey Kie Pok
pasang omong, katanya setelah dengar toaya datang, dua hari
lamanya Kie Pok tidak pernah keluar dari rumahnya, sebabnya
yalah ia berkuatir dan mendongkol, karena ia dengar toaya
sudah hajar Moh Po Kun dan saudara2 Phang serta robek
surat hutang. Mereka ini bilang, katanya Oey Kie Pok lelah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jadi di dalam itu rebah mayat dari nona yang tadinya cantik
jelita yang dibuat perebutan sebab manis romannya, menarik
potongan tubuhnya..."
Bouw Pek mengawasi dengan diam, hingga ia bisa
bayangkan bagaimana eloknya si Cui Siam itu, yang halus budi
pekertinya, yang jadi bunga latar sebab terpaksa korbannya
Biauw Sin san yang ganas.
"Keadaan sekitarnya bikin Siam Nio anggap akupun orang
jahat, baiknya disaat terakhir ia bisa insyafi kekeliruan
anggapannya itu..."
Lantas Bouw Pek suruh Ie Jie bakar kertas, hingga abunya
itu ditiup berserakan oleh sang angin, sesudah apinya
berkobar2 sebentar.
Bouw Pek rabah dadanya, dimana ia simpan pisaunya Siam
Nio, tetapi bukannya pisau yang dikeluarkan, hanya uang yang
ia serahkan pada situkang minyak itu.
"Ambil ini buat kau" ia kata pada pengantar itu "Dulu kau
telah bantu urus mayatnya Siam Nio, aku sebenarnya mau
kasi upah padamu, tetapi sebelum sempat mengasi, aku
keburu pergi. Anggaplah ini juga sebagai tanda terima kasih
dari Siam Nio. Hanya kalau kau suka, satu waktu baik kau
tengok kuburan ini, tambahkan tanah urukannya, supaya
kuburannya tidak terbongkar seperti yang lain.
Ie Jie terima uang itu sambil mengucap terima kasih dan
berjanji akan perhatikan permintaannya pemuda yang baik itu,
selagi ia main dengan uang itu dengan kegirangan, Bouw Pek
bertindak kedepan, di sebelah selatan dimana ada sebuah
empang yang pinggirannya penuh pohon gelaga. Ia keluarkan
pisaunya Siam Nio dan melemparkannya keempang itu. Dan
terdengar suara air karena jatuhnya pisau, ia putar tubuhnya
akan balik kekeretanya.
"Mari kita pulang" ia kata "Ke Sam-tiauw Hotong!"
Tukang kereta menurut saja, ia tidak tahu apa2,
kendatipun merasa heran. Ie Jie diturunkan ditengah jalan.
Selama dalam kereta, Bouw Pek duduk terpekur, tanda
pikirannya kusut sekali. Adalah pelahan2 ia bisa lupai Siam
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Aku tidak tahu yang Lie Toako sudah berada dikota raja!"
berkata nona itu dengan sikapnya yang polos "Bila aku
mengetahui di tengah perjalanan tidak nanti aku berlaku
sangat terburu2. Bagaimanakah dengan perkaranya Tek Ngo-
ko?"
Baru sekarang Bouw Pek dapat tahu datang nya si nona
berhubung dengan Siauw Hong:
"Mestinya ini juga hasil peranan dari Su Kian si gemuk" pikir
ia^ "Sore itu diwaktu hujan ia datang padaku akan memberi
kabar, lantas ia pisahkan diri tentu buat cari Siu Lian di Kielok.
la datang, ini lebih baik sebab ia bisa lindungi kelurga Tek jauh
lebih leluasa daripada aku..."
"Cuma nona ini beradat keras" pikir ia lebih jauh "Seperti
dahulu, begitu lekas sampai di Pakkhia ia sudah bunuh Teng
couw-hie, BiauwCin San! Mestinya ia telah dengar
omongannya Su Poan-cu, perihal kejahatannya Oey Kie Pok, ia
tentunya sedang murka, maka aku kuatir disini ia nanti
terbitkan onar pula... Bila itu terjadi, sungguh berbahaya,
karena ia tidak saja tidak akan mampu melindungi keluarga
Tek, sebaliknya ia akan menambah bencana.
Meski ia pikir demikian, Bouw Pek tak dapat berbuat apa2
untuk menentangnya. Maka sembari kasi kereta jalan pelahan,
dengan si nona mengikuti, ia tuturkan segala apa dengan
jelas. Hanya diakhirnya, ia minta si nona sabar dan berpikir
panjang. Ia kata:
"Kita sekarang ada sedang mendongkol dan murka,
walaupun demikian, kita harus bisa kendalikan diri. Kita mesti
tunggu sampai perkaranya Tek Ngoko sudah diputus, baru kita
ambil tindakan terhadap Oey Kie Pok, guna lampiaskan
kemendongkolan yang sudah terpendam lama itu!"
Diluar dugaannya anak muda ini Siu Lian kelihatannya
tenang, lebih banyak masgul daripada murka.
"Lie Toako" katanya dengan pelahan, "sekarang ini adatku
tidak lagi keras sebagaimana dulu2... Pada tahun yang baru
selama aku masih bocah, maka juga ketika aku kejar kau
selagi jagat penuh salju aku yang jatuh karena kudaku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
tetapi Bouw Pek telah tuturkan padanya, yang nona Jie telah
menjadi sabar dan lain dari pada dulu.
"Siu Lian bilang padaku, ia hanya mau urus didalam dan
tidak mau keluar" demikian Bouw Pek jelaskan.
Mendengar itu hatinya Siauw Hong jadi tetap.
"Kalau sebentar kau pulang, tolong sampaikan terima
kasihku pada nona Jie," ia bilang "Harap kau beritahukan si
nona agar ia jangan kuatir aku dan jangan gusar dengan
duduknya perkara"
Bouw Pek manggut Kemudian ia berlalu dari penjara akan
terus cari Tiat Pweelek dan Khu Kong Ciauw, pada siapa
antaranya ia kasih tahu hal kedatangannya Jie Siu Lian.
"Bagus ia datang, tapi mintalah supaya ia jangan menjadi
gusar dan jangan terbitkan perkara, supaya perkaranya Siauw
Hong tidak dapat gangguan" demikian Tiat Pweelek dan Khu
Kong Ciauw pesan pada anak muda kita.
Ketika Bouw Pek pulang ia tidak masuk kepedalaman akan
menemui nona Jie. Siu Lian sendiri telah buktikan
perkataannya akan tidak keluar, ia selalu keram diri di dalam,
hanya kalau sore dan malam, beberapa kali ia membawa
goloknya pergi meronda, sampaipun naik kegenteng. Ia
benar2 tidak pernah keluar pintu.
Oleh karena si nona bersikap anteng, Bouw Pek jadi leluasa
sekali akan bepergian untuk dengar2 kabar, buat lakukan apa
saja untuk Siauw Hong.
Setengah bulan telah lewat dan sekarang perkaranya Siauw
Hong telah mulai menjadi terang, malah kabarnya tidak lama
lagi putusan akan dikeluarkan. Maka itu orang menantikan
keputusan itu dengan berdebar2.
Sementara itu Yo Kian Tong sudah datang dan ia berdiam
digedungnya Khu Kong Ciauw, yang menjadi muridnya
berbareng sahabat karib.
Dari fihak Oey Kie Pok, gerakan apa juga tidak terdengar
dan Kie Pok sendiri benar2 tidak pernah tertampak dimuka
imum juga tidak ada kabar suaru apa perihal Lauw Cit
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 24
MENDENGAR ITU, Tiat Pweelek mendongak.
"Yo Kian Tong yang antar Siauw Hong, itulah baik" ia kata.
"Cuma aku pikir, kalau kau sendiri yang antar ia, barulah hati
semua orang menjadi tetap....."
Bouw Pek tertegun mendengar itu, tetapi setelah berpikir,
ia geleng kepala.
"Aku tidak bisa turut Siauw Hong" ia kata. "Memang
mengingat kebaikannya, aku mesti antar ia, tetapi aku masih
ada urusan maka aku kuatir diliari ia berangkat urusanku
masih belum selesai"
Mendengar itu Tiat Siauw Pweelek bersenyum.
"Bouw Pek, aku dapat dengar apa yang kau pikir dalam
hatimu" ia kata. "Kau tentu hendak tunggu putusan
perkaranya Siauw Hong keluar dan Siauw Hong berangkat
lantas kau hendak satroni Oey Kie Pok. Benarkah begitu?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Karena kejadian ini, malam itu Byuw Pek tidak bisa tidur
pulas sekejabpun.
Mulai esoknya ia berlaku siap waspada, kalau ia keluar ia
tidak lupakan pedangnya.
Hok Cu mesti rawat lukanya sehingga selengah bulan, baru
sembuh betul.
Tapi selanjutnya tidak ada kejadian apa juga.
HARI ITU ADALAH PERTENGAHAN bulan enam, selagi hawa
udara sangat panas diterima kabar, bahwa Tek Siauw Hong
bersama Pek Siewie hendak diberangkatkan ketempat
pembuangan di Sinkiang, hari ketetapannya adalah lusa.
Lie Bouw Pek, mendongkol bukan main, apabila ia dengar
warta itu.
"Hawa udara sedang sangat panasnya dan perantaian mau
diberangkatkan ketempat hukuman, apa itu bukan seperti
hendak bikin orang mampus kepanasan ditengah jalan?" pikir
ia dengan sengit.
Lantas Lie Bouw Pek pergi ke Pweelekhu untuk menemui
Tiat Siauw Pweelek, dengan harapan pangeran Boan itu bisa
dayakan agar hari atau waktu keberangkatan bisa ditunda dan
dirubah sampai nanti musim ketiga. Tapi orang bangsawan itu
menerangkan padanya
"Hari keberangkatan yang sudah ditetapkan tidak bisa
diubah lagi, kecuali jikalau Tek Siauw Hong sakit. Menurut
aku, lebih baik Siauw Hong berangkat sekarang, karena
apabila ia berdiam terus dalam penjara ia akan menderita
hebat sebab gangguan antik dan kutu busuk dan pikirannya
terus pepat. Hawa didalam penjara juga panas sekali. Orang2
polisi yang antar ia manusia juga, hawa panas demikian pun
akan dirasakan oleh mereka, mereka pasti cari tempat yang
teduh untuk mengaso. Kau tahu, apabila kejadian orang
perantaian binasa ditengah perjalanan karena gangguan hawa
panas, mereka sendiri pasti akan mengalami kejadian tidak
enak"
Bouw Pek bisa berpikir, ia anggap keterangan pweelek ini
beralasan maka ia tidak mau mendesak, ia lain pamitan akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
persen untuk hamba polisi yang antar Siauw Hong, dan yang
seratus lagi untuk cusu itu sendiri.
"Bilang pada keluarga Tek, janganlah menghadiahkan uang
padaku" Kie Cusu tampik uang yang diperuntukkannya. "Aku
tidak bisa terima uangnya. Aku suka menolong pun
disebabkan aku pandang kau"
Tapi Bouw Pek tahu paman itu anggap jumlah itu terlalu
sedikit, maka ia pulang akan minta lagi seratus tail pada Tek
Naynay, yang ternyata diterima oleh cusu itu dengan tidak
malu2 lagi.....
Bouw Pek merasa kecewa karena kerakusan pamannya itu,
ia malu terhadap Tek Naynay"
Esoknya Tiat Siauw Pweelek kirim Tek Lok kerumahnya
Siauw Hong buat beritahukan Bouw Pek, bahwa setelah bicara
dengan pembesar dari Heng-pou Siauw Hong diperkenankan
membawa dua bujang atau pengikut, sedang empat ratus tail
dibekalkan oleh bangsawan Boan itu untuk keperluannya
Siauw Hong.
Warta itu di terima dengan bersyukur oleh Bouw Pek dan
pihak Tek Naynay.
Bersama2 Tek Naynay dan Siu Lian Bouw Pek betdamai
siapa yang mesti disuruh ikut Siauw Hong. Mereka dapat
kecocokan akan suruh Siu Jie dan Siu Jie pun mufakat. Siu
Lian usulkan Sun Ceng Lee, tetapi Bouw Pek tidak setuju,
karena Ngo-jiauw eng beradat keras, mudah terbitkan onar.
"Nanti aku pergi kerumahnya Khu Kong Ciauw" kata Bouw
Pek. Ia pikir untuk berdamai dengan Yo Kian Tong. Dan ia
lantas pergi.
"Aku suka temani Siauw Hong" kata Sin-chio Yo Samya.
"Bilamana tidak leluasa untuk bawa tumbakku, aku akan bawa
golok saja. Diperjalanan, apabila ada orang jahat, aku pasti
tidak akan mau kasi ampun pada mereka!"
"Aku kira ditengah jalan, andai kata benar ada orang jahat,
mereka tidak nanti ganggu perantaian" Kong Ciauw
menyatakan dugaannya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
disitu kota. Barangkali sampai empat atau lima hari baru aku
bisa kembali."
Tek Naynay tak dapat mencegahnya mesti sebenarnya ia
lebih suka pemuda ini berdiam saja dirumahnya. Ia kuatir,
seperginya anak muda ini, dirumah nanti terjadi perkara yang
tak terduga.
Tapi Jie Siu Lian seperti bisa duga hati orang, sedang ia
tahu Poteng adalah tempat dimana Thio Giok Kin dan To Hong
biasa malang melintang Ia duga pemula itu tentu hendak cari
mereka. Maka ia lantas berkata;
"Jikalau kau anggap itu penting, Lie Toako, silahkan kau
pergi! Disini kau tidak usah buat pikiran, aku sendiri sudah
cukup!"
Bouw Pek manggut.
"Aku harap rona suka sedikit capekan diri" ia kata. Lantas ia
undurkan diri akan balik kekamarnya.
"Benar2 Siu Bie-too jahat sekali ! Bagaimana ia sampai
dapat pikir akan beli Thio Giok Kin dan Gui Hong Siang akan
celakai Tek Siauw Hong ditengah jalan? Ya, benar aku mesti
psrgi sendiri!"
Dalam mendongkol dan murkanya, kalau bisa Bouw Pek
ingin dalam sesaat saja sampai di Poteng untuk labrak orang
jahat itu, karena ini malam itu ia tidak dapat tidur dengan
baik. Esoknya, pagi2 ia lantas peiintah Hok Cu siapkan
kudanya, sedang pada pengawal pintu ia pesan: "Aku hendak
pergi dalam segala hal kau mesti hati2, bila diluar ada terjadi
apa2, kau mesti lekas cari nona Jie !"
Begitulah dengan bawa pedangnya dan pakai topi rumput
yang lebar, dengan naik kudanya Bouw Pek berangkat
meninggalkan Pakkhia, menuju ke Poteng. Batara Surya baru
saja mulai muncul, meskipun ada angin harus hawa sudah
lantas jadi panas. Maka juga belum sampai di Ciang-ge mui ia
sudah mandi keringat. Sekeluarnya dan pintu itu ia kaburkan
kudanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
sudah kena disogok sogok oleh Oey Kie Pok untuk cegat dan
celakai Tek Siauw Hong ditengah jalan. Perbuatan ini adalah
perbuatan manusia rendah, maka itu aku telah datang
menyusul akan cari kau! Tapi aku seorang pemurah dan
sabar, diantara kita juga tak ada permusuhan besar, dari itu
apabila kau mau sadar dan tidak lagi musuhkan Tek Siauw
Hong, akupun tidak mau jiwamu. Baiklah ketahui adatku,
apabila kita bertempur, sukar dibilang, bahwa aku tidak akan
bunuh kau !"
Bouw Pek bicara dengan setulusnya ketika ia mengucap
demikian, karena ia ingat musuhnya hanya Oey Kie Pok
seorang dan orang2 lain tidak seharusnya ia musuhkan juga
sebagai Siu Bie too. Tapi ia telah bicara keras, sedang Thio
Giok Kin beradat keras juga,
Kim chio menjawab dengan gusar:
"Thio Toa-thayya buka piauwtiam di Holam, untuk itu aku
tidak perlu pulang, sebab tidak lain adalah untuk menunggui
kau, supaya kita bisa adu kepandaian! Jikalau tidak ada kau
siang2 tentu aku sudah bunuh Jie Lauw Tiauw guna balas
sakit hati mertua lelakiku! Jie Siu Lian dan Tek Siauw Hong
telah hinakan Oey Soeya, mereka telah bunuh iparku dan lukai
sahabatku Lauw Cit ya dan To Toaya, semua itu sebab mereka
andalkan keangkeran kau! Sekarang kita bisa bertemu, jikalau
bukannya kau yang mampus tentu aku! Mari, orang she Lie,
jangan banyak lagak!"
Ucapan Thio Giok Kin itu ditutup berbareng bergeraknya
tumbaknya, yang ujungnya menyambar tenggorokan Bouw
Pek!
Oleh karena sudah siap, dengan mudah Lie Bouw Pek
sampok senjata itu, berbareng membalas menikam kearah
dada.
Thio Giok Kin berkelit mundur sampai dua tindak, tetapi
karena geganannya panjang ia bisa menusuk pula, guna
menyerang lebih jauh. Diluar dugaan Bouw Pek tidak mundur,
hanya berkelit kesamping, kasi lewat tusukan, ia maju seraya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jilid 25
"Lie Bouw Pek adalah laki dan gagah, dengan serahkan diri
ia tentu akan ganti jiwanya Kie Pok dengan jiwanya sendiri" ia
pikir lebih jauh, "sayang kalau ia sam pai mesti jalani
hukuman mati"
Karena ini Khu Kong Ciauw segera naik kereta pergi ke
Pweelek-hu akan menghadap Tiat Siauw Pweelek, akan
sampaikan kabar hebat dan mendukakan itu. Ia ingin
berdamai dengan pangeran Boan itu, supaya seberapa bisa
Bouw Pek dapat ditolong.
Tiat Siauw Pweelek pun menunjukkan kedukaan
mendengar warta perihal perbuatannya Bouw Pek.
"Aku memang telah duga, buhwa satu hari mesti terjadi
perkara begini" berkata ia. "Perbuatannya Oey Kie Pok
terhadap Tek Siauw Hong dan Lie Bouw Pek terlalu jahat dan
kejam, sudah terhitung sering ia berdaya akan binasakan
mereka ini Tek Siauw Hong masih bisa bersabar tetapi Bouw
Pek? Malah aku juga sudah duga, kalau sampai sebegitu jauh
Bouw Pek bisa berlaku sabar, ia sebenarnya,mau tunggu
dahulu sampai perkaranya Siauw Hong sudah ada putusannya.
Lihat saja kenapa Bouw Pek tidak mau antar Siauw Hong,
sedang mereka berdua bersahabat seperti saudara dan
sedang Bouw Pek ketahui juga, didalam perjalanannya itu
Siauw Hong terancam bahaya, Terang sudah ia telah berpikir
tetap"
Tiat Siauw Pweelek menghela napas.
"Nyata sekali Bouw Pek sudah pikir segala apa dengan
matang dan ini menunjukkan laki 2 sejati" berkata ia pula. "Ia
telah berhasil membunuh Oey Kie Pok, tapi ia tidak mau lari,
sedang untuk berbuat demikian ia merdeka! Kenapa ia justeru
serahkan diri? tidak lain! la tidak mau bikin Tek Siauw Hong
jadi dicungai dan kerembet, ia sengaja mau tanggung jawab
sendiri"
Khu Kong Ciauw juga menghela napas, dugaannya orang
bangsawan Boan itu benar sekali.
"Oey Kie Pok dan aku bersahabat baik sekali, baru
belakangan ia telah renggangkan diri. Aku anggap ia telah cari
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
"Lie Toaya, Tek Lok memanggil dari luar kamar, selagi anak
muda itu masih duduk bercokol. "Lie Toaya, Jie-ya telah kirim
aku datang kemari akan sambangi kau !"
Bouw Pek menoleh, ia kenali orang kepercayaannya Tiat
Siauw Pweelek, ia lekas berbangkit buat menghampirkan Ia
telah perlihatkan air muka yang sangat berterima kasih. Tapi
dimuka jeruji menghadapi Tek Lok, ia bersenyum.
"Pergi kau pada Jie-ya, kau sampaikan terima kasihku
kepadanya" ia kata dengan sabar "Harap kau beritahukan
kepada Jie-ya, agar ia tidak kuatir supaya ia tidak usah
capekan diri lagi untuk perkaraku ini. Masukku dalam penjara
lain dari yang dulu ada fitnah aku, tetapi sekarang aku mau
sendiri! Aku telah bunuh Oey Kie Pok, untuk itu aku mesti
tanggung jawab, kalau karena ini aku mesti binasa, aku tidak
penasaran. Undang2 negeri mesti dijalankan dan aku harus
terima itu. umpama kata Jie-ya hendak melepas budi dengan
menolong aku, menyesal aku tidak bisa terima itu, aku tidak
mau sembarangan keluar dari penjara ini. Saudara Tek Lok,
tolong kau sampaikan kepada Jie ya, bilang bahwa dijaman
lain saja aku nanti balas budi kebaikannya yang besar, yang
aku junjung tinggi!"
Sehabis kata begitu, Bouw Pek nampaknya sangat terharu.
Tek Lok menjadi bingung, karena ia heran dan kagum akan
sikap itu. Buat sekejap ia juga diam saja, sebab iapun sangat
terharu.
"Barangkali toaya perlu apa2 disini?" kemudian ia tanya.
Bouw Pek geleng kepala.
"Tidak, apa juga aku tidak perlu" ia menjawab. "Saudara
Tek Lok, selanjutnya kau juga baik tidak usah datang tengok
aku lagi.....?"
Tek Lok tergugu, bahna kagumnya. Ia sampai tidak berani
kata apa2 lagi.
"Baiklah toaya Ijinkan aku berlalu" kata ia yang lalu pesan
penjaga bui supaya mereka perlakukan baik2 orang tahanan
itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
Jie Siu Lian tidak lihat nona itu, tetapi ia dengar suara
sesenggukan yang ditahan.
"Lie toako, mari ikut aku menyingkir dari sini..." demikian
katanya. Kau masih muda, bugee Kau liehay, apa benar2 kau
puas akan binasa didalam penjara ini?"
Napasnya Bouw Pek memburu, karena ia mesti lawan rasa
hatinya. Tubuhnya menggetar ketika ia merasa kedua
tangannya si nona menempel pada lengannya....
Su Poan-cu jongkok pula, dengan tidak tunggu perkenan, ia
rabah rantai borgolan, yang ia hendak loloskan.
Lie Bouw Pek kaget hingga ia mundur dengan cepat, tetapi
justeru karena itu, tubuhnya telah langgar tembok dengan
keras sebab tubuhnya sangat lemah, benturan itu bikin ia
habis tenaga, tubuhnya lantas jatuh. Kepalanya juga pusing
dengan mendadak.
Jie Siu Lian kaget, ia maju akan pegang tubuh itu.
"Lie toako" katanya sambil menangis, "kasilah Su Toako
gendong kau pergi dari sini, jikalau tidak, aku pun tak mau
keluar lagi!"
Bouw Pek angkat kepalanya, ia pegang tangan nona itu.
"Jangan, nona" ia kata dengan suaranya yang tetap.
"Jikalau kau tidak perdulikan dirimu, kau harus ingat pada Tek
Ngo-ko dan keluarganya. Aku bunuh Oey Kie Pok, itu bukan
melulu untuk balas sakit hatinya Ngoko. Aku tidak menyesal
yang aku mesti binasa. Bukannya aku hendak bikin sakit
hatimu nona, hanya benar sejak kebinasaannya Beng Jieko di
Khoyang, hatiku telah jadi tawar sebenarnya, sedari saat itu
aku sudah niat habiskan jiwaku, kalau aku masih bisa bersabar
itu disebabkan budinya Ngoko aku belum bisa balas. Tetapi
sekarang aku beranggapan, bahwa keadaanmu seperti
sekarang ini disebabkan oleh aku, maka itu, selama satu hari
aku belum meninggal dunia, hatimu juga tidak dapat menjadi
tenteram. Maka, nona, silahkan kau pergi atas namaku aku
minta kau suka tolong jaga keluarganya Tek Ngoko!........"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/
dengan tidak kurang suatu apa, bahwa disana suami itu tidak
menderita.
"Tetapi Sun Ceng Lee berdiam terus di Sinkiang" Yo Kian
Tong kasih tahu lebih jauh "ini perlu, supaya kalau nanti
keluar pengampunan, ia bisa melindungi dalam perjalanan
pulang"
Ketika mau pamitan, Yo Kian Tong lagi sekali minta nyonya
Tek jangan kuatir.
Kemudian Yo Kian Tong pergi kerumahnya Khu Kong Ciauw
buat mengasih kabar sekalian tinggal lama?, karena kuatir
dicurigai. Baru tinggal diam dua hari ia sudah pamitan untuk
pulang ke Yankeng.
Hiburannya Yo Kian Tong terhadap Tek Naynay ada
baiknya bagi nyonya itu, yang selanjutnya bisa tetapkan hati.
Benar tentang Bouw Pek ia tidak dengar kabar apa2, tetapi
dengan adanya Siu Lian dirumahnya ia tidak takut apa juga.
Iapun tidak menjadi kesepian, karena adanya nona Jie sebagai
kawan.
Segera juga dua kali musim dingin dan panas, telah lewat
dengan cepat, seperti tanpa terasa orang telah berada
dimusim rontok. Diwaktu mana, berhubung dengan
pengampunan umum, Tek Siauw Hong telah pulang dengan
tak kurang suatu apa. Kalau pihak keluarga girang, iapun tidak
kurang puasnya melihat rumah tangganya selamat dan Siu
Lian dengan tidak kenal bosan terus berdiam dirumahnya
melindungi keluarganya. Maka juga secara hangat ia haturkan
terima kasihnya pada nona itu.
Baru sekarang dimukanya Siauw Hong, Siu Lian kasih
keterangan pada Tek Naynay sebabnya Lie Bouw Pek pergi ke
Poteng bahwa sekembalinya ke Pakkhia membunuh Oey Kie
Pok dan serahkan diri pada pembesar negeri, bahwa Bouw
pek mau mencari mati dengan mogok makan, bahwa ia
bersama Su Poan-cu mau menolong! tetapi maksudnya tidak
kesampaian karena anak muda itu menolak bantuan, bahwa
pada suatu malam Lie Bouw Pek lenyap dari penjara hingga
sekarang lewat dua tahun lebih ....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/