Anda di halaman 1dari 905

Tiraikasih Website http:kangzusi.

com/

(Riwayat Lie Bouw Pek)


PENGARANG : WANG DU LU
Diceritakan oleh : OKT
Scan Buku : BBSC dalam bentuk djvu
Editor Tomy dan Dewi KZ
Pdf Ebook by : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

JILID 1
Buat Penduduk Kie-lok, Tit-lee, nama Jie Hiong Wan sudah
tidak asing lagi Mulai umur delapan-belas tahun ia telah
masuk dikalangan piauw-su, dalam usia enam puluh lebih ia
telah undurkan diri. Ia telah kunjungi banyak tempat,
bertempur dengan banyak lawan, tetapi ia juga telah dapatkan
banyak kenalan. Iapun terkenal manis-budi dan pemurah hati.
Dikalangan Sungai Telaga orang panggil ia Tiat cie tiauw, si
Garuda Sayap Besi, tetapi setelah usianya bertambah, dengan
singkat ia dipanggil Lauw-Tiauw, si Garuda tua.
Mula2 piauwsu ini bekerja pada Tay Hin Piauw-hang di Pak-
khia, dua puluh tahun lebih ia telah kerahkan tenaga dan
kepandaiannya, hingga piauw-hang itu jadi piauw-hang yang
kesatu dikota raja, tetapi setelah masuk umur empat puluh
lebih, ia anggap ia tidak boleh terus jadi kuli orang, maka ia
meletakkan jabatannya dan pulang kekampung halamannya
sendiri, Kie lok, dan disitu mendirikan Hiong Wan Piauw-hang,
yang dibawah pimpinannya sendiri, dapat kemajuan cepat,
karena namanya telah menjadi tanggungan utama. Malah
sekarang, bila menghantar piauw, ia tidak usah selalu
menghantar sendiri, cukup asal benderanya ditancap dikereta
barang2 yang dilindungi, dan karcis nama nya dibawa guna
dihaturkan kepada orang yang berkepentingan. Sebegitu jauh
ia belum pernah menghadapi rintangan apapun juga, sehingga
banyak saudagar menaruh kepercayaan besar padanya.
Akan tetapi pada suatu hari datanglah saatnya Hiong Wan
Piauw-hang ditutup secara mendadak, hingga orang heran,
malah orang2 dalam rumahnya tidak terkecuali juga. Orang
heran, karena orang tahu perusahaan berjalan baik dan sebab
penutupannya merupakan suatu rahasia.
Pada suatu hari Jie Loo-piauw-tauw berangkat seorang diri
ke Holam, ia pergi selama satu bulan lebih, kapan ia pulang,
dengan lantas ia bubarkan perusahaannya, semua pegawai
diberhentikan, dan sejak itu ia jadi lebih sabar daripada
biasanya, bila tidak perlu ia tidak keluar. Putusan mendadak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ini membikin orang heran apalagi sobat dan kenalan, hingga


orang men-duga2. Ada orang bilang piauw terbegal ditengah
jalan. orang lain bilang, bahwa diluaran ia sudah melakukan
suatu pelanggaran, kendati demikian, sampai berselang lima
atau enam tahun tidak pernah ada orang yang cari piauwsu
ini, baik buat minta ganti kerugian, maupun buat bekuk dia.
Jadi orang telah men-duga2 secara sembarangan saja.
Sementara itu kumisnya piauwsu ini telah berubah menjadi
putih, tetapi tubuh nya tetap sehat walafiat, hampir setiap
pagi, dengan tengteng kurungan burung gelatiknya, ia pergi
kewarung teh buat minum teh sambil kongkouw sama kenalan
kenalannya, hanya begitu lekas ia pulang, ia lantas kunci pintu
dan sekap diri didalam rumah.
Keluarga Jie adalah satu keluarga, “kecil" sebagaimana Jie
Hiong Wan cuma tinggal bertiga dengan isterinya, Lauw-sie,
dan anaknya perempuan satu2 nya, Siu Lian. Namanya
piauwsu ini tetap terkenal, hanya sekarang ia tidak jadi buah
tutur sebagai mana dulu2, diwaktu ia masih buka piauw kiok.
Tapi, seperti dia, seluruh kota kenal anak-daranya, nona Siu
Lian, karena kecantikannya.
Siu Lian tidak seperti gadis remaja ke banyakan, yang
jarang keluar rumah, ia adalah sebaliknya. Inipun disebabkan
ia tidak punya bujang atau budak, hingga buat beli jarum dan
benang umpamanya, ia mesti jalan sendiri. Begitulah, maka
orang sering dapat lihat dia, hingga banyak pemuda yang
tersengsam apabila sinona kebetulan pergi belanja........
Sampai sebegitu jauh, tidak pernah Siu Lian mengalami
gangguan anak2 muda yang tertarik hati atau mengaguminya,
kesatu sebab ia toapan, kedua karena orang malui ayahnya, si
jago tua, si Garuda Bersayap Besi.
Didalam rumahnya, Siu Lian melainkan bantu ibunya
didapur dan menjahit, tem po selebihnya ia lewatkan dengan
berlatih ilmu silat dibawah pimpinan ayahnya, yang senggang
seperti ia.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Demikian penghidupan tenang tenteram dari keluarga ini,


sampai pada suatu hari datang perubahan yang tidak
diinginkan.
Waktu itu dipertengahan sepuluh bulan pertama, Jie Loo-
piauwtauw telah kedatangan su-titnya Yok Thian Kiat dari
Ciang-tek, Holam, yang katanya berkunjung buat sekalian
mengaturkan selamat tahun baru.
Dua hari lamanya keponakan murid ini berdiam dirumah
paman gurunya, selama itu mereka telah omong banyak,
tetapi seperginya tuan rumah segera nampak nya berduka
sekali, sebagai juga ada urusan penting yang menindih
hatinya. Kendati demikian, Hiong Wan tidak omong suatu apa
pada isteri dan anaknya.
Malamnya selagi hendak masuk tidur, Hiong Wan kunci
pintu secara istimewa dan pada anak isterinya ia pesan :
„Mulai besok, apabila ada orang mengetok pintu, kau orang
tidak boleh lantas membuka, kau mesti lebih dahulu memberi
tahu padaku !"
Mendengar demikian, Siu Lian jadi heran.
„Ada apa, ajah ?" anak ini tanya. „Kenapa mesti berlaku
demikian hati2 ?"
Tapi, seperti uring2an, sang ayah menjawab :
“Anak perempuan tidak boleh tanya banyak2 !"
Siu Lian menjadi heran. Belum pernah ayahnya berlaku
demikian kaku terhadap ia dan ini adalah yang pertama kali.
Ia lantas diam, ia tidak berani menanya lagi.
Loo-piauwtauw turuni goloknya yang di gantung ditembok,
dengan mengeluarkan suara golok itu dicabut keluar dari
serangkanya. Golok itu berwarna hijau gelap. Itu adalah
senjata yang telah dipakai puluhan tahun, yang pernah
kecipratan darah orang2 yang dianggap jahat. Sudah lama
senjata itu digantung saja, baru sekarang diturunkan. Dengan
lantas piauw su tua ini merasakan goloknya itu berat, maka ia
menghela napas.
„Benar2 aku telah berusia tinggi, aku tidak boleh banyak
tingkah lagi....." demikian ia ngoceh seorang diri.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Orang tua ini masgul. ia ingat, setelah berusia enampuluh


lebih, ia hanya punya seorang anak perempuan. Apakah
artinya anak perempuan, kendati ilmunya tinggi.
Coba Siu Lian anak lelaki......Maka, lain lagi, ia menghela
napas.
Lauw-sie tidak curigai suaminya, adat siapa ia telah
ketahui. Baginya, tertawanya dan helaan napasnya suami itu
biasa saja.
Tidak demikian dengan Siu Lian, si anak, yang menjadi
heran sekali. Anak ini menoleh pada ibunya, tetapi si ibu terus
tunduk melajani jarum dan benangnya......
Berduka sendirinya, anak dara ini menjadi sedih, hingga air
matanya menetes turun. Lantas juga ia menduga, bisa jadi
ayahnya punya musuh dan sekarang si musuh hendak datang
mencari balas. Bukan kah Yok Thian Kiat datang dengan warta
tentang musuh ayahnya itu ? Jika tidak, tidak nanti si ayah
jadi berduka dan begitu ber-hati2 !
Malam itu Siu Lian tidak bisa tidur nyenyak. Pada tengah
malam ia masih dengar ayahnya menghela napas, sedang
sang golok tua telah menjadi kawan dengan menggeletak
terus disamping bantal.
Besoknya loo-piauwtauw bawa goloknya keluar, dengan itu
ia bersilat. Sambil nyisir dikamarnya, dari jendela Siu Lian bisa
awasi gerakannya si ayah. Golok menyambar kesana sini,
kedua belah tajamnya ber kelebatan, tubuhnya orang tua itu
gesit. Tapi belum seperempat jam, loo-piauw tauw telah
berhenti bersilat, mukanya merah, keringatnya mengucur,
napasnya memburu.
Air matanya Siu Lian meleleh apabila ia telah awasi
ayahnya itu.
Hari itu jago tua ini tidak pergi kewarung teh, burung
gelatiknya tetap tergantung ditempatnya. ia tidak gubris yang
burung itu berbunyi taktak-tiktik tak berhentinya. Ia kelihatan
lesu. Ia jalan mundar-mandir dengan tangan tergendong
dibelakang. Ia nampaknya sedang berpikir keras, iapun sering
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kaget,asal dengar suara pintu lebih dulu ia lari kedalam buat


ambil goloknya, baru keluar.
Oleh karena ini, beda dari biasanya, Siu Lian tidak lagi
pakai bajunya yang gerombongan, ia hanya dandan dengan
ringkas, seperti biasanya kapan ia sedang berlatih silat. Iapun
sering memandang ketembok, di mana tergantung siangtoo,
sepasang goloknya.
Didalam hatinya, anak dara ini telah berpikir: „Jikalau benar
musuh ayah datang, dengan tidak tunggu sampai ayah turun
tangan, aku nanti terjang dia ! Aku ingin unjuk pada ayah,
bahwa tidak percuma ia ajarkan silat padaku!"
Jie Loo-piauwtauw telah jaga diri baik2 tetapi sampai liwat
belasan hari, tidak ada terjadi suatu apa, malah tamu
asingpun tidak ada yang datang berkunjung. Mengenai ini,
hatinya Siu Lan menjadi lega, tetapi dipihak lain ia jadi
berkuatir, kalau2 pikiran ayahnya terganggu.......
„Bisa jadi ayah menjadi begini, karena dulu ia telah rasai
suatu gempuran pada batinnya," akirnya sang anak menduga.
Kelakuannya Jie Hiong Wan dengan polahan telah balik
seperti sediakala, hingga kemudian orang bisa lihat ia diwaktu
pagi pergi pula kewarung teh sambil tengteng kurungan
dengan burung gelatik. Dirumah, dengan anak isterinya, iapun
bisa kongkow sambil ter-tawa2 seperti biasa. Agaknya
pikirannya telah terbuka pula.
Sang hari lewat dengan cepat, sekarang berada dibulan
ketiga, waktu Ceng beng. Hiong Wan mau teecoa, buat itu ia
telah panggil bekas pegawainya, Tee-lie-kui Cui Sam, untuk
diminta tolong jaga rumahnya, karena ia mau pergi bersama
anak dan isterinya. Untuk itu, ia telah sewa kereta.
Kapan kereta telah berangkat, Siu Lian dan ibunya duduk
didalam dan ayahnya duduk diluar. Kereta keluar dari gang,
menuju kejalan besar, ke Pak-mui, pintu kota utara. Jalanan
ramai.
„Jie Loo-siok mau pergi tee-coa ?" demikian orang pada
tanya jago tua itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

karena orang lihat ia bawa hio dan kertas. Banyak orang


kenal piauwsu ini dan rata2 orang tegor dia. Dipihak lainpun
ada orang2 yang ingin melihat kedalam kereta, akan pandang
Jie Kouw-nio yang manis.......
Siu Lian pakai baju dadu, ia mirip dengan bunga toh dari
bulan Shagwee itu.
Sekeluarnya dari pintu kota, kereta di tujukan ketimur.
Kuburan keluarga Jie berada kira2 enam belas lie disebelah
timur Pak-mui, maka itu keretapun ambil tempo cukup lama.
Diluar kota, pemandangan alam indah, rumput menghijau,
bunga sedang mekar, semua segar, nampaknya menarik hati.
Kupu2 pada berterbangan, sedang angin musim semi meniup
dengan halus, seperti mengusap muka dan tangan orang.
„Lihat, ayah, gandum sudah tumbuh tinggi sekali " Siu Lian
kata pada ayah nya. Ia melihat pemandangan yang
merawankan hati itu, hingga ia tidak bisa cegah diri akan tidak
utarakan perasaan hatinya itu.
„Ya," menyahut sang ayah dengan pelahan, „Tahun ini
mestinya panen bagus!"
Hiong Wan memandang kesekitarnya,
Disebelah keindahan alam, ia pun tampak pemandangan
yang menggetarkan hati! Kuburan banyak, sudah ada yang
ditabur dengan kertas dan dipasangi hio. Disebelah mereka
yang sambangi kuburan lama atau tua, ada juga yang
berkabung, yang baru kematian dan mereka ini
bersembahyang sambil menangis ter-sedu2. Ia sudah tua, ia
pun tidak lama lagi akan pergi ke tanah baka, seperti mereka
yang sekarang asyik rebah didalam tanah.......
Tapi Jie Siu Lian berpikir lain dari pada ayahnya. Ia hanya
merasa kegembiraan usia muda. Ia kagumi kepermaian yang
sekarang tersebar dihadapannya. Kemana saja ia menoleh,
tampak kebesarannya musim cun!
Melainkan Lauw-sie, yang tidak unjuk roman seperti suami
atau gadisnya, ia cuma mengharap bisa lekas sampai, buat
pasang hio, kemudian pulang, buat bekerja pula, masak dan
cuci....... Dan harapannya lekas juga terwujud, sebab segera
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

juga mereka sudah sampai ditempat kuburan keluarga Jie,


yang sederhana sekali, maklum keluarga biasa saja......
Tatkala itu sudah waktu lohor. Siu Lian pimpin ibunya
turun, bersama ayahnya pergi kekuburan leluhur mereka, buat
pasang hio, atur kertas dan paykui, kemudian mereka pergi
kerumah penunggu kuburan, duduk mengaso sambil, minum
teh dan tiamsim. Kemudian naik pula atas kereta, berjalan
pulang.
Perjalan baru lima atau enam lie, dari kejauhan sudah
tertampak lauwteng kota Pak-mui. Berbareng dengan itu
tertampak juga empat penunggang kuda, yang sedang
mendatangi dengan cepat. Dan penunggang kuda bulu hitam,
seorang anak muda umur dua puluh lebih, mukanya merah,
segera mendahului maju kedepan kereta dari jago tua kita,
didepan siapa ia menghalang.
„Turun ! Turun !" demikian ia lantas memerintah, dengan
suara bentakan.
Wajahnja Jie Hiong Wan berubah.
Empat penunggang kuda itu sudah lompat turun dari
kudanya masing2 menghunus golok yang tajam. Kembali
simuka merah buka mulut.
„Sekarang barulah sakit hati ajahku bisa terbalas!" kata ia
sambil tertawa dingin.
Berempat mereka maju mendekati, di antaranya ada yang
menahan kuda dan kereta, ada yang hendak betot turun
piausu tua itu.
Jie Hiong Wan bingung. Ia berada bersama anak dan
istrinya, ia tidak bekal senjata. Selagi ia bicara, mendadak Siu
Lian mendahuluinya lompat turun dari kereta sambil ulapkan
tangannya.
„Tahan, jangan kau orang turun tangan, dulu !" berseru
nona kita. „Coba bilang, apakah artinya ini ?"
Empat orang itu awaskan si nona, lantas mereka menoleh
pada si Garuda tua.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Eh, kau punya anak perempuan begini manis?" mereka


tanya secara menghina. Hiong Wan menyelak didepan
puterinya.
„Kau mundur dulu !" ia membentak. „Kau boleh hadapi aku
!”
Tapi seorang dengan muka kuning sudah lantas angkat
goloknya, mengarah jago tua kita. Menampak demikian Siu
Lian lompat maju, akan pegang lengan orang sambil
berbareng rampas galoknya, maka dengan golok rampasan
itu, yang ia putar didepannya, ia bikin empat orang itu
terpaksa mundur.
„Siu Lian, lekas serahkan golok itu pada ku!" Hiong Wan
teriaki gadisnya. Suara-nya orang tua ini gembira.
Tetapi tiga penunggang kuda lainnya tidak mau berikan
ketika si nona serahkan golok itu pada ayahnya, mereka maju
menyerang. atas mana terpaksa nona Jie bikin perlawanan.
Dan ia bersilat begitu rupa, baru saja lima-enam jurus, ia telah
bisa kemplang punggung musuh yang tubuhnya besar dan
gemuk, hingga ia itu menjerit: dan rubuh ! Dengan begitu
sekarang jadi melajani hanya dua orang musuh.
Jie Loo-piauwtauw lompat pada musuh yang rubuh itu,
rampas goloknya, dengan mana ia balas serang dua
musuhnya.
„Siu Lian, mundur !" ayah ini teriaki gadisnya.
Siu Lian sebaliknya tidak mau mundur, malah dengan
sengit ia terjang si muka merah, sedang ayahnya melayani
penyerang yang kedua, hingga sekarang mereka jadi
bertempur satu lawan satu.
Tandingan Tiat-cie-tiauw berkumis hitam, ia tidak sanggup
melawan lama, ia lantas saja angkat kaki dan lari menyingkir,
dari itu Jie Hiong Wan sekarang bisa bantu anaknya kepung
simuka merah.
Sisa seorang musuh ini menjadi sibuk, karena ia berada
sendirian dan kedua musuh kelihaiannya tangguh sekali.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ketika itu sudah berkumpul banyak Orang, sebab jalan


besar itu hidup, mereka ini ber-teriak2 katanya : „Berhenti !
Berhenti ! Nanti terbit perkara jiwa ! . . . “
Tentu sekali teriakan itu tidak ada yang perdulikan, tiga
golok terus ber-gerak2 dua antaranya mendesak yang satu.
Sesudah pertempuran berjalan belasan jurus, dari
kumpulan orang banyak keluar seorang anak muda dengan
membawa pedang, sambil melompat ia geraki pedangnya,
hingga mereka itu jadi terpisah dua.
„Tahan ! Tahan ! Mari kita bicara dulu!” begitu ia serukan
ber-ulang2
Orangnya simuka merah tak kepalang, ia segera lompat
mundur dengan napas senin kemis, mukanya bersorot merah-
biru.
Situkang kereta ketakutan, malah Lauw-sie pun berkuatir.
Dua penyerang, yang sudah kabur, kembali lagi buat
membangunkan kawannya yang rebah.
Sekarang berkerumun dua hingga tiga puluh orang,
diantaranya banyak yang kenal si jago tua.
„Jie Loo-siok, nona, kalian tentu banyak kaget.....” kata
mereka.
„Tangkap saja orang jahat ini, serahkan pada pembesar
negeri!" berkata beberapa yang lain. Mereka ini menyangka
ada begal.
Jie Hiong Wan angkat tangannya memberi hormat pada
orang banyak.
„Jangan tangkap mereka, saudara2!" berkata ia „Mereka
bukannya penjahat, mereka adalah musuh2ku. Tujuanku
adalah permusuhan harus dilenyapkan dan bukannya
diperhebat! Cobalah tanya mereka, jikalau mereka tidak ingin
berperkara, biarkanlah mereka pergi !"
Simuka merah dan dua kawannya tidak berani berkata
apa2, dengan dukung kawannya yang luka, mereka samperi
kuda mereka, yang terus tunggangi dan berlari menuju
keutara. Mereka tinggalkan dua golok mereka, yang kena
terampas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oleh karena pertempuran sudah berhenti, orang banyak


pun lantas bubar, cuma beberapa diantaranya yang tanya Jie
Piauwsu, apa adanya permusuhan, sedang beberapa lagi telah
puji nona Jie yang gagah.
Sianak muda, yang bersenjata pedang, yang pisahkan
pertempuran, juga tanya jago tua kita tentang duduknya
permusuhan.
„Ini adalah gara2 pekerjaanku," sahut Tiat-cie-tiauw. „Dulu
aku jadi piauwsu, separoh dari usiaku dipakai mengembara
saja, tidak heran bila aku punya musuh2, begitulah hari ini
ada orang cari aku. Terima kasih buat kebaikan kau, tuan,
hingga tidak sampai terbit bahaya jiwa. Sebenarnya, kendati
mesti berperkara, aku tidak takut, aku hanya ingin lebih baik
kurang sedikit perkara dari pada terbit banyak urusan !"
Setelah kata begitu, orang tua ini suruh gadisnya haturkan
terima kasih pada orang banyak itu.
Siu Lian menurut, ia memberi hormat sambil haturkan
terima kasih, kemudian ia lompat naik atas keretanya.
Hiong Wan juga unjuk hormat pada orang banyak, setelah
mana ia susul anaknya naik kereta yang lantas dikasi jalan
oleh kusirnya, yang tadi ketakutan sangat hingga ia ngelepot
dalam keretanya.....
Sampai disitu, orang banyak pun pada lanjutkan perjalanan
mereka.
Kapan Jie Hiong Wan sampai dirumah, ia suruh anaknya
tolongi ibunya turun kereta, yang terus buka pintu dan masuk
kedalam, ia sendiri lakukan pembayaran pada si tukang
kereta, kemudian dengan bawa dua golok rampasan ia
menyusul masuk.
„Oh, lauwsiok baru pulang!" kata Cui Sam, menyambut.
„Ya, kami baru pulang," sahut orang tua itu. „Terima kasih
buat pertolongan kau sudah menjaga rumah. Sekarang kau
boleh pulung, sebentar minta Sun Ceng Lee datang kemari!"
„Baik, loosiok," sahut Tee-lie-kui, si Hantu Tanah. Ia
mengawasi dua golok itu, lantas ia pergi. Hiong Wan tutup
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pintu, yang ia kunci dan ganjal dengan batu besar. Siu Lian
sudah lantas tuang teh untuk ayahnya.
„Sebenarnya bagaimana duduknya hal ini” baru sekarang
Lauw-sie tanya. „Kenapa empat orang itu bersikap demikian
bengis?"
Sang suami menghela napas.
„Kasihlah aku mengaso sebentar, nanti aku tuturkan
duduknya perkara," ia menyahut.
Ia letakkan golok dipojok meja, ia samperkan kursi dan
duduk disitu. Sekarang kelihatan napasnya sedikit memburu.
„Minum teh dulu, ayah," Siu Lian berkata.
Ayah itu sambuti cangkir teh yang di sodorkan, isinya ia
irup kering.
„Baiknya kau ikut, anak, jikalau tidak pastilah aku akan jadi
korban tangan jahat dari musuhku," kemudian kata Jie Hiong
Wan.
Air mata Siu Lian mengetel kapan ia dengar ucapan ayah
itu, ia terharu kapan ia ingat kejadian kejadian tadi, yang
hebat.
Melihat anaknya menangis, mata ayah itu pun
mengembeng air.
„Kau ingat kejadian enam tahun yang sudah?" kemudian si
orang tua berkata, sambil menghela napas. „Waktu itu kau
baru berusia sebelas tahun, kau tentu masih ingat itu. Ketika
itu aku pergi ke Holam, pulangnya aku lantas tutup piauw-
hang kita, aku berhenti berusaha. Nah, permusuhan itu telah
dimulai sejak itu, permusuhan besar sekali!....." Karena
terharu, jago tua ini menangis. „Kau dulu punya Ho Jie-siok,"
ia meneruskan, suaranya tidak lancar. Ia lalu menunjuk pada
isterinya yang duduk didekat meja sambil menepas air mata
juga, karena isteri ini turut terharu: „Ibumu pernah lihat
encekmu itu, ibumu kenal dia. Ia adalah Potoo Ho Hui Liong,
diwaktu mudanya, ia adalah sobatku yang paling kekal.
Tatkala itu kami masih sama-sama tinggal di Pakkhia, aku
bekerja di Tay Hin Piauw-hang, ia di Po An Piauw-hang, Selagi
senggang kami senantiasa berada berduaan, pasang omong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

atau minum arak. Kami Seperti saudara kandung, Ia


berkepandaian tinggi hatinya lurus, cuma cacatnya adalah ia
terlalu gemar paras elok, buat itu ia sampai berani berbuat
luar batas terhadap anak isteri orang baik2. Pernah aku beri
nasehat padanya agar ia robah kesukaannya itu, tapi ia tidak
dengar perkataanku. Karena ini, kemudian ia telah nampak
bahaya."
Hiong Wan berhenti sebentar, kemudian menyambung
ceritanya :
„Satu kali paman kau itu kepincuk oleh seorang
perempuan, lantaran itu ia Kebentrok dengan lelaki lain, yang
cemburuan, kesudahannya mereka jadi berkelahi, dengan
berakhir lelaki itu kena dibinasakan. Tidak ada jalan lain, Ho
Hui Liong mesti minggat dari kota raja. Aku telah bantu ia
sambil membekalkan tiga puluh tail perak, Ia telah buron ke
Holan, kabarnya disana dalam beberapa tahun ia telah tuntut
penghidupan sebagai penjahat. Aku tidak tahu bagaimana
duduknya hal, belakangan ia telah hidup beruntung.
namanya pun sudah lantas ditukar jadi Ho Bun Liang dikota
Wee hui ia punya rumah, sawah dan kebun. Ia juga telah
punya isteri dan anak. Selama itu diantara kami tidak pernah
ada hubungan surat menyurat.
Pada enam tahun berselang, aku telah terima undangan
dari Ouw Kiejin dari Sinho, untuk hantar ia ketempat jabatan
nja di Bupouw di Holam, dimana ia diangkat jadi tiekoan. Aku
perintah dua orangku pergi. Dua orang itu bawa karcis
namaku. Apa celaka, sesampainya di Wee-hui, Ouw Keijin
diganggu penjahat. Penjahat itu telah bersekongkol dengan
Hui Liong. Uang dan barang tidak dirampas, yang dibawa lari
melainkan isterinya Ouw Kiejin, seorang nyonya muda yang
cantik romannya. Nyonya itu dikeram disebuah bio diatas
bukit, baru dilepaskan pula sesudah berselang tiga hari. Ketika
orangku pulang, ia bawa cerita itu. Tentu sekali, aku menjadi
gusar, maka aku segera berangkat ke Wee-hui cari Hui Liong.
Kami adalah sobat dari empat puluh tahun, maksudku adalah
buat tegor sobat itu, siapa tahu ia bawa sikap keras, ia tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mau kenal aku, lantaran itu kami jadi bertempur. Diluar


keinginanku, aku telah membunuh dia.
Jie Hiong Wan berhenti bicara, nampak nya ia sangat
berduka.
Siu Lian diam saja, penuturan itu sangat menarik hatinya.
Lauw-sie ingat Hui Liong, waktu itu si orang she Ho baru
berusia dua-puluh lebih, romannya putih dan cakap,
pakaiannya bersih dan perlente. Orang she Ho ini panggil ia
enso, dia itu benar sering bergaul dengan suaminya la telah
buron. Sekarang, sesudah berusia kira2 enam-puluh tahun,
baru ia ingat pula orang she Ho itu. Dan ia tidak sangka, pada
enam tahun yang lalu, sobat itu telah binasa ditangan
suaminya......
„Kendati aku telah bunuh Hui Liong,' Jie Hiong Wan
melanjutkan, ,,anak isterinya tidak berani bikin pengaduan
pada pembesar negeri, sebabnya ialah perkaranya adalah
suatu kejahatan. Juga Ouw Kiejin tidak berani bikin banyak
ribut, karena isterinya telah menjadi korban kekejian. Dengan
begitu, perkara dibikin beres sendiri secara perseorangan.
Kecuali sutit Yok Thian Kiat dan beberapa pegawaiku, perkara
ini tidak ada orang lain yang ketahui. Oleh karena ini, aku
pulang dengan masgul, hilang kegembiraan. Bisa dibilang
kegagalanku tidak ada yang ketahui, toh aku malu pada diri
sendiri. Akupun menyesal, urusan mengenai Ho Hui Liong,
sobat baik dari puluhan tahun, ia mesti binasa di tanganku
sendiri. Ia memang jahat, dengan tidak indahkan aku, ia
berlaku keterlaluan, tetapi dengan binasakan ia, aku merasa
tidak enak sendiri. Begitulah maka aku tutup piauw-hang dan
berhenti bekerja. Lima enam tahun telah lewat dengan
tenteram, siapa tahu, ancaman bencana datang pada dua
bulan berselang, ketika Yok Thian Kiat kunjungi aku. Ia telah
sampaikan warta padaku, bahwa anak2nya Ho Hui Liong mau
mencari balas, bahwa tiap waktu mereka bisa datang kemari.
Menurut Yok Thian Kiat, ketiga anak Ho Hui Liong sekarang
telah menjadi besar. Anak sulungnya adalah Tiat-tah Ho Sam
Houw, anak kedua Cie-lian-kui Ho Cit Houw, dan anak ketiga,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

perempuan, Lie-mo-ong Ho Kiam Go. Ia ini sudah menikah


dengan Kim-chio Thio Giok Kin. Semua tiga saudara itu telah
meyakinkan pelajaran silat dan semua berniat mencari balas.
Menurut kabar, dalam tempo tiga bulan mereka akan datang
ke Kie-lok, maka itu, seperginya Yok Thian Kiat, aku lantas
jaga diri. Kau lihat sendiri, sampai dua bulan mereka tidak
datang, lantaran itu, Penjagaanku jadi kendor sendiri, adalah
diluar sangkaan, mereka telah pegat kita, selagi kita pulang
habis teecoa !"
Baru sekarang ibu dan anak ketahui duduknya hal dengan
jelas.
„Tapi, ayah," Siu Lian lantas hiburkan ayahnya, kejadian
sudah lewat, baiklah kau jangan berduka. Akupun lihat,
kepandaian mereka itu tidak seberapa, mereka sudah
menyingkir, mereka tentu tidak akan berani datang pula."
Sang ayah geleng kepala, ia menghela napas.
„Kau seperti anak kecil," ia bilang, Diantara empat orang
tadi, aku percaya dua adalah anaknya Ho Hui Liong. Tentu
sekali, melihat kepandaian mereka, aku tidak usah kuatirkan
mereka itu. Apa yang aku pikirkan adalah Kim-chio Thio sok
Kin........."
„Thio Giok Kin itu sebenarnya orang macam apa?" sang
anak menegaskan.
„Aku belum pernah lihat ia, hanya beberapa tahun yang
lalu aku pernah dengar orang omong, bahwa ia gagah,
tumbaknya belum pernah ketemu landingan," Jie Hiong Wan
sahuti anaknya. „Sekarang ia tentu berusia tigapuluh lebih.
Aku tidak sangka, bahwa ia justeru menikah dengan anak
perempuannya Hui Liong. Yok Thian Kiat memberi tahu aku,
bahwa Thio Ciok Kin sangat benci aku, ia telah maki aku tidak
jujur. Aku percaya siang atau malam ia akan datang cari aku,
guna balaskan sakit hati mertuanya itu."
Mendengar ayahnya, Siu Lian tertawa secara tawar, air
mukanya menunjukkan ke gusaran.
„Janganlah ayah ibu tidak keruan," ia kata. „Bila nanti betul
Thio Giok Kin datang, kesihlah aku yang layani ia, jangan kata
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

baru ia satu, kendati belasan, aku tidak takut ! Aku tidak


ijinkan ia ganggu mesti selembar kumis ayah ! . . .
Tiat-cie-tiauw tertawa apabila ia dengar perkataan gadisnya
itu. Buat mengaku terus terang, ia tadinya kurang perhatikan
anak perempuan itu. karena ia pikir, sebagai seorang
perempuan, dalam ilmu silat Siu Lian tidak akan peroleh
kepandaian seperti orang lelaki, ia akan kalah tenaga dan
kalah ulet tetapi tadi diluar kota ia telah saksikan kegesitan
dan kegagahan anak itu. Sejak itu, ia telah robah sikapnya.
Sekarang ia telah dengar suara anaknya, pikirannya lantas
terbuka.
„Baiklah, aku tidak nanti berduka pula!" ia jawab anak-
daranya. „Sudah pasti mereka hendak mencari balas,
kemanapun aku singkirkan diri, percuma saja, mereka tentu
bisa menyusul. Sekarang kita boleh tetap tinggal dirumah, asal
kita berlaku hati2, siap sedia untuk sesuatu serangan. Andai-
kata Kim-chio Thio Giok Kin betul datang, aku rasa kita berdua
masih bisa pukul mundur dia." ,
Hatinya Siu Lian menjadi sedikit lega, apabila ia telah
dengar pertanyaan ayahnya itu. Lantas dengan ayahnya ia
bicarakan segala rupa hal.
Lauw-sie pergi kedapur, buat masak nasi.
Benar sehabisnya keluarga ini bersantap sore, Cui Sam
datang ber-sama2 Sun Ceng Lee, seorang berusia tiga-puluh
lebih, tubuhnya besar, seperti juga tenaganya, sedang
kepandaian silatnya ia dapat antaranya dari pengunjukannya
Jie Hiong Wan, hingga orang kasi ia julukan ,,Ngo-jiauw eng",
si Garuda Berkuku Lima.
Pada mulanya, Sun Ceng Lee bekerja dalam piauwhang
jago tua kita, ia pandai bekerja dan rajin, ia jadi disayang,
maka Hiong Wan sering ajarkan ia silat, maka ia memanggil
guru pada jago tua ini. Sekian lama, setelah piauwhang
ditutup, Sun Ceng Lee bekerja selaku guru silat di-rumahnya
hartawan she Lauw didalam kota.
Hari itu Cui Sam cari ia, apabila ia dengar gurunya perlu ia,
bersama Tee-lie-kui ia terus pergi pada gurunya itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oleh karena rahasia tak dapat ditutup lagi, Jie Hiong Wan
lantas tuturkan hal permusuhannya dengan keluarga Ho,
bagaimana keluarga itu datang mencari balas. Diakhirnya, ia
tambahkan ;
,,Aku sudah tua, semangatku sudah kendor, tenagaku
sudah kurang, sudah begitu, anakku satu cuma seorang
perempuan, meski kepandaiannya sudah boleh diandalkan ia
toh tetap seorang perempuan. Disebelah itu, anakku, apabila
terjadi suatu apa atas dirinya, bagaimana nanti aku bisa ke
temui besanku? Maka itu, Ceng Lee, aku telah panggil kau,
aku ingin kau bantu aku."
,.Jangan kuatir, suhu !" berkata Ceng Lee sambil tepok-
tepok dada. ,,Aku sekarang mengajar silat pada dua orang
murid, kecuali jam belajar, aku punya banyak tempo, maka
baiklah aku pindah kesini, akan tinggal sama suhu. Siang atau
malam, jikalau ada orang2 tidak tahu diri berani datang
ganggu suhu, lihat, pasti aku nanti labrak mereka !"
Jie Hiong Wan serang mendengar suaranya murid itu, ia
tahu murid ini beradat keras. Ia tahu, Sun Ceng Lee memang
bernyali besar dan selama ini kepandaian-nyapun telah
bertambah.
„Baiklah," ia lalu menjawab. „Bersama-sama Cui Sam kau
boleh pindah kesini, kau boleh pakai kamar diluar itu."
Ceng Lee dan Cui Sam benar2 pindah, mereka bertempat
dikamar barat. Maka sejak itu, kecuali sedang mengajar, Ceng
Lee terus berada dirumah gurunya, goloknya ia telah asah
tajam, setiap malam ia keluar meronda tiga sampai empat
kali, Tapi, selang dua-tiga hari, tidak ada terjadi suatu apa.
Pertempuran diluar kota dengan tidak perdulikan sebabnya
pertempuran itu sudah terbitkan kegemparan diantara orang
banyak. Baru dua hari atau orang banyak telah ketahui
kepandaiannya nona Jie, hingga ada yang mengatakan : „Oh,
kiranya kegagahan nona Jie melebihi ayahnya!"
Disebelah kekaguman itu, ada beberapa anak muda yang
sebaliknya jadi lesu. Mereka ini, bangsa hidung-belang,
tadinya mengharap akan bisa dapati sinona, tapi sekarang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

harapan itu ludes sendiri. Nona begitu gagah, siapa yang


berani permainkan? Bukankah empat orang, yang garang dan
bersenjata, semua kena dipukul mundur ?
Demikian adanya kegemparan diluaran, adalah dirumahnya
Lauw Tiauw, si Garuda Tua, keadaan tenteram seperti biasa.
Empat hari kemudian, baru saja lewat waktu santapan
tengah hari, diluar rumah nya Jie Hiong Wan terdengar suara
kelontongan. Siu Lian dengar itu, ia jadi dapat ingatan buat
beli benang untuk bikin sepatu. Ia lari keluar dan terus
membuka pintu.
„Ho long !" ia memanggil situkang kelontongan ber-ulang2.
Seorang tua dari usia limapuluh lebih adalah si ho-long atau
tukang kelontong, yang bawa barang dagangan nya dalam
peti kayu yang dipikul dipunggungnya, sedang tangannya
memegang kelontongannya.
„Kau hendak beli apa, nona ?" ia menyahut seraja
menghampiri. Ia letakkan petinya ditangga didepan pintu.
Dengan lonjorkan tangannya dari jeruji pintu, Siu Lian
tunjuk macamnya benang yang ia inginkan, justeru Itu,
mendadak ia dengar suava memanggil „Nona ", hingga ia
menoleh dengan segera.
orang yang memanggil itu adalah searang anak muda umur
tiga puluh kurang-lebih, kulit mukanya bersemu kuning
langsat, alisnya tebal, dan disebelah kanan mukanya, nyata
sekali tertampak tanda tahi lalat merah. Ia pakai baju biru
dengan sepatu biru juga. Ia sudah lantas menghampirkan dan
menjura dengan dalam.
„Nona, apa Jie Loo siok dirumah ? demikian ia menanya,
sembari tertawa dengan sikap manis.
Siu Lian seperti kenal orang itu, cuma ia tidak ingat dimana
ia pernah ketemu. Dengan mendadak, tampang mukanya jadi
merah. Ia tidak menyahut, hanya, menoleh kedalam, ia lantas
me-manggil2 :
„Engko Cui Sam ! Engko Cui Sam, ada orang cari ayah !"
lekas 2 bayar harganya benang, lantas ia lari masuk.
Cui Sam sementara itu muncul dengan lekas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kau cari siapa, tuan ?" ia tanya apabila ia telah pandang


sianak muda.
Sembari disatu fihak mengawasi si nona, yang lari kedalam,
hingga kelihatan saja belakangnya dimana terpeta tubuh yang
langsing, anak muda itu angkat kedua tangannya terhadap Cui
Sam.
„Aku hendak cari Jie Loo-siok, lolong kau sudi kabarkan," ia
kata.
Cui Sam mengawasi terus, ia merasa curiga.
,,Kau sebenarnya siapa, tuan ?" ia menegasi. „Aku ingin
ketahui kau punya she, supaja aku bisa memberi kabar. Aku
juga perlu ketahui, kau kerja apa dan apa perlunya maka kau
hendak ketemu tuan rumah disini
„Aku orang she Nio," sahut si anak muda, yang kembali
unjuk hormatnya. „Aku tinggal disana, sebelah barat, dengan
Tay Tek Hoo, Jie Loo-siok kenal aku . .
Selagi Cui Sam belum kata apa2, Jie Hiong Wan telah
mendatangi, tangannya menyekal goloknya yang tajam.
Menampak tuan rumah, si-anak muda lekas unjuk
hormatnya sambil menjura.
„Jie Loo-siok !" demikian katanya.
Jago tua kita segera juga mengenali tamu itu, ialah si anak
muda yang bersenjata pedang, yang kemarin diluar kota
sudah menyelak memisahkan pertempuran mereka. Maka
lekas2 ia membalas hormat, dengan manis ia undang tamu itu
masuk kekamar sebelah barat.
Sun Ceng Lee kebetulan ada dikamar-nya, maka tuan
rumah lebih dulu perkenalkan tamunya pada murid itu.
„Ini muridku, Sun Ceng Lee," ia kata. „Apakah she tuan
yang mulia ?"
Tamu itu kasih hormat pada Sun Ceng Lee.
„Aku Nio Bun Kim," ia menjawab tuan rumah. „Toko barang
makanan disebelah timur sana, Tay Tek Hoo, ada
kepunyaanku....."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Oh, kiranya Nio Tauwkee!" kata Jie Hiong Wan. „Hari itu
diluar kota syukur ada kau yang memisahkan, jikalau tidak,
pasti akan terbit perkara darah hebat....."
Lantas ia letakkan goloknya dipinggir tembok dan minta Cui
Sam menyuguhi teh.
„Siotit tinggal di Lam-kiong," Nio Bun Kim kemudian
perkenalkan diri lebih jauh. „Disini siotit punya perusahaan,
maka itu siotit jadi sering datang kemari.
Kemarin ini siotit pergi keluar guna mengunjungi sobat,
dalam perjalanan pulang siotit saksikan pertempuran itu. Siotit
kagumi kepandaian loo siok dan puterimu dalam memainkan
golok, tetapi kalau sampai aku datang menyelak, itulah
disebabkan kuatir nanti terbit perkara darah yang ber-ekor
panjang. Sebenanya aku hendak bikin kunjungan hari itu juga,
sayang karena ada sedikit urusan, aku telah mesti
menundanya sampai hari ini. Aku harap loo-siok dan puterimu
banyak baik."
„Terima kasih buat kebaikan kau tuan'
Jie Hiong Wan jawab. „Aku undurkan diri dari kalangan
Sungai Telaga sudah hampir sepuluh tahun, aku tahu, aku
adalah orang yang bersikap damai, tetapi kejadian hari itu
hingga kini aku masih belum mengerti duduk hal, aku tidak
tahu kenapa orang cari dan musuhkan aku. Bisa jadi mereka
dulu diluar tahuku bersangkutan dengan aku dan baru
sekarang mereka datang mencari....."
„Loo siok seorang yang terkenal, dulu loo-siok sering
lakukan banyak kebaikan, tidak heran, karena perbuatan loo-
siok itu, ada orang yang mendendam sakit hati," berkata si
anak muda, yang sikapnya manis. „Rupanya karena sekarang
loo-siok telah berusia tinggi, mereka jadi tidak pandang mata,
begitulah mereka datang balas, tetapi, diluar sangkaan
mereka, tinggi usia loo-siok, loo-siok masih gagah seperti
sediakala, hingga maksud mereka gagal, sedang disebelah
loo-siok, ada puterimu yang gagah! Aku percaja dibelakang
hari mereka tidak akan berani datang pula kemari."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Itulah belum tentu!....." kata jago tua kita sambil geleng


kepala.
„Tapi itu jangan loosiok buat pikiran!" kata si anak muda.
„Siotit juga
mengerti ilmu, andaikata kemudian orang2 itu datang pula,
tolong loosiok kirim orang buat panggil aku .... Atau .... Aku
pun setiap hari boleh datang jalan2 kemari! Kalau mereka
berani datang pula, loosiok, tidak perduli berapa besar jumlah
mereka, kasi aku dan puterimu yang layani mereka, tidak usah
loosiok sendiri turun tangan, kami tentu bisa hajar mereka!"
Mendengar ucapan itu, yang berbau ke-jumawaan, Jie
Hiong Wan jadi kurang puas, hingga ia tidak mau meladeni
tamu-nya lebih lama pula, hingga ketika orang bicara lebih
jauh, ia cuma manggut2 saja.
Su Ceng Lee, yang sedari tadi diam saja, juga tidak puas
terhadap sikap orang yang agak tinggi itu, hingga kalau boleh,
ia hendak usir saja tamunya itu.
Nio Bun Kim sementara itu sudah lantas berbangkit.
„Tolong loosiok antar, aku ingin ketemu sama encim," ia
kata.
Menampak demikian, Jie Hiong Wan jadi hilang sabar.
„Ia berpenyakitan, ia tidak suka ketemu orang," ia sahuti
dengan kaku, „Maaf, aku tidak bisa antarkan kau, tuan !"
"Nio Bun Kim dapat lihat yang Orang tidak puas, sedang
Sun Ceng Lee setiap saat mengawasi ia dengan mata seperti
melotot, lantaran itu ia tidak berani diam lama2 disitu, ia
lantas berbangkit untuk pamitan.
Tuan Tumah hantar tamunya itu, siapa masih melongok
beberapa kali kedalam, baru ia ngelojor pergi. Sun Cun Lee
memburu keluar, tangannya dikepal keras.
„Mahluk apa itu” katanya dengan sengit.
Dengan tidak menoleh lagi kebelakang, Nio Bun Kim jalan
terus sampai diluar gang. Sun Ceng Lee kunci pintu, ia
kembali kedalam.
„Seharusnya suhu jangan ladeni orang itu!" ia kata. „Aku
lihat ia datang bukan dengan maksud baik ,....."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Sudahlah,"" Jie Hiong Wan kata sambil goyang2kan


tangan. „Aku tahu orang itu, ia tauwkeh muda dari Tay Tek
Hoo, dari keluarga Nio Pek ban dari Lam-kiong yang ter sohor
kaya, Anak2 muda keluarga itu mengerti ilmu silat, mereka
biasanya tidak lakukan benar pekerjaan mereka dan
kedatangannya, aku tahu, ditujukan pada sumoay kau. Tapi
aku tidak ingin bersetori dengan anak muda itu, apa pula dulu,
di waktu piauw-hang masih diusahakan, aku punya
perhubungan dengan tokonya. .. "
Setelah kata begitu, jago tua ini lantas pergi kedalam.
Masih saja Sun Ceng Lee tidak puas dan ia katakan,
gurunya yang sudah tua sudah tidak punya guna.....
„Anak2nya Ho Hui Liong berani menyerang, mereka
seharusnya dibekuk dan diserahkan pada pembesar negeri,
supaya mereka bisa dihukum," ia menggerutu seorang diri,
„siapa tahu mereka diantar pergi, ke sudahannya sahu
ketakutan sendiri, sampai aku dipanggil datang buat tinggal
disini ..... Sekarang muncul bocah she Nio ini, ia dikasi masuk
kedalam rumah, berani kandung maksud jelek terhadap
sumoay, dan kembali ia diantapi, dikasi pergi angkat kaki ....
Suhu, apa begini macamnya adatmu dulu2 ? Aku tidak nyana,
Lauw Tiauw yang tersohor gagah, sekarang berbalik jadi
begini lemah !...."
Bahna mendongkol Sun Ceng Lee sampai berniat terbitkan
onar, akan uji semangat gurunya itu tetapi niat ini ia tidak
sampai Wujutkan, hanya ia terus pergi ke Lauw-kee, rumah
keluarga, akan mengajar murid2 nya, sampai sehabis
bersantap sore ia baru pulang.
Begitu melihat orang datang, Cui Sam lantas berkata:
„Sun Toako, mari aku kasi tahu satu hal padamu. Tadi
tauwkee muda dari Tay Tek Hoo telah datang pula kemari . .
."
„Ia datang pula? Apakah ia masuk?" tanya Sun Ceng Lee
dengan cepat,
„Ia tidak masuk, ia hanya mundar-mandir didalam gang,"
Cui Sam terangkan, „cuma matanya senantiasa diincar kemari,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kepintu kita. Kemudian dijalan besar aku lihat ia berkawan


sama dua hidung belang, jalan sembari ter-tawa2, mereka
pergi masuk di Keng-Kie Ciu-lauw . . ."
„Apa kau tidak dengar mereka bilang apa?"
„Aku berada dibelakang mereka, aku dengar nyata" Cui
Sam tertawa, mereka pergi masuk di Keng bila ia tidak mampu
dapatkan si nona she Jie, ia tidak mau datang ke Kielok sini!"
„Kurang ajar !" Sun Ceng Lee berseru. „binatang, bagus
benar angan2mu ! Apa kau kira kau bisa wujutkan
pengharapanmu itu? jangan kata memangnya si nona sudah
ada tunangannya, kendati belum, dan diumpamakan guruku
penuju pada kau, toh masih ada aku yang akan menentang!
Kau mesti ketahui, binatang, aku nanti kasi kau mengerti
bahwa orang Kie-lok tidak boleh dibuat permainan !"
„Sudahlah, kau jangan persalahkan orang," Cui Sam
membujuk. „Dengar sebenarnya, nona kita terlalu menyolok
mata, terlalu menarik hati orang ! Gadis lain tidak ada yang
keluar pintu, atau jarang sekali, tetapi sumoay satu hari tentu
keluar sampai tiga atau empat kali? Lain dari itu, kecuali elok,
cara dandan sumoaypun istimewa, hingga tentu saja ia
menarik hatinya anak2 muda yang iman nya kurang kuat !
Coba sekarang pergi dengar2 didalam kota, siapakah yang
tidak Ketahui yang sumoay kita gagah dan cantik? Suhu terlalu
sayang puterinya, sedikitpun ia tidak suka tilik gadisnya
itu........."
„Kau keliru," Sun Ceng Lee goyang kepala. „Sumoay benar
cantik, pakaiannya benar rapi, tapi kelakuannya tidaklah
seperti kau katakan itu. Sumoay berkelakuan baik Ia keluar
beli benang atau jarum karena terpaksa! Kau tahu sendiri,
disini tidak ada bujang yang boleh di-suruh2. Kita jangan
sangsikan sumoay! yang celaka adalah kawanan pemuda
hidung putih itu! Tunggu saja! Mereka mesti jaga, sapaya
mereka jangan sampai kebentrok dengan aku!"
Kembali ia telah umbar kemendongkolan nya, Sun Ceng
Lee masih belum bisa sabar kan diri. Tidak demikian dengan
Cui Sam si Hantu Bumi ini lantas keluarkan botol arak dari
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sakunya dan kacang tanah, bergantian ia irup araknya dan


gayem kacang tanah itu . . .."
Sun Ceng Lee tetap tidak sabar, ia merasa percuma
berdiam ber-hari2 dengan guru nya, tenaganya tidak terpakai,
ilmunya tidak bisa dipertunjukan, kaki tangannya jadi gatel.
Malam itu ia pale goloknya di bawah cahaja api, sedang Tee-
lie-kui Cui Sam sudah rebah lantaran setengah mabok. . .
Tidak lama Jie Hiong Wan muncul, ia ajak muridnya pasang
omong.
Selama beberapa tahun ini, Sun Ceng Lee telah dapat
sejumlah sobat dikalangan Sungai Telaga, maka selagi bicara,
ia sebut2 mereka itu. Begitulah ia omong hal nya Khu Kong
Ciauw dari kota Pakkhia, yang orang julukkan Gin-Tjhio Ciang-
kun si Jenderal Tumbak Perak, hanya Oey Kie Pok, orang
dagang tapi digelarkan Siu Bie-to si Bieto Kurus, begitupun
halnya Teng-ciu-hie Biauw Cin San, si Ikan Paus dari Holam,
dan Kim-too Phang Bauw si Golok Emas dari Timciu. Ia kata,
bahwa ia belum kenal semua mereka itu, maka ia ingin dapat
ketika buat belajar kenal dengan mereka.
Diwaktu yang lampau adalah kebiasaan dari Jie Hiong Wan
apabila ia dengar hal orang2 ternama dari kalangannya, ia
ingin lantas kunjungi mereka itu, buat belajar kenal atau uji
kepandaian, tetapi sekarang, mendengar ucapannya Sun Ceng
Lee ia cuma bersenyum seraya urut2 kumisnya sikapnya
menunjukkan ia tidak tertarik atau ia tidak lihat mata pada
mereka itu ... .
Kemudian Sun Ceng Lee sebut2 lelakon nya gurunya tempo
dulu, ia harap dengan begitu ia bisa bikin gurunya jadi
gembira, diluar dugaannya, siguru melainkan bersenyum saja.
„Apa yang aku lakukan dulu2 adalah main2, itu adalah
kesembronoan saja," ia kata. „syukur waktu itu
peruntunganku masih bagus, bila tidak, kalau ketemu lawan
tangguh, niscaja sudah habis lelakon penghidupanku.
Mereka pasang omong sampai jam tiga.
„Mari kita kunci pintu, kemudian kau boleh tidur," kata sang
guru, yang lantas berbangkit.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sun Ceng Lee masih mendongkol, akan tetapi ia menurut


akan masuk tidur.
Jie Hiong Wan kunci semua pintu, tapi ia masih periksa
segala pelosok, agaknya ia kuatir ada orang sembunyi didalam
rumah, sikap yang hati2 ini bikin muridnya jadi lenyap
mendongkolnya dan berbalik menjadi merasa kasihan, hingga
Sun Ceng Lee mengeluh dalam hatinya : „Benar2, orang
janganlah menjadi tua . . . Ia gagah, Tiat-cie-tiauw dimalui di-
mana2, sekarang sesudah rambut dan kumisnya putih ia
berobah menjadi begini lemah ... mirip dengan nenek2 . . ."
Sesudah periksa didepan, Jie Hiong Wan periksa didalam.
Sun Ceng Lee telah pergi kekamarnya buat terus rebahkan
diri. Tadinya ia mendongkol, lantas perasaan itu lenyap
sendirinya. Sekarang ia merasa, bahwa gurunya ketakutan
sama bayangan sendiri. Musuh toh sudah tidak ada, musuh itu
barangkali sudah tidak niat bermusuhan lagi, apalagi yang
harus dibuat kuatir ? Oleh karena ini, ia jadi bisa tidur dengan
tenang. Siapa tahu, entah berapa lama ia sudah menggeros,
mendadak ia dibikin mendusin dengan terkejut oleh suara
riuh.
Diatas genteng terdengar suara kaki bergerak kalang
kabutan, diantara itu ter-campur juga suara beradunya
senjata, golok atau pedang, maka dalam kagetnya, ia insyaf
ada bahaja. Segera ia lompat bangun akan sambar goloknya,
lantas ia lari buka pintu dan lompat keluar.
Adalah disaat itu dari atas genteng jatuh satu orang.
„Siapa?" menegor Ngo jiauw-eng.
Tapi orang itu, yang telah merajap bangun, tidak
menjawab, sebaliknya, dengan pedangnya, ia menyerang.
Berbareng dengan itu, diatas genteng terdengar seruan :
„Sun Toako, minggir ! Kasilah aku bekuk dia !"
Seruan ini disusul dengan lompat turunnya Jie Siu Lian,
yang bersenjata siang-too. Si nona terus terjang orang itu,
Yang sudah bertempur dengan Sun Ceng Lee, karena Ngo-
jiauw-eng tidak diam saja yang ia dibacok, ia telah menangkis
dan melawan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah bertempur belasan jurus, musuh itu lari kepojok


tembok.
„Sudah, sudah, aku merah kalah!" ia berteriak ber ulang2.
„Tidak cukup dengan kau menyerah saja!" Sun Tjeng Lee
baliki. „Tidak bisa, aku inginkan jiwa anjing kau!"
Ceng Lee maju, akan menyerang pula. Tapi tiba-tiba
dibelakang ia ada orang pegang lengan nya, seraya berkata:
„Ceng Lee, jangan serang dia!"
Itu adalah suaranya Jie Hiong Wan, si jago tua.
Ketika itu Tee-lie-kui Cui Sam muncul dengan bawa lentera,
dengan itu ia menyuluhi orang yang bersenjata pedang itu,
seorang anak muda, yang berdiri merengket dipojokan
tembok, romannya harus dikasihani..... Ia ternyata Nio Bun
Kim. yang tadi siang datang bertemu.
„Bagus benar!" Ceng Lee mendamprat. „Putera dari Nio Pek
ban dari Lamkiong yang tersohor, malam-malam datang
kemari menjadi pencuri! Kenapa kau masih tidak mau lempar
senjatamu?"
Nio Bun Kim kelihatannya takut benar pedangnya lantas
saja ia lempar ke tanah. Ceng Lee menghampirkan, ia ayun
tangannya dipakai menampar muka orang sampai beberapa
kali, hingga muka orang itu jadi bengap dan dari hidung
mengucur darah. Kendati dihajar demikian, anak muda itu
diam saja.
Sebenarnya Jie Hiong Wan gusar, tetapi ia masih bisa
berpikir;
„Keluarga Nio di Lam-kiong hartawan besar, dibanyak
tempat ada tokonya, dikalangan piauwhang ia pun banyak
kenalan, kalau sekarang anaknya dibikin celaka. ini berarti
tambah satu musuh, dibelakang hari ekornya tentu akan sulit.
Juga kedatangan nya pemuda ini pastilah bukan hendak
mencuri, ia pemuda hartawan, siapa akan percaya ia mau
mencuri dirumah ku? Pasti sekali ia datang buat coba ganggu
anakku, maka jikalau noda itu ditumpahkan atas diri anakku
itu, bagaimana itu bisa dibantah?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oleh karena memikir begini, Hong Wan lantas serahkan


goloknya pada Cui Sam dan gadisnya ia minta masuk, sambil
tarik minggir pada Sun Ceng Lee, ia dekati anak muda itu.
“Tuan Nio. tengah malam buta rata kau datang kerumahku,
kau bawa2 pedang, sebenarnya apakah maksud kau.'" ia
tanya, dengan sabar.
Anak muda itu tunduk, ia tidak berani menyahut. Melihat
orang diam saja, jago tua itu mendongkol.
„Kau masih muda, kenapa kau berani ber buat begini
rupa?" ia menegur. „Apa kau tidak pikir, dengan
kepandaianmu, apa kau bisa bikin dirumahnya Tiat-cie-tiauw?"
Masih saja Bun Kim tunduk dan diam,
„Kau anak kurang ajar " tuan rumah menegor pula.
,.Jikalau aku tidak pandang orang tuamu, yang ada saudagar
terkenal baik, tentu dengan tidak ampun aku . pasti bunuh
kau! Sekarang hayolah kau pergi'"
Oleh karena ia tidak tahan sabar, Hiong Wan telah gaplok
pipi orang.
Pukulannya jago tua itu lebih hebat daripada tamparannya
Sun Ceng Lee, yang mana membikin ia sempojongan hampir
rubuh pingsan.
„Bukai ia pintu!" Hiong Wan kata pada Cui Sam.
Sedang Ceng Lee, dengan Jiwir kuping orang, tarik pemuda
itu sampai diluar, didepan pintu, setelah ia mendupak, Cui
Sam segera kunci pintu dibelakangnya orang apes itu.
Nio Bun Kim jatuh ngusruk, ia mesti bangun dengan
merayap. Ia merasa sangat sakit pada mukanya, yang telah
bengkak-bengkak dan basah dengan darah dari hidung.
Pemuda ini dengan sebenarnya termasuk keluarga Nio dari
Lamkiong, ia seorang siucay yang berbareng mengerti ilmu
silat, maka dengan sendirinya, ia jadi bangga sekali. Dari
Lamkiong ia telah datang ke Kielok bersama engkunya, Bouw
Cu, dan teman sekolah, Sek Tiong Hauw, maksud-nya adalah
menilik toko sambil sekalian pesiar, diluar dugaannya ia telah
ketemu Sama Jie Siu Lian, yang bikin ia tergila-gila sendiri. Ia
kagumi kecantikan dan ke gagahannya si nona, ia memikir
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

buat coba ”piebu" dengan nona itu, agar si nona kagum dan
sukai ia, dengan begitu dengan mudah ia bisa dapati nona itu.
Dengan keinginan ini, ia harap bisa ikat tali persahabatan,
supaya bisa sering sering datang kerumahnya simanis. Ia tidak
sangka, bahwa ia telah disambut dengan dingin. Penyambutan
ini bikin ia panas hati.
„Aku gagah dan cakap, aku berharta besar," demikian ia
pikir, „orang lain malah sodor2kan gadisnya, supaya bisa
bersanak dengan aku, tetapi kau, satu piauwsu, satu tua
bangka, kenapa kau bertingkah? Apa itu disebabkan kau
punya gadis cantik, yang mengerti silat juga, maka kau
hendak pegang harga tinggi? Lihat, lihat bagaimana aku nanti
dapati gadismu!"
Dengan memikir demikian, Nio Bun Kim jadi sudah
beringatan jahat, sudah begitu, selagi bersantap dirumah
makan, dua kawannya yang telah ketahui kegagalannya tadi
siang sudah pukul sindir padanya, hingga ia jadi bertambah
panas.
Bouw Cu Cun tahu yang Tiat-cie-tiauw tidak boleh dibuat
permainan, ia merasa pasti Bun Kim tidak akan sanggup
lawani jago tua itu, tetapi dengan sengaja, ia ojok2 cucu-
keponakan itu.
Sek Tiong Houw adalah pemuda hartawan dari Lam-kiong,
ia selamanya mau lebih menang daripada Bun Kim, akan
terapi ia tahu betul siapa adanya Jie Hiong Wan, kendati iapun
mengilar pada nona Jie, ia tidak berani main gila terhadap si
Garuda Tua Dimata ia Siu Lian adalah laksana bunga mawar,
indah dan wangi, melainkan harumnya hanya bisa dicium dari
jauh, keindahannya cuma bisa dipandang, kalau diraba,
durinya lantas menusuk jari karena ini ia mundur sendirinya.
Iapun tidak percaya yang Bun Kim bisa dapati nona itu, tetapi
ia jail seperti Bouw Cu Cun, ia sengaja sindirin kawan itu.
Sekalipun mereka menggoda, dua kawan itu tidak pernah
menyangka bahwa Nio Bun Kim begitu berani mati, malam2
sudah satroni rumah keluarga Jie.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bun Kim pikir ia akan berhasil kalau sudah berhasil, ia mau


pentang mulut lebar dimuka dua kawannya akan hinakan
mereka itu, tetapi ia tidak pernah impikan, baru saja ia lompat
naik keatas genteng, orang telah dengar suara gerakannya. Ia
tidak tahu orang sedang ber-jaga2 diri. Apa mau, orang yang
paling dulu lompat naik kegenteng adalah Jie Siu Lian, si nona
yang ia impikan. Ia pun tidak berdaya terhadap sepasang
golok dari nona gagah itu, diwaktu terdesak, ia kena
ditendang hingga jatuh ketanah, dimana Sun Ceng Lee pegat
ia, hingga akhirnya ia tidak bisa loloskan diri, hingga ia mesti
rasai tangan, mendapat luka dan malu besar. Ia jadi
mendongkol ber bareng menyesal.
,,Apa secara begini aku bisa pulang ?" kata ia dalam
hatinya. ,,Sampai besok mukaku masih bengkak, bagaimana
sekarang?"
Kendati demikian, akhirnya Bun Kim ngeloyor menuju
ketokonya. Jalanan gelap dan sunyi, disitu tidak ada orang
lain. Ia baru keluar dari gang atau didepan ia mendatangi
beberapa orang, yang bawa lentera, ia tadinya pikir buat lekas
menyingkir, apa mau orang telah dapat lihat ia yang segera
dihampirkan. Seorang telah angkat lenteranya tinggi2.
“Lihat, lihat, inilah majikan muda kau!" kata seorang sambil
tertawa. ,,Apa aku bilang, kita mesti mencari kemari, tentu
kita akan ketemui ia, kau orang tidak mau pencaya” Lihat
sekarang, bukankah kita dapat cari majikan kau ini? Lihatlah,
majikanmu sedang beruntung dalam soal percintaan, sampai
bunga toh telah memenuhi mukanya ! . . . ."
Orang itu adalah Sek Tiong Hauw, yang dengki dan jahil.
Nio Bun Kim jadi sangat gusar, hingga ia ayun kepalannya
dan menyerang.
„Telor busuk, kau berani hinakan tuan mu?" ia
mendamprat.
„Mulai hari ini aku tidak sudi kenal kau lagi!"
Tapi serangan itu tidak mengenai, karena orang telah
lantas memisahkan. Di-antara mereka pun ada Bouw Cu Cun,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

si engku jahil. Tiga orang yang lain adalah pegawai toko Tay
Tek Hoo.
„Kau tentu sudah mabuk, maka kau jatuh sampai terluka,"
kala Cu Cun. „Kau tahu, kami telah cari kau ubek2 an ! jangan
kau tolak kebaikan orang."
Kendali demikian, Bun Kim masih memaki, hingga Tiong
Houw sambil tertawa dingin berkata ;
„Kau boleh memaki kalang kabutan, aku tidak mau bilang
apa2, tunggu sampai besok kita pulang, aku nanti pergi
ketemu pehhu....... "
Akhirnya mereka ini berjalan pulang ke toko Tay Tek Hoo,
dengan bikin banyak ramai disepanjang jalan yang gelap
gulita, cuma dua lentera yang menerangi jalanan. Kapan
mereka sudah Sampai, Cu Cun perintah ambil air, buat si
tauwkeh muda cuci muka. Kemudian Bun Kim rebah sambil
sedot candu, mukanya ia rasai masih sakit sekali, hatinya
bimbang karena ia jeri.
“Kejadian hebat sekali, aku terlalu sembrono," demikian ia
berpikir. „Jikalau sinona Jie bunuh aku, atau si orang lelaki
kemplang mampud aku, habis perkara, tetapi kapan si orang
tua ringkus aku dan serahkan aku pada pembesar negeri,
inilah hebat, sebab kendati juga bisa digunai pengaruh uang,
buat loloskan aku, malunya bukan main ! Baiknya sinona ada
belas kasihan dan si tua-bangka berhati murah, mereka suka
merdekakan aku . . . .ya, ini adalah satu pengajaran bagiku .
..." Lantas setelah itu Bun Kim ingat dua kawannya.
„Cu Cun aku punya engku, ia tentu tidak akan uarkan
rahasiaku ini," demikian ia pikir lebih jauh, „tetapi Tiong Hauw
orang luar, ini berbahaya, kalau ia cerita diluaran, namaku
akan ternoda."
Oleh karena memikir begini, ia lantas berbangkit,
hampirkan sobat itu pada siapa ia menjura.
„Harap kau maafkan aku buat perkataan-perkataanku tadi,"
ia memohon.
Orang she Sek itu bawa aksi, ia tetap gusar dan tidak mau
mengerti, adalah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

setelah Bun Kim mau tuturkan kejadian yang benar


dirumahnya Jie Hiong Wan, baru ia tertawa.
„Baiklah, saudara, aku tidak tarik panjang tentang
cacianmu padaku," kata ia. „Rahasia ini berada dalam
genggamanku, mulai sekarang ingat, asal dibelakang hari kau
tidak mau dengar perkataanku, aku akan uarkan ini! Itu waktu
mau lihat, kau berani keluar buat menemui orang atau tidak”
Bun Kim merasa sangat malu dan mendongkol, kendati
demikian, ia diam saja, sampai sobat itu naik
kepembaringannya dan tidur. Ia sendiri tidak bisa pulas, terus
seantero malam, sebab ia tetap mendongkol dan mukanya
sakit.....
Besoknya, begitu terang tanah, Bun Kim perintah cari
kereta, buat ber-sama2 Cu Cun dan Tiong Hauw lantas
berangkat pulang ke Lam-kiong. Dirumahnya, pada ayah dan
ibunya ia mendusta,. bahwa ia telah jatuh karena mabok arak,
orang-tua itu tegur dan maki ia baiknya ada engku-nya, yang
menyaksikan dan tetapkan bahwa benar ia telah jatuh
terluka.....
Sekalipun demikian, Bun Kim keram dirinya dirumah, muka
dan paha kiri nya sakit., bekas jatuh terbanting dari atas
genteng, hanya selagi tidur, kadang2 ia impikan Siu Lian,
bukan selagi si nona bersenyum manis, hanya sedang
genggam siangtoo dan mata mendelik......Impian ini ada
baiknya baginya, karena selanjutnya ia jadi bisa lupakan si
nona dan tidak punya muka buat pergi pula ke Kielok.
Kepandaian silat Nio Bun Kim sudah terbukti tidak tinggi,
akan tetapi gurunya adalah jago tua yang tersohor di propinsi
Tiilee. Guru itu adalah Lauw-hiap Kie Kong Kiat si Jago Tua,
asalnya siucay tetapi jadi ternama dalam kalangan ilmu silat.
Ia gagah dan budiman, ia suka mengembara, pedangnya
belum pernah ketemu tandingan. Adalah setelah berusia
enam-puluh lebih, jago Tiilee ini undurkan diri, tinggal di Lam-
kiong dengan tuntut penghidupan selaku guru silat. Ia punya
banyak murid, dua antaranya adalah Bun Kim dan Tiong
Houw, dua2nya anak hartawan yang doyan pelesiran, tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

heran jikalau mereka berdua tidak bisa peroleh hasil. Sedang


juga cara mengajar silat Kie Suhupun istimewa. Biasanya,
dalam satu hari, guru ini ajarkan serupa ilmu pukulan dengan
tangan kosong atau dengan pedang, selanjutnya si murid
harus yakinkan sendiri. Maka itu, bagaimana Bun Kim dan
Tiong Hauw punya keteguhan hati akan yakinkan terus
sendirian saja? Maka itu, sekalipun sudah belajar tiga tahun,
kepandaian mereka belum berarti.
Tapi Hun Kim dan Tiong Hauw telah merasa puas, mereka
bisa mainkan pedang, bisa lompat naik dan berlari-larian
diatas genteng, mereka tidak ketahui yang sekali pun gurunya
sendiri pandang mereka sebelah mata. Bun Kim baru tahu
yang ia tidak punya guna sesudah ia dipecundangi sinona dari
Kielok......
Kie Kong Kiat tinggal di Lamkiong kira-kira lima tahun, ia
menutup mata di-tempat itu dan dikubur disitu juga. Sama
sekali ia telah pimpin tiga-puluh murid lebih, akan telapi murid
yang pandai melainkan satu, yalah Lie Bouw Pek, orang asal
Lam-kiong juga.

Sebagaimana gurunya, Lie Bouw Pek pun seorang siucay


yang robah haluan. Ia tinggal di Ngo lie-cun diluar kota Lam-
kiong, menumpang pada paman nya. Ia sudah tidak punya
ayah dan ibu, yang telah meninggal dunia selagi ia masih
kecil. Ayahnya adalah seorang dengan adat luar biasa.
Ayah itu, Lie Hong Kiat namanya, dimasa hidupnya, adalah
seorang yang sederhana tetapi berambekan. Sebagai
penasehat ia telah ikuti seorang jenderal, hingga ia bisa pergi
kebanyak kota, kenal banyak sobat, diantaranya seorang jago
dari Kanglam yang dipanggil Kang Lam Ho, hingga berdua
mereka telah angkat saudara, malah Kang Lam Ho telah
ajarkan Hong Kiat ilmu silat hingga ia ini dapati kepandaian
silat yang tinggi, dengan demikian berdua mereka bisa sama 2
bekerja melakukan segala apa yang baik guna orang banyak
yang menjadi korban dari orang jahat. hingga nama mereka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terkenal. Kemudian Hong Kiat menikah di Kanglam dan


peroleh anak lelaki jalah Lie Bouw Pek.
Ketika Bouw Pek baru berumur enam tahun, ayahnya
sudah mulai didik ia ilmu silat, tidak beruntung baginya, dalam
umur delapan tahun ia ditinggal mati oleh ayah dan ibunya,
yang dengan beruntun telah menjadi korban wadah kolera
yang waktu ilu sedang mengamuk di Kanglam. Tatkala hendak
tarik napasnya yang penghabisan, Lie Hong Kiat minta tolong
pada Kang Lam Ho supaya anaknya dikirim ke Lamkiong, buat
ditumpangkan pada saudara mudanya, Lie Hong Keng.
Pesanan ini sudah dilakukan dengan baik oleh Kang Lam Ho,
setelah kubur jenazah sobat dan isterinya, itu, ia bawa Lie
Bouw Pek ke Lamkiong, buat diserahkan pada Lie Hong Keng.
Tapi setelah itu, sobat saudara angkat yang baik ini lantas
pergi mengembara seorang diri.
Lie Bouw Pek selanjutnya dirawat oleh enceknya. Paman ini
hidup cukup, karena ia punya beberapa puluh bouw sawah,
yang memberikan hasil baik, sedang ia juga tidak punya anak,
baik lelaki maupun perempuan. Karena ini juga, sang
keponakan terah dipandang sebagai anak sendiri.
Hong Keng adalah seorang yang memuja orang2 yang
mengerti surat, ia kagumi segala kiejin dan hanlim, maka itu
Bouw Pek sudah lantas disekolahkan, maka ketika dalam umur
tiga belas tahun keponakan ini lulus sebagai siucay, ia girang
bukan kepalang. Lantas encek ini harap2 keponakannya
kemudian nanti menjadi kiejin dan cinsu.
Akan tetapi, setelah usianya mulai naik, pikiran Lie Bouw
Pek berobah dengan lantas. Nyata ia telah wariskan sifat ayah
nya, yang sederhana. Tidak lagi ia ketarik oleh ilmu surat, ia
segan membaca kitab atau memegang pit. Disebelah itu
berpetalah roman gagah dari ayahnya selagi si ayah bersilat
dengan pedang. Ia ingat sikap-tegap dari ayahnya selagi si
ayah ajarkan ia silat. Ia pun segera bayangkan kegagahan
Kang Lam Ho, sang pehhu. Maka itu, ia lantas dapat keinginan
buat lanjutkan pelajaran silat, supaja ia bisa menjadi seperti
ayah dan pehhunya, buat kemudian merantau sebagai hiapsu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kebetulan bagi Lie Bouw Pek, selagi ia berusia enam-belas


tahun di Lamkiong datang Kie Kong Kiat, maka lantas ia
belajar silat pada hiap-kek tua itu.
Kie Kong Kiat datang ke Lamkiong sebagian untuk
penuhkan permintaan sobat-nya, jalah Kang Lam Ho, dengan
siapa ia bertemu pada waktu ia belum berangkat pindah. Jago
dari Kanglam ini kata padanya:
„Ada seorang anaknya sobatku almarhum yang bernama
Lie Bouw Pek, ia sekarang tinggal di Lamkiong, apabila kau
pergi kesana, aku minta dengan sangat supaya kau ambil ia
sebagai murid, tolong kau dengan sungguh2 didik dia."
Maka itu ketika Kie Kong Kiat kedatangan Lie Bouw Pek,
apabila ia sudah tanya terang asal-usul anak muda secara lain
dari yang lain, ia bertambah girang ketika dapat kenyataan,
disebelah otak terang, Bouw Pek belajar dengan rajin dan ulet.
Maka belum sampai lima tahun, Lie Bouw Pek telah bisa
wariskan kepandaian gurunya: ilmu silat dengan tangan
kosong dan bersenjata.
Oleh karena perhatiannya diutamakan pada ilmu silat, ilmu
suratnya jadi terlantar, dua kali ia pergi ke ibu kota propinsi
turut ujian, untuk memenuhi keinginan enceknya, dua-dua
kalinya ia gagal. Hal ini bikin hatinya jadi tawar betul dan
berbareng pun enceknya jadi dingin hingga perhatiannya si
encek terhadapnya turut berobah sedikit juga.
Sampai masuk umur duapuluh empat, Lie Bouw Pek masih
belum menikah, anjuran encek dan encimnya akan ia cari
pasangan tidak diperhatikan, dengan begini ia bikin kedua
orang tua itu tidak puas. Tapi ia bukannya tidak mau menikah,
ia hanya hendak cari isteri yang cocok dengan angan2nya. Ia
inginkan isteri kecuali cantik pun pandai silat seperti ia, nona
lainnya, tidak perduli bagaimana elok, ia tidak setuju.
Sikapnya ini bikin ia ditertawakan sekalipun oleh sobat nya
sendiri.
Pada suatu hari sehabis terlatih, Bouw Pek pergi keluar
pekarangan, dimana ia berdiri memandang pohon gandum
yang sedang hijaunya dan diluar pohon, bunga toh sedang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

permainya, diantara sampokan halus dari angin musim Cun


beberapa pasangan kupu2 berterbangan dari satu ke lain
pohon. Hari itu indah sekali, cuaca nyaman. Dengan tidak
merasa, Bouw Pek menghela napas........
Justeru anak muda ini hendak putar tubuhnya buat masuk
kedalam, dijalanan ia lihat penunggang kuda lagi mendatangi
ketika penunggang kuda itu sudah datang makin dekat, ia
kenali dia itu adalah temannya belajar silat, Sek Tiong Hauw.
Sobat ia pakai baju sutera ungu yang indah, sepalung hijau
dan bagus, sedang kuncirnya yang hitam disisir dan dikepang
licin mengkilap. Dandanan ilu menyatakan kerapian dan
keperlentean.
Sebenarnya Lie Bouw Pek tidak suka dekatkan anak2 muda
sebangsa orang she Sek ini, apa mau Tiong Hauw justru suka
bersobat sama ia, oleh karena kepandaian-nya surat dan silat
mendatangkan kekaguman dan Tiong Hauw biasa kunjungi ia,
hingga ia tidak bisa menampik. Demikian pun ini kali.
„Sudah lama aku tidak lihat kau," kata Bauw Pek tatkala si
sobat ulapkan tangan dan berhentikan kudanya didepannya.
Malah sobat ini sudah lantas lompat turun dari kuda dengan
binatang itu terus ditambat pada sebuah pohon angcoh.
„Aku baru balik dari perjalanan kemarin," sobat itu
menjawab. „Buat beberapa hari aku ikut Nio Bun Kim pergi ke
Kie lok."
„Bun Kim punya toko di Kie-lok," kata BAUW Pek. „Buat apa
kau pergi kesana?"
„Melulu buat jalan2," Tiong Hauw sahuti. Lantas Bouw Pek
undang sobat itu duduk didalam.
„Cobalah tebak, apa perlunya sekarang aku datang
padamu?" kemudian Tiong Hauw tanya dengan sekonyong-
konyong sambil tertawa.
Halaman 63 dan 64 ROBEK!!

JILID 2
„TAPI AKU TIDAK MAIN MAIN dengan kau, sobatku !"
Tiong Hai baliki, sekarang dengan roman sungguh2. Dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sebenarnya, aku telah tolongkan kau cari nona yang elok luar
biasa serta gagah, aku hanya tidak kenal orang itu, aku
melainkan hendak tunjuki dia pada kau, maka di umpamakan
kau penuju, kau boleh berdaya akan majukan lamaran
sendiri........"
Mau atau tidak, Lie Bouw Pek toh merasa tertarik. Dia
tertawa.
„Coba bilang, nona itu anak siapa?" dia tanya.
„Kau kenal atau tidak Loo piauw tauw Jie Hiong Wan dari
Kielok ?" Tiong Hauw balik menanya.
„Aku pernah dengar namanya Jie Loo piauw tauw, cuma
orangnya aku tidak kenal"
„Yang aku maksudkan adalah putrinya jago tua itu" Tiong
Hauw lantas terangkan „Nona itu bernama Siu Lian, umurnya
baru enam atau tujuh belas. Bicara tentang kecantikannya, dia
bisa bikin negeri dan kota rubuh! Melihat dia, See Sie akan
tunduki kepala ! Kalau di Kielok orang sebut Jie Biejin, tidak
ada satu orang yang tidak ketahui!"
Bouw Pek manggut.
„Kalau ditempat kecil ada orang elok, itulah tidak heran
apabila dia telah tarik perhatian orang banyak," dia bilang.
Tetapi Sek Tiong Houw geleng kepala.
„Tidak, bukannya begitu, sobatku !" dia kasi tahu. „Aku
lihat, sekalipun dikota besar, sukar akan cari tandingannya si
elok she Jie itu! Kau tidak ketahui, kecuali keelokannya,
kegagahannyapun sama tersohornya!" dia kata dengan roman
sungguh2. „Dengar sobatku," Tiong Houw melanjutkan,
„tadinya orang melainkan ketahui Jie Loo piauw tauw punya
anak dara yang cantik manis, adalah setelah beberapa hari
yang lalu baru ketahuan kegagahannya si nona. Hari itu Jie
Loo piauw tauw telah ajak anak isterinya pergi keluar kota
untuk sambangi kuburan leluhur mereka, pulangnya, ditengah
jalan mereka dipegat oleh beberapa musuh mereka. Semua
musuh bersenjata golok, sebaliknya sijago tua tidak, karena
dia tidak bekal senjata. Adalah selagi si jago tua dibokong,
gadisnya telah lompat menerjang si penyerang, golok siapa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dia rampas dan kemudian dengan golok rampasannya itu dia


terjang musuh musuhnya, yang berjumlah empat lima orang!
Kesudahannya, satu musuh kena dipukul rubuh, yang lain2nya
pada lari ngiprit . . . ."
Keterangan itu telah bikin bangun semangatnya Bouw Pek.
„ya, nona gagah seperti itu jarang terdapat!" kata dia.
„ya jarang terdapat, sebab dia cantik dan gagah berbareng!
Maka sejak itu, namanya nona Jie jadi terkenal. Buat keelokan
dan kegagahannya, hingga dia disukai semua orang berbareng
ditakuti . . . Melainkan Nio Sutee kita, yang tidak tahu diri,
hingga kesudahannya dia terguling ditangan nya sinona,
malah jiwanyapun hampir lenyap, hingga sekarang dia mesti
mengeram didalam rumah takut ketemu orang lantaran kedua
pipinya bengkak tembem . . ."
„Bagaimana itu telah terjadi ?" Bouw Pek menegaskan.
„Dengan sebenarnya, Nio Sutee hampir buang jiwanya,"
sahut Tiong Hauw, yang terus beber rahasianya Bun Kim. Dia
menutur mulai waktu pertama kali Bun Kim lihat si nona, yang
dalam pertempurannya Bun Kim telah memisahkan, sampai
malamnya, sebab tergila2 Bun Kim satroni rumah orang,
dengan kesudahan pemuda she Nio itu kena dibikin jatuh dan
mukanya dihajar bengap, „Sukur Jie Loo piauwtauw murah
hati, dia telah dikasih ampun dan di merdekakan." Tiong Hauw
akhirkan cerita nya. „Bahna malu sekarang dia tidak berani
keluar . . ."
Bouw Pek awaskan sobatnya itu yang kelihatannya tidak
mendustainya.
„Sutee," Tiong Houw melanjuti pula, „kau biasa sesumbar,
bahwa kau tidak mau menikah kecuali dengan nona yang elok
dan gagah, sekarang ada si nona Jie, aku percaya dia adalah
nona yang menyadi cita2 mu itu. Apa tidak baik, sutee, kau
pergi ke Kielok, akan ketemui nona itu, buat coba bertanding
dengan dia? Andaikata kau menang, kau boleh lantas pergi
menemui orangtuanya, buat lamar dia. Dengan menikahi si
nona, tidak saja kau peroleh isteri yang cantik, kau juga
angkat kehormatan kita penduduk Lamkiong!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Perkataan Tiong Hauw sangat menggerakkan hati Bouw


Pek, kendati demikian, anak muda ini masih bisa berlaku
sabar.
„Itu adalah hal yang sukar terjadi," dia kata sembari
tertawa. „Tidak usah dibilang yang seorang gadis tidak bisa
bertanding dengan lelaki yang tidak dikenal, taruh kalau
terjadi demikian, jikalau aku menang, orang tuanya pasti
mendongkol dan gusar, mana dia kesudian ambil si lelaki
menjadi mantunya?"
Melihat orang mundur, Tiong Hauw lalu mendusta.
„Kau tidak ketahui," dia bilang. „Adalah Jie Loo piauw tauw
yang bilang sendiri, bila ada orang yang menangi gadisnya,
dia hendak nikahkan gadisnya pada orang yang menang itu.
Kendati demikian, tidak pernah ada orang yang datang minta
bertanding dengan si nona. Kau sendiri lain, sutee, bugee kau
tinggi, roman kau cakap, jikalau kau pergi kesana, siapa tahu,
baru saja lihat kau sinona sudah setuju, dia lantas mengalah,
hingga kau tidak usah adu kepandaian lagi? .
Tiong Hauw dengan tertawa2 didalam hatinya kata: ,,Kau
biasa agulkan kepandaianmu tinggi, aku lihat sekarang, kau
berani pergi atau tidak! . . . Jikalau dengan pedangmu kau
bisa dapat isteri cantik, barulah aku takluk betul2 pada kau . .
Lie Bouw Pek dalam hatinya berpikir.
„Kau telah puji sinona setinggi langit tetapi aku belum
pernah lihat dia!" kemudian dia bilang. Dan tertawa,
„Buat dapat lihat dia mudah sekali. Tiong Hauw bilang. „Dia
bukan seperti anak perawan lain, suka keram diri” Lie Bouw
Pek tersenyum.
„Baiklah, aku nanti pergi ke Kielok," akhirnya dia bilang.
„Buat menikah dengan si nona, itu belum pasti, tetapi
terutama aku hendak unjuk padanya, bahwa dikolong langit
ini masih ada orang yang lebih gagah dari dia!"
Tiong Houw girang sekali melihat orang telah kena
dipedayakan. Dia tertawa.
„Baiklah sekarang kita tetapkan," dia kata. „Besok pagi aku
nanti samper kau, supaya kita bisa pergi sama. Aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mengharap nanti bisa minum arak kegirangan di waktu kau


merayakan pertunangan !"
„Tentang ini baiklah jangan disebut2 sekarang," Lie Bouw
Pek pun tertawa. „Aku hanya percaya, sesampainya di Kielok,
tidaklah aku sampai mengalami nasib seperti Bun Kim, hal
mana cuma membikin orang malu saja........."
Demikian mereka ambil putusan, maka selanjutnya mereka
ngobrol hal2 lain sampai Tiong Hauw berbangkit buat pergi.
Seperginya kawan ini Bouw Pek masih duduk dikamarnya,
tangannya memegang pedangnya, didepan matanya seperti
berbayang nona elok dengan kepandaian tinggi sedang
bergerak2 dengan gesit. Hingga dia tidak ketahui ada orang
masuk didalam kamarnya itu, sampai tiba2 dia dengar suara
yang nyata tetapi pelahan menanya :
„Bouw Pek, apa kau tidak pergi kerumah kouwma, buat
tanya kalau2 dari kota raja ada datang surat atau tidak ?"
Dengan sedikit terperanjat anak muda ini menoleh, dia lihat
pamannya, Lie Hong Keng, sedang awasi dia sambil urut
kumis. Paman itu nampaknya lesu.
„Aku lihat kau sekarang tambah malas," paman itu
tambahkan kemudian. „Kenapa kau tidak pernah pikirkan soal
hidupmu dibelakang hari ? Turut dalam ujian kau tidak lulus,
dirumah saja kau selalu nganggur, dengan diam saja, sampai
umur delapan puluh tahun juga kau tetap akan jadi siucay
melarat! Setiap hari kau buat main pedang kau hendak jadi
apa? Apa bisa jadi dibelakang hari kau hendak gunai senjata
itu buat pergi dijalanan akan jual silat untuk dapatkan uang ?"
Sekarang sang paman kelihatan keren.
Bouw Pek tidak enak hati, dia jadi serba salah, sedang buat
jawab sembarangan, dia tidak berani. Ketika dia mau
paksakan menyawab, paman itu sudah mendahului:
„Aku lihat paling baik kau minta bantuannya kouwma kau !"
demikian paman itu. „Toapeh dari kouwma dikota raja bekerja
sebagai cusu dalam Heng pau, itu bukannya pangkat kecil,
jikalau kau pergi kekota raja dan menemuinya, dia tentu bisa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

carikan pekerjaan untuk kau, asal kau mau bekerja betul, kau
pasti akan peroleh ke majuan . . . ."
„Benar," Bouw Pek lekas menyawab, „cuma, buat pergi
kekota raja, aku perlu lebih dahulu dapati surat dari piauwcek,
jika tidak, sesampainya disana aku tetap nganggur. Kemarin
aku pergi pada kouwma, surat dari kota raja tidak ada,
rupanya kita mesti bersabar lagi beberapa hari. Lantas, gunai
ketika yang baik ini, Bouw Pek teruskan :
,Pada tahun yang lalu, waktu bikin ujian diibukota propinsi
aku ketemu seorang dari Kielok, Kee Seng Hun namanya," dia
kata. „Sobat itu sudah lulus sebagai kiedjin dan sekarang jadi
tiekoan, baru saja dia pulang kekampungnya, maka aku pikir
besok aku mau pergi ke Kielok, akan mengunjungi sobat itu.
Aku ingin bicara dengan sobat itu, supaya jika bisa, biarlah dia
bantu carikan aku pekerjaan
„Memang sebenarnya kau perlu pergi ke luar, buat
dapatkan kenalan," berkata sang
paman. ,,Tanpa banyak kenalan, kendati kau terpelajar
tinggi, dengan diam saja dirumah, kau tidak nanti dapati Lauw
Pie yang tiga kali berkunjung kerumah gubuk. Setelah kata
begitu, Lie Hong Keng ber lalu, tinggalkan keponakan itu,
yang berduka sampai hampir menangis. Tapi sekarang
berbayang harapan baru didepan mata nya, dia harap
bayangan itu bisa bikin kecil kesukarannya. Maka itu, tidak
tempo lagi, dia lantas siap, sedia buntalan untuk besok
berangkat.
Sang tempo pun berlalu dengan cepat, besok pagi2 Sek
Tiong Hauw telah datang menyampar dengan keretanya
sendiri, maka dengan tidak buang tempo lagi, dia tenteng
buntalannya, bawa pedangnya, dan ikut sobat itu berangkat
ke Kielok.
Dalam perjalanan ini, Sek Tiong Houw gembira sekali.
„Kemarin aku telah pergi pada Bun Kim dirumahnya." dia
bilang, „aku telah kasih tahu padanya, bahwa kau mau pergi
ke Kielok. Kelihatan nyata yang Bun Kim sedikit cemburuan.
Kau tahu apa yang dia bilang padaku? Dia kata kalau kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ketemu si orang she Jie, ayah dan gadisnya, kau harus


wakilkan dia buat membikin pembalasan ! Sebaliknya,
katanya, kalau kau pergi buat nikah si nona she Jie, dia
selanjutnya tidak mau kenal kau lagi ! . . . "
„Gila!" kata Bouw Pek, dengan bersenyum ewah. „jangan
kata yang aku pergi bukan saja buat nikah si nona Jie itu,
taruhlah taruh kata benar aku hendak bawa dia pulang
sebagai isteriku, Bun Kim punya hak apa buat larang aku ?”
Bouw Pek tidak senang sekali, hingga pada saat itu juga dia
ambil putusan.
„Jikalau nona Jie benar elok dan gagah seperti katanya Sek
Tiong Hauw, tidak bisa tidak aku mesti nikah dia!" demikian
dia pikir. „Biarlah Bun Kim ketahui, terhadap dia aku akan
sengaja bangga bangga kan diri !....."
Tiong Houw lihat orang tidak senang, dia lalu sengaja ojok2
anak muda ini. Tapi Bouw Pek bukannya orang bodoh, dia
mengerti bahwa dengan ajak dia pergi ke Kielok, si sobat
niscaja kandung maksud tidak baik, rupanya, Tiong Houw
sedikitnya ingin dia kena dijatuhkan oleh keluarga Jie ayah
dan anak, agar dia mendapat malu.
„Aku tidak kuatir, aku nanti kasih lihat pada Tiong Hauw,
siapa aku ini !" demikian dia pikir pula.
Diwaktu tengah hari, mereka mampir di tengah jalan akan
cari rumah makan, sehabis bersantap dia lanjutkan perjalanan,
kira2 jam empat lohor mereka sudah sampai di Kielok. Bouw
Pek usulkan ambil hotel, tetapi Tiong Hauw ajak dia pergi ke
Tay Tek Hoo, akan menumpang ditoko beras itu, dimana dia
kenal baik kuasa toko sampai kuli dan bujang2.
Demikian, waktu mereka sampai Loo Cie, si kuasa toko.,
dengan cepat menghampiri mereka, sebab dia ini heran lihat
orang sudah datang pula, sedang perginya baru dua hari.
„Apa taukeh muda kami sudah sembuh ?" Loo Cie tanya.
„Belum, malah tambah bengkak !" Tiong Hauw jawab,
dengan sengaja. Dia lantas ajak kawannya masuk kedalam,
buat merebahkan diri dikamar, akan sedot asap muluk, hingga
asap itu jadi naik bergulung gulung .....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Ini Lie Bouw Pek, yang tauwkeh muda sering2 sebut,"


Tiong hauw kemudian kata seraya tunjuk sobat nya. „Sobatku
ini datang kemari buat urusan jodohnya....."
„Siapakah fihak perempuan ? Loo Chie tanya.
„Ialah gadisnya Jie Loo piauw tauw," Tiong Hauw jawab
secara terus terang.
Mukanya Lie Bouw Pek menyadi merah, serunya „jangan
kau dengarkan dia, tuan Cie, dia sedang ngaco !" dia kata.
„Sama sekali tidak ada urusan! Aku datang kemari melulu buat
pesiar. Kendati Bouw Pek sudah menyangkal, orang she Chie
itu tidak percaya, lebih percaya liong Hauw, Dia awasi muka
orang dengan roman heran.
„Nona Jie itu pintar dan elok." dia bilang. „Keluarga Jie asal
piauwsu, tetapi dia putih bersih dan terhormat, jikalau Lie
Siauwya ikat persanakan pada keluarga itu, tidaklah siauwya
akan terhina....."
Mendengar orang kata demikian, Bouw Pek menyangkal
makin keras. Tiong Hauw, yang terus melepus tidak kata
apa2, dia melainkan tersenyum dan tertawa.
Kemudian barulah Cie Ciangkui, si tuan kuasa, undurkan
diri.
„Bisa jadi Tiong Houw tidak cuma omong melulu." Bouw
Pek layangkan pikirannya. „Keiihatannya si tuan kuasa benar,
dialah nona Jie pintar dan elok, orangnya putih bersih......Aku
sendiri bukannya dari keluarga bangsawan, berendeng sama
dia, aku setimpal. ......"
Oleh karena memikir begini, anak muda kita jadi
berkeinginan keras akan segera ketemu si nona, guna
mendapatkan bukti.
Tatkala itu Tiong Hauw sudah berhenti menghisap, dia
panggil pegawai toko beras,, seorang she Ho yang dipanggil
Ho Hweekie Dia ini sanak jauh dari tuan toko orangnya cerdik
dan paling suka keliaran, maka segala kejadian diluaran,
kebanyakan dia ketahui, begitulah hal lelakon majikan
mudanya dengan si nona she Jie tidak bisa diumpatkan
darinya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Dua hari aku telah berlalu dari sini bagaimana dengan


keluarga Jie, apa tidak ada kabar baru ?" Tiong Hauw tanya
pegawai itu, dia bicara sembari tertawa.
„Orang dari keluarga terhormat, mana bisa jadi bisa terbit
onar," Ho Hweekie sahuti.
Tiong Hauw tertawa, lantas dia tunjuk Bouw Pek.
„Ini Lie Siauwya datang kemari buat tengok si nona she
Jie," dia kata.
„Inilah mudah," pegawai itu jawab dengan lantas. „Besok
ada keramaian digereja Tiang Cun Sie dipintu kota timur, aku
percaya nona Jie bersama ayah dan ibunya akan pergi kesana,
akan bersujut, kalau Lie Siauwya pergi duluan dan menantikan
didepan bio, dia tentu akan dapat dilihat." Bouw Pek tertawa
melihat roman orang yang lucu itu.
„Itulah mudah," dia bilang, „besok atau lusa pun boleh”
Mendadak Tiong Hauw berbangkit. „Aku tidak percaya yang
hatimu tidak ingin lekas2 !” dia kata, buat menggoda
sobatnya. Ho Hweekie sudah lantas undurkan diri.
Oleh karena sudah mendekati sore, Tiong Hauw tidak bisa
ajak sobatnya pergi kemana2, mereka bersihkan tubuh dan
dandan, lantas mereka duduk bersantap, akan kemudian naik
atas pembaringan dan tidur.
Malam itu Lie Bouw Pek tidak bisa tidur nyenyak. Esoknya,
diwaktu fajar, dia sudah mendusin, terus bangun akan mandi
dan salin pakaian. Dia sengaja pakai baju biru dan sepatu biru.
Memandang sobatnya itu, Tiong Hauw berpikir. Sobat ini
benar cakap dan romannya keren.
„Dibandingkan dengan Nio Bun Kim, dia jauh lebih
menang," dia berpikir. „Kalau si nona Jie lihat anak muda ini,
bisa jadi dia penuju dan lantas jatuh cinta ! Sungguh sobatku
ini beruntung andaikata dia bisa genggam bunga mawar itu
dalam tangannya....."
Oleh karena memikir demikian, diam2 Tiong Hauw pun
cemburuan. Lantaran ini, dia lantas sengaja pakai baju sutera,
pakai angkin dan kaca mata, begitupun kantong uang dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak lupai, hingga dia nampaknya aksi sekali. Dia tidak mau
kalah.....
Tidak lama telah datang waktunya dahar, Tiong Hauw dan
sobatnya diundang bersantap. Tapi pemuda gila basa ini sibuk
sendirinya, lebih dulu dia minta seorang pegawai pergi
kerumahnya Jie Piauwsu, akan tengok keluarga itu sudah
berangkat atau belum. Dia belum selesai dahar, atau pegawai
itu sudah kembali, air mukanya tersungging dengan
senyuman.
„Lie Siauwya benar berjodoh dengan si nona she Jie!"
berkata pegawai ini sambil tertawa. „Barusan waktu aku baru
saja sampai digang dirumahnya keluarga Jie itu, didepan
rumah sudah menunggu sebuah kereta besar, rupanya orang
tua itu hendak ajak isteri dan gadisnya pergi pesiar ke bio . . .
." Tiong Hauw jadi sangat besemangat.
„Hayo dahar lekasan, mari kita lantas berangkat!" dia desak
Bouw Pek. „Kalau orang sampai duluan di bio dan telah
bercampuran dengan orang banyak, sukar untuk cari mereka !
. . . ." Juga Bouw Pek ingin lekas2 dapat lihat si nona yang
begitu disohorkan, dia lalu dahar dengan cepat, maka
sebentar kemudian mereka sudah cuci tangan dan muka.
,,Bawalah pedangmu, sobat," Tiong Hauw kata pada
sobatnya.
Sesampainya didepan toko, Tiong Hauw kata pada
sobatnya :
„Lebih baik kita melongok dulu kerumah mereka, buat lihat
mereka sudah berangkat atau belum ...''Bouw Pek manggut
dan mengikuti dibelakang.
Selagi menuju kegang dimana ada rumahnya Jie Piauwsu,
Bouw Pek dan sobatnya dapat kenyataan Kielok ramai luar
biasa. Banyak orang umumnya mau pergi ke Tiang Cun Sie,
untuk bayar kaul, minta berkah dan pesiar. Terutama buat
anak2 muda, pesiar ketempat keramaian paling
menggembirakan. Suara roda roda kereta ramai sekali.
Sebentar kemudian kedua anak muda sudah sampai
dimulut gang yang dituju.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Itu rumahnya Jie Loopiauw," kata Tiong Hauw sambil


tunjuk rumah dengan pintu hitam disebelah utara jalanan.
„Tetapi, eh, mana keretanya ?” Dia menjadi sibuk sekali.
„Hayo, hayo kita menyusul ! Si nona tentu sudah berangkat!
...
Tidak tempo lagi, Tiong Hauw ajak sobatnya lekas berlalu
dari gang, begitu sampai dijalan besar dan lihat sebuah kereta
kosong, mereka lantas naik atas kereta itu.
„Ke Tiang Cun Sie di Tongkwan !" kata Tiong Hauw pada
kusir.
Keretanya Tiong Hauw dan Bouw Pek pun berjalan diantara
kereta2 lain, disepanjang jalan siorang she Sek terus
celingukan, Lakunya seperti alap2 saja, matanya mengawasi
nyonya2 muda, nona2 manis. Buat ini dia punya alasan,
katanya dia hendak cari Loo Piauw dan anak isterinya.
Kemudian dia nampaknya lesu juga, lantaran sampai begitu
jauh dia belum pernah tengok tampang mukanya nona Siu
Lian.
„Apa dia tidak jadi pergi ke gereja?'. Akhirnya dia
menduga2.
Bouw Pek juga memandang kekiri dan kekanan, dia lihat
nona2, tetapi tidak ada satu yang menarik perhatiannya,
hingga akhirnya dia kata dalam hatinya :
„Kalau Jie Siu Lian yang disohorkan elok sama saja dengan
mereka ini, kendati silatnya tinggi, tidak nanti aku mau adu
kepandaian sama dia, hari ini juga aku akan segera pulang ke
Lamkiong!..."
Dari atas keretanya, sedikit jauh didepannya, sekarang
Bouw Pek bisa lihat terpancernya dua tiang bendera yang
dicat merah , diatasnya dikibarkan selembar bendera kuning
Heng uy kie dengan ada tulisan empat huruf „Ban Kouw Tiang
Cun," Bendera itu menyatakan bahwa orang sudah sampai di
gereja Tiang Cun Sie.
Dua anak muda ini lompat turun dari kereta mereka, baru
saja mereka hendak turun mendesak diantara orang banyak
tiba2 dari samping ada yang memanggil mereka :
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Sek Siauwya !" katanya.


„Siapa ya ?" pikir Tiong Hauw, yang lantas menoleh
kejurusan dari mana suara panggilan datang.
Dari antara orang banyak lantas muncul seorang, tangan
siapa segera di gape2kan pada mereka. Setelah dia sudah
kenali orang itu, Tiong Houw girang bukan main, sebab orang
itu adalah Ho Hweekie si cerdik.
„Eh, kau sampai duluan ?" dia tegor.
„Aku telah dapat lihat Nona Jie ! dia kata, dengan tidak
perdulikan pertanyaan orang. ,Dia bersama ibunya serta
seorang kurus yang bermuka kuning.......”
„Dimana dia?" Tiong Hauw tanya.
„Dia baru saja masuk," sahut Ho Hweekie, sambil berpaling
kedalam bio.
Tiong Houw segera teriaki Bouw Pek.
„Marilah '" dia kata, seraja jalan dimuka, Ho Hweekie
dibelakangnya, dan Bouw Pek paling belakang. Tidak lama
mereka sudah sampai di toa thian, yang pun penuh dengan
orang, suaranya gemuruh, sedang asap hio mengulek
memenuhi ruangan.
Lie Bouw Pek tidak bisa lihat di bio itu dipuja patung apa,
bersama Tiong Hauw, dia celingukan, kebarat dan ketimur.
Ho Hweekie juga bantu mencari, sampai dia tarik tangan
bajunya Tiong Hauw.
„Lihat, apa itu bukan dianya ?” berseru pegawai ini
akhirnya. Tiong Hauw segera menoleh, Bouw Pek turut dia.
Tangannya Hweekie menunjuk pada seorang lelaki kurus dan
muka kuning, usianya baru empat puluh lebih, pakaiannya
baru, bajunya pendek, orang ini sedang berdesakan diantara
orang banyak.
Lie Bouw Pek telah dapat lihat orang yang dimaksudkan,
dia tercengang. Dia telah tampak seorang nona, yang
sekalipun didalam impian, dia belum pernah lihat. Dia mesti
mengawasi dengan bingung, seperti dua kawannya !
Si nona Jie, yang tidak ketahui sikapnya tiga orang itu,
terus pimpin ibunya buat diajak keluar, maka kemudian, Tiong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hauw juga ajak dua kawannya pergi keluar, akan mengikuti,


disepanjang jalan mereka terus mengawasi, sambil ulur leher
dan kaki berjingkat, supaya mereka tetap dapat lihat si nona,
kendati cuma belakangnya, kuncirnya saja.......
Tiang Cun Sie bikin perayaan, Jie Loothaythay, yang
percaya Hud Kauw, sudah lantas ajak gadisnya pergi bersujut.
Jie Loo piauw tauw tidak ikut, untuk iringi isteri dan anak nya
dia kirim Tee lie kui Cui Sam, si Hantu Bumi.
Siu Lian bergembira, berjejalnya orang banyak tidak
menjadi halangan baginya, dia hanya jemu kalau ketemu atau
menyaksikan tingkahlakunya beberapa pemuda hidung kapur,
yang bawa aksi menengil, yang menjemukan di pemandangan
matanya. iapun tidak senang, kalau ada orang awasi dia
mati2an, dia tidak bangga akan kecantikannya, dia hanya
anggap perbuatan orang itu tidak pantas. Karena dia bermata
jeli dia lantas dapat lihat sikapnya Tiong Hauw dan Bouw Pek,
yang mencurigakan.
Dua anak muda itu terus menguntit sampai diluar gereja,
dimana si nona dan ibunya telah hampirkan kereta mereka.
Pakaian sutera yang indah mentereng dari Tiong Hauw dan
pedangnya Bouw Pek, adalah dua hal yang menarik
perhatiannya nona ini.
„la bertubuh kekar dan membawa pedang, dia mestinya
mengerti silat," demikian Siu Lian pikir tentang Bouw Pek. „Dia
selalu ikuti kita, apakah dia musuh ayah atau konco dari
musuh ayah ?"
Oleh karena curiga, duduk dikeretanya, Siu Lian pasang
mata dibetulan jendela kereta, akan awasi dua orang itu.
Dengan jalan kaki, Tiong Hauw dan Bouw Pek terus
mengintil, mata mereka tetap ditujukan kereta. Mereka tidak
tahu, atau berpura2 tidak tahu, yang si nona perhatikan sepak
terjang mereka.
„Tidak salah lagi, mereka mesti musuh ayah," akhirnya Siu
Lian pikir. Mereka tentu kuntit aku buat ketahui aku pergi
kemana."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Nona Jie tidak takut, sebaliknya dia jadi gembira. Dia sudah
pikir, kalau dugaannya tidak keliru dan mereka itu turun
tangan, dia nanti tempur mereka, agar mereka mengerti
sedang berhadapan siapa.
Juga Tee lie kui telah bercuriga, apabila dia telah dapat
saksikan tingkah orang. „Dua orang telor busuk ini, kembali
jatuh hati pada nonaku!" pikir dia. „Mereka tentunya tidak
ketahui mereka sayang jiwanya atau tidak........"
Kendati demikian Cui Sam perintah si tukang kereta untuk
larikan kudanya. Maka sebentar saja, roda2 kereta lantas
menggelinding cepat, akan kemudian mulai masuk pintu kota.
Tiong Hauw dan Bouw Pek bertindak dengan cepat, akan ikuti
terus keretanya keluarga Jie, hingga mereka tinggalkan Ho
Hweekie, tetapi setelah kereta dilarikan cepat, mereka sendiri
pun ketinggalan, sedang Bouw Pek tidak niat lari sekuatnya
akan mengikuti terus. Dia lantas merandek.
„Rupanya mereka sudah engah!" dia kata sambil tertawa
„Biarlah mereka pulang duluan," Tiong Hauw bilang. „Kita
toh ketahui rumahnya
Sesampainya dipintu kota, dua orang ini lalu menyewa
kereta. Tukang kereta diperintah menuju kegang dalam mana
keluarga Jie tinggal, begitu sampai mereka lompat turun,
setelah membayar uang sewa mereka bertindak masuk
kedalam gang.
Pintu rumah keluarga Jie ditutup, rupanya dikunci rapat.
Mereka berhenti didepan rumah itu, berdiri mengawasi.
„Sutee," kata Tiong Hauw akhirnya sambil berbisik, „kau
telah saksikan si nona, pintunya sekarang dikunci, maka
terserah pada keberanianmu! Apa kau berani ketok pintu, buat
ketemu si nona akan tantang dia piebu ? Kalau kau menang,
dalam sekejap saja kau akan bertunangan dengan dia !" Oh,
bagaimana menggembirakan !"
Bouw Pek merasa seperti semangat nya sudah terbetot
oleh si nona she Jie. Dia mengerti anjurannya Tiong Hauw,
mengetok pintu dan majukan tantangan adalah perbuatan
lancang, dengan begitu, sobat ini harap sangat dia nanti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terguling ditangan nona itu. Kendati demikian, dia seperti lupai


bahaya. Dia tidak kata apa2, tetapi dia bertindak ditangga,
akan terus saja mengetok pintu..........
Menampak sobatnya benar2 ketok pintu air mukanya Tiong
Hauw berobah, buru2 dia mundur dua tindak. Dia terus awasi
sobat itu.
Lie Bouw Pek mesti ulangkan ketokannya sampai beberapa
kali, barulah daun pintu dibuka oleh seorang usdia tigapuluh
tahun lebih, tubuhnya tinggi dan besar, mukanya hitam,
kuncirnya dililit dikepala. Orang itu pakai pakaian sepan,
sepatunya sepatu „jiauw tee houw eh" — sepatu „harimau
menyakar tanah." Dengan roman bengis dia awasi tamunya,
yang dia tegor dengan kaku ; „Kau cari siapa ?"
Bouw Pek bisa lihat roman bengis dan sifat aseran orang
itu.
„Aku cari nona Jie buat piebu, aku tidak boleh tarik urat
dengan orang ini," dia pikir. Lalu dengan manis dia
menyawab: „Aku datang buat kunjungi Jie Loo piauw tauw...."
Sebelum si muka hitam menyahut, dipintu muncul orang
lagi, ialah si kurus muka kuning Dia terus saja bisiki si muka
hitam itu, hingga dia ini kelihatannya gusar.
„Ambillah golokku!" dia menitah. Kendati demikian, dia
maju melewati pintu, tangannya dia ulur, rupanya dia hendak
jambak tamunya. Bouw Pek mundur sampai dia turun dari
tangga. „Kau sebenarnya mau apa?" si hitam menegor. „Dari
gereja Tiang Cun Sie di Tongkwan, kau telah menguntit
sampai di sini! Aku kasi tahu kau, baiklah kau buka matamu
sedikit lebar! Jikalau kau memikir buat membunuh mati Jie
Loo piauw tauw, kau mesti lebih dulu cari tahu aku Ngo jiauw
eng Sun Ceng Lee, boleh dibuat permainan atau tidak!"
Ucapan ini segera disusul oleh sambaran kepalan.
Lie Bouw Pek tolong dirinya dengan tolak mundur kepalan
orang itu.
Tatkala itu Cui Sam sudah kembali dengan goloknya Sun
Ceng Lee, si orang she Sun lekas menyambuti, sambil maju,
dia terus menyerarg lagi.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Terpaksa Lie Bouw Pek cabut pedangnya akan menangkis,


akan layani penyerang yang aseran itu. Mereka telah
bertempur baru empat jurus, atau nona Jie telah muncul,
pakaiannya ringkas, kepalanya dibungkus, tangannya
memegang siang too, sepasang pedang.
„Sun Toako, silahkan minggir, kasi aku yang layani dia!"
berseru si nona, suaranya nyaring tetapi halus. Bouw Pek lihat
si nona keluar, dia lekas2 lompat minggir.
„Tahan dulu, tahan!" dia berkata. „Aku datang bukan
dengan maksud jahat, aku dengar nona ini bugeenya tinggi,
aku ingin piebu dengan dia. Kalau nanti kita sudah bertempur,
tidak perduli siapa yang menang atau kalah, aku akan lantas
berlalu lagi, aku tidak akan lama2 disini.
„Telor busuk!" Sin Ceng Lee membentak. „Ada alasan apa
maka sumoayku mesti piebu dengan kau?" Dia maju pula, dia
geraki goloknya dan menyerang.
Jie Siu Lian pun maju dengan tidak kata apa, kendati Sun
ceng Lee teriaki supaya dia mundur, dia tidak mau meladeni,
dia menyerang terus, sampai akhirnya sitoako mengantapnya.
Tapi toako ini pun terpaksa maju terus.
Dengan sebelah tangan Bouw Pek tangkis tiga golok dari
dua musuhnya, lantaran dia lihat dia dikepung, dia lantas
lompat mundur, disitu dia lemparkan sarung pedangnya. yang
dia lolosi dari pinggangnya, dan dia singsatkan pakaiannya,
hingga dia jadi bergerak dengan leluasa. Kemudian dia baru
merangsak lagi. Sembari berkelahi, dia perhatikan gerakan
golok si nona.
Dengan cepat sepuluh jurus telah lewat, lantas Sun Ceng
Lee berhenti menyerang, dengan napas tersengal2 dia berdiri
dipinggir sambil mengawasi!
Meski begitu, dia masih teriaki si nona akan mudur, akan
dia yang terus melayani musuh ....
Siu Lian tidak perdulikan kawan itu, dia sendiri terlalu repot
melayani Bouw Pek, pedang siapa bergerak2 laksana seekor
ular perak, yang sambar dia dari segala jurusan yang
menikam secara hebat. Kecuali repot telapakan tangannya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

juga sudah mulai gemetar, karena seringnya senyata mereka


beradu dan setiap kali beradu, tangannya kesemutan karena
hebatnya benturan !
Pedangnya tamu tidak dikenal itu bergerak makin seru,
tubuhnya enteng dan gesit
Sekali, tetapi sekalipun demikian, dia "bertempur sambil
unjuk muka tersungging senyuman, menunjukan sikap yang
manis, sedikit juga dia tidak tertampak bersungguh2 atau
sengit. Dan apa yang luar biasa, kendati serangan selalu
hebat, tidak ada satu yang diteruskan buat melukai dengan
sungguh sungguh. Nyata anak muda itu kuatir pedangnya
nanti minta korban.
Segera Siu Lian jadi sibuk berbareng malu dan heran.
Percuma dia mencari jalan akan balas rangsak musuh,
kesudahannya adalah dia terus kena didesak !
Cui Sam menonton dari sebelah dalam pintu, hatinya
berdebaran, dia kualir yang nonanya nanti kena dipecundangi.
Sun Ceng Lee kemudian maju pula akan membantu si nona
kepung lawan yang tangguh itu.
Penonton lain yang hatinya paling tertarik adalah Sek Tiong
Houw, yang menyaksikan dari tempat jauh. Dekat sama dia
ada beberapa orang lain yang kebetulan lewat disitu dan
berhenti akan menonton, kapan mereka lihat ada orang
sedang adu kepandaian. Diantara mereka ini, tidak ada satu
yang kelihatan mau memisahkan.
Adalah saat itu Jie Hiong Wan muncul di mulut gang,
tangannya menenteng kurungan burung, dalam mana ada
seekor burung gelatik.
Sek Tiong Hauw sudah lantas dapat lihat orang tua itu,
tidak tempo lagi, dia lari menyingkir. beberapa orang yang
lihat jago tua itu lalu menghampirinya.
Lihat, Jie Loosiok," kata mereka, „lihat, si nona sedang
bertempur!"
Hong Wan kaget, dia lantas lari kegang maka dari situ, dia
lantas menyaksikan pertempuran antara gadisnya dan seorang
yang tidak dikenal, dengan muridnya berada di fihak anaknya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

itu. Sambil berlari2, dia pasang mata. Dia bermata tajam,


begitu lihat, gerakan tangan orang, dia lantas mengerti bahwa
anak muda itu muridnya guru yang pandai. iapun lihat yang
anaknya sudah ke teter, bahwa Sun Ceng Lee sudah tidak
punya guna. Tapi diapun mengerti, bahwa orang tidak
bermaksud jahat, karena itu
dia tidak terkejut seperti semula.
„Tahan!" dia berteriak, setelah datang dekat. „Tahan!"
Lie Bouw Pek tidak lantas hentikan gerakan pedangnya,
ujung pedangnya sementara itu telah kena sontek jatuh
saputangan orang yang dipakai mengikat kepala.
Siu Lian lihat ayahnya, dia lari menghampirkan orang tua
itu.
„Ayah, orang itu menghina kita!......."
Napas Sun Ceng Lee sudah sangat memburu, kendati
demikian, dia masih tidak mau undurkan diri, dia paksa
hendak rangsak fihak lawan.
Hiong Wan serahkan kurungan burungnya pada anaknya,
golok siapa sebaliknya dia ambil. Dia maju menghampirkan,
kemudian sambil berlompat, dia menjelak, akan tahan senjata
kedua fihak.
„Tahan!" dia berteriak pula. „Aku Jie Hiong Wan. Marilah
bicara! jangan bertempur terus!" Lie Bouw Pek lompat mundur
beberapa tindak.
„Suhu, orang ini kurang ajar!" kata Sun Ceng Lee, dengan
napas masih memburu. „Mari kita hajar dia, supaya dia kenal
kelihayan kita!......"
„Keliehayan kita?" jago tua itu ulangkan dengan bersenyum
tawar. „Kelihayan
apa kita punya? Sudah sekian lama kita berdiam di rumah
saja, guna lewatkan penghidupan tenteram, tidak urung masih
saja tidak putusnya datang orang2 yang ganggu kita, yang
menghina kita....."
Lantas jago tua ini ulapkan tangan pada gadisnya, buat kasi
tanda supaya anak itu pergi pulang, sedang Sun Ceng Lee dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

minta supaya jangan bicara lebih jauh. Sesudah itu, dia hadapi
Lie Bouw Pek.
„Melihat romanmu, tuan, kendati kau pandai silat, kau
mestinya bukan orang dari kalangan Sungai Telaga," dia
berkata. „Kita tidak kenal satu pada lain, diantara kita tidak
ada permusuhan, kenapa kau satroni rumah kita dengan
bawa2 senjata, kenapa kau coba perhinakan anak perempuan
dan muridku?"
Tiat cie tauw bicara dengan hormat, tetapi perkataannya
tajam. Maka itu, ditanya demikian rupa, Bouw Pek menjadi
bermuka merah, bahna jengah. Lekas dia jumput sarung
pedangnya, masukkan pedang kedalam sarungnya dan
mencantel kan di pinggangnya. Dia pun lekas lekas rapikan
pakaiannya.
„Maafkan aku, loocianpwee," dia kata seraya unjuk
hormatnya, „harap loocianpwee tidak menyadi gusar oleh
karena perbuatanku ini yang sembrono. Tapi baiklah
loocianpwee tidak keliru mengerti, aku sebenamja tidak
kandung maksud jahat, kami bertempur sebab aku tidak dikasi
tempo buat bicara. Aku Lie Bouw Pek dari Lamkiong, aku
muridnya kedua suhu Kang Lam Hoo dan Kie Kong Kiat......"
„Jie Lauw Tiauw terperanyat apa bila dia dengar nama dua
hiapkek tua itu, hingga dia awasi anak muda itu dengan
mendelong.
„Kiranya kau muridnya kedua loohiapkek itu?" dia
menegasi. „Kie Kong Kiat sobat kekalku, ketika dia tinggal di
Lamkiong, dia sering kunjungi aku. Kami seperti saudara
benar. Kang Lam Ho aku tidak kenal, aku belum pernah
ketemu dia, akan tetapi namanya yang besar aku sudah lama
dengar, aku memang kagumi dia. Anak muda, kau adalah
loohiantit dari aku!"
Setelah kata begitu, jago tua ini tertawa, dia maju akan
pegang tangan orang.
„Mari hiantit, silahkan masuk, kita boleh bicara didalam
rumahku!" dia mengundang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek terima baik undangan itu. dia ikut masuk. Tapi
sekarang dia tambah jengah, karena dia dengar tuan rumah
bilang, guru she Kie adalah sobat kekal dari tuan rumah ini.
Hiong Wan undang tamunya kekamar barat, yang berada
dibagian luar dari rumahbesar. Dia perintah Cui Sam ambil teh
dan tamu ini dia ajar kenal pada Sun Ceng Lee, siapa telah
ikuti gurunya itu dengan hati tidak tenteram karena dia tidak
sangka bahwa diantara gurunya dan si tamu sedikit nya ada
hubungan tidak langsung......
Bouw Pek berlaku hormat, pada Ceng Lee dia haturkan
maaf.
„Sejak aku tutup perusahaan piauw, selama ini sudah
berjalan enam atau tujuh tahun, aku selalu berdiam dirumah,"
tuan rumah kemudian berkata menerangkan keadaannya
sendiri. Sejak itu, aku tidak punya hubungan lagi dengan
sobat ku dari kalangan Sungai Telaga. Gurumu, Kie Kong Kiat,
tinggal dekat dari sini, dia suka kunjungi aku, sebaliknya aku
tak pernah balas mengunjunginya. Adalah setelah lama juga,
baru aku dengar yang sobatku itu telah meninggal dunia.
Sekarang ini usiaku sudah tua, tentang anak2 muda, aku tidak
ketahui, dengar nama mereka pun tidak. Ini, hiantit, terbukti
dengan kau sendiri, aku tidak kenal kau kendati kau muridnya
sobat kekalku. Coba kau tidak perkenalkan diri, pasti aku terus
tidak ketahui, yang dimana hidupnya, gurumu telah terima
kau sebagai muridnya. Kau murid yang baik!"
,,Kau telah undurkan diri, loocianpwee, tidak heran apabila
kau tidak kenal aku!" kata Lie Bouw Pek, yang lebih jauh lalu
tuturkan hal ihwalnya sendiri.
„Ada urusan apa maka kau dalang kemari, hiantit?"
kemudian tuan rumah tanya.
Ditanya begitu, Bouw Pek kemekmek. Tadinya dia tidak
mau mengasi tahu hal yang sebenarnya, tapi mengingat tuan
rumah adalah sobat gurunya, sedang wayahnya si nona telah
menarik sangat hatinya, dia anggap baik dia berlaku terus
terang. Maka mesti dengan kurang lancar, dia menyahut;
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Maksudku yang pertama adalah buat kunjungi


loocianpwee, nama loocianpwee telah lama bikin aku kagum,
sedang loocianpwee adalah sobat baik dari guruku. Sebab lain
lagi, adalah aku telah dengar loocianpwee punya puteri, yang
budi nya tinggi, tentang siapa katanya loocianpwee pernah
omong, kalau ada anak muda yang belum menikah, yang
berani lawan piebu dengan puteri itu dan bisa menangkan
siputeri, si anak muda boleh lantas lamar puterimu itu.
Begitulah dengan lancang aku telah datang kemari dan lawan
piebu puteri loocianpwee......"
Bouw Pek likat, kendati demikian, dari sakunya tarik keluar
sapu tangan sulam pembungkus kepala Siu Lian, yang tadi dia
sontek terlepas dari kepalanya si nona selagi mereka
bertempur. Dia letakkan saputangan itu diatas meja, selaku
bukti dari kemenangannya Saputangan itu agaknya seperti
Siukiu saja.......
Melihat saputangan itu, Jie Hiong Wan mendongkol, tetapi
kemudian., dia tertawa berkakakan.
,,Loohiantit, kau telah dipermainkan orang!" kata dia
dengan tiba2. „Sama sekali aku tidak pernah lepas kata
demikian!"
Bouw pek terperanjat, Tapi dia masih belum mau mengerti.
Ketika dia hendak buka mulutnya, tuan rumah dului dia;
„Anakku, Siu Lian, sedari masih kecil, sudah ditunangkan,"
berkata tuan rumah ini. , ,Tunangannya adalah putera yang
kedua dari Beng Loo piauw tauw dari Soan hos hu. Tahun ini
anakku masuk umur tujuh belas, lain tahun aku
menghantarkan dia ke Soan hoa guna langsungkan
pernikahannya. Bagaimana, anak yang sudah ber tunangan
aku mesti janjikan lagi pernikahan dengan orang lain, dengan
perjanjian piebu dulu? Aku percaya, dalam hal ini kau sudah
jadi korban dari kawan sepantarmu, yang telah permainkan
kau. Kau percaya obrolan kawanmu, kau telah datang kemari
mencari aku. Tapi aku tidak gusar, loohiantit, aku pun harap
kau tidak kecil hati. Aku girang bisa ketemu kau, loohiantit,
dengan begini aku jadi dapat tahu, yang sobatku almarhum
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sudah dapat kan kau, murid yang berharga. Selanjutnya tidak


ada halangan kau sering2 datang padaku disini. Aku nanti
lihat2 nona yang sembabat untuk kau."
Tapi Bouw Pek melongo setelah mendengar keterangan
tuan rumah, dia seperti orang yang diguyur air dingin,
pengharapannya seperti telah terbang dengan mendadak. Hal
ini dengan sebenarnya bikin dia hilang harapan. Maka
akhirnya, dia menghela napas.
„Cukup, lauwsiok, baik kau tidak omong lebih jauh, aku
malu . . . . " kata dia. Dia lalu berbangkit sambil gedrukkan
kaki. ,Aku sungguh lancang aku bersyukur yang lauwsiok telah
tidak gusari aku. Sebenarnya, selanjutnya aku tidak ada muka
akan datang ketemui lauwsiok pula.....
Bouw Pek angkat tangan memberi hormat,, lantas dia
bertindak keluar.
Juga Jie Hiong Wan turut merasa tidak enak hati, karena
dia mengerti kejengkelan orang. Dia lekas berbangkit, buat
menahan anak muda itu.
„Silahkan duduk dulu, hiantit, mari kita bicara lebih jauh,"
dia berkata „Tentang kejadian ini baiklah kita pandang seperti
tidak terjadi, baiklah kita jangan ingat lebih lama pula......"
Bouw Pek geleng kepala.
„Tidak, aku ingin berlalu sekarang," dia menyahut, dengan
masgul. Dia lalu menjura pada tuan rumah, lantas dia berlalu.
Hiong Wan hantar anak muda itu sampai diluar.
„Kalau sebentar kau sampai dirumah dan ketemu sobatmu,
harap kau jangan bikin ribut dengan dia itu," dia pesan
„Memang sudah biasanya anak2 muda suka gauwkun satu
sama lain, secara melewati batas....." Kembali Lie Bouw Pek
geleng kepala.
„Aku tidak akan sesalkan sobatku," dia bilang, „aku hanya
sesalkan diriku, yang terlalu semberono!....."
Sekarang mereka sampai dipintu luar, Bouw Pek permisi
berlalu. Tindakannya lesu, semangatnya telah runtuh, agaknya
dia sama dengan anak sekolahan yang tidak lulus dari
ujian......
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Baru saja dia muncul digang, Sek Tiong Hauw sudah papaki
dia. „Bagaimana, apa kabar girang telah di dapatkan sobat?"
sobat jail ini menanya. Tapi Lie Bouw Pek pandang sobat itu
dengan senyuman ewah, tampang mukanya merah.
„Kau benar pandai menipu orang !" dia kata dengan
mendongkol. , Kau telah bikin aku lakukan suatu perbuatan
semberono dan lancang !" Setelah kata begitu, dia jalan terus.
Tiong Hauw tidak puas, tetapi dia tidak kata apa2, dia ikuti
sobat itu, pulang ketoko Tay Tek Hoo.
Sesampainya dikamarnya, Bouw Pek lolos kan pedangnya
dan letakkan senjata itu diatas meja. Dia lalu menarik napas
panjang dan pendek, dia jatuhkan diri dikursi, dimana dia
duduk menyender dengan lesu. la menyesal bukan main.
Tiong Hauw rebahkan diri ditanah, buat terus sedot pipanya.
„Sutee, bagaimana kau bilang bahwa aku telah tipu kau ?"
dia tanya sembari ngelepus. „Mustahil nona Jie kurang cantik,
bugee nya tidak sempurna ? Apakah dia tidak setimpal dengan
kau ?" Jawaban itu tidak sedap didengarnya oleh Bouw Pek.
„Bagaimana kau tidak tipu aku? Coba jawab kapan Jie
Piauwsu pernah keluar kan omongan, bahwa dia suruh
anaknya piebu buat cari pasangan untuk si anak sendiri ?"
Mendengar demikian, Tiong Hauw tertawa berkakakan.
„Jikalau aku tidak kata demikian, belum tentu kau suka
datang kemari," dia jawab „Tapi, tidak perduli Jie Piauwsu
pernah mengucap demikian atau tidak, kau sekarang sudah
piebu dengan nona she Jie itu ! Potonganmu, romanmu,
bugeemu, semua dapat dilihat oleh Jie Piauwsu, kalau kau
buka mulut meminang puterinya itu, mustahil dia nanti tampik
kau ?"
„Kau tidak ketahui !" Bouw Pek bilang, sambil bersenyum
dingin. „Jie Loo piauwsu sebenarnya sobat kekal dari suhu
semasa hidupnya suhu, sedang puterinya itu sedari siang2
telah ditunangkan pada putera kedua dari Beng Loo piauw
tauw dari Soanhoa ! Tahun depan si nona akan diantar ke
rumah fihak Beng itu !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tiong Hauw tampaknya putus harapan juga, apabila dia


dengar keterangan itu,
„Si bocah she Beng sungguh beruntung ! " akhirnya dia
mengeluh. „Siapa tahu,
bahwa Jie Piauwsu sudah jodohkan mustikanya yang
berharga itu? Sudah, anggap saja kita yang kurang hokkie !
Kau masih mujur, sutee, kau bisa tandingi si nona sekian lama
dan kau bisa sontek bungkusan kepalanya, tidak seperti Nio
Bun Kim, selain tidak memperoleh suatu apa, kecuali
hidungnya matang biru, pipinya bengkak ! dia itu barulah sial
dangkalan !. . . ." Tiong Hauw ketawa, lantas dia sedot pula
pipanya ber ulang2. Bouw Pek tidak mau adu mulut dengan
suheng yang punya lidah tajam itu, dia duduk bercokol
dengan pikirannya melayang pada Jie Siu Lian, sinona cantik
manis dan gagah. Dia mesti akui, siangtoo dari sinona liehay,
orang sembarangan sukar bisa menandingi.
„Apabila aku bisa dapati isteri seperti dia itu, sekalipun
melarat, aku puas......"
anak muda ini melamun. „Sekarang aku berusia duapuluh
tahun, aku telah cari nona elok dan gagah, sebegitu jauh aku
belum berhasil, sekarang aku dapat lihat si nona Jie, siapa
tahu dia sudah tidak merdeka......... Nona Jie adalah tunangan
si orang she Beng, sekarang aku tidak boleh harap lagi
padanya, itu .adalah perbuatan sangat tidak pantas. Sekarang
terbukti, buat aku makin sukar cari pasangan seperti yang aku
cita2kan. Dimana dikolong langit itu aku bisa cari nona seperti
nona Jie ini?"
Masgul dan menjesal telah mengaduk jadi satu dalam
hatinya Bouw Pek, dia berbangkit dan mondar mandir, hingga
dia jadi serba salah.
„Marilah kita pulang, sekarang juga!" dia lalu desak Tiong
Hauw. Tapi si orang she Sek malas lakukan perjalanan dengan
segera karena dia masih ke tagihan.
„Kenapa terburu2 ?" dia gunakan alasan, Dirumah toh tidak
ada pekerjaan apa juga?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kalau kau tidak mau pulang, aku nanti pulang sendiri !"
kata Bouw Pek seraya berbangkit. „Aku bisa sewa kereta!Aku
tidak betah berdiam lebih lama pula disini!"
Tiong Hauw tertawa, tertawa terpaksa, karena hatinya
tidak senang.
„Adatmu keras sekali," dia bilang. „Mustahil lantaran tidak
bisa dapatkan istri, lantas di Kielok ini kita tidak bisa tinggal
sedikitnya sehari lagi ?". Ketika itu, Ho Hweekie bertindak
masuk. Dia baru saja tiba. ,Ho Hweekie, tolong carikan
kereta!" Bouw Pek kata pada pegawai itu. „Sekarang aku mau
kembali ke Lamkiong !'
„Kenapa begitu, Lie Siauwya ?" pegawai itu tanya. „Apa
tidak baik buat siauwya berdiam pula disini satu dua hari ?'
Tapi Bouw Pek tidak bisa dibujuk.
„Aku ada urusan, aku mau pulang sekarang juga," dia
sahuti. „tolong kau pergi kepersewaan kereta, lihat ada kereta
buat ke Lamkiong atau tidak "
Pegawai itu tidak menyahuti, dia juga? tidak lantas pergi,
dia hanya mengawasi Tiong Hauw, yang sedang asik dengan
pipanya.
Tiong Hauw masih hendak berdiam di Kie lok, dia pun tidak
ingin berada bersama2 lebih lama dengan orang she Lie ini,
yang dia anggap adatnya keras dan kukoay.
„Baiklah, pergi kau tolong carikan kereta buat Lie Siauwya,"
dia kata. „Kau mesti cari tukang kereta yang dikenal, jangan
nanti Lie Siauwya tidak dihantar pulang ke Lamkiong, hanya
dia pergi ketempat lain buat menjadi hweeshio !" Sembari
kata begitu, dia berbangkit dengan cepat. dan tambahkan:
„Apakah kau tidak ketahui, Ho Hwee kie ? Lie Siauwya batal
menikah dengan Nona Jie, dia sekarang lagi tidak senang hati
!" Bauw Pek mendongkol.
„Sudah kau tipu aku, sampai aku lakukan perbuatan
semberono, sekarang kau masih goda aku ?" dia menegor.
Tiong Hauw duduk, dia tertawa bergelak gelak.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi Ho Hweekie mengerti selatan dia tidak berani tertawa,


lekas berlalu buat mencari kereta. Maka tidak lama berselang
dia sudah kembali dengan sebuah kereta sewaan.
Lie Bouw Pek ambil buntalan dan pedangnya, dia terus
bertindak akan naik keatas kereta. Cie Ciangkui hantar
tamunya sampai diluar.
„Kalau ada ketika, siauwya, aku harap kau suka sering2
datang pesiar ke sini !" dia kata dengan manis.
„Terima kasih," sahut Bouw Pek yang kasi hormatnya dari
atas kereta. „Jalan !"
Roda2 kereta lantas bergerak menuju keluar kota,
meninggalkan kota Kielok, "menuju Lamkiong. Beda daripada
waktu perginya, Bouw Pek tidak punya nafsu akan awasi
pemandang alam disepanjang jalan. Dia tetap masgul dan
tidak keruan rasa. Syukur buat dia, malam itu dia bisa sampai
dikampungnya, didepan rumah pamannya. Dia lompat turun
dari kereta, bayar uang sewaannya. lantas masuk kekamarnya
yang sunyi. „Kau sudah pulang?" tanya Hong Keng, sang
paman. „Apa kau ketemu dengan sobatmu itu yang pernah
jadi tiekoan ."
„Tidak," keponakan ini membohong ,katanya sudah
berangkat ke Pakkhia. . . ."
Hong Keng menjadi hilang harapan, dia berlalu dengan
masgul.
Malam itu Bouw Pek tidak bersantap, Dia kehilangan
nafsunya. Diapun duduk membaca buku. Dia hanya duduk
bingung, mengawasi lampu. Dia berduka bukan main .Akhir
nya dia naik keatas pembaringannya buat.coba tidur.
Karena lelah, anak muda ini bisa tidur. Akan tetapi dalam
nyenyaknya tidur dia mimpi, dia mimpi sedang piebu dengan
Siu Lian, kemudian dia ketemu dengan Jie Hiong Wan, yang
suka serahkan puterinya pada nya.
Ketika sang pagi datang, Bouw Pek malas bawa pedangnya
kebelakang untuk berlatih sebagaimana kebiasaannya setiap
hari. Pohon gandum didepan rumah mengasi pemandangan
menarik, bunga2 toh indah, pohon yang liu dikejauhan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mengasi pemandangan bagus, tetapi semua itu sebaliknya


menambah kemasgulannya anak muda ini, yang sedang rindu,
semangat nya seperti sudah hilang.
Selang dua hari, Tiong Hauw pulang dari Kielok, dia lantas
tengoki sobatnya ini, buat ajak dia mengunjungi Nio Bun Kim.
„Tidak," sahut Bouw Pek, yang menampik sambil goyang
kepala. Sobat jahil dan dengki ini mau bicara tentang Siu Lian.
„Jangan!" Bouw Pek mencegah.
Menampak sikap orang, Tiong Hauw hilang
kegembiraannya, maka duduk tidak lama, dia pamitan dan
pergi. Sembari bertindak keluar, anak muda ini bersenyum
sindir. Didalam hatinya dia kata: „Percuma kau pikirkan si
nona ! tidak bisa jadi Jie Hiong Wan batalkan pertunangan
puterinya dengan siorang she Beng!"
Bouw Pek memang tidak setuju Tiong Hauw dan Bun Kim,
sekarang terbit urusan ini, yang bikin dia malu dan kecewa,
selanjutnya dia makin tidak suka bergaul dengan mereka itu.
Sang tempo tidak perdulikan Lie Bouw Pek, dia jalan tetap
seperti biasa. Maka sekali, dua bulan sudah lewat. Sekarang
dunia berada dipermainkan musim Hee.
Bouw Pek jadi tambah malas, kecuali baca buku, setiap hari
dia rebah saja di
pembaringannya. Pelajaran surat dan silatnya telah dia
alpakan betul2. Dia juga tidak perhatikan pakaiannya, yang
tidak pernah rapi, melainkan senantiasa kucel. Tapi dia tidak
ketahui betul, kenapa dia telah berobah jadi begitu rupa.
Pada suatu hari Lie Hong Keng pergi kekota, kerumah
bibinya, sepulangnya dia kelihatan gembira sekali. Dia
keluarkan sepucuk surat, yang katanya baru diterima dari
Pakkhia, surat itu dia serahkan pada Bouw Pek, buat dia ini
baca.
Sanak perempuan anak muda ini telah menikah dengan
hartawan she Kie didalam kota, bibi ini punya ipar, yaitu
toapeh, Kie Thian Sin namanya, yang bekerja di kotaraja,
menjadi cusu didalam Hengpou. Sudah sejak satu tahun yang
lalu, Lie Hong Keng kirim surat pada cusu itu, buat minta
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tolong dicarikan pekerjaan untuk Bouw Pek. Sudah lama


berselang, baru sekarang datang balasan, Kie Thian Sin tulis,
minta supaya Bouw Pek berangkat saja kekotaraja.
,,Lihat, piauwcek kau adalah seorang baik!" kata Hong
Keng pada keponakannya itu. Sekarang sudah pasti dia telah
dapatkan suatu pekerjaan untuk kau, cuma tidak tahu,
pekerjaan itu kau sanggup lakukan atau tidak, maka dia minta
kau datang lebih dulu, buat cari tahu tentang kesanggupan
kau. Pergilah kau kekota raja, tentang makan pakaianmu
disana tentu dia yang urus. Kalau kau bisa bekerja dikota raja,
itu lebih baik daripada menjadi tiekoan disuatu kota diluaran !
Kau harus bekerja hati2, dan mesti robah adat kau, jangan
kau bawa adatmu yang kukuh, adat keras jelek."
Bouw Pek suka turut perkataannya paman itu, dia memang
niat pergi merantau guna hiburkan diri, sedang dia dengar
Pakkhia adalah kota besar dan ramai, yang banyak
pemandangannya yang indah. Dia percaya, dengan pergi
kekota raja, matanya akan jadi terbuka. „Baiklah, aku nanti
pergi!" dia jawab.
„Kau boleh lantas siap," sang paman kata pula dia periksa
Lak Jit dan dapatkan lusa adalah hari baik „Kau boleh
berangkat lusa."
Bouw Pek menurut, dia lalu benah kan buntalannya.
Besoknya dia pergi kekota akan pamitan dari bibinya. Dihari
ketiga, pagi dia sudah siap. Lie Hong Keng telah beri
kan dia lima puluh tail buat ongkos perjalanan. Dia terima
uang itu sambil haturkan terima kasih, kemudian dia kasih
hormat pada encek dan encimnya buat ambil selamat
berpisah. Dia berangkat dengan naik sebuah kereta sewaan.
Baru saja kereta meninggakan Lamkiong, menuju keutara,
hatinya Bouw Pek sudah mulai terbuka. Pekerjaan bulan
tujuannya yang utama. Cita2nya adalah merantau, akan
melihat dunia yang luas, guna saksikan tempat2 yang tersohor
indah. Dia kandung harapan agar nanti bisa ketemu nona
yang mirip dengan Jie Siu Lian, supaya dia bisa menikah
dalam kepuasan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi udara sangat panas, duduk didalam kereta Bouw Pek


merasa gerah dan panas, hingga dia rasai kepalanya pusing.
Pun duduk terlalu lama dalam kereta mendatang kan rasa
pegal dan sakit.
„Aku harus beli seekor kuda," demikian dia pikir. Pamannya
berikan dia limapuluh tail, dia sendiri punya sisa uang
duapuluh tail lebih, dengan hampir delapan puluh tail
dikantong, dia rasa dia kuat beli seekor kuda.
Demikian, waktu dia sampai di Kieciu, Bouw Pek lantas
turun dari kereta buat bayar uang sewaannya, kemudian dia
pergi ketoko kuda buat beli seekor kuda. Dia pilih seekor kuda
bulu putih yang lumayan, harganya empat puluh tail, sedang
untuk pakaian kuda lengkap dengan cambuk, dia mesti bayar
delapan tail. Dia mesti bikin kantongnya berkurang isinya.
sampai separoh lebih, tapi dia merasa puas. Dia lompat naik
atas kudanya gunai cambuknya dan kuda itu lantas kabur !
Anak muda itu paling gemar menunggang kuda selagi ada
dirumah, selama bergaul rapat dengan Nio Bun Kim dia sering
pinjam kuda sobatnya itu, siapa punya dua ekor. Lantaran ini,
dalam hal mengendalikan kuda dia cukup pandai. Karena ini
juga, kendati kudanya tidak jempolan, dia bisa bikin kuda itu
nampaknya jempolan. Dia sampai lupa, yang uang bekalan
dari pamannya dia telah bikin ludes.
Oleh karena hawa udara panas, Bouw Pek pun lantas beli
tudung rumput besar yang dipanggil tudung ,ma lian po".
Dengan pakai tudung semacam ini, dengan pakaian nya yang
ringkas, dengan pedang tergantung diatas sela kuda, dia
benar2 mirip dengan hiapkek muda dari kalangan Sungai
Telaga. Dia tinggalkan kota Kieciu, menuju terus keutara.
Hari itu Bouw Pek bisa lalui perjalanan tujuh puluh lie lebih,
dia telah seberangi kali Huyang, Dia singgah satu malam
lantas esoknya pagi2 dia lanjutkan perjalanannya. Kira2 jam
sepuluh siang dia telah sampai didaerah Bukiang. Disini dia
kasi kudanya jalan pelahan2, sebab hawa udara sangat panas.
Disitu kebetulan tidak ada banyak kereta yang mundar
mandir,begitupun orang yang berlalu lintas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Apa aku mesti lakukan sesampainya di Pakkhia?" demikian


Bouw Pek layangkan, pikiran. Andaikata aku dipekerjakan di
Hengpou, apa aku sanggup akan setdiap hari duduk
membungkuk menghadapi pit dan kertas saja ? Sebenarnya
paling benar andaikata aku bisa bekerja sebagai guru silat
atau piauwsu ! Tapi piauwcek seorang pembesar dari
kalangan bun, mana dia mau. ijinkan aku bekerja sebagai
kauwsu atau piauwsu, yang dimatanya adalah semacam
pekerjaan rendah ?'
Ngelamun begini, hatinya Bouw Pek jadi mengkerat.
„Perjalanan ini sungguh tidak terlalu menggembirakan." pikir
dia akhirnya.
"Perjalanan telah dilanjutkan kira2 sepuluh lie, waktu Bouw
Pek mesti berpaling kebelakang dengan mendadak, karena
kupingnya segera tangkap suara berisik dari kaki2 kuda. Baru
saja dia melihat, segera tiga ekor kuda lagi menerobos
disampingnya. Dia dapatkan penunggang nya dua orang lelaki
dan satu orang perempuan, semua berpakaian ringkas, kedua
lelaki pakai tudung lebar. Mereka ini yang satu bertubuh
tinggi, yang satu nya sedikit gemuk. Yang perempuan
kepalanya dibungkus dengan saputangan hitam, bajunya dadu
muda, celananya hitam, kakinya kecil, dilihat dari sikapnya dia
adalah penunggang kuda yang pandai. Tapi yang paling
menarik adalah golok kangtoo, yang tergantung atas masing2
sela kuda.
„Siapakah mereka ?" pikir Bouw Pek, yang heran sekali.
„Kelihatannya mereka bukan bangsa penjual silat ! Mereka
lebih mirip dengan kawanan penjahat !"
Oleh karena tertarik hati dan curiga, Bouw Pek keprak
kudanya buat coba menyusul, tetapi begitu sudah dekat
beberapa puluh tindak, dia kendalikan kudanya supaya tidak
datang dekat mereka itu. Dia menguntit sambil coba
memperhatikan tubuh dan muka orang. Kebetulan buat dia,
beberapa kali tiga orang itu menoleh kebelakang, hingga
muka mereka bisa terlihat jelas hingga anak muda kita bisa
ingat dan menduga2 juga umur mereka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lelaki yang jangkung berumur kurang lebih tiga puluh


tahun. Mukanya merah kumisnya pendek. Lelaki yang agak
gemuk, yang tubuhnya tidak tinggi, bermuka hitam sepasang
matanya tajam bengis. Umurnya baru dua puluh lebih. Yang
perempuan mestinya berusia duapuluh empat, mukanya
panjang, kulit mukanya agak hitam tetapi romannya menarik.
Pada pipinya kiri, dibetulan lekuk, ada titik merah dan titik ini
membikin dia kelihatannya bengis.
Mereka itu melarikan kuda dengan tidak banyak omong,
kelihatannya mereka lagi hadapi urusan penting Mestinya
disebelah depan ada sesuatu yang menunggui mereka, yang
mereka harus kerjakan. Rupanya sedang menyusul atau
mengejar.
Lewat lagi dua tiga lie, lantas tiga orang itu sering sekali
menoleh kebelakang, saban2 mereka bicara satu pada yang
lain. Sekarang kelihatan nyata mereka curigai anak muda kita,
yang terus berada disebelah belakang mereka.
Lie Bouw Pek bawa sikap anteng, dia lari kan kudanya,
akan tetapi tidak terlalu dekat pada mereka. Tapi sekalipun
berpura2 tidak perduli, dia selalu pasang mata atas gerak
gerik orang. Ketika sudah lewati lagi satu lie, mendadak tiga
orang itu tahan kuda mereka dan berhenti.
Lie Bouw Pek tidak gubris orang, dia jalan terus. Sekarang
dia mesti maju, akan lewati mereka itu, supaya mereka jangan
curiga. Disaat sudah datang dekat tiba2 si jangkung
lintangkan kudanya dan memegat. ,,Eh, sobat, kau bikin apa
?" si jangkung menegor.
Bouw Pek berpura2 tercengang, dia angkat kepalanya dan
mengawasi dengan melongo.
„Aku membikin perjalanan." dia jawab secara polos.
„Kau mau pergi kemana?" si yangkung tanya pula. „Ke
Pakkhia."
Dijawab begitu si jangkung agaknya sangat ketarik hati, dia
mengawasi orang dari atas sampai kebawah, seperti juga dia
ingin tahu, pemuda kita orang macam apa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Orang yang satunya, yang bermuka hitam, tidak sabar


seperti kawannya.
Dengan muka gusar dia kata pada pemuda kita.
„Kami tidak perduli kemana kau hendak pergi!" akhirnya dia
kata „Aku hendak tanya kau, kenapa kau kuntit kami?"
Lie Bouw Pek tidak takuti roman bengis dan kejam dari
orang itu. Dia bersenyum ta war.
„Kau tidak tahu aturun, sobat2!" dia men jawab. „Ini jalan
besar umum, siapa saja, orang dagang atau orang
pelancongan, merdeka buat jalan disini ! Kau jalan duluan,
aku belakangan, masing2 jalan sendiri, maka itu, kenapa kau
katakan aku kuntit kau orang? Sudah belasan tahun aku hidup
dalam pengembaraan, aku telah merantau keselatan, keutara,
apa bisa jadi jikalau aku tidak ikuti kau orang, aku jadi tidak
kenal jalanan ?"
Bouw Pek belum tutup rapat mulutnya, dia lihat si orang
perempuan geraki tangan hendak sambar goloknya. Tapi si
jangkung yang lihat gerakan itu, lekas kedipi mata. Maka
perempuan itu urungkan maksudnya.
Tiga orang itu jadi bersangsi, karena mereka tidak bisa
duga arak muda ini orang macam apa Mereka jadi sungkan
terbitkan onar dengan tidak ada juntrungannya.
„Cukup, sobat!" akhirnya si jangkung kata sambil tertawa.
„Apa yang kau bilang benar, kami ambil jalan kami sendiri,
masing2 .... Nah, hayo kita lanjutkan perjalanan kita!" dia
tambahkan pada dua kawannya. „Lihat saja, apa nanti dia bisa
bikin terhadap kita . . ."
Lantas tiga orang itu dengan mendongkol cambuk kuda
mereka buat dikasi lari lagi, hingga debu mengulek naik.
Tujuan mereka adalah utara.
Lie Bouw Pek keprak kudanya menyusul sembari lari dia
tertawa, hampir tidak berhentinya. Dari ucapan dan sikapnya
tiga orang itu, Bouw Pek sudah bisa duga mereka adalah
orang2 dari kalangan apa, yalah bangsa penjahat. Dia percaya
mereka itu sangka dia seorang dari kalangan Sungai Telaga,
lantaran mana, mereka sungkan terbitkan onar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Mereka mesti hendak lakukan suatu apa, kebanyakan


bukan dengan maksud baik, aku harus jangan sembarangan
lepaskan mereka," kemudian anak muda kita ambil putusan.
„Aku mesti buktikan, apa yang mereka akan lakukan. Kalau
itu perbuatan durhaka, aku mesti hunus pedangku, akan
basmi mereka !." Dia kasi lari kudanya akan kuntit terus tiga
orang itu. Setelah belasan lie, didepan kelihatan jauh lebih
banyak kereta dan orany2 yang berlalu lintas. Tiga
penunggang kuda di depan kelihatan sudah terpisah jauh.
Bouw Pek sengaja kasi kudanya lari pelahan, karena dia
percaya, ditempat ramai seperti itu, orang tidak nanti berani
lakukan kejahatan. Dia juga kuatir kudanya nanti tubruk
orang, apabila dia turut mereka kasi binatang tunggangannya
kabur terus.
Tidak lama lagi, lantas mereka sampai disuatu dusun yang
ramai.
Bouw Pek merasa lapar, dia masuk kedalam dusun,
kepasar, akan cari warung nasi. Dia minta dua mangkok mie,
yang dia dahar habis. Dia bawa kudanya ketempat
kombongan buat kasi binatang itu makan rumput. Kemudian
dengan tunggangi kudanya, dia keluar dusun Dia jalan belum
beberapa jauh tiba2 dari belakangnya, dia dengar orang
panggil2 dia: ,.Lie Siauwya! Lie Siauwya!"
Dengan merasa heran, Bouw Pek menoleh kebelakang, tapi
setelah dia lihat orang yang kaoki dia, dia jadi terperanjat !
Karena dia ternyata ketemu orang yang tidak pernah disangka
akan bertemu disitu di tengah perjalanan ini Dia lekas2 tahan
kudanya.
Disebelah belakang mendatang sebuah kereta dengan
penunggang kuda. Sipenunggang kuda adalah seorang
dengan tubuh besar dan kekar, rambut dan kumisnya sudah
putih semua. Dia adalah Tiat cie tiauw Jie Hiong Wan dari
Kielok, itu piauwsu tua. Sedang didalam kereta duduk seorang
nyonya tua dan seorang nona muda, yang cantik manis, siapa
bukan lain daripada nona Siu Lian, yang bikin pemuda kita
rindu sendirinya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Maka menampak si nona, hatinya Bouw Pek jadi goncang.


Lekas2 dia lompat turun dari kudanya, dia tidak berani
menoleh pada nona Jie, dia hanya langsung hampir kan sijago
tua untuk unjuk hormat padanya. Dari atas kudanya, orang
tua itu membalas hormat.
„Silahkan naik alas kudamu siauwya !" berkata orang tua ini
sembari bersenyum manis. „Jangan kau pakai adat peradatan,
jangan! Maafkan aku, aku tidak turun dari kudaku
Muka Houw Pek berobah menjadi merah dengan
mendadak, sikapnya si orang tua terlalu manis, dia ingat
kejadian dua bulan berselang, dirumahnya si orang tua, ke
sembronoannya waktu itu bikin dia malu sekali, dan sekarang
dia kembali teringat pada kejadian tersebut. Diluar
kehendaknya dia melirik kekereta, tapi sekarang tenda kereta
sudah dikasi turun. Dengan tidak tahu mesti bilang apa, anak
muda ini tuntun kudanya.
,,Loo hiantit, kau hendak pergi kemana?" Jie Lauw Tiauw
menanya. Dia seperti sudah lupakan kejadian dua bulan yang
sudah,
,.Aku mau pergi ke Pakkhia akan sambangi sanak" jawab
Bouw Pek dengan likat.
,,Kekotaraja?" jago tua itu ulangi.
,,Ya, kekota raja," sahut Bouw Pek, yang mukanya kembali
bersemu. ,,Pada beberapa tahun yang lalu aku pernah pergi
kesana, cuma aku berdiam hanya beberapa hari."
Orang tua itu manggut.
,,Kotaraja adalah tempat yang indah," dia kata. ,,Tempat
aku masih muda, akupun pernah pergi kesana, malah disana
aku telah tinggal belasan tahun. Sekarang disana, di Tay Hin
Piauw tiam di Tah mo ciang. diluar Cian mu, masih ada
seorang sobat kekalku, bila kau sampai disana dan ketemu
sobatku itu, kau boleh sebut namaku, aku percaya kau nanti
dapat pelayanan baik."
„Terima kasih, lauwsiok," Bouw Pek manggut2. „Sekarang
lauwsiok mau pergi kemana?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

JILID 3
JIE HIONG WAN tidak lantas menyahut, agaknya dia
bersangsi, tapi akhirnya menunjuk pada kereta. „Aku lagi
hantar mereka pergi ke Po-teng," dia menyahut juga.
Bouw Pek manggut, dia tidak kata apa2. Dia jalan sambil
terus tuntun kudanya.
Melihat sikap orang itu, Jie Hiong Wan lalu kata;
„Kalau kau ada urusan penting, hiantit, silahkan kau jalan
lebih dulu. Karena kami jalannya lambat sekali"
Mendengar itu, Bouw Pek dapati ketika baik. Dia angkat
kedua tangannya.
„Baiklah, lauwsiok," dia jawab. „Nanti, sepulangnya dari
kota raja, aku akan mampir pula pada kau. Kalau ada
keperluan di kota raja, tolong lauwsiok bilang saja, nanti aku
akan berbuat apa yang aku bisa."
„Oh, tidak ada apa2 !" Hiong Wan jawab sambil tertawa.
Lie Bouw Pek betulkan les kudanya, lantas dia lompat naik
keatas kudanya itu. dia baru kasi kudanya jalan beberapa
tindak, atau si jago tua teriaki dia : „Lie Hiantit!" Maka dia
lekas2 tahan kudanya. Kapan dia menoleh, dia lihat si orang
tua kasi kudanya lari akan menyusul dia. „Ya, lauwsiok," dia
tanya, „ada apa ?"
Setelah datang dekat, jago tua itu berdiam, pertanyaan
orang dia tidak jawab, nampaknya dia sangsi, sampai
keretanya telah dapat susul dia.
Tenda kereta disingkap sedikit, mukanya Jie Siu Lian
muncul separoh.
„Ayah, hayo kita berangkat!" kata anak itu. yang suaranya
halus tapi terang.
Bouw Pek bisa pandang nona itu, roman siapa nampaknya
terlebih elok dan manis, hingga hatinya jadi memukul.
Sementara itu si orang tua sudah ambil putusan tidak mau
bicara, maka dia kata sembari ketawa :
„Benar-benar aku tua, sampai urusan yang baru mau
dibicarakan aku lupa lagi ! Tapi tidak apa, hiantit, silahkan kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lanjutkan perjalananmu, harap dibelakang hari kita akan bisa


bertemu pula!,"
Tentu sekali Bouw Pek tidak mengerti. Kendati demikian,
karena si orang tua telah angkat kedua tangannya, iapun
lekas2 membalas hormat itu. Begitulah mereka berpisahan
pula.
Bouw Pek larikan kudanya sampai jauh-nya kira2
sepanahan, lantas dia menoleh kebelakang. Dia lihat si jago
tua bersama keretanya jalan dengan pelahan.
Pikirannya jadi kusut. Kembali semangat nya lelah kena
dibetot oleh Siu Lian. Sekarang kambuh pula penyakitnya dari
dua bulan yang lalu. Diapun lalu pikirkan sikap nya si orang
tua barusan.
„Dia hendak bicara dengan aku, tetapi dia batalkan dengan
tiba2, kenapakah dia tanya dalam hatinya sendiri. „Dia
seorang jujur, kenapa barusan dia bersangsi ? Ini lah. heran!
Apakah dia hendak bicarakan suatu urusan penting? Apa dia
hendak minta bantuanku ? Jie Hiong Wan gagah dan hatinya
baik, diapun sabar sekali, kejadian dua bulan yang lalu dia
tidak buat ingatan, padaku ia tidak benci atau jemu, sebalik
nya, dia berlaku baik sekali. Melihat aku, dia yang menegur
duluan ! Coba aku yang lebih dulu lihat dia, belum tentu aku
berani tegor dia" Bouw Pek lantas men-duga2.
„Dia bilang puterinya sudah ditunangkan dengan keluarga
Beng, apakah itu bukan pelabi melulu ! Apa tidak bisa jadi,
selama dua bulan ini dia telah selidiki jelas asal-usulku dan
sekarang dia kandung niatan akan serahkan puterinya itu
padaku? Siapa tahu ?"

Mendengar demikian, tiba2 Bouw Pek menjadi gembira. Dia


segera ingat sikapnya Siu Lian. Si nona telah turunkan tenda
kereta, begitu lekas nona itu lihat dia.
„Dia rupanya malu ketemu aku. Kenapa mesti malu ? Apa
itu disebabkan ayahnya hendak jelaskan jodohnya mau diikat
dengan jodohku ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lantas anak muda ini menoleh. Kereta jalan terus dengan


pelahan, si orang tua berada diatas kudanya. Tenda kereta
tetap dikasi turun.
„Entah buat urusan apa mereka pergi ke Po-teng ?" dia
men-duga2.
Bouw Pek pikir akan putar kudanya, akan samperi
rombongan itu buat jalan sama2, akan tetapi perasaan malu
mencegahnya. Maka dia lalu jalan terus sampai empat atau
lima lie, didepan ada suatu hutan cemara, dimana ada
kuburan dari seorang hartawan, kuburan itu besar dan bagus.
Disini Bouw Pek berhenti akan lompat turun dari kudanya,
akan tuntun binatang itu masuk kedakan kudanya akan
dituntun terbang kalang-kabut Kapan ada orang dan kuda
datang. Bouw Pek tambat kudanya pada sebatang pohon, dia
sendiri duduk diatas sepotong batu. Dia duduk belum lama
ketika kupingnya lantas dengar suara roda kereta
menggelinding disebelah luar hutan.
Mengawasi keluar dari mana orang tidak lihat dia Bouw Pek
lihat Jie Hiong Wan lewat bersama keretanya. Diam2 dia
tersenyum. Dia tunggu sampai kereta sudah lewat jauh, baru
dia hampirkan kudanya akan dituntun pergi keluar hutan.
Rombongan itu sudah lewat kira2 satu lie.
Bagus, sekarang aku bisa kuntit mereka !" pikir anak muda
kita. „Aku ingin ketahui, di Poteng mereka hendak kerjakan
apa.'
Baru saja dia mau kasi lari kudanya akan kuntit Jie Hiong
Wan, tiba2 kupingnya dengar riuhnya kaki2 kuda disebelah
belakang. Dia berpaling dengan lekas, lantas dia lihat tiga
penunggang kuda sedang mendatangi. Tapi apa yang bikin dia
heran, mereka itu adalah si dua orang lelaki dan satu
perempuan muda !
„Hei, apa sih mereka hendak bikin?" dia men-duga2, makin
curiga. „Kuda mereka lari keras, tadinya mereka telah lewati
aku, kenapa sekarang mereka justeru ada disebelah
belalang?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dengan lekas tiga penunggang kuda itu telah sampai dekat


anak muda kita.
„Eh, sobat, kau ada disebelah depan kita ?" menegor si
jangkung, sembari tertawa.
Dua kawannya sebaliknya mengawasi dengan mata dibuka
lebar2.
Bouw Pek bersenyum, dia tidak menyahut, dia kasi mereka
itu lewat. Mereka itupun menuju keutara. Dia lantas kasi
kudanya lari.
Tidak antara lama, tiga penunggang kuda itu sudah dapat
candak rombongan Jie Hiong Wan, mereka tidak melewati,
hanya menahan kudanya, mereka pada lompat turun dan
masing2 tarik golok mereka dari tempat cantelannya diatas
sela. Dengan menghunus senjata, mereka bergerak kejurusan
kereta.
„Ah!" berseru Bouw Pek yang dapat lihat orang2 itu, sikap
mereka membikin dia terkejut sekali. Dengan tidak pikir
panjang lagi, dia keprak kudanya akan susul mereka itu.
Disebelah depan Jie Piauw-tiauw telah tahan kudanya, dia
ambil golok, lantas dia lompat turun dari kudanya, akan
hadapi tiga orang itu, siapa sudah lantas menyerang. Bertiga
mereka kerubuti jago tua itu.
Hampir berbareng dengan itu, Jie Siu Lian lompat turun
dari keretanya, tangan nya memegang siangtoo, dengan
senjata itu dia bantu ayahnya. Dia dapat perlawanan dari si
penunggang kuda perempuan.
Selama itu, karena kudanya larat, Bouw Pek sudah datang
mendekati.
„Tahan ! Tahan !" dia berteriak berulang ulang.
Sementara itu pertempuran berjalan seru, sudah lewat dua-
puluh jurus.
Jie Lauw Tiauw gagah, tetapi dia sudah tua, selama
undurkan diri dia kurang berlatih, tidak heran kalau
gerak2annya sedikit lambat, napasnya kurang panjang. Maka
selanjutnya dia nampaknya keteter terhadap dua musuh yang
sedang tangguhnya dan gagah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lawannya Siu Lian gagah dan telengas, dia mesti berlaku


hati2 supaya tidak sampai kena dipecundangi oleh musuh itu,
yang dia tidak kenal.
Justru itu Bouw Pek sudah sampai sambil, hunus
pedangnya, anak muda ini lompat turun dari kudanya. Dia
menghampirkan kejurusan Jie Hiong Wan.
„Lauwsiok, silahkan mundur !" dia berseru, karena
teriakannya supaya mereka berhenti bertempur sudah tidak
digubris, hingga dia mendongkol, sedang dia percaya pasti
tiga penunggang kuda itu bukan orang baik dan maksudnya
pastilah busuk.
Jie Hiong Wan girang menampak datang nya anak muda
itu, sedang dia sudah jadi sibuk sekali, karena dia dapat
kenyataan di sebelah dua musuh tangguh, hingga dia jadi
repot layani serangan2nya dua golok. Dia lekas mundur
beberapa tindak, buat kasi si anak muda maju.
Si muka hitam kelihatannya murka melihat orang datang
menyelak.
„Kami sedang berkelahi, apa sangkutannya itu dengan kau
?" dia tegor Bouw Pek.
Juga si jangkung turut bicara, dia berseru:
„Sobat, lekas minggir ! Kita tidak bermusuhan, kami tidak
ingin lukai kau !'
Tapi anak muda dari Lamkiong ini gusar.
„Telur busuk !" dia bentak mereka itu. „Kau menghina aku
punya Jie Siokhu ini! Kau tahu, kau seperti juga telah hina
aku!"
Lantas dia geraki pedangnya, seperti seekor ular perak,
menerjang dua orang lelaki itu si muka hitam dan si jangkung.
Mereka itu mundur, tetapi terus melawan. Mereka pun
gusar ada orang yang merintangi, mereka lalu merangsak
dengan hebat, buat balas menyerang.
Menampak aksi musuh, Jie Hiong Wan lantas maju pula.
Dia gusar berbareng malu. Dia gusar terhadap musuh2nya
yang tak di kenal, dia malu karena seorang kenalan baru
sampai bantu dia. Dia pun malu yang dia keteter terhadap
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

musuh2nya itu. Dia tidak ingin si anak muda dapat kesan jelek
tentang dirinya. Tapi karena lihat si anak muda sanggup layani
dua musuh lelaki, dia lalu maju membantu anaknya.
Lie Bouw Pek unjuk ketangguhannya, belum terlalu lama
dia hayar si jangkung, setelah mana dia lalu rangsak si hitam.
Dia ini terkejut melihat kawan nya rubuh, hatinya jadi ciut,
tidak menunggu lama lagi dia lompat mundur dan lari
kejurusan kudanya, lompat naik atas tunggangannya dan
kabur. Tapi sembari menyingkir, ber-ulang2 dia berteriak :
„Moay-moay, hayo lari! Lekas !"
Nyonya muda itu tangguh dan berani juga, dia telah lawan
dua musuh, sedikitpun dia tidak merasa takut, malah dalam
sengitnya dia bisa bikin Jie Hiong Wan dan gadisnya terdesak
mundur!
„Kepandaiannya bangsat perempuan ini tidak bisa dicela."
pikir Bouw Pek, apabila dia sudah saksikan perempuan muda
itu ber tempur sekian lama. Karena ini dia tidak jadi susul si
penjahat lelaki, tadinya niat kejar, dia hanya hampirkan Hiong
Wan dan anaknya, akan bantu mereka. Ini membikin
perempuan muda itu kewalahan.
„Kau beberapa orang kerubuti aku satu? " dia lalu berteriak.
Tapi belum dia keburu tutup mulutnya, goloknya Siu Lian
telah kena kemplang punggungnya, hingga sambil keluarkan
jeritan, dia rubuh terbanting. Nona Jie sengit, dia hendak maju
akan bikin habis jiwa orang, tetapi ayahnya keburu mencegah.
Bouw Pek pun sudah lantas berhentikan gerakan
tangannya, dia berdiri mengawasi.
Ketika itu, simuka hitam sudah menghilang.
Pertandingan itu bukan tidak ada yang tonton, sebaliknya
cukup banyak orang yang menyaksikan yalah mereka yang
berlalu lintas, baik yang naik kereta maupun yang jalan kaki,
mereka ini merandek akan menonton, sebegitu jauh tidak ada
yang berani datang dekat atau berteriak memisahkan, adalah
setelah pertempuran sampai diakhirnya, mereka pada datang
mendekatkan dan mengerumuni.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Si jangkung rebah sambil merintih, oleh karena pahanya


terluka, tapi kemudian dia paksa merayap bangun akan
berduduk. Dia merintih terus.
Si orang perempuan benar2 tangguh. Luka nya di belakang
hebat, bajunya pecah dan mandi darah, tetapi begitu jatuh,
dia paksakan merayap, merayap sampai dibawah sebatang
pohon, disini dia senderkan diri, sambil kerutkan alis dan
kertek gigi akan tahan rasa sakitnya. Mukanya berobah
menjadi pucat.
„Bertiga kau orang kepung aku sendirian, apa kau orang
masih terhitung orang gagah?" begitu dia kata dengan berani.
Dia awasi Jie Hiong Wan dengan mata mendelik, tandanya dia
sangat mendongkol dan gusar. Kemudian dia katakan Lie
Bouw Pek usilan dan damprat. Siu Lian dengan perkataan
kotor. Nona Jie gusar bukan main.
„Perempuan jahat, aku nanti bunuh kau !" dia berteriak
seraya maju menghamparkan, goloknya dia sudah angkat
naik.
“Jangan bunuh dia, nona!" Bouw Pek mencegah. „Sekarang
banyak orang yang menonton, inilah kurang bagus! Lebih baik
kita gusur dia pada pembesar negeri, supaya dia terima
hukumannya.
Siu Lian bisa dicegah, dia deliki perempuan itu, dia pandang
Bouw Pek dengan masih marah, kemudian dia samperkan
ayahnya.
Jie Hiong Wan sudah simpan goloknya, sambil angkat
tangan pada orang banyak dia kata : „Tuan2 telah saksikan
selagi baik2 kami berjalan, tiga orang ini telah kejar kami dan
lantas saja menyerang, hingga kami mesti lawan mereka.
Syukur kami ayah dan anak mengerti juga ilmu silat, jikalau
tidak, tidak ampun lagi kami pasti akan terbinasa ditangan
mereka itu”
Beberapa orang, yang telah saksikan kejadian, ada
dipihaknya Jie Piauwsu, mereka benci tiga orang itu, maka
mereka hampirkan si jangkung, yang lagi duduk kesakitan,
akan dupaki dia!
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Bukankah kau si bangsat yang sering membegal ditengah


jalan? Sekarang dari mana kau orang datang ? Hayo lekas
mengaku !"
Si jangkung menjerit kesakitan, tapi dia jawab orang
banyak.
„Tuan2 jangan kau orang fitnah aku. Kami bukannya mau
begal orang ini tidak ada harganya buat kami begal dia. Kami
ke dua pihak sebenarnya dendam sakit hati dari sepuluh tahun
lamanya! Itu tua bangka she Jie telah bunuh mati guruku !"
Juga perempuan yang terluka itu lantas serukan piauwsu
kita:
„Orang she Jie, lekas sewakan kami kereta, supaya kami
bisa pergi, nanti kami
kasi ampun padamu! Kalau tidak, kau tidak nanti dapat
kemenangan sendiri! Baiklah aku kasi tahu, sekarang ini aku
masih punya belasan saudara, jikalau kau serahkan kami pada
pembesar negeri, mereka itu niscaya tidak akan kasi ampun
padamu!"
Jie Hiong Wan bingung, sampai dia mandi keringat.
Memang dia telah keluarkan banyak tenaga. Dia memang
tidak niat tarik panjang perkara itu. Apa mau, disitu lantas
datang kepala kampung, hiangyak dan teepo.
„Tidak, perkara ini tidak bisa dibikin habis secara diam2!"
mereka itu kata dengan berkukuh. „Lihat, luka mereka hebat!
Daerah ini termasuk Jiauw-yang, tiekoan kita, Teng Tay-looya,
paling keras pemerintahannya, apapula kemarin dulu disini
telah terjadi pembegalan dan penjahat-belum dapat
ditangkap, bila kami lepaskan kau orang dan kemudian
tiekoan mendapat tahu, kami sendiri bisa dapat susah!"
Jie Hiong Wan kerutkan alis. Siu Lian sudah naik keatas
kereta.
„Memang perkara susah buat dibikin habis sampai disini,"
anak muda kita bilang."tapi lauwsiok tidak usah sibuk, kita
bukan difihak salah."
„Aku tidak takut, aku hanya paling sebal menghadapi hal
yang memusingkan kepala," kata jago tua itu. Bouw Pek tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bisa kata apa2, dia lihat jago tua itu sedang jengkel, dia tidak
berani lantas tanyakan duduknya perkara diantara kedua
pihak.
Sementara itu si pembesar kampung sudah datang dengan
sebuah gerobak kerbau, dua orang yang luka dinaikkan keatas
gerobak itu. Karena ini, terpaksa Jie Hiong Wan mesti ikut
juga dengan tunggang kudanya. Bouw Pek turut naik atas
kudanya.
Pembesar kampung pun tarik dua-tiga orang diantara orang
banyak, untuk dijadikan saksi Mereka tidak lupa bawa golok
dan kudanya dua penjahat itu.
Keretanya nyonya Jie lalu mengikuti di belakang.
Mereka menuju kebarat laut, setelah melalui sepuluh lie
lebih mereka sampai di Jiauwyang. Mereka masuk kedalam
kota, terus menuju kekantor tiekoan.
Dengan dibantu oleh beberapa opas, dua orang yang luka
dibawa kemuka kantor. Kepala kampung minta Jie Hiong Wan
menghadap bersama anak isterinya dan juga Lie Bouw Pek,
begitupun beberapa saksi.
Jie Lauw Tiauw merasa tiekoan itu pembesar lihai apabila
dia lihat hidung orang seperti patok betet dan mata seperti
alap.
Tiekoan mulai pemeriksaannya dengan lebih dulu tanya she
dan nama semua orang yang dibawa menghadap padanya
oleh karena ini, Jie Hiong Wan jadi dapat tahu si jangkung
adalah Can Tek lo dan si perempuan adalah anak perempuan
Ho Hai Liong, namanya Kiam Go, gelarannya Lie Mo-ong, si
Raja Iblis perempuan.
„Ada permusuhan apa diantara kau dan mereka ini, hingga
mereka datang mengejar dan hendak bunuh kau ditengah
jalan?" tiekoan kemudian tanya piauwsu tua itu.
„Aku tadinya piauwsu, yang suka bikin perjalanan sambil
melindungi barang2" Jie Hiong Wan aku, „oleh karena
pekerjaanku ini, tidak jarang aku mesti tempur orang untuk
melindungi barang2 dan jiwaku, terutama buat nama baikku
sebagai piauwsu yang dipercaya orang banyak. Begitu diluar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keinginanku, aku jadi dapatkan musuh2, yang aku sendiri


tidak pernah ingat pula. Selama ini sudah banyak tahun aku
undurkan diri, maka segala apa aku sudah lupa betul2."
Lantas Tong Tiekoan tanya Tek Po dan Ho Kiam Go. Tadinya
Can Tek Po mau beber duduknya hal dengan tuduh Jie Hiong
Wan telah bunuh Ho Hui Liong, tetapi Ho Kiam Go dului dia
memberikan keterangan lain, sebab perempuan muda ini tidak
ingin duduknya hal itu diutarakan dimuka umum, lantaran dia
kuatir orang banyak nanti dapat tahu dia anaknya berandal.
„Aku minta tayjin tidak usah tanyakan keterangan dengan
teliti sekali," berkata perempuan garang ini, dengan suara
yang menyalakan dia masih tetap sangat mendongkol.
„Dikalangan Sungai telaga adalah tidak aneh kalau orang
saling hutang dan saling bayar. Ayahku binasa ditangannya Jie
Hiong Wan, ini terjadi pada tujuh atau delapan tahun yang
lalu, diwaktu aku masih kecil. Bagaimana duduknya perkara
aku tidak tahu, hanya aku tahu bahwa aku mesti bikin
pembalasan. Maka aku lantas belajar silat. Sekarang, sesudah
besar, kami datang untuk bikin pembalasan. Aku datang
bersama engkoku Cit Houw, engko yang kedua, dan suheng
Can Tek Po ini. Kami telah datang ke Kielok. Rupanya Jie
Hiong Wan ketahui kedatangan kami, dia lantas berangkat
buat singkirkan diri dengan ajak anak-isterinya. Tentu saja
kami lantas susul dia. Sudah beberapa hari kami menguntit,
baru tadi kami dapat susul dia. Kami hendak bunuh si tua-
bangka, siapa tahu mendadak datang orang ini " dia tuding Lie
Bouw Pek, romannya jadi bengis, seperti dia hendak terkam
dan cekek mampus pemuda kita. „Coba tidak datang dia ini,
pastilah sakit hati kami sudah terbalas! Oh, binatang, kalau
lain kali kita ketemu pula, bisa jadi kami bisa ampuni si tua-
bangka, tetapi kau pastilah tidak!"
Lie Bouw Pek tidak ladeni perempuan katak dan galak itu,
dia hanya bersenyum ewah.
Setelah itu tiekoan minta keterangan si anak muda.
,,Aku seng-goan dari Lam-kiong," Bouw Pek terangkan,
„aku dalam perjalanan kekota raja guna sambangi sanakku,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ditengah jalan aku saksikan mereka ini berdua, bersama


seorang kawannya yang bisa kabur, pegat Jie Loo-piauwtauw,
yang mereka lantas serang. Aku tidak bisa lihat perbuatan
tidak adil itu, aku cabut pedang dan bantu Jie Loo-piauwtauw.
Aku kenal loo-piauwtauw, akan tetapi kami tidak bergaul
rapat. Tentang duduknya permusuhan mereka, aku tidak tahu
suatu apa "
Paling akhir tiekoan tanyakan semua saksi. Mereka tuturkan
duduknya hal yang benar, dialah selagi berjalan. tiba2 mereka
dikejar dan diserang oleh tiga orang itu, maka piauwsu bikin
perlawanan sampai akhirnya datang si anak muda yang bantu
piawsu itu, bahwa dua penyerang kena dirubuhkan, tetapi
satu kawannya lolos. Perihal duduknya perkara, mereka pun
bilang tidak tahu. Sesudah dengar semua itu tiekoan
manggut-manggut. „Sekarang jangan kau orang banyak
omong lagi," kata pembesar ini pada Kiam Go dan Tek Po.
„Sekarang sudah terang perbuatan kau orang sebagai begal.
Betul kau telah terluka, tetapi dalam hal ini mereka itu
bertindak buat bela diri, maka mereka tidak bisa dihukum."
Lantas Tong Tiekoan perintah Jie Hiong Wan dan anak-
isterinya ber-sama2 Lie Bouw Pek dan sekalian saksi undurkan
diri akan tunggu panggilan lebih jauh, sedang dua orang
terluka itu diperintah dibawa kepenjara buat ditahan.
Jie Hiong Wan dan rombongannya haturkan terima kasih
pada tiekoan, setelah unjuk hormat, mereka pergi keluar.
Justeru itu, secara mendadak Ho Kiam Go lompat kemeja
akan samber bakhie, dengan itu dia timpuk tiekoan ! Syukur
Tong Tiekoan dapat lihat gerakan itu dan keburu berkelit
dengan mendekam dimeja,. dengan begitu bakhie melayang
lewat kepalanya, jatuh hancur dibelakangnya !
Opas-opas, yang kaget berbareng gusar, segera terjang Ho
Kiam Go. buat telikung lebih jauh dia ini, sembari dihajar
belengguan ditambahkan. Tapi dia gusar terus, dia memaki
kalang kabut, dengan kakinya dia dupak meja hingga terbalik.
Tiekoan murka, dia damprat perempuan galak ini, hingga
mereka jadi saling maki; Beberapa opas itu tidak bisa takluki
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

perempuan ini, setelah datang beberapa opas lagi baru dia


bisa dibikin rubuh dia terus dihajar lagi dan dibelenggu.
dengan rantai yang besar dan berat, dengan begitu barulah
bersama Can Tek Po dia bisa digusur kepenjara.
Jie Hiong Wan dan rombongannya telah saksikan Radja
Iblis Perempuan itu ngamuk, kemudian sesampainya diluar
piauwsu tua itu menjura pada beberapa saksinya, haturkan
terima kasih atas keterangan mereka, sebab kendati mereka
omong dengan sebenarnya, itu tetap berarti pertolongan
baginya. Dia tunggu sampai mereka sudah pergi, dia silahkan
isteri dan anaknya naik kereta.
„Barusan tiekoan perintahkan kita mundur buat tunggu
panggilan lebih jauh, karena ini sedikitnya dalam satu-dua hari
ini kita belum bisa lanjutkan perjalanan kita," dia berkata pada
Lie Bouw Pek, „Aku menyesal buat kejadiannya, karena tempo
kau jadi terganggu."
„Aku tidak punya urusan penting, lauwsiok," Bouw Pek
jawab. „tidak ada halangan aku singgah beberapa hari disini.
Mari kita cari tempat penginapan yang berdekatan, lauwsiok
perlu mengasokan diri."
„Kau benar, hiantit, mari kita cari pondokan," kata si orang
tua.
Baru saja mereka mau lompat naik atas kuda masing2, dari
kantor lari keluar beberapa orang, yang teriaki mereka
berulang-ulang. Dua orang dandan dengan rapi dan mewah
kelihatannya, satu diantaranya bermuka putih, matanya kecil,
dan dua lagi
seperti pengikut tetapi pakaiannya pun bersih. Lagi dua
orang adalah opas-opas, mereka ini yang memanggil, apabila
mereka sudah datang dekat, dengan garang mereka tegor
jago tua kita : „Eh, kemana kau orang mau pergi ?"
„Kami mau cari rumah penginapan," sabut Jie Hiong Wan,
„kalau ada panggilan dari koan thayya, sembarang waktu bisa
datang."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tidak bisa kau cari pondokan sendiri!" kata pula opas itu,
suaranya tetap kaku. ,Dengan kau yang cari tempat sendiri,
bila ada panggilan, kemana kami mesti cari kau?"
„Kalau begitu, silahkan jiewie tolong carikan tempat,"
berkata jago tua kita, yang terus berlaku hormat dan sabar.
Ketika itu si anak muda yang kelihatannya mewah telah
hampirkan kereta, dengan angkat tangannya dia menyingkap
tenda akan melongok kedalam.
Siu Lian lekas melengoskan muka kesamping ibunya. Anak
muda dengan matanya yang sipit tertawa. Jie Hiong Wan dan
Lie Bouw Pek jemu melihat kelakuan orang, tetapi karena
mereka tidak tahu si anak muda adalah tiekoan punya apa,
mereka tahan sabar."
„Inilah isteri dan anakku," kata jago tua kita, yang maju.
Dia berlaku manis, kendatipun dengan paksaan. Anak muda
itu manggut, dia lepaskan tenda, dengan tidak kata apa2.
„Mari, kita nanti carikan rumah penginapan untuk kau
orang," kata si dua opas.
Jie Piauwsu manggut, bersama Bouw Pek sambil tuntun
kuda mereka, mereka ikut dua hamba wet itu. Keretapun
mengikuti dari belakang.
Beberapa kali Lie Bouw Pek menoleh ke belakang, dia
dapat lihat si anak muda mewah masih berdiri dengan diapit
oleh dua pengiringnya, berdiri mengawasi kedalam kereta.
Sudah terang anak muda ini tertarik oleh oleh Siu Lian. Tentu
saya anak muda kita jadi panas.
„Beginilah peruntungan perempuan cantik, kemana saja dia
pergi dia tentu bikin orang2 perhatikan dia," pikir dia.
Dengan lekas mereka sudah sampai dihotel yang dicarikan
oleh kedua opas, nama nya Hok San," Jie Piauwsu pilih
sebuah kamar yang besar serta sebuah yang kecil,
yang kecil ini buat Lie Bouw Pek. Barang2 sudah lantas
dibawa masuk, jongos dipesan buat kuda mereka.
Diam2 Jie Piauwsu selipkan dua potong perak pada kedua
opas pengantarnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

,,Buat jiwie minum arak," dia kata. Dengan segera air muka
dua hamba wet itu berobah.
„Tidak usah, looya-cu," kata yang satu, sedang yang
satunya lalu menghibur, katanya: „Dalam perkara ini looya-cu
jangan kuatir, kau jadi pendakwa dan mereka itu penjahat,
malah tadi si perempuan sudah terbitkan gara2, dia tentu
akan dapat hukuman berat. Benar besok barangkali kau tidak
usah sampai dipanggil menghadap lagi, koan-thayya
barangkali akan kami kirim buat mengasi tahu, yang kau
merdeka dan boleh melanjutkan perjalanan"
„Dalam segala hal aku mengandal pada kau berdua jiewie,"
kata piawsu kita, yang tidak mau banyak omong. Sebagai
seorang yang berpengalaman, dia tahu kepusingan selagi
berhadapan dengan hamba2 wet yang rakus. Sampai disitu
dua orang itu lantas berlalu.
Siu Lian pimpin ibunya duduk ditaphang dia sendiri duduk
disampingnya.
„Ayah, kau perlu mengaso," kata anak perempuan ini.
„Sekarang ini ayah tidak usah kuatir lagi."
„Aku tidak ibuk, aku tidak lelah," sahut sang ayah. „Aku
mau bicara dengan Lie Hiantit."
Orang tua itu benar2 lantas pergi keluar akan pergi
kekamarnya Bouw Pek.
Anak muda kita tidak sampai ikut masuk kekamarnya
piauwsu tua itu. Dia masih merasa likat. Dia terus masuk
kekamarnya, setelah letakkan buntalannya dan pedang diatas
pembaringan, dia perintah jongos bawakan dia air teh. Dia
duduk dikursi sambil menunggui jongos itu. Dia lekas
berbangkit apabila dia lihat si jago datang.
„Duduk, hiantit," orang tua itu pun minta. Dia lantas duduk
didepannya anak muda itu, yang telah ambil kursinya pula.
„Kejadian tadi adalah diluar dugaanku" kata siorang tua,
sambil menghela napas. „Syukur ada kau, hiantit, bila tidak,
pasti lah kami akan jadi korbannya tiga orang kejam itu."
„Belum pasti, lauwsiok," Bouw Pek menghibur. „Aku lihat
diantara mereka tiga, si orang perempuan yang paling lihai
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nyalinya besar bukan main. Dua orang lelaki itu bukan


tandingan lauwsiok."
„Orang perempuan itu anaknya Pootoo Ho Hui Liong,
Holam punya penjabat besar pada sepuluh tahun yang
berselang," Jie Hiong Wan kasi keterangan. „Dia bernama
Kiam Go, julukannya Lie Mo-ong. Kabarnya dia telah menikah
dengan Kim-chio Thio Giok Kin, si Tumbak Emas. Thio Giok
Kin itu sekarang hoohan paling terkenal di Siamsay, Holam
dan kedua daerah sungai Hoay. Aku percaya, kalau Thio Giok
Kin dapat kabar yang isterinya terluka ditangan kita, dia pasti
tidak akan mau mengerti, apa lagi sekarang isterinya sampai
mendekam dalam penjara. Hal ini aku anggap soal yang sulit."
Mendengar disebutnya nama Kim-chio Thio Giok Kin,
didalam hatinya Bouw Pek terperanjat. Dalam beberapa tahun
ini, namanya si Tumbak Emas dalam kalangan Sungai Telaga
sangat terkenal, umpama kata tidak ada orang yang tidak
ketahui. Kejadian ini membikin dia telah tanam bibit
permusuhan, dibelakang hari dia betul2 akan hadapi banyak
urusan. Kendati begitu, dia tidak takut.
„Bukannya siauwtit omong besar, lauwsiok," kata dia
„andaikata Kim-chio Thio Giok Kin ketemu aku dan berani
main gila, aku nanti bikin tumbaknya patah, orangnya binasa!"
Tapi Jie Hiong Wan, yang darahnya sudah kendor jalannya,
goyang2 kepala.
Kemudian Bouw Pek tanya duduknya permusuhan.
Terhadap anak muda yang gagah ini, Jie Hong Wan tidak
mau simpan rahasia, maka dia lalu tuturkan permusuhannya
dengan Ho Hui Liong, bekas sobatnya sendiri, karena si sobat
telah jadi jahat dan berani ganggu piauwnya. Dia kata dia
tidak membunuh dengan sengaja, itu sudah terjadi karena dia
sengit. Karena itu dia bilang, dia jadi tutup perusahaannya dan
hidup menyendiri karena dia menyesal sekali atas kejadian itu.
„Baru dibulan Chia-gwee yang baru lewat aku dengar
anak2nya Ho Hui Liong, mau cari aku buat bikin pembalasan,"
jago tua ini cerita lebih jauh. „Dua anak lelakinya sudah jadi
besar dan anak perempuannya kabarnya menikah dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Thio Giok Kin. Katanya dalam tempo tiga bulan mereka akan
mewujudkan pembalasan nya. Kabar ini belakangan benar
telah di buktikan."
Jie Hiong Wan lantas tuturkan bagaimana dia dipegat
ditengah jalan waktu tee-coa diharian Cengbeng, bahwa
sekarang dia ingat, si muka hitam tadi adalah satu dari antara
empat pemegatnya.
„Sutitku Yok Thian Kiat kemudian datang pula kasi kisikan
padaku hal anak nya Ho Hui Liong mau cari aku," dia cerita
lebih jauh „katanya Thio Giok Kin bersama Ho Cit Houw dan
sejumlah jago lain merupakan satu rombongan, yang sudah,
berangkat dari Wee-hui menuju ke Kie-lok. Jumlah mereka
besar, aku sedikit, biar bagaimana juga aku kuatir kami nanti
jadi korban2 mereka, maka dengan terpaksa aku ajak anak-
isteriku meninggalkan Kie-lok. Aku mau pergi ke Po-teng akan
berdiam untuk sementara waktu di-rumahnya sobatku, tidak
nyana mereka bisa susul aku ditengah jalan, hingga terbitkan
perkara ini." Sehabis cerita, jago tua itu menghela napas pula.
„Aku sudah tua sekarang, aku tidak berdaya," kemudian dia
tambahkan. „Sudah lama aku mundurkan diri, diluaran aku
sudah tidak punya banyak sobat lagi. Lebih sukar bagiku aku
sekarang mesti berati isteriku yang sudah berusia tinggi dan
anakku yang masih belum keluar pintu. Coba aku masih muda
dan bersendirian, tidak nanti aku takut terhadap mereka itu."
Bouw Pek bersimpati pada orang tua ini, dia merasa
kasihan. Menyedihkan yang jago tua itu, karena usianya sudah
lanjut, sekarang jadi begini lemah.
„Baik lausiok jangan terlalu pikirkan hal itu," dia menghibur.
Ganjalan dari kelancangannya bikin dia tidak berani bicara
sembarangan. „Lie Mo-ong Ho Kiam Go sudah terluka dan
tertangkap dan pembesar negeri tentu hukum dia, maka
sesudah dua kali gagal, bisa jadi pihak mereka itu menjadi
jerih, mereka mestinya insyaf yang lauwsiok tidak boleh dibuat
permainan, bisa jadi selanjutnya mereka tidak berani datang
mencari lauwsiok lagi. Sekarang urusan sudah beres, siauwtit
mau lanjutkan perjalanan ke Pakkhia. Umpama kata
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dibelakang hari lauwsiok hadapi perkara sulit silahkan kau


kirim orang ke Pakkhia akan cari aku, aku nanti lantas datang
buat membantu apa yang kau bisa." Orang tua itu manggut.
„Terima kasih, hiantit," jawabnya, ia kembali menghela
napas. Dia seperti mau bicara banyak, tetapi urung sendirinya.
Karena tidak bisa bicara banyak. Bouw Pek pun tidak bisa
menghibur lebih jauh.
Setelah duduk lagi sebentar, selama mana mereka tidak
bicara, Jie Hiong wan berbangkit kembali kekamarnya.
Tidak antara lama, jago tua itu minta disediakan santapan
malam. Berbareng dengan itu, nyonya Jie mengeluh ulu-
hatinya sakit.
„Barangkali aku tidak bisa dahar," kata nyonya tua itu
dengan lemah.
Jie Lauw Tiauw jadi bersusah hati bersusun tindih Dia tahu
isterinya terkejut dan berkuatir dan penyakitnya yang lama
lantas kumat. Ini berbahaya bagi nyonya itu, yang sudah ada
umur.
Siu Lian-pun berduka, dia urut2 dada ibu-nya, yang rebah
dengan terus merintih. Dia menghibur, tetapi percuma.
Ayahnya duduk disamping meja, dengan masgul bukan main.
Justeru itu, seorang mendadak bertindak masuk, Kapan
jago kita angkat kepalanya, dia kenali salah satu opas, yang
telah hantarkan mereka kehotel itu. Dia lekas berbangkit
menyambut. Ada apa, toako? Silahkan duduk," dia
mengundang.
,,Looyacu, jangan berbahasa toako padaku," kata opas itu,
sembari tertawa. Sikapnya manis. Dia duduk dengan tidak
tunggu sampai diundang dua kali. „Perkara sekarang tidak
usah dibuat kuatir," kemudian dia tambahkan. „Koan-thayya
memang paling baik batinya terhadap orang2 tua dan miskin
Tadi thayya panggil aku, dia perintah aku datang kemari buat
sampaikan pada looyacu supaya looyacu jangan kuatir.
perkara sudah beres. Barangkali lagi dua-tiga hari, perkaranya
dua penjahat itu diputus, lantas looyacu boleh berangkat."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Terima kasih buat kebaikan kau, toako, nanti kita paykui


didepan kau," kata Jie Hong Wan. Opas itu tersenyum,
matanya diam2 melirik pada Siu Lian.
„Rupanya nona dan thaythay banyak kaget," dia kata.
„Anakku masih kecil, dia tidak kenal takut," orang tua itu
bilang, „adalah isteriku sakit ulu-hatinya sekarang kambuh”
Setelah kata begitu Hiong Wan menarik napas.
,.Berapa usianya si nona tahun ini ?" kemudian opas itu
tanya. „Tujuh-belas."
„Dia tentu belum ditunangkan ?" „Sudah, sedari masih
kecil." Opas itu nampaknya putus harapan dan bersangsi
dengan berbareng.
„Umpama kata nona belum bertunangan, aku bisa carikan
dia pasangan," dia kata pula kemudian. „Dia adalah toa-
kongcu koan thayya. Dia sekarang baru berusia dua-puluh
tujuh tahun, orangnya cakap, pelajaran-nya tinggi, sudah
sepuluh tahun dia menikah, dia belum bisa dapatkan anak.
Koan-thayya ingin empo cucu, tentu sekali karena itu cita2nya
belum bisa kesampaian. Maka itu dia ingin nikahkan lagi
toakongcu cuma sampai begitu jauh dia belum bisa dapatkan
nona yang dia penujui . Tapi tadi digeemui dia lihat si nona,
dia penuju, maka dia lantas ajak toakongcu berdamai. Nyata
toakongcu setuju. Begitulah aku sekarang diutus kemari, guna
meminang si nona. Jikalau looyacu suka ikat tali persanakan
dengan koan-thayya, bukan saja urusan akan tidak jadi soal
lagi, looyacu pun dapat besan tiekoan yang mewah, looyacu
jadi cinkee yang agung ! Koan-thaythay juga bilang, kalau
looyacu bisa atur pesalin, itu lebih bagus lagi !"
Setelah kata begitu, opas ini ber-senyum2, matanya dibuat
main dibikin kecil. Dia awasi jago tua itu, buat tunggu
jawaban.
Siu Lian dengar semua omongan itu, dia mendongkol dan
gusar. Tapi dia diam saja, sambil tundukkan kepala.
Juga Jie Hiong Wan gusar, tapi sebagai orang tua dia bisa
kendalikan diri.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tolong toako sampaikan pada koan-thayya," dia kata


dengan bersenyum terpaksa, „dalam hal ini bukan aku tidak
tahu diri, tetapi dengan sebenarnya anakku sedari siang2
sudah ditunangkan, dari itu menyesal sekali harapan koan-
thayya aku tidak sanggup penuhi " Mendapat jawaban itu, air
muka si opas berobah dengan segera.
Looyacu, jangan kau salah mengerti," dia lalu mendesak.
„Thayya kita ber-sungguh2 hati, kalau nanti si nona sudah
menikah, tidak dia akan telantar. Kau tahu sendiri, ikatan
jodohnya dilakukan secara terang2an. memang benar sinona
menjadi isteri yang kedua, kendati demikian, kedudukannya
akan jauh terlebih atas dari pada isteri pertama."
Sampai disitu, Jie Lauw Tiauw tidak mampu cegah
amarahnya lagi. Opas itu tidak mengerti salatan dan telah
terlalu menghina dia. Maka dia lantas tepok meja.
Siu Lian murka, tetapi dia bisa berlaku sabar.
„Jangan gusar, ayah, bicaralah dengan pelahan," dia kata
pada ayahnya itu.
Tetapi piauwsu tua itu tepok2 meja pula.
„Kau dengar sendiri ocehannya itu !" dia kata pada
gadisnya. ,,Tiekoan pandang aku sebagai orang macam apa ?
Seumur hidup ku aku bergelandangan dikalangan Sungai
Telaga, aku tetap putih bersih, aku tidak nyana sekarang,
sesudah tua, berulang ulang orang berani hina aku ! Lihatlah
anak2nya Ho Hui Liong, mereka paksa aku pindah, hingga aku
si tua bangka mesti terombang ambing di tengah perjalanan
jauh ! Dan sekarang aku ketemu tiekoan bangpak ini, tiekoan
celaka duabelas ! Jangan kata kau memang benar sudah
ditunangkan dengan keluarga Beng, andaikata belum, tidak
nanti aku Jie Hiong Wan, satu laki-laki, akan nikahkan kau
untuk dijadikan isteri kedua! Mustahil kau mesti jadi gundik
orang?" Siu Lian jadi sangat bersusah hati, hingga dia
menangis. Nyonya Jie juga menangis bahna jengkel, dia kata :
„Dimana saja Kita berada, orang telah hinakan kita, lebih
baik kita bertiga mati saja."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Opas itu lihat orang gusar, kuatir nanti kena dihajar, maka
dengan tidak berkata apa lagi, sambil kasi dengar tertawa
menjengeki dia berbangkit dan bertindak pergi.
Jie Lauw Tiauw duduk diam, bahna pepat pikiran, dia pun
kucurkan air mata tua.
Lie Bouw Pek dapat dengar suara ramai, dia telah dalang
kekamar orang, ia terperanjat apabila melihat orang sedang
menangis.
„Ada apakah, lauwsiok ?" dia tanya.
„Kita lagi hadapkan kesulitan baru, hiantit," sahut orang tua
itu, yang lalu tuturkan hal kedatangan nya si opas, yang mau
lamar gadisnya buat putera tiekoan yang sulung, buat jadi
isteri muda. Dia unjuk bagaimana opas itu sudah ancam dia.
„Sayang aku telah tua dan lemah." kata dia akhirnya.
Benar sulit, lauwsiok." kata Bouw Pek yang turut jadi
terharu. Dia mendongkol, tetapi dia tidak bisa lampiaskan itu
disitu dihadapannya orang tua dan anaknya itu.
Bouw Pek lebih masgul apabila dia lihat Siu Lian duduk
menangis sambil baliki belakang. „Biar bagaimana juga,
baiklah lauwsiok bersabar," coba menghibur.
„Diwaktu muda aku beradat keras, belum pernah aku
terima hinaan dari siapapun juga," mendadak kata orang tua
itu sambil keprak meja, 'jikalau tidak, Ho Hui Liong tidak akan
binasa ditanganku, sedang dia adalah sobatku selama dua-
puluh tahun. Kejadian itu telah menanam sakit hati, hingga
aku tutup perusahaanku dan keram diri di dalam rumah,
sampai aku takut bertengkar dengan orang, siapa nyana
sekarang aku hadapi kesukaran be-runtun2 . . Ah!.Cuma
sebentar jago tua ini berdiam, lantas dia tambahkan: „Benar
aku sudah tua, tapi golokku aku masih bisa gunai, ilmu silatku
belum terlupa semuanya, maka apabila orang desak aku
secara keterlaluan, aku nanti korbankan jiwa tuaku!"
„Jangan turut hawa kemurkaan, lauwsiok," Bouw Pek
menghibur pula. „Sekarang dalam segala tindakan. lauwsiok
harus ingat ada encim dan si nona. Sekarang masih ada aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

disini, andaikata lauwsiok perlu gunai tenaga, biarlah kasih


aku yang maju terlebih dulu ! Lauwsiok harus bersabar,"
„Bagaimana aku berani bawa-bawa kau hiantit ?" orang tua
itu kata sambil menghela napas pula.,Kau sedang hadapi hari
kemudianmu. Sekarang saja aku menyesal, lantaran urusan
kami, tempomu sudah terganggu beberapa hari."
Kemudian, setelah menghibur lagi, Bouw Pek kembali
kekamarnya. Dia berduka berbareng mendongkol buat
urusannya keluarga Jie itu, sedang dia tidak berdaya akan
meringankan kesukaran keluarga itu. Si jago tua dan gadisnya
dia tidak pikirkan, ada si nyonya tua yang lemah, yang bikin
orang tidak merdeka.
Malam itu sehabis dahar, Bouw Pek naik
kepembaringannya. Syukur buat dia, dia bisa juga tidur.
Esoknya dia bangun pagi2, setelah dandan dia keluar dari
hotel. Dia berniat menyerap-nyerapi kabar dekat kantor
tiekoan, buat dapat tahu bagaimana putusan si tiekoan. Dia
bertindak dijalan besar menuju kebarat. Dia masih tidak tahu,
keterangan siapa ia perlu tanya. Dijalan sebelah utara ada
sebuah warung teh, disitu banyak tamu. kesitu dia masuk, dia
ambil meja kosong dan minta jongos sediakan air teh. Dengan
pelahan-lahan dia irup tehnya, kupingnya dia pasang akan
dengari pembicaraan orang. Mereka, yang berkawan pasang
omong dengan asik. Umumnya orang bicara hal ditangkapnya
dua penjahat, seorang lelaki dan seorang perempuan, bahwa
si penjahat perempuan adalah berani, lainnya tidak.
Bouw Pek tidak tertarik oleh pembicaan itu, karena dia
sudah tahu, sedang yang, dia ingin ketahui adalah putusannya
tiekoan. Dimeja disampingnya ada orang bicara hal perkara
lain, sembari bicara, orang itu samar2 kutuk tiekoan. Maka
dari sini dia ketahui bahwa dengan sebenarnya tiekoan itu
bukannya tiekoan baik2.
„Kemarin Jie Lauw Tiauw maki tiekoan, kalau dia main gila
dengan Lie Mo-ong, jago tua itu bisa dapat susah," pikir Bouw
Pek. Karena ini, dia jadi tambah masgul.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah duduk pula sekian lama dengan tak peroleh hasil,


Bouw Pek bayar uang teh dan berlalu dari warung itu.Dia
kembali ikuti jalan, sekarang menuju ketimur, kemudian
kembali kehotei Hok San. Baru saja dia bertindak masuk,
kuasa hotel sudah samperi dia.
„Kau pulang, thayya, bagus!" kata kuasa hotel itu. „Pergi
kau masuk kekamarnya Jie Loo-sian-seng, dia baru saya
ditangkap dan dibawa pergi oleh orang-orang tiekoan
geemui." Bouw Pek terkejut bukan main mendengar
keterangan itu.
„Aku men-duga2, sekarang ternyata dugaanku terbukti,"
pikir anak muda ini. „Nyata sekali Tong Tiekoan pembesar
yang jahat dan kejam !. "
Dia segera masuk kekamarnya Jie Honq Wan, baru sampai
didepan pintu dia sudah dengar tangisannya nyonya Jie dan
anaknya perempuan. Dia lantas saja turut terharu. Selagi mau
bertindak masuk, dia sengaja kasih dengar batuk2 bikinan.
Siu Lian duduk menangis dipembaringan, ibunya rebah
dengan tidak bisa bangun, sembari menangis nyonya tua itu
berbareng merintih karena napasnya saban2 sesak, dia
mengeluh karena sakit dadanya.
Sebenarnya Bouw Pek tidak ingin bicara pula dengan nona
Jie guna singkirkan kecurigaan, akan tetapi sekarang dia tidak
bisa kukuh pada pikiran itu.
„Nona, bagaimana lauwsiok dibawa pergi ?" begitu dia
paksakan menanya, sambil kerutkan alis. Mukanya Siu Lian
penuh airmata, rambutnya kusut, waktu itu dia mirip bunga
toh yang telah ketimpah hujan, tetapi sembari susut air
matanya dia jawab pertanyaan itu.
„Lie Toako, tolong kau lekas pergi ke-geemui akan lihat
ayah," kata dia. „Barusan dua opas, mereka lantas bawa pergi
ayah. Ini ekornya kejadian kemarin, sebab ayah telah damprat
tiekoan." Bouw Pek banting kaki bahna mendongkol.
„Nona jangan kuatir, aku akan lantas pergi ke gemui," dia
menyahut dan lantas berlalu dari kamar itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tie-koan jadi ayah ibu rakjat, dia telah makan gaji negeri,
dia mesti berlaku jujur dan adil," pikir anak muda ini, „tapi
Tong Tiekoan, sebab lamarannya ditolak, sudah tangkap
orang secara sembarangan, jikalau pembesar secara dia tidak
disingkirkan sungguh tidak ada keadilan'
Dengan masih mendongkol Bouw Pek sampai didepan
kantor tiekoan. Disini dia lihat beberapa opas, dengan roman
yang garang tengik senantiasa usir orang2 yang datang berdiri
didekat kantor. Tapi Bouw Pek samperi salah seorang dari
mereka, sambil unjuk hormatnya, dia tanya: „Toako, barusan
ada seorang tua she Jie, yang dibawa dari Hok San Loo-tiam,
apa aku boleh ketemui dia?"
Beberapa opas itu kenali anak muda kita, yang kemarin
turut menghadap dikantor, karena lihat pakaian orang rapi,
mereka tidak mau berlaku sembarangan. Mereka pun
mengharap bisa garuk sakunya pemuda ini. Orang yang
ditanya tidak lantas menjawab, dia mengawasi dulu.
„Aku tidak tahu,"akhirnya dia jawab dengan dingin „Pergi
kau tanya disana."
Dia menunjuk pada kamar didalam kantor,
Bouw Pek maju akan masuk kekantor, kekamar panpong
disebelah selatan. Kamar itu terpecah dua, bagian luar dan
dalam. Didalam dia lihat belasan orang sedang kerja dan
pasang omong. Dia tidak mau berlaku lancang, dia berdiri
menunggu.
„Ada apa, eh?" tanya seorang yang baru keluar sikapnya
tak perdulian.
Bouw Pek unjuk hormat, dia berkata: „Barusan sobatku
yang bernama Jie Hiong Wan telah dibawa kemari, aku pikir
sesudahnya pemeriksaan, aku hendak ketemui dia." dia
menyahut. Dia rogoh kantong nya dan keluarkan sepotong
perak, yang mana dia sodorkan pada hamba kantor itu.
,Tolong kau terima ini, buat kebaikan mu.,
Orang itu ulur tangannya akan sambuti uang itu, air
mukanya dengan lantas berobah manis.
„Kau she apa " dia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku she Lie. Aku dari rombongannya Jie Lauwsiok."


„Aku tahu. Kau kemarin turut menghadap bukan?"
„Benar."
Orang itu berpikir sebentar, lantas berkata:
„Urusanmu sudah beres, kalau kau mau pergi, kau bisa
pergi, sudah tidak ada halangannya." dia kemudian bilang.
„Sobatmu Jie Hiong Wan, kena dirembet oleh sipen jahat
perempuan, katanya dia dulu pun penjahat besar, maka
tiekoan thayya tangkap dia buat diperiksa. Tapi aku percaya
apabila tidak ada buktinya, tidak akan dapat susah, paling
banyak dia akan ditahan beberapa hari selama pengakuannya
hendak didengar, nanti juga dia dimerdekakan pula."
„Jikalau dia di tahan disini, apa kami boleh antarkan dia
nasi?" Bouw Pek tanya.
„Tentu saja, aku bisa bicarakan hal kau ini dengan yang
urus. Cuma kau perlu keluarkan sedikit uang." „Perkara uang
kau jangan kuatir."
Sembari kata begitu, Bouw Pek keluarkan lagi sepotong
perak yang lantas diserahkan.
Orang kantor itu tertawa.
„Kau jangan kuatir," dia kata pula „Kau tunggu disini,
sebentar sesudahnya pemeriksaan, aku nanti ketemukan kau
dengan orang tua itu."
Bouw Pek membilang terima kasih, dia lantas duduk
dibangku dipinggiran.
Orang itu lantas berlalu, masuk kedalam.
Kemudian ada beberapa orang datang beruntun buat satu
dan lain urusan. Bouw Pek lihat, semua mereka mesti
mengodol saku, bila tidak, mereka tidak dapat pelayanan,
malah diperlakukan tawar dan bengis.
„Sungguh celaka." pikir Bouw Pek yang jadi dapat
pengalaman. „Inilah yang dibilang, kecil bisa menjadi besar
dan sebaliknya. Di tiekoan geemui orang begini rakus, jangan2
di Heng-pou jauh lebih hebat. Kalau nanti aku sampai di
Pakkhia dan dipekerjakan di Heng-pou, bagaimana aku harus
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ambil sikap ? Pekerjaan ini sungguh bertentangan dengan


cita2ku."
Pegawai yang tadi kelihatan keluar, tidak lama balik
bersama seorang opas, yang samperi Bouw Pek seraya
berkata „Bukankah kau mau ketemui si orang she Jie? Nah,
pergilah dengan tuan ini."
Bouw Pek mengucap terima kasih, lantas dia ikut opas itu
yang bawa dia kepenjara.
Ternyata Jie Piauwsu sudah diperiksa, setelah mana dia
ditahan dalam penjara.
Ketika dari antara jeruji besi Bouw Pek lihat jago tua itu,
yang terkurung dengan terbelenggu, hatinya perih, sampai air
mata meleleh tanpa dia bisa cegah lagi.
Jie Hiong Wan sebaliknya, kelihatan tidak berduka,
romannya tenang sekali.
„Lie Hiantit, lihat, beginilah peruntunganku," kata dia. „Aku
telah hidup enam-puluh tahun lamanya, seumurku aku belum
pernah langgar undang2 negeri, tetapi sekarang, dengan tidak
ada suatu sebab, orang telah jebluskan aku dalam penjara!.
Kau tengoki aku, hiantit, inilah kebetulan. Perkaraku tidak
tentang. Tiekoan sudah kisikkan Lie Mo ong, supaya dia seret
aku, dengan katakan bahwa aku dulu pernah jadi penjahat,
tetapi Lie Mo-ong dan si orang she Can adalah orang2 Sungai
Telaga sejati, mereka masih punya rasa kehormatan, mereka
tahu aku orang macam apa, mereka tidak sudi turuti kehendak
tiekoan buat rembet aku. Mereka kata, bahwa mereka tidak
bisa menuduh aku secara memfitnah. Mereka nyatakan, kalau
sekarang mereka tidak mampu bunuh aku, dibelakang hari
mesti ada orang2 yang akan membalas padaku."
Hati Bouw Pek lega apabila dia dengar keterangan ini.
„Kalau begitu, kenapa tiekoan masih tahan kau, lauwsiok?"
dia tanya.
„Dia mau tahan aku, apa aku bisa bikin?" Jie Hiong Wan
kata sambil tertawa. Tapi kemudian dia menghela napas juga.
Dia tambahkan: „Sekarang ini aku tidak berdaya, benar aku
tidak bisa serahkan anak ku pada mereka, tapi aku tidak bisa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bayar uang. Baiknya diwaktu mau berangkat aku bekal empat-


ratus tail lebih. Tolong kau pulang mintakan uang pada Siu
Lian, uang itu kau boleh gunai sesukamu digeemui, supaya
aku bisa berlalu dari sini. Aku pun minta supaya setiap hari
aku dikirimkan sedikit nasi. Asal aku tidak binasa didalam
penjara, aku sudah puas, jikalau tidak."
Orang tua itu kertek giginya, matanya seperti mendelik
bahna hebatnya dia menahan nafsu-amarahnya.
„Sudah, lauwsiok, kau jangan bergusar lagi," Bouw Pek
coba menghibur „Harap saja yang dalam dua-tiga hari ini kau
nanti bisa keluar dari sini"
Air matanya orang tua itu keluar dengan mendadak.
„Kalau aku keluar dari penjara, rasa-nya aku tidak akan
hidup lama lagi." dia kata. „Siu Lian serta ibunya, tolong kau
perhatikan!."
Bouw Pek terharu, sampai air matanya turut turun. Dia
kasihan pada orang tua ini, satu jago yang nasibnya malang,
hingga sesudah tua dia masih mesti keluarkan air mata.
Tadinya anak muda kita niat menghibur lebih jauh, tetapi
mandor bui hampirkan mereka.
„Cukup, sudah cukup!" berkata dia. „Kau sudah bicara,
lama. Kau sudah tua, kau perlu mengaso. Dan kau, tuan, kau
perlu lekas keluar, akan berdaya, bicara saja disini tidak ada
faedahnya."
Ucapan itu adalah pengusiran halus, tetapi itu benar, maka
meski dia mendongkol, Bouw Pek tidak bisa kata apa2. Dia
hiburkan si orang tua, lantas dia permisi berlalu. Dia pulang
langsung kehotel, begitu sampai dia ketemui Nyonya Jie dan
Siu Lian, tuturkan hal pertemuannya dengan si jago tua
didalam penjara. la sampaikan semua pesanan orang tua itu.
Nyonya. Jie dan anaknya lagi2 menangis apabila mereka
dengar keterangan anak muda kita. Nyonya tua itu lebih
bersedih, karena dia justeru sedang sakit, sampai dia tidak
mampu bangkit dari pembaringan.
Bouw Pek lantas minta jongos pergi undang tabib buat
periksa sakitnya si nyonya, setelah dibikinkan resepnya dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

minta jongos belikan obatnya, kemudian dengan pinjam anglo


dari hotel Siu Lian masak obat itu.
Kemudian Bouw Pek minta jongos sediakan nasi serta dua
rupa sayuran, dia minta makanan itu dihantar buat Jie Loo
piauwsu.
Setelah atur semua itu, Bouw Pek minta perkenan kembali
kekamarnya. Disini dia rebahkan diri mengaso, tetapi otaknya
tidak bisa berhenti bekerja. Dia menyesal yang uangnya
tinggal sedikit, hingga uang itu tidak cukup untuk dipakai
mengurus perkaranya Jie Hiong Wan buat minta pada nyonya
Jie, seperti pesanan si jago tua, dia tidak berani buka mulut.
„Tidak ada jalan lain, aku mesti jual kudaku, dengan itu aku
bisa dapat empat puluh tail lebih," pikir dia akhirnya.
„Sebentar aku pergi pada saudagar kuda, buat tanya berapa
dia berani beli kudaku."
Belum lama Bouw Pek rebahan, dijendela dia dengar suara
batuk2 pelahan, dia lekas2 berbangkit, lantas dia lihat Siu Lian
bertindak masuk kekamarnya.
Selama dua hari, Bouw Pek selalu ketemu si nona, tetapi
sekarang dia dapat kenyataan nona itu perok, tanda bahwa
dia itu berduka sekali, kurang tidur dan tidak ada nafsu dahar.
Nona itu pakai baju dan celana hijau, rambutnya kusut, muka
nya pun tidak dipulas pupur dan yancie.
Kendati demikian, kecantikannya si nona tidak menjadi
kurang, malah sekarang dia nampaknya lebih ayu, romannya
menarik hati, mendatangkan rasa kasihan. Pada ke dua belah
pipinya si nona, samar2 masih ada tanda bekas air mata.
Tangannya nampaknya berat. Itulah sebab dia bawa
bungkusan, yang dia terus letakkan dialas meja.
„Ini empat bungkusan uang, jumlahnya kira2 dua-ratus
tail," berkata nona ini. „Ayah didalam penjara, kelihatannya
dia benar perlu uang. Aku bawa uang ini pada kau, toako,
karena aku percaya kau niscaya tidak punya kelebih uang
cukup banyak untuk kepentingan kami. Terserah pada toako
buat memakai uang ini."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Demikian pesannya lauwsiok," sahut Bouw Pek. „Dengan


sebenarnya, aku tidak bawa banyak uang tadi aku niat minta
pada kau nona, tetapi aku tidak bisa buka mulutku."
Nona Jie menghela napas. „Kau terlalu seejie, toako," kata
dia. „Sekarang kau sedang bekerja buat kami, mustahil kau
juga mesti gunai uangmu sendiri, sedang kau tidak leluasa
dalam keuangan? Baiklah toako ketahui, kami sama sekali
bawa uang empat ratus tail perak." Bouw Pek hendak buka
mulutnya, tetapi si nona telah mendahului:
„Jikalau dijalan kami tidak ketemu kau, toako, entah
bagaimana jadinya dengan kami," kata dia „Toako mau pergi
ke Pakkhia, sekarang tempomu terganggu, kami menyesal
sekali." Setelah kata begitu, air matanya si nona jatuh
bertetesan, sebutir dengan sebutir seperti mutiara.
„Jangan bilang, begitu, nona," berkata Bouw Pek, yang pun
menghela napas ber-ulang2, kemudian dia tunduk akan tidak
awaskan nona itu, yang telah bikin dia rindu sendirinya. „Aku
sebenarnya niat tengoki ayah, sekalian bawakan dia nasi,
bagaimana kau pikir, toako, apa aku boleh pergi kesana ?"
kemudian Siu Lian tanya.
Nona ini tidak likat2 lagi, tidak malu2 seperti tadinya, malah
barangkali telah hilang penasarannya yang Bouw Pek waktu
pertama kali ketemu sudah bikin ikat kepalanya tersontek dan
terampas. Bouw Pek berpikir keras, dia kelihatannya sangsi
betul.
„Aku rasa lebih baik nona tidak usah pergi menengoki,"
kemudian dia menyawab juga. „Dikantor dan penjara tidak
ada orang baik, dengan pergi kesana, nona tidak akan
mendapat kebaikan suatu apa."
Siu Lian bisa mengerti, dia menduga Bouw Pek tidak setujui
dia pergi kekantor, karena kuatir ketemu pula anak tiekoan
dan nanti terbit soal baru.
„Baiklah, toako, terserah pada kau." kata dia sambil
berdehem, „Apa yang aku kuatirkan adalah kalau2 ayahku
dapat sakit didalam penjara. Dia sudah berusia tinggi dan
hawa udara sangat panas." Dia tutupi mukanya dan menangis.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek pun gunai tangan bajunya akan menepas air


matanya.
„Jangan bersusah hati nona. Bersusah hati pun tidak ada
faedahnya. Lebih baik kau rawat baik2 ibumu, ayahmu
serahkan padaku. Aku harap ayahmu bisa lekas keluar,
umpama hari ini. Siu Lian manggut. „Baiklah," kata dia, yang
undurkan diri.
Bouw Pek awasi belakang orang hatinya perih sekali.
„Dasar aku tidak punya rejeki," kata dia dalam hatinya. „Siu
Lian bukannya tidak
perhatikan aku coba tidak dari siang2 dia sudah
ditunangkan, Jie Piauwsu tentu suka serahkan dia padaku.
Sekarang aku tidak boleh harapkan dia lagi. Kalau nanti Jie
Piauwsu sudah merdeka, umpama kata pertunangan anaknya
dengan keluarga Beng putus, aku juga masih tidak berani
nikahi Siu Lian, sebab nanti orang pasti kata sekarang aku
bergiat menolong si orang tua karena aku harapi anaknya
orang niscaya akan tuding aku seperti babi dan anjing.”
Anak muda ini bisa tetapkan hati. Dia sudah pikir, bila nanti
Jie Piauwsu sudah merdeka, dia mau lekas menuju ke Pakkhia
atau merantau ketempat lain, supaya bisa bikin sembuh luka
pada hatinya itu"
Tidak lama jongos datang dengan barang makanan, Bouw
Pek lantas duduk bersantap.
,.,Apa makanan buat dikirim kepenjara sudah sedia?" dia
tanya jongos, sehabis dahar.
„Sudah, tuan."
„Baiklah, tolong suruh satu bocah membawanya, supaya
dia ikut aku."
Bouw Pek rapikan pakaiannya, dia bekal sebungkus uang,
yang lainnya dia simpan dengan rapi, kemudian dia berlalu
dari hotel.
Sibocah, yang tenteng nampan, ikut dia. Ketika dia sampai,
beda dari mula2, dengan mudah dia bisa menemui Jie Hiong
Wan. Dia kasikan nasi dan minta orang tua itu makan. Dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

setelah orang tua itu sudah dahar, si kacung diperintah pulang


lebih dulu dengan bawa nampan.
Bouw Pek serahkan dua tail perak pada penjaga bui, dia
minta supaya orang tua itu tidak diganggu, sebaliknya supaya
se-bisa2nya supaya segala keperluannya dilayani. Kemudian
dia pergi kepanpong, akan cari pegawai yang tadi membuka
jalan. Pegawai itu sudah pulang, tetapi dia ada pesan bila ada
orang cari dia, supaya dia di susul kerumahnya. Lantaran ini
Bouw Pek lantas pergi kerumahnya itu, satu kacung antarkan
dia. Tidak lama Bouw Pek sudah sampai dirumahnya pegawai
kantor tiekoan itu, yang pernahnya tidak jauh dari kantor.
Tuan rumah menyambut dengan manis, karena dia bisa duga
bahwa tamunya datang dengan bawa uang.
Bouw Pek tidak mau buang tempo, dengan ringkas dia
nyatakan dia suka keluarkan uang asal Jie Hong Wan
dapatkan ke merdekaannya. Dia kata dia berani keluarlan
sampai kira2 dua ratus tail perak.
“jangan kuatir, aku nanti atur, kata pegawai itu, aku harap
dalam tempo tiga hari si orang tua sudah dapat pulang
kemerdekaannya”. Bouw Pek bilang terima kasih, ia serahkan
uang sepuluh tail, lantas ia minta diri. Ia pulang terus ketemui
Siu Lian, akan kasih tahu apa yang telah dikerjakannya dia
bilang bahwa loo piauwsu baik2 saja. Hati Siu Lian menjadi
sedikit lega setelah dengar keterangan si anak muda.
Perkaranya Jie Hong Wan sebenarnya sudah beres, karena
menolak lamaran tiekoan dan mengucapkan kata2 keras,
tiekoan yang terima laporan dari wakilnya jadi tidak senang
dan perintahkan si orang tua buat diajar adat. Tapi sekarang
orang bersedia mengeluarkan uang, dia bersedia tidak
menarik panjang. Dia terima seratus lima puluh tail dari
wakilnya, sedang wakil itu minta lima puluh dari Bouw Pek,
yang tiga puluh si wakil sendiri, orang2 lain Cuma dibagi
sejumlah dua puluh tail.
Berselang tiga hari, Jie Hong Wan benar dimerdekakan. Ia
tidak dapat gangguan didalam penjara, setiap hari dia
diantarkan makanan dengan tertentu, tapi selama itu si jago
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tua ini merasakan kesukaran tiga tahun. Sebabnya dialah


kamar penjara buruk dan menyiarkan bau tidak sedap,
sedangkan dia mendongkol dan masgul dan tidak dapat ketika
untuk melampiaskan dua perasaan yang menindih hebat pada
bathinnya itu Tapi ketika dia pulang ke hotel, dia unjuk
semangat, hingga dia kelihatan segar dan sehat. Ketika itu
kira2 jam dua lewat tengah hari.
„Lekas siap, kita berangkat sekarang juga !" kata orang tua
ini begitu lekas dia sampai dihotel dan ketemu isteri dan anak
nya. Perintah siap dia berikan pada anak dara nya.
Bouw Pek ikut masuk kedalam kamar, si nyonya tua masih
belum bisa bangun.
„Apa tidak baik kita menunda satu hari, lauwsiok ?" dia
tanya, „Perkara sudah beres, aku kira buntutnya tidak ada
lagi. Kenapa mesti ter-buru2 ? Encim sedang sakit dan
lauwsiok juga perlu mengaso." Orang tua itu goyang kepala.
„Kau tidak ketahui, hiantit," berkata dia „Ke-satu aku tidak
ingin berdiam lebih lama lagi disini, meski hanya satu hari
saya, aku bisa jadi gila ! kedua, dia melanjutkan seperti
berbisik, selagi ditahan aku telah dapat ketahui satu hal
penting. Lie Mo-ong dan si orang she Can, namanya saja
mereka meringkuk di penjara sebagai penjahat besar,
sebenarnya setiap waktu mereka bisa dapat kunjungan dari
luar, dari luar ada yang bawakan mereka obat luka”
Bouw Pek terkejut mendengar keterangan ini. “sungguh
aneh” dia berseru, “apa disini mereka punya kenalan?’ Jie
Hiong Wan nyatakan, “tapi hiantit harus ketahui, mereka dari
tempat ribuan lie jauhnya dari Hoolam sampai Titlee, buat cari
aku, mereka tentu datang bukan Cuma bertiga, mereka pasti
punya kawan2. mereka mesti punya uang, dengan uang
mereka bisa lakukan segala apa!. Aku percaya tidak lama lagi
Lie Mo-ong dan si orang she Can bisa keluar dari penjara,
jikalau aku tidak lekas berangkat, niscaya aku akan hadapi
kesulitan lagi !. bagaimana andai kata mereka cari aku pula ?”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek anggap kekuatirannya jago tua itu beralasan, dia


tidak mau kata apa2 lagi, dia lantas ambil sisanya uang dan
taruh itu diatas meja.
„Baiklah kau simpan itu, untuk kau pakai sendiri, hiantit,"
Jie Hiong Wan bilang. „Buat aku, kau telah sialkan tempo mu
beberapa hari, barangkali sedikit sisa dari uangmu kau sudah
pakai habis. Sisa uang itu kau tidak usah pulangkan, aku
sendiri masih punya dua-ratus tail lebih."
Bouw Pek goyang? kepala, „Kalau nanti aku perlu uang,
aku akan cari kau, lauwsiok," dia bilang. Jie Hiong Wan unjuk
air muka seji, dia menghela napas. Dia mengerti hatinya si
anak muda, dia tidak mau mendesak.
„Hiantit," katanya pula, ,,kalau sebentar kita berpisah, aku
tidak tahu kita akan bisa bertemu lagi atau tidak."
„Mengapa kau mengucap begini, lauwsiok ?" tanya Bouw
Pek dengan alis mengkerut. „Andai kata kau kuatir buat
perjalananmu, baiklah aku jangan pergi dulu ke Pakkhia, aku
hantar kau sampai di Po-teng. Aku lihat jalanan tidak seberapa
jauh ."
„Tidak usah, hiantit, terima kasih," si jago tua mencegah,
sambil geleng kepala. „Sekarang ini aku tidak pikir buat
menuju ke Po-teng." Bouw Pek tidak mengerti.
„Kemana lauwsiok hendak menuju?" dia tegasi. Ditanya
begitu, orang tua itu angkat dada nya.
,.Aku betul sudah tua, hari ajalku sudah tidak ketentuan
siang atau malam, tetapi asal jiwaku masih ada, aku bisa
lindungkan kehormatanku !" dia kata dengan gagah. „Ho Kiam
Go, Ho Cit Houw, mereka belum tentu bisa berbuat apa atas
diriku, apa yang aku buat menyesal ialah urusanku ini sudah
menyiakan waktu muda kau orang yang besar
pengharapannya. Hal ini bikin hatiku tidak tenteram. "
Lie Bouw Pek tidak mau kata apa2 lagi, dia pun bisa
mengerti perasaannya orang tua itu. Siu Lian sudah lantas
benahkan pauwhok mereka, sedang tidak lama kemudian
jongos datang memberi tahu bahwa kereta sudah siap.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Jie Hiong Wan sudah lantas bikin perhitungan dengan


kuasa hotel, ia bayar sekalian ongkos kamar dan makan dari
si-anak muda, kemudian mereka bertindak keluar, Siu Lian
pimpin ibunya yang menurut saja apa suaminya bikin. Berdua
mereka lantas naik keatas kereta. Jie Lauw Tiauw tuntun
kudanya.
„Hiantit, kau boleh singgah lagi satu hari disini," kata dia
pada Bouw Pek. „Kami mau berangkat sekarang, harap lain
kali kita bertemu pula ! Aku ingin tengok lau nanti dikotaraja !"
Bouw Pek kasih hormat pada jago tua itu.
„Moga2 lauwsiok sekalian selamat disepanjang jalan !" dia
kata.
Jie Siu Lian singkap tenda dan tongolkan kepalanya, dia
lesu tetapi romannya sangat bersukur.
„Lie Toako, sampai ketemu pula." dia kata pada anak muda
kita.
„Sampai ketemu pula, nona," sahut Bouw Pek dengan hati
perih. Sungguh manis dari sinona, siapa dia sebaliknya tidak
boleh harap lagi. Jie Hiong Wan sudah siap dengan kudanya,
tetapi ketika dia mau naik tubuh-nya sempojongan, ternyata
karena mendekam dipenyara kakinya telah jadi lemah.
„Hati2 ayah, pe-lahan2 !" Siu Lian berseru dari keretanya.
Dia terkejut ketika melihat ayahnya. Tapi jago Tua itu tidak
sampai jatuh terguling, Lie Bauw Pek disampingnya sudah
lompat mencegah tubuhnya terpelanting. Kendati demikian,
duduk diatas kudanya, napas orang tua ini sengal2, mukanya
pucat, kumisnya nampak seperti bergemetar. Bouw Pek
kerutkan alis, dia kuatir sekali buat orang tua itu, tubuh siapa
menjadi lemah dengan cepat.
„Aku kuatir, belum sampai keluar kota, dia sudah hadapi
halangan." pemuda ini pikir.
Akan tetapi hatinya jago tua itu kuat dia tetap kukuh.
„Mari kita berangkat," dia kata pada tukang kereta.
Begitulah, dengan kereta didepan dan kuda tunggang
dibelakang , rombongan jago tua ini berangkat menuju
kepintu kota timur, akan keluar dari situ.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lie Bouw Pek berdiri bingung mengawasi berangkatnya


rombongan itu, pikiran nya ada pada sinona, si jago tua,
sinona adalah bayangannya, yang dia tidak bisa lupai, dan si
jago tua adalah kesehatan dia. Kemudian dia kembali
kekamarnya, seperti semangatnya hilang. Mendadak hatinya
anak muda ini jadi tidak tenteram.

Jilid 4
„JIE HIONG WAN telah begitu lemah, apa nanti jadinya bila
rombongan dari Lie Mo-ong susul dia' demikian dia pikir. „Apa
nanti jadinya, umpama karena kelemahan tubuhnya, jago tua
itu jatuh sakit ditengah jalan, sedang isterinya pun lagi sakit ?
Bagaimana sendirian saja Siu Lian bisa urus dua orang tuanya
dengan berbareng ? Tidak bisa lain, aku mesti susul mereka,
dengan cara menguntit, andaikata mereka perlu pertolongan,
baru aku muncul"
Lantas Bouw Pek minta jongos sediakan kudanya,dia
sendiri lantas dandan, ketika tidak lama kemudian dia keluar
dari kamarnya, kuda sudah sedia, maka dia lompat keatas
binatang itu dan kabur kejurusan pintu kota timur.
Diluar kota orang dapat memandang keempat penjuru
dengan leluasa, pohon padi merupakan lautan hijau, akan
tetapi heran, kereta atau kudanya Jie Lauw Tiauw tidak
kelihatan sama sekali.
„Kemana dia menuju?" anak muda ini menduga-duga, „Ia
katanya tidak mau pergi ke Po-teng, tetapi tidak bisa jadi dia
pulang ke Kie-lok, oleh karena musuh2nya sedang
membayangi ia. Biarlah aku menuju utara"
Bouw Pek larikan kudanya, Matahari sedang unjuk
pengaruhnya: panas terik! Sang angin seperti sedang
sembunyi, hingga pohon padi seperti berdiri kaku, begitupun
pohon kaoliang.
Baru saja kudanya lari kira2 sepuluh lie, Bouw Pek sudah
mandi keringat, begitu juga kudanya. Kebetulan didepannya
banyak pepohonan,dia lalu singgah. Disitu pun ada beberapa
orang sedang berhenti mengaso. Disitu kebetulan juga ada
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pedagang soan-bwee-thung, yang orang minum akan bantu


hilangkan dahaga.
Bouw Pek lompat turun dari kudanya, yang dia tambat
dipohon.dia beli soan-bwee-thung, minum itu barulah dia
merasa sedikit adem. Dia duduk ditanah dan susuti
keringatnya, dengan tudungnya dia kipasi diri,
Beberapa orang lain itu sedang duduk sambil pasang
omong. Dipepohonan juga ada suaranya tenggoret.
,,Apakah tadi disini ada liwat seorang tua menunggang
kuda mengiringi sebuah kereta?" Bouw Pek tanya tukang
soan-bwee-thung.
,,Benar," sahut pedagang itu, „ia tidak mampir disini, kuda
dan keretanya dimemberi lari cepat sekali."
„Apa mereka menuju keutara?" Bouw Pek tanya pula.
„Benar, keutara. Sekarang mereka tentu sudah melalui dua-
puluh lie lebih." Bouw Pek heran sekali.
„Kenapa sih Jie Piauwsu lakukan perjalanannya begitu
terburu'" pikirnya.
Oleh karena ini, untuk tidak sia2kan waktu Bouw Pek loncat
atas kudanya terus menyusul keutara. Tapi sehingga magrib,
sampai cuaca mulai berubah, dia tidak lihat kuda atau kereta,
hingga dia makin heran dan sangat tidak mengerti.
„Apa tidak bisa jadi aku salah jalan?" pikir anak muda ini.
Terpaksa Bouw Pek bedal lagi kudanya hingga beberapa lie,
sampai masuk disebuah dusun. Disini dia terpaksa cari
pondokan, karena hari sudah menjadi malam. Disini dia tidak
dapat keterangan apa2. dia mondok semalam, esoknya pagi2
dia lanjutkan perjalanannya. Hampir dia berhenti ditengah
jalan dan putar tujuan ke Pakkhia, tetapi disaat akhir dia
menuju terus keutara. Dia kuatirkan betul orang she Jie itu.
Disepanyang jalan saban dia tanya orang kalau2 orang itu
lihat kereta yang diiringi oleh empe penunggang kuda.
„Ya, tadi, waktu cuaca masih gelap, ada kereta dan
pengiring tua lewat disini," demikian ada orang memberi
keterangan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek jadi dapat harapan, nyata dia tidak kehilangan


mereka, maka dia larikan terus kudanya.
„Jie Piauwsu lakukan perjalanan luar biasa cepat, inilah aku
bisa mengerti," pikir Bouw Pek. ,,Tapi kemana dia mau pergi?
Ke Po-teng tidak, ke Kie-lok pun bukan"
Mendekati tengah hari, buat kelegaan hatinya, barulah Lie
Bouw Pek lihat rombongan yang dia susul, jauh didepannya
Hebat keretanya si jago tua. dengan mengiringi sambil
bercokol diatas kudanya.
„Tidak salah lagi !" pikirnya. Tapi sekarang dia segera
memberi kudanya lari pelahan. Dia tidak mau susul orang tua
itu, dia sengaja bikin ketinggalan jauh juga. Tatkala itu,
jalanan boleh dibilang sepi, lalu lintas sedikit sekali.
Hawa udara panas, akan tetapi keretanya Jie Hiong Wan
terus dimemberi jalan cepat sekali, setelah melalui lagi tujuh
atau delapan lie, Bouw Pek telah mandi keringat, kudanya
bernapas sengal 2, peluhnya bercucuran.
Kebetulan ada tikungan, kapan keretanya Jie Hiong Wan
menikung, Bouw Pek tidak dapat lihat rombongannya jago tua
itu. ditepi jalan, pohon padi dan gandum tinggi sehingga
menghalangi pemandangan. Terpaksa anak muda ini larikan
kudanya dengan keras, selewatnya tikungan itu dia baru dapat
lihat pula orang yang sedang dikuntit. Dia meminggirkan
kudanya, supaya jago tua itu tidak dapat lihat dia.
Sekarang kudanya Jie Lauw Tiauw jalan pelahan sekali.
„Kasihan," Bouw Pek kata dalam hatinya. „Dulu dia jago
yang dimalui, sekarang sesudah tua, sampai menunggang
kuda dia tidak mampu, telah lenyap semua keuletan nya."
Justeru disaat itu, Jie Hiong Wan kelihatan angkat dua
tangannya, menekapi dadanya, rupa2nya dia menjerit, tetapi
Bouw Pek tidak dapat dengar, hanya apa yang bikin anak
muda ini terperanjat adalah ketika dia tampak tubuhnya jago
tua itu rubuh terjatuh ke tanah, sedang kudanya sudah lompat
kesamping! Dalam kagetnya. anak muda ini keprak kudanya
menyusul Selama beberapa bulan yang paling belakang, Jie
Loo-piauw-tauw menjadi korban kedukaan hati, kadang2 dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mendongkol dan gusar kadang-kadang dia menyesal lantas


dalam beberapa hari paling belakang dia sangat berduka dan
mendongkol, terutama dia mesti mendekam dalam penjara
tiga hari lamanya dengan tidak bersalah-dosa. Kekuatiran
terhadap musuh2nya juga suatu desakan lain bagi penderitaan
batinnya.dia tidak takut mati, hatinya masih besar, tetapi dia
tidak berlega hati kalau ingat isteri dan anaknya. Benar dia
mati daya apabila musuh2nya pegat dan kepung dia pula di
tengah jalan. Seorang diri, bagaimana dia mampu lindungi
isterinya? la sudah tua dan ternyata kelemahan-nya datang
secara cepat sekali. Dan lantas pada hari yang terakhir ini dia
sudah paksa lakukan perjalanan luar biasa cepat, selagi hawa
udara panas membara, sedang Bouw Pek yang muda belia
dan gagah, hampir tidak sanggup lawan pengaruhnya Batara
Surya. Demikian, dengan tidak mampu melawan lebih jauh,
dia muntah darah dan rubuh dari kudanya.
Siu Lian dapat dengar jeritan ayahnya, kemudian, dari
keretanya dia lihat ayah itu jatuh, dia segera perintah kereta
berhenti, dia sendiri lompat turun memburu pada ayahnya itu.
Dia kaget bukan main,dia ber-kuatir sekali menampak
keadaan ayahnya itu. „Ayah, kau kenapa?"dia tanya, seraya
coba angkat bangun tubuh ayahnya buat didudukkan ditanah.
Tukang kereta pun sudah lantas datang membantu
mendukung orang tua ini.
Hiong Wan bisa duduk, tetapi dia tidak mampu bangun
berdiri, oleh karena kedua kakinya lemas sekali. Siu Lian
sudah lantas menangis.
Ayah itu telah berlepotan darah, jenggotnya yang putih
telah berubah menjadi merah. Dan mukanya yang sudah kisut,
pucat sekali. kedua matanya tertutup rapat. Dia tidak bisa
bicara, oleh karena napasnya memburu.
.,Ayah, ingat! ingat, ayah!" anak dara itu memanggil seraya
coba dukung tubuhnya.
Adalah disaat itu. Bouw Pek yang telah bedal kudanya,
sampai diantara mereka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Nona Jie dapat lihat datangnya anak muda itu, dalam


kedukaan dan kekuatiran hebat dia mendapat cahaja terang,
hingga dengan kegirangan meluap dia berseru:
„Lie Toako, lekas, lekas! Lihat ayah!" Tapi suaranya
tercampur suara menangis.
Lie Bouw Pek lompat turun dari kudanya dan
menghampirkan.
„Jangan kuatir, nona", katanya, yang segera pondong jago
tua itu dari dukungannya si nona.
„Ayah! ayah!" anak ini memanggil pula ber-ulang2. „Ayah!"
Bouw Pek pun turut me-manggil2 orang tua itu.
Berselang sekian lama, napasnya si orang tua tidak lagi
memburu keras seperti tadi, dengan pelahan2 dia membuka
kedua matanya. Maka itu dia bisa lihat anaknya dan anak
muda itu, yang dia kenali. Nampaknya dia jadi tenang sekali.
„Sukur kau datang, hiantit," katanya dengan pelahan.
„Oleh karena aku senantiasa pikirkan kau, loojinkee, aku
sudah lantas datang menyusul," Bouw Pek memberi tahu.
„Lauw-siok, jangan kau berkuatir, aku lihat kau bukannya
terserang penyakit berbahaya, melulu disebabkan bahwa
udara yang panas sekali. Mari kita cari tempat akan mengaso,
aku percaya, setelah beristirahat sebentar kau akau dapat
pulang kesehatanmu!"
Ketika itu nyonya Jie pun telah turun dari keretanya,
kendati dengan pelahan dia bisa hampirkan suaminya. Dia
kaget menampak keadaannya suami itu, hingga dia tidak
mampu kendalikan diri buat tidak menangis.
„Apakah di-dekat2 sini ada dusun atau kampung?" Bouw
Pek tanya tukang kereta.
„Lagi dua tiga lie, kita akan sampai di Jie si-tin," sahut
tukang kereta.
„Kalau begitu, mari kita lekas pergi kesana, lauwsiok perlu
mengaso dipondokan! kata Bouw Pek."
Lantas dengan dibantu oleh si tukang kereta Bouw Pek
bawa dan memberi naik jago tua itu kekereta. Karena ini
nyonya Jie mesti duduk disebelah depan. Siu Lian tidak dapat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lagi duduk dikereta, dia lantas lompat naik kuda ayahnya.


Bouw Pek juga naik kudanya sendiri. Kereta dan kuda segera
berjalan menuju keutara.
Bouw Pek jalan disebelah belakang si nona, dari itu dia bisa
pandang nona itu. Dia merasa kasihan pada nona itu, yang
nampaknya sangat berduka. Dia mesti tahu bahwa dia sangat
tertarik hati terhadap si nona yang cantik dan gagah, tubuh
siapa berpotongan menggiurkan hati.
„Sakitnya ayah karena dia terlalu berduka dan berkuatir,"
kata Siu Lian, yang coba bicara. „Bagaimana andai kata terjadi
suatu apa atas diri ayah ?"
Bouw Pek kerutkan alis, suaranya si nona menusuk hatinya.
„Aku rasa keadaan lauwsiok tidak begitu rupa seperti yang
kau kuatirkan, nona," katanya. „Sekarang kita paling perlu
dapatkan tempat mondok, lantas kita undang tabib buat
periksa keadaannya dan memberi makan obat, aku percaya
dalam dua tiga hari, lauwsiok akan sudah sembuh. Nona
jangan kuatir."
Siu Lian susut air matanya dengan sapu-tangannya, atas
ucapannya si anak muda dia tidak kata apa2.
Bouw Pek juga diam, melainkan matanya mengawasi si
nona, tubuh siapa duduk dengan leluasa diatas kuda.
„Tidak saja nona ini berilmu tinggi, ilmu menunggang
kudanya juga sempurna." Dia berpikir dengan kagum.
Sukar buat cari nona dengan kepandaian seperti yang dia
punyai ini. entah bagaimana macamnya Beng Jie-siauwya itu,
yang menjadi tunangannya ? Apakah dia punya romannya
cakap dan ilmunya tinggi yang setimpal dengan kekasihnya
ini? Dia sungguh beruntung bisa dapat pasangan semacam Siu
Lian."
Dengan tidak merasa, Bouw Pek jadi ngelamun.
„Habislah pengharapan. " demikian otaknya melayang.
„Dimana aku bisa cari lagi nona lain seperti dia ini, yang bisa
dijadikan pasanganku yang sembabat ?
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Pikiran yang tidak2 ini membikin anak muda itu masgul,


hingga dia lesu. Hilang pengharapan, dia jadi kehilangan juga
ke gembiraannya.
„Jikalau begini, lebih baik tadinya aku tidak lihat dia." Dia
pikir pula.
Sukur sementara itu mereka sudah lantas sampai di Jie-sie-
tin. Bouw Pek mendahului akan cari rumah penginapan,
kemudian dengan dibantu oleh si tukang kereta dia dukung
Hiong Wan kedalam kamar, direbahkan diatas pembaringan.
„Tolong lekas carikan tabib," kemudian Bouw Pek kata pada
tuan rumah.
Sekarang Jie Hiong Wan sudah sedar betul, akan tetapi
melihat romannya nyata sekali keadaannya jauh terlebih
berbahaya. Napasnya terus bekerja dengan luar biasa cepat,
dua kali lagi dia telah muntahkan darah!
Orang tua ini telah saksikan istri dan anaknya sedang
hadapi dia sambil menangis dan Bouw Pek berdiri
dihadapannya dengan roman sangat berduka, dia rasakan
hatinya sakit bukan main. Lama dia mengawasi mereka itu,
lalu dengan pelahan dia ulur tangannya akan pegang
tangannya si anak muda.
Bouw Pek lekas sodorkan tangannya, memberi dipegang
oleh jago tua itu.
Sambil memegang dengan keras, napasnya loo-piauwtouw
memburu.
„Lie Hiantit, seumur hidupku, aku tidak mampu balas
budimu." Kata dia akhirnya dengan susah, suaranya pun tidak
tegas betul.
Bouw Pek tidak tahu bagaimana dia harus hiburkan orang
tua itu, air matanya sudah lantas mengucur turun.
Siu Lian, menyender pada ayahnya, menangis
sesenggukan. Orang tua itu pandang gadisnya,dia menghela
napas.
Siu Lian, anakku, kau harus pandang Lie Toako ini seperti
koko kandung sendiri,' pesan orang tua ini. „Ya, ayah," sahut
anak itu dengan pelahan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kenapa kau begini berduka, lauwsiok?" kata Bouw Pek


seraya susut air matanya. Dia coba kuatkan hati. „Sakitmu ini
akan sembuh, apabila kau sudah mengaso dua hari. Tentang
nona Siu Lian, jangan kau kuatir, pasti sekali aku akan anggap
dia sebagai adik kandungku !" Dimulut Bouw Pek berkata
demikian, di hati dia bukan main kendalikan diri. Orang tua itu
napasnya masih saja bekerja keras.
„Aku kuatir aku tidak bisa hidup lebih lama. " katanya
kemudian.
Siu Lian menangis lebih keras apabila mendengar ucapan
ayahnya itu.
Nyonya Jie menangis sampai dia tidak bisa memberi dengar
suaranya.
Bouw Pek berdiri dengan bingung, dia tidak tahu siapa
yang mesti dihibur, tidak tahu juga apa yang mesti diucapkan.
„Jikalau aku mati, carikan tempat sembarang saja, paling
dulu kuburlah mayatku", berkata pula si jago tua yang telah
putus asa. „Dan kau. Bouw Pek."
ia menyambung dengan tidak lagi berbahasa „hian-tit"
pada anak muda itu, „aku minta pertolongan kau, aku minta
dengan sangat sukalah kau tolong antar ibu dan anak ini ke
Soan-hoa-hu !."
Dengan disebutnya kota Soan-hoa, baru sekarang Bouw
Pek mengerti kemana tujuannya si orang tua. Jadinya orang
tua ini pergi ke utara bukannya ke Po-teng, tetapi ke Soan-
hoa-hu untuk antarkan Siu Lian kerumah bakal mertuanya
dinikahkan. Dalam keadaan seperti itu, dia tidak bisa banyak
pikir. diapun mesti unjuk sifat laki2nya. Maka dia lekas
menyawab :
„Jangan kuatir, lauwsiok! Umpama kata benar lauwsiok
mesti menutup mata disini, paling dulu kami akan urus
jenazahmu, kemudian encim dan adik Siu-Lian aku nanti
antarkan ke Soan-hoa, kerumahnya ke luarga Beng, supaya
disana sesudahnya habis waktunya berkabung, adik Siu Lian
bisa rayakan pernikahannya. Setelah itu, biarlah adik Siu Lan
datang pula kemari, buat ambil layon lauwsiok untuk dikubur
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

di kampung sendiri. Tapi, sekarang aku minta lauwsiok jangan


putus asa, mustahil sakit kau ini tidak dapat disembuhkan."
Jawaban anak muda itu bikin hatinya si orang tua jadi
sangat lega, hingga pikirannya terbuka. Dia menghela napas
secara longgar. Karena bersukur,dia telah kucurkan air mata
jagoannya, air mata dari usia tua.
Tatkala itu tuan rumah penginapan muncul bersama tabib
yang diundangnya, sudah lantas lakukan kewajibannya,
terutama buat periksa nadi orang. Selama itu beberapa kali
dia geleng kepala dan kerutkan alis.
,,Penyakit ini disebabkan sangat mendongkol dan berduka,"
kemudian kati tabib ini, „sudah begitu, orang tua ini telah
terkena angin."
Lalu dengan tidak banyak omong lagi dia tulis resepnya. Siu
Lian lekas2 keluarkan uang buat membayar tabib itu. Bouw
Pek mengantar sampai diluar ketika tabib itu pamitan.
„Nadinya orang tua itu terlalu lemah," kata si tabib dengan
pelahan pada anak muda kita. „Kalau sebentar habis makan
obatku keadaannya jadi mendingan, kau boleh lantas panggil
aku pula, tetapi apa bila sebaliknya, kau harus sedia2 buat
urus dia lebih jauh !." Setelah mengucap demikian, tabib ini
lantas ngelojor pergi.
Bouw Pek mau percaya perkataan tabib ini, dugaan siapa
tentang sebabnya penyakit ada cocok. Oleh karena itu dia jadi
tambah2 duka. Karena terang penyakitnya Jie Hiong Wan
tidak akan sembuh. „Sungguh kasihan Siu Lian andai kata
ayahnya mesti menutup mata disini." pikirnya. „Bagaimana
aku bisa hiburkan dia ?."
Dengan kedukaan anak muda ini pergi kepasar buat beli
obat, diwaktu kembali dia pergi kedapur akan masak sendiri
obat itu, kemudian dia bawa obat itu kedalam kamar,
diserahkan pada Siu Lian.
„Coba berikan ajahmu minum !"dia kata. Siu Lian
menurut,dia sambuti obat itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Jie Hiong Wan mau minum obat, sesudah itu dia rebahkan
diri, coba napasnya tidak lagi berjalan, dia mirip dengan
mayat.
Siu Lian ambil kipas akan usir pergi lalat yang merubung
orang tuanya.
Nyonya Jie duduk ditepi pembaringan, sebelah tangan
meng-usut2 dadanya, sebelah lagi dipakai menyusut air mata.
Dia menanggis dengan tidak bersuara, air matanya tidak mau
berhenti meleleh.
Dengan se-bisa2 Bouw Pek hiburkan ibu dan gadisnya,
kemudian dia pergi keluar minta tuan rumah sediakan kamar
buat dia. Disini dia mengasokan diri.
Hari itu keadaannya Jie Hiong Wan tidak menjadi lebih
baik, malah sebaliknya, sedang esoknya pagi dia muntah
darah lagi dua kali dan napasnya mulai mendesak, kemudian
buka mulut akan bicarapun dia tidak bisa.
Tabib yang kemarin telah diundang lagi, akan tetapi
sekarang ini dia tidak sanggup bikin resep lagi, maka bisa
dimengerti yang nyonya Jie dan Siu Lian menjadi bingung
bukan main, sampai mereka tidak tahu musti berbuat apa
kecuali menangis saja.
Bouw Pek penasaran, dia minta tuan rumah tolong carikan
tabib lain, akan tetapi tabib yang baru juga geleng kepala.
„Ia sudah tidak dapat ditolong lagi, baiklah sediakan segala
apa, kata sang tabib waktu dia pamitan pulang.
Bouw Pek masih coba hiburkan Siu Lian dan ibunya,
kemudian dia cari tuan rumah buat diajak berdamai dalam hal
membeli peti mati, pakaian dan tempat buat taruh peti karena
dihotel orang tidak bisa taruh peti lama2. Untuk semua ini
dengan dibantu oleh tuan rumah yang baik hati, dia telah
gunai antero hari.
Malamnya Jie Hiong Wan bisa juga bicara, kendati
napasnya telah makin mendesak. Jago tua ini bisa tinggalkan
pesanan, yalah.:
„Dengan anaknya Ho Hui Liong, jangan kau bikin
dendaman jadi lebih hebat. Kalau nanti kau sudah sampai di
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Soan hoa, aku ingin kau menjadi nyonya mantu yang baik.
Ketiga adalah aku minta kau dan ibumu jangan lupakan
kebaikannya Lie Hiantit, karena dia telah berbuat terlalu
banyak buat kita. "
Dari lagu bicaranya orang tua ini, nyata dia menyesal yang
jodoh anak gadisnya itu sudah ditetapkan sedari siang , bila
tidak, pastilah jodoh anak itu dia akan rangkap dengan Lie
Bauw Pek. seorang muda siapa hati dan kegagahannya dia
sudah buktikan sendiri. Ketika pesanan itu diucapkan, Bouw
Pek kebetulan tidak ada didalam kamar, tetapi Siu Lian nyata
sangat terduka.
Diwaktu orang tidur, Bouw Pek datang menengoki, dia
dapat kenyataan napasnya si orang tua telah jadi pendek dan
makin pendek, maka dia bisa duga saatnya akan segera tiba
yang jago tua itu akan ambil selamat berpisah dari mereka.
,,Kelihatannya sang saat akan lekas datang, kendati
demikian, nona baiklah jangan bingung, " katanya kemudian
kepada nona Jie. „Peti mati dan pakaian aku sudah belikan,
pakaian ada dikamarku, peti mati tinggal digotong saja. Peti
mati dari kayu cemara yang kuat. Tempat buat taruh layon
juga aku sudah cari, yalah di Kwan Tee Bio disebelah timur
dusun ini. "
Siu Lian menangis sampai tak bisa kata apa-apa,dia cuma
bisa manggut.
Kemudian Bouw Pek duduk dibangku disamping
pembaringan, akan temani nona itu dan ibunya menunggu si
orang tua. Nyonya Jie duduk diam saja seperti juga sedang
tidur, dia menangis dengan tidak keluarkan suara, air matanya
tidak keluar.
Kamar itu diterangi dengan lampu minyak tanah, nyala
apinya kelik-kelik, hingga membikin seluruh kamar nampaknya
seram.
Dari kamar-kamar sebelah terdengar nyata mengerosnya
tamu2 lain. yang sudah pada tidur pulas sesudah tadi siang
mereka lintasi perjalanan jauh.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek terus duduk sampai dia dengar suara kentongan


tiga kali, dia menoleh pada Siu Lian, dia lihat si nona rupanya
sangat ngantuk, kepalanya tunduk.
Merasa likat akan duduk terus dikamar itu, kemudian anak
muda ini balik kekamarnya sendiri, dalam kedukakan dan
pikiran pepat dia duduk dikursinya, tetapi tidak lama, dengan
tidak salin pakaian lagi dia hampirkan pembaringan buat
rebahkan diri. Dia baru saja layap-layap mau pulas, ketika
menjadi terperanyat mendengar dikamarnya si jago tua Siu
Lian dan ibunya menangis meng-gerung2. Tidak menunda lagi
dia lompat bangun dan memburu keluar akan pergi
kekamarnya Hiong Wan. Waktu sampai didepan pintu kamar,
dia segera dengar Siu Lian ber-ulang2 teriaki ayahnya : „Ayah,
ayah!". Jie Hiong Wan. piauwsu tersohor, si jago tua, rebah
dengan mata meram dan tubuh tidak bergerak, ketika Lie
Bouw Pek bertindak masuk kedalam kamarnya terus sampai
didepan pembaringan. Dia lantas turut menangis buat orang
tua itu yang bernasib malang.
„Sudahlah, encim, adik . . . . " katanya kemudian, setelah
coba kuatkan hati, supaya tidak menangis terus. Dengan tidak
keluarkan suara, air matanya tidak keluar, Tuan rumah
bersama dua pegawainya juga telah masuk.
„Coba panggil pengurus mayat, peti mati juga boleh lantas
digotong kemari," kata Bouw Pek pada salah satu pegawai,
kemudian dia pergi kekamarnya akan ambil pakaian mati.
Tuan rumah dan pegawainya, ber-sama2 anak muda kita,
sudah lantas urus mayatnya Jie Hiong Wan, buat tukar
pakaiannya, di waktu mereka baru selesai pengurus mayat
telah datang, maka dia atur kedudukan mayat buat dipasangi
hio.
Siu Lian dan ibunya telah dibujuki sampai mereka berhenti
menangis, lantas mereka dampingi mayat ayah dan suami
mereka. Bouw Pek juga terus berdiam didalam kamar itu,
sampai sang fajar datang.
Begitu lekas sudah terang tanah, peti-mati telah digotong
kedalam kamar. Semua orang lantas bekerja dengan sunyi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan cepat, maka tidak lama berselang layon itu sudah bisa
digotong ke Kwan Tee Bio. Disini upacara sembahyang
dibantu oleh beberapa hweeshio yang membaca doa.
Oleh karena perembukan telah dilakukan sejak kemarinnya,
hweeshio Kwan Tee Bio telah berikan bantuannya dengan
mudah, malah dia juga yang unjuki tanah kosong dibelakang
bio, tanah mana ada pepohonan nya, hingga dia anggap itu
suatu tempat yang bagus letaknya untuk kuburan.
„Penguburan lebih baik dilakukan disitu, kalau lain waktu
peti mau digali, se-gala2 nya mudah," kata si orang suci.
Bouw Pek setuju, tetapi buat ambil putusan,dia cari Siu Lian
buat diajak ber damai.
„Nona akan pergi ke Soanhoa, setahu sampai kapan nona
bisa kembali kemari, maka itu jalan paling sempurna adalah
tunda layonnya ayahmu," dia memberi pikiran. Sukur apabila
dibelakang hari nona bisa datang kemari jauh lebih cepat."
„Begitupun baik," sahut Siu Lian sambil menangis. „Tentang
ongkosnya koko boleh putuskan sendiri, nanti aku bayar."
‘Ongkosnya tidak seberapa," kata Bouw Pek, yang merasa
senang bahwa usulnya di terima baik. Demikian putusan
diambil. Dihari kedua, pagi2 tukang2 gali lobang kuburan
sudah datang dan lantas bekerja, maka tidak lama berselang
layonnya Jie Hiong Wan telah digotong untuk dimasuki
kedalam lobang itu. Siu Lian dan ibunya telah saksikan
bagaimana layon ayah dan suaminya dikebumikan.
Demikian Tiat-cie-tauw atau Lauw Tiauw, piauwsu ketua Jie
Hiong Wan, telah sampai pada akhir penghidupannya yang
banyak pengalaman nya.
Siu Lian dan ibunya telah bakar kertas, mereka telah
menangis, kemudian ber-sama2 Bouw Pek mereka kembali
kerumah penginapan, untuk ambil putusan hal keberangkatan
mereka dan lakukan segala pembayaran.
„Lie Toako, sukur ada kau yang telah bantu kami," kata Siu
Lian, „kalau tidak ada kau, entah bagaimana kesukaran kami
urus layonnya ayah. Kami juga bersukur untuk bantuan kau
selagi kami dikepung oleh anak nya Ho Hui Liong, waktu ayah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mesti mendekam dalam penyara. Sekarang ini bisa dibilang


sukur yang ayah telah menemui hari akhirnya dalam keadaan
selamat."
Diwaktu mengucap demikian, nona ini menangis sedih
sekali.
„Toako," kemudian dia kata seterusnya, „apabila kau punya
urusan penting di Pak-khia, kau tidak usah antar kami ke
Soanhoa-hu. Kami tidak bisa merasa lega hati, apa bila untuk
urusan kami lebih jauh, urusan kau sendiri menjadi gagal."
„Jangan kau mengucap demikian, nona." berkata Bouw
Pek, yang sangat terharu. „Dalam hal ini tidak ada soal budi
atau kebaikan Lauwsiok sobatnya guru-ku, dengan begitu dia
sama saja sebagai guruku sendiri, maka adalah suatu
keharusan belaka apabila aku berikan bantuanku yang tidak
berharga. Nona niat pergi sendiri ke Soanhoa-hu kau memang
bisa lakukan. Dengan kegagahan kau, aku percaya tidak nanti
ada orang yang bisa hinakan kau. Tapi kau dan ibumu orang2
perempuan semua, aku anggap kurang leluasa kau lakukan
perjalanan ini. Tentang aku. kepergian ke Pakkhia bukannya
untuk urusan penting, aku melulu hendak sambangi sanak,
maka lambat atau cepat kedatanganku disana, tidak ada
urusannya. Diwaktu hendak hembuskan napasnya. lauwsiok,
telah pesan aku supaya aku antar kau dan encim ke Soanhoa
dan aku telah berikan janjiku, maka sekarang tidak bisa lain,
perlu aku antar kau sampai di tempat tujuan. Aku baru merasa
lega, sesudah nanti aku ketemu dengan Beng Loopeh dan
Beng Jie-siauwya. Maka itu, adikku, harap kau jangan pusingi
lagi tentang urusanku."
Siu Lian tidak mau memaksa, dia susut air mata, hatinya
bukan main bersukur.
,,Memang lebih baik apabila Lie Siauwya bisa ikut kita,"
berkata Jie Thaythay. ,,Jikalau ada orang lelaki yang kawani
kita, ditengah jalan tentulah tidak akan terbit onar pula."
„Baiklah kalau begitu !" kata Siu Lian akhirnya. Toako, baik
kita berangkat besok saja!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kemudian Siu Lian memberi tahu, oleh karena kuda


ayahnya sudah tidak ada yang tunggang, kuda itu baik dijual
saja. „Begitupun baik," kata Bauw Pek.
Anak muda ini lantas ajak jongos menuntun kuda pergi
kepasar buat jual kuda itu. Binatang itu bagus, dulu dibeli oleh
Jie Hiong Wan dengan harga dua ratus tail perak, akan tetapi
sekarang, karena hendak dijual lantas, orang hanya berani beli
buat seratus enampuluh tail.
„Uangnya toako saja yang pegang, untuk ongkos
perjalanan kita ini," kata Siu Lian waktu si anak muda hendak
serahkan uang itu padanya. Bouw Pek tidak menolak, maka
uang itu dia lantas simpan. Masih setengah hari lagi
rombongan ini berdiam di Jie-sie-tin, sesudah itu, esoknya
pagi2 mereka berangkat akan lanjut kan perjalanan menuju ke
Soanhoa. Siu Lian naik kereta bersama ibunya dan Bouw Pek
tetap menunggang kudanya. Tuan rumah penginapan telah
dibayar baik dan padanya dihaturkan terima kasih buat segala
bantuanya.
Perjalanan ditujukan kejurusan barat-laut. Setelah melalui
kira2 tiga-puluh lie, mereka sampai di Bongtouw-koan, disini
Bouw Pek ajak ibu dan gadisnya itu singgah buat bersantap
tengah-hari, kemudian perjalanan di lanjutkan, melewati Wan-
koan dan Ngo Ciong Nia, melalui Cie-keng-kwan. Setelah ini,
perjalanan lempang langsung ke Soanhoa-hu.
Adalah harapannya Lie Bouw Pek akan lekas-lekas sampai
di Soanhoa-hu, supaya dia bisa tempatkan dia punya "bunga
yang berharga laksana mutiara" ditempat yang aman. Dia
tahu dia harus berbuat demikian, karena dia tidak boleh
mengharap lebih, tidak perduli bagaimana berat rasa hatinya
akan berbuat demikian itu. Dia anak muda yang terhormat,
yang berhati mulia, dia tidak boleh lakukan apa-apa yang
sesat. Dia mesti korbankan diri, asal nama baiknya bisa
dijunjung tinggi.
Disepanjang jalan jarang Bouw Pek bicara dengan Siu Lian,
begitupun si nona terhadapnya. Setiap malam, diwaktu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

singgah dihotel, Bouw Pek tentu minta dua kamar, sebuah


untuk ibu dan anak itu, sebuah untuk dia sendiri.
Biar bagaimana juga, Jie Thaythay tidak tenteram hati
melibat perbuatan orang terhadap mereka. Bukankah pemuda
itu bukan sanak dan bukan kadang ? Tapi bagaimana besar
pertolongannya terhadap mereka.
Nyonya janda ini pernah tanya pemuda itu, dirumahnya dia
masih punya anggota keluarga siapa dan dia sudah menikah
atau belum, tetapi orang yang ditanya menyawab dengan
sembarangan saja.
Bouw Pek tidak mau omong banyak. Dia anggap, bila dia
sudah antar ibu dan anak itu, sudah cukup. Dia telah pikir,
seberlalunya dari Soanhoa dia hendak mengembara, dia niat
merantau dengan tidak ada tujuan-nya. Dia anggap, tidak ada
sebab kenapa dia mesti ketemu pula dengan ibu dan anak itu.
Demikian, perjalanan dilakukan lagi delapan hari lamanya,
diwaktu mana kira-kira jam tiga lohor barulah rombongan ini
memasuki kota Soanhoa-hu.
Selama di tengah perjalanan Lie Bouw Pek sudah dapat
keterangan dari Jie Thaythay tentang keluarga Beng. Bakal
mertua lelaki dari Siu Lian yalah Beng Eng Siang, yang
bergelar Kauw-pak-Him, Biruang dari Kauwpak. Dia punya
piauw-kiok, pakai merk Eng Siang Piauw-tiam, tiga atau empat
puluh tahun lamanya dia bisa mengantar barang-barang ke
Thio-kee-kauw. Anak lelaki pertama dari Beng Piauwtauw
adalah Su Ciang, kabarnya sudah menikah. Anak lelaki kedua,
yalah tunangan Siu Lian, adalah Su Ciauw. Dua-dua anak itu
mengerti silat dan telah bantu ayah mereka urus piauw. Oleh
karena telah ketahui hal ayah dan anak-anaknya itu dan
piauwtiam mereka, Bouw Pek dengan mudah bisa cari rumah
atau kantor perusahaannya.
Eng Siang Piauw-tiam adalah sebuah rumah yang besar
dengan pekarangan luas, begitu masuk dipintu segera
tertampak pekarangan, dimana biasa ditempatkan kereta-
kereta dan kuda, ketika itu terdapat dua-puluh ekor kuda lebih
serta beberapa ekor onta. Dimuka pintu, diatas bangku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

panjang, duduk beberapa pegawai. Begitu lekas lihat si anak


muda turun dari kudanya, seorang pegawai, yang berumur
tiga-puluh lebih, yang berkumis pendek, segera berbangkit
menghampirkan.
„Cari siapa, tuan ?" tanya pegawai itu. Bouw Pek angkat
kedua tangannya.
„Aku utusan dari Jie Loo-piauw-tauw dari Kielok,"dia
menyawab. „Aku datang kemari mengantarkan Jie Loo-
thaythay dan anaknya perempuan."
Mendengar itu, pegawai itu nampaknya terkejut berbareng
girang.
„Oh, loothaythay dan si nona datang '"dia berseru. „Marilah
kita minta loo thay-thay dan si nona turun dari keretanya !"
Ia berlari-lari menghampirkan kereta, yang sudah berhenti.
„Thay-ma baik ?"dia menegor nyonya Jie. „Sudah enam
tahun kau tidak lihat aku, kau tentu sudah tidak kenali aku.”
Ah, nona, kau juga sudah jadi begini besar ?"
Nyonya Jie dan gadisnya awasi orang itu akan akhirnya
mereka dapat mengenalinya
„Lauw Keng ! mereka kata hampir berbareng.
„Ya, thay-ma," sahut pegawai itu, yang benar adalah Toan-
kim-kong Lauw Keng, si Kimkong Kate atau si kumis pendek.
Dulu dia pegawainya Jie Hiong Wan, setelah Hiong Wan Piauw
- tiam ditutup, Lauw Tiauw telah pujikan dia pada Beng Eng
Siang, dimana dia bekerja pada Eng Siang Piauw-tiam, hingga
waktu itu. Dia bingung ketika dia tampak orang berkabung.
„Dan lauwtee ini siapa?"dia tanya seraya menoleh pada
anak muda kita.
„Aku Lie Bouw Pek," sahut pemuda itu.
„Oh, Lie Lauwtee," kata pegawai ini. Kemudian dia tanya
dengan pelahan. „Apa Jie Loopeh baik ?"
„Jie Lauwsiok telah menutup mata," Bouw Pek jawab
dengan pelahan.
Lauw Keng kaget, air mukanya lantas berobah menjadi
lesu, tanda dia berduka. Tapi setelah itu dia tidak banyak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

omong lagi, dia hanya pimpin nyonya dan nona tamu masuk
kedalam, dengan diam-diam dia susut air matanya.
Sementara itu tuan rumah telah diberitahukan oleh
pegawai lain tentang kedatangannya nyonya dan nona tamu
dari Kie-lok. Beng Eng Siang bersama isterinya sudah lantas
keluar untuk menyambut, dengan begitu kedua pihak telah
saling ketemu di depan rumah.
Melihat Beng Loo-thaythay Jie Loo-thaythay segera samber
tangan orang.
„Adikku!." dia berseru seraya menangis.
Nyonya rumah sambut tangan orang dengan keras, iapun
turut menangis, sedang kemudian dia jabat tangannya, Siu
Lian.
Beng Eng Siang keluar dari dalam dengan perasaan girang,
dia sudah tahu yang Jie Hong Wan tidak turut datang, sobat
dari tiga-puluh tahun, siapa tahu, dia tampak tamunya pada
berkabung dan mereka datang2 menangis, hatinya jadi
mencelos, karena dia ketahui apa artinya itu.
„Ajaklah enso kedalam,"dia kata pada isterinya. „Siapa yang
antar enso?"
„Pengantarnya Lie Lauwtee ini," Lauw Keng mendahului
menyawab.
Dengan air muka tersungging, senyum, Eng Siang hadapi
tamunya.
„Kau banyak cape, hiantit. Sudikah kau perkenalkan dirimu
padaku?"
Lie Bouw Pek unjuk hormatnya, yang mana dibalas oleh
tuan rumah. Dia memberi tahu she dan namanya.
„Menurut Lie Lauwtee ini, Jie Loopeh telah meninggal
duuia," Lauw Keng memberi tahu majikannya. Eng Siang
banting2 kaki. „Ah !."dia berseru dengan tertahan.
Air matanya lantas saja turun, hingga Lauw Keng kembali
turut mewek. Pengawal ini ternyata sangat cinta bekas
majikannya. Lie Bouw Pek lantas diundang duduk di thia,
dimana disuguhkan teh. Beng Eng Siang susut air matanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku tahu Jie Toako biasa pandai rawat diri dan dia belum
berumur tujuh puluh tahun, kenapa dia meninggal dunia?" dia
tanya. „Ia dapat penyakit apakah?"
„Ia menutup mata karena kedukaan dan kejadian ditengah
jalan," sahut anak muda kita yang se-bisa2 tahan kesedihan-
nya. Eng Siang dan Lauw Keng merasa heran.
„Ia meninggal dunia ditengah jalan ?" piauwsu itu
ulangkan, „Kalau suka, hiautit, tolong kau tuturkan aku satu
dan lain tentang Jie Toako."
Lie Bouw Pek bersedia berikan penuturannya, mulai
terbitnya permusuhan diantara Jie Hiong Wan dan Ho Hui
Liong, sampai anak2nya orang sbe Ho itu datang mencari
balas, sampai Lauw Tiauw terpaksa sekap diri dan mau
menyingkir, apa mau, sang nasib tidak bisa dilawan, maka
kejadian jago tua itu menutup mata ditengah perjalanan. Dia
terangkan tentang dua kali pengepungan pada Hong Wan,
sampai yang paling belakang jago tua itu kena ditahan dalam
penyara, rupanya musuh gunai pengaruh uang.
„Semua itu adalah kejadian hebat yang bikin Jie Loo-
enghiong sangat mendongkol dan berduka, hingga dia tidak
tahan akan derita itu lebih jauh. Oleh karena terpaksa,
layonnya loo-eng-hiong telah dikubur di Jie-sie-tin."
Lebih jauh Bouw Pek beritahukan, yang dia muridnya Kie
Kong Kiat, dari itu dengan Jie Hiong Wan dia pernah paman
dan keponakan.
„Menurut pesanan Jie Loo-enghiong, aku telah antar encim
dan anak Siu Lian sampai disini," kemudian anak muda kita
bicara lebih jauh. „Adalah keinginan loo-enghiong buat
anaknya nanti dinikahkan, apabila perkabungannya sudah
cukup tiga tahun, sesudah itu, dia harap anaknya nanti angkut
pulang layonnya. Aku punya urusan di Pakkhia aku pikir buat
berangkat besok." Beng Eng Siang menghela napas.
„Aku tidak pernah sangka, bahwa saudara Jie bisa
mengalami nasib demikian hebat." Dia kata. „Ketika aku masih
muda, bersama Jie Toako aku bekerja di Tay Hin Piauw-tiam
di Pakkhia, sebagian dari ilmu silatku adalah toako yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ajarkan. Dua tahun sejak dia pulang kekampungnya dan buka


piauw-tiam sendiri, aku juga pulang kemari akan berusaha
sendiri juga, selama itu setiap setengah atau satu tahun aku
tentu kunjungi toako di Kielok, adalah perhubungan kekal ini
yang menyebabkan kami ikat perjodohan anak2 kami.
Tentang permusuhan antara toako dan Ho Hui Liong aku tidak
ketahui, sampai Lauw Keng datang kemari dan bekerja
padaku, katanya toako telah tutup perusahaan karena hatinya
jadi tawar. Aku kenal Ho Hui Liong, karena dia juga sobatku,
malah dalam hal persobatan, persobatannya dengan toako
jauh lebih kekal dari pada aku. Maka aku tidak sangka sama
sekali, bahwa diantara mereka sudah terbit bentrokan hebat,
yang sekarang merupakan permusuhan besar, malah
permusuhan turun menurun. Aku tidak nyana, yang Hui Liong
begitu sesat, sesudah sama2 berusia meningkat mereka
bermusuh satu pada lain. Hiantit ketahui, karena urusan
mereka itu hatiku juga sudah mulai menjadi tawar, hingga aku
sungkan pergi
Jauh2. Begitulah waktu itu aku hanya tulis surat pada
toako, buat hiburkan dia, yang sering2 aku lakukan. Selama
itu, aku selalu dapat balasan yang mengatakan toako sehat
walafiat. Kemudian aku juga lupai hal anak2nya Ho Hui Liong,
aku tidak pernah pikir, bahwa mereka sekarang telah datang
memaksa, sehingga toako mesti menutup mata secara begini
kecewa. Benar benar ini musuh turunan."
Eng Siang menghela napas, alisnya mengkerut.
,,Selama dua tahun ini, juga pikiranku kusut' kemudian dia
bicara tentang dirinya sendiri. „Anakku yang kedua, Su Ciauw,
sejak musim pertama meninggal kan rumah, dia pergi setahu
kemana, sampai sekarang tidak ada kabar ceritanya, jikalau
tidak pastilah siang2 aku sudah sambut nona Jie, buat rayakan
pernikahan mereka."
Lie Bouw Pek heran mendengar keterangan itu.
„Kenapakah lenglong meninggalkan rumah ?" tanyanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Eng Siang bersangsi beberapa saat sebelum dia


memberikan penyahutan, iapun kembali menghela napas
sebelum buka mulutnya.
„Anakku yang kedua itu anak yang pintar, sayang adatnya
tinggi dan keras," berkata orang tua ini. „Sedari masih kecil,
Su Ciauw tidak suka dengar suara orang tua
hingga kejadian diwaktu umur sembilan tahun dia telah
lenyap, sampai beberapa tahun lamanya. Aku tadinya sangka
anakku itu telah menutup mata, ketika beberapa tahun
kemudian dia kembali dengan sudah menjadi anak tanggung
umur tigabelas tahun. Menurut ceritanya, dia telah
menghilang dari rumah karena dia telah ikuti serombongan
orang jahat. diasudah merantau sampai di Bong-kouw, sudah
lintasi Ho-to, malah dia pernah ikut2 pasukan tentara. Tidak
heran dalam usia muda itu dia telah mengerti ilmu silat, malah
juga kenal mata surat. Sepulangnya, aku sekolahkan ia,
supaya dia bisa lanjutkan pelajaran surat. Dia bisa belajar
surat dengan tenang. pelajaran silatnya dia tidak sia2-kan.
Aku dapat kenyataan dia bisa mainkan golok dan pedang
dengan baik. Begitulah maka kemudian aku telah jodohkan dia
dengan nona Jie. Aku sudah pikir, lewat lagi lima arau enam
tahun, aku akan raya kan pernikahan mereka. Dalam umur
lima belas tahun dia sudah bisa bantu aku didalam piauw
tiam."
,Itulah bagus," Bouw Pek bilang.
,,Tetapi diluar dugaanku, kemudian adat nya telah berobah
pula." Beng Eng Siang lanjutkan keterangannya „Ia suka
keluar,dia suka berkelahi dia usilan sekali, gemar campur
urusan orang lain, sedang dalam hal uang. Dia pakai itu
secara dihamburkan. Diluaran hiantit tahu, dia campur segala
ragam orang. Bersama engkonya, aku coba bikin penilikan
keras. Dia ternyata tidak suka dikendalikan, dia jadi tidak
betah ber diam dirumah. Adalah pada tahun yang baru lewat
dia telah terbitkan suatu Onar besar.”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Apakah adanya itu, loopeh ?" tanya Bouw Pek. Dia tertarik
dengan penuturan itu, dia tertarik oleh sifatnya Su Ciauw. Eng
Siang menghela napas, dia batuk2.
„Di Soanhoa ini ada hartawan besar bernama Thio Ban
Teng."dia menutur „selain berharta diapun berpengaruh luar
biasa."
Itu disebabkan dia punya encek, yang didalam Istana
Terlarang menjadi toa-cong koan, yang pengaruhnya umpama
kata melebihi pengaruhnya kun-kee tay-sin. Begitulah
sekalipun hu-tay disini tidak berani main gila terhadap
hartawan ini. Thio Ban Teng punya batin buruk, dia sudah
punya belasan gundik, tetapi dia masih tetap kemaruk paras
elok, sedang diluaran dia masih punya beberapa sobat
perempuan lagi. Didalam kota ada seorang tukang sayur
bernama Gouw Loo Toa, dia punya isteri yang elok romannya.
Setahu kapan, nyonya Gouw dapat dilihat oleh Thio Ban Teng
dan hartawan ini lantas gunai pengaruhnya, akan kang-kangi
isteri orang. Ketika Gouw Loo Toa ketahui perbuatan isterinya,
dia tidak dapat lihat jalan lain daripada hajar isterinya itu,
Karena kejadian ini, nyonya Gouw menjadi sangat malu, dia
ambil putusan nekat dengan gantung diri hingga mata Gouw
Loo Toa ketakutan, tahu pasti yang hartawan Thio akan tidak
mau sudah, dia buron dari kota, entah kemana dia pergi,
boleh jadi dia sudah mati. Itulah hal yang hebat, tetapi
dengan kami tidak ada sangkutannya, tetapi kapan Su Ciauw
dengar kejadian itu, dia sangat gusar, dengan bawa pedang
dia satroni Thio Ban Teng, dia serang hartawan itu pada dua-
dua kakinya, setelah ini anakku buron, malah dia pergi dengan
tidak bawa uang. Thio Ban Teng tidak mati, dia dan
orang2nya tidak mau mengerti, pengaduan segera dimajukan
pada pembesar negeri. Karena pengaduan ini, hampir2 aku
dijebluskan dalam penjara, aku telah gunai lima-ratus tail
perak, baru perkara itu bisa dibikin sirap. Sejak itu, anakku
yang put-hauw itu telah tidak pernah pulang ke Soan-hoa ini
!" Eng Siang lagi2 menghela napas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kasihan nona Jie,"dia menutur terus. „Ia telah kehilangan


ayahnya, hingga dia kehilangan juga orang yang dibuat
andelan. Dia telah datang kemari, coba Su Ciauw ada
dirumah, pasti aku akan nikahkan mereka. Aku telah berusia
tinggi, bagaimana aku tidak girang akan lihat anak menikah?
Apa celaka, anak itu tidak berbakti, dia tinggalkan rumah dan
orang-tua! Sekarang tidak ketahuan dia masih hidup atau
mati. Sekarang anaknya Jie Toako jadi ter-sia2, sungguh aku
malu terhadap rohnya toako."
Piauwsu tua ini kucurkan air mata. Bouw Pek merasa
kasihan buat nasibnya Siu Lian yang malang, dipihak lain dia
pun kagum terhadap Su ciauw, kegagahan siapa menarik
perhatian.
,Ia terang pemuda gagah", dia pikir. „Ia tentu punya
kepandaian tinggi, maka dia bernyali begitu besar. Dengan
dapatkan suami sebagai Su Ciauw, Siu Lian tidak kecewa,
maka sayang, anak muda itu sekarang tidak ketahuan kemana
parannya!"
„Baiklah kau jangan bersusah hati, lauwsiok," dia coba
hiburkan tuan rumah. „Aku niat lakukan perjalanan, andai-kata
suatu waktu aku beruntung ketemu saudara Su Ciauw, aku
tentu akan anjurkan dia pulang, atau sedikitnya dia sambut
nona Jie, agar mereka bisa menikah, kendati juga ditempat
lain."
„Menikah ditempat ini? Itulah bukan daya yang baik," Eng
Siang menghela napas. „Cara itu pun masih tidak setimpal
bagi kehormatannya nona Jie. Sekarang si nona sudah datang,
biarlah dia tinggal sama aku, aku nanti pandang dia sebagai
anak sendiri. Dia masih muda, dia bisa tinggal disini sedikitnya
dua tahun lagi. umpama kata Su Ciauw sudah menutup mata,
atau adatnya tetap tidak bisa dirobah, terpaksa aku nanti
angkat nona Jie menjadi anak-angkatku dan carikan dia
pasangan lain!"
Tapi Bouw Pek tidak setuju pikirannya orang tua itu
tentang Siu Lian hendak dinikahkan dengan orang lain. Cuma
karena baru kenal satu sama lain, dia tidak berani
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sembarangan bicara. Tuan rumah juga sudah lantas


berbangkit.
,Ijinkan aku masuk kedalam, aku perlu hiburkan ibu dan
anak itu," katanya, yang terus undurkan diri. Bouw Pek jadi
terus ditemani oleh Toan-Kim kong.
Kebetulan waktu itu datang dua piauw, mereka lantas
diajar kenal.
„Lie Tauwte ini adalah Lie Bouw Pek muridnya Kie Kiong
Kiat Loo-suhu," kata si kumis pendek, „ia datang kemari
mengantarkan keluarga perempuan dari Jie Lauw Tauw. Dan
ini," dia bicara pada Bouw Pek, „toa-piauwsu kami Tong Cin
Kai dan Khouw Giok Teng."
Kedua fihak segera saling unjuk hormat, kemudian mereka
pada berduduk akan pasang omong.
Bouw Pek tidak kesepian, malah dia tertarik hatinya waktu
pembicaraan lalu menjurus pada Su Ciauw, putera kedua dari
Kauw-pak Hin Beng Eng Siang.
Menimbang pembicaraannya orang2 dari Eng Siang Piauw-
tiam, Bouw Pek dapat anggapan yang Beng Su Ciauw punya
ilmu tinggi dan berambekan, hingga bisa dibilang Beng Jie
siauwya itu pemuda gagah-mulia, melainkan sedikit kukoay,
hingga dia sukar dapat kecocokan dengan sembarang orang.
„Satu kali aku ingin cari jie-siauwya," Bouw Pek nyatakan
kemudian.
„Jie-siauwya seorang dengan potongan tubuh biasa saja,"
Khouw Giok Teng lalu terangkan. „Ia tidak bertubuh tinggi,
mukanya kuning dan kurus, tetapi matanya
besar. Dia bisa bicara beberapa rupa bahasa daerah, malah
dia mengerti juga bahasa Bongkouw."
„Didalam usia muda dia pernah merantau ke Bongkouw,
disana mestinya dia punya sobat atau kenalan," Bouw Pek
nyatakan. „Apa tidak bisa jadi yang dia telah buron kesana ?"
„Tidak," Lauw Keng geleng kepala. „Di Bongkouw dia seorang
yang ternama, akan tetapi aku pernah minta pertolongan
beberapa saudagar yang berniaga kesana, mereka semua
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pulang dengan tangan kosong, sia-sia saja mereka mencari


keterangan tentang jie-siauwya."
Sampai disitu, pembicaraan menjurus pada Beng Su Ciang,
anak sulung dari Beng Loo-piauwsu.
„Ia sekarang tidak ada dirumah," Lauw Keng memberi
tahu. „Ia telah pergi mengantar piauw ke Kui-hoa. Dalam hal
sifat dan ilmu,dia kalah jauh daripada adiknya !"
Bouw Pek tidak menanyakan lebih jauh, sedang Lauw Keng
kemudian memberi tahu, bahwa kamar telah sedia buat
tamunya ini, maka dia lalu diantarkan kekamarnya itu, di
mana dia lalu beristirahat.
Setelah bersantap malam, seorang diri Bouw Pek berdiam
dalam kamarnya, terutama akan pikirkan halnya Siu Lian. Dia
sangat terharu mengingat nasibnya sinona,
Yang cantik dan gagah, yang halus budi pekertinya, tetapi
peruntungannya begitu malang, sudah kehilangan ayah,
punya musuh2 yang liehay, sekarangpun „kehilangan"
tunangan. „Dan aku, bagaimana dengan hari kemudian diriku
?." kemudian dia lamuni
dirinya sendiri. Memang juga belum ada ketentuan tentang
dirinya, dia seperti perahu hanyut, yang tidak ketahuan
tujuannya.
Mengingat yang besok dia mau berangkat pagi2, Bouw Pek
coba berhenti memikir segala apa, dia naik atas
pembaringannya supaya bisa tidur, agar dia bisa lupai
semuanya. Api telah dia padamkan. Tapi, selagi tidur,
pikirannya tetap bekerja, sekarang dalam rupa impian.
Sananya dia telah ketemu dengan nona Jie, akan pandang
tampang muka orang yang elok dan potongan tubuh yang
bagus. Sananya, disuatu tempat dia ketemu seorang anak
muda, ialah Beng Su Ciauw, tunangan Siu Lian. Anak muda itu
memegang golok yang berlumuran darah, dia disamperi
hendak diserang, hingga dia mesti bicara kerak-keruk buat
terangkan kebersihan dirinya, bahwa sejak dia ketahui si nona
telah bertunangan, dia sudah bunuh pikirannya terhadap nona
itu. dia unjuk, selama berjalan sampai beberapa ratus lie
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kedua pihak berlaku sopan satu pada lain, kelakuan dan


onongan selamanya rapi.
„Tentang ini aku berani sumpah," begitulah Bouw Pek kata
akhirnya. „Kalau kau tetap tidak percaya, silahkan kau gunai
golokmu akan belek perutku, akan lihat hatiku !"
Dalam impian itu, Beng Su Ciauw sananya suka percaya
keterangan itu. Dia lempar kan goloknya dan sebaliknya
pegang keras tangannya, bahkan terharu dia sampai
menangis
Adalah selagi dengarkan tangisannya Beng Su Ciauw, Bouw
Pek seperti dengar orang panggil2 dia pada kupingnya, hingga
dia buka matanya, hingga samar2 dia lihat bayangan orang
berdiri didepannya. Kamarnya masih gelap, itulah sebabnya
kenapa dia tidak bisa lantas dapat lihat bayangan itu dengan
nyata.
„Lie Toako, Lie Toako," demikian suaranya bajangan itu.
Bouw Pek terperanjat, karena dia kenali suara itu, yang halus
dan merdu. Dia segera merayap bangun, pikirannya buat
pasang lampu. Tetapi bayangan itu cegah dia.
„Tidak usah, Lie Toako, tidak usah nyalakan api. Aku Siu
Lian, aku hendak ucapkan dua patah kata, lantas aku hendak
pergi pula."
Baru sekarang Bouw Pek ketahui benar2, siapa yang bicara
dengan dia itu. Tentu saja dia heran, hingga dia lantas bangun
berdiri.
„Apa yang kau hendak bicarakan, nona?" dia kata.
„Bilanglah !"
Tapi si nona nampaknya bersangsi, setelah beberapa saat,
baru dengan suara yang tidak lampias dia kata :
„Putera kedua dari loo-piauwtauw disini sudah pergi satu
tahun lebih, sampai sekarang tentang dia itu tidak ada kabar-
ceritanya, apa toako dapat tahu ?" demikian pertanyaannya.
„Ya, aku sudah tahu," Bouw Pek jawab. „Putera ke-dua loo-
piauw-tauw bernama Su Ciauw, dia berkepandaian silat tinggi,
nyalinya besar, semangatnya baik, begitulah dia telah lukai
hartawan Thio Ban Teng di sini, hingga dia mesti buron."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tetapi itu bukannya semua," kata Siu Lian. „Turut


pendengaranku, memangnya loo-piauw-tauw tidak terlalu
sukai anaknya yang kedua itu, sedang puteranya sulung, Su
Ciang, adalah saudara yang buruk hati nya. Engko ini berniat
kangkangi sendiri harta-benda orang tuanya, maka dia telah
dayakan sehingga adiknya menyingkir."
Ucapan itu ditutup dengan tangisan sesenggukan pelahan.
„Inilah aku tidak dengar," kata Bouw Pek, yang menghela
napas."
„Baiklah nona jangan berduka hati,"dia kata kemudian.
„Besok pagi aku hendak berangkat pergi, nanti diluaran aku
berdaya akan cari saudara Su Ciauw, biar bagaimana juga,
aku nanti bujuki dia supaya dia sambut kau, nona."
Agaknya Siu Lian bertetap hati dan ber bareng likat kapan
dia dengar perkataannya anak muda itu, sedang Bouw Pek
samar2 lihat orang menyusut air mata.
„Sekarang ini aku tidak bisa andalkan siapa juga kecuali
kau, toako," kata si nona kemudian lagi.
„Jangan mengucap demikian, nona," Bouw Pek mencegah.
„Aku sudah bilang, aku pandang kau sebagai adik kandung
maka itu pasti sekali aku akan lakukan segala apa buat bisa
cari sampai dapat saudara Su Ciauw."
Siu Lian terharu bukan main, hampir2 dia menangis meng-
gerung2.
Juga air matanya si anak muda mau keluar, dia berdaya
buat cegah itu, dan berdaya juga akan tidak bikin si nona
mendapat lihat itu. Sukur mereka sedang berada didalam
kamar yang gelap-petang.
„Aku mau pergi, toako, silahkan kau tidur," kata si nona
kemudian. Dia bertindak keluar, pintunya dia rapatkan pula.
Bouw Pek terpekur sampai suara tindakan kaki si nona
sudah lenyap dipedalaman, dia duduk seorang diri dalam
kegelapan, hatinya berduka, air matanya meleleh, pikirannya
tidak tenteram. Beberapa kali dia menghela napas.
„Impianku, pengalamanku barusan, semua lucu, " akhir2nja
dia pikir. „Kenapa aku mesti bingung tidak karuan ? Aku satu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

laki2, kenapa aku mesti memberi diriku terlibat urusan


perempuan ? Sudah, aku mesti ambil putusan, aku tidak boleh
berdiam disini lebih lama pula ! Ya, besok aku mesti berangkat
!"
Anak muda ini berbangkit, menghampirkan pintu, yang dia
segera tutup rapi, dibantu dengan sebuah kursi, yang dia
pakai mengganjel Ketika dia balik kepembaringannya dia
rebahkan diri dengan tidak buka pakaian lagi. Dikejauhan, dia
dengar suara kentongan empat kali.
Sekarang ini anak muda kita tidak bisa lagi lantas tidur
pulas seperti tadi,dia gulak gulik tidak berhentinya hingga
tahu2 kentongan dipalu lima kali dan dari jendela dia tampak
remeng cuaca fajar. Perobahan cuaca itu lalu disusul dengan
kokok sang ayam jago, yang lakukan kewajibannya seperti
biasa tiap pagi, yalah berkokok hampir tidak mau berhentinya.
Justeru itu, Bouw Fek mendadak merasa kepalanya sedikit
pusing, sedang pagi itu dia mesti lakukan perjalanan.
Begitulah dengan malas2an, dia berbangkit. Dia dapat dengar
suara ber-gerak2nya beberapa kaki dipekarangan luar dari
kamarnya itu, disusul dengan suara beradunya alat senjata,
golok dengan tumbak. Dia lalu singkirkan kursi, dia pentang
daun pintu, maka segera dia dapat lihat Toan Kim-kong Lauw
Keng bersama Tong Cin Hui sedang berlatih, dengan masing2
memegang golok, dua piauwsu itu lakukan pertempuran.
Menyaksikan permainan silat itu, Bouw Pek tertawa didalam
hatinya.
,,Kalau orang2 bangsa mereka ini kebentrok dengan Jie Siu
Lian baru dua tiga jurus saja, mereka pasti akan sudah ada
rebah ditanah !" demikian dia pikir.
Lauw Keng dan Tong Cin Hui tahu tamunya bangun,
mereka sengaja saling menyerang dengan lebih seru lagi, buat
banggakan diri.
„Lie Siauwya, harap kau tidak tertawakan kami !" kata Cin
Hui akhirnya, apabila dia hentikan gerakannya. Lauw Keng
juga tertawa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Bagus, saudara Tong, " Bouw Pek memuji sambil


bersenyum. „Harap kau jangan berlaku sungkan2. "
Ketika itu jongos telah datang bawa air cuci muka, maka
Bouw Pek kembali kekamarnya akan bersihkan diri, akan
kemudian tukar pakaian.
Dengan pakai ma-koa, Beng Eng Siang bertindak keluar
dari pedalaman, maka
Kebetulan dia sudah selesai dandan, Bauw Pek hampirkan
tuan rumah itu.
„Beng Lauwsiok, sekarang juga aku hendak berangkat,"
berkata anak muda kita. Jie Siokbo tentunya belum bangun,
biarlah aku tidak usah ketemui dia lagi, sebentar tolong
lauwsiok saja yang mengasih tahu padanya. Aku haturkan
terima kasih buat kebaikan lauwsiok."
„Lie hiantit, apakah kau tidak bisa berdiam disini satu-dua
hari lagi?" tanya tuan rumah.
„Menyesal, lauwsiok. Dengan sebenarnya di Pakkhia aku
ada urusan, Aku harap lagi dua bulan aku bisa datang pula
menyambangi lauwsiok."
Baiklah bila begitu, hiantit," kata tuan rumah yang lalu
perintah orangnya lekas sediakan kuda tamunya.
Mereka lalu bertindak keluar, Lauw Keng bersama Tong Cin
Hui ikut mengantar.
Bouw Pek gantungkan buntalan dan pedangnya diatas sela
kuda, dia lalu lompat naik keatas binatang tunggangannya itu,
kemudian dari atas kuda dia unjuk hormat pada fihak tuan
rumah dan dua piauwsu-nya.
„Lauwsiok sekalian, sampai ketemu pula!"dia kata.
„Sampai ketemu pula hiantit!" kata Eng Siang „Urusan
kami, aku serahkan kepada kau seorang!" „Aku tahu,
lauwsiok, harap kau tidak pikirkan!"
Lantas juga Bouw Pek memberi lari kudanya menuju
ketimur keluar dari kota Soanhoa. Dia lihat ladang gandum
dikiri dan kanan dengan jalan besar dan rata. Matahari
bersinar terang, angin pagi meniup menyegarkan tubuh.
Dijalan besar itu, kecuali mereka yang berlalu-lintas dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

jalan kaki, ada juga yang berkendaraan kereta. Orang2


dagang kecil ada yang memikul keranjang dan memanggul
bungkusan.
Dalam keadaan seperti itu, Bouw Pek rasai pikirannya
sedikit terbuka, dia lakukan perjalanan dengan hati tenteram,
kecuali diwaktu menanyakan jalanan pada orang yang
berpapasan dia tidak pernah buka mulut. Memang dia jalan
seorang diri. la tidak memberi kudanya lari keras.
Sesudah melalui perjalanan dua hari, Bouw Pek sampai di
Hoalay. Di depannya tertampak pemandangan gunung,
ditempat jauh ada tanda2 putih yang sebentar kelihatan
sebentar tidak, yang berupa seperti ular merajap.
Itulah tembok besar dan panjang: Ban Lie Tiang Shia !
„Apakah namanya kota disebelah depan?" dia tanya orang.
„Itu kota Kieyong-kwan," dia dapat jaawaban.
Hatinya anak muda ini jadi tertarik. Didalam buku dia
pernah baca tentang kota Kie yong-kwan ini, yang menjadi
kota yang terkenal, sebab kota ini dicatat sebagai salah satu
dari Yan-khia iapun girang, karena dengan Kie-yong kwan
dihadapannya itu berarti dia sudah mendekati Pakkhia.
Buat tangsel perutnya, Bouw Pek lantas cari dusun dimana
dia lalu singgah. Waktu itu sedang tengah hari. Tapi dia tidak
singgah lama, setelah dahar cukup dia tunggang pula kudanya
dan lanjutkan perjalanannya. Tapi sekarang dia lantas saja
mandi keringat, karena hawa udara sedang panasnya. Buat
melalui enam atau tujuh lie, perjalanan adalah berat. Maka itu,
terpaksa dia memberi kudanya jalan pelahan2.
Sesudah melalui beberapa dusun, Bauw Pek lihat gunung
makin lama makin dekat.
Disini orang yang bikin perjalanan telah menjadi kurang
sekali. Dia menjadi heran.
,Ini jalanan kekota raja, kenapa begini sepi?" dia berpikir.
Apakah bisa jadi ini disebabkan waktu tengah hari dan hawa
udara panas luar biasa, hingga orang pada cari tempat buat
mengaso ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Selagi dia men-duga2, kupingnya lantas dengar suara


kelenengan ramai. Dia ingin tahu. Dia larikan kudanya
kedepan sampai dimutut tikungan. Jalanan teraling oleh
ladang gandum. Memandang keudara, dia tampak rombongan
dari beberapa kereta kaldai dan suara kelenengan adalah dari
kelenengan yang digantungkan pada tiap binatang penarik
kereta itu.
Diatas tiap kereta dipancar bendera piauw datar kuning
dengan pinggiran merah, diatas bendera juga diikatkan
kelenengan, jaig berbunyi seperti kelenengan kaldai. Maka itu,
makin dekat rombongan itu mendatangi, suaranya makin riuh.
Mengetahui rombongan itu dari kalangan piauwtiam, Bouw
Pek tahan kudanya akan memandang, dia bisa baca huruf2
dikain bendera begitu lekas kereta2 sudah datang lebih dekat.
Sesuatu bendera disulam dengan enam huruf, yang berarti :
Coan Hin Piauw-tiam dari Yan-keng.
Sehelai bendera lain, yang besar dan panjang, yang
terbikin dari kain putih mulus, dilukiskan huruf2 ,,sin-chio Yo
Kian Tong", yang mana berarti rombongan kereta itu berada
dibawah pimpinannya Yo Kiang Tong, ahli silat tombak.
Dikereta pertama duduk dua orang. Dikereta kedua duduk
seorang yang berusia empat puluh tahun lebih, tubuhnya
kekar. Dijalan kereta iti duduk seorang kurus dengan dua baris
kumis kecil. Dua2 mereka pakai baju hitam dengan celana
pendek, berkopiah rumput, tandan memegang kipas. Dikereta
kedua duduk beberapa orang, yang dari dandanannya
rupanya sekawan saudagar.
,Kelihatannya, rombongan ini adalah dari perusahaan piauw
yang ternama", pikir anak muda kita. „entah yang mana Sin-
chio Yo Kian Tong, si Malaikat Tumbak."
Ia lantas memberi kudanya jalan dan rombongan kereta
piauw berjalan dibelakangnya. Terang rombongan itu juga
hendak melalui Kieyong.
Bouw Pek jalan belum seberapa jauh ketika dari belakang
dia dengar orang memanggil : ,,Eh, tuan yang jalan didepan,
kau hendak pergi kemana ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia menoleh dan lihat orang yang menegornya adalah orang


yang berusia kira2 Empat puluh tahun. ia lalu tahan kudanya
menunggu, kemudian dia pinggirkan kudanya, hingga kuda
dan kereta jadi jalan berendeng.
„Aku hendak pergi ke Pakkhia, diamemberi tahu. „Diantara
kau yang mana Toa-piauw-tauw ?"
„Piauwtauw kami tidak turut," kata orang yang menegor
itu. „Jalanan ini jalanan yang kami kenal baik, wakil kami tidak
turut barang satu orang, cukup dengan tukang-tukang kereta
saja, asal dikereta ditancapkan bendera piauw, sekalipun
diwaktu malam kami berani lewat disini, kami tanggung tidak
akan terjadi onar apa juga ! Kau bernyali besar, tuan, seorang
diri kau berani lakukan perjalanan ke Pakkhia dengan melalui
kota Kieyong ini."

Jilid 5
,,KENAPA aku tidak berani lewat disini?" dia tanya. „Ini
jalan besar yang rata dan setiap hari entah berapa banyak
orang berlalu-lintas disini?."
Si kurus yang berkipas tertawa.
„Memang juga banyak orang yang tiap hari lewat disini "
dia kata. „Kendati demikian, kaum saudagar mesti lewat disini
dengan dapat bantuan pihak piauwtiam, sedang orang
pelancongan biasa mesti jalan sesudah dia menunggu kawan
hingga merupakan rombongan empat atau lima-puluh orang.
Siapa tak berombongan, dia tidak nanti berani ambil jalan ini.
Kau beruntung, tuan, kau ketemu rombongan piauw kami,
jikalau tidak, kuda kau, buntalan kau, sudah pasti akan kena
dirampas habis, malah jiwamu jangan2 tidak akan tertolong !."
„Dengan sesungguhnya, jalan seorang diri kau terancam
bahaya besar," berkata orang yang pertama bicara „Sekarang,
dengan jalan sama kami, kau boleh mengaku saja sebagai
pegawai kami !"
Bagaimana juga. Bouw Pek mendongkol mendengar
ucapan2 itu. dia bisa mengerti yang rombongan piauw ini
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bermaksud baik, tetapi caranya mereka bicara dia rasakan


sebagai suatu hinaan bagi dirinya.
„Sebenarnya Sin-chio Yo Kian Tong orang macam
bagaimana sih ?" pikir dia. „Mustahil aku Lie Bouw Pek mesti
mengandal pada pengaruhnya ?"
Oleh karena mendongkol, lalu dia kata:
“Tidak usah aku mengandal pada kau, tuan ! Seorang diri
aku berani jalan disini, itu sudah terang menyatakan yang aku
tidak takut ! Kenapa aku mesti takuti segala begal atau
berandal ? Sukur jikalau kawanan penjahat itu tidak keluar
dan mengganggu aku, andai kata mereka berani main gila,
tidak bisa tidak aku tentu akan basmi mereka sampai habis !"
Bouw Pek tutup perkataannya sambil bersenyum dan
tangannya menepok-nepok pedangnya seraya dia tambahkan:
„Ini adalah pelindungku !"
Dua orang diatas kereta, yang menjadi piauwsu,
tercengang atas perkataan itu.
„Sobat, kau she dan nama apa ?" tanya orang yang usianya
empat puluh tahun „Kau bekerja dipiauwtiam mana ?"
„Aku Lie Bouw Pek, aku bukannya piauwsu," sahut Bouw
Pek dengan terus terang „Aku hanya mengerti sedikit ilmu
menggunai pedang."
Nama itu belum pernah masuk dikuping dua piauwsu itu,
maka, mendengar nama orang mereka lantas saja
memandang enteng.
„Sobat, aku kasi ingat pada kau, baik kau jangan bersikap
galak!" berkata satu diantaranya. „Kau baik dengar2 dulu,
siapa yang menjadi cee cu diatas gunung Kieyong-kwan,
jangan kata baru kau, kendatipun piauwtauw kami, Sin-Chio
Yo Samya, dia masih tidak berani lakukan kesalahan terhadap
ceecu itu!"
Lie Bouw Pek tidak gubris nasehat itu.
„Coba kasi tahu padaku, siapa namanya kepala berandal
dari atas Kieyong-kwan ?" dia tanya.
,,Disini, tuan, janganlah kau main sebut sebut berandal,
barandal saja !" mengasi ingat orang yang berumur kira2
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

empat puluh. ,,Jikalau perkataan kau ini sampai terdengar


oleh ceecu dari Kieyong-kwan San, kami sendiri akan turut
terembet-rembet! ceecu itu Say Lu Pou Gui Hong Siang,
asalnya piauwsu yang tersohor dikota Pak-khia Sebatang
pedangnya sebatang hoakek nya, yaitu tumbak cagak sudah
terkenal tidak ada tandingannya Gui Ceecu telah pindah
tinggal digunung sebab suatu kejadian. Didalam kota Pakkhia.
Gui Ceecu telah berbentrok dengan Siu-Bie-To Oey Su-ya.
Sudah tiga kali mereka berdua bertempur, tiga tiga kalinya
berkesudahan seri. Belakangan Oey Su-ya telah undang Gin-
chio Ciangkun Khu Kong Ciauw, yang punya gelaran raja
muda turun menurun An-teng-houw, maka setelah dikepung
ber dua baru Gui Ceecu kena dikalahkan. Oleh karena dia
gusar dan mendongkol, dia lantas saja pergi ke Kieyong-kwan
San dan lantas duduki gunung ini. Oleh karena dia asal
piauwsu, Gui Ceecu tidak mau ganggu kalangan perusahaan
piauw, sedang maksudnya terutama menjadi berandal adalah
buat satrukan Oey Su-ya, buat rampas barang barangnya.
Orang2nya Oey Su-ya atau barangnya, asal lewat di Kieyong-
kwan San, tentu diganggu !"
Bouw Pek tertawa besar mendengar keterangan itu.
„Sungguh suatu adat yang liehay !" dia kata. „Kalah piebu
dan tidak sayang buat masuk menjadi berandal, sungguh luar
biasa ! Coba sekarang kasih tahu aku, Oey Su-ya itu orang
macam apa ? Dan siorang she Ku, seorang raja muda, kenapa
dia sudi membantu orang she Oey itu ?"
,,Rupa-rupanya kau baru pertama kali ini datang ke Pakkhia
?" kata si orang berumur empat puluh tahun. „Kalau bukannya
orang asing, bagaimana kau tidak kenal namanya dua hoohan
terkenal dari kota Pakkhia ? Baiklah, aku nanti kasi keterangan
pada kau, Oey Su-ya beri nama Ke Pok, dia biasa berdagang
ke Bongkouw Di Thio-kee-kauw, di Kui-hoa, dia punya toko
besar. Maka itu dia hartawan besar. ilmunya juga liehay,
senjatanya sepasang gaetan Hok-chiu Siang kauw. Kecuali Gui
Hong Siang, dia sebenarnya belum pernah ketemui tandingan.
dia pemuja Budha, dari itu dia sering keluarkan uang untuk
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mengamal, terutama untuk perbaiki rumah2 berhala. Ia bisa


menderma bubur, uang dan pakaian musim dingin. Oleh
karena ini, orang kasihkan julukan Siu Bie To Khu Kong Ciauw
benar turunan raja muda An teng-houw Khu Lip Tek.
Rumahnya berada di Pakkauw-yan, disebelah barat kota. dia
putera bangsawan, akan tetapi sedari masih kecil dia sudah
gemar ilmu silat, ilmu tumbaknya melebihi kepandaiannya Tio
Cu Liong dijaman Han. Orang bilang, dia lebih liehay daripada
Oey Su-ya, tetapi mereka berdua belum pernah piebu, sebab
mereka adalah sobat-sobat kekal. Bila nanti kau sudah sampai
di Pakkhia, baru kau ketahui baik tentang dua sobat itu.
Dengar2 sesungguhnya mereka berdua orang2 tersohor dari
kelas nomor satu di Pakkhia !" Bagaimana juga, Lie Bouw Pek
senang mendengar keterangan itu.
„Sesampainya di Pakkhia, apabila aku punya waktu
senggang, aku akan temui dua orang itu, pikirnya. Tentu
sekali aku mesti ketahui jelas mereka orang2 golongan mana"
„Jiewie," kemudian dia kata, „Sudah sekian lama kita
bicara, tetapi aku belum belajar kenal dengan kau Jiewie she
apa?"
„Terima kasih " kata yang satu. „Aku Sun Cit, orang juluki
aku Thi-lauw-tay si Polo Besi. Dan ini saudara angkatku, Say
Gouw Kong Lauw Go. Kami semua asal Chong-ciu, sudah lama
juga kami tinggal di Yang-keng membantu Sin-chio Yo Sam ya
mengurus piauwkiok." „Rupanya ilmu silat Yo Sam-ya tidak
bisa dicela?" Bouw Pek tanya.
„Ha, sampaipun Yo Sam-ya kau tidak ketahui ?" berseru
Sun Cit. ,,Aku tanya kau, kau sebenarnya orang asal mana ?"
Bouw Pek tertawa.
„Aku asal Titlee Selatan," dia jawab.
„Sekalipun kau asal Titlee Selatan, seharusnya kau kenal
baik namanya Yo Sam-ya !" Sun Cit kata pula. „Yo Sam-ya
adalah piauwtauw paling terkenal di Sunthian-hu. kota utama
propinsi Titlee. Ilmu tumbak-nya tersohor bukan main! Kau
tahu, juga ilmu tumbak dari Gin Chio Cangkun Khu Kong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ciauw kebanyakan adalah buah pelajarannya Yo Sam-ya itu."


Bouw Pek manggut2.
„Heran, kenapa semua orang pada jakinkan ilmu tumbak?"
pikirnya. „Coba disini ada ahli2 pedang, seperti sin-kiam atau
gin-kiam, bukankah aku pun boleh coba2 mereka itu.
Demikian mereka pasang omong, selagi kereta dan kuda jalan
terus.
Sun Cit dan Lauw Go agaknya berlaku sangat baik hati.
„Sobat, lekas juga kita akan sampai di Kieyong-kwan, aku
minta kau suka berlaku hati2," demikian kata Thie-lauw tay.
„Kapan sebentar kita umpama-kata ketemu Say Lu-Pou Gui
Hong Siang dan kau lakukan suatu kesalahan terhadapnya,
kau harus tanggung jawab sendiri, karena kami berdua pasti
tidak mampu berbuat apa2"
Bouw Pek tertawa pada dua orang itu.
„Aku minta jiwie jangan kuatir apa2," dia bilang. „Umpama
kata sampai mesti terbit perkara, pasti sekali aku tidak akan
rembet2 kau berdua!"
Mereka sekarang sudah sampai dimulut gunung. Dari situ
orang bisa melihat nyata tembok besar dan panjang. Menarik
akan pandang tembok yang beriwayat itu, orang jadi ingat
jaman pembuatannya, banyak pengorbanan uang, tenaga dan
jiwa diminta oleh tembok itu !
Apabila mereka sudah jalan sekian lama lagi, kereta2
disebelah belakang mendadak berhenti, maka Sun Cit lantas
perintah yang didepan berhenti juga.
Bouw Pek tahan kudanya, dia menoleh ke belakang. dia
lantas dapat lihat datangnya lima orang, yang berpakaian baju
pendek dan dada terbuka, yang dua pakai tudung rumput,
yang tiga pakai pelangi yang dilibat dikepala mereka. Dan
mereka semua membawa golok. „Tentu mereka orang2nya
Gui Hong Siang," dia pikir.
Sun Cit dan Lauw Go sudah lompat turun dari kereta
mereka, hampirkan lima orang itu dengan air muka ber-seri2,
mereka angkat tangan buat unjuk hormat.
„Apakah tuan2 dari pihaknya Gui Jie-ya?" Sun Cit tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Benar," sahut satu diantara lima orang itu „Kau dari


piauwtiam mana?"
„Kami dari Sin-chio Yo Sam-ya dari Yankeng," Sun Cit
menyahut „Aku Thie lauw-say Sun Cit." Lima berandal itu
lantas saja tekapi tangan mereka.
„Kiranya jiewie dari Sin-chio Yo Sam ya," kata mereka
„Nah, tolonglah jiewie kasikan kami kartu nama jiewie." Sun
Cit pergi kekeretanya buat ambil karcis nama.
„Tolong tuan sampaikan ini pada Gui Jie-ya," kata dia
seraya serahkan karcis itu pada berandal yang menjadi
pemimpin „akupun minta tuan2 sukalah sampai kan
hormatnya Yo Sam-ya”. Berandal itu menyambut karcis nama
itu.
.,Baiklah ," dia kata. „Silahkan jiewie berangkat."
Selagi kata begitu, dia menoleh pada Bouw Pek, tapi dia
sangka anak muda itu orangnya Yo Kian Tong, maka dia tidak
tanya apa lagi, dengan angkat kedua tangan dia mengasi
hormat. Perbuatannya ini diturut oleh empat kawannya.
Kemudian dengan putar tubuh mereka, mereka bertindak
pergi.
Baru saja Sun Cit dan Lauw Ga hendak naik atas kereta
mereka, atau Lie Bouw Pek mendadak turun dari kudanya
sambil bawa pedangnya yang terhunus anak muda ini teriaki
lima orang itu „Tahan!" Lima orang itu heran, mereka
berpaling dengan segera.
Sun Cit dan kawannya terkejut, hingga mereka melongo.
„Kau belum minta kartu namaku, tuan2!" kata Bouw Pek
sambil kasi senyuman tawar „Kenapa kau sudah lantas
berangkat saja?"
Lima orang itu mengawasi satu pada lain dalam keheranan.
„Apakah kau bukan orangnya Yo Sam-ya ?" tanya yang jadi
kepala. Bouw Pek geleng kepalanya.
„Aku tidak kenal Yo Sam-ya !" dia jawab. „Aku orang she
Lie, orang biasa panggil aku Lie Toaya!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sun Cit dan Lauw Go kaget, tetapi mereka lantas mengerti


yang orang hendak terbitkan gara2, maka dengan hampir
berbareng, mereka kata dengan keras :
„Kami tidak kenal anak muda ini ! Kami bertemu baru saja
tadi, ditengah jalan! dia bukannya orang dari piauwtiam
kami!"
„Itu betul !" Bouw Pek benarkan dua piauwsu itu, yang
nyalinya kecil „Aku Lie Bouw Pek, aku laki2 sejati, aku tidak
mau pakai namanya Yo Sam-ya, aku tidak mau dikasi lewat
oleh berandal sebab pakai nama orang lain! Sekarang sudah
menjadi terang, maka, kawanan berandal, terserah pada kau !
Jikalau kau niat begal aku, silahkan maju, asal kau mampu
layani pedang ini !"
Lima berandal itu menjadi gusar dengan mendadak.
„Kalau benar kau bukan orangnya Yo Sam-ya, kami
memang tidak bisa kasi kau lewat!" berteriak mereka. „Lekas,
lepaskan pedangmu, lantas serahkan pauwhok dan kudamu"
Sembari ber-kata2 demikian, mereka angkat golok mereka
dan maju pada si anak muda.
Lie Bouw Pek tidak takut, sebaliknya dia tersenyum sindir.
dia tunggu sampai orang sudah datang dekat padanya, secara
mendadak dia serang orang yang menjadi kepala.
„He, kau berani geraki tangan akan cari mampus ?"
menegor si kepala berandal, yang telah menangkis dengan
goloknya. Tidak tempo lagi, dia terus menyerang.
Perbuatannya sudah lantas ditelat oleh empat kawannya,
dengan begitu pemuda kita jadi kena dikepung berlima.
Bouw Pek layani kelima musuhnya dengan sedikitpun tidak
takut, sebentar saja dua musuh telah rubuh karena tusukan
pedangnya, sedang tiga yang lain dia bikin kewalahan, hati
mereka jadi ciut, dengan tidak membuang tempo, dengan
tinggalkan dua kawan mereka, mereka putar tubuh seraya
terus buka langkah seribu ! Dalam mendongkolnya, Bouw Pek
memburu, maka lagi satu berandal dia bikin terguling !
„Pergilah kau cari Say Lu Pou Gui Hong Siang !" dia teriaki
dua pecundangnya, yang dia tidak mau kejar lebih jauh. „Kasi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tahu, bahwa aku akan tunggui dia dimulut Kieyong-kwan,


andai-kata dia tidak puas, dia boleh cari aku disana "
Karena musuh kabur terus, dia samperi tiga korbannya.
seorang Korban terluka hebat, rebah dengan tidak ingat apa.
Dua orang yang lari, sangat kesakitan, sedang merintih dan
ber-aduh2.
„Ampun, ampuni kami, begitu mereka memohon, karena
mereka kuatir nanti dibunuh apabila mereka lihat si anak
muda menghampirkan mereka dengan pedang masih
terhunus.
„Aku tidak inginkan jiwa kau” Bouw Pek bilang. „Kau orang
jahat, hari ini sudah seharusnya kau dapatkan penderitaan ini
! Kau dengar atau tidak ? Aku Lie Bouw Pek, aku tidak punya
hubungan apa juga dengan Sin chio Yo Kian Tong. Sekarang
aku hendak pergi kemulut Kieyong-kwan, disana aku akan
singgah buat menanti sebentaran, maka anda-kata Say Lu Pou
berpikir buat membalas sakit hati, dia boleh susul aku disana!
dia mesti datang dengan lekas, apabila dia ayalan aku nanti
keburu pergi, karena aku tidak punya banyak tempo akan
menunggu lama !"
Setelah kata begitu, anak muda ini bersihkan pedangnya
dan memasukkannya kedalam serangkanya, kemudian lompat
naik atas kudanya, dia kasi binatang itu kabur menuruti tujuan
yang dia ambil.
Sun Cit dan Lauw Go lihat pemuda itu terbitkan onar,
mereka ketakutan, siang2 mereka telah titahkan kereta2
berangkat dengan segera, dengan cepat, maka bisa
dimengerti yang semua kelenengan telah terbitkan suara
sangat riuh, semua keledai lari seperti terbang cepatnya !.
Bouw Pek lanjutkan perjalanan dengan anteng, sebentar
kemudian dia sampai di-mulut Kieyong-kwan, disitu dia cari
dusun dimana dia bisa singgah. Benar seperti dia sudah
janjikan, dia hendak tunggui datangnya Gui Hong Siang. dia
mampir pesan teh buat minum sambil mengaso.
”Jalanan ini jalanan penting, bagaimana kawanan penjahat
itu bisa diantap mengganas orang2 pelancongan ?" pikir anak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

muda ini, „Aku tidak mengerti, kenapa pembesar negeri dan


tentara disini membiarkan saja bersarangnya kawanan
berandal itu ?'
Sekian lama Bouw Pek duduk, dia tidak lihat Gui Hong
Siang datang atau konco-nya yang tadi dia telah hajar sampai
kabur, maka dia lalu pikir.
„Boleh jadi Gui Hong Siang ketahui aku tidak boleh dibuat
pemainan, ia jadi tidak berani datang menyusul, Ia tidak
berani datang, apa perlunya aku menunggu lama2 ? Tidakkah
aku jadi sia2-kan tempo saja ?"
Begitulah dia bayar uang teh dan lantas lanjutkan
perjalanannya.
Hawa udara panas sekali, malah makin panas. Tapi
dijalanan, dibagian ini orang yang lalu-lintas banyak. Hawa
udara panas dan mengkedus, karena mega2 hitam tetapi
melayang menutupi sang langit. Kemudian lagi suara guntur
terdengar ber-ulang2.
,,Mau hujan, mari hujan! kata beberapa orang, yang terus
saja cepatkan tindakan, sedang beberapa yang lain sudah
mulai lari.
Bouw Pek tidak bawa baju minyak buat lawan hujan, iapun
kasi kudanya lari. Baru melalui sepuluh lie, langit telah jadi
gelap betul dan suara guntur makin hebat Selama itu, dijalan
sudah tidak kelihatan orang lagi atau kereta, karena mereka
semua telah pada cari tempat untuk berlindung. Hujan besar
segera turun.
Bouw Pek nampak kesukaran ketika air hujan serang dia,
tudungnya yang lebar tidak menolong, la mesti jalan terus,
karena didekatnya tidak ada rumah orang atau kampung.
Tatkala itu dibulan kelima, maka sang hujan asal turun
tentu turun secara besar2an. Air hujan lebat luar biasa.
Sebentar saja Bouw Pek sudah kuyup sekujur badan,
topinya telah merupakan air mancur. la memandang
kesekelilingnya, dia lihat ladang gandum ber-gerak?, karena
pohon2 gandum telah memain diantara serangan hujan dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

angin. Keadaan disekitarnya juga tidak tertampak tegas,


lantaran sang hujan seperti halimun saja.
Selokan ditepi jalan telah kebanjiran hingga air mengalir
kejalan besar, tidak heran apabila jalan itu telah menjadi
becek sekali, lumpur dalamnya dua cun lebih. Keadaan jalanan
ini mendatangkan kesukaran bagi sang kuda, yang empat
kakinya telah melesak didalam lumpur.
Sambil sebelah tangan gunai saputangan menyapu air
dimukanya, Bouw Pek terpaksa gunai tangan yang lain akan
cambuk kudanya, buat bikin kudanya itu jalan dengan cepat.
Dalam hujan besar itu dia ingin dapatkan tempat berhenti,
akan melindungi diri terhadap air langit itu.
Apa mau, kuda yang ditunggangi tua dan kurus,
dibelinyapun dengan harga hanya emput puluh tail, sedang
perjalanan dari Kie-cu ke Soanhoa jauh, sekarang perjalanan
selainnya jauh pun sangat sukar, maka bisa dimengerti
binatang yang lemah itu jadi setengah mati.
Bagaimana juga, Bouw Pek bisa lihat penderitaan binatang
itu, maka, kuatir kuda itu rubuh dan terluka, hingga dia tidak
bisa andalkan lagi, akhirnya dia biarkan binatang itu jalan
pelahan, dia tidak lagi gunakan cambuknya.
Sekarang anak muda ini telah kuyup sekujur badan, hujan
masih saja turun, akan tetapi dia tidak menjadi kedinginan
sebaliknya, karena tadi hawa sangat panas, dia merasa segar
sekali. dia sudah jalan jauh juga, barulah air langit berhenti
turun. Cuma sekarang, sebagai gantinya sang siang, cuaca
telah mulai gelap. Beruntung disebelah depan lantas
tertampak tembok kota.
Dengan hati merasa tetap, sebab tidak usah kuatirkan lagi
tempat mondok, dengan jalan pelahan2 Bouw Pek menuju ke-
tembok kota, selagi mendekatkan tembok, dia berhenti
ditempat dimana ada rumah2 dan rumah penginapan.
Tindakan yang pertama adalah singgah, minta kudanya
diurus, dia sendiri lalu cari kamar. dia buka seluruh
pakaiannya buat diperas, lalu salin pakaian yang kering, dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

minta teh panas buat hangatkan tubuh. Cepat sekali dia


merasa sehat betul.
Sebentar kemudian jongos datang dengan lampu sambil
tanya tamunya hendak dahar nasi atau lainnya.
„Bawakan aku sepiring tauwhu dan beberapa biji
bahpauw," kata Bouw Pek minta. „Tapi eh, tempatmu ini apa
namanya dan dari sini kekota raja masih terpisah berapa jauh
?"
„Tempat kami dipanggil Seeho," sahut jongos itu. „Buat
sampai ke Pakkhia, asal kudanya bisa lari keras, dalam tempo
satu harian sudah sampai."
Keterangan ini bikin hatinya si anak muda menjadi
tenteram. Satu hari itulah perjalanan tidak jauh.
„Tapi aku telah gunai terlalu banyak tempo ditengah jalan,
jangan-jangan sesampainya dikota raja, piauwcek sudah tidak
sabar menantikan aku pikirnya. ,,Ia pasti sekali tidak ketahui,
bahwa aku usilan ditengah jalan dan telah terlalu banyak
campur tahu urusan orang lain.
Ingat hal itu, Bouw Pek jadi ingat Siu Lian, malah tampang
mukanya si nona yang manis menarik sudah lantas terbayang
dihadapannya. Lebih menarik adalah tampangnya sinona yang
sedang menangis, yang datangkan rasa kasihan. dia jadi
duduk menjublek, hingga tidak ketahui jongos datang dengan
tauwhu dan bahpauw, dia baru sadar kapan jongos itu tanya
dia perlu apa lagi.
„Tidak, ini sudah cukup !" dia menyahut separoh
gelagapan. Dengan gunai sepasang sumpitnya, anak muda ini
sudah lantas mulai makan. „Kelihatannya aku sudah jadi
angot" pikirnya seraya mulutnya menggayem. Kenapa aku
mesti pikirkan Siu Lian ? Aku suka dia, malah mencinta, tetapi
jodoh kita tidak ada ! Kenapa aku mesti sering-sering
kehilangan semangat dengan tak ada perlunya ? Dengan
angot seperti ini, tidak saja aku berlaku bodoh, malah aku
seperti bikin turun darajat sendiri, malah semangatku jadi bisa
mengasi akibat tidak baik ! Maka gangguan semacam ini
baiklah aku babat putus !
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sebentar kemudian, sehabis bersantap, Bouw Pek kunci


pintu kamarnya dan naik dipembaringan akan rebahkan diri.
Diluar jendela dia dengar suara menetes dari sang hujan, yang
kembali turun menambahkan beceknya jalanan, seperti juga
disengaja buat bikin orang mengaso lebih lama.
„Ah, sudahlah !" pikir anak muda ini. dia padamkan api dan
rebah pula, akan coba dapat tidur dengan segera.
Adalah esoknya pagi, kapan anak muda ini mendusin,
kupingnya segera dengar suara ramai diluar hotel, suara mana
rupanya menyebabkan dia sadar dari tidurnya yang nyenyak.
Bab 8
MENOLEH KE JENDELA, Bouw Pek dapat kenyataan langit
telah memperlihatkan cahaya putih bersih. Suara hujan sudah
tidak terdengar pula. Sekarang nyata kedengaran suara riuh
diterbitkan oleh beberapa orang dan suara itu masih belum
mau berhenti. Seorang, dengan suara ditenggorokan yang
menyalakan kemurkaan besar menanya :
„Aku tanya kau, kemarin kau ada kedatangan seorang she
Lie atau tidak?"
„Kami buka rumah penginapan, kami tiap hari kedatangan
banyak tamu yang datang dan pergi, mana kami ingat si orang
she Thio atau si orang she Lie ?" kedengaran suaranya jongos,
yang menyahut dengan penuh rasa mendongkol.
„Telor busuk !" membentak orang dengan suara
ditenggorokan itu. „Bukankah tadi aku sudah terangkan, si
orang she Lie itu pemuda umur kurang lebih dua puluh tahun,
dia menunggang kuda dan membawa bawa pedang !"
„Kalau disini tidak ada tamu yang dicari itu, baiklah kau
pergi cari dirumah penginapan lain," kata suaranya beberapa
orang lain.
„Di-rumah2 penginapan lain tidak ada orang yang aku cari
itu," orang itu kasi tahu. „Sebenarnya umpama kata didalam
rumah penginapan ini tidak ada orang itu, tidak apa, tetapi
kau sebagai jongos hotel tidak seharusnya bicara dengan
sikap begini macam ! Sekarang pagi-pagi hari, aku tidak ingin
umbar napsu amarahku, jikalau tidak, pastilah aku sudah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bacok kau ! Jongos itu ternyata seorang yang berani,


sebagaimana terdengar suaranya tertawa menyindir.
„Alasan apa kau punya, maka kau hendak bacok aku?"
demikian katanya secara menantang. „Sekalipun kau berandal,
kau masih tidak boleh berlaku demikian tidak tahu aturan !".
Mendengar sampai disitu, Bouw Pek menduga pada Say-Lu-
Pou atau Gui Hong Siang si Melebihi Lu Pou yang lagi
mencarinya.
„Nyalinya berandal itu benar2 besar pikir ia. Bagaimana dia
berani cari aku sampai disini ?" Ia lantas buka pintu kamarnya
dan bertindak keluar, jalannya sambil angkat dada. „Ada apa,
he? dia menegor. Apakah kau cari aku ?" '
Tatkala itu didalam pekarangan berdiri empat jongos
bersama belasan tamu lainnya, menghadapi mereka ada tiga
orang. Mereka ini pada menoleh dan semua nampaknya
merasa heran, karena ada orang yang muncul dengan sikap
berani itu!
Semua mata ditujukan pada anak muda kita, siapa
sebaliknya memandang tiga tamu itu. Orang yang berdiri
didepan rupanya yang menjadi kepala, dia pakai thungsha
warna hijau, kuncirnya besar dan longgar. dia berusia dua
puluh tujuh atau dua puluh delapan tahun, dia punya tubuh
yang tinggi serta muka yang hitam dia mestinya Gui Hong
Siang kepala berandal dari Kie-yong kwan San. Dua yang lain
berbaju biru, mereka berlepotan lumpur, kuncir mereka
digelung dikepala, terang mereka merupakan bangsa begal.
Berdua mereka mecekal golok dan pedang masing2.
Orang yang pakai thungsha awasi anak muda kita, lantas
dia menghampirkan.
„Apakah kau siorang she Lie ?" dia menegor.
„Benar," sahut Bouw Pek dengan sedikit juga tidak merasa
takut. „Aku orang she Lie bernama Bouw Pek. Aku adalah
orang yang dijalanan Kieyong kwan telah rubuhkan dan lukai
tiga berandal !'
„Kau jadinya Lie Bouw Pek, bagus !’ kata orang itu sambil
manggut. „Tentang kau lukai orang, itulah bukan urusan yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku perlu campur tahu. Tapi aku dengar kau sangat jumawa,
dari itu sekarang aku datang mencari kau, buat minta
pengajaran dari kau !"
Bouw Pek jawab ucapan itu sambil tertawa secara terbuka :
„Kau bilang aku jumawa, tetapi aku tidak merasakan yang
aku sombong !" dia kata dengan tingkah sewajarnya. „Tapi
kalau kau sebut2 perkara piebu, itulah lain, buat itu aku
bersedia akan temani kau buat itu. aku ingin kau beritahukan
dulu she dan namamu, sebab aku tidak mau piebu dengan
segala bu beng siauw-pwee !"
Ditegor begitu, orang itu menjadi terguguh, kendati terang
dari romannya dia sangat mendongkol atau gusar. Rupanya
dia dalam kesangsian !
Tapi juga Lie Bouw Pek bisa mengetahui hati orang, dia
segera tambahkan :
„Kau jangan kuatir! Aku bukan orang memakan gaji dari
negeri, tidak nanti aku bekerja untuk pembesar negeri dengan
menangkap segala bajingan ! Aku hendak tanya, kau betul
siorang she Gui atau bukan ?" Gui Hong Siang bersenyum
ewah.
„Betul, aku siorang she Gui ! dia jawab. iapun tidak kurang
beraninya.
„Bagus !" tertawa Bouw Pek. Tentu saja dia tertawa secara
menantang, „Kau boleh keluarkan hong-thian hoa-kek kau,
aku mau ambil pedangku, yang aku taruh didalam kamarku !
Pekarangan ini luas, baiklah kita main2 disini saja !"
Gui Hong Sang masih punyakan dua kawan lain, yang
menunggu diluar menjagai kuda mereka dan tumbak cagak-
nya, maka itu disatu pihak dia perintah salah satu orang ambil
senjatanya itu dipihak lain dia kiongchiu pada orang
disekitarnya.
„Sobat2, aku adalah si orang she Gui” dia berkata. „Hari ini
aku cari Lie Bouw Pek bukan karena permusuhan, hanya itu
disebabkan dia orang yang sangat jumawa, yang diluaran
telah buka mulut terlalu besar, hingga aku merasa tidak puas,
maka sekarang aku datang buat adu kepandaian !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dari belasan tamu hotel itu tidak ada satu orang yang
menyahut, mereka tadinya niat pergi karena urusan tidak
mengenai mereka, tetapi kapan ketahui orang hendak piebu,
mereka jadi ketarik hati, maka mereka lantas berdiri diam,
buat nonton.
Adalah beberapa jongos, bersama tuan rumah, yang sudah
lantas menghampirkan
„Aku minta jangan kau orang piebu di dalam rumah
penginapan kami ini," kata pengurus hotel, „Diluar, didepan
pintu, ada pekarangan luas, jikalau kau hendak bertanding,
baiklah kau pergi kesana saja ! Disana kau boleh piebu
sesukanya !"
Mendengar perkataan itu, Gui Hong Siang tolak tubuhnya si
pengurus hotel, seraya tangannya yang lain dikasi melayang
pada muka orang.
„Kau jangan takut, tidak nanti terbit perkara jiwa!" dia kata
dengan tenang, tetapi romannya sangat bengis, sedang tuan
rumah terpelanting dan meringis, karena tangannya Gui Hong
Siang keras dan panas !
Bouw Pek sementara itu sudah keluar pula, dia telah
dandan dengan ringkas dan tangannya memegang pedang.
Hong Siang sudah lantas singsatkan pakaiannya, dia
sambuti dia punya tumbak hong thian hoakek dari orangnya
yang dia perintah ambil.
„Orang she Gui, sekarang aku ingin kau lebih dulu memberi
penyelasan," berkata Lie Bouw Pek seraya maju mendekatkan.
„Aku ingin kau terangkan, sekarang ini kita bertanding buat
adu jiwa atau piebu biasa saja ! Umpama kau ingin kan
pertandingan yang meminta jiwa, marilah kita pergi keluar,
kita jangan nanti bikin orang kerembet rembet dan mendapat
susah karenanya!"
,Benar, benar, Lie Toaya omong benar !” berseru seorang
jongos.
„Baiklah kau main2 diluar saja!.'
Tapi Gui Hong Siang goyang2 kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tidak, tidak usah pergi keluar !" dia kata dengan


penolakannya. „Diluar tanah becek, tidak leluasa buat bersilat
ditanah penuh lumpur !' Lalu dia kata pada anak muda kita :
„Diantara kita tidak ada permusuhan besar, tidak usah kita
adu jiwa, maka lebih baik kita piebu secara biasa saja.
Umpama kata aku bisa menangkan kau dihadapannya orang
banyak ini kau mesti menjalankan kehormatan padaku dengan
manggut2, atau kau mesti ikut aku, nanti aku berikan
putusanku lebih jauh !"
”Jikalau aku menangkan kau, kaupun mesti berbuat padaku
seperti barusan kau inginkan aku berbuat terhadap kau !" Lie
Bouw Pek balas berkata.
„Sudah tentu !" sahut Gui Hong Siang muka siapa tapinya
menjadi merah padam, bahna mendongkol dan jengah. dia
terpaksa mesti berikan pernyataannya itu, apabila dia tidak
mau mendapat malu! Kemudian, dengan tidak kata apa apa
lagi, dengan tombaknya dia menikam dada orang. Tentu sekali
itu adalah suatu serangan mendadak yang sangat berbahaya!
Anak muda kita tidak menjadi kaget atau gugup,
sebaliknya, dia sangat tenang. dia angkat pedangnya dengan
sebat dan sampok ujung tombak, setelah mana dia lompat
maju seraya teruskan menusuk dengan ujung pedangnya !
Gui Hong Siang lompat kesamping berkelit, tusukannya
dimajukan ber-ulang2 begitu lekas yang kedua kali tidak
mengasi hasil.
Lie Bouw Pek berlaku gesit juga, dia sampok sesuatu
serangan, hingga dia bikin musuh tidak mampu wujudkan
niatannya akan bikin dia rubuh dan celaka.
Terang Gui Hong Siang penasaran yang tumbaknya tidak
mampu mengenai musuh, dia telah robah caranya bersilat,
satu kali ujung tumbak mendadakan menyambar
ketenggorokan musuh.
Bouw Pek bisa lihat perobahan sikap orang, dia bergerak
mengimbangi, kapan ujungnya hoakek menyambar kelehernya
dia segera berkelit, berbareng dengan mana pedangnya
dipakai menyabat akan tabas kutung ujung tumbak musuh !
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kepala berandal dari Kieyong kwan San mau tolong


tombaknya, dia mundur sambil tarik pulang senjatanya itu. ini
justeru maksudnya Bouw Pek, maka begitu lekas musuh
mundur, dia balik merangsak, menusuk kekiri dan kekanan,
membikin Gui Hong Siang mesti egos sana dan egos sini untuk
tolong diri dari bahaya! dia menjadi repot karena rangsakan
itu. sedang tadi Bouw Pek tidak bingung lantaran desakannya.
Penonton sudah lantas bisa lihat yang si anak muda akan
dapat kemenangan, mereka lantas bersorak , tetapi hampir
berbareng dengan itu Hong Siang dengan tumbaknya
menahan pedang orang seraya berseru: „Tahan!"
“Apa kau mau?" tanya Bouw Pek, yang tarik pulang
pedangnya. „Apa kau nyerah?"
„Putusan belum terdapat, kenapa aku mesti menyerah?"
sahut Gui Hong Siang, tapi dia telah bernapas sengal2 „Aku
lihat pekarangan ini terlalu kecil, sedang penonton banyak,
hingga aku kuatir nanti kena bikin mereka terlukai dimana
tumbak panjang tidak leluasa digunainya, aku ingin tukar itu
dengan pedang. Apa kau berani layani aku, dengan aku
menggunai pedang juga?" Lie Bouw Pek tertawa geli buat
tantangan itu.
„Kau tergelar Say-Lu Pou, dengan gunai bongthian hoakek
aku tidak takuti kau, apa pula kau gunai pedang, itu berarti
bahwa segera aku akan menang!" dia kata. „Baiklah kau
timbang2 dulu sebelumnya kau ambil pedang! Atau kau pilih
saja senjata sesukamu!"
Hong Siang sangat mendongkol, tetapi dia tidak bisa bilang
suatu apa, dia lemparkan tombak nya dan tukar itu dengan
pedang, yang orangnya sudah lantas sodorkan padanya. Dia
tidak mau banyak omong lagi, malah waktu maju menerjang
dia pun tidak mengasi tanda apa juga.
Bouw Pek sudah siap, dia tangkis serangan musuh, karena
musuh berlaku kasar juga segera balas menyerang, dengan
begitu keduanya jadi bertempur dengan seru. Menarik buat
dilihat adalah mereka sekarang gunai senjata yang serupa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hong Siang berkelahi dengan sengit, dia penasaran, dia


telah keluarkan antero kepandaiannya, oleh karena
keinginannya adalah untuk rubuhkan musuhnya yang dia
benci. dia malu yang musuh telah hinakan dia, karena tiga
orangnya luka atau binasa, dan sekarang dimuka orang
banyak dia di-ejek2,
Bouw Pek ladeni kesengitan orang dengan ketenangan
istimewa, tetapi disebelah itu dia tidak berlaku alpa, sedang
serangan pembalasannya tidak kurang hebatnya ! dia
dirangsak, tapi dia tidak kasi dirinya terdesak mundur.
Dengan cepat tiga-puluh jurus telah lewat, kedua pihak
kelihatan masih sama tangguhnya. Kejadian ini membikin
kuatir pihak tuan rumah dan tamu2nya. Bagaimana juga,
mereka ini kuatir si orang she Lie nanti kalah.
Bertempur lebih jauh, kelihatannya kedua pihak merangsak
lebih rapat satu sama lain. Tentu saja karena ini, orang tidak
bisa lihat tegas jalannya pedang mereka, sedang kebanyakan
penonton itu bukan ahli silat.
Lagi beberapa jurus telah dikasi lewat, ketika Gui Hong
Siang tertampak lompat nyamping, dari lengan nya yang kiri
ada darah hidup yang ngucur keluar, sedang dua orangnya
segera memburu buat pegangi dia!
Bouw Pek telah berhenti bersiku, dia awaskan lawannya
sambil bersenyum, dengan unjuk roman sangat sombong dan
katak.
„Apakah kau masih belum mau menyerah?" dia tanya
dengan sengaja. dia memang bawa sikapnya itu buat kocok
musuh.
Hong Siang malu berbareng murka dan mendongkol,
mukanya menjadi pucat dan merah padam dengan berbareng
juga, se-konyong2 dia menyerit keras, pedangnya terlepas,
tubuhnya rubuh, karena dengan mendadak dia pingsan. Sukur
buat ia, dua orangnya telah pegangi dia, dengan begitu
tubuhnya tidak sampai jatuh ketanah.
„Sudahlah, kau jangan ber-pura2 mampus!" Bouw Pek
masih saja mengocok. „Aku kasi tahu kau, tidak usah kau kasi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hormat padaku dengan manggut2kan kepalamu, sebab orang


dengan kepandaian semacam kau sebenarnya masih mesti
cari guru lagi akan belajar pula!"
Sudah tentu hinaan itu hebat, tetapi Gui Hong Siang tidak
dapat dengar.
Si tuan rumah dan orang2nya sedari tadi telah tutup mulut,
karena mereka lihat orang she Gui itu Sangat galak, sedang si
tuan rumah juga telah rasai tangan orang, hingga dia ketahui
tenaganya, tetapi sekarang, setelah dapatkan si galak itu mati
kutunya, mereka rubah sikap.
„Kenapa kau tidak mau lekas bawa dia pergi?" demikian
mereka tegor dua berandal itu. „Apakah kau hendak tunggu
sampai dia betul2 mampus disini?'
Tegoran itu belum dapat jawaban, atau salah seorang tamu
telah berkata.
„Lukanya tidak hebat dia rupanya takut manggut2kan
kepala, maka dia ber-pura2 mampus!" Tapi ini belum semua,
seorang jongos pun kata: “Dengan kepandaian seperti ini,
kenapa sih mau banyak lagak?”
Tapi semua jengekan itu percuma saja, kedua berandal
hanya lebih perlu pepayang tay ong mereka buat dibawa
keluar, sedang satu berandal dari luar segera masuk buat
ambil tumbak dan pedang orang, buat dibawa pergi. Sebelum
berlalu dia tanya Bouw Pek: „Kau kerja apa, dimana kau
tinggal?"
Sebelum sianak muda menyahut, beberapa jongos, malah
beberapa tamu juga sudah beraksi.
„Lekas pergi, lekas!" demikian mereka menghina, tangan
dan kaki mereka dikasi bekerja atas tubuh orang. „Lekas
pergi, buat apa tanya2 !"
Dengan begitu berandal ini mesti ngeloyor pergi dengan
mendongkol dan malu. Tapi, malu atau gusar, dia toh mesti
lekas angkat kaki kalau tidak mau terima hinaan lebih jauh.
Bouw Pek pandang semua itu sambil tersenyum, kemudian
dia kasi hormat pada tuan rumah serta sekalian tamu lainnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Maafkan aku, pagi2 aku telah ganggu kau," kata dia


dengan manis dan merendah kemudian dia kembali
kekamarnya.
Bouw Pek tadinya pikir mau berangkat pagi supaya bisa
sampai dikota Pakkhia pada hari itu juga diwaktu masih siang,
tetapi karena ada urusan ini, dia robah putusannya, dia pikir
baik dia dahar dulu. andaikata dari pihaknya Gui Hong Siang
ada lagi orang yang datang, dia boleh bikin penyambutan,
dengan begitu dia jadi tidak usah bikin susah tuan rumah.
iapun sudah pikir akan kasi uang sewa kamar dan makanan
lebih dari biasanya, supaya tuan rumah puas. Tapi disaat dia
mau berduduk akan mengaso, diluar kamarnya dia dengar
satu suara lagu Pakkhia yang menanya:
„Apakah tuan Lie ada didalam kamar?"
„Siapa?" dia segera menyawab. Iapun ber bangkit, buat
buka pintu.
Orang diluar itu seorang dengan usianya kira2 tigapuluh
tahun, tubuhnya kate tetapi bajunya gerombongan, dia
ternyata salah satu tamu hotel, yang tadi jadi penonton
seperti yang lain2, malah yang bersorak paling gembira.
„Silahkan masuk," Bouw Pek mengundang. „Duduklah."
Tamu itu bersikap merendah dan manis budi, dia
perkenalkan diri, katanya :
„Tuan Lie, aku Tek Siauw Hong. Aku seorang Boan dari
golongan Pek Ke, Bendera Putih, dan sekarang aku bekerja
didalam kantor Lwee-bu-hu. Bicara sebenarnya aku gemar
ilmu silat, kusuka sekali bergaul dengan saudara2 dari
kalangan piauw kiok, dengan mereka yang biasa menjadi
pahlawan. Begitulah, karena kegemaran pergaulanku, orang
telah julukan aku Thie-ciang Tek Ngoya."
Bouw Pek lekas2 angkat tangannya membalas hormat.
„Itulah nama yang telah lama aku dengar," dia kata. Lalu
dia sambungi „Rupanya Tek Ngoya meyakinkan tenaga kie-
kang, terutama ditangan?"
„Apa sih yang dibilang kiekang dan tenaga ditangan?" Tek
Siauw Hong tertawa. „Apa yang aku pelajarkan adalah hanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

beberapa jurus pukulan. Tapi, Lie Lauw hia apa kau sudi
beritahukan padaku namamu yang besar di Titlee dimana kau
tinggal ? Apa lauwhia suka juga kasi tahu, apa keperluan kau
berangkat ke-Pakkhia?"
Bouw Pek beritahukan namanya seraya tambahkan:
„Aku asal Lam kiong di Kie-ciu, aku mau pergi ke Pakkhia
akan tengok paman misanku, yang bekerja menjadi cusu di
dalam Heng-pou." Agaknya Tek Siauw Hong tidak mengerti.
„Lauwhia asal Lamkiong, tetapi sekarang kau datang dari
jurusan Kieyong?" dia menegasi.
„Itulah sebab aku telah lebih dulu pergi pada sobatku di
Soan-hoa," menerangkan anak muda kita.
”Itulah lain," berkata orang Boan itu, yang lalu tuturkan hal
dirinya. dia kata „Aku punya tanah disini, tanah itu dikasi
sewa, oleh karena ada sedikit keruwetan, aku sengaja datang
sendiri kemari buat membereskan. Boleh jadi lagi satu dua
hari aku sudah akan bisa kembali ke Pakkhia Aku tinggal di
Samtiauw Hoo-tong di Su pay-lauw, rumahku letaknya
disebelah utara, yang pintu gerbangnya besar. Lauw-hia, bila
nanti kau sudah sampai di Pakkhia dimana kau punya tempo
senggang, aku girang sekali apabila kau suka datang
berkunjung kerumahku itu."
”Kalau nanti aku sudah sampai di Pakkhia, pasti sekali aku
akan bikin kunjungan," sahut Lie Bouw Pek, yang terima
undangan itu „Aku menghaturkan terima kasih buat kebaikan
Tek Ngo-ya."
„Terima kasih, aku girang sekali," Tek Siauw Hong kata.
Kemudian dia tanyakan duduknya hal mengenai piebu tadi.
Bouw Pek lihat orang Boan ini jujur, oleh karena dia
percaya, dia jelaskan lebih jauh tentang dirinya dan kemudian
ceritakan bagaimana dia saksikan sikapnya berandal, maka
dengan maksud men-coba2 Say Lu Pou, dia sengaja sudah
ganggu berandal itu, Gui Hong Siang benar bernyali besar, dia
telah susul aku kemari dan mencoba bikin pembalasan atas
diriku."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tek Siauw Hong kagum bukan main apa bila telah dengar
keterangan itu
„Terang sekali, Lie Liauwhia, kau pemuda bun bu coan
cay!" kata dia dengan pujiannya, „maka tidaklah kecewa akan
panggil kau Jie-hiap, seorang terpelajar yang gagah perkasa!"
„Yang benar adalah Tek Toako yang terlalu puji aku !" kata
anak muda itu sambil tertawa. „Mana aku bisa dipanggil Jie
hiap? Memang aku telah pelajarkan kitab dan silat dengan
berbareng, akan tetapi tidak ada satu yang aku akhirkan
hingga sempurna. Ini juga sebabnya kenapa aku hendak cari
sanak dikota raja, untuk bekerja. Tapi aku telah dengar dikota
raja ada sejumlah enghiong, apabila ada ketikanya, aku ingin
sekali berkunjung buat berkenalan dengan mereka itu."
„Bicara tentang kepandaian, memang kami dikota raja
punya beberapa orang yang bisa dibilang mengerti itu" Siauw
Hong kata. „Salah satu diantaranya, yang paling ternama,
adalah Siauw-houwya Gin-chio Ciangkun Khu Kong Ciauw,
tidak ada seorang yang tidak ketahui. Disebelah siauw houwya
ini ada keluarga Oey yang dipanggil Gwa kun Oey-kee, yaitu
Siu Bie-To Oey Kie Pok, si Bie-To Kurus! Mereka budiman.
Hiapsu lainnya, yang sama terkenalnya, adalah Tiat Pweelekhu
punya pweelek muda Tiat Jie ya, yang orang gelarkan Siauw-
Hong-jiam, si Hong-jiam-kek Kecil. Aku kenal mereka secara
seliwatan saja, sebab kami tidak punya hubungan yang
menyebabkan adanya pergaulan kekal. Sebabnya yang utama
adalah mereka itu orang2 bangsawan dan hartawan besar”
,,Mereka yang banyak hartanya memang gampang
mengundang guru, juga punya banyak tempo senggang, tidak
heran bugee mereka bagus, "berkata Bouw Pek, „cuma lah,
jikalau mereka pergi mengembara, masih belum bisa diketahui
apa kepandaiannya itu bisa digunai atau tidak?"
„Tetapi Khu Siauwhouwya pernah ikut ayahnya pergi
kemedan perang," Tek Siauw Hong kasi tahu, Dia pernah
dirikan jasa, cuma dia tak suka pangku pangkat, kalau dia
mau, sedikitnya dia sudah jadi congpeng. Siu-Bie-To Oey Suya
pernah pergi keluar Thio-kee-kauw, disana sekalian penjahat,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

apabila dengar namanya, tiada-satu yang tidak singkirkan diri


jauh2. Dari sini, Lie Lauwhia, sudah bisa dinyatakan tentang
ilmu silat mereka, yang bukan kosong belaka dan hanya
namanya saja!"
Mendengar begitu, Pouw Pek jadi makin ketarik dengar dua
orang ternama dari Pakkhia itu.
„Kalau besok-lusa aku sampai di Pakkhia, tak bisa tidak,
aku mesti ketemukan dua orang itu," dia pikir. Tek Siauw
Hong masih bicara pula, kemudian baru dia pamitan akan
kembali ke kamarnya.
Lie Bouw Pek lalu dandan buat teruskan perjalanan, tetapi
lebih dulu dia minta makanan untuk bersantap pagi, apabila
sudah dahar cukup, dia sediakan pauwhok dan pedangnya.
Pada jongos dia minta supaya kudanya disiapkan. Sebelum
keluar dari hotel, dia pergi kekamarnya Tek Siauw Hong, buat
pamitan dari sobat baru itu.
„Jangan salah, mampirlah padaku nanti," Siauw Hong kata.
„Pasti, Ngo-ya" kata anak muda ini. Tek Siauw Hong antar
sobatnya sampai diluar hotel.
“Biarlah sampai nanti dikota raja kita bertemu pula!" kata si
orang Boan, dengan sikapnya yang sungguh2.
„Sampai nanti, Ngo-ya!"
Mereka unjuk hormat satu pada lain, kemudian Bouw Pek
lompat naik atas kudanya, yang dia terus kasi lari
meninggalkan rumah penginapan, malahpun meninggalkan
See-ho menuju ke Pakkhia.
Hujan sudah berhenti, akan tetapi jalanan masih becek,
maka Bouw Pek tidak bisa kasi kudanya lari, sedang kemudian
dengan sang pagi menjadi siang dan tengah hari, hawa udara
berubah dari sejuk menjadi panas, panas sekali, hingga
lumpur jadi legit hingga jalanan tetap sukar ditempuh. Oleh
karena ini, hari itu anak muda ini tidak bisa sampai dikota raja,
sebagaimana tadinya dia inginkan. Ketika sudah sore, dia baru
sampai di Ceng-ho. terpaksa didusun ini dia singgah buat liwat
kan sang malam didalam hotel. Adalah esoknya pagi2 dia
berangkat pula menuju keselatan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Baru kira2 jam sembilan, Bouw Pek telah lihat tembok kota
Pakkhia jauh didepannya dia dapat kenyataan, tembok kota
benar kelihatannya angker seperti ceritanya banyak orang. Itu
sebuah kota tua dan banyak riwayat, karena disitu telah
bertahta beberapa kerajaan. dia juga dengar hal penduduk
Pakkhia paling suka senda-gurau dengan omongan, bahwa
ada beberapa tempat dimana orang dilarang lewat dengan
menunggang kuda, dari itu begitu lekas dia telah sampai
dipinlu Tek-seng-mui, dia lantas lompat turun dari kudanya,
buat jalan kaki sambil tuntun binatang tunggangan itu. dia
sekarang pakai baju luarnya, merapikan tudungnya.
„Encek Kie Thian Sin tinggalnya di Poan-cay Hootong
disebelah selatan, aku pasti mesti menuju kejurusan itu,"Dia
berpikir sembari jalan. Tapi dia tahu, Pakkhia kota besar dan
luas, mencari gang itu seorang diri dia tentunya tidak mampu,
maka ditengah jalan, bila dia ketemu orang, dia lantas tanya
dimana letaknya Poancay Hootong selatan.
”Itu jalan besar dari Tek-seng-mui," kata seorang yang
ditanya, yang manis budi bahasanya „Poan-cay Hootong
selatan adanya diluar Sun-tie-mui, terpisahnya dari sini masih
jauh. Sebenarnya sukar buat terangkan pada kau, karena pasti
kurang jelas dan kau sukar cari jalanan itu. Kau jalan terus
saja kesana, keselatan, nanti kau ketemu gang Chio-yang-
pong. Dari gang itu kau maju terus, begitu lekas kau keluar
dari mulut jalanan sebelah barat, kau telah sampai dimulutnya
jalan baru, Sin-kay-kauw. Dari sini menuju terus keselatan,
kau akan sampai di Sun-mui. Perjalanan ini, kira2 sepuluh lie
jauhnya."
Bouw Pek benar2 merasa dia tidak dapat mengerti
penyelasan orang itu, maka setelah haturkan terima kasih, dia
jalan terus menuruti pengunjukan orang, dia terus tanya
orang disepanjang jalan. Masih saja dia tuntun kudanya,
saban2 dia tanya orang dia dikasihkan keterangan. dia telah
sampai dijembatan Tek Seng Kio. disini dia tanya orang,
kemudian dia sampai di Chio yang-pong. Sekeluarnya dari
jalanan ini, dia tampak perhubungan lalu lintas lebih ramai,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dikiri kanan terdapat banyak warung dan toko. Tapi disini ada
orang jalan sambil menunggang kuda, maka menurut contoh
dia juga lompat naik atas kudanya. Dengan ikuti jalan besar
dia menuju keselatan.
Akhir2nya Bouw Pek bisa lewatkan Su pay-lauw barat, dari
sini didepannya, dia tampak rangon tembok kota yang besar
dan kelihatannya angker.
„Ini tentu pintu Sun-tie-mui dia men-duga2. Kemudian
dengan langsung dia menuju kepintu kota dia mesti gunai
banyak tempo buat bisa masuk ke dalam pintu kota itu dia
turun dari kudanya, yang dia tuntun, sembari jalan, dia coba
minta keterangan lebih jauh dari orang-orang yang dia temui
dijalanan.
Nyata Toan cay hoo-tong selatan sudah tak jauh lagi
letaknya.
Dengan roman dan dandanan bekas korban angin dan es,
Lie Bouw Pek anggap dia tidak pantas lantas temui paman
misannya, maka itu dia tanya orang apa di-dekat2 situ ada
hotel atau rumah penginapan.
„Gang ini dipanggil Kan-louw-sie," terangkan seorang,
„kalau kau jalan terus kesana, ketimur, kau akan sampai di
See-ho-yan, disana ada beberapa puluh hotel."
Bouw Pek mengucap terima kasih, dia lantas menuju
ketempat yang ditunjuk. Benar saja, dijalanan ini dia tampak
banyak rumah, malah rumah2 yang besar dan tinggi, Yang
beda daripada rumah2 di-kota2 kecil. Merek, dengan huruf
besar, juga tertulis dengan air emas, antaranya ada yang
diperuntukkan pembesar2 negeri.
„Aku bukan orang berpangkat, aku tidak perlu dengan
pondokan2 istimewa seperti ini," pikir anak muda kita. „Juga,
kalau piauw-cek ketahui aku sewa kamar dirumah rumah
penginapan besar ini, dia nanti kata kan aku royal tidak
keruan."
Begitulah dia cari hotel yang kecil merek Goan Hong. dia
serahkan kudanya pada jongos buat dirawat, dia masuk
kedalam akan cari sebuah kamar yang kecil. dia cuci muka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan ganti pakaian, sebagai baju luar dia pakai thungsha hijau,
kepalanya ditutup dengan kopiah kecil dan tangannya
memegang kipas. Begitu lekas sudah tanya tegas pada jongos
dimana letaknya Poan-cay Hoo-tong selatan, dia lantas pergi
cari rumah encek misannya.
Sampai waktu itu tidak sukar buat Bouw Pek cari Poan-cay
Hoo tong selatan, begitu lekas dia masuk kedalam gang dan
tanya orang yang pertama diketemukan, dia segera
ditunjukkan rumahnya Kie Cu-su. Di muka lauwteng dipasang
merek „Sian Tek Tong Kie", hurufnya dari air emas. Merek itu
memastikan dia bahwa dia tidak salah kenalkan. dia segera
samperkan rumah itu, yang daun pintunya tertutup separoh,
dia lalu mengetok.
Dari dalam ada suara orang menyahuti, lantas keluar
seorang umur kira2 dua puluh tahun, yang pakai baju warna
gwee peh.
Menduga orang itu bujang atau pengikut pamannya, Bouw
Pek perkenalkan diri.
„Aku orang she Lie dari Lam-kiong " demikian dia kasi tahu.
„Kie Looya disini ada lah piauw-cekku. Mendengar itu hamba
itu lantas saja bersenyum.
„Kiranya Lie Sauwya." dia kata. „Selama beberapa hari ini,
looya dan thaythay memang selalu harap datangnya siauwya,
Silahkan masuk!"
la mundur akan mengasi jalan, kemudian sembari jalan dia
kata dengan sedikit keras : ,Lie Siauwya dari Lamkiong telah
datang !" Ucapan ini ditujukan pada orang dipedalaman.
Sesampainya dithia untuk terima tamu, Lie Bouw Pek dapat
kenyataan yang rumahnya pamannya, dari perabotannya,
tidak menandakan rumah orang hartawan. Kursi meja dan
gambar2 tapinya cukup banyak. Dari sini dia dapat perasaan,
yang pamannya sebagai pembesar adalah putih bersih.
Si pengikut minta anak muda ini duduk, dia lalu masuk
kedalam, kesebelah utara, tetapi belum lama dia sudah
kembali seraya terus berkata :
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

,Lie Siauwya, looya dan thaythay minta kau suka masuk


kedalam saja."
Bouw Pek berbangkit, dia rapikan pakaiannya, lantas dia
ikut pelayan itu masuk keruangan sebelah utara. Disini
perabotan tertampak jauh lebih mentereng.
Kie Cu su, sang paman, sedang duduk disebuah kursi
hitam. Bouw Pek menghampirkan buat unjuk hormatnya
seraya sampaikan pengharapan encek dan encim nya atas
kesehatan paman ini sekeluarga. Justru itu Kie Thaythay atau
Yo sie baru keluar, lantas saja dia menegor:
„Keponakanku, kenapa baru sekarang kau sampai? Kapan
kau berangkat dari rumah?"
Di tanya begitu air mukanya Bouw Pek berubah, tetapi dia
lekas2 kasi hormat pada bibi itu seraya sahuti pertanyaan itu.
Katanya.
„Aku berangkat bulan yang lalu, karena dapat sakit dijalan,
aku jadi terlambat
”Ya, aku pun lihat tampangmu sedikit pucat," kata Kie Cu-
su. „Kau duduklah."
Dengan minta berkenan, Bouw Pek lalu duduk dibangku
dipinggiran. dia dapat kenyataan yang pamannya tidak
gembira, boleh jadi sedikit kurang senang.
„Empat tahun yang lalu aku pernah pulang dan lihat kau,"
kata paman itu seraya goyang2 kipasnya, „sekarang kau
ternyata lebih tinggi daripada duluan, cuma tubuh mu lebih
kurus. Boleh jadi ini disebabkan kau jarang keluar rumah.
Sudah sejak tahun yang lalu aku terima surat, minta aku
carikan kerjaan untuk kau, sayang waktu itu aku tak bisa
berdaya. Kau harus ketahui, benar aku pangku pangkat dalam
Heng pou, tetapi pangkatku rendah dan aku tidak bisa bekerja
seperti orang lain yang pandai mengumpul uang. Maka itu,
namanya aku jadi cu-su, sebenarnya aku miskin. Sekarang ini
dengan semua pembesar diistana, asal yang melek, aku tidak
punya perhubungan kekal, maka itu buat cari pekerjaan untuk
kau sukainya terlebihi, sedang kau sendiri bukannya sengwan
dan kau belum pernah lulus sebagai kiejin !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek menyahut „Ya"" atas perkataan paman itu, dia


merasa tidak enak hati.
Sang paman sudah lantas sambungkan perkataannya :
,Baru-baru ini seorang juru tulis telah meninggal dunia, aku
anggap kau sanggup ambil lowongannya itu, begitulah aku
kirim surat pada pamanmu. Pembawa surat itu kebetulan mau
pergi ke Taybeng. Adalah harapanku supaya kau segera
datang begitu lekas kau terima suratku, apa mau sampai
setengah bulan ia nanya, kau masih belum muncul, maka
kemarin ini lowongan itu sudah diisi oleh orang lain, Dasar
peruntunganmu masih belum terbuka, ketika yang baik itu
telah lewat !”
Bouw Pek kerutkan alis. Tidak dapat pekerjaan itu, buat dia
tidak berarti banyak. Tapi kesukaran adalah bagaimana dia
bisa berdiam lama lama dikota raja ini, sedang buat pulang
dengan tangan kosong dia merasa malu. Pasti dia tidak bisa
menumpang lama lama pada pamannya ini, yang bukannya
seorang senang.
,,Apakah kau bawa pauwhok ?" Kie Cu-su tanya.
„Ya, satu bungkusan dan seekor kuda, sekarang
dipondokan," dia jawab.
„Pondokan mana itu?" sang paman tanya.
„Hotel Goan Hong di Seehoyan," dia kasi tahu.
„Buat sementara waktu baiklah kau tetap tinggal dihotel,"
kata Kie Cu-su kemudian, sesudahnya dia berpikir sebentar.
„Disini aku tidak punya kamar kosong, sedang adanya dua
adik perempuan kau pasti akan bikin kau kurang leluasa.
Kalau kau senggang, coba kau menulis karangan, aku ingin
lihat tulisan dan hurufmu, supaya aku bisa pikir jabatan apa
yang kau bisa kerjakan. Andaikata kau tidak punya uang, kau
boleh kasi tahu padaku."
„Terima kasih, piauwcek," kata Bouw Pek sambil
tersenyum, sedang hatinya melainkan Thian yang ketahui.
Kemudian Bouw Pek, tuan dan nyonya rumah lalu
bicarakan urusan2 lain, sampai Bouw Pek lihat pamannya
menguap beberapa kali.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Hawa udara begini panas, piauwcek tentunya mau tidur


tengah-hari," pikirnya. Lantas dia minta ijin buat undurkan diri.
“Baiklah," kata sang paman, yang tidak mencegah. „Besok kau
boleh datang pula, lebih baik pada kira-kira jam tiga atau
empat lohor, waktu itu aku pasti ada dirumah."
Bouw Pek berikan janjinya, dia mengasi hormat dan lantas
berlalu. Si pengikut antar ia, malah sesampainya diluar, dia itu
kata : „Siauw-ya, harap besok datang pula.”
Ia manggut. dia keluar dari rumah dengan tindakan berat,
dia menuju keutara. Sembari jalan, otaknya bekerja.
„Kenapa sih peruntunganku begini malang? Tentu sekali,
kendatipun dikasi aku pekerjaan juru tulis di Hengpou itu aku
tidak sudi terima. Sekarang aku sudah berada dikota raja, apa
aku mesti kerjakan ? Tidak selajaknya aku berdiam saja
dengan nganggur. Piauwcek bilang, kalau aku perlu uang aku
boleh minta padanya, tetapi apakah dengan sesungguhnya
aku bisa sodorkan tangan. akan minta uang ?"
Ketika itu dia sampai di Cay-sie-kauw, dia masuk disatu
toko kertas buat beli kertas tulis dan pit, tempo dia angkat dua
rupa barang itu, dia rasai kertas dan pit itu lebih berat
daripada pedangnya .
„Kertas dan pit ini benar benar bikin aku celaka !" dia
berkata didalam hatinya. „Coba aku seperti ayah, yang dengan
sebatang pedangnya telah rantaukan dunia, tidakkah itu jauh
lebih menggembirakan ? Kalau aku bekerja, tidak lebih tidak
kurang aku akan mendekam didalam kantor, kerjaanku tak
lain daripada menulis dan menulis saja! Dengan menulis surat
melulu, dalam beberapa tahun saja tidakkah semangatku akan
menjadi gempur dan musnah ?"
Maka itu waktu dia sampai dikamarnya didalam hotel, pit
dan kertas itu dia lemparkan keatas meja. Dia duduk menulis,
hanya dia teriaki jongos buat minta barang makanan, setelah
bersantap tengah hari dia lempar tubuhnya keatas
pembaringan.
Dalam kekeruhan pikiran anak muda ini bisa tidur pulas,
tatkala dia mendusin sudah magrib, maka itu tidak lama lagi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dia sudah duduk pula menghadapi barang makanan untuk


bersantap malam. Sehabis makan dia pergi keluar akan jalan-
jalan di jalanan2 yang berdekatan dimana ada banyak toko
dan orang yang berlalu lintas seperti bikin sesak jalanan.
Pemandangan ini membuka juga sedikit hatinya. Tapi ketika
kemudian dia balik kehotel, duduk sendirian menghadapi
lampu, pikirannya pepat pula, hingga ia berduka berbareng
mendongkol. Matanya sudah lantas kebentrok dengan pit dan
kertas.
„Tidak bisa tidak aku toh mesti menulis," pikir dia akhirnya.
„Piauwcek ingin lihat tulisanku, jikalau aku tidak iringi
kehendaknya, mana aku punya muka buat ketemui dia pula ?"
Ia menghela napas, dia berbangkit buat hampirkan
pauwhoknya, buka itu dan keluarkan bak dan bakhie, yang
mana dia letakkan diatas meja, apabila kemudian dia telah
gosok bak itu, dengan paksakan diri dia beber kertas akan
mulai menulis. Baru saja angkat pit atau diluar kamarnya ia
dengar suara riuh dari tamu2 lain, ada yang suaranya besar,
ada yang tertawanya nyaring. Ada juga orang yang telah
nyanyikan lagu „Jie Hong."
„Benar-benar gila!." pikir anak muda ini, yang menjadi
uring-uringan. Mana hawa udara sangat panas, dia kegerahan,
keringatnya menggobyos. Akhir-akhirnya dia berbangkit.
”Biarlah aku menulis besok saja !" kata dia dalam hatinya.
dia ambil kipas, dia padamkan api, kemudian sambil rebahan,
dia kipaskan tubuhnya Segera juga dihadapan matanya
terbayang Siu Lian, si Nona Jie yang manis.
„Entah bagaimana dengan si nona sekarang." demikian dia
ngelamun. Justru itu terdengar suara orang menyanyi dengan
nyata sekali.
„Tuan rumah penginapan telah bawa kuda Oey-piauw-ma,
hingga Cin Siok Po menangis dengan air mata bercucuran ."
Suara itu mengharukan, hatinya Bouw Pek tergerak, hingga
anak muda ini jadi bersedih
„Baik aku berdiam beberapa hari disini," pikir dia akhirnya.
„Apabila selama itu aku tetap tidak peroleh pekerjaan, aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nanti jual kudaku dan merantau dengan sebatang pedangku !


Aku merdeka, aku boleh pergi kemana aku suka !"
Lama-lama Bouw Pek menjadi lelah sendirinya, karena
rupa-rupa pikiran tidak keruan juntrungan telah hinggapi ia,
maka akhirnya dia bisa juga jatuh pulas. Sekali tidur, dia bisa
tidur dengan nyenyak, sampai esok pagi dia baru mendusin.
Sekarang dia mesti paksakan diri duduk menghadapi meja
akan menulis, karena sebentar lohor dia mesti pergi pada
pamannya akan serahkan tulisannya yang sang paman minta.
Tapi dia merasa puas, apabila dia sudah pandang tulisannya
begitu lekas dia sudah menulis selesai.
„Tapi, selama sepuluh tahun, pit ini telah bikin gagal aku."
demikian ia ngelamun pula dengan masgul. dia berduka bukan
main. Berat buat dia menunggui sang waktu. Maka ketika
sang lohor tiba, lekas-lekas dia dandan, dengan bawa
tulisannya dia bertindak ke Poan-cay Hootong selatan
kerumah pamannya.
Diluar dugaan, Kie Cu su telah penuhi suatu undangan,
maka tempo Bouw Pek sampai paman itu tidak ada dirumah,
dari itu dia telah diterima oleh encimnya. Nyonya ini suka
bicara. dia telah omong perihal kesukaran suaminya yang
berpangkat kecil, hingga sukar untuk melewati hari dengan
leluasa. Cu-su berniat cari lowongan lain, atau pindah
ketempat lain, dalam hal ini dia terhalang oleh kantong
kosong. Buat dapat perubahan nasib, dia membutuhkan uang
untuk membuka jalan.
„Paman dan bibi kau tidak bisa urus kau," kata encim ini
kemudian, bicara tentang Lie Hong Keng dan isteri. „Kau
sudah berusia cukup, kenapa soal pernikahanmu masih
dialpakan ? Apa mereka mau antap kau terus hidup sebatang
kara ?"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah. dia tidak berani kasi
tahu, bahwa encek dan encimnya bukan tidak pikir tentang
perjodohannya, hanya adalah dia sendiri yang menyebabkan
itu terlambat. dia tidak lulus dalam ujian, dia jadi tidak niat
beristeri, demikian dia kasi alasan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Jikalau begitu, kau punya semangat," kata piauwcim ini


lebih jauh. „Sekarang kau boleh sabar saja, tunggu sampai
encekmu telah dapatkan pekerjaan untuk kau, nanti baru kita
pikir tentang perjodohanmu. Tentang jodoh, kau boleh
serahkan padaku. Aku tahu satu nona, yang terhitung orang
asal satu kampung dengan kita.
Bouw Pek tidak puas mendengar dibicarakan urusan
perjodohannya, tetapi supaya tidak rewel dia simpangkan soal
itu.
Sampai mau sore, Kie Cusu masih belum pulang, maka
supaya tidak usah menunggu lebih lama Bouw Pek pamitan
dari piauwcimnya, pada siapa dia tinggalkan tulisannya. dia
mau ditahan buat bersantap malam, dia menampik sambil
haturkan terima kasih.
Sesampainya didalam kamarnya, Bouw Pek jadi bertambah
masgul. Karena sang bibi sebut2 perkara jodoh, dia ingat Siu
Lian. la jadi serba salah, dia coba tenggak arak guna legakan
pikiran. Arak mendatangkan hawa panas luar biasa, selagi
hawa udara mengkedus, sangat beringsang untuk berdiam
terus didalam kamar Maka dengan pakai tung-sha, anak muda
ini keluar dari hotel akan jalan2. dia lewat, beberapa gang dan
dapatkan tempat ramai dan makin ramai, hingga tanpa
merasa dia jalan lebih jauh, sampai berada disuatu gang
dimana ada beberapa rumah dengan pintu pekarangan yang
kecil tetapi banyak tengloleng, yang apinya telah dinyalakan.
Didepan pintu juga terdapat beberapa buah kereta, yang
kudanya bagus, keretanya indah. Digang itu juga banyak
orang mundar mandir, pakaiannya kebanyakan mentereng,
tampangnya berseri, terang mereka orang berpangkat atau
saudagar hartawan. Rumah2 itu berhadap2an dengan yang
lain, yang pun sama macamnya.
Menampak orang lain begitu gembira sedang dia sendiri
berduka, mau tidak mau anak muda ini menghela napas.
Kendati begitu dia terus perhatikan rumah-rumah itu, sampai
matanya kebentrok dengan huruf-huruf yang tertulis
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ditengloleng. dia baca „Hok Sian Pan", „Lee Cun Koan", „Peh
Bie Pan" dan lain-lain. Tiba-tiba dia seperti tersadar.
„Mestinya ini gang yang tersohor di Pakkhia yang dipanggil
gang Peng-kong, gang dimana terdapat rumah-rumah
pelesiran," pikir ia. „Aku seorang miskin dan aku telah datang
kegang ini yang penuh dengan impian, apakah ini lucu ?"
Oleh karena tidak cocok dengan hatinya, lekas-lekas Bouw
Pek buka tindakan-nya menyingkir dari gang itu, tetapi baru
saja dia jalan beberapa tindak, dari sebuah rumah hina keluar
dua tamu, yang rupanya baru habis bersenang-senang.
Mereka ini mau naik atas sebuah kereta, ketika satu
diantaranya dapat lihat anak muda kita, lantas saja dia
memburu buat menghampirkan seraya berseru.
„Saudara Bouw Pek ! Ha ha-ha-ha, siapa nyana kita bisa
bertemu disini ! Jangan kau menyingkir, saudara !"
Bab 9
Sekalipun dia terkejut, Bouw Pek toh menoleh. Orang itu
ialah Tek Siauw Hong, si orang Boan yang dia ketemu di See-
ho. Bahna jengah, mukanya menjadi merah. Pakaiannya
Siauw Hong berwarna biru, dari kain mahal dan indah, sedang
ma-kwanya dari cita hijau. Iapun lihat kuncir orang, yang
disisir licin sampai mengkilap sedang tangannya memegang
kipas yang bagus.
„Saudara Bouw Pek," kata pula Tek Siauw Hong sambil
tertawa. „Ketika hari itu aku ketemu kau, aku anggap kau
seorang Jie-hiap maka aku sungguh tidak sangka, bahwa
sekarang kaupun seorang hongliu hiapkek l"
Hongliu hiapkek berarti orang gagah yang romantis, maka
itu, mendengar demikian anak muda kita menjadi bertambah
jengah. dia tidak tahu, bahwa dia telah masuk kegang tempat
pelesiran, siapa tahu, disini dia justeru bertemu dengan sobat
baru, yang belum kenal sifat dan adat tabiatnya, hingga
mudah saja dia dicap sebagai tukang mogor. celakanya buat
ia, dia tidak bisa buka mulut akan bersihkan diri. Tapi dia
paksakan diri akan berlaku sabar dan sambil tertawa dia tanya
:
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tek Toako, kapan kau pulang ?"


„Ketika hari itu kau pulang, kebetulan urusanku juga
selesai, maka dengan tidak ayal-ayalan lagi aku berangkat
pulang," sahut Tek Siauw Hong. „Kau tahu, aku menyesal
yang hari itu aku tidak beritahukan alamatku yang lengkap,
hingga aku kuatir kau akan tidak dapat cari rumahku.
Sekarang kita bertemu disini, sungguh kebetulan !"

JILID 6
KEMUDIAN dia ajar kenal kawannya seorang berumur
kurang lebih tiga-puluh tahun, tubuhnya gemuk dan besar. dia
kata :
„Ini Yo Jieko, seorang yang terkenal buat kota Pakkhia,
namanya Yo Cun Jie. Kau boleh panggil saja Poan-siauw-cu."
„Poan-siauw-cu" berarti si Gemuk Kecil.
Bouw Pek memberi hormat pada orang she Yo itu, yang
pun unjuk hormat padanya.
Tek Siauw Hong kata pada sobatnya, seraya tunjuk anak
muda kita :
„Yo Jieko, ini saudara Lie Bouw Pek, yang tadi aku tuturkan
pada dapat salah dari dia, hati-hati, dia hiapkek jaman
se¬karang, maka kau mesti jaga jangan sampai dapat salah
dari dia, hati-hati, dia nanti hajar kau !"
Yo Cun Jie tertawa karena sobatnya yang doyan
membanyol itu.
„Saudara," kata Tek Siauw Hong kemudian, „yang mana
sobat kau, mari ajak aku pergi menemui dia !" Bouw Pek
jengah hingga mukanya jadi merah sekali.
„Tidak, tidak, aku tidak punya," kata dia dengan cepat
„Barusan sehabis bersantap aku keluar jalan tidak tahunya aku
telah jalan sampai disini."
„Aku tidak percaya," Tek Siauw Hong' geleng kepala. „Mana
bisa demikian kebetulan. jalan2 justeru sampai di gang Cio-
tauw Hootong !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku bicara dengan sebenarnya, Ngo-ya," Bouw Pek tetap


menyangkal. „Aku pun tidak ketahui gang ini dipanggil Cio-
tauw Hootong !"
„Cukup, saudaraku," kata pula kenalan baru ini. „Tapi
sudahlah, sekarang hayo ikut aku keluar, disana kita nanti cari
kenalan baik, ditempat siapa kita bisa duduk pa¬sang
omong."
„Baiklah," sahut Bouw Pek, yang dengan „kenalan baik"
menyangka sobat itu hendak pergi kerumah sobatnya.
Tek Siauw Hong lantas saja jalan duluan, dibelakangnya Yo
Cun Jie jalan berendeng dengan anak muda kita. Mereka
menuju keutara, sembari jalan mereka bicara pula. Karena
mereka mengikuti dibelakang.
Jalan belum berapa jauh, mereka sampai didepan rumah
pelesiran yang pelesiran yang pakai merk „In Hian Pan, yang
berarti „Awan Wangi." Melihat begitu, anak muda kila lalu
merandek. Kedua kereta pun segera berhenti didepan rumah
itu.
Tek Siauw Hong bertindak masuk secara agung.
„Silahkan, saudara Lie," kata Yo Cun Jie pada kenalan baru
itu.
Mau atau tidak, Bouw Pek mesti iringi dua sobat baru itu,
kalau tidak dia tentu akan dapat pandangan jelek. Ketika
bertindak, tindakannya dia rasakan berat, hati nya pun kusut
dan berdebaran.
Ruangan didalam terang sekali. Pekarangan bersih, banyak
rupa pohon kembangnya. Beberapa orang kelihatan mundar-
mandir, lelaki dan perempuan. Suara tertawa yang ramai
terdengar dari beberapa kamar, agaknya semua orang itu
sedang sangat bergembira. Juga kelihatan beberapa bunga
raya, dengan pakaian rebo dan dandanan mentereng, sedang
antar keluar tamunya yang mau pulang, mereka itu bicara
satu sama lain secara manis sekali.
„Oh, Tek Ngo Looya dan Yo JieLooya datang!" berseru
seorang pelayan, apabila dapat lihat dua orang itu. dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menghampirkan buat unjuk hormat. Kemudian : „Silahkan


jiewie masuk !" dengan dia jadi pengunjuk jalan.

Dari sebuah kamar sebelah barat, dengan singkap kere,


muncul seorang nyonya.
„Ngo Looya, Yo Jie Looya, silahkan masuk!" dia
mengundang dengan hormat dan manis.
Tek Siauw Hong bertindak masuk dengan diturut oleh dua
kawannya.
Baru saja mereka bertindak masuk, seorang nona sudah
lantas menyambut, tetapi ketika dia ini buka mulutnya,
suaranya pelahan sekali dan separoh menyesalkan dia kata:
„Oh, Ngo Looya, kemana saja kau pergi, maka dalam
beberapa hari ini kami ti¬dak pernah lihat kau ! Hari ini angin
apa sudah tiup kau sampai kemari ?"
Si nyonya pun menyambungi berkata :
„Dengan sebenarnya, sudah enam atau tujuh hari Ngo
Looya tidak pernah datang kemari ! Looya tahu, nona kita
setiap hari harap2 kau !"
Nyonya itu bicara sambil tertawa. „Kau mana tahu !"
berkata Yo Cun Jie, yang dului sobatnya. „Kau punya Ngo
Looya telah diangkat jadi Wat Haytoo, dia sedang repot
bersiap buat lakukan perjalanannya memangku jabatannya itu
! dia mana punya kelebihan tempo buat datang kemari "
Nyonya dan nona itu agaknya terperanjat, bahna girang.
„Kalau begitu, kami mesti memberi selamat pada Ngo
Looya!" mereka bilang.
„Jangan kau percaya segala obrolan!" Tek Siauw Hong kata
sambil tertawa „Ini si gemuk memang doyan ngaco-belo!
Sebenarnya aku telah pergi ke See-ho buat urus tanahku dan
baru kemarin aku pulang!"
Cun Jie sudah duduk dikursi sembari tertawa dia
memperlihatkan perutnya yang gendut.

Bouw Pek mengawasi kesekitarnya. dia te¬lah masuk


ketempat sangat asing. dia lihat segala apa indah dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mentereng, malah ditembok ada beberapa pasang lian,


antaranya ada yang ditanda tangani oleh "Bie Hie".
„Tentulah itu namanya sobat perempuan dari Tek Siauw
Hong ini," pikir ia. Maka dia segera awasi sinona itu, yang
ternyata beda sekali dari namanya.
Dipandangan mata anak muda kita, bu¬kan saja Bie Hie
tidak cantik, sebaliknya dia punya roman yang menyebalkan.
dia berusia duapuluhlima atau enam, sepasang matanya kecil,
hidungnya pesek, tetapi mukanya medok, yancienya merah
sekali, apapula yang dibibir. Rambutnya, yang dikonde sebagai
"konde mega", seperti ditabur barang2 perhiasan dari mutiara
dan batu rupa2. dia pakai baju merah dengan tangan
gerombongan, pinggirannya disulam, celananya hijau.
Sepatunya juga disulam berwarna dadu. Sepasang kakinya
kecil sekali. Sambil bawa huncwee, si nona menghampirkan.
,Siapakah tuan ini?" dia tanya sambil bersenyum, seraya
tunjuk pemuda kita. „Aku orang she Lie." Bouw Pek jawab.
„Oh, Lie Looya," kata si nona. dia mau sediakan huncwee,
tetapi Bauw Pek menampik.
„Aku tidak isap huncwee," dia kata.
„Lie Looya ini seorang yang put-iet, jangan kau sembarang
main2 sama dia." Tek Siauw Hong memberi tahu bunga
berjiwa itu.
„Tentu saja kami tidak berani," kata si nona sambil tertawa.
„Lie Looya, harap kau memberi maaf padaku.” Tek Siauw
Hong sambuti huncwee dari tangan sinona, dengan cepat dia
mulai menyedot.
Cun jie bersenda-gurau sekian lama dengan Bie Hie,
sampai muncul nona sobatnya, Siauw Sian siapa menurut
penglihatannya Bouw Pek cukup elok dan menarik. Nona ini
bicara sebentaran, lantas dia ajak Cun Jie pergi kekamarnya
sendiri.
Sehabis isap huncwee, Tek Siauw Hong minum teh, Bie Hie
mengipasi.
„Saudara Bouw Pek, sekarang ini kau berdiam dimana?"
„Aku menumpang dihotel Goan Hong di Seeho-yan."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Baiklah, nanti aku mengunjungi !"


„Kau sendiri, toako, dimana letaknya gedung kau?"
„Seperti aku sudah terangkan, aku tinggal di Sam-tiauw
Hootong di Su-pay-lauw. Tunggu lagi dua hari, aku nanti siap
dirumahku, aku akan undang kau datang berkunjung, buat
kita bersantap sama2!"
„Jangan repot2, toako. Akupun hen¬dak mengunjungi
besok atau lusa."
„Terima kasih, saudara. Aku harap kau tidak belaku seejie,
mari kita bergaul seperti sobat2 lama. Tunggu nanti sesudah
kita bergaul rapat dan lama, kau akan ketahui aku sebenarnya
orang macam apa! Aku bilang terus-terang, aku seorang jujur,
aku paling gemar bersobat, aku tidak biasa berlaku seejie atau
sungkan, inilah sebabnya kalau bicara aku sering
menyebabkan orang kurang senang. Aku perlu terangkan ini
pada kau, saudara, agar kau mendapat tahu, umpama lain
waktu aku salah bicara, tolong kau memberi maaf padaku."
,,Aku juga biasa berlaku jujur dan terus-terang," Bouw Pek
bilang : „Dikampungku aku melainkan tahu belajar surat, aku
belum pernah melancong, hingga aku tak punya pengalaman
dan pergaulan. De¬mikianlah hari ini aku telah datang ke
Pakkhia dengan tidak punya satu sobat pun. Aku membilang
terima kasih pada kau Ngo-ya, yang sudah suka bersobat
dengan aku, selanjutnya aku mengharap betul segala
pengunjukan kau."
„Apakah yang aku mesti unjukkan pada kau Saudara Lie?"
orang Boan itu tertawa „Paling juga aku bisa ajarkan kau
berjudi dan long-longse ! Tapi, kendati begini, jangan kau
anggap aku sebagai se¬orang tak keruan! Aku berlaku begini
melulu buat main2 saja, sebenarnya...” Perkataan ini berhenti
setengah jalan, karena Yo Cun Jie telah balik lagi bersama
Siauw Sian, kekasihnya.
Bie Hie sedari tadi diam saja sebab Tek Siauw Hong sedang
bicara dengan tamu baru itu, tetapi sekarang, melihat ada
kawan, dia lantas tegor Cun Jie dan sobatnya itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Cun Jie dapat kenyataan Bouw Pek muda tetapi alim, dia
anggap pemuda ini putranya hartawan maka dia ingin sekali
baiki kenalan baru ini. Begitulah dia ajaki pemuda kita, akan
"cari kenalan".
Bouw Pek hendak tampik "kebaikan" orang itu, tatkala Tek
Siauw Hong usap2 kan tangan seraya terus berkata:
„Buat carikan kawan saudara Lie, jangan kau berlaku
sembarangan ! Menurut penglihatanku, dibeberapa gang
sebelah selatan ini semua nona2 adalah sisa2 atau sebangsa
siluman melulu." Yo Cun Jie goyang2 kepalanya yang besar.
„Kau dengar atau tidak?" tanya dia pada Siauw Sian dan
Bie Hie „Lihatlah Tek Ngoya bilang kau adalah segala
siluman!."
Kedua nona itu pandang Tek Siauw Hong mereka
mendongkol berbareng tersenyum, karena mereka tahu
hartawan Boan itu pun sedang main . Tapi mereka kata:
„Ngo-ya, kenapa kau katakan bangsa siluman? Bukankah
kami tidak biasanya ma¬kan manusia? Hajolah bilang!"
„Kau memang tidak gegares orang, tapi sudah terang kau
paling pandai bikin orang lupa daratan," Tek Siauw Hong
jawab sambil tertawa „Kau benar2 siluman atau bukan, itulah
bukan soal tetapi yang sudah terang adalah Yo si Gemuk dan
aku ada¬lah orang2 yang suka gegares siluman!"
Setelah kata begitu dia tertawa ber-gelak2 hingga Yo Cun
Jie turut tertawa berkakakan, hingga kedua nona itu pun turut
pentang bacotnya, sehingga mereka mesti gunai saputangan
akan tutup mulutnya.
Tek Siauw Hong tidak gubris orang tertawa, dia tepok
pundaknya Bouw Pek seraya menoleh pada Yo Cun Jie.
„Dengan sebenarnya," dia berkata pula. „pasangan buat
saudara Lie ini pilihanku cuma satu, dan aku percaya dia pasti
akan setuju!."
Cun Jie dan kedua nona berdiam, tetapi dengan berpikir
men-duga2 siapa yang Siauw Hong maksudkan.
„Tek Ngo-ya, apakah kau pilih Yan Toh!" tanya Bie Hie
akhirnya, dengan ro¬man yang menandakan jelus.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Ini bukannya orang dari tempat kau disini" Siauw Hong


bilang, sambil goyang kepala.
„Aku bisa tebak !" berkata Cun Jie. „Bukankah kau
maksudkan Siauw Bwee dari Hong Cun Kee.
„Siauw Bwee?" siorang Boan menjebikan bibir „Sekalipun
aku tidak ketarik olehnya!"
„Siapa toh?" tanya Cun Jie, yang kewalahan setelah dia
sebutkan beberapa nama lagi, yang semua tidak cocok.
Masih saja Tek Siauw Hong goyang kepala, sampai
akhirnya, meskipun dia diam saja Lie Bouw Pek juga jadi
ketarik hati, karena ingin tahu siapa pilihannya si orang Boan
itu. dia tidak menanya, diam2 dia menunggui
Siauw Hong tetap belum mau mengatakan, dia tertawa
ketika dia berkata :
„Buat sekarang, sekalipun saudara Lie, aku tidak akan
memberitahukan ! Saudara Lie baru saja sampai, dia perlu
mengaso, sedikitnya buat dua hari ! Nanti, selewatnya
beberapa hari, apabila dia sudah dapat tempo senggang, aku
nanti ajak dia pergi melihat" Lantas dia sedot pula hun-cwee-
nya, ber- ulang2.
Yo Cun Jie tahu adat sobatnya dan dia tahu juga matanya
sobat ini beda dari pada matanya orang kebanyakan, hingga
See Sie bisa disamakan dengan Bu Yam, maka itu dia tidak
mau menduga-duga lebih jauh, dia hanya berganda tertawa.
Lie Bouw Pek tahu bahwa orang tahan harga, dia juga tak
ingin menunggu lagi, dia lalu nyatakan, bahwa dia ingin pergi.
„Sekarang baru jam delapan, kenapa begitu terburu?" Tek
Siauw Hong ber¬kata. „Apa kau tidak bisa tunggu sebentar
lagi saudara Lie, supaja kita bisa be¬rangkat sama-sama?"
Bouw Pek goyang kepalanya.
„Tidak bisa," dia jawab, „aku punya urusan."
Siauw Hong bisa menduga yang sobatnya ini benar-benar
bukannya tukang mogor atau tidak biasanya keluar masuk
rumah2 pelesiran, maka dia lalu kata :
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kalau kau mau pulang, saudara, baik¬lah. Nanti aku


perintah keretaku antarkan kau."
„Tidak usah, terima kasih," Bouw Pek menampik. „Hotelku
tak jauh dari sini, aku bisa pulang dengan jalan kaki"
Tapi Siauw Hong mencegah, dia perin¬tah orang panggil
kusirnya.
„Kau antarkan Lie Siauwya ini pulang kehotel Goan Hong di
Seeho-yan," dia memberi tahu tukang keretanya itu.
Kemudi¬an, bersama-sama Yo Cun Jie dan ke¬dua nona
manis, dia antar sobatnya sampai diluar.
„Sampai besok, saudara” kata orang Boan ini.
„Sampai besok !" sahut Bouw Pek, yang hatinya lega bukan
main, karena dia sudah berada diluar kalangan pecombetan
dia sudah lantas naik kereta menuju keutara.
Beberapa gang telah dilewati, semuanya ramai dengan
kereta dan orang.
,Daerah ini tempat pelesirannya segala pemuda hartawan
dan bangsawan, lain kali aku tidak boleh datang pula kemari,"
pikir anak muda kita. „Tek Siauw Hong mung¬kin undang aku
pula pesiar ketempat macam begini, aku mesti bisa imbangi
dia."
Berpikir lebih jauh, Bouw Pek jadi hilang kegembiraannya,
maka dia girang juga kapan sebentar kemudian dia telah
sampai di Seeho-yan, didepan hotelnya.
Begitu kereta berhenti, dia lompat turun. dia rogoh sakunya
buat memberi persen pada kusir, tapi tukang kereta itu
me¬nampik.
„Terima kasih, Siauwya, dia kata. dia tahu pemuda ini sobat
baru dari majikannya, dia tak berani berlaku kurang ajar, biar
dipaksa dia tidak mau terima persen.
Bouw Pek tidak memaksa, dia bertindak masuk kehotel.
terus kekamarnya. dia nyala kan api dan duduk sebentar,
tetapi karena nyamuk mengganggu, dia padamkan api buat
naik keatas pembaringannya dan rebahkan diri. Selama belum
pulas, dia berpikir,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tek Siauw Hong adalah seorang yang boleh dijadikan


sobat," demikian dia ber pikir. „Ia suka pergi kerumah
pelesiran, kelihatannya itu melulu untuk senangi diri
sementara waktu, la gelarkan Thie-ciang, si Tangan Besi,
entah bagaimana dengan bugeenya. Tentang Yo Cun Jie
rupanya satu gentong kosong, cuma dia tidak terlalu menyolok
mata " Lantas dia ingat Bie Hie dan Siauw Sian, kedua
bunga raya.
„Mereka ini benar-benar mirip dengan iblis jejadian, seperti
katanya Tek Siauw Hong," dia pikir lebih jauh. „Cuma, ka¬lau
dipikir lebih dalam, mereka adalah orang-orang perempuan
yang harus dikasihani. Pasti ada sebabnya kenapa mereka jadi
sudi tuntut penghidupan yang hina dina itu, hingga untuk
mendapatkan uang mereka sudi layani sembarang lelaki.
Adalah karena dia memikir banyak, sam¬pai tengah malam
barulah Bouw Pek bisa pulas. Ketika esoknya pagi dia
mendusin dia merasa kurang gembira. dia tidak punya
pekerjaan atau urusan, dia juga tidak niat pergi kerumah
pamannya, maka itu dia du¬duk seorang diri dalam kamarnya,
hingga dia jadi masgul. Diwaktu tengah hari, hawa udara
panas, anak muda ini jadi bertambah lesu, maka dia terus saja
hampirkan pembaringan akan rebah kan diri. dia tidak punya
kegembiraan buat pergi ke luar, umpama kata buat berangin
saja.
Adalah diwaktu dia layap-layap, ketika dia dengar orang
panggil namanya : „Bouw Pek !"
Itu adalah suaranya Siauw Hong, yang dia sudah kenal
baik. dia segera turun dari pembaringan dan rapikan
pakaiannya. Justru itu jongos datang menolak pintu kamar
dan masuk.
„Lie Toaya, diluar ada Tek Toalooya mencari kau," kata
jongos ini.
,,Ya, silahkan masuk," sahut Bouw Pek seraya pakai
sepatunya.
Siauw Hong tidak berlaku seejie lagi tidak tunggu sampai
diundang atau tuan rumah keluar menyambut, dia sudah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bertin¬dak terus masuk kedalam kamar. dia pakai baju yang


gerombongan, tangannya me¬ngipas-ngipas. dia sudah lantas
memandang kesekitarnya dan dapat kenyataan sobatnya itu
tidak punya banyak bekalan.
„Aku datang melulu buat ganggu tidurmu tengah hari !"
katanya.
„Tidak, Ngoya” Bouw Pek lekas ber¬kata. „Aku tidak
punya kerjaan, lantaran itu aku rebah2an. Silahkan minum !"
dia samperi meja akan tuangkan teh.
„Jangan repot, saudara," Tiauw Hong mencegah. „Aku
memang sengaja datang mengunjungi kau. Apa kau telah
ketemu sanakmu ? Apa kau sudah dapat kabar apa2?"
Bouw Pek menghela napas.
„Buat omong terus-terang, aku belum peroleh harapan,"
dia menjawab. dia tutur¬kan tentang pertemuannya dengan
paman¬nya.
“Kau jangan sibuk, saudara," Tek Siauw Hong membujuk.
„Sabar saja, pelahan2 kita akan kerja. Diwaktu senggang, aku
nanti selalu kunjungi kau, atau kau datang cari aku. Kita akan
lewatkan sang tempo dengan main catur atau nonton wayang
atau kita pesiar ke-gang2. disini kita punya banyak tempat
untuk melewatkan waktu, semuanya itu kau boleh pilih.
Dengan jalan ini kita bisa bikin terbuka pikiran yang pepat.
Kau harus ketahui, apabila orang tetap tungkuli
kemasgulannya, biar dia punya tulang besi, kesehatannya bisa
lekas terganggu!"

Bouw Pek berterima kasih pada sobat ini, ucapan siapa


benar adanya. la telah rasakan sendiri, baru saja satu
malaman dia sudah hilang kegembiraan hingga dia jadi sangat
lesu. Kalau keadaannya terus demi¬kian, tak mustahil sang
penyakit akan serang dia.
„Tidak, Ngo-ya, aku tidak akan masgul," berkata ia.
„Dengan sebenarnya, tidak ada alasan buat kau masgul
saja," Siauw Hong bilang. Sekarang kau belum peroleh
pekerjaan, kau masih bisa bersabar. Satu kuncu mesti bisa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tahan hati dan menunggu waktu, ini adalah syaratnya bagi


orang yang dibelakang hari bisa bekerja besar. Siapa belum
men¬derita, dia tidak akan kenal artinya penghi¬dupan sejati.
Tentang keuangan, jangan kau buat pikiran. Apa yang aku
bisa pakai kau boleh pakai seperti kepunyaanmu sen¬diri !
Bukankah tidak lagi ada urusan yang harus diberatkan ?"
Bouw Pek tertawa buat sikap orang yang polos itu.
„Toako, kau benar sekali"' berkata ia. „Aku sebenarnya
tidak berduka"
„Loo-hiantee, kau jangan dustakan aku." Siauw Hong pun
tertawa. „Apa yang sekarang berada dalam hatimu, itu telah
terunjuk nyata oleh paras muka kau ! Apa kah kau kira aku
tidak bisa pandang tam¬pangmu ?" Diam2 Bouw Pek mesti
aku mata tajam sobat itu.
„Sekarang, saudara, hayo kau dandan !" Siauw Hong
mendesak. „Mari kita pergi nonton wayang !" Bouw Pek
menurut, dia pakai thungsha-nya.
Siauw Hong juga lantas pakai thungsha-nya yang dia bekal,
maka setelah itu ber-sama2 mereka keluar dari hotel.
Kusir, bernama Hok Cu, yang menunggu dimuka hotel,
mengasi hormat pada pe¬muda kita, yang dia perlakukan
dengan hormat, yang mana menandakan dia tahu aturan dan
manis-budi. Kedua sobat itu lantas naik kereta.
„Ke Yan Hie Tong !' Tek Siauw Hong memberi perintahnya
pada Hok Cu
Kereta dijalankan menuju ketimur masuk ke Jioksie, gang
Pasar Daging, maka sebentar kemudian mereka sudah sampai
didepan Yan Hie Tong.
„Sudah sampai," kata Tek Siauw Hong, yang terus turun
dari kereta, disusul oleh sobatnya. „Mari ikut aku, saudara
Lie."
Orang Boan itu jalan didepan, masuk kedalam gedung
komidi. Dipekarangan di¬muka pintu berjongkok beberapa
orang yang berpakaian celana pendek warna abu2 dan hidung
mereka ditutupi pie-yan, yang mereka sedot ber-ulang2.
Kelihatannya me¬reka bangsa buaya darat dari Pakkhia. Tapi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menampak Siauw Hong mereka semua ber¬bangkit, buat


menegor sambil unjuk hormat.
„Oh, Tek Ngo-ya, apakah kau baik?"
Tek Siauw Hong tertawa pada mereka itu, tetapi dia tidak
kata apa2, lalu ajak Bouw Pek jalan terus kedalam.
Segera juga terdengar suara tetabuhan : tambur,
gembreng dan ouwkim.
Dengan langsung Siauw Hong naik dan masuk ke hie-lauw,
pertunjukan nyata sedang mulai dan lelakon yang diambil
adalah cerita „Hoat Bun Sie". Beberapa penjaga kursi atau
penjual karcis sudah lantas sambut kedua tamu ini.
„Selama beberapa hari kau tidak pernah datang menonton,
Tek Ngo-ya ?" mereka itu tanya sambil tertawa.
Siauw Hong tidak jawab pertanyaan itu, hanya pada salah
seorang penjual karcis itu dia kata : „Tolong kau pergi
kekeretaku ambilkan cui-hunku."
Perintah itu dijalankan dengan lantas.
„Kau she apa, tuan?" tanya penjual karcis pada Lie Bouw
Pek.
„Ini saudaraku, Lie Jieya," Siauw Hong wakilkan sobatnya
menjawab.
Tukang karcis itu lantas unjuk hormat-nya pada tamu baru
ini.
,kAku nanti carikan tempat duduk untuk jiewie," kata dia
kemudian, yang membuka jalan akan pimpin dua orang itu ke
tie-cu, kelas istimewa.
Sesampai mereka ditie-cu, disana kelihatan belasan orang
lain, yang semua dan¬dan dengan rapi. Menampak si orang
Boan, semua penonton itu lantas saja berbang¬kit unjuk
hormat, mereka menjura sambil tersenyum. Siauw Hong balas
hormat dengan menjura dan tersenyum juga.
„Kelihatannya Tek Siauw Hong benar2 salah seorang
ternama di Pakkhia" pikir Bouw Pek, sebagaimana orang telah
harga kan orang Boan ini.
Penjual karcis telah sediakan sebuah meja untuk kedua
tamunya. Meja itu tepat menghadapi muka panggung wayang,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tempat yang paling terbuka. Maka melihat tempat itu Siauw


Hong bersenyum puas. Bersama-sama Bouw Pek dia buka
baju Luarnya dan berduduk. Penjual karcis suguhkan teh
pada mereka.
Tek Siauw Hong sudah lantas ngelepus dengan cui-hunnya
sedang lain tangannya goyang2 kipasnya.
Pertunjukan lelakon „Hoat Bun Sie" sudah berakhir dan
ditukar dengan „Peh Cui Thoa", yalah diwaktu Sip It Long dan
Chee Bian Houw bertarung dengan seru, sedang tambur dan
gembreng membikin kuping ketulian.
Tek Siauw Hong hendak ajak sobatnya bicara, niatan itu
mesti dibatalkan. Di¬waktu demikian riuh, sukar buat orang
bicara. Dipihak lain. Lie Bouw Pek juga sedang menonton
dengan asyik, sebab pertunjukan itu menarik perhatiannya.
Adalah diwaktu itu. datang dua orang pada Tek Siauw
Hong buat bicara. Mere¬ka bawa cuihun dan kipas. Mereka
menonton sambil bicara, ketika pertunjukan sampai akhirnya,
kedua mereka berlalu duluan.
Lelakon sekarang diganti dengan ,,Ie Ciu Hong", yang
dipandangannya Bouw Pek kurang menarik, hingga dia jadi
sebal.
„Saudara, apa dikampung mu ada wayang macam ini?"
tanya Tek Siauw Hong sete¬lah dia sedot pula cuihun
beberapa kali.
„Kami di Lamkiong tidak punya gedung bangsawan seperti
ini," Bouw Pek memberi tahu, „ada juga pertunjukan wayang,
yaitu dua hari dimusim Ciu, diadakan untuk hatur¬kan terima
kasih pada Thian dan malaekat pertanian, yang telah berikan
kami hasil panen. Aku sendiri tidak begitu suka me¬nonton
wayang."
„Pantas, kalau begitu dirumahmu kau tidak terlalu
bergembira!" kata si sobat sambil tertawa. Bouw Pek
manggut.
„Benar," dia aku. „Dirumahku, sobat se¬perti kau juga aku
tidak punyai. Setiap hari, selain membaca buku dan berlatih
ilmu silat, tidak ada apa2 lagi yang aku lakukan."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

,,Kau" punya berapa anak! saudara?" Ditanya begitu Bouw


Pek melongo.
„Aku belum punya anak," akhirnya dia jawab. dia tadinya
mau beritahukan, bahwa dia belum beristeri, akan tetapi
mengetahui sobat ini „usilan" dia kuatir sobat ini nanti ganggu
dia dalam urusan isteri boleh jadi sobat ini nanti berdaja akan
carikan dia pasangan maka dia anggap baik dia berikan
penyahutan sembarangan saja.
Benar saja! penyahutan itu bikin Tek Siauw Hong bungkam.
Berdua mereka berdiam, mata mereka di tujukan ke
panggung.
Belum terlalu lama, disebelah belakang terdengar suara
ramai seperti orang sedang bercidera, kemudian ternyata
betul ada orang yang lagi adu mulut dan beberapa orang lain
maju sama tengah, antaranya terdengar nyata ada yang kata:
„Jangan riuh, jangan ramai! Lihat disana, Thie-ciang Tek
Ngo-ya sedang me¬nonton bersama kawannya!"
Atas nasehat itu, segera terdengar satu suara nyaring sekali
suaranya orang bukan orang Pakkhia. Katanya:

„Siapa itu Tek ngo-ya? Aku perduli apa! Andaikata Kiu-bun


Tee-tok juga da¬tang kemari, dia mesii berlaku pakai
atur¬an!"
Suara itu membikin semua mata ditujukan pada Tek Siauw
Hong, mereka kuatir orang Boan ini dapat dengar suara katak
itu.
Tapi Siauw Hong benar2 mendapat de¬ngar, malah
nampaknya dia jadi tidak se¬nang, sebagaimana air mukanya
lantas saja berolah, dengan Setaki cuihun diatas meja, orang
Boan ini segera menghampirkan.
„Lihat Tek Ngo-ya datang!" berseru beberapa orang,
diantaranya ada yang hampirkan orang Boan ini.
Siauw Hong lihat, yang bercidera adalah enam orang,
diantaranya ada yang ia kenal, yalah In Po, salah seorang
pegawai dari Gudang Sutera. dia ini terkenal suka main gila,
maka orang banyak itu memberi dia gelaran Geng-twie In-cu,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

si Kaki Keras. Lima yang lain, yang bertubuh kasar, dengan


telanjangkan dada dan lengan, nampaknya gusar sekali. Si
Kaki Keras sendiri, yang terkenal didaerah timur-daja Pakkhia,
agak nya juga tidak mau mengerti, sebagaimana dia telah
tepok2 dada. Kapan dia lihat Tek Siauw Hong menghampiri,
dia segera mendului membuka suara.
„Tek Ngo-ya, marilah, tolong adili ka¬mi!" demikian
suaranya, yang nyaring. „Mereka ini duduk disebelah depan,
aku disebelah belakang, diluar tahuku, huncweeku kena
membakar salah seorang dari mereka. Buat itu aku telah
haturkan maafku. Ti¬dakkah dengan begitu urusan sudah
habis? Tapi, apa mau, mereka ini tidak mau mengerti, perkara
hendak ditarik panjang!"
Satu diantara lima orang itu, yang tubuhnya tinggi besar,
dengan muka merah-padam, majukan diri.
„Tidakkah tuan2 telah dengar apa yang dia bilang
barusan?" berseru ia, dengan urat2nya pada bangun berdiri.
„Bukankah tadi dia telah damprat kami? Kami tidak caci dia,
kenapa dia justeru caci kami? Oleh karena sikapnya kasar,
bagaimana kami mau gampang2 mengerti?"
„Sudah, sudahlah, tuan2!" Tek Siauw Hong kata untuk
mendamaikan. dia tahu In Po memang paling suka hinakan
dan ganggu orang asing, dia percaya hun-cwee itu mengenai
orang bukannya tanpa disengaja. „Urusan kecil sekali, aku
harap urusan begini jangan menyebabkan gangguan pada
orang lain yang sedang menonton. Aku tidak ingin
persalahkan siapa juga, aku minta urusan dibikin habis saja!"
Sudah biasanya dalam segala hal, kalau Tek Siauw Hong
buka mulut, urusan bisa lantas dibikin beres. Juga kali ini In
Po lantas saja bungkam. Tapi si orang asing telah mengambil
sikap lain. dia tidak kenal Tek Siauw Fong, dia tidak tahu
pengaruhnya orang Boan ini, dia hanya heran juga melihat
banyak orang begitu taruh hormat pada Tek Ngoya ini.
Dengan air muka merah, dia pandang orang baru ini.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku tidak kenal kau !" berkata dia de¬ngan kasar. „Apa
yang kau buat andalan, maka urusan ini kau mau bikin habis
dengan begini saja? Kau sebenarnya mahluk apa?"
Ucapan kasar itu membikin tampang mukanya Tek Siauw
Hong menjadi berobah, itu adalah jawaban yang dia tidak
pernah sangka. Orang2 lain disekitarnyapun terkejut heran.
„Kutu busuk !" Tek Siauw Hong mem¬bentak dengan biji
matanya berputar. „Dengan maksud baik aku mengasi muka,
kenapa tidak mau terima ? Kenapa sudah kau pentang
mulutmu memaki sembarangan ? Pergilah kau !"
Tapi sambutan si orang tinggi besar adalah melayangnya
tangannya, yang dipakai menyambar teekoan-teh dan
sambitkan itu pada Tek Siauw Hong !
Tek Siauw Hong berkelit dengan lekas, teekoan melayang
terus, menyambar seorang yang kebetulan berada disatu
jurusan de¬ngan dia, tidak heran kalau orang ini menjerit
bahna kasakitan, maka sekejap sa¬ja suara jadi bertambah
ramai.
Tek ngo-ya ulur tangannya. bukannya buat menyerang,
hanya pegang tangan orang buat ditarik.
„Marilah kita keluar !" dia mengajaki. „Ditempat ini kita
tidak boleh ganggu orang banyak! Kalau kau sobat sejati, mari
ikut aku !"
Orang tinggi besar itu terima tantangan itu.
„Marilah !" dia jawab dengan tingkahnya yang katak sekali.
Tek Siauw Hong bertindak keluar, di¬ikuti orang kasar ini,
dibelakang siapa mengekor empat lawannya. Lie Bouw Pek
lantas menyusul, dibelakang dia ada in Po si Kaki Keras, biang
keladi dari kerusuhan. Paling belakang sekali ikut penonton
lain karena mereka sekarang tidak gubris lagi pertunjukan
wayang.
Kapan mereka sampai diluar, beberapa orang yang tadi
pada jongkok didepan pin¬tu pekarangan sudah lantas
menghampirkan, mereka unjuk sikap sebagai tukang2 pukul.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tek Ngo-ya, janganlah kau gusar," kata mereka itu. „Asal


kau ucapkan perkataan mu, kami bersedia akan turun
tangan."
„Tolong kau sekalian mundur sedikit, ti¬dak usah kamu
campur urusan ini." kata Siauw Hong, yang tampik tawaran
bantuan orang. Kemudian dia hadapi si orang tinggi besar
seraya berkata : „Aku ingin penjelasan ! Kau orang berlima,
aku sendirian, tetapi bila perlu, limapuluh orang juga segera
akan berdiri difihakku ! Kau seka¬rang mesti terangkan, kita
bertempur secara rombongan atau satu dengan satu, Hajolah
bilang !"
Baru sekarang hati lima orang itu menjadi kuncup, karena
baru sekarang me¬reka dapat kenyataan, orang yang
dipanggil Tek Ngo-ya ini ternyata seorang yang ber pengaruh,
sebagaimana terbukti orang ba¬nyak hormatkan padanya dan
beberapa buaya darat itu bersedia menjadi tukang pukul
dengan tidak diperintah lagi. Nyata mereka sudah dapat satu
datuk ! Tapi, karena sudah terlanjur, si orang tinggi besar
tidak mau mundur dengan begitu saja dia buka baju luarnya,
yang dia serahkan pada satu kawannya, kemudian dia maju
seraya tepok dada.
„Yang berselisih adalah kita berdua, disini tidak ada
urusannya orang lain mesti campur tahu" berkata dia dengan
nyaring. „Mari kita main2 satu sama satu!"
„Bagus!" menyambut Tek Siauw Hong, yang segera bikin
singsat bajunya dan lengan bajunya digulung naik.
„Toako, coba kau mundur," Lie Bouw Pek menyelak
„Biarlah aku yang melayani orang ini !" Tapi Siauw Hong
menampik sambil ter¬tawa.
„Saudara, jangan kau campur urusan ku," dia bilang, „Lihat
saja, aku akan memberi dia lihat siapa adanya aku !" Lalu dia
berkata kepada si orang tinggi besar. „Sobat, kau boleh siap !"
Ucapan ini dibarengkan dengan gerakan tangan kiri.
Orang asing itu sambut ucapan dengan tangan kiri dipakai
menangkis sambil di putar, buat coba pegang tangan kiri
orang, yang kanan dipakai menyerang kearah muka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Diluar dugaan, gerakannya Tek Siauw Hong sebat sekali


Tangan kirinya, yang di pakai menyerang bukannya
menyerang terus dengan sungguhan, hanya setengah jalan
berbalik memegang tangan kanan lawan, yang dipakai
memukulnya, berbareng dengan mana secara kilat tangan
kanannya tahu2 telah mampir pada dada orang yang tadi di
tepok2 diagul-agulkan !
Berbareng dengan satu suara nyaring, orang tinggi besar
itu keluarkan jeritan tertahan, karena mendadak dia kerutkan
alis dan kepalanya pusing, sebelum bisa berbuat apa lagi dia
jatuh duduk dengan tiba2. Empat kawannya menjadi kaget,
mereka maju menolongi, ketika dia dibangunkan mukanya
pucat seperti kertas, baru saja dia berdiri dia sudah menjerit
pula, sekarang berbareng dengan muntah darah !
„Bagus !" berseru orang banyak. „Sudah tidak kecewa yang
Tek Ngo-ya dipanggil Thie-ciang si Tangan Besi !"
Tek Siauw Hong bersenyum ia unjuk roman puas.
„Kepandaianku tidak berarti," katanya „Kendati juga dia
seorang dengan kepala baiu, aku toh akan hajar dia sampai
hancur !"
Waktu itu, siapa yang memandang dada nya si orang tinggi
besar, tentu menjadi kaget dan ngeri, sebab disitu bertapak
kepalannya Tek Ngo-ya, dalam rupa merah matang, sedang
romannya orang itu sendiri menakutkan, karena dia telah
berlumuran darah, dari mulut sampai kecelananya yang pulih.
Dua orang masih pepayang dia yang seperti hilang tenaga dan
semangat dengan berbareng. Kendati demikian, dia bisa juga
angkat kepalanya dan kata pada musuhnya.
„Sobat, aku menyerah kalah ! Apakah nama kau ?"
Tek Ngo-ya belum menjawab ketika beberapa buaja darat
itu talangi dia katanya:
„Sampaipun namanyaThie-CiangTek Ngoya kau tidak
ketahui, bagaimana kau berani datang kekota raja buat unjuk
tingkah sengit begini macam ! Benar2 kurangajar! Hajo lekas
pulang, pergi kau cari nyonya mantu kau seterusnya kau
jangan keluar pintu lagi mencari malu !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lima orang itu agaknya mendongkol, te¬tapi meski


demikian mereka tidak berani lagi banyak lagak, sambil
dukung kawannya yang luka mereka lantas ngelojor pergi.
Tek Siauw Hong antapkan orang angkat kaki, sebaliknya,
sambil unjuk hormat pada orang banyak, dia kata dengan
merendah dan manis :
„Tuan-tuan, silahkan nonton pula ! Semua orang itu
bersenyum, diantaranya ada yang ngoceh, katanya :
„Orang itu betul2 tidak tahu diri !" Kenapa dia datang
melulu buat cari penyakit? Tek Ngo-ya sudah memberi muka
padanya, kenapa dia tidak mau terima budi kebaikan orang?
Kenapa dia menyebabkan Tek Ngo-ya menjadi gusar? Sukur
buat ia, Tek Ngo ya masih berlaku murah, jiwanya ti¬dak
diantarkan sampai kedunia lain "
Sementara itu In Po telah hampirkan si Tangan Besi,
„Ngo-ya, terima kasih buat bantuan kau ini," kata dia
dengan bersenyum manis. Aku menyesal, untuk urusanku kau
sampai tu¬rut-turutan menjadi gusar ."
„Aku tidak gusar," Siauw Hong jawab. „Apa yang aku harap
adalah kau selanjutnya janganlah gunai huncwee buat terbit
kan onar pula !"
Mendengar itu, orang banyak pada ter¬tawa, hingga In Po
jadi jengah sendiri-nya.
Siauw Hong tidak gubris si Kaki Keras, dia hanya tarik Bouw
Pek.
„Mari, loo-hiatee, kau jangan pikirkan pertunjukan aku
barusan, mari kita non¬ton pula!" dia kata.

Benar2 Siauw Hong ajak kawannya pergi pula menonton


wayang, sebagaimana orang2 lainpun pada kembali ketempat
duduknya.
Oleh karena penonton telah kumpul pula, wayang juga
lantas mulai lagi dengan pertunjukannya, yang tadi terpaksa
ditunda.
„Toako, ilmu pukulanmu betul2 liehay," Bouw Pek puji
sobatnya itu. „Kie-kang kau sempurna !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Sudahlah, loo-hiatee, sudah," sahut Tek Siauw Hong


sambil tertawa. „Dimata orang lain, apa yang aku perlihatkan
boleh juga, tetapi didepan kau, aku cuma jadi buah tertawaan
kau !"
„Tetapi aku tidak puji" kau, toako," anak muda itu
terangkan.
„Daripada puji pukulan dan kiekangku, lebih baik kau puji
liehaynya pemandangan mataku," Siauw Hong baliki pada
sobat nya ini. „Ketika di Seehu aku saksikan kau piebu dengan
Say Lu Pou Gui Hong Siang, aku mengerti yang kepandaian
kau adalah buah pendidikannya ahli silat yang ternama. Aku
percaya, saudaraku, kecuali ilmu pedang, kepandaianmu
lompat tinggi dan lari keras juga mestinya sempurna sekali.
Malah aku percaya, sedikitnya kau sudah merantau dua tahun
lamanya ! "
Bouw Pek terperanjat buat ucapannya sobat itu, dia kuatir
orang Boan ini nanti sangka dia adalah seperti orang dari
kalangan Sungai Telaga yang kebanyakan. Sangkaan ini dia
tak dapat terima. Tapi, buat cegah terbitnya sangkaan terlebih
jauh, dia tertawa.
„Tek Toako, pembilanganmu lucu," dia bilang. „Aku
bukannya seorang pengembara, apa yang benar adalah aku
pernah dua kali pergi ke Kielok, dan sekarang ini aku da¬lam
perjalanan dari Soanhoa terus ke Pakkhia " Tek Siauw Hong
tertawa.
„Sudahlah, loo-hiatee, tidak usah kau merendahkan diri,"
dia kata. „Ketika kau tempur Gui Hong Siang, aku telah lihat
betul gerak gerakan lompat naik panggung ini mudah sekali !
Juga melihat caranya pedangmu ber-gerak2, sukar aku
percaya bahwa itu melulu buah-peryakinan didalam rumah,
hanya kau mestinya sedikitnya su¬dah pernah beberapa kali
lakukan pertempuran dengan orang2 lain lagi!"
Diam2 "Bouw Pek mesti akui tajamnya mata dari orang
Boan ini Tapi, supaya tidak ada orang lain yang dengar
pembicaraan mereka dan akan taruh perhatian, dia lantas
simpangkan pembicaraan itu kejurusan lain.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Pertunjukan „Ie Cu Hong" telah sampai diakhirnya, telah


ditukar dengan. Wan See Kee" dan „Gie Tiang Kiam", akan
kemudian dilanjukan dengan,,Hoai Lay Tian" dan „Leng Jin
Sie." Pada lelakon yang belakangan ini, Lie Bouw Pek
saksi¬kan aksi dari nona yang pegang peranan sebagai Sip
Sam Moay, maka berbareng dengan itu didepan matanya lalu
berbayang Jie Siu Lian. Tidakkah si nona manis dan gagah
seperii nona didalam cerita itu ? Dan ingat si nona itu hatinya
jadi ber-debar2 dia jadi ingat semua halnya sinona yang
lelakon perkenalannya yang luar biasa persobatan dalam
tempo begitu pendek tetapi akhirnya jadi begitu kekal ! Tek
Siauw Hong sedot terus huncwee-nya.
,,Kau pemuda yang gagah, saudaraku, kau mestinya dapat
pasangan yang mirip dengan Sip Sam Moay," kata pula sobat
ini sambil tertawa ,,Aku tidak tahu, saudara, bagaimana
sebenarnya bugee isteri kau itu?" Pertanyaan itu diluar
dugaannya Bouw Pek, maka dia terkejut. dia tidak menjawab,
hanya menghela napas.
„Jangan berduka, sobatku," Siauw Hong lalu menghibur.
,Barusan aku telah lakukan perkelahian, aku jadi sangat
gembira. Sebentar, sehabis nonton wayang ini, kita pergi ke
Gang Yang Lauw akan bersantap, kemudian sehabisnya dahar
aku akan ajak kau pergi kesuatu tempat, disana aku nanti ajar
kenal kau dengan satu hiap-kie, yaitu nona bunga berjiwa
yang gagah semangat nya. Nona itu tidak mengerti ilmu silat
atau ilmu menggunai golok dan pedang, tetapi dia berhati
murah dan mulia, sedang bicara tentang keelokannya,
kecantikannya itu bisa membikin negeri rubuh dan kota
runtuh! Sungguh, melainkan orang muda dan gagah sebagai
kau adalah yang semba¬bat buat menjadi pasangannya"
Bagaimana juga, Bouw Pek toh ketarik sekali dengan
ucapannya sobat ini. dia memang sedang banyak pikir, ia
memang te¬lah duga2, si nona siapa yang sobat itu mau ajar
dia kenal, sekarang sobat itu unjuk si nona adalah bunga raya
yang elok dan hatinya mulia, hatinya jadi tergerak bukan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

main. dia bukannya tukang mogor, lapi dia toh ingin tengok
nona itu! Begitulah dia jadi diam saja mengawasi sobat itu.
Siauw Hong tertawa dengan tiba2, apa¬bila dia pun telah
pandang sobatnya itu.
„Buat pergi bersantap, itulah boleh," kata Bouw Pek
kemudian, sambil tertawa, „tetapi buat pergi ketempat yang
kebelakangan, aku pikir tidak usah "
„Tapi orang itu kau tidak boleh tidak lihat," Siauw Hong
mendesak. „Dalam kalangan rumah pelesiran di Pakkhia, dia
adalah bunga yang paling cantik, malah dia bisa dianggap
nona paling luar biasa! baiklah aku sebutkan dua hal pada
kau, agar kau dapat pengertian lebih dalam tentang dia.
Pada satu waktu kawannya pe¬rempuan, karena
penghidupannya yang terlalu royal, telah tinggalkan banyak
hutang, diakhir tahun waktu tuan uang menagih padanya, dia
tidak sanggup bayar, hingga dia jadi sangat malu dan duka.
la bunga raya, dengan apa dia bisa membayar, jalan apa dia
bisa dapat buat cari uang dalam tempo begitu pendek? Tidak
ada jalan lain, diam2 dia masuk kedalam kamarnya dan
gantung diri! Apa mau, perbuatannya yang nekat ini ada yang
lihat, dia lantas di tolongi. Kendati begitu, karena sudah
pu¬tus asa, pikirannya yang pendek tidak bisa jadi panjang,
dia masih saja cari ketika, buat bunuh diri. Kapan si nona luar
biasa ketahui kesukaran sobatnya, dengan lantas dia
keluarkan dua ratus tail uang simpanannya, yang mana dia
bayarkan hutangnya bu¬nga berjiwa itu, sedang kemudian dia
pun dayakan sampai bunga itu dapat jodohnya dan menikah,
hingga selanjutnya dia bebas dari lautan kesengsaraan."
Benar Bouw Pek merasa heran, maka dia berdiam saja dan
dengarkan penuturan Siauw Hong lebih jauh.
„Bertetangga menyebelah dengan dia ada seorang yang
piara tiga bunga raya, yang dijadikan pohon emas," demikian
sobat Boan itu. „Tuan rumah ini bengis dan tiga bunga berjiwa
itu dia perlakukan dengan kejam, seumpama "babi saja. Si
nona tidak senang atas perlakuan itu, de¬ngan melupai
bahaya dia ajak dua-tiga te¬tangga lainnya dan pergi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

majukan dakwaan pada kantor Giesu. Sebagai kesudahannya


dari dakwaan itu, tuan rumah itu telah dihukum dan tiga nona
bunga raya dibebas¬kan dan kemudian dicarikan majikan buat
menjadi budak." Bouw Pek manggut2.
„Ia seorang bunga raya, dari mana dia punya begitu
banyak uang?" dia tanya.
„Itulah sebab dia beda dari nona bunga berjiwa lainnya,"
Tek Siauw Hong terang kan. „Nona lain dipiara oleh satu
majikan, kalau mereka dapat uang, semua penghasilannya
diserahkan pada si majikan. Begitu kita bisa lihat bunga2
berjiwa de¬ngan pakaian rebo, dengan senyuman ma¬nis,
agaknya mereka hidup senang, tetapi sebenarnya uang satu
potongpun mereka tidak punya dan hatinya sangat gaduh.
Ti¬dakkah nona-nona begitu, sekalipun soal tubuhnya sendiri,
tidak merdeka? Tapi nona yang aku bicarakan ini merdeka
betul dirumahnya, dia cuma diikuti oleh ibunya sendiri. Kalau
dia dapat uang, kecuali yang dipakai membayar pada rumah
pelesiran semua uangnya dia serahkan pada ibunya. Disebelah
itu dia juga pegang kehormatan diri. dia tidak mau terima
sembarang tamu, tidak perduli orang bayar berapa, apabila
orang itu dia tidak sukai, tidak nanti dia mau layani, dengan
begitu tidak sembarang orang bisa dekati dia. Menurut apa
yang aku dengar, nona itu belum pernah ijinkan tamunya
menginap padanya. Di Pakkhia ini ada hartawan yang
dipanggil Cie Sie-ong, dia telah gunai banyak uang buat ber
sobat sama si nona dia katanya sudah hamburkan lebih dari
sepuluh ribu tail toh hingga sekarang masih tetap belum
mampu dapatkan dirinya si nona."
„Ia orang berpangkat, dia bisa gunai be¬gitu banyak uang,
apa tidak kualir nanti ada giesu yang dakwa?" Bouw Pek
tannya. Siauw Hong tertawa.
„Takut aku tidak, aku tidak ketahui," dia menyahut, „aku
hanya duga, dia tentu punya daya-upaya buat hindarkan
dirinya dari dakwaan, hingga tidak ada giesu yang sanggup
cekuk dia!" „itulah bisa jadi," kata Bouw Pek, yang turut
tertawa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ketika itu tiba waktunya buat kepala tukang jual karcis


lakukan pemilihan pada sekalian penonton buat ketahui
se¬mua penonton sudah membayar atau belum,, kapan dia
itu sampai kedepannya Tek Siauw Hong, dia lalu unjuk hormat
sambil menanyakan kesehatan orang. Orang Boan ini sudah
membayar, tetapi dia gunai waktu itu, buat mengasi persen,
maka semua tukang jual karcis jadi girang sekali, semua pada
menghaturkan terima kasih.
„Siapakah orang2 itu yang tadi kebentrok dengan aku "
Siauw Hong tanya se¬orang tukang karcis.
„Mereka itu jarang datang kemari", ka¬mi tidak kenal,"
sahut orang yang ditanya. „Menurut kabar, mereka piauwsu
dari Cun Goan Piauw-tiam. Sudah terang me¬reka bukannya
orang sini dan mereka ti¬dak tahu siapa adanya Ngo Looya,
maka tadi mereka telah ketemu batunya"
Setelah memberikan keterangannya itu, tukang karcis itu
pergi tempat lain akan lakukan kewajibannya.
Siauw Hong melengak juga kapan, dia dengar fihak lawan
nya adalah dari Cun Goan Piauwtiam.
„Sekarang sudah siang, mari kita pergi bersantap," dia lalu
ajak Bouw Pek, de¬ngan tidak tunggu pertunjukan wayang
terakhir. dia berbangkit dan terus pakai baju luarnya.
Anak muda kita menurut, maka itu me¬reka bertindak
bersama-sama. Baru saat sampai didepan pintu, Siauw Hong
telah lihat kendaraan sudah siap, menantikan. Akan tetapi
didepan pintu ada Siu Jie pengikut nya, siapa terus saja unjuk
hormat padanya.
„Looya, apa sekarang looya mau terus pulang ? pengikut
itu tanya.
„Apakah ada urusan dirumah ?" Siauw Hong baliki.
„Tidak. Melainkan nona besar telah pulang."
„Kalau nona besar datang, dia mesti di¬minta berdiam
sedikitnya dua hari. Aku punya janji, kau boleh pulang
duluan."
Siu Jie manggut, dia memberi hormatnya, pula dan lantas
berlalu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dengan keretanya, Siauw Hong ajak Bouw Pek menuju


keselatan, tidak antara lama mereka sudah sampai di Ceng
Yang Lauw, turun dari keretanya mereka ber¬tindak masuk.
Pengurus rumah makan dan orang-orangnya, melihat orang
Boan ini, telah menyambut dengan hormat dan manis.
„Ngo Looya, sudah beberapa hari ini kami tidak lihat kau ?'
mereka itu menegor.
„Ya," sahut Siauw Hong yang ganda ber¬senyum.
Seorang jongos sudah lantas pimpin dua tamunya masuk
kesebuah kamar yang besar.
„Lekas sediakan barang santapan," Siauw Hong minta.
Kemudian berdua mereka bersantap dengan tidak mensia-
siakan tempo lagi setelah dahar cukup mereka berlalu dari
rumah makan itu, terus pergi kerumah pelesiran, dimana
menurut katanya Siauw Hong, ada hiap-kie, yalah nona
bunga raya yang luar biasa.
CUl SlAN ADALAH SI NONA MANIS yang Siauw Hong buat
sebutan, ia adalah bunga dari rumah pelesiran Po Hoa Poan di
Han kee-thoa. la mengerti ilmu lukis dan kegembiraan nya
adalah melukis pohon bambu dan bunga lan, maka itu
beberapa kenalan baiknya dengan mudah panggil dia Siam
Nio. Telah dua tahun dia datang ke Pakkhia, dimana dia
segera menjagoi dalam hal keelokan, hingga dia tersohor.
Kendati demikian, sobatnya tidak banyak tadinya banyak
tetapi kemudian menjadi kurang. Sebabnya adalah adatnya
yang aneh, hingga tidak perduli dia cantik banyak orang jadi
tidak mau dekati ia. Iapun tidak membawa sikap seperti bunga
raya lain, yang suka gunai kecantikannya, tingkahnya yang
dibikin - bikin, untuk menarik dan memikat orang-orang lelaki
yang menjadi tamunya. dia hanya mau layani dan bersobat
dengan tamu-tamu yang mau perlakukan dia sebagai
manusia.
Malam itu Tek Siauw Hong telah ajak Lie Bouw Pek pergi
kunjungi si nona Siam Nio ini. Oleh karena pemuda she Lie itu
mau menurut, dengan sendirinya dia telah menjadi tamu
rumah pelesiran, atau kasarnya, pemogor ! Tapi ini melulu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

telah terjadi karena dia ingin sangat melihat si nona, yang


Siauw Tiong begitu sohorkan. Dengan tindakan lebar dia telad
si orang Boan, yang oleh jongos dipimpin naik kelauwteng.
Malah kemudian dia jalan di-sebelah depannya sobat itu.
Mereka masuk dalam sebuah kamar yang indah dan bersih,
disitu mereka disambut oleh seorang nyonya umur lima-puluh
lebih, siapa unjuk air muka berseri-seri.
Silahkan duduk, jie looya," kata nyonya ini. „Siam Nio
sedang tukar pakaian, segera juga dia akan keluar."
Siauw Hong dan Bouw Pek duduk di-kursi yang terbikin dari
kaju merah, diantara alingan kere, disebelah dalam, mereka
tampak cahaya api yang bergoyang-goyang diantara
bayangan, entah bayangan apa. Si nona sendiri tidak lekas
muncul, sebagai¬mana kata si nyonya tua.
Nyonya itu telah tawarkan cui-hun pada Tek Siauw Hong
dan suguhkan teh pada kedua tamunya, mereka tanyakan she
dan namanya dua tamu itu.
,.Aku orang she Tek dan ini sobatku orang she Lie," Siauw
Hong memberi tahu. ,,Kami datang kemari, karena Lie Looya
ingin ketemu dengan Siam Nio."
Selagi kawannya itu bicara, Bouw Pek memandang
kesekitar ruangan. dia tampak beberapa gambar serta tulisan
huruf-huruf, diantaranya yang paling menarik perhatian adalah
lukisan ,,Hong Tim Sam Hiap" dengan sepasang liannya.
Bunyinya lian adalah :
„Cui tiok cian kan, su keng hiap kut-Siam in su kian, touw
ngo liang siauw."
Artinya :
,,Hijau adalah bambu beribu batang,
Aku pikirkan itu sebagai keng punya "tulang",
Halus adalah awan empat gumpalan,
Yang melewatkan malam penuh dengan keindahan."
Dengan „tulang" atau ,,hiap-kut" diarti¬kan semangatnya
Cui Siam, atau Siam Nio, sebagaimana nama „Cui Siam" telah
di¬dapatkan sebagai huruf-huruf pertama dari kedua pasang
lian itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Penulis dari lian itu adalah „Yan San Siauw In", atau Siauw
In dari Yan San.
Siauw In berarti „orang kecil yang umpat kan diri". Sedang
modelnya huruf2 diambil dari tulisan „Thio Hek Lie Cie" atau
„Catatan dari Thio Hek Lie" dari jaman Gui.
„Ia benar beda daripada kebanyakan bunga raya lainnya,"
pikir anak muda ini.
„Kau lihat, bagaimana tinggi harga diri nya," Siauw Hong
berbisik pada sobatnya. Karena mereka dibikin mesti
menunggu sampai sekian lama.
Juga Bouw Pek telah mulai jadi tidak sabaran.
„Inilah yang dibilang, dipanggil beribu kali, berlaksa kali,
baru dia datang," kata ia. Kendati begitu, dia pun tidak
menjadi tidak senang.
Siauw Hong kipaskan dirinya, dia berse¬nyum.
Adalah liwat pula sekian saat, baru ter¬tampak kere
disingkap dan dari situ muncul si cantik yang diharap harap,
tindakan nya lambat, tetapi bebauannya yang harum sudah
mendului menyerang hidung.
Cui Siam berusia kuranglebih dua-puluh tahun, tubuhnya
ceking, mukanya potong¬an kwacie, sepasang alisnya kecil
dan panjang, mulut engtohnya berbibir merah sebagaimana
kedua belah pipinya. dia begitu cantik, mirip dengan bunga
souwyoh yang baru mekar. Pakaiannya baju merah dengan
celana hijau dengan angkin hijau juga. Kendati demikian,
keelokannya bukannya keelokan mentereng, hanya ayu dan
agung, karena sederhananya dandanannya.
Selagi mendatangi, Siam Nio telah awasi Bouw Pek, kapan
dia sudah datang dekat dia unjuk hormat pada kedua
tamunya.
„Tuan ini she apa?" dia kemudian tanya anak muda kita,
suaranya pelahan dan halus. Sepasang biji matanya bersinar
jernih dan hidup sekali.
„Aku she Lie," sahut Bouw Pek, yang untuk sesaat
terguguh, mukanya jadi merah, karena dia tidak tahu
bagaimana harus menjawab.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Oh, tuan Lie," kata si nona, yang lalu tertawa, sedang


sinar matanya selalu ditujukan pada muka orang.
Menampak demikian, Tek Siauw Hong bersenyum. Tapi dia
diam saja.
Kemudian si nona tanya tamunya orang Boan itu.
„Aku she Tek," Siauw Hong jawab, „hari ini Kami datang
kemari, oleh karena Lie Looya hendak kunjungi kau."
„Tek Looya, inilah kehormatan yang aku tidak sanggup
terima," kata Cui Siam sembari tertawa „Kedatangan jiewie
adalah kehormatan besar bagiku."
„Ini Lie Looya, kata pula Siauw Hong, seraya tunjuk Bouw
Pek, „baru saja da¬tang ke Pakkhia, dalam kunjungannya ini,
sebagai orang asing, dia merasa kesepian, maka itu dia
berniat cari suatu tempat, di mana dia bisa tungkulkan diri.
Tentu se¬kali aku tidak berani antarkan dia ketem¬pat
sembarangan, karena aku ketahui si¬apa adanya dia,
sekarang aku ajak dia da¬tang kemari, aku harap kau tidak
nanti sia sia padanya "
Siam Nio tertawa.
„Yang benar, Tek Looya, adalah ucapan mu ini yang men-
sia2 kan aku.” katanya.
„Nona kita adalah seorang yang baik budi bahasanya", si
nyonya tua turut bi¬cara.
„Karena ketahui dia berbudi bahasa baik, dari itu aku telah
perkenalkan mereka berdua !" kata Siauw Hong sembari
tertawa.
Siam Nio sudah lantas suluti cuihun dari Siauw Hong dan
tuangkan tehnya anak muda kita, kemudian dia duduk
dibangku didamping mereka menemani tamunya bi¬cara. dia
bicara dengan manis dan saban2 tersenyum, sedikitpun tidak
bawa tingkah yang centil.
Sejak pertemuannya di Tiang Cun Sie, Kielok, dimatanya
Lie Bouw Pek adalah Jie Siu Lian nona elok manis satu2nya,
tetapi setelah mengetahui keadaannya si nona, hilanglah
pengharapannya, dia seperti terjerumus kedalam gelap gulita,
kegembiraannya seperti telah runtuh, adalah di¬luar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sangkaannya sekarang ada Siam Nio yang elok dan manis,


malah dimatanya nona ini jauh lebih menggiurkan daripa¬da
nona Jie. Nyata, kalau Siu Lian manis dan gagah, adalah
bunga berjiwa ini manis dan ayu, romannya senantiasa
menyebabkan orang merasa kasihan.
Mula2 kedua fihak masih likat, lebih2 Bouw Pek, bila tidak
ditanya dia tidak buka mulutnya, tetapi lekas juga anak muda
inipun berani bicara, berani tanya ini dan itu.
,,Kau she apa, nona ?" „Aku she Cia."
„Berapakah usia nona sekarang dan kau sebenarnya asal
mana ?'
„Aku berusia sembilan-belas tahun. Aku asal Hoay-im. Baru
dua tahun aku datang: kekota raja ini."
Tadinya Bouw Pek hendak menanya le¬bih jauh, tapi Siauw
Hong dengan kedipan mata telah mencegahnya, maka mereka
lantas bicarakan hal2 lain.
Ketika itu diluar kamar terdengar suara nya jongos : „Nona
Cui Siam !"
„Coba lihat, mama, siapa itu diluar.'?
Cia Lo-mama bertindak keluar, tetapi lekas juga dia
kembali, dengan sebelah tangannya memegang sepotong
kertas me¬rah.
„Cie Toa looya panggil kau," kata dia sembari
menghampirkan anaknya.
Siam Nio sambuti kertas merah itu, buat di baca. Justru itu,
Tek Siauw Hong berbangkit.
„Sekarang sudah waktunya kita berlalu," dia kata pada
Bouw Pek.
Anak muda itu belum menyahut, Sam Nio telah mendahului
berbangkit seraya berkata :
„Tidak, aku tidak mau pergi ! Jiewie, sukalah duduk lagi
sebentar."
„Kami ingin pergi ketempat lain, besok saja kami datang
pula," Siauw Hong bilang.
Bouw Pek sudah berbangkit dan terus ikut sobatnya, yang
sudah lantas bertindak keluar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Tek Looya, Lie Loya, harap pasti kau datang pula besok!"
kata dia yang meng¬antar tamunya.
„Andai-kata aku tidak datang sobatku ini tentu !" kata si
orang Boan sambil tertawa. dia jalan terus disebelah depan.
Mereka turun ditangga lauwteng, sesampainya dibawah
mereka menoleh dan dongak me¬mandang keatas lauwteng,
disana, menyender pada lankan, mereka tampak Cui Siam
mengawasi mereka sambil unjuk senyumannya yang manis.

Begitu lekas sampai diluar, Siauw Hong kata pada Hok Cu,
kusirnya :
„Pergi antarkan Lie Toaya pulang ke-hotelnya."
Kemudian ber-sama2 mereka naik ke-atas kereta.
Hok Cu bawa kendaraannya ke Seeho-yan, dimana dia
berhenti didepan hotel Goan Kong. Bouw Pek sudah lantas
lompat turun.
„Aku tidak mampir lagi." kata Tek Siauw Hong. „Nah,
sampai besok !"
„Sampai besok !" sahut Bauw Pek.
Selagi roda2 kereta menggelinding per¬gi, anak muda ini
masuk kedalam kamarnya. dia nyalakan api, sedang jongos
bawa kan dia teh. dia lantas duduk dengan pikiran bekerja,
seperti si elok berbayang di depan matanya.
„Tadi aku hendak tanya hal-ihwalnya si nona, Siauw Hong
mencegah, kenapakah ?" ia pikir, apabila dia ingat kedipan
mata dari sobatnya itu. ,,Ya, aku baru ingat sekarang. Pasti
sekali, seperti kebanyakan bunga berjiwa, dia tentu punya
lelakon penghidupan yang menyedihkan, apabila aku tanya,
lukanya bisa kambuh, hingga dia bisa menangis didepan tamu,
sedang tamu datang ingin dilayani dengan manis. Tentu Siam
Nio tidak ketahui aku bukannya tamu rumah pelesiran yang
kebanyakan, yang datangnya melulu untuk pelesiran. Nona,
penghidupan kita se¬benarnya sama, cocok dengan syairnya
Pek Lok Thian yang bilang : Sama2 orang perantauan, diwaktu
saling bertemu, kenapa kita mesti selamanya saling kenal lebih
dulu ?'
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Memikir demikian, Bouw Pek menghela napas. Ketika dia


angkat kepalanya, memandang ketembok, disana tergantung
pedang nya, yang rupanya kesepian. Lantas dia ber¬bangkit.
„Tolong bawakan aku setengah kati arak," katanya pada
jongos, yang datang padanya.
Dan dia tenggak susu macan, sampai dia rasai tubuhnya
panas, kepalanja pusing. Se telah itu dia tiup padam lampu
dan lantas naik tidur.
Esoknya, setelah bersantap tengah hari, dia dandan dan
pergi ke Poancay Hootong selatan, akan tengok piauwceknya.
Ketika dia sampai, sang paman sedang tidur, dari itu dia mesti
duduk menunggu sampai jam tiga, baru paman itu bangun
tidur.
Kie Cu-su sudah lantas bicara tentang tulisan
keponakannya itu.
„Tulisan kau itu tidak bisa dicela," katanya. „Siapa saja lihat
tulisanmu, dia akan lantas ketahui yang kau menelad tulisan
huruf Gui. Tulisan semacam ini biasanya dipahamkan oleh
orang2 terpelajar, untuk mencari nama dan gelaran. Buat
kerja dikantor, tulisan semacam kau itu tidak terpakai, muka
tidak heran kalau dua kalinya kau gagal. Kau harus ketahui,
sekarang ini yang terpakai adalah huruf2 Tio. Kau punya
contohnya huruf huruf ini atau tidak ? Kalau kau tidak punya,
pergi¬lah kau beli di Liu-lie-ciang. Kau beli Tio Cu Geng punya
„Liong Hin Sie", kemudian contoh itu kau telad semua, pilih
yang paling banyak dipakai, aku percaya, dalam tempo dua-
tiga bulan kau akan sudah bisa menulis dengan baik. Dalam
segala hal, tulisan yang bagus adalah yang paling perlu.
Tulisan kau bisa dipakai untuk menulis lian umpamanya, tapi
buat cari uang tidak mudah !". Lie Bouw Pek merasa sangat
tertusuk oleh sesuatu ucapan sang paman, yang telah bicara
secara terus-terang terhadapnya, maka kapan sebentar
kemudian dia pamitan, dia masgul sekali berbareng
men¬dongkol.
„Aku satu laki-laki, mustahil tanpa pit aku tidak bisa cari
makan ?" pikir dia akhirnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oleh karena dia sangat mendongkol, dalam perjalanan


pulang dia tidak mampir lagi ke Liu-lie-ciang buat beli buku,
hanya dia langsung pulang kehotel, baru saja dia bertindak
masuk, dari dalam kantor pe¬ngurus telah keluar seorang
yang papaki ia.
„Lie Toaya, looya kita kirim sepucuk surat ini untuk kau,"
kata orang itu seraya memberi hormat. Bouw Pek awasi orang
itu dan segera kenali Siu Jie, dia terimakan surat yang
disodorkan padanya dengan merasa heran.
„Tek Siauw Hong sampai menulis surat padaku, apakah
yang dia tulis ?' dia men¬duga-duga.
„Sekarang kau boleh pulang, memberi tahu bahwa surat
majikanmu aku telah terima," dia berkata pada hamba itu.
„Bilang juga, se¬bentar aku harap bisa pergi kunjungi
majikanmu itu." Siu Jie mengasi hormat pula, lantas berlalu.
Bouw Pek masuk terus kedalam kamarnya, disini baru dia
buka suratnya Siauw Hong, buat dibaca :
Saudara Bouw Pek, Ketika kemarin aku pulang, aku lantas
merasa tubuhku panas dan sampai sekarang aku masih
merasa kurang sehat, aku kuatir sebentar aku tidak bisa tidur.
Saudara, kau masih muda, kau berkepandaian , benar
sekarang maksud-hatimu belum kesampaian, tetapi kau tidak
boleh putus-asa, jangan kau berduka. Kau berada sendirian,
kau kesepian, maka harap kau bisa bawa diri, kau perlu cari
kesenangan. Janganlah karena ke¬dukaan, kau sia2kan
tubuhmu yang berharga.

Saudara, kau sedang berusaha dan belum berhasil, aku


percaya dalam hal keuangan kau niscaya kurang leluasa,
karena itu harap kau terima kirimanku selembar dari seratus
tail perak ini untuk kau pakai. Aku bukan hartawan, jumlah ini
kecil, tetapi aku percaya kau tidak akan tampik.
Saudara, biarlah besok aku kunjungi kau, supaya kita bisa
pasang omong pula.
Sekian, dari saudaramu,
Siauw Hong.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Membaca surat itu, Bouw Pek merasa malu berbareng


bersukur. Siauw Hong sobat baru, tetapi bagai¬mana dia
perhatikan diriku," dia pikir. ,,Uang ini aku mesti terima,
jikalau tidak dia bisa jadi kurang senang. dia sekarang lagi
sakit, aku perlu tengok dia. Tapi, dimanakah dia tinggal, di Su-
pay-lauw ?." Ia ternyata lupa alamat sobatnya itu.
„Biarlah aku tunggu sampai besok," dia putuskan akhirnya.
„Kalau dia tetap tidak sembuh, biar bagaimana juga aku mesti
cari dia.'"
Karena ini selanjutnya dia tidak pergi kemana mana.
Sorenya, sehabis bersantap dia pergi keluar akan cari cian
chong, tempat tukar uang, buat tukar uang kertas nya dengan
uang perak. Dengan bawa seratus tail uang receh dia lalu
berjalan pulang.
Baru saja sampai dimulut utara dari Po-cusie, dia dapat
lihat sebuah kereta besar sedang mendatangi dari jurusan
utara, kapan kereta itu sudah datang lebih dekat, dari dalam
kereta dia dengar orang panggil padanya: „Lie Toalooya!"
Dengan merasa heran anak muda kita tahan tindakannya.
Kereta mendatangi terus dan berhenti di depannya anak
muda ini.
„Lie Toalooya," kata pula suara tadi. Baru sekarang Bouw
Pek lihat dan ke¬nali Cia Mama, sedang Siam Nio sudah lantas
muncul diantara tersingkapnya kere.
„Lie Looya, kau tinggal dimana?" tanya nona itu, sembari
tertawa.
Mukanya anak muda kita menjadi merah.
„Disana, di Seeho-yan," dia jawab, ta¬ngannya menunjuk
kejurusan barat.
„Sebentar malam aku harap kau ajak Tek Toalooya datang
pada kami," kata pula si nona. „Jangan salah, Ya!"
„Tek Toalooya kurang sehat, malam ini dia tidak bisa pergi
kemana-mana," Bouw Pek memberi tahu.

„Bagaimana jikalau kau sendiri, toaloo-ya?" si nona


mendesak. Bouw Pek manggut.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Baiklah," dia menyahut. Siam Nio manggut sambil tertawa


manis
„Baik, Lie Toalooya! sampai sebentar malam!"
Nona itu tersenyum, sujennya memain tetapi kapan dia
lepaskan tangannya, ber¬bareng dengan tertutupnya tenda
kereta ia lenyap dari pandangannya Bouw Pek, se¬dang roda2
kereta sudah lantas mengge¬linding pergi.
Bouw Pek masih berdiri menjublek kendatipun kereta sudah
pergi jauh.
„Kenapa aku terima undangannya?" pi¬kir dia dengan
menyesal. dia jadi masgul, sampai sudah pulang ke hotel
pikirannya masih ruwet. Tapi ketika dia lihat suratnya Siauw
Hong, dia lantas ingat bunyinya surat itu: ,.Bukankah Siauw
Hong suruh aku jangan berduka dan dia telah anjurkan aku
cari kesenangan? Kenapa aku mesti siksa diri?. Minum arak
saja juga tidak ada gunanya! Bukankah lebih baik aku ke¬luar
jalan2, buat cari „kutu masyarakat yang harus dikasihani",
buat ajak dia pa¬sang omong akan gembirakan diri?"
Maka setelah cuaca mulai menjadi gelap, Bouw Pek lantas
ganti pakaian, dia keluar dari hotelnya menuju ke Po Hoa Pan.
Sementara itu Cui Siam juga merasa hatinya tidak
tenteram, ada tamu datang tetapi dia seperti merasa masih
menunggui orang lain. dia tidak mengerti, kenapa si orang she
Lie, yang baru datang, seperti membanduli hatinya.
„Tadi aku ketemu dia dijalanan, dia telah berjanji mau
datang, apakah bisa dia penuhkan janjinya itu?" demikian dia
ter¬ganggu dengan kesangsiannya sendiri. „Aku lihat dia
bukannya hartawan, apakah dia mau hamburkan uangnya
ditempatku ini?."
Oleh karena berpikir keras, dia jadi du¬duk terpekur saja.
Sekarang dia bayangkan romannya anak muda kita yang
kurus, pakaiannya menyatakan kemiskinan, tetapi sepasang
matanya celi dan hidup.
„Ia seorang yang harus dikasihani, yang juga harus
disayangi " dia ngelamun le¬bih jauh, hingga dia ingat dirinya
sendiri." Bukankah iapun seorang yang hidup tidak keruan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

juntrungannya? Bagaimana nanti jadinya hari kemudiannya?


Pengharapan apa dia punya?"

Mengingat sampai disitu, mendadak air matanya turun


meleleh dipipinya. Tapi lekas2 dia susut air kesucian hatinya
itu, karena dia kuatir ibunya nanti dapat lihat. Kapan dia
mengawasi api, dia dapatkan pemandangannya kurang
terang, karena bulu matanya masih basa dengan air matanya,

maka lekas2 dia tepas pula matanya itu. Dalam kesunyian


itu dia dengar suara tertawa riuh dari kamar2 lain dimana
berada ,.saudara2nya" yang rupanya sedang bergembira la
duduk seorang diri sekian lama, tidak ada tamu yang datang
padanya. dia jadi lesu.
„Baiklah aku rebahkan diri," dia pikir. dia berbangkit balik
kekamamja, tapi ber¬bareng dengan itu dibawah lauwteng
ter¬dengar suaranya Mo Ho, si jongos:
„Ada tamu untuk nona Cui Siam!"
Teriakannya Mo Ho disusul dengan munculnya Cia Loo
mama, yang singkap kere.
Segera juga ditangga terdengar tindakan kaki yang sedang
naik, akan kemudian terdengar suaranya Cia Loo-mama sambil
ter tawa: „Lie toalooya datang!"
Baru saja dengar nama itu disebut, semangatnya Cui Siam
jadi terbangun, hingga dia lekas2 lari kekaca buat beres¬kan
rambut dan rapikan pakaiannya, kemudian dia bertindak
kepintu.
Bouw Pek bertindak dengan tangan me¬megang kipas,
bajunya thungsha biru.
„Lie Toalooya janji mau datang, be¬nar-benar sekarang
kau datang!" Siam Nio memapak sambil tertawa.
„Aku memang biasanya tidak suka salah janji!" sahut Bouw
Pek yang juga ter¬tawa.
„Duduklah toalooya," Siam Nio me¬ngundang.
Bouw Pek buka baju luarnya dan lantas duduk, Cia Loo-
mama sudah lantas suguh¬kan teh.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Jikalau toalooya tidak inginkan teh panas, kami disini


punya soan-bwee-thung," Cui Siam menawarkan.
„Sembarang saja, apapun boleh," kata Bouw Pek.
Siam Nio bersenyum, lantas dia undurkan diri. Sebagai
gantinya, Cia Loo-mama dekati tamunya.
„Looya, nona kita sungguh berjodoh dengan kau !" berkata
nyonya tua ini sem¬bari bersenyum. „Biasanya. jikalau orang
lain yang dalang, dia tidak pernah menjadi bergembira seperti
ini kali '"
Bouw Pek tidak kata apa apa, dia melain¬kan bersenyum.
Lekas juga Cui Siam telah kembali, tangannya memegang
sebuah nenampan perak yang kecil diatasnya ada satu
mangkok teh yang berkembang, mangkok mana buatan jaman
kaisar Kong Hie. Dengan kedua tangannya dia angsurkan itu
pada tamunya.
„Silahkan minum, looya," kata si nona.
Dengan kedua tangannya Bouw Pek menyambuti, dia lalu
menghirup, satu cegukan, hingga dia merasai minuman yang
wangi dan sejuk.
„Bagaimana looya rasakan soan-bwee-thung bikinanku ini
!" tanya Cui Siam sambil bersenyum „Apakah boleh juga ?"

Ia berlaku manis, tetapi tidak genit, tidak dibikin-bikin.


,,Bagus, bagus !" sahut si anak muda, seraya angkat
kepalanya, hingga sekarang dia bisa pandang nona
dihadapannya.
Siam Nio telah Kisar model kondenya, hingga kelihatan
bertambah cantik, ken¬dati demikian, pipinya kalah merah
dari kemarin, tanda dia tidak obral yancie. Ba¬junya putih
telor, begitupun celananya, semua dipakaikan pinggiran
berkembang. Pakaian itu tidak longgar dan juga tidak sepan.
Sesudah letakkan nenampan, Siam Nio ambil tempat duduk
didepannya pemuda kita. Sikapnya sewajarnya saja.
„Lie Looya, apa kau memang tinggal di Seeho yan ?" dia
tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Ya, di Seeho-yan, dalam hotel Goan Hong," Bouw Pek


manggut.
„Apakah thaythay tidak turut datang?" si nona tanya pula,
matanya memain dengan bagus. Bouw Pek bersenyum.
„Aku masih belum menikah," dia menyahut
Cia Loo-mama, yang mengerti keharusannya, telah permisi
buat undurkan diri.
„Looya, kau bekerja dikantor mana ?" kemudian Cui Siam
tanya pula.
„Aku datang kemari belum lama, aku belum dapat
pekerjaan," Bouw Pek aku.
Alisnya si nona lantas saja dikerutkan.
,.Turut pendengaranku, sekarang ini sukar buat cari
kerjaan," dia bilang. „Ada be¬berapa looya melulu menjadi
calon, calon tiehu, calon tootay, tapi kedudukan yang pasti
belum ada." Bouw Pek sebaliknya bersenyum.
„Aku tidak pikir buat pangku pangkat, dia memberi tahu.
„Tadinya aku datang ke Pakkhia ini dengan niatan mencari
peker¬jaan, akan tetapi setelah sampai disini aku rubah
niatanku itu. Ternyata, bukan saja pekerjaan sukar di cari,
juga pang¬kat aku tidak ingin pangku. Begitulah, sekarang
aku nganggur saja. Sukur aku ketemu Tek Toalooya, yang
kemarin dulu telah datang kemari, dia sobat yang baik dengan
siapa aku suka berada bersama dengan adanya dia itu aku
tidak sampai jadi kesepian."
Sesudah bicara begitu jauh, Siam Nio percaya tamunya
adalah seorang yang ju¬jur, yang berbeda daripada tamu-
tamunya yang sudah-sudah, yang datangnya melulu untuk
bersenang senang, habis pelesiran lantas ngeloyor pulang.
Lagian, tamu-tamu yang duluan itu semua pandai
mengumpak-umpak, supaya bisa dapati hatinya.
„Tapi dia bukannya seorang yang berun¬tung, seharusnya
tidak boleh aku minta dia sering-sering datang kemari," dia
pikir ke¬mudian. dia lalu kata : „Lie Looya, kau masih muda,
aku percaya, meskipun se¬karang peruntunganmu belum
terbuka, dibelakang hari kau toh akan peroleh kemajuan. Aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bunga raya, aku punya mata dan bisa bedakan orang yang
busuk dan yang baik, maka juga kemarin begitu bertemu
dengan kau, aku bisa lantas hargakan kau !.”
Setelah kata begitu, Cui Siam tunduk, karena dia malu
sendirinya sudah puji-puji orang muda itu. Bouw Pek tergerak
hatinya karena ucapannya si nona.
„Kau terlalu puji aku, nona," dia kata. „Dari Tek Looya
akupun dengar bahwa kau seorang yang jujur dan
berambekan, beda dari yang kebanyakan. Ini juga sebabnya,
kenapa aku suka datang pada kau. Kalau tidak, tidak nanti aku
kesudian datang ketempat semacam ini." Siam Nio angkat
kapalanya, dia menghela napas.
„Memang, biar bagaimana juga jarang datang ketempat
begini lebih baik bagi kau," dia kata. „Melulu terhadap kau,
looya, aku suka bicara begini, apabila terhadap orang lain,
tidak nanti. Aku jadi bunga raya, akan tetapi didalam diriku
ada hati manusia, maka aku tidak inginkan seorang yang
bersemangat mesti siasiakan ketikanya yang muda dan
berpengharapan secara begini!." Sehabis kata begitu, Siam
Nio tepas ujung matanya.
Bouw Pek awasi nona itu, dari mulut siapa dia tidak sangka
akan keluar ucapan semacam itu. dia baru mau buka
mulutnya, waktu si nona sambung kata-katanya :
„Aku, dengan sesungguhnya, aku suka sekali pasang
omong dengan kau."
Sembari kata begitu, Cui Siam curi lihat anak muda kita,
roman siapa agaknya kurang puas, sedang alisnya mengkerut,
maka lekas lekas dia berbangkit.
„Cukup, looya, cukup!" dia kata sambil tertawa, suaranya
nyaring.
„Sudah cukup, kita jangan ngelamun saja ! Mari kita cari
kegembiraan!"
Ia menoleh keluar jendela, dia tarik tangan orang.
„Lihat disana! Lihat, malam ini rembulan indah' dia kata
pula.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek memandang keluar jendela, si Puteri Malam


benar bercahaya terang sekali. Tapi didekatnya sekarang ada
puteri lain, tangan siapa yang putih dan halus justru masih
pegangi tangannya sendiri. Tanpa merasa, hatinya
bergoncang secara pelahan-pelahan"
, Kau benar," kata dia sambil manggut2 dan tersenyum.
Pembicaraan mereka terganggu oleh masuknya Cia Lo-
mama.
„Besok kembali Capgouw !" berkata si nyonya tua. „Lagi
dua bulan, lantas datang harian Tiong Ciu !" Bouw Pek
kembali ketempat duduknya, Cui Siam terus temani ia.

Tidak lama kemudian, karena datang tamu lain, anak muda


kita pamitan pulang. dia sampai dihotel buat terus rebahkan
diri, dia memandang kejendela dan awasi sang
Puteri Malam. Kembali pikirannya kusut, hingga
kesudahannya dia tidak bisa tidur pulas. Sampai fajar, selagi
burung2 cecowetan, barulah dia bisa meramkan mata dan
tidak ingat apa-apa lagi. Ketika dia mendusin sudah jauh
siang, maka dia lalu dandan dan duduk bersantap. Sehabis
dahar dia duduk pula dengan pikiran belum terbuka. Banyak
pikiran mengganggunya, tapi yang dia kualirkan adalah
kesehatannya Tek Siauw Hong, dari siapa dia tidak dengar
kabar apa-apa.

JILID 7
„AKU lupa alamatnya, tetapi lupa atau tidak, aku sekarang
perlu kunjungi dia," dia pikir akhirnya. „Ia seorang yang
ternama, dia mestinya mudah dicari."
Ia tukar pakaian, sambar kipasnya. lantas keluar. Didepan
pintu dia teriaki sebuah kereta kaldai, yang bawa dia menuju
ketimur. Hawa udara panas, maka duduk didalam kereta, anak
muda ini tidak berhentinya goyang2 kipasnya. Si tukang
kereta telah mandi keringat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Selagi mendekati Su pay lauw, tukang kereta tanya


penyewanya kegang mana ia hendak pergi, kesebelah barat
atau sebelah timur.
Aku tidak tahu mesti pergi kemana, aku hendak tengok
seorang sobat baru' sahut anak muda ini, yang berada dalam
kesangsian.
„Siapa itu sobatmu,tuan.? la orang she apa?" tanya tukang
kereta pula.
“Ia orang she Tek. la seorang Boan," Bouw Pek kasi tahu.
Tukang kereta itu menoleh akan awasi penumpangnya Nyata
perhatiannya sangat tertarik.
“Apakah tuan mencari Thie ciang Tek Ngo ya ?”
“Betul,” sahut Bouw pek seraya memanggutkan kepala.
„Aku tahu rumahnya Tek Ngo Ya," kata tukang kereta itu. ,Ia
tinggal di jalan sebelah utara ditengah antara tiga jalanan, dia
seorang yang baik hati. Di pintu timur ini, diantara orang yang
paling ternama, adalah ia bersama Sioe bieto Oey Soe Ya !”
Setelah kata begitu, dengan gembira tukang kereta itu
cambuk keledainya, buat kasi binatang itu lari keras. Maka
tidak lama kemudian kendaraan itu sudah keluar dari mulut
barat dari tiga jalanan antara timur dan barat, terus berhenti
didepan rumahnya Tek Siauw Hong. Di depan pintu ada dua
orang dengan dandanan sebagai bujang sedang belanja
membeli kembang.
Bouw Pek samperkan dua orang itu dan tanya apa. Tek
Siauw Hong ada di rumah.
Lebih dulu dari pada itu dia telah perhatikan rumahnya
orang, yang pintunya dicat merah, dikiri dan kanan ada dua
singa2an batu, sedang di sebelah timur ada pintu buat
masuknya kereta. Dua orang itu rapi dandanannya.
“Kau siapa, tuan?" tanya dua orang itu, yang telah balik
mengawasi.
“Aku she lie, dari Seebo Yan," Bouw Pek jawab.
Mendengar jawaban itu, salah satu hamba itu lantas saja
tertawa.
„Apakah tuan bukannya Lie Toaya dari hotel Goan Hong?" dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kata. „Silahkan masuk silahkan masuk, toaya !"


Hamba ini telah dengar dari Sioe Jie. bahwa majikan mereka
punya kenalan baru yang berdiam dihotel di Seehoyan, sedang
Hok-Coe pun pernah omong hal sobat itu, bahwa majikan
mereka selama dua hari ini hampir tidak bisa berpisah dari
sobat baru itu.
Bouw Pek bertindak masuk, dua orang itu pimpin ia.
Dipekarangan dalam Sioe Jie tertampak sedang siram
kembang, kapan dia dapat lihat tamu itu, dia lepaskan corong
airnya dan lari menghampirkan.
„Oh, Lie Toaya datang !" dia berseru. „Toaya. selamat
datang !” Dan dia lalu unjuk hormatnya
Bouw Pek sambut hamba itu sambil manggut dan
tersenyum.
Sioe Jie bersama hamba itu dari luar lantas antar tamunya
masuk sampai dikamar tamu. Ruangan besar, yang kelihatan
saja disitu enam kamar yang besar2, sedang kursi meja dari
kayu wangi. Ditembok digantung banyak gambar pigura yang
muat tulisan huruf2 yang indah. Diatas meja kedapatan
banyak barang barang dari kuningan dan perunggu. Segala
apa disitu indah dan bersih.
„Duduk dulu, toaya, aku nanti kabarkan," kata Sioe Jie,
yang terus masuk kedalam.
Bouw Pek duduk, oleh hamba dari luar tadi dia disuguhkan
teh. Belum terlalu lama, Tek Siauw Hong kelihatan bertindak
keluar, air mukanya ramai dengan senyuman.
„Lauwtee, kau benar2 datang cari aku !” kata dia dengan
gembira Bouw Pek berbangkit buat unjuk hormatnya
„Bagaimana dengan kesehatanmu, toako?" dia tanya. „Apa
kau baik?'
„Aku baik, terima kasih. Kemarin ini aku terkena hawa
panas, aku mesti pergi kebelakang sampai dua kali,
kemarinpun aku sudah sembuh,' sahut tuan rumah.
„Duduklah !” sembari kata begitu dia ambil kursi didepan
sobatnya itu. Bujang tadi bawakan pula teh dan Sioe Jie
muncul dengan ini hoencwee.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Toako, kau........”
„Jangan sebut itu ! Siauw Hong mencegah seraya goyang2
tangannya, hingga perkataan sobatnya jadi terpotong. „Sama
sekali tidak ada artinya, kau jangan buat pikiran, kalau kau
pikirkan itu, kau pasti anggap aku sebagai orang luar. Malah
kalau kau perlu apa apa, kau mesti kasi tahu padaku, aku
selama nya bersedia buat bantu kau. Kau telah ketahui
rumahku ini, lain kali harap kau sering2 datang. Setiap hari
pada jam sepuluh aku sudah senggang dan berada dirumah,
waktu itu kau boleh datang, jangan malu2. Dirumahku ini
semua orangku kau boleh perintah, siapa saja diantaranya
tidak boleh berlaku ayal !" Bouw pek manggut2.
„Baik, toako, lain kali aku akan sering2 datang," dia bilang.
Siauw Hong sedot hoencweenya dua kali, lantas dia tertawa.
„Kau pergi ke Cui Siam atau tidak?" dia tanya.
Ditanya begitu, mukanya Bouw pek menyadi merah.
„Kemarin lohor aku ketemu dia ditengah jalan, dia bersama
ibunya," dia jawab. „Ia teriaki aku dan kami jadi bicara
ditengah jalan,
Jadi bicara ditengah jalan, dia undang aku datang
malamnya, aku terima undangan itu. jadinya aku terima
undangan secara sembarargan saja, tapi belakangan aku pikir,
pada orang sebangsa dia aku tidak boleh hilangkan
kepercayaan, maka malamnya aku telah pergi memenuhi
janyi. Aku berdiam satu jam lebih di sana."
Siauw Hong tertawa tidak berhentinya apabila dia dengar
jawaban itu.
“Lauwtee, kenapa sih kau omong dengan berputar putar ?"
dia menegor. “Aku kasi tahu kau, buat kau pergi kesana tidak
ada halangannya sembarang waktu kau boleh pergi, toh
melulu untuk main main saja ! Daripada berdiam sendirian
saja dihotel, lebih baik kau keluar pesiar, diluaran kau tidak
akan hadapi kemasgulan seperti menyekap diri di dalam
kamar. Tidakkah kita hanya cari kesenangan ? kita boleh pergi
atau tidak, semua menurut kehendak kita sendiri."
Bouw Pek manggut sambil bersenyum. dia mesti akui
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

benarnya orang Boan ini. Kenapa dia tidak bisa longgarkan


pikiran seperti sobat nya ini ?
Siauw Hong tertawa dan kata pula :
“Saudaraku, mari aku kasi tahu. Coei Siam sebenarnya
berjodoh dengan kau. dia adalah bunga berjiwa yang paling
tahan harga, ada beberapa orang yang pernah rogoh saku
dalam dalam buat ketemui dia, terhadap orang2 itu sepatah
kata juga dia tidak mau ucapkan. Tapi terhadap kau, kau lihat
sendiri. Bagaimana manis dia perlakukan kau, walau ditengah
jalan dia sudi teriaki kau. dia mau undang kau buat datang
padanya ! Tidakkah ini aneh ? Orang lain datang, dia tolak,
atau dia tidak layani, kau yang tidak datang, dia undang
dengan hormat ! Coba undangan terjadi pada orang lain,
orang itu barangkali akan menjadi gila dengan mendadak
bahna kegirangan yang melewati batas atau dia akan gotong
uangnya supaya dia bisa segera ketemu dengan si nona manis
!”
„Kendati demikian ketempat demikian, aku tak sudi sering2
pergi," Bouw Pek kata.
„Tidak sering2 pergi juga ada baiknya," Siauw Hong akui.
„Dengan jarang pergi, kita jadi tidak terpincuk. Siapa sudah
satu kali kena terikat, meski dia gagah perkasa, dia akan
rubuh sebagai pecundang. sukar dibelakang hari dia angkat
kakinya yang sudah kejeblos ! Tapi Coei Siam beda dari yang
lain, dia tidak biasanya pegangi tamu sampai dia tidak mau
lepas2, sedang dia juga tidak punya sifat sekekar, tidak jemu
pada si miskin atau kemaruk pada si hartawan. dia sudah ke
temu banyak orang, tidak ada satu yang dia sukai, apa mau,
baru ketemu kau, dia sudah jatuh hati apakah ini tidak aneh ?"
Bouw Pek tertawa.
„Cukup. toako, cukup ! Sudahlah, kita jangan omongkan
hal Coei Siam saja !"
„Nah, apa lagi?" Siauw Hong tanya. saudaraku sudah dahar
?"
„Aku telah dahar dulu di hotel, baru aku datang kemari.
Bagaimana dengan toako ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku baru saja bersantap. Hari ini kau tentu senggang,


bagaimana jikalau kita pergi main2 ke Jie kap ?”
„Jie kap? Dimana itu letaknya ?"
„Sampaipun Jie kap kau tidak tahu !" Siauw Hong
tertawakan sobatnya. „Bila orang lain dengar pembicaraan
kita, pasti dia akan tertawakan kau ! Sudah, mari kita pergi.
Kita akan naik kereta, menuju ke Coe hoa moei, dari sana kita
nanti naik perahu buat pergi ke Ji Kap, sesudah main perahu,
dengan perahu juga kita menuju ke Boen-lian. Kereta kita
boleh diperintah menunggu di Boen lian. Sepulangnya dari
sana, kau mesti turut aku kesini, disini kita nanti bersama
sama bersantap malam."
Bouw Pek terima ajakan itu.
“Baik, toako. Sekarang silahkan kau dandan," dia kata.
Siauw Hong girang sekali, sebelumnya masuk kedalam dia
telah berikan perintahnya, ke satu supaya Hok Jie siap dengan
keretanya, kedua supaya sebentar malam Sioe Jie sedia
barang barang hidangan yang istimewa. Siauw Hong ketemui
isterinya didalam.
“Lie Bouw Pek telah datang," dia kata pada isterinya itu
Didalam rumahnya, dia tinggal ber sama isterinya itu serta
ibunya yang sudah tua. Anggota keluarga lainnya adalah dua
anaknya.
“Kenapa kau tidak undang dia masuk ?" kata Tek Nay Nay.
„Ia seorang yang pemaluan !' kata sang suami. „Ia duduk
menunggui diluar, aku mau ajak dia pesiar ke Jie kap"
Lantas orarg Boan ini dandan, dengan bawa kipasnya dia
keluar pula dengan cepat.
„Mari kita berangkat, saudara Lie !" katanya pada Bouw Pek
setelah berada didepannya sobat baru itu.
Bouw Pek berbangkit, dia ikut tuan rumah bertindak keluar.
Sioe Jie mengikut dengan bawa coeihoen sang majikan. Diluar
Hok Jie sudah siap dengan keretanya.
“Sebentar jam empat kau mesti perintah koki siap," Siauw
Hong pesan Sioe Jie selagi kereta mau berangkat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sioe Jie berikan jawabannya, maka Hok Jie kasi keretanya


berangkat.
Kendaraan itu menuju ke Cee hoa moei dan keluar dari
pintu kota itu. Tek Siauw Hong ajak Bouw Pek turun dari
kendaraan nya, pada Hok Jie dia pesan :
“Sekarang kau boleh pulang, tapi ingat, sebentar jam
empat kau datang pula kemari akan sambut kami."
Orang Boan ini dan sobatnya pergi ketepi sungai, dimana
mereka naik atas sebuah perahu, dimana sudah ada belasan
orang, lelaki dan perempuan, rupanya mereka semua juga
mau pergi ke Jie kap akan pelesir.
Dimuka air, yang penuh rumput hijau, perahu sudah lantas
melaju menuju ke selatan. Dikedua tepi, disepanjang jalan,
pohon yang lioe mengasi pemandangan indah. Angin ber
kesiur2 dengan pelahan. mendatangkan perasaan yang
nyaman. Dari situ pun tertampak tembok kota, yang
nampaknya agung disepanjang sungai itu.
Matahari sudah naik tinggi, hawa sebenar nya panas, akan
tetapi ditempat yang rindang seperti itu dimana air
memberikan hawa dingin, orang tak sampai menjadi
korbannya pergaruh Batara Surya yang lihay.
Siauw Hong dan Bouw Pek duduk dibagian payon gubuk
perahu, mereka tidak kerja apa apa selain memandang kedua
tepi, tetapi karena didalam perahu ada anak wayang yang
menyanyi, kuping mereka juga bisa dengar kan nyanyian itu.
Lagu yang diperdengarkan adalah „Ong Jie Cia kenangkan
suaminya "
Anak wayang itu piara kumis hitam, thungshanya sudah
jelek sekali, kendati begitu sembari nyanyi dia toh masih bawa
aksinya, bikin gerak gerakannya lemas seperti orang
perempuan.
Diantara sekalian penumpang perahu, jang paling tertarik
perhatiannya adalah orang2 perempuan, yang memakai
pakaian cara Han dan Boan menurut kesukaan hati mereka,
mereka ini pada tertawa tawa tersenyum, tetapi ada juga
yang mukanya jadi bersemu merah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sebagai seorang asing Bouw Pek tidak mengerti wayang


Pakkhia, maka itu dia lebih banyak mengawasi kemuka air,
dimana terdapat itik dalam rombongan sedang berenang ke
sana kemari sambil berbareng mencari makanan. Binatang itu
tubuhnya bersih, gerakannya gesit, nampaknya gembira
sekali, diantaranya ada juga yang berbunyi kowak kowek.
Memandang semua itu, Bouw Pek lalu ingat masa dia masih
kecil. Tempo dia baru berusia delapan tahun, oleh ayah dan
ibunya, bersama sama Kang Lam Ho dia telah di ajak pesiar
ketelaga Po Yang. Ilmu berenang dan selulup Kang Lam Ho
liehay. dia bisa selulup timbul seperti juga ikan, adalah
katanya di dalam air dia bisa melihat seperti di darat. Lie Hong
Kiat, ayahnya, juga telah belajar Ilmu berenang dari Kang Lam
Ho.
Tapi sekarang ini ayahnya telah merupakan tulang2
didalam tanah. Dan Kang Lam Ho, Entah jago itu masih hidup
atau sudah mati ? usianya ditaksir sudah enampuluh lebih.
Makin perahu maju, bebek2 kelihatan makin banyak dan
pepohonan nampaknya makin lebat. Juga kelihatan rumah2
ditepi sungai. Maka pemandangan itu adalah laksana lukisan
saja.
Tidak lama mereka sudah mendekati jembatan si anak
wayang telah berhenti menyanyi. dia hampirkan sesuatu
penumpang perahu seraya sodorkan tangannya akan minta
persen.
„Sudah sampai," kata Tek Siauw Hong seraya tarik tangan
kawannya. Lebih dulu dari pada itu dia telah rogoh sakunya
akan kasikan beberapa chie pada anak wayang itu. Bouw Pek
berbangkit ikut sobatnya.
Cepat sekali perahu telah dipinggirkan dan ditambat, maka
dua sobat ini lantas bisa mendarat. Maka lagi sekali Bouw Pek
bisa lihat banyak orang, yang sedang pesiar seperti mereka
berdua. Orang dari Lamkiong ini bisa saksikan keindahan alam
dari Jie kap. Orang jang pesiar banyak sekali, air sungai jernih
laksana kaca. Disepanjang tepi pohon pohon lioe tetap banyak
dan bagus. Di-bawah pohon2 itu ditaruh meja2, jamuan orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menjual teh dan kue kue, diantaranya ada yang mendirikan


gubuk2. Orang orang yang telah pesiar ada yang duduk
minum dan makan kue. Pedagang pedagang kecil lainnya juga
terdapat disitu, begitupun anak anak wayang yang ngamen
jual suara dan aksi.
Orang orang yang pesiar itu adalah lelaki dan perempuan
dan dari berbagai tingkatan, tua dan muda, kaya dan miskin.
yang paling menarik perhatian adalah nyonya nyonya muda
dengan pakaian cara Boan dan nona nona dengan kuncirnya
yang panjan dan meroyot turun dibelakangnya.
Lantas ada apa, yang menyolok dimatanya Bouw Pek,
karena itu adalah pemandangan yang dia tidak sangka sangka
akan tampak di kota raja. yalah beberapa orang pasti bangsa
hidung belang atau luntang lantung yang telah nyelak sini
diantara orang orang perempuan muda, dengan maksud tak
lain dari pada berlaku jail.
„Pakkhia adalah kota raja, kenapa orang orang ini bersikap
begitu tidak tahu aturan?" dia berpikir.
Tapi dia tidak sempat berpikir banyak, Siauw Hong telah
betot tangannya.
„Mari kita nyelak antara orang banyak, buat cari gubuk
teh," berkata sobat orang Boan ini.
Anak muda kita menurut dengan tidak kata apa apa.
Sebentar kemudian mereka telah sampai disebuah gubuk
dimana pelayannya, kapan lihat orang Boan ini, segera
menghampiri buat menyambut sambil mengunjuk hormat.
„Oh, Tek Ngo-ya?" berkata dia. „Tidak di duga duga hari ini
Ngo ya senggang dan bisa datang pesiar kemari !"
Siauw Hong kenal pelayan ini, ialah Siauw Thio atau Thio si
Kecil dari Cee hoa moei maka sembari tertawa dia kata :
„Tolong carikan kami tempat yang baik!"
Dengan cepat Siauw Thio telah carikan meja yang diingini,
dengan lebih dulu bawa kan air buat kedua tamunya bersihkan
muka.
Sembari mengipas diri Bouw Pek minum teh nya, sedang
Siauw Hong repot dengan hoencweenya sambil matanya terus
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

memandang keluar gubuk mengawasi orang orang yang


sedang pesiar.
Tidak antara lama, dari jurusan timur Bouw Pek lihat
mendatangi tiga orang dengan baju tay-kwa buat musim
panas, tetapi yang menarik perhatian adalah yang jalan di
tengah tengah, orang mana tubuhnya tidak tinggi, mukanya
hitam, tetapi sikapnya bukan sikap orang kebanyakan. Dua
orang lagi, yang jalan dibelakangnya, yang menjadi bujang
atau budak, berjalan mengikutinya sambil tangan mereka
mesing2 membawa sebuah kantong uang. Dibelakang mereka
ini mengikuti dua atau tiga puluh pengemis lelaki perempuan,
yang ber ulang2 minta2 uang. Saban2 dua bujang itu
merogoh kantongnya dan memberikan sejumlah uang, tidak
heran bila pengemis pengemis, yang tak kenal batas, yang
jumlahnya memang banyak. jadi makin banyak yang
mengikuti, hingga dua budak itu jadi repot.
Simuka hitam kelihatannya tidak perdulikan pekerjaannya dua
bujang itu, dia jalan terus dengan diapit oleh kedua
kawannya.
Beberapa buaya darat atau hidung belang yang
bergelandangan, apabila mereka berpapasan dengan orang
muka hitam ini, semua menegor dengan laku yang hormat,
seperti juga orang ini orang bangsawan atau raja muda. Tapi
orang yang di kasi hormat itu tidak ambil peduli, dia bertindak
terus dengan agung2an, tangannya saban2 goyang kipas nya.
„Siapa orang Ini, yang romannya agung2an?" anak muda
kita men duga2.
Adalah justru saat itu, Tek Siauw Hong kutik sobatnya
seraya berkata,
“Lekas lihat ! itu dia Sioe bie to Oey Kie Pak.
Sembari kata begitu, orang Boan ini sudah lantas berbangkit,
dengan air muka penuh senyuman dia bertindak menyabut
Oey Kie Pak, yang sudah mendatangi dekat gubuk teh itu.
Sioe bie to, si Bie to kurus, juga telah dapat lihat Tek Siauw
Hong, maka dia pun menghadapi orang dengan unjuk
senyuman, tubuhnya sedikit dibongkokkan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Oey Soe ko, hari ini kau senggang?' menegor Siauw Hong.
Orang she Oey itu manggut sambil bersenyum, tetapi teguran
orang seperti juga dia tidak dengar, karena dia lanjutkan
perjalannannya tanpa menoleh lagi.
Mukanya Siauw Hong menyadi merah. Dihadapannya Lie
Bouw Pek orang perlakukan dia demikian tawar, sedang dia
telah berlaku manis dan hormat, sekalipun tidak usah malu,
dia toh menjadi jengah dia menyesal yang Sioe bie to sudah
tidak singgah di situ akan beromong kendati satu dua kata.
Maka itu lalu dia duduk dengan diam saja, karena masgul.
Lie Bouw Pek bukannya seorang tolol, tentu sekali dia
mengerti kemasgulannya sobat itu, malah la merasa turut
mendongkol karena sikap agul2an orang itu.
„Kiranya begitu saja Sioe Bie to yang orang sohorkan”
katanya. „Dimataku, biar dia tidak katak, sikapnya terlalu
jumawa !"
„Ia bukan nya terlalu jumawa," kata Siauw Hong, yang bisa
mengerti maksud sobatnya itu. „Yang benar adalah
persahabatan kami biasa saja dan diantara kami jarang sekali
ada pergaulan yang rapat .......malah, buat bilang terus
terang, di antara kami bahkan ada sedikit ganjalan ! ......."
„Apakah itu?” tanya Bouw Pek, yang agak nya sangat
tertarik
„Ganjalan apa itu toako?”
“Ganjalan kecil,” Siauw Hong ulangi. “Aku punya keponakan
perempuan, yang dikasi menikah pada seorang she Hong dari
Pak Siu Kio, dirumah suaminya keponakan itu dapat perlakuan
kejam dari ipar2nya, bahna jengkel dia telah menutup mata.
Buruk nasibnya keponakan itu, sudah mayatnya telah tidak
diurus sebagaimana mestinya, malah dia telah dibicarakan
jelek di muka orang lain. Ketika aku kesitu hal itu. aku jadi
tidak senang, aku lalu kirim beberapa orang pada keluarga
Hong itu akan menegor. Kapan Oey Kie Pok dapat tahu halnya
aku kirim orang itu, dia jadi tidak puas. dia katakan bahwa aku
tidak pandang mata padanya Inilah sebabnya kenapa dia jadi
berlaku tinggi terhadap aku."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kalau begitu, dia seorang yang tidak bisa diajak bergaul !"
kata Bouw Pek yang menjadi tidak senang „Kenapa tidak dari
tadi tadi nya ia campur tangan, buat bikin akur kedua
keluarga? Kenapa dia tidak mau berlaku terus terang terhadap
toako?”
„Kau tidak tahu adatnya orang Pakkhia, saudara Lie." kata
Siauw Hong dengan sabar „Kami dikota ini adalah orang yang
sering dan mudah merasa tersinggung. Oey Kie Pok adalah
hartawan besar dan tersohor buat Pakkhia, dia juga terkenal
ilmu silatnya. Di kota sebelah timur tidak ada satu orang yang
tidak junjung dia, kecuali aku seorang she Tek. Aku tidak kaya
sepertinya. boegee pun aku kalah terkenal, akan tetapi diluar
dan dalam kota aku punya banyak sekali kenalan, maka itu
kapan satu waktu aku bepergian, aku selamanya mandapat
muka lebih terang dari padanya. Ini adalah salah satu sebab
lain kenapa dia jadi berdengki terhadap aku. Begitu lah,
kendati kami kenal satu sama lain sudah belasan tahun, kami
tidak pernah duduk bicara lama2. "
„Menurut kau, toako, terang Oey Kie Pok seorang dengan
pikiran cupat !" kata Bouw-Pek yang tetap tidak puas.
„percaya, toako, satu waktu aku nanti hadapi dia, buat
lenyapkan kemendongkolan toako."
Siauw liong tidak nyana sobatnya ini gusar dan penasaran
untuk dia sampai begitu rupa.
„Jangan, saudara, jangan! ia segera mencegah. „Biarlah dia
berdengki terhadap aku. aku sendiri tidak mau berbuat salah
terhadap dia. Bagaimana juga, dalam keadaan sekarang,
diantara kami masih tetap ada perkenalan tetapi satu kali kami
bentrok, lantas selanjutnya kami akan jadi musuh."
„Disebelah itu, Oey Kie Pok bersobat sangat rapat dengan Gin
chio Khoe Siauw Houw maka aku tidak ingin bentrok terhadap
mereka berdua melulu sebab menuruti adat di satu waktu."
Lie Bouw Pek tersenyum.
„Aku juga tidak mau mendapat salah dari mereka," dia
bilang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku hanya ingin cari tahu, sampai dimana boegee mereka.


Umpama kata kejadian aku pieboe dengan mereka, toako,
tidak nanti aku kasi tahu mereka bahwa aku sobat toako."
Tek Siauw Hong juga tertawa mendengar perkataannya sobat
ini.
„Saudara, kau benar bicara sebagai seorang muda yang
berdarah panas” katanya. “Kau belum ketahui bagaimana
besar pengaruhnya Oey Kie Pok , kau belum tahu yang dia
punya banyak kuping dan mata, yang setiap saat bisa
menyampaikan segala macam kabar padanya. Persobatan kita
bisa dibilang masih baru, akan tetapi aku percaja dia tentu
telah ketahui adanya pergaulan rapat diantara kita. Apa yang
dia belum ketahui pasti adalah keadaan diri saudara. Ganjalan
diantara dia dan aku, saudara, tidak boleh menyebabkan kami
bentrok hebat. Aku percaya, dia pun tidak akan mau satrukan
aku, tapi satu kali kau cari dia. lantas urusan berobah menjadi
keonaran. Umpama kata dia hinakan kau, saudaraku, urusan
masih bisa diurus, celakanya adalah kapan kejadian sampai
kau hajar dia, apa juga ke sudahannya sudah terang dia akan
bikin kau tidak akan mampu injak kota Pakkhia ini lebih lama
pula ! Saudara, kau masih muda kau bertenaga besar dimana
saja, asal kau mau, kau bisa taruh kakimu, tapi kendati
demikian aku minta kau bisa berpikir panjang. Bintangmu
belum terbuka, saudara, itu artinya kau perlu bersabar. kau
mesti menunggu waktu. Aku percaya betul satu waktu kau
akan ke sampaian cita citamu ! Kenapa mesti turuti adat
disatu waktu? Kenapa, dengan tidak ada perlunya, kau cari
musuh dengan orang semacam dia itu? baiklah saudara
mengerti, Oey Kie Pok itu bukannya berandal atau okpa."
Bouw Pek bisa mengerti kejujurannya sobat ini, yang sangat
tidak inginkan dia mencari perkara. Tentu saja dia mesti
hargakan kebaikan orang.
„Baik tetapkan hatimu, toako, tidak nanti aku terbitkan onar
untuk kau, dia kata.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku bukannya kuatir terbit onar untuk diriku, aku hanya


kuatirkan kau, saudara," kata Pek Siauw Hong, yang berlaku
terus terang.
„Aku memikir untuk kau.
Bouw Pek manggut.
„Aku tahu, toako memang sangat perhati kan aku,”
katanya, yang lalu menghela napas.
Siauw Hong merasa tidak enak sendirinya menampak sobat
itu jadi berduka.
„Mari kita jalan jalan lagi sebentar, lantas kita pulang," kata
dia setelah hirup cawan tehnya yang penghabisan. „Sebentar
aku akan undang kau bersantap, buat rasai barang makanan
se hari2 dari kota Pakkhia, aku ingin ketahui bagaimana
anggapanmu tentang makanan rumahan itu."
„Kalau aku telah kebiasaan makan cara Utara, bagaimana
bila nanti aku pulang kekampungku? tanya Bouw Pek sembari
tertawa, satu tanda dia sedang main2.
„Itulah bukan soal !' Siauw Hong pun tertawa. Kapan
sampai terjadi kau kegilaan masakan Pakkhia, kau boleh ajak
anak istrimu pindah kemari, kita nanti tinggal sama2. Asal saja
kau suka memandang aku, saudara, itulah yang aku harap
betul.'
„Aku mana punya anak isteri !" tertawa Bouw Pek. „Diriku
sendiri adalah keluargaku !"
Siauw Hong awaskan sobatnya, dia merasa heran bukan
main. dia isikan coeihoen nya lalu tiup coa-liannya buat sedot
huncweenya.
„Berlakulah terus terang, saudaraku, kau sebenarnya sudah
menikah atau belum?" akhir nya dia menegasi.
Lie Bouw Pek goyang goyang kepala. „Belum !' dia jawab
dengan pendek.
Kembali Siauw Hong awasi sobat itu, agak nya dia tidak
mau percaya.
„Bukankah kebiasaan orang dikampungan dalam umur dua
atau tiga belas tahun sudah menikah?'' dia menegasi pula.
Anak muda kita manggut.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Betul." dia menyawab. „betul begitu adat kebiasaan di


kampung, muda muda orang telah dinikahkan. Tapi aku, aku
terkecuali.” Kendati demikian. dia toh menghela napas. Lekas
lekas dia tambahkan.
„Marilah kita pasiar pula, lantas kita pulang. Dirumah,
sembari bersantap malam, aku nanti tuturkan tentang diriku
semua dengan jelas. Kau adalah sobatku satu2nya. yang kenal
diriku toako, maka pada kau aku hendak ceritera semua."
Setelah berkata demikian lagi lagi Bouw Pek menghela napas.
„Baik, baiklah," dia berkata. “Hari ini kita pesiar sehabis
bersantap malam aku nanti temani kau keluar pula, keluar
kota, sebab kita mesti pergi tengok Coei Siam !"
Bouw Pek tertawa mendengar sobatnya ini.
Tek Siauw Hong lantas bayar uang teh dan ajak sobatnya
pergi akan jalan lebih jauh di Jie-kap ini, sesudah merasa
cukup dengan naik perahu mereka kembali ke Cee-hoa-moei.
Nyata Hok Jie sudah menantikan dengan keretanya, maka
bersama sama lantas naik kereta dan terus berangkat pulang.
Sekali ini. setiba di rumah lekas Siauw Hong ajak sobatnya
masuk terus kepedalaman, disini dia ajar kenal sobat itu pada
ibu dan isterinya, kemudian mereka baru kembali kekamar
tamu buat duduk sambil makan kwaci, sampai kemudian Sioe
Jie datang memberi tahu. bahwa barang santapan sudah sedia
dan mereka diundang duduk bersantap.
Oleh karena tidak ada orarg lain lagi, mereka bersantap
berdua saja. Mareka minum arak. Adalah disini Lie Bouw Pek
gunai ketika akan tuturkan hal ihwalnya sendiri, oleh karena
ingin nikah isteri yang cantik dan gagah berbareng,
pernikahannya jadi tertunda. Dia ceritakan hal pertemuannya
dengan Jie Soe Lian. Menutur tentang Keng Lam hoo dan Kie
Kong Kiat, dia unjuk semangatnya, tetapi ceritera tentang
dirinya, yang muda muda kehilargan ajah serta ibu, dia
berduka sampai air matanya meleleh keluar. Di waktu
ceritakan tentang pie boe dengan Sioe Lan, bagaimana dia
tolongi keluarga si nona, Dia kelihatan gembira, tetapi di
waktu mengasi tahu bahwa nona itu sudah punya tunangan,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dia lesu, akan akhir sehabis tenggak araknya dia jatuhkan


kepalanya di meja seperti orang yang sedang tidur pulas.....
Siauw Hong juga bergirang dan masgul dengan berbareng
mendengari penuturan itu dia tidak nyana, masih begitu muda
pengalaman nya sobat ini ternyata sudah cukup banyak dan
luas.
„Mendengar kau, saudara, nyata sekali pemandangan
mataku tidak salah," akhirnya dia bilang. „Dengan
sesungguhnya, kau orang gagah, juga luar biasa. Tentang
pernikahanmu, saudara, kau baik jangan buat pikiran.
Tunangan Sioe Lian telah pergi tidak karuan parannya, karena
itu tidak bisa jadi dia akan mau tetap tinggal menumpang
pada mertua nya, jadi janda bukan janda, menunggu tak
ketentuan yang ditunggu. Satu waktu aku nanti pergi ke
Soanhoa, di sana aku nanti ke temukan beng Loo-piauwtauw
dan Jie Loo thaythay aku akan angkat diriku menjadi orang
perantaraan, akan recoki jodohmu dengan jodohnya nona Sioe
Lian. Oleh karena nona Jie belum menikah, tidak bisa dibilang
bahwa dia menikah pula. Juga tidak seharus nya buat Beng
Piauwsoa „ikat" terus si nona, hingga dia bisa bikin gagal
penghidupannya . .” Bouw Pek goyang goyang tangannya.
„Taruh kata benar tunangannya nona Sioe Lian telah menutup
mata, andaikata nona Sioe Lian juga mau menikah denganku,
aku sendiri pasti tidak bisa kawin dia!” dia kata dengan
sungguh sungguh „coba toako pikir. jikalau terjadi aku
menikah dia, tidakkah orang nanti katakan aku seorang yang
kemaruk dengan paras elok dan melupakan kebajikan ? Terus
terang aku bilang, kendati betul aku kagumi nona Sioe Lian,
terhadap dia aku tidak kandung pikiran lain. Umpama kata
bisa kejadian aku suka pandang dia sebagai adik angkat, tidak
nanti aku nikah dia sebagai isteriku. Aku mesti merasa malu
terhadap Jie Lao-piauwtauw, apabila aku mesti nikah gadisnya
itu ! ......"
Siauw Hong menghela napas. Perkataannya sobat ini
membikin dia ketahui lebih dalam sifat dan tabiatnya sobat ini
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang utamakan kebajikan, yang suka korbankan segala apa


untuk menjaga nama baiknya. dia menjadi kagum.
„Saudara, aku mengerti kau," dia kata, „Sekarang baik kita
jangan sebut sebut pula tentang nona Jie itu. Karena aku telah
ambil sikapmu, aku harap kejadian itu tidak lagi membikin kau
berduka. Tunggulah sampai aku dapatkan nona yang cocok,
nanti baru kita bicarakan pula tentang pernikahanmu.
Tidakkah sekarang soal pernikahan bukannya hal yang penting
?"
„Toako benar," sahut Bouw Pek seraya mamggut.
Mereka dahar dan minum dengan pelahan, mereka masih
bicarakan hal2 lain lagi, sampai cuaca mulai gelap.
Bouw Pek telah tungkuli diri dengan arak, tidak heran waktu
berhenti bersantap dia rasa kepalannya pusing, tubuhnya
panas, pikirannya pepat, hingga dia jadi seperti orang yang
mungsang mangsing.
„Toako, mari kita lihat Siam Nio !" kata ia akhirnya.
“Kau sudah pusing, Saudara, lebih baik kau mengaso," kata
Siauw Hong, yang bisa lihat orang mulai sinting.
„Hari ini aku tidak pikir buat keluar kota, aku nanti perintah
Sioe Jie sediakan kereta buat antar kau pulang......... "
Bouw Pek tidak dengar nyata ucapannya sobat itu, tetapi dia
manggut.
Siauw Hong perintah Sioe Jie pergi sedia kan kereta, dia
sendiri lalu berbangkit akan bantu sobatnya pakai baju
luarnya, kemudian sama sama mereka bertindak keluar.
Karena kereta sudah lantas siap, sesampainya diluar, tuan
rumah lantas pimpin tamu nya naik kereta, setelah mana dia
masuk kedalam.
Bouw Pek duduk didalam kereta dengan kepala pusing.
Dalam gelapnya sang malam Hok Jie kendarai keretanya
menuju kehotel.
„Sudah sampai di Cian-moei atau belum?" tanya Bouw Pek
pada si kusir, sesudah dia rasai telah duduk lama juga didalam
kereta.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kita akan segera keluar dari kota," Hok Jie jawab.


„Bawa aku ke Han-kee-thoa," Bouw Pek kasi tahu. „Aku tidak
niat pulang dulu."
Hok Jie menurut, tetapi didalam hatinya la tertawakan anak
muda ini,
„Sudah sinting tetapi masih mau mogor !" pikir si kusir. „Oh,
sobat majikanku ini ternyata setan pemogoran !'
Bouw Pek terus merasakan tubuhnya tidak enak, pikirannya
kusut. dia dapat perasaan ingin ketemui Siam Nio.
Tidak lama kemudian kereta berhenti.
„Sudah sampai," demikian suaranya Hok Jie. Bouw Pek segera
lompat turun dari kendaraan itu.
„Lie Toaya, apakah kau tidak mau pergi ke tempat2 lain ?'
Hok Jie tanya : „Apa kah aku boleh pulang sekarang ?"
„Ya, kau boleh pulang," sahut anak muda kita. yang berikan
jawabannya dengan sembarangan kemudian dengan tindakan
berat dia menuju kedalam rumah pelesiran.
„Oh, tamunya nona Cui Siam ! Lie Looya datang?" berseru
jongos yang kita kenal.
CUI SIAM sedang duduk didalam kamarnya, pikirannya lagi
bekerja, oleh karena dia masgul memikirkan tentang dirinya,
yang tidak tahu bagaimana akan jadi nya. dia pikirkan hari
kemudiannya. Tapi kapan dia dengar teriakannya Mo Ho, si
jongos, dia terperanjat, lekas lekas dia berbangkit. Ibunya
telah mendahului keluar akan sambut tamu.
Bouw Pek naik ditangga lauw teng dengan tindakan limbung,
begitu lekas dia masuk ke dalam kamarnya Siam Nio, si nona
sudah lantas bau arak, yang menyerang keras pada hidung.
Di mana kau minum, looya, sampai kau begini sinting ?"
menyambut Cui Siam sambil tertawa.
„Apakah Tek Siauw Hong tidak datang ?" tanya si anak
muda, yang tidak jawab pertanyaan orang, atau pertanyaan
itu tidak di dengar.
„Tidak, Tek Looya tidak datang," sahut Cia Loo-ma-ma
Jawaban itu rupanya bikin anak muda ini sadar sedikit, ia
manggut.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Benar." dia bilang. „Aku justeru baru dari rumahnya."


„Lihat, looya, kau benar benar sudah lupa daratan !' Coei Siam
kata sambil tertawa.
„Tidak, aku tidak mabok, aku hanya sedang berduka !
menyangkal si anak muda, yang otaknya lagi dipengaruhi susu
macan. dia jatuhkan dirinya dikursi, sampai hampir rubuh ber-
sama2 kursi itu, baiknya Siam Nio keburu jambret dia.
Nona ini lalu kerutkan alis.
„Kau duduk, looya, duduk baik baik, nanti aku ambilkan
soan-bwee-chung," katanya ke mudian. „Mama, tolong kau
ambilkan satu mangkok supaya looya bisa minum."
Kelihatannya Cia Lo ma ma tidak puas akan tetapi dia toh
berlalu akan ambil soan-bwee-thung Ketika dia balik lagi, Coei
Siam sambuti minuman itu buat dibawa kemulutnya Bouw
Pek, yang telah pentang mulutnya dan irup itu.
Baru saja dua ceglukan, anak muda ini telah geleng
kepalanya, goyang tangannya.
“Sudah cukup, aku tidak haus !" dia berkata.
Siam Nio tarik pulang mangkok, dia berdiri menunggui,
matanya mengawasi anak muda itu, yang dia anggap lucu,
tadinya dia mau menggodai, apamau si anak muda telah dului
dia :
„Siam Nio, aku harap kau mengerti aku," kata Bouw Pek
setelah menghela napas panjang, „aku harap kau mengerti,
aku datang pada kau bukannya buat mogor...... Kita berdua
sebenarnya orang orang yang harus di kasihani ! .. . "
Siam Nio tersenyum. dia lihat Bouw Pek kepal tangannya,
agaknya anak muda ini lagi murka.
„Aku gagah, kau cantik, toh segala apa telah tidak berjalan
menurut kehendak kita !” kata pemuda dari Lamkiong itu,
suaranya keras. „Apa celaka, kita telah menjadi barang barang
permainannya segala orang tidak karuan ?____
Siam Nio terharu, sampai dia mesti tepas air matanya. Siapa
nyana, selagi ia berduka, anak muda itu seperti telah tusuk
lukanya, tapi dia tertawa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lie Looya, kau benar benar sedang mabok," dia kata. „Apa
yang kau bilang, semua aku tidak mengerti .... "
Baru saja mereka bicara sampai disitu, diluar kamar terdenger
pula suaranya Mo Ho yang telah naik kelauwteng.
Nona Siam Nio ada surat undangan untuk kau !"
Cia Mama buka pintu akan terima surat undangan itu,
selembar kertas merah, sembari bertindak masuk, dia kata :
„Cie Tayjin bersama Louw Sam ya sedang menunggui di Kong
Hoo Kie, anak, kau baik lah lekas pergi !”
“Siam Nio sambuti karcis nama itu, setelah baca itu, sepasang
alisnya berkerut.
.Ah, kenapa begini waktu mereka baru duduk bersantap ?"
katanya, yang tampaknya masgul, hingga suaranya pun tidak
lampias. „Lie Looya, mari aku antar kau kepembaronganku,
kau boleh rebah rebahan atau tidur disana, aku mau keluar
sebentar, aku akan segera kembali . . ..”
Bouw Pek dapat ingatan buat pulang saja kehotel, apamau
pengaruh arak sedang ber-kuasa atas dirinya, hingga dia
seperti tidak mampu geraki tubuhnya.
„Baiklah. kau boleh pergi” dia menyahut. Siam Nio lantas
bukai baju luar anak muda ini, lalu dia dukung dikasi bangun
buat di antar kepembaringan, disitu dia rebahkan tubuh orang,
yang dia tutupi dengan selimut merah, kemudian dia tutup
kelambunya dia pun bakar dupa nyamuk. Kemudian lekas-
lekas dia dandan dan ajak ibunya pergi.
Bouw Pek rebah dengan tidak karuan rasa, kepalanya pusing,
dia gulak gulik beberapa kali, tidak juga pulas, maka akhirnya
dia ber bangkit dan duduk diatas pembaringan. Mendadak dia
enek dan muntah muntah, hingga keluarlah semua makanan
dan arak yang dia gasak dirumahnya Tek Siauw Hong. dia
muntah beberapa kali, sampai rasai perutnya kosong, hingga
tubuhnya menjadi enteng dan lega. Tentu sekali karena itu
otaknya juga menjadi sedikit jernih.
Dari kamar2 lain, diatas dan di bawah lauw teng, saban2
terdengar suara bicara dan tertawa riuh, yang keluar dari
mulutnya nona nona lain dan tamu2. Diantara itu ada juga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

suara nyanyian, antaranya : ,Sejak kau pergi kongcu,


pikiranku jadi kalut, minum teh tidak bisa. dahar nasi tak beri
napsu, aku rasanya telah seperti kehilangan semangatku ....”
Baru sekarang Bouw Pek ingat bahwa dia berada dikamarnya
Siam Nio.
„Celaka, kenapa aku muntah muntah disini ?' kata dia
seorang diri dengan terkejut. Ia berbangkit buat bikin api lebih
terang, maka dia bisa lihat kotoran bekas muntahan baunya
telah mengalir dilantai, diatas kasur, membikin kotor seprei
dan selimut yang Indah ?
“Benar benar celaka !” kata dia pula setelah melongo
sekian lama. Sekarang dia dapat kenyataan baju dan
celananya juga kena kotoran !, ia masgul, karena menyesal
telah bikin kotor kamar orang. Lalu dia keluar dari kamar,
pergi ambil teh buat berkumur. Adalah selagi dia berkumur,
dia dengar tindakan kaki ditangga lauw teng kapan dia
menoleh dia lihat Siam Nio sudah pulang ber sama ibunya. dia
merasa malu, tetapi dia segera pegat si nona.
„Jangan masuk kekamarmu, kasur dan sprei kau aku telah
kena bikin kotor!" dia kasi tahu. Si nona memandang anak
muda kita. lantas ia bisa menduga.
“Kau telah muntah muntah, Lie Looya," dia kata. „Tidak
apa, aku nanti suruh orang bikin bersih." dia masuk kedalam
kamarnya akan lihat pembaringannya, akhirnya dia tertawa.
„Lie Looya," katanya, „kau rupanya telah keluarkan isi
perutmu !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah. dia jengah buat dua
hal. yalah muntah2 itu dan tadi dia telah beber rahasia hati
nya pada si nona. Tapi Walau merasa malu dia paksakan diri
buat tertawa. Ketika itu Mo Ho telah masuk kekamar, karena
Siam Nio telah titahkan dia bikin bersih pembaringan, si nona
sendiri dipihak lain telah tuangkan teh untuk anak muda itu.
„Bagaimana sekarang?' tanya nona ini „Pakaian kau telah
kotor semua dan kami di sini tidak punya pakaian buat kau
tukar! Apa tidak baik kirim orang kehotel-mu akan ambil
pakaian kau?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Tidak usah," sahut Bouw Pek, "Pintu kamarku aku yang


kunci sendiri orang-orang hotel niscaya tidak bisa ambilkan
pakaianku."
Ia lantas minta baju luarnya, yang dia lalu pakai untuk
kerobongi diri. dia keluarkan lima lembar uang kertas dari satu
tail selembar nya, uang itu dia letakkan di atas meja.
„Aku telah bikin kotor seprei dan selimut kau, kau tidak bisa
pakai lagi itu, kau tukar saja dengan yang baru, dia bilang,
„Pakailah uang ini untuk membelinya."
Siam Nio jumput uang itu, dia periksa jumlahnya, lantas dia
ambil salembar, empat yang lain dia serahkan kembali pada
tamunya. „Aku tidak bisa terima semua uangmu,” kata dia
dengan roman sungguh2. „Apa artinya barang kotor? Kenapa
itu mesti diganti? Apakah kau tidak pandang mata padaku?"
Lagi lagi mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia ulur
tangannya akan ambil kembali uangnya. dia tidak tahu apa dia
mesti bilang. Siam Nio menoleh kelampu, tubuhnya
membelakangi si anak muda, sebentar saja dia berpaling lagi
dan tertawa: dia sambar tangan tamunya.
„Aku minta janganlah kau pikirkan urusan kecil ini !” dia
minta. dia menoleh kedalam kamarnya dia lihat ibunya dan Mo
Ho sedang repot membersihkan pembaringan, dia tersenyum.
dia lalu tambahkan: Aku yang minta kau tidur
dipembaringanku, aku tidak takut pembaringanku itu kau
muntahkan !'
Sampai waktu itu masih saja Bouw Pek tidak tahu mesti
bilang apa.
„Sekarang baiklah aku pulang.........." kata dia akhir nya.
Nyata Coei Siam nampak nya berat berpisah, ia telah
bersangsi.
“Nah, baiklah !" ia kata sesaat kemudian. „Sampai besok !"
Dan dia tertawa.
„Sampai besok !' kata Bouw Pek, yang terus saja turun dari
lauwteng.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sinona manis berdiri menggelendot di lankan, mengawasi


kebawah pada pemuda itu, sampai tamu itu sudah menghilang
di pintu baru dia tinggalkan lankan.
Sekeluarnya dari Po Hoa Pan, Bouw Pek jalan terus, dia
tidak sewa kereta, dia pulang dengan jalan kaki, ketika sampai
dihotel Goan Hong, didalam kamarnya dia lantas buka
pakaian, dia minta air akan bersihkan diri, kemudian salin
pakaian baru. dia menyesal mengingat perbuatannya „gila" itu
selagi sinting.
“Selanjutnya aku mesti jaga diri akan tidak minum terlalu
banyak," la janji pada dirinya sendiri. Ia Ingat, bahwa
kelakuan nya sampai sebegitu jauh tidak ada artinya, bahwa
selanjutnya dia mesti robah sikap.
„Aku mesti pegang derajat dan bangun!" dia ambil
kepastian.
Sampai disitu, Bouw Pek naik kepembaringannya dan tidur.
Esoknya, selewatnya tengah hari, sehabis dandan dia pergi ke
Poan cay Hoo-tong selatan akan tengok pamannya.
„kenapa sudah dua hari kau tidak datang datang?" Kie Thian
Sin tanya keponakannya.
“Aku terserang hawa panas dan aku rasai tubuhku tidak
sehat," dia menyawab, tetapi dengan muka berobah sedikit
didalam hati dia malu sekali, karena terpaksa mesti men-justa.
Paman itu mengawasi.
“Ya, aku lihat kau sedikit kurus,” dia bilang. „Ada satu hal
yang aku hendak beritahukan pada kau." Anak muda itu
terkejut dalam hatinya. entah urusan apa yang sang paman
hendak beritahukan.
„Aku lihat bukan daya yang sempurna untuk kau tetap
tinggal dihotel, Kie Coesu bilang. „Dengan tinggal dihotel
kesatu kamar kecil kedua keadaan ramai, hingga kau tentu
tidak bisa tinggal dan belajar dengan tenteram Ketiga, ini yang
paling penting, dengan tinggal di hotel kau juga jadi
hamburkan uang terlalu banyak. Kalau kau berdiam di hotel
setengah atau satu bulan lamanya dan kerjanya masih belum
dapat, bisa2 uang bekalanwu nanti habis dipakai ongkos
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sehari-hari. Begitulah, tentang ini aku telah pikirkan. Kemarin


aku telah bicara dengan Loo hong-tiang Kong Goan dari gereja
Hoat Beng Sie di Tongpian Sinsiang Hootong, buat pinjam
salah satu kamarnya. Aku kasi tahu. bahwa itu untuk salah
satu anakku, yang datang ke kota raja buat cari pekerjaan,
bahwa sanak itu mengerti surat. Nyata dia bersedia luluskan
permintaanku, nampaknya dia girang sekali. Dia telah unjuk
satu kamarnya sebelah barat Karena sudah ada kepastian,
tinggal kau pilih hari-hari apa saja buat kau pindah tinggal
disana, kau pun bisa bantu Kong Goan Soohoe salin kitab atau
surat2, dalam hal ini dia bisa mengasi sedikit uang kerugian
pada kau.
Ruangan gereja besar dan keadaannya sunyi, dengan
tinggal disana. kecuali ringan ongkos, kau jadi dapat banyak
faedah, buat dahar setiap hari bisa beli makanan di warung
nasi yang berdekatan, dengan ini kau juga bisa hematkan lagi
sejumlah uang."
Mendengar begitu, hatinya anak muda kita menjadi lega.
dia manggut.
“Baiklah,” dia bilang. „Sebentar aku pulang dan berbenah,
besok aku bisa lantas pindah” Ia ambil putusan dengan lantas,
terutama, bikin paman itu tidak kecil hati.
„Aku nanti perintah opas pergi antar kau ke gereja, ' Kie
coe-soe kata pula „Disana kau boleh periksa dulu kamar dan
gereja itu andaikata kamarnya bocor atau demak hawanya,
kau tentu tidak bisa tinggal disana. Bouw Pek manggut, dia
nyatakan setuju.
Kie Coe Soe lantas panggil opasnya. Lay Sin, sambil kasikan
karcis namanya dia suruh hamba ini antarkan kemenakannya
pergi ke Hoat Beng Sie. Lay Sin terima perintah, supaya dia
lantas ajak Bouw Pek pergi ke gereja nya Kong-Goan Hwee
shio. Ternyata paderi itu sudah tua. usianya sudah enam
puluh lebih, orangnya kurus, romannya menundukkan dia
seorang paderi sejati. dia perintah muridnya, yang bernama
Tie Tong akan antarkan anak muda ini kekamar yang dia
unjuk. Hoat Beng Sie besar, tapi sudah tua dan kelihatannya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kurang rawatan rupanya gereja ini tidak punya sawah kebun


yang besar dan kekurangan dermawan2 yang mau jadi
penunjang. Hweeshionya pun sama sekali cuma ada belasan
orang.
Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
“Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Bouw Pak setuju apabila dia telah perhatikan kamar itu,
dengan depannya ada pelataran yang luas, disitu dalam
keadaan sunyi setiap waktu dia bisa latih ilmu silatnya.
„Baiklah," dia beri tahukan Tie Tong, „besok aku nanti datang
pindah kemari.”
Lantas anak muda ini keluar dari bio, dia perintah Lay Sin
pulang buat sampaikan kabar pada pamannya bahwa dia jadi
pindah, dia sendiri segera pulang kehotel. dia sudah pikir,
selanjutnya kecuali di waktu kunjungi Tek Siauw Hong, dia
dapat banyak ketika buat berlatih silat. dia pun sudah pikir
untuk selanjutnya jangan sering sering pergi pada Coei Siam.
„Aku telah bikin kotor pembaringannya aku mau ganti ia
menolak, dia benar nona luar biasa," dia berpikir, „Aku
sebenarnya merasa malu buat sikapnya yang manis budi
itu....."
Bouw Pek lantas mampir disebuah toko cita, dia pilih dua
rupa cita yang bagus, dia beli belasan elo, dengan bawa itu
dia tidak terus pulang melainkan menuju ke Po Hoa Pan di
Han kee thoa. Siam Nio sedang nyisir waktu dia lihat tamu nya
muncul dengan mendadak sambil bawa cita. „Eh Lie Looya.
apa sih kau bikin?' dia tanya dengan bernapsu. Bouw Pek
paksakan diri akan tersenyum.
„Kejadian kemarin bikin hatiku tidak tenteran”, dia bilang.
..maka barusan aku pergi ketoko cita beli dua rupa cita ini,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
„Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. „Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
„Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. „Sebentar aku
pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi agaknya sungguh sungguh, Siam nio
kata:”
Apakah benar?. Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya?'
Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
„Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang kemari,"
dia kata......
“Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau." Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Jangan berlaku begini, kesehatanmu nanti terganggu,"


katanya dengan perlahan. „Kau bersusah hati, ini aku tahu.
Baiklah lain kali saja bila ada temponya yang baik. kita bicara
pula. Aku akan berdaya untuk bantu kau.
Ucapan itu melulu bikin Siam Nio menangis hingga
sesengukan, sampai anak muda kita tidak tahu bagaimana
harus membujuki nya.
Diluar mendadak terdengar suara orang bicara - yalah Cia
Lo ma ma. Siam Nio lekas pisahkan diri, dengan jarinya dia
menunjuk kursi, minta Bouw Pek duduk dia sendiri segera
menuju kemeja riasnya buat susut kering air matanya, pakai
pupur dan yancie, akan akhirnya bereskan rambutnya.
Bouw Pek duduk sambil memandang kekaca dimana dia lihat
roman yang cantik manis dari si nona, dia merasa kasihan
pada anak dara ini, yang nasibnya buruk, karena kendati
cantik dan punya roman begitu sempurna dia mesti berada
dirumah pelesiran ......
Cia Lo ma ma menyingkap kere, dia bertindak masuk
seraya berkata.
„Barusan orang cerita, bahwa dijalan besar dari Cian moei
ada orang berkelahi dengan gunai senjata tajam, sampai ada
yang dibacok mati !"
Perhatian Bouw Pek tertarik dengan tiba2. Tapi karena dia
tidak punya sangkutan dengan perkelahian itu, dia coba
kendalikan diri dan duduk diam saja. Tetapi dia tidak bisa
berdiam saja. Tetapi dia tidak bisa berdiam lama2 disitu
karena pikirannya tidak tenteram, maka lekas juga dia minta
diri dari Siam Nio.
“Apakah sebentar malam looya niat datang pula?" Coei
Siam tanya sambil tertawa. Ia tidak menjawab. dia anggap si
nona lagi godai ia. Dari depan pintu dia menuju ke barat,
sepanjang jalan pikirannya bekerja.
„Diwaktu mau pindah kegereja, aku sudah ambil putusan
akan jauhkan diri dari Siam Nio, sekarang terbukti niatan itu
tidak dapat diwujudkan. Sesungguhnya Siam Nio harus
dikasihani, dia mestinya punya lelakon sedih, yang dia hendak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dijublekkan atas diriku. Sekarang ini bagaimana dengan


keadaan diriku, Bisakah aku punya kelebihan tenaga buat
dipakai menolongnya ? Dan apakah pantas bagi ku, satu laki2,
mesti beratkan diri pada seorang perempuan ? Apakah dengan
begini aku jadi tidak sia2 maksud tujuanku ?”. Bouw Pek benar
benar bersangsi: „coba aku punya uang. umpama beberapa
ratus tail perak, dengan itu aku bisa tebus Siam Nio, supaya
dia bisa bebaskan diri dari rumah pelesiran. Aku tentu suka
andaikata dia mau menjadi isteriku yang sah. Cuma dalam hal
Ini ada kesukarannya, yalah paman dan bibi dikampungku
niscaja tentang tindakan ku ini.........
Tanpa merasa Bouw Pek telah sampai di rumah
penginapan, tetapi disini dia lantas lihat keretanya Tek Siauw
Hong, maka dia menduda mestinya sobat itu telah kunjungi ia.
Ia cepat kan tindakannya akan masuk. Baru saja dia sampai
dithia, seorang jongos hampirkan dia.
„Lie Toaya, lekas masuk kekamarmu ! kata jongos itu, „Tek
Looya yang kau kenal baik tadi telah berkelahi di Cian moei
Toa kay, dia mendapat luka !" Pemuda itu terkejut sekali.
„Oh kiranya dia yang tadi dikabarkan berkelahi !” kata dia
dalam hatinya. „Entah lukanya berbahaya atau tidak ?”
Separoh berlari dia menuju kekamarnya. dia dapatkan Tek
Siauw Hong sedang numprah di pembaringan nya, pakaiannya
berkelepotan darah.
„Eh, kemana kau pergi ? tanya orang Boan itu begitu dia
lihat sobatnya.
„Aku pergi kerumah pamanku," Bouw Pek jawab.
„Toako dengan siapa kau berkelahi? Bagaimana dengan
lukamu ?”
Tek Siauw Hong ulur tangan kanannya akan kasi lihat
lukanya. Itu luka bekas golok yang dalam, rupanya darah
telah keluar banyak dari situ. Kendatipun demikian Siauw
Hong seperti tidak rasai lukanya itu.
Mereka terdiri dari belasan orang, mereka kurung aku
selagi aku berada didalam ke reta," cerita orang Boan ini.
„Kami bertempur mati2an. Pikir saja, aku sendirian dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sebatang golok dan mereka be-ramai2, Benar aku telah


terluka, akan tetapi di fihak mereka aku telah lukai dua orang
sedang yang lainnya aku telah serahkan pada kantor giesoe
buat diurus."
Siauw Hong bukannya seorang jumawa tetapi diwaktu
bicara dia bersenyum dan kelihatannya dia puas atau bangga
sekali.
“Siapa mereka itu ?" Bouw Pek tanya, „Apa mereka mau,
ada permusuhan apa diantara toako dan mereka ?”.
“Apakah kau sudah lupa, saudaraku ?” Siauw Hong baliki.
„Itu adalah ekornya ke jadian dirumah komedi Yan Hie Tong,
di waktu kita menonton wayang. Bukankah disana lantaran
urusannya In Coe Si Kaki Keras aku telah hajar seorang
jangkung sampai orang itu muntah darah? Nyata orang itu
adalah Phang Sam, engkonya Hoa chio Phang Go dari Coen
Goan Piauw tiam. Mereka bersaudara banyak, di Cim cioe
mereka disebut Phang kee Ngo Houw, lima harimau
persaudaraan Phang. Mareka semua mengerti boegee. Phang
sulung sudah meninggal dunia, yang kedua. Gin kauw Phang
Tek, buka piauw kiok di Thio kee kauw. Phang Sam adalah
yang ketiga, namanya Hoay, gelarannya Tiat koen. dia baru
satu bulan datang ke Pakkhia ini, tinggal bersama adiknya
bungsu, Hoa-chio Phang Go, yang bernama Liong. Phang Go
telah buka Coen Goan Piauw tiam di kota ini sudah enam atau
tujuh tahun. Orang bilang tumbaknya liehay, hingga dia
sanggup layani Gin chio Ciang koen Khoe Kong Ciauw. Tapi
paling liehay adalah saudaranya yang keempat, yang dipanggil
Phang Soe, namanya Bouw, julukkannya Kim too. si Golok
Emas. Katanya, buat propinsi Titlee Kim too Phang Bouw
adalah orang gagah kenamaan, sampaipun Sioe Bie to Oey Kie
Pok dan Khoe Kong Ciauw sendiri tidak berani main gila
terhadap dia. Ini juga sebabnya kenapa Coen Goan Piauw
tiam tadi tersohor Piauw soe dari piauw tiam itu karena ini jadi
suka main gila d luaran. terhadap mereka tidak ada orang
yang berani banyak mulut atau usilan "
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek tidak puas mendengar Siauw Hong agulkan


Phang Bouw begitu rupa.
„Apakah yang tadi serang toako itu Phang Bouw ?" dia
tanya.
„Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. „Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka


sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
„Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. “Aku tahu sendiri,
saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
„Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !”
„Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie.
„Itulah bagus," Siauw Hong bilang. „Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... " ,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita
lihat saja belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
„Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Dengan begini dirumah ada siapa?"


„Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. „kami lantas
diperintah pergi menyusul: Looya diminta lekas2 pulang”.
Majikan itu tersenyum sindir.
„Kau datang ramai2, apa kau bisa bikin?" dia tanya.
„Apakah kau bisa lindungi aku ?”
Sioe Jie tidak kata apa , dia tidak berani buka mulut
terhadap majikan itu.
„Sekarang marilah obati aku." Siauw Hong kata kemudian.
Hok Jie bersama dua bujang lantas undurkan diri dan Sioe Jie
maju akan obati lukanya majikan itu, sesudah mana dia bantu
majikan itu salin pakaian. Begitu lekas sudah pakai obat dan
tukar pakaian, Tek Siauw Hong telah seperti lupa yang dia
baru saja terluka hebat, malah dia lupakan juga
kekuatirannya, kemasgulan dan kemurkaan, malah juga dia
tidak mau pulang, hanya bersama Bouw Pek dia lalu pasang
omong, pokok pembicaraan adalah halnya Coei Siam si nona
manis.
Orang Boan ini tertawa berkakakan ketika dia dengar
sobatnya telah kunjungi si nona dan muntahkan
pembaringannya dan kemudian telah membelikan cita untuk
nona itu.
„Baru dua hari aku tidak pergi, siapa nyana kau berdua
telah jadi begini panas !' ia menggoda. ..lagi beberapa hari
aku niat pergi ke Tong leng bila nanti aku pularg dari sana.
barangkali kau telah menyewa rumah buat tinggal sama2 !"
Bouw Pek tidak menjadi gusar yang dia digoda secara
begitu, dia hanya merasa malu.
„Besok aku pindah kegereja. selanjutnya aku tidak akan
kunjungi Coe Siam lagi." dia bilang. Tek Siauw Hoag masih
saja tertawa.
“Besok kau boleh pindah kegereja !" dia kata. „Tetapi kau
tidak cukur rambutmu buat menjadi hweeshio, siapa mau
usilan yang kau pergi mogor?'"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Bukannya begitu ! Bouw Pak terangkan. “Aku insyaf, aku


mengerti, aku tidak boleh sering pergi ketempat seperti itu
dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
‘Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...." Kabar itu benar hebat,
tidak, heran bila Tek Siauw Hong nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
“Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol.
„Jangan !” Siauw Hong mencegah. „Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !”
„Akal ?” Bouw Pek baliki. „Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi? Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako ? Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
„Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta pembesar
kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie campur bicara.
„Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
“Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku ? Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
„Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
“Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. „Saudara, mari kau temani aku !”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

katanya. Kemudian dia menoleh pada Siu Jie berempat dan


kata : „Sebentar kau tidak boleh campur urusan, kau mesti
berdiri saja dipinggiran menonton ! Umpama kata mereka
pukul kau jangan kau balas memukul ........!"
„AKU lupa alamatnya, tetapi lupa atau tidak, aku sekarang
perlu kunjungi dia," dia pikir akhirnya. „Ia seorang yang
ternama, dia mestinya mudah dicari."
Ia tukar pakaian, sambar kipasnya. lantas keluar. Didepan
pintu dia teriaki sebuah kereta kaldai, yang bawa dia menuju
ketimur. Hawa udara panas, maka duduk didalam kereta, anak
muda ini tidak berhentinya goyang2 kipasnya. Si tukang
kereta telah mandi keringat.
Selagi mendekati Su pay lauw, tukang kereta tanya
penyewanya kegang mana ia hendak pergi, kesebelah barat
atau sebelah timur.
Aku tidak tahu mesti pergi kemana, aku hendak tengok
seorang sobat baru' sahut anak muda ini, yang berada dalam
kesangsian.
„Siapa itu sobatmu,tuan.? la orang she apa?" tanya tukang
kereta pula.
“Ia orang she Tek. la seorang Boan," Bouw Pek kasi tahu.
Tukang kereta itu menoleh akan awasi penumpangnya
Nyata perhatiannya sangat tertarik.
“Apakah tuan mencari Thie ciang Tek Ngo ya ?”
“Betul,” sahut Bouw pek seraya memanggutkan kepala.
„Aku tahu rumahnya Tek Ngo Ya," kata tukang kereta itu.
,Ia tinggal di jalan sebelah utara ditengah antara tiga jalanan,
dia seorang yang baik hati. Di pintu timur ini, diantara orang
yang paling ternama, adalah ia bersama Sioe bieto Oey Soe Ya
!”
Setelah kata begitu, dengan gembira tukang kereta itu
cambuk keledainya, buat kasi binatang itu lari keras. Maka
tidak lama kemudian kendaraan itu sudah keluar dari mulut
barat dari tiga jalanan antara timur dan barat, terus berhenti
didepan rumahnya Tek Siauw Hong. Di depan pintu ada dua
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

orang dengan dandanan sebagai bujang sedang belanja


membeli kembang.
Bouw Pek samperkan dua orang itu dan tanya apa. Tek
Siauw Hong ada di rumah.
Lebih dulu dari pada itu dia telah perhatikan rumahnya
orang, yang pintunya dicat merah, dikiri dan kanan ada dua
singa2an batu, sedang di sebelah timur ada pintu buat
masuknya kereta. Dua orang itu rapi dandanannya.
“Kau siapa, tuan?" tanya dua orang itu, yang telah balik
mengawasi.
“Aku she lie, dari Seebo Yan," Bouw Pek jawab.
Mendengar jawaban itu, salah satu hamba itu lantas saja
tertawa.
„Apakah tuan bukannya Lie Toaya dari hotel Goan Hong?"
dia kata. „Silahkan masuk silahkan masuk, toaya !"
Hamba ini telah dengar dari Sioe Jie. bahwa majikan
mereka punya kenalan baru yang berdiam dihotel di
Seehoyan, sedang Hok-Coe pun pernah omong hal sobat itu,
bahwa majikan mereka selama dua hari ini hampir tidak bisa
berpisah dari sobat baru itu.
Bouw Pek bertindak masuk, dua orang itu pimpin ia.
Dipekarangan dalam Sioe Jie tertampak sedang siram
kembang, kapan dia dapat lihat tamu itu, dia lepaskan corong
airnya dan lari menghampirkan.
„Oh, Lie Toaya datang !" dia berseru. „Toaya. selamat
datang !”
Dan dia lalu unjuk hormatnya
Bouw Pek sambut hamba itu sambil manggut dan
tersenyum.
Sioe Jie bersama hamba itu dari luar lantas antar tamunya
masuk sampai dikamar tamu.
Ruangan besar, yang kelihatan saja disitu enam kamar
yang besar2, sedang kursi meja dari kayu wangi. Ditembok
digantung banyak gambar pigura yang muat tulisan huruf2
yang indah. Diatas meja kedapatan banyak barang barang dari
kuningan dan perunggu. Segala apa disitu indah dan bersih.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Duduk dulu, toaya, aku nanti kabarkan," kata Sioe Jie,


yang terus masuk kedalam.
Bouw Pek duduk, oleh hamba dari luar tadi dia disuguhkan
teh.
Belum terlalu lama, Tek Siauw Hong kelihatan bertindak
keluar, air mukanya ramai dengan senyuman.
„Lauwtee, kau benar2 datang cari aku !” kata dia dengan
gembira
Bouw Pek berbangkit buat unjuk hormatnya
„Bagaimana dengan kesehatanmu, toako?" dia tanya. „Apa
kau baik?'
„Aku baik, terima kasih. Kemarin ini aku terkena hawa
panas, aku mesti pergi kebelakang sampai dua kali,
kemarinpun aku sudah sembuh,' sahut tuan rumah.
„Duduklah !” sembari kata begitu dia ambil kursi didepan
sobatnya itu. Bujang tadi bawakan pula teh dan Sioe Jie
muncul dengan ini hoencwee.
„Toako, kau........”
„Jangan sebut itu ! Siauw Hong mencegah seraya goyang2
tangannya, hingga perkataan sobatnya jadi terpotong. „Sama
sekali tidak ada artinya, kau jangan buat pikiran, kalau kau
pikirkan itu, kau pasti anggap aku sebagai orang luar. Malah
kalau kau perlu apa apa, kau mesti kasi tahu padaku, aku
selama nya bersedia buat bantu kau. Kau telah ketahui
rumahku ini, lain kali harap kau sering2 datang. Setiap hari
pada jam sepuluh aku sudah senggang dan berada dirumah,
waktu itu kau boleh datang, jangan malu2. Dirumahku ini
semua orangku kau boleh perintah, siapa saja diantaranya
tidak boleh berlaku ayal !" Bouw pek manggut2.
„Baik, toako, lain kali aku akan sering2 datang," dia bilang.
Siauw Hong sedot hoencweenya dua kali, lantas dia
tertawa.
„Kau pergi ke Cui Siam atau tidak?" dia tanya.
Ditanya begitu, mukanya Bouw pek menyadi merah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kemarin lohor aku ketemu dia ditengah jalan, dia bersama


ibunya," dia jawab. „Ia teriaki aku dan kami jadi bicara
ditengah jalan,
Jadi bicara ditengah jalan, dia undang aku datang
malamnya, aku terima undangan itu. jadinya aku terima
undangan secara sembarargan saja, tapi belakangan aku pikir,
pada orang sebangsa dia aku tidak boleh hilangkan
kepercayaan, maka malamnya aku telah pergi memenuhi
janyi. Aku berdiam satu jam lebih di sana."
Siauw Hong tertawa tidak berhentinya apabila dia dengar
jawaban itu.
“Lauwtee, kenapa sih kau omong dengan berputar putar ?"
dia menegor. “Aku kasi tahu kau, buat kau pergi kesana tidak
ada halangannya sembarang waktu kau boleh pergi, toh
melulu untuk main main saja ! Daripada berdiam sendirian
saja dihotel, lebih baik kau keluar pesiar, diluaran kau tidak
akan hadapi kemasgulan seperti menyekap diri di dalam
kamar. Tidakkah kita hanya cari kesenangan ? kita boleh pergi
atau tidak, semua menurut kehendak kita sendiri."
Bouw Pek manggut sambil bersenyum. dia mesti akui
benarnya orang Boan ini. Kenapa dia tidak bisa longgarkan
pikiran seperti sobat nya ini ?
Siauw Hong tertawa dan kata pula :
“Saudaraku, mari aku kasi tahu. Coei Siam sebenarnya
berjodoh dengan kau. dia adalah bunga berjiwa yang paling
tahan harga, ada beberapa orang yang pernah rogoh saku
dalam dalam buat ketemui dia, terhadap orang2 itu sepatah
kata juga dia tidak mau ucapkan. Tapi terhadap kau, kau lihat
sendiri. Bagaimana manis dia perlakukan kau, walau ditengah
jalan dia sudi teriaki kau. dia mau undang kau buat datang
padanya ! Tidakkah ini aneh ? Orang lain datang, dia tolak,
atau dia tidak layani, kau yang tidak datang, dia undang
dengan hormat ! Coba undangan terjadi pada orang lain,
orang itu barangkali akan menjadi gila dengan mendadak
bahna kegirangan yang melewati batas atau dia akan gotong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

uangnya supaya dia bisa segera ketemu dengan si nona manis


!”
„Kendati demikian ketempat demikian, aku tak sudi sering2
pergi," Bouw Pek kata.
„Tidak sering2 pergi juga ada baiknya," Siauw Hong akui.
„Dengan jarang pergi, kita jadi tidak terpincuk. Siapa sudah
satu kali kena terikat, meski dia gagah perkasa, dia akan
rubuh sebagai pecundang. sukar dibelakang hari dia angkat
kakinya yang sudah kejeblos ! Tapi Coei Siam beda dari yang
lain, dia tidak biasanya pegangi tamu sampai dia tidak mau
lepas2, sedang dia juga tidak punya sifat sekekar, tidak jemu
pada si miskin atau kemaruk pada si hartawan. dia sudah ke
temu banyak orang, tidak ada satu yang dia sukai, apa mau,
baru ketemu kau, dia sudah jatuh hati apakah ini tidak aneh ?"
Bouw Pek tertawa.
„Cukup. toako, cukup ! Sudahlah, kita jangan omongkan
hal Coei Siam saja !"
„Nah, apa lagi?" Siauw Hong tanya. saudaraku sudah dahar
?"
„Aku telah dahar dulu di hotel, baru aku datang kemari.
Bagaimana dengan toako ?"
„Aku baru saja bersantap. Hari ini kau tentu senggang,
bagaimana jikalau kita pergi main2 ke Jie kap ?”
„Jie kap? Dimana itu letaknya ?"
„Sampaipun Jie kap kau tidak tahu !" Siauw Hong
tertawakan sobatnya. „Bila orang lain dengar pembicaraan
kita, pasti dia akan tertawakan kau ! Sudah, mari kita pergi.
Kita akan naik kereta, menuju ke Coe hoa moei, dari sana kita
nanti naik perahu buat pergi ke Ji Kap, sesudah main perahu,
dengan perahu juga kita menuju ke Boen-lian. Kereta kita
boleh diperintah menunggu di Boen lian. Sepulangnya dari
sana, kau mesti turut aku kesini, disini kita nanti bersama
sama bersantap malam."
Bouw Pek terima ajakan itu.
“Baik, toako. Sekarang silahkan kau dandan," dia kata.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong girang sekali, sebelumnya masuk kedalam dia


telah berikan perintahnya, ke satu supaya Hok Jie siap dengan
keretanya, kedua supaya sebentar malam Sioe Jie sedia
barang barang hidangan yang istimewa.
Siauw Hong ketemui isterinya didalam.
“Lie Bouw Pek telah datang," dia kata pada isterinya itu
Didalam rumahnya, dia tinggal ber sama isterinya itu serta
ibunya yang sudah tua. Anggota keluarga lainnya adalah dua
anaknya.
“Kenapa kau tidak undang dia masuk ?" kata Tek Nay Nay.
„Ia seorang yang pemaluan !' kata sang suami. „Ia duduk
menunggui diluar, aku mau ajak dia pesiar ke Jie kap"
Lantas orarg Boan ini dandan, dengan bawa kipasnya dia
keluar pula dengan cepat.
„Mari kita berangkat, saudara Lie !" katanya pada Bouw Pek
setelah berada didepannya sobat baru itu.
Bouw Pek berbangkit, dia ikut tuan rumah bertindak keluar.
Sioe Jie mengikut dengan bawa coeihoen sang majikan. Diluar
Hok Jie sudah siap dengan keretanya.
“Sebentar jam empat kau mesti perintah koki siap," Siauw
Hong pesan Sioe Jie selagi kereta mau berangkat.
Sioe Jie berikan jawabannya, maka Hok Jie kasi keretanya
berangkat.
Kendaraan itu menuju ke Cee hoa moei dan keluar dari
pintu kota itu. Tek Siauw Hong ajak Bouw Pek turun dari
kendaraan nya, pada Hok Jie dia pesan :
“Sekarang kau boleh pulang, tapi ingat, sebentar jam
empat kau datang pula kemari akan sambut kami."
Orang Boan ini dan sobatnya pergi ketepi sungai, dimana
mereka naik atas sebuah perahu, dimana sudah ada belasan
orang, lelaki dan perempuan, rupanya mereka semua juga
mau pergi ke Jie kap akan pelesir.
Dimuka air, yang penuh rumput hijau, perahu sudah lantas
melaju menuju ke selatan. Dikedua tepi, disepanjang jalan,
pohon yang lioe mengasi pemandangan indah. Angin ber
kesiur2 dengan pelahan. mendatangkan perasaan yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nyaman. Dari situ pun tertampak tembok kota, yang


nampaknya agung disepanjang sungai itu.
Matahari sudah naik tinggi, hawa sebenar nya panas, akan
tetapi ditempat yang rindang seperti itu dimana air
memberikan hawa dingin, orang tak sampai menjadi
korbannya pergaruh Batara Surya yang lihay.
Siauw Hong dan Bouw Pek duduk dibagian payon gubuk
perahu, mereka tidak kerja apa apa selain memandang kedua
tepi, tetapi karena didalam perahu ada anak wayang yang
menyanyi, kuping mereka juga bisa dengar kan nyanyian itu.
Lagu yang diperdengarkan adalah „Ong Jie Cia kenangkan
suaminya "
Anak wayang itu piara kumis hitam, thungshanya sudah
jelek sekali, kendati begitu sembari nyanyi dia toh masih bawa
aksinya, bikin gerak gerakannya lemas seperti orang
perempuan.
Diantara sekalian penumpang perahu, jang paling tertarik
perhatiannya adalah orang2 perempuan, yang memakai
pakaian cara Han dan Boan menurut kesukaan hati mereka,
mereka ini pada tertawa tawa tersenyum, tetapi ada juga
yang mukanya jadi bersemu merah.
Sebagai seorang asing Bouw Pek tidak mengerti wayang
Pakkhia, maka itu dia lebih banyak mengawasi kemuka air,
dimana terdapat itik dalam rombongan sedang berenang ke
sana kemari sambil berbareng mencari makanan. Binatang itu
tubuhnya bersih, gerakannya gesit, nampaknya gembira
sekali, diantaranya ada juga yang berbunyi kowak kowek.
Memandang semua itu, Bouw Pek lalu ingat masa dia masih
kecil. Tempo dia baru berusia delapan tahun, oleh ayah dan
ibunya, bersama sama Kang Lam Ho dia telah di ajak pesiar
ketelaga Po Yang. Ilmu berenang dan selulup Kang Lam Ho
liehay. dia bisa selulup timbul seperti juga ikan, adalah
katanya di dalam air dia bisa melihat seperti di darat. Lie Hong
Kiat, ayahnya, juga telah belajar Ilmu berenang dari Kang Lam
Ho.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi sekarang ini ayahnya telah merupakan tulang2


didalam tanah. Dan Kang Lam Ho, Entah jago itu masih hidup
atau sudah mati ? usianya ditaksir sudah enampuluh lebih.
Makin perahu maju, bebek2 kelihatan makin banyak dan
pepohonan nampaknya makin lebat. Juga kelihatan rumah2
ditepi sungai. Maka pemandangan itu adalah laksana lukisan
saja.
Tidak lama mereka sudah mendekati jembatan si anak
wayang telah berhenti menyanyi. dia hampirkan sesuatu
penumpang perahu seraya sodorkan tangannya akan minta
persen.
„Sudah sampai," kata Tek Siauw Hong seraya tarik tangan
kawannya. Lebih dulu dari pada itu dia telah rogoh sakunya
akan kasikan beberapa chie pada anak wayang itu. Bouw Pek
berbangkit ikut sobatnya.
Cepat sekali perahu telah dipinggirkan dan ditambat, maka
dua sobat ini lantas bisa mendarat. Maka lagi sekali Bouw Pek
bisa lihat banyak orang, yang sedang pesiar seperti mereka
berdua. Orang dari Lamkiong ini bisa saksikan keindahan alam
dari Jie kap. Orang jang pesiar banyak sekali, air sungai jernih
laksana kaca. Disepanjang tepi pohon pohon lioe tetap banyak
dan bagus. Di-bawah pohon2 itu ditaruh meja2, jamuan orang
menjual teh dan kue kue, diantaranya ada yang mendirikan
gubuk2. Orang orang yang telah pesiar ada yang duduk
minum dan makan kue. Pedagang pedagang kecil lainnya juga
terdapat disitu, begitupun anak anak wayang yang ngamen
jual suara dan aksi.
Orang orang yang pesiar itu adalah lelaki dan perempuan
dan dari berbagai tingkatan, tua dan muda, kaya dan miskin.
yang paling menarik perhatian adalah nyonya nyonya muda
dengan pakaian cara Boan dan nona nona dengan kuncirnya
yang panjan dan meroyot turun dibelakangnya.
Lantas ada apa, yang menyolok dimatanya Bouw Pek,
karena itu adalah pemandangan yang dia tidak sangka sangka
akan tampak di kota raja. yalah beberapa orang pasti bangsa
hidung belang atau luntang lantung yang telah nyelak sini
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

diantara orang orang perempuan muda, dengan maksud tak


lain dari pada berlaku jail.
„Pakkhia adalah kota raja, kenapa orang orang ini bersikap
begitu tidak tahu aturan?" dia berpikir.
Tapi dia tidak sempat berpikir banyak, Siauw Hong telah
betot tangannya.
„Mari kita nyelak antara orang banyak, buat cari gubuk
teh," berkata sobat orang Boan ini.
Anak muda kita menurut dengan tidak kata apa apa.
Sebentar kemudian mereka telah sampai disebuah gubuk
dimana pelayannya, kapan lihat orang Boan ini, segera
menghampiri buat menyambut sambil mengunjuk hormat.
„Oh, Tek Ngo-ya?" berkata dia. „Tidak di duga duga hari ini
Ngo ya senggang dan bisa datang pesiar kemari !"
Siauw Hong kenal pelayan ini, ialah Siauw Thio atau Thio si
Kecil dari Cee hoa moei maka sembari tertawa dia kata :
„Tolong carikan kami tempat yang baik!"
Dengan cepat Siauw Thio telah carikan meja yang diingini,
dengan lebih dulu bawa kan air buat kedua tamunya bersihkan
muka.
Sembari mengipas diri Bouw Pek minum teh nya, sedang
Siauw Hong repot dengan hoencweenya sambil matanya terus
memandang keluar gubuk mengawasi orang orang yang
sedang pesiar.
Tidak antara lama, dari jurusan timur Bouw Pek lihat
mendatangi tiga orang dengan baju tay-kwa buat musim
panas, tetapi yang menarik perhatian adalah yang jalan di
tengah tengah, orang mana tubuhnya tidak tinggi, mukanya
hitam, tetapi sikapnya bukan sikap orang kebanyakan. Dua
orang lagi, yang jalan dibelakangnya, yang menjadi bujang
atau budak, berjalan mengikutinya sambil tangan mereka
mesing2 membawa sebuah kantong uang. Dibelakang mereka
ini mengikuti dua atau tiga puluh pengemis lelaki perempuan,
yang ber ulang2 minta2 uang. Saban2 dua bujang itu
merogoh kantongnya dan memberikan sejumlah uang, tidak
heran bila pengemis pengemis, yang tak kenal batas, yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

jumlahnya memang banyak. jadi makin banyak yang


mengikuti, hingga dua budak itu jadi repot.
Simuka hitam kelihatannya tidak perdulikan pekerjaannya
dua bujang itu, dia jalan terus dengan diapit oleh kedua
kawannya.
Beberapa buaya darat atau hidung belang yang
bergelandangan, apabila mereka berpapasan dengan orang
muka hitam ini, semua menegor dengan laku yang hormat,
seperti juga orang ini orang bangsawan atau raja muda. Tapi
orang yang di kasi hormat itu tidak ambil peduli, dia bertindak
terus dengan agung2an, tangannya saban2 goyang kipas nya.
„Siapa orang Ini, yang romannya agung2an?" anak muda
kita men duga2.
Adalah justru saat itu, Tek Siauw Hong kutik sobatnya
seraya berkata,
“Lekas lihat ! itu dia Sioe bie to Oey Kie Pak.
Sembari kata begitu, orang Boan ini sudah lantas
berbangkit, dengan air muka penuh senyuman dia bertindak
menyabut Oey Kie Pak, yang sudah mendatangi dekat gubuk
teh itu.
Sioe bie to, si Bie to kurus, juga telah dapat lihat Tek Siauw
Hong, maka dia pun menghadapi orang dengan unjuk
senyuman, tubuhnya sedikit dibongkokkan.
“Oey Soe ko, hari ini kau senggang?' menegor Siauw Hong.
Orang she Oey itu manggut sambil bersenyum, tetapi
teguran orang seperti juga dia tidak dengar, karena dia
lanjutkan perjalannannya tanpa menoleh lagi.
Mukanya Siauw Hong menyadi merah. Dihadapannya Lie
Bouw Pek orang perlakukan dia demikian tawar, sedang dia
telah berlaku manis dan hormat, sekalipun tidak usah malu,
dia toh menjadi jengah dia menyesal yang Sioe bie to sudah
tidak singgah di situ akan beromong kendati satu dua kata.
Maka itu lalu dia duduk dengan diam saja, karena masgul.
Lie Bouw Pek bukannya seorang tolol, tentu sekali dia
mengerti kemasgulannya sobat itu, malah la merasa turut
mendongkol karena sikap agul2an orang itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kiranya begitu saja Sioe Bie to yang orang sohorkan”


katanya. „Dimataku, biar dia tidak katak, sikapnya terlalu
jumawa !"
„Ia bukan nya terlalu jumawa," kata Siauw Hong, yang bisa
mengerti maksud sobatnya itu. „Yang benar adalah
persahabatan kami biasa saja dan diantara kami jarang sekali
ada pergaulan yang rapat .......malah, buat bilang terus
terang, di antara kami bahkan ada sedikit ganjalan ! ......."
„Apakah itu?” tanya Bouw Pek, yang agak nya sangat
tertarik. „Ganjalan apa itu toako?”
“Ganjalan kecil,” Siauw Hong ulangi. “Aku punya keponakan
perempuan, yang dikasi menikah pada seorang she Hong dari
Pak Siu Kio, dirumah suaminya keponakan itu dapat perlakuan
kejam dari ipar2nya, bahna jengkel dia telah menutup mata.
Buruk nasibnya keponakan itu, sudah mayatnya telah tidak
diurus sebagaimana mestinya, malah dia telah dibicarakan
jelek di muka orang lain. Ketika aku kesitu hal itu. aku jadi
tidak senang, aku lalu kirim beberapa orang pada keluarga
Hong itu akan menegor. Kapan Oey Kie Pok dapat tahu halnya
aku kirim orang itu, dia jadi tidak puas. dia katakan bahwa aku
tidak pandang mata padanya Inilah sebabnya kenapa dia jadi
berlaku tinggi terhadap aku."
„Kalau begitu, dia seorang yang tidak bisa diajak bergaul !"
kata Bouw Pek yang menjadi tidak senang „Kenapa tidak dari
tadi tadi nya ia campur tangan, buat bikin akur kedua
keluarga? Kenapa dia tidak mau berlaku terus terang terhadap
toako?”
„Kau tidak tahu adatnya orang Pakkhia, saudara Lie." kata
Siauw Hong dengan sabar „Kami dikota ini adalah orang yang
sering dan mudah merasa tersinggung. Oey Kie Pok adalah
hartawan besar dan tersohor buat Pakkhia, dia juga terkenal
ilmu silatnya. Di kota sebelah timur tidak ada satu orang yang
tidak junjung dia, kecuali aku seorang she Tek. Aku tidak kaya
sepertinya. boegee pun aku kalah terkenal, akan tetapi diluar
dan dalam kota aku punya banyak sekali kenalan, maka itu
kapan satu waktu aku bepergian, aku selamanya mandapat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

muka lebih terang dari padanya. Ini adalah salah satu sebab
lain kenapa dia jadi berdengki terhadap aku. Begitu lah,
kendati kami kenal satu sama lain sudah belasan tahun, kami
tidak pernah duduk bicara lama2. "
„Menurut kau, toako, terang Oey Kie Pok seorang dengan
pikiran cupat !" kata Bouw-Pek yang tetap tidak puas.
„percaya, toako, satu waktu aku nanti hadapi dia, buat
lenyapkan kemendongkolan toako."
Siauw liong tidak nyana sobatnya ini gusar dan penasaran
untuk dia sampai begitu rupa.
„Jangan, saudara, jangan! ia segera mencegah. „Biarlah dia
berdengki terhadap aku. aku sendiri tidak mau berbuat salah
terhadap dia. Bagaimana juga, dalam keadaan sekarang,
diantara kami masih tetap ada perkenalan tetapi satu kali kami
bentrok, lantas selanjutnya kami akan jadi musuh."
„Disebelah itu, Oey Kie Pok bersobat sangat rapat dengan
Gin chio Khoe Siauw Houw maka aku tidak ingin bentrok
terhadap mereka berdua melulu sebab menuruti adat di satu
waktu." Lie Bouw Pek tersenyum.
„Aku juga tidak mau mendapat salah dari mereka," dia
bilang. „Aku hanya ingin cari tahu, sampai dimana boegee
mereka. Umpama kata kejadian aku pieboe dengan mereka,
toako, tidak nanti aku kasi tahu mereka bahwa aku sobat
toako."
Tek Siauw Hong juga tertawa mendengar perkataannya
sobat ini.
„Saudara, kau benar bicara sebagai seorang muda yang
berdarah panas” katanya. “Kau belum ketahui bagaimana
besar pengaruhnya Oey Kie Pok , kau belum tahu yang dia
punya banyak kuping dan mata, yang setiap saat bisa
menyampaikan segala macam kabar padanya. Persobatan kita
bisa dibilang masih baru, akan tetapi aku percaja dia tentu
telah ketahui adanya pergaulan rapat diantara kita. Apa yang
dia belum ketahui pasti adalah keadaan diri saudara. Ganjalan
diantara dia dan aku, saudara, tidak boleh menyebabkan kami
bentrok hebat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Aku percaya, dia pun tidak akan mau satrukan aku, tapi
satu kali kau cari dia. lantas urusan berobah menjadi
keonaran. Umpama kata dia hinakan kau, saudaraku, urusan
masih bisa diurus, celakanya adalah kapan kejadian sampai
kau hajar dia, apa juga ke sudahannya sudah terang dia akan
bikin kau tidak akan mampu injak kota Pakkhia ini lebih lama
pula ! Saudara, kau masih muda kau bertenaga besar dimana
saja, asal kau mau, kau bisa taruh kakimu, tapi kendati
demikian aku minta kau bisa berpikir panjang. Bintangmu
belum terbuka, saudara, itu artinya kau perlu bersabar. kau
mesti menunggu waktu. Aku percaya betul satu waktu kau
akan ke sampaian cita citamu ! Kenapa mesti turuti adat
disatu waktu? Kenapa, dengan tidak ada perlunya, kau cari
musuh dengan orang semacam dia itu? baiklah saudara
mengerti, Oey Kie Pok itu bukannya berandal atau okpa."
Bouw Pek bisa mengerti kejujurannya sobat ini, yang
sangat tidak inginkan dia mencari perkara. Tentu saja dia
mesti hargakan kebaikan orang.
„Baik tetapkan hatimu, toako, tidak nanti aku terbitkan onar
untuk kau, dia kata.
„Aku bukannya kuatir terbit onar untuk diriku, aku hanya
kuatirkan kau, saudara," kata Pek Siauw Hong, yang berlaku
terus terang. „Aku memikir untuk kau.
Bouw Pek manggut.
„Aku tahu, toako memang sangat perhati kan aku,”
katanya, yang lalu menghela napas.
Siauw Hong merasa tidak enak sendirinya menampak sobat
itu jadi berduka.
„Mari kita jalan jalan lagi sebentar, lantas kita pulang," kata
dia setelah hirup cawan tehnya yang penghabisan. „Sebentar
aku akan undang kau bersantap, buat rasai barang makanan
se hari2 dari kota Pakkhia, aku ingin ketahui bagaimana
anggapanmu tentang makanan rumahan itu."
„Kalau aku telah kebiasaan makan cara Utara, bagaimana
bila nanti aku pulang kekampungku? tanya Bouw Pek sembari
tertawa, satu tanda dia sedang main2.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Itulah bukan soal !' Siauw Hong pun tertawa. Kapan


sampai terjadi kau kegilaan masakan Pakkhia, kau boleh ajak
anak istrimu pindah kemari, kita nanti tinggal sama2. Asal saja
kau suka memandang aku, saudara, itulah yang aku harap
betul.'
„Aku mana punya anak isteri !" tertawa Bouw Pek. „Diriku
sendiri adalah keluargaku !"
Siauw Hong awaskan sobatnya, dia merasa heran bukan
main. dia isikan coeihoen nya lalu tiup coa-liannya buat sedot
huncweenya.
„Berlakulah terus terang, saudaraku, kau sebenarnya sudah
menikah atau belum?" akhir nya dia menegasi.
Lie Bouw Pek goyang goyang kepala. „Belum !' dia jawab
dengan pendek.
Kembali Siauw Hong awasi sobat itu, agak nya dia tidak
mau percaya.
„Bukankah kebiasaan orang dikampungan dalam umur dua
atau tiga belas tahun sudah menikah?'' dia menegasi pula.
Anak muda kita manggut.
„Betul." dia menyawab. „betul begitu adat kebiasaan di
kampung, muda muda orang telah dinikahkan. Tapi aku, aku
terkecuali.” Kendati demikian. dia toh menghela napas. Lekas
lekas dia tambahkan.
„Marilah kita pasiar pula, lantas kita pulang. Dirumah,
sembari bersantap malam, aku nanti tuturkan tentang diriku
semua dengan jelas. Kau adalah sobatku satu2nya. yang kenal
diriku toako, maka pada kau aku hendak ceritera semua."
Setelah berkata demikian lagi lagi Bouw Pek menghela
napas.
„Baik, baiklah," dia berkata. “Hari ini kita pesiar sehabis
bersantap malam aku nanti temani kau keluar pula, keluar
kota, sebab kita mesti pergi tengok Coei Siam !"
Bouw Pek tertawa mendengar sobatnya ini.
Tek Siauw Hong lantas bayar uang teh dan ajak sobatnya
pergi akan jalan lebih jauh di Jie-kap ini, sesudah merasa
cukup dengan naik perahu mereka kembali ke Cee-hoa-moei.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Nyata Hok Jie sudah menantikan dengan keretanya, maka


bersama sama lantas naik kereta dan terus berangkat pulang.
Sekali ini. setiba di rumah lekas Siauw Hong ajak sobatnya
masuk terus kepedalaman, disini dia ajar kenal sobat itu pada
ibu dan isterinya, kemudian mereka baru kembali kekamar
tamu buat duduk sambil makan kwaci, sampai kemudian Sioe
Jie datang memberi tahu. bahwa barang santapan sudah sedia
dan mereka diundang duduk bersantap.
Oleh karena tidak ada orarg lain lagi, mereka bersantap
berdua saja. Mareka minum arak. Adalah disini Lie Bouw Pek
gunai ketika akan tuturkan hal ihwalnya sendiri, oleh karena
ingin nikah isteri yang cantik dan gagah berbareng,
pernikahannya jadi tertunda. Dia ceritakan hal pertemuannya
dengan Jie Soe Lian. Menutur tentang Keng Lam hoo dan Kie
Kong Kiat, dia unjuk semangatnya, tetapi ceritera tentang
dirinya, yang muda muda kehilargan ajah serta ibu, dia
berduka sampai air matanya meleleh keluar. Di waktu
ceritakan tentang pie boe dengan Sioe Lan, bagaimana dia
tolongi keluarga si nona, Dia kelihatan gembira, tetapi di
waktu mengasi tahu bahwa nona itu sudah punya tunangan,
dia lesu, akan akhir sehabis tenggak araknya dia jatuhkan
kepalanya di meja seperti orang yang sedang tidur pulas.....
Siauw Hong juga bergirang dan masgul dengan berbareng
mendengari penuturan itu dia tidak nyana, masih begitu muda
pengalaman nya sobat ini ternyata sudah cukup banyak dan
luas.
„Mendengar kau, saudara, nyata sekali pemandangan
mataku tidak salah," akhirnya dia bilang. „Dengan
sesungguhnya, kau orang gagah, juga luar biasa. Tentang
pernikahanmu, saudara, kau baik jangan buat pikiran.
Tunangan Sioe Lian telah pergi tidak karuan parannya, karena
itu tidak bisa jadi dia akan mau tetap tinggal menumpang
pada mertua nya, jadi janda bukan janda, menunggu tak
ketentuan yang ditunggu. Satu waktu aku nanti pergi ke
Soanhoa, di sana aku nanti ke temukan beng Loo-piauwtauw
dan Jie Loo thaythay aku akan angkat diriku menjadi orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

perantaraan, akan recoki jodohmu dengan jodohnya nona Sioe


Lian. Oleh karena nona Jie belum menikah, tidak bisa dibilang
bahwa dia menikah pula. Juga tidak seharus nya buat Beng
Piauwsoa „ikat" terus si nona, hingga dia bisa bikin gagal
penghidupannya . .” Bouw Pek goyang goyang tangannya.
„Taruh kata benar tunangannya nona Sioe Lian telah
menutup mata, andaikata nona Sioe Lian juga mau menikah
denganku, aku sendiri pasti tidak bisa kawin dia!” dia kata
dengan sungguh sungguh „coba toako pikir. jikalau terjadi aku
menikah dia, tidakkah orang nanti katakan aku seorang yang
kemaruk dengan paras elok dan melupakan kebajikan ? Terus
terang aku bilang, kendati betul aku kagumi nona Sioe Lian,
terhadap dia aku tidak kandung pikiran lain. Umpama kata
bisa kejadian aku suka pandang dia sebagai adik angkat, tidak
nanti aku nikah dia sebagai isteriku. Aku mesti merasa malu
terhadap Jie Lao-piauwtauw, apabila aku mesti nikah gadisnya
itu ! ......"
Siauw Hong menghela napas. Perkataannya sobat ini
membikin dia ketahui lebih dalam sifat dan tabiatnya sobat ini
yang utamakan kebajikan, yang suka korbankan segala apa
untuk menjaga nama baiknya. dia menjadi kagum.
„Saudara, aku mengerti kau," dia kata, „Sekarang baik kita
jangan sebut sebut pula tentang nona Jie itu. Karena aku telah
ambil sikapmu, aku harap kejadian itu tidak lagi membikin kau
berduka. Tunggulah sampai aku dapatkan nona yang cocok,
nanti baru kita bicarakan pula tentang pernikahanmu.
Tidakkah sekarang soal pernikahan bukannya hal yang penting
?"
„Toako benar," sahut Bouw Pek seraya mamggut.
Mereka dahar dan minum dengan pelahan, mereka masih
bicarakan hal2 lain lagi, sampai cuaca mulai gelap.
Bouw Pek telah tungkuli diri dengan arak, tidak heran
waktu berhenti bersantap dia rasa kepalannya pusing,
tubuhnya panas, pikirannya pepat, hingga dia jadi seperti
orang yang mungsang mangsing.
„Toako, mari kita lihat Siam Nio !" kata ia akhirnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“ Kau sudah pusing, Saudara, lebih baik kau mengaso,"


kata Siauw Hong, yang bisa lihat orang mulai sinting. „Hari ini
aku tidak pikir buat keluar kota, aku nanti perintah Sioe Jie
sediakan kereta buat antar kau pulang......... "
Bouw Pek tidak dengar nyata ucapannya sobat itu, tetapi
dia manggut.
Siauw Hong perintah Sioe Jie pergi sedia kan kereta, dia
sendiri lalu berbangkit akan bantu sobatnya pakai baju
luarnya, kemudian sama sama mereka bertindak keluar.
Karena kereta sudah lantas siap, sesampainya diluar, tuan
rumah lantas pimpin tamu nya naik kereta, setelah mana dia
masuk kedalam.
Bouw Pek duduk didalam kereta dengan kepala pusing.
Dalam gelapnya sang malam Hok Jie kendarai keretanya
menuju kehotel.
„Sudah sampai di Cian-moei atau belum?" tanya Bouw Pek
pada si kusir, sesudah dia rasai telah duduk lama juga didalam
kereta.
„Kita akan segera keluar dari kota," Hok Jie jawab.
„Bawa aku ke Han-kee-thoa," Bouw Pek kasi tahu. „Aku
tidak niat pulang dulu."
Hok Jie menurut, tetapi didalam hatinya la tertawakan anak
muda ini,
„Sudah sinting tetapi masih mau mogor !" pikir si kusir.
„Oh, sobat majikanku ini ternyata setan pemogoran !'
Bouw Pek terus merasakan tubuhnya tidak enak, pikirannya
kusut. dia dapat perasaan ingin ketemui Siam Nio.
Tidak lama kemudian kereta berhenti.
„Sudah sampai," demikian suaranya Hok Jie.
Bouw Pek segera lompat turun dari kendaraan itu.
„Lie Toaya, apakah kau tidak mau pergi ke tempat2 lain ?'
Hok Jie tanya : „Apa kah aku boleh pulang sekarang ?"
„Ya, kau boleh pulang," sahut anak muda kita. yang
berikan jawabannya dengan sembarangan kemudian dengan
tindakan berat dia menuju kedalam rumah pelesiran.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Oh, tamunya nona Cui Siam ! Lie Looya datang?" berseru


jongos yang kita kenal.
CUI SIAM sedang duduk didalam kamarnya, pikirannya lagi
bekerja, oleh karena dia masgul memikirkan tentang dirinya,
yang tidak tahu bagaimana akan jadi nya. dia pikirkan hari
kemudiannya. Tapi kapan dia dengar teriakannya Mo Ho, si
jongos, dia terperanjat, lekas lekas dia berbangkit. Ibunya
telah mendahului keluar akan sambut tamu.
Bouw Pek naik ditangga lauw teng dengan tindakan
limbung, begitu lekas dia masuk ke dalam kamarnya Siam Nio,
si nona sudah lantas bau arak, yang menyerang keras pada
hidung.
Di mana kau minum, looya, sampai kau begini sinting ?"
menyambut Cui Siam sambil tertawa.
„Apakah Tek Siauw Hong tidak datang ?" tanya si anak
muda, yang tidak jawab pertanyaan orang, atau pertanyaan
itu tidak di dengar.
„Tidak, Tek Looya tidak datang," sahut Cia Loo-ma-ma
Jawaban itu rupanya bikin anak muda ini sadar sedikit, ia
manggut.
„Benar." dia bilang. „Aku justeru baru dari rumahnya."
„Lihat, looya, kau benar benar sudah lupa daratan !' Coei
Siam kata sambil tertawa.
„Tidak, aku tidak mabok, aku hanya sedang berduka !
menyangkal si anak muda, yang otaknya lagi dipengaruhi susu
macan. dia jatuhkan dirinya dikursi, sampai hampir rubuh ber-
sama2 kursi itu, baiknya Siam Nio keburu jambret dia.
Nona ini lalu kerutkan alis.
„Kau duduk, looya, duduk baik baik, nanti aku ambilkan
soan-bwee-chung," katanya ke mudian. „Mama, tolong kau
ambilkan satu mangkok supaya looya bisa minum."
Kelihatannya Cia Lo ma ma tidak puas akan tetapi dia toh
berlalu akan ambil soan-bwee-thung Ketika dia balik lagi, Coei
Siam sambuti minuman itu buat dibawa kemulutnya Bouw
Pek, yang telah pentang mulutnya dan irup itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Baru saja dua ceglukan, anak muda ini telah geleng


kepalanya, goyang tangannya.
“Sudah cukup, aku tidak haus !" dia berkata.
Siam Nio tarik pulang mangkok, dia berdiri menunggui,
matanya mengawasi anak muda itu, yang dia anggap lucu,
tadinya dia mau menggodai, apamau si anak muda telah dului
dia :
„Siam Nio, aku harap kau mengerti aku," kata Bouw Pek
setelah menghela napas panjang, „aku harap kau mengerti,
aku datang pada kau bukannya buat mogor...... Kita berdua
sebenarnya orang orang yang harus di kasihani ! .. . "
Siam Nio tersenyum. dia lihat Bouw Pek kepal tangannya,
agaknya anak muda ini lagi murka.
„Aku gagah, kau cantik, toh segala apa telah tidak berjalan
menurut kehendak kita !” kata pemuda dari Lamkiong itu,
suaranya keras. „Apa celaka, kita telah menjadi barang barang
permainannya segala orang tidak karuan ?____
Siam Nio terharu, sampai dia mesti tepas air matanya.
Siapa nyana, selagi ia berduka, anak muda itu seperti telah
tusuk lukanya, tapi dia tertawa.
Lie Looya, kau benar benar sedang mabok," dia kata. „Apa
yang kau bilang, semua aku tidak mengerti .... "
Baru saja mereka bicara sampai disitu, diluar kamar
terdenger pula suaranya Mo Ho yang telah naik kelauwteng.
Nona Siam Nio ada surat undangan untuk kau !"
Cia Mama buka pintu akan terima surat undangan itu,
selembar kertas merah, sembari bertindak masuk, dia kata :
„Cie Tayjin bersama Louw Sam ya sedang menunggui di
Kong Hoo Kie, anak, kau baik lah lekas pergi !”
“Siam Nio sambuti karcis nama itu, setelah baca itu,
sepasang alisnya berkerut.
.Ah, kenapa begini waktu mereka baru duduk bersantap ?"
katanya, yang tampaknya masgul, hingga suaranya pun tidak
lampias. „Lie Looya, mari aku antar kau kepembaronganku,
kau boleh rebah rebahan atau tidur disana, aku mau keluar
sebentar, aku akan segera kembali . . ..”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek dapat ingatan buat pulang saja kehotel, apamau


pengaruh arak sedang ber-kuasa atas dirinya, hingga dia
seperti tidak mampu geraki tubuhnya.
„Baiklah. kau boleh pergi” dia menyahut.
Siam Nio lantas bukai baju luar anak muda ini, lalu dia
dukung dikasi bangun buat di antar kepembaringan, disitu dia
rebahkan tubuh orang, yang dia tutupi dengan selimut merah,
kemudian dia tutup kelambunya dia pun bakar dupa nyamuk.
Kemudian lekas-lekas dia dandan dan ajak ibunya pergi.
Bouw Pek rebah dengan tidak karuan rasa, kepalanya
pusing, dia gulak gulik beberapa kali, tidak juga pulas, maka
akhirnya dia ber bangkit dan duduk diatas pembaringan.
Mendadak dia enek dan muntah muntah, hingga keluarlah
semua makanan dan arak yang dia gasak dirumahnya Tek
Siauw Hong. dia muntah beberapa kali, sampai rasai perutnya
kosong, hingga tubuhnya menjadi enteng dan lega. Tentu
sekali karena itu otaknya juga menjadi sedikit jernih.
Dari kamar2 lain, diatas dan di bawah lauw teng, saban2
terdengar suara bicara dan tertawa riuh, yang keluar dari
mulutnya nona nona lain dan tamu2. Diantara itu ada juga
suara nyanyian, antaranya : ,Sejak kau pergi kongcu,
pikiranku jadi kalut, minum teh tidak bisa. dahar nasi tak beri
napsu, aku rasanya telah seperti kehilangan semangatku ....”
Baru sekarang Bouw Pek ingat bahwa dia berada
dikamarnya Siam Nio.
„Celaka, kenapa aku muntah muntah disini ?' kata dia
seorang diri dengan terkejut.
Ia berbangkit buat bikin api lebih terang, maka dia bisa
lihat kotoran bekas muntahan baunya telah mengalir dilantai,
diatas kasur, membikin kotor seprei dan selimut yang Indah ?
“Benar benar celaka !” kata dia pula setelah melongo
sekian lama. Sekarang dia dapat kenyataan baju dan
celananya juga kena kotoran !, ia masgul, karena menyesal
telah bikin kotor kamar orang. Lalu dia keluar dari kamar,
pergi ambil teh buat berkumur. Adalah selagi dia berkumur,
dia dengar tindakan kaki ditangga lauw teng kapan dia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menoleh dia lihat Siam Nio sudah pulang ber sama ibunya. dia
merasa malu, tetapi dia segera pegat si nona.
„Jangan masuk kekamarmu, kasur dan sprei kau aku telah
kena bikin kotor!" dia kasi tahu. Si nona memandang anak
muda kita. lantas ia bisa menduga.
“Kau telah muntah muntah, Lie Looya," dia kata. „Tidak
apa, aku nanti suruh orang bikin bersih." dia masuk kedalam
kamarnya akan lihat pembaringannya, akhirnya dia tertawa.
„Lie Looya," katanya, „kau rupanya telah keluarkan isi
perutmu !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah. dia jengah buat dua
hal. yalah muntah2 itu dan tadi dia telah beber rahasia hati
nya pada si nona. Tapi Walau merasa malu dia paksakan diri
buat tertawa.
Ketika itu Mo Ho telah masuk kekamar, karena Siam Nio
telah titahkan dia bikin bersih pembaringan, si nona sendiri
dipihak lain telah tuangkan teh untuk anak muda itu.
„Bagaimana sekarang?' tanya nona ini „Pakaian kau telah
kotor semua dan kami di sini tidak punya pakaian buat kau
tukar! Apa tidak baik kirim orang kehotel-mu akan ambil
pakaian kau?"
“Tidak usah," sahut Bouw Pek, "Pintu kamarku aku yang
kunci sendiri orang-orang hotel niscaya tidak bisa ambilkan
pakaianku."
Ia lantas minta baju luarnya, yang dia lalu pakai untuk
kerobongi diri. dia keluarkan lima lembar uang kertas dari satu
tail selembar nya, uang itu dia letakkan di atas meja.
„Aku telah bikin kotor seprei dan selimut kau, kau tidak bisa
pakai lagi itu, kau tukar saja dengan yang baru, dia bilang,
„Pakailah uang ini untuk membelinya."
Siam Nio jumput uang itu, dia periksa jumlahnya, lantas dia
ambil salembar, empat yang lain dia serahkan kembali pada
tamunya.
„Aku tidak bisa terima semua uangmu,” kata dia dengan
roman sungguh2. „Apa artinya barang kotor? Kenapa itu mesti
diganti? Apakah kau tidak pandang mata padaku?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lagi lagi mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia ulur


tangannya akan ambil kembali uangnya. dia tidak tahu apa dia
mesti bilang.
Siam Nio menoleh kelampu, tubuhnya membelakangi si
anak muda, sebentar saja dia berpaling lagi dan tertawa: dia
sambar tangan tamunya.
„Aku minta janganlah kau pikirkan urusan kecil ini !” dia
minta. dia menoleh kedalam kamarnya dia lihat ibunya dan Mo
Ho sedang repot membersihkan pembaringan, dia tersenyum.
dia lalu tambahkan: Aku yang minta kau tidur
dipembaringanku, aku tidak takut pembaringanku itu kau
muntahkan !'
Sampai waktu itu masih saja Bouw Pek tidak tahu mesti
bilang apa.
„Sekarang baiklah aku pulang.........." kata dia akhir nya.
Nyata Coei Siam nampak nya berat berpisah, ia telah
bersangsi.
“Nah, baiklah !" ia kata sesaat kemudian. „Sampai besok !"
Dan dia tertawa.
„Sampai besok !' kata Bouw Pek, yang terus saja turun dari
lauwteng.
Sinona manis berdiri menggelendot di lankan, mengawasi
kebawah pada pemuda itu, sampai tamu itu sudah menghilang
di pintu baru dia tinggalkan lankan.
Sekeluarnya dari Po Hoa Pan, Bouw Pek jalan terus, dia
tidak sewa kereta, dia pulang dengan jalan kaki, ketika sampai
dihotel Goan Hong, didalam kamarnya dia lantas buka
pakaian, dia minta air akan bersihkan diri, kemudian salin
pakaian baru. dia menyesal mengingat perbuatannya „gila" itu
selagi sinting.
“Selanjutnya aku mesti jaga diri akan tidak minum terlalu
banyak," la janji pada dirinya sendiri.
Ia Ingat, bahwa kelakuan nya sampai sebegitu jauh tidak
ada artinya, bahwa selanjutnya dia mesti robah sikap.
„Aku mesti pegang derajat dan bangun!" dia ambil
kepastian.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sampai disitu, Bouw Pek naik kepembaringannya dan tidur.


Esoknya, selewatnya tengah hari, sehabis dandan dia pergi ke
Poan cay Hoo-tong selatan akan tengok pamannya.
„kenapa sudah dua hari kau tidak datang datang?" Kie
Thian Sin tanya keponakannya.
“Aku terserang hawa panas dan aku rasai tubuhku tidak
sehat," dia menyawab, tetapi dengan muka berobah sedikit
didalam hati dia malu sekali, karena terpaksa mesti men-justa.
Paman itu mengawasi.
“Ya, aku lihat kau sedikit kurus,” dia bilang. „Ada satu hal
yang aku hendak beritahukan pada kau."
Anak muda itu terkejut dalam hatinya. entah urusan apa
yang sang paman hendak beritahukan.
„Aku lihat bukan daya yang sempurna untuk kau tetap
tinggal dihotel, Kie Coesu bilang. „Dengan tinggal dihotel
kesatu kamar kecil kedua keadaan ramai, hingga kau tentu
tidak bisa tinggal dan belajar dengan tenteram Ketiga, ini yang
paling penting, dengan tinggal di hotel kau juga jadi
hamburkan uang terlalu banyak. Kalau kau berdiam di hotel
setengah atau satu bulan lamanya dan kerjanya masih belum
dapat, bisa2 uang bekalanwu nanti habis dipakai ongkos
sehari-hari. Begitulah, tentang ini aku telah pikirkan. Kemarin
aku telah bicara dengan Loo hong-tiang Kong Goan dari gereja
Hoat Beng Sie di Tongpian Sinsiang Hootong, buat pinjam
salah satu kamarnya. Aku kasi tahu. bahwa itu untuk salah
satu anakku, yang datang ke kota raja buat cari pekerjaan,
bahwa sanak itu mengerti surat. Nyata dia bersedia luluskan
permintaanku, nampaknya dia girang sekali. Dia telah unjuk
satu kamarnya sebelah barat Karena sudah ada kepastian,
tinggal kau pilih hari-hari apa saja buat kau pindah tinggal
disana, kau pun bisa bantu Kong Goan Soohoe salin kitab atau
surat2, dalam hal ini dia bisa mengasi sedikit uang kerugian
pada kau.
Ruangan gereja besar dan keadaannya sunyi, dengan
tinggal disana. kecuali ringan ongkos, kau jadi dapat banyak
faedah, buat dahar setiap hari bisa beli makanan di warung
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nasi yang berdekatan, dengan ini kau juga bisa hematkan lagi
sejumlah uang."
Mendengar begitu, hatinya anak muda kita menjadi lega.
dia manggut.
“Baiklah,” dia bilang. „Sebentar aku pulang dan berbenah,
besok aku bisa lantas pindah” Ia ambil putusan dengan lantas,
terutama, bikin paman itu tidak kecil hati.
„Aku nanti perintah opas pergi antar kau ke gereja, ' Kie
coe-soe kata pula „Disana kau boleh periksa dulu kamar dan
gereja itu andaikata kamarnya bocor atau demak hawanya,
kau tentu tidak bisa tinggal disana. Bouw Pek manggut, dia
nyatakan setuju.
Kie Coe Soe lantas panggil opasnya. Lay Sin, sambil kasikan
karcis namanya dia suruh hamba ini antarkan kemenakannya
pergi ke Hoat Beng Sie.
Lay Sin terima perintah, supaya dia lantas ajak Bouw Pek
pergi ke gereja nya Kong-Goan Hwee shio.
Ternyata paderi itu sudah tua. usianya sudah enam puluh
lebih, orangnya kurus, romannya menundukkan dia seorang
paderi sejati. dia perintah muridnya, yang bernama Tie Tong
akan antarkan anak muda ini kekamar yang dia unjuk.
Hoat Beng Sie besar, tapi sudah tua dan kelihatannya
kurang rawatan rupanya gereja ini tidak punya sawah kebun
yang besar dan kekurangan dermawan2 yang mau jadi
penunjang. Hweeshionya pun sama sekali cuma ada belasan
orang.
Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
“Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pak setuju apabila dia telah perhatikan kamar itu,


dengan depannya ada pelataran yang luas, disitu dalam
keadaan sunyi setiap waktu dia bisa latih ilmu silatnya.
„Baiklah," dia beri tahukan Tie Tong, „besok aku nanti
datang pindah kemari.”
Lantas anak muda ini keluar dari bio, dia perintah Lay Sin
pulang buat sampaikan kabar pada pamannya bahwa dia jadi
pindah, dia sendiri segera pulang kehotel. dia sudah pikir,
selanjutnya kecuali di waktu kunjungi Tek Siauw Hong, dia
dapat banyak ketika buat berlatih silat. dia pun sudah pikir
untuk selanjutnya jangan sering sering pergi pada Coei Siam.
„Aku telah bikin kotor pembaringannya aku mau ganti ia
menolak, dia benar nona luar biasa," dia berpikir, „Aku
sebenarnya merasa malu buat sikapnya yang manis budi
itu....."
Bouw Pek lantas mampir disebuah toko cita, dia pilih dua
rupa cita yang bagus, dia beli belasan elo, dengan bawa itu
dia tidak terus pulang melainkan menuju ke Po Hoa Pan di
Han kee thoa.
Siam Nio sedang nyisir waktu dia lihat tamu nya muncul
dengan mendadak sambil bawa cita. „Eh Lie Looya. apa sih
kau bikin?' dia tanya dengan bernapsu.
Bouw Pek paksakan diri akan tersenyum.
„Kejadian kemarin bikin hatiku tidak tenteran”, dia bilang.
..maka barusan aku pergi ketoko cita beli dua rupa cita ini,
yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
„Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. „Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. „Sebentar aku


pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi
agaknya sungguh sungguh, Siam nio kata:
..Apakah benar?. Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya?'
Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
„Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang
kemari," dia kata......
Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau."
Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Jangan berlaku begini, kesehatanmu nanti terganggu,"
katanya dengan perlahan. „Kau bersusah hati, ini aku tahu.
Baiklah lain kali saja bila ada temponya yang baik. kita bicara
pula. Aku akan berdaya untuk bantu kau.
Ucapan itu melulu bikin Siam Nio menangis hingga
sesengukan, sampai anak muda kita tidak tahu bagaimana
harus membujuki nya.
Diluar mendadak terdengar suara orang bicara - yalah Cia
Lo ma ma.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siam Nio lekas pisahkan diri, dengan jarinya dia menunjuk


kursi, minta Bouw Pek duduk dia sendiri segera menuju
kemeja riasnya buat susut kering air matanya, pakai pupur
dan yancie, akan akhirnya bereskan rambutnya.
Bouw Pek duduk sambil memandang kekaca dimana dia
lihat roman yang cantik manis dari si nona, dia merasa
kasihan pada anak dara ini, yang nasibnya buruk, karena
kendati cantik dan punya roman begitu sempurna dia mesti
berada dirumah pelesiran ......
Cia Lo ma ma menyingkap kere, dia bertindak masuk
seraya berkata.
„Barusan orang cerita, bahwa dijalan besar dari Cian moei
ada orang berkelahi dengan gunai senjata tajam, sampai ada
yang dibacok mati !"
Perhatian Bouw Pek tertarik dengan tiba2. Tapi karena dia
tidak punya sangkutan dengan perkelahian itu, dia coba
kendalikan diri dan duduk diam saja. Tetapi dia tidak bisa
berdiam saja. Tetapi dia tidak bisa berdiam lama2 disitu
karena pikirannya tidak tenteram, maka lekas juga dia minta
diri dari Siam Nio.
“Apakah sebentar malam looya niat datang pula?" Coei
Siam tanya sambil tertawa.
Ia tidak menjawab. dia anggap si nona lagi godai ia. Dari
depan pintu dia menuju ke barat, sepanjang jalan pikirannya
bekerja.
„Diwaktu mau pindah kegereja, aku sudah ambil putusan
akan jauhkan diri dari Siam Nio, sekarang terbukti niatan itu
tidak dapat diwujudkan. Sesungguhnya Siam Nio harus
dikasihani, dia mestinya punya lelakon sedih, yang dia hendak
dijublekkan atas diriku. Sekarang ini bagaimana dengan
keadaan diriku, Bisakah aku punya kelebihan tenaga buat
dipakai menolongnya ? Dan apakah pantas bagi ku, satu laki2,
mesti beratkan diri pada seorang perempuan ? Apakah dengan
begini aku jadi tidak sia2 maksud tujuanku ?”. Bouw Pek benar
benar bersangsi:
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„coba aku punya uang. umpama beberapa ratus tail perak,


dengan itu aku bisa tebus Siam Nio, supaya dia bisa bebaskan
diri dari rumah pelesiran. Aku tentu suka andaikata dia mau
menjadi isteriku yang sah. Cuma dalam hal Ini ada
kesukarannya, yalah paman dan bibi dikampungku niscaja
tentang tindakan ku ini.........
Tanpa merasa Bouw Pek telah sampai di rumah
penginapan, tetapi disini dia lantas lihat keretanya Tek Siauw
Hong, maka dia menduda mestinya sobat itu telah kunjungi ia.
Ia cepat kan tindakannya akan masuk. Baru saja dia
sampai dithia, seorang jongos hampirkan dia.
„Lie Toaya, lekas masuk kekamarmu ! kata jongos itu, „Tek
Looya yang kau kenal baik tadi telah berkelahi di Cian moei
Toa kay, dia mendapat luka !"
Pemuda itu terkejut sekali.
„Oh kiranya dia yang tadi dikabarkan berkelahi !” kata dia
dalam hatinya. „Entah lukanya berbahaya atau tidak ?”
Separoh berlari dia menuju kekamarnya. dia dapatkan Tek
Siauw Hong sedang numprah di pembaringan nya, pakaiannya
berkelepotan darah.
„Eh, kemana kau pergi ? tanya orang Boan itu begitu dia
lihat sobatnya.
„Aku pergi kerumah pamanku," Bouw Pek jawab. „Toako
dengan siapa kau berkelahi? Bagaimana dengan lukamu ?”
Tek Siauw Hong ulur tangan kanannya akan kasi lihat
lukanya. Itu luka bekas golok yang dalam, rupanya darah
telah keluar banyak dari situ. Kendatipun demikian Siauw
Hong seperti tidak rasai lukanya itu.
Mereka terdiri dari belasan orang, mereka kurung aku
selagi aku berada didalam ke reta," cerita orang Boan ini.
„Kami bertempur mati2an. Pikir saja, aku sendirian dengan
sebatang golok dan mereka be-ramai2, Benar aku telah
terluka, akan tetapi di fihak mereka aku telah lukai dua orang
sedang yang lainnya aku telah serahkan pada kantor giesoe
buat diurus."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong bukannya seorang jumawa tetapi diwaktu


bicara dia bersenyum dan kelihatannya dia puas atau bangga
sekali.
“Siapa mereka itu ?" Bouw Pek tanya, „Apa mereka mau,
ada permusuhan apa diantara toako dan mereka ?”.
“Apakah kau sudah lupa, saudaraku ?” Siauw Hong baliki.
„Itu adalah ekornya ke jadian dirumah komedi Yan Hie Tong,
di waktu kita menonton wayang. Bukankah disana lantaran
urusannya In Coe Si Kaki Keras aku telah hajar seorang
jangkung sampai orang itu muntah darah? Nyata orang itu
adalah Phang Sam, engkonya Hoa chio Phang Go dari Coen
Goan Piauw tiam. Mereka bersaudara banyak, di Cim cioe
mereka disebut Phang kee Ngo Houw, lima harimau
persaudaraan Phang. Mareka semua mengerti boegee. Phang
sulung sudah meninggal dunia, yang kedua. Gin kauw Phang
Tek, buka piauw kiok di Thio kee kauw. Phang Sam adalah
yang ketiga, namanya Hoay, gelarannya Tiat koen. dia baru
satu bulan datang ke Pakkhia ini, tinggal bersama adiknya
bungsu, Hoa-chio Phang Go, yang bernama Liong. Phang Go
telah buka Coen Goan Piauw tiam di kota ini sudah enam atau
tujuh tahun. Orang bilang tumbaknya liehay, hingga dia
sanggup layani Gin chio Ciang koen Khoe Kong Ciauw. Tapi
paling liehay adalah saudaranya yang keempat, yang dipanggil
Phang Soe, namanya Bouw, julukkannya Kim too. si Golok
Emas. Katanya, buat propinsi Titlee Kim too Phang Bouw
adalah orang gagah kenamaan, sampaipun Sioe Bie to Oey Kie
Pok dan Khoe Kong Ciauw sendiri tidak berani main gila
terhadap dia. Ini juga sebabnya kenapa Coen Goan Piauw
tiam tadi tersohor Piauw soe dari piauw tiam itu karena ini jadi
suka main gila d luaran. terhadap mereka tidak ada orang
yang berani banyak mulut atau usilan "
Bouw Pek tidak puas mendengar Siauw Hong agulkan
Phang Bouw begitu rupa.
„Apakah yang tadi serang toako itu Phang Bouw ?" dia
tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. „Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka
sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
„Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. “Aku tahu sendiri,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
„Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !”
„Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie.
„Itulah bagus," Siauw Hong bilang. „Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... "
,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita lihat saja
belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
„Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
„Dengan begini dirumah ada siapa?"
„Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. „kami lantas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

diperintah pergi menyusul: Looya diminta lekas2 pulang”.


Majikan itu tersenyum sindir.
„Kau datang ramai2, apa kau bisa bikin?" dia tanya.
„Apakah kau bisa lindungi aku ?”
Sioe Jie tidak kata apa , dia tidak berani buka mulut
terhadap majikan itu.
„Sekarang marilah obati aku." Siauw Hong kata kemudian.
Hok Jie bersama dua bujang lantas undurkan diri dan Sioe
Jie maju akan obati lukanya majikan itu, sesudah mana dia
bantu majikan itu salin pakaian.
Begitu lekas sudah pakai obat dan tukar pakaian, Tek
Siauw Hong telah seperti lupa yang dia baru saja terluka
hebat, malah dia lupakan juga kekuatirannya, kemasgulan dan
kemurkaan, malah juga dia tidak mau pulang, hanya bersama
Bouw Pek dia lalu pasang omong, pokok pembicaraan adalah
halnya Coei Siam si nona manis.
Orang Boan ini tertawa berkakakan ketika dia dengar
sobatnya telah kunjungi si nona dan muntahkan
pembaringannya dan kemudian telah membelikan cita untuk
nona itu.
„Baru dua hari aku tidak pergi, siapa nyana kau berdua
telah jadi begini panas !' ia
menggoda. ..lagi beberapa hari aku niat pergi ke Tong leng
bila nanti aku pularg dari sana. barangkali kau telah menyewa
rumah buat tinggal sama2 !"
Bouw Pek tidak menjadi gusar yang dia digoda secara
begitu, dia hanya merasa malu.
„Besok aku pindah kegereja. selanjutnya aku tidak akan
kunjungi Coe Siam lagi." dia bilang. Tek Siauw Hoag masih
saja tertawa.
“Besok kau boleh pindah kegereja !" dia kata. „Tetapi kau
tidak cukur rambutmu buat menjadi hweeshio, siapa mau
usilan yang kau pergi mogor?'"
“Bukannya begitu ! Bouw Pak terangkan. “Aku insyaf, aku
mengerti, aku tidak boleh sering pergi ketempat seperti itu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
‘Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...."
Kabar itu benar hebat, tidak, heran bila Tek Siauw Hong
nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
“Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol.
„Jangan !” Siauw Hong mencegah. „Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !”
„Akal ?” Bouw Pek baliki. „Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi? Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako ? Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
„Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta
pembesar kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie
campur bicara.
„Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
“Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku ? Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
„Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. „Saudara, mari kau temani aku !”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

katanya. Kemudian dia menoleh pada Siu Jie berempat dan


kata : „Sebentar kau tidak boleh campur urusan, kau mesti
berdiri saja dipinggiran menonton ! Umpama kata mereka
pukul kau jangan kau balas memukul ........!"

Jilid 8
EMPAT orang itu berdiam, mukanya Siu Jie dan Hok Jie
menjadi pucat. karena didalam kekuatiran merekapun dibikin
men¬dongkol. Sudah disuruh diam seja, kenapa merekapun
dilarang melawan kalau mereka diserang ?, Apa maunya
majikan ini ?
Bouw Pek telah kasi turun pedangnya, yang tadi dia
urungkan angkat.
„Toako, kau telah terluka, bagaimana kau bisa layani
mereka itu ?' katanya. “Biarlah aku pergi sendiri dan hajar
mereka itu !"
Tek Siauw Hong goyang kepala dengan tertawa.
“Itulah bukannya soal," ia bilang. „Katanya Hoa-chio Phang
Liong berada diantara mereka, aku hendak ketemui ketua dari
Cun Goan Piauw-tiam itu. dia orang dagang, dia buka piauw-
tiam, artinya dia perlu perkenalan dan pertobatan, aku
percaya dia bisa di ajak bicara !"
Lantas orang Boan ini pakai baju luarnya dan bertindak
keluar, dengan begitu Lie Bouw Pek lantas menyusul, diikuti
lebeh jauh oleh Siu Jie berempat.
Diluar, tuan rumah dan orang2nya men¬duga bahwa
sebentar orang Boan ini begitu berhadapan Phang Liong,
pertempuran hebat niscaya tidak dapat dicegah lagi.
Beberapa orang yang tidak punya pekerjaan lantas
mengintil.
Lie Bouw Pek tidak pakai thungsha, dengan tengteng
pedangnya dia jalan dimukanya Tek Siauw Hong maka itu
dengan sendirinya, dia menjadi pusat perhatian orang banyak.
Tek Siauw Hong maju terus, Hok Jie berempat diperintah
ikut dengan bawa ke¬reta mereka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Baru saja mereka keluar dari tong-kauw. mulut jalanan


sebelah timur, dari depan segera kelihatan mendatangi
belasan orang, ada yang pakai baju pendek, ada yang gulung
lengan baju, semua tampaknya garang. yang menjadi kepala
diantara mereka itu benar2 Hoa chio Phang Liong, siorang she
Phang kelima atau bungsu, dia berusia tiga puluh tahun
kurang lebih, tubuhnya tidak besar, muka nya hitam,
romannya bengis. Tapi dia jalan dengan tangan kosong.
Hanya disampingnya ada seorang yang pegang tumbak
dengan ronce merah, itu rupa nya senjatanya.
Lekas juga kedua pihak telah datang de¬kat satu sama
lain. Phang Liong segera samperi Tek Siauw Hong, yang dia
tegur dengan mata mendelik :
„Orang she Tek, tahan !"
Tek Siauw Hong hentikan tindakannya, dia pandang
piauwsu itu dengan unjuk senyuman tawar.
„Phang Piauwtauw, janganlah kau ber¬sikap terlalu
galak," dia kata dengan sabar sabar terpaksa. “Bukankah kita
kenal satu sama lain? Apakah kita tidak bisa bicara secara baik
?"
„Bicara secara baik?” Phang Liong ulangkan, suaranya
tajam. matanya melotot. „Di gedung komidi kau telah serang
shakoku, hingga dia muntah darah, sampai sekarang dia
masih rebah dan tidak bisa bangun, sudah begitu, tadi kau
telah lukai dua orangku dan dengan andalkan pengaruhnya
pembesar, kau perintah tangkap orang ku ! Apakah artinya ini
? Apakah dengan begitu kau bukannya seperti larang kami
orang she Phang menumpang hidup dikalangan Sungai Telaga
? Maka orang she Pek, sekarang aku mau kasi tahu pada kau
dan omong terus terang ! Aku punya piauw tam. aku tidak
punya muka buat buka lebih jauh, sekarang marilah kita adu
jiwa! Aku tidak perduli kau Tek Ngo ya dari Lwee bu hu yang
tersohor aku mesti tempur kau ! Mari maju, orang she Tek,
disini adalah kuburan kita !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah kata begitu. dari tangan orangnya Phang Liong


sambar tombaknya, dengan senjatanya itu, senjata istimewa
nya, dia tusuk Siauw Hong !.
Tapi Lie Bouw Pek, juga berada disamping sobatnya. sudah
gunai pedangnya, akan tahan lajunya ujung tumbak itu.
Piauwsu itu kembali delikkan mata, dengan bengis dia
awasi orang muda ini, yang dia kenal.
„Apa kau mau?" dia membentak. „Kau berani usil urusanku
?"
„Memang aku mau campur tahu urusan kau !" Bouw Pek
jawab dengan ketus. „Tek Siauw Hong adalah toakoku, kau
telah hina dia dengan begitu sendirinya kau juga perhina aku !
Kalau kau hendak adu jiwa sobat, kau mesti lebih dulu
memenangkan pedangku ini !'
Phang Liong bersangsi. dia tidak sangka, bahwa ia akan
berhadapan dengan orang asing ini.
Ketika itu telah banyak orang yang berkerubung,
diantaranya ada juga yang maju mendekatkan buat jadi orang
perantaraan, akan mendamaikan mereka agar pertempuran
dibatalkan. tapi curma2, Phang Liong melulu menjadi lebih
gusar.
“Tidak bisa, aku mesti adu jiwa dengan Tek Siauw Hong !”
dia berteriak.
Menampak demikian, Siauw Hong maju sambil minta Bouw
Pek mundur.
Kalau sudah pasti kau hendak adu jiwa dengan aku,
persilahkan, aku si orang she Tek juga tidak takut mati !' dia
bilang. „Tapi jalanan ini bukannya tempat yang cocok buat
kita adu jiwa, kalau mayat kita bergeletakan ditengah jalan,
itu bisa menyebabkan terhalangnya lalu lintas dari orarg
banyak dan kereta2, kita melulu akan menjadi lantaran hingga
orang akan kutuk kita ! Maka, sobat, aku pikir lebih baik kita
cari tempat lain saja ! bagaimana kau pikir?"
„Baik !" Phang Liong terima tawaran itu. ia juga lihat, jalan
besar itu terlalu terbuka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan dia kuatir nanti datang hamba2 polisi yang akan bekuk
mereka. „Apa kau berani pergi ke Lam hwe-wa ?”
„Tentu saja ! Kemana juga aku tidak takut ! Hajolah !”
Siauw Hong terima tawaran dengan unjuk sikap jumawa.
„Baik, hayolah jalan ! Siapa tidak pergi, bukannya hohan !"
Phang Liong berseru seraya geraki tumbaknya.
Siauw Hong sangat gusar, hingga mukanya menjadi pucat.
dia naik karetanya.
„Saudara Lie, hayolah kau juga naik !” katanya pada Bouw
Pek, yang masih belum mau loncat naik, karena dia menunggu
mengawasi musuh.
Dengan romnan garang Phang Liong dan orang2nya sudah
lantas berangkat. Mereka tidak bawa kereta, mareka mesti
jalan kaki. Di belakang mereka mengikut orang2 usilan, yang
ingin menonton.
Siu Jie dan dua kawannya mengikuti sambil jalan kaki,
mareka berkuatir dan bingung.
“Mereka berjumlah banyak, looya cuma berdua, mereka
mau bertempur di Lam hwee wa, inilah berbahaya," kata
hamba yang setia ini.
„Apa tidak baik kita lekas2 pulang, buat mengasi kabar
pada thaythay ?" kata si dua kawan.
“Kasi tahu pada thaythay masih tidak bisa menolong,” Siu
Jie bilang. „Malah looya tentu akan damprat kita habis2an.
Aku pikir lebih baik kita pergi kegiesu geemui, akan
menghadap Thio Thayjin, biar Thio Thayjin kirim hamba
negeri buat cegah partempuran mereka...... "
Pelayan ini lakukan apa yang dia pikir, selagi Tek Siauw
Hong tidak lihat dia, dia ngeloyor pergi diluar tahunya majikan
itu.
Sebentar kemudian Tek Siauw Hong dan Phang Liong
sudah sampai di Lam hwe wa, mereka cari tempat yang
kosong dan rata, dimana mereka lalu berkumpul dalam dua
rombongan yang berhadapan satu pada lain.
„Tempat ini cocok !" kata Phang Liong, seraya menunjuk
dengan tumbaknya. „Hayo lah kau turun dari kendaraanmu !'
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Atas tantangan itu Lie Bouw Pek dului si orang Boan lompat
turun dari kereta, sambil hunus pedangnya dia hampirkan
piauwsu dari Cun Goan Piauw tiam.
“Lengan kanan dari Tek Toako telah ter luka, dengan
menangkan dia kau tidak akan terhitung sebagai enghiong,"
dia bilang „oleh karena itu, Lebih baik kita berdua yang main
main lebih dulu !"
Kendati dia kata demikian anak muda kita sudah lantas
mulai menyerang.
“Siapa kau ?" tanya Phang Liong, yang tidak lantas
melayani. , Kau she apa ?'
“Toaya kau adalah Lie Bouw Pek !" Bouw Pek perkenalkan
diri sambil sengaja unjuk sikap jumawa. , Aku asal Lamkiong,
Titlee. Tek Siauw liong adalah Saudara angkatku ! Jangan kata
baru kau, Hoa Chio Phang Liong, kendati saudara kau, Kim
Too Phang Bouw, aku tidak takuti ! Aku tidak takut juga
segala Siu bieto dan Gin Chio Ciang kun. atau siapa juga yang
berani perhinakan Tek Toako mesti bisa menangkan dulu
pedangku ini !"
Waktu itu Tek Siauw Hong juga sudah turun dari keretanya.
sebelum Phang Liong bilang apa2 pada anak muda itu, orang
Boan ini telah kata padanya :
„Apa yang saudaraku ini Bilang adalah hal yang benar
Jikalau kau mampu menangkan pedangnya saudara mudaku
ini nanti dihadapan orang banyak aku akan unjuk hormat pada
kau sambil manggut ber ulang2 !”
Tek Siauw Hong tidak sungkan2 lagi, Dia antap Lie Bouw
Pek bawa keinginan nya.
Phang Long begitu mendongkol, hingga dia banting2 kaki.
Nyata dia seorang yang beradat keras, yang tidak bisa dengar
ucapan yang tidak manis.
„Baik !" dia berseru. Lalu dia kata pada orang banyak yang
datang dan bergumam : ,Silah kan kau mundur sedikit ! Lihat
aku nanti tempur orang dari tingkatan muda Ini !"
Lantas setelah itu dia putar tumbaknya akan tusuk Lie
Bouw Pek. Anak muda kita memang sudah bersiap2, malah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dia berlaku gesit sekali, begitu dekat ujung tumbak sampai,


dia menyampok dengan keras, sambil maju dia balik
menyerang dengan tusukannya, dia perlu dekati musuh yang
menggunai senjata panjang itu, karena senjata nya beberapa
kali lebih pendek. Sesudah itu apabila musuh menangkis dan
berkelit, dia merangsak terus dan kirim tusukannya beberapa
kali, berulang ulang !.
Dalam tempo singkat sekali, Hoa chio telah menjadi sibuk,
karena ujung pedang senantiasa datang dekat padanya,
jangan kata balas menyerang, buat menangkis saja dia telah
jadi ripuh bukan main ! Pedang menyambar dari beberapa
jurusan, merupakan tikaman, sabetan atau babatan,
disebabkan berbareng dengan gerakan tangannya pemuda
dari Lamkiong itu telah geraki juga tubuhnya, kedua kakinya
loncat sana sini dengan hebat.
Selang beberapa jurus, sebelumnya piauw su yang
disohorkan gagah itu bisa berdaya, dia telah keluarkan jeritan
hebat dan rubuh, karena diluar kesanggupannya, dari samping
Bouw Pek dengan cepat lompat kebelakang nya, dari sini
tusukan dikirim dan ujung pedang segera belajar kenal pada
punggung nya, hingga berbareng dengan jeritannya itu,
tombaknya terlepas dan tubuhnya rubuh tengkurap ditanah !.
Hampir berbareng sekalian penonton, yang telah jadi kaget,
sudah berteriak „bagus !” karena mereka kagum.
Oleh karena rubuhnya jago mereka, orangnya Phang Liong
lantas maju dengan senjata terhunus, dengan niatan kepung
jago muda ini. Tapi Lie Bouw Pek dengan senyuman menghina
menantang mereka.
„Siapa diantara kau yang tidak inginkan jiwanya, hayo maju
!” dia mengancam. „Aku kasi tahu pada kau : di Jiauw yang
aku telah lukai Lie Mo ong Ho Kiam Go dan di
kota Seeho aku telah rubuhkan Say Lu Pou Gui Hong Siang
! Kau baru belasan, meski pun jumlah kau ditambah beberapa
puluh lagi, aku Lie Bouw Pek tidak takut barang sedikit juga !
jikalau aku takut pada kau, aku bukan lagi muridnya jago tua
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kie Kong Kiat !"

Ancaman itu mengasi pengaruh besar, karena orang2nya


Phang Liong tidak berani maju lebih jauh, sedang yang cerdik
sudah lantas samperi piauwsu mereka, buat didukung bangun.
Pungungnya Phang Liong telah mandi da¬rah, dari lubang
lukanya darah terus mengalir keluar!, sebab sakit air
matanyapun mengucur keluar! Dia mengerti sekarang yang
boogee pihak lawan terlalu tinggi buat dia.
„Kau jangan bergerak," dia mencegah sambil paksakan diri,
„Tanya saja dimana dia tinggal ...... "
Matanya semua penonton telah di tujukan pada Lie Bouw
Pek buat dengar jawabannya pemuda ini, kegagahan siapa
telah datangkan kekaguman mereka.
„Aku tinggal di Hoat Beng Sie di Sinsiang Hotong !" Bouw
Pek kasi tahu dengan tidak tunggu sampai ditanya lagi. dia
telah tepok2 dada. „Pergilah kau cari dan undang Kim too
Phang Bouw ! Aku si orang she Lie tidak takut dan akan
tunggui dia !”
Tantangan itu tidak dapat jawaban, karena Phang Liong
terlalu lelah dan orang2nya tiada yang berani banyak mulut
malah sebalik nya, piauwsu itu lantas digendong buat dibawa
pergi, semua orangnya mengiringi dia.
Sementara itu dari kejauhan telah datang beberapa hamba
negeri, menampak mereka semua penonton lantas pada
angkat langkah seribu, karena meski benar mereka tidak
tersangkut, mereka kuatir nanti di rembet2 di dijadikan saksi.
Tek Siauw Hong maju mendekati beberapa hamba negeri
itu.
„Tidak apa apa, tidak apa apa." dia kata sambil tersenyum.
„Hoa chio Phang Liong dari Cun Goan Piauw tiam tadinya mau
termpur aku, akan tetapi setelah dia diajar, adat oleh saudara
angkatku ini, dia sudah lantas angkat kaki !”
Majikan ini lihat Siu Jie diantara kawanan opas itu, dia
segera menegur : „Urusan begitu kecil, kenapa kau pergi
ganggu tuan tuan ini?'
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Oh tidak apa," kata seorang hamba wet. „Selama


beberapa hari ini kawanan buaya darat dikota selatan
memang telah bertingkah luar biasa. Kabarnya tadi Ngoya
telah dapat luka di Cian mu Toakay, apakah itu benar"
Siauw Hong angkat lengan kanannya, buat unjukkan
lukanya.
„Ini luka itu, yang tidak berarti !" dia jawab sambil tertawa.
„Luka seperti ini dalam
tempo beberapa hari saja akan sembuh pula, sekarang,
tuan tuan, silahkan kau pulang, buat capai lelah ini, nanti saja
aku haturkan terima kasihku !"
„Tidak apa apa, Tek Ngo ya, jangan kau seejie !" kata
beberapa hamba wet itu sambil tertawa. „Nah, Ijinkanlah kami
pergi !"
„Silahkan tuan tuan ! Terima kasih !" kata Siauw Hong.
Hamba hamba wet itu benar benar sudah lantas berlalu.
Tek Siauw Hong pelototi Siu Jie, tetapi kendati demikian dia
tidak punya kebanyakan tempo akan tegur pelayannya ini. dia
hanya hadapi Bouw Pek sambil tertawa.
„Saudara, beruntung ada kau," dia kata „Sayang barusan
kau sebut sebut juga Siu Bie to dan Gin chio Ciangkun !
Mereka itu punya banyak kuping dan mata, diantara banyak
penonton tadi tidak mustahil jikalau diantaranya ada yang
menjadi kaki tangannya, maka andaikata ucapan kau barusan
sampai di kuping mereka, aku kuatir nanti terbit gara gara lagi
........". “Itulah bukan soal, tidak apa!” Bouw Pek tertawa
secara tawar. „Tadi aku telah kasi tahu she dan namaku dan
juga tempat kediamanku, maka andai kata mereka atau siapa
saja, tidak puas mereka boleh datang cari aku !”.
Melihat adat keras itu, Tek Siauw Hong tahu anak muda ini
tidak boleh diladeni bicara, makanya lantas berhenti bicara.
„Sekarang, saudaraku, mari kita pulang l" katanya.
Bouw Pek terima undangan itu, ber sama2 dia naik keatas
kereta, yang terus dikasi jalan, sedang Siu Jie bersama dua
kawanya lalu mengikuti.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek ikut terus, dia antar sobatnya pulang kerumah,


dimana dia juga mampir, maka kejadian dia telah bersantap
malam bersama sama sobat itu. selama mana mereka tidak
omong banyak. kemudian barulah dia pulang kehotelnya buat
terus tidur, bersedia buat pindah esok paginya.
Setelah sang malam telah lewat, begitu mendusin dari
tidurnya Bouw Pek lantas dandan, lebih dulu dia minta
disediakan makanan, kemudian dia minta tolong tuan rumah
jualkan kudanya. yang dia anggap sudah tidak perlu lagi dia
telah bikin perhitungan uang menginap dan makan setelah
semua beres dia lantas gendol pauwhoknya buat pindah ke
Hong Beng Sie. Disini segala apa sudah sedia, se¬mua bisa
diatur dengan cepat dan ringan, karena dia tidak punya
perabotan.
Begitu lekas tinggal di gereja, hatinya Bouw Pek jadi
terbuka. Disini dia bisa berlatih si¬lat kapan saja dia mau,
tidak banyak orang seperti dihotel dan tidak ramai juga,
sedang pekarangan luas, dia tidak lagi lesu seperti yang
sudah2.
Selang dua hari dia pergi kerumah Tek Siauw Hong, yang
berada digang yang lengkapnya di panggil Tong su sam tauw.
dia dapat kenyataan lukanya sobat itu sudah boleh dibilang
sembuh, karena Siauw Hong telah undang tabib yang pandai
dan obatnya juga obat yang mahal. Mereka duduk pasang
omong diruang tamu.
„Hiantee. nyatalah dugaanku cocok !" kata Tek Siauw
Hong. “Pertempuran kita di Lam hwee wa melawan Hoa chio
Phang Liong telah dapat diketahui oleh Siu Bie to Oey Kie Pok,
kemarin dia telah kirim Lauw Cit ya sebagai utusan dan utusan
ini kasi tahu pada ku yang Oey Kie Pok ingin ketemu kau.”
„Itulah bukannya soal, tidak apa, aku nanti ketemukan dia,"
kata Bouw Pek sambil terta¬wa. Siauw Hong geleng kepala,
dia menghela napas.
„Buat apa kau ketemui dia” dia tanya. “Dia seorang yang
berpengaruh, terhadap orang demikian lebih baik kita tidak
punya sang¬kutan .... “
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek tersenyum dengan tawar.


“Bukankah dia seorang dagang ? Pengaruh apa dia punya
?”
„Apa? Apa kau kira seorang dagang tidak punya pengaruh
besar ?" Siauw Hong tegaskan. „Keu barangkali perlu dengar2
sobatku ! diluar Cian mui ada Poan Louw Sam si Terokmok dia
telah buka enam chian chong yang besar, maka kalau ketemu
dia, kendatipun seorang bangsawan atau pweelek, orang
mesti menemui dengan bersenyum manis. Dan dikota sebelah
timur laut, hartawan yang paling besar adalah Oey Kie Pok !
cobalah cari tahu, pembesar siapa yang tidak punya hutang
padanya sedikitnya beberapa ribu tail ? “
Bouw Pek lagi lagi tertawa dingin.
„Dengan begitu berarti, siapa punya banyak uang dia
berpengaruh?” dia tanya.
„Itu adalah hal sewajarnya ! didalam kota raja ini orang
tidak bicara tentang tangan kuat, silat sempurna, yang di
pentingkan adalah uang banyak ! bisa jadi bugee Ui Kie Pok
tidak dapat disamakan dengan kau tetapi dalam hal uang dia
jauh lebih menang, dengan gunai uang dia bisa menjadi lawan
kau !”
Ucapan sobat itu, yang bicara terus terang, tidak sedap
masuk dikupingnya anak muda itu, maka dia juga tidak bisa
duduk tenang di atas kursinya. Tapi dia tidak bisa kata apa2,
cuma senyumnya yang tertampak nyata, senyuman menghina.
Siauw Hong tahu yang sobat ini tidak puas, maka ketika dia
bicara pula, suaranya sabar.
„Saudara, marilah kita bicara terus terang, dengan sabar,"
berkata dia. „Kau sekarang telah dapat dua musuh dalam
dirinya Say Lu Pou Gui Hong Siang dan Kimtoo Phang Bouw.
Dikalangan sungai Telaga, mereka terhitung paong cabang
atas jagoan, maka mereka itu pasti saja tidak mau sudah,
yang nama mereka telah dihina dan ditantang dimuka umum.
Aku percaya betul, dibelakang hari mereka akan datang cari
kau, melulu buat membikin banyak pusing ! 0ey Kie Pok
sudah pasti ingin ketemu kau, belum tahu bagaimana
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sikapnya Khu Kong Ciauw ! Empat orang itu dengan


sesungguhnya sudah cukup buat bikin kau repot. Maka aku
anggap, kita berdua baiklah berdaya dan bersiaga menjaga
diri terhadap pihak mereka. Lain bulan aku hendak berangkat
ke Tong leng akan urus kepentingan Seri Baginda Raja,
barangkali setidaknya satu bulan baru aku bisa kembali. Kau
sendirian saja disini dan asing, sampai jalanan kau tidak kenal,
apa bila mereka berniat bikin celaka kau, sukar untuk kau
lindungkan diri. Karena itu aku harap, saudaraku, selanjutnya
kau baik jangan sering sering pergi keluar, jangan ter¬lalu
unjukkan diri, kau tunggu sampai aku sudah pulang, nanti kita
pikir pula bagaimana baiknya. umpama kita cari orang, yang
suka menjadi orang perantaraan, buat adakan perdamaian,
atau buat urus terang mengadakan pie bu, untuk mendapat
kepastian siapa diatas dan siapa dibawah ! "
Kendati dia tahu Siauw Hong bermaksud bak. Lie Bouw Pek
tidak sabar akan dengarkan perkataannya sobat ini, yang
terlalu sabar, atau yang kalah hati mengingat pengaruh besar
dari orang orang yang disebutkan nama namanya. Meski
begitu dia tidak mau membantah. dia hanya lawan dengan
manggut manggut.
Kedua sobat ini barkumpul sehingga waktunya bersantap
malam, Bouw Pek diundang ber dahar sama sama dan dia
terima undangan itu, adalah sesudahnya bersantap baru dia
pulang, tatkala itu waktunya rumah rumah memasang api.
Sekeluarnya dari mulut jalan sebelah barat Tong su sam
tiauw, Bouw Pek menuju keselatan dia jalan dijalan besar.
Langit waktu itu gelap, bintang tidak tertampak barang satu.
Cuaca yang gelap di tambah dengan awan, suara guntur telah
mulai terdengar. Dijalanan masih ada orang dan kereta, tetapi
mereka semua jalan ter buru2, semuanya takut nanti ditimpa
hujan. Terpaksa supaya tidak sampai mandi air langit, dia
tidak pulang ke Sinsiang Hootong, hanya pergi ke Han kee
thoa. ke Po Hoa Pan. Didepan pintu rumahnya Cu Sam dia
turun dari kereta, justru hujan besar lantas turun membasahi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bumi. Baru saja dia bertindak masuk, Mo Ho si jongos telah


teriaki namanya.
Dengan tidak kata apa apa, Bouw Pek menuju ke lauwteng
dan naik. kamarnya Siam Nio terang, diluar gelap. dia
hampirkan pintu kamar, dengan tindakannya dibikin sedikit
berat. dia dengar suara orang bicara d dalam kamar, dia
pasang kuping.
Itulah suaranya Siam Nio dan ibunya.
„Cui Siam !" dia lalu memanggil,
„Siapa ?" terdengar Cia Lo mama dari dalam.
„Tentu Lie Looya yang datang !" terdengar juga suaranya si
nona.
Dengan membawa tengloleng. Cia Mama bertindak keluar,
tapi Bouw Pek mendului masuk kedalam.
„Benar juga Lie Looya !" Cia Mama kata sambil tertawa.
Bouw Pek masuk terus, dia tidak berpapasan dengan Ciu
Siam, yang tidak keluar buat sambut dia. Di dalam si nona
sedang duduk di atas pembaringannya Nona ini tidak bangun,
malah padangan mukanya tertampak sorot ngambul.
„Oh Lie Looya, kau masih sudi datang kemari ?” kata nona
rumah, dengan mata melirik “Aku tadinya sangka kau sudah
menjabat pangkat di luar kota raja !"
„Pangku pangkat ?" Bouw Pek tertawa. „Buat aku, seumur
hidupku, aku tidak niat pangku pangkat !"
Dia hampirkan bangku dan duduk disitu, ketika Cia Lu
mama angsurkan teh, dia me nyambuti sambil membilang
terima kasih.
Dari luar jendela terdengar jatuhnya air hujan, yang makin
gencar dan keras, suaranya guntur tidak menjadi kekurangan.
“Jangan kau sesalkan aku !” kata Bouw Pek kemudian,
sambil bersenyum „Dalam dua hari ini, aku repot bukan main.
Pertama tama urusanku pindah rumah, dan kedua urusannya
Tek Ngo ya, yang minta bantuanku ...... "
Sembari kata begitu, anak muda ini pandang muka onrang
yang nampaknya lebih bersinar, seperti orang mau tertawa,
maka dia lalu teruskan ;
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Baru tiga hari aku tidak datang, itu rasanya seperti tiga
bulan saja. Aku senantiasa merasa hatiku tidak tenteram,
maka sekarang, kendati juga hujan besar aku telah datang
kemari. Aku sengaja buang tempo........"
Si nona tertawa cekikikan apabila dia dengar keterangan
itu.
„Jadi kau telah buang tempo untuk da¬tang kemari ? ia
tegasi.
„Kalau begitu, kau tentu juga akan buru buru pulang !...... “
Tapi anak muda kita lekas geleng kepalanya.
„Tidak,” dia bilang, „aku sekarang sudah tidak punya
urusan lagi! Aku sudah pindah
rumah dan urusan sobatpun telah selesai. Seterusnya aku
bisa datang tiap hari......”
Baru saja Bouw Pek tutup mulutnya atau dia sudah
menyesal bukan main.
“Kenapa aku mesti bilang bahwa aku bisa dalang setiap
hari ?" demikian dia tegur dirinya sendiri. „Mana aku bisa
lakukan itu ?"
Tetapi ucapan itu justru bikin Siam Nio girang bukan main.
„Kau bilang kau bisa datang setiap hari?,” dia bilang. „Aku
tidak percaya, Tapi hari ini hujan besar, mestinya tidak ada
tamu lain yang datang, maka kau jangan lantas pergi”
„Tidak, aku memang tidak mau lantas pergi " Bouw Pek
manggut. “Aku bisa pulang sebentar sesudah tengah malam”
„Tengah malam ? Apakah kau tidak takut nanti diomeli
isterimu ?"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah.
„Apakah aku belum pernah kasi tahu kau?” dia tanya.
„Sekarang aku telah berumur dua puluh lebih. akan tetapi aku
masih belum ber isteri ! Aku datang kekota raja sendirian saja,
tadinya aku tinggal dihotel, baru dua hari aku pindah kebio di
Sinsiang Hootong”
Cu Siam benar2 tidak ketahui yang tamunya seorang
jejaka, katerangannya anak mu¬da ini bikin dia heran.
„Kenapa kau belum menikah, Lie Looya?" dia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek merasa tertusuk. Ini adalah pertanyaan yang


mengenai lukanya didalam hati. sekalipun orang lain yang
tanyakan itu dia sudah masgul sekarang Siam Nio yang tanya
dia jadi berduka, Tapi dia coba kuatkan hati.
„Baiklah kita jangan sebut2 hal itu. itu urusanku yang
mendukakan hati," dia bilang dengan pelahan, dia menarik
napas, tangannya ditaruh dilututnya.
Siam Nio masih saja merasa heran, sehingga dia
mengawasi dengan bingung saja.
Justru itu Cia Mama bertindak keluar, maka buat bikin si
nona tidak salah mengerti. Bouw Pek kasikan keterangannya
Tapi lebih dulu dari pada itu, lagi2 dia menghela napas.
„Aku nanti terangkan pada kau seorang, karena orang lain,
kendati sobatku, tidak ke tahui rahasia hatiku ini," dia bilang.
„Sedari masih kecil aku sudah berpikiran, buat me nikah aku
mendapatkan nona yang pintar dan cantik, kalau tidak, aku
tidak mau kawin. Beberapa sanak dan sobat pernah tunjukkan
aku nona2, semuanya nona itu aku tidak penuju. Adalah
belakangan aku kenal nona she Jie, yang pintar dan cantik
dengan berbareng, malah dia telah hargakan aku dan ayahnya
pun bersikap manis terhadapku ....”
„Apakah kau tidak bisa minta perantaraan orang. buat
nikah nona itu ?” Siam Nio potong. ..Tidakah. dengan begitu,
pernikahan bisa lantas dilangsungkan ?"
Bouw Pek tertawa, tertawa secara meringis.
“Tidak, itulah tidak bisa terjadi” dia kata „Nona itu sudah
ditunangkan pada orang lain !”
Mukanya Siam Nio berobah, agaknya ia merasa terharu.
Dengan mata tajam dia awasi anak muda kita.
Bouw Pek duduk dengan tangan menunjang meja,
romannya sangat berduka.
„Kasihan anak muda ini." pikir Siam Nio yang jadi terharu,
hingga air matanya hampir meleleh keluar. dia anggap Bouw
Pek pemuda yang mencinta, maka sayang kecintaan itu tidak
ada yang bisa sambuti. . . ..
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hampir Bouw Pek tambahkan keterangan dengan bilang,


bahwa kecuali nona Jie adalah nona ini yang paling tarik
perhatiannya, bahwa dia berniat bebaskan si nona dari
belengguannya sekarang, agar kemudian mereka bisa
menikah dengan merdeka, sebab dia tidak ingin yang nona ini
mesti menikah dengan lelaki sembarangan apa pula lelaki
kasar, Syukur perasaan itu dia tidak dapat utarakan mulutnya
seperti terkunci.
Berdua mereka saling mengawasi, tidak ada satu yang buka
mulut. Maka itu, kendati suara hujan lebat, tapi suara
nyanyian dari kamar lain terdengar nyata, entah nona manis
yang mana yang sedang gembirakan diri dengan suara yang
halus dan sedih.
Hatinya Cui Siam tergerak, dia merasa tertusuk, dangan tak
merasa, air matanya me¬leleh keluar, maka buru buru dia
susut itu dengan suputangannya.
Di saat nona ini mau bicara. dia lihat ibu-nya mendatangi
tanganya memegang selembar kertas merah.
Bouw Pek lihat kertas itu, dia menduga pada undangan.
Setelah sering berada dirumah hina ini, dia mengerti apa
artinya kertas merah itu. Tapi sekarang, melihat Siam Nio
yang harus dikasihani, hatinya menjadi panas. Kenapa selagi
hujan turun dengan lebat masih saja ada yang mau panggil si
nona, buat dijadikan jurulayan melulu karena uang?.
„Louw Sam Looya," kata sang ibu, „katanya Cie Tayjin
sedang tunggu kau .. ..”
Cui Siam kerutkan alisnya.
„Hujan begitu besar. bagaimana mereka masih memanggil
aku?" dia kata. „Mama, baik kau jawab mereka, bahwa aku
sedang sakit dan tidak bisa pergi”
„Itulah tidak bisa anak," Cia Mama kata. „Kau ketahui
sendiri, berapa banyak Cie Tayjin telah hamburkan uangnya
untuk kau. Kalau sekarang kau tidak pergi, apakah dia tidak
akan jadi kurang senang ? Lagi, bila Cie Tayjin dengar kau
sakit, dia tentu bingung, dia pasti akan minta Louw Sam Looya
datang tengok kau !
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Cui Siam menghela napas. dia tahu ibunya omong hal yang
benar. dia lalu berbangkit.
„Lie Looya, sukalah kau menunggu disini, sebentar aku
kembali," dia kata pada anak muda kita.
„Kau pergilah,” sahut Bauw Pek sambil manggut. Meski dia
mendelu, dia diam saja, dia tidak mau campur tahu urusannya
ibu dan anak itu.
Ibunya Cui Siam merasa tidak puas yang anaknya mau
tahan si anak muda, tetapi mengingat orang telah sering
datang dan telah antar cita, dia kuatir anak itu gusar.
“Ya, looya, kau jangan pergi dulu," iapun kata. „Bila kau
merasa lelah, kau boleh rebahkan diri . . . ."
„Aku tidak lelah " Bouw Pek jawab.
Cui Siam lantas rapikan pakaian dan rambutnya, dia ikut
ibunya pergi.
Bouw Pek jadi duduk sendirian saja, dalam kesunyian dia
jadi masgul dia juga sebal mendengar hujan, yang tetap tidak
mau berhenti.
“Aku sudah pikir buat jarang datang ke-tempat begini, aku
toh laki laki, tidak tahu-nya sekarang aku kembali berada di
sini . . ." dia berpikir. „Entah bagaimana, romannya
Cui Siam menyebabkan aku selalu merasa kasihan
terhadapnya. Sudah Siu Lian sekarang Siam Nio ... . Secara
begini, bagaimana nanti aku bisa majukan diri?”
Kemudian dia lalu ingat orang yang dipanggil Cie Tayjin itu.
„Beberapa kali aku senantiasa dapatkan karcis namanya,
dia tentunya Cie Sie long yang Tek Siauw Horg sering sebut,"
dia pikir. „Ia memangku pangkat, dia kuatir ada giesu yang
dakwa, maka itu, buat berpelesiran dengan Siam Nio, dia
saban saban undang Siam Nio datang ketempatnya. Bersama
Cie Tayjin ini ada Louw Sam Looya siapa dia ini, apa
pekerjaannya ? Apakah dia Poan Louw Sam, yang katanya
punya enam chian thong dikota selatan ? Cui Siam punya
banyak kenalan jempolan, kenapa dia masih ketarik padaku ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek tidak bisa menduga dengan cocok, maka dia jadi
lelah sendirinya. dia lantas rebahkan diri dipembaringannya
Cui Siam, tangannya meraba bantal.
„Eh, kenapa bantal ini berat ?" pikirnya. dia bangun, dia
angkat bantal itu, yang terbikin dari kayu yang dicat hitam.
Beda dari bantal lain, bantal ini kosong dalamnya dan berupa
seperti peti, oleh karena tidak dikunci, dia buka tutupnya. dia
heran dan jadi ingin dapat tahu. dia tercengang ketika dia lihat
isi nya bantal itu : bukannya uang, bukan barang perhiasan,
hanya sebuah pisau belati yang tajam mengkilap, panjangnya
delapan cun !
„Heran, apa perlunya Siam Nio dengan senjata ini?" pikir
dia yang lekas lekas rapi kan pula bantal itu. „Apakah dia
benar2 bu¬nga raya yang gagah ? ia lemah lembut. Rahasia
apa dia simpan dalam hatinya ? Apa kah tidak bisa jadi dia
punya lelakon penghidupan yang menyedihkan dan hebat,
yang menyebabkan dia sekarang menjadi bunga raya? Apakah
bisa jadi dia telah ketahui atau telah menduga aku orang
macam apa, maka terhadap aku dia telah tumplekkan per
hatiannya secara istimewa ?"
Sia sia saja Bouw Pek menduga duga.
„Cuma Siam Nio yang bisa jelaskan semua ini padaku,"
akhirnya dia pikir.
Sekarang hujan sudah mulai berhenti, suara nyanyian
dikamar sebelah pun sudah sirap Po Hoa Pan telah menjadi
sunyi, kecuali suara rincik2 air hujan.
Tidak antara lama, ditangga lauwteng ter dengar tindakan.
Menduga Cui Siam pulang, Bouw Pek pura pura tidur. yang
datang be¬nar si nona, yang baru pulang dari tempat nya Cie
Tayjin.
„Oh, Lie Toaya tidur," kata ia, kapan ia lihat orang sedang
rebah dengan diam saja.
Ia lantas pentang kelambu, dan ambil selimut, buat
kerobongi tubuh orang. Tapi berbareng dengan itu anak muda
kita buka matanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku baru saja rebah2an. tidak merasa lagi jadi pulas,"


katanya.
„Apakah kau hendak tidur pula ?" si nona tanya.
Bouw Pek bangun, Cia Mama bawakan air teh.
„Tidak,” dia kata kemudian. „Sekarang su¬dah malam, aku
perlu pulang."
Ia berbangkit dan rapikan pakaiannya, lantas bertindak.
Tapi Siam Nio tarik dia, ketika dia lihat mukanya si nona,
muka itu bersemu merah, nampaknya seperti gusar bukan,
tertawa bukan........
„Hujan belum berhenti betul, jalanan becek dan licin.
bagaimana kau bisa pulang sekarang ?" tanya si nona.
Ditanya begitu, air mukanya anak muda ini pun menjadi
merah.
Cui Siam tarik tubuh orang, buat disuruh duduk dikursi.
„Bagaimana juga, sekarang aku tidak bisa ijinkan kau
pulang !" berkata dia sambil tersenyum.
Bouw Pek sebenarnya tidak tahu bagaimana perasaannya,
tetapi dia tertawa.
Hujan betul2 bandal, dia turun terus antero malam dan
sampai esok paginya tidak mau berhenti. Maka itu, buat bisa
pulang ke Hoat Beng Sie, Bouw Pek mesti sewa kereta.
Sejak itu, persobatan diantara kedua anak muda itu jadi
makin kekal. Bouw Pek pernah tanya hal ihwalnya si nona,
tetapi Cui Siam tidak mau menutur lebih dari sebagaimana dia
sudah omong, dia hanya ganda menangis. hingga mengetahui
kedukaan orang, si anak muda tidak berani menanyakan lebih
jauh.
Menyimpang dari janjinya pada diri sendiri, sekarang Bouw
Pek berniat datang setiap hari pada si nona, sebaliknya,
sekarang adalah si nona yang cegah dia datang terlalu sering
Sebabnya adalah Cui Siam tahu dia datang ke Pakkhia untuk
mencari pekerjaan, tetapi pekerjaan belum dapat, sedang
keuangannya tidak kuat. Maka pertemuan hanya terjadi
apabila sudah selang dua hari, Bouw Pek turuti kehendak si
nona,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kalau Cui Sam bisa robah cara hidup nya, dia pantas buat
jadi isteriku, pikir anak muda ini. Hatinya lega apabila dia
memikir demikian, tetapi hati itu segera jadi pepat, apabila dia
ingat dari pamannya tidak kabar apa2, sedang dia sudah
berdiam lama juga di kota raja.
„Pengharapan seperti tidak ada bagaimana aku bisa
berdiam lama2 disini " satu kali Bouw Pek berpikir. „Benar aku
punya sobat, yang bisa tolong aku, akan tetapi apakah daya
sempurna buat terus2an harapkan bantuan sobat ? Tidak, aku
mesti berdaya !"
Bouw Pek lantas kunyungi Siauw Hong.
„Toako, kau kenal banyak orang di Pak-khia, apa kau bisa
pujikan aku pada salah satu rumah buat mengajar silat ?" dia
tanya.
Diluar sangkaan, Siauw Hong geleng kepala apabila dia
dengar pertanyaan itu.
„Kerjaan guru bagi kau tidak cocok," kata orang Boan ini.
„Disini mereka yang menjadi guru adalah sebab didalam
penghidupan mereka sudah tampak kesukaran hebat. Kau
telah jadi sobatku, ini juga salah satu sebab kenapa aku mesti
cegah kau menjadi guru silat! Mana aku punya muka akan
antap sobatku bekerja pada orang lain, melulu untuk dapatkan
beberapa tail ? Sekarang, saudaraku, kau jangan sibuk tak
karuan, kalau sampai duaratus tail perak, aku masih sanggup
bantu kau. Apabila saja kau perlu uang, lantas beritahukan
padaku. Sekarang kau sabar saja menganggur, tunggu nanti
sampai aku sudah pulang dari Tong leng, kita nanti kumpul
sejumlah uang, buat buka piauwkiok buat kau kepalai.
Tidakkah itu lebih baik daripada kau jadi guru silat dari
sembarangan orang ?"

Mendengar perkataan itu, Bouw Pek tidak berani


mendesak.
Sepuluh hari kemudian, selagi Bouw Pek berdiam digereja,
Siauw Hong kirim Hok Djie membawa kereta buat sambut dia,
begitu bertemu orang Boan itu kata :
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Saudaraku, besok aku hendak berangkat ke Tongieng.


Bersama aku akan berangkat beberapa anggota lalu dan
Lwee-bu hu, maka itu besok kau tidak usah mengantar aku.
Kepergianku paling lama dua bulan atau barang kali aku bisa
pulang dalam tempo duapuluh hari. yang sudah pasti adalah
aku mesti kembali sebelumnya Pee gwee Tiong Ciu. Maka,
saudaraku, aku minta kau suka menunggu sampai aku pulang,
terutama karena aku mau minta supaya kau tolong tilik
rumahku. Di sebelah itu, ada satu hal penting, yang aku
hendak beritahukan kau. Kita telah kebentrok dengan lima
harimau dari keluarga Phang dari Cim cu, sudah terang tiap
waktu Kim to Phang Bouw akan datang menganggu kita.
Biarlah aku bicara terus terang. Melihat kepandaian kau,
saudaraku, aku percaya kau sanggup rubuhkan Phang Bouw,
tetapi di sebelah itu kau mesti ingat pergaulannya yang luas,
sobatnya banyak. Aku percaya, orang sebagai Phang Bouw
bisa lakukan segala apa yang dia mau !, segala apa yang
berada diluar sangkaan kita. Maka aku sudah pikir, adalah
lebih baik kita akan jangan pusing dari pihak dia itu.
Andaikata dia benar datang cari kau, saudara, kau baik
timpahkan segala apa atas diriku, kasi tahu saja supaya dia
menunggu sampai aku sudah pulang dari Tong leng. Perihal
Cu Siam andaikata kau niat ambil dia sebagai isterimu, aku
mufakat, cuma sebelumnya ambil putusan, baik kau berlaku
hati2 dan coba dulu. Kau tahu sendiri sifatnya kebanyakan
bunga raya, yang kebanyakan tidak bisa terlalu dipercaya
Kabarnya Cie Sie long mau ambil Cui Siam, tetapi juga ada
kabar yang Louw Sam mau ambil dia sebagai isteri. Biar ini
semua kabar angin, tetapi tidak ada halangannya buat kau
perhatikan, agar kau berlaku hati2... .Cie Sie long dan Poin
Louw Sam semua orang2 yang berharta besar dan
berpengaruh, kendati bagaimana juga. kita tidak boleh
sembarangan main gila terhadap mereka. Mereka semua tidak
boleh dipandang enteng......"
Bouw Pek tidak puas terhadap omongan sobatnya itu,
kendati demikian tidak membantah, karena di sebelah semua
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

itu, ia tahu Pek Siauw Hong bicara karena kejujurannya dan


sifatnya yang ber hati2.
“Kalau dia sudah pergi, aku bisa berbuat apa yang aku
suka" pikirnya, yang lalu dengan sembarangan saja barjanji
yang dia akan perhatikan nasehatnya sobat ini. Sampai sudah
bersantap malam, barulah Bouw Pek pulang kepondoknya.
Diwaktu dia mau pergi, Siauw Hong serahkan sejilid buku
chiancung padanya,
,Kapan saja kau perlu kau boleh ambil uangnya," kata
sobat ini. Bouw Pek pulang seorang diri, tetapi esok paginya ia
datang pula.
„Looya kita telah pergi sejak pagi tadi," pengawal kasi tahu.
„Biarlah " sahut Bouw Pek. „Tapi ingat, kalau ada orang
yang tak dikenal datang kemari buat terbitkan onar, kau mesti
lekas pergi keluar kota cari aku !"
„Diwaktu mau berangkat looya juga pesan, kalau ada apa2
kami diminta lekas pergi cari Lie Toaya," pengawal itu bilang.
Setelah itu, anak muda ini pulang kebio.
Tentu saja anak muda kita menjadi sa¬ngat kesepian,
perginya Tek Siauw Hong membikin dia tidak punya sobat lain
lagi yang bisa diajak omong dan pesiar. Pada paman nya dia
tidak mau sembarangan pergi. Maka itu, kalau sangat iseng
dia pergi cari Cui Siam, buat berkumpul dengan sinona manis.
Oleh karena dia taruh perhatian pada Cie Sie long dan Poan
Louw Sam, satu kali Bouw Pek minta keterangan dari Siam Nio
tentang dua orang itu.
Menurut Cui Siam, Cie Sie long adalah langganannya, dia
bisa diundang buat menyanyi dan menemani bersantap, lebih
tidak. Poan Louw Sam sobatnya Cie Sie long, maka itu si
Teromok ini juga kenal dia, sebab dia itu hampir selalu berada
bersama sama si sielong.
Oleh karena Cie Sie long seorang pembesar negeri, yang
tidak merdeka buat keluar masuk rumah hina, dia selamanya
diundang dengan pakai karcis nama dan yang datang
mengundang sering juga Poan Louw Sam sendiri. Pertemuan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

biasa terjadi di rumah makan atau di rumah lain dari Poan


Louw Sam.
Cie Sie long seorang yang berusia enam puluh lebih,
hidupnya mewah, apa pula dia ber kenalan baik dengan
seorang ongya atau raja muda, tidak heran bila Louw Sam si
Teromok selalu berdampingan pada sielong ini Buat Louw Sam
adalah sangat berfaedah akan tempel orang berpangkat dan
berpengaruh, disatu pihak mudah buat keperluan apa2, dilain
pihak dengan sendirinya dia turut dapat pengaruh.
„Diluaran orang bilang, kau berniat ikut Cie Sielong." kata
Bouw Pek yang berlaku terus terang.
Ditanya begitu, Matanya si nona menjali merah.
„Sama sekali aku tidak pernah pikir buat ikut Cie Sie long"
katanya. „Disebelah itu, Cie Sielong sendiri sudah punya dua
gundik dan dia tidak inginkan gundik ketiga. Adalah Poan
Louw Sam punya bisa, yang hendak gunai diriku buat bisa
rapati sielong itu, agar dia bisa membalas budi............"
Mendengar perkataan si nona. Bouw Pek jadi benci Louw
Sam.
„Kalau aku dapat ketika bertemu dia, aku mesti kasi
hajaran padanya," pikirnya. Tidak terlalu lama dia pamitan dan
pulang.
Dihari kelima sedari berangkatnya Tek Siauw Hong. hari itu
hawa udara sangat panas. Lie Bouw Pek keluar dari kamarnya
dan pergi berangin diluar, dengan gelar tikar dia rebahkan diri,
dengan kipas mengkipasi tubuhnya.
Pelataran didepan kamarnya Bouw Pek ini sangat sunyi. dia
memang biasa berada dalam kesunyian, karena dia tidak
punya kawan bi¬cara, sedang hweeshio2 disitu pun jarang
suka pasang omong dengannya. Ada juga ka¬wannya ialah
patung Buddha tua dipendopo serta peti mati di kedua
samping pendopo itu ........
Rebah telentang, Bouw Pek memandang langit dimana
sang awan yang putih terbang melayang layang Disini dia
merasai juga hawa sejuk, maka lama lama matanya ngantuk.
Ada lah disaat dia layap2 hendak pulas, kupingnya dengar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

suara ramai dari banyak tin¬dakan kaki, yang mendatangi


kejurusan kamarnya itu. Karena itu, dengan buka kedua
matanya dia memandang kejurusan dari mana suara itu
datang.
tiga orang kelihatan sedang mendatangi, satu diantaranya
seorang jang usianya kurang lebih tiga puluh tahun bajunya
putih, tangan nya mencekal kipas, tubuhmu tidak tinggi,
mukanya yang kurus berkulit hitam, matanya ber
cahaya. dia kelihatannya bersemangat.
Bouw Pek lantas ingat siapa dia itu. Dia adalah Siu Bie to
Oey Kie Pok, yang kata nya sangat ternama didalam kota
Pakkhia ini.
Tentu sekali dia heran atas kedatangan orang ini, dia
segera berbangkit.
„Cari siapa, heh ?" dia tanya seraya kancingkan baju
pendeknya.
Siu Bie to datang bersama dua pengikutnya, dia
menghampirkan.
“Tuan, apakah kau Lie Bouw Pek Lie ya?" dia tanya sembari
bersenyum.
,Benar, aku Lie Bouw Pek," sahut anak muda kita, yang
balas hormat orang. dia menduga duga, tamu ini datang
dengan maksud baik atau sebaliknya.
Kembali Oey Kie Pok unjuk hormatnya dengan rangkap
kedua tangannya.
„Sudah lama aku telah dengar nama kau, Lie ya !" kata dia
dengan manis. Tapi dia pandang anak muda kita dari atas
kebawah. „Aku Kim Long Cay," dia kemudian perkenalkan diri.
Didalam hatinya Bouw Pek tertawa, kenapa orang mesti
membohong dengan pakai nama lain ?
Tamu itu rupanya tidak duga, atau tidak perduli apa yang
orang pikir tentang dirinya, rupanya dia tidak kenal baik
namanya. Dia bicara terus.
„Aku gemar ilmu silat, maka itu terhadap orang2 gagah dari
kalangan Sungai Telaga aku sangat menaruh harga,”
demikian dia kata pula. „Begitulah, dengan maksud serupa,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekarang aku telah datang berkunjung kemari. Selama ini, Lie


ya, kau bersobat rapat dan bergaul kekal dengan Tek Siauw
Hong, hingga lantaran itu Siauw Hong telah anggap dirinya
menjadi enghiong nomer satu di Pakkhia. Lain dari itu, tuan
aku juga telah dengar yang di Seeho shia kau telah rubuhkan
Sey Lu Pou Gui Hong Siang dan di Lam hwee wa sudah lukai
Hoa chio Phang Liong, serta kau telah sesumbar hendak
takluki Sie Bie to Oey Kie Pok, Ginchio Ciang kun Khu Kong
Ciauw dan Kim too Phang-Bouw ! Apakah ini benar?"
Beda daripada mula2 diwaktu menanya, Oey Kie Pok telah
unjuk senyuman tawar, sikapnya sungguh2 sekali.
Sampai disitu Lie Bouw Pek lantas duga yang orang datang
dengan maksud tidak baik terbukti dugaan sikapnya yang
demikian aneh dan dengan tukar nama juga. Oleh karena dia
tidak takut, dia lalu angkat dada .
“Benar," dia akui "benar semua ucapan itu aku telah
keluarkan ! yang lain lain aku tidak pikir, kecuali Siu Bie to Oey
Kie Pok. Dia ini, mengandalkan pengaruh uangnya, sudah
bawa tingkah seperti juga satu pa ong, satu raja jagoan,
hingga tingkahnya itu aku tidak bisa lihat ! Tunggulah sampai
nanti hawa udara sudah berobah menjadi sedikit sejuk, pasti
aku nanti cari padanya, buat kita coba? !”
Oey Kie Pok dengar ucapan itu, dengan air muka berobah
menjadi merah, karena berdepan orang telah damprat dia.
“Tidak usah, tuan, tidak usah kau cari Oey Kie Pok,” dia lalu
bilang. Oey Su ya itu sebenarnya seorang baik2, yang hati nya
murah dan suka mengamal ! dia tentu sekali sebagai orang
baik baik tidak nanti mau pie-bu dengan orang tidak ternama
dari kalang¬an Sungai Telaga ! Aku sobatnya, sebagai
so¬batnya. aku tidak bisa lihat yang orang pan¬dang enteng
padanya, aku tentu tidak mau mengerti. Tapi, sobat, kau
sobatnya Tek Siauw Hong. karena itu kita juga tidak boleh
tidak me¬mandang persobatan. Maka itu sekarang aku datang
melulu dengan maksud buat ,main2, buat minta pengajaran
dari kau ! Jikalau kau bisa menangkan aku, tuan, sudah pasti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekali juga Siu Bie to Oey Kie Pok akan pandang hormat pada
kau . . .!"
Bouw Pek bersenyum dingin.

„Nyatalah Oey Kie Pok ini seorang yang licin." Pikirnya “Ia
mau piebu padaku, tetapi dia tidak mau perkenalkan diri, dia
lebih suka memakai nama palsu. Tapi ini lebih baik lagi, aku
jadi tidak usah berlaku sungkan lagi. sebentar sesudah coba
coba. baru kita bicara pula bagaimana baiknya
Karena dia berpikir demikian, dia lantas menjawab:
„Baiklah, tuan Kim, aku bersedia akan iringi kehendak kau
!!”
Oey Kie Pok manggut, kelihatannya dia puas sekali, dengan
tidak kata apa apa lagi dia buka baju luarnya yang panjang
dan gerombongan, bersama sama kipasnya dia serahkan baju
itu pada dua pengikutnya. dia ternyata sudah siap dengan
pakaian yang ringkas, hingga tinggal gulung tangan bajunya
saja.
„Saudara Lie, silahkan maju !” dia menan¬tang setelah dia
maju beberapa tindak dan pasang kuda kudanya.
Memandang gerakan2 orang, Bouw Pek duga Siu Bie to
mesti punya kepandaian yang berarti, tetapi dia tidak takut,
setelah gulung tangan bajunya diapun lantas maju
menghampirkan, Dengan benar benar tidak sungkan sungkan
lagi dia kirim jotosannya. Sudah tentu dia mengancam untuk
mencoba coba dulu, akan cari tahu, pelajaran Oey Kie Pok dari
golongan mana.
Begitu tonjokan sampai, Oey Kie Pok berkelit kekiri, dari
sini dia maju pula dengan cepat, kedua tangannya diangkat
dan dibuka buat ganjal iga si anak muda iga yang ter¬buka
karena tonjokan maju kedepan !
Segera juga Lie Bouw Pek lihat gerakan Patwa tiang itu, dia
lantas tahu bagaimana mesti melayani. Dengan enjotan kaki
kanan dan kaki kiri terangkat naik dia perlihatkan
kepandaiannya lompat tinggi yang luar biasa, karena tubuhnya
sudah mencelat keatas, melewati kepalanya si orang she Oey
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

siapa ber bareng pun mendek, bahna kegetnya menam¬pak


gerakan istimewa dari lawan itu ! Tapi Kie Pok bisa menduga
niatan musuh, maka di satu pihak menarik pulang kedua
tangannya di pihak lain dia lekas balik badan. dia ternyata
bisa berlaku sebat, tapi baru saja dia putar tubuhnya, atau
kepalan Lie Bouw Pek sudan menyambarnya. Sebab anak
muda itu, setelah turun menginjak tanah, sudah lantas
balikkan badan terus menyerang punggung orang.
Menangkis tangan kiri lawan, Oey Kie Pok bikin gerakan
menggaet, buat betot lengan musuh. Tenaganya besar sekali,
cekalannya keras, hingga Bouw Pek merasa lengannya itu
seperti gemetar. Tapi dia tidak takut, dengan tidak gubris
gaetan musuh itu, dia pasang kuda kudanya. dia tidak berkelit
atau menyerang, dia hanya kasi dirinya dibetot !.
Siu Bie to diam diam terkejut mengetahui kuda kuda orang
yang tangguh, karena kendati dia telah keluarkan antero
tenaga nya dia tak mampu bikin bergeming tubuh lawan itu,
yang tadinya dia hendak betot supaya rubuh ngusruk ! Tapi
dia tidak mau adu tenaga, mengetahui musuh tangguh, lekas
lekas dia angkat kaki kanannya akan dupak perut orang !
Bouw Pek unjuk kesebatannya, dengan satu gerakan
memutar lengan dia bikin lengannya telepas dari gaetan
musuh. berbareng dengan itu dia gerakkan kedua kakinya,
lompat kesamping. Tapi setelah lolos dari gaetan dan bebas
dari dupakan. dia balas menyerang. Cepat luar biasa dia maju
dan tonjok da¬da lawan itu tidak berdaya sama sekali !
Berbareng dengan suara keras: “Duk !" dari samping ada
orang menjerit dengan lidah Shoasay yang nyata sekali: “
Bagus !"
Oey Kie Pok rasai kepalanya pusing, tubuh nya menjadi
limbung, dia tentu sudah rubuh jikalau dua pengikutnya tidak
lekas lompat menubruk. Dia meringis, bahna menahan sakit
pada dadanya, mukanya menjadi pucat se¬perti kertas
Kendati demikian dia masih bisa melirik kesamping, buat lihat
orang yang memuji bagus itu, yang bicara dengan lidah
Shoasay.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Orang Shoasay itu punya tubuh tidak ting¬gi, akan tetapi


mukanya bundar dan montok atau tembem, bajunya yang
putih d sambung dengan kun putih juga Dari dandanan dan
romannya terang dia seorang pedagang kecil. tapi entah
kapan masuknya sampai dia mendadak berada didalam bio
itu.
„Sobat, bukankah kau menyerah kalah ?'' tanya Bouw Pek
sambil tertawa, dengan sengaja unjuk sikap jumawa.
Mukanya Oey Kie Pok menjadi merah, bahna malu dan
gusar.
„Ya, aku kalah !" kata dia dengan sengit. „Tapi Siu Bie to
Oey Kie Pok tidak nanti mau menyerah, segera dia akan
datang buat cari kau......!”
Mendengar demikian, Lie Bouw Pek tertawa berkakakan.
„Oey Kie Pok terlalu menghina !" dia kata dengan keras.
“Apakah kau sangka aku tidak kenal kau, kau Oey Kie Pok
sendiri !"
Bukan main malunya Sie Bie to. yang rahasianya di beber di
hadapannya sendiri, dia hampir tidak punya tempat akan taruh
mukanya itu ! Maka akhirnya dia menghela napas, ia diam
saja waktu dua pengikutnya pepayang dia buat diajak keluar,
akan berlalu dari gereja itu.
Sekarang si gemuk si orang Shoasay, hampirkan Lie Bouw
Pek, tangannya diangkatnya , jempolnya diacungkan.
„Lie Toaya, aku kagum betul!" kata dia sambil tersenyum.
„Kemarin ini kau telah lukai Hoa-chio Phang Liong, sekarang
kau rubuhkan Siu Bie to Ui Kie Pok. maka di kota Pakkhia ini.
apabila orang bicara tentang ilmu silat, nama kau mestinya
ditaruh di tingkatan paling atas !"
“Tetapi kepandaianku tidak berarti." kata Bouw Pek, yang
tapinya tertawa dengan puas. “Orang yang berkepandaian
sejati tidak nanti berani buka mulut besar. Siu Bie to namanya
saja besar dia hanya beranggapan, bahwa dikolong langit
tidak ada orang lain yang bisa rendengi padanya, dia tidak
tahu. orang pandai bukanlah dia sendiri saja. Maka orang
seperti dia satu kali mesti diajar adat. supaya tahu rasa !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lantas dia tunjuk tikarnya. ..Tuan, silahkan duduk ! Mari kita


pasang omong !"
ORANG Shoasay ini, yang kate dan gemuk, sebenarnya
adalah pengusaha sebuah warung arak diluar Siosiang
Hootong sebelah utara, karena lidahnya masih saja lidah
Shoasay Selatan, bisa dimengerti yang dia belum lama
berdiam di Pakkhia. Warung araknya yang berupa satu
ruangan, diurus oleh dia sendiri serta satu pengawasnya.
Beberapa kali Lie Bouw Pek telah pergi kewarung araknya
akan minum dan beli kue, atau di situ dia sekalian dahar,
maka itu dia kenal pemilik warung itu, siapa ternyata seorang
yang pandai omong hingga dia bisa dijadikan teman kong-
kouw.
Tidak tahu bagaimana jalannya, tukang warung ini telah
mendapat tahu yang di Lam hwee wa si orang muda sudah
kasi hajaran pada Hoa chio Phang Liong, dengan sendirinya
timbullah perasaan suka pada pemuda ini. yang dibuat kagum,
yang dia hargakan.
“Tadi aku lihat Siu Bie to Oey Kie Pok naik kereta datang
kegereja ini, aku lantas duga dia tentu mau cari Lie Toaya
buat adu silat” kata tukang warung ini, „karena ingin
menonton aku lantas tinggalkan warungku dengan tidak
keburu saling pakaian lagi aku tadinya pikir sebab Siu Bie to
salah satu orang yang tersohor di Pakkhia, buat rubuhkan dia
toaya mestinya akan gunai banyak tenaga dan tempo, maka
ha ha ha ! ada lah diluar dugaanku, baru dua tiga gebrakan
saja dia sudah mesti rasai kepalan toaya, sampai hampir
rubuh akan berkenalan dengan tanah Lie Toaya, kau begini
pandai, kau sebenarnya belajar pada guru silat yang mana sih
!"
„Aku tidak punya guru," Bouw Pek tertawa. „ketika aku
tinggal dikampungku, di sana aku yakinkan silat dengan
membuta beberapa tahun .........Tapi tuan," dia sambungi,
„kita berdua sering bertemu dan sering duduk bicara, tapi
sampai sebegitu jauh aku masih belum ketahui she dan
namamu! Tuan kau sebenarnya siapa ?”.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Terima kasih buat perhatian kau toaya!" tukang arak itu


tertawa. „Sheku Su. Aku punya nama, tetapi karena sudah
banyak ta¬hun orang tidak pernah panggil aku dengan
namaku itu, aku sendiri sampai lupa ! Umum nya orang
panggil aku Su Toa atau Su Poan cu, si Gemuk ........"
„Su Ciangkui," kata Bouw Pek kemudian, „aku lihat silat kau
juga tidak bisa dicela, bukankah ?”'
Ditanya begitu tukang warung ini unjuk roman kaget atau
heran.
„Toaya. apa kau bilang ?” dia tegasi. „Perdaganganku ? Ya,
boleh dibilang tidak bisa dicela ! Langganan cukup banyak !
Dari arak aku tidak bisa tarik keuntungan besar ! Dari sayuran,
Ya, boleh juga ! Tapi kami cuma berdua, aku dan orang tuaku,
untuk hidup kami berdua bisa dibilang cukupan ! ....”
Bouw Pek tertawa.
„Apa yang aku bilang, Su Ciangkun, bukan hal-nya
perdaganganmu” dia jelaskan. „Aku maksudkan ilmu silatmu
permainan totok, tumbak, kepalan dan kaki ! Bukankah kau
punya kepandaian yang sempurna ?”
Tukang warung itu tertawa.
„Toaja, janganlah kau angkat angkat aku !" dia kata.
„Tubuhku begini gemuk, buat jalan saja aku hampir tidak
kuat, bagaimana aku masih punya kemampuan gerakkan
golok dan kepalan ? yang benar adalah, bahwa aku paling
kagumi kepandaian orang lain, malah segala tukang jual silat,
sampaipun wayang, aku paling suka nonton !”
„Bagaimana kau bisa kenal Siu Bie-to ?" tanya Bouw Pek,
yang lalu tukar pembicaraannya.
„Sebenarnya aku tinggal di Pakkhia ini sudah hampir dua
tahun," Su Poan cu aku, „maka itu jangan toaya heran, jikalau
aku kenal atau ketahui banyak orang, apa pula Siu Bie to.
Toaya sendiri duga niscaya telah dengar namanya Siu Oey Su,
jalan Siu Bie to Oey Kie Pok di kota timur laut dan Poan Louw
Sam si Terokmok di kota selatan Mereka itu dua malaikat uang
Pakkhia. Poan-Louw Sam buka beberapa kantor tempat tukar
uang, dia kenal banyak orang mewah, meskipun begitu nama
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

besarnya masih kalah dari Oey Kie Pok. Umpamanya saja Oey
Kie Pok pun terkenal dalam hal bugee, dalam hal mengamal,
dalam hal memperbaiki rumah-berhala, Poan Louw Sam kalah
jauh !"
Di-sebutanya nama Poan Louw Sam membikin Bouw Pek
jadi kumat kebenciannya terhadap si Terokmok itu.
„Sekarang aku telah rubuhkan Oey Kie Pok, lain kali mesti
datang gilirannya Poan Louw Sam buat diajar adat ! dia
berpikir.
.Mereka itu tidak boleh di antap berpengaruh dengan
uangnya, mereka mesti dikasi mengerti, agar mereka jangan
tidak pandang mata pada semua orang !"
Kendati dia pikir demikian anak muda ini kata pada si
Gemuk :
„Menurut pemandanganku, karena Oey Kie Pok dan Poan
Lauw Sam barharta besar dan berpengaruh, perbuatan
mereka se-hari2 tentunya busuk ?"
„Itulah ada benarnya", Su Poan-cu jawab. „Diantara
mereka, Oey Kie Pok masih mendingan, kendati karena
uangnya dia suka menghina sesamanya, dia masih kenal
persobatan dan masih suka mengamal. Sampaipun nona2 dari
Han kee thoa, di Cio tauw Hoo tong kendati mereka benci
sebut namanya Poan Louw Sam, mereka tidak berani banyak
omong. Sekarang ini baik orang berpangkat maupun orang
berharta, kalau dia mau ambil nona2 manis buat jadi istri atau
gundiknya, tidak perduli si nona sendiri setujui, lebih dulu dia
mesti cari tahu si nona yang tersangkut itu punya
perhubungan dengan Poan Louw Sam atau tidak, asal yang
Poan Louw Sam kenal, siapa juga lantas tidak berani ambil."
Bouw Pek awaskan sobat ini, ucapan siapa bikin dia heran
dan berbareng kurang percaya. dia memang tidak boleh
sembarangan dengar omongan orang.
Su Poan cu tidak perdulikan apa yang orang pikir, dia kata
pula;
“Sekarang ini. Lie Toaya oleh karena kau telah rubuhkan
Oey Kie Pok, selanjutnya kau harus berlaku hati hati. kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mesti ber¬siaga, kalau kalau dia gunai satu atau lain daya
untuk balas sakit hati nya ini !....."
„Aku tidak takut !" kata Lie Bouw Pek. sambil goyang
kepala dengan tersenyum ewah „Aku sebatangkara, paling
banyak juga mereka bisa bikin aku tidak mampu tancap kaki
lebih lama disini ! Andaikata kejadian mereka main tipu usir
aku, disaat aku hendak angkat kaki aku mesti lakukan suatu
apa yang mengejutkan, supaya segolongannya bisa lihat !”
Tadinya Su Poan cu hendak berkata kata pula, tetapi ia
lihat seorang hweeshio lagi mendatangi, dia lantas saja
terbangkit.
„Baiklah, toaya, sarnpai kita bertemu pula !" katanya.
Bouw Pek pun berbangkit.
“Baiklah sampai bertemu pula " dia kata Maaf, aku tidak
antar kau."
Seberlalunya si Gemuk, si hweeshio yang telah datang
dekat telah menjura pada Bouw Pek, gerak gerakannya mirip
sebagai dia sedang unjuk hormatnya pada Budha.
„Kabarnya Oey Su ya tadi datang kemari," berkata dia. Oey
Su ya seorang dermawan yang gemar menderma dan
mengamal, sebagai mana belakangan ini dia sudah perbaiki
Tay Cu Sie dan Tiauw In Am. Kau kenal Oey Su ya. Lie Looya
kami mau minta pertolongan kau. Sukalah kau omong pada
Oey Su ya, supaya ia suka menderma atau memperbaiki
gereja kami ini. Umpama kata Oey Su ya suka menulis
beberapa ratus tail perak dalam buku urunan kami, lantas
dengan leluasa kami bisa bawa buku urunan itu untuk
memungut derma di tempat2 lain."
Paderi ini lantas unjuk bagian mana yang perlu diperbaiki,
bagian mana yang mesti di cat lagi, omongannya manis dan
menghormat.
Bouw Pek tertawa didalam hatinya.
“Kasihan paderi tolol ini," dia pikir. „Baru saja aku hajar Oey
Kie Pok atau dia seka¬rang suruh aku pergi pada cabang atas
itu buat mintakan derma, apa ini tidak lucu ! Mana aku bisa
pergi dan Oey Kie Pok sudi ladeni aku ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi dia tidak mau bikin paderi itu kecele.


„Baiklah," dia menyahut. „lain kali, pelahan lahan, aku nanti
bicara dengan hartawan she Oey itu. Hari ini pertemuanku
yang pertama, aku tidak boleh sembarangan buka mulut
terhadap dia."
„Baiklah, toaya, aku harap betul peranta¬raan kau. buat itu
terlebih dulu aku hatur¬kan beribu ribu terima kasih," berkata
paderi. itu, yang lantas saja permisi undurkan diri.
Lie Bouw Pek duduk lagi sendirian saja. dia menghela
napas.
„Benar2 dunia aneh," pikirnya. „Siapa nyana, bahwa antara
orang2 suci juga ada mereka yang perlu membaiki orang
hartawan ? Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam orang biasa saja
mereka tidak punya kepandaian, mereka bukannya orang2
bangsawan, melulu kerena uangnya, mereka lantas bisa bawa
lagak seperti orang2 agung, apa ini tidak ganjil ? Sebaliknya
aku. aku punya kepandaian, silat dan surat, kenapakah buat
jadi juru tulis saja aku masih tidak mampu ? Bukankah
andaikata aku tidak dapatkan Tek Siauw Hong yang mula
sebagai kenalan, sekarang ini aku akan sudah menjadi
pengemis, atau sedikit nya aku sudah kekurangan makan dan
pakaian tidak keruan?"
Memikir demikian Bouw Pek jadi uring uringan, dia
mendongkol. dia berbangku buat masuk kedalam kamarnya,
dia ambil pedang nya, apabila sudah keluar pula, dengan
pedangnya itu dia lantas bersilat, begitu lama, sampai dia
keluar keringat. Kemudian, dengan mata menyala, dia awasi
pedangnya yang tajam itu.
Pikiran anak muda ini jadi tidak tente¬ram, beberapa kali
dia menghela napas, dia letakkan pedangnya diatas tikar, dia
lalu jalan mondar mandir akan kendalikan napasnya. Coba dia
tidak mampu kendalikan diri, barang kali dia sudah pergi
kesuatu tempat dan terbitkan onar !
Memungut pedangnya, Bouw Pek pergi ke dalam kamarnya
akan taruh senjata itu, setelah pakai baju luar dia bertindak
kewarung arak dari Su Poan cu. Disitu ada dua buah media
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

serta empat bangku panjang, disitu sudah ada delapan orang,


yang sedang duduk sambil pasang omong.
Melihat kursi meja sudah penuh, anak muda kita niat
berlalu lagi. Tapi Su Poan cu, dengan pakaiannya yang biasa,
telah lihat dia, tukang arak ini segera juga berteriak
memanggil, katanya :
„Lie Toaya, mari ! mari, Lie Toaya, disini ada tempat untuk
kau!"
„Kalau tidak ada tempat sebentar saja aku datang lagi !'
Bouw Pek kata sambil tertawa.
„Ada, toaya, ada tempat !" Su Poan cu kata pula seraya
menghampirkan.
Lie Bouw Pek tidak jadi berlalu, dia terima tawaran itu.
Nyata dia telah dibawa ma¬suk ketempatnya tuan rumah
sendiri, dimana ada satu bangku kecil.
„Apakah toaya suka duduk disini ?” si Gemuk tanya.
„Dengan aku duduk disini, sama juga aku gantikan kau jadi
tukang warung !” Bouw Pek kata sambil tertawa.
„Itulah tidak ada halangannya toaya !” Su Poan cu juga
tertawa. Malah kalau benar kau menggantikan aku. tidak bisa
ti¬dak, warungku ini mesti dirombak dibikin menjadi sembilan
ruangannya dan besar pintunya!”
Karena gemuknya, selagi tertawa, dagingnya Su Poan cu
pada bergerak gerak.
Pembicaraan mereka membikin tamu2 lain, pada menoleh,
rupanya rupanya mereka ada yang mengenali pemuda kita,
mereka lantas saja bicara sambil berbisik.
Su Poan cu tidak perdulikan sikapnya sekalian tamu itu, dia
terus bawa caranya sendiri. dia layani Lie Bouw Pek sebagai
juga pemuda ini tamu agung : dia tolong bukakan baju
luarnya, dia ambilkan kipas, kemudian dengan lekas dia
sedukan arak dan beberapa rupa sayuran sebagai temannya.
ia juga layani isikan cawannya.
Bouw Pek merasa tidak enak diperlakukan dengan hormat
dan telaten begitu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Sudah, Su Ciangkui, kau tidak usah layani aku," dia


berkata. „Sebentar tolong kau suruh pegawaimu pergi
kesebelah buat belikan aku kue."
“Baiklah, toaya," sahut tuan rumah itu.
Bouw Pek lantas irup araknya pelahan2 cawannya dia isikan
pula. Iapun duduk sambil kipasi diri. Ketika dia telah tenggak
habis satu poci, dia rasai mukanya panas, karena kuatir jadi
sinting, dia lantas tidak minum pula.
Sebentar kemudian beberapa tamu telah berlalu, dengan
begitu Su Poan cu tidak Ingin repot seperti tadi dia bisa
pasang omong dengan pemuda kita,
„Lie Toaya kau dengar kabar atau tidak?" katanya, agaknya
dia anggap pembicaraannya penting sekali. „Di Cay sie kauw
ada sebuah toko cita merk Po lek, tuan tokonya tadi telah
binasa karena telan candu !”
Bouw Pek tahu toko itu, yang terpisah tak seberapa jauh
dari warungnya Su Poan cu.
„Bukankah perdagangannya toko itu maju?" ia tanya.
,.Ya, kelihatannya maju !" si Gemuk jawab „Sebenarnya,
sudah sekian lama toko itu menghadap kesukaran, hingga
hasilnya tidak bisa dipakai menutup bunga saja ia telah pakai
ongkos besar, untuk itu dia telah pinjam uang sampai
beberapa ribu tail perak dan sumber uangnya adalah toko
chiancung kepunyaan Poan Louw Sam."
Bouw Pek menjadi luar biasa tertarik, karena namanya
Louw Sam si terokmok disebut sebut.
“Kabarnya bunganya pinjaman besar sekali" Su Poan cu
omong lebih jauh.
“Pokok dan bunga sekarang telah berjumlah mendekati
sepuluh ribu. Sudah dua hari lamanya Poan Louw Sam
mendesak supaya hutang2 itu dibayar. Bunga sudah dibayar
betul, tetapi Louw Sam masih tidak mau mengerti, dia ingin
dibayar pokoknya sekalian Kabarnya belakangan tuan toko
sudah lunaskan separuh dari hutangnya, tetapi Louw Sam
tetap tidak mau mengerti, kabarnya dia sudah mengancam
mau bikin dakwaan pada pembesar negeri dan mau tutup toko
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

itu, dengan si tuan toko sendiri mau ditangkap untuk di tahan.


Inilah rupanya yang menjadikan sebab tuan toko jadi
mendongkol malu dan takut dengan berbareng sampai
akhirnya dia nekat. Tadi sehabis bersantap tengah hari dia
masuk ke dalam kamarnya, katanya buat tidur tidak tahunya
dia tidur untuk se lama2nya. Entah kapan dia sudah telan
candu yang menewaskan jiwanya.

Jilid 9
SU POAN CU cerita seperti pembawa kabar saja, tidak
tahunya Bouw Pek dengari itu dengan sungguh2 dan hatinya
panas bukan main. ia telah tenggak pula araknya, sedang
tadinya dia sudah mau berhenti minum.
„Kiranya dengan cara beginilah Louw Sam bikin dirinya
kaya" kata dia dengan bersenyum ewah. „Baiklah, nanti
datang waktunya yang aku akan bikin Poan Louw Sam kenal
siapa adanya aku !"
Ketika itu datang dua tamu, Su Poan cu tinggalkan
sobatnya akan layani dua orang itu.
„Catat saja semua apa yang aku dahar dan minum," kata
Bouw Pek kemudian. dia berbangkit dan pakai baju luarnya,
lantas bertindak keluar dari warung arak itu. dia bertindak
dibawah sinar bulan dan bintang yang guram, dia jalan
pelahan, hatinya masih panas, sedang pengaruh arak
menambah panesnya hati itu.
Dengan pulang kegereja, apa aku mesti lakukan? pikir dia
„Lebih baik aku pergi pada Siam Nio dan kongkouw dengan
sinona.
Ingat Cui Siam. hatinya anak muda ini goncang. Tapi dia
jalan terus menuju ke Hin-kie thoa. Ketika sampai didepan Po
Hoa Pan, dia lihat api terang dan orang yang keluar masuk
banyak. Di depan rumah juga ada menunggu beberapa
kereta.
“Boleh jadi Cui Siam sedang layani tamu” pikir anak muda
kita. Tapi, biar bagaimana juga, aku mesti ketemukan dia."
Dia bertindak masuk, atas mana jongos segera sambut dia.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Lie Toaya datang !" dia berkata sambil tertawa. „Nona Cui
Siam ada tamunya !"
„Siapakah tamu itu ?" Bouw Pek tanya.
“Louw Sam ya sahut jongos itu, kembali sambil tertawa.
„Boleh jadi tidak lama kemudian dia akan berlalu. Baiklah
toaya pergi dulu kekamar sebelah......."
Hatinya Bouw Pek memukul.
“Kalau tamu itu Louw Sam-ya, tidak apa !” dia bilang. „Aku
kenal Louw Sam ya, nanti aku sekalian ketemukan dia !"
„Kalau begitu, silahkan toaya naik ditangga dengan
tindakan berlari lari itu, yang terus saja dongak dan
menyerukan : „Tamu buat nona Cui Siam !”
Bouw Pek sementara itu sudah naik di tangga dengan
tindakan perlahan2, dengan lekas dia sampai diatas, baru saja
dia berada didepan pintu kamarnya Cui Siam, Cia Mama telah
papak dia. Pada muka yang kisut dan kurus dari nyonya tua ini
tersugging senyuman, tentu saja senyuman yang di-bikin2.
Hampir seperti berbisik, dia kata pada tamunya :
“Lie Toaya, baik kau datang lain kali saja. Sekarang Louw
Sam ya ada dikamarnya si Siam."
Bouw Pek mendongkol, hingga mukanya menjadi merah.
Belum sampai dia buka mulutnya, kupingnya segera dengar
tertawa yang keras dan kaku, datangnya dari kamarnya Siam
Nio, suara tertawa mana segera disusul dengan suara tertawa
yang empuk. Tentu saja suara tertawa itu melulu menambah
ke mendongkolannya. dia gusar bercampur iri hati.
„Apa ? Poan Louw Sam ada didalam ?" dia kata dengnn
suara keras. „Dia itu mahluk apa? Aku tidak takut dia. Suruh
Cui Siam keluar, aku mau bicara padanya, tidak lama, aku
akan lantas pergi lagi!"
Sikapnya anak muda ini bikin Cia Loo mama menjadi sibuk
bukan main, hingga dia banting2 kakinya.
“Lie Looya," katanya, „bicaralah pelahan sedikit........"
Suara tertawa didalam kamar berhenti dengan mendadak,
sebagai gantinya kere disingkap dan satu tubuh yang tinggi
dan terokmok muncul keluar. Diterangnya lampu, dia kelihatan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berusia empatpuluh lebih, tidak piara kumis, matanya kecil.


mulutnya lebar, kedua pipinya nonjol jauh hingga umpama
kata melebihi mancungnya hidungnya Pakaiannya dan
dandanannya menyatakan dia seperti seorang besar. Dengan
mata yang dibuka lebar dia awasi anak muda kita.
„Apa kau mau, eh ?” dia menegor.
Bouw Pek hampir angkat tangannya akan hajar muka
tembem itu, baiknya dia masih bisa kerdilkan diri. dia angkat
dada.
„Aku Lie Bouw Pek, aku sobatnya Cui Siam!" dia
perkenalkan diri.
Dengan pelahan, Poan Louw Sam manggut manggut.
„Jadinya kaulah yang dipanggil Lie Bouw Pek !" kata dia
dengan angkuh. “Selama beberapa hari ini segala pengemis
ditengah jalan ramai bicarakan nama kau katanya kau doyan
sekali berkelahi ! Aku tanya kau, apakah kau yang barusan
sebut2 namaku Poan Louw Sam ?"
„Betul !" sahut Bouw Pek dengan sikap menantang. „Aku
memang tahu kau adalah Poan Louw Sam si Terokmok, kau
berniat membeli Siam Nio, yang kau hendak serahkan pada
Cie Sie long, yang kau sedang tempel ! Kaulah yang
menyebabkan matinya tuan toko di Cay sie kauw tadi !
Ketahuilah, Poan Louw Sam, aku memang datang cari kau,
untuk coba2 sama kau !"
Louw Sam adalah saorang yang belum pernah dihina
dimuka umum, dia belum pernah mendapat malu dimuka
orang banyak, maka itu bisa dimengerti, kendati dia jeri
terhadap anak muda kita, dia toh tidak mau mengalah
secara mentah2. Begitulah dia kasih dengar suara dihidung,
mulutnya dia buat maju.
„Orang she Lie, kau benar bernyali besar !” kata dia sambil
berseru, dia bawa aksi buat tutupi tembaganya. „Tapi
sekarang aku tidak punya tempo buat layani kau, nanti saja
kita cari lain waktu ! ......"
Setelah kata begitu, Poan Louw Sam putar tubuhnya,
masuk kembali kekamarnya Cui Siam.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kembali !” membentak Bouw Pek, yang sambar panggung


orang, yang ditarik dengan mendadak.
Poan Louw Sam bertubuh besar dan berat, tetapi tangan
Bouw Pek yang kuat bikin dia tidak mampu bertindak terus,
dia mesti berbalik dengan terpaksa. Mukanya menyadi merah
dan pucat, bahna mendongkol berbareng malu, hatinya
goncang.
“Kau mau apa?" dia masih tanya dengan suara nyaring.
Sebagai jawaban, sebelah tangannya Bouw Pek melayang
pada pipinya, atas mana terdengarlah gaplokan yang nyaring,
sampai si Terokmok meringis bahna kesakitan. Tapi dia jadi
nekad, dia ulur tangannya dengan niatan sambar anak muda
itu buat digoeyeng.
„Hai ! Kau berani pukul aku! Dia menjerit dengan susah.
Bouw Pek tidak jawab tegoran itu, hanya tangan orang dia
segera tangkap dan betot, kakinya berbareng mendupak
lututnya. atas mana si terokmok lantas jatuh ngusruk, terus
berlutut !
„Sekarang Lie Toaya mau hajar kau sampai mampus !" dia
berseru kemudian.
Seruan ini disusul dengan dupakan pada batok kepalanya,
maka sambil menjerit Poan Louw Sam jatuh ngusruk kejubin
lauwteng. Ketika dupakan lain menyusul, lagi2 dia menjerit !
„Mati aku!" demikian suaranya.
Si Terokmok ini telah mati daya !
Sampai disitu Cia Mama dan beberapa jongos serta
beberapa tamu dan nona2 manis telah keluar dan merubung,
karena mereka telah dengar ada orang berkelahi.
Cui Siam lari keluar, dia tubruk Bouw Pek buat dipeluk!.
„Jangan, Lie Looya. kau jangan pukul dia lagi," dia kata
sambil menangis. „Kalau kau pukul lagi, nanti dia mati......”
„Apa artinya dia mampus?" kata Bouw Pek dengan
mendelu. „Tidak lebih tidak kurang. aku hanya bikin kotor
tempat kau ini kalau dia mampus, aku Lie Bouw Pek bersedia
buat ganti jiwanya !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sembari kata begitu, Bouw Pek tendang paha Poan Louw


Sam yang penuh minyak, hingga dengan tubuh bergulingan si
terokmok itu menjerit kesakitan.
Dua tamu segera maju akan cegah Bouw Pek menendang
lebih jauh. dan beberapa jongos hampirkan Louw Sam buat
pimpin dia bangun.
Melihat begitu banyak orang, Louw Sam menjadi berani
lagi.
„Hayo kau wakilkan aku hajar dia lagi !” dia berteriak
seraya tuding anak muda kita, dia menitah pada kawanan
jongos dan tamu tamu lainnya. “Jangan takut, kendati kau
hajar dia sampai mampus ! Malah aku akan kasihkan upah
seratus tail perak tiap orang nya !"
Dalam keadaan biasa, janji itu pasti akan bikin orang
meluruk maju. Siapa tidak mau bermuka muka terhadap
hartawan yang berpengaruh ini ? Tapi sekarang lain. Semua
jongos tidak berani main gila terhadap Lie Bouw Pek. apa pula
dia ini sobat kekal dari Pek Siauw Hong maka, sebaliknya dari
pada dengar perintah, mereka malah membujuki:
„Sudah Sam ya, sudah, harap kau jangan gusar. Lie Looya
orang asing disini, dia juga tentu sedang mabok arak, harap
Sam ya jangan ladeni dia. Mari Sam ya naik kereta dan
pulang, besok sam ya boleh, datang pula dengan ajak orang
untuk bikin perdamaian, supaya dengan begitu urusan
menjadi habis Lie Looya seorang muda, baiklah Sam ya
berlaku sabar terhadapnya.
Tukang kereta Louw Sam telah datang, karena dia telah
dapat tahu apa yang terjadi di lauwteng, maka sebelumnya
majikan itu kata apa , dia bantu membujuki, dari itu separoh
dipaksa si terokmok ini telah di dukung turun dari lauwteng,
dibawa kekeretanya buat terus diantar pulang. Tapi karena
masih penasaran, selagi mau berlalu dia pentang bacot lebar2
:
„Orang she Lie, hati2 kau ! Jangan kau bertingkah, kau
nanti lihat dan kenalkan Louw Sam ya !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek gusar, dia mau hajar hartawan itu, tetapi Cui
Siam pegangi keras2.
„Jangan, looya. Jangan” kata si nona sambil menangis.
„Sukalah kau pandang aku, jangan kau serang dia pula......"
„Ya, jangan kau serang dia, looya," Cia Mama turut
berkata. „Louw Sam ya seorang yang berharta besar, kita
tidak boleh main gila terhadap dia !"
Tapi Lie Bouw Pek bersenyum tawar.
Orang lain boleh takut padanya, tetapi aku tidak !" dia
berseru. „Ia punya uang, aku punya kepalan, coba lihat,
uangnya yang lebih keras atau kepalanku ! "
Setelah kata begitu, dia tarik Siam Nio, dia ajak masuk
kedalam kamar. Maka semua nona2 lain, tamu2 dan jongos
lantas pada berlalu dan turun dari lauwteng. Semua nona dan
tamu balik kekamarnya masing2 dengan terus bicarakan
kejadian itu, begitu juga kawanan jongos.
Orang she Lie itu tidak saja liehay bugee nya, dia mestinya
berpengaruh juga," demikian orang men-duga2. Jikalau dia
tidak punya pengaruh, bagaimana dia berani hajar Poan Louw
Sam !”
„Biasanya di kota selatan, Poan Louw Sam lebih
berpengaruh dan malaikat uang, lebih berkuasa daripada Giam
Lo Ong, siapa sangka hari ini dia mesti rasai orang gaplok dan
dupak dia pergi datang !" kata yang lain. „Karena dia telah
rubuh, hingga namanya jadi merosot, dia tentunya tidak akan
mau mengerti, boleh jadi sebentar dia datang pula dengan
bawa banyak orang, atau dia kirim orang2nya buat hajar si
orang she Lie ini !
Diantara orang didalam rumah pelesiran itu, Cia Loo mama
adalah yang paling sibuk dan kuatir sampai hatinya
tergoncang terus, air mukanya juga terus pucat, sebab takut.
„Lie-ya," demikian dia kata pada anak muda kita, „Menurut
aku, baiklah kau menyingkir saja buat sedikit
waktu......Sebentar Louw Sam tentu akan datang pula
bersama orang2 nya. ia punya banyak orang, yang kabarnya
semua bangsa kasar ! Mereka itu andaikata membunuh orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak ada perkaranya ! Buktinya jalan kejadian kemarin ini,


atas dirinya seorang nona dari satu rumah pelesiran lain. Nona
itu berani main gila, lantas Louw Sam ya kirim orang nya, buat
cambuki si nona sampai tubuhnya matang biru dan ber-
darah2, sedang barang perabotan dikamarnya dirumah
pelesiran itu telah diubrak abrik juga ! Tamu si nona telah di
hajar setengah mati. Kemudian, beberapa orang dari rumah
pelesiran itu telah ditangkap, dibawa pergi.......”
Bouw Pek mendongkol mendengar ucapan itu.
“Kau jangan takut !" dia kata. „Aku percaya Louw Sam atau
kawan2nya tidak akan datang pula! Kalau dia berani datang
lagi mustinya banyak orang jadi ketahui urusannya ini, dia
tentu merasa malu. Paling juga Louw Sam berdaya cari akal
buat bikin aku celaka, umpama dia adukan aku pada
pembesar negeri, supaya aku ditangkap dan ditahan, atau dia
perintah orang bokong dan serang aku di tengah jalan. Biar
bagaimana, aku tidak takut !"
Bouw Pek bicara dengan unjuk roman puas sekali.
Cui Sam duduk disampingnya anak muda ini, dia menangis
dan gunai sapu tangan buat susut air mata nya.
“Kau juga jangan takut," Bouw Pek hiburkan kekasihnya
itu. „Tidak perduli siapa, siapa berani main gila terhadap kau,
aku nanti hajar dia, bila perlu jiwanya aku nanti kehendaki !
Umpama kata kau takut akan berdiam terus disini, tidak ada
halangannya, kau dan ibumu berdua boleh turut aku, kemana
saja kita sampai, aku tanggung kau tidak akan bersengsara !"
Ia bermaksud menghibur, siapa tahu, mendengar hiburan
itu, Cui Siam jadi rnenangis makin sedih..........
Sampai sekian lama sinona masih saja menangis, hingga
bosan menghiburnya, Bouw Pek jadi dapat anggapan lain.
„Buat urusan kecil seperti ini dia menangis tidak mau
berhenti, apakah dia anggap tidak seharusnya aku hajar Poan
Louw Sam ?" demikian dia berpikir. „Apakah hatinya jadi
terluka, karena Louw Sam telah kena kuhajar ?"
Ia duduk bingung, dia tidak bisa tahu hati nya si nona.
Tempo dia melirik. Siam Nio masih menangis, air matanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

turun dengan deras. Terang nona ini sangat berduka, entah


apa sebabnya.
Juga Cia Loo mama, yang duduk disamping. turut
menangis. Nyonya tua ini nampak nya tidak puas, karena dia
sudah terbitkan onar.
Melihat keadaan disekitarnya, Bouw Pek jadi tidak senang.
dia tadi nya mau minta keterangan, tetapi lekas juga dia
batalkan itu. dia anggap Cui Siam dan ibunya orang orang
perempuan lemah yang harus dikasihani, tidak ada perlunya
dia desak mereka itu. Karena memikir begini, dia lalu
menghela napas. dia taruh selembar uang kertas dimeja dan
berbangkit, lantas bertindak keluar terus turun dari lauwteng.
Biasanya apabila anak muda ini mau berlalu, Cui Siam tidak
saja pesan dia besok datang pula, si nona juga mengantar
sambil meloneng dilankan dan tangannya dilambai lambaikan
dengan air muka tersungging senyuman, tetapi sekali ini
bukan saja nona itu tidak keluar mengantar, dia malah duduk
terus dan menangis saja, Cuma Cia Loo mama masih juga
menegor dengan suara tidak sewajarnya, katanya ;
“Lie Looya, apa besok kau akan datang, pula !"
Dengan paksakan diri. Bouw Pek menyahut juga „Ya", tapi
dia jalan terus.
Dibawah lauwteng beberapa jongos sambut pemuda ini.
agaknya mereka ngeri, karena sekarang terbukti lagi
kegagahannya tamu ini.
“Lie Looya, kau mau pulang ?" mereka tanya sembari
tertawa.
„Ya," sahut pemuda kita. „Kalau kejadian Poan Louw Sam
datang pula dengan ajak orang orangnya, kamu boleh kasi
tahu supaya dia cari aku di Hoat Beng Sie di Sinsiang
Hootong. Kamu jangan takut, ada apa juga, aku sendiri yang
nanti tanggung jawab, kamu tidak akan kerembet rembet !"
„Baiklah, looya, kami tahu," sahut beberapa jongos itu.
„Looya juga baik jangan kuatir. Poan Louw Sam mestinya
telah ketahui, yang looya tidak boleh dibuat permainan, ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pasti tidak akan berani datang pula, karena datang pula buat
dia berarti cari susah sendiri ......
Bouw Pek manggut dia lantas berlalu dari Po Hoa Pan dia
tetap masih mendongkol, ketika sampai didalam kamarnya dia
tidak bisa lantas tidur, percuma dia coba meramkan mata.
„Selama dua bulan ini, perbuatanku bisa dibilang keliru,"
begitu dia jadi ngelamun. „Aku seorang miskin, hak apa aku
punya akan keluar masuk rumah hina ? Lagi makin lama aku
berkenalan dengan Cui Siam, makin keras hatiku tertarik.
Maka lagi seketika lama, bisa2 ludaslah semangat laki2ku. Ciu
Siam Nio adalah bunga yang terkenal; banyak kenalannya,
seperti Cie Sie long dan Poan Louw Sam, apa bisa dengan
sebenarnya dia jatuh hati padaku, tidak perduli aku masih
muda dan jujur? Umpama kata benar dia menyinta aku, tetapi
kalau aku mesti ajak dia merantau, apakah dia sudi ?
Memikir demikian, hatinya pemuda ini menjadi sedikit
tawar. Adalah karena ini, baru sampai tengah malam dia bisa
meramkan mata dan pulas.
Kapan esoknya pagi Bouw Pek mendusin dari tidurnya, dia
lantas ingat perbutannya kemarin, ialah dengan bergantian dia
telah rubuhkan Oey Kie Pok dan Louw Sam, dua orang yang
terkenal di Pakkhia. „Benar kejadian itu bikin aku puas, tetapi
bagaimana dengan mereka berdua?" demikian dia pikir.
„Mereka tentu tidak puas dan tentu sekali akan berdaya buat
bikin aku celaka. Mau tidak mau, aku mesti berlaku hati2 .......
"
Hari itu hawa udara panas sekali, kendati begitu, kecuali
pergi kewarungnya Su Poan cu, Bouw Pek tidak pergi kemana
mana lagi. maka berdiam dikamarnya dia merasa tak keruan.
Oleh karena ini sorenya dia lantas pergi ke Po Hoa Pan.
Sekali ini, sikapnya Cui Sam beda sekali daripada yang
sudah dia dingin sekali, sepasang alisnya senantiasa
mengkerut, pada tampang mukanya tidak pernah tertampak
tertawa atau senyuman. Duduk sekian lama, anak muda kita
jadi tidak gembira, maka dia lantas angkat kaki , ditengah
perjalanan dia mampir diwarungnya Su Poan cu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Su Poan cu ternyata telah dapat tahu, Yang kemarin di Po


Hoa Pan si anak muda telah berikan hajaran pada Louw Sam
yang tersohor, ketika dia tanyakan ini Bouw Pek merasa
heran.
“Su Ciangkui, kupingmu betul liehay dia kata. „Bagaimana
kau bisa lekas ketahui yang aku telah hajar Poan Louw Sam?,.
Setiap hari kau repot dengan daganganmu, kau mesti layani
tamu, kau tidak pernah keluar, dari mana kau dengar hal itu
?"
Su Poan cu gembira sekali dengan pertanyaannya sobat
langganan ini.
„Lie Toaya, janganlah kau anggap, karena aku setiap hari
tidak pernah tinggalkan warungku, lantas aku tidak ketahui
segala apa!" dia kata sambil tertawa. “Yang benar adalah,
banyak orang telah datang membawa warta
padaku"
Bouw Pek masih saja tidak mengerti.
“Sebenarnya siapakah yang mengasi kabar pada kau ?" ia
tegasi.
„Toaya seorang pintar, kenapa hal ini toaya masih tidak
mengerti ?" Su Poan cu tertawa pula. „Warungku ini kecil.
tetapi peruntunganku si Gemuk cukup baik, maka juga, kecil
warungku, langgananku banyak. Beberapa sobat langganan
suka datang kemari, sembari minum mereka pasang omong,
mereka obrolkan apa saja yang mereka masing2 dengar
diluaran. Coba kemarin ini toaya hajar orang lain, barang kali
masih ada orang yang tidak atau belum ketahui, tetapi kerena
yang terima hajaran adalah Poan Louw Sam si Teromok,
Selama beberapa tahun ini di kota raja tidak ada kejahatan
yang Poan Louw Sam tidak lakukan, keadaan begitu, ke marin
adalah buat pertama kalinya dia terima bagiannya, maka itu
lantas saja semua orang ketahui kejadian ini, asal satu orang
mendapat tahu, lantas banyak orang mendapat tahu juga, dan
semua orang yang dengar tidak ada yang tidak gembira,
Toaya tahu, siapa ceritakan kejadian itu, dia tentu tonjolkan
jempolnya buat puji toaya !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sembari kata begitu, si Gemuk ini juga tonjolkan


jempolnya, Maka mau atau tidak, Bouw Pek jadi tersenyum.
dia memang senang mendengar warta itu.
„Lie Toaya," kata pula si tukang warung „apakah toaya
ketahui bahwa nona Cui Siam dan Po Hoa Pan, karena
ihtiarnya Poan Louw Sam, hendak dirangkap jodohnya dengan
Cie Toalooya, bekas Lee pou Sielong?”
Mendengar ini, Bouw Pek merasa tidak puas. dia memang
sedang masgul.
„Aku memang tahu Poan Louw Sam mau serahkan Cui
Siam pada Cie Sie long, supaya dia bisa tempel bekas sielong
itu," dia jawab. „Tadi Cui Siam sendiri telah kasi tahu padaku,
sukar buat Cie Sielong mau ambil dia sebagai gundik. Sielong
itu sudah tua dan dirumahnya sudah punya dua gundik. Cui
Siam sendiri telah kasi tahu. apa juga akan terjadi, dia tidak
sudi menikahi Cie Sielong." Su Poan cu manggut2.
“Aku pun pernah dengar yang nona Cui Siam bukannya
bunga raya seperti yang kebanyakan” dia bilang, loaya kau
kenal baik nona itu, kenapa kau tidak mau keluarkan uang
buat tebus dirinya, supaya dia bisa turut kau ? Tidakkah ini
lebih baik dari pada kau berdiam sendirian saja didalam bio ?”
Ditanya begitu, Bouw Pek tertawa.
„Sekarang ini aku masih repot akan piara mulutku sendiri,
bagaimana aku bisa ambil isteri. apa pula nona dari rumah
pelesiran ?" katanya.
“Lie Toaya, kau terlalu merendahkan diri!" Su Poan cu kata
pula. .. dengan kepandaian kau ini sebenarnya mudah sekali
kau dapat hidup mewah ! Apakah artinya sambut satu isteri ?
Asald ia suka bersabar sekian lama, kau pasti bisa dapatkan
uang buat tebus dia ...... "
Bouw Pek bersenyum dan irup araknya, beberapa cawan.
dia tidak kata apa apa lagi, sampai dia berjalan pulang. Su
Poan cu juga tidak bicara lebih jauh.
Esoknya Bouw Pek mesti duduk dalam kamarnya yang
sunyi dengan membaca buku, Hawa udara panas mengendas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Melihat cuaca, rupanya sang air langit berniat turun akan


membasahi bumi.
Kira2 jam sepuluh diluar kamar ada suara orang menanya :
“Apakah Lie Toaya ada didalam ?"
Suara itu asing, Bouw Pek lantas saja keluar. Dilatar
didepan kamarnya dia lihat satu keranjang buah semangka,
yang pikul seorang dengan dandanan sebagai bujang. Di situ
juga berdiri Siu Bie to Oey Kie Pok bersama seorang
pengikutnya. Itu adalah si Bie to kurus, yang kemarin ini dia
hajar kenal dengan kepalannya. Oleh karena itu dia
mengawasi dengan tidak ucapkan sepatah kata.
Oey Kie Pok dandan dengan rapi, ketika dia lihat tuan
rumah muncul, dia angkat kedua tangannya memberi hormat,
tampangnya tersungging dengan senyuman.
„Saudara Bouw Pek," berkata dia dengan lantas, agaknya
seperti sahabat karib. „Dengan kesampingkan kejadian
kemarin ini, sekarang aku sengaja datang mengunjungi kau!
Aku bawa semangka, buat kau hilangkan dahaga dihari hari
yang panas ini !”
Bouw Pek tetap merasa heran, karena sikap orang adalah
luar biasa. Tapi karena orang telah berlaku hormat, dia juga
lantas angkat tangannya, balas kehormatan itu.
„Silahkan masuk," dia mengundang, „mari kita duduk di
dalam”
Dengan menghaturkan terima kasih, Oey Kie Pok terima
baik undangan itu, dia ikut masuk kedalam dan duduk dikursi
yang ditunjuk.
„Saudara Bouw Pek, sudah lama aku dengar nama besar
kau" dia berkata pula. „Sebenarnya sudah sekian lama aku
ingin jumpakan kau, tapi niatan itu aku selalu mesti tunda,
karena kau selalu berada bersama sama Tek Siauw Hong.
Siauw Hong itu juga sobatku. aku kuatir dia tidak ijinkan
yang kita main2. Kemarin ini aku dengar Siauw Hong
berangkat ke Tongleng, lantas aku datang padamu. Aku
memang sengaja pakai nama palsu. Sesudah nya kita
bertempur, saudara Bouw Pek, barulah aku ketahui betul,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bahwa bugee kau jauh lebih tinggi dari pada apa yang aku
bisa, maka juga aku jadi sangat kagumi kau. Sudah begitu
kemarin pun aku dengar, saudara. kau telah hajar Poan Louw
Sam, orang hartawan dan ternama dikota selatan, aku jadi
lebih kagum lagi! Demikianlah hari ini, dengan kehormatan
setulusnya, aku datang berkunjung Kalau kau bisa lupai
kejadian kemarin , saudara aku ingin sekali menjadi sobat
kekal kau !”.
Bouw Pek jujur dan manis budi, melihat sikap orang itu,
kendati dia kurang mengerti, dia pun berlaku hormat.
„Kau terlalu memuji tuan Oey," dia ber kata. „Dalam
kejadian kemarin ini, sebenar nya akulah yang paling
sembrono dan lancang ..."
“Tidak, saudara Bouw Pek, kejadian itu tidak berarti sama
sekali," Kie Pok kata pula. „Bicara tentang sembrono, akulah
yang paling lancang. Kita tadinya belum pernah ketemu satu
sama lain, datang2 aku lantas menantang piebu Coba orang
lain ketahui hal ini, mereka pasti akan tertawakan aku. Meski
begitu, dengan tidak terlebih dulu berkelahi, mana kita bisa
saling berkenalan ? Nanti, saudara, sesudah kau bergaul
cukup lama dengan aku, barulah kau ketahui aku ini orang
macam apa ! Biasa bagiku, apa yang keluar di mulut, tidak
ada didalam hati, aku jujur. Siauw Hong kenal aku baik sekali,
kau tunggu sampai nanti dia pulang, kau boleh tanya padanya
dan dia akan berikan keterangannya seperti apa yang aku
katakan ini.”
„Nama kau, saudara Oey, aku memang dengar pada
sebelumnya aku datang ke Pakkhia Ini," Bouw Pek bilang.
„Ketika baru baru ini aku ikut saudara Siauw Hong pesiar ke
Jie kap, disana aku juga pernah lihat kau."
„Oh, kalau begitu saudara sendiri yang hari itu berada
bersama sama Siau Hong ? kata Siu Bie to, yang unjuk roman
heran. „Hari itu aku bersama dua sobatku, lantaran tidak
dapat kesempatan aku jadi tidak bisa samperi saudara Siauw
Hong buat pasang omong. Kalau tidak demikian, tentulah
waktu itu kita sudah berkenalan."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Demikian mereka bicara, sampai Oey Kie Pok tanya hal


ichwal orang dan maksud ke datangannya ke kota raja.
Bouw Pek menjawab pertanyaan orang secara ringkas saja.
Dengan ucapannya, dengan sikapnya, Oey Kie Pok unjuk
bahwa dia sangat menaruh perhatian pada pemuda kita, yang
iapun kasi nasehat supaya jangan putus asa, karena sampai
sebegitu jauh maksudnya masih belum tercapai.
„Tunggulah sampai saudara Siauw Hong pulang kita nanti
pikir pula bagaimana baik nya," kata Siu Bie to lebih jauh.
„Percaja aku, saudara, aku nanti berdaya supaja kau peroleh
suatu kedudukan."
Mereka bicara sehingga tengah hari, lantas Oey Kie Pok
undang tuan rumah pergi kerumah makan buat bersantap
sama2.
„Aku sudah makan, terima kasih," Bouw Pek menampik.
„lain hari saja aku nanti balas kunjungan kau, saudara Oey."
Sampai disitu Oey Kie Pok pamitan, dia ajak dua orangnya
pulang.
Bouw Pek antar tamunya sampai diluar, dimana menanti
keretanya. Bouw Pek balik kamarnya, di susul oleh seorang
hweeshio dari bio itu.
„Oh, Oey Su ya antarkan semangka !" kata paderi ini.
„Semangkanya besar besar !" Sembari kata begitu, sambil, dia
bertindak masuk. „Apa tadi kau omong sama Oey Su-ya
tentang pesananku kemarin ini ?"
„Sudah, aku sudah bicara," sahut Bouw Pek dengan
pelahan. dia terpaksa mendusta, „Oey Su ya bilang dia mau
pikir pikir dulu baberapa hari, kemudian dia akan kasi kabar
padaku."
Jawaban itu bikin si paderi girang sekali.
„Kami mengharap betul bantuan kau, Lie Toaya ! berkata
ia. „Kau akan lakukan satu perbuatan baik !"
Bouw Pek bersenyum.
„Aku tidak bisa makan habis semua semangka ini, suhu
boleh ambil beberapa biji, dia kata.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Terima kasih toaya !" kata hweeshio itu. yang lantas


berlalu dengan kegirangan, tangan memondong beberapa biji
semangka.
Bouw Pek duduk pula seorang diri, pikirannya kusut, karena
dia mesti pikirkan sikap nya Oey Kie Pok barusan, sikap mana
dia duga duga apa maksud yang sebenarnya.
„Dia berlaku manis di mulut, apa kata hatinya ? Aku belum
kenal dia dengan baik. paling betul adalah aku jangan bergaul
terlalu rapat padanya . . .
Karena dia tidak berbuat apa apa, Bouw Pek naik
kepembaringan dan tidur, waktu dia mendusin dia lantas
dandan. dia pakai baju panjang. dia keluar dari bio terus
menuju ke Poan cay Hootong selatan, akan tengok pamannya:
Ia mesti mengetok pintu, baru bujang muncul.
„Oh, siauwya," kata hamba itu, yang mengasi hormat.
„Sudah dua hari Siauwya tidak datang kemari, kenapa ?"
„Dalam dua hari ini aku punya urusan lain," Bouw Pek
sahuti. Dia lantas mau bertindak masuk. Tapi bujang itu
mencegah.
“Looya pergi, dia masih belum kembali," dia terangkan.
„Dan thaythay sedang tidur, dia masih belum bangun . . . “,
Mendengar itu, Bouw Pek jadi melongo. Kalau sang paman
pergi, kenapa bujangnya ini tidak diajak sebagaimana
biasanya ?
„Jangan jangan sengaja piauwcek mau menyingkir dari aku
. . . ." akhirnya dia menduga duga. „Ia tentu telah dengar
kabar aku telah rubuhkan Oey Kie Pok dan hajar Poan Louw
Sam, dia tentu kuatir, karena onar itu dia nanti terbawa bawa.
tidak salah lagi, ini mesti sebabnya kenapa dia sungkan
ketemui aku. . ." Karena ini dia jadi mendongkol. „Baiklah !"
dia kata, dan terus putar tubuhnya dan pergi.
„Apakah siauwya akan datang lagi ?" tanya si bujang.
Dengan berpura pura tidak dengar pertanyaan itu, Bouw
Pek jalan terus, dia mendongkol berbareng bertawar hati. dia
terus pulang kegereja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Aku berdiam disini sudah hampir satu bulan. kerjaan


belum dapat, sobat dalam bepergian, lantas sekarang
piauwcek juga tidak mau ketemui aku, kalau begitu apa
perlunya aku berdiam lebih lama pula disini ? baiklah aku
pulangkan buku uang Siauw Hong, lantas aku bebenah dan
berangkat meninggalkan kota Pakkhia ini !.. . . ."
Dalam keadaan itu Bouw Pek lantas ambil putusan, cuma
berangkatnya dia tetapkan dalam satu atau dua hari lagi.
Seraya dia pergi kewarungnya Su Poan cu buat berdahar
sambil minum arak dan kongkouw dengan tukang warung itu.
dia telah kasi tahu putusan nya akan meninggalkan kota raja.
„Sebenarnya juga, berdiam saja dikota ini dengan tidak
bekerja suatu apa tidak ada artinya," kata tukang warung itu.
„Dengan punyai kepandaian seperti apa yang kau punyakan,
toaya adalah pantas untuk kau pergi mengembara, guna cari
suatu usaha. Cuma buat keberangkatan selagi Tek Siauw
Hong tidak ada dirumah, inilah kurang cocok. Sebagai sobat
baik, yang dipercayakan rumah tangganya bagaimana kau
bisa tinggal kan kewajibanmu itu ? Menurut aku, baik toaya
tunggu sehingga Siauw Hong sudah pulang. Kau masih punya
tempo buat menunda."
Bouw Pek goyang kepala. „Ia pergi ke Tong leng buat urus
kepentingan Sri Baginda, pulangnya belum ketentuan kapan.
Dirumah nya melainkan ada ibu dan isterinya serta dua anak,
lainnya semua bujang atau budak sampai sebegitu jauh
mereka tidak kurang suatu apa, aku rasa tidak ada
halangannya akan aku tinggal pergi. Diwaktu dia mau pergi,
Tek Siauw Hong serahkan buku uang padaku, buku itu besok
aku hendak pulang kan pada loo thaythay. Besok juga aku
hendak kunjungi Oey Kie Pok, buat ambil selamat tinggal. dia
benar pernah berkelahi dengan aku dan aku telah bikin dia
rubuh, tetapi tadi pagi dia telah kunjungi aku untuk
kehormatan dan ajak aku menjadi sobatnya, dari itu aku tidak
boleh sia siakan manis budinya itu. Sekalipun pada Cui Siam di
Po Hoa Pan aku hendak pergi untuk pamitan. dia bunya raya,
sejak aku hajar Poan Louw Sam dia berlaku tawar terhadap
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku, kendati demikian, pada hari hari yang telah lalu dia
berlaku baik sekali padaku, maka kebaikan itu aku tidak boleh
lupakan. Aku ingin terangkan pada Siam-Nio sebabnya aku
hendak berlalu dari Pakhia ini. Pada Hoa chio Phang Liong dari
Cun Goan Piauwtam aku mau pergi, aku hendak jelaskan
bahwa aku adalah orang yang telah lukai ia, apabila dia
mempunyai kepandaian, dia boleh cari dan seterukan aku,
sekali kali dia tidak boleh musuhi Tek Siauw Hong”
Mendengar ucapannya pemuda gagah itu, tiba tiba si
Gemuk ingat suatu hal.
„Hampir aku lupa kasi toaya tahu," berkata dia. „Kemarin
aku telah dengar kabar dari seorang yang berkata padaku.
Menurut orang itu, sekarang ini Kim too Phang Bouw dari
Cimciu sudah berangkat menuju ke Pakkhia.w
Bouw Pek melongo mendengar warta ini,
„Kalau benar Phang Bouw mau datang, betul betul aku
tidak boleh meninggalkan kota ini," pikirnya. Lantas dia kata
pada sobatnya itu: „Kalau benar dia telah berangkat dari
Cimciu kemari, tidak lain maksudnya pasti adalah buat coba
lawan aku. Karena dia akan datang, aku mesti tunda
keberankatanku. Orang pasti akan katai aku takut, apabila aku
paksa berangkat juga! Baiklah, disini aku nanti tunggu dia
sampai tiga hari, dalam tempo tiga hari, apabila dia tidak
muncul aku akan berangkat menuju ke Cimciu, akan papaki
dia di tengah jalan !"
Su Poan cu nampaknya berpikir, keras dan dia berkata:
„Menurut pemandanganku, apabila sesampainya dikota raja
ini Kim too Phang Bouw lantas dapat dengar yang Siu Bie to
Oey Kie Pok telah kena toaya pukul rubuh, ia tentu tidak
berani cari toaya. Selama beberapa tahun ini , Kim too Phang
Bouw telah menyagoi dipropinsi Titlee. namanya sama
terkenalnya sebagai Kim chio Tio Giok Kin dipropinsi Holam."
Mendengar disebutnya nama Kim chio Tio Giok Kin. Bauw
Pek lantas ingat pamili Ho, ialah musuh musuhnya Jie Hong
Wan almarhum. dan ingat almarhum piauwsu tua itu, dia jadi
teringat pada anak daranya, Bagaimana keadaannya Jie Siu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lian sekarang? dia jadi masgul apabila ingat sinona itu yang
umpama kata dia boleh lihat tetapi tidak boleh pegang,
barsama si nona sudah ada yang punya.
„Jikalau Kim too Phang Bouw ingat nama beliau. pasti
sekali dia tidak akan sembarangan adu kepandaian dengan
orang yang sudah terang berkepandaian tinggi," Su Poancu
nyatakan pula.
Dia mesti ingat, satu kali dia kalah, lantas namanya jadi
rusak, pamornya jadi turun, hingga habislah semua
pengharapannya !"
Tapi Bouw Pek tertawakan sobat ini.
„Semua itu terserah pada dia sendiri !” dia bilang „Buat
aku, sedikit juga aku tidak takut ! Sekarang aku mau pergi ke
Po Hoa Pan”.
Benar benar Bouw Pek bertindak keluar dari warung arak,
akan menuju ke Han kee hoa. Begitu masuk di pintu rumah
peleSIr, paling dulu dia tanya jongos Poan Louw Sam datang
lagi atau tidak.
Jongos itu melihat keseputarnya lantas dia tertawa.
“Sejak dia kena dihajar, Poan Louw Sam belum pernah
datang pula kemari” kemudian dia menyahut „Boleh jadi dia
ngeram di rumah, akan obati lukanya, atau karena dia jerih
terhadap kau, toaya . . .”
Bouw Pek tertawa dia tidak kata apa apa, hanya dia naik di
lauwteng. Mulai didepan kamarnya Cui Siam. dia sudah
pasang kuping, akan dengar didalam ada tamu atau tidak,
apabila dia dapatkan kamar sepi saja, dia bertindak masuk
dengan tidak mengasi tanda apa2 lagi.
Dengan baju dadunya yang marong Cui Siam sedang duduk
sendirian menghadapi api, nampaknya dia sangat masgul atau
bersedih kapan dia lihat datangnya si anak muda. dia
terbangkit dengan ayal ayalan, agaknya dia lesu atau ogah
ogahan. Tapi dia menghampirkan, akan bantui tamunya
membuka baju luarnya.
Bouw Pek mengasi tanda dengan ulapan tangan buat
mencegah. dia hampirkan kursi dia duduk disitu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Cui Siam ambil teh, yang dia angsurkan pada anak muda
itu, kemudian ia berdiri di sampingnya, romannya tetap
berduka, alisnya mengkerut, mulutnya berat buat dibuka akan
ucapkan kata2,
Bouw Pek irup tehnya, baru dia bicara, dengan sabar.
„Aku datang buat kasi kabar pada kamu," demikian
katanya, „hari ini juga aku niat berangkat meninggalkan
Pakkhia, dan itu aku mau ambil selamat berpisah darimu !”
Biar bagaimana juga, mendengar pengutaraan itu Cui Siam
terperanjat. Dengan mata yang mengembeng air.
menandakan beratnya hati, dia awasi anak muda itu, tangan
siapa ia pegangi.
„Kau mau pergi kemana, looya ?" dia tanya. „Kau akan
balik lagi atau tidak?” Bauw Pek merasa seperti dirinya kena di
pengaruhi, akan tetapi dia coba kandalikan diri.
„Untuk sementara ini aku tidak niat pulang kerumahku, aku
belum tetapkan kemana aku hendak pergi," dia menyahut.
„Boleh jadi dibelakang hari aku akan datang pula ke Pakkhia
ini, cuma itu tentunya akan kejadian lagi tiga atau lima
tahun....."
Matanya Cui Siam menjadi merah.
„Aku mesti pergi, tidak bisa tidak,” Bouw Pek jelaskan.
„Tinggal disini, aku merasa penghidupan tawar, tidak ada
artinya. Cuma, sebelumnya aku berangkat, sebenarnya aku
niat omong banyak pada kau. Kau harus ketahui, aku
bukannya seperti kebanyakan pemogor. Mereka itu boleh
datang kapan mereka suka, mereka boleh pergi begitu lekas
mereka mau pergi, dimata mereka kau orang bangsa bunga
raya tidak lagi dipandang sebagai manusia. sehabisnya dibuat
main kau boleh dilempari. Aku sebaliknya lain tidak nanti aku
berbuat demikian ! Bicara terus terang, selama aku kenal kau,
aku telah mencinta dan kasihan padamu, umpama kata aku
punya uang, seandainya kau juga ingin, aku ingin sekali tolong
kau berlalu dari lautan kesengsaraan ini, supaya kita berdua
bisa menjadi suami isteri. Tapi, sekarang hal yang demikian
tidak nanti bisa berwujud ! Sejak aku hajar Poan Louw Sam,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku telah dapat lihat bagaimana sikapmu terhadap aku telah


menyadi tawar ! . . . .
Mendengar itu, air matanya Siam Nio lantas saja turun
menetes, sebutir dengan sebutir, dia menangis sesenggukan,
hingga dia tidak bisa buka mulutnya kendati nampaknya dia
ingin bicara ya, bicara banyak ....
Bouw Pek menghela napas.
„Oleh karena aku lihat kau beda dari nona2 yang
kebanyakan, maka itu aku telah bicara begini rupa pada kau,"
dia kata pula. “Seorang perempuan paling tidak beruntung jika
dia telah menjadi bunga raya, kesengsaraannya yang sudah2,
penderitaannya saat2 sekarang semua itu tidak usah disebut
sebut lagi, yang penting adalah dia harus pikirkan hari2nya
yang akan datang, ialah hari kemudiannya. Beberapa lama
satu nona bisa pertahankan usia mudanya ? Orang2 sebangsa
Poan Louw Sam dan Cie Sie long, bagaimana mereka bisa
mengerti nasib orang ? Bagaimana mereka bisa diharap punya
perasaan ? Maka buat kamu nona, adalah seharusnya apabila
kau lekas lekas cari seorang yang muda dan jujur, tidak peduli
dia kaya atau miskin asal dia bisa perlakukan kau sebagai
manusia !"
Siam Nio menangis makin hebat, hingga sia2 saja dia niat
buka mulutnya. dia tidak lagi sesenggukan, hanya ter-seduh2.
„Pendeknya, apa juga yang terjadi. kau tidak boleh
menikah dengan Poan Louw San atau Cie Sie long !" kata
Bouw Pek. „Kita telah kenal satu sama lain, tidak nanti aku
ijinkan kau, seorang parempuan yang pintar, menjadi barang
permainan segala lelaki tak keruan ! Umpama lain waktu
mereka gunai pengaruhnya uang akan kangkangi kau, asal
aku dapat tahu, aku akan segera kembali ke Pakkhia ini, aku
nanti ambil jiwa mereka !”
Adalah setelah itu. kendatipun dengan terputus putus, Sam
Nio bisa juga bicara.
“Kau jangan kuatir," demikian dia bilang, „pasti sekali aku
tidak akan ikut si tua bangka she Cie itu ! Tapi barusan kau
bilang, bahwa selama beberapa hari ini aku berlaku tawar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terhadap kau, dengan ucapanmu itu kau bikin aku penasaran !


. . . ."
Ia berhenti bicara, karena ia tangisannya mendesak,
kepalanya bergerak gerak.
Bouw Pek menjadi terharu menampak kedukaannya itu.
tetapi dia coba sekuatnya buat akan bikin teguh hatinya.
„Melulu dipemandangan mataku, kau nampaknya tawar."
dia mengulangi.
“Aku memang tahu, terhadap aku kau bersikap baik
sekali......" Hatinya lantas saja menjadi lemah. dia tambahkan:
„Meskipun aku berangkat, aku toh tidak akan bisa lupa kan
kau, asal aku ada tempo, aku akan lekas lekas kembali."
„Asal kau mau kembali, meski tiga atau lima tahun, aku
nanti tunggu kau !" Siam Nio bilang.
Hatinia Bouw Pek menjadi lemah, hampir dia batalkan
niatnya pergi. Tapi, setelah berpikir sebentar, dia tertawa.
,,Tidak usah kau tunggui aku,” dia bilang. “Sudah cukup
apabila kau harap harap yang dibelakang hari kita dapat
bertemu pula...."
Siam Nio susut air matanya, dia pandang anak muda itu.
“Sebenarnya, kenapa kau sekarang mau pergi ?” dia
tegaskan. „Kemanakan kau hendak menuju ? Apa benar kau
tidak boleh tidak berangkat?''
Bouw Pek bingung.
„Sebenarnya tidak barangkatpun boleh," dia jawab
kemudian. .,Cuma, tinggal disini bagiku tidak ada artinya.
Baiklah aku omong terus terang padamu. Aku siucay dari
Lamkiong, tetapi berbareng aku punya pengertian ilmu silat.
Kau ketahui sendiri, aku datang kesini belum ada dua bulan,
dengan beruntun aku telah rubuhkan Say Lu Pou Gui Hong
Siang, Hoa Chio Phang Long dan Siu Bie to Oey Kie Pok,
semuanya orang orang gagah dari Utara ini. sekarang masih
ada lagi satu lawanku, yang belum bertarung, yaitu Kim too
Phang Bouw dari Cimciu, Buat dia itu, aku akan berdiam lagi
tiga hari disini, andaikata dalam tiga hari dia tidak datang, aku
akan berangkat ke Cimciu, akan papaki dia ditengah jalan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sesudahnya pertempuran dengan orang she Phang itu, aku


berniat pulang dulu kekampungku. Atau barangkali aku
kembali kesini ....”
Selagi berkata demikian, anak muda kita telah unjuk
sikapnya yang gagah, tidak saja air mukanya telah berobah
jadi keren, kedua tangannya pun digerak2i.
Sebaliknya, air mukanya Siam Nio telah jadi sangat guram,
dia telah diliputi kesedihan hebat.
Justru itu Cia Mama bertindak masuk, tangannya
memegang selembar kertas merah.
Melihat kertas itu, Siam Nio ulur tangan nya dengan cepat
bukannya buat terus dibaca. hanya segera dibejek bejek.
Bouw Pek telah menyaksikan, dia bisa menduga. Itu
mestinya karcis namanya Poan Louw Sam atau Ciu Sie-long
yang memanggil sinona. dia tidak mau menanya, karena dia
sudah mengerti. dia hanya berbangkit dengan segera.
„Rupanya kau mau keluar," dia kata. „Aku juga mau pergi.
Biarlah lain hari saja kita bertemu pula !.
Tapi Siam Nio tahan lengannya.
„Bukankah kau barusan bilang mau tunggu lagi tiga hari
dan baru berangkat?" dia tanya, roman dan suaranya sedih
sekali. „Apa kah besok kau tidak akan datang pula ?”
Bouw Pek tidak lantas menjawab, dia hanya berpikir.
“Aku tidak bisa pastikan bisa datang lagi atau tidak"
akhirnya dia menjawab. „Aku punya beberapa urusan yang
mengenai diriku. yang mesti diselesaikan dulu dalam dua hari
ini. sesudah semua itu beres, baru aku berangkat dengan hati
lega. karena segala apa aku telah lakukan untuk sobatku."
Cia Loo mama disamping awasi anak muda itu dan anak
perempuannya
Lie Looya, kenapa kau hendak bikin perjalanan ?" dia
tanya.
„Aku ingin lakukan suatu perjalanan di luaran" Bouw Pek
jawab. „Tentu saja, aku akan balik selekas bisa."
Sembari kata begitu, anak muda ini pandang Cui Sam.
siapa pun sedang mengawasi dia dengan matanya yang celi.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Baiklah, kalau kau hendak pergi !” kata nona ini akhirnya,


cekalannya dia lepaskan,
Bouw Pek tidak bisa duga apa yang si nona pikir, benar dia
merasa berat, tetapi sifat lakinya masih berkuasa atas dirinya.
„Aku Lie Bouw Pek, kenapa aku mesti jadi seorang yang
berpikiran cupat, yang mesti berati orang perempuan melebihi
segala apa ?"
Setelah pikir demikian, dia manggut, lantas bertindak
keluar, dengan tidak menoleh lagi dia jalan terus turun
ditangga lauwteng.
„Eh, Lie Looya, kau hendak pulang ?" menegor beberapa
jongos.
Anak muda ini manggut, dia jalan terus, dari pintu dia
menuju kebarat, niatannya adalah pulang terus kegereja. Tapi
baru saja jalan beberapa tindak, tiba2 ada orang cekal
lengannya. yang terus dipegangi dengan keras, hingga dia
terperanjat !
DISAAT anak muda kita ini menoleh dan hendak lepaskan
lengannya, orang itu mendadak tertawa berkakakan seraya
berkata : „Lie Toaya, aku !"
„Ah, kau sobatku !” dia berseru karena dia segera kenali Su
Poan-cu, si tukang warung arak yang gemuk. Sinar bulan
guram, tetapi dia masih bisa melihat dengan nyata. „Su
Ciangkui, ada apa kau sengaja cari aku ?
“Benar, toaya, aku memang sengaja cari kau !” sahut si
gemuk itu.
Bouw Pek melongo dia heran.
“Ada apa kau cari aku, ciangkui ?" dia tanya.
„Aku hendak kasi kabar penting. Lie Toaya, tapi kau jangan
terkejut," sahut orang she Su itu. „Sekarang orang2 fihak
lawanmu sedang tanggui kau dimulut gang Sian-sian Hootong
!"
Bagaimana juga, anak muda kita merasa heran.
„Siapa mereka?" ia tanya. „Apakah itu Kim-too Phang Bouw
?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Benar dia," Su Poan-cu manggut. „Phang Bouw sudah


sampai di kota raja, tadi aku lihat dia bersama dua kawannya
sedang menunggui sambil jalan mundar mandir di mulut gang
Oleh karena kuatir kau tidak bersiaga dan nanti terkena
bokongan, aku lekas cari kau buat menberi tahu."
„Terima kasih buat kebaikanmu, sobatku” kata Bouw Pek.
dia sangat tidak senang. Kenapa Phang Bouw cari dia malam2
? Kenapa si Golok Emas itu mesti tunggui dia diwaktu malam
buta rata itu ? “Baiklah," dia tambah kan. „Sekarang juga aku
pergi ketemui dia ! Aku mau dia bisa bikin apa atas diri ku i"
Setelah kata begitu Bouw Pek lantas mau berangkat.
„Tunggu dulu, Lie Toaya," Su Poan-cu mencegah, seraya
tarik tangan orang. „Tadi aku lihat mereka itu pada bekal
senjata golok, dan tumbak. kau sendiri tidak bawa barang
sepotong besi, kalau sampai terjadi pertempuran apa kau
tidak, kewalahan.
Di tanya begitu Bouw Pek merandek, pikirannya bekerja.
Memang biasanya baginya, kalau keluar, siang atau malam,
dia tidak pernah bawa pedangnya sedang sekarang dia akan
hadapi Phang Bouw. yang tidak boleh disamakan dengan
sembarang orang. Namanya orang she Phang itu demikian
tersohor, kepandaiannya mestinya juga tinggi. „Dengan
tangan kosong, bagaimana aku bisa tandingi dia ?" tapi. lekas
juga dia berpikir lain dia segera ingat Jie Siu Lian, yang
dengan tangan kosong bisa layani empat lima musuh !
tidakkah si nona perempuan yang tubuhnya lemah ? Kenapa
nona itu bisa rampas senjata musuh dan lukai musuh2 nya
itu? Kenapa aku mesti bernyali kecil ? Apa aku kalah terhadap
seorang perempuan !"
Oleh karena pikiran demikian bikin hatinya panas dan
semangatnya terbangun, Bouw Pek lantas pandang Su Poan
cu, sambil unjuk senyumnya
„Su Ciangkui," katanya, „apakah kau anggap, dengan tidak
bersenjata aku jadi tak punya guna ? Tidak apa, sobatku,
sekarang juga aku mau ketemui mereka itu, buat lihat apa
yang mereka kehendaki......”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Su Poan cu tidak mencegah lagi, sebaliknya diapun


mengikuti anak muda itu. dia percaya pemuda ini lihay dan
berani, maka juga Phang Bouw dipandang tidak sebelah mata.
dia cuma masih tidak tetap betul hatinya, maka disepanjang
jalan dia masih mengasi nasehat, katanya :
“Lie Toaya, kapan sebentar kejadian kau piebu dengan Kim
too Phang Bouw, aku minta sukalah kau berlaku hati2.
Tenaganya besar seperti kerbau, ilmu goloknya pun istimewa.
Disebelah itu aku dengar dia seorang jujur dan terhormat,
barangkali dia tidak sampai sudi gunai akal busuk........ "
Sembari jalan terus, dengan hati masih mendongkol, Bouw
Pek sahuti kawannya :
„Apa kau percaya orang semacam dia bisa berlaku jujur?
dia mau piebu. kenapa dia tidak ambil jalan terus terang,
secara laki2? Kenapa dia tidak mau kunjungi aku, buat
damaikan suatu tanggal dan suatu tempat terbuka, dimana
kami bisa adu kepandaian ? Kau lihat, sekarang sudah gelap,
kenapa dia justeru tunggui aku di gang ? Apakah dengan
begini dia bukannya mau gunai akal busuk ?"
Selagi bicara, mereka tahu2 sudah sampai dimulut utara
Sin siang Hootong. Jalanan disitu gelap, karena sang puteri
malam telah bersembunyi dialingan mega. Biasanya Sin-siang
Hootong tidak sepi seperti itu, ini disebabkan ketikanya sudah
jam dua, jadi orang yang keluar malam sudah tidak ada.
“Su Ciangkui, baiklah sekarang kau pulang saja." berkata si
anak muda pada kenalannya itu. „Kalau kau terus ikut aku,
nanti orang curigai kau berada difihakku, dengan begitu kau
jadi kena kerembet rembet”
Su Poan cu setujui pikiran itu.
„Baiklah, aku akan pulang,” dia jawab. „Aku harap, toaya.
jangan sekali kau pandang enteng Kim too Phang Bouw !"
„Aku tahu” sahut Bouw Pek seraya manggut.
Jalan lebih jauh, masuk di dalam gang, anak muda kita
bikin kendor tindakannya. Dengan pasang mata dia berlaku
hati2. Tapi disitu dia tidak lihat orang.
„Apakah bisa jadi Su Poan cu salah mata ?" dia berpikir.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia jalan terus sampai didepan Hoat Beng Sie. dia mengetok


ngetok pintu gereja. dia tidak dapat jawaban dari dalam,
hanya dari belakangnya, secara mendadak, dia dapat tegoran
dengan suara yang keras dan bengis :
„He, apa kau bikin ?” demikian suara itu.
Bouw Pek lekas putar tubuhnya. dia segera lihat tiga orang
lagi mendatangi dari jurusan selatan. Mereka semua pakai
pakaian ringkas warna hitam, karena gelapnya jagat maka
mereka itu tidak dapat dilihat tegas. dia berdiri di tangga
sambil mengawasi dengan tajam, seraya siap sedia.
„Sam wie, apakah kau dari Cun Goan Piauwtiam ?” dia
menegor. „Apakah samwie sedang cari aku, Lie Bouw Pek ?”
Dengar pertanyaan itu, tiga orang itu merandak, agak
tercengang.
„Nyalakan api !" kemudian satu diantaranya berkata.
Seorang yang jalan dibelakang lantas sulut api dan pasang
tengloleng, yang dibawa oleh orang yang kedua. Lentera ini
cukup buat bikin mereka bisa melihat nyata satu pada lain,
tiga orang itu bisa lihat Bouw Pek dengan sikapnya yang
gagah, dan anak muda kita bisa pandang mereka, yang semua
bertubuh sedang dan usianya masing2 kurang lebih tiga puluh
tahun, dengan tubuh kekar dan roman keren. Satu diantara
mereka membawa tiga batang golok yang berserangka, yang
satu pegang lentera, yang ketiga tertangan kosong dia ini
bajunya terbuka bagian dada, dengan begitu kelihatan nyata
dadanya yang banyak uratnya.
„Sobat, apakah kau Kim too Phang Bouw?" akhirnya Bouw
Pek tanya.
„Kau sudah kenal aku, Phang Su Thayya, kenapa kau tanya
lagi ?" balik menanya orang, yang berada paling depan,
suaranya menyatakan dia gusar.
Bouw Pek tidak senang karena orang bahasakan diri
„Thayya".
„Eh, sobat, mulutmu berlakulah sedikit see jie !” dia
menegor. “Janganlah kau sebut sebut thayya ! Kau telah cari
aku. apa kehendakmu ? Kau telah ketemu aku, kau boleh bikin
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

apa kau suka ! Dengan bertangan kosong dan tidak ada orang
yang bantui aku, kau boleh maju dengan, berbareng ! Jikalau
aku Lie Bouw Pek jerih sedikit saja, aku bukannya muridnya
Kie Kong Kiat dan bukan keponakan murid Kang Lam Hoo !"
Phang Bouw terperanjat akan dengar di sebutnya nama
kedua lauw hiap, jago tua, yang tersohor itu, kendati demikian
dia tertawa dingin.
„Kau sebut namanya Kie Kong Kiat dan Kang Lam Hoo, apa
dengan begitu kau hendak bikin jerih aku?" dia mengejek.
Kemudian dia lanjuti : „Baiklah, karena kau juga orang2 yang
punya nama, aku suka main dengan kau, dengan begini bukan
saja aku jadi bisa coba lampiaskan penasarannya shako
dan ngotee, aku juga ingin coba kepandaian kau, kau yang
katanya muridnya Kie Kong Kiat, akan ketahui berapa tinggi
kepandaianmu itu !"
Bouw Pek bisa lihat yang sikapnya jadi lebih sabar.
„Sudahlah baik kau jangan ucapkan kata kata yang tak ada
perlunya !" dia bilang „Aku kasi tahu pada kau, sejak hari aku
lukai saudara kau. Hoa Chio Phang Liong, aku memang
sengaja tunggu kedatanganmu, malah aku sudah ambil
putusan, andaikata kau tidak datang aku hendak berangkat ke
Cimciu buat papaki kamu ! Tapi sekarang kita sudah bertemu,
inilah bagus, aku jadi tidak perlu susul kau lagi. Sekarang aku
hendak tanya kau, kau sebenarnya niat adu jiwa atau hendak
piebu ? Apabila kau berniat adu jiwa, nah, silahkan hunus
senjatamu dan majulah kau semua dengan berbareng !"
Tapi atas tantangan itu, Phang Bouw tertawa berkakakan.
„Apakah kau anggap Kim too Phang Bauw pithu yang cupat
pikirannya dan busuk hatinya?" dia tanya dengan mata
melotot, dengan senyuman menghina. „Sekarang sudah
tengah malam buta rata dan kau tidak bersenjata, taruh kata
kami mampu hajar kau, kami bukannya enghiong !
Kau benar sudah hinakan saudaraku, kendati demikian.
Phang Su Thayya bukannya orang yang sembarangan mau
bunuh orang ! Aku juga bukannya hendak kepung kau !
jikalau kau punya nyali, apakah besok pagi kau berani datang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ke Cun Goan Piauw tiam di Ta mo ciang, supaya disana kita


bertanding dihadapan sobat2 ?"
Bouw Pek tertawa ber gelak2 dengan tiba2.
„Bagus !” dia berseru. Besok pagi jam barapa ? Kau boleh
sebutkan waktunya, aku pasti datang !"
„Besok pagi jam delapan !” Phang Bouw kasi tahu „Kau
boleh ajak Tek Siauw Hong datang bersama sama kau !"
„Tek Siauw Kong tidak ada dikota raja. dia sedang lakukan
perjalanan dinas” anak muda kita kasi tahu. „Disebelah itu,
urusan kita ini tidak ada sangkut pautnya dengan orang she
Tek itu ! Apabila kau tidak puas. kau boleh berurusan padaku
satu orang she Lie, Besok aku nanti datang pada jam yang di
tentukan !"
Phang Bouw buka matanya lebar2.
“Apakah pasti kau akan datang besok pagi ?" dia tegaskan.
„Kenapa tidak ?" Bouw Pek bersenyum ewah. „Satu kuncu.
apabila dia sudah ucapkan perkataannya, tak nanti jadi
menyesal !"
„Baiklah!" jago Cimciu itu manggut. Lantas dia menoleh
pada dua kawan nya : ,,Hayo kita pulang !"
Dua orang itu dengan tidak kata apa2 ikut Kim too Phang
Bouw ngeloyor pergi, menuju keutara.
Bouw Pek tunggu sampai orang sudah pergi jauh juga,
baru ia balik tubuhnya akan ketok pintu pula, yang berselang
sedikit lama dibukai oleh seorang paderi.
“Lie Toaya, tadi ada tiga orang cari kau," kata hweeshio ini.
„Aku tahu, aku telah ketemu mereka itu," Bouw Pek
manggut. dia jalan terus.
“Lie Toaya, apa hari ini kau ketemu Oey Soeya ?” tanya
pula si hweshio sembari jalan setelah dia kunci pintu.
“Hari ini aku tidak ketemu dia," sahut anak muda kita, yang
tidak sabaran. „Tentang pesananmu kau jangan kuatir apabila
ada ketikanya aku nanti desak dia."
“Terima kasih, toaya” kata paderi itu yang lantas ngeloyor
pergi.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek masuk kedalam kamarnya buat paling dulu


nyalakan api. dia lantas saja pikirkan segala apa yang terjadi
hari itu, terutama halnya Phang Bouw barusan.
„Aku lihat dia benar seorang laki2. Kalau besok aku bisa
rubuhkan dia, aku tidak boleh bikin dia terluka. Aku harap
besok urusan dapat dibikin beres, selanjutnya aku merdeka
aku bisa berlalu dari Phakkia. Tapi kemana aku mesti pergi ?"
Pertanyaan itu bikin anak muda kita bingung sendirinya.
„Bagaimana dengan Siu Lian sekarang ?” kemudian dia
ingat si nona, yang dia percaya tentu berada dalam kedukaan,
ia telah minta bantuannya Tek Siauw Hong, akan cari tahu
halnya Beng Su Ciauw, dia masih tidak peroleh kabar suatu
apa. meski juga orang Boan itu punya pergaulan luas.
„Sebenarnya, hidup atau mati dia mesti ada kabarnya Dengan
dia tidak pulang, Siu Lian bisa terlantar seumur hidupnya.
Kalau dia sudah mati, kepastian mesti ada, supaya orang tidak
tunggu tunggu lagi......”
Bouw Pek anggap dia tidak punya alasan akan pergi lagi ke
Soanhoa, yang memang dia tidak ingin. Pergi kesana berarti
bertemu dengan Nona Jie Tidakkah pertemuan itu berarti luka
kumat ?.
„Lagi dua hari akan merantau, akan cari Su Ciauw," dia
ambil putusan. „Biarlah aku berhasil, supaya pada Siu Lian aku
bisa kasi kabar yang pasti .....”
Ingat Siu Lian, anak muda itu jadi ingat Cui Siam.
„Kenapa aku hadapi dua nona saling ber ganti ? Kenapa
mereka mesti ada hubungannya dengan aku ? Coba tidak
urusannya Siu Lian, yang bikin aku berduka, tidak nanti aku
ketemu Cui Sam. Siu Lian aku bisa lupakan, bagaimana
dengan nona Cia itu ? Dalam keadaan seperti sekarang,
kendati aku mau, aku tidak mampu angkat si nona dari
pecomberan. Ciu Siam sendiri, entah bagaimana sikapnya, dia
agaknya tak bersungguh2 akan ikut aku ......”
Selama ngelamunnya, Bouw Pek tidak tahu sudah lewat
berapa jam, dia masih belum bisa tidur pulas. Lilin diciaktay
juga sudah mulai habis, sisanya berkelak kelik. Memandang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ketembok, dia lihat pedangnya. Ini ada baiknya. Setiap kali


lihat pedargnya, semangatnya jadi terbangun.
“Ha, kenapa aku mesti pikirkan saja urusan orang
perempuan ?" akhirnya dia tegor dirinya sendiri. „Besok aku
mesti tempur Kim too Phang Bouw. hoohan terkenal dari
Titlee. Kalau aku kalah, hari itu juga aku nanti pulang
kekampungku bantu paman bercocok tanam, selanjutnya aku
tidak sudi omong lagi tentang ilmu surat dan ilmu silat, tapi
bila aku menang, tidak bisa lain, aku mesti merantau, terus
sampai ke Utara, buat cari Beng Su Ciauw, Atau boleh juga
aku pergi ke Kanglam. akan cari tahu halnya susiok Kang Lam
Hoo, buat dapat kepastian dia masih hidup atau sudah tidak
ada didunia ini".
Dengan pikiran ini sebagai putusan, Bouw Pek kunci pintu,
padamkan sisa lilin dan rebahkan diri. Sekarang dia bisa
singkirkan segala pikiran, dengan lekas dia telah bisa pulas.
Kendati dia naik tidur sampai malam, di waktu fajar anak
muda kita sudah mendusin seperti biasa. dia cuci mulut dan
muka. dia singsatkan pakaiannya, dengan menenteng pedang
dia pergi kelatar. Sendirian dia berlatih diri, mula2 dengan
pedang, kemudian dengan tangan kosong dia berasa dirinya
sehat seperti biasa, hingga dia merasa pasti bahwa sebentar
dia akan bisa kalahkan Phang Bouw. Kemudian dia masuk
akan dandan, setelah pakai baju luar, dengan bawa
pedangnya dia berangkat pergi.
Buat lebih dulu tangsal perutnya, Bouw Pek menuju
kewarungnya Su Poan cu. Si Gemuk, dengan tubuh telanjang
sebatas dada dan memakai kun, seperti biasanya, berdiri
didepan pintu. Kapan dia lihat anak muda kita, segera dia
tertawa dan menegor duluan :
„Lie Toaya, kau datang pagi pagi sekali !”
Sikapnya manis senantiasa bergembira.
Sambil bersenyum, Bouw Pek masuk ke dalam warung itu.
„Su Ciangkui, tolong kau kasikan aku dua tail arak dan
sepering sayur," dia kata. Tolong juga perintah pegawaimu
pergi kesebelah belikan aku kue "
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tatkala itu masih belum ada pembeli lain, maka Su Poan cu


bisa layani langganan atau sobat kekalnya ini, dengan cepat,
sedang orangnya dia sudah lantas perintah pergi beli kue yang
diminta.
„Kenapa hari ini toaya pesan arak sedikit sekali?" berkata
tuan rumah sambil tertawa „Apakah toaya mau tunggu
sesudah rubuhkan Kim too Phang Bouw baru kau mau datang
pula kemari akan minum puas2an ?
„Ah, si gemuk ini benar2 cerdik " pikir pemuda kita dia
manggut dan berkata. „Benar” dia menyahut. „Tadi malam
setelah kau antar aku dan pergi, aku lantas dapat ketemu
Phang Bouw, dia datang bersama dua kawan-nya. dia benar
laki2. dia tidak mau bartempur malam2, dia juga tidak mau
kerubuti aku, dia hanya janjikan aku akan pagi ini datang ke
Cun Goan Piauwtiam, buat adu kepandaian di kantor piauw
kiok itu. dia kata,. dia mau undang beberapa sobat selaku
saksi, supaya piebu kami ada yang saksikan. Su Ciangkui, bila
kau ada tempo, mari turut aku !”
Su Poan-cu goyang2 kepala dan tangannya.
„Aduh, aduh, aku tidak berani pergi nonton!" dia berkaok.
Toaya gunai pedang. Phang Bouw gunai sepasang golok,
berdua kau ada pasangan, mustahil kamu tidak akan
bertempur dengan seru sekali ! Sebagai penonton, aku berdiri
dipinggiran, andaikata ada senjata nyasar dan aku terluka,
apakah itu tidak Sia2 dan penasaran bagi diriku? kau tahu
sendiri, toaya, tubuhku begini gemuk, dagingku mana
sanggup lawan pedang atau golok?"
Bouw Pek tertawa mendengar banyolan itu, dia tidak kata
apa2.
Pegawai yang diperintah beli kue telah balik, maka anak
muda kita lantas dahar kue nya makan sayur dan minum
araknya.
Su Poan-cu terus dampingi anak muda ini, tubuh nya yang
penuh daging saban2 bergerak gerak.
„Lie Toaya, urusan dikalangan Sungai Telaga adalah asing
bagiku," dia kata kemudian „tetapi namanya Kim too Phang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw aku telah dengar sejak lama, maka kalau sebentar toaya
berhadapan, aku minta sukalah kau jangan pandang enteng
padanya, kau mesti hati2 dengan gerakan tangannya !"
Bouw Pek manggut, dia bersukur buat peringatan itu.
Aku tahu, kau jangan kuatir," dia bilang. „Jangan kata baru
Kim too Phang Bouw, kendati ditambah satu orang lagi, yang
lebih gagah daripadanya. aku percaya aku akan sanggup
jatuhkan dia !"
Anak muda ini sedang bersemangat, hingga dia bicara
secara tekebur. dia berbangkit sambil tolak kesamping cawan
araknya.
„Uangnya sebentar malam saja kita perhitungan," katanya.
„Jangan pikirkan itu toaya,” kata Su Poan cu “Nah, sampai
sebentar malam !”
Tuan rumah ini mengawaskan perginya anak muda itu
dengan kagum.
Sekeluarnya dari warung. Bouw Pek lantas sewa kereta,
dengan apa dia pergi ketimur. Tidak lama dia telah lewatkan
Cay-sie-kauw dan menuju keutara, akan sampai di Ta mo
ciang Di gang ini. kecuali rumah2 penginapan dan beberapa
piauw tiam, ada bengkel bengkel alat senjata, maka juga
orang yang mondar mandir disini kebanyakan mereka
kalangan Sungai Telaga.
Belum lama masuk kedalam gang, kereta nya Bouw Pek
telah sampai didepan sebuah rumah dengan pintu pekarangan
yang besar, didepan mana berdiri dua orang. Pintu itu berada
disebelah selatan jalanan Dua orang itu sedang mengawasi
kesana sini, kapan mereka melihat pemuda kita mereka lantas
maju menghampirkan buat terus unjuk hormat.
“Lie ya, tolong kau tahan dulu keretamu, kami ingin bicara
sebentar," mereka kata.
Bouw Pek menjadi keheranan, karena dia tidak kenal dua
orang itu. dia lantas menduga pada orang2nya Cun Goan
Piauw-tiam. dia perintah kusir tahan keretanya.
„Apakah kau dari Cun Goan Piauw tiam ?” dia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Bukan," sahut salah satu dari dua orang itu, Kami dari Tay
Hin Piauw tiam ini." dia menunjuk pada rumah didepan mana
mereka berdiri. „Loopiauw tauw kami, Lauw Kie lu, dapat tahu
toaya mau piebu dengan Kim too Phang Bouw. dia perintah
kami tunggu toaya disini, buat minta toaya sudi mampir
sebentar di piauw tiam ingin bicara sedikit pada toaya."
Jawaban itu bikin Bouw Pek bertambah heran. Tapi dia
kenali Tay Hin Piauw tiam, salah satu piauwkiok yang
tersohor, sebab dulu Jie Hong Wan pernah menjadi piauw su
disini.
“Baiklah " dia menyahut sambil manggut. dia ingin sekali
tengok piauw-tiam itu dan piauwsunya. dia lompat turun dari
keretanya dan terus bayar uang sewanya, kemudian dia ikut
dua orang itu, yang persilahkan dia masuk.
Difihak lain, sudah ada orang yang masuk kedalam kasi
kabar pada Lauw Kie In, maka piauwsu tua itu segera juga
kelihatan muncul buat sambut tamunya. dia telah berusia
enam puluh tahun atau lebih, kumisnya dan jenggotnya,
rambutnya, sudah putih semua, kendati begitu dia nampaknya
masih gagah.
Bouw Pek angkat kedua tangannya buat kasi hormat.
„Apakah loocianpwee Lauw Loo-piauw-tauw ?" dia tanya.
Lauw Kie In lekas2 balas hormat itu.
„Itulah aku yang rendah " sahut tuan rumah dengan manis
„Apakah tuan Lie Bouw Pek sendiri ? Sudah lama aku dengar
nama kau yang besar !"
Lantas tuan rumah ini undang tamunya duduk, pegawainya
sudah lantas menyuguhkan teh.
Dengan mengucap terima kasih, Bouw Pek terima
undangan itu.
“Sudah sekian lama aku dengar dari sobat ku tentang kau
tuan Lie, namamu yang besar bikin aku kagum," berkata Lauw
Kie In. “Aku juga dengar tuan muridnya kedua lauwhiap Kang
Lam Hoo dan Kie Kong Kiat, adakah itu benar ?" Bouw Pek
manggut, dia menyahut ;
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Kang Lam Hoo adalah saudara angkat guruku almarhum,”


dia kasi keterangan. „Kie Kong Kiat Lauwhiap adalah guruku.
Di Lamkiong, kampung kelahiranku, aku telah ikuti Kie
Lauwhiap empat lima tahun lamanya."
„Jadi tuan asal Lamkiong," berkata orang tua itu, yang
kelihatan tertarik perhatiannya. „Lamkiong adalah tetangga
dari Kielok. Di Kielok ada Tiat Cie Tiauw Jie Hiong Wan,
apakah tuan ketahui dia itu ?"
Bouw Pek kurang puas yang orang telah undang dia, tetapi
bukannya langsung bicara maksud undangannya, hanya
omong perihal urusan lain, apapula akan sebut sebut Jie Hong
Wan. siapa bisa menyebabkan dia teringat pada Jie Siu Lian.
„Jie Loopiauwtauw juga sobatnya guruku almarhum” dia
terpaksa menyahut, tetapi dengan ringkas. „Dua kali aku
pernah kunjungi orang tua itu. katanya sekarang orang tua itu
sudah meninggal dunia,”
Lauw Kie In terkejut, sampai dia berseru:
„Apa ? Jie Lauwko menutup mata ?” tanyanya, „Dua puluh
tahun yang lalu. Jie Loopiauwtauw telah bantu ayahku
almarhum mendirikan Tay Hin Piauw tiam ini. Ketika itu aku
masih muda aku pernah terima pimpinan silat dibawahnya
orang tua itu. Belakangan dia pulang kekampungnya dan telah
dirikan piauwtiam sendiri sejak itu aku jarang pergi ke Titlee
Selatan dan dia juga tidak pernah datang lagi ke Pakkhia ini,
maka dengan sendirinya kami jadi jarang bertemu,
perhubungan kami selanjutnya dilakukan dengan saling
mengirim surat dan mengantar barang. Baru beberapa hari
yang lalu aku pikir buat kirim barang pada Jie Lauwko sekalian
tengok dia, sapa nyana sekarang dia sudah menutup
mata......'”
Lauw Kie In bersedih sampai air matanya meleleh keluar.
„Lieya, apakah kau tahu Jie Lauwko menutup mata karena
sakit apa ?” dia tanya pula.
Bouw Pek sebenarnya tidak mau omong banyak dan juga
tidak sudi sebut sebut halnya jago tua dari Lamkiong itu,
tetapi dia terpaksa mesti ceritakan bagaimana jago tua itu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

meninggal ditengah jalan, disebabkan terutama


permusuhannya dengan pamili Ho.
Karena berduka, berulang ulang Lauw Kie In menghela
napas.
Supaya tidak usah berdiam lama lama di situ dan agar tuan
rumah tidak menanyakan lebih jauh halnya Jie Hiong Wan,
Bouw Pek lantas tanya, ada urusan apa tuan rumah undang
dia.
Ditanya begitu, Lauw Kie In bisa kesampingkan
kedukaannya.
„Aku undang kau. Lie ya, untuk minta sedikit perhatianmu,"
dia menyahut. „Kalau benar Lie ya berhadapan dengan Kimtoo
Phang Bouw, aku minta sukalah kau menaruh belas kasihan
sedikit padanya. Phang Bouw itu sobatku buat banyak tahun,
benar dia sedikit jumawa, akan tetapi dia seorang baik hati,
dikalangan Sungai Telaga dia suka lakukan berbagai bagai
kebaikan, dia suka menolong yang lemah, sama sekali dia
belum pernah lakukan kejahatan. Sebagai sobat. Phang Bouw
juga jujur dan setia. Kemarin sobatku itu baru sampai, dia
sudah lantas mengundang aku akan pagi ini datang ke Coan
Goan Piauwtiam akan saksikan dia piebu, dengan kau, Lie ya.
Aku telah dengar Lie ya muridnya Kie Kong Kiat lauwhiap dan
keponakan murid Kang Lam Hoo lauwhiap, aku jadi kuatirkan
sobatku itu, yang aku takut namanya jadi rusak. Aku telah kasi
nasehat supaya dia jangan piebu, agar masing2 bisa
lindungkan nama baiknya. ia tidak bilang suatu apa mengenai
nasehatku itu. kendati demikian, sebentar aku masih hendak
coba nasehati dia lebih jauh. Andaikata dia suka dengar aku,
aku mau minta supaya Lie ya jangan lagi gusar terhadap dia
...... "
Mendengar ucapan itu, Bouw Pek jadi tertawa.
„Aku memang tidak niat cari permusuhan dengan dia,
adalah dia sendiri yang datang cari aku!” dia jawab. „Kalau dia
suka batalkan tantangannya dan urungkan piebu, aku pasti
bersedia mengiringi, Memang siapa sih yang ingin menanam
permusuhan ?”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

„Lie ya sungguh berhati mulia !" kata tuan rumah. „Baiklah,


sekarang hayo kita pergi bersama sama ke Cun Goan Piauw
tiam !"
„Baiklah," sahut Bouw Pek.
Maka bersama sama dengan jalan kaki mereka keluar dari
Tay Hin Piauw tiam. Mereka jalan ke timur belum seberapa
jauh, mereka sudah sampai dipiauwkiok dari Hoa chio Phang
Liong.
Piauwtiam ini punya pintu pekarangan yang besar, tetapi
sudah tua. Begitu masuk dipintu, lantas kelihatan pekarangan
yang lebar, Rumah2 berada disebelah utara. Didepan rumah
didirikan gubuk seperti paseban, dimana kedapatan beberapa
senjata serta tiga buah meja patsian kietoh berikut kursi2nya,
diatas itu ada barang santapan. Beberapa orang kelihatan
sedang duduk menghadapi meja makanan itu mereka ini
berbangkit buat menyambut, ketika mereka lihat Lauw Kie ln
datang bersama seorang anak muda, diantara mereka ada
yang kenal anak muda kita.

Jilid 10

HAMPIR di waktu itu belasan orang muncul dari dalam,


diantaranya ada Kim-too Phang Bouw sendiri, begitupun dua
saudaranya, Cat-kun Phang Hoay dan Hoa-khio Phang Liong.
Lauw Kie In segera perkenalkan Bouw Pek pada beberapa
orang itu, diantaranya ada Siang Pek Ie dari Kong Sun Piauw-
tiam. Tio Lie San dari Thay Pheng Piauwtiam, Lauw Cit Sek
dari Su Hay Piauwtiam, dan kauwsu Cin Khin Goan, guru silat
famili Gin-thyio Ciaogkun Khu Siauw-houwya......

Bouw Pek serahkan pedangnya pada seorang pegawai, ia


angkat tangannya akan unjuk hormat pada sekalian piauwsu
Itu.
Phang Hoay dan Phang Liong pandang tamunya dengan sikap
bermusuh, tetapi Phang Bouw sambi1 tertawa unjuk
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hormatoya dengan manis budi. Ia lantas undang semua orang


ambil tempat duduk.
Semua piauwsu dapat anggapan baik, apabila mereka telah
pandang anak muda kita, tetapi umumnya mereka anggap
pemuda ini lebih mirip anak sekolahan daripada orang yang
mengerti silat. Mereka anggap, dipadu dengan Pedang Bouw
tamu ini kalah jaub. Kim-too bertubuh kekar, dagingnya
berurat, dadanya mumbul.
“Tidak bisa lain, orang she Lie ini, dimana keduanya sama2
kian mereka pikir.
Phang Bouw sendiri tidak panyang mau pada bakal lawannya
itu, sesudah isikan cawanya semua tamu, ia lantas berbangkit
buat angkat bicara. Ia kata :
“Sudah dua tahun aku tidak pernah datang ke Pakkhia kalau
sekarang aku berada d sini itulah disebabkan tuan Lie Bouw
Pek ini telah lukai saudaraku dan katanya ia ingin ketemu
aku!”
“Maka juga bsgitu aku di Cim cin menerima kabar, aku segera
berangkat kemari!

Tadinya aku tidak kenal orang she Lie ini, aku tidak
sesalkan ia, yang ia telah lukai adiku. Dalam hal itu, aku hanya
sesalkan adikku, yang ilmu silatnya masih sangat rendah. Tapi
ia bilang, ia ingin ketemu aku, inilah lain. Kemarin, begitu
datang, aku lantas cari tuan Lie ini, buat janjikan piebu disini
pada pagi ini. Tuan2, aku telah undang kau, muksudku adalah
buat minta kau suka menjadi saksi. Lebih dulu akupun hendak
terangkan, kami berdua akan bikin piebu, kami bukannya mau
adu jiwa, kendati demikian, kedua fihak mesti unjuk
kepandaiannya yang sejati, tidak boleh ada yang gunai senjata
gelap, tidak boleh ada yang berlaku curang, siapa kalah ia
mesti mengaku kalah, andai kata kejadian ada yang binasa, ia
hanya boleh terima nasib saya !........”
“Kau benar. Phang Su-ya!” berseru beberapa orang.
“Memang, didalam kalangan kita. kalau kita adakan piebu, kita
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

perlu omong lebih dulu dengan jelas!”


Bouw Pek mendengari saja, ia tidak buka mulut, ia melainkan
bersenyum. Sikapnya tenang dan enteng, hingga orang bisa
sangka bukanlah ia yang sebenarnya akan bertanding dengan
Kim too Phang Bouw, si Golok Emas yang termashur
namanya.

Cuma Lauw Kie In seorang, yang nampaknya sibuk bukan


main.
“Menurut aku, baiklah piebu hari ini dibatalkan, dibikin habis
saja,” ia kata. suaranya kurang lempias. “Barusan saja aku
telah bicara dengan tuan Lie Beuw Pek, ternyata ia bersobat
baik dengan Tiat-cie tiauw Jie Loo piawsu, hingga dengan
bagitu kita bisalah dibilang dari satu golongan. Phang Su-ya
adalah enghiong ternama dari Titlie, dan Lie-ya adalah hoohan
yang baru datang ke Pakkhia ini, dimana keduanya sama2
orang terkenal, jiewie jadi mirip dengan pepatah yang bilang,
kalau dua harimau bertarung, salah satu mesti terluka! Jiewie
sama2 orang dari kalangan Sungai Telaga, nama besar jiewie
dapatkan bukan Secara mudah, dari itu kenapa jiewie mesti
piebu? Aku minta jiewie suka pandang aku si orang tua, piebu
ini baik dibatalkan lantas diganti oleh persobatan. Tidakkah
cara ini caranya laki-sejati?........”
Phang Bouw sedang hirup araknya ketika ia dengar
perkatannya piauwsu tua itu, yang bikin ia mendongkol, lekas
ia letakkan cawannya.
“Tidak, perjanjian tidak bisa dibatalkan!” kata ia sambil
goyang kepalanya berulang2. “Perjanjian telah dibikin, sobat
dan kenalan telah diundang dan sudah berkumpul, sedang aku
telah datang kemari jauh2 dari Cimciu, apakah perlunya? Biar
apa akan terjadi, hari ini aku mesti piebu dengan tuan Lie ini,
akan pastikan siapa lebih tinggi dan siapa lebih rendah
kepandaiannya! Atau pembatalan bisa terjadi, andai kata ia
suka menyatakan suka mengalah di depannya orang banyak,
dengan begitu barulah aku merasa puas! ........”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek mendongkol mendengar ucapan orang itu.


“Saudara Phang Bouw, baiklah kau tidak usah mengucap
demikian!” ia kata. “Aku pasti sekali tidak sudi mengalah
sebelum kita piebu, aku ingin sekali menerima pclajaran dari
kau.”
Suaranya anak muda kita bikin semua mata ditujukan
padanya, diluar dugaan ia telah bicara secara nyaring dan
gagah.
“Sebenarnya Lauw Loo piauw tauw bermaksud baik,” ia
tambahkan, “dengan maksud melindungkan keakuran diantara
kita, ia sudah undang aku datang kerumahya dan ia anjurkan
aku untuk batalkan piebu kita. Aku setujui loo piauw tiauw,
karena aku juga pikir, asal saudara Phang Bouw suka
berdamai aku bersedia akan undurkan diri. Tapi sekarang
terbukti kau ingin piebu buat buktikan tinggi dan rcndahnya
kebisaan kita, baiklah aku bermedia melayani!”
Perkataannya anak muda kta ditutup dengan gerakan
tangannya menghunus pedangnya.
“Bagaimana kalau sekarang kita segera mulai ?” ia
menantang si Galok Emas.
“Ya, sekarang dimulai juga boleh!” kata orang dipinggiran.
Liuw Kin in menjadi sangat barduka hingga ia menghela
napas.
“Sekarang aku tidak bisa campur tangan lebih jauh,” kata ia
dengan masgul,
Mukanya Phang Bouw merah padam sebab mendongkol, ia
buka bajunya d»n lemparkan itu kesamping sambil berbangkit.
“Ambil golokku !” ia teriaki orangnya.
Bouw Pek juga sudah bsrkisar dari mejanya dengan bawa
psdangnya.
Orang yang ambikan goloknya Phang Bouw telah kembali
dengan sepasang goloknya jago Iyimciu itu. Dengan cekal
senjatanya ini, Kim-too lantas pergi kelatar.
Bouw Pek sudah buka baju panjang, dengan begitu ia sudah
lantas siap sedia. Ia bertindak akan hampirkan si Golok Emas
“Kau boleh mulai!” ia kata.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Baiklah, aku tidak akan berlaku sungkan lagi” jawab Phang


Bouw, yang benar2 dengan sepasang goloknya membacok
anak muda itu !
Bouw Pek berkelit kekiri, dengan pedangnya ia menangkis
golok kanan, berbareng dengan itu pedangnya diteruskan
menusuk pinggang lawannya !
Dengan gesit Kim-too minggir, tubuhnya miring, golok kirinya
dipakai menyampok senjata musuh dan golok kananaya
kembali dipakai membacok.
Dengan tidak kurang gesitnya. Bouw Pek lompat kesamping,
dari sini ia melesat lebih jauh kebelakang musuh, sambil putar
badan ia menusuk mengarah punggung.
Bisa menduga maksud musuh, Phang Bauw unjuk
kegesitannya. Sebat sekali ia berbalik, dua batang goloknya
diangkat dipakai menangkis pedang musuh, dengan begitu si
anak muda jadi tidak berhasil.
“Bagus !” beberapa orang di pinggiran berteriak, mereka
kagum gerakkannya dua orang itu, yang terang berimbang celi
dan gesitnya.
Bouw Pek sudah lantas mundur dua tindak, karena ia telah
dapat capai maksudnya

Menampak orang mundur, Phang Bouw merangsak ! Tapi


sekarang si anak muda tidak mau mundur lebih jauh,
memutar pedangnya, ia tangkis sesuatu bacokan oleh
sepasang golok. Pertempuran jadi hebat sekali!
Begitulah, berulang ulang kedua senjata telah berbentrok
dengan menerbitkan suara yarg nyaring dan riuh.
Setelah berselang sekian lama, Phang Bouw jadi sengit,
karena sia sia saja ia gunai ke pandaiannya, ia tidak mampu
desak musuh. Jangan kata mengalahkannya ! ambil mendesak
- desakan yang tercandak - ia pasang mata dan asah otaknya
akan kenai lowongan Maka lewat lagi seketika mendadak ia
kirim bacokan berbareng : golok satunya menuju lengan kiri,
golok lainnya mengarah dada.
Buat singkirkan diri dari bahaya maut, Bouw Pek yang awas,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang bisa libat gerakan musuh, sudah jauhkan diri dengan


satu lompatan jumpalitan “Yauw coe hoan sie” sambil
pedangnya dipakai menangkis secra raupan, ketika ia turun
pula ketanah, ia berada disamping musuh itu. Ia tidak tunggu
sampai dua kakinya injak tanah, ia tidak kasi kesempatan akan
musuh dapat perbaiki diri, dengan cepat ia menendang lengan
kiri lawannya !

Phang Bouw hampir keluarkan jeritan karena tendangan itu


bikin tangannya dirasai sakit, sedang goloknya terlepas dan
jatuh ke tanah ! Ia jadi gusar, sekalipun tinggal sebuah
goloknya, ia menyerang pula secara jauh lebih sengit !
Tapi sekarang Bouw Pek bisa berkelahi dengan lebih leluasa,
tadi menghadapi sepasang golok ia tidak repot, apa pula
sekarang, satu sama satu, pcdangnya jadi merdeka.
Pedangnya kini bergerak kemana saja golok musuh sampai,
hingga percuma saja Kim too sengit, sesuatu bacokannya
tidak pernah mengasi hasil. Kendati begini, pertempuran tidak
jadi kurang serunya.
Dengan gerakan tubuh yang nampaknya enteng sekali, Bouw
Pek bisa jauhkan dan dekati musuhnya sesukanya sendiri.
Musuh selalu cari lowongan, begitu juga ia sendiri.
Lima jurus telah lewat, dengan satu enjotan tubuh, sehabis
berkelit kesamping, Bouw Pek merangsak musuh, akan bikin
dirinya berada dekat musuh, dengan pedangnya ia tahan
goloknya, lalu dengan sebat luar biasa dengan tangan kirinya
ia tepok tangan musuh yang menyekal golok !
Jago dari Cimcioe terperanjat, lengannya itu gemetar dan
sakit, sampai goloknya ia tidak kuat angkat, hingga lekas2 ia
mundur dua tindakkan jauhkan diri dari musuh, buat perbaiki
dirinya. tapi Bouw Pek tidak bekerja setengah jalan, selagi
musuh mundur ia maju, sebelum musuh bisa berbuat apa ,
kakinya sudah melayang naik. Sebab tangannya Phang Bouw
yang keplek tidak leluasa, tangannya itu kena didupak, maka
sekarang, seperti tadi golok kirinya, golok kanannya lantas
terlepas dan jatuh!
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lagi sekali Kim too mundur, sekarang dengan satu lompatan.


Berbareng dengan itu Phang Liong lompat maju dan serahkan
padanya sebatang tombak.
Dengan dapat senjata baru, Phang Bouw maju lagi akan terus
menikam !
Bouw Pek lihat segala apa, kendati ia tahu musuh dikasikan
senjata, ia tidak cegah itu, ketika ujung tombak sampai ia
menyampok dengan keras, lalu sambil lompat maju ia
membacok.
Gerakan musuh membahayakan Phang Bouw tarik pulang
tumbaknya, yang ia pakai menangkis, dengan pedang yang
tajam telah beradu, hingga terbitlah suara keras ! Cuma, buat
kagetnya si Golok Emas, ujung tumbaknya jatuh, karena
bacokannya Bouw Pek dengan pedang yang tadinya telah
membikin kutung tumbak itu !
Masih saja Phang Bouw tidak mau menyerah kalah, malah
jadi makin marah, ia lempar gagang tombak, dengan tangan
kosong ia maju menyerang !
Bouw Pek mundur, ia tidak mau bikin celaka musuh yang
nyalinya besar itu.
“Apakah kau masih tidak mau mcnyereh kalah ?” ia tanya.
Lauw Kie In juga maju seraya ulap ulap kan tangan.
“Sudah, sudah !” berkata piauwsoe tua ini.
Phang Bouw merah padam, bahna panasnya hatinya, bahna
tenaganya telah dikeluarkan terlalu banyak, matanya seperti
mendelik ia tidak gubris penanyaannya si orang sbe Lie, ia
tidak perdulikan suaranya si orang she Lauw, sebaliknya
dengan tiba2 ia lompat menubruk sebelah tangan mencekal
lengannya Bouw Pek, dengan tangan yang sebelah lagi mau
rampas pedangnya. Untung buat ia, anak muda itu tidak
kehendak jiwanya, kalau tidak, satu sabatan sambil mundur
berlari bahaya bagi dirinya,
Bouw Pak mengerti ancaman bahaya apa bila pedangnya
kena terampas, dari itu ia lantas berdaya akan lepaskan
tangannya, maka juga berdua mereka lantas berkutetan.
Kie In kena kebentur sampai sempoyongan ia hampir jatuh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Phang Bouw gunai tanaganya akan cengkeram keras tangan


musuh, akan rampas pedang musuh. Bouw Pek pun keluarkan
tenaganya akan lawannya cengkeraman itu, buat cegah
pedangnya pindah tangan.
“Sudah ! sudah !” Liuw Ke In mencegah pula? “Sudah jangan
berkelahi terus, nanti orang tertawakan kau !”
Seruan ini tidak diladeni oleh Phang Bauw.
Semua penonton jadi bingung, sebab hebatnya pertempuran
itu.
“Lekas gunai totokan urut” akhirnya Phang Hoay teriaki
saudaranya. Dsngan peringatan ini ia ingin sang adik gunai
tenaganya yang seperti kerbau buat rampas pedang musuh.
Phang Bouw turut anjuran raihasa dari engkonya itu, ia lantas
kumpul tenaganya Apamau, maksudnya sia sia saja. Ia tak
sangka babwa Bouw Pek. lemah kelihatannya. punya tenaga
lebih besar dari padanya Maka itu mereka tetap berkutetan.
Lama lama karena panas timbullah ingatan busuk dalam
hatinya si Golok Emas. Ia lepas secara mendadak tangan
kirinya, yang tadi dipakai buat rampas pedang dengan tangan
ini ia tonjok tenggorokan lawannya.
Tapi dengan tangannya terlepas, pemuda kita berlaku lebih
sebat lagi, belum tangan musuh sampai pada tenggorokan
tangannya itu melayang pada dada orang, dengan suara mem
beleduk ! Berbareng dongan itu kakinya yang merdeka pun
diangkat. Lantas dengkulyn mampir pada perut orang, atas
mana terlemahlah cengkeramannya Phang Bouw, rubuhlah
tubuhnya ketanah, rubuh terbanting dengan menerbitkan
suara keras !......
Berbareng terlepasnya tangan musuh, Bouw Psk lompat
mundur, kapan ia tengok lengannya. lengan itu bcrwarna
merah, tetapi lengannya Phang Bouw telah jadi matang biru,
suatu tanda cekalanya anak muda ini jauh lebih hebat !
Duduk numprah ditanah, tiba2 Kim too Phang Bouw
menangis sesenggukan !
Lauw Ke In segera hampirkan dan pimpin bangun jago
Ciamcioe itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ketika itu Tiat koen Phang Hoay bersama Hoa khio Phang
Liong, beberapa piauwsoe dan pegawal piawkiok, hendak
serbu Bouw Pek dengan senjata ditangan.
Anak muda kita mengawasi dengan tajam, pedangnya sudah
siap, sedikit juga ia tidak unjuk yang ia takut atau jeri.
“Jangan bcrlaku tidak tau aturan !”
Phang Houw teriaki fihaknya seraya ulapkan tangannya
mencegah ..Lie Bouw Pek boegeenya lebih liehay dari padaku,
aku menyerah Kalah !” Air matanya meleleh turun. Ia kasi
hormat pada anak muda kita, seraya berkata “Saudara Lie
mulai hari ini dan selanjutnya, Phang Bouw tidak bisa sebut
dirinya hoohan lagi, daerah Titlee Selatan aku serahkan pada
kau ...... “
Bouw Pek girang yang ia telah bisa kalahkan jago Cimcioe itu
akan tetapi kapan ia saksikan sikap jujur dan laki2 itu, hatinya
tertarik, ia jadi likat serunya Dengan angkat pedangnya ia
balas hormatnya jago-pecundang itu.
“Saudara Phang, aku minta janganlah kau mengucap seperti
ini,” ia bilang. “Aku telah gunai sepuluh bagian dari tenagaku,
baru aku bisa menangkan kau. Boegee kau sungguh
mengagumkan aku !”
Phang Bouw goyang2 tangannya, ia menghela napas.
“Habis, habislah,” kata ia dengan lesu, “pamorku dari belasan
tahun hari ini telah jatuh ditangan kau ? Meski begini, aku
tidak benci kau. Selanjutnya aku tidak mau hidup pula
dikalangan Sungai Telaga.....”
“Jikalau kau wujudkan perkataanmu ini, saudara Phang,
terang aku Lie Bouw Pek bukannya orang dengan muka
terang,” kata anak muda kita.
Phang Bouw susut air matanya, ia pakai bajunya lantas
hampirkan bekas lawan itu akan jabat tangannya.
“Saudara Lie “ ia berkata, “urusan kita ini baikah kita jagan
sebut2 lagi! Saudara, mari duduk, mari kita minum dan
bersantap!”
“Nah. ini barulah kelakuannya kangouw hoohan !” Lauw Kie
In memuji dengan kekaguman.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Phang Bouw betot tangannya Bouw Pek buat diajak duduk,


semua tamunya ia undang akan sambil tempatnya masing2
akan lanjutkan perjamuan mereka.
Phang Hoay dan Phang Liong sangat malu dan mendongkol
mereka menyingkir ke dalam ........
Phang Bouw isikan tamunya semua cangkir, ia hirup araknya
sampai dua cangkir, kemudian ia berbangkit angkat bicara. Ia
kata :
“Saudara2, sekarang kau telah lihat semua, dikalangan
Sungai Telaga telah ada orang yang jauh lebih gagah daripada
aku, Kim too Phang Bouw ! Saudara2, sekarang aku mau
minta supaya sukalah kau kasi selamat jalan padaku, sebab
segera sehabisnya ini aku mau berangkat pergi ! Saudara2
andaikata diwaktu lain aku datang pula ke Pakkhia ini, aku
akan datang seperti manusia biasa, tidak nanti aku mau
berebut pengaruh lagi dengan orarg lain !”

Setelah kata begitu, jago tua ini tertawa tertawa meringis,


satu tanda bahwa hatinya sangat tcrluka...
Semua tamu bisa mangerti ktsukarannya jago ini. mereka
menghiburkan, tetapi percuma saja, Kim too sudah ambil
putusan buat hari itu juga angkat kaki dari Pakkhia.
Bouw Pek kagum betul terhadap Phang Bouw, sebab kendati
ia seorang kasar, Kim too benar2 jujur dan hormatkan diri.
Orang macam begini berharga untuK dijadikan sobat.
“Saudara Phang Bouw, kau kenal banyak sobat dikalangan
Sungai Telaga, apakah kau kenal seorang yang bernama Beng
Su Ciauw?” ia lalu menanya dengan manis, buat simpangkan
soal.
“Aku tidak kenal Beng Su Cauw itu,” salut Kim too seraya
geleng kepala. Ia kerja apa ? Ia dari kalangan piauwkiok atau
Sungai TeLga ?”
“Tuan Lie “ tanya Lauw Kie In, sebelumnya Bouw Pek jawab
Phang Bouw “kau sebut Beng Su Ciauw. apakah ia putera
kedua dan Beng Eng Siang dari Soanhoan ?”
“Benar.” sahut anak muda kita sambil manggut. “Beng Su
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ciauw itu sadari masih muda sekali sudah dituanangkan pada


nona Sioe Lian. puterinya De Hiog Wan, Jie Loo piauwtiauw.
Karena sekarang Jie Loo piauwtauw telah menutup mata,
nona Jie dan ibunya berada dirumah keluarga beng, tetapi
Beng Soe Ciauw sendiri tidak ada dirumah, ia tidak pulang dan
tidak ada kabar ceritanya, sejak tahun yang sudah ia minggat
dan rumahnya Maka ia Beng Loo piauwtauw minta aku
berhubung kepergianku ke Pakkhia, akan dengar dengar
perihal puteranya Itu.”
Jago tua dari Tay Hin Piauwtauw menghela napas.
“Beng Lauwko pada tahun yang sudah juga telah menulis
surat padaku perihal anaknya itu dan ia mnta aku bantu cari
Soe Ciauw,” ia berkata. “Sama sekali aku belum pernah
ketemu Soe Ciauw, aku tidak tahu bagaimana potongannya
dan romannya. Untuk penuhkan permintaannya Beng Lauwko,
akupun minta pula bantuannya sobat sobat, tetapi hingga
sekarang aku tidak pernah dengar kabar apa apa. maka aku
tidak nyana anak itu masih belum pulang Ah, kasihan nona Jie
itu, sudah ayahnya menutup mata, sekarang tunangannya tak
ketahuan kemana parannya....”
Bouw Pak terharu mendengar ucapannya jago tua itu, sedang
semua orang pada diam saja mendengari. Melainkan Moh Po
Koen ketua dari Sue Hay Piauw tiam, yang diam diam taruh
perhatian besar. Ia asal Kie lok, dengan Ngo jiauw eng Soen
Coen Lee ia bersaudara angkat, maka itu Jie Hiong Wan ia
kenal baik. Pada tahun yang sudan Moh Piauwtauw ini pernah
pulang ke kampungnya, buat tinggal beberapa bulan, selama
itu ia dapat ketika lihat Soe Lian, yang ulah menjadi gadis
elok, hingga ia jadi tertarik dan dapat keiinginan untuk nikah
si nona. Melulu disebabkan ia ia malu hati dan jerih terhadap
Soen Ceng Lee, ia telah tidak berani utarakan pikiranya dan
tidak berani juga bertindak. Tapi sekarang ia dengar keadaan
Sioe Lian itu, tiba tiba perhatiannya jadi terbangun pula.
“Kenapa Jie Loo piauwtauw menutup mata ?” ia tanya dengan
cari alasan buat turut bicara.
“Betul !” Lauw Kie In setujui. “Bukankah kau dan Jie Lawko
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

asal satu kampung”


“Bukan melulu asal satu kampung, malah Jie Loo piauwtauw
berlaku baik seka1o terhadap aku,” kata piauwtauw ini dengan
roman yang bangga, “sedang muridnya, Ngo jiauw eng Soen
ceng Lee, adalah saudara angkatku Dengan nona Sioe Lian
sendiri aku pernah bertemu beberapa kali, ia memanggil aku
Moh Lok ko “
Bouw Pek melirik pada ketua dari Soe Hay Piauw tiam ini,
tetapi ia tidak kata apa2.
“Semua tamu adalah piauwsu atau guru silat, yang tentu saya
luas pergaulannya, maka menggunai. ketika ini anak muda
kita lantas utarakan permintaannya agar mereka itu suka
tolong dengar hilangya Beng Su Ciauw itu, roman dari
potongan tubuh siapa lantas ia lukiskan.
Lauw Kie In juga telah utarakan permintaun bantuannya.
Semua tamu berjanji akan berikan bantuan, buat mana Bouw
Pek dan Lauw Kie ln lebih dulu haturkan terima kasih.
Bouw Pek minum pula dua cawan arak, lantas ia bcrbangkit
dan pakai bayu luarnya. dengan jumput pedangnyaa ia ialu
minta parkenan untuk undurkan diri.
Kim too Phang Bouw tidak mencegah, bersama Lauw Kie In
dan yago lain ia mengantar sampai diluar. Phang Hoay dan
Phang Liong tetap tidak muncul.
“Jikalau ada ketika. Lie-ya, harap lain kali sukalah kau mampir
ditempatku,” Lauw Kie In mengundang.
“Terima kasih, lain kali pasti aku akan datang mengunjungi,”
sahut Bouw Pek.
Bouw Pek angkat tangannya mengasi hormat pada semua
orang.
“Saudara Lie, harap lain waktu kita bisa bertamu pula “ kata
Phang Bouw sambil kiongkhiu dan menjurah.
“Aku harap saudara Phang “ sahut anak muda kita.
Sampai disitu Bouw Pek bertindak kejurusan barat, akan
keluar dari gang Ta-mo-ciang, paling dulu ia cari warung nasi
dimana ia lalu duduk bersantap, kemudian buat pulang ke
Hoai Beng Sie ia sewa kereta,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek telah dapat kemenangan, ia merasa puas, karena


fihak lawan adalah jago paling ternama dari Titlee, kenditi
demikian ia toh tidak gembira seperti waktu ia rubuhkan Siu
Bie-to 0ey Kie Pok dan hajar Poan Louw 5am si Terokmok. Ini
disebabkan ia telah dapat kenyataan Kim too Phang Bouw
adalah laki2 sejati, rubuhnya ia anggap sayang, sedang
difihak lain, dengan kalahkan si Golok Emas, namanya lantas
naik secara luar basa. Apakah artinya nama-nama saja
baginya ? Sedang yang dicari bukan nama, melainkan
kedudukan Buat apa nama tersohor, kalau kantong kempes,
hidup tak ketentuan ? Difihak lain, dengan nama tinggi itu ia
bayangkan pasti ada orang2 yang jelus atau dengki hati
terbadapnya, hingga dirinya senantiasa berada dalam
ancaman bahaya Hingga sekarang ia mesti jaga diri hati? ?
Sembarang waktu onar bisa terbit. Apakah artinya itu untuk ia
?
“Maka dalam satu dua hari ini baiklah aku lantas berlalu dari
Pakkhia ini.” akhirnya ia ambi1 putusan.
Kereta ja!an terus Tatkala kendaraan ini sampai di Cay-lie
kauw dan baru saja mau masuk di Sin-siang Hootong
mendadak di depan kereta muncul Seorang seraya terdengar
seruannya :
“Lie Toaya ! Sungguh menggirangkan akan saksikan kau
rubuhkan Kim too Phang Bouw !”
Dengan lantas Bouw Pek kenali Su Poan-cu, si Gemuk, muka
siapa tersungging senyumannya dada berikut perutnya-
dipelendingkan kedepan, manyatakan berapa besar
kegirangannya buat kemenangannya sobat dan langganannya
itu!
“Heran-----” pikir anak muda kita. yang menjadi sedikit
masgul, Ia tidak ikut aku. ia tidak nonton piebu kenapa ia
sudah lantas ketahui kemenanganku ?”
Kendati demikian, sambil bawa pedangnya, ia lompat turun
dari kereta dan bayar sewanya.
“Su Ciangkui dari siapa kau ketahui aku telah menangkan
Phang Bouw ?” ia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Su Poan cu tertawa, hingga daging yang gemuk dimukanya


menjadi seperti satu
“Apa masih perlu akan aku dengar dari orang lain” ia
kata.”Aku melihat dengan mataku sendiri Ketika kaki depan
Lie Toaya bsrjalan, kaki belakangku lantas mengikuti, didepan
pintu pekarangan dari Cun Goan Piauw tiam aku merandek,
sebab dari situ aku bisa lihat nyata kedalam. Lie Toaya telah
angkat kaki dan bikin Phang Bouw rubuh. ......!”
Si Gemuk angkat kakinya dan bikin gerakan tepat seperti
Bouw Pek.
“Sungguh cepat, sungguh sempurna “ kata pula si Gemuk,
hampir seperti bersorak bahna gembiranya “Lie Toaya,
sungguh aku Su Poan cu tidak salah , apabila aku bilang, kau
adalah hoohan nomor satu di Pakkhia!”
LIE BOUW PEK tertawa, dengan di dalam hati sebenarnya
tercengang.
“Aku mesti perhatikan si gemuk ini,” pikir ia. “Ia bilang ia
tidak mengerti silat, kenapa gerakannya demikian bagus dan
ia bisa tiru aku ? Tidak salah lagi, ia mestinya seorang yang
punya hal-ikhwal menarik hati tidak bisa jadi ia hanya tukang
warung yang sederhana.”
Ia segera awasi si gemuk ini dari atas sampai bawah,
terutama tubuh orang yang terokmok. Tapi dari potongan
tubuh itu tidak bisa dilihat yang tukang arak ini mengerti silat.
“Mari mampir diwarungku, toaya kita minum arak!” kemudian
Su Poan cu mengundang. Ia selamanya berlaku manis budi,
senyumannya murah.
“Barusan aku telah minum banyak di Cun Goan Piauwtiam,
sekarang aku mau pulang kegereja buat tidur.” Bouw Pek
menolak. “Sebentar malam saja !”
“Baiklah,” sahut Su Poan cu yang tidak memaksa. “Sampai
sebantar malam !”
Anak muda kita manggut pada si gemuk itu, ia lantas
bertindak masuk kedalam gang. Dibio ia disambut oleh
seorang hweeshio.
“Tadi Oey Su ya datang, karena kau tidak ada. ia tinggalkan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

karcis namanya saja,” kata orang beribadat itu serahkan karcis


nama.
Bouw Pek menyambuti, karcis mana memakai nama Oey Kie
Pok, anak keempat.
“Apa perlunya Oey Kie Pok datang pula mencari aku?” ia
menduga2, sedang karcis nama itu ia tidak perhatikan, ia bikin
jatuh disampingnya.
Si hweeshio mengawasi, apabila ia lihat tamunya diam saja
oleh karena ini ia batal menanyakan apa kabar dengan Oey Su
ya, yang katanya berniat menderma pada gerejanya itu. Malah
kemudian ia berlalu.
Bouw Pek jadi berpikir, dari menduga-duga maksudnya Kie
Pok ia kembali pada kesangsian atas dirinya Su Poan-cu, yang
gerak geriknya luar biasa.
“Pakkhia kota besar dan ramai, bisa dinamakan sebagai
tempat naga sembunyi dan harimau tidur, disini ada segala
macam orang......” demikian ia ngelamun. “Su Poan cu mesti
seorang dari kalangan Sungai Telaga, yang punya kepandaian
tinggi, tetapi ia aneh. seperti juga Cui Siam. Kenapa nona itu
mesti siap sedia dengan pisau belati ? Apa tidak baik aku
tanya Siam Nio dan si tukang arak gemuk ini, buat
mengetahui hal ikhwal mereka yang sebenarnya ?
Kelihatannya percuma, mustahil mereka mau beber rahasia
mereka padaku, cuma aku capekan lidah ku........”
Ngelamun lebih jauh, Bouw Pek ingat pula dirinya. “Kim too
Phang Bouw tentu telah pulang ke Cimciu, maka apa perlunya
aku berdiam lama dikota raja ini, dimana aku hanya peroleh
nama kosong? Disini aku nganggur setiap hari ! Apa rasanya
buat jadi hoohan melulu ?”
Lantas ia ambil putusan buat besok ke temui pamannya, akan
pamitan dan pulang, diri rumah si paman ia mau pergi
kerumahnya Tek Siauw Hong buat serahkan buku uang dan
pamitan dari pamili orang Boan itu, lusa baru ia berangkat. Ia
boleh merantau kemana ia suka.......
Oleh karena ini, ia bisa rebahkan diri, dengan cepat ia pulas.
Ia dapat tidur siang dengan cukup, setelah mendusin ia pun
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak pergi kemana2. Adalah sesudah sore ia niat pergi


kewarungnya Su Poan cu buat tangsal perut, buat sekalian
kongkouw dengan si gemuk yang doyan bicara itu.
Bouw Pek tidak pakai baju luar ketika ia bertindak keluar dari
kamarnya, dua tangannya digendong kebelakang. Ia jalan
terus keluar bio. Diluar dugaanya, baru saja ia muncul didepan
pintu pekarangan, lima orang sudah pegat ia. Sesudah mereka
datang dekat, baru Bouw Pek mengenali yang mereka itu
adalah hamba wet: yang dua memegang rantai, yang dua lagi
membawa senjata ruyung dan golok yang disoren dipinggang.
“He, kau siapa? Apa kau bikin?” demikian seorang opas
menegor.
Mau atau tidak, Bouw Pek terperanjat juga.
“Aku orang yang tinggal didalam bio ini !” ia menyahut.
“Apa namamu ?” hamba wet itu tanya pula.
“Lie Bouw Pek......”
Belum Bouw Pek tutup rapat mulutnya, atau dua opas yang
pegang rantai telah lemparkan borgolnya itu dilehernya.
Mukanya anenjadi pucat. sebab tahan amarah. Sam bil angkat
tangannya akan singkirkan rantai itu, ia mundur satu tindak.
Dua opas itu maju seraya hunus golok mereka.
“Kau berani lawan hamba wet ?” mereka tanya.
“Aku bukan melawan hamba wet !” anak muda kita jawab.
“Aku Lie Bouw Pek, penduduk baik2, yang tidak pernah
lakukan perbuatan yang melanggar undang2 negeri,
bagaimana kau tiba2 hendak tangkap aku ? Sedikitnya kau
mesti terangkan dulu, apa kesalahanku ?
Pemuda ini berdiri diam dengan tubuh gemetar, karena masih
saja ia kendalikan hawa amarahnya yang meluap2.
Lantas opas yang kelima maju menghampirkan, ia bawa sikap
manis, ia tepok pundak orang.
“Kau tanya alasannya kenapa kami mau tangkap kau. sobat?”
ia kata. “Menyesal, kami sendiri tidak ketahui itu. Kami
orang2nya Te tok Tayjin, kami cuma diperintah melakukan
penangkapan. Aku minta kau suka turut kami, supaya kami
bisa jalankan kewajiban kami, nanti setibanya dikantor baru
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kau minta keterangan”


“Benar, sobat,” kata salah satu opas yang memegang rantai,
“kami memang mesti lakukan kewajibao kami. Kami harap kau
suka menurut, agar supaya kami bisa jalankan kewajiban kami
itu.”
Bouw Pek lantas saja menduga pada Poan Louw Sam, si jahat
yang cerdik maka ia mengerti, kecuali menurut, ia tidak punya
jalan lain. Is tidak mau sembarangan menggunai kekerasan.
“Baiklah, aku turut kau pergi ke kantor “ akhirnya ia kata
sambil bsrsenyum dingin. “Aku tidak takut, karena aku tidak
salah”
“Kau benar sobat, dikantor kau bisa bersihkan dirimu,” kata
opas yang cerdik.
Sekarang Bouw Pek manda orang kalungi ia lalu separoh
didesak diminta berjalan keluar dari Sin siang Hootong
Dimulut jalan sebelah timur menunggu sebuah kereta
persakitan, ia lantas diminta naik, satu orang ikut ia. empat
yang lain mengikuti sambil jalan kaki.
Diwaktu permulean malam itu didalam kesunyian suara roda
kereta terdengar nyata.
Berapa jauh ia sudah jalan, itulah Bouw Pek tidak ketahui,
hanya tahu2 kereta telah berhenti dan ia diminta turun. Nyata
mereka tudah sampai dikantor atau gee mui dari Kiu bun
teetok, kereta diberhentikan dipintu samping. Anak mada kita
lantas saja ditambah borgolan pada tangan dan kakinya dan
terus dikasi masuk dalam kamar tahanan.
Juru tulis kepala dari bagian pangadilan dan teetok gee-mui
yang diberitahukan tentang penangkapan ini, bukannya lantas
mengasi laporan pada teetok, melainkan kirim orang
kepercayaannya pergi cari Poan Louw Sam, buat sampaikan
perkataannya : “Penjahat besar Lie Bouw Pek sudah kena
ditangkap dan telah ditahan dikamar tahanan, ia segera akan
diperiksa buat diberikan hukuman”
Orang kepercayaan ini. Siauw Ciang namanya, sudah turut
perintah, ia segera mcnuju ke Thay peng ouw dikota barat,
kerumahnya Poan Louw Sam si Terokmok. Kebetulan sekali
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tuan rumah ada dirumahnya, dimana ia sedang bikin


perjamuan bersama beberapa sahabat karibnya, yaitu pertama
Cie Tayjin, bekas Lee pou Sie long, kedua Gie su Lauw Tayjin,
dan ketiga Ciauw Ngo ya, toakoansu atau kuasa besar dari
suatu onghu. Sebagai pelayan diantara mereka ada dua budak
Louw Sam yang muda dan cantik, yang saban isikan cawan
arak mereka.
“Kamar aku telah sediakan,” kata Poan Louw Sam sembari
tertawa pada Lauw Gie su. “Kita sekarang utus orang saja
buat pergi menyambut, lantas Cie Looya akan? menjadi baba
kemantin !”
“Cuma.” tertawa Ciauw Ngoya, “Cie Looya harus lebih dulu
cukur klimis kumisnya. kalau tidak, enso kemantin baru punya
myka potongan telor bisa menderita tusukan
kumisnya itu ......”
Cie Sie long girang sekali mendengar perkataan itu, kendati ia
tahu sobat itu mengucap demikian separoh mcnggoda, ia kata
:
“Aku memang sudah pikir buat cukur kumisku, tetapi aku
takut yang dia nanti adukan aku “
Sembari kata begitu, ia manunjuk pada Lauw Gie su.
Lauw Gie su tunda cangkirnya, yang ia sudah bawa
kemulutnya,
“Aku memang menyadi gie su, tetapi aku tidak urus perkara
orang cukur kumis” ia kata.
Atas ini empat orang itu tertawa berkakakan. sedang kedua
nona pelayan lagi2 penuhkan cawan mereka.
“Dengan sebenarnya. aku belum pernah libat nona Cui Siam,”
kata si giesu kemudian.
“Buat mendapat lihat dia mudah saja” berkata Poan Louw
San. “Besok aku boleh ajak kau pergi kesana Kapan kau
ketahui bagaimana romannya bidadari dalam rembulan, nah,
demikian rupa juga adanya si Cui Siam”
“Dengan begini,” Ciauw Ngo ya tepok2 tangan, “nyatalah Cie
Tayjin akan lekas pergi kebulan “
Cie Se long tertawa, ia manggut1, tangannya lantas jepit
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sepotong bebek panggang, yang ia bawa kemulunya


apamau, hampir semua giginya telah cyopot, maka itu
dengan bardeging ia naikan daging itu.
Louw Sam menggila pu!a, sembari menoleh pada selang itu
ia kata :
“Kau dengar tidak, tayjin? Ciauw Ngo ya bilang, kau akan jadi
calon kelinci”
Cie Sie long masih saja tertawa, ia masih saja bergulat
dengan sepotong bebeknya itu, maka lagi2 orang tertawakan
ia
Waktu itu mendadak datang seorang kacung umur belasan,
yang pakaiannia bersih dan rapih yang segera menghampirkan
Poaa Louw Sam dan bicara sambit berbisik dengan si
Terokmok ini, atas nama Louw Sam bilang : “Suruh ia duduk
sebentar dikamar tamu “ setelah mana ia menoleh pada tiga
tamunya seraya berkata lebh jauh : “Sam wie, silahkan duduk
saja, aku mau keluar sebentar ! Kemudian ia bertindak pergi.
Kapan ia Sampai dikamar tamu, Siauw Ciang kasi boriiat
padanya.
“Aku dikirim kemari oleh Ouw toa siok, buat kasi tahu pada
Louw Sam ya, bahwa peajahat besar Lie Bouw Pek sudah
kena ditangkap dan sekarang sudah ditahan dalam penjara,
katanya besok perkaranya mau diperiksa diputuskan
hukumannya.”
Dengan hati sangat puas, Poan Louw Sam manggut2.
“Baik, bagus, aku sudah mengerti,” ia bilang, “kau boleh
pulang dan kasi tahu Ouw Toa siok. aku menghaturkan
baoyak banyak terima kasih padanya. Apabila besok ia ada
tempo, ia boleh datang kekantorku sebelah barat “
Siauw Ciang menjawab bahwa ia sudah mengerti.
“Nah, ini buat kau, kau boleh pulang dengan naik kereta “
kata Poan Louw Sam kemudian seraya serahkan uang
persenan pada orang suruhan itu.
Mula mula Siauw Ciang msnolak sambil membilang terima
kasih, akhirnya ia terima uang persenan itu. Satelah itu ia
unjuk hormatnya dan berlalu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sambil bersenyum. Poan Louw Sana balik pada kawan


kawannya, ia girang luar biasa, akan tetapi ia tidak bilang apa
apa, ia makan dan minum seperti biasa. Cuma
kegembiraannya itu ia tak mampu sembunyikan.
Sehabis bersantap orang berkumpul buat menyedot,
kemudian Lauw Gie soe dan Ciauw Ngo ya pamitan lebih dulu
akan pulang, hingga tinggal Cie Sielong bersama tuan rumah.
Keduanya mereka itu rebah rebahan di bangku lebar yang
terbikin dari kayu merah.
“Tadi Ouw Kie Touw kirim orangnya mengasi tahu,” Poan
Louw Sam berkata, katanya itu binatang she Lie sudah
ditangkap atas tuduhan menjadi penjahat besar, maka
kelihatannya ia tidak bisa lolos dari hukuman mati. Dengan
jalan ini, maka kau sekarang kau mesti lekas pergi cari Siam
Nio dan beritahukan padanya, supaya hatinya menjadi mati,
agar ia suka menerima baik permintaan, sesudah itu barulah
kau sambut ia. Setelah ia disambut, urusan boleh dibilang
sudah beres “
Mendengar itu, alisnya Cie Sie long mengkerut.
“Si orang she Lie itu memang menjemukan” ia bilang, “tetapi
menurut aku, tuduhan atas dirinya terlalu hebat. Orang orang
dari kalangan Sungai Telaga mempunyai banyak sobat dan
kuwan, andaikata di belakang hari ada orang yang datang cari
aku, bagaimana? Maka menurut aku, baiklah Ouw Kie Touw
dikisiki, sudah cukup apabila ia dthajar beberapa rotan, tahan
ia didalam penjara beberapa bulan, akhirnya baru ia
dimerdekakan . . . . “
Poan Louw Sam tertawa.
“Jangan kau gusar, lauwko, tetapi pikiranmu itu adalah yang
dinamai kedermawanan palsu” ia kata. “Si or«ng she Lie itu
telah pengaruhkan Coei Siam, lantaran dia, Coei Sam jadi
tampik kau yang dikatakan sudah tua bangkotan, katanya kau
sudah punya dua gundik bukankah menurut coei Siam, kalau
tidak ada sebab sebab itu, ia suka ikut kau? Tapi sekarang si
orang she Lie sudah dibekuk. Cioe Siam pasti tidak punya
alasan 1agi. ia tentu akan turut kau dengan hati lega. Si orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

she Lie adalah orang yang tak berasal usul, meulu karena ia
kenal baik Tek Siauw Hong pengaruh siapa rupanya ia
andalkan ia jadi berani main gila disini ! Ia serang aku masih
tidak apa, kurang ajarnya, ia berani juga hajar Oey Kie Pok,
sedang hari ini aku dengar iapun telah pukul rubuh Kim too
Phang Bouw, jagoan dari Cimcioe yang tersohor, la manusia
miskin, ia tidak punya rumah tangga dan pekerjaan, melulu
katena berkepandaian boegee, ia berani lantangi kita, hingga
ia telah berani bikin malu pada kita. Sekarang, dengan gunai
pengaruhnya sedikit uang, ia bisa dibikin tak berdaya, malah
jiwanya akan disingkirkan, apakah itu tidak bagus?”
Masih saja Cie Sie long kerutkan alisnya.
“Aku tetap masih kuatir ia punya sobat yang tidak takut mati”
berkata orang tua ini, “aku kuatr sobat itu nanti datang
mencari kita, hingga kita bisa hadapkan kesulitan. Kita orang
orang dengan kedudukan baik, mana kita bisa lawan orang
bangsa tak keruan”
Poan Louw Sam tertawa tertawakan hati yang kecil dari
sobatnya itu.
“Jangan kuatir tidak akan ada kesukaran ! ia coba menghibur.
Pertama tama tentang si orang she Lie aku sudah cari
keterangan jelas, di Pakkba ini ia orang sebatang kara. kecuali
paman misannya Kie Thian Soe, coe soe yang melarat, disini
ia hanya kenal Tek Siauw Hong sendirian, tetapi sekarang Tek
Siauw Hong tidak ada dikotaraja Kedua: urusan ini tidak eaja
telah bikin lampias sakit hatiku, juga melampiaskan sakit
hatinya Oey Kie Pok. Oey Kie Pok bersobat baik dengan Khoe
KongCiaw, dengan mereka berdua, bukankah kita tidak usah
takuti lagi segala buaya darat?”
Disebutnya nama Oey Kie Pok bikin nyalinya Cie Sie long
menjadi besar juga.
Seperti orang banyak, ia juga ketahui yang Oey Kie Pok
punya boegee tinggi, benar Sioe Bee to katanya pernah
dikalahkan oleh Lie Bouw Pek, akan tetapi dia itu punya
banyak sobat yang berkepandaian tinggi
“Baiklah” ia kata akhirnya, “Tunggu lagi dua hari, kau boleh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

cari Oey Kie Pok, buat kasi tahu halnya si orang she Lie itu
sudah ditangkap, agar ia bisa berjaga jaga buat akibatnya
penangkapan itu.”
“Besok juga aku akan pergi cari Kie Pok !” kata Poan Louw
Sam, buat besarnya hatinya sobat itu. “Sekarang sudah siang,
mari kita pergi ke Kauw thio Go tiauw. buat panggil Coei Siam
dan ibunya, supaya kita dapat penegasan Siam Nio suka ikut
kau atau tidak !”
“Eh, kenapa sih kau jadi lebih repot dari pada aku sendiri ?”
tanya Cie Sie long dengan heran. Ia tertawa. “Sekarang ini
pintu kota tentu dikunci, apakah kita tidak bisa tunggu sampai
besok?”
Ditanya begitu, Poan Louw Sam jadi berpikir. Ia anggap
benar benar ia terlalu repotkan diri tak keruan. Juga belum
tentu isterinya mengijinkan ia diwaktu demikian pergi ke Kauw
thio Go tiauw, yalah gang dimana berada di rumah isteri
mudanya
“Baiklah,” Ia manggut akhirnya, “baik, kita pergi besok saja”
Cie Sie long masih menyedot terus sampai ia pamitan pulang
Esoknya, seperti ia janji pada Cie Sie long, Poan Louw Sam
benar benar kunjungi Sioe Sie to Oey Kie Pok di Pak Sin Kio
dikota timur, pada si Be to Kurus ia beritahukan bagaimana
dengan jalannya Lie Bouw Pek telah ditangkap dan akan
dihukum, bahwa berhubung dengan itu undang kata terbit
keruwetan disebabkan tindakan orang atau orang orang
kalangan Sungai Telaga dari fihaknya si orang she Lie, supaya
jago Pakkhia ini suka bantu ia.
Dengan menutur semua dan minta bantuannya itu. Louw Sam
harap Oey Kie Pok menjadi girang dan akan suka bantu ia,
sebab ia secara tidak langsung sudah balaskan atau
lampiaskan dendamnya si orang she Oey. Diluar dugaan
apabila ia sudah dengar semua, Oey Kie Pok justeru
bersenyum tawar.
“Dengan si orang she Lie itu, aku bukannya sanak, bukannya
kadang, sobatpun tidak, maka perkaranya itu dengan aku
tidak punya sangkutan suatu apa “ ia berkata. “Benar, dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dia aku pernah pieboe. ia telah hajar aku satu kali, difihak lain
aku kena pukul ia dua kali, dengan begitu kesudahannya kita
berdua seri. Sesudah adu kepandaian dengan tangan kosong,
aku tantang ia gunai senjata, tetapi ia menolak. malah ia
minta pieboe dibikin habis saja. Karena ingat ia orang asing
aku merasa kasihan padanya, aku suka pieboe dibikin habis
sampai disitu.”
Poan Louw Sam mendongkol yang tuan rumah sudah angkat
diri begitu tinggi, sedang maksud kedatangan ia bukannya
buat dengar orang agulkan dirinya sendiri.
“Apakah kau kira aku tidak mampu berbuat lain kecuali minta
bantuan kau, Oey Soeya ?” demikian ia pikir.
Sementara itu Oey Kie Pok lanjutkam omongannya, ia kata:
“Lain kali. apabila kau hadapi suatu urusan, kau mesti
bentahukan itu padaku, aku percaya aku akan punya daya
untuk membikin beres”
Perkataan yang belakangan ini membuka pikirannya Louw
Sam juga, dari itu ia tidak lagi mendongkol seperti tadi,
Kemudian ia pamitan dan pulang.
Sorenya Poan Louw Sam pergi ke Kauw thio Gu tiauw,
dirumah gundiknya, dimana ia tunggui Cie Sielong. Gundiknya
itu dipanggil A Go, asal dari rumah pelesiran, karena nona ini
tidak bisa diajak tinggal sama isterinya, ia sengaja tempatkan
di Kauw thio Go tiauw sebuah rumah kecil tetapi indah. Adalah
dirumah ini ia berkumpul dengan Cie Sie long setiap waktu
mereka kirim orang buat panggil Siam Nio melayani mereka
menyedot dan bersantap. Adalah maksudnya Poan Louw Sam
akan tempatkan Siam Nio dirumah ini, supaya kedua nona
bisa tinggal sama sama, hingga baik ia dan Sie long sendiri
tidak usah terlalu sibuk memikirkan dan menunggu seperti
waktu Coei Siam masih merdeka. Ia ingat A Go dan Siam Nio
jadi encie dan adik, makin mereka berdua ini hidup rukun,
makin baik baginya yang inginkan bantuan dan peagaruhnya
Cie Sielong. Dengan Coei Siam tinggal dirumahnya itu, makin
sering Cie Sielong akan datang.
Kendati sudah berusia tinggi, Cie Sielong adalah salah satu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sasterawan terkenal di Pakkhia, bila ia menulis lian, satu


pasang saja harganya beberapa ratus tail perak. Sebab kecuali
terkenal, Cie Sielong berharga besar, hingga orang pun tak
berani membayar secara serampangan padanya. Lebih dari
pada itu, Cie Sielong menjadi guru dari seorang raja muda dan
kabarnya lekas juga akan pangku paegkat tinggi, yaitu akan
mau jadi soenboo dari suatu propinsi. Dengan tempe!
pangaruhnya Sie long ini, Louw Sam percaya perusahan khian
tihungnya akan dapat kemajuan yang tak terbatas, sedang
pergaulannya dengan pembesar pembesar negeri akan jadi
lebih luas lagi.
Dcmikianlah tidak heran kalau Louw Sann sibuk memikirkan,
kenapa Cie Sielong masih juga belum muncul Ia rebah sambil
ngelepas terus, A Go layani ia sambil terus tumdeki pahanya.
Tapi difihak lain gundik ini menyanyi minta sepasang gelang
emas.
“Besok Coei Siam akan datang kemari ia punya segala apa,
jauh lebih banyak dari pada aku maka apabila dibandingkan
padanya. aku adalah setan miskin melarat .. .. Bagaimana aku
ada muka akan ketemui orang ?”......ia kata.
“Jangan kau tidak sabaran,” Louw Sam kata sambil tertewa.
“Besok kau nanti perintah orangnya tukang emas Lie Po
datang kemari, kau boleh pesan gelang padanya menurut
sukamu sendiri berapa berat kau ingin kan, kau jangan
gerembengi aku saja.”
A Go girang mendapat janji itu, maka ia makin telaten
merawati tuannya ini cuma diam diam ia tidak bisa lantas
bunuh sifatnya mengiri terhadap Siam Nio Didalam hatinya ia
pikir:
“Poan Louw Sam benar punya bunyak uang, tapi ia tidak lebih
tidak kurang seorang dagang, biar bagaimana kaya ia tidak
bisa di panggil tayjin. Disebelah itu, Louw Sam sangat kikir,
sesudah dapat uang baru ia mau keluar uang ! Mana ia bisa
dibandingkan dengan Cie Sielong ? Cie Sielong hartawan dan
berpangkat besar! Si budak Coei Siam barulah orang yang
peruntungannya bagus, Sekali disambut, ia lantas dapatkan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tayjin dan akan dipanggil koan thay thay “


Bisa dimengerti yang A Go mengiri secara demkian. apa yang
ia bilang benar adanys. Louw Sam telah menyesal bukan
main, yang barusan ia janjikan gelang emas tanpa batas pada
gundiknya itu, Ia lantas memikir untuk dapat membatalkan
janji itu. Tapi belum ia asah otaknya, tiba tiba ia dengar suara
batuk batuk, apabila ia menoleh, ia lihat Cie Sielong bertindak
masuk seorang diri dengan terbongkok bongkok seperti seekor
udang. Nyata sobat masuk tanpa Suara.
“Lauwko, kenapa begini hari kau baru datang?” menegor
Louw Sam sambil tertawa seraya berbangkit. “Apa bisa jadi
kedua anaknya telah tahan dan melarang kau datang kemari?'
“Bukan, bukan” sahut Cie Sie!ong sambil batuk2 terus, “aku
terlambat karena sakit pinggangku kumat pula, coba kemarin
aku tidak janji, tentu aku tidak paksakan datang.”
Sembari kata begitu ia lantas rebahkan diri dipembaringan.
A Go sudah lantas sedia alat isap untuk sielong ini.
“Ong-jie datang atau tidak?” Louw Sam tanya.
Orang yang dimaksudkan adalah pengikut Cie Sie Long.
“Datang, ia berada diluar.”
Lantas Poan Louw Sam perintah A Go suruh pengikut itu
pergi kePo Hoa Pau panggil Coei Sam.
A Go menurut, ia pergi keluar akan sampaikan perintah
suaminya pada pelayannya Cie Sie Long, satu kacung muda,
cakap dan perlente.
Louw Sam sendiri bersama Cie Sielong, lantas berlomba
menyedot asap.
Mereka ini mesti menunggu lama juga. barulah Coei Siam
muncul bersama2 Iyia Loo mama. Dimatanya sielong, si nona
jadi bertambah tambah elok, dengan baju hijau dan celana
putih ia mirip bidadari. Maka memandang sinona sie Long ini
sampai lupakan pinggangnya yang sakit.
“Kemarin seantero hari aku tidak lihat kau” Cie Sielong
menegor sambil tertawa, “Bagaimana dengan sakit ulu hatimu,
sudah baik atau bclum”
“Sudah baik, looya,” sahut Siam Nio sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“terima kasih buat perhatian looya”


“Anak ini berpikir cupat” Cia Mama campur bicara. “Sedikit
gaja urusan, asal itu bertentangan dengan hatinya, lantas
sakit ulu-batinya kambuh----”
“Itulah mudah.” Louw Sam bilang sambil tertawa.
“selanjutnya ia harus baik2 merawat dirinya.”
Coei Siam berlutut didepan pembaringan akan layani sielong
itu menghisap. Ia mau layani Poan Louw Sam juga. tetapi
tuan rumah segera mencegah.
“Tidak usah capekan diri, aku sendiri pun bisa” ia kata. Ia
menoleh pada nyonya tua, yang menjadi bujang pelayannya.
“Kau ambil dua bangku kecil, bawa kemari, buat ie-thaythay
dan nona Coei Siam duduk. Kau sendiri, Mama, duduklah
sesenangmu “ ia tambahkan pada Cia Mama.
Tidak lama bujang tua itu telah kembali debgan dua bangku
kecil, ditaruh didepan pembaringan
A Go segera duduk didekat suaminya dan Coei Siam didekat
Iyie Sielong.
Tiba tiba, seperti orang yang terperanjat Poan Louw Sam
menoleh pada Coei Siam.
“Siam Nio, aku hendak beritahu kau satu kabaran” ia berkata.
“Bukankah kau ketahui pemuda Lie Bouw Pek? Apa kau bisa
duga, ia sebenarnya kerja apa?”
Mukanya Coei Siam menjadi merah, tapi ia tidak kaget
“Kabarnya ia seorang sioecey” ia jawab sambi1 tertawa.
“Sioecay ? Hm “ Poan Louw Sam tambahkan. “Ia sebetulnya
penjahat besar. Kemarin kcjahatannya ketahuan, ia lantas
ditangkap oleh orang dari kantor Kioe boen Tee tok . Lihat,
tidak bisa lain, ia akan dipenggal batang lehernya”
Baru sekarang Siam Nio rnenjadi ksgct, Cia Loo mama tidak
kecuali.
“Ah !”...... mengeluh nyoyna tua ini. “ia nampaknya begitu
lemah lembut, siapa sangka ia sebenarnya bangsat ......”
“Lemah lembut?” Poan Louw Sam kasi lihat tertawa
menghina. “Bukankah kau telah lihat sendiri, melulu karena
andalkan boegeenya, ia sudah obral kepalanya? Ia telah pukul
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku, telah hajar Oey Soe ya, malah ia telah serang juga
Pakkhia punya beberapa piauwsoe yang ternama ! Dan setiap
hari apakah yang ia tidak lakukan ? Mogor mau, dandan bagus
juga mau ! Buat itu semua apakah yang ia andaikan, darimana
ia gablek.uang? Memang aku curigai ia sejak lama. siapa tahu
kemarin rahasianya terbongkar! Ia nyata pnejahal besar asal
propinsi lain, begitu sampai di Pakkhia ia sudah lantas laku
kau beberapa kejahatan, yang gelap bagi kita orang “
Siam Nio berduka berbareng kuatir, hingga tubuhnya
gemetar.
“Fihak kantor sekarang sudah dapat tahu” kata pula Poan
Louw Sam. yang tahu bagaimana mesti mendesak buat bikin
rentananya berhasil, mereka sudah ketahui, uangnya Lie Bouw
Pek, yang ia peroleh dari kejahatannya itu, sudah
dihamburkan atas dirimu”
Cia Loo-mama kaget bukan main, sampai ia menjerit.
“Dengan sebenarnya aku tidak tahu yang ia penjahat besar!”
kata nyonya tua ini, yang bendak menyangkal.
Siam Nio diam saja. akan tetapi matanya mengucurkan air, ia
tetap ketakutan dan berduka.....
“Fihak kantor tentu saja tidak gubris kau tahu ia satu
penjahat besar atau tidak,” Louw Sam masih saja mendesak,
sebab ini ketika yang baik akan bikin ciut nyalinya ibu dan
anak itu, terutama si anak. “Mereka cuma tahu, ia hamburkan
uangnya diantara kau, maka kau sama bersalahnya seperti
dia”
Ketika bicara lebih jauh siterokmok robah sikapnya demikian
ia kata. “Dengan Cie Tayjin aku sudah mengantur buat
lindungi kau dari bahaya, hingga orang2 kantor tidak nanti
datang bekuk kau berdua, ibu dan anak cuma selanjutnya kau
tidak bisa berdiam lagi di Po Hoa Pan......”
Cia Loo mama telah kena dipengaruhi, ia jadi takut bukan
main hingga tidak mampu lagi gunai otak dingin.
“Louw Sam Looya, Cie Toa looya” demikian ia berkata, “jiewie
looya, aku minta sukalah kau kasihani kami ibu dan anak,
sukalah kau tolong kami......”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia menangis hingga tak bisa bicara terus


“Kami sebenarnya merasa kasihan pada kau” kata pula si
Terokmok, yang didaalm hatinya puas, karena tipu dayanya
telah memakan dengan tepat sekali. . Memang dengan tinggal
lagi di Po Hoa Pan, kau akan hadapi kesukaran, jangan kata
untuk makan, buat tinggal saja kau jadi tidak punya
tempat.......”
“Tapi,” kata Cia Mama. yang tidak sabar sampai orang bicara
terus, “Louw Sam Toaya bukankah kau dulu pernah omong,
bahwa Cie Toa looya berniat ambil Siam Nio menjadi
gundiknya? Aku lihat, dengan tindakannya itu. Cie Toa looya
bukan saja telah hargakan kami, ia juga unjuk rasa
kasihannya terhadap anakku itu .....Cui Siam, hayolah kau
minta pertolongannya jiewie looya” ia akhirnya kata pada
anaknya
Louw Sam melirik Cie Sielong, ia unjuk roman sangat girang
dan puas. ia seperti mau kata pada sielong itu :
“Kau lihat lauwko, bagaimana kepandaiannya si Louw Sam”
Cui Siam sudah lantas menangis, sambil tunduk ia susuti air
mitanya. Nona ini telah ..mati hati” seperti ibunya, karena
“kerangannya” si Terokmok terlalu hebat, hingga mereka tidak
sanggup gunai lagi pikiran mereka yang waras.
Louw Sam ketarik bukan main menampak romannya Coei
Siam waktu itu, karena berduka sinona jadi seperti berubah
elok dan menggiurkan hati, tetapi iapun jadi jelus.
“Nona begini elok aku persembahkan pada situa bangka buat
dia pelesiran senang, apakah ini tidak terlalu senang bagi
dia?” demikian pikirannya ngelamun. Tapi, tidak apa..
Bukankah si o ia akan amb 1 tempat di rumah is*er ku yang
muda ini ? Bukankah selanjutnya aku jadi dapat ketika akan
bergaul rapat dengan dia? Apakah itu tidak sama saja Seperti
kepunyaanku sendiri?”
Oleh karena ini ia tidak unyuk sikap yang luar biasa hingga ia
tidak usah mendatangkan kecurigaan orang.
“Biryara hal disambutnya Siam Nio supaya ia bisa hidup
bersama Cie Tayjien,” ia berkata puia, “itu adalah tanda
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keberuntungan bagi kau berdua anak dan ibu. Dengan begitu


tidak saja Siam Nyo jadi beruntung. kau sendiri selanjutnya,
boleh tidak usah pikirkan hal penghidupan dengan anakmu
manjadi nyonya Cie Tayjin. kantor mana yang berani datang
buat cari kau lebih tak lama lagi Cie Tayjin akan diangkat
menjadi batay! Kalau nanti Jie Tayjin berangkat akan pangku
jabatannya yang baru itu, ia tidak ajak keluarganya, melainkan
kau dan anakmu. Diluar Pakkhia siapa yang ketahui yang koan
thaythay dan Jie Tayjin asalnya dari rumah hina? Coba kau
pikir, pembesar yang mana yang berani tidak hormati
mertuanya bu tay? Cia Loo mama dari menangis menjadi
tertawa mendengar ocehan yang pandai dari si Terokmok itu,
yang meresap benar dihatinya. Memang siapa tidak akan jadi
girang hati mertuanya seorang bu-tay, apapula ia asalnya itu
bunga latar?
“Ah Louw Sam Looya” berseru ia, “mana aku dapat
kehormatan seperti yang kau katakan barusan ? Baut aku
sudah cukup andaikata, Jie Tayjin sudi berlaku baik budi
dengan anakku menyadi gundiknya, supaya dengan begitu
aku si tua bangka jadi punya andalan ! Jiewie looya, seumur
hidupku aku tidak nanti lupakan kebaikan jiewie ini ! ......”
Hatinya Siam Nio terluka malihat Sikap demikian merendah
dari ibunya. dengan tidak terasa air matanya lantas turun
dengan deras. Ia sudah tahu yika Cie Tayjin penuju padanya,
sudah beberapa kali Cie sielong telah utarakan niatnya akan
ambil ia seagai gundik, tapi sampai sebegitu jauh ia senantiasa
bersangsi. apa lagi setelah Lie Boow Pek muncul, seorang
pemuda gagah dan cakap. yang lemah lembut sikapnya yang
menarik sangat parhatiannya. Siapa tahu sekarang terjadi
perobahan ini.
“Kelihatannya tak bisa lain, aku terpaksa mesti terima Cie
Sielong......” demikian ia pikir lebih jauh. Ia telah bersengsara
cukup, sekarang ia kerembet oleh perkaranya si anak muda,
asal uaul siapa ia tidak ketahui jelas. “Aku mesti menyerah,
untuk keselamatan ibu dan diriku......”
Oleh karena ia memikir begini, airmatanya turun makin deras.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia menangis tersedu2.
“Sudah, jangan nangis” kata Jie SieLong yang peluk nona itu
“Bagaimana juga duduknya urusan, itu masih biia diurus.
Jangan menangis, aku nanti tolong kau .. ..”
Poan Louw Sam, yany biru saja habis menyedot, lantas saja
bicara pula,
“Kau lihat kebaikan Cie Tayjin” ia kata pada Cia Loo mama.
“Bukankah aku telah bilang beberapa kali, bagaimana niatnya
tayjin? cuma tinggal Siam Nio saja, yang agaknya bersangsi
yang membisu saja, tidak menolak. juga tidak menerima
........” Sekarang, sesudah muncul perkara Lie Bouw Pek in1,
Cie Tayjin ingin dapat kepastian dan kau. Kalau Siam Nio suka
ikut Cie Tayjin, besok ia boleh lantas pindah dari Po Hoa Pan,
pindah kesalah satu kamar dari rumah penginapan Kang tim.
Disana kau berdiam dua atau tiga hari, nanti Iyie Tayjin kirim
orang untuk sambut kau. buat tinggal dirumahku ini.
Disebelah barat sana aku punya tiga kamar, Siam Nio boleh
pakai itu. Kau sendiri mama, kau boleh pakai dua kamar
sebelah timur. Segala peratbotan, seperti kau ketahui, sudah
kau sedia semua, hingga kau tinggal piara dua bujang, guna
melayani kau berdua.”
“Memang, berhubung dengan kejadian ini, anakmu tidak ada
bicara perkara harga dirinya akan tetapi kendati demikian, Cie
Tayjin sudah omong padaku, ia akan titipkan dua ribu tai1
perak dikantorku, buku uang itu ia mau serahkan pada Siam
Nio untuk dipakai sesuka hati. Semua ini, mama, andaikata
Siam Nio setuju akan ikut Cie Tayjin, jikalau ia tidak mufakat,
itu soal lain. Diumpamakan Siam Nio menolak, aku hanya
hendak jelaskan begini pada kau : Cie Tayjin seoraag
berpangkat dan pangkatnya tinggi, selanjutnya ia tidak bisa
bersebat atau berkenan lagi pada orang2 yang punya
hubungan atau sangkutan dengan penjahat besar ! Bukankah
kau telah berkenalan dengan satu penjahat?”
Ucpan yang 1iehay ini telah sangat pengaruhi Cia Loo mama,
siapa telah jadi girang berbareng takut. Girang karena Cie
Tayjin penuju Siam Nio, takut sebab ia dan anaknya tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

akan terlindungi lagi apabila perkaranya Lie Bouw Pek benar


merembet mereka. Seperti katanya si Terokmok itu maka ia
segera hampirkan anaknya.
“Anak, kau terimalah permintaannya Cie Tayjin,” ia
membujuk. “Hayo, haturkan terima kasih pada Cie Toalooya
dan Louw Sam Loo-ya”
Dengan merasa berat, Cui Siam berbangkit, ia susut air
matanya.
“Toalooya begitu cinta aku, bagaimana aku bisa menolak?” ia
berkata dengan suara pelahan... baiklah, besok bersama ibuku
aku nanti pindah dari Po Hoa Pan .....”
Pouw Louw Sam tertawa terbahak2 apabila ia 1ihat
kelakuannya si nona, ia tepok2 pundaknya Cie Sielong.
“Kau lihat, lauwko, sebagai comblang aku telah berhasil” kata
ia dengan bangga. “Sekarang aku tinggal tunggu waktunya
saja buat minum arak kegirangan “
Siam Nio tidak perduli siTerokmok godai ia, la lalu unjuk
hormatnya pada dia orang itu seraya haturkan terima
kasihnya.
A Go bersama si bujang tua, dengan tidak ada yang perintah
sudah lantas kasi selamat pada Cie Sielong.
Bahna girangnya, Cie Sielong ketawa saja sampai ia rasai
pinggangnya sakit lagi, hingga ia meringis paksakan buat
unjukan sikap gagah.
“Apakah kau punya psrhitungau diluaran?” ia tanya Cia Loo
mama.

“Ada, tetapi tidak seberapa,” sahut ibunya Siam Nio” Pada


rumah pelacuran kami mempunyai utang seratus tail perak,
diluaran ada kira sebegitu, tetapi jumlahnya semua tidak lebih
dua ratus tail.”
“Benar jumiah itu tidak berarti” Boan Louw Sam bilang.
“Besok kau boleh suruh itu Tauke, dengan siapa kau punya
perhitungan, bikin suratnya yang perlu dan mereka boleh
datang menagih pada kantor sebelah barat.”
“Dan kau, anak, apakah yang kau inginkan?” Cie Sielong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sembari tertawa tanya si nona.


“Tidak “ sahut Cui Siam seraya geleng kepala, aku tidak
inginkan apa2. Pakain dan barang perhiasan aku punya, yang
aku masih bisa pakai selain dari itu, taruh kata aku perlu ini
dan itu, aakarang semua itu tidak bisa lantas diselesaikan......”
“tetapi aku lihat, pakaian kau selamanya sederhana saja,” Cie
Sielong bilang. “Kau perlu bikin sedikitnya seperangkat
pakaian ,warna merah?”
“Anakku punya baju merah,” Cia Loo mama nyeletuk, “begitu
juga kun merah, benar itu bikinan dulu, tapi masih bisa
dipakai!”
Dengar ibunya sebut pakaian merahnya, air mukanya Siam
Nio jadi lesu pula, karena ia bersedih dengan mendadak,
hingga air matana lantas meleleh keluar. Sebisa ia kuatkan
hati akan tahan turunnya air dari hati yang suci itu.
Poan Louw Sam separoh mendelu dan separoh geli dihati
melihat Cie Sielong sampai perhatikan urusan pakaian, yang ia
anggap hal tetek bengek.

Jilid 11
“PERKARA pakaian urusan gampang!” ia lalu nyelak. “Aku kira
dihari nikah tidak akan datang banyak orang, tidak ada
halangannya Cui Siam berpakaian sedikit lebih mentereng.
Apakah ia mesti pakai pakaian kemantin dan tayjin sendiri
tidak boleh tidak pakai kopia kcbesaraa jie pin tenglay?.....”
Ditanya begitu, Coe Sielong tertawa seraya urut kumisnya,
lantaran tertawa, ini lantas meringis pula karena pinggangnya
sakit......
Kemudian mereka pasang omong hal2 lain lagi lantas Cia Loo
mama ajak anaknya ambi! selamat berpisah dan pulang.
Mereka naik kereta Duduk didalam kendaraan, air matanya Cui
Siam terus mengucur, hampir saban2 ia mesti tepas itu
Sampai di Po Hoa Pan, baru ia bisa berhenti menangis dan air
matanya sudah disekah kering.
Cia Mama girang betu1, diwaktu turun dari kereta ia rasai
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tubuhnya enteng sekali, ia merasa gerakanya gesit kapan


Siam Nio sudah turun dari kereta ia lalu pimpin anak ini
bertindak masuk kedalam.
Baru saja mereka sampai dimuka pintu, Mo Ho sambut
mereka.
“Oh, nona baru pulang “ berkata ia dengan penyambutannya.
“Nona. tuan ini sudah sekian lama menantikan kau -----”
Sembari kata begitu, ia menunjuk ke samping. Siam Nio
heran berbareng tsrperanjat. ia segera menoleh kejurusan
yang ditunjuk. Disitu ada seorang dengan tubuh besar dan
gemuk, tidak ada kumisnya, bajunya abu2 dan memakai
mantel, kepalanya ditutupi kopiah hijau dikopia mana ada
sebutir mutiara yang besar, dengan tangan mengipas si
gemuk ini unjuk roman manis dengan tertawanya.
Buru saja Cia Loo msma berkata : “Anakku besok akan ikut
orang, ia tidak bisa terima tamu lagi,” atau si tamu gemuk itu
dului ia berkata, katanya : “Aku orang yang diutus oleh Tek
Ngoya, aku perlu bicara pada nona Siam Nio.”
Mendengar disebutnya nama Tek Ngoya. Ciu Siam segara
berpikir. Bukankah oraog she Tek itu sobatnya Lie Bouw Pek ?
Lantas ia rasai tububnya bergidik. Tapi ia tanya : . K»u ada
keperluan apa, silahkan bicara!”
“Banyak yang hendak dibicarakan, mari kita bicara didalam
kamarmu” kata tamu itu. “Didalam kamar aku nanti bicara
dengan jelas.”
Dengan pikiran bingung karena ia kaget dan berkuatir, Siam
Nio terpaksa ajak tamunya yang tidak dikenal itu, naik
kelauwteng masuk kedalam kamarnya
Cia Loo mama sangat tidak mupakat dengan pembicaraan
macam itu, tetapi melihat pakaian orang mentereng dan si
tamu mirip seurang berpangkat, ia tidak berani berlaku
sembarangan, ia takuti tamu itu gusar, maka ia diam saja.
Sesampainya didalam kamarnya Siam Nio bikin api nyala lebih
besar.
“Kau she apa, tuan ?” ia tanyai tamunya.
“Aku she Soe” sahut tamu itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Oh Soe Looya Cioe Siam paksakan tersenyum. “Silahkan


duduk “
“Tidak, aku tidak usah duduk,” orang she Soe itu bilang. “Aku
datang buat kasi tahu, bahwa sobat baik kau, Lie Bouw Pek,
kemarin sudah ditangkap oleh orang orangnya Koenboan
Teetok. Aku sendiri sobatnya orang she Lie itu “
Siam Nio dan ibunya kaget, hingga muka mereka menjadi
pucat, sedang mereka sebenarnya sudah ketahui yang Bouw
Pek telah ditangkap atas tuduhan menjadi penjahat besar.
Tamu she Soe itu seperti tidak perduli kau roman orang, ia
bicara terus.
“Lie Bouw Pek seorang baik baik” demikian katanya, “lantaran
ia tidak sudi terima hinaan, ia telah kebentrok dengan Poan
Louw Sam dan Cie Sielong Sekarang ini sobatku itu kena
ditangkap, itu semua karena biasanya dua binatang she Louw
dan she Cie, yang sudah berkongkol dengan orang orang dari
Teetok Gee moei. Dengan tuduh Bouw Pek menjadi penjahat
besar, mereka ingin binasakan sobatku. Tapi mereka tidak
punya bukti dan saksi, apa mereka bisa bikin? Di sebelah itu,
di Pakkhia ini Lie Bouw Pek punya banyak kawan, lagi
beberapa hari ia tentu akan ditolong dan dapat pulang
kemerdekaannya! Ini adalah apa yang aku hendak
beritahukan padamu. Dengan gunai ketika yang baik ini, Poan
Louw San dan Cie Sielong tentu desak kau, supaya kau ikut
tua bangka sbe Cie itu. Kau ketahui sendiri, Lie Toaya
perlakukan baik padamu, kau mesti ingat kebaikannya itu kau
mesti punyakan kehormatan. Umpama kata kau tidak dengar
perkataanku itu. satu kali Lie Toaya keluar dari tahanan, ia
pasti tidak akan mau mengerti Aku sendiri, si orang she Soe,
apabila kau turut Cie Sieloig, aku tidak nanti mau mengasi
ampun “
Diwaktu ucapan psrkataannya yang terakhir, yang berupa
anyaman, tampangnya si gemuk menjadi gemuk sekali.
Siam Nio dan ibunya kaget dan ketakutan muka mereka
menjadi pucat dan hati berdebaran, kedua kaki mereka
gemetar dan lemas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Si orang she Soe mengawasi noer ka berdua dengan tajam.


“Apakah kau sudah dengar terang ?” ia tegaskan.
“Ya, aku sudah dengar terang....... “
Siam Nio menjawab.
“Kalau sudah dengar terang, bagus?” kata si gemuk?akhirnya,
yang terus bertindak keluar dan turun dari lauwteng.
Siam Nio tekap mukanya dan menagis ia bingung dan
berkuatir
“Ah, apakah artinya ini7” kata Cia Loo mama seorang diri. Ia
pun bingung. “Kita sudah terima terima lamarannya Cie
Sielong, apakah kita mesti batalkan itu? Bukankah, hidup
seperti ini, kita hanya memandang pada orang yang punya
uang7 Bukankah kita hanya ikuti ia yang mampu piara kita?
Apa artinya si orang she Lie itu? Ia benar suka datang kemari
ia telah keluarkan uangnya. tetapi berapa ia telah hamburkan
duit, hingga ia bisa cegah kita mengikut Cie Tayjin? Oh,
manusia seperti ia itu benar benar pantas dibunuh mati “
Nyonya tua ini menjadi sengit, hingga sekejap itu ia lupa
takut.
“Dasar kau !” ia lalu tuding anaknya. “Kenapa kau cinta ia,
hanya buat mukanya yang putih? Kenapakah kau mesti ikuti
setia miskin itu yang mesti menjalani penghidupan yang
penuh dengan penderitaan? Apa kau ingat hari itu, waktu ia
muntah membikin kotor pembaringanmu? Lantas esokannya ia
tidak tertampak mata hidungnya. Kalau kau tidak baiki dia itu,
tidak nanti kejadian sehingga Louw Sam Looya kena orang
hajar! Sekarang ia dapat perkara, hampir ia rembet rembet
kita ! Ah, anak, apakah kau tidak ingat, apa katanya ayahmu,
yang diwaktu mau menutup matanya yang penghabisan telah
tinggalkan pesanannya? Tidakkah kau ketahui sendiri mengkin
kau, berapa sengsaraku? Apakah kau merasa puas untuk
seumur hidupmu terus berdiam saja dirumah hina ini? Apakah
kau bisa hidup bersama sama sisetan miskin yang berdosa
terhadap negeri? kau lihat, apakah sekarang bukannya Pousat
telah melindungi kau, maka Cie Tayjin merasa suka pada kita
dan ada Lauw Sam Looya yang menjadi kui jin. penolong bagi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kita? Bukankah mereka itu yang akan bikin kita hidup


kecukupan? Besok, satu kali kau pindah dari sini, lantas kau
berobah menjadi koan thaythay nyonya berpangkat! Kalau kau
hidup senang, apa aku juga tidak turut senang? Maka, celaka
dua belas, kenapakah muncul seorang gemuk barusan!
Jangan kau pandang ia dari pakaiannya yang mentereng, aku
percaya ia juga satu penjahat besar, ia sengaja datang melulu
buat ancam kita! TiYak, anak, kita tidak harus takut padanya.
Besok aku nanti beritakan louw Sam Looya tentang kejadian
ini, supaca Louw Sam ya ambil tindakan! Sebelum waktu nanti
bikin perhitungan dengan nyonya rurnah. siapa besok kita
merdeka buat pindah. Betul betul aku mau lihat. apa yang Lie
Bouw Pek dan sobatnya she Soe itu mampu berbuat atas diri
kita ?”
Diluar dugaan, sebab sengaja, Cia Loo mama jadi berani
berbicara, secara demikian gagah.
Tapi Siam Nio sebaliknya sangat berduka, apapula dengar
ibunya sebut sebut ayahnya dan pesanan almarhum ayahnya
itu. ia rasai hatinya seperti diiris2. Rebah di Pembaringan, ia
lantas menangis tersedu sedu .... Tapi, ketika tangannya kena
raba bantal kepalanya, ia terkejut sendirinya. Sebab pisau
belati dalam bantal itu terdengar berbunyi dan ini bikin ia
seperti sadar.
Buat sesaat nota Cia berdiam tatapi lekas juga ia tenang pula.
dengan mengulun. la sekarang ingat betul nasibnya yang
buruk, Sebagai mana lelakon penghidupannya sangat hebat
menyedihkan ....
Cia Coei Siam alias Siam Nio asal Ceng kang, Hoay im
Ayahnya Cia Cit, adalah seorang yang banyak
pengetahuannya tetapi berperuntungan tipis. Cia Cit
mengerti ilmu silat sedikit bisa menulis dan membaca, malah
bisa baca sair, dan dengan pit ia bisa melukis juga. Disebelah
semua itu, ia bisa i1mu sunglap ilmu mana kemudian ia
andalkan untuk hidup «ekeluarganya.
Mula2 Cia Cit bekerja pada seorang hartawan. Isterinya, yalah
Cia Loo mama, asalnya bunga raya. Dari isterinya ia peroleh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Coei Siam Ketika Coei Siam baru masuk umur tujuh atau
delapan tahun. Cia cit diberhentikan oleh majikannya. Oleh
karena berhenti bekerja penghidupan mereka bertiga menjadi
sukar. Terpaksa Cia Cit mengandalkan kebisaan silat dan
sunglapnya. Ia pandai gunai ilmu pisau belati, yang ia lempar
pergi datang dengan dua tangannya dengan tidak ada
sebatang pisau yang jatuh ketanah, dua pisau selamanya
berada ditangannya dan Yang ketiga, dengan bersusun dan
bergantian, berada diudara Dalam ilmu sunglap ia bisa “telan
pedang” dan lain lagi.
Sebagai pembantu, Coei Siam diajar menabuh tambur dan
nyanyi.
Demikian bertiga mereka mengembara, mengasi pcrtunjukan,
akan peroleh uang untuk penghidupan mereka Penghidupan
ini tidak bisa bikin mereka berharta, tetapi dengan
penghematan mereka bisa juga menabung. Ada kalanya
mereka dapat banyak persenan.
Belasan tahun Coei Siam ikut ayahnya merantau, ia mesti
manda diterjang angin dan diterpa hujan, panas kepanasan,
dingin kedinginan.
Akhirnya datang satu hari, yang Cia Tiit berhenti menjual silat
dan main sunglap. Di Cioe ma tiam di Holam ia mendirikan
rumah dengan membeli beberapa petak sawah dan kebun
untuk hidup bertani. Ia merasa bahwa ia sudah ada umur
anaknya telah jadi gads remaja, sedang tabunganya sudah
lumayan.
Apa lacur......
berbareng d waktu itu ditempat itu, Coe-ma-tiam. hidup
seorang hartawan, yang gagah dan galak, malah kejam, maka
orang telah panggil okda, hartawan jagoan yaog jahat. Ia
adakah Teng co whie Biauw Cin San, si Ikan Lodam. Ia
ternama sebagai “enghiong” dari Holam, sebab ia bertenaga
kuat dan pandai silat, senjata goloknya - golok poktoo-adalah
lihay Disebelah kepandaian bertarung dan selulup piauwnya
yuga tidak kurang liehaynya. Maka juga selama tiga puluh
tahun lebih ia belum pernah menemui tandingan. Dari itu tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

heran bila ia anggap dirinya cabang atas.


Tatkala itu Biauw Cin San sudah berusia lima puluh lebih, ia
masih saja suka pergi mengembara atau melancong, kapan ia
pulang dengan tentu ia bawa banyak uang dan barang
permata yang berharga besar. Iapun Suka bawa orang
perempuan muda yang elok parasnya. Tidak ada orang yang
ketahui, dengan cara bagaimana ia peroleh harta dan nona2
manis itu.
Makin lama Biauw Cin San jadi makin kaya, maka selain
duapuluh petak sawah ia juga punya rumah besar dengan
pekarangan labar dan luas, hingga merupakan khung-wan
yang luar biasa, la piara seratus kuli sawah dan khung teng
buat urus sawah kebunnya dan diperintah perintah. Tentu saja
sebagai hartawan ia punya hubungan dengan pembesar-
pembesar negeri. Segera juga orang panggil ia Biauw Toa
wangwee. Tapi dibelakangnya, sampaipun oranganya sendiri,
diam2 juluki ia “Biauw Too-houw.” si Harimau inilah sebab ia
menjagoi, lantaran kejahatannya dan keketjamannya Ia berani
memeras dan merampas, keganasannya mirip dengan raja
hutan, dari itu ia telah dapatkan gelarannya yang istimewa itu.
Didepannya, semua orang takut ia, didalam hati semua orang
kutuk ia.
Biauw Cin San tidak punya isteri, yang ada hanyalah isteri
piaraan, semua ia dapatkan dengan jalan culik fit ti rrenipu
dari ferr? pat tempat lain. atau nona2 dan nyonya2 muda
dikampungnya, yang bernasib celaka kerena dipenujui olehnya
Siapa dipenuju ia mesti kena dirampas, kecuali bila orang suka
menerima secara baik “lamarannya.”
Biauw Cin San punya dua puluh gundik lebih, mereka itu
semua dapat makan dan pakaian bagus, melainkan hatinya
cuma mereka sendiri yang ia ketahui. Ia kejam dan curiga,
jelus dan cemburuan, ia sering damprat dan rangket
gundiknya, yang ia anggap bersalab atau tentangkan
kehendaknya. Siapa dicemburui, celakalah nasibnya, sebab
sering2 dapat kematian dalam siksaan..
Orang bilang, Biauw Cin San sebenarnya punya lebih dari lima
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

puluh isteri muda, tetapi yang hidup dan ada bersama ia


melainkan dua puluh lebih, yang tiga puluh lebih entah
kemana perginya. Orang cuma menduga, bahwa mereka itu
telah menjadi setan2 yang penasaran......
Demikian sudah terjadi belum lama Cia Cit tinggal di Coe ma-
tiam, Coei Siam telah dapat dilihat oleh Biauw Cin San dan
lantas saja dipenujui. Tidak sukar buat Biauw Cin San dapati si
nona, yang ia rampas, sedang Cia Cit dan isterinya ia tangkap
sekalian. Si nona dibawa keguhanya, ayah dan ibunya ia
umpatkan dibelakang gedungnya. dimana ada rumah gubuk
dari tanah. Disini Cia Cit dan isternya tidak mampu singkirkan
diri, karena dijaga keras.
Buat satu bulan yang pertama Coei Siam dapat kecintaannya
si Ikan Lodan. Ia dikasi pakaian indah, dihasi dengan barang2
permata dan tidak diperlakukan kasar Tepi selewatnya itu,
nasib malang mulai ia sering didamprat dan dipukul,
sedikitpun ia tidak boleh bersalah, hingga ia sangat berduka
daa mendongkol dengan tidak berdaya.
Pada suatu waktu Siam Nio telah dapat dampratan den
hajaran. Biar bagaimana juga, sebagai nona pengembara
hatinya besar. Dengan diperlakukan keterlaluan, meski sambil
nangis, ia telah ucapkan perkataan keras. Sebagai kesudahan
ocehannya itu, ia melulu bikin Biauw Cin San murka. Laksana
harimau, okpa ini cekal tubuh kecil molek itu dan
membantingnya. sesudah itu Coei Siam dipaksa berlutut dan
dicambuki. Tidak ada orang yang berani datang meecegah.
maka nona isi telah tarluka sekujur badan, hingga dua bulan
lebih luka lukanya itu masih belum sembuh
Dipihak lain Cia Cit dan isterinya, yang tinggal dibelakang,
sering dihina oleh orangnya Biauw Loo hauw si Harimau. Muka
kemudian orang tua dan anak bertiga telah bermufakat buat
minggat. Lain daripada minggat, tidak ada lain jalan lagi untuk
menyingkir dari neraka dunia itu, dimana mereka melulu
mengalami hinaan dan siksaan. Dari pembesar negeri mereka
tidak dapat harap pertolongan, kesatu selalu rahasia tertutup
rapat, kedua Biauw Cin San sendiri punya hubungan luas dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kekal dengan semua pembesar tinggi dan rendah pangkatnya.


Pada suatu hari tiga orang ini, bercelaka, baru saja lolos dari
pekarangan gedung, perbuatan mereka ketahuan, atas
titahnya Biauw Cin San msreka dikepung dan dapat ditangkap
kembali. Cia Cit telah dirangket sampai setengah mati, Cia
Mama dicambuk juga, tidak kecuali Cui Siam Bertiga mereka
telah dikurung. Adalah selang belasan hari, berhubung dengan
pesta she jitnya Biauw Cin San, barulah Cui Siam
dimerdekakan.
Sejak itu Siam Nio robah sikap. Ia insaf, dengan kepala batu
saja ia tidak akan peroleh keuntungan, hanya kecelakaan
belaka. Bertentangan dengan hati sendiri ia selalu berlaku
manis pada Teng tiouw-bie, hingga lama-lama ia dapat juga
rebut hatinya siokpa yang keras.
Celaka Buat Cia Cit, pengeroyokan atas dirinya menyebabkan
ia dapat luka luka berat didalam badan, sia sia saja ia berobat,
setelah rebah setengah bulan didalam gubuknya ajalnya
sampai dalam keadaan yang sangat menyedihkan, Tapi
beberapa hari sebelum menutup mata, waktu siam nio datang
tengok dirinya, ia masih bisa tinggalkan pesanan pada anak
daranya yang bercelaka itu ia berkata
Aku akan lekas mati, yang lukakan aku adalah Biauw Cin San.
Kalau nanti aku sudah tidak ada didunia, kau berdua ibumu
meski berdaya, supaya kau bisa lolos diri sini jikalau tidak, d
belakang hari kau tentu akan binasa teraniaya juga......
Apabila kemudian kau bisa minggat, baik kau menuju ke
Pakkhia. Pakkhia kota raja, disana tidak bisa jadi tidak ada
undang2 negeri Bibi kau sekarang tinggal di Pakkhia, bekerja
dalam sebuah rumah pelesiran, kau boleh pergi padanya akan
menumpang. Disana kau boleh cari pembesar negeri yang bisa
diandalkan buat ikut kepadanya, pembesar itu bisa dibuat
pelindung dirimu. siang atau malam Biauw Cin San mestinya
juga cari kau....”
Coei Siam ingat betul pesanan ayah itu Sejak ayahnya
menutup mata, ia bawa terus aksinya mengambil hati si okpa,
maka ia jadi makin disayangi. Orang telah kira ia sudah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berubah pikiran betul.


Sementara itu Coei Siam selalu sembunyikan pisau belati
ayahnya, ia mau cari ketika buat satu kali turun tangan, tikam
Biauw Cin San guna balas sakit hati ayahnya, buat lampiaskan
dendam mereka serumah tangga. Ia bersedia akan bunuh diri
umpama kata ia berhasil membinasakan musuh besar itu.
Tetapi sampai sebegitu jauh ia belum pernah dapatkan ketika
akan turun tangan. Ia mesti berlaku hati2, karena ia tahu
kecua1i bertenaga besar, Biauw Cin San pandai silat. Dise-
belah itu ia matih beratkan ibunya. Ia tahu, kalau Biauw Cin
San binasa dan ia turut mati, pada siapa ibunya akan
mengandal? Demikian, ia terus siksa diri, paserahkan diri pada
musuh dan mesti selalu baik musuh itu.
Kemudian lagi pada suatu waktu Biaw Cin San terima
undangan dari keponakan luarnya, yaitu Kim-Khio Thio Giok
Kin, yang tinggal di Kayhong, ia terima undangan itu dan
berangkat
Coei Siam tidak diajak dalam perjalanan ini, ialah apa yang ia
kehendaki. Sekarang tidak lagi ada orang yang ia takuti dan
penjagaan pun dialpakan, karena sampai sebegitu jauh ia
telah unjuk dirinya sebagai seorang yang jinak. Sejak ia robah
sikapnya setengah tahun sudah lewat. Ia lantas bermufakat
dengan ibunya, tetapkan saat buat kabur.
Pada suatu hari Coei Siam dan ibunya berhasil lolos dan
gedungnya Biauw Cin San, tidak ada orang yang ketahui
mereka kabur. Mcnurut pesanan ayahnya, anak ini ajak ibunya
menuju langsung kekota raja. Setelah menderita banyak
ditengah jalan, selama mana mereka ketakutan saja kuatir
nanti Biauw Cin San menyusul mereka sampai di Pakkhia.
Disini mereka berhasil dapat cari bibi mereka, yalah Kim
mama, yang hidup dalan kecukupan.
Mulanya Kim Mima hidup sendirian, dengan kendalikan
beberapa nona yang hidup sebagai bunga latar dan hina
peroleh uang dan menyimpan. Kemudian ia beli dua nona
kecil, yang ia pelihara, setolah dua anak pungut itu mennyadi
besar, ia kirim keramah pelesiran? Hasilnya dua anak ini ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pakti untuk hidupnya. Dalam hal ini ia beruntung Ia bisa beli


sebuah rumah kecil di kota selatan. Ia pun telah pungut anak
lelaki, guna sambung turunan Dengan sendirinya ia telah
meajadi loo thaythay atau nyonya besar........
Tatkala Siam Nio dan ibunya dapat cari bibi ini ia tidak berani
kasi tahu, bihwa mereka pemburon dari rumahnya Biauw Cin
San di Holam, mereka hanya terangkan, karena Cia Cit
menutup mata dan mereka dapat susah , mereka jadi
merantau ke Pakkhia, untuk cari pekerjaan.
Kim Mama girang melihat keponakannya itu sudah besar dan
romannya cantik. Ia pertaya Siam Nio akan jadi terkenal bila
dikirim ke rurmah pelesiran.
“Kau jangan berduka sekarang,” berkata bibi ini. Ia tahu Cia
Mama asal bunga raja dan ia percaya sanak ini tentu akan
suka lakukan apa saja untuk penghidupan mereka “Dengan si
nona punya roman elok buat makan dan pakaian tidak usah
kau banyak pikir, itu perkara gampang “
Cia Mama dan anaknya cuma bisa membi1ang terima kasih.
Selang beberapa hari Kim Mama, yang telah bermufakat
dengan Cia Mama, begitupun dengan Cui Siam sendiri, sudah
antarkan Siam Nio ke Po Hoa Pan di sian kee tho, dimana
nona ini lalu tuntut penghidupanu dirumah pelesiran tersebut.
Ia mesti terima nasib Meskipun bertentangan dengan
liangsimnya, Siam Nio bisa bawa dirinya. Dirumahnya Biauw
Cin San ia seperti sudah melatih diri, maka ia tahu bagaimana
harus layani tamu.
Cuma karena ia masih punya rasa kehormatan beda daripada
nona2 lain, kepala batunya ia tidak bisa buang. Maka ada
kalanya ia tolak sembarang lelaki, ia hanya mau layani mereka
yang ia dapat pengaruhkan. Sekalipun bersikap demikian, ia
tetap laku, karena ia terlalu elok dan manis.
Demikian lakonnya Cia Siam Nio, sampai ia dapatkan
beberapa sobat, antaranya Cie Sie long dan Louw Sam si
Terokmok, dan paling belakang Lie Bouw Pek, yang bikin
hatinya guncang dan rubuh! Siapa nyana, ia sekarang mesti
haiapi soal ruwet lagi..
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bathinnya tidak menjadi rusak, kendati ia mesti hidup di


tempat pelesiran, ia pemurah, bila perlu dengan uangnya ia
suka tolong kawan2nya, sebagaimana ia pernah tolong nona
lain, hingga ia selanyutnya dinamakan hiap-kie. Ini julukan
yang membikin derajatnya naik.
Siam Nio ingin dapatkan orang pada siapa ia bisa serahkan
diri untuk selamanya. sementara itu ia coba tempel orang2
berpangkat dan berpengaruh, karena ia tahu, dengan punya
senderan ia tidak usah jerih lagi terhadap Biauw Cin San
umpama kata okta itu dapat susul dia. Tapi ia tetap siap
dengan pisau belatiaya karena ia kuatir, dengan diam Biauw
Cin San atau orangnya nanti serbu ia. Dengan pisau itu ia
hendsk bela diri.
Sudah satu tahun lebih Cui Sim menjadi bunga dari Po Hoa
Pan, ia belum pernah ketemukan orang yang ia citakan, orang
yang datang padanya adalah bangsa pemegor tulen yang
hamburkan uang untuk cari kesenangan melulu. Ketika ia
bersebat pada Cie Sie-Iong, ia sudah taruh hati pada orang
ini, yang sikapnya lain dari yang lain, sayang Cie Sie long
kecuaii tua sudah punya dua gundik, hingga ia sangsi gundik
itu sudi ditempatkan dirinya sebagai orang yang ketiga.
Tentang Poan Louw Sam ia tidak pikir sama sekali, karena si
Terokmok adalah orang dagang, yang tidak purya pengaruh
besar seperti orang berpangkat. Kemudian batulah muncul Lie
Bouw Pek, yang muda, cakap dan gagah, yang pun
perlakukan ia dengan baik, lantas ia cinta anak muda ini.
Cia Loo-mama tidak setuju anaknya intiar Lie Bouw Pek,
tetapi karena anaknya sendiri suka dan Lie Bouw Pek
tampaknya tidak kekurangan uang, ia diam saja.

Ketika tadinya Siam Nio belum ketahui Bouw Pek gagah, ia


bersangsi buat serahkan diri pada anak muda ini Ia pikir, kalau
Biaiw Cin San datang, mana Bouw Pek bisa lawan okpa itu.
Sebaliknya kapan ia dapat kenyataan Bouw Pek berani hajar
Poan Louw Sam, ia sangsi lagi, ia kuatir anak muda ini bangsa
kasar seperti kebanyakan orang dari kalangan Sungai Telaga,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sebagaimana Biauw Cin San adalah buktinya. Ini Sebabnya,


kenapa ia berlaku dingin pada anak muda kita sejak Louw
Sam dihajarnya. lapun sangsi apa ia bisa beruntung ikut Bouw
Pek, yang sebatangkara dan tidak ketentuan hidupnya.
Demikian Siam Nio terumbang ambing dalam kesangsian,
sampai mendadak ia dengar dari mulutnya Poan Louw Sam
yang Bouw Pek telah ditangkap atas tuduhan mencadi
penjahat besar, hingga ia berduka dan rnenyesal bukan main.
Percuma ia sangsi Bouw Pek jahat, tetapi terang anak muda
itu sudah ditangkap. Sudah begitu jahat ia mau serahkan diri
pada Cie SieLong apa mau muncul si orang she Soe yang
uemVic yang. roau cegah ta ikut orang, malUh ia d'ancam
sebogainsa a Louw Sam menga cara tidak: akan menolong
apab la ia kena di rembet7 karena perhubangan ya dengan
Bouw Pek
Daman kedukaan Siam Nio rebahkan diri dipembaringanya,
dimana ia kena pegang bantal kepalanya, dalam mana ia
simpan pisau belatinya, hingga akhirnya ia ingat letakon
penghidupannya yang penuh penderitaan dan mengingatkan
ia akan nasib ayahnya. Ia mesti jaga diri, ia berniat balas sakit
hati ayahnya, tetapi ia lemah. Maka akhirnya, ia hanya bisa
tungkulkan diri dengan menangis saja......
Kamar sunyi sekali, api guram. Cia Mama tidak berada
didalam kamar itu, ia rupanya-telah turun kebawab, akan bikin
perhitungan. supaya besok mereka bisa pindah dengan
merdeka. Adalah dari kamar lain, dimana ada nona nona dan
masing masing tawanya, suara mereka memecahkan
kesunyian Mereka itu sedang pasang omong sambil tertawa?,
ada juga yang menyanyi. Diantaranya ada yang nyanyi seperti
berikut ;
“Kau, yang harus dikasihani, kau elok laksana bunga, apa
celaka, peruntunganmu tipis seperti kertas........Kau kasih
dirimu terserang perasaan rindu? ----”
Nyanyian itu menusuk hatinya nona kita ini.
ESOKNYA pagi Siam Nio dan ibunya berangkat pindah dari Po
Hoa Pan, seperti sudah diatur lebih dulu, mereka pindah ke
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

rumah penginapan Kouw Hun di Cay sie-kauw Hotel ini


kepunyaannya Louw Sam, maka juga sedari pagi2, si
Terokmok sudah kirim orangnya datang kehotel, buat pesan
pengurusnya sediakan kamar untuk ibu dan anak itu yang
mesti diperlakukan baik. Maka Siam Nio berdua telah dapat
dua kamar yang besar dan terawat baik. Mereka pun dapat
peryalanan istimewa.
Kira kira waktunya bersantap tengah hari, Kim Mama telah
datang menyambangi, begitu ketemu Siam Nio ia lantas saja
memberi selamat Ia kelihatanuya girang sekali.
“Begitu dapat kabar aku lantas datang,” kata nyonya ini.
“Siam Nio sangat beruntung, sekejap saja ia telah menjadi
koan thay-thay ! Keponakanku. oh, janganlah kau nauti
lupakan engkim kau”
Ia ulur tangannya akan pegang pundaknya nona Cia.
Siam Nio tunduk, ia likat tetapi ia tersenyum.
“Semua ini dasar pertolongan engkim “ berkata Cia Mama
sambil tertawa, karena ia kegirangan. Sejak datang dikota raja
ini, jikalau tidak ada engkim, mana kami bisa dapat nasi akan
tangsel perut, mana sekurang si Siam bisa ikut Cie Tayjin? ....
Dasar untungku baik, aku masih bisa
ikuti ia beberapa tahun lagi dengan tidak usah menderita
banyak...... Sekalipun ayahnya yang melarat, diwaktu hendak
menutup mata mana ia pernah sangka ini?......”
Matanya Siam Nio menjadi merah apabila ia dengar ayahnya
di sebut sebut.
“Enso, kau ngaco “ kata Kim Mama, apa bila ia lihat
keponakannya itu bersedih......
“Sekarang hari kegirangan, kenapa kau sebut hal yang
menyedihkan dan yang telah menutup mata?”
“Kau tidak ketahui kegiranganku” Cia Mama kata sambil
tertawa. “Sekarang urusan telah menjadi kepastian, aku tidak
berkuatir lagi! Dalam hal ini aku bersyukur pada Louw Sam
Looya, apabila tidak ada ia, belum tentu Cie Sielong mau
menerima baik......”
Kim Mama manggut manggut dan bcrsenyum, setelah pasang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

omong lebih jauh, ia pulang, lalu menyusul datangnya Poan


Louw Sam bersama Cie Sielong, yang belakangan ini seperti
lupakan usianya yang tua, apabila ia tampak Siam Nio yang
dandan mentereng.
Cia Loo mama lantas beritahukan dua tamunya tentang
kemarin ia telah kedatangan tamu she Soe yang gemuk, yang
mengancam ia dan anaknya.
Cie Sielong rasakan punggungnya dingin apabila ia telah
dengar kabar itu, jidatnya jadi makin mengkerut ....
“Bagaimana kau pikir?” ia seg;ra tanya Poan Louw Sam.
“Ini perkara kecil “ kata si Terokmok yang menghibur. Dikota
raja ini, buaya darat semacam dia itu, yang doyan memeras,
entah berapa banyaknya. Mereka mengharapkan uang, apa
yang harus ditakuti ?”
Hiburan ini membesarkan hatinya Sielong.
“Benar, buat apa sibuki urusan demikian,” ia kata. “Urusan
kita lebih penting! Cia Mama, besok hari baik, besok jam dua
belas aku ingin sambut Siam Nio, dari itu kendati benar kau
tidak usah siap tapi coba pikir2 juga, supaya kapan sudah tiba
waktunya kau tidak usah repot tak keruan”
Lantas ia keluarkan bungkusan sutera dari sakunya, ambil
dua lembar gin pio atau coiqie dari seratus tail perak masing,
yang ia serahkan pada Cia Mama, siapa terima itu sambil
menghaturkan terima kasih.
“Besok aku akan kirim seorang bujang tua dari kuil, untuk
bantu kau,” kemudian Louw Sam kata pada nyonya itu. “Kami
sendiri tidak akan datang lagi, hanya akan tunggu kau
dirumahku ...”
Si Terokmok ini ingin ngelepus, akan tetapi ia tidak setuju
ngelepus disitu, maka lantas berpaling pada Cie Sielong dan
bersenyum:
“Mari kita pergi “ demikian katanya. “Sudah cukup, kau
jangan implang orang saja. Ia toh kepunyaanmu dia tidak
akan ada yang rampas ......”
Cie Sielong bersenyum dengan jengah sedang Siam Nio
tunduk, bahna malu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Cia Mama girang bukan main karena urusan sudah pasti dan
tangannyapun sudab kepal uang.
“Jangan Tayjin ibuk. besok aku akan antarkan Siam Nio!” kata
ia.
Cie Sielong tertawa, sampai kumis dan jenggotnya bergerak
gerak.
“Louwko, mari kita pergi” kata Louw Sam pada erang tua itu.
Cie Sielong bisa kendalikan diri dengan air muka terang, ia
ikut siTerokmok itu.
Siam Nio diam saja. ia telah ambil keputusan pasti akan nikah
Cie Sielong. tidak perduli sielong ini sudah tua. Ia ingat Bouw
Pek. ia ingin lupakan sianak muda. tetapiia pikir buat nanti
minta pertolonginnya Cie Sieiong akan bekas kekasih itu dapat
pulang kemerdekaannya......
Selang dua hari yatah hari baik yang dipilih Cia Seloeg telah
kirim joli buat sambut pengantnnya, yang diantar ke Lauw thio
Go tiauw kerumahnya Poan Louw Sam. Cia Mama mengiringi
anaknya itu.
Cie Sielong telah undang beberapa sobat buat bikin pesta
kecil, diantaranya ada Lauw Tie soe, Bang Ge soe, Ma Han
lim, Ong Koan toe dari Lwee Boe hoe, Toa koansoe Yo Jie dari
Iyee Kong hoe dan Toa Koan soe Ciauw Gouw dari suatu
onghoe. Dua tiga orang lainnya lagi adalah saudagar.
Diantara sekalian tamu itu, Ciauw Gouw dapat layanan
istimewa, kendati ia hanya toa koansu atan kuasa, itulah
disebabkan majikannya seorang ongya, raja muda atau
pangeran, berpengaruh didalam istana, banyak mentri dan
pembesar yang perlu berurusan padanya. Buat ketemui si
ongya orang selamanya mesti berurusan lebih dulu dengan
toakonsoe ini. Siapa tidak berlaku telaten padanya, sukar akan
dapat ketemui majikannya itu. Dem kian dipesta ini, mesti ia
tidak berpangkat, ia dapat perlakuan manis dari sekalian tamu
lainnya. Ia dandan secara perlente.
Ciauw Gouw belum pernah lihat Siam Nio, kendati juga ia
pernah dengar orang bilang, si nona cantik dan manis. Ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kurang percaya, lantaran Cia Sielong sudah tua bangkotan,


sekalipun ia berkata dan berpengaruh, mustahil ada nona
bunga raya yang elok dan tersohor suka nikah dia. Tapi kapan
ia lihat Siam Nio turun dari joli, toakoansoe ini jadi duduk
tcrcengang dikursinya. Benar2 ia sangsikan matanya, tetapi ia
tidak salah lihat.
“Tua bangka itu beruntung sekali,” akhirnya ia kata dalam
hatinya. “Sayang aku tidak ketahui adanya si cantik ini, kalau
tidak, aku tentu bisa dului ia menyambar”
Juga Beng Giesu, dengan pepangi jenggotnya mengawasi
dengan melongo
Melihat sikapnya giesu itu, Ciauw Gouw tarik tangannya akan
ajak dia itu menyingkir kesampiug maju.
“Perintah agung para kau bangsa giesu, epakah perlunya ?”
ia tanpa, separuh main2, separoh sungguh2. “Tidakkah tua
bangka she Cia ini telah main gila ? Kenapa bukannya kau
dakwa ia, kau justeru hirup arak kegirangannya?”
Mukanya giesu itu menjadi merah.
“Kita semua sobat?, bagaimana buat urusan begini kecil kita
mesti jadi bentrok satu pada lain ? ia kata. “Janganlah kita
bikin oraag bersakit hati .......”
“Sakit hati? Hm ! Bersama2 Kauw Giesu, entah kau telah
peroleh berapa banyak uangnya tua bangka she Cie ini........
“Tidak !” Bang Giesu goyang kepala. ..Ini urusan kecil, karena
urusan ini aku tidak bisa bikin susah. Adalah urusan lain, yang
punya sangkut sedikit mengenai itu, aku hendak kasi hajaran
sedikit pada Poan Louw Sam.....”
“Urusan apakah itu?” tanya Ciauw Gouw.
Beng Giesu katakan keterangannya dengan suara yang
pclahan sekali.
“Aku dengar, untuk dapat menangkap Siam Nio dengan Cie
Sie long, Poan Louw sam sudah fitnah sobatnya si nona”
demikian katanya. “Sobat itu. Lie Bouw Pek namanya, sudah
dituduh menjadi penjahat besar, dengan diadakannya para
Teetok gee mui, anak muda itu telah ditangkap dan ditahan.
Ciauw Gouw gusar mendengar keterangan itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Dengan begitu, apakah binatang Louw Sam itu kenal undang


negeri?” kata ia dengan sengit. Sementara itu diotaknya telah
berkelebat pikiran buat hasut giesu ini, supaya Siam Nio dan
Cie Sielong jadi terpisah, agar sinona Kemudian ia bisa
dapatkan. Ia laotas kata: “Kita memang sobat?, akan tetapi
apa yang Cie Sielong lakukan adalah perbuatan yang
bertentangan dengan prikemanusiaan. Menurut aku, giesu,
urusan ini kau tidak boleh tinggal diam saja. Kau harus
mengerti, umpama kata Ongya ketnhui urusan ini. apa kau
nanti sanggup pertahankan kedudukanmu ?”
Bang Giesu adalah seorang yang pintar, kendati ia terperanjat
ia bisa duga maksud yang sebenaroya dari toa-koansu ini,
yang jelus dan iogin punyai sinona manis.
“Ia benar berbahaya,” pikirnya, “kalau ia sampaikan urusan
ini pada Ongya, kita bangsa giesu memang bisa mendapat
susah....”
Giesu ini jadi menyesal sekali, yang baru san ia sudah beber
tipu dayanya Louw Sam, hingga tidak saja ludas harapannya
akau peras si Terokmok, malah ia sendiri h hadapi toa koansu
yang lagi berhati ganas ini......
Cie Sielong sementara itu telah keluar pula bersama Sam Nio
buat haturkan terima kasih pada sekalian tamunya, dengan
minta mereka itu aagkat cawan mereka.
Siam Nio berpakaian merah mentereng sekali, ketika ia dekati
Ciauw Go, buat undang toakonsu satu ini keringi cawanaya,
tamu ini merasai tubuhnya kaku, sebab kerasnya ia mesti
lawan hati dan kejelusannya. Maka itu, begitu lekas nona
kemanten masuk pula, dengan tidak tunggui pesta ditutup ia
laatas minta diri.
Cie Sieiong daa Louw Sam dapat lihat sikap yang beda
daripada biasanya dari orang she Ciauw ini, mereka tidak bisa
duga apa sebabnya, akan tetapi mereka tidak enak sendiri,
berdua mereka dengan hormat antar sampai diluar tamunya
yang lantas naik di keretaaya itu.
Ciauw Gouw terus menuju pulang keonghu, ia tetap
mendongkol pikirannya kusut. Tetapi, apa melulu karena turuti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hati ia masti bentrok dengan Cie Sielong. sobat dari banyak


tahun, sedang juga sielong itu terhitung sebagai loo su atau
guru dan ongyanya? Lain daripada itu, andaikata ongya
ketahui kelakuan guruuya, ongya tentu akan lindun guru itu.
Maka akhirnya, sesudah pikir sakian lama, ia ambil putusan
lebih baik diam saja, antap Cie Sielong kekapi si nona
manis......
Tidak antara lama kereta sudah sampai di depan onghu dan
berhenti, baru saja ia lompat turun, disebelah depan ia
tampak beberapa ekor kuda. yang dituntun oleh beberapa
kacung. Paling depan yang berjalan kaki adalah seorang umur
tiga puluh lima tahun, tubuhnya tinggi besar, mukanya putih
dan montok brewoknya pendek. Orang ini pakai baju ungu
yang dilapis dengan makwa hijau, pinggang dilibat dengan
angkin hiyau, sedang sepatunya adalah apa yang dipinggi
sepatu koankeh.
Segera juga Ciauw Gouw kenali orang itu, orang bangsawan
dari kalangan keluarga raja atau Cong si tay Siauw- pweelek.
pweelek muda atau pangeran dari Tiat Pwee lek, hu, namanya
Sian Hong, gelarannya Siauw Hong Jiam atau si Hong Jiam
Muda, sementara [anggilannya yang umum adalah Tiat Jie ya.
Lekas? Ciauw Gouw msnghampirkan dan unjuk hormatnya.
“Jie ya, sudah lama aku tidak ketemu kau.” ia menegor
sambil tertawa. “Apa sekarang Jie ya datang langsung dari
istana?”
Atas tegoran itu. Tiat Pweelek manggut sambil bersenyum.
“Kemarin dulu aku datang kemari, kau tidak ada” ia bilang
“Kabarnya selama ini kau bargaul luas dengan beberapa
pembesar tinggi, kau nampaknya makin mewah....”
Mukanya Ciauw Gouw menjadi merah bahna jengah
sendirinya.
“Ah tidak Jie ya.....” ia menyahut. Mana aku punya banyak
tempo akan melayani orang2 besar itu ? Iyuma beberapa
kenalan, yang bikin pesta, aku tidak bisa tidak hadirkan pesta
itu . . . . “
Tiat Pweelek awasi pakaian orang yang mentereng, ia bisa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menduga.
“Dan hari ini pesta siapakah yang kau kunjungi?” ia tanya
sembari tertawa.
Mendadak Ciauw Gouw ingat pweelek ini paling gemar
bergaul dan campur tahu urusan yang sedikit saja berbau tak
pantas.
“Kenapa aku tidak mau gunai ketika ini?” pikirnya yang terus
saja bawa aksinya. Ia menghela napas.
“Apakah aku mesti jawab kau, Jie-ya?” ia balik menanya.
“Baru saja aku hadirkan pestanya Cie Sielong! Tua bangka itu
telah ambil pula isteri muda, kabarnya nona dari rumah
pelesiran. Memang sedari beberapa hari yang lalu ia telah
omong tentang niatnya itu padaku, siapa tahu, ia bicara
dengan sebenarnya. Ia sudah punya dua gundik, semuanya
dan usia belasan, hari ini ia ambil yang ketiga. Nona ini dari
Kota Selatan, kalau tidak salah bernama Coei Siam, orangnya
cantik sekali laksana bidadari...... Bukannya
mudah akan Cie Sieieng dapatkan nona ini. butuh berapa
dalam ia telah ngodol saku! Dalam hal ini, Poan Louw Sam si
Termokmok sudah bantu dia. Kabarnya nona Coei Siam tidak
setuju menikah pada Cie Sielong, ia sebenarnya telah jatuh
hati pada pemuda yang bernama Lie Bouw Pek.
Mendengar disebutnya nama itu, sikapnya Tiat Pweelek
sedikit berobah, hingga dengan lebib sungguh2 ia perhatikan
omongaanya Ciauw Gouw.
“Kabarnya pemuda itu bertenaga besar,” Ciauw Gouw
lanjukan omongannya. “Pada satu hari, entah sebab apa, ia
telah hajar Poan Louw Sam sampai hidung dan muka orang
itu babak belur, lantaran mana Poan Louw Sam mendendam
sakit hati justeru ada urusannya Coei Siam dan Cie Sielong Ini,
ia sudah ambil tindakan, kesatu untuk melampiaskan sakit
hatinya. kedua guna singkirkan saingan bagi Cie Sielong.
Dengan gunai pengaruhnya, Poan Louw Sam sudah adakan
pengaduan kekantor teetok, dengan tuduhan jadi penjahat
besar Lie Bouw Pek inden ditangkap dan dijebloskan dalam
penjara. Coba Jie ya pikir, apa perbuatan ini tidak terlalu?
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kenapa, melulu urusan bini muda, lantas seorang baik2 dibikin


celaka ? Mereka punya banyak uang. punya pengaruh, hingga
tidak ada giesoe yang berani mendakwa, tetapi perbuatan itu
tidak pantas dan melanggr prikemanusiaan .....-”
Tiat Pweelek menjadi panas apabila ia telah dengar semua
itu.
“Kau bicara tentang Lie Bouw Pek. apakah ia itu orang yang
diluar Kota Selatan?” ia tanya. “Aku tahu ia sebatang kara,
boegeenya tinggi, karena ia telah rubuhkan Hoa-khio Phang
Liong dan Kim-too Phang Bouw.”
“Mungkin benar dia” Ciauw Gouw bilang. Katanya iapun
bersobat dengan Tek Ngo-ya dan Lwee-bu hu..... “
“Benar dia,” Tiat Jie ya manggut. “Ia hoohan yang belum
lama sampai di Pakkhia ini, ia telah terfitnah, aku mesti tolong
dia. Pergi kau kasi tahu Cie Sielong dan Poan Louw Sam,
bagaimana mereka atur hingga si orang she Lie kena
ditangkap dan ditahan, cara demikian juga mereka mesti urus
supaya anak muda itu dapat pulang kemerdekaannya, jikalau
tidak, aku tak nanti mau mengerti “
Ciauw Gouw manggut2
“Baik, Jeya, aku nanti pergi pada meeeka itu,” ia berjanji
“Apakah oogya dirumah ?” kemudian Tiat Pweelek tanya.
“Barangkali ada. Nanti aku mengasi kabar.......”
Sembari kata begitu, Ciauw Gouw bertindak dengan cepat
menuju kedaiam istana tapi otaknya berbareng bekerja. Dalam
hatinya ia kata: “Benar saja aku bisa bikin Tiat Pweelek
campur tahu uru»an ini ! Masih untung buat si tua bangka,
Pweelek tidak omong hendak bubarkan ia dari kekasihnya ...
tapi, kalau nanti ketemu Cie Sielong, apa aku boleh
tambahkan pada ucapannya Tiat Pweelek, supaya mereka jadi
tambah ketakutan?” Oleh karena memikir begitu, ia jadi puas.
Sementara itu Tiat Pweelek tidak berdiam lama, pikirannya
ada pada Lie Bouw Pek, setelah pamitan ia terus palang. Ia
mendongkol bila ingat Bouw Pek telah terfitnah. Ia telah
dengar namanya anak muda kita, ia percaya Bouw Pak cakap
dan gagah, sayang ia seorang pangeran, jadiia tidak bisa cari
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

alasan bergaul dengan pemuda asing itu, tapi sekarang,


sesudah si anak muda mendekam dalam penjara, ia mesti
berdaya akan tolong pemuda itu. la ketahui yang orang akan
tertawakan ia, apabila ia tidak berdaya guna anak muda itu.
Lantas raja muda ini panggil kacungnya bernama Tek Lok,
yang ia percaya betul kacung ini ia kasikan uang dan perintah
pergi kepenjara diteetok, gee mui, akan cari Lie Bouw Pek. Ia
pesan bagaimana si kacung harus berbuat. Setelah itu ia kirim
kanyi nama pada Mo Teektok, undang teetok itu sebentar
malam datang pedanya, katanya untuk urusan penting.
Penjara dikantor kiu bun teetok adalah tempat tahanan
penjahat2 besar yang jatuh kedalam tangan pembesar militer
itu atau orang2 yang berdosa hebat dikota raja. lantaran itu
tidak sembarang orang bisa diijinkan kunjungi tempat tahanan
itu akan tetapi kapan Tek Lok yang sampai disana dan ia telah
perkenalkan diri sebagai utusan dari Tiat Pweslek, ia lantas
diterima dengan hormat dan manis.
“Oh kau utusannya Pweelek ?” kata sipir bui ...Kau hendak
ketemukan siapa ? Bilang saja aku nanti antarkan kau pada
orang itu.
Tek Lok beraksi, sebYumnya mcnjawab ia keluarkan tiga
puluh Tail perak, yalah uang dari Pweelek. Ia sodorkan uang
itu pada si sipir seraya bicara dengan terus terang : “Ini uang
tiga puluh tail perak. Pweelek perintah aku kasi tahu padamu,
dari jumlah ini, yang sepuluh untuk kau disini minum arak “
“Ah, buat apa Pweelek ya kasi kami persenan uang ?” berkata
si sipir, yang potong perkataan orang bahna girangnya. “Kalau
ada apa bilang saja pada kami ....”
“Dan yang lebihnya dua puluh tail.” Tek Lok kata pula,
“Pweelek ya pesan supaya kau simpan, di peruntukkan
membeli tambahan sayuran dan lainnya untuk orang tahanan
nama Lie Bouw Pek. Orang she Lie itu orang kesajangan
Pweelek ya, kau dilarang memperlakukannya secara jelek”
“Kami pasti tidak berani, tuan!” kata sipir itu dengan cepat.
“Kami tahu, Lie Bouw Pek seorang baik, apapula perkaranya
masih belum terang, ada kemungkinan ia akan dimerdekakan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lagi beberapa hari, Sekarang ada pesanan dari Pweelek ya,


tentu sekali kami tidak berani perlakukan itu secara jelek.”
Tek Lok manggut.
“Sekarang coba antar aku, aku mau ketemukan orang she Lie
itu “ ia kata.
“Baiklah, tuan,” kata sipir itu, yang diam2, telah kedip mata
pada orangnya dan orang itu lantas undurkan diri lebih dulu.
Bouw Pek bersama belasan orang tahanan lain dikurung
dalam kamar bagi mereka yang akan dapat hukuman mati
akan tetapi sekarang, karena Tek Lok hendak tengok ia, lekas
ia dipindahkan kekamar lain yang bersih dan cukup terang,
tidak buruk seperti kamar yang semula itu. Dengan teraling
jendela, yang memakai jeruji, hambany a Tiat Pweelek bisa
tengok orang muda ini.
Selama bsberapa hari tertahan, dua kali Bouw Pek telah
dibawa menghadap untuk diperiksa. Ia tidak bersalah tetapi ia
dituduh menjadi ponjahat besar, tentu saja ia telah sangkal
tuduhan dan sebaliknya beber kebusukannya Poan Louw Sam,
yang benci ia karena urusannya Siam Nio Sambil unjuk bahwa
ia orang baik2, ia tambahkan: “Aku minta kau, yang menjadi
pembesar negeri, janganlah karena pengaruh uang dari Louw
Sam sembarang turut tuduh orang jadi Penjahat” Karena ini,
ia telah dua kali dirangket, hingga ia mesti merasai siksaan
sedang rantai belengguannya telah ditambah Selama dua hari
tiada orang yang sambangi ia kecuali bujangnya Su Poancu si
Gemuk, yang membawa sedikit uang buat si sipir dan kawan
nya, dengan begitu dari pihak sipir ia tidak usah mengalami
siksaan. Selama itu ia melulu harapkan lekas pulangnya Tek
Siauw Hong, orang satu nya yang ia harap nanti berdaya akan
tolong ia. Maka ia heran kapan ia lihat Tek Lok menengoki
dengan diantar oleh sipir sendiri.
“Siapa dia ini ?” ia menduga duga.
Sementara itu Tek Lok, sambil manggut dan tertawa, telah
kata padanya .
“Tuan Lie, aku datang atas titahnya Jie ya dari Tiat Pweelek
Jue ya Ketahui kau dapat perkara penasaran, ia perintah aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sambang kau sambil kasi tahu supaya kau tetapkan hati dan
jangan berduka, jie ya telah undang teetok Tayjin buat
sebentar malam datang ke Pweelek hoe untuk bicarakan
urusan kau, aku percaya, lagi beberapa hari kau akan dapat
pulang kemerdekaanmu
Bouw Pek tercengang Ini adalah kabar atau kejadian yang ia
tak pernah sangka. Ia pernah dengar namanya Tiat Pweelek
akan tetapi ia belum tahu siapa Jie ya ini.
“Sebenarnya, aku belum pernah ketemu Jie ya kau itu...” kata
ia.
“Kau belum pernah ketemu Jie ya, akan tetapi Jie ya tahu kau
siapa, Lie ya” Tek Lok berikan keteranganya “Jie ya sudah
dengar namamu ia ingin berkenalan dengan kau Baiklah Lie ya
ketahui, Jie ya adalah yang bernama Siauw Hong Jiam, Tiat
Jie
Baru sekarang Bouw Pek ketahui, itulah Jie ya yang Tek
Siauw Hong sering sebut namanya.
“Ia raja muda dan tidak kenal aku” seperti aku tidak kenai da.
bagaimana sekarang ia hendak tolong aku ?” ia kata dalam
hatinya. ia ternyata orang yang berhati mulia, aku mesti
nyatakan syukur terhadap ia”.
“Aku berterima kasih yang Jie-ya begitu perhatikan diriku”
kata ia kemudian seraya menghela napas . “Bila sebentar kau
pulang tolong sampaikan pada Jie-ya, bahwa aku Lie Bouw
Pek adalah siu cay dari Lam kiong, bahwa aku datang kekota
raja untuk sambangi sanak. Aku orang jujur dan penduduk
baik2, melulu lantaran aku telah hajar Poan Louw Sam, si
saudagar jahat, ia telah fitnah aku hingga sekarang aku mesti
mendekam didalam penjara ini. Aku telah dituduh menjadi
peajahat besar, tetapi ia tidak punya bukti dan saksi. Apibila
Tiat Jie ya sudi tolong aku, hingga aku dapat pulang
kemerdekaanku, tidak nanti aku lupai budi Jie ya yang baik
itu. Benar aku tidak omong terlalu banyak. Aku belum
pernah ketemu Jie ya, aku percaya Jie ya yang jujur dan mulia
tolong kasi tahu Jio ya, aku minta ia suka tolong aku dengan
sungguh sungguh, sekeluarnya dari penjara ini aku nanti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mengunjungi buat haturkan terima kasihku Andaikata Jie ya


tidak sanggup tolong aku tidak apa, aku tetap tidak akan bisa
lupai budi kcbaikaanya “
“Aku janji akan sampaikan perkataanmu ini, Lie ya” Tek Lok
bilang sambil manggut. “Lie ya punya urusan apalagi di
luaran?”
“Tidak, alu tidak punya urusan lain,” Bouw Pek jawab.” Disini
aku tidak punya banyak sanak atau sobat”
“Baiklah, Lie ya,” kata Tek Lok akhirnya. Ia terus pamitan dan
berlalu.
Bouw Pek awasi orang pergi dengan hati lega, terutama
karena selarjutnya semua orang bui perlakukan ia dengan
manis dan baik, makanan dan minuman cukup.
“Semua ini karena pengaruhnya Tiat Jie-ya,” pikir ia yang lalu
menghela napas. Ia dapat tambah pengalaman, bak
pengaruhnya orang yang banyak uang dan berpangkat.
“Kalau aku dapat pulang kemerdekaanku paling dulu aku
nanti pergi ke Pweelek hoe, akan haturkan terima kasihku,”
demikian ia pikir, ..setelah itu, dengan tidak ketemui lagi
pamanku, aku akan segera berlalu dari Pakkhia ini”
Anak muda ini menjadi tawar hatinya.
Esoknya bujangnya Soe Poan-coe datang pula, beda daripada
biasanya, sekarang ia tidak usah ngodol saku lagi, dengan
mudah ia diantarkan masuk kedalam penjara. Ia bawa rantang
berisi barang makanan.
“Eh. Lie Toa-ya, kenapa kau pindah kekamar ini?” tanya
bujang itu, yang merasa heran. “Kamar ini jauh lebih baik
daripada kamar yang kemarin “
Bouw Pek tertawa mendengar pertanyaan itu.
“Kekamar mana saja aku pindah, aku tetap berada dalam
penjara” ia menyahut.
Bujang itu buka rantangnya akan keluarkan dua mangkuk
sayur, satu poci arak dan beberapa biji bakpauw.
“Majikan tahu yang toaya tentu ingin dahar arak dan
sayurannya, ia sengaja bikinkan ini untuk toaya,” kata ia
“Majikan kau sungguh baik” kata Bouw Pek dengsn bersukur.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Jangan bilang begitu, toaya.” kata pufa bujang itu. “Kau


sobatnya majikan dan langganan lama, kau justeru nampak
perkara ini, seharusnya saja bila majikan tolong perlukan
makanan kau”
Bouw Pek menghela napas, diantara jeruji ia sambut sayur
arak dan bakpauw itu dengan bergantian.
Bujang itu berdiri didekat jendeta sekali, hingga ia berada
sangat dekat pada Bouw Pek. Karena penjaga bui berada
sedikit jauh, hampir berbisik ia kata :
“Toaya. bakpauw yang besar itu makannya sebentar sesudah
tidak ada orang”
Bouw Pek heran, tetapi ia diam saja, ia terus dahar dan
minum. Ia tinggalkan dua biji bakpauw yang besar. Kemudian
mangkok dan poci arak ia keluarkan.
Dengan diantar oleh penjaga bujangnya si Gemuk berlalu.
Bouw Pek tunggu sampai tidak ada orang, dengan lekas ia
buka bahpauw yang besar menampak isinya, ia terperanyat.
Sebab dan tara isi daging ada sepotong kikir buron,
bagaimana aku bisa berdiam dibawah terangnya matahari ?
Keminggatanku juga bisa bikin susah pamanku......”
Setelah memikir demikian, anak muda kita brnenyun. Ia tidik
bertindak seperti yang Soe Poan coe inginkan. Cuma sekarang
ia menduga ia percaya, Soe Poan yoe bukanlah seorang
dagang yang biasa saja, ia itu mestinya seorang luar biasa.
Berada sendirian, dengan tidak bekerja apa-apa, justeru
rantai membelenggunya, Bouw Pek jadi iseng seka1i, hingga
pikirannya melayang jauh pada berbagai hal. Ingat Siam Nio
dan Sioe Lian, ia seperti jadi putus asa, buat sekejap ia tidak
pikir buat keluar dari penjara......
Sang waktu berjalan dengan tidak pedulikan pikiran orang2
tahanan, seperti merayap kalau dipikirkan, dan seperti berlari
apabila tidak diperhatikan Kamar memang kurang terang,
dengan berobahnya sang waktu Bouw Pek merasa dirinya
terbenam dalam kegelapan, melulu lantaran sudah biasa, tidak
merasa terlalu sukar.
Tidak antara lama pcnjaga bui datang dengan barang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

makanan.
Belum lama kemudian diluar kamar terdengar suara
berkotrangannya rantai2.
“Entah siapa lagi yang akan diperiksa dan rasai kompasan...”
pikir anak muda kita,
“Kalau Tiat Pweelek tidak berhasil menolong aku dan Poan
Louw Sam tambah pengaruh uangnya, tidakkah hukuman mati
akan jadi bagianku ? Apa anak muda pintar dan gagah sebagai
aku mesti binasa secara begini penasaran dan kecewa?...”
Tangan Bouw Pek merabah kikir dibawah rumput, tetapi
kapan tangannya bentur perkakas itu ia dapat pulang
ketetapan hatinya. Ia menghela napas, lalu rebahkan diri,
tidak perduli sang nyamuk bernyanyi nyanyi dikupingnya dan
berhinggap dimukanya sebentar kemudian ia bisa pulas,
karena ia merasa pikirannya lega. Berapa lama sudah
menggeros ia tidak tahu, ia hanya ngendutin dengan
terperanjat, tatkala merasai tabuhnya terdorong, hingga ia
ttrkejut Ia segera bangun dan duduk, ternyata karena ia tidur
nyenyak sekali, diluar tahunya ada orang masuk dan sedang
merayap disampingnya.
Kamar tetap gelap, sekalipun didepan mata sukar akan kenali
orang.
“Mari kita pergi “ demikian orang itu berbisik serta tangannya
merayap pada rantai yang ia hendak bikin lolos.
Heran berbareng kaget, Bouw Pek tolak tubuh orang. Ia pun
tidak senang.
“Aku tidak mau pergi !” ia kata “kalau aku mau kabur, aku
bisa lakukan itu dengan tidak tunggu kudatang menolong”
Orang itu berbangkit, napasnya memburu.
“St, st “ ia mengasi tanda.
“Kau siapa ?” Bouw Pek tanya.
Orang itu tidak menjawab, sebaliknya ia menjauhkan diri.
sebab ia lihat anak muda kita berbangku, rupanya ia kuatir
nanti dipegangi. Ia pergi kepintu.
Dengan mendongkol Bouw Pek duduk pula. Ia bingung juga,
hingga ia mau menyangka bahwa ia sedang mengimpi ....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Penolong yang tak dikenal itu sekarang berada diluar jendela.


“Mari, mari ikut aku, lekas menyingkir “ ia mengajak.
“Jangan perduhkan aku “ Bouw Pek tatap menampik. “Aku
tidak mau kabur! Lekas kunci pula pintu kamarku “
Orang itu tidak kata apa2, cuma terdengar helaan napas.
Setelah kembali mengunci pintu kamar, orang itu melesat naik
keatas genteng, disusul oleh suara pelaban diatas genteng itu.
Mengetahui orang sudah pergi, Bouw Pek kembali menghela
napas dengan mendongkol. Adalah setelah berselang lama
juga, baru ia bisa tidur pulas lagi.
Esoknya Bouw Pek tidak dapat kunjungan seperti kemarinnya
Tek Lok tidak datang pula dan bujangnya “ Soe Poan coe tidak
muncul dengan rantang sayur dan bahpaw. Ia juga tidak
dibawa kekantor, sedang ia mengharap dapat putusan.
Kesudahannya ia jadi masgul sendirinnya.
Adalah dihari herikutnya, Tek Siauw Hong muncul dimuka
jendela yang berjeruji.
“Oh, Tek toako ! Kapan kau pulang? Bouw Pek menegor.
“Baru saja kemarin” menyahut. Tek Siauw Hong, dengan air
muka guram bahna berduka, “Karena dengar urusan kau, aku
lantas datang kemari. Kau jangan kuatir, hiantee, buat
perkaramu ini kau tidak akan dihukum. Tiat Siauw pweelek
telah keluarkan bukan sedikit tenaga guna tolong kau,
kabarnya teetok telah berjanji akan periksa kau pula,
andaikata kau lolos dari kecurigaan, kau akan segera
dimerdekakan.”
“Ada kecurigaan apakah?” Bouw Pek kata dengan
mendongkol. “Sudah dua hari mereka tidak periksa aku,
hingga aku hidup
tidak matipun tidak! Bukankah dengan begini mereka sedang
menghina aku?”
“Hiantee. Siauw Hong kerutkan alis, “dalam keadaan seperti
ini, baik kau sabarkan diri. Menurut penglihatanku, teetok
tayjin mesti akan lepaskan kau, hanya buat itu ia terpaksa
mesti tahan kau untuk beberapa hari lagi. ia mesti lindungkan
mukanya agar tidak mendapat malu. Kabarnya teetok
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berhutang pada Poan Louw Sam juga telah hamburkan


beberapa ribu lagi......”
“Tapi, apakah bisa jadi, seorang kioeboen teetok mesti takuti
Louw Sam?” Bouw Pek berseru
“Kau tidak mengetahui, saudaraku,” orang Boan itu menghela
napas. “Louw Sam benar seorang dagang, akan tetapi
pengaruhnya sama besarnya seperti raja muda. Sekalipun
beberapa tiong tong dalam hal menjual pangkat dan
kedudukan, tanpa perantaraannya Louw Sam tidak nanti
mampu lakukan dengan sempurna!---
Mendengar itu, mukanya Bouw Pek menjadi merah padam
bahna sengitnya.
“Jikalau aku bisa keluar dari penjara, Louw Sam mesti
dibinasakan, tak boleh tidak” ia berseru dalam hatinya,
“Sekarang ini kerjaan di Lwee boence banyak sekali,” Siauw
Hong bertata putar. “Aku baru pulang dari Tongleng, tetapi
kebarnya aku akan dikirim lagi ke Jiat ho, maka itu aku ingin
bekerja lekat, supaya lebih baik lagi kau bisa keluar dalam dua
tiga hari ini.”
“Terima kasih, toako. Tapi aku minta jangan karena urusanku
kau terlantarkan-kewajibanmu”
“Itulah tidak akan terjadi, hiantee.......”
kendati demikian, sobat ini menghela napas pula. “Kita
bersobat belum lama, tapi kita sudah jadi seperti saudara
kandung Kau berada didalam penjara mana aku bisa legakan
hati? Tapi, saudara, aku tidak bisa omong banyak banyak.
sekarang diuga aku mau pergi ke Pweelek hoe akan ketemui
Jie ya.”
“Kalau kan ketemu Jie ya, toako, tolong kau haturkan terima
kasihku,” Bouw Pek pesan.
“Aku nanti sampaikan “ Siauw Hong bilang. “Jie ya paling
hargakan hoohan, dengan ia mau tolong kau, percaya aku,
kau tidak akan lama tersiksa didalam penjara ini. Baik kau
bersabar dan tetapkan hati.
Setelah kata begitu, Siauw Hong berlalu.
Sipir bui telah antar orang Boan ini sampai diuar, ia berlaku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hormat dan manis.


“Tek Ngo Looya mau terus pulang?” ia lanya.
“Aku mau pergi ke Pweelekhoe,” Siauw Hong jawab
“Kalau Looya ketemu Jieya, tolong looya kasi tahu bahwa Lie
Bauw Pek disini tidak menampak kesukaran apa2,” sipir itu
kata.
Cuma disini tidak ada pembaringan yang berarti, dalam hal ini
kami tak berdaya.”
“Aku meugerti,” Siauw Hong jawab, “asal kau perhatikan
segala kepentingannya..
Dengan naik keretanya, Siauw Hong perintah Hok Coe
tujukan kendaraan ke Anteng moei, dimana terletak Pweelek
hoe, didepan istana sekah kereta berhenti Disitupun sudah
menunggu sebuah kereta lain, yang Siauw Hong kenal, ialah
keretanya Sioe Bie too Oey Ke Pok. Ia jadi berpikir.
“Apa perlunya Oey Soe ya juga datang kemari?” ia kata
dalam hatinya.
Masuk terus kedalam, dua pengawal sambut orang Boan ini
dengan hermat.
“Tek Ngo ya, sudah lama kau tidak kelihatan,” mereka
menegor sambil tertawa.
“Aku berpergian,” Siauw Hong jawab. “Apakah Jie ya ada
didalam?”
“Oey soe ya datang kemari, ia lagi bicara dengan Jie ya
dikamar tamu.” salah satu pengawai menyahut
“Tolong kau beritahukan kedatanganku, Siauw Hong minta,
Soe ya bukannya-orang luar......”
“Silahkan Ngoya ikut akrab kata pegawai tadi yang terus balik
dan bertindak masuk, sitamu ikut.
Sesudah lewat dua ruangan kamar mereka sampai di kamar
tamu. Disana benar kedapatan Oey Kie Pok.
Siauw Hong lebih dulu kasi hormat pada tuan rumah, baru ia
saling unjuk hormat dengan Soe Be to.
Siauw Hong Jiam Tiat Jieya berlaku manis, sembari tertawa ia
undang tamunya duduk, sedang kacung segera datang
menyuguhkan teh,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Apa kabar ?” tanya Jie ya tentang kepergiannya orang Boan


ini. “Kapan kau pulang?”
“Baru kemarin sore aku pulang” Siauw Hong jawab sambil
bongkokan diri.
“Pekerjaan Tek Ngo ya adalah pekerjaan yang bagus!” Oey
Kie pok campur bicara sambil tertawa.
“Bagus apa!” Siauw Hong baliki. “Sebaliknya, itu pekerjaan
berat....”
“Apakah kau tidak pergi ke teetok gee moei menengoki Lie
Bouw Pek?” tanya Jie ya, yang tidak perhatikan pembicaraan
orang.
Oleh karena disitu eda Oey Kie Pok, Siauw Hong tidak berani
menyawab sembarangan.
“Sebentar lagi aku hendak tengok dia.” ia kasi tahu Tiat
Pweelek manggut, la lalu tunjuk Kie Pok.
“Bersama sama Kie Pok aku justru bitiarakan urusannya Lie
Bouw Pek itu,” ia bilang. “Aku tidak kenal anak muda itu, aku
hanya dengar ia pandai silat, lantaran itu, begitu dengar ia
terlibat perkara dengan Poan Louw Sam dan Cie Sielong, aku
segera perintah orang tengok dia. supaya dipenjara ia tidak
dapat susah Akupun telah undang Mo Tee tok. Ia ini licin, ia
menyangkal bahwa ia telah terpengaruh oleh Poan Louw Sam.
ia kata, bahwa Lie Bouw Pek benar tersangka sebagai
penjahat besar, hanya bukti dan saksi belum ada Ia kasi tahu
padaku, lagi beberapa hari ia akan periksa pula Lie Bouw
Pek, waktu itu, apabila tidak ada orang lain yang mendakwa,
ia mau merdekakan anak muda itu. Aku telah kasi tempo
setengah bulan pada Mo feetok, supaya ia lepas Bouw Pek.
Tapi barusan Oey Kie Pok beritahukan aku, katanya ia
mengetahui, bahwa Lie Bouw Pek benar penjahat besar dari
Titlee selatan tidak bisa taruh kaki Bauw Pek lari buron ke
Pakkhia ini. Apabila keterangannya Kie Pok benar, aku tidak
mau ambil pula urusannya itu !”
Siauw Hong terperanjat, sampai mukanya menjadi pucat.
“Terang itu adalah kabaran berdasarkan ceritera burung
saja,” ia cepat berkata. “Aku tahu betul Lie Bouw Pek adalah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sioecay dan Lam Kiong, piaowcoknya adakah liengpouw


Coesoe Kie Thian Sin. la bukannya seorang yang tak keruan
asal usulnya, untuk ia aku suka menanggung dengan diriku”
Bahna sengit, Siauw Hong awasi Kie Pok dengan mata merah.
Tapi Sioe Bie to sabar sekali, ia bisa tertawa.
“8iaw Hong, didepannya Jie ya, omongan kau bukannya
omong main main !” ia bilang. “Bagaimana maka kau jadi
kenal Lie Bouw Pek? Berapa rapatnya perhubungan diantara
kau dan Lie Bouw Pek? Semua itu aku telah ketahui ! Kau
baruku pangkat, kau punya isteri dan anak anak, kalau karena
Lie Bouw Pek kau jadi tersangkut sangkut sehingga rumah
tangga kau jadi celaka, sungguh, itu sangat tidak berharga!
Sebenarnya urusan tidak ada sangkutannya dengan aku,
tetapi karena kita bersobat kekal, aku perlu mengasi ingat
padamu.”
“Memang aku bersobat dengan Lie Bouw Pek belum lama,
tetapi orang sebagai dia itu aku suka tanggung dengan diriku”
ia kata dengan dingin. “Cacatnya Bouw Pek ada1ah adatnya
yang tinggi dan tidak suka berlaku sabar, hingga telah dapat
salah dari beberapa orang Ia tidak langgar aturan, aku tidak
takut nanti kena kerembet rembet, aku berani tanggung,
bahwa ia benar telah terfitnah “
Mendengar begitu, Oey Kie Pok jadi tenang, hingga Iapun
tertawa dingin.
“Kalau begitu “ kata ia dengan tawar, “dimana disini ada Jie
ya selaku saksi, ingat olehmu apabila kau mengalami apa
yang menyadi sesalkan sobat2 sudah tidak tolong nasehati
kau!”
Diam Sieuw Hong bergidik.
“Sudah terang dengan samar2 Oey Kie Pok maklumkan
perang padaku,” ia pikir. “Sudah ancam aku. ini
berbahaya.....”
Siauw Hong tahu diri, sebagai pegawai Pwee boehoe ia tidak
punya pengaruh besar, karena ia tidak punya banyak kenalan
yang berpangkat tinygi, tidak punya banyak uang, kalau ia toh
terkenal, itulah disebabkan Tiat see cia atau ilmu pukulan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tangan pasir besi yang liehay. Dihadapan Oey Kie Pok, ia


benar ngeri. Oleh karena ini, ia tidak mau ladeni Soe Bie to
lagi.
Jie ya bisa mengerti kedua tamunya ini, ia nyelak sama
tengah.
“Siauw Hong mau bekerja untuk sobatnya begitu dengan Kie
Pok, yang kuatir sisobat tersangkut dalam perkara besar dan
berbahaya. Baiklah kau bikin habis saja......”
“Tetapi Jie-ya mengerti scndiri,” Kie Pok
“Siauw Hong sudah keliru sangka, ia seperti menuduh eku
inginkan kematiannya Lie Bouw Pek Sebenarnya, Bouw Pek itu
aku tidak kenal”

Dua2 kau bermaksud baik.


“Kau bermaksud baik, tuan, aku haturkan terimakasih,” kata
Siauw Hong, yang lantas robah sikapnya, karena Tiat Pweelek
lebih suka urusan dibikin jadi habis, la tidak mau membikin
tuan rumah kecil hati.
Kie Pok tertawa.
“Sudah sudah,” kata ia. “sudah, kita baik jangan sabut2 pula
urusaa itu “
Siauw Hong benar tutup mulut tentang Lie Bouw Pek, ia
bicara dengan Tiat Jie ya tentang hal lain 0ey Kie Pok seperti
tidak diajak omong hanya ia duduk diam saja dengan Masgul.
Maka akhirnya ia berbangkit akan pamitan pulang.
Siauw Hong tunggu sampai Siu Bie to sudah berlalu, lagi
sekali ia minta Tiat Pweelek suka dayakan agar Lie Bouw Pek
lekas keluar dari penjara. Ia unjuk dengan tandas, bahwa
anak muda itu orang baik2, bahwa duduknya perkara adalah
bisanya Poan Louw Sam seorang.
“Kau tidak usah minta lagi, aku sudah tahu!” Tiat Pweelek
kata sambil tertawa. “Umpama kata kau tidak pulang, tak
nanti aku antap saja Lie Bouw Pek binasa secara kecewa
ditangan mereka itu “
Hatinya Siauw Hong lega bukan main apabila ia dengar
ucapan itu, sedang tadinya ia bersangsi, karena ia kuatir
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pangeran ini nanti kena dipengaruhi oleh Oey Kie Pok.


Tiat Pweelek sementara itu telah kata pula, dengan air muka
terobati meujadi merah ;
“Urusannya Lie Bouw Pek aku telah ketahui semua! Ia teiah
hajar Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam, ia bcrsobat baik
dengan kekasihnya Cie Sielong ini menyebabkan tiga orang itu
telah bcrkongkol dan mengatur tipu daya untuk, menyelakai
anak muda itu. mereka telah keluarkan uang, mereka minta
pertolongan dikantor, maksudnya melulu agar Bouw Pek
terima kebinasaannya tapi aku telah campur urusan ini, dari
itu urusan Oey Kie Pok telah datang. maksudnya adalah buat
memberi pikiran supaya aku tidak usah campur tahu lebih jauh
coba aku tidak berlaku sabar, aku tentu sudah kirim kereta
buat perintah Lie Bouw Pek dimerdekakan dan disambut
pulang diistanaku ini! Jikalau aku ambil tindakan itu, siapa
berani cegah aku”
Siauw Hong celengap mendengar keterangan itu didalam
hatinya ia justeru ingin sekali pangeran itu ambil tindakan
getas demikian,
Tapi ia telah laujutkan omongannya : “Aku tidak ambil
tindaken itu, aku tidak ingin yang orang nanti katakan aku
andalkan pengaruhku dan berbuat sewenang2. Lie 8ouw Pak
masih muda, tidak apa ia mendekam beberapa hari didalam
penjara, malah ini ada baiknya, buat tindih sedikit adat
tlngginya. Lagi beberapa hari aku nanti bikin ia keluar dari
penjara, keluar dengan cara terbuka dan terhormat”
Siauw Hong girang tak kepalang mendengar keterangan itu.
“Terima kasih, Jie ya, terima kasih” ia mengucap berulang2
Tak lama kemudian orang she Tek ini lalu pamitan, ia tidak
terus pulang hanya kembali kepenjara, sampaikan kabar pada
Bouw Pek tentang sikap dan tindakannya Cie ya Pweelek.
“Kau sekarang sabar saja”, ia mcngasi nasehat, “Jangan
berduka”
Tapi ia tidak beritahukan bahwa Oey Kie Pok diam diam
musuhkan dan hendak bikin celaka sobat ini. Ia anggap
keterangan itu belum psrlu sobat ketahui, keterangan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

semacam itu melulu akan membikin sisobat murka.

Sesudah hiburkan lagi sekali sobatnya, baru Siauw Hong


pulang kerumahnya.
“Looya, barusan datang dua orang mencari kau,” kata
pengawal pintu yang sambut majikannya itu. “Aku kasih tahu
looya sedang keluar, mereka lantas berlalu dengan bilang,
bahwa mereka hendak datang pula.”
Kelihatannya Siauw Hong sedikit terkejut.

Jilid 12

“APAKAH kau tidak tanya she dan namanya?” ia tanya


“Apakah keperluan mereka?”
“Mereka tidak terangkan apa perlunya mereka cari looya,”
budak itu menyahat. “Mereka perkenalkan diri sebagai orang.
she Phang dari Cun Goan Pouw tam dari Ta-mo-ciang diluar
Cian mui.”
Siauw Hong kaget, sampai air mukanya berubah menyadi
pucat, ketika ia masuk kedalam terus kekamarnya ,
jantungnya memukul. Ia lekas2 hirup teh akan coba
tenangkan diri.
Terang sekali orang yang datang cari aku itu Kim-too Phang
Bouw dan Hoa-khio Phang Liong,” demikian ia berpikir.
“Mereka sudah dirubuhkan oleh Lie Bouw Pek, karena
kemendongkolan mereka tidak bisa dilampiaskan terhadap
sianak muda, maka justeru Bouw Pek dikeram dipenjara
mereka sengaja datang cari aku. Mereka anggap sekarang
adalah waktu yang baik, sebab tidak ada orang lagi yang
mereka takuti”. “Bagaimana aku bisa layani mereka
sepersaudaraan ?”
Karena bingung dan berkuatir, Siauw Hong mandi keringat
dingin, alisnya mengkerut.
“Lie Bouw Pek telah ditahan sejak beberepa hari, kenapa
mereka tidak siang datang cari aku?” pikir ia kemudian.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Kenapa justeru pilih hari kedua dari pulangku?”


Siauw Hong berpikir sampai akhirnya ia ingat suatu apa.
“Ini mesti terjadi sebagai kesudahan deri permufukatan
diantara Oey Kie Pok dan Poan Louw Sam”, kemudian ia pikir.
“Mereka tahu aku pulang dan duga bahwa aku akan menolong
Lie Bouw Pek lantas kunjungi Tiat Pweelek akan bujuk Jie ya
jangan turut menolongi Bouw Pek dan dipahak lain mereka
ajak2 persaudaraan Phang, rupaya mereka ini satroni aku,
guna bikin aku kuncup. Ah, Kie Pok, Louw Sam, kau benar
liehay !...... Seharusnya Bouw Pek tidak bikin mereka itu
gusar, sekarang ada Tiat Pweelek, yang suka membela, jikalau
tidak siapa yang berani maju menentang mereka itu ?”
Siauw Hong lantas ingat pula ucapannya Kie Pok tadi
digedung pweelek.
“Didepan Kie Pok bersikap baik, dibelakang ia bisa lakukan
segala apa” ia pikir de ngan hati kecil. “Aku mesti berhati2 ----

Lantas ia perintah Sioe Jie pesan pengawal pintu bila ada
orang cari ia, kecuali sanak dekat dan sobat kekal, semua
mesti ditolak dengan alasan ia tidak ada dirumah.
Sie Jie turut perintah itu tanpa ketahui apa yang menjadi
sebab dari perintah semacam itu, ia hanya menduga, karena
baru pulang dari Tong leng dan lelah majikannya niat
beristirahat. Ia tidak berani menanyakan, kendati ia lihat air
muka yang luar biasa lainnya dari majikan itu.
Malam itu Sioe Jie layani madiikannya bersantap, ia heran
melihat si majikan pegangi sumpit sambil bingung saja,
barang makanan didahar sedikit, tetapi dalam tempo yang
lama luar biasa.
Justeru itu pengawal pintu datang masuk dengan air muka
merah bahna gusar.
“Looya, dua orang she Phang itu datang pula” ia kasi laporan.
“Aku bilang looya tidak ada dirumah, mereka tidak mau
percaya, mereka terus ngaco belo sekian lama, baru mereka
mau pergi”
Siauw Hong terperanjat sampai nasinya ia tunda;
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Apa mereka bilang mau datang pula?” ia tanya.


“Mereka tidak bilang, tetapi bisa jadi mereka akan datang
lagi”
“Apa mereka tidak bekal senjata?”
Ditanya begitu pengawal itu heran sampai ia melongo.
“Tidak, mereka tidak bawa senjata, dua2nya bertangan
kosong” ia jawab kemudian seraya goyang goyang kepala.
“Mereka tenturya tidak datang berdua,” Siauw Hong pikir.
“Diluar mestinya menunggu orang-orang yang bawa senjata
mereka.” Lantas ia msnggut dan kata pada orargnya Itu
“Sekarang, tidak perduli siapa yang datang, kau bilang saja
bahwa aku tidak ada dirumah, apabila mareka berlaku kasar
kau mesti tahan sabar, jangan kau ladeni. Aku baru pulang,
aku ingin mengaso, aku tidak punya tempo akan layani
sembarang orang.........”
Bujang Itu manggut, lantas ia berlalu;
SEHABIS bersantap Siauw Hong masuk kedalam kamarnya.
“Pekerjaanku ini kelihatannya berat sekali” berkata ia pada
isterinya seraya sedot cuihunnya, “aku baru pulang dari Tong
leng, lantas lagi satu dua hari aku mesti pergi pula, sekarang
ke Jiet ho....
“Bukankah kau yang bilang kepergian ke Jiat-ho ini tidak usah
dengan terburu2?” Tek Nay-nay tanya. “Bukankah kau kata
belum tentu kau yang nanti diurus 7”
“Kemarin benar begitu, tetapi hari ini berobah, kelihatannya
aku duga yang dimestikan pergi,” sahut sang suami.
Sebenarnya pekerjaan ini bagus orang lain malah
diperebutkan, adalah cuma aku yang kurang gembira. Kau
tahu sendari, dirumah kita tidak ada orang, dengan pergi jauh
hatiku tidak tenteram........”
“Itulah mudah”, berkata sang isteri, yang setujui kepergian
suaminya itu. “Kalau nanti kau pergi, aku akan kunci pintu dan
sekap diri dalam rumah, ini lebih baik . rumah kita jadi sunyi
dan tenang. Kalau kau ada dirumah lantai ada saja yang
kunjungi atau cari kau, umpama Lie Bouw Pek. Hauw yit, Oey
Dok dan !ain2, mereka datang tiap hari, tapi kalau kau tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ada dirumah, bayangan merekapun tidak tertampak”


Siauw Hong tertawa.
“Benar, bila begitu ada lebih baik aku pergi” kata ia dengan
memain.
Kendati begitu, orang oran ini benar lantas pilih hari. Ia
anggap, dengan cepatkan keberangkatnya ia bisa menyingkir
dari gangguannya Oey Kie Pok dan Phang Bouw sekalian.
Tek Naynay tidak ketahui apa yang suaminya pikir, ia justeru
merasa girang, karena ia tahu dengan bikin psrjalanan,
penghasilan suami ini pasti akan bertambah. Samakin
suaminya terpakai, semakin muka suami itu tambah
bercahaya........
Malam itu Tek Siauw Hong tidak dapat tidur dengan nyenyak,
meski juga semua pintu dan jendela ia sudah kunci baik2, ia
kuatir pihak Phang nanti satroni ia, ia baru merata lega setelah
sang pagi muncul tanpa ada gangguan apa juga. Tapi
sekarang ia bersusah hati, karena ia mesti pergi katempat
kerjanya, sedang ia lebih suka diam saja dirumah.
“Tak bisa tidak aku mesti pergi. ia ambil putusan. Lantas ia
dandan dan makan kemudian bersama Hok Cu, dengan naik
keretanya, ia pergi kekantor. Siu Jie ia ajak seperti biasa.
Matahari pagi itu bersinar merah, angin mengandung hawa
musim ketiga.
Keretanya Hok Cu telah masuk di Kim-hie Hootong menuju ke
Tong-hoa-mui tetapi baru saja sampai di Tong-hoa-mui Toa-
say, tiba-tiba seorang papaki mereka.
“Tek Ngo Looya, kau berhenti sebentar, aku ingin bicara
sedikit” kata orang itu.
Hok Cu kenal orang itu, yang bernama Thong Sam, seorang
hamba dari Gin-kouw,
Gudang Uang. Ia tahan keretanya, sedang Siu Jie segera
lompat turun.
“Thong ya. ada apa ?” tanya Slauw Hong sambil singkap
tenda keretanya.
Tong Sam unjuk roman ketakutan, la menghampirkan sampai
dekat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ngo ya, baik kau jalan mutar, masuk dari Sin-mui, ia kata
dengan pelahan. “Kau sekarang sedang ditunggui di Tong
hoa-muu oleh Hoa yauw eng Lauw Kiu, Tiat put cu Kiang Sam
dan beberapa buaya darat lainnya, mereka itu semua telah
diperintah oleh Oey Kie Pok buat keroyok kau”
Siauw Hong terkejut, air mukanya berobah, tetapi didepannya
Thong Sam, ia tidak mau unjuk nyali kecil.
“Mereka berani cari aku? Bagus !” ia berseru. “Baik aku nanti
ketemukan mereka!”
Hok Cu, majukan kereta kita, lekas “
Tapi Thong S»m lakas msncegah.
“Jangan, Ngo ya, jangan kau samperi mereka” ia mengasi
nasihat. “Jangan Ngo ya turutkan hati saja. Aku tahu Ngo-ya
pandai si1at see-ciang tetapi jumlah mereka besar! Jangan
kita omong lainnya, andai kata kau kena kecakar mukamu dan
menjadi lecet saja lantas kau tidsk akan mampu lakukan
kewajibanmu pergi jauh...
Siauw Hong duduk diam sekian lama, perkataannya orang
she Thong ini memang benar.
“Baiklah,” akhirnya ia bilang, “aku nanti jalan mutar ke Sn
ngo moei. Terima kasih buat kebaikanmu ini, Tbong ya !”
Orang she Thong itu lantas berlalu dan keretapun ambil
jurusan lain! Sioe Je telah naik kereta buat terus turunkan
tenda. Dari pintu belakang kereta ini masuk ke Sin ngo moei,
sampai ke Lweeboehoe.
Siauw Hong ketemui tong hoa, sepnya, buat kasi tahu belwa
ia suka diutus ke Jiat ho
(yebol)
“Siauw Hong kau baru kembali dari Tong leng, kau banyak
cape, biarlah aku perintah orang lain yang pergi” kata sep itu
“Bukan maksudku akan rebut pekerjaan ini” kata Siauw Hong,
“aku niat pergi ke Jiat ho supaya aku bisa sekalian tengok
sanakku di Yankeng. Sanakku ini telah dapat kesulitan urusan
sawah. Kalau tonghoa perintah aku, besok aku bisa antas
berangkat. Aku nanti lebih dulu pergi ke Jiat ho, baru terus ke
Yan keng. Aku percaya, dalam tempo satu bulan, aku akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sudah kembali.”
Melibat orang punya urusan pribadi, tong-hoa terima baik
permintaannya Siauw Hong.
Benar saja, urusan ini menyebabkan beberapa orang tidak
puas, tapi mereka tidak bisa kata apa2. Siauw Hong lantas
pergi ke Siang soewan, kantor urusan kuda, akan pinjam dua
ekor kuda. Ia sudah pasti mau berangkat besok, urusannya
Bouw Pek ia hendak serahkan pada Tiat Pweelek, untnk ini
maka ia terus pergi ke Pweelek hoe.
Hari itu Tiat Pweelek telah dapat kunjungan dua ongya,
Siauw Hong minta pengawal tolong sampaikan perkataannya
yaitu bahwa besok ia mau pergi ke Jiatho dan ingin aaa b 1
selamat jalan dari Pweelek itu.
Tidak lama pengawal itu keluar dengan berkata:
“Hari ini Jie-ya kedatangan tamu, ia tidak bisa ketemui kau.
Jie-ya bilang bahwa kemarin Koeboen Teektok telah datang
buat mengabarkan, yang lagi empat atau lima hari barulah Lie
Bouw Pek dimerdekakan”
Meski tidak dapat ketemu Tiat Pweelek, Siauw Hong girang
menerima kabar itu. Ia segera menuju kepenjara buat ketemui
Bouw Pek, guna kasi tahu hal keberangkatannya serta kabar
girang dari Tiat Pweelek.
“Aku sudah dapat tahu itu” kata Bouw Pek. “Tadi pagi Tiat
Pweelek telah kirim orangnya kemari menyampaikan kabar itu
padaku dan minta aku jangan kuatir.”
“Siauw Hong Jiam Jie-ya sungguh baik sekali” kata Siauw
Hong dengan sangat bersyukur. “Ia perlakukan begini rupa,
dibelakang hari kau tidak boleh lupakan budi kebaikannya ini.”
“Jie ya begitu baik, aku pasti ingat dia” Bouw Pek bilang.
“Hiatee, jodoh kita seperti juga tipis” kemudian Siauw Hong
bilang. “Baru saja aku pulang dari Tongleng, atau sekarang
aku diperintah pergi ke Jiatho. Besok aku hendak berangkat
Bouw Pek merasa sayang atas kepergian itu
“Kau lagi lakukan kewajiban, toako, kau tidak harus alpakan
itu,” ia bilang. “Oleh karena sudah pasti aku akan keluar dari
sini, toako baik tak usah pikirkan tentang diriku”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong berduka, hingga ia menghela napas. Ia berduka


terutama karena ia tidak berani ceritakan pada pemuda ini,
bahwa ke berangkataanya ke Jiatho itu disebabkan ia ingin
menyingkir dari persaudaraan Phang dan lantaran
gangguannya Oey Kie Pok yang licin dan jaoat. Ia merasa,
kalau Bouw Pek ketahui sebab itu, anak muda ini akan jadi
gusar dan ngamuk
“Saudara” ia kata kemudian, “kalau nanti kau sudah keluar
dari sini, kau mesti cari Tiat Jie-ya untuk haturkan terima
kasih, kemudian baiklah kau jangan berdiam lebih lama pula
dikota raja ini. Dalam perjalan ke Jiatho ini aku niat mampir di
Yan-keng akan tengok Sincio Yan Kegn Tong dari Coan Hin
Piauwtiam. Orang she Yo itu, dimasa ia berada di Pakkhia, jadi
sobat kekalku.”
“Aku tahu tentang Sin-khio Yo Kian Tong,” sahut Bouw Pek
yang lantas ingat ke jadian beberapa bulan yang lalu di Kie-
yang kwan San, tatkala ia sedang bikin perjalanan ke Pakkhia.
Sampai disitu keduanya berpisahan.
Hari itu persaudaraan Phang tidak datang, tetapi Sioe Jie
yang pergi keluar, sepulang bawa kabar, bahwa ia dapat lihat
Lauw Kiu serta beberapa konconya, semua bangsa buaya
darat, mundar mandir dimulut gang.
“Kau tidak usah perdulikan mereka!” kata Siauw Hong yang
tidak takut, sedang dalam hatinya ia pikir: “Oey Kie Pok,
dalam beberap» hari ini Tek Siauw Hong bisa dibilang jerih
terhadap kau, akan tetapi besok aku akan berlalu dari Pakkhia,
mulai besok keadaan akan berubah menjadi lain. Aku akan
pergi ke Yankeng, akan cari Sin tihio Yo Kian Tong, disana aku
tunggui Lie Bouw Pek, yang akan keluar dari pcnjara, maka
waktu itu kau boleh lihat, daya apa aku nanti ambil
terhadapmu”
Malamnya, seperti kemarinnya, Sauw Hong berlaku hati hati
menjaga rumah dan diri. Esoknya pagi ia dandan dengan
cepat selainnya pauwhok ia bawa goloknya. Sioe Jie juga
sudah siap bersama dua ekor kuda pinjaman. Siauw Hong
minta diri dari isteri dan anak2nya, ia pesan isterinya dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekalian bujang supaya baik baik jaga rumah.


“Aku akan kembali dalam tempo satu bulan,” ia katakan
kepada mereka.
Dengan menunggang kuda majikan dua bujang mulai lakukan
perjalanan mereka. Dt sepanjang jalan Siauw Hong bertemu
beberapa sobat dan kenalan, tetapi ia tidak mau banyak
omong, agar perjalanannya tidak terlambat.
Setelah keluar dari Tak sin moei, barulah hatinya orang she
Tek ini menjadi terbuka, hingga ia bisa tertawa waktu ia bicara
dengan bujangnya.
“Kau biasanya tidak pernsh bikin pcrjalanan jauh. sekarang
aku ajak kau, supaya kau peroleh pengalaman,” ia kata.
“Penghidupan dirumah dan ditempat pelancongan beda
banyak, kau akan segera ketemui itu. Kau tahu kenapa baru
saja pulang dari Tong leng lantas sekarang aku bikin
perjalanan pula ke Jiatho? Tidak lain, karena Oey Kie Pok
musuhkan aku dan aku tiiak sudi layani dia. Kita sudah keluar
dari kota, ia tidak puuya kemampuan akan susul kita.
umpamanya ia mengejar kita bisa kabur. Kau mesti tabahkan
hati, kau mesti berlaku cerdik dan gesit, tapi jangan takut Kau
lihat, aku bekal golok, terhadap orang biasa, baru delapan
atau sepuluh orang, aku tidak takut!”
Siaw Hong bitara dengan gembira, hingga tampak ia jumawa
Sioe Jie sebaliknya jadi berkecil hati.
“Ada kemungkinan akan terbit onar,” pikir ia.
Mereka telah melalui empat atau lima lie. didepan mereka
ada Touwshia atau Kota tanah. Ini adalah sisa sisa kota Yoe
coe shia dijaman Liaw yang sekarang sudah mulai runtuh,
diatasnya telah tumbuh pepohonan dan rumput

Siauw Hong mesti Iewatkan kota sebelah barat buat menuju


kejalan besar keutara, ketika sedang melewati jalan dikaki
tembok, mendadak dari atas ada batu yang ditimpukkan
kebawah, hingga ia kaget. Ia keprak kudanya buat
menyungkir dari bahaya. Siu Jie kena sebuah batu, baiknya ia
pakai kopiah, tapi ia toh menjerit bahna kesakitan seraya terus
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lompat turun dari kudanya.


Segera juga dari tembok kota tertampak beberapa orang lari
turun, mereka semua membawa golok atau toya, semua unjuk
roman yang bengis. Melihat sikap itu, terang mereka berniat
menyerang !

Tek Siauw Hong telah menduga jelek, ia lompat turun,


mereka dan kudanya seraya tarik goloknya. Ia telah
menyangka pada rombongan dari Phang Bouw, meski ia
bukan tandingan mereka tetapi dalam keadaan seperti itu, apa
boleh buat, ia mesti mengandal pada kegagahannya sendiri. Ia
siap bela diri.
Orang yang dimuka adalah Hoa yauw eng Lauw Kiu si Wap
Bdang. yalah buaya darat yang menjadi cabaag atas dari kota
bagian timur laut. Maka melihat buaya darat itu orang Boan ini
menjadi lega hatinya.
“Jikalau Oey Kie Pok bisa minta bantuannya Phang Bouw, aku
mengaku jerih terhadap mereka” ia berpikir. “Sekarang yang
datang adalah beberapa sisa manusia ini mustahil aku mesti
rubuh ditangan mereka?”
Bahna berani. Siauw Hong segera maju.
“Lauw Kiu, apakah kau tidak sayang jiwamu?” ia berseru
seraya angkat goloknya.
Lauw Kiu, tidak takut karena ia berkawan banyak. Ia maju
mendekati dan putar sam-ciat kun, toya pendeknya yang
disambung tiga.
“Orang she Tek, coba lihat kesekitarmu! Disini tidak ada
orang lain, andai-kata kami kehendaki jiwamu, tidak nanti, ada
orang yang mengetahuinya !”
“Manusia busuk, apakah kau mau jadi begal?” SiauwHong
membentak. “Kau harus ketahui, aku sekarang sedang
menjalankan tugas dari Lwee boe hoe ! Apakah kau berani
rampas uang negeri? Apakah kau tidak ketahui, hukuman apa
menjadi bagiannya orang yang merampas uang negeri? Siapa
diantara kau yang tidak inginkan batok kepalanya tinggal
nempel, hayo maju. Aku si orang sha Tek tidak takut!”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Disebut2nya uang negeri membikin beberapa buaya darat itu


jadi merandak, mereka saling mengawasi.
Sioe Jie sedari tadi diam saja, menampak orang bersangsi, ia
dapat pulang ketabahannya. Ia maju akan tarik majikannya.
Looya, janganlah kau bergusar meladeni mereka itu “ ia kata
dengan aksinya. “Hayo naik atas kudamu, loya! Urusan ini kita
serahkan saja pada pembesar negeri!”
Juga ucapannya kacung ini berpengaruh, beberapa buaya
darat jadi bermuka pucat. Mendengar disebutnya pembesar
negeri, hati mereka jadi ciut. Seorang bernama Thio Liok
malah sudah lantas hampiri Siauw Hong buat unjuk
hormatnya.
“Tolong, Tek Ngo ya, tolong kau kasihani kami satu kali
ini...... Sebenarnya kami tidak berani ganggu kau, ini sudah
terjadi karena desakannya Sioe Bie-to 0ey Soeya ter hadap
kami......”
“Kurang ajar” Siauw Hong membentak, sedang hatinya jadi
makin besar. Oey Kie Pok tahu aku sedang menjalankan tugas
dan baru ini aku mesti bikin perjalanan jauh, ia sengaja kirim
kau kemari akan pegat aku! Aptkah benar kau mau menjadi
begal dan merampas uang negeri? Awas, aku nanti panggil
hamba negeri, aku akan bekuk kau buat kutungi kepala kau
sekalian ! Apakah Oey Kie Pok sanggup ganti jiwa kau?”
Thio Liok maju lebih dekat seraya unjuk pula hormatnya.
“Tek Ngo ya, kami berbuat begini sebab terpaksa,” buaya
darat ini mengaku. “Biasanya Oey Soe ya suka berbuat baik
terhadap kami, kalau kami tidak punya uang atau nasi, ia suka
berikan itu, apabila kami kematian ayah dan ibu, ia suka
membelikan peti mati, malah kalau kami ingin kawin atau
isteri melahirkan anak, ia suka berikan tunjangan uang. Maka
itu, sekarang ia perintah kami mana kami berani tolak
perintahnya itu?”
Siauw Hong bersenyum dingin mendengar ucapan itu.
“Jadinya Oey Kie Pok berlaku dermawan untuk maksud keji
begini rupanya?” ia kata. “Ia jadi telah beli kau, supaya kau
suka bantu jiwa guna kepentingannya! Oh, kau sungguh harus
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dikasihani...... Baik, aku tidak mau bikin susah kau, sekarang


kau boleh pergi! Bila sebentar kau ketemu Oey Kie Pok, bilang
padanya, bahwa berhubung dengan keberangkatanku ini, aku
tidak melulu akan pergi ke Jiat ho, aku harus sekalian akan
mampir di Yan keng, dari itu aidaiki tadi tidak puas, ia boleh
susul aku dikota itu.
Setelah kata bagitu, dengan tidak tunggu jawaban, ia simpan
goloknya dan lompat naik atas kudanya.
“Sekarang hayolah kau psrgi “ membentak ia seraya menoleh
pada Thoi Liok sekalian.
Tapi, kendati ia kata demikian ia terus saja ajak Sioe Jie
Keprak kuda mereka, buat dikasi lari congklang, mengikuti
jalan besar menuju keutara.
Belasan buaya darat itu sudah lantas ngeloyor pulang,
mereka semua beroman lesu, kepala mereka ditundukkan,
yang bawa toya, toyanya diseret.....
Thio Liok yang tidak puas sudah sesalkan Lauw Kioe, katanya
:
“Tidak seharusnya kau kumpulkan kita dan memegat di Touw
shia Apakah dengan begitu kita telah menjadi begal? Sukur
Tek Siauw Hong tidak mau 1adeni kita. kalau ia mengadu
pada pembesar negeri dan mendakwa kita, apa kita tidak akan
mendapat celaka? Merampas uang negeri, itulah berat
hukumannya. Siapa m»>u digiring ke Cay sie kauw, buat
disana terima dipenggal batang lehernya ?......”
Seorang buaya darat lain turut berkata, katanya :
“Sebenarnya Tek Siauw Hong pun orang ternama dikota
timur, ia tidak boleh dibuat permainan, diwaktu Oey Soe ya
perintah kita pegat ia, seharusnya kita yangan terima
perintahnya itu!”
Louw Kioe jadi malu dan masgul. Ia mengerti, kcjadian
barusan berarti turun merek baginya. lapun tidak berani
tantangi kata konconya itu.
“Sudahlah saudara sadara” kata ia seraya banting banting
kaki, “sudah, dalam kejadian ini, aku yang keliru, hingga kita
jadi turun merek. Tapi aku berani sumpah, andaikata aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ketahu Tek Siauw Hong sedang menjalankan titahnya raja,


tidak nanti aku berani pegat ia, tidak nanti, umpama kata Oey
Soe ya janjikan aku rumah atau hendak nikahkan aku ...”
Si Alap Belang ini nampaknya harus dikasihani dan lucu,
hingga beberapa buaya darat yang lain tertawakan ia.
Tak lama mereka telah masuk di An teng moei. Lauw Kioe
minta kawannya semua menantikan diwarung teh, ia sendiri
pergi kerumahnya Oey Kie Pok di Pak Sio Kio buat
menyampaikan kabar. Oleh pengawal pintu ia tidak lantas
dikasi masuk, ia disuruh nongkrong menunggu disamping
tembok. Tidak lama muncul Goe Tauw Hek Sam si Kepala
Kerbau toakoansoe keluarga Oey. Ia diajak pergi ke moei
pong, yalah kamar pcngawai pintu, disini ia ditanya: apa
kabar?
“Sam siok, tolong kau ampaikan pada Soe ya” kata buaya
darat ini dengan sikap-merendah. “Soe ya boleh perintah aku
jadi anak cucunya, segala apa juga aku terima, tetapi buat
perintah aku serang Tek Siauw Hong sungguh aku tak
sanggup .... Daripada diperintah begitu, lebih baik aku yangan
dihadapi! Urusan ini aku tidak berani campur lagi !...... . Tadi
aku pergi ke Touwshia dengan ajak belasan kawan, di sana
kami tunggui Tek Siauw Hong dan pegat ia. Apakah
kesudahannya? Ternyata ia tidak takut ia malah tantang kami
ia unjuk, bahwa ia sedang menjalankan tugas, kalau kami
sarang dia, ia mau tuduh kami menjadi begal, ia hendak
dakwa kami pada pembesar negeri! Inilah hebat! Bukan saja
kami tidak mampu menyerang kami sebaliknya akan dicekuk,
sebelumnya kami dihukum kami tentu dapat rangketan lebih
dulu! Bagaimana kalau nanti kepala kami dipisahkan dari
leher? Apakah jiwa kami memang sudah berharga sekali?
benar benar, kami tidak sudi mati secara begini ...”

Hek Sam gusar apabila ia dengar keterangan itu.


“Dasar kau semua kantong nasi” ia mendamprat.
“Kau boleb maki, tapi urusan ini kami tidak bisa campur lagi!”
kata Louw Kioe yang tidak jadi gusar. “Kami belasan dari pagi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pagi sekali sudah pergi ke Touw shia, dimana kami pada


nongkrong, itulah hebat, dan sekarang mereka sedang
menantikan di warung teh, kami harus diberikan sedikit uang
buat orang tangsal perut.....”
“Kau diperintah tapi hasilnya tidak ada, sekarang kau berani
datang minta uang, benar tidak tahu malu.” Hek Sam berseru,
la dorong Lauw Kioe. “Hayo pergi Selanjutnya Soe ya tidak
akan pakai pula kau “
Hek Sam melongok kejendela, lihat Oey Kie Pok lagi
mendatangi bersama bujang muda yang bernama Soen Coe,
maka lekas2 ia keluar menyambut.
Hatinya Lauw Kioe menjadi kecil, ia kuatir Hek Sam nanti
gosok ia dan Oey Kie Pok gusar Tapi ia lihal maka Soe Bie too
tidak berobah, maka ia pun lekas menyambut.
“Soe ya.....” ia kata, “Sos ya.”
“Sudah, aku tahu” Kie Pok potong perkataan orang. “Apakah
Tek Siauw Hong ketahui akulsh yang perintah kau pegat dia?”
“Begaimana ia bisa tidak mendapat tahu?” sahut Louw kioe.
“Malah ia perintah kami beritabukan padamu, katanya
andaikata kau tidak puas, kau boleh susul dan cari ia di
Yankeng !'
Mendengar ini, mukanya Kie Pok menjadi merah tanda bahwa
ia gusar. Ia bersenyum tawar, ia manggut manggut tetapi
tidak kata apa apa. Ia rogo sakunya dan keluarkan selembar
gin pio: “Nah, ambil itu untuk kau minum teh ....”
Lauw Kioe ulur tangannya menyambuti, mukanya merah
sekali.
“Soe ya, urusan tidak beres, kau telah kasihkan aku uang....”
Ocy Kie Pok tidsk tunggu orang bicara habis, ia berlalu dari
moei pong itu dan pergi keluar dimana keretanya sudah siap.
Bersama sama Soen Coe ia naik atas kereta itu
“Ke Teetok Geemoei !” ia menitah kusirnya.
Koda roda kereta sudah lantas menggelinding, membawa
jagoan ini yang hatinya panas bukan main, mendongkol bukan
buatan.
“Tek Siauw Hong, hati2 kau!” ia mrngancam dalam hatinya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Terang kau telah menyingkir dan kota raja, dengan gunai


tugas menjadi tameng! Disini kau tidak berani lawan aku, kau
kabur ke Yankeng buat berkawan dengau Sin khio Yo Kian
Tong. Apakah kau sangka aku takut padanya?”
Tapi, kapan ia ingat Lie Bouw Pek, Sio Bie to mengkeret
sendirinya.
“Lie Bouw Pek ditolong olah Pweelek ya, ia akan lekas
dimerdekakan, inilah barbahaya,” pikir ia lebih jauh,
“Kemerdekaan Bouw Pek berarti tambahan tenaga bukan
main besarnya bagi Tek Siauw Hong.....Bagaimana sekarang
7”
Selagi ia berpikir terus, kereta sudah sam pai didepan kantor
koeboen teetok.
“Teeko, aku datang cari kau bukan buat urusan lain dari pada
perkaranya Lie Bouw Pek,” berkata sitamu dengan langsung.
“Biar bagaimana juga, aku minta sukalah kau bikin beres dia,
sebab begitu lekas ia dapat pulang kemerdekaannya, aku dan
Poan Louw Sam jangan harap bisa hidup dengan tenteram”
Mo Teetok berdiam dan tampaknya berduka apabila ia dengar
ucapan itu.
“Kemarin Poan Louw Sam telah datang kemari, juga buat
urusannya anak muda itu,” ia kata kemudian. “Pada Poan
Louw Sam aku telah beritahu, bahwa dalam perkara ini aku
tidak berdaya. Kau ketahui sendiri, pertama tama dalam
perkara ini tiada bukti dan seksi dan kedua Tiat Siauw Pweelek
telah campur tahu, ia telah bela anak muda itu, malah ia ingin
supaya aku merdekakannya sebelum tanggal sepuluh”
“Apakah kau tidak bisa cari alasan, akan dorong keluar Tiat
Pweelek ?” tanya Kie Pok.
“Mana bisa?” retok itu bilang. “Dalam perkaranya Lie Bouw
Pek itu, Tiat Siauw Pweelek malah ketahui urusan jauh lebih
baik daripada kita. Jangan kita omong lainnya, asal saja ia
ketahui Lie Bouw Pek binasa karena sakit dalam kamar
tahanan, pangkatku ini aku tidak nanti sanggup lindungkan
lagi !”
Oay Kie Pok jadi masgul bukan main, percuma ia omong lebih
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

banyak pada teetok yang sudah putus asa ini. Akhirnya ia


manggut.
“Jikalau begitu, teetok, terserahlah pada kau!” ia bilang
“Sekarang ijinkan aku undurkan diri”
Teetok itu merasa bersusah hati dan bingung menampak air
muka guram dari Soe Bie to, karena ia hutang beberapa ribu
tail dan Sioe Bie te juga ketahui beberapa cacatnya. Kalau Oey
Kie Pok mau jaili ia, dangan mudah ia bisa dibikin terguling.
“Aku nanti tahan ia beberapa hari lagi. kau coba pergi pada
Poan Louw Sam akan berdamai lebih jauh,” ia bilang.
“Tahan ia lagi beberypa hari pun tak ada gunanya,” kata Kie
Pok dengan dingin.
Lantas hartawan ini berbangkit akan ajak Soei Iyoe keluar
dari kantor, didapan pintu ia mwrandek sebentar, kemudian ia
bertindak kesamping kantor. Disitu ada pintu samping yang
menuju kepenjara, kesini ia terus masuk.
Sipir menyambut dengan manis dan hormat
“Oey Soe ya, hari ini kau rupanya senggang sekali?” tanya ia
sembari tertawa.
Oey Kie Pok manggut dan tertawa.
“Aku mau tengok Lie Bouw Pek,” ia kata.
“Mari aku antarkan, Soe ya,” kata sipir itu dengan cepat.
Mereka pergi kamarnya Bouw Pek. Kapan Kie Pok lihat
kesehatan orang tahanan yang sampurna dan rantai
belengguan bukan yang berat berat, ia mendongkol bukan
main tetapi ia seorang yang licin yang pandai bawa tingkah,
maka menghadapi anak muda itu ia unjuk roman masgul.
“Saudara, aku dengar kau kena ditahan, mulanya aku tidak
percaya” berkata ia,karena aku tahu kau seorang baik2, tentu
tidak akan lakukan apa yang melanggar undang undang
negeri. Barulah kemarin setelah ketemu Tek SiauW Hong, aku
dapat kepastian yang kau dapat perkara, malah perkara
fitnahan, begitulah sekarang aku datang. Barusan aku ketemu
teetok, ia bilang bahwa perkaramu tidak berarti, bahwa dua
bari lagi kau akan dimerdekakan”
Bouw Pek bersyukur buat perhatian Kie Pok ini, ia tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ketahui kepalsuannya.
“Terima kasih, Oey Soe ko,” berkata ia. “Dulu aku tidak
tampak, kesukaran, kecuali pikiranku pepat. Poan Louw sam
telah gunai tipu daya jahat buat bikin celakai aku melulu
karena aku telah berikan hajaran padanya jikalau nanti aku
sudah keluar, aku akan bikin pembalasan terhadap ia”
Diam diam Oey Kie Pok bergidik mendengar perkataan itu,
tetapi ia tetap bawa peranan sebagai seorang yang menaruh
perhatian pada pemuda itu.
“Poan Louw Sam benar benar jahat sekali” ia kata dengan
unjuk roman sengit, “dengan andalkan, pengaruh uang,
segala apa ia berani lakukan. Aku juga punya ganjalan besar
terhadap ia. Nanti saudara, sesudah kau merdeka aku akan
kasi keterangan jelas padamu. Di Pakkhia ini andaikata aku
tidak puiya banyak kenalan dan namaku tidak terkenal juga,
siang siang akupun tentu sudah kena ia bikin celaka. Sampai
sebegitu jauh aku selalu menyingkir dari ia, aku tidak mau
meladeni sebab dengan sesungguhnya ia tidak boleh dibuat
permainan. Maka, saudara, aku suka kasih nasihat padamu,
setelah nanti kau merdeka, lebih baik kau jangan cari2 perkara
dengan dia, kau harus sabar dan tunggu ketika baik guna
balas sakit hatimu ini.”
Tapi ucapan ini mslulu membikin Bouw Pek menjadi tambah
mendongkol, sebab dari situ ternyata Oey Ke Pok juga sangat
takut terhadap Poan Louw Sam.
“Sesudah merdeka, aku juga pikir lebih baik aku tidak cari
dia,” ia kata sambil manggut, ia bisa berlaku tenang, “Aku niat
berlalu dan Pakkhia ini, disini aku tiada punya muka uutuk
berdiam lebih lama pula
Mendengar ucapan itu, Kie Fok segera kasi otaknya bekerja.
Ia menduga duga ke mana sebenarnya Bouw Pek mau pergi
sekeluarnya dari penjara.
Mungkin ia juga hendak pergi ke Yan keng akan berserikat
dengan Yo Kian tong untuk setrukan aku.”demikian ia pikir
Mengingat ini, ia lantas berkata;
“Tek Siauw Hong berangkat dengan terburu, aku anggap
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

itulah tidak benar. Ta sobat kekal kau, kan berada dalam


penderitaan dan ia baru saja kembali dari Tongleng, adalah
sepantasnya jikalau ia tengok kau, siapa nyana baru pulang
empat lima hari ia sudah berangkat pula Umpama kata
perkaramu ada ekornya, bagaimana Ia berangkat dengan hati
dingin, sungguh budi pekertinya tipis,”
“Kau keliru, sobat?” Bouw Pek berkata dengan cepat. “Tek
Siauw Hong mendapat tugas baru, tak bisa tidak ia mesti
segera berangkat ke Jiatho. Ketika ia mau berangkat, ia kasi
tahu pedaku bahwa Tiat Pwee-lek telah mengatakan lagi
empat lima hari aku akan keluar dari penjara. Lantaran ini, ia
bisa berangkat dengan hati tenteram Aku tidak sesalkan ia”
Kie Pok manggut, harena ia ketahui, ia tidak boleh banyak
omong lagi perihal orang Boan itu. Ia sekarang tanya Bouw
Pek perlu apa, ia janji akan sediakan dan kirimkan.
“Terima kasih, Soe ko,” Bouw Pek berkata. “Didalam penjara
aku tak perlu barang apa juga. Bahwa Soe ko telah datang
menyanbangi aku, aku sudah bukan main bersyukur”
“Diantara saudara sendiri kita tidak boleh berlaku seejie” kaia
Kie Pok.
Kemudian mereka bicarakan hal lain sampai orang she Oey
itu pamitan dan berangkat pulang.
“Kemana lagi kita pergi, Soe ya ?” tanya Soen Coe.
Kie Pok tidak menyahut. ia justru sedang berpikir. Ia tedinya
mau kunjungi Khoe Kong Ciaw, niatan itu ia batalkan apabila
ia ingat yang orang she Khoe ini Kagumkan Bouw Pek. Dari
Kouwsoe Cin Khin Goan, Khoe Khong Ciauw telah ketahui
kegagahannya si orang she Lie. sebab kauwsoe itu telah
saksikan sendiri bagaimana Kim too Phang Bouw telah dibikin
rubuh.
“Percuma jikalau aku pergi pada Kong Ciauw untuk minta
bantuaniya,” demikian ia pikir. “apabila ia ketahui maksudku,
bisa dia akan tegor padaku sebaliknya dari pada membantu.
Kcmana aku mesti pergi ? “
Ta berdiam terus, sampai mendadak ia ingat suatu apa.
“Ke Ta ro ciang “ ia berseru : “Hayo lekas.”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

5oe Coe tterdik, ia bisa duga pikiran majikannya itu. Ia duga


tentulah majikan ini mau pergi cari pcrsaudaraan Phang di Cen
Goan Piauw tiam.
Sebenarnya pada permulaannya tidak ada hubungan kekal
diantara Siu Bie too Oey Kie Pok dan persauduraan Phang,
adalah setelah kekalahannya persaudaraan itu ia lantas cari
hubungan dan baik itu menjadi kekal, tidak perduli bahwa Kim
too Phang Bouw yang boleh diandalkan telah tinggalkan
Pakkhia, untuk selanjutnya tidak campur lagi urusan
dikalangan Sungai Telaga Beda dari pada lain2 saudaranya,
Phang Bouw adalah laki2 yang hargai dirinya dan pegang
kehormatannya. Sebagai orang cerdik, Kie Pok ketahui baik
Phang Hoay dan Phang Liong semestinya sangat benci Bouw
Pek, bahwa mereka tentu mendendam sakit hati, maka
persobatan dengan mereka itu banyak baiknya baginya.
Adalah karena hubungan ini juga, maka sepulangnya Tek
Siauw Hong dari Tongleng ia saban-saban dicari oleh
persaudaraan Phang; Itulah keinginan dari Kie Pok, yang
hendak ganggu orang Boan itu. Dan sekarang Kie Pok mau
tengok persaudaraan itu, niatnya buat minta Phang Hoay
kumpulkan kawan2 golongan piauwsu untuk hadapi Bouw Pek,
yang akan lekas keluar dari penjara. Tapi kapan ia telah
utarakan maksudnya Phang Liong geleng kepala, Kita tidak
dapat lakukan itu kata Hoa khio.
Air mukanya Kie Pok berobah dengan lantas, apabila ia
dengar jawaban itu, tetapi sebab cerdiknya ia Lekas putar
perkataannya. Ia kata: “Bukan maksudku akan setrukan Tek
Siauw Hong dan Lie Bouw Pek, aku melulu mau minta kau ajar
aku kenal kepada beberapa sobat baru. Aku percaya,
mengingat namaku, mustahil mereka tidak sudi bersobat
dengan aku? ........”
“Pasti sekali tidak ada orang yang tidak kenal nama Sioe bie
too yang besar!” Phang Liong kata sambil tertawa. “Aku hanya
mau bilang, dulu kau tidak bersobat dengan mereka, sekarang
kau mendadak ajukan diri, apa mereka tidak akan curiga? Lain
dari pada itu, sekarang toh sesudah perginya Say Lu Pou Goei
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hong Siang, disini tidak ada piauwsoe yang pandai,


bagaimana mereka bisa jadi lawan Lie bouw Pek?”
Mendengar itu Kie Pok jadi ksrutkan alis.
“Habislah pengharapanku......” pikir ia dengan masgu1.
“Apakah benar benar Lie Bouw Pek dapat keluar dari
penjara?” Phang Hoay tanya.
“Aku pasti tidak mendusta” Kie Pok jawab. “Aku baru saja
ketemu Kioe boen Teetok dan kabar ini aku dapat dari ia
sendiri. Didalam halnya Lie Bouw Pek ini ada campur tangan
Siauw Hong jiam Siauw Pweelek, lantaran itu teetok sendiri
tidak berani tidak merdekakan dia.” Ia menghela napas, akan
kemudian menyambung “Tentang halku, aku tidak bisa
rahasiakan pada kau. Bukan maksudku buat aku sendiri
musuhkan Lie Bouw Pek, aku bekerja untuk kepentingan
semua sobat kita di Pakkhia ini. Tek Siauw Hong telah
datangkan Lie Bouw Pek dengan kesudahan orang she Lie ini
adalah hajar aku, kau dua saudara dan Poan Louw Sam juga,
hingga ia telah menjago disini. Mika kalau kejadian Lie Bouw
Pek tetap tinggal disin, mana kita mampu angkat lagi kepala
kita?”
Ucapan ini berbisa, mendengar ia Phang Hoiy dan Phang
Liong lantas saja menjadi gusar.
“Oey Soe ko, kaubenar!” mereka berteriak. “Memang selama
Lie Bouw Pek masih ada, kita tidak bisa tinggal lebih lama pula
di Pakkhia ini!”
Kie Pok menghela napas.
“Aku tidak bisa pikir, siapa yang sanggup tandingi Lie Bouw
Pek,” ia kata pula kemudian. “Buat Tek siauw Hong, perkara
mudah........”
Bcrtiga mereka duduk bingung, dua saudara Phang juga
tidak bisa berpikir.
Diluaru itu dari jendela kelihatan mendatangi orang, satelah
mendekati para2 senjata lalu terdengar suaranya:
“Lihatlah golok, pedang dan tombak kau, semua sudah pada
karatan! Kenapa semua senjata ini tidak dibikin bersih ?
“Apakah begini tacamnya orang yang buka Piauw tiam?”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Phang Hoay lantas juga lihat dan kenali orang itu, yalah Moh
Po Koen, piauwsoe dan Soe Hay Piauw tiam, maka lekas lekas
ia baikata.
“Disini ada orang, silahkan duduk dulu dikamar timur......”
Akan tetapi baru ia tutup mulutnya, atau orang itu sudah
bertindak masuk.
Melihat Oey Kie Pok, piauwsoe itu lantas saja angkat kedua
tangaanya.
“Oh, Sioe Bie too Oey Soe ya, kiranya kau disini !” berkata ia.
Oey Kie Pok segera berbangkit akan terus awasi orang yang
ia tidak kenal itu. Ia lihat “alit tikus” dan “mata ular” orang itu
dan dibatok kepalanya ada bekas bacokan golok, dua
kupingnya Lebar, sinar mukanya tak mengasih. Ia benar benar
tidak ingat. Akan tetapi, sambil tertawa ia manyahuti
“Maafkan aku, tuan, sungguh aku lupa padamu !”
Moh Po Koen tertawa.
“Digedungny Gin khio Khoe Siauw Houw ya aku sering lihat
kau. Oey Soe ya,” ia menjawab “Kita memang belum pernah
bicara satu pada lain. Aku Moh Po Koen, dari Soe Hay Piauw
Tiam disebelah timur”
Sekarang barulah Oey Kie Pok ingat. Duluan Kauwsoe Cin Cin
Goan dari gedungnya Khoe Khong Ciauw pernah kasi tahu
padanya, bahwa di Soe Hay Piauw Tiam ada piauwsoe ini,
yang pandai sekali lompat tinggi-
“Sudah lama aku dengar namamu, Moh Lauwhia!” ia lekas
menyahut. “Silahkau duduk, silahkan”
Moh Po Koen tidak seeiyie lagi, ia duduk didepannya Sioe Bie
too, tangannya ia ulur pada theekoan, yang airnya ia segera
tuang kedalam cangkir dan kemudian ia minum dengan tidak
tanyakan orang lagi.
Dua saudara Phang melirik pada dua orang itu selama
mereka bicara, terutama pada Oey Kie Pok.
Setelah hirup teh, Moh Po Khoen bicara pula pada Sioe Bie
too.
“Oey Soe-ya, Lie Bouw Pek akan lekas keluar dari penjara,
kau tahu atau tidak ?” tiba2 ia menanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kie Pok terperanjat, tetapi ia coba bersikap tenang.


“Heran, kenapa ia dapat tahu ini?” pikir ia, yang lantas saja
berlaga pilon dan sambi1 geleng kepala berkata: “Aku tidak
dengar! Aku tidak bersobat dengan orang she Lie itu, maka
mengenai perkaranya, aku tidak campur tahu......”
Moh Po Koen tuang teh pula dan hirup itu.
Phang Liong hendak tanya piauwsoe ini tatkala Po Koen
mendadak tertawa sendirinya.
“Oey Su ya, kita baru kenal satu pada lain, tetapi ijinkanlah
aku omong terus terang,” ia berkata. “Su ya, apa yang kau
bilang barusan bukan hal yang sebenarnya ! Orang di Pakkhia
sekarang ini, siapa saja, asal yang ketahui Lie Bouw Pek, ia
tentu ketahui perkara Bouw Pek adalah disebabkan siasatnya
kau bersama Poan Louw Sam”
Oey Kie Pok kaget, sampai tampangnya jadi bersemu kuning
Ia tercengang. Sebenarnya tadi ia pulang dari penjara dengan
merasa hati tenteram, lantaran ia dapat kenyataan Tek Siauw
Hong tidak omong suatu apa pada Bouw Pek porihal
parbuatannya terhadap orang she Lie itu, tetapi diluar dugaan
sekarang dari omongannya piauwsu ini ternyata semua orang
telah ketahui rahasianya itu. ia mengerti, bahwa ia terancam
bahaya begitu lekas Lie Bouw Pek keluar dari penjara si enak
muda bisa bawa pedargnya buat cari ia
Juga dua saudara Phang terperanjat mendengar perkataan
itu.
Selagi orang bingung dan heran, Moh Po koen sendiri lantas
saja bersenyum. Ia nampaknya merasa puas, yang ia telah
menduga dengan jitu.
“Oey Soe ya, jangan kau sembunyikan apa juga terhadap ku”
ia lalu berkata pula. “Ketika aku dengar kabar yang Lie Bouw
Pek akan keluar dari penjara, aku justeru berkuatir bagi
dirimu, maka barusan begitu lekas dapat lihat kendaraan kau
berada di depan, aku segera mampir kemari. Menurut aku,
dengan Lie Bouw Pek telah dapat perlindungannya Tiat
Pweelek, bukan saja ia pasti akan lekas kelur dari penjara,
juga tidak nanti ada orang yang berani ganggu ia lagi. la
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

beradat tinggi, pikirannya cupat sekeluarnya dari penjara, aku


percaya ia hendak lantas berdaya akan mencari balas Aku
duga pertama tema ia mesti cari Poan Louw Sam dan
kemudian kau, Soeya...
Bukannya aku tidak pandang mata padamu, Oey Soe ya,
andaikata benar Lie Bouw Pek membawa pedangnya datang
kerumahrnu. aku penyaya kau akan tidak berdaya dalam hal
melayani padanya”
Hatinya Oey Kfe Pok berdebar, sebab apa yang Po Koen
bilang, semua adalah hal yang bisa terjadi yang tadinya ia
sendiri juga kuatirkan Maka. itu ia jadi ibuk berbaren masgul
dau malu. Sekarang mukanya berobah menjadi merah
“Sudah lama kita telah sia sia kepandaianku. memang aku
tidak akan sanggup lawan Lie Bouw Pek,” ia aku Kentara
sekali ia berkuatir dan berduka.
Moh Po Koen awas dan pandai menduga, dengan
kecerdikannya, ia mengerti kekuatiran itu. Tapi ia masih belum
mau berhenti bicara.
“Tadinya aku juga sangka Lie Bouw Pek adalah orang yang
tidak punya nama” demikian ia kata. “ada1ah kemarin ketika
sobatku balik dari karopungnya di Kie lok, baru aku mendapat
tahu.- Nyata orang she Lie itu muridnya almarhum jago tua
Kie Kong Kiat, maka pantasleh boegeenya demikian likhay Aku
penyaya sekarang ini di kota Pokkhia, sukar akan cari orang
yang sanggup lawan dia! Kau, Oey Soe ya, bersama- Koe
Siauw Houwya telah kepung Say Lu Pou Goei Hong Siang,
dengan cara begitu barulah kau bisa rebut kemenangan,
tetapi di Seeho shia Lie Bouw Pek seorang diri dan dengan
sedikit gerakan saja telah lukai cabaug atas itu. Menurut aku,
buat bisa bikin tunduk Lie Bouw Pek, tidak ada dalan lain
daripada mengundang orang dari tempat lain !”
“Coba kau bilang, siapa yang boleh diundang? berkata Phang
Liong, “Jiekoku sangat terkenal didalam propinsi Titlee ini,
akan tetapi ia pun tidak berdaya Siapa lagi Yang bisa layani
Lie Bouw Pek?”
Moh Po Koen tertawa dengan jebikan bibir.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Tentu mesti ada oragnya!” berkata ia dengan roman bangga.


“Apakah kau kenal loohan dari Holam yang dipanggil Teng
Jiauw hie Biauw Cin Sai si Ikan Lodan Biauw Cin San ini punya
keponakan lakilaki, yaitu Kim khio Thio Giok Kin, si Tumbuk
Emas, yang lebih ternama pula! Jikalau mereka berdua bisa
diundang dengan datang ke Pakkhia, tidak usah sampai
mereka gerakkan tangan mereka, baru mendengar nama
mereka saja Lie Bouw Pek niscaya sudah kabur bahna kaget
Oey Kie Pok nampaknya sangat tertarik.
“Sudah lama aku dengar namanya Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin itu” berkata ia. “Cuma kita tidak kenal mereka,
bagaimana dari Holam mereka bisa diundang datang kemari?”
“Jikalau mereka mau diundang itu urusan mudah “ berkata
pula Moh Po Koen, yang nampaknya bangga bukan main.
“Biauw Cin San itu bersobat kekal deagan aku! Tiga tahun
yang berselang aku telah sambangi ia di Coa matiam, Holam
Jikalau aku yang pergi undang ia. pasti akan bisa kejadian,
dan apabila ia datang, tidak salah lagi tentu akan ajak
keponakannya, Thio Giok Kin “
Tepi Kie Pok geleng geleng kepala.
“Aku sangsi” berkata ia dengan duka. “Aku tidak kenal Biauw
Cin San dan dengan Lie Bouw Pak ia tidak bermusuhan, atau
berselisihan mustahil dari tempat begitu jauh ia sudi datang
guna urusan kita?”
“Ya, aku kuatir ia tidak gumpang2 bisa di undang” Phang
Hoay dan Phang Liong pun kata.
Tetapi Moh Po Koen terus bersenyum ia agaknya merasa
sangat pasti. Ia tuang teh pula.
“Asal 0«y Soe ya suka tulis surat undangan padanya dan
bingkisan sejumlah uang untuk ongkos jalan, aku tanggung
tidak sampai satu bulan ia akan sudah datang ke Pakkhia” ia
kata pula. “Jikalau aku tidak sanggup undang dia itu, sungguh,
aku tidak nanti punya muka lagi akan menjadi piauwsu di Su
Hay Piauw Tiam “
Mendengar omongnya Moh Po Kun, Oey Kie Pok terperanjat
sebab heran.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

“Si orang shs Moh ini kelihatannya tidak boleh dipandang


enteng......” pikir ia. “Apa benar ia bersobat kekal dengan
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin? Jikalau dua orang itu mau
diundang, mereka memang tentukan bisa kalahkan Lie Bouw
Pek, maka untuk rogoh saku sedikit dalam, bagiku tidak ada
artinya ....”
Memikir dem kian, air muka Siu Bie-too menjadi terang.
“Berapa kiranya jumlah ongkos jalan itu?” ia lalu tanya
“Sebelumnya si piauwsu menjawab, Phang Liong telah
mendului :
“Moh Lauw-liok, aku sangsi” kata ia. Jangan kau terlalu
andalkan mulut kau, kau musti bisa kasikan bukti! Coba
bilang, alasan apa kau hendak kemukakan hingga 8iauw Cin
San sudi dengar perkataanmu ? Hayo bilang, supaya aku bisa
percaya kau”
Mendengar kata kata itu, nampaknya Moh Po Koen kurang
senang, hingga ia bersenyum dingin.
“Sebenarnya adalah salahku suka usil urusan orang” itu ia
kata. Dengan si orang she Lie aku tidak bermusuh atau
berselisih, apa faedahnya bagiku melakukan suatu perjalanan
begitu jauh ke Holarn, buat undang si orang shy Biauw datang
melulu untuk cari musuh? Tatapi dengan tidak percaya,
bahwa aku sanggup undang Biauw Cin San datang kemari,
kau sebenarnya sangat tidak melihat mata padaku! Baiklah
aku kasi tahu padamu Biauw Cin San adalah seorang yang
beradat keras dan hatinya kejam, ia benci sekali tidak
hargakan sobat, dan oleh karena ia hartawan, ia juga tidak
pandang uang tidak perduli berapa besarnya jumlah uang itu,
berapa dekatnya persobatan, ia biasa tak ambil perduli ia
sukar buat diundang. Tapi sekarang kebetulan ada urusan
yang mengenai dirinya, yang ada hubungan atau
sangkutannya dengan Lie Bouw Pek, maka asal aku bicara
dengan ia satu kali saja, ia pasti mau datang kesini”
Kie Pok dan dua saudara Phang menjai tertarik.
“Apakah itu ?” tanya mereka hampir berbareng”
“Itu adalah suatu ceritera panjang” tertawa Moh Po Koen,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang menjadi girang dan puas oleh karena hati orang tertarik.
Ia agaknya sangat berdahaga, karena lagi2 ia ulur tangan
pada theekoan.
“Biauw Cin San sebenarnya seorarg dengan kepandaian silat
yang tinggi,” ia mulai koterangannya. Selama tahun2 yang
belakangan ini. apa juga ia tidak kerjakan, ia hanya keluar
satu tahun satu kali. Ia punya perhubungan dengan raja
gunung parbungan yang bersipat istimewa. Beberapa raja
gunung, apabila mereka habis bekerja selalu pilih beberapa
rupa barang perhiasan yang paling bagus, Tentu saja emas,
yang mereka sediakan untuk dipersembahkan pada orang she
Biauw ini, kedatangan siapa diharap harap. Apabila ada raja
gunung yang tidak membayar upeti semacam itu, jangan
harap ketenteraman hidupnya tidak terganggu, tentara Biauw
Cin San tentu bantu tentara negeri buat serang dan basmi dia
! Maka itu hidupnya orang she Biauw ini bukan sebagai
pembesar bukan sebagai bersndal, hanya ia andalkan.
boegeenya yang tinggi serta kong-piauwnya yang liehay.
Dengan cara penghidupan ini yang luar busa, ia telah dapat
kumpul nama besar hingga ia menjadi hartawan satu Satunya
di Coe ma tiam. la seorang tua, usianya sudah lima puluh
lebih, akan tetapi dirumahnya ia punya belasan gundik. Buat
jadi gundiknya Biaow Cin San bukannya mudah. Seorang
gundik yang menyebabkan kemarahannya, umpama gundik itu
bicara dengan lelaki muda hingga kena dicurigai, bagiannya
adalah hebat, karena ia bisa dipukuli sampai mati. Gundik
yang biasa diujung tombak bukannya baru satu atau dua
orang.”
Keterangan ini menarit hati, tidak heran apabila Kie Pok dan
dua saudara Phang telah pasang kuping dengan sungguh
sungguh.
“Tatkala tiga tahun yang sudah aku kunjungi Biauw Cin San,
kebetulan ia lagi sakit hingga ia tidak bisa turun dari
pembaringan, Moh Po Koen cerita terus. “Ia bersobat baik
padaku buat terima aku ia telah undang aku masuk
Kepedalaman. Kami telah kongkauw banyak perihal kejadian2
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dikalangan Sungai Telaga. Untuk melayani aku, Biauw Iyin San


perintahkan guadiknya, yang tidak usah menyingkir dari aku,
kendati aku tamu lelaki. Sebabnya ini aku percaya, lantaran ia
pertaya aku tentu tidak akan pincuk dan ajak lari gundiknya
itu !”
Mendengar itu, Oey Kie Fok tertawa.
“Hayolah, cerita lekasan!” mendesak Tiat koen Phang Hoay,
yang tidak sabar. “Sebenarnya, bagaimanakah duduknya hal?
Apakah bisa jadi Lie Bouw Pok sudab bawa kabur salah satu
gundiknya Biauw Cin San?”
Didesak demikian, bukannya ia lekas menjawab atau
meneruskan teritanya, Moh Po Koen justeru lantas merem
melek. Dengan ketekuannya ia, ia coba bayangkan roman
yang cantik dari gundiknya Teng couw houw yang waktu itu
telah melayani ia minum teh. Lagi lagi ia angkat cangkirnya
buat hirup tehnya.
“Diantara gundik gundik Biauw Cin San, ada satu yang paling
cantik,” kemudian ia menjawab. “Ya ini lebih elok dan pada
nona didalam gambar. Ia adalah cantik perempuaanya Cia Loo
Cit, seorang tukang sunglap. Loo Cu pandang gadisnya seperti
mustika, beberapa hartawan telah melamar anak ini, ia selalu
menolak, apa mau paling belakang anak itu dapat dilihat oleh
Biauw Cin San dan lantas diambil dengan paksa Oleh Biauw
Cin San nona Cia itu disayang, tetapi kendati demikian, Lo Cit
tidak puas. Pada satu waktu, diluar tahunya Biauw Cin San,
Loo Cit ajak anaknya itu minggat. Apa lacur, perbuatan itu
kepergok, mereka 1antas di susul dan kecandak sebelum
mereka lari jauh. Celaka buat Cia Loo Cit, ia telah dikomplang
sampai binasa, anaknya kena dirampas pulang, begitu juga
isterinya, yang turut ia kabur. Nona Cia pandai jaga diri, biar
Biauw Cin San murka karena ia ikut ayahnya minggat,
sesampainya dirumah ia bikin orang she Biauw Itu tidak gusari
dia. Demikian, satu tahun lamanya, diantara mereka tidak
terjadi kejadian apa juga. Akhirnya, waktu satu kali Biauw Cin
San bepergian, nona Cia bisa ajak ibunya minggat. Kabarnya,
Waktu Biauw Cin San pulang dan ketahui gundik itu lenyap,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

duka dan gusarnya bukan kepalang. Ia telah kirim orang


kesegala jurusan untuk mencarinya sampai sebegitu jauh nona
itu tak depat ditemui. Sampai sekarang ini, apabila Biauw Cin
San ingat hal gundiknia itu, ia masih suka memaki kalang
kabut, ia telah sesumbar bahwa ia akan belum merasa puas
kecuali ia dapat cari gundik itu buat dihajar sampai mampus.”
“Semua hal ini adalah kejadian yang aku dengar pada tahun
yang sudah. Adalah dalam tahun ini, yalah setengah bulan
yang berselang, kebetulan sekali aku telah dapat cari si nona
Cia, anaknya Loo Cit yang apes itu. Nona itu sudah kabur ke
Pakkhia ini, ia telah tukar nama mejadi Coei Siam. Ia adalah si
nona manis yang berdiam di Po Hoa Pan, rumah pelesiran
nyonya Han. Aku dengar, nona itu telah bersobat dengm Lie
Bouw Pek.”
Oey Kie Pok terperanjat sebab heran.
“Jadinya si Coei Siam itu gundik yang minggat dari Biauw Cin
San” katanya separoh berseru. “Sayang ia telah tidak bersobat
lebih jauh dsngan Lie Bouw Pek, hanya ia telah ikut Cie
Sielong, maka kalau nanti Biauw Cin San datang kemari, yelas
sielong tua bangka itu! Oleh karena ini bagaimana Biauw Cin
San bisa t]emburui dan berdengki lagi pada Lie Bouw Pek ?... .

“Semua itu aku ketahui,” k«ta moh Po Koen, yang pegat
hartawan itu. “Tetapi aku berani pastikan, kendati Coei Siam
sudah menikah dangan Cie Sielong, tak nanti ia lupakan Bouw
Pek dan Bouw Pek juga tak nanti pedam hatinya terhadap si
coei! Aku percaya, satu kali dia utara mereka itu mesti terjadi
suatu kesulitan. Maka. kalau nanti aku pergi ke Coe-siam-tiam
dan ketemu Biauw Cin San; niscaya aku akan beritahukan
kepadanya, bahwa mula dia Coei Siam minggat karena dibawa
kabur oleh Lie Bouw pek. bahwa kemudian barulah Lie Bouw
Pek diyual Coe Siam pada Jie Sielong. Aku penyaya baru,
begitu lekas dengar kekerapanku. Biauw Cin San akan
datang1 kesini untuk cari Lie Bouw Pek. Apabila Biauw Cin San
berada disini, aku minta kau orang sambut ia dengan baik dan
telaten. Pasti,begitu lekas Biauw Cin San berada disini, ia akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kebentrok dengan Lie Bouw Pek dan Jie Sielong juga, dan kau
boleh berdiri saja menonton harimau saling bergulat!
Bagaimana sekarang kau pikir?”
Oey Kie Pok tertawa.
“Kalau ifu terjadi, celakalah Cie Sielong, situa-bangka itu”
kata ia.
“Apa! Apakah soe-ya tersobat baik dengan sielong itu?” Po
Koen tajam.
“Tidak, aku tidak bersobat rapat dengan dia itu” Kie Pok
geleng kepala. Ia berpikir dengan cepat. maka lekas juga ia
tambahkan : “BaiklahI Aku mau pulang akan kutulis surat
undangan itu, yang aku akan berikutkan uangnya sekalian!
Aku harap Moh Lauwtee. sukalah kau pergi ke Holam, akan
undang Biauw Cin San. Cuma aku hendak minta, selama
Biauw Cin San belum datang, biarlah urusan ini dirahasiakan”
“Itulah tentu,” sahut Po Koen, begitupun kedua saudara
Phang.
Kie Pok merasa girang, ia lantas pamitan dan berangkat
pulang Begitu lekas sampai sampai ia sudah lantas tulis
suratnya. Oleh karena ia tidak kenal Biauw Cin San, ia pakai
saja alasan, bahwa ia telah dengar nama besarnya dan ingin
berkenalan, maka itu ia undang Cin San datang kekota raja. Ia
bilang ia kirim antaran yang tidak berarti dan minta supaya
jago Holam itu suka terima dengan baiK Akhirnya ia mohon
dengan sangat akan mohon orang she Biauw itu lekas datang
ke Pakkhia. la tidak sebut jumlahnya uang, ia tidak unjuk itu
adalah guna ongkos jalan. Yang ia kirim adalah : uang perak
lima ratus tail dan uang kertas sebegitu juga, jumlah seribu
tail. Buat Moh Po Koen sendiri ia bekalkan ongkos jalan
seratus tail. Uang dan surat itu ia perintah kuasanya. Goe
siauw Hek sampai Kepala Kerbau, antarkan pada Po Koen.
Hek Sam si kepala kerbau antarkan kepada Po Koen.
Hek sam pergi. tidak seberapa lama ia telah kembali dengan
kabar, bahwa uang dan surat sudah diserahkan dengan betul
pada Moh Po Koen. siapa katanya hari itu siap dan besok ia
akan segera berangkat, bahwa piauwsoe itu janji akan lekas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pergi dan lekas kembali.


Kie Pok terima jawaban itu dengan girang.
“Aku tidak kenal Moh Po Koen, la terima seribu tail lebih,
jikalau ia pergi dan tidak kembali, apakah orang tidak akan
tertawakan aku?” pikir ia. Tapi lekas juga ia hiburkan diri: “Aku
rasa tidak akan kejadiau demikian mucam, mengingat yang
Moh Po Keen adalah piauwsoe dari Soe Hay Piauw Tiam.
Mustahil ia akan bikin malu dirinya karena uang sejumlah
itu?....Apa yang aku harap adalah asal ia bisa datang dengan
Biauw Cin San......”
Bagaimana juga Sie Bie too berkuatir dan berduka. Umpama
kata Biauw Cin San suka datang datangnya mesti dalam
tempo satu bulan atau dua puluh hari. Maka kalau besok lusa
Lie Bouw Pek keluar dari penjara dan terus cari ia, bagaimana
ia harus ambil sikap?
Maka itu dalam saat? selanjutnya, Kie Pok terus tidak tenang
pikirannya.
Esoknya Phang Hoay datang berkunyung, “Tadi pagi Moh Po
Koen sudah berangkat,” demikian Tiat-koen kasi tahu.
“Bagus,” kata Kie Pok yang coba legakan hati'..
Phang Hoay lantas bicarakan hal2 lain, yang tidak penting,
tetapi terang ia menggerutu, sebab Moh Po Koen dapat
seratus tail dan ia sendiri hanya diberikan lima puluh tail;
Kie Pok megerti yang orang mengiri, lantaran ia tidak mau
bikin persaudaraan, Phang benci ia terpaksa ia keluarkan lagi
lima puluh tail, maka seterimanya itu Phang Hoay lantas
pamitan pulang dengan air muka terang.
Buat urusannya Lie Bouw P«k, Kie Pok mesti mengalami
kemurkaan, kemendongkolan, kekuatiran dan kedukaan juga,
dan uangnya sejumlah bes»r te!ah melayang, tidak heran
karena semua itu kumatlah penyakit batuknya, hingga buat
dua-tiga hari ia tidak pergi kemana2,
Pada sore hari keempat selagi Kie Pok minum obat dengan
dilayani oleh gundiknya yang ia sayaog, Soan Coe masuk
dengan kabar.
“Louw Sam-ya datang”
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Majikan ini belum buka mulutnya, Poan Louw Sam telah turut
masuk Kapan ia kemasi obat itu, ia heran berbareng
terperanjat.
Poan Loaw Sam datang dengan napas tersengal-sengal dan
roman merah-pucat bahwa kesakitan, begitu ia berada
didalam kamar, ia banting2 kakinya.
“Lihat. menyebalkan atau tidak kata ia Seakan dengan
mendadak. “Tiat Pweelek benar2 telah tolongi Lie Bouw Pek
keluar dari penjara”
Kie Pok pun terkeyut, sampai mukanya pucat dengan
sekonyog-konyong, hingga ia batuk2.
“Kapan Lie Bouw Pek keluar dari penjaya?” ia menegaskan.
“Baru saja!”Louw Sam jawab Oey Kie Touw dari kantor teetok
telah kirim orangnya untuk mengasi kabar padaku, dan aku
segera datang kemari......” Lagi2 ia
banting kakinya. ia tambahkan: “Lie Boaw Pek tidak boleh
dibuat permainan! orarg miskin, ia bisa lakuan segala apa.
Umpama ia datang cari kita berdua , apa kita bisa bikin?”
Kie Pok batuk2 pula. “Belum tentu Lie Bouw Pek ketahui,
bahwa aku telah bekerja diam2 untuk bikin ia celaka demikian
ia pikir.
“kalau begitu, perkaranya Bouw Pek jadinya sudah beres?”
kata ia kemudian.
“Demikian kiranya!” sahut Louw Sam. “Ia dimestikan kasih
tanggungan dan selama satu bulan tidak boleh meninggalkan
Pakkhia, tiap saat ia dipanggil ia mesti segera datang. Tentu
sekali itu melulu suatu daya upaya untuk menolong muka
terang! Kenyataannya ia sudah merdeka betul ....!”

Jilid 13
BAGAIMANA juga, Kie Pok tetap sibuk.
"Jikalau demikian, lebih baik setelah dimerdekakan ia lantas
diusir pergi dari kota ini!" kata ia. "Apakah artinya tempo satu
bulan........? "
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Duduk dikursinya, Louw Sam unjuk roman kucel sekali,


tanda dari kedukaannya yang hebat.
Oey Kie Pok tidak mau pertontonkan tembaganya
didepannya si Terokmok ini, maka kemudian ia bicara lagi,
katanya :
"Tapi aku tidak takut pada Bouw Pek! Sekarang aku lagi
menderita sakit, umpama kata ia datang yuga mencari aku,
masih belum dapat dipastikan siapa yang jiwanya akan hilang
lenyap. Melainkan kau . .. baiklah kau juga jangau kuatir .... D
sini aku punya beberapa daya waktu malam, jangan sekali2
kau keluar piatu .. .. Selama dua hari ini kau juga baik jangan
pergi kerumahnya isten mudamu ... Kau tinggal dirumah saja
dan kunci pintu kuat2....... Aku percaya Lie Bouw Pek tidak
bisa paksa cari kau dengan loncati tembok
Louw Sam manggut2, karena ia pikir daya itu untuk
sementara waktu ada baiknya juga. Tapi tatkala itu ia lihat
cuaca sudah berubah, ia tidak berani berdiam lama
dirumahaya sobat ini, ia segera berbangkit.
"Sekarang aku hendak pulang! Kalau ada urutan apa2,
besok kita nanti rundingkan pula." kata ia.
"Baiklah," sahut Kie Pok. "Jangan kesusu, aku nanti kirim
dua oraiagku buat antarkan kau .....!"
Kie Pok benar kirim dua cintengnya mengantar. Mereka
adalah Co-tsehouw Hauw Liang dan Siauwcu-kua Kec Hong.
Dan seperginya mereka itu, ia rebah pula, otaknya kembali
bekerja, sembari beristirahat ia mau cari daya guna hadapi Lie
Bouw Pek.
WARTA yang diperoleh Poan Louw Sam si Terokmok adalah
warta yang benar. Sekarang Lie Bouw Pek sudah keluar dari
penjara. Dua orang opas kantor telah antar ia tempat
diwarung arak Su Poan cu si Gemuk, guna atur tanggungan
dengan pemi1ik warung arak itu. Kemudian setelah terima
persen, kedua opas itu lantas pulang kekantor. Maka Bouw
Pek telah lantas dapat pulang kemerdekaannya. Paling dulu ia
hatutkan terima kasihnya pada si Gemuk itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

. Terima kasihku pada kau tidak ada batasnya, Su Ciang-kui


" kata anak muda kita. "Selama beberapa hari mendekam
dalam penjara. kau saban antarkan barang makanan padaku.
Itu suatu budi besar."
Su Poan-cu tertawa.
"Jangan bilang begitu, Lie Toaya," ia berkata. Setiap hari
kau telah datang beli arak dan makanan padaku, aku telah
terima banyak uangmu, kebetulan kau dapat perkara,
seharusnya saja apabila aku kirim orangku mengantar
makanan pada kau. Akupun baru kirim dua kali saja. Sekarang
kau telah merdeka, aku adalah yang paling bergirang dan
bersyukur! Sekarang marilah, mari kau rasai arak yang masih
panas! Mari kau coba kepiting masak yang aku baru
matangkan"
Sembari kata bagitu, si Gemuk tuangkan araknya.
"Jangan" mencegah Bouw Pek dengau cepat. "Selama
dalam pcnjara, tidak putusnya aku minum arak, sekarang aku
baru keluar, aku pikir mau mengaso barang saiu hari. Besok
saja aku datang lagi!" Ia menoleh kesekitarnya, melihat tamu
sedikit sekali, maka bicara lebih jauh, ia kasi dengar suara
perlahan : Soe Ciang koei, pada malam itu menyesal aku telah
siasiakan maksud hati kau yang baik! Oleh karena dikota raja
ini aku masih punya sanak, benar benar aku tidak sanggup
lakukan percobaaa itu........"
Mendengar demikian, Soe Poan coe tertawa. Ia bawa sikap
seperti juga tidak mengerti maksudnya anak muda itu. Ia
telah menoleh kejurusan lain ketika ia lantas berseru : "Lihat,
Thio Samya lagi mendatangi. Silahkan duduk, silahkan"
Menampak demikian, Lle Bouw Pek tidak dapat ketika buat
bicara terus.
"Nah, sampai besok," berkata, ia yang terus pamitan dari
Soe Poan coe dan pegawainya. Ia bertindak masuk kegang
Sinsiang Hu tong, untuk terus .pulang ke Hoat Beng Sie.
Begitu ketok pintu, hampir berbereng seorang hweeshio
muncul didepanuya. Ia ini nampakaya girang sekali apabila
lihat anak muda kita.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Oh, Lie Toaya, kau pulang!" menegok dia itu. .. Selama


beberapa hari ini kau telah menderita hebat!..."
Bouw Pek merasa heran. Tadinya ia mau sangka, karena ia
dapat perkara, si hweeshio tentu akan tolak ia, tidak tahunya
ia sekarang telah disambut dengan manis. Tentu sekali
sebagai orang baik2 dan mengenal budi, ia sangat bersyukur.
"Perkaraku adalah perkara penasaran" Ia lalu berkata buat
mengasi keterangan yang lebih jelas "tentang duduknya hal,
aku nanti tuturkan patinmu. Aku sangat bcrsyukur yang kau
sangat perhatikan aku."
Sembari kata begitu, ia bertindak kedalam, si hweeshio
ikuti ia setelah kunci pintu pula. Padcri ini lalu mendului akan
bukakan pintu kamarnya dan aacnyalakan lilin.
Lie Bouw Pek bartindak masuk kedalam kamarnya dengan
perasaan girang. Ia dapat kenyataan kamarnya itu terawat
baik, teristimewa pedaugnya masih tetap tergantung
ditempatnya ditembok. Ia awasi scnjatanya itu, hingga orang
dan pedang seperti sobat yang sudah lama berpisahan......
Rambutnya Bouw Pak sudah panjang dan kusut, muka dan
kumisnya tidak karuan.
"Lie Toaya, kau kurus banyak " kata si hweeshio.
Bouw Pek pandang paderi itu, ia menghela napas.
"Tapi perkara telah menjadi terang, aku merdeka sekarang,
jiwaku ketolongan, apa itu bukan berarti suatu
keberuntungan? " ia kata.
"Syukur toaya ketemu Tiat Pweelek." berkata pula paderi
yang baik budi itu, "jikalau tidak, kendatipun kau punya mulut,
kau tentu tidak akan mampu gunai itu. Dasar sinbeng dan
Hoeja lindungi kau" Ia tekapkan kedua tanggannya dan lalu
memuji "Oh mie to hud!"
Bouw Pek menjadi beran. Ia tidak mengerti kenapa
sampaipun hweeshio ini ketahui, bahwa ia telah ditolong oleh
Tiat Pwelek Ketika ia mau minta keterangan, si hweeshio telah
mendahului bicara pula.
"Pada dua hari yang berselang Tiat Pweelek telah utus
hambanya datang kemari, buat menderma empat puluh tail
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

perak," demikian katanya, berbareng dengan itu, hamba itu


sampaikan pesanannya Tiat Pweelek pada kami.
Katanya Lie toaya akan lekas pulang kau diminta jaga
barang toaya jangan ada yang kusut Sebenarnya pada hari
toaya diambil dari sini, kamar kau aku sudah lantas dikunci
dan dijaga dengan hati2!"
Baru sekarang Bouw Pek mengerti, ia lantas bersenyum
"Sebenarnya aku tidak punya barang banyak" ia kata. "Kau
baik, kau telah capai kembali!"
"Jangan bilang demikian, toaya!"
Lantas paden ini undurkan diri, ia kemudian balik lagi
dengan bawa theekoan tensi teh.
Bouw Pek buka pauwhoknya, akan periksa pakaian dan
uangnya, yang ternyata tidak ada yang kurang. Ia jadi sangat
bcrterima kasih pada Tiat Pweelek. yang bukan saja sudah
tolong dia tetapi pun sudah perlukan sampaikan pesanan pada
si padri.
"Coba tidak ada pertolongan Tiat Pweelek, entah
bagaimana tawar orang sambut aku..." Pikir ia.
Kemudian anak muda ini ingat musuhnya.
Poan Louw Sam jahat, entah berapa banyak orang yang
telah menjadi korbannya .... Jikalau orang jahat semacam ia
tidak disingkirkan belum tahu berapa banyak orang lagi akan
rubuh sebagai mangsanya, bagaimana orang baik bisa hidup
dengan hati tenang-tenteram? Apa sekarang aku mesti
lakukan?
Aku baru keluar dari penjara dengan perjanjian satu bulan
lamanya, setiap waktu ada panggilan, aku mesti
menghadap..." Sekarang ini. buat pergi ke rankeng saja aku
tidak bisa..... Tak bisa lain aku mesti bersabar...."
Lantas ia ingat Cui Siam.
"Kalau ia ketahui aku ditangkap, ia tentu sangat
berduka...." ia pikir malam itu ia bisa tidur dengan nyenyak,
sedang selama di penjara, dia mesti rebah diatas rumput.
Besoknya sesudah matahari naik tinggi, baru ia mcndusin.
Kemudian ia dandan rapi, malah scpatunya juga ia tukar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekahan, ia pergi ke pintu An teng moei untuk konjungi Tiat


Pweelek,
Tatkala kereta sampai di Cian moei Toa-kay, disana ada
beberapa buaya darat yang kenali anak muda ini, melihat
orang telah merdeka, merdeka itu tampilkan heran dan kaget.
Bouw Pek bisa lihat sikap orang, ia berpura pura pilon.
Tidak antara lama, kereta sudah masuk di An teng moei,
dan setelah jalan pula sekian lama, ia telah sampai didepan
istana Tiat Pweelek, atau pweelekhoe. Ia pernah kereta
berhenti sedikit jauh, ia bayar uang sewanya, lantas bertindak
menuju keistana. Pada pengawal ia unjuk hormat seraya
sodorkan karcis namanya, ia kata :
"Aku orang she Lie, aku ingin ketemu Jie ya."
Pengawal itu sambuti karcis nama itu dan baca suratnya.
"Baik baik, kau tunggu disini, aku akan memberi kabar
kedalam." kata ia kemudian dan berlalu.
Sembari menunggu, Bouw Pek perhatikan istana yang
besar dan indah itu. Ia tidak usah berdiri lama, Tek Lok segera
kelihatan muncul, malah dengan air muka terang.
"Lie Toaya, kau sudah keluar!" berkata sembari tertawa.
"Kionghie, kionghie. Silahkan masuk, Jie ya kita undang kau"
Bouw Pek haturkan terima kasihnya.
"Tadi malam aku baru keluar dari penjara, sekarang aku
sengaja berkunjung kemari untuk haturkan terima kasihku
pada Jie ya yang telah tolong diriku" ia tambahkan.
Ia diajak masuk kedalam sebuah kamar barat, dimana Tek
Lok undang ia duduk.
Belum terlalu lama, diluar terdengar tindakan kaki dibarengi
dengan suara mendehem. Tek Lok segera berbangkit buat
lantas menyingkap tirai. Maka Bouw Pek juga lekas turut
berbangkit.
Dengan sikap tenang, Siauw Hong Jiam Tiat Siauw Pweelek
bertindak masuk kedalam kamar dimana Bouw Pek unjuk
hormatuya.
"Jangan pakai adat psradatan, tidak usah," berkata Pweelek
itu sambil bersenyum. Ia mencegah dengan tangan kirinya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Silahkan duduk" ia terus mengundang, dengan ia sendiri


lantas ambil tcmpat duduknya.
Bouw Pek menghaturkan terima kasih, ia duduk menemani
disebelah bawah.
"Kau tentunya baru kemarin keluar" Tiat Pweelek bukata.
"Apa kau baik? "
"Terima kasih, Jie ya" sahut Bouw Pek seraya menjura,
"Benar, baru kemarin sere aku keluar. Setelah mengaso satu
malam sekarang aku datang untuk haturkan terima kasihku
pada Jie ya, yang sudah tolong jiwaku. Budi jie ya besar
sekali"
"Jengan ucapkan itu, aku tidak sunggup terima" Tiat
Pweelek menampik. Lantas ia tambahkan : "Perkara kau
adalah perkara fitnahan siapa juga ketahui itu ia pasti berdaya
untuk menolong, apa pula aku yang menjadi orang yang
makan gaji dari pemerintah agung. Aku turunan orang
bangsawan, akan tetapi aku gemar ilmu silat dan telah
yakinkan itu, tetapi aku tidak punya kepandaian yang berarti.
Oleh karena kegemaranku Itu, aku suka bergaul dengan
orang orang yang mengerti boegee. Demikian dengan Khoe
Kong Ciauw, tidak usah diterangkan lagi, aku bersobat baik.
Dengan yang lain lain, seperti Oey Kie Pok dan Tek Siauw
Hong, lantaran mengerti boegee dengan baik, akupun suka
berkanalan. Kau sendiri baru datang di Pakkhia, tetapi setelah
kau rubuhkan Sioe Bie too Oey Kie Pok dan rubuhkan Kim too
Phang Bouw, aku ketahui kau adalah enghiong istimewa
Scbenarnya aku telah pikir buat kunjungi kau, siapa tahu
kau justru mendapat perkara. Tentu sekali aku tidak puas
dengan duduknya perkara itu, maka aku telah ketemukan Mo
Teetok untuk bicarakan urusan kau. Ketika Tek Siauw Hong
pulang, ia telah datang padaku dan nyatakan ia suka
tanggung kau dengan dirinya sendiri, hingga aku jadi berniat
keras akan tolong kau. Perkaramu telah beres, itu adalah hal
yang sudah lewat, selanjutnya hal itu baik tidak usah disebut2
lagi. Kau telah masuk penjara dan menderita, itu adalah
baiknya juga bagimu, seorang anak muda, selaku tambahan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pengalaman. Bersama sama Tek Siauw Hong aku telah tolong


kau, pertolongan itu kau tidak usah buat pikiran. Kau ketahui
siapa yang fitnah kau, tetapi baik kau tidak usah cari dia itu.
Orang banyak yang akan tunjuk siapa yang salah dan siapa
yang benar. Hanya selanjutnya terhadap orang orang licin dan
busuk itu kita baik menyingkir jauhan sedikit ....."
Bouw Pek dengarkan orang bicara, beberapa kali ia
anggukkan kepala.
"Aku tidak akan cari orang buat timbulkan gara gara pula"
ia kata satelah pangeran itu berhenti bicara Diam diam ia
sangat bersyukur pada Siauw Hong, yang berani pertaruhkan
dirinya untuk ia.
Setelah itu Tiat Pweelek tanya keadaan famili Bouw Pek
dan hal pelajsran silatnya, anak muda kita centakan perihal
bagaimana ia ikut ayah dan ibunya di Kang lam, sampai ayah
dan ibunya itu menutup mata, hingga ia ikut Kang Lam Hoo ke
utara dimana ia menumpang pada pamannya dan adalah
waktu itu ia turut ke Kie Kong Kiat belajar silat
Tiat Pweelek menghela napas apabila ia sudah dengar
semua.
"Kau jadinya turunan oryng gagah." berkata ia, yang
selanjutnya ajak tamunya rundingkan tentang ilmu silat secara
umum. Ia gemar ilmu silat dan telah yakinkan tu, malah
sampai waktu itu diistananya masih punya dua orang guru
si1at, hanya dua guru ini guru2 yang biasa saja kepandaianya.
Ia girang mendengar penuturannya si orang she Lie ini,
terutama dengar perihal keyakinan ilmu menggunai
pedangnya.
"Bouw Pek" kata raja muda ini yang gembira bukan main,
"mendengar uraianmu ini, banyak bagiannya yang aku kurang
mengerti, dari sini menjadi nyata, kendati aku telah belajar
silat, eku hanya katak didalam sumur, sama sekali aku tidak
punya pengalaman atau pemandangan luas. Sekarang,
sobatku, selagi tubuhmu sehat aku hendak minta suatu apa
dan darimu"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek berbangkit, agaknya ia merasa heran Ia tidak


bisa lantas menduga maksud orang.
"Apakah itu, Jie ya? " ia tanya, "Silahkan kau perintah aku"
"Tidak apa apa!" tertawa tuan rumah. "Aku sebenarnya
sudah sama ingin saksikan boegee kau, barusan mendengar
perkataanmu aku menyesal yang aku tidak segera dapat lihat
kau bersilat Maka sekarang, hayolah kau turuti aku pergi
kepekarangan sebelah barat, dapatlah kau mainkan
pedangmu, guna aku lihat. Supaya mataku jadi terbuka!"
Baru sekarang Bouw Pek mengerti, lekas2 ia merendahkan
diri.
"Jangan barlaky seejie, sobat" Tiat Pweelek tertawa. Kim
too Phang Bouw, Soe bie too Oey Kie Pok, semua kau telah
pukul roboh. bagaimana kau orang bilang kau tidak punya
kepandaian? Siapa mau penyaya kau? "
Bouw Pek tidak bisa menampik lagi. Ia juga pikir, disampul
tidak membikin jengkel tuan rumah, perlu juga pertunjukan
kepandaiannya didepan pangeran ini agar raja muda ini
ketahui benar ia dari tingkatan mana. Maka ketika Tiat
Pweelek tarik tangannya, ia lantas ikut.
"Mari kau 1ihat!" berkata pula pangeran itu. "Disebelah
barat, aku punya pekarangan untuk belajar silat!" kemudian ia
menoleh pada Tek Lok serasa berikan perintahnya: "Pergi
kekamar tulisku, ambilkan pedangku"
Tiat Pweelek ajak tamunya sampai dsebidang pekarangan
yang luas, disitu ada sebuah istal yang besar, didalamnya ada
beberapa ekor kuda pilihan, dipojok selatan adalah lapangan
untuk belajar silat yang disebutkan, yang tanahnya rata. Disitu
kebetulan ada dua cinteng asik bersilat, ketika mereka lihat
majikan itu buru buru mereka berhenti bersilat dan
menyambut.
"Mari aku perkenalkan kau dengan seorang sobat baru!"
berkata Tiat Pweelek sambil tertawa pada dua pegawainya itu.
"Ini tuan Lie Bouw Pek, orang yang dengan tangan kosong
rubuhkan Sioe Bie too Oey Kie Pok dan dengan pedang
kalahkan Kim too Phang Bouw"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dua cinteng itu mengawasi dengan bingung, tapi lekas juga


Mereka unjuk hormat.
"Sudah lama kita dengar nama besar dari tuan Lie," kata
mereka
Bouw pek balas hormat itu sambil bersenyum ia
merendahkan diri
"Panggil semua orang datang kemari " kata pula Pweelek
pada dua cintengnya itu. "Hari ini aku telah undang Tuan Lie
datang untuk kasi pcrtunjukan silat, buat kita luaskan
pemandangan mata kita!"
Mendengar itu, dua cinteng itu segera berlalu.
"Jie ya," berkata Bouw Pek pada tuan rumah ia bicara
sambil bersenyam, "tidak usahlah kau undang banyak orang,
sudah cukup buat aku sendiri pertontonkan kejelekanku pada
kau! Aku malu terhadap mereka itu........"
"Mereka itu ketahui siapa adanya kau, kalau mereka turut
menyaksikan, mereka akan tambah pemandangan mereka"
Tiat Pweelek jawab sambil tertawa. "Kau tahu, dirumahku ini
aku punya lima cinteng dan tiga guru silat, tetapi mereka
semua orang2 dengan kepandaian biasa, mereka belum
pernah lihat orang pandai......"
Justru itu Tek Lok datang dengan dua batang pedang.
"Ah, anak inii!" Tiat Pweelek berseru.
"Aku suruh ia ambil pedang, ia ambil sekali dua! Apakah ia
bermaksud menyuruh kita piebos......"
Mendengar perkataan tuan rumah, Bouw Pek lantas
bersangsi. Ia sekarang bisa duga maksudnya tuan rumah,
yang rupauya mau main main dengan ia. Bagaimana ia bisa
layani pangeran itu, yang justru menjadi tuan penolongnya?
Kalau ia rebut kemenangan, tuan rumah malu, kalau ia
berpura2 kalah, namanya akan jatuh justru kcduanya ini ia tak
inginkan......_
Sementara itu Tiat Pweelek sudah sambut sebatang
pedang, yang terus dihunusnya.
"Bouw Pek, coba lihat pedang ini!" berkata ia. "Berapa kau
taksir harganya pedang ini? Berapa tail perak? "
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Melihat pedang itu, Bouw Pek terkejut didalam hati. Pedang


itu membawa sinar hijau muda, benar sinarnya tidak tajam
bercahaya, akan tetapi dari kedua belah ujung tajamnya ia
ketahui itu bukan pedang biasa. Ia menyambuti, ia coba
timbang senjata itu, la merasai berat juga.
"Pedang ini." kata ia akhirnya, "kendati orang punya
beberapa ribu tail perak, ia tidak akan dapat beli"
"Sungguh mata yang tajam " Tiat Pweelek memuji sambil
tertawa. "Pedang ini aku telah dapatkan sebagai hadiah
seorang panglima perang besar, biar ini bukannya barang
kuno. tetapi toh dari akhir ahala Han. Apa yang harus dibuat
sayang, pedang ini orang telah gosok sampai dua kali
Dirumahku masih ada dua tiga pedang yang lebih baik
daripada ini, tetapi semua itu berada ditangan ayahku Nanti
saja aku ambil, buat kasi kau lihat............"
Ketika itu, dua cinteng yang tadi sudah kembali bersama
beberapa kawannya dan juga si guru silat, mereka semua
lantas kasi hormat pada Bouw Pek seraya bcberapa antaranya
segera barkata :
"Tuan Lie, tolong kau jalankan beberapa jurus untuk
luaskan pemandangan mata kami"
"Orang telah kumpul, silahkan kau mulai!" berkata Tiat
Pweelek, yang mendesak selagi tamunya merendahkan diri
terhadap beberapa orang itu.
Oleh karena terpaksa, Bouw Pek tidak bisa menampik lagi,
sambil ringkaskan bajunya ia bertindak ketengah lapangan.
Dengan pedangnya ia kiong khioe pada orang banyak.
"Jie ya, ciongwie harap kau tidak tertawakan aku!" kata ia
sambil bersenyum. Dan ia lantai mulai bersilat, sinar pedang
berkelebatan lakasana kilat. Pedang menyambar gesit, kakiri
dan kanan, kedepan dan kebelakang. mengikuti perakan
tubuh, atau lebih benar tubuh mengimbangi gerakan tangan.
Tiat Pweelek lantas saja menjadi kagum dan memuji
apabila ia saksikan sesuatu gerakan Bouw Pek yang cepat dan
tetap.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek lewatkan dua jurus, lantas ia berhenti akan terus


unjuk hormat pula.
"Harap tidak tertawakan aku " berkata ia.
Dimata orang biasa permainannya Bouw Pek tidak berarti
istimewa, tetapi Tiat Pweelek, yang matanya tajam, mengerti
permainan itu mestinya buah latihan diatas sepuluh tahun.
Maka itu, ia menjadi kagum berbareng gatal
"Mari kasihkan aku pedang itu" kata ia pada Tek Lok seraya
ulur tangannya.
Tek Lok mengerti, ia haturkan pedang yang ia pegang pada
orang bangsawan itu.
Dengan hunus pedang itu; Tiat Pweelek hampirkan Bouw
Pek di tengah kalangan.
"Mari kita berdua berlatih sama2!" berkata ia sambil
tertawa.
Bouw Pek terperanjat, kendati ia sebenarnya telah dapat
menduga.
"Aku tidak berani piebee dengan Jieya," ia menampik.
"Apa? Apakah kau kuatir nanti lukai aku? Tiat Pweelek
tanya. "Jangan takut, itulah tiada bahayanya! Nanti aku
perintah orang bungkus ujungnya pedangmu"
Lie Bouw Pek goyang kepala.
"Aku bukannya kuatir lukai Jieya, sebenarnya aku tidak
sanggup mclayani" ia terangkan. "Barusan aku telah
pertontonkan kejelekanku, kalau nanti aku kalah terhadap
Jieya, mana aku punya muka buat datang pula ketemui Jieyo?
....."
Tiat Pweelek tahu orang merendah, ia tampaknya jadi tidak
puas.
"Bouw Pek, aku belum pernah ketemu orang seejie seperti
kau!" berkata ia, suaranya sungguh2. "Coba kau tanya
beberapa guruku ini, mereka semua pernah pieboe dengan
aku, adakalanya aku kalah, adakalanya juga aku yang
menang. Siapa menang, siapa kalah, semua tidak ada artinya,
kita melulu lagi main2, kita bukan mau cari nasi dengan
permainan ini."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jieya kita seorang yang jujur dan polos," kata beberapa


orang sambil tertawa "kalau Jieya menang, ia tidak jadi
kegirangan, dan kalau kalah, ia tidak jadi gusar. Tuan Lie,
jangan kau seejie"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, ia benar benar gelisah.
Tiat Pweelek insyaf bahwa barusan ia telah omong terlalu
tandas, maka untuk perbaiki itu, ia tertawa. Ia kuatir tamunya
salah mergerti pundaknya tamu itu ia tepok.
"Kepandaianku tidok seperti kepandaiannya" berkata ia,
"aku mau main2 dengan kau melulu untuk cari pengalaman.
sekalipun Kim too phang bouw kau bisa pecundang , mustahil
kau jerih terhadap aku? "
Pweelek ini tartawa pula, ia perintah Tek Lok ambil sutera
buat bungkus kedua ujung pedang.
"Sudah. pedang itu tidak usah dibungkus! Bouw Pek
mencegah, Ia telah ambil putusan akan iringi kehendak orang.
Dengan dibungkus, pedang itu kurang leluasa untuk
digerakkannya. Sudah cukup asal Jieya sudi menarik belas
kasihan padaku."
Jawaban ini bikin Tiat Pweelek girang bukan main, ia
tertawa dengan gembira.
Tek Lok sudah lantas bantu majikannya ringkaskan baju.
Segera juga orang bangsawan ini maju dibarengkan
dengan satu tusukan.
Bouw Pek berlaku sebal. dengan Satu sampokan ia tangkis
tusukan itu. Tapi juga Siauw Hong Jiam unjuk kegesitan,
begitu lekas pedangnya terpental ia teruskan menyerang pula,
memapas kepala orang Dan ketika si anak muda berkelit, lagi2
ia monyerang sekarang menikam iga.
Satu kali ini, Bouw Pek sengaja ketok pedang orang hingga
kedua senjata jadi beradu dan menerbitkan suara keras dan
nyarin g.
"Bagus!" berseru Tiat Pweelek, yang lagi menikam pada
pundak kiri.
L e Bouw Pek menangkis sambil berbareng majukan
sebelah kakinya dalam satu lompatan, hingga tubuhnya jadi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dekat pada tubuhnya Tiat Pweelek, hal mana membikin kaget


orang bangsawan ini, siapa dalam gugupuya sudah buru2
menusuk dengan pedangnya, dengao maksud mendului
menyerang
Berbareng dengan itu, dari pinggiran terdengar orang
berseru.
"Awas buat buat gerakan memutar tubuh!"
Dan benar2, dengan putar badannya, Bouw Pek telah
menyarang.
Oleh karena ia telah dengar peringatan, Tiat Pweelek dapat
pulang ketabahannya malah tatkala serangan datang ia bisa
robah gerakan teryunnya akan menangkis
Atas itu Lie Bouw Pek lantai berhenti bersila!, ia tertawa,
lantas lekas ia berpaling kejurusan darimana tadi datang suara
peringatan, akan pandang orang yang ucapkan itu. Orang ini,
dengan baju pendek, terang seorang bujang istana, umurnya
kurang lebih dua puluh tahun, tubuhnya ttdak tinggi dan tidak
kate, mukanya yang kurus bersorot kuning, tetapi sepasang
matanya bersinar tajam.
"Heran, kenapa orang ini bisa ketahui rahasia gerakan
tanganku? " pikir Bouw Pek yang merasa aneh.
Sementara itu beberapa kauwsu dan cin teng sudah lantas
tegor bujang istal itu yang dikatakan tidak seharusnya banyak
mulut, sementara Tek Lok, dengan keangkeran yang dibikin
bikin dengan mata melotot, sudah lantas mengusir
"Bukannya kau pergi roskam kuda, kau datang kemari Apa
kau mau? Kenapa kau berani banyak mulut? Lekas pergi"
Tapi orang itu yang bersenyum, cuma mundur satu tindak.
Tiat Pweelek juga telah saksikan semua.
"Jangan usir dia Biarkan ia menonton!" kata orang
bangsawan ini, yang sabar, yang tapinya sudah lantas tidak
perhatikan lagi bujang istal itu, hanya dengan gerakan
pedangnya kembali menyerang Bouw Pek seraya serukan :
"Awas"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek sedang perhatikan bujang istal itu, ia tidak


gembira akan melanjutkan piboe, maka ia mundur buat
serangan itu, ketika ia dirangsaK, ia mundur terus.
Diluar dugaan, Tiat Pweelek masih tidak mau berhenti,
sesudahnya mendesak, mendadak ia menyerang pula sambil
lompat maju.
Menampak serangan itu Bouw Pek lekas lompat berkelit,
dari mana ia loncat lebih yauh kebelakang orang bangsawan
itu pedangnya digerak.
Siauw Hong Jiam terperanjat, buru2 ia balik badan,
pedangnya dipakai membacok untuk mendahului lawannya,
maka waktu Bouw Pek menangkis, kedua senjata kembali
beradu dengan menerbitkan suara nyaring, sampai
mengeluarkan lelatu api
Menggunakan ketika ini, Boaw Pek tahan pedang orang.
"Aku minta Jieya suka berhenti menyerang, aku menyerah"
katanya sambil tertawa
Tiat Pweelek menyekal pedang dengan tangan kanan,
tangannya itu kesemutan dan aku sebagai kesudahan dari
kebentroknya kedua senjata, sedang napasnya memburu,
karena sedari tadi ia terus terusan gunai tenaga luar biasa.
Dari itu, tidak heran jikalau iapun suka berhentikan main2 itu.
"Aku takluk, tidak kecewa kau menjadi seorang gagah," ia
memuji, sambil tertawa juga.
Tetapi bebsrapa kauwsu dan cinteng sudah antas angkat
majikan itu.
"Jieya sama tuan Lie ini adalah tandingan setimpal"
demikian kata mereka.
Pweelek itu teitawa.
"Sudah, kau jangan banyak banyak omong lagi, sebenarnya
ia mengalah" katanya.
Bouw Pek lantas sodorkan pedang tua yang ia pegang pada
Tek Lok.
"Kau pegang saja pedang itu, aku hadiahkan pada kau"
mencegah Tiat Pweelek. Aku masih punya pedang yang jauh
lebih baik daripada itu!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Anak muda kita tidak berlaku sungkan, ia ambil pulang


pedang itu dari Tek Lok.
"Terima kasih, Jieya" katanya.
"Mari kita duduk didepan!" kemudan Tiat Pweelek berkata
pula.
"Baik, Jeya" sabut Bouw Pek, yang sementara itu gunai
ketika lagi akan meneliti si bujang istal, siapa masih belum
pergi, malah dengan dua matanya yang bercahaya pun
sedang mengawas juga, hingga empat mata jadi seperti
kebentrok. Bouw Pek ingin bicara pada bujang itu, tetapi Tiat
Pweelek sudah bertindak, maka dengan terpaksa ia batalkan
niatnya itu.
Mereka pergi keruangan yang tadi akan pasang omong
sembari minum teh.
"Lain kali aku ingin kau sering2 datang kemari" berkata Tiat
Pweelek pada tamunya itu. "Umpama kata kau perlu uang
atau barang lain, bilang saja padaku, tidak usah kau sungkan
atau malu2!"
"Terima kasih, Jieya" sahut anak muda kita, yang hatinya
bsrsyukur.
Mereka bicara pula sekian lama, sampai Bouw Pek
nyatakan ingin pulang.
"Baik," kata tuan rumah. "Tek Lok, bawakan pedangnya
Tuan Lie"
Bouw Pek memberi hormat seraya lagi-lagi haturkan terima
kasih, lantas ia bertindak pergi, tek Lok antar ia sambil
bawakan pedang pemberian Tiat Pweelek.
Lekas juga mereka telah sampai dipintu depan:
Ketika tadi aku pieboe dengan Jieya, ada orang yang
berseru dipinggiran apa pekerjannya erang itu? " Bouw Pek
tanya pengatarnya.
"Toaya baik jangan perdulikan orang itu" kata Tek Lok
sambil jebikan bibir.
"Ia Siauw Jie, pekerdiaannya adalah meroskam dan
menyediakan rumput! Ia kurang ajar. didepan Tiat Pweelekya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ia berani bicara! syukur Pweelekya sabar, coba ia ketemu


majikan lain, tentu ia akan diberikan hajaran dan diusir!"
"Betapa lama siauw Jie sudah tinggal disana Bouw pek
tanya pula.
"Barangkali sudah satu tahun" Tek Lok jawab "Ia dataeg
kemari dengan perantaranya siorang padri lhama yang
menjadi saudagar kulit yang kenal baik pada Jie ya. hingga
Jieya malu hati untuk menolaknya, meskipun diista1 kami
sudah punya belasan bujang, scbenannya tenaganya sudah
tak perlu lagi..."
"Nah. sampai ketemu pula!" kata ia. ia ambi1 pedang dari
tangannya Tek Lok dan bertindak msnuju keselatan didalam
hatinya ia berpikir: "Orang she Je itu mestinya enghiong yang
sedang terlunta lunta atau menderita! Tipu silat yang tadi aku
gunai adalah tipu kilat rahasia pengajaran suhu Ke Kong Kiat,
tetapi sebagai kacung istal ia bisa kenalkan, kecuali ia mergerti
silat, boegeenya tinggi Kenapa ia ikhlas menjadi bujang
budak? "
"Aku mesti perhatikan ia apabila ia benar liehay. aku mesti
bicarakan itu pada Tiat Pweelek. Sayang bagi Pweelek ya ia
pelihara segala Kauwsu tak punya guna, sedang seorang
pandai ia antap terlunta-lunta dan tersia-sia......"
Jalan tidak jauh, Bouw Pek lantas sewa kereta, yang bawa
ia ke Lam shia. Kota selatan, sesampainya dimulut Sin siang
Hotong. ia suruh kereta berhenti, setelah bayar uang sewa, ia
turun dari kereta dan terus menuju kewarungnya Soe Poan-cu
Si Gemuk tertawa kapan ia libat sobat itu dandan rapi dan
tangan menceka1 pedang.
"Lie Toaya, apa kau telah pergi ke Pweelek hoe" ia tanya
"Betul," Bouw Pek manggut. "Baru saja aku ketemu
PweeLek dan ia hadiahkan pedang ini padaku. Coba kau lihat!"
"Aku bisa lihat, tetapi tidak mengerti" kata Soe Poa coe
sambil tertawa. Tapi ia ulur tangannya akan sambuti pedang
itu. Akhirnya ia manggut2 dan memuji : "Pedang ini sungguh
berharga besar"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Bagaimana kau ketahui itu? " Bouw Pek tanya. "Bagian


apanya yang bagus? "
"Aku tidak lihat bagian mana yang bagus." Sabut Su Poan
cu yang terus tertawa. "Aku hanya pikir kalau pedang ini
hanya hadiah dari pweelek ya, mustahil bisa gagal? "
Dimukanya Bouw Pek tertawa, tetapi didalam Yafinya ia
katai
"Su Poan cu, kau cerdik sekali. Jangan kau berlaga tolol
didepanku! Apakah kau sangka aku tidak bisa duga kau orang
macam bagaimana? "
Ia menoleh kesekitarnya, kebetulan waktu itu dak ada tamu
lain.
"Aku mesti tanya asal usulnya ia mesti ceritera!" ia pikir. Ia
tertawa. Ketika ia mau menanya, Su Poan cu sudah lantas
sediakan arak seraya berkata Lie Toaya, mari minum lebih
dulu Aku hendak beritahukan apa apa padamu ......"
Sayuran, buat temanuya arak, juga sudah lantas disajikan.
Lie Bouw Pek minum separuh isi cangkirnya.
"Apakah itu, sobatku? " ia tanya sambil tertawa.
Sambil cenderungkan tubuhnya dimejanya, tukang warong
ini borsenyum.
"Lie Toaya, kau tahu atau tidak, sobat kau Cui Siam dari Po
Hoa Pan sudah ikut Cie Sielong? " demikian ia tanya.
Bouw Pek terkejut, ssmpai ia rasai kepalanya kena
terpukul, hingga ia taruh cangkirnya.
"Kau dengar dari siapa? " ia tanya. "Kapan ia ikut Cie
sielong? "
"Sabar, Lie Toaya" Su Poan-cu berkata. "Kau dengar, aku
akan menutur dengan pelahan2 ......"
Bouw Pek awasi tukang warung itu dengan bingung saja.
Su Poan cu menutur lebih jauh.
"Sejak kau ditangkap, Lie Toaya, aku sudah bisa duga
duduknya hal, atau sebabnya penangkapan atas dirimu itu,"
berkata ia, dengan sabar. "Dalam halmu ini, bukan saja Louw
Sam bertindak uatuk membalas sakit hati. juga Cie Sielong
mau gunai ketika buat rampas Cui Siam. Hal itu bikin aku tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

puas dan aku kuatir Cui Siam nanti kena diakali. Susah apabila
si nona ikut siorang tua bangka itu. Maka aku lantas berdaya
buat mencegah ......."
Bouw Pek terus mendengarku, ia tidak memotong
penuturannya si Gemuk.
"D hari kedua sedari aku mendapat tahu hal itu, dangan
dandan rapi aku telah berkunjuna ke Po Hoa Pan. Aku telah ke
temui Cui Siam dan si nyonya tua. Pada mereka aku lantas
kata: "Lie Touya seorang baik, melulu karena urusan kau, ia
sudah difitnah oleh Poan Louw Sam yang berkonco dengan
Cie Sielong. Tapi Lie Toaya punya banyak sobat mewah dikota
Pakkhia ini, perkaranya juga tidak ada buktinya, maka selang
beberapa hari ia pasti akan dibebaskan. Maka itu, dalam
beberapa hari ini andai kata Poam Louw Sam dan Cie Sielong
mendesak kau supaya kau menikah, biar bagaimana juga kau
jangan dengar perkataanaya itu. Kau harus mengerti, jikalau
sobatnya Lie Toaya ketahui kau ikut orang, mereka tentu tidak
akan mau mengerti dan kau tidak akan dapat ampun"
"Apa katanya anak dan ibu itu? " Bouw Pek potong.
"Cui Siam terangkan padaku, bahwa ia tidak akan menikah
Cie Sielong" sahut Su Poan cu, "Meski ia teiah janji demikian
padaku, tapi selang belum tiga hari Cie Sielong teiah kirim joli
buat sambut ia dan sekarang ia tinggal di Kouw-thio Gotiauw
tinggal bersama2 isteri muda dari Poan Louw Sam. Setiap hari,
Cie Sielong dan Poan Louw Sam bersenang2 saja dirumah itu.
Tatkala mengetahui itu. mula mu1a aku gusar sekali, tetapi
belakangan, setelah berpikir lebih jauh, aku bisa sabarkan diri.
Cui Siam bunga raya, dari bunga raya apa yang bisa diharap?
Dimana ada bunga raya yang punya liangsim? Apa ada bunga
raya yang dipikirkan Cie Sielong sudah tua atau tidak? Maka
sekarang, ibu dan anak .itu telah dapatkan penghidupan yang
pasti...."
Kendati sobatnya bilang demikian, mukanya Bouw Pek
menjadi pucat karena ia mendongkol dan masgul dengan
berbareng, sekian lama ia bingung saja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku tidak percaya yang Coei Siam benar benar suka


menikah Cie Sielong" kemudian ia kata : "Disini mesti ada
sebabnya yang memaksa. Aku percaya Poan Louw Sam dan
Cie Sielong telah gunai perkaraku, buat desak padanya hingga
ia jadi kena digertak dan ketakutan.... Sekarang ini entah
bagaimana ia besar kedukaannya...."
"Biar bagaimana juga. ia sudah terjatuh kedalam tangannya
si tua bangka " berkata Soe Poan coe sambil tertawa.
"Umpama kata ia tidak setuju, apakah ia tidak bisa cari mati?
Lie Toaya, aku bicara dengan maksud baik, sebenarnya
berurusan dengan bunga raya kau tidak seharusnya berlaku
jujur dan sungguh sungguh. Aku omong terus terang, dikala
kau tidak kenal Coei Siam, tidak nanti kau dapat perkara
penasaran seperti ini! Kau masih muda, toaya, kau punya
kepandaian, hari kemudianmu penuh pengharapan, dari itu
janganlah kau kasi hatimu pada orang perempuan sebangsa
Coei Siam itu! Kau mesti mengerti, siapa kasi dirinia dipincuk
perempuan, meski hatinya keras, hati itu bisa dibikin lembek
dan lumer. Sekarang Coei Siam sudah menikah, baik antapkan
dia! Kau, toaya, kau harus bekerja, kalau nanti kau berhasil,
percaya aku, berapa banyak orang parempuan kau ingin,
berupa banyak juga kau akan dapatkan"
Bouw Pek bersenyum dengan msringis, tanda harinya
tarluka.
"Soe Ciangkoei, nasehatmu benar," berkata ia. "Bukannya
hatiku lemah, bukannya aku tergila-gila perempuan, akan
tetapi dalam halnya Cui Siam aku tidak percaya, bahwa
dengan sesungguhnya ia mencinta Cie Sielong. Sudah lama
Cie Sielong incar ia. setahu berapa banyak uang Cie Sielong
sudah dikeluarkan, tetapi setiap kali ia minta cui Siam ikut ia,
selalu Cui Siam menampik. Maka aku tidak mengerti, kenapa
justeru aku masuk penjara, baru beberapa hari saja, lantas
pikirannya berobah dan ia telah ikut cie Sielong? Pada ini
pasti ada sebabnya dan sebab ini aku mesti tanya Cui Siam "
Menampak demikian. Su Poan-cu tidak mengasi nasehat
lebih jauh. ia duga mestu ada janyi apa2 diantara Bouw Pek
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan Cui siam, jikalau tidak, tidak nanti pemuda ini demikian
terluka hatinya. ferang Bouw Pek seperti seorang yang
isterinya telah orang curi.
"Lie Toaya," ia kata sambil tertawa, "umpama kata kau
ketemu Iyui Siam, apa kau akan bilang? "
Bouw Pek yusteru sedang tenggak araknya, ditanya begitu
ia kelihatannya jadi mendongkol.
"Aku tidak mau omong banyak padanya, aku hanya mau
tanya, ia kawin dengan Cie Syelong karena suka ia sendiri
atau bukan!" ia jawab dengan getas.
"Andaikata ia jawab, bahwa ia menikah karena suka sendiri,
apa kau hendak bikin? " Su Puan-cu tanya pula.
"Pasti sekali aku akan tidak kata apa lagi....." sahut Bouw
Pek dengan bersenyum meringis. "Dalam hal itu aku mau
anggap saja aku gelap pikiran dan adalah salahku yang
tadinya aku telah berlaku jujur terhadap segala bunga berjiwa.
Tapi kalau ia ikut Ce Sielong bukan karena suka sendiri,
bahwa ia telah kena dipaksa, terang Poan Louw Sam dan Cie
Sielong telah menghina aku Maka dalam bal begitu, aku tidak
mau diam saja terima hinaan. aku mesti cari mereka akan adu
jiwa"
Selagi ucapkan itu Bouw Pek keprak meja sampai mangkok
dan cangkir bergerak menerbitkan suara.
Melihat keakluannya sobat itu, Su Poan-cu fcrsenyum.
"Bagus kalau begitu," ia berkata. "Rumah isteri muda dari
Poan Louw Sam dimana Cie Sielong taruh Cui Siam ada di
Kauw-thio Go Tiauw, deri sini tidak terpisah jauh, rumahnya
baru didirikan, duduknya disebelah barat jalanan, mudah buat
dikenal, karena didepannya eda dua kuda2an batu. Kalau kau
pergi kesana, Lie Toaya, dan menunggui Cui Siam tentu akan
dapat diketemukan Mustahil yang ia tidak keluar dari
rumahnya
Bouw Pek bersenyum tawar.
"Buat ketermui dia adalah urusan mudah. Sekarang aku
tidak niat segera ketemu ia, aku rasai tubuhku kurang sehat"
ia kata. Ia lihat orang seperti sedang pikir apa2. lantas ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sengaja unjuk roman tawar. Ia tertawa ketika ia tambahkan:


"Su ciangkui, kau jangan kuatir hal ini benar bikin aku gusar
akan tetapi aku bisa berpikir, andaikata aku cari mereka,
melulu untuk bikin mereka merasa pusing kepala, pasti aku
tidak akan terbitkan onar. Kau ketahui, disini aku tidak punya
sanak-beraya....."
Dengar ucapannya ini Bouw Pek mau kasitahu pada Su
Poan-cu, supaya tukang warung ini jangan takut, dengan
tukang warung itu telah tanggung dtrinya, ia akan jaga diri
baik2 agar tidak sampai terbit onar. Diluar dugaannya, si
Gemuk sudah lantas tepuk2 dada
"Jangan kuatir. Lie Toaya, kau boleh bikin apa kau suka!" ia
kata. "Apa juga akan terjadi, Su Poan cu bersedia
bertanggung jawab. Aku kasih tahu pada Lie Toaya, aku
bukannya seperti pedagang yang nyalinya kecil"
"Aku mengerti " Boow Pek kata sambil bersenyum, sembil
lirik tukang warung itu.
Su poan cu turut melirik, sambil bersenyum juga. Hingga
keduanya seperti telah mengerti satu pada lain.
Bouw Pek minum araknya, ia dahar sayur serta kuenya.
"Nah, sampai sebentar malam!" berkata ia yang segera
berbangkit buat terus pulang kebio. Didalam kamarnya ia
rebahkan diri akan pikirkan perhubungannya dengan Cui Siam.
ia tidak mengerti, kenapa si nona langgar janji, sedang dia itu
sudah janji hendak menuoggunya.
"Hm kau anggap Lie Bouw Pek boleh dihina" ia ngoce
sendirian, sebab sengit ingat perbuatannya Poan Louw Sam
dan Cie Sielong. "Jikalau aku tidak lampiaskan
kemendongkolanku ini, dan bila aku tidak sanggup tolong
perempuan yang bercelaka itu, Lie Bouw Pek bukannya laki2,
ia bukannya enghiong"
Bahna sengit, hampir Bouw Pek berbangkit dan pergi ke
Kauw-thio Go-tiauw guna cari Siam Nio. Tapi ia mesti rebah
terus, karena ia rasai kepalanya sakit dan malas bangun.
sembari rebah, ia hunus pedang pemberiannya Tiat Pweelek
dan pandang itu, ia dapat kenyataan, pedang itu benar2
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pedang tua. Tapi kapan ia manoleh pada pedangnya sendiri


yang tergantung ditembok, pikirannya bekerja
membandingkan kedua senjata itu.
"Pedang ini pedang tua, bagus dipandang seperti barang
kuno. enak buat dipakai merantau, untuk tempur orang, lebih
baik aku tetap pakai pedangku sendiri. Pedangku pedang
biasa, tetapi cukup tajam dan aku telah pakai sejak lama,
malah diwaktu belajar pedang pada suhu Kie Kong Kiat, aku
telah pakai itu dengan pedang itu aku telah piebu dengan Jie
Siu Lian dan sontek ikat kepalanya, dengan pedang itu aku
telah pecundangi Lie Mo ong Ho Kiam Go, Say Lu Pou Gui
Hong Siang, Hoa-khio Phang Liong, Kim-too Phang Bouw
Tegasnya, aku telah dapat namaku sekarang melulu karena
aku mengandal pada pedangku itu, maka itu aku tidak boleh
sia2kan
Ia menghela napas ia lalu berbangkit akan gantung pedang
tua itu. Dengan paksakan diri, ia keluar dari bio buat pergi ke
Poan cay Hotong Selatan, ke rumah paman misannya Kie
Thian Sin. Kapan ia ketok pintu, pengawal segera muncul. Ia
ini lantas unjuk hormatnya, kendati dengan roman kaget dan
bcrkuatir.
"Lie Toaya, kenapa selama beberapa hari ini kau tidak
pernah datang? " ia tanya.
Lie Bouw Pek bisa lihat roman orang, ia ketahui orang lagi
berpura pura pilon.
"Apakah Looya ada dirumah? " ia tanya.
"Ada, sekarang ia sedang terima tamu. Silahkan toaya
masuk"
"Kalau sedang ada tamu, aku tidak usah masuk" kata Bouw
Pek. "Dalam beberapa hari ini aku telah kebentrok dengan
orang, hingga aku terfitnah dan masuk penjara..."
"Apakah Itu benar, Toaya? " ia tegasi. "Perkara apakah itu?
"
"Looya tentu siang sudah dengar perihal perkaraku ini. Tapi
sekarang sudah beres semua, karena Tiat Siauw Pweelek,
yang jadi sobatku, sudah tolong dan tanggung aku, hingga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku dimerdekakan. Tentang aku ini, kau boleh beritahukan


kepada looya, agar ia dapat ketahui dan tidak buat kuatir
lagi."
"Aku nanti sampaikan, toaya. Dengan ada pweelekya yang
menanggung, pasti perkara telah beres semua."
Pengawal itu bicara sambil manggut2. "Sekarang aku masih
tetap tinggal di Hoat Beng sie, Bouw Pek kasi tahu lebih jauh.
"Tapi aku sudih pikir, lagi satu bulan aku niat berangkat
pulang. Sebentar kau kasi tahu looya, bahwa lagi beberapa
hari aku akan datang pula kemari."
Setelah kata begitu. Bouw Pek berlalu. Di tengah jalan ia
berdiri sekian lama, bara ia bertindak dan menuju ke Kauw
thio Go tiauw. Ia jalan perlahan2 Ia telah dapat cari rumahnya
isteri muda dari Louw Sam dan Cie Sielong. Memandang
rumah itu, hatinya panas, hampir ia pikir menerjang masuk
akan cari Cui Siam untuk tanya ia itu ikut Cie Sielong dengan
sungguh2 hati atau bukan, untuk cekuk si Terokmok buat kasi
hajaran padanya. Ia mundar mandir sekian lama, pintu tetap
terkunci rapat, tidak ada seorang juga yang keluar atau
masuk.
Mendadak Bouw Pek ingat suatu apa, ia lantas saja
berjalan pulang. Ia sekarang rasai kepalanya makin sakit.
"Apakah aku akan jatuh sakit? " ia kata dalam hatinya.
ingat sakit, hatinya menjadi lemah. Lekas2 ia rebahkan diri,
akan kemudian jadi pulas Kapan ia sadar, sang sore sudah
datang, la bangun dan rapikan pakaian, ia terus pergi
kewarungnya Su Poan cu akan bersantap. diwarung waktu itu
banyak tamu, Su Poan cu sedang repot melayani, sebab itu
sobat ini tidak bisa diajak pasang omong, ia terus pulang
kebio.
Menungkulkan diri, Bouw Pek jalan jalan di pelataran.
Tatkala itu dipermulaan musim ketiga. Langit terang,
sepotong megapun tak tertampak. Sang rembulan bulat sisir
sudah muncul. bintang berombongan tiga atau empat, berkelik
kelik disana sini. Suasana sunyi dan menyeramkan karena
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dikedua samping ada peti mati rebah melintang. Melulu sang


kutu kutu malam, yang suka kasi dengar suara mereka.
Tiba tiba Bouw Pek ingat Jie Siu Lian dan si nona seperti
berbayang didepan matanya, dibawahnya sang puteri malam.
"Kenapa aku berkukuh? " pikir ia, yang jadi ngelamun. ayah
Siu Lian sudah menutup mata, tunangannya tidak ketahuan
kemana parannya, usia mudanya tidak boleh disia siakan...
Aku cinta ia, kenapa aku tidak mau pergi pada ibunya akan
lamar ia Kenapa aku tidak mau cari ayahnya si pemuda Beng,
untuk damaikan urusan jodohku ini?
Sekejab itu, ia berniat segera berangkat ke Soanhoa, untuk
rampungkan pembicaraan, supaya ia biia lekas menikahi nona
Jie yang elok dan gagah.
"Tapi aku telah ikat perhubungan dengan Cui Siam, apa ia
tidak kecewa apabila aku menikah dengan Siu Lian" pikiran
lain muncul pula.
Ia jadi bersangsi, kebetulan sang angin sambar ia, ia
bergidik sebab dinginnya hingga kesadarannya datang pula. Ia
anggap tidak pantas ia menikahi Siu Lian, si nona tidak boleh
diganggu dan di sia siakan, bahwa adalah keharusan baginya
akan cari si pemuda she Beng. supaya mereka berdua bisa
jadi suami istri. Dengan berbuat demikian, itu mengunjukkan
ia seorang gagah.
Ia dongak memandang rembulan, ia keluarkan helaan
napas lega, kemudian bertindak masuk kedalam kamarnya.
Kamar gelap, dengan tidak nyalakan api lagi ia naik
kepembaringan.
Sang kutu diluar kamar masih saja menyanyi tak
berhentinya...
Bouw Pek legakan hatinya. maka akhirnya ia bisa juga
pulas. Tapi, berapa lama ia sudah tidur, ia tidak ketahui waktu
ia di bikin sadar oleh suara pelahan, hingga ia terperanjat
dikertas jendela ia tampak sinar lemah dari sang bulan.
Diantara suaranya kutu2, masih terdengar suara pelahan itu.
"sinar jendela mesti ada orang "pikir ia, yang segera
berbangkit. Dengan berindap2 ia hampirkan tembok akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ambil pedangnya, kemudian ia pergi kepintu, yang daunnya ia


buka dengan tiba2, disusul dengan ia lompat mencelat. Ia
masih dengar suatu suara melesatkan tetapi orangnya tak
tertampak, hingga ia memandang kesekitarnya.
Rembulan sekarang sudah datang, bintang telah berkurang.
Dilangit yang biru. segulung dengan segulung, tertampak
mega2 asyik main main. Dikedua pinggiran, dimana ada peti
mati dengan berisikan mayat semua serba gelap....
"Rupanya orang itu atau penjahat, lari sembunyi diantara
peti mati," ia menduga dengan bawa pedangnya ia periksa
kedua samping, tetapi disitu tak kedapatan apapun juga.
Masih penasaran, Bouw Pak lompat naik keatas genteng,
disini ia memandang keempat penjuru hingga ia jadi heran.
Disaat ia hendak loncat turun, sekonyong2 ia tampak sinar api
didalam kamarnya. sinar yang kelihatan dari kertas jendela. Ia
menjadi kaget, karena terang ada orang pasang api didalam
kamarnya itu. Cuma api itu padam sekejab kemudian.
Tak ayal lagi Ia lompat turun, justeru dari dalam kamarnya
loncat keluar seorang yang mencekal pedang yang dengan
tiba tiba lompat menusuk dia! Karena ia sudah siap, ia bisa
menangkis buat terus balas menyerang.
Orang itu bertubuh tidak tinggi, mukanya sebagian ditutup
saputangan, serangannya hebat, gerakannya gesit dan
bertenaga.
Tapi pemuda kita tidak takut, sambil borsenyum sendirian
melayani dengan tabah. Ia tidak mau mengeluh, saban ada
saatnya ia balas mendesak. Beberapa kali pedang mereka
beradu dan menerbitkan suara nyaring.
Kapan pertempuran sudah jalan dua puluh jurus lebih,
barulah Bouw Pek menjadi heran sekali. Lawan itu ilmu
pedangnya sempurna, sebegitu jauh belum pernah ia dapat
tandingan, seperti orang tak dikenal ini. Maka untuk melayani
lebih jauh, ia robah caranya bersilat, agar bisa rebut
kemenangan.
Diluar dugaan, juga gerakannya lawan itu berobah dengan
cepat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Diantara cahaya sang puteri malam, kedua pedang


berkeredapan.
Nyata sekarang kedua pihak sedang unjuk kepandaian
mereka, oleh karena sukar buat maslng2 dapat kemenangan.
Satelah buat sekian lama pula, Bouw Pek dapat pikiran
akan tahan serangan musuh, guna meeegor buat ketahui
musuh itu siapa dan apa maksud kedatangannya, tetapi belum
sampai ia buka mulutnya, atau orang itu mendadak lompat
mundur dua tindak, darimana ia enjot tubuhnya akan terus
loncat naik keatas genteng, gerakannya gesit dan pesat
laksana seekor kucing.
"Tunggu, sobat " anak muda kita berseru seraya juga
loncat naik keatas genteng untuk menyusul tetapi kapan ia
sampai diatas, musuh sudah tidak ada. disekitarnya tak
terlihat barang satu bayangan.
"Bagus, bagus akhirnya Bouw Pek ngoceh seorang diri
selagi ia loncat turun dari genteng buat menuju kekamarnya.
"Sekarang ternyata, tidak sia2 aku datang ke Pakkhia, disini
aku dapatkan tandingan setimpal"
Kapan ia sampai didalam kamanrya, ia nyalakan api. Ia
heran apabila ia memandang ketembok, karena disitu pedang
tua pemberian dari Tiat Pweelek sudab lenyap
"Terang dia datang untuk pedang itu " pikir ia akhirnya.
Bukannya ia jadi duka atau murka, sebaiiknya ia jadi gembira
dan girang, melebihi girangnya waktu isi bisa rubuhkan Gui
hong Siang dan lawan lain lagi. Ia lantas rapatkan pintu,
padamkan api dan naik kepembaringannya
Kalau tadi ia rasai otaknya keruh atau pikiran ruwet,
sekarang Bouw Pek merasa lega. maka sebentar kemudian ia
sudah pulas hingga tidak ingat apa2 lagi.
Esoknya pagi anak muda ini mendusin. Ia rasai pusingnya
belum hilang. Ia pergi kewarung yang berdekatan akan beli
obat, dari situ ia pergi kewarungnya Su Poan-cu buat minta air
teh, dengan apa ia telan obat itu. Ia pasang omong dengan si
Gemuk, akan tetapi ia tidak tuturkan, bahwa ia telah kecurian
pedang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Nah, sampai sebentar malam!" kata anak muda ini, yang


pamitan tak lama berselang. Dari situ dengan sewa kereta ia
pergi ke Pweelekhu. Ketika sampai diistal ia dapat keterangan
bahwa Pweelek tiada dirumah ia tidak jadi masuk.
"Baik aku ketemukan si bujang istal, kata ia Tapi baru saja
niatan itu muncul atau pikiran sehat mencegah ia. "Kenapa
aku mesti cari Siauw Jie, yang disini ada seorang bujang istal
Aku bukannya tamu agung, tapi pweelek perlakukan aku
dengan manis dan semua bujang disini berlaku hormat padaku
apa kata mereka apabila aku kunjungi bujang istal? Orang
bisa berbalik pandang enteng padaku atau celakanya, mereka
bisa jadi curiga......."
Oleh karena ini ia cuma mondar-mandir didepan istana, ia
harap Siauw Jie keluar dengan tuntun kuda, supaya ia dapat
alasan akan bicara dengan bujang itu. Siapa tahu, ditunggu
sampai lama bujang itu tak pernah muncul.
"Biarlah lain kali saja aku ketemui dia........" pikir ia
kemudian. Ia lalu bertindak dengan perlahan2, menuju
keselatan. Jalan belum jauh ia rasai kepalanya pusing, maka
lekas ia sewa kereta buat pulang ke Sinsiang Hotong. begitu
sampai digereja, dalam kamarnya ia sudah lantas rebahkan
diri. Ia tidak dahar tengah hari. sampai magrib baru ia sadar
dan berbangkit.
Buat kedukaannya, Bouw Pek rasai tubuhnya benar2 tidak
sehat, kepalanya pusing, pikirannya ruwet, hingga akhirnya ia
jadi menghela napas.
"Meski bagaimana juga, urusannya Cui Siam mesti
dibereskan malam ini....." ia berpikir. .-Sesudah urusan beres,
aku tidak punya sangkutan lagi, hingga aku bisa berdiam
dirumah untuk beristirahat beberapa hari, kemudian aku
berangkat ke Yankeng akan susul Tek Siauw Hong......"
Ia pergi kewarungnya Su Poancu untuk bersantap malam.
Ia gunai ketika ini buat pasang omong dengan pemilik warung
arak itu Su Poan cu selalu sambut ia dengan manis dan layani
ia dengan hormat dan telaten. Sehabis bicara sebentar, ia
pulang kebio
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sekarang ini Bouw Pek tidak dapat lantas tidur pulas. Ia


ingat si pencuri psdang, yang ia harap2 supaya datang lagi. Ia
tahu kesehatannya terganggu, tetapi ia merasa masih cukup
kuat akan tempur pula pencuri itu, guna ukur tenaga dan
kepandaian mereka sampai terdapat keputusan. Ia sengaja
tidaK kunci pintu kamar, agar musuh bisa datang dan masuk
dengan leluasa.....
Malam itu, selewatnya jam tiga, Bouw Pek rasai dirinya
terbenam dalam kesunyian. Apa yang ia dapat dengar adalah
suaranya sang kutu dan sampokannya angin musim Ciu.
"Sekarang sudah waktunya!" pikir ia, yang semangatnya
jadi terbangun. Ia berbangkit dengan gembira akan tukar
pakaiannya ia libat dengan angkin, Bepatunya juga ia tukar
dengan yang enteng. Setelah padamkan api, dengan kempit
thungsha dan bawa pedangnya. ia keluar dari bio. Ia dongak,
ia lihat langit guram.
Disaat itu Bouw Pak menyesal yang ia tidak mampu
terbang, hingga ia tidak dapat segera bersama Cui Siam
dengan siapa sudah lama ia tidak bertemu
Bouw Pek Ioncat naik keatas rumah, dari situ ia lontat
turun keluar. Ia menoleh kesekitarnya, ia lihat d dalam gang
tidak ada orang lain. Maka lekat lekas ia pakai thungshangnya,
setelah sembunyikan pedangnya dalam baju yang panjang
dan gerombongan itu, ia mulai bertindak menuju ke Kiauw
thio-Go ciauw.
Tatkala itu dltengah malam, jalanan aunyi sekali, seorang
juga tak tertampak. Malah dengan orang rondapun ia tidak
berpapasan Ia kenal baik Kauwthio Go tiauw, belum lama ia
sudah sampai ditempat itu. Iapun segera dapat cari rumah
gundiknya Poan Louw Sam, sebuah rumah kecil tetapi baru
Kedua pintu terkunci, maka ia menuju ke belakang. Disini ia
buka thungshanya, yang ia gulung dan ikat dipunggnngnya.
Maka sekarang, dengan pakaian singsat, dengan leluasa ia
loncat naik keatas tembok, terus merayap keatas genteng.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dari atas genteng kelihatan bagian dalam rumah itu


terpecah tiga, kamar utara dan kamar barat terang dengan
cahaya api.
Dengan hati hati Bouw Pek pergi kekamar utara. Ia
merayap diatas genteng dan pasang kupingnya. Lantas ia
dengar suara bicara dan tertawa dari orang perempuan bukan
suara dan seorang saja. Kemudian suara itu jadi makin nyata
terdengarnya.
"Aku hendak tidur sekarang!" demikian seorang
perempuan. "Andai kata kau tidak puas. kau tunggu saja!"
Itu suara yang Bouw Pek kenal, maka mendengar itu
hatinya seperti tertusuk.
Lantas juga kelihatan A Go keluar dengan memimpin Siam
Nio dan seorang nyonya tua urut keluar dengan membawa
tengloleng.
"Kau tidur sendirian saja, apa kau tidak takut? " terdengar
A Go menggoda Siam Nio "Lebih baik kau tidur dengan aku
dalam kamarku, sekalian kau temani aku Umpama kata
sebentar Louw Sam ya datang, tidak ada halangannya sama
sekali...."
Siam Nio nampaknya mendongkol, tetapi ia tertawa.
"Mulut kau paling bisa ngaco belo" ia berkata. "Awas, aku
nanti kasi tahu pada Cie Tayjin!"
A Go tidak takut dengan ancaman itu.
"Kau berani, kau herani ngadu pada cie tayjin? " ia kata,
sambil menggoda terus. "Awas Jikalau kau benar berani
mengadu, aku nanti bikin supaya Cie Tayjin buat selamanya
tidak datang pula pada kau!"
A Go pegang tangan orang dan Siam Nio berontak.
"Eh, kau ini Cie Tayjin punya apa, maka kau berani kata
demikian? " nona ini kata sambil tertawa. Kenapa Cie Tayjin
mau tunduk padamu? ......"
Siam Nio bisa lepaskan diri. ia lari kedalam kamar sebelah
barat. A Go mengejar, tetapi pintu altar sudah dikunci.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Encie yang baik, sudahlah," Siam Nio berkata. "Sekarang


sudah jauh malam, Louw Samya juga tentu tidak akan datang,
baik kau masuk tidur! Besok kita ketemu pula"
A Go tertawa, kemudian dengan ajak si nyonya tua ia
kembali kekamarnya.
Bouw Pek berada diatas genteng separuh hatinya menjadi
tawar dengan segera.
"Tadinya aku anggap, dengan jadi gundiknya Cie Sielong,
entah berapa sedihnya Siam Nio, siapa nyana sekarang ia
begini bergirang" ia berpikir. "Kenapa ia sudi menjadi isteri
muda orang? Dilihat dari sini, benar hati perempuan sangat
sukar diketahui"
Dari tawar hati, Bouw Pek jadi mendongkol. Ia sudah mau
berlalu dengan bawa kemendongkoiannya. waktu ia lihat api
di kamar barat masih belum dipadamkan.
"Ibunya Siam Nio tentu tidur dikamar lain" pikir ia. "Malam
ini Cie Sielong dan Poan Louw Sam tidak datang, maka
kasihan dua perempuan itu. yang ditinggal masing2 seorang
diri...... lantaran mesti tunggui kamar kosong, mereka jadi
sudah bersenda gurau..... Cie Sielong dan Poan Louw
Sam mestinya ketahui aku sudah keluar dari penjara, pasti
sekali mereka takut datang kemari."
Bouw Pek loncat turun dari atas genteng, ia hampirkan
jendala dari kamar barat, dari kaca jendela ia memandang
kedalam.
Siam N o duduk diam seorang diri, romannya sangat lesu,
tetapi baju dan celana dadunya indah dan mentereng. Ia
tunduk, hingga melulu rambutnya yang bagus yang kelihatan.
Mau tidak mau, hatinya anak muda kita jadi lemah pula. Ia
pindahkan pedang kepunggung ia lalu mengetok dengan
pelahan.
"Siam Nio, buka pintu .... Aku ..." ia berkata.
Siam Nio terkejut, hingga mukanya pucat dan tubuhnya
gemetar. Ia berbangkit denga tergopoh2.
"Kau..... kau siapa? " ia tanya dengan susah Lantas katanya
terputus, karena pintu telah terbuka dan seorang bertindak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

masuk Ia hampir berteriak, kapan lihat orang itu, yang


bertubuh tinggi dan berpakaian hitam Ia lantas saja berdiri
diam, romannya kaget dan takut dengan berbareng. Sekarang
ia kenalkan Lie Bouw Pek.
"Kau jangan takut," kata ia dengan perlahan, sinar matanya
adalah sinar mencinta.
Si nona masih saja berkuatir, tampak mukanya yang elok
bersinar menyedihkan.
"Bagaimana kau bisa datang kemari? " demikian
pertanyaan satu nya.
Bouw Pek adukan kedua baris giginya, bibirnya menjadi
rapat satu pada lain la kendalikan dirinya. Dengan mata tajam
ia awaskan si nona yang lemah itu.
"Aku datang hendak bicara padamu, sebentar saja"
akhirnya ia bilang.
Menampak orang tidak bergusar, batin Siam Nio pe!ahan2
menjadi tetap.
"Apa itu Bilanglah? " ia kata
"Poan Louw Sam dan Cie Sielong sudah gunai akal busuk,
dengan apa mereka fitnah aku, hingga aku mesti masuk
penjara," ia kata, "maksudnya itu tidak lain supaya mereka
bisa dapati dirimu. Apakah kau ketahui ini? " Siam Nio
manggut.
"Aku telah ketahui semuanya," ia menyahut. "Aku juga
ketahui, yang kau telah ke1uar dari penjara. Sudah dua hari-
meraka tidak datang kemari, sebabnya yalah mereka takut
padamu!"
Bouw Pek tertawa dingin.
"Beruntung mereka tidak ada disini" kata ia. "Coba mereka
ada di sini, tidak bisa tidak, aku tentu bunuh mereka "
Mendengar itu Siam Nio bergidik, apa pula sekarang ia
telah dapat lihat pedangnya menggembloh dipunggungnya.
Bouw Pek bertindak maju akan datang lebih dekat, air
mukanya bersorot gusar.
Lie Bouw Pek seorang laki laki, ia tidak akan kasi dirinya
dipermainkan dan dihina!" ia kata dengan sengit. "Aku juga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak bisa lihat yang kau mesti menjadi gundiknya tua bangka
yang sendirinya sudah punya dua tiga isteri muda. Kau turut
aku, besok kita nanti tinggalkan Pakkhia ini Tidak perduli
kemana kita pergi, aku pasti tidak nanti bikin kau menderita
kesengsaraan"
Siam Nio kaget, sampai mundur dua tindak, la goyang
goyang kepala.
"Aku tidak bisa ikut kau" ia menyahut.
Bouw Pek sudah ulur tangannya akan tarik si nona, ketika
ia tercengang karena mendengar jawaban itu.
"Kenapa kau tidak biia ikut aku? " ia tegasi. "Apakah kau
memang suka menjadi gundiknya tua bangka she Cie itu"
Siam Nio goyang pula kepalanya.
"Tidak," ia menyahut, "aku tidak suka, Tapi... Cie Tayjin
punya pengaruh besar ia punya banyak uang, dengan itu
semua ia bisa berbuat segala apa. Lain dari itu, ia telah
perlakukan kami ibu dan anak baik sekali, maka kami tidak
boleh tidak punyakan liangsim, tidak...."
Mendadak nona Cia menangis, hingga perkataannya jadi
terputus. Ia agaknya tidak takut lagi, ia banting banting
kakinya.
"Sekarang aku tidak bisa nikahi kau..." berkata ia. "Kau
orang kalangan Sungai Telaga, tidak ada yang baik hatinya.
Aku suka ikut Cie Tayjin seumur hidupku! Jikalau kau hendak
bunuh Cie Tayjin, hayo, kau sekalian bunuh aku juga"
Bouw Pek jadi melongo, hatinya menjadi dingin.
"Baiklah. akhirnia ia manggut2. "Oleh karena kau telah
mengucap begini, aku juga tidak mau timbulkan pula urusan
kita berdua, anggap saja aku telah keliru kenal orang Baiklah,
aku pergi sekarang ..."
Ia bertindak keluar, daun pintu ia tutup pula cuma dengan
satu enjotan tubuh ia sudah mencelat keatas genteng.
Siam Nio tercengang, kemudian ia jatuhkan kepalanya
diatas meja dan menangis. Ia menyesal yang ia telah
perlakukan secara demikian anak muda itu, roman siapa yang
cakap telah segera berbayang dimatanya, suara siapa yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sabar telah berkumandang dikapingnya Ia seperti lihat satu


tubuh yang gagah berdiri dihadapannya tapi sekejab saja, dan
sekarang ia berada sendirian, seperti tadinya....
Lie Bouw Pek sudah pulang kegereja, ia tidak gusar atau
mendongkol, ia hinya sesalkan diri sendiri
"Kenapa aku mesti main api dengan Siam Nio? " demikian
ia pikir. sebenarnya, begitu ketahui Jie Siu Lian sudah tidak
merdeka, aku mesti berusaha di Pakkhia ini, atau aku terus
pergi marantau. Kenapa aku berlaku jujur terhadap Siam Nio?
Benar katanya Su Poan-cu, jikalau aku tidak kenai Siam
Nio, tidak nanti aku sampai kena dianiaya oleh Louw Sam.
Sudah begitu, sekeluarnya dari penjara, kenapa aku mesti
tengok pula Siam Nio, hingga sekarang ia berlaku begini rupa
padaku Apa itu bukan berarti aku cari malu sendiri? Sudah,
aku tidak boleh penasaran lagi ......"
Ia lantas naik atas pembaringan uatuk melegakan hati
tetapi kendati demikian, sehingga lama ia tidak bisa pulas.

ESOKNYA pagi Bouw Pek mendusin, ia rasai tubunnya tetap


tidak sehat, kapan ia turun dari pembaringan ia rasai
kepalanya pusing dan kakinya lemas. Ia kertak gigi, ya
keraskan hati. Ia tidak lagi duduk, hanya bertindak keluar
kewarungnya Su Poan cu. Ia duduk dikursi dengan tangan
menunjang kepala, ia tidak kata apa2.
Su Poan cu tidak menyangka kesehatan orang terganggu,
ia duga anak muda ini masgul karena urusannya Siam Nio,
maka ia tertawa.
"Bagaimana, Lie Toaya? " ia menegor. "Apa kau sadah
ketemui Siam Nio 7"
Bouw Pek geleng kepalanya sendiri dan menghela napas
"Sudahlah, diangan sebut2 pula dia itu ....." ia menyahut
Si gemuk bersenyum mendengar jawaban itu.
"Kau laki2, kenapa urusan begini kecil bisa ganggu kau
seperti ini? " ia kata dalam hatinya. Tiba2 ia tertawa dan tepok
meja. "Sudah. Lie Toaya kau jangan berduka lebih lama pula!"
berkata ia. "Urusan yang menyukarkan kau itu, kau serahkan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

saja padaku. Kau akur, bukan? Jangan kau banyak lihat Poan
Louw Sam punya enam rumah gadai dan Cie Sielong
berpangkat tinggi Aku seorang she Su meski hanya tukang
warung tetap aku tanggung adalah mudah sekali buat suruh
mereka itu serahkan kembali Siam Nio padamu, Lie Toaya!"
Lagi lagi si Gemuk tertawa, sembari mengawasi si anak
muda. Ia telah lonjorkan sebelah lengannya yang besar. Ia
seperti hendak bilang.
"Lie Toaya jikalau kau tidak pergi, nanti aku yang pergi
gantikan kau"
Tetapi Su Poan cu telah menduga keliru. Bouw Pek lesu
bukan urusannya Siam Nio, ia lesu karena gangguannya sakit
kepala, yang sebisa bisa ia hendak lawan. Ia malah tidak
dengar semua ucapannya si Gemuk itu.
"Jangan kau ngaco belo, sekarang ini pikiranku lagi kusut!"
ia kata ia menghela napas, kemudian ia berbangkit "Aku tidak
bisa duduk lama disini, aku hendak pulang"
Dengan tindakan berat, ia pergi keluar. Ia pergi kerumah
obat. Ia pulang buat teras rebahkan diri, ia bisa juga tidur
pulas.
Terapi setelah mendusin dari tidurnya, Bouw Pek rasai
kepalanya sakit sangat, tubuhnya pun panas.
"Saudara Bouw Pek"
Suara itu datangnya dengan mendadak.
Bouw Pek terperanjat, ia buka matanya, yang baru seja ia
meramkan. Suara itu berada dekat dan ia ingin lihat siapa
orangnya yang menegor ia, yang panggil ia "saudara".
Kapan ia sudah. buka matanya. Ia menjadi heran.
Didepan pembaringan berdiri seorang dengan muka kuning
dan kurus, dua matanya besar, bajunya hijau. Ia adalah si
bujang istal dari Pweelek-hu, yang telah bisa ketahui ilmu alat
rahasia Bouw Pek.
Lekas2 Bouw Pek berbangkit, tapi ia mesti senderkan
badannya.
"Saudara Jie, aku justeru harap kau" ia berkata. "Kemarin
aku pergi keistana mencari kau. kau tidak ada! Silahkan duduk
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Maafkan aku, buat penyambutanku yang kurang hormat


ini....... Aku sedang sakit."
"Aku juga lihat toako seperti sedang sakit" berkata Siauw
Jie, dengan sikapnya yang menghormat, "karena ini, diwaktu
masuk kedalam kamarmu ini, aku tidak berani banyak
bersuara. Kau tidak boleh kena angin toako, silahkan kau
rebah pula"
Bouw Pek geser bantal kepala buat tunjang kapalanya.

JlLlD KE-14
"KELIHATANNYA sakitku ini tidak berarti" sahut ia sambil
menghela napas. "Rupanya aku telah terkena angin dingin.
Aku belum undang thabib aku hanya makan beberapa butir
yohwan. Sesudah mengaso dua tiga hari, barangkali aku akan
sembuh."
Sembari kata bagitu, matanya Bouw Pek memandang
kemejanya, dimana sekarang terletak sebatang pedang ialah
pedang pemberiannya Tiat Siauw Pweelek, yang diwaktu
malam lenyap tercuri orang. Ia lantas bersenyum.
"Saudara Jie," berkata ia, "ketika kemarin ini aku layani Jie
ya main pedang dan kau telah lihat ilmu pukulanku dan lantas
peringati Jie ya, aku lantas ketahui yang kau seorang ahli silat,
maka selanjutnya aku perhargai diri kau. Pada Tek Lok aku
telah minta keterangan, adalah diri dia itu aku ketahui kau
orang she Jie. Aku menyesal yang Tiat Jie-ya sudah tidak
mampu melihat orang Kau punya kepandaian tinggi, kenapa
kau diantapi mendekam dikandang kuda? Aku telah pikir, aku
mesti ketemui Jie ya guna kasi tahu tentang dirimu. Kemarin
aku kunjungi Jie ya, ia kebetulan tidak ada diistana...."
Tetapi Siauw Jie goyang kepala.
"Jangan, toako. pada Pweelek ya jangan kau sebut aku, ia
minta. "Pekerjaan meroskam kuda itu adalah pekerjaan yang
aku sendiri inginkan. Sudah hampir satu tahun sejak aku
datang dan bekerja di Pweelek hu, tetap hari kecuali
melakukan kewajibanku aku tidak mau urusan lain. adalah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nama kau yang terkenal, sudah sejak sebulan yang berselang


aku dapat dengar orang buat sebutan. Kemarin ini waktu hal
toako piebu dengan Jie ya, aku kagumi benar ilmu ulat kau
yang luar biasa itu. Kau bisa bergerak dengan gesit sekali. Aku
sampai lupa diri, hingga diluar keinginan aku telah buka suara.
Oleh karena itu, aku mesti terima seselan oiang. Pasti sekali
aku tidak sudi berurusan daigan orang2 semacam mereka itu.
Tempo hari itu meu menyaksikan Jie ya kasih hadiah pedang
pada toako aku kagum bukan main, sebab tertariknya hatiku.
Begitulah malamnya aku telah datang kemari, kesatu aku ingin
minta pelajaran dari toako dan kedua aku ingin pinjam lihat
pedang tua itu Sekarang pedang tua itu aku sudah lihat, aku
dapat kenyataan, meski benar pedang itu sudah tua tetapi
tajamnya tidak seberapa Aku tahu toako tentu telah pikirkan
pedang itu. maka sekarang aku telah bawa itu buat
dipulangkan. Buat perbuatanku, aku minta toako sudi maafkan
aku....."
"Pedang itu aku tidak pakai, baik kau ambil, saudara Jie,
aku suka kasihkan itu pada kau," ia bilang. "Kemarin malam
kau datang dengan pakai tutup muka, kendati demikian, aku
sudah ketahui, kau adalah orang itu, maka juga dihari kedua
aku lantas cari kau. Bukannya maksudku saudara Jie, buat
minta pulang pedang itu! Saudara Jie, ijinkan aku omong terus
terang. Aku masih muda, aku merantau belum cukup lama,
akan tetapi Gui Hong Siang, oey Kie Pok, Kim too Phang Bouw
dan lain2, semua orang2 yang namanya tersohor, aku telah
pernah tandingi. Ternyata mereka sebenarnya orang biasa
saja. Untuk menangkan mereka itu emua, aku telah tidak
gunakan terlalu banyak tenaga Tapi saudara, kemarin malam,
waktu aku berhadapan kau, barulah aku betul2 ketemu lawan!
Saudara, dengan bermain2 dengan kau aku girang bukan
main, pertama aku kagum, kedua karena aku sanggup layani
kau! Saudara, oh, aku girang bukan main!"
Bouw Pek begitu gembira, hingga ia mau bangun, tetapi
apa mau kepalanya berat, kakinya lemas, ia tidak sanggup
berbangkit, sedang Siauw Jie juga sudah lantas mencegah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jangan bergerak, saudara Lie, kau rebah saja!"


"Saudara Jie, aku masih belum belajar kenal dengan kau"
kata tuan rumah, sambil mengawasi dengan tajam. "Saudara,
aku masih belum ketahui nama kau yang besar dan kau asal
mana..."
"Aku asal Tho kee kauw," ia menyahut, "sedan masih kecil
aku telah tidak punya ayak bunda, maka kesudahannya aku
jadi hidup terlunta-lunta dikalangan Sungai Telaga. Ada orang
panggil aku Siauw Jie, atau Jie Muda, ada juga yang panggil
Jie Jie, yaitu Jie yang kedua .....
Itu adalah jawaban yang menyimpang, dari situ Bouw Pek
ketahui orang masih belum mau kasih tahu namanya yang
tenar.
"Pasti ia seorang yang mempunyai riwayat" ia pikir. "Ia
tinggal di pweelek hu secara merendahkan diri, itu mesti ada
maksudnya yang tersembunyi, atau ia lakukan itu karena
terpaksa. Sekarang kita baru kenal, aku tidak boleh desak ia,
ia niscaya tidak mau omong terus terang, maka baiklah aku
bersabar, sampai persobatan kita sudah cukup kekal
"Oleh karena aku tidak punya tempat simpan, pedang ini
baiklah ditinggal disini," berkata pula Siauw Jie, "jikalau nanti
aku perlu dan hendak pakai, aku nanti datang kemari akan
minta pada toako. Kau sakit toako, kau tidak boleh alpa, kau
perlu lekas panggil thabib."
Bouw Pek berterima kasih buat perhatiannya itu.
«Terima kasih, saudara Jie" la menyahut. "Kau tidak usah
kuatirkan aku, aku nanti minta tolong hweeshio disini pergi
panggilkan thabib. Kalau sebentar kau pulang, tolong
beritahukan Jie ya, bahwa aku lagi sakit dan karena itu baru
satu dua hari lagi aku bisa berkunjung padanya."
Siauw Jie manggut.
"Aku nanti Sampaikan omongan toako ini," ia kata.
"Sekarang silahkan toako mengaso, aku hendak pulang, besok
aku nanti datang pula."
"Terima kash, saudara. Maafkan aku, aku tidak antar kau,"
berkata Bouw Pek.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Jie manggut, lantas ia bsrlalu.


"Kelihatannya orang she Jie ini jujur, ia pikir Bouw Pek
setelah perginya tamunya itu. "ada harganya bagiku buat ikat
tali persahabatan padanya Aku hanya heran, begitu gagah dan
masih muda, kenapa ia sudi menjadi bujang istal, menjadi
tukang roskam kuda .... Itu toh Suatu pekerjaan rendah
Sebenarnya Bouw Pek merasa heran dan masih hendak
pikirkan halnya Siauw Jie itu, akan tetapi mengingat sakitnya
dan kepala pusing, ia lantas coba lupakan. Tidak lama
hweeshio datang menengoki, tapi ia berat buat buka mulutnya
Ia tahu, jikalau thabib dipanggil, siapa yang nanti belikan
dan masakkan obat? Ketika hweeshio itu berlalu, ia jadi sedih
sendirinya. Beginilah orang yang hidup sebatang kara
dikampung orang aakit tidak ada yang menengok dan rawati,
hingga kalau umpamanya menutup mata, siapa akan urus
mayatnya?
Kedukaannya anak muda ini jadi bertambah. kapan ia
teringat pada Siu Lian yang sudah tidak punya oraag tua, yang
hari depannya guram berhubung lenyapnya tunangannya.
iapun teringat pada Siam Nio yang lemah. yang ia percaya
telah menjadi korbannya pengaruh dan uang.
Sehingga lewat tengah hari Bauw pek belum dahar, sedang
buat minum air saja tidak ada orang yang bawakan ia air teh.
Semua menambah kedukaannya, pikirannya jadi pepat. Adalah
disaat ini, kupingnya dapat dengar suara tindakan diluar
kamar. Ia lekas memandang kepintu, akan akhirnya tampak
Siauw Jie datang pula.
Siauw Jie layani sobat ini minum teh. ia lihat sang waktu
masih belum malam, maka ia pergi keluar, diwaktu bilik lagi ia
datang bersama thabib. Bouw Pek lantas diperiksa, terutama
nadinya. susudah itu thabib itu menulia surat obat dan
kemudian pergi. Siauw Jie pun pergi untuk beli obat, ketika ia
pulang, ia sekalian bawa anglo, sepiauw arang, beras dan
lain2. Lebih dulu ia masak obat, lantas masak bubur. Maka
sehabis makan obat, bouw Pek bisa lantas dahar bubur dan
minum teh.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Hiatee, terima kasih buat kebaikanmu ini," kata si sakit ia


sangat bersyukur. Ia merasa sangat berhutang budi.
"Jangan kau berkata demikian, toako" kata Siauw Jie
dengan sungguh, nampaknya ia kurang senang. "Aku minta
kau jangan seejie, tidak berarti apa2 bagiku akan merawat
kau, apa yang aku harap adalah kau mengaso dan lekas
sembuh. Kalau nanti kita sudah lama bersobat, baru kau akan
dapat ketahui, aku si Siauw Jie orang macam apa"
Selagi mereka bicara tiba daun pintu ada yang tolak dari
luar dan seorang gemuk bertindak masuk berbareng dengan
ucapannya yang berlagu lidah Shoasay, katanya
"Bagaimana eh, Lie Toaya Kau sakit?"
Siauw Jie pasang lampu seraya terus awasi erang yang
baru datang itu, yang pun berbalik mengawasinya.
Bouw Pek sudah lantas mengenali siapa si gemuk itu.
"Su Ciangkui," ia lantas memanggil. "Aku sedang sakit,
barangkali aku akan meninggal disini ...."
"Eh Lie Toaya kau jangan ngeco belo " si Gemuk menegur.
"Siapa sih orangnya yang tidak pernah dapat sakit? Lewat dua
tiga hari, kau tentu akan sembuh?"
"Diwaktu begini bukankah kau sedang repot?" Bouw Pek
tanya "Kenapa kau bisa bagikan tempo untuk datang kemari?"
"Memang ada bsberapa meja yang penuh dengan tamu.
tetapi orangku sanggup yam mereka sendirian " Su Poan cu
jawab. "Sebenarnya sudah dua hari ini aku lihat air mukamu
beda dari pada biasanya, aku kuatir kau dapat sakit, dan hari
ini kau tidak muncul seantero hari, aku jadi menduga keras
bahwa kau sakit. Demikianlah aku datang"
Bouw Pek tertawa, ia menoleh pada Siauw Jie.
"Kau lihat, hiantee," berkata ia. "Benar aku hidup sebatang
kara dikota pakkhia ini, akan tetapi peruntunganku baik,
buktinya Su Ciang-kui ini, baru satu hari ia tidak lihat aku, ia
sudah berkuatir! ...."
Sebelum orang menyahuti, Su Poan cupun menoleh pada
bujang istal itu,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kau siapa, tuan ?" ia tanya "Bolehkah aku ketahui she kau
yang mulia ?"
"Aku orang she Jie." sahut Siauw Jie sembari bersenyum
"Saudara ini adalah Jie Jietee," Bouw Pek memberi tahu,
"ilmunya jauh lebih liehay daripada apa yang aku bisa" Segera
ia tambahkan : "Hiantee, tuan ini adalah Su Ciangkui yalah
tuan dari warung arak diluar gang kita. lapun menjadi sobat
kekalku."
Siauw Jie dan Su Poan Iyu bcrkiongkhiu satu pada lain.
Masih saja Su Ciangkui mengawasi kenalan baru itu,
barulah ia menoleh pada Bouw Pek.
kau telah undang thabib toaya, sesudah makan obat
bagaimana kau rasakan?" ia tanya.
"Thabib bilang penyakit ini tidak berarti" Sauw Jie yang
talangi menjawab, "katanya sesudah minum beberapa
bungkus obat. ia akan sembuh. Cuma ia perlu mengaso"
Su Poan cu manggut .
"Itulah aku percaya," ia bilang. "Cuma Lie Toaya ini.
kendati ia pandai ilmunya dan pandai mencari hiburan tapi
pikirannya agak tertutup. Sebenarnya juga, orang muda
seharusnya mesti pantang paras elok ..."
Mendengar ucapannya si Gemuk, Siauw Jie tercengang,
kemudian ia lekas menoleh pada si sakit.
Bouw Pek pandang si Gemuk itu, ia berniat mencegah
orang bicara teius, tetapi Soe Poan coe yang tidak
mamperdulikan mukanya bersemu merah, sudah bicara lebih
jauh, katanya:
"Apa yang lebih liehay lag1 daripada paras elok adalah sakit
rindu ....."
Bouw Pek tidak bisa tahan sabar lagi, hingga ia menegor:
"Soe Ciangkoei , ayo jangan kau ngaco belo"
Tapi si Gemuk yang lucu itu tertawa
"Jangan sembunyi sembunyikan, sobatku ......" kata ia. Lie
toaya. hayo bicara menurut liangsim kau! Mustahil penyakit
kau ini bukan disebabkan Coei Siam? ia nona bunga latar,
jikalau ia suka nikah Poan Louw Sam atau mau ikut Cie
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sielong, perduli apa antap salya! Kita laki , asal kita punya
kepandaian dan kemauan berapa saja nona kita hendak nikah,
kita bisa dapatkan! kenapa sih kau mesti selalu pikirkan Coei
Siam. hingga kau bikin rusak tubuhmu yang kuat laksana besi?
Bunga raya yang tidak punya liangsim, kita jangan buat
pikiran! Kau seorang pintar, Lie Toaya, kau sebenarnya tidak
usah minum obat, asal kau suka buka matamu dan hatimu
dengan sendirinya penyakitmu akan sembuh !......"
Beda dari pada biasanya, Soe Poan coe bicara dengan
sungguh sungguh, nampaknya ia sengit atau tidak tenang,
tetapi kemudian kelihatannya ia agak menyesal maka ia
terpandang Siaaw Jie dan kata pada orang baru ini:
"Aku adalah orang Yang asing suka omong terus terang.
urusannya Lie Toaya ini telah bikin aku menjadi ibuk sekali Lie
Toaya ini menjadi langgananku dan berbareng sobat baik yang
aku hargakan "
Siauw Jie manggut, ia tidak jawab tukang warung itu. Tapi
Lie Bouw Pek, yang rebah dipembaringannya, bersenyum
tawar.
"Soe Cangkoei, apa yang kau barusan bilang, semuanya
tfdak cocok" ia membantah. "Memang aku telah kenal bunga
raya, tetapi sekarang ini dia itu aku telah lupakan Sakitku ini
sedikit diuga tak ada hubungannya dengan bunga itu!"
Tapi si Gemuk bandel, ia tertawa.
"Sudah cukup Lie Toaya," kerkata ia. "Sekarang baiklah kau
mengaso aku tidak mau adu lidah, sekarang aku mau pulang,
besok aku nanti datang pula ......"
Sehabis kata begitu, si Gemuk pandang Siauw Jie dan
manggut, lalu bertindak pergi.
Siauw Jie anggap pemilik warung arak itu seorang yang
aneh Ia tidak mengerti, kenapa meskipun tubuhnya begitu
besar, tindakannya cepat dan tepat.
Lie Bouw Pek bila lihat yang orang merasa heran, maka ia
kata:
"hiantee, kau jangan pandang enteng pada tukang warung
arak ini! ia memang punya bagian bagian yang istimewa aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

telah pernah timbulkan itu kepadanya, tetapi ia tetap


menyangkal"
Siauw Jie manggut.
"Aku lihat dia dari sikapnya, dari tindakannya, ia mestinya
seorang yang mangerti ilmu silat," ia bilang.
"Aku percaya ia seorang beriwayat" Bouw Pek kata pula.
"Tunggulah sampai sakitku sudah sembuh aku mesti cari
keterangan untuk mengetahui jelas siapa dia itu. Masih ada
beberapa hal lain. yang bikin aku heran, tetapi ah biarlah,
tunggu saja lain waktu, nanti dengan perlahan aku bicarakan
itu padamu ...."
Siauw Jie manggut. Ia sebenarnya ingin ketahui halnya
Poan Louw Sam dan Cie Sielong serta Coai Siam. ia mau minta
keterangan dari Bouw Pek, tetapi melihat orang sedang sakit
dan agaknya tidak mau banyak omong ia batalkan niatnya itu.
"Baiklah aku bersabar" demikian ia pikir.
Dengan begitu mereka jadi diam dua duanya. Siauw Jie
duduk disamping lampu yang apinya guram. Suasana dalam
kamar sunyi diluar tertampak dari jendela rembulan sedang
bercahaya indah. Suaranya kutu malam terdengar nyata
dalam kesunyian itu.
Lama juga Bouw Pek rebah, akhirnya kedengaran ia
merintih beberapa kali ia merasa sekujur tubuhnya panas.
Tukang roskam kuda iu menunjang dagu alisnya
mengkerut, suatu tanda ia masgul Rambutnya kusut,
pakaiannya bunyak jahitannya, tanda kemiskinannya.
Memandang ia dalam keadaannya itu, siapapun tak akan
percaya, bahwa ia sebenarnya pandai boegee.
Diam diam anak muda kita menghela napas.
"Didalam dunia ini entah berapa banyak orang gagah yang
telah mati menderita didalam kalangan Sungai Telaga" ia pikir,
"Di fihak lain, umpama di pwee!ek hoe, segala kauwsoe dan
cinteng semua bisa makan enak dan pakaian bagus, hidupnya
senang Kenapa tidak ketahui orang sebagai Siauw Jie ini? Dari
omongaunya, dari gerak gerakannya, ia bukannya orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sembarangan. Ia juga tentu belum lama ceburkan diri dalam


kalangan Sungai Telaga. Kenapa ia tidak punya nama?"
Kendati demikian, Bouw Pek tidak berani lantas tanya asal
usulnya.
"Ia berkepandaian tinggi, tetapi ia tidak sudi campur gaul
dengan orang jahat ia lebih suka hidup menderita, dari sini
sudah terniata ia searang yan£ psga i g kekal dera-jatnya. Kita
baru kenal, tetapi ia suka berkorban untuk temani dan rawati
aku. Ini juga bukti lain yang menyatakan ia berhati mulia ...."
Oleh karena ini, anak muda kita jadi makin bersyukur.
"Hiantee sekarang sudah bukan siang lagi, pergilah kau
tidur" ia berkata. "Sayang aku tidak punya pembaringan lain
selainnya yang aku pakai sekarang Hawa udara sangat
dingin....."
Ditegor begitu Siauw Jie sadar dari ngelamunnya, ia terus
berbangkit.
"Buat aku tidak ada selimut atau lainnya, tidak apa" kata ia.
"Sekarang baru dipermulaan musim rontok, hawa udara belum
biasa dibilang terlalu dingin. Besok aku nanti ambil parabot
tidur. Toako kau mau minum?"
Ia tuangkan teh. Dan bawakan Itu pada anak muda Kita.
Bouw Pek minum sambil menghaturkan terima kasih.
Sebentar kemudian pintu ditutup dan api dipadamkan,
berdua mereka masuk tidur.
Esoknya siang Tek Lok datang.
"Jie ya berkuatir ketika ia dengar Lie Toaya sakit, maka ia
perintah aku datang menyambangi" berkata hamba yang
dipertaya itu. "Jie-ya pun perintah aku undang thabib untuk
periksa sakit toaya Thabib itu, Siang Tayhu, adalah tabib
pandai, ia akan datang sebentar lagi, karena tadi waktu aku
pergi padanya, ia masih mesti pergi kedua rumah."
"Terima kasih" Bouw Pek kata. "Jie ya begitu baik hati,
bagaimana aku balas budinya?"
"Jie ya juga perintah aku sampaikan soal ini pada toaya"
Tek Lok berkata pula. "Jie ya bilang, apabila toaya perlu uang
diminta toaya bilang saja, jangan seejie . Sekarang Jie ya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sudah sediakan beberapa puluh tail perak, tatapi kerena Jie ya


kuatir toaya sangsi, ia tidak lantas titah aku bawa uang itu"
"Perkara uang, aku masih sedia cukup" Bouw Pek bilang.
"Tapi Jie ya tentu perhatikan aku, aku sungguh merasa malu
sendiri... " Ia lalu tunjuk Siauw Jie, yang berada
disampingnya, ia tambahkan "Tuan Jie ini telah bantu aku,
maka kapan sebentar kau pulang, tolong kau sampaikan pada
Jie ya umpama kata diistana ia tidak punya pekerjaan lain aku
minta supaya ia diperkenankan berdiam lagi beberapa hari
sama aku disini Aku perlu orang buat temani aku."
"Itu perkara kecil, aku sendiri bisa kasi putusan" Tek Lok
jawab dengan cepat "Biarlah ia berdiam disini, karena diistal ia
tidak banyak pekerjaannya."
Tek Lok sudah bicara dengan bawa sikap seperti
taykoankee atau kuasa istana, tetapi Siauw Jie disampingnya
berdiri diam, sikap dan air mukanya tidak berobah barang
sedikit juga. Bouw Pek jadi heran, kenapa Siauw Jie sudi
bekerja sebagai bujang dan mesti terima perlakuan seperti
menghina dari seorang budak. Meski begitu, ia diam saja, ia
tidak mau buka rahasianya si orang she Jie ini pada budak
yang pegang kekuasaan atas Pweelek hu itu.
Atas undangan tuan rumah, Tek Lok duduk dan minum teh,
sembari bicara ia mau tunggui datangnya Siang Tayhu, yang
muncul tak lama kemudian.
Thabib ini adalah salah satu thabib yang terkena!
diPakkhia, ia bisa keluar masuk istana raja2 muda atau
gedung2 besar, tidak heran kalau tingkah lakunya tinggi. Maka
itu, masuk kedalam kamar kecil dari sebuah gereja, bicarapun
ia tidak mau, ia lantas periksa nadinya Bouw Pek, bikin resep
lantas ngeloyor pergi.
Tek Lok antar thabib itu sampai diluar gereja, lantas ia
masuk pula akan periksa surat obat.
"Surat obat ini berharga mahal, biarlah aku yang bawa
pulang untuk dibelikan obatnya" ia berkata. "Kami memang
punya perhubungan tetap dengan rumah obat Hok Lian Tong"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku kira tidak usah kau yang bawa, biarlah sebentar


saudara Jie saja yang belikan obatnya" Bouw Pek mencegah.
Tek Lok letakkan surat obat itu.
"Baiklah." ia bilang. "Nah, sekarang aku hendak pulang"
"Baik. Tolong sampaikan terima kasihku pada Jie ya" bouw
Pek pesan.
Tek Lok manggut, lantas ia berlalu.
Seperginya budak yang berkuasa itu, Siauw Jie kata pada
sobatnya :
"Sungguh baik perlakuan Tiat Jieya terhadapmu toako. Tek
Lok ini pengikut Jie ya yang paling dipercaya, sampai Tek Lok
diutus menyambangi kau dan mengundang thabib, itu berarti
peighargaan atas dirimu.
Bouw Pek manggut.
"Ketika aku masih dipenjara, Jie ya juga perintah Tek Lok
beberapa kali datang menengoki" ia kata. Lantas ia menghela
napas. "Jie Hiantee. aku benar2 tidak mengerti"ia
melanjutkan. "Orang sebagai kau, aku percaya, dalam segala
apa mesti bisa angkat kepala, maka aku heran, konapa kau
justeru pilih pekerjaan bujang istal istananya Tiat Jieya ....
Kenapa, hiatee ?"
Ditanya begitu, Siauw Jie menghela napas. Sampai lama
juga baru ia angkat kepalanya.
"Toako aku hendak bicara secara terus terang padamu," ia
menyabut. "Aku ini telah merantau dikalangan Sungai Telaga
sejak masih kecil sekali, lantaran itu, sekarang sesudah besan,
aku tidak mau merantau pula
"Kalau begitu, kenapa hiantee tidak mau coba pertontonkan
kepandaianmu dihadapan Jie ya ?" Bouw Pek tanya pula.
"Seperti kau lihat sendiri, Jie ya gemar silat, la hargakan orang
orang yang punya kepandaian, siapa tahu andaikata ia angkat
kau jadi cinteng? Tidakkah itu lebih baik daripada pekerjaan
yang kau pegang sekarang?"
Berulang ulang Siauw Jie goyang kepala.
"Sekarang ini aku tak ingin lakukan itu macam pekerjaan"
ia terangkan. "Umpama kata aku menjadi cinteng, segera
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

akan banyak orang yang ketahui aku ini orang macam apa
....."
Bouw Pek terperanjat.
"Kalau begitu, hiantee" berkata ia, "jadinya dengan jadi
tukang istal ini kau sedang umpatkan diri? Kau jadinya tak
ingin orang kenali kau?..."
Siauw Jie manggut pula disertai helaan napas.
"Toako, sekarang kau telah mengerti, aku minta kau jangan
menanyakan lebih jauh" memegat tukang istal ini.
"Ringkasnya dalam hatiku aku punya kesukaran yang aku tak
dapat Uraikan Tapi Jie Jie tidak takut, tidak takut siapa juga.
Akupun belum pernah lakukan apa yang melanggar undang
negeri, aku tinggal di Pweelekhu selaku bujang istal melulu
untuk sementara. Aku sekarang lagi uji kesabaran lagi tunggu
waktu, apabila ketikanya sudah tiba, aku hendak pergi
ketempat lain"
"Hiantee, kalau nanti aku sudah sembuh, aku hendak pergi
ke Yankeng, apakah kau suka ikut aku sama pergi kesana?"
Bouw Pek tanya. "Di Yankeng aku punya sobat kekal yang
bernama Tiat seeciang Tek SiauW Hong serta Sin-tho Yo Kian
Tong mereka itu sedang menantikan aku. Disana kita bisa
bekerja sebagii piauwsu"
Tapi Siauw Jie goyang2 kepala.
"Ke Yankeag aku tidak mau pergi" ia menyahut.
Bouw Pek heran atas jawaban ini. Ia anggap sobat ini
benar2 kukoay. Ketika ia hendak bicara pula, tiba ia lihat
Siauw Jie berbangkit. tangannya menyambar surat obat.
"Toako tunggu, aku hendak pergi beli obat" ia kata.
"Kau tidak bawa uang, hiatee. Dikantongku ada beberapa
tail, kau ambilah itu."
"Tidak usah, aku juga punya uang" ia kata Dan sembari
kata begitu ia bertindak keluar.
Bouw Pek bertambah pusing kepalanya, karena ia tidak
mengerti kelakuan yang aneh itu.
Belum terlalu lama Siauw Jie sudah kembali dengan
bungkusan obat, ia terus nyalakan api dan masak obat itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah Bouw Pek minum obat, ia rebahan dan kemudian tidur


pulas. Ketika ini digunai olah Siauw Jie buat pulang keistalnya
di Pweelek bu, buat ambil perabot tidur.
Hari itu Kie Thian Sin kirim hambanya pergi tengok Bouw
Pak, kapan pamannya dengar kcponakannya sakit ia kirimkan
uang belasan tail perak.
Malamnya, Su Poan cu juga kirim bujangnya datang
membawakan bubur dan lain2 untuk sobatnya yang sakit itu.
Maka itu, kesudahannia, Bouw Pek tidak mengalami
kesukaran. Uang sedia, obat dan makanan ada. pelayan juga
ada serta kawan yang dapat diajak bicara cuma, sebab selalu
mesti rebah dan jadi ngangguk, kadang ia teringat pula pada
Siu Lian atau Siam Nio dan setiap habis ingat mereka ini ia jadi
masgul berduka dan menyesal Semua kejadian itu ia ingin
jadikan pengalaman dan tauladan, agar lain kali ia jangan
coba dekati orang perempuan lagi ......
"Siauw Jie benar juga" demikian ia pikir lebih jauh. biar jadi
bujang istal, ia merdeka, pikirannya tidak terganggu...
Oleh karena ia bisa hiburkan diri, lewat beberapa hari Bouw
Pek telah sembuh dari sakitnya, melulu karena sekian lama
mesti diam saja diatas pembaringan ia masih lemah.
"Kau baik mengaso terus, toako" Siauw Jie kasih tahu.
"Tentang makananmu dan lain2, kau tetap serahkan padaku"
"Dengan begitu aku melulu bikin banyak susah padamu"
Bouw pek bilang.
"semua itu tiada artinya" Siauw Jie yelaskan.
Sudah dua hari Su Poan cu tidak kirim orangnya datang
membawa makanan, sebaliknya dari Pweelekhu setiap hari
ada datang orang untuk menyambangi sekalian bawakan ia
yan oh dan makanan-makanan lain untuk kuatkan badan
maka Bouw Pek bukan main bersiukurnya pada Tiat Jieya,
yang begitu perhatikan ia.
Hari itu turun hujan kecil, tetapi hawa udara dingin sekali.
Maka Siauw Jie pindahkan anglo kedalam kamar, buat pakai
itu sebagai perapaian sambil berbareng masak air, masak nasi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan lain2. Dengan begitu, ia juga berada didalam, hingga


Bouw Pek bisa pasang omong dengan dia.
"Tuan Lie, apakah kau dirumah?" demikian terdengar
pertanyaan dengan tiba suara itu datangnya dari luar dan
asing bagi Bouw Psk, hingga ia jadi heran.
Siauw Jie lari membuka pintu dan melihat.
Nyata yang datang ada aeorang hamba negeri, hamba dari
Kim-bun Teetook yang duluan tangkap Bouw Pek. Tapi
sekarang hamba ini bersikap sabar.
"Tuan Lie, apa dalam beberapa hari Ini kau tidak pergi
kemana2?" ia tanya,
"Tidak" menyahut Bouw Pek. Ia bawa sikap tenang. Ia
mengerti, dengan hujan2 datang juga, hamba ini mesti ada
urusan penting. "Aku telah sakit sudah sepuluh hari lebih.
Selama itu aku berdiam dirumah dan makan obat. Sekarang
aku sudah sembuh, tetapi aku masih belum turun dari
pembaringan. Ada apa kau hari ini datang cari aku, lauwhia?"
Hamba negeri itu duduk dikepala pembaringan, ia
keluarkan kantong tembakau buat isap huncwee matanya
mengawasi keatas meja dimana ada bungkusan obat, sedang
ditanah ia tampak kip-siauw. Iapun lihat muka orang yang
perok dan pucat. Akhirnya ia tertawa sendirinya, ia goyang
kepala.
"Tidak apa2 !" ia menyahut. "Aku datang melulu untuk
melihat kau, Lie Toaya. Toaya, apakah dalam beberapa hari ini
kau tidak pernah ketemu Jie ya?"
"Seperti aku sudah bilang, aku diserang penyakit, hingga
buat belasan hari aku mesti berdiam saja didalam kamar ini,"
Bouw Pek menyahut. "Aku tidak ketemu Jieya, tetapi buat
sakitku ini aku telah terima banyak sekali budinya jie ya.
Setiap hari tentu Jie ya kirim orang sambangi aku. Ia juga
yang undangkan aku thabib dan belikan aku obat"
"Memang, Jieya seorang yang mulia hatinya!" memuji
hamba itu. Ia nampaknya berpikir sebentar, lantas ia menanya
"Lie Toaya, apakah kau ketahui urusannya Poan Louw Sam
dan Cie Sielong?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Mendengar pertanyaan itu, Bouw Pek melegak sebentaran.


tapi lekas juga ia geleng kepala.
"Aku tidak kenal mereka itu." ia menyahut.
Hamba negeri itu tetap bawa sikap sabar.
"Lie Toaya, aku hendak sampaikan satu kabar baru
padamu?" ia berkata pula. "Kemarin malam Poan Louw Sam
dan Cie Sielong berada dirumah isteri muda mereka
diKauwthio Go tiauw, mendadak ada orang yang datang
sambil membawa golok, berdua mereka telah dibunuh
mati......"
Mau tidak mau, Bouw Pek terperanjat sampai air mukanya
berubah. Bagaimana juga, kabar itu hebat baginya. Itu adalah
kejadian yang ia tidak pernah sangka.
Si hamba negeri teruskan omongannya
"Sesudah lakukan pembunuhan itu, si penjahat telah
angkat kaki dan kabur, Tidak ada barang apa juga yang
lenyap, maka itu orang menyangka itu adalah pembunuhan
guna membalas sakit hati. Kami dikantor menjadi sangat
repot, begitu lekas kami dengar kabar itu. Gundiknya Louw
Sam, yaitu A Go, dan gundikiya Cie Sielong. Siam Nio, serta
ibunya gundik ini, Cia Loo Mama, kami telah bawa kekantor
untuk didengar keterangannya. Toaya tahu apa? Gundiknya
Louw Sam itu telah seret kau, Toaya ......"
Bouw Pek terkejut hingga tertampak kemurkaannya.
"Apakah perempuan itu bilang aku yang bunuh Louw Sana
dan Cie Sielong?" ia tanya.
"Sabar toaya" berkata hamba itu seraya ulapkan
tangannya. "Urusan itu tidak bisa ada sangkutannya dengan
kau. Memang benar A Go bilang, bahwa Louw Sam dan Cie
Sielong bermusuhan dengan toaya, bahwa karena dapat tahu
kau telah keluar dari penjara, karena ketakutan mereka tidak
berani datang kerumah gandik mereka. Sudah beberapa hari
mereka tidak datang, kalau kemarin mereka toh datang, itu
disebabkan A Go dan Cui Siam sudah kirim orang minta
mereka datang juga. Adalah diluar dugaan, justeru malam itu
sudah terjadi pembunuhan. Pembunuh itu seorang gemuk,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kedua tangannya, kepalanya semua dibungkus dengan kain


Hitam. Bujang perempuan yang tua juga dapat lihat
pembunuh itu"
Didalam hatinya, Bouw Pek kaget kapan ia dengar si
pembunuh adalah seorang gemuk. Tapi karena itu ia bisa
bcrsenyum tawar.
"Syukur aku bukannya seorang gemuk " kata ia.
Hamba itu mengawasi sambil bersenyum.
"Kami dikantor semua ketahui itu, maka kami juga tidak
curigai kau toaya" berkata ia. "Tapi oleh karena A Go ada
sebut nama toaya, sep kami tidak bisa tidak kirim aku kemari
untuk menyambangi toaya, guna mencari keterangan ...."
"Keterangan apakah bisa didapat dari aku?" kata Bouw Pek
dengan bersenyum dingin. "Benar Poan Louw Sam telah fitnah
aku dan benar aku benci dia akan tetapi perbuatan demikian
datangi orang di waktu malam dan membunuh. perbuatan
yang rendah, aku Lie Bouw Pek tak nanti sudi lakukan!
Sementara itu sudah beberapa hari aku rebah karena sakit,
mana aku ada tenaga dan mampu lakukan itu? Andaikata kau
tidak percaya aku. kau boleh cari thabib yang diundang oleh
Tiat Pweelek untuk mengobati aku, akan dengar
keterangannya, kau boleh tanya padanya aku sakit benar atau
berpura2 saja"
Dijelaskan demikian, hamba negeri itu tertawa, meskipun
sebenarnya ia mesti merasa jengah atau likat.
"Bukankah siang2 aku telah terangkan, toaya?" berkata ia
sambil tertawa. "Dikantor kami apa juga tidek ada yang curigai
toaya Malah buat menduga saja, kami tidak berani, Jikalau
demikian, tidaklah perlunya kau datang meminta keterangan
dari aku?" Bouw Pek bilang. "Poan Louw Sam dan Cie Sielong
itu setiap hari andalkan uang dan pengaruh mereka, tidak ada
kejahatan yang mereka tidak lakukan, maka itu bisa
dimengerti. bahwa orang yang telah jadi korban mereka
banyak, entah berapa banyaknya!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Dikota raja ini aku punya banyak sanak dan sobat, aku
tidak bisa pertaruhkan jiwaku buat singkirkan dua manusia
busuk itu, jikalau orang lain, itu urusan mereka sendiri!"
Bouw Pek bicara dengan lagu dan roman menyatakan ia
sangat mendongkol dan berbareng juga merasa puas, karena
kebinasaannya Poan Louw Sam dan Cie Sielong memang
membikin ia puas.
Hamba negeri itu tidak kata apa2 lagi, apa pula ia
memangnya percaya, pembunuhan itu tidak bisa diadi
perbuatannya anak muda ini, maka tidak lama berselang ia
berbangkit untuk pamitan.
"Lihay" kata Bouw Pek seperginya hamba negeri itu,
"baiknya aku kebetulan sakit, jikalau tidak, lagi aku mesti
berurusan dengan pembesar negeri dan dalam perkara yang
lebih hebat..."
"Itulah belum pasti, toako" Siauw Jie borkata. "Tidakkah
saksi2 perempuan sendiri bilang, sipembanuh berbadan
gemuk?"
Bouw Pek berdiam, ia berpikir, lalu ia bcrsenyum.
Berulang2 ia manggut2.
"Toako, apa benar kau kenal Cui Siam, gundiknya Cie
Sieloag itu?" kemudian Suuw Jie tanya.
Ditanya begitu, Bouw Pak merasa malu sendiri. Ia
menghela napas.
"Saudara, betul pantangan paling keras untuk anak muda
adalah perkenalan dengan nona nona," ia berkata. "Selama
setengah tahun ini aku sangat menderita oleh karena aku
kenal orang perempuan, hingga semangatku jadi seperti telah
buyar pergi... Aku merasa tidak beruntung lantaran adanya
perkenalan itu. Sekarang aku mengerti, sekarang aku
menyesal bukan main .....Saudara jikalau kau suka dengar aku
nanti menuturkan"
Siauw Jie bersenyum. Ia memang ingin ketahui hal
ihwalnya jago muda ini, maka pengutaraan itu ia sambut
dengan girang sekali.
"Silahkan, toako" ia bsrkata seraya terus pasang kuping.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek bersenyum secara menyedihkan.


"Dalam satu tahun ini, dua kali aku telah mengalami
pertemuan yang berkesudahan bikin hatiku terluka," ia mulai
"Pertama adalah perkenalanku dengan nona tetangga daerah,
yaitu nona dari Kielok. Ia dari satu she dengan kau, hintee"
Siauw Jie nampaknya kaget, sebagaimana air mukanya
telah berobah lengan mendadak. Terang ia tertarik hati secara
luar biasa.
Bouw Pek tidak perhatikan perobahan sikap itu, ia lantas
melanjutkan dengan penuturannya. Ia tuturkan segala halnya
dengan Jie Siu Lian bahwa karena tawar bati terhadap nona
itu yang ia tidak berani ganggu ia jadi kenal Cui Siam, bahwa
karena bersobat dengan Cui Siam, diluar tahuaya ia telah
dimusuhi oleh Poan Louw Sam dan Cie Sielong,
Aku telah teryerat, lain kali aku tidak mau bersobat lagi
dangan orang perempuan" ia kata akhirnya dengan sengit.
Siauw Jie bingung mendengarkan penuturan itu, terutama
bagian halnya Sioe Lian
"Menurut aku, toako" kata ia kemudian, sambil barsenyum
"aku lihat kau dan si nona she Jie itu adalah pasangan yang
setimpal...."
Hatinya Bouw Pek sebenarnya belum mati, maka
mendengar perkataanaya kawannya itu ia menghela napas.
Aku telah berusia hampir tiga puluh tahun, sebabnya
kenapa aku masih belum menikah, karena aku lagi tunggui
nona yang segalanya mirip dengan nona Jie itu" ia akui, Diluar
dugaanku, peruntungan tipis. Nyata nona Jie sudah
bertunangan, maka lantaran itu aku tidak berani mengharap
yang bukan2! Sejak itu aku telah ambil putusan guna cari
Beng soe Ciauw, supaya mereka berdua bisa lekas menikah,
apabila mereka sudah tertangkap, barulah batiku lega. Aku
sendiri, apa pula setelah pengalamanku dengan Coei Siam,
aku sudah sumpah tidak mau menikah. Bicara hal pernikahan
saja, aku tidak sudi!"
"Siauw Jie bersenyum itu dingin apabila ia dengar ucapan
sengit itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kenapa kau bersikap demikian keras, toako?" ia berkata.


"Orang she Beng itu tidak ketahuan dimana adanya, tidak ada
halangannya toako nikahi nona Jie Sioe Lian"
Bouw Pek tertawa.
"Hiantee " berkata ia, "aku benar bodoh dan kelihatannya
sukar buat aku bisa lupai persobatanku dengan nona Jie akan
tetapi perbuatan tidak pantas demikian, yang bertentangan
dengan adat peradatan, aku pasti tak akan lakukan Umpama
buat selama lamanya Beng Soe Ciaw tidak ketahuan kemana
parannya. atau umpama ia telah menutup mata, aku tetap tak
akan ambil Jie Sioe Lian se bagai isteriku Daripada nikahi nona
Jie, aku lebih suka hidup duda untuk seumur hidupku ...."
Siauw Jie tertawa dengan dingin.
"Kau terlalu berkukuh, toako " ia berkata.
Sehabis ia kata begitu, Siauw Jie berbangkit akan bertindak
keluar kamar. Ia berdiri diteratapan, akan memandang sisanya
hujan musim Cioe. Sampai sekian lama baru ia masuk pula.
Sorenya, sehabis masuk, Siauw Jie ajak Bouw Pek
bersantap. Mereka dahar sama sesudah pasang lampu,
mereka duduk berhadapan buat pasang omong.
Lagi sekali 8ouw Pek minta seorang she Siauw itu robah
sikapnya, jangan tuntut terus penghidupan yang rendah itu.
"Sekarang ini Tiat Pweelek perlakukan kau tidak
selayaknya" kata anak muda kita, "tetapi itu bukan karena
sengaja hanya lantaran ia tidak meugetahui macam apa
adanya kau. Coba ia ketahui kau gagah dan adalah
tandinganku, aku penyaya ia segera akan perlakukan kau
sebagai tamu yang terhormat."
Siauw Jie geleng kepala.
"Tiat Pweelek tidak perhatikan aku, aku juga tidak ingin
pertontonkan kepandaianku dihadapannya" ia bilang. "Aku
tidak ingin peroleh kedudukan karena pertontonkan
kepandaianku itu! Lagian sekarang aku sudah ambil putusan
akan robah cara hidupku. Toako. aku mau tunggu sampai kau
sembuh betul, segera aku akan tinggalkan Pakkhia pargi
ketempat lain!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw pek terperanjat.


"Eh hiantee kemana kau hendak pargi?" ia tanya.
"Aku pikir buat pergi ke kanglam, akan cari seorang sobat"
sahut Siauw Jie dengan roman sangsi.
"Bagus" berseru Bouw Pek dengan kegirangan "Aku juga
ingin pergi ke Lamhia sudah lama aku berniat, sebegitu jauh
belum bisa kejadian. Aku asalnya dari Titlee, tetapi aku terlahir
di Kanglam. Hiantee tahu, di Kanglam aku punya beng
pehhoe, yaitu empe yang menjadi saudara angkatnya ayah ku,
yalah loo hiapkek Kang Lam Hoo. Aku ingin kunjungi beng
pehhoe itu. Baik, laotee. bila nanti aku sudah sembuh betul,
mari kita pergi sama2, pesiar ke Selatan! Kau akur bukan?"
Tetapi Siauw Jie goyang kepala.
"Toako, kau jangan samakan dirimu dengan diriku" ia kasi
mengerti. "Aku sebatang kara, dimana aku sampai, disitu ada
rumahku. Lain dari itu bagiku segala macam pekerjaan sudah
biasa, apa saja aku bisa lakukan. Kau sebaliknya, dikampung
kau masih mempunyai paman, sedang kedatanganmu ke
Pakkhia adalah dengan tujuan yang besar. Kau mempunyai
pengharapan, sebagai sekarang sudah terbukti, tiap hari
namamu naik makin tinggi dan tiap hari sobatmu bertambah.
Aku minta toako jangan sia siakan hari depanmu yang penuh
pengharapan itu! Aku percaya, toako, dibelakang hari kau
akan lakukan suatu pekerjaan besar di sini, waktu itu kau
boleh mendirikan rumah
tangga bersama nona Jie Sioe Lian, secara begitu tidaklah
kau bikin kecawa dirimu sebagai seorang gagah yang
bersemangat! Aku seorang dengan peruntungan malang,
buktinya sekarang aku tidak peroleh kemajuan, hingga mesti
hidup terlunta lunta aku tidak berdaya....."
Bouw Pek tidak puas dengan pengutaraannya sobat itu, ia
masgul akan dengar namanya Sioe Lian di sebut sebut. Tiap
kali nama itu disebut, tiap kali juga ia merasa tertusuk. ia juga
tak merasa puas terhadap sikapnya orang she Jie ini, yang
hatinya baik, tapi dalam persobatan agaknya hendak jauhkan
diri". Buktinya, ia sudah tuturkan hal dirinya dengan jelas, tapi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Jie sendiri bungkam perihal riwayatnya. Ia tetap hanya


baru ketahui, Siauw Jie adalah Jie Jie. anak yang kedua.
"Meski bagaimana juga, ia seorang aneh" akhirnya ia
beranggapan.
Dengan berhenti bicara, kamar jadi sunyi. Diluar masih
terdengar menetesnya air hujan. Keduanya berdiam, mereka
nampaknya punya kesukaran masing2.
Ditembok tergantung dua batang pedang.
Lilin sekarang telah hampir tinggal pongkotnya saja.
=================Ada Bagian
Hilang======================
"Secara terus terang, sudah dua tiga tahun lamanya aku
Soe Poancoe tidak sudi mcnjadi orang yang usilan" demikian
katanya dengan nyaring sikapnya gagah, tetapi Louw Sam
dengan uangnya terlalu jahat, ia telah lakukan banyak sekali
kebusukan dan kekejaman, hingga sudah sekian lama aku
berniat singkirkan ia. Kemurkaanku telah meluap sesudah ia
fitnah kau, hingga kau masuk penjara dan ketika ia pakai buat
ancam dan jerumuskan Coei Siam kedalam kedudukan hina
dina, hingga kau, enghiong besar, mesti jatuh sakit karena
rindu. Kejadian seperti itu aku tidak bisa tonton lebih lama
lagi. Maka tadi malam aku telah pergi ke Kauw thio Go tiauw,
dimana aku telah bikin habis jiwanya Poan Louw Sam dan Cie
Sielong. guna bikin tamat lelakon keyahatannya. Sekarang
Coei Siam telah menyadi janda muda, mustahil ia sekarang
tidak bisa menikah pada kau?"
Mukanya Bouw Pek neniyidi merah
"Kau ngaco!" ia membentak.
Tetapi bukannya kuncup, si Genuk sebaliknya tertawa.
"Aku tidak mau berbantahan," ia kata. "Aku merasa puas,
karena dengan jalan ini aku telah lampiaskan hawa busuk
dalam perutku. Aku tabu yang hamba negeri sudah mulai cari
aku, lantaran itu aku tidak bisa tinggal lebih lama pula di
Pakkhia ini. Malam ini juga aku akan angkat kaki dari sini
Tetapi lebih dulu aku hendak beritahu kau kau satu hal. Kau
jangan anggap Oey Kie Pok itu seorang dengan hati baik. Baru
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

saja selama dua hari ini aku dapat keterangan yang benar.
Dalam perkara kau difitnah, bukan melainkan Louw Sam
seorang yang aniaya kau, diantaranya Oey Kie Pok juga turut
memasukkan bukan sedikit racun Tek Ngo ya pulang ke
Pakkhia belum ada tiga hari, ia sudah dipaksa mesti angkat
kaki pula. Sekarang Oey Kie Pok lagi bertindak lebih jauh, ia
sudah berkonco dengan Phang Hoay dan Phang Liong dua
saudara, mereka telah minta Moh Po Koen dari Soe Hay Piauw
Tiam pergi ke Holam guna undang Teng couw hie Biuw Cin
San dan Kim khio Thio Giok Kin. Mereka semua diundang
untuk musuhi kau! Maka, Lie Bouw Pek, seorang kau mesti
berlaku hati2! Thio Giok Kin punya Tumbak Emas, Biauw Cin
San punya piauw terbang, bersama2 Oey Kie Pok punya golok
yang tersembunyi
dalam tertawanya yang manis. semua itu tidak boleh
dipandang ringan semua berbahaya sekali. Aku kasi tahu
padamu, karena aku akan pergi, aku tak dapat bantu kau lebih
jauh" Ia tertawa, ia angkat kedua tangannya, kiongcioe pada
dua orang didalam kamar itu lalu ia tambahkan "Aku
berangkat sekarang! Mudah2an nanti kita akan bertemu pula"
Setelah kata begitu, ia putar tubuhnya dan bertindak
keluar, kapan diluar terdengar suara angin menyambar dan
genteng terinjak, si Ular Gunung telah hilang lenyap dimalam
yang gelap itu.
Tapi Lie Bouw Pek mendadak tertawa berkakakan.
"Kau lihat, hiantee sudah terang Lie BouW Pek bukannya
tidak ternama." ia kata pada Siauw Jie, yang ia awasi.
"Lihatlah, namaku sudah mendatangkan kedengkiannya
semua orang itu! Bukankah Soe Poan coe telah beritahukan
barusan, bahwa Sioe Bie too Oey Kie Pok sudah minta
bantuannya si orang she Moh buat undang datang Kim khio
Thio Giok Kin dan Biauw Cin San? Namanya Thio Giok Kin itu
aku pernah dengar dari mulutnya almarhum Jie Loo enghiong.
tetapi namanya Biauw Cin San barulah pertama kali ini aku
dapat tahu. Bagus! Kalau nanti mereka sampai di Pakkhia,
sakitku tentulah sudah sembuh betul, maka waktu itu aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pasti suka ketemu mereka itu" Ia tertawa secara dingin.


Bukannya jerih, ia justru jadi berani luar biasa. Lantas ia
damprat Oey Kie Pok. katanya: "Oey Kie Pok, bagus betul
perbuatanmu! Ketika aku dipenjara, kau telah datang
sambangi aku, siapa nyana ku sebenarnya seorang busuk
dengan mulut manis! Baiklah, sekarang aku tidak pergi cari
kau, aku mau tunggu sampai nanti sudah datang orang
undangan kau, baru aku sekalian coba kau !"
Saat ini sebenarnya panas. tetapi Siauw Jie duduk diam,
nampaknya ia tidak perdulikan urusan itu, ia malah lantas
tutup pintu buat terus lupakan diri dan tidur.
Bouw Pek sendiri tidak bisa lantas meramkan mata Ingat
Kie Pok, ia mendongkol bukan main. Tapi kapan ia ingat Soe
Poan coe, ia jadi gembira, karena situkang warung arak
adalah seorang yang lucu, menarik hati dan mengagumkan.
Apabila ia ingat si bujang istal, ia heran, kecurigaannya tak
bisa lenyap dengan lantas Si orang she Jie ini tetap sukar
diduga hatinya.
Lewat lima atau enam hari lagi, sakitnya Bouw Pek sudah
sembuh sama sekali. Sejak |tu siauw Jie pindah pula ke
Pweelek hoe, malah ia telah tidak datang.
Pagi itu Bouw Pek bangun dan pakai baju kapas yang
lemas, kepalanya ditutup dengan kapas, baru seja ia keluar
dari pintu ia sudah disambut angin pagi yang dingin, yang
membikin ia bergidik. Kapan ia tunduk, memandang kelatar, ia
lihat ber tumpuknya daun rontok. Dengan tindakan perlahan ia
keluar dari pekarangan bio kapan ia sampai dimulut utara dari
Sinsiang Hotong darimana ia bisa lihat warung arak dari Soe
Poan coe ia dapatkan warung itu tertutup rapat, nampaknya
sunyi, mirip seperti setumpukan kuburan yang tidak terawat.
Ia tidak mau berdiam lama atau mondar mandir didekat
warung itu, ia buat orang nanti sangka bahwa ia punya
hubungan dengan si Gemuk, yang sudah kabur, ia lalu sewa
kereta buat mtnuju ke An leng moei, ke Pweelekhoe.
Kapan anak muda ini sampai di istana raja muda oleh
pengawal ia disambut dengan hormat dan manis dan lantas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

persilahkan masuk kekamar yang mungil, dimana


dipersilahkan duduk. Ia menantikan tidak lama lalu tertampak
Siauw Hong Jiam Tiat Siauw Pweelek bertindak masuk.
Pangeran Boan itu terkejut kapan ia tampak tamunya.
"Ah, kau menjadi begini kurus " ia berkata
Bouw Pek barsenyum meringis, ia berbangkit buat unjuk
hormatnya.
"Silahkan duduk." mengundang tuan rumah
"Sudahkah sakitmu sembuh seanteronya?" Tiat Siauw
Pweelek tanya.
"Terima kasih. Jie ya, aku telah sembuh betul" sahut Bouw
Pek "Aku penyaya, lewat lagi beberapa hari, aku akan sudah
sehat kembali seperti sediakala Ia berhenti sebentar,
kemudian menambahkan "Mengenai sakitku ini aku sangat
bsrsyukur pada Jieya begitupun pada saudara Jie Jie, yang
telah rawat aku."
Tiat Pweelek manggut.
"Siauw Jie memang anak baik, " ia kata, "cuma aku dengar
orang bilang ia sangat malas......,"
Mendengar begitu Bouw Pek bersenyum. Ia mengerti,
bahwa pengeran ini telah dapat kabar yang dibikin2. Ia berniat
bantah itu, ia ingin kasi tahu raja muda ini bahwa siorang she
Jie sebenarnya pandai boegee dan tidak boleh diantap tinggal
dikandang kuda. Tapi selagi ia mau buka mulut, Tiat Pweelek
sudah bicara lebih jauh.
"Bouw Pek, aku memang harap aupaya kau lekas sembuh"
kata ia. "Apakah kau ketahui Oey Kie Pok sudah kirim utusan
ke Holam guna undang Teng couw he Biauw Cin San dan Kim
khio Thio Giok Kin ke Pakkhia ini untuk diadu dengan kau?"
Bouw Pek terima kabar itu dengan tenang.
"Dari mana Jieya dapat kabar ini?" ia tanya.
"Kemarin ini aku telah ketemu Gin khio Ciangkoen Khoe
Kong Ciauw." Tiat Siauw Fweelek menyahut. "Khoe Kong
Ciauw telah beritahukan hal itu dan ia nyatakan sangat tidak
puas. Mengenai ini, ia sudah tanyakan Oey Kie Pok yang
menyungkal keras. Oey Kie Pok bilang, bahwa dengan kau ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak bermusuhan, bahwa ia belum pernah rasai tanganmu


bahwa ia juga bersobat padamu, Ia juga bilang, waktu kau
ditahan dalam penjara, ia sudah datang menyambangi ..."
Bouw Pek tertawa secara menyindir.
"Memang benar beberapa kali Kie Pok minta aku menjadi
sobatnya" ia bilang "Tapi, siapakah ketahui bagaimana
sebenarnya hatinya? Tantang orang yang ia undang aku bisa
bilang, meski sekarang aku belum sehat seperti sediakala, aku
tidak takut. Scbenarnya aku berniat pergi ke Yankeng, tapi
karena ada urusan ini, aku hendak tunda perjalananku itu, aku
hendak tunggu Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, buat dapat
ketahui mereka sebetulnya orang macam bagaimana....."
Tiat Tweelek puas dengan pengutaraan itu.
"Benar" ia bilang. "Aku juga ingin kau kasi mereka lihat kau
sebenarnya orang macam bagaimana !"
Berdua mereka berdiam, sampai kemudian Tiat Pweelek
mendadak menghela napas.
"Suasana dikota raiya ini benar busuk" demikian ia
nyatakan, "Kalau disini datang orang dari tempat lain dan
orang itu unjuk sedikit saja kepandaiannya ia lantas jadi bulan
bulanan dari kedengkian dan iri hati Umpama kau, coba kau
tidak kena1 aku atau Tek Siauw Hong, entah sampai dimana
kau jad1 korbannya orang2 yang iri hati itu ! Belakangan ini
aku telah dapat tahu satu hal yang mendongkolkan sekali,
lantaran kau sedang sakit dan kelihatannya sakit itu berat, aku
telah tidak kasi beritahukan hal itu padamu Itu adalah hanya
Poan Lauw Sam dan Cie Sielong, yang dirumah gundiknya
sudah ada yang bunuh mati secara diam2 . Menurut
keterangan orang2 perempuan didalam rumah itu, katanya si
pembunuh seorang gemuk tubuhnya, tapi Oey Kie Pok mau
gunai ketika ini untuk bikin celaka kau. Kau tahu, ia telah kasih
tahu teetok. bahwa sipembunuh adalah kau, hingga lantaran
ini Moh teetok telah datang padaku menanyakan perihal kau.
Tentu saja aku kasih keterangan, bahwa kau sedang sakit dan
aku berani tanggung yang kau tidak lakukan pembunuhan.
itu"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek manggut2.


"selagi aku sakit, orangnya teetok juga datang padaku"
kata ia, yang tuturkan kedatangannya hamba negeri,
bagaimana hamba itu sudah bicara dan bagaimana ia telah
menjawab, kemudian ia meneruskan dengan suara
menyatakan mendongkolnya hati "Duluan, sebelum aku
datang kemari, aku telah dengar namanya Sioe Bie too 0ey kie
Pok, yang orang sohorkan hingga aku turut-turutan jadi
hargakan dia, maka aku tidak sangka ia sebenarnya manusia
yang dalam tertawanya umpatkan senjata tajam. Biarlah, satu
kali aku nanti cari ia, buat tanya ia, kenapa ia berlaku begini
macam terhadapku"
Bahna mendongkol, mukanya anak muda ini yang pucat
berubah menjadi merah.
"Tidak usah kau cari dia" pangeran ini mencegah "Kau baru
sembuh, kau tidak bo1eh umbar napsu amarahmu. Kau juga
tidak akan dapat cari dia itu. Sejak kau keluar dari penjara, ia
jarang keluar pintu, dan sekarang, berhubung dengan
kebinasaanya Poan Louw Sam dan Cie Sielong, ia benar sekap
dirinya didalam gedungnya. yang paling benar adalah
selanjutnya kau jaga diri baik2 terhadap dia"
Bouw Pek menyatakan bahwa ia akan perhatikan nasehat
itu, tetapi didalam hati, ia gusar bukan main.
Selanjutnya berdua mereka bicara pula sekian lama, sampai
kemudian Bouw pek minta perkenan untuk undurkan diri. Ia
tidak terus pulang, ia mampir diistal akan cari Siauw Jie, tetapi
bujang istal itu tidak ada menurut kawannya sejak kemarin
pergi keluar, roskam itu belum kembali.
Bouw Pek heran dan bercuriga Ia tidak kata apa2 lagi. ia
lantas sewa kereta buat pufang ke Lam shia, Kota selatan.
duduk diatas kereta hatinya berpikir:
"Aneh yang aku telah mesti hadapi orang yang luar biasa.
Secara luar biasa Soe Poan-coe telah menjadi sobatku selama
satu bulan lebih ia berhati baik, ia mau bantu aku apa lacur,
maksudnya itu telah bikin aku menghadapi bahaya. Sekarang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku bertemu Siauw Je, yang jauh lebih aneh dari pada si
Gemuk itu. Entah apa yang orang aneh ini hendak lakukan?"
Kereta telah jalan dengan cepat, Sebentar kemudian Bouw
Pek sudah sampai di LouW ma sie toakay yaitu jalan besar di
Louw ma sie diluarnya Tian moei. Ia duduk dikereta dengan
tidak turunkan tenda, maka itu, selainnya bisa melihat
kesekitarnya. orang lain pun bisa lihat ia dengan nyata.
Banyak orang yang mundar mandir dikiri dan kanan banyak
warung atau toko. Selagi keretanya jalan terus tiba tiba ia
dengar orang teriaki ia berulang ulang "Lie Toaya Lie Toaya
Mendengar panggilan itu, anak muda kita segera menoleh
kejurusan darimana suara datang. Maka ditepi jalanan ia
tampak seorang perempuan tua yang lagi menggape ia sambil
masih terus memanggil2. Dan la segera kenalkan Cia Loo
mama, ibunya Siam Nio.
Nyonya itu berpakaian tua, bajunya pendek, tangannya
disesapkan karena kedinginan, tetapi ditangan itu kelihatan
bungkusan obat.
Bouw pek perintah kusir tahan keretanya.
"Ada apa?" ia tanya. Kenapa kau disini?"
Cia Mama menghampirkan, ia unjuk hormat sambil
membongkokkan tubuh, kemudian ia menunjuk kejurusan
selatan.
"Aku tinggal disana, di Hun pong Liu lie kay" ia menyahut.
"Bersama2 si Siam aku sudah pindah, sekarang kami
menumpang pada engkimnya. Siam Nio setiap hari ingat kau,
looya lantaran selalu ingat kau, ia sampai jatuh sakit.... Apa
kau sekarang lagi senggang, looya? Mari ikut aku pergi lihat si
Siam!"
Suaranya Cia Mama perlahan dan mendatangkan rasa
kasihan, pakaian dan romannyapun bisa membikin orang
terharu. Bouw Pek bisa duga kesukaran orang, yang
disebabkan mampusnya Cie Sielong. Ia sebetulnya tidak niat
keremui Cui Siam lagi, tetapi kapan ia ingat persobatannya
duluan, hatinya berubah dalam sekejap. Ia ingat, baru dua
bulan perubahan telah terjadi begini rupa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Baiklah, aku nanti lihat ia" ia menyahut akhirnya. Ia turun


dari kereta, bayar uang sewanya, lantas ikut nyonya itu.
Mereka masuk dimulut jalan sebelah utara dari Hun pong
Liu lie kay.
Sekarang ini nyonya setengah tua itu nampaknya gembira,
tubuhnya yang sedikit melengkung ia coba bikin lumpang.
"Lie Looya, anakku itu terang berjodoh padamu" ia kata
sembari jalan. "Sejak hari itu kau tinggalkan ia, ia tidak napsu
dahar dan minum, hingga berias juga ia tidak mau, hingga
kesudahannya kami jadi kebentrok dengan pihak Po Hoa pan,
dengan kesudahan kami keluar dan pindah. Engkimnya
hendak berdaya buat carikan tempat lain, tetapi si Siam
menolak, sembari menangis ia kata ia tidak mau lagi hidup
dirumah pelesiran. Ia bilang ia hendak tunggui kau"
Bouw Pek mendongkol berbareng geli mendengar ocehan
itu.
"Tua bangka ini benar2 licin dan tidak tahu malu," pikir ia.
Ia berani rahasiakan perbuatannya, yang ia kira aku tidak
ketahui"
Berbareng ini iapun jadi curiga.
"Tidakkah ia dustakan aku, buat pancing aku datang pada
anaknya itu?" pikir ia. "Hm! Meski andaikata benar2 Siam Nio
hendak robah haluan dan menjadi baik akupun tidak sudi kasi
diriku dipermainkan pula oleh sang cinta buta ..."
Jalan tidak seberapa jauh, Cia Mama berhenti didepan
sebuah rumah yang daun pintunya sudah rusak dan tidak
ditutup.
Looya, silahkan masuk" ia mengundang, inilah rumah kami,
harap kau tidak buat celaan....."
Bouw Pek bertindak masuk. Ia lihat ceracapan yang sempit,
dimana ada air becek dan daun kotor. Disitu terdapat enam
atau tujuh kamar. Maka ia menduga, pengisi rumah mesti
terdiri atas beberapa keluarga.
Segera juga muncul tiga orang perempuan yang rambutnya
kusut, tetapi mukanya medok tak keruan, karena mereka ini
lihat Cia Mama datang bersama seorang anak muda yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pakaiannya rapi dan potongannya beda daripada orang


kebanyakan. Tapi mereka itu tidak lagi keluar, mereka hanya
nongol di muka pintu.
Bouw Pek bisa menduga siapa adanya nona itu, ia tidak
ambil perduli.
Cia Mama bawa anak muda kita kedepan kamar sebelah
barat, sebuah kamar kecil, ia tolak daun pintunya, yang
ditutupi kertas robekan dan undang masuk tamunya.
BOUW PEK bertindak masuk, hidungnya segera disampok
bebauan obat dan bau lain yang tidak menyedapkan. Dalam
kamar Itu tidak ada meja, cuma ada bangku yang merupakan
pembaringan, yeng dialasi dengan selembar kain merah yang
belum terlalu tua. Ia ingat, itu adalah kain yang dulu ia belikan
untuk Siam Nio.
Rebah diatas pembaringan itu, dengan tubuh dikerobongi
selimut dan kepala separoh tertutup, hingga tertampak
rambut yang kusut, kelihatan tubuh Cui Siam yang tidak
bergerak.
Cia Mama sudah lantai dekati anaknya.
"Cui Siam Cui Siam lihat berkata ia. "Lihat, anak, siapa yang
datang kemari!'
Siam Nio merintih, ia keluarkan kepalanya dan angkat itu.
Menampak anak muda kita ia nampaknya kaget dan heran,
berbareng menyesal..----
"Akhirnya kau datang!....." berkata ia dengan lemah "Kau,
Lie Looya. kau sekarang tentunya sudah merasa puas...."
Bouw Pek lihat mukanya bengkak dan matang biru.
diantara itu ada bekas mengalami airmata dan darah Ia lihat
sepasang mata yang sinaruya masih hidup dan menarik hati.
Itulah roman yang penuh kedukaan, yeng mendatangkan rasa
terbaru
Setelah kata begitu. Siam Nio tutupi pula mukanya dan
menangis sesenggukan.
Cia Mama diam saja, tapi air matanya keluar, la menangis.
Bouw Pek bisa menduga. Tentu setelah kebinasaannya Cie
Sielong dan Poan Louw Sam Siam Nio telah jadi kurban
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kompasannya pembesar negeri, yang mestinya curigai dia dan


coba mencari pengakuan dengan jalan kekerasan.
Mau tidak mau, anak muda kita merasa kasihan dan
terharu.
Jie Sielong dan Poan Louw Sam benar jahat dan harus
dibunuh mati, tetapi perkara mereka itu menang bukan tidak
ada sangkutannya dengan aku....." Ia berpikir. "Mereka telah
terima hukuman mereka, tetapi Siam Nio, apakah. salahnya?"
Oleh karena terharu, hatinya Bouw Pek menjadi lemah. Ia
menghampirkan.
"Cui Siam, kau jangan sesalkan aku, yangan penasaran," ia
berkata. "Poan Louw Sam dan Cie Sielong ada yang bunuh.
inilah aku tidak sangka. Aku telah jatuh sakit setengah bulan
lamanya dan sekarang aku baru sembuh...."
Tiba2 Siam Nio angkat kepalanya dan mengawasi.
"Bagaimana aku bisa sesalkan kau ?---- kata ia sambil
bersenyum tawar. "Cuma... ia menoleh pada ibunya dan kata:
"Mama tolong kau keluar sebentar, aku hendak bicara pada
Lie Looya Cia Mama mengerti, sambil lepas air matanya ia
undurkan diri.
SIam Nio masih mendongkol, tetapi ia bicara dengan
perlahan.
"Aku tahu, Looya, sipembunuh bukan kau," kata ia, "tetapi,
bisakah kau bilang bahwa aku tidak ketahui siapa
pembunuhnya?"
Bouw Pek terparanjat, hingga ia tercengang iapun
bersenyum tawar.
Taruh kata aku ketahui siapa dia, habis bagaimana?" ia
tanya. "Ketika Cie Sielong dibunuh, sakitku justeru sedang
hebatnya. Dalam keadaan seperti itu, apa aku masih, punya
pikiran buat perintah orang pergi lakukan pembunuhan?"
Siam Nio tertawa dingin.

JILID 15
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"HM! HM !" ia kasi dengar suara dari Hidungnya. "Bisa jadi


sipembunuh yang gemuk itu bukan suruhan kau, tetapi aku
kenal dia! Adalah dia sendiri yang bilang padaku, bahwa ia
sobat kekal kau. Jikalau dimuka pengadilan aku mau
menerangkan seperti ini, tidak nanti orang kompes dan siksa
aku, hingga aku bercelaka begini macam pendeknya jangan
kau pandang aku seperti bunga raya yang kebanyakan, aku
masih kenal harga diriku Aku bernasib buruk, aku terima itu
sendiri, aku hanya mengharap looya, supaya kau baik, itulah
pengharapanku ......"
Siam Nio berhenti sebentar akan susuti air matanya.
"Aku memang sudah ketahui kau, orang2 dari kalangan
Sungai Telaga tidak boleh dibuat permainan" kata ia pula,
"jikalau bukan begitu, tidak nanti aku sudi ikut Cie Sielong si
tua bangka ....."
Ia rupanya telah tarluka pula hatinya, maka ia lantai
menangis pula, sesenggukan dan mengulum.
Bouw Pek tercengang, ia mendongkol berbareng berduka.
"Apa kau bilang ?" ia kata. "Kau tetap anggap aku orang
kalangan Sungai Telaga ?" la berdiam. Biar bagaimana juga ia
merasa kasihan pada nona ini. yang dapat anggapan keliru
tentang dirinya. anggapan mana telah dikukuhi. "Ah" ia
menghela napas.
"Nampaknya sukar buat aku kasih mengerti padamu" ia
kota kemudian. "Baiklah kau ketahui, juga kerena aku
mengerti bugee, lantas kau anggap aku orang dari kalangan
Sungai Telaga. Hal yang sebenarnya, justeru orang dari
kalangan Sungai Teiaga banyak yang musuhkan aku, yang
benci aku sampai kedalam tulang2 mereka! Sebaliknya, aku
paling suka seterukan orang2 jahat dari kalangan Sungsi
Telaga itu. Sejak dimusim panas aku datang ke Pakkhta ini
untuk cari pekeryaan, aku berbareng pun telah tanam bibit
permusuhan. Beberapa orang dari kalangan Sungai Telaga
telah cari aku dan pieboe dengan aku, aku telah rubuhkan
mereka, lantaran itu, mereka jadi benci aku. Begitulah mereka
telah siarkan omongan yang bukan2 , katanya aku orang dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kalangan Sungai Telaga, bahwa aku penjahat besar! Demikian


Poan Louw Sam dan Oey Kie Pok berdua mereka telah gunai
pengaruh uang, fitnah aku dan bikin aku celaka. Sampai
sekarang ini mereka masih belum puas. Kau tahu, tidak lama
lagi akan datang orang dari Holam, yang diundang untuk
tempur aku. Mereka adalah Teng Coaw hie Biauw Cin San dan
Kim chio Thio Giok Kin"
Mendengar namanya Biauw Cin San, Siam Nio angkat
kepalanya.
"Apa kau bilang? Biauw Cin San?" ia menegasi dengan air
mata meleleh.
"Benar" Bouw Pek manggut. "Biuaw Cin San adalah erang
paling terkenal dalam kalangan Sungai Telaga di Holam! Tentu
saja kau tidak akan mengerti tentang mereka itu," ia
tambahkan, "kalau aku sebut nama mereka, itu melulu untuk
kasih mengerti pada kau. Aku laki2 yang utamakan kejujuran
dan keadilan aku mengerti aturan, aku mengerti boegee, kalau
aku berkelahi tidak lain sebabnya yalah aku tak sudi dihina
oleh orang lain! lihatlah malam itu waktu aku dengar kau suka
ikut Cie Sielong, aku lantas berlalu dengan tidak kata apa2
lagi, tapi jikalau kau sangka aku cemburu dan jelus, hingga
lantaran itu aku perintah orang bunuh Cie Sielang, terang
kausalah anggap tentang diriku!"
Selagi Bouw Pak bicara. Siam Nio sudah takluk. Ia kaget
bukan main dengan Biauw Cin San akan datang kekota raja.
meskipun si anak muda tidak bilang yang kedatangan itu
bukan untuk cari ia. Air matanya turun dengan deras. Segera
ia bayangkan roman yang bengis dari Teng couw hie Biauw
Cin san si Ikan Lodan ia seperti dengar dampratan yang hebat
dari okpa yang me menakutkan itu.
Didepan matanya seperti berpeta bagaimana ayahnya telah
dianiaya sampai binasa. Ia juga merasa, satu kali Biauw Cin
San sampai dikota raja, ia akan menemui ajalnya begitu juga
ibunya, yang akan tidak dapat ampun.
Ketika itu Cia Mama telah bertindak masuk, ia tidak dengar
perkataannya Bouw Pek, tetaoi melibat anaknya menangis,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sedang Lie Bouw Pek lagi berdiri dengan air muka merah
bahna gusar. Buat sesaat, ia jedi melegak.
Bouw Pek awasi nyonya itu.
"Bagaimana kau pikir tantang hari kemudian kau?" ia tanya.
"Bagaimana bisa disebut urusan dibelakang, sedang
sekarang kami ibu dan anak akan lekas binasa?" kata Siam
Nio, yang dului ibuaya menjawab.
Sinona ini bicara sambil menrngis dan air mata bercucuran.
Cia Mama kaget. Ia memang lagi bersedih, menampak
roman anaknya itu, ia turut menangis.
"Urusan kami berdua aku tak dapat umpatkan terhadapmu,
looya," berkata ia kemudian seraya susut air matanya. "Siam
Nio menikah Cie Sielong belum ada satu bulan, sielong itu
sudah lantas ada penjahat yang bunuh. Celaka adalah kami
ibu dan anak. buat beberapa hari kami mesti mendekam
didalam penjara, malah Siam Nio telah menderita kompesan.
hingga selanjutnya ia telah jadi seorang yang berpenyakitan.
Memang sudah sedari tadinya anakku punya tubuh tidak kuat
dan sering dapat sakit. Dikantor orang telah taboki ia secara
hebat. Barang berharga kami sementara itu telah dirampas
oleh pihaknya Cie Sielong. Karena semua itu terpaksa kami
pindah kerumah engkimnya Siam Nio Tapi disini kami tidak
bisa tinggal lama2 sebab engkim itu punya rewatao beberapa
anak lainnya dan Siam Nio terluka mukanya, hingga ia tidak
bisa tuntut pula penghidupannya yang lama. Disebelah itu, ke
mana ia mesti pergi akan pinjam pakaian dan barang
perhiasan? Lantaran ini, aebab sudah tak berdaya, aku telah
minta kau, Lie Looya datang kemari. Aku mohon, mengingat
perhubungan kau dan Siam Nio dulu, sukalah kau tolong
kami."
Bouw Pek berdiam. Biar bagaimana juga, ia terharu,
"Seteiah segala apa berjalan begini rupa apa aku bisa bikin?"
kata ia, sambil menghela napas ia melihat keatas. menghela
napas pula. Kemudian ia kata pula Sekarang begini saja. Aku
nanti pergi pada beberapa sobatku akan pinjam uang, guna
tolong kau, sedikitnya buat lewatkan hari yang mendatang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tunggu hingga Siam Nio sudah sembuh supaya ia bisa ikut


orang yang baik2, agar kau, Ibu dan anak, dapat penghidupan
yang tentu Aku pikir selanjutnya baik kau jangan tinggal lagi
dirumah pelesiran.."
Mendengar orang hendak carikan uang, Cia Mama lantas
saja jadi kegirangan.
"Kau benar, looya " berkata ia "Memang juga, jikalau ada
jalan yang benar, siapa mau kasi anaknya hidup didalam
rumah pelesiran? Lie Looya...."
Cia Mama hendak omong terus, ketika Bouw Pek rogoh
sakunya dan keluarkan uang yang terus diserahkan pada itu
adalah dua lembar ginpio.
"Sekarang pakailah ini dulu." berkata si anak muda .Lewat
lagi dua hari, kau boleh pergi ke Hoat Peng Sie cari aku, aku
nanti sediakan lagi belasan tail Sekarang ini. lantaran aku baru
sembuh, aku tidak suka sering berpergian. Selanjunya aku
juga tidak akan datang lagi kemari, maka sukalah Siam Nio
baik-baik rawat dirinya"
Setelah kata begitu, Bouw Pek menoleh pada si nona Siam
Nio rebah dengan kedua mata terbuka lebar, dari dua-dua
mata itu air mata meleleh keluar tidak berhentinya. Kedua
belah pipinya, yang matang biru telah menjadi jalan mengucur
dari airmata itu. Ia mirip sisa bunga yang rontok, yang
mendatangkan rasa terharu dan kasihan ....
Bouw Pek memandang pula, tetap ia kuatkan bati. Ia
menghela napas.
"Nah, aku pergi," kata ia dan bertindak keluar.
Cia Mama mengantarkan.
Bouw Pek jalan terus dengan tidak menoleh lagi, ia
bertindak di Hunpong Liu-liekay dengan tidak keruan rasa.
Mengikuti Louw-ma-sie Toakay ia menuju kebarat. Disini ia
cari sebuah warung nasi. Selagi dahar ia dengar orang bicara
disebelah mejanya.
"Disebelah barat itu, warung araknya Su Poancu maju,
heran, kenapa ia telah tutup warungnya dan pindah entah
kemana?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Mendengar itu. Bouw pek mengerti, bahwa orang tidak


ketahui Su Poancu adalah pembunuhnya Cie Stelong dan Poan
Louw Sam
"Setahu kemana Su Poau-cu sudah pergi " ia pikir. "Kalau ia
tidak kerembet-rembet dengan urusanku. tidak nanti ia kabur,
hingga sekarang aku jadi kesepian......"
Sehabis dahar ia terus berjalan pulang. Ia tetap berduka
mengingat nasibnya Siam Nio. Biar bagaimana juga, ia mesti
hargakan nona itu, yang berani tanggung siksaan,
melulu untuk tidak sebut namanya. Maka amabil putusan
akan cari uang, guna tolong anak dan ibunya. Tapi, tentang
pernikahan, ia sudah ambil putusan menolak.
Sekarang Bouw Pek cuma harap dua hal Pertama,
rahasianya Siauw Jie, yang ia ingin kotahui supaya ia dapat
tahu betul siapa orang she Jie itu. Dan kedua supaya ia bisa
lekas sehat seperti sediakala, agar ia bisa sambut Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin. Ia bernapsu betul nenggunai
pedangnya akan tandingi dua musuh dari Holam itu
Satu hari lewat, Bouw Pek bangun pagi2, tidak perduli
angin musim Ciu menyampok nyamook dengan hebat, ia
gunai pedangnya akan bersilat, untuk melatih diri. Ia bersilat
mulai dari perlahan, sampai menggunai tenaga besar. Ia dapat
kenyataan penyakitnya telah tidak ganggu hebat padanya.
Tidak Ia masih bisa berlatih, selama mana ia ingat Siauw
Jie dan kagumi kegagahannya "bujang istal" itu, ia pakai
thungsha dan berjalan keluar. Ia bawa kereta, dengan apa ia
pergi ke Pweelek-hu. Ia tidak masuk dari pintu depan, hanya
langsung menuju kepintu samping buat pergi ke istal
Semua pegawai istal telah ketahui, yang anak muda ini
adalah tamu yang dihargakan oleh pweelek, dari itu mereka
menyambut dengan hormat, dan tempo sianak muda kasi tahu
maksudnya akan cari Siauw Jie, satu diantaranya lantas lari
akan panggil tukang roskam kuda itu.
Siauw Jie muncul dengan muka kotor, seperti juga sudah
beberapa hari ia tidak cuci muka. Iapun masih pakai baju dan
celana birunya yang sudah rombeng.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Hiantee, kemarin aku datang cari kau, katanya kau keluar"


kata Bouw Pek dengan sungguh2.
Siauw Jie manggut.
"Ya, selama dua hari ini aku punya sedikit urusan" ia
menyahut.
Bouw Pek terharu akan lihat pakaian jelek dan tipis itu.
"Hiatee, mari ikut aku" ia berkata. "Kita pergi kewarung
arak, dimana kita bisa bicara"
Siauw Jie manggut, ia ikut anak muda itu keluar dari istal
akan menuju kebarat. Sang angin telah sambar mereka
berulang2
Bouw Pek pakai pakaian tebal, ia masih merasa sedikit
dingin, akan tetapi kapan ia menoleh pada si bujang istal. ia
bertindak dengan gagah, sedikit juga sobat itu tidak terganggu
oleh hawa dingin.
Segera juga mereka telah masuk kedai sebuah warung
arak, mereka pilih meja dan minta arak dan temannya.
"Apakah kau tidak merasa dingin hiatee?" agak muda kita
tanya.
"Sedikit diuga tidak," sahut Siauw Jie seraya geleng kepala.
"Jikalau kau tidak punya baju kapas, aku nanti kasikan kau
sepotong"
"Begitupun baik," sahut kawan ini tanpa malu malu.
Bukan main girangnya Bouw Pek mengetahui sobat itu suka
terima pemberiannya,
"Baru dua hari aku tidak ketemu kau, aku kesepian bukan
main!" kata ia kemudian sambil tertawa. "Tadi aku berlatih
sendirian, lantas aku ingat kau, hiantee. Aku bayangkan, coba
kita tinggal sama2, kita tentu boleh saling mengajar,
bagaimana menggembirakan"
Siauw Jie hirup araknya. ia manggut. Tapi ketika ia bicara
ia menghela napas.
"Toako, aku hendak berlalu dari Pakkhia, tapi seyenak aku
tidak punya uang," ia kata.
"Itu bukannya soal, aku bisa carikan kau beberapa puluh
tail" Bouw Pek jawab dengan cepat, cuma..."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi Siauw Jie potong omongan orang "Aku tidak ingin kau
kasi pinjam uang padaku! Keadaan kau toako, tidak berbeda
jauh daripada keadaanku.."
Bouw Pek goyang kepalanya.
"Itu uaing bukannya uangku" ia terangkan. "Ketika Tek
Siauw Hong mau berangkat, padaku ia serahkan sejilid buku
uang dengan jumlah duaribu tai1, ia bilang aku boleh pakai
uang itu menurut sukaku. Sampai sekarang uang itu aku
belum pernah pakai sama sekali, maka kebetulan hiantee
perlu uang, uang itu aku boleh pakai. Tek Siauw Hong
berharta, uangnya itu tidak berarti apa2 baginya."
Siauw Jie manggut , tetapi ia kata "Justeru uang sobatmu
itu aku lebih2 tidak bisa pakai?" Kelihatannya ia bersangsi.
Kemudian ia tambahkan "Hal ini baiklah kita bicarakan lagi lain
kati, perlahan saja, Aku tidak akan berangkat lekas2..."
Dengan matanya yang tajam, Bouw Pek awaskan sobat luar
biasa itu. Ia menduga, bahwa sobat ini sedang menghadapi
soal ruwet, cuma dengan sikap tenang yang dibikin bikin dia
itu bikin dirinya seperti tidak tertampak perobahan apa juga.
Ia ketahui yang sobat ini tetap ucapkan apa2 padanya.
"Hiantee" berkata anak muda kita, "perkenalan kita belum
berjalan lama. akan tetapi sejak kau rawat aku selama aku
sakit, aku telah lantas pandang kau sebagai saudara
kandungku. Aku sangat berterima kasih buat kebaikan hatimu.
Maka aku harap diantara kita baiklah jangan ada perbedaan
apa2 dan dimana perlu haruslah kita saling bantu saling tolong
Hiantee, aku lihat dalam hatimu terkandung suatu apa, tetapi
kau agaknya tidak mau bicara terus terang kepadaku Kenapa
begitu, hiatee?"
Siauw Jie bersenyum.
"Kita sama2 muda, kita sama2 pandai meoggunai pedang,
malah kepandaian kita sebanding satu pada lain, tetapi
kendati demikian, keadaan dan tabeat kita berlainan," ia
berkata dengan sabar. "Jikalau aku mesti tuturkan tentang
hatiku, toako, kau pasti tidak akan mengerti. Maka mengenai
ini, baiklah kau bersabar, nanti juga kau akan meegetahui
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sendiri. Percaya aku, bukannya aku tidak mau jadi sobatmu


yang sejati"
Bujang istal ini hirup cawan arak yang penghabisan. Ia
sudah tenggak dua poci akan tetapi kelibatannya belum
pusing sama sekali, jangan kata sinting. Lantas juga ia
berbangkit
"Toako, sekarang aku mau pulang" ia berkata. "Besok aku
nanti pergi kegerejamu akan tengok kau, nanti kita bicara pula
lebih jauh
Ia lantai keluar dari warung arak itu.
Ditinggal secara demikian, Bouw Pek jadi duduk menjublek
seorang diri. Ia benar2 tidak mengerti
"Apakah tidak bisa jadi ia sebangsa Su Poan cu, yang
asalnya penjahat besar?" ia meduga duga. "Apakah ia telah
lakukan suatu kejahatan besar, maka sekarang ia umpatkan
diri di Pweelekhu? Kelihataanya dugaanku ini mesti keliru ! Ia
begitu gagah kalau ia jadi penjahat, siapa nanti mampu bekuk
ia? Kenapa ia kesudian siksa diri, di waktu hawa udara begini
dingin ia sudi pakai terus baju rombeng dan tipis? Kenapa juga
ia, untuk bikin perjalanan, mesti pikirkan soal kesukaran uang?
Kalau ia penjahat uang bagi ia tiada artinya sembarang waktu
ia bila gasak dari sembarangan orang? Pada ini mesti ada
sebab lain......Tapi, apakah itu?"
Bouw Pek jadi bingung sendirinya, oleh karena ia memikir
dengan tetap berada dijalan buntu Mendadak ia ingat Lauw
Kie-In pauwsu dari Tay Hin Piauw Tiam, piauwsoe yang telah
ada umur dan banyak pengalaman dan mesti banyak kenalan
dan pendengarannya.
"Kenapa aku tidak mau pergi pada Louw Piauwsoe, akan
minta keterangan ia?" demikian ia pikir. "Piauwsoe inipun jadi
sobatnya almarhum Jie Loo enghiong dari Soan ho hoa Disaat
aku boleh sekalian minta keterangangan perihal Jie Sioe Lian
dan perihal Bang Soe Ciauw sudah ada kabar ceritanya atau
belum......"
Setelah pikir bsgitu, Bouw Pek bayar uang arak, ia cari
kereta, yang ia sewa kereta ke Ta mo tong, diluar Tian moei.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia telah sampai dengan cepat, malah ia bisa lantas ketemu


dengan Louw Kie In, yang kebetulan ada di piauwkiok.
Lauw kie In girang sekali melihat kedatangannya tamu
muda ini.
"Lie Lauwtee, sudah lama kita tak bertemu!" kata ia dalam
penyambutannya. "Aku sebenarnya niat kunjungi kau, sayang
aku telah lupa alamat kau"
"Aku juga sudah lama ingin berkunjung kemari, sayang
karena kebetulan dapat perkara dan sakit, baru hari ini aku
bisa datang." Bouw Pek jawab.
"Tentang perkaramu itu, akupun dengar kabar. Tadinya aku
berkuatir, tetapi kapan kemudian aku dengar kau dibantu oleh
Tek Siauw Hong dan belakangan oleh Cie Siauw Pweelek,
hatiku meujadi lega, sebab aku percaya, bantuan mereka pasti
akan berhasil Aku hanya tidak ketahui, kapan kau keluarnya
dan kesaduhannya kau dapat sakit"
"Sakitku lebih hebat daripada perkaraku" sabut Bouw Pek
sambil menghela napas. "Sekarang aku sudah sembuh tetapi
kesehatanku masih belum kembali seperti sediakala"
Sampai disitu, mereka lantas bicarakan urusan lain dan
Bouw Pek segera timbulkan hal orang orang gagah dari
kalangan Sungai Telaga.
"Ya, loo pianwtnuw, kau kenal atau tidak seorang muda
she Jie yang menjadi anak yang kedua dan umuranya dua
puluhan orang panggil Siauw Jie?" ia tanya kemudian.
Tentang orang she Jie yang aku kenal, sedikit sekali" Lauw
Kie In jawab. Apa yang aku ketahui adalah almarhum
kawanku,
Tiat jie tiauw Ji lauwko. Tentang orang muda ku lebih2
tidak ketahui sama sekali"
Atas jawaban itu Bouw pek tidak kata apa2, ia hanya lalu
tanya pauwsoe ini apa ada kedatangan orang dari Soathoa
boe dan tentang Beng Soe Ciauw apa sudah ada kabarnya.
"Beberapa hari yang lalu aku telah kedatangan seorang
sobat kekal," Louw Kie ln menyahut. "ia katanya telah mampir
di Soan hoa hoe dan ketemu Beng Eng Siang. Menurut
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sobatku ini, Beng Soe Ciauw masih belum pulang dan tidak
ada kabar kabarnya Nona Jie matih tinggal dirumah keluarga
Beng dan ibunya sedang sakit, katanya sakitku, berat....."
Bouw Pek terkejut dan berbareng lantas merasa kasihan
pada Sioe Lian. Ia anggap nasibnya nona itu dan pamilinya
malang sekali. Tapi kendati demikian, ia tidak kata apa2,
Mareka minum teh, buat sekian lama mereka sama sama
bungkam. Kemudian mendadak Lauw Kie In bicara pula.
"Lie Lauwtee," ia kata, "kau tahu atau tidak, dua hoohan
yang terkenal dari Holam akan datang ke Pakkhia ini untuk
ketemu kau!"
"Apakah mereka bukannya Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin? " tanya Bouw Pek seraya bersenyum ewah.
"Benar" piauwsoe tua itu manggut. "Moh Po Koen dari Soe
Hay Piauw Tiam sudah pergi lebih dan setengah bulan
lamanya, maka boleh jadi bersama2 Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin ia akan lekas kembali...."
Bouw Pek tetap unjuk romannya yang gagah
"Jikalau tidak ada urusan ini. siang2 aku sudah pergi ke
Yankeng" ia kasi tahu, "Sekarang aku justru sedang tunggui
mereka. Biauw yin San itu tidak ada sangkutannya dengan
aku, kami tidak bermusuhan. Tapi Kim chio Thio Giok Kin aku
tahu adalah seorang jahat dan perbuatannya sewenang
wenang, malah Jie Hiong Wan Jie Loo piauwtauw ialah yang
desak sampai jadi matinya. Isterinya. Lie Mo ong Hoo Kiam Go
pernah aku lukai dan dia sekarang barangkali masih
meringkuk dalam penjara di lauwyang Oleh karena adanya
permusuhan ini, aku dan Thio Giok Kin tentu adu jiwa.
Menyebalkan adalah Sioe Bie too Oey kie Pok! Jikalau ia benci
aku, apa halangannya buat cari aku secara langsung? Kenapa
didepan ia berlaku hormat dam manis padaku, tetap!
dibelakangku ia seraya akan fitnah dan bikin celaka aku? Ini
orang yang sangat kejam dan berbahaya!"
Begitu memangnya sifat Oey Kie Pok" berkata Lauw Kie In.
"Maka itu aku puji dan kagumi Kim too Phang Bauw Ia datang
kemari dengan kemurkaan, tetapi sesudah pieboe kalah, ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berlaku secara laki2. Sekarang ia berada dirumahnya di Cim


cioe, dimana ia lewati penghidupan yang tenang tenteram,
jikalau ada sobat dari kalangan Sungai Telaga cari ia. semua ia
tolak ia tidak mau ketemu."
Kabar ini baru bagi Bouw Pek, maka ia pun menjadi kagum
terhadap she Phang itu, yang beda dari pada saudara2nya
"Inilah sayang," ia pikir. "Kapan ada ketikanya, aku mesti
sambangi ia ada harganya kau bertobat dengan laki laki sejati
separti ia."
Sehabis, itu mereka masih kongkouw sekian lama, akhirnya
baru Bouw Pek pamitan. Di Cian moei Toakay ia mampir
dltoko pakaian, akan beli sepotong baju kapas, pendek dan
panjang, yang ia duga cocok untuk Siauw Jie, sedang ditoko
lain ia beli sepasang sepatu dan kopia untuk sobat itu. Dengan
bawa belanjaan itu, melawan sampokan angin Cioe, ia pulang
ke Hoat Beng Sie. Ia baru saja sampai dipintu perkarangan
datang seorang dengan pakaian hijau hampirkan ia seraya
menegor:
"Lie Toaya, apa kau baik ?"
Orang itu adalah budaknya Tek SiauW Hong dari Tong soe
sam Hong.
"Ada apa kau datang kemari?" la tanya.
Bujang itu memberi hormat sambil bersenyum, tangannya
merogo keluar sepucuk surat dari dalam sakunya.
"Baru saja ada datang orang dari Yankeng." menyahut ia.
"Ia adalah orangnya loo-ya yang katanya membawa surat
untukmu, toaya. Katanya looya kita akan lekas pulang"
Bouw Pek sambuti surat itu, ia kasi persen pada bujang itu,
yang membilang terima kasih dan lantas berlalu, ia girang
sekati, cepat cepat ia masuk kekamarnya akan buka suratnya
Tek Siauw Hong.
Surat itu terdiri dari beberapa lembar. Ia segera baca:
"Saudara Bouw Pek yang baik!"
Satu bulan hampir lewat sejak kita berpisahan. Kepergianku
ini separoh karena titah separoh lagi buat urusanku peribadi.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tentang ini aku nanti tuturkan padamu, apabila kita sudah


bertemu muka.
Ketika aku berangkat, saudara, kau masih terkurung dalam
penjara, perkaranya belum diperiksa selesai, melulu karena
ada bantuannya Tiat Siauw Pweelek aku berani paksa
tinggalkan kau pergi. Sekarang aku percaya kau tentu sudah
bebas dan merdeka.
Aku telah sampai di Yankia, lawat beberapa hari aku telah
omong pada Siu chio Yo Samya tentang urusanmu. Ia
ternyata perhatikan dan kagumi kau, hingga ia utarakan
keinginannya untuk pergi ke Pakkhia buat ketemui kau.
Sslainnya ini, saudara, disini ada kabar girang untukmu!
Kami telah kedatangan tamu agung Ia bukan orang lain dan
pada orang yang saudara, sekalipun dalam impian, tak bisa
lupai! Ia adalah hiaplie Jie Sioe Lian!
Membaca sampai disitu, Bouw Pek torcengang. Tapi karena
ia sangat tertarik, ia membaca terus:
"Oleh karena adanya jodoh yang luar biasa itu saudaraku,
pasti sekali aku akan berdaya untuk morecoki. Biarlah Kim cee
dan Poo kiam dipasangi, baju merah dan baju hijau ditimpa?,
supaya mereka yangan mencinta mendirikan rumah tangga!
Kapan ini dapat berwujud, aku Tek Siauw Hong pastilah telah
berbuat banyak kebaikan!
Tidak lama sehabis nmngirimkan surat ini, bersama Sin chio
Yo Samya dan nona Jie aku akan lekas berangkat pulang.
Dimana Perjalanan tidak jauh, tentulah kami akan lekas
sampai! Maka, saudaraku, hayo kau lekas atur arak
kegirangan, lekaslah untuk kita bcrpesta pora! Aku pujikan kau
keselamatan dan keberuntungan!
Sekarang terimalah hormatnya Tek Siauw Hong, Yo Kian
Tong dan Jie Sioe Lian
Setelah baca surat itu. Bouw Pek heran, girang dan masgul
dengan berbareng. tetapi yang sudah terang adalah Tek
Siauw Hong telah "main kayu"
"Benar benar aneh," pikir ia lebih jauh. "Baru saja Lauw Kie
In kasi tahu aku yang nyonya Jie sedang sakit berat, kenapa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekarang Sioe Lian bisa berada di Yankeng dan hendak datang


kemari? Apa bisa jadi yang nyonya Jie telah menutup mata?
Apa bisa jadi menurut bunyinya surat dari Siauw Hong si Sioe
Lian telah berodia ataa menikah aku 7 Kalau ini benar, inilah
hebat ! Bagaimana nanti, apabila Beng Soe Ciauw dapat jari?
Tidak, bagaimana juga, perjodohanku pada Sioe Lian tidak
bisa dirangkap ! Siauw Hong, ah kau main gila
Lantas saja anak muda ini menjadi masgul dan bingung, ia
duduk menjublek seorang diri. ketika ia angkat kepalanya,
ditembok ia lihat dua pedangnya tergantung. Melihat pedang,
ia jadi ingat Siauw Jie.
"Siauw Jie benar beradat keras?" pikir ia. "Kenapa aku kasi
diriku dilihat secara begini? Apa aku bukannya laki laki?
Kenapa aku tidak mampu tulad kekerasan hati Siauw Jie ?"
Contohnya Siauw Jie kelihatannya berpengaruh juga
Ya aku mesti tolak Jie Sioe Lian karena terpaksa!" ia coba
ambil putusan. "Aku tak usah perdulikan ia datang atau tidak,
setelah hadapi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, aku harus
berlalu dari sini."
Setelah ambil putusan demikian, Bouw Pek lemparkan
suratnya Tek Siauw Hong keatas meja Sorenya ia keluar buat
bersantap
diwarung arak, kapan ia telak pulang kembali ia terus naik
tidur. Pada waktu tengah malam ia mendusin, kupingnya
lantas dengar suara angin musim Cioe yang menderu deru
diluar jendela. Jauh, dengan samar, ia dengar suara
kentongan. Dalam kesunyian, ia merasa kesepian dan iseng.
Ia jadi ingat Coei Siam, yang bersengsara, dan ia bayangkan
Sioe Lian, dengan sepasang golok sebagai kawan, lagi lakukan
perjalanan menuju ke Pakkhia. Akhirnya ia menghela napas
seorang diri. Setelah pagi mendatang, ia berbangkit dari
pembaringan dan pargi kelatar akan latih diri dengan
pedangnya. Buat pasang omong ia pergi kedalam gereja,
untuk cari hweeshio disitu. sebisa bisa ia hendak lupai
urusannya Siam Nio dan Sioe Lian.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Adalah diwaktunya bersantap tengah hari, Siauw Jie


datang, maka Bouw Pek menjadi girang tak kepalang.
"Kau datang saudara, bagus " ia berseru. "Mari, mari coba
dulu pakaian yang aku beli uatukmu"
Ia ambil seperangkat pakaian itu.
•Dengan tidak sungkan sungkan Siauw Jie coba pakaian
itu. yang nyata cocok bagi tubuhnya. Iapun lihat kopiah dan
sepatu baru Ia tahu Bouw Pak telah belikan semua itu untuk ia
Air mukanya berobah sedikit, tetapi ia tidak kata apa.
Bouw Pek jumput turatnya Siauw Hong dari atas meja.
"Lihat, saudara, Tek Siauw Hong telah kirim surat padaku,"
Bouw Pek berkata pula "Siauw Hong biang dalam suratnya ini
bahwa Sin thio Yo Kian Tong akan datang ke Pakkhia ......" ia
merandek sebsntar dan bersenyum murung ....... Dalam satu
hal,
Siauw Hong telah main gila!......."
Siauw Jie manggut, tetaoi matanya berada diatas kertas, ia
membaca dengan penuh perhatian. kemudian tampak
perobahan pada wajahnya yang perok, sedang giginya, bibir ia
gigit keras dan rapatkan, sampai gigi itu menerbitkan suara
keretakan. Membaca itu, ia manggut manggut dan paksakan
diri bersenyum.
"Inilah bagus" la kata, seraya terus tepok pundaknya anak
muda kita. "Paling dulu, toako, aku harus haturkan selamat
padamu "
Tapi Bouw Pek tidak bergirang menerima pemberian
selamat itu, bahkan tercengang.
"Tapi kau lihat, hiatee," barkata ia, "Bagaimana aku bisa
terima baik main gilanya Siauw Hong itu ? Juga nona Sioe Lian
sendiri belum tentu akan terima itu....."
"Kenapa tidak?" kata Siauw Jie dengan sungguh2. "Kau
telah pieboe dengan Sioe Lian untak meminang dia. Kau juga
telah tolong ia beberapa kali, seperti ditengah jalan kau bantu
si nona dan ayabnya loloskan dri dari bahaya, bagaimana kau
bantu nona itu mengubur mayat ayahnya, akan kemudian kau
antar si nona dan ibunya dalam perjalanan jauh ke Soanhoa-
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hoe Budi kau itu, toako, dalam laksana lautan, tinggi laksana
gunung.
Difihak lain, Beng Sioe Ciauw, sudah tinggalkan rumahnya,
ia telah sia siakan bakal isterinya, terhadap siapa sedikitpun ia
tak punya budi kebaikan, maka andaikata ia bisa muncul lagi,
apa ia berani bilang?"
Siauw Jie bicara dengan sungguh sekali, suaranya tetap
dan tenang, ia seperti paksa supaya Bouw Pek terima dan
menikah Sioe Lian.
Bouw Pek heran melihat sikap ini. Memang ia sudah asah
otaknya, ia sudah berdaya, ia tetap tak mampu pecahkan
kecurigaannya. Tapi sekarang, dalam haluya Sioe Lian, bujang
istal ini bersikap luar biasa, hingga menuruti akan kembali
kecurigaannya anak muda kita. la lihat orang bersenyum
tetapi itu bukan senyum sewajarnya. Mendadak ia sadar.
seperti sadar dari tidurnya yang nyenyak. Dengan sekonyong-
konyong, diluar dugaannya Siauw Jie, ia samber iengannya
dan memegangnya dengan keras. lapun tertawa berkakakan!
"Hal, hiantee, kau anggap aku Lie Bouw Pek orang macam
apa kata ia sembari berseru. "Apakah kau kira aku Lie Bouw
pek adalah simanusia keparat, yang karena paras elok menjadi
lupa daratan. Ha saudara, kau sekarang jangan kelabui aku
lebih lama pula! Aku telah ketahui, siapa kau ini! Kau adalah
orang yang sekian lama aku terus cari. Kau adalah Beng Soe
Ciauw Dan sekarang nona Jie akan datang, inilah bagus, inilah
bagus!......"
Siauw Jie kaget, mendengar orang berkata demikian,
parasnya sampai berobah, mendadak ia kipaskan tangannya
akan lepaskan diri dan lari keluar.
Bouw Pek tertawa geli.
"Kau lari, saudara, kenapa ?" borkata ia, yang terus
mengejar keluar. Ketika ia sampai diluar bio Siauw Jie sudah
berada di mulut jalan sebelah utara, dan kapan la telah
msnyusul sampai disitu, anak muda itu sudah tidak kelihatan
sekalipun bayangannya saja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Berdiri ditengah jalan besar, Bouw Pek celingukan, ia


bingung dan sibuk.
"Apa benar2 Siauw Jie kabur?" pikir ia "Rasanya tidak" Ia
laki2, kendati adatnya keras, dan kendati ia hanya bujang istal
kalau ia pergi, tentu ia akan pamitan lebih dulu. Tapi, andai
kata ia toh pergi dengan diam, mana ia bisa pergi jauh.... Ia
tidak punya uang....."
Bouw Pek lantas lari pulang, buat ambil kopiah, kemudian
keluar pula, dengan sewa kereta ia pergi ke Pweelek hoe.
"Baru sekarang aku merasa puas..." pikir Bouw Pek selagi
ia bercokol diatas kereta "Begitu lama aku bekerja untuk Sioe
Lian akan cari tunangannya, baru sekarang aku berhasil.
Nyata Soe Ciauw pemuda cakap dan gagah, ia pantas buat
jadi pasanganya Sioe Lian. Sekarang ia kabur, tidak apa. Ia
tentu tidak berani nikah Sioe Lian. sebab ia anggap dirinya
miskin Lantaran ia keliru menyangka halnya perhubunganku
dengan si nona. Rupanya ia tidak tega buat bikin aku berkecil
hati, karena dengan adanya dia aku tidak bisa nikah Sioe Lian
perasaan yang belakangan ini keliru. Ia nyata belum kenal
hatiku. Ia mau berkorban untuk aku, terang ia tidak bisa lupai
sinona. Lihatlah, Sampaipun buat robah she dan nama, ia
tidak pakai she lain hanya she Jie! bukankah Jie itu berarti Jie
dari dirinya sendiri. Jie dari Beng Jie Siauwya? Tidaklah itu
menyatakan tentang perihal rasa hatinya yang sejati?"
Ingat demikian, Bouw Pek ingin betul bisa temukan anak
muda itu. sampai Siauw Hong dan Sioe Lan datang supaya
mereka berdua bisa dinikahkan. Dengan mereka menikah, ia
juga berbareng bisa lupakan Sioe Lian.
"Lekasan sedikit!" ia lalu kata pada tukang kereta.
Kapan sebentar kemudian lantas sampai ke Pweelek hoe
paling dulu la pergi ke istal akan cari Siauw Jie, tetapi seorang
bujang beritahukan, bahwa Siauw Jie. telah pergi sedari tadi
dan belum kembali.
"Aku sekarang mnu keremui Jie ya." Bouw Pek pesan
bujang itu, kalau sebentar Siauw Jie pulang kau jangan kasih
ia pergi lagi, kau lekas2 kasih tau padaku"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah pesan begitu. Bouw Pek masuk ke dalam.


Beruntung beginya, Tiat Pweelek kebetulan ada dirumah,
pangeran itu sambut ia dengan luar biasa gembira ia girang
hingga kegirangan itu terpeta nyata pada wajah mukanya.
"Aku lihat cahaya mukamu sangat terang rupanya kabar
girang telah datang padamu " Tiat Pweelek menegor lebih
dulu. Bouw Pek heran, hingga ia melongo.
"Apa artunya ini, Jie ya?" ia tanya.
"Kemarin aku telah terima suratnya Tek Siauw Hong"
pangeran itu jawab sambil tertawa. "Ia bilang ia akan lekas
pulang. barsama Sin Chio Yo Kian Tong dan nona Jie Sioe
Lian! Ia bilang juga dalam suratnya itu, bahwa sinona Jie
adalah nona gagah dari jaman kita ini, bahwa kau dulu pernah
pieboe dengan ia untuk merangkap perjodohan Siauw Hong
bilang, si nona sekarang datang ke Pakkhia untuk cari kau,
maka Siauw Hong berniat, begitu lekas mereka sudah sampai
disini, akan rangkap jodoh kau berdua, supaya kau bisa
dirikan rumah tangga yang beruntung!
Bouw Pek teitawa, tetapi kemudian ia menghela napas.
"Jieya tidak ketahui, urusan sebenarnya ada lakonnya yang
panjang" ia berkata. "Dan sekarang aku datang pada Jie ya
justru dengan maksud mohon bantuan kau untuk bereskan
urusannya nona Jie itu."
Mendengar demikian, Tiat Pweelek berhenti bersenyum.
"Cobalah jelaskan," ia kata
Anak muda kita lantas berikan keterangannya, mula2
tentang pamili Jie itu, kemudian perihal bagaimana ia
didustakan oleh sobatnya hingga ia pieboe dengan nona Jie,
hingga ia jadi kecete. sebab sinona sudah punya tunangan,
lantaran malu ia jadi berangkat kekota raja. Ia juga ceritakan
perihal musuh pamili jie, bagaimana perkelahian telah
menjadi, bagaimana ia bantu pamili itu sampai ia
mengantarkan sampai di soanhoa Segala apa ia menutur
dengan jelas, begitupun tentang lenyapnya Bcng Soe Ciauw,
hingga ia turut membantu akan cari anak muda itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tiat Pweelek tertarik hatinya, apabila ia sudah dengar


semua ia sampai menghela napas.
"kalau begitu, peruntungan nona Jie malang sekali" ia kata.
"Dan kau mencinta melulu mencinta, wujudnya tak ada,
aku harus menyatakan menyesal terhadap kau...."
Tapi Bouw Pek segera unjuk roman sungguh
"Tidak demikian, Jieya" ia berkata. "Kelihatannya Jieya
masih belum mengerti betul tentang aku. Benar tadinya aku
mengharap dan menyintai nona Jie, tetapi begitu lekas aku
ketahui ia sudah tidak merdeka, aku lantas lupai dia. Melulu
karena kami telah berkenalan dan aku ingat nasibnya yang
malang itu, aku selalu masih suka perhatikan ia. Beng Su
Ciauw itu katanya pemuda gagah, aku ingin cari ia, supaya ia
bisa menikah nona Jie. Sejak sampai di Pakkhia ini, aku sudah
dengar keterangan, aku sudah minta bantuan disana sini
untuk cari dia. Setengah tahun hampir lewat sejak daya
upayaku itu, adalah baru hari ini aku dapat cari Beng Su Ciauw
itu"
Tiat Pweelek menjadi sangat tertarik.
"Jadinya Bsng Su Ciauw itu berada di Pakkhia ini?" ia
tegaskan. "Bagaimana tentang bugeenya?"
Bugee adalah yang pangeran ibi tanya paling dulu !
"Beng Su Ciauw lebih muda dua tahun dariku, tetapi
bugeenya tinggi, lebih ilmu pedangnya" bouw Pek kasi tahu.
"Aku pernah piebu dengan Beng Su Ciauw, aku telah
keluarkan seantero kepandaianku, kesudahanaya kami
berimbang. Aku rasa ilmu Lweekangnya barangkali lebih tinggi
dari aku, Ringkasnya, Beng Su Chuw adalah tandingan
satu2nya yang aku pernah ketemukan sejak aku mengembara.
M«ka kalau ia datang pada nona Jie. mereka adalah pasangan
yang sembabat!"
Bukan main tertariknya panteran Boan ini.
"Kau telah dapat cari ia, kenapa kau tidak mau undang ia
untuk datang kemari?" ia kata. "Aku ingin sekali menyaksikan
kepandaiannya. Dan kalau nanti Tek Siauw Hong datang
bersama nona Jie, kita boleh atur hingga mereka bepdua
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menikah, dengan begitu berdua maksud mereka kesampaian,


dan kita telah lakukan suatu perbuatan yang baik sekali!"
Bouw Pek tertawa buat dengar dan lihat tingkahnya orang
bangsawan ini.
"Aku telah dapat cari Beng Su Cauw aku telab cekal ia,
namun ia bisa loloskan diri dan lari" ia terangkan
Tiat Pweelek mengawasi dengan tajam, ia sangka oraug
hendak permainkan ia. Ia unjuk roman yang menyatakan tidak
puas tapi Bouw Pek torus bersenyum.
"Coba tebak, Jieya, siapa Beng Su Ciauw itu?" ia tanya.
Tapi sebelum dapat jawaban, ia sudah melanjutkan: "Dia itu
bukan lain daripada Jieya punya Siauw Jie"
Mau tidak mau, Tiat Siauw Fweelek menjadi melengak.
"Apa? Siauw Jie berkepandaian demikian tinggi?" ia tanya
kemudian.
"Benar, Jieya !" Bouw Pek pastlkan "Ia memang punya
kepandaian tinggi, terhadap Jieya aku tidak berani mendusta
atau omong main2. Dengan sebenarnya, orang sebagai Beng
Su Ciauw, melainkan aku seorang yang sanggup layani ka!au
manusia bangsa Oey Kfe Pok mereka itu mesti rubuh!"
Sampai disitu, Bouw Pek jelaskan bagaimana malam itu ia
telah pieboe dengan Siauw Jie, yang datang dengan
menyamar untuk mencuri pedang, sedang lebih dulu dari pada
itu ia memang sudah tertarik paia Siauw Jie, yang berani
campur mulut selagi ia layani pwealek itu pieboe, hingga
seterusnya ia cari tahu hal ihwalnya. Ia unjuk, bagaimana
malam itu Siauw Jie kabur tapi besoknya datang pula
memulangkan p«dang, bagaimana Siauw Jie rawat ia selama
ia sakit hingga selanjutnya mereka jadi sobat
"Selama itu aku tetap tidak ketahui rahasianya" Bouw Pek
menutur lebih jauh "Aku telah minta ia robah cara hidupnya
supaya ia tidak lagi jadi bujang istal, aku hendak tudaya
menolong ia, tapi ia menam pk malah ia pesan aku agar aku
tidak omong suatu apa tentang ia terhadap Jieya ia kata ia
tidak ingin namanya jadi terkenal, ia kuatir nanti terbit onar
yang tak diinginkan. Tadi ketika ia ketahui nona Jie akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

datang, ia telah bujuk aku buat nikah nona itu, sedang difihak
lain ia nyatakan, bahwa ia mau pergi keselatan dan untuk
selamanya ia tidak niat kembali ke Utara ini. Dari sikapnya ini
aku justeru jadi curigai ia semakin keras. Dengan tiba2 aku
cekal ia dan Beng soe Ciauw, apamau ia loloskan dir1 dan
kabur, barusan aku susul ia diistal, katanya ia belum kembali.
Begitulah maka sekarang aku datang pada Jieya. maksudku
minta bantuan Jieya guna tahan ia supaya kita bisa recoki
perjodohannya dengan nona Jie..."
Setelah dengar keterangan Itu, buat sesaat Tiat pweelek
melongo, mukanya lantas berobah menjadi merah bahna
jengah.
"Benar benar aku punya mata, tetapi tidak ada bijinya! ia
akui kemudian. "Sudah hampir satu tahun Siauw Jie tinggal
sama aku, kenapa aku tidak ketahui ia sebenarnya pemuda
gagah? Coba orang luar ketahui ini ,apa orang tidak akan
tertawai aku dan katakan aku sudah tidak pandang mata pada
orang pandai?"
"Duduknya hal yang sebenarnya bukannya demikian, Jieya,
"Bouw Pek menghibur. "Sebenarnya bukan Jieya yang tidak
mampu melihat orang, hanya adalah Beng Soe Ciauw yang
sangat pandai selimuti diri! Bagaimana Jieya bisa menduga,
yang didalam istal bisa ada orang pandai seperti ia?"
Tiat Pweelek manggut?:
"Aku mengerti omongan kau" kata ia "Kau dan Beng Soe
Ciauw tidaklah kecewa menjadi orang orang gagah sejati.
yang bisa memandang jauh. Msnurut aku, Beng Soe Ciauw
kabur dari Soanhoa boe bukan melulu disebabkan
kekuatirannya terhadap musuh-masuhnya, itu hanya
disebabkan oleh soal lain. yang masih gelap bagi kita. Mustahil
orang gagah seperti ia mesti takut musuh sampai mesti
umpatkan diri, tukar she dan nama? Kenapa ia mesti siksa diri
bersembunyi diistal dan menuntut penghidupan demikian
sengsara? Bahwa ia telah menyingkir dari kau, itulah tentu
disebabkan ia ketahui adanya perhubungan diantara kau dan
nona Jie dan ia menyangka perhubungan kau itu sudah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mendalam, maka ia mau mengalah. Tentu ia mengalah sebab


ia tidak mampu menikahi nona itu dan agar hatimu tidak
menjadi terluka. Dimana kau telah ketahui rahasinya, aku
percaya ia tidak akan balik lagi kesini. Maka aku pikir bila nanti
nona Jie sampai disini, baiklah kau terima ia dan menikah
Anggaplah Beng Soe Ciauw sudah mengalah dan kau yang
gantikan ia. Menurut aku, kejadian ini tidak melanggar
aturan."
Bouw Pek dengar ucapan itu dengan unjuk senyuman
tawar.
"Melanggar adat sih tidak, tetapi pada liangsim, bagaimana
aku bisa pertahankan itu?" ia bilang. "Aku telah kenal Beng
Soe Ciauw dengan baik, ia telah tolong aku selama aku sakit,
bagaimana sekarang, bukannya aku berdaya buat balas budi
itu, aku justru rampas tunangannya? Sekalipun aku binatang,
tidak nanti aku lakukan perbuatan tidak pantas seperti itu !
Maka sekarang Jieya tidak bisa tidak, aku mesti cari Soe Ciauw
sampai depat, atau kalau nanti nona Jie sampai disini, aku
tidak ketemui dia!"
Tiat Pweelek goyang goyang kepala dengan berbareng
merasa kagum. Beng Soe Ciauw keras kepala dan aneh tetapi
juga anak muda ini tidak kurang koekoaynya.
"Sekayang baiklah kita tunda dahulu semua hal. mari aku
berdaya akan cari Siauw Jie" ia bilang akhirnya sambil tertawa
"Aku tidak nyana Siauw Jie bisa bodohi aku begitu lama! Kalau
nanti aku dapati dia, aku ingin saksikan sampai dimana
liehaynya boegeenya"
Pangeran ini lantas perintah Tek Lok pergi keistal buat
pesan semua bujang, kalau Siauw Jie pulang, tukang roskam
itu jangan dikasi pergi kemana mana kecuali kalau dia sudah
ketemu padanya, dan sesuatu bujang lainnya ditanya, siapa
yang tahu Siauw Jie suka pergi kemana, supaya dia lekas
dicari buat dipanggil pulang
Selama menantikan, Tiat Pweelek ajak Bouw Pek omong
hal lainnya, seperti urusannya Oey Kie Pok, Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. Sampai sekian lama Siauw Jie belum juga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

muncul. Tiat Pweelek mau beristirahat, ia pergi kedalam dan


tamunya diminta terus duduk sendirian akan menunggui
Oleh karena soak Bouw pek ambil buku dan kitab buat
dilihatnya, tapi sampai lama juga masih saja Siauw Jie belum
kembali dan kabar dari bujang lainnya juga tidak ada, hingga
ia jadi tidak sabar.
Raja muda ini dapat lihat orang tidak sabar.
"Bouw Pek, jangan kau ibuk tidak karuan" menghibur raja
muda ini. "Unpama kata Siauw Jie benar benar pergi dan tidak
kembali, kau juga tidak usah buat pikiran. Kalau si nona Jie
nanti sampai disini, suruh saja dia sendiri cari tunangannya
itu.
Bouw Pek berdiam, ia menghela napas. Sekarang ia
menyesal, kenapa pada Siauw Jie ia omong halnya Sioe Lian
serta kasi lihat surat Siauw Hong, hingga sekarang
menyebabkan onar semacam ini. Ia bingung bagaimana ia
harus menjawab andai kata Sioe Lian telah sampai dan
tanyakan ia tentang tunangan itu Menjawab dengan mendusta
ia malu, tapi ia tidak memberi keleterangan pun salah juga......
Tiat Pweelek tahan lebih jauh anak muda ini, ia perintah
koki lekas sediakan barang hidangan dia bsrsama sama sianak
muda ia duduk bersantap.
Menurut Tiat Pweelek, urusannya Beng Soe Ciauw dan Jie
Sioe Lian mudah cuma aneh, tetapi dimatanya Bouw Pek
urusan itu sangat sulit dan memusingkan kepala, maka juga
tidak heran, kendati barang makanan lezat semua, makannya
tidak bernapsu.
Sampai maghrib, Tek Lok yang pergi ke istal telah balik
dengan warta:
"Siauw Jie benar benar tidak pulang"
"Aku lihat betul betul anak itu tidak akan kembali!" kata
Tiat Pweelek akhirnya. sambil tertawa, tangannya mengangkat
cawan arak. "Biarlah ia pergi! Kau jangan banyak pikir, sudah
cukup bagimu yang kau telah lakukan kewajibanmu untuk
mereka berdua......."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek manggut, ia tidak bilang apa2 karena ucapannya


pangeran itu tidak bisa hiburkan ia, hingga ia bisa merasa
lega. Tidak lama mereka berhenti dahar dan minum tapi tuan
rumah masih layani tamunya duduk minum the beromong
omong lebih jauh,
Sedikitnya Tiat Pweelek sudah terkena pengaruh air kata.
"Bouw Pek" kata ia akhirnya, "malam ini kau tidak usah
pulang, kau nginap saja disini"
Tapi anak muda kita menolak.
»Tidak bisa, Jieya" ia menyahut "aku perlu pulang. Siapa
tahu kalau Beng Su Ciauw telah menantikan aku digereja"
"Bila demikian, baiklah kau boleh pulang, tetapi besok kau
mesti kembali kemari," berkata Pweelek itu. "Disini kau jangan
kuatir, kalau Bang Su Ciauw kembali, aku pasti akan tahan
dia"
Setelah kata begitu, Tiat Pweelek menguap, tubuhnya
disenderkan dipambaringan.
Bouw Pek tahu yang pangeran itu sudah ngantuk. maka ia
lantas pamitan Ketika ia keluar dari istana, langit sudah
berobah menjadi gelap. Ia pulang dengan sewa kereta. Kapan
ia masuk dlpekarangan bio ia lihat daun2 rontok berarakan, ia
bertindak ke kamarnya, ia harap Beng Su Ciauw ada didalam
sedang menantikannya, siapa tahu ia hanya masuk dalam
kamar yang gelap dan kosong. Ia lantas pasang api. Tatkala ia
melihat ketembok, ia terperanjat, karena pedangnya tinggal
satu, yang hilang adalah pedang mestika dari Tiat Pweelek,
yang Su Ciauw pinjam secara mencuri tapi segera diantarkan
pulang kembali. Dan kapan ia memandang keatas meja, ia
lihat pit, bak dan bakhie malang melintang, diantara itu ada
sepucuk surat. Ia segera sambar surat itu, buat baca
bunyinya, seperti berikut:
"Toako Bouw Pek "
Sekeluarnya kau dari kamar ini, aku lantas kembali dan
ambil sebuah pedang dan segera dihari itu juga aku berangkat
meninggalkan Pakkhia Aku minta taako tidak usah mensiakan
ketika aku pergi susul atau cari aku.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bertahun tahun aku merantau dan terlunta lunta, sekarang


aku akan mulai lagi penghidupan itu, Aku punya ayah dan ibu,
tetapi dengan mareka itu aku tidak bisa ketemu lagi. Apakah
artinya penghidupan macam ini?
Diantara nona Jie dan aku memang ada perhubungan
perjodohan, tapi jodoh tinggal jodoh, untuk mewujudkan itu
tidak ada. Maka, toako, andai kata kau cintai nona itu,
silahkan kau lamar ia dan menikah. bagiku tidak ada halangan
suatu apa.
Dengan kepergianku ini barangkali aku tidak akan kembali
ke Utara. Umpama masih ada jodoh diantara kita dilain waktu
bisalah kita bertemu pula. Maka itu dengan jalan inii aku ambil
selamat berpisah dari toako. Terimalah hormatnya
Jie Jie" Bouw Pek jadi mendongkol.
"Beng Su Ciauw, kau seperti juga permainkan aku!" kata ia
dalam hatinya. "Apakah kau anggap aku Lie Bouw Pek
bukannya laki2, bukannya hoohan?"
Ia lempar surat itu, lalu duduk bingung.
Dengan jalan memutar dan umpatkan diri, Siauw Jie
menghilang dari matanya pemuda itu, setelah ia lihat pemuda
itu menuju ke pweelekhu, ia segera balik ke kamarnya buat
ambil pedang kuno itu dan tulis suratnya, yang ia tinggalkan
diatas meja. Coba ia punya uang, pasti ia sudah lantas
tinggalkan Pakkhia. Tapi karena sakunya kosong ia terpaksa
menunggu sampai malam, pada kira jam empat ia pergi ke
Pweelekhu, dimana ia telah lakukan suatu perbuatan yang
berani.
Tiat Siauw Pweelek sudah menikah banyak tahun dan ia
juga punya seorang gundik, meski demikian ia tidak terlalu
suka berdiam dikamar isteri atau gundiknya itu, ia lebih suka
tidur sendirian dikamar tulis.
Demikian hari itu, lantaran dapat Lie Bouw Pek sebagai
kawan, ia sudah minum sampai agak sinting. Ia susah pulas.
Diluar jendela, suara angin terdengar nyata, bawa udara
dingin.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Untuk besarkan api, Tiat Pweelek berbangkit, kemudian ia


lihat jam, yang telah mengutarakan pukul tiga lewat. Tiba2 ia
ingat halnya Siauw Jie, sebagaimana tadi siang Bouw Pek
ceritakas padanya,
"Entah sekarang sudah pulang atau belum ......" demikian
ia pikir, ..menurut ceritanya Lie Bouw Pek, ia benar2 seorang
luar biasa Andai kata ia benar2 gagah, seharusnya ia tinggal
padaku sebagai kauwsu atau pahlawan, aku pasti tidak akan
perlakukan ia secara sembarangan. Biarlah dua hari lagi Siauw
Hong datang bersama2 si Nona Jie aku nanti recoki jodoh
mereka, supaya mereka menikah. Kenapa ia dan Bouw pek
main saling mengalah? Kenapa ia hendak jauhkan diri?
Kenapa ia umpatkan diri, tukar she dan nama dan tidak mau
angkat muka dihadapan orang banyak? Rahasia apa yang ia
sembunyikan? Kenapa ia tidak mau menikahi Nona Jie dan
lebih suka mengalah terhadap Bouw Pek?" ia curigai anak
muda itu, karena Bouw Pek pernah pieboe dengan si nona dan
antarkan sinona dalam suatu perjalanan jauh, hingga ia kuatir
di antara Nona Jie dan pemuda itu ada perhubungan
kecintaan Kecurigaan semacam ini memang bisa timbul....
Apakah oleh karena kecurigaan ini maka ia mau menyauhkan
kaki diluar kamar.
Pangeran ini menduga duga dengan tidak ada hasilnya
Justeru ia sedang berpikir terus tiba2 kupingnya dapat
tangkap suara tindakan kaki diluar kamar.
"Apa Tek Lok disitu?" ia menanya, karena ia duga
hambanya mendusin.
Tidak ada jawaban, kendati juga teguran itu diulangkan
dua kali. Tentu saja pangeran ini jadi heran dan curiga, maka
ia lompat turun dari pembaringannya dan sambar pedangnya.
Ia berniat keluar akan melongok.
Belum sampai orang bangsawan ini bertindak masuk.
Orang ini puoya roman cakap dan gagah, terutama sepasang
matanya tajam.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Mula2 Tiat Pweelek terperanjat, tetapi lekas juga ia


kenalkan Siauw Jie, maka ia terkejut berbareng girang luar
biasa. Hingga sambil tertawa ia mendului menegor.
"Siauw Jie kau datang, bagus" demikian serunya. "Satu hari
lamania aku dan Bouw Pek telah tunggui kau! Duduklah dan
dengarkan aku bicara Jangan kau nampaknya kesusu.
Sekarang aku ketahui kau adalah Beng Su Ciauw, kau boleh
penrcaya aku, kesukaran apa juga kau hadapi, aku sanggup
bantu kau
Setelah kata begitu, pangenran ini menunjuk kurdi
dipinggiran. Sikapnya manis, suaranya sabar.
Siauw Jie unjuk hormatnya sambil tertawa ia mendului
menegor, tetapi ia tidak mau duduk, hanya berdiri disamping
dengan Sikap merendah:
"Jieya aku sekarang mau pargi" ia berkata. "Aku hendak
pinjam seekor kuda, dari itu aku tidak bisa tidak memberi tahu
pada Jieya"
Sehabis kata begitu, ia balik tubuhnya hendak berlalu.
Tiat Pweelek. yang sudah duduk duluan, lekas berbangkit,
tangannya ia ulurkan pegang tangannya anak muda itu.
"Jangan kau pergi" ia kata. "Aku hendak omong banyak
padamu"
Tapi Beng Su Ciauw dengan cepat sudah berada, diluar
kere.
"Apa yang Jieya mau bilang, semuanya aku sudah dapat
tahu" ia kata. "Tapi sekarang aku mesti pergi, tidak bisa lain"
Tiat Pweelek tidak mau lepaskan bujang istal ini, ia
memburu keluar, tepi kapan ia sampai diluar, Bang Su Ciauw
sudah lenyap berikut bayangannya, cuma angin dingin yang
menyambar orang bangsawan ini.
Tiat Pweelek dongak kegenteng ia memandang dengan
melongo. Ia ketahui Beng Soe Ciauw sudah menghilang
diwuwungan rumah dan ia sudah tidak mampu ilmu loncat
tinggi dan ilmu entengkan tubuh. Mata kesudahannya ia jadi
masgul dan mendongkol sendiri.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Belum pernah aku ketemu orang aneh seperti dia...." ia


kata dalam hatinya sambil menghela napas. Dengan lesu ia
bertindak masuk. Diluar kamar ia lihat Tek Lok sedang
meringkuk dangan nyenyak.
"Tek Lok, Tek Lok?" ia memanggil bangun. "Ada penjahat
masuk kedalam kamar, tapi kau enakkan tiiur saja!
Tek Lok merayap bangun matanya kesap kesap.
"Ada apa ada apa?" ia taaya berulang ulang.
"Lekas bangun!" berseru pangeran itu yang jadi
mendongkol, hingga ia sentil kuping orang "Kenapa kau tidur
seperti bangkai hidup?"
Baru sekarang Tek Lok bangun dengan kelabakan, sembari
pakai bajunya, ia kata
"Masih belum terang tanah, kenapa Jieya sudah bangun?"
"Ada arang!" menyahut raja muda ini. "Tadi ada orang
tidak dikenal diatas genteng, aku mendusin karena dengar
suara apa" rupanya ia seperti Siauw Jie. maka pergi kau
keistal, lihat Siauw Jie ada disana atau tidak! Periksa juga apa
ada yang hilang. Tapi ingat, kau tidak boleh bikin banyak
ramai"
Tek Lok menurut dengan terpaksa dengan melawan hawa
dingin ia pergi keistal, tetapi didalam hatinya ia tidak habisnya
merasa heran:
"Jie ya aneh" demikian ia pikir. "Tadi siang Seantero hari
Jieya ibuk mencari Siauw Jie sekarang sudah tidur, sudah
malam, ia masih tidak bisa lupai tukang roskam itu. Apa bisa
jadi Jieya sedang mimpi dan masih belum sadar? Apa perlunya
Siauw Jie datang kemari dan apa perlunya malam Jieya cari
dia?"
Sesampainya diluar, Tek Lok banguni dua kawan, buat
mereka itu temankan ia pergi keistal.
Tiat Pweelek telah masuk kedalam kamarnya dengan
perasaan masgul. Ia terus pikirkan halnya Beng Su Ciauw Jie
atau Jie Jie.
Setelah lewat sekian lama, barulah Tek Lok balik dengan
tersipu, dengan napas memburu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jieya, benar2 aneh" ia berseru begitu lekas ia sampai


didepan majikannya. "Siauw Jie tidak kembali, tetapi pintu
istal telah terbuka, begitu juga pintu pekarangan dan kuda
hitam Jieya telah lenyap ......"
Tiat Pweelek unyuk senyuman dingin, ia tidak menjadi
kaget, kendati ia tetap merasa heran.
"Mari" kata ia dan segera berbangkit
Tek Lok siap dengan lenteranya buat antarkan majikannya
ini, yang mau pergi sendiri keistal, kemudian, setelah dapat
kepastian dari lenyapnya kudanya, ia lantas kasi bangun
semua cintengnya dan beberapa bujang lain.
"Pergi kau keperbagai pintu kota!" demikian ia menitah,
"Justeru pintu kota belum dibuka, kau mesti susul dan cari
Siauw Jie, siapa dapat menyandak, ia mesti bawa pulang
Siauw Jie bersama kudanya"
Semua cinteng dan bujang merasa heran, tetapi karena
titah itu penting, dengan tidak banyak omong lagi. Mereka
bawa lentera dan pergi dalam rombongan berdua atau
bertiga. Mereka menuju ke berbagai pintu kota, dengan lawan
serangannya hawa dingin.
Seterusnya sampai pagi Tiat Pweelek tidak tidur lagi.
Sesudahnya terang tanah, semua cinteng dan bujang telah
pulang dengan beruntun, laporan mereka serupa, yaitu Siauw
Jie dan kudanya tidak dapat dicari, sedang waktu pintu kota
dibuka, pemeriksaan dilakukan dengan bantuan penjaga kota,
tetap tiada hasilnya.
Pangeran Boan ini menjadi sangat heran.
"Apakah bisa jadi sampai sekerang ia belum keluar dari
kota? " ia pikir. Ia hampir penasaran dan hendak kasi titah
supaya gerbang pintu kota dijaga keras, baiknya ia baca
berpikir lebih jauh: "Ah, sudahlah, biarlah kuda itu aku kasi
persen padanya"
Tidak jadi monyusul Beng Su Ciauw, ia perintah orang pergi
undang Lie Bouw pek.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Anak muda kita datang tak lama kemudian, ia banting kaki


apabila telah diterangkan tentang Siauw Jie datang dan pergi
dengan pinjam kuda secara paksa.....
"Benar2 hebat " berkata ia dengan menyesal .Ketika
kemarin aku susul kemari, ia justeru balik dan masuk
kekamarku akan tulis surat dan ambil pedang kuno yang Jie
ya berikan kepadaku, aku tidak sangka, bahwa ia akan datang
kemari untuk pinjam kuda. Ia sudah punya kuda dan pedang
ia pasti kabur jauh hingga tidak ada harapan lagi akan kita
bisa cari atau susul dia......"
"Tentang kuda itu aku tidak pikir lagi" Tiat Pweelek kata,
"aku hanya tidak habis pikirkan kelakuan Su Ciauw yang aneh
itu! Ketika tadi malam ia datang, aku tidak sangka. bahwa ia
akan hendak ajak ia omong banyak, supaya ia jelaskan
kesukaran atau kesulitannya padaku, siapa tahu, dengan tidak
memberitahukan Su Ciauw yang aneh lantas angkat kaki....."
Bouw Pek kerutkan alis.
"Tatkala aku berada di Soanhoanhu, aku juga dengar yang
putera kedua dari Beng Loo piaow tauw beradat kukoay,
sekarang aku teiah buktikan kebenarannya keterangan itu"
berkata ia. "Ia sekarang sudah kabur, jikalau aku tidak
sanggup cari bagaimana nanti aku memberi keterangan pada
nona Oyie Siu Lian?"
Tiat Pweelek turut menjadi bingung dan masgul, tetapi
kemudian ia kata :
"Aku kasi nasehat padamu, supaya urusan ini kau jangan
pikir pula banyak? Oleh karana sudah pasti kau tidak berniat
menikahi nona Jie, orang lain niscaya tidak bisa paksakan itu
padamu, kalau nanti nona Jie datang, kau boleh ceritakan
padanya semua kejadian yang sebenarnya, bahwa Beng Su
Ciauw lari bukannya lantaran desakan kau. niscaya nona Jie
tidak bisa sesalkan atau persalahkan kau. Sekarang yang
penting adalah halnya Teng-couw hie Biauw Cin San dan kim
chio Thio Giok Kin. Kau harus pikir biar matang, kau
sebenarnya sanggup layani mereka itu atau tidak.... kau mesti
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ingat, sekarang kau baru saja sembuh dan tenagamu


mestinya masih belum balik pulang semuanya jikalau karena
kalah tenaga kau menjadi kena dikalahkan, tidak saja
pamormu menjadi jatuh, juga muka terangku akan turut2
monjadi guram ...."
Mendengar demikian, Bouw Pek unjuk sikapnya yang
garang.
"Tentang ini aku minta supaya Jieya jangan buat kuatir!" ia
kata dengan sungguh2. Bukannya aku tekebur, tetapi Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin itu aku sama sekali tidak pandang
sebelah matapun. Aku hanya menyesal yang Beng Su Ciauw
sudah pergi dari sini. jikalau ia ada dan membantu aku,
sekalipun ada delapan atau sepuluh Biauw Cin San berikut
Thio Giok Kin, aku tidak jetih barang sedikit juga!"
Tiat Pweelek bsrsenyum kapan ia dengar itu dan lihat sikap
orang yang keren tetap jumawa.
"Bouw Pek benar gagah dan berani...." berpikir ia. "Aku
harap supaya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin lekas datang,
agar aku bisa saksikan pertempuran mereka ..."
Lie Bouw Pak tidak berdiam lama sama Tiat Pweelek, oleh
karena pikirannya kusut sekali, ia pamitan dan pulang ke Hoat
Beng Sie Ia sangat berduka. Memikir Beng Su Ciauw, ia
masgul bsrbareng mendongkol dan kagum. Ia mendongkol
karena ia ditinggal mentah2, la masgul lantaran mesti
berpisah, dan ia kagum buat keberanian dan kekerasan hati
orang.
"Kalau nanti Siu Lian sampai disini, aku tidak bisa ketemui
dia" ia berpikir lebih jauh.
Sementara itu, sore itu Cia Loo mama, yalah ibunya Siam
Nio, telah datang mencari anak muda kita. kabarnya adalah
sakitnya Ciu Siam bertambah berat, bahwa si nona setiap
waktu menangis saja....
Kabar ini mendukakan anak muda kita, akan tetapi ia tidak
kentarakan itu.
"Itulah hasil perbuatan kau sendiri, aku tidak berdaya untuk
menolong." ia kata. la hanya menghela napas. "Sekarang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terimalah dua puluh taii perak dari aku, kau pakai itu
sepertinya, aku sendiri tidak bisa pergi lagi akan ketemui
ia.....-
Benar Bouw Pek ambil dua puluh tail dan serahkan itu pada
si nyonya.
"Sekarang lekaslah kau pulang, kau panggil thabib atau beli
obat untuk cui Siam, aku lagi ruwat pikiran, aku tidak bisa
omong banyak" ia kata.
Cia Mama. terima uang itu, ia menghaturkan terima kasih.
Dasar doyan omong, masih saja ia mau ngoce buat unjuk
bahwa pemuda itu berhati murah tapi Bouw pek tidak mau
meladeni, hingga akhirnya nyonya itu pergi sendirinya. Adalah
setelah orang berlalu, baru ia menghela napas berulang-ulang,
beberapa kali ia banting kaki...
"Terang selama satu tahun ini, kesulitan saja yang aku
hadapi .... " ia kata seorang diri dengan masgul. "Selagi
ketemu Siu Lian, selagi ketemu Cui Siam, selagi ketemu Beng
Su Ciauw. semua itu ada kesukaran belaka.... Kalau aku tidak
tengok Cui Siam aku sebenarnya keterlaluan, tetapi apabila
aku peigi padanya, bagaimana andaikata aku
kena terlibat pula?... Aku telah berikan uang, aku rasa aku
telah cukup lakukan kewajibanku ....."
Benar Bouw Pek bisa keraskan hati akan tidak tengok Cui
Siam
Sementara itu, selang beberapa hari, tentang Beng Su
Ciauw tetap tidak ada kabar ceritanya, begitupun perihal
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin yang katanya diundang oleh
Moh Po Kun, sedang piauwsu itu tidak terkabar sudah pulang
ke piauw tiamnya
Seantero hari nganggur saja, setiap saat pikirannya kusut
Bouw Pek jadi lenyap kegembiraannya, hingga akhirnya ia
pikir baik berlalu saja dari kota raja. Dari pamannya pun ia
tidak dengar kabar apa2 perihal pekerjaan yang ia cari.
"Baiklah aku pergi papaki Biauw Cin San dan Thio Giok Kin"
demikian ia ngelamun akhirnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi, sebelum pikiran ini diwujudkan, tiba2 Tek Siauw Hong


pulang dari perjalanannya bersama2 ketua dari Coan Him
Piauw Tiam dari Yankeng, yaitu Sio chio Yo Kian Tong, sedang
seorang kawan lainnya adalah tunangan Beng Su Ciauw,
orang yang dibuat kenangan Bouw Pek, yalah nona Jie Siu
Lian, hingga anak muda ini menjadi ibuk sendirinya......
Sioe Lian terus hadapkan kesukaran dan kedukaan dengan
berdiam dirumah keluarga Beng, sudah ia dukai ayahnya yang
telah meninggal dunia secara kecewa, sekarang ia kuatirkan
ibunya, yang terus terganggu kesehatannya sedang dipihak
lain, ia masgul kapan ingat tunangannya yang tidak ketahuan
kamana parannya, sementara tentang "kaburnya" tunangan
itu ia sukar peroleh keterangan yang jelas. Sebenarnya ia
tertarik oleh Bouw Pek, hal ihwal siapa yang pertama kali
datang pieboe untuk memasang ia kata hui dengan jelas. la
dapat kenyataan, kecuali gagah, Bouw Pek cakap dan hatinya
mulia. Difihak lain, pemuda itu telah melepas banyak budi
terhadap pamili Jie. Tapi kendati adanya semua itu, sebagai
seorang yang insyaf ia tidak bisa serahkan hatinya pada orang
she Lie itu. la sudah tidak merdeka dan mesti tunggu Beng
Soe Ciaw tidak pcrduli tunangan itu telah hilang lenyap entah
kemana.
Demikian kesukarannya Sioe Lian, demikian juga bersusah
hatinya nyonya Jie. Ia memang telah dirongrong oleh
penyakitnya yang lama, yang suka kumat, sekarang ia mesti
dukai suaminya, ia mesti pikirkan nasib gadisnya, ia mesti
ingat juga hari kemudiannya Ia menyesal kapan mengetahui
bakal mantunya lenyap tak keruan, ia sedihkan peruntungan
tipis dari anak daranya itu. Bagaimana juga, ia tidak bisa
merasa tenteram menumpang pada besannya, sebab anaknya
masih belum menikah.
Didalam rumah tumpangan Ini, kecuali merawat ibunya,
Sinona Lian juga mesti bantu mertua perempuannya dan
layani ipar perempuan atau po'emnya. Ia berkecil hati buat
ketahui mertua perempuan itu cuma pegangi insbo dan
membaca doa guna memohon pulangnya anaknya kedua yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hilang, sedang sang ipar, yaitu Ouw ie, isterinya Beng Soe
Ciang, nyata seorang yang hatinya dengki. Ia ini mula2 masih
berpura pura baik, akan selewatnya beberapa hari ia berani
perlakukan nona kita sebagai bujang ...."
Sioe Lian biasa hidup merdeka, meski bukan gadisnya
hartawan, ia toh hidup cukup makan dan pakaian, sedang ia
terpalajar sempurna, maka mana ia bisa bekerja sebagai
bujang? Akan tetapi sekarang, dalam keadaan seperti itu,
selagi ibunia menderita sakit, ia terpaksa mesti sabarkan hati
dan terima nasibnya itu. Maka juga setiap hari, setiap saat ia
harap harap kembalinya Lie Bouw Pek bersama sama Beng
Soe Ciauw, agar tentang dirinya bisa terdapat kepastian, agar
tidak lebih lama ia hidup superti tersiksa. Tapi, sudah
berselang setengah bulan sejak perginya Bouw Pek, soe Ciauw
tidak nampak pulang.
Sementara itu Beng Soe Ciang. anak sulung dari Beng Eng
Siang, toapenya, telah pulang dari bepergian. Ia punya tubuh
tinggi dan besar, mukanya hitam dan brewokan. Ia heran
kapan lihat nona kita dan ibunya apa pula mereka ini
berkakung, dengan tidak banyak pikir lagi, dengan suaranya
yang keras, ia kata pada isterinya:
"Dasar keluarga kita yang sial dangkalan! Kenapa sekarang
datang dua orang perempuan dengan pakaian berkabung?
Kenapa sih mereka tidak bawa barang sedikit juga? Aku kuatir,
siang atau malam perusahaan kita akan ambruk Kemudian ia
tambahkan dengan kejam: "Si loojie sudah pergi lama sekali,
turut katanya Sin chio Yo sam ya, ia sudah mampu diluaran,
sekarang datang bakal isteri dan mertua perempuannya,
bagaimana ini?"
Atas itu sang isteri berikan jawabannya, yang tidak kurang
hebatnya. Ia ini kata:
"Kenapa kau banyak mulut terhadap aku? Orang she Jie
itu, ibu dan anak, datang kemari bukan aku yang undang!
Adalah keluargamu sendiri yang kesudian terima datangnya
sibinatang macan putih, kenapa ngaco belo pada kami?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dengan "bintang macan putih" Pek houw chee ia


maksudkan bintang sial.
Didalam kamarnya Sioe Lian dengar pembicaraannya suami
isteri itu, yang jadi toape dan toa oeynya, ia gusar bukan
main, sempai tubuhnya gemetaran, tetapi kapan ia juga
dengar ibunya merintih, hawa amarahnya ia bisa tahan,
apapula ibu itu, yang yang lihat anaknya gusar, dengan sangat
telah nasehatkan ia untuk bersabar. Hanya mendengar
keterangannya Yo Sam ya, seperti katanya Beng Soe Ciang, ia
terperanjat. Apakah warta itu benar bahwa Beng Soe Ciauw
sudah menutup mata?
Tidak bisa ditahan lagi, air matanya nona ini turun barketel
katel....
Lagi beberapa hari telah lewat, lantas Sioe Lian ketahui
jelas perihal keadaannya keluarga Beng ini.
Beng Eng Siang berharta, perusahaannya maju tetapi
selama itu kekuasaan semua ada ditangan anak sulung dan
anak kedua. Yang bungsu diperlakukan berat sebelah, maka
juga kajadian berbareng dengan terbitnya onar, Beng Soe
Ciang telah kabur dan tidak mau balik kembali. Beng Soe
Ciang sebaliknya berkepala besar dan berani adatnya keras
dan kasar, hingga ayah dan ibunya juga "malui" dia. Berterang
Soe Ciang tidak berani usir ibu dan anak itu akan tetapi
didalam kamarnya bersama isterinya, ia suka bikin banyak
ramai, ia sindir sana dan sindir sini pada dua tamu itu.
suaranya sengat tidak manis buat didengar oleh kuping ibu
dan anak itu.
Penyakitnya Jie Loo thaythay terus bertambah berat, tapi
pamili Beng tidak taruh perhatian, syukur lagi ibu dan anak
itu, disitu ada Toa Kim kong Lauw Keng, yang mau tolongi si
nyonya tua pergi panggil thabib dan belikan obat.
Sioe Lian rawat ibunya dengan sungguh ia
mendampinginya siang dan malam.
Kira2 satu bulan lebih telah lewat.
Pada suatu hari, Jie Loo thaythay meninggal dunia, Sioe
Lian menjadi sedih bukan main, layonnya nyonya tua itu telah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

diurus sampai masuk dalam peti mati dan dititipkan dalam


gereja Hok Sioe Sie dalam kota Soanhoa. Pada Toan kim kong
Sioe Lian kata ingin berlalu dari Soanhoa hoe untuk
pergi ke tempat lain Ia unjuk, bahwa tak menyenangkan
untuk ia tinggal lebih lama didalam rumah pamili Beng.
"Keadaan kau memang sulit, nona" ia kata. "Tapi diluaran
kau tidak punya sanak dan kadang, kemana kau hendak
pergi?"
"Aku punya sepasang golok yang bisa lindungkan aku,
kemana juga aku pergi aku tidak takuti"
"Aku tahu kau mengerti boegee, nona" ia berkata. "Aku
tahu, kemana kau pergi tidak nanti ada orang bisa ganggu
kau. Tapi aku bukan bicara tentang keselamatanmu aku
maksudkan penghidupan kau. Sesudah berada ditempat lain.
apa yang kau hendak kerjakan?"
Ditanya begitu, mukanya Sioe Lian menjadi merah.
"Aku mau pergi mencari tahu halaya Soe Ciauw," ia
aku"Kabarnya ada Sin chio Yo Sam ya yang kenal dia. aku
hendak minta keterangan dari orang she Yo itu"
Lauw Kang menghela napas.
"Aku minta nona jangan percaya obrolannya toa ciangkoei"
ia berkata. Dengan toa ciangkoei, ia maksudkan Soe Ciang
"Sin chio Yo Sam ya itu adalah piauwtauw Yo Kian Tong di
Yankeng, ia benar pernah dua kali bertemu jie
Siauwctiangkoei, tetapi mereka tidak bersobat kekal. Dulunya,
setelah ketahui kaburnya siauwciangkui. kami pernah pergi ke-
Yankeng minta keterangan dari Yo Sam ya. tetapi Yo Sam ya
bilang ia tidak pernah ketemu siauw ciangkoei Adalah baru
sekarung mendadak toa ciangkui kata, bahwa Siauw ciangkui
telah menutup mata, ia tidak omong langsung, hanya ia bawa
namanya Yo Sam ya. Siapa mau percaya itu? Buat omong
terus terang Toan-kim kong tambahkan, kaburnya siauw
ciangkui adalah disebabkan dua hal: pertama tama untuk
menyingkir dari ancaman bahaya, sebagai akibat keonaran
yang ia terbitkan, dan kedua guna menyingkir dari engko dan
ayahnya yang perlakukan ia secara dingin, beda dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keterlaluan. Apabila nona tetap hendak cari siauw ciangkui,


menurut aku baik nona cari ia di Kauw gwa, karena disana ia
punya banyak sobat dan kenalan"
Siu Lian manggut2.

JILID KE l6
BERSELANG lagi dua hari Siu Lian kembali kerumah pamili
Beng, buat terus dengan diam bersiap untuk bikin perjalanan.
Tapi berbareng dengan itu ia lagi-lagi mesti mengalami
kejadian yang bikin ia naik darah dan menyesal itu adalah
tingkahnya Beng Soe Ciang, si toape. Ia ini sejak
meninggalnya Jie Loo thaythay, tidak lagi unjuk roman bengis,
angkuh atau dengki, sebaliknya setiap kali ia bertemu atau
berpapasan dengan nona kita, lantas pada mukanya yang
hitam tertampak senyuman manis Siu Lian menduga orang
kandung maksud buruk, ia tidak suka meladeni. Inipun salah
satu pendorong kenapa ia jadi ambil putusan getas untuk
selekas mungkin angkat kaki dari rumah pamili itu.
Demikian pada suatu hari, nona Jie pergi ketemui Beng Eng
Siang buat kasih tau maksudnya untuk bepergian, sebagai
alasan ia kata ia hendak tengok kuburan ayahnya di Jie sie tin
di Beng touw.
"Kau baik bersabar" berkata Beng Eng siang "tunggu lagi
beberapa bulan, setelah aku sediakan uang, kau pergi kesana
bawa peti layon ayahmu pulang ke Kie lok uutuk dikubur
ditanah dengan baik. Lagian, dengan kau pergi sendiri, aku
kuatir...."
Sioe Lian ketahui orang menahan ia dengan berpura pura,
tetapi ia terpaksa menggunai akal maka ia menjawab bahwa
ia suka menunggu. Disebetah itu dengan diam ia telah
bermufakat dengan Lauw Keng, demikian pada satu pagi,
diluar tahunya ia apa juga, dengan gendol buntalannya, Sioe
Lan keluar dari Piauwtiaw. Ditempat yang dljanjikan, Lauw
Keng telah tunggu, ia dengan kudanya siap sedia.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Lauw Toako, sampai ketemu" berkata nona kita setelah ia


lompat naik keatas kuda itu.
"Sampai ketemu soemoay," Lauw Keng jawab. "Aku harap
kau berhati hati diluaran Andaikata ada terjadi sesuatu apa
aku minta kau lekas kirim kabar padaku"
"Terima kasih, toako!"
Sioe Lian segera kas! kudanya lari meninggalkan kota
Soanhoa hoe, menuju ketimur
Nona Jie berdandan serba hijau beju dan celana yang
ringkas. Sepasang golok siangtoo menambah besarnya
hatinya, malah bisa dibilang, karenanya ia menjadi kepala
besar. Itu adalah senjata yang ia telah pakai bertempur. Ia
anggap. kecuali Lie Bouw Pek, tidak ada orang lain lagi yang ia
boleh pandang tinggi!
Sekarang ini Jie Sioe Lian bikin perjalanan untuk cari
tunangannya berbareng mengharap keterangan musuhnya
umpama Thio Giok Kin, Tio Cit Houw dan lain2 untuk
membikin pembalasan, oleh karena mereka itu orang yang
mendesak dan menyebabkan kematian ayahnya.
Dalam perjalanan in;, dengan tak mendapat kesukaran
nona Jie telah sampai di Yankeng, malam itu segera dapat
bertemu dengan Sin khio Yo Kian Tong. hingga piauwtauw
heran melihat ia dikunjungi oleh seorang nona muda dan elok.
yang datang sendirian dengan berpakaian singsat dnn
membekal senjata. Adalah setelah pembicaraan, baru ia
ketahui yang ia sedang berhadapan dengan puterinya
almarhum Tiat cie tiauw Jie Hiong Wan atau tunangannya
Beng Soe Ciaaw.
"Beng Eng Siang Loo piauw-tauw adalah sobatku dari
banyak tahun." ia berkata, untuk menerangkan hal dirinya
lebih jauh" dan dengan dua saudara Soe Ciang dan Soe
Ciauw, beberapa kali aku telah pernah bertemu, hanya, halnya
Soe Ciauw sejak ia meninggalkan rumahnya aku tidak ketahui
sama sekali Tentang Soe Ciauw, pada siapapun aku tak
pernah menerangkan bahwa ia teiah menutup mata"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sioe Lan menyesal mendengar keterangan itu, tetapi


berbareng ia merasa lega bati, karena sekarang terbukti
obrolan palsu dari Soe Ciang.
Ia sebenarcya sudah mau pamitan, ketika seorang lain,
yang berada bersama-sama ia selagi ia bicara pada Yo
Piauwtauw, berbangkit dan campur mulut.
Orang ini, dar usia pertengahan, bertubuh kate, tetapi
pakaiannya manyatakan ia seorang yang hidup mewah. Itulah
tidak heran, oieh karena ia adalah Tek Siauw Hong yang sejak
kena diancam dipakkhia, sudah terima tugas baru, untuk
sekalian menyingkir dari ancaman bahaya, ia telah selesai
kerja di Jathoa dari sana, dalam perjalanan pulang, ia mampir
di Yankeng Sinkhio Yo Kian Tong, sahabat karibnya dari
banyak tahun. Disini Siauw Hong mampir, seperti kita ketahui
pertama untuk sambangi sobat lama itu dan kedua guna
tunggu Lie Bouw Pek.
Sin khio Yo Kian Tong juga telah dapat namanya pemuda
kita. ia girang waktu ia dengar pemuda itu hendak datang
maka kedatangaanya ia harapkan, siapa tahu sampai sekian
lama Bouw Pek masih belum muncul Siauw Hong tentu saja
tidak ketahui sebab kelambatannya Bouw Pek, hingga ia jadi
heran.
"Inilah aneh" ia nyatakan pada suatu hari. "Kenapa Bouw
Pek masih belum juga datang? Bukankah disana ada Tiat
Pweelek, yang tolong dia? Apakah perkaranya itu mempunyai
ekor atau menyebabkan onar lain?"
"Aku kira perkaranya tidak mempunyai ekor dan ia tentu
telah keluar dari penjara" Yo Kiaa Tong utarakan dugaannya
"Aku lebih lebih percaya, yang ia telah ditahan oleh Tiat
Pweelok. Maka aku pikir sekarang baik diatur begini kita
tunggu lagi beberapa hari, andaikata ia tetap tidak datang,
aku nanti kawani kau pergi Pakhhia. Disana aku sekalian
hendak tengok Khoe Kong Ciauw dan terus beberapa hal lain"
Tek Siauw Hong setujui pikiran itu, ia malah merasa girang
jago tua ini suka menjadi kawannya dalam perjalanan. Ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sebenarnya tidak ketahui yang Yo Kiam Tong menduga,


bahwa Bouw Pek bisa jadi tidak luka datang ka Yankeng
Itulah sebabnya kenapa sampai sebegitu jauh Siauw Hong
masih belum pulang. Maka kebetulan sekali, justru Yo Kian
Teng asik bersiap untuk bikin perjalanan ke Pakkhia, hari ini
Jie Sioe Lian datang. Melainkan piawtauw itu tidak puas yang
Beng Soe Ciang bawa namanya dengan bilang ialah yang kata
bahwa Soe Ciauw telah binasa.
Selagi Yo Kian Tong bicara pada nona Jie. Siauw Hong
diam diam telah perhatikan nona itu. Ia girang bukan main
bisa ketemu nona ini. ia lihat orangnya elok, maka ia merasa
pantaslah Lie Boow Pek tidak bisa lupai nona ini.
"Soe Ciauw dibilang, barangkali ia tidak dapat diketemukan
Lagi baiklah aku rangkap jodohnya dengan Bouw Pek"
demikian Siauw Hoog pikir. Dengan begini aku akau bikin
Bouw Pek puas dan tidak akan bertingkah lagi.
Begitulah, selagi si nona mau pamitan Siauw Hong segera
perkenalkan diri dan unjuk, bahwa ia sobatn Bouw Pek. bahwa
ia mendengar Bouw Pek sebut namanya sinona yang dibuat
kagum dan diharap harapannya
Warta halnya Bouw Pek diterima dengan girang oleh Sioe
Lian yang tidak sangka disitu ia bisa dengar haln|a penolong
yang gagah dan berhati baik itu. Air mukanya berobah
menjadi merah mendengar perkataannya siauw Hong tetapi ia
toh tidak menjadi likat.
"Lie Bouw Pek itu adalah in hengku " ia kata. Ia sebut
Bouw pek sebagai in heng atau saudara, pada siapa ia
berhutang budi. "Ketika ayahku menutup mata, ialah yang
bantu urus perguburannya, sedang waktu ibu dan aku pergi
ke Soanhoa hoe, ia juga yang antarkan. Aku memang berniat
cari ia di Pakkhia
"Nona mau pergi ke Pakkhia, itulah bagus" kata Siauw
Hong dengan girang. "Kita boleh pergi bersama sama Belum
setengah tahun Lie Bouw Pek berada dikota raja ia sudah
angkat namanya ia telah takluki Km too Phang Bouw, telah
kalahkan Hoa thyio Phang Liong Sioe Bie too Oey Kie Pok dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

orang kosen lain lagi Sekarang ini ia punya banyak sobat,


maka bila nona cari ia dan minta bantuannya, aku percaya,
perkara bagaimana besarpun ia mestinya sanggup urus"
Sioe Lian girang mendengar keterangan itu. Ia memang
lagi bigung, tidak tahu kemana ia mesti menuju. sekarang ia
ketahui Bouw Pek ada di Pakkhia dan namanya terkenal, inilah
kebetulan. Iapun mau pencaya Tek Siauw Hong, roman siapa
baik, sedang orang Boan ini dari Lweeboe hoe dan jadi sobat
kekalnya Yo Kian Tong dan Bouw Pek juga.
"Baiklah" ia jawab "Aku suka pergi bersama2. Kapan tuan
hendak berangkat?"
Tek Siauw Hong tunjuk Yo Kian Tong.
"Yo Shako ini juga mau pergi ke Pakkhia, kita baik
berangkat bsrsama sama." ia bilang. "Sekarang Yo Shako
sedang bikin persiapan, baik nona bersabar dan menunggu
dua hari disini"
Sioe Lian nyatakan setuju, ia menghaturkan terima kasih.
Yo Kian Tong sebenarnya masih sangsi dan ia kuatir,
dengan si nona bersama sama mereka, nanti bisa terbit suatu
dan lain hal. akan tetapi karena Tek Siauw Hong sudah ambil
putusan, ia tidak kata apa lagi selainnya menurut saja.
Begitulah Sioe Lian jadi menumpang di Coan Him Piauw
Tiam, dimana ia berkumpul dengan ibunya Yo Kian Tong,
sementara Yo Kian Tong sendiri sudah cepatkan persiapannya,
antaranya ia mengantar beberupa kereta piauw.
Tek Siauw Hong girang bukan main, ia telah tulis dua
pucuk surat dan telah upahkan orang bawa suratnya itu ke
Pakkhia. Itu adalah surat2 yang Bouw Pek dan Tiat Pweelek
terima, dengan kemudahan Bouw Pek menjadi bingung, Tiat
Pweelek menjadi girang.
Pada hari yang telah ditetapkan, Yo Kian Tong berangkat
meninggalkan Yankeng, Siauw Hong bersama ia, begitupun
nona Jie Siu Lian. Dua2 kawan ini gembira ! Siu Lian ingin
lekas sampai supaya ia bisa ketemu Lie Bouw Pek dan Tek
Siauw Hong ingin lekas sampai agar ia bisa rangkap jodobnya
kedua anak muda itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Selama dalam perjalanan sering2 Siauw Hong curi pandang


nona Jie, setiap kalinya, ia manggut dengan puas, ia puji mata
Bouw Pek yang awas.
Memang orang mesti menyesal seumur hidupnya jikalau ia
tidak mampu dapati nona ini sebagai isteri" demikian ia
memikir. "Adalah siorang she Beng yang peruntungannya
buruk, dari kecil sudah kabur dari rumah, mati atau hidup
tidak ketentuan, hingga ia bikin nasibnya si nona turut malang
sebagai ia.... Apakah tidak kasihan akan lihat nona ini mesti
menderita untuk mencari ia
Yo Kian Tong duduk anteng diatai kudanya Yang bawa
tumbak mestikanya "sin-khio" adalah muridnya bernama Tan
Kim Po. Piauwnya telah diiring oleh lima piauwsunya,
antaranya Sun Cit dan Lauw Gouw. ia tidak merasa kesepian,
karena jumlah mereka cukup besar.
Tek Siauw Hong sendiri selalu diiringi oleh Siu Jie yang
senantiasa siap deagan cui-hunnya.
Kertas piauw dipasang bendera dan kelenengan,
disepanyang jalan kelenengan itu saban2 berbunyi, hingga
suaranya membikin orang tidak menjadi lesu......
Selang dua hariy rombongan ini sudah sampai di Kieyong-
kwan.
"Pada beberapa bulan yang lalu adalah di sini kita bertemu
Lie Bouw Pek" kata piauwsu Sun Cit dan Lauw Gauw dan
mereka segera tuturkan bagaimana caranya orang she Lie itu
telah hajar orangnya Gui Hong Siang.
"Berhubung dengan itu, ketika Lie Bouw Pek sampai di
Seehooshia, aku lihat sendiri bagaimana Gui Hong Siang telah
susul ia " Tek Siauw Hong tambahkan. "Gui Hong Siang tidak
mau mengerti, ia tantang Lie Bouw Pek, tetapi kapan mereka
bertempur, dengan mudah ia kena dibikin keok. Adalah sejak
itu, aku jadi kenal Lie Bouw Pek dan kami selanjutnya menjadi
sahabat!"
"Rupanya sejak kekalahannya itu, Gui Hong Siang sudah
berlalu dari Kieyong kwan Sin," Sun Cit meneruskan "Pastilah
itu disebabkan ia malu dan mendongkol Sekarang ini diatas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

gunung masih ada bebarapa bega1, tetapi mereka bskerja


dikalangan yang ciut. mereka tidak berani ganggu pelancong
yang berombongan besar"
Yo Kian Tong tertarik mendengar pembicaraan itu.
"Kalau begitu, nama besar dari Lie Bouw Pek serupa
dengan kegagahannya," ia pikir. "Kalau nanti sampai di
Pakkhia, aku mesti cari ia untuk belajar kenal dan menjadi
sahabatnya. Sungguh besar faedahnya bagi Piauw tiamku,
andaikata Siauw Hong bisa bantu omong hingga ia suka
bekerja sama aku, ia pasti akan menjadi tangan kananku yang
sangat berharga"
Juga Sioe L!an puas dengar cerita tentang Lie Bouw Pek
itu. Ia ngelamun kalau saja bisa menjadi isterinya Bouw
Pek......
Kieyong kwan telah dilewatkan dengan tidak kurang suatu
apa, maka setelah melalui lagi tiga hari, rombongan ini telah
tiba di Pakkhia.
Yo Kian Tong sudah lantas urus beres piauwnya lebih
dahulu, sesudah itu ia ajak semua orangnya pergi ambi1
kamar dihotel Thian Hok diluar pintu Tiian-mui sedang Tek
Siauw Hong langsung ajak Jie Siu Lian ke Tang Su-tian tiauw,
kerumahnya sendiri.
Nyonia Tek yang tua, yalah ibunya Siauw Hong, apabila
ketahui hal ihwalnya si nona yang sebatang kara ini, sambut si
nona dengan girang dan hormat, karena ia merasa kasihan
lantaran peruntungannya yang malang, dalam usia begitu
muda mesti jadi yatim piatu dan menderita demikian hebat.
Juga Tek Nay-nay merasa girang sekali kedatangan tamu
sebagai nona kita, yang cantik manis dan halus budi
pekertinya, ia menyambut dan melayani dengan manis seperti
mana mertuanya. Dan ketika Siauw Hong tuturkan hubungan
apa ada diantara si nona dan Bouw Pek, ia juga setuju, malah
ia ingin lekas jodoh itu bisa dirangkap dengan syah......
"Biarlah aku lantai omong sama sinona" kata isteri ini
"Sabar jangan dulu " mencegah sang suami, "kita tidak
boleh terburu napsu, kita mesti bertindak dengan pelahan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Pertama kita mesti dapat kepastian tentang Beng Su Ciauw, ia


benar sudah mati atau masih hidup. Kita mesti dapat
kepastian yang hatinya sinona sudah mati terhadap
tunangannya itu. Kedua kita juga mesti cari tahu pikirannya
Lie Bodw Pek, ia sabar, tapi adatnya kukuh, jangan kita keliru
bertindak nanti segala apa menjadi gagal dan kacau balau"
Tek Naynay setuju pendapat suaminya itu.
Hari itu juga Tek Siauw Hong berangkat ke Hoat Beng Sie
akan cari Lie Bouw Pek, justeru anak muda kita waktu itu
sedang berada diistananya Tiat Pweelek, maka ia perintah Hok
Cu bawa kendaraannya ke Pweelekhu. Tatkala ia sampai,
selagi matahari sudah mendekati tengah langit, justeru Tiat
Pweelek baru habis temani Lie Bouw Pek bersantap dan
mereka sedang duduk pasang omong peyihal Beng Su Ciauw.
Siauw Hong paling dulu unjuk hormat pada tuan rumah,
kemudian dengan Lie Bouw Pek ia saling mengasi hormat.
Keduanya gembira sekali.
"Menyesal aku tidak bisa lantas susul kau, toako" kata
Bouw Pek kemudian. Ia kasi tahu apa sebabnya, yalah
larangan buat meninggalkan Pakkhia dan sakit. "Sekarang
juga ada hal lain lagi, yang bikin aku mesti tunda lebih jauh
perjalananku menyusul kau" Dan ia ceritakan hal bakal
kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, melulu atas
bisanya Oey kie Pok yang licin dan jahat Untuk tidak unjuk
kelemahan aku mesti tunggui mereka itu Syukur sekarang
toako sudah pulang...."
Siauw Hogn manggut2.
"Aku telah mengerti sama saudara, " ia berkata. "Akupun
telah dengar halnya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin itu.
Kalau mereka datang kita tidak usah takut. Kau tahu, aku
telah dapat undang dua pembantu yang berharga untuk kau
yang satu adalah Sin khio Yo Kian tong. Namanya hampir
tiada orang yang tidak ketahui sedang ilmu tumbak dari Khoe
Kong Ciauw udalah buah pimpinannya. Aku percaya, ia akan
sanngup layani Kim khio Thio Giok Kin. Ysng kedua adalah
orang tentang siapa aku lebih dahulu sudah tulis surat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kepadamu yaitu nona Jie Sioe Lian. Ia sekarang berada


dirumahku."
Lantai Siiuw Hong ceritakan bagaimana selama menunggu
di Yankeng dirumahnya Yo Kian Tong, kebetulan datang si
nona itu, yang mau pergi cari Beng Soe Cinuw, yang akhirnya
suka ikut ke Pakkhia. apabila ia itu dengar v pamyYi *h' L:o
ada dikota raja. Setelah kisi t*hu, yang iSunyt nona Jie sudah
msautui mite, Siauw Hoag lantas utarakan, maksud ha tinya.
Bouw Pak 'erlnru «k«i dsigar meiiaggal nya Dnetnythty
yeng bi k budi itu. Iapun terharu dan kasihan pada S u L;an,
yang io karang di y a d i piatu. Ia menghela napas.
"Toako," kemudian ia kata pada Siauw Hong, didepan Jie
ya. buat omong terus terang, aku mesti sesalkan kau. Kenapa
kau berlaku begini sembrono? Jie Siu Lian seorang perempuan
yang sudah ada suaminya dalam hal ini, tunangannya. Difihak
lain, aku telah tolong ia dalam kedudukanku sebagai semacam
saudara angkat. Maka coba kau pikir, jikalau aku mesti
menikahi dia, apa itu tidak lucu?"
Siauw Hong tidak puas dengan ucapan ini "Kau main gila,
sobat" pikir ia. "Dulu dirumahku, selagi duduk minum, kau
sebut Siu Lian, yang kau rindukan, kenapa didepan Pweelek
sekarang kau berpura? menjadi satu kuncu? Oa, sobat, kau
terlalu!.......
Meski ia berpikir demikian tapi ia tak berani tegor sobat ini.
"Kau masih belum ketahui, toako" Bouw Pek kata pula
sambil menghela napas. "Setelah hari itu kau berangkat, kami
disini mengalami lagi suatu kejadian luar biasa. Dengan Jieya
baru saja aku bicarakan urusan aneh itu......"
Bouw Pek lantas certakan bagaimana ia ketemu Beng Soe
Ciauw yalah tunangannya Jie Sioe Lian, Ia tuturkan lelakonnya
Soe Ciaaw alias Siauw Jie dengan panjang lebar, sampai
paling belakang sikapnya anak muda berobah, sebab ia telah
baca suratnya orang she Tek ini, bahwa akhirnya Soe Ciauw
kabur dengan bawa pedang kuno dan pinjam kudanya Tiat
Pweelek.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang sekarang kita tidak ketahui, kemana ia ada....." kata


Bouw Pek akhirnya.
Lagi2 ia menghela napas
Siauw Hong bingung apabila ia sudah dengar semua
penuturannya itu, iapun heran.
"Ya, benar benar sayang....." akhirnya ia kata.
Bouw Pek sementara itu telah bicara lebih jauh.
"Untuk singkirkan kecurigaan, guna kebaikanku, aku tak
ingin ketemui nona Jie" demikian ia kata.
Siauw Hong menjadi bingung.
Tiat pweelek yang heran karena sikapnya Beng Soe Ciauw,
telah utarakan pula keheranannya dan menyatakan
sayangnya.
"Kalau begini duduknya hal percuma saja aku kegirangan
buat saudara Bouw Pek" kata Siauw hong akhirnya pada tuan
rumah. Tapi ia bersenyum ,Sekarang tidak ada jalan lain, kita
mesti cari Beng Soe Ciauw, kendati juga dengan pelahan"
"Kelihatannya kita memang cuma bisa perbuat demikian"
sahut Tiat Pweelek, yang lalu utarakan keinginannya bertemu
dengan Yo Kian Tong
"Sebenarnya Yo Kian Tong sendiri sudah lama ingin
menemui Jie ya" Siauw Hong kasi tahu. "tetapi karena ia tahu
dirinya itu ia orang dari kalangan piauwhang dan tidak punya
urusan langsung, ia jadi tidak berani sembarangan kunjungi
Jie ya"
"Itulah bukaanya soal." Tiat Pweelek ter tawa. "Aku juga
tidak pangku pangkat! Maka terbilang orang boleh punya
perkenalan atau perhubungan padaku, apapula Yo Kian Tong
yang terkenal bukan baru setengah atau satu tahun"
"Jikalau begitu, baik besok saja dibikin pertemuan" Siauw
Hong bilang "Besok aku akan adakan peryamuan sekedarnya,
untuk saudara Bouw Pek dan Yo Kian Tong, aku minta
Jieya sudi berbuat baik terhadap aku deagan turut
mengunjungi perjamuan itu. Bagaimana Jieya pikir?"
"Baiklah, besok aku nanti hadir!" jawab Tiat Pweelek sambil
tertawa. "Aku pikir kau baik undang juga Khoe Kong Ciauw"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong kerutkan alis kapan ia dengar nama itu.


"Sebetulnya aku jarang berhubungan dengan Khoe Kong
Ciauw" ia kasi tahu. "Ia sobat kekal dari Oey Kie Pok, kalau
kita undang ia, apa ia tidak akan duga bahwa kita lagi berdaya
akan pengaruhi ia mengenai Kie Pok itu? Aku kuatir ia tidak
mau datang......
"Kau keliru" Tiat Pweelek kata "Memang Khoe Kong Ciauw
dan Oey Kie Pok bersobat rapat, akan tetapi semua
perbuatannya Kie Pok, Kong Ciauw tidak setujui, malah ketika
Kong Ciauw ketahui Kie pok mengirim orang buat undang
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, dua kali Kong Ciauw sudah
cari Kie Pok untuk ditegor. Karena itu berdua mereka hampir
kebentrok dan putus perhubungan. Aku tahu Khoe Kong
Ciauw dan Yo Kian Tong punya perhubungan rapat, jikalau
kau undang ia bersama Yo Kian Tong, ia pasti akan datang"
Siauw Hong akhirnya nyatakan setuju. "Baiklah, aku akan
undang ia" ia bilang.
Lie Bouw Pek girang dengan perjamuan yang akan
diadakan itu, ia memang ingin ketemui Khoe Kong Ciauw,
yang ia baru dengar namanya saja.
Setelah itu mereka bicara lagi urusan lain sampai akhirnya
Siauw Hong pamitan dengan diturut oleh Lie Bouw Pek.
Sesampainya diluar Siauw Hong ajak Bauw Pek sama sama
naik keretanya untuk pergi kerumahnya, tetapi anak muda ini
menampik.
"Hari ini aku tidak bisa pergi" ia kata. Besok aku tentu akan
datang, akan sekalian tengok pehbo dan enso. Kalau sebentar
toako sampai dirumah, jagalah supaya nona Jie tidak datang
mencari aku digereja, bujuklah ia supaya ia suka tinggal
dengan sabar dirumah toako. Aku harap tidak lama lagi aku
bisa cari Beng Soe Ciauw buat diajak pulang."
Setelah kata begitu, dengan air muka berduka Bouw Pek
lantas ngeloyor pergi.
Siauw Hong goyang kepala melihat kelakuannya sobat itu,
tetapi ketika sisobat sudah pergi jauh, ia tertawa sendirinya ia
anggap sobat itu lucu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Apakah artinya ini?" demikian ia kata seorang diri. Ia naik


keretanya dan berjalan pulang. Sesampainya dirumah, ia
masuk langsung kedalam
"Apa hari ini nona Jie tidak pergi kemana2?" ia tanya
isterinya.
"Tidak" Tek Naynay menyahut.
"Aku lihat ia tenang"
Siauw Hong melihat kesekitarnya, lalu ia kata dengan
perlahan2
"Aku tadinya anggap Beng Soe Ciauw tidak akan dapat
dicari, lantaran itu aku berani pikir dan berdaya untuk rangkap
jodohnya Bouw Pek dengan si nona Jie, tetapi hari ini aku
dapat kenyataan anggapanku itu keliru, Barusan di Pweelek
hoe aku ketemu Bouw Pek, mendengar ia, urusan ternyata
telah berobah secara hebat"
"Apakah itu?" tanya Tek N«ynay yang merasa heran dan
jadi tertarik hatinya.
Siauw Hong tuturkan halnya Soe CiauW, sebagaimana ia
dengar dari Bouw Pek.
Mendengar itu Tek Naynay goyang goyang kepala, iapun
agaknya menyesal
"Urusan benar sulit" Kata Siauw Hong akhirnya. "Aku lihat,
akhirnya urusan tidak akan jadi menyenangkan. Ketika Bouw
Pek sakit, Siauw Jie rawat ia. Bouw Pek masih belum tahu,
Siauw Jie adalah Soe Ciauw, tidak heran apabila ia omong
segala apa, sampai halnya nona Jie. Rupanya Bouw Pek
omong perihal pieboenya dengan nona Jie dan ia utarakan
kekagumannya, barangkali juga rasa hatinya. hingga Soe
Ciauw jadi dapat anggapan keliru dan menyangka diantara
mereka ada menyelip percintaan lantaran mana, untuk tidak
membikin Bouw Pek kecele dan hati sakit, Soe Ciauw lantas
mengalah dan pergi, bahwa ia akan tidak mampu nikah nona
Jie, maka la menjadi nekat. Selain ambil pedangnya Bouw
Pek, iapun pinjam kudanya Tiat Pweelek, dengan apa ia pergi
m^nyingkirkan diri, terang untuk mengalah, supaya nona Jie
bisa diserahkan pada Bouw Pek. Kalau ia cemburu, dengki hati
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

atau gusar, tidak nanti ia pergi, hanya pasti ia terang Bouw


Pek
"Apakah itu bisa jadi ?" tanya Tek Naynay, yang heran
bukan main. "Tidak bisa lain," Siauw Hong bilang.
"Sekarang Bouw Pek juga mau menyingkir dari kecurigaan,
ia tidak niat ketemu si nona Jie apakah ini tidak sukar?
Keinginan dari Bouw Pek ini aku sendiri pasti tidak bisa
sampaikan pada nona Jie..."
"Biarlah aku yang sampaikan, nanti kita lihat bagaimana
sikapnya si nona" kata Tek Naynay setelah berpikir sebentar
"Kalau kau sudah kasi tabu kau mesti bisa bujuk dan hibur
dia" Siauw Hong pesan. "Jagalah supaya ia tidak jadi hilang
sabar. Mungkin dalam dua hari ini dari Holam akan datang dua
orang yang berniat seterukan Bouw Pek bila urusan sudah
beres, kita akan cari Beng Soe Ciauw dengan bsrpencaran,
aku percaya kita akan berhasil. Nona Jie mesti dijaga hati hati,
sebab bila kejadian ia kabur inilah sulit bukan main.
"Aku lihat nona Jie sabar dan teliti, barangkali tidak akan
kejadian ia angkat kaki." Tek Naynay bilang.
Tek Siauw Hong manggut sesudah pesan pula isterinya, ia
pergi mencari Yo Kiau Tong akan piauwsoe ini pergi ke Hoat
Beng Sie akan kunjungi Lie Bouw Pek, maka didalam gereja
dua orang itu telah saling bertemu dan berkenalan
Siauw Hong dan Bauw Pek bicara banyak tentang segala
kejadian sesudah perpisahan mereka paling belakang Bouw
Pek tuturkan hal terbunuhnya Poan LdW Sam dan Cie Sielong
dan tentang keadaannya Siam Nio paling belakangan
Orang Boan itu menghela napas, satu tanda ia berduka
mendengar semua ttu.
Kemudian Siauw Hong bicarakan halnya jamuaunya yang
hendak diadakan besok dan ia minta persetujuannya Yo Kian
Tong untuk undang Khoe Kong Ciauw.
Piauwsoe dari Yankeng itu tidak berkeberatan, maka soal
itu telah beres.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hari Itu Siauw Hong pulang diwaktu sore, ia baru sampai


didalam dan duduk, Tek Naynay sudah lantas datang
menemuinya.
"Setelah kau pergi tadi, aku lantas bicara pada nona Jie,
berkata isteri ini, ia sangat berduka hingga kucurkan air mata.
Slnona kata ia ingin ketemukan kau, agar ia bisa menanya
lebih jelas"
Siauw Hong kerutkan alis.
"itulah aku sudah duga" ia menyahut. "Tapi tentang soal
Beng Soe Ciauw itu sedikit juga aku tidak mengetahui! Ia mau
minta keterangan, ia sebenarnya harus cari Bouw Pek. Tetapi
Bouw Pek tidak ingin ketemui ia..... Bagaimana Kau lihat, uru
tan betu|2 sulit!"
la menghela napas berulang2.
Tek Naynay juga berpikir, ia diam saja
Selagi meieka saling bungkam, seorang bujang bertindak
masuk.
"Looya, nona Jie minta ketemu" ia kata.
Siauw Hong segera berbangkit
Je Sioe Lian sudah lantas bertindak masuk.
Tek Naynay berbangkit buat minta sinona duduk, tetapi
Sioe Lian tidak ambil kursi, ia hanya hadapi Siauw Hong. Air
mukanya guram, tanda dari sedihnya hati.
"Ngoko, tentang Soe Ciauw, aku telah dengar dari Ngoso,"
berkata ia, dengan perlahan. Ia panggil Ngoko pada Siauw
Hong dan Ngoso pada Tek Naynay, darimana ternyata
perhubungan antara mereka telah menjadi rapat dengan
cepat. "Kenapa Soe Ciauw pergi justru setelah ia ketahui aku
akan datang? Inilah aku tidak mengerti. Sebenarnya, apa yang
Ngoko dengar dari Lie Bouw Pek?"
Siauw Hong awaskan nona itu. Ia benar2 merasa sukar
akan menjawab Diiuar keinginannya, keringat mengucur
dijidat.
..Aku dengar apa yang benar" akhirnyi ia menyahut juga.
"Yang menjadi soal adalah adat yang aneh luar biaia dari
Saudara Su Ciauw......"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi si nona geleng kepala.


"Itulah bukan soalnya!" berkata ia. "Aku percaya disini
mesti ada keterangan dari toako Lie Bouw Pek!"
"Saudara Bouw Pek tinggal di gereja, kurang leluasa buat
nona kunjungi dia" kata Siauw Hong. "Lain dari itu, sekarang
sudah Yam 1...."
Diantara sinar lampu, Siauw Hong coba pandang nona itu.
Siu Lian pakai baju dan kun hijau, ia nampaknya berduka,
tapi wajahnya menunjukkan rasa tidak puas atau mendongkol.
Siauw Hong serba salah. Ia sebenarnya pandai bicara, tetapi
sekarang, terhadap nona gagah itu, ia jadi bungkam.
Beberapa kali ia menghela napas.
Siu Lian duduk dikursi disamping, dengan sapu tangan ia
susut air matanya. Terang nona ini sangat berduka.
"Jangan terlalu banyak pikir nona" Siauw Hong coba
membujuk. "Besok aku akan bikin perjamuan kecil, aku telah
undang Tiat Pweelek, Khu Kong Ciauw dan Lie Bouw Pek
bersama Yo Kian Teng. maka kita besok ramai2 akan bantu
pikir dan berdaya dalam urusan kau ini. Aku harap kita akan
berhasil mencari saudara Su Ciauw, hingga ia Disa diajak
pulang..."
"Kau baik sekali, Ngoko, terima kasih" kata Siu Lian. "Paling
benar adalah besok aku bisa ketemu dengan Lie Bouw Pek"
"Pasti nona bisa ketemui ia," kata Siauw Hong dengan
cepat. "Kalau besok ia datang, lebih dulu aku akan ajak ia
masuk ke dalam"
Siu Lian puas dengan jawaban itu, maka ia tidak kata apa2
lagi, ia berbangkit dan undurkan diri.
Sekeluarnya si nona, Siauw Hong saling memandang
dengan isterinya. Lagi2 ia menghela napas.
"Juga Bouw Pek aneh! Ia tidak mau ketemui nona Jie,
mana itu bisa jadi?" kata ia.
Siu Lian belum yalan jauh, ia dengar perkataan itu, hingga
ia merandek, tapi ketik ia pasang kupingnya, ia tidak dengar
apa apa lagi, maka ia terus menuju kekamarnya sendiri. Disini
ia duduk sambil mengawasi api.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Perginya Su Ciauw mesti ada hubungannya dengan Lie


Bouw Pek" ia pikir. Tapi, kenapa Lie Bouw Pek tidak suka
ketemui aku?"
Ia tidak bisa curigai orang sho Lie secara bukan2, ia tahu
hatinya baik, tatapi ia merasa heran sekali dengan sikap orang
itu.
"Kenapa Su Ciauw kabur, selagi ia ketahui aku datang dan
cari dia?" ia juga memikir. "Apakah ia tidak punya perasaan?"
SIU LIAN BERPIKIR KERAS DAN menangis Ia telah ambil
putusan akan besok ketemui Lie Bouw Pek. untuk minta
keterangan yang jelas.
Sementara Siauw Hong malam itu sudah berikan titahnya
buat besok orang siap dengan barang makanan guna
perjamuan, supaya thia dibikin bersih dan diatur untuk
perjamuan itu. Yang akan datang adalah Tiat Pweelek dan ia
tidak berani sembarangan.
Maka juga besoknya, pagi2 sakali orang sudah repot.
Dari sekian tamu, Yo Kian Tong adalah yang datang paling
pagi dan paling dulu, ia datang sekalian dengan satu kabar
penting. Ia kata pada tuan rumah
"Aku dengar kabar, Moh Po Kun telah berhasil mengundang
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, mereka akan lekas sampai di
Po-teng"
Siauw Hong terima kabar itu dengan hati bercekat, karena
ia ketahui dengan baik meskipun dua orang itu datang untuk
cari Bouw Pek, tapi sedikitnya mereka punya sangkutan
dengan ia sendiri. Dalam beberapa bulan ini siapa tidak
ketahui, yang ia adalah sobat paling kekal dari Lie Bouw Bek?
Kalau nanti Biauw Cin San dan Thio Giok Kin berhasil
mengalahkan Lie Bouw Pek, mustahil mereka tidak akan terus
cari dia juga?"
Meskipun demikian ia bisa hiburkan diri dan lupai urusan
itu. Ia merasa puas yang perjamuannya adalah untuk orang
besar, yalah yang satu seorang pangeran dan yang lain
seorang bangsawan turun temurun. Itu adalah tamu yang
orang lain tak gampang bisa diundang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Belum lama Siauw Hong temani Yo Kian Tong pasang


omong, Lie Bouw Pek lalu muncul. Lantas saja tuan rumah
kasi tahu tamunya itu, bagaimana Siu Lian telah desak ia dan
si nona Ingin sekali ketemu dengan anak muda itu.
Bouw Pek goyang kepala, ia menghela napas, terang ia
merasa sukar.
"Sebenarnya aku tidak ingin ketemu nona Jie," berkata ia.
"Taruh kata aku bertemu dengannya keterangan apa aku bisa
berikan? Mana aku bisa jelaskan sebabnya, kenapa Soe Ciauw
angkat kaki dari sini? Aku sebenarnya harap2 lekas datangnya
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, agar aku bisa segera tempur
mereka dan dapat keputusan. Kecuali aku binasa, aku berniat
pegi merantau, guna cari Beng Soe Ciauw, buat paksa ia
ketemu nona Jie"
Siauw Hong juga berduka.
"Aku pikir lebih baik kau ketemui juga nona Jie ia kasih
pikiran. "Nona itu mengerti aturan dan adatnyapun tidak
keras, akan tetapi, diwaktu bicara, adakalanya ia berkukuh.
Bicara terus terang, lauwtee, aku sebenarnya jerih terhadap
nona itu....."
Bouw Pek bersenyum mendengar pengakuan itu, tetapi
lagi2 ia menarik napas.
"Kalau aku ketemu Sioe Lian, apa aku mesti bilang?"
demikian ia terbenam dalam kesangsian.
Menampak kelakuannya dua orang itu ,Yo Kian Tong
akhirnya turut bicara.
"Tidak bisa tidak. nona Jie itu perlu diketemui," ia bilang,
cuma untuk sementara ini, ia perlu dikelabui. Dipihak lain kita
mesti bisa cari jalan buat bisa cari Beng Soe Ciauw sampai
dapat"
Bouw Pek manggut.
"Memang ini jalan satu2nya" ia aku coba tidak ada
urusannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin niscaya aku
siang2 sudah berlalu dari Pakkhia ini"
Siauw Hong tidak bilang apa2 ia cuma goyang kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Bagaimana Soe CiauW bisa disusul dan dicari?" kata ia


dalam hatinya. Pria muda dan sebatang kara, ia menunggang
kuda, ia sudah sampai dimana......Negara begini luas......."
Justeru itu Sioe Jie masuk, dengan warta hal sampainya
Khoe Siauw Houwya. Tetapi hampir berbareng dengan itu,
orang itu sudah lantas muncul, karena ia tidak mau menunggu
diuar lama? dan tidak kasih ketika orang mengabarkan pada
Tek Siauw Hong buat keluar menyambutnya, ia sudah
menerobos terus, hingga Sioe Jie sendiri hampir kesusul.
Gin thio ciangkoen Khoe Kong Ciauw baru berusia dua
puluh tujuh atau delapan, tahun ia beroman cakap dan gagah
sebagaimana tubuhnya kekar dan keren. Ia pakai baju biru
dilapis mahkota hitam Ia pakai kopiah biasa, terapi mukanya
kopiah itu ditabur dengan intan, Begitu ia bertindak masuk
dithia. suaranya sudah lantas terdengar:
"Yang mana tuan Lie Bouw Pek?"
Siauw Hong bertiga lekas berbangkit buat menyambut.
kemudian tuan rumah tunjuk pemuda kita, maka keduanya
saling memberi hormat Graf itu tidak angkuh, sebaliknya
dengan manis ia kata: "Sudah lama aku dengar nama besar
Lie ya."
Kong Ciauw pun awasi anak muda kita, roman siapa
membikin ia kagum.
"Silahkan duduk. kouw ya," Siauw Hong segera
mengundang. Ia berlaku hormat dan manis. Ia tunjukkan kursi
dinas untuk tamu bangsawan itu.
Gin Khio Ciangkoen berlaku sungkan, tetapi akhirnya ia toh
duduk ditempat yang sudah disediakan itu, buat mana ia
menghaturkan terima kasih.
Yo Kian Tong dan graaf itu pernah guru dan murid meski ia
bukannya orang bangsawan, ia toh tidak berlaku seejie.
"Kong Ciauw" ia kata kemudian, sesudahnya semua
terduduk, "kau sobat kekal dari Oey Soe. ia sudah perintah si
orang she Moh pergi mengundang teng Couw hie Biauw Cin
San dan Kim thyio Thio Giok Kin, melulu buay seterukan Lie-ya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ini, dan mereka itu akan lekis datang apa kau kiranya tidak
bisa campur tahu urusan itu"
Ditanya begitu Khoe Koong Ciauw kelihatannya jengah, ia
menghela napas.
"Dalam hal itu aku tak berdaya" ia aku. "Tatkala pertama
kali aku dapat dengar hal, aku sudah tanya Oey Kie Pok, aku
telah kasi nasehat padanya supaya ia jangan Lanjutkan
tindakannya itu Tapi, apakah ia bilang? [a telah menyangkal Ia
kata dingin Lie ya ia tidak bermusuhan, ia tidak kenal orang
she Moh, dan hal kedatangannya Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin dengar pun tidak, katanya. Lantaran sangkalannya itu
hampir kami jadi kebenterok"
"khoe heng dan 0ey Kie pok adalah sobat kekal dari banyak
tahun, aku minta janganlah karena urusanku kau jadi
berselisihan" Bouw Pek berkata.
"tidak demikian, saudara Lie" berkata Khoe Kong Ciauw
"Kalau benar Oey Kie Pok pengaruh uangnya buat undang
orang dari propinsi lain dataag kemari melulu untuk
musnahkan kita, aku tidak takut yang aku kebentrok padanya!
Percaya aku, aku akan tempur Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, untuk lindungi kehormatannya sobatku yang berada di
Pakkhia ini
Bouw Pek kagum mendengar suara itu sedang Khoe Kong
Ciaiw telah bicara dengan sikap gagah. Ia tidak sangka Graaf
ini adalah laki2, yang sangat junyung tinggi keadilan.
"Akur, Kong Ciauw " nimbrung Yo Kian Tong. "Begitu
memang seharusnya kau bertindak! Orang lain aku tidak
perduli tetapi Kim Khio Thio Giok Kin kita mesti coba, jikalau
tidak bukan saja kau punya Gin khio, juga aku punya Sin Khio
akan tidak bisa dipakai buat melihat orang lagi "
Nyata jago tua ini tidak merasa senang pada Giok Kin. yang
pakai julukan Kim khio Tumbak Emas. sejak Khoe Kong Ciauw
pakai gelar Gin Khio atau Tumbak Perak dan ia sendiri Sin
khio, tumbak Malaikat
Siauw Hong jadi gembira hingga berseru
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Bagus Aku sekarang justeru ingin mereka itu lekas datang


Aku ingin saksikan Kim khio Thio Giok Kin dan liehaynya
tumbak kau"
kong Ciauw dan Kian Tong senang dengan ucapan tuan
rumah itu.
Adalah disaat itu Siu Jie muncul dengan kabar, bahwa Tiat
Pweelek telah datang maka berempat mereka keluar
menyambut undang pangeran ku kedalam dan duduk. Buat
raja muda ini, sebuah kursi lain sudah disediakan.
"Apakah kau dengar Teng couw hie Biauw Cin San dan Kim
Thyio Thio Gok Kin sudah lewati Poteng " berkata pangeran ini
setelah mereka sudah duduk. "Mereka tidak datang berdua
saja, katanya mereka berkawan dengan Tiat teh Ho Sam
Houw, Khie lian kui Ho Kiam Go dan lain2 lagi Barangkali lagi
dua atau tiga hari, mereka akan sudah tiba disini! Sekarang ini
Oey Kie Pok terus2an umpatkan diri didalam rumah, akan
tetapi ia punya banyak kaki tangan yang setiap waktu
menyampaikan berbagai kabar padanya, sedang dipihak lain,
ia upahkan banyak buaya darat buat ruwarkan cerita diwarung
warung teh dan tempat umum lain, katanya Lie Bouw Pek
bersama Tek Siauw Hong akan celaka, karena dari Holam
akan datang sejumlah orang gagah, yang akan bikin mereka
rubuh Katanya juga bahwa Lie bouw Pak pasti akan binasa
dan Tek Siauw Hong akan rudin"
Oleh karena yang sampaikan berita adalah Tiat Pweelek,
Bouw Pek mau percaya obrolan itu maka itu, bahna mendelu
mukanya menjadi merah, matanya jadi melotot.
Siauw Hong mendongkol, tetapi ia bersenyum ewah.
"Aku tidak tahu apa salahku, maka Oey kie Pok hendak
bikin aku rudin?" ia kata dengan sengit "Tentu saja aku tidak
takut, aku tidak sayangi andai kata hartaku ludas Disini aku
punya banyak sobat, yang bersedia bantu aku, maka masih
mesti disangsikan akhirnya yang menjangan akan binasa
ditangan siapa! Aku sebaliknya kuatir Siu Bie too Oey Suya
sekarang ini akan jatuh pamornya, hingga aku ingin saksikan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

apa selanjutnya ia masih punya muka kau ketemukan


sobatnya dikota Pakkhia ini"
Khu Kong Ciauw merasa tidak enak sendirinya mendengar
ucapannya Siauw Hong itu, karena ia adalah sobat kekal dari
Oey Kie Pok. Memang benar, kalau gagal, Kie Pok tidak akan
punya muka buat tinggal lebih lama lagi dikota raja. Dipihak
lain andaikata rombongan jagonya Kie Pok menang juga
pamornya sendiri akan terganggu oleh mereka itu, sebab
mereka pastilah tidak mau mengalah atau antapkan nama gin
khio Ciangkun berada diatasan mereka. Maka itu ia menjadi
ibuk sendirinya.
Sekarang tamu telah kumpul semua, Siauw Hong lantas
perintah supaya barang hidangan segera disajikan, kemudian
ia sandiri bantu tuangkan arak kedalam semua cawan dan
anjurkan semua tamu minum dan dahar. Sebagai tuan rumah,
ia berlaku manis dan telaten sekali. Disini ia dapat kesempatan
untuk perkenalkan Yo Kian Tong dengan pangeran itu. hingga
selanjutnya dua orang itu menjadi sobat.
"Mereka itu terdiri atas Thio Giok Kin , Biauw Cin San, Ho
Sam Houw, Ho Cit Houw dan Ho Kiam Go" kata Siauw Hong
sembari main2, "kita disini kecuali aku ada Bouw Pek, Kong
Ciauw dan Yo Sam ya, aku lihat bahwa jumlah kita cukup
untuk layani mereka sayang Beng Su Ciauw tidak ada disini,
tenaga siapa merupakan pembantu yang sangat berharga bagi
saudara Bouw Pek ......"
"Siapa itu Beng Su Ciauw ?" tanya Khu Kong Ciauw. Ia
tidak kenal nama itu.
"ia adalah Siauw Jie, tukang roskam kudaku...." kata Tiat
Pweelek sambil tertawa. "Ia Ia bicafa sambil angkat cawan
araknya, tetipi mendadak mulutnya bungkam.
Dengan tiba2 pangeran itu lihat semua orang berbangkit,
dengan semua unjuk roman terperanjat atau heran, semua
mata ditujukan keluar, kepintu. Maka ia pun segera
menoleh.....
Dari luar thia tamu bertindak masuk seorang perempuan
muda yang berkonde dan pakai tusuk konde perak, mukanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak pakai pupur atau yancie, tetapi muka itu elok, tubuhnya
langsing, gerakannya halus tetapi tampaknya sebat dan segar.
Ia pakai baju dan celana hijau, tepatunya putih yang
menambah keheranan adalah tangannya si nona memegang
sepasang golok.
Sesampainya dithia, nona ini manggut pada semua orang
kemudian ia awasi Lie Bouw Pek, pada siapa ia datang lebih
dekat. Mukanya telah berobah menjadi merah sendirinya
"Lie Toako" menegor ia, "apa yang barusan dibicarakan
oleh semua tuan2 disini aku telah dengar semua. Nyata Beng
Su Ciauw sudah pergi dan sekarang ia tidak ketahuan berada
dimana! kim khio Thio Giok Kin mau datang kemari bersama
Ho Sam Houw, Ho Iyit Houw dan Ho Kiam Go, itulah bagus
Mereka semua musuhku, merekalah yang hendak bikin celaka
ayahku, hingga ayah menyingkir dari Kie lok, hingga
kesudahannya belum setengah tahun ayah mesti menutup
mata" tiba2 air matanya sinona mengucur hingga Bouw Pek
jadi terharu bukan main. Kendati begitu, nona ini bisa bicara
terus: "Tuan2, Tolong kasi tahu aku, dimana beradamu thio
Giok Kin sekalian, aku hendak balas sakit hatinya ayahku.
Tentang Beng Su ciauw ...."
Ia berhenti dan menangis sesenggukan.
Siauw Hong semua mengawasi dengan melongo, mereka
terharu berbareng tercengang. Mereka saling memandang
dengan mulut bungkam.
Siu Lian maju lebih jauh pada Lie Bouw Pek.
"Toako, kau seperti engko kandungku, maka itu,
bagaimana juga, aku minta kau kasi tahu aku, kenapa Beng
Su Ciauw berlalu dari sini" ia kata. "Apakah bisa jadi ia berlalu,
oleh karena ia dapat kabar yang aku akan datang kemari ?"
Masih saja si nona menangis, kakinya ia banting, ujung
goloknya mengenai batu sampai menerbitkan suara nyaring.
Lie Bouw Pek seorang gagah, ia tidak takut ancamannya
Thio Giok Kin sekalian, tetapi sekarang, menghadapi Siu Lian,
ia kewalahan. Mukanya menjadi merah, sebab ia tidak tahu
bagaimana harus meajawabnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Syukur sementara itu Tiat Pweelek datang menolong.


Pangeran Boan ini berbangkit, pada Siu Lian ia angkat
ktdua tangannya.
"Nona, sabar" ia berkata dengan manis. "Kau jangan
berduka. Mari kita bicara pelahan2...." Ia menunjuk pada
sebuah kursi beralas sulaman disamping. "Silaukan duduk,
nona silahkan" ia mengundang.
Siu Lian letakkan goloknya diatas meja, ia susut air
matanya. la angkat kepalanya akan awaskan orang yang ajak
ia bicara.
"Kau siapa, tuan?" ia tanya, suaranya halus.
Tiat Pweelek angkat pula kedua tangannya.
"Aku Tiat Siauw Pweelek" ia menyahut. "Beng Su Ciauw
yang kau tanyakan telah tinggal padaku hampir satu tahun
lamanya
Baru sekarang Siu Lian tahu ia sedang berhadapan dengan
Siauw Hong Jiam Tiat Jie ya, ia lekas memberi hormat,
kemudian ia duduk dikursi yang ditunjuk.
Lie Bouw Pek dan yang lain2 pun lantas pada kembali
kekursi mereka.
"Sabar, nona" Yo Kian Tong membujuk.
"Kau dengar aku hendak memberikan keterangan jelas
pada nona berkata Tiat Pweelek kemudian, ia menoleh pula
pada Siu Lian buat terus mulai dengan keterangannya.
"Tentang kepergiannya Beng Su Ciauw, siapa juga tidak bisa
disesalkan," demikian katanya "Kalau toh ada orang yang
mesti disesalkan itulah aku sendiri. Aku sudah berlaku sangat
sembarangan, terlalu tidak mau penhatikan, hingga aku tidak
dapat lihat bahwa ia seorang yang berkepandaian tinggi. Pada
tahun yang baru lalu, seorang paderi Lhama she Tio, yang jadi
sobatku, telah pujikan Beng Su Ciauw padaku. Watu itu Su
Ciauw tidak bilang apa2, ia hanya kata ia datang untuk cari
sesuap nasi, bahwa pekerjaan apa saja ia suka terima. Aku
lihat ia masih muda sedang waktu itu aku kebetulan tidak
perlukan tenaga lagi, supaya ia tak sampai tertolak, aku lantas
suruh ia tinggal diistal buat bantu roskam kuda. Buat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pekerjaannya itu, kecuali setiap hari ia dapat dua kali makan


setiap waktu yang tentu akupun berikan ia uang dua atau tiga
tail perak. Aku lihat ia betah ditempat pekerjaannya itu,
selanjutnya aku tidak perhatikan dia lagi. Adalah setelah pada
saat ia angkat kaki, baru Lie Bouw Pek beritahukan aku bahwa
ia bukannya Siauw Jie, bahwa ia Beng Su Ciauw. putera kedua
dari Beng Loo piauwtauw dari Soanhoahu yang berkepandaian
silat tinggi. Mengetahui itu, aku jadi malu sendiri aku jadi
sangat menyesal. Kenapa? Sebab guru2 silat dan cintengku
sendiri termasuk golongan kantong nasi, sebaliknya pemuda
gagah yang berharga aku sia-siakan dikandang kuda Satu
tahun lamanya ia mengeram diistal, aku tidak dapat libat
bahwa ia seorang luar biasa, tentu sekali karena itu aku telah
perlakukan ia tidak selayaknya. Setelah itu aku pikir buat cari
dia Aku pikir, andaikata ia punya kesukaran, aku hendak bantu
dia. Selanjutnya aku hendak angkat ia menjadi sobatku. Siang
itu ia tidak kembali, adalah malamnya diluar dugaanku, selagi
aku tidur ia telah datang padaku. Ia masuk kedalam kamarku
diluar tahunya siapa juga, tahu2 ia sudah berada didalam. Ia
tidak omong banyak padaku, ia kata ia hendak pergi dan
minta pinjam seekor kuda.
Aku bangun hendak tahan ia dan tidak kasi pergi, siapa
tabu ia sangat sebat dan gesit, dengan satu gerakan tubuh ia
bisa loloskan diri dan lompat keluar kamar, dimana ia
menghilang diatas genteng Aku segera perintah orang periksa
istal, disana benar telah lenyap seekor kuda hitam. Tidak
tunggu sampai terang tanah, aku perintah belasan orangku
pergi kesemua pintu kota akan menyusul dan ajak ia kembali.
tapi sehingga siang, semua orangku pulang dengan tangan
kosong. Ia tidak dnpat disusul, tidak ketahuan kapan ia berlalu
dari kota. Seterusnya, sampai sekarang, kami tidak dengar
satu apa perihal Beng Su ciauw. Menurut aku, Beng Su Ciauw
adalah pemuda gagah yang adatnya tinggi dan keras, ia lebih
suka menderita kesengsaraan daripada minta atau dapat
pertolongan orang. Kenapa ia tidak sudi ketemukan kau,
nona? Sebabnya, mungkin karana adatnya tinggi dan keras
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekali. ia merasa dirinya tak berguna dan dari itu malu buat
ketemukan kau, maka dengan paksakan diri ia angkat kaki,
Aku percaya, dibelakang hari, apabila diluaran ia bisa angkat
dirinya, pasti ia akan kembali mencari kau, nona, itu adalah
adat biasa dari kebanyakan anak muda. Maka sekarang aku
minta sukalah nona tetap berdiam sama Tekngoya, lewat lagi
Beberapa hari kami akan kirim orang berpencaran akan cari
Beng su Ciauw, aku merasa pasti kami akan berhasil mencari
ia. Perihal nona sendiri hendak cari Thio Giok Kin sekalian dan
menyusul Beng Su Ciauw, itu aku tidak mufakat, kami tidak
dapat luluskan. Kami tahu nona gagah, tetapi apabila terjadi
satu hal yang tak diinginkan, apa kata kami nanti terhadap
Beng Su Ciauw? kami pasti akan dapat malu!......"
Tiat Pwaelek bicara dengan lancar, suaranya menarik hati,
hingga Sui Lian jadi terharu. ia tidak kata apa2 tetap ia
manggut Beberapa kali ia lepas air matanya
Siauw hong dan Yo Kian Tang kembali bantu membujuk
dan menghiburkan cuma Khu Kong Ciauw yang diam saja dan
BouW Pek yang terus bungkam.
Bicara lebih jauh, Tiat Pweelek sekalian telah berikan janji
bahwa dalam tempo satu bulan mereka akan dapat cari Beng
Su Ciauw.
Melihat sikap orang banyak itu, Siu Liaa Suka mengalah.
"Baiklah" ia kata akhirnya Ia kasi hormat pada orang
banyak seraya haturkan terima kasih, kemudian ia undurkan
diri dengan bawa siangtoonya.
Begitu lekas nona gagah Ini sudah berlalu, mereka orang
menghela napas lega.
Yo Kian Tong puji Tiat Pweelek karena omongannya yang
tajam itu.
"Aku benar2 takut terhidap nona itu," Siauw Hong aku.
"Tadi malam ia terusan tanya dan desak aku. Bagaimana aku
bisa omong hal yang sebenarnya?"
"Sebenarnya urusan sederhana, hanya buka mulut yang
sukar" kata Yo Kian Tong. "Lagian si nona nampaknya beradat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keras, jikalau ia ketahui tunangannya kabur lantaran curigai


saudara Bouw Pek cintakan ia, mungkin ia jadi nekat."
"Buat sampai begitu jauh, aku rasa tidak" Tiat Pweelek
bilang. "Aku lihat nona Jie seorang yang sadar. Asal kita
sanggup cari Beng Su Ciauw dan ajak ia kembali, urusan akan
segera beres......"
Khu Kong Ciauw ingin ketahui halnya si nona dan Bouw
Pek, ia minta keterangan dari Siauw Hong, apabila ia sudah
ketahui, ia maanggut2. Iapun mengerti sulitnya urusan itu.
Dalam perjamuan, orang terus bicara dan menduga duga,
adalah Bouw Pek sendirian Yang merasa tidak leluasa, hingga
mukanya sebentar merah, sebentar pucat. Kalau ingat halnya,
ia menyesal duluan ia kena justakan oleh Sek Tiong Hauw,
hingga lantaran piebu dengan Siu Lian, urusan jadi berbelit
begini rupa
Khu Kong Ciauw dan Tek Siauw Hong bicara dengan asyik,
sesudah orang bangsawan itu dengar halnya Jie Siu Lian
mereka lalu omongkan perkara Poan Louw Sam dan Cie
Sielong mendengar mana Bouw Pek jadi ingat Cui Siam ia juga
menyesal yang ia punya hubungan ruwet, hingga sekarang si
nona mesti tersiksa dan sengsara
"Jangan2 selama dua hari ini ia telah menutup mata ...." ia
berpikir.
Akhirnya, karena serba salah, masgul dan menyesal dia
mendongkol juga Bouw Pek segera berbangkit.
"Jie ya saudara Khu. silahkan kau duduk minum terus" ia
berkata. "Aku rasa kepalaku pusing, ijinkanlah aku pulang
lebih dulu...."
Ia tidak tunggu jawaban, ia sembari hormat pada orang
banyak, lantas berlalu.
Siauw Hong bangun, ia samperkan anak muda itu, tangan
siapa ia cekal Ia kelihatao tidak puas.
"Lauwtee" berkata ia, "hari ini aku telah Undang Jieya dan
Khoe Siauw Houwya, tetapi sebelumnya perjamuan berakhir
kau sudah mau pulang, bagaimana itu bisa jadi? Apa kau tidak
senang padaku?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Toako, jangan kau pikir sampai disitu" enak muda kita


bilang. "yang sebenarnya kepalaku sakit"
"Kalau kau sakit kepala, tidak apa, pergilah kau kekamar
tulis dan rebahkan diri disana," berkata pula tuan rumah. "Aku
nanti panggilkan thabib supaya ia periksa kau dan kasi obat
aku yang nanti masakkan obatnya"
Mendengar perkataan itu, Bouw Pek diam malu hati buat
berangkat terus.
"Ya, baiklah kau beristirahat disini saja" kata Yo Kian Tong
dan Kho Kong Ciauw
Tiat Pweelek bisa mengerti kesukaran hati. Bouw Pek, ia
anggap daripada paksa anak muda itu berdiam disitu, lebih
baik ia pulang, maka sembari kedipkan mata pada siauw
Hong, ia campur bicara.
"Kalau benar Bouw Pek sakit kepala" ia kata, "Siauw Hong,
pergi kau perintah sediakaa keretamu dan antarkan ia pulang"
Siauw Hong tetap tidak puas tetapi karena Tiat Pweelek
kata begitu, ia tidak mau membantah. Ia perintah Hok Coe
sediakan kereta dan antarkan Bouw Pek pulang.
Anak muda kita dengan tidak banyak omong lagi dan tidak
berlaku malu2 lantas pamitan dan pulang.
Siauw Hong awasi orang pergi, ia menghela napas.
"Urusannya Bouw Pek bikin aku bingung" ia kata kemudian,
"umpama kata ada sobat yang bakal jadi orang perantara dan
bisa kasi mengerti nona Jie, mereka berdua sebenarnya boleh
menikah, habis perkara. Tapi ia pikirkan, ia menolak, kendati
demikian, apabila ia lihat nona Jie lantas berduka pula. Apa
begini semua sifatnya anak2 muda? Didalam hal ini aku tidak
puas terhadap Bouw Pek, ia terlalu aneh"
Untuk menghibur diri, Siauw Hong isikan cawan arak dan
undang semua tamunya minum.
Tiat Pweelek tertawa melihat kelakuannya tuan rumah itu.
"Siauw Hong, kita semua toh sudah pernah menikah dan
punya anak" ia berkata, "Bagi kita, cinta telah menjadi soal
lumrah, tetapi bagi Bouw Pek, yang muda dan gagah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

itulah lain. ia tidak mampu hindarkan diri! Dalam segala


hal, sebagai sobat, kita bisa membantu melulu dalam halnya
rindu kita tidak mampu undang thabib untuk mengobati dia
...."
Tek Siauw Hong jadi tertawa.
Yo Kian Tong dan Khoe Kong Ciauw turut tertawa.
Begitu dengar Byuw Pek menjadi bulan-bulanan, mereka
minum dan dahar dengan gembira. Sebaliknya Bouw Pek,
dalam kereta yang dikendarai oleh Hok Coe, sedang menuju
ke Lim shia Kota Selatan.
Hok Coe kenal baik pemuda itu, yang ia anggap seorang
yang baik hatinya.
"Lie Toaya, demikian katanya "kabarnya si nona Jie adalah
sanakmu dan ia pandai boegee, apakah itu benar?"
Bouw Pek memang sedang matgul dan pusing kepala
karena uraiannya Sioe Lian, siapa tahu. kusir ini justru tanya ia
tentang nona itu.
"Jangan kau omong sembarangan" ia kata. "Diantara aku
dan si nona tidak ada ikatan persanakan, aku hanya kenal
ayahnya. Aku juga tak ketahui nona Jie itu mengerti boegee
atau tidak"
Hok Cee terperanjat, karena dengar suara itu, tanda dan
tidak senangnya hati.
"Aku dengar ha! ini dsri Sioe Jie" ia bilang. Kemudian ia
tukar pokok pembicaraan. "Selama majikanku tidak ada
dirumah, Lie Toaya, kau tentunya juga tidak pernah pergi ke
Po Hoa Pan di Han kee toa....
Mendengar ini, kembali kepalanya Bouw Pek jadi sakit. Itu
urusan lain lagi, yang bikin ia pusing. ia manggut dan
menghela napas, tetapi ia tidak jawab kusir itu.
Hok Iyoe heran yang ini kali tidak mendapat maka, tetapi ia
tidak berani banyak omong, maka dengan cambuknya ia bikin
keretanya lari lebih keras. Untuk hiburkan diri, ia bersuit,
hingga suara bersuitnya itu bercampur jadi satu dengan
suaranya roda2 kereta yang ramai........
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tidak antara lama meraka telah sampai di Sinsiang Hotong.


Hok Coe berhentikan kendaraannya didepan Hoat Beng Sie.
Bouw Pek lompat turun dengan tindakan lesu ia masuk
kedaiam pekarangan. Tapi baru saja ia mendekati kamarnya,
tiba2 seorang samperkan ia.
"Lie Toaya, banyak baik?" orang itu menegor seraya unjuk
hormatnya.
Anak muda kita angkat kepalanya. Ia lihat ia lagi
berhadapan dengan seorang kurus dan muka kuning. Ia tidak
kenal orang ini, meskipun rasanya ia pernah lihat, entah
dimana, ia tidak ingat.
"Kau siapa?" ia tanya. "Ada urusan apa kau cari aku ?"
Orang itu tertawa.
"Aku she Gouw toaya, tetapi orang panggil aku Siauw Gia
kang, si Kila Kecil" ia menyahut. "Toaya tentu tidak ingat aku.
aku sering berada diwarung arak, dimana aku sering ketemu
toaya Ada seorang yang baru datang, toaya, ia lagi tunggui
kau diluar Tiang gie moei, toaya diminta lekas bawa pedang
dan turut aku pergi aku keluar kota akan ketemui orang itu,
katanya ada urusan sangat penting"
Bouw Pek heran, hingga ia awaskan si Kala Kecil itu.
"Siapa itu yang sedang tunggui aku diluar kota?" ia
tegaskan.
"Jikalau kau sudah pergi, toaya kau akan ketahui sendiri"
jawab Siauw Gia kang. "Sekarang lekasan toaya ikut aku!"
«Apakah bisa jadi Biauw Cin San dan Thio Giok Kin sudah
sampai" Bouw Pek menduga dan ia segera ingat bakal musuh
itu. "Atau bisa jadi Beng Soe Ciauw sedang tunggui aku
disana?"
Tapi ia tidak dapat memastikan.
"Baiklah. aku akan turut kau" kata ia akhirnya Ia. bertindak
dengan cepat menuju kekamarnya, buat ambil pedannya
"Sekalian bawa uang, toaya!" kata pula si Cow, sambil
tertawa.
Bouw Pek berang, hingga ia merandek.
"Bawa uang? Buat apa ah?" ia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Gia kang tertawa, ketika ia menjawab suaranya


perlahan sekali. Tapi mendengar itu, anak muda kita kaget tak
kepalang ia tercengang dengan air muka berobah. Tapi segera
ia masuk kekamarnya buntal pauwhoknya dan sambar
pedangnya
"Mari" kata ia setelah tutup pintu kamarnya.
Siauw Gia kang manggut ia bertindak buat sama2 menuju
ke Ciang gee moei. tapi Bouw Pek jalan begitu cepat, ia sukar
kecandak, orang suruhan ini jadi ketinggalan, hingga untuk
menyusul ia ini mesti jalan separoh lari.
Akhirnya, mereka sampai juga diluar kota
Didepan sebuah warung teh kecil di Koan siang ditempat
tambatan, ditambat dua ekor kuda hitam.
"Lie Toaya sudah sampai!" berseru si Gouw dengan napas
memburu. ia telah mesti berlari lari terus, akan susul anak
muda ini"
Dengan tidak mengaso lagi, ia ajak anak muda kita
bertindak kepintu warung itu.
Baru saja Bouw Pek mau bertindak masuk atau dari dalam
kelihatan keluar seorang yang berpakaian baju sutera hijau
dengan kopia bijau juga, tangannya memegang dua batang
cambuk, dengan daging mukanya bergerak, sambil tertawa ia
mengawasi muka orang
"Lie Toaya!" orang ini segera menegor. "Baru beberapa hari
kita tidak bertemu, aku lihat kau, telah jadi segar banyak"
Buat sesaat, Bouw Pek bingung. Orang itu bukan lain
daripada Soe Poan coe si Gemuk atau Pa san coa Soe Cian,
pemilik warung arak dimulut Sinsan Hotong yang jadi sahabat
karibnya, yalah orang aneh yang kabur setelah membunuh
Poan Louw Sam si Terokmok dan Cie Sielong situa bangka
yang doyan daun muda.
"Jadinya Siauw Jie terluka?" ia segera tanya.
Su Poan cu manggut. la tidak tertawa lagi. "Begitu lekas ia
meninggalkan kota raja, Siauw Jie langsung menuju keselatan,
maksudnya adalah buat pegat Teng couw hie Biauw Cin San
dan Kim-khio Thio Giok Kin. Tatkala sampai di Tok ciu, ia telah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

katemu dengan aku. Aku ajak ia singgah dirumahnya sobatku,


satu hari lamanya. Ia nyatakan, bahwa ia mau pergi ke
Selatan, berkata kata padaku
"Aku suka berkorban dan binasa untuk satu orang yang
mengenal aku satu tahun lamanya aku tinggal di Pweelekhu,
tidak satu orang yang ketahui aku, adalah Lie Bouw Pek, baru
saja kita ketemu satu kali, ia segera mendapat tahu yang aku
mengerti ilmu silat Maka itu, untuk sobat sebagai Lie Bouw
Pek, meskipun mesti binasa aku puas dan ridlah, kematianku
ada harganya. Sekarang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin
datang buat menyatrukan Lie Bouw Pek. Benar mereka ini
orang2 tersohor dikalangan Sungai Telaga, akan tetapi bila Lie
Bouw Pek sampai rubuh ditangan mereka, itulah sayang,
kecewa sekali Maka juga sekarang aku mau pergi keselatan,
buat pegat mereka, selaku rintangan yang pertama"
Baru saja Bouw Pek dengar begitu, ia jadi terharu

JILID 17
TATKALA itu aku berada dirumahnya sobatku dengan tidak
punya pekerjaan apa2 maka aku lantas ikut Siauw Jie" Soe
Poan cu manutur lebih jauh. "Akupun memikir buat ketemui
Biauw Cin San dan thio Giok Kin itu. Diluar dugaan kami, baru
saja sampai di Kho yang, ditengah jalan kami telah
berpapasan dengan Biauw Cin San dan Thio Giok Kin. Aku
mesti sesalkan Siauw Jie, buat kasemberonoannya Begitu
ketahui siapa mereka itu dengan tidak kata apa apa lagi Siauw
Jie hunus pedangnya dan menerjang, hingga pertempuran
tidak dapat dicegah lagi. Aku lihat Siauw Jie benar benar
pandai ilmu silat dan gagah, Ia bukan hanya hadapi Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin berdua, ia lawan 5 orang, oleh karena 5
orang itu berkawan dengan tiga orang lain. semuanya she Ho,
yaitu Ho Sam Houw sekalian.
Mereka gagah, pertempuran sangat hebat. Setelah
bertarung lama juga, dengan pedangnya Siauw Jie berlukai
lengan kiri dari Ho Cit Houw. Apa mau selagi musuh banyak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

senjata rahasia Biauw Cin San pun lihay. Diluar sangkaan, iga
kirinya Siauw Jie terkena sebatang piauw dari Teng couw Hie
Ikan Lodan atas mana gerakannya jadi kendor dengan lantas,
tidak heran kalau goloknya Ho Sam Houw kegera mengenai
pundak kanannya. Menampak demikian aku tidak berayal lagi,
aku teriaki orang polisi untuk minta pertolongan. Atas itu,
Biauw Cin San batalkan kehendaknya akan bunuh Siauw Jie.
mereka lantas singkirkan diri. Bersama orangku, aku bawa
Siauw Jie kerumah penginapan, aku belikan ia obat luka,
sayang lukanya hebat. Sekujur tubuhnya lantas menjadi
panas. Berulang ia nyatakan ia mau ketemu kau, Lie Toaya, ia
bilang ia hendak bicarakan suatu urusan penting.
Darahnya Bouw Pek meluap mendengar Siauw Jie menjadi
korban keroyokan, tetapi air matanya lantas mengucur
mengetahui sobatnya yang jujur dan gagah itu terluka parah,
Ia gagah dan berhati keras, tetapi ia tak dapat mencegah air
matanya turun bercucuran
"Maka itu, toaya, dengan tidak berayal lagi aku terus
tunggang kudaku dan kaburkannya ke kota raja." Soe Poau
coe meneruskan keterangannya. Tapi aku tidak berani masuk
kedalam kota. Kebetulan sekali aku dapat cari sobatku thio
Gouw ini maka aku minta pertolongannya supaya ia cari kau
dan sampaikan kabar dari aku, aku sendiri menunggu disini
dengan dua ekor kuda. Aku girang, yang saudara Gouw telah
bcrhasil mengadakan kau datang kemari Toaya, hayo lekas
naik kuda, mari kita memburu ke Kho yang aku kuatir, apabila
kita terlambat, kau tidak akan ketemu lagi Siauw Jie selagi ia
masih hidup!........"
Sembari kata begitu Soe Poai coe bertindak kekuda
mereka, akan buka tambatan dia binatang tunggangan itu.
"Mau, toaya, lekas!" ia mendesak ia sendiri mendului
lompat naik keatas kudanya Ia terokmok, tetapi ia bisa loncat
dengan gesit
"Selama ini aku memang lagi tunggui Biauw Cin San
sekalian " kata Bouw Pek seraya dengan sengit menusuk
tanah dengan pedangnya, "jikalau tidak, niscaya sedari siang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

aku sudah tinggalkan Pakkhia buat susul dan cari Siauw Jie.
Kalau sekarang aku ikut kau, apakah orang tidak akan sangk
aku kabur karena takut terhadap Biauw Cin San itu?"
Ia bersangsi sesaat apabila ia ingat soal ini
See Poan coe goyang kepala.
"Tidak !" kata tukang warung arak ini. "juga Thio Giok Kin
dan Biauw cin San sekalian tidak akan sampai di Pakkhia
dalam waktu yang cepat. Aku tahu betul, dari thio yang
mereka lebih dulu telah menuju ke Poleng. Lie Toaya hayolah
naik atas kudamu, mari kita pergi ke Kho yang aku lihat Jie ya
sedang rebah dirumah penginapan, dengan napas tinggal
sekali dan sekali tarik, ia asyik tunggui kau ........"
Bauw Pek lantas kertak giginya.
"Baiklah ia manggut" Mari kita pergi " Tapi ia menoleh pada
Siauw Gia Kang, pada siapa ia kata: Aku minta kau suka pergi
pula kekota. ke Tong su tam tiauw, kerumah Tek Ngo ya,
tolong kau beritahukan bahwa aku telah tinggalkan Pakkhia
buat cari Beng Soe Ciauw, Bilang juga bahwa paling banyak
dalam tempo belasan hari aku akan sudah kembali Tapi ingat,
jangan kau kasih tahu aku pergi sama siapa dan juga bahwa
aku pergi ke Kho yang"
Baik, toaya," sahut si Kala kecil yang Cerdik ini.
Tapi Soe Poan coe terperanjat mendengar nama yang asing
itu.
"Siapa itu Beng Soe Ciauw?" ia tanya.
"Beng Soe Ciauw adalah Siauw Jie." Bouw Pek jawab. "Ia
seorang yang mempunyai riwayat luar biasa, nanti di
sepanjang jalan aku akan ceritakan padamu"
Sembari kata begitu, Bouw Pek contelkan pedangnya diatas
sela , setelah singsatkan bajunya ia lompat naik atas kuda itu.
Soe Poan coe menoleh pada si Gouw, ia tersenyum:
"Gouw Hiatee, sampai ketemu pula ia kata.
Sampai ketemu!" kata kawan itu.
Sekejab saja dua ekor kuda telah dikasih diri meninggalkan
Kwan siang dan Ciang gie moei, mereka lerat dijalan besar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dengan angin musim Cin menyampok nyampok mereka.


tuyuan mereka adalah barat daya
Siauw Gia Kang lihat orang telah pergi jauh ia masuk
kewarung teh buat minta air dan dahar dua mangkok mie,
setelah itu dengan tidak buang tempo lagi ia kembali ke kota
raja, kerumahnya Tek Siauw Hong, guna sampaikan warta
pesanannya Bouw Pek.
Si Kala Keiyil ini adalah orang she Gouw dan biasa dipanggil
Gouw Toa, ia seorang penjahat kecil, satu kali di Ekcioe ia
telah hadapi bahaya dari seorang dengan siapa ia berbentrok,
ia tentu sudah dibunuh mampus jkalau tidak kebetulan datang
Soe Poan coe yang telah tolongi dia, maka tu mengingat
budinya si Gemuk ia bsrsedia akan lakukan segala macam
titahnya Ph san coe Soe Kian dengan sungguh Ketika
belakangan Soe Poan coe pindah kekota raja dan buka
warung arak, ia juga menyuju ke Pakkhia. Ia hidup tak keruan
kapan ia sedang apes ia suka datang kewarung akan tangsal
perutnya, buat mana Soe Kian tidak pernah minta bayaran,
hingga akhirnya Soe Poan coe sering perintah ia cari kabaran,
hingga segala macam kejadian tukang warung arak ini bisa
mendapat tahu. Demikian segala halnya Lie Bouw Pek dan Tek
Siauw Hong, semua itu Soe Poan coe mendapat tahu karena
pandainya si Kala Kecil ini mencari kabar. Begitu diuga segala
halnya Coei Siam. Poan Louw Sam dan Cie Sielong, temannya
tidak ada yang lolos dari mata dan kupingnya si Kala Kecil.
Sekarang ia diperintah pergi pada Tek Siauw Hong.ia
girang bukan main karena ia ingun bertemu yang pertama
ini akan bikin ia jadi kenal orang Boan itu yang terkenal manis
budi dan suka bergaul dengan siapa juga. Buat ia tidak sukar
untuk cari rumahuya orang she Tek itu. Kapan telah sampai
didepan pintu, pada pengawal ia kata:
"Aku orang suruhan Lie Bauw Pek Toaya, ada urusan
penting buat mana aku mesti menghadap Tek Ngoya untuk
bicara sendiri IPengawal lihat ia berhadapan dengan seorang
miskin yang biasanya lantang lantung dijalan besar, kendati
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

orang bilang ia bawa kabar penting ia toh minta orang tunggu


didepan pintu setelah itu baru ia masuk ke dalam.
ketika itu Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong sedang
pasang omong di kamar tulis, perjamuan telah ditutup dan ia
telah antar Tiat Pweelek dan Khoe kong Ciauw pulang. Mereka
berdua bicara sambil minum teh Ia terkejut kapan dengar
orang suruhannya Bouw Pek.
Lihatlah adat aneh dari Bouw Pek" kata ia pada Yo Kian
tong, sembari tertawa. Baru saja ia pergi atau ia telah kirim
orang datang kemari! Apa ia mau?" Yo Kian Tong juga
tertawa.
Sesudah minta tamuaya duduk sebentar, Tek Siauw Hong
berbangkit dan bertindak keluar. Melihat Tek Siauw Hong,
Siauw Gia kang unjuk hormatnya.
"Lie Bouw Pek, Lie Toaya baru saja meninggalkan Pakkhia
kata ia kemudian untuk sampaikan Wartanya. Lia Toaya telah
perintah aku datang pada Ngoya untuk sampaikan
pesanannya, katanya toaya paling lama dalam tempo belasan
hari pasti akan sudah bisa pulang kembali."
Tek Siauw Hong kaget.
"Apakah ia berangkat sendiri?" ia segera tanya. "Kemana ia
pergi? Ada urusan penting bagaimanakah?"
Orang Boan ini menanya nyerocos sampai ia tidak sempat
berpikir lagi.
"lie Toaya berangkat seorang diri" jawab Siauw Giakang
yang mendusta untuk turuti pesanannya Bouw Bek. Kemana
toaya pergi aku tidak ketahui, tetapi rupanya ia tidak akan
pergi jauh." la lalu tambahkan, Kabarnya ada satu tuan Beng
Soe Ciauw yang terluka, entah dimana, begitu lie Toaya
mendengar kabar itu ia berangkat dengan segera."
Siauw Hong makin heran hingga ia tcrcengang. Soe Ciauw
terluka? Kenapa? Ia lantas tanya pula Kala kecil, ia menanya
dengan melit tetapi saban ia dapat jawaban "Tidak tahu".
Karena Siauw Gia kang, yang pegang kepercayaan, tidak mau
langgar pesanan. Cuma belakangan ia tambahkan lagi.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Segala apa aku tidak ketahui. Aku ketemu Lie Toaya


didalam Ciang gie moei , ia sedang tuntun kudanya hitam, ia
bawa pedang, setelah bicara padaku ia naik atas kudanya dan
kabur keluar kota"
Sekian lama Siauw Hong bingung saja.
"Baiklah," kata ia kemudian.
kalau nanti kau dengar apa apa perihal Lie Toaya, kau lekas
datang mengasi kabar padaku.
Lantai orang she Tek balik kedalam, la banting banting
kaki.
"Urusan benar sulit" berkata ia pada Yo Kian Tong.
"Bagaimana sekarang kita harus bekerja? Beng Soe Ciauw
katanya ter luka, entah dimana, dan Bouw Pek telah pergi
menyusul dia Katanya sesudah belasan hari, baru Bouw Pek
bisa pulang....."
Yo Kian Tong juga merasa aneh. Urusan terlalu gelap bagi
mereka,
"Kau jangan terlalu ibuk, bicaralah dengan pelahan" ia
mengasi ingat. Kalau nona Jie dengar hal ini, ia mesti
berangkat menyusul! Menurut dugaanku, lukanya Beng Soe
Ciauw berbahaya dan tempat kejadiannya tak jauh dari sini
mungkin Bouw Pek akan lekas kembali dengan bawa Soe
Ciauw kesini untuk dirawat......
Siauw Hong tetap berduka dan bingung.
"Lie Bouw pek sudah pergi, kalau nanti Biaw Cin San
datang dan ia tidak dapat cari anak muda itu, apa ia tidak
akan datang cari aku juga?" demikian ia pikir, bahna
berkuatan. "Kalau Biauw Cin San datang padaku, apakah aku
tidak akan mendapat malu?......
Kekuatirannya ini ia lalu utarakan pada Yo Kian Tong. Tapi
piauwsoe itu tertawa dingin.
"Jangan kuatir" ia kata. "Kalau Biauw Cin san dan thio Giok
Kin dan rombongannya sampai datang kemari, aku sendirian
akan hadapi mereka ia kata.
Tetapi Siauw Hong berkuatir. kendati Yo Kian Tong telah
berikan kepastian itu. Maka ketika kemudian orang she Yo ini
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pamitan pulang, tidak siakan tempo lagi bergantian ia


kunjungi Tiat Pweelek dan Khoe Kong Ciauw, buat kasi tahu
kabar tentang Bouw Pek itu.
Tiat Pweelek dan Khoe Kong Ciauw juga merasa heran,
malah Gin thio, yang belum kenal Bouw Pek cukup baik, lalu
curigai sianak muda jerih terhadap Biauw Cin San dan sengaja
pergi menyingkirkan diri
Sampai malam Tek Siauw Hong baru pulang, ia terus
berduka dan berkuatir, ia simpan rahasia terhadap Jie Sioe
Lian. Ia telah pesan pengawal pintu akan menjaga pintu
dengan hati hati. iapun selalu siap dengan goloknya, yang ia
tidak pernah taruh jauh dari dirinya.
"Tak bisa lain, tolong diri sendiri adalah yang utama"
demikian ia pikir. "Lie Bouw Pek sudah pergi, percuma saja
kalau aku andalkan Khoe Kong ciauw dan Yo Kian Tong.
Biarlah Oey Kie Pok kirim Biauw Cin San, aku nanti
pertaruhkan jiwaku!....."
Sejak itu Tek Siauw Hong tidak mau ke luar rumah, jikalau
bukannya sangat perlu. Ia lebih banyak berdiam dirumah, ia
selalu siap sedia.
Yo Kian Tong tinggal terus dihotel Tiam Hok Tiam diluar
Cian moei. setiap hari dengan bergiliran ia kirim piauwsoe
pergi kerumahnya Siauw Hong untuk dengar dengar kabar, ia
sendiri pun kadang kadang datang berkunjung buat pasang
omong dengan sobat orang Boan ini.
BERSELANG LIMA HARI dari kejadian diatas, Khu Kong
Ciauw berpikir mengunjungi Oey Kie Pok guna kasi tahu yang
Lie Bouw Pek sudah meninggalkan kota raja, untuk minta
sobat itu jangan musuhkan Tek Siauw Hong lebih jauh.
Ketika Kho sie ketahui niatan suaminya itu, ia nyatakan
ingin ikut. Ia bersobat rapat dengan Shi sie yalah isterinya Oey
Kie Pok, yang kabarnya dapat sakit, maka ia hendak tengok
sobat itu.
Khu Kong Ciauw suka ajak isterinya, maka selagi ia
perintah siapkan kereta, si isteri lantas dandan dan sediakan
dua rupa barang antaran, kemudian nyonya ini ketemui
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mertuanya untuk kasi tahu tentang ia mau sambangi nyonya


Kie Pok.
Khoe Kong Ciauw tinggal di Sanhia Kauw yan, kota Barat,
dan Oey Kie Pok tinggal di Pak Sin Kio. Tang shu kota Timur,
maka perjalanan jauh juga Kereta disiapkan dua buah, satu
untuk Kong Ciauw sendiri, satu lagi untuk nyonya khoe dan
budaknya,
Baru saja keretanya dikasi berhenti, Khoe Kong Ciauw
sudah lantas loncat turun dari keretanya itu. Ketika ia
memandang ke gedung, ia lihat didepan ditempat menambat
kuda, ada lima atau enam ekor kuda sedang ditambat disitu,
sedang bediri di depan pintu gedung ada tiga orang yang
romannya bengis dan menyoren golok pendek. Maka melihat
itu, graf ini menjadi heran.
Dipintu kebetulan muncul bujang kapan ia lihat Khoe Kong
Ciauw, ia segera menghampirkan buat unjuk hormatnya.
"Oh, Khoe Toa siauwya datang" kata ia. "Eh, Toa naynay
juga turut datang"
Khoe Koag Ciauw tidak menyahut, ia hanya tunjuk
beberapa ekor kuda itu
"Siapa itu yang datang?" ia tanya.
Itulah beberapa sobatnya Soeya, yang datang dari Holam
sahut si bujang.
Kong Ciauw terperanjat, karena ia segera menduga pada
Biauw Cin San sekalian. Tadinya ia mau suruh isterinya pulang
saja, tetapi waktu itu telah muncul beberapa bujang
perempuan, yang keluar menyambut maka terpaksa ia antap
isterinya masuk. Bujang bujang perempuan itu juga telah kasi
hormat padanya.
Kho sie muda dan elok sekali, dirumah pamili Oey itu
semua orang kagumi ia, maka itu ia selamanya disambut
dengan hormat dan girang. Baru saja ia meliwati pinmoei,
kelihatan She sie menyambut dengan diapit oleh dua orang
perempuan muda, yalan gundik Kie Pok atau ie thay thay.
Keduanya kelihatan girang sekali, mereka saling unjuk
hormat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kabarnya kesehatan Shie So coe terganggu, aku sengaja


datang menyambangi," kata Kho sie
Sekarang aku sudah sembuh" sahut nyonya Oey "Benar
dua hari yang lalu kepalaku panas dan sakit" Ia tertawa.
Nyonya rumah menghaturkan terima kasih, lantas ia
undang tamunya masuk kedalam.
Khoe Kong Ciauw ikut masuk, ia telah ucapkan beberapa
perkataan pada nyonya rumah yang terhadap ie tidak usah
menyingkirkan diri. Ketika lewat dikawal tamu, dari
dalam situ ia dengar suara riuh dari orang bicara dan
tertawa, ada yang suaranya keras dan kasar, hingga ia jadi
menaruh perhatian. Baru saja ia hendak melongok, dua
bujang kelihatan keluar
"Soeya kita persilahkan toasiauwya duduk sebentar
dipedalaman" kata mereka.
Memang, dirumahnya Kie Pok, Kong Ciauw merdeka buat
duduk diruangan dalam.
Khoe kong Ciauw manggut. tetapi tidak puas. Ia ajak
isterinya masuk terus dengan she sie dan dua gundiknya Kie
Pok terus pimpin mereka. Sesampainya di thia dalam, ia lantas
duduk sedang isterinya masuk kekamarnya Shi sie. Ia mesti
duduk sendirian, kendati ada budak perempuan yang
suguhkan
ia teh.
Lama juga Kong Ciauw duduk ia telah irup tehnya baru ia
lihat Kie Pok muncul. ia ini kelihatan gembira, air mukanya
terang, tapi sikapnya terburu buru.
"Saudara kau duduklah dulu! ia berkata dengan manis.
"Sebentar kita nanti pasang omong! kau tahu, Teng couw hie
Biauw cin San dan Kim thio Thio Giok Kin bersama sama Ho
Sam Houw sekalian sudah datang mereka sekarang lagi duduk
dikamar tamu! Kau duduk saja disini, tunggu sebentar aku
mau layani dulu mereka itu!"
Setelah kata begitu, ia putar tubuhnya dan pergi kembali
kekamar tamu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Khoe Kong Ciauw mendongkol hingga ia duduk bingung


saja, sampaikan sepatah kata ia tidak bisa keluarkan terhadap
sobat itu yang sikapnya, ia heran, bisa berobah sampai begitu
rupa.
"ia sobatku dari banyak tahun, kalau ia kedatangan sobat,
adalah seharusnya ia ajar kenal aku pada sobat2 itu" ia pikir.
"Tapi sekarang tidak, terang ia telah main gila terhadapku
duluan ia sangkal yang ia kenal Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, tetapi sekarang, setelah mereka itu datang, ia sambut
mereka begitu rupa! Kenapa ia perlakukan aku begitu dingin?"
Sebab mendongkol, Kong Ciauw tidak bisa kendalikan diri
lagi. Ia berbangkit.
"Pergi kasi tahu toa naynay, sekarang juga aku mau
pulang!" kata ia pada bujang perempuan, yang menantikan
diruangan itu
untuk melayani ia.
Kho sie sedang kongkouw dengan She sie, ia heran kapan
dengar suaminya ajak ia pulang dengan mendadak, ketika Shi
sie coba menahan, supaya mereka bisa bersantap sore sama
Kong Ciauw menampik.
Nyonya Kie Pok sekalian heran melihat air muka merah dari
graf itu, hingga mereka tidak berani kata apa2, lantas saja
,mereka mengantarkan sampai diluar pia moei
Kie Pok telah dikasi tahu yang sobatnya mau pergi, ia tidak
keluar untuk menemui atau mengantar, ia tetap layani semua
tamunya yang baru, dari suaranya yang riuh, terang mereka
sedang bergembira sekali.
Dengan mendongkol Khoe Kong Ciauw ajak isterinya dan
bujangnya keluar terus. Sampainya didepan, tiga orang yang
sedari tadi berdiri didepan pintu kembali mengawasi ia,
terutama isterinya. Sekarang ini pada muka mereka yang
bengis tersungging senyum ceriwis.
"Lihat itu. isterimu telah keluar lagi!" berseru orang yang
kate pada kawan disampingnya, yang tampangnya ia betot.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kong Ciauw gusar hingga ia tidak dapat kendalikan diri. Ia


menghampirkan dan tendang si mulut jahai itu sambil
mendamprat:
Telor busuk! Apa kau bilang?"
Tendangan itu mengenai dengan telak, orang itu rubuh
namprah.
Tapi dua kawannya menjadi tidak senang, mereka hampiri
Kong Ciauw buat memeganginya.
Dengan cepat orang yang jatuh itu merayap bangun,
sambil hunus goioknya ia menghampirkan dan terus
membacok seraya mulutnya memaki:
"Kurang ajar ! Kau berani tendang thayyamu? demikian
suaranya yang kotor. ,Thay-yamu lain datang dari Holam ke
Pakkhia dengan ikut Biauw Thayya, apa kau kira aku bisa
terima hinaan kau ini?"
Kong Ciauw tidak tunggu sampai orang datang dekat,
kembali ia mendului menendang, hingga orang itu rubuh pula.
Sekarang dua kawan itu juga cabut golok dan menyerang.
Terpaksa Kong Ciauw layani dua orang itu. dengan mudah
ia bisa rampas sebatang golok, dengan apa ia bacok rubuh
salah satu musuh itu.
Melihat onar itu, Khoe Kong Ciauw teriaki isteri dan
bujangnya buat pulang lebih dulu, ia sendiri segera bekuk
orang yang ketiga, yang ia lalu hajar pergi datang Ia sengit,
hingga beberapa bujangnya Kie Pok tidak sanggup mencegah.
Sesaat kemudian Oey Kie Pok muncul bersama sekalian
tamunya, karena ia telah lantas diberitahu. Tuan ramah kaget
kapan ia lihat Kong Ciauw sedang hajar orang2 tamunya, ia
lari menghampirkan buat mencegah
Sudah, sudah, saudara, jangan!" kata ia berulang2.
"Mereka orangnya Biauw wangwee! kita berada diantara
sahabat sendiri"
sahabat sendiri? Khoe Kong Ciauw tidak kenal Biauw
Wangwee! Mereka ini berani buka mulut kotor didepan isterik
aku mesti hajar mereka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dan Khoe Kong Ciavw tidak mau lepaskan orang ceriwis itu,
yang ia terus hajar dengan kepalan dan dupakan.
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin jadi gusar, mereka lantas
maju dengan niatan serang orang bangsawan itu.
Oey Kie Pok dan Moh Po Koen lantas maju akan
menghalangi dua sobat itu.
"Biauw Toasiok. Thio Toasiok, jangan gusar Po Koen
berkata. "Tuan ini Gin chio Ciangkoen Khoe Siauw Houwya ia
adalah sobat baik dari Oey Soe ya. Baiklah kita bicara dengan
sabar."
Moh Po Koen kenal baik Kauw su Cin Chin Goan. ia juga
ketahui yang Khoe Kong Ciauw kecuali berharta pun pengaruh
nya besar, dan itu ia tidak ingin dua jago dari Holam terbitkan
onar yang bisa merusak usaha mereka.
Thio Giok Kin sejak di Holam sudah dengar yang di Pakkhia
ada seorang graaf turun temurun, yang dipanggil Gin chio
ciangkoen Khoe eng Ciauw, yang katanya masih muda dan
pandai mainkan tumbak, ia memaag ingin coba
kepandaiannya orang bangsawan itu, kapan sekarang ia
dengar pemuda, itu adalah Khoe Kong Ciauw ta bisa tahan
sabar. Membatalkan niiatannya akan menerjang. ia berbalik
mencegah Biauw Cin San dan kawannya, yang juga sudah
siap.
"Tuan jadinya Gin chio Khoe Siauw Houwya?" berkata ia,
seraya angkat kedua tangannya. "Harap tuan tidak menjadi
gusar. Kita memang belum kenal satu pada lain. tetapi
mengingat tuan menjadi sobat kekal dari Oey Soeya jikalau
tidak ada hal yang bikin kau tidak senang marilah kita
bicarakan itu didalam !
Khoe Kong Ciauw pandang Giok Kin, ia orang pemuda
bermuka bundar alis gomplok mata besar, romannya jahat,
sedang bajunya, dari sutera biru, ditutup dengan mahkota
hijau.
Kau siapa. tuan?" ia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia Kim chio Thio Giok Kin dari Holam" Kie Pok mendului,
memperkenalkan tamunya yang baru itu "Ia Kira Chio dan kau
Gin Chio maka kau berdua haruslah menjadi sobat!.......
Khoe Kong Ciauw masih mengawasi Giok Kin sekian lama,
lantas ia bersenyum.
"Itulah nama yang sudah lama aku dengar" lata ia. "Jikalau
kau tidak punya urusan apa2, siiahkan tunggu disini sebentar,
aku hendak antar pulang isteriku. nanti aku lantas kembali
kesini guna minta pelajaran dan kau!"
Setelah kata begitu, ia menyamperi keretanya
"Jangan kasih ia lari !" berseru Biauw Cin San dan
kawannya, berikut tiga orangnya yang tadi dihajar kalang
kabutan. Mereka mau maju menyerang
Thio Giok Kin lekas maju menghalangi sekalian kawannya
itu.
Oey Kie Pok humpirkan Khoe Kong Ciauw.
"Saudara buat apa kau lekas pulang?" ia kata. "Aku punya
urusan yang aku hendak bicarakan padamu!"
Kong Ciauw tidak gubris sobat ini, yang ia jadi pandang
tidak mata. Ia hanya lalu memandang Thio Giok Kin.
"Thio Giok Kin, kau boleh siapkan Tambak emasmu,
sebentar aku akan datang pula untuk minta pengajaran
darimu katanya Lantas ia loncat naik atas keretanya itu.
Thio Giok Kin mengawasi kedua kereta berlalu lantas ia
bersenyum ewah.
"Pergi kau kehotel, ambii tumbakku" kata ia pada satu
orangnya. Kemudian ia menoleh pada Biauw Cia San: "Engku,
sebentar kau jangan usil aku biarkan aku layani Gin chio
Ciangkun
Biauw Cin San tidak kata apa-apa, ia hanya ikut Oey Kie
Pok, yang undang mereka buat masuk pula kedalam.
Sioe Bie too menyesal dengan kejadian itu. ia undang
rombongannya Biauw Cin San untuk satrukan Lie Bouw Pek
dan Tek Siauw Hong, tak disangka, sekarang terbit soal
dengan Khoe Kong Ciauw, sedang orang bangsawan itu
adalah sobat baiknya, malah dengan bersobat dengan Khoe
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Ho loya ia telah kecipratan pengaruh. Iapun merasa


sangat tidak enak. umpama kata khoe Kong Ciauw mesti jadi
pecundangnya Thio Giok Kin.
"Aku minta, janganlah kau ladeni khoe Kong Ciauw,
saudara Thio " ia mohon sesudahnya mereka pada duduk
pula.
Tapi Thio Giok Kin tidak kenal sungkan, ia menampik,
begitupun Biauw Cin San dan yang lain. Mereka ini tidak
senang yang orangnya telah dihajar, mereka tidak takut
kendati mereka mesti berhadapan dengan seorang ternama.
Maka itu bisa dimengerti kedukaannya Kie Pok, yang
merasakan dirinya tidak dihargai.
Mereka terus pasang omong. sementara menantikan orang
yang menunggui juga kembalinya Kboe Kong Ciauw.
Khoe Kong Ciauw sendiri pulang dengan terus mengutuk
kalang kabutan, ia damprat Oey Kie Pok, yang dikatakan
hatinya busuk, karena sudah undang orang jahat untuk
terbitkan gara2. iapun mendongkol terhadap Thio Giok Kin
sekalian yang sebagai orang baru sudah berlaku garang tak
keruan dtkota raja, malah mereka berani lawan ia.
Jikalau aku tidak bikin la rubuh, mestinya nama Gin Iyhio
Ciangkoen akan musnah," pikir ia. Tapi meski demikian,
ia toh merasa sukur, ia tahu musuh banyak dan semuanya
ternama, berbahaya buat ia pergi sendiri. Maka akhirnya, ia
perintah orang lekas undang Tek Siauw Hong dan Yo Kian
Tong, dipihak lain, ia panggil kausoe Cin Chin Goan
Sementara menantikan mereka itu, ia serba salah pikirnya
ruwet
Cin Kauwsoa adalah orang yang datang paling dulu, pada
guru silat ini ia beritahukan kejadian barusan, kata ia tidak
merasa puas, karena orang telah hinakan ia.
Baiklah Houwya jangan ladeni Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin" berkata Cin kauwsoe. "Buat banyak hari Moh Po Koen
telah tinggalkan Pakkhia, maksudnya tidak lain yaitu buat
gunanya Oey Kie Pok pergi mengundang mereka itu dari
Holam. Rupanya hari ini mereka baru saja sampai. Biauw Cin
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

San dan Thio Giok Kin datang kekota raja buat satrukan Lie
Bouw Pek, untuk balaskan sakit hatinya 0ey Kie Pok, mereka
itu tidak ada sangkutannya dengan Houwya. Houwya adalah
sobat baik Oey Soeya, sesudah tidak bantui Qey Soeya, tidak
seharusnya Houwya musuhkan dia pahlawannya itu....."
Khoe Kong Ciauw tidak puas dengan perkataannya
kauwsoe itu.
"Apakah kau anggap aku kesudian bersobat dengan Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin. kawanan orang jahat?" ia kata. Lie
Bouw Pek sudah pergi. tetapi juga Tek Siuaw Hong tidak boleh
dipandang ringan, maka bersama sama Yo Kian Tong aku
tidak bisa antapkan awasi saja mereka itu malang-melintang
dikota raja ini
Justeru itu datang orang suruhannya Oey Kie Pok, yalah
Goe tauw Hek Sam Ia ini segera sampaikan pesanannya Oey
Kie Pok, katanya :
"Aku datang kemari atas perintahnya Oey Soeya , Soeya
mengasih pikiran supaya Houwya jangan ladeni Thio Giok Kin
dan kawannya. Mereka itu adalah orang undangannya Soeya
maka sukalah Houw ya sedikit memandang kepadanya
Khoe Kong Ciauw bersenyum sendiri.
"Jikalau aku tadinya ketahui mereka itu orang undangannya
soe-ya kau, tidak nanti aku datang berkunjung padanya' ia
kata. "Sekarang pergi kau pulang, kasih tahu pada Soe-ya
supaya ia jangan kuatir Kalah atau menang, aku sendiri yang
tanggung jawab, aku tidak rembet2 Soe ya kemudian ia
tambahkan: "Kau kasih tahu pada Thio Giok Kin semua,
supaya mereka tunggui aku, aku akan segera berangkat
kesana
Hek Sam jadi serba salah karena iapun ingin perselisihan
dibikin habis. Tapi ia mesti lekas pulang buat mengasih kabar.
Cin tin Goan masih coba membujuk majikan sampai Siauw
Hong dan Yo Kian Tong muncul, hasilnya tidak ada.
Kong Ciauw sangat gembira apabila ia lihat dua orang itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oey Kie Pok telah berhasil mengundang Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. mereka sudah datang, kau tahu atau tidak?" ia
tanya.
Sedari tadi pagi aku telah ketahui itu, sahut Siauw Hong
katanya mereka datang dalam jumlah besar!......"
Orang Boan ini lantas ketihatannya masgul.
Kong Ciauw lantas tuturkan hal ia telah benterok dengan
mereka itu.
Mereka sekarang masih ada dirumahnya Oey Kie Pok dan
sedang menunggui aku" ia tambahkan. Jiewie hayo kau ikut
aku, aku nanti tempur mereka itu !
Yo Kian Tong jadi sangat gembira.
"Begus!" ia berseru. "Coba perintah orang ambil tumbakku
Mari kita lantas berangkat"
Tetapi Siauw Hong geleng kepala.
Kalau kita pergi sekarang, kita berlaku terburu napsu," ia
bilang "Umpama kita benar Oey Kie Pek berbuat tidak pantas,
kita jangan turutkan ia dan pergi kerumahnya untuk besarkan
onar Lebih baik kita tetapkan suatu tempat dan tanggal lantas
kita undang sobat untuk menyaksikan......
Yo Kian Tong tidak setujui pikiran itu.
"Biauw Cin San dan Thto Giok Kfn itu orang macam apa
maka kita mesti berlaku demikian manis budi terhadap mereka
? ia kata. "Mereka telah berani menghina Kong Iyiauw mari
kita lantas ketemui mereka ! Dengan tumbak kita harus usir
mereka pergi Mari lekas " ia desak Kong Ciauw.
Kong Ciauw lantas salin pakaian, ia ajak Cin Chin Goan dan
beberapa bujang yang ia perintah bawa dua batang tumbak
panjang serta beberapa golok, kemudian dengan ajak Siauw
Hong ia keluar dari istananya, dengan naik kereta mereka
berangkat ke Pak Sin Kio.

Sementara itu Goow tauw Hek Sam sudah pulang, ia


kelihatannya lelah dan berkuatir. Ia sampaikan warta pada
Oey Kie Pok, bahwa Khoe Kong Ciauw sangat gusar, hingga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nasehat siapa juga tidak digubris, bahwa graf itu akan segera
datang bersama-sama Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong.
Sepasang alisnya 0ey Kie Pek mengkerut naik, ia benar2
bersusah hati......
Dikamar tamu, Biauw Cin San dan kawan-kawannya sedang
minum dengan gembira, sedikit juga mereka tidak takut,
malah mereka mtnantikan musuh dengan bernapsu Kie Pok
mesti layani mereka dengan unjuk roman gembira, meskipun
sebenarnya ia berduka bukan main.
Biauw Cin San sekarang sudah buka thung sha yang
gerombongan, hingga kelihatan tubuhnya dengan pakaian
dalam yang ringkas, sedang dipinggangnya ada tergantung
kantong piauw. Ia punya kumis putih yang kaku, kedua biji
matanya besar dan bersinar tajam. Dibelakangnya berdiri
pemuda yang romannya keren, yaag siap dengan golok
kangtoo. Ia menghadapi mangkok arak yang besar. Ia telah
bicara dengan suaranya yang kaku dan omongannya yang
kasar, yang menyatakan ia benar2 orang desa dan bandit.
Melihat sikap atau kelakuan itu. Oey Kie Pok menyesal
sudah undang jago Holam ini, akan tetapi karena sudah
tcrlanjur ia tidak dapat berbuat lain dari pada terima apa yang
akan terjadi.
Orang menantikan belum lama ketika bujang datang
masuk, dengan warta:
Khoe Siauw Houwya sudah datang, bersama Tek Ngoya"
Hawa amarahnia Kie Pok naik. apabila ia dengar Siauw
Hong turut datang juga
Thio Giok Kin adalah orang yang berbangkit paling dulu,
"Khoe Kong Ciauw sudah datang" ia kata pada Biauw Cin
San semua. Ingat, kau semua diangan bergerak, biarkan aku
sendiri yang layani mereka itu"
Lantas ia bertindak keluar dari kamar tamu menuju keluar.
Khoe Kong Ciauw ini kali datang tidak seperti tadi pertama
kali, ia tidak masuk langsung, banya ia menantikan disamping
keretanya. Ia lihat Thio Giok Kin mendatangi, kapan si
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tumbak Emas sudah datang dekat, ia tunjuk Yo Kian Tong


seraya berkata:
"Ini Sin chio Yo Kian Tong dari Coan Hin Piauw Tiam dari
yankeng, ia sengaja datang kemari untuk ketemui kau ?
Thio Giok Kin tidak jadi kaget karena disebutnya nama dari
graf Yaukeng itu. sebaliknya ia bersenyum
satu nama yang aku telah dengar sejak lama!" ia kata. Ia
menoleh akan awasi Tek Siauw Hong, yang masih berada
didalam kereta, ia tetap unjuk roman jumawa, nampakaya ia
tidak lihat mata pada semua orang dari pihak musuh.
Biauw Cin San semua maju lebih dekat, begitu juga Oey Kie
Pok.
Tolong mundur" kata Kim chio pada sekalian kawannya itu.
Janganlab maju" ia cegah Oey Kie Pok, guna mencegah tuan
rumah bicara kareia agaknya Sioe Bie too masih ingin bikin
batal pertempuran itu.
Dan seorang yang berada disampingnya Thio Giok Kin
ambil tumbaknya Kim chio, Tumbak Emas yang bikin ia
peroleh julukannya yang tersohor dengan balingkan itu ia
pandang Yo Kian Tong dan Khoe Kong Ciauw dengan roman
bengis.
"Jikalau kau ingin main. mari maju ia menantang. "Tempat
ini luas, tumbak kita bertiga tentu bisa digerakkan dengan
leluasa disini !
"Jikalau kami berdua mesti layani kau seorang, kami bukan
enghiong!" kata Khoe Kong Ciauw dengan bersenyum sindir.
Ia sambar tumbak dari tangan bujangnya, yang berdiri
dibelakangnya, ia lalu dengan satu gerakan maju ia barengkan
menusuk si jumawa itu !
thio Giok Kin menangkis dengan sebatkan dengan tidak
kurang sebatnya balas menikam leher atau tenggorokan orang
Gin chio Ciangkoen coba unjuk kegesitannnya, ia
menangkis dan balas menyelang pula, malah ia terus
mendesak, hingga Kim chio dan Gin chio jadi bertarung seru,
ujungnya yang tajam saling menusuk, ujung batangnya saling
beradu dengan menerbitkan suara nyaring dan riuh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tumbak Emas dan Tumbak Perak telah ketemu tandingan,


tiga puluh jurus telah dilewatkan dengan cepat, belum ada
yeng mau menyerah kalah.
Biauw Cin San dan saudara2 Ho yang menyaksikaa menjadi
gatal, hingga mereka berniat maju akan bantu fihaknya
mengepung musuh.
Oey Kie Pok menjadi ibuk bukan kepalang.
"Kong Ciauw, sudahlah!" ia berseru. "Biar bagaimana, kau
pandanglah mukaku"
Dalam keadaan seperti itu, Khoe Kong Ciauw tidak bisa
pandang lagi peda sobat itu, malah gerakan tumbaknya makin
sebat dan hebat akan rubuhkan musuh, hingga Gin chio jadi
bergerak laksana ular yang menyambar nyambar! Coba yang
berdiri melintang didepannya bukan Thio giok Kin, siang siang
pastilah ia sudah rebut kemenangan.
lagi belasan diurus telah lewat, lantas Yo Kian Tong merasa
puas sekali, karena ia dapat kenyataan ilmu tumbak muridnya
itu sudah maju jauh. Dipihak lain iapun mesti kagumi Thio
Giok Kin, pantas dia itu menjadi ahli tumbak Kanglam yang
tersohor, karena tumbaknya betul betul liehay sekali ia terus
mengawasi dengan perhatian, ia terus cekal keras tumbaknya,
tetapi ia tidak mau sembarangan maju.
Tek Siauw Hong tetap berada diatas kereta, hatinya
berdebar debar. Ia memang tidak setuju pertempuran itu.
Sekarang ia lihat musuh begitu gagah tidak heran kalau
hatinya jadi kurang mantap. Iapun ibuk juga, kapan ia lihat
kawan yang banyak dari musuh yang semua beroman bengis,
yang nampaknya sembarang waktu bisa turun tangan akan
meluruk terhadap pihaknya. Ia cuma bertiga......
Lalu lintas didepan gcduugnya Oey Kie Pok telah terputus,
tentu saja tidak ada orang yang berani melintas disitu
Lagi belasan jurus telah dikasi lewat •akhirnya si ikan
Lodan jadi hilang sabar.
Gila ia berseru. "Apakah artinya pieboe ini ?"
Seruan ini ditutup dengan melayangnya tangan kanannya,
yang mencekal piauw maka hampir berbareng dengan itu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lengan kanan Kong Ciauw tidak bisa diangkat lagi, karena


sebatang scnjata rahasia sudah mengenai iga kanannya!
Dengan terpaksa ia mundur satu tindak.
Thio Giok Kin lihat keadaan musuh, ia berlaku kejam,
bukannya ia turut contoh akan mundur atau berhenti
menyerang, sebaliknya ia kirim tusukan pada tonggorokan
lawannya !
Yo Kian Tong kaget bukan main, sukar ia telah pasang
mata dan berada cukup dekat, maka dengan satu lompatan,
yang dibarengkan dengan gerakan tumbaknya, ia bisa
talangkan Khoe Kong Ciauw tangkis tusukan kematian itu,
hingga muridnya jadi terluput dari bahaya maut.
Thio Giok Kin kaget ia mendelik.
"He, kau berani antarkan jiwamu" ia jengeki piauwsoe kita.
Lintas saja ia teruskan serangan pada Sin thio, yang terpaksa
melayaninya
Biauw Cin San dan kawannya, dengan tidak bisa ditahan
lagi, sudah lantas majukan bantui Giok Kin, mengepung Yo
Sam ya.
Khoe Kong Ciauw yang terluka telah ditolong oleh
bujangnya yang pimpim ia naik keatas kereta.
Ketika itu Oey Kie Pok telah robah sikap, ia sekarang
menunjuk pada orangnya, yang ia hendak perintah pergi
serbu Tek Siauw Hong.
Orang Boan itu menjadi gusar kapan ia lihat kelakuan itu,
dari sangsi, ia jadt nekat Ia tuding Sioe Bie too.
"Orang she Oey, hati2 kau 1" ia menjerit. "Ingat, kejadian
ini didepan rumahmu, jikalau ada jiwa yang melayang, kau
tidak nanti bisa luputkan dirimu"
Ancaman Siauw Hong ternyata berhasil, Kie Pok jadi jerih.
"Ya, ini hebat," berkata Moh po Koen. yang nyalinya juga
jadi ciut
Hampir dengan berbareng dua orang ini dengan masing2
bawa goloknya lari ketempet pertempuran.
"Tahan! tahan ! mereka berseru berulang ulang, dengan
mereka segera menghadang didepan Biauw Cin San sekalian,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sedang dengan golok mereka, mereka coba tahan turunnya


senjata dari kawan itu.
Kemudian Oey Kie Pok hadapi Yo Kian Tong.
Yo Sam ya, tahan dulu!" ia berseru. Yo Sam ya, dengar aku
hendak bicara!"
Yo Kian Tong telah berhenti menyerang, akan tetapi ia
demikian murka dan mendongkol sampai ia tidak membuka
mulutnya. Ia jemu karena cara pengebut itu, sudah Kong
Ciauw dibokong, iapun dikeroyok.
Kie Pok kiongtihyoe pada Thio Giok Kin dan Biauw Cin San.
"Jiewe datang ke Pakkhia untuk aku huat cari Lie Bouw
Pek, buat pieboe dengan dia itu" ia berkata dengan suara lagu
yang sangat menghormat, "maka selainnya orang she lie itu,
yang lain2 semuanya adalah sobat sobat maka jikalau diantara
sobat ada ucapan yang tidak menyenangkan hati, dengan
kesabaran kita bisa bereskan itu. Janganlah karena urusan
kecil perkara lalu berobah menjadi hebat, Khoe Kong Ciauw
adalah saudaraku yang baik, Yo Kian Tong sobatku dari
banyak tahun, dari itu aku minta jiewie sukalah bersabar dan
sukalah pandang aku siorang she Oey!"
Mendengar ucapan itu Biauw Cin San berjingkrak, ia
banting kakinya, ia bulang balingkan goloknya akan kemudian
rabah juga kantong piauwnya. Ia lantas ngoceh tidak keruan,
dengan dialek kampungnya sendiri, maksudnya adalah: ia
datang dari tempat jauh, ia tidak takut siapa juga,
menghadapi Khoe Kong ciauw, Yo Kian Tong dan Lie Bouw
Pek, ia mau bertarung, sampai salah satu mampus.
Thio Giok Kin kelihatannya mau juga gunai pikiran maka
sambil bersenyum ewah ia tunjuk Yo Kian tong
Jikalau kau tidak puas, pilihlah satu tempat untuk kita
bertempur pula!" demikian ia menantang. "Janganlah kila bikin
onar didepan gedungnya Oey Soeya!"
Moh Po Kian tidak perdulikan apa lagi, ia coba giring
pihaknya itu.
Sudah sudah! Mari mari kata bersulang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oey Kie Pok bantu piauwsoe itu, maka akhirnya mereka


bisa ajak Biauw cin San semua masuk pula kekamar tamu.
Kemudian Oey Kie Pok lari lagi keluar akan dapatkan
keretanya Khoe Kong ciauw sudah menggelinding menuju ke
barat. Tapi dengan ajak Hek Sam ia lari mcngejar, apabila ia
sudah menyandak, ia minta kusir berhentikan kereta kereta
itu.
"Apakah lukamu hebat ia tanya Kong Ciauw seraya
pegangi kereta.
Kong Ciauw rebah diatas kereta, mukanya pucat bagaikan
mayat. Untuk menahan rasa sakit, ia meringis ringis. Tapi
melihat Kie Pok ia bersenyum ewah
Kie Pok, kita adalah sobat dari banyak tahun, aku tidak
nyana begini saja kelakuanmu " ia kata. "Aku tidak sangka,
bahwa kau telah undang segala berandal untuk musuhkan aku
dan dengan gunai senjata rahasia mereka telah lukai aku !
Sudahlah, persobatan kita telah berakhir sampai disini
Kie Pok banting kakinya.
"Saudara, kau telah tidak dengar perkataanku !" ia kata.
"Saudara, kita diantara orang sendiri, ada urusan apa yang
tidak bisa didamaikan? Kenapa kau......." Kie Pok tidak
lanjutkan perkataannya, karena Siauw Hong mendadak tepok
pundaknya dan tepokan dari Thio ciang ia rasai berat sekali. Ia
lekas menoleh, dengan mata melotot ia awaskan orang Boan
ini.
Bagaimana eh, Tak Loo Ngo?" ia menegor suaranya
menyalakan ia mendongkol bukan main. "Apakah kau benar
hendak menjadi satruku "
Tek Siauw Hong bersenyum sindir.
"Sekarang ini mana aku berani main gila padamu, Oey
Soeya......" Ia jawab "Tetapi karena kita tadinya punya
persobatan, aku hendak bicara juga supaya kau dapat ketahui.
Biauw Cin San dan rombangannya itu semua penjahat terkenal
dan kalangan Sungai Telaga, mereka semua telah datang
kemari atas undangan kau, maka itu andaikata mereka disini
lakukan suatu apa yang melanggar undang negeri atau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mereka terbitkan onar, mengertilah, kau Oey Soe ya tidak


akan bisa loloskan dirimu"
"Itulah pasti!" Oey kie Pok tepok2 dadanya, ia agaknya
mcijadi nekat. "Pasti aku tidak bisa sangkal yang mereka itu
bukannya sobatku Sampai waktu itu, Tek Ngo ya, kau boleh
pergi pada Touw caiyin pada Kioe bouw Tee ok, apa juga akan
terjadi aku tidak takuti"
Siauw Hong bersenyum sindir pula, ia manggut.
"Bagus" ia bilang. "Kau telah mangucapkan begini cukup!"
Yo Kian Tong sementara itu tidak kata apa, akan tetapi ia
terus awasi Oey Kie Pok seraya unjuk sonyuman ewah. Ia
tidak mau menunggu lama lagi, ia perintah supaya kereta
terus dikasi jalan pulang.
Oey Kie Pok berdiri bingung sampai sekian lama, karena ia
kebagian yang ia telah diperlakukan demikian macam, tetapi
akhirnya ia kertak gigi, dengan mendongkol ia berjalan
pulang, terus masuk kekamar tamu di mana Biauw Cin San
semua sedang lanjutkan pesta mereka, mereka itu sedang
makan dan minum secara puas, suara mereka suara tertawa
mereka, riuh sekali.
Mencampirkan diri diantara orang2 kasar itu, Oey Kie Pok
lantas kasi selamat pada mereka dengan masing2 dihaturkan
dua cawan arak, dan puji mereka itu yang dikatakannya gagah
dan berani. Tapi, setelah itu, ia minta supaya mereka
selanyutnya tidak lagi musuhkan Khoe Kong Ciauw dan Yo
Kian long.
"Sasaran kita adalah Lie Bouw Pek maka kita harus cari dia
akan hadapi anak muda itu demikian ia tambahkan. "Kita
mesti kasi hajaran pada Lie Bouw Pek, supaya ia tahu rasa,
supaya kita merasa senang dan puas
Thio Giok Kin cegluk araknya, ia tertawa bergelak gelak.
"Oey Soeya, kau jangan kuatir!" ia kata dengan tekebur.
"Kita tidak takut pada Khoe Siauw Houwya. Tapi taruh kata
engkau tidak hajar ia dengan piauw, aku bisa bikin ia binasa
diujung tumbakku bersama sama Yo Kian Tong! Begitu juga
Lie Bouw Pek. Kau tidak usah buat pikiran. Ia rupanya telah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dengar, yang kita akan datang dan ia lalu mendahului


menyembunyikan diri! Apa ia kira ia mampu Mengumpat
lama? Lihat siang atau malam, kita akan dapat cari dan bekuk
dia Biauw Cin San gebrak2 meja.
"Jikalau aku ketemu Lie Bouw Pek, aku mesti bikin tamat
jiwanya ia kata dengan nyaring.
"la memang mesti dikasi bagian" kata Ho Sam Houw dan
saudaranya Mereka itu lantas naik darah, apabila dengar
namanya Bouw Pek disebut.
"Dan dia gundikku she Cia dan ibunya pun dibawa minggat
oleh Lie Bouw Pek" kata Biauw Cin San kemudian Dan ia
lantas jadi lebih sengit. Tapi karena Bouw Pek tidak ada
dihadapannya, ia lalu tenggak araknya berulang2, ia segera
mengumpat caci dengan tidak keruan juntrungan.
Oey Kie Pok telah mesti saksikan kelakuan kasar itu
Moh Po Koen juga kuatir Biauw Cin San nanti lakukan hal2
melewati batas.
"Biauw Toasiok, Thio Toasiok, aku rasa sekarang sudah
cukup" ia berkata, "sekarang mari kita pulang dulu untuk
mengaso, kemudian kita mesti cari tahu halnya si nona cia dan
Lie Bouw Pek....."
"Ya, sekarang sudah waktunya buat kita pulang dulu,"
jawab Thio Giok Kin.
"Kalau mau pulang, hayo kita pulang!" kata biauw Cin San,
yang mukanya telah menjadi merah sekali. Air kata telah
pengaruhkan ia secara hebat. Lantas ia pandang Kie pok, akan
bilang : "Oey Suya, kau benar sobat sejati! Tidaklah kecewa
yang satu kali ini Teng couw hie telah datang ke kota raja ini!
Sekarang kami mau pulang dulu kerumah penginapan kami.
Jangan lupa, kau mesti tolong carikan kami nona yang elok
manis, untuk kami bersenang2!
Kie Pok telah mesti berikan janjinya, kendati ia sebenarnya
merasa tidak enak hati. ia telah tertawa dengan terpaksa.
"Terima kasih Oey Suya, kami telah mengeroyok" kata Thio
Giok Kin, seraya unjuk hormat pada tuan rumah. "Aku undang
kau akan besok datang kehotel kami!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Tentu, aku tentu datang" Kie Pok menjawab sambil


manggut2.
Tapi sebelumnya berangkat, Giok Kin pesan pula:
"Umpama kata Khu Kong Ciauw masih tidak puas, bilanglah
padanya supaya ia cari kami di hotel"
Lagi2 Kie Pok manggut
Sampai disitu, separoh dipepayang, Ho Sam Houw sekalian
ajak Biauw Cin San berlalu.
Kie Pok mengantarkan sampel dipintu depan sesudah
semua tamu itu pergi jauh. ia menghela napas lega, dengan
berduka bukan main dengan lesu, ia bertindak masuk. ia
lantas kirim orang akan tengok Khu Kong Ciauw, buat
sampaikan lagi rasa menyesalnya dan terangkan bahwa
bukanlah maksudnya akan bikin celaka orang bangsawan itu
"Aku tidak sangka, bahwa kesudahannya kejadian begini
rupa" demikian ia pikir dalam hatinya. "Aku gunai banyak uang
mengundang Biauw Cin San sekalian, untuk berikan hajaran
pada Tek Siauw Hong dan Lie Bouw Pek, sekarang, selagi
mereka itu tidak terganggu sedikit juga, aku telah lukai Khu
Kong Ciauw, sobatku sendiri.....
Mereka juga ternyata tidak bisa diajak bicara. Bagaimana
kalau mereka terbitkan onar yang lebih hebat Pasti sekali aku
buat kerembet...."
Selamanya masgul, Kie Pok sekarang pun menjadi
bsrkuatir, hingga hatinya goncang.
"Mereka orang jahat, entah kejahatan macam apa mereka
sudah lakukan diluaran. andaikata datang hamba negeri untuk
bekuk mereka, apa aku bisa tidak tersangkut?
Sekarang tidak bisa lain aku mesti pergi pada mereka, buat
minta mereka lekas bereskan Tek Siauw Hong, kemudian Lie
Bouw Pek, sesudah itu mereka mesti dibikin lekas angkat kaki
dari sini
Sioe Bie Too menyesal tetapi penasaran, maka itu
keberaniannya kepalang.
Sementara itu Biauw Cin San dan rombongannya sudah
kembali kehotel mereka, hotel Keng In Can di Kee kee kauw
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

diluar Cong boen moei , disana mereka telah dapatkan


pelayanan yang baik, oleh karena Moh Po Keen telah lakukan
kewajiban dengan baik untuk menyenangkan mereka Seperti
sudah diketahui, Biauw Cin San adalah penjahat besar, tetapi
saking licinnya ia belum pernah sendirian melakukan
perampokan atau pembegalan, semua kejahatan dilakukan
oleh kawannya, kenalan dan sebawahannya, ia cuma terima
bagian. Sekalipun merampas orang perempuan jarang ia
lakukan sendiri. Kaki tangannya tersebar dibanyak tempat, ia
sendiri sebaliknya hidup sebagai Wangwee di Coei ma tiam.
Maka itu sendirinya ia tidak lakukan pelanggaran hukum. Ia
sekarang bisa datang ke Pakkhia sebab bisanya Moh Po Koen
gunai lidah Ia datang pertama untuk cari Siam nio, gundiknya
yang minggat dan kedua buat cari dan hajar Bouw Pek Ia
bukan hendak bela Sioe Bie too juga bukan buat langsung
balaskan sakit hatinya persaudaraan Ho, topi sebab Po Koen
kasih tahu ia Siam Nio bersahabat kekal dengan Lie Bouw Pek
dan Lie Bouw Pek hendak ambil sinona sebagai isteri, bahwa
katanya Lie Bouw Pek hendak cari ia untuk balaskan sakit
hatinya ayahnya Siam Nio Maka itu, sebab percaya hasutan itu
ia jadi gusar dan mau lantas meninggalkan sarangnya. Bahwa
ia telah berombongan dengan Thio Giok Kin dan persaudaraan
Ho, itulah disebabkan Moh Po Koen telah undang Giok Kin dan
Giok Kin kena diojok ojok oleh piauwsoe yang lidahnya lemas
dan liehay ini, sedang dilain fihak, lebih dulu daripada itu. Giok
Kin pun telah diminta bantuannya oleh iparnya, Ho Cit Houw,
yang telah datang padanya memberitahukan bahwa isterinya.
Ho Kiam Go, telah terluka dan ditahan dalam penjara, sebab
gangguannya Jie Sioe Lian yang dibantu oleh Lie Bouw Pek,
dan ipar ini juga ogok2 ia, hingga ia jadi panas dan gusar,
hingga jadi turut datang ke Pakkhia.
Thio Giok Kin adalah anak dari Ho lie Hoo Gouw Niocoe, si
rase Perempuan.
dan si Rase perempuan ini adalah adik angkat Biauw Cin
San Thio Giok Kin pandai menggunakan tumbak yang
dipanggil Kim chio atau Tumbak emas, ia telah menjagoi di
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Holam Utara, dimana ia belum pernah ketemui tandingan,


hingga ia jadi berkepala besar. Karena ia bersanak dengan
Biauw cin San, orang makin takuti ia. Dalam usia muda, Thio
Giok Kin telah menikah dengan Ho kiam Go, anak perempuan
dari Ho Hoat
Liong. Kiam Go beradat keras, malah kasar, lantaran
romannya tidak elok lekas juga ia tidak hidup rukun dengan
suaminya. Ketika ayahanya ia dibunuh oleh Jie Hiong Wan. Ho
Kiam Go sudah pergi merantau akan cari kawan guna bikin
pembalasan, dari itu ia jadi dapati banyak kenalan. Mengenai
tindakan isterinya itu Thio Giok Kin tidak ambil tahu
ia hanya berdiam dirumahnya di Kayhong, dimana ia buka
piauwtiam. Untuk kesenangan hidupnya ia punya bebarapa
sahabat karib perempuan, Adalah selama yang belakangan ini
dapat niatan pergi ke Kie Lok, akan uji Ciet cie tiauw, maksud
itu senantiasa tertunda sampai kemudian ia kedatangan Ho Cit
Kouw, iparnya, untuk minta bantuan, Ho Cit Houw cerita
bagaimana ia bersama saudaranya dan soeheng Can Tek Po,
telah dua kali cari Jie Hiong Wan buat bikin pembalasan,
bahwa dua kalinya ia gagal, malah pada yang kedua kali Kiam
go dan Tek po telah terluka, malah yang celaka mereka itu
mesti mendekam dalam penjara di Jiauw yang. Tidak cukup
dengan warta ceritakan itu, yang bisa bikin orang panas hati,
Cit Houw tambahkan bahwa puterinya Jie Hiong Wan sangat
elok dan gagah, bahwa si nonapun dapat bantuan dari bocah
cilik Lie Bouw Pek, yang bersenjata pedang yang liehay,
hingga dia itu jadi makin tidak boleh dibuat permainan.
"Maka, moayhoe, hayolah kau turut aku akan bantu kami
akhirnya ipar ini mendelik.
Bagaimana juga Thio Giok Kin mendongkol. Kiam Go tetap
adalah isterinya, sekarang isteri itu ada yang hina, kalau ia
tidak bela. kalangan Sungai Telaga niscaya tertawai ia. Iapun
tahu Kiam Go gagah, kalau isteri itu jadi pecundang si musuh
mesti liehay sekali. Dan musuh liehay begitu ia ingin coba
Difihak lain ia ingin tengok juga Ji Sioe Lian, yang ketanya
masih muda, tetapi cantik sekali dan gagah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Baiklah" akhirnya ia jawab iparnya.


Ho Cit Houw menjadi kegirangan, tetapi ketika ia tunggu
sampai beberapa hari. moayhoe itu tetap belum mau
berangkat Nyata Giok Kin telah dihalang-halangi oleh
beberapa gulanya. Ia jadi tidak sabar, sampai hampir hampir
kebentrok dengan ipar itu. Adalah waktu itu Moh Po Koen
yang telah berhasil mengundang Biauw Cin San, telah datang
bersama Teng Couw hie untuk undang Kim Chio. Tempo Moh
Po Koen telah dengar keterangannya Ho Cit Houw. ia segera
ketemukan Giok Kin, pada siapa ia kata:
"Kalau toako mau berangkat, kenapa toako tidak hendak
berangkat bersama kami? Lie Bouw Pek tidak hanya namanya
saja besar di Pakkhia, malah siapa yang bisa rubuhkan ia,
akan rebut merknya. Disana juga ada Gin Chio CiangKoen
Khoe Kong Ciauw, ilmu tumbaknya ia dapat dari Sin chio Yo
Kian Tong, tetapi kepandaiannya melebihi Yo Kian Tong itu!
Maka kalau toako bisa pergi ke Pakkhia dan pieboe dengan
Khoe Kong Ciauw dan hasilnya toako yang menang, dikolong
langit ini dalam hal ilmu tumbak toakolah yang menjadi jago
ternama, toako menjadi raja tumbak"
Sekali ini Thio giok Kin kena dibujuk, lagi pula Biauw Cin
San telah bantu bicara, maka dengan diajak beberapa
orangnya ia tinggalkan Kayhong menuju ke Pakkhia, Ditengah
jalan mereka tidak kesepian. Moh Po Koen, yang pandai
bicara, ada saja bahan kongkownya yang menarik hati
Separoh kejadian benar, separoh lagi obrolan belaka.
Begitulah ia puji Oey Kie pok setinggi langit dan sebal
terhadap Lie Bouw Pek, yang dikatakan jumawa dan sombong,
hingga Giok Kin dan Cin san jadi makin panas.
Selama diperjalanan Biauw Cin San dan Thio Giok Kin telah
jadi tambah kepala basar. Ditempat dimana ada sobat dan
kenalan, mereka tentu ditahan, untuk hadirkan perjamuan
yang diadakan buat kehormatan mereka, dari disini selamanya
orang puji dan angkat-angkat mereka.
Pada suatu hari mereka sampai di Jiauw yang. Disini Ho
Kiam Go dan Can Tek Po telah mendekam dipenjara lamanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tiga bulan. Mereka ini mesti dituduh sebagai penjahat besar


dan penyerang, tetapi karena pintarnya Ho Sam Houw
menolongi dan kebetutan tiekoan dan sipir bui doyan sogokan,
mereka jadi dituduh melukai orang lantaran berkelahi, sedang
juga dari pihak pamili Jie tidak ada desakan apa2, maka
tiekoan bisa diam saja. Tempo Thio Giok Kin sampai ia ini juga
telah gunai pengaruh uang, maka dua orang itu sudah lantes
dimerdekakan. Biauw Cin San suruh Can Tek Po pulang ke
Holam, Ho Kiam Go dikasih ikut, karena Thio Giok Kin mau
suruh ia berobat di Pakkhia, sebab luka di punggungnya belum
sembuh betul.
Dalam perjalanan ini Biauw Cin San singgah di Poteng
untuk memenuhkan undangannya piauw soe Hek Houw To
Hong si Harimau. Ia ini, serta beberapa kawannya, kagumi
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin dan menyatakan suka
bersobat. Adalah dalam perjalanan ini, selagi lewat di Kho
yang, Biauw Cin San sekalian sudah berpapasan dengan Beng
Soe Ciauw, si anak muda yang nasibnya buruk, yang
pikirannya lagi kusut, hingga keadaannya mirip dengan orang
kalap. Begitu ketemu rombongan dari orang2 yang sengaja
cari, Beng Soe Ciauw sudah maju menyerang dengan tidak
kata apa2 lagi.
Soe Poan coe, sebagai sobat setia, sudah ceburkan diri
dalam pertempuran. Sembari berkelahi ia perhatikan Beng Soe
Ciauw, ia dapat kenyataan pemuda she Beng ini gagah.
Sayang dia sendirian dan musuhnya musuhnya banyak,
tumbaknya Giok Kin liehay goloknya Sat Houw dan Cit Houw
berbahaya. Guna menolong Su Poan cu lari keluar kalangan
akan cari hamba negeri guna hentikan pertempuran itu.
sayang ia kembali sesudah kasip karena Beng Su Ciauw mesti
rubuh sesudah kena dibokong oleh Biauw Cin San yang gunai
piauw Anak muda itu rebah ditanah dengan mandi darah.
Musuh telah kabur semua, dengan ajak Cit Houw yang teriuka.
Mereka itu berlalu dengan puas, karena mereka anggap sudah
dapat kemenangan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dua rombongan ini singgah diPoteng, di mana mereka bikin


perkenalan dengan beberapa jago. setelah itu mereka menuju
siang sang ke Pakkhia.
Mereka sampai didalam kota pada tengah malam, mereka
terus mengaso dihari kedua pagi2 baru mereka kunjungi Siu
Bie too Oey Kie Pok. Diluar dugaan, hari itu mereka
bersomplok dengan Khu Kong Ciauw. hingga terbit onar.
Biauw Cin San dengan berani sudah gunai piauw. Mereka puas
dengan kemenangan itu dan merasa bangga sudah bisa
kalahkan seorang ahli silat tumbak dan bangsawan. Karena ini
mereka berani putar kayun didalam kota buat ganggu siapa
mereka niat ganggu. baiknya Oey Kie Pok masih bisa
pengaruhkan Pakkhia punya buaya cabang atas, kalau tidak
mesti ada yang berani gempur mereka.
Thio Giok Kin masih bisa berpikir, ia sering nasehati
kawananya supaya hati2 membawa diri. Adalah Biauw Cin San
yang tidak perdulikan apa juga, setiap hari ia pesiar ia keluar
masuk rumah hina, ia tetap berlaku garang. Maka belum ada
sepuluh hari, di Lamshia, Kota Selatan, hampir tidak ada yang
tidak ketahui adanya Biauw Thayya ini.
Selama orang menjagoi Khoe Kong Ciauw diam didalam
rumah untuk obati lukanya Yo Kian Tong juga keram diri di
dalam piauw tiam, karena ia sungkan layani Biauw Cin San,
yang tidak segan nembokong orang dan main mengeroyok.
Malah Tek Siauw Hong pun turut tidak keluar rumah, kecuali
setiap hari pergi ke kee boe hoe untuk lakukan kewajibannya.
Difihak lain pada Sioe Lian la tutup mulut halnya Lie Bouw Pek
sudah berlalu dari kota raja dan hal kedatangannya
rombongan orang galak itu. Maka itu, waktu itu cuma Oey Kie
Pok seorang yang paling merdeka, dengan tentu ia pergi ke
Lamshia, untuk berkumpul dengan Biauw Cin San sekalian
persaudaraan Phang, Pokok pembicaraaa selalu adalah hal
penyatrukan Lie Bouw Pek, Tek Siauw Hong dan Yo Kian
Tong.
Biauw Cin San tidak lupa Coei Siam, ia desak Moh Po Koen
cari tahu halnya gundik itu. Piauwsoe itu bisa selidiki semua
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

halnya sinona, sampai binasanya Cie Sielong dan Poan Louw


Sam. sampai si nona menderita siksaan dikantor negeri, cuma
kemana keruan dari si nona pergi dan menumpang, ia masih
belum berhasil dapat ketahui. Ketika hal ini ia kasi tahu Biauw
Iyin San, Teng couw hie katakan ia tolol.
"Dasar kau yang dogol" kata Wangwee dari Coe ma tiam
itu. "Kenapa tidak dari tadinya kau tahan ibu dan anak itu dan
kemudian cari aku? Sekarang aku datang dan mereka kabur!
Apa kau bukannya lagi permainkan Biauw Thayya Aku tidak
perduli si orang she Cie dan Lie, sekarang aku kasih tempo
sepuluh hari pada kau untuk cari ibu dan anak itu! Awas, atau
kau sudah tidak sayang jiwamu"
Moh Po Koen jadi ketakutan.
"Baiklah, aku nanti pergi mencari" ia kata. Ia menyesal
sudah usilan dan karena temahai uangnya Oey Kie Pok,
sekarang ia jadi dapat kerjaan sukar. Cie Sielong sudah mati,
Lie Bouw Pek sudah pergi. Siam Nio dan ibunya menghilang
Kemana ia mesti cari mereka itu? "Kalau aku gagal Biauw Cin
San pasti benar2 berani menghajar aku
Lantas Moh Po Koen keluar masuk dirumah ruman pelesiran
akan cari Siam Nio akan dengar ibu nona itu. Dasar Coe Siam
terkenal dan perkaranya pun menarik perhatian orang,
akhirnya Moh Po Koen ketahui juga dia itu berdiam dirumah
sanaknya dari Hoen pong Lioe Ie kay, orangnya lagi sakit
berat mukanya terluka bekas siksaan, buat makan sudah tidak
punya uang......
Buat buktikan sendiri, dengan gunai sedikit uang Moh Po
Koen bisa sogok seorang; dari Po Hoa Pan untuk antar ia
bertemu dengan Coei Sam ia pakai akal, bahwa ia sobatnya
Lie Bouw Pek, bahwa katanya Bouw Pek pesan ia buat sering
tengok si nona
Cia Loo mama percaya obrolannya piauwsoe ini, ia tuturkan
kesengsaraannya, baiknya ada Lie Bouw Pek yang berikan ia
beberapa tail perak, hingga Coei Siam bisa beli obat dan
makan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Barangkah lagi beberapa hari, si Siam akan sembuh betul"


ia kata.
Moh Po kun manggut, ia unjuk aksinya.
Lie Toaya sudah pergi. entah kapan ia kembali ia kata "Lie
Toaya sudah pesan aku akan perhatikan kau berdua maka kau
jangan kuatir akan kelaparan atau kedinginan. Besok aku nanti
datang pula buat bawakan uang. Kalau nanti Cui Siam sudah
sembuh, aku nanti dayakan pula bagaimana baiknya"
Ia lihat Cui Siam sedang rebah, orangnya perok, mukanya
kucal, lukanya belam sembuh betul, tapi dipandang semuanya
sisa kecantikannya masih ada Sinona sendiri tidak kata apa, ia
hanya mengawasi dengan air mata mengembeng.
Moh Poh Kun berlalu dengan lekas, ia pergi langsung
kehotel Keng tan Can di Cu-kee-kauw buat cari Biauw Cin San
guna sampaikan hasil penyelidikannya itu.
Sementara itu Cia Mima, seperginya Po Kun, sudah kata
pada anaknya
"Sekarang kau jangan berduka lagi. Nyata Lie Toaya tidak
lupakan kau, ia pergi dari sini, tapi ia pesan si Orang she Moh
buat sambangi kau dan ia akan bawakan kau uang.
Kau sudah banyak baik, tanda luka dimuka pun tidak terlalu
kentara, besok kau boleh paksakan diri akan berbangkit dan
berhias. Kalau nanti si orang she Moh datang membawa uang,
kau harus sambut ia dengan manis. Aku harap ia suka sering
datang ke mari, supaya ia berhasil berdaya untuk kita. Kau
boleh ikut orang, atau kau bisa dapati uang untuk pelihara
pula dirimu. Kau ketahui sendiri, kalau kau tidak berdaya, aku
sudah tua.
Cia Mama menangis. Ia lantas ingat suaminya, semua
kesengsaraannya, hingga sekarang ia menjadi rudin sampai
makanpun susah, hingga sering ia mesti ikat perut.
Siam Nio turut menangis,
"Ibu, apa kau anggap kita bisa hidup lebih lama?" ia kata.
"Ketika Lie Toaya datang kemari, apa kau tidak dengar apa ia
bilang? Si tua bangka she Biauw dari Cui-ma tiam akan lekas
datang kemari. Ia adalah berandal kejam, yang telah bunuh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ayah dan perhina dan siksa kita, kalau kita tidak keburu
minggat, setahu apa jadinya dengan kita. Ia tentu benci
sangat pada kita, ia mau datang kemari, kalau ia ketahui kita
ada disini, apa kau kira ia mau mengerti?.
Nona ini menangis, hingga ia tidak mampu bicara terus.
Cia Mama ketakutan, sampai ia berhenti nangis.
"Apa benar Lie Toaya ada omong begitu? ia tegaskan.
"Ya ! Lie Toaya kenal banyak orang dari kalangan Sungai
Telaga, ia tentu tidak mendusta. Pada Lie Toaya aku tidak
pernah kasi tahu hal kita di Cu ma tiam."
"Harimau she Biauw itu datang ke Pakkhia barangkali untuk
urusan lain, barangkali ia tidak ketahui kita berada disini kata
Cia Mama kemudian untuk hiburkan diri.
"Bu mengharap demikian, boleh" kata sang anak. "Tapi
disini ia punya banyak kenalan ia bisa mencari tahu, atau ia
akan dengar cerita orang. Aku sangsikan si orang she Moh
barusan, jangan2 ia matanya si jahat she Biauw itu. Belum
pernah aku dengar Lie Toaya puiya sobat orang sha Moh."
Cia Mama kembali terkejut.
"Kalau begitu, barangkali Lie Toaya belum berangkat. Nanti
aku tengok ia dibio, buat minta ia tolong kita lebih jauh."
Siam Nio menghela napas,
"Tapi ibu Lie Toaya tidak akan perhatikan kita seperti dulu
lagi" kata ia dengan masgul. "Ha Kalau si jahat sha Biauw
datang, aku tidak takut!" mendadak ia teruskan. "Kota Pakkhia
adalah tempatnya raja, disini ada undang2 negeri, apa ia bisa
bikin terhadap kita? Paling banyak kita akan adu jiwa terhadap
ia!"
Cia Mama lihat anaknya jadi nekat, ia tidak mau melayani,
sambil tepas air mata, ia berlalu, kemudian ia pergi ke
Siansiang Hotong.
Seperginya ibunya Siam Nio tarik bantal kepalanya akan
keluarkan pisau belati simpanannya, warisan dari ayahnya. Ia
curigai betul siorang she Moh. Sekalipun ibunya tidak ketahui
ia masih simpan senjata itu. Ia sebenarnya telah didaulat
terindil oleh orangnya Cie Sielong, kalau bantalnya masih ada,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

itu disebabkan bantal ini ia telah titipkan pada bibinya, ia tidak


bawa ini waktu ia pindah kerumahnya Poan Louw Sam
Beberapa kali ia pernah ingin bunuh diri dengan pisau ini, tapi
saban batal. Sekarang bahna terdesak, ia siapkan senjata ini
guna bela diri, buat habiskan jiwa supaya ia tidak usah jatuh
lagi kedalam tangannya si orang she Biauw.
Rebah pula dipembaringannya, Siam Nio tungkuli
pikirannya yang kusut. Dijendela angin dingin menyambar2.
Hatinya berdabaran. Ia meram mata, ia rebah diam laksana
mayat. Berapa lama ia sudah rebah begitu, ia tidak tahu, ia
baru terperanjat waktu kupingnya dengar tindakan kaki, kapan
ia buka matanya, ia tampak tiga atau empat orang berada
didalam kamarnya. Yang satu ia kenali sebagai si orang she
Moh tadi tetapi yang satunya bikin ia kaget seperti terpagut
ular! Karena ia kenali orang itu adalah Wangwee Biauw Cin
San dari Coe ma tiam Tapi segera juga ia berbangkit, sambil
duduk dengan tubuh gemetar ia awasi Wangwee itu dengan
mata menyala.
"Kenapa kau lancang masuk?" akhirnya ia menegor.
Biauw Cin San mengawasi dengan matanya yang besar dan
bersinar galak, mukanya kasi lihat senyuman iblis.
"Kau berdua ibumu sudah minggat dari Holam !" kata ia
dengan suaranya yang seram. Kau telah kabur ke Pakkhia ini
dan disini kau telah dirikan sarang rumah hina ! Disini kau
telah picuk Lie Bouw Pek Kau tentu anggap, bahwa kau sangat
pintar! Tapi hari ini, hari ini kau terjatuh pula kedalam
tangannya Biauw Thayya ! Aku mau lihat, sekarang kau
hendak kabur kemana lagi"
Biauw Cin San ucapkan perkataannya yang terakhir dangan
bentakan, dengan muka beringas. sebelah tangannya coba
pegang nona yang celaka itu.......
Dalam ketakutan dan gugup Siam Nio menjadi nekat.
Sebelum tangan orang sampai, ia telah mendului rebah pisau
belatinya, dengan apa ia timpuk si wangwee jahat
Biauw Cin San menjerit "Aduh!" dan dengan tangan lekas
tutupi mukanya. Serangan itu ia tidak pernah sangka, maka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

meski ia pandai silat, ia kena dibokong dihadapan matanya


sekali
Pisau laut jatoh dan darah mengucur dari muka sebelah
kiri.
Meski begitu, cabang atas ini teruskan cekuk si nona.
"Ambil golokku" ia berseru seraya menoleh. "Aku mesti
bunuh dua manusia jaht Ini!"
Salah satu orang dari sebelah belakang maju dengan
sebatan golok.
Siam Nio telah jadi nekat, hingga ia tidak kenal takut.
"Ya, bunuhlah kami" ia menjerit sambil menangis.
Biauw Cin San ulur tangannya akan sambuti golok, tapi
Moh Po Koen, yang berada disampingnya, lantas pegang
tangan kanannya
"Toasiok, jangan marah, jangan terbaru napsu," ia berkata.
"Ia sudah dapat diketemukan, mustahil toasiok kuatir ia bisa
lolos pula Kalau sekarang toasiok bunuh dia dan ibunya lantas
ganduli kau. apa itu tidak bikin kepala pusing?"
"Tapi ia jahat, ia kurang ajar" Biauw Cin San banting kaki.
"Ia telah lihat aku, bukannya ia omong dengan baik2 ia hanya
serang mukaku, sampai hampir mencelakai mataku. Apa aku
mesti kasi ampun padanya? Biar aku bunuh ia, perkara
dibelakang"
Sembari kata begitu, Biauw Cin San coba berontak akan
lepaskan tangannya dari cekalannya si orang she Moh.
Adalah disaat itu Cia Loo mama muncul dengan tiba2.
Nyonya ini telah pergi ke Hoat Beng Sie, dimana ia tidak
dapat ketemukan Lie Bouw Pek, dengan melawan angin dingin
ia berjalan pulang. Ditengah jalan ia berpapasan dengan Ie
Jie, tetangga kamarnya dan Ie Jie dengan gugup kata
padanya.
"Enso Cia, lekas pulang dan lihat! Disana ada beberapa
orang lelaki, yang pada bawa golok, yang hendak bunuh
anakmu aku sekarang mau cari polisi!"
Cia Mama kaget bukan kepalang, ia terus saja lari pulang.
Begitu masuk dalam pekarangan, ia lihat dua orang dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

roman bengis sedang berdiri didalam pekarangan itu. Pengisi


dari berbagai kamar tidak tertampak, mereka pada umpati diri.
Dari dalam kamarnya ia dangar jeritan dan tangisan, dan
dampratan. ia kenali suara anaknya, maka ia bertambah
ketakutan dan kuatir. Ia terus saja lari masuk kedalam
kamarnya. Disini buat sekejapan ia berdiri tercengang Didalam
kamar ia lihat Biauw Cin San, yang ia masih kenali, dengan
muka penuh darah, dan Siam Nio sedang digebuk oleh
wangwee jahat itu, hingga anaknya menjerit.

JILID 18
"Bunuhlah aku lebih dahulu?" fa segera menjerit Dari takut,
ia jadi nekat. Ia tubruk Biauw Cin San, akan pagangi
lengannya.
Biauw Cin San berontak dengan tenaganya yang besar.
"Perempuan pengemis" ia berteriak.
Cia Mama terguling dengan lantas. Apa celaka, kepalanya
mengenai tembok hingga ia rubuh pingsan........
Biauw Cin San masih sengit, ia pungut pisau belati yang
tadi dipakai lukai ia. Dengan itu ia hendak tikam bekas
gundiknya.
Moh Po Kun mencegah dengan segera, ia dibantu oleh
beberapa kawannya.
"Toasiok, jangan!" ia mencegah dengan suara memohon,
lengan orang ia terus pegangi. "Pakkhia bukan seperti kota
lain, di sini kau tidak boleh sembarangan bunuh orang....."
Nampaknya Biauw Cin San jerih juga. Ia lempar pisau
belatinya, dengan tangan baju yang kiri ia susut mukanya.
"Kau cegah aku !" ia kata. "Tapi karena dongkol aku tidak
bisa dibikin lenyap!"
"Sebenarnya urusan gampang dibikin beres," Po Kun
menyahut. "Ia gundik toasiok, ia minggat dan disini ia jadi
bunga raya, kalau toasiok adukan ia pada pembesar negeri, ia
pasti tak bisa lari lagi. Apalagi kalau toasiok sskalian tuduh ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hendak bunuh toasiok, sebagaimana buktinya terang, ia tentu


bisa di hukum....."
Ketika itu Cia Mama, yang sadar sendirinya, merayap
bangun.
"Biauw Thayya, kalau kau hendak bunuh, bunuhlah aku!" ia
kata "Anakku telah ikuti kau satu tahun lebih, coba bukannya
kami takuti cambuk kau, tidak nanti kami minggat. Selama
dua tahun ini anakku masih ingat toaya, kalau ia ingat, ia suka
menangis, ia juga tahu thayya lepas banyak budi pada kami,
coba thayya bisa barlaku lebih murah hati sedikit dan tidak
lagi suka pukuli ia. kami sudah tentu pulang dengan tidak
usah tunggu sampai tbayya cari kami... Satu tahun kami
tinggal disini sebab tidak berdaya. kami hidup dirumah
pelesiran buat layani orang banyak.... Itu semua kami lakukan
untuk semangkok nasi Kalau thayya berlaku baik pada kami,
mana kami sudi lakoni penghidupan semaccam ini?... "
Biar ia berhati keras. Biauw Cin San toh tergerak juga
mendengar ucapannya Cia Mama, yang pandai bicara dan
beraksi. Ia pandang Siam Nio Si nona lagi nangis diatas
pembaringan, rambutnya kusut mukanya babak belur, tapi
dilihat semuanya nona ini tetap masih menggiurkan hati....
Baiknya aku tidak sampai bunuh ia, kalau tidak aku bisa
menyesal sesudah kasip .. pikir ia.
"Baru sekarang kau omong manis padaku" kata ia. "Kau
tahu sendiri, seumur hidup aku dikalangan Sungai telaga
belum ada orang berani lukai aku ...."
"Siam Nio pun berbuat itu sebab terpaksa ..." Moh Po Kun
menyelak, setelah lihat wangwee itu menjadi sabar. Ia adalah
orang toaisiok, mati atau hidup, ia tatap orangmu. Kamu
toasiok bunuh ia, itu aniaya perkara dan perkara banyak
pusingnya Orang banyak pasti akan ketahui urusan ini, itu
kurang bagus bagi nama toasiok. Sekarang baik toasiok kasi ia
ampun dan suruh ia berias, nanti selang dua hari toasiok
boleh bawa ia pulang ke Holam Kalau toasiok unjuk kebaikan,
ia tentu tidak akan berani lupakan budi kau ini..."
Biauw Cin San tetap beroman bengis.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Dengan memandang kau, baiklah aku kasi ampun pada


mereka!" akhirnya ia kata. Kemudian ia awasi Iyia Mama dan
tambahkan. "Aku suka kasi ampun pada kau! Sekarang kau
boleh siap, lagi dua hari kau mesti ikut aku pulang ke Holam!
Apa kau mengerti
"Aku mengerti" sahut Cia Mama, yang lekas2 unjuk
hormatnya pada wangwee Itu, "Aku menghaturkan terima
kasih buat kebaikan thayya. Tapi sekarang anakku lagi sakit,
bagaimana? Ia tidak bisa bangun......
"Kalau ia tidak bisa bangun aku nanti gotong dia jawab
Biauw Cin San. Mukanya jadi bengis pula, tangannya ia kepal
"Sudah, toasiok, sudah." Moh Po Kun kembali datang sama
tengah. Kemudian ia berhasil tarik wangwee ini keluar dari
kamar.
Justeru itu Ie Jie telah kembali bersama seorang hamba
negeri.
"Ada apa, ada apa?" kata hamba ini sembari bertindak
masuk. Ia pakai kopia dengan runce, ia diundang oleh Ie Jie
dari kantor negeri.
Biauw Cin San dan kawannya tidak takut, ia sebenarnya
niat tegor hamba negeri itu. tetapi Moh Po Kun segera
mencegah dan bujuki ia agar ia kembali kehotel. Po Kun
sendiri hadapi si hamba negeri, pada siapa ia unjuk hormat
dan roman manis.
"Tidak apa2, lauwko" kata ia pada hamba negeri itu.
"Orang yang barusan berlalu itu adalah Biauw Toa-wangwee
dari Holam, ia datang kemari atas undangannya Oey Suya.
Tadi ia datang kemari akan tengok! Cia Mama dan gadisnya
yang tinggal dikamar ini. Mereka ini orangnya Biauw
Wangwee, pada setahun yang berselang mereka minggat
dengan bawa uang wangwee. Mereka ini dapat disusul,
barusan terjadi sedikit kerewelan, tetapi mereka menyatakan
menyesal, maka lagi beberapa hari mereka akan diajak
pulang. Harap hal ini lauwko tidak tarik panjang"
"Oh, begitu," kata si hamba negeri, yang robah sikapnya
dengan segara. lapun ketahui halnya Biauw Cin San, yang Oey
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kie Pok undang buat satrukan Lie Bouw Pek. dengan


pangkatnya yang kecil. ia mana mau campur tahu urusannya
wangwee itu Maka sambil putar tubuhnya ia tampar Ie Jie
"urusan begini kecil. kenapa kau pergi kekantor cari aku? ia
mendamprat Kalau benar perkara hebat bukankah perkara
jiwa sudah itu jadi ?
Cia Mama muncul selagi hamba negeri itu baru tutup
mulut?
"Toalooya aku minta urusan tidak ditarik panjang" kata ia
sambil berlutut. Biauw Thayya sudah kasi ampun pada kami,
lagi beberapa hari kami akan ikut ia pulang ke Holam tadi
memang terjadi perkara darah tapi itu adalah kesalahan
tangan dari anakku........"
Moh Po kun masih belum angkat kaki, ia depak nyonya itu.
"Cukup" ia membentak. Kau bangun, tidak usah kau
berlutut Kalau barusan tidak ada aku apa kau kira toa
wangwee mu mengerti?" Ia menoleh pada orang banyak, yang
sekarang pada berani muncul "Nyonya Cia den gadisnya ini
adalah orang orangnya Biauw Wangwee, mereka akan
berdiam disini beberapa hari untuk rawat diri maka kau mesti
lihat, kalau sampai mereka nekat atau terbit kejadian lain, kau
mesti tanggung jawab!" ia mengawasi orang dengan tajam,
apa pula nona nona lainnya. Setelah itu ia awasi Ie Jie dengan
bengis "kau mengerti sekarang?" ia ancam.
Satelah itu ia tarik tangannya si hamba negeri
"Lauwko mari kita minum arak!" ia bilang sambil tertawa.
Seperginya dua orang itu Cia Mama berbangkit seraya
kebuti celananya dan rapikan pakaiannya.
"Nasib kita? sungguh buruk........"ia kata sombari mewek.
Kim Mama tidak merasa kasihan, kcndati roman orang yang
kucel itu.
"Kiranya kau pemburon dari Holam!" kata sanak ini. Selama
satu tahun tinggal disini kau sudah cukup bikin aku pusing
sekarang orang telah dapat cari kau. hayo siap buat ikut orang
itu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Banyak nona merata kasihan pada Cia Mama, tetapi


mereka tak berani kata apa. hanya Ie Jie yang penasaran.
Enso Cia aku lihat urusan tidak gampang bisa beres!" kata
ia "Kalau kau ikut ke Holam aku percaya, disana kau tidak
akan bisa hidup dengan senang Mustahil ia bisa perlakukan
kau orang secara baik? Lebih baik kau cari Lie Toaya, ia
tersohor gagah, la banyak kenalannya, ia tentu bisa tolong
kau dan anakmu!"
"Barusan aku justeru cari Lie Toaya,tetapi ia tidak ada di
rumah....." sahut Cia Mama. "Apa aku bisa bikin sekarang?"
"Aku lihat percuma kau harap si orang she Lie itu" Kim
Mama ikut bicara. "Ia seperti tidak punya uang! Kalau Poan
Louw Sam dan cie Sielong masih hidup, urusan kau gampang
dibikin beres! Siapa suruh nasibmu buruk? Balum satu bulan
kau ikuti Iyie sielong, lantas ia ada yang bunuh
Setelah kata begitu. Kim Mama deliki nona nonanya dan
terus masuk kedalam.
Ie Jie masih penasaran karena ia mesti rasai tamparan. tapi
waktu ia mau bicara lebih jaun pada Cia Mama, Siam Nio
teriaki ibunya. Maka dengan susut air matanya ia lari masuk.
Siam Nio tetap kucel dan rambutnya awutan. tetapi pisau
belati, yang Biauw Cin San lemparkan, ia sudah pungut pula
dan simpan
"Ibu, kalau kita ikut sijahat she Biauw itu, kita tentu tidak
bisa hidup lebih lama pula......" kata nona ini dengan
lemah "Lebih baik...... lebih baik kita adu jiwa sama
dia......"
"Adu jiwa sama dia!......- dan Cia Mama menangis. "Mana
kita bisa lawan dia? le Jie bertindak masuk selagi ibu dan Bnak
itu bicara.
Melihat orang, Siam Nio lantas berkata:
"Ie Jie siok, tolong kau cari Lie Bouw Pek. ia sobat baik
dengan Tek Ngoya, kalau kau cari Tek Ngoya tentu bisa dapat
keterangan dimana adanya Lie Toaya itu ..."
"Ya. akupun ketahui. Lie Toaya bersobat baik dengan Tek
Ngoya" sahut le Jie, Yang segera dapat pikiran, "Enso Cia,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lebih baik kau yang pergi ke Tang shia, disana andai kata kau
tidak dapat cari Lie Toaya, Tek Ngo ya pasti akan bisa tolong
kau."
"Itu betul" Siam Nio kata. "Ibu, pergi kau cari Tek
Ngoya........."
"Ya enso, kau pergilah kesana" le Diie menganjuri" Tek
Ngoya berhati mulia, kalau ia ketahui hal kau, ia tentu suka
menolongi......."
Cia Mama memang sedang bingung, ia tidak bisa banyak
pikir
"Baiklah" kata ia, yang terus minta Ie Jie antar ia.
Ie Jie berserdia akan jadi pengantar, maka itu ia terus ajak
Cia Mama pergi. Ia cari keterangan dulu dimana alamatnya
Tek Siauw Hong. sesudah itu ia menuju langsung ke Tang Soe
sam tiauw.
Mereka jalan diantara angin besar yang dingin sekali, Ie Jie
didepan, sinyonya dibelakang. Nyonya ini masih saban tepas
air matanya. Ketika mereka sampai didepan pintu, mereka
lihat pintu pekarangan ditutup separoh.
"Pergi masuk sendiri," Ie Jie kata. "Kalau ketemu pengawal
pintu, kau minta pertolongannya, akan mengabarkan pada
Tek Ngoya. Kau seorang miskin, ia tentu suka tolong, kalau
aku ikat masuk sama aku kuatir ia menolak......."
Cia Mama menurut, ia terus bertindak masuk. ia
kelihatannya jerih. Ia ketemu dua pengawal dimuka pintu,
minta dltolongi agar ia bisa menghadap Tek Ngoya.
"Tek Ngoya tidak ada dirumah" sahut salah satu pengawal.
"Kau punia urusan apa? Kasi tahu saja pada kami, nanti kami
sampaikan lebih jauh
Kau siapa ? Apa kau pernah ketemu Tek Ngoya 7" yang lain
tegasi.
"Aku orang she Cia" sahut Cia Mama. kemudian sambil
menangis ia tuturkan urusannya. "Kami kenal Tek Ngoya dan
Lie Toaya, yang sering berkunjung kerumah kami Aku
sekarang perlu minta pertolongannya Tek Ngoya........"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Suasana dirumahnya Tek Sfauw Hong adalah genting.


Jangan kata Siauw Hong tidak ada dirumah, kendati ada.
orang dilarang omong sembarangan pada sesuatu tamu yang
datang berkunjung, bujang2 selamanya mesti melaporkan
dulu kedalam.
Pengawal itu segera kedalam, tapi ia tidak berani masuk
terus kekamarnya Tek Toa Naynay. Atas teriakannya, seorang
bujang telah lantas muncul.
Pada bujang itu si Pengawal beritahukan hal
kedatangannya Cia Mama dan maksud kedatangannya.
"Ia sekarang lagi menunggu diluar. Katanya ia kenal Lie
Toaya dan juga looya kita. Coba tanya toa naynay. ia akan
diterima atau disuruh pergi saja"
"Nanti aku kasi tahu toa naynay," sahut si bujang.
Ia baru saja putar tubuhnya, atau seorang nona keluar
memapakinya.
"Ada urutan apa ? Coba kasi tahu padaku!" kata nona itu.
Nona ini punya kuncir yang besar dan panjang bajunya
cipao hijau, mukanya tidak pakai pupur atau yancie tetapi
elok, benar tubuhnya sedikit kurus tetapi matanya celi, ia elok
dan sikapnya keren.
"Oh oh, nona Jie....." jawab ia.
"Diluar ada nyonia she Cia.......Ia kata anak perempuannya.
oh, oh. bukan......Ia kata Lie 8ouw Pek, ia kata Biauw Cin San
lagi desak ia.....
Nona itu telah dengar disebutnya nama Lie Bouw Pek dan
Biauw Cin San.
"Nanti aku lihat!" kata ia, yang jadi tidak sabar, la pun
curigai kesangsian orang itu Ia lantas keluar, hingga bikin
sibujang tua dan pengawal jadi melongo.
Nona Jie sementara itu sudah sampai diluar, ia lantas saja
merasa kasihan apa lihat romannya Cia Mama.
Pengawal pintu kaget, apabila ia lihat yang keluar adalah
nona tamu itu, ia lekas berbangkit, sambil berdiri lempang ia
tundukki kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Cia Mama awasi nona Jie, heran libat pakaiannya indah


tetapi kakinya tidak kecil, gedang dikuncir diikat pita putih. Ia
menduga pada budak perempuan, tetapi sangsi.
"Ini nona Jie" berkata si pengawal. Cia Mama lantas unjuk
hormat.
"Nona. aku minta tolong" ia beikata "Aku minta kau
sampaikan pada Tek Ngoya, supaya Lie Toaya diminta keluar,
atau Ngoya sendiri yang dayakan ...... Si orang she Biauw
yang seperti harimau sudah paksa anakku, anakku itu bisa
mati......"
Sebelumnya Sioe Lian menyahut, pengawal yang tadi ada
didalam sudah keluar.
"Nona" ia kata, toa naynay minta kau sudi masuk, katanya
ada omongan.....
Pengawal ini bicara dengan sikap menghormat, tetapi Sioe
Lian tidak perdulikan ia, hanya si nona lalu minta penjelasan
dari Cia Mama, atas mana nyonya itu terangkan pula
kesukarannya.
Siu Lian terperanjat. baru sekarang ia ketahui
rombongannya Biauw Cin San sudah datang dikota raja dan
Lie Bouw Pek tidak ada dikota raja Ia heran, kenapa pemuda
itu pergi dan kenapa perginya? Iapun berbareng terharu,
karena Cia Mama bicara sambil menangis sedih. Ia jadi ingin
tengok Siam Nio
"Jangan bersusah hati" akhirnya ia kata. "Aku nanti pergi
kerumah kau akan tengok anakmu. Kalau Biauw Cin San
datang pula, aku nanti usir mereka"
Suaranya nona kita lantas saja jadi berobah keren.
"Pergi carikan aku sebuah kereta" ia kata pada si pengawai
pintu.
Pcngawal itu berlalu, tapi dengan alis mengkerut.
Cia Mama berdua bingung, ia heran karena sikap keren itu,
hingga ia mengawasi saja.
Siu Lian duduk menunggu, ia kelihatannya gusar berbareng
duka......
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kau tentu tidak kenal aku" kata ia kemudian pada nyonya


itu. "Aku Jie Siu Lian. Akupun pernah orang hinakan, tetapi
karena aku mengerti bugee, siapa juga aku tidak takut! Aku
nanti tempur Biauw Cin San, Thio Giok Kin dan kawan
kawannya, sebagian untuk bantu kau, sebagian lagi buat
urusanku sendiri!"
Cia Mama tidak mengerti sepsnuhnya maksud nona itu.
"Ya, nona, aku mengharap bantuan," kata ia. "Kasihanilah
aku....
Ia tidak bisa bilang lebih dari pada itu. Ia tidak perduli si
nona mengerti bugee atau tidak, ia sangka nona itu punya
uang dan ia mengharap dapat tunjangan uang, supaya ia bisa
ajak Siam Nio pergi sembunyi ketempat lain.
Ketika itu, pengawal yang tadi telah balik dengan sebuah
kereta.
Siu Lian segera barbangkit dan tarik tangannya Cia Mama
buat diajak naik kereta bersama sama pergi.
Ie Jie masih menunggu Cia Mami. hingga melintas dua
orang itu ia menjadi heran.
"Eh, enso Cia, kau mau pergi kemana?" ia segera menegor.
"Kau ketemu Ngoya?"
"Aku iidak ketenu Ngoya," Cia Mama jawab. "Nona ini
sanaknya Ngoya, ia bisa buat kita. bantu kita pulang!"
Oh karena kereta sudah lantas jalan. Ie Jie mesti mengikuti
naik ia tidak mengerti.
Selagi kereta menuju keluar Lamshia.
Kota selatan. cia Mama lantas tanya nona Jie ia asal mana
dan dengan Tek siauw Hong pernah apa.
Sui Lian sedang berpikir, ia seperti tidak dengar pertanyaan
itu. sesudah si nyonya tanya. ia berulang, baru ia menyahut:
"Dengan Tek Ngoya aku tidak bcrsanak. Lie Bouw Pek
adalah engko angkatku. Kau jangan kuatir, aku mau lihat dulu
anakmu, nanti aku pikir kau perlu bantuan uang atau tenaga
Dalam segala hal aku bisa bantu kau jangan tidak lihat mata
padaku, kendati aku seorang perempuan yang muda aku
percaya aku sanggup usir Biauw Cin San dan kawannya"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dalam hatinya Cia Mama puji keelokannya Siu Lian. yang ia


percaya, kalau bersungguh sungguh , bisa melebihi eloknya
Siam Nio, iapun tidak bisa duga orang punya kepandaian apa.
Segera juga mereka sampai di Hu pong Liu lie kay. Cia
Mama suruh kereta berhenti didepan rumah.
Didepan rumah ada mondar mandir dua orang, yang
tubuhnya besar dan romannya keren, yang dalam bajunya
mesti menyimpan senjata. Melihat dua orang itu, mukanya Cia
Mama menjadi pucat bahna takut.
"Jangan takut" kata Nona Jie, yang bisa lihat orang. Ia
segera mendahului loncat turun Cia Mama berdiri turun
dengan dibantu oleh tukang kereta, tapi ia masih jerih, kedua
kakinya lemas, ia hampir jatuh mendepelok, hingga nona Jie
mesti pegang ia.
Dua orang itu datang lebih dekat akan mengawasi, tetapi
Siu Lian tidak perdulikan, ia terus pimpin sinyonya masuk
kedalam. Didalam ia lantas lihat dipembaringan butut rebah
seorang nona kurus dan muka penuh airmata.
Cia Mama air matanya mengucur apabila ia lihat anaknya
itu.
Aku telah pergi cari Tek Ngoya, tetapi tidak ketemu" ia
lantas kasi tahu. "Nona Jie ini dari rumah Tek Ngoya ia
kasihani kami, ia datang buat menolong"
Cui Siam paksakan diri akan berbangkit, ia sikap
rambutnya.
"Kau jangau takut," Siu Lian segera menghibur. "Aku bisa
usir Biauw Cin San semua. Lie Bouw Pek adalah engko
angkatku, karena aku kenal ia, aku lebih mesti tolong kau
Akupun mau balas sakit hatiku......"
Siam Nio tidak mengerti betul ucapan orang tetapi ia
mengucap terima kasih.
"Sebenainya Lie Toaya pergi kemana?" tanya Cia Mama
akhirnya.
Ditanya begitu, hatinya Siu Lian tertusuk, tapi ia lekas
goyang kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku tidak tahu" ia jawab. "Sesampai ia diPakkhia ini, aku


cuma lihat ia satu kali......" Didalam hatinya ia lalu kata
terus Bouw Pek bukan seorang dengan hati dingin, aku
tidak tahu kenapa ia pergi. Aku juga tidak mengerti, kenapa ia
tidak liat aku buat omong banyak, tentang perjalanannya
sendiri perihal penderitaanku. Sesampainya di Pakkhia, ia
tentu kenal nona yang elok ini. Ia ini pasti bunga raja yang
tersohor. Aku heran, ia begitu beradat tinggi dan gagah
kenapa Bouw Pek tidak sanggup lindungi nona dan ibunya
ini?"
Difihak lain, Siam Nio mendadak ingat, nona ini mesti si
nona Jie, tentang siapa Bouw Pek pernah cerita padanya. Ia
anggap sembabat betul Bouw Pek dengan nona ini. Ia jadi
jengah sendirinya. Ingat Bouw Pek, ia jadi bersedih.
"Nona Jie, terima kasih untuk kebaikan kau" ia kata pula.
"Kau hendak bantu aku, tetapi kau tidak ketahui siapa adanya
Biauw Cin San, yang lagi ancam kami. Ia seorang galak
laksana harimau, ia punya banyak kaki tangan, semuanya
jahat seperti ia, mereka berani sembarangan bunuh orang.
Ayahku binasa karena dikeroyok oleh mereka. Jangan karena
urusanku, neaa, kau nanti mendapat susah, kalau terjadi
begitu, kami menyesai sekali, kami malu terhadap Lie Toaya
Siam Nio menangis sesunggukan.
Cia Mama turut menangis disamping anaknya itu.
Ketika itu pintu kamarnya Coei Siam ada yang dorong, dua
kepala orang perempuan nongol dipintu, Sioe Lian lihat tegas
dua nona umur belasan, yang pakaiannya perlente, mukanya
medok, rambutnya dikonde licin dan bagus. Mereka ini
nampaknya genit.
"Mereka tentu bunga bunga raja disini" pikir Sioe Lian
sambil kerutkan alis Ia merasa tidak leluasa. Maka ia terus
kata pada Coei Siam: "Kau jangan takut, aku tidak takuti
Biauw cin San. Orang jahat seperti mereka aku tidak akan kasi
ampun"
Justeru itu diluar terdengar suara ramai, kedua bunga
berjiwa itu sudah lantas lari keluar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Nanti aku lihat" kata Sioe Lian


Diluar, rupanya didepan pintu, lantas terdengar suara orang
lelaki menangis sambil menjerit "Aduh", antaranya tercampur
tantangan: "Lebih baik kau bunuh aku"
Cia Mama kenali suaranya Ie Jie, ia lari keluar akan susul
nona Jie.
Ie Jie sebenarnya baru sampai didepan pintu, ketika dua
orang, yang mundar maudir sedari tadi, sampiri ia. Mereka
orangnya Biauw Cin San, yang diperintah pasang mata.
Melihat Ie Jie, mereka lantas menendang dan memukul, yang
satunya desak ia, tanya tadi ia ajak Cia Mama pergi kemana
dan siapa sinona. Mereka menanya sambil memukuli tapi ia
tidak mau mengasi keterangan, sebaliknya ia memaki kalang
kabutan, hingga dua orang itu jadi tambah gusar. Begitulah ia
dirubuhkan ketanah dan terus dipukuli sampai ia menjerit
sekuat kuatnya.
Sioe Lian keluar dengan bawa sebatang palang pintu yang
ia sambar dari belakang pintu, sesampanya diluar, dengan
tidak kata apa lagi, ia kemplang seorang hingga itu ini
menjerit dengan kepala mandi darah.
Orang yang satunya kaget dan lantas lompar jungkir buat
hunus golok pendek.
"Eh, nona, kau herani layani kami kata ia sambil menyengir
Hati2, dengan kepalanku, looya nanti bikin kepala kau sakit
Sioe Lian tidak menyahut ia hanya lekas buka cipaonya
yang panjang, setelah itu ia hadapi orang itu hingga ia ini
rubuh dan golok pendeknya tidak bisa digunai, sementara
katwannya, yang lerluka duluan, kena dikemplang lagi. Mereka
ternyata tidak punya guna dan lantas saja mati kutunya ..
Lantas nona Jie rampas golonya orang itu, palang pintu ia
lemparkan. Ia cekek orang itu, yang tidak keburu lari,
lengannya ia tikam, Orang Itu menjerit, lengannya lantas
mandi darah. Ia berontak, tapi ia tidak bisa lantas lepaskab
diri dari tangannya sinona. kawannya jadi takut, ia lekas
kabur. Ketika baru keluar dari Pakkauw, mulut utara dari jalan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

disitu, ia berpapasan dengan tiga orang yang lagi iringi orang


kurus, tapi pakaiannya yang biru indah.
Dia ini adalah Moh Po Koen, si piauw tauw yang doyan
makan tarohan. Ia telah antar Biauw Cin San pulang kehotel
Teng in Tiam. Biauw Cin San kuatir Cia Mama ajak gadisnya
kabur maka Po Koen diminta ajak orang pergi tengok lagi ibu
dan anak itu, buat desak mereka lekas siap, supaya mereka
segera pindah dulu ke Kang In Tiam. Tapi belum Po Koen
masuk ke Lioe lie kay. ia telah ketemu korban pentungan itu.
Moh Lokoay. lekas " kata orang ini. "Setahu darimana. Cia
Mama telah dapat undang nona umur delapan atau sembilan
belas tahun, yang galak sekali, datang2 ia kemplang kami,
lihat, kepalaku pecah! Sekarang ia lagi hajar kawanku!..."
Po Koen kaget berbareng gusar.
"Kurang ajar " ia barteriak. "Sayang kau berdua tak punya
guna, kasi dirimu dihajar oleh budak perempuan!"
Lantas sambil pale kepalanya, yang kecil, ia lari masuk
Hoan pong Lioe lie kay. Ia lihat banyak orang berkerumun
didepan rumah pelesiran Kim Mama. Ketika ia mendekati dari
kumpulan orang banyak jsteru muncul Bang Cit. muridnya
Biauw Cin San, dengan muka bengkak dan matang biru dan
dingan berlumuran darah.
"Apa artinya !" Moh Po Koen tanya. "Apa budak perempuan
itu yang hajar kau?"
"Aku tidak tahu," sahut Bang Cit dengan meringis. "Cia
Mama pergi sebentar, ia balik bersama perempuan muda itu
Ia liehay sekali, kami berdua tidak sanggup lawan dia!"
Moh Po Koen jadi tambah gusar.
"Mari" ia berseru, Dan ia mendahului menuju kepintu.
Dimuka kelihatan Ie Jie dengan roman bangga, ia sedang
bicara dengan orang banyak yang lagi berkumpul yang tadi
sudah saksikan nona Jie hajar dua buaya darat gundalnya
Biauw Cin San. Ketika lihat Moh Po Koen, ia lari masuk
kedalam gabruki pintu dibelakang, lari terus kedalam .....
"Nona Jie, siorang she Moh datang bersama bsberapa
kawannya!" ia kasi tahu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jangan takut!" sahut nona kita. Ia sambar golok pendek


yang tadi dan bawa itu keluar"
Moh Po Koen berdiri didepan pintu, dibelakangnya ada lima
kawannya, semua pada pegang ruyung dan golok pendek, ia
sendiri mengawasi pintu sambil tolak pinggang. Ia tidak
menerjang masuk, karena ia duga sinona akan lekas keluar.
Kapan nona kita sudah muncul, dengan pakaian hijau yang
ringkas, dengan roman yang keren, Moh Po Koen terperanjat,
karena ia seperti kenali nona itu.
Jie Sioe Lian juga sudah lantas kenali Po Kun yalah Moh
Liok dari Kielok. Ia ini kenal ayahnya dan beberapa kali pernah
datang kerumahnya ia sendiri pernah lihat dua kali. Sejak dulu
ia tidak sukai orang she Moh ini. yang tingkah lakunya
menjemukan. Ia tidak sangka, bahwa disini ia akan ketemui
oraug she Moh itu.
"EH, Moh Liok, kau bikin apa datang kemari? Apakah kau
juga ingin dihajar?"
Moh Liok mundur dua tindak ia sekarang kenali betul
puterinya Cia cie tiauw. ia tadinya mau mendekati buat
panggil sinona dengan panggilan adik, tetapi melihat sikapnya
dan dari suaranya, hatinya jadi ciut. Kendati begitu ia lekas2
unjuk hormat sambil menjura, seraya bersenyum.
"kiranya Jie Toa kouwnio!" ia berkata. "Toa kouwnia, apa
kau banyak baik. Kabar nya Jie Toasiok telah meninggal dunia
...."
Hatinya Siu Lian mencelos mendengar ayahnya disebut,
tetapi ia kertak gigi.
"Jangan ngaco belo!" ia segera menegor. Aku hendak
tanyakan, kenapa kau ajak Biauw Cin San hinakan nyonya Cia
dan anaknya?"
Moh Liok tetap kasi lihat airmuka yang berseri2.
"Aku harap kau tidak salah mengerti, toa kouwnio" berkata
ia. "Kau ketahui sendiri, dengan saudara Sun Ceng Lee aku
pernah angkat saudara, sedang selama tinggal diKielok, Jie
Toasiok sendiri perhatikan aku. Sekarang ini aku menjadi
piauwtauw di Su Hay Piauw Tiam Bagiku tidak biasanya buat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hinakan orang perempuan. tentang nyonya Cia dan anaknya


aku bisa terangkan, anaknya perempuan itu memang
gundiknya Biauw Wangwee. mereka itu kabur dari Holam
dengan bawa uang dan barang2 berharga, mereka lari ke
Pakkhia ini dimana mereka hidup dirumah pelesiran,
belakangan dengan Lie Bouw Pak ...
Ah sudahlah, sama toakouwnio aku tidak bisa omong
banyak, tapi ringkasnya, boleh di bilang, melihat ibu dan anak
itu orang merasa kasihan, sebenarnya mereka jahat dia
menjemukan. Tadi Biauw Wangwee dapat cari ibu dan anak
itu, nona Cia begitu jahat ia sudah serang Biauw Wangwee
dengan pisau belati sampai wangwee terluka mukanya, kalau
tidak ada aku yang mencegah, ia tentu sudah dikemplang
sampai mati. Sekarang ini aku datang buat sambut mereka ibu
dan anak akan diantar kerumah penginapan dimana Biauw
Wangwee menumpang, ia karena inii beberapa hari mereka
mau dibawa pulang ke Holam. Toa kouwnio, baik lari kau tidak
campur tahu halnya ibu dan anak itu......"
Diam2 Moh Look lirik nona itu, sinar mata siapa bikin ia
jerih Ia lihat golok pendeknya, lagi ia mundur dua tindak.
"Lekas mundur " Siu Lian membentak. "Kau telah ajak
Biauw Cin San buat hinakan ibu dan anak yang miskin dan
tidak berdaya, ini aku tahu baik sekali. apa kau kira aku mau
iyinkan kau putar balik duduknya perkara? Dikalau aku tidak
ingat kau ini orang Satu kampung, aku tentu ambil jiwamu!
Sekarang lekas kasi tahu padaku, dimana berdiamnya Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin, aku hendak cari mereka itu untuk
mencari balas!
Melihat orang gusar, Po Kun tolak mundur lima orang
dibelakangnya. Didalam hatinya ia berkaca: "Kami tidak mau
rewel sama kau! Kau hendak cari Biauw Cin San dan Thio Giok
Kin, itulah baik sekali" Lantas ia angkat pula tangannya
"Jangan marah padaku, toakouwnio" kata ia sambil
tertawa. "Aku melulu bersobat dengan Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin,
Dalam perkara ini aku melulu bantu ia karena iseng......"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Sudah " Siu Lian potong ,Bilang dimansa mereka itu


tinggal!"
Moh Liok tidak ingin disentak sorong lebih jauh, maka ia
lekas menyahut:
"Biauw Cin San dan Thio Giok Kin menumpang dihotel Keng
In Tiam diIyu kee kauw" ia kasi tahu "Mereka itu datang
kemari atas undangannya Siu Bie too Oey Kie Pok, istimewa
untuk piebu dengan Lie Bouw Pek, tetapi Lie Bouw Pek adalah
bocah lemah, tidak tunggu sampai mereka datang ia sudah
kabur lebih dulu. Pada dua hari yang berselang berdua mereka
telah adu kepandaian dengan Gin khio Ciangkun Khu Kong
Ciauw dan Sin thio Yo Kian Tong, Dia orang she Khu dan Yo
itu telah kena dipecundangi
Siu Lian tidak percaya obrolan itu, ia menduga Moh Liok
hendak macati maacani ia. Maka ia kasi lihat senyuman
menghina.
"Orang lain boleh takut terhadap Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin, aku tidak" ia kata dengan nyaring. Sekarang kau
boleh pulang dan kasi tahu mereka itu, jikalau mereka punya
kepandaian, mereka boleh datang cari aku, jangan mereka
cuma bisa menghina nyonya Cia dan anaknya"
Moh Po Kun bersenyum karena ia merasa girang yang
sinoua kasi ia ketika ia, sedang ia sebenarnya bingung,
tindakan apa ia mesti ambil terhadap nona itu: melawan ia
tidak berani mundur dengan begitu saja ia malu.
"Baiklah, toakoawnio" berkata ia. Dengan keterangan
toakouwnio ini sudah cukup bagiku. Nah, ijinkanlah Kami
pergi"
Setelah kata bsgitu piauwsu ini menoleh pada lima
kawannya.
"Mari kita pulang " ia kata seraya mendahului angkat
kakinya...
Lima orang itu jadi heran berbareng mendongkol.
"Moh Liok ya" kata satu dia diantaranya, "mustahil kita
berenam tidak mampu hayar budak perempuan itu? Kenapa
kau takuti ia?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Moh Liok tidak menjadi jengah. sebaliknya ia bersenyum la


berkelit muka sangat tebal dan pandai sekali membawa
tingkah.
"Pantas kau suka ketemu batunya" ia kata pada mereka itu.
"Kau sama sekali tidak punya pengalaman barang sedikit juga!
tidakkah pepatah biang, satu laki tidak boleh mendapat malu
didepan muka? Kau tidak ketahui siapa adanya nona itu. Ia
adalah nona Jie Siu Lian puterinya Tiat ciauw Jie Hiong Wan
dari Kielok! Ia pandai sekali menggunakan sepasang golok,
boogenya liehay. Sekalipun Thaythay Thio Toaya, Lie Mo Ong,
telah jadi pecundangnya, kalah dengan terluka Kita bisa
berbuat terhadap dia itu? Baiknya aku kenal baik ayahnya, jika
tidak, apa kau kira bisa pulang dengan utuh seperti ini ?"
Setelah dengar keterangan itu, yang mereka percaya
barulah lima orang itu bungkam. Mereka ngeloyor pulang
dengan sangat masgul. Kapan sampai dihotel, didalam kamar
mereka dengar suara bicara dan tertawa yang sangat ramai.
Sebab ternyata Oey Kie Pok telah datang dengan dua meja
barang santapan dan empat nona manis aebagai kawan,
sedang dua saudara Phang juga turut diundang berpesta pora.
Biauw Cin San duduk menghadapi secawan yang besar
dengan dua nona manis terpeluk dikiri dan dikanannya. Ia
tidak malu sedikit juga. sebaliknya. ia telah lupakan lakon
bekas sambitan pisau belati dan Siam Nio!
Thio Giok Kin selalu unjuk sikap jumawa, sambil pegangi
cawan araknya ia telah cerita pengalamannya yang sangat
memuaskan, ya sudah bertemu seorang pemuda yang
berbadan kurus dan muka kuning, yang tunggang kuda hitam
dan bersenjata pedang. yang telah serang mereka dan kena
mereka kepung. Ia kata, pemuda itu punya boegee baik,
tetapi dia toh rubuh oleh piauwnya Biauw Wangwee, bahwa
meski tidak mampus lantas, pemuda itu tidak akan hidup
lama. Ia nyatakan dugaannya, pemuda itu mesti datang dari
Pakkhia atau mungkin sobalnya Lie Bouw Pek.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Oey Kie pok tidak bisa menduga siapa adanya pemuda itu.
sedang sobatnya Lie Bouw Pek melainkan Tiat Pweelek dan
Tek Siauw Hong.
Moh Po Koen tidak lantas masuk, ia hanya melongok dulu,
melihat keadaan orang2 "yang sedang berpesta itu, ia lekas
ngelepot pula.
"Sekarang pergi dulu kau kelain kamar" ia kata pada dua
kawannya yaag terluka, "pergi kau bungkus lukamu dan tukar
pakaian biar rapi. Biauw Wan gwee lagi pesta, kalau kita
ketemu ia sekarang, ia tentu tidak akan mau perdulikan kita.
Atau kalau ia gusar, ia tentu akan segera cari si nona she Jie
dan ibu dan anak itu, dan bunuh mereka, apa bila terjadi
demikian, urusan jadi makin hebat. Aku nanti tunggu ketika
akan omong dengan pelahan2 pada Biauw Wangwee"
Dua orang itu merata sakit pada tubuh mereka, tetapi
mereka turut perkataannya Moh Po koen, mereka balik
kekamar mereka buat obati lukanya, cuci tubuh dan ganti
pakaian.
Moh Po Koen sendiri masuk keiuangan pesta akan turut
makan minum Matan}a saban2 melirik pada sinona manis,
melihat siapa ia jadi ingat Sioe Lian, roman siapa mengiurkan
hati, tapi sinar matanya bikin ia kuncup. iapub asah otaknya
akan cari alasan caia bagaimana ia bisa sampaikan kejadian
barusan di Hoen pong Lioe liekay
Sementara itu nona Jie dirumahnya Kim Mama, telah dapat
penghargaan besar dari semua orang karena mereka itu
kagum karena keberanian dan kegagahannya.
"Aku rasa mereka itu tidak berani datang pula, Jie Toa
kouwnio" berkata ie Jie yang girang sekali. "Kalau suka, mari
aku antar Toa Kouwnio ke Keng In Tang akau cari mereka,
buat unjuk pada mereka yang kita tidak boleh dibuat
permainan!"
"Kita baik tunggu mereka sebentar lagi" sahut Sioe Lian,
Kemudian ia rogo sakunya akan keluarkan uang, buat suruh Ie
Jie pergi beli barang makanan, buat ia dahar sama Cia Mama.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jikalau mereka tidak datang, baiklah urusan dibikin habis


saja" kemudian Cia Mama minta pada nona kita. "Urusan ini
baik tidak dibikin mcnjadi suatu dendaman yang hebat. Aku
seorang tua yang bensengsara, aku malah mesti rawat anak
yang sedang sakit dan tinggal matinya, uang untuk makan
kami tidak punya, bagaimana kami berani bikin ribut lagi
dengan orang?"
Sioe Lian tidak puas mendengar ucapan itu. selang tadi
perempuan tua ini datang buat minta pertolongan, akan
tetapi, melihat roman dan keadaannya ia bisa mengerti juga
"Kau jangan takut" ia kata dengan tawar. "Andai kata mesti
terjadi bermusuhan besar, aku sendiri yang akan tanggung
jawab, kau ibu dan anak akan bebas sama sekali"
Siam Nio dengar itu, ia menghela napas.
"Keadaan begini rupa, kita memang tidak perlu takut lagi"
ia kata dengan lemah "Ayahku telah mati dianiaya oleh
mereka, dan kami sendiri, selagi berada di Holam, entah
berapa kali pernah digebukin pulang pergi" Sekarang paling
juga kami akan binasa satu kali..... Cuma karena urusan kami,
kam1
bikin nona kerembet........"
Ia lantai menangis. Ia ingat pula. Sekarang baru ia sadar,
bahwa lie Bouw Pek bukannya seperti orang dari kalangan
Sungai Telaga yang kebanyakan, bahwa pemuda itu beradat
tinggi. Coba dulu ia nikah Lie Bouw Pek, niscaya ia tidak akan
mengalami kejadian seperti ini-Mengawasi Sioe Lian. ia tidak
sangsi lag1 nona ini adalah sinona yang Bouw Pek pernah
cintai, tapi kemndian Bouw Pek lepaskan pengharapannya
karena nona Jie sudah punya tunangan.
"Cuma anehnya, kenapa nona ini dandan seperti nona yang
masih merdeka?" demikian fa pikir lebih jauh. Ia lihat orang
itu cantik, potongannya lemah lembut, hingga orang sangsi
sinona sebenarnya gagah perkasa. "Aku telah dapat
pertolongan, aku mesti hidup, aku mesti cari Lie Bouw
Pek........"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siam Nio merabah pisau belatinya yang ia niat unjukan


pada nona Jie, sekalian ia hendak tuturkan pengalaman dan
cita2nya agar nona ini tidak pandang sebagai bunga raya yang
kebanyakan, bahwa menikah Cia Sielong ia lakukan sebab
terpaksa. Tapi disaat ia hendak bicara, ia lihat Sioe Lian
berbangkit dan terus pakai bajunya.
"Sekarang aku mau pulang, sebentar malam aku nanti
datang pula" kata nona ini.
Mendadak Cia Mama menjadi ketakutan.
"Kalau nona pulang dan mereka datang, bagaimana?" ia
tanya.
"Aku akan lekas balik, mereka tentu tidak datang pula" Sioe
Lian menghibur. "Tadipun aku telah kasi tahu Moh Liok.
andaikata mereka tidak puas, mereka boleh cari aku."
Setelah kata begitu, dengan bawa golok rampasannya Sioe
Lian bertindak keluar, ia naik pula kereta yang tadi, yang ia
suruh bawa ia pulang.
Tukang kereta, yang kagumi sinona, lantas kasih kudanya
lari menuju ke Tang shia. Ia menduga nona ini Tek Siauw
Hong punya apa begitu gagah........
Sioe Lian sendiri duduk diatas kereta sambil berpikir, ia
anggap Siam Nio harus dikasihani.
"Ia kenal baik Bouw Pek, kalau nanti Bouw Pek pulang ke
Pakkhia, baik aku anjurkan ia nikah nona ini" demikian
pikirannya melayang, "Ketika pertama kali Bouw Pek datang
ke Kielok, aku anggap ia pemuda hidung belang, adalah
kemudian aku dapat kenyataan ia gagah dan muda, sedang
iapun telah lepas banyak budi pada kami.......»
Ingat Bouw Pek, nona in? diadi Beng Soe Ciauw,
"Menurut Tiat Pweelek, ia pun gagah dan hatinya mulia"
pikir ia lebih jauh.
"Cuma aneh, mendengar aku akan datang, kenapa ia
angkat kaki? Apa banar ia malu. kerena ia anggap dirinya
belum bangun? Kalau benar begitu ia sedikitnya meski pikirkan
juga hal diriku sendiri, yang sebatang kara. Kenapa ia tidak
cari aku. agar kita bisa berdamai?.........
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sioe Lian jadi sedih sendiri.


"Aku mesti cari ia, aku mesti tuturkan tentang diriku, aku
perlu ketahui sikapnya....."
Tapi ia tidak bisa ngelamun lebih jauh, kereta sudah sampai
didepan rumahnya Tek siauw Hong dan dua bujang lantas
memburu padanya.
Toa kauwnio sudsh pulang, bagus mereka berseru
"Toakouwnio, lekas masuk. Looya baru pulang, kapan ia
dengar kepergian toa kouwnio, ia ibuk bukan main. kami
lantas diperintah pergi menyusul dan mencari"
Apa yang dikuatirkan?" Sioe lian bersenyum. "Looya kau
terlalu berhati kecil"
Meski ia kata demikian, Sioe Lian toh puji Siauw Hong dan
isterinya yang adalah orang baik hati yang sangat perhatikan
ia, kendati mereka sebenarnya kenalan baru.
"Tek Ngoya kuatirkan si nona siapa tahu sinona gagah
berani luar biasa" pikir situkang kereta.
Sioe Liau loncat turun dari kereta dan terus saja bertindak
kedalam deugan cepat.
Sebelum sampai dipedalaman ia sudah lihat Siauw Hong
sedang jalan mandar mandir pakaiannya belum ditukar
"Ah, Jie Kouwnio" kata ia apabila ia lihat sinona.
Tek Naynay juga sudah lantas keluar apabila ia dengar
suara suaminya, ia malah terus sambar lengannya nona tamu
itu.
"Adikku ah. kau bikin kami ibuk bukan main!" kata ia,
separoh menyesal, tetapi sambil tertawa. "Ngoko telah
sesalkan aku..."
Tetapi Sioe Lian pandang Suami isteri itu sambi1 tertawa
"Tidak apa2 !" kata ia dengan tenang "Cara bagaimana aku
berangkat dari Soan hoa sampai disini"
Tek Naynay tarik tangan orang, buat diajak masuk. Siauw
Hong pun turut masuk.
"Tetapi kouwnio ,Pakkhia tidak boleh disamakan dengan
kota lain. disini ada segala macam orang, yang baik, yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

jahat. Disini bisa terjadi segala hal, yang kita tidak pernah
sangka"
Sioe Lian hanya bersenyum, ia duduk dibangku, tangannya
keluarkan golok pendek, yang tadi ia umpatkan dalam
bajunya.
"Ngoko, lihat ini" la kata pada Siauw Hong. "Tadi depan
rumahnya Cia Mama aku rampas golok ini dan orangnya
Biauw Cin San aku telah hantam mereka dan lukai sebelah?
tangannya salah satu dari mereka itu"
Dan ia tuturkan lebih jauh apa yang telah terjadi saja.
sebab Cia Mama dan gadisnya hendak dibikin susah oleh
Biauw Cin San
Tek Siauw Hong terperanjat.
"Siapa sangka Siam Nio adalah gundik yang minggat dari
Biauw Cin San" pikir ia. Ia menyesal, yang duluan ia telah ajak
Bouw Pek pergi karumah pelesiran hingga sekarang telah
timbul ekor seperti ini, sedang perkenalan Bouw Pek dengan
Siam Nio pun mengasih kesudahan hebat bagi si anak muda,
bagi Cie Sielong sendiri dan Poan Louw Sam si terokmok.
"Kelihatannya lelakon masih panjang. Bouw Pek sudah pergi,
sekarang sebagai gantinya datang nona ini. yang hatinya lebih
keras daripada pemuda itu. Rupanya beberapa jiwa mesti
melayang....."
Melihat orang diam saja Sioe Lian jadi berduka.
"Tek Ngo ko." berkata ia. "kau meajadi hamba negeri.
sebenarnya tidak pantas buat aku, yang menumpang padamu,
terbitkan urusan semacam ini. Sedikit banyak kau mesti kena
kerembet rembet. Aku menycsal....... Tapi orang2 yang
menyebabkan kebinasaannya ayahku berada disini Thio Giok
Kin, Ho Siam Houw. Ho Iyit Houw, Lie mo Ong Ho Kiam Go
aku tidak tahan sabar lagi, aku hendak cari mereka dulu.
Jikalau aku menang, urusan lain. tetapi aku akan tanggung
sendiri..."
Tek Siauw Hong goyang kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Menurut peribahasa, permusuhan harus dilenyapkan dan


bukannya diperbesar" kata ia. "Nona, kenapa kau hendak
ambil tindakan itu?"
"Aku mesti membalas saku hati, Ngoko" ia bilang. .Aku juga
mau singkirkan Biauw Cin San, okpa sangat jahat itu"
Setelah kata begitu Sioe Lian simpan golok pendek itu
dalam badannya.
"Aku minta kouwnio sabar" Siauw Hong berkata pula
"Biauw Cin San, Thio Giok Kin dan kawan2nya semua gagah,
mereka tidak boleh dipandang enteng. Biauw Cin San punya
piauw yang liehay sekali Dalam pertempuran. Khoe Kong
Iyiauw pernah jadi korban piauwnya itu, barusan aku tengoki
ia, lukanya bekas piauw telah bengkak dan sakitnya luar biasa,
sampai ia susah tidur ...."
"Adikku, aku minta kau jangan ladeni mereka itu" ia turut
membujuk. "Mereka orang jahat yang tidak kenal takut Piauw,
panah, semua mereka bisa gunakan! kalau kau sampai
terluka, bagaimana dengan aku?
Sioe Lian bersenyum melihat kekuatirannya nyonya rumah
itu.
"Barusan akupun telah sambangi Tiat Pweelek" Siauw Hong
kata pula. "Pweelek nasihatkan aku buat diam saja. akan lihat
apa yang Biauw Cin San sekalian hendak lakukan. Ia bilang,
kalau mereka langgar undang2, mereka baik ditangkap
dengan bantuannya pembesar negeri. Pweelek ingin kita
tunggu sampai Bouw Pek pulang, baru kita pikir lebih jauh
bagaimana harus lawan mereka itu....."
Tapi sioe Lian bersenyum tawar.
Kerapa mesti tunggui Lie Bouw Pek?" kata ia.
Siauw Hong bingung bukan main. Nona ini benar2 beradat
keras, sampai Bouw Pek pun tidak dilihat mata. Tapi ketika
bicara, ia unjuk sikap lain. Ia kata
"Aku bukan maksudkan, bahwa dengan tidak ada Lie Bouw
Pek kita lantas tidak berdaya. Aku hendak tunggu ia, oleh
karena urusan ini urusannya. Biauw Cin San dan Thio Giok Kin
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

diundang oleh Oey Kia Pok untuk Setrukan ia, dan Iyoei Siam
pun kenalannya
Selagi mengucap yang paling belakang ini Siauw Hong
perhatikan si nona.
Tapi Sioe Lian bersenyum dengan tidak kata apa, agaknya
sinona sudah ambil putusan.
Sebentar kemudian nona ini nampaknya ia sabar pula
seperti biasa.
"Tentang sakit hatiku, kita jangan bicarakan lagi" ia kata.
"Tadi aku telah lukai dua orangnya Biauw Cin San, jikalau
mereka datang pula, nyonya Cia dan anaknya tentu bisa
celaka. Aku kuatirkan keselamatan mereka...."
"Tentang itu kouwnio jangan kuatir" S auw Hong
menghibur "Dengan gunai pengaruh pangkatku, akan nanti
kirim orang kekantor di Lam shia, minta dikirim orang
kerumahnya Cia Mama untuk kasi lindungi ibu dan anak itu.
Umpama kata Biauw Cin San datang sendiri dan tahu ada
hamba negeri, ia tentu tidak berani gunai paksaan"
Setelah kata begitu Siauw Hong lantas keluar."
Tek Naynay segera gantikan suaminya membujuk nona itu.
Sioe Lian tidak banyak omong lagi tetap unjuk roman
sabar.
"Sejak sku datang, aku selalu bikin Tek Ngo ko pusing" ia
kata.
"Jangan bilang begitu, adikku " Tek Naynay kata sambil
tertawa. "Ngo ko memang paling suka bersobat dan campur
tahu urusan orang lain. aku sendiri sekarang ketularan
adatnya itu. Marilah kitapun menjadi sahabat kekal" ia tertawa
pula. "Apa yang aku harap sekarang yalah supaya Beng Jie
Siauwya lekas kembali, agar kau berdua bisa bertemu, dengan
begitu hatiku tenteram. Kau seorang perempuan, kendati
gagah dan orang tidak bisa hinakan kau, buat kau hidup terus
sendirian, itulah tidak selayaknya...."
Nyonye ini jadi terharu.
Sioe Lian kemudian balik kekamarnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong sementara itu telah kirim orang kekantor


pembesar polisi di Lam shia, buat minta perlindungan untuk
Siam Nio dan ibunya, sedang orangnya sendiri, yang jaga
pintu, ia perintah waspada akan kewajibannya.
Sore ini Yo Kian Tong datang berkunjung, maka Siauw
Hong ojak tamunya bitiarakan urusan Sioe Lian, yang bikin ia
berkuatir
"Kalau nona Jie mau tempur Thio Giok Kin, kita tidak bisa
mencegah, kendatipun kita inginkan itu" berkata Sin Khio,
Malaikat tumbak "Bisa jadi ia benar jauh lebih gagah dari pada
musuhuya itu. tentang Bouw Pek aku rasa ia tidak akan balik
lagi. la bukannya menyingkir karena takut Biauw Cin San dan
Thio Giok Kin. ia hanya mau menyingkir dari si nona.
Siauw Hong menghela napas.
"Aku tidak sangka urusan jadi benar sulit." ia kata. "Kasihan
Khoe Kong Ciauw, ia sampai terluka. Bila lagi beberapa hari
Biauw Cin San sekalian masih tidak mau berlalu, aku tidak
tahu, onar apa akan terjadi pula... "
Lantai Yo Kian Tong balik kehotelnya setelah bicara pula
sekian lama.
Seorang diri Siauw Hong duduk bingung, ia baca buku tapi
tidak tertarik, sampai isternya datang padanya. Disitu tidak
ada orang lain, mereka berdua lantas pasang omong.
"Baru saja aku temani nona Jie," kata sang isteri dengan
perlahan. "Ia kelihatannya sabar, telapi ia menangis, karena
ingat ibu dan ayahnya. Akn rasa, tidak bisa tidak ia mesti
lakukan pembalasan sakit hati ayahnya
"Jikalau ia tetap pergi, aku tidak sanggup merintangi,"
Siauw Hong bilang seraya geleng kepala. "Apa kita bisa bikin,
kalau ia tidak mau perdulikan nasihat kita? Kita baru kenal ia,
karena kita kenal Lie Bouw Pek...."
"Baiklah kita tidak terlalu sembrono buat bujuki ia menikah
Lie Bouw Pek" akhirnya Tek Naynay kata pula "Ia ternyata suci
murni. Tadi ia perintahkan aku sebuah tusuk konde, ia telah
menangis"
Siauw Hong jadi terharu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Ia adalah nona yang baik, sayang penderitaannya begini


hebat" kata ia "Terang Beng Soe Ciauw tidak punya hokkie.
Kenapa nona begini elok dan gagah ia sia siakan? Kenapa
dengan Bouw Pek ia main ngalah mengalah?.....
"Pelahan sedikit!" memperingatkan sang isteri, seraya tolak
tubuh suaminya. Sembari kata begitu, ia menoleh kejendela.
Siauw Hong juga turut menoleh.
Dijendela ada cahaya rembulan, angin barat laut meniup
niup, kecuati suara angin itu, semua sunyi senyap.
Kemudian Tek Naynay panggil bujangnya buat gelar
perabot tidur.
"Apa nona Jie sudah tidur?" ia tanya bujang itu"
"Penerangan dalam kamarnya sudah padam, boleh jadi ia
sudah tidur" sahut bujang itu.
Siauw Hong melihat diam, ia pergi keluar akan periksa
pintu depan dan belakang, kemudian ia masuk pula akan terus
tidur.
Esok paginya, Siauw Hong mendusin dengan kekuatirannya
belum lenyap. Ia kuatir Sioe Lian pergi dengan tak dapat
dicegah, sedang ia mesti pergi bekerja. Maka ia cuma bisa
pesan istrinya akan berdaya sebisa2. la pergi dengan ajak Siu
Jie.
Tek Naynay perhbatikan pesanan suaminya akan tetapi ia
mengurus rumah, meski anaknya yang kecil ada babu yang
jagai Maka selagi ia didalam, Sioe Lian diam-diam telah
dandan dengan rapi" dengan bawa siangtoo ia pergi
kebelakang, akan sediakan kudanya.
"Jie Kouwnio mau pergi kemana?' tanya bujang.
"Aku mau jalan2 dengan menunggang kuda!" sahut Sioe
Lian seraya bersenyum tawar. "Apa kau hendak cegah aku?"
Bujang itu tidak berani mencegah, selain memberitahukan
pada Tek Naynay, bahwa si nona telah pergi jauh......
Sekeluarnya dari Sam tiauw Hotong. Sioe Lian menuju ke
Lami shia.
Dikota raja, orang perempuan lebih merdeka daripada
dikota lain, tetapi kalau keluar mereka tentu naik kereta dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tenda dikasih turun dan kalau toh ada yang tunggang keledai,
itu adalah orang2 perempuan desa. Maka sekarang Sioe Lian
tarik perhatian orang banyak. Ia naik kuda sendiri dengan
pakaian singsat. Begitulah ada juga yang membuntutinya.
Semua orang menduga-duga ia orang apa, dari mana
datangnya dan hendak pergi kemana..... Tapi ia sendiri tidak
perhatikan orang2 yang terheran-heran itu, ia kasih kudanya
lari terus, suara empat kaki kuda berketoprakan dijalan batu.
Matahari dari timur menyoroti rambutnya yang hitam
mengkilat....
Serangka goloknya yang kebentur-bentur kasih dengar
suara.
Pagi itu angin dingin sekali.
Tak antara lama, Sioe Lian sudah sampai di Hoen pong
Lioe-lie kay. ia menampak pintu rumah yang bobrok dari Cia
Mama tertutup rapat. Ia turun dari kudanya dengan cambuk
Ia ketuk pintu.
Tidak lama dari dalam terdengar suaranya Ie Jie
"Siapa?"
"Aku, si orang she Jie," sahut Sioe Lian
Ie Jie kenal suara si nona, ia lantas membuka pintu,
rambutnya masih kusut, tubuhnya dikerobongi baju butut.
mukanya masih bertanda bekas aniaya kemarin.
"Pagi2 kau sudah datang, kouwnio" la menegor dengan
kegirangan, "Silahkan duduk didalam! Cia Mama dan anaknya
masih tidur, nanti aku bangunkan mereka....."
"Tidak, tidak usah" nona Jie mencegah. "Aku mau tanya
kau, kemarin sepergiku ada terjadi apa disini?"
"Ada, tetapi tidak apa" sahut le Jie. "Nona pergi belum
lama, Biauw Cin San kirim orang pula buat mengganggu,
baiknya datang dua hamba negeri, dengan begitu mereka
tidak berani berbuat jahat. Mereka tanya nona pergi kemana,
aku jawab tidak tahu"
Sioe Lian borsenyum ewah.
"Tidak usah mereka cari aku, aku sendiri akan cari
mereka?" ia kata. Lantas ia tanya letaknya Keng in Tiam di
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Coe kee Tiauw. Kapan Ie Jie telah berikan penjelasan, ia


lantas naik atas kudanya. "Sekarang juga aku hendak cari
mereka itu!" ia kata. Kudanya ia kasih jalan kejurusan timur.
Ketika sampai dimulut Coe kee kauw, ia kasih kudanya jalan
dengan pelahan. Rambutnya ia sinkap naik.
Tidak lama nona kita sudah sampai didepan hotel Keng In
Tiam. Didepan itu, berhadapan ada sebuah warung teh. Disitu
kebetulan ada Ho Cit Houw yang sedang minum teh.
Lengannya yang dilukai oleh Beng Soe Ciauw, masih dibalut.
Ia bangun dan keluar waktu lihat beberapa orang yang duduk
didekat pintu pada berbangkit dan menubruk keluar, katanya
untuk lihat satu nona yang tunggang kuda" Tentu saja ia
menjadi kaget kereta ia segera kenalkan puterinnya Tiat Cie
tiauw, lekas2 ia lari pulang kehotel untuk memberi kabar pada
kawanya.
Dimuka Keng In Tiam beberapa orangnya Biauw Cin San
pun lagi tonton si nona, yang lewat didepan hotel.
"Apa yang kau tonton?" Ho Cit Houw menegor "Dia itu
sibudak perempuan she Jie, yang tidak boleh dibuat
permainan!" Ia lari terus kedalam, tapi lekas juga ia
berpapasan dengan Biauw Cin San, yang sedang bertindak
cepat, tangannya menyekal golok, pinggangnya menggendol
kantong piauw, dan mukanya yang terluka ditempeli kauwyoh.
Ia unjuk roman gusar.
"Biauw Toasiok. coba lihat" Cit Houw kasih tahu. "Akan
perempuannya Tiat Cia tiauw Jie Hiong Wan ada didepan
hotel"
"Aku memang mau lihat dia, dia orang macam bagaimana,
maka kau begitu jerih terhadap ia" berkata Teng Couw hie
secara menyindir. Ia cepatkan tindakannya, ia ajak dua
pengikutnya yang beroman bengis.
Sioe Lian lewat ketimur tidak jauh, lantai ia balik kembali.
Kapan Biauw Cin San lihat roman elok dan tubuh ceking
langsing itu, hawa amarahnya buyar dengan lantas! Sambil
urut kumisnya, ia malah tertawa, romannya girang bukan
main. Ia kata pada kedua pengikutnya:
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kau kata ia galak seperti siluman, siapa tahu ia begini


elok! Aku nanti bikin ia takluk, buat dibawa pulang ke Holam
sebagai gundikku!....."
Ia perintah orang ambil kudanya, setelah ancap goloknya
dipinggir kuda, ia loncat naik keatas binatang tunggangan itu
dan kasih kudanya lari akan sambut si nona.
"Hai adik kecil, kau jangan main2 dihadapanku, siorang she
Biauw" ia lantas kasih dengar suara, "Sedari siang2 aku sudah
ketahui siapa kau! Hayo, adiku, lekas turun dari kudamu, mari
ikut aku masuk kedalam rumah penginapan, temani aku
minum arak"
D kiri kanan orang tertawa mendengar kata2 itu.
Jie Sioe Lian dapat dengar itu, menampak orang begitu
kurang ajar ia jadi sangat mendongkol, hingga ia ayun
cambuknya dan hajar kepala Wangwee itu.
Biauw Cin San tertawa berkakakan, meski ia rasai
cambukan.
"Sungguh liehay" ia berseru sambil main "Kau berani
cambuk aku eh?"
Ia hendak rampas cambuk itu. Tapi Sioe Lian sebat, ia tidak
kasih cambuknya dirampas, sebaliknya, lagi beberapa kali ia
menyabat. Maka akhirnya Teng couw hie, si Ikan Lodan,
naenjadi murka, hingga urat dijidadnya pada timbul, kumisnya
seperti bangun berjingkrak
"Perempuan celaka, kau benar tidak tahu diri!" ia segera
mendamprat.
Tapi balum sampai tutup rapat mulutnya Sioe Lian yang
telah berada dekatnya, sudah joroki ia dengan tiba2, hingga ia
jatuh dari kudanya, sedang binatang tunggangan itu lantas
loncat kepinggir, hampir saja ia kena ferinjak.
Sioe Lian niat cabut goloknya buat bunuh okpa itu, tetapi
niatan ini ia batalkan, karena orangnya Biauw Cin San, yang
nonton. sudah memburu kejurusannya sambil berteriak teriak,
mereka semua membawa senjata. Ia tidak mau layani mereka
itu, ia keprak kudanya dikasi lari ketimur.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Biauw Cin San gusar bukan main, ia loncat bangun, dengan


pakaian penuh debu ia loncat naik atas kudanya mengejar si
nona
"Budak she Jie, jangan kau lari" ia berteriak Kemudian ia
memaki kalang kebutan, karena sinona tidak gubris ia dan lari
terus.
Sebenarnya Sioe Lian pun gusar sekali dan niat berikan
hajaran pada okpa yang bermulut kotor itu, tetapi ia ingat
bahwa didalam kota raja ia tidak boleh bertindak
sembarangan, ia tahan sabar dan terus larikan kudanya. Ia
hanya menoleh, dengan mengejek sembari bersenyum ia
kata;
"Kau jangan memaki tidak keruan. Kalau kau bernyali
besar, mari susul aku"
Dasar pemogor, Biauw Cin San toh puas melihat senyuman
itu, sambil urut jenggotnya, ia tertawa dan menyahut:
"Tidak usah kau sebut nyali besar? Hari ini, kemana juga
kau pergi, Biauw Thayya akan susul kau! Ketahuilah senyuman
kau telah bikin semangatku terbang!...."
"Cis!" Sioe Lian berludah seraya cambuk kudanya. Ia terus
menuju ketimur.
Biauw Cin San buktikan perkataannya, ia mengejar terus.
Ia tidak ambil perduli, yang disepanjang jalan orang telah
mengawasinya dengan terheran heran. Didalam hatinya ia
kata: "Aku mau lihat nona manis, ke mana kau hendak
pergi....."
Segera juga Sioe Lian sudah lewatkan See koo moei, masih
saja ia menuju ketimur.
Sebagai juga bayangan Biauw Cin San lewatkan pintu kota
itu, cuma ia menjadi ibuk, karena ia dapat kenyataan, diluar
kota ini kudanya nampaknya tidak sanggup candak si nona,
kuda siapa bisa lari dongan pesat dan tetap. Tiba tiba ia depat
pikiran, dengan sebelah tangan menahan les kudanya,
nampaknya tidak sanggup candak sinona kuda siapa bisa lari
dengan pesat dan tetap. Tiba ia dapat pikiran, dengan sebelah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tangan menahan les kudanya, sebelah tangan lagi merabah


piauw, dengan apa ia timpuk binatang tunggangan Siu Lian
Serangan itu tidak mengenai sasarannya, bukan karena
Teng-couw Hie tidak gapah hanya jarak diantara mereka
terlalu jauh. Maka sembari siapkan sebatang piauw lain Biauw
Cin San keprak kudanya akan mengejar pula!

JILID 19
Siu Lian mendapat tahu orang telah timpuk ia dengan
piauw, karena si okpa mendadak tahan kudanya dan sekarang
mengejar pula, lantaran ini ia lantas waspada. Ia memang
tahu, jago Holam itu adalah ahli piauw yang liehay.
Biauw Cin San tunggu ketikanya, lantas ia menimpuk untuk
kedua kallnya
"Jatuhlah kau" ia membarengkan berseru.
Sekarang nona Jie sudah siap, selagi ia dengar seruan, ia
menoleh kebelakang justru piauw hendak menyambernya, ia
ulur tangannya menangkap!
Biauw Cin San terperanjat berbareng gusar, hatinya panas!
Begitu dekat, tapi gagal, sedang ia tahu kepandaiannya.
Sambil mengejar terus, ia siapkan piauw yang ketiga, bahna
gusar, ia pusatkan perhatiannya hanya pada piauwnya itu.
Tapi selagi tangannya belum ditarik keluar dari kantong pinuw,
mendadak ia rasai dadanya sangat sakit, sampai ia menjerit,
dengan kepala pusing ia rubuh dari kudanya! Apa celaka
baginya, sebelum ia ketahui apa2, kedua kaki belakang dari
kudanya telah injak pinggangnya, maka ia rebah ditanah
dengan pingsan
Jie Sioe Lian balik dengan lekas, setelah lihat musuh rubuh
musuh yang ia hajar dengan piauw yang tadi ia sambuti,
sesudah datang dekat, ia membacok dua kali dengan sengit
pada kedua paha lawannya Lantaran okpa itu sedang pingsan,
ia tidak menjerit karena dua bacokan itu, melainkan pahanya
lantas mandi darah.....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dari kejauhan ada orang lagi mendatangi, Sioe Lian lantas


larikan kudanya kejalan cabang hingga kira2 dua puluh lie,
sesudah itu barulah ia berhenti ditengsh jalan. Ia merasa
puas, karena ia penyaya, Bauw Cin San mesti telah binasa
karena piauw dan bacokannya itu.
"Tapi jangan2 karena ini aku menyebabkan Tek Siauw
Hong hadapi kesulitan" ia pikir lebih jauh. Ia melihat
kesekitarnya. Ia tampak sawah2 dan tanah tegalan. Disebelah
barat daya ada sebuah sialauw atau ranggon pintu kota. Ia
lantas dapat tahu dari tenggara ia sudah lari ketimur laut
keluar kota. Ia lantas berpikir pula.
"Aku mesti kembali kerumahnya Tek Siauw Hong" akhirnya
ia ambil putusan. Ia lalu loncat turun dari kudanya akan
periksa binatang itu dan pakaiannya. Ia berhati lega, kapan ia
dapatkan tidak ada yang keryipratan darah. Dengan tuntun
kuda itu, ia jalan perlahan, supaya kudanya dapat
menghilangkan lelahnya. Adalah setelah melalui kira2
setengah lie, ia loncat naik pula atas binatang tunggangannya.
Ia menuju kepintu kota Tong tit moei, disini ia masuk kedalam
setelah tanya orang jalan yang ke Sam thuw Hotong, ia
menuju kegang itu. Ia ambil jalan kecil. Maka ia telah sampai
luar biasa cepat.
Sioe Lian sedang memandang keliling didepan pintu,
apabila ia lihat nona kita, ia nampaknya girang sekali.
"Kau baru pulang, kouwnio" ia menyambut. Lekas masuk,
Looya baru saja pulang, tempo ia dengar kau pergi dengan
menunggang kuda, ia jadi ibuk tak karuan, pengawal pintu
didamprat kalang kabutan.
S«u L'an bsrsenyum, ia loncat turun dari kudanya, setelah
turunkan siangtoonya, ia serahkan binatang itu pada si budak,
ia sendiri terus masuk kedalam. Lebih dahulu ia taruh
goloknya dikamarnya, la lekas pakai ci-pao, kemudian ia
bertindak kekamarnya Tek Siauw Hong.
Tuan dan nyonya rumah sedang duduk berhadapan dengan
roman bingung, kapan Siauw Hong mendapat lihat tamunya ia
lantas kata:
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jie Kouwnio, lain kali kau jangan ke luar pula sendirian


Kau harus ketahui, apa bila terjadi suatu apa. andaikata Beng
Jie Siauwya dapat dicari dan ia balik kemari, aku tentu tidak
berani ketemu dia.
Barusan akupun ditegor oleh loothaytay" Tek Naynay juga
berkata. "Aku d1katakan sudah teledor, adikku. Kau katanya
adalah gadis remaja, kau tinggal sama kami sekarang kau
keluar sendirian, diluar banyak orang jahat, bila terjadi suatu
apa, bagal mana nantinya......."
Siu Lian terbaru apabila dengar suami isteri itu, tidak saja
mereka itu, juga si nyonya tua, sangat perhatikan ia.
"Ngo ko dan enso baiklah jangan kuatirkan aku" ia berkata.
"Baiklah, lain kali aku berlaku hati2. Sekarang aku mau
ketemui loo thaythay"
Sembari menambahi ucapannya itu ia pergi kedalam.
Siauw Hong masih saja bingung, ketika la berbangkit ia
banting2 kaki.
"Aku lihat akhirnya nona ini akan terbitkan onar" kata ia,
yang tidak percaya janji itu. "Lie Bouw Pek pargi, Beng Su
Ciauw tidak kembali, bagaimana?..."
"Apa tidak baik kalau kita antar ia palang ke Soanhoa hoo
?" Tek Naynay tanya.
"Aku rasa memang tidak ada jalan lain" sahut sang suami
setelah berpikir. "Aku sebenarnya harap betul baliknya Beng
Su Ciauw agar mereka berdua bisa menikah"
Selagi Tak Naynay diam saja, Siu Jie masuk dengan warta
"Yo Toaya datang"
Siauw Hong menjadi heran.
"Heran, hari ini Yo Kian Tong datang pagi2 ?..." ia kata.
Tapi ia terus pergi keluar, Dithia ia lihat Sin-chio beroman
beda dari biasanya dan disebelah baju luar yang gerombongan
ia Umpak pakaiannya yang ringkas Piauwsu itu pun datang
bersama piauwsu Sun Cit dan pengikut yang pegang
tumbaknya tumbak yang berbatang putih dan berunce hitam.
Yo Kian Tong pun awasi tuan rumsh yang masih pakai
pakaian kapangkatannya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Ngo ko, kau masih belum tukar pakaian" tamu itu


mendului menanya. "Lekas kau salin, kita mesti siap,
barangkali Kim chio Thio Giok Kin akan lantas cari kita untuk
balaskan sakit bati engkunya"
Piauwsu ini bicara dengan berapi2, dudukpun ia sampai
tidak mau!
Siauw hong heran, hingga ia bingung saja. Selang sesaat
baru ia berkata
"Kenapa nampaknya ibuk sekali ?" ia tanya "Apa yang
sudah terjadi?"
Sekarang Yo Kian Tong lah yang kelihatannya heran.
"Jadi kau masih belum tahu?" ia tegaskan. "Coba bilang,
nona Jie sudah pulang atau belum
Siauw Hong kaget, sampai mukanya menjadi pucat.
"Apa? " ia tanya, dengan hampir berbisik. "Apakah bisa jadi
nona Jie telah binasakan Teng couw hie Biauw Cin San ?"
Yo Kian Tong menghela napas.
"Heran" ia kata. "Nona Jie tinggal di rumahmu, tetapi apa
yang ia lakukan, kau tidak ketahui" Kemudian ia tambahkan :
"Kemarin di Hunpong Liu liekay, didepan rumahnya, Cia Mima,
nona Jie telah hajar dua orangnya Biauw Cin San. Tadinya
mereka tidak ketahui siapa adanya si nona, sampai datangnya
Moh Po Kun, yang kenal nona itu. Moh Po Kun lantas ajak
kawannya pulang. Rupanya hari itu Biauw Cin San sedang
mabok arak, ia tidak lantas datang cari nona Jie. Thio Giok Kin
pernah datang bersama dua orangnya, tetapi ia tidak
ketemukan si nona, lantaran didepan rumahnya Cia Mama ada
dua hamba negeri. ia tidak berani lakukan apa2. Tadi pagi
nona Jie, dengan tunggang kuda dan membawa golok, sudah
pergi kerumah panginapan Keng In Tiam di cu kee kauw,
katanya ia menantang. Rupanya Biauw Cin San gusar, atau ia
barangkali kandung maksud busuk, ia sudah susul nona Jie,
yang kaburkan kudanya keluar pintu See ko moei. Sekian lama
mereka berdua tidak tertampak kembali.
Kemudian, ketika orangnya Biauw Cin San pergi menyusul,
mereka dapatkan orang she Biauw itu rebah dengan terluka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ditepi jalan, napasnya empas empis, tatkala ia digotong


pulang kcdalam kota napasnya itu lantas berhenti jalan
Kejadian itu katanya membikin Kim chio Thio Giok Kin menjadi
sangat gusar, ia sudah lantas himpunkan Oey Kie Pok, Moh Po
Kun dan yang lain2, guna bicarakan urusan membikin
pembalasan. Mereka mau cari tahu dimana adanya nona Jie
untuk disatroni.
Mendengar itu, Siauw Hong kaget berbareng girang,
akhirnya ia tertawa.
"Biauw Cin San seperti raja iblis, dengan piauwnya entah ia
telah binasakan berapa banyak orang, siapa nyana sekarang ia
mampus ditangannya nona Jie" ia kata hampir bersorak.
"Nona Jie benar2 liehay, pantas Lie Bouw Pek puji bugeenya"
"Lekaslah bilang, nona Jie sudah pulang atau belum ?" Yo
Kian Tong meneror sambil bersenyum.
"Ia sudah pulang, belum lama," akhirnya Siauw Hong
jawab.
"Setelah terjadi begini, kita tidak boleh pakai terlalu banyak
adat peradatan!" kata Yo Piauw-tauw. "Ngo-ko, hayo undang
nona Jie keluar, kita perlu ajak la berdamai untuk bersiap akan
hadapi Thio Giok Kin"
Siauw Hong manggut2, ia anggap itu benar. Lantas ia
masuk sendiri kedalam buat undang Siu Lian keluar, kekamar
tamu
Begitu melihat si nona, Yo Kian Tong lantas berikan
pujiannya buat perbuatannya nona itu selama dua hari ini.
Siu Lian tidak kata apa2, ia melainkan bersenyum
"Aku telah binasakan Biauw Cin San, akan tetapi aku masih
belum puas," kata ia ketika akhirnya ia bicara juga. "Biauw Cin
San hanya seorang okpa, ia bukannya musuhku. Ayahku
binasa dibawah ancamannya Thio Giok Kin dan persaudaraan
Ho, aku mesti dapat bunuh mereka itu, barulah sakit hati
ayahku terbalas! Aku telah bunuh Biauw Cin San, andaikan
terjadi perkara, aku akan tanggung jawab sendiri, aku tidak
mau Ngo ko dan Yo Shako, turut tersangkut. Mika, Ngo ko,sha
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ko aku minta jangan kau menghalangi aku lagi"

"Thio Giok Kin adalah enghiong dar1 Holam, kawannya


semua bukannya orang baik2, aku percaya mereka tidak akan
tarik dengannya pembesar negeri" Yo Kian Tong kata. "Aku
lihat perkara ini mesti diakhirkan dengan pertempuran juga,
tidak bisa lain"
"Kita tidak takut pada Thio Giok Kin" kata Siauw Hong yang
dahului si nona, "aku tadinya kuatirktn piauwnya Biauw Cin
San. Sekarang Biauw Cin San sudah disingkirkan oleh nona
Jie, kita tidak usah takuti mereka itu. Sendirian saja aku berani
layani Oey Kie Pok dan Moh Po Kun. maka mustahil kau. Kian
Tong, bersama2. Nona Jie, tidak sanggup pukul rubuh Thio
Giok Kin ?"
"Meski demikian" sabut Kian Tong yang hati2, jugalah
mereka besar, kita tidak boleh alpa......"
"Yang lain2nya tidak menjadi soal, tidak perduli berapa
jumlahnya mereka" kata Siu Lian.
Yo Kian Tong masih mau bicara ketika kelihatan pengawal
masuk dengan sikap tersipu2.
"Looya, diiuar ada Kim chio Thio Giok Kin" ia mengasi
warta. "Ia datang bersama beberapa kawannya, semuanya
bawa golok dan tumbak, ia minta bicara dengan looya,
katanya ada urusan penting,"
Siauw Hong kaget menerima kabar itu. Tapi Siu Lian sudah
lantas saja bsrbangkit dan terus bertindak keluar.
"Aku nanti ketemukan mereka!" ia kata dengan sengit.
Yo Kian Tong lompat kepintu dan mencegah.
"Nona, sabar" ia kata. "Kau baik jangan keluar dulu, biarlah
aku dan Ngo ko yang ketemui mereka, kalau nanti sudah
waktunya buat gunai tenaga, baru kau keluar dan bantu kita."
"Benar, nona," Siauw Hoog pun bilang. "Silahkan kau
tunggu didalam"
Setelah kata begitu. Siauw Hong ajak Kian Tong pergi
keluar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siu Lian mengikuti sampai dikamar tamu. Ia tahu Thio Giok


Kin tentu cari ia untuk balaskan sakit batinya Biauw Cin San,
maka ialah yang mesti ketemui jago Holam itu, tetapi kapan ia
ingat ia tamunya Siauw Hong dan dirumahnya Siauw Hong ini
ia tidak boleh sembarangan terbitkan onar dan kuatir nanti
orang Boan itu terbawa bawa dan mendapat susah oleh
karenanya, ia menjadi lebih sabar. Maka ia mengintip saja.
Dari sini ia lihat banyak orang, tetapi suara tidak ramai,
menandakan persetorian tidak terjadi.
Tak antara lama, Siu Jie kelihatan masuk.
"Bagaimana ?" ia tanya pelayannya Siauw Hong itu. "Apa
orang she Thio itu hendak serang looya ?"
"Kelihatannya tidak akan sampai terjadi begitu" Siu Jie
jawab. "Sekarang mereka masih bicara terus...."
Siu Lian jadi seperti putus asa.
"Apakah bisa jadi Thio Giok Kin takut berkelahi ?" ia
menduga2.
Baru saja ia mau keluar akan mencari tahu, lantas ia
dengar suaranya banyak tindakan kemudian ia dengar
suaranya Tek Siauw Hong dan Yo Kian Tong, yang
mendatangi sambil tertawa.
"Apa kabar ?" ia mendahului menanya. "Apa Thio Giok Kin
sudah pergi ?"
"Ia sudah pergi " sabut Siauw Hong sambit tertawa.
Kemudian ia menoleh pada Yo Kian Tong seraya meneruskan,
"Bukankah kau telah dengar omongannya ? Menurut aku,
sudah terang Sioe Bie teo Oey Kie Pok adalah yang menjadi
biang keladi"
Sembari bicara mereka bertindak terus ke kamar tamu tadi.
Siu Jie sudah lantas menyuguhkan teh setelah mereka itu
berduduk.
Siauw Hong irup tehnya dua kali, baru mulai bicara.
"Tadi kita bicara didepan pintu dengan Thio Giok Kin," ia
kata. "Orang she Thio itu bukannya seorang terlalu kasar,
yang tidak bisa diajak berunding. Ia telah ketahui Biauw Cin
San telah binasa ditanganmu, kouwnio. Tapi Oey Kie Pok telah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tuduh aku, ia kata akulah yang undang kauwnio datang dari


Yankeng, melulu untuk memusuhi mereka Tuduhan itu aku
tidak ambil perduli, aku tidak mau rewelkan, aku hanya bicara
langsung dengan Thio Giok Kin sendiri. Kim chio bilang ia mau
adu jiwa dengan kouwnio, tapi karena tidak merdeka
bertempur didalam kota raja, ia janjikan satu tempat, yalah
lusa pagi diperapatan Sam-kak-tee di luar pintu kota Cee-hoa-
mui. Atas nama kau, kouwnio, aku telah terima haik janjinya
itu"
"Bagus " berseru Siu Lan. "Lusa pagi aku nanti pergi keluar
Cee-hoa-mui akan ke temui dia ! Umpama kata ia tidak mau
adu jiwa dengan aku, aku sendiri pasti akan serang dia, untuk
balaskan sakit hati ayahku"
"Lusa bersama2 Kian Tong aku akan ikut kau, kouwnio !"
Tek Siauw Hong bilang. "Menurut penglihatanku. Kim chio
Thio Giok Kin adalah laki2, ia tidak miripnya dengan Biauw Cin
San yang jahat, maka bila nanti kouwnio tempur ia, asal sudah
menang, sudah cukup, jagan kau berlaku keterlaluan terutama
jangan kau benar bunuh dia"
"Sudah terang ia bantu kawannya mengganggu Jie Loo pe"
Kian Tong pun berkata, "tetapi ia tidak dapat wujudkan
maksud hatinya dan Jie Loope lelah menutup mata dengan
baik2, maka aku anggap, permusuhan itu tidak terlalu
hebat...."
Siu Lian bernapsu yang lusa ia akan tempur musuhnya,
sekarang ia dengar omongannya dua orang itu, antaranya
ayahnya disebut2 dengan lantas ia jadi berduka.
"Dikalangan Sungai Telaga orang selamanya tidak boleh
bertindak keterlaluan" Yo Kian Tong berkata pula. "bila tidak
demikian, permusuhan melulu akan jadi bertambah bebat,
hingga turun temurun tidak akan ada akhirnya. Urusanmu
dengan Thio Giok Kin adalah urusan kecil, yang penting adalah
mencari Beng Jie Siauw-ya, agar ia bisa diketemukan......
Siu Lian tidak mau menentang orang she Yo itu, yang ia
anggap terlalu jujur dan omongannya beralasan juga, ia diam
saja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong kuatir orang gusar atau menangis, ia kedipkan


mata pada kawannya.
"Sekarang baiklah kouWnio mengaso" ia kemudian kata.
Sioe Lian menurut, ia lalu undurkan diri
"Kau sebenarnya tidak boleh sebut2 Jie Loopiauwtauw dan
Beng Soe Ciauw" Siauw Hong sesalkan sobatnya, "Kau tidak
ketahui kedukaannya si nona"
Kian Tong tertawa.
"Apakah halnya Beng Soe Ciauw tidak boleh disebut2 lagi
untuk seterusnya" ia tanya "Apakah nona Jie akan tinggal
tetap dirumah kau?"
"Buat ia tinggal tetap dlrumahku. meski aku tak
berkeberatan nampaknya kurang sempurna" sabut Siauw
Hong. "Ia gadis ada belum tentu betah tinggal terus disini.
Aku pikir, bila nanti urusan Thio Giok Kin sudah beres dan Lie
Bouw Pak telah kembali, aku mau berdamai dengan orang she
Lie itu umpama kata Beng Soe Ciauw tetap tak dapat dicari
lebih baik kita antarkan si nona ke Soanhoa hoe"
Yo Kian Tong manggut, ia berpendapat memang tidak ada
jalan lain lagi.
Setelah itu berdua mereka bersantap tengah hari,
kemudian sesudan suruh Soen Cit dan orangnya pulang lebih
dulu, Kian Tong bersama Siauw Hong naik kereta pergi
sambangi
Khoe Kong Ciauw. Mereka disambut dengan girang oleh
orang bangsawan itu, yang lukanya agak baik banyak, cuma ia
masih duduk diatas pembaringan.
Dalam pcmbicaraan, Siauw Hong ceritakan hal
kebinasaannya Biauw Cin San ditangannya Jie Sioe Lian dan
bahwa lusa si nona hendak tempur Thio Giok Kin. Mendengar
itu, Khoe Kong Ciauw puas sekali.
"Biauw Cin San, jahat, ia bisa gunai senjata rahasia,
sekarang ia terima pembalasannya" ia kata. "Oey Kie Pok
undang Biauw Cin San dan Thio Giok Kin supaya mereka ini
rubuhkan orang gagah di Pakkhia, agar setelah nanti mereka
ini berangkat pergi. Sioe bie too sendiri yang menjagoi disini,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekarang ternyata maksudnya sudah gagal sebagian, ia


sekarang pasti sangat masgul..."
setelah kata begitu, Kong Ciauw pandang dua sobatnya
sambil bersenyum. Tapi lekas juga ia menghela napas.
"Buat beberapa tahun aku telah mendapat nama di kota
raja ini" ia tambahkan, "siapa nyana, dengan datangnya Biauw
Cin San dan Thio Giok Kin, aku kena dilukai dari sini ternyata
yang kepandaianku masih belum berarti maka. melihat Jie
Sioe Lian aku mesti malu sendiri....."
"Itulah pemandangan yang keliru" Siauw Hong menghibur
"Saudara Kong Ciauw, kau telah kalah, tetapi itu bukannya
kekalahan yang sebenarnya, karena kau telah dibokong
dengan senjata rahasia. Andaikata kau lawan Thio giok Kin
satu sama satu, kesudahannya masih belum dapat dibilang"
"Kong Ciauw. kau jangan ambil pemandangan demikian
merendahkan diri sendiri" kata Yo Kian Tong, si guru. "Lusa
Jie Siu Lian akan tempur Thio Giok Kin, aku hendak saksikan.
Kalau kejadian nona Jie menang, kita tidak harus kemplang
harimau yang sudah mati, tetapi andaikata sebaliknya yaitu
Thio Giok Kin yang rebut kemenangan, pasti sekali aku tidak
akan ijinkan ia berlalu dengan begitu saja aku akan tempur ia,
untuk memastikan siapa yang lebih pandai diantara kami"
Kong Ciauw bersenyum
"Kalau lusa aku bisa turun dari pembaringan, aku pun mau
pergi menyaksikan, akan bantu gembirakan si nona" ia kata.
Siauw Hong dan Kian Tong masin bicarakan urusan2 lain,
tapi kemudian, melihat tuan rumah sudah lelah, mereka
segera pamitan. Kian Tong ingin langsung pulang, tetapi
Siauw Hong menahan.
"Sudah sekalian keluar, mari kita berkunjung pada Tiat Jie
ya," kata ia ini. "Tiat Jieya perlu dikabarkan dan dikasih
keterang. Satu jiwa sudah melayang, siapa tahu besok?"
"Tidak. Aku mau pulang, baik kau pergi sendiri saja" Kian
Tong bilang.
Melihat orang menolak, Siauw Hong tidak mau memaksa.
"Baiklah" ia bilang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dengan sebuah kereta sewaan, Yo Kian Tong pulang ke


hotelnya, dan Siauw Hong dengan keretanya menuju ke
Pweelek noe. Ia perintah turunkan tenda, ia tidak mau nanti
dapat dilibat oleh Thio Giok Kin atau kawannya. Dengan
berada sendirian saja, ia tidak ingin dapat gangguan tidak
lama ia telah sampai diistananya pweelek, ia dipimpin ke
kamar tulis, ia duduk belum lama, tuan rumah kelihatan
muncul. Belum sampai ia buka mulutnya, atau Tiat Pweeiek,
dengan roman sungguh2 mendahului;
"Siauw Hong, kau telah bikin urusan tambah hebat"
demikian raja muda ini "Dengan Oey Kie Pok kau boleh
bentrok
dengan Thio Giok Kin kau boleh pieboe, semua muanya
boleh, tetapi hari ini, perkara jiwa telah terjadi. Baru saja aku
antar pulang Kioeboen Tetok Mo Tayjin"
Siauw Mong terperanjat, itu adalah tegoran yang ia tidak
sangka. Tapi ia bcrsenyum
"Sebenarnia aku telah menahan sabar luar biasa" ia
berkata. "Setiap hari, sehabis jalankan kewajiban, aku tidak
pernah keluar kemana-mana, maka adalah di luar
sangkaanku, bahwa urusan telah menjadi hebat begini rupa.
Betul? aku tidak sanggup tilik nona Jie Sioe Lian, dalam dua
hari ia telah terbitkan onar...... Meski demikian, urusan ini
tidak ada artinya Biauw Cin San telah binasa, tetapi Thio Giok
Kin tidak tarik perkara itu kemuka pengadilan, ia cuma janji
nona Jie buat lusa adu kepandaian diluar pintu kota Cee hoa
moei......"
Tiat Pweelek mendongkol, tetapi ia bersenyum.
"Sungguh gila !" berkata ia. "Nona Jie tinggal dirumahmu,
kenapa kau antapkan ia keluar menunggang kuda dengan
bawa senjata dan terbitkan onar itu ? Kau harus ketahui ini
kota raja dan kau sendiri orang berpangkat......"
Mendengar ini, Siauw Hong sangat malu "Pweelekya benar
juga," ia pikir. "Mestinya Jie Sioe Lian disuruh pergi dari
rumahku dan diluaran ia boleh berbuat sesukanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sendiri. Tetapi aku yang bawa ia ke Pakkhia dengan


maksud buat rangkap jodohnya pada Lie Bouw Pek tetapi
setelah terbit urusan ini, mana aku boleh lepas tangan?
Karena Lie Bouw Pek, aku jadi bermusuhan Oey Ke Pok dan
Thio Giok Kin sekalian maka, kalau aku mau bersobat, aku
mau
bersobat dari bermula hingga diakhirnya.
Mungkin aku mesti obral harta dan jiwaku untuk bantu
nona Jie........"
Siauw Hong hendak utarakan pikirannya itu tetapi Tiat
Pweeiek sudah mendahului berkata pula:
"Barusan Mo Teetok sengaja mengunjungi aku, ia bilang
urusan kau telah jadi terlalu besar, hingga ia anggap berhak
buat campur tahu. Ia pun dengar kabar, bahwa Jie Sioe Lian
adalah isterinya Lie Bouw Pek, bahwa Lie Bouw Pek sekarang
masih tetap berada dikota ini sedang umpatkan diri. Mo
Teetok bilang juga, kebinasaannya Cie Sielong dan Poan Louw
Sam adalah porbuatanaya Lie Bouw Pek semua.
Siauw Hong kaget, hingga ia berseru!
"Itulah tidak benar ! Ketika Cie Siolong dan Poan Louw Sam
mati, Lie Bouw Pek sedang rebah karena sakit dan aku
bersama Jie Soe Lian masih berada di Yankeng!..."
Tiat Pweeiek ulapkan tangan, akan mencegah orang bicara
terus.
"Kematian mereka tetap suatu rahasia, hal itu baik jangan
disebut lagi" ia kata. "Hal hubungan diantara Lie Bouw Pek
den Jie Sioe Lian, pada Mo Teetok aku telah berikan
keterangan, ia tidak kata apa , ia melainkan minta aku
sampaikan pada kau supaya selanjutnya kau tidak terbitkan
gara2 lain lagi. Mo Teetok telah beritahukan aku, dalam tempo
setengah harian ini ia hendak usir Thio Giok Kin dan
rombongannya dari kota raja"
Mendengar omongaanya Pweelek ini, Siauw Hong lantas
dapat menduga.
"Sudah terang Oey Kie Pok putus harapan dan sekarang ia
gunai pengaruh dan tenaganya Mo Teetok buat usir Thio Giok
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kin semua" demikian dugaannya. "Dengan jalan ini, secara


diam2 ia hendak cuci tangan. "ia benar licin, dengan kirim Mo
Teetok pada tiat pweelek ia hendak pengaruhi kita"
"Jieya ketahui sendiri" ia lalu kata "sudah sejak dua bulan
aku telah berlaku sabar luar biasa. Bukankah sudah terus
datangnya Biauw Cin San dan rombongannya karena
undangannya Oey Ke Pok. Karena pesanan dari Mo Teetok ini,
baiklah mulai besok aku tidak pergi ketempat pekerjaanku,
aku akan selalu berdiam dirumah, menjagai nona Jie 5ioe
Lian, supaya ia tidak keluar menerbitkan onar pula! Umpama
kata Kira chio Thio Giok Kin datang cari aku dan menantang,
aku akan tetap kunci pintu rumahku, aku tidak akan ladeni dia
......"
Tiat Pweeiek manggut.
"Baiklah, sekarang kau boleh pulang dan jaga baik2 nona
Jie" ia bilang. "Kalau sampai terbit onar pula, aku tidak
berdaya lagi...."
Tek Siauw Hong berikan janjinya, lantas dia pamitan dan
berangkat pulang. Duduk didalam keretanya ia merasa girang.
"Kembali Oey Kie Pok nampak kegagalan!" kata ia dalam
hatinya "Ia sudah gunai uang dan banyak tempo mengundang
rombongan Byauw Cin San, sekarang ternyata Lie Bouw Pek
tidak dapat dicari, aku tidak kena ganggu. Benar ia berhasil
bisa lukai Khoe Kong Ciauw, tetapi sebaliknya ia mesti
kehilangin jiwanya Biauw cin San! Bila kejadian Mo Teetok usir
Thio Giok Kin semua, aku ingin lihat, apa ia masih bisa angkat
kepala? apa ia masih bisa ketemui orang? Tapi Kie Pok sangat
licin ia dan banyak akalnya, apa benar ia merasa puas ?
Baiklah aku tetap berlaku hati2....."'
Ketika itu kereta sudah sampai di Tang Soe pak Toa-kay,
itu berarti sudah dekat rumahnya, mendadak Hok Coe sambil
singkap tenda kata padanya.
"Looya, itu didepan apakah keretanya 0ey Soaya ?"
Ditanya begitu, Siauw Hong segera singkap tendanya dan
melongo keluar. -
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sebuah kereta yang baru dan bagus, ditarik oleh kaledai,


dengan cepat menuju ke selatan Kereta itu benar kepunyaan
Oay Kie Pok. Ia heran.
"Terang Kie Pok sedang repot" pikir ia, Kemana ia mau
pergi?"
Selagi orang Boan ini masih berpikir terus keretanya sudah
sampai didepan rumah. Ia lekas turun, pada pengawal pintu ia
pesan:
"Siapa juga datang carl aku, kecuali sanak dan sobat karib,
bilang bahwa aku tidak dirumah"
Sesampaiaya didalam, Siauw Hong lebih dulu tulis surat
pada Yo Kian Tong dan perintah orang bawa itu, kemudian ia
ketemu Siu Lian, akan tuturkan hal pembicaraannya dengan
Tiat Pweelek, yang tidak sukai adanya pertempuran.
SEJAK datangnya Biauw Cin San, setiap hari Oey Kie Pok
repot saja, lebih2 hari itu, karena ia telah ketahui
kebinasaannya jagonya. Ia telab menyambangi kehotel akan
unjuk hormat pada jenazahnya jago itu. Ia dengar hal Thio
Giok Kin hendak diusir dari Pakkhia, dengan naik keretanya ia
masuk kekota, akan atur bagaimana baiknya untuk
kepeatingannya sendiri. Asal mulanya memang ia sendiri yang
berdaya supaya la bisa cuci tangan dari urusan sulit itu.
Dengan binasanya Biauw Cin San ia sudah hilang harapan.
Kendati begitu, didepan Thio Giok Kin ia masih bawa aksi, ia
ingin bikin Kim-chio jadi gusar dan kalap sampai tak mau
perdulikan lagi segala apa, supaya si Tumbak Emas lakukan
kekerasan terhadap Tek Siauw Hong. Iapun telah lihat
keretanya Siauw Hong, dalam hatinya sembari tertawa ia kata
: "Tek Ngo, kau boleh atur segala apa? Permusuhan kita tetap
permusuhan kita !"
Kie Pok pergi ke Lham shia, ke Cun Goan Piauw Tiam,
disitu ia minta pertolongannya Hoa chio Phang Liong akan
undang Thio Giok Kin, ketika jago Holam itu datang, ia
berpura2 berduka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku pergi ke Teetok gee mui, aku tidak ketemui Teetok


Tayjin," kata ia dengan lesu. "Katanya teetok pergi keluar, tapi
terang ia sengaja tidak mendumpakan aku.."
Dengan banting kakinya, ia damprat Siauw Hong. Ia
tambahkan:
"Semua ini bisanya Tek Siauw Hong seorarg. Pasti sekali
dia yang perintahkan sinona Jie untuk celakai Biauw Wan gwe,
sedang difihak lain, dikantor ia gunai pengaruh uang buat usir
kau orang, yang dikatakannya orang gelap ! Tidak salah lagi,
kalau dayanya sudah berhasil, ia akan panggil pulang Lie
Bouw Pek, supaya seterusnya ia bisa tetap menjagoi disini !"
Dan ia tambahkan pula : "Menurut aku, si rona yang
menumpang sama dia adalah seorang gelap Entah apa yang
mereka akan dayakan lebih jauh !"
Thio Giok Kin berlaku tenang mendengar semua ocehan itu,
ia tidak menjadi gusar atau kelabakan, malah mendengar
halnya Siu Lian dikatakan orang gelap dengan sabar ia kata:
"Jie Siu Lian bukannya seorang gelap. Ia dan ayahnya
adalah musuh kami, dimana saja kami bertemu, kami bisa
mengadu jiwa, mana itu atas kebinasaannya engku aku tidak
berduka, aku tidak sesalkan Jie Siu Lian. Hanya Tek Siauw
Hong, dimataku ia itu seorang rendah! Tadi aku pergi ke Tang
sie sam tiauw, dimana aku ketemui ia dan Yo Kian Tong, la
berlaku hormat dan sungkan tentu saja itu adalah hormat
palsu. Ketika aku majukan usul akan piebu dengan Jie Siu
Lian, ia sudah lantas menerima baik, malah ia yang tetapkan
tempat dan tanggalnya, yatah lusa disam kak tee diluar Cee
hoa mui. Waktu itu aku sangka ia seorang jujur, siapa tahu ia
hanya berpura pura, karena difihak lain ia telah atur daya
dengan fihak kantor akan ganggu aku"
Diwaktu mengucap demikian, nyata sekali mendongkolnya
Giok Kin. Menampak demikian, Kie-jin dan Lwee-boe-hoe" ia
adalah ketika yang ia barap2. Ia lalu ketok besi selagi masih
panas !
"Tek Siauw Hong itu adalah Kie jin dari Lwee-boe Hoe" ia
kasih tahu, "Ia punya banyak uang dan berpengaruh, hingga
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

orang tidak berani main gila dengan dia. Sudah begitu ia juga
piara Lie Bouw Pek dan Yo Kian Tong dan nona she Jie itu
selaku tukang2 pukul, hingga orang makin takuti dia Thio
Lauwse, bilamana kau berlalu dari Pakkhia, aku juga tidak bisa
tinggal dengan tenteram lagi disini, aku hendak cari tempat,
kemana sku bisa pergi menyungkirkan diri.... Jikalau tidak,
dapat dipastikan, aku mesti mendapat malu dari dia !"
Ucapan berbisa ini mengasi hasil.
Thio Giok Kin loncat bangun dengan gusarnya.
"Jangan kira Tek Siauw Hong bisa besenang senang !" ia
kata dengan sengit, Meski kami akan berlalu dari sini, aku
tidak nanti kasih ampun padanya "
Lantas Thio Giok Kin ajak Oey Kie Pok pergi keluar buat
diajak bicara diluar tahunya dua saudara Phang, sesudah itu ia
pamitan pulang, mayatnya Biauw Cin San sudah selesai
dimasukan kedalam peti. Ia rasakan hatinya sakit, kendati ia
tidak kentarakan itu pada wajah mukanya, bagaimana ia tidak
bersedih, sebab Biauw Cin San adalah sanaknya, mereka telah
bergaul buat banyak tahun dan sekarang ini mereka datang
sama atas undangan Oey Kie Pok. siapa nyana. Lie Bouw Pek
yang dicari tidak didapatkan sebaliknya Teng couw hie mesti
serahkan jiwa pada Jie Sioe Lian. lapun benci sekali pada Tek
Siauw Hong. Ia tidak ketahui, yang ia sudah kena hasutannya
Sioe Bie to yang bermulut manis tapi hatinya berbisa. Maka ia
telah ambil putusan akan unjuk kekejaman.
Tiga saudara Ho dan orang mereka orangnya Biauw Cin
San semua sangat gusar sampai mereka tidak bernspsu dahar.
"Bukankah kau dengar sendiri apa yang polisi bilang? "kata
Ho Sam Houw pada kawan2nya. "Kita hanya dikasih tempo
dua hari akan mesti menggelinding pergi dari sini kalau tidak,
kita akan ditangkap dan dihukum ! Celaka betul ! Kiranya
disini orang lebih2 tidak pakal aturan. Apakah bisa jadi yang
Biauw Toasiok mesti antarkan jiwanya secara percuma begini
dan kita mesti menyerah saja yang orang telah bikin kita
terguling?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ucapan itu mengasi pengaruh hingga orang dari


mendongkol menjadi gusar sekali.
"Mari kita cari Tek Siauw Hong, dan Jie Sioe Lian "
beberapa orang berseru Semua pada cari senjata mereka!
Thio Giok Kin mencegah semua kawan itu,
"Dikota raja ini kita tidak bisa tempur Siauw Hong" ia kasih
tahu. "Kita mesti bersabar Aku telah dapatkan satu daya....."
lalu dengan berbisik ia beritahukan niatnya itu.
Ho Sam Houw sekafan anggap daya itu boleh dijalankan
mereka bisa bersabar.
Sorenya datang Toakoankee Goe tauw hok Sam si Kepala
Kerbau atas titahnya Oey Kie Pok ia membawa uang, katanya
untuk ongkos jalan bagi sekalian jago itu.
Thio Giok Kin terima uang itu dengan tidak banyak omong
lagi.
"Sekarang semua mesti siap. besok pagi2 kita akan
berangkat dari sini! ia kata pada kawannya.
Kemudian Thio Giok Kin perintah orang cari Moh Po Koen
yang diminta datang buat diajak bicara. Tapi piauwtauw yang
licik ini ketika dengar kematiannya Biauw Cin San, sudah
lantas umpatkan diri, hingga ia tidak dapat dicari
Semalaman itu Thio Giok Kin semua mesti telan
kemendongkolan dan kegusaran, kapan sang pagi datang,
diwaktu masih saja mereka sudah berangkat dengan sewa
kereta untuk bawa jenazahnya Biauw Cin San. Mereka keluar
dan Ciang gie moei.
Oey Kie Pok sudah siap. ia perintah Hek Sam dan beberapa
bujang lainnya siapkan barang2 hidangan di koan siang untuk
. sembahyang, maka juga Thio Giok Kin sekalian jadi sangat
bersyukur dan mereka anggap Sioe Bie too adalah seorang
baik yang boleh dijadikan sobat.
Sehabis sembahyang beberapa kereta dan belasan ekor
kuda itu serta sekalian penunggangnya sudah lantas lanjutkan
perjalanan mereka. Kira2 tengah hari Thio Giok Kin segera
pisahkan diri. Ia ajak Ho Sam Houw dan seorang pengikut Ho
Ciat Houw, Ho Kiam Go dan yang lain ia perintah berangkat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terus mengiringi layonannya Biauw Cin San. Bertiga ia kembali


kekota, dengan ambil jalan dari Cee hoa moei, 4disini mereka
cari hotel. Sama sekali tidak ada orang perhatikan mereka.
Sambil menunggui sang malam mereka sekap diri dihotel
Begitu lekas sudah bersantap sore, dengan bekal senjata
Thio Giok Kin ajak Ho Sam Houw keluar dari hotel menuju ke
Tang Soe sam tiauw.
Disini mereka melihat2 sekian lama, lantas mampir
disebuah warung teh kecil untuk tunggu sang waktu. Sembari
minum pelahan2, mereka mendengar centanya si tukang
cerita.
Tek Siauw Hong sementara itu merasa lega hati kapan ia
dengar Thio Giok Kin yang diusir dan kota raja sudah
berangkat pergi, dengan begitu dengan sendirinya pieboe di
luar Cee hoa moei menjadi batal. Ia seperti terlepas dari
ikatan, hingga sekarang tinggal urusannya Jie Soei Lian
seorang.
Tek Naynay merasa girang melihat sikap suaminya telah
berobah, ia lantas ajak omong banyak pada suami itu. Dua
anaknya laki, duduk bersama sama, masing2 berumur tiga
belas dan delapan tahun.
"Permusuhanku dengan Oey Kie Pok telah mendalam, dua
anakku ini perlu belajar silat untuk jaga diri, kalau tidak,
dibelakang hari mereka bisa jadi korbannya orang jahat yang
licin itu" demikian ia pikir. Dan pikirannya ini ia utarakan pada
isterinya.
"Apa Oey Kie Pok bisa bikin ?" tanya Tek Naynay dengan
penasaran. "Mustahil ia bisa bunuh dua anak kita ini?" ia tidak
setujui pikirannya suami itu.
"Kau tidak tahu" Siauw Hong kata sambil geleng kepala.
"Oey Kie Pok seorang sangat licin, sekarang dengan berterang
ia tidak dapat ganggu kita, siapa tahu apabila dibelakang hari
ia gunai akal akan celakai anak kita ? Kita ini dari golongan Kie
jin, sesudah besar anak2 kitapun akan bekerja pada negeri
seperti aku sendiri, mesti demikian mereka perlu diperintah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yakinkan ilmu silat, guna menjagoi supaya orang tidak hina


mereka
"Bila demikan, selagi senggang kau boleh didik mereka"
kata Tek Naynay akhirnya. "Bukankah kau yang bilang, buat
belajar silat orang mesti mulai sedari masih kecil?"
Siauw Hong manggut, tetapi ia lantas tertawa.
"Apakah kau kira kepandaianku ada artinya?" ia balik
menanya. "Guru mereka setidaknya mesti berkepandaian
seperti Lie Bouw Pek atau Jie Sioe Lian. Maka aku harap
sangat Lie Bouw Pek dan Jie Sioe Lian bisa menikah, supaya
mereka berdua bisa tinggal tetap di Pakkhia, dengan begitu
anak anak kita jadi bisa belajar di bawah pimpinan mereka "
Siauw Hong gembira sekali selagi ia mengucap demikian.
Tapi pembicaraan mereka terputus waktu seorang bujang
perempuan menyingkap kereta datang muncul.
Nona Jie datang !" kata bujang ini.
Suami isteri itu lekas berbangkit, hampir berbareng mereka
lihat munculnya Jie Sioe Lian, yang tetap pakai bajunya yang
hijau dan panjang. Siauw Hong awasi mukanya, ia kuatir si
nona dapat dengar omongannya barusan hal dia itu dan Bouw
Pek. Tapi ia dapat kenyataan nona itu tidak lagi berduka
seperti kemarinnya.
"Silahkaa duduk, kouwnio" kata Siauw Hong. Dan isterinya
pun turut mempersilahkan.
Soe Lian duduk setelah ucapkan dua tiga patah seraya
merendah.
"Ngo ko, bagaimana besok ?" la tanya. "Apa kita jadi keluar
kota ?"
"Kita tidak usah pergi" Siauw Hong jawab. "Kemarin Thio
Giok Kin sudah diusir oleh pembesar negeri dan tadi pagi pagi
mereka sudah berlalu dengan bawa mayatnya
Biauw Cin San"
Siauw Hong tertawa, tangannya merebah coeihoan, yang ia
terus sedot bentang?
"Thio Giok Kin semua sdalah orang2 dari kalangan Sungai
Telaga yang paling takut terhadap pembesar negeri" ia kata
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pula. "Mereka semua mestinya pernah lakukan beberapa


pelanggaran. Lihat saja. Biauw Cin San telah binasa, mereka
tidak berani mendakwa kita, Sekarang mereka diusir, menurut
penglihatanku, ini mesti biasanya dari buah hasil kelicinannya
Oey Kie Pok ! Kie Pok undang mereka, hasilnya tidak ada,
dengan binasanya Biauw Cin San tinggal Thio Giok Kin
seorang tenaga mereka jadi tiada artinya, maka itu mana Kie
Pok mau mengongkosi mereka lebih lama pula ? Buat tolak
tamu, Kie Pok tidak berani, sekarang apa akal ? Ia gunai jalan
halus, dengan pinjam tangannya polisi. Dengan mereka sudah
pergi, ia boleh cuci tangan. Thio Giok Kin sudah pergi, aku
percaya bagi kita babaya tidak ada lagi dari ia itu. Aku hanya
kuatirkan fihaknya Oey Kie pok. ia tentu tetap tidak puas,
cuma mestinya ia akan musuhkan aku seorang, bukan
kouwnio"
Sioe Lian manggut dan diam saja sampai sekian lama,
mendadak ia kata:
"Ngo ko, aku pikir sebentar aku hendak berangkat
meninggalkan kota raja Pertama Cama aku hendak pergi ke
Jie sie tin untuk tengok kuburan ayahku, akan bakar kertas
disana, sesudah itu aku hendak tengok rumahku di Kielok....."
Tek Naynay kaget mendengar pengutaraan itu.
"Kau hendak berangkat, adikku?" ia menegasi. "Apa
kemudian kau mau kembali kemari?"
Sioe Lian pandang nyooya rumah, ia menghela napas.
Tek Siauw Hong lihat orang hendak sahuti isterinya, ia
memegat.
"Kau hendak berangkat, kouwnio, aku tidak bisa
mencegah" ia kata. "Cuma aku pikir, baiklah kau tunggu
sampai Bouw Pek sudah kembali. Bouw Pek dan kau bersobat,
Bouw Pek pernah ketemu Beng Jie siauwya, kalau ia kembali
barangkali ia bisa bawa kabar baik. Laginya, kemana kau
hendak pergi, kau baik ketemui ia dahulu dan bicara padanya,
agar ia dapat tahu. Kalau sekarang kouwnio pergi dan
kemudian terjadi suatu apa, aku malu akan ketemui Bouw Pek
dan Jie Siauwya......."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sioe Lian bersusah hati mendengar disebutnya nama Lie


Bouw Pek dan Beng Soe Ciauw, sampai ia tidak bisa kata apa2
Ia duduk pula sebentar, lantas balik kekamarnya, kamar tulis,
adalah kecil dan terawat rapi, segala apa tersedia, sudah
setengah bulan ia berdiam disitu. Biauw Cin San sudah mati,
Thio Giok Kin sudah pergi, ia anggap tidak ada gunanya ia
berdiam lebih lama pula di Pakkhia. Bukankah Lie Bouw Pek
pun tidak ada dan Beng Soe Ciauw telah pergi entah kemana ?
Siapa ia mesti tunggui lagi ? Iapun merasa tidak enak akan
ucapannya Siauw Hong barusan, yang inginkan ia tunggui
Bouw Pek atau Soe Ciauw.......
Duduk sendirian didalam kamarnya itu, melainkan lampu
sebagai kawannya, Sioe Lian jadi banyak pikir dan ngelamun
Ia bersedih akan nasibnya yang buruk. Tiba2 ia ingat Thio
Giok Kin sekalian, bangsa kaum Sungai Telaga itu.
"Apa benar? mereka mau berlalu dengan hati puas ?" ia
tanya dirinya. "Siapa tabu jikalau malam mereka datang
kemari dan bokong aku dan bunuh semua orang dari keluarga
Tek ini ? Kelihataanya aku tidak boleh alpa......
Ia berbangkit kepembaringan, akan hunus siangtoonya,
yang ia bawa kembali kemeja, diantara sinar lampu sambil
berduduk ia awasi senjata yang tajam itu. Itu adalah sepasang
golok, yang pada tiga tahun yang lalu ayahnya bikinkan
khusus untuk ia. Baru saja kemarin ia pakai goloknya ftu
membacok Biauw Cin San, hingga ia seperti masin rasakan
baunya darah dari okpa itu......
"Boegeeku kecuali Bouw pek, belum pernah ada yang
tandingi" demikian ia ngelamun. Ingat anak muda itu ia jadi
kagum dan puas, akan akhirnya berduka.......
Sioe Lian ngelamun terus, ia tidak merasa sang malam
sang waktu, berjatan terus dengan tidak gubris padanya.
Tahu2 sudah jam tiga. Ia berbangkit akan kunci pintu
kamarnya dan masuk tidur. Minyak pada lampu juga sudah
mulai mau kering, penerangan ia hendak padamkan, tetapi
tiba2 satu jeritan terdengar jeritan orang perempuan,
keluarnya dari kamarnya Tek Siauw Hong ! Itulah suaranya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tek Naynay Kemudian jeritan itu disusul dengan suara riuh


kalang kabutan dari terbaliknya kursi meja, antaranya ada
suara senjata beradu dan lekas sekali terdengar juga
seruannya Tek Siauw Hong: Aku si orang she Tek akan
pertaruhkan jiwaku terhadap kau semua "
Meski ia kaget, Sioe Lian tidak berayal akan loncat keluar,
apa pula ketika itu siang too sudah siap ditangannya. Cahaya
rembulan suram, tetapi ia masih bisa melihat dengan nyata.
Dipekarangan dalam tiga orang
kelihatan asik bertempur dua lawan satu dan yang satu itu
adalah tuan rumah "Tek Ngoko, mundur " Sioa Lian segera
berseru. "Kasilah aku bunuh mereka"
Siauw Hong sedang terdesak hebat, napasnya sudah
memburu, karena rangsakan kedua musuhnya yang gagah
dan ganas, Maka mendengar suaranya nona Jie ia merasa lega
bukan main. Tidak tempo lagi ia lakukan tangkisan dan loncat
mundur, kemudian ia lari terus kedalam kamarnya akan
tengok isterinya.
Tek Naynay masih sembunyi dikolong meja, mejanya telah
samplek bekas bacokan musuh. Theekoan dan cangkir, pot
kembang dan lain senua telah jatuh kelantai. Kursi pun
malang melintang.
"Apa kau terluka" ia tanya lsterinya.
Tek Naynay goyang kepala, tubuhnya masih gemetar tidak
lampias.
"Sudah, jangan takut" kata Siauw Hong Tapi ia pasang
kuping.
Diluar terdengar terus suara beradunya senjata, kemudian
terdengar juga suara seruan saya arang jahat
"Tidak " ia menyahut dengan
"Aku mesti bantui Jie Kouwnio" kata ia, yang mau
memburu keluar. Tapi Tek Naynay tarik tangannya, hingga ia
tidak tega akan melongok keluar jendela, hatinya ibuk bukan
main.
Didepanpun segera terdengar teriakan berulang ulang:
"Tangkap orang jahat !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Akhirnya dari jendela Siauw Hong berteriak teriak:


"Thio Giok Kin ! Jikalau kau laki2, hayo berhenti Aku Tek
Siauw Hong nanti keluar akan layani kau ! Mari kita bertempur
secara terang, tetapi jangan seperti sekarang, seperti bangsat
saja"
Siauw Hong belum tutup rapat mulutnya, ketika diatas
genteng ia dengar suara ramai, hingga kaca dan kertas
jendela turut berbunyi berkeresekan, ia lantas dongak, tetapi
suara itu segera lenyap. Kemudian sampai sekian lama suara
ramai itu lenyap seanteronya.
Tek Naynay lepaskan cekalan pada suaminya, sang suami
menghela napas lega.
Waktu itu Sioe Jie dan beberapa bujang, dengan bawa
lentera, datang masuk.
Siauw Hong lepaskan goloknya, ia keluar dari kamar.
"Tidak apa2, kau jangan ribut" ia kasi tahu, "jangan bikin
Loo thay thay kaget"
Ibunya Siauw Hong sudah tuli, ia tidak dengar suara riuh
itu. Pun dua siauwya, karena dijaga oleh babu, tidak
mendusin.
Siauw Hong segera periksa rumahnya, kecuali kekalutan
didalam kamar tidak ada barang yang hilang Ia merasa lega.
Ia sekarang pikirkan Sioe Lian, yang belum kembali, rupanya
si nona kejar orang2 jahat Sesudah perintah orang meronda
disekitar rumah ia duduk dengan bingung.
Sekarang Tek Naynay telah dapat pulang ketenteraman
hatinya, tetapi ia ibuk juga menampak sikap suaminya itu.
"Siapa sebenarnya dua orang jahat itu ?" ia tanya.
"Yang pertama menerjang rusuk adalah Kim thyio Thio Giok
kin Siauw Hong menjawab. "Baiknya aku keburu berkelit dan
telah siap dan itu golokku. kalau tidak, tentu
sekarang aku telah binasa....." Ia menunjuk pada bekas
bacokan diatasnya. "Lihat, itu tanda dari kejamnya si orang
jahat
Tek Nayaay bsrgidik kalau ia ingat bahaya yang tadi
mengancam. Baru saja ia mau nasehatkan suaminya, supaya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

selanjutnya jangan tanam permusuhan lagi, diluar kedengaran


teriakannya Sioe Jie: , Awas ! Diatas genteng ada orang"
Siauw Hong terperanjat, tetapi ia segera sambar goloknya,
ia mau menerjang keluar.
"Jangan ibuk. aku !" demikian suara dari atas yang lemah
lembut. Dengan bawa lentera, apa yang sedang kau cari ?"
"Nona Jie. apa kau berhasil menangkap orang jahat begitu
terdengar pula suaranya Sioe Jie.
"Tidak apa2, kau boleh pergi tidur " demikian jawabnya si
nona setelah loncat turun. Ia bertindak masuk kedalam.
Siauw Hong tak jadi keluar, ia sambut si nona dan
menanyakan
"Kau baru kembali, kouwnio?" ia tanya. Ia lihat orang pakai
baju dan celana hijau yang ringkas, dua golok disebelah
tangan, rambut kusut bekas kesampok sugin.
"Aku kejar mereka sampai d luar Cee-hoa-moei," kata Sioe
Lian. "Mereka kabur dengan naik kuda, lantaran mereka
sambit aku dengan batu, aku tidak mengejar lebih jauh. Ilmu
golok mereka tidak berarti, gerakan mereka pun lambat,
sayang mereka berdua, jikalau satu sama satu aku tentu siang
siang bisa bekuk dia "
Hatinya Siauw Hong lega mendengar keterangan itu, pun
kagum terhadap sinona yang bisa usir penjahat. Dipihak lain,
ia malu sendiri, karena ia tidak berdaya menghadapi dua
musuh itu......
"Tadi aku belum tidur, ketika mereka dupak pintu kamarku
dan menerjang masuk tiba?" ia lalu kasi tahu, "Syukur aku
siap dengan golokku, dengan begitu aku tidaklah sampai
nampak bencana " Ia tunjuk tampak golok dimeja, lantas ia
tambahkan. "Orang yang lebih tinggi adalah Kim chio Thio
Giok Kin. Terang mereka belum berlalu dari kota, mereka
sengaja menguarkan cerita sudah pergi buat bikin kita tidak
curiga dan alpa ! Aku tidak sangka Thio Giok Kin begitu jahat"
"Maaf, semua ia adalah gara2ku," kata Sioe Lian. Ia lalu
ketemui Tek Naynay akan hiburkan nyonya rumah itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Syukur ada kau, adikku," ksta nyonya itu, "bila sendirian


saja, mana ia bisa lawan orang2 jahat itu " Dengan "ia", ia
maksudkan suaminya.
"Enso jangan kuatir aku tanggung penjahat tidak akan
datang pula" Sioe Lian menghibur. "Buat sementara ini aku
juga tidak mau berangkat dari sini."
Ucapau yang belakangan ini bikin sangat lega hatinya
Siauw Hong dan nyonya.
Siauw Hong lantas pergi keluar akan perintah orangnya
jaga pintu baik2, setelah itu ia pergi kekamarnya, ia antapkan
isterinya pasang omong terus dengan sinona Jie, Tapi Sioe
Lian pun tidak omong lama, ia lalu kembali kekamarnya.
Malam itu sampai pagi, Siauw Hong tidak pernah terpisah
dari gotoknya, pagi2 ia melaporkan pada pembesar negeri
perihal semalam ia didatangi orang2 jahat yang bersenjata.
Atas ini pembesar negeri lalu kirim dua orang hamba negeri
kerumabnya Siauw Hong untuk menjaga. Tiga hari lewat
dengan cepat, gangguan benar tidak datang lagi, Siauw Hong
dan isterinya girang. Sioe Lian, dipihak lain ibuk, hingga Siauw
Hong mesti bujuki dan nasehati ia untuk bersabar. Iapun malu
buat pergi jalan2, malah buat menolong Cia Mama dan
anaknya, yang ia kirimkan uang, ia suruh bujang saja bawa
uang itu. Sekarang ia tidak kerja apa apa, ia jadi iseng. Setiap
hari ia berharap?, dan yang diharapi adalah Lie Bouw Pek
Sioe Lian harap Bouw Pek pulang, supaya anak muda itu
bisa ceritakan ia segala halnya Beng Soe Ciauw. Ia juga mau
minta pikiran, kalau nanti ia berlalu dari rumahnya Tek Siauw
Hong, kemana ia mesti menuju. Ia ingin dapatkan tempat
dimana ia bisa berdiam dengan segala kepastian.
Tek Naynay suka temani sinona pasang omong, tetapi
sinona sendiri kehilangan kegembiraan ia lebih suka rebahan
atau duduk bingung mengawasi lampu. Nona itu terus pikirkan
hari kemudiaanya. Diwaktu malampun ia sukar dapat tidur
nyenyak.
Selang dua hari Yo Kian Tong mengunjungi Tek Siauw
Hong buat pamitan, karena ia mau pulang ke Yankeng dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ajak semua pengikutnya. Maka itu, selagi Bouw Pek belum


juga kembali, Siauw Hong jadi tidak tenteram pikiran. Ia juga
tetap kuatirkan daya upaya busuk dari Oey Kie Pok.
Tatkala itu hawa udara telah berobah menjadi dingin,
didalam rumah setiap waktu dinyalakan perapian.
Malam itu, sehabis bersantap, Siauw Hong dari isterinya
duduk berkumpul bersama anak mereka, tidak lama Sioe Lian
pun muncul
Sioe Lian mau beritahukan Siauw Hong bahwa ia niat
meninggalkan Pakkhia, ketika Sioe Jie mendadak muncul
dengan warta "Lie Toaya pulang !"
Sekejap saja suasana lantai berobah. Dalam kegetnya
Siauw Hong memburu kejendela.
"Lie Toaya yang mana 7" ia tegaskan pengikutnya.
"Lie Toaya Lie Bouw Pek"
Siauw Hong lompat berjingkrak bahna girangnya.
"Ah ! Kenapa, baru sekarang toaya ini pulang!" ia berseru.
Dan ia lantas keluar dari kamarnya
Sioe Lian juga girang, ia sudah berbangkit mau ikut Siauw
Hong keluar, tetapi kapan ia libat Tek Naynay pandang ia
sambil bersenyum, ia jadi malu hati, ia lantas duduk pula.
Siauw Hong berlari lari keluar sampai dikamar tamu, disana
ia lihat Bouw Pek duduk sendiri dengan bingung Tetapi
melihat tuan rumah, anak muda iia berbangkit dengan segera
"Toako "ia mendahului memanggil Apa kau baik ?"
Siauw Hong cekal keras tangan tamunya ?
"Ah, hiatee, kemana saja kau pergi ?" ia kata separo
menyesalkan. "Kau tidak ketahui sepergi kau dari sini telah
terjadi onar, seperti juga langit terbalik dan bumi ambruk"
Sembari kata begitu orang Boan ini pandang muka orang,
hingga akhirnya ia heran. ia tampak Bouw Pek berlepotan
debu, mukanya sedikit perok. romannya sangat kucel, sedang
bajunya yang panjang. bagian ujung tangannya, bagian
kancingnya, sudah pada pecah.
"Apakah kau baru saja masuk kekota ?" ia lalu tanya pula.
Bouw Pek manggut dengan pelahan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Baru saja aku masuk, selagi cuaca berobah gelap dengan


lekas" ia menyahut. "Aku tunggang kuda, kudaku itu aku telah
bawa kegereja, dengan tidak cuci muka lagi atau pakaian aku
sewa kereta dan langsung menuju kemari......." ia menghela
napas.
Dalam beberapa hari ini aku senantiasa berada dalam
kedukaan, Aku telah dengar, yang Biauw Cin San dan Thio
Giok Kin telah datang kemari mencari aku tetapi aku tidak
berdaya akan memecah tabuhku menjadi dua !"
Siauw Hong menjadi tidak sabar.
"Sebenarnya kemana kau telah pergi?" ia tegaskan. "Kau
berhasil menemui Beng Soe Ciauw atau tidak ?"
Bouw Pek menoleh ke jendela. agaknya ia kuatir ada orang
lain disitu.
Siauw Hong mengerti, ia kasi tanda buat Sioe Jie berlalu.
Keduanya sekarang berduduk berhadapan. Bouw Pek
membelakangi lampu, sebelah tangannya menunjaDg janggut.
Hari ini aku baru kembali dari Kho yang," berkata ia,
suaranya pelahan. "Beng Soe Ciauw berada di Kho yang
dengan luka parah, ia telah dilukai hebat oleh Biauw Cin San
dan rombongannya, yang mengerubuti ia. Baru dua hari yang
lalu ia menutup mata......
Siauw Hong terperenjat. ia mau menanya, tapi si anak
muda dului ia. Penuturannya Bouw Pek sebagai berikut:
Hari itu, bersama Soe Poan coe, Bouw Pek telah sampai di
Kho yang, oleh karena kuda mereka sudah dibedal terus.
Beng Soe Ciau rebah dengan lukanya, orangnya Su Poan
coe yang merawati. Bouw Pek terharu bukan main apabila ia
lihat keadaan pemuda dari Soa hoa-hoe ini.
Saudaraku, kau telah terlalu turutkan suara hatimu ia
berkata dengan manyesalkan "Sebenarnya, apa juga adanya
kesukaranmu, kita bisa damaikan itu. Kenapa kau bawa
pedangku dan pinjam kudanya Tiat Jieya dan berangkat
seorang diri keluar kota ? Kenapa dengan sendirian saja kau
lancang lawan Biauw Cin San dan rombongannya ?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Beng Soe Ciauw bersenyum tawar mendengar ucapan itu,


yang terang ia tidak setujui. Ia ingin bicara, apa mau lukanya
begitu hebat, hingga ia tidak mempunyai tenaga akan
wujudkan itu
Celakanya di Khoyang tidak ada thabib pandai yang bisa
mengobati luka bekas senjata, yang diandali adalah obat luka
dari Soe Poan-coe Luka itu bukan jadi sembuh, scbaliknya ja
di tambah hebat.
Dalam bukunya Bouw Pek minta Soe Poan coe pergi ke
Poteng akan undang thabib dari kota itu. tetapi karena sudah
terlambat, thabib itu tidak bisa menolong banyak.
Adalah karena kepergiannya ke Poteng itu disana Soe Poan
coe telah dapat dengar halnya rombongan dari Biauw Cin San,
bagaimana mereka ini sesudah mengganas beberapa
hari telah berangkat ke Pakkhia, warta ini ia beritahukan
pada Lie Bouw Pek hingga anak muda kita jadi bingung sekali,
ia niat menyusul ke Pakkhia guna tempur Biauw Cin San
semua, untuk sekalian balaskan sakit hatinya Beog Soe Ciauw,
tetapi ia tidak bisa tinggalkan pemuda ini, yang napasnya
sudah empas empis dengan luka parah, malah beberapa kali
Soe Ciauw begitu kesakitan sampai ia pingsan. Bouw Pek mau
sewa kereta guna angkat Soe Ciauw, agar sobat ini bisa
berobat dikota raja, tetapi Soe Poan coe mencegah.
"Apakah Lie Toaya tidak lihat keadaannya yang hebat?"
kata Pa San coa. "Kalau ia dipaksa dibawa pergi, aku percaya
ia bisa binasa ditengah jalan, disini kita masih mengharap
perlindungan dari Thian. Diatas kereta ia akan tcrkocok,
terbanting-banting"
Alasan ini kuat, Lie Bouw Pek tidak berani memaksa.
Karena bingung dan berduka memikirkan sobat itu, pun
berkuatir buat keselamatannya, Bouw Pek jadi tidak enak
makan dan sukar tidur, ia terus mendampingi dengan tidak
berdaya. Obat tetap dipakai seadanya saja
Satu hari itu, mendadak Beng Soe Ciauw mendusin dalam
keadaan lebih segar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Lukaku tidak bisa meajadi sembuh, tidak usah kau repot


mengundang thabib lain lagi" ia berkata, ia pandang Bouw
Pek, dan teruskan berkata : "Lie Toako, kau telah datang,
inilah bagus. Aku memang ingin bicara padamu.... Sesudah
menutur, kendati kau mesti taat, aku puas "
Sampai diaitu Beng Su Ciauw lantas tuturkan tentang
dirinya.
Diwaktu masih kecil benar benar Su Ciauw pernah kabur
dari rumahnya, kabur ke Kauw gwa diluar Ban Lie Iyiang Shia,
dimana ia hidup merantau diberbagai tempat, dimanapun
berbareng ia telah, peroleh ilmu silat. Satu waktu ia pulang
kem bali. Beng Eng Siang sayang anaknya ini, tetapi
kesayangan itu tidak demikian besar seperti yang
ditumpahkan kepada enak sulungnya, Su Ciang. Sebaliknya Su
Ciang angkuh, kejam dan tidak jujur, malah ia kandung
pikiran, kapan nanti ayahnya sudah menutup mata, akan
kangkangi semua harta benda. Karena ini terhadap adiknya ia
ambil sikap mendesak, seperti memusuhi. Su Ciauw lihat
kedudukannya yang tidak bagus itu, sedang buat
memperebutkan harta ia tidak mau. Ia telah dapat ingatan
akan kabur lagi, niatan ini ia batalkan kapan ia ingat hal
tunangannya, Jie Siu Lian, yang katanya elok gagah. Ia tahan
sabar. Ia pikir, kalau nanti sudah menikah dengan Siu Lian
temponya hanya lagi dua tahun ia mau pergi, akan berusaha
diluaran. Apa mau, selagi ia menahan sabar, suatu kejadian
bikin ia tidak sanggup wujudkan rencananya itu.
Dimusim Coen dari tahun Yang lalu, okpa dari Soanhoa,
Thio Ban Teng namanya, sudah rampas isteri orang. Kapan
Beng Su Ciauw ketahui kejadian itu, yang orang lain tidak
berani urusi, ia jadi gusar. Dengan bawa pedangnya ia satroni
okpa itu dirumahnya. Omongan sabar tidak mengasi hasil
maka sebagai kesudahan Su Ciauw bacok kedua kaki orang
itu. Setelah itu, dengan tidak bawa uang barang satu chie, ia
buron dari Soanboa Maka lagi2 ia hidup dalam perantauan Ia
tidak bergaul luas dengan orang2 kalangan Sangai Telaga ia
pun benci kejahatan, lantaran itu ia hadapi kesukaran. Kettka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ia merantau sampai di Pakkhia kebetulan disitu ia ketemu


padri Lhama, bekas kenalannya di Kauw gwa. Lhama inipun
ketahui perbuatannya di Soanhoa.
"Thio Ban Teng, yang kau bacok kedua kakinya telah
msnjadi seorang tapadaksa " kata padri ini. "Ia telah bikin
pengaduan pada pembesar negeri dan pembesar negeri
berdaya tangkap kau. Thio Ban Teng itu punya paman yang
menjadi thaykam didalam istana, katanya ia jadi toa
congkoan, pengaruhnya besar, kalau paman ini turun tangan
dan kau kena ditangkap, itu berbahaya sekali. Baik kau lari
cepat sembunyi buat dua atau tiga tahun, apabila nanti
perkara sudah mulai orang lupakan, baru kau keluar kembali"
Beng Su Ciauw suka turut pikirannya Lhama itu, maka ia
sudah lantas tukar she dan nama, dan dengan pertolongannya
Lhama itu ia dikirim ke Pwee lek hoe, hingga kejadian ia
bekerja sebagai tukang istal. Ia tidak mau banyak omong, ia
malah tidak mau banyak omong, ia malah tidak mau kasi tahu
ia mengerti silat sedang Tiat Pweelek gemar bugee maka
justeru pakaiannya butut, Tiat Pweelek tidak perhatikan dia. Ia
terpaksa diterima bekerja, sebab Tiat Pweeiek tidak ada
lowongan. Ia beradat keras, melihat Tiat Pweelek tidak kenal
orang. ia makin umpatkan diri. Ia sudah pikir buat sekap diri,
kalau nanti ia keluar lagi ia niat berusaha dan nikah Siu Lian.
Apamau hari itu datang Lie Bouw Pek, bugee siapa ia kagumi,
maka selagi Bouw Pek dan Tiat Pweelek piebu, diluar
keingmannya ia sudah terlepas omong, Lie Bouw Pek segera
ketahui ia itu orang macam apa. Maka itu ia jadi makin
hargakan orang she Lie itu. Demikian, seperti kita ketahui,
keduanya segera menjadi sahabat karib.
Beng Su Ciauw sudah pikir akan perkenalkan dirinya pada
Lie Bouw Pek, siapa nyana, selagi ia belum buka mulut. Bouw
Pek sudah mendahului bicara tentang Siu Lian. Ia tahu Bouw
Pek sudah lepaskan harapan pada nona itu, yang menjadi
tunangannya, tetapi ia pikir lain. Ia anggap sayang kalau
Bouw Pek tidak menikah dengan Siu Lian karena mereka
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sudah berkenalan dan Bouw Pek telah melepas begitu banyak


budi.
Sebaliknya ia sendiri, kendati ia tunangannya Siu Lian,
belum pernah lakukan apa2, malah lihat sinona pun belum.
Lain dari itu nasibnya pun belum ketahuan bagaimana nanti.
"Maka lebih baik aku mengalah, kasi Siu Lian menikah pada
Bouw Pek, mereka mestinya pasangan yang sembabat"
demikian ia pikir. "Melulu karena ada aku sebagai rintangan,
jodoh mereka itu tidak bisa dirangkap
Pikiran ini jadi tetap ketika kemudian ia dapat baca
suratnya Tek Siauw Hong.
Justeru itu diluar dugaannya, Bouw Pek yang telah curigai
ia, mendadak buka rahasianya, maka bahna malu ia terus saja
kabur. Ia menduga pasti, bahwa Bouw Pek akan rangkap
jodohoya pada Sioe Lian, meski ia sendiri akan berduka
karenanya. Ia lantas cari pedang, bawa kabur kudanya Tiat
Pweelek dan angkat kaki dari Pakkhia, ia menuju ke Khoyang
buat cegat Biauw Cin San dan berkorban untuk Lie Bouw Pek.
Kesudahannya sebab nekat ia mesti rubuh sebagai korban
piauw dari Biauw Cin San Baiknya la bertemu Soe Poan-coe
maka akhirnya Bouw Pek bisa dikabarkan dan datang
menyusul.
Setelah menutur tentang dirinya kendati ia lelah, Beng Soe
Ciauw bersenyum. Beuw Pek merasa lega melihat senyum itu
"Lie Toako," demikian ia kata pula, orang gagah mesti
gagah juga perbuatannya terus terang yalah apa yang bisa
dikerjakan harus dikerjakan, Jangan sekali kita bersangsi
sangsi. seperti tingkah lakunya anak sekolah yang lemah.
Toako Sioe Lian dan aku telah bertunangan, tetapi itu
namanya saja. wujudnya tidak, karena terang
kami tidak berjodoh. Umpama kata aku terus hidup, aku
toh tidak punya tenaga akan ikat ia, apapula sekarang, selagi
aku mendekati ajalku. Toako, kau telah lepas banyak budi
terhadap ia, maka kalau nanti Tek Siauw merecoki jodoh kau
dengan jodohnya kau harus terima baik! Dengan nikah Sioe
Lian, kau bikin ia dapat orang yang dibuat andalan hidupnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tentang aku, kau harus tetap pandang aku sebagai Siauw Jie.
tukang istal Pweelek-hoe, kau jangan anggap aku sebagai
Beng Soe Ciauw!......"
Bukan main terharunya Bouw Pek, ucapannya Soe Ciauw
menusuk hatinya sampai air matanya mengembang dengan
tiba2. Ia heudak beber rasa hatinya, bahwa benar tadinya ia
harapi Sioe Lian, tapi bahwa ia robah pikiran setelah ketahui
Siu Lian sudah bertunagan, Tetapi niatan ini ia batalkan,
kapan ia ingat Soe Ciauw berhati keras. Kalau Soe Ciauw
gusar, kegusaran itu bisa membahayakan jiwanya sebaliknya
kalau tidak bicara, ia tidak puas. Sebab ia bingung, ia jadi
membungkam.
Soe Poan-coe turut bingung saja, ia pun tidak bisa kata
apa2.
Sehabis bicara begitu banyak Soe Ciauw meramkan mata,
diam saja.
Soe Poan coe tarik tangannya Bouw Pek buat ajak pemuda
itu keluar.
"Aku kagum terhadap Beng Soe Ciauw, berkata Soe Kian
sesudah mereka berada berduaan. "Ia laki2 tulen ia sobat
sejati Barusan ia telah bicara terus terang"
Bouw Pek hendak kasih keterangan. Tapi Soe Kian pegat ia.
"Aku mengerti kau, Lie Toaya, kaupun ada kesukaranmu ia
kata "tetapi sekarang kau tidak boleh ngotot terhadapnya, ia
sangat lemah. Sekarang kita cuma mengharap ia tidak mati.
kalau ia sudah sembuh, waktu itu kita masih punya tempo
akan bicara lebih jauh!"
Bouw Pek mengerti si Gemuk ini, ia tidak jadi bicara. Ia
bertindak masuk.
Soe Poan coe mengawasi orang pergi, ia goyang2 kepala.
"Satu anak muda begitu gagah siapa nyana ia punya
kesukaran didalam hati" kata ia dalam hati. "Duluan aku
sangka, Coei Siam sdalah jiwanya kedua. Untuk dapat
pulangkan si nona kepadanya, aku telah mampusi Cie Sielong
dan Poan Louw Sam, siapa tahu sekarang ada nona Jie Sioe
Lian. Sekaraog aku mesti hadapi yang satu tinggal matinya,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang lain korban rindunya, maka tenaga apa aku punya akan
tolong mereka berdua......."
Lagi2 si Gemuk geleng kepala, berulang ulang ia menghela
napas. Kemudian ia hiburkan diri dengan berpikir "Baiknya aku
seorang gemuk terokmok. dengan romanku ini tidak ada
nona2 yang bisa jatuh cinta padaku, kalau tidak, aku juga bisa
diserang penyakit rindu yang hebat,
Dengan di sambar sambar angin, Soe Poan coe masih
berdiri saja, mengawasi repotnya jongos dan tamu2.
"Rupanya dasar aku sial juga, kenapa aku berkawan
dengan dua anak muda? ....."
ia ngelamun "Tapi bagaimana juga mereka orang baru atau
orang lama, adalah sobat2ku, maka aku tidak boleh diam saja
peluk tangan"
Ngelamun sampai disitu ia bersenyum sendirinya.
Ketika itu terdengar rintihannya Beng Soe Ciauw, si Gemuk
lantas lari kedalam. Soe Ciauw merintih dan menggelisah.
Tiba2 ia buka matanya.
"Biauw Cin San, kau jahat " mendadak ia berseru. "Kenapa
kau gunai senjata rahasia? Apakah dengan begitu kau hoohan
?"
Ia berdiam akan merintih pula. Ia pandang anak muda kita,
kelihatannya ia menahan sa kit. "Lie Toako......" ia kata.
"Ada apa saudara? Bouw Pek aegera menghampirkan
Matanya Su Ciauw mengeluarkan air. tetapi mulutnya tetap
tertutup. Satu kali tubuhnya bergerak, mulutnya berkemik,
tapi ia masih tidak bisa bicara, hanya matanya yang
sekonyong2 terbalik.
Bouw Pek terperanjat, ia cekal tangannya. Tangan itu
dingin, ia rasai menjadi adem enyam dan keras..... Maka ia
lantas saja menangis.
Su Poan cu berdiri dengan goyang kepala, ia tepas air
matanya, kemudian ia betot bangun Lie Bouw Pek
didepannya.
"Lie Toaya, sekarang bukan waktunya untuk menangis" ia
kata "menangis adalah perbuatannya Cui Siam atau Siu Lian
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kita kangouw hoohan, kalau kita menangis, orang nanti


tertawai kita ! Beng Jie Siauwya sudah meninggal dunia, mari
kita beli peti mati, akan urus mayatnya. Kita mesti lekas
kembali, disana ada Biauw Cin San, dengan siapa kita mesti
adu jiwa"
Deugan tidak tunggu jawaban lagi, Soe Kian panggil
orangnya, akan ikut ia pergi membeli peti mati dan barang2
lain yang diperlukan.
Bouw pek terus lesu. sampai Su Kian kembali ia masih
tatap berduka.
Su Poan-cu berlaku sebat, dengan dibantu oleh
pengikutnya dan jongos, begitu juga beberapa kuli yang
gotong peti, ia sudah lantas urus mayatnya Beng Su Ciauw
sebagai mana mestinya. Segala api serba sederhana maka
cepat sesaat mereka selesai.
Bouw Pek bekalkan pedangnya pedang dari Tiat Pweelek.
yang Su Ciauw ambil dari pada sobat itu.
Tuan rumah telah dipanggil, untuk diminta bantuannya
mencari tempat dimana peti mati bisa dikubur Ia pergi
bersama sama Su Poan cu. Setelah hampir satu hari. tuan
rumah itu kembali dengan berhasil. Mereka dapat tempat
disebelah selatan kota, yang dipanggil Hong touw po, dikaki
bukit ada sawah, ada rumah sanaknya si tuan rumah, seorang
she Coe, yang sudi korbankan sedikit tanahnya. Tapi Bouw
Pek berikan kerugian beberapa tail perak. Esoknya upacara
penguburan dilakukan dengan sederhana sekali. Tapi dimuka
kuburan Bouw Pek perintah tancap sepotong bongpay kecil
dan pendek untuk peringatan. Ia masih menangis saja, sampai
Su Poan cu tarik ia, buat diajak pulang kebotel.
"Lie Toaya " kata si Gemuk. "Orang yang mati tak akan
hidup pula jangan kau terlalu bersusah hati. Juga tentang
halnya nona Jie Siu Lian, kita tidak usah sebut2 Tapi Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin serta rombonganya, sekarang mereka
tentu sudah sampai di Pakkhia, kalau disana mereka tidak
dapatkan kau, mereka pasti akan katakan kau takut mereka
dan lari menyingkir ! Inilah hebat Maka itu baiklah kau lekas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kembali kekota raja akan susul dan tempur mereka itu, untuk
sekalian balaskan sakit hatinya Beng Jie lauwya !"
Si Gemuk harap, dengaa perkataannya itu, ia bisa bikin
bangun semangatnya si anak muda, siapa tahu, Bouw Pek
tetap duduk diam, mulutnya terus tertutup. Karena ia sedang
pikir, bagaimana ia mesti berurusan dengan Siu Lian, hingga
ia kesampingkan dulu urusannya Biauw Cin San-
Su Poan cu masih saja bicara sekian lama dan si anak
muda tetap tidak bergeming, ia berbangku dengan tidak
sabar, agaknya ia mendongkol juga. Ia gelung lengan bajunya
buat kasi lihat lengannya yang besar dan kasar.
Lie Toaya, sebenarnya bagaimanakah pikiranmu?" kata ia
akhirnya, suaranya keras. "Beng Jie Siauwya telah tempur
Biauw Cin San untuk kau, karena itu ia sampai terima
kebinasaannya ! Ia betul sudah binasa, tapi ia tetap satu
hoohan, semua orang kagum dan puji dia ! Kalau kau mau
tetap tinggal diam, buat jagai kuburannya Beng Jie Siauwya,
aku tak akan menentang, tetapi aku sendiri mau pergi. Biar
aku si Su Poan cu saja, aku toh mau kembali ke Pakkhia, aku
hendak tempur Biauw Cin San semua Pendeknya, Lie Toaya,
kau nanti lihat Setelah kata begitu, ia titahkan pengikutnya
siap buat berangkat kekota raja.

Jilid 20
MENDADAK Lie Bouw Pek berbangkit dan menolak tubuh
Su Poan cu yang gemuk, yang mengadang dihadapannya,
biarpun tubuh itu besar, tidak urung si Gemuk terpelanting
sampai membentur tembok!
"Kau seperti juga main gila terhadap aku!" ia berseru.
"Kalau Lie Bouw Pek bekerja, ia bekerja menurut pikirannya
sendiri! Apa kau kira aku bisa mengekor saja padamu ?"
Su Poan-cu nyender ditembok, ia awasi anak muda itu, ia
tertawa cekikikan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kalau begitu, Lie Toaya, kau hendak kembali ke Pakkhia


atau tidak ?" ia tanya dengan membandel.
"Kenapa aku tidak kembali ?" sahut Bouw Pek dengan
bersenyum ewah. "Di Pakkhia aku masih punya banyak urusan
yang mesti dibereskan" Ia bertindak menghampirkan si gemuk
itu, akan tepok-tepok pundaknya. "Lauw Su, kau ini sobat
sejati" ia kata. "Aku si orang she Lie memang sudah tahu.
Tapi, sekarang ini aku hendak minta satu hal darimu, yaitu
didalam urusanku ini, jangan kau mengadu biru, Kau bisa
terima atau tidak ?"
Su Poan cu tertawa berkakakan.
"Aku mengadu biru ?" ia tegaskan. "Kita sobat2 baik, eh ?"
Bouw Pek menghela napas, ia manggut.
"Kau memang sobatku, dan aku tahu kau bermaksud baik,"
berkata ia, "tetapi urusanku ini sulit, tidak sedemikian
sederhana sebagaimana kau kira!"
Setelah kata begitu, ia titahkan pengikutnya Su Poan-cu
siapkan kudanya Beng Su Ciauw, sementara ia sendiri sudah
lantas betulkan pakaiannya dan benahkan pauwhoknya.
Su Poan-cu anggap Lie Bouw Pek benar. Menurut ia, ia
ingin Lie Bouw Pek kabur dari penjara, ia bunuh Cie Stelong
dan Poan Louw Sam, lantas ia mau ambil Cui Siam, buat
dinikahkan pada anak muda ini lantas semua menjadi beres !
Tapi sekarang ternyata, tindakannya Lie Bouw Pek lebih
benar, perkara tidak usah menjadi lebih ruwet. Cuma
bedanya, perkara sebenarnya masih sulit ! Kenapa sekarang
muncul Jie Siu Lian ? Tentang si nona Jie ini, ia memang tidak
ketahui suatu apa, kecuali belakangan.
"Kalau begini jalannya, pengharapan Beng Jie Siauwya
tentu sukar kesampaian yaitu Bouw Pek dan nona Jie tidak
akan gampang2 menikah satu pada lain....."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Meskipun otaknya berpikir demikian, ia toh terus


mengawasi dengan sikap adem pada anak muda kita, pada
tampangnya ada senyuman tawar........
Bouw Pek telah siap dengan cepat. Ia menoleh pada Pa-
san-coa, si Ular Gunung.
"Lauw Su" katanya, "sekarang juga aku mau kembali ke
Pakkhia ! Kalau urusanku di Pakkhia sudah beres, aku mau
pergi ke Selatan, aku niat pulang ke Lamkiong! Lauw Su, jika
kau tidak mau lekas2 berlalu dari sini, tunggulah aku beberapa
hari, sampai aku kembali, waktu itu kita nanti bertemu pula !"
Su Poan-cu goyang kepala.
"Belum berketentuan aku pergi kemana," ia jawab. "Nah.
sampai kita ketemu pula !"
"Baiklah," Bouw Pek manggut. "Dalam satu bulan aku pasti
akan kembali ke Lam-kiong, jikalau kau ada urusan apa2, kau
boleh cari aku di Lamkiong saja !"
Su Poan-cu manggut, ia tertawa.
"Baik, baik!" kata ia berulang-ulang. "Memang Lie Toaya,
dibelakang hari aku mesti perlu minta bantuan kau "
Kemudian ia tambahkan : "Semua ongkos hotel disini kau
tidak usah perdulikan. Aku hendak tinggal disini dua hari lagi,
nanti aku yang perhitungkan semua"
Ia ketahui si Gemuk ini bukannya seperti ia atau Beng Su
Ciauw, yang kantongnya kempes.
"Baiklah, terima kasih !" ia jawab.
Ketika itu pengikutnya Su Poan-cu telah balik dan
memberitahukan, bahwa kuda sudah disiapkan, maka Bouw
Pek segera bawa pauwhok dan pedangnya dan bertindak
keluar. Ia terus lompat naik atas kuda itu, yalan kuda hitam,
yang Beng Su Ciauw ambil dari istal Pweelekhu.
Su Poan-cu dan pembantunya mengantar sampai diluar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Diatas kuda Bouw Pek memberi hormat selamat berpisah


dengan air muka sedih.
"Sampai ketemu !" ia kata dengan pelarian.
Su Poan-cu balas hormat itu.
"Sampai ketemu, sampai ketemu pula ! Mudah2an kau
berhasil, Lie Toaya !"
Su Poan-cu mengawasi sampai otang sudah pergi jauh ia
lantas menoleh pada pengikutnya, air mukanya berseri-seri.
"Muridku hayo siap, kita berdua juga mau berangkat "
BOUW PEK sampai di Pakkhia ketika sudah magrib dan
terus saja masuk kedalam kota. Ia pulang ke Hoat Beng Sie
sesudah taruh pauwhok dan tambat kudanya, dengan sewa
kereta ia pergi kerumahnya Tek Siauw Hong, sebagaimana ia
sudah disambut dengan terheran heran oleh si orang Boan.
Pada sobat baik ini ia tuturkan halnya Beng Su Ciauw atau
Siauw Jie, yang hembuskan napasnya yang terakhir di depan
ia. Ia cerita dengan suara pelahan, ia kuatir Siu Lian dapat
dengar.
Siauw Hong menghela napas dan berulang ulang goyang
kepala.
"Beng Su Ciauw seorang aneh" ia kata dengan masgul "Ia
juga terlalu beradat keras. Kenapa ia berangkat sendirian ke
Khoyang tempur Biauw Cin San sekalian dan adu jiwanya ?
Sekarang ia telah binasa secara demikian menyedihkan dan
Nona Jie ia sia-siakan dirumahku ini bagaimana kemudian ?
Bouw Pek tidak apa2, ia tetap sangat berduka, hingga
nampaknya tidak suka bicara.
Tapi Siauw Hong mendadak tertawa romannya jadi gembira
sekali.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Saudara Bouw Pek, aku hendak kasi tahu kau satu hal"
demikian ia berkata hampir berseru. Inilah yang dibilang wan
wan siang po, atau balas membalas coba kau tebak?"
Meskipun ia majukan pertanyaan, selagi orang memandang
ia, Siauw Hong toh sudah menjawab pertanyaannya sendiri. Ia
kata:
"Biauw Cin San sudah sampai di Pakkhia, tetapi belum
beberapa hari, ia sudah mampus terbunuh ditangannya nona
Jie! Dengan begini bisalah dibilang bahwa nona Jie sudah
balaskan sakit hatinya tunangannya itu !"
Bouw Pek memang tidak ketahui urusan itu, ia nampaknya
heran.
"Duduknya hal begini" kata pula Siauw Hong, yang segera
bercerita hal keganasannya Biauw Cin San. lapun sebut,
bahwa Siam Nio adalah gundiknya okpa dari Holam itu. Ia
tutup ceritanya sampai Thio Giok Kin satroni ia diwaktu
malam, tetapi maksud jahat itu gagal karena rintangan dari
nona Jie
Bagaimana juga, Bouw Pek mendengar penuturan itu
dengan kekaguman.
"Siu Lian bisa bunuh Biauw Cin San, ia bisa pecundangi
Thio Giok Kin, terang boegeenya sudah maju banyak" ia pikir.
"Sayang tunangannya telah menutup mata dan nasibnya
sendiri buruk.... Aku tidak nyana Cui Siam adalah gundik
orang, pantas ia seperti rahasiakan suatu apa dan benci orang
kalangan sungai Telaga, rupanya ia benci Biauw Cin San dan
lantas menyamakan semua orang seolah2 jahat seperti okpa
itu....."
Siauw Hong cari huncweenya dan sedot itu.
"Hiantee, apa kau sudah makan ?" akhirnya ia tanya.
Bouw Pek geleng kepala.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Sekarang ini aku tidak bisa dahar" ia menyahut. "Satu hari


aku lakukan perjalanan, aku belum cuci muka, coba kau
tolong perintah orang sediakan air."
Siauw Hong teriaki Siu Jie buat suruh pelayan itu lekas
ambil air sekalian pesan orang didapur akan sediakan dua tiga
rupa barang santapan.
Siu Jie berlalu tetapi ia lekas kembali dengan air, maka
Bouw Pek lantas bersihkan mukanya, sebentar kemudian ia
seperti salin rupa, tetapi ia masih duduk diam dengan roman
berduka.
Selama itu Siauw Hong duduk dipinggiran, ia sedot
huncwee sambil terus mengawasi anak muda ini. Rupanya ia
juga berpikir bagaimana harus hiburkan ini sobat
Sebentar kemudian, nasi dan temannya telah disajikan,
berikut arak.
"Hiantee, coba kau minum," kata Siauw Hong. "Kau dahar
seadanya. Masih siang kau jangan pikir buat lekas2 pulang,
disini kita boleh bicara. Aku ingin ajak kau berdamai...."
Bouw Pek pun bingung dalam hal bagaimana ia harus
bertindak terhadap Jie Siu Lian, maka tawaran itu ia tidak
tampik lagi. Paling dulu ia tenggak secawan arak.
"Aku sudah pikir bagaimana aku harus bertindak" ia kata
kemudian. "Besok aku hendak kunjungi Tiat Jieya, begitupun
piauwceku, aku pamitan dari mereka, sesudah itu aku mau
pulang ke Lamkiong!"
Siauw Hong melengak mendengar pengutaraan itu.
"Kau mau pulang ?" ia tanya. "Kapan kau hendak kembali?"
"Jikalau tidak ada halangan, aku tentu akan sering tengok
kau toako," Bouw Pek jawab. "Sudah setengah tahun aku
berada dikota raja ini, benar maksud kedatanganku belum
tercapai, akan tetapi aku girang yang disini aku telah dapatkan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

banyak sobat, apa pula toako sendiri. Toako telah banyak


bantu aku, aku sangat berterima kasih."
Siauw Hong goyang kepala, ia tersenyum tawar.
"Hiantee, aku minta kau jangan mengucap begini padaku."
ia bilang. "Dalam persobatan kita, aku tidak ingin kau sebut2
banyak bantuan dan berterima kasih. Adalah kebiasaanku
bersobat dengan bersungguh sungguh hati apa lagi
terhadapmu, seperti kau ketahui, aku berani pertanggungkan
rumah tangga dan jiwaku!"
Anak muda kita tampaknya sangat terharu, beberapa kali ia
menarik napas.
"Hiantee, aku harap kau mengerti aku dengan baik," Siauw
Hong kata pula. "Aku bicara begini rupa bukannya aku
inginkan pembalasan budi darimu. Aku juga punya
kesukaranku. Nona Jie Siu Lian ..." ia berhenti dengan tiba2 ia
merasa yang ia telah omong terlalu keras. Ia lalu melanjutkan
dengan pelahan: "Sebenarnya, aku tadinya tidak kenal nona
itu, bahwa aku telah ajak ia kemari, melulu karena aku ingin ia
bisa ketemu padamu, tetapi kau senantiasa menyingkir dari ia,
hingga ia akhirnya mesti berdiam sama aku."
"Lantaran ia tinggal padaku, hampir2 aku tersangkut
perkara. Sudah begitu, mengenai urusan sinona itu dan aku,
kau tidak tahu, kau tidak ambil peihatian. Dibelakang hari
bagaimana aku harus berbuat? Mustahil ia mesti berdiam terus
sama aku? Itu tokh tidak bisa jadi ! Apa mesti di antap ia pergi
kemana ia suka, atau kita minta ia pergi? Ia sudah tidak punya
ayah dan ibu, tunangannya tidak ketahuan kemana parannya
sekarang ternyata tunangan itu telah binasa ! Dirumah
mertuanya ia tidak bisa tinggal, dirumahnya sendiri sudah
tidak ada orang lain, bagaimana ? Ia adalah satu nona, umur
baru tujuh alau delapan belas tahun, meski benar ia pandai
bugee dan tidak takut orang jahat, ia toh tidak bisa dibiarkan
hidup sendirian dalam perantauan !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek diam. Ucapannya Siauw Hong benar semuanya.


Iapun merasakan seperti sobat itu. Tapi ia tidak punya daya
akan pecahkan kesulitan itu. Dengan cara bagai mana Siu Lian
harus dipernahkan ? Beberapa kali ia menarik napas. Siauw
Hong mulai merasa tidak puas, hingga dalam hati nya ia
berkata: "Kau laki2, kenapa kau tidak bisa berlaku terus-
terang, akan bereskan halnya si nona ini, supaya sobatmu jadi
lega pikirannya?"
Oleh karena memikir demikian dengan sungguh2 ia kata
pula :
"Hiantee, Biauw Cin San sudah binasa. Thio Giok Kin sudah
diusir pergi, disini tidak ada musuhmu lagi, seharusnya kau
boleh bertenang hati ! Sekarang mari kita bicara secara
terbuka. Kelakuan dan bugee nona Jie Siu Lian, kau ketahui
sendiri, kau kagumi. Kau sendiri duluan, dimusim panas, telah
kasih tahu aku bahwa kau sangat menyesal yang nona Jie
sudah punya tunangan, hingga kau tidak bisa menikah dia,
bahwa kau tidak bisa lupai idamanmu. Karena itu kau jadi
berduka, kegembiraanmu lenyap. Tapi sekarang lain, sekarang
ada jalan buat kau obati luka pada hatimu itu. Beng Su Ciauw
telah menutup mata ini satu soal. Jie Siu Lian sudah
bertunangan, itu baru namanya saja, sedang sebenarnya
berdua mereka belum pernah ketemu muka, maka kalau
sekarang ia menikah pada orang lain, itu bukannya perbuatan
yang melanggar kesucian dirinya. Kau sendiri tidak punya
rintangan, kau sebenarnya boleh lantas menikah dengan dia.
Setelah menikah kau boleh lantas bantu ia bawa jenazah ayah
bundanya. Sesudah itu terserah pada kau, kau hendak tinggal
di kampungmu atau dikota raja. Dengan begitu nona Jie akan
berketentuan hidupnya, kau sendiri akan kesampaian cita-
citamu. Kalau seorang laki-laki bertindak, ia mesti ingat juga
orang lain, kau tidak turut adat sendiri dan bikin rugi atau
celaka orang lain, Asal saja kau manggut hiatee, urusannya
nona Jie sendiri kau boleh serahkan padaku ! Perayaan untuk
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nikah, urusan rumah dan lainnya semua toakomu ini yang


nanti tanggung beres !"
Siauw Hong bersenyum, ia pandang anak muda itu. Dalam
hatinya ia pikir: "Aku telah bicara, mustahil kau masih tidak
memandang padaku ?.... Tapi Bouw Pek, kendati telah dengar
semua dan mengerti, tetap masih menolak.
"Hal ini tidak bisa dilakukan !" kata ia dengan bersenyum
tawar. "Jikalau tadinya aku tidak kenal Beng Su Ciauw, jikalau
Beng Su Ciauw tidak korbankan jiwanya untuk aku, urusan
masih bisa didamaikan. Sekarang.... ia menarik
napas, romannya duka sekali. "Beng Su Ciauw sangka aku
cintai nona Jie, ia mengalah dan menyingkir, lantaran untuk
kebaikanku ia korbankan jiwanya .... Sekarang, selagi
tulang2nya masih belum kering, aku nikah nona tunangannya,
apakah dunia tidak akan tertawai aku ? Lagian hal itu sangat
menusuk liangsimku...."
"Ah, kau terlalu berkukuh !" kata Siauw Hong dengan putus
asa. "Sekarang apa kau pikir tentang hari kemudiannya nona
Jie Siu Lian ? Kau kenal baik ayahnya almarhum, malah kau
ada bertetangga daerah, maka dengan adanya semua itu kau
berkewajiban untuk perhatikan nona yatim piatu yang harus
dikasihani itu. Bagaimana kau pikir?"
"pasti sekali aku mesti bantu ia dengan sesungguhnya"
Bouw Pek jawab. "Turut apa yang aku ketahui, Jie Loo piauw-
tauw punya milik serta beberapa murid di Kielok, aku nanti
cari murid itu supaya mereka datang kemari, akan papak
sumoay mereka. Mereka itu harus berdamai buat antarkan
nona Jie, ke Soanhoa atau ke Kielok .
Bouw Pek anggap pikirannya ini sempurna. Ia percaya,
yang Sun Ceng Lee dan saudara2 angkatnya tentu akan bisa
mengatur bagaimana baiknya. Karena pamili Jie terkenal di
Kielok, pamili ini mesti punya sanak atau kenalan, yang mesti
akan sudi taruh perhatian pada sinona.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong bersenyum dingin. Ia anggap dengan jalan itu,


Bouw Pek melulu hendak bersihkan diri.
"Sudah, urusan dibelakang tinggal di belakang" akhirnya ia
kata. "Sekarang halnya Beng Su Ciauw. la telah menutup
mata, hal ini kita tidak bisa sembunyikan terhadap nona Jie.
Aku pikir kita baik panggil nona itu akan tuturkan semua hal,
agar ia mendapat tahu."
Ia lantas berbangku dan mau bertindak masuk.
Bouw Pek tidak ingin ketemu dengan Siu Lian, sikapnya
Siauw Hong bikin ia bingung. Ia pun berbangkit.
"Toako, tahan" ia mencegah. "Kenapa kau berlaku begini
terburu?" Kalau nona Jie ketahui kematiannya Beng Su Ciauw
ia tentu sangat bersedih dan menangis. Aku bilang aku mau
berangkat tetapi itu akan kejadian sedikitnya lagi satu atau
dua hari selama itu aku tentu akan bertemu dengan nona Jie,
maka waktu itu aku nanti kasi keterangan jelas padanya...
Pemuda ini kasi lihat roman begitu berduka, hingga Siauw
Hong jadi terharu.
"Hiantee, kau benar2 bikin aku bingung" kata ia sambil
banting kaki "Persahabatan kita sudah hampir satu tahun,
tetapi rapatnya adalah melebihi daripada itu! Gangguannya
persaudaraan Phang. Biauw Cin San, Oey Kie Pok, tidak bikin
aku ibuk se perti ini, yang membikin kepalaku pusing. Heran,
Beng Su Ciauw telah dapat dicari, kenapa sekarang ia
binasa?..."
Siauw Hong lempar diri dikursi, ia menarik napas panjang
pendek.
Bouw Pek tahu baik kejujurannya Siauw Hong, melihat
keadaannya sobat itu ia berduka bukan main. Tapi apa mau
sobat int tidak ketahui hatinya.
"Toako, mari minum" ia kemudian kata. Ia isikan cawan
sobatnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Hiantee, kau dengarlah aku," kemudian Siauw Hong kata


pula, "Bila kau menikah nona Jie, urusan lantas jadi beres dan
sempurna. Aku nanti pecah rumahku ini, supaya kau berdua
bisa tetap tinggal disini dan seterusnya kita orang bisa
berdampingan. Sesudah nona Jie dapat dipernahkan urusan
kau berdua mudah sekali. Aku nanti atur supaya kau bisa
dapat pekerjaan. Umpama kata kau mau jadi piauwsu berdua
isterimu, kau boleh buka piauwkok. Andainya kau ingin
bekerja pada negeri, dahan aku nanti dayakan bersama2, tiat
Pweelekya, yang tentu akan berhasil...
Terhadap bujukan itu hatinya Bouw Pek tidak tergerak.
Ketika itu ia telah tenggak susu macan banyak juga, kepalanya
sedikit pusing, maka setelah bicara lagi sebentar, ia pulang.
"Besok aku nanti datang pula, besok kita akan bicara lebih
jauh." ia kata.
Siauw Hong awasi sobat itu.
"Suruh sediakan kereta," ia kata pada Siu Jie.
"Tidak usah, hari belum terlalu malam, aku bisa jalan
pelahan2" Bouw Pek mencegah.
Siauw Hong tidak memaksa, ia antar sobatnya sampai
diluar, dengan bingung ia awasi orang bertindak pergi.
Bouw Pek jalan dengan tindakan berat, ia keluar dari mulut
gang Tiang-Su-sam-tiauw. Ia tetap berduka, kepalanya ia
rasai pusing, dadanya sedikit sakit. Waktu itu kira2 jam dua,
awan banyak, tapi tidak terlalu gelap. Kapan ia dongak
kelangit, ia rasai benda cair halus sekali menimpah ia, seperti
gerimis halus atau embun... Angin dingin menyambar2, tapi ia
tidak perdulikan. Dijalan besar masih kedapatan kereta yang
mundar-mandir, maka ia sewa sebuah yang bawa ia keluar
Lamshia.
Tukang kereta telah gunai cambuknya ambil isap huncwee
pendek.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Hawa begini dingin, salyu sudah turun," ia ngoce sendirian


Bouw Pek melongok keluar jendela ia lihat cahaya hijau
gelap. Dipinggir kereta ada lentera merah, cahayanya mengasi
lihat salju yang sedang turun dengan terbang melayang2.
"Aku perlu pulang," pikir anak muda ini "Sudah setengah
tahun aku berlalu dari rumah, dua kali pamanku telah tulis
surat padaku, tidak pernah aku balas suratnya itu..
Kereta menuju terus ke Lamshia salju turun makin lebat
Mendadak Bouw Pek ingat, duluan di musim panas ia
pernah keluar dari rumahnya Siauw Hong dengan terus
ditimpah hujan, lantaran mana ia pergi ke Po Hoa Pan, dan
sebab hujan terus turun makin besar ia jadi menginap pada
Cui Siam.
"Itu adalah suatu kekeliruan dari aku" ia pikir "tetapi Cui
Siam benar2 berlaku baik terhadap aku, sedang ia tahu aku
tidak punya pekerjaan dan tidak punya banyak uang. Adalah
malam itu aku dapati pisau belatinya, hingga aku menduga ia
simpan rahasia apa. Aku telah minta keterangan, ia tidak mau
memberitahukan aku. Sekarang ternyata pisau itu ia simpan
untuk jaga diri, untuk membalas sakit hati pada Biauw Cin
San. Siapa nyana ia asal gundik yang minggat? Syukur
baginya, selagi menghadapi Biauw Cin San, Siu Lian datang
menolong dia. Siam Nio harus dikasihani, aku hendak berlalu
dari Pakkhia, aku harus tengok dia, taruh kata ia kemudian
sembuh benar, aku toh tak akan bertemu pula dengan ia..."
Ketika itu kereta justeru sampai di Houw-pang-ciang.
"Tahan !" ia perintahkan tukang kereta hentikan
kendaraannya.
Kapan roda 2 kereta sudah berhenti, ia loncat turun, ia
bayar sewaannya, dengan lawan sang salyu ia bertindak
masuk ke gang Hunpong Liu-liekay yang gelap. Jalanan becek.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kapan ia sampai didepan pintu yang bobrok, ia lihat pintu itu


tertutup rapat. Segera ia mengetok pintu beberapa kali.
"Siapa?" demikian jawaban setelah sekian lama.
"Aku orang she Lie, aku mau lihat nyonya Cia dan
anaknya." sahut Bouw Pek.
Pintu lantas dibuka dan seorang lelaki muncul dengan
tubuh merengkat. Ia adalah Ie Jie, yang segera kenalkan
tamunya.
"Oh, Lie Toaya dari Sinsiang Hotong!" kata ia.
"Benar," anak muda kita manggut "Tadi baru saja aku
kembali. Aku dengar dalam beberapa hari ini ada orang
hinakan Siam Nio, sekarang aku mau lihat dia."
"Benar, toaya. Beberapa hari ini Siam Nio sangat
bersengsara, baiknya ada nona Jie yang menolongi ia, hingga
si harimau
Biauw tidak berani datang pula Sekarang ini sakitnya Siam
Nio bertambah hebat. Silahkan masuk!"
Lantas ia mendahului bertindak dari jendela ia memanggil
"Enso Cia, enso Cia, Lie Bouw Pek Lie Toaya datang "
Suaranya Cia Mama terdengar menyahuti disusul dengan
rintihannya Siam Nio. Didalam kamar segera tertampak aba
api. Kemudian Cin Mama muncul dimuka pintu.
"Oh, Lie Looya !" berseru nyonya ini, "kami ibu dan anak
sangat harapkan kedatanganmu! Lekas masuk! Lambat sedikit
saja, kau tidak akan lihat si Siam lagi !"
Bouw Pek merasa sebal berbareng kasihan melihat nyonya
ini, yang batinnya sudah rusak. Ia tidak menyahuti, ia hanya
bertindak masuk. Dengan lantas ia diserang bau yang tidak
sedap dari dalam kamar. Api kelak-kelik, kamar sangat dingin,
perapian tidak ada.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siam Nio rebah dipembaringan, ia tahu Bouw Pek datang,


ia singkap selimut hingga kelihatan rambutnya yang kusut,
muka yang pucat dan sangat perok.
"Lie Toaya, kau baru datang" kata ia dengan lemah
"Napasku tinggal sekali hembus saja, aku ingin tengok kau.."
Cia Mama berdiri disamping, airmatanya mengucur dengan
deras, tapi ketika ia hendak ceritakan halnya Biauw Cin San
sampai si nona Jie datang menolongi dengan ulapkan tangan
Bouw Pek mencegah.
"Tidak usah kau ceritera, aku sudah ketahui semua" anak
muda ini memotong, "Tek Ngoya sudah beritahukan segala
apa padaku. Bagaimana dengan sakitnya Siam Nio? Kau sudah
panggil thabib atau belum ?"
Cia Mama menangis.
"Mana kami punya uang buat panggil thabib?" ia
menyahuti. "Uang yang duluan Lie Looya berikan pada kami
semua sudah terpakai habis... Siam Nio akan mati karena
kelaparan! kim Mama sekarang tidak mau pedulikan kami,
malah ia hendak mengusir kami..."
Bouw Pek kerutkan alis. Lagi2 ia hadapi kesulitan.
"Lie Toaya terdengar suaranya Siam Nio yang lemah"aku
minta, janganlah kau tanya apa2 lagi tentang kami....."
Penyakitku sudah tidak ada harapan akan sembuh,
kematianku tidak ada artinya.... Ibu belum terlalu tua, ia
masih bisa bekerja, atau ia pergi mengemis..."
Cia Mama menangis sesenggukkan apabila ia dengar
perkataan gadisnya itu.
Bouw Pek kuatkan hati tetapi ia tetap berduka dan terharu.
"Jangan bilang demikian" ia kata "kau baru berusia dua
puluh lebih. Rawat saja dirimu, kalau kau sudah sembuh, kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

boleh pikir untuk cari penghidupanmu... Biauw Cin San sudah


mati, tidak ada lagi orang lain yang nanti ganggu kau..."
Siam Nio pandang anak muda kita dengan matanya yang
penuh air mata. Memangnya, sinar matanya sudah lemah...
"Lie Toaya, duluan aku telah beranggapan telah keliru.."
kata ia.
"Sudah jangan sebut itu, aku sudah mengerti!" Bouw Pek
potong. Ia bisa duga maksudnya. "Sekarang ini menyesalpun
sudah tiada gunanya. Aku datang ke Pakkhia belum ada satu
tahun, tetapi pengalaman yang aku dapatkan banyak sekali.
Apa yang tak bisa terjadi, toh terjadi juga. Maka dihari depan,
segala perbuatan gila aku tidak akan lakukan lagi..."
Siam Nio diam, hatinya jadi seperti beku, melainkan air
matanya yang masih terus mengalir keluar.
"Keadaanku sekarang harus lebih dikasihani daripada
kau..." kata Bouw Pek kemudian sambil menghela napas
"Kejadian kejadian telah membikin hatiku menjadi hancur.
Dalam satu dua hari ini aku mau berlalu dari Pakkhia,
selanjutnya aku tidak mau datang lagi kesini. Maka itu dalam
hal perkenalan kita, malam ini adalah malam pertemuan yang
penghabisan.....
Kau sekarang sedang sakit, aku tidak berdaya akan tolong
kau, kendati begitu aku masih bisa kasi pinjam lagi. Besok
tengah hari ibumu boleh datang kegerejaku, aku akan
sediakan dua puluh tail perak, dengan itu kau bisa berobat
sampai sembuh, kemudian kau orang berdaya akan cari
penghidupanmu...
Setelah kata begitu Bouw Pek mau berlalu,
Cia Mama tadinya kaget dengar si anak muda mau
tinggalkan Pakkhia, tapi kapan ia dengar mereka akan dikasi
pinjam uang, ia jadi girang dengan lantas. Tapi lain daripada
itu adalah Siam Nio agak tidak senang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Lie Toaya, baiklah !" kata ia. "Lie Toaya, pergilah kau
dengan hari kemudianmu yang penuh harapan. Tentang aku
kau tidak usah buat pikiran! Akupun tidak perlu uang, uang itu
kau boleh pakai untuk ongkos perjalananmu ! Malam ini kita
masih bisa bertemu muka, itu adalah bukti bahwa tidaklah
percuma yang kita pernah saling berkenalan!..."
Meski ia kata demikian, Siam Nio toh menangis tersedu2,
hingga ia bikin Bouw Pek berdiri tercengang. Anak muda ini
mendongkol dengan berbareng hatinya seperti ditusuk2. Ia
mendongkol karena kepala besar itu...
"Ah, kenapa aku mesti layani dia. ia pikir akhirnya sambil
menghela napas. Tapi toh ia kata: Cui Siam, jikalau kau
anggap aku bukannya manusia, baiklah, aku tidak mau
membantah. Tentang diriku, kau boleh pikir perlahan2 saja...
Sekarang aku pergi!...
Ia bertindak keluar dengan cepat, angin yang dingin
sambar ia. Ia lihat, cuaca telah jadi jauh lebih gelap.
Ie Jie mengikuti akan membuka pintu"
"Toaya mau pulang... berkata ia.
Dengan tindakan yang berat Bouw Pek injak salju yang
memenuhi jalanan. Ia jawab ie Jie hanya dengan "Ya" Tapi
belum bertindak jauh tatkala ia dengar jeritannya Cia Mama
didalam rumah: "Oh, Thian ! Oh, anak kau benar2 tinggalkan
aku!" Setelah itu nyonya itu lantas menangis menggerung2
Bahna kaget pemuda ini balik kembali kedalam.
Diatas pembaringan Siam Nio telah mandi darah.
Rambutnya kusut, kedua tangannya ada didadanya. Ia lagi
bergelisahan sambil merintih2 Disamping pembaringan
menggeletak pisau belati yang berlepotan darah ! Cia Mama,
sambil menangis, peluki anaknya itu...
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek tarik nyonya itu, diantara cahaya lampu yang


kelak-kelik ia tampak pemandangan yang hebat dan
mengerikan!
Kim Mama muncul dengan lantas, pakaiannya masih kusut.
Ia rupanya mendusin dari tidurnya dengan kaget dan sudah
lantas datang memburu. Kapan ia lihat pemandangan yang
mengerikan itu, ia tuding Cia Mama.
"Apakah bukan terang? kau hendak bikin aku celaka?" ia
menjerit. "Sudah aku kasi kau orang menumpang percuma,
sekarang kau orang lakukan kejahatan ini! Lihat, kamarku jadi
kotor"
Cia Mama mau dirangsang, baiknya Bouw Pek keburu
mencegah.
"Kau jangan ribut!" ia tegor nyonya rumah itu. "Semua
kerugianmu aku nanti ganti! Siam Nio luka karena ia tikam
dirinya, sekarang ia perlu ditolong, kau jangan ganggu!"
Melihat Bouw Pek yang keren Kim Mama jadi kuncup. Ia
tahu, itu adalah si jago muda, yang pernah hajar Poan Louw
Sam, yang bikin semua buaya darat di Pakkhia jadi ciut
nyalinya. Ia lantas berdiam saja.
Setelah tarik Kim Mama, Bouw pek menoleh pula pada
Siam Nio, tapi ia menjadi kaget waktu ia dapati tubuhnya
sudah berhenti bergerak, suara rintihannya telah lenyap.
Kapan ia rabah tangannya, tangan itu menjadi dingin dengan
lekas. Tidak terasa lagi air maianya mengembang, hingga ia
bingung saja.
Cia Mama panggil anaknya yang diam saja, ia ambil pelita
akan menyuluhi. Kapan ia ketahui apa yang telah terjadi, ia
taruh pelita dimeja, ia tubruk tubuh anaknya dan menangis
menggerung2.
Mukanya Kim Mama pun menjadi pucat.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Sudah habis !... kata la. "Sekarang lekas sediakan peti


mati, atau melapor pada polisi....."
Bouw Pek susut air matanya.
"Siapakah yang mau bikin perkara?" ia tegor nyonya itu.
"Siam Nio bunuh diri."
Ie Jie turut berduka bukan main, tetapi ia bujuki Cia Mama.
"Hari sudah larut, salyu sedang turun hebat, peti mati dan
pakaian tidak bisa dibeli sekarang. kata ia. "Lagian,
mana ada uangnya?...." ia lantas awasi Bouw Pek : "Lie
Toaya, kau kenal Siam Nio, sekarang kami cuma mengharap
belas
kasihanmu...... Mayat Siam Nio perlu diurus dan dikubur...
Bouw Pek manggut.
"Itu seharusnya saja. Aku tidak nyana ia mati secara
begini... ia tarik napas panjang. "Cia Mama, besok pagi kau
boleh cari aku di bio, aku nanti sediakan uang beberapa puluh
tail...."
Cia Mama sedang menangis, airmatanya lagi mengalir, tapi
kapan ia dengar perkataannya anak muda itu ia lekas
menoleh.
"Baik looya" ia menyahut.
Bouw Pek tidak mau saksikan pemanandangan itu lebih
lama, ia pun merasa pepat berdiam lama2 didalam kamar itu,
ia balikkan badannya buat berlalu. Tapi tiba2 ia ingat pisau
belati itu. Ia tahu, diwaktu kalap Cia Mama bisa nekat dan
gunai
pisau itu, maka sebelumnya jalan terus ia balik lagi akan
jumput pisau itu, yang ia bawa pergi.
"Aku pergi!.." ia kata sambil menghela napas pula.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Harap datang pula besok, Lie Toaya," Kim Mama masih


bisa pesan. "Buat sanakku ini, aku telah cukup keluarkan uang
dan tenaga, sekarang aku tidak sanggup menolong lagi....."
"Jangan takut, aku nanti tanggung semua !" sahut Bouw
Pek, yang sangat mendongkol. "Cuma satu hal aku pesan,
selanjutnya kau jangan ganggu mereka lagi ! Awas
Anak muda ini berjalan terus, Ie Jie mengikutinya lagi.
"Kau hati2 jaga Cia Mama, jangan sampai ia nekat," ia
pesan.
"Baik, toaya" sahut tetangga yang baik itu, yang terus kunci
pintu.
Dengan melawan angin dan salju yang sangat dingin, Bouw
Pek bertindak dijalan yang becek dan sunyi sebab sang malam
itu, hatinya pun sama dinginnya dengan barang cair yang
putih meletak. Ia jalan seperti tanpa tujuan. Dijalan sudah
tidak ada orang atau kereta. Ia merandak sebentar, dengan
tangannya yang seperti kaku ia sekah kedua matanya. Si air
mata telah menjadi beku. Ia bertindak pula mengikuti jalan
besar, menuju kebarat.
Dijalanan tidak ada orang, tetapi seekor ajing ikuti ia sambil
mengonggong2 terus......
Binatang itu rupanya mencium bau amis dari darahnya
Siam Nio yang nempel dipisau.....
Bouw Pek jalan terus dengan tindakan yang berat. Ketika
sampai didepan Hoat Beng Sie, anjing itu tetap kuntit ia,
hingga ia jadi sengit. Ia rabab pisaunya Siam Nio, ia niat tikam
anjing itu, tetapi tatkala ia rasai darah yang sudah mulai beku,
ia berdiam, hatinya bekerja.
"Sudah malam begini, kenapa aku ketemu Siam Nio?
Kenapa melulu karena sedikit perselisihan, begini rupa
kesudahannya? Kenapa dulu aku kesasar kerumah pelesiran ?
Kenapa aku tidak berhenti sesudahnya Cie Sielong terbunuh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dan Siam Nio sedang sakit ? Sekarang Siam Nio lolos dari
tangan kejamnya Biauw Cin San, siapa nyana ia tidak lolos
dari tangannya sendiri yang lemah. Dan ia binasa justeru
dihadapanku...."
Bouw Pek hampir ngelamun terus, baiknya ia ingat akan
ketok pintu. Sang salju melayang turun, menimpah ia, selagi
ia menunggu pintu dibuka. Rupanya hawa dingin bikin orang
tidur nyenyak, hingga ketokan pada pintu tidak segera
terdengar. Sampai lama juga baru terdengar suara didalam :
"Siapa?"
"Aku, Lie Bouw Pek " sahut pemuda kita dengan cepat dan
nyaring.
"Oh, Lie Toaya " kata suara didalam, setelah mana pintu
dibuka. "Toaya, kudamu aku telah belikan rumput dan piara"
"Terima kasih" menyahut Bouw Pek "Aku baru pulang,
tetapi aku akan pergi pula. Nanti saja, sekalian mau
berangkat, aku haturkan terima kasihku pada kau suhu "Tidak
apa, toaya. Terima kasih," kata hweesbio yang baik budi itu,
Bouw Pek bertindak masuk, si hweeshio kunci pintu dan
balik kekamarnya.
Kapan Bouw Pek sedang mendekati kudanya yang berada
ditambatnya, binatang itu berdongkrak dan berbunyi tidak
berhentinya. Kuda itu seperti ingat sahabatnya, Beng Su
Ciauw, dan mau cari sahabat itu....
Masuk kedalam kamarnya, Bouw Pek segera pasang lampu,
sesudah itu ia duduk bercokol dikursi dengan tidak tahu apa ia
mesti berbuat. Ia terbenam dalam kedukaan dan keruwetan
pikiran, Maka akhirnya ia padamkan api dan naik atas
pembaringannya. Ia tidak bisa lantas tidur pulas. Diluar ia
masih dengar suara kuda berbareng dan anjing
menggonggong. Ia rasakan hawa dikamarnya itu sangat
dingin.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kalau aku pergi, apa bisa jadi Tek Siauw Hong tidak akan
beritahukan Siu Lian perihal Beng Su Ciauw telah meninggal
dunia?" ia berpikir. "Dan kalau Siu Lian ketahui itu, bukankah
dengan bejal kudanya, dengan lawan angin dan salju, ia akan
susul aku? Bagaimana aku mesti jawab ia jikalau ia mendesak
meminta keterangan ? Sebenarnya tidak ada rahasia sama
sekali ! Cuma apa aku mesti bilang andaikata ia tanya, kenapa
Beng Su Ciauw menyingkir dari ia? Apa aku mesti jelaskan
salah mengerti dari Su Ciauw, tentang kecurigaannya terhadap
adanya perhubungan antara aku dan ia? Dan apa aku mesti
sampaikan segala ucapan terakhir dari Su Cauw ? Apa aku
bisa bicara terus-terang ? Bagaimana kalau terjadi salah
mengerti dan Siu Lian pun kabur? Bila sampai terjadi
demikian, itu adalah kedosaanku.
Semua itu menyebabkan satu malam terus Bouw Pek tidak
bisa pulas. Pagi2 ia sudah turun dari pembaringan, ia buka
pintu kamarnya dan bertindak keluar. Salju tebal dan jagat
telah menjadi seperti perak. Malah diudara masih kelihatan,
salju yang sedang terbang melayang2.....
Dengan lantas Bouw Pek ingat halnya Siam Nio dan
janjinya pada Cia Mama akan memberikan pinjaman uang. Ia
segera masuk akan cuci muka, akan kemudian keluarkan buku
keuangan Siauw Hong dengan bawa itu ia pergi ketoko uang
guna tukarkan lima puluh tail. Uang ini ia bawa kembali
kegereja Baru saja ia sampai di pekarangan depan, satu
hweeshio yang sedang menyapu salju berkata padanya :
"Ada nyonya tua cari kau, toaya.
Bouw Pek cepatkan langkahnya kedalam didepan kamarnya
ia lihat Cia Mama sedang menantikan, tubuhnya
menggelendot pada meja, tubuh itu menggigil bahna
kedinginan, kedua matanya nyonya ini merah dan bengul. Ia
tampaknya lebih kurus dan pucat.
"Kau telah datang mama" kata anak muda ini. "Aku baru
saja ambil uang. Nah, kau terimalah ini. Semua ini berjumlah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lima puluh tail, kecuali untuk ongkos, selebihnya kau boleh


pakai secara irit untuk melewatkan hari. Lebih baik kalau kau
bisa berdaya mencari pekerjaan Kau mesti ingat, selanjutnya
tidak akan ada orang lagi yang bisa menaruh belas kasihan
terhadap kau...... Untuk keperluan Cui Siam, dua puluh tail
pun sudah cukup"
Cia mama ulur kedua tangannya yang bergemetaran, akan
sambuti uang itu yang terus dimasukkan dedalam sakunya. Air
matanya kelihatan mengalir dengan deras
Ketika tadi ia mau pergi dari rumahnya, Kim Mama sudah
anjurkan ia supaya ia peras Bouw Pek, agar ia bisa terima
lebih banyak daripada mestinya, tetapi sekarang, apabila ia
lihat jumlah begitu banyak liangsimnya terbangun, lupakan
pesannya sanak itu ia sebaliknya sangat bersyukur pada anak
muda itu. Ia tidak pernah sangka yang ia akan dikasi uang
demikian banyak.
Oleh karena ia tahu ia mesti lekas pulang, Cia Mama tidak
mau berdiam lama dibio itu, setelah menghaturkan terima
kasih pula ia berjalan pergi, uangnya ia kekapi.
Bouw Pek awasi orang berlalu, lantas ia masuk kedalam
kamarnya. Ia merasa lega hanya sebentaran, lantas hatinya
jadi pepat pula. Ia keluar pula pergi ketempat mandi guna
bersihkan tubuh, buat bikin dirinya segar, ia niat tidur supaya
bisa mengaso, tetapi ia tidak bisa tidur, ia rebah hanya buat
gulak-gulik. Tempo ia memandang kejendela, ia lihat cuaca
telah menjadi terang.
"Apa periunya aku berdiam lebih lama pula di Pakkhia ?"
demikian mendadak ia pikir. "Kenapa aku tidak mau lantas
angkat kaki? Hari ini terang, jalanan tentu tidak sukar untuk
dilewati. Kalau aku berangkat sekarang, tidak sampai sepuluh
hari aku akan sudah sampai dikampungku. Baru setengah
tahun lebih aku berada di Pakkhia,"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"aku telah angkat namaku, aku telah dapatkan beberapa


sobat, sebenarnya berat buat segera berangkat pergi, tetapi
kalau diingat apa yang aku telah alami, aku tidak perlu
hiraukan. Lebih lekas aku berangkat, lebih baik!...."
Bouw Pek ambil putusan, ia keluar dari kamarnya, dengan
sewa kereta ia berangkat ke Pweelekhu. Sejak ia ikut Su Poan
cu pergi ke Kho-yang, setengah bulan sudah lewat, selama itu
ia tidak pernah ketemu raja muda itu. Maka sekarang,
menemui Tiat Jie-ya, ia jengah sendirinya. Tapi ia terangkan
kenapa ia berlalu dari Pakkhia, malah ia tuturkan tentang
kematiannya Beng Su Ciauw.
Tiat Pweelek manggut2 apabila ia telah dengar keterangan
itu.
"Baru saja Siauw Hong datang kemari," berkata ia, "dan
baru saja ia berlalu. Ia juga telah cerita semua kepadaku."
Bouw Pek terperanjat mengetahui Siauw Hong datang pada
pangeran ini.
"Entah apa yang ia bicarakan ?" ia duga2. Ia lantas lirik
pangeran itu, roman siapa ia lihat tidak terlalu gembira.
Deagan sungguh2 Tiat Pweelek lantas berkata:
"Bauw Pek, kau adalah anak muda yang berharga ! Kau
adalah bun bu coan cay, kelakuanmupun baik, maka untuk
orang sebagai kau, jangan kata dikalangan Sungai Telaga,
sekalipun kau masuk dalam ketentaraan, adalah mudah untuk
mendirikan jasa, jasa2 yang tidak sembarangan orang mampu
ciptakan. Hanya sayang kau punya satu cacat. Maafkan, aku
bicara terus terang! Mengenai orang perempuan, kau terlalu
lemah....!"
Mukanya Bouw Bek berobah sebab malu dan jengah, Tiat
Pweelek telah beber penyakit hatinya. Tapi berbareng, iapun
terharu, ia berduka.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Tapi Pweelekya seorang luar, diandaikan ia menjadi aku,


belum tentu iapun bisa menghindarkan diri dari keruwetan" ia
coba hiburkan diri. Ia menghela napas.
Tiat Pweelek meneruskan kata2nya :
"Urusannya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin kelihatannya
sudah beres. Tadinya aku duga mereka itu diundang oleh Oey
Kie Pok, kejadiannya akan seperti apa yang sudah terjadi
dengan Phang Bouw, yalah kau orang piebu, siapa menang,
siapa kalah, lantas habis perkara. Aku tidak sangka Biauw Cin
San dan Thio Giok ini ternyata melebihi penjahat2 besar.
Mula2 mereka telah lukakan Khu Kong Ciauw dengan piauw,
lantas mereka ganggu anak perempuan orang! Justeru mereka
lagi main gila, kau sendiri tidak karuan parannya! Sudah
begitu, nona Jie yang menumpang pada Siauw Hong justeru
bermusuh dengan Thio Giok Kin, hingga lantaran itu onar
hampir sampai dipuncaknya. Diluar kota nona Jie telah lukai
Biayw Cin San, yang mati hari itu juga. Atas itu Thio Giok Kin,
yang tidak mengadu pada pembesar negeri, sudah menantang
piebu pada sinona, hingga karenanya polisi mesti turut2an
menjadi repot. Oey Kie Pok jadi ibuk bukan main, Siauw Hong
jadi kuatir tidak kepalang. Melihat demikian aku lantas bicara
pada Teetok Tayjin, supaya ia usir Thio Giok Kin dan
rombongannya itu, maka sekarang segala apa telah menjadi
sirap. Aku dengar Kie Pok lagi rebah karena sakit, ia sekap diri
didalam rumah, tidak keluar2. Kau sekarang kembali, kau
jangan kuatir, tidak nanti ada orang lagi yang hendak satrukan
kau. Perihal kematiannya Siauw Jie di Khoyang, Siauw Hong
sudah terangkan kepadaku Dalam hal ini kau jangan bersusah
hati. Tempo Siauw Jie mau pergi kita bukannya tidak jegah ia,
tetapi ia paksa minggat, dengan curi kudaku. Apa kita bisa
bikin? Hanya aku merasa anak muda gagah seperti ia, binasa
secara kecewa demikian, sungguh harus dibuat sayang.....
Sekarang tinggal urusannya nona Jie, Siauw Jie telah
meninggal dunia, si nona jadi kehilangan andalannya,
kerumah mertuanya ia tolak bisa pergi, dirumahnya sendiri ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak punya orang tua lagi, tak ada orang. Buat tinggal tetap
sama Siauw Hong pun tak mungkin! Maka itu Siauw Hong
punya pikiran, ia ingin kau dan si nona menikah."
Mendengar yang belakangan ini, Bouw Pek lantas geleng
kepala.
Tapi Tiat Pweelek berkara terus :
"Aku lihat dalam hal ini tidak bisa digunakan desakan.
Tadipun aku telah kasi mengerti pada Siauw Hong. Sekarang
aku hendak tanya pada kau, aku ingin kau berikan putusanmu
yang pasti ! Sebenarnya, kau suka Siu Lian atau tidak"
Sambil kata begitu, Tiat Jieya awasi muka orang dengan
tajam.
Wajahnya Bouw Pek berrobah merah dan puiyat bergantian
Ia tidak nyana yang Tiat Pweelek akan menanyakan ia secara
demikian. Memang ia suka Siu Lian, kalau tidak mustahil ia
jadi seperti orang gila ! Melulu karena ada kesulitan dari Beng
Su Ciauw, ia sekarang jadi berpikir lain menindas hatinya
sendiri. Siauw Hong ia bisa egoskan, bagaimana sekarang
dengan pengeran ini, yang tanya ia secara ringkas? Ia tahu
bagaimana ia mesti menjawab, tapi ia sangsi. Terhadap Tiat
Jieya ia tidak boleh bawa sikap seperti terhadap Tek Siauw
Hong. Akhir2nya, selelah bersangsi, ia berikan jawabannya
"Aku tidak suka nona Jie!"
Tentu saja mulut demikian tetapi hati berpikir lain. Ia
sebenarnya hendak menambahkan keterangan. Tapi Tiat
Pweelek, yang manggut?, sudah dului ia
"Baik! Secara begini, semua sudah beres ! Taytianghu
memang mesti omong terus terang dan jelas Sekarang aku
hendak peringatkan : oleh karena kau sudah menyatakan
yang kau tidak suka nona Jie, segala hal yang sudah lewat kau
tidak boleh sebut2 lagi, aku ingin kau dapat pulang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

semangatmu, kau mesti pikirkan cita2 kau. Sekarang apa yang


kau sudah pikir untuk kau lakukan ?"
Bouw Pek benar2 terdesak. Tapi karena ia memang sudah
ambil putusan, ia bisa berikan jawabannya dengan tidak
ayal2an lagi. Ia menjawab dengan suara pasti :
"Hari ini atau besok aku hendak berangkat meninggalkan
Pakkhia! Paling dulu aku hendak puiang kerumahku, disana
aku hendak berdiam beberapa bulan, kemudian aku akan pikir
pula : kembali ke Pakkhia atau pergi ke Kanglam !"
Tiat Pweelek manggut2 pula.
"Memang kau sudah berdiam lama juga di Pakkhia, sudah
seharusnya kau pulang dulu," ia bilang. "Apakah kau punya
cukup ongkos untuk itu "
"Cukup," jawab Bouw Pek,
"Baiklah," kata pula Tiat Pweelek. "Sampai kita ketemu pula
! Kalau dibelakang hari ada urusan apa2, kau nanti utus orang
akan undang aku!"
Bouw Pek mengatakan "baik" dan kata pula :
"Jieya, budimu yang besar, aku Lie Pouw Pek tidak akan
bisa lupakan !"
Setelah kata begitu anak muda ini diam. Ia terharu bukan
main. Pangeran Boan ini benar2 manusia ! Ia yang baru
dikenal telah diperhatikan demikian rupa!
Juga Tiat Pweelek terharu, karena ketika ia omong lebih
jauh suaranya tidak sewajarnya.
Sampai disitu dengan merasa berat Bouw Pek ambil
selamat tinggal, lalu dengan naik kereta ia menuju
kerumahnya Tek Siauw Hong.
Orang Boan ini ada dirumah, ketika ia dengar sobatnya
menyalakan mau pulang, ia lantas tarik napas berulang2,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sekian lama ia diam saja. Ia benar2 bersusah hati Ia baru mau


bicara, ketika Bouw Pek sebut buku uang, yang telah dipakai
beberapa puluh tail untuk menolong Cia Mama dan anaknya,
dan buku itu ia sekarang hendak kembalikan.
"Jangan, jangan !" demikian ia mencegah. "Kalau kau
kembalikan buku itu padaku, aku tentunya anggap kau tidak
mau kenal aku, Aku Tek Siauw Hong bukannya hartawan,
tetapi uang sejumlah itu aku tidak perlu pakai! Kau pegang
buku itu, umpama kata kau tidak dapat ketika akan gunai itu,
kau boleh antapi saja ! Itu soal kecil. Yang penting, yang kau
hendak tanyakan, adalah aku ingin ketahui, bagaimana
perasaanmu terhadap Jie Siu Lian : kau masih perhatikan ia
aiau tidak? Satu laki2 tidak melulu hendak angkat namanya,
tetapi ia juga mesti dirikan rumah tangga ! Kau sendiri yang
bilang padaku, melainkan Jie Sioe Lian yang pantas buat jadi
isterimu, sekarang Siu Lian belum menikah, Beng Su Iyiauw
sudah meninggal dunia, maka kalau sekarang lagi sekali
ucapkan mulutku buat rangkap jodoh kau orang berdua
rasanya aku tidak bisa tidak berhasil bukan?"
Lagi sekali Bouw Pek dapat tusukan yang tajam, seperti
tadi ia dapatkan dari Tiat Pweelek, sedang itu adalah tusukan
yang ia paling tidak inginkan !
Tidak tunggu orang teruskan ucapannya, berulang2 Bouw
Pek geleng kepalanya, air mukanya berobah menjadi suram.
"Tentang aku dan Jie Siu Lian jangan disebut pula !"
demikian ia memotong. "Tadi Pweelek hu aku telah berikan
jawabanku pada Tiat Jieya !"
Sauw Hong tercengang, tetapi ia segera bersenyum dingin.
"Jadi satu sobatpun tidak bisa desak kau!" kata orang Boan
ini yang putus asa. "Kalau begitu, sekarang kau mau
berangkat, baik baik, aku akan antar kau...."
"Tidak usah toaku antar aku!" Bouw Pek menyegah. "Aku
pikir hendak berangkat hari ini juga!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lagi sekali Siauw Hong terperanyat tapi ia lekas tanya.


"Kau hendak ambil pintu mana?"
"Ciang gie-moei" sahut Bouw Pek, yang akhirnya menghela
napas. "Aku Lie Bouw Pek kenal bukan sedikit orang, akan
tetapi sobat yang aku kagumi dan pada siapa aku sangat
berterima kasih melainkan kau seorang, Tek Toako Percaya
aku, dibelakang hari, asal aku masih bernyawa, aku mesti
balas budi besar ini!"
Pemuda kita begitu terharu, hingga matanya menjadi
merah. '
Juga Siauw Hong tidak kurang terharunya. Ia sebal karena
kebandelannya, tetapi ia sayang sobat ini yang jujur dan
gagah serta setia.
"Jangan mengucap demikian, hiantee" ia kata kemudian.
"Adalah biasa dari aku Ngo Tek, terhadap sobat aku selalu
beber hatiku, apapula terhadap kau. Hiantee kau pergi, ini
adalah kepergian untuk sementara waktu! Aku tahu
dibelakang hari masih banyak waktu untuk kita bertemu pula.
Apa yang aku harap adalah, supaya kau bisa buka sedikit
hatimu, dalam hal apa juga jangan kau gampang berduka dan
putus asa. Umpama kau dapat kesukaran hiatee, aku boleh
cari aku, aku pasti akan bantu kau"
Bouw Pek tidak menjawab, ia hanya manggut.
Siauw Hong tahu sobatnya ini belum bersantap tengah-
hari, ia perintah lekas sajikan barang hidangan. Ia ajak
sobatnya itu dahar, undangan mana tidak ditampik. Hanyalah
meski mereka bersantap sambil pasang omong, mereka
kehilangan kegembiraan seperti yang sudah2, karena mereka
hendak berpisahan.....
Baru saja tenggak dua cangkir arak, Bouw Pek sudah
berbangkit buat pamitan. Ia telah ambil putusan buat
berangkat hari itu juga. Ia sebenarnya niat masuk
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kepedalaman, untuk ketemui Tek Loothaythay dan Tek


Naynay, tetapi karena ia kuatir nanti ketemu Siu Lian, ia kata
saja pada Siauw Hong: "Aku tidak masuk iagi, tolong kau
sampaikan hormatku kepada pehbo dan enso....."
"Tidak usah banyak adat peradatan, aku nanti tolong
sampaikan" kata Siauw Hong.
Bouw Pek lantas berbangkit dan bertindak keluar.
Siauw Hong pun berbangkit, ia mengantar sampai dipintu
luar, disini mereka saling unjuk hormat dan berpisahan.
Dengan naik kereta Bouw Pek menuju ke Lam-shia, Kota
Selatan. Tempo lewat di Hoe-pong Lioe liekay, ia tadinya pikir
buat singgah sebentar, tetapi kapan ia ingat orang sudah
surati dan untuk menyingkir dari kesedihan, ia batalkan
niatnya itu. Hanya di Poan-cay Hotong Selatan ia berhenti
didepan rumah paman misannya, ia terus masuk kedalam
akan ketemui piauwceknya Kie Thian Sin, untuk kasi tahu
keberangkatannya.
Kie Thian Sin mengalami kesulitan dalam jawatannya,
disebelah itu iapun dengar segala macam kejadian yang
berhubungan dengan keponakannya itu, bahwa keponakan ini
telah bersobat dengan Tiat Pweelek dan orang2 ternama lain
lagi, maka ia anggap baik ia lepas tangan. Sekarang ia dengar
si keponakan mau pulang, ia manggut2.
"Kau mau pulang, baiklah," ia kata. "Bila nanti ada
lowongan yang cocok untuk kau, nanti aku kabarkan."
Kie Thian Sin lantas tulis dua pucuk surat buat dibawa
pulang kekampungnya dan ia bekalkan dua puluh tail pada
keponakannya ini.
Sang encim juga berikan pesanan.
Bouw Pek tidak banyak omong, ia terima semua pesanan
sambil janji akan perhatikan itu, setelah unjuk hormatnya ia
berlalu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kapan kau hendak berangkat, toaya ?" kata pengikutnya


Kie Thian Sin. "Bila perlu nanti aku pergi akan bantui kau..."
"Terima kasih buat kebaikanmu" sahut Bouw Pek yang
lantas pulang langsung kebio.
Karena semua sudah beres, anak muda ini merasa hatinya
lega. Karena ia tidak punya apa2, iapun bisa siapkan
pauwhoknya dengan cepat, malah kudanya, si hweesio sudah
sediakan. Ia ketemukan semua paderi dari Hoat Beng Sie
untuk pamitan, ia menderma sepuluh tail perak, yang mana
diterima dengan girang oleh orang2 suci itu. Mereka pujikan ia
keselamatan dalam perjalanan.
Bouw Pek tuntun kudanya keluar dari bio, dari Sinsiang
Hotong sampai dijalan baru ia loncat naik atas binatang
tunggangan itu. la ayun cambuknya. Benar seperti ia bilang
pada Siauw Hong, ia menuju ke Ciang-gie mui. Baru saja ia
sampai dipintu kota dan hendak lewatkan itu, tiba2 dari
sebuah kereta yang berhenti dipinggir jalan kelihatan Siauw
Hong lompat keluar dan turun.
Orang Boan ini pakai pakaian biasa, kepalanya ditutup
dengan kopia kecil. Ia menghampirkan dengan air muka
tersungging senyuman.
"Hiantee!" ia menegor "Benar, kau bilang mau berangkat,
lantas kau berangkat! Aku telah tunggu kau disini lama juga,
aku hendak antar kau !"
Bouw Pek tercengang sedetik, tapi ia lantas bersenyum. Ia
mau lompat turun dari kudanya, tapi sobatnya cegah ia.
"Jangan turun !" Siauw Hong bilang "Aku nanti naik
keretaku, aku tidak mau antar jauh pada kau, hanya sampai di
Kwan siang, lantas aku mau pulang kembali !"
Ia naik atas keretanya dan Hok Cu segera kasi jalan kereta
itu. Mereka bicara sambil berendeng, satu diatas kuda, satu
diatas kereta.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong nampaknya gembira.


"Hiantee, seberangkat kau aku kesepian!..." ia kata.
Tapi ucapan ini bikin Bouw pek tertusuk, hingga ia jadi
masgul. Ia bisa mengerti, yang sobatnya akan kesepian,
seperti ia sendiri sudah merasakan,
Sejak tadi hawa udara bagus dan langit terang, apa mau
mendadak dalam sekejap saja awan hitam bergumpal2 dibawa
angin utara yang menderu2, hingga hawa jadi sangat dingin.
Salyu memangnya belum lumer semua, dari daun2 diatas
cabang pohon salju turun jatuh menyampok muka orang.
Waktu itu sudah kira2 jam tiga.
"Hiantee kau benar beradat keras dan aneh" akhirnya
Siauw Hong kata "Baru kemarin sore kau kembali atau
sekarang kau pergi pula Sekarang sudah jam tiga, belum
melalui tiga atau empat-puluh lie, langit tentunya sudah gelap!
Lain dari itu aku lihat, rasanya akan turun hujan salyu.-
Ucapan yang terakhir ini membikin Bouw Pek tiba2 ingat
halnya duluan, diwaktu ia antarkan Siu Lian dan ibu ke
Soanhoa, bahwa dalam berjalanan dari Soanhoa ke selatan,
dibukit Kieyong Kwan San ia telah hajar orang2nya Gui Hong
Siang, bahwa kemudian telah hujan besar hingga ia jadi kuyup
lepek. Malam itu ia menginap dihotel di Seho shia, esoknya
Gui Hong Siang satroni ia, ia ditantang berkelahi, bagaimana
ia rubuhkan musuh.Tapi justeru di situ ia jadi berkenalan
dengan Tek Siauw Hong. Sekarang setelah setengah tahun
sobat itupun amat ia yang hendak pulang kekampungnya.
Sekarang ia merasakan benar kebaikannya Siauw Hong
sebagai sobat. Karena persobatan ini, Siauw Hong jadi buang
uang, buang tempo, dapat banyak cape hati, tapi sobat ini
tidak menjadi kecil hati
"Inilah sobat yang sukar didapatkan..." pikir ia, yang terus
menghela napas Kemudian ia kata pada sobatnya itu: "Toako,
silahkan kau kembali! Dibelakang hari kita akan bertemu pula
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Barangkali lain tahun, dipermulaan musim, aku akan datang


pula ke Pakkhia ini! Aku tentu akan tengok toako !"
"Baik, baik" Siauw Hong jawab "Baiklah, sampai lain tahun
dipermulaan musim! Waktu itulah kau datang sendiri atau aku
yang undang kau, kita nanti berkumpul pula. Cuma
perjalanan manusia belum bisa ditentukan."
Orang Boan ini tertawa, tertawa dengan meringis. Ia
mendadak inuat hal dirinya, yang telah dapatkan banyak
musuh, terutama Oey Kie Pok. Bagaimana kalau Bouw Pek
sudah tidak berdampingan padanya? Kendati demikian ia tidak
mau utarakan kekuatirannya itu pada Bouw Pek.
Bouw Pek bisa duga kesukaran hati itu, ia lantas berkata:
"Seperti aku, toako, aku minta kau suka kurangkan
pergaulanmu dengan orang dari kalangan Sungai Telaga. Aku
harap kau jangan ladeni Oey Kie Pok. Umpama kala ada orang
yang menyebabkan kegusaranmu, aku minta kau suka
bersabar, tahan sabar untuk sementara waktu Kau tunggu
sampat aku telah kembali ke Pakkhia, waktu itu, aku nanti
bikin kau mendapat kepuasan"
Ia lantas tahan kudnnya, berpaling pada orang Boan itu.
Matanya merah sebab terhiarunya hati
"Sudah cukup, toako!" ia kata "Silahkan kau pulang, tidak
usah kau mengantar lebih jauh..."
Ia lantas angkat tangannya dan kiongkhiu.
Keretanya Siauw Hong juga lantas berhenti. Siauw Hong
sendiri dari atas keretanya segera balas memberi hormat itu.
Sedikit juga Bouw Pek tidak mengunjukkan rasa berat
ketika ia mau mulai berangkat.
"Toako, silahkan kau kembali !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong tidak menjaWab, tetapi dengan mata tidak


berkesip ia awasi orang larikan kudanya, kuda hitam yang
tertampak teras diantara salyu putih melesak. Ia terus
mengawasi, kendati orang sudah mulai pergi jauh. Ia tidak
merasa yang ia telah kedinginan, sampai tangan dan kakinya
hampir beku.
Hok Cu bergidik karena dinginnya hawa salyu masih belum
kering, langit berawan, angin utara besar.
"Looya, apa kita pulang sekarang ?" akhirnya ia menegor.
Siauw Hong menoleh pada kusirnya itu, ia melihat
kesekitarnya, ia memandang pula kedepan dimana
bayangannya Bouw Pekpun sudah tidak kelihatan, ia masih
bingung saja. Tapi akhirnya ia manggut.
"Ya, mari kita pulang" kata ia.
Hok Cu segera putar keretanya, lalu sebentar kemudian
mereka telah masuk di pintu Ciang-gie-mui.
Pikirannya Siauw Hong terganggu sekali didalam keretanya
ia tarik napas panjang beberapa kali. Tatkala mereka sampai
di Houw Hong Kio, dari sebelah depan kelihatan seorang
menghampirkan, buat terus mengasi tanda agar kereta itu
dikasi berhenti.
"Tek Ngo Looya !" demikian berkata orang itu. "Aku punya
urusan penting"
Siauw Hong duduk diam di keretanya, ia pandang orang itu
pakaian siapa rombeng dan kotor, muka kuning dan tubuh
kurus. Ia seperti kenal orang itu, akan tetapi ia lupa, hingga ia
berpikir. Belum terlalu lama, ia segera ingat orang ini, yalah
orang yang duluan datang padanya dengan warta dari Bouw
Pek. Dia itu adalah yang dipanggil Siauw Gia Kang, si Kala
Kecil.
"Ada apa?" ia lantas tanya. "Coba kau bicara !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Gia Kang datang dekat sekali ke kereta, agaknya ia


ketakutan.
"Ngo Looya, aku justru hendak pergi kegedungmu untuk
menyampaikan kabar," kata ia dengan pelahan. "Aku dengar
kabar, sekarang ini Kim khio Thio Giok Kin tidak pulang ke
Holam, ia dan kawan2nya hanya berkumpul di Poteng.
Kemarin dulu. Siu Bie too Oey Kie Pok malah sudah kirim Gu
tauw Hek Sam kesana. Rupanya Siu-Bie too masih berpikir
akan ganggu kau Warta ini bikin Siauw Hong kaget
"Benar seperti dugaanku, Oey Kie Pok tidak mau gampang2
berhenti memusuhi aku" pikir ia. "Siauw Gia Kang ini seorang
miskin, akan tetapi ia ketahui banyak hal. Aku memang
kekurangan pembantu sebagai ia, baiklah aku pakai
tenaganya."
Meskipun hatinya goncang, pada wajahnya orang Boan ini
unjuk ketenangan, malah ia sengaja unjuk senyum ewah.
"Biarlah mereka berdaya upaya akan ganggu aku, aku nanti
siap akan tunggu mereka!" ia kata dengan suara nyaring. Tapi
ia lalu sengaja tanya : "Apakah kau ketahui Lie Bouw Pek
telah pergi kemana?"
"Bukankah Lie Toaya kemarin sore baru masuk kedalam
kota?" Siauw Gia Kang balik menanya. "Apakah ia tidak pergi
ke rumah looya?"
Siauw Hong bersenyum.
"Aku hanya sengaja tanya kau" ia bilang, "aku hendak
ketahui kau tahu atau tidak yang ia telah pulang. Sekarang
aku terangkan padamu, Lie Toaya sudah pergi pula, aku baru
saja antar ia keluar kota. Lie Bouw Pek sudah pergi, buat
sementara waktu ia akan kembali. Kalau kau nanti ketemu
orangnya Oey Kie Pok, kau boleh kasi tahu mereka, bahwa
aku Tek Siauw Hong bukan karena telah pakai si orang she Lie
sebagai pahlawan, maka aku berani tinggal di Pakkhia sebagai
hoohan!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Gia Kang tertawa apabila ia dengar ucapan itu.


"Siapakah yang tidak ketahui nama besar Ngo Looya ?" ia
kata. "Kau peroleh namamu bukan baru satu atau setengah
tahun!...."
Siauw Hong tidak perdulikan umpakan itu. Ia kata "Kalau
nanti kau dapatkan kabar apa-apa, kau boleh lekas kasi tahu
padaku! Jikalau kau perlu uang, kaupun boleh bicara padaku
!"
Setelah itu ia suruh Hok Cu jalankan keretanya.
Hatinya si Kala Kecil girang sekali, karena sekarang ia telah
ikat tali persobatan dengan Tek Siauw Hong. Ia lantas
ngeloyor pergi buat selanjutnya dengar2 keterangan mengenai
Oey Kie Pok dan si orang Boan itu, untuk mengasi kabar
supaya ia bisa dapat upah.
SIAUW HONG pulang kerumahnya dengan masih berpikir
keras.
Kepergiannya Bouw Pek tidak bisa dijadikan rahasia" ia
pikir, "maka itu aku perlu bicara seperti tadi pada Siauw Gia
Kang, agar Oey Kie Pok mendapat tahu. Biarlah Kie Pok insaf,
bahwa aku tidak selamanya mau andalkan Bouw Pek. Kalau
Kie Pok satu laki2 dan punya kepandaian, ia mestinya cari
Bouw Pek. Tapi aKu tahu benar Kie Pok adalah orang rendah,
ia tentu akan gunai ketika ini akan cari aku
Dan ini adalah dugaan yang bikin orang Boan ini berduka.
Baru saja Siu Jie tukarkan sepatunya, yang basah terkena
salju dan Siauw Hong hendak salin pakaian, ia lihat Siu Lian
bertindak masuk, maka lekas2 ia berbangkit.
"Duduk, nona duduk !" ia mengundang dengan manis
sambil tertawa.
Pada wajahnya Siauw Hong unjuk kegirangan, hatinya
adalah Thian yang ketahui. Ia kuatir bukan main yang si nona
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nanti tanyakan ia halnya Beng Su Ciauw dan Lie Bouw Pek


hal2 yang membikin ia sakit kepala..."
Benar saja nona Jie telah tanyakan, apa yang Bouw Pek
bilang dan bagaimana kabarnya perihal Beng Su Ciauw
Baiknya ia bisa berpikir dengan cepat.
"Tentang Beng Jie siauwya belum ada kabar apa2" ia
menyahut. "Lie Bouw Pek baru pulang satu hari, tetapi
sekarang ia telah pergi pula, aku baru saja kembali habis
antarkan ia keluar dari Ciang-gie-mui....."
Parasnya Siu Lian berubah dengan segera.
"Kenapa Bouw Pek baru pulang dan pergi lagi ?" ia tanya.
"Adatnya Bouw Pek memang aneh," Siauw Hong jawab.
"Kalau ia mau pergi, siapa juga tidak sanggup cegah ia. Sekali
ini ia berangkat pulang ke Lamkiong, boleh jadi lain tahun
dibulan dua atau tiga baru ia akan kembali ke Pakkhia"
Siu Lian gigit bibirnya. Tapi ia sudah lantas berpikir, maka
ia tidak kata apa2. Ia hanya lalu menghela napas.
"Kau baik jangan ibuk, nona" Siauw Hong lalu menghibur.
"Aku minta kau suka bersabar dan tinggal tetap sama kami
disini, nanti kalau Lie Bouw Pek sudah sampai di Kielok dan
telah berhasil mengundang suheng kau, kita baru pikir pula
bagaimana baiknya."
Siu Lian berduka.
"Mana aku punya suheng ?" kata ia dalam hatinya. "Ia
tentu maksudkan sutit dari ayahku, ialah Kim-piauw Yok Thian
Kiat. Tapi ia berada jauh di Holam. Atau barangkali
dimaksudkan bekas pegawai ayahku, yalah Sun Ceng Lee. Cui
Sam dan Lauw Keng. Mana mereka ini mampu bantu aku "
Meski ia pikir demikian, tapi Siu Lian tidak utarakan itu.
"Nah silahkan Ngo-ko beristirahat" kata ia, yang terus
undurkan diri.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong awasi orang pergi sambil bersenyum dengan


masgul...
Siu Lian masuk kedalam kamarnya, ia tungkulkan diri
dengan duduk diam, karena dirumahnya Siauw Hong ia tidak
punya pekerjaan apa juga. Hari itu udarapun mendung dan
angin meniup keras.
Malamnya nona kita duduk sendirian menghadapi api.
Dengan japit kuningan ia betulkan bara perapian. Karena
berada sendirian, ia teringat pula segala apa yang telah lewat.
Ia tidak mengerti kenapa Bouw Pek seperti selalu mau
menyingkir dari ia.
"Mestinya Bouw Pek ketahui baik halnya Su Ciauw,
melainkan ia tidak mau ketemui aku, ia tidak hendak menutur
jelas" ia menduga "Aku tidak bisa diam secara begini saja.
Baik besok aku susul ia, akan minta keterangannya. Aku tidak
boleh berlaku likat2 lagi, malah bila perlu, biarlah kita
berbentrok asal ia mau bicara ! Biar orang cela aku tak
berbudi, aku tidak boleh lepaskan ia sebelumnya ia cerita
segala apa!...."
Setelah berpikir begini, baru Siu Lian bisa naik
kepembaringan Ia tidur dengan padamkan api.
Esoknya pagi langit tetap mendung. Sedari pagi2 salju
terus turun.
Seperti biasanya, pagi2 Siauw Hong sudah dandan dan
dengan ajak Siu Jie ia pergi ketempat kerjanya. Tapi inilah apa
yang ditunggu2 oleh Siu Lian ! Setelah lihat tuan rumah pergi,
ia segera dandan dan siapkan pauwhok, kemudian dari
jendela ia intip Tek Naynay pergi kekamainya loo thaythay,
lalu ia bertindak keluar dengan cepat. Ia tenteng pedang dan
pauwhok dikedua tangannya. Ia menuju langsung keistal
kuda, dimana ia siapkan binatang tunggangannya.
Seorang bujang lihat nona ini, ia tidak berani mencegah
maka ia lari kedalam untuk mengasi laporan kepada Tek
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Naynay. nyonya rumah jadi bingung, terutama karena ia tidak


bisa pergi keistal akan betot kembali nona itu. Maka ia segera
kirim dua bujang perempuan akan coba cegah si nona.
Siu Lian sudah tuntun kudanya sampai dipintu luar, ia baru
hendak loncat naik atas kudanya, ketika dua bujang
perempuan itu muncul sambil berlari.
"Nona, kembali ! Nona, kembali!" mereka ini berteriak.
"Toa-naynay lagi ibuk dan ketakutan, katanya kalau sebentar
looya pulang, toanaynay bisa mendapat susah !"
Bujang yang sampai duluan sudah lantas tarik tangan
bajunya nona Jie.
"Jangan, nona, jangan pergi !" kata ia sambil tertawa
alaman. "Nona jangan pergi!...."
Tapi Siu Lian buka matanya lebar2.
"Jangan pegang aku " ia membentak seraya tarik
tangannya.
Bujang itu kaget, sampai ia mundur dan kerempat jatuh !
Melihat demikian, Siu Lian toh tertawa.
Kemudian nona ini kata dengan tetap :
"Hari ini siapa juga tidak bisa cegah aku Pergi kau
beritahukan toa-naynay, bahwa aku hendak pergi, lewat lagi
beberapa bulan baru aku akan kembali ! Pada looya juga kau
mesti beritahukan ini, sekalian sampaikan ucapan terima
kasihku."
Setelah kata begitu ia loncat naik atas kudanya, kabur
diantaranya salju yang bertebaran ditanah
Sekeluarnya dari Sam tiauw Hotong, tujuan adalah jurusan
barat.
Salyu masih turun, tetapi halus sekali, dijalan tidak ada
banyak kereta, maka itu Siu Lian bisa pelahankan lari
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kudanya. Ia perlu jalan perlahan, karena tidak kenal jalan2


dikota raja dan perlu sebentar2 menanya orang. Secara begini
baru ia bisa keluar dari Ciang-gie-mui.
Diluar kota orang yang berlaLu-lintas jarang sekali, sudah
begitu salju mulai turun secara besar. Maka jalan sudah lantas
menjadi licin, hingga menyukarkan bagi kuda si nona, meski
kuda itu sebenarnya gagah. Terpaksa binatang itu dikasi jalan
pelahan2.
Siu Lian juga merasakan hawa udara yang dingin, karena ia
pakai celana dan baju warna hijau yang biasa. Ia menjadi
ibuk, sedang sebenarnya ia hendak bedal kudanya. Maka
akhirnya ia jadi masgul sekali.
"Lihat, Beng Su Ciauw !" si nona ngelamun seorang diri.
"Lihat, bagaimana sukar aku mencari kau ! Kalau nanti kita
bertemu, aku ingin ketahui apa nanti kau bilang terhadap
aku?"
"Dan kau, Lie Bouw Pek, apa sebenarnya kau pikir?" ia
ngelamun lebih jauh. "Diwaktu ayah dan ibu masih hidup, kau
telah bantu kami dengan sungguh2, sekarang setelah aku
yatim-piatu dan keadaanku begini menyedihkan, kenapa kau
tidak sudi menemui aku sekalipun? Aku tahu, kau bukannya
seorang yang tak punya liangsim ! Apa barangkali kau anggap
aku ini nona dari kalangan kangouw saja?"
Nona ini jalankan kudanya sambil tunduk, ia merasakan
kesepian dan iseng sekali.
Berapa jauh ia sudah jalan, inilah Siu Lian tidak ketahui,
ketika dibelakangnya ia dengar suara riuh dari kelenengan
kuda, disusul dengan suara teriakan berulang : "Minggir!
Minggir! Tolong minggir" Maka ia segera menoleh.
Seekor kuda sedang mendatangi dengan lekas,
penunggangnya seorang bertubuh kate dan gemuk, kepalanya
memakai peci yang. rapat dan tubuhnya berkerobong mantel
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kulit kambing yang bulunya tebal. Dar1 mulutnya orang itu,


juga dari mulut kudanya, menghembus keluar hawa putih.
"Siapa dia ? Apa dia bikin ?" pikir Siu Lian.
Kapan penunggang kuda itu lewat disamping nona kita, ia
mengawasi dengan mata tajam, tetapi karena kudanya jalan
cepat, sekejap saja ia sudah melewati, hingga kemudian
tertampak punggungnya saja.
Mendadak Siu Lian ingat suatu apa!
"Apakah ia bukannya anggota rombongannya Biauw Cin
San dan Thio Giok Kin?" ia berpikir. "Apa mereka telah dapat
tahu aku sudah meninggalkan Pakkhia dan sekarang hendak
susul aku, supaya mereka bisa serang dan bunuh aku
ditengah jalan? Tapi takut apa?"
Dan Siu Lian keprak kudanya dikasi lari, untuk susul
penunggang kuda itu. Tetapi ia sudah ketinggalan jauh dan
penunggang kuda itu lenyap dari pemandangan...
"Aku mesti berhati2 sekarang," pikir Siu Lian kemudian.
"Dijalanan biasanya ada orang jahat dan aku punya musuh2,
yang aku tidak kenal..."
Maka itu ia lalu siapkan siangtoonya.
Hari itu Siu Lian bisa lewati sungai Enteng, ia jalan terus,
maka pada malam jam dua barulah ia sampai di Tiang sin-
tiam. Ia singgah dihotel dan mengambil kamar.
Bersendirian saja diwaktu malam, dengan menunggang
kuda dan bekal senjata tajam, keadaannya sebenarnya
mencurigakan, tetapi waktu berhadapan dengan pengurus
penginapan ia unjuk sikap yang tenang.
"Tolong kasikan aku sebuah kamar yang bersih dan tolong
piara kudaku," demikian ia kata. "Aku piauwtauw dari Coan
Hin Piauw-tiam dari Yankeng, aku hendak pergi ke Taybenghu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

untuk urusan penting. Diwaktu kembali aku akan ambil pula


kamar disini"
Keterangan ini memberikan hasil bagus, karena tuan rumah
lantas siapkan apa yang diminta dan kuda segera dirawat.
Maka dengan tenteng pauwhok dan pedangnya Siu Lian lantas
masuk kedalam kamarnya Tuan rumah telah gantung lampu
ditembok.
"Kami sedia mie dan nasi, apa nona niat makan?"
"Bawakan saja satu mangkok mie," sahut si nona.
Tuan rumah lantas undurkan diri. Di-dalam ia kata pada
kulinya :
"Dikamar tamu ada piauwsu, ia bawa sepasang golok,
bugeenya mestinya lihay..."
Siu Lian duduk menantikan, didalam kamar ada perapian, ia
merasa tubuhnya hangat, maka belum selang lama lelahnya
hilang. Cuma diluar kamar angin masih meniup2, salju belum
berhenti berterbangan turun.
"Sekarang aku telah terpisah tujuh atau delapan puluh lie
dari Pakkhia, Siauw Hong mestinya ibuk bukan main." Siu Lian
pikir. "Ia ingin nikahkan aku pada Bouw Pek, mana ia ketahui
perasaan hatiku...."
Ia tidak teruskan lamunannya, ia hanya menghela napas.
"Penunggang kuda kate dan gemuk tadi mestinya punya
urusan penting" pikir Siu Lian lebih jauh "kalau tidak, diwaktu
turun salyu dan angin dingin dan ia sendirian saja, kenapa ia
lakukan perjalanan demikian cepat? Ia mencurigakan..."
Tempo tuan rumah datang dengan mie, nona Jie berhenti
berpikir dan lantas dahar.
"Apa salyu sudah berhenti?" ia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Belum, malah turunnya makin besar" sahut tuan tumah.


"Barangkali hujan salyu tidak akan berhenti dalam satu hari
ini. Nona jangan kuatir, disini kau bisa berdiam lagi satu atau
dua hari....."
Kemudian ia tambahkan : "Diwaktu turun salyu, jalanan
sukar untuk dilintasi. Sekarang sudah musim dingin ditengah
jalan suka muncul begal"
"Tapi aku tidak takut!" kata Siu Lian.
Tuan rumah lihat golok tamunya dan pandang romannya:
muda dan manis.
"Aneh" pikir ia. "Bagaimana seorang nona bisa menjadi
piauwsu?"
Tapi ia tidak berani menanyakan.
"Kalau mie belum cukup, nona bisa minta lagi," kata ia
yang terus undurkan diri.
Siu Lian manggut, ia makan terus.
Belum lama diluar terdengar suara nyaring :
"Aku numpang tanya, tuan rumah, apa disini ada seorang
Lie Toaya ?" demikian suara itu.
Siu Lian terperanjat Lie Toaya ! Apa itu bukan Bouw Pek ?
Ia lantas pasang kuping.
Seorang jongos terdengar menyahut.
"Lie Toaya yang mana, tuan ? Ia berdagang apa ?"
"Ia bukan pedagang" kata orang diluar. "Ia anak muda,
yang baru kemarin berangkat dari Pakkhia, lantaran turun
salyu aku kira ia singgah disini. Ia bernama Lie Bouw Pek"
Tidak tempo lagi, Siu Lian taroh mangkok dan sumpitnya
dan bertindak keluar. Ia segera lihat sikate dan gemuk, yang
sedang bicara pada tuan rumah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Siapa dia? Kenapa ia kenal Bouw Pek? Apa benar Lie


Toako menginap disini?" begitulah pertanyaan yang muncul
diotaknya si nona.
Tuan rumah berlaku baik, ia masuk kedalam, tanyakan
sekalian tamunya apa diantara mereka ada Lie Bouw Pek,
kemudian ia keluar pula dan kata pada orang itu :
"Disini tidak ada tuan Lie Bouw Pek. Ada juga dua orang
she Lie, tetapi mereka saudara2 kulit. Coba tuan tanya Thio
Kee Tiam disebelah"
Si kate-gemuk itu berdiri diam, agaknya seperti kurang
percaya.
"Aku sudah tanya hotel2 lain dan semua menjawab tidak
ada," kata ia seorang diri. "Apa bisa jadi Lie Toaya lanjutkan
perjalanannya diyalani hujan salyu? Baik, aku mesti susul ia
malam ini juga!.."
Ia putar tubuhnya dan pergi samperkan kudanya.
Siu Lian maju kedepan.
"Tuan, tunggu dulu!" ia lalu menegor. Ia merasa sangat
heran.
Tapi si kate-gemuk seperti tidak dengar panggilan itu, ia
Ioncat naik atas kudanya, larikan tunggangannya kejurusan
selatan.
Siu Lian libat orang menghilang ditempai gelap, ia
menghela napas. Ia balik kedalam kamarnya.
"Rupanya Bouw Pek pergi belum seberapa jauh," ia pikir
"Kalau aku berangkat dengan lawan hujan salju, dalam satu
hari aku barangkali bisa susul dia..."
Si nona lantas ambil putusan. Ia lekas makan habis mie itu,
setelah itu ia teriaki tuan rumah akan lakukan pembayaran.
Kemudian ia tenteng pauwhok dan siangtoonya, yang ia bawa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keistal, dimana ia selakan kudanya. Ia tidak perdulikan tuan


rumah awasi ia dengan keheranan,
"Apakah kau tidak mau nginap nona? Besok, diwaktu langit
terang, kau boleh lanjutkan perjalananmu! Sekarang sudah
hampir jam tiga, jalanan licin, banyak saljunya, kudapun sukar
jalan..."
Tapi si nona tidak memperdulikan.
"kau tahu, aku punya urusan penting sekali," kaia ia yang
terus loncat naik atas kudanya dan kasi binatang itu jalan
melaju kearah selatan. Ia mesti jalan dengan pelahan, karena
sekarang iapun perlu perhatikan tapak2 kuda dari kudanya si
kate gemuk.

Jilid 21
"BELUM pernah aku dengar Lie Bouw Pek punya sobat
semacam dia ini" kemudian Siu Lian bersangsi. "Apa tidak bisa
jadi orang ini konconya penjahat, yang sedang tipu aku,
supaya aku kena dijebak? Apa bisa jadi orang kenalkan aku
dan sengaja atur tipu daya ini, supaya ditengah jalan mereka
bisa cegat aku? Tapi apa aku perduli? Aku tidak takut! Dulu
ayah jerih terhadap Thio Giok Kin, toh akhirnya aku bisa usir
ia! Orang sohorkan Biauw Cin San punya piauw liehay terapi ia
binasa ditanganku! Apa bisa jadi ada orang2 jahat yang
melebihi jahat dan liehaynya Thio Giok Kin dan Biauw Cin
San?"
Siu Lian maju dengan hati tidak keder barang sedikit.
Sekalipun diantara salyu, kaki kuda masih menerbitkan suara.
Dan diatas sela siangtoo dari si nona kasi dengar suara karena
saling beradu.
Disekitarnya melulu salyu putih melesak yang tertampak.
Malah si nona sendiri telah mandi salyu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Beberapa desa telah dilalui, Siu Lian tidak lihat rumah


orang darimana molos cahaya terang dari lampu atau pelita,
malah suara anjingpun tidak kedengaran.
Sekarang tidak lagi tertampak kaki kudanya si kate gemuk,
karena salyu yang baru turun telah menutupi itu. Maka Siu
Lian mesti jalan sejalannya saja....
Sekarang nona ini merasakan benar bagaimana sengsara ia
ini.
Lagi beberapa lie dilewatkan, lantas sang fajar datang.
Dijurusan timur Batara Surya mulai muncul dengan samar2.
Empat puluh lie telah dilalui, dan sementara itu sang perut
kembali minta makan. Rupanya hawa dingin membikin mesin
didalam perut bekerja lebih gencar!
Yang hebat bagi Siu Lian, ia rasai kakinya seperti beku.
Maka beruntung sekali sekarang salju sudah berhenti turun.
Lagi beberapa lie lantas mata hari kelihatan tedas disebelah
timur.
Disebelah depan sudah tertampak orang2 yang berjalan,
antaranya ada yang memikul barang.
Siu Lian turun dari kudanya, ia keprikkan pakaiannya. Kuda
itu yang menghembuskan hawa putih dari mulutnya, telah
mandi keringat.
Selagi kudanya mengaso, Siu Lan buka saputangannya,
yang dipakai membungkus kepalanya, untuk menyeka
mukanya, kemudian ia pakai pula akan bungkus rambutnya.
Tidak lama ia naik pula atas kudanya, yang ia kasi jalan,
sampai disuatu tempat yang ramai sekali.
Ditepi jalan ada penjual teh, Siu Lian turun dari kudanya
dan beli teh untuk bikin hangat perutnya. Baru saja ia, minum
secawan, ia telah rasai tubuhnya hangat dan segar. Ketika
hendak minum pula, tiba-tiba ia lihat seorang anak muda
sedang keluar dari rumah penginapan disebelah timur,
tangannya menuntun seekor kuda baru hitam mulus, sedang
dipanggung binatang tunggangan itu ada buntalan kecil dan
sebatang pedang. Pemuda itu memakai celana pendek dari
sutera hijau dan kepalanya ditutup dengan peci.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siu Lian telah lihat sebelah mukanya, tetapi ia sudah


terperanjat!
"Lie Toako ! Lie Toako !" segera ia memanggil. Hampir ia
lari memburu, kalau si tukang teh tidak tegor ia untuk
pembayaran hingga ia mesti rogoh sakunya dulu untuk
lakukan pembayaran. Tetapi sementara itu ia terus
memandang kejurusan si anak muda.
Pemuda itu seperti dengar orang memanggil ia, ia menoleh
kesekelilingnya, temponya tidak dengar lagi panggilan. ia
loncat naik atas kudanya dan berangkat menuju keselatan.
Bukan main ibuknya Siu Lian, ia lemparkan uangnya, ia
loncat naik atas kudanya buat menyusul ia telah keluar dari
pasar, tetapi penunggang kuda didepan, yang kudanya
jempolan, telah terpisah dari ia jauhnya kira2 setengah lie,
hingga ia jadi tambah ibuk. Ia keprak kudanya, berulang-ulang
ia berteriak "Lie Toako ! Lie Toako ! Lie Bouw Pek !"
Tetapi Lie Bouw Pek, yalah pemuda itu, telah congklang
terus dengan kudanya, ia rupanya tidak dengar suara itu dan
ia berjalan dengan tidak pernah menoleh kebelakang.
Ibuk, berduka dan berkuatir, itulah perasaannya Siu Lian
ketika itu. Malah ia sedikit mendongkol. Ia sangka Bouw Pek
berpura2 tidak meudengar.
Memang sebenarnya Bouw Pek tidak dapat lihat nona kita
Ia juga sedang kasi kudanya lari dengan pikirannya bekerja,
hingga ia tidak pcidulikan segala apa disekitarnya.
Disebelah depan tertampak tiga penunggang kuda lagi
mendatangi, pakaian mereka mirip dengan hamba2 negeri,
tiba2 silah satu dari ketiga orang itu menunjuk sambil berkata
: "Lihat, lihat, dia jatuh!"
Bouw Pek menoleh, justeru ia nampak jatuhnya orang dari
atas kuda. Diarak mereka satu sama lain kira selepasan
panah.
"Ia orang perempuan!" kata si hamba tadi.
Orang perempuan itu telah merayap bangun. Tapi ketika
Bouw Pek dapat tampak siapa adanya orang perempuan itu. ia
terperanjat karena ia segera kenalkan Siu Lian. Ia menjadi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

heran sekali dan berkuatir, tidak tempo lagi ia putar kudanya


dan memburu.
Siu Lian telah rubuh karena kudanya terpeleset, hingga ia
jadi limbung dan jatuh. la tidak mendapat luka dan bisa
bangun pula dengan cepat. Justeru ia bangun, ia lihat Bouw
Pek datang, segera ia hunus sepasang goloknya, ia unjuk
roman beringas.
"Orang she Lie, tidak perlu kau perdulikan aku lagi!" ia
membentak. "Adalah yang dulu ayahku pesan ketika ia mau
menutup mata supaya kita menjadi engko dan adik, tetapi
sekarang....."
Nona Jie menjadi seperti kalap, sebab ia mendongkol bukan
main, karena ia sangka tadi Bouw Pek sudah tidak perdulikan
dia.......
"Sudah di Pakkhia kau tidak perdulikan aku, juga disini..." ia
kata pula, seras tarik kudanya. Ia seperti hendak menangis.
"Aku telah susul kau, berulang2 aku teriaki kau, tetapi kau
berpura2 tuli.... Beginilah sifatmu ! Baik, baiklah kita tidak
usah kenal lagi satu pada lain!..."
Siu Lian masukkan goloknya kedalam serangka, ia loncat
naik atas kudanya dan balik kekota raja.
Bouw Pek menjadi bingung, karena ia tidak ketahui yang
sinona telah keliru menyangka. Tapi karena orang mau pergi,
ia lekas menghampirkan akan lintangkan diri dihadapan
kudanya sinona.
"Sabar, nona," ia berkata. "Mestinya kau telah salah
mengerti. Mari dengar keteranganku......"
Siu Lian rabah gagang senjatanya.
"Apa, kau berani rintangi aku?" ia tanya sambil bersenyum
ewah "Apa kau ingin aku turun tangan? Aku tidak takut!...."
Sampai disitu tiga penunggang kuda yang tadi telah
sampai.
"Sudah, sudah," satu diantaranya menyelak. "Jangan gusar,
nona, ada urusan boleh didamaikan secara baik..."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Sudah, lauwko," kata yang lain pada Bouw Pek "memang


biasanya suami-isteri berselisihan, tetapi janganlah lakukan itu
ditengah jalan besar, orang nanti tertawakan, malu...."
Bouw Pek melengak, sedang Siu Lian sudah jalankan
kudanya. Dua2 mereka menjadi jengah dan malu sendirinya.
Tapi Bouw Pek kemudian susul nona itu.
"Nona Jie tunggu dulu" ia memanggil-manggil. "Tunugu
sebentar aku hendak bicara sedikit!..."
Siu Lian seperti tidak dengar itu. ia kasi kudanya jalan terus
Ia sangat mendongkol.
Sia sia Bouw Pek memanggil, malah si nona larikan
kudanya semakin keras
"Terang ia salah mengerti" pikir ia. "Mana aku tahu ia susul
aku? Akupun tidak dengar panggilannya... Ia rupanya gusar
karena kudanya terpeleset dan ia turut jatuh la beradat keras
sekali, la bilang ia tidak mau kenal aku lagi, itupun tidak ada
halangannya, cuma ia telah salah mengerti...."
Pemuda ini menghela napas.
"Sudahlah," akhirnya ia kata, "biar ia pergi, akupun hendak
pulang..."
Ia tahan kudanya dan putar arahnya kejurusannya sendiri.
Siu Lian tidak perdulikan Bouw Pek dan jalan terus dengan
tidak mau menoleh. Ia salah mengerti dan mendongkol bukan
main Ketika sudah melalui enam atau tujuh lie dan selagi
menoleh tidak lihat si anak muda, ia jadi menyesal
mendadakan.
"Buat apa aku susul ia malam2, dengan terjang salyu yang
dingin?" demikian ia kata pada diiinya sendiri. "Bukankah aku
butuhkan keterangannya? Taruh kata ia tidak mau
memperdulikan aku, aku toh mesti tanya juga ia Sekarang?
Kenapa aku mesti turutkan adatku? Apa benar Bouw Pek tidak
sudi gubris aku lagi?"
Siu Lian putar kudanya dan kasi lari balik. Tentu saja ia
tidak berhasil susul Bouw Pek, kuda siapa bisa lari keras...
Tiba2 nona ini jadi mendongkol lagi.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Apa benar aku mesti mengandal pada orang lain?" ia tanya


dirinya. "Apa aku sendiri tidak mampu cari Beng Su Ciauw?
Dulu masih ada ayah dan ibu, dalam banyak hal aku
senantiasa dicegah, aku tidak boleh sembarangan muncul
dimuka umum. Sekarang? Membunuh orang aku berani, apa
lagi yang aku mesti takuti? Kenapa aku tidak mau andalkan
sepasang golokku akan mengembara dikalangan Sungai
Telaga?"
Pikiran ini telah dijadikan pedoman oleh nona Jie, ia bisa
ambil putusan tetap.
"Sekarang aku mesti pergi ke Hong touw koan, ke Jie-sie-
tin, akan sambangi kuburan ayahku," demikian rencananya
"Dari sana aku mesti pulang ke kielok akan cari Sun Ceng Lee
dan yang lain. Aku mesti cari uang guna angkut pulang
layonya ayah dan ibu...
Dengan pikiran yang tenang Siu Lian bisa kasi kudanya
jalan pelahan2.
Matahari Sudah naik tinggi dan salyu telah mulai lumer,
tapi jalanan jadi lebih becek dan licin. maka itu si nona mesti
berlaku hati kendalikan kudanya.
Jalan kira2 lima lie, ia sampai disuatu tempat dimana ada
rumah penginapan, ia lalu singgah akan minta kamar untuk
mengaso. Ia telah buka sepatunya dan rapikan pakaiannya,
sepatunya ia tukar. Ia telah minta nasi akan tangsal perutnya,
setelah itu ia rebahkan diri. Ia bisa tidur pulas. Ketika ia
mendusin, waktu itu sudah jam tiga. Ia lekas cuci muka,
minum teh panas, hingga ia rasai tubuhnya jadi segar dan
sehat betul.
"Aku telah berlaku terlalu menuruti hati" kata ia dalam
hatinya, kapan ia ingat lelakonnya tadi pagi. "Tidak
seharusnya aku berlaku demikian keras dan kasar terhadap Lie
Bouw Pek. Ia telah susul aku, kenapa aku tidak gubris
padanya, hingga ia ngeloyor pergi? Orang tadinya berlaku baik
padaku, ia telah menolong banyak, sekarang aku perlakukan
ia begini rupa, aku tidak berbudi...."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia berbangkit seraya menghela napas. Ia pergi keluar akan


lihat jalanan, buat dapat tahu ia bisa lanjutkan perjalanannya
atau tidak. Ia dapat kenyataan salyu sudah lumer semuanya
akan tetapi jalanan penuh air dan lumpur.
Rumah penginapan iiu penuh tamu yang mundar-mandir
dan terbitkan suara ramai
Mereka agaknya juga perhatikan nona kita, yang berada
sendirian dan rupanya menyebabkan terbitnya rasa heran
mereka.
Dengan tidak perdulikan orang banyak, dengan unjuk sikap
sopan, Siu Lian berdiri didepan pintu akan perhatikan jalanan.
Adalah sukar akan lanjutkan perjalanan, meski benar ada
sejumlah kereta yang berlalu-lintas, begitupun orang? yang
berjalan kaki. Matahari juga sudah doyong kebarat, tandanya
sang waktu sudah jauh lewat tengah hari.
"Terpaksa aku mesti bermalam disini dan besok aku baru
bisa teruskan perjalanan," pikir ia akhirnya. Ia tidak berdiri
lama, ia masuk kedalam dan balik kekamarnya.
Justeru itu dari hotel didepan keluar empat pemuda, yang
dengan mata alap2 mengimpleng nona kita, hingga Siu Lian
jengah. Tapi karena ia anggap mereka bukan orang baik2, ia
tidak ambil perduli, ia masuk terus.
Didalam kamarnya Siu Lian duduk dengan masgul. Ia
berada sendirian dan tidak kerjakan apa juga. Dengan
saputangan ia gosok senjatanya dikedua belahnya, hingga
goiok itu jadi makin mengkilap.
Mukanya nona ini menjadi guram, apabila ia awasi
goloknya itu. Ia teringat kepada ayahnya, bagaimana ayah itu
telah ajarkan ia silat dan ilmu menggunakan golok.
Waktu itu tuan rumah datang akan menanyakan tamu mau
dahar atau tidak.
"Sebentar lagi" sahut Siu Lian. malam ini aku hendak
tinggal disini dan besok aku hendak melanjutkan
perjalananku. Apa namanya tempat ini? Berapa jauhnya
tempat ini ke Jie-sie-tin di Bong-touw-koan?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Disini Tok ciu, nona," sahut tuan rumah, "Sayang aku tidak
tahu berapa jauhnya Bong-touw-koan dari sini, barangkali lagi
lima atau enam perhentian..."
Tuan rumah tampaknya heran melihat golok yang tajam
dari tamunya.
"Sudahlah" kala, nona kita, yang bisa duga hati orang,
"kalau sebentar aku hendak dahar, aku nanti minta."
Sambil menyahut "Baik, baik," tuan rumah itu undurkan diri
dengan segera.
"Seorang perempuan melakukan perjalanan, benar ia kalah
leluasa daripada orang lelaki" pikir Siu Lian sekeluarnya tuan
rumah. Lantas ia simpan rapi siangtoonya.
Sore itu ia minta nasi siang2, setelah dahar ia tutup pintu
kamarnya, kemudian dengan padamkan api ia naik tidur, la
dapat pulas, kendati ia berdaya2.
Esoknya pagi cuaca terang dan jalanan tidak becek lagi, Siu
Lian dandan dan siap. ia telah panggil tuan rumah untuk
lakukan pembayaran sambil berbareng minta kudanya
disediakan. Maka juga ketika ia keluar kudanya sudah
menantikan. Dengan tuntun kuda itu ia pergi keluar
pekarangan, disini ia loncat naik atas kudanya itu dan mulai
lagi dengan perjalanannya keselatan Matahari pagi teduh,
langit penuh dengan awan putih dan angin utarapun tidak
menyampok keras, hanya hawanya dingin. Sisa salyu masih
sedikit dan telah beku pula. Dari rumah2 penduduk terdengar
ramainya suara ayam jago berkokok. Diatas cabang2 yang
disepanjang tepi jalan masih ada menyangsang sisa salyu.
Jalanan ramai dengan orang2 yang berjalan kaki, naik
kereta atau menunggang kuda, dengan mereka yang memikul
barang Umumnya sesuatu orang awasi nona Jie selagi lewat
atau datang dekat pada mereka.
Siu Lian tetap pakai baju dan celana hijau yang pas betul,
kepalanya dibungkus dengan saputangan. Ia memakai sepatu
yang solnya terbikin dari tembaga. Goloknya tergantung
disamping sela. Ia pandai menunggang kuda dengan tubuh
yang tetap. Dengan cara dandannya itu, dengan romannya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang menarik, tidak heran ia menarik perhatiannya banyak


orang. lapun jalan sendirian.
Setelah melalui ttga puluh lie Siu Lian sudah keluar dari
daerah Tok ciu. Waktu itu sudah setengah hari, dari pagi ia
belum dahar kuwe atau nasi, maka ia merasa lapar. Ia mampir
disebuah dusun akan cari warung nasi. la masuk kedalam
setelah minta kudanya dikasi makan"
Warung nasi itu kecil tetapi tamunya banyak, suaranya
ramai sedang perapian menambah hawa jadi makin panas.
Kau arak dan bawang telah teraduk menjadi satu. Tidak ada
tempat yang kosong. Disitu pun tidak ada orang perempuan
lain kecuali seorang nyonya dengan boci, yang numprah
ditanah. Kebanyakan tamu adayah tukang2 kereta. Maka
terpaksa ia keluar pula, dengan banyak mata ditujukan pada
dirinya, dengan ada juga yang tertawa?.
"Toaso, ruangan itu sesak, baik kau pergi kesana, dikamar
timur," kata tuan rumah yang datang menghampirkan.
Juga tempat yang diunjuk ini tidak memuaskan, meja
terbikin dari batu, tapi sebab kepaksa Siu Lian cari tempat
duduk juga.
"Lekas bawakan aku semangkok mie" ia kata, "aku duduk
disini saja."
"Baik, toaso. Apa kau tidak merasa dingin ?"
Nona kita tidak puas yang ia dipanggil "toaso", tetapi ia
tidak bisa marah.
"Pergi lekas ambilkan aku mie" ia kata dengan tidak sabar.
Tuan rumah berlalu dan Siu Lian duduk. Dari sini ia bisa
melihat keluar, keyalan besar dimana banyak orang dan
kereta lewat pergi datang.
Baru saja tuan rumah kembali dengan mie, atau didepan
warung nasi berhenti empat penunggang kuda, semuanya
berpakaian ringkas
"Disini saja !" kata seorang pada tiga kawannya, tetapi
sembari kata begitu, dengan mata jelalatan ia awasi nona kita.
Siu Lian lantas keralkan mereka, itu ada lain orang2 yang
kemarin ini awasi ia dari hotel didepan rumah penginapannya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Apa mereka sedang kuntit aku ?" ia jadi curiga. Ia lihat


buntalan panjang", dari dalam mana nongol senjata tajam.
"Mereka orang2 biasa dari kalangan kangouw atau konco2nya
Biauw Cin San dan Thio Giok Kin... Bisa jadi mereka kandung
maksud tidak baik terhadap aku. Tapi apa aku perduli"
Seorang diri Siu Lian jadi bersenyum sendiri.
"Biarlah, aku nanti lihat kepandaian mereka!" pikir ia, yang
terus dahar mienya.
Empat oiang itu melengak-longok kedalam.
"Terlalu banyak orang!" mereka kata satu pada lain.
"Baik kita dahar diluar saja!" kata yang satu. Dan lagi2 ia
incar Siu Lan.
"Hawa diluar dingin sekali, aku tidak tahan." kata satu lagi.
"Coba kita lihat warung lain!"
Mereka tuntun kuda mereka, satu antaranya tarik kuda
sinona.
"Hei, itu kudaku" Siu Lian menegor. Ia lihat perbuatan
orang itu. "Apa kau mau?"
Orang itu, seorang pemuda dengan mata sebelah dan ada
tai lalatnya yang besar, memang mau bikin sinona bicara.
Ketika ditegor, ia balik mengawasi dengan air muka cengar-
cengir.
"Benar, aku salah !" kata ia dengan laga dibikin2. "Aku tahu
kuda ini kudamu, enso!...."
Lantas tiga kawannya tertawa berkakakan.
Mukanya Siu Lian mendiadi merah, ia gusar. Kembali orang
panggil ia "enso"!
"Orang2 kurang ajar, kau berani main gila?" ia menegor. Ia
berbangkit sambil sembat cambuknya dan maju
menghampirkan, tahu2 cambuknya itu sudah bekerja, hingga
muka sipemuda jadi balan !"
"Kurang ajar !" kata seorang pemuda lain, yang mukanya
hitam, seraya sambar cambuknya si nona. "Perempuan katak,
kau berani serang saudaraku?"
Sembari kata begitu ia ulur tangannya akan jambak pundak
orang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siu Lian betot cambuknya dengan dua tangan, berbareng


sebelah kakinya melayang mengenai perut orang, maka
pemuda itu segera jatuh terguling ketanah yang berlumpur.
"Ha !" berseru si tiga kawan.
Siu Lian loncat pada kudanya akan sambar siangtoo, yang
ia terus hunus, hingga cahayanya berkilauan.
Tiga orang itu kaget, mereka lari minggir dengan
tinggalkan kuda mereka.
Si muka hitam, yang berlepotan lumpur, merayap bangun,
tetapi ketika ia lihat si nona cabut golok, bahna kaget ia jatuh
pula numprah ditanah.
Sampai disitu keluar banyak orang, yang datang
memisahkan.
Siu Lian simpan goloknya, ia bayar uang mie, kemudian
dengan tidak kata apa2 ia loncat naik atas kudanya.
"Kenapa diluaran banyak orang tak keruan seperti mereka
ini?" pikir ia disepanjang jalan. "Sungguh jarang pemuda
sebagai Lie Bouw Pek, yang gagah dan sopan...."
Kembali nona ini sesalkan diri karena sikapnya kemarin
terhadap pemuda kita.
Selagi ia jalan terus, tiba2 Siu Lian dengar riuhnya suara
kaki kuda disebelah belakangnya, apabila ia menoleh ia lihat
empat pemuda tadi dengan kuda dilarikan keras mendatangi
kejurusannya. Mereka itu agaknya sedang mengejar. Si muka
hitam, yang berlepotan lumpur berada didepan.
Sesaat saja, Siu Lian hendak cabut goloknya dan bersiap,
tetapi kapan ia ingat tempat itu masih dekat tempat ramai, ia
robah pikiran.
"Kalau nanti orang banyak datang mereka bisa jadi akan
tertawakan aku...
Karena berpikir demikian ia lantas larikan keras kudanya,
hingga sisa salyu dan lumpur muncrat serabutan, hingga
orang2 ditepi jalan mesti lekas2 menyingkir.
Empat penunggang kuda dibelakang juga telah kasi larat
kuda mereka, selagi mereka, mendatangi dekat lantas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terdengar suara cacian mereka. Terang mereka hendak kejar


nona kita.
Dengan tahan sabar Siu Lian larikan kudanya sampai kira2
empat atau lima lie, setelah berada ditempat sepi, dimana
tidak ada orang yang berlalu lintas, ia tahan kudanya. iapun
siap dengan goloknya.
"Kau orang kejar aku, apa kau orang mau" ia segera
menegor, "Apakah kau orang sudah tidak sayang jiwa?"
Empat orang itu hunus senjata, kuda mereka larat, tetapi
kapan mereka lihat si nona siap, tiba2 mereka tahan kudanya
dan mundur sedikit. Si muka hitam nampaknya lebih berani.
"He !" ia menegor. "Kau seorang perempuan, kau bawa
senjata, kau jalan sendirian, kau mestinya bukan orang baik2!
Apa kau bikin?"
"Itulah bukan urusanmu! Aku punya urusanku sendiri, yang
aku tidak perlu beritahukan kepada kau orang segaa kurcaci
cilik ! Sudah jangan banyak omong. Kalau kau orang tidak
senang, hayolah maju, aku nanti melayani. Tapi kau orang
mesti ketahui, siapa terluka ia jangan menyesal! Andaikata
kau orang sayang jiwamu dan tidak ingin golokku melukai kau
orang hingga bercucuran darah, baik mundur dan pergi.
Jikalau kau orang kejar pula aku dan memaki, ingat, aku nanti
bikin kau tidak dapat hidup lebih lama lagi"
Sembari kata begitu Siu Lian mengawasi dengan tajam,
siangtoonya sudah sedia.
Empat orang itu mundurkan lagi kuda mereka, tidak ada
satu yang berani maju kemudian si mata satu ngoce dalam
bahasa rahasia, maksudnya ialah: "Nona ini sendirian saja,
tapi ia begini kosen, boleh jadi ia berkepandaian tinggi, kita
tidak boleh sembarangan, nanti kita ketemu batu..."
Setelah itu, ia angkat kedua tangannya, unjuk hormat pada
nona kita.
"Enso apa yang kau bilang, kami sudah mengerti" ia kata
"Kau kosen, kau tidak pandang mata pada kami berempat,
baik, kami tidak mau tarik panjang! Dua-tiga lie dan sini,
disebelah timur, ada desa Lauw-kee-cun, ketuanya adalah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lauw Cit ya. Cit-ya gemar ilmu silat, ia ternama di kalangan


kang-ouw, maka apa kau berani ikut kami pergi ketemu ia?"
Siu Lan mengerti bahwa orang ini hendak adu dombakan
ia, tetapi ia tidak takut, ia penyaya Lauw Cit-ya itu mestinya
seorang cabang atas atau buaya darat besar, ia tertawa
dingin.
"Tidak perduli orang macam apa, Tentu boleh perintah
datang kemari!" ia kata "Aku nanti menunggu disini Buat
suruh aku pergi mengunjungi, itulah tidak bisa!"
Mendengar demikian empat orang itu menerima baik,
malah mereka agaknya lantas mau berlalu. Tapi Siu Lian tidak
mau ijinkan mereka pergi semua. Nona kita pikir:
"Kalau mereka kabur, percuma saja aku dijemur disini.
Kenapa aku begitu tolol?"
Maka ia majukan kudanya akan tahan salah satu dari
mereka. Ia memang mendongkol.
"Tidak bisa kau orang pergi semua!" ia kata "Kau orang
mesti tinggalkan suatu apa selaku barang tanggungan!"
Ia segera maju dan serang si mata satu.
Orang ini tidak mampu bikin perlawanan baru satu kali
menangkis, ia sudah mundur, tetapi karena didesak terus, ia
miringkan tubuhnya dan jatuh ketanah, apa celaka, ia kena
tindih goloknya sendiri, hingga ia menjerit!
Tiga kawannya menjadi gusar, mereka loncat turun dari
kuda mereka dan maju menyerang Siu Lian. Nona kita
mendahului loncat turun dari kudanya akan sambut serangan,
baru segebrakan saja ia sudah rangsak mereka bertiga!
Sebagai kesudahan, tiga orang itu ketakutan, mereka mundur
dan loncat naik atas kuda mereka masing2 dan terus kabur.
Siu Lian tidak mengejar, ia hanya hampirkan si mata
sebelah yang meringkuk ditanah becek. Menuruti
kemendongkolnnya ia ingin bacok pemuda kurang ajar itu,
tapi karena memikir mereka tidak bermusuhan, ia tidak boleh
sembarangan ambil jiwa orang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku mau pergi sekarang" ia kata pada musuh peryundang


itu, yang ia tuding "kalau mereka datang, kau boleh suruh
mereka susul aku diselatan, aku tidak takut !"
Kendati sedang merintih, si mata satu paksakan menyahut
"Ya."
Siu Lian simpan goloknya, cemplak kudanya yang dilarikan
congklang menuju ke selatan.
Simaia satu terus meringkuk sambil merintih, ia ditolong
dan digotong kepinggir jalan oleh beberapa orang yang lewat
dan direbahkan dibawah pohon. Kudanya yang telah kabur
jauh, ada yang tuntun kembali padanya.
Belum terlalu lama sang tiga kawan telah kembali, bersama
seorang yang mereka namakan Lauw Cit-ya atau Lauw Iyit
Thay-swee, siapapun diiringi oleh enam orang, yang
semuanya bawa senjata, tetapi mereka ini semuanya pada
jalan kaki, sedang si Cit-ya menunggang kuda.
"Mana perempuan yang bersenjata siangtoo itu?" tanya Cit
ya pada si mata satu "Kemana ia sudah pergi?"
"Ia pergi kejurusan selatan." sahut si mata satu "Ia bilang
ia boleh disusul, ia tidak takut!... Aduh, aduh!"
Mukanya Lauw Cit-ya yang memangnya merah, jadi merah
padam.
"Kurang ajar, ia menghina aku!" ia menjerit "Gendong ia
pulang" ia perintah satu orangnya, kemudian dengan ajak si
tiga penunggang kuda dan lima orangnya, ia kasi kudanya lari
kearah selatan.
Sementara itu Siu Lian telah kasih kudanya jalan dengan
tenang, ia tidak pikirkan lagi si mata satu, tetapi jalan belum
ada empat lie, ia dengar suara kaki kuda dibelakangnya,
apabila ia menoleh ia lihat beberapa penunggang kuda sedang
mendatangi.
"Tentu orang susul aku" pikir ia, yang segera putar balik
kudanya.
Penunggang kuda yang didepan bermuka merah dan
tubuhnya besar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Mengetahui bahwa ia mesti lakukan pertempuran, ia loncat


turun dari kudanya, yang ia tuntun kepinggir, kemudian ia
siapkan sepasang goloknya.
Lekas sekali empat penunggang kuda telah datang dekat.
"Semua turun!" membentak nona kita, yang papaki orang
itu.
Lauw Cit tahan kudanya, ia merasa heran karena
keberanian nona kita.
"Kau siapa, she apa?" ia tanya dengan buka matanya
lebar2.
"Jangan tanya aku!" Siu Lian jawab. "Hayo turun, mari kita
bertempur!"
Lauw Cit ketahui, bahwa apabila seorang perempuan besar
nyalinya, kepandaiannya juga mesti tinggi, apapula ia lihat
sikapnya nona ini gagah. Meski begitu ia tidak mau kalah
gertak, maka ia bersenyum ewah.
"Aku Lauw Cit-ya!" ia kata dengan cara jumawa "Sudah dua
puluh tahun lebih aku malang melintang dikalangan Sungai
Telaga, aku telah ketemukan bukan sedikit orang gagah,
tetapi sudah sekian lama aku robah cara hidupku, aku tidak
mau berebutan pengaruh lagi dengan orang, terutama dengan
anak2 muda, apapula dalam urusan2 yang tidak ada artinya.
Maka aku heran kau, satu bocah yang masih bau deringo,
berani banyak tingkah dthadapanku malah kau berani lukai
satu saudaraku! Bagaimana aku bisa diam peluk tangan saja?
sebagai orang lebih tua, aku harus kasi pelajaran padamu !
Sekarang kasi tahu padaku, pada siapa kau belajar ilmu
golok?"
Siu Lian tidak sabar dengan oceannya orang itu.
"Tidak ada perlunya akan kau ajukan pertanyaanmu
kepadaku! Kau orang telah susul aku, kalau benar kau orang
mau serang aku, hayolah maju semua, berbareng!"
Meski berkata demikian, Siu Lian toh lompat maju, akan
mendului serang kudanya Lauw Cit.
Dato itu mundurkan kudanya, mukanya kembali menjadi
merah padam.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Budak kutang ajar!" ia menjerit, "Cit-ya bicara dengan


baik, kenapa kau tidak mau mengerti?" ia menoleh pada
kawan2nya. "Kau orang mundur, sendirian aku nanti layani
bocah bau deringo ini"
Ia cabut goloknya, begitu lekas sudah loncat turun ia terus
nembacok!
Siu Lian ingin uji tenaga orang, sambil berkelit ia tangkis
golok dengan tangan kirinya, atas mana ia rasai tangannya itu
sesemutan, sementara si Dato rasai tangannya bergetar,
hingga keduanya lantas loncat mundur.
Sekarang nona Jie tahu bagaimana ia harus bersikap,
kapan ia menyerang pula ia selalu gunai tangan kanannya,
tangan kirinya dipakai untuk serangan2 yang berbahaya.
"Cara menyerang yang busuk !" kala Lauw Cit Thay-swee,
yang bisa duga maksud orang. Ia tertawa menyindir.
Kemudian iapun balas menyerang secara hebat! la bisa
gerakkan kaki tangannya dengan sebat, tubuhnya gesit sekali.
Sekian lama Siu Lian melayani, ia tidak bisa cari lowongan,
oleh karena ini jadi ketahui yang si Dato ini punya kepandaian
yang berarti. Maka ia lantas berlaku hati2 dan gerakannya
diubah.
Tiga puluh jurus telah lewat, setelah mana Lauw Cit
menjadi heran.
"Eh, budak perempuan, kau benar liehay!" ia berseru bahna
kagumnya.
Sampai disiiu tiga pemuda hunus golok mereka hendak
membantu, tetapi belum sampai mereka turun tangan, lantas
mereka lihat goloknya Lauw Cit Thayswee sekarang telah
diatas angin dan Siu Lian mundur setindak dengan setindak.
Menampak demikian, mereka jadi kegirangan, hingga mereka
urung maju. Sambil tepuk2 tangan, mereka bersorak: "Lihat,
lihat! Cit-ya pasti akan rubuhkan dia!"
Mereka belum rapatkan mulut, atau perobahan telah
terjadi. Di luar dugaan sepasang golok dari si nona telah
bergerak merangsak. Hingga sekarang si Dato yang kena
didesak, napasnya sengal2!
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kurang ajar !" kata Lauw Cit dalam hatinya, ketika ia


berdongkol seraya menyabet dengan goloknya akan bikin
rubuh lawan itu, yang ia tidak pandang enteng lagi
sebagaimana semula. Ia mesti gunai tipu ini rebut
kemenangan, untuk jaga nama baiknya.
Tapi Siu Lian tidak kena diakali, ia lihat gerakan itu, ia bisa
duga maksud lawan. Selagi golok menyambar, ia gunai tangan
kirinya menangkis, sedang tangan kanannya dengan
berbareng membabat kejurusan pinggangnya si Dato.
Kagetnya Lauw Cit tak kepalang, ia loncat mundur, tetapi
sudab kasip, ia kalah sebat, karena baru saja ia angkat
tubuhnya atau paha kirinya tertusuk golok, hingga sambil
menjerit ia lemparkan golok dan dengan kedua tanganya ia
tekap pahanya yang terluka, sedang mukanya menjadi merah
biru dan pucat.
Tiga pemuda itu kaget, mereka lantas meluruk akan
kepung nona kita.
Sedikitpun Siu Lian tidak menjadi jerih, ia sambut mereka
itu dengan gagah tidak perduli mereka nekat dan rangsekan
hebat. Belum ada sepuluh jurus ia telah rubuhkan satu musuh,
hingga ia sekarang hanya melayani dua orang,
Lauw Cit karena sakitnya lukanya, tidak bisa berdiri lama,
dengan meringis2 ia jatuhkan dirinya, duduk numprah ditanah
yang becek. Oleh karena sangat menahan sakit, keringatnya
dijidat sampai turun menetes. Meski demikian ia bisa lihat
jalannya pertempuran, hingga ia lalu berteriak tetiak:
"Kurang ajar ! Aku telah terluka, buat apa kau orang
melawan lebih jauh ? Hayo lekas berhenti"
Teriakan itu ada hasilnya, dua pemuda itu lantas lompat
mundur dan berhenti berkelahi atas teriakannya si Dato.
Mereka menghampirkan buat coba angkat bangun Dato ini,
paha siapa masih saja mengucurkan darah, sedang
pakaiannya cupruk
dengan darah dan lumpur. Kedua tangannya juga
berlumuran darah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dalam keadaan menyedihkan itu Lauw Cit-ya masih berani


unjuk kemurkaannya.
"Kau benar pandai, aku menyerah kalah !" kata ia dengan
sengit, dengan kemudian ia mendelik. Sekarang kasilah tahu
she dan nama kau!"
Siu Lian telah rebut kemenangan, ia merasa puas sekali,
dengan sebelah tangan mencekal sepasang goloknya, ia
bersenyum menghadapi pecundang itu.
"Kau ingin ketahui she dan namaku?" ia balik menanya. Ia
bersangsi sebentar, karena tadinya ia niat umpatkan nama ia
niat Tapi sekejap kemudian ia pikir lagi, apa halangannya akan
bentahukan she dan namanya : ia toh sebatang kara dan akan
merantau tak berketentuan Maka ia segera teruskan : "Aku Jie
Siu Lian! Tentang ilmu dari sepasang golokku ini ! kalau kau
dengar, jangan kau kaget! Aku belajar ilmu golok dari ayahku,
kau punya Tiat-cie-tiauw Jie Looya!"
Setelah kata itu, dengan tidak tunggu apa lagi, ia putar
tubuhnya menghampirkan kudanya keatas mana ia loncat
naik, kapan ia sudah cantel goloknya ia ambil cambuk sebagai
gantinya, dan kapan ia telah pecut kudanya itu, sambil
menoleh dengan bersenyum, ia pandang Lauw cit, yang lagi
dipepayang oleh dua anak muda. .
Kembali ia menuju keselatan.
Hari itu noni Jie sampai didalam daerah Teng bin-koan, ia
cari hotel untuk beimalam. Hawa udara dibantu oleh sang
angin, adalah dingin, maka didalam k«marnya ia minta jongos
nyalakan perapian, ia duduk didekat situ untuk membikin
hangat dirinya.
Ia merasa puas akan pertempurannya dengan Lauw Cit.
"Mestinya ia satu okpa" ia pikir. "Ilmu goloknya liehay,
tentu ia seorang ternama dalam kalangan Kangouw. Ia telah
tanyakan namaku, rupanya ia berniat mencari balas.
Selanjutnya aku mesti berhati-hati. Thio Giok Kin dan
persaudaraan Ho adalah musuh2 lama dan yang baru adalah
Biauw Cin San dan Lauw cit ini."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Memikir lebih jauh, Siu Lian menjadi berduka. Ia tidak bisa


lupakan nasibnya ayah dan ibunya, layon siapa masih ada di
kampung lain Dengan lenyapnya Beng Su Ciauw, dengan
salah mengertinya terhadap Bouw Pek, ia benar2 merasa
hidup tersendiri. Difihak lain iapun ingat budinya Siauw Hong
dan nyonya.
"Aku sebatang kara sendirian, benar susah....." akhirnya ia
sadar.
DIKAMAR2 lain sekalian tamu sedang asyik pasang omong
dengan sesamanya mereka nampaknya merdeka dan gembira,
beda daripada nona kita, yang bersendirian saja. Sekalian
tamu itu kebanyakan adalah orang2 dagang.
"Kalau aku seorang lelaki, tidak nanti aku ijinkan Lie Bouw
Pek menjagoi " pikir ia, yang jadi ngelamun.
Justeru itu tuan rumah bertindak masuk.
"Ada apa?" Siu Lian tanya.
"Nona toh nona Jie?" tuan rumah itu tanya.
"Ya, aku orang she Jie" sahut Siu Lian seraya turun dari
pembaringannya, matanya memandang dengan tajam. "Ada
apa ?"
"Diluar ada tamu she Su, yang ingin ketemu nona."
Sioe Lian heran, karena ia tidak ingat kenalan dengan she
itu. Ia mau keluar, tetapi si orang she Su itu, yang berdiri
didekat jendelanya dan telah dapat lihat ia, sudah mendahului
bertindak masuk.
"Nona Jie, hari ini kau kena dibikin mendongkol!" kata ia
dengan tiba2.
Orang ini bicara dengan lidah Shoa say, tubuhnya kate dan
gemuk, hingga nampaknya sukar ia bongkokkan tubuh akan
menjura pada nona kita.
Segera juga Siu Lian kenali si kate gemuk, yang ia
ketemukan ditengah jalan. Karena orang berlaku hormat, ia
juga berlaku manis.
"Silaukan duduk" ia mengundang. "Ada apa, tuan ?
Silahkan bicara."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Orang she Su itu duduk. Dari tarikan napasnya ia seperti


habis lakukan perjalanan jauh.
Setelah besarkan lampu, tuan rumah undurkan diri.
Siu Lian pandang tamunya, yang pakai celana biru dengan
baju tebal yang pendek, jidatnya penuh keringat, karena
orang tidak mau lantas bicara, ia jadi kurang sabaran
"Kau cari aku, ada urusan apa?" ia segera menegor. Ia
tadinya mau tegaskan, apa dia ini yang dihotel mencari Lie
Bouw Pek, tapi tamunya sudah mendahului berkata:
"Banyak yang aku hendak beritahukan nona" ia kata,
"tetapi Lie Bouw Pek telah larang aku bicara pada nona...."
Sekejap saja air mukanya Siu Lian berobah. Ia berbangkit,
matanya dibuka lebar.
"Apa? Jadi Lie Bouw Pek dustakan aku?" ia tanya.
"Sabar nona" orang she Su itu kata seraya usapkan
tangannya. "Sabar nona dan dengarkan aku bicara dengan
pelahan"
Su Poan cu demikian si kate dan gemuk ini sudah lantas
perkenalkan diri dengan beritahukan siapa adanya ia
bagaimana persobatannya dengan Bouw Pek, yang ia telah
bantu, bagaimana ia kabur dari kota raja karena membunuh
Poan Louw Sam dan Cie Sielong, hingga ia mesti tinggalkan
warung araknya dan sekarang mesti hidup pula dalam
perantauan
Siu Lian tahu Pa san coa Su Kian, yang namanya terkenal
dikalangan kang ouw, maka sekarang berhadapan dengan si
Ular Gunung, ia menjadi heran juga. Tapi pcnuturannya tamu
ini tidak mengenai dirinya, ia pikir buat minta ketegasan.
Selama ia pikir demikian, Su Poan-cu sudah bicara pula,
sekarang dengan sebut2 Siauw Jie.
"Nona tahu, Siauw Jie itu adalah putera kedua dari Beng
Loo-piauwtauw dari Soan hoa-hu" ia terangkan. "Ia adalah
Beng Su Ciauw, tunangan nona sendiri"
Siu Lian tertarik berbareng heran, sampai ia bungkam.
"Beng Su Ciauw telah tinggalkan Pakkhia" Su Poan-cu
terangkan lebih jauh.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Ditengah jalan, di Kho-yang, ia bertemu dengan


rombongan dari Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, karena
bertempur, ia telah mendapat luka parah. Berhubung itu" aku
telah pergi ke Pakkhia mencari Lie Bouw Pek, yang terus
datang menengoki. Beng Su ciauw, karena lukanya itu,
menutup mata didepan Bouw Pek. Mayatnya telah dikubur
dtluar kota Khoyang"
Nyata Su Poan-cu bicara secara polos, ia tuturkan semua
yang ia tahu, malah tidak perduli si nona suka dengar atau
tidak, senang atau tidak senang, iapun kasi tahu pesanannya
Beng Su Ciauw, yang anjurkan Bouw Pek nikah sinona.
Siu Lian melengak, ia tercengang bahna herannya. Baru
sekarang ia ketahui semua Beng Su Ciauw meninggalkan
Pakkhia dan Lie Bouw Pek hendak menyingkir dari ia. Pantas
yang Tek Siauw Hong hendak sembunyikan segala hal
terhadap dia.
Tapi sekarang, kendati ia ketahui semua itu, pikirannya Siu
Lian kusut bukan main. Warta itu terlalu hebat baginya. Jadi
nyata yang Beng Su Ciauw telah menutup mata, dalam cara
yang sangat menyedihkan! Kenapa datangnya keterangan
justeru ia lagi hadapi kesulitan?
Siu Lian duduk dipembaringannya, kepalanya pusing, air
matanya mengembeng. la berdiam lama juga, baru ia bisa
tetapkan sedikit hatinya.
"Kiranya duduknya bal begini rupa" akhirnya ia bilang. "Lie
Bouw Pek dan Beng Su Ciauw adalah orang gagah dan Tek
Ngoya orang budiman, melainkan aku, aku seorang
perempuan, yang boleh dipedayakan!.... Dasar aku seorang
perempuan.... Ya, aku mesti kagumi mereka semua!..."
Mau tidak mau, nona ini menangis sesenggukan. Ia gagah,
tetapi ia tetap seorang perempuan, yang hatinya mudah
tersinggung.
Suara riuh dikamar lain lantas berhenti, mereka itu merasa
heran, antaranya ada yang ingin tahu telah terjadi apa.
Su Poan cu berdiri seperti patung otaknya bekerja.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tuan rumah, dengan alasan menyuguhkan teh, datang


masuk.
Siu Lian susut air matanya, ia berhenti menangis.
Sesaat tuan rumah mengawasi si nona dan si kate gemuk
itu.
"Bagaimana dengan kudamu, tuan?" tanya tuan rumah
pada tamunya.
Su Poan cu menoleh, baru sekarang ia ketahui maksudnya
tuan rumah.
"Bawa kudaku keistal dan berikan makanan" kata Pa san-
coa. "Tolong kau sediakan kamar untuk aku"
Sambil menyahut "Baik" tuan rumah undurkan diri.
Su Poan-cu awasi si nona, ia sekarang merasa menyesal
yang tadi ia sudah bicara secara polos sekali, hingga si nona
telah merasakan pukulan hebat pada batinnya. Se karang ia
tidak tahu bagaimana harus menghibur.
Kecuali Siu Lian, yang masih sesenggukan, kamar itu sunyi,
karena keduanya diam saja Adalah setelah berselang lama
juga sinona berhenti menangis karena ia anggap percuma saja
ia menangis, ia turun dari pembaringan, ia lepas air matanya.
"Terima kasih buat kebaikanmu tuan," kata ia pada si Ular
Gunung. "Kalau kau tidak berikan keteranganmu ini padaku,
sampai aku menutup mata, tentu aku tetap berada dalam
kegelapan"
"Jangan mengucap terimakasih, nona," kata Su Kian, yang
merasa likat kaiena si nona berlaku demikian manis
kepadanya. Ia menjura. "Aku sendiri ketahui ini belakangan,
sesudah Beng Su Ciauw menutup mata. Kalau waktu bertemu
di Tokciu aku. ketahui Siauw Jie adalah tunangan nona,
niscaya aku cegah ia terjang bahaya, tidak nanti aku kasi ia
bantu Lie Bouw Pek secara mati2an......"
Siu Lian manggut, ia menghela napas.
"Sesudah Beng Jie-ya dikubur, Lie Bouw PeK kembali
kekota raja," Su Poan-cu berkata pula. "Ia tidak ijinkan aku
turut ia, boleh jadi ia kuatir aku ketemu nona dan nanti
ceritakan itu. Tapi aku ini sahabat yang jiatsim, aku kuatirkan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keselamatannya Lie Pouw Pek yang sendirian saja tidak akan


sanggup layani Biauw Cin San sekalian, yang berjumlah besar.
Dengan ajak kawanku, akupun kembali ke kota. Sesampainya
di Pakkhia aku tidak masuk kedalam kota, kendati demikian,
aku ketahui yang Biauw Cin San binasa ditangan nona dan
Thio Giok Kin sekalian telah diusir oleh pembesar negeri. Lie
Bouw Pek sampai dikota satu hari lebih dahulu daripada aku,
lantas dihari kedua ia berangkat pula meninggalkan kota itu. ia
pergi selagi turun salyu besar. Waktu itu aku berniat cari kau,
nona, guna berikan keteranganku, tetapi sebagai orang yang
melanggar undang2 negeri aku takut masuk kedalam kota,
aku tidak mau rembet Tek Ngoya. Begitulah aku kirim orang
buat cari nona, buat minta nona Keluar kota, apa mau
sebelumnya orangku itu kembali, aku lihat nona sendirian
berangkat dari Pakkhia. Aku duga bahwa nona hendak susul
Lie Bouw Pek. Dimana Bouw Pek telah berangkat satu hari
lebih dahulu, ia tentu berada puluhan lie didepan nona, maka
hari itu dihotel aku sengaja omong keras-keras menanyakan
hal dia, maksudku adalah supaya nona dengar dan tahu Lie
Bouw Pek sudah lewat, supaya malam2 juga nona susul dia.
Kalau nona bisa candak Bouw Pek, andai kata rohnya Siauw
Jie mendapat tahu tentu juga merasa girang...."
Mukanya Siu L;an jadi merah berbareng berduka. Ia jengah
sendirinya, yang si kate gemuk ini ketahui urusannya dengan
jelas.
Tadinya nona kita hendak bicara, tetapi Su Kian telah
dahului ia:
"Untuk bicara terus terang, seyara jujur" demikian katanya,
"disebelah adat raya yang keras dan luar biasa, Lie Boaw Pek
adalah seorang baik. Boegeenya juga iiehay, dikalangan kang
ouw sukar buat tandmgannya. Maka setelah Beng Jie ya
menutup mata, kalau nona menikah pada Bouw Pek, tidaklah
kau terhina...
Bicara sebenarnya, nona, sebabnya kenapa aku mau
keluarkan tenaga dan otak membantu Lie Bouw Pek, tidak lain
adalah agar ia menikah dengan nona yang setimbal...."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Cukup!" Siu Lian memotong, apabila ia dengar orang


mulutnya ngaco-belo
"Ya, ya nona" Su Poan cu manggut2, tapi diam2 ia
bersenyum. Baik, aku nanti oraoag urusan lain.....
Siu Lian mengawasi sahabat yang jiat sim ini.
"Malam itu nona, aku sebenarnya hendak susul kau untuk
lihat pertemuan kau dengan Lie Bouw Pek" Pa-san-coa
lanjutkan omongannya. "Diluar dugaanku, aku nampak
halangan, yaitu kudaku terpeleset jatuh hingga aku turut
rubuh, dan kudaku itu bengkak kakinya. Karena ini aku jadi
tidak tahu nona dapat susul Bouw Pek atau tidak. Tapi tengah
hari barulah aku sampai di Lauw-kee-cun, dfsana aku kunjungi
sahabat baikku, Lauw Cit ya. Aku lacur, sahabatku itu telah
mendapat luka. Ketika aku minta keterangan, nyata ia, karena
main gila terhadap nona, sudah dapatkan bagiannya itu. Aku
tidak kata apa2 pada Lauw cit ya, hanya aku pamitan dan
lantas menyusul kemari. Syukur disini aku bisa cari nona."
"Terima kasih," kata Siu Lian, "terima kasih
Nona ini tidak omong banyak, pikirannya masih ruwet.
Su Poan-cu bisa mengerti kesukaran hati si nona, iapun
lihat nona itu tidak sabaran ia tidak mau menganggu.
"Sekarang kau baik mengaso, malam ini aku juga nginap
disini, nona," kata ia kemudian. "Maka kalau ada urusan,
besok kita nanti omongkan pula. Andai kata nona perlu apa2,
kasi tahulah kepadaku, aku bersedia untuk bekerja gunamu.
Percaya pada Su Poan-cu, ia akan membantu dengan
sungguh!"
"Siu Lian bersyukur, ia manggut.
"Terima kasih" ia kaia. "Lain kali aku nahti minta
bantuanmu!"
Su Poan-cu bersenyum, ia manggut pada si nona, lantas
berlalu akan pergi kekamarnya.
Seperginya si Ular Gunung Siu Lian bating2 kaki, lembah air
matanya turun.
"Nasibku benar buruk" kata ia dalam hatinya. "Dengan
susah payah aku cari tunanganku, siapa tahu ia binasa
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ditangannya Bianw Cin San, benar aku bisa bunuh Biauw Cin
San tetapi ia telah menutup mata, apa artinya itu bagiku? Aku
telah berbuat keliru terhadap Lie Bouw Pek. Ia tentu sangat
berduka karena kematiannya Soe Ciauw, ia tidak membuka
rahasia padaku rupanya ia kuatir aku bersusah hati. Iapun
tentu masgul karena kehilafanku... Coba Beng Su Ciauw
seorang busuk, aku tentu bisa menikah pada Bouw Pek...
Sekarang?"
Siu Lian merasakan seperti ada tangan gaib, yang
permainkan ia bertiga Soe Ciauw dan Bouw Pek. Kalau tidak,
kenapa perkara jadi demikian kusut? Hampir ia putus asa,
baiknya ia kena rebah sepasang goloknya.
"Ayah didik aku sebagai wanita jantan mustahil sekarang,
setelah berada sendirian, aku jadi tidak berdaya?" demikian ia
pikir "Tidak, aku mesti unjuk semangatku!"
Nona Jie kunci pintu kamar dan padamkan api, lantas ia
naik kepembaringan. Ia tidak bisa lantas pulas, masih saja ada
pikiran yang mengganggu ia. Ia ambil putusan akan tidak
perdultkan Beng Su Ciauw yang sudah menutup mata dan Lie
Bouw Pek yang telah tinggalkan ia, ia mau andalkan goloknya,
guna angkat derajatnya.
Adalah setelah ambil putusannya itu baru ia bisa pulas.
Besoknya pagi, ketika baru saja sadar, Siu Lian sudah
panggil jongos.
"Lekas sediakan kudaku" ia kata. Ia sendiri lantas dandan.
Su Poan-cu tidur dikamar sebelah, ia dengar suaranya si
nona, ia turun dari pembaringannya dan lari menghampirkan.
"Apa nona sudah bangun?" ia tanya dari luar jendela.
"Su Toaya diluar?" Siu Lian jawab. "Silahkan masuk"
Soe Poan-cu buka pintu dan masuk, ia lihat kamar masih
gelap, tetapi ia dapatkan nona itu sudah siap berikut
buntalannya.
"Bagaimana, nona? Apa kau hendak berangkat sekarang
juga?" ia tanya.
"Benar, toako, aku hendak berangkat Sekarang!" sahut
nona Jie. Suaranya sekarang beda jauh daripada kemarinnya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Syukur kau berikan keteranganmu kepadaku, Su Toako. kalau


tidak, aku tentu masih berada dalam kegelapan, Lie Bouw Pek
adalah saudaraku yang berbudi, bugeenya juga aku kagumi,
tetapi karena duduknya perkara sedemikian rupa, aku tidak
ingin bertemu pula dengan ia! Dengan ini aku juga minta kau
jangan pikir pula hal yang bukan2!"
Su Poan-cu bingung bahna heran. Ia mengerti nona ini
tidak mau lagi orang sebut hal jodohnya dengan Bouw Pek. la
heran yang si nona jauh lebih aneh dari pada si orang she Lie
itu....
"Kalau begitu, kita benar tidak usah capekan diri lagi akan
rekoki jodoh mereka" pikir si Ular Gunung. "Daya upaya kita
tidak akan ada hasilnya dan melulu akan bikin kalap nona ini.-
Mana aku sanggup meladeni kalau ia hunus goloknya yang
dipakai membunuh Biauw Cin San dan melukai Lauw Cit-ya...."
Karena berpikir begini, sembari tertawa ia kata :
"Benar nona. benar urusanmu kami tidak boleh campur
tahu lagi, cuma..." Dan ia unjuk sikap menghormat sekali,
"aku ingin ketahui, seperginya dari sini, nona sebenarnya
menuju kemana?"
"Paling dulu aku mau pergi ke Jie sie lin, di Bong ouw koan,
akan tengok kuburan ayah, buat sekalian pindahkan layonnya
ke Kielok" sahut nona Jie, Kemudian aku niat bawa pulang
juga layon ibuku dari Soanhoa-hu."
"Kau benar nona" Su Poan-cu manggut-manggut
"Bagaimana dengan kuburannya Beng Jie-siauwya di Khoyang,
apa nona tidak niat sambangi?"
Ditanya begitu, air matanya si nona mau molos keluar, tapi
ia lekas-lekas keraskan hati.
"Aku niat tengok" ia menyahut, "kemudian aku mau beri
kabar pada keluarga Beng supaya mereka pindahkan layonnya
ke Soanhoa Kami ditunangkan sedari kecil atas kahendak
orangtua kami, tetapi sampai sebegitu jauh aku belum pernah
lihat atau ketemu Beng Su Ciauw, kendati demikian,
selanjutnya aku tidak mau menikah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi aku hendak terangkan padamu, aku sekarang anaknya


keluarga Jie dan bukan nona mantunya keluarga Beng!"
Meski ia mengucap demikian, Siu Lian mesti bukan main
keraskan hati.
Kalau waktu itu kamar tidak masih gelap, Su Poan-cu tentu
dapat lihat muka sinona merah dan air mata meleleh....
Pa san-coa menghela napas. Ia merasa pasti, bahwa si
nona benar tidak akan menikah, hingga sakit rindu dari Lie
Bouw
Pek tentulah sukar dapat disembuhkan......
Ia sudah kenal adatnya, ia tidak mau banyak omong.
"Tetapi nona," kata ia yang putar soal, "aku rasa kau harus
perhatikan suatu urusan lain. Kim-khio Thio Giok Kin masih
belum pergi jauh, aku dengar ia berdiam di Poteng-hu
dirumahnya Hek-houw To Hong si Harimau Hitam. Kesana Oey
Kie Pok sering kirim orangnya, entah apa yang didamaikan,
atau apa yang mereka sedang atur. Sekarang nona mau pergi
ke Bongtouw, itu artinya nona akan lewat di Poteng. Siapa
tahu jikalau mereka tidak ganggu nona...
"Kalau mereka berada di Poteng, inilah lebih baik lagi" Siu
Lian kata "aku nanti cari mereka itu guna tempur mereka!
Mereka adalah musuhku, jikalau mereka tidak desak ayah, tak
mungkin sekarang aku jadi terlunta2 begini...."
"Kepandaiannya Thio Giok Kin tidak berarti," Su Poan-cu
terangkan pula, "tetapi lain halnya dengan Hek-houw To
Hong. Ia muridnya Kim-too Phang Bouw dari Ciam ciu, ia
gunai siangtoo, kabarnya kepandaiannya tidak dibawah
gurunya, maka baiklah nona berhati2. Ia tinggal disebelah
barat kota, ia buka dua piauw tiam, maka itu ia punya
beberapa tukang pukul juga"
Tapi Siu Lian tersenyum tawar.
"Kau baik sekali, Su toako, aku berterima kasih pada kau"
ia kata. "Semua, apa yang toako bilang, aku akan ingat baik
baik. Sekarang silahkan kau pergi, lain kali kita akan bertemu
pula !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Su Poan-cu ketahui adat keras nona itu, maka itu ia tidak


mau memberi nasehat agar si nona ambil jalan mutar. Ia
angkat tangannya seraya berkata :
"Baik2 dijalan, nona! Sampai kita bertemu pula !"
Ia bertindak keluar dan kembali kekamarnya.
Sambil bilang "sampai ketemu pula!" Siu Lian awasi orang
pergi, kemudian ia panggil tuan rumah akan bikin
perhitungan, setelah itu ia bertindak keluar. Dari jongos ia
sambuti kudanya, yang ia tuntun kudanya. yang ia tuntun
sampai dipintu perkarangan. Ia lihat sedikit sinar terang
ditimur ia dapatkan salyu belum lumer dan angin meniup
keras, tetapi karena ia sudah ambil putusannya ia loncat naik
atas kudanya, binatang mana ia kasi jalan dengan lekas. Ia
ingin, pertama hindarkan hawa dingin, kedua hari itu juga biar
sampai di Poteng. Ia ingin dapat bunuh Thio Giok Kin guna
balas sakit hatinya.
Perjalanan pagi adalah suatu penderitaan, tetapi Siu Lian
tidak hiraukan itu. Ketika mendekati tengah hari, baru ia kasi
kudanya jalan pelahan2, akan akhirnya singgah disebuah
dusun, dimana ia cari rumah pondokan. Ia minta barang
makanan, sambil bersantap ia hilangkan lelah Sehabis dahar,
kembali ia lanjutkan perjalanannya.
Angin utara meniup keras dan dingin, rambutnya nona Jie
tersampok2 menjadi kusut, sapu tangannya sampai jatuh dua
kali.
Dimana ia lewat, Siu Lian dapatkan orang selalu perhatikan
ia, hingga kadang2 ia mendongkol.
Oleh karena sang kuda dikasi lari keras, pada jam lima
lewat lohor Siu Lian telah sampai di Poteng. Ia masuk dipintu
kota utara dan segera cari hotel.
Waktu itu adalah musim dingin, pada jam lima cuaca sudah
menjadi seperti magrib dan gelap. Didalam kamarnya, Siu Lian
minta api. Ia minta lekas disediakan air untuk cuci muka
Ketika ia masuk kepekarangan hotel, orang banyak telah
perhatikan ia, yang pakai pakaian sedang menunggang kuda
dan membawa golok, rambulnya kusut, mukanya berlepotan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

air salyu yang bercampur demi basah, coba orang tidak lihat
sepatunya yang mungil, orang bisa sangka ia lelaki.
Adalah setelah cuci muka dan rapikan pakaiannya, baru
tuan rumah menjadi kagum karena tamunya itu kecuali muda
pun elok.
"Apakah nona mau dahar sekarang?" "Ya Lekasan sedikit"
Siu Lian naik ke pembaringan dimana goloknya ia lempar.
Tuan rumah undurkan diri dengan merasa heran, karena ia
tidak bisa duga, tamunya ini sebenarnya orang dari golongan
mana.
Siu Lian buka sepatunya, ia duduk mengaso, sampai ia
rasai tubuhnya mulai segar pula la merasakan bagaimana
sengsaranya orang melakukan perjalanan seorang diri, dengan
menunggang kuda, diwaktu angin besar dan salyu turun.
Tidak lama tuan rumah muncul pula, dibelakang ia ikut
seorang lain, yang pakai baju kapas abu, yang tertutup
mantel.
"Inilah tuan Thio, kepala kampung kita" kata tuan rumah
yang memperkenalkan.
Siu Lian mengawasi, ia merasa tidak puas.
"Kau kepala kampung, ada urusan apa kau datang kemari?"
ia tanya. "Aku toh tidak undang kau?"
Ketua kampung itu uruti kumisnya, ia bawa lagak seperti
pembesar negeri yang berpangkat tinggi. Ia tidak kelihatan tak
senang, malah ia bersenyum, tetapi waktu buka mulutnya ia
kata dengan tedas : "Oleh karena aku dengar kabar kau bawa
golok, aku sengaja datang untuk mendengar keteranganmu :
Kau ini datang darimana dan hendak pergi kemana? Apa
kerjaan suamimu?"
Siu Lian gusar melihat sikap dan mendengar omongan yang
tidak pantas itu. Memang ia sedang mendongkol.
"Kau tidak perlu tanya aku!" ia membentak. "Lekas pergi!"
Sekarang barulah si kepala kampung ibuk
"Eh, eh," kata ia, "kau seorang perempuan, kenapa datangi
kau omong begini kasar?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia delikan matanya dan tangannya agaknya hendak


menjambak.
Siu Lian pakai sepatunya dengan cepat dan ia turun dari
pembaringan.
"Kalau hanya kepala kampung, bukannya tiekoan atau
tiehu, kenapa kau sembarangan menghina orang?" ia tegor.
"Pengaruh apa kau andalkan he?"
Sembari kata begitu, nona kita cabut cambuknya dari
dalam buntelan.
Tuan rumah tidak ingin terbit onar dihotelnya, ia lekas maju
seraya memberi hormat sambil menjura pada tamunya itu.
"Jangan gusar dulu nona" ia berkata dengan hormat
"Memang kebiasaannya ditempat kita ini, kalau kita
kedatangan tamu, piauwsu atau cinteng, kalau bawa senjata
tajam, kepala kampung mesti tanya padanya, untuk catat
namanya dan
lain2....."
"Tapi aku belum pernah denpar di Poteng hu ada aturan
semayara ini!" Siu Lian membentak.
"Ini adalah aturan baru, yang diadakan belum lama" kata
pula tuan rumah sambil tertawa. "Dikota barat ada Kong Thay
Piauw-kiok, ketuanya To Toaya, ia kuatir dikota ini ada orang2
pengembara yang terbitkan onar, maka itu ia minta kepala
kampung bikin penilikan dan catatan. Tidak ada apa2, nona,
tolong kau beritahukan she dan namamu....."
Si kepala kampung, yang lihat sikap orang begitu garang,
sudah lantas tukar haluan.
"Aku juga lagi lakukan permintaannya To Toaya," ia bilang
"andaikata kau tidak senang, kau boleh lampiaskan itu pada
To Toaya sendiri...."
Siu Lian tambah gusar karena saban2 dengar disebutnya
To Toaya.
"Siapa itu To Toaya?" ia tanya. "Apa ia bukannya Hek-houw
To Hong? Kebetulan sekali, aku memang datang ke Poteng ini
untuk tempur dia. Pergi kau orang mengasi kabar supaya ia
datang kemari! Hayo pergi!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sembari kata begitu, Siu Lian angkat cambuknya, ia tolak


pinggang.
"Mestinya To Hong itu seorang okpa"
nona kita pikir. "Ia seorang kangouw tidak ternama, kenapa
ia bisa perintah2 kepala kampung? Sekarang ia berkawan
dengan Thio Giok Kin sekalian, rupanya ia anggap tidak nanti
ada otang yang berani ganggu ia....."
Kepala kampung itu jadi malu sekali.
"Aku lagi sial ia kata, "tidak keruan, seorang perempuan
muda berani berlaku kurang ajar terhadap aku.... Karena ia
berani maki To Toaya, baiklah, aku nanti sampaikan ini
kepadanya"
Sembari kata begitu ia ngeloyor keluar, tuan rumah ikuti ia
Tapi tidak lama kemudian tuan rumah ini balik dengan bawa
barang makanan.
"Nona, tadi kau omong terlalu banyak" ia kata sambil
sajikan barang makanannya itu. Ketika ia menyambung
omongannya suaranya perlahan sekali, tanda bahwa ia
berkuatir. kuatir orang dengar perkataannya : "Si orang she
Thio barusan adalah Thio Jie Huncu, asalnya buaya darat
disini, tetapi sekarang ia telah menjadi kepala kampung.
Sudah begitu, ia telah berkonco dengau Hek-houw To Hong,
pengaruhnya jadi makin besar. Begitupun rumah penginapan
kita ini setiap hari dimestikan menunjang ia serenceng uang,
kalau tidak kita tidak berusaha!"
Siu Lian mendongkol dan gusar mendengar keterangan itu
hingga dengan cambuknya ia sabat meja.
"Terang mereka kawanan okpa bukan?" ia kata dengan
nyaring.
"Kenapa bukan nona ?" sahut tuan rumah. "Harap nona
bicara pelahan mereka itu punya banyak kuping dan mata
kalau mereka dapat dengar perkataan nona, jangan harap kau
nanti bisa berlalu dari sini...."
"Kenapa begitu?" tanya nona kita, yang tetap gusar.
"Apakah yang mesti ditakuti dari To Hong?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kalau begitu, kau belum ketahui nona," kata tuan rumah


dengan pelahan sekali. "Hek-houw To Hong adalah hartawan
paling besar disini, sudah begitu ia telah belajar silat pada
Kim-too Phang Bouw dari Cim-ciu, maka siangtoonya liehay
bukan main. Lebih daripada itu, Thio Toa congkoan dari Cie-
kim-shia adalah ayah angkatnya. Maka itu dikalangan
pembesar negeri, pengaruhnya besar sekali. Sekarang ini
toko2 besar dikota Poteng kebanyakan adalah kepunyaannya,
sedang dirumahnya sendiri ia buka piauw-kiok memakai nama
Kong Thay Piauw-kiok dengan beberapa puluh piauwsu.
Sebenarnya To Hong tidak hidup dengan andalkan piauw-
kioknya itu, dengan itu ia melulu mencari persahabatan. To
Hong sendiri juga tidak terlalu menghina atau membikin orang
susah, yang hebat sepak terjangnya adalah orang2nya yang
sungguh tak boleh dibuat permainan. Mereka ini umpama kata
tidak ada yang mereka tidak berani lakukan...
Siu Lian menjadi gusar sekali.
"Baru saja pada bulan yang lalu To Hong telah kedatangan
serombongan jagoan yang menjadi sahabatnya" tuan rumah
melanjutkan penuturannya, tetap dengan suara pelahan
"Mereka itu adalah piauwtauw yang sengaja diundang dari
Holam, katanya diantaranya ada Biauw Cin San dan Kim-khio
Thio Gtok Kin. Buat beberapa hari mereka berdiam
dirumahnya To Hong, disini mereka bikin banyak kacau, lantas
mereka berangkat ke Pakkhia. Katanya di Pakkhia mereka
telah ketemu batunya, kabarnya Biauw Cin San mati di bunuh
orang. Boleh jadi Thio Giok Kin juga turut jatuh pamornya.
Ketika peti matinya Biauw Cin San diangkut lewat di sini, To
Hong telah menyambut dengan bikin sembahyang dijalan
besar. Aku dengar peti matinya Biauw Cin San sudah diangkut
terus, tetapi Thio Giok Kin masih berdiam disini"
Selagi tuan rumah bicara Siu Lian bersenyum sindir
berulang2, hingga tuan rumah itu menjadi heran.
"Aku tidak takut mereka itu !" kata nona Jie dengan gagah.
"Baiklah aku beritahukan kepada kau, aku datang kemari
justeru perlunya hendak tempur mereka itu Tegasnya, aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

datang dengan sengaja! Sekarang aku hendak makan,


silahkan kau undurkan diri" ia tambahkan.
Tuan rumah itu bingung sebentar, lantas berlalu.
Siu Lian duduk pula dipembaringannya bukannya ia
bersantap, melainkan ia awaskan lampu dengan otaknya
melayang2
"Tuan rumah bicara begini jelas, rupanya benar mereka itu
pernah bikin kacau disini" demikian otaknya bekerja. "Sayang,
selagi mereka datang ke Pakkhia, Lie Bouw Pek kebetulan
tidak ada. Sejak datang dari Lamkiong, belum cukup satu
tahun, Bouw Pek sudah rubuhkan banyak jago, ia telah kenal
banyak sahabat, tapi karena ia tidak ada di Pakkhia, pastilah ia
ditertawai oleh rombongannya Biauw Cin San. Tetapi aku bikin
Thio Giok Kin keok, aku telah talangkan orang lain!...."
Ingat ini, hatinya Siu Lian jadi bertambah besar, hingga ia
bangga sendiri akan kepandaiannya.
"Apa aku melebihi Bouw Pek?" tanya ia pada dirinya sendiri.
Ia jadi sangsi. Ia ingat waktu piebu, dan bagaimana Bouw Pek
telah bantu ayahnya pukul mundur Ho Kiam Go sekalian.
"Maka kalau Biauw Cin San semua ketemu Bouw Pek, tidak
bisa tidak, mereka semua mesti jadi pecundang. Bouw Pek
berlalu dari kota raja karena urusannya Beng Su Ciauw, kalau
tidak, pasti ia bisa hadapi rombongan Biauw Cin San itu...
Kenapa ditengah jalan aku turuti hatiku dan marahi dia?..."
Ingat ini, nona Jie jadi masgul.
Sebelum nona ini sempat ngelamun lebih jauh, tiba2
kupingnya dengar suara riuh diruangan depan, hingga ia jadi
tertarik dan segera pasang kuping, matanya pun memandang
keluar.
Suara riuh datangnya dari omongan dan tindakan kaki dari
banyak orang.
"Dikamar mana? Dikamar mana?" demikian ia dengar
berulang2.
"Itu, dikamar sebelah timur!" terdengar suaranya si kepala
kampung she Thio.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sekarang Siu Lian ketahui orang datang cari ia, maka ia


turun dari pembaringan sambil sembat siangtoonya, dengan
bawa itu ia buka pintu dan loncat keluar. Dengan begitu ia
segera berhadapan dengan enam orang, yang bawa dua
lentera.
"Apakah kau orang cari aku?" ia menegor, seraya
lintangkan goloknya. "Yang mana Hek-houw To-hong? Yang
mana ada Thio Giok Kin? Lekas maju ! Kecuali mereka berdua,
yang lain2 jangan maju, nanti cari mampus secara kecewa!"
Biar ia bersikap gagah dan keraskan suaranya, suaranya itu
tetap nyaring-halus. Dua orang segera tertawakan ia.
"Oh, adikku, kau benar liehay!" kata mereka sambil
mengejek.
Siu Lian tidak tunggu orang tutup rapat mulutnya, ia
lompat maju seraya menyerang dua orang itu. Atas itu, dua
orang itu menangis dengan golok mereka.
Si Thio kepala kampung begitu kaget, hingga ia menjerit
dan jatuh terguling sendirinya, hingga dua kawannya segera
gusur ia kepinggir.
Siu Lian menyerang pula.
"Tahan dulu!" kata dua orang itu seraya menangkis.
"Beritahukan namamu !"
Tetapi Siu Lian tidak mau bicara, ia terus menyerang
Dua orang itu kewalahan, malah repot juga, karena kendati
mereka melawan, mereka bingung sebab serangan2 cepat dan
liehay dari si nona, mata mereka jadi seperti kabur. Belum
beberapa jurus, terpaksa mereka lari keluar.
"Lekas lari!" Lekas lari !" berteriak seorang lain, yang tidak
turut berkelahi.
Siu Lian memburu, ia bacok pundak lawan, seperti babi
geguwikan orang itu rubuh dan lenteranya jauh ketanah!
Syukur buat ia kawannya bisa seret dia pergi, sedang si nona
tidak mengejar lebih jauh.
Sambil bersenyum ewah sebab puasnya, Siu Lian balik
kembali kekamarnya. Ia duga orang2 tadi adalah orang2 To
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hong, maka sebentar tentu To Hong sendiri yang datang,


barangkali bersama Thio Giok Kin Sekalian.
"Aku nanti tunggu, mereka Aku mau lihat, apa mereka
hendak bikin?...."
Ketika itu tuan rumah datang masuk sambil berlari2,
mukanya pucat.
"Jangan takut, tabahkan hatimu" Siu Lian mendahului
berkata dengan hiburannya. "Aku telah terbitkan onar, aku
akan tanggung jawab, tidak nanti aku rembet2 kau
Hatinya tuan rumah itu menjadi lega apabila ia dengar
perkataan itu.
"Jikalau nona kata begitu, aku minta nona jangan pergi
dulu" kata ia, "aku minta nona suka tunggu mereka yang pasti
akan datang pula. Dengan sebenarnya, aku tidak sanggup
hadapi To Toaya...."
"To Toaya apa?" berseru Siu Lian. "Besok aku nanti kutungi
kepalanya To Hong untuk kasi kau orang lihat!"
Siu Lian lemparkan goloknya kepcmbaringan, sampai tuan
rumah kaget.
"Tolong panaskan semua barang makanan itu" kemudian si
nona kata.
Tuan rumah berlalu dengan bawa makanan yang hendak
dipanaskan, ia nampaknya masgul.
Siu Lian duduk menantikan hatinya girang berbareng
mendongkol. Ketika sebentar kemudian tuan rumah datang
pula, ia tanya berapa jauh letaknya rumahnya To Hong.
"Tidak seberapa jauh nona" tuan rumah jawab. "Ia tinggal
disebelah barat, dari sini cuma lima atau enam lie. Tapi
orang2nya terbesar disemua jalan dan gang, dimana saja
orang bisa ketemu mereka itu. Yang tadi datang kebetulan
sedang minum kemari. Aku percaya sebentar lagi To Hong
akan datang sendiri..."
Siu Lian tertawa.
"Biarlah ia datang! Kalau malam ini ia tidak datang sendiri,
besok pagi aku nanti satroni dia! Aku sekarang berada di
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Poteng untuk tempur Thio Giok Kin, guna mencari balas. Maka
sekarang aku sekalian mau singkirkan bahaya disini!"
Sehabis kata begitu, karena sudah lapar Siu Lian lantas
duduk bersantap, sedang tuan rumah, yang masih sedikit
bingung, lantas keluar.
Nona Jie dahar dengan cepat setelah cukup ia naik
kepembaringan dan duduk numprah seperti orang lagi
bersemedhi. Ia pasang kuping, ia mau tunggu kalau2 To Hong
datang, la menunggu sampai jam tiga, tidak ada orang yang
datang, ia lalu tertawa sendirinya.
"Apa benar mereka tak punya guna, hingga mereka takut
datang pula? Apa bisa jadi Thio Giok Kin menduga pada aku
dan sebab ketahui kegagahanku, ia tidak berani cari aku?
Kenapa aku begitu bodoh mesti bangun seantero malam, akan
dengan sia sia menantikan mereka? Kalau besok pagi mereka
tidak datang, aku satroni mereka!"
Lantas Siu Lian kunci pintu dan padamkan api, ia rebahkan
diri dengan siangtoo disampingnya. Bahna lelah dan hati puas,
ia bisa tidur pulas. Seterusnyapun tidak ada gangguan
baginya. esoknya pagi ia mendusin karena ramainya suara
ayam bercukuk.
Begitu ingat kejadian semalam, Siu Lian tetapkan apa yang
ia ucapkan. Ia buka pintu dan minta tuan rumah sediakan air
untuk cuci muka dan bersihkan tubuh. Kemudian ia lakukan
pembayaran seraya kata:
"Lekas siapkan kudaku, aku mau pergi cari To Hong,
supaya tidak usah sampai kejadian ia mengadu biru disini"
Tuan rumah girang mendengar itu, sedang ia memang
harap2 si nona lekas berlalu dari hotelnya Ia pergi sambil
berlari-lari, akan sediakan kuda itu.
Siu Lan dandan dengan cepat, dengan cepat juga ia
bungkus buntelan, maka sebentar kemudian ia sudah keluar
sambil tenteng golok dan pauwhoknya. Rambutnya ia bungkus
dengan sapu tangan hitam.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Selagi nona ini tuntun kudanya keluar dari pekarangan


hotel, angin yang berhawa dingin sekali meniup2. Ditimur
matahari
bafu saja hendak muncul. Dijatan besar belum banyak
kelihatan orang berlalu lintas.
Baru saja Siu Lian mau loncat naik atas kudanya, atau jauh
dibelakangnya ia dengar orang teriaki dia : "Eh orang she Jie"
Maka ia segera menoleh.
Dijarak sepanahan jauhnya, ada seorang penunggang
kuda: kudanya berbulu merah, penunggangnya masih muda,
mukanya bundar, matanya besar, alisnya gomplok, hingga
romannya kelihatan bengis. Bajunya berwarna biru, begitupun
celananya. Dibelakang pemuda itu ada tiga orang dengan
dandanan seperti khungteng, satu diantara nya membawa
sebatang tumbak panjang yang dihias dengan runce sutera
kuning emas.
Setelah mengawasi sekian lama, Siu Lian merasa ia seperti
kenali anak muda itu, hanya ia lupa dimana ia pernah ketemu
atau lihat dia itu. Ia menunggu sambil siap dengan
senjatanya, sebelah tangannya pegangi les kudanya.
"Apakah kau Kim-khio Thio Giok Kin?" ia menegor, apabila
orang itu sudah datang dekat.
Anak muda itu melototkan matanya dan bersenyum sindir.
"Kau sengaja datang cari Thio Toaya kenapa kau tidak
kenali aku ?" ia tanya dengan jumawa. "Mari Kalau kau punya
nyali, mari turut aku Disini jalan besar, tempat yang ramai aku
Thio Giok Kin malu akan layani seorang perempuan!....
Sembari kata begitu ia putar balik kudanya, tampangnya
unjuk senyuman.
Sioe Lian mendongkol sekali.
"Jangan tekebur!" ia kata. "Kemana juga kau pergi aku
tidak takut! Hari ini aku mesti kutungi batang lehermu, akan
ambil kepalamu untuk dipakai menyembahyangi ayahku!"
Lantas ia loncat naik atas kudanya dan Kasi kuda itu
berjalan membuntuti pemuda itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Thio Giok Kin kasi kudanya jalan dengan pelahan kendati,


begitu tiga orangnya mesti bertindak cepat mengikuti. Ketika
ia lihat si nona sudah datang dekat, ia menoleh seraya unjuk
pula senyuman tawar.
"Jie Siu Lian, sakit hati kita dalam sekali laksana lautan"
demikian katanya, suaranya menyalakan kesungguhannya.
"Pada tujuh tahun yang lalu, mertuaku lelaki lelah binasa
dibunuh oleh ayahmu, sedang istriku belum lama ini sudah
terluka ditangan kau. Hebat adalah kebinasaannya engku
Biauw Cin San ditangan kau ! Maka, Jie Siu Lian, sekarang
baik kita jangan saling damprat lagi ! Mari kita maju lebih jauh
beberapa tindak, akan cari tempat dimana kita bisa adu jiwa!"
Siu Lian juga sangat mendongkol.
"Baik!" ia menjawab dengan tidak kurang sengitnya "Hari
ini aku mesti bikin pembalasan untuk ayahku!"
Mereka menuju langsung kebarat. Belum ada setengah lie
mereka lelah sampai disebidang tegalan tegalan yang sepi,
karena diempal penjuru tiada kedapatan rumah orang dan
orang yang berlalu-lintaspun tak ada. Salyu seperti menabur
tegalan itu.
Dengan tiba2 Thio Giok Kin sambuti tumbaknya, akan
dengan mendadak putar tubuhnya dan tikam Siu Lian! Ia tidak
berkata atau membeti tanda lagi.
Kuda nona Jie, yang dikasi jalan sedikit cepat akan susul
siTumbak Emas itu, membikin si nona telah datang dekat pada
musuhnya, maka itu serangan secara curang itu bikin ia kaget
bukan main, justeru ia sendiri belum bersiap dan senjatanya
masih tercantel disela kuda. Syukur ia tabah, matanya celi,
gerakannya sebat, dalam kagetnya ia egos diri sambil
berbareng ulur kedua tangannya, dengan begitu selagi ujung
tumbak lewat disamping tubuhnya tangannya bisa samber
ujung tumbak dibagian yang tak tajam.
"Inilah caranya satu laki2 ?" ia segera menegor dengan
ejekannya "Kau hendak celakai aku dengan bokonganmu?
Ha!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dengan sebenarnya Thio Giok Kin hendak curangi si nona,


oleh karena ia jerih terhadap sepasang goloknya yang liehay,
ia ingin dengan sekali tikam saja musuh itu rubuh atau binasa,
siapa tahu si nona benar2 liehay dan tumbaknya kena
dipegang! Tidak ada jalan lain, ia gentak tumbaknya dengan
mendadak, dengari pakai tenaganya. Ia tidak percaya si nona,
kendati pandai silat, tenaganya besar. Tetapi kembali
dugaannya keliru. Pertama kali menggentak ia gagal, kedua
kali ia membetot tidak ada hasilnya, sebab si nona terus
menyekal ujung tumbaknya itu dengan keras. Sesudah
beberapa kali mencoba dengan sia-sia, akhirnya ia jadi ibuk,
hingga ia memaki.
"Oh, perempuan celaka" ia menjerit dengan berulang2.
Adalah pada saat itu tiga konconya Giok Kin telah hunus
senjata mereka akan maju membantu.
Siu Lian mengerti babaya, dengan terus pegangi
tumbaknya Kim-khio ia tidak akan dapatkan faedah suatu apa,
maka justeru ia tampak gerakannya tiga orang itu, dengan
cepat ia lepaskan sebelah tangannya, yang mana ia
langsungkan pakai menyabut goloknya, setelah itu ia loncat
turun dari kudanya dan bacok kuda lawannya !
Thio Giok Kin dapat lihat gerakannya si nona, ia jepit
kudanya buat bikin kuda itu berjingkrak dan lompat maju akan
menyingkir dari bacokan itu, berbareng dengan mana lagi
sekali ia larik tumbaknya dengan sekuat tenaga. Ini kali ia
berhasil melepaskan tumbaknya, karena Siu Lian, yang tidak
ingin dibetot kuda sudah lepaskan cekalannya.
Setelah dapat pulang senjatanya, Thio Giok Kin loncat turun
dari kudanya, dengan tumbaknya itu ia maju menyerang pula
akan desak musuhnya.
"He, perempuan hina tukang bergelandangan, apa kau kira
kau punya Thio Toaya benar2 jerih terhadap kau?" ia
mendamprat.
Siu Lian juga berlaku sebat. Selagi musuhnya mundur, ia
sudah loncat kesamping kudanya, akan cabut goloknya yang
kedua, kemudian ia maju sedikit sambil lihat tanah yang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

banyak salyunya. Justeru itu Giok Kin maju menyerang, ia


juga lantas maju akan tangkis ujung tumbak sambil balas
menyerang! Ia bisa berlaku begini karena ia bersenjata didua
dua tangan.
Ketiga konconya Thio Giok Kin batal maju, malah
sebaliknya mereka menyingkir kepinggir. Kedua kuda, rupanya
karena kaget, sudah lantas kabur....
Pertempuran sudah lantas terjadi secara seru. Dengan
tumbaknya yang panjang Thio Giok Kin menyerang secara
bengis, saban2 ia berdaya akan ketok terlepas golok
lawannya. Dengan senjata panjang, ia dapat ketika lebih baik.
Ia ingin betul akan segera tumbak mati musuhnya ini.
Difihak lain Siu Lian telah unjuk kepandaiannya mainkan
siang-too. Nona ini tahu yang musuhnya diatas angin, dari itu
ia memikir akan lebih dulu papas jeriji tangan lawan yang
mencekal gagang tumbak. Ia mengerti, asal jeriji tangan
musuh terluka, ia bisa lantas rebut kemenangan. Maka itu ia
bukannya mundur, melainkan mendesak.
Dua-puluh jurus telah lewat, bukannya mendiadi lelah. Siu
Lian sebaliknya merangsak makin seru, kedua goloknya
berkeredepan berkilau2
Thio Giok Kin terpaksa mundur karena desakan musuhnya,
terutama ia kuatir ujung tumbaknya nanti kena dipapas
kutung. Satu kali, setelah mundur dua tiga tindak, hingga ia
dapat ketika akan perbaiki diri, mendadak ia maju pula dengan
tikaman, pada tenggorokan yang diulangi terus kekaki!
Itu adalah semacam tipu serangan yang liehay sekali.
Siu Lian menangkis dengan keras akan bikin terpental
tumbak musuh, dengan begitu ia bisa loloskan diri dari tipu
musuh itu. Karena ini ia merangsak makin keras lagi
Thio Giok Kin kecele karena gagalnya serangan itu, justeru
begitu si nona desak ia, maka baru saja beberapa jurus pula
hatinya jadi goncang, hingga sekarang ia jadi keteter.
Tiga konconya Giok Kin bisa lihat yang si Tumbak Emas
menghadapi bahaya, meski jerih mereka toh mesti maju, akan
berikan bantuan mereka. Tapi mereka bisa lantas legakan diri,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

karena mereka boleh tidak usah tempuh bahaya Sebab disaat


mereka hendak paksa maju, tiba2 mereka lihat
mendatanginya belasan penunggang kuda dari jurusan barat.
Mereka itu semua bawa senjata. Mereka girang, sebab mereka
kenali kawan sendiri.
"Bagus, bagus !" mereka segera berteriak-teriak "To Toaya
datang!"
Siu Lian dengar seruan kegirangan itu, ia pun bisa melirik
pada bala bantuan musuh, tetapi ia tidak ambil perduli, ia
terus desak Thio Giok Kin. Ia mengharap bisa rubuhkan si
Tumbak Emas, agar ia bisa berbalik layani musuh yang baru
datang itu. Tapi maksudnya ini tak tercapai, karena To Hong
keburu sampai.
"Tahan ! Tahan !" si Harimau Hitam lantas serukan
berulang2.
Menggunai ketika yang baik itu, dengan tumbaknya Thio
Giok Kin tahan goloknya si nona, atas mana Siu Lian terpaksa
hentikan serangannya. Dengan siap sedia, ia memandang
bergantian pada To Hong dan si Tumbak Emas itu, terutama
akan lihat tegas orang she To itu.
Hek-houw To Hong masih muda, usianya agaknya baru dua
puluh-tiga atau duapuluh-empat tahun, mukanya benar2
hitam sekali. Tubuhnya kate dan kecil tetapi gagah, sedang
pakaiannya dari bahan yang bagus dan mahal.
"Apakah kau Hek-houw To Hong?" siu Lian kemudian
menegor.
To Hong awasi nona itu dengan dua pikiran sendiri ia: ia
tertarik oleh keelokannya si nona, dipihak lain ia mendongkol
sebab pertanyaan kaku itu. Ia loncat turun dari kudanya,
menghampirkan nona Jie, lalu angkat kedua tangannya akan
mengunjuk hormat, sementara pada mukanya ia perlihatkan
senyuman jumawa

Jilid 22
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"APAKAH kau nona Jie Siu Lian?" ia tanya dengan angkuh.


"Ha, ha! Sudah lama aku dengar namamu yang besar!....."

Siu Lian sebal karena sikap tengil itu. la maju seraya


menuding dengan goloknya.

"Aku tidak punya banyak tempo akan ngobrol! Aku cari


Thio Giok Kin buat balas sakit hatinya ayahku kalau kau turut
campur, terpaksa aku pun akan bunuh kau!"

To Hong mundur dengan air muka berobah sedikit, tetapi ia


masih coba akan bersenyum.

"Sungguh galak, sungguh galak" kata ia berulang2 dengan


sikap dan suara yang menjengeki. "Sepuluh tahun lamanya To
Toaya belajar silat, ia telah pandai gunai sepasang goiok,
siapa nyana sekarang ia telah ketemukan satu nona yang juga
bersenjata sepasang golok, malah dengan goloknya itu ia
hendak bunuh aku! Aku juga ketahui kau puterinya Jie Lauw
Tiauw dari Kielok, bahwa kau punya kepandaian tinggi, hingga
Biauw Toa-wangwee dari Holam telah binasa ditanganmu,
bahwa kau telah cari aku! Tadi malam kau pun telah lukai
orangku! Maka nona, selagi sama2 gunai siangtoo, hayolah
kau maju, mari kita coba!"

Kendati ia kata demikian, To Hong toh tidak segera maju,


hanya menoleh pada Thio Giok Kin, ia kata: "Thio Toako,
silahkan kau ngaso dahulu, kasilah aku yang layani nona itu!"

Kemudian dari salah satu orangnya ia sambut siangtoonya


yang dipakaikan runce merah yang indah, senjata mana waktu
dihunus sudah lantas berkeredepan membikin silau mata.

"Mundur!" ia perintah orangnya. Lalu ia menantang Siu


Lian: "Sekarang silahkan maju !" Sembari kata begitu, dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kedua tangannya ia pentang sepasang goloknya, hingga


kelihatan nyata sikapnya yang garang.

Siu Lian mendongkol berbareng penasaran, ia ingin ketahui


kepandaiannya orang itu, dengan tidak tunggu undangan yang
diulangi ia maju dengan bacokannya!"

To Hong telah sambut serangan itu dengan gerakannya


yang sebat.

Baru saja beberapa jurus, Siu Lian telah dapat kenyataan


gerakan lawannya gesit, maka itu ia tidak mau mengalah, ia
juga lantas perlihatkan kepandaiannya. Tapi ia berlaku hati-
dan awas.

Thio Giok Kin saksikan pertempuran itu, diam- ia puji dua


lawan itu.

Orangnya To Hong , pengikutnya si Tumbal emas, berdiri


bingung dengan kekaguman atas pertunjukan perdio itu,
sebab dua orang itu, yang sama2 gunai sepasang golok
adalah berimbang.

Makin lama makin rapat dua orang yang lagi adu jiwa itu,
karena kesengitan dua2nya telah naik sampai dipuncaknya,
masing2 ingin lekas rebut kemenangan.

Thio Giok Kin terperanjat, apabila ia telah tonton jalannya


pertandingan itu, sebab sebagai ahli silat ia segera dapat
kenyataan yang si Harimau Hitam telah kena didesak,
permainan goloknya kalut dengan cepat! Batu saja ia pikir
untuk maju akan berikan bantuannya, atau tiba-tiba Hekhouw
to Hong rubuh terguling, sepasang goloknya terlepas,
terlempar kepinggir, sedang si nona telah ayun goloknya......!
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Disaat itu Thio Giok Kin dan belasan orangnya To Hong


segera maju meluruk akan kepung sinona, berbareng untuk
menolong To Hong dari bahaya maut.

Benar saja Siu Lian mesti batalkan membunuh To Hong dan


berbalik sambut orang2 yang mengepung ia. Mereka berniat
membunuh Siu Lian, perkara bagaimana boleh diurus nanti,
mayat si nona diserahkan pada pembesar negeri atau dikubur
dengan diam2......

Tapi maksud mereka tak tercapai, mereka telah salah duga.

Siu Lian menjadi sengit luar biasa karena pengepungan itu,


oleh karena ia mengerti dengan baik, sedikit alpa saja ia akan
terluka atau terbinasa. Maka ia keluarkan kepandaiannya dan
gunai tenaganya akan layani mereka itu. Dengan begini ia
tidak ijinkan orang datang dekat ia, tidak perduli diantara
musuh ada Thio Giok Kin yang gagah.

Baru saja beberapa jurus, dua orang telah rubuh sebagai


korban goloknya nona Jie. Melihat begini, Giok Kin menjadi
naik darah, hingga seperti kalap dengan tumbaknya ia
menusuk berulang2 pada puterinya si Garuda Tua dari Kielok!

Akhir2nya Jie Siu Lian menjadi repot juga ! Dengan tangan


kiri ia mesti tangkis serangannya orang2 dari To Hong, dengan
tangan kanan ia mesti layani tumbak yang liehay dari si
Tumbak Emas. Ia telah berkelahi sekian lama, tenaganya telah
berkurang. Tentu saja ia tidak ingin binasa ditangan orang2
jahat itu, itulah kebinasaan secara kecewa. Maka akhirnya ia
putar tubuhnya dan lari kejurusan Timur. Dijurusan itu ia
tampak kudanya, yang tadi kabur, yang sedang menjilat sisa
lumerannya salyu.

Thio Giok Kin dan orang2nya To Hong tidak mau mengerti,


mereka memburu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Perempuan hina yang jahat, jangan harap kau bisa kabur!"


mereka itu berteriak2.

Siu Lian lari sekuat2nya, ia bisa sampai dengan lekas pada


kudanya, sambil kempit kedua goloknya ia loncat naik atas
kuda itu dan kaburkan tunggangannya kearah Timur.
Kemudian sambil menoleh kebelakang ia bersenyum dan
menantang : "Kalau kau orang bisa, hayolah kejar nona Jie Siu
Lian"

Orang2nya To Hong tidak mau mengerti, mereka mengejar


terus.

Thio Giok Kin cari kudanya, dengan kasi larat kuda itu ia
turut mengejar.

Siu Lian tahu diri, meski sebenarnya ia niat layani pula Giok
Kin, ia tahu biar ia bersemangat tapi tenaganya terbatas. Giok
Kin punya banyak kawan, ia tahu ia akan repot kalau mereka
kurung ia. Dari itu terpaksa ia terus kaburkan kudanya. Berapa
lama ia sudah lari, ia tidak tahu pasti, hanya ketika kemudian
ia menoleh kebelakang, ia tidak lihat lagi sekalian
pengejarnya. Maka sekarang ia bernapas lega, kudanya ia kasi
jalan pelahan2.

Setelah dapat mengaso, Jie Siu Lian girang berbareng


sedikit mendelu. Ia puas yang ia telah bisa tempur Giok Kin
dan lukai To Hong, tetapi ia tidak puas karena dengan Giok
Kin ia tak dapat bertempur sampai ada yang kalah dan
menang, sedang ia berkeinginan keras akan balas sakit hati
ayahnya terhadap orang she Thio ini. Ia percaya, apabila tidak
ada gangguannya To Hong, ia tentu sudah bisa kalahkan si
Tumbak Emas. Sekarang, kesudahannya ia mesti bersabar
lagi.....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Merasa berdahaga, Siu Lian lantas kasi jalan kudanya. Ia


ingin cari rumah orang atau warung teh dimana ia bisa minum
dan beristirahat, agar kemudian ia bisa lanjutkan
perjalanannya ke Jie-sie-tin.

Adalah selagi jalan dengan anteng, tiba2 Siu Lian dengar


orang teriaki ia disebelah belakangnya:

"Nona Jie, tunggulah sebentar"

SIU LIAN HERAN.

"Siapakah dia?" ia berpikir apabila ia dengar teriakan itu: Ia


segera berpaling kebelakang, dimana ia lihat seorang
penunggang kuda sedang laratkan kudanya kejurusannya.
Penunggang kuda tidak lain adalah Pa-san-coa Su Kian.

"Benar2 seorang aneh!" pikir nona kita yang kenalkan Su


Poan-cu. Kenapa ia tahu, ada dimana aku berada?"

Su Poan-cu telah sampai dengan lekas, karena si nona


telah tahan kudanya.

"Apakah kau tahu barusan aku telah tempur Thio Giok Kin
dan To Hong sekalian?" tanya si nona itu sambil unjuk roman
bangga"

"Aku tahu" sahut Su Poan-cu sambil manggut, napasnya


memburu. "Tapi jalannya pertempuran aku tidak lihat.... Si
budak cilik Thio Giok Kin kenal aku dengan baik, aku tidak
sanggup lawan ia, dari itu aku tidak mau muncul
dihadapannya. Tapi muridku, pada dua hari yang lalu telah
pergi ke Poteng dari tempat yang agak jauh, telah saksikan
pertempuran kau orang dan ia telah saksikan bugee kau yang
liehay, katanya kepandaian kau berimbang sama
kepandaiannya Lie Bouw Pek, maka coba mereka tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berjumlah jauh lebih besar, pastilah Kim-khio Thio Giok Kin


akan binasa ditangan nona!"

Siu Lian bersenyum, bersenyum girang.

"Aku telah bisa bacok Hek houw To Hong, tidak tahu ia


binasa atau tidak?" ia tanya. Ia bersenyum pula.

"Boleh jadi ia tidak binasa" Su Poan-cu jawab. "Aku dengar


ia telah digotong pulang oleh orangnya."

"Aku tidak bermusuhan dengan To Hong, aku tidak pikir


untuk binasakan dia" Siu Lian terangkan. "Aku melulu mau
kasi hajaran padanya, lantaran sikapnya yang kurang ajar,
karena ia telah pengaruhi, tindih dan peras penduduk Poteng.
Thio Giok Kin barulah musuhku, karena dialah yang desak
ayahku sehingga meninggal dunia, maka sebelumnya bisa
bunuh Oiok Kin, aku belum puas!"

"Sekarang belum tiba masanya nona" Su Poan-cu


menghibur. "Kepandaian nona tinggi, tetapi jumlah yang kecil
tak dapat lawan jumlah yang besat, maka baiklah nona sabar
dan tunda saja perhitungan ini! Baiklah nona menunggu
sampai nona bisa minta bantuannya Lie Bouw Pek, guna
tempur pula mereka itu...."

Siu Lian tertawa dalam hatinya.

"Kenapa mesti minta bantuannya Lie Bouw Pek?..." pikir ia.

"Sekarang nona mau pergi kemana?" Su Poan-cu tanya


pula.

"Aku niat sambangi kuburan ayahku." sahut si nona "aku


mau pergi ke Bong-touw"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kalau dari sini nona pergi ke Bongtouw, nona perlu tempo


dua hari" kata Su Kian, "tetapi bila nona pergi ke Khoyang,
kau bisa sampai dalam tempo satu hari. Bagaimana nona pikir
tentang usulku? Bagaimana kalau nona pergi dulu ke
Khoyang, ke Hong touw-po, untuk lihat2 kuburannya Beng Jie-
siauwya? Ini adalah suatu kewajiban diantara tunangan....
Setelah ini baru nona pergi ke Bongtouw

Siu Lian sedih mendengar ucapan itu, hampir air matanya


meleleh keluar. Ia manggut.

"Baik, aku nanti pergi ke Khoyang, akan tengok


kuburannya" ia menyahut.

"Silahkan kau turut aku" mengajak si Ular Gunung.

Nona Jie percaya Pa-san-coa, ia lalu mengikuti.

Maka itu sekarang mereka berjalan berdua kearah Timur.


Sore itu juga mereka telah sampai di Khoyang. Dengan ada si
kate gemuk selaku pengunjuk jalan, nona Jie tidak sia siakan
tempo akan tanya sana dan sini. Tapi karena langit sudah
gelap, mereka tidak pergi terus ke Hongtouw-po, dan Su Kian
ajak si nona cari rumah penginapan diluar kota.

Esoknya pagi2, dengan ia tetap selaku penunjuk jalan, Su


Poan-cu antar Siu Lian ke Hongtouw-po, ketegalan diluaran
pintu kota selatan. Ketika itu angin yang dingin sekali meniup
keras pada orarg2 yang berlalu lintas.

Siu Lian merasa sangat berduka, tapi ia lawan serangannya


sang angin. Adalah si gemuk, yang mesti menderita hebat
juga, karena tubuhnya yang besar.

Disebidang tegalan mereka turun dari kuda akan tambat


binatang tunggangan itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Disini nona" kata Su Poan-cu, yang ajak kawannya


menghampirkan sebidang tanah munjul tangannya menunjuk.
"lni dia kuburannya Bsng Jiesauwya. Adikku ini, diwaktu
hidupnya punya adat yang luar biasa sekali, ia lebih suka
menderita kesengsaraan daripada menerima penolong orang.
Ia tidak suka menerima orang menaruh belas kasihan
kepadanya.

"Aku kenal saudara ini di Hoat Beng Sie, dengan


perantaraannya Lie Bouw Pek, yang telah kenal dia lebih dulu.
Ketika Lie Bouw Pek rubuh karena sakit, saudara ini lalu
datang rela tolong rawat ia dengan masakkan obat dan
justeru untuk Lie Bouw Pek hari ia menemui nasib yang
menyedihkan ini

Suaranya Su Poan-cu jadi sember, rupanya ia sangat


terharu. Sioe Lian pun tidak sanggup keraskan hati, kendati ia
sudah, coba akan berbuat begitu, sambil pegangi bongpay, air
matanya turun dengan deras, ia menangis sesenggukan, ia
tidak mau lagi unjuk kelemahan hatinya itu dihadapan si Ular
Gunung.

"Su Ciauw, kita belum pernah bertemu satu dengan lain,


tetapi karena ikatan orang tua kita telah menjadi tunangan"
demikian ia kata dalam hatinya. "Kita telah ditunangkan sejak
masih kecil. Kau ketahui pertunangan kita, kau tidak ketahui
penderitaan ayah dan ibuku, ya aku juga Karena ayah telah
didesak oleh musuhnya." Dan ia tuturkan pengalaman
ayahnya. "Tentang perhubunganku dengan Lie Bouw Pek, kau
perlu ketahui dengan jelas" ia menyambangi, dan ia tuturkan
kejadian yang sebenarnya. "Kami berhutang budi pada Lie
Bouw Pek, karena pertolongannya yang besar pada kami,
meski demikian, persahabatanku dengan dia adalah
persahabatan sejati, seperti adik dan engko, sebagaimana itu
dikehendaki oleh ayahku. Dirumah kau, kami dihina oleh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

engkomu tetapi karena memandang kau, aku tidak mencari


panjang, malah seorang diri aku segera ringkaskan Soanhoa-
hu Aku hendak cari kau. Buat ini aku telah minta bantuannya
Lie Bouw Pek, Yo Kian Tong dan yang lain? Apa mau, selagi
kami cari kau justeru telah berlalu dari kota raja, cuma sebab
kau dengar aku akan datang. Kau pergi, tentu karena kau
dengar soal persahabatanku dengan Bouw Pek. Kau rupanya
mau mengalah, lantaran kau belum bisa berdiri sendiri dan
kuatir aku pandang rendah padamu. Nyata kau keliru, kau
belum kenal aku! Aku bukan sebagaimana kau sangka, aku
tidak bersifat demikian rendah. Tapi kau sekarang binasa
untuk Lie Bouw Pek. Katanya kau pesan supaya Lie Bouw Pek
nikahi aku? Mana itu bisa jadi? Jangan kata memang Lie Bouw
Pek sendir1 tidak niat, pun aku menurut keharusan, menurut
keadaan, tidak bisa berbuat demikian. Kau tentu ketahui,
sekarang tidak ada perhubungan lagi antara aku dan Lie Bouw
Pek, boleh jadi perhubungan itu terputus untuk selamanya !
Aku sekarang sambangi kau,siapa tahu kau hanya setumpuk
tanah kuning? Bagumana kau harus berbuat terhadap aku?
Kau tahu bagaimana hatiku terluka. sekarang dan
seterusnya?"

Nona ini mendekam dibatu kuburan, sampai sekian lama,


dengan tidak perdulikan hembusan angin yang demikian
dingin"-ia sesenggukan, airmatanya terus mengalir....

Su Poan-cu mengawasi saja, dari terharu ia menjadi ibuk.

"Benar? lacur........" ia jidi ngelamun sendirian "Karena aku


kenai Lie Bouw Pek aku jadi kenal Beng Su Ciauw. lantas
warung arakku, aku mesti tutup, hingga aku mesti kabur dari
kota raja, kemana aku tidak berani balik pula?..... Dan
sekarang aku kenal nona she Jie ini, melulu aku jadi
korbannya angin Utara yang dingin meresap ketulang! Tak
disangka nona ini punya adat aneh melebihi Lie Bouw Pek dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Beng Su Ciauw! Benar2 lacur! Bagaimana aku bisa layani ia.


apabila ia ayun siangtoonya yang liehay itu?"

ia berdiri diam karena lamunan itu.

Siu Lian masih saja mendekam, si nona tidak ketahui


lamunannya si Ular Gunung.

"Hai, bagaimana sekarang?" Su Kian berpikir pula "Aku


telah hadapi Lie Bouw Pek yang semangatnya yang gagah
seperti gempur, aku telah hadapi Beng Su Ciauw, yang mesti
rebah didalam tumpukan tanah ini, maka sekarang, apa
sekarang aku mesti diam saja menyaksikan nona ini rebah
beku karena kedinginan, sedang ia nona gagah yang telah
bunuh mampus Biauw Cin San, yang telah bikin pecundang
Thio Giok Kin yang tersohor Oh, Su Poan-cu pengalaman kau
benar luar biasa, pengalaman itu bisa bikin hatimu tawar
terhadap penghidupan biasa, jangan kau nanti jemu sama
dunia ini dan pergi jadi si hweeshio terokmok!......"

"Sudah nona, jangan menangis lama2" kata ia akhirnya


dengan beranikan diri. Mari kita pulang...... Orang yang sudah
mati

tak akan bisa hidup pula...... Sudah cukup bagi nona


asalkan nona ingat Beng Jie siauwya...... Bukankah nona mau
pergi ke

Bongtouw? Mari kita kembali kehotel, untuk siap, supaya


kita lantas bisa berangkat!"

Mendengar disebutnya Bongtouw, Siu Lian bisa kuatkan


diri.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku masih mesti lakukan banyak, kenapa aku mesti


bersedih terus2an, h«ngga boleh kesehatanku menjadi rusak?"
ia pikir. Ia terbangkit seraya susut airmatanya.

"Mari kita kembali kehotel" ia kata.

"Mari nona!" kata Su Kian yang gembira bukan main.

Kuda mereka sedang mencari makan, me reka


menghampirkan dan loncat di masing2 tunggangannya.
Demikian mereka pulang ke hotel.

Didalam kamarnya setelah rapikan pakaiannya dan cuci


muka, Siu Lian duduk sendirian, pikirannya kusut.

Su Kian muncul tidak lama berselang.

"Hari ini angin hebat sekali nona, apa tidak baik kita tunda
keberangkatan kita sampai besok?" tanya si Ular Gunung

"Aku memang niat mengaso satu hari ini" Siu Lian jawab
"Aku pikir besok baiklah kau jangan ikut aku. Kau telah bantu
aku, Su Toako, aku haturkan terima kasih pada kau, biarlah
lain kali saja aku balas budimu ini!"

Ucapan ini bikin girang sekali hatinya si gemuk.

"Jangan mengucap terima kasih nona, aku tidak sanggup


terima itu" ia menolak "Aku memang paling gemar membantui
siapa saja yang harus dibantu. Sekarang aku tidak punya
pekerjaan, kenapa nona tidak mau ajak aku? Andaikata nona
hendak pindahkan kuburan ayahmu, aku bisa bantu kau.."

Siu Lian geleng kepala.


Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Sekarang musim dingin, maka kalau aku niat pindahkan


layon ayahku, itu mesti dilakukan dipermulaan lain tahun" ia
jawab. "Kalau kau tidak punya pekerjaan..." dan ia berpikir
dan menghela napas "baik kau tolongi aku dalam urusan
lain...."

"Apakah itu nona?" Su Poan-cu tegaskan.

"Karena kaupun sahabat baik dari Beng Su Ciauw" berkata


si nona "baiklah kau pergi ke Soanhoa-hu, akan cari Beng Eng
Siang, loopiauwtauw dari Eng Siang Piauw tiam, guna
beritahukan kepadanya yang jie siauwya telah menutup mata.
Tentu sekali kau boleh tuturkan segala apa dengan jelas.
Kemudian kau boleh usulkan, supaya layonnya jie siauwya
dipindahkan ke Soan hoa. Tolong kau beritahukan juga pada
Beng Loopiauwiauw, bahwa aku, meski lelah ditunangkan
dengan jie siauwya, sekarang aku tetap gadisnya keluarga Jie,
tegasnya aku merdeka Hanya aku bisa terangkan, sejak
sekarang ini aku sumpah tidak akan mau menikah! Tentang
tusuk konde emas, yang keluarga Beng kasikan padaku
sebagai tanda pertunangan, aku tidak mau pulangkan, aku
hendak pegang tetap barang itu, biarlah menjadi tanda bahwa
aku tinggal janda melulu untuk tusuk konde emas itu..."

Siu Lian sangat berduka, hingga ia berhenti sebentar.

"Dan" ia tambahkan "aku minta kau menemui Toan-kim-


kong Lauw Keng, yang berada bersama Beng Loopiauwtauw di
Soan hoa, minta ia seberapa bisa supaya layon ibuku diangkut
ke Kielok, sebolehnya pada sebelum Sha-gwee, supaya waktu
itu layon ibu dan ayah bisa dikubur berbareng..."

"Jangan kuatir, nona" Su Poan-cu menyahuti dengan cepat,


seperti juga ia tidak berpikir lagi "semua apa yang nona
inginkan serahkan padaku, aku nanti kerjakan dengan baik.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siapa terima kewajiban, ia mesti lakukan tugasnya itu dengan


setia. Dengan segera aku akan berangkat!"

"Sabar, Su Toako !" Siu Lian mencegato. "Sekarang angin


masih hebat, kenapa kau begitu terburu2?"

"Memang menjadi adatku, bila aku hendak lakukan suatu


apa, aku mesti lantas lakukan itu. Dalam hal ini, adatku lebih
kukuay lagi dari pada adatnya Bouw Pek dan Su Ciauw !
Akupun punya kawan di Poteng, aku mesti cari ia buat diajak
pergi, supaya ia bisa bantu aku" si gemuk berkata.

Siu Lian masgul mendengar jawabah itu.

"Apa yang kawanmu lakukan di poteng?" ia tanya.

Su Kian tertawa sebelum menjawab.

"Kawanku itu," ia menyahut, "adalah mata2 atau juru


kabarku. Sekarang ia berada di Poteng, dengan tugas mencari
tahu atau menyelidiki sepak terjangnya Gu Sam, kuasa besar
dari Oey Kie Pok, yang lelah atur persekutuan dengan Thio
Giok Kin dan rombongannya, untuk mengetahui apa yang
sudah dan akan mereka lakukan lebih jauh. Nona tidak tahu,
Thio Giok Kin semua kalah liehay dari pada Oey Kie Pok, siapa
rupanya baik hati dan dermawan, tapi hatinya sebenarnya
sangat busuk! Oey Kie Pok itu benci sangat pada Lie Bouw Pek
dan Tek Siauw Hong --benci sampai ditulang2nya, siang dan
malam ia terus berdaya bikin celaka orang2 yang ia benci itu!"

Mendengar demikian Siu Lian menghela napas.

"Dikalangan kangouw yang diutamakan adalah kepandaian


silat" ia kata "tetapi Oey Kie Pok andalkan tipu muslihat busuk
dan uangnya, ia manusia sangat rendah. Baiklah kalau nanti
kau ketahui ada orangnya Oey Kie Pok yang mau cari Tek
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong dan Lie Bouw Pek, tolong kau beritahukan


kepadaku, aku nanti bantu mereka itu, terutama untuk balas
budi mereka terhadap aku!"

Diwaktu mengucap demikian, nona ini unjuk roman


berduka, tandanya ia bicara dengan terpaksa.

"Baik nona" menyahut Su Poan-cu, yang lantas minta diri


akan siapkan pauwhoknya, setelah itu ia kembali pada sinona
seraya berkata : "Nona, aku hendak berangkat sekarang!"

"Baik Su Toako, harap kau tidak lupakan pesanku!" Siu Lian


pesan.

"Jangan kuatir nona, aku akan ingat semua!"

Sampai disitu, dengan berkerebong mantel kulit kambing,


Su Poan-cu bertindak keluar, ia loncat naik atas kudanya yang

Ia terus kasi lari menuju keparat, tidak perduli angin keras


dan pasir bertentangan

Siu Lian kagum terhadap si kate gemuk itu.

"Orang sebagai dia itu tidaklah kecewa menjadi seorang


sejati dari kalangan kangouw" kata ia dalam hatinya.

Hari itu Siu Lian terus berdiam dihotelnya, akan esok


paginya melanjutkan perjaianan ke Bongtouw. Benar saja, ia
telah gunai tempo dua hari akan sampai diJie sie tin. Ketika ia
pergi ke Kuan Tee Bio, hweeshio disitu. hampir tidak kenalkan
ia.

Begitu sampai dibelakang bio, Siu Lian hampirkan kuburan


ayahnya, didepan mana ia berlutut dan bersoja sambit
memuji. Ia menangis dengan sedih, terutama akan lihat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

rusaknya pepohonan dan rumput di dekat2 kuburan, sebagai


kesudahan gangguannya musim dingin, setelah lama
mendekam di-kuburan, ia pergi kebio.

Paderi dari Kwan Tee Bio mengawasi nona kita. Ketika


dahulu Siu Lian datang, ia berada bersama ibunya dan Lie
Bouw Pek dan ia dandan sebagai gadis biasa. Tapi sekarang ia
merupakan nona yang gagah, dengan pakaiannya yang sepan,
setelah tangan menuntun kuda. yang lain menenteng golok,
hingga ia mirip seorang pemuda.

"Ohmietoohud, kiranya Jie Kouwnio!"

kata paderi itu a-hirnya, sesudah ia dapat mengenalinya.


"Silahkan masuk! Kalau kouwnio datang selengah bulan yang
lalu, pasti kau akan bertemu dengan Sun Toaya!"

"Sun Toaya yang mana itu ?" tanya So Lian sambil berpikir.

"Sun Toaya itu berumur tiga puluh lebih romannya gagah"


sahut si paderi. "Ia menunggang kuda dan bawa sebatang
golok ia datang dari Kielok beberapa belas hari yang lalu. Ia
sembahyang dan membakar kertas dikuburannya looya. ia
menangis. Ia menyebut suhu terhadap looya. Dengan aku ia
omong banyak juga, setelah itu ia lanjutkan perjalanannya,
boleh jadi ia pergi ke Soanhoa"

Sekarang Siu Lian bisa menduga orang itu adalah Ngo-


jiauw-eng Sun Ceng Lee.

"Ia tentu pergi ke Soanhoa akan tengok aku dan ibu, ia


tidak tahu ibu telah menutup mata" ia berpikir. Ia jadi sangat
berduka, ia b^rsyukur buat pemuda itu perbatikan. Tapi lekas
juga, ia berlega hati: "Kalau benar Ceng Lee pergi ke
Soanhoa, ia mesti akan bertemu dengan Su Poan cu, aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

harap bersama2 Lauw Keng ia bisa atur dan bantu


pemindahan layon ibunya"

Oleh karena memikir begini, hatinya Siu Lian jadi enteng


banyak.

"Dipermulaan tahun depan aku ingin datang pula kemari,


akan angkat layon ayah." kemudian ia beritahukan si orang
suci.

"Itulah baik sekali kouwnio" berkata si paderi. "Kouwnio,


kenapa Lie Bouw Pek Toaya tidak datang bersama kau?"

"Tidak" sahut si nona dengan pendek, sedang sebenarnya


pertanyaan itu telah menusuk hatinya. Ia insaf sekarang
berapa banyak Bouw Pek telah bantu ia dalam kesukarannya,
tetapi karena turuti kemarahannya ia sudah bikin pemuda itu
pisahkan diri dari ia. Ia merasa malu sendirinya dan menyesal.
Coba tidak ada urusan Su Ciauw, temulah ia sudah menyusul
ke Lamkiong akan haturkan maaf kepada anak muda itu.
Sekarang, andai kata ia ketemu Bouw Pek ditengah
perjalanan, ia malu akan menemui atau menegor.

"Ah, kenapa jalannya urusan jadi begini?" pikir ia. Ia minta


diri dari si paderi, ia naik atas kudanya dan kasi binatang itu
lari kearah selatan. Ia bisa lakukan perjalanan dengan leluasa,
karena ini adalah jalanan yang ia kenal baik, jalanan yang
membangkitkan kenangannya.

Setelah ditengah perjalanan beberapa hari lamanya,


dengan pikiran tidak tenteram, pada suatu lohor jam empat
Siu Lian akhirnya sampai di Kielok, kampungnya sendiri. Ia
terus masuk kedalam kota, di mana ia langsung menuju
kegang dimana rumahnya dahulu berdiri. Scsampainya di
depan pintu, ia turun dari kudanya, ia hampirkan pintu dan
ketok itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Siapa?" tanya suara pelahan dari dalam, setelah ia


mengetok sekian lama.

Siu Lian segera kenalkan suaranya Cui Sam.

"Engko Cui Sam, aku" ia menyahut, Buka pintu engko, aku


Siu Lian pulang"

Suara tindakan kaki yang cepat dari Tee-lie kui Cui Sam
terdengar dan pintu segera juga dipentang.

"Nona!" ia menegor. "Eh, nona, kau pulang sendiri saja?"

Tapi Siu Lian tidak menyahut, sambil menangis ia bertindak


masuk.

Meski ia merasa sangat heran, Cui Sam toh urus dahulu


sang kuda buat dibawa masuk kedalam pekarangan, kemudian
ia menyusul masuk kedalam rumah yang sekian lama telah
ditinggal kosong.

Sejak berangkatnya Jie Hiong Wan, Cui Sam tinggal


dirumah ini selaku penunggu rumah, bersama isterinya ia
telah menikah ia pakai ruangan luar.

"Duduk nona" ia kata seraya perkenalkan isterinya, yang ia


ajak masuk.

Siu Lian duduk sambil menepas air mata.

Cui Sam pun teturutan mengeluarkan air mata.

"Sejak berangkatnya nona sekalian" kata penunggu rumah


ini kemudian "belum lama ini ada orang datang dari Utara,
dengan warta bahwa Jie Lauwsiok telah menutup mata
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ditengah perjalanan, bahwa mulai dari lamkiong, seorang


pemuda bernama Lie Bouw Pek telah turut selaku pengantar
sampai di Soanhoa-hu. Kini seberanya niat menyusul ke
Soanboa, menyesal sekali, kami tidak punya uang. Pada bulan
yang baru selam, dengan pinjam uang Sun Ceng Lee berhasil
juga berangkat ke Soanhoa akan tengok nona, kemudian ia
mau pergi ke Pakkhia buat suatu urusan. Ia telah pergi hampir
satu bulan. Apa nona telah ketemu dia?"

"Aku tidak ketemu ia, tetapi aku tahu ia telah pergi ke


Soanhoa" menyahut Siu Lian.

Nyonya Cui Sam lantas suguhkan teh pada nona rumah itu.

Atas pertanyaan Cui Sam, Siu Lian tuturkan semua


perjalanan dan kejadian atas keluarganya, sampaipun pada
halnya Beng Su Ciauw, mendengar mana orang she Cui ini
menghela napas ber-ulang2 dan banting kaki karena berduka.

"Kalau begitu, sekarang baik nona berdiam dirumah" ia


kata akhirnya untuk menghibur. "Nanti, sesudah upacara
penguburan Lauwsiok dan loothaythay, nona pikir pula
bagaimana baiknya"

"Itulah urusan belakang" sabut Siu Lian.

Cui Sam tidak berani omong banyak, ia tahu nona itu


sedang berduka, maka bersama isterinya ia benahkan apa
yang perlu, terutama akan bersihkan sagala apa supaya nona
itu merasa senang. Kemudian nyonya Sie pergi kedapur akan
sediakan makanan. Maka selanjutnya Siu Lian tidak merasakan
kekurangan suatu apa. Ia berdiam didalam rumah, ia jarang
keluar, pakaiannya selalu pakaian berkabung. Kadang2 ia pun
mau pegang jarum dan benang. Cuma ilmu silat yang ia tidak
pernah abaikan, karena ia adalah warisan ayahnya dan perlu
untuk bela diri, justeru ia banyak musuhnya. Satu waktu ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

perlu cari sekalian musuhnya, dan sembarang waktu musuh


musuh itu bisa datang satroni ia.....

Kalau pagi ia berlatih diri dengan tangan kosong dan


bersenjata, kalau malam ia keluar akan lompat naik keatas
rumah dan berlari2, untuk bikin tubuhnya tetap enteng dan
larinya keras.

Baru lewat beberapa hari, meski si nona hampir tak pernah


keluar, penduduk Kielok segera mendapat tahu yang nona Jie
yang elok telah pulang kembali, hingga dengan begitu kabar
juga telah sampai dikupingnya Ngo Bun Kim, tauwkeh dari Tay
Tek Hoo, dan Sek Tiong Hauw, kedua pemuda yang pada
awalnya cerita ini telah mulai terbitkan gara2....

Nio Bun Kim tadinya berlalu dari Kielok, dimana ia malu


akan berdiam lebih lama, tetapi seperginya keluarga Jie, ia
kembali pula, dari jarang sampai sering, sehingga terus tidak
malu lagi seperti biasa, dengan Sek Tiong Hauw tentu sekali
tetap menjadi sahabatnya. Di Kielok ini, mereka sama2 jadi
pemogor dari sebuah rumah hina, Dalam satu bulan, buat
belasan hari mereka mengeram ditempat pelesiran itu

Bun Kim sedang berada didalam tok Tay Tek Hoo, tatkala ia
dengar Siu Lian pulang, segera ia nyatakan mau pulang ke
Lamkiong.

"Kenapa, apa kau takut padanya" Sek Tiong Hauw


mengejek.

"Aku bukan takut, aku hendak pegang sumpahku" Bun Kim


jawab. "Dulu aku telah angkat sumpah, kalau ia berada di
Kielok, aku tidak mau tinggal disini...."

"Otakmu benar kuat, kau ingat segala kejadian yang sudah


lama lewat!" Sek Tiong Hauw tetap mengejek. "Apa kau tidak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dengar yang si tua bangka she Jie dan isterinya telah


meninggal dunia, bahwa si pemuda she Beng juga sudah
menutup mata? Tidakkah dengan begitu si nona Jie telah
pulang dalam keadaan sebagai janda kembang? Ia belum
berusia dua puluh, apakah bisa jadi ia akan hidup sebagai
janda terus? Bun Kim, aku berani bertaruh, kalau sekait ini kau
bertindak pula, kau pasti akan berhasil!"

Mau tidak mau, hatinya siorang she Nio itu tergerak. Tapi
kalau ia ingat hajaran si nona hatinya kuncup pula.... Kalau ia
ingat ini, pikiran sadar mendampinginya....

"Kenapa aku mesti cari sakit pula?" demikian ia kata dalam


hatinya. "Aku jadi tauwkeh uangku banyak, mau orang
perempuan apa saja dengan mudah aku bisa dapatkan, maka
kenapa aku mesti petik bunga mawar yang ada durinya yang
tajam itu?"

Memikir begini, ia bisa hadapkan Tiong Hauw sambil


tertawa.

"Tiong Hauw, aku tidak bisa diakali lagi!" ia kata "Kalau kau
ada ingatan, pergilah sendiri, pergilah, supaya kau berhasil"

Tiong Hauw geleng kepala, tapi ia bersenyum.

"Aku lain daripada kau" ia mundur teratur. "Aku bisa


menunggu sampai orang perempuan sendiri datang baiki aku,
tak nanti aku mau keteki orang perempuan Tapi." ia
menyambung, "aku dengar Lie Bouw Pek juga sudah pulang,
lebih baik kita ketemukan dia. bikin hatinya jadi panas, supaya
lagi sekali ia kasi permunculan sebagai baru ini untuk
senangkan hati kita!"

Mendengar disebutnya nama Lie Bouw Pek, Bun Kim


menjadi panas, jelusnya timbul.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Cari si setan celaka buat apa?" ia kata dengan sengit. "Lie


Bouw Pek telah pergi ke Pakkhia, ia berdiam disana hampir
satu tahun, pekerjaan tak dapat, sebaliknya, ketika pulang ia
lebih hitam dan kurus! la tidak miripnya dengan Souw Ciu! Kau
tahu, sekarang ia ada dirumah, tetapi tiada satu orangpun
yang ia berani ketemukan, aku sendiri belum pernah lihat ia
barang satu kali juga!"

Sek Tiong Hauw fertawa. Ia tahu sobat ini takut pada Lie
Bouw Pek, maka dia keluarkan alasan itu. Sebenarhya sahabat
ini jelus dan berlaku hati, andaikata Lie Bouw Pek bisa dapati
Siu Lian.

Senda gurau diantara kedua sahabat ini berhenti sampai


disitu, oleh karena Nio Bun Kim buktikan perkatannya dengan
mau lantas pulang hari itu, Tiong Hauw juga tidak bisa
berbuat lain daripada ikut meninggalkan Kielok, pulang ke
Lamkiong. Tapi sesampainya dirumah, ia tidak bisa lupai si
nona Jie, maka diam2, diluar tahunya Bun Kim, ia pergi
kunjungi Bouw Pek.

Dengan sebenarnya Lie Bouw Pek sudah pulang ke


Lamkiong Oleh karena ia pulang dengan tangan kosong,
malah dengan tubuh lebih kurusi dan kegembiraan lenyap,
oleh paman dan bibinya ia disambut dengan tawar, karena ini
ia jadi lebih bersusah hati, setiap saat ia kerutkan alis. Lebih
celaka kalau ia dengar sang paman dan bibi bilang, bahwa ia
pergi ke Pakkhia bukan untuk cari pekerjaan, melainkan buat
pelesiran, hingga tubuhnya jadi kurus, mukanya menjadi
kuning..... Meski

dengan mereka itu tidak benar, Bouw Pek tidak gubris


barang sedikit juga, ia lanyut coba tenangkan diri dengan
ingat2 apa yang ia telah lakukan sejak berangkat ke Pakkhia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

iapun bayangkan Kecantikan dan kegagabannya Siu Lian,


keelokan dan

Kehalusannya S!am Nio yang harus dikasihani, sedang Su


Ciauw ia kagum berbareng dibuat sayang dan sesalan, sebab
pemuda begitu gagah nasibnya demikian buruk. Ia gembira
kalau ingat kebaikannya Tek Siauw Hong dan Tiat Pweelek,
orang2 Boan yang sifatnya berlainan dari kebanyakan orang
Boan lainnya ia hanya sesalkan Siu Lian, yang salah mengerti.
Ditambah itu, ia anggap ia tidak perlu memberi keterangan
apa2 lagi, hanya ia tidak tahu. kemana si nona pergi dan
bagaimana keadaannya selanjutnya

"Apakah ia pulang ke Kielok atau ia terus pergi ke


Soanhoa?" demikian ia sering menduga2. "Sebenarnya adalah
keharusanku, akan cari tahu dimana adanya Siu Lian
sekarang, akan kemudian tengok juga kuburannya Siam Nio.
Siam Nio mati, aku tinggal ia pergi, benar aku telah berikan
uang pada ibunya, tetapi aku tidak tahu ia dikubur dimana...."

Kapan ia berpikir begini, Bouw Pek lantas dapat ingatan


akan lagi sekali pergi ke Pakkhia. Ia telah rencanakan, kalau ia
jadi pergi, paling dulu ia mampir di Khoyang akan tengok
kuburannya Beng Su Ciauw, sedang sesampainya di Pakkhia
paling dulu ia mau kunjungi Tiat Pweelek. kemudian Tek
Siauw Hong, guna wujudkan janjinya pada hari waktu hujan
salyu, ketika ia dan Siauw Hong berpisahan. Paling akhir ia
mau sambangi kuburannya Siam Nio.....

Tentang Oey Kie Pok mau bikin ia celaka atau terus hendak
ganggu ia halnya Thio Giok Kin hendak satronkan ia, juga
halnya Su Poan itu semua itu Bouw pek tidak buat pikiran,
kalau toh satu wakytu ia ingat, dengan lekas ia bisa lupakan
pula, hatinya jadi tawar terhadap lelakon perkelahian
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Demikian sejak pulang ia keram diri didalam rumah.


Melainkan beberapa sanak paling dekat yang ia mau ketemui.
Teman-temannya yang lain, semua ia tolak dengan manis.
Satu kali ia pernah terima kedatangannia Sek Tiong Hauw,
tetapi dengan alasan ia sedang tidak sehat, ia tidak omong
banyak pada sahabatnya ini.

Hari itu adalah hari kesepuluh dari bulan dua belas langit
tda terang, karena kemarinnya telah turun salyu, Lie Bouw
Pek keluar dari rumahnya dan jalan dipelataran. ia tidak bisa
legakan pikirannya, ia ingat semua pengalamannya. baru kali
ia angkat kepalanya, memandang kedepan, tiba2 ia lihat ada
orang sedang mendatangi. Ia tidak usah mengawasi lama
akan kenal kan Sek Tiong Hauw. dari itu dengan segera ia jadi
merasa tidak gembira.

"Ia datang pula, apa maunya?" demikian ia menduga.

Sek Tiong Hauw bertindak menghampirkan dengan cepat,


air mukanya tersungging dengan senyuman.

"Saudara Bouw Pek, apa kabar? ini kau merasa segaran?"


ia mendahului meneror selagi mendatangi.

Terpaksa Bouw Pek bersenyum juga untuk samout kenalan


itu. Baru saja salyu berhenti turun dan jalanan sukar, kenapa
su heng capekan diri menyambangi aku?" demikian katanya.

"Coba tidak turun salyu, tentulah kemarin aku telah datang


kemari! Tiong Hauw tertawa. "Aku datang sutee, kesatu untuk
tengok kau, kedua...." ia tepuki pundaknya pemuda kita, ia
keluarkan suatu dari hidung, aku hendak sampaikan kabar
girang kepadamu!"

Baru saja dengar begitu, Bouw Pek sudah tidak senang,


hingga ia unjuk perasaan itu pada wajah mukanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Kau lagi2 mau main gila, eh ?" ia menegor.

Tapi si orang she Sek terus tertawa.

"Tidak lagi main-main, hanya dengan sungguh2!" ia bilang.


"Ini kabar girang yang tulen! Mari kita bicara didalam!....."

Sebagai juga ia yang menjadi tuan rumah, Tiong Hauw


tarik tangan sobatnya.

"Duduklah" Bouw Pek kata setelah mereka berada didalam


"Kau bicarakan urusan lain, jangan sebab kabar girangmu itu,
aku sebal mendengarnya" Dipegat secara begitu, Tiong Hauw
mengawasi dengan melengak, karena ia merasa heran,
sampai tidak punya kegembiraan buat bicara. Tapi cuma
sesaat, lantas ia tertawa pula.

"Selagi hawa begini dingin, aku datang kemari, maksudku


melulu untuk sampaikan kabar girang itu, bagaimana sekarang
kau pegat aku?" ia tanya. "Kau kenapa eh?" Ia tidak tunggu
jawaban, ia menerangkan: "Sutee, aku harap kau mengerti.
Terhadap kau, aku sebenarnya bermaksud baik. Kau telah
berusia duapuluh lebih, kau belum dirikan rumah tangga, kau
telah pergi ke Pakkhia, pulangnya kau tidak membawa teehu
bagi aku, maka tidak bisa tidak aku mesti bantu kau berdaya.
Duluan aku ajak kau ke Kielok, sampai kau piebu dengan
puterinya Jie Loo piauwtauw benar maksudmu tidak
kesampaian, sedikitnya aku toh telah kasi kau lihat nona yang
elok ying pandai bugee. Kenapa kau masih sebal terhadap aku
dan sangka aku permalukan kau?"

Bouw Pek menghela napas, apa pula akan dengar namanya


Siu Lian.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jangan timbulkan kejadian yang sudah lewat" ia kata


dengan masgul.

"Tidak sobatku, aku mesti bicara!" Tiong Hauw memaksa


sambil tertawa. "Yang sekarang aku heidak beritahukan
justeru adalah halnya si nona she Jie itu !"

Bouw Pek hanya menduga Tiong Kouw datang buat


unjukkan nona lain, tidak tahunya lagi? Siu Lian yang disebut.
Ia jadi berduka, akan tetapi karena ingin mengetahui, ia diam
saja.

Tiong Hauw pun sudah lantas sambung omongannya :

"Aku telah pergi keKielok bersama Bun Kim, baru kemarin


aku pulang dengan terburu2. Nona Jie sudah pulang
kerumahnya, ia dengan sendirian, karena kedua ayah dan
ibunya telah meninggal dunia. Bukankah ia telah ditunangkan
pada satu pemuda she Beng dari Soanhoa-hu? Nah, juga
pemuda she Beng itu telah menutup mata, katanya sebab
mendapat luka dalam suatu pertempuran, entah dengan
siapa. Sekarang si nona berdiam dirumahnya selaku janda
kembang. Ia masih begitu muda, bagaimana ia bisa hidup
terus sebagai janda? Siapakah yang dibelakang hari ada
peruntungan bagus akan punyakan dia? Maka aku pikir,
daripada orang lain yang dapatkan, bukankah lebih baik sutee
yang nikah dia? Bukankah sutee pernah pergi kesana dan
kenal Jie Lauw Tiauw? Kau boleh berkunjung ke Kielok,
dengan alasan buat nyatakan duka cita terhadap piauwsu tua
itu, berbareng kau boleh jumpa sinona. Kau muda, gagah dan
cakap, si nona telah kenal kau, ketahui segala apa tentang
dirimu. mustahil si nona tidak akan jatuh kedalam tanganmu?
Oh, sahabatku, bagaimana girang andaikata aku bisa irup arak
kegirangan kau"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tiong Hauw pandai bicara, sehabis kata begitu, ia tertawa


berkakakan, seperti tidak mau berhenti.

"Hayo, sahabatku, hayo kita pergi sekarang" kata ia sambil


berbangkit, seraya samber tangan orang.

Bouw Pek tarik pulang tangannya, ia menghela napas


helaan napas lega. Kalau benar kabarnya si orang she Sek ini,
terang Siu Lian sudah pulang kerumahnya dengan tidak
kurang suatu apa. Ini adalah apa yang ia harap. Hampir ia
beber hal diantara ia, Su Ciauw dan Siu Lian, baiknya sebelum
buka mulut ia ingat Tiong Hauw tfdak berhak untuk diberikan
kepercayaan akan turut mengetahui lelakon itu, maka ia urung
menutur. Ia anggap berbahaya bila Tiong Houw ngoye
diluaran, dengan tierita dilebihkan, paman dan bibinya bisa
gusarkan ia dan nama baiknya Siu Lian biba tercemar.

"Aku tidak bisa beibuat seperti katamu itu!" ia kata. "Biarlah


nona Jie menjadi janda atau ia menikah orang lain, aku tidak
ingin campur atau ketahui hal ihwalnya itu. Aku kenal Jie Lauw
Tiauw, tetapi perkenalan itu adalah perkenalan sambil lalu,
maka selagi dirumahnya tak ada di bikin upat yua
sembahyang, bagaimana aku bisa datang untuk ucapkan duka
cita?"

Pemuda ini berkata sambi! unjuk senyuman menyedihkan.

"Itulah bukannya soal, kau masih bisa cari alasan lain"


Tiong Hauw mendesak dengan tidak perhatikan lagu bicara
dan air muka orang. "Asal kau berani bertindak masuk
kedalam rumahnya, aku percaya ia akan lantas menjadi isteri
kau !" ia tertawa. "Bouw Pek sahabatku, aku percaya kau dan
Siu Lian berjodoh! Ia lewatkan si pemuda she Beng yang
malang dan ia tunggui kau!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek tidak puas yang tamunya itu mengucap demikian


terhadap Beng Su Ciauw.

"Sudah" ia membentak, "sudah jangan sebut lagi halnya si


orang she Beng, si orang she Jie! Urusan mereka itu tidak ada
sangkut pautnya dengan aku ! Kenapa kau mesti ngoce saja
dikupingku!"

Ditegor begitu, Tiong Hauw juga unjuk roman tidak puas.

"Bagaimana eh?" ia tanya. "Kenapa kau tidak senang


terhadap aku? Kau tahu sendiri, aku datang untuk kau, untuk
carikan kau isteri yang sempurna! Apa benar kau tidak mau
menikah seumur hidupmu? Ah sahabatku ..."

Bouw Pek menghela napas, ia melengos akan tidak


pandang sobat itu.

Tiong Hauw sekarang bisa lihat punggung sobatnya, ia bisa


uiiai tegas bagaimana sahabat ini jadi jauh lebih kurus.

"Anak ini benar-benar tidak beruntung" pikir ia, ia pergi ke


Pakkhia begitu lama,

tapi pulang dengan tangan kosong! Apakah ia bikin dikota


raja? Ia tidak mampu cari isteri dan sekarang ia hilang yang
orang sebut2 hal isteri"

"Lantas ia tertawa sendirinya, beberapa kali terdengar


suaranya "Hm! hm!"'

Kemudian Bouw Pek dengar dibelakangnya: "Kalau kau


tidak pergi, ya sudah, kenapa kau gusarkan aku? Kalau karena
urusannya sibudak she Jie, kita suheng dan sutee jadi
berselisih oh, aku malu terhadap suhu!......."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tapi Bouw Pek justeru semakin gusar karena Siu Lian


dimaki "budak", maka sukur Tiong Hauw sebut gurunya,
hatinya jadi sedikit lega. Ia lantas ingat kebaikan gurunya
yang sayang sekali padanya, hingga sebabnia rajin dan cepat
mengerti gurunya itu telah turunkan kepandaiannya ke
padanya, segala rahasia ilmu pukulan ia telah diberitahukan
sedang murid lain tidak dapat pelajaran seperti ia. Ia tahu,
dengan berbuat demikian gurunya ingin ia menjadi ternama
dikalangan Sungai-Telaga. Maka betapa celaka, sekarang
melulu karena urusan cinta ia jadi seperti runtuh semangat! Ia
jadi seperti sialkan harapan gurunya itu!.....

Karena pikirannya kusut, Bouw Pek sampai tidak ketahui


yang Tiong Houw telah angkat kaki! Ketika ia ketahui sahabat
itu pergi, ia tidak menyusul keluar untuk mencegah,
sebaliknya ia jatuhkan diri dikursi, kepalanya mendongak,
matanya mengawasi langit rumah, beberapa kali ia menghela
napas. Tapi hatinya lega akan ketahui Siu Lian telah pulang
dengan tidak kurang suatu apa....

Sang hari lewat dengan cepat, tahu musim dingin sudah


sampai diakhirnya dan musim semi menggantikannya. Selama
itu Bouw Pek terus berdiam dirumah dengan kegembiraannya
masih belum balik kembali. Sudah begitu, sejak
kedatangannya Tiong Houw paling akhir, tidak ada lagi
sahabat yang datang kunjungi ia.

Bulan kedua pun telah gantikan bulan pertama, sekarang


bunga teh dan lie sudah mulai mekar, sementara itu Bouw Pek
jadi berkuatir akan bayangannya sendiri, la dapat kenyataan,
sebab berduka sekarang ia jadi lebih kurus lagi dan lemah.

"Kalau tetap begini, lama? jiwaku juga aku aku


korbankan..." pikir ia "Tidak, aku mesti rubah diriku!... Aku
mesti kembali ke Pakkhia, aku mesti penuhkan janjiku pada
saudara Tek Siauw Hong!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ucapan ini benar-telah mendorong semangatnya Bouw Bek


karena ia segera ambil putusan untuk pergi ke Pakkhia hanya
tinggal harinya saja yang harus ditetapkan.

Pada sore itu Bouw Pek berdiam sendirian dikamarnya


sebagaimana biasa. Diluar turun hujan rintik2. Didalam
kamarnya ia tidak pasang lampu, maka itu ia terbenam dalam
gelap-gulita. Baru saja ia ia pikir untuk nyalakan api buat baca
buku, mcndadak diluar pekarangan ia dengar suara pintu
diketok dibarengi dengan berbengernya kuda sampai dua kali
beruntun. Ia heran.

"Siapa yang datang? Siapa cari aku di waktu begini?"

Ia bertindak keluar, ia hampirkan pintu pekarangan.

"Siapa? Kau cari siapa?" ia tanya.

Dari luar pagar terdengar suara kasar dari seorang lelaki,


yang iyoba dipalsukan sebagai suara seorang perempuan, tapi
kepalsuan itu terdengar nyata, katanya:

"Lekas buka pintu! Aku Jie Siu Lian! Kau tahu, Siam Nio
juga datang bersama aku! Lekas buka pintu!"

Bouw Pek tercengang dan kemudian menjadi gusar.

"Siapa kau?" ia menegor. "Kau berani permainkan aku, Lie


Bouw Pek?"

Sembari kata begitu dengan berani Bouw Pek buka pintu


sampai terpentang lebar, tapi kapan pintu itu sudah terbuka,
dihadapannya berdiri seorang kate gamuk, yang segera
tertawa berkakakan!
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Biar langit gelap dan hujan menambah kesamaran, Bouw


Pek toh lantas kenali Pa san-coa Su Kian alias Su Poan-cu si
gemuk terokmok, maka meski mendongkol, ia toh tertawa!

"Su Tiiangku!" ia kata dengan tegorannya "Ada apa kau


datang kemari?"

Su Poancu tidak lantas menyahut, ia hanya angkat kedua


tangannya memberi hormat.

"Lie Toaya, apa kau baik ?" ia kata "Aku datang dengan
dua maksud, kesatu buat mengunjungi dan kedua..."

Ia tidak teruskan itu, hanya ia tuntun kudanya buat dibawa


masuk kedalam pekarangan, terus kegubuk yang
diperuntukkan simpan kayu akan tambat kudanya.

Bouw Pek mengundang masuk.

Kemudian sembari nyalakan api, Bouw Pek tanya sahabat


karib itu

"Kaudatang kemari, mungkin kau bawa kabar penting.


Kabar apakah itu? Aku minta kau lekas beritahukan
kepadaku!"

Su Poan-coe duduk dikursi, dengan ayalan ia buka


mantelnya yang basah karena air hujan, kemudian dengan
saputangan ia juga peras kuncirnya yang kuyup.

"Urusan ini penting" ia menyahut dengan sabar "Tapi aku


datang langsung dari Pakkhia, aku telah lakukan perjalanan
terus menerus, maka itu sudilah kau kasi ketika untuk aku
beristirahat sebentar..."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek heran mendengar keterangan itu. Datang dari


Pakkhia — begitu jauh? Maka juga bukannya ia kasi ketika,
malah ia membalik menanya:

"Bilang padaku urusan apa itu ? Bilang lekas!"

Selama diluar, sampai ia bertindak masuk, Su Poan-cu


unjuk air muka yang berseri, tetapi sekarang sikapnya
berubah.

"Coba tebak, urusan apa yang aku bawa" ia tanya dengan


sungguh2.

"Apakah dirumahnya Tek Siauw Hong terbit peristiwa?"


pemuda itu menebak.

"Benar, kau menduga jitu!" Su Kian menjawab. "Didalam


istana Terlarang, di dalam keraton, sudah terjadi pencurian
besar atas beberapa rupa barang permata yang indah dan
berharga besar. Pencurian akan tetap jadi pencurian, kalau
tidak Siu-Bie too Oey Kie Pok gunai ketika ini untuk balas sakit
hatinya, guna lampiaskan dendaman. Kau ketahui kelicinan
dari si Bie-too Kurus Dengan kecerdikannya. ia bikin
perhubungan dengan Toa congkoan Thio thaykam, siapa ia
bujuk dan anjurkan buat fitnah Tek Siauw Hong, yang dituduh
menjadi penjahat utama dalam pencurian besar itu. Sekarang
ini Tek Siauw Hong telah ditangkap dan ditahan dalam penjara
Heng-pou, bersama ia terembet beberapa orang ternama
dikota raja. Kejadian itu menguatirkan bagi Tek Siauw Hong
dan orang serumah tangganya"

Bouw Pek benar terkejut sampai mukanya berubah menjadi


pucat pias, memang mukanya pucat dan bersinar agak kuning.

"Tuturkanlah, tuturkan semua biar jelas" ia minta pada si


kate gemuk.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Duduknya perkara yang jelas aku sendiri masih belum


ketahui betul" kata Su Poan-cu. "Dalam perkara ini tersangkut
saudagar besar di Pakkhia, namanya Yo Cun Jie....."

Bouw Pek ingat nama itu, ia terperanjat. Saudagar itu


seorang gemuk juga. Ketika ia baru sampai di Pakkhia, ia
ketemu saudagar itu di Cio Tauw Hotong. Dia itu pernah turut
Tek Siauw Hong pesiar kerumah pelesiran.

"Aku tahu saudagar itu, yang buka rumah gadai" kata ia


sambil manggut.

"Benar" sahut Su Kian, yang anggukkan kepala. "Saudagar


Yo Cun Jie adalah pemilik rumah gadai yang tersohor, karena
ia buka beberapa rumah gadai. Ia berharta besar. Pada bulan
yang baru selam, pegadaiannya terima gadai belasan butir
mutiara serta beberapa pigura tulisan dan gambar. Itu adalah
perkara biasa saja, sampai seorang giesu kebetulan dapat
ketahui dan kemudian terbukti, semua itu adalah barang
curian dari istana Yo Iyun Jie lantas ditangkap dan ditahan
untuk diperiksa.

Beberapa thaykam yang turut tersangka sudah ditahan


juga, begitupun dua orang sie-wie. Perkara itu sebenarnya
tidak ada sangkut pautnya dengan Tek Siauw Hong, tetapi
karena Siauw Hong dan Cun Jie bersahabat kekal, Siauw Hong
berjanji akan menolonginya. Kau tahu sendiri, Siauw Hong
jiatsim dalam persahabatan. Ketika Oey Kie Pok mengetahui
tindakannya Siauw Hong, ketika ini ia gunai akan bikin impas
dendam hatinya. Begitulah ia atur daya, akan fitnah Tek Siauw
Hong, yang lantas ditangkap, sedang rumahnya telah
digeledah. Sekarang ini melainkan Tiat Pweelek dan Khu Kong
Ciauw, yang berdaya akan menolongi Siauw Hong, sahabatnya
lain semua telah jauhkan diri. Kau Lie Toaya, adalah
sahabatnya Tek Siauw Hong, dan permusuhan diantara Siauw
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hong dan Kie Pok asal mulanya adalah urusan kau juga, maka
aku datang pada kau untuk menyampaikan kabar Siauw Hong
sekarang terpenjara, barangkali kau tidak mampu
menolonginya tetapi kau bisa tengok dia, sedikitnya untuk
lakukan kewajiban sebagai sahabat"

Bouw Pek jadi berduka dan bingung, sampai duduk salah


dan berdiri salah Su Poan-cu pun sebut2 tentang
persahabatan, sedang ia seorang yang paling utamakan itu.

"Siauw Hong dan aku memang bersahabat, tetapi itu bukan


sebagai yang kau katakan" ia berkala dengan bersenyum
meringis, karena mesti kuatkan hati, "Ketika baru2 ini aku
berangkat meninggalkan Pakkhia, selagi turun hujan salyu
Siauw Hong antarkan aku sampai diluar Ciang-ge-mui. Waktu
itu kami telah berjanji akan nanti saling ketemu pula, artinya
aku janji dalam musim Cun ini akan pergi mengunjungi di
Pakkhia. Aku memang sudah pikir akan berangkat dalam
beberapa hari ini, siapa tahu kau telah mendahului datang,
dengan kabarmu yang penting ini. Su Ciangkui, aku berterima
kasih untuk kebaikan kau ini! Baik, sahabatku, kita boleh
berangkat sekarang!"

Su Poan-cu kagum bukan main mendengar suara itu,


hingga sambil bersenyum ia tonjolkan jempolnya.

"Bagus Lie Toaya!" kata ia dengan pujiannya. "Tidaklah


kecewa Tek Ngoya telah ikat tali persahabatan dengan kau"

Bouw Pek tidak omong main2, ia sudah lantas berbenah


akan siapkan pauwhoknya, setelah selesai ia kata pada
sahabat itu:

"Su Ciangkui, aku minta kau tunggu aku diluar. Aku hendak
ketemui pamanku, akan beritahukan niat kepergianku ini,
guna minta perkenan dan ambil selamat berpisah!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sambil manggut dan menyahut "Ya" Su Poan-cu lantas


berbangkit dan pergi akan tuntun kudanya keluar pekarangan.
Dibawah hujan gerimis ia tunggui sahabatnya.

Bouw Pek sebenarnya tidak pergi ketemukan pamannya. Ia


tahu, diwaktu hari sudah larut, sang paman. Lie Hong Keng,
sudah tidur. Ia pun ketahui, kalau ia bicara pada pamannya
dan paman itu dapat tahu ia mau pergi ke Pakkhia buat tolong
sahabat, ia pasti tidak akan dikasi pergi. Maka itu ia duduk
menulis surat, dalam suratnya ia tuturkan maksud
keperglannya dan ambil selamat berpisah, la kucurkan air
mata selagi ia letaki surat itu, karena ia merisa sedih untuk
tinggalkan paman dan bibinya secara demikian. Setelah
padamkan api, ia tenteng pauwhok dan pedangnya, ia
rapatkan pintu kamarnya dan pergi menghampirkan Su Poan-
cu.

"Tolong pegang ini" kata ia pada sikate gemuk itu. Ia


kembali kedalam, buat tuntun keluar kudanya, yang ia
pakaikan pakaiannya dengan cepat. Sesampainya diluar, pintu
pekarangan ia tutup rapat.

"Mari" kata ia pada Su Poan-cu seraya bertindak dengan


tuntun kudanya.

Su Poan-cu mengikuti sambil tuntun juga binatang


tunggangannya.

Kedua sahabat keluar dari kampung di-bawah hujan yang


turun makin deras, maka jalan belum seberapa jauh pakaian
mereka berdua sudah kuyup.

"Sampai disini 5aja" kata Su Kian dengan tiba2 tahan


tindakkannya. "Lie Toaya, silahkan kau berangkat sendiri ke
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Pakkhia, aku masih punya urusan lain. Setelah setengah


bulan, kita akan bertemu pula dikota raja"

Bouw Pek kenal baik sifatnya si tukang warung arak ini,


yang sepak terjangnya sering gelap, dari itu, ia tidak mau
menanyakan apa , ia hanya anggukkan kepala? "Baiklah" kata
ia. "Sebenarnya kau dan Tek Siauw Hong tidak kenal satu
pada lain, maka kau juga boleh tidak usah pergi ke Pakkhia
akan bantu dia"

"Aku bukan lagi bekerja untuk Tek Siauw Hong, aku hanya
bantu kau" kata si ular Gunung, yang segera tambahkan:
"Apakah uangmu cukup?"

"Aku telah bawa semua uangku" Bouw Pek jawab.

"Baiklah," kata si kate gemuk, "mari kita berangkat!"

Dengan hampir berbareng, dua orang ini loncat naik atas


kuda mereka, yang terus mereka kasi jalan berendeng, sampai
di jalanan tikungan yang terpisah dua.

"Sampai ketemu pula!" kata Pa san-coa sambil angkat


kedua tangannya. "Aku ambil jurusan barat!"

"Sampai ketemu pula" Bouw Pek membalas kehormatan


orang.

Kuda hitamnya Su Poan-cu lantas saja lari kearah barat,


maka Bouw Pek pun larikan kudanya kearah utara, dengan
begitu mereka berdua telah berpisahan.

Lie Bouw Pek telah lakukan perjalanannya dengan tidak


kenal cape, ia mengaso melulu untuk tangsel peruinya dan pia
kudanya atau untuk bermalam Sekalipun diwaktu malam ia
jalan terus, seperti pada permulaannya, asal ia rasa ia dan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kudanya masih kuat. Dari itu bisa dibilang ia telah jalan terus-
menerus. Ketika ia lewat di Khoyang, ia mampir di Hong-touw
po, akan unjuk hormatnya pada Beng Su Ciauw, didepan
kuburan siapa ia turun dan berdiri sambil kucurkan air mata.
Ia merasa berhutang budi pada pemuda itu, yang telah
berkorban untuk ia. Setelah itu ia berdoa lan pula.

Tidak pernah Bouw Pek pikirkan hari atau tanggal, hanya ia


ingat, ketika ia berangkat dari rumahnya, waktu itu akhir
bulan kedua dan ketiga akhirnya ia sampai di Pakkhia, pohon2
yangliu baru saja kehijau-hijauan dan bunga toh masih belum
mekar, la tidak cari rumah penginapan, hanya langsung
menuju ke Su pay lauw, ke Sam-tiauw Hotong, kerumahnya
Tek Siauw Hong.

Rumahnya si orang Boan tetap sebagaimana biasa, apa


yang beda adalah pintu besar ditutup rapat, dimuka itu tidak
ada barang satu orang malah tanda bekas kereta mundar-
mandir pun tak terdapat.

Didepan pintu sekali Bouw Pek loncat turun dari kudanya.


Ia tambat binatang itu ditunggui tambatan, ia naik ditangga
akan mengetok pintu. Ia mesti terus mengetok sekian lama,
baru ia dengar suara pertanyaan dari dalam :

"Cari siapa eh ?" Lekas buka pintu!" Bouw Pek kata. "Aku
Lie Bouw Pek, sahabatnya Tek Ngoyal"

Suara itu agaknya dikenaT oleh orang di dalam, yang


pentang pintu dengan tidak berayal lagi, dari kapan orang itu
telah lihat Siapa berdiri dimuka pintu, ia agaknya kaget bahna
kegirangan luar biasa.

"Oh Lie Toaya!" ia berseru. "Kau datang Toaya, bagus!"


Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sembari kata begitu, orang itu maju lebih dekat, akan


unjuk hormatnya.

Lie Bouw Pek tidak usah memandang lama akan kenalkan


Hok Cu, si kusir.

"Tolong kau urus kudaku, aku mau masuk akan ketemu loo
thaythay" ia kata kemudian.

Dengan tidak tunggu sampai ada bujang lain yang


memimpin atau mengasi kabar, anak muda ini bertindak
dengan cepat menuju kedalam, tetapi kebetulan baginya
dithia ia ketemu bujang yang mau keluar.

"Tolong beritahukan loo thaythay atau toa-naynay, bahwa


aku baru sampai dari lamkiong" ia kata pada bujang itu, "aku
hendak ketemui Ngoya....."

Bujang itu tidak kenal Bouw Pek, tetapi ia tahu pemuda ini
a Ialah sahabat majikannya, maka ia lekas2 unjuk hormatnya.

"Tetapi majikan....." ia kata.

"Aku tahu tentang majikanmu, sekarang aku mau


ketemukan loo-thaythay atau toa-naynay" ia tegaskan.

Bujang itu manggut.

"Silahkan toaya ikut aku" ia kata.

Bujang itu lantas pimpin tamunya kepedalaman, disitu ia


masuk lebih dahulu kekamar Tek Toa-naynay untuk memberi
kabar.

Kabar ini tentu saja disambut dengan girang oleh nyonya


Siauw Hong, yang memang sedang bingung.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"SiIahkan undang Lie Toaya masuk ke kamarku" berkata


nyonya itu.

Keluarga Tek pegang aturan keras, orang luar, apa lagi


orang lelaki, tidak boleh masuk sampai kepedalaman, akan
tetapi Bouw Pek dikecualikan, malah dulu, pada mula pertama
ia datang, Siauw Hong sudah ajak ia masuk akan ketemui ibu
dan isterinya. Maka sekarang Tek Naynay juga tidak bersikap
likat2 lagi. Ia keluar dari kamarnya justeru tamunya sampai.

Bouw Pek pegang kehormatan, ia tidak berani angkat


kepala akan mengawasi.

"Enso" kata ii seraya terus unjuk hormat sambil menjurah.

Nyonya Tek membalas hormat tetapi dengan airmata


meleleh.

"Lie Toa-hiantee, silahkan duduk" ia mengundang. "Kau


tentu telah ketahui perkaranya Ngoko, bukan?"

Suaranya si nyonya pelahan dan sember, tanda dari


kesusahan hati.

Bouw Pek jadi sangat terharu.

"Aku dengar koko difitnah oleh Kie Pok, hinggga ia


ditangkap" ia menyahut.

"tetapi bagaimana duduknya yang jelas, aku belum tahu.


Coba enso tolong kasi keterangan, nanti aku pikir pula dan
akan berdaya sekuat tenagaku"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Setelah kata begitu, Bouw Pek duduk di bangku disamping


dan budak perempuan suguhkan teh. Tapi ia tidak lantas
minum.

Tek Toa-naynay sudah lantas berikan keterangannya, yang


cocok dengan wartanya Su Poan-cu, yaitu Siauw Hong difitnah
karena hendak menolong Yo Cun Jie, si saudagar yang
menjadi sahabatnya.

"Dari kantor Sim-heng-su, Ngoko telah dikirim ke Heng-


pou." Toa-naynay dapat perlindungan dari Tiat Pweeleek dan
Khu Kong Ciauw, ditempat tahanan ia tidak menderita hebat,
cuma dalam perkaranya katanya ia sukar lolos, hanya tidaklah
nanti, dapat hukuman mati. Yang dikuatirkan sekarang adalah
kelicinan dari Oey Kie Pok. Diluaran ia telah sesumbar, bahwa
ia hendak berdaya sampai Ngoko dihukum mati. Difihak lain
Kie Pok juga coba peras kami, buat mana ia gunai surat2
hutang palsu dari toko uangnya Poan Louw Sam, katanya
Ngoko ada hutang sepuluh laksa tail, hutang mana harus
dibikin lunas. Hal ini aku perintah orang tanyakan pada Ngoko
didalam tahanan, Ngoko menyangkal, katanya ia tidak punya
hutang itu dan belum pernah berurusan dengan toko uangnya
Poan Louw Sam. Meski begitu, pihak toko uang telah
mendesak dengan bengis, ia kasi tempo satu bulan buat aku
bayar hutang itu. Ia telah majukan saksi, yalah Phang Hoay
dan Phang Liong Hari Cun Goan Piauw-tiam dan Moh Po Koen
dari Su Hay Piauw-tiam. Mereka semua orang2 yang tidak
punya hubungan dengan Ngoko, sekarang mereka berani
datang kemari menagih uang, ketika diusir mereka berani
berkeras dan hendak menerjang masuk. Sejak terbit perkara
ini, belum ada dua bulan, dua kali rumah ini telah digeledah,
dan tiap kali habis menggeledah dengan tentu kami
kehilangan barang. Untuk ongkos kami juga sudah pakai lebih
dari tiga ribu tail. Ngoko benar punya uang dari warisan, tetapi
ia gemar bergaul, untuk persahabatan ia pakai untuk dengan
tidak dipikir2, maka uang simpanannya sudah kurang banyak,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

maka kalau sekarang aku mesti sediakan lagi sepuluh laksa,


mestinya aku menggadaikan rumah dan jual sawah kebun.
Kami tadinya punya belasan bujang, lelaki dan perempuan,
sekarang kebanyakan dari mereka sudah diberhentikan,
karena mereka itu berani main gila, suka berjudidan keluar
malam hingga sekarang tinggal saja Siu Jie, Hok Cu, satu koki
dan satu bujang lelaki"

Bouw Pek berduka mendengar keterangan itu, yang


menusuk perasaan hatinya. Begitulah kalau orang mau celaka,
ada saja gangguan yang datang. Karena ini ia jadi benci pada
Kie Pok.

"Sudah kau fitnah Siauw Hong masuk penjara, kenapa kau


coba paksa peras uangnya?" kata ia dalam hati. "Kenapa kau
gunai pengaruhnya orang2 kasar, akan takuti orang
perempuan yang lemah? Kau jahat sekali!.... Aneh, kenapa
dikota raja orang antapkan saja sepak terjangnya orang jahat
semacam Oey Kie Pok ini? Inilah aneh! Tapi Kie Pok, aku telah
datang kemari, kau lihat saja !"

Bouw Pek tidak mau ngelamun lebih jauh.

"Sekarang enso, kau baik jangan bersusah hati dan jangan


berkuatir" ia lalu menghibur nyonya rumah. "Kalau Kie Pok
dan konconya datang minta uang, kau jangan ambil perduli,
nanti aku yang berurusan padanya. Aku nanti pergi pada Tiat
Pweelek, akan minta supaya ia mendesak agar perkaranya
Ngoko lekas diperiksa dan supaya Ngoko dibebaskan.

"Pakkhia adalah kota raja, aku tidak percaya orang baik


bisa dibikin celaka dan binasa menurut sesuka mereka itu.
Ngoko. baik sekali padaku, ia anggap aku sebagai saudara
kandung, maka aku nanti pertarohkan jiwaku akan tolong dia"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Terima kasih, toa-hiantee " berkata Tek Naynay sambil


tepas air mata. "Sekarang kau jangan pergi kemana2, kau
tinggal saja dikamar depan, supaya bila nanti kawal pemeras
itu datang pula, ada kau yang bisa atasi segala hal aku
mengandal pada satu orang"

"Baik enso, jangsn kuatir" kata Bouw Pek, yang minta


perkenan akan ketemui loo-thaythay, tapi Tek naynay
mencegah Loo thaythay sudah berusia lanjut, ia tidak boleh
ketahui urusan ini" kata nyonya itu. "Ketika kedua kalinya
dilakukan penggeladahan, dengan gunai uangnya aku bisa
cegah hamba2 negeri masuk kekamarnya loo-thaythay, dari
itu hingga sekarang ia masih tidak ketahui apa"

Atas keterangan itu Bouw Pek menghela napas.

"Baiklah, aku tidak usah ketemui pehbo lagi" ia kata.


"Sekarang aku mau pergi ke Heng-pou akan tengok koko,
kemudian aku akan kunjungi Tiat Pweelek, enso mau pesan
apa?"

Tek Naynay geleng kepala, ia tepas air matanya.

"Baru tadi aku kirim Siu Jie menengoki Ngoko" ia


menyahut. "Kalau toa-hiantee ketemu Ngoko, bilang saja
supaya ia jangan jengkel dan kuatir, jangan pikirkan kami
dirumah"

"Akupun nanti kasi tahu supaya ia jangan takut orang


ganggu enso dan pehbo" Bouw Pek bilang.

"Apa toa-hiantee perlu pakai uang?"

"Tidak. Aku masih punya uang, yang dahulu koko berikan


kepadaku, yang aku belum pakai banyak."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Segera Bouw Pek berbangkit, ia memberi hormat dan


keluar. Sembari jalan ia tidak habis berpikir mengapa Oey Kie
Pok begitu jahat dan kejam. Sesampainya di-thia ia kata pada
Hok Cu, yang sedang tunggui ia.

"Tolong bawa kudaku keistal dan kasikan rumput. Pauwhok


dan pedangku kau simpan dikamar tulis luar. Mulai hari ini aku
mau urus segala apa disini. Kalau ada datang orang2 toko
uang, si orang she Phang atau she Moh, kau lekas beritahukan
padaku, aku nanti ketahui mereka. Umpama kata mereka
datang selagi aku tidak ada dirumah, kau suruh mereka
tunggu, tetapi katakan pada mereka, kalau mereka ketemu
dengan Lie Bouw Pek. jangan kata baru sepuluh laksa tail
sekalipun seratus laksa aku nanti bayar lunas semua"

Hok Cu manggut, hatinya girang bukan main.

"Aku tahu toaya" ia menyahut, sedang dalam hatinya ia


kata : "Cukup, Lie Toaya Asal aku beritahukan namamu, aku
tanggung laripun mereka tidak akan Keburu, mustahil mereka
masih berani menagih hutang!"

"Sekarang sediakan air untuk cuci muka" kata pula Bouw


Pek, yang segera pergi kekamar tulis akan bersihkan diri dan
rapikan pakaian, setelah itu dengan naik kereta ia pergi ke
Heng-pou. Ia tidak duduk didalam, hanya didepan, matanya
jelalatan. Dalam mendongkolnya ia ingin berpapasan dengan
Oey Kie Pok, supaya ia boleh hajar pecundang yang hatinya
palsu dan kejam itu.

TIDAK LAMA Lie Bouw Pek telah sampai didepan kantor


Heng-pou, disitu ia tampak seorang dengan dandanan kacung
sedang berjalan sambil tunduk, romannya lagi berduka. Ia
kenalkan Siu Jie. Maka ia lantas memanggil : "Siu Jie! Siu Jie!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Budak itu angkat kepalanya, ia segera kenalkan anak muda


kita, hingga ia jadi girang bukan main, sambil berlari-lari ia
datang menghampirkan.

"Lie Toaya !" ia berseru seraya unjuk hormatnya. "Toaya,


kapan kau datang ?"

Bouw Pek perintah tahan kudanya.

"Aku baru sampai disini lewat tengah hari" ia jawab. "Aku


telah ketemui naynay dan sekarang aku hendak tengok
looyamu "

"Aku pun baru ketemu looya. Kalau looya mau menemui,


mari kita pergi sama2. Perkara ini kelihatannya...."

Siu Jie tidak bisa meneruskan ia hanya menangis.

Bouw Pek loncat turun dari keretanya, si kusir ia suruh


menunggu.

"Jangan kau berduka lagi" ia hiburkan Siu Jie. "Aku tahu


perkara looya, aku akan beidaya menolongnya."

"Ya, looya pun sering sebut2 toaya," Siu Jie manggut.


Kemudian ia jalan didepan selaku pengantar.

Oleh karena keluarga Tek telah punyai pengaruh uang, Siu


Jie bisa masuk tanpa halangan dan meski barusan saja ia
pergi dan sekarang kembali, sipir toh kirim seorang
bawahannya akan mengantarkan pula

Biar ia seorang tawanan, Tek Siauw Hong dapat kamar


yang bersih dan terawat ini disebabkan kecuali ia telah gunai
uang, ia sendiri adalah seorang Boan dan berasal dari Lwee-
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bu-hu, sedang namanya terkenal dan dimalui. Untuk tidur ia


dapat sebuah pembaringan.

Siu Jie mendahului hampirkin piniu kamar yang berjeruji.

"Looya, looya !" ia memanggil-manggil. Looya Lie Toaya


datang "

Siauw Hong berbangkit dan bertindak kedepan pintu, ia


lantas lihat Bouw Pek, ia menghela napas.

"Ah, hiantee!......" kata ia dengan duka. "Aku kuatir kau


datang, sekarang benar2 kau berada disini...."

Bouw Pek terharu bukan main, tetapi dipihak lain ia dapat


kenyataan Siauw Hong adalah tenang dan tidak berduka,
sebagaimana tadinya ia duga, pada kedua matanya tidak ada
bekas2 mengalirnya air mata. Maka ia menjadi kagum.

"Toako" ia lalu berkata, "sejak berlalu dari Pakkhia, aku


sebenarnya niat lekas kembali akan penuhkan janjiku untuk
pertemuan kita dimusim Cun, siapa tahu aku telah dapat
kabar bahwa kau mendapat perkara, maka aku segera
berangkat. Aku baru sampai dan barusan aku ketemu enso,
enso telah berikan keterangan hal duduknya perkara. Dengan
tak berayal lagi aku terus datang kemari"

"Ya hiantee, kau jangan berduka" Siauw Hong kata sambil


manggut. Kau lihat sendiri, aku tidak masgul dan berkuatir
Aku minta kau jangan ladeni segala manusia rendah itu.
Sekarang kau boleh berdiam dirumahku, akan tilik enso dan
keponakanmu. Perihal ibuku, kau jangan kuatir suatu apa. Kie
Pok boleh jahat, tetapi aku tidak percaya ia berani ganggu
ibuku juga!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jangan kuatir, toako, tidak nanti aku tambahkan onar


dalam perkaramu ini, cuma kalau Kie Pok berani ganggu aku,
atau si orang she Phang dan Moh datang pula akan memeras,
tidak nanti aku kasi ampun pada mereka!"

Matanya Bouw Pek menjadi besar, tangani ya dikepal keras.

"Inilah sebabnya hiantee, kenapa aku tidak inginkan kau


datang kemari" kata Siauw Hong dengan terus-terang, sambil
menghela napas. "Tidak apa kau tambah onar untuk aku,
tetapi apa ada harganya akan layani kawanan manusia rendah
itu? Dimataku tidak ada satu diantaranya yang bisa
dibandingkan derajatnya dengan kau! Biarlah Kie Pok banyak
hartanya dan besar pengaruhnya, aku sama sekali tidak
pandang ia sebelah mata!"

Bouw Pek kagum bukan kepalang mendengar suaranya


sahabat ini, yang tinggi mana hatinya.

"Biar bagaimana, toako perkaramu bikin aku ibuk" ia


berkata. "Perkara kau ini asal mulanya perkaraku juga, maka
bila aku tidak bisa bikin perkara menjadi terang dan aku tidak
mampu balas sakit hatiku, aku bukan manusia lagi!"

Tapi Siauw Hong geleng kepala berulang2

"Kau keliru hiantee, kau keliru" kata ia dengan sabar. "Apa


kau lupa pembilanganku dahulu, ketika kita pemar ke Jie-ka
dan Oey Kie Pok tidak perdulikan aku? aku ini aku telah
terangkan padamu, bahwa aku dan Kie Pok punya ganjelan
urusan tali persanakan dan sekarang ia mau lampiaskan
dendamannya yang dulu itu. Aku tidak mau persalahkan
anteronya pada Kie Pok, karena bila aku tidak bantu Cun Jie,
tidak nanti aku dirembet2 sekarang. Jangan turutkan hati,
hiantee, jangan terbitkan gara dan kesulitan baru, kau sabar
saja Perkaraku ini, aku percaya, tidak nanti akan minta jiwaku.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Aku tidak bersalah, sang hari masih panjang! Hiantee, biar lain
hari kita bicara pula....."

Kekagumannya Bouw Pek jadi bertambah terhadap saudara


angkat itu.

"Mengenai surat hutang palsu dari tokonya Poan Louw


Sam, aku benar jengkel juga, Siauw Hong tambahkan "kendati
demikian, aku toh tidak berkuatir. Sekarang ada kau
dirumahku, hiantee, aku percaya biar nyali mereka bagaimana
besar juga, tidak nanti mereka berani datang pula untuk
menagih! Kau tahu, betapa takutnya segala buaya darat disini
terhadap kau!....."

Sehabis kata begitu Siauw Hong tertawa.

Bouw Pek tetap mendongkol, tapi karena sikapnya orang


Boan itu ia paksa tenteramkan hati, ia manggut.

"Baik toako, aku nanti turut perkataanmu" ia bilang. "Harap


toako baik2 rawat diri disini, sekarang aku mau kunjungi Tiat
Pweelek akan berdamai kagaimana baiknya"

Siauw Hong manggut.

"Silahkan pergi, hiantee. Tiat Pweelek dan Khu Kong Ciauw


sangat perhatikan aku, setiap hari meieka kirim wakil melihat
aku, maka sebentar tolong kau sampaikan terima kasihku
kepada mereka"

Baru saja Bouw Pek menyahut "Ya" atau sahabatnya sudah


tambahkan:

"Hampir aku lupa, hiantee! Apa kabar dengan nona Jie Siu
Lian? Ketika pada bulan sepuluh kau berlalu ketika salyu
turun, dilain harinya ia sudah berlalu dari rumahku dengan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tidak pamitan lagi, hingga kami tidak tahu ia pergi kemana,


kami hanya menduga ia susul kau, Apa kau tahu dimana ia
berada sekarang?"

Pertanyaan ini kembali bikin Bouw Pek ingat bagaimana


besar kebaikannya Siauw Hong yang telah capekan hati
hendak nikahkan ia dengan Siu Lian.

"Siu Lian benar susul aku, tetapi kami tidak bertemu" ia


menjawab. Ia terpaksa umpatkan hal pertemuannya dengan si
nona ditengah jalan "Ia sekarang berada dirumahnya, ia
jarang keluar. Ia punya warisan dari ayahnya untuk
penghidupannya kita boleh tidak usah kuatit..."

"Itulah bagus, akupun boleh tidak usah banyak pikiran lagi"


Siauw Hong bilang.

"Kalau sebentar kau pulang, beritahukanlah kabar ini pada


ensomu, ia tentu berlega hati, karena ia juga sangat pikirkan
nona itu."

Bouw Pek menyahut "Baik" dan lantas pamitan, la juga


tidak berani omong terlalu lama, kuatir sipir nanti usir dia.
Siauw Hong memesan begini:

"Haturkan terima kasihku kepada Tiat Pweelek. Lebih baik


lagi kalau kau bisa ketemukan Khu Kong Ciauw. Ia telah
bekerja banyak untuk aku, sampai ia putuskan perhubungan
dengan Kie Pok, yang tadinya ada sahabat kekalnya Lukanya
bekas terkena piauw juga baru sembuh."

"Kalau begitu, aku akan lebih dahulu cari Kong Ciauw-dan


baru Tiat Pweleek" kata Bouw Pek.

Lagi sekali Siauw Hong pesan : "Jangan kau kuatir buat


diriku. Dalam hal bugee, aku kalah dari kau, tapi dalam hal
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kekuatan hati, aku lebih menang. Disini pun aku tidak


menderita hebat. Kau tidak usah datang setiap hari kemari,
cukup dengan selang beberapa hari sekali. Buat kau adalah
lebih penting akan tilik pehbo, enso dan sekalian keponakan!"

Bouw Pek kasi hormat pada saudara angkat itu, ia


bertindak keluar dengan di ikuti oleh Siu Jie. Ia merasa sangat
berduka tetapi ia coba kuatkan hati.

"Kau pulang dahulu aku belakangan." kata ia pada Siu Jie


sesampainya diluar.

Din ketika Siu Jie sudah pergi, naik kekeretanya Pada kusir
ia kata : Ke Pak-kauw-yan dikota Barai!"

rumahnya Khu Kong Ciauw, teiapi oleh pegawai pintu ia


diberitahukan bahwa tuan rumah bersama nyonya sedang
bepergian, maka ia masuk kekamar tulis akan tulis surat. Pada
pengawal ia pesan : "AKu Lie Bouw Pek, aku sengaja
berkunjung akan ketemui Houw-ya sekalian menghaturkau
terima kasih untuk Tek Ngoya"

Disaat pemuda kita mau naik pula kekeretanya, ia lihat dari


dalam gedung keluar seorang yang bertubuh tinggi, yang
rupanya mengerti silat. Bouw Pek segera kenalkan orang itu,
yalah Kauwsu Cin Cin Goan dari keluarga Khu.

"Ketika aku tempur Kim-too Phang Bouw di Cun Goan


Piauwtiam, aku pernah ketemu kauwsu ini" pikir Bouw Pek "ia
kenal persaudaraan Phang dan Moh Po Kun, sekarang ia lihat
aku, inilah baik, supaya ia bisa rnengasi kabar pada kawanan
tukang peras itu, agar rombongan buaya darat tidak akan
berani membantu lagi pada mereka"

Cin Kauwsu agaknya terperanjat kapan ia kenalkan anak


muda itu, mulunya kemak-kemik sebagai orang yang hendak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bicara, tetapi karena Bouw Pek sudah lanias berlalu, pemuda


ini tidak ketahui apa yang selanjuinya kauwsu itu lakukan.

Cepat sekali Bouw Pek telah pergi.

Bouw Pek menuju langsung ke Pweelek hu didalam pintu


An-teng-mui, ketika ia sudah turun dari kereta dan bertindak
kepintu, beberapa pengawal, yang kenalkan ia sudah lantas
menyambut dengan seruan mereka "Lie Toaya banyak baik?
Dari mana toaya datang?"

"Aku datang dari rumahku" Bouw Pek jawab sambil


tertawa. "Aku baru saja tiba di Pakkhia ini! Toako yang mana
sudi tolongkan aku mengabarkan kepada Jie ya tentang
kedatanganku ini?"

Seorang pengawal lantas majukan dirinya.

Jilid 23

"SILAHKAN toaya ikut aku!" kata ia, yang terus saja


bertindak masuk.
Bouw Pek ikut masuk kepintu kedua, kemudian ia berdiri
menantikan selagi hamba itu masuk kepedalaman. Cepat
sekali kelihatan Tek Lok lari keluar, ia terus kasi hormat pada
tamunya itu.
"Jie ya mengundang masuk!" ia kata
Bouw Pek manggut.
"Terima kasih" kata ia, yang terus ikut orang
kepercayaannya Tiat Pweelek ini. la dibawa keruangan tamu
yang mungil digedung pinggir sebelah barat, disitu ia
disilaukan duduk dan disuguhkan teh.
"Sering Jie-ya kita sebot2 kau toaya" kata Tek Lok dengan
perlahan "Jie-ya bilang, ilmu pedang kau di kolong dunia ini
tidak ada tandingannya"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek bersenyum, ia puas dengan pujian itu. Tapi


karena pujian ini ia ingat Su Ciauw, yang sama gagah seperti
ia, muka kasihan pemuda she Beng itu telah berumur pendek
dan nasibnya malang.
Tidak lama Tek Lok dengar tindakan kaki diluar jendela, ia
lari kepintu akan membukai, dengan begitu lantas juga
tertampak si orang bangsawan Boan bertindak masuk kedalam
kamar tamu ikut
Bouw Pek segera berbangkit dan menyambut sambil unjuk
hormatnya yang dalam.
"Kau baru saja sampai?" Tiat Pweelek tanya sambil
tersenyum "Apa semua baik dirumahmu?"
"Benar Jie-ya, baru tadi siang aku tiba" anak muda kita
jawab. Dengan rejeki Jie-ya, keluargaku baik. Terima kasih"
Orang bangsawan itu lantas duduk. "Silahkan duduk!" ia
undang tamunya.
Sambil mengucap terima kasih. Bouw Pek duduk disebelah
depan.
"Apakah kau sudah ketemui Siauw Hong?" Siauw Hong
Jiam lantas tanya. "Apakah kau telah ketahui duduknya
perkara?"
"Aku sedang berada dirumahku ketika aku dengar Siauw
Hong dapat perkara" Bouw Pek jawab, "dengan lantas aku
berangkat kemari. Tadi aku terus pergi kerumahnya Siauw
Hong, dimana sekarang aku menumpang tinggal. Dari Tek
naynay aku telah dapat keterangan. Baru saja aku tengok
Siauw Hong dipenjara Heng-pou dan ia minta aku tolong
tanyakan kewarasan Jie-ya sambil haturkan terima kasih"
Tiat Pweelek manggut2, ia menghela napas.
"Siauw Hong sangat gemar bergaul dan terhadap sahabat
jiatsim sekali" ia kata dengan pujian "Terhadap sahabat ia
tidak lagi melihat perkara kecil atau besar, ia selamanya
berikhtiar menolong dengan sungguh sungguh. Demikian
dengan perkaranya Yo Cun Jie ini. Dengan sebenarnya Yo Cun
Jie mesti tersangka dalam perkara pelicinan dikeraton ini,
kalau Siauw Hong tidak semberono campur tahu, belum tentu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ia kena tersangkut. Sekarang Oey Kie Pok musuhkan ia secara


hebat, Kie Pok telah punyai pengaruhnya orang kebiri. Dalam
perkara ini barangkali tenagaku tidak mencukupi, meski
demikian kau boleh beritahukan Siauw Hong agar ia tidak
berkuatir Sebenarnya sukar akan tanggung perkara bisa
dibikin terang, tetapi jiwanya aku merasa pasti tidak akan
terancam halnya maut"
Bouw Pek manggut, ia nampak sangat berduka dan lesu,
Tiat Pweelek menghela napas pula.
"Sudahi banyak tahun aku bersahabat dengan Siauw Hong,
biar bagaimana, aku akan berdaya menolongnya" kata pula
pangeran ini. "Aku hendak peringati, jangan karena urusan
sahabatmu itu, kau timbulkan gara2 pula jangan berlaku
semberono. Oey Kie Pok benci kau melebihi daripada rasa-
benci Siauw Hong. Dahulu ia gagal membikin kau celaka,
sekarang ia bisa ulang ikhtiarnya. Umpama dengan pengaruh
uang ia bisa bikin kau ditahan pula, benar? sukar bagiku.
Bagaimana aku bisa tolong kau dan Siauw Hong dengan
berbareng?"
"Aku akan lahan sabar sebisaku, aku tidak akan terbitkan
onar" kata Bouw Pek yang hatinya sebenarnya panas bukan
main. Ia ingin bisa segera satroni Siu Bie too, akan hajar
mampus dia itu.
Mereka lantas bicaiakan hal2 lain, kemudian Bouw Pek
pamitan.
Tiat Pweelek suruh Tek Lok antar tamunya sampai diluar.
Senaiknya diatas kereta, Bouw Pek suruh kusir tujukan
kendaraannya kearah timur.
"Sungguh celaka Oey Kie Pok" kata ia dalam hatinya yang
panas luar biasa" Ia tidak pangku angkat, ia bukan pembesar
negeri, melulu karena andalkan uang ia jadi berpengaruh,
dikota raja ini ia berani berlaku sangat sewenang2, sampai
pun Pweelek tidak bisa berbuat apa2 Apa ini berani masih ada
undang negara? Aku mesti bunuh dia!...."
Ngelamun sampai disitu ia lantas ingat pesannya Tiat
Pweelek, ia coba banteras berkobarnya api amarah itu. Apa ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

mesti terbitkan onar lagi, selagi Siauw Hong menghadapi


bahaya hebat? Tidak ! Ia mesti bersabar!
Kereta menuju ke Tong Su pay-lauw, ketika ia sampai
dimulut sebelah barat dari Samtiauw Hotong, ia tampak
mendatanginya serombongan orang dijurusan selatan. Dua
orang kelihatan sebagai seorang dagang dua yang lain adalah
Phang Hoay dan Phang Liong. Seorang lagi adalah Moh Po
Kun. Mereka itu semua dandan dengan mentereng, romannya
garang.
"Tentu mereka mau pergi kerumahnya Siauw Hong" ia
menduga. Hawa amarahnya bangkit pula. "Bagus! Bagus!
Inilah kebetulan!" Ia loncat turun dari keretanya, dengan
singsotkan thungshanya ia lari kedepan akan papaki mereka
itu.
"Tahan!" ia berseru.
Semua orang itu bersikap garang, semua beroman
gembira, apapula Moh Po Kun. yang saban2 perlihatkan
sepasang kepalannya yang kurus. Pada dua kawannya ia kata
dengan jumawa : "Sekali ini, tak boleh tidak kita mesti
dapatkan uang dari isterinya Siauw Hong! Kalau mereka tetap
tidak mau mengasikan, mereka mesti diusir pergi dari gedung
ini, dan gedunghya kita duduki" Kemudian baharulah kita
minta putusan. Oey Suya
Dan ia seperti juga sudah merasa menggenggam uang
ratusan, sebagai persenan dari Oey Kie Pok.
Adalah justru itu terdengar seruan nyaring dan keren,
hingga mereka terperanjat semua merandek dengan tiba-tiba,
semua angkat kepala. yang paling dahulu lemas kakinya
adalah si orang she Moh, sedang dua saudara Phang, yang
niat ulur langkah seribu, mesti batalkan itu, lantaran Bouw Pek
telah mendahului sampai dihadapan mereka. Terpaksa,
mereka hunus golok mereka.
"Bagus aku ketemu kau orang disini!" Bouw Pek kata
dengan nyaring. Sekarang kau jangan pergi dahulu kerumah si
orang she Tek akan memeras isierinya, marilah kau berurusan
dengan aku! Aku Lie Bouw Pek ingin saksikan punya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kegagahan dan kepandaian kau, yang membikin kau jadi


sangat terpakai dan diandalkan oleh Oey Kie Pok!"
Sekalipun mereka cekal senjata, mukanya Phang Hoay dan
Phang Liong pucat laksana kertas putih. Dan sekalipun
ditantang secara demikian, mereka itu tidak berani maju
menerjang. Berdua mereka mengawasi dengan mendelong.
Mo Po Kun berniat lari, apa mau kedua kakinya menjadi
lemas, lenyap kekuatan tenaganya. Dalam keadaan seperti itu
terpaksa ia mesti tebalkan muka akan tonjolkan sifatnya yang
rendah dan hina dina.
Demikian ia coba bersenyum, senyuman paksaan, hingga ia
jadi meringis seperti kuda.
"Kiranya Lie Toako yang telah kembali ke Pakkhia!"
begitulah ia kata seraya coba angkat kedua tangannya akan
unjuk hormatnya. "Apakah kau baik toako?"
Lie Bouw Pek tidak sudi dengar suara yang tidak enak
didengar itu ia menyambut pemberian hormat itu dengan
dupakan, hingga sebelum Moh Po Kun sempat tutup mulutnya
tubuhnya telah rubuh terpelanting, menggelinding kepinggir
laksana bola! Adalah sekarang, setelah cepat2 merayap
bangun, piauwsu itu buka langkah panjang
Hoa-chio Phang Liong tidak mau dapat persenan dupakan
seperti Moh Po Kun, dengan nekat ia maju menyerang dengan
goloknya.
Bouw Pek lihat gerakannya, ukir tangan kirinya akan
sambuti lengan bawah lawannya difihak lain kepalan kanannya
menyambar dada, hingga suara keras dan nyaring terdengar
sebagai susulan dari itu, sampai si orang she Phang menjerit
dan tubuhnya tertolak mundur. Celaka baginya goloknya telah
kena dirampas secara sebat sekali!
Sekarang hanya ketinggalan Tiat-kun Phang Hoay, pada
siapa Bouw Pek kata:
"Kau pernah rasakan Tangan Besi Tek Ngoya, kau belum
pernah cicipi rasanya tanganku, hayo maju"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Kebiasaannya Phang Hoay ini lebih rendah daripada Phang


Liong, tidak heran kalau hatinya jadi ciut dan kuncup. Ia tidak
gusar, hanya ia berkiongchiu.
"Tidak tidak" Kata ia dengan terpaksa dengan mengalah.
"Sekalipun saudara kami keempat, Kim-too Phang Bouw, telah
rubuh ditangan kau Lie Toaya, mana kami sanggup layani
engkau? Aku mengaku kalah"
Lie Bouw Pek maju, ia jambak orang she Phang itu, tidak
perduli orang telah menyerah. Inilah disebabkan ia masih
tetap gusar.
"Tidak cukup dengan kau mengaku kalah saja!" ia kata
dengan nyaring "Aku tanya kau, kenapa kau gunai surat-
hutang palsu hendak memeras keluarga Tek, hingga kau bikin
orang serumah tangga menjadi tidak aman? Bilang, kau
menghina keluarga Tek atau hanya tidak memandang mata
padaku?"
Phang Hoay begitu ketakutan hingga ia manggut2,
berulang2 ia soja.
"Jangan kau persalahkan kami Lie Toaya" kata ia yang
terus buka rahasia. "Semua itu adalah buah otaknya Oey
Suya, jikalau kami tidak turut perintahnya, disini kami tidak
bisa tinggal lebih lama, buat makan nasipun sukar kenyang!
Sekarang kami ketahui Lie Toaya ada disini, biar apa terjadi,
tidak nanti kami mau diperintah lagi, buat ini kami berani
sumpah!"
Menurut hatinya, Bouw Pek ingin tikam mampus piauwsu
ini, tetapi ia ingat pesanan Siauw Hong dan Tiat Pweelek, ia
coba kendalikan diri.
"Untuk dia seorang aku mesti hadapi perkara, sungguh
tidak berharga" akhiruya ia pikir. Maka ia lepaskan
jambakkannya.
"Karena kau memohon secara begini, aku suka kasi ampun
pada kau" ia kata dengan senyum sindir. "Aku juga masih
memandang pada saudaramu, Kimtoo Phang Bouw. seorang
laki2 sejati. Ia kalah terhadap aku, ia pegang perkataannya
tidak mau lagi hidup dikalangan kangouw"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bukan main leganya hati Phang Hoay, tidak tempo lagi ia


tarik tangannya Phang Liong buat diajak menyingkir. Ia tidak
mau tunggu sampai si orang she Lie berobah pikiran, itulah
berbahaya
Sekarang tinggal orang2 mereka yang ber diri bingung.
Mereka ini adalah dua pegawai dari toko uang. Mereka tanya
orang banyak, yang telah datang berkumpul, siapa adanya si
pemuda gagah.
"Kau tidak kenal anak muda itu?" kata seorang. "Ia Lie
Bouw Pek, sahabatnya Tek Ngoya. Lagi tahun yang baru lalu
ia telah rubuhkan beberapa piauwsu disini"
Baru sekarang dua orang itu ketakutan, karena mereka
tahu, dulupun Poan Louw Sam majikan mereka binasa karena
gara2nya si orang she Lie ini. Tapi ketika mereka mau berlalu,
Bouw Pek telah samperi mereka.
"Balik!" anak muda itu menitah. Mereka ketakutan, apapula
mereka melihat orang pegang golok. Mereka menghampirkan.
Lantas minta2 ampun:
"Lie Toaya, kami cuma turut perintah kuasa kami...."
"Jangan takut" Bouw Pek kata. "Memang siapa berhutang,
ia mesti membayar. Kalau keluarga Tek benar ada hutang, aku
nanti suruh ia bayar hutangnya itu. Coba kasi aku lihat surat
hutangnya
Anak muda kita maju dan cekal satu diantaranya.
"Lekas!" ia membentak.
Dua orang itu ketakutan sampai tubuh mereka menggetar
keras, yang satu, yang pegang surat tagihan, sudah lantas
serahkan surat itu.
Bouw Pek samber surat hutang itu, sedang orang yang ia
jambak ia lepaskan, Ia lantas membaca :
"Untuk menutup ketekoran, aku mengakui pinjam uang dari
toko tuan banyaknya sepuluh laksa tail jangkap dengan bunga
dua persen. Aku janji akan lunaskan pinjaman ini dalam satu
tahun, dengan bunganya dibayar lebih dahulu, dengan
dipotong langsung dari uang pinjaman. Surat ini dibuat
sebagai bukti"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Di bawah itu terdapat tanda tangan Tek Siauw Hong dan


cap palsu serta cap dari saksi2 Moh Po Kun dan Phang Liong.
Siapa juga lihat surat hutang itu, ia mesti ketahui bahwa
surat itu palsu. Maka juga Bouw Pek lantas bersenyum ewah.
"Tilang coba lihat ini! ia kata pada Orang banyak, dimuka
siapa ia beber surat hutang itu. "Ini adalah hasil dari buah
pikirannya Oey Suya, yang bikin surat palsu untuk peras Tek
Siauw Hong. Jangan kata memangnya keluarga Tek berharta,
hingga tidak nanti ia pinjam uang, umpama kata ia benar
pinjam mustahil toko uang yang demikian besar bisa andalkan
surat hutang semacam ini, sedang jumlah hutang adalah
demikian besar? Mustahil beberapa piauwsu bangpak mau
dipercaya sebagai saksi2 yang menanggung yawab untuk
uang sepuluh laksa tail? Maka terang ini adalah perbuatan
jahat dari Oey Kie Pok, yang berdurhaka terhadap Thian dan
menghina undang negeri
Setelah kata begitu, dalam sengitnya Bouw Pek robek surat
itu.
Tentu saja diantara orang banyak, ada yang tertawa
berkakakan, sementra siapa yang jerih terhadap Kie Pok yang
kejam, lantas angkat kaki, karena mereka takut dijadikan saksi
dan kerembet2.
"Sekarang kau boleh pergi!" kata Bouw Pek, yang
lemparkan sobekan surat hutang dan goloknya Phang Liong
yang tadi ia rampas. Kemudian selagi kedua orang itu ngacir
pergi, ia bayar sewa kendaraan dan bertindak masuk
kegedongnya Siauw Hong! Adalah waktu itu, baharu ia
menyesal telah merobek surat hutang itu sedang sebenarnya
ia harus bawa itu pada Oey Kie Pok.
"Tapi tidak ada faedahnya aku bawa surat itu pada Oey Kie
Pok" kemudian ia pikir pula. "Disitu tidak ada disebut nama,
Kie Pok seorang pintar dan licin meski surat itu ia yang
perintah orang bt kin, mana ia mengaku? Kalau aku pergi
tambah mencari pusing kepala saja..."
Siu Jie muncul sebagai anak muda ini masih mendongkol.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku telah pergi pada Tiat Pweelek dan ia janji akan tolong
Ngo-ya" Bouw Pek kasi tahu kacungnya Siauw Hong itu. "Baru
saja aku hajar Moh Po Koen dan Phang Liong dan bikin Phang
Hoay tidak berdaya, sedang surat hutangnya toko-uang dari
Poan Louw Sam aku telah robek hancur. Pergi kau beritahukan
ini pada naynay supaya hatinya jadi tetap dan tidak berkuatir"
Siu Jie girang mendengar kabar itu.
"Baik, toaya," kata ia, yang terus masuk.
Bouw Pek pergi kekamarnya akan beristirahat, tapi hatinya
masih panas saja, ia rasai tubuhnyapun turut panas juga,
hingga ia jadi tidak enak duduk dan berdiri, akhirnya ia rasai
kepalanya pusing, la menjadi kaget.
"Tidak, sekarang aku tidak boleh jatuh sakit!" kata ia pada
dirinya sendiri.
"Kalau aku rubuh karena sakit, tidak saja Siauw Hong bisa
celaka, aku sendiri bisa hadapi bahaya Oey Kie Pok tentu tidak
takuti siapa juga....."
Bouw Pek jalan mondar-mandir dengan keraskan hatinya,
untuk bikin tenang dirinya, setelah sekian lama baru ia
jatuhkan diri diatas pembaringan, dengan mata tidur pulas
agar bisa mengaso. Akan tetapi sekonyong2 Kok Cu datang
masuk sambil berlari2, romannya gugup
"Toaya lekas keluar, lihat!" ia kata dengan suara keras
tetapi tidak tedas. di luar ada seorang dengan tubuh tinggi
dan besar, kaianya ia piauwsu dari Su Hay Piauw Tiami,
mungkin ia ingin ketemukan Toaya....."
Bouw Pek jadi heran berbareng hatinya panas lagi.
"Dia tentu Moh Po Kun yang tidak puas karena hajaranku
tadi dan sekarang ia datang pula bersama kawannya" ia
menduga duga, ia loncat bangun seraya sambar pedangnya.
Dengan tindakan cepat pemuda kita pergi keluar Didepan
pintu ia tampak seorang dengan tubuh tinggi dan besar
usianya tiga puluh lebih, pakaiannya ringkas tetapi tidak bekal
senta menampak orang itu, ia merasa seperti pernah bertemu.
Selagi ia berpikir, tamu itu sudah hampirkan ia seraya unjuk
hormat dengan air muka lersungging senyuman.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Saudara Bouw Pek, sudah lama kita ketemu" demikian


katanya.
Sekarang barulah Bouw Pek ingat dan mengenali tamunya,
wakiu bertemu diKielok dirumahnya Jie Siu Lian, yalah Ngo-
jiauw-eng Sun Ceng Lee, murid Jie Hiong Wan. Maka lekas2 ia
serahkan pedangnya pada Hok Cu dan lantas balas hormatnya
tamu itu.
"Kiranya Sun Toako!" kata ia sambit tertawa. "Silahkan
masuk, silahkan"
Sun Ceng Lee diundang masuk kekamar tulis, Bouw Pek
sendiri yang tuangkan teh,
"Berapa lama kau telah berada di Pakkhia toako?"
"Aku sampai disini belum ada satu bulan, aku datang dari
Soan hoa" sahut Ceng Lee yang irup tehnya. "Dahulu saudara,
setelah terjadi kelucuan dan kemudian kau berlalu, suhu puji
tinggi kepandaian kau, katanya dua puluh tahun sudah suhu
mengembara, belum pernah ia ketemu orang gagah sebagai
kau. Suhu menyesal yang saudara Siu Lian telah ditunangkan
siang2 pada pemuda Beng, bila tidak ia tentu telah ambil kau
sebagai mantunya. Kalau itu terjadi, ia kata ia tidak usah
kuatir lagi pada Thio Giok Kin......"
Bouw Pek berduka dengar penuturan itu.
Sun Ceng Lee lanjutkan omongannya. Ia kata:
"Suhu berduka kapan ia dengar Thio Giok Kin mau datang
cari ia. Aku dan sumoay Siu Lian tidak takut, kami telah bilang
pada suhu, andaikata musuh datang kami suka maju melawan
upama kata kami tidak sanggup, kami boleh cari kau di
Lamkiong akan minta bantuan. Suhu tidak setuju pikiran kami.
Ia kuatir juga yang sumoay Siu Lian nanti dapat celaka,
apabila itu terjadi, ia malu terhadap fihak Beng. iapun malu
akan minta bantuanmu. Akan tahu kekuatiran suhu, ia
bukannya benar2 takut pada Thio Giok Kin, ia hanya ingin
lebih dahulu bisa antar sumoay dan subo ke Soanhoa,
kemudian baru ia mau cari Giok Kin buat adu jiwa. Sayang
maksud suhu itu tak terwujud. Lama aku tunggu kabar dari
suhu, hingga lebih dari setengah tahun aku tidak dengar apa-
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

apa, akhirnya aku peroleh kabar tentang meninggalnya suhu


di Jie-sie-tin......"
Bicara sampai disitu Sun Ceng Lee menghela napas,
matanya merah.
Bouw Pek turut terharu.
"Aku terima kabar duka itu dengan menangis" Ceng Lee
ceritera lebih jauh "Sebenarnya aku telah pikir untuk sambangi
layonnya suhu di Jie-sie-tin, buat sekalian tengok subo dan
sumoay di Soanhoa hu apa mau, maksud itu aku tak sanggup
wujudkan. Kau tau sendiri, hasilku sebagai guru silat tidak
berarti, bual lewatkan hari adalah sukar, bagaimana aku bisa
bikin perjalanan jauh? Pada musim dingin yang lalu aku tidak
mengejar pula, aku lantas pikir akan cari saudara angkatku,
Moh Po Kun di Pakkhia, untuk cari pekerjaan Aku telah bisa
kumpul sedikit uang, aku dapat pinjam kuda, maka aku telah
berangkat dari Kielok. Di Jie sie-tin aku sambangi kuburan
suhu, dari sana aku pergi ke Soanhoa. Siapa tahu, suhu telah
meninggal dunia dan sumoay telah pergi, entah kemana.
Syukur ada Toan kim-kong Louw Keng yang bernantikan aku
hanya sumoay telah pergi mencari Beng Jie-siauwya. Lauw
Keng ceriterakan juga, ditengah jalan, sampai suhu menutup
mala di Jie sie-tin dan dikubur, sampai subo dan sumoay
sampai di Soanhoa, semua itulah terjadi karena pertolongan
kau yang besar, saudara Bouw Pek. Lauw Keng dan aku
sangat bersukur pada kau. Adalah waktu itu aku dengar
kabar, bahwa kau telah pukul rubuh Say Lu Pou Gui Hong
Siang di See-ho dan di Pakkhia kau telah pecundangi Kim-too
Phang Bouw dan Siu Bie-too Oey Kie Pok, hingga namamu jadi
terkenal. Aku menjadi kagum bukan main, aku jadi seperti
dapat anjuran akan lanjuti perjalanan ke Pakkhia, separoh
untuk cari kerjaan, separoh guna cari kau. Lauw Keng setuju
aku pergi, tapi ia tahan aku sampai diakhir tahun, ia kata
sesudah tutup buku dan terima bagian ia mau letakkan
jabatan, ia minta bantuanku akan angkut pulang layonnya
subo. Temu saja aku nyatakan setuju. Demikian aku jadi
berdiam di Soanhoa. Belum lewat beberapa hari, kami telah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kedatangan seorang she Su yang tubuhnya gemuk, ia


perkenalkan diri sebagai Pa san-coa Su Kian....."
Mendengar halnya Su Poan-cu ini, diam2 Bouw Pek tertawa
dalam hatinya.
"Ia benar seorang aneh!" ia pikir. "Kenapa ia mesti mundar
mandir buat urusan yang tidak ada sangkutannya dengan ia
sendiri?...."
Tapi Sun Ceng Lee sudah lanjuti omongannya, ia terus
mendengari.
"Nyata Su Kian datang atas permintaan tolong dari sumoay
Siu Lian, guna minta bantuan dalam hal membawa pulang
layonnya subo. Dari siorang she Su ini kami mendapat tahu
yang Beng Jie-siaowya telah menutup mata, bahwa sumoay di
Pakkhia telah bunuh Biauw Cin San, bahwa ia telah pulang ke
Kielok. Berbareng dengan itu, saudara, aku dapat tahu yang
kaupun telah pulang ke Lamkiong. Hatiku sampai disitu
barulah menjadi lega. Su Kian berdiam di Soan-hoa sampai
satu bulan lebih, baru ia pergi, katanya ada urusan lain. la
tidak bantu kami karena ia anggap kami berdua sudah cukup
akan urus satu peti mati. Benar pada akhir bulan kesatu tahun
ini, Lauw Keng telah angkut layonnya subo, begitupun
layonnya suhu dari Jie-sie-tin dibawa pulang ke Kielok untuk di
kubur dengan baik. Bersama2 Lauw Keng turut Khouw Giok
Yan dari Hong Sian Piauw-tiam dan dua pegawai lagi. Maksud
mereka ini turut yatah agar dalam perjalanan pulang mereka
nanti mampir di Khoyang buat pindahkan layonnya jie-siauwya
Melihat orang cukup banyak dan aku ingin lekas pergi ke
Pakkhia, aku tidak turut mereka itu pulang ke Selatan
Begnulah sendirian saja aku mcnuju ke Pakkhia. Mulai sampai
di Pakkhia, aku berdiam di Su Hay Piauw-tiam bersama2 Moh
Po Kun, setiap hari aku nganggur saja. Aku tidak tahu yang
kau telah berada disini, saudara Bouw Pek, aku baru ketahui
barusan saja, dari Moh Po Kun, ketika ia pulang ke Piauw-
tiam. Ia cerita padaku, bahwa kau berada dirumahnya Tek
Siauw Hong, bahwa kau telah hajar dia, lantas ia minta aku
pergi balaskan sakit hatinya. Aku tertawa saja waktu aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dengar ceritanya itu! Bagaimana lucu akan minta aku tempur


kau, guna lampiaskan kemendongkolannya itu? Demikian
sekarang aku datang kemari, kesatu guna haturkan terima
kasihku yang kau telah bantu, banyak pada suhu dan sumoay,
kedua guna minta keterangan bagaimana doduknya perkara
antara Siu Bie-too Oey Kie Pok dan Tek Ngo ya disini, siapa
salah dan siapa benar"
Keterangan Ceng Lee ini bikin hatinya Bouw Pek lega,
sebab ternyata layonnya Jie Hiong Wan dan nyonya sudah
diurus rapi, bahwa layonnya Su Ciauw juga pasti sudah
dibawa pulang ke Soanhoa, ia hanya malu sendiri, yang Sun
Ceng Lee mesti haturkan terima kasih kepadanya.
"Sun Ceng Lee telah ketemu Su Poan-iyu, ia mestinya
ketahui kesulitan diantara aku, Su Ciauw dan Siu Lian" ia pikir.
"Ia rupanya tidak mau banyak omong sama aku, maka ia tidak
mau tanyakan suatu apa. Tapi biarlah......"
Karena ini, dengan hati masih panas ia beber rahasianya
Oey Kie Pok, yang telah satroni Tek Siauw Hong dan malah ia
sendiri. Ia unjuk Kie Pok adalah manusia busuk, yang
kelakuannya sebagai binatang saja.
Sun Ceng Lee seorang jujur, yang benci sangat pada
kejahatan apabila ia sudah dengar semua, ia menjadi gusar
bukan kepalang tampangnya sampai berubah.
"Apakah artinya ini?" ia berseru. "Apakah bisa jadi didalam
kota Pakkhia orany semacam Oey Kie Pok itu bisa diijinkan
malang melintang? Bagaimana ia bisa gampang gampang
fitnah oranng Saudara Bouw Pek, biar aku omong terus terang
pada kau. Baru setengah bulan aku berada dikota ini sudah
tiga kali Oey Kie Pok undang aku berjamu dan telah dua kali ia
kirimkan aku uang, tetapi aku duga ia baiki aku dengan ada
maunya, pasti ia hendak gunai tenagaku, maka uangnya itu
aku tidak gunakan. Sekarang aku tahu, tidak saja Oey Kie Pok
manusia binatang, malah Moh Po Kun, saudara angkatku
adalah manusia busuk, tukang hinakan orang2 perempuan,
tukang bikin celaka sesamanya! Kau tunggu, saudara Bouw
Pek, sekarang aku hendak pulang ke piauwtiam, aku mau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

putuskan perhubunganku dengan Moh Po Kun kemudian


dengan bawa uangnya Kie Pok dan golokku aku hendak pergi
pada orang jahat itu untuk tantang ia berkelahi, Dengan jalan
ini aku hendak bantu lampiaskan dendamannya Tek Ngo ya,
orang yang namanya aku telah kagumkan!"
Sehabis kata begitu Sun Ceng Lee lantas berbangkit
dengan tubuhnya yang tinggi besar itu, ia putar tubuhnya
untuk berlalu.
Tapi Bouw Pek segera berbangkit akan cekal tangannya.
"Sun Toako jangan sembarangan" ia mencegah. "Dengar
dahulu aku masih hendak bicara"
Sun Ceng Lee menoleh, dengan berbareng perasaan heran
sandingi ia, ia awaskan tubuh dan muka orang yang kurus dan
masih
bercahaya pucat, tetapi diluar dugaan, tenaganya besar
luar biasa, sebagaimana ia rasakan dari cekalan orang itu.
"Dasar ia liehay dan tenaganya besar" pikir ia dengan
kagum, "pantas Kim-too Phang Bouw juga rubuh ditangannya"
Lantas Bouw Pek undang tamunya duduk pula.
"Selagi sekarang Tek Siauw Hong berada dalam penjara
dalam segala hal kita harus tahan sabar" ia kasi keterangan
"Kita tidak boleh terbitkan onar. Oey kie Pok besar seorang
berbahja, ia sukar dilayani, tetapi apa kau penyaya aku Lie
Bouw Pek, sahabat mati dan hidup dari Tek Siauw Hong, tidak
bisa samperi dan bunuh mampus dia? Bukankah, dengan
mampusnya Oey Kie Pok tidak lagi ada orang yang gunai
pengaruh uang akan celakai Siauw Hong? Tetapi tindakan ini
kita tidak bisa lakukan sekarang. Kalau kita bunuh Kie Pok,
tidak saja perkara Siauw Hong menjadi sukar diurus, kesulitan
lain bisa timbul saling menyusul"
"Tetapi dengan aku keadaannya lain" Sun Ceng Lee
potong. "Kau sahabat karib dari Tek Siauw Hong, semua
orang ketahui itu kalau kau bunuh Kie Pok kau memang bisa
rembet Siauw Hong. Aku sebaliknya, aku tidak kenal Tek
Ngoya, apa halangannya apabila aku satroni Kie Pok? Aku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

beradat aneh, aku benci Kie Pok, Kalau aku yang bunuh ia aku
tentu tidak akan rembet siapa juga"
Masih saja Bouw Pek membujuki.
"Aku tahu kejujuran kau. Sun Toako, tetapi untuk sekarang
mencari dan tempur Oey Kie Pok, waktunya tidak cocok Malah
dengan Moh Po Kun kau tidak boleh putuskan persahabatan
sekarang juga"
Ceng Lee jadi mendongkol, tapi ia geleng2 kepala.
"Kau tidak tahu, saudara Bouw Pek" ia kata. "Dengan Moh
Po Kun itu aku asal satu kampung, lantaran kami sering
bergaul, kami telah angkat saudara. Belakangan aku dapat
tahu perbuatannya kurang baik, aku tidak suka bergaul lagi
sama ia, kalau sekarang aku datang ke Pakkhia dan cari ia,
itulah karena sangat terpaksa, aku tak berdaya. Aku malah
mengharap, dengan peranaannya aku nanti bisa berkenalan
dengan beberapa piauwsu dari Pakkhia ini. Sekarang aku
dapat tahu ia demikian busuk, apa aku mesti campur dengan
dia lebih jauh? Kalau aku andalkan golokku, dengan jual silat
aku masih bisa hidup!"
"Kau benar Sun Toako tetapi kau harus sabar" Bouw Pek
kata pula. mangut2.
"Kalau kau niat masuk dikalangan piauwtiam, aku bisa jadi
orang perantaraan, Tay Hong Piauwtiam adalah piauwtiam
dimana gurumu. Jie Loo enghiong, pernah berikan jasanya,
ketuanya Lauw Kie In, adalah sahabat baik dari almarhum
gurumu itu. Aku kenal Lauw Loo-piauwsu itu. Kalau Sun Toako
setuju, baik kau kunjungi dia, kau boleh sebut namaku, aku
percaya, ia akan undang kau akan berkerja sama2 dia. Ini
lebih baik daripada kau campur Su Hay Piauw-tiam. Kalau kau
ketemu Moh Po Kun, jangan sebut2 aku, persahabatan kau
antapilah dahulu seperti biasa. Mereka bersama Oey Kie Pok,
tentu masih belum puas, entah daya apalagi mereka akan
ambil untuk celakai Siauw Hong lebih jauh, kalau kau ada
disana, kau jadi bisa dengar2 daya upaya mereka itu. Apa saja
yang kau dengar, tolong kau beritahukan dengan segera
kepadaku, agar aku bisa siapkan diri. Aku berada di Pakkhia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sendirian, sebaliknya, dimana ada musuhku, itu artinya aku


kekurangan pembantu, maka kebetulan kau berada disini, Sun
Toako, buat orang jujur, aku minta sukalah kau bantu aku.
Aku ingin tolongi Tek Siauw Hong dan lindungi keselamatan
rumah tangganya. Siauw Hong dan isterinya pernah berbuat
banyak guna nona Siu Lian, dengan bantu aku, kau berarti
membantu juga sumoay kau itu"
Sun Ceng Lee nampaknya tertarik, tapi Bouw Pek desak ia :
"Seperti aku sudah bilang, aku tidak takuti Oey Kie Pok,
kalau ia terlalu mendesak, aku pasti akan hadapi ia, keras
sama keras, hanya sebelum sampai begitu jauh, aku ingin
ambil jalan halus. Aku ingin-tunggu dahulu beresnya perkara
Tek Siauw Hong, kalau ia sudah bebas dan merdeka betul,
kau nanti lihat, budi dibalas dengan budi, permusuhan dibalas
dengan permusuhan"
Berkata sampai disitu, matanya Bouw Pek terbuka lebar,
sinarnya bersorot tajam.
Kebetulan waktu itu Hok Cu masuk untuk serahkan pedang,
Bouw Pek sambut! senjatanya itu sembati tertawa, ia
lanjutkan berkata pada Ngo-jiauw-eng.
"Sun Toako, ketika tadi kau datang cari aku dan orangku
memberi kabar padaku, aku sangka yang datang adalah oiang
undangannya Moh Po Kun guna tempur aku, dari itu aku
keluar menyambut kau dengan bawa pedang ini. Maka kau
harus mengerti sabar kita mesti sabar, tetapi bila orang
sampai lewatkan kesabaran kita, kau lihat kesabaran pun ada
batasnya"
Sun Ceng Lee awaskan anak muda itu, ia gunai pikirannya.
"Baiklah" ia kata akhirnya, "aku nanti turut kau saudara
Bouw Pek, aku tidak akan terbitkan onar! Ijirkan aku berlalu
"Baiklah" sahut Bouw Pek yang tidak menahan lagi sahabat
itu, yang ia antar sampai diluar. Ketika ia balik lagi kedalam ia
pikir Kedatangannya Sun Ceng Lee ada baiknya bagiku, ia
beradat keras dan jujur, ia bisa bantu aku...."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ia naik kepembaringannya, untuk mengaso, apa mau


tangannya kena bentur pauwhoknya, hingga ia ingat uangnya,
buku kheque dari Siauw Hong.
"Aku tidak sedia cukup uang kontan, aku perlu sediakan
itu" ia pikir, "supaya kalau keperluan mendesak, aku tidak
usah repot lagi"
Ia tarik pauwhoknya dan buka itu, tiba2 tangannya
terbentur serupa barang keras, yang terbungkus bajunya yang
jarang dipakai. Ia ambil baju itu dan membukanya, akan tetapi
didalamnya ia dapatkan bungkusan kecil dengan kertas
minyak. Mendadak ia ingat suatu apa, lantas ia unjuk roman
berduka....
Itu adalah barang tinggalannya Siam Nio, ya pisau belati
yang si nona senantiasa simpan dan umpatkan, untuk
membalas sakit hati atau membela diri, yang kesudahannya
dipakai menikam diri sendiri dan Bouw Pek bawa pulang
kegerejanya karena ia kuatir ibunya si nona akan pakai untuk
bunuh diri. Ia telah bungkus rapi dan simpan pisau belati itu,
sampai ia lupai itu, hingga sekarang dengan kebetulan ia ingat
itu. Maka juga ia jadi tercengang, karena kembali ia
bayangkan si nona yang nasibnya buruk itu.
"Aku mesti cari kuburannya Siam Nio, pisau ini mesti
disingkirkan" ia pikir kemudian pisau itu dibeleseki dibawah
kasur. Ia keluarkan buku uangnya dan perintah Hok Cu pergi
ambil uang kontan seratus tail. Dan ketika Hok Cu pergi, ia
mengasokan diri.
Selagi pemuda ini bersantap malam, ia terima surat yang
Khu Kong Ciauw perintah orang sampaikan kepadanya. Dalam
suratnya Kong Ciauw menyatakan menyesal tadi ia sedang
bepergian, hingga ia tidak bisa ketemui si anak muda, sedang
sekarang, sesudah malam, ia tidak bisa datang lantaran
lukanya baru sembuh. Tentang Siauw Hong, Kong Ciauw kaia
bahwa bahaya jiwa tidak ada. Untuk melindungi keluarga Tek,
ia telah minta bantuannya Yo Kian Tong, tapi dengan
datangnya si anak muda ia tidak usah berkuatir lagi. Akhirnya
Kong Ciauw tulis, bila perlu, setiap waktu ia akan bekerja
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

untuk Siauw Hong, ia minta Bouw Pek jangan pandang ia


sebagai orang luar.
Bouw Pek puas membaca surat itu. Nyata benar Kong
Ciauw adalah sahabat sejati, walaupun orang she Khu ini
seorang bangsawan dan dengan Siauw Hong tadinya ia tidak
mempunyai hubungan kekal.
Sehabis bersantap, Bouw Tek pergi kedalam akan ketemui
Tek Naynay, akan beritahukan bunyi surat Khu Kong Ciauw
itu, iapun hiburkan nyonya rumah agar hatinya jadi tetap.
Sekembalinya kekamarnya, Bouw Pek mengasokan diri,
tetapi ia tidak tidur, ingat kejadian tadi siang ia kuatir Moh Ko
Kun atau Oey Kie Pok nanti kirim orang akan bokong ia, maka
ia selalu siap. Ia tidak salin pakaian, malah ia dandan dengan
ringkas, pedangnya tidak terpisah jauh dari dirinya. Empat
atau lima kali ia naik kelenteng dan meronda disekitar gedung.
Ia tertawakan dirinya sendiri, kapan ia dapatkan tidak ada
gerakan apa juga.
"Aku ketakutan pada bayanganku sendiri" pikir ia "Siauw
Hong kasi tahu padaku yang semua buaya darat disini sangat
takuti aku, boleh jadi itu benar, sekarang karena aku berada
disini, tidak ada seorang juga yang berani datang mengadu
biru. Tapi Oey Kie Pok lain, ia tukang main dibelakang layar
dimuka umum ia pendiam, siapa tahu isi perutnya? Bisa jadi ia
sedang berdaya bikin aku celaka. Aku mesti berhati2. Aku
dapat bantuannya Tiat Pweelek dan Khu Kong Ciauw disatu
fihak dan Sun Ceng Lee dilain fihak, nyata aku tidak
bersendirian lagi, sementara sedikit hari lagi Yo Kian Tong
juga tentu akan datang.
Meski demikian, sampai dekat fajar barulah Bouw Pek naik
kepembaringan dan tidur. Ia bisa pules. Siang itu ia tidak
keluar, hanya diwaktu lohor ia tengok Siauw Hong dipenjara,
antaranya ia kasi tahu, bahwa kemarin ia telah hajar Moh Po
Kun dan PhangLiongdan bikin Phang Hoay tidak berdaya,
bagaimana ia telah robek surat hutang.
Mendengar itu Siauw Hong menjadi masgul.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Dengan perbuatanmn itu, hiantee, kau bikin Oey Kie Pok


jadi makin membenci kau" ia kata "Mana ia mau mengerti dan
mau berhenti berdaya upaya? Baiklah kau berlaku hati2. Kau
mesti pergi pada Tiat-Pweelek dan Khu Kong Ciauw, guna
beritahukan kejadian itu, agai kapan perlu mereka bisa
lindungi kau"
Bouw Pek tidak setuju pikirannya sahabat itu, tetapi untuk
tidak bikin jengkel sahabat itu ia tidak mau membantah.
"Tidak usah kau pesan toako, aku sudah tahu" begitu ia
kata dengan pendek. Kemudian ia kasi tahu, yang Kong Ciauw
tulis surat dan minta bantuannya Yo Kian Tong, kedatangan
siapa sedang ditunggu.
"Kalau Yo Kian Tong datang, ia akan jadi pembantu besar"
kata Siauw Hong dengan girang "Aku didalam penjara, aku
tidak perlu bantuan apa, adalah kau diluar yang butuhkan itu"
Baru sekarang orang the Tek itu bisa bersenyum. Kemudian ia
tambahkan "Kau tahu, katanya Kim chio Thio Giok Kin belum
pulang ke Holam, ia hanya mampir pada Hek-houw To Hong
di Poteng. To Hong itu adalah muridnya Kim-too Phang Bouw,
Oey Kie Pok sering utus orang menyampaikan barang2 upeti
pada mereka itu di Poteng, entah apa maksudnya, tapi
tentulah tidak lain daripada berikhtiar untuk menghadapi kita.
Katanya juga Oey Kie Tok sudah tarik Say-Lu Pou Gin Hong
Siang pada fihaknya Hanya sebenarnya aneh sebab aku tahu
betul, Gui Hong Siang sebetulnya paling benci Oey Kie Pok,
sebabnya yalah ia telah kena dikalahkan oleh Khu Kong Ciauw.
Pertempuran diantam Hong Si-ing dan Kong Ciauw itu adalah
atas bisanya Kie Pok. Karena kalah, Hong Siang telah
tinggalkan piauw-to ang dan tinggal digunung Kie-yong kwan
San menjidi berandal, disana ia senantiasa ganggu barangnya
Kie Pok. Kabarnya sekarang Gui Hong Siang berada bersama
To Hong dan Kie Pok telah gunai ketika ini dan sering2
menyumbang. Aku suka geli sendiri, kalau ingat bagaimana
sulit keadaan dikalangan kangouw, yalah orang sering
bersahabat, bermusuhan dan bersahabat lagi"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Hal sebenarnya tidak aneh" kata Bouw Pek, yang


tersenyum ewah "Bisa jadi Gui Hong Siang baik pula sama
Oey Kie Pok, sebagai kesudahan ia rubuh ditanganku baru2
ini, mereka mestinya mau saling andalkan guna hadapi aku.
Biar mereka datang semua, aku tidak takut, mereka semua
pecundangku"
"Dalam hal ini aku tidak bicarakan soal kau takut atau
tidak" Siauw Hong kasi mengerti. "Dan aku juga insyaf, suatu
waktu bentrokan tak dapat dicegah lagi. Aku hanya ingin kau
bersabar dan tunggu ketikanya. Belum lama ini aku kenal
seorang pengangguran yang perkenalkan diri Siauw Gia Kang,
ia kenal semua jalanan dikota Pakkhia ini, ia pandai mencari
tahu segala apa, kalau kau nanti ketemu dia kau boleh kasi
beberapa renceng uang padanya dan mana ia cari tahu
kabaran2 dari fihaknya Oey Kie Pok.
"Aku kenal orang itu" Bouw Pek manggut. "Sekarang aku
telah dapatkan pembantu, toako jangan kuatirkan apa juga"
Ia lalu kasi tahu perihal kedatangannya Ngo-jiauw-eng Sun
Ceng Lee.
Siauw Hong girang akan ketahui orang she Sun itu adalah
muridnya Jie Hiong Wan.
"Coba Siu Lian ada disini, dan ia tinggal juga dirumahku,
betapakah berfaedahnya! orang Boan ini ngelamun. "Dengan
ia dirumahku, kecuali bisa lindungi rumah tanggaku, ia pun
bisa jadi penghibur bagi isteri dan ibuku....."
Kendati ia memikirkan Siu Lian, Siauw Hong tidak berani
sebut namanya si nona. Ia tahu, disebutnya nama itu akan
bikin Bouw Pek berduka dan boleh jadi tidak betah berdiam
dirumahnya.
Selagi dua sahabat ini bicara, datanglah Tek Lok, wakilnya
Tiat Pweelek. Melihat orang ini Bouw Pek lantas ingat
masanya ia dipenjara dan Tek Lok inilah yang hampir setiap
hari kunjungi ia.
"Dulu aku jadi korbannya Kie Pok dan Poan Louw Sam,
adalah Tiat Pweelek dan Siauw Hong yang bekcrja keras akan
menolongi aku" demikian ia ingat, "kalau tidak Siauw Hong
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tanggung aku dengan jiwanya, barangkali Tiat Jie-ya tidak


mampu berbuat banyak. Sekarang Siauw Hong mendekam
dipenjara dan jiwanya terancam, kini adalah kewajibanku akan
tolong dan lindungi dia....."
Memikir begitu, pemuda ini jadi jengkel dan ibuk.
Diandaikan Siauw Hong bukan orang Boan dan pernah pangku
pangkat, serta tidak punya anak-isteri, ibu dan harta-benda,
pasti ia sudah telad Su Poan ttu dahulu, yalah serbu penjara
dan ajak Ngo-ya ini minggat. Sekarang ia tidak bisa berbuat
getas seperti itu, karena adanya rupa2 keberatan itu.
Tek Lok tidak bicara banyak, ia lantas pulang.
Bouw Pek bicara pula sekian lama, lantas ia pamitan. Selagi
keluar pintu penjara, ia ingat piauwceknya di Poancay Hotong
Selatan.
"Ia jadi Heng-pou Cu-su, barangkali ia bisa berbuat apa2
guna Siauw Hong" pikir ia, yang terus sewa kereta dan pergi
kerumah pamannya itu. Kebetulan baginya, paman itu baru
saja pulang, maka ia bisa lantas menemui paman dan bibinya
itu.
Mula2 mereka bicara urusan kesehatan dan pamili. setelah
itu Bouw Pek tanya sang paman perihal Tek Siauw Hong dan
apa yang paman itu dapat berbuat.
"Perkaranya Tek Siauw Hong tidak membahayakan
jiwanya" kata piauwcek itu, "ia baru disangka dan buktinya
tidak ada, sedang difihak lain Tiat Pweelek dan Khu Kong
Ciauw bantu ia. Ia ternama di Pakkhia ini, orang kantor tidak
berani main gila. Cuma teiang Oey Kie Pok sangat musuhkan
ia dan Thio Congkoan menindih keras, entah berapa banyak
uang sogokan ia dapat dari si orang she Oey itu"
Karena mendongkol, berulang2 Bouw Pek kasi dengar
gerutuan menghina.
"Sekarang ini semua fihak tahu, sebab permusuhan
diantara Oey Kie Pok dan Tek Siauw Hong adalah urusan kau"
Kie Thian Sin kata lebih jauh. "Kau harus berhati2, Oey Kie
Pok liehay luar biasa, kalau ia bisa bikin Tek Siauw Hong
ngeram dipenjara, berapa susahnya apabila ia mau ganggu
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kau juga! Dulu dalam perkara kau katanya Poan Louw Sam
yang dakwa kau, sebenarnya dibelakang layar Oey Kie Poklah
yang jadi dalang. Perkara ini semua orang tahu dengan baik.
Dikantor sekarang semua orang ingat nama kau. Mengenai
kebinasaannya Poan Louw Sam dan Cie Sielong, banyak orang
yang duga kau pembunuh mereka, coba kau tidak bersender
kepada Tiat Pweelek, satu hari juga kau tidak bisa tancap kaki
di Pakkhia ini. Maka sekarang, setelah kembali disini,
berlakulah hati2 jangan kau terbitkan onar pula!"
Bouw Pek tidak puas, tetapi dihadapan sang paman ia tidak
kata apa.
"Aku mengerti" kata ia, yang lalu minta si paman bantu
Siauw Hong.
"Aku tahu tidak usah kau pesan" paman itu jawab.
"Dikantor semua orang ingin berbuat baik terhadap Siauw
Hong, kesatu ia berharta, kedua ia hamba dari Lweebuhu,
hingga orang percaya, satu waktu ia akan bangun pula! Siapa
tidak mau menjadi sahabatnya?"
Bouw Pek senang mendengar keterangan ini, maka setelah
bircara lagi sebentar, ia lantas pamitan Ia tadinya pikir mau
cari tahu kuburannya Siam Nio, tetapi karena kuatirkan
rumahnya Siauw Hong, ia batalkan niatnya itu, ia terus
pulang. Ketika sampai digedung, orang bilang tidak ada yang
datang mengganggu, maka hatinya jadi lega. Seterusnya ia
berdiam dikamar tulis. Terus sampai malam ia tidak keluar
lagi, dan malamnya, seperti malam pertama, ia terus
berjaga2. Malam itu juga lewat dengan tenteram.
Dihari kedua sewaktu siang Bouw Pek kunjungi pula Siauw
Hong dipenjara. Lohornya, ketika ia berada dirumah, Siauw
Gia Kang mencarinya. Si Kala kecil ini lantas berkata padanya :
"Diwarung teh aku dengar beberapa orangnya Oey Kie Pok
pasang omong, katanya setelah dengar toaya datang, dua hari
lamanya Kie Pok tidak pernah keluar dari rumahnya, sebabnya
yalah ia berkuatir dan mendongkol, karena ia dengar toaya
sudah hajar Moh Po Kun dan saudara2 Phang serta robek
surat hutang. Mereka ini bilang, katanya Oey Kie Pok lelah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

nyatakan bahwa selanjutnya ia tidak mau perhatikan lagi Tek


Siauw Hong, sebagai gantinya, ia hendak satronkan toaya
seorang. Disini kecuali Moh Po Kun dan dua saudara Phang, ia
dapat tenaga baru yaitu piauwsu Ngo jiauw-eng Sun Ceng
Lee, difihak lain, ia sudah undang Lau w Cit Thay-swee dari
Tokciu, Hek-houw To Hong dari Poteng dan rombongan Kim-
chio Thio Giok Kin juga. Boleh jadi tidak sampai lagi setengah
bulan mereka itu akan sudah berkumpul disini. Ia sendiri
sekarang setiap hari lagi yakinkan senjata gaetan hu-chiu
kauw, yang hendak dipakai adu jiwa dengan toaya!
Mendengar itu Lie Bouw Pek bersenyum.
"Baik, aku nanti tunggu mereka itu!" ia kata sambil
manggut2 "Aku berterima kasih untuk kabarmu ini, sekarang
kau boleh pergi akan mencari tahu lebih jauh"
dan Bouw Pek kasih upah beberapa renceng uang pada si
Kala kecil ini.
Siauw Gia Kang membilang terima kasih, ia berlalu dengan
girang.
"Oey Kie Pok berlatih diri, ia telah undang orang yang aku
kenal itulah lucu" pikir Bouw Pek, selagi renungkan pikiran.
"Tapi ia seorang licin, apa ia bukannya sengaja keluarkan
cerita, supaya aku jadi alpa? Siapa tahu kalau ia lagi mengatur
tipu dan Aku harus jaga diri baik2"
Belum lama setelah herlalunya Siauw Gia Kang, Sun Ceng
Lee datang pada pemuda kita. Ia ini pun bawa kabar, bahwa
Oey Kie Pok lagi undang orang.
"Aku tidak takut!" kata Bouw Pek.
"Bila sudah tiba waktunya. aku nanti bantu toako akan
hajar mereka itu" Sun Ceng Lee nyatakan.
"Terima kasih" kata Bouw Pek. "Aku memang mau minta
bantuan Sun Toako"
Seperginya Sun Ceng Lee, sehingga sore tidak ada kejadian
apa2 dan malam itu lewat dengan tenteram. Karena tni esok
paginya Bouw Pek ambil putusan akan cari kuburannya Siam
Nio dan mengunjunginya untuk penghabisan kali, ia keluar
dengan bawa pisau belati nona itu. "Tapi lebih dulu ia menuju
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kepenjara Heng-pou akan tengok Siauw Hong. Ia berdiam


disini tidak lama ia naik keretanya puya.
Dari Cian-mui ia pergi ke Hun-pong Liu lie-kay, baru saja ia
masuk dimulut gang, hatinya sudah goncang, sebab ia lantas
ingat riwayatnya dahulu, yang seperti impian saja.
Tempo Bouw Pek sampai didepan rumah yang dulu
ditinggali oleh Siam Nio, ia lihat seorang penjual minyak, yang
ternyaia Ie Jie adanya Ia ini melihatnya dan segera
menghampirkan.
Lie Toaya!" Ie Jie berseru "Sudah lama aku tidak lihat kau!
Apa kau pergi keluar kota dan sekarang baru kembali?"
Bouw Pek suruh keretaiya berhenti, tapi ia tidak turun.
"Apakah Cia mama ada ?" ia tanya. "la sudah tidak ada, ia
menutup mata pada akhir tahun yang lalu" Ie Jie jawab. "Kami
yang urus mayatnya, yang di kubur dikuburan umum di Lam-
hee-wa, di sampingnya Siam Nio..."
Bouw Pek terharu mendengar kematiannya Cia Loo-mama.
"Apa kau senggang sekarang?" ia tanya. "Apa kau bisa
antarkan aku ke Lam-hee wa? Aku mau lihat kuburannya Siam
Nio dan bakar kertas disana"
"Bisa bisa toaya ".sahut Ie Jie berulang". "Aku selalunya
senggang"
Ia panggil seorang anak untuk bawa masuk botol
minyaknya, dengan tidak pakai thungsha lagi ia naik atas
keretanya Bouw Pek.
"Keselatan" kata ia pada tukang kereta.
Mereka keluar dari Hun-pong Liu-lie-kay, menuju ketegalan
disebelah selatan, yalah Lam-hee-wa. Belum lama, mereda
sudah sampai. Pemandangan alam indah-karena waktu itu
dipermulan bulan ketiga. bunga2 toh dan lie sedang mekar,
yangliu berdaun hijau, rumput senuanya hijau dan segar.
Dikuburan alang2 tumbuh lebat dan sang angin timur
menyampok pergi datang.
Ie Jie tanyakan halnya si nona Jie dan perkaranya Siauw
Hong, semua itu Bouw Pek tidak jawab, hanya ia perintah Ie
Jie pergi ke warung didalam kampung didekat situ, akan beli
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

hio dan kertas. Kemudian kereta dijalankan lagi sedikit


ketimur, di mana turut katanya Ie Jie berada kuburannya Cia
mama dan Siam Nio.
Benar2 tempat ini sepi sekali. Kuburan tidak keruan
macam, ada yang terbongkar, ada yang petinya kelihatan dan
pecah...
"Disini" kata Ie Jie. "Silahkan toaya turun"
Ie Jie loncat dari kereta, diturut oleh Bouw Pek.
"Kenapa kuburan disini tidak ada yang urus?"
"Ini kuburan umum, untuk orang miskin, siapa yang mau
rawat?" Ie Jie baliki sambil tertawa "Malah disini kebanyakan
dikubur nona2 bercelaka dari rumah pelesiran. Diwaktu hidup
mereka muda jelita, pakai bagus, muka medok setiap tamu
datang mereka makan minum dengan gembira, mereka
melayani orang bersantap, minum dan nyanyi diantaranya ada
yang lebih elok dari pada Siam Nio, tetapi satu kali mereka
rubuh dan binasa, siapa mau perdulikan mayatnya? Peti
matinya hanya empat lembar papan, dikuburnyapun secara
serampangan. Sekalipun lobang kubur tidak digali cukup
dalam, hingga sesudah tertimpa hujan dan angin, terjemur
mata hari, anjing bongkar dan geragoti uang dan dagingnya!
Kuburan 2 di sini tidak sampai dua tahun umurnya akan sudah
rata kembali dengan bumi ! Kalau tidak begini bagaimana si
nona bunga raya bisa dimakan si roman elok tapi nasib
buruk?...."
Ie Jie ngoce terus kalau Bouw Pek tidak tegor ia, sedang
pemuda ini terharu bukan main.
"yang mana kuburannya Siam Nio?"
"Disini toaya" sahut pengantar itu. Dan ia jalan sambil
menghitung kuburan "Satu, dua, tiga, empat, lima.... Nah,
toaya ini kuburannya si Siam dan itu kuburan ibunya...."
Bouw Pek memandang tanah munjul yang diunjuk, yang
penuh dengan rumput hijau, diantaranya ada setangkai bunga
shag weelan. Syukur kuburannya Siam Nio belum rusak,
begitupun kuburannya Cia Loo-mama.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Jadi di dalam itu rebah mayat dari nona yang tadinya cantik
jelita yang dibuat perebutan sebab manis romannya, menarik
potongan tubuhnya..."
Bouw Pek mengawasi dengan diam, hingga ia bisa
bayangkan bagaimana eloknya si Cui Siam itu, yang halus budi
pekertinya, yang jadi bunga latar sebab terpaksa korbannya
Biauw Sin san yang ganas.
"Keadaan sekitarnya bikin Siam Nio anggap akupun orang
jahat, baiknya disaat terakhir ia bisa insyafi kekeliruan
anggapannya itu..."
Lantas Bouw Pek suruh Ie Jie bakar kertas, hingga abunya
itu ditiup berserakan oleh sang angin, sesudah apinya
berkobar2 sebentar.
Bouw Pek rabah dadanya, dimana ia simpan pisaunya Siam
Nio, tetapi bukannya pisau yang dikeluarkan, hanya uang yang
ia serahkan pada situkang minyak itu.
"Ambil ini buat kau" ia kata pada pengantar itu "Dulu kau
telah bantu urus mayatnya Siam Nio, aku sebenarnya mau
kasi upah padamu, tetapi sebelum sempat mengasi, aku
keburu pergi. Anggaplah ini juga sebagai tanda terima kasih
dari Siam Nio. Hanya kalau kau suka, satu waktu baik kau
tengok kuburan ini, tambahkan tanah urukannya, supaya
kuburannya tidak terbongkar seperti yang lain.
Ie Jie terima uang itu sambil mengucap terima kasih dan
berjanji akan perhatikan permintaannya pemuda yang baik itu,
selagi ia main dengan uang itu dengan kegirangan, Bouw Pek
bertindak kedepan, di sebelah selatan dimana ada sebuah
empang yang pinggirannya penuh pohon gelaga. Ia keluarkan
pisaunya Siam Nio dan melemparkannya keempang itu. Dan
terdengar suara air karena jatuhnya pisau, ia putar tubuhnya
akan balik kekeretanya.
"Mari kita pulang" ia kata "Ke Sam-tiauw Hotong!"
Tukang kereta menurut saja, ia tidak tahu apa2,
kendatipun merasa heran. Ie Jie diturunkan ditengah jalan.
Selama dalam kereta, Bouw Pek duduk terpekur, tanda
pikirannya kusut sekali. Adalah pelahan2 ia bisa lupai Siam
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Nio, karena ia seperti ingat pula urusannya Siauw Hong dan


hal dirinya, yang mesti awas terhadap sepak terjangnya Oey
Kie Pok.
Kereta dikasi jalan dengan cepat, Bouw Pek merasa senang
ketika ia sudah masuk di Cian-mui, lagi lewat jalan Tiang-an
timur ia akan lekas masuk kemulut gang Tong-sa Sam-tiauw.
Baru saja kereta hendak menikung, dengan sekonyong2
disebelah belakang terdengar berketoprakannya kaki-kaki
kuda, yang sedang mendatangi dengan lekas dan kemudian,-
cepat sekali, terdengar sudra memanggil yang nyaring tapi
halus:
"Lie Bouw Pek! Lie Toako"
PEMUDA ITU TERRCFNGANG.
"Siapakah dia?" ia menduga.
Baru saja ia mau perintah keretanya supaya berhenti dan
selagi ia menoleh, si penunggang kuda sudah berada
didekatnya, hingga ia bisa lantas lihat penunggangnya adalah
nona muda dengan kepala dibungkus sapu tangan hijau
sebagaimana baju dan celananya hijau juga, sedang
sepatunya yang menampak diinjakan kaki dari tembaga yang
berkemerlapan. Diujung sela, kecuali tergantung pauhok, pun
tercantel juga sepasang golok. Dan sipenunggang kuda
sendiri, meski saputangannya penuh debu, menampakkan
keelokannya. Ia itu bukan orang lain daripada nona Jie Siu
Lian dari Kie lok!
Dalam terperanjatnya, Bouw Pek merasa likat sendirinya
dan berbareng masgul. Ia heran kenapa sinona dalang ke
Pakkhia dan rupanya seperti baru sampai. Dan ia likat dan
masgul, karena ia segera ingat kejadian ditengah jalan,
diwaktu turun salyu. Waktu itu si nona telah susul ia dan
menantang berkelahi. Tapi aneh sekarang menemui ia, si nona
telah panggil2 ia dan susul dia! Dari sepatunya yang putih ia
tahu si nona dirumahnya terus hidup menyendiri, melewatkan
hari2 yang sunyi...
Juga si nona nampaknya sedikit likat. Sebelah tangannya
menahan les kuda, sebelah yang lain memegang cambuk.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku tidak tahu yang Lie Toako sudah berada dikota raja!"
berkata nona itu dengan sikapnya yang polos "Bila aku
mengetahui di tengah perjalanan tidak nanti aku berlaku
sangat terburu2. Bagaimanakah dengan perkaranya Tek Ngo-
ko?"
Baru sekarang Bouw Pek dapat tahu datang nya si nona
berhubung dengan Siauw Hong:
"Mestinya ini juga hasil peranan dari Su Kian si gemuk" pikir
ia^ "Sore itu diwaktu hujan ia datang padaku akan memberi
kabar, lantas ia pisahkan diri tentu buat cari Siu Lian di Kielok.
la datang, ini lebih baik sebab ia bisa lindungi kelurga Tek jauh
lebih leluasa daripada aku..."
"Cuma nona ini beradat keras" pikir ia lebih jauh "Seperti
dahulu, begitu lekas sampai di Pakkhia ia sudah bunuh Teng
couw-hie, BiauwCin San! Mestinya ia telah dengar
omongannya Su Poan-cu, perihal kejahatannya Oey Kie Pok, ia
tentunya sedang murka, maka aku kuatir disini ia nanti
terbitkan onar pula... Bila itu terjadi, sungguh berbahaya,
karena ia tidak saja tidak akan mampu melindungi keluarga
Tek, sebaliknya ia akan menambah bencana.
Meski ia pikir demikian, Bouw Pek tak dapat berbuat apa2
untuk menentangnya. Maka sembari kasi kereta jalan pelahan,
dengan si nona mengikuti, ia tuturkan segala apa dengan
jelas. Hanya diakhirnya, ia minta si nona sabar dan berpikir
panjang. Ia kata:
"Kita sekarang ada sedang mendongkol dan murka,
walaupun demikian, kita harus bisa kendalikan diri. Kita mesti
tunggu sampai perkaranya Tek Ngoko sudah diputus, baru kita
ambil tindakan terhadap Oey Kie Pok, guna lampiaskan
kemendongkolan yang sudah terpendam lama itu!"
Diluar dugaannya anak muda ini Siu Lian kelihatannya
tenang, lebih banyak masgul daripada murka.
"Lie Toako" katanya dengan pelahan, "sekarang ini adatku
tidak lagi keras sebagaimana dulu2... Pada tahun yang baru
selama aku masih bocah, maka juga ketika aku kejar kau
selagi jagat penuh salju aku yang jatuh karena kudaku
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terpeleset, aku marah2 terhadapmu dan mehentang kau....


Belakangan, sesudah
menjadi sabar, baru aku mengerti kekeliruanku, aku
menyesal Dengan unjuk sikap keras itu akupun malu terhadap
ayahku sendiri, ayah yang telah menutup mata.... Aku ingat,
di Jie-sie-tin, selagi ayah hendak tinggalkan kita. ia telah
pesan aku dihadapan toako sendiii, yalah supaya aku
selanjutnya pandang toako sebagai engko yang berbudi....."
Sampai dtsitu nona Jie jadi sangat berduka, hingga ia
hampir menangis. Ia tunduk, rupanya karena malu dan
bersusah hati.
Bouw Pek mengawasi dengan keheranannya belum lenyap.
Ia tidak nyana si nona benar2 telah berubah.
Siu Lian kemudian meneruskan kata2nya;
Belakangan aku dapat tahu Beng Su Ciauw telah meninggal
dunia, hatiku menjadi tawar, tawar untuk segala apa.
Begitulah, waktu aku pulang kerumahku, aku keram diri, tidak
pernah aku bepergian lagi, sehingga keluar pintupun tidak.
Demikianlah meski Lie Toako tinggal di Lamkiong yang
letaknya dekat Kielok, aku tidak rnengunjungi, sedang
seharusnya aku mesti menemui kau untuk meminta maaf.
Waktu itu aku sangat berduka. Pada bulan yang baru lewat
Lauw Keng dari Soanhoa dan beberapa piauwsu telah datang
ke Kielok dengan bawa layonnya ayah dan ibu. Kami terlalu
repot urus penguburan, aku juga tidak sempat kasi kabar
padamu, Lie Toako. Tadinya aku sudah pikir hendak berdiam
dirumah berkabung sampai tiga tahun lamanya, baru aku
keluar pula akan balas budi toako, begitupun budi
kebaikannya Tek Ngo-ko dan enso Tek, apa mau kejadian
tidak mengijinkan aku mengaso. Belum ada sepuluh hari, tiba2
Su Poan cu datang, hingga lantas saja aku berangkat kesini.
Umpama kata toako tidak ada disini, lantaran ingin lekas
menolong Ngo-ko, bisa jadi aku lakukan suatu apa yang
sembrono, tapi sekarang aku ketemu toako, hatiku lega.
Selanjutnya segala apa yang terjadi diluar aku tidak mau tahu,
toako boleh urus sendiri, aku hanya mau berdiam didalam
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

rumah, melindungi keselamatannya Tek Ngoko, loo-thaythay


dan anak2nya Ngo-ko. Selanjutnya melangkah keluar dari
pintupun aku tidak mau! Aku juga tidak niat kunjungi Ngoko
didalam penjara, apa yang aku ingin dengar adalah penuturan
toako tentang semua apa yang terjadi di Pakkhia ini, agar
hatiku menjadi tenang...."
Hatinya Bouw Pek terbuka apabila ia sudah dengar
omongan si nona. Benar Siu Lian telah berubah, sebagaimana
katanya barusan. Iapun senang yang sinona demikian
menghargakan dia. Hanya memikirkan peruntungannya nona
itu ia masgul sendirinya. Riwayat mereka begitu memang
kusut sekali, Meluluskan permintaan itu. Bouw Pek ceritakan
segala apa, antaranya ada yang ia telah ulangkan iapun kasi
tahu, bahwa Sun Ceng Lee sekatang berada di Pakkhia dan
peranan apa yang Ngo-jiauw-eng sedang lakukan.
"Oh, Sun Toako juga ada disini?" berseru Siu Lian dengan
girang, "aku mesti ketemui dia"
"Sebentar ia tentu akan datang cari aku, waktu itu nona
boleh ketemukan ia" Bouw Pek kasi tahu. "Bagaimana dengan
Su Poan-cu ?"
"Su Poan-cu ?" Siu Lian terangkan. "Ketika hari itu Su Poan-
cu datang cari aku, kebetulan akupun kedatangan sutit
ayahku, Yok Thian Kiat dari Holam. ia sengaja datang guna
bantu aku utus upacara penguburan sudah selesai, Su Poan-
cu dan Yok Thian Kiat tidak lantas berlalu. Nyata mereka
berdua kenal satu pada lain, dari itu mereka bisa pasang
omong dengan getol. Dilain harinya, waktu aku berangkat
kemari, mereka berdua masih berada bersama. Tapi Su Poan-
cu pernah kasi tahu aku, bahwa iapun akan menyusul ke
Pakkhia...."
Bouw Pek manggut, nampaknya ia sedikit masgul.
"Kalau ia datang kemari, tidak nanti ia berani muncul
secara terang" ia kata.
Siu Lian agaknya heran mendengar itu"
"Eh kenapakah?" ia tanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sebelum Bouw Pek sempat menjawab, kereta sudah


sampai dan berhenti didepan gedung.
Perihal lelakonnya si Ular Gunung, Bouw Pek memang
belum bertutur pada nona itu, tidak heran kalau Siu Lian tidak
mendapat tahu Sekarangpun Bouw Pek tidak dapat
kesempatan akan bercerita tentang Pa-san-coa. Ia turun dari
keretanya dan ketok pintu. Ia mesti menunggu sedikit lama,
sebelum Siu Jie muncul membuka pintu.
"Oh nona, kau datang?" kata hamba ini dengan kegirangan,
apabila ia tampak nona Jie. Dan ia segera maju akan unjuk
hormatnya. "Toa-naynay harap nona bukan main!"
Siu Lian loncat turun dari kudanya dan terus bertindak
masuk, karena gedung itu sudah tidak asing lagi baginya.
Siu Jie telah bayar sewaan kereta, ia panggil bujang lelaki
akan tuntun kudanya sinona keistal, ia sendiri turunkan
pouwhok dan siangtoo nona itu buat dibawa kedalam.
Bouw Pek sendiri langsung menuju kekamar tulisnya.
Dengan beradanya Siu Lian, hatinya Bouw Pek kurang
tenteram, akan tetapi mengenai keluarga Tek ia merasa puas,
karena sekarang ada Siu Lian sebagai pelindung Mengenai
Siam Nio hatinya lega bukan main sebab riwayatnya sampai
disini telah berakhir. Sekarang tinggal pekerjaannya menolong
Siauw Hong dan menjaga diri terhadap akal muslihatnya Siu
Bie-too yang licin dan busuk.
Hari itu Sun Ceng Lee tidak datang, maka itu esoknya Bouw
Pek suruh Hok Cu undang orang she sun itu. Ketika Ngo-
jiauw-eng telah sampai dan ia undang Siu Lian keluar agar
mereka itu bikin pertemuan, ia sendiri ambil ketika buat pergi
kepenjara akan tengok Siauw Hong untuk sekalian
beritahukan kedatangannya nona Jie.
Benar saja Tek Siauw Hong terima kabar kedatangannya
sinona dengan girang sekali. Ia telah merasa, dengan adanya
si nona, ia tidak usah kuatirkan apa, lagi mengenai ibu, isteri
dan anaknya Difihak lain isterinya pun bisa dapat hiburan.
Anak yang ia sedikit kuatirkan adalah adat keras dari si nona,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tetapi Bouw Pek telah tuturkan padanya, yang nona Jie telah
menjadi sabar dan lain dari pada dulu.
"Siu Lian bilang padaku, ia hanya mau urus didalam dan
tidak mau keluar" demikian Bouw Pek jelaskan.
Mendengar itu hatinya Siauw Hong jadi tetap.
"Kalau sebentar kau pulang, tolong sampaikan terima
kasihku pada nona Jie," ia bilang "Harap kau beritahukan si
nona agar ia jangan kuatir aku dan jangan gusar dengan
duduknya perkara"
Bouw Pek manggut Kemudian ia berlalu dari penjara akan
terus cari Tiat Pweelek dan Khu Kong Ciauw, pada siapa
antaranya ia kasih tahu hal kedatangannya Jie Siu Lian.
"Bagus ia datang, tapi mintalah supaya ia jangan menjadi
gusar dan jangan terbitkan perkara, supaya perkaranya Siauw
Hong tidak dapat gangguan" demikian Tiat Pweelek dan Khu
Kong Ciauw pesan pada anak muda kita.
Ketika Bouw Pek pulang ia tidak masuk kepedalaman akan
menemui nona Jie. Siu Lian sendiri telah buktikan
perkataannya akan tidak keluar, ia selalu keram diri di dalam,
hanya kalau sore dan malam, beberapa kali ia membawa
goloknya pergi meronda, sampaipun naik kegenteng. Ia
benar2 tidak pernah keluar pintu.
Oleh karena si nona bersikap anteng, Bouw Pek jadi leluasa
sekali akan bepergian untuk dengar2 kabar, buat lakukan apa
saja untuk Siauw Hong.
Setengah bulan telah lewat dan sekarang perkaranya Siauw
Hong telah mulai menjadi terang, malah kabarnya tidak lama
lagi putusan akan dikeluarkan. Maka itu orang menantikan
keputusan itu dengan berdebar2.
Sementara itu Yo Kian Tong sudah datang dan ia berdiam
digedungnya Khu Kong Ciauw, yang menjadi muridnya
berbareng sahabat karib.
Dari fihak Oey Kie Pok, gerakan apa juga tidak terdengar
dan Kie Pok sendiri benar2 tidak pernah tertampak dimuka
imum juga tidak ada kabar suaru apa perihal Lauw Cit
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Thayswee, To Hong dan Thio Giok Kin, yang katanya diundang


buat kepung Bouw Pek.
Phang Hoay, Phang Liong dan Moh Po Kun, yang telah rasai
tangannya Bouw Pek, juga pada keram diri didalam
piauwtiam.
Bouw Pek bisa bersenyum sendiri ketika ia telah
mengetahui semua itu.
"Mereka tidak cari aku, tidak ada perlunya akan aku cari
mereka" demikian ia pikir. "Hanya urusanku dengan Oey Kie
Pok, aku akan tunggu sehingga nanti sudah datang saatnya
akan bikin perhitungan"
Melainkan Sun Ceng Lee seorang yang menjadi gatel kaki
dan tangan, karena ia menantikan dengan sia2 saatnya untuk
tempur Oey Kie Pok atau orangnya Siu Bie-too. Ia mau bantu
Bouw Pek, tetapi ia tidak bisa wujudkan bantuannya itu. Ia
berniat datangi Kie Pok dirumahnya, tetapi Bouw Pek
mencegah. Karena tidak mampu melampiaskan
kemendongkolannya, ia cari Moh Po Kun didalam piauwtiam,
akan cari gara2 terhadap saudara angkat itu Tapi Po Kun tahu
niatnya keras, ia tidak mau meladeni hanya ia tinggal ngeioyor
pergi....
Beberapa hari kembali lewat dan bersama hari2 itu lewat
juga musim semi, sebagai gantinya munculah musim kedua
dengan hawanya yang panas. ialah dimusim panas ini, dalam
tahun yang lalu. Bouw Pek telah datang dari Lamkiong ke
Pakkhia untuk pertama kali, akan bawa lelakonnya yang
menggemparkan.
Sekarang ini Bouw Pek pun masgul hingga ia kehilangan
kegembiraannya, sebab kemendongkolan tidak bisa
dilampiaskan, dan ia tunggu putusan perkaranya Siauw Hong,
tetapi putusan masih juga belum dikeluarkan.
Hidup nganggur dan pikiran pepat lama-lama mengganggu
juga kesehatannya, hal ini menimbulkan kedukaannya. Sejak
keluar dari penjara tubuhnya memang sudah tidak
sebagaimana mestinya, benar Beng Su Ciauw telah merawati
ia selagi sakit, waktu itu ia belum sembuh betul, sedang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

halnya Su Ciauw dan Siam Nio mengganggu hatinya. Dan


sekarang ia dibikin duka dengan perkaranya Siauw Hong yang
hebat, ia juga mendongkol sekali karena kelicinannya Siu Bie-
too. Meskipun begini Bouw Pek insyaf, bahwa apabila ia
sampai rubuh karena sakit, ia akan tidak berdaya, Siauw Hong
akan tidak ada yang tilik, dan sakit hatinya terhadap Kie Pok
entah sampai kapan baru bisa lampiaskan, maka ia buatkan
hatinya akan rawat diri baik2.
Tiap hari Bouw Pek sedikitnya satu kati menyengok Siauw
Hong dipenjara, ia pergi ke Pweelek-hu akan minta Tiat Siauw
Pweelek berdaya terus, atau ia pergi pada pamannya guna
dengar kabar, selain dari itu ia berdiam dirumah akan
beristirahat.
Beberapa hari kemudian, selagi Bouw Pek tidur tengah hari,
Siu Jie datang membanguni dia dari tidurnya. Dengan air
muka terang bahna kegirangan, kacung ini berkata:
"Paman toaya kirim orang datang kemari mengabarkan,
bahwa perkaranya looya sudah diputuskan!"
Semangatnya Bouw Pek terbangun dengan mendadak.
"Suruh dia masuk!" ia kata dengan cepat.
Hambanya Kie Thian Sin sedang berdiri menunggu diluar, ia
dengar suaranya Bouw Pek, maka tidak menunggu sampai Siu
Jie datang, ia sudah lantas bertindak masuk. Lebih dahulu ia
unjuk hormat pada pemuda itu, kemudian ia berkata;
"Lie Toaya. looya kita sepulangnya dari kantor terus
perintah aku datang kemari Looya kasi tahu, bahwa
perkaranya Tek Ngo-ya sudah diputuskan dan barang kali
dalam satu dua hari ini putusan akan Sudah dikeluarkan....."
"Apakah kau ketahui, bagaimana putusan itu?" Bouw Pek
potong.
"Looya bilang bahwa Ngo-ya dapat keentengan. Dua
thaykam bersama seorang sie wie telah dijatuhi hukuman
mati, nanti dimusim ketiga, mereka akan jalani hukuman
mereka itu. Yo Cun Jie telah dijatuhkan hukuman jiret leher.
Seorang sie-wie she Pek bersama Ngo-ya telah dijatuhi
hukuman dibuang ke Sin-kiang....."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Mendengar itu, air matanya Bouw Pek mengembeng.


Hukuman buang bukannya hukuman mati, tetapi karena itu
Siauw Hong mesti bikin perjalanan jauh dan hidup sendirian
diluar Tionggoan, didaerah asing dan mestinya penuh dengan
penderitaan, terpisah dari isteri dan anak, dari sekalian
sahabat.
"Buat Ngoya, dibuang ke Sinkiang tidak berarti penderitaan
hebat" berkata hamba Kie Thian Sin. "Looya bilang karena
Ngoya seorang anggota Lwee-bu-hu, di Sin-kiang ia akan
tuntut penghidupan leluasa, meskipun tidak seperti dikota
raja, dan asal ia bisa pakai uang, ia tak akan menderita. Looya
kata juga, dalam satu atau dua tahun, kalau dikota raja
diikhtiarkan terus, Ngo-ya tentu akan bisa kembali dengan
merdeka"
Bouw Pek manggut2.
"Apakah pamanku tahu, setelah keluarnya putusan, berapa
hari lagi Ngoya baru berangkat ke Sin-kiang?" ia tanya.
"Barangkali cepat toaya" sahut hamba itu. "begitulah kira2
satu bulan kemudian. Baik toaya jangan kuatir, benar
perjalanan dilakukan dimusim panas, tetapi itu lebih baik
daripada Ngoya terus mendekam didalam penjara"
Lagi sekali Bouw Pek manggut, setelah mengasi persen ia
suruh hamba itu pergi. Ia pesan akan sampaikan terima
kasihnya pada pamannya.
"Kabar ini tidak bisa disangsikan lagi" pikir Bouw Pek
seperginya hambanya Kie Thian Sin itu. "Apa aku mesti lantas
mengasi tahu pada Tek Naynay atau harus sabar dahulu?"
Kalau ia mengetahui ini, entah berapa hebat kagetnya dan
kedukaannya, tetapi sebaliknya, apabila ia tahu suaminya
luput dari hukuman mati, ia mestinya bergirang dan
bersyukur"
Setelah bersangsi sebentar, Bouw Pek lantas pergi
kepedalaman akan menemui Tek Naynay, siapa justeru berada
bersama2 Jie Siu Lian. Ia tidak berayal akan sampaikan kabar
hal putusan pengadilan dan menghibur, bahwa hukuman
buang di Sinkiang lebih baik daripada dikeram dalam penjara.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Benar seperti dugaannya anak muda ini mula2 Tek Naynay


kaget dan air matanya turun deras, tetapi lekas juga ia bisa
sabarkan diri dan tepas air matanya itu.
Bouw Pek lalu menghibur lebih jauh, suaranya dengan
bilang, kalau pengaruh uang digunai, bisa jadi Tek Siauw
Hong tidak akan dibuang lama2 di Sinkiang dan akan lekas
kembali. Dan hiburan ini juga masuk dalam otaknya nyonya
itu.
Akhirnya Tek Naynay kata "Ya, itu pun ada baiknya.... Biar
ia berdiam satu atau dua tahun di Sinkiang untuk menyingkir
dari gangguannya Oey Kie Pok, dengan begini kita disini juga
tentu akan bebas dari gangguan terlebih jauh..."
"Tentang gangguan yang kau sebutkan, Ngoso, kau jangan
kualir!" kala Siu Lian dengan suaranya yang gagah. "Satu hari
yang Ngoko tidak ada dirumah ini, satu hari juga aku tidak
akan berlalu dari sini! Sebegitu lama aku berada disini, Ngoso
jangan takuti apa juga! Biarlah orang datang mencari gara2
disini!"
"Ya tetapkan hatimu enso" Bouw Pek menghibur pula.
Setelah itu Bouw Pek undurkan diri, akan suruh Hok Cu
siapkan kereta, dengan apa ia terus pergi kepenjara. Ia
menemui Tek Siauw Hong, guna sampaikan kabar. Tadinya ia
sangka Siauw Hong mestinya akan terima kabar dengan kaget
dan duka, sebab putusan hukuman itu berarti orang Boan ini
mesti tinggalkan rumah-tangga dan anak isteri dan akan
tinggal dinegara yang banyak salyunya. Diluar dugaan Siauw
Hong justeru terima kabar itu dengan girang, air mukanya
terang, tersungging dengan senyuman. Malah sambil tertawa,
Tek Ngo-ya ia kata
"Inilah bagus! Ketika ini bikin aku jadi bisa melancong ke
Sinkiang, untuk pesiar"
"Sebagai orang Boan, yang mesti urus rangsum, aku tidak
dapat ketika buat pesiar, dan orang tidak ada tuah aku malah
dilarang pergi keluar kota raja. Ini sebabnya kenapa
bangsaku, dalam sepuluh orang tidak ada sembilan yang
pernah melangkah keluar kota Pakkhia ini! Aku sendiri,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berhubung dengan tugasku, cuma bisa pergi ke Tongleng dan


Seeleng serta Jiathoo dan Sin-tek. Pada tahun yang lampau,
ketika kau pulang ke Lamkiong, aku pun tidak bisa sambangi
kau, sedang Lamkiong tak terpisah jauh dari Pakkhia. Tetapi
sekarang jangan kata dibuang ke Sinkiang, ketempat yang
lebih jauh lagi pun aku senang! Aku ingin bisa lintaskan Titlee,
pergi ke Shoasay, masuk ke Tong kwan melalui See-an-hu, Ie
liang, terus sampai di Sinkiang! Dengan begini aku bisa pesiar
di Thaygoan-hu, Hong Hoo, Hoa San, Kie Lian San, Ban Lie
Tiang Shia, Giokbun-kwan juga. Aku harap bisa menambah
pemandangan dan pengalaman, bergaul dengan sahabat
baru! Betapa menyenangkan! Dirumahku tidak ada yang aku
kuatirkan maka itu, hiantee, kau jangan pikirkan perihal rumah
tanggaku, jangan karena itu hari depanmu jadi terhalang. Kau
merdeka untuk mencari kemajuan! Rumahku sudah cukup
dilindungi dengan adanya nona Jie satu orang! Sekalipun aku
korbankan selaksa tail, aku tidak akan mampu cari nona yang
lebih sempurna daripada nona Jie itu sebagai pelindung
rumahku! Dasar untungku bagus ! Maka hiantee, jangan
berduka, kau jasteru mesti kasi selamat padaku! Di Sinkiang
aku akan berdiam dua atau tiga tahun, nanti kita bertemu
pula. Waktu itu. entah berapa besar kegirangan kita!..."
Lantas orang Boan itu tertawa terbahak bahak.
Bouw Pek tertegun menampak kegirangannya Siauw Hong
yang tak disangka. Ini menandakan, bahwa sahabat ini
mempunyai pikiran yang luas, hatinya terbuka. Maka ia pun
turut menjadi gembira.
"Sekarang hiantee lekas pergi kepada Khu Kong Ciauw dan
Tiat Pweelek, sampaikan kabar putusan perkaraku ini" kata
Siauw Hong kemudian, sesudah mereka bicarakan hal2 lain
lagi. "Sampaikan kepada mereka, apa yang jadi harapanku
yalah supaya mereka jangan berduka dan berkuattr!"
Bouw Pek menyanggupi maka dengan naik keretanya ia
terus pergi ke Pak-kauw yan dan menemui Khu Kong Ciauw,
yang sedang pasang omong dengan Yo Kian Tong. Ia lantas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

menyampaikan kabar seraya unjuk, bagaimana putusan itu


diterima dengan girang oleh Siauw Hong.
"Memang demikian sifatnya Tek Siauw Hong" Kong Siauw
kata. "Ia pandai berpikir dan melegakan hati. Ia masih muda,
rumah tangganya ada yang tilik, memang tiada halangannya
buat ia pergi jauh. Hanya yang dikuatirkan adalah ditegah
perjalanan. Aku tahu benar, diluar kota Taja, Oey Kie Pok
punya banyak sahabat dikalangan penjahat, ada kemungkinan
Siauw Hong nanti dapat gangguan dan dibinasakan!
Penjagaan oleh pengantar hamba negeri saja tidak berarti,
aku pikir kita mesti kirim pengantar kita untuk melindungi dia"
Bouw Pek tercengang mendengar ucapannya Gin chio
Ciangkun Kekuatiran ini memang beralasan. Ia sudah mau
lantas utarakan, bahwa ia bisa pergi sebagai pelindung, akan
tetapi ia urungkan itu. Karena ia sudah pikir lama, seperginya
Tek Siauw Hong ke Sinkiang, ia hendak cari Oey Kie Pok, guna
lampiaskan dendamannya
"Kasihlah aku yang antar Tek Siauw Kong" kata Sin chio Yo
Kian Tong. "Sekarang sudah musim panas, aku banyak
nganggur, kalau ada kerjaan, orang2ku cukup untuk urus itu.
Dengan bawa tumbakku, aku akan antar ia sampai di
Sinkiang. dimusim ketiga aku akan sudah kembali"
Bouw Pek girang mendengar ucapan itu.
"Kalau Yo Sam ya yaog pergi mengantarkan memang juga
tidak ada apa2 lagi yang harus dibuat kuatir" ia bilang.
"Hanya, karena perjalanan ini Sam ya pasti kau keluarkan
banyak tenaga...."
"Itu tidak ada artinya" Kian Tong kata sambil geleng
kepala. "Kong Ciauw ketahui, persahabatanku dengan Siauw
Hong bukan baru satu atau setengah tahun, maka adalah
seharusnya aku berbuat apa2 untuk dia Lagi pula sebagai
piauwsu perjalanan jauh tidak berarti banyak bagiku
"Kian Tong yang temani Siauw Hong itu baik sekali" Khu
Kong Ciauw kata. "Diluar Kian Tong punya banyak sahabat
dan kenalan, dimana ia sampai, ia tentu akan dapat
pelayanan"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Dengan begitu telah ditetapkan Yo Kian Tong yang akan


antar Siaw Hong.
Tapi Bouw Pek masih sangsi. Ia tahu Yo Kian Tong gagah
dan banyak kenalannya, tetapi kalau piauwsu ini dicegat oleh
banyak musuh, bagaimana Yo Kian Tong dapat melayani
mereka? Maka ia segera ingat Sun Ceng Lee.
"Aku pikir Yo Sam ya baik dapat kawan" kata ia kemudian.
"Aku punya sahabat, yalah Ngo-jiauw-eng Sun Ceng Lee. ia
adalah murid almarhum Jie Loo-piauwtauw atau suhengnya
Jie Siu Lian, ia bertubuh tinggi dan tenaganya besar,
bugeenya juga cukup baik, orangnya jujur. la sekarang tinggal
bersama Moh Po Kun di Su Hay Piauw Tiam, tetapi sebenarnya
ia tidak suka berdiam lama disana, sebab ia tahu kelakuannya
Po Kun buruk, maka kalau aku minta ia ikut, ia bisa jadi
pembantunya Sam-ya."
itulah bagus" Yo Kian Tong nyatakan. "Ceng Lee adalah
muridnya Tiat-cie tiao almarhum, bugeenya mestinya tidak
bisa dicela. Aku harap, Lie hiantee, lekaslah kau undang ia
supaya aku bisa berkenalan dengan dia"
Sampai disitu Bouw Pek masih berdiam sekian lama akan
pasang omong, kemudian dengan kerelanya ia pergi ke An-
teng-mui akan kunjungi Tiat Pweelek.
Siauw-hong-jiam Tiat Pweelek ada diistananya, ia girang
akan kedatangannya anak muda kita.
"Bouw Pek, apakah kau ketahui perkaranya Siauw Hong
sudah diputuskan?" demikian ia menegor selapi anak muda itu
baru saja memberi hormat padanya
"Ya aku sudah tahu" Bouw Pek menyahut sambil manggut.
"Katanya ia akan dibuang ke Sinkiang. Barusan aku pergi
tengok Siauw Hong, tempo ia dengar hal putusan itu, ia
nampaknya girang sekali....."
Orang bangsawan itu manggut2.
"Aku juga ingin Siauw Hong pergi cari pengalaman" ia
nyatakan. "Jika ia tetap tinggal dikota raja ini, aku kuatir ia
nanti terbitkan onar lagi. la jiatsim terhadap sahabatnya,
tetapi ia kurang pemandangan. Terbukti dalam perkara ini, ia
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tersangkut karena persahabatannya dengan Yo Cun Jie yang


ia hendak tolong"
Bouw Pek beranggapan bahwa pweelek ini belum mengerti
betul tabeatnya Siauw Hong terhadap sahabat.
"Biar Siauw Hong pergi, untuk icipi rasanya orang
menderita" kata Tiat Pweelek pula, pun ia perlu dapat orang
untuk melindungnya diperjalanan Memang sukar dipikir bahwa
ada penjahat yang bernyali besar, yang berani ganggu hamba
negeri yang sedang antar perantaian, tetapi didalam halnya
Siauw Hong, ini Ia telah tanam terlalu banyak bibit
permusuhan. Umpama Kim-chio Thio Giok Kin kalau ia
mengganggu di tengah jalan apa Siauw Hong tidak akan
celaka?"
"Tentang itu kami sudah pikir" Bouw Pek kasi tahu "Tadi
dirumahnya Khu Kong Ciauw kami sudah berdamai matang.
Disaat Siauw Hong berangkat, ia akan diamar oleh Yo Kian
Tong serta Ngo jiauw-eng Sun Ceng Lee. Orang she Sun ini
adalah suhengnya nona Jie"

Jilid 24
MENDENGAR ITU, Tiat Pweelek mendongak.
"Yo Kian Tong yang antar Siauw Hong, itulah baik" ia kata.
"Cuma aku pikir, kalau kau sendiri yang antar ia, barulah hati
semua orang menjadi tetap....."
Bouw Pek tertegun mendengar itu, tetapi setelah berpikir,
ia geleng kepala.
"Aku tidak bisa turut Siauw Hong" ia kata. "Memang
mengingat kebaikannya, aku mesti antar ia, tetapi aku masih
ada urusan maka aku kuatir diliari ia berangkat urusanku
masih belum selesai"
Mendengar itu Tiat Siauw Pweelek bersenyum.
"Bouw Pek, aku dapat dengar apa yang kau pikir dalam
hatimu" ia kata. "Kau tentu hendak tunggu putusan
perkaranya Siauw Hong keluar dan Siauw Hong berangkat
lantas kau hendak satroni Oey Kie Pok. Benarkah begitu?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Wajahnya Bouw Pek berubah sedikit, tetapi dihadapan


pangeran itu ia tidak mau mengaku. Ia coba tertawa.
"Bukan, bukan" demikian sangkalannya. "Buat hadapi Kie
Pok, kenapa aku mesti menunggu begitu lama, kenapa aku
mesti tunggu berangkatnya Siauw Hong?"
Tetapi Siauw hong jiaum bersenyum terus.
"Sudah, aku sudah ketahui!" kata ia. "Kau sekarang sedang
menahan sabar menunggu putusan perkaranya Siauw Hong,
setelah itu kau mau cari Kie Pok. Kie Pok sekarang setiap hari
dengan rajin berlatih ilmunya menggunai gaetan hok-chiu
kauw, guna nanti layani kau. Aku tahu, sakit hati diantara kau
berdua memang sukar dibereskan secara damai. Aku juga
ketahui perbuatan Oey Kie Pok selama ini melewati batas, aku
ingin ada orang yang berikan hajaran padanya. Cuma kau
harus pikir masak2, kau sebenarnya tidak harus ladeni dia.
Kau masih muda, hari kemudian kau penuh harapan.... Kie
Pok itu orang macam apa? Ia melulu andalkan uangnya, lain
tidak! Maka aku pikir baik kau sabar terus dan lebih utamakan
hari kemudianmu"
Bouw Pek kagumi pangeran ini yang pikiranya luas, ucapan
siapa bikin hatinya tergerak.
"Benar2 Tiat Siauw Pweelek sayangi aku" ia pikir. "Memang
tidak ada harganya buat layani Oey Kie Pok. Cuma selama Oey
Kie Pok belum disingkirkan, selama itu juga Tek Siauw Hong
tidak akan merasai hari2 yang aman, dan selama Oey Kie Pok
masih hidup, kota raja ini terus diancam bencana. Siapa tahu,
berapa banyak orang lagi yang akan jadi korban
kejahatannya?"
Kendati ia berpikir demikian, Bouw Pek toh tidak utarakan
itu, ia hanya kata ia mau coba bersabar. Kemudian sesudah
bicara lagi sekian lama ia berbangkit untuk pamitan.
"Buat kedatanganmu ini, aku sebenarnya hendak adakan
perjamuan" kata Tiat Pweelek, "hanya karena ada urusannya
Tek Siauw Hong, aku telah tunda itu. Mana kita bisa
bersenang-senang? Tapi sekarang lain, putusan sudah keluar,
maka mari kita dahar sama2, supaya kita bisa bicara lebih
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

lama. Ini bukannya perjamuan, perjamuan itu, kita mesti


tunggu lagi satu atau dua tahun, setelah nanti Siauw Hong
kembali dari sin kiang, waktu itu pasti aku akan jamu kau
orang segara besar2an !"
Melihat kebaikannya tuan rumah. Bouw Pek berduduk pula,
tidak berani tampik itu. Tapi mendengar ucapannya pangeran
itu... "lagi satu atau dua tahun...." ia jadi berpikir.
"Sekarang ini belum ada satu tahun, perkara telah datang
saling menyusul, maka selewatnya satu atau dua tahun
kemudian, entah apa yang akan terjadi lebih jauh
Tapi juga pikiran ini ia tidak mau utarakan.
Tiat Pweelek bicara pula sebentar, lantas minta Bouw Pek
duduk menantikan, ia sendiri bertindak kedalam sampai sekian
lama baru ia keluar pula, sekarang seorang kacung ikuti ia,
tangannya kacung itu membawa dua batang pedang yang
terbungkus kain merah.
Didepan si anak muda, Tiat Siauw Pweelek buka bungkusan
kedua pedang itu yang ia hunus, akan kasi lihat pada
tamunya.
"Dua pedang ini adalah senjata yang tersohor. Aku pernah
minta pertolongan ahli2, akan memeriksa, dan mereka bilang
pedang2 semacam ini sukar didapatkan. Apabila dipadu
dengan yang duluan aku kasikan padamu, kedua pedang ini
jauh lebih baik"
Pangeran Boan ini bicara dengan air muka terang, dengan
senyuman.
Dengan hati2 Bouw Pek periksa kedua pedang itu, bagian
tajamnya berwarna hijau gelap, bagian tubuhnya ditabur
dengan tujuh bintang emas. Itulah benar2 pedang tua yang
berharga. Tapi berbareng dengan ini ia tunduk sambil berpikir.
Karena Tiat Pweelek sebut2 pedang persenannya yang dahulu,
mengingatkan ia pada riwayatnya waktu itu. Sang pedang
bikin ia berkenalan dengan Beng Su Ciauw dan yang akhirnya
ternyata menyedihkan.
Tiat Pweelek heran melihat orang diam saja dan seperti
berduka, lantas ia dapat menduga sebabnya. Maka ia lantas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

suruh kacungnya bawa kedua pedang itu buat disimpan dan


Tek Lok diperintah lekas sajikan barang hidangan.
Tidak antara lama, arak dan makanan sudah teratur rapi
diatas meja.
"Mari kita minum " berkata tuan rumah yang hendak
hiburkan tamunya. Dan ia ]alu bicarakan urusannya Siauw
Hong, yang kemudian menjurus pada halnya si pemuda
sendiri.
"Kalau kau tetap tidak mau antar Siauw Hong, baik kau
tinggal bersama aku disini" kata orang bangsawan itu
akhirnya. "Setiap hari aku nanti hadiahkan kau dua ratus tail
perak, aku percaya jumlah itu cukup buat kau gunai untuk
segala keperluanmu. Kau harus mengerti, meski begini aku
tidak ingin kau menjadi cinteng atau pahlawanku, aku akan
tetap pandang kau sebagai tamuku"
"Apa yang jadi keinginanku adalah agar kita berdua setiap
waktu bisa berada bersama, supaya aku bisa sering2 minta
pelajaran tipu2 silat darimu. Hal itu akan bikin aku girang
sekali"
Lie Bouw Pek berterima kasih buat kebaikannya pweelek
ini, tetapi ia kata:
"Jie-ya sangat baik terhadap aku, budi kau tidak nanti aku
lupakan. Mengenai keberangkatannya Tek Siauw Hong, aku
tidak kuatirkan suatu apa, karena ia sudah dapatkan
bantuannya Yo Kian Tong dan Sun Ceng Lee. Aku juga merasa
bertetap hati buat keluarganya Siauw Hong, lantaran di sana
ada Siu lian yang melindungi. Maka itu aku telah pikir,
seberangkatnya Siauw Hong nanti, akupun niat pergi ke
Kanglam akan sambangi pehhu Kang Lam Hoo. Nanti saja,
sekembalinya ia dari Kanglam, aku tinggal bersama Jieya
disini"
Tiat Siauw Pweelek manggut2.
"Tentang jago tua Kang Lam Hoo aku pernah dengar
banyak" ia berkala, "selama beberapa puluh tahun hingga kini,
ia adalah jago Kamlam yang tidak ada tandingannya. ia adalah
orang yang aku sangat kagumi. Tapi aku tidak pernah dengar
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

yang ia pernah datang ke Utara, ia pasti sudah berusia sangat


tinggi, jangan2 ia sudah tidak ada didalam dunia ini, dari itu
aku kuatir di Kanglam kau tidak akan dapat ketemui dia......"
"Tapi aku percaya bahwa aku akan dapat jumpai dia." Lie
Bouw Pek bilang. "Ketika dahulu aku baru berumur delapan
tahun, ayah dan ibuku telah menutup mata karena serangan
penyakit, adalah ia yang tolong aku. Pehhu Kang Lam Hoo
adalah saudara angkat almarhum ayahku Hong Kiat, sesudah
ia tolong urus dan kubur jenazah orang tuaku, ia bawa aku ke
Utara, dimana aku diserahkan pada pamanku untuk dipiara, ia
sendiri berangkat terus. Kemudian almarhum guruku Kie Kong
Kiat datang ke Lamkiong untuk mengajar silat. Sebenarnya
kedatangan guruku itu adalah untuk memenuhi keinginan
pehhu Kang Lam Hoo, supaya ia bisa didik aku. Maka itu, ayah
dan ibu adalah yang lahirkan aku, tetapi orang yang didik aku
adalah pehhu seorang. Sejak berpisah dari pehhu Kang Lam
Hoo, sampai sekatang ini sudah dua puluh tahun, bila nanti
kami saling bertemu, bisa jadi ia sudah tidak mengenali aku,
begitupun aku. Toh aku berniat pergi kesana, kesatu guna cari
dan sambangi pehhu dan kedua buat sekalian pesiar. Kanglam
punya banyak tempat yang indah dan tersohor."
Dimulutnya, Bouw Pek mengucap demikian, didalam
hatinya, dengan likat sendirinya, ia berpikir. "Dahulu aku mau
pergi ke Kanglam, maksud itu terhalang karena aku tidak
punya uang. Sekarang uang ada kendati juga uangnya Tek
Siauw Hong apa mau disini aku telah terbitkan lelakon, sakit
hatiku belum terbalas, hingga aku tidak tahu, disini aku akan
terbinasa
atau beruntung panjang umur. Maka itu bagaimana aku
bisa pastikan bahwa aku bisa pesiar ke Kanglam?...."
Siauw-hong-jiam urut2 kumisnya apabila ia dengar
pengutaraan itu.
"Baiklah" kata ia setelah berpikir, sampai manggut.
"Dengan pergi ke Kanglam kau pasti peroleh pengalaman.
Nanti, sesudah balik dari Selatan, kau kemudian bersama aku
disini"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lantas tuan rumah undang tamunya keringi cawan arak. Ia


tidak menjadi tidak senang kendati orang telah tampik
undangannya. Tapi justeru sikap laki2 ini yang bikin Bouw Pek
tambah2 berterima kasih pada orang bangsawan Boan ini.
Tiat Pweelek telah omong banyak, arak pun ia tenggak
tidak kurang banyaknya, tetapi Lie Bouw Pek bisa kendalikan
diri dengan minum berbatas, karena ia tahu ia masih
berkewajiban melindungi Tek Siauw Hong dan mesti hadapi
Oey Kie Pok.
Sehingga waktunya api dipasang, baru Bouw Pek
berbangkit untuk pamitan dari tuan rumah, pada siapa ia telah
haturkan terima kasih. Cuaca remeng2. Didepan istana Hok Cu
si kusir tidak kelihatan.
"Kemana ia pergi ?" ia tanya pengawal pintu.
"Ia pergi dahar nasi" sahut orang yang ditanya.
Mendengar begitu, Bauw Pek tertawa.
"Aku lupa!" pikir ia. "Hok Cu turut aku seharian, ia
menunggui lama disini dan aku tidak keluar" tidak heran
apabila ia kelaparan"
Lantas ia berdiri menunggu disamping kereta.
Tidak lama kemudian Hok Cu muncul sambil tertawa.
"Maafkan aku toaya" kata ia. "Barusan aku pergi kewarung
nasi ditimur sana akan dahar nasi"
"Tidak apa" sahut pemuda ini sambil bersenyum. "Aku
justeru yang mesti minta maaf darimu, karena kau telah mesti
menantikan lama sekali"
"Itulah tidak mestinya toaya. Sebagai kusir, aku tidak boleh
takut akan menunggu lama. Dahulupun sering aku ikut looya
pelesiran dan menunggu lama, malah pernah ia keluar pagi
dan sampai tengah malam baru pulang....."
Lantas ia rapikan keretanya dan silahkan Bouw Pek naik.
Perkataannya si kusir barusan hal looyanya suka pelesiran
bikin ia ingat riwayatnya sendiri ketika untuk pertama kali ikut
Siauw Hong kerumah pelesiran dimana akhirnya ia bersobat
dengan Siam Nio....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hok Cu larikan keretanya dengan menerbitkan suara roda


yang ramai, karena jalanan jelek. Tanpo kereta sampai di Pak
Kio, baru saja mau menikung kejurusan selatan, mendadak
Hok Sin Cu menjerit karena kaget dan kemudian terus
menanya: "Siapa"
Roda kereta berhenti dengan segera.
Pertanyaan itu dapat jawaban dari beberapa batang anak
panah yang menyambar tenda kereta.
Ketika Lie Bouw Pek ketahui adanya serangan gelap itu. ia
kasi dengar tertawa menyindir, karena ia sangat mendongkol.
"Bagus!" ia berseru "Rupanya Oey Kie Pok sudah tidak
tahan sabar, maka ia telah mendahului cari aku!"
Dengan hati2 pemuda ini turun dari keretanya jok kereta ia
tarik, ia suruh Hok Cu sembunyi didalam kereta itu. ia pasang
mata kejurusan dari mana serangan datang. Ditepi jalan ia
lihat ada berdiri belasan orang, diantaranya kelihatan golok
dan pedang yang berkeretan. Lagi beberapa anak panah.
panah tangan datang menyambar, tetapi dengan jok keret.
Bouw Pek luputkan diri dari senjata itu. Serangan ini bikin ia
gusar, maka kendati ia tidak bekal senjata, dengan tidak jerih
sedikitpun ia lari memburu ketepi jalan itu, jok kereta ia
jadikan tameng.
"Apa kau kawanan begal? Kenapa berani pegat kereta
ditengah jalan? Apa kau orang2 suruhannya Oey Kie pok?"
demikian ia menegor.
Tegoran itu tidak dapat jawaban mulut melainkan jawaban
senjata.
Dua orang yang bersenjata tumbak tiga orang yang pegang
golok dan beberapa orang lain bergegaman toya sudah maju
menyerang. Dua penyerang yang bersenjata tumbak dengan
saling susul telah maju dimuka.
Selagi senjata musuh hendak mengenainya, dengan tangan
kiri yang pegang jok ia lindungi diri, tangan kanannya ia ulur
akan sambar senjata musuh itu, tubuhnya lompat maju
dengan nyamping sedikit. Ia gesit dan gagah, sambarannya
berhasil ma ka hanya dengan satu gerakan ia bisa rampas
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

tumbak musuh. Sekarang ia punya senjata, maka ia lempar


joknya, dengan cekal tumbak ia segera balas menyerang!
Pihak penyerang tidak mundur, bahkan mengurung, senjata
mereka turun dengan bergantian atau berbareng.
Bouw Pek melayani sampat sepuluh jurus lebih, ia dapat
lukai dua musuhnya, atas mana tiga belas orang musuh yang
lain jadi keder, antaranya ada yang berteriak: "Lekas lari,
Lekas lari!"
Sebagai kesudahan beberapa orang menyusul angkat
kaki...
Bouw Pek mengejar, lagi seorang musuh ia bikin rubuh,
adalah setelah datang serangan anak panah terpaksa ia
berhenti menguber.
Tiga musuh maju pula, kapan mereka lihat pemuda ini
diam. Mereka masing2 bersenjata golok dan toya. Yang
pegang golok dua orang Mereka menyerang dengan lantas.
Bouw Pek masih gusar, ia sambut serangan itu dan terus
mendesak, disaat hendak merubuhkan musuh2nya, dari
kejauhan kelihatan mendatangi beberapa penunggang kuda,
yang oidepan membawa lentera besar.
"Ada pembesar negeri! Ada pembesar negen!" berteriak
tiga penjahat itu yang terus saja lempar senjatanya dan kabur,
mulut mereka masih berteriak berulang2, rupanya sebagai
tanda bagi kawan mereka.
Bouw Pek mengerti bahaya, iapun lemparkan tumbaknya,
ia lari kekereta dan loncat naik keatas itu.
"Lekas larikan kereta kita!" ia berkata pada Hok Cu.
Kusir itu terkena anak panah pada pahanya, sakitnya bukan
main kendati anak panah itu ia sudah cabut, tapi karena Bouw
Pek perintah ia, dengan menahan sakit ia keprak kudanya
buat larikan keretanya. Melewati Pak Sin Kio, kereta ditujukan
langsung kearah selatan, selagi mendekati Sam tiauw Hotong,
Tong Supay-lauw, beberapa penunggang kuda dibelakang
yang mengejar hampir dapat menyandak.
Nyata hamba2 negeri itu adalah orang2 nya Kiu bun
Teetok.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek perintah Hok Cu tahan keretanya, ia tunggu


sampai orang datang dekat lantas tongolkan diri. Ia bisa unjuk
roman menang.
"Kenapa kau lari?" hamba negeri menegor "Apa kau yang
melukai beberapa orang di tengah jalan itu?"
"Tidak" Bouw Pek meyyahut sambil geleng kepala "Aku
tidak tahu siapa yang luka. Aku orang she Lie, namaku Bouw
Pek, aku tinggal di Tong-su Sam-tiauw dirumah keluarga Tek.
Baru saja aku kembali dari istananya Tiat Siauw Pweelek,
dimana pweelek undang aku bersantap. Ini juga sebabnya
kenapa aku pulang malam. Di Pak Sin Kio aku lihat beberapa
orang berkelahi, mereka gunai juga panah tangan, maka
kusirku telah kena panah nyasar pada pahanya. Karena tidak
mau dapat perkara, aku perintah kusirku larikan kereta ini
untuk menyingkir dari orang2 yang sedang berkelahi itu. Coba
kau orang lihat, dikeretaku ini ada tumbak atau tidak! Atau
kau boleh pergi ke Pweelekhu akan tanya Tiat Siauw Pweelek,
ketika aku berkunjung padanya aku bawa senjata atau tidak"
Sebenarnya hamba2 teetok itu berniat bawa Bouw Pek
kekantor, tetapi ketika mereka dengar disebutnya nama Tiat
Siauw Pweelek, hati mereka jadi ciut dan pikiran mereka
berubah. Mereka tidak berani lancang, mereka lantas
berdamai. Satu diantaranya yang bawa lentera mendekati
kereta dan memeriksa dalamnya. Ia lihat pemuda kita
bersikap tenang. Karena tiada jalan untuk menangkapnya,
dengan mendongkol ia berkata:
"Lie Bouw Pek, kau benar cerdik! Apa pekerjaanmu, kita
semua tahu! Sekarang kau boleh teruskan perjalananmu,
tetapi besok, bila antara yang terluka ada yang binasa, kau
bisa cari kau! Kau tentu tidak bisa menyingkir dari Pakkhia!"
Mendengar demikian Bouw Pek jadi gusar.
"Kurang ajar!" ia berseru "Dijalan besar ada orang
berkelahi, bukannya kaucari sipenyerang, kau justeru ganggu
aku yang sedang lewai! Aya begini macam kewajibannya
hamba negeri? Baik, aku nanti minta Tiat Jie-ya pergi tegor
Teetok Tayjin, apa begini mesiinya kelakuan hamba negeri !"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Apa? Kau berani melawan?" membentak hamba negeri


yang gusar, Bawa ia pergi!"
Tetapi seorang hamba lain cegah kawannya itu.
"Sudah, kau pergilah!" kata hamba ini pada Bouw Pek.
Karena Bouw Pek tidak ingin meladeni mereka itu, ia suruh
Hok Cu jalankan keretanya akan pulang. Sesampainya
dirumah ia suruh Siu Jie ambil obat luka buat Hok Cu, agar ia
ini mengobati lukanya.
Tidak lama kemudian Siu Jie telah kembali.
"Apa telah terjadi ditengah jalan ia tanya Bouw Pek. Siapa
yang lukai Hok Cu?"
Tapi Bouw Pek sedang mendongkol, ia tidak mau
menjawab.
"pergi kau keluar" ia menitah. Ia duduk seorang diri,
pikirannya kerja keras. Sukar buat ia untuk tenangkan diri. ia
pikir : "Ini tentu perbuatannya Oey Kie Pok! Rupanya ia telah
dengar putusan perkaranya Tek Siauw Hong dan ia tidak puas,
yang Siauw Hong tidak dihukum mati, maka sekarang ia
limpahkan kemarahannya kepadaku, yang ia tahu masih
berada dikota raja ! Ia sangat jahat, ia ingin aku binasa!
Terang ia tahu aku telah pergi pada Tiat Pweelek, maka ia
kirim belasan orang akan pegat aku di Pak Sin Kio, karena ia
tahu belasan orang itu bukan tandinganku ia perintah bokong
aku dengan panah! Tidak begitu saja, ia tentu sudah
mengatur lebih dahulu dengan hamba2 negeri itu, supaya
mereka datang disaat yang tepat, guna pergoki aku! Kalau
tidak, kenapa lama2 itu lantas kejar aku dan bukannya mereka
periksa dahulu orang2 yang luka? Oey Kie Pok sudah pikir, ia
akan tidak berhasil memegat aku, ia mau gunai pengaruh
pembesar negeri akan bekuk aku! Syukur aku dapat akal,
kalau tidak pastilah kembali aku akan meringkuk dalam kamar
tahanan......."
Memikir sampai disini Bouw Pek jadi makin mendongkol.
"Apapun akan terjadi, aku mesti hajar Oey Kie Pok" kata ia
dalam hatinya. "Untuk kebaikannya penduduk Pakkhia ia mesti
disingkirkan".
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Karena kejadian ini, malam itu Byuw Pek tidak bisa tidur
pulas sekejabpun.
Mulai esoknya ia berlaku siap waspada, kalau ia keluar ia
tidak lupakan pedangnya.
Hok Cu mesti rawat lukanya sehingga selengah bulan, baru
sembuh betul.
Tapi selanjutnya tidak ada kejadian apa juga.
HARI ITU ADALAH PERTENGAHAN bulan enam, selagi hawa
udara sangat panas diterima kabar, bahwa Tek Siauw Hong
bersama Pek Siewie hendak diberangkatkan ketempat
pembuangan di Sinkiang, hari ketetapannya adalah lusa.
Lie Bouw Pek, mendongkol bukan main, apabila ia dengar
warta itu.
"Hawa udara sedang sangat panasnya dan perantaian mau
diberangkatkan ketempat hukuman, apa itu bukan seperti
hendak bikin orang mampus kepanasan ditengah jalan?" pikir
ia dengan sengit.
Lantas Lie Bouw Pek pergi ke Pweelekhu untuk menemui
Tiat Siauw Pweelek, dengan harapan pangeran Boan itu bisa
dayakan agar hari atau waktu keberangkatan bisa ditunda dan
dirubah sampai nanti musim ketiga. Tapi orang bangsawan itu
menerangkan padanya
"Hari keberangkatan yang sudah ditetapkan tidak bisa
diubah lagi, kecuali jikalau Tek Siauw Hong sakit. Menurut
aku, lebih baik Siauw Hong berangkat sekarang, karena
apabila ia berdiam terus dalam penjara ia akan menderita
hebat sebab gangguan antik dan kutu busuk dan pikirannya
terus pepat. Hawa didalam penjara juga panas sekali. Orang2
polisi yang antar ia manusia juga, hawa panas demikian pun
akan dirasakan oleh mereka, mereka pasti cari tempat yang
teduh untuk mengaso. Kau tahu, apabila kejadian orang
perantaian binasa ditengah perjalanan karena gangguan hawa
panas, mereka sendiri pasti akan mengalami kejadian tidak
enak"
Bouw Pek bisa berpikir, ia anggap keterangan pweelek ini
beralasan maka ia tidak mau mendesak, ia lain pamitan akan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pergi kekantor Hengpou, akan tengok Siauw Hong didalam


penjara. Ia ingin dengar ptkirannya sahabat itu. Tapi sekali ini,
beda dengan dulu2, pembesar penjara tidak mengijinkan ia
menengok sahabat itu, sebab tanggal keberangkatannya
sudah ditetapkan, maka terpaksa ia pergi kerumah
piauwceknya Kie Cusu, akan minta perantaraannya paman ini
Kie Thian Sin kirim hambanya pergi kepenjara akan
menemui Tek Siauw Hong, akan tanya pikirannya orang Boan
ini. Hamba itu kembali dengan bawa jawabannya Siauw Hong.
Kie Cusu sampaikan jawaban itu kepada keponakannya.
"Aku telah kirim orang menemui Tek Siauw Hong" demikian
katanya "nyata Siauw Hong, suka lakukan perjalanan jauh,
malah ia pesan dihari ia berangkat ia minta supaya jangan ada
orang, sanak atau sahabat yang mengantarnya, cukup asal
disediakan uang guna keperluan ditengah jalan atau ditempat
pembuangan."
Mendengar kabar itu Bouw Pek jadi berduka. Ia lekas
pulang akan menyampaikan kabar dan beri keterangan pada
Tek Naynay, siapa telah menangis sebab berdukanya.
Selagi nyonya Tek buka kopernya akan keluarkan uang
simpanannya. Bouw Pek sendiri ambil buku uang dan perintah
orang pergi ke cian-chong akan tukar itu dengan uang tunai.
Ia telah dapat kumpul sejumlahnya dua ribu lima ratus tail
perak. Ia tahu seorang perantaian tidak boleh bawa jumlah
uang yang besar, bahwa itu pun berbahaya dalam perjalan,
dari itu Boyw Pek pergi pada Khu Khong Ciauw
Bouw Pek pergi pada Khu Kong Ciauw minta tolong atur
dengan toko yang besar yang punya hubungan dagang
dengan Sinkiang, agar kota itu bisa kirim uang. supaya
uangnya Siauw Hong bisa terima ditempat pembuangan. Ia
telah kirim duaribu tail.
Khu Kong Ciauw bersedia akan kirim uang itu.
Dengan bawa uang lima ratus tail Bouw Pek pergi pada Kie
Cu-su, minta supaya uang itu yang tiga ratus tail diterimakan
pada Tek Siauw Hong didalam penjara, yang. seratus buat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

persen untuk hamba polisi yang antar Siauw Hong, dan yang
seratus lagi untuk cusu itu sendiri.
"Bilang pada keluarga Tek, janganlah menghadiahkan uang
padaku" Kie Cusu tampik uang yang diperuntukkannya. "Aku
tidak bisa terima uangnya. Aku suka menolong pun
disebabkan aku pandang kau"
Tapi Bouw Pek tahu paman itu anggap jumlah itu terlalu
sedikit, maka ia pulang akan minta lagi seratus tail pada Tek
Naynay, yang ternyata diterima oleh cusu itu dengan tidak
malu2 lagi.....
Bouw Pek merasa kecewa karena kerakusan pamannya itu,
ia malu terhadap Tek Naynay"
Esoknya Tiat Siauw Pweelek kirim Tek Lok kerumahnya
Siauw Hong buat beritahukan Bouw Pek, bahwa setelah bicara
dengan pembesar dari Heng-pou Siauw Hong diperkenankan
membawa dua bujang atau pengikut, sedang empat ratus tail
dibekalkan oleh bangsawan Boan itu untuk keperluannya
Siauw Hong.
Warta itu di terima dengan bersyukur oleh Bouw Pek dan
pihak Tek Naynay.
Bersama2 Tek Naynay dan Siu Lian Bouw Pek betdamai
siapa yang mesti disuruh ikut Siauw Hong. Mereka dapat
kecocokan akan suruh Siu Jie dan Siu Jie pun mufakat. Siu
Lian usulkan Sun Ceng Lee, tetapi Bouw Pek tidak setuju,
karena Ngo-jiauw eng beradat keras, mudah terbitkan onar.
"Nanti aku pergi kerumahnya Khu Kong Ciauw" kata Bouw
Pek. Ia pikir untuk berdamai dengan Yo Kian Tong. Dan ia
lantas pergi.
"Aku suka temani Siauw Hong" kata Sin-chio Yo Samya.
"Bilamana tidak leluasa untuk bawa tumbakku, aku akan bawa
golok saja. Diperjalanan, apabila ada orang jahat, aku pasti
tidak akan mau kasi ampun pada mereka!"
"Aku kira ditengah jalan, andai kata benar ada orang jahat,
mereka tidak nanti ganggu perantaian" Kong Ciauw
menyatakan dugaannya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Mereka tentu ketahui sendiri, tidak ada orang hukuman


yang punya banyak uang. Yang dikuatirkan adalah kalau Oey
Kie Pok perintah orang jahat meacelakakan Siauw Hong"
Hatinya Bouw Pek bercekat. Ini memang hal yang ia
kuatirkan.
Sampai disitu putusan telah diambil, maka pada Yo Kian
Tong Bouw Pek serahkan uang duaratus tail untuk keperluan
di perjalanan. Setelah ia kasi tahu, buat berangkat esoknya, ia
pamitan dari tuan rumah dan piauwsu yang gagah itu. Ia tidak
terus pulang, melainkan pergi keluar Cianmui, ke lay Hin
Piauw-tiam di Tah-mo ciang, disini ia minia pertolongannya loo
piauw-tauw Lauw Kie In akan kirim orang ke Su Hay Piauw-
tiam untuk panggil Sun Ceng Lee.
Ngo jiauw-eng datang dengan cepat.
"Besok Tek Siauw Hong akan berangkat ketempat
pembuangan di Singkiang" Bouw Pek kasi tahu suhengnya Jie
Siu Lian, "sebagai kawan dan pelindungnya, Sin chio Yo Kian
Tong akan turut dia. Tapi ia sendirian saja, kami kualir
ditengah jalan akan terjadi apa2, dengan sendirian ia tentu
terlalu repot, maka untuk itu aku minta kau turut bersama2.
Tidak sebagai Yo Kian Tong, kau tidak usah bercampur-baur
dengan hamba negeri, kau banya melindungi secara diam-
diam. Selama diperjalanan kau boleh menyamar sebagai
saudagar yang kebetulan berangkat berbareng. Dengan begini
kau jadi lebih merdeka"
Dengan tidak pikir2 lagi Sun Ceng Lee nyatakan bersedia
akan membantu
"Bagus" kata Bouw Pek, yang terus serahkan dua ratus tail
perak padanya.
Dengan tidak malu2 kucing Sun Ceng Lee terima uang itu.
"Sekembalimu dari Sinkiang baik kau tinggal disini
membantu aku" kemudian kata Lauw Kie In pada Sun Ceng
Lee, "kau tidak usah pergi lagi ke Su Hay Piauwtiam dan
bercampur gaul dengan Mah Po Kun dan kawannya."
"Itulah bagus" Sun Ceng Lee jawab. "Biar kau tidak kasi
uang padaku, aku senang membantu kau, Tay Hin Piauwtiam
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

adalah tempat dimana dahulu almarhum guruku telah berikan


tenaganya, apabila sekarang aku bisa bekerja disini aku bisa
bantu bikin bertambah cahayanya pamornya guruku itu!"
Lauw Kie In girang mendengar jawaban itu. Kemudian ia
tahan Bouw Pek dan Ceng Lee untuk bersantap tencah hari
setelah mana pemuda itu pulang kerumahnya Siauw Hong.
Hari itu Tek Naynay repot sediakan pauwhok untuk
suaminya.
Esok paginya, Bouw Pek lantas ajak Siu Lian pergi kekantor
Heng-pou, didepan mana mereka berdiri menantikan. Siu Jie
telah siap dengan pauwhoknya Siauw Hong dan pauwhoknya
sendiri.
Tidak lama kelihatan Tek Lok datang bersama sie-wie, yang
diutus oleh Tiat Siauw Pweelek. Sie-wie itu langsung masuk
kedalam kantor akan menemui hamba negeri yang akan antar
Siauw Hong guna sampaikan pesanan dari pangeran Boan itu.
Tidak antara lama Khu Kong Ciauw pun kelihatan datang
bersama Yo Kian Tong.
Khu Kong Ciauw telah samperi Bouw Pek, dengan siapa ia
pasang omong sambil goyang kipasnya, dengan begitu sambil
berdiri didepan kantor mereka menunggui.
Dari dalam kantor keluar beberapa hamba, mereka sengaja
datang menemui orang bangsawan she Khu itu untuk unjuk
hormat dan sekalian undang Kong Ciauw masuk dan duduk
dalam kantor.
Tapi Gin-chio Ciangkun menampik.
"Terima kasih, terima kasih" ia kata. "Tidak usah aku
masuk kedalam, disini saja aku tunggu keluarnya Tek Ngoko,
aku hendak bicara sedikit padanya, setelah mana aku mau
lantas pulang"
Sementara itu tidak jauh dari situ ada beberapa sahabat
dan sanaknya Pek sie-wie, yang akan dibuang bersama Tek
Siauw Hong. Mereka ini pada bicara dengan suara pelahan
soal perkaranya Siauw Hong. karena perkenalann ya dengan
Bouw Pek menjadikan ia bermusuhan dengan Oey Kie Pok.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek dapat dengar pembicaraan itu, ia merasa hatinya


seperti ditusuk-tusuk.
Dtmuka penjaga berbaris lima buah kereta kaldi yang
memakai tenda, diperuntukkan perjalanan jauh. Kereta yang
paling belakang adalah kereta yang Khu Kong Ciauw sewa
untuk Yo Kian Tong dan Siu Jie.
Orang mssti menantikan lama juga, baru kelihatan sie-
wienya Kong Ciauw keluar dengan tindakan terburu, ia
hampirkan cu kongnya, memberi hormat seraya berkata: "Tek
Ngoya akan lekas keluar!"
Boleh dibilang selagi sie-wie ini bicara, itu kantor telah
dipentang dan dari situ muncul dua puluh orang polisi, setelah
itu kelihaian Tek Siauw Hong dan Pek sie-wie diiringi keluar.
Siauw Hong pakai pakaian biasa, ia telah mendekam dalam
penjara sekian lama, tetapi pakaiannya tetap bersih, hanya
mukanya nampak sedikit pucat dan perok, tetapi semangatnya
tidak terganggu. Ia pakai rantai yang enteng. Ia unjuk
senyumannya apabila melihat orang yang papak ia, pada Kong
Ciauw dan sie wie wakilnya Tiat Siauw Pweelek ia menjurah.
"Terima kasih banyak atas perhatian dan kebaikan jiewie"
ia berkata dengan perasaan sangat bersyukur. "Hawa udara
begini panas, kenapa cuwie mesti datang sendiri"
Khu Kong Ciauw menghampirkan sampai dekat.
"Segala apa aku telah atur" ia kasi tahu. "Yang penting
ialah ditengah perjalanan kau mesti hati2 dan Sinkiang
berlakulah sabar dan legakan pikiran. Kau boleh percaya,
bahwa sekalian sahabatmu disini akan terus bsrdaya untuk
kebaikanmu. Paling banyak satu tahun aku harap kita bisa
bikin kau pulang Ngoko"
Sambil berkata begitu Khu Kong Ciauw juga serankan kipas
wangi dari tulang dan dua dos obat yang ia sengaja bawa
untuk perbekalan sahabat ini.
Tek Siauw Hong sambuti dua rupa barang itu, ia mengucap
terima kasih sambil menjurah, kemudian ia serahkan barang2
itu pada Siu Jie untuk disimpan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Jin heng. silahkan kau kembali" ia kata pada sie-wie


wakilnya Tiat Siauw Pweelek. "Tolong sampaikan kepada Jie
ya, bahwa nanti sekembaliku dari Sinkiang aku akan berdaya
membalas budi kebaikan Jie-ya yang besar ini"
Bouw Pek terharu melihat sahabat itu, siapa tapinya hunjuk
air muka terang, senantiasa bersenyum2.
"Shako, dengan temani aku, melulu aku bikin kau cape,
sungguh aku merasa tidak enak hati" kemudian Siauw Hong
kata pada Yo Kian Tong, kepada siapa ia unjuk hormatnya.
"Tapi kita bersaudara, baiklah, aku tidak usah kata apa lagi"
Yo Kian Tong hendak merendahkan diri, tetapi ia lantas
kata :
"Ngoko, kau tidak usah banyak Pikir. Kaupun jangan
berkuatir, ditengah jalan ada aku, yang nanti perhatikan
segala kepentinganmu."
"Ditengah jalan tidak nanti terjadi apa juga" Siauw Hong
bilang. "Ini adalah perjalananku yang pertama ketempat jauh,
aku tidak kuatir. Akupun tidak kuatirkan rumah tanggaku"
Setelah berkata begitu, Siauw Hong lantas menoleh pada
Lie Bouw Pek.
"Hiantee, koko kau tidak ada kata2 yang akan diucapkan
padamu" ia berkata. "Apa yang aku harapkan adalah kau jaga
baik dirimu, supaya kalau kau hadapi perkara apa juga, kau
bisa berlaku tenang seperti aku ini. Pikir masak2 dan
memandang ketempat jauh. Paling benar sepergiku kau pun
baik lantas berlalu dari Pakkhia, jangan berdiam disini lebih
lama pula. Tentang enso dan keponakan, tentang pehbo,
mereka semua nona Jie Siu Lian yang urus, aku tidak kuatir
apa juga! Harap kau dengar perkataanku, lebih baik lagi!
Nanti, satu atau dua tahun kemudian, kalau aku sudah pulang,
aku nanti kirim orang akan undang kau datang pula......"
Sesudah berkata begitu Siauw Hong kasi hormat pada Khu
Kong Ciauw, lantas bertindak kekereta yang ketiga dan naik.
Pek Sie-wie telah naik atas kereta yang kedua. Ditiap
kereta sudah ada orang polisi. Karena kesatu dan kereta
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

keempat semuanya dinaiki oleh orang2 polisi yang mengiring.


Yo Kian Tong bersama Siu Jie duduk dikereta kelima.
Dari dalam kereta Tek Siauw Hong lagi unjuk hormat,
sembari tertawa ia berkata :
"Cuwie, silahkan kembali! Sampai ketemu ! Sampai ketemu
pula"
Hampir dengan berbareng lima buah kereta sudah lantas
berangkat dengan beruntun.
Khu Kong Ciauw bersama2 Tek Lok dan sie-wie dari
Pweelekhu lantas pulang, tapi Lie Bouw Pek berjalan kaki,
dengan kedukaan yang hebat, mengikuti kereta sampai keluar
dari Ciang-gie-mui, ditempat mana dahulu Tek Siauw Hong
antar ia, ketika ia mau berlalu dari Pakkhia
Dahulu dimusim dingin, angin meniup meresap ketulang2,
tetapi sekarang dimusim panas, hawa panas membikin kulit
perih rasanya. Sambil susuti mukanya yang penuh keringat
Bauw Pek berdiri ditepi jalan, matanya yang ngembeng air
memandang terus kekereta, yang berjalan dengan tenang.
Adalah sesudah kereta pergi jauh, dengan lesu ia balik
bertindak kejurusan kota. Dijalan dekat masuk kota ia
berpapasan dengan seorang penunggang kuda, yang
bertubuh tinggi dan besar, kepalanya
ditutup dengan rumput yang lebar, berpakaian baju warna
hijau yang gerombongan, hingga ia mirip seorang saudagar.
Hanya yang agak ganjil ia itu membekal golok
Ia bukan lain dari pada Ngo-jiauw-eng Sun Ceng Lee.
Melihat Lie Bouw Pek, Ngo-jiauw-eng tertawa, ia tidak
berkata apa2.
"Kereta belum pergi jauh Sun Toako" Bouw Pek kata. "Kau
tidak usah datang terlalu dekat, asal jangan terpisah terlalu
jauh!"
Sun Ceng Lee manggut, ia kasi kudanya jalan terus.
Dengan tidak menoleh lagi Bouw Pek lanjutkan
perjalanannya masuk kedalam kota, terus pulang. Ia segera
turunkan Tek Naynay dan Su Lian hal keberangkatannya Tek
Siauw Hong barusan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Nyonya Tek sangat berduka, ia menangis, hingga Siu Lian


mesti membujukinya.
Bouw Pek balik kekamarnya, duduk seorang diri, berpikir
apa yang harus ia lakukan. Sekian lama ia awasi pedangnya,
yang berduka bukan main, tetapi sesaat kemudian ia bisa
tenangkan diri. Ia mau tunggu tiga hari, setelah Tek Siauw
Hong sudah terpisah cukup jauh dari Pakkhia ia, ia hendak cari
Oey Kie Pok. Kalau Kie Pok dapat disingkirkan, sepulangnya
dari pembuangan Siauw Hong bisa tinggal dengan tenang
dirumahnya, sedang penduduk Pakkhia sendiri tidak usah
kuatirkan apa2 lagi. Tentang dirinya asal bisa bunuh Kie Pok,
ia tidak pikir banyak, karena ia tidak takut hukuman.
Pemuda ini boleh atur rencananya, tetapi jalannya dunia
kadang2 bertentangan dengan kehendak atau pikiran kita.
Demikian magrib hari itu selagi ia duduk dengan tenang, tiba2
datang juru kabarnya Siauw-Gia-kang si Kala Kecil. Dia ini
cuma bicara sedikit, lantas Bouw Pek sambar pedangnya,
dengan tidak pakai thungsha lagi ia ikut pembawa kabar ini.
Mereka pergi ke Cong-bun-mui, disebelah timur, sampai
dipojok ranggon kota, ditempat yang dipanggil Pauw-cu-hoo
Itu adalah tegalan belukar, disitu tidak ada barang sebuah
rumah orang. Tempat itu lebih sunyi daripada suatu kampung
Hawa udara sebenarnya panas sekali, hanya diluar kota
ditempat terbuka agak lebih teduh. Jagad baru remang2,
maka orang masih dapat melihat satu pada lain.
Dari kaki tembak kota segera kelihatan mendatangi seorang
yang berupa sebagai bayangan. tubuhnya tidak tinggi tetapi
potongannya kasar sekali.
"Su Poan-cu !" ia mendahului menegor. "Kembali kau
datang! Ada apa?"
Bayangan itu benar Pa-san-coa Su Kian, si Ular Gunung
atau si Gemuk, suaranya dengan lidah Shoasay sudah lantas
masuk kekuping pemuda kita Ia tertawa lebih dahulu,
kemudian berkata:
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Sudah sekian lama aku berada dfkota Pakkhia ini! Aku


sebenarnya niat bantu kau sayang aku tidak mampu bekerja
lantas!"
"Tapi urusan sudah beres" Bouw Pek bilang "Tek Siauw
Hong sudah berangkat ketempat pembuangan! Apa lagi yang
kau hendak kerjakan?"
Su Poan yu tertawa berkakakan. Ditempat sepi ini ia
merdeka.
"Perkara tidak bisa beres begini macam seperti apa
yangkau katakan!" kata ia. Ia tertawa, tetapi tidak mengejek,
begini memang sifat jenakanya "Kau ada bermusuhan hebat
dengan Oey Kie Pok, apa kau kira permusuhan itu dapat
dengan mudah dibikin habis, Bila bisa demikian itulah
syukur..."
Bouw Pek tidak memotong pembicaraan orang.
"Sekarang aku hendak tanya toaya" Pa-san-coa berkata
pula "Kau dengan Tek Ngo ya bersahabat paling kekal,
sekarang ia telah dibuang ke Sinkiang, kenapa kau tidak pergi
mengantar ia?"
"Ada Sin-chio Yo Kian Tong yang iringi ia, perlu apa aku
mesti turut juga?" Bouw Pek balik tanya "Aku mesti berdiam
disini akan tilik rumahnya"
Mendengar jawaban itu Su Poan-cu tak setuju, tetapi ia
masih bisa bersenyum.
"Lie Toaya, kau adalah seorang yang sangat sukar untuk
dijadikan sahabat" ia berkata. Ia bicara dengan berani
"Kenapa hingga kini, kau masih belum mau bicara secara
terus-terang kepadaku? Aku tahu Sin-chio Yo Kian Tong dari
Yankeng, dengan menyamar sebagai bujang, ada ikut Tek
Ngoya! Tidak dia saja! Masih ada si orang she Sun yang turut
sebagai pelindung!"
Mau atau tidak, Bouw Pek menjadi heran.
"Kupingnya si Gemuk ini benar liehay!" pikir ia "Bagaimana
ia tahu semua ini? Tidak bisa salah lagi, pasti Siauw Gia-kang
telah kasi tahu ia segala apa!..."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ingat begini, anak muda kila lantas tertawa, Su Poan-cu


tidak gubris orang heran atau tidak, ia melanjutkan;
"Tidak saja Tek Ngo-ya ada yang melindungi didalam
perjalanannya juga keluarga Tek itu kau tidak usah kuatirkan
lagi toaya!" demikian kata si Gemuk ini "Bukankah Beng Jie
Siauwnay nay Jie Siu Lian berada didalam rumahnya Tek Ngo
ya? Dengan adanya nona Jie disana, apa masih mesti
dikuatirkan lagi ada macan tutul yang berani loncat masuk
kedalam rumah
itu.
Bouw Pek tertegun, terutama karena Su Poan-cu
bahasakan Jie Siu Lian dengan Seng Jie Siauw-naynay" Segera
ia teringat pada Beng Su Ciauw, sahabat yang riwayat
hidupnya bikin ia sangat berduka itu.
"Toaya, aku juga ketahui apa yang kau pikir" berkata pula
Soe Poan cu "Kau memang sengaja berdiam dikota raja ini,
kau hendak tunugu setelah Tek-Ngo-ya sudah pergi jauh
lantas kau hendak bekerja seorang diri saja. Kau mau cari Siu
Bie to Oey Kie Pok! Lie Toaya. Lie Toaya yang baik, kau
seorang enghiong, aku kagum betul terhadap kau! Tapi,
sekarang mau ada urusan lain yang memerlukan bantuan
tenagamu!"
Ucapan ini sangat menarik hati, maka Bouw Pek
mendengari dengan penuh perhatian.
"Lie Toaya, baik aku jelaskan padamu, dalam perjalanannya
ini Tek Ngo ya terancam bahaya besar" berkata Su Poan-cu
"Oey Kie Pok sudah bersekongkol dengan Kim-chio Thio Giok
Kin, Hek-houw To Hong dan Say-Lu-Pou Gui Hong Siang, juga
Lauw Cit Thay swee, yang aku kenal dari Tokciu Mereka itu
semua sudah makan banyak uangnya Oey Kie Pok, mereka
sudah bermufakat, akan cegat dan ganggu Tek Ngo-ya.
Mereka telah atur mata-mata disepanjang jalan. Menurut
rencana, mereka akan pegat kereta Tek Ngo ya di Poteng.
Diantara mereka itu, barangkali Hek-houw To Hong tidak akan
turun tangan, kesatu sebab lukanya bekas bacokan nona Jie
Siu Lian pada tahun yang lampau masih belum sembuh betul,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kedua gurunya yaitu Kim-too Phang Bouw telah pesan ia


untuk selanjutnya jangan lakukan apa yang memalukan
kalangan kangouw. Meski demikian aku kuatir Thio Giok Kin,
Gui Hong Siang dan kambrat2nya bukanlah orang yang Yo
Kian Tong berdua Sun Ceng Lee sanggup layani"
Sekarang Bouw Pek tidak kaget lagi, karena ia sudah tahu
semua, ia manggut "Sekarang pintu kota sudah ditutup, aku
mesti tunggu sampai besok akan susul mereka"
"Bagus!" memuji Su Poan-cu "Besok kau mesti berangkat
pagi2, dengan menunggang kuda kau tentu bisa candak
mereka itu. Nanti, sesudahnya Thio Giok Kin sekalian bisa
diusir pergi, apabila keretanya Tek Ngo ya telah lewatkan
Poteng dengan selamat, urusan sudah beres. Nah waktumu,
sekembalinya kekota raya, aku nanti bantu kau singkirkan Siu-
Bie-too Oey Kie Pok"
"Terima kasih banyak buat kebaikanmu, tapi aku tidak perlu
bantuanmu" kata Bouw Pek.
Su Poan-cu tidak gusar, sebaliknya ia tertawa.
"Baiklah" ia bilang "Karena kau tidak ijinkan aku bantu kau
aku mau beristirahat!......"
"Sekarang dimana kau tinggal ?" Bouw Pek tanya.
"Aku tidak punya tempat kediaman yang tentu!" sahut si
Gemuk sambil tertawa. "Buat kota Pakkhia aku adalah seorang
gelap, sesudah hari berganti malam dan petang, barulah aku
muncul!...."
Bouw Pek bersenyum, ia tidak tanya2 iagi. Ia angkat kedua
tangannya.
"Sekarang aku mau kembali! Sampai ketemu pula ?"
"Sampai ketemu pula! Sampai ketemu pula!" Su Poan-cu
membalas hormat.
Bouw Pek pulang kerumah sesudah larut malam, tetapi
terus masuk kedalam akan cari Tek Naynay dan Jie Siu Lian.
"Besok pagi aku mau pergi ke Poteng" ia kasih tahu "aku
hendak cari sahabat, pertolongan siapa aku hendak minta
agar ia suka jaga keperluannya Tek Ngoko kapan Ngoko lewat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

disitu kota. Barangkali sampai empat atau lima hari baru aku
bisa kembali."
Tek Naynay tak dapat mencegahnya mesti sebenarnya ia
lebih suka pemuda ini berdiam saja dirumahnya. Ia kuatir,
seperginya anak muda ini, dirumah nanti terjadi perkara yang
tak terduga.
Tapi Jie Siu Lian seperti bisa duga hati orang, sedang ia
tahu Poteng adalah tempat dimana Thio Giok Kin dan To Hong
biasa malang melintang Ia duga pemula itu tentu hendak cari
mereka. Maka ia lantas berkata;
"Jikalau kau anggap itu penting, Lie Toako, silahkan kau
pergi! Disini kau tidak usah buat pikiran, aku sendiri sudah
cukup!"
Bouw Pek manggut.
"Aku harap rona suka sedikit capekan diri" ia kata. Lantas ia
undurkan diri akan balik kekamarnya.
"Benar2 Siu Bie-too jahat sekali ! Bagaimana ia sampai
dapat pikir akan beli Thio Giok Kin dan Gui Hong Siang akan
celakai Tek Siauw Hong ditengah jalan? Ya, benar aku mesti
psrgi sendiri!"
Dalam mendongkol dan murkanya, kalau bisa Bouw Pek
ingin dalam sesaat saja sampai di Poteng untuk labrak orang
jahat itu, karena ini malam itu ia tidak dapat tidur dengan
baik. Esoknya, pagi2 ia lantas peiintah Hok Cu siapkan
kudanya, sedang pada pengawal pintu ia pesan: "Aku hendak
pergi dalam segala hal kau mesti hati2, bila diluar ada terjadi
apa2, kau mesti lekas cari nona Jie !"
Begitulah dengan bawa pedangnya dan pakai topi rumput
yang lebar, dengan naik kudanya Bouw Pek berangkat
meninggalkan Pakkhia, menuju ke Poteng. Batara Surya baru
saja mulai muncul, meskipun ada angin harus hawa sudah
lantas jadi panas. Maka juga belum sampai di Ciang-ge mui ia
sudah mandi keringat. Sekeluarnya dan pintu itu ia kaburkan
kudanya.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Lari kira2 belasan lie, Bouw Pek sampai disebuah jembatan,


dimana ditambat seekor kuda hitam, dan terdapat seorang
gemuk, ialah Su Poan-cu.
"Benar2 seorang aneh!" pikir pemuda dari Lamkiong ini.
"Kenapa dengan tidak mengenal cape, dengan buang tempo
dan ongkos, ia suka bantu aku?"
Lalu sembari bersenyum ia dekati si Ular Gunung.
"Aku memang sudah duga, bahwa pagi ini kau mesti
tunggui aku disini !" ia kata. "Hayo kita berangkat, kau boleh
temankan aku pergi ke Poteng!"
Su Poan-cu seperti biasanya, lantas tertawa.
"Hari ini Lie Toaya, omongan bikin aku girang?" ia bilang.
"Sebenarnya, kalau sudah tiba saatnya aku barangkali tidak
bisa turun tangan akan bantu kau! Tetapi aku suka temani kau
pergi supaya Kau tidak terlalu masgul....."
Su Poan-cu lantas tancap kipasnya dipinggangnya, dari sela
kuda ia tarik topi rumputnya yang lebar, yang terus
dicebloskan dikepala, kemudian setelah loloskan les kuda dari
tambatan ia loncat naik atas binatang tunggangannya itu dan
jalan berendeng menuju kesehatan, dalam hawa udara yang
panas itu.
Si Gemuk bertubuh besar dan tcrokmok, jalan belum
seberapa jauh ia sudah mandi keringat ia buka bajunya,
hingga mesti pertontonkan punggungnya yang penuh daging
dan minyak dan kulitnya hitam itu. Toh ia tidak mau mengaso
ia jalan terus.
Diwaktu tengah hari, dua orang ini mampir disebuah
warung teh kampungan, disitu mereka minta disediakan nasi.
Sehabis bersantap, Su Poan-cu nguap
"Baiklah aku tidur dahulu, sebentar baru kita lanjutkan
perjalanan kita" kata Lie Bouw Pek pada kawannya itu.
"Kereta nya Tek Ngoya jalan paling cepat mendahului enam
atau tujuh puluh lie, kuda kita bisa lari keras, sebentar sore
aiau besok mungkin kita dapat candak mereka. Kita tidak usah
terburu2."
Tapi Su Poan-cu agaknya tidak mau mengaku lelah.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Tidak usah" ia kata, dan lantas minta air dingin dengan


apa ia guyur mukanya hingga jadi segar pula.
Dua2 kuda mereka berbulu hitam, dibawah teriknya
matahari keduanya lari keras. Maka tidak heran, sore itu
mereka telah bisa susul Sun Ceng Lee. Bouw Pek lantas
memperkenalkan Ngo-jiauw-eng pada Pa san-coa.
"Berapa jauh jarak antara kita dengan keretanya Tek
Ngoya?" tanya Bouw Pek.
"Kira2 empat atau lima lie," sahut Sun Ceng Lee.
"Sekarang tidak usah kita susul mereka" pemuda kita kasi
tahu.
"Kita pun baik jalan berpencaran supaya orang tidak curigai
kita"
Mereka lanias cari rumah penginapan, dengan terpecah dua
Su Poan-cu, tetap ikut Bouw Pek Roman Sun Ceng Lee luar
biasa, sebab saudagar bukan, piauwsu juga bukan........
Esoknya pagi orang berjalan seperti saling susul. Mereka
jalan belum seberapa lama, lantas didepan ditegalan kosong,
mereka lihat lerotan kereta perantaian sedang jlan beruntun2.
Bouw Pek dan Su Poan cu tahan masing2 kudanya mereka
mengawasi sampai lerotan kereta didepan telah melalui kira2
dua lie, barulah mereka jalan pula dengan perlahan2.
esoknya dua rombongan itu sudah masuk dalam daerah
Tokciu.
"Kita juga baik berpisahan" Su Poancu kata pada Bouw Pek.
"Di Tokciu ini ada Lauw Cit Thay-swee, yang ada menjadi
kenalanku, biasanya kalau lewat disini, aku tentu mampir
untuk beberapa hari. Terhadap aku ia baik sekali Tapi pada
tahun yang sudah, karena ia telah bertempur dengan nona Jie
dan kena dibacok, ia membenci sangat, nona itu Sekarang ini,
lantaran ia dendam, oleh Oey Kie Pok, ia pun membenci kau
dan Tek-Ngoya, dari itu ia suka bantu Thio Giok Kin Kalau ia
sudah pergi ke Poteng, itulah bisa dibilang baik juga, tapi
kalau ia masih ada dirumah, apabila ia lihat aku jalan bersama
toaya, aku bisa dapat susah Ia bisa bunuh aku! Ia punya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

banyak mata2 dan kaki tangan, ia sendiri pandai menggunai


golok"
Melihat orang begitu jerih terhadap Lauw Cit Thayswee,
Bouw Pek bersenyum ewah.
"Baik, mari kita berpencar" ia kata seraya manggut. "Kau
boleh jalan pelahan2, aku jalan lebih dulu!"
Lantas pemuda kita keprak kudanya dan tinggalkan si
Gemuk dibelakang. Dengan cepat ia telah datang dekat pada
lerotan kereta perantaian. ia kasih kudanya jalan dengan
perlahan, tapi ia tidak mau pisahkan diri jauh2, karena ia telah
ketahui didaerah Tokciu ini, dimana Lauw Cit Thayswee jadi
dato, sembarang waktu Tek Siauw Hong bisa hadapi beniyana.
Ia senantiasa pasang mata keempat penjuru, akan lihat kalau
ada orang yang sikapnya mencurigai.
Tapi didaam satu hari Tokciu telah dilalui dengan selamat.
Malam itu Bouw Pek singgah di Khopay tia m.
Tak lama kemudian Su poan cu datang menyusul, dengan
warta bahwa Lauw Cit Thayswee sudah berangkat ke Poteng,
tetapi tak mau membantu, malah orangnya juga dilarang
campur tangan.
Oleh karena ini, hampir2 To Hong berbentrok dengan Thio
Giok Kin" Pa-san-lyoa terangkan lebih jauh "To Hong ambil
sikap ini oleh karena ia menaati pesanan gurunya, Kim-too
Phang Bouw"
Mendengar itu, diam2 Bouw Pek kagumi Phang Bouw.
"Tidaklah kecewa Phang Bouw menjadi hoohan dikalangan
Sungai Telaga" memuji Bouw Pek dalam hatinya. "Dahulu di
Pakkhia aku telah rubuhkan ia, tidak saja ia tidak bersakit hati
terhadap aku, malah ia telah pegang ucapannya akan
undurkan diri. Sekarang ia cegah muridnya runtuhkan Tek
Siauw Hong, sikapnya ini harus dipuji. Dibelakang hari, kalau
ada ketika, aku mesti cari ia untuk dijadikan sahabatku"
Esoknya dalam perjalanan Su Poan-cu menjadi kawan,
sebab si Ular Gunung tidak kuatirkan lagi Lauw Cit Ihayswee.
Dua hari lelah lewat, mereka telah lalui Teng-hin dan
masuk dalam daerah Cie-siu. Karena hebatnya musim kering,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dijalan sedikit sekali orang yang berlalu lintas. Di kiri kanan


jalanan, pohon2 padi pada kering, berdiri tegak laksana mayat
hidup.
Mereka telah melalui lima atau enam lie, ketika dari jurusan
barat, dimana ada persimpangan jalan, mendadak tertampak
debu mengulak naik, disertai ramainya kaki2 kuda yang lari
keras, Kemudian dengan lekas kelihatan munculnya empat
penunggang kuda dimulut simpang jalan iiu, mereka semua
berpakaian ringkas dan bertudung lebar. Mereka menuju
kearah selatan sembari kaburkan kuda mereka, sering2
mereka menoleh kebelakang, boleh jadi disebabkan mereka
lihat ada dua penunggang kuda dibelakangnya, yalah Lie
Bouw Pek dan Su Kian
Dengan matanya yang awas, Bouw Pek juga lihat empat
penunggang kuda itu cekal senjata, dua antaranya bawa
senjata panjang. Ia seperti kenalkan satu diantaranya sebagai
Say Lu Pou Gui Hong Siang yang ia telah pecundangi di See-
hoo shia!
Oleh karena menduga pasti, bahwa ia sedang berhadapan
dengan komplotan yang hendak bikin celaka Tek Siauw Hong,
Bouw Pek siap dengan pedangnya. la pikir hendak terjang
mereka.
Tapi Su Poan-cu, yang pun awas, segera tahan kudanya.
"Tahan dulu!" kata si Gemuk, yang wajahnya berubah
dengan nyata. Dengan tangannya ia segera menunjuk. "Lihat
itu yang pakai celana hitam" ia tambahkan "Dia itu Kim-chio
Thio Giok Kin! Tiga yang lain aku tidak kenal.... Ah, mereka
rupanya telah dapat lihat kita!"
Bouw Pek kurang senang agaknya menampak
ketakutannya sahabat ini.
"Sekarang kita bertemu musuh ditempat begini, kini
waktunya buat hajar dan singkirkan mereka!" ia kata dengan
sengit Dengan singkirkan mereka disini kita jadi tidak usah
bikin Tek Ngoya kaget. Loo Su, kenapa kau ketakutan eh?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sembari kata begitu, Bouw Pek keprak kudanya akan dikasi


lari melayu sambil berteriak: "Tuan2 didepan tahan!" Iapun
sudah lantas hunus pedangnya.
Empat penunggang kuda itu tahan kuda mereka,
kelihatannya mereka bicara satu pada lain, mungkin Gui Hong
Siang mengenali Lie Bouw Pek dan beritahukan itu pada Thio
Giok Kin, kemudian mereka lomyat turun dari masing2
kudanya dan siap dengan senjata mereka.
Dengan cekal tumbaknya Thio Giok Kin berdiri ditengah
jalan besar.
"Kau mundur!" ia berkata pada kawannya "Biarkan aku
sendiri lawan Lie Bouw Pek, aku hendak lihat berapa tinggi
kepandaiannya!"
Tapi Gui Hong Siang, yang kelihatannya marah besar, tak
memperdulikan, ia maju terus.
"Hari ini aku mesti balas sakit hatiku!" ia berkata dengan
nyaring.
Lie Bouw Pek datang dekat dengan lekas, ia lihat orang
telah turun dari kudanya dan siap, ia juga lantas loncat dari
kudanya sendiri, kemudian maju mendekati, ia segera tuding
Gui Hong Siang
"Kau adalah peryundangku, kau baik jangan antarkan jiwa
lebih dulu!" ia kata dengan menghina.
"Yang mana Thio Giok Kin?"
Thio Giok Kin angkat tumbaknya seraya berkata:
"Aku Kim-chio Thio Toa thayya ! Apa kau Lie Bouw Pek?"
"Benar, aku Lie Bouw Pek" sahut pemuda kita dengan
berani. "Aku telah dengar hal kau, yalah pada tahun yang lalu
kau telah disewa oleh Oey Kie Pok dan telah datang kekota
raja, sayang waktu itu aku tidak berada disana, lantaran ada
urusan penting yang memaksa aku mesti berlalu dari kota
raja, tetapi waktu itu kau telah kuarkan diluaran, bahwa aku
takut padamu dan tidak berani ketemukan kau! Ocehanmu itu
bikin aku mendongkol, tetapi urusanku yang penting bikin aku
tidak sempal cari kau, kawanan manusia rendah, untuk bikin
perhitungan. Sekarang ini, kembali aku dengar bahwa kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sudah kena disogok sogok oleh Oey Kie Pok untuk cegat dan
celakai Tek Siauw Hong ditengah jalan. Perbuatan ini adalah
perbuatan manusia rendah, maka itu aku telah datang
menyusul akan cari kau! Tapi aku seorang pemurah dan
sabar, diantara kita juga tak ada permusuhan besar, dari itu
apabila kau mau sadar dan tidak lagi musuhkan Tek Siauw
Hong, akupun tidak mau jiwamu. Baiklah ketahui adatku,
apabila kita bertempur, sukar dibilang, bahwa aku tidak akan
bunuh kau !"
Bouw Pek bicara dengan setulusnya ketika ia mengucap
demikian, karena ia ingat musuhnya hanya Oey Kie Pok
seorang dan orang2 lain tidak seharusnya ia musuhkan juga
sebagai Siu Bie too. Tapi ia telah bicara keras, sedang Thio
Giok Kin beradat keras juga,
Kim chio menjawab dengan gusar:
"Thio Toa-thayya buka piauwtiam di Holam, untuk itu aku
tidak perlu pulang, sebab tidak lain adalah untuk menunggui
kau, supaya kita bisa adu kepandaian! Jikalau tidak ada kau
siang2 tentu aku sudah bunuh Jie Lauw Tiauw guna balas
sakit hati mertua lelakiku! Jie Siu Lian dan Tek Siauw Hong
telah hinakan Oey Soeya, mereka telah bunuh iparku dan lukai
sahabatku Lauw Cit ya dan To Toaya, semua itu sebab mereka
andalkan keangkeran kau! Sekarang kita bisa bertemu, jikalau
bukannya kau yang mampus tentu aku! Mari, orang she Lie,
jangan banyak lagak!"
Ucapan Thio Giok Kin itu ditutup berbareng bergeraknya
tumbaknya, yang ujungnya menyambar tenggorokan Bouw
Pek!
Oleh karena sudah siap, dengan mudah Lie Bouw Pek
sampok senjata itu, berbareng membalas menikam kearah
dada.
Thio Giok Kin berkelit mundur sampai dua tindak, tetapi
karena geganannya panjang ia bisa menusuk pula, guna
menyerang lebih jauh. Diluar dugaan Bouw Pek tidak mundur,
hanya berkelit kesamping, kasi lewat tusukan, ia maju seraya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ulur tangan kirinya, akan sambar tumbak itu yang ia terus


pegang !
Menampak demikian Gui Hong Siang maju dengan
tumbaknya akan tusuk musuh yang ia benci. Dengan jalan ini
ia pun hendak tolong Thio Giok Kin, supaya kawan ini bisa
tarik lolos tumbaknya.
Lie Bouw Pek berlaku gagah dan berani, tidak perduli ia
dikerubuti berdua, ia tidak mau lepaskan tumbaknya Kim-chio
si Tumbak Emas. Dengan sebelah tangan ia tangkis
tumbaknya Gui Hong Siang, ketika tumbak musuh terpental ia
barengkan lompat maju sambil pedangnya membacok bekas
pecundangnya itu!
Thio Giok Kin sangat penasaran, dengan kedua tangannya
ia menarik dengan keras akan melepaskan senjatanya dan
dengan kakinya ia dupak musuhnya. Tapi Bouw Pek tidak mau
lepaskan tumbak itu, tidak perduli orang telah berontak!
Dua konconya Gui Hong Siang melihat dua kawannya tidak
berdaya, mereka maju membantu mereka menyarang dengan
golok.
Dengan tetap gunai sebelah tangannya, Lie Bouw Pek
tangkis sesuatu serangan. Percobaan Thio Giok Kin akan
membetot lolos tumbaknya tidak menjadikan halangan
baginya, cekalannya tetap keras, kudanya tangguh! Malah
dengan kegesitannya, baru saja sekali menangkis ia telah
rubuhkan satu konco dari Gui Hong Siang.
Adalah setelah musuh tinggal bertiga, Lie Bouw Pek
lepaskan cekalannya, sembari berbuat demikian, ia loncat
pada Gui Hong Siang untuk rubuhkan cekas pecundang itu,
yang berulang2 coba menusuknya dengan tombak. Ia ingin
rubuhkan Say Lu Pou, agar bisa layani si Tumbak Emas
dengan leluasa.
Gui Hong Siang berkelahi dengan mati2an, ia kerjakan
tumbaknya seperti orang kalap, senjata itu menusuk
berulang2 dengan gencar, tetapi dengan caranya ini ia melulu
membangkitkan hawa amarahnya Bouw Pek, siapa jadi sengit
sekali, hingga serangannya jadi sangat hebat!
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Satu kali tumbak menikam, Bouw Pek menangkis dengan


keras, selagi tumbak terpental, anak muda ini lompat seraya
membacok pula dengan cepat sekali.
Gui Hong Siang sangat terperanjat, ia tak dapat menangkis,
bahkan berkelit pun sudah tidak ada kesempatan. Dengan
satu jeritan, iga kanannya kena dibacok, tubuhnya ikut robuh
berbareng dengan terlepas tumbaknya Dengan tubuh tak
berkutik lagi napasnya berhenti jalan....
Thio Giok Kin telah dapat pulang tumbaknya ia pun kaget
dan gusar melihat rubuhnya konconya dan sahabat karib itu,
maka itu ia jadi sengit sekali, justeru Lie Bouw Pek,
membelakanginya dengan bengis ia kirim tikamannya pada
punggung lawannya.
Akan tetapi Bouw Pek, setelah rubuhkan Gui Hong Siang,
segera putar tubuhnya dengan sebat, maka itu menampak
datangnya tumbak ia tangkis serangan itu. Ia pun sengit,
semangatnya seperti dapat emposan, maka setelah menangkis
ia balas menikam dan menYesak!

Keduanya sekarang bertempur pula dengan seru.


Beruntung bagi Lie Bouw Pek, konco kedua dari Gui Hong
Siang tidak punya guna, setelah melihat kawannya rubuh dan
Gui Hong Siang menggeletak, ia tidak berani maju lagi. Maka
itu pemuda kita jadi bisa layani si Tumbak Emas satu lawan
satu.
Dlluar dugaannya pemuda kita, Thio Giok Kin namanya saja
tersohor, menghadapi dia kepandaiannya tidak bisa digunai
secara semestinya Dengan lekas si Tumbak emas kena
didesak, tidak perduli senjatanya panjang dan ia termasyhur
karena ilmu tumbaknya itu.
Atas desakan itu Thio Giok Kin mesti main mundur, malah
satu kali ia mundur sambil loncat sedikit jauh guna menarik
napas. Tapi lawannya tidak mau mehgasi hati, sambil
berloncat juga ia didesak terus. Percuma ia menusuk, saban2
tumbaknya dengan mudah kena ditangkis, atau kalau musuh
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berkelit ia mesti cepati tarik pulang senjatanya itu, sebab ia


takut Bouw Pek nanti dapat memegangnya pula!
Sesudah rangsakan tiga atau empat jurus Bouw Pek bikin
matanya Thio Giok Kin menjadi kabur dan permainan
tumbaknya menjadi kalut, hingga hatinya si Tumbak Emas
menjadi gentar. Akhirnya, dengan terpaksa orang she Thio
berteriak:
"Tahan dulu ! Aku hendak bicara"
Apa mau, selagi ucapan itu dikeluarkan, pedangnya Bouw
Pek sedang menusuk dengan hebat, maka Giok kin kaget,
sambil menjerit ia menangkis secara kelabakan, tidak urung
ujung pedang telah menyambar iga kiri. atas nama Thio Giok
Kin lagi sekali menjerit, tumbaknya terlempar, kedua
tangannya dipakai menekap iganya itu! Ia rubuh dengan
mandi darah dan bergelisahan!
Bouw Pek lihat orang rubuh, pedangnya ia ayun pula akan
habiskan jiwa musuh itu, tapi disaat pedang mau dikasi turun
mendadak ia batalkan, karena ingat bahwa dengan si orang
she Thio ini ia tidak bermusuh hebat, hingga tidaklah perlu
untuk habiskan jiwanya.
Konconya Gui Hong Siang, yang tinggal sendirian jadi mati
daya, lekas ia lempar goloknya, menghampirkan anak muda
kita ia bertekuk lutut akan minta ampun.
"Kau bangun!" menitah Bouw pek. "Jangan takut aku tidak
nanti bunuh kau! Melukai mereka itu saja Ialah karena
terpaksa, aku bukan orang kejam ! Sekarang dengar
perkataanku, aku yang melukai mereka, aku bertanggung
jawab, dimuka pembesar negeri atau perkara mau ditarik
panjang dihabiskan diantara kita sendiri, aku bersedia turuti
kehendak kau orang! Didalam tenpo sepuluh hari aku nanti
menunggu di Pakkhia! Ketahui olehmu orang luar tiada
sangkutnya dengan urusan ini!"
Konconya Gui Hong Siang manggut berulang2.
"Baik, baik aku mengerti" sahut ia.
Bouw Pek lantas bereskan pakaiannya dengan bawa
pedangnya ia hampirkan kudanya, ia baru mau loncat naik
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

atas binatang tunggangan itu, ketika ia lihat Su Poan-iyu terus


balap mendatangi dengan kudanya. Dari jauh si Ular Gunung
sudah perdengarkan teriakannya berulang"
"Lie Toaya, lekas Lekas, diselatan sana orang sedang
berkelahi! Lauw Cit thayswee...!"
Bouw Pek dengar ucapan itu dengan nyata, dengan tidak
ayal lagi ia loncat naik atas kudanya yang ia terus kasi kabur
kejurusan dimana beradanya lerotan kereta perantaian. Ia
mesti melalui tiga-empat lie, ketika ia lihat orang bertempur
dalam dua rombongan, sedang lima kereta telah berhenti
berbaris ditengah jalan. Ia memburu terus sambil kasi dengar
seruannya.
Cepat sekali pemuda kita sudah sampai, ia loncat turun dari
kudanya dan maju menerjang dengan pedangnya Secara
mudah ia rubuhkan dua orang.
Lauw Cit Thayswee, dengan tubuh separoh telanjang,
sedang bertempur dengan Sun Ceng Lee, kelihatannya mereka
sebanding.
Yo Kian Tong, yang mesti lindungi Tek Siauw Hong, mesti
berkelahi didekat kereta, lawannya adalah beberapa orangnya
Lauw Cit. Tentu sekali karena itu ia tidak bisa bantu Sun Ceng
Lee, siapa, menghadapi Lauw Cit Thayswee dan agaknya
mesti bertarung secara mati2an.
Tapi suhengnya Jie Siu Lian telah dapat tahu datangnya
bala bantuan, malah bantuan itu berupa Lie Bouw Pek, orang
yang tak disangka2! Sekejap saja semangatnya bangun, tidak
heran kalau sekarang ia berbalik bisa desak musuhnya secara
hebat.
"Kau mundur!" berteriak Bouw Pek, yang telah maju
menghampiri Lauw Cit, karena tidak ada orang yang berani
dekati ia begitu lekas ia sudah minta dua korban. Sembari
berteriak begitu ia lompat kejurusannya Lauw Cit sambil
pedangnya terus dikasi berkerja
Menghadapi serangan berbahaya seperti itu, selagi ia
sendiri terdesak. Lauw Cit Thay swee tidak dapat ketika untuk
menangkis, maka terpaksa ia buang dirinya kesamping, tetapi
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

diluar dugaannya Sun Ceng Lee yang serang ia sudah


membacok berbareng dengan tusukan pedangnya Bouw Pek,
dari itu golok telah mengenai punggungnya dengan ia tak
berdaya sama sekali, hingga dengan keluarkan jeritan yang
mengerikan tubuhnya rubuh terguling.......
Sun Ceng Lee menjadi kalap, setelah rubuhkan musuh yang
tangguh itu ia amuk kawannya Lauw Cit, beberapa orang
mendapat luka2. Apabila Bouw Pek tidak mencegahnya, ia
tentu masih kerjakan goloknya dengan tidak mengenal
kasihan. Memang sangat benci kejahatan!
Diantara orang2nya Lauw Cit Thayswee banyak yang dapat
luka parah. yang masih rebah pingsan diatas tanah, lukanya
hebat, dagingnya hampir terpotong putus!
Dalam sengitnya Sun Ceng Lee hampirkan musuh itu yang
ia hendak bikin kutung dua tubuhnya.
"Jangan !" mencegah Bouw Pek, yang merampas. goloknya
dan menancapkaunya disela kuda. "Sekarang pergi kau maju
lebih dulu!"
Sun Ceng Lee mengerti, bahwa Bouw Pek ingin ia tetap
jangan unjuk diri sebagai pelindung dari Tek Siauw Hong. Ia
tertawa dan loncat naik atas kudanya, setelah susuti keringat
dimukanya, ia kasi kudanya berlalu dari tempat adu jiwa itu.
Sementara itu Siauw Hong sudah turun dari keretanya,
bersama ia juga beberapa orang polisi yang menjadi
pengantarnya orang Boan itu, untuk haturkan terima kasih
pada pemuda itu.
Diam2 Bouw Pek perhatikan semua hamba negeri itu, pada
wajah mereka sedikit pun tidak ada roman kaget atau
berkuatir, ia mengerti akan hal ini.
"Oey Kie Pok bersekongkol dan kirim rombongannya Thio
Giok Kin pegat Siauw Hong buat binasakan ditengah jalan,
tentang niatan itu pasti semua hamba negeri ini telah
mendapat tahu. Rupanya mereka juga sudah makan uangnya
Siu-Bie-too, maka mereka tidak ambil tindakan apa"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Karena ini Bouw Pek jadi mendongkol dan murka, melulu


sebab bisa kendalikan dirinya, maka ia hanya unjuk senyuman
ewah.
"Tuan silahkan kau orang lanjutkan perjalanan" kata ia
dengan suara menyindir. "Jangan kuatir didepan tidak akan
terjadi onar pula ! Thio G;ok Kin dan Gui Hong Siang aku telah
bunuh mati !" ia acungkan pedangnya. "Maka tuan2, harap
kau orang berlaku hati2 sedikit, tidak perduli siapa, siapa
berani berlaku tidak selayaknya terhadap Tek Ngo ya,
pedangku ini tidak akan mengasi ampun lagi
Ucapan ini, yarg berupa ancaman, bikin ciut hatinya
hamba2 negeri itu.
"Tidak nanti kami alpakan Tek Ngo ya." berkata mereka,
yang paksakan dui bersenyum. "Harap Lie Toaya tidak buat
kuatir...."
Sampai disitu barulah Tek Siauw Hong dapat kesempatan
untuk bicara.
"Hiantee, bagaimana kau bisa berada di sini?" ia tanya.
Terang berbareng merasa sangat bersyukur, orang Boan ini
heran sekali. "Apakah kau mau pulang sekarang?"
Bouw Pek awasi sahabatnya dengan tajam, hampir air
matanya meleleh keluar bahna terharunya, karena ia mengerti
betul bagaimana besar bahaya yang mengancam orang she
Tek yang baik budi ini. Ia lekas-lekas simpan pedangnya dan
loncat naik atas kudanya. Ia tidak mau omong banyak, ia
berkiongchiu pada saudara angkat itu seraya berkata dengan
perlahan : "Koko baik baik jaga dirimu, aku mau pulang"
Kemudian, sesudah kasih hormat pada Yo Kian Tong, yang
mengawasinya dengan tidak sempat berkata apa, ia putar
kudanya
untuk dikasi berlalu menuju keutara Sembari jalan,
beberapa kali ia menoleh kebelakang, kejurusannya Tek Siauw
Hong, siapa sudah naik alas keretanya begitu juga semua
hamba negeri, hingga lima kereta melerok pula seperti
biasanya. Sesudah dapat kenyataan lerotan itu telah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

berangkat, baru pemuda ini lanjutkan perjalanannya dengan


hati lelah.....,
Su Poan-cu dan kudanya tidak kelihatan mata hidungnya,
entah kemana perginya si gemuk itu, tetapi Bouw Pek juga
tidak perhatikan si Ular Gunung yang aneh itu, dengan lawan
sangat panas ia jalan terus. Ia lakukan perjalanan pulang, ia
ingin lekas2 kembali ke Pakkhia, karena ia sudah
berkeputusan Oey Kie Pok mesti disingkirkan, untuk hindarkan
penduduk kota raja dari keganasannya hartawan yang jahat
dan kejam itu. Lagian kalau sijahat ini sudah binasa apabila
nanti Siauw Hong pulang, sahabat ini boleh tinggal
dirumahnya dengan hati tenteram. Tentang dirinya sendiri,
sesudah bunuh Oey Kie Pok nanti, ia tidak pikirkan, mati atau
hidup semua itu adalah urusan dibelakang.
Juga selama diperjalanan Bouw Pek tidak pikirkan lagi hal
korban2nya, mereka mampus semua atau ada yang bisa hidup
lagi.
Dua hari Bouw Pek sudah lakukan perjalanan, pada magrib
itu ia sampai didaerah Liu-lie-hoo. Langit penuh awan tebal
yang bersinar layang, hingga rupanya seperti sulaman, tetapi
dimatanya anak muda ini sinar layang itu meiupakan darah
hidup yang kemerah merahan. Ia kasi kudanya jalan ditengah
tegalan yang luas, ia awasi sawah yang seperti tiada ujung
pangkal nya. Angin musim panas meniup2 menerbitkan suara,
Disitupun tidak ada suatu rumah orang, hingga tidak bisa
tertampak asap dari dapur, tidak ada seorang juga yang
melintas ditempat sunyi itu. Ia jalan terus seorang diri dengan
tenang.
Ia sudah melalui lagi kira dua lie, jagad telah jadi gelap
karena datangnya sang malam. Tapi ia ingin lekas masuk
kedalam kota, ia masih jalan terus, Liu-lie-hoo adalah daerah
luar kota raja.
Selagi pemuda itu jalan terus dengan iseng, mendadak
dibelakangnya ia dengar suara berketoprakannya kaki2 kuda,
hingga ia jadi heran dan menoleh akan lihat siapa adanya si
penunggang kuda itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Apakah Su Poan-cu yang susul aku?" Bouw Pek


menduga2. Ia tidak takut, ia hanya sedikit heran.
Makin lama kuda datang makin dekat, tetapi dalam
keadaan gelap seperti itu sukar akan lantas lihat nyata
sipenunggang: kuda, yang hanya bergelemek sebagai
bayangan yang samar samar. Adalah setelah orang sudah
datang dekat Bouw Pek tampak penunggang itu bukannya Su
Kian. si terokmok, yang menunggang kuda hewan hanya
seorang tua yang tubuhnya tinggi, yang kumis dan rambutnya
sudah putih semua. Karena ini ia lantas tidak
memperhatikannya lebih jauh dan melanjutkan pula
perjalanannya.
Penunggang kuda dibelakang dengan lekas telah sampai
didekat Bouw Pek, ia kasi binatang tunggangannya, yang
berbulu putih, lari terus.
Selagi hampir berendeng, mendadak Bouw Pek rasai
samberan cambuk pada punggungnya, hingga tentu saja ia
jadi terperanjat dan heran tetapi sebelum sempat buka
mulutnya, si orang tua, yang tertawa berkakakan sudah pecut
kudanya buat dikasi lari lewat seperti terbang cepatnya.
Cambukan itu tidak menerbitkan rasa terlalu sakit, tetapi
perbuatan itu bikin Bouw Pek sangat mendongkol. Siapa si
orang tua yang tidak dikenal itu, yang berani main gila
terhadap ia? Tidak bisa jadi kalau orang tua itu kesalahan
menyambuk. seban siapa kesalahan, tidak nanti ia
tertawa.......
Maka ia lalu menyusul sambil berteriak:
"0rang tua didepan, tahan, tahan Kenapa kau sabat aku?"
Si orang tua tidak gubris tegoran itu, kudanya kabur terus,
Bouw Pek tak dapat menyandak, tahu2 orang itu, dengan
kudanya yang berbulu putih, yang tadi tertampak nyata telah
Ienyap menghilang ditempat gelap! Yang tertampak hanya
jagad yang gelap petang.......
Bahna herannya Bouw Pek tahan kudanya, ia asah otaknya
akan ingat2 romannya si orang tua itu, yang tadi ia lihat dalam
sekelebatan.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Aku seperti kenal dia...." ia kata dalam hatinya dengan


penuh kesangsian, la merasa bahwa ia seperti kenal baik
muka itu. "Oh!" Tiba2 ia berseru dengan tertahan. "Itulah
romannya Jie Loo-piauw-tauw, ayahnya Siu Lian yang telah
menutup mata! rupanya ia jago tua dari kalangan Kangouw,
aku tidak kenal dia, tetapi dia mestinya kenal aku, maka juga
kebetulan ketemu disini, ia main-main dengan aku!
Cambukannya barusan tidak keras, sudah terang ia tidak
kandung maksud jelek terhadap aku. Sekarang aku mesti
pulang,
"aku punya urusan penting."
Setelah memikir begini ia lantas menuju langsung kekota.
Malam itu, supaya tidak usah lakukan perjalanan terus, ia
mampir didusun dimana ada pondokan, disitu ia bisa rebahkan
diri akan melenyapkan lelah, sesudah bertempur berulang2
dengan keluarkan tenaga besar dan melalui perjalanan jauh
dibawah hawa udara yang panas. Keesok paginya barulah ia
lanjutkan perjalanannya ia mesti gunai tempo kira2 satu hari
sebelum sampai dikota raja. Ia tidak pulang kerumahnya Tek
Siauw Hong, ia juga tidak pergi keistananya Tiat Siauw
Pweelek atau Khu Kong Ciauw, hanya di An-teng-mui ia cari
hotel kecil, dimana ia minta kamar. Pada tuan hotel ia
mengaku orang she Tan, yang baru sampai dari Thio-kee-
kauw.
Sesudah beristirahat sekian lama, Bouw Pek lantas dandan.
Ia berpakaian ringkas warna biru, ia tidak pakai topi, hanya
dengan bawa buntalan panjang ia menuju kepintu kota An-
teng-mui. Buntalannya itu adalah pedangnya yang ia bungkus
dengan rapi. Ia berjalan dengan hati panas
KETIKA PEMUDA INI masuk kedalam An-teng-mui, waktu
itu kira2 jam lima lewat, teriknya matahari masih terasa. Ia
cuma tanya beberapa orang, lantas sampai di Pak Sin Kio
didepan pintu gedungnya Oey Kie Pok. Pintu itu besar dan
terukir indah. Daun pintu, yang dicat hitam, tertutup rapat.
Dirnuka pintu tidak ada barang satu orang.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Oey Kie Pok benar cerdik" pikir Bouw Pek. "Terang ia


sudan berjaga-jaga diri!"
Mengetahui bahwa banyak orangnya Siu Bie-too kenal dia.
Bouw Pek tidak berani berdiam lama2 didepan pekarangan
orang, hanya dengan lekas ia pergi kegang yang berdekatan,
yang sunyi, disini dibawah sebuah pohon hoay ia nampak
akan menantikan ketika, dengan otaknya berpikir.
Tatkala itu sudah lewat waktunya orang bersantap, diatas
pohon tonggeret sudah pada berhenti kasi dengar
nyanyiannya yang berlagu itu2 juga. Angin menyambar-
nyambar dengan perlahan. Diwaktu demikian, dari setiap
rumah ada keluar penghuninya nyonya tua dan muda dan
anak2, untuk berangin sesudah mereka selesai dahar. Yang
tua pasang omong satu pada lain, anak2 pada memain
bersanda gurau, berlarian. Dan nona2 yang bermuka medok,
sambil tutupi mulut, pada berdiri sambil tertawa dimuka pintu,
kong-kouw dengan asyik.
Dipihak lain anak2 muda yang bengal dengan pakai baju
luar yang kecil, dengan kuncir yang besar dan longgar, jalan
mundar-mandir sambil menyanyikan lagu2 percintaan, sedang
mata mereka pun dibuat main terhadap nona2 itu.
Bouw Pek adalah yang beda seorang diri, maka ia merasa
bahwa ia bisa mendatangkan kecurigaan orang. Kebetulan ia
merasa lapar, ia lekas berbangkit, dengan bawa buntalannya
ia pergi keluar gang akan cari warung mie. Disini ia minta dua
mangkok mie, yang ia terus makan dengan ketimun sebagai
kawannya mie itu.
Selama itu, dengan lewatnya sang waktu, cuaca telah mulai
berubah.
Dengan keinginan keras untuk malam itu dapat binasakan
Oey Kie Pok, Bouw Pek keluar dari warung mie. Ia belum juga
dapat ketika akan masuk kedalam pekarangannya Oey Kie
Pok. Didepan sebuah warung teh, dimana dipasang tetarup
yang diterangi lampu, ia lihat ada berkumpul banyak orang
yang sedang dengarkan tukang cerita.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Si tukang cerita, yang kerobongkan diri dengan topi kecil,


pegang sebuah kipas, kipas ini dalam ceritanya ia umpamakan
senjata tajam. Nyata ia sedang ceritakan suatu bagian lelakon
"Su Houw Toan" yalah "Lim Chiong Soat Ya Siang Liang San"
atau "Lim Chiong pergi ke Liang San selagi malam penuh
salyu"

Jilid 25

BOUW PEK menghampirkan, ia tarik sebuah kursi, maka


pelayan lantas menyuguhkan teh. Ia taruh buntalan
pedangnya diujung meja. Sembari minum teh, ia turut
mendengarkan Lim Chiong, karena difitnah oleh Kho Gee
Lwee dan Liok Gie-houw, sudah kena dihukum buang, tetapi
belakangan Lim Chiong bisa balas sakit hati dengan bunuh
Liok Gie-houw, setelah mana ia buron ke Liang San.
"Dan lelakonku hampir mirip dengan lelakonnya Lim
Chiong" Bouw Pek ngelamun. Ia ingat bagaimana ia datang ke
Pakkhia untuk cari pekerjaan, bagaimana ia ketemu Tek Siauw
Hong, bagaimana ia terbitkan riwayat hidupnya itu masih
belum tamat, rupanya ia masih panjang.
"Celaka adalah Oey Kie Pok yang pandai bermuka2,
demikian ia ngelamun lebih jauh, "ia mau bikin susah, tapi ia
berpura2 berlaku manis, hingga aku diperdayakan. Sekarang
aku sudah tahu rahasianya, aku mesti tamatkan peranannya
yang busuk dan kejam itu"
Ngelamun secara demikian Bouw Pek menjadi panas hati
hingga ia tidak tertarik akan dengarkan cerita lebih jauh. Ia
bayar uang teh dan persen pada tukang cerita itu, dengan
bawa pedangnya ia ngeloyor pergi. Ia melewati beberapa
gang kecil, yang membikin ia sampai pula didepan gedungnya
Siu-Bie-Too.
Cuaca sekarang sudah mulai gelap.
Pintu pekarangan masih tertutup rapat, dimuka pintu tidak
ada yang jaga. Pintu itu sunyi seperti juga tembok pekarangan
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dikiri dan kanan. Hingga gedung itu mirip sebuah tempat


pekuburan tua....
Bouw Pek sudah pikir buat loncati tembok dan masuk
kedalam akan terjang Oey Kie Pok didalam rumahnya, tetapi
ia tak jadi lakukan, karena ia pikir dengan berlaku semberono
begitu, apabila gagal, usahanya bisa gagal seanteronya.
Dalam gang itu masih ada orang jarang jarang yang
mundar-mandir, kalau ia loncat naik kelembok, bisa ada orang
yang pergoki dia. Sang waktupun baru perdengarkan
kentongan dua kali.
Bouw Pek bertindak kesebuah gang kecil, lewat dari situ ia
jalan terus, lempang. Dengan tidak merasa, ia sampai dipintu
An-teng-mui, dipojok timur. Disini hanya sedikit rumahnya.
Diantara tembok kota yang kekar ada pepohonan dan rumput
lebat. Angin malam juga bersiur-siur.
Menghampirkan kaki tembok Bouw Pek taruh pedangnya
ditanah, ia terus duduk. Ia dongak akan lihat bintang2 dilangit
yang berkelik2. Bintang banyak, tetapi pikirannya ia rasakan
lebih banyak pula.
Ketika dahulu dirumah ia yakinkan silat, Bouw Pek tidak
pernah pikir bahwa ia akan punya riwayat penghidupan
sebagai ini, sedang ia beium berusia tiga puluh tahun,
pengaiamannya sudah luar biasa: manis, pahit, getir, menjadi
satu.
"Andaikata aku bisa hidup senang dan merdeka, mana aku
bisa lupakan Su Ciauw dan Cui Siam?" demikian ia ngelamun.
"Bagaimana dengan Siu Lian yang bersendirian? Apa artinya
kesenangan, kalau tetap masih ada tiga soal itu yang
memenuhi otak? Lagian, dengan adat sebagai aku ini, mana
aku bisa icipi ketenteraman hidup? Maka baiklah aku bunuh
Oey Kie Pok, perkara dibelakang adalah urusan dibelakang!
Lama juga Bouw Pek duduk bercokol, akhirnya ia lonlyat
bangun sambil sembat pedangnya. Ia jalan pula digang tadi
akan kembali kegedungnya Oey Kie Pok. Dijalan besar tidak
ada seorangpun, malah suara si orang ronda dan anjing juga
tidak terdengar.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Bouw Pek pergi kekaki tembok, disitu ia buka buntalannya


akan keluarkan pedangnya, yang ia terus hunus, setelah mana
kain buntalannya ia libat dipinggang, dan sesudah selipkan
pedangnya ia loncat turun kedalam pekarangan, akan terus
bertindak dengan hati2 kedepan gedung, la cari jalan untuk
masuk kedalam.
Selagi bertindak kejurusan dalam, mendadak Bouw Pek
dengar suara anjing menggonggong, suaranya ramai, maka
buru2 ia pergi kesamping dan loncat naik keatas rumah. Cepat
sekali empat ekor anjing muncul sambil terus kasi dengar
suara yang riuh.
Bukan main mendongkolnya pemuda kita.
"Oey Kie Pok benar2 liehay" pikir ia "tidak saja Thio Giok
Kin sekalian mau jual jiwa buat ia, juga segala binatang
seperti anjing...."
Ia jadi sengit sendirinya.
"Apa karena rintangan anjing aku jadi tidak mampu bunuh
dia?" ia pikir pula "Tidak Beberapa ekor anjing itu kemudian
berhenti bersuara dan ngeloyor pula kedalam, maka seluruh
gedung kembali sunyi seperti sediakala. Sekitar ruangan
gelap, gerakan apapun tak tertampak.
"Terang aku pandang Kie Pok terlalu enteng" akhirnya
Bouw pek ingat. "Ia tentu tahu dengan baik, seperginya Siauw
Hong aku pasti akan satroni dia, maka itu apa bisa jadi ia mau
berdiam terus dirumahnya akan tunggui datangnya kematian?
Sekalipun kelinci punya tiga lobang sarang, apalagi manusia?
Mustahil Kie Pok tidak punya tempat meneduh yang lain? Pasti
sekarang ia tidak ada dirumah, kalau aku paksa masuk,
mungkin aku kesalahan bunuh orang lain! Itu tidak perlu,
malah akan merugikan aku, sebab Kie Pok niscaya akan jaga
diri lebih hati2 lagi...."
Lantas Bouw Pek loncat ketembok, dari situ lompat keluar
pekarangan dan menuju kekaki tembok An-teng-mui. Karena
ia tidak niat pulang, disitu ia cari tempat akan rebahkan diri. Ia
bisa tidur. Tatkala mendusin, ia lihat bintang2 sudah jarang,
fajar mulai menyingsing.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Embun bikin pakaiannya pemuda ini demek. Ia ingat pula


Kie Pok, kembali ia jadi sengit.
"Sekarang aku harus selidiki dahulu hal dia" ia bisa bikin
tenang dirinya "Aku mesti ketahui ia berada digedungnya atau
dirumah lain"
Ia buka libatan pinggang dan pedangnya ia bungkus pula
dengan rapi, setelah selesai ia bertindak pergi akan pulang
kehotelnya.
Selama dijalan sang angin bikin bajunya yang demek
menjadi kering pula.
Matahari sudah mulai muncul dan dijalan sekarang
kelihaian orang mulai keluar, kalau orang yang hanya jalan2
dan bawa burung dalam kurungan menuju kedalam kota.
Sebentar kemudian Bouw Pek sudah lewat digang dekat
gedungnya 0ey Kie Pok, ia lihat kedua daun pintu masih juga
belum dibuka. Sedikit jauh disebelah timur ada pedagang
kembang tauwhu, maka ia menghampirkan dan membeli.
Sembari berdahar ia pasang mata kejurusan pintu.
Dari jurusan barat lalu kelihatan seorang mendatangi
kejurusan gedung. Ia ini seorang bujangnya hartawan,
sebagai mana ternyata dari dandanannya. Ia ketok pintu
gedungnya Oey Kie Pok.
Bouw Pek dapat mengenali orang itu, yalan kacungnya Siu-
Bie-too.
"Heran!" ia berpikir, "Aku tahu betul kacung ini selamanya
tidak pernah pisahkan diri dari Oey Kie Pok, kenapa sekarang
selagi pintu pekarangan belum dibuka, ia datang dari luar?
Tidak salah lagi Oey Kie Pok tentu tidak berada dirumahnya.
Baiknya tadi malam aku tidak berlaku sembrono"
Ia dahar habis tauwhu mangkok kedua dan membayar
dengan bawa buntalannya ia pergi sedikit jauh disebelah
barat, disini ia berdiri diam dibawah pohon dan pasang mata.
Ketika itu kacungnya Kie Pok sudah masuk kedalam, tak
lama ia keluar pula dengan bawa bungkusan kecil dan panjang
rupanya itu adalnh huncwee. Sekeluarnya, ia menuju kebarat,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

daun pintu segera ditutup pula. Selagi hendak bertindak lebih


dahulu kacung itu celingukan kesekitarnya.
Oleh karena orang tidak naik kereta, Bouw Pek duga Kie
Pok berada tidak jauh dari gedungnya. Ia tunggu sampai si
kacung sudah jalan jauh juga, baru ia keluar dari tempatnya
sembunyi dan menguntit Ia jalan sambil tunduk.
Masih saja si kacung suka menoleh kebelakang, kendati
demikian ia tidak dapat lihat pemuda kita, atau tidak
menyangka jelek. Sesampainya di Pak Sin Kio ia menuju terus
kebarat, masuk kedalam sebuah gang disebelah selatan.
Bouw Pek cepatkan tindakannya agar tidak ketinggalan.
Menikung digang, buat sementara waktu kacung itu lenyap
dari pemandangan, tetapi setelah sampai dimulut gang ia bisa
melihat lebih jauh.
Kembali kacung itu menikung, digang yang kecil dan
sempit. Ia menuju rumah dijalan sebelah utara. Rumah itu,
yang pintunya ia ketok.
Bouw Pek perhatikan rumah itu, kemudian ia mundur lagi
akan berdiri menantikan digang yang berdekatan, supaya
tidak terlihat andai kata si kacung keluar lagi. Kebetulan disitu
lewat seorang tua, yang bawai kantong tembakau, ia lalu
menanya kan.
"Lauwsiok, aku numpang tanya" ia kata dengan hormat
"Rumah diutara jalanan digang kecil, yang pintunya kecil, apa
benar rumahnya si orang she Thio?"
Orang tua itu angkat kepalanya" ia agaknya tercengang,
tetapi kemudian menjawab:
"Itu rumahnya si orang Oey, bukan rumahnya si orang she
Thio" ia menyahut "Kau cari siapa?"
Bouw Pek girang mendengar jawaban itu, ia tertawa.
"Tidak salah tentu itu dia rumah yang aku cari!" menjawab
ia, "Aku cari orang yang bekerja pada Keluarga Oey Su ya di
Pak Sin Kio"
"Benar" orang tua itu manggut "Sebetulnya aku tidak tahu
dia orang she apa, akan tetapi aku tahu ia pengikutnya Oey
Suya, namanya Sun Cu, tetapi orang biasa panggil ia Oey Sun.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

la baru pindah kesitu. Rumah itu ia dapat dari Oey Su-ya,


yang sengaja beli untuk dia. Matah Oey Su-ya juga
mengongkosi ia nikah"
"Tidak salah dia adalah orang yang aku cari. Terima kasih,
lauw-siok"
"Akhirnya, Oey Kie pok!" kata pemuda ini dalam hatinya
yang merasa puas sekali hingga perasaan itu juga tertampak
pada wajahnya "Tidak perduli bagaimana licin, kau tidak
mungkin lolos dari tanganku!"
Lantas Lie Bouw Pek bertindak masuk kegang keiyil itu,
pedangnya ia sudah siapkan. Ia hampirkan pintu rumah yang
ia terus ketok. Ia ada sangat bernapsu, hingga ia menggedor
dengan keras.
"Siapa?" lalu terdengar suara dari dalam.
"Buka pintu!" kata anak muda ini, yang tiba2 mendapat
akal "Aku Moh Po Kun dari Su Hay Piauw-tiam, ada urusan
penting untuk Oey Su-ya"
Tak ada jawahan dari dalam, hanya berselang sesaat
terdengar suara dari seorang lain.
"Disini tidak ada Oey Suya" demikian katanya "Rupanya kau
salah cari! Coba pergi kerumah lain!"
Jawaban itu tercampur dengan suara diganjalnya pintu
dengan batu.
Bouw Pek punya tubuh sampai mengge-etar karena
murkanya.
Terang musuh berada didalam, tetapi pintu tidak dibuka,
bagaimana ia bisa masuk? Apa ia mesti mundur dan sudah
saja?
Ia angkat kepalanya akan pandang rumah itu sampai
kesampingnya. Temboknya rendah, tetapi diatas tembok
dipasang banyak paku dan pecahan beling.
Gang itu sepi, rumah disitu hanya lima buah. Karena masih
pagi semua rumah itu masih pada kunci pintu. Maka disitu
kecuali Bouw Pek tiada orang lain lagi.
Pemuda ini tidak bisa tahan sabar lagi, ia pergi kesamping,
ditembok yang rendah ia mencelat naik keatas Ia tidak mau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

injak paku atau pecahan beling, dengan menginjak pinggiran


tembok ia loncat lebih jauh, masuk kedalam pekarangan.
Didalam, dua orang masih saja pindahkan batu, guna ganjal
pintu! Ia kenalkan Sun Cu, sedang yang lainnya adalah
seorang bentuk Kuning dengan tubuh besar.
Dua orang itu terperanjat apabila mereka lihat ada orang
loncat masuk dengan lewati tembok pekarangan, tetapi
simuka kuning segera sembar sebuah golok didekatnya. Ia
adalah Cote houw Hauw Liang si Harimau Setempat, yang
menjadi pahlawannya Oey Kie Pok, dengan tidak kata apa2 ia
terus serang jago kita.
Dalam sengitnya Lie Bouw Pek benci sesuatu rintangan,
maka ketika musuh terjang ia, ia menangkis dengan keras,
justeru goloknya musuh terpental pedangnya ia teruskan
membacok. Cuma dengan sekali bacok saja, ia bikin si
Harimau Setempat rubuh terluka, karena ternyata Hauw Liang
bukannya pahlawan yang terlalu tangguh bagi Bouw Pek.
Dengan tidak buang tempo lagi, dengan lak perdulikan Sun
Cu, yang tidak coba kabur, Bouw Pek menerjang kepintu,
justru dari dalam kelihatan lari keluar seorang perempuan
yang gelungnya kusut, mukanya memperlihatkan sisa pupur,
tanda ia baru turun dari pembaringan. Dengan angkat
tangannya seperti hendak memegat ia berseru:
"Eh, eh, kau bikin apa? Kenapa kau masuk kerumah orang
dengan bawa bawa pedang? Apa sudah tidak ada undang2
negara? Lekas pergi, atau aku panggil polisi........"
Tentu sekali, Lie Bouw Pek tidak mau dirintangi oleh orang
perempuan itu.
"Minggir" ia membentak. "Lekas perintah Oey Kie Pok
keluar!"
Sambil berkata begitu ia balingkan pedangnya, hingga
orang perempuan itu yang ketakutan keluarkan jeritan dan
lantas lari balik kedalam kamar. Ia coba kunci pintu.
Lie Bouw Pek lompat memburu, dengan satu tendangan ia
bikin daun pintu terpental dan terbuka. Maka sekarang Siu
Bie-too Oey Kie Pok tidak bisa umpatkan diri lebih jauh,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

terpaksa ia keluar dengan cekal sepasang gaetan Hok-chiu-


kauw. "Lie Bouw Pek, tunggu diluar" ia berseru "Aku nanti
keluar! Didalam sini ada orang perempuan"
"Baik," sahut pemuda kita. "Aku tidak takut kau nanti lari!"
Ia loncat mundur dan menantikan didalam pekarangan.
"Oey Kie Pok, apa perlunya kau umpatkan diri disini? Ayo
lekas keluar!"
Oey Kie Pok lalu keluar dengan pakaian ringkas, celananya
pendek, pada mukanya yang kurus seperti tidak lagi
tertampak darah, rupanya karena jerih hati berbareng nekad.
Toh ia masih sabarkan diri dan bersenyum.
"Saudara Lie" begitulah ia kata. "Bukankah kita berdua
bersahabat baik? Ketika tahun yang lampau kau ditahan
didalam penjara, aku toh telah tengoki kau! Kenapa sekarang
kau karena percaya hasutannya Tek Loo Ngo datang cari aku
akan adu jiwa?"
Tapi ucapan itu justeru menambah murkanya Bouw Pek,
karena ia jadi ingat kelicinan dan kepalsuan orang itu.
"Oey Kie Pok, apa perlunya kau ngaco belo seperti ini?" ia
kata. "Itu tidak ada gunanya? Berulang2 kau bikin celaka aku,
berulang2 kau ganggu Tek Siauw Hong, hingga kini ia dibuang
ke Sinkiang ! Apa kau sangka aku masih belum tahu rahasia
kejahatan kau, serigila yang bercorak manusia, kau sahabatan
palsu! Mengertilah kau, bahwa hari ini aku mesti bunuh kau,
serigala yang bermuka manusia, untuk balas sakit hatinya
Siauw Hong dan untuk singkirkan induk bahaya bagi penduduk
Pakkhia
Bouw Pek tutup ucapannya itu dengan loncat maju sambil
menyerang.
Dengan tergopoh2, Oey Kie Pok angkat gaetannya
menangkis. Ia tidak membalas menyerang, ia masih mau
bicara.
"Saudara Lie, tahan!" ia berseru. "Saudara, sukalah kau
dengar perkataanku! Saudara, jikalau kau sudi bersahabat
dengan aku, aku nanti hadiahkan kau lima laksa tail perak!"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Siapa kesudian, uangmu yang bau busuk!" ia membentak


dengan delikkan matanya. Dan lagi sekali ia menyerang.
Oey Kie Pok masih sayang jiwanya, kendati hatinya ciut ia
toh angkat gaetannya guna hindarkan diri dari ujung pedang.
Sekarang ia lakukan perlawanan dengan sengit, karena ia
mesti bela diri.
Dimana Bouw Pek ingin lekas tikamkan pedangnya pada
dada lawannya, bisa dimengerti yang ia berkelahi dengan
seru.
Setelah melalui lima jurus, Bouw Pek dapat kenyataan
kepandaiannya Siu Bie-too adalah beda daripada dahulu,
rupanya ini adalah hasil dari latihan sungguh2 dari siu Bie-too
Kurus, yang telah gunai tempo dua bulan untuk yakinkan terus
ilmu gaetannya. Sayang ia mesti hadapi musuh yang terlalu
tangguh dan yang bawa amarahnya sedang meluap.
Segera juga Oey Kie Pok mesti berkelahi sambil mundur,
setindak dengan setindak, oleh karena ketakutannya
sampaikan ia berteriak: "Polisi! Polisi! Ada pembunuh"
Mendongkolnya Lie Bouw Pek tak kepalang, karena ia tahu,
kalau si jahat ini bikin terlalu banyak ramai bisa ada orang
yang pergoki perkelahian mereka, atau mungkin datang
hamba negeri. Maka itu ia ingin lekas2 tamatkan pertempuran
ini.
Dengan satu rangsakan permainan gaetannya Oey Kie Pok,
dibikin kalut, lalu dengan kesebatan luar biasa, Bouw Pek kirim
tusukan kematian!
Benar2 Siu Bie too tidak berdaya lagi, dadanya menjadi
talenan pedang, berbareng jeritannya yang hebat, dua
gaetannya terlepas dan jatuh, darah hidup menyembur dari
lukanya, setelah mana tubuhnya rubuh terbanting dengan
menerbitkan suara keras.
Lie Bouw Pek tidak lantas tarik pulang pedangnya, malah
dengan pedangnya ia gunai tenaganya akan tolak tubuh
lawannya. Oey Kie Pok berkelejetan beberapa kali, lantas
semua anggota badannya diam, mulutnya terkancing,
matanya tertutup.....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Sampai disitu baru Bouw Pek cabut pedangnya sambil


keluarkan helaan napas lega. Karena sekarang barulah ia
merasa puas. Lantas ia bertindak pergi, dipekarangan ia lihat
Houw Liang sedang duduk sambil pegangi lukanya dan
mulutnya keluarkan rintihan.
Sun Cu yang ketakutan sangat berlutut didepannya Bouw
Pek. "Ampun, Lie Toaya" ia memohon.
"Jangan takut" kata Bouw Pek seraya kibaskan tangannya.
"Aku tidak akan bunuh sembarang orang. Aku telah bunuh
Oey Kie Pok, aku akan tanggung jawab! Sekarang aku mau
pergi pada pembesar negeri akan serahkan diri."
Benar Bouw Pek hampirkan pintu, yang ia buka setelah
batunya ia singkirkan. Ia bertindak terus akan pergi kekantor
pembesar negeri untuk serahkan dirinya. Ia melainkan
terangkan she dan namanya, bahwa ia bermusuh dengan Oey
Kie Pok, bahwa ia serahkan diri sesudah bunuh musuh itu. Ia
unjuk, bahwa ia telah satroni Oey Kie Pok dirumahnya Sun Cu.
Setelah diborgol, Bouw Pek diserahkan kekantor teetok.
Sementara dipihak lain wakil dikirim kerumahnya Sun Cu guna
periksa tempat kejadian dan mayatnya Oey Kie Pok serta
lukanya Hauw Liang.
Peristiwa ini sudah lantas tersiar kesegala penjuru kota
raja. Suara orang banyak terpecah dua. Mereka yang tidak
tahu kepalsuannya Oey Kie Pok anggap kasihan Kie Pok binasa
secara demikian hebat dan untuk itu Bouw Pek mesti
mengganti jiwa, tetapi mereka yang ketahui baik Kie Pok itu
jahat dan kejam, pada bersyukur dan berbareng puji Bouw
Pek yang mesti bertanggung jawab. Orang puji anak muda itu
karena kelakuannya sebagai laki2 sejati.
Kapan warta sampii dikuplngnya Khu Kong Ciauw, orang
bangsawan ini menghela napas, sebab kagum berbareng
duka. iapun menyesal akan kebinasaan Kie Pok, tidak perduli
Siu-Bie-too jahat dan pernah beli Biauw Cin San buat
melukainya, karena biar bagaimana juga mereka selama
banyak tahun pernah jadi sahabat kekal Ia menyesal, bahwa
karena kejahatannya Oey Kie Pok mesti buang jiwa.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Lie Bouw Pek adalah laki dan gagah, dengan serahkan diri
ia tentu akan ganti jiwanya Kie Pok dengan jiwanya sendiri" ia
pikir lebih jauh, "sayang kalau ia sam pai mesti jalani
hukuman mati"
Karena ini Khu Kong Ciauw segera naik kereta pergi ke
Pweelek-hu akan menghadap Tiat Siauw Pweelek, akan
sampaikan kabar hebat dan mendukakan itu. Ia ingin
berdamai dengan pangeran Boan itu, supaya seberapa bisa
Bouw Pek dapat ditolong.
Tiat Siauw Pweelek pun menunjukkan kedukaan
mendengar warta perihal perbuatannya Bouw Pek.
"Aku memang telah duga, buhwa satu hari mesti terjadi
perkara begini" berkata ia. "Perbuatannya Oey Kie Pok
terhadap Tek Siauw Hong dan Lie Bouw Pek terlalu jahat dan
kejam, sudah terhitung sering ia berdaya akan binasakan
mereka ini Tek Siauw Hong masih bisa bersabar tetapi Bouw
Pek? Malah aku juga sudah duga, kalau sampai sebegitu jauh
Bouw Pek bisa berlaku sabar, ia sebenarnya,mau tunggu
dahulu sampai perkaranya Siauw Hong sudah ada putusannya.
Lihat saja kenapa Bouw Pek tidak mau antar Siauw Hong,
sedang mereka berdua bersahabat seperti saudara dan
sedang Bouw Pek ketahui juga, didalam perjalanannya itu
Siauw Hong terancam bahaya, Terang sudah ia telah berpikir
tetap"
Tiat Siauw Pweelek menghela napas.
"Nyata sekali Bouw Pek sudah pikir segala apa dengan
matang dan ini menunjukkan laki 2 sejati" berkata ia pula. "Ia
telah berhasil membunuh Oey Kie Pok, tapi ia tidak mau lari,
sedang untuk berbuat demikian ia merdeka! Kenapa ia justeru
serahkan diri? tidak lain! la tidak mau bikin Tek Siauw Hong
jadi dicungai dan kerembet, ia sengaja mau tanggung jawab
sendiri"
Khu Kong Ciauw juga menghela napas, dugaannya orang
bangsawan Boan itu benar sekali.
"Oey Kie Pok dan aku bersahabat baik sekali, baru
belakangan ia telah renggangkan diri. Aku anggap ia telah cari
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

matinya sendiri" ia nyatakan. "Sekarang tinggal Lie Bouw Pek.


Sungguh kecewa dan harus disayangkan. kalau ia sampai
dihukum. Maka Jieya, aku mohon kau suka berdaya akan
tolong dia...."
Lagi-lagi pangeran Boan itu menghela napas.
"Aku kuatir sekali ini aku tidak mampu berdaya" ia bilang.
"Malah bisa jadi sekali ini Bouw Pek juga tidak ingin orang
tolong dia, karena ia rupanya berniat membalas budinya Tek
Siauw Hong dengan jiwanya"
Airmukanya Tiat Siauw Pweelek menjadi guram sekali, air
matanya seperti mengembeng. Ia kagum bukan main akan
persahabatan demikian kekal antara Tek Siauw Hong dan Lie
Bouw Pek, persahabatan sehidup semati.
"Biarlah aku nanti perintah Tek Lok pergi menengoki
dahulu, kemudian baru kita pikir pula bagaimana baiknya" ia
kata akhirnya.
"Aku harap" kata Khu Kong Ciauw.
Kedua sahabat ini masih bicarakan lagi hal2 lain, kemudian
Kong Ciauw pamitan, sedang Tiat Siauw Pweelek lantas
panggil Tek Lok, yang ia perintah pergi lihat Bouw Pek.
Lie Bouw Pek telah ditahan dikamar tahanan dikantor
teetok, maka itu Tek Lok sudah kenal semua sipir dan
penjaga2 pen jara. Ia juga tidak sangka, bahwa orang she Lie
itu mesti mendekam dikamar tahanan. Ketika ia sampai
dipenjara baru belum lama Bouw Pek diantar kesitu. Pemuda
ini telah akui segala apa, dari itu pemeriksaan atas dirinya
tidak ambil banyak tempo dan ia bisa segera dikirim
kepenjara. Hamba2 penjara, yang kenal pemuda kita, tidak
berani berlaku sembarangan, karena mereka tahu pemuda ini
adalah sahabat baiknya Tiat Siauw Pweelek dan mereka
menduga pweelek tentu tidak akan peluk tangan saja.
Begitulah Bouw Pek dikasi kamar yang kering.
Begitu masuk kedalam kamar, Bouw Pek numprah diatas
tikar rombeng, sebaliknya daripada berduka, seorang diri ia
tertawa berkakakan, karena ia merasa puas atas
perbuatannya barusan yang membawa hasil.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Lie Toaya, Tek Lok memanggil dari luar kamar, selagi anak
muda itu masih duduk bercokol. "Lie Toaya, Jie-ya telah kirim
aku datang kemari akan sambangi kau !"
Bouw Pek menoleh, ia kenali orang kepercayaannya Tiat
Siauw Pweelek, ia lekas berbangkit buat menghampirkan Ia
telah perlihatkan air muka yang sangat berterima kasih. Tapi
dimuka jeruji menghadapi Tek Lok, ia bersenyum.
"Pergi kau pada Jie-ya, kau sampaikan terima kasihku
kepadanya" ia kata dengan sabar "Harap kau beritahukan
kepada Jie-ya, agar ia tidak kuatir supaya ia tidak usah
capekan diri lagi untuk perkaraku ini. Masukku dalam penjara
lain dari yang dulu ada fitnah aku, tetapi sekarang aku mau
sendiri! Aku telah bunuh Oey Kie Pok, untuk itu aku mesti
tanggung jawab, kalau karena ini aku mesti binasa, aku tidak
penasaran. Undang2 negeri mesti dijalankan dan aku harus
terima itu. umpama kata Jie-ya hendak melepas budi dengan
menolong aku, menyesal aku tidak bisa terima itu, aku tidak
mau sembarangan keluar dari penjara ini. Saudara Tek Lok,
tolong kau sampaikan kepada Jie ya, bilang bahwa dijaman
lain saja aku nanti balas budi kebaikannya yang besar, yang
aku junjung tinggi!"
Sehabis kata begitu, Bouw Pek nampaknya sangat terharu.
Tek Lok menjadi bingung, karena ia heran dan kagum akan
sikap itu. Buat sekejap ia juga diam saja, sebab iapun sangat
terharu.
"Barangkali toaya perlu apa2 disini?" kemudian ia tanya.
Bouw Pek geleng kepala.
"Tidak, apa juga aku tidak perlu" ia menjawab. "Saudara
Tek Lok, selanjutnya kau juga baik tidak usah datang tengok
aku lagi.....?"
Tek Lok tergugu, bahna kagumnya. Ia sampai tidak berani
kata apa2 lagi.
"Baiklah toaya Ijinkan aku berlalu" kata ia yang lalu pesan
penjaga bui supaya mereka perlakukan baik2 orang tahanan
itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Ketika, sampai di istana, Tek Lok cari Tiat Pweelek guna


berikan laporannya. Mendengar itu, orang bangsawan ini
goyang kepala dan menghela napas.
"Itu aku telah duga" ia kata. "Bouw Pek benar laki2 yang
harus dikagumi"
Kemudian ia pesan supaya esoknya Tek Lok pergi pula
kepenjara akan menyambangi, karena pesannya Bouw Pek ia
tidak mau ambil perduli.
Tatkala dilain harinya Tek Lok pergi kepenjara akan lakukan
titah majikannya, disana sudah ada bujangnya Khu Kong
Ciauw, yang diperintah menyambangi sambil membawa
barang makanan.
"Kemarin Lie Toaya tidak makan dan minum" kata sipir
yang memberikan keterangan. "Ia terus duduk numprah
diatas tikar"
Tek Lok dan bujangnya Khu Kong Ciauw menghampirkan
jendela yang berjeruji, dari situ mereka melongok kedalam.
Lie Bouw Pek kelihatan sedang duduk diam, kedua tangannya
diatas lutut.
"Lie Toaya ! Lie Toaya!" Tek Lok memanggil.
"Toaya !" bujangnya Khu Kong Ciauw pun memanggil.
Tapi percuma saja, belasan kali mereka memanggil Bouw
Pek tak memperdulikannya, ia tidak menyahut atau menoleh,
maka dua hamba itu jadi kewalahan, terpaksa mereka pulang.
Bouw Pek memang telah ambil putusan buat mogok
makan. Ia tahu Tiat Siauw Pweelek dan Khu Kong Ciauw yang
sangat baik mau tolong ia, tetapi ia sendiri merasa beri akan
terima lebih banyak lagi budi mereka, dari itu ia tidak suka
layani bujang sahabatnya itu.
Dimusim panas, dalam kamarnya Bouw Pek pun dapat
gangguan dari semut dan kutu busuk, sedang dengan mogok
makan ia telah mulai kelaparan dan kehausan, tetapi dengan
kuatkan hati ia bisa pertahankan diri.
Dilari ketiga, Bouw Pek merasa ada tenaga yang kuat
sekali, yang tekan ia, napasnya telah menjadi lemah. Karena
pikirannya tetap terang, ia mengerti sebabnya perubahan itu.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tubuhnya yang kuat dan hati yang keras lagi melawan


ujian.....
"Benar2 aku seorang enghiong, sekalipun sang kematian
takut datangi aku...."
kata ia seorang diri seraya matanya memandang
kesekitarnya, kemudian ia tutup kedua matanya.
Tidak lama kemudian tanpa merasa ia telah pulas. Maka
dengan tidur nyenyak ia tidak tahu apa2 lagi. Demikianpun ia
tidak ketahui berapa lama ia sudah tidur, sampai mendadak ia
sedar karena ia rasai ada tangan kasar yang tolak tubuhnya.
Dengan terkejut dan heran ia pentang matanya.
Kamar gelap, tetapi banyak nyamuk beterbangan berputar
dimuka atau kepalanya. Melainkan dari jendela menembus
sedikit sinar terang dari si Puteri Malam.
Lekas juga Bouw Pek ketahui, bahwa tangan yang kasar,
yang tadi tolak tubuhnya, adalah tangan seorang yang
jongkok didepannya. la tidak bisa melihat nyata, tetapi ia
lantas menduga pada Su poan-cu si terokmok. Maka ia lantas
tertawa.
"Loo Su apa perlunya kau datang kemari?" ia tanya "Juga
sekali ini aku tolak kebaikan kau! Lekas pergi, sahabatku,
biarlah kita sambung pula persahabatan kita dalam
penjelmaan lain
Dengan suaranya yang kasar Su Poan-cu menyahut:
"Sahabat baik, aku tidak datang sendirian saja!"
Berbareng dengan jawabannya si ular Gunung, pintu
penjara yang barusan tertutup, dito!ak terbuka, dan seorang
dalam rupa bayangan hitam bertindak masuk. Diantara sinar
rembulan yang sangat suram Bouw Pek lihat gerak-gerakan
tubuh yang halus. Ia menjadi kaget, karena ia sudah bisa
menduga dengan pasti. Dengan pegangi pundaknya Pa-san-
coa ia berbangkit.
"Nona Jie!" Ia kata dengan keras, tetapi suaranya lemah.
"Nona, tempat apakah ini? Kenapa kau datang kemari?
Silahkan kembali nona! Tidak aku tidak mau pergi!....."
Su Poan cu berbangkit dan menghela napas.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Jie Siu Lian tidak lihat nona itu, tetapi ia dengar suara
sesenggukan yang ditahan.
"Lie toako, mari ikut aku menyingkir dari sini..." demikian
katanya. Kau masih muda, bugee Kau liehay, apa benar2 kau
puas akan binasa didalam penjara ini?"
Napasnya Bouw Pek memburu, karena ia mesti lawan rasa
hatinya. Tubuhnya menggetar ketika ia merasa kedua
tangannya si nona menempel pada lengannya....
Su Poan-cu jongkok pula, dengan tidak tunggu perkenan, ia
rabah rantai borgolan, yang ia hendak loloskan.
Lie Bouw Pek kaget hingga ia mundur dengan cepat, tetapi
justeru karena itu, tubuhnya telah langgar tembok dengan
keras sebab tubuhnya sangat lemah, benturan itu bikin ia
habis tenaga, tubuhnya lantas jatuh. Kepalanya juga pusing
dengan mendadak.
Jie Siu Lian kaget, ia maju akan pegang tubuh itu.
"Lie toako" katanya sambil menangis, "kasilah Su Toako
gendong kau pergi dari sini, jikalau tidak, aku pun tak mau
keluar lagi!"
Bouw Pek angkat kepalanya, ia pegang tangan nona itu.
"Jangan, nona" ia kata dengan suaranya yang tetap.
"Jikalau kau tidak perdulikan dirimu, kau harus ingat pada Tek
Ngo-ko dan keluarganya. Aku bunuh Oey Kie Pok, itu bukan
melulu untuk balas sakit hatinya Ngoko. Aku tidak menyesal
yang aku mesti binasa. Bukannya aku hendak bikin sakit
hatimu nona, hanya benar sejak kebinasaannya Beng Jieko di
Khoyang, hatiku telah jadi tawar sebenarnya, sedari saat itu
aku sudah niat habiskan jiwaku, kalau aku masih bisa bersabar
itu disebabkan budinya Ngoko aku belum bisa balas. Tetapi
sekarang aku beranggapan, bahwa keadaanmu seperti
sekarang ini disebabkan oleh aku, maka itu, selama satu hari
aku belum meninggal dunia, hatimu juga tidak dapat menjadi
tenteram. Maka, nona, silahkan kau pergi atas namaku aku
minta kau suka tolong jaga keluarganya Tek Ngoko!........"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hatinya Siu Lian seperti dipotong, hingga ia tepaskan kedua


tangannya, lantaran mana tubuhnya Bouw Pek terlepas dan
jatuh terbanting.
"Lekas nona, lekas!" Bouw Pek masih bisa berkata. "Aku
minta nona, kau juga Su Toako, lekaslah pergi......."
Benar2 waktu itu kedengaran suara kentongan dari si orang
ronda, yang rupanya sedang menghampirkan kejurusan
kamar.
Siu Lian dan Su Poan cu mendekam, mereka menahan
napas.
Suaranya orang ronda, yang bunyikan kentongan empat
kali, lekas juga telah lewat.
Jie Siu Lian lekas berbangkit, tetapi Su Poan cu si Ular
Gunung masih jongkok terus, pada kupingnya Lie Bouw Pek ia
berbisik katanya:
"Jika!au aku tahu, bahwa kau dengan begini cepat datang
ke Pakkhia untuk bunuh Oey Kie Pok pasti aku telah
mendahului kau akan wakilkan pekerjaan ini. Aku terlambat,
disebabkan aku mesti tengok Lauw Cit Thayswee. Kau telah
bunuh Gui Hong Siang, kau telah lukai Thio Giok Kin, itu aku
tidak perduli, tetapi kau telah rubuhkan Lauw Cit Thayswee,
inilah lain, Lauw Cit adalah sahabatku yang baik dan lukanya
hebat, maka aku tidak bisa antap dia saja. Begitulah aku
tolong ia dengan antar ia pulang untuk berobat. Dua hari aku
tertunda disana, lantas aku berangkat kemari, maksudku
adalah supaya aku bisa bantu kau bereskan Oey Kie Pok. Baru
saja kemarin siang aku sampai disini, lantas Siauw Gia kang
ketemui aku dan ceritakan tentang hasil perbuatanmu.
Tadinya kemarin malam aku hendak minta kau keluar dari sini,
tetapi lantaran aku ingat kejadian tahun yang sudah, diwaktu
mana kau telah tampik bantuanku, aku jadi batalkan niaian
itu. Begitulah, setelah berpikir, aku segera cari nona Jie buat
minta ia bantu aku. Aku percaya, dengan memandang nona
Jie, kau nanti suka turut aku berlalu dari sini. Aku tidak sangka
toaya, sifat kau tetap kukuh dan aneh! Dengan sikapmu ini,
Toaya, kecewa kau menjadi enghiong sejati! Dimataku kau
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

sebenarnya enghiong yang tak ada keduanya, dari itu aku


puja kau. Dikampungku sendiri, Shoa-say, aku telah jatuh
nama, karena itu aku pergi merantau, lantaran itu aku
bersahabat denganmu. Aku harap supaya aku bisa undang
kau pegi ke Shoa-say, bagai disana kau bisa tolong aku
membalaskan sakit hati. Toaya sudah satu tahun kita
bersahabat, selama itu kau bisa lihat sendiri, tenaga apa aku
telah keluarkan untukmu. Duluan kau dipenjara, aku hendak
ajak kau minggat, kau menolak alasannya adalah kau kuatir
ada sahabatmu yang akan tersangkut, tetapi sekarang,
sahabat siapa lagi bisa kerembet? Lekas toaya, mari turut aku
pergi ! Sekarang sudah jam empat!"
Dengan tidak perdutikan orang setuju atau tidak, kembali
Su Poan-cu, merabah borgolan kaki, yang ia hendak loloskan.
Tapi ketika Bouw Pek gerakkan kakinya, yang ternyata masih
bertenaga, si Gemuk telah rubuh telentang, dengan lantai
borgolan menerbitkan suara nyaring!
Bahna kaget, Siu Lian sampai lompat minggir.
Su Poan-cu tidak marah, ia merayap bangun, untuk
banting2 kakinya. Tapi karena ia telah putus asa, ia kata pada
nona Jie dengan perlahan:
"Mari kita pergi lekas, lekas! Lihat saja besok!"
Dengan merasa berat Siu Lian ikut keluar, ia juga mengerti
yang mereka tidak boleh lebih lama lagi dipenjara itu atau
mereka akan kepergok, itu berbahaya.
Su Poan cu telah kunci rapi lagi pintu penjara.
Dua orang itu dua rupa perasaannya. Su Poan-cu tidak
gusar tetapi mendongkol, ia penasaran pada sahabat yang
kepala batu itu. Siu Lian sebaliknya berduka dan berbareng
kuatirkan keselamatannya anak muda itu. Keduanya loncat
naik keatas genteng dan menyingkir, akan kemudian ditengah
jalan mereka berpisahan untuk pulang ketempatnya masing2.
Bouw Pek terus rebah seperginya dua orang itu, ia pulas
seperti pingsan.........
Lagi dua hari telah lewat. Tiat Siauw Pweelek dan Khu Kong
Ciauw sudah berdaya akan tolong Lie Bouw Pek, sedikitnya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

untuk meringankan nasibnya, tetapi daya upaya mereka tiada


hasilnya. Perkara telah jadi jelas sekali, karena Bouw Pek telah
akui perbuatannya, tidak ada yang ia sembunyikan, dan
semuanya ia yang tanggung sendiri.
Su Poan cu dan Jie Siu Lian masih penasaran, tiap malam
mereka pergi kepenjara akan coba masuk kedalam guna
paksa Bouw Pek minggat. Tetapi penjagaan telah diatur makin
keras, rupanya karena dihari pertama itu borgolan Bouw Pek
yang berubah sedikit telah menerbitkan kecurigaan hamba2
penjara.
Dimalam hari keenam, Su Poan cu kirim Siauw Gia kang
kerumahnya Tek Siauw Hong, akan sampaikan kabar pada Jie
Siu Lian, katanya dengan ringkas: "Angin keras sekali, malam
ini jangan keluar!"
Siu Lian terima kabar itu dengan kaget dan duka.
"Malam itu Bouw Pek sudah sangat lelah, sekarang sudah
lewat dua hari, bagaimana ia bisa pertahankan diri?" ia kata-
dalam hatinya.
Sedianya Jie Siu Lian pandang Lie Bouw Pek sebagai
saudara sendiri. Ia ingat budinya dan dan ia kagumkan
kegagahannya. Tapi mulai saat pemuda itu bunuh Oey Kie
Pok, perasaannya telah berobah. Kecuali kekaguman, sang
cinta rupanya mainkan peranan juga, ia coba lawan ini, tetapi
ia merasa dirinya lemah....
Kini Siu Lian insyaf akan sifatnya Lie Bouw Pek, pemuda
gagah dan putih bersih, yang kenal budi, yang utamakan
kejujuran, yang berani korbankan diri. Terang pemuda ini
cintai ia, tetapi karena ia telah jadi tunangannya Beng Su
Ciauw, pemuda ini suka mundur maka justeru ada perkaranya
Tek Siauw Hong ini Bouw Pek tidak sialkan ketika akan
balaskan sakit hati sahabat itu, sambil berbareng mencari
jalan kematian secara laki2. Dengan jalan ini Bouw Pek juga
bisa balas budinya Beng Su Ciauw, berbareng habiskan
cintanya terhadap dirinya.
"Tidak, ia tidak boleh binasa dalam penjara secara begini
kecewa" pikir Siu Lian yang lalu tidak gubris pemberian ingat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dari Su Poan-cu. Ia tunggu sampai jam dua, lantas ia dandan,


dengan bekal golok pendek, selagi Tek Naynay tidur, ia keluar
dari gedung dengan loncati tembok. Ia jalan digang yang kecil
akan menuju kantor teetok, yang ia ketahui baik letaknya.
"Kalau aku tidak mampu tolong Bouw Pek, biar akupun
turut binasa didalam penjara!" demikian ia sudah ambil
putusan, ia rupanya mengerti, apa gunanya hidup lebih lama
sendirian saja, dengan tak ada orang yang bisa dibuat
harapan.....
Segera juga Siu Lian sampai drsatu hotong atau gang kecil,
yang ia tidak tahu apa namanya, hanya ia ketahui dari gang
ini kantor teetok sudah tidak jauh lagi. Disini ia merandek
sebentar.
Dilangit bintang bertaburan dan bulan sedang bersisir.
Sesudah berhenti sebentar Siu Lian mau lanjutkan
perjalanannya, ketika mendadak ia rasa ada orang tepok
pundaknya seraya ia terus ditegor katanya :
"Kau bikin apa disini?"
Ia kaget, ia lekas menoleh. Diantara cahaya terang dari
bulan dan bintang yang guram, nona Jie lihat ia berhadapan
dengan seseorang yang tubuhnya tinggi dan kumis atau
berewoknya panjang dan warnanya putih, tanda ia itu seorang
yang telah berusia tinggi. Selagi ia hendak menegor, orang itu
telah dahului ia dengan lagu suara Selatan.
"Lekas pulang! Lekas kembali!" demikian suaranya orang
tua itu.
Diluar dugaan, orang tua itu juga mendorong dengan
tangannya.
Siu Lian rasai tenaga yang kuat, karena tubuhnya tertolak
mundur hampir terpelanting. Ia lekas perbaiki kakinya. Tentu
saja ia tidak senang.
"Kenapa kau dorong aku?" ia menegor.
Tapi tegoran itu dijawab dengan kelebatan tubuh dan
selanjutnya si orang tua sudah lenyap dari pemandangan
matanya, hingga ia jadi kagum berbareng heran. Ia pun tidak
dengar tindakan kaki. Mau atau tidak ia jadi bergidik.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

"Apakah aku benar ketemu setan?" ia tanya dirinya sendiri.


"Apakah itu rohnya ayahku ? Tetapi tubuh ayah tidak demikian
tinggi....."
Ingat ayahnya Siu Lian menjadi sedih. Beginilah nasibnya
anak yang sebatang kara, tiada sanak tiada kadang.
Tapi Siu Lian tidak mundur, ia tidak gubris peringatannya si
orang tua atau si iblis itu ia maju terus menuju kekantor
teetok. Ia lintasi beberapa jalanan kecil hingga sampai
dibelakang gedung yang ia cari. Ia tidak jerih terhadap
penjagaan yang kuat. Ia mau tolong Bouw Pek guna balas
budinya anak muda itu, yang telah berbuat banyak guna ia
sekeluarga
Dengan satu enjotan tubuh Siu Lian loncat naik keatas
tembok. Pelajarannya "Ya-heng-sut" atau "jalan malam" ia
dapat dari ayahnya, sudah begitu, selama berdiam belakangan
di Kielok, ia sudah latih lebih jauh, tidak heran kalau ia peroleh
kemajuan pesat. Ia loncat terus, naik keatas genteng, dari situ
menuju keruangan, dimana ada kamarnya Bouw Pek. Dari situ
ia lihat beberapa orang ronda, yang siap dengan berbagai
senjata, dan bawa lentera. Ia menantikan ketika.
Nona kita mesti menunggu lama sebelumnya orang2 ronda
itu pergi keruangan lain. Ia percaya mereka itu bukan
menjaga melulu hanya meronda. Ia gunai ketika ini akan terus
loncat turun, akan samperi kamarnya Lie Bouw Pek. Ketika ia
rabah pintu pada kuncinya, ia kaget berbareng heran. Sebab
pintu itu tidak saja tidak dikunci, malah melainkan dirapatkan
saja, Tapi dengan tidak sangsi, siap dengan goloknya, ia lekas
pentang pintu dan masuk kedalam. Cuma ia berlaku hati2.
Kamar gelap, sinar bulanpun tidak ada.
Siu Lian tidak berani buka suara, untuk cari Bouw Pek ia
hanya merabab2, sedang kakinya maju setindak. Buat
keheranannya,
ia tidak dapat pegang tubuh orang, hanya segala
rerombeng, seperti mangkok dan piring pecah dan tikar butut.
"Hei, kemana ia pergi?"
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Hatinya nona kita jadi berdebaran. Ia bersangsi, tetapi ia


tidak berani diam lama2 didalam kamar itu, lekas2 ia keluar
akan terus loncat naik keatas genteng. Ia loncat ketembok,
supaya bisa loncat turun keluar pekarangan. Justeru itu lewat
dua orang ronda sambil bunyikan kentongan, lekas2 ia
rebahkan diri diatas tembok itu. Syukur orang tidak
melihatnya, setelah dua orang itu lewat ia cepat. lompat turun
kebawah Ia berlari2 dipinggir gang. malam itu dengan tidak
pikirkan lagi si orang tua yang aneh. yang bersikap sebagai
iblis, ia lari terus dan pulang.
Ketika nona ini sampai didalam kamar Tek Naynay masih
tidur nyenyak, boleh jadi ia sedang mimpi bertemu suaminya
di Sinkiang.
Dengan tidak terbitkan suara apa juga Siu Lian kunci pintu
dan besarkan lampu. Ia tuang teh buat diminum, guna bikin
tenteram hatinya. Iapun tukar pakaiannya. Sekarang barulah
ia bisa berpikir.
"Kemana Bouw Pek telah pergi? Mustahil ia bisa kabur
sendiri? Tidak bisa! Ia toh sudah berkeputusan pasti akan
berdiam didalam penjara, akan cari ajalnya dengan jalan
mogok makan! Kalau ia mau lari setelah bunuh Oey Kie Pok
tak nanti ia serahkan diri! Apa bisa jadi ia telah menutup mata
dan sipir bui telah. kubur mayatnya?
Siu Lian jadi bingung, semua pertanyaan itu bikin ia pusing.
"Jangan2 ia benar sudah menutup mata" Bahna duka nona
ini mengucurkan air matanya....
"Siapa orang tua itu?" pikir ia, kapan ia ingat orang tua
tidak dikenal itu. "Apa ia seorang gila? Tapi kenapa ia bisa
menghilang? Apa bisa jadi mataku yang kabur? Bagaimana ia
bisa menghilang justeru didepan mataku?"
Semua pikiran itu bikin Siu Lian malam itu tidak dapat tidur,
kendati ia telah rebahkan diri dan berdaya akan lupakan
segalanya. Maka itu esoknya ia merasa kesehatannya sedikit
terganggu.
Ketika sang sore mendatangi, Siauw Gia kang datang cari
nona kita. Siu Lian keluar sambil berlari2 akan ketemui orang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pengangguran yang cerdik itu. Ia mau tanya apa barangkali si


Kala Kecil ketahui halnya Bouw Pek, apa si anak muda telah
kabur atau binasa......
Siauw Gia kang menantikan diluar thia, romannya bingung,
sampai tubuhnya seperti tidak mau berdiri tetap.
"Lie Bouw Pek Lie Toaya tadi malam sudah kabur dari
penjara!" demikian ia kata begitu lekas si nona berada
didepannya, "Orang2nya Kie-bun Teetok hari ini seharian
penuh, telah mencari disekeliling sembilan pintu kota. Mereka
berhasil mencari tahu, yang Su Poan-cu umpatkan diri di
Ciang-gie-mui, disebuab warung sereh, tetapi ketika warung
itu didatangi, si Gemuk sudah tidak ada Maka sekarang semua
orang menduga Lie Toaya telah diajak minggat oleh Su Poan-
cu. Orang telah menduga demikian, karena Orang tahu
mereka bersahabat sangat kekal. Karena kejadian ini aku juga
tidak bisa berdiam lebih lama lagi didaiam kota itu, maka itu
nona aku minta kau suka tolong aku dengan sejumlah uang
agar aku bisa menyingkirkan diri. Aku harap dalam beberapa
hari ini nona juga berlaku hati2"
Siu Lian juga menjadi bingung. Ia benar berkuatir akan
kaburnya Bouw Pek. Tapi ia lekas pergi kedalam akan ambil
uang sepuluh tail, yang ia berikan pada tukang bawa kabar
itu.
Siauw Gia kang terima uang itu sambil, membilang terima
kasih, lantas ia ngeloyor pergi.
Siu Lian perintah Hok Cu kunci pintu ia masuk kedalam. Ia
duduk seorang diri dengan bertopang dagu.
"Apakah benar Lie Bouw Pek dibawa lari oleh Su Poan-cu?
Ini sukar bisa jadi! Aku tidak percaya Su Poan-cu punya
kepandaian akan bisa berbuat demikian."
Juga semua pertaryaan itu Siu Lian tak mampu jawab
Kekuatirannya sekarang terhadap Bouw Pek bersifat lain. Lolos
dari penjara berarti bahwa bahaya maut sudah lolos. Hanya
entah didalam penyingkiran.
Mulai esok paginya, Siu Lian lantas pesan Hok Cu dan
semua bujang didalam rumah, supaya pintu luar selamanya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

ditutup dan dikunci, kecuali bujang dapur mau pergi belanja


pintu itu tidak boleh dibuka.
Siu Lian pun kuatir teetok nanti datang menggeledah.
"Mustahil orang curigai kita? Bouw Pek tidak ada disini, apa
yang mesti dibuat kuatir? Juga bukannya aku yang bawa
minggat ia........."
Ingat demikian, Siu Lian bisa besarkan hati Ia hanya
berkuatir dan menduga-duga saja..........
Sejak itu, lima hari sudah lewat kejadian baru apa juga
tidak ada.
Begitulah dengan lekas telah datang hari keenam.
Malam itu Siu Lian tidur diluar kamar. Pada kira2 jam
empat nona kita mengimpi, mimpi tidak keruan. Pertama ia
impikan ayah dan ibunya, lantas ia lihat Lie Bouw Pek.
Kemudian ia sadar. Tapi tiba2 ia rasai lengannya kena langgar
suatu barang dingin yang panjang sebagai ular. hanya tidak
bergerak. Ia terperanjat, hingga dengan satu gerakan ia
loncat turun kebawah pembaringan. Ia lantas sembat pelita
buat dipakai menyuluhi.
Ketika Siu Lian telah lihat barang itu, ia kaget. Sebab
barang panjang itu, yang dingin rasanya, adalah sebatang
pedang dibawah mana tertindih sepotong kertas mestinya
surat.
Sebagai seorang yang hati2 Siu Lian tidak lantas pungut
pedang dan surat itu, hanya lebih dahulu ia periksa kamarnya,
tetapi pintu dan jendela semua tertutup rapi, dan tanda apa
juga yang mencurigai tidak ada, hingga ia jadi tidak puas.
Kalau pintu dan jendela tidak terganggu, dari mana orang
dapat masuk akan taruh pedang dan surat itu? Dan kenapa ia
tidak mendusin?
Ia buka pintu dan keluar akan loncat naik keatas genteng.
Ia melihat kesekitar gedung. Dibawah sinar bulan, segala apa
sunyi dan senyap.
"Heran!" dia pikir, lalu loncat turun. Ia terus masuk
kedalam kamarnya. Baru sekarang ia jumput barang diatas
pembaringannya itu, lebih dahulu suratnya. Dalam terangnya
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

api pelita ia membaca. Sama sekali tertulis empat belas huruf,


yang berarti:
"Orangnya sudah ikut Kang Lam Hoo, pedangnya ditinggal
buat jodoh dilain hari"
Surat itu sederhana, Siu Lian bisa baca, tetapi arti yang
sebenarnya bikin ia bingung. Siapa itu Kang Lam Hoo ? Siapa
itu "orangnya" ? Hanya kata2 yang kedua membikin ia merasa
jengah.
Siu Lian pungut pedang itu, yang ia terus periksa dengan
hati2.
"Inilah pedangnya Lie Bouw Pek" pikir ia yang kenalkan
senjata itu "Kenapa pedangnya diantarkan kepadaku? Apa ia
sendiri yang antarkan ini kemari? Tapi ia bukannya orang
sembrono dan ceriwis"
Kembali sda soal baru yang bikin nona Jie asah otaknya.
Surat dan pedang ia lalu simpan.
"Buat dapat keterangan, aku mesti keluar bikin
penyelidikan. Tapi aku bertugas melindungi keluarga ini, mana
aku bisa tinggalkan rumah ini?"
Didalam rumah itu setiap hari Siu Lian lewatkan temponya
dengan pasang omong dengan Tek Naynay, atau ia ajarkan
silat pada kedua anaknya Siauw Hong.
Tek Naynay gelap tentang segala apa, sampaipun Bouw
Pek bunuh Oey Kie Pok ia juga tidak dapat dengar. Hanya
kadang2 saja ia ingat anak muda itu, kalau ia sedang ingat
lantas ia tanya si nona: "Kenapa Bouw Pek pergi dan belum
kembali?"
Atas itu Siu Lian jawab : "Ia tentu susul Ngo-ko, terus ke
Sin-kiang"
Tek Naynay penyaya jawaban itu, karena ia tahu suaminya
bersahabat kekal dengan pemuda she Lie itu.
Demikian sang hari dilalui, tiga bulan telah lewat. Waktu itu
Yo Kian Tong telah kembali dari Sin-kiang ia terus pergi ke
rumahnya Tek Siauw Hong akan sampaikan kabar pada
nyonya Tek, bahwa suaminya sudah sampai di Sinkiang
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

dengan tidak kurang suatu apa, bahwa disana suami itu tidak
menderita.
"Tetapi Sun Ceng Lee berdiam terus di Sinkiang" Yo Kian
Tong kasih tahu lebih jauh "ini perlu, supaya kalau nanti
keluar pengampunan, ia bisa melindungi dalam perjalanan
pulang"
Ketika mau pamitan, Yo Kian Tong lagi sekali minta nyonya
Tek jangan kuatir.
Kemudian Yo Kian Tong pergi kerumahnya Khu Kong Ciauw
buat mengasih kabar sekalian tinggal lama?, karena kuatir
dicurigai. Baru tinggal diam dua hari ia sudah pamitan untuk
pulang ke Yankeng.
Hiburannya Yo Kian Tong terhadap Tek Naynay ada
baiknya bagi nyonya itu, yang selanjutnya bisa tetapkan hati.
Benar tentang Bouw Pek ia tidak dengar kabar apa2, tetapi
dengan adanya Siu Lian dirumahnya ia tidak takut apa juga.
Iapun tidak menjadi kesepian, karena adanya nona Jie sebagai
kawan.
Segera juga dua kali musim dingin dan panas, telah lewat
dengan cepat, seperti tanpa terasa orang telah berada
dimusim rontok. Diwaktu mana, berhubung dengan
pengampunan umum, Tek Siauw Hong telah pulang dengan
tak kurang suatu apa. Kalau pihak keluarga girang, iapun tidak
kurang puasnya melihat rumah tangganya selamat dan Siu
Lian dengan tidak kenal bosan terus berdiam dirumahnya
melindungi keluarganya. Maka juga secara hangat ia haturkan
terima kasihnya pada nona itu.
Baru sekarang dimukanya Siauw Hong, Siu Lian kasih
keterangan pada Tek Naynay sebabnya Lie Bouw Pek pergi ke
Poteng bahwa sekembalinya ke Pakkhia membunuh Oey Kie
Pok dan serahkan diri pada pembesar negeri, bahwa Bouw
pek mau mencari mati dengan mogok makan, bahwa ia
bersama Su Poan-cu mau menolong! tetapi maksudnya tidak
kesampaian karena anak muda itu menolak bantuan, bahwa
pada suatu malam Lie Bouw Pek lenyap dari penjara hingga
sekarang lewat dua tahun lebih ....
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tek Naynay bingung saja, ia seperti orang mimpi.


Tek Siauw Hong goyang2 kepala dan menghela napas.
Warta itu sangat menggetarkan hatinya. Ia kaget heran,
kagum dan berkuatir. Benar2 Bouw Pek itu sahabat sejati,
tidak kecewa yang ia telah ikat tali persahabatan dengan anak
muda itu. Bagaimana ia telah dibela, bagaimana budinya telah
dibalas: dengan pengorbanan jiwa raga
Siauw Hong sangat kuatir akan dirinya Bouw Pek. Tetapi
Siu Lian sudah lantas menutur lebih jauh: bahwa selagi tidur
nyenyak orang kirimkan ia surat dan pedang itu.
Siauw Hong ambil pedang itu dan memeriksanya dengan
teliti. Kejadian itu bikin iapun merasa heran sekali.
"Tidak salah, ini pedangnya saudara Bouw Pek" ia kata.
Dan terus ia baca Surat dengan belasan huruf itu Tapi, begitu
lekas sudah membaca, air mukanya mendadak jadi terang,
dari bersenyum ia terus tertawa. Ia jadi kegirangan.
"Nona, kau jangan kuatir lagi" katanya dengan lagu-suara
gembira sekali. "Surat ini menunjukkan yang saudara Bouw
Pek sudah ikut pehhu, Kang Lam Hoo si jago tua
Siu Lian merasa heran, ia awasi tuan rumah.
"Siapa itu loo-hiapkek Kang Lam Hoo?" ia tanya. "Ia itu
orang macam apa?"
"Sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan loo
hiapkek itu" Siauw Hong menyahut, "hanya pada sepuluh
tahan berselang aku telah dengar namanya yang besar. Bukan
melulu di Kanglam ia tidak ada tandingannya, juga jamannya
itu bugeenya dan kemasyhurannya tiada keduanya. Dengan
ayahnya saudara Bouw Pek ia angkat saudara. Saudara Bouw
Pek sebetulnya lahir di Kanglam, hanya karena meninggalnya
ayah dan ibunya, KangLam Hoo telah bawa ia ke Lamkiong,
diserahkan pala pamannya Menurut saudara Bouw Pek, waktu
itu ia baru berumur delapan tahun. Tidak bisa salah lagi,
pehhu itu tentunya tidak bisa lupa kcponakannya, maka ia
telah menyusul kemari, justeru keponakannya mendapat
susah, ia lantas menolong. Atau ia telah datang kemari,
karena ia dapat kabar perihal keponakannya itu masuk bui.
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Aku percaya betul sekarang saudara Bouw Pek berada


bersama pehhunya itu. Barangkali, lewat lagi beberapa tahun,
ia akan datang pula kemari. Waktu itu tentulah bugeenya
telah dapat kemajuan pesat dan sifatnya juga tentu akan turut
berobah"
Siauw Hong ada begitu girang, sampai kaki dan tangannya
turut memain....
Baru sekarang Siu Lian mengerti bunyinya tulisan itu,
"Orangnya sudah ikut Kang Lam Hoo....."
Tapi ia lalu tanya : "Lie Bouw Pek sudah ikut Kang Lam
Hoo, kenapa ia tidak bawa pedangnya, melainkan pedangnya
itu ia antarkan kepadaku disini?"
Selagi menanya begitu, nampaknya sinona kemaluan.
Rupanya ia mengerti maksudnya, "antarkan pedang", terapi ia
sengaja tanya Siauw Hong untuk mendapat penjelasan.
Sebelumnya menjawab, Siauw Hong sudah tertawa lebih
dahulu.
"Malam itu, orang yang antarkan pedang mestinya bukan
Lie Bouw Pek sendiri" ia menjawab. "Orang itu mestinya Kang
Lam Hoo. Rupanya Kang Lam Hoo ketahui yang diantara nona
dan saudara Bouw Pek ada hubungan sebagai engko dan adik,
bahwa nona dengan menerjang bahaya sudah satroni penjara
untuk menolong saudara Bouw Pek, dari itu ia sengaja
serahkan pedangnya saudara Bouw Pek pada nona, selaku
tanda terima kasih."
Siu Lian puas dengan keterangan itu, ia manggut2.
Keterangan ini membikin Siu Lian ingat kejadian pada dua
tahun yang lalu, waktu ia mau tolongi Lie Bouw Pek, didalam
gang ia sudah ketemu seorang tua yang luar biasa. Ia
menduga orang tua itu tentunya Kang Lam Hoo sendiri.
"Pedang ini baik nona simpan" kata tuan rumah, "pedang
ini pedang biasa saja, tetapi dengan ini saudara Bouw Pek
sudah binasakan Say Lu Pou Gui Hong Siang, Hoa-chio Phang
Liong, Kim thio Thio Giok Kin, dan juga Siu Bie-too Oey Kie
Pok! Dengan ini juga ia telah percundangi Kim too Phang
Bouw yang tersohor! Maka pedang ini boleh dianggap sebagai
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

pedang istimewa. Tetapi surat ini, harap nona serahkan


padaku, aku hendak bawa dan tujukan kepada Tiat Pweelek.
Aku percaya, entah bagaimana keras orang bangsawan itu
pikirkan saudara Bouw PeK dalam dua tahun ini!"
Lantas Siauw Hong suruh bujangnya perintah Hok Cu
siapkan kereta, ia sendiri terus pergi Kedalam akan tukar
pakaian.
Tek Naynay susul suaminya itu.
"Kau baru pulang, apa kau tidak bisa mengaso dahulu
barang satu hari" kata isteri ini. "Apa tidak baik besok saja kau
kunjungi pweelekya?"
"Aku tidak perlu mengaso" Siauw Hong kasi tahu. "Satu
tahun lebih aku berdiam di Sinkiang, selama itu aku telah
mengaso cukup. Sekarang Oey Kie Pok telah dibinasakan oleh
saudara Bouw Pek, dengan binasanya dia itu aku tidak punya
musuh lagi. Selanjutnye, asal aku mau aku bisa mengaso
sesukaku!"
Tapi setelah mengucap demikian, ia menghela napas,
karena ia ingat Bouw Pek yang tidak ketahui dimana dan
bagaimana keadaannya.
"Kalau begitu, baik kau cukur dahulu mukamu" Tek Naynay
kata pula.
"Tidak usah" sang suami jawab. "Sekarang aku tidak
menjabat pangkat lagi, aku boleh pergi dengan begini saja
menghadap Tiat Jieya. Aku percaya Jie ya tidak akan tidak
ketemui aku....."
Karena Siu Lian tidak ada diantara mereka, Siauw Hong
keluarkan suratnya Kang Lam Hoo, diperlihatkan pada
isterinya,
kemudian dengan tangan menunjuk keluar, sembari
tertawa ia kata pula "Kang Lam Hoo antarkan pedangnya
saudara Bouw Pek pada nona Jie, ia tentu kandung sesuatu
maksud, cuma ia tidak jelaskan itu didalam suratnya." Ia lalu
bacakan bunyinya surat itu dan terangkan artinya, kemudian
sembari tertawa ia tambahkan "Pedangnya ditinggal buat
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

jodoh dilain hari! Ha ha ha ! Sungguh menarik bunyinya huruf


"jodoh" itu!"
Sementara itu ia sudah dandan, dan kepalanya memakai
kopia kecil yang ditabur batu mustika, setelah selipkan surat
disakunya ia bertindak keluar, dengau ajak Siu Jie ia naik
keretanya akan pergi kerumahnya Tiat Siauw Pweelek.
Duduk didalam keretanya, orang Boan ini gembira sekali,
hingga ia agaknya jumawa. Ia seperti mau unjuk pada orang
banyak: "Lihat ini, Tek Ngo ya sudah pulang! Ia tetap
sebagaimana adanya, tidak jadi melarat dan tidak binasa juga!
Tapi Oey Kie Pok? Malah tulangnya barangkali sudah rusak!"
Selesai kereta lewat di Pak Sin Kio, Hok Cu pun berkata :
"Pada dua tahun yang lalu, Lie Toaya, yang naik kereta
kita, telah lewat disini.
Waktu itu sudah mulai malam. Mendadak ada rombongan
orang jahat yang datang menyerang, dengan gunai panah
gelap, dengan golok dan tumbak. Selagi orang bertempur,
polisi kelihatan mendatangi. Syukur Lie Toaya bisa kalahkan
dan usir semua musuhnya dan polisi pun bisa diegoskan cuma
waktu itu pahaku telah kena anak panah, hingga aku mesti
berobat lama...."
Hal ini baru hari ini Tek Siauw Hong dapat tahu, dengan
begitu ia jadi dapat tahu juga, selagi ia dikeram dipenjara
Heng-pou, Bouw Pek dan Oey Kie Pok sudah bertempur hebat,
hanya Siu Bie-too selalu main curang. Hal ini telah
menambahkan kekagumannya bagi Bouw Pek, budi siapa ia
anggap besar sekali.
Tidak antara lama kereta sudah sampai di Pweelekhu Siauw
Hong masuk kedalam dan dapat bertemu dengan pmgeran
Boan itu, pada siapa ia lantas saja unjuk hormatnya sambil
haturkan terima kasih.
Tiat Pweelek sambut tamunya dengan girang.
Mereka pasang omong. Siauw Hong menutur halnya di
Sinkiang dan menceritakan tentang Lie di lengah jalan,
dengan kesudahan beberapa orang jahat dapat di binasakan,
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

bagaimana gagahnya pemuda she Lie itu, telah binasakan


Kie Pok dan serahkan diri.
"Tapi sekarang ia telah pergi entah kemana, apa yang
ketinggalan dari ia adalah ini" seraya terus keluarkan surat
tinggalannya Kang Lam Hoo.
Tiat Siauw Pweelek penyaya.
"Aku memang sudah duga Bouw Pek telah ditolongi orang
bahwa penolongnya mesti jauh lebih liehay daripada dia" ia
kata "Dipihak kantor semua orang bilang bahwa Lie Bouw Pek
telah ditolongi oleh Su Poan-cu si bekas tukang warung arak,
ini aku tidak percaya. Su Poan-cu bukan orang ternama
dikalangan kangouw, mustahil Bouw Pek sudi ikut dia?
Sekarang sudah pasti, Bouw Pek telah ditolongi oleh pehhunya
Kang Lam Hoo, dan ia tentu telah dibawa dibawa ke Selatan!
Tentang pedang yang dikasihkan pada nona Jie itu
sebenarnya Kang Lam Hoo dapat ambil dari aku disini! Dua
hari setelah kaburuya Bouw Pek, Kiu bun Teetok Moo Tek Yu
telah datang padaku, memberitahukan bahwa Bouw Pek
sudah minggat. Ia terangkan karena ia tahu aku perhatikan
Bouw Pek, ia datang untuk mengasi tahu saja.
Kemudian Teetok itu bicara tentang Oey Kie Pok, yang ia
katakan jahat sekali dan pantas binasa, bahwa meskipun
Bouw Pek pemburon ia toh mengaguminya Dari pembicaraan
lebih jauh, samar2 Teetok seperti mau unjuk bahwa
minggatnya Bouw Pek adalah seperti ia yang anjurkan secara
diam2. Akhirnya ia bilang, umpama kata Bouw Pek belum
keluar dari Pakkhia, ia minta aku kasi kisikan agar ia pergi
jauh. Tentu saja, mendengar demikian, aku tegor teetok itu.
Aku lalu tegaskan apa adanya perhubungan diantara aku dan
Bouw Pek. Lantas aku minta upaya ia tukar pedangnya Lie
Bouw Pek dengan pedang yang lama dan agar pedang itu
diserahkan padaku. Aku kata aku inginkan pedang itu selaku
tanda peringatan. Mo Teetok luluskan permintaanku, malah
hari itu juga ia mengirimkannya. Aku taruh pedang itu diatas
meja dikamar tulis, aku pikir buat bikinkan sarung. Aku pun
sudah pikir bila nanti Bouw Pek kembali kemari, aku hendak
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

kembalikan pedangnya itu. Diluar dugaanku, sebelum sarung


pedang dapat dibikin, pedang itu lenyap, sebelum berada tiga
hari padaku. Tentu saja aku menjadi heran. Berhubung
keadaan genting karena kaburnya Bouw Pek, aku tidak
perintah orang pergi cari pedang itu. Tetapi tidak dinyana,
pedang itu sebenarnya diambil oleh Kang Lam Hoo dan ia
serahkan pada nona Siu Lian, guna dijadikan tanda mata"
Mendengar keterangan itu Siauw Hong pun tertawa.
"Selagi BouwPek berada dalam penjara, nona Siu Lian
sudah satroni penjara dan ajak Bouw Pek kabur, tetapi Bouw
Pek tak dapat dibujuknya" Tiat Siauw Pweelek kata pula
"tetapi aku percaya selama berada berduaan, mereka tentu
telah beber rasa hatinya masing2, Bouw Pek memang kukoay,
perkataan siapa saja ia tidak suka dengar, tetapi kalau
pehhunya Kang Lam Hoo yang recoki jodohnya. aku percaya
ia tidak akan membantah lagi. Aku percaya betul, karena Kang
Lam Hoo telah kirim pedang itu pada nona Jie dan telah
tinggalkan suratnya, dibelakang hari ia akan rangkap jodoh
mereka berdua. Sekarang nona Jie berada dirumahmu, baik
kau jaga supaya ia suka tinggal terus, sebab kalau sampai ia
dapat ingatan akan merantau, sesudah ia berada diluaran
sekalipun Kang Lam Hoo sukar dapat cari dia!"
Siauw Hong manggut2.
"Aku punya akal aku tidak nanti kasi ia pergi" ia kata.
"Sekarang" kemudian Tiat Pweelek kata lagi "kendati sudah
tidak ada Oey Kie Pok, kau tetapi harus berlaku hati. Kau
harus tahu, perkara kau sendiri sudah diputus dan sudah
beres tetapi hal barang2 yang hilang, tetap masih bergantung.
Diantara barang yang lenyap ada serenceng mutiara, terdiri
atas beberapa ratus butir, beberapa butir yang terdapatan
dirumahnya Yo Cun Jie, semua itu yang kecil". Kabarnya ada
empat puluh butir yang besar luar biasa, yang menjaui
mutiara langka. Semua mutiara besar ini belum ada kabar
ceritanya. Kau telah kembali, kau mesti waspada. Aku kuatir,
karena mutiara itu, kau sembarangan waktu bisa berembet-
rembet pula...."
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Siauw Hong bilang terima kasih buat peringatan itu. Iapun


mengerti, yang ia benar2 belum bebas sama sekali!
Mereka masih bicara lagi sebentaran, kemudian Siauw
Hong pamitan pulang. Tapi ia tidak terus pulang ia menuju
langsung ke Pakkauw yan, kegedungnya Khu Kong Ciauw,
akan sambangi sahabat orang bangsawan itu, untuk haturkan
terima kasihnya.
Khu Kong Ciauw juga sambut tamunya dengan girang.
Mereka bicara lama juga, yang dibicarakan adalah sama
dengan apa yang Siauw Hong percakapkan di Pweelekhu.
Kemudian Siauw Hong pulang. Barulah sekarang berkumpul
dengan isterinya dan Siu Lian, Siauw Hong menutur jelas
perihal perjalanannya istimewa ke Sinkiang, tentang
berdiamnya ditempat pembuangan itu. Ia sebutkan hal2
tempat terkenal yang ia lihat, hal orang2 gagah yang ia
dengar, begitupun beberapa hal lain lagi. Sampai jauh malam,
baru mereka berhenti pasang omong dan masuk tidur.
Mulai esoknya lantas Siauw Hong seperti sekap diri. Ia tidak
bikin kunjungan, ia pun tampik sembarang tamu, kalau ia
bertamu atau terima tamu, mereka itu melainkan Tiat Siauw
Pweelek dan Khu Kong Ciauw, begitupun Sun Ceng Lee, orang
yang lindungi ia, dari perginya ke Sinkiang, selama ia berdiam
ditempat pembuangan, hingga kembalinya. Sekarang ini
muridnya almarhum Jie Hiong Wan telah diangkat menjadi
piauw-tauw dari Tay Him Piauw Tiam.
Berdiam dirumahnya, Siauw Hong lewatkan hari dengan
belajar menulis huruf besar dan membaca kitab hikayat dan
lain2. Ia telah beli sebuah rumah kecil didalam Sam-tiauw
Hotong, Tang Su-pay-lauw, ia minta Jie Siu Lian tinggal
dirumah itu yang ia peraboti lengkap. Ia minta Siu Lian didik
ilmu silat pada dua anak lelakinya, supaya anak2 itu mengerti
silat dengan baik dan kemudian bisa menjaga diri.
Siu Lian suka berdiam dirumah itu, ia suka didik dua
anaknya Siauw Hong. Untuk segala keperluannya ia dapat dua
bujang perempuan. Ia sendiri selainnya mendidik dua bocah
Tiraikasih Website http:kangzusi.com/

Tek juga tidak alpakan kepandaiannya, hingga ilmunya tak


jadi mundur, bahkan bertambah.
Kalau ia sendiri tidak kunjungi Tek Naynay, Siu Lan suka
undang nyonya itu, buat diajak kongkouw. Maka itu kendati ia
hidup sendirian, ia tidak merasa kesepian.
Hanya kadang2 saja ia suka teringat pada Lie Bouw Pek
dan Beng Su Ciauw, sebab ia telah simpan tanda mata dua
orang itu Lie Bouw Pek punya pokiam atau pedang tajam
bergemerlapan, dan Beng Su Ciauw punya tusuk konde emas
atau kim cee yang pun bercahaya berkilau kilauan. Kalau ingat
itu, barulah ia unjuk kesedihannya.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai