kaisar dipermainkan seperti itu, namun tinggal diam karena mabok oleh kecantikan Yang Kui
Hui iblis betina yang keji itu!" demikian Liem Toan Ki menambah minyak dalam api yang mulai
dikobarkan oleh Swi Nio. Memang para anggauta pasukan sudah gelisah dan kehilangan
ketenangan. Mereka merasa sengsara dan nasib mereka masih belum dapat ditentukan
bagaimana. Mungkin saja mereka semua akan mati konyol jika sampai dapat disusul oleh
pasukan-pasukan pemberontak. Mendengar hasutan-hasutan itu, mereka menjadi makin gelisah
dan akhirnya terdengarlah teriakan-teriakan yang diam-diam didahului oleh Swi Nio dan Toan
Ki. "Gantung pengkhianat!" "Bunuh penjual negara!" "Seret Yang Kok Tiong!" "Yang Kok
Tiong pengkhianat, harus dihukum mati!" "Sebelum menjual negara itu mampus, kami tidak
mau pergi!" Teriakan-teriakan ini makin hebat dan kini seluruh pasukan sudah bangkit,
mengacung-acungkan kepalan dan senjata ke arah bangunan-bangunan di mana rombongan
bangsawan itu berada. Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Kaisar ketika mendengar
teriakan-teriakan itu. Juga yang lain-lain menjadi kaget setengah mati, terutama Yang Kok Tiong
sendiri. Dia sedang berunding dengan orang-orang Tibet, ketika tiba-tiba Kaisar bersama
pengawal-pengawal pribadi memasuki tempat itu. Kaisar kelihatan marah. "Siapa mereka ini??"
bentaknya sambil menuding ke arah tujuh orang Tibet yang berada di situ. "Hamba....hamba
sedang berunding.... minta pertolongan Pemerintah Tibet," jawab Yang Kok Tiong. "Tangkap
orang-orang Tibet itu! Siapa tahu mereka adalah matamata perampok!" Perintah Kaisar ini
diturut oleh para pengawal dan ditangkaplah tujuh orang Tibet itu yang tidak berani melakukan
perlawanan. Sementara itu, teriakan-teriakan di luar menuntut kematian Yang Kok Tiong makin
menghebat. Berbondong-bondong datanglah para pembantu Kaisar, berkumpul di tempat Yang
Kok Tiong yang duduk dengan muka pucat mendengar tuntutan para pasukan di luar. Di depan
mata semua orang, tanpa malu-malu Yang Kui Hui menubruk dan merangkul leher Kaisar
sambil menangis. "Sudilah Paduka menolong kakakku.... harap Paduka menyelamatkan
kakakku..." Selir itu menangis. Didekap dan ditangisi selirnya yang tercinta, kaisar yang tua itu
segera menghardik kepada kepala pengawal pribadinya, "tangkap si pembuat ribut itu!"
Komandan pengawal itu berdiri tegak dan menjawab, "Ampun, Sri Baginda. Akan tetapi yang
ribut adalah seluruh pasukan pengawal!" "Junjungan hamba ...... tolonglah kakakku.....
selamatkan dia ......!" Yang Kui Hui menangis. yang Kok Tiong juga menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki Kaisar. "Hamba hanya dapat mengharapkan kebijaksanan Paduka dan menaruh
nyawa hamba di dalam telapak tangan Paduka ....!" "Seret Yang Kok Tiong si pengkhianat
keluar!" terdengar teriakan dari luar. "Keluarkan jahanam itu, kalau tidak kami menyerbu ke
dalam!" Suara ini diikuti suara pintu digedor-gedor dari luar. "Tangkap dia...!!" Kaisar
memerintah dan menudingkan telunjuknya kluar. Komandan pengawal hendak membuka dau
pintu, akan tetapi tiba-tiba dari luar meloncat masuk pengawal yang menjaga di luar, mukanya
pucat dan tubuhnya menggigil lalu dia menjatuhkan diri di atas lantai menghadap Kaisar sambil
berkata, "Mereka .... mereka .....akan menyerbu.....!" Oleh kepala pengawal, Kaisar dan
rombongannya dikawal naik ke loteng. Kemudian Kaisar keluar dan memandang kepada
pasukannya yang memberontak di luar itu. Begitu melihat munculnya Kaisar, para anak buah
pasukan berteriak kacau balau, menuntut agar Yang Kok Tiong diberikan kepada mereka.
Kepala pengawal yang melihat gelagat buruk, diam-diam lalu menotok perdana menteri itu dan
membawanya turun lagi di luar tahunya Kaisar, kemudian dia membuka pintu dan mendorong
perdana menteri itu ke luar. Banyak tangan yang penuh dendam kebencian menyambut, tubuh
Yang Kok Tiong di seret-seret, hujan pukulan dan makian, penghinaan dan ludah ditujukan
kepadanya. Ketika Yng Kui Hui yang mendengar teriakan-teriakan kakaknya itu keluar
mendekati Kaisar dan menjenguk ke bawah, dia menjerit dan merangkul Kaisar, menangis.
Kaisar sendiri terbelalak memandang betapa perdana menterinya itu, kakak dari selirnya, disiksa
oleh pasukan, dipukuli dan dimaki-maki. "Tolonglah kakakku..... tolonglah dia...." Yang Kui Hui
merintih dan menangis. Kaisar lalu berseru ke bawah dengan suara lantang, "Haiii! Semua
anggauta pasukanku....! Tahan.....! Jangan lanjutkan perbuatan gila itu!" "Berhenti....! Kalaian
iblis-iblis jahat.......! Uh-huuuuhhh-huuuu....!!" Yang Kui Hui juga menjrit-jerit dan akhirnya
menutupi mukanya, demikian pula Kaisar ketika melihat betapa Yang Kok Tiong sudah rebah
dan tidak berkutik lagi, dengan tubuh hancur dan penuh darah. Tiba-tiba dari dalam rombongan
pasukan dan orang-orang dusun yang banyak berkumpul di tempat itu terdengar suara nyaring
seorang laki-laki, "Seret iblis betina Yang Kui Hui....! Dialah biang keladinya! Dialah yang
menjatuhkan kerajaan dengan menggoda Sri Baginda! Semenjak ada dia, kerajaan menjadi
lemah dan dikuasai oleh pengkhianat-pengkhianat!" Disusul suara wanita, "Bunuh kuntilanak
itu! Dia siluman betina! Dia Tiat Ki ke dua ....! Dia berjinah dengan An Lu Shan, dia
mengumpulkan keluarganya untuk menguasai kerajaan! Dia harus dihukum gantung.....! Suara
ini adalah suara Bu Swi Nio yang ingin membalas kematian kakaknya. Dia menyebut nyebut
nama tokoh wanita Tiat Ki, yang dalam dongeng sejarah adalah seekor siluman rase yang
menjelma wanita menjadi selir Kaisar dan menyeret kerajaan ke dalam kehancuran pula.
Mendengar teriakan-teriakan menghasut dari Liem Toan Ki dan Bu Swi Nio ini, pasukan yang
haus darah dan yang ridak puas itu lalu berteriak-teriak, menuding-nuding kepada Yang Kui Hui
sambil menuntut agar wanita cantik itu digantung! "Tidak....!! Kalian gila semua!
Tidaaaakkk....!!" Kaisar memeluk tubuh selirnya yang pucat dan hampir pingsan itu, lalu
menariknya masuk, diikuti teriakan-teriakan para anak buah pasukan dan rakyat setempat. Kaisar
dengan muka mereh karena marahnya merangkul Yang Kui Hui yang menangis terisakisak itu,
diikuti oleh rombongan. Semua anggauta rombongan memandang dengan muka pucat, apalagi
mereka mendengar suara ribut-ribut di luar rumah dan kini pintu digedorgedor lagi. "Gantung
Yang Kui Hui.....!" "Bunuh siluman itu.....!" "Kalau tidak, rumah ini kami bakar!!" Tentu saja
Kaisar dan yang lain menjadi makin panik. Kaisar menjatuhkan diri di atas kursi, mukanya pucat
dan keringatnya bercucuran membasahinya, sementara itu Yang Kui Hui berlutut di dekat kursi
Kaisar, memeluk kaki Kaisar dan memperlihatkan sikap yang memelas (menimbulkan iba)
sekali, tubuhnya gemetar karena suara-suara dari luar yang terdengar, suara menuntuk
kematiannya itu seperti ujung pedang-pedang yang ditusuktusukan ke ulu hatinya.