Anda di halaman 1dari 974

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Judul Lama :
Pendekar 3 Jaman
Saduran : SD Liong
Sumber DJVU : AXD002
Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau http://
http://dewikz.byethost22.com/

Jilid 1

Pusar bumi.

MENGAPA? MENGAPA? MENGAPA?

Demikian pertanyaan yang selalu menghuni dalam benak


Siau-liong, jejaka berumur 16 tahun yang sedang belajar pada
Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsin To.

Mengapa gurunya melarang ia untuk menuntut balas atas


kematian ayahnya....?

Kata gurunya, larangan itu adalah pesan terakhir dari


ayahnya, pada saat hendak menghembuskan napas terakhir.

Mengapa mendiang ayahnya berpesan begitu?

Dan mengapa pula gurunya melarang ia berkeliaran ke


balik gunung? Sudah 10 tahun lamanya, pertanyaan itu
mencengkam pikirannya, tanpa penyelesaian.

1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu gurunya sedang pergi memetik daun obat kelain


tempat. Sebelumnya, Siau-liong telah dipesan supaya jangan
berkeliaran ke balik gunung dan supaya tiap hari giat berlatih
silat saja.

Entah bagaimana saat itu, timbullah keinginan Siau-liong


untuk mengetahui apakah dibalik rahasia dari larangan
gurunya itu.

Tentang kematian ayahnya, menurut keterangan gurunya,


telah dibunuh oleh To Hun-ki, ketua partai Kong tong-pay.
Tong Gun-liong, demikian nama ayah Siau-liong, adalah murid
kesayangan To Hun-ki.

Demikian keterangan sekedar yang diberikan gurunya Siau-


liong, mengenai kematian ayahnya. Tetapi mengapa ayah
Siau-liong sampai dibunuh oleh gurunya sendiri, Kongsun Sin-
to tak tahu.

Diam-diam Siau-liong, berjanji dalam hati, kelak akan


menyelidiki rahasia pembunuhan ayahnya itu sampai jelas.

Rupanya memang sudah menjadi sifat manusia. Makin


dilarang makin ingin tahu. Dan pada usia menjenjang dewasa
itu, darah Siau-liong memang panas-panasnya. Serentak ia
memutuskan untuk meninjau tempat dibalik gunung itu.

Ternyata jalan di bagian belakang gunung yang didiami itu,


merupakan sebuah jalan buntu. Terputus oleh sebuah jurang
yang curam.

Setelah puas meninjau keadaan sekeliling tempat itu,


karena hari sudah sore, iapun pulang. Pada keesokan harinya,
barulah ia datang lagi dan mulai melakukan penyelidikan.
Disitu terdapat sebuah mulut gua. Bentuknya macam kerucut,
atas sempit bawah lebar. Ketika mengamati, ia terkejut.

2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di atas mulut gua terdapat tiga buah ukiran huruf:

"Lembah penasaran"

Kini Siau-liong menyadari apa sebab gurunya melarangnya


kesitu. Tetapi Siau-liong makin tertarik. Adakah gua itu dihuni
orang?

Ia hendak memasuki gua itu. Tiba diambang mulut gua,


sehembus angin dingin meniup sehingga ia menggigil.
Teringat akan pesan gurunya, ia bergegas hendak keluar.
Tetapi ia tertegun ketika melihat kedua sisi pintu gua terdapat
beberapa ukiran huruf, berbunyi:

"Laut dendam, sukar ditimbuni. Siapa masuk tentu mati".

Sesaat ia gemetar tetapi pada lain saat bangkitlah


kepanasan hatinya. Sombong dan kejam benar orang itu.
Demikian anggapannya.

Sekonyong-konyong ia dikejutkan oleh gelak tawa yang


menggeledek. Serentak angin kuat menabur Siau-liong
sehingga anak itu terhuyung beberapa langkah ke belakang.
Buru-buru ia berusaha untuk menenangkan darahnya yang
mendebur keras.

Setelah tenang ia memandang kemuka. Ah, ternyata gua


itu mempunyai penghuni. Setombak di atas mulut gua,
terdapat sebuah lubang besar. Ditengah lubang duduk
seorang tua aneh tengah tertawa.

Tangannya mencekal sekerat daging yang masih berlumur


darah. Tampak ia menikmati daging itu dengan lahapnya....

3
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang aneh itu berbangkit dan menghampiri kepintu gua.


Siau-liong makin menggigil.

Perwujutan orang itu amat menyeramkan sekali. Manusia


tetapi menyerupai iblis. Iblis tetapi ternyata manusia. Mungkin
di dunia tiada manusia yang lebih seram dari dia. Dan
Walaupun berdiri, tetapi orang aneh itu hanya setinggi orang
biasa sedang duduk. Pahanya pendek sekali tetapi telapak
kakinya amat lebar. sepasang tangannya menjulur ke bawah
sampai hampir mencapai lutut.

Dadanya bidang, leher pendek dan kepala besar. Sepasang


matanya berkilat-kilat tajam hampir tertutup oleh rambutnya
yang kusut masai.

"Uh, sial, lebih baik pulang saja," gerutu Siau-liong seraya


hendak ayunkan langkah.

Tiba-tiba orang aneh itu menampar dan setiup angin keras


melanda Siau-liong sehingga ia terdampar ke belakang lagi.
Punggungnya terasa sakit. Sebelum ia sempat berdiri tegak,
orang aneh itu sudah melayang kehadapannya.

“Ha. ha. ha' Seorang penghuni baru lagi! Sekali Raja


Akhirat datang, jangan harap dapat minta tempo. Budak,
lihatlah tanganku!"

Orang aneh itu julurkan sepasang tangannya. Bermula


warnanya putih tetapi segera berobah merah lalu
didorongkan. Setiup angin berbau anyir, menghambur ke arah
Siau-liong.

Siau-liong menghindar ke samping. Dess.... tiba-tiba batu


yang berada di belakang, mendesus seperti hangus terbakar
api dan pecah berantakan.

4
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Heh, heh....” orang aneh itu tertawa mengekeh. Lalu


lepaskan empat buah pukulan lagi.

Siau-liong terpaksa mundur dan tanpa disadari ia telah


masuk ke dalam lingkungan batu-batu yang berserakan.

Dar, dar, dar, delapan buah pukulan dilepaskan orang aneh


itu lagi. Untunglah Siau-liong dapat menghindari. Tetapi batu-
batu yang tak menentu bentuknya itu pecah berhamburan ke
segenap penjuru!

Jelas orang aneh itu memang tak bermaksud


menghancurkan Siau-liong. Setiap kali tentu memberi
kesempatan supaya anak itu dapat menghindar. Siau-liong
menyadari juga hal itu. Tetapi lama kelamaan, marah ia.
Diam-diam ia kerahkan tenaga-dalam, siap mengadu
kekerasan.

Rupanya orang aneh itu mengetahui maksud Siau-liong.


Diluar dugaan, ia berhenti memukul dan tertawa
memanjang....

Siau-liong makin marah. Tetapi ketika memandang ke


muka, ia terkejut, “Celaka, mati aku sekarang!"

Ternyata dalam pandangannya, orang aneh itu telah pecah


menjadi empat orang yang berdiri diempat penjuru.
Tangannya yang merah, mengacung ke atas dalam sikap
hendak memukul.

Tetapi anak itu sudah bertekad mengadu jiwa.


Dihantamnya orang aneh itu. Hai.... ia ter-longong2.

Hampir ia tak percaya apa yang dilihatnya. Hantamannya


itu mengenai segunduk batu besar dan batu itu pecah
berantakan. Dan orang aneh itupun lenyap.

5
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebelum tahu apa yang terjadi, tahu-tahu bahunya sebelah


kanan terasa panas sekali. Cepat ia mengendap lalu berputar
mundur ke belakang. Ah. kiranya orang aneh itu sudah berada
di belakang!

"Budak, engkau adalah calon setan. Kematianmu sudah


hampir tiba. Tetapi rupanya engkau masih penasaran kalau
belum mengadu pukulan!" seru orang aneh itu tertawa
menyeringai. Lalu pe-lahan2 ulurkan tangan kiri. Telapak
tangannya yang berwarna hitam, menimbulkan rasa ngeri.

Siau-liong menggigil. Tetapi Kenekatannya pun bangkit.


Dess.... ia menghantam. Tetapi pukulannya itu seperti jatuh
ke dalam laut. Hilang lenyap dayanya.

Siau-liong terkejut. Tiba-tiba setiup angin keras melanda


dirinya. Angin itu ternyata berasal-asal dari refleksi pukulannya
tadi. Uh, uh, uh.... mulutnya mendesus ketika tubuhnya,
terpental beberapa langkah ke belakang. "Bluk", ia jatuh
terduduk dan muntah darah.

Orang aneh itu tertawa mengukuk, “Budak, mengapa


engkau tak berguna sekali? Hayo, bangunlah!"

Siau-liong membulatkan tekad. Kalau mati, ia harus mati


secara kesatria. "Wut", sekali tangannya menekan tanah, ia
melenting ke udara. Hai.... ia merasa tentu menderita luka
tetapi mengapa sedikitpun tak merasa sakit?

Orang aneh itu maju menghampiri dan Siau-liong terpaksa


mundur. Tetapi saat itu ia sudah terdesak sampai di tepi
telaga yang terbentang di belakang lembah itu.

"LAUT PENASARAN"

6
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Demikian bunyi tiga huruf yang terbentang di tepi telaga


itu. Siau-liong terbeliak kaget. Teringat ia akan kata-kata
orang aneh itu, “Laut Penasaran, sukar ditimbuni....”

"Adakah dia hendak lemparkan aku ke dalam telaga ini?"


pikirnya.

Orang aneh itu tertawa mengekeh, “Hai, budak, engkau


ingin mati atau tidak?"

Menyadari bahwa dirinya takkan terluput dari kematian,


semangat Siau-liong malah menyala. Dia tak takut mati.
Dengan berani ia menatap orang aneh itu, serunya, “Setan
tua, engkau ingin mati atau tidak?"

Jawaban Siau-liong itu membuat si orang aneh tertawa


gelak-gelak, “ Bagus, bagus, tepat sekali jawabanmu itu!"

Siau-liong terkesiap.

"Budak, engkau berbakat hebat sekali. Jika tidak. engkau


tentu sudah mampus termakan pukulanku tadi....” seru orang
aneh pula, "pukulanku Bu-kek-sin-kang tadi, mengandung
tenaga keras campur lunak. Jika engkau bukan seorang
perjaka tulen, jangan harap engkau mampu menerimanya!"

"Aku benci semua manusia di dunia!" seru orang itu lagi,


“tetapi hari ini aku benar-benar bingung. Betapapun halnya
engkau tak boleh merusak peraturan lembah ini. Ya, engkau
harus mati satu kali!"

Melihat sinar mata orang aneh itu agak ramah, nyali Siau-
liong makin bertambah. Serunya, “Setan tua, aku benci
kepada orang yang telah membunuh ayahku! Katakanlah,
bukankah engkau juga harus ku benci "

7
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan bermulut tajam!" hardik orang aneh itu, “kusuka


akan perangaimu yang baik. Engkau dengar tidak? Aku hanya
menyuruhmu mati satu kali saja!"

"Setan tua, masakan aku dapat mati beberapa kali?" teriak


Siau-liong.

"Bagus! Engkau memanggil aku setan tua dan kupanggilmu


budak kecil. Kita sama-sama tidak merugikan," kata orang
aneh itu, “budak kecil, sudah tentu orang hanya mati satu kali
saja."

"Sekali mati, habislah riwayatnya!" seru Siau-liong.

"Belum tentu," sahut si orang aneh, "mungkin masih


mempunyai kesempatan hidup lagi!"

"Aku tak mengerti ucapanmu." Siau-liong kurang senang.

Sejenak orang aneh itu merenung, lalu berkata, “Pertama,


engkau harus terjun ke dalam Laut Penasaran itu. Bukan
untuk menimbuni karena kupercaya engkau dapat muncul
kembali. Kedua, akan kuberimu ilmu pukulan Bu-kek-sin-kang.
Dan ketiga, engkau tak boleh menanyakan diriku siapa. Dan
jangan menceritakan diriku kepada siapapun juga, bahkan
kepada gurumu!"

"Locianpwe," karena melihat orangtua aneh itu ternyata


tidak buas, maka Siau-liongpun berganti dengan menyebut lo-
cianpwe, "yang pertama aku dapat menerima. Tetapi yang
kedua, aku tak sanggup!"

Orang aneh itu kerutkan kening lalu tertawa lebar, “Hm,


sekarang engkau berganti nada. Memang tak salah
penilaianku bahwa engkau ini seorang anak muda yang
berguna. Kusenang akan kejujuranmu. Kutahu si tua Kongsun

8
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu gurumu. Maka engkau segan berguru pada lain orang.


Jangan kuatir, akupun tak ingin mengambil murid engkau.
Melainkan hendak memberimu sebuah ilmu pukulan sakti!"

"Tetapi itu berarti suatu ikatan guru dan murid. Ah, tak
mau!" Siau-liong menolak.

"Bagus, aku suka akan kekerasan kepalamu!" seru si orang


aneh, “aku sendiri seorang yang keras kepala. Sekarang
bertemu dengan seorang budak yang keras kepala. Apakah ini
bukan jodoh namanya."

Orang aneh itu sebenarnya seorang momok durjana yang


terkenal. Ia membunuh jiwa manusia seperti memitas
nyamuk-nyamuk saja. Tetapi anehnya, berhadapan dengan
seorang anak yang berani, cerdik dan berbakat bagus,
seketika timbullah rasa suka.

"Baiklah," katanya, “kita tinggalkan dulu syarat kedua itu.


Sekarang kita laksanakan syarat yang pertama!"

Entah bagaimana, Siau-liong berganti kesan kepada orang


aneh itu. Segera ia hendak membuka baju.

Tetapi orang aneh itu cepat mencegahnya, “Tunggu dulu


Akan kusaluri tenaga dalam dulu kepadamu. Jika tidak, jangan
harap engkau dapat muncul ke daratan lagi!"

"Tidak." Siau-liong menolak, “beritahukan saja apa yang


harus kulakukan dalam telaga itu. Segera aku hendak
mencebur kesana."

"Budak, engkau ingin mati tidak?" tegur orang aneh itu


dengan mata memberingas.

9
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Setan tua, engkau benar-benar menusuk perasaanku.


Lebih baik aku mati dari pada dihina."

"Jangan tergesa-gesa," kata orang aneh itu, "Laut itu


merupakan mulut sebuah gunung berapi yang sudah padam.
Lahar yang membeku selama ratusan tahun, telah
memancarkan sumber air yang luar biasa dinginnya. Orang
pasti kaku seketika apabila menyilam disitu.”

"Aku?"

"Banyak perjaka tetapi jarang yang tubuhnya mengandung


hawa Tun-yang seperti engkau. Bagimu, tidaklah sukar untuk
menghadapi tempat semacam itu. Tetapi dengan kepandaian
yang engkau miliki sekarang ini, jangan harap engkau mampu
ke dasar bumi untuk mengambil pusaka yang tak ada
tandingannya di dunia persilatan!"

"Pusaka?"

"Berpuluh tahun aku bersembunyi disini, hanyalah karena


hendak menunggu pusaka itu. Sejenis binatang bersisik, mirip
dengan Kilin (warak) dan naga. Aku sendiri belum jelas.
Binatang itu telah menerima sari sinar matahari dan rembulan,
ditambah pula dengan menghisap hawa Im dan Yang dalam
kerak bumi. Apabila muncul, binatang itu memancarkan sinar
pelangi yang menyilaukan, Tetapi dia gesit sekali hingga aku
selalu gagal menangkapnya!"

"Benarkah?" Siau-liong menegas.

"Benar! Apa engkau pernah melihat juga?"

"Sepuluh hari yang lalu, kulihatnya sinar kemilau itu


memancar dari kawah gunung!"

10
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang aneh itu menghela napas, “Ah, saat itu dia terlalu
cepat sekali. Begitu muncul terus lenyap lagi. Ah, jika aku
berhasil memperoleh mustika dalam mulutnya, di dunia tentu
tiada yang dapat menandingi aku lagi. Akan kutumpas semua
manusia yang kubenci!"

"Ah, lebih baik kalau engkau jangan menemukannya!"

"Mengapa?" orang aneh itu heran.

"Aku tak mau mencarinya " sahut Siau-liong.

"Heh, engkau lupa?" orang aneh itu menggeram buas.

"Lupa apa?"

"Siapa masuk lembah ini harus mati!"

Siau-liong tertawa, “Sama sekali tidak lupa. Tetapi lebih


baik aku yang mati seorang daripada menelan banyak
korban."

"Engkau seorang budak kecil tetapi nyalimu besar sekali.


Baiklah. aku mengalah. Turunlah ke dalam laut itu. Berhasil
mendapatkan mustika itu atau tidak, aku takkan menyesalimu.
Nah, bagaimana?"

Siau-liong setuju. Orang aneh itu segera menyuruhnya


duduk bersila Kemudian ia lekatkan tangannya kepunggung
Siau-liong. Seketika itu Siau-liong rasakan sekujur tubuhnya
dijalari hawa hangat.

Makin lama makin panas sampai mandi keringat.

Tiba-tiba orang aneh itu menyepak pinggangnya. Huak....


Siau-liong muntah darah dan pingsan.

11
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang aneh itu cepat mengurut dan menyalurkan hawa


murni ke tubuh Siau-liong. Lebih kurang sejam lamanya, baru
ia berhenti. Tubuhnya mandi keringat, napas terengah-engah.
Duduklah ia bersemedhi.

Ketika sadar, Siau-liong terkejut melihat keadaan orang


aneh itu. Tak lama kemudian orang aneh itupan membuka
mata. Ia tampak lelah.

"Seumur hidup, baru kali ini aku melakukan kebaikan. Sejak


saat ini, matipun aku takkan penasaran," ujar orang itu
pelahan.

"Cianpwe, engkau mengapa?" Siau-liong heran.

"Sekarang pergilah engkau mengambil mustika itu.


Walaupun berhasil mendapatkan, tetapi akupun bukan tokoh
yang tiada tandingannya di dunia "

Mendadak timbul rasa iba dihati Siau-liong. Serunya rawan,


“Cianpwe, apakah maksud ucapanmu itu?"

"Tadi telah kusalurkan hawa-sakti ke dalam tubuh sehingga


jalan-darah Tok-djinmu terbuka. Tak kepalang tanggung,
kuberimu ilmu sakti Bu-kek-sin-kang juga."

Siau-liong terbeliak kaget. Sesaat ia termenung-menung.


Baru saat itu ia menemukan peribadi yang sesungguhnya dari
orang aneh itu. Ternyata baik dan luhur budi. Serta-merta ia
berlutut memberi hormat, “Suhu, Siau-liong akan mencari
mustika itu."

Orang aneh itu mengangguk puas.

12
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong segera loncat ke dalam Laut Penasaran, "blung"


ia menggigil. Andaikata ia belum mendapat saluran tenaga-
sakti orang aneh itu, pasti ia akan mati kedinginan. Air dalam
telaga yang dinamakan Laut Penasaran itu, memang luar
biasa dinginnya.

Pertama-tama matanya tertumbuk akan suatu


pemandangan yang ngeri. Berpuluh tengkorak manusia
berserakan di dalam telaga.... Adakah mereka mati sendiri
atau dilempar kesitu oleh si orang aneh?

Telaga itu hanya dua tiga puluh tombak lebarnya. Tetapi


amat dalam sekali. Makin ke bawah, makin sempit, Kira-kira
100 tombak dalamnya, terdapat sebuah gua. Aneh! Gua itu
kering tiada airnya sama sekali....

Siau-liong menghampiri gua itu. Hawanya dingin sekali dan


terdapat penerangannya pula. Beberapa tumbuh-tumbuhan
terdapat hidup digua itu. Menilik susunannya. tentulah
ditanam orang. Jenis tanaman yang tumbuh disitu, jarang
terdapat di dunia. Daunnya ada yang biru ke-hijau2an seperti
batu kumala. Batangnya seperti jenggot naga dan bentuk
daunnya menyerupai ekor burung cenderawasih. Bunganya
seperti butir2 mutiara....

Tampak sebuah cekung berisi air jernih. Penuh dengan


benda-benda warna merah zamrud yang tak henti-hentinya
lalu lalang kian kemari.

Siau-liong teruskan langkah kemuka. Tak berapa jauh, ia


tiba disebuah gua lagi. ia makin terkejut. Dalam gua itu penuh
dengan lentera yang ber-gerak2 naik turun, mendekat dan
menjauh.

Siau-liong menyambar lentera yang kebetulan menghampiri


ke arahnya. Tetapi selalu luput.

13
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lentera-lentera itu bagaikan jinak-jinak merpati. Dihampiri,


menjauh. Dijauhi, mendekat....

Gua makin menanjak ke atas. Setelah berjalan agak lama,


ia memperhitungkan, tentu sudah berada diluar Lembah
Penasaran.

Tiba-tiba suasana terang benderang. Ia tiba di sebuah


ruangan yang terang. Begitu masuk ia terbeliak kaget. Di atas
sebuah ranjang batu duduk bersemedhi sesosok tengkorak.
Lehernya terlingkar seutas rantai perak dengan sebuah tong-
pay (lencana) berukir tengkorak bersemedhi.

Pada dinding di belakang tengkorak itu terdapat empat


buah huruf:

Ilmu pukulan Thay-siang-ciang.

Dibawahnya tertera lima buah gurat2 lukisan. Kemudian


ditengah ruangan, tampak sebuah tambur batu yang besar.
Permukaan tambur batu penuh dengan guratan huruf yang
bersembunyi:

"Barang siapa masuk kemari, tanda berjodoh. Selain tong-


pay dan ilmu pukulan Thay-siang ciang, pun di atas
permukaan batu ini tumbuh sebiji buah Im-yang-som. Dapat
menambah panjang umur dan tenaga-sakti. Buah itu tak boleh
dibiarkan sampai masak. Harus cepat dimakan. Dan hanya
diperuntukkan orang yang benar-benar berjodoh".

Terlintas dalam benak Siau-liong. Andaikata tak berhasil


memperoleh mustika. asal mendapat buah ajaib itu, iapun
dapat menolong memulihkan tenaga si orang aneh....

14
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tambur batu tak kurang dari seribu kati beratnya. Dengan


kerahkan tenaga, ia mendorong. Terdengar bunyi gemuruh
menggetarkan bumi dan tiba-tiba pintu gua itu tertutup rapat.
Ternyata tambur batu itu merupakan alat penutup dan
pembuka pintu gua.

Dibawah tambur terdapat pula beberapa tulisan:

"Pintu gua telah tertutup. Tetapi jangan takut. Gua ini


penuh persedian makanan. Yakinkanlah ilmu pukulan Thay-
siang-ciang sampai sempurna, tentu dapat membuka lantai
batu ini dan dapatkan buah Im-yang-som. Setelah makan,
tenagamu tentu bertambah sakti. Hancurkan pintu gua dan
engkau pasti akan menjagoi dunia"

Siau-liong gelisah sekali. Sampai beberapa lamakah ia


harus tinggal dalam gua situ? Tetapi apa daya. Satu-satunya
jalan, ia harus menurut apa yang tertera dalam tulisan itu.

360 hari lamanya, Siau-liong tinggal dalam gua. Tak


disangkanya bahwa walaupun hanya terdiri dari lima jurus,
tetapi ternyata ilmu pukulan Thay-siang-ciang itu memerlukan
waktu setahun untuk meyakinkan. Untung sebelumnya ia
sudah mendapat saluran tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dari
orang aneh itu. Kalau tidak, entah berapa tahun lagi ia baru
berhasil mempelajarinya.

Kini ia meningkat 16 tahun umurnya. Bertubuh tinggi besar,


sehat dan kuat. Pada hari terakhir setelah mengerahkan
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, ia melenting dan lontarkan
pukulan Thay-lo-kim-kong. "Pyur", amblonglah lantai batu
yang menutupi buah ajaib itu.

Lubang dibawah lantai hanya beberapa meter dalamnya.


Tampak sebuah benda menyerupai pohon Sian-jin-ciang atau
Telapak Dewa. Daunnya hanya dua helai, berwarna biru

15
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kehijau-hijauan. Pada batang pohon terdapat dua biji buah


sebesar telur burung. Satu merah, satu putih. Buah itu
memancarkan sinar gemilang dan bau yang harum sekali.

Buah yang merah mengandung tenaga Yang dan buah


yang putih tenaga Im. Hanya ditempat yang disaluri air pusar
bumi, barulah buah itu dapat tumbuh.

Segera dipetiknya terus dimakan. Seketika ia rasakan


tubuhnya hangat dan semangat segar. Kemudian ia duduk
bersemedhi menyalurkan darah.

Beberapa waktu kemudian, ia loncat bangun dan


menghantam pintu gua. Dar.... pintu jebol dan terbukalah
sebuah lubang. Girangnya bukan kepalang.

"Suhu!" serta-merta ia berlutut memberi hormat kepada


tengkorak yang duduk di ranjang batu itu.

Setelah itu baru ia menerobos keluar. Ia terkejut ketika


melihat seekor makhluk yang berkemilau dan menyiarkan bau
luar biasa wanginya.

Cepat ia memburu keluar. Seekor binatang yang agak lebih


kecil dari kuda, bersisik dan bertanduk satu, menyerupai
binatang Kilin, tengah muncul dan menyadap bulir-bulir
mutiara dalam air. "Wut".

Siau-liong cepat ayunkan tubuh kepunggung. Tetapi


binatang itupun luar biasa gesitnya. Secepat kilat binatang
itupun menyusup ke dalam pusar bumi....

Siau-liong terus mengejar sampai disebuah tempat yang


dindingnya gilang gemilang. Tetapi hampir setengah hari ia
ber-putar2 menjelajahi sekeliling tempat itu, tetap tak dapat
menemukan binatang aneh tadi.

16
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia memutuskan harus dapat memperoleh binatang itu.


Kalau gagal, orang aneh yang telah melepas budi kepadanya
itu tentu tetap sengsara. Mati atau hidup, binatang itu harus
dapat ditangkapnya.

Dengan kerahkan tenaga ia mulai menghantam. Dinding


yang mengkilap macam es hancur berantakan, tetapi sebelum
ia memukul lagi, tiba-tiba binatang aneh itu muncul terus
menyerbunya. Siau-liong cepat menghindar seraya
menyambar tanduk binatang itu. Binatang itu berontak sekuat-
kuatnya. Kedua kakinya melentik-lentik tubuh orang.

Terpaksa Siau-liong lepaskan tanduk dan berputar


menyambar ekor binatang itu. Tetapi sekali kibas, ekor itu
menghilang dan tahu2 binatang itu menyepakkan kaki ke
belakang kepunggung lawan.

Pertempuran seorang manusia dengan seekor binatang


aneh dalam kerak bumi, telah berlangsung seru sekali.
Binatang itu memiliki tanduk dan gigi yang runcing. Begitu
pula kaki dan ekornya. Merupakan senjata yang berbahaya.
Sekali kena, orang tentu hancur tubuhnya.

Tiba-tiba Siau-liong mendapat akal. Cara bertempur


semacam itu, tak mungkin ia dapat menundukkan lawan. Ia
berganti siasat.

Tiba-tiba ia menyelundup ke bawah perut binatang lalu


menjepit perut binatang itu dengan kedua kakinya. Binatang
itu terkejut dan meronta melepaskan diri. Tetapi tak mampu.
Akhirnya binatang itu gulinglan diri ke tanah.

Tetapi Siau-liong tak mau kalah pintar. Dengan gunakan


jurus Ikan-melenting-ke udara, ia melambung ke udara terus
hendak menginjak binatang itu. Tetapi ternyata binatang itu

17
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

luar biasa gesit dan cekatannya. Sesaat kemudian Siau-liong


lepaskan cekalannya, secepat itu pula ia menggeliat bangun
dan menyusup ke dalam ruang es....

Siau-liong mengejarnya. Lorong makin lama makin sulit


dilalui. Naik turun, berkeluk-keluk. Dan ketika ia hampir
berhasil menyusul, tiba-tiba binatang itu kibaskan ekor
menyabat dinding ruang.

“Pyur....!" dinding hancur dan Siau-liong terpaksa hentikan


larinya.

Tiba-tiba binatang itu mengangakan mulut Sebutir benda


merah meluncur keluar. Warnanya gilang gemilang indah
sekali!

Itulah mustika yang dikatakan si orang aneh tempo hari.


Siau-liong putar otak untuk merancang siasat. Tiba-tiba
serangkum angin panas dan mustika itu melayang ke arahnya.

Siau-liong menyongsong dengan jurus Thay-lo-kim-kang.


Hendak disambarnya mustika itu tetapi ternyata benda itu
seolah-olah mempunyai mata. Hantaman Siau-liong bahkan
menambah kedahsyatan mustika itu yang melaju pesat sekali
ke arah Siau-liong.

Siau-liong cepat mengganti dengan jadi pukulan. Setelah


mustika itu agak pelahan, ia loncat kesamping. "Bum....”
sebuah tiang ruangan hancur terkena pukuluan Siau-liong.
Langit ruangan berhamburan gugur dan binatang aneh itupun
loncat ke belakang.

Dan ketika Siau-liong menukik turun, mustika


menyambarnya lagi. Siau-liong menggeram dan
menamparnya. "Bum", mustika mengendap ke bawah
menghantam lantai. Lantai hancur berlubang dan mustika itu

18
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membal ke atas dan melanda Siau-liong yang saat itu masih


berada di udara. Sudah tentu Siau-liong sukar menghindar.
Cepat ia menghantam dengan jurus ilmu pukulan Thay-siang-
ciang.

Mustika itu jatuh membentur lantai lagi dan membal ke


atas lagi.

Celaka sekali binatang aneh itu. Karena mustika beberapa


kali kena hantaman Siau-liong, binatang itupun meringkik-
ringkik kesakitan. Cepat ia menyedot kembali mustikanya dan
menyelinap keluar.

Terjadi kejar mengejar yang tegang. Tetapi akhirnya Siau-


liong ketinggalan berpuluh tombak dibelakang. Binatang aneh
itu lari ke Laut Penasaran.

"Blung....” baru Siau-liong muncul dipermukaan telaga,


sesosok tubuh meluncur jatuh ke dalam telaga.

Siau-liong terkejut karena air berobah merah warnanya. Ah,


tentu seorang persilatan dijadikan korban penimbunan Laut
Penasaran'

Tetapi Siau-liong tak dapat menghiraukan nasib orang itu


karena dari arah Lembah Penasaran terdengar jeritan seram.
Rupanya di Lembah Penasaran terdjadi pertempuran dahsyat.
"Blung"........ lagi sesosok tubuh terlempar jatuh ke dalam
laut. Mayatnya meluncur ke dasar air.

Setelah pandang matanya biasa mengadapi cahaya


matahari, barulah Siau-liong dapat melihat jelas.

Dalam lembah tampak tiga empat puluh jago2 silat tengah


mengepung binatang itu. Diantaranya terdapat paderi, imam
dan jago-jago silat. Mereka tengah bersiap menunggu

19
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesempatan untuk menyergap binatang aneh itu, Dua orang


yang tak dapat mengendalikan nafsu, segera loncat
menerjang. Tetapi binatang aneh itu segera merangsangnya
sehingga mereka terlempar ke dalam Laut Penasaran.

Binatang itu segera meliar di dalam lembah. Puluhan jago


silat itu tengah mengepung dengan senjata masing-masing.
Seluruh perhatian mereka tercurah pada binatang aneh itu
sehingga tak mengetahui kehadiran Siau-liong.

Tiba-tiba binatang itu lari ke dinding karang gunung.


Beberapa jago silat segera gunakan ilmu Cicak merayap atau
Pik-hou-kang. Punggung dilekatkan pada dinding karang lalu
meluncur ke atas dan taburkan senjata rahasia kemata
binatang aneh itu.

Tetapi binatang itu tak mengacuhkan. Semua senjata


rahasia, terpental dan jatuh ke dalam air. Dua orang yang
hebat ilmu meringankan tubuh atau ginkang, mereka
melambung ke udara dan coba membacok ekor binatang itu
Tetapi binatang itu teramat gesit. Sekali menggeliat ia dapat
lolos dari kepungan. Kedua jago silat yang loncat ke udara
untuk membacok ekor binatang itu. Tetapi luput....

Terpaksa mereka meluncur turun ke bumi lagi. Begitu tiba


di tanah, binatang aneh itu sudah menanduknya. "

"Blung....” salah seorang terpelanting jatuh ke dalam telaga


Penasaran lagi. Rupanya binatang itu masih belum puas. Ia
menyerang lagi pada seorang lain. Siau-liong cepat loncat dari
permukaan air seraya menghantam. Karena pernah
dikalahkan, rupanya binatang itu jeri. Ia hendak melarikan diri
tetapi kalah cepat dengan Siau-liong yang sudah loncat di
punggungnya dan memeluknya erat-erat.

20
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gemparlah tokoh2 yang berada dalam lembah situ. Mereka


mengira kalau siluman air, tetapi ternyata hanya seorang
pemuda.

Mereka datang ke Lembah Penasaran, bukan


berombongan, melainkan perseorangan dan tak kenal satu
sama lain. Mereka datang untuk memburu binatang aneh yang
memiliki mustika.

Melihat Siau-liong menguasai binatang itu, timbullah


kekuatiran mereka. Pemuda itu harus dihancurkan!

Delapan jago silat segera menyerbu Siau-liong dengan


senjata dan pukulan. Karena sedang memeluk binatang itu,
terpaksa Siau-liong harus menderita luka2 berdarah akibat
serangan itu. Anehnya, binatang itu mempunyai perasaan
kasihan terhadap Siau-liong. Tak mau ia meronta.

Siau-liong mengira kedelapan penyerangnya itu tentu salah


turun tangan. Yang di arah si binatang tetapi mengenai
dirinya. Maka ia memberi isyarat agar mereka berhati-hati
jangan sampai menyerang dirinya lagi.

Sudah tentu mereka tak mau menghiraukan. Bagaikan


delapan ekor harimau, mereka menyerang Siau-liong.

"Wut....” tiba-tiba binatang aneh itu sapukan ekornya


sehingga beberapa penyerang itu loncat mundur.

Masih ada beberapa orang yang berhasil menyusup, dapat


memberi beberapa tusukan kepada Siau-liong.

Darah makin deras, sakitnya bukan kepalang.

Namun ia seorang anak yang keras hati. Bukan melepaskan


sebaliknya ia malah memeluk tubuh binatang itu makin

21
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kencang. Mulutnya menggigit tanduk. Rupanya binatang itu


marah. Ia hendak membela Siau-liong. Dengan beringas,
diterjangnya kawanan penyerangnya itu.

Siau-liong marah juga. Ia kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-


sin-kang. Begitu mengangkat tangan telapaknya yang
berwarna merah. Seketika menjeritlah sekalian jago2 itu, “Bu-
kek-sin-kang! Bu-kek-sin-kang....”

Siau-liong terkejut sendiri. Ia tak menduga kalau


pukulannya begitu dahsyat. Sembilan sosok tubuh kecemplung
ke dalam telaga!

Siau-liong kesima. Bukankah ketika bertempur dengan


binatang aneh tadi, ia belum memiliki pukulan sedahsyat itu?

Memang hal itu terjadi diluar pengetahuannya. Ketika


menghadapi serbuan jago-jago silat tadi, ia terpaksa
menelungkup memeluk binatang itu erat-erat. Untuk menjaga
keseimbangan tubuh, mulutnya menggigit tanduk binatang itu.
Tanpa disadari, ia telah menghisap darah kepala binatang itu.

Darah itu disebut Ceng-hiat. Merupakan obat luar biasa


yang terdapat di dunia. Khasiatnya dapat menambah tenaga-
dalam.

Setelah sekalian penyerangnya lari, Siau-liong teringat


sesuatu. Cepat2 ia meluncur turun dari punggung binatang
itu. Binatang aneh itupun segera meluncur ke dalam Laut
Penasaran lagi.

Kiranya Siau-liong teringat akan Koay suhu atau orang


aneh yang secara tak resmi telah menjadi gurunya. Ia
bergegas lari ke gua tempat kediaman orang aneh itu.

22
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi ketika melintasi gunduk2 batu yang bertebaran di


halaman gua, ia terkejut menyaksikan pemandangan yang
mengerikan. Batu-batu berlumuran darah, disana-sini
bertebaran kerat2 kecil daging manusia dan sesosok tubuh
membujur di atas tanah....

"Suhu!" Siau-liong menjerit serentak. Ia bersimpuh


dihadapan mayat itu yang ternyata memang si orang aneh
yang disebut Siau-liong sebagai Koay suhu.

Siau-liong menangis tersedu-sedu. Hatinya pilu sekali. Jika


Koay suhu tak menyalurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang
kepadanya, dia tentu tak sampai kehabisan tenaga dan musuh
tentu tak mungkin dapat membunuhnya. Dengan demikian
walaupun dia yang bukan turun tangan membunuh tetapi
secara tak langsung, dialah yang menyebabkan kematian
orang aneh itu.

Puas menangis, Siau-liong memeriksa keadaan mayat Koay


suhu. Pada bagian dadanya hancur, berlubang besar sampai
kepunggung.

Hanya pukulan sakti atau cengkeraman maut Ngo-ci-tong-


joang yang mampu meninggalkan luka semacam itu!

"Hm, sudah mengasingkan diri dalam gua yang terpencil


seperti ini, ternyata orang masih mengejar dan membunuhnya
secara ganas. Sungguh tak dapat dimaafkan perbuatan itu,
Siau-liong menggeram. Dan rasa sesalnya karena membunuh
beberapa orang tadi lenyap seketika.

Ia mengubur jenazah Koay suhu baik2. Setelah memberi


hormat terakhir dihadapan kuburan Koay suhu, ia ayunkan
langkah dengan tekad yang bulat. Ia pasti akan menuntut
balas atas kematian Koay suhu.

23
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lebih dulu ia menuju kegua kediaman Koay suhu untuk


mengemasi barang2 peninggalan suhu itu.

Di atas tempat tidur batu, terdapat dua buah topeng


terbuat daripada kulit manusia. Ketika hendak mengambilnya,
tiba-tiba ia melihat pada kedua samping dinding, terdapat
beberapa guratan huruf yang berbunyi, “Anak! Seumur hidup
baru satu kali ini aku melakukan kebaikan menurunkan tenaga
sakti Bu-kek-sin-kang kepadamu. Tetapipun juga
mencelakakan dirimu. Karena engkau tentu takkan kembali
lagi. Adakah memang Tuhan tak mengijinkan aku berbuat
kebaikan....? Nak, kulihat wajahmu bukan orang yang
bernasib malang. Tetapi, ah, hampir setahun kuhanya
kutunggu, mayatmu tak terapung dipermukaan air. Tetapi
kutetap percaya engkau takkan mati. Dalam beberapa hari ini
sudah mondar-mandir disekeliling tempat ini. Maut rupanya
sudah menjenguk di guaku....”

Kemudian Siau-liong membaca tulisan didinding sebelah


kiri, “Nak, aku mempunyai firasat bahwa kematianku sudah
datang. Jika aku mati, engkau harus melakukan tiga buah
pesanku ini:
Pertama: jangan mengatakan tentang diriku kepada
siapapun juga. Dan engkau pun telah menyanggupi.
Kedua: Bunuhlah semua orang yang kubenci dan engkau
benci!
Ketiga: Besok tahun muka pada malam Tiong-Chiu,
pergilah ke-gunung Bu-san, mewakili aku dalam pertempuran.
Si tua Kongsun beberapa kali tampak dipuncak gunung,
rupanya dia mencarimu....”

Sampai disitu, tulisan tak lanjut. Rupanya musuh sudah


datang dan orang aneh itu terpaksa harus hentikan tulisannya.

Berderai-derai air mata Siau-liong membanjir karena


mengenang budi orang aneh itu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh

24
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara letupan dahsyat. Lembah terasa tergelar keras. Siau-


liong terkejut sekali ketika memandang keluar gua. Lembah
telah berobah menjadi lautan api. Ledakan dahsyat susul
menyusul memekakkan telinga.

Segera ia lari keluar. Ternyata tokoh persilatan yang gagal


menangkap binatang aneh tadi telah menumpahkan
kemarahannya. Dari puncak lembah mereka lontarkan
potongan batang pohon untuk umpan api. Potongan kayu itu
makin lama makin dekat pada gua.

Siau-liong terkejut jika mulut gua sampai tertutup api, tak


mungkin ia dapat keluar lagi. Cepat ia bertindak. Menyambar
sehelai baju peninggalan Koay suhu, ia terus menerjang
keluar. Sekali loncat ia hinggap pada sebatang pohon. Dengan
baju, ia menghalau api. Kemudian ia melayang ke atas sebuah
cekung karang lalu untuk yang terakhir kalinya, ia melayang
kepuncak lembah....

Jago2 persilatan yang berada di atas puncak lembah,


terkejut melihat anak itu dapat menerobos dari lautan api.
Mereka hentikan lontaran kayu dan berganti menghujani anak
itu dan senjata rahasia.

Siau-liong sedang melayang ke atas. Tak mungkin ia dapat


menghindari serangan itu. Dalam gugupnya ia putar baju Koy-
suhu laksana kitiran. Diluar dugaan, putaran baju itu
menimbulkan tenaga yang dapat menampar jatuh ber-puluh2
buah senjata rahasia.

Ia marah sekali kepada mereka. Selekas kakinya menginjak


tepi puncak, ia lemparkan baju dan lontarkan sebuah pukulan
yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang.

Melihat telapak tangan anak itu merah membara, sekalian


orang menjerit kaget dan lari tunggang langgang. Enam orang

25
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang terlambat lari, menjerit ngeri dan rubuh tak bernyawa.


Sisanya lari ke dalam hutan.

Siau-liong menanggalkan kedok muka. Ia menghela napas.


Ia menyesal telah membunuh orang. Tetapi ia tak dapat
berbuat lain karena kemarahannya atas tindakan tokoh-tokoh
persilatan yang begitu ganas.

Setelah beberapa saat termenung-menung, akhirnya ia


pulang ketempat kediamannya. Hampir setahun, ia tak
berjumpa dengan Kongsun Sin-tho. Ia merasa rindu kepada
suhunya itu.

"Suhu!" serta-merta ia karena tak mengindahkan berseru


penuh rasa menyesal nasihat suhunya supaya jangan ber-
jalan2 ke belakang gunung.

Tetapi alangkah kejutnya ketika didapatinya gua itu


kosong. Masih ada menyangka tentulah suhunya sedang
keluar untuk mencarinya. Tiba-tiba ia melihat beberapa
guratan huruf pada dinding gua.

Jelas itu tulisan suhunya yang berbunyi, “Liong-ji, aku


sudah pulang beberapa bulan. Sia-sia kucarimu ke-mana2.
Lebih cemas pula hatiku karena dewasa ini dunia persilatan
telah timbul desas-desus bahwa ibumu telah muncul kembali.
Dunia persilatan terancam pertumpahan darah lagi.
Kuputuskan turun gunung mencarimu, sekalian untuk mencari
ibumu. Berhasil atau tidak, setengah tahun kemudian aku
pasti kembali kesini"

Dari tanggal yang tertera dibawahnya, jelas bahwa


kepergian Kongsun sin-to itu baru lebih 10 hari yang lalu.
Siau-liong berkemas-kemas untuk mencari suhunya.

26
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keesokan harinya, ia menuju kemakam ayahnya untuk


minta diri. Tengah ia berlutut mengucapkan doa, tiba-tiba
didengarnya suara orang berbicara. Gunung Hong-san jarang
dikunjungi orang. Dan peristiwa berdarah kemarin,
menyebabkan Siau-liong harus berhati-hati terhadap orang.
Cepat ia menyembunyikan diri.

Tak berapa lama muncullah empat orang tua dari dalam


hutan. Salah seorang berkata, “Menurut pendapat kalian, yang
manakah sesungguhnya Bu-tek Gong-mo itu? Lelaki tua yang
dibunuh Soh-beng-kiu-su atau orang yang muncul dari Laut
Penasaran?"

Mendengar itu, Siau-liong hampir menjerit. Kiranya orang


aneh yang menurunkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang itu
adalah BU-KEK-GONG-MO atau pendekar LAKNAT yang
termasyhur. Dan yang membunuhnya adalah Soh-beng Ki-su.'

"Mungkin kedua-duanya, mungkin bukan semua," sahut


kawannya.

"Maksudmu?" orang pertama yang bicara itu menegas.

"Memang lelaki tua yang dibunuh itu mirip dengan


Pendekar Laknat. Tetapi anehnya dia tak memiliki ilmu sakti
Bu-kek-sin-kang. Sedang yang muncul dari dalam laut itu,
gerak-geriknya tidak menyerupai Pendekar Laknat tetapi dapat
melepaskan pukulan Bu-kek-sin-kang. Maka kesimpulanku,
keduanya mungkin Pendekar Laknat tetapi mungkin bukan
semua," jawab orang yang kedua.

Dari pembicaraan itu dapatlah Siau-liong menarik


kesimpulan bahwa tokoh-tokoh yang datang ke Lembah
Penasaran itu belum tahu pasti tentang mati-hidupnya
Pendekar Laknat.

27
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengintai dari cela2 tempat persembunyiannya, Siau-liong


terperanjat. Keempat orang tua itu tengah berdiri tegak
dihadapan makam ayahnya.

"Uh, mengapa mereka tegak didepan makam ayah? Apakah


mereka itu sahabat2 ayah?" tanya Siau-liong dalam hati.

Dugaan anak itu memang tepat. Keempat lelaki tua itu


memang paman guru dari Tong Gun-liong, ayah Siau-liong.

Yang paling tua bergelar Tang Siau-seng. Kedua, Se Ki-su.


Ketiga, Lam Kek-ong. Mereka dikenal sebagai Kong-tong Su-lo
atau empat tokoh tua dari partay Kong-tong-pay.

Mereka tegak berdiri dimakam Tong Gun-liong dengan


dengan penuh pertanyaan. Mengapa Tong Gun-liong, murid
kemenakan mereka mati. Siapakah pembunuhnya dan siapa
pulalah yang membuatkan batu nisan disitu? Apakah Siau-
liong, putera Tong Gun-liong itu, masih hidup?

Isteri Tong Gun-liong yang bergelar Coa-sik Se-si atau


sicantik Se-si yang berbisa, muncul kembali di dunia
persilatan. Apabila wanita itu mengetahui suaminya telah
dibunuh orang dan dikubur dipuncak Hong-san, tentulah ia
akan makin mendendam kepada partay Kong-tong-pay.

Tiba-tiba keempat jago tua itu berpaling dan tersiraplah


darah mereka seketika. Beberapa langkah di belakang mereka,
tegak seorang tua yang berwajah buruk amat menyeramkan
sekali. Rambutnya memanjang sampai kebahu. Sepasang alis
menggumpal lebat sekali. Hidung merah, sepasang matanya
menonjol keluar. Mulut merekah darah. Berpakaian jubah
berlengan besar yang compang-camping.

28
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walaupun hanya setombak di belakang keempat jago2 tua


itu, namun mereka sama sekali tak mengetahui kedatangan
orang aneh itu. Inilah yang mengejutkan Kong-tong Su-lo!

"Siapakah nama tuan-tuan!" tiba-tiba orang berwajah buruk


itu sambil memberi hormat.

Tokoh kesatu dari Kong-tong-pay, Tang Siau-seng sejenak


berusaha menenangkan diri lalu menyahut dengan tertawa
nyaring, “Kami yang rendah Kong-tong Su-lo dan siapakah
tuan ini?"

Tubuh orang berwajah buruk itu menggigil. Kedua tangan


yang diangkat untuk memberi hormat tadi, dilepaskan ke
bawah. Seketika serangkum angin tajam menyambar keempat
jago Kong-tong.

Kong-tong Su-lo terkejut melihat orang berwajah buruk itu


bersikap bermusuhan. Mereka siap sedia untuk beramai-ramai
menghadapinya. Tiba-tiba kepalan tangan orang yang
berwajah buruk yang sudah siap dilontarkan itu ditarik
kembali. Berputar tubuh ia meraung-raung dan lari menuruni
gunung!

Keempat Kong-tong Su-lo terkejut heran. Siapakah


gerangan orang berwajah buruk itu? Mengapa orang aneh itu
hendak menerjang mereka?

Tak mungkin keempat jago tua itu tak mampu mengetahui


rahasia orang aneh itu. Karena setitikpun mereka tentu tak
menyangka bahwa orang berwajah buruk itu ternyata hanya
seorang bocah yang baru berumur 15 tahun. Ya, memang
benar. Siau-lionglah yang menyaru sebagai orang tua
berwajah seram itu....

29
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena melihat keempat orang tua itu lama sekali tegak


dihadapan makam ayahnya, Siau-liong ingin tahu siapakah
mereka itu. Ia segera mengenakan kedok dan pakaian
peninggalan Koay-suhunya lalu melangkah keluar.

Dikala mendapat jawaban bahwa mereka adalah Kong-tong


Su-lo, seketika meluaplah amarah Siau-liong.

Sedianya ia sudah mengerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-


kang hendak menghabiskan mereka. Tetapi tiba-tiba matanya
tertumbuk pada gunduk tanah makam ayahnya.... Seketika ia
teringat akan pesan ayahnya yang disampaikan oleh Kong-sun
Sin-tho. Terpaksa ia batalkan pukulannya. Untuk
melampiaskan nafsu kemarahan yang telah membakar rongga
dadanya, ia meraung-raung lari menuruni gunung.... :

Mengapa ayahnya melarang ia menuntut balas kepada


musuh yang telah membinasakanya? Tentu tersembunyi suatu
rahasia dibalik larangan ayahnya itu. Ia memutuskan untuk
turun gunung dan mengembara di dunia persilatan. Ia hendak
mencari ibunya. Ia hendak meminta penjelasan kepada
ibunya. Iapun hendak mencari Kong-tong Sin-tho, guru
berbudi yang telah merawat dan mendidiknya selama belasan
tahun.

Ya, hanya dengan demikian baru ia dapat memecahkan


rasa dendam kegelisahan yang selalu mencengkam hatinya.

---ooo0dw0ooo---

GUNUNG HONGSAN terletak dihulu sungai Kim-set-kiang.


Ombak sungai itu deras sekali sehingga tiada tukang perahu
yang berani mengusahakan penyeberangan. Maka daerah
perairan disitu jarang dikunjungi orang.

30
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berhari-hari Siau-liong menyusur tepi sungai. Jika lelah ia


duduk di tepi sungai. Dikala ter-menung2 memandang deras
arus sungai, pikirannya melayang. Ia teringat akan nasibnya,
terkenang akan kehidupan manusia. Kehidupan tak ubah
seperti arus sungai. Mengalir, terus mengalir tanpa
mengetahui apa yang akan dihadapinya....

Apabila tiba pada lamunan itu maka berkesanlah ia pada


suatu kesimpulan. Tanpa rintangan, air takkan mengerahkan
kekuatannya. Tanpa aral rintangan, manusia takkan kuat lahir-
batinnya.

Kesimpulan itu merupakan pelajaran berharga bagi Siau-


liong.

Tiba-tiba ia mendengar derap kaki orang. Kemudian


sesosok tubuh yang roboh ke tanah dan suara erang
kesakilan. Datangnya dari dalam hutan tak jauh dari
tempatnya. Cepat-cepat ia loncat bangun dan lari ke dalam
hutan itu.

Tak berapa lama ia melihat seorang gadis menggeletak di


tanah. Disisinya terdapat sebilah pedang, Siau-liong cepat
menghampiri. Baru saja ia menjemput pedang dan
mengangkat tubuh gadis itu, tiba-tiba terdengar derap kaki
orang berlari menghampiri. Ia duga mereka tentulah musuh-
musuh yang hendak mengejar gadis itu. Tanpa ayal, ia
membawa lari gadis itu.

Kira-kira sepuluh li jauhnya, ia melihat sebuah biara kecil.


Gadis itu pucat wajahnya dan pejamkan mata. Siau-liong tahu
bahwa ia tentu menderita luka berat. Harus ditolong
secepatnya. Cepat-cepat ia lari kebiara kecil itu.

Ruang depan biara sempit sekali. Terpaksa Siau-liong


menuju keruang belakang. Tetapi disitu pun tak cukup untuk

31
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat orang dua. Apa boleh buat, Siau liohg letakkan gadis
itu dipangkuannya.

Selama ikut pada Kong-sun Sin-tho, selain ilmu silat....


Siau-liong pun mendapat pelajaran tentang ilmu pengobatan.
Menurut pemeriksaannya, jalan darah gadis itu sudah tak
normal lagi. Ia membekal pil mujarab tetapi ia kuatir pil itu tak
dapat menyembuhkan si nona. Jalan satu-satunya untuk
menyembuhkan nona itu. Penyaluran itu harus dilakukan
empat kali. Setiap kali memerlukan waktu empat jam. Selama
pengobatan berlangsung, tak boleh diganggu orang. Sedikit
saja terganggu, nona itu pasti akan cacad seumur hidup.
Bahkan bisa juga, keduanya mati semua!

Demi menolong jiwa nona itu, Siau-Iiong tak menghiraukan


segala resiko. Ia mengambil 9 butir pil, disusupkan kemulut si
nona. Karena mulut nona itu terkancing, terpaksa Siau-liong
tempelkan bibirnya kemulut si nona lalu meniup pil itu.

Setelah berhasil memasukkan pil kemulut si nona, Siau-


liong mulai mengurut seluruh jalan darah ditubuh si nona.
Untunglah dalam usianya yang sudah menjenjang kedewasaan
itu, Siau-liong belum mengerti tentang hubungan wanita dan
pria. Pokok, ia sungguh-sungguh dan wajar.

Tak berapa lama, nona itu sadar. Ia menggeliat dan


merintih pelahan.

"Jangan takut, harap nona kerahkan semangat, Kubantu


mengobati luka nona," buru-buru Siau-liong memberi
penjelasan.

Saat itu si nona masih letih sekali. Ia tak dapat bicara


melainkan mendengus. Dan Siau-liong segera lekatkan kedua
tangannya pada perut nona itu. Ia mulai menyalurkan tenaga
murni ke tubuh nona itu.

32
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena peredaran darah nona itu tidak normal, maka Siau-


liong harus bekerja keras. Dua jam lamanya, baru ia berhasil
dapat menggabungkan darah nona itu dengan tenaga
murninya dan berhasillah ia mengembalikan peredaran darah
si nona.

Tiba-tiba nona itu menjerit, suatu tanda bahwa


perasaannya sudah hidup kembali. Siau-liong makin
memperkeras penyalurannya. Dua jam lagi barulah ia hentikan
penyaluran. Saat itu hari mulai petang. Keadaan si nona
bertambah baik.

"Siapakah nama nona yang mulia?" kini Siau-liong mulai


mengajak bicara.

Dengan suara lemah, nona itu menyahut, “Namaku Tiau


Bok-kun, tuan siapa....”

Siau-liong menyadari bahwa kini ibunya sudah muncul


kembali di dunia persilatan. Jika ia memberitahukan namanya
yang asli, dikuatirkan kesulitan yang tak diinginkan. Maka ia
menjawab sekenanya, “Namaku Kongsun Liong, panggil saja
aku Siau-liong?"

Dikala mereka asyik bercakap-cakap, tiba-tiba terdengar


derap langkah orang berhenti dimuka biara. Siau-liong
terkejut.... Ia memandang kepintu dengan penuh perhatian.

Tak berapa lama, muncullah lima orang tua. yang empat,


Siau-liong mengenali sebagai Kong-tong Su-lo. Tetapi yang
seorang, ia tak tahu.

Rupanya kelima orang itu habis melakukan pertempuran


seru. Napas mereka terengah-engah, dahinya penuh keringat.
Begitu masuk, mereka terus duduk bersemedhi. Rupanya

33
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka hendak memulangkan tenaga untuk menghadapi


musuh lagi. Saat itu hari makin malam. Siau-liong terkejut.
Didapatinya peredaran darah nona itu yang sudah mulai
berjalan normal. Tentulah nona itu terganggu pikirannya
karena kedatangar kelima orang itu. Apabila dibiarkan jiwa
nona itu pasti terancam. Buru-buru Siau-liong memberi isyarat
supaya nona itu tenangkan pikiran. Sedang iapun segera
menyalurkan tenaga murni lagi.

Sejam kemudian, kelima orang tua itupun membuka mata.


Dalam ruang yang gelap, tampak sinar mata mereka itu
memancar tajam sekali.

"Suheng, Tang Gun-liong yang terlempar ke dalam lembah


Hok-liong-koh, tentu mati atau terluka berat. Tetapi entah
siapa yang menolongnya dan membawanya kegunung Hong-
san. Kini dia telah meninggal dan dikubur dipuncak Hong-san
dan Siau-liong anaknya itu, entah berada dimana," kata Tang
Siu-seng, jago kesatu dari Kong-tong Su-lo.

Orang tua kelima yang tak dikenal Siau-liong itu,


kedengaran menjawab, “Kalau Gun-liong sudah mati, anaknya
tentu sudah mati juga."

Karena Tang Siu-seng memanggil orang itu dengan


sebutan suheng, Siau-liong menduga orang itu tentulah suhu
dari ayahnya yang bernama Toh Hun-ki gelar Kian-thian-ih-
soh!

Dari nadanya, jelas bahwa Kian-thian-ih-soh Toh Hun-ki


sama sekali tak berduka atas kematian Tang Gun-liong dan
lenyapnya Siau-liong. Padahal Tang Gun-liong adalah murid
pewarisnya. Seharusnya Toh Hun-ki menyelidiki atau
sekurang-kurangnya berduka atas kematian sang murid.

34
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesungguhnya Toh Hun ki bukan jahat. Adalah karena ia


fanatik sekali terhadap gengsi maka ia meminta kematian
Tang Gun-liong dan melukai isteri muridnya itu.

Kong-tong-pay termasuk salah sebuah partai persilatan


yang besar. Tyoa-sek Se-si Ki Ih, isteri Tang Gun-liong itu,
berasal dari seberang laut. Wanita itu gemar membunuh
sehingga menimbulkan bentrokan dengan partai-partai
persilatan lain. Dan sebelum resmi menikah dengan Tang
Gun-liong, ia sudah melahirkan anak. Sebagai ketua Kong-
tong-pay, Toh Hun-ki malu terhadap perbuatan muridnya.
Terpaksa ia membunuh Tang Gun-liong dan melukai isterinya.
Siapa tahu, tindakan itu telah menimbulkan salah faham
besar.

Karena tak tahu persoalannya, sudah tentu Siau-liong


mendendam sekali atas kematian ayahnya, Tetapi karena
ayahnya telah memesan supaya ia jangan menuntut balas,
Siau-liong tak mau meminta bertanggungan jawab partai
Kong-tong-pay.

Selang dua jam lamanya, Siau-liong hentikan penyaluran


tenaga dalam. Ia menduga nona Tiau Bok-kun itu tentu
hendak dibunuh Toh Hun-ki dan Su-lo dari Kong tong-pay.

Ia tak tahu apa persoalannya tetapi yang jelas tokoh-tokoh


Kong-tong-pay itu bertindak kejam terhadap seorang nona.
Seketika meluaplah kemarahan Siau-liong terhadap partai itu.
Hutang jiwa, bayar jiwa. Demikian ketetapan hatinya. Tetapi
karena amarahnya meluap. darahnya bergolak keras. Maka
sampai beberapa saat ia belum dapat melanjutkan
pengobatannya kepada nona itu.

Memandang kepintu muka, Siau-liong terkesiap kaget.


Entah kapan, tahu-tahu diambang pintu muncul seorang lelaki
bertubuh kurus kering. Raut wajahnya seperti muka kuda,

35
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memelihara kuncir. Pakaiannya mirip paderi bukan paderi,


orang biasa bukan orang biasa. Punggungnya menyanggul
sebuah senjata.

"Ho, ho," orang itu tertawa meloroh, “Toh tua, lekas


serahkan barang yang hendak engkau jual itu. Ingat dibawah
tangan Ki-su tiada makhluk yang bernyawa lagi!"

Kian-thian-it-soh Toh Hun-ki tetap duduk tenang.

"Setan tua, bukankah engkau Soh-beng Ki-su? Kalau


engkau menghendaki jiwa, disini tersedia lima lembar. Tetapi
kalau menginginkan barang penjualan, jangan mimpi!"

Soh-beng Ki-su atau Pertapa pencabut nyawa tertawa


kering, “Jika tak mengingat engkau seorang ketua partai
persilatan, tentu sudah kucabut nyawamu. Kalau tak mau
menyerahkan barang itu, jangan salahkan aku seorang
ganas!"

Soh-beng Ki-su inilah yang telah membunuh Koay suhu


atau Bu-kek-gong-mo. Siau-liong hendak menerjang keluar
dan menghajar orang itu. Tetapi karena ia sedang
menenangkan darahnya yang bergolak, terpaksa ia tahan
sabar.

Toh Hun-ki keempat Su-lo serempak bersiap-siap. Mereka


merencanakan barisan Ngo-heng-tin untuk menghadapi tokoh
ganas itu.

Ngo-heng-tin, merupakan barisan yang rapat ketat, dahsyat


dan sukar diduga gerak perobahannya. Di dalam menyerang,
pun menjaga. Dalam bertahan, juga menyerang.

Tetapi Toh Hun-ki dan keempat Su-lo bergerak, Soh-beng


Ki-su sudah mendahului melesat dan mencengkeram Toh Hun-

36
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ki. Tetapi diapun kenal akan kehebatan barisan itu. Tiba-tiba


cengkeramannya ditarik tengah jalan karena dia harus
melindungi diri dari serangan kelima musuh, Dengan
demikian, pertempuran berjalan seru dan dahsyat. Biara kecil
itu seolah-olah tergetar karena angin pukulan mereka.

Siau-liong terkejut ketika Tiau Bok-kun terdengar


mengerang. Cepat-cepat didekapnya mulut si nona itu. Tetapi
terlambat. Tokoh-tokoh yang bertempur telah mendengarnya.

Soh-beng Ki-su loncat keluar dari kepungan, Ia tertawa


aneh, “Bagus Budak perempuan itu ternyata berada disini. Jika
kalian tetap tak mau menyerahkan, tentu dia segera kubunuh.
Mendapat separoh dulu, baru kita bicara lagi."

Dengan menggerung keras, kelima tokoh Kong-tong-pay itu


loncat berbaris dimuka biara, menghadang Soh-beng Ki-su.
Tetapi dengan bertempur cara berhadap-hadapan itu, posisi
kelima tokoh Kong-tong-pay itu lebih tak menguntungkan.

Soh-beng Ki-su perdengarkan ketawanya yang mirip


dengan burung hantu merintih-rintih ditengah malam. Tiba-
tiba ia mengangkat kedua tinjunya. Tulang-tulang jarinya yang
panjang runcing, mirip dengan cakar burung garuda. Sesaat
terdengar suara mendesis-desis. Jari-jarinya seperti
mengeluarkan asap dingin. Ternyata tokoh aneh itu telah
mengerahkan ilmu tenaga dalam Pek-kut-kang. Secepat kilat
ia menghantam kelima musuhnya.

"Dess....” kelima tokoh Kong-tong-pay serempak memukul


untuk menangkis. Terjadi benturan tenaga dalam dan hasilnya
segera dapat diketahui siapa yang lebih unggul. Soh-beng Ki-
su tetap tenang tetapi kelima jago Kong-tong-pay itu
mengerang tertahan. Jelas mereka menderita tekanan yang
hebat.

37
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tring, tring.... terdengar senjata berdering-dering. Kelima


jago Kong-tong-pay telah mencabut pedangnya.

"Bagus, bagus, hayo majulah semua!" Soh-beng Ki-su


tertawa meringkik. Iapun mencabut senjata yang berada
dipunggung. Orangnya aneh, senjatapun aneh. Mirip dengan
cempuling, mirip pula dengan pisau terbang. Sekali
dikibaskan, senjata meluncur ke udara. Dan sekali tangannya
mengacung, senjata itupun meluncur kembali ke dalam
tangannya. Pertempuran dengan senjata segera berlangsung
seru. Untung mereka bertempur diluar, andaikata di dalam
tentulah biara kecil itu akan ambruk.

Saat itu hari mulai terang tanah. Karena sudah dua jam,
Siau-liong hentikan penyaluran tenaga dalamnya. Ia menghela
napas panjang Keadaan Tiau Bok-kun sudah banyak
kemajuan. Ia hendak mengangkat kepala tetapi Siau-liong
mencegahnya dan minta nona itu beristirahat lagi.

"Toh tua, diruang depan ini sempit sekali. Hayo kita


bertempur diluar saja.... Jika kalian menang, budak
perempuan itu boleh kalian ambil separoh. Tetapi kalau kalah,
hm, hm, lima lembar jiwamu pun menjadi milikku!" seru Soh-
beng Ki-su.

Kelima tokoh-tokoh Kong-tong-pay itu segera mengikuti


Soh-beng Ki-su keluar.

Karena masih memerlukan empat jam lagi, maka Siau-liong


segera mulai menyalurkan tenaga dalam lagi. Karena sudah
dapat menerima penyaluran, Tiau Bok-kun pun segera
menyalurkannnya keseluruh tubuh. Dari sinar matahari yang
menyusup dicelah-celah dinding. barulah Siau-liong melihat
jelas muka gadis itu. Seorang nona yang memiliki wajah cantik
dan riang.

38
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiau Bok-kunpun sempat juga untuk memandang


penolongnya. Seorang pemuda yang gagah dan jujur. Tiba-
tiba sepasang pipi gadis itu kemerah-merahan dan cepat
palingkan muka.

"In-jin." beberapa saat kemudian Tiau Bok-kun dapat


berseru pelahan. In-jin artinya orang yang melepas budi.

"Nona Tiau," sahut Siau-liong.

Hanya dua patah kata terluncur dari mulut kedua muda-


mudi itu. Namun sudah melebihi ribuan kata-kata yang penuh
arti....

Setiba diluar, Soh-beng Ki-su bertempur lagi dengan kelima


tokoh Kong-tong-pay. Gemerincing senjata beradu,
mengejutkan kedua anak muda itu. Ia memandang keluar.
Tampak kelima pedang bercampur-baur dengan sinar
cempuling. Diam-diam Siau-liong menyesalkan cara bertempur
dari kelima orang itu. Jelas kelima tokoh Kong-tong-pay itu
kalah tinggi tenaga dalamnya dengan Soh-beng Ki-su,
mengapa mereka berani mengadu kekerasan?

Tiba-tiba Siau-liong teringat sesuatu dan bertanialah ia


kepada Tiau Bok-kun, “Benda apakah yang dikatakan oleh
Soh-beng Ki-su itu?"

Sekonyong-konyong nona itu mencekal tangan kiri Siau-


liong lalu dilekatkan kedada, ujar-nya, “Rabahlah Giok-pwe
ini.'"

Ternyata nona itu menyimpan sebuah Giok-pwe atau


Lencana-kumala didadanya. Menjamah dada si nona,
jengahlah muka Siau-liong. Buru-buru ia menarik tangannya.

"Untuk apakah benda itu?" tanyanya.

39
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Entahlah, aku sendiri tak mengerti. Tetapi yang jelas,


separoh bagian kusimpan dan yang separoh bagian ada pada
Toh Hun-ki. Maka mereka hendak merebut milikku ini!"

"Kalau begitu, siapapun dari mereka yang menang, tak


menguntungkan engkau?"

Tiau Bok-kun hanya mendengus.

"Siapakah yang melukai engkau?" tanya Siau-liong pula.

"Soh-beng Ki-su....”

Alangkah inginnya Siau-liong saat itu keluar untuk


membunuh Soh-beng Ki-su, orang yang telah membunuh
Koay suhu dan melukai nona itu. Tetapi ia tak dapat
meninggalkan si nona begitu saja.

Ia memandang keluar. Tokoh-tokoh itu masih bertempur


gigih sekali. Tetapi jarak tempat pertempuran makin menjauh
dari biara.

"Mudah-mudahan mereka bertempur terus saja," diam-


diam Siau-liong mengharap. Kini untuk yang terakhir, ia harus
memberi penyaluran tenaga dalam lagi. Ketika memandang
Tiau-Bok-kun, ia heran. Wajah nona itu tampak merah. Pada
hal tadi sewaktu diberi penyaluran tenaga-dalam, wajahnya
tak sedemikian merahnya.

"Bagaimana lukamu?" tanya cemas.

Tiau Bok-kun mendesis pelahan.

“Mengapa engkau, nona Tiau?" tanya Siau-liong.

40
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona itu makin merah wajahnya dan tersipu-sipu tundukan


kepala.

"Kita.... laksana air bertemu telaga. Ini....” serunya pelahan


dan tak lanjut.

"Ini bagaimana?" desak Siau-liong.

Setelah lukanya berangsur baik, kesadaran nona itupun


mulai kembali lagi. Duduk merapat dengan seorang pemuda
yang tak dikenal, mau tak mau sebagai seorang gadis yang
masih suci, Tiau Bok-kun merasa malu sekali.

"Besok saja kuterangkan," sahut nona itu.

"Tetapi apakah yang hendak engkau katakan?" Siau-liong


mendesak lagi.

Buru-buru Tiau Bok-kun melengos. Setelah cukup


beristirahat, Siau-liongpun menyalurkan tenaga dalam lagi ke
tubuh si nona. Penyaluran itu merupakan pengobatan yang
terakhir. Karenanya merupakan detik-detik berbahaya.

Tiba-tiba tokoh-tokoh yang bertempur tadi, terdengar diluar


pintu biara lagi. Dengan pendengarannya yang tajam, Siau-
liong dapat memperhitungkan mereka tentu dapat bertempur
sampai dua jam lagi.

Tetapi ia menyadari bahwa setiap saat, pertempuran akan


mengalami perobahan. Maka iapun tingkatkan kewaspadaan
untuk menghadapi segala kemungkinan. Selama pertempuran
berjalan seru, Tiau Bok-kun pun makin bertambah baik
keadaannya. Wajahnya mulai berseri makin segar laksana
kuntum mekar dihari pagi.

41
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Siau-liong dikejutkan oleh sebuah jeritan ngeri.


Ketika memandang keluar, dilihatnya sinar pedang mulai
kacau-balau. Jelas bahwa tokoh-tokoh Kong-tong-pay itu
sudah mulai terancam bahaya. Asal salah satu ada yang rubuh
maka berantakan barisan mereka.

Tring.... terdengar gemerincing senjata beradu keras.


Serempak dengan letikan bunga api, sebuah pedang telah
terpental jatuh ke dalam biara.

Dari keempat Su-lo, yang dua jakni Lam-kek-sian dan Pak-


kek-ong sudah duduk bersemedhi di tanah. Tentulah mereka
terluka. Yang masih bertahan tinggal dua orang Su-lo dan Toh
Hun-ki.

Dalam pada itu, Siau-liong masih memerlukan setengah


jam lagi untuk menyalurkan tenaga dalam. Asal setengah jam
itu dapat berlangsung tanpa gangguan, Tiau Bok kun pasti
akan sembuh sama sekali. Tetapi kalau sampai terganggu, sia-
sia sajalah jerih payahnya selama enam belas jam itu.

Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan ngeri lagi!

"Celaka! Kong-tong-pay tinggal seorang saja.... Tentu tak


dapat bertahan lagi," diam-diam Siau-liong mengeluh.

Tempo amat berharga sekali. Buru-buru ia kerahkan


seluruh tenaga dalam untuk mempercepat penyaluran tenaga
dalamnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika ia mendengar Soh-
beng Ki-su tertawa nyaring....

Pada lain saat terdengarlah suara senjata jatuh


bergerontangan disusul dengan suara orang menahan
kesakitan.

42
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Celaka, habislah sudah jerih payahku selama sehari


semalam," Siau-liong mengeluh.

Kiranya suara orang itu berasal dari Toh Hun-ki. Pedangnya


terlepas dan dadanya menerima sebuah pukulan maka
rubuhlah ketua Kong-tong-pay itu di tanah....

Melihat itu dengan teriakan mendengkung-dengkung


macam katak, jari tangan Soh-beng Ki-su yang tajam
mencengkeram Tohl Hun-ki....

Pada detik-detik maut hendak merenggut jiwa ketua Kang-


tong-pay itu, sekonyong-konyong terdengar suara bentakan
nyaring, “Bangsat tua, lihat senjataku!"

"Hai, apakah engkau bukan Coa-sik Se-si....!" Soh-beng Ki-


su berteriak kaget.

Mendengar itu terkejutlah Siau-liong. Ingin sekali ia


memanggil ibunya itu tetapi karena sedang mengobati si nona
terpaksa ia tahankan hati.

Memang pendatang itu adalah Ki Ih atau yang digelari


orang sebagai Coa-sik Se-si (si cantik Se-si yang berbisa).

"Ah, kiranya engkau belum pikun, Seharusnya engkau tahu


bahwa kelima bangsat tua dari Kong-tong-pay itu adalah
musuhku besar. Mengapa engkau berani lancang hendak
membunuhnya? Biarkan mereka beristirahat memulihkan
tenaga dulu baru nanti kujadikan setan2 tanpa kepala! Nah,
selagi mereka beristirahat, marilah kita isi kekosongan ini
untuk membereskan perhitungan kita tempo dahulu!"

"Bagus, memang aku belum puas hanya mencabut lima


Perempuan siluman, lihat seranganku!" seru Soh-beng Ki-su.

43
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sinar pedang berhamburan, angin menderu-deru.


Pertempuran kali ini lebih dahsyat dari tadi, Kedua tokoh itu
makin lama kian jauh dari biara dan akhirnya tiada
kedengaran suaranya lagi.

Saat itu Siau-liong berhasil menyelesaikan penyaluran


tenaga dalam yang terakhir. Bergegas-gegas ia memberi pil
kepada nona itu, “Minumlah dan setelah beristirahat beberapa
waktu, tenagamu tentu pulih.... Sampai jumpa lagi, selamat
tinggal....”

"In-jin....!" Tiau Bok-kun memanggil. Tetapi pemuda itu


sudah lenyap. Berlinang-linang airmata nona itu. Ingin ia
menyusul In-jin atau Penolongnya itu, tetapi tenaganya masih
belum mengijinkan.

Begitu keluar dari biara, Siau-liong tak menghiraukan


kelima tokoh Kong-tong-pay yang masih duduk bersemedhi
itu. Ia lari menuju ke arah tempat ibunya. Tetapi seratus li
telah ditempuh, tetap ia tak berhasil menemukan ibunya dan
Soh-beng Ki-su.

Dua hari lamanya Siau-liong berkeliran mencari ibunya.


Karena lupa makan lupa tidur dan habis menyalurkan tenaga
dalam kepada si nona, Siau-liong merasa letih sekali, Maka
ketika tiba di kota Siok-ciu, ia segera mencari sebuah rumah
makan. Rencananya, setelah makan ia hendak membeli
pakaian baru.

Suasana dalam kota terang-benderang, rumah dihias


dengan lampu tenglong warna-warni. Jalan penuh orang
pesiar. Ah, tiba-tiba ia teringat bahwa malam itu adalah
malam Tiong-ciu atau pertengahan musim rontok. Rembulan
purnama-sidhi. Rumah2 mengadakan sesaji dengan kuweh
Tiong-jiu-pia. Tengah ia berjalan, serombongan anak2 laki

44
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segera mengerumuni, menyoraki dan melempari tali serta


menggodanya.

Siok-ciu termasuk wilayah Su-jwan. Menurut adat


kebiasaan daerah itu, pada malam Tiong-ciu anak-anak diberi
kebebasan untuk bersuka-ria bahkan berkelahi. Mereka
menggunakan tali dan bandringan. Benda itu berat tetapi tak
melukai.

Siau-liong menyambar seutas tali yang dilempar seorang


anak. Anak itu segera menarik sekuat-kuatnya tetapi sampai
mukanya merah padam dan menangis, tetap tak mampu.
Karena hendak lekas-lekas melanjutkan perjalanan, Siau-liong
lepaskan tali itu. Uh, uh.... bocah itu pontang-panting jatuh
terjerembab. Kepalanya benjul terbentur tanah dan
menangislah ia gerung-gerung.

Melihat itu kawanan anak-anak nakal segera mengepung


Siau-liong. Siau-liong jengkel. Kalau didiamkan mereka makin
liar.

Siau-liong tak mau cari perkara. Ia diam saja dan akhirnya


anak2 itu kesal sendiri. Pada saat itu Siau-liong menyiak dua
anak lalu menerobos keluar. Walaupun tak menggunakan
tenaga tetapi gerakan Siau-liong itu membuat kedua anak
terpelanting jatuh. Hu, hu, huuu.... menangislah mereka.

"Tangkap penjahat! Tangkap penjahat!" hiruk-pikuk


kawanan anak nakal itu berteriak-teriak sambil mengejar.
Tetapi Siau-liong sudah jauh.

Ia terhindar dari gangguan anak2 nakal tetapi ia gagal


membeli makanan dan pakaian. Saat itu ia duduk disebuah
batu dalam hutan. Sambil melepaskan lelah, ia mengusap-
usap lencana Tengkorak didadanya dengan menyeringai.

45
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lencana itu berasal dari leher Tengkorak yang berada dalam


gua tempo hari.

Siau-liong termenung-menung memikirkan nasibnya. Jika


lain orang pada malam purnama itu duduk menikmati kuweh
Tiong-ciu-pia, adalah dia duduk seorang diri dalam hutan!

Tetapi perutnya merintih-rintih minta isi. Memandang jauh


kemuka, tampak dikaki gunung sebuah bangunan besar yang
terang-benderang penerangannya. Segera ia menuju kesana.

Tiba ditempat itu ia terkejut dan ragu2 memasuki. Papan


nama yang tergantung pada pintu rumah itu bertuliskan Tay-
hud-si atau gereja Buddha besar.

Pada kedua samping titian dihalaman gereja itu tampak


empat orang lelaki berdiri tegak tanpa baju. Pada leher
mereka melingkar kalung Lencana Tengkorak.

Melihat mereka tak berbaju, hilanglah rasa malu Siau-liong


yang bajunya compang camping. Tanpa banyak pikir, ia
segera naik ketitian....

Sebenarnya keempat penjaga itu tentu melihatnya tetapi


entah bagaimana mereka diam saja. Dan Siau-liong pun juga
tak mempedulikan mereka. Ia terus melangkah ke dalam
pintu.

Di belakang pintu ternyata merupakan sebuah halaman


luas. Ujung halaman terdapat sebuah bangunan gedung
besar. Beratus-ratus orang memenuhi halaman dan gedung.
Rupanya disitu sedang diselenggarakan perjamuan besar.

Yang mengherankan Siau-liong ialah semua orang yang


hadir disitu sama tidak mengenakan baju dan sama berkalung

46
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lencana tengkorak. Pada umumnya mereka bertubuh kurus


kering, celana kumal dan baunya busuk.

Siau-liong tak menghiraukan siapa mereka. Paling penting


ia hendak ikut duduk menyantap hidangan.

Tiba-tiba dua lelaki pincang muncul. Dengan mencekal


tongkat, mereka menghampiri Siau-liong. Muka mereka kotor,
rambut kusut masai dan tubuh kurus sekali. Hanya kedua
matanya yang bersinar tajam. Yang seorang kakinya kiri yang
pincang. Yang seorang, kakinya kanan yang pincang.

"Budak, darimana engkau?" tegur mereka.

Siau-liong terkesiap. Tak tahu ia siapa mereka dan tempat


apa itu. Dengan singkat ia menyahut, “Hong-san!"

Kedua lelaki pincang itu tertegun. Mata mereka berkilat-


kilat memandang Siau-liong, tanyanya pula, “Hendak
kemana?"

"Mencari.... , " baru Siau-liong hendak mengatakan


'Mencari ibu', ia merasa kelepasan omong dan cepat
mengganti dengan ucapan, “Menuju ketempat tujuan."

Kedua lelaki pincang itu terkesiap heran.

Pertanyaan pertama, dijawab salah. Tetapi pertanyaan


kedua dijawab betul.

"Dari mana engkau mendapat petunjuk?" tanya mereka.

"Dari dalam laut!"

"Kapan susou-ya datang?" tanya mereka lagi.

47
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong sebal mendengar pertanyaan yang2 tiada artinya


itu. Cepat ia menukas, “Entah! Aku lapar, jangan bertanya
lagi!"

"Silahkan!" diluar dugaan kedua lelaki pincang itu berputar


tubuh dan berjalan lebih dulu.

Pucuk dicinta ulam tiba. Perut lapar, malah diundang


makan. Demikian anggapan Siau-liong. Segera ia mengikuti
kedua lelaki pincang itu menuju ke dalam gedung besar.

Semua hadirin diam saja. Beratus-ratus mata mencurah ke


arah Siau-liong. Tiba diujung ruangan kedua lelaki pincang itu
berlutut didepan seorang tua yang rambut dan alisnya sudah
putih semua. Jenggotnya yang berkilat-kilat seperti perak,
menjulai sampai keperut. Tetapi wajahnya masih segar seperti
kanak-kanak.

"Seorang budak liar telah menyelundup dengan menyamar


sebagai anggauta kita. Harap bapak ketua memeriksanya,"
kata lelaki yang pincang kaki kiri.

Orang tua yang disebut bapak ketua atau pangcu itu,


mendengus. Kedua lelaki pincang bangun dan berdiri
disampingnya.

Mata orang tua itu berkilat-kilat menatap Siau-liong. Akan


tetapi ketika pandang matanya tertumbuk pada lencana
Tengkorak yang melingkar dileher Siau-liong, ia terbeliak
kaget!

Serentak berbangkitlah ia pelahan-lahan. Dengan mencekal


sebatang tongkat kumala hijau, ia menghampiri Siau-liong.
Pemuda itu terkesiap. Orang tua itu ditaksir sudah 80 tahun
umurnya tetapi masih gagah.... Tetapi mengapa sikapnya
seperti bermusuhan?

48
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu dekat, orang tua itu segera putar tongkatnya.


Seketika tubuh Siau-liong dikurung oleh ribuan sinar hijau
kemilau.

Seluruh hadirin terkejut. Mereka tak mengerti mengapa


bapak ketua tiba-tiba menyerang seorang bocah liar dengan
jurus sakti Ciong-lo-ban-jio?

Semula Siau-liong terkejut. Tetapi diam-diam ia merasa


agak paham juga tentang jurus serangan itu. Dalam taburan
hujan sinar tongkat, ia dapat mengetahui dimana letak
kelemahannya. Maka bergeraklah ia dengan langkah yang
aneh dan tahu2 ia sudah menerobos keluar dari lingkaran
sinar tongkat.

Pak tua itu tertegun sejenak. Tetapi pada lain saat ia


lancarkan lagi dua buah serangan dahsyat. Tetapi lagi-lagi
Siau-liong dapat meloloskan diri.

Kini sekalian hadirin benar-benar terperanjat. Setelah tiga


kali serangannya gagal, tiba-tiba pak tua itu membungkuk
badan memberi hormat kepada Siau-liong. Kemudian
mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan besar.

Tiba-tiba orang tua itu mengacungkan tongkat kumala ke


atas dan serempak sekalian hadirin berlutut dengan khidmat.

"Cousu-ya telah datang! Dirgahayu! Dirgahayu!" teriak


orang tua itu dengan nyaring.

"Dirgahayu! Semoga panjang usia!" bergemuruhlah ruang


gedung dan halaman menyambut pernyataan pak tua itu.

Tiba-tiba pak tua itu berlutut di tanah. Suasana hening


seketika. Tiada seorangpun yang berani mengangkat muka.

49
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil mencekal tongkat kumaia dengan kedua tangan,


pak tua itu berseru pula, “Ketua partai Kay-pang dari Kanglam,
Pengemis-jenggot-perak To Kiu-kong serta seluruh anak
murid, mohon maaf karena tak mengetahui akan kunjungan
causu-ya!"

Diperlakukan sedemikian hormat dan disebut-sebut sebagai


causu-ya atau kakek guru, bukan kepalang kejut Siau-liong.
Masakan dirinya dianggap sebagai causu dari Kay-pang atau
partai kaum pengemis!

Namun sia-sialah Siau-liong hendak memberi penjelasan.


Mereka tentu tak percaya. Apa boleh buat, terpaksa ia
berseru, “Bangunlah! Bangunlah!"

Pengemis-jenggot-perak To Kiu-kong ternyata ketua partai


Kay-pang cabang Kanglam Dia memberi hormat lalu bangun.
Ia mengumumkan kepada hadirin bahwa Cousu-ya dari partai
Kay-pang yang sudah berpuluh tahun tak muncul, sekarang
berkunjung kesitu.

Seketika terdengar sambutan para hadirin, bersorak


dengan gegap gempita....

Tetapi diam-diam mereka kurang yakin. Benarkah sousu-ya


dari partai Kay-pang yang disohorkan sakti itu hanya seorang
pemuda yang baru berumur belasan tahun?

Perjamuan berjalan terus. Pengemis-jenggot-perak duduk


menemani Siau-liong. Kedua pengemis pincang tadipun
diperkenalkan kepada Siau-liong. Yang pincang kakinya kiri
bernama Tio Thou bergelar Thiat-koay-co atau Tongkat-besi-
kiri. Sedang yang pincang kakinya kanan bernama Li Ji gelar
Thiat-koay-yu atau Tongkat-besi-kanan. Keduanya menjabat
pengurus besar partai Kay-pang wilayah Kanglam.

50
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selesai perjamuan, To Kiu-kong menuturkan keadaan dan


pergolakan dunia persilatan selama ini. Terutama hal
perkembangan partai Kay-pang.

Kay-pang termasuk Ceng-pay atau partai golongan Putih.


Merupakan sebuah partai yang kemasyhurannya sejajar
dengan lain-lain partai persilatan.

Kay-pang didirikan oleh Kiu-ci-sin-kay atau Pengemis-sakti-


jari-sembilan Ang Jit-kong pada akhir ahala Song. Tetapi
kemudian partai itu pecah menjadi dua. Yang satu didaerah
selatan dan menamakan diri sebagai Kanglam Kay-pang. Yang
satu didaerah utara dengan nama Kangpak Kay-pang.

Kedua partay Kay-pang itu bentrok dan saling bermusuhan.


Akhirnya dicapai persetujuan, mengajukan calon ketua. Tiap
tiga tahun bertemu dipuncak Lok-gan-hong gunung Hoasan,
untuk bertanding memperebutkan kedudukan ketua Kay-pang
dari Kanglam dan Kangpak. Yang kalah harus tunduk pada
perintahnya.

Tokoh pertama yang menjabat sebagai ketua Kanglam Kay-


pang adalah Song Thian-kun bergelar Ko-lo-sin-kay atau
Pengemis Tengkorak-sakti. Dalam pertandingan di Hoasan, dia
berhasil mengalahkan calon dari Kangpak Kay-pang yang
bernama Yong Jim.

Gelar Tengkorak-sakti itu diberikan kepada Song Thian-kun


karena tubuhnya yang kurus kering seperti tulang terbungkus
kulit. Setelah menjabat ketua umum kedua golongan partay
Kay-pang itu, ia membuat lencana tengkorak sebagai tanda
pengenal diri. Lencana pengenal itu diperuntukkan apabila ia
mengeluarkan pengumuman, memanggil rapat, memanggil
seorang pengurus partai dan lain-lain yang menyangkut
kepentingan organisasi Kay-pang.

51
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berkat kesaktiannya, Song Thian-kun telah berhasil tiga kali


mengalahkan calon dari Kangpak Kay-pang. Dengan begitu, ia
dapat menjabat sebagai ketua umum selama 9 tahun.

Pada tahun kedua dalam jabatannya yang ketiga kali


sebagai ketua umum partai Kay-pang, di dunia persilatan
muncullah lima orang durjana besar. Dunia persilatan
menggelari mereka dengan istilah singkat: Thian, Te, Liong,
Hou dan Bu-kek-gong-mo. Mereka berlima memusuhi partai2
persilatan yang ternama.

"Huh, partai2 persilatan yang membanggakan diri sebagai


golongan Putih itu tak lain tak bukan hanya gerombolan
manusia2 busuk!" demikian ejekan yang dilontarkan kelima
durjana itu.

Pada saat partai2 besar sedang kewalahan menghadapi


gangguan keempat durjana Thian, Te, Liong, Hou, tiba-tiba
muncul pula Bu-kek-gong-mo atau si Pendekar Laknat!

Pendekar Laknat ini lebih gila lagi. Dia gemar membunuh.


Jiwa manusia dianggap seperti jiwa ayam saja. Oleh karena
tak mampu mengatasi, akhirnya partai2 besar itu tak mampu
bertindak lagi. Mereka menutup diri, masing-masing menjaga
keselamatan tempatnya sendiri2.

Hanya Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun satu-


satunya tokoh yang berani menentang kawanan durjana
ganas itu. Ia mencari Pendekar Laknat dan bertempur selama
tiga hari tiga malam. Tetapi tetap tak ada yang menang dan
kalah.

Keunggulan Pendekar Laknat terletak pada ilmu tenaga-


sakti Bu-kek-sin-kang. Sedang keistimewaan Pengemis-

52
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tengkorak-sakti pada ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang


sakti.

Akhirnya karena agak lengah, Pengemis Tengkorak-sakti


tersapu oleh sebuah pukulan Pendekar Laknat. Tetapi durjana
itupun terhunjam sebuah hantaman dari Pengemis Tengkorak-
sakti. Kedua-duanya sama-sama terluka parah!

Sejak itu Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun


melenyapkan diri.... Sedang Pendekar Laknat kabarnya pun
dikeroyok oleh keempat durjana Thian, Te, Liong, Hou. Tetapi
keempat durjana itu gagal membunuh Pendekar Laknat.
Mereka menderita luka dan menyembunyikan diri.

Demi mengenangkan jasa Pengemis Tengkorak-sakti. Song


Thay-kun, partai Kay-pang wilayah Kanglam telah
menyempurnakan susunan organisasinya. Menurut tinggi
rendahnya kedudukan, Setiap anggauta mengenakan lencana
Tengkorak yang bentuknya berlainan. Menentukan sandi2
pertanyaan rahasia untuk menghadapi orang yang tak dikenal.

Sandi pertanyaan itu diajukan kedua pengemis pincang tadi


ketika menyambul Siau-liong. Dan pada saat melihat anak itu
berkalung lencana tengkorak, To Kiu-kong segera
mengenalinya, sebagai benda keramat peninggalan Pengemis
Tengkorak-sakti Song Thay-kun. Kemudian untuk menguji
benarkah anak itu murid pewaris dari Song Thay-kun maka To
Kiu-kong telah gunakan jurus Ciong-lo-ban-jio
menyerangnya........

Lenyapnya Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun dari


dunia persilatan, ikut hilang pula ilmu pukulan sakti Thay-
siang-ciang yang menjadi kebanggaan partai Kay-pang di
Kanglam. Kini hanya tinggal ilmu tongkat Ji-thau-ciang hwat
saja yang turun temurun diajarkan dikalangan anak murid
Kay-pang.

53
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jurus Ciong-lo-ban-jio atau Ribuan-gajah-menginjak,


merupakan jurus yang paling istimewa dalam ilmu tongkat Ji-
thau-ciang-hwat atau Pengemis-minta-tongkat. Tetapi jurus
itu masih kalah unggul dengan jurus Thay-siang-bu-kek, salah
satu jurus dari pukulan sakti Thay-siang-ciang.

Maka tadi begitu diserang, Siau-liong segera tahu gerakan


lawan dan terus gunakan jurus Thay-siang-bu-kek. Dengan
mudah ia dapat menghindari ketiga buah serangan To Kiu-
kong.

Pada saat itulah Pengemis-jenggot-perak To Kiu-kong baru


benar-benar memastikan bahwa Siau-liong adalah pewaris dari
cousu-ya Kay-pang. Dengan begitu berarti Pengemis
Tengkorak-sakti Song-thay-kun muncul kembali.

Girang To Kiu-kong sukar dilukiskan!

Tahun ini Hoasan akan dilangsungkan pertandingan untuk


merebut kedudukan Ketua Umum Kay-pang. Maka
berkumpullah seluruh tokoh-tokoh penting dari murid2 Kay-
pang didaerah Kanglam. Mereka hendak merundingkan dan
menentukan jago yang hendak diajukan ke Hoasan. Untuk
menghadang penyelundupan orang luar maka setiap anggauta
yang datang harus buka baju dan mengenakan kalung
berlencana tengkorak.

Demikian To Kiu-kong mengakhiri penuturannya.

Saat itu Siau-liong benar-benar tercengkam oleh berbagai


perasaan. Heran, terkejut, girang, sedih, cemas campur-aduk
memenuhi rongga kalbunya.

Dia menjadi pewaris dari Pengemis Tengkorak-sakti Song


Thian-kun. Tetapi pun menjadi murid dari Koay suhu atau si

54
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pendekar Laknat. Padahal kedua tokoh itu semasa hidupnya,


saling bermusuhan.

Diapun ternyata putera dari si wanita cantik Ki Ih yang


dimusuhi oleh partay-partai persilatan. Lalu sebagai pewaris
Pengemis Tengkorak sakti Song Thay-kun, dia dianggap
sebagai ketua partai Kay-pang daerah Kanglam. Ia bersahabat
dengan partai2 persilatan dan bermusuhan dengan partai Kay-
pang daerah Kangpak.

Tetapi sebagai murid dari Pendekar Laknat dan putera dari


Ki Ih, ia harus memusuhi semua manusia di dunia! Ah,
bagaimanakah ia harus bertindak....?

Kepada orang2 Kay-pang, ia mengaku bernama Kongsun


Liong. Ia menuturkan juga pengalamannya masuk ke dalam
perut bumi dan memperoleh ilmu pukulan sakti Thay-siang-
ciang.... Hanya mengenai pertemuannya dengan Koay suhu si
Pendekar Laknat, ia tak menceritakan kepada mereka.

Kini sekalian anggauta Kay-pang menyadari bahwa ketua


mereka yang sakti Pengemis Tengkorak-sakti Song Thian-kun
sudah meninggal. Dan percaya pula bahwa pemuda itu
memang benar-benar menerima ilmu warisan dari Song Thay-
kun. Dengan demikian partai Kay-pang daerah Kang-lam akan
jaya kembali.

Mereka telah memperoleh pengganti ketua yang baru!


Sejak ber-tahun2 belum pernah pesta pertemuan anggauta
Kay-pang wilayah Kanglam, semeriah dan segembira seperti
saat itu. Hiruk-pikuk kegembiraan berkumandang jauh sampai
diluar biara....

Sekonyong-konyong dari luar pintu biara terdengar sebuah


tertawa gemercik. Sebuah nada yang berciri khas tersendiri.

55
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ah, dia datang," To Tiu-kong tertawa.

"Siapa?" tanya Siau-liong.

"Salah seorang anggauta pengurus besar partai kita Siau-


kay To Tay-tong."

Siau-kay atau Pengemis tertawa Tio Tay-tong melangkah


masuk dan memberi hormat kepada To Kiu-kong lalu tiba-tiba
berseru, “Dunia kacau! Dunia kacau balau."

"Memang kuduga engkau membawa berita luar biasa.


Hayo, cepat beri hormat kepada cousu-ya dulu!" seru To Kui-
kong.

Memandang Siau-liong, Pengemis-tertawa itu terbeliak.


Tetapi ketika melihat lencana tengkorak didada Siau-liong,
cepat ia berlutut memberi hormat.

Siau-liong merasa kikuk. Ia minta jangan dipanggil Cousu-


ya atau kakek guru. Tetapi To Kiu-kong mengatakan bahwa
sebutan itu memang diberikan kepada mendiang Pengemis
Tengkorak-sakti. Karena Siau-liong dianggap sebagai
penggantinya maka harus menerima sebutan itu.

Kemudian To Kiu-kong minta penjelasan kepada Pengemis-


tertawa, “Apa maksudmu. mengatakan dunia kacau-balau
tadi?"

Pengemis-tertawa Tio Tay-tong tertawa nyaring sekali,


sahutnya, “Dengan munculnya Cousu-ya, pasti akan lebih
ramai lagi!"

"Lekas katakanlah!" tukas To Kiu-kong.

56
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Semua dedongkot2 persilatan sama muncul lagi. Dunia


persilatan pasti akan dilanda banjir darah pula! Bukankah
dunia kacau-balau?" seru Pengemis-tertawa itu.

Sekalian orang terperanjat. Bahkan ada yang menggigil


gemetar.

"Konon kabarnya si Cantik-beracun Ki Ih muncul didaerah


Siok-ciu. Kelima durjana besar pada jaman 20-an tahun
berselang yakni Thian, Te, Liong, Hou dan Pendekar Laknat
muncul lagi. Kay-se Thian-mo dan Te-gak Lo-sat kabarnya
tampakkan diri digunung Thian-san. Keng-san Siat-liong dan
Hou-pik Kau-hun, unjuk diri di Se-pak. Lalu Pendekar Laknat
timbul digunung Hoa-san. Menurut kabar, begitu muncul
Pendekar Laknat dengan dua kali pukulan saja telah
menghancurkan belasan tokoh2 lihay. Coba katakanlah,
apakah dunia takkan kacau-balau?"

"Hongsan? Bukankah Cousu-ya juga datang dari gunung


itu? Apakah cousu-ya mengetahui hal itu?" tanya To Kiu-kong
kepada Siau-liong.

"Hal ini.... karena hampir setahun aku berada dibawah


gunung maka tak pernah kudengar apa2," jawab Siau-liong.

Suasana perjamuan yang gembira-ria, mendadak berobah


menjadi tegang regang, cemas gelisah. Tengah sekalian orang
gelisah, tiba-tiba di udara menggema lagi sebuah tertawa
gelak2 yang amat nyaring.

Sekalian orang terkejut. Mereka memandang kesekeliling


penjuru tetapi tak tampak suatu apa. Siau-liong dan beberapa
tokoh Kay-pang segera melangkah keluar.

57
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dibawah sinar bulan purnama, tampak seorang aneh berdiri


di atas puncak rumah. Orang itu mengenakan pakaian warna
biru. Mukanya ditutup kain selubung hitam.

Siau-liong cepat loncat kewuwungan disusul To Kiu-kong,


Pengemis-tertawa, Tongkat-besi-kiri Tio Thau, Tongkat-besi-
kanan Li Ji dan lain-lain.

Siau-liong terkejut melihat pendatang yang serba misterius


itu. Pada saat ia hendak menegur, tiba-tiba orang aneh itu
sudah lancarkan dua buah pukulan kepadanya. Tangan kiri
memukul dengan jurus Toh-beng-han-kong atau Sinar-dingin-
merenggut-nyawa. Tangan kanan menghantam dengan jurus
Kian-gun-it-biat atau pukulan Panglebur-jagad!

Siau-liong terpaksa mundur selangkah, Melihat serangan itu


begitu hebat, ia duga orang itu tentu bukan tokoh
sembarangan. Ingin ia menyapa tetapi kembali orang itu
menyerangnya lagi. Dua buah tangannya susul menyusul
melontarkan hantaman dengan jurus yang aneh dan dahsyat.
Dalam sekejab saja, sembilan buah pukulan berantai dan
enam buah tendangan, telah diserangkan.

Siau-liong tak sempat bertanya lagi. Ia mengkal sekali


kepada keberandalan orang itu. Segera ia balas menyerang
dengan ilmu pukulan Gun-go-ciang ajaran gurunya Kongsun
Sin-to yang terdiri dari 36 jurus.

Namun orang misterius itu memiliki kelincahan yang


mengagumkan sekali. Jurus2 pukulannya sangat aneh, penuh
perobahan yang sukar diduga.

Baru lebih kurang sejam dinobatkan sebagai ketua Kay-


pang, Siau-liong sudah mendapat ujian berat. Diam-diam ia
mengagumi kesaktian orang itu.

58
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi diam-diam ia malu terhadap anak buah Kay-pang


karena sudah bertempur 100 jurus masih belum dapat
mengalahkan lawan. Rasa malu itu membangkitkan
kemarahan Siau-liong....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 02

Kilat Lawan Tengkorak

TO KIU-KONG terkesiap. Dahulu ilmu pukulan Thay-siang-


ciang yang dimainkan mendiang Pengemis Tengkorak, tidaklah
sedahsyat yang dilancarkan Siau-liong saat itu.

Tetapi kesaktian orang berkerudung itupun bukan olah-


olah. Memang pada saat menghadapi taburan Thay-lo-kim-
kong-ciang, ia terhuyung-huyung mundur sampai tiga
langkah. Tetapi setelah itu, ia loncat menerjang maju lagi.

Siau-liong marah. Cepat ia melambung ke udara. Setelah


berputar-putar, ia menukik dan siap lancarkan jurus kedua:
Siu-lo-pan-cha.

Ketika melihat sepasang telapak tangan Siau-liong ber-


kilat2 merah, To Kiu-kong dan kawan-kawannya memekik
kaget: Bu-kek-sin-kang!

Sebenarnya Siau-liong tak mau menggunakan ilmu pukulan


Bu-kek-sin-kang itu. Karena hal itu akan mengakibatkan
dirinya diketahui orang. Tetapi karena musuh terlampau sakti,
terpaksa ia mengeluarkan pukulan tenaga-sakti itu.

To Kiu-kong terkejut. Ia duga orang berkerudung itu tentu


hancur. Tetapi diluar dugaan orang misterius itu malah

59
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertawa melengking menghindar kesamping dan menyongsong


pukulan Siau-liong dari samping.

Dess.... kembali terjadi benturan antara tenaga-sakti keras


lawan tenaga-sakti lunak. Dan pukulan Siau-liong itupun
buyar....

Siau-liong makin heran. Alangkah hebatnya kepandaian


orang itu! Diam-diam Siau-liong seperti pernah mengenal
ketawa dan gerak-gerik orang itu. Tetapi entah dimana, ia
lupa. Dan yang terutama membuat Siau-liong terpukau ialah
tenaga-lunak yang dimiliki orang itu. Benar-benar ia belum
pernah menyaksikan.

To Kiu-kong dan rombongannya terkejut karena melihat


Siau-liong tertegun diam. Tetapi sebelum mereka bertindak,
orang aneh itu sudah buang diri berjumpalitan beberapa
tombak ke belakang. Kemudian dengan tiga kali locatan, ia
sudah lolos. Siau-liong cepat mengejar. To Kiu-kong
gelagapan. Sungguh berbahaya membiarkan ketua mereka
mengejar seorang diri. Segera ia ajak anak buahnya
menyusul. Tetapi walaupun menyusup hutan melintasi
gunung, mereka tak dapat menemukan ketua mereka dan
orang aneh itu.

Tiba-tiba dari arah tenggara terdengar suitan nyaring. To


Kiu-kong dan anak buahnya segera menuju kesana. Mereka
tiba di sebuah kuil kecil dipinggir kaki gunung. Sekelilingnya
penuh pohon cemara dan hutan bambu. Rakyat menamakan
Thing-si-poh atau kuil Penyimpan Peti-mati. Suitan tadi jelas
berasal dari kuil itu.

Saat itu rembulan sudah condong kebarat. Suasana


disekeliling kuil, amat seram. Bahkan seorang jago sakti
seperti To Kiu-kong, diam-diam pun menggigil dalam hati.

60
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi rasa seram itu segera lenyap ketika menyadari


bahwa suitan nyaring tadi jelas tentu dari jago silat yang
memiliki lwekang sakti. To Kiu-kong segera menghampiri kuil
itu. Dan ketika mengintai ke dalam kuil, hampir saja To Kiu-
kong dan anak buahnya terkejut pingsan.... Soh-beng Ki-su
yang berwajah seperti mayat, tengah berputar-putar diantara
peti mati karena hendak menerkam si dara cantik Tiau Bok-
kun!

Dalam ruang kuil itu terdapat tak kurang dari 200 buah peti
mati. Tiau Bok-kun termasyhur memiliki ilmu meringankan
tubuh yang sakti. Karena itu kaum persilatan menyanjungnya
dengan gelar Dewi Kilat.

Entah bagaimana mulanya Tiau Bok-kun dikejar-kejar Soh-


beng Ki-su dalam kuil situ. Untung berkat ginkangnya yang
sakti, nona itu dapat berlincahan menyelundup diantara sela-
sela peti-mati sehingga Soh beng Ki-su meraung-raung seperti
singa kelaparan.

Seharusnya To Kiu kong tak dapat berpeluk tangan


mengawasi nona itu diancam Soh-beng Ki-su yang termasyhur
sebagai Hwat-giam-lo-ong atau Giam-lo-ong hidup (Raja
Akhirat). Tetapi ketua Kay-pang itupun menyadari bahwa jika
sekali pukul tak dapat membinasakan Soh-beng Ki-su,
akibatnya berbahaya. Kay-pang tentu akan tambah mendapat
seorang musuh yang ganas.

Tampak Soh-beng Ki-su mengamuk sekali. Kesepuluh


jarinya yang runcing macam cakar garuda, mendesis-desis
mengeluarkan asap Pek-kut-kang atau ilmu sakti Tulang-putih
mulai dilancarkan!

Dibawah taburan ilmu-sakti Pek-kut-kang itulah dahulu Tiau


Bok-kun pernah menderita luka. Untung pada waktu itu ia
ketemu dan ditolong Siau-liong.

61
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika pucatlah wajah Tiau Bok-kun.

Cress.... tiba-tiba Soh beng Ki-su mencengkeram. Dan


serempak dengan itu, To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa
segera hendak loncat menerjang untuk menolong Tiau Bok-
kun. Tetapi, uh.... terpaksa mereka hentikan gerakannya.'

Ternyata cengkeraman Soh-beng Ki-su itu tidak ditujukan


pada Tiau Bok-kun tetapi kesebuah peti-mati yang berada di
samping kanannya. Krak.... kayu penutup peti hancur lebur
beterbangan keempat penjuru....

Kiranya tujuan Soh-beng Ki-su hanya hendak memamerkan


betapa dahsyat tenaga cengkeramannya itu agar si nona
menyerah saja. Demikian dugaan To Kiu-kong. Tetapi ternyata
dugaan itu meleset.

Setelah menghancurkan tutup peti, jari Soh-beng Ki-su


tetap memancarkan aliran tenaga-sakti ke dalam peti. Tiba-
tiba mayat dalam peti itu pun bangun.

Dalam kuil di tengah hutan dengan berisi 200 buah peti


mati, sudah cukup membuat nyali copot. Apalagi sesosok
mayat dapat bangun dan duduk. To Kiu-kong dan Pengemis
Tertawa hampir jatuh kelenger....

Karena takutnya Tiau Bok-kun menjerit. Tetapi karena Soh-


beng Ki-su menghadang dimuka, terpaksa ia menyelinap
mundur ke belakang dua buah peti mati.

Soh-beng Ki-su mengangkat tangan dan tengkorak itupun


berdiri lalu loncat keluar dari peti matinya.

Hai! Adakah Soh-beng Ki-su memiliki ilmu sihir?

62
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tidak! Ilmu itu disebut tenaga-sakti Pek-kut-kang atau ilmu


Tulang Putih. Ilmu tersebut didasarkan pada latihan menyedot
hawa phosporus mayat-mayat yang sudah menjadi tengkorak.
Dengan latihan itu dapatlah Soh beng Ki-su menggerakkan
mayat dan diperintah menurut sekehendak hatinya. Antara
lain disuruh bersilat dan menyerang orang!

Berturut-turut Soh-beng Ki-su menghidupkan tengkorak2


lalu diperintahkannya mengepung Tiau Bok-kun. Diantara
mayat2 yang dihidupkan itu, terdapat beberapa kerangka
tengkorak yang masih belum hancur dagingnya. Selain ujutnya
mengerikan, pun baunya bukan alang kepalang....

Tiau Bok-kun menggigil. Gerahamnya berkerenyut keras.


Sambil kepalkan tinju dan memegang pedang erat-erat, ia
bersiap-siap.

Setelah menghidupkan tengkorak2 itu, Soh-beng Ki-su pun


segera berseru memberi perintah. Sesosok tengkorak segera
mainkan kedua tulang tangannya menyerang Tiau Bok-kun.
Nona itu tak gentar. Ia mainkan pedangnya dalam jurus
Angin-puyuh. Tetapi pada saat sepasang tulang lengan
tengkorak itu akan tertabas, tiba-tiba Soh-beng Ki-su gerakkan
tangan kiri dan berseru memberi komando, “Si-heng pian-
yap....”

Tengkorak disebelah kiri yang kerat dagingnya masih


melekat, segera menyerang Tiau Bok-kun. Bau busuk
berhamburan memenuhi ruang.

Hebat dan ngeri sekali! Dibawah perintah gerakan tangan


Soh-beng Ki-su, tengkorak yang masih berdaging itu dapat
menyerang dengan ilmu pukulan Pek-kut-kang yang hebat.

Nona itu tak keburu menangkis. Untung ia memiliki ginkang


yang hebat dan otak yang tajam, Sekonyong konyog ia

63
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertekuk tubuh ke belakang sampai punggung mendatar


dengan tanah. Pedang dilintangkan untuk menjaga tubuh.
Kemudian dengan menjaga tubuh. Kemudian dengan sebuah
gerakan yang luar biasa, ia melenting kemuka dan menerobos
kepungan, melalui celah dua sosok tengkorak.

Tetapi usaha nona itu tak banyak menolong. Hanya


beberapa detik ia dapat bernapas legah atau ia terkejut
karena dapatkan dibelakangnya itu merupakan dinding kuil.
Tak mungkin ia dapat loncat mundur lagi. Sedang kelima
tengkorak itu hanya dengan dua tiga kali loncatan, sudah
berjajar menghadang Tiau Bok-kun. Walaupun tengkorak-
tengkorak itu sudah tak bermata lagi tetapi muka mereka
yang tertuju kepada si nona, tak ubah seperti orang yang
dapat melihat.

Pada saat Tiau Bok-kun sedang terpojok, Soh beng Ki-su


pun giat menghancurkan tutup beberapa peti-mati lagi.
Berpuluh-puluh tengkorak loncat keluar dari peti masing-
masing. Ada yang mukanya hancur tetapi hidungnya
complong tetapi mulut masih melekat dengan jenggot yang
memanjang lebat. Pendek kata, barang siapa menyaksikan
pemandangan saat itu, tentu akan pingsan atau mati kaku!

Berpuluh-puluh mayat dan tengkorak yang tak keruan


ujutnya itu, berkerumun mengepung Tiau Bok-kun. Betapapun
hebat ilmu ginkang nona itu, namun kiranya tak mungkin ia
mampu lolos dari kepungan barisan Si-mo-tin atau barisan
Tengk-rak itu.

To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa mempunyai rencana


sama. Satu2nya jalan untuk menolong si nona. hanyalah
dengan meringkus Soh-beng Ki-su.

64
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun keduanya menyadari bahwa sekalipun keduanya


maju serempak, belum tentu dapat mengalahkan Soh-beng Ki-
su.

To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa benar-benar tersiksa


batinnya. Tidak menolong, tak sampai hati. Namun menolong
pun belum tentu berhasil. Dan kegagalan itu berakibat besar
bagi partai Kay-pang.

Namun dapatkah mereka hanya berpeluk tangan saja? Ah,


perbuatan itu berlawanan dengan jiwa seorang ksatrya!

Tetapi sebelum keduanya bertindak, tiba-tiba lima sosok


bayangan melayang masuk dari atas tembok dan berjajar di
belakang Soh-beng Ki-su. Mereka bukan lain adalah ketua
Kong tong-pay To Hun-ki dan keempat Kong-tong Su-lo.

Serentak Soh-beng Ki-su berputar tubuh, “Oho, disurga


terbentang jalan lebar, kamu malah pilih masuk ke Neraka.
Bangsat tua, serahkan jiwamu!"

Soh-beng Ki-su atau Pertapa Pencabut-nyawa itu gerakkan


sepasang jari tangannya yang runcing. 8eketika ribuan cakar
putih berhamburan ke arah kelima tokoh partai Kong-tong-pay
itu. Kui-ing-tong-tong atau Bayangan-setan-lalu-lalang,
demikian jurus yang dimainkan pertapa gila itu.

Tiau Bok-kun tak mau men-sia2kan kesempatan sebagus


itu. Pada saat Soh-beng Ki-su sibuk menghadapi kelima tokoh
Kong-tong-pay, nona itu segera mainkan pedang dalam jurus
Sip-hong-sip-u atau Sepuluh-angin-sepuluh-hujan untuk
membobol kepungan barisan tengkorak yang tak berkomando.

Tetapi gerak gerik nona itu tak luput dari pengawasan


sipertapa ganas. Seperti tumbuh mata pada punggungnya,

65
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soh-beng Ki-su segera memberi perintah kepada barisan


Tengkorak, “Cui-si-kui-gok."

Mendengar perintah Cui-si-kui-gok atau Mayat hancur-iblis-


menangis itu, barisan Tengkorak segera menyerbu Tiau Bok-
kun lagi. Dan anehnya, tengkorak yang mempelopori
penyerangan itu dapat menghindar apabila Tiau Bok-kun
menabasnya. Mereka tetap merangsang maju.

Tiau Bok-kun makin gugup. Ia mainkan jurus Hong-u-put-


thou atau tak-tembus-hujan-angin untuk melindungi diri....

Dalam pada itu To Hun-ki dan keempat Su-lo, dengan


susah payah dapat menghindari serangan pertapa ganas itu.
Tetapi belum sempat balas menyerang, Soh-beng Ki-su sudah
menyerangnya sambil memberi komando kepada barisan
Tengkorak. Tetapi karena perhatiannya agak terpecah dalam
memberi komando dan menyerang sendiri, mala berkuranglah
kedahsyatan serangan barisan Tengkorak maupun Soh-beng
Ki-su sendiri. Dengan begitu Tiau Bok-kun dapat bertahan
beberapa saat.

Seperti telah dituturkan dibagian muka, pada saat


menghadapi siwanita cantik Ki Ih, Soh-beng Ki-su terpaksa
mundur dan melarikan diri ke dalam kuil itu. Sebenarnya ia
hendak mempersiapkan barisan Tengkorak untuk membunuh
wanita itu. Tetapi tak ter-duga2, Tiau--Bok-kun melangkah
masuk. Melihat itu iapun terus menerkam si nona....

Mendiang ayah nona itu telah meninggalkan sebuah Giok-


pwe atau Pending Kumala. Nona itu tak menyangka sama
sekali bahwa Giok-pwe itu ternyata sebuah tempat
penyimpanan pusaka. To Hun-ki sudah memperoleh separoh
bagian. Jika ia dapat merebut separoh bagian yang menjadi
milik Tiau Bok-kun, tentulah ia dapat menemukan tempat
penyimpanan pusaka itu. Apabila berhasil, bukan saja wanita

66
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cantik Ki Ih, bahkan kelima durjana yang termasyhur itu, pun


dapat ditundukkan.

Demi membangun pamor kejayaan Kong-tong-pay dan


nasib dunia persilatan maka To Hun-ki berusaha keras untuk
memperoleh Giok-pwe itu.... Apabila benda itu sampai jatuh
ketangan si Pertapa Pencabut-nyawa, akibatnya ngeri sekali.
Soh-beng Ki-su seperti harimau tumbuh sayap.

Tetapi Tiau Bok-kun pun mati2an mempertahankan


peninggalan orangtuanya. Maka terjadilah peristiwa kejar
mengejar yang seru itu.

Pertempuran antara Tiau Bok-kun lawan barisan Tengkorak


dan kelima tokoh Kong-tong-pay lawan Pertapa Pencabut-
nyawa, telah berlangsung sampai beberapa puluh jurus To
Hun-ki tak mungkin menang dan Tiau Bok-kun pun tak
mungkin lari. Adakah To Hun-ki tak menyadari
kedudukaannya?

Tidak! To Hun-ki tahu bahwa ia tak mungkin menang.


Tetapi ia tetap bertempur karena supaya dapat memberi
kesempatan Tiau Bok-kun lolos. Apabila nona itu lolos, kelak ia
tentu masih mempunyai kesempatan untuk merebut Giok-
pwe.

Untuk memberi kesempatan lari kepada si nona, To Hun-ki


memancing lawan supaya bertanding diluar kuil. Tetapi
pertapa ganas itu tak mau disiasati. Ia tertawa mengekeh dan
tetap merangsang kelima tokoh Kong-tong-pay.

To Hun-ki teringat tempo bertempur seorang diri melawan


pertapa itu, ia dapat bertahan sampai 30 jurus. Segera ia
mengambil keputusan. Keempat Su-lo disuruh membantu si
nona meloloskan diri dari kepungan barisan Tengkorak.
Sedang Soh-beng Ki-su hendak dihadapinya sendiri.

67
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi berhadapan dengan manusia licin macam Soh beng


Ki-su, To Hun-ki benar-benar mati kutu. Sebelum sempat
menjalankan rencananya, Soh-beng Ki-su sudah mendesak
kelima tokoh Kong-tong-pay itu dengan gencar dan
menggiring mereka ke dalam barisan Tengkorak.

Melihat suasana pertempuran, To Kiu-kong dan Pengemis


Tertawa tak dapat tinggal diam lagi. Tetapi sebelum mereka
bertindak, lagi2 muncul pula seorang wanita baju putih,
memakai kerudung warna hitam dan mencekal sebatang
pedang San-tiam-kaim.

"Ki Ih si Ular cantik!" serentak sekalian orang berteriak


kaget dalam hati. Hanya Tiau Bok-kun yang tak kenal siapa
wanita aneh itu.

Belum wanita itu berdiri tegak, pedangnya sudah


menghambur ke arah barisan Tengkorak. Dua tiga sosok
tengkorak, hancur berantakan....

Soh-beng Ki-su cepat mencabut senjatanya yang berbentuk


piau atau passer untuk menyambut.

Sepuluh tahun yang lalu, ilmu pedang San-tiam-kiam atau


Pedang Kilat dari Ki Ih sudah termasyhur. Kini setelah
berselang 10 tahun, tentulah jauh lebih hebat lagi. Ilmu
pedang itu selalu berlawanan geraknya dengan ilmu pedang
biasa. Gerakan yang kosong ternyata gerakan sesungguhnya
dan gerakan yang tampak sungguh kiranya kosong.

Gelombang sinar pedang dan deru angin yang dahsyat


makin menguasai sinar senjata Soh-beng Ki-su. Namun
pertapa itu bukanlah lawan yang empuk. Dengan ilmu Pek-
kut-kang, ia dapat memberi perintah kepada barisan
Tengkorak supaya memecah diri dalam kelompok kecil untuk

68
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengurung setiap lawan Dengan mendapat bantuan barisan


Tengkorak itu, Soh-beng Ki-su dapat memperbaiki
kedudukannya yang terdesak.

Ki Ih memang lihay tetapi betapa pun ia seorang wanita.


Berhadapan dengan tengkorak2 yang amat menyeramkan,
hatinya ngeri juga sehingga mengakibatkan permainan
pedangnya agak lamban.

Melihat permainan pedang Ki Ih tak begitu mantap lagi,


Soh-beng Ki-su segera pergencar serangannya dan berhasil
menguasai permainan lawan.

Ki Ih terdesak tetapi di sana, Tiau Bok-kun dan kelima


tokoh Kong-tong-pay berhasil merubuhkan tujuh delapan
sosok tengkorak. Soh-beng Ki-su mulai cemas Kalau Tiau Bok-
kun sampai lolos, berantakanlah rencananya. Memikirkan hal
itu, perhatiannya agak terpecah. Keadaan itu tak lepas dari
pengamatan Ki Ih. Dengan beberapa serangan dapatlah ia
merobah kedudukannya. Dari yang diserang menjadi
penyerang.

Soh-beng Ki-su benar-benar gelisah. Buru-buru ia bolang-


balingkan cakarnya ke arah deretan peti mati. Tak kurang dari
30 buah peti mati hancur tutupnya dan mayat2 di dalamnya
segera berloncatan keluar menyerbu musuh.

Pertapa Pencabut-nyawa itu tertawa seram dan barisan


Tengkorak lalu meraung-raung, menangis macam iblis
merintih-rintih....

Dengan munculnya barisan bantuan itu, Ki Ih dan


rombongan Kong-tong-pay terdesak lagi. Mereka lebih banyak
bertahan daripada menyerang....

69
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekonyong konyong terdengar suara tertawa menggeledek.


Dikala sekalian orang terkesiap, sesosok tubuh dalam jubah
gerombyongan, melayang masuk ke dalam ruang. Gerakannya
gesit dan tak mengeluarkan suara apa-apa....

Sekalian orang terkejut dan yang paling terperanjat sendiri


adalah Soh-beng Ki-su. Hampir ia tak percaya pada apa yang
dilihatnya.

"Ah, tak mungkin.' Bukankah dia sudah kuhantam mati di


lembah gunung Hongsan? Mustahil orang mati dapat hidup
kembali." bantahnya dalam hati.

"Siapakah engkau, hai!" tegurnya bengis untuk


menenangkan getar hatinya.

Wut.... orang aneh itu menjawab dengan kebutkan lengan


jubahnya.... Secercah sinar merah berkilat dan dua tiga puluh
tengkorak segera hancur menjadi abu....

"Pendekar Laknat!" seru Soh-beng Ki-su terkejut.

"Hm, benar Memang orang yang kau bunuh itu tidak mati!"
sahut orang aneh itu.

"Lalu siapa yang mati itu?"

Orang aneh itu tertegun sejenak, sahutnya, “seorang tua


yang tak berdosa!"

Soh-beng Ki-su makin gentar. Akhirnya ia berseru kalap,


“Mau apa engkau kemari?"

Orang aneh itu tertawa nyaring. Ruang kuil bergetaran.

70
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku hendak menuntut balas atas kematian orang tua itu!"


katanya seraya mendorong dengan kedua tangannya.
Segulung hawa panas melanda dan hancurlah sisa-sisa barisan
Tengkorak....

Tiau Bok-kun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Cepat


ia menyelinap keluar. To Hun-ki dan keempat Su-lo mengikuti
lolos. Melihat ketua Kong-tong-pay kabur, Ki Ih cepat
mengejar....

To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa yang menyaksikan di


atas tembok kuil, diam-diam merasa heran. Rasanya dahulu
Pendekar Laknat itu tidak sedemikian tinggi besar. Namun
kalau menilik ilmu pukulan Bu-kek-sin-kang yang dilancarkan
itu, memang benar Pendekar Laknat.

Memang hal itu dapat dimengerti karena kedua tokoh


pengemis itu tentu tak dapat membayangkan bahwa Pendekar
Laknat yang muncul saat itu bukan lain adalah Siau-liong
sendiri.

Itulah yang kedua kalinya ia menyamar sebagai Pendekar


Laknat. Dan untuk yang kedua kalinya pula berjumpa dengan
ibunya. Sayang ia tak tahu bahwa wanita berkerudung muka
adalah Ki Ih, ibunya sendiri. Tetapi andaikata tahu, pun ia
tentu tak leluasa bicara karena masih menyamar sebagai
Pendekar Laknat....

Setelah mereka pergi, barulah Siau-liong terkesiap. Ia


curiga akan gerak-gerik wanita berkerudung tadi. Cepat ia
memutuskan, bunuh dulu Pertapa Pencabut-nyawa itu, baru
mengejar wanita berkerudung yang diduga tentulah ibunya.

Diserangnya Soh-beng Ki-su dengan jurus Sin-liong-thay-


san atau Naga-sakti-gunung-Thaysan. Tetapi Pertapa itu
bukan tokoh lemah. Tak mau ia gunakan senjata melainkan

71
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan tangannya yang mirip cakar burung garuda. Ia


menakar pukulan lawan dengan sepuluh jari yang disaluri
tenaga-sakti Pek-kut-kang atau Tulang-putih.

Siau-liong masih belum dapat menguasai lwekang Bu-kek-


sin-kang. Ia hanya tahu menggunakan tenaga-sakti itu dengan
cara keras. Akibatnya ia menderita. Ia terhuyung-huyung
mundur sampai empat langkah. Darahnya bergolak keras.

Soh-beng Ki-su juga terserut mundur selangkah. Hanya


penderitaannya lebih kecil dari lawan.

Setelah tenangkan diri, Siau-liong mengatur siasat.


Tubuhnya bergerak ke kanan kiri lalu tangannya mengendap
ke bawah. Tiba-tiba tangannya dibalikkan menampar kekiri.
Ah, ternyata dia lancarkan jurus pukulan Membalik-langit. Dari
delapan penjuru, melandalah angin lwekang-panas ke arah
Soh beng Ki-su....

Soh-beng Ki-su cepat menyurut mundur. Ia tahu bahwa


ilmu pukulan Pek-kut-kang tak berguna terhadap Pendekar
Laknat. Segera ia gunakan jurus Yang-kek-im-seng atau
Hawa-positip-berganti Negatip. Jurus itu merupakan salah satu
jurus hebat dari ilmu pukulan Thay-im-ki-bun-sip pat-hoan
yang terdiri dari delapan belas jurus.

Terdengar letupan keras ketika dua buah pukulan yang


berlawanan sifatnya itu, saling berbentur....

Tamparan dari sebelah kiri tak berhasil, Siau-liong cepat


mengganti dengan tamparan sebelah kanan. Gejolak angin
menghambur lebih dahsyat. Memang tamparan kiri itu
berbeda sifatnya dengan tamparan kekanan. Lebih mantap
dan lebih berat.

72
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Soh-beng Ki-su tetap gunakan salah sebuah jurus


dari ilmu Thay-im-ki bun-sip-pat-hoan untuk menghalau
serangan pemuda itu.

Siau-liong marah. Ia rangkapkan kedua tangan lalu


mendorong kemuka. Itulah yang disebut pukulan To-sia-san-
ho atau Menjungkir-balikkan-gunung-dan-sungai.
Perobahannya paling banyak dan perbawanya paling dahsyat.

Tetapi Soh-beng Ki-su dapat tetap menangkis. Akhirnya


tersadarlah Siau-liong. Hanya diimbangi dengan ilmu pukulan
Thay-siang-ciang ajaran mendiang Pengemis Tengkorak Song
Thian-kun. Barulah pukulan lwekang-sakti Bu-kek-sin-kang itu
benar-benar dapat mengembang kedahsyatannya. Tetapi, ah,
jika ia gunakan pukulan Thay-siang-ciang, tentulah dirinya
akan dikenal To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa yang
bersembunyi diluar kuil. Padahal ia tak menghendaki hal itu.

Karena keseganan itu maka walaupun sudah bertempur


berpuluh jurus, tetap ia tak mampu mengalahkan Soh-beng
Ki-su. Namun ia tak mau memberi ampun kepada musuh yang
telah membunuh Koay suhu atau Pengemis Tengkorak itu.

Akhirnya ia mendapat akal. Sengaja ia pura-pura kalah dan


mundur, ketika ia mundur sampai diambang pintu, Soh-beng
Ki-su menghunjamnya dengan sepasang pukulan dahsyat dan
Siau-liong membiarkan dirinya dilanda angin pukulan lawan.
Begitu malayang turun diluar kuil, cepat ia kebutkan lengan
jubah ke arah To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa. Sudah
tentu kedua tokoh pengemis itu terkejut bukan kepalang Jika
tak cepat lari, tentulah tubuh mereka hangus dilanda lwekang
panas Bu-kek-sin-kang. Sekali loncat kedua tokoh itu kaburlah.

Tepat pada saat mereka lari, terdengarlah jeritan ngeri dan


rubuhnya tembok kuil. Tetapi tokoh-tokoh pengemis itu tak
berani berpaling muka. Mereka lari terbirit—birit.

73
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siasat Siau-liong berhasil. Setelah dapat menghalau kedua


tokoh Kay-pang itu, ia segera lepaskan pukulan Thay-siang-
ciang disertai lwekang Bu-kek sin-kang. Jurus yang dipilih
Siau-liong adalah jurus Siu-lo-pan-cha. Jurus yang paling
dahsyat dan tepat untuk menghancurkan segala macam iblis
laknat termasuk seorang durjana besar seperti Soh-beng Ki-
su.

Pertapa itu menjerit ngeri. Ia terluka parah Tembok kuil


yang berada dibelakangnya ambruk. Tetapi sebagai rase tua,
walaupun dalam keadaan terluka, ia masih dapat
menggunakan tipu siasat. Darah yang hendak menyembur
dari mulut ditekan sekuatnya. Dan ia masih tetap melayani
serangan Siau-liong dengan tenang. Begitu memperoleh
kesempatan, tiba-tiba ia semburkan darahnya kemuka lawan.

Siau-liong terkejut. Setitikpun ia tak menyangka akan


menerima serangan yang begitu luar biasa. Darah yang
disemburkan mulut Soh-beng Ki-su itu jauh lebih berbahaya
dari segala macam senjata rahasia. Jika kena, muka Siau-liong
tentu hancur lebur!

Cepat pemuda itu loncat menghindar.... Serempak dengan


itu, Soh-beng Ki-su pun lotos keluar dari reruntuhan tembok.
Siau-liong mengejarnya.

Menilik sudah terluka parah tentu Soh-beng Ki-su tak dapat


lolos. Tetapi dasar belum takdirnya mati. Setelah melintas
lamping gunung, pertapa itu menyusup ke dalam hutan.
Berkat malam gelap dan hutan lebat, pertapa itu dapat
melenyapkan diri.

Siau-liong terpaksa hentikan pengejarannya.

74
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia berjalan lesu. Tiba-tiba ia teringat waktu menolong Tiau


Bok-kun dalam biara, diluar biara ia mendengar Soh-beng Ki-
su berteriak, “Hai, Ki Ih, perlu apa engkau berkerudung
muka....

"Hai!" serentak Siau-liong tersadar bahwa wanita


berkerudung muka tadi tentulah ibunya. Tetapi, ah.... kembali
ia menghilangkan kesempatan baik untuk menemui ibunya itu.

Segera ia lari mencari wanita berkerudung tadi. Tetapi ia


kehilangan arah dan tak tahu jalan keluar dari pegunungan
situ. Akhirnya ia lari ke arah timur. Tak berapa lama ia
berhadapan dengan sebuah karang buntu. Jauh dibawah
karang itu, terhampar sebuah jalan yang merentang ke dalam
hutan. Terpaksa ia menuruni karang yang curam itu....

Pada saat tiba di bawah, dari dalam hutan disebelah muka,


terdengar suara senjata beradu. Cepat ia lari memburu.
Betapa kejutnya ketika melihat Ki Ih sedang dikeroyok To
Hun-ki dan rombongan To Kiu-kong yang berjumlah sembilan
orang.

Ki Ih berhasil mengejar Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari


Kong-tong-pay. Sebenarnya ia dapat membunuh musuh2
suaminya itu. Sayang To Hun-ki dan ketiga tokoh Pengemis
muncul. Kay-pang memang baik hubungannya dengan partai2
persilatan. Dan Ki Ih memang tak disuka orang.

Selain berasal dari seberang lautan, pun wanita itu banyak


mengikat permusuhan dengan kaum persilatan di Tiong-goan.

To Kiu-kong, Pengemis Tertawa, si Pincang kiri Tio Thau


dan sipincang kanan Li Ji, segera bantu menyerang Ki Ih.
Kedudukan segera berobah. Ki Ih yang semula menang angin,
kini berbalik terdesak.

75
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun wanita sakti itu tak mau menyerah mentah2. Ia


mainkan pedangnya lebih gencar. Salah sebuah jurus ilmu
Pedang Kilat yang disebut Guruh-dan-halilintar-menyambar,
segera memburu kesembilan pengeroyoknya. Mereka jeri dan
terpaksa mundur. Kesempatan itu digunakan Ki Ih untuk
menabur 9 buah senjatan rahasia Hwe-hun-tui ke arah To
Hun-ki dan keempat Su-lo.

Hwe-hun-tui atau Gumpalan-awan-api, merupakan senjata


rahasia yang telah mengangkat nama Ki Ih. Apabila kelima
orang itu binasa, mudahlah ia membereskan keempat tokoh
pengemis.

To Kiu-kong terkejut tetapi tak keburu menolong kelima


tokoh Kong-tong-pay. Pada saat maut hendak merenggut jiwa
tokoh2 Kong-tong-pay itu, tiba-tiba Siau-liong muncul dalam
penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Sambil loncat ke udara,
ia kebutkan kedua lengan bajunya. Dua buah gelombang sinar
merah melanda dan sembilan buah senjata rahasia Hwe-hun-
tui itupun hancur lebur.

Sesuai dengan namanya, senjata-rahasia Gumpalan-awan-


api itu memancarkan hawa panas. Hanya tenaga-sakti Bu-kek-
sin-kang yang bersifat panas, dapat menghancurkan senjata
rahasia itu. Dan selamatiah jiwa kelima tokoh Kong-tong-pay!

Sekalian orang terkejut. Selain tak menduga akan


kemunculan Pendekar Laknat, pun mereka heran, mengapa
tokoh gila itu membantu orang2 Kong-tong-pay.

Dan Ki Ih pun tak kurang kagetnya. Menghadapi sembilan


musuh tadi, ia sudah kewalahan. Apa lagi ditambah dengan
seorang Pendekar Laknat. Cepat wanita itu melarikan diri.

76
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat meluncur turun ke bumi, Siau-liong berputar diri


dan lepaskan pukulan dahsyat ke arah sembilan jago
pengeroyok itu!

Gila! Bukankah tadi Pendekar Laknat menghancurkan


senjata rahasia dari Ki Ih? Mengapa sekarang ia berbalik
menyerang ke sembilan tokoh2 yang mengeroyok wanita itu?

Kesembilan jago itu menghindar ke samping lalu


menyerang Siau-liong. Tetapi Siau-liong lebih cepat. Segera ia
lancarkan pukulan yang kedua yakni To-sia-san-ho atau
Membalikkan gunung dan sungai.

Kesembilan jago itu terpental mundur sampai empat


langkah. Mereka berputar diri terus lari masuk ke hutan
Kiranya Siau-liong memang bermaksud hendak menghalau
kesembilan orang itu. Kemudian ia akan menghadap ibunya
dan minta maaf. Ia hendak menjelaskan bahwa dia adalah
puteranya yang terpisah selama 16 tahun itu!

Tetapi ketika berpaling, alangkah kejutnya. Ki Ih siwanita


berkerudung, sudah lenyap!

Siau-liong terpukau. Enam belas tahun lamanya ia berpisah


dari ibunya. Dua kali ia mendapat kesempatan berjumpa tetapi
dua kali itu pula ia tak berhasil bicara dengan ibunya. Air mata
pemuda itu berlinang-linang. Akhirnya ia duduk bersemedhi
memulangkan tenaga.

Ketika membuka mata, ia terkejut. Di hutan jauh disebelah


muka, tampak berkelebat sesosok tubuh wanita. Menduga
kalau ibunya, cepat ia loncat dan lari menghampiri.... Ah,
hampir ia berteriak girang ketika bayangan itu benar Ki Ih.
Tetapi pada lain kejab ia tertegun ketika menyadari bahwa
saat itu dirinya masih menyamar sebagai Pendekar Laknat.
Tak mungkin ibunya akan percaya!

77
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hanya beberapa detik ia tertegun. wanita itupun sudah


lenyap lagi dari pandangan. Cepat Siau-liong mengejar tetapi
tak berhasil. Akhirnya ia membuka kedok dan pakaian
penyamarannya. Lalu ia duduk melepaskan lelah di tepi
sungai.

"Ma, apakah engkau tahu bahwa puteramu Siau-liong


masih hidup dan sekarang sudah begini besar? Ah, mama,
betapalah rindu hatiku kepada-mu....” dalam termenung
mengenangkan nasib, ia menangis meratapi ibunya.

Kemudian ia bertanya pada dirinya, “Mama, apakah engkau


setuju atas tindakanku? Ma, jika engkau mengetahui
maksudku, tentulah engkau dapat menyetujui.... hai!" tiba-tiba
ia memekik kaget.

Matanya yang tengah memandang permukaan air, tiba-tiba


tertumbuk pada wajah seorang gadis. Cepat ia berpaling ke
belakang dan ah.... sicantik Tiau Bok-kun.

"Nona Tiau!" serunya tersipu-sipu menghapus air mata.

Tetapi gadis itu diam saja. Siau-liong mengulang lagi


tegurannya namun tiada penyahutan. Siau liong
memandangnya lekat2. Dan terpukaulah ia....

Nona itu benar-benar menyerupai Tiau Bok-kun tetapi


bukan Tiau Bok-kun!

"Siapa engkau?" akhirnya nona itu menegur.

Siau-liong terkesiap Nada nona itu wajar tetapi galak. Ia


tak puas atas sikap si nona yang tak sopan itu.

"Apa pedulimu aku siapa? " sahutnya.

78
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa yang panggil Tiau Bok-kun itu?"

"Aku salah sangka." muka Siau-liong merah.

"Dan mengapa engkau menangis?"

"Karena aku suka menangis!" sahut Siau-liong dengan nada


yang tak kurang getas.

Dara itu hendak mencabut pedang tetapi tak jadi. Sambil


tertawa mengikik ia menggagah dimuka Siau-liong, “Ih,
jangan marah, bung. Aku memang tak dapat bicara halus
tetapi aku ingin berkenalan dengan engkau. Keberatan?"

"Engkau terlalu bengis, aku tak suka berkenalan."

“Hm, jika menolak, lebih baik kita berkelahi.

"Boleh saja akupun tidak takut!"

Baru Siau-liong berkata begitu, si nona galak sudah


merangsang dengan kedua tangannya ke arah dada dan perut
Siau-liong.

Siau-liong merasa serba salah. Berkelahi dengan seorang


anak perempuan, sesungguhnya ia malu. Tetapi kalau diam
saja, dara itu menyerang dengan liar. Terpaksa ia menghindar
saja.... Dua jurus kemudian, timbullah pikirannya untuk lolos.
Ia anggap tak berguna berkelahi dengan seorang anak
perempuan yang tak dikenal.

Setelah berhasil memaksa dara itu mundur, Siau-liong terus


melarikan diri. Ia menuju ke tepi sungai. Tetapi ketika
berpaling, ah.... nona itu tetap mengejarnya Siau-liong loncat

79
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke sebuah perahu sampan, terus meluncur ke tengah menuju


kota Siok-ciu.

Astaga.... dara itupun loncat ke sebuah perahu dan


mengejar. Ia memiliki lwekang yang hebat sehingga
perahunya dapat meluncur pesat.

Tetapi betapapun halnya, Siau-liong tetap menang cepat.


Begitu tiba di pantai, ia terus masuk kota dan mencari sebuah
rumah penginapan. Habis makan, ia terus masuk tidur.

Menjelang mahgrib, baru ia bangun. Tepat pada saat itu,


dua orang pelayan masuk membawa seperangkat pakaian dan
senampan hidangan.

"Tuan, nona yang bertempat di kamar sebelah depan,


mengirim pakaian ini untuk tuan," kata pelayan itu.

Siau-liong mendengus. Ia malu kalau mengatakan tak kenal


dengan nona itu.... Setelah pelayan pergi, ia bimbang sendiri.
Menerima pemberian itu atau tidak.

Ia mengintai di jendela. Kamar disebelah depan, tampak


sepi. Ia duduk kembali, memandang hidangan itu. Ah,
mungkin nona itu salah faham. Jelas ia tak kenal padanya.
Akhirnya ia berbangkit dan melangkah keluar. Tetapi baru
menyingkap tirai pintu, sesosok tubuh menerobos masuk.
Karena tak keburu menarik pulang tangannya, tersentuhlah ia
pada dua buah benda yang lunak....

Tersipu-sipu ia menyurut kesamping pintu. Seorang dara


melangkah masuk dengan berisak tangis Siau-liong
tercengang. Itulah nona yang mengejarnya tadi.

“Engkau menghina aku! Engkau menghina aku!" sambil


menangis, kedua tangan nona itu mencakari dada Siau-liong.

80
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong biarkan saja agar nona itu jangan semakin kalap.


Tetapi ia hampir geli karena dadanya seperti di kitik-kitik.

Tiba-tiba tangan nona itu menusuk jalan darah didadanya.


Siau-liong terkejut tetapi diam saja. Nona itu menjerit kaget
dan menarik pulang tangannya sambil mendekap tangan kiri
dengan tangan kanannya.

“Setan, jahat benar engkau!" nona itu meninju dada Siau-


liong.

Ternyata dalam diam tadi, Siau-liong kerahkan lwekang Bu-


kek-sin-kang kedadanya. Itulah sebabnya si nona menjerit
kesakitan. Jika tak lekas menarik pulang, tentu tangan nona
itu akan cacad.

Sambil tertawa, Siau-liong menyurut mundur dan memberi


hormat, “Harap jangan marah dan maafkan kesalahanku!"

“Huh, mengapa tak mempersilahkan aku masuk!"

“Hidangan itu adalah pemberian nona, silahkan nona


menyantapnya " kata Siau-liong.

“Bukankah engkau menerimanya?"

“Tanpa jasa apa2, tak pantas menerima hadiah, aku....”

“Ah, apa artinya hidangan semacam itu?" tukas si nona.

Siau-liong tetap menolak. Tetapi nona itupun tetap


memaksanya. Ia terus melangkah masuk, duduk dan suruh
Siau-liong duduk juga lalu diajak makan.

81
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambli makan mereka ber-cakap2. Nona itu mengatakan


bahwa ia berasal dari seberang lautan. Namanya Pek Ciang-wi
atau Mawar Putih. Memang ia gemar berpakaian serba putih.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa gurunya berpesan.


Apabila di daerah Tiong-goan supaya mencari seorang sahabat
yang baik Ketika berjumpa dengan Siau-liong, ia anggap
pemuda itu seorang baik yang tepat dijadikan sahabat. Maka
makin Siau-liong jual mahal, nona itu makin mengejarnya....

Atas pertanyaan Siau-liong, si nona memberi jawaban yang


indah, “Rumahku diseberang lautan, dibawah gunung Dewa.
Gunung itu terletak di atas angin. Eh, apa perlumu
mengetahui nama tempat itu!"

Dan ketika Siau-liong menanyakan tentang gurunya, nona


itu gelengkan kepala. Siau-liong tak mau mendesak. Ia
sendiripun tak mau mengatakan tentang gurunya kepada lain
orang.

Ketika pertama kali bertemu, Siau-liong tak senang melihat


tingkah si nona yang liar itu. Tetapi entah bagaimana, kini ia
merasa tak marah dengan cara2 liar nona itu. Mungkin hal itu
disebabkan, karena ia putera dari Ki Ih yang juga berasal dari
seberang lautan.

Kepada si nona, Siau-liong mengaku bernama Kongsun


Liong dan minta nona itu memanggilnya Siau-liong.

Mawar Putih terkesiap. Dipandangnya pemuda itu lekat2,


dari ujung kaki sampai ke atas kepala. Ia geleng2 kepala dan
berseru lembut, “Siau-liong....”

Panggilan itu amat menyentuh hati Siau-liong. Dalam sikap


kewajaran, kejujuran dan keliarannya, Mawar Putih memiliki

82
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sifat ke Ibuan yang mesra Untuk pertama kali dalam


hidupnya, Siau-liong rasakan indahnya kehidupan....

Mereka makan dan minum dengan gembira. Habis makan,


Mawar Putih suruh Siau-liong berganti pakaian yang
dikirimkan tadi.

Setelah ganti pakaian baru, Siau-liong tampak lebih cakap


dan gagah. Nona itu tertawa gembira. Mereka menuju ke
kebun belakang, menikmati kolam yang menghias taman.

"Siau-liong!"

“Nona Pek!"

Nona itu menggeliat, “Ih, janggal benar panggilanmu itu,"

“Habis?"

"Panggil saja Mawar Putih"

“Mawar.... Putih," suara Siau-liong agak sember. Ia tak


dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu si nona sandarkan
tubuh kedadanya.

Siau-liong seorang perjaka yang belum pernah bergaul


sedemikian mesranya dengan gadis. Sejak kecil, ia hanya
bergaul dengan pohon2 hijau dan burung2 hutan. Sudah tentu
ia ter-longong2 melihat tingkah Mawar Putih. Ketika
hidungnya terbaur hawa harum dari tubuh si dara, semangat
Siau-liong serasa melayang-layang....

Tiba-tiba terdengar derap langkah orang bergegas datang.


Keduanya cepat meluruskan duduknya dan memperhatikan
pendatang itu. Ah, ternyata pelayan hotel.

83
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tuan, ada tetamu mencari tuan!" katanya.

Siau-liong cepat kembali kekamarnya. Ia terkejut melihat


beberapa anak buah Kay-pang berkerumun diserambi
kamarnya. Mereka tampak tegang.

"Cousu-ya datang!" anak buah Kay-pang serempak berseru


ketika Siau-liong muncul.

Mawar Putih terperanjat. Ia tak menyangka bahwa pemuda


yang bernama Kongsun Liong itu ternyata seorang ketua
partai Kay-pang.

To Kiu-kong muncul dari kamar Siau-liong dan


mempersilahkan Siau-liong berdua masuk. Siau-liong terkejut
ketika melihat Tiau Bok-kun berbaring ditempat tidurnya
dalam keadaan pingsan. Bajunya koyak2 dan berlumuran
darah.

Untunglah nona itu tak begitu parah lukanya. Siau-liong


segera minumkan beberapa butir pil kemulut nona itu.

Melihat Siau-liong begitu memperhatikan Tiau Bok-kun,


serentak timbullah rasa tak senang dalam hati Mawar Putih. Ia
duga nona itu tentulah yang dipanggil Siau-liong ketika
berjumpa di tepi sungai tadi pagi.

Setelah memeriksa luka Tiau Bok-kun tak berbahaya. Siau-


liong meminta keterangan kepada To Kiu-kong.

Kiranya setelah melarikan diri dari serangan Siau-liong


sebagai Pendekar Laknat, To Kiu-kong dan rombongan To
Hun-ki lalu berpisah.

Menjelang malam, To Kiu-kong mendapat laporan dari anak


buah Kay-pang, bahwa Siau-liong tinggal dirumah penginapan

84
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gun-hian-can To Kiu-kong diminta Toh Hun-ki supaya suka


mengundang Kongsun Liong agar membantu partai Kong-
tong-pay menghadapi Soh-beng Ki-su, Ki Ih dan Pendekar
Laknat.

Dalam rangka membasmi durjana itu, pertama harus


mendapatkan Pending Kumala yang berada ditangan Tiau
Bok-kun. Pending Kumala itu merupakan kunci untuk
memperoleh tempat penyimpanan pusaka sakti yang dapat
menyelamatkan dunia persilatan dari kehancuran.

Malam itu juga To Kiu-kong berserta beberapa jago Kay-


pang berangkat mencari Siau-liong ke Siok-ciu. Tetapi
ditengah jalan mereka berpapasan dengan Soh-beng Ki-su
yang berhasil melukai Tiau Bok-kun dan merebut Pending
Kumala.

To Kiu-kong dan kawan2 segera menyerang pertapa itu.


Tetapi pertapa itu keliwat sakti bagi mereka. Soh-beng Ki-su
berhasil lolos dan To Kiu-kong hanya dapat menolong Tiau
Bok-kun.

Pada saat masih dapat ditanya, Tiau Bok-kun menyebut2


nama Kongsun Liong maka To Kiu-kong segera membawanya
kerumah penginapan itu.

“Mana To Hun-ki sekarang?" tanya Siau-liong

“Di biara Ji-long-bio di gunung Pit-ka-san," To Kiu-kong


menerangkan.

Karena tak dipedulikan, Mawar Putih merasa terhina. Pada


saat Siau-liong tengah merenung, diam-diam nona itu
menyelinap keluar. Setelah To Kiu-kong dan anak buahnya
minta diri, barulah Siau-liong mengetahui kalau Mawar Putih
lenyap. Tetapi ia tak menghiraukan. Ia lebih mementingkan

85
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk mengurut jalan-darah Tiau Bok-kun. Tak berapa lama


nona itupun tersadar.

Tetapi sebelum nona itu tersadar benar-benar, Siau-liong


mengambil pakaiannya yang lama lalu menyelinap pergi....

-ooo0dw0ooo-

Gunung Pit-ka-san terletak dihulu sungai Kim-sat-kiang.


Gunung itu mempunyai tiga buah puncak. Kedua puncak di
kanan kiri, dapat dicapai orang. Tetapi puncak ditengah, lurus
melandai seperti sebuah tiang penyanggah langit. Empat
penjuru dikelilingi jurang yang curam. Jika tak memiliki ilmu
ginkang yang tinggi, tak mungkin dapat mencapai puncak itu.

Di puncak tersebut terdapat sebidang tanah datar seluas


sepuluh tombak. Di belakang tanah datar, didirikan sebuah
biara yang disebut Ji-liong-bio. Kepala biara Liau Liau taysu,
seorang paderi dari partai Go-bi-pay.

Pada saat mengurut Tiau Bok-kun, pikiran Siau-liong


menimang. Setelah mendapat separoh Pending Kumala yang
dimiki nona itu, Soh-beng Ki-su tentu akan mencari To Hun-ki
untuk mendapatkan Pending Kumala yang separoh bagian
lagi. Maka ia harus cepat2 mendahului ke Pit-ka-Soh-beng Ki-
su pasti akan datang kesitu. Kembali Siau-liong menyaru
sebagai Pendekar Laknat.

Tiba di kaki gunung, tampak biara Ji-liong-bio terang


benderang, penuh orang. Ia menyembunyikan diri. Tak berapa
lama, muncul beberapa orang. Berkelompok kecil terdiri dari
dua tiga orang, kemudian rombongan dari tujuh delapan
orang. Mereka adalah jago2 silat yang sakti. Hal itu terbukti
dari gerakan mereka yang amat tangkas ketika berloncatan
mendaki puncak.

86
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa saat kemudian, dari puncak terdengar suara


orang bertempur seru. Siau-liong terkejut. Apakah To Hun-ki
dan orang2 Kong-tong-pay diserang musuh? Siapakah musuh
itu?

Karena tertarik perhatiannya, Siau-liong hendak


menghampiri puncak. Saat itu rembulan remang. Sekeliling
penjuru gelap pekat. Ia gunakan gerak Burung-hong-
menghadap-matahari. Dalam tiga empat kali melambung, ia
dapat mencapai separoh bagian puncak gunung itu. Tetapi
pada saat ia hendak melayang ke atas lagi, tiba-tiba ia
diserang gelombang angin yang hebat. Dan seketika itu juga
ia meluncur ke bawah lagi. Ia amat terkejut dan berusaha
menyambar dahan pohon yang tumbuh disana sini. Tetapi tak
berhasil.

Minilik kepandaian yang dimiliki saat itu, tak mungkin ia


harus menderita kecelakaan semacam itu. Benar, memang itu
bukan kecelakaan, tetapi sebuah serangan gelap dari
seseorang yang berada di puncak.

Meluncur dari ketinggian 60-an tombak, tentu hancur lebur.


Tetapi untunglah Siau-liong sudah memiliki ginkang yang
disebut Naga-melingkar-18 putaran. Ia berputar-putar dan
melayang ke karang buntung disisi kanan puncak. Dengan
meminjam tenaga tekanan pada dahan pohon, ia melambung
lagi ke atas puncak. Setelah memperhitungkan telah mencapai
ketinggian yang diduga menjadi tempat persembunyian
penyerang gelap tadi, ia terus melayang ke karang di sebelah
kiri. Ia hendak mencari penyerang itu.

Ternyata penyerang gelap itu adalah Soh-beng Ki-su


sendiri. Tepat yang diduga Siau-liong, Soh-beng Ki-su mencari
Toh Hun-ki. Dan ia lebih dulu tiba di gunung Pit-ka-san. Tetapi
ketika melihat di biara Ji-liong-bio berlangsung pertempuran,
ia batalkan rencananya. Pada waktu ia melayang turun sampai

87
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di tengah gunung, ia melihat Pendekar Laknat bergegas


mendaki ke atas. Segera ia lontarkan pukulan dahsyat. Setelah
Siau-liong tenggelam ke bawah, ia melarikan diri.

Itulah sebabnya maka Siau-liong tak dapat menemukan


Soh-beng Ki-su. Akhirnya pemuda itu lanjutkan pendakiannya
lagi ke atas puncak. Ia bersembunyi dibalik gunduk karang.
Ketika melongok pertempuran di tanah datar, kejutnya bukan
kepalang.

Kiranya lebih dari enam lelaki dan wanita, tegak berjajar di


depan biara. Dan yang bertempur di lapangan datar adalah Ki
Ih lawan keempat Kong-tong Su-lo serta Liau Liau taysu
bersama empat orang muridnya.

Siau-liong duga ibunya tentu hendak mencari balas kepada


Toh Hun-kin dan keempat Sulo. Diam-diam ia bangga dan
girang mempunyai seorang ibu yang setia kepada suaminya.

Ki Ih memang sakti. Menghadapi keroyokan belasan jago2


sakti. ia tak gentar, Ilmu pedang Kilat, dimainkan laksana ular
naga bergeliatan di permukaan laut. Cepat bagaikan kilat
menyambar dan gesit seperti ular menyusup ke dalam liang.

Tetapi Siau-liong tetap mencemaskan keselamatan ibunya.


Ternyata rombongan paderi yang berjajar diluar biara itu
terdiri dari jago2 persilatan yang ternama. Antara lain, Ki Ceng
siansu ketua Go-bi-pay. It Kiau ketua Tiam-jong-pay, tokoh
Kun-lun Sam-cu dari Kun-lun-pay. Thian-san It-soh dari Thian-
san-pay, paderi2 sakti dari Siau-lim-pay serta tokoh2 Bu-tong-
pay dan Hoa-san-pay.

Dalam menghadapi kelima Durjana dan Ki Ih, partai2


persilatan itu telah mengirim jagonya yang tangguh, mencari
pusaka yang telah tersiar luas di dunia persilatan. Hanya

88
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan memperoleh pusaka itulah kelima durjana dan Ki Ih


dapat diberantas.

Saat itu mereka berhadapan dengan Ki Ih. Mengingat Ki Ih


itu seorang wanita, jago2 itu sama pegang gengsi. Mereka tak
mau mengeroyok melainkan mengajukan beberapa jago saja.

Siau-liong bingung bagaimana harus bertindak. Jika muncul


sebagai Pendekar Laknat, berpuluh jago persilatan tentu akan
menyerangnya. Selain sukar menolong ibunya, ia sendiri
terancam bahaya.

Kalau muncul sebagai ketua partai Kay-pang, ia tentu harus


memusuhi ibunya, karena Kay-pang bersahabat baik dengan
partai2 persilatan.

Sedang ia belum dapat memutuskan tindakan apa yang


akan diambil, keadaan Ki Ih makin payah. Tiba-tiba To Hun-ki
mendesak dan menyabat pinggang wanita itu dengan cepat
dan tak terduga-duga. Siau-liong terkejut sekali dan hampir
berteriak. Untung sebelum membuka mulut, dengan jurus
Kilat-membelah-halilintar, Ki Ih dapat menghapus serangan
maut itu.

Siau-liong kucurkan keringat dingin. Belum sempat ia


menghela napas, tiba-tiba Ki Ih terancam bahaya lagi. Karena
sedang menghindari serangan To Hun-ki, ke 9 tokoh2
lawannya segera menyerbu. Ki Ih alihkan perhatiannya untuk
menghalau serangan orang2 itu tetapi sudah terlambat. Kini ia
dikuasai oleh kesembilan musuh itu dan tak mampu
melancarkan serangan balasan.

Walaupun tak dapat diketahui perobahan muka wanita itu


karena ditutup kain kerudung, namun dari tubuhnya yang
menggigil, teranglah kalau keadaannya makin payah. Ada
tanda2 ia hendak meloloskan diri.

89
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toh Hun-ki dan kawan2nya tahu juga rencana wanita itu.


Mereka mendesak lebih gencar sehingga tubuh wanita seperti
tertabur sinar pedang. Keempat Su-lo dari Kong-tong-pay tak
henti2nya tertawa mengejek.

Pada lain saat Ki Ih menjerit keras. Bahunya kiri terpapas


pedang Toh Hun-ki. Darah membasahi lengan bajunya....

Wanita itu kerahkan seluruh semangat. Sekaligus ia


lancarkan tiga jurus serangan pedang yang dahsyat, khusus
ditujukan pada lawan yang membelakangi jurang. Hendak ia
desak orang itu supaya menyurut mundur dan jatuh ke dalam
jurang! Tetapi kalau orang itu tahu bahaya dan hanya
menghindar.... Ki Ih hendak menggunakan kesempatan itu
untuk loncat ke dalam jurang. Ia lebih suka mati di dasar
jurang daripada mati ditangan musuh-musuh yang dibencinya
itu!

Dalam sekejab mata saja, 300 jurus telah berlangsung.


Berkat kenekadannya, dapatlah Ki Ih mendekati tepi karang.
Dua tiga jurus lagi, ia tentu dapat menghalau musuh yang
menghadang dimuka dan akan terbukalah kesempatan untuk
lolos.

Tetapi untuk mencapai tujuan itu bukanlah hal yang


mudah. Tiga ratus jurus tadi benar-benar telah menghabiskan
tenaganya. Tubuhnya bersimbah keringat. Ia paksakan diri
mengerahkan sisa tenaga yang masih dimilikinya. Tetapi
ternyata tenaganya sudah habis Pedangnya mulai lambat,
tubuh berguncang-guncang dan pandang matanya pun
berbinar-binar. Pada lain saat terdengarlah jeritan ngeri
campur gelak tawa mengejek. Toh Hun-ki mendahului kawan-
kawannya menusuk dada wanita itu.

90
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada detik maut hendak merenggut jiwa Ki Ih, sekonyong-


konyong sesosok tubuh dalam jubah hitam melayang di udara.
Dan serempak dengan itu segelombang sinar merah melanda
dan tahu2 senjata kesepuluh tokoh yang mengeroyok Ki Ih
itu, jatuh berhamburan ke tanah....

Siau-liong melayang turun dan memandang kesekeliling.


Melihat Pendekar Laknat muncul, Ki Ih segera sarungkan
pedang dan duduk bersemedhi memulangkan tenaga.

Tahu bahwa ibunya tak terluka, Siau-liong tak mau


mengganggunya. Kini ia menghadapi berpuluh jago silat yang
saat itu sama menghunus senjata dan menghampiri.

"Hai, setan Laknat, engkau menolong aku tetapi mengapa


menolong wanita ganas itu!" tegur Toh Hun-ki.

Diam-diam Siau-liong girang. Ia hendak mengulur waktu.


Maka tertawalah ia senyaring-nyaringnya.

"Toh tua salah engkau Seharus memanggil aku Pendekar


Laknat yang gila. Gila, ya memang gila! Apakah engkau perlu
tahu alasanku?" serunya.

Siau-liong tertawa lagi, “Aku dapat menolong, pun dapat


membunuhmu. Aku dapat menolong Ki Ih, tetapi dapat
membunuhnya juga. Bukan sigila Pendekar Laknat kalau tidak
bertindak segila. ini!"

Tiba-tiba ia berputar tubuh dan "bum....” empat orang


murid Liau Liau taysu yang menyerang dari belakang, telah
disongsong dengan sebuah pukulan. Tubuh keempat orang itu
terlempar ke dalam jurang.

91
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalian orang terkejut melihat kesaktian Pendekar Laknat


yang jauh lebih sakti dari 20 tahun berselang. Liau Liau taysu
walaupun marah, tetapi tak dapat berbuat apa2.

"Pendekar Laknat mengapa engkau mengganas orang


secara begitu kejam? Apakah engkau yakin mampu turun dari
gunung Pit-ka-san ini?" bentak Toh Hun-ki, ketua Kong-tong-
pay.

Siau-liong tertawa dingin, “Menyerang secara gelap, apakah


kalian anggap benar? Aku bebas datang dan pergi. Apakah
engkau yakin merintangi aku? Hm, jangan gegabah!"

Tokoh2 yang pernah berjumpa dengan Pendekar Laknat


pada 20 tahun yang lalu, diam-diam heran. Mengapa sekarang
nada tertawa momok itu sedemikian menggerincing dan jauh
sekali bedanya dengan tertawa Pendekar Laknat yang dulu?
Sikap dan kata2nya juga tak seliar dahulu.

"Suheng, jangan termakan siasatnya yang hendak


mengulur waktu!" tiba-tiba keempat Sulo dari Kong-tong-pay
berseru kepada Toh Hun-ki.

Bersama Liau Liau taysu, keempat Su-lo itu segera maju


menyerang. Toh Hun-ki cepat mencegah keempat Su-lo tetapi
tak keburu merintangi Liau Liau taysu. Karena marah
kehilangan empat orang muridnya, Liau Liau taysu menyerang
dengan cepat sekali.

Namun Siau-liong acuh tak acuh. Tak mau ia melayani


serangan paderi itu dengan sungguh2. Tetapi Liau Liau taysu
makin kalap. serangan pertama luput, ia susuli lagi dengan
serangan kedua yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga.

Sesungguhnya tadi Siau-liong gunakan tenaga dalam untuk


menyedot serangan Liau Liau taysu. Pada saat paderi itu

92
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerang yang kedua kali, saat itu juga Siau-liong pentalkan


kembali sedotan tenaga-dalamnya. Seketika terdengar letupan
keras Liau Liau taysu terhuyung beberapa langkah. Mulutnya
menyembur darah dan jatuhlah ia terduduk di tanah.
Wajahnya pucat lesi. Buru-buru ia pejamkan mata untuk
mengatur peredaran darahnya.

Menyaksikan peristiwa itu, Toh Hun-ki dan rombongannya


terlongong-longong. Dan pada saat itulah Ki Ih loncat bangun
dan terus lari lenyap dalam kegelapan malam!

Siau-liong terkejut Diam-diam ia siap untuk memberi


bantuan kepada ibunya apabila musuh hendak merintangi.
Tetapi ia pun merasa kecewa sekali. Kesempatan untuk
berjumpa dengan ibunya, kembali hilang. Kini ia tumpahkan
kemarahannya kepada orang2 itu. Sambil kerahkan tenaga
dalam, ia maju menghampiri mereka.

Toh Hun-ki, ketua Kong-tong-pay, menginsyafi bahwa saat


itu akan meletus pertempuran maut. Suatu pertempuran yang
akan menggoncangkan dan berakibat besar dalam dunia
persilatan, Ia ambil posisi ditengah.... Tokoh2 yang lain pun
serentak berbaris dibelakangnya.

Tahu betapa penting arti pertempuran itu, Toh Hun-ki tak


berani bertindak gegabah. Setelah dahulu mendesak murid
kesayangannya, Tong Gun-liong supaya bunuh diri, ketua
Kong-tong-pay itu amat menyesal. Karena kematian Tong
Gun-liong itu telah membangkitkan kemarahan sicantik Ki Ih.
Jika saat itu tambah lagi seorang Pendekar Laknat, ah....
partai Kong-tong-pay tentu hancur....!

Diam-diam ketua Kong-tong-pay itu sudah menyiapkan


rencana, serunya, “Pendekar Laknat. apakah kemunculanmu
sekarang ini hendak mengganas.... membunuh.... dan
menjagal orang?"'

93
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tak menyahut. Ia kehilangan faham bagaimana


hendak menyelesaikan dendam kematian ayahnya serta pesan
mendiang Koay suhu.

Kesempatan itu tak disia-siakan Toh Hun-ki. Ketua Kong-


tong-pay itu melanjutkan pula, “Semua ketua partai persilatan
dan para tiang-lo yang berada disini, mempersilahkan saudara
turun gunung."

Habis berkata ketua Kong-tong-pay itu memberi hormat


dengan membungkukkan tubuh. Sekalian tokoh pun mengikuti
tindakannya.

Detik2 itu amat tegang sekali. Sekalian tokoh tak tahu


apakah tawaran berdamai itu akan disambut baik oleh
Pendekar Laknat.

Sekonyong-konyong Siau-liong bersuit nyaring lalu


melenting tinggi ke udara. Berjumpalitan dua kali lalu
meluncur turun terus meluncur ke bawah gunung. Dalam
sekejab, ia lenyap dalam kegelapan.

Siau-liong hendak menyusul ibunya. Tetapi wanita itu


sudah lenyap. Dalam beberapa kejab saja, ia sudah lari
belasan li. Tiba-tiba tampak tiga sosok bayangn hitam
terapung-apung di permukaan sungai Kim-sat-kiang.

Ketika dekat, kejut Siau-liong bukan kepalang. Ketiga sosok


bayangan hitam itu adalah Tiau Bok-kun yang tengah diserang
Soh-beng Ki-su, si Pertapa pencabut nyawa. Dan yang
seorang lagi, bukan lain Ki Ih, ibu Siau-liong.

Kiranya setelah sadar, Tiau Bok-kun masih perlu


bersemedhi memulihkan tenaga Setelah sembuh, ia segera
keluar mencari jongos penginapan. Dari keterangan pelayan

94
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu, barulah ia mengetahui bahwa yang menolongnya adalah


Siau-liong. Tetapi ia heran, mengapa Siau-liong tinggalkan
dirinya dalam rumah penginapan situ?

Kemudian setelah mendengar keterangan sipelayan bahwa


Siau-liong bersama seorang nona yang menginap di kamar
sebelah, seketika timbullah rasa cemburu dalam hati Tiau Bok-
kun. Ah, Siau-liong telah melupakan dirinya karena terpikat
seorang gadis lain!

Segera Tiau Bok-kun lari menuju ke sungai Kim-sat-kiang.


Ia tidak mencari Siau-liong dan merebutnya lagi dari tangan
gadis itu. Dengan ilmu lari cepat, Tiau Bok-kun tiba di kaki
gunung Pit-ka-san. Tepat pada saat itu, Soh-beng Ki-su pun
turun dari gunung. Dan bertemulah keduanya.

Walaupun sadar bahwa tak dapat menandingi Soh-beng Ki-


su, namun Tiau Bok-kun tetap hendak merebut kembali
separoh bagian dari Pending Kumala yang dirampas pertapa
itu. Setelah dua tiga kali bertempur dengan Soh-beng Ki-su,
Tiau Bok-kun sudah mempunyai pengalaman. Ia harus
mengembangkan kelebihannya dalam ilmu ginkang, untuk
menutupi kekurangannya dalam tenaga dalam.

Kebalikannya Soh-beng Ki-su tak bersemangat untuk


bertempur. Ia kuatir akan dikejar Pendekar Laknat atau Ki Ih.
Tetapi karena tak bersemangat, kebalikannya ia sukar untuk
meloloskan diri.

Dan memang yang dicemaskan itu, ternyata terbukti. Saat


itu muncullah Ki Ih yang terus menyerangnya. Dengan
demikian Soh-beng Ki-su makin kelabakan. Sesaat
membayangkan kemungkinan munculnya Pendekar Laknat,
semangat Soh-beng Ki-su makin kacau. Ia terus menerus main
mundur saja.

95
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siasat main mundur itu dimaksud untuk menjauhkan diri


dari Pit-ka-san serta menghindari Pendekar Laknat. Tetapi
diluar dugaan, karena lari tanpa tujuan, Siau-liong malah
memergoki mereka.

Siau-liong amat girang sekali. Wanita yang satu, adalah


ibunya sendiri. Dan yang menjadi lawannya adalah musuh
besar Siau-liong. Diam-diam ia membulatkan tekad untuk
meringkus pertapa itu.

Segera ia mencari alat untuk meluncur di air. Ia berhasil


memperoleh dua keping kayu. Dengan berdiri di atas keping
kayu itu, ia meluncur ketempat pertempuran.

Melihat kemunculan orang yang paling ditakuti, serasa


terbanglah semangat Soh-beng Ki-su Satu-satunya jalan yang
paling selamat, hanyalah melarikan diri.

Saat itu Siau-liong hanya terpisah tiga empat tombak. Ia


sudah siapkan pukulan maut. Pertapa itu pasti hancur lebur.
Tetapi se-konyong2 ketiga orang yang bertempur itu bubar
dan lari, Ki Ih meluncur ke tepi sungai.

“Ibu." diam-diam Siau-liong menjerit kaget. Diantara dua


pillhan: ibu atau musuh, ternyata ia memilih ibu. Dan
segeralah ia melesat mengejar Ki Ih.

Tetapi wanita itu terkejut karena Pendekar Laknat


mengejarnya. Ia batalkan lari ke tepi sungai dan berputar
arah, menuju ke tengah sungai lagi, Ia berasal dari Seberang
Laut, kepandaiannya berjalan di atas air, amat mengagumkan.
Dipermukaan laut yang berombak besar, ia dapat berlari-lari
seperti di tanah datar. Apalagi hanya permukaan sebuah
sungai.

96
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Siau-liong pun ngotot. Ia tak mau lepaskan


kesempatan untuk menemui ibunya itu.

Ki Ih menggunakan dahan pohon, sedang Siau-liong


memakai keping kayu. Yang satu seorang wanita berkerudung
muka. Yang seorang, seorang tua buruk muka. Mereka saling
berkejaran di atas permukaan bengawan Kim-sat-kiang.

Akhirnya melihat pengejarnya makin dekat, Ki Ih berputar


tubuh dan menyerang dengan ilmu Pedang Kilat.

Siau-liong terkejut. Betapapun ia tak berani melawan


ibunya sendiri. Tetapi serangan Pedang Kilat itu benar-benar
luar biasa cepatnya. Terpaksa ia apungkan tubuh melayang
melampaui kepala ibunya.

Tetapi dengan tindakan itu, keping papan yang dibuat


pijakan tadi, terdampar air dan tenggelam.

Untung Siau-liong masih dapat gunakan ilmu meringankan


tubuh ketika ia meluncur ke pe-mukaan air, sehingga ia tak
sampai tenggelam. Tetapi ketika memandang kemuka,
ternyata ibunya sudah meluncur jauh. Tiba-tiba ia melihat
keping papan-pinjakannya tadi dibawa arus. Cepat ia
memburu dan memakainya lagi.

Ketika hendak mengejar, ibunyapun sudah melarikan diri.


Tetapi wanita itu tak mau lari jauh. Ia berdiri dengan sebelah
kaki pada dahan kayu sehingga dapat meluncur pesat. Ia
tetap mondar-mandir di sepanjang permukaan sungai karena
kuatir akan keselamatan Tiau Bok-kun. Kalau nona itu kalah ia
segera membantunya.

Kepandaian berjalan di atas air, Siau-liong kalah jauh


dengan ibunya. Diam-diam Siau-liong kagum melihat ibunya
dapat meluncur dengan sebelah kaki.

97
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemuda itu lupa bahwa saat itu ia masih dalam


penyamaran sebagai Pendekar Laknat sehingga ibunya
melarikan diri. Siau-liong meniru menginjak papan kayu
dengan sebelah kaki mengejar. Seharusnya Soh-beng Ki-su
melarikan diri.

Tetapi ternyata ia masih bertempur dengan Tiau Bok-kun.


Terang dia tentu mempunyai rencana.

Tepat pada saat Ki Ih berhasil lolos dari sergapan Siau-


liong, tiba-tiba Tiau Bok-kun menjerit. Bahu nona itu kena
ditutuk oleh Soh-beng Ki-su Dan secepat rubuh, tubuh nona
itu terus disambar dan dibawa lari oleh pertapa itu.

Mendengar jeritan itu, Siau-liong berpaling. Ketika melihat


apa yang terjadi, ia lepaskan ibunya dan terus mengejar Soh-
beng Ki-su. Tetapi ketika tiba di daratan, ternyata Soh-beng
Ki-su sudah hampir mencapai daerah gunung. Cepat Siau-
liong mengejar terus.

Soh-beng Ki-su benar-benar seorang tua yang licin. Ia


gunakan siasat menyusup kesana, menyelinap kemari
sehingga Siau-liong kehilangan jejak.

Entah sudah berselang berapa lama mereka berkejaran itu,


tahu2 saat itu matahari sudah mulai condong kebarat lagi.

Karena mengepit tubuh orang, akhirnya letih juga Soh-beng


Ki-su sehingga larinya pun kurang cepat. Melihat itu Siau-liong
percepat larinya.

Saat itu Siau-liong sudah hampir berhasil menyusul tetapi


tiba-tiba Soh-beng Ki-su melesat ke dalam gerumbul dan
lenyap!

98
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong gunakan jurus Naga-melingkar-delapan-kali


untuk berloncatan di udara dan melayang ketempat Soh-beng
Ki-su lenyap tadi.

Ternyata di dekat situ terdapat sebuah saluran air seluas


dua li. Saluran sungai itu menjurus loncatan diantara gugusan
batu yang bertaburan disepanjang saluran. Dan saat itu
hampir mencapai ujung terakhir.

Siau liong girang karena ujung saluran itu buntu. Cepat ia


apungkan tubuh ke atas segunduk batu besar. Tetapi ia
terkejut ketika tiba-tiba batu itu bergerak.... Cepat ia loncat
kembali ketempatnya tadi.

Batu besar itu berguguran, menghamburkan tanah lumpur


ke udara. Setelah lumpur lenyap, kejut Siau-liong bukan alang
kepalang. Ternyata batu yang diinjaknya tadi adalah kepala
seekor ular besar. Binatang itu mengangkat kepalanya ke atas
lalu menyerang Siau-liong. Tetapi Siau-liong dapat
menghindari. Setelah dua tiga kali serangannya tak berhasil,
ular itu marah dan menyemburkan segumpal asap beracun....

Siau-liong menjerit kaget. Sambil salurkan tenaga dalam


Bu-kek-sin-kang ketelapak tangan, ia berjumpalitan dengan
gerak Naga-berputar-18-kali, lepaskan hantaman lalu
meluncur ke atas sebatang pohon disebelah kiri.

Tetapi pukulan sakti Bu-kek-sin-kang tak mampu


menghalau uap beracun yang tetap melayang ketempat Siau-
liong. Siau-liong makin kaget. Tak mungkin ia dapat
menghindar kelain tempat lagi. Akhirnya ia nekad, apungkan
tubuh melayang ke atas badan ular raksasa. Tetapi tiba-tiba
sisik ular itu bertebaran menyerangnya. Setiap helai sisik,
merupakan seperti sebatang badik tipis.

99
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untunglah Siau-liong dapat menghalau sisik maut itu.


Kemudian ia berjumpalitan menyerang punggung ular.
Rupanya ular itu jeri juga. Sambil menyerang dengan kepala
dan ekor, binatang itu siap2 melarikan diri.

Kejut Siau-liong makin besar. Ternyata ular raksasa itu


bukan ular sesungguhnya tetapi sebuah ular tiruan yang
digerakkan dengan alat.

Setelah mengetahui rahasianya, Siau-liong segera


lancarkan serangan hebat dengan tangan kanan dan kiri.
Terdengar ledakan dahsyat dan ular itu pun hancur berkeping-
keping.

Siau-liong menghela napas longgar. Memandang


kesekeliling, hanya karang dan batu2 berserakan yang
menabur seluruh permukaan sungai itu. Tetapi ketika
memperhatikan dengan seksama ternyata batu2 itu seperti
diatur orang dengan rapi.

Siau-liong termenung. Ia harus menolong Tiau Bok-kun


tetapi keadaan tempat disitu amatlah misterius dan
berbahaya. Tiba-tiba entah darimana, air meluap dan mengalir
deras sekali dan cepat merendam batu2 dipermukaannya.

Sungai meluap, bukan soal. Tetapi ia kuatir batu2 itu


merupakan alat rahasia yang berbahaya. Akhirnya ia gunakan
gerak Naga-berputar-18-kali melayang kekarang sebelah
muka. Tetapi baru kaki menginjak karang itu, ia segera
mengeluh, “Celaka!"

Batu karang menonjol itu menyurut ke dalam dan


berbareng itu dari kedua samping, berhamburanlah panah
beracun serta bermacam senjata rahasia.

100
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untunglah Siau-liong tak gugup. Ia gunakan ilmu berat


tubuh Cian-kin-tui, meluncur kepermukaan air dibawah. Tetapi
segera ia menyadari bahwa ilmu kepandaianya meringankan
tubuh, belum mencapai tingkat dapat berjalan di atas air.
Namun ia tak putus asa. Cepat ia dapat menemukan akal.
Ratusan batang anak panah dan lain-lain senjata rahasia yang
terapung di atas air itu, dapat digunakan sebagai alat berjalan
di air. Dan ternyata memang benar. Dengan menginjak di atas
ratusan batang anak panah, dapatlah ia meluncur kemulut
saluran sungai. Tiba di ujung saluran, cepat ia loncat kekarang
sebelah samping. Karena ujung saluran itu meluncur ke
bawah, merupakan suatu air terjun yang berpuluh tombak
tingginya.

"Pertapa itu tentu mengambil jalan kecil ini, pikirnya sambil


mengamati jalan kecil yang terdapat dikarang situ. Sejenak
meragu. ia terus melangkah maju. Berjalan beberapa langkah,
terdengar gumpalan karang berguguran jatuh. Setelah
tenangkan diri, ia lanjutkan langkah lagi. Dan sampai sekian
lama, ia tak mendapat gangguan suatu apa lagi.

Ujung penghabisan dari jalan itu. merupakan sebuah


lembah. Disitu terdapat sebuah pintu raksasa dari batu yang
penuh guratan hurup Jun atau musim Semi. Ia tak menyadari
bahwa saat itu ia tengah berada di lembah ”Ban-jun koh atau
lembah Musim-semi. "

Siau -liong tak menghiraukah suatu apa. Ia terus maju. Ah,


serasa ia memasuki sebuah dunia baru. Dunia yang beralam
keindahan musim Semi. Penuh bunga2 mekar, rumput2 hijau
dan alam nan segar berseri. Hembusan angin sepoi mengantar
bau bunga, membuat semangat Siau-liong sedap segar.

Lembah Musim-semi itu merupakan akibat dari gempa bumi


sehingga karang dan batu2 merekah, jaluran air malang
melintang bagaikan jaring labah-labah.

101
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong amat gembira. Setelah membuka baju luarnya


yang basah, ia menyusur jalan kecil ditengah padang bunga.
Tiba-tiba ia mendengar orang menyanyi lagu 'Keindahan alam
dan Kehidupan' Ia terkejut dan cepat memandang
kesekeliling. Tetapi tak menemukan apa2.

Ia berhenti. Jelas suara nyanyian itu berasal dari seorang


wanita.

Kembali terdengar nyanyian itu mengalun. Nadanya


melengking tinggi macam orang merintih. Siau-liong terkesiap.

Sekonyong-konyong muncul seekor burung kakak tua


besar. Dan hampir saja Siau-liong melonjak kaget ketika
burung itu dapat berseru seperti manusia, “Ada tamu! Ada
tetamu....!"

Belum Siau-liong mengambil suatu tindakan tiba-tiba


muncul seekor burung gagak hitam terbang melayang di
udara dan berbunyi beberapa kali.

Siau-liong tersirap dan seketika ingat bahwa saat itu ia


sedang mengejar Soh-beng Ki-su.

Cepat2 ia ayunkan langkah lagi. Tetapi jalan disebelah


depan penuh dengan lingkaran saluran air kecil yang
melingkar-lingkar seperti jaring labah-labah. Hutanpun makin
lebat sehingga ia kehilangan arah.

Tiba-tiba burung kakak tua tadi me-lonjak2 di atas dahan


pohon lalu melayang kemuka dengan pelahan.

Seketika timbullah pikiran Siau-liong. Jika burung itu dapat


bicara, tentulah burung piaraan orang. Ia memutuskan untuk
mengikuti arah terbangnya kakak tua itu.

102
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata pemandangan dalam lembah itu makin lama


makin mengagumkan. Penuh dengan pohon-pohon bunga dan
rumput2 hijau serta desir air mengalir disaluran. Angin pun
menebarkan bau yang harum.

Setelah dua kali membelok tikungan dan melintasi


beberapa hutan, tiba-tiba kakak tua itu terbang cepat, masuk
ke dalam hutan lebat.

Siau-liong tertegun. Saat itu ia tiba dimuka sebuah lembah


yang sempit. Sebuah batu besar penggunduk ditengah mulut
lembah. Mirip dengan pintu.

Tengah ia bersangsi, tiba-tiba dendang nyanyian itu


kembali terdengar melantang dari dalam lembah.

“Masakan nyanyian itu suara burung kakak-tua?" diam-


diam ia meragu setelah mendengar jelas lagu yang
dinyanyikan.

Ia terus maju memasuki mulut lembah. Tetapi apa yang


terbentang dihadapannya, benar-benar membuatnya terkejut
bukan kepalang.

Di dalam lembah itu ternyata merupakan sebuah tanah


datar yang seluas sepuluh tombak. Ditengahnya terdapat
sebuah empang. Di atas empang tertutup oleh asap putih
menyerupai awan. Dalam kabut putih itu samar-samar tampak
20 lebih wanita cantik yang rambutnya terurai kebahu. Mereka
tengah bermain-main dalam empang itu. Seorang dara yang
tengah bersandar pada sebatang pohon liu tengah
berdendang lagu. Kiranya nyanyian tadi, adalah dara itu yang
mendendangkan.

Siau-liong ter-longong2 mengawasi pemandangan disitu.

103
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Kongcu datang!" tiba-tiba seorang gadis cantik berpakaian


kuning berteriak.

Rombongan dara yang tengah bermain-main diempang itu


serentak tertegun. Cepat mereka pencarkan diri dalam dua
rombongan dan tegak dengan khidmat.

Tak berapa lama dari dalam hutan muncul delapan gadis


dengan membawa semacam selendang. Mereka menghampiri
empang dan berdiri dalam dua rombongan.

Sesaat kemudian muncullah seorang wanita yang amat


cantik, dalam pakaian yang gilang-gemilang. Serentak barisan
gadis-gadis itupun berdiri memberi hormat.

Sejenak wanita cantik itu memandang kesekeliling lalu


bertanya, “Mana Siau-jui!"

Seorang bujang yang mengawal disamping, segera


berteriak, “Siau-jui' Siau-jui....!"

Dari arah hutan terdengar suara penyahutan. Dan seekor


burung kakak tua segera terbang melayang hinggap di atas
bahu wanita cantik itu. Ah, kiranya burung kakak tua yang
diikuti Siau-liong tadi.

Sambil tertawa wanita itu mengelus-elus kepala kakak tua


lalu menyerahkan kepada seorang bujang. Kemudian ia
membuka pakaian hendak mandi.

"Jangan! Jangan mandi ada orang asing!" tiba-tiba kakak


tua itu berbunyi nyaring.

104
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona cantik itu tertegun. Ia tak jadi membuka pakaian. Dan


Siau-liong pun terkejut. Cepat ia bersembunyi tetapi
terlambat. Dua orang bujang menjerit kaget.

"Mundur!" bentak nona cantik seraya loncat kemulut


lembah.

Karena sudah kepergok, terpaksa Siau-liong unjuk diri


sekali. Ia memberi hormat dan menjelaskan, “Karena tersesat
jalan. aku keliru masuk kemari. Harap nona maafkan!"

Sicantik terkejut mundur selangkah. Ditatapnya Siau-liong


dengan tajam. Rambut Siau-liong yang kusut masai terurai
kebahu, mata besar, hidung dan mulut lebar serta muka kotor,
membuat sicantik tertawa.

"Nona menertawakan aku....”

Lama sekali nona cantik itu tertawa. Kemudian berseru,


“Kalau tak salah tuan tentulah Pendekar Laknat yang
termasyhur diseluruh jagad itu?"

Siau-liong terkesiap. Ia menyadari bahwa saat itu ia masih


menyamar sebagai Pendekar Laknat. Maka ia mengiakan.

Nona itu juga tertegun. Rupanya ia heran melihat


perobahan sikap dan ucapan Pendekar Laknat.

Rupanya Siau-liong menyadari. Buru-buru ia berganti


dengan nada parau seperti orang tua, “Jika tak salah, nona
tentulah pemilik lembah Musim-semi ini."

Sicantik tertawa mengikikik, “Engkau menduga tepat.


Konon kabarnya lo-cianpwe disohorkan congkak, angkuh dan
ganas. Tetapi kenyataannya lo-cianpwe seorang yang amat
ramah!"

105
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dipanggil 'lo-cianpwe' Siau-liong terpaksa hanya meringis


lalu tertawa gelak2.

Sicantik memainkan biji matanya yang indah beberapa


jenak, lalu berkata pula, “Kabarnya lo-cianpwe sudah
mengasingkan diri digunung selama 20 tahun. Entah mengapa
lo-cianpwe mendadak mengunjungi lembah yang sunyi ini....”

Siau-liong hendak menyahut tetapi nona itu cepat


mendahului lagi, “Sungguh suatu kehormatan besar sekali lo-
cianpwe sudi berkunjung kemari. Silahkan masuk ke dalam
lembah. Kami hendak menghormat dengan
mempersembahkan minuman sekedarnya!"

Nona itu lalu menyisih kesamping mempersilahkan


tetamunya. Siau-liong terpaksa masuk ke dalam lembah. Ia
mempunyai dua alasan. Pertama, kemungkinan Soh-beng Ki-
su tentu mempunyai hubungan dengan nona itu. Kedua, ia
ingin tahu apakah sebenarnya yang disebut lembah Musim-
semi itu!

Ternyata ditengah hutan terdapat sebuah jalan yang


bersih, menuju kesebuah bangunan gedung besar dan megah.
Pintunya bercat warna emas dan dihias dengan ukir-ukiran
yang indah. Empat orang bujang cepat menyambut
kedatangan si nona dengan hormat. Si nona suruh mereka
pergi. Kemudian ia mengajak Siau-liong masuk dan duduk
dimeja yang penuh hidangan dan minuman. Tak lama,
terdengar bunyi tetabuhan harpa yang merdu.

Siau-liong terkesiap.

Tiba-tiba nona itu berbangkit mengangsurkan secangkir teh


wangi kepada Siau-liong, “Silahkan minum."

106
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa menyambut tetapi ia letakkan lagi


dimeja. Lengan baju si nona bergetar dan setiup hawa wangi
menabur hidung Siau-liong. Seketika bergeloralah darah Siau-
liong, nafsu berkobar. Berpaling ke arah pemilik lembah,
didapatinya si nona tengah menyungging senyum manis, mata
mengicupkan sinar kecabulan....

Saat itu hampir Siau-liong tak kuat menahan diri lagi. Ia


hendak memeluk nona cantik itu. Tetapi sekonyong-konyong
ia terkesiap ketika telinganya serasa mendengar bentakan,
“Jangan!"

Cepat ia tenangkan pikiran, katanya: ”Aku sudah tua,


mungkin tak dapat memenuhi harapan nona!" - Diam-diam ia
pancarkan tenaga - sakti Bu-kek-sin-kang ke arah nona itu.

Nona itu terkejut dan terhuyung mundur sampai 5-6


langkah.

“Kuperlakukan engkau sebagai seorang cianpwe, tetapi


engkau....”

“Ha, ha," Siau-liong menukas tertawa, "Jangan banyak


omong. Aku akan pergi!"

Pada saat Siau-liong melangkah muncullah 20 orang gadis


dengan menghunus pedang. Siau-liong tertawa, “Jika nona
tahu siapa diriku, mengapa suruh anak2 perempuan
mengantar jiwa?"

Nona cantik itu menghela napas dan suruh gadis2 itu


menyingkir. Kemudian ia berkata kepada Siau-liong, “Jika lo-
cianpwe hendak pergi, silahkanlah....” tiba-tiba nadanya
berobah rawan. ”Rupanya kita tak dapal keluar dari lembah
ini!"

107
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa?" Siau-liong terkejut.

Kembali nona itu menghela napas, “Ah, apakah lo-cianpwe


tak tahu? Seluruh tahun lembah ini beriklim hangat seperti
musim Semi. Sumber air disini mendidih panas. Hal ini akibat
dari hawa panas dari kerak bumi. Dan tanah lembah ini
mengandung tambang belirang. Kami yang sejak kecil hidup
disini. memiliki jasmani yang beda dengan orang kebanyakan.
Apabila kami keluar dari lembah ini, dalam waktu setahun
saja, semua ilmu kepandaian kami tentu lenyap dan kami pun
mati!"

Siau-liong tergerak hatinya.

“Apakah kalian hendak tinggalkan lembah ini?" tanyanya.

Nona itu kerutkan dahi, “Sebagai wanita persilatan, kami


ingin mencari pengalaman dan melakukan dharma kebaikan.
Sudah tentu kami ingin sekali keluar dari tempat ini,"

Siau-liong mengangguk, “Lalu dengan cara bagaimana


kalian hendak keluar dari lembah ini?"

Tiba-tiba nona itu berlutut dan bercucuran air mata,


“Justeru itulah kami hendak minta lo-cianpwe menolong."

"Ah, tetapi aku seorang tiada berguna," Siau-liong tersipu-


sipu.

Nona itu menangis, “Lo-cianpwe seorang sakti tiada


tanding. Jika tak mau memberi pertolongan, lebih baik kami
mati saja!"

“Nanti dulu," buru-buru Siau-liong mencegah, asal dapat


saja, aku tentu mau membantu!"

108
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Asal lo-cianpwe mau, tentu dapat menolong kami," nona


itu tertawa. Ia memberi hormat, berbangkit lalu duduk
didepan meja. Siau-liong-pun terpaksa duduk lagi.

“Kami telah mendapat bantuan Soh-beng Ki-su untuk


mencari peta pusaka. Dengan peta pusaka itu kami akan
menemukan penyimpanan pusaka. Diantaranya terdapat
semacam pil Hian-ki-tan yang berkhasiat membikin tulang2
kita seperti baru tumbuh lagi. Dengan begitu dapatlah kami
memiliki jasmani seperti orang biasa. Separoh bagian dari peta
itu berhasil direbut Soh-beng Ki-su. Tetapi yang separoh
bagian masih berada pada lo-cianpwe. Maka sudilah lo-
cianpwe memberikan kepada kami, sesuai dengan kesediaan
lo-cianpwe hendak menolong kami tadi!"

Siau-liong terkejut ketika mendengar kata2 si nona.


Ternyata dugaannya benar. Soh-beng Kisu bersembunyi dalam
lembah situ. Tetapi dia seorang pemuda yang berhati welas-
asih. Ia kasihan kepada nasib gadis2 itu.

"Tetapi benda itu tak berada padaku. Desas-desus dalam


dunia persilatan itu tidak benar....” katanya.

Seketika berobahlah wajah si nona. Ia tertawa sinis,


“Benar, memang separoh dari Pending Kumala itu berada
ditangan ketua Kong-tong-pay.... Tetapi lo-cianpwe sudah
berulang kali menempurnya. Menilik kesaktian lo-cianpwe,
tentulah peta itu sudah ditangan lo-cianpwe....” nona itu
berhenti sejenak lalu berkata lagi, “Apabila kedua peta
disatukan, tentulah mudah mencari pusaka itu. Terus terang,
pusaka itu disimpan dalam gunung ini. Aku hanya
menghendaki pil Hian-ki-tan saja. Lain-lain kuserahkan kepada
lo-cianpwe semua!"

"Tetapi benda itu benar-benar tak berada padaku. Jika tak


percaya, terserah!"

109
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi nona itu makin ngotot “Sudah 20 tahun lo-cianpwe


mengasingkan diri. Jika bukan karena pusaka itu, tak mungkin
lo-cianpwe akan muncul lagi!"

Saat itu barulah Siau-liong menyadari kalau Giok-pwe atau


Pending Kumala merupakan penyebab dari kehebohan besar.
Dan teringat jugalah ia akan kata2 Pengemis Tertawa dalam
rapat Kay-pang di biara tempo hari. Pengemis itu mengatakan
bahwa dunia kacau-balau. Keempat durjana Thian, Te, Liong
dan Hou bermunculan di dunia persilatan. Tentulah mereka
juga terpikat oleh peta pusaka itu.

Siau-liong tertegun.

“Lalu apakah tujuan lo-cianpwe mengejar Soh-beng Ki-su


itu?" tanya nona itu pula.

“Untuk menolong nona Tiau Bok-kun!"

“Bukan untuk menolong Pending Kumalanya?" nona itu


menyindir.

Siau-liong mengkal sekali, sahutnya, “Ya, anggaplah begitu


karena benda itu warisan keluarganya."

Nona itu tertawa mengejek. Tiba-tiba wajahnya berobah


bengis lalu membentak, “Rusa tua, sudah kuketahui
kelicikanmu."

Siau-liong terkesiap. Wanita memang aneh. Beberapa saat


berselang masih merengek-merengek menyebut lo-cianpwe.
Sekarang berbalik memaki-maki!

110
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tak perlu bersilat lidah menutupi maksudmu. Aku adalah


seorang pembohong besar. Tak mungkin engkau dapat
mengelabuhi aku" Maka tiba-tiba nona itu menghambur ejek.

"Memang kenyataan begitu, apakah yang harus kukatakan?


Jika tak percaya. akan kuserahkan separoh Giok-pwe yang
berada pada Toh Hun-ki tetapi nona harus melepaskan nona
Tiau!"

Nona cantik itu tertegun. Ia heran mengapa sekarang


Pendekar Laknat berubah menjadi manusia yang menjunjung
budi kebaikan?

Tetapi ia tak mudah percaya, serunya, “Kalau engkau


hendak menolong Tiau Bok-kun, apakah engkau mau
menemuinya? Dia berada disini!"

Sebelum Siau-liong menjawab, nona itu sudah bertepuk


tangan tiga kali. Dinding ruang yang semula merupakan batu
marmar hijau, tiba-tiba berderak-derak merekah dan
terbukalah sebuah pintu. Seorang nenek tinggi besar,
memapah keluar seorang gadis yang rambutnya kusut masai.

Siau-liong terkejut. Gadis itu adalah Tiau Bok-kun. Menilik


wajah dan semangatnya yang sayu lunglai, tentulah gadis itu
telah ditutuk jalan darahnya. Serentak Siau-liong hendak
menghampiri.

Tetapi nona pemilik lembah mengancamnya, “Selangkah


lagi engkau berani maju, nona itu tentu kuhancurkan!"

Siau-liong tertegun.

“Serahkan!" nona itu tertawa.

“Apa yang harus kuserahkan?" Siau-liong heran.

111
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jangan pura-pura! Serahkan Giok-pwe itu ."

“Apakah nona tak percaya kepadaku?" tanya Siau-liong.

"Mengapa aku harus percaya?"

Siau-liong mendengus, “Ho, kiranya engkau juga


pembohong"

Nona itu tertawa ejek, “Tadi berbohong sekarang, tukar


menukar Separoh Giok-pwe itu dapat ditukar dengan jiwa
nona Tiau ini. Bagaimana kehendakmu "

Sejenak Siau-liong kehilangan faham. Akhirnya ia tertawa,


“Aha, kita sama2 bermain sandiwara. Engkau menipu aku, aku
menipumu. Aku hendak menipu Giok-pwemu, engkau hendak
menipu Giok-pweku....”

“Sekarang baru engkau bicara benar!" dengus nona itu.

Siau-liong gelengkan kepala, “Soal ini tiada sangkut


pautnya dengan nasib nona Tiau. Menurut hematku, baiklah
kita bertaruh. Siapa'yang menang, akan memperoleh kedua
potong Giok-pwe itu. Setuju?"

Nona itu merenung. Memang benar. Membunuh Tiau Bok-


kun pun tiada sangkut pautnya dengan kepentingan Pendekar
Laknat.

“Rusa tua, katakanlah bagaimana pertaruhan itu?" katanya.

“Seorang lelaki takkan berkelahi dengan orang perempuan.


Orang tua takkan menghina orang muda. Baiklah kita bertaruh
dalam soal kepandaian masing-masing dan tidak saling
bertempur."

112
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Caranya?” tanya si nona.

Pendekar Laknat mengusulkan untuk mengadu kepandaian


melempar gundu ke dalam mangkuk. Nona itu terpaksa
menyadari karena ia merasa tak menang dengan momok itu.

Nona itu menyediakan 4 biji benda bundar dan sebuah


mangkuk. Setelah menaruh benda2 itu di atas meja, Siau-liong
mempersilahkan si nona yang melempar lebih dulu.

Diam-diam nona itu tertawa dalam hati. Ia yakin tentu akan


menang. Dengan gaya yang indah, ia lemparkan keempat
gundu itu ke dalam mangkuk. Gundu ber-putar2 dan me-
lingkar2 membentuk sepasang huruf ji (dua).

“Menang!" teriak si nona.

“Nanti dulu, aku belum," seru Siau-liong terus mengambil


gundu dan dilemparkan ke dalam mangkuk Gundu berputar-
putar kemudian berhenti dalam bentuk huruf Liok (enam)

“Ha, ha, akulah yang menang!" serunya.

“Tidak, tidak! Gunduku dapat berputar lebih cepat." teriak


si nona.

“Tetapi gunduku dapat membentuk jumlah yang lebih


banyak!" sahut Siau-liong.

“Baiklah, engkau yang menang. Tetapi masih dua kali lagi


bertanding," akhirnya nona itu mengakui. Ia menjeput gundu
lalu dilemparkan lagi. Gundu2 itu berhenti berjajar-jajar rapi di
tengah mangkuk.

Nona itu tertawa bangga.

113
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jangan tertawa dulu," tukas Siau-liong seraya menjemput


gundu lalu dilemparkan ke udara. "Klotek".... gundu2 itu
berhamburan jatuh dan serentak berhenti ditengah mangkuk.

“Engkau kalah lagi!" serunya.

Tiba-tiba nona itu menuding muka Siau-liong dan memaki,


“Ho, bagus benar muslihatmu, rubah tua! Engkau sengaja
menantang pertandingan bermain gundu ini supaya aku kalah.
Tidak! Jika tak mau menyerahkan separoh Giok-pwe itu,
jangan harap engkau dapat keluar dari lembah ini!"

Siau-liong tertawa mengejek.

“Jika dengan kepandaian, engkau mampu mengalahkan


aku, tentu takkan ingkar. Tetapi caramu tidak jujur. Kalau
menang, engkau meminta Giok-pwe. Tetapi kalau kalah,
engkau cari alasan ini itu. Memang kalau aku sudah mati
disini, tentu tak dapat keluar. Tetapi untuk membunuh
Pendekar Laknat, lebih sukar daripada mendaki tangga
kelangit!"

Nona itu marah dan malu. Wajahnya sebentar pucat


sebentar merah padam. Serentak ia mencabut pedang.
Dengan jurus Bianglala-menutup-matahari. ia menusuk dada
Siau-liong.

Siau-liong mengendap dan menyurut mundur, Rombongan


gadis yang terdiri dari 20 orang itu pun serentak pecah diri
membentuk sebuah barisan. Kemudian mereka menghunus
pedang dan maju menghampiri Siau-liong.

Karena tak mencelakai gadis2 itu, Siau-liong menyurut


mundur.

114
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan pertama gagal, gadis pemilik lembah menyusuli


lagi dengan serangan kedua dalam jurus Ular-putih-menyulur
lidah. Ia menusuk dada Siau-liong sekuat-kuatnya.

Saat itu Siau-liong sudah mundur kira2 terpisah dua meter


dari tempat Tiau Bok-kun. Dengan gesit, ia mengisar dan
menendang tangan si nona. Nona itu cepat merobah gerakan
pedangnya.

Tetapi diluar dugaan, tendangan Siau-liong itu hanya


ancaman kosong. Begitu si nona menghindar, secepat kilat
pemuda itu berputar diri kesamping sinenek tua dan menutuk
punggungnya. Dan serempak dengan gerakan menutuk itu,
tangan kiri pun menyambar bahu Tiau Bok-kun. Ia hendak
menerobos keluar dari kepungan.

“Tubuh tua yang licin!" nona pemilik lembah memekik


seraya menyerang dan memberi isyarat agar barisan gadis itu
pun ikut menyerbu.

Dalam keadaan seperti itu, terpaksa Siau-liong harus


membela diri. Sebuah ayunan tangan kiri, membuat tiga orang
gadis tersurut mundur, muntah darah dan terkapar di tanah

Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa pukulan yang


diayunkan itu adalah ajaran pengemis Tengkorak-sakti Song
Thay-kun. Pukulan Thay-siang-ciang yang amat sakti!

“Ha, ha, jangan mengantar jiwa sia-sia!" serunya memberi


peringatan.

Pada saat si nona pemilik lembah tertegun, Siau-liong


lepaskan lagi sebuah pukulan. Nona itu terkejut dan cepat
loncat menghindar. Kesempatan itu tak disia-siakan Siau-liong.
Dengan gerak Harimau-buas-tinggalkan-gunung, sambil
mengepit tubuh Tiau Bok-kun, ia loncat keluar pintu.

115
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi pintupun tertutup. Siau-liong menghantamnya


dengan pukulan Bu-kek-sin-kang. "Bum....” terdengar ledakan
keras tetapi pintu itu tak kurang suatu apa. Siau-liong heran.

Dalam pada itu rombongan gadis yang dipimpin nona


cantik tadi pun tiba. Tetapi agaknya nona pemilik lembah itu
gentar terhadap Pendekar Laknat. Ia tak berani segera
menyerang melainkan memaki-maki dari kejauhan.

Siau-liong cepat memutuskan. Kalau tak dapat menembus


pintu muka mengapa ia tak mau coba menerjang pintu
belakang?

Sambil mendukung Tiau Bok-kun, ia loncat melayang


keruang besar. Ternyata di belakang ruang itu, merupakan
sebuah hutan lebat. Siau-liong menerobos ke dalam hutan. Ia
kira, ujung hutan itu tentu merupakan jalan belakang keluar
dari lembah. Tetapi ternyata, hutan itu gelap sekali. Melintas
kian kemari, ia tetap hanya berputar-putar dalam hutan itu
saja.

Siau-liong gelisah. Ia memandang kesekeliling dengan


seksama. Sejauh mata memandang, hanya pohon2 bunga
yang tampak. Jarak pohon itu satu dengan lain hampir sama,
sukar dibedakan.

Sejenak tertegun, mulailah Siau-liong berjalan lagi dengan


pelahan. Setiap tiga batang pohon diberinya tanda. Setelah
lebih 40 pohon, ia telah mencapai dua li jauhnya. Tetapi ah....
ternyata ia balik lagi pada jalan semula atau pohon pertama
yang telah diberinya tanda tadi.

Akhirnya ia menghela napas, meletakkan Tiau Bok-kun lalu


bersandar pada pohon. Nona itu masih meram, tiga buah jalan
darahnya ditutuk orang. Sekalipun sudah ditolong Siau-liong

116
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetapi nona itu tetap belum sadar. Terpaksa Siau-liong


mengurutnya. Beberapa waktu kemudian barulah nona itu
menguak dan tersadar.

Begitu melihat Siau-liong, nona itu menjerit dan meronta


hendak lari.

“Nona Tiau, mengapa engkau ini?" tegur Siau-liong.

Dengan wajah pucat, nona itu menyurut mundur,


“Engkau.... engkau bukan pendekar Lak....”

“Jangan kuatir, aku takkan mencelakaimu!" buru-buru Siau-


liong menukas setelah menyadari dirinya masih sebagai
Pendekar Laknat.

Tiau Bok-kun berhenti, memandang kesekeliling penjuru.


Dengan tertawa, Siau-liong duduk dan berkata, “Silahkan
duduk, nona."

Dengan ragu2 nona, itu ikut duduk. Tiba-tiba ia teringat,


serunya, “Tadi aku seperti ditutuk oleh Soh-beng Ki-su....
locianpwekah yang menolong?"

Diam-diam Siau-liong geli. Sahutnya, “Benar, memang aku


yang menolongmu. Tetapi saat ini kita masih terbenam dalam
barisan musuh. Entah kita dapat atau tidak keluar dari lembah
ini!"

Buru-buru Tiau Bok-kun menghaturkan terima kasih,


ujarnya, “Ah, kiranya lo-cianpwe seorang yang berbudi luhur.
Desas-desus dalam dunia persilatan itu ternyata tidak benar!"

“Desas desus bagaimana?"

117
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kabarnya 20 tahun yang lalu lo-cianpwe amat ganas


gemar membunuh, congkak, dingin, tak suka bersahabat dan
kejam sekali....”

"Adakah aku sesuai dengan desas-desus itu?"

Tiau Bok-kun tertawa kecil dan tundukkan kepala “Ku....


rasa tidak sesuai. Lo-cianpwe seorang baik. Aku tak percaya
segala omongan orang itu!"

Diam-diam Siau-liong merasa bahagia. Selebat hutan dalam


lembah Musim-semi, hatinya terasa pekat sekali hingga tak
dapat berkata-kata.

Setelah beberapa saat, Tiau Bok-kun rasakan tenaganya


pulih kembali. Melihat Pendekar Laknat diam saja, ia bertanya,
“Lo-cianpwe, apakah kita tak berangkat lagi?"

"Mungkin kita terpaksa bermalam disini," Siau-liong tertawa


hambar.

Tiau Bok-kun terbeliak. Ia heran mengapa seorang tokoh


yang sedemikian sakti, tak berdaya keluar dari hutan itu.

Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa keras. Dan


melengkinglah teriakan garang dari nona pemilik lembah,
“Rubah tua, sepandai-pandai tupai melompat, sesekali
tergelincir juga. Betapapun saktimu, tetapi kali ini jangan
harap engkau mampu keluar dari lembah ini!"

Tiau Bok-kun berpaling memandang keseluruh penjuru,


Tetapi ia tak dapat menentukan arah datangnya suara itu.

Siau-liong murka. Dengan menggembor keras ia


menghamburkan lima buah pukulan Bu-kek-sin-kang keempat

118
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penjuru, Pohon2 berderak-derak putus dahannya. Ranting dan


daun bertebaran.

"Ibiis tua! Pohon berjumlah 2000 batang. Kecuali engkau


mampu menghantam habis, barulah engkau mampu keluar
dari lembah ini. Tetapi masih ada pula Pagar Harimau, Pagar
Singa, Pari Beracun dan lain-lain....” tiba-tiba terdengar
lengking suara mirip hantu merintih.

Tiau Bok-kun pucat, Siau-liong pun tertegun. Itulah suara


Soh-beng Ki-su, manusia yang dibencinya. Tetapi apa daya. Ia
hanya termenung.

Saat itu hari mulai petang. Tiba-tiba segumpal kabut tipis


bertebaran melayang-layang. Makin lama makin tebal, baunya
mengandung belirang. Jelas bukan kabut sewajarnya
melainkan ditaburkan orang.

"Lo-cianpwe, mereka melepas api!" seru Tiau Bok-kun


makin cemas.

Tetapi Siau-liong tertawa tenang, “Api tak jadi soal, tetapi


ini....”- ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena batuk2
terserang bau belirang. Tiau Bok-kun pun ikut batuk2.

"Iblis tua! Jangan lama2, lekaslah engkau ke Neraka!" seru


Soh-beng Ki-su pula.

Siau-liong tertawa nyaring, serunya, “Ha, tahukah engkau


bahwa separoh Giok-pwe itu berada dalam tanganku?"

"Bagus, setelah engkau mati, tentu dapat kita ambil!" seru


Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah.

119
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa mengejek, “Ho, di dunia tak ada hal


yang seenak bayanganmu itu! Jika aku mati, tentu lebih dulu
Giok-pwe itu akan kuhancurkan....”

Kata2 Siau-liong itu ternyata membawa pengaruh. Soh-


beng Ki-su dan si nona pemilik lembah berdiam diri. Tetapi
dalam pada itu kabut pun mulai menipis dan akhirnya lenyap
sama sekali. Andaikata Siau-liong tak menggunakan siasat
tadi, tentulah ia dan Tiau Bok-kun sudah binasa.

Hari makin malam. Hutan makin gelap gulita.

Tiba-liba Tiau Bok-kun terhuyung-huyung dan berbargkit,


“Lo-cianpwe....”

"Nona Tiau, mengapa engkau!" Siau-liong terkejut.

Tiau Bok-kun rubuh ,....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 03

Disimpang Jalan

Siau-liong terkejut tetapi gadis itu sudah rubuh. Buru-buru


ia menolongnya.... Dahi nona itu mengerut gelap, kaki tangan
lunglai dan bibirnya gemetar.

Siau-liong menyadari bahwa kabut belirang tadi tentu


mengandung racun.... Karena ia sudah mendapat saluran
tenaga murni dari Koay-suhu simanusia dari gua dan minum
darah makhluk aneh serta makan buah Im-yang-som maka ia
memiliki daya tahan yang kebal terhadap kabut beracun itu.

120
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beda dengan Tiau Bok-kun yang lebih rendah


kepandaiannya sehingga tak tahan diserang kabut itu.

Sejak kecil ikut pada gurunya, tabib sakti Kongsun Liong,


Siau-liong pun faham akan ilmu pengobatah. Karena tak
membekal obat, tak dapat ia menyembuhkan nora itu.

Akhirnya ia hanya dapat melakukan cara mengurut untuk


menekan racun dalam tubuh gadis itu supaya jangan
mengembang luas.

Tak berapa lama Tiau Bok-kun tersadar. Memandang Siau-


liong, nona itu mengeluh, “Lo-cianpwe, aku benci....”

"Siapa?"

Tiau Bok-kun menghela napas panjang, “Aku benci diriku


yang bernasib malang ini....”

Siau-liong tertawa lalu menghela napas.

“Lo-cianpwe," kata nona itu pula, “dengan kepandaian yang


sakti engkau tentu dapat keluar dari lembah ini. Janganlah
karena diriku, engkau akan mendapat kesusahan....”

Siau-liong tertawa, “Orang menjuluki diriku Pendekar


Laknat. Kegemaranku mengurus hal2 yang tak adil. Sekali
campur tangan, tak pernah aku mundur lagi."

Tiau Bok-kun gelengkan kepala, “Nasibku memang malang.


Hidupku selalu dirundung kesusahan dan keputus-asaan.
Andaikata dapat keluar dari lembah ini, bagiku pun tiada
manfaatnya hidup di dunia!"

Sejenak berhenti, nona itu berkata pula, “Lo-cianpwe,


apakah engkau mau meluluskan sebuah permintaanku?"

121
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau liong buru-buru mengiakan.

Sesaat tampak Tiau Bok-kun meragu tetapi akhirnya ia


berkata juga, “Ada seorang pemuda gagah bernama Kongsun
Liong. Adakah lo-cianpwe kenal padanya?"

Jantung Siau-liong mendebur keras. Cepat ia menyahut,


“Dia adalah ketua partai Kay-pang yang termasyhur. Masakan
aku tak kenal?"

Tiau Bok-kun menghela napas.

"Tolonglah lo-cianpwe suka menyerahkan suratku ini


kepadanya. Katakan . ,.... katakanlah, bahwa aku sudah
meninggal dunia. Budi pertolongannya kepadaku, terpaksa
kelak pada penitisan yang akan datang, baru dapat kubalas!"

Habis berkata nona itu menangis tersedu-sedu. Siau-liong


terpaksa ikut mengucurkan air mata. Untunglah karena gelap,
tiada yang mengetahui keadaannya saat itu.

Sesungguhnya sudah berulang kali Siau-liong hendak


menyingkap kedoknya agar Tiau Bok-kun terkejut girang.
Tetapi setiap kali, ia batalkan niatnya.

Kini baru ia mengetahui betapa besar cinta Tiau Bok-kun


kepadanya.... Pikiran Siau-liong mulai melayang-layang
jauh....

Dari keterangan gurunya, yakni tabib sakti Kongsun Sin-


tho, Siau-liong mengetahui bahwa pembunuh ayahnya adalah
ketua Kong-tong-pay yang bernama Toh Hun-ki serta keempat
tokoh tua dan partai itu. Dan Toh Hun-ki itu sesungguhnya
adalah guru dari ayah Siau-liong.

122
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama ini beberapa kali ia mempunyai kesempatan untuk


membunuh musuh ayahnya itu. Tetapi setiap kali teringat
akan pesan gurunya bahwa mendiang ayahnya meninggalkan
pesan supaya jangan membalas sakit hati itu. Terpaksa Siau-
liong lepaskan musuhnya.

Mengenai ibunya, Siau-liong sudah beberapa kali berjumpa


tetapi setiap kali tentu kehilangan kesempatan untuk bicara.

Kemudian pikiran Siau-liong melayang jauh pada manusia


aneh Pendekar Laknat yang memberinya ilmu kesaktian,
Menurut pesan Pendekar Laknat, ia harus membenci semua
manusia di dunia. Apabila ia tak dapat memenuhi pesan itu,
sekurang-kurangnya ia harus dapat membunuh Soh-beng Ki-
su, pertapa yang berhutang darah Pendekar Laknat.

Kemudian masih ada seorang lagi yakni Kolo-sin-kay atau


Pengemis Tengkorak Song Thay-kun. Walaupun tokoh itu
hanya berupa tengkorak tetapi dari petunjuknialah ia dapat
mempelajari ilmu pukulan Thay-siang-ciang-hwat yang sakti,
makan buah Im-yang-som dan minum darah ular naga.

Dan kini setelah dirinya dinobatkan sebagai Cousu-ya atau


ketua dari partai Kay -pang, demi membalas budi Pengemis
Tengkorak, ia harus berusaha keras untuk mengharumkan
nama baik partai itu.

Peristiwa2 itu melalu-lalang dibenak Siau-liong. Ia


menginsyafi, betapa berat beban yang terletak pada bahunya.
Kini ia telah memiliki berbagai kepandaian sakti. Tetapi sejauh
itu, satu pun dari beban2 itu belum ada yang berhasil ia
laksanakan. Bagaimana yang akan terjadi, masih gelap
baginya.

123
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ah.... tugas kewajiban masih menumpuk. Mengapa ia harus


menjerumuskan diri dalam jerat asmara? Demikian ia
melamun.

Tengah ia terbenam dalam lamunan itu, tiba-tiba sebuah


suara halus mendesing di udara dan menyambar belakangnya.
Siau-liong terkejut, Cepat ia mengunakan dua buah jari tangan
untuk menjepit senjata gelap itu- Ah, kejutnya bukan kepalang
ketika pendapatkan bahwa yang dijepit itu bukan senjata
rahasia, melainkan hanya secarik lipatan kertas....

Hebat! Hanya ahli menutuk jalan darah dari jauh, yang


mampu menjentikkan surat itu kepadanya. Cepat ia berbangkit
dan memandang keseluruh penjuru. Tetapi kecuali derak halus
dari ranting dan daun2 tertiup angin malam, tiada tampak
suatu apa lagi.

Terpaksa ia duduk kembali serta diam-diam menghela


napas, “Ah, memang benar, di atas gunung masih terdapat
langit yang tinggi, Yang sakti masih ada yang lebih sakti lagi.
Kesaktian orang itu tak dibawah kepandaianku....”

Tiau Bok-kun hanya terlongong-longong memandang Siau-


liong. Tetapi pemuda itu tak sempat lagi memberi keterangan
karena ia terus membuka surat lipatan itu. Dan membacanya:

—Ilmu silat tiada batasnya. Harus faham tenaga luar-


dalam, ilmu pukulan dan senjata, mengetahui barisan Pat-
kwa-kiu-kiong, Ki-bun-ngo-heng, ilmu pengobatan,
perbintangan dan pemakaian racun, barulah dia dapat
menguasai dunia persilatan. Kepandaianmu tinggi tetapi
kurang pengalaman dan kurang cermat hingga terjebak dalam
barisan pohon bunga. Ingat dan hati-hatilah! Dunia persilatan
itu penuh tipu muslihat yang ganas....”

124
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut. Jelas orang itu memberi peringatan


kepadanya. Walaupun nadanya congkak tetapi maksudnya
baik. Siau-liong lanjutkan membaca lagi,

“Soh-beng Ki-su adalah murid dari si Iblis penakluk-dunia.


Dan nona pemilik Lembah Semi itu anak perempuan dari Dewi
Neraka. Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, merupakan
sepasang suami isteri yang selalu kumpul-cerai. Saat ini
mereka masuk ke dalam lembah. Lekas tinggalkan tempat ini!"

Karena tiada tanda siapa penulisnya, Siau-liong bingung.

"Lo-cianpwe, apakah surat itu....” baru Tiau Bok-kun


bertanya, Siau-liong cepat menukas, “Ah, dari seorang
sahabat pada 40 tahun yang lalu!"

Tepat Siau-liong mengucap begitu, tiba-tiba dari belakang


terdengar orang tertawa dingin dan pada lain saat sesosok
bayangan hitam loncat menyelinap ke dalam gerumbul.

Siau-liong terkejut. Kiranya orang itu bukan lain adalah


orang berpakaian hitam yang pernah bertempur dengannya
tempo hari. Cepat ia mengajak Tiau Bok-kun pergi. Tetapi
nona menolak, “Silahkan lo-cianpwe pergi sendiri, jangan
pedulikan diriku."

Siau-liong tak mau banyak bicara. Cepat ia menyambar


Tiau Bok-kun terus dibawa lari mengejar orang berpakaian
hitam tadi.

Orang itu menyusup ke kanan dan ke kiri. Kira2 dua li


jauhnya, dia sudah berhasil keluar dari barisan pohon bunga.
Mau tak mau Siau-liong harus mengagumi orang itu. Diam-
diam ia memutuskan hendak menyingkap rahasia sibaju hitam
itu. Sekali enjot tubuh, ia menubruk orang itu seraya
membentak, “Siapakah sesungguhnya saudara ini!"

125
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi rupanya orang misterius itu sudah memperhitungkan


hal itu. Pada saat Siau-liong bergerak, iapun sudah
melambung ke udara dan dengan gerak Burung-walet-
menembus-awan, ia melayang ke balik sebuah batu besar.

Diluar daerah barisan pohon bunga itu, merupakan sebuah


tanah lapang. Dan tak jauh disebelah muka, merupakan
sebuah lamping gunung yang melandai curam. Karena
mengepit tubuh Tiau Bok-kun, gerakan Siau-liong kurang
leluasa. Pada saat ia hendak layangkan diri mengejar orang
aneh itu, tiba-tiba tampak beberapa orang ter-huyung2 lari di
atas lamping gunung. Cepat sekali mereka sudah mendekati
ketempat Siau-liong.

Walaupun malam gelap tetapi Siau-liong dapat mengetahui


bahwa kawanan orang yang datang itu adalah ketua Kong
tong-pay yakni Toh Hun-ki bersama keempat tetua Kong-tong-
pay atau Kong-tong-su-lo.

Menilik pakaian dan keadaan mereka, rupanya mereka


kalah bertempur dan sedang dikejar musuh. Mereka lari
pontang-panting menuju barisan pohon bunga.... Dalam
keadaan ketakutan mereka tak melihat Siau-liong.

Melihat rombongan orang Kong-tong-pay, Tiau Bok-kun


tampak jeri. Ia menjerit pelahan dan cepat bersembunyi di
belakang Siau-liong. Mendengar jeritan itu, rombongan Toh
Hun-ki berhenti. Mereka tertegun melihat Siau-liong dalam
penyamaran sebagai Pendekar Laknat, berada diluar hutan.

Geraham Siau-liong berderuk-deruk menahan kemarahan.


Tak pernah sedetikpun ia melupakan dendam kematian
ayahnya. Diam-diam ia sudah kerahkan tenaga sakti Bu kek-
sin-kang. Tetapi pada lain kilas, terngiang pula pesan
mendiang ayahnya bahwa ia tak boleh menuntut balas.

126
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Apalagi melihat keadaan Toh Hun-ki saat itu, pemuda Siau-


liong tak sampai hati turun tangan.

"Pendekar Laknat....!" seru Tok Hun-ki.

Siau-liong melirik ke arah orang itu. Tampak pakaiannya


berlubang beberapa beberapa tusukan senjata. Tubuh penuh
bintik2 noda darah, rambut kusut masai terurai kedada.
Sedang keempat Kong-tong su-lo dibelakangnya dengan
kepala menunduk.

"Menyerang orang yang sedang terluka, bukanlah laku


seorang ksatrya Aku masih dapat mencari lain kesempatan
untuk membalas dendam padanya," diam-diam Siau-liong
menimang dalam hati. Dan tenaga sakti Bu-kek-sin kang pun
diredakan.

"Kali ini kuampuni jiwa kalian. Tetapi kalau bertemu lagi,


jangan harap kalian mendapat kemurahan seperti saat ini
lagi!" serunya.

Walaupun heran atas tindakan Pendekar Laknat, tetapi Toh


Hun-ki tak mau membuang waktu lagi. Ia menghaturkan
terima kasih dan terus lari menuju ke dalam hutan.

"Hai, apakah kalian benar-benar hendak mencari


kematian!" tiba-tiba Siau-liong berseru seraya ayunkan
pukulan. Serangkum angin menderu menghadang lari
rombongan orang2 Kong-tong-pay itu.

Toh Hun-ki terkejut. Ia kira Pendekar Laknat merubah


keputusan.

"Hutan itu merupakan barisan pohon bunga dari Lembah


Semi. Aku sendiri tadi hampir celaka, apa lagi kalian!" seru
Siau-liong dengan tertawa dingin.

127
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toh Hun-ki berhenti dan memandang ke arah hutan. Ia


berterima kasih sekali atas peringatan momok itu. Sebagai
seorang ketua sebuah partai persilatan, ia berilmu tinggi dan
berpengalaman luas. Apa yang dikatakan Pendekar Laknat itu
memang benar. Diam-diam ia malu pada dirinya sendiri dan
timbullah rasa mengindahkan kepada momok itu.

Beberapa saat kemudian, belasan orang bersenjata muncul.


Mereka hendak mengejar rombongan Toh Hun-ki. Tetapi
terkejut ketika melihat Pendekar Laknat berada disitu. Mereka
tak berani sembarangan bertindak dan hanya pecah diri
mengepung.

Siau-liong tertawa.

Ternyata kawanan pengejar itu adalah Soh-beng Ki-su dan


gadis pemilik Lembah Semi sendiri bersama anak buahnya.

Adalah karena Pendekar Laknat menggunakan siasat untuk


menghancurkan separoh dari Giok-pwe yang berada
ditangannya, maka Soh-beng Ki-su dan gadis pemilik lembah
itu terpaksa hentikan serangannya dengan kabut beracun.
Giok-pwe itu adalah benda milik Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Lebih baik mereka tunggu kedatangan guru dan ibu
guru itu.

Soh-beng Ki-su dan gadis pemilik Lembah Semi mengetahui


bahwa guru dan ibu guru mereka itu sukar diraba sepak
terjangnya. Tetapi mereka yakin dalam beberapa hari ini,
kedua tokoh itu tentu akan kambali ke dalam lembah lagi.

Kedatangan Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu tak lain


hendak mengikuti Siau-liong yang tengah mengejar Soh-beng
Ki-su.... Ketua Kong-tong-pay itu tak pernah melepaskan
hasratnya untuk mendapatkan separoh Giok-pwe yang

128
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dirampas Soh-beng Ki-su dari Tangan Tiau Bok-kun Yang


separoh bagian sudah berada ditangannya. Apabila berhasil
mendapat yang separoh dari tangan Soh-beng Ki-su, akan
lengkaplah peta untuk mencari kitab pusaka berisi ilmu
kesaktian yang tiada taranya di dunia. Dengan demikian partai
Kong-tong-pay pasti dapat mengangkat diri dan menguasai
dunia persilatan.

Dengan harapan itulah maka Toh Hun-ki memberanikan diri


untuk memasuki sarang harimau atau Lembah Semi-abadi
yang amat berbahaya itu.

Tetapi gerak-gerik Soh-beng Ki-su dan Siau-liong cepat


sekali. Mereka menghilang dari pandangan Toh Hun-ki. Dan
ketua Kong-tong-pay itu kehilangan arah akhirnya tersesat ke
belakang lembah. Disitu mereka dipergoki Soh-beng Ki-su dan
wanita pemilik Lembah Semi-abadi terus diserang.

Toh Hun-ki adalah ketua partai Kong-tong-pay dan


keempat Su-lo itu merupakan jago-jago sakti dari partai
tersebut. Tetapi Soh-beng Ki su dan wanita pemilik Lembah
Semi-abadi adalah murid dari Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka yang termasyhur. Ilmu Pek-kut-kang (tulang putih)
dari Soh-beng Ki-su dan ilmu Yong-kut-kang (pelelah tulang)
dari wanita pemilik lembah, memerupakan ilmu sakti yang
ganas sekali. Maka tak berapa lama, Toh Hun-ki dan keempat
Su-lo itu dapat dilukai dan melarikan diri.

Soh-beng-ki-su dan si nona pemilik lembah memimpin anak


buahnya mengejar. Pada saat rombongan Toh Hun-ki dapat
digiring memasuki barisan pohon bunga, tiba-tiba Pendekar
Laknat menolong.

"Setan tua, rupanya umurmu memang panjang!" seru nona


pemilik lembah seraya tertawa mengejek Siau-liong.

129
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong marah sekali. Soh-beng-ki-su adalah pembunuh


dari Koay suhu. Sepak terjang pertapa itupun amat ganas
Nona pemilik Lembah Semi, cabul dan ganas. Jika kedua
manusia itu tak dilenyapkan. dunia persilatan tentu menderita.

Siau-liong tertawa keras seraya melangkah maju. Karena


sudah beberapa kali menderita pil pahit dari Pendekar Laknat,
Soh-beng Ki-su gentar dan cepat kerahkan tenaga-sakti Pek-
kut-kang. Dari jari pertapa itu meluncur sinar putih menyerang
Siau-liong.

Pemuda itu tak mengacuhkan. Ia tetap tertawa nyaring.


Nadanya menyerupai singa mengaum. Melihat itu, Son beng
Ki-su makin ketakutan. Ia perhebat lagi tenaga sakti Pek-kut-
kang sampai beberapa bagian.

Sesungguhnya dalam tertawa tadi, diam-diam Siau-liong


pun sudah kerahkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Pada saat
sinar putih Pek-kut-kang tiba, Siau-liong menggembor keras
dan lepaskan pukulan Tay-lo-kim-kong, sebuah jurus dari ilmu
pukulan Tay siang-ciang yang amat dahsyat.

Terdengar suara menggelegar keras ketika kedua jenis


tenaga-sakti itu saling beradu. Hasilnya segera dapat
diketahui. Sinar putih Pek-kut-kang berantakan lenyap dan
Soh-beng Ki-su pun ter-huyung2 ke belakang beberapa
langkah.... Ia terluka.

"Serahkan jiwamu, jahanam!" Siau-liong maju menghampiri


dan hendak meaghantamnya lagi. Tetapi si nona pemilik
lembah segera mengajak anak buahnya menyerbu.

Siau-liong hanya membenci Soh-beng Ki-su dan nona


pemilik lembah itu. Ia tak mau mengorbankan banyak jiwa
yang tak berdosa. Belasan anak buah yang terdiri dari lelaki

130
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan perempuan itu, se-olah2 tak mengacuhkan pukulan Siau-


liong. Mereka seperti manusia2 patung yang tak bernyawa.

Siau-liong tak sampai hati dan terpaksa menarik pulang


pukulannya.

Setelah hantamkan tangan kiri ke arah nona pemilik


lembah Siau-liong pun enjot tubuh melambung melampaui
kepala orang2 itu lalu melayang ke arah Soh-beng Ki-su.

Soh-beng Ki-su yang sudah menderita luka itu makin


ketakutan. Wajahnya pucat sekekita. Siau-liong tak peduli dan
terus hendak menghantamnya.

"Tahan!" tiba-tiba dari samping terdengar suara orang


membentak dan serangkum angin bertenaga lunak
mendampar punggungnya.

Siau-liong terkejut seraya cepat loncat menghindar. Ketika


bepaling, tampaklah sepasang kakek-nenek berdiri setombak
jauhnya. Kedatangan kedua orang itu sama sekali tak
bersuara.

Siau-liong terkesiap.

Kedua kakek-nenek itu sudah lanjut usianya. Dahi mereka


penuh berhias keriput tetapi mukanya masih berseri segar.
Sepasang matanya bersinar tajam.

Yang lelaki bertubuh jangkung tetapi punggungnya


bungkuk. Jenggotnya menjulai panjang sampai kelutut.
Rambutnya yang putih terurai lepas pada kedua bahu. Alisnya
pun panjang sehingga hampir bersambung satu sama lain.
Hidung bengkok macam burung kukuk beluk. Mulutnya aneh,
karena bibir bagian atas lebar tetapi yang bawah kecil

131
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sehingga tampak baris giginya yang putih. Sepintas pandang


menyerupai orang hutan.

Sedang yang perempuan, bertubuh pendek kecil. Tingginya


hanya sebatas perut sikakek. Alisnya tebal, mata besar dan
hidung membiak lebar, menaungi mulutnya yang besar. Nenek
itu mencekal sebatang tongkat Liong-thau-ciang atau tongkat
Kepala naga. Tongkat lebih tinggi dari orangnya.

Siau-liong tertegun melihat keadaan kedua manusia aneh


itu.

“Suhu." tiba-tiba Soh-beng Ki-su berteriak girang seraya lari


menghampiri dan berlutut dihadapan kakek yang mirip orang
hutan itu.

“Ayah, ibu....!" nona pemilik lembah pun berseru dan lari


terus memeluk dada wanita kate.

Sambil membelai rambut puterinya dengan mesra, nenek


kate itu menghibur, “Jangan takut, anakku. Ibumu tentu akan
menghimpas penasaranmu!"

Kemudian nenek itu melangkah maju. Saat itu barulah


Siau-liong menyadari akan surat peringatan dari orang baju
hitam yang mengatakan bahwa kedua momok suami isteri itu
sudah datang ke dalam lembah. Tak salah lagi, mereka
tentulah suami-isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.

Nenek Dewi Neraka berhenti lima langkah di hadapan Siau-


liong dan memandangnya dengan berapi2. Tiba-tiba Dewi
Neraka tertawa mengekeh.

"Heh, heh, setan tua Bu-kek, mengapa 20 tahun tak


ketemu, engkau sekarang bertambah tinggi....” tegurnya.

132
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong teringat bahwa kedua suami-isteri durjana itu


adalah musuh bebuyutan dari Koay suhu atau Pendekar
Laknat. Beberapa kali Koay suhu kalah oleh kedua momok itu.
Diam-diam ia menimang. Walaupun sekarang ia sudah
memiliki tenaga-sakti dari Koay suhu dan faham ilmu pukulan
Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak, tetapi kedua
momok itu tentulah juga sudah jauh lebih maju dalam ilmu
kesaktiannya. Maka Siau-liong tak berani memandang rendah.
Sambil kerahkan tenaga sakti, ia tertawa nyaring.

“Sekalipun berpisah hanya tiga hari tetapi harus meneliti


lagi. Selama 20 tahun ini aku telah berhasil mempelajari
semacam ilmu ajaib. Tubuhku dapat kupanjang-surutkan,
kurus-gemuk kan menurut sekehendak hatiku. Pula aku dapat
memperpanjang umurku sampai seribu tahun!" sahut Siau-
liong.

Dewi Neraka terperanjat. Tetapi cepat ia tenang kembali


Ujarnya, “Hanya sayang makin tua engkau makin tak kenal
malu. Buktinya, mengapa engkau tak malu menghina kedua
muridku ini?"

Nenek itu mengguncangkan tongkatnya seperti hendak


menyerang. Tetapi Iblis Penakluk-dunia cepat loncat
mencegah.... Lalu berkata kepada Siau-liong, “Setan tua Bu-
kek, kuucapkan selamat engkau masih tetap awet muda dan
tambah tinggi!"

'Ho, tak perlu memuji!" Siau-liong tertawa tawar.

Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka saling


berpAndangan. Agaknya mereka curiga atas sikap dan kata2
Siau-liong.

133
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk dunia kerutkan alis, tertawa sinis, “Dua puluh


tahun tak ketemu, engkau banyak berubah. Kabarnya engkau
punya sebuah ilmu baru lagi?"

"Ilmu jenis Bubuk-makan-kayu saja, masakan pantas


dibanggakan," Siau-liong tertawa.

Sambil mengurut jenggot, Iblis Penakluk dunia berkata


pula, “Isteriku telah mengundang seluruh ksatrya dunia
persilatan supaya datang kelembah sini untuk mengadu
kepandaian. Rupanya engkau merupakan tetamu paling
terhormat dari isteriku!"

"Jika isterimu yang mengundang, tiada alasan aku tak


datang," sahut Siau-liong.

Iblis itu tertawa sinis, “Dapat atau tidaknya engkau hadir,


tergantung bagaimana hasil peyakinanmu selama 20 tahun ini.
Mungkin sejak saat ini, dunia akan kehilangan seorang momok
yang disebut Pendekar Laknat!"

Tiba-tiba iblis tua itu menutup kata-kata dengan dorongkan


kedua tangannya ke arah Siau-liong. Siau-liong memang
sudah menduga kemungkinan itu. Iapun sudah siap sedia.
Cepat ia dorongkan kedua tangannya menyongsong.

Dahulu iblis Penakluk-dUnia termasyhur dengan pukulan


sakti Thay-krk-bu-wi-kangnya. Setelah memperdalam lagi
selama 20 tahun, sudah tentu tenaga saktinya makin
sempurna.

Dess.... terdengar ledakan keras. Debu dan batu seluas


beberapa meter, berhamburan keempat penjuru....

Tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dan ilmu pukulan Thay-siang-


ciang yang dilancarkan Siau-liong berlandas kekerasan

134
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dahsyat. Sedang tenaga sakti Thay-kek-bu-wi-kang dari iblis


Penakluk dunia mengutamakan tenaga lunak.

Keduanya paling menggunakan delapan bagian tenaganya.


Kesudahannya, mereka sama2 terkejut. Ternyata tenaga sakti
keduanya sama2 lenyap, Tiada yang kalah dan menang.

Iblis Penakluk dunia paksakan tertawa, “Setan tua Bu-kek,


dalam 20 tahun ini, hebat sekali kemajuanmu!"

Dalam berkata-kata itu, iblis Penakluk-dunia tetap


pancarkan tenaga sakti ke arah tangannya dan menyerang.

"Bagus, bagus." seru Siau-liong seraya balikkan kedua


tangannya menyambut.

Mereka saling adu tenaga dalam melalui sepasang tangan


masing-masing. Sampai sepeminum teh lamanya, keduanya
tetap tak bergerak. Tiba-tiba iblis Penakluk-dunia
menggembor keras. Ia deliki mata. Tulang2 tubuhnya
berderak-derak dan ia tambahkan lagi penyaluran tenaga
dalamnya untuk mendesak Siau-liong.

Tampaknya Siau-liong tak kuat bertahan. Kedua lengannya


pun sudah menjuntai ke bawah dan tubuhnya mulai condong
ke belakang.

Toh Hun-ki dan keempat Su-lo serta Tiau Bok-kun


menyaksikan pertempuran maut itu dengan berdebar-debar.
Mereka mencemaskan keadaan Siau-liong. Jika Siau-liong
kalah, merekapun takkan lolos dari tangan maut siiblis
Penakluk-dunia.

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara tertawa Siau-liong.


Tubuh Pendekar Laknat itu tegak kembali dan bahkan dapat
mendesak lawan ke belakang.

135
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepeminum teh lamanya, wajah iblis yang semula merah


segar, mulai tampak pucat lesi. Keningnya basah dengan
keringat. Jelas tokoh itu hampir kehabisan tenaga.

Karena mengenakan kedok penyamaran sebagai Pendekar


Laknat, maka perobahan air muka Siau-liong tak terlihat.
Tetapi jelas, diapun berjuang mati-matian untuk bertahan.

Sekonyong-konyong terdengar getaran menggelegar dan


tahu2 iblis Penakluk dunia serta Siau-liong sama2 menyurut
mundur sampai tujuh langkah.... Debu dan pasir berhamburan
hebat.

Kedua musuh itu tegak berdiri tak kurang suatu apa.


Beberapa saat kemudian, barulah iblis Penakluk dunia berseru,
“Setan tua Bu-kek, dua puluh tahun berselang, engkau
menghalangi cita-citaku menguasai dunia persilatan. Kini 20
tahun kemudian, engkau tetap merupakan penghalangku yang
utama....”

Ia berhenti sejenak. lalu, “Tetapi keadaan sekarang


berbeda dengan dulu. Asal engkau berani datang menghadiri
pertempuran di dalam lembah, aku sudah sedia cara untuk
menguburmu!"

Siau-liong tertawa nyaring, “Dalam hidupku tak pernah


kutakut pada manusia siapa saja. Aku tentu datang."

Tiba-tiba tubuh iblis Penakluk dunia condong kemuka


seperti mau rubuh tetapi segera tegak lagi.... Setelah tertawa
terkekeh-kekeh beberapa saat, ia ajak Dewi Neraka dan puteri
serta muridnya masuk ke dalam lembah. Tak berapa lama
mereka lenyap dari pandangan.

Saat itu hampir menjelang tengah malam.

136
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong memandang rembulan cekung. Ia menghela


napas dalam.

"Lo-cianpwe....” Tiau Bok-kun lari menghampiri.

"Pendekar.... Laknat," Toh Hun-ki pun bersama keempat


Su-lo menghampiri kemuka Siau-liong.

Siau-liong tak mengacuhkan. Ia duduk di tanah pejamkan


mata. Toh Hun-ki, Tiau Bok-kun dan keempat Su-lo tak berani
mengganggu. Mereka tahu Pendekar Laknat seorang manusia
aneh. Sukar diraba sepak terjangnya. Walaupun tadi telah
menolong tetapi belum tentu dia tak berpaling halauan.

Beberapa waktu kemudian, tiba-tiba Siau-liong mengangkat


kepala dan muntah darah.

"Lo-cianpwe, apakah engkau terluka....” Tiau Bok-kun


berseru cemas.

Siau-liong mengiakan, “Ya, tetapi si iblis dunia itupun lebih


berat dari aku!"

Toh Hun-ki buru-buru mengambil dua butir pil merah lalu


diberikan kepadanya, “Pil buatan partai Kong-tong-pay ini.
mempunyai khasiat mengembalikan ketenangan darah dan
hawa murni....”

Plak.... tiba-tiba Siau-liong menampar jatuh pil itu dan


membentak, “Siapa sudi makan pil pemberianmu"

Toh Hun-ki tersentak kaget. Bersama keempat Su-lo, ia


mundur beberapa langkah. Ia duga momok itu tentu sedang
kumat gilanya.

137
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiau Bok-kun pun mengira demikian. Ia juga mundur dua


langkah.

Tak berapa lama terdengar Siau-liong menghela napas


pula.

Mendengar itu Toh Hun-ki memberi hormat seraya


menghaturkan terima kasih, “Pemberian pil tadi berdasarkan
rasa terima kasih kami yang tak terhingga kepada saudara."

"Pergi kau!" bentak Siau-liong, “aku tak butuh terima


kasihmu. Jika saat ini kalian tak terluka, mungkin kalian sudah
jadi mayat!"

"Silahkan saudara berkata apa saja. Tetapi karena merasa


menerima budi, aku tak dapat tinggalkan saudara dalam
keadaan terluka," sahut Toh Hun-ki, terus duduk di tanah
diikuti keempat Su-lo.

Siau-liong pejamkan mata. Beberapa saat kemudian ia


membentak bengis, “Toh Hun ki!"

Ketua Kong-tong-pay itu mengiakan.

"Aku hendak minta engkau menyelidiki berita seseorang....”

"Asal tenagaku mampu, tentu akan kulaksanakan," sahut


Toh Hun-ki.

Siau-liong mengangguk, katanya, “Apakah pada 10 tahun


yang lalu engkau kenal akan seorang lelaki yang bernama
Tong Gun-liong?"

Toh Hun-ki terbeliak.

138
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tong Gun-liong dikubur di gunung Hongsan. Dan ternyata


Pendekar Laknat bersembunyi dibalik gunung itu. Mungkinkah
mayat Tong Gun-liong itu Pendekar Laknat yang
menguburnya? Demikian Toh Hun-ki mulai membayang
kecemasan.

Tetapi Pendekar Laknat seorang iblis yang gila dan


pendendam. Dia tak punya seorang sahabat pun juga. Tak
mungkin dia mempunyai hubungan apa2 dengan Tong Gun-
liong. Mustahil dia mau mengubur mayat Tong Gun-liong.

"Lekas bilang, kenal atau tidak!" Siau-liong mengulang


pertanyaannya.

"Tong Gun-liong adalah muridku....” Toh Hun-ki tergagap


lalu menghela napas. Sambil menghitung jari tangan, ia
berkata pula, “Tetapi pada belasan tahun berselang, dia telah
binasa di lembah Hok-liong-koh di gunung Hongsan."

"Mengapa?" Siau-liong tahankan air matanya.

Toh Hun-ki menghela napas panjang, “Memang kelalaianku


sendiri sehingga tak mengetahui bahwa Tong Gun-liong diam-
diam telah jatuh cinta kepada Ki Ih. Dari hubungan gelap,
mereka melahirkan seorang anak lelaki dan....”

Toh Hun-ki terpaksa hentikan keterangannya karena


mendadak Siau-liong menggembor keras dan muntah darah.

"Lanjutkan!" teriak Siau-liong.

Terpaksa Toh Hun-ki bercerita lagi, “Demi menjaga


peraturan perguruan, kuputuskan tak mengakui pernikahan
itu. Tetapi diluar dugaan Ki Ih marah dan mengamuk Kong-
tong-pay....”

139
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia berhenti sejenak untuk mengenangkan peristiwa itu lalu


melanjutkan, “ Pada saat itu, salju mulai turun dengan deras.
Jalanan gunung penuh bertutupkan salju. Dalam kebingungan,
Gun-liong membawa anaknya yang baru berumur belum
cukup 100 hari itu melarikan diri. Tetapi dia tergelincir jatuh
ke bawah karang yang curam dan binasa. Ki Ih menyusul lari
dan tak ketahuan beritanya lagi....”

"Kemunculan Ki Ih kedaerah Tiong-goan itu, tentu mencari


balas pada kalian, bukan?" tukas Siau-liong.

"Benar," sahut Toh Hun-ki. Serentak ia teringat akan


peristiwa digunung Tay-lian-san tempo hari. Bersama tokoh2
Kay-parg, rombongan Toh Hun-ki berhasil mengepung dan
melukai Ki Ih. Tetapi tiba-tiba pada saat itu Pendekar Laknat
muncul menolong Ki Ih. Diam-diam Toh Hun-ki menatap Siau-
liong dengan rasa heran.

Siau-liong menggeram, “Jika putera Tong Gun-liong masih


hidup, pantaskah dia menuntut balas kepadamu?"

Toh Hun-ki mengangguk, “Sudah tentu....”

Tiba-tiba Siau-liong tengadahkan kepala tertawa keras,


“Toh Hun-ki, engkau telah membunuh jiwa seseorang. Apakah
engkau tak menyesal atas peristiwa 16 tahun yang lalu itu?"

Ketua Kong Tong-pay menghela napas, “Sebagai guru dan


murid, sudah tentu aku bersedih. Tetapi dalam kedudukan
sebagai seorang ketua perguruan yang menjaga ketertiban
peraturan, aku tak menyesal sama sekali!"

Nada jawaban itu mengunjuk kewibawaan sebagai seorang


ketua partai persilatan yang termasyhur.

140
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong merenung diam. Setelah menghela napas, ia


berpaling ke arah Tiau Bok-kun, “Nona Tiau itu menderita
terkena racun. Saat ini aku tak sempat merawatnya....”

"Serahkan kepadaku yang mengobatinya," cepat Toh Hun-


ki menanggapi.

"Tidak! Aku dapat merawat diriku sendiri.... mereka....


mungkin akan membunuhku!" cepat2 Tiau Bok-kun berseru.

Siau-liong tertawa hambar, “Mereka tak dapat dan tak


mungkin berani berbuat begitu....” berpaling kepada Toh Hun-
ki, Siau-liong berkata lebih jauh, “Asal kalian mengantar nona
itu kekota Siok-ciu dan dapat menyembuhkan lukanya, barulah
kuanggap kalian telah membalas budiku tadi....” habis berkata
Siau-liong terus berbangkit dan melangkah pergi.

Tiba-tiba berhamburan air mata Tiau Bok-kun, serunya,


“Lo-cianpwe....”

Siau-liong berhenti dan menanyakan.

"Apakah lukamu tak mengapa?" tanya nona itu penuh


cemas.

Siau-liong paksakan tertawa, “Mati hidup sudah suratan


takdir. Harap nona jangan kuatir....” berkata sampai disitu,
meluaplah rasa haru dalam hati Siau-liong sehingga air
matanya hampir mencucur keluar. Buru-buru ia berpaling
muka dan berjalan lagi.

"Harap tunggu dulu, aku masih hendak bicara kepada


saudara," baru beberapa langkah Siau-liong berjalan, Toh
Hun-ki sudah menghadangnya.

Siau-liong tertegun.

141
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toh Hun-ki mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari kain


warna biru, katanya, “Bungkusan ini berisi separoh bagian dari
Giok-pwe, sebuah pusaka yang menjadi milik Kong-tong-
pay....”

Ia berhenti sejenak, melirik ke arah Tiau Bok kun, lalu


melanjutkan pula, “Dan yang separoh bagian adalah milik
nona Tiau itu.... Tetapi sayang telah dirampas Soh-beng Ki-su.
Saat ini tentu sudah diserahkan kepada gurunya siibiis
Penakluk dunia. Apabila kedua Giok-pwe dipersatukan, akan
merupakan sebuah peta rahasia penyimpanan pusaka yang
selama ini dikejar-kejar oleh kaum persilatan.... -"

Kembali ia berhenti sejenak lagi lalu meneruskan, “Pusaka


itu merupakan simpanan harta karun dan kitab pusaka yang
tak ternilai harganya."

"Semut mati karena manisan, manusia karena harta. Aku


tak ingin sama sekali pada harta dunia!" Siau-liong tertawa
hina.

"Aku sendiri juga tak mementingkan harta," buru-buru Toh


Hun-ki menerangkan, "tetapi dalam tempat penyimpanan
pusaka itu, terdapat sebuah kitab. Konon kitab itu adalah
karya dari Tio Sam-hong cousu. Jika berhasil memperolehnya,
tentu akan mendapat kesaktian yang hebat dan dapat
membasmi kawanan durjana, membantu mengamankan dunia
persilatan....”

Ketua Kong-tong-pay itu berhenti sejenak, memandang


Siau-liong lalu berkata pula, “Terus terang aku tak mampu
mendapatkan separoh bagian dari Giok-pwe yang dirampas
Soh-beng Ki-su itu. Maka hendak kuhaturkan separoh bagian
giok-pwe itu kepadamu....”

142
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sebagai pembalas budi?" tukas Siau-liong.

"Aku hidup untuk kepentingan umat manusia dan bekerja


demi amanat sesama kaum persilatan. Kumohon engkau
muncul lagi dalam dunia persilatan untuk menyelamatkan
bencana darah!" habis berkata ia angsurkan bungkusan berisi
separoh Giok-pwe itu kepada Siau-liong.

Tetapi Siau-liong tak mau tergesa2 menyambuti. Katanya


tertawa, “Apakah engkau percaya kepadaku? Mengapa engkau
yakin aku takkan mencelakai dunia persilatan?"

Sambil menatap Siau-liong, Toh Hun-ki tertawa nyaring,


“Mataku tak buta. Kupercaya penuh engkau pasti takkan
mengecewakan tugas suci dunia persilatan ini!"

Namun Siau-liong masih bersangsi. Jika menerima


pemberian Toh Hun ki, musuh besarnya yang membunuh
ayahnya, kelak ia tentu sulit untuk membalas dendam Tetapi
ucapan Toh Hun-ki itu memang menarik perhatiannya. Ia tak
menghiraukan segala harta karun. Hanya kalau, kitab pusaka
itu sampai jatuh ketangan manusia2 durjana, tentulah dunia
persilatan akan terancam bencana kehancuran! ya, Setelah
meragu beberapa saat, akhirnya ia menerima juga pemberian
itu.

"Semoga anda diberkahi keselamatan dan selamat jalan!"


serasa lapanglah dada Toh Hun-ki setelah Siau-liong mau
menerima. Ia memberi hormat lalu memanggul Tiau Bok-kun
yang masih pingsan dan terus pergi. Keempat Su-lo mengiring
dibelakang.

Siau-liong tegak termenung-menung. Hatinya pepat sekali.


Ingin ia tumpahkan air mata untuk melonggarkan kesesakan
dadanya. Beberapa kali berjumpa dengan Toh Hun-ki tetapi

143
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setiap kali tentu tak dapat membalas dendam. Dan beberapa


kali bersua dengan ibunya tetapi tentu terpisah lagi....

Ia merasa kalau kepandaiannya sekarang sudah tinggi.


Siapa tahu dalam pertempuran dengan iblis Penakluk dunia, ia
telah menderita luka berat.

Dan teringat pula ia akan manusia aneh baju hitam. Jika


orang itu tidak muncul memberi bantuan. kemungkinan saat
itu ia sudah mati dalam kurungan barisan pohon bunga.

Siau-liong memandang ke balik batu besar. Setelah tak


melihat suatu apa, ia berjalan menuruni lamping gunung.
Melintasi lamping gunung itu, tibalah ia disebuah tanah datar.
Sebuah anak sungai mengalir keluar gunung.... Ia menurutkan
aliran sungai kecil itu.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia teringat. Buru-buru ia


membuka kedok muka sebagai Pendekar Laknat dan jubah
hitamnya. Saat itu, ia menjadi Kongsun Liong lagi, ketua partai
Kay-pang....

Lebih kurang dua jam lamanya, fajar mulai tiba. Yang


tampak diempat penjuru hanya jajaran gunung. Ternyata ia
tersesat jalan dan tak dapat keluar dari daerah belantara.
Luka dalam tubuhnya mulai bekerja. Hampir ia tak kuat
menahan tubuhnya yang terhuyung-huyung itu. Beberapa kali
hampir rubuh.

Tiba-tiba ia ia melihat sebuah biara pada jarak 10 tombak


disebelah muka. Dengan langkah terhuyung ia menuju biara
itu. Ternyata sebuah biara yang rusak. Pada papan yang
tergantung di atas pintu terdapat tulisan Ke-beng-si atau biara
Ayam-berkokok.

144
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Biara itu penuh dengan sarang gelagasi. Tembok bengkah2


dan area2 berserakan diujung ruang. Keadaannya
mengenaskan sekali. Siau-liong harus lekas2 menyalurkan
darah untuk mengobati luka dalamnya. Kalau terlambat ia
pasti akan cacad selama-lamanya.

Tetapi Siau-liong meragu. Biara itu hanya terpisah


sepuluhan li dari lembah Semi. Kedua suami isteri durjana itu
setiap saat tentu dapat mencarinya kesitu. Apabila musuh
mengetahui tempat persembunyiannya, tentu celakalah ia.

Dalam kegelisahan tiba-tiba Siau-liong melihat sebuah


tempat yang tepat untuk bersembunyi. Ialah diruang samping.
Separoh wuwungan ruang samping itu rubuh. Tetapi separoh
bagian belakangnya masih utuh. Tertutup oleh runtuhan
tembok dan wuwungan, dibagian belakang ruang itu terdapat
sebuah lubang berbentuk segi tiga.

Setelah yakin orang tentu sukar menduga tempat itu


dipakai tempat bersembunyi, ia segera menyusup, menutup
liang itu dengan keping papan dan tembok bengkah. Setelah
rapat, ia mulai duduk bersemedhi menyalurkan darah. Berkat
dasar tenaga dalamnya yang kokoh ditambah pula minum
darah naga dipusar bumi serta buah som, dalam waktu sejam
saja, darahnya yang bergolak itu dapat ditenangkan.

Cepat sekali delapan jam telah lewat. Empat jam lagi,


lukanja tentu sembuh. Saat itu hari petang. Angin reda dan
turunlah hujan. Tak berapa lama tiba-tiba ia mendengar
langkah kaki yang halus masuk ke dalam ruang situ. Ia duga
tentulah pemburu yang meneduh. Selekas hujan berhenti,
orang itu tentu pergi.

Diluar dugaan, setelah mondar-mandir beberapa saat,


orang itu berseru kaget dan terus menuju keruang samping

145
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Langkah kaki orang itu makin lama makin dekat dan masuk
ke dalam ruang samping. Siau-liong terkejut sekali. Saat itu
penyaluran tenaga dalamnya sedang mencapai puncak
ketegangan. Dalam keadaan seperti itu, cukup seorang biasa
saja, sekali dorong tentu dapat merubuhkan Siau-liong. Dia
akan cacad bahkan bisa mati.

Akhirnya ia menyerah pada nasib. Jika memang ditakdirkan


mati, apa boleh buat. Dengan kebulatan pikiran itu, ia mulai
tenang dan menjalankan penyaluran darah lagi.

Pendatarg itu agaknya tertegun lalu tertawa pelahan seraya


menghampiri ke tempat Siau-liong. Siau-liong pun merasa
bahwa orang itu telah berada dibelakangnya.

Tring.... orang itu mencabut pedang. Seketika terdengar


keping-keping papan dan tembok berhamburan tertabas
pedang.

"Habislah riwayatku....” diam-diam Siau-liong mengeluh....

Saat itu ia tak dapat berbuat apa2. Ia hanya pasrah nasib


saja, Tetapi heran. Sampai sekian saat belum juga terjadi
sesuatu. Rupanya orang itu batalkan maksudnya membunuh.

Lebih kurang sepeminum teh lamanya, Siau-liong


mendengar orang itu menyarungkan pedang kembali. Dan
menyusul terdengar suara celana wanita berteliku duduk tak
jauh dari tempatnya. Ketegangan Siau-liong mereda. Jelas
pendatang itu tiada bermaksud jahat kepadanya.

Selang empat jam kemudian, selesailah penyaluran Siau-


liong. Lukanya hampir sembuh sama sekali. Begitu membuka
mata, pertama-tama ia ingin mengatahui siapakah gerangan
pendatang itu.

146
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cepat ia berpaling dan.... astaga! Orang itu sudah lenyap.

Setelah menghela napas panjang, ia berbangkit. Ternyata


hujan sudah berhenti. Ruang penuh air, tubuhnya pun penuh
kotoran debu. Tiba-tiba hidungnya terbaur daging bakar yang
wangi. Buru-buru ia berpaling Dimeja sembahyang tampak
seonggok api yang belum padam. Di atas api terdapat
segumpal daging rusa. Karena sehari suntuk tak makan, air
liurnya pun menitik keluar. Ketika hendak mengambil daging
rusa itu, tiba-tiba sesosok tubuh langsing menerobos masuk.
Girang Siau-liong bukan kepalang. Orang itu bukan lain Pek
Ciang-wi atau si Mawar Putih.

Dara itu tengah membawa sebuah tempat dupa yang diisi


air. Buru-buru Siau-liong menghampiri dan menyambutinya,
“Ah, kiranya engkau....”

"Sudah sembuh?" tanya dara itu.

Siau-liong mengiakan.

"Mengapa engkau terluka?"

Siau-liong tergugu tak dapat menerangkan.

Waktu bertempur dengan iblis Penakluk dunia, ia


menyamar sebagai Pendekar Laknat. Tetapi sekarang ia sudah
kembali menjadi Kongsun Liong lagi. Sulit ia menuturkan
peristiwa itu. Karena tak biasa bohong, merah padamlah muka
pemuda itu. Untung dara itu tak mau mendesaknya.

Sambil menuding ujung hidung Siau-liong, ia berkata,


“Sungguh besar nian nyalimu. Jika semalam yang datang
bukan aku tentu jiwamu sudah melayang!"

147
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa meringis. Buru-buru ia alihkan


pembicaraan menanyakan tentang daging rusa bakar.

"Bagaimana?" Mawar Putih tersenyum manis.

"Sungguh harum sekali Tak kira engkau pandai sekali


masak," Siau-liong memuji.

Rupanya dara itu senang hatinya. Ia segera ajak Siau-liong


duduk dimuka meja dan menikmati daging rusa bakar. Siau-
liong makan dengan lahap. Selesai makan, haripun sudah
fajar.

Mawar Putih memandang Siau-liong lalu memandang


dirinya sendiri. kemudian tertawa geli, “Ah, engkau ketua Kay-
pang, sudah tentu seorang pengemis tua. Tetapi aku....”

Kiranya karena menemani Siau-liong makan dan mengobrol


sampai setengah malam, muka dan pakaian si dara
berlumuran kotoran.

"Makan daging bakar dan minum air kotor sekalipun bukan


pengemis tetapi tentu bangsa manusia liar....” Siau-liong
tertawa.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan buru-buru berpaling.


Mawar Putih pun tertawa. Tiba-tiba ia juga hentikan
tertawanya dan menghela napas panjang.

Sudah tentu Siau-liong heran, tegurnya, “Mengapa engkau


tiba-tiba bermuram durja?"

Sejenak menatap Siau-liong, dara itu gelengkan kepala,


“Ah, aku teringat kalau suhuku sudah datang. Belasan tahun
aku tak pernah berpisah dengan beliau. Sekarang tak tahu
bilakah aku dapat berjumpa lagi dengan suhu....”

148
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah dara itu makin rawan, katanya lebih lanjut, “Sejak


kecil aku sudah sebatang kara. Adalah suhuku yang merawat
dan memelihara diriku sampai besar. Kami tinggal di sebuah
pulau kecil. Karena tak bercocok tanam, sejak kecil aku
membantu suhu berburu dan mencari ikan. Cara membakar
daging tadi, pun aku belajar dari suhu."

"Mengapa engkau tinggalkan suhumu dan seorang diri....”

"Aku hendak membalas dendam untuk suhu!" tukas Mawar


Putih geram.

Siau-liong terbeliak memandang dara itu, tanyanya,


“Mengapa nona tak datang bersama suhu nona? Apakah
beliau tega....”

"Suhu sedang sakit....” sahut Mawar Putih dengan nada


sumbang. Dua butir air mata menitik dari sudut matanya,
"suhu mengatakan bahwa penyakit yang diindapkannya itu tak
mungkin sembuh. Yang beliau selalu ingat adalah dendam
darahnya. Karena suhu sudah mewariskan seluruh
kepandaiannya kepadaku, maka sudah selayaknya aku yang
membalaskan dendam itu. Akan kubawa kepala orang itu
kehadapan suhu!"

Siau-liong tertarik perhatiannya. Tetapi ia tak dapat


menemukan kata-kata untuk menghibur dara itu. Lebih-lebih
ketika mengetahui bahwa tujuan dara itu menyangkut juga
asal-usul dirinya. Rasa haru Siau-liong makin meluap. Iapun
kucurkan beberapa titik air mata.

"Eh, mengapa engkau juga menangis?" Mawar Putih


hentikan sedunya dan tertawa menegur.

149
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertegun. Ia heran mengapa secepat itu si dara


sudah mengganti tangis dengan senyum tawa. Terpaksa iapun
ikut tertawa.

"Siapakah musuhmu?" tanyanya.

Dengan geram Mawar Putih menyahut, “Ketua partai Kong-


tong-pay To Hun-ki bersama keempat Su-lo!"

Siau-liong termangu. Mengapa terjadi peristiwa yang begitu


kebetulan sekali! Toh Hun-ki adalah musuhnya besar karena
telah membunuh ayahnya. Mengapa musuh besar si dara itu
juga To Hun-ki?

"Apakah suhumu seorang pria atau wanita?" tanyanya agak


ragu.

“Sudah tentu wanita!"

“Mengapa suhumu bermusuhan dengan Toh Hun-ki?"

Dara itu kicupkan gundu matanya, “Pertanyaanmu terlalu


jauh! Apakah engkau hendak mengetahui peristiwa itu
sejelasnya? Apa perlumu?"

Siau-liong menghela napas, “Ah, terus terang saja, Toh


Hun-ki itu juga musuhku besar!"

Mawar Putih terbeliak dan menatapnya. Beberapa jenak


kemudian, ia berkata, “Sungguh kebetulan sekali. Kita dapat
bekerja sama."

Siau-liong mendengus dan merenung. Kemunculan Ki Ih


kedunia persilatan lagi untuk mencari balas kepada Kong-
tong-pay, setiap orang persilatan sudah mengetahui semua.
Apalagi ia sendiripun sudah menyaksikan wanita sakti itu.

150
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Walau pun setiap kali belum berhasil menerangkan kepada


wanita itu, namun ia percaya bahwa wanita sakti itu tentulah
Coa-sik Se-si Ki Ih.

Tetapi aneh sekali! Mengapa Mawar Putih mengatakan


bahwa suhunya sedang sakit dirumah? Kalau begitu, jelas
guru Mawar Putih ini tentu bukan Ki Ih. Habis kalau bukan Ki
Ih, siapakah sesungguhnya guru dara itu? Mengapa ia juga
mempunyai dendam sakit hati kepada Kong-tong-pay.

"Nona, aku hendak bertanya kepadamu!"

"Silahkan!"

"Siapakak nama suhumu itu....”

Mawar Putih terdiam sejenak baru menjawab, “Tiada


gunanya kuberitahukan nama suhuku. Beliau bernama Aminah
si Boneka-cantik dari Persia!"

"Apa?" Siau-liong menegas kejut.

"Aminah Pasilia!"

"Nama yang aneh dan sukar diingat serta tak sedap


didengar," kata Siau-liong.

Mawar Putih deliki mata, “Apa? Engkau berani menghina


nama suhuku?"

Dara itu terus berbangkit hendak pergi. Siau-liong menyesal


dan buru-buru minta maaf.

Saat itu hari sudah terang tanah. Cuaca cerah. Mawar Putih
melangkah pe-lahan2 sambil kerutkan alis, berkata, “Sekarang

151
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak kemanakah kita ini? Kita tak dapat terus tinggal


dibiara bobrok ini!"

Sesaat Siau-liong pun tak dapat menentukan arah


tujuannya. Dia hendak membalas dendam. Hendak mencari
ibunya. Hendak mengangkat nama Koay suhu dalam dunia
persilatan. Hendak mengembangkan kewibawaan partai
pengemis. Hendak merebut separoh bagian dari Giok-pwe
yang berada ditangan Soh-beng Ki-su. Hendak mencari orang
baju hitam yang misterius di dalam Lembah Semi....

Banyak nian pekerjaan yang direncanakan tetapi ia bingung


untuk memulai yang mana dulu. Tiba-tiba ia teringat akan
Tiau Bok-kun. Sikap dan tingkah laku nona itu penuh dengan
kehalusan yang mesra sehingga ia tersentuh dengan suatu
perasaan. Perasaan yang selama ini belum pernah dialaminya.

Benar racun dalam tubuh nona itu sudah dapat


disumbatnya tetapi jika tak diobati tepat pada waktunya, nona
itu tetap terancam bahaya cacat. Adakah Toh Hun-ki pegang
janji untuk membawa si nona ke Siok-ciu mencari obat?

Andaikata Toh Hun-ki benar-benar pegang janji, tetapi


seorang nona yang sebatang kara tentu berbahaya sekali
meegembara di dunia persilatan. Misalnya, jika bertermu
dengan tokoh sejahat Soh-beng Ki-su, bukankah sukar untuk
membayangkan nasib nona itu?

Lama merenung tiba-tiba ia menertawakan dirinya sendiri.


Ia baru kenal dengan nona itu, mengapa ia mewajibkan diri
untuk memikirkan nasib nona itu? Bukankah di dunia terdapat
banyak sekali nona yang bernasib begitu? Apakah ia harus
memikirkan nasib mereka semua?

152
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun betapapun juga, tetap ia merasa masih terlekat


dengan beban kewajiban itu. Selama belum terlaksana, ia
merasa masih belum himpas.

"Aku hendak ke Siok-siu, apakah engkau....”

"Baik, aku menurut kemana saja engkau pergi!" tukas


Mawar Putih terus mendahului melangkah keluar.

Siau-liong terpaksa mengikuti.

Karena tak kenal jalan mereka hanya menurutkan aliran


anak sungai itu menuruni lamping gunung. Pada saat melintasi
dua buah puncak, pada gerumbul pohon disebelah muka.
tampak beberapa sosok tubuh tengah lari menyongsongnya.

Buru-buru Siau-liong menarik Mawar Putih bersembunyi


dibalik batu besar.

Cepat sekali orang2 itu sudah tiba dua tombak jauhnya dari
tempat Siau-liong. Yang dimuka sendiri, mengenakan jubah
biru, jenggot panjang sampai kedada, mencekal sebatang
tongkat Kumala Hijau. Ah, itulah si Jenggot-perak To Kiu-
kong, ketua partay Kay-pang. Dibelakangnya mengiring
Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan si Pincang kiri Tio Tau
serta Pincang kanan Li Ki.

Siau-liong cepat loncat keluar, “Kiu-kong. lama kita tak


berjumpa!"

To Kiu-kong dan rombongannya terkejut. Tetapi mereka


girang bukan kepalang setelah mengetahui siapa
penghadangnya itu. Serta-merta mereka berlutut memberi
hormat, “Cousu-ya."

153
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong mengangkat bangun To Kiu-kong dan suruh


yang lain-lain berdiri.

“Partai kita dapat berdiri tegak dalam pergolakan dunia


persilatan adalah karena selama ini sekalian anak murid taat
pada disiplin partai. Maka kumohon cousu-ya jangan keliwat
merendah diri," kata To Kiu-kong.

Sesungguhnya Siau-liong merasa sungkan menerima


penghormatan yang berlebih-lebihan dari To Kiu-kong serta
tokoh2 Kay-pang yang lain. Mereka jauh lebih tua dari dirinya.
Dan sekalipun sudah diangkat sebagai ketua, namun Siau-
liong tak mengerti tentang peraturan partai itu. Ia hanya
manda tersenyum mendengar ucapan To Kiu-kong itu.

Kemudian To Kiu-kong menerangkan bahwa selama


beberapa hari ini, ia bersama rombongan, berusaha mencari
Siau-liong. Sungguh tak diduga kalau mereka akan bertemu
disitu.

Siau-liong terpaksa merangkai cerita tentang dirinya selama


beberapa hari itu. Untunglah To Kiu-kong tak menanya lebih
jauh.

“Dewasa ini dunia persilatan telah dilanda bahaya. Tokoh-


tokoh sakti dari berbagai partai persilatan berbondong-
bondong datang ke Jwan-lam....” Berhenti sejenak, ketua Kay-
pang itu melanjutkan pula, “Iblis Penakluk dunia, Dewi Neraka
pun kabarnya telah berada dalam lembah Semi digunung Tay-
liang-san. Partai2 persilatan telah menerima surat undangan
dari kedua suami isteri momok itu supaya pada pertengahan
musim rontok, datang kelembah Semi guna mengadu
kepandaian. Aku sendiripun telah menerima undangan itu
juga....” ia mengeluarkan sebuah sampul lalu diserahkan
kepada Siau-liong.

154
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menyambuti. Dilihatnya undangan itu hanya


selembar sutera pesegi sebesar sapu tangan, diberi tulisan
berbunyi:

— Untuk merayakan malam Tiong-jiu yang indah, kami


undang saudara suka menghadiri perjamuan yang kami
selenggarakan dilembah Semi dengan acara: MENGADU
KEPANDAIAN DENGAN MENDAPAT HADIAH GIOK-PWE. Bila
terlambat atau tidak datang, terpaksa akan kami larang
saudara bergerak di dunia persilatan.

Tertanda: Iblis Penakluk Dunia Dewi Neraka.

"Hal ini sudah kuketahui," Siau-liong tertawa dingin seraya


mengembalikan surat itu.

“Pada hematku," kata To Kiu-kong, "tujuan dari kedua


momok itu tak lain adalah hendak merebut separoh bagian
dari Giok-pwe, Dan kedua kalinya, mereka hendak menjaring
semua tokoh2 persilatan, menghancurkannya lalu menguasai
dunia persilatan. Asal salah satu dari rencana itu berhasil,
tentulah dunia persilatan akan terancam bahaya banjir darah.
Iblis dan durjana akan menguasai dunia persilatan!"

Siau-liong tertawa, “Orang kuno mengatakan bahwa


'Kejahatan selalu kalah dengan Kebenaran'. Sekalipun ganas
sekali rencana kedua momok itu, tetapi tak mungkin mereka
berhasil menentang seluruh dunia persilatan!"

To Kiu-kong amat mengindahkan sekali kepada Siau-liong


yang dianggapnya sebagai kakek guru Kay-pang. Ia hanya
mengiakan saja.

“Masih ada sebuah hal lagi yang hendak kulaporkan kepada


Cousu-ya," kata To Kiu-kong.

155
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Katakanlah," seru Siau-liong.

"Beberapa hari yang lalu, Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay


telah dijebak oleh Soh-beng Ki-su. Tetapi entah bagaimana
ketua Kong-tong-pay itu telah ditolong oleh Pendekar Laknat.
Sungguh mengherankan sekali mengapa sekarang Pendekar
Laknat berbeda sekali dengan 20 tahun yang lalu. Perangainya
berobah jauh lebih baik.... -"

To Kiu - kong berhenti sejenak lalu melanjutkan, “Kabarnya


Pendekar Laknat sudah bertempur dengan Iblis Penakluk
dunia. Keduanya sama2 terluka parah."

Sesungguhnya peristiwa itu telah diketabui Siau-liong tetapi


ia tak leluasa menerangkan. Ia hanya menanyakan adakah To
Kiu-kong hendak memberi laporan lain lagi.

"Ya, mengenai nona Tiau Bok-kun," Kata To Kiu-kong,


"nona itupun ditolong Pendekar Laknat dilembah Semi....
Sekarang sedang diantar Toh Hun-ki berobat ke Siok-ciu....”

Kemudian ketua Kay-pang itu menerangkan lebih lanjut


bahwa racun ditubuh nona itu sudah dapat dikeluarkan dan ia
telah suruh anak buah Kay-pang untuk menjaga dan merawat
nona itu dirumah penginapan.

“Tahukah engkau kemana perginya Toh Hun-ki,” tiba-tiba


Mawar Putih menyelutuk.

To Kiu-kong tergugu. Setelah memandang ke arah Siau-


liong, ia menyahut, “Aku dan Toh Hun-ki bergantian
meninggalkan Siokciu. Kemungkinan saat ini dia sedang
menuju kepuncak Ngo-siong-nia!"

Kemudian ketua Kay-pang itu memberi laporan lebih lanjut,


“Saat ini dalam kota Siok-ciu telah berkumpul banyak sekali

156
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tokoh2 persilatan. Karena kuatir didengar orang, maka ketua


Bu-tong-pay It Heng totiang, tokoh ketiga Kun-lun sam-cu dari
partai Kun-cun-pay dan rombongan lain, bergegas menuju
kepuncak Ngo-siong-nia. Mereka hendak mengatur rencana
untuk menghadapi iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka....”

Mawar Putih menyeringai lalu mendengus, “Tak perlu


mengoceh begitu banyak! Dimana puncak Ngo-siong-nia itu?"

To Kiu-kong kerutkan dahi. Ia heran mengapa dara itu


begitu bengis. Tetapi karena si dara kawan cousu-ya mereka,
terpaksa To Kiu-kong bersabar. Sahutnya, “Kira2 dua puluh li
dari sini, terdapat sebuah puncak gunung yang penuh
ditumbuhi pohon Siong-pik!"

Diam-diam Siau-liong tahu kalau Mawar Putih tentu salah


faham kepadanya. Tetapi dihadapan tokoh2 Kay-pang, ia tak
leluasa memberi penjelasan. Maka iapun diam saja atas sikap
kasar dari dara itu terhadap To Kiu-kong. Walaupun sudah
berulang kali ia memberi isyarat, tetapi si dara tetap tak
mengacuhkan.

Demikian pun Pengemis Tertawa dan si Pincang-kanan dan


si Pincang-kiri. Mereka diam-diam heran mengapa cousu-ya
mereka selalu galang-gulung dengan beberapa gadis yang tak
keruan.

"Mari kesana!" Mawar Putih terus menarik lengan Siau-


liong.

Siau-liong tertawa, “Eh, apakah nona hendak pergi....”

Mawar Putih deliki mata, “Sudah tentu kepuncak Ngo-


siong-nia untuk mencari To Hun-ki! Bukankah engkau
mengatakan bahwa engkau pun mempunyai dendam sakit hati
tak mau hidup bersama manusia itu?"

157
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesaat Siau-liong tak dapat menjawab. Memang pada


akhirnya kelak ia tentu akan membunuh Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo itu. Tetapi bukan pada saat itu ia harus menuju
ke Ngo-siong-nia dan membunuh mereka.

Melihat Siau-liong ragu2, Mawar Putih tertawa mengejek,


“Hm, agaknya aku telah keliru menilai orang. Lekas pergilah
engkau ke Siok-cu menjenguk gadis kekasihmu itu!"

Habis berkata dara itu terus berputar tubuh dan hendak


melangkah.

“Nona Pek! nona Pek....!" seru Siau-liong gugup. Tetapi tak


dipedulikan Mawar Putih. Dara itu bahkan terus gunakan ilmu
lari cepat menuju ketimur.

Siau-liong bimbang, mengejar atau membiarkannya. Selagi


dia masih belum mengambil keputusan, gadis itu sudah lenyap
dari pandangan mata.

To Kiu-kong dan rombongannya terbeliak heran tetapi tak


berani bertanya. Dan lama sekali Siau-liong masih
memandang ke arah bayangan Mawar Putih.

To Kiu-kong saling berpandangan dengan Pengemis


Tertawa, lalu berbatuk-batuk, ujarnya, “Adakah nona itu
dengan cousu-ya....”

Siau-liong tersadar. Cepat ia menukas tertawa, “Tak ada


hubungan dan sebelumnya pun tak kenal....”

Kemudian ia alihkan pembicaraan dengan menanyakan


tujuan To Kiu-kong dan kawan-kawan.

158
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To Kiu-kong tertegun lalu menyahut dengan serius, “Tadi


telah kulaporkan kepada cousu-ya bahwa It Hang totiang
ketua Bu-tong-pay telah mengajak beberapa tokoh persilatan
mengadakan pertemuan rahasia dipuncak Ngo-siong-nia.
Mereka hendak merundingkan rencana menghadapi kedua
durjana iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka. Karena tak
dapat menemukan cousu-ya maka aku terpaksa melancangi
untuk menerima undangan itu. Beruntung disini kami dapat
menjumpai cousu-ya."

Siau-liong kerutkan dahi, ujarnya, “Apakah Toh Hun-ki dan


rombongannya juga hadir ke-sana."

To Kiu-kong mengangguk, “Rasanya saat ini tentu sudah


tiba disana."

Siau-liong terkejut, serunya, “Kalau begitu kita harus


cepat2 kesana, kalau tidak....” ia tak lanjutkan kata2nya.
Rupanya ia merasa kurang leluasa.

To Kiu-kong seorang yang banyak pengalaman. Ia hanya


tersenyum, “Tak mungkin dapat mendahului kita tiba dipuncak
itu....” ia memandang Siau-liong lalu melanjutkan pula,
“Puncak Ngo-siang-nia itu amat berbahaya sekali.
Sekelilingnya lembah2 yang disebut Lembah Sembilan-
lingkaran. Jika tak faham, tentu tersesat. Apa lagi saat ini
disekitar lembah itu telah dijaga ketat oleh murid2 Go-bi-pay
dan anak buah Kay-pang....”

Siau liong mengangguk. Tetapi diam-diam ia gelisah karena


menguatirkan keselamatan si dara. Demikianlah mereka
segera menuju ke puncak Ngo-siong-nia.

Sesungguhnya jarak dua puluh li itu dapat ditempuh dalam


waktu setengah jam saja. Tetapi karena jalanan sukar dan To
Kiu-kong tak henti-hentinya memberi petunjuk keadaan

159
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat itu kepada Siau-liong, maka mereka berjalan agak


lambat. Kurang lebih sejam barulah mereka tiba di puncak itu.

Memang apa yang dikatakan To Kiu-kong benar. Keadaan


puncak amat berbahaya dan sulit- sekali jalanannya. Jika tak
faham pasti tersesat. Pula pada setiap tikung dan tempat yang
berbahaya tentu dijaga oleh anak buah Kaypang serta imam
jubah kelabu.

To Kiu-kong faham benar dengan keadaan tempat itu.


Sepanjang jalan tak henti2nya ia menerima hormat dari anak
buah Kay-pang yang ditugaskan berjaga disitu.

Bermula Siau-liong mengira bahwa di atas puncak tentu


terdapat biara atau kuil. Tetapi ternyata dugaannya itu keliru.
Puncak gunung merupakan sebuah hutan lebat.

Setiba di tepi hutan, To Kiu-kong segera bersuit nyaring.


Beberapa puncak pohon siong tampak bergerak-gerak dan
sesaat kemudian beberapa sosok tubuh meluncur turun.
Mereka segera berjajar menghadang To Kiu-kong.

---ooo0dw0ooo---

-Pertemuan dalam hutan-

Ternyata yang turun dari puncak pohon itu empat orang


imam yang masing-masing mencekal golok kwat-to. Salah
seorang yang dimuka adalah seorang imam tua, berjenggot
panjang menghunus sebatang pedang.

Setelah memberi salam dengan anggukan kepala imam tua


itu berseru kepada To Kiu-kong, “Ketua kami dan beberapa
cianpwe sudah lama menunggu kedatangan. Selekas saudara
tiba, pertemuan segera dimulai. Tetapi.... ia beralih
memandang Siau-liong lalu berkata, “Pertemuan ini

160
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyangkut kepentingan dunia persilatan. Ketua kami telah


memberi perintah, yang tak menerima undangan tak
diperbolehkan hadir. Saudara ini....”

To Kiu-kong cepat maju selangkah dan memberi hormat,


tukasnya, “Adalah cousu-ya kami....”

Kemudian ia memberi keterangan kepada Siau-liong:


Saudara2 ini adalah anak murid dari It Hang totiang ketua Bu-
tong-pay dan Ki Ceng siansu ketua Go-bi-pay. Karena belum
kenal pada cousu-ya maka meminta keterangan."

"Tak apalah," kata Siau-liong.

Imam tua itu terkesiap. Setelah saling bertukar pandang


dengan ketiga kawannya lalu memandang lagi kepada Siau-
liong, kemudian mundur beberapa langkah, “Silahkan!"

To Kiu-kong mempersilahkan Siau-liong berjalan dimuka, ia


dan Pengemis Tertawa mengiring dibelakangnya.

Hutan itu seluas berpuluh tombak dan amat lebat sekali


sehingga sesuai dijadikan tempat perundingan rahasia.

Menyusup sejauh 10-an tombak, tiba-tiba pemandangan


disitu tampak terang. Ternyata sebelumnya, berpuluh-puluh
batang pohon telah ditabas sehingga tersedia sebuah tanah
lapang yang cukup luas.

Ditengah tanah lapang itu tampak hadir 30-an orang lebih.


Terdiri dari paderi, imam dan orang biasa. Pada umumnya
mereka sudah berusia 50 tahun ke atas. Sikapnya angker.

Imam tua yang duduk ditengah-tengah, berjenggot putih


menjulai kedada dan punggung menyanggul sebatang kebut

161
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertapaan segera berbangkit menyambut kedatangan To Kiu-


kong.

"Atas nama sekalian hadirin, kuucapkan selamat datang!" ia


terus tersipu-sipu menyongsong.

To Kiu-kong segera memperkenalkan diri Siau-liong,


sebagai coucu-ya dari partai Kay-pang.

“Aku yang rendah bernama Kongsun Liong," Siau-liong


memperkenalkan diri.

Ternyata imam yang sikap dan wajahnya berperbawa


seperti seorang dewa itu adalah It Hang totiang,
penyelenggara dari pertemuan. Ketua Bu-tong-pay itu
terkesiap lalu memaksa diri bersenyum, ujarnya, “Kalau begitu
saudara tentulah ahli waris dari Pengemis Tengkorak Song lo-
cianpwe?"

Siau-liong mengiakan.

It Hang menatap wajah Siau-liong dengan penuh


keheranan lalu menyisih kesamping mempersilahkan To Kiu-
kong dan rombongan masuk.

Sekalian tokoh yang hadir disitu tampak duduk diam. Tetapi


seluruh pandang mata mereka tercurah pada diri Siau-liong.
Rata2 mereka sudah berumur setengah abad. Hanya Siau-
liong seorang saja yang masih muda.

Agaknya Siau-liong pun merasakan kekakuan suasana


disitu. Tetapi karena menyadari bahwa saat itu dirinya sebagai
ketua Kay-pang, terpaksa ia menekan perasaannya. Setelah
masuk, iapun terus duduk diantara mereka.

162
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata yang hadir disitu adalah tokoh2 ternama, antara


lain: Ketua Siau-lim-si, Gong taysu. Ki Ceng siansu ketua Go-
bi-pay, Ciang Bu-seng ketua partai Tiam-jong-pay, It-bi-cu,
Sam-kicu, Bu-wi-cu tiga serangkai dari partai Kun-lun. Lam
Leng lojin dari partai Thian-san-pay. Tan I-hong pemimpin Ji-
tok-kau. Cu Kong-leng ketua Tong-thing-pang. Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo dari partai Kong tong-pay. Ditambah lagi
dengan It Hang to-tiang ketua Bu-tong-pay dan anak buah
Kay-pang serta beberapa tokoh persilatan yang berilmu tinggi.

Benar-benar merupakan suatu pertemuan yang megah dan


hebat.

Setelah rombongan To Kiu-kong duduk, It Hang totiang


segera membuka pertemuan, "Dewasa ini suasana dunia
kacau, dunia persilatan timbul berbagai peristiwa. Beberapa
durjana muncul kembali. Dimana-mana terjadi pembunuhan
berdarah. Merupakan suatu bencana yang sejak berpuluh-
puluh tahun baru timbul kembali....”

Tiba-tiba diantara hadirin terdengar orang batuk2, serunya,


“Harap toheng suka menunggu sebentar. Aku hendak mohon
sedikit penjelasan tentang sebuah hal."

Ternyata yang bicara itu adalah Lam Leng tojin yang


terkenal sebagai Thian-san it-soh atau orang tua dari gunung
Thian-san. Tubuhnya kurus kecil, sepasang matanya berkilat-
kilat penuh perbawa. Dan memelihara jenggot seperti jenggot
kambing. Tingginya kurang dari satu setengah meter, tetapi
nada suaranya bergema nyaring sekali.

It Hang totiang hentikan pidatonya lalu mempersilahkan


orang tua dari gunung Thiansan itu mengajukan pertanyaan.

Lam Leng lojin memberi hormat lalu berseru. "Sungguh


suatu tindakan yang amat terpuji dari totiang untuk

163
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengundang sekalian tokoh2 persilatan berunding untuk


menghadapi ancaman yang akan menimpa keselamatan dunia
persilatan. Pertemuan ini bersifat rahasia, Oleh karena itu,
sekalian orang yang hadir harus diketahui asal-usulnya dengan
jelas. Kita harus menyadari bahwa kedua durjana itu, licin dan
banyak tipu muslihatnya. Apabila pertemuan ini sampai bocor,
pasti akan mengakibatkan kebinasaan pada dunia persilatan.
Dalam hal ini kumohon totiang suka waspada!"

Habis berkata orang pendek kurus dari Thia-san itu


memandang ke arah Siau-liong lalu duduk kembali.

Walaupun tak jelas menyebut nama tetapi isyarat mata


Lam Leng lojin itu segera dapat ditangkap. Seluruh hadirin
memandang ke arah Siau-liong.

Siau-liong pun tahu hal itu. Tetapi karena orang tak terang-
terangan menyinggung dirinya pula ia tak mau cari perkara,
terpaksa ia diam saja.

It Hang totiang mengangguk pelahan.

"Lam-heng benar, tetapi aku sudah mengadakan persiapan.


Sekalipun ada orang luar yang menyelundup, dia pasti tak
mampu lolos dari pengamatan para kawan2 dan tak mungkin
keluar dari puncak Ngo-siong-nia ini....”

Habis berkata pimpinan pertemuan itu tertawa dingin dan


sejenak memandang ke arah Siau-liong lalu berkata pelahan-
lahan, “Sekarang yang penting adalah untuk menentukan
suatu rencana....”

Sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang, ia


memandang lagi kesekeliling hadirin kemudian menghela
napas.

164
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Thicin dan Te kedua momok itu, mempunyai anak buah


yang besar dan tersebar luas. Mereka telah mengirim
undangan kepada seluruh kaum persilatan untuk menghadiri
pertandingan adu silat dilembah Semi. Jelas, maksud mereka
tentulah hendak menjaring seluruh kaum persilatan untuk
dibinasakan. Jika kita memenuhi undangannya kelembah Semi
dan datang pada pertengahan bulan Delapan, tentulah kita
termakan perangkap mereka....”

Tiba-tiba terdengar suara nyaring dari seorang imam tua


baju kuning yang serentak berbangkit dari tempat duduknya,
“Menurut pendapat loni, lebih baik saat ini juga kita serbu
lembah itu!"

Nadanya nyaring din garang sekali. Empat imam yang


duduk dibelakangnya, sama duduk pejamkan mata dengan
khidmat. Kiranya paderi yang membuka suara itu adalah Ti
Gong taysu, ketua Siau-lim-si.

It Hang totiang menyahut, “Pendapatku memang sesuai


sekali dengan saran taysu. Dalam ilmu perang dikatakan
bahwa siasat ilmu menggunakan tentara yang hebat ialah
dapat melakukan serangan secara tepat dan cepat. Menyerang
musuh selagi musuh tak menyangka dan tak bersiap.
Betapapun ilmu kesaktian yang demiliki kedua momok itu,
namun sukar kiranya untuk menghadapi kekuatan kita
beramai-ramai Sejenak ketua Bu-tong-pay itu berhenti dan
memandang ke arah ketua Tiam-jong-pay dan ketua Tong-
thing-pang. kemudian melanjutkan lagi dengan pelahan-lahan,
“Apalagi saudara Shin dan Cu, mahir dalam ilmu barisan Pat-
kwa kiu-kiong, Ngo-heng-tin dan lain-lain perkakas rahasia.
Kita mempunyai pegangan kuat untuk memenangkan
pertempuran. Hanya saja....”

Kembali ia kerutkan alis, sejenak berhenti lalu berkata pula,


“Kabarnya kedua durjana Liong dan Hou juga tiba didaerah

165
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selatan sini. Pendekar Laknat sudah beberapa kali


menampakkan diri. Apabila ketiga momok itu benar-benar
muncul dan berserikat dengan kedua momok Thian dan Te
(Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka), ah, kita pasti
terancam bahaya!"

Seketika heninglah suasana. Sekalian hadirin terdiam.


Memang yang dikatakan It Hang totiang itu benar. Jika saat
itu mereka menyerbu ke Lembah Semi, tentu masih dapat
menghadapi Iblis Penakluk dunia dan Dewi Naraka. Tetapi
apabila kelima momok itu bersatu, tentu tak mungkin
dikalahkan.

Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay segera berbangkit.


Setelah memberi hormat kepada para hadirin, ia segera
berpaling menghadap It Hang totiang....

"Masih ada sebuah hal yang hendak kupersembahkan


kepada totiang dan saudara sekalian!" serunya.

"Silahkan," kata It Hang totiang.

Toh Hun-ki tersenyum, serunya, “Jika saudara2 tak lupa,


tentulah masih ingat akan peristiwa 20 tahun yang lampau.
Pada masa itu kelima Durjana muncul dan mengaduk dunia
persilatan. Dunia persilatan seolah-olah banjir darah dan
korban banyak berjatuhan. Kelima durjana itu terdiri dari Iblis
Penakluk dunia dengan isterinya Dewi Neraka, si Naga dan si
Harimau serta Pendekar Laknat....”

Ia berhenti sejenak untuk mencari kesan, kemudian


melanjutkan, “Tentang Pendekar Laknat, walaupun disohorkan
ganas dan kejam tetapi sepak terjangnya tidaklah seganas
suami isteri Penakluk-dunia dan Dawi Neraka serta kedua
Naga dan Harimau. Kebanyakan yang mati ditangan Pendekar
Laknat itu adalah tokoh2 yang jahat dan tak berbudi. Dan pula

166
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam pertempuran dahsyat dilembah Lok-gan-koh pada 20


tahun yang lalu itu, jika Pendekar Laknat tak beralih haluan
memusuhi suami-isteri Penakluk dunia dan Dewi Neraka,
tentulah 72 tokoh2 sakti yang dikerahkan Tjeng Hi totiang
ketua Kun-lun-pay untuk mengepung kelima durjana itu,
tentulah mereka habis binasa semua. Ya, apabila saat itu
Pendekar Laknat tak menyerang dan menghalau suami isteri
Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tentulah saat ini dunia
persilatan sudah dikuasai oleh kedua suami isteri durjana
itu....”

Kembali Toh Hun-ki berhenti untuk menyelidiki suasana


hadirin. "Oleh karena itu," ia melanjutkan pula, "menurut
hematku, Pendekar Laknat bukan seorang momok yang ganas
tetapi sesungguhnya adalah seorang ksatrya yang penuh
dengan jiwa perwira dan budi luhur....”

"Adakah maksud saudara Toh hendak mengagungkan


nama Pendekar Laknat karena perbuatannya yang lalu itu?"
tiba-tiba ketua Siau-lim-si, Ti Gong taysu berseru dengan nada
dan wajah membesi.

Toh Hun-ki tertawa hambar, sahutnya, “Bukan melainkan


itu saja, tetapi baru2 ini memang aku telah mengalami suatu
peristiwa yang berharga untuk bukti....”

Kemudian ketua Kong-tong-pay itu segera menuturkan


tentang peristiwa yang dialaminya ketika masuk ke Lembah
Semi.

"Demi jiwa raga dan kehormatanku, kujamin bahwa


Pendekar Laknat itu bukanlah momok ganas seperti 20 tahun
berselang. Bukan saja tak mengganggu dunia persilatan pun
jika kita tak dapat mengajaknya dalam persekutuan, tentu
akan menambah kekuatan kita. Paling tidak, kita takkan
dimusuhinya."

167
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ti Gong taysu menggerung seperti singa lapar, “Benar-


benar ucapan yang sembrono! Bersahabat dengan Pendekar
Laknat untuk mendapatkan bantuannya menghadapi para
momok durjana itu, benar-benar suatu langkah yang tak dapat
diterima oleh pikiran yang sehat."

Ketua Siau-lim-si itu terus melangkah kehadapan It Hang


totiang lalu berseru, “Entah bagaimana dengan pendapat
totiang, tetapi aku menolak sekeras-kerasnya!"

Sambil mengurut jenggotnya yang panjang, ketua Bu-tong-


pay It Hang totiang menyahut, “Pendekar Laknat adalah
momok ganas yang tergolong aliran jahat. Betapapun
perbuatannya selama ini namun tetap tak dapat kita jadikan
sahabat, Namun jika apa yang dikatakan Toh Hun-ki lohiapsu
itu benar, tak apalah kita singkirkan ketakutan terhadap
momok itu dengan tak saling mengganggu. Setelah nanti
urusan Lembah Semi selesai, kita masih dapat bersahabat
dengannya untuk membersihkan kejahatan di dunia persilatan.
Hal itu tentu akan merupakan suatu berkah bagi kita
semua....”

Tiba-tiba wajah ketua Bu-tong-pay itu berobah sunyi dan


berkatalah ia dengan sarat, “Tetapi yang jelas dewasa ini
kelima durjana itu mempunyai kekuatan besar. Sejak
memendam diri selama 20 tahun itu, entah mereka sudah
berapa menambah kesaktiannya. Entah mereka akan
bersekutu atau tidak, kita belum dapat memperhitungkan.
Oleh karena itu, kuharap para saudara sekalian, suka bersatu
hati untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang
timbul dari kelima durjana itu!"

Ti Gong taysu tertawa nyaring, serunya, “Sudah tentu kita


akan bertindak begitu. Lebih baik pecah sebagai ratna dari
pada hidup bercermin bangkai. Rasanya kekuatiran saudara

168
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu berlebih-lebihan. Adakah diantara kita yang hadir ini


terdapat orang yang takut mati?"

Habis berkata, ketua Siau-lim-si itu sapukan pandang


matanya ke arah hadirin. Ti Gong taysu memang terkenal
berwatak keras. Sekalipun sejak kecil sudah masuk gereja dan
sudah berumur 60 tahun lebih, serta menduduki jabatan yang
tertinggi dalam gereja Siau-lim-si, namun perangai masih
belum banyak berubah. Sedikit2 dia lekas naik darah.

Oleh karena sudah mengetahui watak paderi Siau-lim-si itu,


maka Toh Hun-ki pun tak mau melayani. Ia ganda tertawa
saja dan tak menghiraukan Ti Gong....

Karena sekalian hadirin tiada yang buka suara maka Ti


Hang totiang segera bertepuk tangan tiga kali dan berseru
nyaring, “Kalau begitu kita putuskan malam ini juga kita
menuju ke Lembah Semi. Tengah malam kita serbu lembah
itu....” — wajahnya berobah gelap dan berkata lagi ia dengan
suara yang serius, “Hidup matinya dunia persilatan, ditentukan
dalam pertempuran di lembah nanti Sekonyong-koyong Lam
Leng tojin melengking dan loncat ke udara lalu melayang
turun di hadapan It Hang totiang.

"Tunggu sebentar," katanya sambil memberi hormat,


"hendaknya janganlah totiang melupakan suatu hal yang amat
penting sekali....”

Sambil menunjuk ke arah Siau-liong orang tua dari Thian-


san itu berkata pula, “Asal-usul dirinya masih belum diketahui
jelas. Lawankah atau kawan? Andaikata dia itu mata2 yang
dikirim kemari oleh kedua suami isteri durjana itu, bukankah
kita bakal hancur dalam penyerbuan ke Lembah Semi malam
nanti?"

169
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum It Hang memberi suatu pernyataan, Ti Gong taysu


sudah melangkah kemuka Siau-liong dan membentak dengan
suara menggeledek, “Siau-sicu, menilik umurnya yang masih
begitu muda, masakan engkau ini menjadi ketua dari partai
Kay-pang?"

Saat itu sebenarnya Siau-liong masih terbenam dalam


renungan. Ia mendapat kesan bahwa sikap Toh Hun-ki dalam
pidatonya membela Pendekar Laknat, menunjukkan
peribadinya yang ksatrya sebagai seorang ketua partai
persilatan. Siau-liong bimbang. Toh Hun-ki itu adalah
pembunuh ayahnya yang harus dibalas. Namun kalau
membunuhnya, Siau-liong merasa telah bertindak tak layak
terhadap seorang tokoh yang berjiwa luhur.

Tengah ia mengalami pertentangan batin, tiba-tiba Ti Gong


melangkah dihadapannya dan membentak dengan kata2 yang
kasar. Siau-liong marah. Tetapi sebelum ia menjawab, To Kiu-
kong yang berada di sisinya sudah mendahului berbangkit.
Sambil memberi hormat, berkatalah tokoh Kay-pang itu,
“Mengapa taysu mengajukan pertanyaan semacam itu? Sejak
pimpinan Kaypang masih dipegang oleh Pengemis Tengkorak
Song Thay-kun cousu hingga sampai sekarang, partai Kay-
pang telah mendapat sambutan dan penghargaan dari semua
partai persilatan besar. Masakan aku keliru mengenal cousu
kami sendiri?"

Dengan ucapan itu, secara halus To Kiu-kong telah


memberi dampratan kepada Ti Gong. Saat itu si Pincang-
kanan dan si Pincang kiripun berdiri dikedua samping To Kiu-
kong, memandang Ti Gong dengan marah.

Ti Gong mendengus. Karena malu ia menjadi marah. Tetapi


pada saat hendak bertindak, It Hang totiang dan Lam Leng
lojin cepat menghampiri.

170
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lam Leng lojin tertawa mengekeh, melerai ditengah To Kiu-


kong dan Ti Gong taysu, ujarnya kepada To Kiu-kong,
“Pertemuan dipuncak ini bersifat rahasia dan bertujuan untuk
menyelamatkan dunia persilatan dari keganasan kelima
durjana itu. Jika pertemuan ini sampai bocor, akibatnya tentu
suatu bencana bagi dunia persilatan. Adalah demi menjaga
keselamatan dan pengamanan pertemuan ini maka beberapa
saudara telah mengajukan pertanyaan kepada ketua saudara.
Dalam hal itu hendaknya saudara jangan salah faham."

Mendengar itu, Siau-liong serentak berbangkit. Serunya


dengan tertawa tawar, “Oleh karena baru saja muncul di dunia
persilatan, sudah tentu saudara belum kenal padaku. Entah
dengan cara bagaimanakah agar saudara dapat mempercayai
diriku itu?"

Lam Leng tojin berpaling ke arah It Hang totiang, ujarnya,


“Adakah maksud totiang....”

Ternyata orang tua dari gunung Thian-san itu sendiri pun


merasa sukar untuk memecahkan persoalan saat itu. Jika To
Kiu-kong menerangkan bahwa pemuda itu adalah cousu dari
Kay-pang, sudah tentu harus dipercaya. Kecurigaan bahwa
pemuda itu menjadi mata2 yang dikirim suami isteri Iblis
Penakluk dunia dan Dewi Neraka, memang sukar diselidiki.
Oleh karena tak dapat memecahkan persoalan, Lam Leng lojin
tumpahkan beban itu kepada It Hang totiang sebagai
pimpinan pertemuan.

Menyadari kedudukannya sebagai seorang penanggung


jawab, It Hang pun segera maju selangkah dan menatap Siu-
liong dengan tajam.

"Pertama kuminta sicu suka menuturkan tentang


pergalaman sicu dikala menerima warisan ilmu dari mendiang
Song Thian-kun," katanya.

171
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tak senang hati. Permintaan itu merupakan suatu


penyelidikan terhadap dirinya. Namun demi mengingat akan
sekalian hadirin, terpaksa ia tekan amarahnya dan
menuturkan semua peristiwa yang dialaminya ketika berjumpa
dengan tengkorak Song Thay-kun dalam pusar bumi.

Setelah mendentarkan sampai selesai, It Hang merenung


sejenak lalu berpaling ke arah To Kiu-kong, “Sebagai seorang
ketua, saudara telah memerintahkan anak murid untuk
mengangkat Kong-sun Liong sicu sebagai cousu Kay-pang.
Adakah hal saudara dasarkan atas lencana Tengkorak yang
terkalung didada pemuda itu?"

Sahut To Kiu-kong, “Sudah tentu bukan hanya berdasar


lencana itu saja. Aku telah menguji kepandaian dan dapatkan
bahwa cousu kami ini memang telah memiliki ilmu pukulan
Thay-siang-ciang dari mendiang Song cousu kami."

Pertama, It Hang totiang memandang kesekeliling hadirin,


lalu ia gelengkan kepala. “Keterangan saudara tentang
penemuan ilmu sakti Thay-siang-ciang itu, masih harus diuji
kebenarannya." katanya kepada Siu-liong, "pada hematku,
Laut Penasaran dipusar bumi gunung Hongsan itu merupakan
tempat yang amat panas dan amat dingin. Sebelum engkau
keiuar dari tempat itu dan sebelum mendapat petunjuk dari
Pengemis Tengkorak, bukankah kepandaian saudara belum
berapa tinggi. Dengan kepandaian yang saudara miliki saat
itu, sukar rasanya saudara mampu keiuar lagi dari Laut
Penasaran. Dan lagi, mengapa saudara dapat menemukan
tempat musnahnya Pengemis Tengkorak?"

Adalah karena terpancang oleh pesan mendiang Pendekar


Laknat, terpaksa Siau-liong tak dapat memberi keterangan.
Diam-diam ia memuji ketajaman It Hang totiang untuk cara
penyelidikan yang dilakukan itu.

172
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tergagap tak dapat menyahut sampai beberapa saat.

It Hang totiang tertawa dingin lalu memandang lagi kepada


To Kiu-kong, serunya, “Menilik gelagat, asal usul ketua
saudara ini, tentu berbelit-belit!"

To Kiu-kong kerutkan sepasang alis, ujarnya, "Sebelum


menghilang, mendiang Song cousu kami telah berulang kali
memberi petunjuk bahwa ciri pengenal dirinya adalah lencana
Tengkorak dan ilmu pukulan sakti Thay-siang-ciang. Barang
siapa memiliki kedua hal itu, dialah ahli warisnya. Oleh karena
itu aku pun mentaati pesan mendiang Song cousu dan tak
menanyakan lebih lanjut tentang diri cousu kami yang
sekarang ini." "

Lam Leng lojin tertawa mengekeh dan menyelutuk,


“Andaikata Pengemis Tengkorak tidak meninggal dalam Laut
Penasaran tetapi menderita penyakit dilain tempat dan
berjumpa dengan anak itu. Lalu anak itu memaksanya supaya
memberi ajaran ilmu Thay-siang-ciang kemudian merampas
lencana itu, adakah saudara juga tetap hendak
menobatkannya menjadi ketua Kay-pang?"

"Hal itu tak mungkin terjadi!" To Kiu-kong mendengus.

It Hang totiang tertawa, “Taruhlah apa yang dituturkan


Kongsun sicu itu benar semua. Tetapi karena Pengemis
Tengkorak sudah meninggal maka sukar untuk meminta
keterangan kepadanya. Ya, kalau pemuda itu seorang pemuda
jujur, itu sih tak mengapa. Tetapi kalau dia salah seorang
anak buah kedua suami isteri durjana, adakah saudara juga
tetap mengangkatnya sebagai ketua?"

Bermula To Kiu-kong memang marah. Tetapi demi


mendengar pertanyaan It Hang totiang, tiba-tiba wajahnya

173
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menampilkan rasa curiga. Ia mengakui, sebelumnya ia tak


pernah dapat memikirkan sepanjang yang ditanyakan It Hang
totiang itu.

Dan Siau-liong yang merasa dirinya dipaksa sebagai anak


buah suami isteri durjana, amat marah sekali.

Dengan lantang berserulah ia kepada It Hang, “Dengan


sepenuh hati aku datang kemari untuk ikut serta saudara
menghadapi para durjana. Tetapi mengapa saudara
mencurigai dan menuduh aku sebagai mata2 musuh?"

Sahut It Hang totiang dengan nyaring, “Terus terang saja,


tokoh persilatan yang masuk ke dalam Laut Penasaran dan
dapat keluar lagi dengan selamat, belum pernah terdapat.
Kecuali dia itu memiliki kepandaian yang dipunyai oleh kelima
durjana itu menjadi satu. Maka....”

Ia berhenti sejenak memandang sekalian hadirin, “Maaf,


memang aku sendiri pun curiga terhadap dirimu, jangan2
mempunyai hubungan dengan suami isteri durjana itu. Kecuali
engkau dapat menuturkan dengan sejujurnya pengalaman
selama masuk ke dalam Laut Penasaran!"

Siau-liong tak mengira ia akan didesak sedemikian rupa


oleh It Hang totiang. Betapapun juga, ia sudah bersumpah
untuk mematuhi pesan Koay suhu (Pendekar Laknat) untuk
tak menceritakan diri tokoh aneh itu kepada siapapun juga.

"Karena saudara mencurigai diriku," serunya dengan


tertawa dingin, “akupun tak dapat berbuat apa2. Nah aku
akan mohon diri!" — habis berkata ia terus melangkah pergi.

“Hai, hendak kemana engkau." Ti Gong tay-su menggerung


keras seraya loncat menghadang.

174
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam pada itu It Hang segera memberi penjelasan kepada


To Kiu-kong. Ia duga Siau-liong itu tentu anak buah suami
isteri durjana, Maka terpaksa tak diperbolehkan pergi dari situ.

To Kiu-kong tergoyah pikirannya. Mengapa cousu mereka


(Siau-liong) tak mau menceritakan pengalamannya? Sekilas ia
dapat menerima alasan yang dikemukakan It Hang totiang.
Dan diam sajalah ia, bahkan menundukan kepala tak mau
mencegah Ti Gong taysu.

Sesungguhnya sekalian tokoh2 yang hadir di situ sudah


mengepung Siau-liong. Demi It Hang telah membuka kedok
pemuda itu dan pemuda itu terus hendak pergi, segera
mereka mencabut senjata dan siap menyerang.

Karena murkanya wajah Siau-liong sampai pucat. Kemudian


sambil tertawa dingin, ia berseru, “Bagiku mati hidup, kalah
menang bukanlah soal, hanya saja....”— ia berganti nada
rawan dan lanjutkan kata2nya, “Hanya sayang, dengan saling
bunuh membunuh ini, apakah tidak patut disayangkan?"

Dengan murka sekali Ti Gong taysu membentak bengis,


“Anak siluman, serahkan jiwamu, jangan banyak tingkah."

Wuut.... sebuah pukulan segera dilayangkan kepada Siau-


liong. Yang diarah bagian dadanya.

Ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak,


pada masa itu telah menggetarkan seluruh dunia persilatan.
Lepas dari asal usul Siau-liong, tetapi tentulah pemuda itu
faham akan pukulan Thay-siang-ciang yang hebat sehingga
tokoh seperti To Kiu-kong sampai dapat percaya penuh dan
mengangkatnya sebagai ketua Kay-pang. Dan Ti Gong pun
menyadari hal itu, Ia tak berani memandang rendah. Sekali
turun tangan, ia gunakan jurus Raja Pa-ong-mendorong-
gunung. Salah sebuah jurus dari ilmu simpanan Kim-kong-

175
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ciang gereja Siau-lim-si. Dilayangkan oleh seorang tokoh


semacam Ti Gong taysu, pukulan itu kuasa membelah batu
gunung dahsyatnya.

Melihat betapa kasar paderi itu, marahlah Siau-liong.


Diapun segera gunakan jurus Toa-lo-kim-kong untuk
menyongsong.

Sesungguhnya ilmu pukulan Thay-siang-ciang warisan


mendiang Song Thay-kun itu juga bersumber pada ilmu
kesaktian aliran gereja. Serupa dengan Tat-mo-kim-kong-
ciang yang dilancarkan Ti Gong taysu, pukulan Thay-siang-
ciang yang dimainkan Siau-liong itu juga termasuk ilmu tenaga
dalam yang keras.

Darr.... terdengar ledakan keras, disusul dengan debu dan


angin yang bertebaran menderu2 keempat penjuru.

Ti Gong taysu tergetar. Ia rasakan pukulan anak muda itu


hebat sekali. Suatu pukulan yang mengandung tenaga dalam
Lunak-keras. Apabila ilmu tenaga dalam yang bersifat keras itu
diyakinkan sampai pada tataran yang tinggi, maka berobahlah
perbawanya menjadi Semu-lunak, atau yang disebut dengan
istilah Kong-kek-seng-ji (apabila Keras mencapai klimaks
tertinggi, timbullah lunak)

Mau tak mau ketua Siau-lim si itu terkejut sekali....

Tetapi sebelum ia sempat berbuat sesuatu, seketika ia


rasakan darahnya bergolak keras dan tergempurlah kuda2
kakinya. Ia terhuyung-huyung lima langkah ke belakang baru
dapat berdiri dengan tegak lagi.

Ketika memandang kemuka, dilihat pemuda lawannya itu


masih tegak berdiri ditempatnya dengan gagahnya.

176
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Maafkan, lo-siansu," seru Siau-liong sambil memberi


hormat.

Malu Ti Gong taysu bukan kepalang. Dan rasa malu itu


menimbulkan kemarahan yang hebat. Semula ia anggap,
sekali pukul pemuda itu tentu akan terkapar rubuh. Tetapi
diluar dugaan dia sendiri yang haius menderita terkena
tangkisan pemuda itu....

Ti Gong taysu adalah ketua Siau-H\limm-si yang amat


tinggi kedudukannya dan harum namanya dalam dunia
persilatan Tetapi saat itu disaksikan oleh ber-puluh2 tokoh
persilatan terkenal, ia harus menderita kekalahan dari seorang
pemuda yang tak terkenal.

Dengan menggerung laksana harimau kelaparan, ketua


Siau-lim-si itu hendak menyerang lagi. Tetapi It Hang totiang
cepat mencegahnya, “Taysu, ijinkanlah aku yang akan
meminta pelajaran dari Kong-sun sicu itu!"

Sebagai ketua Bu-tong-pay yang berilmu tinggi tahulah It


Hang akan kesaktian yang dimiliki pemuda itu. Sebagai
seorang pimpinan pertemuan, ia harus mengambil alih
tanggung jawab untuk menyelesaikan diri pemuda itu.

Cepat ketua Bu-tong-pay itu mencabut kebut dan dengan


melangkah pelahan-lahan ia menghampiri kemuka Siau-liong.

“Ti Gong taysu sudah menerima pelajaran ilmu pukulan


saudara," katanya sambil mengurut jenggot, “sekarang aku
yang tua dan tak berguna ini, ingin juga mendapat pelajaran
saudara dalam ilmu senjata....”

Bu-tong-pay terkenal sebagai partai persilatan yang


mengutamakan ilmu permainan pedang. Rupanya ketua Bu-
tong-pay itu tak mau adu pukulan tetapi hendak menantang

177
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertempuran senjata. Ia yakin akan kehebatan ilmu pedang


partainya.

“Silahkan saudara mencabut senjata dan segeralah


menyerang dulu." seru It Hang.

Diluar dugaan Siau-liong hanya mendengus, “Silahkan


totiang menggunakan kebut, aku yang rendah tetap hendak
melayani dengan tangan kosong saja....” -sejenak
memandang ke arah hadirin, ia melanjutkan pula, “Sejak aku
turun kedunia persilatan, sekalipun aku memiliki pedang
pusaka, tetapi belum pernah selama ini kugunakan. Dan pada
saat ini, aku pun tetap takkan melanggar pantangan itu!"

Suatu ucapan yang angkuh dan besar sekali!

Sekalian tokoh2 yang hadir disitu terbeliak, kaget. Mereka,


sejumlah tak kurang dari 20 tokoh2 ternama, merasa
dianggap sepi oleh pemuda tak terkenal itu.

It Hang marah sekali. Tetapi ia tetap tenang dan tersenyum


simpul, ujarnya, “Baiklah, karena sicu menghendaki sendiri,
harap hati2!"

Ia menutup kata2nya dengan gerakan kebut pertapaan


dalam jurus Memukul-lonceng-emas. Kebut dimainkan
setengah lingkaran di udara lalu tiba-tiba berganti dengan
gerak Angin-meniup-siluman-lari, untuk menghantam kepala
Siau-long.

Jurus yang dimainkan ketua Bu-tong-pay itu amatlah


anehnya dan digerakkan dengan kecepatan yang luar biasa
sehingga membuat Siau-liong terbeliak kaget.

Kebut pertapaan itu dibuat daripada bahan anyaman


ratusan lembar kawat baja. Sepintas pandang menyerupai

178
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kebut ekor kuda. tetapi ketika dimainkan oleh It Hang, kebut


itu berobah. menjadi sebuah senjata yang melempang lurus.
Dan karena It Hang telah pancarkan sembilan bagian tenaga
dalamnya, maka beratus-ratus lembar kawat baja itu tegak
lurus dengan tajamnya.

Melihat sekali turun tangan, ketua Bu-tong-pay itu sudah


gunakan jurus yang ganas, terpaksa Siau-liong pun harus
melayani.

Jurus Raja-langit-mendorong-pagoda, salah sebuah jurus


dari ilmu pukulan sakti Thay-siang-bu-kek, segera dilancarkan.
Kedua tangannya didorong kemuka. Tangan kanan memukul,
tangan kiri ditebarkan untuk mencengkeram kebut lawan.

Setitik pun tak terlinlas dalam benak It Hang totiang bahwa


pemuda itu memiliki ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang
sedemikian tingginya. Dibanding dengan tataran yang dicapai
oleh Pengemis Tengkorak Song Thay-kun, pemuda itu
ternyata lebih unggul.

Seketika ketua Bu-tong-pay itu rasakan lengan kanannya


tergetar dan kebut yang dicekalnya itu terlanda oleh suatu
tenaga membal yang luar biasa dahsyatnya. Hampir saja
kebut itu terlepas dari cekalannya.

Belum hilang kejutnya, It Hang rasakan tangan kanan


pemuda yang diluruskan kemuka dada itu, mengandung
hamburan tenaga sakti yang amat maut.

It Hang totiang terkejut sekali dan buru-buru menyurut


mundur dua langkah....

---ooo0dw0ooo---

179
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid 04

Harimau Iblis

Dalam dua jurus saja, Siau-liong sudah berhasil


mengalahkan dua orang tokoh sakti. Ti Gong taysu dan It
Hang totiang sehingga sekalian tokoh2 yang hadir terkejut
bukan kepalang!

Diam-diam It Hang totiang menimang. Saat itu jika tak


beramai-ramai turun tangan, dikuatirkan tak ada yang mampu
mengalahkan pemuda itu.

Ah, diam-diam ia menghela napas. Demi menyelamatkan


dunia persilatan, terpaksa harus meninggalkan tata-susila
dunia persilatan.

Pada saat ketua Bu-tong-pay itu hendak memberi


komando, sekonyong-konyong dari arah hutan terdengar
suara orang tertawa nyaring. Nadanya menusuk ketelinga
sekalian orang.

Sekalian tokoh terperanjat!

It Hang terbeliak. Cepat ia memandang kesekeliling


penjuru. Tetapi empat keliling hutan itu hanya pohon2 yang
lebat belaka. tiada tampak bayangan seseorangpun juga....

Ketua Bu-tong-pay itu benar-benar terpesona. Pada hal


penjagaan di tempat pertemuan itu sudah diatur sedemikian
ketat sekali. Setiap tiga langkah sebuah pos kecil dan setiap
lima langkah sebuah pos.

180
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sedemikian ketat dan rapat penjagaan itu diatur sehingga


jangankan orang sedang lalat atau nyamuk pun tak mungkin
lolos dari pengamatan!

Tetapi yang jelas, orang misterius itu dapat menembus


masuk dibawah hidung penjagaan yang sedemikan ketat itu.
Suatu hal yang benar-benar membuat ketua Bu-tong-pay itu
terlongong-longong kehilangan faham....

Setelah berhenti tertawa, orang misterius itu berseru


nyaring, “Hidung kerbau It Hang, keledai gundul Ti Gong, Tan
Ih-hong, Sin Bu-seng, si Tua Lam Leng.... ha, ha! Hari ini
kalian mengadakan pertemuan besar....!"

Dari puncak sebatang pohon tinggi yang tumbuh disebelah


kiri, melayang turun sesosok tubuh manusia. Gerakannya
mirip dengan seekor bururg garuda yang menukik dari udara.
Tetapi setiba di bumi, gerakannya amat ringan laksana kapas
jatuh di tanah....

Seorang tua yang tinggi besar dan mengenakan pakaian


hitam putih yang menyolok, tegak berdiri memandang sekalian
hadirin dengan mata berkilat kilat tajam.

Umurnya lebih dari 70 tahun, kepalanya gundul, wajahnya


ke-merah2an segar sehingga tampaknya baru berumur lebih
kurang 50-an tahun.

Kembali orang tua itu tertawa nyaring, “Ho, perlu apa


kalian berada disini....?" Dan tanpa menunggu penyahutan, ia
berpaling memandang Siau-liong, “Apakah untuk menghina
anak kecil itu?"

Sekalian orang tak dapat menjawab. Suasana hening lelap.


Kekalahan Ti Gong taysu dan It Hang totiang amat

181
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menggoncangken perasaan mereka sehingga tak tahu apa


yang harus mereka lakukan.

Pada saat itu kebetulan Lam Leng lojin berdiri paling dekat
dengan orang misterius itu. Orang tua dari Thian-san itu
paksakan diri tertawa. "Kalau tak salah, saudara tentulah....”

Belum Lam Leng lojin menyelesaikan kata2nya, orang aneh


itu sudah membentaknya, “Apa? Dua puluh tahun tak bertemu
engkau sudah tak kenal lagi padaku?"

"Ah, saudara masih bersemangat seperti dulu. Mataku


belum rabun, sudah tentu takkan lupa. Hanya saja....”- Lam
Leng lojin tertawa tawar lalu berkata pula, “Dalam saat dan
suasana seperti sekarang ini, kemunculan saudara di dunia
persilatan, apakah tak....”

"Engkau tak berhak bertanya!" orang itu cepat


membentaknya seraya terus menghampiri Siau-liong.

Sekalian hadirin kebanyakan tokoh2 silat tua dan ternama.


Pada masa 20 tahun yang lalu, ketika kelima durjana muncul
mengacau dunia persilatan, merekapun ikut serta. Sudah
tentu mereka tahu siapa pendatang yang aneh itu.

Kiranya orang aneh itu adalah salah seorang tokoh dari


Lima Durjana, yakni Harimau maut pencabut nyawa!

Lam Leng lojin dan Ti Gong taysu cepat maju menghadang


dan membentak, “Berhenti!"

Harimau-maut berhenti, tertawa nyaring lalu tiba-tiba


hantamkan kedua tangannya kedada penghadangnya.

Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin memperhitung, si


Harimau-maut tentu tak berani mengganas karena

182
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghadapi sekian banyak tokoh2 persilatan. Tetapi ternyata


dugaan itu meleset. Ternyata Harimau maut masih seganas
pada 20 tahun berselang. Tanpa berkata suatu apa, dia sudah
melancarkan serangan yang dahsyat.

Ti Gong dan Lam Leng terkejut sekali.

Kedua tokoh itu cepat menangkis. Ti Gong menggunakan


Air-terjun-membelah-gunung, salah sebuah jurus dari ilmu
pukulan Tat-mo-kim-kong-ciang. Sedang Lam Leng
mengeluarkan Membalik awan menjungkir hujan. Keduanya
menyongsong dari samping dengan sepenuh tenaga.

Ketika terjadi benturan, terdengarlah suara letupan yang


dahsyat. Tubuh Harimau-maut agak menggigil. Tertawa
nyaring, ia tetap tak mengacuhkan apa2 dan terus
menghampiri kemuka Siau-liong.

Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin tersurut mundur sampai


tiga langkah baru dapat berdiri tegak. Wajah kedua tokah itu
pucat lesi, tubuh berguncang-guncang mau rubuh.

Ti Gong taysu terengah-engah, tiba-tiba ia mutah darah.


Jelas ia telah menderita luka dalam yang parah.

Empat orang paderi Siau-lim-si pengikutnya, cepat2 lari


memapah Ti Gong keluar gelanggang.

Sekalipun saat itu tak tampak tanda suatu apa, tetapi ditilik
dari tubuhnya yang berguncangan itu. jelas Lam Leng lojin
juga menderita luka dalam yang berat. Ia berjalan hendak
menuju ketepi gelanggang. Tetapi baru empat langkah, ia
jatuh terduduk ditengah gelanggang.

It Hang totiang kerutkan dahi. Ia tampak gugup


menyaksikan peristiwa itu. Buru-buru ia memberi perintah

183
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

agar semua anak murid Kay-pang dan Go-bi-pay yang


menjaga di puncak gunung itu serta anak buah lain-lain partai,
segera siapkan senjata dan mengepung rapat hutan itu.
Harimau-maut dan Siau-liong harus dibunuh dibawah hujan
anak panah dan senjata rahasia.

Disamping itu, It Hang mengajak seluruh hadirin untuk


beramai-ramai menyerang musuh. ia tak mau memegang tata-
susila dunia persilatan lagi. Yang penting momok Harimau-
maut harus dilenyapkan!

Setelah menyaksikan bagaimana dalam sebuah pukulan


saja, Harimau-maut dapat melukai Ti Gong dan Lam Leng,
sekalian hadirin tergetar nyalinya. Mereka tak berani lagi
menghadang momok itu.

Kemudian setelah mendapat isyarat dari It Hang,


merekapun segera mencabut senjata masing-masing siap
sedia menghadapi si momok.

Tetapi Harimau-maut tak mengacuhkan sikap orang2 itu.


Seolah-olah tak terjadi suatu apa dengan langkah lebar ia
menuju kehadapan Siau-liong, menatap lekat2 pemuda itu lalu
bertanya dengan tertawa, “Buyung, mengapa mereka
menghina engkau?"

Siau-liong hanya mendengus tak mau menyahut. Dalam


hati pemuda itu, terbit pertentangan sendiri. Ia tak mau
bentrok dengan tokoh2 partai persilatan. Tetapi karena
didesak sedemikian rupa, terpaksa ia harus mengadu pukulan
dengan Ti Gong dan It Hang.

Ia menyadari bahwa bentrokan dengan ketua Siau-lim-si


dan Bu-tong-pay itu berarti akan memperdalam salah faham
sekalian tokoh terhadap dirinya. Itulah sebabnya ia
termenung-menung diam.

184
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemunculan mendadak dari Harimau-maut itu telah


mengalihkan perhatian sekalian orang. Turut pengetahuan
Siau-liong, Naga-keparat dari gunung Kengsan dan Harimau-
iblis itu dahulu ketika muncul, telah menimbulkan banyak
peristiwa2 berdarah di dunia persilatan. Tetapi menurut
penilaian yang adil, sepak terjang kedua momok itu tidak
termasuk golongan Hitam juga bukan golongan Putih.
Melainkan ditengah-tengah. Mereka bertindak menurut
sekehendak hati sendiri. Dalam hal itu, memang tindakan
mereka lebih banyak bersifat jahat. Dan lagi mereka pernah
berserikat dengan Iblis Penakluk dunia serta Dewi Neraka
untuk menghancurkan dunia persilatan. Dengan begitu, kaum
persilatan mempunyai kesan tak baik dan membenci kedua
momok itu.

Siau-liong masih melanjutkan renungannya. Memang tak


sukar baginya untuk tinggalkan tempat situ. Tetapi ia kuatir,
tindakan begitu akan lebih memperdalam tuduhan orang
bahwa ia adalah kaki tangan Iblis Penakluk dunia dan Dewi
Neraka.

Tetapi jika ia tetap berada disitu, tentulah akan bentrok


dengan Harimau iblis (Harimau-maut) Celakanya, ia
terpancang tak dapat mengeluarkan ilmu sakti Bu-kek-sin-
kang dan hanya dapat menggunakan ilmu pukulan Thay-
siang-ciang. Entah apakah dengan ilmu pukulan itu ia dapat
mengalahkan Harimau iblis atau tidak.

Ia tak yakin

“Hai!" tiba-tiba pikirannya mengilas, "mengapa aku tak


pergi dulu dari sini, lalu muncul lagi sebagai Pendekar Laknat?
Bukankah dengan langkah itu ia akan terhindar bertempur
dengan Harimau-iblis dan sekaligus dapat membuktikan nama

185
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baik Pendekar Laknat itu memang nyata. Ah, bukankah ia


dapat 'sekali dayung dua tepian'?"

Segera ia bendak laksanakan rencananya itu. Tetapi pada


saat ia hendak gunakan gerak Naga-berputar-18 kali,
Harimau-iblis yang habis melukai dua orang, sudah
menghampiri ketempatnya.

Sekalipun Siau-liong marah melihat sikap dan ucapan


Harimau-iblis yang sombong tetapi ia masih dapat berpikir
dengan kepala dingin. Ia tak tahu bahwa ia dapat
mengalahkan momok itu dengan ilmu pukulan Thay-siang-
ciang saja. Maka terpaksa ia tekan kemarahannya dan tak
mengacuhkan pertanyan momok itu.

Tetapi bukannya marah kebalikannya Harimau-iblis malah


tertawa gelak2, “Buyung, jangan takut. Kalau ada kesulitan,
bilang saja. Nanti aku yang menyelesaikan. Jangan takut
mereka berjumlah banyak....” - tiba-tiba ia berputar tubuh
memandang sekalian orang, kemudian berkata lagi:....
”Mereka itu tak berarti apa2 bagiku. Aku paling benci kalau
yang Kuat menindas yang Lemah, mengandalkan jumlah
banyak mau menindas orang!"

Siau-liong tertawa dingin, serunya sinis, “Bagaimana


engkau itu, aku takut kepada mereka?"

Harimau Iblis tertegun dan menyurut selangkah. Ditatapnya


pemuda itu dengan tajam. Tiba-tiba ia tertawa keras. Nadanya
seperti harimau meraung-raung. Lama baru ia hentikan
tertawanya yang aneh itu.

"Bagus! Punya perbawa gaib dan nyali besar Sesuai sekali


dengan watakku. Kita harus menjadi sahabat baik....” serunya.
Kemudian ia memandang lagi kesekeliling, lalu berkata lagi,
“Kemunculanku di dunia persilatan sekarang ini rasanya

186
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

takkan sia2 karena dapat mengikat persahabatan dengan


engkau. Hayo, kita pergi kekota Siokciu minum arak!"

Terus saja Harimau Iblis menarik bahu Siau-liong hendak


diajak pergi.

“Aku tak mau bermusuhan dengan saudara, jangan


mengujuk kekasaran!" teriak Siau-liong seraya mengeliat
untuk menghindar.

Sudah tentu Harimau Iblis tak mau melepas anak itu.


Dengan menguak aneh, ia berputar membayangi Siau-liong
dan secepat kilat menyambar pergelangan tangan pemuda itu.
bentaknya, “Budak, mengapa engkau tak tahu diri!"

Siau-liong mendengus tetapi ia tak mau menghindar lagi


dan membiarkan tangannya dicekal orang.

Cerdik juga anak itu. Karena tak leluasa menggunakan Bu-


kek-sin-kang dalam pukulan, ia gunakan siasat lain. Maka
dibiarkan saja tangannya dicekal tetapi diam-diam ia salurkan
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang.

Dalam mata Harimau Iblis, Siau-liong itu dianggap sebagai


pemuda yang belum hilang bau pupuknya. Ia yakin, sekali
sambar tentu dapat mencekalnya. Maka ia tak bersiap apa-
apa.

Tetapi alangkah kejutnya ketika jari menyentuh tangan


Siau-liong, seketika ia rasakan di jarinya dipancar oleh
serangkum hawa panas. Sakitnya seperti terkena hantaman.
Terpaksa ia mundur beberapa langkah.

It Hang totiang bermula cemas sekali kalau pemuda itu


mau bersekutu dengan Harimau Iblis. Tetapi ketika melihat
Siau-liong tak mengacuhkan tawaran Harimau Iblis dan tiba-

187
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiba momok itu tersentak mundur beberapa langkah,


terkejutlah sekalian orang.

Kini seluruh mata hadirin tertumpah pada Siau-liong dan


Harimau Iblis. Dengan ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang
sakti, tentulah Siau-liong dapat mengimbangi Harimau Iblis.
Dan apabila kedua orang itu bertempur seru, siapapun yang
kalah dan menang, bagi sekalian tokoh yang hadir disitu,
merupakan suatu keuntungan. Syukur kedua-duanya sama2
terluka parah....

Harimau Iblis terkejut sekali karena lengannya kesemutan.


Cepat ia salurkan tenaga dalam.... Setelah sembuh, ia maju
lagi dan meraung marah, “Ho, aku salah lihat! Apakah nama
ilmumu itu?" Membengiskan matanya, momok itu membentak
keras:”Bilang lekas, siapa gurumu!"

"Apakah engkau berhak bertanya?" sahut Siau-liong


dengan hambar.

Bukan kepalang marah Harimau Iblis. Mukanya membiru


gelap dan gerahamnya bergemerutukan lalu meraung sekuat-
kuatnya, “Aku tak berhak bertanya? Ho, hari ini aku akan
mengadu jiwa dengan engkau."

Habis berseru, terus hendak mencengkeram bahu. Siau-


liong sudah bersiap untuk mengadu kepandaian dengan
momok itu.

Tiba-tiba momok itu hentikan gerakannya lalu tertawa


keras. "Buyung, siapakah namamu!?" serunya.

Siau-liong pun tertawa dingin, sahutnya, “Namaku Kongsun


Liong!"

188
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Momok itu merenung sejenak lalu berkata seorang diri,


“Kongsu Liong, Kong.... sun.... Liong.... sebenarnya nama
yang tak terkenal, tetapi mengapa....” — ia kerutkan alis
seperti lengah berpikir.

Tiba-tiba ia tertawa nyaring, serunya, “Buyung, sekalipun


engkau tak mau mengatakan nama guru pun tetapi akupun
dapat menebak. Ilmu tenaga sakti yang luar biasa itu, cukup
kukenal....” — kembali ia tundukkan kepala merenung.

Diam-diam Siau-liong terkejut. Ia kuatir Harimau Iblis akan


mengenal tenaga sakti Bu-kek-sin-kang Itu. Apabila hal itu
sampai diketahui Harimau Iblis dan didengar oleh sekian
banyak tokoh-tokoh persilatan, tentulah merugikan nana baik
Pendekar Laknat dan juga tak menguntungkan bagi hari
depannya sendiri.

Untuk mencegah hal itu, terpaksa ia maju selangkah dan


berseru, “Iblis tua, terimalah sebuah pukulan. Mungkin engkau
baru dapat memikir dengan berhasil!"

Wut.... jurus Tay-lo-kim-kong segera dilontarkan ke arah


momok itu.

Setelah menderita kesakitan tadi, Harimau Iblis tak berani


memandang rendah pada pemuda itu lagi. Cepat ia gunakan
jurus Menurut-aliran air-mendorong-perahu untuk menangkis.

Jurus itu adalah salah sebuah jurus yang amat ganas dari
ilmu pukulan Hou-pik-sin-ciang atau pukulan sakti Harimau-
maut. Kerasnya bukan alang kepalang.

Dar.... terdengar letupan keras dan bahu kedua orang itu


sama tergetar.

189
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika berobahlah wajah Harimau Iblis. Pukulan yang


dilancarkan Siau-liong itu jauh bedanya dengan tenaga sakti
yang dipancarkan pada pergelangan tangannya tadi. Benar-
benar ia tak habis mengerti.

Setelah saling menarik pulang tangannya, kembali Harimau


Iblis berseru, “Buyung, rupanya paling sedikit engkau
mempunyai dua orang guru sakti. Pukulanmu yang ini lain
sekali dari yang tadi. Aku tak mungkin salah lihat, lekas
bilanglah....”

"Silahkan engkau mengeluarkan seluruh kepandaianmu, tak


perlu bertanya ini itu!" bentak Siau-liong dan menyusul lagi
dengan sebuah pukulan lagi ke arah dada.

Harimau Iblis tertawa nyaring lalu menyongsong dengan


jurus Harimau-hitam-mengorek hati.

Siau-liong tak menduga sama sekali bahwa gerakan tangan


dari momok itu dapat dirobah menjadi genggaman tinju.
Seketika ia rasakan dadanya seperti dilanda oleh sebuah batu
raksasa sehingga jantung serasa pecah dan hampir saja ia
rubuh....

Tujuan Harimau Iblis itu hendak menghancur leburkan


tubuh Siau-liong. Tetapi karena tinjunya tak cukup besar,
terpaksa ia hanya mengaarah dada ana kmuda itu. Ia berhasil
tetapi iapun terkena pukulan Siau-liong. Ia rasakan tulang
belulangnya serasa copot dan mata berbinar-binar gelap.

Dua kali adu pukulan itu, membuat Harimau Iblis benar


memuncak kemarahannya. Meraunglah ia dengan sekuat-
kuatnya, “Sungguh tak kira dalam kemunculanku di dunia
persilatan kali ini, aku akan berjumpa dengan seorang
manusia yang seganas engkau....

190
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia bolang-balingkan tangannya kanan dan berseru pula,


“Dengan pukulanku ini, kita akan menentukan siapa hidup
siapa mati!"

Siau-liong tertawa dingin saja. Tetapi diam-diam ia sudah


menyalurkan tenaga saktinya sampai sepuluh bagian. Selekas
Harimau Iblis memukul, iapun cepat menghantam dengan
pukulan sakti Thay-siang-ciang.

Harimau Iblis sudah memutuskan untuk mengakhiri


pertempuran itu. Maka pukulannya dilancarkan dengan tenaga
penuh, Terdengar ledakan keras disusul dengan pasir dan
debu berhamburan. Dalam libatan asap debu yang lebat,
tampak kedua jago itu sama2 terhuyung-huyung sampai lima
enam langkah lalu rubuh....

Karena tak mau mengeluarkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-


kang, Siau-liong hanya gunakan pukulan sakti Thay-siang-
ciang. Ternyata kekuatannya berimbang dengan pukulan sakti
Harimau-iblis. Isi dada kedua orang itu terasa bergolak hebat,
darah berhamburan sungsang sumbal. Begitu jatuh, keduanya
segera pejamkan mata untuk menenangkan darahnya.

Melihat kesudahan itu girang It Hang totiang bukan


kepalang. Pikirnya, “Mereka ibarat ikan masuk jaring. Kalau
tak menggunakan kesempatan ini untuk melenyapkan mereka,
tak mungkin dapat menyelamatkan dunia persilatan....”

Ketua Bu-tong-pay itu segera menghampiri ketempat


Harimau Iblis. Tetapi sebelum dekat, tiba-tiba Harimau Iblis
dua membuka mata, “Hidung kerbau, walaupun aku harus
mati tetapi tak nanti mati di tanganmu!"

It Hang totiang tertegun. Tetapi pada lain saat ia tertawa,


“Iblis tua, asal kuayunkan tangan jiwamu pasti melayang!"

191
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Belum tentu!" dengus Harimau Iblis.

It Hang terkesiap. Timbullah keraguannya adakah momok


itu benar-benar terluka parah. Sebagai ketua Bu-tong-pay
yang ternama dan saat itu menjadi pimpinan berpuluh-puluh
tokoh persilatan, jika membunuh seorang lawan yang sedang
menderita luka dan tak dapat melawan, sekalipun yang
dibunuhnya itu seorang durjana besar, tetapi perbuatan itu
tetap akan tercelah dan namanya cemar.

Ketua Bu-tong-pay itu berpaling ke arah Siau-liong.


Dilihatnya pemuda itu juga duduk menyalurkan napas. Tetapi
wajahnya merah segar seperti orang sehat saja. To Kiu-kong,
Pengemis Tertawa Tio Tay-tong, sepasang pengemis Pincang
sama menghampiri ketempat Siau-liong. Mereka memandang
Siau-liong dengan cemas.

Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin, setelah melakukan


penyaluran napas, saat itu sudah tak kurang suatu dan berdiri
lagi. Tetapi sikap mereka tampak putus asa dan malu.
Kekalahan yang diderita dari Siau-liong tadi, amat memalukan
kedua tokoh itu.

Sedang sekalian tokoh2, tegak berdiam diri disekeliling


tempat itu. It Hang totiang tampak bingung. Akhirnya ia
memanggil 20-an jago panah untuk mengepung Harimau Iblis
dan Siau-liong.

Rupanya It Hang tak mau mengambil resiko kehilangan


nama baik. Ia akan menunggu lain orang turun tangan untuk
membunuh Harimau Iblis dan Siau-liong.

Sekonyong-konyong dari luar hutan terdengar suara


seruling berbunyi. Seruling itu adalah untuk alat
menyampaikan berita. Setelah Harimau Iblis berhasil
menyusup dari penjagaan yang ketat, It Hang perintahkan

192
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semua penjaga di pos2 menuju ke puncak dan berpencaran


menjaga diempat penjuru hutan. Seruling pertandaan itu
menandakan bahwa ada musuh yang tiba didekat hutan.

Selekas bunyi seruling berhenti, terdengarlah gemerincing


suara senjata beradu. Tentulah musuh itu sedang bertempur
dengan para penjaga hutan situ. Kemudian tak berselang
beberapa waktu, terdengarlah jeritan ngeri. Tentulah
beberapa penjaga telah dirubuhkan orang itu.

Ketika memandang ke arah datangnya pertandaan seruling,


sekalian tokoh2 persilatan melihat seorang wanita bertubuh
semampai dan mukanya berkudung kain hitam, tengah lari
menerobos masuk ke dalam hutan.

Wanita itu mencekal sebatang pedang yacg berkilat-kilat.


Sejenak memandang ke arah sekalian tokoh persilatan disitu,
tiba-tiba wanita ini terus menyerang Toh Hun-ki, ketua Kong-
tong-pay.

Sekalian tokoh terperanjat sekali ketika mengetahui bahwa


wanita itu bukan lain ialah Dewi Ular Ki Ih.

Toh Hun-ki menghindar kesamping, mencabut pedang lalu


menempur wanita itu.

Melihat serangan yang dilancarkan Ki Ih dahsyat dan


berbahaya, terpaksa keempat Su-lo dari Kong-tong-pay pun
sama mencabut pedang dan terus menyerang Siau-liong.

It Hang tetap merasa sungkan terjun kegelanggang


pertempuran. Tetapi ia tetap gelisah karena tahu bahwa
wanita itu mempunyai dendam darah terhadap Kong-tong-
pay. Tentu mereka akan bertempur mati-matian dan
melupakan masalah penyelesaian Harimau Iblis serta Siau
liong.

193
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Benar sekali pun Harimau Iblis dan Siau-liong apabila


terjaga tentu akan dihujani anak panah oleh kawanan jago
tembak, namun sukar diduga terjadinya lain-lain perobahan.

Dalam menyalurkan napas itu, tak pernah Siau-liong


lepaskan perhatiannya kepada orang2 yang mengepungnya
itu. Sesungguhnya ia hanya menderita luka ringan yang tak
membahayakan. Ketika mengetahui yang mengamuk
penjaga2 pos itu ternyata Ki Ih, ia kaget dan girang sekali.

Buru-buru ia menyalurkan pernapasan lagi. Setelah merasa


sembuh, tanpa menghiraukan barisan panah yang masih siap
membidik, tiba-tiba ia melambung ke udara dan melayang ke
arah tempat Ki Ih bertempur dengan Toh Hun-ki.

Tetapi para pengepung itu adalah jago2 pilihan dari setiap


partai. Mereka bermata tajam dan tangkas bergerak. Begitu
melihat Siau -liong loncat ke atas, mereka segera menghujani
anak-panah.

Cres, cres.... karena terburu-buru hendak mendapatkan


ibunya, Siau-liong tak menghiraukan keselamatan dirinya
sendiri. Ia lengah dan lengan kanannya terkena dua batang
anak panah. Dengan geram, dicabutnya anak panah itu lalu ia
balas menghantam dengan pukulan Thay-siang-ciang.

Terdengar beberapa kali jeritan ngeri disusul dengan


rubuhnya 7-8 sosok tubuh dari anak buah barisan pemanah
itu.

It Hang terkejut. Cepat ia loncat mengejar diikuti Kun-lun


Sam-cu, Shin Bu-seng ketua Tiam-jong-pay, Tan I-hong ketua
Ji-tok-kau Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin.

194
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bagus! Kali ini bakal berlangsung pertunjukan yang


ramai!" tiba-tiba Harimau Iblis tertawa terbahak-bahak.

Sekalian tokoh terkejut. Ada beberapa yang lari


menghampiri momok itu.

Lebih kurang 200 anak murid dari Gobi-pay, Kay-pang dan


partai2 lain yang bertugas menjaga hutan itu segeran
lepaskan anak panah dan serentak keadaan menjadi kacau
balau.

Siau-liong lepaskan beberapa kali pukulan lagi. Setelah


dapat mengundurkan It Hang totiang dan rombongannya, ia
segera dapat mendekati ketempat Ki Ih.

Wanita itu bertempur dengan gagah. Serangannya makin


lama makin dahsyat. Walau pun ia takkan kalah dengan To
Hun-ki dan keempat Su-lo, tetapipun sukar merebut
kemenangan.

Serentak Siau-liong menggembor keras terus loncat


menerjang kepungan To Hun-ki dan tegak disamping ibunya.
Betapalah kejutnya ketika mengetahui bahwa sesungguhnya
ibunya itu sudah menderita luka2. Sekujur tubuhnya
berlumuran bintik-bintik darah.

Hati Siau-liong seperti disayat. Setelah lepaskan tiga buah


pukulan ke arah To Hun-ki, ia segera menyambar Ki Ih
dengan gunakan gerak Naga-berputar-18 lingkaran, ia loncat
menerobos hujan anakn panah dan lari keluar hutan, lalu
menuruni puncak bukit.

Lapat2 ia mendengar suara Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si


yang menegur To Kiu-kong, “0-mitohud Bagaimana asal-usul
ketuamu yang sebenarnya? Mengapa ia mempunyai hubungan
dengan Ki Ih-"

195
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyusul terdengar suara tertawa keras dari si Harimau


Iblis. Dan beberapa saat kemudian terdengar hiruk pikuk
suara orang bertempur. Tentulah Harimau Iblis sudah mulai
bertempur dengan lawanan orang gagah.

Tetapi Siau-liong tak menghiraukan. Yang penting ia harus


menyelamatkan ibunya. Beberapa penjaga yang coba hedak
merintangi larinya, dapat dihantam kocar-kacir. Dan beberapa
loncatan berhasilah ia menerobos keluar dari hutan.

Dia lari sepembawa kakinya. Hatinya penuh dengan rasa


sedih dan gembira. Akhirnya ia bertemu juga dengan ibu
kandungnya. Dengan demikian rindu dendam dari ibu dan
anak yang sudah terpisah belasan tahun itu, akan terpenuhi.

Memang ia marah sekali terhadap kecongkakan It Hang


totiang, Ti Gong taysu dan orang2 yang menuduh dengan
membabi-buta itu. Ia merasa kecewa dan putus asa terhadap
sikap mereka. Rasanya tak sudi lagi ia campur tangan tentang
kemunculan beberapa momok yang hendak menghancurkan
dunia persilatan itu.

Pikirnya, “Setelah menghimpaskan dendam sakit hati, ia


hendak mengajak ibunya mencari tempat yang sunyi dan
hidup dengan tenang. Ia ingin membaktikan hidupnya untuk
membalas budi."

Walaupun lembah Kiu-hui-koh itu amat pelik dan berbelit-


belit jalannya, tetapi berkat petunjuk yang telah diterimanya
dari To Kiu-kong, dapatlah ia keluar.

Sejak dipondong oleh Siau-liong, Ki Ih diam saja. Sepatah


pun tak berkata. Rupanya ia membiarkan dirinya dibawa anak
itu ber-lari2an.

196
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu sudah lewat tengah hari. Siau-liong kendorkan


larinya.

Tiba-tiba dilihatnya tak jauh di atas lereng gunung,


terdapat sebuah pondok dari atap rumbia. Ia mutuskan untuk
beristirahat dulu agar ibunya dapat mengasoh. Maka
segeralah ia menuju ke pondok itu.

Pondok itu ternyata sepi2 saja. Berulang kali mengetuk


pintu, barulah terdengar langkah orang berjalan dengan
pelahan.

Ternyata yang membukakan pintu adalah seorang wanita


berumur 40-an tahun. Mengenakan baju pendek warna hitam.
Sepasang matanya ber-kilat2 tajam.

Siau-liong tertegun. Ia heran mengapa ditempat yang


sesunyi itu terdapat seorang wanita yang mengenakan
dandanan seperti itu? Tetapi ia duga tentulah wanita itu
keluarga pemburu. Bagi kaum pemburu, mengenakan pakaian
serba ringkas, sudahlah umum. Ia segera menyatakan maksud
kedatangannya....

Perempuan baju hitam itu tampak tenang2 saja,


memandang Siau-liong yang memondong seorang wanita
berlumuran darah pakaiannya. Tanpa bertanya apa2 lagi,
perempuan itupun mengangguk dan mempersilahkan Siau-
liong masuk.

Perkakas perabot dalam pondok itu amat sederhana sekali


Kecuali balai2 kayu dan meja kursi, tiada terdapat lain-lain
perkakas lagi.

Setelah membawa tetamunya masuk ke dalam bilik, tanpa


mengucap apa-apa, perempuan itupun melangkah keluar,
menuju ke belakang.

197
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejenak meragu, Siau-liong lalu letakkan ibunya di atas


balai. Hatinya amat sedih, beberapa butir airmata menitik
keluar.

Belum berumur 100 hari ia sudah terpisah dari ibunya.


Kemudian setelah dewasa, ia selalu terkenang akan ibunya itu.
Ia amat rindu akan kasih seorang ibu. Dan saat itu,
harapannya telah terkabul. Sekalipun ia belum pernah melihat
wajah ibunya tetapi ia tahu bahwa ibunya itu wanita yang
bernama Dewi Ular Ki Ih, wanita yang saat itu terbaring
dihadapannya.

Setelah luapan haru kesedihannya reda, mulailah ia


memeriksa luka ibunya. Ternyata beberapa luka yang diderita
ibunya itu hanya luka luar yang tak berarti.

Tiba-tiba ia terkesiap. Ibunya jelas tak terluka berat. Tetapi


mengapa tampak seperti orang yang tak sadarkan diri?

Belum sempat ia memperoleh jawaban, tiba-tiba


perempuan pemilik pondok itu masuk dengan membawa
sepanci air panas. Tersipu-sipu Siau-liong menyambuti.... Ia
membasuh luka ibunya. Pemilik pondok memberinya sebotol
pujer warna kuning, ujarnya, “Puyer ini dapat menghentikan
perdarahan. Dalam beberapa jam saja luka itu tentu sudah
sembuh."

Sambil menyambuti, Siau-liong bertanya, “Adakah cianpwe


ini termasuk keluarga pemburu. Dalam rumah ini....?"

Oleh karena pemilik rumah itu seorang wanita yang sudah


setengah umur, demi menghormatnya, Siau-liong
menggunakan sebutan 'cian pwe' kepadanya.

198
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pemilik pondok itu geleng2 kepala, “Aku hanya sementara


waktu saja menetap disini."

Siau-liong heran tetapi ia sungkan untuk mendesak lebih


lanjut.

Tiba-tiba terdengar sebuah seruan yang bernada penuh


kemesraan, “Mah....”

Sesosok tubuh menerobos masuk dan muncullah seorang


dara berwajah segar. Pakaiannya berwarna hijau, umurnya
diantara 15-16 tahun.

Ia terkejut melihat keadaan dalam bilik. Dipandangnya


Siau-liong dan Ki Ih. yang berbaring di atas balai2 itu, lalu lari
ke dalam ruang belakang.

Perempuan baju hitam itu hanya tertawa tawar lalu


menyuruh Siau-liong lekas melumurkan puyer keluka ibunya.
Habis itu ia keluar menuju ke belakang.

Siau-liong tertegun sejenak lalu melumurkan obat itu


keluka ibunya, juga luka pada lengannya sendiri yang terkena
anak panah itu. Setelah membalut, ia segera menyingkap
sutera hitam yang nenutupi wajah Ki Ih.

Rasa kegirangan yang meluap-luap akan bertemu dengan


ibunya yang sudah berpisah hampir 20-an tahun telah
menyebabkan Siau-liong amat terangsang hatinya. Sambil
membuka kain kerudung, serentak mulutnya pun berseru
dengan gemetar, “Mah.... apakah engkau tak kenal dengan
putera kandungmu sendiri....?"

Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa mengikik, “Hi,


hi, hi, siapa yang engkau panggil mamah itu?"

199
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut seperti mendengar halilintar berbunyi


ditengah hari. Dan ketika memandang kewajah ibunya, ah....
hampir ia pingsan!

Ternyata yang terbungkus dalam kain kerudung hitam itu


sebuah wajah yang cantik berseri dari si dara seberang lautan.
Mawar Putih!

Setelah terlongong-longong beberapa saat, Siau-liong


menjadi kalap. Diterkamnya bahu si dara itu, bentaknya,
“Kiranya engkau! Mengapa engkau menyaru sebagai ibuku?
Engkau....”

Rindu dendam yang terpendam selama belasan tahun, dan


saat itu dikiranya akan terlaksana, ternyata hancur berantakan
bagai awan dihembus angin....

Keadaan Siau-liong saat itu seperti orang gila. Matanya


melotot, wajah merah padam dan tangan dikepal sekeras-
kerasnya. Seolah-olah ia hendak menelan dara itu.

Melihat keadaan Siau-liong sedemikian itu Mawar Putih


agak ketakutan. Ia menyurut mundur seraya berseru, “Apakah
engkau gila? Siapa yang menyaru jadi ibumu?"

Dengan geram Siau-liong menatap dara itu, serunya,


“Dalam dunia persilatan siapakah yang tak tahu bahwa
engkau ini adalah Dewi Ular Ki Ih? Pakaian yang engkau
kenakan dan ilmu Pedang-kilat serta senjata rahasia Hwe-hun-
tui serta tindakanmu memusuhi Toh Hun-ki untuk membalas
sakit hati. Tiada seorangpun yang menyangsikan engkau tentu
Ki Ih....”

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan makin geram,


“Hm, makanya engkau mengenakan kerudung hitam menutup

200
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wajahmu, kiranya.... ah! Engkau.... telah membikin sengsara


hatiku!"

Mawar Putih tertawa dingin, sahutnya, “Dalam hal apa aku


mencelakai dirimu? Apa yang kusenang pakai, kupakai saja.
Mau senang mengenakan kain kerudung, pun siapa yang
melarang?"

Habis berkata dara itu terus loncat turun dari balai2, lalu
berkata pula, “Ilmuku Pedang Kilat dan senjata rahasia Hwe-
hun-tui itu adalah ajaran guruku. Aku hendak membunuh Toh
Hun-ki, pun juga demi membalaskan sakit hati guruku!"

Siau-liong terlongong tak dapat menjawab.

Mawar Putih memandang sejenak kepada pemuda itu lalu


menyeringaikan hidung, mendengus; "Semalam aku tak jadi
membunuhmu di dalam biara dan pagi ini engkau telah
menolong aku dari puncak Ngo-song-nia. Dengan begitu kita
tak punya hutang piutang lagi dan anggaplah seperti kita
belum pernah kenal mengenal."

Habis berkata dara itu terus melangkah keluar.

Saat itu ketegangan Siau-liong sudah mulai sirap. Cepat ia


mengejar dan menghadang si dara, ujarnya, “Nona engkau....”

Mawar Putih deliki mata, “Aku mau pergi! Mengapa engkau


menghadang aku!"

Siau-liong merah mukanya. Terpaksa ia tahan


kemarahannya, “Tadi aku telah berlaku kasar, harap maafkan.
Tetapi aku hendak mohon bertanya kepadamu tentang
beberapa hal yang penting."

201
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejenak dara itu keliarkan biji matanya. Tampaknya ia geli


melihat keadaan Siau-liong yang tak ubah seperti monyet
mencium terasi. Tetapi ia berusaha sekuatnya untuk menahan
rasa geli itu. Maka dengan sengaja, ia pura-pura membentak
dengan garang, “Lekas katakan! Aku tak punya tempo
melayanimu."

Siau-liong menghela napas, ujarnya, “Ibu kandungku itu


bernama Ki Ih. Sejak aku dilahirkan belum seratus hari,
keluargaku telah tertimpah bencana. Ayahku meninggal secara
mengenaskan dan ibu tercerai-berai entah kemana....”

"Uh, riwayatmu benar-benar membuat orang terharu," kata


Mawar Putih sambil menyengir.

Siau-liong melanjutkan lagi, “Setiap nona hendak


membunuh Toh Hun-ki, tentu nona berganti dandanan,
mengenakan kerudung hitam dan memainkan ilmu pedang
kilat serta senjata rahasia Hwe-hun-ti. Dengan begitu semua
orang persilatan menganggap nona itu adalah ibuku yang
muncul kembali ke dalam dunia persilatan lagi....”

Mawar Putih kerutkan dahi tak menyahut.

“Menilik tindakan2 nona itu," kata Siau-liong pula, "aku


berani memastikan bahwa gurumu itu tentulah ibuku sendiri.
Maukah nona memberitahukan nama sebenarnya dari guru
nona itu?"

Mawar Putih hunjamkan kakinya ke tanah, berseru,


“Bukankah telah kukatakan bahwa guruku itu bernama.
Aminah Pattalia. Selama ini belum pernah orang memanggil
guruku dengan nama lain!"

202
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas, tanyanya pula, “Pernahkah


gurumu itu mengatakan kalau mempunyai dendam sakit hati
dengan Kong-tong-pay?"

Mawar Putih gelengkan kepala, “Guruku tak mau


mengatakan dan akupun tak pernah bertanya. Cukup bahwa
memang dendam permusuhan itu, memang ada Kalau tidak
masakan guruku siang malam tak pernah melupakannya."

Siau-liong sudah mulai percaya bahwa guru dari dara itu


tentulah ibunya sendiri Uewi Ular Ki Ih. Maka ia terus
lancarkan pertanyaan untuk mendapatkan bukti2 yarg lebih
jelas.

Setelah termenung sejenak, ia bertanya pula, “Sebelum


pergi ke Tionggoan sini, apakah gurumu tak mengatakan apa2
lagi."

Mawar Putih merenung. Tiba-tiba ia berseru, “Eh,


berapakah umurmu sekarang?"

"Enam belas tahun!"

Tiba-tiba Mawar Putih bertepuk tangan, serunya, “Ah,


mungkin benar Memang guruku pernah suruh aku menyelidiki
tentang seseorang.... Jika memang masih hidup orang itu
berumua 16 tahun....” Ia berhenti sejenak menatap wajah
Siau-liong sampai beberapa kali, lalu berkata, “Wajahmu
memang mirip dengan suhuku. Tetapi orang yang akan kucari
itu seharusnya bernama Tong Siau-liong bukan Kongsun
Liong....”

"Ah....” Siau-liong banting2 kakinya, "sebenarnya namaku


adalah Tong Siau-liong. Sejak dipungut sebagai murid dari
Tabib sakti Kongsun Sin-to, aku mengganti she dengan
Kongsun agar orang jangan mengetahui asal-usulku....”

203
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mawar Putih tertawa dingin, “Ih, benar-benar suatu


pertemuan yang tak ter-sangka2! Jika tak berkelahi tentu tak
bertemu!"

Siau-liong benar tak mengerti mengapa dara itu selalu


bersikap dingin. Sudah kenal sampai sedemikian jauh dan
diam-diam Siau-liong tahu bahwa dara itu jatuh hati
kepadanya, tetapi ia bersikap dingin. Bahkan saat itu setelah
mengetahui bahwa guru dara itu adalah ibunya, suatu hal
yang seharusnya akan menambah erat hubungan mereka
berdua. Tetapi mengapa sikap dara tetap begitu dingin?

Tetapi ia tak sempat lagi mencari tahu sebabnya. Serentak


ia menjurah dihadapan dara itu dan berseru, “Nona....”

"Bilanglah, Mengapa ak-uk ak-uk seperti orang


ketulangan?" seru Mawar Putih.

"Sudilah nona membawa aku menemui ibu. Atau cukup


nona memberitabukan letak pulau kediamannya, aku tentu
dapat mencari kesana!"

Masih dengan nada dingin, Mawar Putih berkata, “Sudah


tentu! Asal engkau benar-benar putera dari guruku, tentu
akan kubawamu kesana. Tetapi....” — tiba-tiba ia berganti
dengan nada dengusan hidung, “Aku tak dapat begitu saja
mempercayai keteranganmu tadi!"

Siau-liong terkejut mundur selangkah, serunya, “Dengan


cara bagaimanakah nona akan dapat mempercayai?"

“Kecuali engkau dapat membawa kemari batang kepala dari


Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-pay itu!"

Siau-liong kerutkan alis, “Tetapi ibu menderita sakit....”

204
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Di dunia ini tiada obat yang dapat menyembuhkan


penyakit guruku kecuali kelima butir kepala orang Kong-tong-
pay itu....!" tukas Mawar Putih. Ditatapnya wajah pemuda itu
beberapa saat kemudian ia menghela napas.

"Sudah tentu karena bertemu dengan putera yang


dirindukan siang malam, guruku tentu amat gembira sekali.
Tetapi, aku sudah terlanjur bersumpah dihadapan guru. Tak
membawa kelima butir kepala orang itu, aku takkan pulang!"

Diam-diam Siau-liong malu dalam hati. Mawar Putih hanya


seorang murid, namun dengan mati-matian tetap berusaha
untuk membalaskan sakit hati gurunya. Adakah dia, sebagai
seorang putera, kalah dengan tindakan dara itu?

Tetapi ia teringat akan pesan mendiang ayahnya supaya


jangan melakukan pembalasan itu. Ah, yang manakah harus ia
turut? Pesan ayahnya atau keinginan ibunya?

Dan lagi Toh Hun-ki itu ternyata seorang tokoh tua yang
penuh keperwiraan dan luhur budinya, bingung ia untuk
menentukan pilihan. Melihat pemuda itu termenung-menung
saja, Mawar Putih menertawakan, “Agaknya engkau tak
mempunyai pikiran untuk membalas sakit hati. Sesungguhnya
akupun tak memerlukan bantuanmu. Lambat atau laun, aku
tentu dapat membunuh orang Kong-tong-pay Itu. Hanya
saja....”

Tiba-tiba ia berputar tubuh dan terus menelungkupi balai2


dan menangis, “Engkaupun jangan harap dapat berjumpa
dengan ibumu! Beliau tentu tak sudi mempunyai seorang
putera seperti engkau. Aku.... aku pun tak dapat membawamu
kesana.”

Siau-liong serba sulit. Sesaat tak dapat ia berkata apa2.

205
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Krakkk.... tiba-tiba pintu terbuka dan dara baju hijau masuk


membawa sebuah penampan. Sekilas melirik Siau-liong dan
Mawar Putih, ia tertawa menyengir, ujarnya, “Silahkan
saudara berdua makan!"

Siau-liong menghaturkan terima kasih. Sedang Mawar Putih


cepat mengusap air matanya. Ternyata penampan itu berisi
beberapa masakan dan nasi putih.

Sambil menghidangkan makanan di atas meja, dara baju


hijau itu tersenyum, Ibu mengatakan bahwa di - hutan sini tak
dapat menyediakan hidangan yang lezat. Sekedar makanan
kasar dan teh yang tawar ini, harap saudara jangan menolak."

Habis berkata dara itu terus melangkah keluar. Karena


sehari suntuk tak makan, Mawar Putih yang masih belum
hilang sifat kekanak-kanakannya, segera menghampiri kemeja
dan mengajak Siau-liong makan.

Selesai makan hari pun sudah hampir petang Siau-liong


gelisah. Beberapa kali, ia mengajak bicara tetapi Mawar Putih
tak mengacuhkan. Ia enak2 tidur di atas balai2.

Nyonya rumah tak muncul lagi. Hanya si dara baju hijau


yang datang membawa sebuah lempat lilin lalu mengemasi
perabot makan dimeja lain keluar lagi.

Masih belum dapat terpikirkan Siau-liong siapakah


sesungguhnya kedua ibu dan anak dalam pondok itu. Tetapi ia
percaya mereka tentulah keluarga persilatan yang
mengasingkan diri.

Hari makin malam. Dibawah penerangan lilin yang


bergoyang gontai sinarnya, Mawar Putih tidur dengan
nyenyaknya.

206
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong makin gelisah. Akhirnya ia duduk dikursi


bersemedhi. Entah berapa lama, iapun terlena tidur.

Tiba-tiba setiup angin pegunungan berhambus dari jendela,


menyadarkan Siau-liong dari tidurnya. Dilihatnya Mawar Putih
masih tidur nyenyak. Diam-diam Siau-liong bercekat hatinya.
Mengapa ia sampai tidur juga. Apabila kedua ibu dan anak
pemilik pondok itu kaum....

Tetapi ia menghela napas lega ketika yang terdengar


disekeliling penjuru hanya bunyi belalang dan tenggoret.
Diam-diam ia menertawakan dirinya yang banyak curiga.
Sekalipun orang mengatakan bahwa dunia persilatan itu kotor,
keji dan penuh kejahatan, tetapi tak seharusnya ia mengukur
pemilik pondok yang telah memberikan tempat bermalam dan
hidangan itu, sedemikian rendahnya.

Melongok kelangit, ia perkirakan sudah menjelang tengah


malam. Ia berbangkit dan mondar-mandir diruangan. Tiba-tiba
ia kepalkan tinju dan menghela napas panjang. Rupanya ia
telah mengambil keputusan.

Cepat ia menghampiri meja, mengambil pena-dan tinta bak


lalu menulis:

"Adik Mawar, Aku sudah memutuskan untuk mengambil


kepala Toh Hun-ki dan keempat Su-lo Kong-tong-pay. Dalam
waktu tiga hari tentu sudah selesai. Tunggulah dirumah
penginapan Siok-ciu."

Setelah meragu sejenak, ia menulis namanya "Tong Siau-


liong" dibalik kertas itu lalu ditaruh disamping Mawar Putih.
Kemudian ia memadamkan lilin lalu melangkah keluar. Ia
gunakan ilmu lari cepat menuju kepuncak Ngo-siong-nia.

207
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tak tahu adakah Toh Hun-ki dan rombongannya masih


berada dipuncak itu. Lebih kurang sejam lamanya, tibalah ia
dihutan pohon siong dari puncak Ngo-siong-nia lagi.

Tetapi dilapangan dalam hutan itu sudah sepi. Yang


tampak hanya dua batang golok kwat-to serta beberapa tetes
noda darah. Ia duga pertempuran antara momok Harimau
Iblis lawan rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang
totiang tentu berlangsung dahsyat sekali. Entah siapa yang
menang dan entah kemana perginya mereka itu.

Terpaksa ia menuruni puncak itu lagi. Tiba-tiba ia teringat


bahwa It Hang totiang hendak merencanakan untuk menyerbu
ke Lembah Semi pada malam hari. Adakah mereka sedang
melaksanakan rencananya itu?

Ya, kecuali jejak itu, tak ada lain hal yang dapat ia ikuti.
Maka setelah merenung beberapa saat, ia segera menuju ke
Lembah Semi.

Sekalipun ia masih ingat akan jalanan dari belakang lembah


tetapi ia masih gentar menghadapi barisan pohon bunga yang
amat berbahaya. Ia tak berani mencobanya dan terpaksa
mengambil jalan dari mulut lembah.

Jalanan masuk ke mulut lembah itu penuh ditaburi dengan


batu yang aneh2 bentuknya. Dengan hati2 sekali ia menyusur
maju.

Dia sudah mengambil keputusan untuk membunuh Toh


Hun-ki dan keempat Su-lo agar selekasnya ia dapat bertemu
dengan ibunya Sekalipun mendiang ayahnya sudah memberi
pesan. Namun dalam menjatuhkan pilihan, akhirnya ia memilih
untuk menuruti kehendak ibunya yang masih hidup.

208
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Juga dalam penyerbuannya ke Lembah Semi itu juga


mengandung tujuan yang mulia. Sepasang suami-isteri
momok Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, merupakan
bahaya yang mengancam keselamatan dunia persilatan. Jika
ia dapat melenyapkan mereka, sekalipun ia juga membunuh
Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, tetapi tetap ia berjasa juga
kepada dunia persilatan. Dengan jasa untuk menebus
kesalahan. Rasanya arwah ayahnya yang mengasoh di alam
baka tentu dapat memaafkan perbuatannya itu.

Tiba di mulut lembah, ia tersirap kaget. Beberapa sosok


tubuh terkapar di tanah. Diantaranya terdapat dua orang
paderi, tiga orang imam dan lima atau enam orang pengemis.
Ditilik dari darah pada luka mereka yang sudah membeku,
tentulah mereka sudah berapa lama matinya.

Saat itu sudah lewat tengah malam. Dari kenyataan


beberapa mayat itu, teranglah kalau It Hang totiang tentu
melaksanakan rencananya menyerbu Lembah Semi.

Ia pasang telinga mendengarkan keadaan. Tetapi dalam


lembah tampak sunyi senyap Timbullah keheranannya,
“Adakah para tokoh2 pemimpin partai itu juga sudah menjadi
korban keganasan Iblis Penakluk dunia?"

Diam-diam Siau-liong menaruh perindahan terhadap It


Hang totiang dan rombongan orang gagah. Serentak timbullah
perhatiannya untuk memikirkan keselamatan mereka.

Ah, tujuannya kelembah situ adalah untuk membunuh Toh


Hun-ki dan keempat Su-lo. Tetapi iapun mencemaskan juga
nasib tokoh2 persilatan itu. Akhirnya ia memutuskan. Tak
peduli apapun yang terjadi, ia harus menyerbu Lembah Semi
untuk membasmi penjahat2 Iblis Penakluk-dunia, Dewi
Neraka, Soh-beng Kisu dan nona pemilik lembah itu.

209
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera ia melangkah masuk ke dalam lembah. Saat itu ia


sudah tiba dialiran sungai dimana dahulu ia telah bertempur
dengan ular besar yang ternyata hanya ular buatan manusia
belaka. Ular yang sudah dihantamnya remuk itu sudah tak ada
lagi. Yang dihadapinya hanyalah sebuah anak sungai biasa.
Tak sulit baginya untuk melintasi.

Tetapi belum ia bergerak, tiba-tiba dari arah muka,


terdengar orang tertawa gelak2, “Aha, bapak dapat meramal
dengan tepat sekali. Benar memang ada orang yang datang
mengantar jiwa!"

Menyusul muncullah dua sosok tubuh dari balik batu besar.


Karena malam gelap tak dapat dilihat bagaimana wajah
mereka. Tetapi Siau-liong tak ragu lagi. kedua orang itu
tentulah anak buah Iblis Penakluk-dunia.

"Eh, mengapa yang datang hanya seorang?" kata salah


seorang dari mereka, seraya ayunkan tangannya. Sebertik api
biru meluncur ke udara. Rupanya suatu pertandaan untuk
memberi laporan ke dalam lembah.

Siau-liong cepat loncat hendak membekuk kedua orang itu.


Tetapi mereka dapat bergerak amat lincah. Mereka loncat
kelain batu. Dengan gunakan sikap Ayam-emas-berdiri-satu-
kaki, orang itu ber-putar2. Seketika terdengarlah suara
menggelegar yang dahsyat.

Terpaksa Siau-liong berhenti untuk memperhatikan


perobahan yang akan terjadi. Batu-batu yang tampaknya
datar-datar itu, tiba-tiba terangkat naik sampai setombak
tingginya. Bagian bawah bagian batu itu merupakan senjata
golok yang ujungnya amat runcing dan kedua belah matanya
sangat tajam.

210
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua orang berpakaian hitam itu loncat kemuka dan


berpencaran hinggap di atas batu besar. Kembali mereka
berputar tubuh dan batu2 disitu serta tanah, lenyap seketika.

Pada saat kedua orang itu loncat lagi kelain tempat, tempat
yang ditinggal itu muncul berpuluh-puluh ekor binatang
beracun. Rupanya binatang2 itu sudah kelaparan sekali.
Mereka saling gigit menggigit dan bunuh membunuh sendiri.

Pada saat kedua orang baju hitam itu loncat kelain batu,
tempat yang ditinggalkan itu memancarkan air beracun
setinggi dua tombak.

Demikian berturut-turut kedua orang itu telah berloncatan


pindah dari satu kelain tempat. Rupanya mereka setiap kali
menggerakkan alat-alat rahasia. Sampai pada yang terakhir,
kedua belah dinding karang lembah itu meluncurka berpuluh
batang anak panah beracun. Seolah-olah jalanan lembah itu
penuh dengan maut. Tak mungkin orang dapat melintasinya.

Walaupun hal itu tak mengejutkan hati Siau-liong, namun


diam-diam ia mengagumi juga kelihayan pemilik lembah yang
telah memasang alat-alat rahasia sedemikian ketat dan maut.

Siau-liong tak menghiraukan kesemua itu. Sambil


menggerung keras, ia apungkan diri melayang ke dalam
lembah.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar lengking jeritan.


Ketika Siau-liong berpaling ia mengeluh kaget, "Celaka....!"

Kiranya yang menjerit itu adalah Mawar Putih dalam


penyamarannya sebagai Ki Ih. Terpaksa Siau-liong melayang
kembali kesamping dara itu.

“Mengapa engkau....”

211
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mengapa engkau tak mengajak aku!" tukas Mawar Putih.

"Aku tak menghendaki engkau ikut aku menempuh


bahaya!" sahut Siau-liong.

Mawar Putih mendengus, “Engkau anggap aku seorang


yang temak hidup takut mati!"

Siau-liong tersipu tundukkan kepala, tak dapat menyahut.

Mawar Putih memandang Siau-liong lalu ter-tawa


menyeringai. Tiba-tiba ia lemparkan sebuah bungkusan
kepadanya, “Terimalah!"

Ketika menyambuti, bukan main kejut Siau-liong. Ternyata


bungkusan itu berisi pakaian dan kedok muka Pendekar
Laknat. Ah.... tentulah waktu ia tidur, Mawar Putih telah
mengambilnya. Diam-diam ia menyesali dirinya yang begitu
lalai.

"Nona....” katanya tersendat-sendat.

Mawar Putih cibirkan bibir tertawa, “Seharusnya dulu2


engkau sudah memberitahu kepadaku!"

Siau-liong tak menyahut. Diam-diam ia menimbang masuk


ke lembah Semi dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat,
memang lebih baik. Cepat ia berganti dandanan sebagai
momok itu.

Mawar Putih tertawa geli melihat pemuda yang cakap itu


tiba-tiba berobah meujadi seorang momok tua yang
menyeramkan. Siau-liong sendiripun geli.

212
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu kedua orang baju hitam tadi sudah lenyap. Sambil
memandang ke arah lembah, Siau-liong kerutkan dahi,
“Lembah penuh dengan alat rahasia? yang amat berbahaya.
Harap engkau tunggu dulu Setelah kuhancurkan alat-alat itu,
barulah akan kubawamu kesana!"

"Tidak! Engkau tentu hendak tinggalkan aku!" Mawar Putih


menolak.

"Aku tak bermaksud begitu, harap engkau....”

"Kalau begitu hayo kita bersama-sama menyerbu!" tukas


Mawar Putih terus melangkah ke dalam lembah.

Siau-liong cemas. Benar dara itu sudah mendapat warisan


ilmu silat dari ibunya. Tetapi jika hendak melintasi lembah
yang penuh dengan perkakas rahasia itu, kiranya tak mungkin
dapat.

Tetapi nona itu keras wataknya, kemanja-manjaan,


sehingga ia tak dapat berbuat apa2 untuk mencegahnya. Apa
boleh buat. Akhirnya ia memutuskan sebuah rencana.
Disambirnya tubuh dara itu lain dibawanya loncat ke dalam
lembah....

--ooo0dw0ooo--

LEMBAH MAUT

Siau-liong melayang ke atas batu besar yang ditempat


kedua orang baju hitam tadi. Ia hendak menyelidiki perobahan
yang terjadi disitu.

213
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesungguh dengan gerak Naga-melingkar-18 kali, dapatlah


Siau-liong melayang lebih jauh dan tak perlu untuk menyelidiki
keadaan dulu.

Tepat pada saat kakinya hendak menginjak batu, tiba-tiba


ia mengeluh kaget. Ternyata batu itu seperti lenyap dan
tubuhnyapun meluncur ke bawah, jatuh keujung tiga batang
golok. Untung sebelumnya ia sudah berjaga-jaga. Cepat ia
tamparkan tangannya ke udara dan dengan meminjam tenaga
tamparan itu, ia melambung lagi ke atas.

Pada perjalanan kedua, binatang2 beracun itu tak mampu


mencelakai Siau-liong yang melambung tinggi hingga ia dapat
melintasi dengan selamat.

Juga kedua belah karang yang menyemburkan anak panah


dan senjata rahasia beracun itu Siau-liong sudah bersiap.
Jubah Pendekar Laknat yang gerombyongan itu dapat
digunakan untuk menampar rintangan itu.

Perkakas rahasia yang disiapkan dalam lembah oleh kedua


suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka itu,
sebenarnya untuk menjaring seluruh tokoh persilatan.

Lapisan yang ketiga terdiri dari air mancur yang


mengandung racun. Selain racunnya ganas, pun airnya
mancur tinggi sekali. Sekali terkena, daging dan tulang2 akan
luluh menjadi cairan.

Tengah Siau-liong menimang-nimang untuk cara yang


hendak dilakukan dalam melintasi rintangan ketiga itu, tiba-
tiba ia memandang ke bawah dan dilihatnya binatang2
beracun itu bergeliatan menjulur ke atas.

214
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia terkejut girang dan serentak tertawa keras, serunya,


“Budak liar, nasibmu memang belum ditakdirkan mati. Ada
jalan!"

Dalam kepitan Siau-liong, Mawar Putih merasa aman. Ia


heran mengapa Siau-liong berseru begitu. Iapun cepat dapat
menanggapi dan berseru, “Laknat tua, nyonyamu ini tak
pernah takut pada kematian!"

Siau-liong sengaja menggunakan siasat untuk


membingungkan hati anak buah lembah yang bersembunyi
disekitar tempat itu. Mereka tentu. terkejut dan pangling
mengapa kedua momok itu dapat datang ber-sama2 kelembah
mereka.

Disamping itu Siau-liong mendapat akal. Asal tak terluka,


binatang2 berbisa itu tak berbahaya Maka ia memutuskan
untuk menggunakan suatu cara yang amat luar biasa tetapi
amat berbahaya sekali.

Tiba-tiba ia melayang turun ke bawah dan tepat menginjak


di atas punggung seekor kadal besar. Begitu menginjak iapun
menyerempaki dengan sebuah hantaman ke atas. Dengan
tenaga pijakan dan pukulan itu, tubuhnya segera melambung
tinggi ke udara.

Mawar Putih terkejut menyaksikan keberanian Siau-liong


menempuh cara yang sedemikian berbahaya itu. Andaikata ia
tak menyaru sebagai Ki Ih, tentu ia sudah menjerit ngeri.

Pada saat tubuh Siau-liong hendak meluncur turun, tiba-


tiba ia lontarkan tubuh si dara kemuka. Mawar Putih pun
bergeliatan menggunakan gerak Burung-walet-menerobos-
sangkar. Indah dan luwes sekali tubuh dara itu bergeliatan
melayang di atas semburan air beracun.

215
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anak buah Lembah Semi yang menyaksikan dari puncak


gunung, terlongong-longong seperti melihat sebuah
pertunjukan akrobat yang luar biasa mendebarkan.

Mawar Putih dimuka dan Siau-liong dibelakang. Laksana


dua ekor burung walet, kedua anak muda itu meluncur di
udara, melampaui semburan air beracun.

Setelah kedua pemuda itu hampir selesai melintasi


rintangan itu, barulah anak buah Lembah Semi tersadar. Buru-
buru mereka segera menggelundungkan balok dan batu serta
menaburkan senjata rahasia.

Siau-liong terkejut Betapapun lihaynya, tetapi diserang dari


atas dan bawah secara begitu ganas, tentulah akan celaka
juga.

Siau-liong cepat gunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang


untuk menghantam serangan dari atas puncak itu. Kemudian
ia menggeliat menyusul disamping Mawar Putih.

“Sungguh berbahaya," keluh si dara ketika melihat anak


panah dan senjata rahasia berseliweran disampingnya. Tetapi
dibawah lindungan Siau-liong, dara itu tetap aman. Seketika
timbullah nyalinya lagi.

Pada saat hanya tinggal dua tiga tombak lagi ia akan dapat
melintasi rintangan itu, dan serangan senjata rahasia dari atas
pun sudah mulai reda, tiba-tiba ia tersirap kaget. Ternyata
Mawar Putih sudah mulai habis tenaganya sehingga tubuhnya
mulai meluncur ke bawah.

Dalam kejutnya, Siau-liong bersuit nyaring lalu menukik ke


bawah untuk menyambar si dara. Untunglah si dara segera
tersadar. Dengan kerahkan seluruh tenaga, dara itu bergeliat
meluncur kemuka lagi sampai dua tiga tombak.

216
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat Mawar Putih hendak terhindar dari pancuran air


racun, tiba-tiba sebuah batu besar melayang turun dari atas
puncak. Tepat batu itu akan jatuh di kepala si dara.

Saat itu Mawar Putih sudah kehabisan tenaga. Sekalipun ia


tahu akan ancaman bahaya itu, tetap ia tak mampu
menghindar lagi. Jika terhantam batu itu, kepalanya pasti
hancur lebur jatuh ke bawah, sudah tentu Siau-liong gugup
sekali. Dalam saat-saat yang tak menyempatkan ia berpikir
lagi, ia nekat meluncur dan membentur batu itu dengan
kepalanya.

Pyur.... terdengar letupan dan hancurlah batu itu


berhamburan jatuh ke bawah. Berhasil menghancurkan batu,
cepat sekali Siau-liong sudah menyambar tubuh Mawar Putih
terus dibawa melayang.

Anak buah Lembah Semi yang menyaksikan kesaktian


Pendekar Laknat, sama leletkan lidah. Kemudian mereka
segera lepaskan api pertandaan untuk memberi isyarat bahaya
kepada kawan2nya dalam lembah.

Saat itu ia harus menghadapi lapisan keempat yang


merupakan Lautan api.

Ilmu meringankan tubuh Naga-berputar-18-lingkaran,


sudah menghabiskan tenaganya. Jika ia tak berhenti dulu
disebuah batu, tentulah ia dan si dara akan terancam bahaya
tercebur dalam lautan api.

Dalam perhitungannya, ia mssih sanggup untuk melampaui


rintangan keempat Lautan api itu Tetapi apabila lorong lembah
itu masih jauh, dan ia tak menemukan tempat beristirahat,
tentu akan habislah tenaganya.

217
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun ibarat orang naik dipunggung harimau, Siau-liong


sudah tak dapat mundur lagi. Akhirnya ia berhasil melintasi
rintangan keempat itu dan tiba dibagian lorong sungai yang
datar.

baru saja ia meletakkan tubuh si dara ke tanah, tiba-tiba


terdengar ledakan bergemuruh dahsyat, seperti sebuah cempa
bumi. Ledakan itu berasal dari bunyi sebuah genderang. Entah
darimana tempatnya.

Dung.... dung....

Bunyi genderang itu menggetarkan seluruh isi lembah.


Jantung Mawar Putih pun serasa terlepas keluar. Buru-buru ia
sandarkan diri pada tubuh Siau-liong. Siau-liong kerahkan
tenaga sakti untuk menolak serangan bunyi genderang maut
itu. Ia bersiap-siap menunggu apa saja yang hendak dilakukan
orang2 Lembah Semi itu.

Genderang berhenti serentak. Sebagai gantinya, angin


menderu, batu dan pasir beterbangan dan airpun bergolak-
golak ke atas udara.

Siau-liong dan Mawar Putih merasa bahwa yang diinjaknya


saat itu bukanlah tanah, melainkan gumpalan ombak laut.

Siau-liong menyadari bahwa gelombang yang


menggoncangkan bumi itu adalah sebuah tenaga sakti aneh
Ki-bun-tun-kang yang menggunakan entah berapa puluh anak
buah Lembah Semi. Dipersatukan menjadi tenaga-sakti Thay-
kek-bu-wi-kang dan Thay-im-ki-bun-kang. Hantaman dari arus
tenaga sakti itulah yang membuat bumi bergoncang seolah-
olah ditimpa gempa.

218
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong memeluk Mawar Putih untuk memberi saluran


tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Kemudian ia kembangkan
tenaga sakti lunak untuk menahan arus serangan itu.

Pertempuran adu tenaga sakti berlangsung beberapa


waktu. Pelahan-lahan kabut dan pasir terdampar ke belakang
dan tanah yang dipijaknya itu pun menjadi tanah biasa lagi.

Tetapi gumpalan kabut itu berhenti pada jarak beberapa


langkah. Seperti ada suatu tenaga lain yang menghentikan
buyarnya kabut itu. Kembali terjadi pertempuran hebat adu
tenaga sakti. Kabut tak dapat mundur tetapi pun tak dapat
melayang maju lagi.

Setelah berlangsung beberapa waktu. tiba-tiba terdengar


letupan keras. Kabut itu berhamburan lenyap dan keadaan
dalam sungai itupun tampak seperti biasa lagi.

Mawar Putih kagum atas kesaktian Siau-liong.


Dipandangnya anak muda itu dengan tersenyum tawa.
Kemudian keduanya bergandengan tangan melangkah maju.

Mereka merasa sebagai sepasang muda mudi yang berjalan


dengan mesra. Tetapi bagi pandangan mata berpuluh anak
buah Lembah Semi yang bersembunyi di sekeliling tempat itu,
kedua pemuda itu adalah seorang lelaki tua berwajah buruk
dengan seorang wanita yang berkerudung muka.

Baru melangkah dua tiga tindak, tiba-tiba keduanya


mendengar genderang bertalu tiga kali. Suaranya amat
dahsyat sekali. Seketika pemandangan yang terbentang
dihadapan, berobah sama sekali.

Sekeliling penjuru penuh dengan gunung es dan karang es.


Ada yang menjulang tinggi macam tiang penyangga langit.
Ada yang berkilat-kilat menyilaukan mata, atasnya datar tetapi

219
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagian-bagian bawah runcing dan salju yang menutup gunung


itu mencair dan mengalir turun seperti banjir. Kesemuanya itu
merupakan pemandangan yang ngeri.

Siau-liong tetap memeluk Mawar Putih dan membantu si


dara dengan penyaluran tenaga sakti. Ia tahu bahwa
pemandangan di muka itu hanya pemandangan buatan yang
diciptakan oleh Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka.

Kembali ia gunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang yang


bersifat panas untuk menghancurkan gunung es itu.

Tak berapa lama gunung2 dan karang es itu meleleh dan


mengalir menjadi air ke dalam sungai. Pemandangan dalam
lembah itu kembali pula seperti semula.

Pada saat Siau-liong dan Mawar Putih saling berpandangan


dengan heran, tiba-tiba muncullah nona pemilik lembah diiring
20 orang dara cantik.

"Aku disuruh mewakili ayah dan ibu untuk menyambut


kedatangan saudara berdua!" kata nona itu dengan memberi
hormat.

Siau-liong hanya menyahut singkat. Kemudian nona pemilik


lembah itu mengibaskan tangan. Ia dan ke 20 pengiringnya itu
segera melenyapkan diri dibalik jajaran batu2 besar.

Siau-liong menimbang. Karena nona pemilik lembah itu


sudah keluar menyambut sendiri, tentulah sudah tak ada lagi
rintangan alat-alat rahasia. Segera ia ajak Mawar Putih
melangkah kemuka. Setelah keluar dari lembah, membelok
kesebelah kiri dan menyusur jalan. Membelok sekali lagi,
tibalah mereka di pintu batu yang atasnya tergantung dua
buah papan bertuliskan:

220
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dunia persilatan tergabung satu Lembah Semi mengubur


orang gagah."

Ditengah kedua papan itu terdapat sebuah papan lagi yang


bertulis,

“Pesiar ke lembah sambil menghadiri pertandingan besar


adu kesaktian."

Siau-liong heran. Saat itu masih lama dengan hari


pertandingan yang akan dilangsungkan pada pertengahan
musim rontok. Tetapi mengapa persiapan telah dilakukan
sedemikian rupa.

Ah, tentulah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka sudah


memperhitungkan kemungkinan It Hang totiang akan
menyerbu sebelum hari pertandingan itu. Maka ia sudah
mengadakan persiapan lebih dulu.

Tengah Siau-liong mencemaskan keselamatan It Hang


totiang dan rombongan orang gagah, tiba-tiba pintu gerbang
itu terbuka dan entah darimana datang, muncullah nona
pemilik lembah beserta ke 20 dara pengiringnya tadi. Mereka
menyambut Siau-liong dan mempersilahkan masuk.

Siau-liong mendengus. Sambil menarik tangan Mawar


Putih, ia melangkah masuk. Tertawa nyaring lalu membentak
keras, “Undangan adu kepandaian, ditetapkan pada nanti hari
Tiong-jiu tetapi mengapa....”

Nona pemilik lembah itu tertawa mengekeh, “Perhitungan


manusia sering meleset. Maka serempak dengan mengirim
undangan, ayah dan ibu terus mempersiapkan segala
sesuatu....” ia berhenti sejenak memandang kepada Siau-liong
dan Mawar Putih lalu berkata pula, “Seluruh orang gagah

221
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam dunia persilatan sudah terjaring. Kini hanya kurang


kalian berdua saja!"

Habis berkata ia terus menarik sebuah kain sutera merah


yang menutup sebilah papan dari batu kumala merah. Papan
batu itu setinggi satu tombak tetapi tak terdapat suatu tulisan
apa2.

Dengan ter-tawa2 nona itu mengambil pit atau pena lalu


menulis di atas papan kumala itu.

Kesan2 Pesiar ke Lembah Semi Walaupun hanya sebuah


pit, tetapi ketika dituliskan, tak ubah seperti ujung pisau yarg
tajam. Tulisan itu terukir pada batu pualam sedalam dua tiga
dim.

Dan setelah diletakkan lagi, pit itu tetap lurus seperti belum
dipakai.

Siau-liong mendongkol sekali. Diambilnya pena itu lalu


dicorat-coretkan di atas meja sehingga ujung pit yang terbuat
daripada bulu, menjadi kacau balau. Setelah itu pit dicelupkan
ke dalam tinta bak.

Mawar Putih heran melihat tingkah laku pemuda itu.


Seperti yang dilakukan nona pemilik lembah tadi, adalah
mudah. Ia menyalurkan tenaga dalamnya keujung pit
sehingga pit itu berobah sekeras pisau. Tetapi mengapa Siau-
liong mencelupkan ujung pit ke dalam tinta. Bukankah pit itu
akan lemas karena basah. Dan kalau basah, bukankah akan
sukar disaluri tenaga dalam?

Pada saat itu Siau-liong sudah siap menulis. Ujung pit yang
kalut tadi, saat itu lurus lagi. Maka mulailah ia menulis:

222
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pendekar Ksatrya Muncul di dunia Membasmi kejahatan


Mengamankan persilatan."

Nona pemilik lembah itu terbeliak kaget. Tulisan Pendekar


Laknat Siau-liong itu menggoreskan tulisannya sampai
setengah inci ke dalam papan batu. Tulisannya berwarna
hitam jelas sekali.

Habis menulis, Siau-liong tertawa gelak2. Ia lemparkan pit


itu ke arah pintu batu. "Bluk", pit jatuh tepat ditengah-tengah
pintu.

Kembali pemilik lembah terbeliak kaget menyaksikan


kepandaian Siau-liong yang dianggapnya Pendekar Laknat itu.

Kemudian Siau-liong gunakan jarinya untuk menggurat


dibawah tulisannya tadi:

Kesan dari Pendekar Ksatria.

Dengan mengganti nama dari Bu-kek-gong-ma atau


Pendekar Laknat dengan Bu-kek-sin-kun atau Pendekar
Ksatrya itu, jelaslah sudah maksud Siau-liong. Ia menyatakan
bahwa Pendekar Laknat sekarang bukan lagi seorang momok
ganas seperti dahulu melainkan seorang Ksatrya yang hendak
membela kebenaran, menegakkan keadilan, membasmi
kejahatan dan melenyapkan kelaliman.

Pemilik lembah segera melangkah ke dalam.

Siau-liong menggandeng Mawar Putih mengikuti dari


belakang. Sepanjang jalan yang dilalui, alam,
pemandangannya amat indah sekali. Sedikit pun tiada tanda2
bahwa lembah seindah itu merupakan suatu tempat
penjagalan manusia yang ganas....

223
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah dua tiga kali membelok, tibalah mereka diruang


besar yang menyerupai sebuah paseban istana.

Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah menunggu


disitu. Melihat Pendekar Laknat datang bersama Ki Ih, mereka
menyeringai sinis. Didepan meja yang berada disebelah
mukanya, telah disiapkan berpuluh gelas emas.

Siau-liong tahu bahwa iblis itu hendak mengadakan adu


minum arak. Tetapi heran, mengapa menyediakan sekian
banyak cawan? Apakah gunanya?

Tiba-tiba terdengar suara tertawa aneh yang


menyeramkan. Dewi Neraka segera mengangkat poci arak lalu
dengan gerak yang istimewa, arak itu memancur keluar ke
arah berpuluh cawan. Dalam beberapa kejab saja, berpuluh-
puluh cawan itu sudah penuh semua.

Kemudian Dewi Neraka itu unjukkan kepandaian lebih jauh.


Ia ngangakan mulutnya dan arak dalam berpuluh cawan itu
meluncur keluar, masuk ke dalam mulut wanita itu lagi.

Walaupun kepandaian menekan dengan tangan dan


menyedot dengan mulut, bukanlah suatu kepandaian yang
mengherankan tetapi karena Dewi Neraka dapat mengisi dan
menyedot arak dari sekian puluh cawan besar kecil, diam-diam
Siau-liong kagum juga.

Siau-liong sejenak memandang ke arah Mawar, memberi


senyuman lalu melangkah maju dengan tenang.

Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka menunggu dengan


penuh perhatian.

Dengan kedua tangan Siau-liong mencekal poci arak itu.


Seketika dari poci itu meluncur keluar 10 buah pancuran kecil.

224
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kesepuluh pancuran itu memancur ke atas lalu berhamburan


jatuh ke dalam berpuluh-puluh cawan arak. Setetes pun tiada
yang menumpah kemeja.

Sudah tentu pertunjukkan itu mengejutkan Dewi Neraka


dan Iblis Penakluk-dunia. Namun mereka berusaha untuk
bersikap tenang2 saja.

Siau-liong duduk bersila. Sekali ngangakan mulut, ia


menyedot arak dari lima cawan. Sekaligus, lima cawan berisi
arak itu telah disedotnya habis. Kemudian diulanginya lagi.
Tiap kali ia selalu menyedot lima cawan arak.

Pada waktu pertunjukan itu berlangsung hingga semua


cawan telah habis disedotnya, tiada seorang pun yang berani
bernapas.

Setelah itu giliran Iblis Penakluk dunia. Iblis itu mengangkat


sebuah poci arak yang besar. Begitu besar hingga lebih tepat
kalau disebut bejana atau guci.

Setelah guci besar itu dicekal, ia gunakan ilmu tenaga


dalam yang paling sukar diyakinkan yakni sifat MELEKAT.
Cawan2 arak besar itu segera saling melekat rapat. Sekali
menunduk, berpuluh cawan arak itu segera penuh dengan
arak. Dan sekali iblis itu lekatkan bibirnya pada sebuah cawan
yang paling besar, arak pun segera meluncur ke dalam
mulutnya....

Sepintas pandang memang cara minum itu, tiadalah yang


mengherankan.... Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama,
orang tentu akan terperanjat.

Kiranya arak yang diminum dari cawan besar itu, tak


pernah habis. Tetapi berpuluh cawan besar kecil yang melekat
pada cawan besar itu, isinya meluap ke atas dan mencurah

225
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kecawan sebelahnya dan cawan itu pun meluap menumpah


kelain cawan. Dengan luapan secara berantai dari satu kelain
cawan itu, akhirnya menumpah kecawan besar yang diminum
Iblis Penakluk dunia itu. Itulah sebabnya mengapa arak dalam
cawan besar itu tak habis-habisnya.

Kemudian Iblis Penakluk-dunia membuka mulut menghadap


ke atas. Sekali ia mengangkat cawan besar itu, maka
meluncurlah air ke udara sampai satu tombak tingginya. Air itu
meluncur turun tepat masuk ke dalam mulut Iblis Penakluk-
dunia!

Selesai minum, iblis itu segera gunakan tenaga sakti untuk


menjajar puluhan cawan di tanah.

Jaraknya dengan Siau-liong lebih kurang dua meter. Cawan


kecil terletak paling depan dekat Siau-liong sedang cawan
besar paling belakang, kira2 setombak jauhnya dari pemuda
itu. Jika Siau-liong hendak mengambil cawan besar itu,
tentulah ia harus berbangkit. Suatu hal yang mengurangkan
perbawanya.

Siau-liong tak mau unjuk kelemahan. Iapun gunakan


tenaga sakti untuk menyedot jajaran cawan itu. Bagaikan
seekor ular, jajaran cawan yang masih melekat satu sama lain
itu, bergerak-gerak menghampiri ketempatnya.

Menyaksikan kesaktian Pendekar Laknat dalam ilmu tenaga


dalam untuk menyedot itu, diam-diam Iblis Penakluk dunia
cucurkan keringat dingin. Ia tak kira kalau Pendekar Laknat
saat ini telah mencapai tataran ilmu tenaga dalam yang
sedemikian hebatnya.

Dalam pada itu, setelah menarik jajaran cawan, Siau-liong


segera mengangkat naik. Serempak berpuluh cawan besar
kecil itu naik mendatar ke atas tanah. Lalu ia menuangkan

226
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

arak memenuhi semua cawan. Sekali ia memijat cawan yang


paling muka, maka arak dan cawan besar kecil itu, satu demi
satu meluncur ke dalam mulut Siau-liong.

Habis minum, ia menarik jajaran cawan yang melekat itu


terus ditaburkan ke arah dinding ruang yang terbuat dari batu
marmar.

Crek. crek.... berturut- turut cawan2 itu menyusup ke


dalam dinding, tepat membentuk beberapa huruf yang
berbunyi:

"Kesan Pendekar Ksatrya dalam pertandingan minum arak."

Siau-liong berbangkit, membersihkan pakaiannya lalu


tertawa nyaring....

Iblis Penakluk dunia tak dapat berbuat apa2 kecuali tertawa


dingin. Ia segera berbangkit dan melangkah keluar. Siau-liong
dan Mawar Putih mengikutinya.

Setelah membelok dua tiga buah tikungan, tibalah mereka


disebuah hutan aneh. Dikata aneh karena hutan itu terdapat
papan nama yang berbunyi: Hutan Nafsu!

Dalam Hutan Nafsu itu terdapat tak kurang dari 200 batang
pohon yang daunnya bergemerlapan seperti kumala dan
dahan2 berwarna emas. Setiap batang pohon, tergantung 10
buah Giok-pwe seperti kepunyaan nona Tiau Bok-kun. Baik
bentuk dan ukiran kembangannya, menyerupai sekali.
Kemungkinan nona itu pernah datang kesitu, lalu lencananya
Giok-pwe ditiru dan dibuat sebanyak-banyaknya.

Pada tepi hutan itu terpancang sebuah papan kayu yang


bertuliskan:

227
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pada setiap pohon wangi Harus membedakan tulen palsu


Giok-pwe dipersembahkan Tentu takkan mengecewakan.
Namun bila tak berhasil Adalah kesalahanmu sendiri. Dirimu
terbakar api Tulang belulang mendjadi abu."

Didepan papan itu terdapat sebuah meja dan dimeja itu


terletak sebuah Kim-ting atau Bejana-emas yang penuh
dengan segenggam kayu cendana.

Siau-liong memperhitungkan. Jika menyalakan kayu


cendana itu, paling banyak hanya berlangsung sampai
sepenanak nasi. Dalam waktu sepertanak nasi itu untuk
membedakan mana Giok-pwe yang tulen dan mana yang
palsu, sungguh tak mungkin dapat!

Dilain ujung dari hutan itu, tampak sebuah lubang sedalam


satu tombak. Lubang itu penuh dengan kayu bakar dan
ranting kering serta bahan bakar lainnya.

Sedang sekeliling Hutan Nafsu itu penuh dijaga oleh anak


buah Lembah Semi yang ketat sekali. Sekali kedua suami isteri
momok itu memberi isyarat, mereka tentu akan segera
menyerbu.

Pada saat Siau-liong merenungkan cara yang akan


diambilnya, tiba-tiba Mawar Putih menggamit lengannya dan
berbisik, “Tolol, semua itu palsu!"

Siau-liong tertegun. Tetapi cepat ia dapat menyadari. Giok-


pwe yang asli harganya sama dengan sebuah kota. Setiap
orang persilatan sama mengiler untuk mendapatkan benda itu.
Tak mungkin kedua suami-isteri momok itu mau
menggantungnya pada pohon dan suruh orang mencarinya.

Merasa dirinya ditipu, marahlah Siau-liong. Sekali ayunkan


tangan, bejana di atas meja itu hancur berantakan.

228
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat itu Dewi Neraka marah sekali. Sambil bersuit


nyaring, ia loncat keluar menyerang seraya membentak, “Iblis
Laknat, engkau mencari mati sendiri!"

Gerakan tongkat itu menimbulkan deru angin dahsyat yang


melanda Siau-liong. Siau-iiong tenang-tenang menangkis
dengan tangan.

Dewi Neraka makin marah. Serangannya yang dahsyat itu


dapat dihalau secara tepat oleh lawan. Tiba-tiba ia enjot
tubuhnya melayang ke atas sebatang pohon. Sambil
menginjak daun puncak pohon itu, ia menyambari Siau-liong,
“Hai, Pendekar Laknat, selama 20 tahun ini, sudah berapa
tingginya kesaktianmu. Hayo, kita adu kepandiaan di puncak
pohon ini!"

Siau-liong sejenak berpaling memberi senyuman kepada


Mawar Putih. Maksudnya minta nona itu jangan kuatir. Mawar
Putih mengangguk.

Sekali menjejak tanah, tubuh Siau-liong meluncur ke udara


lalu hinggap di puncak pohon berdiri dengan sebelah kaki.

Dewi Neraka diam-diam terkejut menyaksikan ilmu


meringankan Pendekar Laknat yang sedemikian hebatnya. Ia
tentu akan lebih kaget lagi apabila mengetahui bahwa
sesungguhnya momok Pendekar laknat yang berdiri
dihadapannya itu hanya seorang pemuda belasan tahun
umurnya.

Dewi Neraka mulai beraksi. Segera ia gunakan tenaga sakti


Thay-im-ki-bun-kang yang diyakinkan selama berpuluh tahun
untuk memutar tongkatnya. Taburan tongkat itu
menghamburkan suatu angin tenaga dalam yang merontokkan
daun-daun kumala bertebaran mengelilingi tubuhnya. Tebaran

229
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daun2 kumala itu menimbulkun suara tajam macam suitan


yang nyaring. Sapintas pandang menyerupai ribuan batang
golok terbang yang ber-kilat2 menyeramkan.

Tangan kanan memainkan tongkat, tangan kiri Dewi Neraka


itu bergerak naik turun. Tiba-tiba tebaran daun2 kumala itu
melekat panjang, menjadi semacam puluhan batang jwan-pian
atau cambuk ruyung yang menyerang Siau-liong.

Siau-liong tertawa melengking. Ia sudah siap menyambut


dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Namun ia tenang2 saja
menunggu serangan.

Dewi Neraka terkejut. Serangan ruyung dari daun kumala


itu seolah-olah terpancang oleh sekeping dinding baja yang
tak kelihatan. Dan bukan melainkan itu saja, pun ketika Dewi
Neraka gerakkan tangan hendak menarik balik ruyung daun
tu, ternyata tak mudah. Ruyung2 daun itu seperti tersedot
oleh suatu hawa yang amat kuat.

Dewi Neraka menambahi tenaga saktinya. tampak amat


tegang. Dahinya penuh butir keringat. Setelah mengerahkan
seluruh tenaganya sampai beberapa saat, barulah ia berhasil
menarik balik ruyung daunnya.

Sekonyong-konyong daun2 kumala itu mengelompok dan


membentuk diri menjadi 16 bunga teratai. Setelah berjajar
menjadi sepasang barisan "Pa-kwa-tin”, lalu mulai bergerak
menyerang Siau-liong.

Ternyata Dewi Neraka telah gunakan ilmu tenaga dalam


Thay-im-ki-bun-kang dan ilmu hitam ajaran aliran agama Pek-
lian-kau, untuk membentuk barisan Lian-hoa-pat-kwa-tin atau
barisan bunga teratai yang berbentuk pat-kwa.

230
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kali ini jika Siau-liong tetap gunakan tenaga-sakti Bu-kek-


sin-kang, tentu celakalah ia, ternyata keistimewaan dari
barisan bunga Teratai itu ialah kalau dilawan dengan tenaga.
Sekali terlanda oleh tenaga, betapapun kecil tenaga hantaman
itu, barisan Teratai akan pecah berhamburan menyerang
seluruh jalan darah pada tubuh orang.

Suatu hal yang tak mungkin Siau-liong mampu menjaga.

Sesungguhnya Siau-liong tak tahu hal itu. Namun ia pun


tak mau menggunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang untuk
menangkis. Melainkan menaburkan lengan jubahnya kian
kemari. Dengan gerakan itu dapatlah ia melepaskan barisan
Teratai dari kekuasaan tangan Dewi Neraka.

Dewi Neraka terkejut sekali. Buru-buru tarikan tangannya


lebih gencar. Dengan usaha itu dapatlah ia mengambil kembali
kekuasaan pada bunga Teratainya. Tetapi hal itu hanya
berlangsung tak lama, beberapa saat kemudian kembali
Teratai2 itu lolos dari kekuasaannya dan ikut ber-putar2
menurut jubah lengan Siau-liong.

Dewi Neraka makin penasaran. Ia pusatkan lagi tariannya


dan berhasil menguasai bunga Teratai tetapi beberapa saat
kemudian, lepas lagi. Dengan demikian terjadilah perpindahan
beberapa kali.

Setelah mencapai perpindahan sampai delapan kali, Siau-


liong dapat menguasai teratai2 itu agak lama. Dewi Neraka
mandi keringat berjuang untuk merebut. Tetapi tampaknya ia
sudah tak mampu lagi.

Melihat isterinya menderita kekalahan, sepasang mata Iblis


Penakluk dunia ber-kilat2 memancarkan api. Benaknya mulai
menimang-nimang untuk menggunakan siasat yang sangat
ganas.

231
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kebalikannya, Mawar Putih berseri-seri girang atas


kemenagan Siau-liong.

Saat itu Siau-iioug hendak berputar tubuh dan loncat turun


dan puncak pohon. Tiba-tiba Mawar Putih melengking keras,
“Awas!"

Siau-Jiong mendengus dingin. Cepat ia berputar lagi dan


lepaskan pukulan Menjungkir-balik-gunung-sungai.

Iblis Penakluk-dunia yakin bahwa serangannya dari


belakang itu tentu akan berhasil menghancurkan Pendekar
Laknat. Maka ia gunakan jurus Menghancurkan-gunung-Hoa-
san yang diLancarkan dengan kilat. Setitikpun ia tak menduga
bahwa Pendekar Laknat dapat bergerak lebih cepat. Jika adu
kekerasan, tentulah kedua-duanya akan sama2 terluka....

Tempo hari ketika dibagian lembah, ia pernah adu pukulan


dengan Siau-liong dan menderita. Ia tak mau menderita untuk
yang kedua kalinya. Cepat ia menarik pulang tangannya dan
loncat menghindar kesamping.

Siau-liong tertawa mengejek, “Ho, kiranya engkau juga


hanya bangsa anjing buduk yang suka menyerang dari
belakang....”

Belum selesai memaki, Iblis Penakluk dunia dan Dewi


Neraka sudah menyerbunya. Siau-liong songsongkan kedua
tangannya dengan pukulan Tay-lo-kim-kong.

Demikian ketiga orang itu bertempur di atas pohon. Suatu


pertempuran yang hanya dilakukan oleh jago2 yang sudah
tinggi ilmu meringankan tubuhnya.

232
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong diserang dari muka dan belakang oleh kedua


suami isteri durjana itu. Dalam suatu adegan, Siau-liong
berhasil menggunakan siasat. Ketika Iblis Penakluk-dunia
menghantam dari belakang dan Dewi Neraka memukul dari
muka, Siau-liong loncat melambung ke udara. Kedua suami
isteri itu terkejut. Mereka buru-buru berusaha sekuat-kuatnya
untuk menarik pulang pukulannya agar jangan saling
berhantam sendiri.

Pada saat itulah, Siau-liong gunakan pukulan Siu-lo-pan-


chia menghantam mereka. Pemuda itu benar-benar cerdik
sekali.

Kalau hanya pukulan Siau-liong itu saja, tentu kedua suami-


isteri iblis itu tak sampai menderita bahaya. Tetapi kedua
suami isteri itu sedang menarik pulang pukulannya. Pada saat
itulah Siau-liong menyusuli dengan hantaman. Kedua durjana
itu terdampar ke belakang sampai belasan langkah dan
terhuyung-huyung mau jatuh.

Namun kedua suami isteri itu adalah dua dari Lima Durjana
yang paling ditakuti dunia persilatan. Kepandaian mereka
memang bukan olah2 hebatnya. Pukulan Siau-liong itu tak
sampai membuat mereka kalah.

Pada saat tubuh berayun-ayun mau jatuh, mereka malah


enjot tubuhnya ke udara seraya lepaskan hantaman ke arah
kepala Siau-liong. Suatu gerakan yang tak terduga-duga dan
luar biasa.

Melihat itu Mawar Putih kucurkan keringat dingin. Ia


terkejut dan hampir saja menjerit karena mengira Siau-liong
pasti celaka.

Tetapi ternyata Siau-liong memiliki jurus istimewa dalam


ilmu pukulan Thay-siang-ciang. ilmu pukulan sakti ajaran

233
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendiang Pengemis Tengkorak Song Thay-kun itu mempunyai


sebuah jurus yang disebut Dewa-menderita-berkelana. Justeru
dalam keadaan yang berbahaya, jurus itu dapat
mengembangkan kedahsyatannya.

Tampak pemuda itu bergeliatan seperti orang yang hampir


tenggelam dalam air. Tahu2 ia sudah lancarkan jurus istimewa
Dewa-menderita-berkelana....

Seketika kedua suami isteri durjana itu rasakan darahnya


bergolak keras. Mereka terkejut sekali. Buru-buru mereka
meluncur setombak jauhnya dan hinggap di atas sebatang
dahan. Jelas mereka sudah kehabisan tenaga.

Tetapi kedua suami isteri iblis itu selain licik dan penuh akal
muslihat, juga memiliki ilmu Hitam yang tinggi. Iblis Penakluk
dunia mendahului loncat turun kebumi seraya menantang .
"Hai, Laknat. Bertempur di atas pohon sudah kuakui
kepandaianmu. Hayo, kita bertempur dibawah lagi!"

Saat itu Dewi Neraka pun menyusul turun dan berdiri


disamping suaminya. Sambil menunggu Siau-liong, mereka
cepat menggunakan kesempatan untuk menyalurkan darah,
memulangkan tenaga.

Siau-liong tertawa nyaring, serunya, “Tetamu harus


menurut kemauan tuan rumah. Terserah kalian hendak
memilih acara apa sajalah."

Setelah menyalurkan darah itu, tenaga Iblis Penakluk dunia


kembali segar. Ia tersenyum, “Laknat tua....”

"Bukan, panggillah Pendekar ksatrya!" cepat Siau-liong


menukas.

234
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk-dunia tertawa gelak2, “Ho, tak kira engkau si


tua bangka ini juga gila nama kosong." setelah berhenti
sejenak ia melanjutkan pula, "Masih ingatkah engkau akan
peraturan lama ketika kita bertempur sampai 50 jurus
dahulu?"

Sudah tentu Siau-liong tak tahu. Namun ia tak mau


diketahui orang. Sambil tertawa hambar ia menyahut, “Aku
belum pikun, masakan lupa!"

“Bagus!" teriak Iblis Penakluk dunia, "sekarang engkau


menurut lagi peraturan lama itu. Terima dulu lima puluh jurus
seranganku, baru nanti kita bicara lagi!"

Sungguh licin sekali iblis tua itu. Dengan peraturan itu, ia


bebas menyerang Siau-liong sampai 50 jurus tanpa memberi
hak pada Siau-liong untuk balas menyerang.

Siau-liong terpancing. Karena malu mengatakan tak tahu


tentang peraturan lama antara Pendekar Laknat dengan Iblis
Penakluk dunia, ia segera tertawa menghina, “Silahkan, aku
siap menanti serangamu!"

Iblis Penakluk-dunia tak mau banyak bicara lagi. Cepat ia


sudah lancarkan jurus Lima gunung-menindih-kepala. Dan
serempak dengan itu Dewi Neraka pun gerakkan tongkatnya,
menyapu pinggang Siau-liong dalam jurus Bumi-merekah-
gunung-meletus....

Serangan kedua durjana itu merupakan kombinasi


serangan yang serasi. Dahsyatnya bukan alang kepalang.
Tokoh2 paling sakti dari kalangan partai yang manapun, jika
menghadapi serangan kedua suami isteri durjana itu, tak
boleh tidak tentu akan remuk!

235
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua suami isteri durjana itu diam-diam memperhatikan


bahwa kesaktian Pendekar Laknat sekarang ini, jauh melebihi
dari 2o tahun yang lalu. Kuatir kalau kalah, maka Iblis
Penakluk-dunia lalu menggunakan cara licik itu.

Siau-liong terkejut. Ia masih asing dengan jurus serangan


dari kedua iblis itu. Maka ia berlaku hati2 sekali.... Lebih
banyak menjaga diri dari pada menyerang.

Demikian cepat sekali serangan itu sudah berjalan sepuluh


jurus. Tiba-tiba kedua momok itu merobah gaya serangannya.
Mereka menyerang sederas hujan mencurah dan sedahsyat
badai melanda.

Melihat itu Mawar Putih gelisah sekali. seperti semut di atas


papan besi panas. Sampai2 ia tak berani bernapas karena
pikirannya amat tegang sekali. Diam-diam ia memanjatkan
doa semoga Siau-liong berhasil selamat dari ke lima puluh
jurus serangan kedua iblis itu.

Seluruh perhatian dara itu tercurah akan jalannya


pertempuran. Setiap jurus dihitungnya dengan cermat sekali
Setiap jurus, membuat jantungnya mendebur keras. Ketika
sudah sampai hitungan ke 40, diam-diam hatinya merekah
girang.

"Sudah 40 jurus, tinggal 10 jurus lagi, ah, dia berhasil


dengan selamat," pikirnya.

Tetapi, ah.... pada saat ia mulai menghitung jurus yang ke


41 dan menyusul akan tiba jurus yang ke 42, diam-diam ia
mengeluh.

Mulai jurus yang ke 41 itu, gerakan kedua iblis itu tiba-tiba


menjadi lambat. Hanya gerakannya yang tampak lambat tetapi
kedahsyatan dan keganasannya serta perobahannya, benar-

236
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

benar belum pernah terjadi jurus ilmu serangan semacam itu,


dalam sejarah dunia persilatan selama 20 tahun yang terakhir
ini.

Pada 20 tahun yang lalu, Pendekar Laknat memang jatuh


dibawah 10 jurus serangan kedua suami isteri iblis itu.
Walaupun karena mendapat rejeki luar biasa, minum darah
biawak tua, makan buah Im-yang-som dan disaluri tenaga-
dalam oleh Koay suhu atau Pendekar Laknat, Siau-liong
menjadi pemuda gemblengan. Tetapi dalam pengalaman
bertempur menghadapi tokoh2 sakti semacam suami isteri
iblis itu, ia masih kurang. Oleh karenanya, saat itu ia
kelabakan dan terdesak di bawah angin.

Mulai dari jurus yang ke 41 itu, baik gerakan suami isteri


iblis itu menggunakan tenaga berat atau ringan, tetap
membuat Siau-liong groggy atau sempoyongan. Kepalanya
pening, mata berkunang dan darah bergolak-golak. Ia seperti
seorang mabuk yang tak tahu arah penjuru lagi....

Mawar Putih benar-benar bingung sekali. Hatinya seperti


disayat sembilu dan air matanya pun berderai-derai turun....

Namun dara itu tak dapat berbuat suatu apa. Dalam


peraturan dunia persilatan, pada setiap adu kepandaian
walaupun dengan cara yang bagaimana tak adilnya, orang lain
tak boleh ikut campur membantu. Itulah sebabnya ia seperti
seorang gagu yang sakit ketulangan. Tahu sakit tetapi tak
dapat menyatakan dan berbuat apa-apa....

Pada jurus yang ke 45, sekonyong-konyong Siau-liong


memekik kaget. Mawar Putih pun tersentak kaget dan
kucurkan keringat dingin.

Serangan jurus ke 45 itu merupakan serangan maut yang


berbahaya sekali. Siau-liong terkejut sekali dan sampai

237
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjerit kaget. Ia gunakan gerak-langkah Thay-siang bu-kek-


poh-hwat untuk menghindar dari serangan maut itu. Ah.... ia
berhasil lolos dari lubang jarum. Tubuhnya basah kuyup
bersimbah peluh!

Sejak keluar dari pusar bumi dan mendapat ilmu kesaktian


dari Pendekar Tengkorak Song Thay-kun serta Pendekar
Laknat, baru pertama kali itu Siau-liong menghadapi
pertempuran yang membuat semangatnya serasa terbang!

Suami isteri iblis itu tak memberi ampun lagi, Mereka


melancarkan serangan maut lagi.

Jurus ke 46 dapat dihadapi Siau-liong dengan selamat.


Tetapi pada jurus yang ke 47, ia terdesak lagi dan pontang
panting tak keruan....

---ooo0dwooo---

Jilid 05

Pertempuran Dalam Air

KELEDAI-MALAS-BERGULING-GULING, demikian jurus yang


digunakan Siau-liong ketika diburu serangan dari empat
penjuru oleh kedua suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka.

Dengan menjatuhkan diri berguling-guling di tanah


dapatlah Siau-liong menyelamatkan diri dari serangan yang ke
47. Jubahnya menderita robek beberapa tempat.

Waktu suami isteri ganas itu melancarkan serangan pada


jurus ke 48, si dara Mawar Putih tak dapat menahan diri lagi.

238
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tak peduli lagi segala peraturan dunia persilatan. Secepat


mencabut pedang, ia terus hendak loncat maju membantu
pemuda itu....

Untunglah Siau-liong ternyata dapat lolos dari serangan


lawan. Pemuda itu hanya menderita napas sesak karena
tekanan angin pukulan suami isteri-iblis.

Jurus ke 49 membuat tubuh Siau-liong basah kuyup mandi


keringat. Ia segera kerahkan tenaga murni untuk
menghantam dinding kepungan musuh.

Dess.... terdengar desus benturan angin yang amat keras


ketika ia lancarkan pukulan Thay-siang-ciang. Ia gunakan sisa
tenaganya dalam pukulan itu. Dahsyatnya bukan alang-
kepalang sehingga debu dan pasir bertebaran keempat
penjuru.

Tetapi sayang. Karena tenaga dalamnya sudah habis


digunakan untuk menghadapi 48 jurus serangan maut dari
suami isteri iblis, maka sekalipun pukulannya itu masih
mengunjuk perbawa, tetapi tak berisi. Iblis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka hanya tersurut mundur dua langkah. Tetapi
Siau-liong masih terkurung dalam lingkaran tenaga dalam
yang dipancarkan kedua suami isteri iblis itu.

Pada jurus ke 50 atau jurus yang terakhir, Iblis Penakluk-


dunia dan Dewi Neraka telah gunakan seluruh tenaga sakti
untuk melancarkan pukulan maut Thay-im-ki-bun-kang. Dua
macam tenaga sakti digabungkan menjadi satu dalam gerak
serangan yang serempak.

Siau-liong sudah kehabisan tenaga untuk menolak


serangan itu. Ia rasakan dirinya seperti ditimpah gunung
Himalaya yang rubuh! Tak boleh tidak, dia tentu hancur
lebur....

239
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi berkat bahan2 tulang Siau-liong yang bagus apalagi


telah makan buah Im-yang-som dan menghisap darah
binatang dalam pusar bumi, makin terjepit dalam bahaya
makin ia dapat memancarkan tenaga sakti. Semangat ingin
hidup, tambah memperhebat daya kekuatan tenaganya.

Dalam jepitan dua macam aliran tenaga sakti dari suami


isteri iblis itu, sekonyong-konyong anak muda itu mencelat ke
udara sampai dua tiga tombak tingginya. Sambil bergeliatan ia
melayang hinggap di atas sebatang pohon, lalu duduk
memejamkan mata untuk memulangkan napas.

Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka benar-benar ter-


longong2 melihatnya....

Serangan 50 jurus tadi, bagi kedua suami isteri itu


merupakan ilmu simpanan yang paling diandalkan. Dan yang
mengherankan, Pendekar Laknat menghadapinya dengan
jurus2 permainan ilmu silat yang baru. Seharusnya, apabila
Pendekar Laknat tetap mengunakan jurus seperti dalam
pertempuran dahulu tak mungkin dia sampai begitu pontang
panting keadaannya.

Sudah tentu kedua suami isteri itu tak tahu bahwa


Pendekar Laknat yang dihadapi saat itu bukanlah Pendekar
Laknat pada 20 tahun berselang, melainkan hanya seorang
anak muda yang baru berumur belasan tahun.

Sudah tentu Siau-liong tak tahu cara menghadapi ke 50


serangan suami isteri itu. Oleh karena masih kurang
pengalaman bertempur, apalagi dikeroyok dua musuh yang
sakti, ia menjadi kelabakan setengah mati. Darahnya
bergolak-golak keras. Walaupun ia dapat menyelamatkan diri
dari 50 serangan itu, tetapi ia memerlukan beristirahat untuk
menenangkan darahnya.

240
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu


menganggap Pendekar Laknat sebagai musuh bebuyutan yang
menjadi duri mata mereka. Cepat mereka loncat ke atas
menyerang Siau-liong lagi.

Siau-liong pun sudah menjaga kemungkinan itu. Begitu


serangan tinju dan tongkat tiba, mendadak ia menghilang.
Tahu2 ia sudah berdiri dimuka Mawar Putih.

Kedua suami isteri itu makin panas. Mereka malayang turun


dan sambil menggerung terus menghampiri Siau-liong.

Siau-liong siap sedia. Tiba-tiba Mawar Putih menyelinap


kemuka pemuda itu. Ia kira Siau-liong tentu menderita luka.
Tanpa menghiraukan suatu apa, dara itu terus melindunginya.

Siau-liong terkejut. Ia tahu Mawar Putih tak mungkin


mampu menerima serangan kedua momok itu. Kepandaian
dara itu masih belum memadai.

Pada saat itu Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah
mulai lancarkan pukulan dengan sepenuh tenaga.

Celaka....! Siau-liong gugup. Untuk maju melindungi


dimuka dara itu, jelas sudah tak keburu lagi. Satu-satunya
jalan, ia menarik pinggang dara itu terus diseret lari!

Kedua iblis itu meraung-ruang dan mengejarnya. Saat itu


hari sudah terang tanah. Keadaan dalam lembah makin jelas.
Tiba-tiba Siau-liong tak jauh disebelah muka terdapat sebuah
kolam besar seluas seratusan tombak bahu. Hingga
menyerupai sebuah telaga besar.

Pikir Siau-liong, kedua momok itu tinggal di daerah


pegunungan, mereka tentu kurang mahir berenang dalam air.

241
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka cepat2 pemuda itu menyempal dua batang dahan


pohon. Setelah dilempar ke dalam telaga, mereka apungkan
diri hinggap di atas dahan itu, meluncur ketengah telaga.

Begitu tiba, kedua iblis itupun mencontoh tindakan Siau-


liong, menggunakan dahan pohon untuk meluncur
dipermukaan air.

Siau-liong tenang saja. Sambil bergandengan tangan


dengan Mawar Putih mereka meluncur dengan bebas,
berlenggang lenggok ke kanan kiri.

Memang perhitungannya tepat. Ilmu air kedua momok tak


selihay di atas daratan. Setelah beberapa putaran mengejar,
mereka berteriak-teriak seperti kalap yang kehabisan napas.

Akhirnya kedua iblis itu mencari akal. Tak mau mereka


bersama mengejar melainkan memencar diri.

Iblis Penakluk dunia tetap mengejar diair sedang Dewi


Neraka naik ke darat dan berlarian mengelilingi telaga. Begitu
kedua anak muda itu lari ke arah mana saja, cepat Dewi
Neraka loncat ke dalam telaga untuk menghadang.

Dengan cara itu dapat kedua iblis itu menarik keuntungan


dari cara pengejaran itu.

Keadaan Siau-liong makin lama makin berbahaya. Kedua


iblis itu makin lama makin dapat mempersempit lingkaran
gerak Siau-liong berdua. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba
Siau-liong rasakan suatu sambaran angin melanda
belakangnya. Ternyata kedua suami isteri yang ganas itu tak
sabar lagi. Dari jarak jauh mereka sudah lantas mengirim
pukulan.

242
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat keadan makin bahaya dimana kedua suami isteri


itu makin mendekat, cepat Siau-liong membuka jubah luarnya
sehingga dalam pakaian dalam yang ringkas, tubuhnya
tampak tegap kekar.

Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka terbeliak heran


melihat tingkah laku Pendekar Laknat itu. Apa perlunya dia
membuka jubah?

Kuatir kalau musuh akan melarikan diri, kedua suami isteri


iblis itu segera pesatkan serangannya. Setiap kesempatan
pukulannya dapat mencapai, mereka segera lontarkan
hantaman!

Sambil mengandeng Mawar Putih, Siau-liong tamparkan


jubahnya untuk menangkis. Jubah itu mempunyai dwi-fungsi
atau dua macam daya kegunaan. Pertama, untuk menangkis.
Dan kedua, dengan meminjam tenaga tamparan itu, Siau-liong
dapat bergerak dengan pesat.

Kembali kedua suami isteri iblis itu terbeliak. Sesaat mereka


kehilangan faham. Cara memutar jubah untuk meminjam
tenaga mempercepat gerakan tubuh, sungguh suatu cara
yang cerdik sekali. Kedua iblis itu bingung. Mereka tak berani
mendesak maju tetapi pun tak mau melepaskan kurungannya.

Karena sekali lepas, sukarlah untuk memperoleh


kesempatan sebagus itu lagi.

Mengapa kedua iblis itu juga tak mau meniru perbuatan


Siau-liong saja? Ah, kiranya memang berlainan tujuan kedua
fihak itu. Siau-liong hanya ingin menghindarkan diri dengan
ber-putar2 dipermukaan telaga. Sedangkan Kedua iblis itu
bertujuan untuk membunuh. Jika mereka menggunakan cara
seperti Siau-liong, tentu tenaga pukulan mereka akan
berkurang.

243
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kejar mengejar itu berlangsung cukup lama. Tiba-tiba


diluar kesadaran, Siau-liong berdua telah menempatkan diri
dalam lingkaran kemampuan pukulan lawan mengenainya.
Seketika kedua iblis itu meluncur sambil tertawa lepas. Pada
lain saat mereka menghantam dengan tiba-tiba.

Dipermukaan telaga seketika melambung dua gunduk


gelombang dahsyat yang muncrat ke atas dengan amat
tingginya Kemudian jatuh berhamburan menimpah Siau liong
dan Mawar Putih.

Sesosok jubah hitam terdampar ke atas dan pada lain saat


Siau-liong dan Mawar Putih lenyap.

"Kurang ajar, dia menghilang ke dalam telaga!" gerutu Iblis


Penakluk-dunia, Ia bersama isterinya menyurut mundur.
Tetapi disekeliling penjuru tak tampak bayangan Siau-liong
dan Mawar Putih.

Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka hampir tak percaya


apa yang dilihatnya. Mereka heran mengapa Pendekar Laknat
dan Dewi Ular Ki Ih secepat itu dapat meloloskan diri. Mereka
tentu menyelam ke dalam air atau bersembunyi dibalik batu.
Cepat mereka menyelam ke dalam air dan memeriksa
gundukan batu di dasar telaga. Walau pun mereka mempunyai
indera penglihatan yang tajam sekali tetapi karena berada di
dalam air, mereka tak dapat melihat dengan jelas.

Tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia melihat di balik sebuah batu


besar, dua sosok tubuh mendekam. Cepat ia menyerbunya.

Pyah, pyah. pyah.... terdengar air beriak keras dan


gelombang muncrat ke atas. Siau-liong dan Mawar Putih
unggul dalam air. Mereka cepat menyongsong iblis itu dengan

244
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pukulan. Iblis Penakluk dunia terpaksa berhenti dan


menangkis dengan kedua tangannya.

Tetapi iblis itu kalah unggul dalam air. Gelombang air yang
selaju kuda lari mendamparnya sehingga ia terpaksa gunakan
ilmu Cian-kin-tui atau Kaki-seribu-kati dan meramkan mata
untuk bertahan diri.

Pada saat ia membuka mata, Pendekar Laknat dan Ki Ih


sudah lenyap lagi. Tetapi ia mendengar air disebelah muka
beriak keras. Tentulah Pendekar Laknat dan Ki Ih sedang
dikejar Dewi Neraka. Cepat iapun meluncur kemuka. Baru tiga
empat tombak berenang, tampak isterinya sedang bertempur
dengan Pendekar Laknat dan Ki Ih. Secepat kilat ia segera
menyambar pergelangan tangan Pendekar Laknat.

Pertempuran itu telah menyebabkan air beriak seperti


diaduk-aduk sehingga sukar untuk melukai lawan. Satu-
satunya jalan ialah mencengkeram tangan Pendekar Laknat.

Tetapi Siau-liong diam saja. Baru ketika tangan iblis itu


hampir menyentuh pergelangan tangannya, ia segera
menjejak lawan. Tetapi Iblis Penakluk-dunia itu juga sakti.
Cepat ia mengendap ke bawah dan gunakan jarinya untuk
menutuk telapak kaki Siau-liong.

Untuk menghindari ancaman itu, Siau-liong melambung ke


atas, berjumpalitan dan menghantam dengan kedua
tangannya. Setelah dapat mengundurkan kedua lawan. cepat
ia menarik Mawar Putih dan laksana anak panah, mereka
meluncur kemuka.

Kedua suami isteri itu bergegas mengejar. Tetapi baru lima


enam tombak, mereka sudah kehilangan jejak Siau-liong dan
Mawar Putih. Terpaksa kedua iblis itu meluncur ke atas

245
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

permukaan air lagi. Mereka memutuskan menggunakan siasat


"menjaga kelinci keluar dari gerumbul'.

Memang benar perhitungan mereka itu. Betapapun


pandainya berenang, namun Siau-liong dan Mawar Putih tentu
tak mungkin terus menerus menyelam dalam air.

Dengan perhitungan itu, Iblis Penakluk dunia menunggu


dalam air, Dewi Neraka didaratan.

Cara itu membuat Siau-liong dan Mawar Putih mati kutu.


Keduanya berusaha diam-diam mendekati tepi pantai.
Pikirnya, sewaktu kedua iblis lengah, mereka terus hendak
loncat ke daratan dan meloloskan diri.

Tetapi pada saat menyembul ke permukaan air Iblis


Penakluk-dunia cepat melihatnya. Buru-buru kedua pemuda
itu menyelam lagi ke dalam air.

Marah karena dipermainkan Siau-liong dan Mawar Putih,


kedua suami isteri iblis itu segera terjun mengejar ke dasar
telaga.

Siau-liong terkejut ketika melihat kedua iblis itu


menggunakan siasat Barisan-dua-muka untuk mencegat.
Karena sukar untuk menembus, Siau-liong menarik Mawar
Putih kesisinya dan siap menghadapi musuh.

Mawar Putih heran mengapa Siau-liong diam saja. Ia salah


duga kalau pemuda itu hendak menyerah.

Pada saat itu, Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka makin


mendekat. Sekonyong-konyong Siau-liong lancarkan tenaga-
sakti Bu-kek-sin-kang. Hawa panas yang memancar dari
tenaga-sakti itu mampu memanaskan air dan menimbulkan
gelombang besar.

246
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka terkejut. Buru-buru


mereka berhenti dan melancarkan menyalurkan tenaga dalam.

Tenaga dalam Thay-im-ki-bun-kang dari Iblis Penakluk-


dunia dan tenaga dalam Thay-im-bu wi-kang dari Dewi Neraka
serentak memancar ber-sama2. Air telaga yang panas itu
segera dingin lagi.

Dengan begitu kedua belah fihak sama2 tak menarik


keuntungan apa2. Tetapi bagi Siau-liong hal itu tidak
menguntungkan. Ia harus lekas-lekas mencari kesempatan
lolos.

Tak berapa lama, kedua iblis itu tak tahan lagi berendam
dalam dasar air. Iblis Penakluk-dunia segera melambung ke
permukaan air. Dengan begitu serangannya pun buyar.

Menggunakan kesempatan itu, Siau-liong cepat menarik


Mawar Putih diajak meluncur kelain tempat. Dalam sekejab
saja keduanya sudah mencapai 7-8 tombak jauhnya.
Merekapun memerlukan bernapas....

Tetapi begitu keduanya muncul di permukan telaga, suami


isteri iblis yang sudah lebih dahulu berada di permukaan air
cepat mengejarnya.

Siau-liong lepaskan Mawar Putih dan siap melontarkan


pukulan Bu-kek-sin-kang. Sekalipun tak mati tetapi sekurang-
kurangnya kedua iblis itu pasti akan menderita.

Dengan menggembor keras, tiba-tiba Siau-liong


melambung ke udara dan lepaskan pukulan Dewa menderita-
dalam-berkelana.

247
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka menyurut mundur


satu tombak lalu loncat ke atas potongan dahan kayu dan
maju menyerang lagi dengan tongkat dan pukulan. Mereka
mencegah agar Siau-liong jangan sampai mendekati Mawar
Putih lagi.

Memang Mawar Putih tak menang melawan Dewi Neraka.


Tetapi berkat ilmunya berenang yang tinggi, ia dapat
melampaui kedua iblis itu. Bahkan menang dibanding dengan
Siau-liong.

Begitu melihat Dewi Neraka maju menerjang, mendadak


dara itu lenyap.

Pada saat Siau-liong meluncur turun ke air lagi, ia terkejut


karena tak melihat Mawar Putih. Tetapi ia tak sempat
mencarinya lagi karena saat itu Iblis Penakluk-dunia sudah
menyerangnya.

Dalam kemurkaannya, Siau-liong balas menghantam lawan.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba Siau-liong mendengar


bunyi senjata beradu. Ia duga Mawar Putih tentu benempur di
atas daratan dengan Dewi Neraka. Ia cemas. Sekalipun takkan
kalah tetapi Mawar Putih tentu tak kuat bertempur lama.
Dengan gugup, Siau-liong bersuit nyaring lagi loncat ke udara
lagi.

Kuatir lawan akan melontarkan pukulan sakti lagi, buru-


buru Iblis Penakluk-dunia menyelam ke dalam air.
Kesempatan itu digunakan Siau-liong untuk melayang dua tiga
tombak jauhnya. Selekas tiba di air, ia cepat berenang ke
daratan.

Tetapi belum Siau-liong mencapai daratan, Mawar Putih


sudah meluncur ke dalam air lagi dengan potongan dahan

248
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kayu. Ternyata dara itu juga menguatirkan keselamatan Siau-


liong. Setelah berhasil melepaskan diri dari serangan Dewi
Neraka, cepat ia loncat ke dalam telaga lagi.

Siau-liong meneriakinya dan dara itupun segera lemparkan


dua batang dahan kayu. Siau-liong loncat ke atas dahan kayu
lalu meluncur bersama dara itu.

Suami isteri iblis mengkal sekali. Mereka gunakan siasat


untuk menyerang dari muka dan belakang. Siau-liong terpaksa
menghadapi mereka. Dalam beberapa kejab saja, mereka
sudah bertempur sampai berpuluh-puluh jurus. Tetapi tetap
belum ada yang menang atau kalah.

Rupanya Siau-liong tak sabar lagi. Tiba-tiba ia memekik


keras, “Berhenti "

Kedua suami isteri iblis itu tertegun dan hentikan


serangannya.

Siau-liong tertawa keras. Pada saat Iblis Penakluk-dunia


dan Dewi Neraka tertegun, Siau-liong cepat menarik tangan
Mawar Putih meluncur kedaratan. Dalam beberapa loncatan
saja, keduanya sudah mencapai 20-an tombak jauhnya.

Dewi Neraka bersuit nyaring. Sambil bolang-balingkan


tongkat, ia hendak mengejar. Tetapi dicegah suaminya,
“Sudahlah. biarkan mereka lolos!"

"Tolol! Apa engkau gila? Terang mereka sudah hampir


kalah mengapa engkau lepaskan lagi?"

Iblis Penakluk dunia tertawa.

"Isteriku, apakah engkau melihat arah mereka lari?"


tanyanya.

249
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepasang mata wanita iblis itu mengeliar, serunya, “Apa


hubungannya dengan orang itu?"

Sambil mengurut jenggotnya yang hampir mencapai lutut.


iblis pendek itu berkata dengan gembira, “Mereka menuju ke
arah selat Tujuh maut yang menembus keujung buntu.
Sebelumnya sudah kusuruh murid2 dan puteri kita supaya
bersiap disana. Sekalipun dewa turun kesitu, tak mungkin
mampu lolos dari bencana kebinasaan!"

Dewi Neraka menghunjamkan tongkat dan tertawa


mengekeh, “Heh, heh, aku memang seorang nenek linglung.
Tetapi si tua Laknat itu masih membawa separoh Giok-pwe,
jika....”

"Jangan kuatir, isteriku," Iblis Penakluk-dunia menukas,


"dalam waktu tiga jam kemudian kutanggung benda itu tentu
akan jatuh ditangan kita dalam keadaan utuh!"

Kedua suami isteri itu saling berpandang. Serempak mereka


tertawa keras.

Kemudian berkatalah Dewi Neraka dengan berseri gembira,


“Asal benda itu jatuh ketangan kita, dunia persilatan pasti kita
kuasai!"

Kembali kedua suami isteri iblis itu tertawa nyaring.

"Tetapi sebelum benda itu jatuh ketangan kita, aku kuatir


kedua manusia itu akan muncul menghalangi urusan ini!" tiba-
tiba Iblis Penakluk-dunia berseru.

“Apakah engkau maksudkan si Naga-laknat dan


Harimau....”

250
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Si Naga dan si Harimau kedua iblis itu hanya


mengandalkan keberanian. Tak perlu kita cemaskan!" cepat
Iblis Penakluk dunia menukas.

Dewi Neraka deliki mata dan membentak suaminya,


“Jangan jual lagak! Lekas katakan siapakah manusia itu!"

Dengan wajah bersungguh, Iblis Penakluk dunia berkata,


“Yang kukuatirkan bukan lain adalah si Tabib sakti jenggot
naga Kongsun Sin Tho dari gunung Hongsan dan puncak Sin-
li-hong gunung Busan....”

”Tolol!" Dewi Neraka menukas tertawa, "mengapa makin


tua engkau makin bernyali kecil? Engkau takut kepada tabib
yang jual resep jamu dan janda yang tak berani ketemu orang
itu? Ha, ha....”

Iblis Penakluk-dunia menyingkirkan hidungnya yang


melengkung seperti kait, ujarnya, “Benar, si tabib tua Kongsun
Sin Tho memang hanya termasyhur dalam ilmu pengobatan
dan selama itu orang tak pernah melihat kepandaian silatnya.
Orang menganggapnya dia tak mempunyai ilmu kepandaian
silat yang berarti. Tetapi sesungguhnya hanya aku seorang
yang tahu. Dua puluh tahun yang lalu ketika di gunung Tong-
pik-san, aku pernah menderita kekalahan dari orang itu.
Kepandaian tabib itu....” — ia berhenti menghela napas.

"Jauh di atas kita berdua." katanya kemudian, "dan tentang


janda yang tinggal di puncak Sin-li-hong itu, bahkan lebih
sukar lagi dihadapi."

Wajah Dewi Neraka berobah seketika, katanya, “Kalau


begitu, kita terpaksa harus melepaskan si tua Jong Ling untuk
menghadapi mereka!"

251
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk-dunia merenung. Beberapa jenak kemudian


ia berkata, “Melepas si Jong Ling memang menguntungkan
tetapi juga akan berbahaya.... ah, tetapi mungkin akulah yang
berbanyak kecemasan. Selama ini kedua orang itu tak pernah
mencampuri urusan orang lain. Kemungkinan dalam urusan
kita ini, mereka pun takkan menyimpang dari adat
kebiasaannya itu."

Dewi Neraka deliki mata, “Tolol....” tiba-tiba ia tertawa


mengekeh, Nadanya macam burung hantu mengukuk
ditengah malam.

Iblis Penakluk dunia memandang isterinya, lalu ikut tertawa


nyaring: Isteriku paling lama hanya sehari semalam, kita bakal
memperoleh pusaka yang dibuat incaran oleh be-ribu2
manusia dari dahulu sampai sekarang. Pada saat itu, ho, pada
saat itu tak ada manusia di dunia yang mampu melawan aku
dan engkau!"

Pada saat kedua suami isteri iblis itu sedang ber-cakap2,


Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah bersama anak
buahnya muncul. Dengan sikap manja, nona itu jatuhkan diri
kedada Dewi Neraka, tanyanya, “Ma, apakah engkau bersama
ayah sudah menenggelamkan mereka ke dalam air?"

Sambil mem-belai2 rambut puterinya, wanita iblis itu


berkata, “Anak tolol....” kemudian ia tertawa mengekeh....
Tangan kanan mencekal tongkat, tangan kiri memegang bahu
si nona, ia berjalan terhenyak-henyak menuju ke dalam
lembah.

Setelah memandang ke arah Siau-liong dan Mawar Putih


lari tadi. Iblis Penakluk dunia segera memanggil muridnya,
Soh-beng Ki-su.

252
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cepat putuskan semua jalan yang menghubungi selat


Tujuh-maut. Lalu suruh anak buah dalam lembah berkumpul
untuk menunggu perintah!"

Soh-beng Ki-su mengiakan dan terus pergi.

Iblis Penakluk dunia masih tertegun di tempat itu,


Wajahnya sebentar gelisah sebentar berobah girang. Setelah
Soh-beng Ki-su lenyap, barulah bergegas menyusul isterinya.

Dilain pihak, setelah lari satu li jauhnya dan tak melihat


kedua iblis itu mengejar barulah Siau-liong dan Mawar Putih
berhenti.

Napas Mawar Putih ter-engah2. Ia duduk disebuah batu


besar dan menghela napas panjang-pendek. Siau-liong
sejenak memandang kesekeliling penjuru. Diam-diam ia
kerutkan dahi.

Empat penjuru merupakan karang tinggi yang landai,


penuh ditumbuhi pakis (lumut) sehingga tak mungkin
dipanjat. Disebelah muka tampak jalan kecil yang menyerupai
pematang sawah, berkelak-keluk melingkar-lingkar. Dan
memandang ke atas hanya langit biru. Tampaknya sepanjang
hari lembah itu tak terkena sinar matahari, pula tak pernah
didatangi orang....

Ujung mulut selat lembah itu, menembus ke telaga. Hanya


itu, tak ada lain-lain jalanan lagi.

Diam-diam Siau liong menimang dalam hati, “Tampaknya


selat ini masih dalam lingkungan Lembah Semi. Anak murid
kedua suami isteri iblis itu kemungkinan tentu bersembunyi
disekitar situ. Ah, aku harus hati2. Kecuali alat-alat rahasia
yang hebat, pun kedua suami isteri itu amat ganas dan
banyak tipu muslihat....”

253
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ilmu kepandaian Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka


yang tergolong pada aliran Hitam itu telah mencapai
peyakinan yang tinggi. Mau tak mau Siau liong harus
mengakui bahwa baru pertama kali itu ia bertemu dengan
musuh yang tangguh. Apalagi kedua suami isteri itu
menyerang dengan serempak untuk saling mengisi. Apabila
bertempur lama, tentu bahaya.

Diam-diam hati Siau-liong tergetar. Masuknya ke dalam


lembah Semi, walaupun bertujuan hendak melenyapkan Iblis
Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tetapi yang penting ialah
membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo. Dengan begitu
dapatlah ia meminta Mawar Putih untuk membawanya
menemui ibunya diluar lautan.

Tetapi ternyata Toh Hun-ki dan rombongannya tak


kelihatan. Yang ada adalah kedua suami isteri ganas. Diam-
diam Siau-liong menghela napas.

“Bagaimana sekarang kita ini?" Mawar Putih bangkit dari


duduk dan menghampiri Siau-liong.

Siau-liong merenung. Katanya sesaat kemudian, “Turut


pendapatku, Toh Hun-ki dan keempat Sulo itu tentu sudah
ikut rombongan It Hang to-tiang untuk menggempur Lembah
Semi. Ah, bagaimana nasib mereka, sukar diramalkan....”

Kemudian ia berpaling memandang ke arah telaga, katanya


lebih lanjut, “Lebih dulu kita harus mencari tempat beristirahat
yang tersembunyi. Biarlah aku kembali menyelidiki lembah.
Apabila Toh Hun-ki dan rombongannya sudah blnasa ditangan
kedua suami isteri iblis itu, tetap akan kupotong batang
kepalanya dan kubawa kemari! "

Mawar Putih merenung sampai beberapa saat.

254
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siau.... liong," dara itu berseru pelahan.

Siau-liong terkejut, “Ada sesuatu?"

Mawar Putih tersenyum, “Bukalah kedokmu itu, ah,


memuakkan.... sekali!"

Tiba-tiba Siau-liong mendapat pikiran. Jika ia dan Mawar


Putih berganti rupa dan tidak lagi sebagai Pendekar Laknat -
Ki Ih, kedua suami isteri iblis itu tentu akan bingung.

Segera ia menarik tangan dara itu ke balik gerumbul pohon


alang-alang. Alang2 itu setinggi orang, menjaluri disepanjang
jalan yang berkelak-kelok sampai beberapa tombak jauhnya.
Suatu tempat persembunyian yang bagus.

Setelah sejenak memandang kesekeliling dan yakin tiada


orang, barulah kedua anak muda itu melepas kedok dan
pakaian penyamaran mereka. Setelah itu mereka berjalan
menyusur ujung jalan kecil itu. Kira2 sepeminum teh lamanya,
barulah mereka keluar.

Kini mereka tiba disebuah selat yang dikelilingi karang dan


batu raksasa. Setelah mengamati sekeliling, barulah Siau-liong
mengajak Mawar Putih berjalan menurut jalan pematang
ditengah selat itu.

Karang dikedua samping jalan amat berbahaya sekali.


Menjulang tinggi dengan lempang dan penuh pakis. Tak
mungkin dapat dikaki orang.

"Makin berjalan makin tak tampak jalanan. Hendak


kemanakah engkau ini?" akhirnya karena tak tahan, Mawar
Putih bertanya.

255
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Harap bicara pelahan2 saja. Lembah karang ini dapat


memantul gema suara sejauh dua li," kata Siau-liong.

Sesungguhnya ia sedang mencurahkan seluruh


perhatiannya untuk mengamati keadaan disekeliling dan jalan
kecil yang dilewati itu. Maka ia tak jelas yang dikatakan Mawar
Putih.

Mawar Putih mendengus dan terpaksa diam.

Karena kuatir selat itu mengandung alat rahasia lagi,


terpaksa Siau-liong berjalan dengan pelahan-lahan. Maka
hampir sepenanak nasi lamanya, mereka baru mencapai satu
li jauhnya.

Jalanan selat lembah itu lurus menuju kemuka. Tampak


pada ujung jalan disebelah muka, menjulang sebuah puncak
gunung. Sebenarnya apabila sudah tiba di ujung jalan, akan
terdapat sebuah jalan tembusan lagi. Tetapi karena tak tahu,
Siau-liong berhenti di tengah jalan.

Tengah ia menimang-nimang baik melanjutkan perjalanan


lagi atau tidak, tiba-tiba Mawar Putih menjerit kaget. Cepat ia
berpaling. Ah, ternyata dara itu tengah ayunkan pedangnya
menabas seekor ular besar sepanjang 6-7 meter.

Betapapun Mawar Putih itu seorang anak perempuan yang


mempunyai sifat pembawaan bernyali kecil. Sekalipun sudah
menabas kutung ular, tetapi wajahnya masih tampak
ketakutan.

Ular itu tubuhnya berwarna hijau tetapi ekornya merah.


Kepalanya mempunyai sebuah tengger warna hitam.
Tubuhnya yang terkutung itu masih bergeliatan tak henti-
hentinya. Jelas binatang itu tentu seekor ular yang amat
berbisa.

256
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau liong tak menghiraukan. Ia anggap ular itu binatang


yang biasa terdapat dipegunungan.

Segera ia menarik tangan si dara lagi untuk diajak berjalan


menuju keujung jalan.

Tiba disitu, disebelah kiri terbentur sebuah selat gunung


yang agak lebar. Merupakan sebuah tanah Iapang seluas
beberapa bahu, dikelilingi oleh deretan puncak gunung yang
berjajar rapi. Pohon2 layu, mengesankan pemandangan
musim rontok yang sayu. Jauh sekali bedanya dengan alam
kesegaran dalam Lembah Semi.

Siau-liong berjalan dimuka. Ia berjalan dengan hati2. Tiba-


tiba Mawar Putih yang berada dibelakangnya menjerit kaget
lagi. Jeritan itu menimbulkan gema suara yang berkumandang
sampai beberapa li jauhnya.

Ketika berpaling. Siau-liong melihat berpuluh ekor ular


besar tengah merayap mendatangi. Mawar Putih siapkan
tenjata rahasia Hwe-hun-tun terus ditaburkan ke arah
kawanan ular itu. Binatang itu bergeliatan susul menyusul
mati.

Kini barulah Siau-liong menyadari bahwa kawanan ular itu


bukanlah suatu hal yang kebetunan melainkan tentu suatu
perangkap musuh yang sengaja dipersiapkan.

Ia memandang lebih jauh. Dilihat pada celah2 batu dalam


gerumbul rumput, penuh dengan benda2 yang bergelitan.
Selain ular berbisa, pun terdapat juga binatang kadal,
kelabang dan lain-lain serangga berbisa.

Siau-liong cepat suruh Mawar Putih berjalan dimuka dan ia


melindungi dibelakangnya. Ia menimang. Jika menggunakan

257
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaga sakti Bu-kek-sin-kang atau Thay-siang-ciang, tentulah


dirinya akan ketahuan.

Akhirnya terpaksa ia gunakan akal. Memukul dengan diam-


diam menyaluri tenaga sakti Bu-kek-sin-kang secara perlahan.
Walaupun cara memukul itu terpaksa hanya menggunakan
tiga bagian tenaga sehingga tak dapat menghancurkan
binatang2 itu seluruhnya. Tetapi hawa panas yang memancar
dari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang itu memaksa kawanan
binatang itu tak berani maju lagi.

Begitulah dengan jalan bersama si dara, Siau-liong tetap


siap siaga menjaga kawanan binatang beracun. Kemudian ia
meminta si dara supaya menyimpan pedang dan senjata
rahasia Hwe-hun-tui.

Mawar Putih salah paham dan deliki mata: ”Mengapa?


Apakah karena kepandaianku tak menyamai engkau?"

Siau-liong tertawa hambar, “Saat ini dirimu bukan sebagai


Ki Ih, jangan sampai menimbulkan kecurigaan orang."

"Uh, aku memang tolol!" si dara tertawa lalu melakukan


perintah Siau-liong.

Tiba di tanah lapang, tampak empat penjuru dikelilingi batu


karang yang tinggi sekali sehingga tempat itu menyerupai
dasar sebuah sumur.

Tempat itu seluas 10 an bahu. Ditengah terdapat


segerumbul rimba yang ditumbuhi betasan pohon cemara.
Benar-benar merupakan sebuah tempat bersembunyi yang
bagus sekali.

Siau-liong mengajak Mawar Putih cepat2 menuju ke rimba


cemara itu. Mereka terkejut ketika menemukan dua orang

258
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lelaki dalam rimba itu. Seorang lelaki berumur 50-an tahun,


memelihara rambut panjang sampai ke bahu. Mengenakan
pakaian pertapaan, bukan sebagai imam pun bukan sebagai
orang biasa. Dia duduk bersila sambil memegang sebatang
kebut pertapaan. Mulutnya kemak-kemit seperti tengah
menghapal.

Sedang yang seorang lagi, seorang tua bertubuh kurus


tinggi. Mata ber-kilat2 tajam. Begitu melihat Siau-liong dan
Mawar Putih muncul dia terkejut lalu tebarkan kipas Kim-kut-
san atau kipas berkerangka emas. Selagi Siau-liong belum
berdiri tegak, cepat orang tua itu menyerang dadanya dengan
jurus Mengusir-angin-memburu-awan.

Siau-liong ingat2 lupa orangtua itu. Dia seperti pernah


bertemu tetapi entah dimana. Ia marah karena orang tua itu
amat kasar. Cepat ia kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang
kelengannya. Begitu kipas Kim-kut-san melayang, ia segera
menyongsongnya.

Rupanya orangtua itu menyadari bahaya. Secepat kedua


tenaga beradu, ia terus menyurut mundur.

Siau-Kong tak mau memburu melainkan membentaknya,


“Apakah kalian berdua ini kaki tangan suami isteri iblis itu?"

Lelaki yang duduk bersila di tanah itu sejenak berpaling


samping memandang ke arah Siau-liong dan Mawar Putih, lalu
melanjutkan menghapal lagi.

Sedangkan orang tua yang mencekal kipas Kim-kut-san tadi


mengeliarkan matanya beberapa jenak lalu bertanya kepada
Siau-liong, “Apakah saudara bukan cousu dari partay Kay-
pang?"

259
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong mengamati kedua orang tua itu lagi dan


teringatlah ia bahwa mereka itu tokoh2 yang ikut hadir dalam
pertemuan di puncak Ngo-siong-ngai dipimpin It Hang totiang.

"Saudara dengan Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka....”

Belum orang tua itu selesai bertanya Siau-liong tertawa


menukas, “Aku dan paman berdua, satu kubu ialah tak mau
hidup dalam dunia persilatan bersama kedua suami isteri iblis
itu....”

Serentak Siau-liong teringat akan sikap It Hang, Ti Gong


taysu, Lam Leng lojin dan lain-lain orang terhadap dirinya
tempo hari. Seketika meluaplah kemarahannya, “Tetapi karena
It Hang totiang dan lain-lain orang mencurigai diriku maka
terpaksa aku bersama nona ini masuk sendiri ke dalam
Lembah Semi....”

Orangtua yang memegang kipas buru-buru menjurah


memberi hormat, “Lebih dulu kuwakili It Hang totiang dan
beberapa saudara, menghaturkan maaf kepadamu. Sukalah
saudara berlapang dada....” - sejenak berhenti, ia berkata
pula, "Aku Cu Kong-leng yang oleh dunia persilatan digelari
sebagai Im-yang-san (si Kipas tenaga Positip dan Negatip),
berkat kepercayaan dari para sahabat himpunan Tong-thing-
pang, telah diangkat sebagai ketua dari perhimpunan itu....”

Kemudian ia menunjuk kepada lelaki yang duduk


bersemedhi di tanah, berkata lagi, “Dan saudara itu adalah
Tan Ih-hong, ketua perkumpulan Ji-tok-kau.... dia tengah
mengobati lukanya dari gigitan binatang beracun!"

Lelaki yang duduk bersila itu atau Tan Ih-hong tetap


berkomat-kamit mulutnya. Ia tak menghiraukan orang.

260
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liongpun tak mempedulikannya. Ia bertanya lagi


kepada Cu Kong-leng, “Apakah saudara ikut dalam rombongan
It Hang totiang menyerbu ke Lembah Semi? Apakah saudara
tahu dimana Toh-Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-
pay itu?"

Ketua Tong-thing-pang itu menghela napas panjang,


ujarnya, “Kemarin setelah saudara dan Dewi Ular Ki Ih
tinggalkan puncak Ngo-siong-nia. Harimau Iblis muncul
kembali dan bertempur sengit lawan It Hang totiang dan
kawan2. Kesudahannya ketua Go bi-pay Ki Ceng siansu dan
Lam Leng lojin menderita luka parah. Karena terpaksa, kami
be-ramai2 mengeroyoknya barulah pertempuran berimbang.
Tetapi kalau perempuran itu berlangsung lama, kedua pihak
pasti akan sama2 remuk. Untunglah si Naga Haram
muncul....”

"Engkau maksudkan Naga Haram dan gunung Kengsan


itu?" Mawar Putih menyeletuk.

Cu Kong-leng mengiakan.

Mawar Putih menyeringai, “Kabarnya Harimau Iblis dan


Naga Haram itu sebenarnya dua orang bersaudara. Kalau dia
muncul, kalian tentu celaka karena masakan dia takkan
msmbantu saudaranya si Harimau Iblis itu?"

Cu Kong-leng tak kenal siapa Mawar Putih itu. Ia tak


senang karena dara itu kasar nada bicaranya. Tetapi
mengingat dara itu kawan Kong-sun Liong (Siau-liong),
terpaksa ia mengangguk, “Benar, tetapi kemunculan Naga
Haram saat itu ternyata tak menyusahkan rombongan orang
gagah. Bahkan dia malah menganjurkan supaya jangan
memusuhi rombongan orang gagah. Setelah tukar bicara
dengan gunakan ilmu Menyusup suara, mereka segera
tinggalkan puncak gunung....”

261
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cu Kong-leng berhenti sejenak. Memandang kesekeliling


penjuru lalu berkata pula, “Setelah terjadi kehebohan dari
saudara dan Ki ih lalu Harimau Iblis, para orang gagah yang
hadir dipuncak Ngo-siong-nia itu hampir saja bubar. Untunglah
It Hang teguh pendirian. Ia tetap berkeras hendak melakukan
penyerbuan ke Lembah Semi,akhirnya para orang gagah
'menunjang keputusan ketua Bu-tong pay itu dan pada tengah
malam mereka telah tiba diluar Lembah Semi....”

Cu Kong-leng berhenti untuk menghela napas. Sesaat


kemudian ia berkala pe-lahan2, “Rombongan orang gagah
dipecah menjadi dua kelompok yang akan masuk dari muka
dan belakang lembah. Karena aku dan ketua Tiam-jong-pay
yakni saudara Shin Bu-seng agak mengerti tentang ilmu Ngo-
heng, maka kami berdua ditempatkan secara terpisah dalam
kedua kelompok itu. Aku termasuk dalam kelompok Ti Gong
taysu, Kun-lun Sam-cu dan Tan Ih-hong yang masuk dari
belakang lembah. Sedang ketua Tiam-jong-pay Shin Bu-seng
ditempatkan pada kelompok kedua yang terdiri dari ketua Kay-
pang To Kiu-kong ketua Kong-tong-pay Toh Hun-ki dan It
Hang totiang yang masuk dari sebelah muka....”

Cu Kong-leng berhenti untuk menyelidiki kesan Siau-liong


dan Mawar Putih. "Diputuskan pula bahwa pada kurang lebih
pada pukul satu malam supaya kedua kelompok itu bertemu di
dalam lembah. Jika sampai terjadi pencegatan oleh suami
isteri iblis dan anak buahnya, supaya melepaskan anak panah
yang berbunyi untuk memberi berita. Agar bisa cepat memberi
bantuan....”

Kembali ketua Tong-thing-pang itu berhenti sejenak lagi


untuk menghela napas.

262
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya Mawar Putih tak sabar, tegurnya, “Ih, mengapa


engkau begitu loyo? Apakah engkau dapat menutur dengan
lancar?"

Cu Kong-leng kerutkan dahi, ber-batuk2 lalu melanjutkan


pula, “setelah masuk dari belakang lembah, disepanjang jalan
kami tak menemui suatu rintangan apa2. Karena aku agak
faham tentang segala jenis alat perangkap. kelompok kami
dapat melewati beberapa persiapan musuh. Tetapi dikala
hampir mencapai tengah lembah, ketua Siau-lim-si Ti Gong
taysu karena tak hati2 secara tak sengaja telah menyentuh
tombol sebuah perkakas rahasia.... '"

Mawar Putih mendengus, “Uh, lagi2 paderi tua itu!"

Cu Kong-leng tertawa menyeringai, katanya, “Untunglah


saat itu Ti Gong taysu dan aku cepat2 dapat menghadapi
perobahan. Sebelum terjerumus ke dalam perangkap, kami
dapat menghindar Tetapi celakanya Iblis Penakluk-dunia dan
Dewi Neraka segera mengetahui tentang kedatangan kami
Segera terjadilah pertempuran seru....”

Sesaat merenung, Cu Kong leng menyambung


penuturannya lagi, “ Walaupun saat itu Iblis Penakluk dunia
dan Dewi Neraka tak muncul, tetapi Soh-beng Ki-su dan nona
pemilik lembah memimpin anak buahnya untuk menyerang.
Karena faham akan keadaan tempat dan berjumlah lebih
banyak pula karena....”

Kembali Cu Kong-leng menghela napas lagi, lalu katanya,


“Kepandaian kami tak memadai untuk menghadapi ilmu setan
mereka, maka tak berapa lama bertempur, kami telah tercerai
berai. Aku dan saudara Tan Ih-hong terdesak mundur sampai
ke dalam selat lembah sini. Sebelumnya kami telah
melepaskan anak panah suitan, tetapi dari kelompok It Hang
totiang, tak muncul barang seorang bala bantuanpun juga....”

263
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu sudah mati atau masih
hidup!" teriak Mawar Putih tak sabar lagi.

Cu Kong-leng memandang si dara dengan pandang tak


mengerti, katanya, “Sejak terdesak ke dalam selat ini, kami
telah kehilangan hubungan dengan kawan2. Kami tak jelas
lagi bagaimana keadaan mereka. Tetapi menurut hematku....”

Untuk kesekian kali, Cu Kong-leng menghela napas lagi,


“Termasuk It Hang totiang, To Kiu kong, Shin Bu seng dan
beberapa tokoh lain kemungkinan besar tentu mengalami
nasib jelek!"

Dalam pada itu diam-diam Cu Kong-leng heran mengapa


Kongsun Liong dan dara yang dianggap liar itu, begitu
memperhatikan sekali akan diri Toh Hun-ki dan keempat Su-lo
dari partai Kong-tong-pay.

Mawar Putih banting2 kaki lalu menegur Siau-liong,


“Bagaimana tindakan kita? Pergi atau mengobrak-abrik
Lembah Semi?"

Siau-liong juga kehilangan faham. Sesaat ia termangu-


mangu.

Cu Kong-leng batuk2, kemudian berkata, “Bermula kami


heran mengapa orang Lembah Semi tak mengejar kesitu.
Tetapi setelah memeriksa keadaan tempat ini, barulah aku
tersadar....”

"Bagaimana?" tukas Mawar Putih pula.

Cu Kong-leng tertawa masam, jawabnya, “Tempat ini


merupakan tempat buntu. Meskipun aku faham akan ilmu

264
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perkakas rahasia dan ilmu barisan, tetapi sungguh aku tak


mengerti barisan mereka ini!"

Siau-liong memandang kesekeliling penjuru. Memang


benarlah. Karang2 yang memagari sekeliling tempat itu
menjulang tinggi dengan landai sekali atau tegak lurus. Sukar
untuk dipanjat. Pun andaikata dapat memanjat ke atas,
dikuatirkan di atas karang itu sudah disiapkan alat atau
barisan anak buah Lembah Semi.

Hutan pohon siong itu berada ditengah2 tanah buntu.


Rupanya memang dibuat oleh orang2 Lembah Semi. Karang2
tinggi itupun juga disempurnakan dangan lubang2 gua yang
dilengkapi dengan perkakas rahasia dan barisan pendam.

Tengah Siau-liong merenungkan keadaan tempat itu, tiba-


tiba Mawar Putih menjerit kaget dan cepat bersembunyi di
belakangnya seraya menunjuk ke arah Tan Ih-hong ketua
perkumpulan Ji-tok-kau, “Lihatlah, dia....”

Ketika Siau-liong berpaling, tampak ketua Ji-tok-kau itu itu


sedang menampar-namparkan kebud hud-tim. Dari kebud
hud-tim itu menghambur bubuk putih yang halus. Sedang
tangan kirinya mencekal seekor ular berbisa dan dimasukkan
ke dalam mulutnya, kresss. Kepala ular itu remuk dikunyahnya
terus ditelan ke dalam perut. Darah bercucuran dari mulut
membaurkan bau anyir yang memuakkan sekali....

Tetapi ketua Ji-tok-kau atau perkumpulan Pemakan Racun,


makan dengan lahapnya. Dikunyah ular beracun sepanjang
setengah meter itu seperti orang makan kuweh untir2 atau
baling2.

Siau-liong, Mawar Putih dan Cu Kong-leng serasa diiris-iris


hatinya karena ngeri....

265
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tan kaucu itu memang biasa makan ular beracun. Dia


mendirikan perkumpulan Pemakan racun. Pengaruhnya besar
sekali didaerah Selam.” Cu Kong-leng menerangkan.

Dalam beberapa saat Tan Ih-hong sudah memakan habis


ular itu. Setelah mendehak dua kali sambil mengusap mulut ia
berbangkit.

"Kawanan ular berbisa itu sudah kutindak dengan jimat


(tumbal). Tak mungkin mereka berani datang lagi. Tetapi
kalau orang Lembah Semi yang mahir menguasai ular itu
menyuruh binatang beracun itu menyerang lagi, akupun tak
dapat berbuat apa2!" kata ketua perkumpulan Pemakan Ular
itu.

Ketua Pemakan-ular itu memelihara rambut panjang


sampai kebahu. Wajahnya berwarna hijau kehitam-hitaman.
Tentulah hal itu disebabkan karena gemar makan ular
beracun. Pakaiannya betapa compang camping, kaki telanjang
dan kotor. Pertapa bukan. pengemispun tidak.

Ketua Pemakan Ular itu tak menghiraukan Siau-liong dan


Mawar Putih. Tetapi agaknya ia jeri juga terhadap kedua anak
muda itu. Ia berjalan mengitar dan menuju ketempat Cu
Kong-leng, serunya, “Bagaimana? Apakah engkau sudah dapat
menemukan jalan keluar dari lembah ini?"

Karena ngeri melihat demonstrasi Tan Ih-hong makan ular


beracun tadi, Mawar Putih masih gemetar dan bersembunyi di
belakang Siau-liong.

Saat itu sekali pun dalam gerumbul semak yang sedang


diluar hutan pohon siong itu masih terdengar suara gemersik
dari kawanan ular berbisa, tetapi mereka tak berani bergerak.
Rupanya apa yang dikatakan katua Pemakan Ular itu memang
benar.

266
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Barisan ini memang amat aneh sekali. Sampai saat ini aku
belum dapat mengetahui namanya," sahut Cu Kong-leng ketua
himpunan Tong-thing-pang itu.

Mendengar itu marahlah Tan Ih-hong, bentaknya, “Ho,


engkau menipu aku! Aku sudah makan dan menundukkan
kawanan ular beracun itu tetapi engkau tak mampu
mengetahui barisan yang begitu sederhana! Uh, sampai
dimanakah pengetahuanmu tentang ilmu barisan itu....”

Ia berhenti sejenak lalu berkata lebih lanjut, “Ketahuilah,


sekalipun terkurung disini sampai 28 tahun pun takkan
kelaparan mati." Aku dapat makan ular. Tetapi bagaimana
dengan kalian? Bukankah kalau tak makan setengah bulan
saja kalian tentu sudah tak kuat? Apalagi kawanan ular
berbisa itu....”

Ia melirik ke arah Siau-liong dengan pandang yang jeri lalu


tak melanjutkan kata2nya.

Cu Kong-leng tertawa dingin, “Sama sekali aku tak menipu


saudara supaya mengusir ular beracun itu. Harap tahu bahwa
meskipun untuk saat ini aku belum dapat mengetahui barisan
mereka tetapi sedikit telah kuselami gerak perobahannya.
Mungkin tak lama lagi tentu sudah kuketahui rahasia barisan
mereka itu. Sekalipun saudara dapat hidup dengan makan ular
beracun tetapi tempat ini penuh dengan alat rahasia pembawa
maut. Benar memang kedua suami isteri iblis itu tak mengejar
kesini tetapi jika tak kutunjukkan jalaninya, sekali salah
langkah tentu akan tertimpah bahaya maut!"

Agaknya ketua perkumpulan Pemakan Ular itu memang


singkat sekali pikirannya. Mendengar bantahan Cu Kong-leng,
ia menjadi bungkam.

267
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian Cu Kong-leng menunjuk kesekeliling penjuru dan


berkata kepada Siau-liong, “Sekalipun pengetahuanku picik,
tetapi aku pernah meyakinkan sampai berpuluh tahun tentang
ilmu perkakas rahasia dan barisan. Dalam 200 macam barisan
yang pernah kupelajari, tak ada satupun yang sama dengan
barisan itu!"

Menurut arah yang ditunjuk Cu Kong-leng, Siau-liong


melihat deretan karang tinggi itu seperti menyerupai bentuk
delapan tanduk runcing.

Berkata Cu Kong-leng pula, “Jika menurutkan keadaan


alam, jelas barisan mereka mengandung unsur perobahan Pat-
kwa-kiu-kong. Tetapi....”

Ia menunjuk ke arah gua2 yang besar kecil dan tinggi


rendah pada kaki karang itu, lalu berkata pula, “Yang tak
kumengerti ialah tentang ke 7 buah gua yang tersebar
diempat penjuru itu. Yang 6 buah, jelas gua alam. Tetapi yang
satu tentu dibuat orang....” — ia berhenti dan merenung.

"Kabarnya suami isteri iblis itu mahir menggunakan tipu


siasat untuk menjebak orang. Mungkin tempat ini tiada
terdapat perkakas rahasianya. Mereka memang sengaja
membuat lubang gua untuk menimbulkan kecurigaan orang!"
kata Siau-liong yang tak sabar menunggu.

Tetapi ketua Tong-thing-pang itu gelengkan kepala,


“Tempat itu amat berbahaya dan merupakan ciptaan alam
yang menyerupai bentuk barisan Pat-kwa-tin. Sudah tentu
kedua iblis itu takkan menyia-nyiakannya. Kalau tak percaya,
cobalah saudara cari jalan yang saudara lalui ketika datang
kesini tadi. Apakah saudara mampu menemukannya lagi atau
tidak!"

268
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut. Cepat ia melakukan perintah itu. Ah,


memang keadaan empat penjuru hampir sama. Dan belasan
batang pohon siong yang tumbuh ditengah hutan itupun
hampir sama semua sehingga sukar menemukan dari jalan
mana tadi ia masuk kesitu.

Bukan kepalang kejut Siau-liong. Kedatangannya kehutan


situ adalah untuk mencari tempat bersembunyi. Setelah
memulangkan tenaga, ia hendak keluar untuk menempur
kedua suami isteri iblis itu lagi. Lalu mencari Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo. Maka bermula ia tak menghiraukan Cu Kong-
leng yang sedang mempelajari keadaan tempat situ. Tetapi
setelah melakukan apa yang dikatakan Cu Kong-leng tadi,
gelisahlah ia. Benar-benar ia tak mampu menemukan jalan
yang ia masuki tadi.

"Jika barisan Pat-kwa digabung dengan robahan barisan


Bintang-tujuh, benar-benar sebuah barisan yang luar biasa
hebatnya. Sejak dahulu belum pernah orang melakukan hal
itu. Mengingat Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka itu
memiliki kecerdasan yang hebat, tidak mustahil kalau mereka
dapat menyatukan kedua bentuk barisan itu. Kecuali....”

Plak, tiba-tiba ketua Tong-thing-pang itu menampar pipinya


sendiri, “Benar! Ah, tentu bukan ciptaan kedua iblis itu sendiri.
Orang yang menciptakan barisan itu, karena berani memaksa
nyalahi perhitungan alam, tentulah sudah mati dalam barisan!"

Siau-liong dan Mawar Putih setengah mengerti setengah


tidak. Tetapi melihat sikap ketua Tong Thing-pang itu, terang
kalau dia benar-benar memeras otak.

Saat itu agaknya Cu Kong-leng sudah menemukan titik2


terang. Segera ia melangkah maju kehadapan Siau-liong, “Jika
orang yang meciptakan barisan itu tidak dibunuh kedua suami
isteri iblis, dia adalah seorang ahli pikir yang cemerlang sekali.

269
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi kemungkinan besar, orang itu tentu sudah mati dalam


barisan yang diciptakannya itu sendiri....”

Ia menghela napas, katanya pula, “Karena ia menciptakan


barisan ini terlampau ganas, dalam ke 7 lubang barisan itu
sama sekali tidak diberi pintu hidup. Oleh karenanya,
sekalipun ia mampu balik keluar dari barisan, tentu juga akan
mendapat kutukan....”

Siau-liong hanya menganggukkan kepala. “Penilaian


saudara memang tepat," kata Siau-liong, “tetapi tentulah ada
sebab lain mengapa orang itu mau menciptakan barisan
semacam ini!"

"Maksudmu?....”

Siau-liong tertawa, “Orang itu tentu sudah linglung atau


memang sudah gila!"

Tiba-tiba ketua Tong-thing-pang itu bertepuk tangan,


“Bagus, Pendapat saudara memang hebat. Memang orang
linglung atau gila sering menonjolkan kepandaiannya. Menilik
ciptaan yang begitu ganasnya, memang hanya seorang gila
yang dapat melakukannya. Tetapi....” ia menunduk berpikir
lagi.

Beberapa saat kemudian ia berkata, “Tokoh2 yang ahli


dalam ilmu barisan dan alat-alat rahasia, sebagian besar aku
tahu. Tetapi aneh, mengapa aku tak dapat menemukan
siapakah pencipta barisan itu?"

Tan Ih-hong mondar-mandir mendukung tangan. Tiba-tiba


ia menarik tubuh Cu Kong-leng, serunya, “Kawanan ular
berbisa itu dalam waktu sejam lagi tentu akan liar kembali.
Lekaslah cari jalan keluar!"

270
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cu Kong-leng geleng2 kepala, “Tempat ini merupakan


tanah mati. Sama sekali tiada jalan keluar....”

Namun ketua Tong-thing-pang itu tetap membuat


penilaian. Tiba-tiba ia menunjuk sebuah gua yang paling
besar, serunya, “Jika terpaksa, kita hanya dapat menggunakan
jalan ini untuk keluar. Tetapi adakah gua itu menembus keluar
atau masih dalam bagian lembah, aku tak berani memastikan.
Pula mungkin di dalam gua terdapat banyak ular dan serangga
berbisa....”

“Jangan kuatir, serahkan kawanan binatang beracun itu


padaku!" seru ketua Pemakan Ular.

Cu Kong-leng tertawa, “Kecuali binatang beracun, mungkin


masih terdapat bahaya air dan api serta lubang2 jebakan yang
tak dapat kita duga-duga. Jika hanya seorang saja,
kemungkinan tentu binasa....”

“Semua ancaman alat rahasia dan lain-lain perangkap,


menjadi tanggunganmu!" teriak Tan Ih-hong.

Kemudian Cu Kong-leng menanyakan pendapat Siau-liong.


Pemuda itu memandang sejenak kepada Mawar Putih lalu
menjawab, “Dari pada disini menunggu kematian, lebih baik
kita coba2 menempuh bahaya!"

Baru Siau-liong berkata begitu, tiba-tiba terdengar suara


orang bersuit pelahan. Sudah tentu sekalian orang terperanjat.
Suitan itu seperti bunyi seruling tetapi pun mirip dengan
batang pohon yang berderak-derak tertiup angin.

Menyusul dengan itu, karang yang mengelilingi empat


penjuru, menghambur kabut tipis. Dibawa kesiur angin, kabut
itu makin lama makin tebal dan pelahan-lahan mengumpul

271
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ditengah. Saat itu alam disekeliling penjuru tampak meremang


tak jelas lagi.

Suara suitan itupun kedengaranya makin rendah nadanya


sehingga sukar diketahui berasal dari benda apa. Suaranya
mirip dengan kawanan setan yang merintih-rintih ditengah
malam.

Suasana dalam hutan ditengah tanah lapang buntu itu


makin terasa seram.

Seketika berobahlah wajah Cu Kong-leng ujarnya,


“Rapanya barisan mereka sudah mulai bergerak. Harap
saudara sekalian mengikuti aku, jangan bergerak sendiri!"

Tiba-tiba Tan Ih-hong berteriak, “Awas! Kawanan ular


berbisa itu mulai menyerang lagi!"

Memang benar. Dari sekeliling penjuru hutan, ribuan ular


dan binatang berbisa serempak merayap datang. Sambil
gerakkan kebut hudtimnya kekanan kiri, Tan Ih-hong
membaca doa.

Tetapi rupanya kawanan binatang beracun itu telah


mendapat tekanan dari ilmu sihir yang lebih kuat. Mereka tak
mengacuhkan Tan Ih-hong dan terus menyerbu.

Karena kebudnya tak memberi hasil, Tan Ih hong bingung


juga. Tiba-tiba ia menyambar seekor ular besar terus digigit
kepalanya. Setelah meminum darah ular itu, ia segera
menyemburkan kesekeliling penjuru.

Serangan istimewa itu memaksa kawanan binatang beracun


tak berani maju lagi. Tetapi mereka tetap bergeliatan
disekeliling hutan.

272
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam pada itu kabutpun makin tebal sehingga mata sukar


memandang kemuka. Dan yang lebih mengejutkan. Tiba-tiba
belasan batang pohon siong bergetaran! Makin lama makin
keras seperti terjadi gempa bumi.

Keempat orang itu seperti berada dalam perahu yang


tengah diamuk badai. Kepala mereka pening, mata ber-
kunang2....

Cu Kong-leng berseru gugup, “Tempat ini merupakan poros


tengah barisan. Jika terjadi suatu perobahan, semua benda
disini tenju hancur ludas. Lekas ikut aku!"

Kembali Tan Ih-hong mencengkeram seekor ular besar lalu


digigit kepalanya. Setelah itu ia semburkan darah ular tadi ke
arah yang ditunjukkan Cu Kong-leng. Kawanan binatang
berbisa yang berada ditempat itu segera menyingkir memberi
jalan.

Cu Kong-leng berjalan lebih dulu, ketiga orang lainnya


mengikut dibelakangnya. Beberapa kali Cu Kong-leng berhenti
untuk membuat penyelidikan. Dengan begitu jalannya amat
pelahan sekali. Untunglah selama itu Tan Ih-hong dapat
menggigit mati 7-8 ekor ular besar dan setiap kali tentu
menyemburkan darah ular itu untuk membuka jalan. Dengan
demikian amanlah perjalanan mereka.

Kira2 sepenanak nasi lamanya. tiba-tiba Cu Kong-leng


berseru, “Sudah sampai!"

"Sampai dimana?" Tan Ih-hong bertanya penuh


ketegangan.

Cu Kong-leng tertawa hambar, “Tiada nama yang lebih


tepat untuk tempat itu kecuali kita sebut sebagai Pintu
Akhirat,"

273
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Siau-liong mengawasi kemuka, ternyata yang


disebut Pintu Akhirat oleh ketua Tong-thing-pang itu adalah
gua paling besar yang tadi ditunjuk oleh Tan Ih-hong. Gua itu
setinggi satu tombak, lebar empat-lima meter. Disebelah
dalam hitam pekat tak tampak suatu apa.

Sepintas pandang gua itu seperti buatan alam. Gerumbul


rumput alang2 yang tumbuh di pintu gua, hampir setinggi
orang. Sarang labah2 dan galagasi memenuhi lubang pintu.
Memberi kesan bahwa gua itu tak pernah dikunjungi manusia.

Siau-liong memandang lekat kepada Cu Kong-leng. Diam-


diam pemuda itu muiai meragukan keterangan Cu Kong-leng.

Sedang Tan Ih-hong pun melongok ke dalam gua lalu


melengking, “Hm, jelas sebuah gua yang tak pernah diinjak
manusia mengapa engkau katakan sebagai jalan keluar?"

"Mataku belum rabun. Kuyakin takkan salah lihat!" jawab


Cu Kong-leng.

Tan Ih-hong tak membantah tetapi pun tak berani gegabah


masuk.

Saat itu kabut tebal sudah merata menyelimuti hutan siong.


Hanya suara bergetaran tadi sudah berhenti.

Setelah memasang pendengaran, berkatalah Cu Kong-leng,


“Jika penilaianku tak salah. Gua ini setengahnya memang
ciptaan alam tapi setengahnya juga dibuat manusia.
Kupercaya gerak-gerik kita ini tentu sudah diawasi musuh."

“Bagaimana engkau tahu?" seru Tan Ih-hong kurang puas.

274
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tadi barisan itu jelas sudah bergerak. Jika kita masih


berada dalam hutan, tentu sudah mati ditangan mereka....”
kata Cu Kong-leng, "bahwa kemudian barisan itu berhenti,
menandakan kalau mereka mengetahui bahwa kita sudah
tinggalkan hutan itu!"

Kemudian sambil menunjuk ke dalam gua, ketua Tong-


thing-pang itu berkata pula, “Walaupun kuyakin gua itu
merupakan satu-satunya jalan keluar. Tetapi aku tak berani
memastikan adakah kita nanti mampu keluar dengan selamat
atau tidak. Karena dalam gua itu tentu penuh bahaya maut!"

Karena tak mengerti ilmu barisan dan ilmu segala macam


alat rahasia, Siau-liong diam saja.... Demikian pun dengan
Mawar Putih.

Cu Kong-leng melangkah masuk ke dalam gua. Beberapa


langkah kemudian, ia berseru memanggil ketiga orang itu
supaya lekas masuk juga.

Keiika Siau-liong bertiga masuk, ternyata gua itu


merupakan sebuah terowongan alam. Tetapi bagian lantai dan
langit2 serta dinding gua terdapat bekas2 dibuat manusia.

Kembali Cu Kong-leng menyatakan keyakinannya bahwa


gua itu pasti merupakan satu2nya jalan keluar. Tetapi ia masih
belum mengetahui alat rahasia apa saja yang dipasang dalam
gua itu.

Mereka melanjutkan langkah. Makin ke dalam lorong gua


itu makin sempit. Juga sinar penerangannya, makin gelap. Jika
mereka berempat tak memiliki ilmu silat tinggi, pasti tak
mampu melihat keadaan disekeliling.

Kira2 sepuluh tombak jauhnya, tibalah mereka di ujung


gua. Setelah menyelidiki kian kemari, akhirnya Cu Kong-leng

275
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menunjuk pada sebuah batu hijau yang menonjol di sebelah


kiri, “Itulah alat penggerak pesawat rahasia....”

Tampak ketua Tong-thing-pang itu yakin akan


penemuannya. Setelah memandang bergantian pada Siau-
liong, Mawar Putih dan Tan Ih-hong, ia berkata pula, “jika
memutar aiat itu, akan terjadi dua kemungkinan. Kesatu, akan
terbuka sebuah jalan hidup. Dan yang kedua akan terjadi
suatu perobahan yang tak terduga-duga....”

"Serangan ular dan binatang berbisa?" tanya Tan Ih-hong.

Cu Kong-leng gelengkan kepala, “Sukar dipastikan.


Semburan api mungkin bencana air atau mungkin pula letusan
gunung dan mungkin kita akan terperosok ke dalam lubang
penjara tanah!"

Tan Ih-hong terkejut, “Apakah tak ada lain pesawat


penggerak lagi?"

Pun Mawar Putih mendesak juga supaya Cu Kong-leng


memeriksa lagi lebih cermat.

Ketua Tong-thing-pang itu menurut. Ia menyelidiki sekitar


tempat itu dengan seksama. Tapi tetap tak menemukan suatu
apa.

“Ah tak ada lain kecuali yang itu!" katanya.

Siau liong tak dapat berkata apa2. Demikian pun Mawar


Putih dan Tan Ih-hong.

"Kita akan menurut saja apa yang dikatakan saudara


Kongsun Liong," kata Cu Kong-leng seraya memandang Siau-
liong.

276
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena hal itu menyangkut keselamatan jiwa mereka


berempat, Siau-liong tak berani gegabah mengambil
keputusan. Sesaat ia memandang wajah Mawar Putih tetapi
dara itupun tak punya pendapat apa2. Ia tertegun diam.

"Saat ini musuh sudah mengamati gerak-gerik kita.


Sekalipun kita diam saja disini, mereka tetap menyerang.
Daripada mati konyol, lebih baik kita putar alat itu. Untung-
untunganlah, mungkin bencana mungkin kebebasan!"
akhirnya Cu Kong-leng menyetujui.

Karena Mawar Putih diam saja dan ketua Pemakan Ular itu
juga hanya celingak-celinguk, akhirnya Siau-liong menyetujui.

Cu Kong-leng mulai mengangkat tangan kanannya.


Tangannya agak gemetar, butir2 keringat mengucur dari
dahinya. Hatinya tegang sekali.

Tiba-tiba ketua Pemakan Ular Tan Ih-hong mendesah


pelahan lalu menarik jubahnya yang penuh tambalan itu ke
atas untuk menutup mukanya.

Dalam pada itu tangan Cu Kong-leng makin menggigil


keras. Setelah berhenti sejenak, akhirnya ia menjamah batu
hijau dan menekannya.

Batu marmar hijau itu hanya sebesar mangkuk, Sekali


ditekan terus menyurut masuk.

Keempat orang itu menahan napas untuk menunggu apa


yang akan terjadi. Tiba-tiba terdengar suara bergetar dahsyat
sehingga tanah dalam gua itu bergoncangan.

Mawar Putih menjerit terus memeluk dada Siau-liong.


Dalam keadaan yang sedemikian tegangnya, dara itu lupa
akan segala susila dan rasa malu.

277
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi sampai beberapa saat, belum terjadi sesuatu.


Goncangan itupun makin reda. Rupanya berasal dari luar gua.
Setelah itu terdengar suara berderak-derak. Ah, dinding gua
sebelah muka tiba-tiba merekah dan terbuka sebuah jalan
lebar.

Cu Kong-leng menghela napas longgar dan berseru


gembira, “Hola, bahaya telah lalu. Hayo kita keluar "

Mawar Putih lepaskan pelukannya.... Dengan wajah tersipu-


sipu merah ia memandang Siau-liong lalu berputar tubuh.

Tan Ih-hong pun membuka tutup mukanya lalu cepat2


mengikuti langkah Cu Kong-leng.

Cu Kong-leng melangkah dengan hati2 sekali. Siau-liong


cepat menarik Mawar Putih diajak mengikuti orang she Cu itu.

Lorong jalan itu makin lama makin lebar dan terang. Kira2
tiga tombak jauhnya, merupakan sebuah gua besar
menyerupai sebuah ruangan di bawah tanah.

Setelah memandang kesekeliling Cu Kong-leng berkata,


“Penilaianku tadi banyak yang meleset. Pencipta barisan itu
ternyata bukan orang ganas karena masih memberi jalan
hidup....”

Tampaknya Cu Kong-leng amat gembira. Kipas disusupkan


kepunggung lagi lalu me-ngurut2 jenggot. katanya pula, “Kini
aku pun sudah jelas akan bentuk barisan ini. Tak lain hanya
gabungan antara barisan Pat-kwa dan Thay-kek. Sama sekali
bukan seperti yang kukatakan tadi ialah barisan Tujuh-
maut....”

278
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil menunjuk pada kedua samping dinding gua, ia


menerangkan bahwa asal tidak menyentuh dinding itu, barisan
tentu takkan bergerak. Lalu ia menghampiri kemuka dinding
gua dan menunjuk sebuah batu menonjol sebe«ar telur,
serunya, “Inilah alat pembuka dari jalan ke luar!"

Dengan wajah berseri tawa, ia segera menekan batu itu.


Siau-liong dan Tan Ih-hong sudah mulai menaruh kepercayaan
kepada Cu Kong-leng Mereka merasa lega.

Setelah batu ditekan, dari bawah tanah terdengar suara


macam kerbau menguak. Sambil tersenyum simpul, Cu Kong-
leng berpaling" "Suara itu berasal dari pergantian antara Pat-
kwa dengan Thay-kek. Begitu peralihan tempat itu selesai,
pintu keluar tentu akan terbuka....”

Baru ia berkata begitu, se-konyong2 terjadi ledakan


dahsyat. Kedua dinding gua ber-derak2 merekah. Batu2
berguguran seperti hujan mencurah sehingga keempat orang
itu tak dapat berdiri tegak.

"Barisan Tujuh Maut....” serentak Cu Kong-leng menjerit


keras.

Tetapi ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu


dari kedua samping dinding gua yang pecah itu, gelombang
air bah melanda dahsyat, Siau-liong berempat pontang-
panting tak dapat berdiri tegak. Beberapa kali Siau-liong
berusaha untuk mempertahankan keseimbangan tubuh tetapi
selalu gagal. Air bah yang membawa pecahan batu
melandanya hebat sekali sehingga ia hampir pingsan.

Samar2 ia masih mendengar Mawar Putih menjerit


memanggilnya, “Siau.... liong.... Siau.... liong....”

279
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi jeritan dara itu lenyap ditelan gelombang air bah


yang mengamuk dahsyat. Tak mungkin Siau-liong dapat
mendekati Mawar Putih. Yang terdengar tak lain suara
teriakan Cu Kong-leng yang masih me-mekik2 seperti orang
gila, “Barisan Tujuh Maut.... pintu celaka.... air bah....”

Jeritan ketua Tong-thing-pang itu terputus oleh sebuah


ledakan yang dahsyat lagi. Tanah ruang gua itu segera
amblong ke bawah. Keempat orang itu laksana orang yang
terlempar ke bawah jurang. Siau-liong yang memiliki tenaga
sakti hebat, tetap tak mampu berbuat apa2.

Siau-liong merasa bahwa dirinya pasti mati dalam barisan


Tujuhy Maut itu. Dari ketinggian 20-an tombak, ia
dihempaskan oleh gelombang air terjun. Ia rasakan sendi
tulangnya seperti remuk dan pada lain saat ia tak ingat apa2
lagi....

Entah selang berapa lama ia dalam keadaan pingsan itu.


Hanya ketika ia membuka mata ia sasakan tulang belulangnya
seperti pecah dan tenaganya lenyap sehingga tak kuat untuk
mengangkat tangannya.

Otaknya masih ber-binar2 sehingga tak dapat mengingat


apa yang telah terjadi pada dirinya. Ia pun tak tahu
dimanakah saat itu ia berada.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia mendengar langkah


kaki orang berjalan mendatangi. Ia terkejut. Cepat ia loncat
bangun. Uh.... kaki dan tangannya serasa tak bertulang lagi.
Ia meronta dan berusaha untuk menggeliat bangun namun
tetap sia2.

Pada lain saat ia merasa dahinya telah di-elus2 oleh sebuah


tangan yang halus. Sebuah helaan napas ringan terdengar dan

280
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hidung Siau-liong serentak terbaur oleh bau yang harum


semerbak.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk merentang


sepasang mata memandang kemuka. Tetapi pandang matanya
masih ber-kunang2, tak dapat melihat jelas kecuali hanya
sesosok bayangan beraneka bunga.

Tak berapa lama, derap langkah kaki orang tadi


kedengaran pula. Jelas yang datang itu tentu bukan seorang
saja.

Tangan halus itu kembali menjamah keningnya dan


terdengarlah suara yang lemah-lembut, “Hatilah engkau
mengangkatnya bangun!"

Siau-liong rasakan punggungnya diangkat oleh dua lengan


yang halus untuk didudukkan. Karena masih lemah tenaga
dan pikirannya. Siau-liong membiarkan saja dirinya diangkat
itu.

Kemudian mulutnya seperti dingangakan tangan orang lalu


dimasuki sebutir pil. Mau tak mau Siau-liong menelan pil itu
juga.

"Hati2lah merawatnya! Jika sudah sadar, panggillah aku,"


kata orang yang berkata tadi.

Siau-liong dibaringkan lagi di atas ranjang. Terdengar


langkah orang meninggalkan ruang itu. Beberapa kali orang
itu berhenti. Agaknya seperti tak tega meninggalkan Siau-
liong.

Pil itu memancarkan aliran tenaga keseluruh tubuh Siau-


liong sehingga ia merasa semangat dan tenaganya pulih
kembali. Cepat ia mengambil napas dan menyalurkan tenaga-

281
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

murni. Berkat memiliki dasar tenaga dalam yang kokoh, tak


berapa lama tenaga dalamnya sudah pulang kembali. Segera
ia hentikan penyaluran tenaga dalam lalu membuka mata.

Ah.... kiranya dirinya saat itu berada dalam sebuah ruang


tidur yang indah dan berbaring di atas sebuah ranjang yang
harum baunya.

Kamar tidur itu tentu milik seorang gadis.

Ia terkejut sekali. Ia heran mengapa diriny, tiba-tiba berada


disitu. Buru-buru ia tenangkan perasaannya untuk mengenang
kembali apa yang telah dialaminya. Akhirnya berhasillah ia
mengingat semua peristiwa.

Diam-diam ia menggigit lidahnya sendiri sehingg|


kesadaran pikirannya bertambab terang. Ah, ternyata ia belum
mati. Tetapi serempak itu, pikirannya kacau tak karuan,
hatinya amat cemas sekali.

Dimanakah gerangan dua orang itu?

Kegelisahan Siau-liong itu selain karena hubungannya


dengan Mawar Putih yang makin erat, pun juga karena ia
memerlukan sekali tenaga dara itu. Jika Mawar Putih sampai
mati, bukankah selamanya ia bakal tak bertemu dengan ibu
kandungnya Dewi Ular Ki Ih?

Cepat2 ia memeriksa pakaiannya. Ah, ternyata


perlengkapan untuk menyaru menjadi Pendekar Laknat masih
berada di dalam baju. Demikianpun separoh Giok-pwe yang
diberikan Toh Hun-ki itu, juga masih ada.

Setelah menenangkan diri, Siau-liong lalu loncat bangun.


Ruangan itu sunyi senyap. Dibawah ranjang terdapat dua
orang pelayan perempuan duduk bersila. Begitu melihat Siau-

282
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

liong loncat turun dari ranjang, kedua bujang gadis itu


terkejut. Mereka tersipu-sipu menyongsong.

Siau-liong tetap tak tahu dimanakah tempat beradanya saat


itu. Tetapi ia duga tentulah dirinya ditolong oleh pemilik ruang
tidur itu.

Melihat. kedua bujang itu menghampiri, Siau-liong segera


memberi hormat, “Entah siapakah yang telah menolong
diriku?"

Kedua bujang dara itu baru berumur 15—16 tahun.


Rambutnya dikuncir, mengenakan baju dan celana hijau daun.
Pinggangnya bersabuk sutera hijau gelap.

Kedua bujang dara itu tertawa dan serempak berseru,


“Sudah tentu nona majikan kami!"

Siau-liong terbeliak, “Apakah nonamu itu....”

"Nanti engkau tentu tahu sendiri!" tukas salah seorang


gadis pelayan.

Siau-liong tak mau bertanya lebih jauh. Ia lebih memikirkan


keselamatan Mawar Putih dan kedua orang itu. Maka
ditanyakanlah hal itu kepada kedua gadis pelayan.

"Tolol! Perlu apa nona kami menolong lain orang? Yang


penting hanya menolong engkau!" kedua gadis pelayan itu
tertawa mengikik.

Diam-diam Siau-liong terkejut. Tentulah Mawar Putih dan


kedua orang itu mengalami bahaya.

Salah seorang gadis pelayan itu segera mengajak


kawannya keluar. Tak berapa lama mereka mengiring seorang

283
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nona yang mengenakan pakaian merah menyala.


Dandanannya amat mewah, tak ubah seperti puteri istana.

Ketika Siau-liong mengawasi dengan seksama, ia terbeliak


kaget. Nona baju merah itu bukan lain adalah gadis pemilik
Lembah Semi atau puteri tunggal dari suami isteri Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.

Waktu melihat Siau-liong sudah berdiri didepan ranjang,


nona itu tertawa gembira, serunya, “Eh, engkau masih harus
beristirahat dulu, mengapa turun dari tempat tidur?"

Diam-diam Siau-liong kerahkan tenaga dalam siap akan


dihantamkan. Nona itu terkejut. Tetapi pada lain saat ia
tertawa, “Eh, engkau ini bagaimana? Dengan maksud baik
kuselamatkan jiwamu, mengapa engkau memandangku begitu
menyeramkan? Apakah.... ah, aku memang tolol," nona itu
menepuk-nepuk dahinya sendiri, "mungkin pikiranmu masih
goncang akibat barisan Tujuh Maut itu. Tetapi jangan kuatir.
Engkau sekarang sudah selamat dan tak ada orang yang
berani menganggumu disini....”

Nona itu maju selangkah dan bertanyakan nama Siau-liong.


Siau-liong hendak meledak kemarahannya. Untunglah saat itu
ia menyadari bahwa dirinya bukan lagi sebagai Pendekar
Laknat. Seharusnya ia bersikap seperti tak kenal dengan nona
itu. Begitu pula ia harus menyadari kedudukannya saat itu.

Mawar Putih belum ketahuan nasibnya. Kalau andaikata


masih hidup tentulah menjadi tawanan orang Lembah Semi.
Demikian pula dengan rombongan orang gagah yang dipimpin
It Hang to-tiang. Mereka belum diketahui nasibnya!

Mengingat akan nasib mereka, seketika Siau-liong merasa


beban yang dipikulnya makin berat. Bukan saja melaksanakan
dendam terhadap Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, merehabilitir

284
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nama baik mendiang Pendekar Laknat, mencari ibunya. Pun


sekarang tambah lagi dengan tugas untuk membasmi Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Neraka demi menyelamatkan dunia
persilatan.

Timbullah serentak pikiran Siau liong.

Ia harus menggunakan siasat untuk pura-pura bersikap


baik terhadap nona pemilik lembah itu. Pe-lahan2 ia akan
menunggu kesempatan untuk bertindak.

Melihat pemuda itu termenung-menung, nona itu


menafsirkan Siau-liong tentu masih belum hilang kegoncangan
hatinya akibat malapetaka barisan Tujuh Maut.

Ia maju dua langkah lagi, mendorong Siau-liong, “Eh,


mengapa engkau ini? Apakah masih gentar?"

Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menyurut selangkah ke


belakang, “Ah.... no.... na....”

Nona pemilik lembah itu tertawa mengikik, tanyanya pula,


“Siapakah namamu?"

"Kongsun Liong!"

Dengan mata memancar asmara, nona itu memandang


lekat, ujarnya, “Ih. engkau benar-benar seperti seekor naga....
naga yang indah."

Tiba-tiba nona itu tempelkan lengannya ke bahu Siau-liong


Pemuda itu terkejut dan mundur selangkah lagi dengan wajah
kemerah-merahan.

285
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Eh. engkau malu2?" nona itu tertawa. Ia terus berpaiing


dan menyuruh bujang kedua pergi. Setelah itu ia menarik
lengan baju Siau-liong, “Mari kita duduk bercakap-cakap."

Siau-liong terpaksa menurut saja. “Tahukah engkau siapa


namaku?" tanya nona itu dengan memandang lekat.

Siau-liong paksakan tertawa, “Justeru itu yang hendak


kutanyakan."

Nona itu cibirkan bibirnya tertawa, “Namaku Po Ceng-in,


pemilik Lembah Semi ini. Lembah Semi ini pemberian dari
ayah bundaku. Mereka berdua jarang datang kemari!"

Siau-liong hanya mengangguk saja.

"Karena aku suka memakai warna merah, ayah bundaku


senang memanggilku Siau-hong kata nona itu dengan sikap
manja lalu mendekat dan tempelkan tangannya ke bahu Siau-
liong, “Jika engkau suka, panggillah aku Siau-hong saja....”

"Hm, baiklah!" sahut Siau-liong terpaksa.

Sambil kicupkan ekor matanya dengan tingkah yang genit,


nona itu mendesak, “Nah, panggillah aku ia terus rapatkan
tubuh ke tubuh Siau-liong.

Karena dua kali didesak, Siau-liong terdesak ketepi ranjang


dan tak dapat menghindar lagi. Untuk serentak berdiri, ia
sungkan. Bingung saat itu hatinya. Sebesar itu, belum pernah
ia duduk merapat begitu rupa dengan seorang gadis.

Wajah Siau-liong merah padam, mulutnya serasa


terkancing tak dapat berkata apa2.

286
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diluar dugaan sikap malu dari Siau-liong itu malah makin


menimbulkan nafsu si nona lebih berkobar.

“Panggillah....” desaknya dengan pandang penuh asmara.

"Siau.... nona Siau-hong....” akhirnya Siau-liong paksakan


diri memanggil.

Nona itu tertawa mengikik.

"Siau-hong cukup Siau-hong saja, tak perlu pakai nona.


Mengapa nadamu begitu janggal?"

Sejenak ia keliarkan ekor matanya yang genit lalu


menanyakan umur Siau-liong.

"Tujuh belas tahun!" sahut Siau-liong.

"Ih, sebaya dengan aku....” tiba-tiba nona itu merah


mukanya dan tak melanjutkan berkata lagi.

Diam-diam Siau-liong gelisah. Ia kuatir nona itu akan tanya


ini itu sehingga tiba pada pertanyaan yang ia tak dapat
menjawab. Terlintas pada diri Mawar Putih, cepat ia alihkan
pembicaraan.

"Boleh kuketahui bagaimana. nona telah menolong


jiwaku?" tanyanya.

"Sebenarnya bukan menolong dalam arti yang


sesungguhnya. Lebih tepat kalau meminta dirimu dari tangan
ayahku!"

Karena tak leluasa untuk langsung menanyakan diri Mawar


Putih, maka Siau-liong bertanya dengan cara memutar, “Selain
diriku, siapa lagi yang nona tolong!"

287
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona itu tertawa mengikik, “Cukup engkau seorang saja.


Aku tak peduli lain orang!"

Karena tak berhasil menanyakan diri Mawar Putih, maka


Siau-liong, bertanya pula, “Selain aku masih ada beberapa
orang yang terjerumus dalam barisan itu. Entah bagaimana
mereka sekarang ini....”

Nona itu mendengus hambar, “Hm, dalam sehari semalam


itu telah tertangkap empat lima puluh orang. Siapakah yang
engkau tanyakan itu?"

Terpaksa Siau-liong menerangkan juga. "Yang seorang


adalah Cu Kong-leng ketua Tong-thing-pang, seorang Tan Ih-
hong ketua Pemakan ular dan masih ada lagi seorang gadis
bernama....”

Seketika berobahlah wajah nona pemilik lembah, tukasnya,


“Mengapa engkau begitu menaruh perhatian kepada mereka?"

Ditatapnya wajah Siau-liong lekat2 lalu bertanya pula,


“Apakah engkau datang bersama anak perempuan itu?
kalian....”

"Aku hanya berjumpa ditengah jalan. Sebelum itu tak kenal


mengenal!" buru-buru Siau-liong menukas.

Nona pemilik lembah itu mengangguk puas. Namun


wajahnya tetap dingin, ujarnya, “Sekali pun gadis dengan
kedua ketua perkumpulan itu tidak mati tetapi mereka
dijebloskan ayah ke Lembah Maut. Barang siapa tak mau
menjadi anak buah ayah, tentu akan mengalami nasib begitu!"

288
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendapat keterangan itu agak legalah hati Siau-liong. Asal


Mawar Putih belum meninggal, ia masih mempunyai harapan
untuk menolong.

Kembali mata nona pemilik lembah itu berkilat!, serunya,


“Karena sekarang kita bertemu tentulah dalam penitisan
dahulu kita memang berjodoh. Asal engkau tak memusuhi
orang tuaku, kita tentu dapat....”

Sekalipun nona itu seorang gadis yang cabul dan tak punya
malu, tetapi pada saat mengucap soal2 perkawinan, agaknya
masih kikuk juga.

Kembali ia memberi kicupan mata kepada Siau-liong lalu


berkata dengan nada gembira, “Dewasa ini ayah-ibuku sudah
merajai dunia persilatan. Hari depan kita tentu penuh
kesenangan. Tak ada seorang manusia dalam dunia yang
berani mengganggu kita!"

Siau-liong tak leluasa menjawab tetapi hatinya amat muak.

Pada saat yang sulit itu, tiba-tiba terdengar suara langkah


orang berhenti didepan pintu. Setelah batuk2, orang itu
berseru, “Nona, nyonya besar datang!"

Siau-liong terkejut. Yang dimaksud dengan nyonya besar


tentulah Dewi Neraka, ibu dari nona pemilik lembah itu. Diam-
diam ia gelisah.

Nona pemilik lembah itu tertawa riang, “Ah, ibu datang....”

Baru ia berkata begitu, muncullah seorang wanita tua ke


dalam ruang situ.

289
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mah....!" nona itu cepat berseru seraya menghampiri. Ia


pun memberi isyarat kepada Siau-liong, “Lekas, menyambut
ibuku!"

Sesaat Siau-liong tak tahu bagaimana harus bertindak.


Untuk membungkuk tubuh memberi hormat kepada Dewi
Neraka, ia muak. Namun kalau tak mempedulikan. ia kuatir
akan menimbulkan kecurigaan orang.

Akhirnya terpaksa ia memberi hormat dengan segan dan


mengucap beberapa patah kata yang tak lampias.

Sejak masuk ke dalam ruangan, Dewi Neraka


memperhatikan sekali diri Siau-liong. Ditatapnya wajah
pemuda itu lekat2, kemudian berpaling kepada puterinya,
“Nak apakah engkau sungguh2 suka kepadanya?"

Nona itu menyahut bisik2, “Jika tak suka, masakan kuminta


dia dibebaskan....” kemudian dengan suara agak keras, ia
berseru, “Asal mamah meluluskan, kami segera....”

“Baik, mamah tak keberatan, asal....” tiba-tiba Dewi Neraka


menghampiri Siau-liong dan menghantam kepala pemuda itu
dengan jurus Menghantam-gunung Hoa-san.

Bukan kepalang kejut Siau-liong. Jurus itu bukan main


dahsyatnya dan dilancarkan dalam jarak dekat secara tak
terduga-duga.

Tetapi untunglah Siau-liong cerdas sekali. Cepat ia dapat


mengetahui apa maksudnya. Maka bukan saja tak menghindar
atau menangkis, bahkan ia malah pura-pura terkejut dan
terhuyung-huyung mundur sampai beberapa langkah.

"Mah, mengapa engkau ini? apakah....!" secepat kilat nona


pemilik lembah itupun loncat menghadang ditengah.

290
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dewi Neraka memang sudah menghentikan tangannya. Ia


membelai-belai rambut anaknya seraya tertawa mengutuk,
“Anak tolol! mamah kan hanya hendak mengetahui asal-
usulnya saja!"

Sambil menyandarkan kepalanya kedada sang ibu dengan


sikap kemanja-manjaan, nona pemilik lembah itu berkata, “Ah,
tetapi mamah hampir membikin orang kaget setengah mati,
sungguh....”

Dewi Neraka memandang Siau-liong lagi. Tiba-tiba ia


mengeluarkan sebuah botol kecil diberikan kepada putrinya,
“mamah takkan mencampuri urusanmu pribadi, tetapi....”
Tiba-tiba wajah Dewi Neraka berobah dingin, “Dia bersama
rombongan orang2 yang memusuhi kita. Harus diberi minum
sebutir pil ini dulu....”

"Tidak mah!" nona itu menolak, “aku tak ingin dia menjadi
seorang yang tolol dan linglung pikiran. Akulah yang
menanggung bahwa kelak dia tentu takkan memusuhi ayah
dan mamah lagi!"

Dewi Neraka amat menyayang sekali kepada puterinya itu.


Maka ia hanya dapat geleng2kan kepala dan menghela napas
lalu menyimpan botol itu lagi.

Baru ia hendak berkata apa2, tiba-tiba terdengar suara


genderang berbunyi gencar.

"Ah, ayahmu mencari aku. Tentulah sudah mendapat


laporan tentang jejak Pendekar Laknat dan wanita Ular itu....”
habis berkata lalu keluar.

291
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah Dewi Neraka pergi, berkatalah si nona dengan


mengulum senyum, “Jangan takut kepada ibuku yang
berwajah seram itu. Sesungguhnya dia baik hati."

Siau-liong mengiakan. Kemudian ia berkata dengan nada


selembut mungkin, “Sudah lama kudengar cerita orang
tentang Pendekar Laknat muncul di dunia persilatan lagi.
Sungguh aku ingin sekali melihat bagaimana perwujutan
momok itu. Tadi karena ibumu mengatakan telah menemukan
jejak Pendekar Laknat dan Ki Ih, apakah engkau setuju kalau
secara diam-diam kita ikuti ibumu agar dapat melihatnya?"

Nona itu kerutkan dahi. Sesaat kemudian ia menjawab,


“Eh, mengapa nyalimu mendadak berobah begitu besar? Pada
hal sesungguhnya Pendekar Laknat itu tak lain hanya seorang
tua buruk yang memuakkan!"

Siau-liong mengeluh tetapi untunglah pada saat itu juga si


nona menyusuli kata2 lagi, “Tetapi baiklah. Ini merupakan
permintaanmu yang pertama kepadaku. Sudah tentu aku tak
dapat menolak."

Nona itu menarik tangan Siau-liong terus diajak keluar.


Sudah dua kali Siau-liong masuk ke dalam Lembah Semi itu.
Tetapi tempat2 yang dilalui saat itu, sama sekali belum pernah
didatanginya.

Setelah melintasi tiga buah jalanan naik turun dan


beberapa deret bangunan perumahan, tibalah mereka
disebuah halaman gedung yang luas. Selama dalam
perjalanan itu, Siau-liong selalu memperhatikan dengan
seksama. Diam-diam ia merasa kagum atas bangunan yang
diciptakan dalam lembah itu.

Tiba-tiba nona itu menarik lengan baju Siau-liong suruh


pemuda itu berjalan pelahan dulu. Siau-liong terkejut. Segera

292
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia hentikan langkahnya. Dari dalam ruang besar terdengar


suara orang tertawa.

"Itulah ayahku," si nona membisiki kedekat telinga Siau-


liong. Pada hal Siau-liong memang sudah mengetahui hal itu.

"Ih, agaknya mereka tidak membicarakan soal Pendekar


Laknat dan Ki Ih," kata nona itu pula seraya berjingkat-jingkat
menghampiri ke bawah jendela belakang.

Saat itu menjelang sore hari. Dibagian ruang belakang


penuh ditumbuhi pohon yang-liu. Dengan hati2 Siau-liong
mengikuti si nona yang saat itu sudah mengintip dari lobang
jendela.

Ternyata dalam ruang gedung itu terdapat beberapa orang.


Kecuali suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka,
terdapat pula dua orang tetamu.

Ketika melihat wajah kedua tetamu itu, kejut Siau-liong


bukan alang kepalang. Ternyata kedua tetamu itu bukan lain
adalah Harimau Iblis dan si Naga Terkutuk.

Saat itu kedengaran Naga Terkutuk berkata, “Kemunculan


saudara ke dunia persilatan, rupanya tiada mempunyai
maksud memusuhi kami berdua saudara. Tetapi....”

Naga Terkutuk yang bertubuh tinggi kurus dan


mengenakan jubah warna kuning, pinggang menyelip
sebatang ruyung lemas itu, sejenak melirik ke arah
saudaranya, Harimau Iblis.

Kemudian ia menatap pula tuan rumah dengan pandanng


mata penuh keserakahan, “Asal saudara suka membagi harta
pusaka itu kepada kami, kami tentu akan membantu cita2
saudara untuk menguasai dunia persilatan!"

293
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk-dunia serentak berbangkit lalu berjalan


mondar-mandir sambil mendukung kedua tangannya.
Wajahnya yang seram tampak makin menyeramkan....

"Memang tak sukar untuk membagi harta pusaka itu,"


akhirnya ia menjawab. Setelah berbatuk-batuk sejenak, ia
melanjutkan pula, “Tetapi....” ia paksakan tertawa
menyeringai.

"Tetapi bagaimanakah cara kita membagi kitab pusaka


peninggalan Tio Sam hong itu?"

Tio Sam-hong adalah pendiri dari partai Bu-tong-pay.


Apabila kitab pusaka itu benar buah karya Tio Sam-hong,
tentulah merupakan kitab yang memuat ilmu pelajaran
pedang sakti. Merupakan sebuah kitab pusaka yang tiada
keduanya dalam dunia persilatan!

Harimau Iblis yang sejak tadi hanya diam saja, saat itu
sekonyong-konyong berteriak menggeledek, “Masing-masing
mendapat separoh bagian, apakah sukarnya?"

Seketika berobahlah wajah Iblis Penakluk-dunia. Hampir


meledaklah kemarahannya tetapi pada lain saat ia dapat
menindas lagi emosinya. Ia mengulum senyum tetapi tak
berkata apa2.

Adalah Dewi Neraka yang serentak berbanngkit dan


berkata dengan nada dingin, “Jika saat ini merundingkan
tentang cara membagi harta pusaka, rasanya masih terlalu
pagi....”

Sejenak memandang ke arah kedua tetamunya, wanita itu


melanjutkan, “Separoh bagian dari Giok-pwe itu masih berada
ditangan Pendekar Laknat. Jika tak dapat menemukan

294
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jejaknya, tak mungkin kita membicarakan soal pembagian


harta itu. Ibarat orang melihat rembulan dalam air alias
omong kosong belaka!"

Tiba-tiba Naga Terkutuk tertawa gelak2, “Bukankah


Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih sudah terperangkap
dalam barisan Tujuh Maut lembah ini? Masakan mereka
mempunyai sayap terbang ke angkasa?"

Iblis Penakluk-dunia gelengkan kepala; “Berbicara tentang


peristiwa itu tentulah saudara berdua takkan percaya. Bahkan
kami berdua suami isteri pun benar-benar tak mengerti!"

Sejenak berhenti ia melanjutkan pula, “Seluruh penjuru,


setiap pelosok dan segenap ujung dari barisan Tujuh Maut itu
telah kami periksa dan selidiki, tetapi kedua orang itu hilang
tiada berbekas."

Mendengar itu Harimau Iblis hanya tertawa dingin, “Ho,


benar-benar suatu hal yang tak mungkin!"

Tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia pun tertawa, “Sekali pun


Pendekar Laknat dan Dewi Ular lenyap tetapi diantara sekian
banyak tokoh persilatan yang tertangkap itu, terdapat seorang
pemuda dan seorang gadis!"

Mendengar itu Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serempak


berbangkit.

"Siapakah kedua muda mudi itu?" tanya Naga Terkutuk


seraya memandang tuan rumah dengan tajam.

Iblis Penakluk-dunia tertawa, “Kalau kukatakan, saudara


berdua tentu akan kecewa. Mereka berdua tak lebih dari
anak2 muda yang masih ingusan!"

295
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Naga Terkutuk mendengus lalu duduk lagi. Sementara


Harimau Iblis tampak merenung dan berkata seorang diri, “Ah,
tetapi masa ini tak boleh disamakan dengan masa 20 tahun
yang lalu. Diantara kalangan muda, terdapat juga yang
sakti....”

"Dimanakah mereka sekarang?" tanyanya kepada Iblis


Penakluk-dunia.

Jawab Iblis Penaklak-dunia, “Yang perempuan sudah


dimasukkan dalam Lembah Maut dan yang lelaki....” — tiba-
tiba ia melambai ke arah luar jendela dan berseru keras, “Hai,
masuklah kalian!"

Mendengar itu Siau-liong terbeliak kaget. Tetapi karena


jejaknya sudah ketahuan, apa boleh buat, terpaksa ia
melangkah masuk. Nona pemilik lembah pun segera mengikuti
dibelakangnya.

“Ada keperluan apakah ayah memanggil kami berdua?"


begitu masuk si nona segera berseru kepada ayahnya, Iblis
Penakluk-dunia.

Mata Iblis Penakluk-dunia. ber-kilat2 memandang Siau-


liong. Melihat itu si nona menjadi gelisah. Buru-buru ia berseru
kepada ibunya, Dewi Neraka, “Mah....”

Dewi Neraka tersenyum, “Budak tolol! Mamah kan berada


disini, mengapa engkau kuatir?"

Naga Terkutuk loncat dari tempat duduknya dan


menghampiri Siau-liong diamatinya pemuda itu dari ujung kaki
sampai ke atas kepala Kemudian ia tertawa gelak2; "Ho, kami
tak tahu kalau saudara sudah mendapat menantu....”

296
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Naga Terkutuk alihkan pandang matanya ke arah nona


pemilik lembah lalu berseru dengan nada mengejek, “Nona
Po. ilmumu merawat diri benar-benar luar biasa hebatnya.
Meskipun engkau sudah berumur lebih dari 40 tahun, tetapi
kelihatannya.... seperti seorang gadis yang baru berumur 20-
an tahun. Benar-benar sepadan menjadi pasangan dari
engkoh kecil ini....”

Seketika berubahlah wajah Po Ceng-in, nona pemilik


lembah itu.

"Siapakah yang memberitahukan umurku kepadamu?"


tariaknya melengking.

Naga Terkutuk tertawa nyaring, “Kuingat dahulu ketika


pertama kali datang ke lembah ini, engkau mengaku berumur
20 tahun. Sekarang setelah dua puluh tahun lagi aku kemari,
masakan salah kalau kukatakan engkau berumur 40 tahun
itu?"

Merah padamlah selebar muka Po Ceng-in. Dipandangnya


Naga Terkutuk itu dengan mata berapi-api dan tubuh
menggigil. Seolah-olah hendak menelannya....

Dewi Neraka serentak berdiri seraya. menghujamkan


tongkatnya kelantai. Wajahnya membesi. Tetapi ketika
melangkah dua tindak, ia mendengus untuk menekan
kemarahannya. Ditariknya tubuh Po Ceng-in kesisinya dan
dihiburnya, “Kemarilah anakku, jangan pedulikan iblis tua itu!"

Naga Terkutuk cepat mengangkat kedua tangannya


menghaturkan maaf kepada kedua suami isteri seraya
tertawa, “Maafkan, maafkan!"

297
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Se-konyong2 wajahnya membengis dan berpaling


membentak Siau-liong, “Budak, siapa namamu? Berapa
umurmu sekarang?"

Demi menyelamatkan keadaan, sudah beberapa kali Siau-


liong harus menekan kemarahan. Tetapi kali ini karena
diperlakukan begitu oleh Naga Terkutuk, ia tak dapat
menahan diri lagi.

"Meskipun umurku baru belasan tahun tetapi aku sudah


dewasa. Siapa yang engkau sebut 'budak' itu!" ia balas
membentak.

Naga Terkutuk seorang momok yang garang dan congkak.


Entah beberapa sudah tokoh2 persilatan yang jatuh
ditangannya. Sudah tentu ia tak dapat menerima perlakuan
yang diunjuk Siau-liong, seorang anak muda yang
dianggapnya masih ingusan.

Dipandangnya Siau-liong dengan tertawa dingin, “Umurku


sudah 88 tahun. Jika mempunyai cucu, tentu juga lebih besar
dari engkau. Pula dalam kedudukanku dikalangan persilatan,
bukanlah suatu hinaan kalau kupanggilmu dengan sebutan
budak!"

Habis berkata ia segera menampar bahu Siau-liong.


Tampaknya tamparan itu amat pelahan dan sepintas pandang
hanya sebagai suatu peringatan dari orang tua terhadap anak
muda. Tetapi sesungguhnya tepukan itu merupakan gerak
Naga-sakti-mencakar yang dahsyat.

Siau-liong tegak termangu-mangu....

---ooo0dw0ooo---

298
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid 06

Telur di ujung tanduk

Pada saat tangan Naga Terkutuk hampir mencengkeram


bahu Siau-liong, tiba-tiba Harimau Iblis meluncur kesamping
saudaranya dan mencekal tangan Naga Terkutuk.

Sudah tentu Naga Terkutuk terperanjat, tegurnya, “Dinda,


engkau....”

Harimau Iblis tertawa, “Gerakan Naga-sakti-mencengkeram


kanda itu, belum tentu dapat mengenai budak itu!"

Sekalian orang terkejut mendengar kata2 itu. Bahkan Naga


Terkutuk pun deliki mata kepada adiknya itu lalu
membentaknya, “Apakah maksudmu?"

Hampir ia tak percaya apa yang dikatakan Harimau Iblis itu.

Kata Harimau Iblis, “Kemarin tatkala dipuncak Ngo-siong-


nia, aku pernah adu kepandaian dengan dia, tetapi
akhirnya....” ia terlawa menyeringai, “akhirnya kami sama2
terluka!"

Mendengar itu Iblis Penakluk-dunia dan isterinya, Naga


Terkutuk dan Po Ceng-in terbeliak kaget. Semua mata
tertumpah ke arah Siau-liong.

Benar-benar suatu hal yang mustahil. Tetapi karena mulut


Harimau Iblis sendiri yang mengatakan, mau tak mau harus
percaya.

299
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Reaksi pertama timbul dari Po Ceng-in. Nona pemilik


lembah itu kejut girang lalu memegang lengan Siau-liong dan
bertanya lembut, “Apakah yang dikatakan itu benar?"

Siau-liong mendengus lalu menyurut mundur selangkah,


menghindarkan lengannya.

Naga Terkutuk dan Harimau Iblis tertawa mengekeh


menyaksikan penolakan Siau-liong.

Po Ceng in tertegun. Tanpa menghiraukan ejek tertawa


kedua momok serta sikap Siau-liong dingin, ia melesat
kesamping pemuda itu seraya berseru cemas, “Jangan
percaya omongan iblis tua itu. Aku memang baru berumur....”

Ia tak lanjutkan kata-kata melainkan menatap wajah Siau-


liong dan dengan nada meratap ia berkata; "Tanpa kukatakan
engkau tentu dapat melihat sendiri apakah aku ini mirip
dengan wanita yang berumur 40 tahun?" Kembali Po Ceng-in
tertawa mengikik tetapi jelas tertawa yang dibuat-buat untuk
menutupi rasa malunya.

Siau-liong terpaksa memandangnya.... wajah wanita itu


memang menimbulkan rasa kasihan tetapi pancaran matanya
penuh dengan nafsu kecabulan. Memang andaikata Naga
Terkutuk tak membuka rahasianya, Siau-liong tentu percaya
nona itu masih berumur 20-an tahun.

Beberapa saat Siau-liong tergugu kehilangan faham. Ia tak


tahu bagaimana harus bertindak. Namun ia menyadari bahwa
saat itu dirinya berada dalam sarang harimau buas. Juga ia
menginsyafi akan beban kewajibannya yang berat. Ia harus
menolong Mawar Putih, merebut kembali separoh bagian dari
Giok-pwe, menyelamatkan dunia persilatan, membalas
dendam dan mencari ibunya....

300
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia menimang lebih lanjut Dalam lembah Semi yang penuh


dengan perkakas rahasia, musuh lebih menang tempat. Begitu
pula jumlah mereka jauh lebih besar. Untuk mengahadapi
keempat momok itu, jelas bukan hal yang mudah.

Demi menyelamatkan kesemuanya itu, terpaksa ia harus


bermain sandiwara Walaupun sesungguhnya ia muak terhadap
wanita itu, namun terpaksa ia memandangnya dengan
pandang mata lemah lembut dan mesra.

Po Ceng-in menyambut pandangan itu dengan semangat


terbuai-buai. Tiba-tiba ia berkata kepada ibunya, “Mah, ijinkan
kami pergi!" — ia terus menarik tangan Siau-liong diajak
keluar.

“Tunggu!" tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia membentak.

Po Ceng-in terbeliak. Belum pernah selama ini ayahnya


membentaknya sedemikian bengis.

Dewi Neraka berobah wajahnya dan melengking kepada


suaminya, “Tolol! Mengapa engkau menakuti anak kita begitu
rupa!"

Plak, Iblis Penakluk-dunia mendebur meja, dengusnya,


“Jika aku terus menerus menuruti engkau saja. Bukan saja
usaha menguasai dunia persilatan akan hancur berantakan.
Pun kemungkinan kita akan menelan pahitnya kekalahan
seperti 20 tahun berselang itu lagi. Aku....”

Dewi Neraka hunjamkan tongkatnya kelantai lalu


berbangkit, teriaknya, “Tolol! Jika banyak tingkah, lebih baik
kita berpisah dan bekerja sendiri-sendiri saja! Apa engkau kira
aku hanya mengandalkan engkau saja?"

301
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis berkata wanita bengis itu melangkah kehadapan Po


Ceng-in, ujarnya, “Tanyalah pada anak itu. Jika dia benar-
benar bersungguh hati kepadamu, mari kita berangkat
sekarang juga. Mamah akan membawamu pulang ke Sepak.
Tak perlu kita hiraukan lagi soal harta pusaka dan segala
macam kekuasaan dunia persilatan!"

Po Ceng-in memandang ibunya dengan penuh rasa syukur.


Tetapi pada saat hendak bertanya penegasan kepada Siau-
liong, tiba-tiba Naga Terkutuk dan Harimau Iblis tertawa
gelak. Kemudian berserulah Harimau Iblis dengan suara
nyaring, “Aha, nyata perangai saudara masih belum berubah
seperti dahulu....”

Dan Naga Terkutuk pun menumpangi, “Hubungan saudara


suami isteri berdua yang berkumpul dan berpisah tak menentu
itu benar-benar menjadi buah pembicaraan indah dalam dunia
persilatan. Hari ini bercerai entah kapan akan bertemu pula"

Demikianlah kedua saudara momok itu bergantian saling


memberi komentar. Bukan melerai dan mendamaikan kedua
suami isteri itu tetapi kebalikannya menyiram minyak pada api
kemarahan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka supaya
putus hubungan.

Seketika berobahlah wajah Iblis Penakluk-dunia. Sepasang


alisnya yang panjang melekat satu sama lain dan sejenak
melirik ke arah kedua tetamunya, cepat ia melesat kemuka
Dewi Neraka.

“Isteriku, jangan marah. Hal ini menyangkut kepentingan


kita berama. Sekali salah langkah, kita pasti kalah. Oleh
karena itu aku perlu berhati-hati....” Lalu ia menunjuk Siau-
lioug, serunya, “Budak itu bukan pemuda biasa. Janganlah
engkau sampai kena dikelabuhinya!"

302
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dewi Neraka mendengus, “Sampai dimanakah kemampuan


seorang anak yang baru berumur belasan tahun itu? Bukankah
kalian sendiri yang ketakutan dan menduga yang bukan-
bukan....”

Namun sekali pun mulut mengatakan begitu tetapi diam-


diam Dewi Neraka mengingat juga akan keterangan Harimau
Iblis tentang pertempurannya dengan Siau-liong. Maka ia tak
mau ayunkan langkah melainkan masih mengamati Siau-liong
denga teliti.

Iblis Penakluk-dunia paksakan tertawa, “Munculnya budak


itu bersama seorang budak perempuan ke dalam barisan
Tujuh Maut, menandakan bahwa mereka tentu ikut dalam
rombongan It Hang si imam hidung kerbau itu. Kalau malam
gelap, anak buahku tak dapat melihatnya, tetapi....

“Ah, soalnya sederhana sekali," Naga Terkutuk menyelutuk,


“kalau saudara tak sampai hati turun tangan kepada menantu
yang tercinta, perintahkan orang supaya menyiksa budak
perempuan itu. Dia tentu akan mengaku semua."

Iblis Penakluk-dunia alihkan pandang matanya ke arah


Naga Terkutuk, ia tertawa iblis; “Ah, saudara memang pintar.
Tetapi, Akupun memang sudah mempunyai pikiran begitu.
Bahkan sebelum saudara datang kemari, aku sudah suruh
orang untuk memeriksa budak perempuan itu. Tetapi diluar
dugaan....

Ia berhenti sejenak untuk mengelus jenggotnya yang


memanjang sampai kelutut, lalu melanjutkan, “Diluar dugaan
budak perempuan itu lenyap."

Sekalian orang tersentak kaget. Dan yang paling kaget


sendiri adalah Siau-liong. Kemanakah gerangan Mawar Putih
itu....

303
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Naga Terkutuk keliarkan biji matanya beberapa kali lalu


berkata, “Tujuh Maut itu merupakan barisan yang paling ketat
dan rapat. Sampai pun bangsa binatang dan burung tak dapat
keluar masuk dalam barisan itu. Maka betapa lihaynya
kepandaian seseorang, pun tak mungkin dapat masuk keluar
menurut sekehendak hatinya....”

Dia geleng2 kepala dan berkata seorang diri, “Pendekar


Laknat dan Dewi Ular Ki Ih sudah terperangkap dalam barisan
Tujuh Maut tetapi dapat melenyapkan diri. Sebagai gantinya
dalam barisan itu terdapat tawanan sepasang muda mudi.
Sianak perempuan sudah dimasukkan ke dalam Lembah Maut
tetapi lenyap lagi....”

Tiba-tiba ia tertawa keras, “Ha, ha, apakah kita .sedang


melihat hantu?"

Dewi Neraka segera gunakan ilmu menyusup suara


bertanya kepada Iblis Penakluk-dunia, “Tolol, apakah
keteranganmu itu sungguh2?"

Iblis Penakluk-dunia kerutkan dahi lalu menyahut dengan


ilmu menyusup suara juga, “Sudah tentu sungguh2....”

Ia memberi isyarat kicupan mata kepada isterinya lalu


berkata, “Soal hilangnya budak perempuan yang baru
berumur belasah tahun itu tak perlu kita cemaskan. Dan
budak laki itu, jika engkau suka, ambillah sebagai menantu.
Tetapi menurut hematku, saat ini Lembah Semi sudah
kemasukan seorang tokoh yang sakti. Hilangnya budak
perempuan itu merupakan salah satu bukti....”

Kembali Iblis Penakluk-dunia berhenti. Diam-diam ia


memperhatikan Naga Terkutuk dan Harimau Iblis lalu berkatu
lagi, “Si tua Naga dan Harimau itu tamak akan harta pusaka

304
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan menghendaki separoh bagian. Sudah tentu di dunia tiada


hal yang semurah itu. Sekarang baiklah kita gunakan
keserakahan mereka itu untuk mengadu mereka dengan orang
sakti yang menyelundup ke dalam lembah ini. Atau kalau
perlu, kita dapat gunakan alat-alat rahasia dalam barisan
Tujuh Maut untuk melenyapkan kedua iblis itu!"

"Apakah engkau kira mereka mau tunduk pada


perintahmu?" tanya Dewi Neraka.

Sahut Iblis Penakluk-dunia dengan gembira, “Mereka


berdua hanya mengandalkan pada kegagahan saja. Jika
engkau tak mudah naik pitam dengan gunakan siasat saja
mereka tentu suka melakukan perintahku!"

Dewi Neraka mendengus lain melengking, “Tolol! Kalau


memang bisa, silahkan engkau kerjakan Perlu apa aku harus
mengadu biru?"

Percakapan kedua suami isteri itu menggunakan ilmu


menyusup Suara. Dengan begitu lain orang tiada dapat
mendengarnya. Hanya bibir mereka yang tampak bergerak-
gerak, tetapi sama sekali tak mengeluarkan suara apa2.

Beberapa saat kemudian, Naga Terkutuk memekik keras,


“Budak perempuan itu lenyap, tak jadi apa. Kita dapat
memeriksa budak laki ini!"

Habis berkata iblis itu terus tebarkan kesepuluh jari


tangannya. Sekali tubuh bergerak. ia gunakan jurus Naga-
sakti-mengambil-air. Kesepuluh jarinya itu mengeluarkan desis
angin lalu mencengkeram kedua bahu Siau-liong.

Siau-liong benar-benar tak mau berkelahi. Buru-buru ia


mundur dua langkah kesamping. Tetapi serangan kedua dari
Naga Terkutuk sudah menyusul.... Tanpa menarik pulang

305
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jarinya, tiba-tiba ditengah jalan jarinya itu dirobah dalam jurus


Menyapu-buyar-awan. Cengkeraman diganti dengan tabasan.
Kedua tangannya susul menyusul menyerang Siau-liong.

Melihat calon menantunya diserang seganas itu, Dewi


Neraka melengking tajam. Sekali hujamkan tongkataya
kelantai, kepala tongkat yang merupakan pangkal kepala
naga, meluncur lepas dari batang dan melayang kelambung
Naga Terkutuk!

Serempak dengan itu, kepala naga-nagaan tongkat itu


hidungnya mengeluarkan beberapa lembar kumis sepanjang
15 senti. Kumis itu terbuat dari pada kawat baja yang halus
dan runcing. Warnanya berkilat kebiru-biruan. Jelas kalau
dilumuri racun.

Naga Terkutuk terkejut sekali dan cepat menarik pulang


serangannya seraya menyurut mundur. Dengan demikian
terluputlah ia dari bahaya maut.

Dewi Neraka tertawa dingin. Sekali gentakkan tongkatnya


kelantai, kepala naga itu melayang balik dan ninggap pada
hulu tongkat lagi. Juga kumis naga yang memancar keluar
tadi, segera menyusup masuk pula.

Ternyata kepala tongkat yang diukir seperti kepala naga


itu, diikat dengan kawat halus yang ulet sekali. Dapat dipijat
keluar untuk menyerang musuh.

Naga Terkutuk tak mau balas menyerang melainkan


berseru keras, “Apakah benar-benar engkau hendak
memusuhi kami berdua saudara?"

Tetapi Dewi Neraka tak mau menyahut. Sedang Iblis


Penakluk-dunia segera mengangkat kedua tangannya,

306
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Maafkan, maafkan! Harap saudara berdua jangan mengambil


dihati. Kita sedang berunding mengatur siasat!"

Merah padam selembar muka Naga Terkutuk. Pada saat ia


hendak lampiaskan kemarahannya, tiba-tiba Harimau Iblis
gunakan Ilmu menyusup suara mencegahnya, “Harap toako
jangan cari gara2! Jika bertempur, mereka menang orang dan
tempat. Belum tentu kita menang....”

Naga Terkutuk mendengus lalu menjawab dengan ilmu


Menyusup Suara, “Apakah adik takut?"

Harimau Iblis tak menghiraukan dan berkata pula, “Apalagi


masih ada budak lelaki itu yang jelas memiliki kepandaian
sakti. Menurut pengakuannya dia murid pewaris dari Pengemis
Tengkorak dan sudah memahami ilmu pukulan Thay-siang-
ciang. Pada waktu aku bertanding melawannya, ternyata dia
masih memiliki lain ilmu sakti....”

Sejenak berhenti ia berkata pula, “Ilmu saktinya itu,


rasanya aku kenal Tetapi sampai saat ini masih belum
kuketahui termasuk perguruan mana. Seperti tenaga-sakti Mo-
ya-kong-lat dari paderi Liau Hoan gunung Thian-san,
tetapipun seperti tenaga Bu-kek-sin-kang dari Pendekar
Laknat. Jadi bukan Mo-ya-kong-lat pun bukan Bu-kek-sin-
kang. Tetapi yang jelas, budak itu tentu mempunyai latar
belakang yang hebat. Jika dia bersatu dengan suami isteri
iblis, tentu akan makin menyulitkan kita. Memang
diketemukannya sepasang muda mudi dalam barisan Tujuh-
maut itu tentulah hanya omong kosong Dan tentang
lenyapnya budak perempuan dalam Lembah Maut itu, benar-
benar juga tak mungkin terjadi."

Naga Terkutuk mendengarkan dengan termangu. Rupanya


ia tak pernah memikir sampai disitu.

307
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah termenung sejenak, Harimau Iblis melanjutkan lagi,


“Turut pendapatku kita menghadapi dua kemungkinan.
Pertama, mungkin Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih
memang sudah bersekutu dengan suami isteri iblis itu.... It
Hang dan rombongan tokoh2 partai persilatan sudah terjaring
dalam perangkap mereka. Tujuan keempat iblis itu tak lain
karena hendak menghadapi kita berdua "

Kemungkinan kedua, Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih


telah binasa ditangan suami isteri iblis itu. Separoh bagian dari
Giokpwe pun sudah jatuh ketangan mereka. Bahwa Pendekar
Laknat dan Dewi Ular Ki Ih terjebak dalam selat buntu tetapi
dapat melenyapkan diri, hanyalah cerita karangan kedua
suami isteri iblis itu saja, Suatu siasat untuk menghapus
perhatian orang....”

Harimau Iblis sejenak melirik ke arah Iblis Penakluk-dunia


dan Dewi Neraka lalu berkata lagi kepada Naga Terkutuk;
"Salah satu dari kedua kemungkinan itu atau kedua-duanya
tak mungkin terjadi, tetapi tetap tak menguntungkan bagi kita
kakak beradik?"

Iblis Penakluk-dunia dan isterinya tahu juga bahwa kedua


saudara iblis itu tengah melakukan pembicaraan dengan
gunakan ilmu Menyusup Suara. Tetapi mereka pura-pura tak
tahu.

Melanjutkan pula percakapan Harimau Iblis kepada Naga


Terkutuk, “Keadaan yang kita hadapi saat ini, betapapun
kedua suami isteri itu memainkan siasat apa saja, kita tak
boleh mengundurkan diri karena ketakutan. Jika kedua suami
isteri itu benar telah berhasil mendapat kitab pusaka
peninggalan Tio Sam-hong, mereka tentu takkan membiarkan
kita berdua hidup di dunia. Maka kalau hari ini kita tak
membereskan mereka, kelak tentu akan lebih sukar lagi!"

308
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar!" dengus Naga Terkutuk. Ia merenung sesaat lalu


berkata pula, “Karena aku tak dapat mengawasi siasat
mereka, harap adik yang waspada terhadap gerak-gerik
mereka!"

Harimau Iblis mengangguk, kemudian ia berpaling ke arah


kedua suami-isteri iblis. memberi hormat seraya berseru,
“Karena tengah merundingkan urusan peribadi maka kami
telah ber-cakap2 dengan ilmu Menyusup suara. Harap saudara
berdua jangan salah faham!"

Iblis Penakluk-dunia hanya ganda tertawa mengiakan. Lalu


ia menanyakan pendapat kedua kakak beradik itu mengenai
situasi yang dibadapi saat itu.

"Kami berdua saudara termasuk orang bodoh. Sudah tentu


kami hanya menurut keputusan saudara saja. Kami bersedia
membantu! sahut Harimau Iblis.

"Ah, saudara keliwat merendah diri, "kata Iblis Penakluk-


dunia. Sejenak keliarkan mata, berkatalah ia, “Peristiwa
lenyapnya Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih dari barisan
Tujuh Maut itu adalah berdasar laporan dari anak buahku. Aku
sendiri belum memeriksa hal itu....” — ia melirik ke arah
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk lalu melanjutkan, “Kami
berdua suami isteri hendak menyelidiki barisan Tujuh Maut,
saudara berdua....” "

"Sudah tentu kami akan ikut juga!" cepat2 Harimau Iblis


menukas.

Diam-diam Iblis Penakluk-dunia terkejut mendengar


pernyataan itu. Ia merasa heran kalau kedua kakak beradik itu
tak tahu bahwa dalam barisan Tujuh Maut penuh dilengkapi
dengan alat rahasia dan jebakah2 yang berbahaya.

309
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun ia menghapus rasa herannya dengan mengulum


senyum dan menganggukkan kepala. Lalu bertepuk tangan
tiga kali.

Dari luar gedung masuklah 16 oranng laki perempuan


menghadap dan memberi hormat kepada Iblis Penakluk-dunia.
Mereka mengenakan pakaian ringkas dan menyelinap senjata.

“Lekas beritahukan kepada Soh-beng Ki-su bahwa aku


beramai-ramai hendak memeriksa ke dalam barisan Tujuh
Maut!"

Sepasang lelaki dan perempuan memberi hormat lalu


melangkah keluar. Yang lain-lain segera berbaris pada kedua
tepi pintu.

Iblis Penakluk-dunia segera mempersilahkan kedua


tetamunya ikut.... Naga Terkutuk melirik ke arah Harimau Iblis
dengan pandang penuh kesangsian.

Harimau Iblis tertawa gelak2, “Ah, sebagai tetamu, aku tak


boleh berlaku kurang hormat terhadap tuan rumah. Silahkan
saudara berjalan lebih dulu."

Iblis Penakluk-dunia tertawa hambar. Diam-diam ia


menertawakan kedua tetamunya itu. Sekalipun mereka
mempunyai rencana bagaimana, pun takkan terlepas dari
genggamannya. Maka ia memberi isyarat kicupan mata
kepada isterinya. Dan kedua suami isteri lalu melangkah
keluar.

Pada saat keempat durjana itu sedang siapkan rencana


masing-masing secara diam-diam, adalah Siau-liong tetap
mengawasi gerak-gerik mereka dengan tak acuh. Diam-diam
ia sudah dapat menyelami apa isi hati keempat orang itu.

310
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pikirnya, asal keempat iblis itu masing-masing mempunyai


kecurigaan dan saling tak percaya, ia tentu mendapat
kelonggaran dan kesempatan untuk mengadu domba mereka.

Setelah keempat iblis itu pergi, buru-buru Siau-liong


bermain sandiwara. Dengan mesra ia menarik tangan Po
Ceng-in dan membisiki kedekat telinganya, “Hayo, kita ikut
melihat juga."

Melihat Siau-liong begitu mesra kepadanya, Po Ceng-in


menjadi lupa daratan. Setelah memberi tatapan mata yang
penuh arti, tanpa banyak pikir lagi ia segera menggandeng
tangan Siau-liong dan melangkah keluar untuk mengikuti
gerak gerik keempat iblis itu.

Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka berhenti dan


berpaling. Ketika melihat anak perempuannya bergandengan
tangan Siau-liong, mereka tersenyum lalu melanjutkan
perjalanan lagi.

Harimau Iblis dan Naga Terkutuk berjalan di belakang


sendiri Seolah-olah tanpa disengaja Naga terkutuk berjalan
disamping Po Ceng-in. jaraknya hanya lebih kurang setengah
meter sehingga jika mengulurkan tangan tentu dapat
mencapai.

Siau-liong sudah siap siaga menghadapi keempat iblis itu.


Diam-diam dia sudah membentengi tubuhnya dengan saluran
Bu-kek-sin-kang. Maka tenang-tenang saja ia mengikuti di
belakang mereka.

Memang bangunan dalam Lembah Semi itu dicipta


sedemikian hebat. Jalanan ditengah halaman berbelak-bilok.
Loh-gik-thia atau pagoda termpat beristirahat penuh
bertaburan disana sini.

311
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bangunan pada setiap tempat selalu disusun menurut


bentuk Pat-kwa dan Kiu-kong. Bahkan setiap po-hon dan
setiap batang bunga, pun ditanam menurut aturan barisan.

Selama berjalan itu diam-diam Siau-liong memperhatikan


dan mencatat dalam hati semua yang dilihatnya. Tetapi
ternyata kedua suami isteri iblis itu sengaja berjalan berputar-
putar kian kemari sehingga sesudah delapan kali membelok,
sukar bagi orang untuk mengenal arah lagi.

Kira2 sepeminum teh lamanya, tibalah mereka dimulut


sebuah selat lembah yang sempit. Iblis Penakluk-dunia
berhenti. Sambil tertawa ia menerangkan, “Itulah mulut
Lembah Maut. Didalamnya penuh dengan berbagai perkakas
rahasia. Sekali salah langkah, sukar dibayangkan akibat-
nya....”

Memandang ke arah kedua saudara iblis, ia berkata pula,


“Misalnya kalau keliru melangkah ke Pintu-mati, tentu akan
terjerumus ke dalam liang dan pasti akan hancur lebur. Aku
sendiripun tak berdaya menolong. Saudara berdua hendaknya
ikut saja di belakang kami, jangan bergerak sembarangan!"

Jelas ucapan Iblis Penakluk-dunia mengandung ancaman


untuk menakuti hati orang.

Harimau Iblis tertawa gelak, serunya, “Jangan kuatir,


andaikata kami sampai mengalami nasib sial keluar menginjak
tempat maut. pun takkan meminta ganti jiwa kepada saudara
berdua'"

Iblis Penakluk dunia tertawa sinis lalu melanjutkan berjalan


lagi. Harimau Iblis pun memberi isyarat mata kepada
saudaranya. Mereka tetap berjalan di belakang Po Ceng-in
dengan mengambil jarak dekat.

312
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belasan anak buah lembah yang terdiri dari lelaki dan


perempuan dan bersenjata pedang tadi, bertindak sebagai
pelopor dimuka. Begitu masuk ke dalam selat, mereka
berjalan pelahan-lahan dan tak henti-hentinya menggerakkan
tubuh kekanan dan kiri. Mirip seperti kupu2 yang
berterbangan menerobos gerumbul bunga.

Selama memperhatikan keadaan tempat yang dilaluinya itu,


diam-diam Siau-liong heran juga. Jelas semalam ketika
bersama Mawar Putih, ia dikejar suami isteri Iblis Penakluk-
dunia dan Dewi Neraka masuk ke dalam selat lembah itu,
disitu terdapat sebuah telaga yang besar. Tetapi mengapa
saat ini ia tak melihat telaga itu lagi? Heran, adakah Iblis
Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu mempunyai ilmu untuk
memindah gunung dan menyingkirkan laut?

Tak berapa lama rombongan itu telah keluar dari jalanan


selat yang sempit Kini mereka berhadapan dengan sebuah
tanah lapang yang luas. Tanah lapang yang merupakan tanah
rendah mirip seperti dasar sumur.

Kedua barisan peloror lembah Semi itu, tiba-tiba cepatkan


langkahnya menuju ke kaki batu karang disebelah bawah.
Kemudian mereka lalu menyusup ke dalam gerombol pohon.

Kini barulah Siau-liong mengetahui jelas bahwa jalan keluar


dari lembah Tujuh Maut itu bukan hanya satu saja. Kemarin ia
datang dan masuk dari salah sebuah jalan.

Tampak hutan pohon siong itu berada ditengah tanah


lapang. Tetapi ia tak dapat menentukan arahnya yang tepat.

Ke 16 barisan lelaki perempuan dari lembah Semi tadi


muncul dari tempat masing dalam gerumbul semak sambil
mencekal bendera warna hijau yang dilambaikan ke arah kiri.
Setelah itu mereka menyelinap bersembunyi lagi.

313
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari empat penjuru kaki karang, sayup2 terdengar suara


menderu pelahan dan menyusul mulailah kabut tipis
bertebaran keluar. Tak berapa lama ke 7 gua dan sekeliling
penjuru segera tertutup kabut.

"Apakah maksud saudara?" tanya Harimau Iblis kepada


tuan rumah.

Iblis Penakluk-dunia tertawa, “Agar barisan Tujuh Maut


tetap aktif. Menjaga kemungkinan musuh menyusup kemari!"

Harimau Iblis tertawa keras; “Bagus saudara sungguh


cermat sekali!"

Iblis Penakluk dunia saling berpandang mata dengan


isterinya lalu mereka melangkah ke arah hutan.

Begitu masuk ke dalam hutan, Iblis Penakluk-dunia


berhenti dan memandang kesekeliling.... Sesaat kemudian ia
berkata kepada kedua tetamunya, “Barisan Tujuh Maut itu
diciptakan oleh seorang cianpwe yang sakti. Lebih dari
setahun lamanya barulah aku dapat mempelajari rahasia2
perobahan dalam barisan itu. Sungguh suatu ciptaan yang luar
biasa hebatnya....”

Habis berkata ia lekatkan pandang mata kepada Harimau


Iblis, lalu katanya, “Sayang barisan hebat ini sudah berpuluh
tahun tak pernah digunakan. Kecuali kemarin malam itu,
barulah barisan itu bekerja untuk menangkap rombongan It
Hang sihidung kerbau. Sejak ini....”

Tanpa menunggu tuan rumah menyelesaikan kata2nya,


Harimau Iblis cepat menukas dengan tertawa nyaring.
Nadanya ngeri menusuk telinga, tak ubah seperti raung singa
kelaparan sehingga daun2 dalam hutan itu bergetaran.

314
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cukup lama tertawa, barulah ia berhenti, serunya, “Sayang


karena barisan itu sudah lama tak digunakan, kemungkinan
tentu tak begitu lancar. Kalau tidak, tentu tak mungkin
Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih serta budak perempuan
baju putih itu dapat melenyapkan diri!"

Iblis Penakluk-dunia tahu bahwa Harimau Iblis sedang


berusaha untuk membakar hatinya. Merahlah selebar muka
iblis itu. Sinar matanya mulai memancarkan sinar
pembunuhan.

Beberapa saat kemudian, wajah Iblis Penakluk-dunia itu


mulai tenang lagi. Ia tertawa seram, “Barisan Tujuh Maut
mempunyai 72 perobahan. Asal masuk ke dalam selat, berarti
sudah masuk perangkap. Sekalipun faham akan ilmu Ngo-
heng, Pat-kwa dan Kiu-kiong, tetap tak mungkin dapat keluar
dari barisan itu!"

Seketika berobahlah wajah Harimau Iblis, serunya, “


Maksud saudara hendak mengatakan bahwa kami berdua
saudara saat ini pun sudah masuk dalam perangkap?"

Iblis Penakluk-dunia tertawa, “Saudara berdua sedang


menjadi sekutu kami. Menguasai dunia persilatan dan
menikmati harta karun yang tak ternilai harganya itu Sudah
tentu kami tak mempunyai maksud hendak mencelakai
saudara berdua!"

Harimau Iblis balas tertawa dengan nada dingin, “Mm.


sesungguhnya kami berdua ini sudah tak berguna lagi. Adakah
saudara masih tetap hendak mengajak kami kerja-sama dan
membagi rata harta karun itu?"

Iblis Penakluk-dunia tertawa keras, “Ah, jangan memikirkan


yang bukan2. Saat ini....”

315
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"It Hang dan rombongan orang gagah sudah masuk dalam


perangkap. Dewasa ini dunia persilatan tentu memerlukan
seorang pemimpin. Kalau Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih
pun sudah jatuh ke dalam tangan saudara, tentulah harta
karun yang dapat dibelikan sebuah negara itu, mudah engkau
dapatkan. Dapat menguasai dunia persilatan dan memperoleh
harta karun yang ber-limpah2....”

Berhenti sejenak ia melanjutkan pula, “Masakan saudara


masih rela membagi rejeki dengan lain orang lagi?"

Dewi Neraka getarkan tongkat berkepala naga, lalu


berteriak sengit, “Kalian sungguh cerdik sekali!"

Namun seperti tak tersinggung oleh sindiran tajam dari


wanita iblis itu, Harimau Iblis berseru pula, “Jika tak pintar,
kami berdua tentu tak berani masuk mencari kematian ke
dalam barisan ini!"

Harimau Iblis menutup kata2nya dengan tersenyum.


Sepintas pandang seperti orang yang sudah yakin pada
dirinya.

Iblis Penakluk-dunia kerutkan alis. Setelah keliarkan


pandang mata kesekeliling, ia melangkah ketengah Naga
Terkutuk dengan Po Ceng-in.

Ia memandang kelain tempat se-olah2 tak mengacuhkan


Po Ceng-in.

Melihat tindakan tuan rumah itu, diam-diam Harimau Iblis


memberi isyarat mata kepada kakaknya, Naga Terkutuk. Naga
Terkutuk tersenyum tetapi tak berkata apa2.

316
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat Iblis Penakluk-dunia akan tiba ditengah-tengah


Po Ceng-in dengan dirinya, tiba-tiba Naga Terkutuk
menggembor keras dan dengan sebuah jurus Naga-sakti-
mencengkeram dengan secepat kilat tangan kanannya
menyambar siku lengan kiri dari Po Ceng-in....

Saat itu Po Ceng-in sedangn terbuai dalam lamunan


asmara. Tangan kinannya mencekal tangan kanan Siau-liong
erat2. Seolah-olah. ia takut kehilangan pemuda itu. Nona
pemilik lembah itu benar-benar sedang dimabuk kepayang
sehingga lupalah ia akan keadaan saat itu. Hampir ia tak
mengetahui serangan mendadak dari Naga Terkutuk itu.
Barulah setelah pergelangan tangannya tercengkeram, ia
tersadar kaget. ”Aih....” buru-buru ia salurkan tenaga-sakti
Thay-kek-bu-wi-sin-kang kelengan kiri untuk menolak
serangan orang.

Tetapi tenaga-dalam Naga Terkutuk itu hebat sekali. Dan


memang rencananya, ia hendak mencekal Poh Ceng-in untuk
dijadikan sandera sebagai alat penekan Ibiis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka. Oleh karena itu maka ia harus dapat
menguasai Po Ceng-in.

Dengan tertawa dingin, ia tambahkan tenaga dalam


ketangannya. Po Ceng-in rasakan tangannya seperti terjepit
kait baja. Tenaga sakti Thay-kek-bu-wi-sin-kang yang
dipancarkan itu, bukan saja tak mampu menghalau tenaga
lawan, bahkan malah terdesak masuk kembali dan hampir
menyerang jatungnya.

Seketika ia rasakan lengan kirinya seperti patah, wajahnya


pucat, gerahamnya mengerat kencang dan meringislah ia
hendak menangis.

“Lepaskan!" teriak Dewi Neraka seraya gentakkan


tongkatnya.

317
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Naga Terkutuk memandang kelain jurusan, sahutnya, “Asal


berani maju selangkah lagi, urat jantung puterimu tentu akan
kuremukkan."

Dewi Neraka mengerenyutkan gigi seperti hendak menelan


si Naga Terkutuk. Tetapi apa daya, ia terpaksa harus menurut
perintah orang.

Iblis Penakluk-dunia tertawa tawar, “Tindakan saudara itu


tentu saudara anggap pintar. Tetapi sesungguhnya tolol
sekali."

Harimau Iblis tertawa mengejek, “Ah, tujuan saudara kan


hanya menguasai dunia persilatan dan mendapat harta karun.
Masakan saudara.... ingat akan puteri saudara. Asal sudah
mendapat tujuan yang saudara cita-citakan, peduli apa
dengan yang lain-lain hal. Hanya saja....”

Ia berhenti sejenak untuk beralih memandang Dewi


Neraka, serunya pula, “Tetapi berbeda dengan nyonya.
Tentulah lebih mencintai anak daripada segala kekuasaan dan
kekayaan. bukan?"

Dewi Neraka tertegun. Buru-buru ia berseru kepada


suaminya, “Tolol! Jika engkau nekad turun tangan dan sampai
menyebabkan jiwa anak kita celaka. aku tentu akan mengadu
jiwa denganmu!"

Ternyata Harimau Iblis sudah dapat menyelami hubungan


antara kedua suami isteri itu.... Dewi Neraka amat mencintai
sekali anaknya. Diperhitungkan. wanita itu tentu lebih sayang
anak dari pada segala apa di dunia. Psikologi atau perasaan
hati wanita itu, dapat dimanfaatkan oleh Harimau Iblis. Ia
suruh Naga Terkutuk membekuk Po Ceng-in agar dapat
dijadikan alat penekan kedua suami isteri iblis itu.

318
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk-dunia melambaikan tangannya, “Jangan


kuatir isteriku. Kutanggung anak kita tentu takkan menderita
apa2....”

Ia menutup kata2 sambil mengangkat jari ke atas.


Serangkum api merah segera meluncur ke udara.

Harimau Iblis tertegun, teriaknya, “Hai, jangan main gila


dihadapanku! Ketahuilah....

“Ah, harap saudara jangan banyak curiga," Iblis Penakluk-


dunia tertawa, “aku hanya memberi perintah kepada anak
buah barisan supaya melakukan penyelidikan yang lebih
cermat lagi....”

Sejenak keliarkan mata, ia melanjutkan, “Terus terang


kuberitahukan kepada saudara bahwa saudara berdua
memang sudah masuk ke dalam barisan Tujuh Maut Dengan
cara dan siasat apapun, jangan harap saudara dapat
menghindar....”

“Tetapi paling tidak juga akan bersama mati dengan


puterimu!" tukas Naga Terkutuk.

Tetapi acuh tak acuh Iblis Penakluk-dunia mengurut


jenggotnya yang panjang dan berkata pula, “Sesungguhnya
aku tak mengandung sikap bermusuhan dengan saudara.
Paling tidak dalam saat kita perlu bekerja-sama untuk
menghadapi musuh yang sakti."

Harimau Iblis tertawa, “Sudahlah, jangan banyak bermain


lidah, kami berdua tiada waktu mendengarkan Lekas
beritahukan apa yang sesungguhnya telah terjadi. Apakah
Pendekar Laknat itu bersekongkol dengan kalian berdua atau

319
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memang benar-benar sudah mati dalam barisan Tujuh Maut.


Dimanakah sekarang Giok-pwe yang separoh bagian itu?" '

Wajah Iblis Penakluk-dunia mengerut gelap, sahutnya, “Jika


saudara tetap tak mau percaya, akupun tak dapat berbuat
apa2. Pendekar Laknat dan wanita Ki Ih itu benar-benar
memang telah tertangkap dalam barisan Tujuh-maut, tetapi
mereka dapat melenyapkan diri tanpa meninggalkan suatu
jejak apapun juga....”

Berhenti sejenak, ia melanjutkan, “Setelah menghilang


selama 20 tahun, Pendekar Laknat memang makin tinggi ilmu
kesaktiannya. Berapa kali mengadu kepandaian, kami berdua
suami isteri hampir celaka ditangannya. Tetapi jika dia dan Ki
Ih mampu menghilang dari barisan Tujuh Maut aku benar-
benar tak percaya sama sekali! Taruh kata mereka mempunyai
sayap dapat terbang, pun tentu tetap diketahui oleh anak
buah barisan. Oleh karena itu....” — wajah iblis itu makin
berobah gelap, "berani pastikan bahwa dalam barisan Tujuh
Maut ini tentu sudah kedatangan lagi seorang sakti yang luar
biasa!"

Bermula kedua saudara Harimau dan Naga hanya tertawa


sinis. Tetapi demi melihat sikap Iblis Penakluk-dunia begitu
bersungguh-sungguh, tergerakklah hati mereka.

Naga Terkutuk mendengus, “Lalu siapakah kiranya orang


yang menyelundup ke dalam barisan Tujuh Maut itu?"

Dan tanpa menunggu jawaban Iblis Penakluk dunia, ia


melanjutkan lagi, “Apakah tidak mungkin paderi Liau Hoan
dari gunung Thian-san.... atau Kiu Tiong-beng si Manusia
Aneh dari Pak-ciang?.... atau Sepasang Imam dari gunung Mo-
san.... atau Empat Manusia Buruk dari gunung Imsan....?"

Iblis Penakluk-dunia berturut-turut gelengkan kepala.

320
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Orang2 itu adalah tokoh2 aneh yang sakti pada jaman ini.
Mereka telah mencapai tataran yang tinggi sekali. Tetapi kalau
mereka dapat keluar masuk ke dalam barisan Tujuh Maut
tanpa diketahui orang, benar-benar tak mungkin!"

Hampir saja Siau-liong tertawa geli mendengar percakapan


mereka. Betapa tidak! Kalau mereka tahu bahwa yang menjadi
Pendekar Laknat dan Ki Ih bukan lain adalah dirinya dan
Mawar Putih. bukankah mereka akan ditelan bulat2 oleh
kawanan iblis durjana itu?

Tetapi ketika teringat akan Mawar Putih yang nasibnya


belum ketahuan, seketika hatinya pilu dan rawan.

Ia gelisah sekali. Jika budak perempuan baju putih itu


benar-benar lenyap seperti yang dikatakan Iblis Penakluk-
dunia, jelas kalau Mawar Putih sudah lolos dari barisan Tujuh
Maut. Lalu kemanakah nanti ia hendak mencari dara itu....?

Saat itu kabut dari keempat dinding karang makin tebal dan
mulai merembes ketengah. Persis seperti kemarin malam
ketika Siau-liong berada disitu.

Mata si Naga Terkutuk tak henti-hentinya berkeliaran


memperhatikan keadaan kesekeliiing. Sedang tangan
kanannya tetap mencengkeram bahu kanan Po Ceng-in erat2.
Sementara tangan kiri nona itu menggandeng tangan kanan
Siau-liong, sehingga mereka saling gandeng menggandeng
tangan.

Tetapi po Ceng-in tenang2 saja. Rupanya ia sudah dapat


menangkap isyarat kedua orang tuanya supaya tak usah
berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman Naga
Terkutuk.

321
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dewi Neraka bersiap-siap dengan tongkat kepala ular


naganya. Ia memandang lekat2 ke arah Naga Terkutuk.
Bagaikan seekor burung rajawali yang menunggu saat2 si ular
naga lengah mencengkeram korbannya.

Iblis Penakluk-dunia kebalikannya malah memandang kian


kemari dengan sikap acuh tak acuh. Seolah-olah seperti
menunggu sesuatu dari lingkaran kabut tebal itu.

Suasana- tampak sunyi. Rupanya Harimau Iblis tergerak


hatinya mendengar kata2 Iblis Penakluk-dunia tadi. Matanya
bergantian memandang Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka.

Sekonyong-konyong dari jauh terdengar beberapa suitan


nyaring. Dan sayup2 dari dalam kabut tebal itu meluncur tiga
larik sinar api berwarna hijau kebiru-biruan ke atas angkasa.
Diperkirakan, api itu tentu berasal dari tengah dinding karang
yang terpisah 1O tombak lebih jaraknya.

“Apakah sudah ada hasil dari penyelidikan anak buah


saudara?" tanya Harimau Iblis.

Iblis Penakluk-dunia gelengkan kepala, “Aneh, masih belum


ketemu apa-apa....” — tiba-tiba ia menunduk kepala dan
berjalan beberapa langkah lalu berhenti. Memandang ke arah
Naga Terkutuk dan Harimau Iblis, ia berkata pula, “Sudah tiga
kali menyelidiki, hasilnya tak menemukan apa-apa. Baik
Pendekar Laknat, Ki Ih, budak perempuan baju putih dan lain-
lain orang yang diduga menyelundup ke dalam barisan itu!"'

Naga Terkutuk dan Harimau Iblis saling berpandangan


dengan heran. Kedua saudara itu benar bingung menghadapi
gerak-gerik Iblis Penakluk-dunia yang sukar diraba itu. Sesaat
kedua saudara itu kehilangan faham.

322
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi mereka tetap tak lepaskan pendirian semula. Asal


masih dapat menguasai Po Ceng-in, bagaimanapun kedua
suami isteri iblis itu hendak bermain siasat, tentu tetap dapat
diatasi.

Iblis Penakluk-dunia berjalan lagi. Tiba-tiba ia lontarkan


pertandaan api lagi. Api itu terbuat daripada bahan phosporus
sehingga sinarnya amat kuat sekali. Paling tidak tentu dapat
dilihat sampai jarak satu li jauhnya.

Timbul pula kecurigaan Harimau Iblis terhadap gerak-gerik


tuan rumah. Cepat ia berseru menegur, “Apa lagi itu?"

Tawar2 saja Iblis Penakluk-dunia memandang Harimau


Iblis. Dan berkatalah ia tanpa menyinggung pertanyaan tadi,
“Kini setelah jelas tiada orang yang menyusup ke dalam
barisan Tujuh Maut, untuk sementara waktu ini tak perlu
kuminta bantuan saudara berdua. Lebih dahulu kami suami
isteri menghaturkan terima kasih kepada saudara berdua....”

Harimau Iblis dan Naga Terkutuk terbeliak kaget. Sepasang


mata Harimau Iblis yang bundar besar, melingkar-lingkar
memandang Iblis Penakluk-dunia lalu membentak keras,
“Jangan main gila dihadapanku....”

Lalu beralih memandang Dewi Neraka, ia mengancam,


“Awas, jiwa puterimu yang engkau sayangi itu!"

Diluar dugaan, Dewi Neraka tak menghiraukan


ancamannya. Ia tetap lekatkan pandang matanya kepada
Naga Terkutuk.

Sejenak berhenti, Iblis Penakluk-dunia berkata pula,


“Sesungguhnya cita-citaku hanyalah untuk mendapat harta
pusaka itu dan menguasai dunia persilatan. Walaupun It Hang
dan rombongannya sudah terperangkap ke dalam barisan

323
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tujuh Maut, tetapi si Pendekar Laknat itu masih belum


ketahuan jejaknya. Rasanya jalan untuk mencapai cita2 itu
masih banyak rintangannya....”

Ia menghela napas lalu memandang ke arah Harimau Iblis,


“Saudara berdua memiliki ilmu kesaktian yang jarang
tandingannya. Maka kami hendak mengadakan hubungan
kerja-sama dengan saudara dalam jarak waktu yang lama.
Setelah mendapat harta pusaka dan menguasai dunia
persilatan....”

“Yang penting bagaimanakah sikap saudara dalam


kerjasama itu." karena tak sabar mendengar bicara orang
yang berbelit-belit, Harimau Iblis cepat menukas.

Iblis Penakluk-dunia tertawa gelak2. serunya, “Bukan aku


segan kerjasama itu, melainkan yang kuminta janganlah
saudara terlalu memperhitungkan balas jasa dan janganlah
menanyakan sebab-sebabnya. Lakukanlah perintah kami tanpa
syarat."

Naga Terkutuk dan Harimau Iblis terbeliak. "Ngaco! Jangan


bicara ngelantur!" teriak kedua saudara itu serempak.

Iblis Penakluk dunia hanya ganda tersenyum,tiba-tiba ia


berputar tubuh terus melangkah pergi.

Kedua saudara Naga dan Harimau itu benar-benar tak


mengerti apa yang sedang dilakukan tuan rumah. Naga
Terkutuk segera memperkeras cekalan tangannya pada lengan
Po Ceng-in.

“Aih....” Po Ceng-in mengerang kesakitan namun terpaksa


ditahannya juga. ia berpaling memandang Siau-liong dengan
sinar mengharap.

324
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong memang sedang menunggu suatu peluang yang


baik. Oleh Karena ia juga tak mengerti apa yang terkandung
dalam ucapan Iblis Penakluk-dunia, maka sampai saat itu ia
beium berani bertindak.

Tiba-tiba bau harum berhembus ketempat situ dan


berserulah Harimau Iblis, “Huh, apakah ini?"

“Masakan saudara tak mengetahui bahwa sepanjang tahun


lembah ini selalu berada dalam suasana musim semi. Pabila
angin berhembus, tentu mengantar bau bunga yang harum
membuai semangat orang."

Setelah menyedot bau itu sejenak, berobahlah seketika


wajah Harimau Iblis dan segera ia menggembor marah, “Aku
tak tahan lagi melihat permainan ini....” — ia berpaling kepada
Naga Terkutuk dan suruh memaksa Po Ceng-in berjalan
menunjukkan jalan keluar dari situ.

Naga Terkutuk pun menyadari sesuatu yang tak


menguntangkan. Maka cepat ia menyeret Po Ceng-in supaya
berjalan. Karena tangan nona itu masih tetap mencekal
tangan Siau-liong maka Siau-liong pun ikut terseret bangun.

Melihat Naga Terkutuk dan Harimau Iblis sudah mulai


bertindak dan mengingat bahwa bau harum itu tentu
mengandung obat bius, Siau-liong mengambil putusan untuk
turun tangan saat itu juga.

Sekali kaki mengisar, ia segera membentak Naga Terkutuk,


“ Lepas!'"

Naga Terkutuk tertegun, bentaknya, “Ho, budak, apakah


engkau juga sudah bosan hidup?"

325
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa keras. Nadanya laksana guntur


berkumandang ditengah musim semi. Naga Terkutuk terbeliak
kaget sekali. Dari nada tertawanya, jelas diketahui bahwa
pemuda itu memiliki tenaga dalam yang sakti.

Mendengar tertawa itu, cepat2 Harimau Iblis memberi


peringatan kepada saudaranya, “Awas, budak itu....”

Tetapi peringatannya itu sudah terlambat datangnya. Pada


saat Naga Terkutuk masih terpukau, Siau-liong sudah segera
pancarkan tenaga saktinnya ke tubuh Po Ceng-in.

Setitikpun Naga Terkutuk tak mimpi bahwa pemuda yang


baru berumur belasan tahun itu, mampu menyalurkan tenaga
dalamnya untuk membantu Po Ceng-in menolak tekanan
tangan Naga Terkutuk.

Seketika Naga Terkutuk rasakan tangannya yang


mencengkeram lengan Po Ceng-in itu seperti dilanda oleh
gelombang tenaga sakti yang dahsyat sehingga tangannya
terasa linu kesemutan dan lemah lunglai.

Po Ceng-in pun mengetahui peristiwa itu. Ia rasakan


tubuhnya dilanda oleh arus tenaga sakti dan tahu2 dilihatnya
Naga Terkutuk menarik pulang cengkeramannya. Nona itu
kejut2 girang. Tanpa me-nyia2kan kesempatan lagi, ia segera
mendorong iblis itu. Karena Naga Terkutuk sedang terpukau
oleh peristiwa yang mengejutkan tadi, ia tak sempat lagi
mengerahkan tenaga dalam untuk menolak dorongan Po
Ceng-in. Maka terhuyung-huyunglah iblis itu sampai beberapa
langkah jauhnya.

Melihat itu dengan meraung keras. Harimau Iblis segera


menyerbu. Tetapi Dewi Neraka yang sejak tadi sudah siap
siaga, cepat menghantamkan tongkatnya ke arah Harimau
Iblis.

326
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Harimau Iblis terpaksa berputar menghindarkan diri. Tetapi


Dewi Neraka tak mau berhenti. Dengan mangukuk seram
seperti seekor burung hantu, wanita tua itu putar tongkatnya
membabat perut Harimau Iblis.

Sementara Naga Terkutuk, setelah menyalurkan tenaga-


dalam, tangannya yang kesakitan tadi sudah pulih kembali.
Lalu ia gunakan jurus Naga-sakti-bermain-diair, menyerang Po
Ceng-in dengan kalap.

Iblis Penakluk-dunia tertawa mengekeh. Begitu tangan


Naga Terkutuk hendak menyambar lengan Po Ceng-in, Iblis
Penakluk dunia segera menyongsong dengan sebuah
hantaman. Naga Terkutuk terpaksa hentikan serangan untuk
turun ke tanah seraya dorongkan kedua tangan menyambut
pukulan iblis Penakluk-dunia.

”Bum”.... terdengar letupan keras dan keduanya masing-


masing menyurut mundur tiga langkah.

Saat itu pecahlah pertempuran seru antara sepasang suami


isteri lawan sepasang saudara. Angin pukulan mereka
menderu-deru memancarkan sambaran dahsyat. Mereka
bertempur amat sengit sehingga sukar dikenal ciri2 orangnya.

Siau-liong mengawasi pertempuran keempat iblis dengan


tersenyum dingin.

Sementara kabut yang bertebaran dari empat penjuru


karang makin tebal. Kecuali diluar hutan, digelanggang
pertempuran itu terbungkus oleh kabut tebal sehingga sejauh
dua meter saja, orang tak dapat melihat apa2 lagi. Bau wangi
dari kabut itu makin keras juga.

327
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Siau-liong rasakan kepalanya agak pening. Ia


terkejut dan buru-buru salurkan tenaga-dalam untuk
melindungi diri.

Sekalipun sudah bebas dari cengkeraman Naga Terkutuk


namun Po Ceng-in tetap rasakan lengan kirinya tak dapat
diangkat ke atas. Lentuk dan lunglai. Tentulah Naga Terkutuk
telah gunakan tenaga untuk mencengkeram lengan nona itu
sampai patah. Ia bahagia sekali karena merasa telah diurut-
urut oleh Siau-liong. Tetapi ketika melirik, dilihatnya pemuda
itu tengah memandang kesekeliling penjuru. Sedikitpun tak
mengacuhkan dirinya. Diam-diam nona itu heran atas sikap
pemuda itu. Aneh, benar-benar aneh. Setempo ia merasa
Siau-liong menyambut cintanya. Tetapi setempo ia dapatkan
pemuda itu bersikap dingin padanya.

Sejenak menghela napas, ia gerak-gerakkan lengannya


bekas yang dicengkeram Naga Terkutuk tadi. Setelah terasa
agak baik, barulah ia menghampiri kesamping Siau-liong dan
menegurnya dengan mesra, “Engkoh.... Liong!"

Siau-liong terpaksa berpaling, “Mengapa?" — habis


mengucap, hatinya terasa amat muak.

Dengan pancaran mata yang berkilat-kilat, Po Ceng-in


memandang Siau-liong lalu berseru, “Hatimu amat ganas
benar!"

Siau-liong tertegun. Tetapi saat itu ia sedang menimang-


nimang tindakan yang akan dilakukan setelah pertempuran
diantara keempat iblis itu selesai. Maka acuh tak acuh, ia
hanya menjawab singkat saja; "Benarkah begitu?"

Po Ceng-in berkata pula, “Ternyata engkau memiliki ilmu


kepandaian yang begitu sakti. Tetapi mengapa engkau tak

328
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lekas menolong aku dan membiarkan diriku disiksa sampai


setengah hari oleh iblis terkutuk itu....?"

Siau-liong kerutkan alis, “Setiap tindakan harus disesuaikan


dengan saat dan keadaan, Jika tidak.... mungkin akan
runyam!"'

Sekali pun mulut menjawab Po Ceng-in tetapi mata Siau-


liong terus memperhatikan lekat2 pada jalannya pertempuran
keempat iblis itu.

Dengan geram Po Ceng-in ulurkan lengan kirinya kemuka


Siau-liong, “Nih, lihatlah....”

Siau-liong terpaksa memandangnya juga lalu paksakan diri


bertanya, “Apa masih sakit?"

Po Ceng-in tempelkan tubuhnya kebahu Siau-liong dan


menyahut dengan manja, “Sakitnya hampir tak tertahan lagi,
lho....!"

Siau-liong hanya mendengus, “Sayang saat ini aku tak


membawa obat maka tak dapat berbuat apa2."

Tiba-tiba Po Ceng-in menarik pulang lengannya dan


tertawa mengikik, “Tak apa, aku sudah membawa obat
sendiri. Tetapi obat itu harus dimakan kita berdua!"

Siau-liong terbeliak. Baru hendak membuka mulut. tiba-tiba


ia rasakan darahnya bergolak keras. Mata berpudar-pudar dan
hampir ia rubuh.

Saat itu Po Ceng-in sudah mengeluarkan sebuah botol kecil


dari bahan kumala dan menuang dua butir pil berwarna merah
darah. Yang sebutir ditelannya dan yang sebutir disusupkan
ketangan Siau-liong. serunya, “Lekas telanlah "

329
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau liong cepat dapat menduga bahwa pil ilu tentulah


sebuah obat anti racun. Maka tanpa berayal lagi terus
menelannya.

Pil itu pahit rasanya tetapi setelah masuk ke kerongkongan,


terasa menyegarkan tubuh. Rasa pusing dan darah yang
bergolak tadi, pun segera lenyap.

Saat itu pertempuran antara suami isteri Iblis Penakluk-


dunia dan Dewi Neraka lawan Harimau Iblis dan Naga
Terkutuk kuatir akan alat-alat rahasia dalam barisan Tujuh
Maut. Maka keduanya bertempur dengan hati2 dan sejengkal
pun tak mau keluar dari hutan siong itu.

Tetapi suami isteri Dewi Neraka dan Iblis Penakluk-dunia


pun tak dapat berbuat apa2 terhadap kedua lawannya itu.

Po Ceng-in yang masih menyandarkan tubuhnya kebahu


Siau-liong, tiba-tiba menunjuk ke arah gelanggang
pertempuran dan tertawa, “Naga dan Harimau kedua Iblis itu
sudah tamat riwayatnya."

Siau-liong terkejut. Ketika memperhatikan, memang kuda2


kaki kedua iblis itu sudah ter-huyung2 tak mantap lagi. Begitu
pula jurus serangannya sudah tak bertenaga lagi. Jelas
mereka tentu akan remuk ditangan Iblis Penakluk dunia dan
isterinya.

Siau-liong terkesiap. Ia tahu bahwa kedua iblis itu terkena


kabut beracun. Kalau tidak tak mungkin begitu keadaannya.

Bermula ia kira kepandaian iblis bersaudara itu seimbang


dengan suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Jika kedua fihak bertempur. ke-dua2nya tentu akan menderita
luka. Walau pun karena menang tempat dan orang, tuan

330
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rumah dapat mengalahkan tetamunya tetapi paling tidak pihak


tetamu pun tentu dapat membuat Iblis Penakluk-dunia dan
Dewi Neraka terluka parah.

Tetapi tak terduga ternyata Iblis Penakluk-dunia dapat


menggunakan siasat licik, menebarkan kabut beracun
sehingga kedua saudara Naga dan Harimau itu mengalami
kekalahan dengan cepat. Melihat keadaan itu mau tak mau
Siau-liong harus merobah lagi rencananya.

"Sejak saat ini Naga dan Harimau kedua iblis tua itu tentu
akan berganti nama menjadi anak buah ayah bundaku!" Po
Ceng-in tertawa riang.

Siau-liong terbeliak tetapi ia pura-pura bertanya, “Tetapi


menilik watak mereka, masakan mereka mau tunduk?"

Po Ceng-in tertawa, “Tolol, biar mereka tak mau tetapi


mereka pun terpaksa harus mau juga, Pil buatan ayah yang
disebut Pian-sing-ih-sin (merobah watak, melenyapkan
perasaan) akan membuat mereka lupa se-gala2nya....”

Tiba-tiba ia berhenti berkata. Rupanya menyadari kalau


kelepasan omong. Dipandangnya anak muda itu tanpa berkata
sepatah pun juga.

Saat itu keadaan Naga Terkutuk dan Harimau iblis makin


pontang-panting. Mereka terus menerus main mundur saja
sehingga hampir terdesak keluar hutan.

Melihat itu gelisahlah Siau-liong. Jika menunggu sampai


kedua suami isteri iblis itu mendapat kemenangan, tentulah
sukar baginya hendak meloloskan diri. Usaha untuk
menyelidiki Mawar Putih tentu gagal.

331
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera ia berpaling ke arah Po Ceng-in, katanya, “Alat


perkakas rahasia dalam barisan Tujuh Maut itu, kiranya nona
tentu paham semua, bukan?"

Po Ceng-in terbeliak, serunya, “Eh, perlu apa engkau


menanyakan hal itu?"

“Tak dapat disangsikan lagi kedua locianpwe ayah-bunda


nona itu tentu akan menang. Kita tak perlu menguatirkan
mereka. Maka.... inginlah kugunakan kesempatan saat ini
untuk menambah pengalaman!"

Po Ceng-in tertawa mengikik, “Tolol, mengapa engkau


begitu terburu nafsu? Kan besok masih banyak waktu. Engkau
boleh me-lihat2 sepuas-puasmulah. Perlu apa harus
sekarang?"

Tiba-tiba dari keempat iblis yang sedang bertempur itu


terdengar suara erang tertahan. Menyusul terdengar getaran
keras dari tubuh seseorang yang terhantam mencelat sampai
satu tombak jauhnya.

Tanpa berpaling melihatnya, Siau-liong sudah dapat


menduga bahwa yang rubuh itu tentulah Harimau Iblis.

Wajah pemuda itu makin menggelap, ia mendesak Po


Ceng-in, “Kalau aku ingin me-lihat2 sekarang, apakah nona
suka menemani?"

Po Ceng-in memandang penuh tanya ke arah pemuda itu,


“Eh. engkau ini mengapa....” tiba-tiba ia menyurut mundur
dengan wajah gelisah, serunya, “kalau mau kesana. pun harus
mendapat ijin dari ayah-bundaku dulu. Karena.... karena
perkakas rahasia dalam barisan itu rumit dan pelik sekali.
Bahkan aku sendiri pun ada beberapa tempat yang tak
mengetahui kegunaannya!"

332
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu pertempuran sudah mendekati penyelesaian.


Harimau Iblis kena terhantam lengannya oleh Iblis Penakluk-
dunia dan terlempar di tepi hutan, tak ingat diri lagi
Sedangkan Naga Terkutuk walaupun masih dapat bertahan
mati2an tetapi saat itu sedang diserang dari muka belakang
oleh kedua suami isteri iblis. Paling banyak dalam tiga empat
jurus lagi, dia tentu akan mengalami nasib serupa dengan
Harimau Iblis tadi.

Dalam detik2 yang mendesak itu, Siau-liong cepat


bertindak. Ia mendengus lalu tiba-tiba mencengkeram lengan
kiri Po Ceng-in yang masih sakit tadi seraya berseru dingin,
“Sebagai pemilik lembah ini, jika engkau tak tahu jelas akan
perobahan barisan itu, bukankah berarti engkau hendak
membohongi orang saja?"

Walaupun hanya menggunakan seperlima bagian


tenaganya, tetapi karena yang dicengkeram Siau-liong itu
tepat pada bagian luka akibat bekas cengkeraman Naga
Terkutuk tadi. menjeritlah Po Ceng-in dengan amat kesakitan
sekali.

Siau-liong kendorkan sedikit tekanannya sambil


membentak, “Apakah sekarang mau meluluskan?"

Po Ceng-in tegakkan tubuhnya yang meliuk kesakitan tadi


dan mendamprat geram, “Memang kutahu engkau hanya ber-
pura-pura suka kepadaku....” dari kedua matanya, turunlah
beberapa titik air mata.

Rupanya tindakan Siau-liong itu benar-benar menyakitkan


lengan dan hatinya.

Melihat itu Siau-liong hampir tak sampai hati. Namun


terpaksa ia berkata menerangkan, “Karena keadaan terdesak,

333
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terpaksa kuharus membuat nona menderita sedikit. Kelak


dikemudian....”

"Apa yang engkau maksudkan dengan keadaan terdesak itu


kalau bukan karena enekau hendak buru-buru mencari jejak
nona baju putih itu!"

Tiba-tiba ia tertawa rawan dan banting2 kaki, serunya,


“Baik, akan kutemani engkau kesana!"

Karena sudah berpengalaman, maka Siau-liong tak mudah


mempercayai mulut orang. Ia tetap mencekal lengan nona itu
sembari diajak berjalan bersama.

--ooo0dw0ooo--

MANUSIA DALAM TANAH

Diluar hutan kabut amat tebal. Memandang ke belakang,


hutan itu hilang lenyap ditelan kabut tebal.

Po Ceng-in tak menghiraukan keadaan disekelilingnya. Ia


biarkan dirinya ditarik Siau-liong.... Adalah pemuda itu sendiri
yang gelisah.

Pikirnya, jika wanita itu nekad hendak mati bersama-sama,


bukankah akan runyam akibatnya nanti?

"Ceng-in! Ceng.... in....!" sekonyong-konyong dari arah


hutan terdengar Dewi Neraka berseru memanggil puterinya.

Po Ceng-in tertegun dan berhenti. Katanya, “Ayah seorang


berhati besi. Jika mengetahui kecuranganmu, walaupun ada
aku disampingmu, tetap dia akan menggerakkan alat rahasia
dalam barisan Tujuh Maut!"

334
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa hambar, “Jika tak masuk ke dalam


sarang harimau, masakan mampu memperoleh anaknya.
Dalam keadaan seperti sekarang, tak ada lain pilihan lagi!"

Po Ceng-in ayunkan langkah lagi. ujarnya, “Nona yang


datang bersamamu itu tentulah benar-benar sudah
menghilang. Karena ayah tentu tak bohong. Begitu pula
setelah dilakukan penyelidikan ke dalam barisan Tujuh Maut
dan Lembah Maut, tetap tak dapat menemukan jejak nona
itu."

Siau-liong tak saba, “Aku melakukan amal kemanusiaan


tetapi terserah saja pada nasib. Tak dapat menemukannya,
pun tak apalah."

“Bukankah kalian berdua....” baru Po Ceng-in berkata


sampai disitu.

Siau-liong cepat menukas, “Lebih baik jangan membuang


waktu!"

Po Ceng-in menghela napas panjang. Sambil menggulap


peluh dimukanya. ia segera berjalan. Bahkan kali ini jalannya
lebih cepat. Siau-liong tetap siap siaga menghadapi segala
kemungkinan.

Tiba-tiba dalam selimut kabut tebal itu samar2 tampak


sebuah dinding batu menghadang ditengah jalan Kiranya
mereka sudah tiba diujung tanah bengkah. Po Ceng-in
berhenti dimuka sebuah gua.

Gua itu tingginya hampir 2 meter, mulut gua tertutup


sarang labah2 dan gerumbul semak. Jelas bukan gua yang
kemarin Siau-liong masuki.

335
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah memeriksa beberapa saat, Po Ceng-in mengatakan


salah jalan. Bukan kesitu tetapi seharusnya belok kekiri, Siau-
liong tak dapat berbuat apa2 kecuali mengikuti nona itu
menuju kesebelah kiri".

Setelah melalui tiga buah gua, akhirnya Po Ceng-in berhenti


lagi, “Disinilah! Hanya disini terdapat satu-satunya jalan
keluar!'

Gua itu hanya satu setengah meter tingginya hingga orang


harus menundukkan kepala kalau melangkah masuk.

Tiba-tiba Po Ceng-in menampar ke arah gua itu. Dari


samping mulut gua yang gelap, melesat keluar seorang lelaki
tinggi besar menghunus pedang. Dia adalah salah seorang
anggauta barisan Lembah Semi yang menunjukkan jalan pada
rombonpan tetamu kemarin.

Saat itu wajahnya membesi. Tegak melintang dipintu gua


dengan mata tak berkesiap memandang Po Ceng-in dan Siau-
liong.

Po Ceng-in menghela napas pelahan lalu lambaikan tangan


memanggil orang itu, “Kemarilah!"

Tetapi orang itu tetap tegak seperti patung dan tak


menyahut.

"Kemarilah engkau! Thian-cun akan segera datang!" seru


Po Ceng-in tertawa tawar.

Thian-cun adalah sebutan kehormatan bagi Iblis Penakluk


dunia. Setiap anak buah Lembah Semi memangggil Iblis
Penakluk-dunia dengan sebutan Thian-cun.

336
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu terkesiap lalu maju menghampiri. Waktu tiba


pada jarak satu meter dihadapan Po Ceng-in, sekonyong-
konyong nona pemilik Lembah Semi itu ayunkan tangan
kanannya, menghantam dada orang itu.

Bluk.... tubuh penjaga gua yang tinggi besar itu, bagaikan


layan-layang putus tali, melayang ke belakang dan membentur
batu karang....

Siau-liong terkejut. Setitikpun ia tak mengira bahwa Po


Ceng-in akan menghantam mati anak buahnya sendiri. Ia
hendak menolong tetapi sudah terlambat. Orang itu pecah
kepalanya. Benak berhamburan dan nyawanya melayang....

Kata Po Ceng-in dengan napas agak terengah, “Apa boleh


buat, tak ada lain jalan lagi." Kemudian memandang Siau-
liong, ia berkata pula, “Dia adalah anak buah ayah. Kecuali
ayah, dia tak mau mendengar perintah dari siapa saja. Jika tak
dilenyapkan, dia tentu akan menggerakkan perkakas rahasia
sehingga kita berdua tentu mati."

Tanpa menunggu tanggapan Siau-liong, nona itu terus


masuk ke dalam gua. Bermula memang sempit tetapi setelah
melangkah setombak jauhnya, keadaannya makin lebar dan
tinggi sehingga tak perlu berjalan dengan kepala menunduk.

Kira2 dua puluh tombak jauhnya, barulah mereka tiba


disebuah persimpangan tiga. Sejenak merenung, Po Ceng-in
memilih jalan sebelah kanan. Tak lama mereka tiba di ujung
jalan terdapat sebuah kamar batu. Tak ada perkakas apa2
dalam kamar itu. Hanya pada dinding tengah, terdapat 5 buah
tombol dari baja.

Po Ceng-in menghampiri lalu menekan salah sebuah tombol


itu. Segera terdengar bunyi berderak-derak. Dinding bagian

337
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tengah dan kanan kirinya pelahan-lahan berkisar dan


tampaklah tiga buah pintu berjajar-jajar rapi.

Siau-liong memandang cermat. Pintu yang tengah lebar


dan bersih. Disebelah dalam samar2 tampak penerangannya.
Sedang pintu yang sebelah kanan, sempit kecil tetapi cukup
dimasuki seseorang.

Sedang pintu yang kiri, hanya semeter tingginya. Bagian


dalam gelap dan lembab. Bau yang busuk menghambur keluar
dari pintu itu, memuakkan sekali.

Sejenak berdiri merenung, Po Ceng-in segera masuk ke


dalam pintu sebelah kanan, ialah pintu yang terkecil.

"Eh, apakah nona tak keliru?" karena curiga, Siau-liong


cepat menarik nona itu.

Po Ceng-in tertawa dingin, “Jika aku memang bermaksud


mencelakaimu, tentu akan kubawamu masuk ke dalam pintu
yang lain....”

Tiba-tiba nada suara nona itu berobah rawan2 gemas, “Tak


apa untuk menemani engkau mati! Hanya dengan cara itu
barulah hatiku tenteram. Tetapi ah, sayang. Hatiku tetap tak
sampai....”

Seketika ngerilah hati Siau-liong. Dengusnya dalam hati,


“Huh, wanita yang cabul ini ternyata bisa jatuh cinta mati-
matian padaku....”

Pada lain saat Po Ceng-in segera menerobos ke dalam


pintu kecil itu. Siau-liong terkejut. Karena pintu amat sempit
sekali maka ia terpaksa lepaskan cekalan pada tangan Po
Ceng-in. Nona itu terus melangkah maju dengan cepat.

338
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkesiap. Diam-diam ia memaki dirinya mengapa


begitu lengah. Bagaimana kalau nona itu menipunya agar
dapat lolos?

Buru-buru ia menyusul. Untunglah tak berani jauh, lorong


dalam gua itu mulai melebar dan beberapa saat kemudian
tibalah mereka disebuah tanah yang luas. Ditengah tanah
seluas lima tombak itu, terdapat sebuah pintu batu yang kecil.

Tiba-tiba Po Ceng-in berputar tubuh dan tertawa mengikik


sembari angsurkan lengan kirinya ke arah Siau-liong,
“Peganglah lagi erat2! Supaya jangan sampai aku dapat lari
atau menggerakkan perkakas rahasia disini!"

Siau-liong tersipu-sipu malu dan menolak, “Sudah cukup


kusuruh nona menderita tadi. Hal itupun karena terpaksa
juga!"

Po Ceng-in pun menarik pulang tangannya lalu menunjuk


pada pintu batu itu, “Melalui pintu itu berjalan 10-an tombak,
sudah keluar dari barisan Tujub Maut, masuk ke dalam
Lembah Maut....”

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan lagi, “Sekalipun dalam


Lembah Maut itu tiada dipasang perkakas rahasia, tetapi
lembah itu merupakan tempat berbahaya sekali. Sekali masuk
tak mungkin orang mampu keluar lagi!"

Siau-liong diam saja. Sudah hampir setengah hari ia


mengikuti nona itu menerobos keluar dari barisan Tujuh Maut,
tetapi yang dilaluinya selama itu hanyalah lorong gua saja.
Dan lagi perjalanan itu mengalami berpuluh2 tikungan yang
berbelok-belok. Selama itu ia tak berjumpa dengan seseorang
pun juga.

339
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah meragu sebentar, Po Ceng-in tiba-tiba ulurkan


tangan menekan batu marmar hijau yang menonjol di tepi
pintu. Pintu berderak-derak berkisar. Begitu terbuka separoh
bagian, Po Ceng-in terus menarik tangan Siau-liong diajak
menerobos masuk.

Heran Siau-liong dibuatnya mengapa Po Ceng-in begitu


tergopoh-gopoh sekali. Tetapi ia duga tentu ada sebabnya. Ia
diam saja dan hanya mengikuti di belakang si nona.

Terowongan dalam pintu itu, lurus membujur kemuka. Tak


berapa jauh dari pintu, terdapat sebuah kamar yang melekuk
masuk.

Siau-liong hanya memperhatikan untuk mengikuti di


belakang Po Ceng-in. Ia tak sempat memperhatikan apa yang
berada dalam kamar itu.

Kira2 lari sejauh dua tombak dari kamar itu, terdengarlah


suara orang berteriak, “Kembali!"

Suara itu amat lemah sekali seperti dilontarkan dari mulut


seseorang yang tengah meregang jiwa. Tetapi sekalipun
begitu, nadanya memiliki perbawa yang amat kuat. Seketika
Po Ceng-in tampak menggigil dan seperti anak kecil, ia
menurut untuk berhenti.

Dengan menghela napas, nona itu berseru, “Jong Leng


lojin....!"

Siau-liong tak tahu siapakah Jong Leng lojin itu. Tetapi dari
nada suaranya tadi, dapatlah ia menduga orang itu tentu
seorang tua yan sakit parah. Seketika timbullah rasa
herannya. Mengapa dalam ruang gua dibawah tanah yang tak
pernah diinjak manusia, terdapat seorang manusia, seorang

340
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tua yang sakit? Dan apa pula sebabnya, Po Ceng-in begitu


takut sekali kepada orang itu?

Berkata Po Ceng-in dengan setengah berbisik, “Orangtua


itu menjaga dijalan tembusan Lembah Maut sini. Selamanya,
ia terus tidur. Setiap setengah bulan baru terjaga sekali. Ah,
mengapa hari ini kebetulan dia sedang bangun?"

Siau-liong pun berputar tubuh. Dilihatnya bagian dinding


gua yang cekung ke dalam itu merupakan sebuah kamar.
Tetapi orang yang berteriak tadi tak muncul sehingga tak
dapat diketahui bagaimana perwujutannya!

Siau-liong ingin lekas keluar dari Lembah Maut untuk


mencari Mawar Putih dan lain-lain tokoh yang belum ketahuan
jejaknya itu. Serunya, “Tak perlu menghiraukannya, aku
hendak lekas2....”

“Tidak bisa!" wajah Po Ceng-in berobah tegang kemudian


berkata dengan bisik2:”.... Kecuali engkau tak ingin hidup."

Habis berkata ia terus melangkah ke dalam ruang itu. Siau-


liong tertegun tetapi terpaksa ia mengikuti juga.

Bukan kepalang kejutnya ketika masuk ke dalam ruangan


itu. Ditengah ruangan duduk seorang tua yang kurus kering
seperti tinggal tulang terbungkus kulit saja. Rambutnya
panjang kusut masai menutup dahi. Orang itu tengah duduk
bersila.

Yang luar biasa adalah sepasang matanya yang berkilat-


kilat tajam sekali. Po Ceng-in dan Siau-liong berganii-ganti
ditatapnya. Entah berapa umurnya tetapi yang jelas dia
seorang yang sudah lanjut sekali umurnya. Dia hanya
mengenakan baju tipis dan tidak bersepatu. Sepintas tak ubah
seperti sesosok mayat hidup yang menyeramkan.

341
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Maju sedikit kemari!" seru orang tua kurus itu dengan


nada gemetar.

Po Ceng-in memberi isyarat ekor mata kepada Siau-liong


lalu melangkah maju tiga langkah kemuka.

Diam-diam Siau-liong menimang. Kecuali sepasang


matanya yang masih memancarkan sinar, orang aneh itu
sudah tak ubah seperti orang mati. Tetapi mengapa masih
begitu bengis? Sikap orang tua itu mengurangkan rasa kasihan
Siau-liong kepadanya.

Setelah mengawasi Po Ceng-in beberapa saat, orang itu


tertawa ketolol-tololan, “Ho, aku kenal padamu!" -lalu ia
menuding Siau-liong, serunya, “Kemarilah engkau!"

Saat itu barulah Siau-liong menyadari bahwa orang tua itu


seorang gila. Ia segera melangkah maju dan memberi
hormat....”Karena ada urusan penting, maaf aku tak dapat
lama2 disini. Dan lagi.... saat ini aku sendiri masih dalam
bahaya sehingga tak dapat menolong locianpwe!"

Berulang kali Po Ceng-in mengisar tubuh memberi isyarat


mata kepada Siau-liong. Nona itu gelisah sekali tampaknya.

Tetapi Siau-liong tak mengerti apa sebab nona pemilik


lembah sedemikian ketakutan terhadap orang tua gila itu.

Setelah memandang lekat2 pada Siau-liong tiba-tiba orang


tua itu ayunkan tangannya mencengkeram kemuka.
Gerakannya lamban tiada bertenaga. Siau-liong mengira kalau
memang begitu kebiasaan orang gila, suka menggerak-
gerakan tangan dan kaki sekehendak hatinya. Apalagi gerak
mencengkeram itu sama sekali tak mengeluarkan suara dan
ditujukan tempat kosong.

342
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi alangkah kejut Siau-liong ketika tahu2 ia rasakan


tubuhnya seperti tersedot oleh segelombang tenaga yang
amat dahsyat. Tak sempat lagi ia hendak melawan dan diluar
kehendaknya, tubuhnya meluncur maju kehadapan orang tua
aneh itu....

Siau-liong gelagapan seperti orang disiram air dingin.


Dipandangnya orang tua itu. Ah, benar-benar seorang
tengkorak hidup. Tetapi mengapa orang tua itu memiliki ilmu
tenaga yang sedemikian saktinya? Apakah dia pandai ilmu
sihir?

Tetapi Siau-liong tak sempat lagi membuat penilaian karena


saat itu si orang tua kurus tertawa mengikik, “Budak, ho,
engkau takut padaku atau tidak?"

Merahlah muka Siau-liong. Ia menundukkan kepala tak


menjawab.

Ia sudah menerima saluran tenaga sakti dari Pendekar


Laknat. sudah pula mendapat pelajaran ilmu pukulan Thay-
siang-ciang dari Pengemis Tengkorak ketua Kay-pang, makan
buah Im-yang-som dan minum darah binyawak purba dari
pusar bumi. Dalam dunia persilatan kepandaiannya dapatlah
digolong dalam tingkatan jago kelas satu.

Tetapi setitik pun tak pernah ia mengira bahwa gerak


cengkeraman ke udara dari orang tua yang dianggap gila itu
telah membuatnya tak berdaya sama sekali. Hal itu
membuatnya terlongong-longong kecewa dan putus asa....

“Aku muncul di dunia persilatan sebagai Pendekar Laknat.


Tetapi ternyata kepandaianku masih begini tak berguna.
Hanya akan mencemarkan nama baik Pendekar Laknat saja!"
pikirnya.

343
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Budak, engkau takut kepadaku atau tidak!" kembali


orangtua aneh itu berseru.

“Sudah tentu takut," buru-buru Po Ceng-in mewakili untuk


menjawab, “siapa orang di dunia yang tak gemetar
mendengar nama Jong Leng lojin?"

“Siapa suruh engkau usil mulut!" bentak orang tua aneh


yang bernama Jong Leng lojin seraya tamparkan tangannya.
Uh.... Po Ceng-in terlempar dua tiga meter ke belakang....
Nona itu terpaksa merangkak bangun.

Jong Leng lojin terbahak-bahak dan membentak Siau-liong


lagi, “Hai, budak! Lekas bilang, engkau takut kepadaku atau
tidak!"

Sikap dan tingkah laku Jong Leng lojin yang bengis itu
menimbulkan kemarahan Siau-liong, Anak muda itu
tengadahkan kepala dan tertawa keras, “Aku merasa kasihan
kepadamu!"

Jong Leng lojin deliki mata kepada Siau-liong. Tiba-tiba


sinar matanya padam dan iapun menghela napas, “Budak,
engkau benar, aku.... aku.... memang mengenaskan sekali!"

Po Ceng-in terbeliak. Ia tak duga kalau Jong Leng lojin


dapat berobah sedemikian merawankan.

"Ya. sesungguhnya tak perlulah engkau takut kepadaku....”


tiba-tiba Jong Leng lojin berbangkit.

Tring, tring.... terdengar bunyi bergemerincingan yang


nyaring melengking memekak telinga. Dan terkejutlah Siau-
liong. Ternyata bunyi bergemerincing itu berasal dari dua utas
rantai baja yang diikatkan pada lutut kaki orang aneh itu.

344
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rantai masuk ke dalam tulang lutut dan tembus keluar,


dimasukkan ke dalam lubang tanah.

Karena sudah bertahun-tahun rantai itu masuk ke dalam


tulang. maka sudah seolah-olah menjadi satu dengan daging.
Ngeri, benar-benar suatu siksaan yang menegakkan bulu
roma....!

Siau-liong bergidik juga. Dengan geram ia memandang


pada Po Ceng-in. Tetapi nona itu cepat2 memalingkan muka
kesamping. tak berani menghadapi pandang mata menuntut
dari pemuda itu.

Kini Siau-liong cepat dapat menduga bahwa tentulah Iblis


Penakluk-dunia dan Dewi Nerakalah yang mengikat orang itu.
Tetapi iapun merasa heran mengapa Jong Leng lojin yang
memiliki kepandaian bagitu sakti, tak mampu memutuskan
rantai yang hanya sebesar jempol tangan saja? Dan mengapa
orang tua sakti itu sampai dapat dirantai oleh suami isteri iblis.

"Mengapa locianpwe rela dirantai disini?" segera ia


bertanya.

Mata Jong Leng lojin berkeliar sejenak lalu menyahut,


“S:apa bilang?"

"Dengan kesaktian yang locianpwe miliki, masakan tak


mampu memutus rantai yang hanya sejempol tangan
besarnya itu?" tanyanya pula.

Jong Leng lojin gelengkan kepala, “Rantai ini terbuat dari


baja murni. Merupakan logam yang paling lemas tetapi ulet
sekali. Tak mungkin kudapat memutuskannya kecuali engkau
bisa mendapatkan semacam obat untukku!"

345
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas. Dia sendiri masih dalam


bahaya. Entah dapat selamat entah tidak. Bagaimana ia dapat
mencarikan obat untuk orang tua itu?

“Sekali pun aku senang sekali membantu locianpwe, tetapi


pasti hanya akan mengecewakan harapan locianpwe saja.
Karena aku benar-benar tak mempunyai kemampuan begitu
besar!"

Jong Leng lojin tampak kecewa. Tiba-tiba ia berkata


kepada Siau-liong, “Takkan kusuruh engkau mencari obat itu
dengan sia-sia. Akan kuberimu sebuah hadiah!"

Siau-liong tertawa tawar, “Bukan aku menginginkan hadiah


locianpwe, tetapi pada saat dan tempat seperti sekarang ini,
tenagaku benar-benar tak mencapai. Kecuali....” ia berhenti
sejenak lalu, “kecuali aku mempunyai peta dari barisan Tujuh
Maut."

Jong Leng lojin bertepuk tangan, “Tepat sekali


permintaanmu itu, budak! Barisan Tujuh Maut itu memang
aku yang menciptakan. Dan justeru peta barisan itulah yang
hendak kuberikan kepadamu!"

Girang Siau-liong bukan buatan. Bergegas ia bertanya,


“Apakah ucapan locianpwe itu sungguh2?"

Jong Leng lojin mendengus lalu mengambil sebuah lipatan


kain warna kuning yang sudah kumal, diberikan kepada Siau-
liong, “Ambillah!"

Dan serentak iapun mengeluarkan selembar bungkusan


kain sebesir jari tangan, katanya, “Resep! Jangan lupa, paling
lama sebulan, engkau harus mengantarkan obat itu kemari!"

346
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong buru-buru menyambuti dan menyimpannya baik2


dalam baju, “Harap locianpwe jangan kuatir. Tentu akan
kulaksanakan sebaik-baiknya."

Orang tua kurus itu pejamkan mata. Dari kedua lekuk


pipinya yang cekung tinggal tulang itu, tampak menampil
senyum gembira.

Siau-liong pun segera ayunkan langkah pelahan-lahan


keluar dari ruang itu. Po Ceng-in tetap mengikuti
dibelakangnya. Beberapa saat kemudian nona itu menarik
tangan Siau-liong, "Karena sudah mempunyai peta dari Jong
Leng lojin, kiranya engkau tentu tak memerlukan bantuanku
lagi sebagai penunjuk jalan.

Siau-liong berhenti memandangnya sejenak katanya, “Jika


nona hendak pulang, silahkan. Hanya kuharap janganlah nona
memberitahu urusanku ini kepada ayah-bunda nona....”

Siau-liong berhenti sejenak lalu tertawa, “Dengan cara


apapun juga. sesungguhnya aku harus menghaturkan terima
kasih kepada nona."

“Tak perlu," sahut Po Ceng-in rawan. Dengan menahan


haru air matanya yang hendak mengucur, ia berkata dengan
sekat, “Ada sebuah hal yang harus kuberitahukan kepadamu."

Siau-liong mengangguk, “Silahkan."

“Memang sebelumnya aku sudah merasa, tak mungkin


engkau menaruh cinta sesungguhnya kepadaku. Oleh karena
itu....” ia berhenti untuk menenangkan diri lalu dengan nada
gemetar ia berkata pula, “kuberimu minum racun Jong-tok!"

Siau-liong seperti disamber petir kejutnya, “Perempuan


siluman, engkau!" teriaknya marah.

347
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Po Ceng-in tenang2 saja menyahut, “Sekarang


terserah saja engkau hendak mengapakan diriku. Tetapi
kukatakan, percuma saja. Karena racun Jong-tok itu tiada
obatnya lagi.... Tetapi jika engkau ingin hidup, masih ada
sebuah jalan....” kata wanita itu pula.

"Bagaimana?"

"Menjadi suami isteri dengan aku....” sahut Po Ceng-in


tenang sekali.

Hati Siau-liong seperti disayat sembilu. Geram, dan marah


sekali sehingga untuk beberapa saat ia termangu-mangu
seperti patung.

Tiba-tiba Po Ceng-in meramkan mata dan berkata dengan


rawan, “Aku sendiri pun minum racun itu. Dengan begitu kita
menjadi dua nyawa satu badan. Hidup sama hidup, mati ikut
mati!"

Siau-liong terpaku. Sekonyong-konyong ia menggerung


sekeras -kerasnya, “Perempuan siluman, serahkan nyawamu
lebih dulu!"

Dengan pukulan Tay-lo-kim-kong, Siau-liong hantamkan


tangan kanannya kedada Po Ceng-in. Tetapi wanita itu tenang
sekali sikapnya. Tidak mau menangkis, pun tak mau
menghindar. Bahkan pejamkan kedua mata sambil
menyungging senyum. Seolah-olah menghadapi kematian
seperti hendak pulang kerumah....

Pada saat tinju hendak tiba di dada, entah bagaimana, tiba-


tiba Siau-liong menariknya kembali.

348
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Pukullah! Jika tak mau memperisteri aku, bunuh sajalah!"


Po Ceng-in menentang.

Dada Siau-liong serasa meledak. Ia memakinya,


“Perempuan siluman, engkau perempuan iblis yang buta....!"

Po Ceng-in menatapnya, mendadak ia tertawa nyaring


macam orang-utan meraung-raung, nadanya.

“Dengan mahluk macam apa saja engkau hendak


mempersamakan diriku, siluman perempuan atau iblis
perempuan.... pokok nasib hidupmu sudah ditentukan tak
dapat berpisah dengan diriku "

Wanita pemilik lembah itu berhenti sejenak, menghela


napas lalu melanjutkan kata-katanya, “Jika engkau membunuh
aku, engkau pun takkan dapat hidup lebih lama dari tiga hari.
Begitu racun Jong-tok itu bekerja, sekalipun dewa tak
mungkin dapat menolongmu!"

Jong-tok adalah ramuan racun dari segala jenis binatang


berbisa.

Siau-liong menggemeretakkan gigi. Namun tak dapat


berbuat apa2. Ia percaya perempuan itu tentu tak bohong.
Dengan minum racun Jong-tok yang ganas, setiap saat
jiwanya dapat diputuskan menurut kekehendak perempuan
itu!

Siau-liong menghela napas dalam....

Dia tak takut mati. Hanya tugas yang dibebankan pada


dirinya masih banyak yang belum selesai. Jika mati ditangan
perempuan siluman itu. bukanlah suatu kematian yang
teramat sia-sia....?

349
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teringat ia akan kematian ayahnya ditangan Toh Hun-ki.


ibunya yang sedang mengidap sakit disebrang lautan, gurunya
Kongsun Sin-tho yang telah merawatnya belasan tahun,
Pendekar Laknat yang telah memberi saluran tenaga dalam
kepadanya serta Pengemis Tengkorak yang telah menurunkan
ilmu pukulan Thay-siang-ciang....

Mereka masing-masing menumpahkan harapannya kepada


dirinya. Walaupun permintaan mereka itu berlainan satu sama
lain, tetapi ia merasa telah menerima budi mereka. Budi yang
wajib ia balas dengan jiwa raga. Jika ia sampai mati dilembah
situ, bukankah ia akan mengecewakan harapan mereka....

Dan juga masih ada Tiau Bok-kun serta Mawar Putih.... ah,
teringat akan kesemuanya itu, hatinya amat pilu sekali.
Bahkan timbul juga perasaan tak puas atas keadilan Yang
Maha Kuasa, mengapa menggariskan suratan nasibnya dalam
keadaan yang sedemikian rumit....

Diam-diam Po Ceng-in melirik ke arahnya lalu tertawa


pelahan, “Sesungguhnya engkau tak perlu bersedih begitu
rupa. Apakah kerugianmu mengambil aku sebagai isteri?
Bukankah tak lama lagi ayahku bakal menjadi pemimpin dunia
persilatan? Pada saat itu, dikolong dunia ini....

“Tutup mulutmu!" bentak Siau-liong.

Po Ceng-in mendengus, “Hm, dalam hal apakah aku tak


dapat dibandingkan dengan budak perempuan baju putih itu?
Mengapa hatimu begitu kemati-matian terpikat padanya?
Budak perempuan hina itu kemungkinan sudah mati!"

Memang Po Ceng-in berani mengatakan begitu karena ada


kenyataannya. Walaupun umurnya sudah 40-an tahun, tetapi
wajahnya masih berseri secantik gadis2 remaja. Terutama
sepasang sepasang mata dan bibirnya, benar-benar

350
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengandung daya tarik yang hebat. Tak kalah menariknya


dengan wajah Mawar Putih mau pun Tiau Bok-kun.

Tetapi Siau-liong tetap muak terhadap perempuan itu.


Ingin ia menghantamnya hancur lebur.

Dengan menahan kegeraman, ia paksakan menegur,


“Berapa lamakah racun itu akan bekerja?"

Sambil memandang pemuda itu, Po Ceng-in menjawab,


“Hal itu tergantung padamu sendiri Setiap saat dapat bekerja.
Mungkin seumur hidup racun takkan bekerja. Syaratnya asal
engkau memperisteri aku, tentu selamat selama-lamanya!"

Siau-liong tertawa dingin, “Hapus saja impianmu itu!"

Po Ceng-in menghela napas, “Terserah saja padamulah!


Karena hal itu memang tak dapat dipaksakan."

Dengan tajam ia melirik anak muda itu lalu berkata pula,


“Begini sajalah! engkau tak sudi mengambil isteri aku, tetapi
pun jangan dengan budak baju putih itu. Paling tidak, takkan
bersatu seumur hidup....”

Habis berkata ia tertawa keras. Tetapi nadanya


mengandung rintihan hati yang putus asa.

Siau-liong menghela napas. Benar-benar ia tak dapat


berbuat apa2 terhadap wanita yang sudah diamuk dendam
asmara itu....

Puas tertawa, Po Ceng-in berseru dengan terengah-engah,


“Apa yang tak dapat kuperoleh. Lain orang pun jangan harap
bisa mendapatkannya!.... lekas, lekaslah bunuh aku....
bunuhlah....!"

351
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan kalap ia menyongsong Siau-liong seraya herteriak-


teriak.... Kalau engkau tak mau membunuhku, tak apalah. Aku
dapat bunuh diri sendiri. Tetapi kalau aku mati, engkau pun
hanya dapat hidup 3 hari lagi. Pergilah silahkan kalau mau
pergi....!"

Entah bagaima mendadak Siau-liong kasihan juga. Lepas


bagaimana peribadi wanita itu tetapi yang nyata ia begitu
mencintainya kemati-matian. Kalau tidak masakan dia sampai
nekad makan racun ganas berdua supaya dapat sehidup
semati dengannya.

Segera Siau-liong mencengkeram bahu Po Ceng-in dan


menguncang-guncangkannya; ”Nona.... nona....”

Po Ceng-in agak tenang, sambil mengangkat muka ia


bertanya, “Bagaimana? Apakah engkau sudah menyadari....?"

Siau-liong tertawa masam, “Aku tak dapat membohongi


engkau. Tetapi memang benar-benar aku tak dapat
memperisteri engkau, hanya....”

“Tak perlu mengatakan!" tukas Po Ceng-in.

“Hanya aku dapat meluluskan, untuk mati bersama-sama


engkau!" kata Siau-liong tanpa peduli.

“Engkau meluluskan atau tidak, tetap sama saja. Racun


Jong-tok itu tiada obatnya!"

Siau-liong mengangguk, “Kutahu.... hanya saja marilah kita


cari tempat yang bagus untuk membuat liang dan mati dalam
satu lubang kubur!"

352
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Po Ceng-in tertawa rawan. Itulah liang kubur 'Mati bersama


hidup berbeda' ditatapnya Siau-liong, tanyanya, “Apakah
engkau benar-benar sudah memutuskan begitu?"

Siau-liong mengangguk, “Sekali sudah memutuskan, tak


nanti aku menyesal. Tetapi engkau harus meluluskan sebuah
hal dulu."

"Katakanlah!"

"Dalam waktu setahun lamanya, harap engkau jangan


membuat racun Jong-tok itu bekerja dulu Dan jangan
bertanya apa yang akan kulakukan. Apapun juga tindakanku,
jangan sekali-kali engkau turut campur.... , ."

Po Ceng-in menolak, “Tidak, bagaimana kalau engkau


mencari budak baju putih dan bercumbu-cumbuan
dengannya?"

Siau-liong banting2 kaki menghela napas jengkel, “Percaya


atau lidak, terserah. Tetapi aku tak punya hati apa2 terhadap
nona itu. Dan lagi aku masih mempunyai tugas berat yang
belum kuselesaikan. Mana aku mau menyeleweng untuk
bermain cinta."

Setelah merenung beberapa jenak, Po Ceng-in menyatakan


setuju.

Siau-liong menghela napas panjang, katanya, “Kalau begitu


pada nanti hari raya Musim Rontok tahun depan, harap
engkau menunggu aku dipuncak Sin-li-hong gunung Busan!"

Po Ceng-in tertegun; “Lembah Semi mempunyai alam


musim semi sepanjang tahun. Benar-benar merupakan tempat
peristirahatan selama-lamanya yang bagus. Mengapa harus
menuju kegunung Busan?"

353
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Siau-liong berkeras, “Hal itu termasuk salah satu


syarat perjanjian. Kalau tak setuju, katakan sekarang juga!"

Po Ceng-in tak dapat berbuat apa2 kecuali menyetujui juga,


“Baiklah, akan kutunggu engkau dipuncak Sin-li-hong pada
nanti pertengahan musim rontok. Jika engkau tak datang.
jangan salahkan aku berhati ganas.... terpaksa akan ku
buatmu supaya mati secara pelahan-lahan dengan tubuh
membusuk!"

Siau-liong paksakan tertawa, “Aku bukan orang yang suka


ingkar janji. Asal engkau benar-benar melaksanakan
perjanjian setahun itu, aku pasti datang!"

Tiba-tiba Po Ceng-in menatap pemuda itu dengan mesra,


ujarnya, “Mungkin tak lama lagi aku akan ke Sin li-hong. Lebih
dulu hendak kubangun makam itu seindah-indahnya agar
kelak hatimu puas....”

Berhenti sebentar, ia melanjutkan kata2nya lagi, “Kita


dapat tinggal disana, mengasingkan diri dari keramaian dunia.
Tetapi kalau niatmu tetap tak berobah, kitapun dapat mati
berkubur di makam itu!"

Siau-liong tertawa masam, “Terserah! Tetapi menurut


pendapatku, baiklah makam itu jangan diberi payon. Biarkan
saja terbuka. Memang lebih baik kalau engkau dapat
secepatnya membangun makam itu kesana!"

Po Ceng-in diam beberapa saat. Kemudian ia mengangkat


muka memandang Siau-liong. Tiba-tiba ia mengambil sebuah
botol kecil dari batu kumala lalu diserahkan kepada Siau-liong.
"Obat ini untukmu. Sekeluarnya dari lembah mungkin ada
gunanya....” berputar tubuh, ia terus lari menyusuri lorong
terowongan yang panjang.

354
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tegak mematung sambil mencekal botol obat itu.


Dia seperti tersadar dari mimpi buruk. Ia merasa seperti habis
keluar dari Neraka. Hatinya segelap terowongan dibawah
tanah yang baru saja disusurinya tadi. Kini nasibnya sudah
ditentukan. Ia bakal hanya dapat hidup selama satu tahun
saja....

Dalam waktu setahun itu, ia harus sudah dapat


menyelesaikan budi dan dendam. Mengajak Mawar Putih
menemui ibunya diseberang laut. Kemudian pada musim
rontok tahun muka, harus mewakili Pendekar Laknat
memenuhi tantangan digunung Busan. Dan terakhir baru
menunaikan perjanjiannya dengan Po Ceng-in.

Tiba-tiba saja pada saat itu ia merasa bahwa tempo amat


berharga sekali. Tak boleh ia mensia-siakan setiap detikpun
juga. Maka segera ia menyimpan botol obat lalu mengeluarkan
peta pemberian Jong Leng lojin.

Peta itu tenyata dibuat dengan cermat tetapi amat jelas


sekali. Ditambah dengan kecerdasan otaknya, setelah meneliti
beberapa saat, Siau-liong segera dapat mengingat semua
jalan tembusan serta tembusannya.

Ujung dari jalan tembusan yang terbentang dihadapannya


saat itu, merupakan sebuah dinding batu. Menurut petunjuk
dalam peta, Siau-liong dapat menemukan sebuah tombol
pembuka pintu. Sekali tekan, pintu batu itupun segera
terbuka.

Ternyata diluar pintu itu adalah daerah Lembah Maut.


Segera ia melangkah keluar. Sambil berjalan ia merangkai
rencana. Lebih dulu ia hendak mencari Mawar Putih, kemudian
mencari Toh Hun-ki serta keempat Su-lo, membunuh mereka

355
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lalu mengambil batang kepala mereka untuk diserahkan


kepada Mawar Putih.

Rencana kedua, ia akan menuju kekota Siok-ciu mencari


Tiau Bok-kun, sekalian membelikan obat untuk Jong Leng
lojin. Setelah itu akan masuk ke dalam Lembah Semi lagi.
Menyerahkan obat kepada Jong Leng lojin lalu membunuh
Soh-beng Ki-su untuk membalaskan dendam kematian
Pendekar Laknat.

Tiba-tiba terdengar seekor burung gagak terbang di atas


kepalanya seraya berbunyi nyaring. Siau-liong terkejut. Saat
itu sudah menjelang magrib. Suasana dalam Lembah Maut
makin menyeramkan. Siau-liong mempertinggi
kewaspadaannya, siap menghadapi setiap kemungkinan.

Sekonyong2 dari balik beberapa gunduk batu yang


berserak-serak kira2 lima tombak jauhnya disebelah muka,
melurcur seuntai sinar berkilat kemilau menyambar ke arah
burung gagak itu. Dan serempak pun terdengar suara
bentakan yang nyaring seperti memecah angkasa.

"Binatang, engkau berani jual lagak dihadapanku....”

---ooo0dw0ooo---

Jilid 07

Menyusun tenaga

HUAK.... burung gagak itu bergaok dan miringkan tubuh


menghindar. Setelah berputar-putar, burung itu balik ke dalam
lembah lagi.

356
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jelas benda berkilat itu adalah senjata rahasia yang


dilepaskan oleh seorang ahli. Tetapi ternyata burung itu dapat
menghindari.... Terang burung itu bukan burung biasa.

Tiba-tiba dari balik gundukan batu terdengar suara orang


berseru, “Lo-siansu, harap sabarkan diri. Saat ini kita berada
dalam perangkap musuh. Hendaknya jangan mempertunjukan
diri."

Mendengar kata2 itu, Siau-liong terkejut girang. Jelas ia


kenal nada orang itu sebagai To Kiu-kong dan Ti Gong taysu.

Ti Gong mendengus, “Huh, pengemis busuk, engkau juga


berani mencampuri urusanku?"

To Kiu-kong pun marah juga. Sahutnya dengan tajam, “Lo-


siansu, tak perlu lo-siansu mengagulkan diri. Sekalipun aku
seorang pengemis tua, tetapi juga merupakan salah sebuah
aliran Putih dalam dunia persilatan. Rasanya tak lebih rendah
dari lo-siansu!"

Mendengar percakapan yang tajam itu, Siau-liong tak dapat


mengendalikan diri lagi. Dengan gunakan gerak Naga-
melingkar-18-kali, ia apungkan tubuh ke arah tempat
persembunyian mereka.

Ternyata dibalik gundukan batu itu terdapat tak kurang dari


10-an orang. Ada yang rebah, ada yang duduk tersebar
diantara semak rumput....

Mereka adalah ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu, To Kiu-kong


dan Pengemis-tertawa Tio tay-tong serta si Pincang-kanan dan
si Pincang-kiri. Dan yang membangkitkan semangat Siau-
liong, ternyata ketua Kong-tong-pay Ton Hun-ki dan keempat
Su-lo pun berada diantara mereka.

357
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pakaian mereka compang-camping, sekujur tubuh


berlumuran darah dan kotoran. Jubah Ti Gong taysu rompal2
tak keruan.

Kemunculan Siau-liong, mengejutkan sekalian orang. Ti


Gong taysu yang hendak bertindak terhadap To Kiu-kong, pun
terpaksa berhenti. Secepat berputar tubuh ia menghantam
Siau-liong.

To Kiu-kong dan kawan-kawannya terkejut girang sekali.


Kehadiran ketua mereka pada tempat dan saat seperti itu,
benar-benar membuat mereka tercengang heran sehingga tak
dapat berkata apa2.

Setelah lepaskan pukulan, Ti Gong taysu menggembor dan


hendak menyerang. Tetapi dicegah oleh Toh Hun-ki, “Harap
bersabar dulu. Jika memang harus berkelahi, nanti saja
setelah persoalan sudah jelas!"

Ti Gong terpaksa tarik pulang tinjunya dan membentak,


“Apanya yang perlu dijelaskan lagi? Budak itu jelas anak buah
Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka! Bukankah ketika
dipuncak Ngo-siong-nia tempo hari engkau juga melihatnya
menolong Dewi Ular Ki Ih?"

“Benar," sahut Toh Hun-ki, "tetapi aku pun juga


menyaksikan dia menempur Harimau Iblis!"

Toh Hun-ki tak mau melayani ketua Siau-lim-si itu lagi. Ia


terus berpaling memberi hormat kepada Siau-liong, “Ah,
Kongsun hiapsu....”

Siau-liong hanya mengangguk dan mendengus. Matanya


berkilat-kilat memandang orang2 disitu, lalu bertanya,
“Dimanakah It Hang totiang dan romhongannya?"

358
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Toh Hun-ki menghela napas, “It Hang totiang, Kun-lun


Sam-cu dan rombongannya, belum ketahuan jejaknya. Turut
pendapatku, kemungkinan mereka.... tertimpah
kemalangan....”

Siau-liong terbeliak, serunya, “Apakah kalian melihat ketua


Tong-thing-pang Cu Kong leng dan ketua Ji-tok-kau Tan Ih-
hong serta seorang gadis baju putih?"

Toh Hun-ki gelengkan kepala, “Sejak masuk ke dalam


Lembah, Tan Ih-hong dan Cu Kong-leng sudah tak ada berita.
Kami sekalian didesak ke dalam Lembah Maut sini dan tak
pernah melihat si dara baju putih itu!"

Siau-Liong gelisah. Jika Mawar Putih benar-benar masuk ke


dalam Lembah Maut, tak mungkin dia menghilang. Sekalipun
benar ada seorang sakti yang menyelundup ke dalam lembah
seperti yang diduga Iblis Penakluk-dunia itu tetapi tanpa
memiliki peta dari Jong Leng lojin, tak mungkin bisa keluar.
Apalagi disekeliling penjuru lembah itu dijaga ketat oleh anak
buah Ibiis Penakluk-dunia....

Rupanya Ti Gong taysu masih membekal dalam tentang


peristiwa dipuncak Ngo-siong-nia tempo hari. Tetapi karena ia
menyadari takkan mampu mengalahkan Siau-liong, maka ia
mau juga dicegah Toh Hun-ki tadi. Ia berdiri disamping tak
bicara apa. Tetapi matanya tetap memandang Siau-liong
dengan gusar.

Melihat Siau-liong termenung diam, Toh Hun-ki berkata


pula, “Pertemuan dipuncak Ngo-siong-nia telah dihadiri oleh
200 tokoh2 persilatan ternama. Tetapi ternyata kedua suami
isteri iblis itu telah mempersiapkan jaring2 perangkap yang
hebat sekali. Dalam pertempuran di lembah mereka, kami
telah kehilangan banyak sekali kawan2 sehingga yang masih
hidup hanya tinggal beberapa orang ini!"

359
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tindas ketegangan hatinya, menyahut, “Lembah


Maut ini memang berhubungan dengan barisan Tujuh Maut.
Penuh dilengkapi dengan alat-alat rahasia dan barisan
pendam. Iblis Penakluk-dunia menggunakan tempat ini
sebagai tempat tawanan. Kemungkinan saudara2 memang
sukar untuk lolos dari sini!"

Toh Hun-ki mengangguk, “Ya, memang hal itu sudah


kuduga, tetapi.... betapapun juga. Kebenaran pasti akan
mengalahkan kejahatan. Memang untuk sementara ini Iblis
Penakluk-dunia menang, tetapi akhirnya dia tentu takkan lolos
dari kekalahan juga! Pengorbanan It Hang totiang dan ke 200
orang gagah itu, pasti takkan sia2. Tentu akan menggugah
hati nurani segenap kaum persilatan untuk serentak
berbangkit menentang kedua suami isteri iblis!"

Siau-liong tertawa dingin, “Ucapan saudara memang benar.


Suami isteri Ibiis Penakluk-dunia dengan gerombolannya
berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuannya untuk
menguasai dunia persilatan. Tetapi betapapun, usaha mereka
yang ganas itu pasti akan menemui kegagalan. Namun
kehancuran dari rombongan orang gagah yang dipimpin It
Hang totiang itu, benar-benar merupakan pukulan berat bagi
kubu kekuatan dunia persilatan. Dalam beberapa waktu,
kiranya sukar untuk menyusun tenaga, menghadapi ancaman
kedua iblis itu. Dunia persilatan pasti akan menderita
kekosongan tokoh sehingga mudah dikuasai mereka. Dengan
demikian dunia persilatan pasti akan mengalami suatu
kehancuran banjir darah yang belum pernah terjadi
selamanya!"

“Jika tak timbul suatu keajaiban, memang banjir darah itu


tak mungkin dapat dihindari lagi," sahut Toh Hun-ki.

360
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Apakah yang engkau maksudkan dengan keajaiban itu?"


tanya Siau-liong.

Sepasang mata ketua Kong-tong-pay itu berkilat-kilat


memancar api. Sambil mengurut-urut jenggotnya yang
panjang sampai kedada, ia berkata pelahan-lahan, “Sejak
dunia persilatan tenteram kembali dari pengacauan keempat
momok Iblis Penakluk-dunia. Dewi Neraka, Harimau Iblis dan
Naga Terkutuk, banyaklah sudah para cianpwe persilatan yang
berilmu sakti sama mengasingkan diri dari dunia ramai.
Misalnya, Ketua partai Kun-lun-pay yang dahulu yakni Ceng Hi
totiang, Liau Hoan siansu paderi sakti dari gunung Thian-san,
Sepasang imam dari gunung Busan dan lain-lain.... Mereka
termasuk tokoh2 yang telah mencapai kesempurnaan dalam
ilmu silat. Jika mendengar gerombolan iblis itu muncul dan
mengacau lagi, kemungkinan besar para cianpwe itupun tentu
akan keluar lagi untuk menentramkan suasana. Selain itu....

Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, “Masih ada seorang


yang dapat diandalkan ialah....”

“Siapa?" Siau-liong menyelutuk.

"Orang itu bukan lain adalah momok yang sejajar


tingkatannya dengan keempat iblis lainnya, ialah Pendekar
Laknat! Walaupun dia berwatak sombong dan dendam,
malang melintang di dunia persilatan seorang diri, namun
setelah beberapa kali bertemu dengannya, kutahu dia ternyata
amat baik hati budinya....”

Toh Hun-ki berhenti mencari kesan pada sekalian orang.


Kemudian menyambung pula, “Dan lagi dia sudah mau
menerima permintaanku! Kemungkinan setiap saat dia akan
muncul membantu perjuangan kita melawan kedua suami
isteri iblis itu. Maka pada hematku, walaupun keadaan saat ini

361
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memang teramat buruk, tetapi belum berarti kalau sudah


hancur lebur!"

Toh Hun-ki berbicara dengan sikap seorang ketua partai


persilatan yang berwibawa. Jelas ia masih menaruh
kepercayaan penuh pada Pendekar Laknat.

Diam-diam malulah Siau-liong pada dirinya sendiri.


Sebenarnya saat itu ia hendak membunuh Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo, lalu menyerahkan batang kepala mereka
kepada Mawar Putih dan bersama dara itu pulang ke seberang
laut menemui ibunya.

Tetapi sikap Toh Hun-ki yang mengunjukkan pribadi


seorang tokoh aliran Putih yang tak kenal takut, diam-diam
telah menggerakkan hatinya. Bukan saja tak sampai hati
untuk membunuhnya, pun tak sampai pula ia untuk berpeluk
tangan mengawasi bencana berdarah yang akan menimpah
dunia persilatan.

Tanpa disadari, tangannya merabah baju dan terjamahlah


separoh Giok-pwe yang diberikan Toh Hun-ki kepadanya.
Pikirannya makin kabur dan hilanglah fahamnya untuk
bertindak.

Sampai beberapa saat ia termenung-menung. Akhirnya ia


menghela napas, “Kalau Pendekar Laknat itu sejajar
tingkatannya dengan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka,
terang kalau dia tidak lebih sakti dari kedua suami isteri itu.
Sekalipun dia muncul membantu rombongan orang gagah,
juga belum tentu dapat mengalahkan suami isteri iblis itu!"

Pada saat Toh Hin-ki hendak menyahut, Ti Gong taysu


rupanya tak sabar menunggu lagi. Ia menyelutuk nyaring,
“Perlu apa engkau meributi orang itu! Pendekar Laknat sejenis
dengan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka, Bagaimana

362
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mungkin dia akan berbalik haluan membantu kita? Dan lagi ia


mendengus. lalu melanjutkan, "kalau hasil kemenangan
terhadap suami isteri iblis itu berkat bantuan Pendekar Laknat,
rasanya juga merupakan suatu hal yang menghilang muka
seluruh kaum persilatan golongan Putih!"

Siau-liong meluap tetapi ia masih paksakan diri untuk


menekan kemarahannya. Serunya dengan tertawa dingin,
“Andaikata Pendekar Laknat benar-benar muncul disini dan
menolong sekalian saudara dari lembah ini. Entah apakah lo-
siansu akan ikut atau tetap tinggal seorang diri disini!"

Ti Gong terkesiap, bentaknya, “Suatu hal yang mustahil


terjadi! Dan lagi aku tetap tak percaya bahwa seorang iblis
ganas yang gemar membunuh orang, dapat berobah seratus
derajat pendiriannya....!"

Habis berkata ketua Siau—lim-pay itu maju selangkah dan


membentak, “Budak, katakanlah engkau sendiri datang dari
mana?"

"Apa engkau berhak mengurus aku?" sahut Siau-liong


marah.

"Omitohud!" seru Ti Gong taysu. Lalu ia berpaling kepada


Toh Hun-ki, “Budak itu jelas menjadi anak buah Iblis
Penakluk-dunia! Coba bayangkanlah. Sedang kita yang
berjumlah puluhan orang tetap sukar menghadapi serangan
Iblis Penakluk-dunia dan akhirnya digiring masuk ke dalam
lembah ini, mengapa dia seorang diri dapat muncul lenyap
sekehendak hatinya?"

Sejenak ketua Siau-lim-si itu memandang sekalian orang


lalu berseru lantang, “Turut hematku, lebih baik kita bersatu
untuk membasmi budak itu!"

363
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Benar-benar dada Siau-liong seperti hendak meledak.


Marah dan kecewalah ia. Jika setiap kaum persilatan golongan
Putih mempunyai pendirian semacam Ti Gong, bersikap bengis
dan keras kepala seperti paderi itu, terang dunia persilatan
pasti akan kiamat!

Toh Hun-ki kerutkan alis memandang Ti Gong, “Harap lo-


siansu suka redakan nafsu amarah lo-siansu. Pada saat dan
tempat seperti sekarang ini bagaimana kita hendak
menambah musuh lagi? Walaupun memang sepak terjang
Kongsun haipsu ini dapat menimbulkan kecurigaan orang
tetapi menurut pengamatanku, dia bukanlah golongan orang
semacam Iblis Penakluk-dunia dan rekan-rekannya itu....”

Kemudian ketua Kong-tong pay itu memandang Siau-liong


dan memberi sebuah senyuman, “Entah begaimanakah cara
Kongsun haipsu dapat masuk ke dalam lembah ini, apakah....”

“Terlalu panjang kalau diceritakan," tukas Siau-liong tak


sabar, "saat ini tiada waktu lagi untuk bercerita. Tetapi
memang aku sendiri juga terjebak dalam barisan Tujuh Maut
itu. Jika Cu Kong-leng dan Tan Ih-hong belum mati, mereka
tentu dapat memberi kesaksian....”

Ia menghela napas, sambungnya, “Jika tidak bertemu


seorang cianpwe yang aneh, saat ini aku tentu tak dapat
berada disini!"

Ti Gong mendengus, “Hm, keterangan yang sukar


dipercaya!"

Ketua Siau-lim-si itu walaupun bengis dan keras kepala


tetapi ia agak gentar juga terhadap Siau-liong. Oleh karena itu
ia pun tak berani bertindak apa2 kecuali hanya memandang
anak muda itu dengan mata penuh kemarahan.

364
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa dingin. Ia tak mempedulikan ketua Siau-


lim-si itu dan berpaling ke arah To Kiu-kong, “Kiu kong!"

“Cousu-ya!" buru-buru tokoh pengemis itu menyahut.

Siau-liong tertawa masam, “Saat ini diriku sedang dicurigai


orang. Apakah kalian masih tetap menganggap diriku sebagai
cousu-ya?"

Dengan masih menundukkan kepala To Kiu-kong


menyahut, “Bagaimanapun halnya adalah pewaris dari kakek
guru kami Pengemis Tengkorak Selama-lamanya tetap
menjadi cousu-ya partai kami. Aku dan sekalian anak
murid....”

Tokoh Kay-pang itu menghela napas. Sepasang matanya


berlinang-linang dan dengan suara rawan melanjutkan kata2
lagi; "Bertahun-tahun ini pamor partai kita makin menyuram.
Kami harap cousu-ya suka mengembalikan cahaya gemilang
dari partai kita. Jika benar-benar cousu-ya sampai tersesat
dan mau bersekutu dengan kedua suami isteri iblis itu, itupun
memang sudah menjadi kehendak Allah untuk melenyapkan
Kay-pang. Setitik pun aku dan sekalian anak murid Kay-pang
takkan mendendam kepada cousu-ya!"

Mendengar pernyataan tokoh Kay-pang yang penuh


bernada kesungguan dan kesetyaan hati itu, mau tak mau hati
Siau-liong pilu juga.

Kemudian ia melolos lencana Tengkorak yang tergantung


pida lehernya lalu diserahkan kepada To Kiu-kong, “Ambillah
lencana ini. Sejak saat ini aku bukan lagi cousu-ya dari Kay-
pang!"

To Kiu-kong terkejut sekali. Ia menyurut mundur dan


berseru gugup, “Mengapa begitu? Bagaimana nanti

365
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertanggungan jawabku kepada sekalian anak murid Kay pang


yang berjumlah puluhan ribu itu?"

Siau-liong menghela napas. "Memang aku sudah mererima


budi dari Pengemis Tengkorak yang telah memberikan ilmu
pukulan sakti Thay-siang-ciang. Tetapi sedikitpun aku belum
dapat membalas....”

Ia berhenti merenung.... Tiba-tiba dengan nada tegas ia


berseru, “Pilihlah diantara anak murid Kay-pang seorang yang
berbakat bagus. Akan kuberinya pelajaran ilmu Thay-siang-
ciang itu kepadanya agar dapat melanjutkan usaha untuk
mengembangkan pamor partai Kay-pang....”

“Ini.... ini....” To Kiu-kong makin bingung dan tak mengerti


maksud Siau-liong. Sampai beberapa saat ia tergugu tak dapat
berkata yang jelas.

Siau-liong tahu isi hati tokoh Kay-pang itu. Dengan


tersenyum ia berkata, “Kiu-kong, jangan meragu. Aku akan
bersumpah takkan memberikan ilmu pelajaran itu kepada lain
orang lagi. Tentang diriku....”

Ditatapnya To Kiu-kong lekat2, lalu berkata pula dengan


tenang, “Setelah urusan itu selesai, aku hendak pergi jauh
keseberang lautan. Mungkin dalam kehidupan sekarang, aku
takkan kembali lagi. Dengan begitu ilmu pukulan Thay-siang-
ciang, tetap menjadi milik partai Kay-pang."

Oleh karena tak mau menceritakan tentang perjanjian mati


dengan Po Ceng-in pemilik lembah Semi, maka Siau-liong
hanya menggunakan alasan hendak pergi jauh keluar lautan.

To Kiu-kong benar-benar dicengkam oleh rasa keheranan


dan tak mengerti atas ucapan cousu-ya mereka. Ia berpaling

366
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan bertukar pandang mata dengan kedua pengemis Pincang,


lalu mengiakan.

"Karena begitu yang menjadi kehendak cousu-ya, akupun


tak berani menolak. Tetapi hal itu mempunyai akibat besar.
Apabila kami beruntung dapat keluar dari bahaya maut saat
ini, pun harus mengundang seluruh anak murid Kay-pang
dalam sebuah pertemuan besar. Lalu memilih calon yang tepat
untuk melaksanakan perintah cousu-ya tadi. Kemudian
barulah kami dapat mengundang cousu-ya untuk memberi
ilmu pelajaran."

Siau-liong mengangguk, “Baiklah, tetapi hal itu harus


segera terlaksana secepat mungkin. Karena aku benar-benar
ingin lekas tinggalkan tempat ini!"

“Perintah cousu-ya pasti akan kulaksanakan, tetapi.... saat


ini kita sekalian sedang terkurung dalam Lembah Maut.
Dapatkah lolos dari sini, masih sukar diramalkan....”

Siau-liong hendak membuka mulut, tetapi Ti Gong taysu


dan Toh Hun-ki kedengaran mendesah pelahan. Rupanya
mereka telah mencium sesuatu hawa yang harum.

“Ini tentulah gerombolan siluman itu yang mengacau. Bau


ini bukan sewajarnya!" seru Ti Gong dengan geram.

Memang saat itu Siau -liongpun terbaur oleh angin yang


mengantar bau harum. Diam-diam ia heran. Jelas diketahui
dalam lembah itu hanya terdapat pakis yang tak enak baunya.
Dari manakah datangnya bau harum itu?

“Awas!" tiba-tiba Toh Hun-ki berseru, "bau harum ini tentu


mengandung racun. Kemarin pun aku sudah terkena. Harap
saudara lekas menutup pernapasan!"

367
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi bau itu makin lama makin keras. Sedang menutup


pernapasan pun tak dapat berlangsung lama. Saat itu mereka
benar-benar menyerupai kawanan ikan dalam jaring yang tak
dapat lolos. Tak lama mereka pasti akan rubuh.

Kira2 tak sampai sepeminum teh lamanya, Su-lo dari Kong-


tong-pay, Pengemis Tertawa Tio Tay-tong serta kedua
pengemis pincang tampak tak kuat. Mereka terus menerus
batuk2 dan tubuhnya terhuyung-huyung....

Saat itu hari makin malam. Suasana dalam lembah itu


makin menyeramkan. Ditambah pula dengan tebaran kabut,
benar-benar menyerupai sebuah tempat di Neraka.

Ti Gong taysu, To Kiu-kong dan Toh Hun-ki yang lebih


tinggi ilmu lwekangnya, masih lebih dapat bertahan. Tetapi
makin lama kepala mereka makin pusing, mata makin
berkunang-kunang dan lalu makin kantuk.

Apabila setiap saat musuh datang menyerang, habislah


tentu riwayat mereka....

Siau-liong amat gelisah. Tiba-tiba ia teringat akan botol


obat pemberian Po Ceng-in. Nona itu mengatakan bahwa
botol itu mungkin berguna dalam perjalanan keluar lembah.
Ah, kemungkinan yang dimaksudkan itu tentulah kabut
beracun.

Segera ia mengeluarkan botol itu dan segera menuang


sebutir lalu menelannya sendiri. Ternyata khasiatnya hebat
sekali. Ia rasakan semangatnya segar lagi. Rasa lemas dan
pening akibat kabut itu hilang seketika.

Setelah mengetahui khasiatnya, segera ia membagikan pil


itu kepada To Kiu-kong, kedua pengemis pincang, Toh Hun-ki
serta keempat Su-lo. Tak lama mereka segar kembali.

368
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ti Gong yang menggeletak di tanah. Melihat orang2 sudah


segar lagi, ia paksakan diri bangun dan berseru, “Hai,
mengapa aku tak diberi pil?"

Dalam pakaian jubah yang sudah compang camping dan


sekujur badan berlumur noda darah, ketua Siau-lim-si itu
tampak tak karuan keadaannya. Mau tak mau orang tentu geli
melihatnya.

Toh Hun-ki benar-benar amat berterima kasih sekali kepada


Siau-liong. Rasa kesangsiannya terhadap pemuda itu lenyap
sama sekali. Serta-merta ia menghaturkan terima kasih.

Tetapi Siau-liong mengatakan, yang penting saat itu harus


segera bersiap menghadapi kemungkinan lain. Musuh tentu
akan segera datang menyergap.

"Lebih baik kita pedayakan mereka. Jangan sampai mereka


mengetahui bahwa kita tak kurang suatu apa....” katanya,
"begitu mereka datang, kita basmi habis dan terus keluar dari
lembah celaka ini!"

Toh Hun-ki memuji buah pikiran pemuda itu. Ia


menyatakan akan menurut apa yang direncanakan pemuda
itu. Selain itu ia pun memintakan obat juga untuk Ti Gong
Taysu. Karena walau pun ketua Siau-lim-si itu berwatak kasar
dan bengis tetapi dia tetap seorang tokoh golongan Putih yang
menentang kejahatan.

Siau-liong mendengus lalu menghampiri Ti Gong, serunya


tertawa, “Tadi lo-siansu menuduh aku seorang kaki tangan
Iblis Penakluk-dunia. Dengan begitu pil ini tentu mengandung
racun. Apakah lo-siansu tak kuatir?"

369
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketua Siau-lim-si itu paksakan membuka mata dan hendak


berkata. Tetapi baru bibirnya bergerak, ia sudah tak kuat.

Siau-liong tak sampai hatinya. Segera ia menyusupkan


sebutir pil kemulut paderi itu. Tak berapa lama paderi itu
dapat merangkak bangun. Sejenak memandang ke arah Siau-
liong, ia duduk kembali. Walaupun tak membuka mulut tetapi
wajahnya menunjukkan bahwa ia menyesal dengan
tuduhannya terhadap Siau-liong.

Saat itu sesuai dengan rencana Siau-liong lalu mereka


semua menggeletak di tanah, pura-pura pingsan seperti
terkena racun.

Tiba-tiba Siau-liong mendapat pikiran. Segera ia


mengatakan kepada To Kiu-kong yang berada disebelahnya,
“Aku hendak menyelidiki keadaan lembah ini.... siapa tahu aku
dapat menemukan jalan keluar dari lembah ini. Pada saat itu
kalian harus lekas2 menerobos keluar tak perlu tunggu aku!"

“Baik cousu-ya!" kata To Kiu-kong yang saat itu sudah pulih


seratus persen kepercayaannya terhadap Siau-liong.

Setelah memberi pesan supaya berhati-hati. Siau-liong


melesat lenyap ditelan kabut.

Dalam tempat yang penuh dengan pohon dan saat itu


sedang terbungkus kabut tebal, jika tak memiliki mata yang
amat tajam, tentu akan celakalah.

Toh Hun-ki dan lain-lain orang, menghela napas. Mereka


benar-benar tak mengerti akan sepak terjang Siau-liong.
Tetapi yang jelas, kini mereka sudah yakin bahwa pemuda itu
bukanlah kaki tangan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Hanya To Kiu-Kong yang paling bingung. Ketika dipuncak Ngo-
song-nia, ia melihat Siau-liong menolong Dewi Ular Ki Ih yang

370
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terluka. Lalu sekarang cousu-ya itu hendak mancari sigadis


baju putih serta Tiau Bok-kun. Mengapa cousu-ya itu dimana-
mana tempat selalu terlibat dengan wanita saja?

Sepeminum teh dari kepergian Siau-liong, suasana dalam


Lembah Maut makin sunyi. Hanya hawa wangi itu tetap
berhamburan memenuhi lembah. Tetapi karena sudah minum
pil pemberian Siau-liong, mereka tak kurang suatu apa.
Bahkan mereka merasa segar semangatnya karena menghirup
hawa wangi itu.

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara suitan pelahan.


Seperti suitan dari mulut orang tetapi juga mirip tiupan
seruling.

Tak berapa lama sepetik api kehijau-hijauan meluncur ke


udara. Sekalian orang gagah segera bersiap-siap. Mereka
berbaring di tanah, pura-pura pingsan.

Tak berapa lama, mereka mencuri lirik. Tampak seorang


tua bermuka kurus, rambut dikucir, tubuhnya kurus kering
seperti tulang terbungkus kulit, mengenakan pakaian
pertapaan. Dandanannya mirip imam bukan imam, orang
biasapun juga bukan. Punggung menyanggul sebuah senjata
yang aneh.

Orang itu bukan lain adalah murid tunggal dari Iblis


Penakluk-dunia yakni Soh-beng ki-su atau Pertapa-percabut-
nyawa.

Setelah memandang kesekeliling penjuru dan melihat


rombongan Ti Gong dan Toh Hun-ki menggeletak pingsan di
tanah, tiba-tiba ia kebutkan lengan jubahnya melambai
“Anak2, lekas kemari!"

371
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lebih dari 20 orang berpakaian hitam, muncul dan memberi


hormat dihadapan Soh-beng Ki-su, menunggu perintah. Sikap
dan gerak-gerik rombongan baju hitam itu seperti tak wajar.
Seperti orang tolol. Mereka masing-masing memandang ke
ujung kakinya.

"Ikatlah tulang bahu mereka dengan rantai besi dan terus


bawa ke dalam lembah!" seru Soh-beng Ki-su dengan nada
macam iblis merintih.

Ke 20 orang baju hitam itu gemuruh mengiakan. Beberapa


orang diantaranya segera mengeluarkan rantai besi terus
hendak mengikat Toh Hun-ki dan rombongannya.

Yang paling tak tahan hatinya adalah Ti Gong taysu. Diam-


diam ia gunakan ujung kaki untuk menjejak Toh Hun-ki, lalu
tiba-tiba menggembor keras dan loncat menghantam dengan
jurus Air-terjun-membuka-gunung kepada Soh-beng Ki-su.

Soh-beng Ki-su tersentak kaget. Benar-benar ia tak


menduga akan serangan mendadak itu. Sekali kaki menekan
tanah, ia loncat sampai dua tombak ke udara menghindari
pukulan Ti Gong taysu.

Melihat ketua Siau-lim-si sudah bergerak, Toh Hun-ki dan


lain-lain orang gagah segera loncat bangun. Toh Hun-ki, To
Kiu-kong serempak menyerang Soh-beng Ki-su. Pengemis-
tertawa Tio Tay-tong. kedua pengemis Pincang dan Su-lo
Kong-tong-pay, mengamuk ke-20 orang anak buah Soh-beng
Ki-su.

Terdengar jeritan ngeri berkumandang memenuhi lembah.


Ke 20 orang baju hitam itu hanya bertindak dari komando
Soh-beng Ki-su, Karena Soh-beng Ki-su pontang panting
sendiri sehingga tak dapat memberi komando, ke 20 orang

372
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berpakaian hitam itupun kacau balau. Mereka mundur


kegunduk batu.

Ketika Soh-beng Ki-su melayang turun ke tanah. To Kiu-


kong dan Toh Hun-ki serentak menyerangnya. Mereka
gunakan jurus dahsyat dari ilmu simpanan partai masing-
masing.

Brett.... Soh-beng Ki-su dapat menghindari tongkat Kumala


Hijau To Kiu-kong tetapi tak urung pakaianya robek sampai
panjang.

Sedangkan Toh Hun-ki lebih beruntung. Ia dapat


menghantam lengan kiri pertapa pencabut nyawa itu sehingga
Soh-beng ki-su menguak-uak karena kesakitan.

Soh-beng Ki-su murka. Setelah mundur beberapa langkah


ia menekuk kedua tangannya. Krek, krek....

So-beng Ki-su rentangkan kesepuluh jarinya. Dari ujung jari


itu menghambur asap putih mirip dengan ribuan ekor ular
meluncur ke arah Toh Kun-ki dan kawan-kawannya. Ti Gong
taysu dan To Kiu-kong segera berkumpul merapat.

Belum asap putih itu melanda datang, sekonyong-konyong


ketiga orang itu dilanda oleh semacam hawa dingin sekali.

"Awas, dia sedang melancarkan ilmunya Pek-kut-kang! "


teriak Toh Hun-ki.

Ti Gong taysu baru pertama kali itu bertempur lawan Soh-


beng-Ki-su sehingga ia tak tahu pertapa Pencabut-nyawa itu
memiliki ilmu tenaga sakti luar biasa, yakni tenaga Tulang
Putih atau Pek-kut-kang. Ketua Siau-lim-si itu merganggap
ilmu tenaga dalamnya mampu menghadapi.

373
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketua Siau-lim-si itu segera mendorongkan kedua


tangannya untuk menghalau kabut. Tetapi diluar dugaan,
begitu terkena angin pukulan, asap putih itu malah bergulung-
gulung melanda Ti Gong taysu.

Seketika Ti Gong seperti didampar oleh hawa yang luar


biasa dinginnya sehingga ia menggigil kedinginan. Darahnya
serasa membeku.

Melihat serangannya berhasil, Soh-beng Ki-su loncat


mundur lalu taburkan segumpal asap merah dan tertawa
nyaring, “Tengkorak menari!"

Saat itu Ti Gong berusaha untuk mengerah tenaga dalam


melawan hawa dingin. Tetapi tenaganya lenyap, tulang serasa
berhamburan lepas dari sendinya. Ia benar-benar telah
kehilangan tenaga untuk melawan.

Teriakan Soh-beng Ki-su itu mengejutkan sekalian orang


gagah. Jelas pertapa pencabut nyawa itu tentu melepaskan
pertandaan ke arah lembah Semi. Hal itu diinsjafi oleh Toh
Hun-ki dan kawan2nya.

Lembah Semi tentu akan mengirim bala bantuan.


Kemungkinan malah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka
sendiri akan datang.

Tetapi kekuatiran Toh Hun-ki dan rombongannya itu, tidak


tepat. Ternyata buka bala bantuan dari Lembah Semi yang
muncul, melainkan berpuluh-puluh kerangka tengkorak yang
berloncatan menyerbu rombongan Toh Hun-ki.

Selama berpuluh tahun berkecimpung dalam dunia


persilatan, tak pernah Ti Gong menyaksikan peristiwa seaneh
itu, bahwa kerangka tengkorak dapat diperintah untuk
menyerang. Tetapi karena saat itu ia sudah kehilangan

374
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaga, maka ia tak dapat berbuat suatu apa lagi kecuali


hanya menghela napas, “Omitohud! Habislah riwayatku
sekarang!"

Ia segera duduk bersemedhi di tanah. Pejamkan mata


menunggu ajal.

"Barisan tengkorak!" teriak Toh Hun-ki dan To Kiu-kong


serempak.

"Im dan Yang silang menyilang!" terdengar pula Soh-beng


Ki-su berseru nyaring.

Berpuluh kerangka tengkorak itu segera menari-nari dan


berbondong-bondong menyerbu sekalian orang.

Toh Hun-ki dan kawan2 menyadari bahwa saat itu mereka


terancam bahaya maut. Tetapi mereka sudah bertekad bulat,
lebih baik pecah sebagai ratna daripada menyerah.

Mereka segera mengelompok menjadi sebuah lingkaran.


Bahu membahu mereka lancarkan pukulan ke arah barisan
Tengkorak itu.

Sekalipun barisan tengkorak itu tak dapat main silat tetapi


gerakan mereka menghamburkan angin dingin dan bau busuk
yang memuakkan sekali.

Karena tak bernyawa, barisan tengkorak hanya bergerak


menurut perintah So-beng Ki-su. Selama tidak diperintah
mundur, mereka tetap maju. Sekalipun separoh dari kerangka
tubuhnya hancur terkena pukulan, atau bahkan hanya tinggal
sebuah kaki dan tangan saja, mereka tetap berloncatan
menyerang. Pendek kata, kalau tak hancur sama sekali,
mereka takkan berhenti.

375
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa saat kemudian, serangan barisan Tengkorak itu


makin menghebat. Lingkaran kepungan mereka pun makin
menyempit. Keadaan rombongan Toh Hun-ki makin gawat.

Soh-beng Ki-su tak henti-hentinya berteriak dan tertawa-


tawa.

Sekonyong-konyong terdengar sebuah suara raungan yang


dahsyat. Dan menyusul terdengar suara tertawa panjang yang
tak kalah congkak perbawanya dengan tertawa Soh-beng Ki-
su.

Sekalian orang gagah terkejut sekali. Ketika mencuri


kesempatan melirik, mereka makin terkejut.

Soh-beng Ki-su tampak terhuyung-huyung ke belakang.


Tak jauh disebelah mukanya, muncul seorang aneh
berpakaian biru. Rambutnya memanjang sampai kebahu. Mata
sebesar kelinting, mulut besar dan merah, jenggotnya
berserabutan lempang seperti duri. Amboi.... itulah Pendekar
Laknat!

Sudah beberapa kali Soh-beng Ki-su menderita kekalahan


dari Pendekar Laknat. Sudah tentu ia kaget setengah mati
ketika mendadak momok yang ditakuti itu muncul. Ia
terhuyung-huyung mundur mencari jalan untuk lolos.

Karena tak diberi komando lagi, barisan Tengkorak pun


macet. Mereka tertegun diam.

"Pendekar Laknat!" serentak Toh Hun-ki berteriak girang.


Ia segera bersama To Kiu-kong menghantam barisan
tengkorak itu hingga hancur lebur berhamburan ke dalam
semak.

376
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pendekar Laknat yang muncul itu sudah tentu Siau-liong


yang menyamar. Kiranya, kepergiannya untuk menyelidiki
keadaan lembah itu tadi hanya suatu alasan untuk berganti
sebagai Pendekar Laknat.

Tetapi memang tadi ia telah menyelidiki juga. Berkat


bantuan peta pemberian Jong Leng lojin, dapatlah ia dengan
leluasa mengetahui seluk beluk keadaan lembah itu. Tetapi,
ah.... si dara Mawar Putih tetap tak dapat diketemukannya.

Kemanakah gerangan lenyapnya dara itu?

Akhirnya ia terpaksa kembali lagi untuk menyelamatkan


rombongan orang gagah. Tetapi alangkah kagetnya ketika ia
mendengar teriakan Soh-beng Ki-su memberi komando
kepada barisan Tengkorak.

Cepat ia menyamar lagi sebagai Pendekar Laknat.

"Tua bangka Laknat.... dari mana engkau masuk ke dalam


lembah ini!" seru Soh-beng Ki-su seraya mundur beberapa
langkah.

Sambil maju menghampiri, Siau-liong tertawa liar, “Disegala


tempat, baik di puncak gunung mau pun dilembah belantara,
aku bebas pergi dan datang menurut sekehendak hatiku....”

Diam-diam Siau-liong teringat akan nasib Koay suhu atau


Pendekar Laknat asli, yang dianiaya pertapa Pencabut-nyawa
itu. Geramnya, “Hm, kalau saat ini tak kubunuhnya, sampai
kapan lagi....?"

Serentak ia salurkan ilmu tenaga sakti Bu-kek-sin-kang ke


lengannya. Setelah telapaknya merah membara ia segera
menghantam Soh-beng Ki-su sekuat tenaganya. Dalam

377
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penyamaran sebagai Pendekar Laknat, Siau-liong bebas


menggunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang.

Tahu kelihayan ilmu pukulan itu, Soh-beng Ki-su tak berani


menangkis. Cepat ia berputar tubuh terus lari ngiprit. Tanpa
menghiraukan gundukan batu yang tajam dan runcing, ia
nekad berguling-guling sampai beberapa belas langkah jauh.
Dengan cara nekad itu, barulah ia dapat terhindar dari
pukulan maut.

Tubuh pertapa itu berlumuran darah. Pakaian robek2 kulit


lecet2 berdarah!" SecepaT kilat Siau-liong memburu tiba dan
hendak menyusuli hantaman lagi. Soh-beng Ki-su sudah tak
mungkin dapat menghindar lagi. Dia pasti mati!

Tetapi tiba-tiba pertapa ganas itu berteriak sekuat-kuatnya,


“Tunggu!"

Entah bagaimana Siau-liong mau juga menahan


pukulannya, “Apa engkau masih mau bicara lagi?"

"Ada sebuah hal yang aneh, mungkin engkau ingin


mengetahui?!"

"Soal apa? Lekas katakan!"

Soh-beng Ki su sengaja bersikap ayal memberi jawaban,


“Engkau datang bersama Dewi Ular Ki Ih....” - ia berhenti
memandang reaksi Siau-liong lalu melanjutkan pelahau-lahan,
“apakah engkau tahu kemanakah ia sekarang?"

Siau-liong terkesiap. Pikirnya, “Kemungkinan merasa benar


Mawar Putih menyamar lagi sebagai Ki Ih"

Melihat Siau-liong tertegun. Soh-beng Ki-su dapat menduga


kalau orang itu sudah mulai tertarik perhatiannya. Ia tertawa

378
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengekeh dan berkata pula dengan lambat2, “Malah akulah


yang pernah melihat ia muncul dalam lembah ini tetapi
kemudian dibawa oleh seorang wanita baju Hitam melintasi
puncak gunung itu!" -ia menunjuk ke arah sebuah puncak
gunung yang landai.

Menurut arah yang ditunjuk itu, Siau-liong dapatkan puncak


gunung itu tegak melandai. Jika disitu memang tiada alat
perangkap, Sia-liong sanggup untuk mencapai ke atas. Hanya
keterangan Soh-beng Ki-su bahwa Mawar Putih telah dibawa
oleh wanita baju hitam melintasi puncak gunung itu, rasanya
tak mungkin terjadi.

Tetapi tiba-tiba ia teringat akan kekuatiran yang dinyatakan


Iblis Penakluk-dunia bahwa seorang sakti yang tak dikenal
telah menyelundup masuk ke dalam Lembah Maut.

“Apakah engkau melihat sendiri?" akhirnya ia menegas


dengan penuh kesangsian.

“Bukan melainkan melihat sendiri, pun dibawah puncak itu


terdapat tusuk kundai Kumala yang dipakai oleh Dewi Ular Ki
Ih. Kalau tak percaya, bolehlah kubawa engkau kesana!" sahut
Soh-beng Ki-su.

Siau-liong merenung.... Dari sikap dan nadanya, rupanya


Soh-beng Ki-su itu tak bohong. Cepat ia mencengkeram leher
baju orang itu dan mengancamnya, “Bawalah aku kesana....
tetapi kalau engkau berani menipu aku, hm, tulang
belulangmu pasti kuhancur leburkan!"

Soh - beng Ki Su tergugu mengiakan lalu berjalan karena


didorong Siau-liong.

"Pendekar Laknat, jangan termakan siasatnya!" Toh Hun-ki


berseru memberi peringatan.

379
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-Long tertegun sejenak. Tetapi pada lain saat ia


tertawa meliar lalu tanpa berpaling ke arah Toh Hun-ki, ia
terus menyeret Soh-beng Ki-su lari ke arah puncak itu.

Walaupun puncak itu berbahaya sekali keadaannya tetapi


dalam Lembah Maut. puncak itu termasuk satu-satunya
tempat yang dapat ditempuh.

Tak berapa lama tibalah mereka dikaki puncak. Soh-beng


Ki-su melirik Siau-liong, katanya, “Aku toh sudah berada
dalam genggamanmu, masakan mampu lolos? Tetapi dengan
cara menyeret dan menggusur seperti ini, bagaimana aku
mampu mencari tusuk kundai Kumala itu?"

"Hm, tak mungkin engkau lolos dari tanganku!" Siau-liong


lepaskan cengkeramannya.

Setelah menghela napas untuk melonggarkan lehernya


yang sesak ia pura-pura seperti mulai mencari. Dihampirinya
sebuah semak belukar. Tetapi pada saat Siau-liong tak
waspada, ia terus loncat menyusup ke belakang sebuah batu
disebelah kiri.

Ternyata di belakang batu itu terdapat sebuah gua rahasia


yang tembus ke Barisan Tujuh Maut dan Lembah Semi.
Sesungguhnya dalam peta pemberian Jong Leng lojin, tempat
itu memang disebut. Tetapi karena Siau-liong sedang
terbenam memikirkan Mawar Putih, ia sampai tak ingat lagi
sehingga Soh-beng Ki-su dapat lolos.

Tetapi Soh beng Ki-su masih tongolkan kepalanya dari balik


batu dan tertawa mengekeh, “Heh, heh, tua bangka Laknat!
Aku tak mau seratus persen membohongimu. Memang ada
seorang wanita baju hitam menolong seorang wanita.... tetapi

380
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bukan Dewi Ular Ki Ih, melainkan seorang gadis baju putih....


Ki Ih mungkin sudah binasa dalam barisan Tujuh Maut!"

Siau-liong tertegun dan lupalah ia untuk menghantam


pertapa itu. Pada lain saat ketika tersadar, ternyata Soh-beng
Ki-su sudah lenyap. Ia marah karena ditipu mentah2 oleh Soh-
beng Ki-su. Tetapi ia terhibur juga hatinya karena nyata
Mawar Putih telah ditolong orang.

Terpaksa ia kembali ketempat rombongan Toh Hun-ki lagi.


Ketua Kong-tong-pay itu amat girang sekali melihat Pendekar
Laknat kembali. Cepat ia memberi llormat, “Pendekar Laknat,
dua kali sudah engkau telah memberi pertolongan. Budimu itu
takkan kulupakan selama-lamanya!"

Tawar2 Siau-liong menyahut, “Perlu apa engkau ribut2?


Aku dapat memberi hidup tetapi pun dapat membunuh,
ditatapnya ketua Kong-tong-pay itu dengan mata berapi-api
lalu tertawalah ia senyaring-nyaringnya.

Tetapi Toh Hun-ki sudah biasa mendengar tertawa yang


penuh kecongkakan itu. Kemudian ia berkata, “Pesanmu
ketika di Lembah Semi tempo hari, telah kulaksanakan. Racun
pada luka nona Tiau Bok-kun sudah terobati. Ketika
kutinggalkan Siok-ciu, dia masih beristirahat di rumah
penginapan. Tetapi saat ini dia tentu sudah sembuh!"

“Tahu!" sahut Siau-liong hambar, lalu menghampiri Ti Gong


taysu.

To Kiu-kong, Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan kedua


pengemis Pincang, diam-diam terkejut menyaksikan Pendekar
Laknat dapat muncul dan lenyap di Lembah Maut. Sekalipun
Toh Hun-ki telah memperlakukan Pendekar Laknat sebagai
seorang pendekar budiman, tetapi orang2 Kay-pang itu tetap
gelisah. Maka mereka menjauhkan diri dan tak ikut bicara.

381
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sikap Ti Gong taysu tampak lucu. Wajahnya menampil


kejut dan ketakutan. Ia terlongong-longong memandang Siau-
liong.

Dua puluh tahun berselang, ia ikut dalam rombongan yang


dipimpin Ceng Hi totiang ketua Kun-lun-pay untuk membunuh
kelima momok. Sudah tentu saat itu ia melihat Pendekar
Laknat juga. Seingatnya Pendekar Laknat itu tak setinggi yang
di hadapannya sekarang. Begitupun suaranya yang
menggeledek itu, tak sama dengan dahulu. Tetapi memang
pakaian, wajah dan dandanannya tiada beda dengan Pendekar
Laknat dahulu.

Karena kuatir nanti timbul salah faham sehingga terjadi


perkelahian antara Pendekar Laknat dengan Ti Gong taysu,
buru-buru Toh Hun-ki menyelinap ke tengah mereka dan
memperkenalkan....”Inilah ketua Siau-lim-si Ti....”

“Sahabat lama pada 20 tahun yang lalu, masakan perlu


engkau perkenalkan!" bentak Siau-liong.

Memang untuk menyempurnakan penyamarannya sebagai


Pendekar Laknat, diam-diam Siau-liong menyelidiki tentang
peristiwa kelima momok mengadu biru di dunia persilatan
pada 20 tahun berselang.

Diketahuinya bahwa Ti Gong taysu termasuk salah seorang


tokoh yang ikut gerakan membasmi kelima momok itu.

Ti Gong taysu menyebut 'Omitohud' lalu memalingkan


muka. Sudah tentu Toh Hun-ki gugup dan kuatir Pendekar
Laknat marah. Buru-buru ia berkata lagi kepada Siau-liong:

“Demi memberantas gerakan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi


Neraka yang hendak mencengkeram dunia persilatan, maka It

382
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hang totiang telah memimpin rombongan orang gagah


menyerang ke Lembah Semi. Tetapi ternyata rombongan
gagah banyak yang gugur dan sekarang hanya tinggal kami
beberapa orang ini....”-ia menghela napas dan mata berlinang-
linang.

"Menilik kenyataan sekarang ini, tentulah kedua suami isteri


durjana itu segera akan bergerak. Keamanan dunia persilatan
jiwa para tokoh2 persilatan. menghadapi ancaman. Satu-
satunya harapan, hanya terletak pada Pendekar Laknat
seorang saja!" kata ketua Kong-tong-pay itu lebih lanjut.

Memang agak berkelebihanlah ucapan Toh Hun-ki itu.


Tetapi sesungguhnya hal itu memang suatu fakta.

Makin mengindahkanlah Siau-liong terhadap pribadi ketua


Kong-tong-pay itu. Namun ia terpaksa deliki mata dan
berseru, “Aku tak sanggup menyanggul beban seberat itu dan
tak ingin mencampuri urusan yang tiada sangkut pautnya
dengan diriku!"

Berdiam sebentar, Siau-liong tertawa keras dan menegur Ti


Gong taysu, “Paderi tua, Siau-lim-si termasyhur diseluruh
dunia. Ilmu pukulan Tat-mo -kim-kong merajai dunia
persilatan dan engkau pun seorang ketua. Terapi mengapa
engkau dapat dikurung dalam Lembah Maut sini?"

Ti Gong taysu mendengus, “Aku memang merasa malu


karena kepandaianku masih rendah. Dan lagi memang suami
isteri iblis itu licin sekali memasang jerat.... tetapi, ah, hal itu
bukanlah sesuatu yang memalukan. Paling banyak kan mati!"

Ucapan itu menunjukkan keperibadian seorang ketua partai


persilatan seperti Siau-lim-si Keras, pantang mundur. Semula
Siau-liong tak puas melihat sikap congkak dari ketua Siau-lim-
si itu.

383
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi setelah mendengar pernyataannya itu,


kemarahannya pun agak reda.

Toh Hun-ki makin gelisah. Pada saat ia hendak membuka


mulut melerai, tiba-tiba dari arah barisan Tujuh Maut dan
terowongan yang tembus ke Lembah Maut, terdengar suitan
pelahan.

Siau-liong mendengarkan dengan seksama, lalu berkata


dingin, “Hendak kubawa kalian keluar dan Lembah Maut ini,
tetapi entah....”-ia memandang Ti Gong taysu, berkata pula,
"Apakah kalian percaya padaku?"

Ti Gong taysu tetap membisu. Adalah Toh Hun-ki yang


cepat menghampiri dan berkata tegang, “Musuh kuat segera
datang, jika Pendekar Laknat dapat membawa kami keluar
dari lembah ini, itulah yang paling bagus....”

Siau-liong tertawa. Sejenak memandang sekalian orang, ia


berputar tubuh lalu ayunkan langkah.

Berkat peta dari Jong Leng lojin, dapatlah ia mengetahui


keadaan lembah itu dengan jelas. Ternyata Lembah Maut itu
mempunyai 10 buah jalanan yang tembus keluar. Tetapi
hampir seluruhnya akan tembus ke dalam Barisan Tujuh Maut.
Hanya ada sebuah jalan yang dapat menembus keluar Lembah
Semi.

Siau-liong menyadari bahwa tak lama lagi Iblis Penakluk-


dunia dan isterinya tentu akan datang membawa anak
buahnya. Maka cepat ia menuju kejalan tembusan yang gelap.
Berpaling ke belakang, dilihatnya Toh Hun-ki dan keempat Su-
lo dari Kong-tong-pay mengikuti dibelakangnya, lalu To Kiu-
kong, Pengemis-tertawa Tio Tay-tong, kedua pengemis
Pincang dan paling akhir Ti Gong taysu.

384
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketua Siau-lim-si itu berjalan dengan kepala menunduk.


Sikapnya seperti orang yang puas.

Jalan tembusan itu berada di kaki sebuah dinding karang.


Siau-liong berhenti lalu menghantam segerumbul semak
belukar setinggi orang.

Toh Hun-ki terkejut karena mengira Pendekar Laknat tentu


menemukan jejak musuh. Mereka buru-buru berpencar dan
siap2.

Terdengar bunyi berderak-derak lalu berhamburan pecahan


batu dari balik semak itu. Dan pada dinding karang segera
terbuka sebuah lubang terowongan yang cukup untuk
seorang.

Tanpa bersangsi lagi, Siau-liong terus menerobos masuk.


Toh Hun-ki dan rombongannya pun segera mengikuti. Karena
tubuhnya tinggi besar, terpaksa Ti Gong taysu harus agak
menunduk baru dapat masuk.

Terowongan itu memang terowongan alam. Penuh liku2


dan berlekuk-lekuk jalannya Selain lembab, pun amat licin
sekali. Agaknya dinding langit terowongan itu mengucurkan air
ke bawah.

Untung makin ke dalam terowongan itu makin lebar. Berkat


makan buah Im-yang-som dan minum darah biawak purba
dalam pusar bumi, mata Siau-liong luar biasa tajamnya. Walau
pun terowongan amat gelap, ia dapat berjalan pesat.

Toh Hun-ki dan kawan2nya, walaupun memiliki tenaga


dalam yang tinggi, namun tetap kalah awas dengan mata
Siau-liong. Terpaksa mereka harus jalan dengan hati-hati.

385
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terowongan itu ternyata amat panjang. Kira2 satu li


jauhnya, barulah tiba dimulut gua sebelah luar. Siau-liong
cepat loncat keluar. Disekeliling tempat situ merupakan
sebuah lamping gunung yang jauh dari Lembah Semi. Ia
menghela napas longgar.

Diperhatikan keadaan empat penjuru. Ternyata sekeliling


penjuru merupakan jajaran puncak gunung yang saling
bergandengan. Lembah Semi berada ditengah lingkup jajaran
puncak gunung itu....

Tiba-tiba ia terperanjat. Dibalik sebatang pohon pada jarak


beberapa tombak jauhnya, tampak sesosok bayangan
berkelebat. Gerakannya amat cepat sekali. Sekejab saja
bayangan itu sudah menghilang dalam kegelapan.

Saat itu baru menjelang tengah malam. Setelah menunggu


sebentar, ternyata tak tampak sesuatu yang mencurigakan
lagi. Diam-diam ia menertawakan dirinya sendiri yang begitu
keliwat perasa. Bukankah dalam hutan tentu banyak
binatang2 yang menghuni?

Saat itu Toh Hun-ki dan lain-lain orang pun sudah keluar
dari terowongan gua. Pakaian dan tubuh mereka kumal dan
kotor.

Tetapi mereka tak menghiraukan hal itu. Mereka lebih


tercengkeram oleh kegirangan yang meluap-luap karena
sudah terlepas dari Lembah Semi. Semua mata terarah
kepada Siau-liong dengan pandang terima kasih yang tak
terhingga.

Ti Gong taysu menghela napas panjang. Tiba-tiba ia


melangkah kehadapan Siau-liong dan memberi hormat. "Aku
selalu menjunjung budi dan dendam. Sejak saat ini seluruh
anak murid Siau-lim-si akan menghormat saudara sebagai

386
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seorang pendekar budiman, bukan tokoh golongan Hitam


lagi!"

Siau-liong hanya tertawa hambar; “Aku tak memusingkan


hal itu. Terserah saja kepadamu!"

Tiba-tiba To Kiu-kong banting2 kaki, serunya, “Walaupun


aku dapat lolos keluar tetapi cousu-ya kami masih berada
dalam Lembah Maut. Jika kedua suami isteri iblis itu
melakukan serangan besar-besaran, cousu-ya tentu terancam
bahaya!"

Diam-diam Siau-liong geli dalam hati. Lalu berkata, “Tokoh


perwira Kongsun Liong itu. seorang pendekar muda yang
paling kuindahkan. Dia dapat muncul lenyap secara aneh.
Siapa tahu saat ini dia pun sudah lolos dari Lembah Maut.
Harap kalian jangan gelisah!"

Sekalian orang terbelalak. Belum pernah terdengar bahwa


Pendekar Laknat mau menghargai sebagai itu. Lebih2
terhadap seorang pemuda tak terkenal.

Melihat sekalian orang mengawasi dirinya. karena kuatir


akan terbuka kedoknya, Siau-liong tertawa nyaring lalu
berkata kepada Toh Hun-ki, “Bagaimana tujuan kalian?"

Ketua Kong-tong-pay menghela napas panjang.


Memandang Ti Gong taysu dan Tio Kiu-kong, lalu berkata,
“Saat ini di Siok-ciu tentu masih banyak tokoh2 persilatan
yang berbondong-bondong datang. Kemungkinan mereka
tentu belum mendengar tentang kekalahan yang kami derita
dalam penyerangan ke Lembah Semi kali ini. Tiada jalan lain
lagi kecuali hanya menyusun kekuatan dengan sahabat2
persilatan itu....”

387
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memandang Siau-liong, ia berkata setengah meminta, “Jika


Pendenar Laknak tak tega melihat kehancuran dunia
persilatan, maka....”

“Baik, aku bersedia membantu gerakan kalian untuk


membasmi Iblis Penakluk dunia dan isterinya. Tetapi....” Siau-
liong berhenti menatap wajah Toh Hun-ki lekat, serunya
pula:.... Setelah kedua iblis itu dapat ditindas, aku hendak
minta beberapa barang kepadamu sebagai upahnya!"

“Asal kami mampu saja, tentu akan memberikan," Toh


Hun-ki menyahut gopoh.

Siau-liong tertawa dingin, "Mungkin barang yang hendak


kuminta terlampau berharga sekali sehingga tak mungkin
engkau mau memberikan!"

Sambil menunjuk kelangit. Toh Hun-ki bersumpah, “Apapun


yang hendak engkau minta, aku takkan sayang memberikan.
Sekali pun jiwaku juga akan kuserahkan!"

Siau-liong mendengus, “Toh Hun-ki, engkau benar. yang


kuminta justeru batang kepalamu dan keempat Su-lo Kong-
tong-pay!"

Sekalian orang tersentak kaget. Toh Hun-ki termenung


lama. achirnya ia mengangguk. Serunya tertawa, “Jika
memang itu yang engkau kehendaki, akupun setuju. Begitu
kedua suami isteri iblis itu sudah dibasmi, terserah kapan saja
engkau hendak mengambilnya....”

Ketua Kong tong-pay itu berpaling ke belakang dan


memandang keempat Su-lo, lalu berkata dengan tenang,
“Tentang batang kepala dari keempat suteku ini, aku pun
dapat memberi keputusan. Akan kami serahkan ber-sama2
sekaligus!"

388
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keempat Su-lo itu tenang2 saja wajahnya, Se-akan2


mereka sudah pasrah nasib pada ketuanya.

Sikap dan ucapan yang perwira dari ketua Kong-tong-pay


itu mengharukan hati Siau-liong. Tetapi terpaksa ia paksakan
diri tertawa dingin, “Perjanjian telah kita setujui, pada saat itu
harap engkau jangan menyesa!."

Wajah Toh Hun-ki mengerut sarat dan tertawalah ia se-


lapang2nya, "Aku bukanlah manusia yang suka menjilat ludah.
Asal dapat menyelamatkan dunia persilatan, aku tak
menghiraukan nasibku!"

Siau-liong termenung. Pada lain saat ia mempersilahkan


rombongan tokoh persilatan itu lanjutkan perjalanan.

Baru beberapa langkah menuruni gunung, tiba-tiba Toh


Hun-ki berhenti dan berpaling, “Apakah Pendekar Laknat
hendak....”

Siau-liong mendengus, “Aku pun tak pernah ingkar janji.


Tiga hari lagi aku tentu datang ke Siok-ciu untuk berunding
dengan kalian."

Demikian Toh Hun-ki dan rombongan, segera menuruni


gunung menuju ke Siok-ciu. Setelah mereka jauh, Siau-liong
menghela napas terharu. Beberaoa butir air mata menitik
turun.... Dia sendiri tak tahu mengapa ia begitu terharu
perasaannya dan sampai menangis.

Keharuan itu sama sekali bukan karena umurnya tinggal


setahun ia serahkan pada nasib. Apalagi dalam waktu setahun
itu, cukuplah baginya untuk bertemu dengan ibunya,
melaksanakan balas dendam dan lain-lain, habis itu, mati pun
ia tak menyesal.

389
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tengah hatinya dirundung kepiluan, tiba-tiba dari balik


pohon besar disebelah muka tadi, bayangan itu mulai muncul
lagi.

Siau-liong terkejut. Terang bayangan itu bukan binatang


liar melainkan seorang persilatan yang memiliki gerakan
tangkas sekali. Dari potongan tubuhnya yang langsing,
tentulah dia seorang wanita.

Ketika memandang dengan seksama, makin besarlah rasa


kejut Siau-liong. yang datang itu ternyata si dara baju hijau
tua, ialah dara dari gubuk keluarga pemburu yang pernah Siau
liong dan Mawar Putih datangi tempo hari.

Tiba dihadapan Siau-liong, dara itu memandang lekat2


kepadanya dan bertanya dengan geram, “Tua bangka, siapa
namamu?"

Semula Siau-liong hendak menegurnya. Tetapi ketika


menyadari bahwa saat itu ia masih dalam penyamaran sebapai
Pendekar Laknat, ia batalkan niatnya. Tentulah dara itu takkan
mengenalinya.

“Nona kecil, mengapa tengah malam engkau berjalan-jalan


di puncak gunung sini?" Siau-liong balas bertanya.

Dara itu kerutkan alis lalu melengking, “Apakah engkau


tuli? Tak mendengar apa yang kutanyakan?"

Siau-liong tertegun. Diam-diam ia memuji dara itu benar-


benar bernyali besar. Tengah malam di tempat sunyi bertemu
dengan Pendekar Laknat yang berwajah seram, namun dara
itu setitik pun tak takut!

390
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu mereka berada disebuah belantara yang tak pernah


didatangi orang. Siau-liong anggap tak perlu ia bertingkah
seperti Pendekar Laknat lagi.

"Nona kecil, pernahkah engkau mendengar nama Pendekar


Laknat?" serunya.

Dara itu menyahut dengan berteriak nyaring. "Apakah


engkau Pendekar Laknat itu?"

Siau-liong memandang wajah si dara yang masih kekanak-


kanakan, tertawa, “Benar aku memang Pendekar Laknat!"

Diluar dugaan, dara itu malah membentak, “Bagus, setan


tua! Akhirnya aku dapat menemukan engkau!" -wut.... ia terus
ayunkan tangan menampar.

Siau-liong benar-benar tak mengerti mengapa dara itu


sedemikian bengisnya. Terhadap tamparannya, ia tak
menaruh kekuatiran, Diluar dugaan, hampir saja ia celaka!

Tampaknya biasa saja gerak tamparan dara itu sehingga


Siau-liong sama sekali tak berjaga-jaga. Pikirnya, tak apalah
andaikata sampai mengenai bagian jalan darah yang penting.
Tentu takkan menderita.

Adalah pada saat tenaga tamparan itu hampir tiba, barulah


Siau-liong kaget setengah mati. Ia sudah tak sempat
menangkis lagi. Terpaksa ia kerahkan tenaga dalam untuk
melindungi tubuhnya....

Ternyata tamparan dara itu mengandung tenaga dalam


lunak yang istimewa. Tampaknya lemah sekali tetapi hebatnya
bukan kepalang. Dapat menghancurkan tulang2 dari sendinya.
Dan yang istimewa lagi, pukulan itu sama sekali tak bersuara.

391
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dess.... dada Siau-liong terkena pukulan si dara dengan


tepat sekali. Walaupun ia sudah kerahkan lima bagian tenaga
dalamnya, namun dadanya seperti dihantam dengan palu
godam.

Darah bergolak keras, mata berkunang-kunang dan


tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang sampai tujuh
delapan langkah baru ia dapat paksakan diri berdiri tegak.

Melihat pukulannya berhasil dara itu melengking dan


secepat kilat loncat maju ia menghantam dengan kedua
tangannya lagi!

Sudah tentu Siau-liong kejut bukan kepalang. Menurut


penilaiannya, tenaga dalam dari pukulan si dara serta
gerakannya dalam ilmu meringankan tubuh, tidak dibawah
kedua suami isteri Iblis Penakluk dunia. Kalau ia tak balas
menyerang, terang tentu akan terluka berat.

Tiba-tiba Siau-liong menggembor keras. Dengan salurkan


delapan bagian dari tennga sakti Bu-kek-sin-kang, iapun
menyongsong dengan kedua tangannya.

Ketika dua tenaga sakti saling beradu sama sekali tak


mengeluarkan suara.

Kiranya tenaga sakti yang dilepas Siau-liong itu bersifat


Keras. Sedang tenaga sakti si dara merupakan tenaga sakti
lunak. Keras beradu Lunak, hilang sirna kedua-duanya!

Siau-liong mendengus. Ia hendak menarik pulang tenaga


pukulannya. Tetapi diluar dugaan si dara menyerang lagi.

Dara itu juga seorang pemarah. Melihat pukulannya tak


mampu merubuhkan Siau-liong. marahlah ia Dorongkan kedua

392
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan kemuka, ia pancarkan seluruh tenaga saktinya ke arah


Siau-liong.

Siau-liong pucat seketika. Ia menyadari bahwa apabila dua


jenis tenaga sakti saling beradu, salah satu atau mungkin
kedua-duanya. tentu akan menderita luka parah. Bahkan
mungkin binasa. Dara itu tak mempunyai dendam
permusuhan dengan dirinya. Tetapi mengapa begitu kalap
hendak mengadu jiwa?

Juga dara itu tak mau memberi kesempatan kepadanya


untuk bicara. Dan celakanya, ternyata dara itu memiliki
kepandaian yang sakti. Dua kali dara itu menyerang hebat.
Dan kalau sekarang dibiarkan juga, kemungkinan ia tentu
celaka.

Dengan mengerat gigi, terpaksa Siau-liong kerahkan tenaga


sakti untuk menyongsong serangan si dara.

Tetapi alangkah kejut Siau-liong. Sudah delapan bagian


dari tenaga saktinya yang ia lancarkan namun tetap
berimbang dengan tenaga sakti si dara.

"Celaka," keluhnya dalam hati, “aku tak kenal dan tak


mempunyai dendam suatu apa kepada budak perempuan
ini.... Kalau sampai binasa ditangannya, bukankah amat
penasaran?"

Dan tak habislah heran Siau-liong. Ia sudah menerima


penyaluran tenaga sakti dari Pendekar Laknat, sudah makan
buah Im-yang-som dan sudah pula minum darah binyawak
dalam pusar bumi. Karena hal2 yang luar biasa itu, barulah ia
memiliki kesaktian seperti saat itu. Tetapi dara itu? Ya, dara
itu tentu lebih muda dari dia. Tetapi mengapa kepandaiannya
begitu hebat, tak dibawah kepandaiannya?

393
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tengah pikirannya melayang, tiba-tiba Siau-liong rasakan


tekanan tenaga lawan makin bertambah keras sehingga
tubuhnya mulai terdorong ke belakang.

Siau-liong gelagapan kaget. Buru-buru ia menambahkan


tenaga dalamnya lagi.

Namun rupanya dara baju hijau itu amat penasaran sekali.


Kalau dapat, hendak dihancurkan saja Siau-liong saat itu juga.
Melihat Siau-liong menambahkan tenaga saktinya, dara itu
geregetan sekali.

Se-konyong2 data itu gentakkan kedua kakinya menekan


tanah. Dengan segenap tenaga ia memberi tekanan kepada
Siau-liong.

Siau-liong gelagapan sekali ia tak kira kalau dara itu begitu


kalap hendak mengadu jiwa kepadanya. Apabila terjadi
benturan, tak dapat tidak keduanya akan celaka semua.

Namun untuk menghindari, Siau-liong sudah tak sempat


lagi. Dan terjadilah getaran dahsyat. Siau-liong dan dara itu
sama2 terpental setombak dan rubuh ke tanah!

“Aduh....” dara itu mengerang pelahan lalu tak bersuara


lagi. Tampaknya tentu menderita luka parah dan mungkin
sudah binasa, mungkin hanya pingsan.

Siau-liong walaupun masih sadar tetapi juga sudah ter-


longong2. Darah dalam tubuhnya bergolak keras sehingga
kepalanya pening mata pudar. Kemungkinan setiap saat ia
akan pingsan dan mati.

Dengan kuatkan diri Siau-liong kerahkan tenaga murni


untuk memulihkan peredaran darahnya. Tetapi begitu

394
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kerahkan tenaga murni, darahnya melancar keras, meluap


kemulut dan "huak".... ia muntah darah sampai dua kali....

Mata Siau-liong mulai kabur. Sekeliling alam terasa ber-


putar2. Dalam keadaan antara sadar tak sadar iiu, ia masih
dapat menghela napas. Kalau ia harus mati saat itu, sungguh
mengenaskan sekali....

Sekonyong-konyong dari jauh terdengar orang berseru


memanggil-manggil, “Leng-ji! Leng-ji....”

Walaupun Siau-liong mendengar juga suara itu. tetapi ia


sudah seperti terbuai dalam keadaan mabuk. Pikirannya tak
dapat lagi mengetahui keadaan disekelilingnya.

Suara itu makin lama makin dekat. Nadanya mengunjuk


rasa kegelisahan. Tak lama kemudian sesosok bayangan
meluncur pesat kesamping dara itu. Dia menjerit lalu
berjongkok memeriksa si dara.

Ternyata pendatang itu ada wanita dari gubuk keluarga


pemburu atau ibu dari dara itu. ialah nyonya rumah yang
menemui Siau-liong ketika pemuda itu bersama Mawar Putih
mencari tempat bermalam dihutan.

Wanita baju hitam itu mendukung si dara s-raya mengiang-


ngiang: ,,Anakku, oh, anakku....”

Dara itu sudah pingsan. Kaki tangannya lunglai, mata


meram seperti orang mati.

Wanita itu lekatkan telinganya kedada puterinya.


Didengarnya jantung dara itu masih mendebur. Cepat ia
mengambil sebutir pil lalu disusupkan kemulut si dara.

395
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terdengar perut dara itu kerucukan. Tak lama kemudian


bibirnya bergetar lalu "huak" mulutnya muntahkan segumpal
darah hitam!

Ketegangan wajah wanita baju hitam itu agak menurun.


Sambil membopong tubuh si dara, ia pe-lahan2 menghampiri
ketempat Siau-liong. dengan mata berkilat-kilat gusar ia
membentak Siau-liong, “Tua bangka laknat!"

Siau-liong walaupun masih sadar tetapi juga sudah ter-


longong2. Darah dalam tubuhnya bergolak keras sehingga
kepalanya pening mata pudar. Kemungkinan setiap saat ia
akan pingsan dan mati.

Dengan kuatkan diri Siau-liong kerahkan tenaga murni


untuk memulihkan peredaran darahnya. Tetapi begitu
kerahkan tenaga murni, darahnya melancar keras, meluap
kemulut dan "huak".... ia muntah darah sampai dua kali....

Mata Siau-liong mulai kabur. Sekeliling alam terasa ber-


putar2. Dalam keadaan antara sadar tak sadar itu, ia masih
dapat menghela napas. Kalau ia harus mati saat itu, sungguh
mengenaskan sekali....

Siau-liong pikirannya masih sadar. Baru ia gerakkan mulut


hendak memberi keterangan, wanita baju hitam itu sudah
membentaknya, “Walaupun aku sudah mengasingkan diri dan
sudah cuci tangan, tetapi engkau sendiri yang cari mati....”

Wajah wanita itu tiba-tiba berobah pilu. Matanya ber-


linang2. Setelah termenung beberapa saat ia berkata pula,
“Karena engkau berani mencelakai puteriku. Terpaksa aku pun
harus berlaku kejam kepadamu!"

396
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia menutup kata2nya dengan mengangkat kaki kanannya.


Sekali tendang, tubuh Siau-liong berguling-guling beberapa
langkah.

“Hai, tua bangka Laknat! Apakah engkau dengar kata2ku


tadi?" serunya.

Tendangan wanita itu membuat Siau-liong meregang


setengah mati Tulang belulangnya serasa copot dari
persendiannya. Ia hanya mengerang, tertahan.

Wanita baju hitam itu tertegak diam. Pada lain saat ia


menghela napas panjang. memandang Siau-liong yang
menggeletak tak berkutik dilanah, ia berkaa seorang diri,
“Pada saat dan tempat sekarang ini, kuampuni jiwamu. Tetapi
besok pada pertengahan hari....”

Habis berkata wanita itu terus membawa si dara baju hijau


pargi. Tak berapa lama lenyap dalam kegelapan.

Siau-liong dalam keadaan sadar tak sadar. Semangatnya


seperti melayang-layang di angkasa. Ia tak berani
mengerahkan hawa murni untuk menjalankan peredaran
darah. Karena dengan berbuat begitu bahkan akan membuat
darahnya sungsal sumbal. Dan pasti matilah ia saat itu. Apa
boleh buat ia biarkan saja apa yang terjadi dalam tubuhnya.
Ia pasrahkan dirinya pada kehendak Nasib.

Rasa sakit telah menyebabkan kesadaran pikirannya hilang.


Seolah olah anggauta badannya, bukan lagi menjadi miliknya.

Malam merayap panjang, Sudah hampir tiga jam lamanya


Siau-liong dalam keadaan sedemikian itu. Saat itu haripun
hampir terang tanah. Angin di malam musim rontok yang
dingin membuat Siau-liong tersadar. Mulai ia gelisah.
Tenaganya lemah lunglai tak dapat bergerak lagi.

397
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu ia masih berada tak berapa jauh dari mulut gua
tembusan. Jika suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi
Neraka muncul, tentu ia akan diseret ke dalam lembah lagi.

Namun apa daya. Ia benar-benar tak kuat untuk


menggerakkan tubuhnya. Kembali ia harus menyerah pada
nasib.

--ooo0dw0ooo--

MAWAR dan MELATI

Sekonyong - konyong terdengar derap langkah orang.


Bermula lapat2 tetapi makin lama makin dekat. Dan beberapa
saat kemudian tiba di belakang Siau-liong.

Diam-diam Siau-liong mengeluh. Jelas Toh Hun-ki dan


rombongannya sudah pergi. Yang mungkin datang tentulah
suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Atau anak
buah Lembah Semi.

Tetapi pada lain kilas ia anggap dugaannya itu kurang


tepat. Karena baik Iblis Penakluk-dunia atau Dewi Neraka,
mau pun Soh-beng Ki-su tentu tak mungkin datang seorang
diri. Pada hal jelas yang datang itu adalah seorang.

Dengan telinganya yang tajam apalagi keadaan sekeliling


tempat itu sunyi senyap, dapatlah ia mengikuti gerak-gerik
pendatang itu. Setelah tiba dibelakangnya, orang itu tertegun
diam.

Pada lain saat tiba-tiba orang itu berjongkok dan berteriak


cemas, “Lo-cianpwe, lo-cianpwe.... engkau....”

398
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tak asing lagi dengan nada suara itu. Ya, itulah
Tiau Bok-kun. Tak mungkin salah.

Dengan paksakan diri, Siau-liong bergeliat berseru. "Tiau....


nona.... Tiau....!"

Luka dalam yang dideritanya benar-benar parah. Setelah


berseru tiga patah kata, napasnya terengah dan tak dapat
melanjutkan lagi. Darahnya bergolak sehingga ia hampir
pingsan.

“Lo-cianpwe, mengapa engkau menderita luka yang begitu


parah?....” tanya Tiau Bok-kun cemas.

Setelah ditolong oleh Pendekar Laknat dari Lembah Semi,


Tiau Bok-kun merasa berhutang budi kepada orang tua yang
berwajah seram iiu.

Siau-Liong hanya tersenyum hambar tetapi tak menjawab.


Diam-diam ia cemas juga mengapa pada waktu larut malam
begini, Tiau Bok-kun datang kesitu. Apabila orang Lembah
Semi keluar, bukankah nona itu akan celaka!

Sejenak memandang keempat penjuru, Tiau Bok-kun


berkata, “Lo-cianpwe, lekaslah engkau salurkan tenaga dalam.
Kita.... kita harus lekas2 tinggalkan tempat ini!"

“Aku.... sudah tak ada harapan lagi! Lekaslah engkau....


pergi.... jangan . , .jangan pedulikan aku!"

Tampak mata Tiau Bok-kun berlinang-linang, katanya


meratap, "Jika tak ketemu, itu lain soal. Tetapi sekali aku
berjumpa dengan locianpwe, tak mungkin aku tak
mempedulikan.... Tempo hari jika tak ditolong locianpwe, aku
tentu sudah mati dalam Lembah Semi!"

399
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat nona itu berkeras kepala, Siau-liong gugup dan


membentaknya, “Pergi.... engkau! Aku....”

Karena hatinya goncang, darah meluap dan pingsan lagilah


ia.

Tiau Bok-kun gugup sekali. Setelah bersangsi sejenak, ia


terus memanggul tubuh Pendekar Laknat lalu dibawanya turun
gunung.

Kira2 setengah li jauhnya, mereka tiba di kaki puncak. Tiau


Bok-kun memilih sebuah tempat yang tersembunyi dan
meletakkan tubuh Siau-liong. Setelah menyandarkan tubuh
Siau-liong pada batu, Tiau Bok-kun mulai lekatkan kedua
tangannya pada perut Siau-liong untuk menyalurkan tenaga
dalamnya.

Berkat makan buah Im-yang-som dan minum darah


binyawak dalam pusar bumi, Siau-liong memiliki dasar ilmu
tenaga dalam yang lebih tinggi dari orang biasa. Maka begitu
mendapat saluran tenaga dalam dari Tiau Bok-kun, cepat
sekali darah Siau-liong yang bergolak keras itu dapat
ditenangkan kembali.

Setelah beberapa waktu lamanya, Siau-liong membuka


mata. "HuaK", ia muntahkan segumpal darah hitam. Tetapi
dengan begini, napasnya agak longgar, semangat lebih segar.

Tiau Bok-kun hentikan penyalurannya dan berkata dengan


ter-engah2, “Locianpwe, lekas salurkan tenagamu. Engkau
sudah makin baik!"

Tetapi Siau-liong tersenyum tawar dan gelengkan kepala,


“Percuma! Tak mungkin aku sembuh! Aku dapat merasakan
sendiri.... Nona Tiau....” ia berkata pula.

400
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lo-cianpwe....”

"Mengapa tengah malam begini engkau datang kemari?"

"Aku hendak mencari seseorang!"

Siau-liong tergetar hatinya, “Siapa?"

Nona itu menghela napas panjang. Sampai lama ia tak


berkata.

“Apakah bukan pemuda yang bernama Kong-sun Liong


itu....”

Tiau Bok-kun teringat ketika dalam Lembah semi ia pernah


minta tolong kepada Pendekar Laknat supaya menyampaikan
pesan kepada Kong-sun Liong. Wajah nona itu tersipu merah
ketika mengangguk, “Kutahu dia tentu sudah masuk ke dalam
Lembah Semi, maka....”

Diam-diam Siau-liong mengucurkan dua titik air mata. Lalu


dengan halaukan rasa haru, ia barkata, “Harap nona suka
mendengar nasehatku. Lebih baik nona jangan mencarinya!"

“Mengapa? Apakah lo-cianpwe pernah melihatnya?" tanya


Tiau Bok-kun gugup.

Siau-liong tidak menyahut melainkan melanjutkan kata2nya


lagi, “Nona takkan dapat menemukannya se-lama2nya!"

"Mengapa?" Tiau Bok-kun makin tegang Siau-liong


menghela napas, “Mungkin dia sudah pergi keseberang lautan
dan takkan kembali lagi....”

Tiau Bok-kun meregang kedua matanya lebar2 memandang


Siau-liong. Dua butir air mata bercucuran dari pelupuknya.

401
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Beberapa saat kemudian ia membesut air matanya lalu


berkata dengan tersekat, “Tidak, tidak mungkin dia berbuat
begitu. Paling tidak dia tentu akan membawaku pergi!"

Berhenti sejenak ia berkata pula, “Dia tahu bahwa diriku


senasib dengan dia. Tiada ayah-bunda, hidup sebatang kara!"

Hati Siau-liong seperti disayat sembilu. Batinnya, “Ah,


tahukah engkau bahwa Kongsun Liong yang engkau cari itu
berada dihadapanmu? Tahukah pula engkau bahwa aku hanya
dapat hidup dalam satu tahun saja?"

Sau-liong termangu tegak seperti patung. Perasaannya me-


layang2 tak keruan. Nasib malang tak putus2nya merundung
dirinya. Poh Ceng-in si wanita pemilik Lembah Semi telah
memberinya minum racun Jong-tok. Dalam waktu satu tahun
ia tentu mati. Belum sempat ia melakukan tujuan mencari ibu
dan membalas musuh2, diluar dugaan ia bertemu dengan si
dara baju hujau yang menyerangnya sehingga sama2
menderita luka parah....

"Lo-cianpwe, mengapa engkau.... juga tampak bersedih?"


tiba-tiba Tiau Bok-kun bertanya cemas seraya mengeluarkan
sapu tangan.

Ternyata Siau-liong tak dapat mengendalikan kesedihan


hatinya sehingga menitikkan air mata juga.

Setelah Tiau Bok-kun menyeka air matanya, barulah ia


tersadar. Ia paksakan tertawa. "Dengan Kongsun Liong itu,
aku memang pernah bertemu....”

“Oh....” desis Tiau Bok-kun tegang, “Dimanakah dia? Lo-


cianpwe. dimanakah dia sekarang?"

402
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejenak merenung Siau-liong menyahut, “Pada waktu


berjumpa dia sedang siap2 hendak pergi jauh kelain tempat.
Dia tentu dicelakai secara licik oleh orang dengan racun yang
ganas. Menurut keterangannya, dia hanya dapat hidup selama
setahun lagi....”

"Lo-cianpwe!" Tiau Bok-kun menjerit, "Apakah


keteranganmu itu benar?"

Siau-liong menghela napas, “Menurut keterangannya pula,


dia masih mempunyai seorang keluarga yang tinggal
diseberang laut. Sebelum mati dia hendak bertemu muka
dengan keluarganya itu. Maka ia bergegas-gegas menuju
keseberang laut!"

"Tahukah lo-cianpwe letak tempatnya diseberang lautan


itu?" Tiau Bok-kun mendesak.

Siau-liong gelengkan kepala, “Ini.... aku tak mendengar


jelas!"

Sejenak melirik pada Tiau Bok-kun, kembali Siau-liong


melanjutkan kata2, “Pada saat pergi, Kongsun Liong telah
minta tolong kepadaku supaya menyampaikan sebuah pesan
kepada nona!"

Dengan ber-linang2 air mata Tiau Bok-kun bergegas


menanyakan. Tetapi Siau-liong tak tahan berhadapan mata
dengan si nona. Cepat palingkan muka dan berkata, “Dia
mengatakan.... supaya nona lupakan saja kepadanya.
Anggaplah nona tak pernah bertemu dengannya!"

Hampir saja ia tak kuat menahan air matanya tetapi


dengan kuatkan hati ia menahan diri.

403
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiau Bok-kun terpukau lalu berkata seorang diri,


“Melupakannya? Seperti tak pernah kenal padanya....? Enak
sekali ia mengucap kata-kata itu....”

Serentak berpaling menatap Siau-liong, Tiau Bok-kun


membentaknya, “Bohong! Tak mungkin dia mengatakan
begitul Kutahu isi hati dan peribadinya. Dia bukanlah seorang
pemuda yang mudah melupakan budi dan cinta....”

Berhenti sejenak untuk menekan haru penasarannya, Tiau


Bok-kun melanjutkan berkata pula, “Tentu karena tak dapat
menyembuhkan racun itu maka ia lantas tak mau bertemu
dengan aku lagi....!"

Siau-liong menghela napas panjang.

"Rasanya itu lebih baik agar nona dan dia jangan sampai
menderita!"

"Tetapi tak bisa begitu! Sekalipun dia hanya dapat hidup


satu tahun, satu tahun aku akan menemaninya. Kemudian....
aku rela menemani mati bersamanya!"

Diam-diam Siau-liong terkejut, serunya, “Nona, tindakan


nona itu bodoh sekali. Sekalipun nona rela berkorban tetapi
baginya, tentu akan lebih menambah penderitaan batin!"

Ditatapnya Siau-liong dan berkatalah Tiau Bok-kun,


“Bagaimana lo-cianpwe tahu kalau dia akan menderita....?"

Ia tenangkan ketegangan hati dan menghela napas,


ujarnya, “Tak peduli dia hendak pergi kemana, aku tetap akan
mencarinya!"

Siau-liong terpukau. Tak tahu ia bagaimana harus


berkata.... Ia kehilangan faham.

404
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu sudah hampir menjelang fajar. Angin pagi mulai


berhembus menggigit tulang. Tiau Bok-kun memandang
kesekeliling penjuru lalu berkata, “Lo-cianpwe, mari kubawa
lo-cianpwe ke Siok-ciulah!"

Siau-liong gelengkan kepala, “Percuma, lukaku ini tak


mungkin sembuh lagi. Biarlah aku menggeleiak disini saja!"

"Dikota Siok-ciu banyak tabib yang pandai. Tentu dapat


menyembuhkan luka lo-cianpwe!"

Tanpa menunggu persetujuan Siau-liong lagi, Tiau Bok-kun


terus memanggul tubuh pemuda itu dan mulai ayunkan
langkah.

Siau-liong hendak meronta tetapi dia sudah tak bertenaga


lagi. Terpaksa ia menghela napas dan pasrah bongkokan.
Hatinya gundah kelana tak keruan. Sedih bahagia, pedih dan
gembira bercampur aduk jadi satu dalam sanubarinya. Mati
tak dapat, hidup pun tak bisa....

Kira2 sepeminum teh lamanya, mereka tiba di jalan besar.


Tengah Tiau Bok-kun berjalan, sekonyong-konyong terdengar
suara orang membentak bengis, “Berhenti!"

Tiau Bok-kun terkejut dan berhenti, Dari balik sebuah batu


di tepi jalan, melesat keluar seorang dara.

Dara itu memandang lekat2 pada Pendekar Laknat yang


dipanggul Tiau Bok-kun lalu mendengus tajam; “Bagus!
Kiranya kalian begitu mesra sekali!"

Setelah menenangkan kegoncangan hatinya, Tiau Bok-kun


menyahut, “Apakah engkau bukan taci Mawar Putih?"

405
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiranya dara itu memang si Mawar Putih. Ketika dirumah


penginapan dalam kota Siok-Ciu, tempo hari mereka memang
pernah berjumpa.

Mawar Putih tak menghiraukan teguran Tiau Bok-kun.


Menunjuk pada Pendekar Laknat, Mawar Putih melengking,
“Perlu apa engkau memanggulnya?"

Habis berkata ia terus hendak merebut. Tiau Bok-kun


menghindar seraya berteriak, “Jangan, dia sedang terluka
berat!"

Mawar Putih tertegun. “Mengapa terluka?"

"Menurut keterangannya, lukanya sudah tak ada harapan


lagi!"

Mawar Putih memandang tajam2. Ah. benar. Wajah Siau-


liong pucat lesi, napasnya lemah. Dara itu terkejut sekali.
Tetapi karena Tiau Bok-kun memanggil Siau-liong sebagai
Pendekar Laknat, ia duga nona itu belum tahu kalau yang
dipanggulnya itu bukan lain adalah Kongsun Liong. Diam-diam
Mawar Putih legah hatinya.

Kini ia tersenyum, “Baik, harap serahkan dia kepadaku!"

Tiau Bok-kun meragu. Dipandangnya wajah Siau-liong.


Kedua matanya memejam, rupanya pingsan. Nona itu cemas,
serunya; "Beliau orang tua ini menderita luka dalam. Harus
cepat2 diobati, kalau tidak....”

“Kutahu!" Mawar Putih tertawa dingin, “masakan aku


sampai hati membiarkannya mati!"

Walaupun heran mengapa dara itu menghendaki Pendekar


Laknat yang sedang terluka parah, namun karena melihat dara

406
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu begitu bersungguh-sungguh, terpaksa ia menyerahkannya


juga.

Sesungguhnya Siau-liong tidak pingsan. Ia tahu kalau


dirinya dibuat rebutan oleh kedua gadis itu. Namun kalau
membuka mulut, ia kuatir akan menimbulkan salah faham
diantara kedua dara itu. Maka ia pura-pura pingsan.

Setelah membopong Siau-liong, Mawar Putih lalu berkata;


“Kami hendak berangkat, silahkan engkau melanjutkan
perjalananmu sendiri!"

Tiau Bok-kun mengangguk, “Baiklah, ah, membikin repot


taci saja....”

“Tak apa," sahut Mawar Putih tersenyum. Lalu berputar diri


dan melangkah pergi.

Tiau Bok-kun memandang bayangan dara itu sampai


beberapa saat. Tiba-tiba ia berteriak memanggilnya, “Taci
Mawar Putih!"

Mawar Putih berhenti dan menanyakan apalagi yang


hendak dikehendaki nona itu.

“Apakah taci pernah mendengar tentang diri.... Kongsun....


liong?"

Mawar Putih kerutkan alis, “Mengapa engkau


menanyakannya?"

Tiau Bok-kun menghela napas, “Kabarnya dia telah


menderita luka akibat diracuni secara licik oleh seseorang.
Mungkin.... hanya dapat hidup sampai satu tahun saja!"

Mawar Putih tertegun, “Siapa bilang?"

407
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lo-cianpwe ini," kata Tiau Bok-kun menunjuk Siau-liong.


Dua butir air matanya menitik turun dan berkata lagi, "Dan
lagi, katanya dia sudah berangkat keseberang laut.... Taci
Mawar, tahukah engkau seberang lautan yang ditujunya itu?"
Tiau Bok-kun menyusuli pertanyaan pula.

"Tidak tahu," sahut Mawar Putih dingin. Ditatapnya Tiau


Bok-kun tajam2 lalu menegur, “Eh, mengapa engkau terus
menerus menanyakan tentang dirinya?.... Kukasih tahu
padamu. Sekalipun andaikata dia tak jadi menuju keseberang
lautan, tak nanti dia mempedulikan dirimu!.... Lekas engkau
lanjutkan perjalananmu, dan jangan bertanya atau menyelidiki
beritanya lagi!"

Dengan rawan kepiluan, Tiau Bok-kun menyahut, “Tak apa


dia akan mempedulikan aku atau tidak. tetapi dia telah
menolong jiwaku....”

"Dia banyak sekali menolong orang!" tukas Mawar Putih,


"mungkin itu hanya merupakan suatu kewajiban baginya,
Tetapi jelas dia tentu tak menghendaki engkau membalas
budinya.... mungkin dia sudah melupakan dirimu!"

Tiau Bok-kun menghela napas lalu pamitan dan terus


melangkah pergi. Tampak langkahnya agak terhuyung-
huyung. Jelas nona itu telah menderita pukulau batin yang
berat!

Diam-diam Siau-liong mencuri lirik. Dilihatnya nona itu


menuju ke Siok-ciu. Ia menghela napas panjang....

Setelah Tiau Bok-kun lenyap dari pandangannya, Mawar


Putih segera bertanya kepada Siau-liong, “Apakah engkau
benar-benar terluka parah? Apakah engkau dilukai Iblis

408
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Penakluk-dunia dan isterinya ketika dalam barisan Tujuh


Maut?"

Siau-liong hanya menghela napas rawan dan minta nona


itu supaya meletakkan dirinya.

“Tidak boleh membuang waktu. Aku akan mencari orang


supaya mengobati lukamu!" kata Mawar Putih, terus
melangkah pesat.

“Percuma! Jangan buang waktu dan tenaga sia-sia!" teriak


Siau-liong gugup.

Tetapi dengan yakin Mawar Putih mengatakan “Betapa


berat lukamu itu, aku kenal seseorang yang dapat
menghidupkan orang yang sudah meregang jiwa!"

Siau-liong kenal watak dara yang keras kepala itu. Apalagi


ia lemah lunglai tak bertenaga. Terpaksa ia membiarkan saja
dibawa Mawar Putih. Tetapi ia yakin, lukanya itu tak mungkin
diobati lagi.

“Kalau engkau berkeras hendak mencari penolong, harap


tolong bukakan kedok muka dan jubahku.... aku tak ingin
dikabarkan orang bahwa Pendekar Laknat terluka berat dan
mati....”

Habis berkata karena kehabisan tenaga murni, Siau-liong


pingsan pula.

Mawar Putih memaki dirinya sendiri yang begitu tolol. Ia


segera mengerjakan permintaan pemuda itu. Membuka kedok
muka dan jubah Pendekar Laknat sehingga menjadi Siau-liong
lagi. Mawar Putih lalu memanggulnya dan lanjutkan
perjalanan.

409
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak berapa lama ia tiba disebuah gubuk dilereng gunung.


Gubuk itu adalah tempat Mawar Putih dahulu dibawa Siau-
liong untuk merawat lukanya.

Siau-liong masih pingsan sehingga tak tahu apa yang


terjadi saat itu.

Setelah mendebur pelahan-lahan tiga kali pada pintu, ia


segera mendorong daun pintu. Wanita baju hitam sudah
berdiri tegak dalam ruang. Matanya berkilat-kilat memandang
Mawar Putih dan Siau-liong.

“Kemana engkau?" tegurnya.

Dengan tersipu-sipu malu. Mawar Putih memberi


keterangan, “Tadi ketika aku berjalan-jalan disekitar gunung,
tak terduga telah menemukannya!"

“Siapa? Apakah anak itu?"

“Ya, benar dia. Putera dari guruku!" sahut Mawar Putih.

Wanita baju hitam itu mendesah lalu suruh Mawar Putih


masuk. Sambil mengikuti di belakang wanita itu, Mawar Putih
berkata setengah meratap, “Bibi, harap suka menolongnya,
kalau tidak dia tentu mati!"

Wanita baju hitam itu berhenti, menghela napas, “Ai,


adikmu si Ling juga menderita luka dalam yang parah. Sampai
saat ini masih berbahaya keadaannya!"

"Hai, mengapa....!" Mawar Putih terkejut.

Wanita baju hitam itu gelengkan kepala dan merghela


napas, “Seperti engkau, diapun tengah malam keluyuran

410
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam hutan.... jika aku tak datang pada saat yang tepat,
mungkin dia tentu sudah mati ditangan Pendekar Laknat!"

Kejut Mawar Putih bukan alang kepalang, serunya:


Pendekar Laknat? Adik Ling terluka ditangan Pendekar
Laknat?"

Wanita baju hitam itu menatap Mawar Putih, “Mengapa?


Apa engkau anggap hal itu mustahil terjadi?"

Mawar Putih gugup, “Tidak, Tidak begitu.... ku maksudkan


mengapa adik Ling sampai bertempur dengan Pendekar
Laknat. Apakah dia mempunyai dendam permusuhan dengan
orang itu?"

Wanita baju hitam hendak membuka mulut tetapi tak jadi.


Ia menghela napas lalu mengeluh, “Ah, sukar dikatakan."

Saat itu perasaan Mawar Putih benar-benar tak keruan


rasanya. Jika wanita baju hitam itu sampai mengetahui bahwa
yang menjadi Pendekar Laknat itu tak lain adalah Siau-liong,
apakah dia masih mau menolongnya?

Ia berusaha untuk menenangkan kegelisahan dan


mengikuti di belakang wanita itu. Ketika berada di dalam
ruangan, dilihatnya si dara baju hijau memang sedang rebah
di atas ranjang. Serupa dengan Siau-liong, dara itupun sedang
pingsan.

Wanita baju hitam memeriksa dan meraba-raba dahi


puterinya, kemudian berkata, “Mungkin tak berbahaya. Tetapi
paling tidak harus beristirahat 10 hari baru sembuh.... ah,
dengan peristiwa ini mungkin akan mengabaikan urusanku
yang penting!”

411
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat betapa sayang wanita itu kepada puterinya dan


kuatir Siau-liong akan diketahui sebagai Pendekar Laknat,
Mawar Putih tak mau mendesak wanita itu supaya cepat2
mengobati Siau-Liong.

Wanita itu gelengkan kepala lalu menghela napas dan


menatap Mawar Putih, “Mari kita lihat anak itu!"

Demikian Mawar Putih segera mengikuti masuk ke dalam


ruangan. Tetapi apa yang disaksikan saat itu benar-benar
membuatnya terbelalak kaget seperti melihat hantu!

Ranjang dimana Siau-liong berbaring tadi, ternyata kosong


melompong. Siau-liong lenyap!

"Mana orangnya?" wanita baju hitam itu pun bertanya


kaget.

Mawar Putih berdiri terlongong-Longong. ia gelagapan


mendapat pertanyaan itu lalu sibuk mencari kian kemari.
Bahkan sampai kekolong ranjang dan meja pun diperiksanya.
Namun Siau-liong tetap menghilang seperti ditelan bumi....

Geli2 mengkal wanita baju hitam itu berkata, “Tolol,


dengan caramu itu bagaimana engkau mampu
menemukannya?"

Mawar Putih tertegun, “Dia terluka parah sampai tak


sadarkan diri. Bagaimana mampu pergi....” berhenti sejerak
memandang wanita baju hitam, Mawar Putih berkata pula,
“pula tak mungkin tanpa sebab dia melarikan diri!"

Wanita baju hitam tertawa hambar, “Sekali pun dia tak


dapat berjalan tetapi lain orang kan bisa membawanya lari!"

412
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mawar Putih terbeliak kaget, “Bibi mengatakan.... dia


dilarikan orang?"

"Mungkin diculik.... mungkin hendak ditolong. Sekarang


masih sukar dikatakan!" kata wanita baju hitam itu.

Mawar Putih seperti orang tidur disiram air dingin. Dia


gelagapan terus loncat lari keluar.

Tepat pada saat tubuh Mawar Putih melambung di udara,


wanita baju hitam itu pun balikkan tangannya ke belakang.
Serangkum angin keras melanda Mawar Puiih.

Ternyata angin dari gerakan tangan wanita itu


mengandung tenaga sakti menyedot. Mawar Putih seperti
terlibat tali yang tak kelihatan dan pada lain saat tubuhnya
ditarik ke belakang.

Dara itu berusaha untuk berdiri tegak pada saat kakinya


menginjak tanah. Kemudian menatap wanita itu dengan
cemas, “Bibi....”

“Tak perduli pendatang itu hendak menculik atau hendak


menolongnya. Tetapi dia mampu datang kemari tanpa
kuketahui sama sekali, jelas bukan orang sembarangan. Saat
ini tentu sudah jauh, percuma engkau hendak
mengejarnya....” wanita baju hitam itu mondar-mandir
beberapa saat. Pada lain saat ia berkata seorang diri, “Tetapi,
siapakah dia....”

Mawar Putih yang ter-longong2 memandang wanita itu, tak


sabar lagi terus bertanya, “Tentulah perbuatan kedua suami
isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu. Selain mereka,
rasanya tiada lain orang lagi.... ah, kasihan dia....”

413
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mawar Putih menangis terisak, “Kasihan dia sedang


menderita luka yang amat parah, tentu akan mati!"

"Engkau tahu apa!" bentak wanita itu, "meskipun kedua


suami iuteri iblis itu hendak menguasai dunia persilatan tetapi
mereka setempo juga terpaksa datang kemari. Mungkin
perbuatan Pendekar Laknat....”

"Tidak mungkin Pendekar Laknat, dia....” tiba-tiba Mawar


Putih merasa telah kelepasan omong. Buru-buru ia diam.

"Bagaimana engkau tahu kalau bukan Pendekar Laknat?"


tegur wanita itu dengan tajam.

Dengan tersekat-sekat Mawar Putih imenyahut, “Karena....


karena dia dengan adik Ling."

"Benar, Pendekar Laknat dan Ling-ji sudah sama2 terluka,


tak mungkin dia. Lalu siapakah orang itu? Apakah....” tiba-tiba
wanita baju hitam itu tertawa dingin, “Ya, tentulah dia!"

"Siapakah yang bibi maksudkan?" Kukatakan pun engkau


tak tahu. Tetapi....” wanita itu berhenti, menarik Mawar Putih
duduk di atas ranjang lalu melanjutkan kata-katanya, “Aku
mengerti Ilmu meramal. Anak itu tak mengunjuk pendek usia.
Sekalipun menderita berbagai kesulitan dan siksaan tetapi
tetap tak berbahaya. Hanya engkau dengan dia....” -wanita itu
memandang beberapa kali wajah Mawar Putih tetapi tak
berkata apa2.

"Apakah bibi sudah meramalkan wajah kami?" tanya Mawar


Putih terkejut.

"Tak perlu melihat dengan teliti. Cukup melihat sebentar


saja sudah tahu!"

414
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah Mawar Putih tersipu merah. Dengan tersendat-


sendat ia bertanya, “Tadi bibi mengatakan.... aku dan dia....”

-oooo0dw0ooo-

Jilid 08

Panca Sakti

Wanita baju hitam itu menghela napas.

“Masalah manusia hidup itu semua tergantung pada jodoh.


Misalnya kutolong engkau dari Lembah Maut dan kemudian
engkau mengangkat aku sebagai ibu-angkat, itu juga jodoh.
Dan jodoh itu rupanya sudah digariskan dalam kehidupan kita.

Sejenak memandang Mawar Putih, ia berkata pula,


“Tentang perhatianmu terhadap pemuda itu, aku pun sudah
mengetahui jelas. Hanya aku mempunyai dua buah kata pesan
kepadamu. Engkau dan dia tak mempunyai keberuntungan
untuk terangkap sebagai suami isteri. Dan itu sudah menjadi
garis hidupmu!”

Seketika pucat lesilah wajah Mawar Putih. Tubuhnya


menggigil dan dengan suara tersendat-sendat ia berkata, “Aku
tak mampunyai pikiran sejauh itu.... Hanya karena aku telah
dirawat dan dianggap sebagai anak sendiri oleh guruku atau
ibu dari pemuda itu, maka aku pun merasa terikat kewajiban
untuk mencari putera guruku itu. Sekarang setelah dapat
menemukannya tetapi tak dapat membawanya kehadapan
guruku, bagaimanakah pertanggungan jawabku kepada
guru?"

415
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis berkata air mata dara itu ber-derai2 mengucur. Ia


mendekap tempat tidur dan menangis terisak-isak.

Wanita baju hitam itu menepuk pelahan bahu Mawar Putih,


“Hal itu tergantung dari rejeki atau jodoh ibu dan anak itu.
Jika jodoh belum terputus, tentu akan dapat bertemu. Tetapi
kalau memang sudah tiada jodoh lagi, bagaimanapun dipaksa.
tetap tak dapat!"

Puas menangis, Mawar Putih mengusap air matanya lalu


mengangkat muka bertanya, “Bi, apakah aku masih dapat
bertemu dengan dia."

Wanita baju hitam itu mengangguk, “Sudah tentu bisa!"

“Asal bisa ketemu lagi, aku tentu segera membawa


keseberang laut!" katanya seorang diri.

Wanita itu menghela napas pelahan tetapi tak berkata apa2


lagi.

Tiba-tiba terdengar suara orang pelahan dari si dara baju


hijau Wanita baju hitam cepat masuk ke dalam ruangan.

Kemanakah sebenarnya Siau-liong?

Sesungguhnya ketika Mawar Putih meletakkan Siau-liong ke


atas tempat tidur dan siwanita baju hitam pun ikut masuk,
saat itu Siau-liong sudah tersadar. Diam-diam ia melirik
bayangan wanita baju hitam itu.

Sesaat Mawar Putih dan wanita baju hitam keluar, tiba-tiba


Siau-liong melihat sesosok bayangan melesat dari tepi pintu
lalu seperti sesosok hantu, muncullah di dalam ruang itu
seorang lelaki bertubuh tinggi besar.

416
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu mengenakan pakaian biru, mukanya ditutup kain


kerudung hitam. Siau-liong terkejut. Diingatnya orang itu
pernah muncul ketika dibiara Tay-hud-si dan barisan pohon
bunga dalam lembah Semi, untuk memberi petunjuk dan
mengajaknya keluar dari bahaya.

Siau-liong kejut2 girang. Ketika ia hendak bergerak dan


membuka mulut, orang aneh baju biru itu secepat kilat telah
menutuk jaland arahnya. Kemudian dengan kecepatan yang
sukar dipercaya. orang itu segera mendukung Siau-liong.
Selain perakannya amat cepat sekali, sedikitpun tak
mengeluarkan suara apa2.

Tutukan itu telah membuat Siau-liong pingsan. Sejak itu ia


merasa seperti bermimpi. Sesaat ia rasakan sekujur Tuhuhnya
sakit sekali seperti digigiti ribuan ekor ular. Sesaat lagi ia
merasa lubuhnya lemas lunglai.

Entah berselang berapa lama, barulah ia dapat sadar lagi.


Ketika membuka mata ia dapatkan dirinya terbaring disebuah
biara rusak. Orang aneh baju biru sedang duduk
dihadapannya.

Siau-liong hampir tak percaya kepada matanya. Ia kira


masih bermimpi. Kemudian ia mengigit lidahnya sendiri ah....
ternyata sakit. Jelas ia tak bermimpi, Apa yang disaksikan saat
itu, benar suatu kenyataan. Girangnya bukan alang kepalang!

Ternyata orang aneh baju biru sudah melepas kerudung


mukanya. Dan tampaklah wajah yang sebenarnya.

Dia bukan lain adalah guru yang sejak kecil merawat dan
mendidiknya.... Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-to!

Buru-buru Siau-liong merangkak bangun dan berlutut


memberi hormat dihadapan gurunya, “Suhu....”

417
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya. Lupa rasa girang


dan haru telah membanjirkan air matanya mengalir turun....
Seketika teringatlah ia mengapa luka berat yang dideritanya
dalam pertempuran lawan si dara baju hijau kemarin, saat itu
sama sekali sudah terasa sembuh.

Ditatapnya Kongsun Sin-to dengan mata melongong,


kemudian dengan nada haru sesal ia berkaia; “Terima kasih
atas pertolongan suhu....”

Dengan wajah membesi, Kongsun Sin-to memberi isyarat


tangan, “Lukamu baru saja sembuh, perlu beristirahat. Jangan
pikirkan apa2, lekas bersemedhi salurkan tenaja murnimu....”

Kemudian tabib sakti itu menghela napas pelahan dan


berkata pula, “Tenaga sakti dari Janda gunung Busan,
termasuk salah satu ilmu dari Panca sakti. Jika engkau tak
makan buah Im-yang-som dan darah binyawak purba, aku
pun tak dapat menolongmu!"

Siau-liong tak berani berkata apa2. Buru-buru ia melakukan


perintah suhunya. Duduk bersemedhi mengosong pikiran dan
melakukan penyaluran hawa murni.

Oleh karena lukanya sudah disembuhkan Kongsun Sin-to,


maka setelah melakukan persemedian beberapa waktu, ia
rasakan tubuhnya segar dan nyaman. Tak lama kemudian
tenggelamlah ia dalam kehampaan....

Tak terasa empat jam telah berlalu dan Siau-liong pun


segera menyudahi persemedhiannya. Ia dapatkan
semangatnya segar, lukanya sembuh sama sekali.

Saat itu hari pun sudah malam. Sinar rembulan memancar


masuk ke dalam jendela. Melihat Siau-liong sudah sadar,

418
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin-to yang sejak tadi pun bersemedhi disampingnya,


segera bangun dan memberi senyuman.

Tetapi Siau-liong tampak terpaku memandang rembulan


bundar. Seingatnya, saat itu baru permulaan bulan delapan.
Tetapi mengapa bulan sebundar purnama?

Kongsun Sin-to menyulut lilin dan membawakan senampan


makan. Melihat Siau-liong terlongong, ia tertawa, “Malam ini
memang sudah bulan delapan tanggal empat belas. Liong-ji,
engkau sudah tertidur selama 12 hari!"

Siau-liong tersentak kaget. Yang dirasakan hanya sehari


semalam, tetapi mengapa ia sampai tidur selama 12 hari!

Setelah meletakkan makan dihadapan Siau-liong Kongsun


Sin-to berkata pula, “Sudah 10-an hari tak makan, tentulah
engkau lapar sekali. Hayo, lekas makanlah!"

Memang Siau-liong merasa lapar sekali. Segera ia melahap


hidangan itu sampai habis.

Wajah Kongsun Sin-to tampak mengerut gelap, Walaupun


tidak marah, tetapi nyata orang tua itu tidak senang hati.
Setelah Siau-liong habis makan, ia memanggilnya, "Liong-ji!"

Tersipu-sipu Siau-liong berlutut dihadapan gurunya itu dan


berkata dengan tersendat, “Su-hu.... murid telah melanggar
pesan suhu masuk ke belakang gunung. Karena itu....”

"Yang sudah lalu. jangan diungkat lagi....!" tukas Kongsun


Sin-to. Kemudian dengan tertawa ia berseru.... ”Pendekar
Laknat dan Pengemis Tengkorak. kini sudah terikat guru
dengan engkau. Sekarang engkau bukan lagi mempunyai suhu
aku seorang!"

419
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong gugup dan cepat menganggukkan kepala, “Pada


saat itu murid dalam keadaan terpaksa. Tetapi dalam hati kecil
murid, tetap hanya mempunyai seorang guru yakni suhu....”

Dalam mengucap kata2 terakhir itu, Siau-liong amat


terharu sehingga matanya berlinang-linang. Ia teringat akan
dirinya yang telah diracuni wanita pemilik Lembah Semi dan
janji kepada wanita itu akan mati bersama2 pada nanti
pertengahan musim rontok tahun depan. Ia merasa dirinya
telah menyia-nyiakan budi kebaikan dari Kongsun Sin-to
selama belasan tahun.

Kongsun Sin-to menghela napas.

“Mati hidup dan kumpul berpisah itu sudah menjadi garis


hidup manusia. Siapapun tak mungkin dapat mengubah garis
hidup itu. Memang pada saat kutinggalkan gunung untuk
mencari obat, sudah kuduga engkau tentu akan mengalami
peristiwa2 itu. Tetapi kutak tahu apakah peristiwa2 itu akan
merupakan malapetaka atau keberuntungan bagimu.
Kesemuanya tergantung pada tindakanmu sendiri dikemudian
hari....”

Tabib-sakti itu berhenti sejenak untuk memandang wajah


Siau-liong.

“Gurumu ini dikenal dalam dunia persilatan sebagai seorang


ahli pengobatan yang sukar dicari tandingnya. Sedikit sekali
orang persilatan yang tahu sampai dimana kepandaianku
dalam ilmu silat. Bahkan pelajaran silat yang kuberikan
kepadamu itu, hanyalah semata-mata sebagai pelajaran dasar
saja. Sedang sebenarnya ilmu kepandaian yang kumiliki itu
sudah tak berbekas dalam dunia persilatan itu, sesungguhnya
termasuk salah satu dari ilmu Panca-sakti....”

420
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar penjelasan itu diam-diam Siau-liong terkejut.


Serentak ia teringat akan ilmu pelajaran silat yang diberikan
gurunya dahulu. Rasanya ilmu silat itu hanya biasa saja.
Ternyata gurunya memang belum menurunkan ilmu saktinya
kepadanya.

“Tentang tenaga sakti Bu-kek-sin-kang yang engkau miliki


saat ini serta tenaga sakti Thay-kek-buwi dari Iblis Penakluk
dunia, tenaga sakti Thay-im-ki-bun-kang dari Dewi Neraka itu,
walaupun amat dahsyat dan ganas sekali, tetapi tenaga sakti
mereka itu hanya termasuk golongan ilmu liar. Hanya dapat
mencapai pada tingkat tataran tertentu saja. Tidak demikian
dengan Panca-sakti yang tergolongan dalam ilmu sejati aliran
Ceng cong-bu-hak. Ilmu itu luasnya tak terbatas....”

Kongsun Sin-to berhenti sejenak dan menghela napas, lalu


melanjutkan lagi. "Pada ketika itu kutaruh harapan besar
sekali kepada dirimu. Sebenarnya segera hendak kuajarkan
ilmuku yang disebut tenaga sakti Thian-jim-sin-kang (tenaga-
sakti lemas tapi ulet) kepadamu. Agar engkau menjadi satu-
satunya murid pewarisku.... Untuk keperluan itulah maka aku
pergi untuk mencari daun obat, agar dapat merobah sifat
tubuhmu.... ah, tetapi tak terduga ternyata engkau
mempunyai lain rejeki sehingga harapanku menjadi hampa.
Terpaksa dalam sisa hidupku sekarang ini, aku harus mencari
lagi seorang tunas yang berbakat....”

Agak terharu nada Kongsun Sin-to dalam mengucapkan


kata2 terachir itu. Setelah berhenti sejenak iapun meneruskan
lagi, “Hanya tunas yang benar-benar berbakat itu sukar
didapatkan. Adakah nanti aku berhasil mendapatkan murid
pewaris atau tidak, juga masih sukar dikata!"

Kata-kata Kongsun Sin-to yang bernada menyesali Siau-


liong itu, dirasakan sepatah demi sepatah seperti sembilu yang
menyayat hati Siau-liong.

421
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong hanya dapat tundukkan kepala penuh dengan


rasa sesal.

Setelah mengurut jenggot yang terurai kedada. Kongsun


Sin-to melanjutkan pula, “Telah kukatakan tadi, jodoh dan
peruntungan orang itu sudah ada garisnya sendiri2.... Barang
siapa hendak melanggarnya. tentu tertimpah kemalangan.
Sekali pun sejak saat ini engkau tak berjodoh lagi untuk
menerima pelajaran ilmu tenaga sakti Thian-jin-sin-kang itu,
tetapi....”

Kongsun Sin-to kembali berhenti lagi. Matanya berkilat-kilat


memandarjg Siau-liong. "Bukankah separoh dari peta Giok-
pwe itu berada dalam tanganmu?" tanyanya.

Buru-buru Siau-liong meraba bajunya. Ah, peta itu memang


masih disimpannya. Buru-buru ia menjawab, “Separoh dari
Giok-pwe itu sebenarnya Toh Hun-ki....”

Kongsun Sin-to mengangguk. "Hai itu sudah kuketahui


semua. Kabarnya harta pusaka yang terpendam dalam tempat
itu adalah Tio Sam-hong pendiri partai Bu-tong-pay sendiri
yang memendamnya sebelum ia menutup mata, Harta pusaka
itu ratusan tahun telah menjadi pembicaraan hangat dan
diidam-idamkan oleh setiap kaum persilatan. Tetapi karena
peta yang dilukis pada Giok-pwe itu dipecah dua bagin maka
sampai sekarang belum ada seorang pun yang mampu
mendapatkan harta pusaka itu.

Kongsun Sin-to terpaksa berhenti karena tersekat batuk2,


"Diantara harta pusaka itu yang paling berharga adalah
sebuah kitab pusaka yang ditulis oleh Tio Sam-hong sendiri....
Ketahuilah, yang kusebut sebagai tenaga sakti Panca sakti itu,
selain tenaga sakti Thian-jim-sin-kang yang kumiliki dan Ya-lu-
sin-kang (tenaga sakti mengenal suara) dari si Randa gunung

422
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Busan itu, masih terdapat lagi tiga jenis tenaga sakti lainnya
ialah: Cek-kui-sin-kang (tenaga-sakti Gema-merah). Jit-hua-
sin-kang (tenaga sakti Tujuh Robah) dan Thian-kong-sin-
kang....”

Mendengar itu hati Siau-liong tak keruan rasanya. Semula


ia mengira bahwa ia telah memiliki ilmu kepandaian sakti dari
Pendekar Laknat dan Pengemis Tengkorak. Siapa kira ilmu
kepandaian itu bukanlah tergolong ilmu sejati yang tiada
tandingannya di dunia persilatan. Bahkan termasuk ilmu liar
atau ilmu samping-pintu yang tak mungkin akan mencapai
tataran kesempurnaan.

Takkala ia bertempur dengan Randa Busan, hampir saja ia


kehilangan nyawa. Diam-diam ia mengakui kebenaran ucapan
suhunya itu. Serentak timbullah penyesalannya yang amat
mendalam kepadanya dirinya yang tempo hari karena
menuruti hawa nafsu, telah melanggar perintah gurunya dan
gegabah masuk ke dalam belakang gunung. Bukan saja ia
telah kehilangan kesempatan mewarisi kepandaian sakti dari
gurunya. Pun karena kesalahan itu ia harus menebus mahal.
Menderita peristiwa dan Pengalaman yang serba aneh dan
hebat dan akhirnya harus menderita keracunan dari wanita
pemilik Lembah Semi. Akibatnya, ia hanya dapat hidup
setahun lagi....

Dengan wajah serius Kongsun Sin-to melanjutkan


keterangannya pula, “Pewaris terakhir dari ilmu sakti Cek-kui-
sin-kang adalah Rahib sakti dari Lam-hay ialah To Teng
nikoh.... Sedang pewaris dari ilmu sakti Jit-hua-sin-kang
adalah Jong Ling lojin yang bergelar orang-sakti terpedam dari
Su-jwan. Kedua orang itu sudah berpuluh tahun tak muncul
lagi di dunia persilatan. Entah apakah mereka sudah
mempunyai murid pewaris lagi. Atau apakah mereka memang
sudah muksah, tiada seorangpun dalam dunia persilatan yang
mengetahui....”

423
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tergeraklah hati Siau-liong. Segera ia teringat akan orang


tua yang dirantai dalam penjara dibawah tanah dalam barisan
Tujuh Maut. Serentak ia berseru, “Jong Ling lojin itu, murid
pernah....”

Tetapi tampaknya Kongsun Sin-to tak menghiraukan kata2


Siau-liong dan sambil memberi isyarat tangan supaya anak itu
diam, ia melanjutkan keterangannya lagi.

"Cek-kui Jit-hua, Thiam-jim dan Je-In keempat ilmu sakti


itu, sudah berpuluh tahun tak muncul lagi di dunia persilatan.
Tentang diriku, walaupun telah memiliki salah satu dari ilmu
Panca Sakti itu, tetapi karena selama ini aku tak mau
menonjolkan diri, maka orang persilatan pun tak mengetahui.
Tetapi.... keempat ilmu sakti yang kukatakan tadi, berpangkal
pada pengutamaan Hawa murni.... Sedang Thian-kong-sin-
kang mengutamakan kesempurnaan Sin atau Semangat....”

Tiba-tiba mata Kongsun Sin-to berkilat-kilat memandang


Siau-liong lalu berkatalah ia dengan serius, “Semangat dapat
mengambil Hawa, Hawa tak dapat menguasai Semangat. Oleh
karena itulah maka Thian-kong-sin-kang termasuk yang paling
unggul diantara keempat ilmu sakti itu. Sayang sejak Tio Sam-
hong cousu meninggal dunia, tiada muncul lagi pewarisnya....
Sementara orang persilatan sama menduga bahwa dalam
kitab pusaka yang tersimpan dalam harta karun rahasia itu,
terdapat tulisan tentang ilmu sakti Thian-kong-sin-kang itu....”

Siau-liong mendengarkan seperti orang mabuk. Diam-diam


ia terkejut. Apabila kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan
suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, setelah
mereka berhasil memahami ilmu sakti Thian-kong-sin-kang,
siapa lagikah tokoh persilatan yang mampu menandingi
mereka? Bukankah dunia persilatan akan mengalami banjir
darah dan penjagalan besar-besaran....?

424
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin-to menghela napas pelahan. "Engkau telah


kemasukan ilmu sakti Samping. Sekalipun engkau tak mungkin
dapat mempelajari ilmu sakti yang kumiliki yang mendasarkan
pada Hawa, tetapi engkau masih ada harapan untuk
mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang yang mendasarkan
pada Semangat. Oleh karena itu jika engkau berhasil
menemukan Giok-pwe yang separoh bagian lainnya dan
menemukan harta pusaka itu, engkau tetap masih ada
harapan untuk menjadi tokoh utama dalam dunia persilatan.
Tetapi sejak ini jodoh kita sebagai murid dan guru, akan
berakhir. Sejak saat ini hanya tergantung pada dirimu sendiri
bagaimana akan mengatur langkah hidupmu!"

Hati Siau - liong seperti disayat sembilu rasanya.


Menyahutlah ia dengan nada pilu, “Murid sudah tiada
mempunyai harapan apa2 lagi. Kecuali hanya ingin lekas2
dapat bertemu muka dengan ibu yang sedang menderita sakit
diseberang laut. Hanya saja, murid terpaksa harus tinggal
ditempat ini lagi untuk beberapa hari."

Ia tenngat dalam penyamarannya sebagai Pendekar Laknat


telah menolong Toh Hun-ki dan rombongannya dari Lembah
Maut lalu berjanji untuk bertemu dengan mereka di Siok-ciu
nanti tiga hari kemudian. Dimana dia akan ikut dalam
pemusyawarahan untuk membasmi Iblis Penakluk-dunia dan
Dewi Neraka.

Tetapi ah.... saat itu karena tertidur selama 12 hari, entah


bagaimana dengan keadaan mereka. Adakah rombongan Toh
Hun-ki masih berada di Siok-ciu menunggunya? Apakah
tindakan baru dari suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka dalam langkah mereka untuk menguasai dunia
persilatan?

425
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memikirkan hal2 itu, hati Siau-liong resah gelisah. Dia harus


menepati janji, membantu Toh Hun-ki dan rombongan orang
gagah, untuk melenyapkan kedua suami isteri durjana itu.
Kemudian baru ia mengambil batang kepala Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo untuk bersama-sama Mawar Putih menhadap
ibunya diseberang laut.

Tetapi saat itu setelah mendengar penjelasan dari Kongsun


Sin-to, ia merasa menyesal. Apa yang hendak dilakukan itu,
terasa sukar.

Maka menegurlah Kongsun Sin-to, “Liong-ji, rupanya


hatimu amat resah. Adakah karena memikirkan ibumu atau....”

Hati Siau-liong makin pilu. Air matanya berderai-derai


turun. Sejak kecil ia diasuh dan dididik Kongsun Sin-to. Dalam
perasaannya Kongsun Sin-to itu sudah seperti orang tuanya
sendiri. Pada saat mendengar bahwa mereka sudah tak
berjodoh atau sudah putus hubungan, apa lagi dirinya sudah
terkena racun Jong-tok dan hidupnya hanya tinggal setahun.
Maka pecahlah beteng pertahanan hatinya.

Ia menangis pilu dibawah kaki sang guru. Lalu menuturkan


apa yang telah dialaminya selama di dalam Lembah Semi,
diracuni Poh Ceng-in dan hidupnya yang hanya tinggal
setahun itu.

Selesai mendengar, sambil mengurut jenggot Kongsun Sin-


to berkata, “0, makanya ketika kuobati, kudapatkan semua
jalan darah ditubuhmu terdapat perobahan yang tak wajar.
Semula kukira akibat dari makan buah Im-yang-som dan
darah binyawak purba itu, kiranya....”

Tabib sakti itu menghela napas, ujarnya pula, “Memang


perempuan siluman itu benar. Setelah racun jong-tok itu

426
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerap keseluruh jalan darah ditubuh, di dunia tiada


terdapat obatnya lagi. "

Ditatapnya wajah anak itu, mau berkata tetapi tak jadi.

Bermula Siau-liong masih mengandung harapan bahwa


gurunya itu tentu mampu mengobati. Tetapi melihat nada
kata2nya, habislah sudah harapan Siau-liong. Ia pun hanya
memandang pada Kongsun Sin-to dengan longong
kehampaan.

Setelah merenung beberapa saat, Kongsun Sin-to berkata


pelahan-lahan, “Boleh dikata seluruh hidupku kuabdikan pada
ilmu pengobatan. Sekali pun tidak sesakti tabib Hoa To pada
jaman Sak Kok dahulu, tetapi kepandaianku termasuk jarang
terdapat tandingannya. Menurut pengetahuanku masih dapat
juga racun Jong-tok itu diobati, tetapi....”

Mendengar masih ada setitik harapan. seketika menyalalah


harapan Siau-liong.... Buru-buru ia mencurahkan seluruh
perhatiannya.

“Karena perempuan siluman itu juga meminum racun,


maka racun Jong tok itu tentu terdiri dari dua jenis racun Im
dan Yang. Sekalipun engkau terpisah jauh sekali dengan dia,
tetapi apabila ada salah seorang yang mati, yang seorangpun
tentu ikut mati. Kecuali....”

"Kecuali bagimana?" Siau-liong mulai tegang perasaannya.

"Kecuali engkau minum habis darahnya!" sahut Kongsun


Sin-to, atau dengan gunakan darah anjing atau ayam hitam
untuk ,memikat darahnya, mengorek keluar hatinya lalu
memakannya mentah2. Hanya dengan jalan begitu, dapatlah
racun dalam tubuhmu itu hilang. Selain itu, tiada lain obat
yang dapat menyembuhkan lagi.

427
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas rawan, "Sekalipun cara itu


dapat menyelamatkan jiwaku tetapi.... aku tak tega
menggunakannya....”

“Kutahu engkau tentu tak mau. Engkau berhati welas asih


sekali, ah.... semuanya terserah saja kepada nasibmu....”
Kongsun Sin-to berbangkit dan ayunkan langkah pelahan-
lahan seraya berkata, “Kini engkau sudah dewasa. Segala apa
harus dapat menjaga diri sendiri. Dewasa ini Iblis Penakluk
dunia dan Dewi Neraka sedang berusaha untuk menguasai
dunia persilatan. Tokoh2 persilatan dari berbagai aliran dan
partai telah bersiap-siap menyusun kekuatan. Suatu
pertempuran antara golongan Putih dan Hitam pasti akan
terjadi, sesungguhnya....”

Ia berhenti sejenak menghela napas, ujarnya lebih lanjut,


"Pada umumnya mereka bertujuan hendak mendapatkan
harta pusaka terutama kitab pusaka tulisan Tio Sam-hong.
Siapa yang mendapatkan pusaka itu, dialah yang akan dapat
menguasai dunia persilatan!"

Timbullah pikiran Siau-liong. Separoh bagian dari Giok-pwe


itu masih berada ditangan suami isteri Iblis Penakluk-dunia
dan Dewi Neraka. Untuk merebutnya tentu sukar sekali.
Hidupnya hanya tinggal setahun. Segala kitab pusaka tak
berguna lagi baginya. Dan apabila separoh bagian Giok-pwe
yang disimpannya itu sampai jatuh ketangan Iblis Penakluk
dunia dan Dewi Neraka, bukankah akan hebat sekali akibatnya
bagi keselamatan dunia persilatan!

Seketika tergugahlah pikirannya. Serentak ia mengeluarkan


separoh Giok-pwe dari dalam bajunya lalu diserahkan kepada
Kongsun Sin-to.

428
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Oleh karena murid sudah terkena racun jong-tok, hidup


murid pun takkan lama. Sekalipun dapat merebut yang
separoh bagian lagi dan menemukan kitab pusaka ilmu sakti
Thian-kong-sin-kang, bagi murid pun sudah tak berguna lagi.
Oleh karena itu....” Dengan tahankan kepiluan hatinya, Siau-
liong lanjutkan kata-katanya, “Hendak murid persembahkan
separoh bagian Giok-pwe ini kepada suhu, agar suhu dapat
memberikan kepada orang yang benar-benar berjodoh....”

Kongsun Sin-to tertawa gelak2, “Muridku, aku sudah cukup


puas karena telah memiliki salah satu ilmu sakti dari Panca
Sakti. Dan selama ini belum pernah kuunjukkan kesaktianku
itu di dunia persilatan. Begitupun dalam sisa hidupku yang tak
berapa banyak itu. takkan kutonjolkan kepandaianku itu. Maka
kitab pusaka Thian-kong sin-kang itu, juga tak penting bagiku.
Soal aku hendak menjadi lain orang untuk menjadi pewaris,
tak lain tak bukan hanyalah sekedar agar ilmu sakti Thian-jim-
sin-kang itu jangan sampai lenyap ditanganku!"

Setelah mengetahui bahwa gurunya tak mau menerima


Giok-pwe, Siau-liong berkata, “Kalau begitu biarlah murid
pendam kitab pusaka itu selama-lamanya agar jangan ada
orang yang mengganggu usik!"

Tanpa menunggu persetujuan Kongsun Sin-to. Siau-liong


terus meremas Giok-pwe itu hingga hancur lebur, lalu dibuang
ke tanah.

Siau-liong termenung-menung dalam kepekaan. Ia


tersenyum getir karena dapat menghamburkan kesesakan
dadanya.

Ada dua sebab yang mendorongnya menghancurkan


separoh Giok-pwe itu. Pertama, dengan lenyapnya ilmu Thian-
kong-sin-kang dalam kitab pusaka itu berarti ilmu sakti Thian-
jim-sin-kang dari gurunya itu bakal merajai di dunia

429
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

persilatan.... Kedua, menjaga jangan sampai ilmu sesakti


Thian-kong sin-kang itu sampai jatuh ketangan orang yang tak
bertanggung jawab, misalnya Iblis Penakluk-dunia dan Dewi
Neraka.

Setelah memandang beberapa jenak pada hancuran Giok-


pwe yang berhemburan di tanah, Kongsun Sin-to menghela
napas, “Walaupun tindakanmu terdorong dari rasa
kesungguan tetapi membuat ilmu sakti terpendam selama-
lamanya di tanah, merupakan perbuatan yang melanggar
hukum alam!"

Siau-liong diam tak menyahut. Saat itu malam makin larut.


Sisa lilin yang menerangi tempat itu sudah habis. Untung
rembulan memberi cukup penerangan. Guru dan murid duduk
saling berhadapan dalam suasana yang merawankan.

Tak berapa lama, Kongsun Sin-to berkata; “Siau-liong aku


akan berangkat!"

"Suhu, engkau....” Siau-liong tak dapat melanjutkan


kata2nya karena dicengkam oleh isak keharuan.

Belasan tahun ia berkumpul dengan guru yang tercinta itu.


Baru berjumpa lagi terus akan berpisah. Air mata anak itu
berderai-derai.

Dalam berkata-kata tadi. Kongsun Sin-to sudah tiba


diambang pintu. Ia berpaling dan tertawa tenang, “Di dunia
tiada perjamuan yang takkan bubar. Ada waktu berkumpul,
pun ada waktu berpisah. Sekalipun ikatan guru dan murid
sudah habis, tetapi bukan berarti kita takkan berjumpa lagi.
Siapa tahu....”

430
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Entah bagaimana Kongsun Sin-to tak melanjutkan


kata2nya. Sekali bahunya bergetar, tabib sakti itu sudah
melayang keluar.

Ketika Siau-liong memburu keluar, ternyata gurunya itu


sudah lenyap. Dia terlongong-longong. Masih diingat-ingatnya
kata2 terakhir dari gurunya itu Siapa tahu.... ah, mengapa tak
dilanjutkan lalu terus pergi?

Angin berhembus dan keresahan pikiran Siau-liong pun


agak reda. Memandang kesekeliling, didapatinya biara itu
sudah rusak semua. penuh ditumbuhi semak rumput. Ia
segera melangkah keluar. Empat penjuru tegak berjajar
puncak gunung. Dia tak tahu saat itu berada dimana. Setelah
memeriksa bekalannya, kecuali separuh bagian Giok-pwe yang
telah dihancurkan. semuanya masih lengkap, antara lain peta
dan resep obat pemberian Jong Leng lojin, botol berisi pil dari
Poh Ceng-in dan kedok serta pakaian dari Pendekar Laknat.

Setelah termenung beberapa saat, akhirnya ia menyamar


lagi sebagai Pendekar Laknat, lalu ayunkan langkah. Ia tak
tahu yang akan dituju, langkahnya hanya ditujukan pada
puncak gunung yang paling rendah sendiri. Dari situ ia hendak
ke Siok-ciu. Menjenguk Toh Hun-ki dan rombongannya lalu
membelikan obat untuk Jong Leng lojin.

Menurut Perhitungannya, saat itu tepat kurang setahun


dengan pertengahan musim rontok tahun muka. Suatu hal
yang membuatnya menyadari betapa berhargalah waktu itu.
Setiap detik dan setiap saat, harus digunakan dengan sebaik-
baiknya.

Riwayat dirinya yang menyedihkan ditambah pula dengan


peristiwa2 yang selalu merundung dirinya dengan kesialan dan
malapetaka. membuat hatinya serasa tertindih oleh sebuah
batu besar.

431
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekonyong-konyong ia mengadah dan tertawa nyaring


sekali! Nadanya bergema menembus awan. Dalam malam
sunyi dan ditengah alam pegunungan yang lelap, tertawa itu
benar-benar menyerupai suara raksasa tengah mengumbar
tertawa....

Puas tertawa ia terus menyusur sepanjang hutan yang


panjang. Tiba-tiba ia terhenti. Cepat2 ia gunakan gerak Naga-
melingkar-18 kali, melayang ke atas sebatang pohon setinggi
beberapa tombak.

Tak berapa lama tampak beberapa sosok bayangan lari


mendatangi. Dari atas pohon dapatlah Siau-liong melihat
dengan jelas. Orang2 itu mengenakan pakaian persilatan dan
menghunus senjata. Begitu tiba di tepi hutan mereka berhenti
lalu berjalan pelahan-lahan masuk ke dalam hutan. Sikap
mereka seperti menghadapi seorang musuh berbahaya.

Salah seorang dari kawanan orang itu, berseru:.... ”Aneh!


Mengapa mendadak hilang?"

"Sekalipun ilmu meringankan tubuhnya hebat sekali tetapi


tak mungkin ia dapat terbang kelangit!" sahut kawannya.

“Setiap jalan keluar dari lembah, telah dijaga ketat. Karena


dari kawan2 kita tiada memberi tanda apa2, tentulah orang itu
masih berada dalam hutan ini. Hayo, kita cari lagi yang teliti."
kata orang yang pertama tadi....

“Huh, tahukah kalian siapa orang yang hendak kita tangkap


itu? kalau nada suara tertawanya, tentulah Pendekar Laknat.
Momok itu amat ganas sekali. Lebih baik kita lapor saja pada
Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka!"

432
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kawan-kawannya menyetujui. Mereka segera berputar


tubuh terus lari keluar hutan. Siau-liong hendak loncat turun,
tetapi tiba-tiba dari belakang terdengar kesiur angin tajam
menyambar dirinya.

Siau-liong terkejut sekali. Itulah serangan gelap dari suatu


senjata rahasia. Dengan ilmu Thing-hong-pian-wi atau
Mendengar-suara-menentukan-letak, cepat ia gerakkan tangan
kirinya dan berhasillah ia menjepit sebuah senjata rahasia
dengan dua buah jari!

Tetapi seketika ia melongo. Ternyata yang dijepit itu


bukanlah senjata rahasia, melainkan sehelai daun yang kering.

Pada saat ia kesima, telinganya terngiang suara orang


tertawa pelahan. Cepat ia memandang ke arah suara tertawa
itu dan dapatkan pada puncak sebatang pohon setinggi lima
tombak duduk dengan rapi seorang rahib berjubah kuning.
Sepasang mata rahib itu berkilat-kilat memancar ke arah Siau-
liong.

Dari jarak lima tombak dapat melontarkan sehelai daun


kering menjadi seperti senjata rahasia dan gerakan daun
kering itu dapat menimbulkan desis angin yang begitu tajam,
benar-benar suatu ilmu kesaktian yang bukan olah-olah
hebatnya!

Tetapi masih ada lagi hal yang membuat Siau-liong lebih


terkejut. ialah suara ketawa rahib itu. Tertawa itu
kedengarannya pelahan dan lirih tetapi nyatanya telinga Siau-
liong seperti mau pecah

Rahib itu hentikan tertawanya, berseru, “Apakah engkau


Pendekar Laknat?"

“Ya, akulah!" sahut Siau-liong.

433
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Berapakah umurmu sekarang?" tanya rahib itu pula.

Siau-liong tertegun. Hampir ia tak dapat menjawab


pertanyaan itu. Karena ia memang tak tahu umur Pendekar
Laknat itu.

Setelah meragu beberapa saat, ia menyahut agak


tersendat, “Perlu apa harus menghitung umur, pokok aku
sudah tua sekali!"

Tiba-tiba ia teringat. Sebagai Pendekar Laknat ia harus


membawa sikap yang sesuai. Maka setelah mejawab, iapun
terus tertawa mengekeh.

Karena terpisah pada jarak lima tombak, ia tak dapat


melihat jelas wajah dan sikap rahib itu. Tetapi ia dapat melihat
bagaimana tajam kilat mata rahib itu memancarkan sinar.

“Engkau hendak membanggakan ketuaanmu


dihadapanku?" bentak rahib itu.

Siau-liong tertawa lepas, sahutnya, “Tidak, tidak!"

Rahib tua itu tidak marah melainkan tertawa dalam,


“Apakah engkau juga hendak mencari pusaka itu?"

Siau-liong tertegun. pikirnya, “Menurut nada katanya,


tentulah dia datang untuk mencari pusaka itu. Tetapi dia tentu
tak mungkin mengira bahwa peta pusaka itu telah
kuhancurkan sehingga pusaka itu akan terpendam selama-
lamanya!"

Maka tertawalah ia dengan dingin, “Aku seorang tua


bangka yang sudah menjelang masuk kubur. Segala harta
pusaka di dunia tak mungkin menggerakan hatiku lagi....”

434
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba rahib tua itu berteriak pelahan dan tahu2


tubuhnya dalam keadaan tetap duduk melayang kebatang
pohon dihadapan pohon tempat Gak Lui.

Caranya rahib melayang itu tak ubah seperti sekuntum


awan yang 'terbang' melayang tertiup angin.

Siau-liong terbeliak. Pikirnya, “Ah, ternyata di dunia ini


memang penuh dengan orang sakti. Di atas gunung terdapat
awan dan di atas awan masih terdapat langit yang luas....”

Pada saat ia masih tercengang, tiba-tiba rahib itu


membentaknya, “Kalau tak mencari pusaka, perlu apa engkau
datang kemari?"

Siau-liong tertawa hambar. Tanpa menyahut apa yang


ditanyakan, ia berkata, “Pusaka itu tak mudah didapat!"

Rahib tua tersenyum, “Sukar atau tidak, asal benar-benar


di dunia ini terdapat pusaka itu, aku tentu dapat
menemukannya!"

Nadanya penuh dengan keyakinan atas kemampuannya.


Walaupun dahinya berhias keriput usia tua tetapi matanya
masih bersinar terang, seri wajahnya pun masih berseri.
Terutama ketika tertawa, tampak dua baris giginya yang putih
mengkilap. Sepintas pandang memang sukar untuk menaksir
umurnya. Lebih2 tak mudah untuk mcngetahui asal-usul
dirinya....

Sejenak tertegun, berkatalah Siau-liong; "Untuk mencari


pusaka itu. Pertama-tama. harus dapat memperoleh sepasang
Giok-pwe.... Giok-pwe itu merupakan peta dari tempat
penyimpanan pusaka. Sengaja dijadikan dua buah Giok-pwe

435
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

agar orang sukar untuk mengumpulkan. Tanpa peta dari Giok-


pwe itu tak mungkin engkau tahu tempat pusaka itu!"

“Kalau begitu akan kucari kedua Giok-pwe itu lebih dulu


baru nanti mencari pusaka!" kata si rahib tua. Dari kerut
dahinya menampilkan sinar kemauan ambisi yang besar.
Diam-diam Siau-liong muak melihat wajah rahib itu.

Setelah sejenak mengeliarkan pandang matanya, rahib itu


berkata dengan lembut, “Apakah engkau sungguh2 tahu jelas
bahwa peta itu terbagi menjadi dua buah Giok-pwe?"

Diam-diam Siau-liong mendapat kesimpulan bahwa rahib


itu memang tak tahu sama sekali tentang Giok-pwe. Tetapi
disamping itu iapun diam-diam menertawakannya karena tak
mungkin lagi orang dapat mencari Giok-pwe itu. Yang satu
telah dihancurkannya!

“Ya," sahutnya.

"Tahukah engkau ditangan siapakah Giok-pwe itu


sekarang?" tanya sirahib dengan lembut.

Tergerak hati Siau-liong, serunya. "Yang separoh bagian


berada ditangan Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka!"

"Iblis penakluk-dunia.... Dewi Neraka....” rahib tua itu


berkata seorang diri.

Kemudian ia tersenyum, “Itu mudah, akan kutanyakan


kepada mereka!"

Melihat betapa yakin dan congkak sikap rahib tua itu, diam-
diam Siau-liong geli dalam hati.

"Dan yang separoh lainnya?" tiba-tiba rahib itu bertanya.

436
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa keras, “Yang separoh bagian itu....


mungkin sukar dicari!"

Seketika membesilah wajah sirahib tua. Serunya dengan


kurang senang, “Mengapa sukar dicari?"

"Mungkin sudah dihancurkan orang!"

Rahib itu tertegun. Tiba-tiba ia juga tertawa keras, “Tolol!


Siapa yang memiliki benda itu tak mungkin rela
menghancurkan!"

Siau-liong hanya ganda tertawa terus.

“Tutup mulutmu....” bentak sirahib.

Siau-liong tertegun dan hentikan tertawanya. Tampak rahib


itu tengah pasang telinga. Pun telinga Siau-liong yang tajam
segera mendengarkan suara orang berjalan dari kejauhan.

Tak berapa lama, berpuluh-puluh sosok bayangan


menerobos ke dalam hutan. Jumlahnya tak kurang dari empat
sampai lima puluh orang.

Rahib tua mengicupkan ekor mata kepada Siau-liong dan


tertawa, “Tuh, Dewi Neraka dan Iblis Penakluk-dunia telah
datang."

Siau-liong hanya tertawa dingin. Dipandangnya kawanan


orang yang datang itu. Ternyata dua orang yang memimpin
rombongan itu adalah Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka
sendiri. Tetapi Soh-beng Ki-su dan Poh Ceng-in tak tampak
ikut serta.

437
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak berapa lama rombongan Iblis penakluk-dunia itu tiba


diluar hutan. Iblis penakluk-dunia bertanya kepada salah
seorang anak buahnya, “Apakah kalian tak salah dengar?"

Orang itu tersipu-sipu menyahut, “Hamba mendengar jelas,


suara tertawa itu adalah tertawa Pendekar Laknat!"

Iblis penakluk-dunia memberi isyarat. Rombongan anak


buahnya segera pencar diri, mengepung hutan itu.

Beberapa saat kemudian, Iblis penakluk-dunia berteriak


nyaring “Hai tua bangka Laknat! Lekas keluar! Tak mungkin
engkau mampu lolos lagi!"

Bentakan itu nyaring sekali sehingga daun-daun pohon


sama bergetaran.

Memandang Siau-liong, rahib tua itu tertawa, “Mari....”


tahu-tahu tubuhnya yang sedang duduk bersila di atas puncak
pohon, terbang melayang keluar hutan.

Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka mengira kalau yang


muncul itu Pendekar Laknat. Buru-buru mereka lari
menghampiri. Begitu Pendekar Laknat belum sempat berdiri di
tanah, mereka hendak mendahului menyerangnya.

Tetapi ketika melihat yang muncul itu bukan Pendekar


Laknat, mereka terbelalak kaget. Iblis penakluk-dunia
menyurut mundur lima langkah. Mata menatap rahib tua itu
dan serentak ia mengangkat kedua tangan memberi hormat.

"Ah, aku telah keliru menerima laporan dari anak buah.


Ternyata sin-ni yang berkunjung!" serunya dengan hormat.

“Ih, engkau masih kenal aku?" seru rahib itu tertawa


gembira.

438
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Sin-ni termasyur diempat samudera. Walaupun sudah


berpuluh tahun tak berjumpa tetapi aku tak pernah melupakan
sin-ni!" buru-buru Iblis-penakluk-dunia berseru.

Sin-ni artinya rahib sakti.

Siau-liong yang masih bersembunyi di atas pohon, diam-


diam terkejut. Segera ia menyadari bahwa rahib itu adalah
rahib sakti To Teng yang dikatakan gurunya (Kongsun Sin-to).
Rahib yang memiliki ilmu sakti Tek-ki-sin-kang, salah sebuah
ilmu sakti dari Panca Sakti.

Kongsun Sin-to dengan ilmu sakti Thiau-jim-sin-kang.


Randa Busan dengan Ya-ih-sin-kangnya, Jong Leng lojin
dengan Jit-hua-sin-kang serta rahib sakti dari Lamhay dengan
Cek-ci-sin-kang. Merupakan empat datuk dari Panca Sakti.
Yang masih kurang adalah Thian-kong-sin-kang, ilmu sakti
yang masih terpendam dalam suatu tempat seperti terlukis
pada peta pusaka Giok-pwe. Mungkin ilmu sakti Thian-kong-
sin-kang itu tak mungkin didapat orang lagi untuk selama-
lamanya!.

seperti terlukis pada peta pusaka Giok-pwe. Dan mungkin


ilmu sakti Thian-kong-sin-kang itu tak mungkin didapat orang
lagi untuk selama-lamanya....

Sambil tersenyum rahib tua itu memandang Dewi Neraka,


tegurnya, “Apakah selama ini kalian baik-baik saja?"

"Terima kasih, berkat restu sin-ni kami berdua tak kurang


suatu apa", sahut kedua suami istri Iblis penakluk-dunia.

Setelah berdiam beberapa saat, Iblis penakluk-dunia coba-


coba menyelidiki, tanyanya, “Sudah berpuluh tahun sin-ni
mensucikan diri digunung Bu-ih-san, tetapi kali ini....”

439
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lam-hay-sin-ni tertawa mengekeh, “Kabarnya kitab pusaka


yang ditulis Tio Sam-hong telah diketahui orang terpendam
dalam Lembah Semi dipegunungan Tay-liang-san sini.
Benarkah itu?".

Iblis penakluk-dunia kerutkan alis. "Kudengar juga begitu".

“Dan orang mengatakan pula bahwa separoh dari Giok-pwe


itu berada ditanganmu, apakah benar?"

Iblis penakluk-dunia berdiam beberapa saat, lalu berkata


tersendat-sendat; "Ini....”.

"Bilanglah!" tiba-tiba rahib sakti dari Lam-hay itu berubah


wajahnya.

Buru-buru Iblis penakluk-dunia tertawa, “Benar, tetapi yang


separoh lagi....”.

Lam-hay-sin-ni maju selangkah, “Yang separoh itu, nanti


akan kuusahakan sendiri. Yang berada padamu. lekas berikan
kepadaku!"

Sesungguhnya wajah Iblis penakluk-dunia sudah mendelik


seperti dicekik setan. Tetapi dia tetap paksakan diri tertawa
kecut, “Ini.... ini....”

”Hm, tidak mau memberikan?" wajah rahib sakti mengkerut


gelap.

Sepasang alis Iblis-penakluk-dunia makin merapat. Tiba-


tiba ia melirik kepada isterinya lalu tertawa-tawa, “Karena sin-
ni menghendaki, sudah tentu akan kuberikan, tetapi....” ia
berhenti sejenak, lalu, “Giok-pwe itu sesungguhnya tak berada
padaku melainkan disimpan dalam sebuah tempat rahasia di

440
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lembah Semi. Adakah sin-ni bersedia bersama kami


mengambil kesana atau sin-ni sendiri yang akan
mengambilnya?"

Dengan mata berkilat berserulah rahib sakti itu tajam-


tajam, “Bukankah kalian bermaksud hendak menipu aku?"

"Sin-ni adalah satu-satunya lo-cianpwe dunia persilatan


yang paling kuindahkan. Masakan aku berani berbuat kurang
ajar terhadap sin-ni?". buru-buru Iblis penakluk-dunia
menyanggapi.

Wajah Lam-hay-sin-ni berseri girang, “Baik, aku akan ikut


kalian mengambilnya!"

Iblis-penakluk-dunia tertawa sinis, “Kalau begitu silahkan


sin-ni ikut kami!"

Bersama isterinya, Iblis penakluk- dunia segera berputar


diri dan ayunkan langkah.

Rombongan pangawal suami isteri Iblis-penakluk-dunia pun


segera memberi isyarat kepada sekalian anak buah Lembah
Semi untuk kembali ke dalam lembah.

Rahib sakti dari Lam-hay mengikuti di belakang Iblis


penakluk-dunia dan Dewi Neraka dengan wajah berseri girang.

Tetapi ketika rombongan Iblis penakluk-dunia itu baru


berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengar suara
bentakan.

“Berhenti....!"

Iblis penakluk-dunia berhenti seraya balas membentak


marah, “Siapa!"

441
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari balik sebatang pohon di tepi jalan muncul dua orang.


Iblis penakluk-dunia dan rombongannya terkejut sekali.
Bahkan Siau-liong yang masih bersembunyi di atas pohon pun
tersentak kaget sehingga hampir terpelanting jatuh.

Ternyata kedua orang yang muncul dari balik pohon itu


adalah Randa Busan dan puterinya.

Dengan lincah dara baju hijau itu mengikuti di belakang


ibunya. Jelas lukanya ketika bertempur dengan Siau liong
tempo hari, sudah sembuh.

Teringat seketika Siau-liong akan pertempurannya dengan


dara itu. Betapa gemas dan mati-matian dara itu
menyerangnya ketika menganggap Siau-liong itu Pendekar
Laknat.

“Hm, mengapa dia begitu membenci kemati-matian kepada


Pendekar Laknat? diam-diam Siau-liong menimang. Begitu
juga ia masih teringat pada saat dalam keadaan sadar tak
sadar karena menderita luka dan dibawa Mawar Putih ke
pondok janda itu, samar2 ia mendengar janda itu berkata
dengan geram “Hm, Besok pada pertengahan musim rontok
tahun depan, takkan kuampuni jiwamu lagi....”

Siau-liong pun teringat akan pesan dari tulisan Pendekar


Laknat yang diguratkan pada dinding gua. Dalam pesan itu,
Pendekar Laknat memintanya supaya mewakili datang
kepuncak Sin—li—hong gunung Busan guna memenuhi
undangan pada pertengahan musim rontok tahun depan.

Tak tahu Siau-liong undangan apa yang dimaksud oleh


Pendekar Laknat itu. Yang jelas tentu undangan untuk
mengadu kesaktian. Tetapi mengadu kesaktian dengan siapa?

442
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pikiran Siau-liong melayang lebih lanjut. Ia teringat, pada


waktu berada di Lembah Maut, Soh-beng Ki-su pernah
mengatakan bahwa Mawar Putih telah ditolong oleh seorang
perempuan baju hitam. Oleh karena Mawar Putih
membawanya dirinya kepondok janda itu, apakah tidak
mungkin perempuan baju hitam yang dimaksud Soh-beng Ki-
su itu bukan Randa gunung Busan itu?

Tetapi mengapa yang muncul dihutan situ hanya sijanda


dan puterinya? Dimanakah Mawar Putih sekarang? Apakah
dara itu disuruh jaga pondok atau sudah pergi kelain tempat
lagi?

Sebelum semua pertanyaan yang menghuni benak Siau-


liong itu terjawab. tiba-tiba Randa Busan kedengaran berseru
kepada rombongan Iblis pe-nakluk-dunia, “Apa kenal pada
kami ibu dan anak?"

Belum Iblis-penakluk-dunia sempat menyahut, Lam-hay


Sin-ni sudah melangkah maju dan membentak

“Tidak kenal! Lekas enyah!"

Randa Busan tertawa dingin, serunya, “He, rupanya engkau


cepat-cepat menjadi jompo!”

Sekali mengangkat tangan kirinya, Randa Busan menampar


pelahan-lahan sebuah batu besar yang berada dimukanya,
Tamparan itu pelahan sekali dan batu itupun tampaknya tak
kurang suatu apa. Tetapi ketika Randa Busan menyepak
dengan kaki kanannya, batu besar itu sudah berguguran
remuk bubuk....

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka terkejut bukan


kepalang.

443
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lam hay Sin-ni pun belalakkan kedua matanya dan


melengking tajam, “Ye-ih-sin-kang....”

Randa Busan tersenyum, “Sekarang sudah kenal padaku?”

Lam-hay Sin ni tercengang-cengang, serunya, ”Ye li, Thian-


jim dan Jit-hua-sin-kang. Bukankah sudah lama lenyap dart
dunia persilatan? Engkau....”

Randa Busan menghela napas, “Kecuali Thian-kong-sin-


kang, keempat ilmu sakti itu masih terdapat di dunia
persilatan....”

Tiba-tiba rahib sakti itu membentak, “Kalau begitu


engkau.... ,engkau juga hendak mencari pusaka itu!”

”Untuk apakah itu?” Randa Busan heran. Randa Busan


membentak, “Aku tak mencari pusaka, tetapi pun tak
mengijinkan orang untuk mencarinya!”

“Mengapa?” tanya Lam-hay Sin-ni heran.

Bentak Randa Busan pula, “Kukatakan sebabnya pun


engkau takkan mengerti.... Hanya saja....”

Tiba-tiba ia alihkan pertanyaan, “Mengapa engkau bersama


mereka!”

Lam-hay Sin-ni merenung sejenak lalu menyahut, “Engkau


tak perlu mengurus!”

Tiba-tiba Randa Busan tertawa panjang. Nadanya dingin


sinis. Beberapa saat kemudian baru ia berhenti lalu berkata,
“Sebenarnya aku memang tak perlu mengurus. Tetapi aku tak
tega melihat engkau kesana mengantar kematian. Janganlah
engkau hanya mengandalkan ilmu saktimu Cek-ci-sin-kang tak

444
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada yang menandingi. Tanggung engkau bisa pergi kesana


tetapi jangan harap bisa kembali....”

Randa dari Busan itu menghela napas rawan lalu berkata


pula “Jong Leng lojin itu salah satu contoh!”.

Mata Lam-hay Sin-ni terbeliak, ”Siapakah Jong Leng lojin


itu?”

Sahut Randa Busan dingin2, “Pewaris dari ilmu sakti Jit-hua


sin-kang!”

Terdiam sejenak Lam-hay Sin-ni tertawa; “Memang lama


sekali aku menyembunyikan diri. Beberapa peristiwa memang
tak kuketahui”.

“Tetapi mengapa mencari pusaka engkau bisa


mengetahui?” tegur Randa Busan.

Wajah rahib dari Lam-hay mengerut gelap. Tampaknya


hendak marah. Dipandangnya randa dari Busan itu lalu diam
lagi.

Suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang


sejak tadi hanya mendengar saja. Merasa saat itu mendapat
kesempatan baik. Buru-buru Iblis penakluk-dunia menjurah
memberi hormat kepada Randa Busan.

“Ucapan nyonya tadi ada beberapa bagian yang tak


kumengerti. Tetapi kami suami isteri berdua sungguh merasa
beruntung sekali karena hari ini dapat melihat wajah nyonya,
salah seorang pewaris dari ilmu Panca Sakti!”

Habis berkata, bersama isterinya ia memberi hormat lagi


kepada Randa dari Busan itu.

445
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Muak tampaknya Lam-hay Sin-ni melihat tingkah laku


kedua suami isteri itu. Ia mendengus dingin.

Iblis-penakluk-dunia segera berputar diri menghadap Lam-


hay Sin-ni, “Kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong,
merupakan benda yang sangat diincar oleh ribuan kaum
persilatan. Untuk menghormat kepada Sin-ni, kami berdua rela
menyerahkan peta Giok-pwe itu kepada Sin-ni, te-tapi....” Ia
berhenti lalu berpaling ke arah Randa Busan, dengan muka
cemas, katanya, ”Tetapi kami pun amat menghormat juga
kepada wanita pewaris Ye-li-sin-kang ini. Oleh karena itu kami
merasa bingung, hendak kami serahkan kepada siapakah peta
Giok-pwe itu....”

Randa Bu-san menatap tajam pada Iblis penakluk-dunia


lalu membentaknya, “Huh, licik sekali siasatmu!”

Tiba-tiba Lam-hay Sin-ni maju selargkah kemuka Randa


Busan lalu membentaknya geram, “Engkau kira dengan ilmu
Ya-li-sin-kangmu itu dapat menggertak aku? Kitab pusaka itu
setiap hidung tentu menginginkan. Jika tidak karena kitab
pusaka itu, perlu apa engkau datang kemari?.... huh, engkau
anggap aku orang tolol!”

Rahib itu serentak bersiap seperti hendak menyerang.

Randa Busan tertawa dingin lalu berkata kepada Iblis


penakluk-dunia, “Jika saat ini aku benar-benar melayani dia
berkelahi, bukankah sesuai dengan tujuan hatimu....” Wanita
dan Busan itu gentakkan kakinya ke tanah dan menghela
napas lalu berkata seorang diri, “Untung atau celaka itu,
memang sudah suratan takdir.... perlu apa aku bersitegang
hendak melanggar Kodrat alam untuk mempertahankan nasib
orang?”

446
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dara baju hijau yang sejak tadi selalu berada disisi ibunya,
saat itu segera mengajak ibunya pergi.

Randa Busan mengangguk, “Baiklah, biar mereka ramai-


ramai sendiri!” –ia terus berputar diri lalu melangkah pergi.

Setelah bayangan ibu dan anak itu lenyap Lam-hay Sin-ni


tiba-tiba tertawa keras.

Apa yang telah terjadi tadi, Siau-liong dapat melihat jelas.


Diam-diam ia mencemaskan keselamatan rahib dari Lam-hay
itu.

Walaupun rahib itu memiliki ilmu sakti Cek-ci-sin-kang


tetapi ia tentu tak dapat menghadap kelicikan kedua suami
isteri iblis. Apalagi Siau-iong mendapat kesan bahwa rahib itu
tampaknya seperti seorang yang ketolol-tololan.

Teringatlah saat itu Siau-liong akan Jong Leng lojin yang


dipenjara dibawah tanah oleh Iblis penakluk dunia dan Dewi
Neraka. Kedua kaki orang tua sakti itu diikat dengin rantai
besi....

Jika Lam-hay Sin-ni masuk ke dalam Lembah Semi,


kemungkinan besar nasibnya tentu akan serupa dengan Jong
Leng lojin!

Ngeri seketika Siau-liong membayangkan hal itu. Ia


bingung apakah saat itu ia harus bertindak mencegah
perbuatan Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang hendak
mencelakai rahib Lam-hay. Ataukah ia tinggal diam saja.

Belum sempat ia mendapat keputusan, tiba-tiba dari ujung


tikungan gunung jauh disebelah muka tampak tiga sosok
benda warna biru meluncur ke udara.

447
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan cepat laksana anak panah meluncur, beberapa sosok


tubuh manusia berhamburan tiba terus menyerbu Iblis
penakluk-dunia dan isterinya.

--oooo0dw0ooo--

PEREBUTAN GIOK-PWE

Pada saat Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka sedang


mengipikan rencananya untuk menjebak Lam-hay Sin-ni akan
berhasil, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh munculnya
beberapa sosok bayangan itu.

Cepat sekali beberapa orang itu sudah tiba dihadapan Iblis-


penakluk-dunia. Ternyata mereka berjumlah empat orang,
mengenakan pakaian ringkas, menyanggul senjata
dipunggung.

Keempat orang itu memberi hormat kepada Iblis-penakluk-


dunia. Salah seorang segera berkata, “Memberi laporan
kepada bapak pemimpin, pada beberapa tempat diluar
gunung, diketemukan jejak musuh!"

“Apakah sudah diselidiki orang2 dari mana?" tanya Iblis-


penakluk-dunia.

"Kebanyakan kami dan para anak buah tak kenal mereka.


Tetapi diantaranya terdapat ketua Siau-lim-pay paderi Ti Gong
ketua Kong-tong-pay Toh Hun-ki, ketua Kay-pang To Kiu-kong
dan lain-lain. Dan lagi....”

Anak buah Lembah Semi itu berhenti sejenak, lalu


melanjutkan keterangannya, “Menurut penyelidikan yang kami
peroleh, kali ini rombongan musuh dipimpin oleh imam tua
Ceng Hi, ketua Kun-lun-pay yang lama!"

448
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk - dunia berpaling dan tersenyum kepada


isterinya, “Sungguh tak meleset dugaanku. Hidung kerbau tua
Ceng Hi itu dengan mengandalkan dirinya pada 20 tahun jang
lalu pernah menghalau kita berdua dari Tiong-goan, sekarang
keluar lagi dari pertapaannya....”

Iblis itu menengadah ke atas dan tertawa gelak2 lalu


berkata pula. “Tetapi sekarang tidak sama dengan 20 tahun
jang lalu. Aku mempunyai rencana untuk menghancar
leburkan barisan mereka.... asal pemimpin sudah remuk,
pastilah yang lain-lain runtuh nyalinya dan partai2 persilatan
itu tentu tak berarti lagi bertingkah hendak menentang aku!"

Anak buah Lembah Semi itu menunggu sampai Iblis


penakluk-dunia selesai berkata. Setelah itu barulah ia berkata
lagi dengan nada gentar, “Saat itu disekeliling gunung Tay-
liang-san telah dikepung musuh. Walaupun kami telah
mengadakan hubungan dengan posisi penjagaan "yang
tersebar dalam jarak 10 li dari gunung. Tetapi tetap tak dapat
mengetahui berapakah jumlah musuh yang datang itu!"

Iblis-penakluk-dunia tertegun. Pada lain saat ia tertawa


nyaring, “Apa guna mengandalkan jumlah banyak?"

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teriakan


menggemuruh. Teriakan dari suatu penyerbuan.

Iblis-penakluk-dunia kerutkan alis lalu memberi perintah,


“Kasih tahu pada orang dimuka, jangan melawan....”

Orang itu mengiakan lalu bersama keliga kawannya segera


melesat pergi.

Iblis-penakluk-dunia membisiki beberapa patah kata


kedekat telinga isterinya. Kemudian ia berpaling ke belakang

449
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan memanggil kepada seorang pengawalnya, “Kasih tahu


pada semua penjaga diluar gunung dan pos2 penjagaan di
lembah, supaya masuk semua ke dalam lembah!"

Dengan memimpin belasan anak buah, orang itu pun


segera berangkat melakukan perintah.

Saat itu Siau-liong hanya terpisah 10-an tombak dari Iblis-


penakluk-dunia. Apa yang dilakukan iblis itu, diketahui semua.

Ia merasa girang tetapi pun cemas. Girang karena dunia


persilatan masih timbul gerakan lagi untuk menumpas Iblis
penakluk-dunia. Bahkan imam Ceng Hi yang Sudan
mengasingkan diri bertapa selama 20 tahun, juga ikut serta
dalam gerakan itu. Dengan begitu kekuatan mereka tentu
lebih besar.

Tetapi ia cemas karena Iblis-penakluk-dunia dan Dewi


Neraka itu licin sekali dan banyak tipu muslihat. Keadaan
Lembah Semi sangat berbahaya, penuh dengan alat-alat
jebakan. Dan Iblis penakluk-dunia pun sudah sumbar bahwa
kali ini Ceng Hi totiang tentu akan dihancurkan. Jika hal itu
terjadi, memang dunia persilatan takkan terdapat pengganti
tokoh yang sesuai untuk memimpin gerakan pembasmian itu!

Saat itu gemuruh teriakan serbuan tadi sudah berhenti.


Memandang jauh kemuka, ia melihat sekelompok bayangan
hitam berhamburan menyerbu ke dalam lembah.

Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia memberi hormat kepada


Lam-hay Sin-ni, ujarnya, “Aku masih mempunyai lain urusan.
Apakah Sin-ni suka masuk sendiri ke dalam lembah?"

Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, “Ah lebih baik kutunggu


disini sambil melihat-lihat saja!"

450
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan ucapan itu jelas Lam-hay Sin-ni tak mempunyai


selera untuk mencampuri urusan yang terjadi di Lembah Semi.

Iblis-penakluk-dunia tertawa kecewa lalu lari menuju ke


arah tempat yang diserbu musuh itu. Kawanan pengawalnya
pun segera mengikuti dengan ketat.

Rombongan pendatanq itu terdiri dari belasan orang.


Mereka hentikan jalannya ketika melihat Iblis-penakluk-dunia,
lalu berjalan menghampiri pelahan-lahan.

Dari atas pohon Siau-liong dapat melihat bahwa pemimpin


rombongan tetamu itu seorang imam kurus. Jenggotnya yang
putih perak, memanjang sampai ke dada Punggung
menyanggul sebatang hudtim atau kebut pertapaan. Sikapnya
berwibawa seperti seorang dewa.

Rombongan pengikutnya yang mengawal disebelah kanan


kiri dan belakang. kebanyakan Siau-liong tak kenal kecuali Toh
Hun-ki, keempat Su-lo dari Kong-tong-pay Ti Gong taysu dari
Siau-lim-pay.

"Imam tua itu tentulah Ceng Hi totiang, ketua lama dari


partai Kun-lun-pay!" diam-diam Siau-liong membatin.

Saat itu Iblis-penakluk-dunia pun berhenti setombak


jauhnya dan rombongan pendatang itu. Lam-hay Sin-ni masih
tetap berdiri ditempat semula, ditemani Dewi Neraka.

Iblis penakluk-dunia tertawa menyeringai seraya memberi


salam kepada imam tua itu, “Totiang sudah lama tak
berjumpa....” ia berhenti keliarkan mata sejenak, lalu berkata
pula, "kudengar sudah lama sekali totiang mensucikan diri dari
debu kotoran dunia. Entah mengapa hari ini totiang berkenan
datang kelembah gunung belantara sini?"

451
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Imam tua itu memang Ceng Hi totiang, ketua Kun-lun-pay


yang lama. Ia tersenyum menjawab, “Memang sudah hampir
20 tahun aku mengasingkan diri dari keramaian dunia dan
sebenarnya tak mau campur tangan dengan urusan dunia
persilatan lagi. Tetapi kudengar kalian berdua suami isteri
telah mengirim undangan kepada seluruh kaum persilatan
supaya menghadiri pertemuan Adu Kesaktian....”

Belum selesai imam tua itu bicara, Iblis Penakluk-dunia


sudah cepat menukas, “Kami suam isteri melihat kenyatakan
dunia persilatan yang selalu tak aman dari pergolakan, yang
kuat makan yang lemah. Maka terpaksa kami mengambil
tindakan, mengundang seluruh kaum persilatan datang
kelembah sini. Pertama, untuk mempererat hubungan. Kedua,
menggunakan kesempatan adu kesaktian itu, memilih seorang
tokoh yang cerdas bijaksana dan pandai dalam ilmu sastera
serta silat, menjadi pemimpin dunia persilatan. Dengan
demikian dunia persilatan akan mempunyai suatu wadah dan
pimpinan. Segala pergolakan mau pun pertikaian dan
pertumpahan darah, tentu akan dapat dihentikan. Jika hal itu
terlaksana, jerih payah kami berdua, tentu takkan sia2!"

Dengan ucapan itu se-olah2 Iblis Penakluk dunia


menempatkan dirinya sebagai seorang pahlawan penyelamat
dunia persilatan.

Ceng Hi totiang mendengar dengan sabar keterangan Iblis


Penakluk-dunia itu. Setelah selesai barulah ia tersenyum.

"Peristiwa berdarah pada 20 tahun yang lalu rupanya masih


membekas dalam hati sekalian kaum persiatan. Sekali pun
dalam mulut mereka terpaksa mengiakan tetapi dalam hati
mereka tetap masih tak puas. Jika menurut pendapatku
kuanjurkan kalian berdua supaya menghapus saja cita2 ke-
Angkaraan itu. Lebih baik hiduplah menyepi dipegunungan
yang tenang untuk melewati sisa penghidupan, agar....”

452
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis Penakluk-dunia tertawa meloroh.

"Adakah karena tak menerima undangan maka totiang


marah? Jika totiang memang masih mempunyai keinginan
untuk menguasai dunia persilatan, kami dengan segala senang
hati segera akan menghaturkan surat undangan....” Iblis
Penakluk-dunia menutup katanya dengan melirik rombongan
pengikut Ceng-hi totiang. Lalu melanjutkan pula, “Adu
kepandaian akan diselenggarakan besok malam. Karena
saudara2 datang lebih pagi sehari, maaf, aku tak siap
menyambut. Jika saudara hendak memberi pelajaran, harap
datang besok malam saja!"

Ketua Siau-lim-si, Ti Gong taysu. tak dapat menahan diri


lagi. Setelah menyerukan kata 'omitohud', ia menggembor
dengan nyaring, “Jangan dengarkan ocehannya! Lembah Semi
penuh dipasangi alat-alat jebakan rahasia. Jika tidak....
ditujukan orang, aku dan beberapa saudara mungkin sudah
binasa dalam lembah itu. Apa yang disebut sebagai Pertemuan
besar Adu Kesaktian itu, tak lain hanyalah suatu perangkap
untuk menjerat seluruh kaum persilatan!"

Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, “Lem-bah Semi


adalah tempat kediaman anakku perempuan. Jika benar
terdapat alat-alat rahasia itu tentulah atas perintah dari
anakku yang masih gemar bermain-main. Masakan alat-alat
semacam itu dapat mengurung para orang gigih. Apakah
ucapan lo-siansu itu tak terlalu berlebih-lebihan?"

Ti Gong taysu menggerung marah, “Kalau begitu.


dimanakah beradanya ketua Tiam jong-pay Shin Bu-seng,
ketua Bu-tong-pay It Hang totiang. ketua Ji-tok-kau Tan In-
hong, ketua Tong-thing-pang Cu Kong-leng serta Kun-lun
Sam-cu itu?"

453
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan tenang Ibls-penakluk-dunia menjawab, “Kami


suami isteri dengan hati yang sungguh hendak mengatur
dunia persilatan. Tetapi lo-sian-su dan It Hang totiang
menggunakan pikiran siau-jin (orang rendah) mengukur hati
orang. Diam-diam lo-siansu dan It Hang totiang memimpin
rombongan menyelundup ke dalam lembah untuk mencelakai
kami. Sudah suatu kesungkanan kalau kami tak menarik
panjang urusan itu. Tetapi sayang lo-siansu masih ada muka
untuk mengungkat lagi hal itu....”

Ti Gong taysu menggerung hendak turun tangan tetapi


buru-buru dicegah Ceng Hi totiang. Dengan ilmu Menyusup
suara, ketua lama dari partai Kun-lun-pay itu berseru kepada
Ti Gong taysu, “Menghadapi urusan kecil tak dapat menahan
diri. tentu dapat membikin kapiran urusan besar. Harap lo-
siansu suka sabarkan diri."

Habis berkata ketua Kun-lun-pay itu memandang ke arah


Lam-hay Sin-ni dengan heran.

Iblis-penakluk-dunia tertawa dingin, “It Hang totiang dan


rombongannya tak kurang suatu apa. Besok pagi kalau datang
ke lembah, saudara2 tentu mengetahuinya!"

Sambil mengurut jenggotnya yang menutup dada, Ceng Hi


totiang berkata, “Atas nama wakil dari seluruh partai
persilatan, kami menolak undangan saudara. Selain itu,
akupun hendak mohon bertanya dua buah hal....”

Sejenak menatap pada Iblis penakluk-dunia jago tua itu


berkata pula dengan nada mantap, “Kesatu, sebelum matahari
terbit, besok pagi It Hang totiang dan ke-7 kawan2nya harus
sudah dibebaskan. Kedua, lebih baik kalian berdua kembali
kedaerah luar perbatasan lagi, jangan mencampuri urusan
dunia persilatan di Tiong-goan!"

454
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah Iblis penakluk-dunia berobah dingin, serunya,


“Adakah totiang hendak mengulang cerita pada 20 tahun jang
lalu untuk mengusir kami dari Tiong-goan?"

“Sesungguhnya aku menjunjung perdamaian, harap


saudara suka mempertimbangkan semasak-masaknya!" kata
Ceng Hi totiang, lalu berpaling ke belakang dan berseru,
“Kasih tahu pada keempat kelompok kita. Besok pagi sebelum
mendapat perintahku, jangan sembarangan bertindak sendiri!"

Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, "Perintah itu tak


perlu disiarkan. Aku sudah memikir masak, besok sore kami
akan menyambut kedatangan para tetamu. Kami berdua
suami isteri akan bertindak sebagai tuan rumah yang layak.
Tetapi kalau hal itu tak mendapat perhatian, jangan salahkan
kami akan bertindak ganas!"

Ceng Hi totiang menghela napas panjang, “Segala apa


memang sudah kehendak Takdir. Aku tak dapat menentang
takdir. Tetapi sayang, entah berapa banyak korban yang akan
berjatuhan dalam pertempuran itu nanti!"

Iblis-penakluk-dunia tertawa seram, “Sekarang bukanlah


sama dengan 20 tahun jang lalu. Jika totiang memang
menjunjung kedamaian dan ketenteraman, silahkan totiang
masuk ke dalam lembah untuk berunding empat mata dengan
kami. Mungkin dapat diperoleh jalan keluar....”

Ceng Hi totiang merenung diam. Hanya matanya


memandang ke arah rombongannya, dengan pandang
meragu.

Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay berseru nyaring,


“Berunding dengan kedua iblis itu, tak ubah seperti berunding
dengan harimau mengenai kulit. Totiang memikul tanggung

455
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jawab keselamatan dunia persilatan, mana boleh


sembarangan menempuh bahaya?"

Ceng Hi totiang mengangguk lalu memandang Iblis


penakluk-dunia, serunya, “Kata-kataku hanya sampai disini.
Tak perlu untuk berunding apa2 lagi. Jika besok sampai
matahari menyingsing kami tak melihat It Hang totiang dan
kawan-kawan, terpaksa akan kupimpin serangan ke Lembah
Semi....”

“Kebajikan yang utama ialah mengusahakan perdamaian


pada umat manusia, katanya pula, "harap kalian suka pikir
sekali lagi. Ketahuilah, seluruh kaum persilatan sudah
berkumpul disini. Betapa berbahayanya Lembah Semi, namun
tetap tak mungkin mampu menghadapi serbuan seluruh kaum
persilatan!"

Habis berkata imam tua itu terus hendak mengajak


rombongannya pergi. Tetapi tiba-tiba terdengar Iblis
penakluk-dunia tertawa gelak2 dan menyusul terdengarlah
sebuah lengkingan tajam membentak, “Hm, macam apakah
ini!"

Pada saat Ceng Hi totiang memandang kemuka, entah


kapan datangnya tahu2 Lam-hay Sin-ni sudah berada dimuka
dan memandang tajam kepada rombongan orang gagah.

Rahib sakti dari Lam-hay itu memang jarang berkelana di


dunia persilatan. Sebagian besar kaum persilatan tak kenal
padanya. Tetapi tokoh2 semacam Ceng Hi totiang, Toh Hun-
ki, Ti Gong taysu dan beberapa jago tua, semua sudah pernah
melihat rahib itu. Kebanyakan kaum persilatan selalu bersikap
menghormat dan menjauhi rahib sakti yang aneh wataknya
itu.

456
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera Ceng Hi totiang memberi hormat, ujarnya, “Konon


kabarnya Sin-ni mengasingkan diri digunung Bu-ih-san. Tak
kira kalau hari ini dapat bertemu disini. Entah apakah maksud
kunjungan Sin-ni kemari....”

Lam-hay Sin-ni mendengus lalu balas bertanya, “Ho,


engkau kenal aku juga?"

Ceng Hi totiang tertawa, “Pada pertemuan ditelaga Leng-ti


dahulu, aku beruntung dalam berjumpa sekali dengan Sin-ni.
Pada masa itu Sin-ni masih agak muda dan akupun masih
seorang pemuda....”

Ketua Kun-lun-pay itu berhenti sejenak untuk bersenyum


lalu, “Menurut perhitungan, peristiwa itu sudah berlangsung
20 tahun yang lalu!"

Wajah Lam-hay Sin-ni agak tenang, ujarnya, “Benar,


ingatanmu masih bagus sekali!" -tiba-tiba wajah rahib itu
mengerut tegang lag!, “Perlu apa kalian datang kemari?
Apakah juga akan mencari pusaka?"

Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, “Sudah hampir 20


tahun aku menutup diri dari keramaian dunia. Kali ini terpaksa
muncul kedunia persilatan lagi adalah karena hendak
mencegah pertumpahan di dunia persilatan. Sama sekali tiada
keinginan hendak mencari pusaka. Dan lagi kitab pusaka itu
hanya suatu kabar cerita yang sudah berlangsung beberapa
ratus tahun. Adakah kabar itu dapat dipercaya, aku tak berani
memastikan!"

Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia menggunakan ilmu


Menyusup suara kepada Lam-hay Sin-ni, “Imam tua itu telah
membawa ribuan pengikut untuk mengepung Lembah Semi
sini. Jika tindakan itu bukan untuk mencari kitab pusaka,

457
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

apakah ada lain alasan lagi yang dapat membohongi seorang


anak kecil?"

Lam-hay Sin-ni mengangguk. "Benar, masakan aku dapat


dikelabuhinya.... rahib itu diam sebentar lalu bertanya, “Tetapi
apakah tujuan Adu Kepandaian di Lembah Semi yang hendak
kalian selenggarakan itu?"

Iblis penakluk-dunia tetap gunakan ilmu Menyusup suara


untuk menyahut, “Dewasa ini setiap orang persilatan tentu
mengiler akan kitab pusaka itu. Dengan menggunakan
keadaan Lembah Semi yang berbahaya ini, aku hendak
mencegah tindakan mereka, dan lagi....”

Iblis itu tersenyum lalu berkata pula, “Yang separoh bagian


dari peta Giok-pwe itu menang berada padaku, tetapi yang
separoh lagi kemungkinan berada pada mereka. Aku hendak
merebut yang separoh itu dari tangan mereka untuk
kupersembahkan kepada Sin-ni."

Berseri-seri gembiralah wajah Lam-hay Sin-ni. Tetapi pada


lain saat. tiba-tiba wajahnya mengerut lagi, “Kitab pusaka dari
Tio Sam-hong, setiap hidung tentu menginginkan. Masakan
kalian suami isteri tak menghendakinya? Apalagi sama sekali
aku tak pernah melepas budi kepadamu, mengapa kalian
begitu ihlas hendak menyerahkan peta itu kepadaku?"

Mata rahib itu berkilat-kilat memandang Iblis-penakluk-


dunia dengan penuh kecurigaan.

Iblis-penakluk-dunia tercengang, Tetapi cepat ia dapat


menguasai keadaan. Iapun tertawa sinis.... Memang tak salah
kalau Sin-ni menaruh kecurigaan. Aku memang masih
mempunyai alasan yang belum kuberitahukan....”

458
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia merenung sejenak lalu berkata dengan tenang,


“Pertama, kami berdua suami isteri amat mengagumi sekali
akan ilmu sakti Cek-ci-sin-kang dari Sin-ni. Kedua, kami
mempunyai sebuah persoalan yang ingin memohon bantuan
Sin-ni....”

“Soal apa? Lekas katakanlah!"

“Kami suami isteri selalu bersikap baik kepada orang tetapi


entah bagaimana kami selalu dimusuhi orang saja. Dua puluh
tahun yang lalu, kami telah dikepung dan hendak dibunuh
oleh Ceng Hi totiang dan kawan-kawannya sehingga kami
terpaksa melarikan diri keluar perbatasan....”

Iblis penakluk-dunia menghias tutur ceritanya dengan


sebuah helaan napas. "Seperti kali ini, baru beberapa hari
kami pulang ke lembah, tokoh2 partai persilatan itu terus
berbondong-bondong datang kemari hendak membikin
perhitungan kepada kami. Bahkan pada tengah malam begini,
mereka tetap masuk ke dalam lembah hendak mencelakai diri
kami. Saat ini Ceng Hi totiang kembali membawa
rombongannya hendak menghancurkan lembah kami.
Rupanya jika kami berdua suami isteri belum mati, mereka
tetap tak puas Oleh karena itu, dengan menggunakan
kesempatan Adu Kepandaian itu, kami hendak mohon bantuan
Sin-ni untuk menundukkan mereka. Bukan karena kami ingin
menguasai dunia persilatan, melainkan agar kami dapat hidup
disini dengan tenteram. Sudah tentu budi pertolongan Sin-ni
itu kami takkan lupa selama-lamanya!"

Rupanya Lam-hay Sin-ni mudah sekali percaya omongan


manis. Seketika timbullah rasa simpatinya kepada Iblis
penakluk-dunia. Berulang kali ia mengangguk-angguk kepala.
"Itu mudah saja, aku akan membantumulah."

459
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Lebih dulu terimalah persembahan terima kasih kami atas


budi pertolongan Sin-ni!" serta-merta Iblis penakluk-dunia
menjurah memberi hormat.

Dengan wajah berseri, rahib itu berpaling ke arah Ceng Hi


totiang. bentaknya, “Adu Kepandaian itu akan dilangsungkan
besok malam. Mengapa kalian sekarang sudah datang?"

Ceng Hi totiang memang tak tahu apa hubungan antara


suami isteri iblis itu dengan Lam-hay Sin-ni. Apalagi
pembicaraan mereka dilakukan dengan menggunakan ilmu
Menyusup-suara. Yang dilihatnya hanya bibir kedua orang itu
tak henti2nya bergerak. Ia duga mereka tentu sedang
bercakap-cakap. Dan menilik nada serta sikapnya, tahulah
Ceng Hi totiang bahwa rahib itu datang karena hendak
mencari pusaka peninggalan Tio Sam-hong.

Menilik betapa licik manusia Iblis-penakluk-dunia itu dan


mengingat betapa picik pengalaman Lam-hay Sin-ni yang
jarang keluar kedunia persilatan itu, diam-diam Ceng Hi
Totiang gelisah. "Ah, kalau kitab pusaka itu sampai jatuh
ketangan orang yang tak bertanggung jawab semacam Iblis-
penakluk-dunia, alangkah ngerinya nasib dunia persilatan
nanti....”

Toh Hun-ki, Ti Gong taysu dan lain-lain tokoh, cukup


mengetahui kelihayan ilmu sakti Cek-ci-sin-kang dari rahib
itu.... Mereka gelisah. Kalau rahib itu sampai dipergunakan
Iblis penakluk-dunia, tentu hebatlah akibatnya bagi
rombongan Ceng Hi totiang.

Ceng Hi totiang gelagapan mendengar bentakan rahib itu.


Buru-buru ia memberi hormat, sahutnya, “Selama ini Sin-ni
selalu menjauhkan diri dari pergolakan dunia persilatan yang
kotor. Dan kaum persilatan menaruh perindahan tinggi kepada

460
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sin-ni. Maka heranlah kami mengapa saat ini Sin-ni muncul


dan membantu kedua suami isteri durjana itu?"

Lam-hay Sin-ni deliki mata, membentak, “Apakah engkau


hendak memberi nasehat kepadaku?"

Pun Iblis penakluk-dunia cepat menambahi kata, “Totiang


amat termasyhur di dunia persilatan dan sangat diindahkan
sekali oleh dunia persilatan. Sekali pun kata2 totiang itu
menyinggung perasaanku, tetapi aku rela menerimanya.
Tetapi kalau totiang menghina pada Sin-ni, ah, sungguh
keterlaluan sekali!"

Lam-hay Sin-ni yang polos dan jujur tetapi agak tolol,


seketika terbakarlah kemarahannya mendengar ucapan Iblis
penakluk-dunia itu. Segera ia ayunkan tangan, melontar
pukulan.

Bum.... sebuah batu besar hancur bertebaran keempat


penjuru!

Ternyata pukulan rahib itu ditujukan pada sebuah batu


besar yang terpisah beberapa meter dari tempat Ceng Hi
totiang.

Tetapi tak kecewalah Ceng Hi sebagai seorang datuk


persilatan. Ia memiliki toleransi yang besar sekali. Setitikpun ia
tak terpengaruh oleh pameran ilmu kesaktian dari rahib itu. Ia
tetap tegak dengan tenangnya.

“Dengan Kekuatan menaklukan orang, tidaklah seindah


menaklukkan orang dengan Keluhuran budi. Apalagi dunia
persilatan selalu mengutamakan Keadilan dan Kebenaran!"
kata imam tua itu dengan tertawa hambar, lalu menghela
napas. Seolah-olah menyesalkan tindakan Lam-hay yang

461
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

karena hendak mencari kitab pusaka telah rela bekerja-sama


dengan suami isteri durjana.

Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, “Selama mengasingkan


diri digunung sepi, aku tak pernah melepaskan diri dari
persoalan manusia. Kemungkinan nanti aku pun akan menjajal
kepandaian dengan kalian!"

Ceng Hi totiang terbeliak. Benar-benar ia tak mengira


bahwa seorang rahib tua yang memiliki salah satu dari ilmu
Panca Sakti dan sudah berpuluh tahun mengasingkan diri
ternyata masih belum mencapai kesadaran. Masih tak dapat
membedakan antara Putih dengan Hitam. Masih dikuasai
nafsu untuk mengejar nama dan keuntungan. Adakah rahib itu
benar-benar kurang waras! pikirannya?

Toh Hun-ki dan rombongan serta Ti Gong taysu yang lebih


banyak dipengaruhi rasa jerih terhadap kesaktian rahib itu, tak
berani ikut bicara.

Dengan wajah berseri riang Lam-hay Sin-ni memandang


sekalian orang itu kemudian berpaling kepada Iblis-penakluk-
dunia, “Sekarang mari kita masuk ke dalam lembah untuk
mengambil Giok-pwe yang separoh bagian itu?"

Iblis-penakluk-dunia mengangguk, “Baiklah, mari kuantar


Sin-ni!" -ia terus berputar diri dan ayunkan langkah.

Dewi Neraka cepat melesat kesamping Lam-hay Sin-ni.


Tangan kiri mencekal tongkat kepala naga, tangan kanan
memapah lambung Lam-hay Sin-ni.

Ceng Hi totiang memandang bayangan rahib itu dengan tak


berkata suatu apa. Tetapi ketika Lam-hay Sin-ni baru berjalan
beberapa langkah, tiba-tiba dari udara terdengar suara
gemboran menggeledek, “Sin-ni, berhentilah!"

462
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesosok tubuh melayang dari atas gerumbul pohon.


Gerakannya mirip dengan seekor burung rajawali. Dan tepat
orang itu melayang turun beberapa langkah dimuka Sin-ni.

Baik rombongan Ceng Hi totiang maupun suami isteri Iblis


penakluk-dunia, terperanjat sekali dan buru-buru hentikan
langkah.

Kiranya yang muncul itu adalah Siau-liong dalam


penyamaran sebagai Pendekar Laknat.

Ceng Hi totiang dan rombongannya pun tak jadi tinggalkan


tempat itu.

Sejenak terkejut, Iblis-penakluk-dunia segera tenang


kembali. Ia tertawa dingin, “Tua bangka Laknat, umurmu
benar-benar masih panjang!"

Pun Dewi Neraka dengan heran2 kejut, berseru,


“Bagaimana engkau dapat menemukan jalan rahasia dalam
lembah? Asal engkau mau mengatakan, kami takkan
menyusahkan engkau lagi!"

Siau-liong tertawa; "Sudan kukatakan semula, tempat


sebagai Lembah Semi itu, aku senang datang terus datang,
senang pergi pun pergi. Segala macam alat perangkap dan
tempat yang berbahaya dalam lembah, masakan mampu
merintangi kebebasanku?"

Pada saat kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia hendak


menyahut, Lam-hay Sin-ni cepat mencegahnya. Kemudian
rahib itu tersenyum pada Siau-liong, serunya, “Uh, hampir saja
kulupakan engkau? Apakah engkau tetap bersembunyi di atas
pohon itu?"

463
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Benar, apa yang Sin-ni dan kedua iblis bicarakan tadi,


telah kudengar semua!"

Lam-hay Sin-ni memandang wajah Siau-liong, serunya, “Ya,


omonganmu itu benar sekali....” -ia menunjuk pada suami
isteri Iblis -penakluk-dunia, berkata pula; "memang Giok-pwe
yang separoh bagian itu berada ditangan mereka dan
sekarang hendak kuambil ke dalam lembah!"

Siau-liong berkata dingin, “Kukuatir separoh Giok-pwe itu


Sin-ni tak dapat memperolehnya dan lagi. Jangan masuk ke
dalam lembah!"

“Mengapa?" bentak rahib itu dengan marah.

“Selama ini Sin-ni hanya tinggal menyepi digunung dan tak


menghiraukan urusan dunia. Kali ini kedatangan Sin-ni untuk
mencari kitab pusaka Tio Sam-hong, kurasa bukanlah
dikarenakan hendak memburu harta permata yang tak ternilai
jumlahnya itu!"

"Sudah tentu," sahut Lam-hay Sin-ni, "aku tak butuh


dengan segala harta kekayaan dunia!"

“Karena tak menginginkan harta permata, jelas tentulah


hanya untuk Kitab pusaka itu saja....”

Siau-liong berhenti sejenak memandang sekalian orang


yang tegak berdiri diam, lalu berseru nyaring, “Walaupun ilmu
Thian-kong-sin-kang itu tergolong salah satu dari Panca Sakti,
tetapi hanya ilmu itulah yang mendasarkan pada Sin
(semangat). Jadi jauh di atas ilmu sakti Thian-jim-sin-kang,
Jit-hua-sin-kang, Yi-li-sin-kang dan ilmu Cek-ci-sin-kang yang
Sin-ni miliki. Maka apabila ilmu Thian-kong-sin-kang yang
tertera pada kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan lain
orang, Sin-ni pasti akan tergeser dalam kedudukan sebagai

464
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tokoh kelas dua. Jika Sin-ni dapat memperoleh ilmu Thian-


kong sin-kang itu, Sin-ni akan memiliki dua buah ilmu sakti
yang tiada taranya dan dengan sendirinya Sin-nilah satu-
satunya tokoh nomor satu dalam dunia persilaran....”

Ceng Hi totiang dan sekalian orang mendengarkan dengan


penuh perhatian. Sekalipun ilmu Panca Sakti itu sudah tersiar
dalam dunia persilatan sejak berpuluh-puluh tahun tetapi
karena sudah lama sekali tak pernah muncul tokoh yang
menggunakan ilmu sakti itu, maka orang menganggapnya
hanya sebagai khayalan saja. Maka pada saat Pendekar
Laknat Siau-liong mengungkapkan lagi tentang kelima ilmu
sakti itu dengan jelas, sekalian tokoh2 yang hadir disitu sama
tercergang-cengang....

Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, “Meskipun kata-katamu


itu tak sedap, tetapi memang kenyataannya bcgitulah, aku
Lam-hay Sin-ni memang tak mau campur tangan urusan dunia
persilatan tetapi aku pun tak rela kalau ada orang yang lebih
unggul kepandaiannya dari diriku!"

Siau-liong memandang kedua suami isteri Iblis-penakluk-


dunia lalu tertawa hambar, "Selama ini Sin-ni hanya
mengabdikan diri pada ajaran suci dan tak mau mergotorkan
diri pada kejahatan dunia. Jika kitab pusaka yang berisi Thian-
kong-sin-kang itu akan menjadikan seseorang melonjak dalam
kedudukan sebagai tokoh persilatan nomor satu, masakan
kedua Suami isteri itu mau begitu rela menyerahkan pada Sin-
ni? Dalam hal itu tentulah....”

Iblis-penakluk-dunia cepat menukas dengan tertawa


melengking nyaring, “Betapapun engkau hendak
menggunakan lidahmu yang tajam tetapi tak mungkin dapat
memecah belah Sin-ni dengan aku....”

465
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jangan mengerat omongan orang! Biarkan dia bicara


sampai habis dulu!" bentak Lam-hay Sin-ni.

Siau-liong mendengus ejek lalu melanjutkan kata-katanya,


“Jelas kedua suami isteri iblis itu mengandung hati durjana.
Jika Sin-ni sampai terjebak masuk ke dalam lembah, berarti
Sin-ni akan terjerumus ke dalam liang naga. Bukan saja
separoh Giok-pwe itu takkan Sin-ni peroleh, bahkan Sin-ni
sendiri tentu sukar akan keluar dari situ....”

Siau - liong berhenti sejenak untuk mengatur kata2.


Setelah itu berserulah ia dengan keras, “Jong Leng lojin
adalah contohnya!"

"Siapakah Jong Leng lojin itu?" tanya Lam -hay Sin-ni.

“Jong Leng lojin adalah salah seorang tokoh yang memiliki


ilmu sakti Jit-hua-sin-kang!" teriak Siau-liong, "dia sekarang
berada dalam penjara dibawah tanah dengan kedua kakinya
dirantai!"'

Lam-hay Sin-ni maju selangkah dengan mata berkilat-kilat


tajam, serunja; "Benarkah itu?"

"Aku menyaksikan sendiri!" sahut Siau liong.

Wajah Lam-hay Sin-ni tampak membeku lalu berpaling ke


arah Iblis-penakluk-dunia.

Juga Ceng Hi toting dan sekalian orang terperanjat


mendengar keterangan Pendekar Laknat Siau-liong itu.... Jika
hal itu benar, sungguh suatu peristiwa yang tiada tara
ngerinya. Jong leng lojin sudah berpuluh-puluh tahun tak
muncul di dunia persilatan. Orang mengira dia tentu sudah
mati atau sudah lenyap. Tetapi mengapa ternyata
dipenjarakan Iblis penakluk-dunia dalam Lembah Semi?

466
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalian orang setengah meragukan keterangan Siau-liong


itu.

Diantara sekian banyak orang, hanya Ceng Hi totianglah


yang paling rapat hubungannya dengan Pendekar Laknat.
Sudah beberapa kali ia bertemu dengan momok itu maka
tahulah ia bagaimana watak dan pribadi momok itu.

Sejauh ingatan Ceng Hi totiang, dahulu Pendekar Laknat itu


seorang manusia yang sukar diraba pendiriannya. Malang
melintang di dunia persilatan menurut sekehendak hatinya
yang angkuh dan ganas. Tetapi mengapa sekarang, dua puluh
tahun kemudian, momok itu tiba-tiba berobah begitu sadar,
dapat membedakan mana yang lurus dan mana yang jahat?

Dan yang paling tak dimengertinya ialah dua puluh tahun


yang lalu Pendekar Laknat itu bertubuh pendek tetapi
mengapa sekarang berobah begitu tinggi besar? Masakan
makin tua makin bertambah tinggi!

Saat itu suasana makin bertambah tegang. Sekalian orang


memandang ke arah Lam-hay Sin-ni. Rupanya rahib yang
memiliki salah satu dari ilmu Panca Sakti, hendak berbalik
memusuhi Iblis penakluk-dunia.

Tetapi Iblis-penakluk-dunia tetap mengulum senyum dan


memberi homat kepada rahib itu, “Adakah Sin-ni percaya akan
omongan itu?"

"Kalau melihat dengan mata kepala sendiri, tentulah tak


bohong!" sahut Sin-ni.

Iblis penakluk-dunia tertawa nyaring, “Jong Leng lojin


memiliki ilmu sakti Jit-hua-sin-kang. Dalam dunia persilatan
kedudukannya sama dengan Sin-ni. Masakan kami berdua

467
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mampu menjebloskannya dalam penjara dibawah tanah?


Apalagi....”

Ia memandang Siau-liong dan rombongan Ceng Hi totiang.

"Si tua Laknat, Toh Hun-ki ketua Kong-tong pay, Ti Gong


taysu dari Siau-lim-si, To Kiu-kong ketua Kay-pang dan lain-
lain pernah masuk ke dalam lembah dan dapat keluar dengan
tak kurang suatu apa. Jika lembah itu penuh dengan alat
jebakan dan kami mempunyai kemampuan untuk
memenjarakan Jong leng lojin, masakan rombongan mereka
dapat lolos dari tangan kami? Masakan mereka dapat berdiri
disini dan menyerang kami dengan fitnah yang tajam?"

Lam-hay Sin-ni mengangguk angguk, “Omonganmu benar


juga. Hampir saja aku dapat dikelabuhi!"

Dengan mata berkilat-kilat rahib itu menatap Siau-liong.


Melihat itu Iblis-penakluk-dunia cepat menambah minyak ke
dalam api. Serunya, “Masih ada sebuah hal penting yang
hendak kuberitahukan kepada Sin-ni Giok-pwe yang separoh
bagian itu berada pada si tua Laknat!"

Seketika berobahlah wajah Sin-ni terkejut girang. Cepat ia


menegur Siau-liong, “Benarkah itu?"

"Benar!" Siau-liong tertawa hambar.

"Lekas serahkan padaku!"

Siau-liong tertawa dingin, “Sekabpun aku ingin


menyerahkan Giok-pwe itu, tetapi sekarang sudah tak dapat."
Berhenti sejenak, Siau liong mengangkat muka memandang
kelangit dan berseru pula dengan nada tawar, “Kitab pusaka
tulisan Tio Sam-hong dan harta karun yang nilainya dapat
dibelikan sebuah kota, sejak saat ini bakal lenyap dan tinggal

468
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merupakan sebuah teka-teki saja. Andaikata benar ada pun


harta pusaka itu tak mungkin diketemukan orang lagi dan
akan terpendam dalam tanah untuk selama-lamanya."

“Perlu apa engkau mengoceh belo tak keruan itu." bentak


Lam-hay Sin-ni.

Siau - Hong tertawa lepas. Dengan tandas ia berkata:


.”Separoh Giok-pwe itu telah kuremas hancur berkeping-
keping....”

Seketika berobahlah wajah lblis penakluk-dunia. Tetapi


beberapa saat kemudian ia tertawa gelak2; "Omongan
semacam itu, anak kecil umur 3 tahunpun tak mungkin
percaya!"

Lm-hay Sin-ni tertegun lalu melengking, “Aku pun juga tak


percaya!"

Siau-liong menertawakan Iblis-penakluk-dunia, serunya,


“Aku tak butuh engkau percaya atau tidak! Tetapi jelas kalau
separoh bagian Giok-pwe itu sudah kuhancurkan. Dengan
begitu yang separoh bagian lagi sudah tak berguna."

Dengan murka sekali Lam-hay Sin-ni membentaknya, “lekas


serahkan separoh bagian Giok-pwe itu. Kalau tidak terpaksa
aku turun tangan!"

Bentakan itu dilambari dengan tenaga dalam yang hebat


sehingga sekalian orang yang hadir disitu seperti mendengar
halilintar meletus. Mereka terkejut dan memandang ke arah
rahib itu.

Dibawah sinar rembulan, tampak dengan mata berapi-api


rahib itu memandang Siau-liong seraya pelahan-lahan maju
menghampiri....

469
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tampak jubahnya yang gerombyong itu berkibar-kibar


keras. Tanah yang dilaluinya meninggalkan bekas telapak
sedalam tiga inci. Dahinya memancar sinar pembunuhan yang
buas.

Siau-liong memandang gerak-gerik Sin-ni itu dengan penuh


perhatian. Diam-diam ia kerahkan seluruh tenaga dalam Bu-
kek-sun-kang. Walau pun belum yakin akan menang, namun
ia bertekad untuk menghadapi Sin-ni itu.

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka berdiri disamping


sambil tertawa sinis. Seri wajahnya amat riang karena
siasatnya mengadu domba akan berhasil.

Tidak demikian dengnn ketua Kong-tong-pay, Toh Hun-ki.


Diam-diam ia keluarkan keringat dingin karena mencemaskan
Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia gunakun ilmu
Menyusup Suara untuk berseru kepada Ceng Hi totiang.

"Pendekar Laknat yang sekarang jauh sekali bedanya


dengan dahulu. Kami dan kawan2 ketika dikurung dalam
lembah, jika tak ada dia yang menolongi, tentulah sudah
binasa. Dapatkah totiang membantu sedikit tenaga kepadanya
dalam menghadapi keganasan Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka dan untuk menyelamatkan dunia persilatan, jika bisa
mendapatkan tenaganya, tentu sangat berguna sekali"

Ceng Hi totiang kerutkan dahi. Mengangguk tetapi tak


menyahut apa2.

Beberapa langkah dimuka Siau-liong, Lam-hay Si-ni


berhenti, bentaknya pula, “Apakah engkau masih tak mau
menyerahkan Giok-pwe itu?"

470
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong deliki mata, “Sudah kukatakan, Giok-pwe itu


sudah kuhancurkan. Tetapi engkau berkeras tak percaya, apa
boleh buat!"

Bentak rahib itu, “Telah menjadi keputusanku untuk


mencari pusaka itu. Dengan menyimpan separoh Giok-pwe itu,
bagimu pun tak berguna. Bahkan malah akan menghilangkan
nyawamu yang sudah tua itu!"

Siau-liong tertawa angkuh, “Harap Sin-ni jangan


mengagulkan ilmu Cek-ci-sin-kang untuk memandang rendah
orang, Jika Sin-ni tak mau makan nasehatku, tentulah Sin-ni
akan mengalami nasib serupa Jong Leng lojin yang
dipenjarakan dibawah tanah oleh kedua suami isteri iblis itu!"

Wajah Sin-ni berobah pucat dan membentaklah ia dengan


kalap, “Apakah engkau benar-benar tak takut mati!" Tiba-tiba
ia mengangkat tangan kanan hendak memukul....

Diam-diam Siau-liong menimang, “Mati hidup sudah takdir!


Jika aku memang harus mati ditangan rahib ini, mau lari
kemana lagi? Hm....?"

Siau-liong telah mengambil keputusan. Andaikata sekarang


tidak, pun setahun lagi ia pasti akan mati juga. Baginya tiada
yang diharap lagi. Pikiran kacau, hatinya pun gundah. Maka
tetap tegaklah ia ditempat. Kedua tangan telah disiapkan
dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dan ia benar-benar
hendak mengadu jiwa dengan Lam-hay Sin-ni.

Mata Lam-hay Sin-ni memang tajam sekali. Cepat ia


melihat bahwa kedua tangan Siau-liong menjadi merah
membara. Seketika tertawalah ia mengekeh.

“Heh, heh, dengan mengandalkan ilmu liar itu, engkau


hendak melawan aku?" serunya mengejek.

471
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ucapan itu diserempaki dengan gerakan tangan kanannya


yang sudah diangkat tadi.... Seketika terdengar deru angin
yang tajam melanda kepala Siau-liong....

Siau Liong memang sudah siap. Ia sudah kerahkan seluruh


tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Kedua tangan diangkat kedada
lalu pe-lahan2 disongsongkan kemuka.

Bam.... terdengar ledakan keras. Tubuh Siau liong ber-


goyang2 beberapa kali. Wajahnya tetap tak berobah dan tetap
tegak ditempatnya.

Dan ketika kedua pukulan itu berbentur, berhamburanlah


hawa panas kesekeliling. Sekalian orang yang hadir
merasakan hawa itu.

Ternyata ilmu sakti Cek-ci-sin-kang itu berdasar pada hawa


panas dalam tubuh. Sedang tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang itu
pun juga berdasar pada api dalam tubuh. Kedua tenaga sakti
itu sama2 tergolong tenaga keras yang panas.

“Hai, Laknat tua, kepandaianmu hebat juga!" seru Lam-hay


Sin-ni tertawa.

Siau-liong pun tertawa hambar, “Ah, Sin-ni keliwat


memuji....”

Diam-diam Siau-liong heran. Ketika berhadapan dengan


Jong Leng lojin di penjara bawah tanah, ia tak mampu berbuat
apa2 menghadapi tenaga-sakti Jit-hua-sin-kang tokoh tua itu.
Pun dengan Randa gunung Busan yang memiliki tenaga-sakti
Ya-li-sin-kang. Walaupun ia belum pernah bertempur, tetapi
dari kesaktian anak perempuannya yang adu tenaga dengan
dia itu, jelas kalau ilmu Ya-li-sin-kang itu jauh lebih unggul
dari Bu-kek-sin-kang.

472
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adalah karena terpaksa, maka ia nekad menghadapi


serangan Lam-hay Sin-ni. Tadi dalam adu pukulan ia telah
menggunakan 10 bagian tenaga sakti Bu-kek-sin-kang.
Sekalipun tak dapat menghalau Lam-hay Sin-ni, tetapi ia juga
tak menderita apa2.

Seketika timbullah nyalinya.

Tiba-tiba Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, “Pukulanku


dengan dua bagian Cek-ci-sin-kang tadi dapat membunuh 3
ekor harimau. Tetapi engkau mampu menerimanya, sungguh
hebat juga!"

Siau-liong terbeliak kaget. Kiranya Sin-ni hanya


menggunakan dua bagian dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Ah,
maka perbawanya tak begitu hebat.

Pada saat rasa ngerinya mulai membayangkan bagaimana


akibatnya apabila rahib itu memukul dengan tenaga penuh,
tiba-tiba terdengar Lam-hay Sin-ni membentak keras.

“Setan tua, nih cobalah terima pukulan dari empat bagian


Cek-ci-sin-kang....! "

Anginpun men-deru2 dahsyat sekali....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 09

Jika Singa Ketemu Macan

473
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam keadaan seperti saat itu, Siau-liong bagaikan


seorang yang naik di punggung harimau. Terus naik celaka,
turunpun tentu dimakan.

Tetapi dari pada turun, lebih baik ia lanjutkan naik terus.


Siapa tahu nanti akan terjadi sesuatu yang diluar dugaan.

Darah muda Sian-liong meluap. Dan bulatlah sudah


tekadnya. Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada mati
bertekuk lutut....

Tanpa banyak pikir lagi, ia gerakkan kedua tangannya


dengan jurus Thay-siang-bu-kek yang dilambari dengan
tenaga sakti Bu-kek-sin-kang!

Bum....

Regukan angin yang panas ditaburi pecahan batu dan pasir


yang berhamburan ke sekeliling penjuru!

Tubuh Siau-liong bergoyang gontai maju mundur beberapa


kali. Tetapi masih tetap dapat tegak berdiri di tempatnya.

Ternyata dia telah mengkombinasikan ilmu pukulan Thay-


siang-ciang dan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Oleh karena dia
telah makan buah Im-yang-som dan minum darah binyawak
purba, maka tenaganya pun lebih unggul dari Pendekar Laknat
yang asli. Dengan demikian dapatlah ia bertahan dari pukulan
Lam-hay Sin-ni.

Di antara sekalian tokoh yang hadir, adalah To Kiu-kong


ketua Kay-pang yang paling terkejut sendiri. Dia benar-benar
tak mengerti mengapa Pendekar Laknat dapat menggunakan
pukulan Thay-siang ciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah
milik Pengemis Tengkorak Song Tay-kun yang jelas menjadi
musuh dari Pendekar Laknat!

474
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Juga Ceng Hi totiang yang luas pengalaman dan


pengetahuannya segera dapat mengetahui keanehan pada diri
Pendekar Laknat Siau-liong itu. Tokoh tua dari Kun-lun-pay itu
memandang Siau-liong dengan saksama.

"Aneh!" juga Lam-hay Sin-ni sendiri tertegun memandang


Siau-liong seraya mengingau. Rahib itu juga tak habis
herannya.

Pada waktu ia gunakan dua bagian dari tenaga sakti Cek-ci-


sin-kang tadi, jelas diketahuinya bahwa Pendekar Laknat Siau-
liong itu sudah kepayahan.

Dan pada pukulan yang kedua itu ia telah menambahkan


empat bagian tenaga sakti Cek-ci-sin-kang. Hal itu pasti akan
menghancurkan Siau-liong. Kalau tak mati tentu terluka parah.
Tetapi mengapa orang itu masih tetap kuat bertahan seperti
yang pertama tadi?

Siau-liong yang paling tahu jelas keadaan dirinya. Adalah


karena menggunakan ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang
dikombinasi dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang maka ia
mampu menerima pukulan Lam-hay Sin-ni. Tetapi apabila
rahib itu menambahi lagi tenaga saktinya, ia pasti tak kuat!

Toh Hun-ki yang menyaksikan adegan pertempuran maut


itu, bingung tak karuan. Buruan ia gunakan ilmu Menyusup
suara kepada Ceng Hi totiang.

“Saat ini sudah jelas bagaimana kekuatan kedua tokoh


yang adu pukulan itu. Jelas kedua suami isteri iblis hendak
menggunakan tangan Lam-hay Sin-ni untuk membinasakan
Pendekar Laknat. Jika kita berpeluk tangan membiarkan
Pendekar Laknat mati dipukul Lam-hay Sin-ni, sungguh tidak
bijaksana!"

475
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ceng Hi totiang menyahut dengan ilmu Menyusup suara


juga, “Lam-hay Sin-ni itu orang linglung tetapi memiliki ilmu
sakti Cek-ci-sin -kang. Harus dilawan dengan kepintaran tak
boleh dengan kekerasan. Aku telah menyanggupkan diri untuk
menerima beban kewajiban dari kawan2 persilatan. Saat ini
kita menghadapi bermacam-macam bahaya. Sekali tak
waspada, besar bahayanya. Bukankah hal itu akan memberi
keuntungan pada kedua suami isteri iblis untuk menguasai
dunia persilatan....”

Sejenak berhenti ketua Kun-lun-pay itu melanjutkan pula,


“Pendekar Laknat pada 20 tahun yang lalu dengan sekarang,
sungguh berbeda sekali. Begitu pula ucapannya sekarang ini
tiadalah sesombong dan seliar dahulu, tetapi penuh dengan
nalar yang tepat. Tetapi dia tetap berhati keras karena
walaupun jelas tak bisa melawan Lam-hay Sin-ni namun dia
tetap berani menghadapinya. Apakah itu bukan berarti dia
mancari mati sendiri? Sekalipun aku ingin menolongnya tetapi
tenagaku tak mampu!"

Toh Hun-ki tahu jelas bahwa tujuan dari Lam-hay Sin-ni itu
adalah untuk memperoleh Giok-pwe dan bukan hendak
bermusuhan dengan partai2 persilatan. Jika karena hendak
membantu Pendekar Laknat sampai menimbulkan kemarahan
rahib itu, tentu celakalah sekalian rombongan orang gagah.

Diam-diam ketua Kong-tong-pay itu mengakui kebenaran


ucapan Ceng Hi totiang. Ia makin gugup tetapi tak dapat
menemukan suatu akal.

Kebalikannya, Siau-long saat itu malah makin tenang.


Hatinya bulat, pikiran mantap.

476
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menggunakan kesempatan lawan sedang tertegun, diam-


diam ia kerahkan lagi tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, siap
menunggu serangan yang ketiga....

Setelah beberapa saat memandang Siau-liong dengan


heran. tiba-tiba mata Sin-ni itu menyala lagi. Tangan
kanannya pelahan-lahan diangkat dan berserulah ia nyaring.

"Kali ini akan kugunakan delapan bagian tenaga sakti Cek-


ci-sin-kang untuk menghancurkan dirimu!"

Siau-liong diam saja. Hatinya sudah bulat untuk mati.


Sepasang tangannya segera bergerak menyongsong kemuka.
Tangan kanan gunakan jurus Ki-lok-po-ti dan tangan kiri
dengan jurus Siu-lo-pan-cha. Dua jurus dahsyat dari ilmu
pukulan Thay-siang-ciang!

Gerakan tangan Lam-hay Sin-ni itu tampaknya lebih


pelahan dari yang tadi. Tetapi melihat wajahnya yang begitu
membesi, tahulah sekalian orang bahwa pukulan rahib itu
dahsyatnya bukan alang kepalang.

Sedang kedua tangan Siau-liong tadi bergerak dengan


keras. Tetapi begitu berbentur dengan tenaga sakti Cek-ci-sin-
kang, sirnalah tenaga Bu-kek-sin-kang itu seperti tenggelam
ke dalam laut.

Lam -hay Sin-ni tertawa mengekeh, bentaknya, “Tua


bangka Laknat, serahkan jiwamu!"

Dan serempak dengan itu tangannya pun bergerak cepat.


Angin mendesis tajam, melanda ke arah kepala Siau-liong.

Siau-liong terkejut tetapi tak berdaya. Ia meramkan mata


menunggu kematian....

477
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi pukulan maut Sin-ni itu tak kunjung datang. Bahkan


saat itu ia mendengar jeritan kaget dari sekalian orang
termasuk Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka.

Buru-buru ia membuka mata. Ketika memandang kemuka,


dilihatnya wajah Lam-hay Sin-ni pucat seperti kertas dan
tubuhnya terhuyung-huyung mau jatuh. Jelas rahib itu telah
menderita luka....

Siau-liong cepat dapat menyadari bahwa tentu ada seorang


sakti yang menolong jiwanya. Buru-buru ia berpaling. Ah,
beberapa langkah disampingnya, tampak seorang wanita
berpakaian hitam tegak berdiri dengan tenang.

Randa gunung Bu-san!

Di belakang wanita itu tampak si dara baju bijau yang


pernah adu pukulan dengan dia (Siau-liong). Dara itu
memandangnya dengan mata penuh dendam kebencian....

Juga tubuh janda dari Bu-san itu agak gemetar, wajahnya


pun pucat.

Kiranya pada saat pukulan maut Lam-hay Sin-ni akan


mencabut nyawa Siau-liong, tiba-tiba muncullah Randa Bu-san
yang segera ayunkan tangan menangkis pukulan Sin-ni.

Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san yang semula keras itu


tiba-tiba berobah menjadi lunak. Dan hapuslah tenaga sakti
Cek-ci-sin-kang dari Lam-hay Sin-ni. Adalah karena kedua
wanita itu berimbang kesaktiannya maka kedua-duanya pun
menderita luka kecil.

Setelah mengetahui siapa penolongnya, buru-buru Siau-


liong memberi hormat, “Terima kasih atas pertolonganmu,
aku....”

478
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Randa Bu-san mendengus. Tanpa menunggu orang selesai


bicara, ia terus berpaling ke arah Lam-hay Sin-ni.

Siau-liong tersipu-sipu malu. Untunglah saat itu perhatian


orang tertumpah pada Randa Bu-san sehingga kekikukan
Siau-liong itu tak ada yang memperhatikan.

Menatap tajam kepada wanita Bu-san, melengkinglah Lam-


hay Sin-ni ”Mengapa engkau membantunya?"

"Hanya kebetulan jalan disini dan melihat hal yang ganjil!"


sahut Randa Bu-san dengan dingin.

Lam-hay Sin-ni membentak tajam, “Apakah bukan karena


hendak mencari pusaka....?"

Mata rahib itu berkeliaran beberapa kali. Tiba-tiba ia


kerahkan tenaga dalam lalu berteriak, “Hari ini terpaksa aku
harus adu jiwa dengan engkau!"

Randa Bu-san hanya tertawa dingin. "Dalam adu jiwa, dua-


dua tentu sama terluka, Ketahuilah, Ya-li-sin-kang tidak
dibawah Cek-ci-sin-kang!"

Sepasang tangan Lam-hay Sin-ni yang sudah diangkat ke


atas itu kembali diturunkan. Ia deliki mata kepada wanita itu,
“Baik dalam mencari Giok-pwe, engkau dan aku masing-
masing mendapat separoh. Besok pagi pada saat ini, akan
kutunggumu disini. Kita tentukan siapa yang berhak memiliki
kitab Thian-kong-sin-kang itu!"

Randa Bu-san tertawa dingin, “Tamak menginginkan


barang yang bukan miliknya, menjadi penyebab kematian.
Rupanya engkau memang takkan lama hidup di dunia ini!"

479
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Siapa yang mati dan hidup, besok pagi pada saat ini. baru
diketahui!" sahut Lam-hay Sin-ni.

Randa Bu-san menghela napas, “Apakah engkau tetap


hendak ke dalam lembah?"

“Kalau aku tak pergi masakan kubiarkan engkau yang


pergi!" bentak Lam-hay Sin-ni.

Randa Bu-san gelengkan kepala dan berkata dengan nada


kecewa, “Silahkan pergi” ia terus berputar tubuh dan
melangkah pergi.

Kesempatan itu cepat digunakan Iblis penakluk-dunia untuk


melangkah kesamping Lam-hay Sin-ni dan membisiki
beberapa patah kata.

Wajah rahib itu berseri girang. Dipandangnya Randa Bu-


san, Siau-liong dan rombongan Ceng Hi totiang. Tiba-tiba ia
berputar tubuh terus ayunkan langkah diikuti oleh suami isteri
iblis dan rombongan anak buah Lembah Semi.

Siau-liong melangkah maju dan berkata kepada Randa Bu-


san, “Lam-hay Sin-ni seperti orang linglung ia pasti celaka
ditangan Iblis-penakluk-dunia. Mungkin nasibnya seperti Jong
Leng lojin....”

“Seretlah ia supaya jangan kesana!" Randa Bu-san deliki


mata.

Siau-liong tercengang.

Setelah deliki mata, Randa Bu-san segera melangkah pergi


sambil menggandeng puterinya. Tetapi dua langkah
kemudian. ia berhenti pula dan menghela napas, “Segala hal
memang sudah suratan takdir yang tak dapat dilawan....!"

480
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ucapan itu bernada rawan dan tanpa berpaling ke arah


Siau-liong. Sesaat kemudian ia menghela napas lagi.

Sementara si dara baju hijau tetap memandang Siau-liong


dengan sinar mata penuh kebencian, seolah-olah hendak
menelannya.

Saat itu rembulan purnama. Adalah karena kata2 Randa


Bu-san tentang takdir itu, perasaan Siau-liong tersinggung.
Beberapa tetes air mata menitik keluar....

Tetapi ketika ia menyadari pandang mata si dara baju hijau


yang penuh dendam itu, ia tersentak kaget dan buru-buru
membungkukkan tubuh memberi hormat kepada Randa Bu-
san, “Atas pertolongan tadi, aku merasa menyesal karena tak
dapat membalas....”

Ia tak dapat melanjutkan kata2 karena tersekat oleh rasa


haru yang hampir menitikkan air mata.

Randa Bu-san hanya mendengus, “Bermula aku hendak


membunuhmu! Tak kira kalau menolongmu.... ah "

Nadanya juga penuh dengan kedukaan.

Siau-liong teringat memang si dara baju hijau itu begitu


melihat dirinya sebagai Pendekar Laknat, terus menyerangnya
mati-matian. Dan ketika ia pingsan, lapat2 ia mendengar
wanita itu mengatakan hendak membunuhnya. Tetapi
mengapa tadi wanita itu menolongnya?

Beberapa saat kemudian, Randa Bu-san berpaling pelahan-


lahan. Sepasang matanya berapi-api menatap wajah Siau-
liong yang berlinang-linang, serunya, “Apakah saat ini engkau
juga mempunyai perasaan menyesal?"

481
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tak mengerti apa maksud pertanyaan wanita itu.


Pikirnya; “Aku tak kenal pada kalian ibu dan anak. Tak pula
terikat dendam permusuhan. Mengapa engkau berkata
begitu?"

Tetapi segera ia menyadari bahwa dirinya saat itu sedang


dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Sudah tentu
Randa Bu-san itu tak tahu siapa dirinya yang asli.

Siau-liong terlongong-longong. Peristiwa apakah yang


terjadi dahulu antara Randa dengan Pendjekar Laknat
mempunyai hubungan bagaimana sehingga wanita itu
membenci setengah mati. Tetapi anehnya, dalam saat
Pendekar Laknat Siau-liong dalam bahaya. wanita itu cepat
manolongnya?

Randa Bu-san itu menganggap Siau-liong atau Pendekar


Laknat telah menyesal. Dengan begitu kemungkinan dahulu
Pendekar Laknat aseli itu tentu telah melakukan sesuatu yang
menyalahi ibu dan puterinya itu.

Siau-liong teringat. Bahwa pada dinding batu tempat


Pendekar Laknat dahulu, hanya terdapat tulisan yang
manyatakan supaya ia (Siau-liong) suka mewakili Pendekar
Laknat datang kepuncak Sin-li-hong untuk memenuhi sebuah
janji. Begitupun pernyataan yang diucapkan Randa Bu-san
ketika Siau-liong pingsan dan dibawa oleh Mawar Putih
kepondok kediaman wanita itu.

Rangkaian kejadian itu, memberi kesimpulan kepada Siau-


liong bahwa dahulu semasa hidupnya, Pendekar Laknat aseli
itu tentu pernah mengikat dendam dengan Randa Bu-san.
Tetapi ia tak tahu, dendam pertikaian apa yang telah terjadi
diantara mereka.

482
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menilik umurnya, Rauda Bu-san itu seorang wanita


serengah tua. Sedang Pendekar Laknat paling tidak tentu
sudah berumur 70 tahun. Dan menilik pula pada wajah
Pendekar Laknat yang begitu menyeramkan, tak mungkin
dendam dengan Randa Bu-san itu mengenai soal Asmara.

Tetapi kalau mengingat betapa gemas sikap Randa Bu-san


yang hendak membunuh Pendekar Laknat tetapi pun mau
menolongnya dan kerut wajahnya yang menampilkan
kemesraan walau pun mulutnya selalu mengucap kata2 yang
tajam dan membenci, kemungkinan pertikaian antara kedua
orang itu tentulah akibat dari hubungau asmara....

Siau-liong teringat pula bahwa selama hidupnya, Pendekar


Laknat itu hanya seorang diri. Tiada sanak kadang, tiada
handai taulan. Ia malang melintang di dunia seorang diri.
Tetapi mengapa kini tahu2 terdapat seorang janda yang
mempunyai dendam kesumat kepadanya?

Sampai beberapa lama, belum juga Siau-liong dapat


memecahkan teka teki itu. Akhirnya ia berkata kepada Randa
Bu-san;

“Dahulu....”

Randa Bu-san menghela napas rawan, ujarnya, “Peristiwa


yang lampau, ternyata engkau masih mempunyai muka untuk
mengatakan lagi, engkau....”

Ia hentikan kata-katanya. Sejenak keliarkan mata, ia


melanjutkan pula, “Hal itu juga termasuk Karma. Kalau tidak
begitu, aku pun takkan menjadi pewaris dari ilmu sakti Ya-li-
sin-kang. Tetapi aku tetap tak dapat mengampuni Engkau
hanya karena hal itu....” "

483
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Siau-liong menatap kemuka, dilihatnya Wajah Randa


Bu-san berlinang-linang air-mata. Sambil menepuk bahu
puterinya, wanita dari Bu-san itu berkata pula, “Andaikata aku
dapat mengampunimu, anak kita ini tentu tak mau
melepaskan engkau!"

Siau-liong terkejut. Tetapi ia tak mau banyak bicara karena


kuatir akan ketahuan penyamarannya. Untung Randa Bu-san
pun tak menaruh kecurigaan kepadanya.

Kembali Randa Bu-san gentakkan kakinya ke tanah,


serunya; “Ingatlah, besok pertengahan musim Rontok tahu
muka, datanglah ke puncak Sin-li-hong untuk menerima
kematian. Dalam waktu setahun ini, engkau boleh mengatur
pesanan2 yang perlu engkau tinggalkan!"

Siau-liong tertawa hambar dan berkata seorang diri;


“Benar, tak peduli bagaimanapun juga, aku toh takkan hidup
lebih dan waktu pertengahan musim rontok itu....”

Randa Bu-san memandangnya dengan heran. Ia hendak


membuka mulut tetapi tak jadi. Menarik tangan puterinya,
tanpa berpaling ke belakang lagi, ia terus ayunkan langkah.

Siau-liong memandang terlongong-longong akan bayangan


kedua ibu dan anak itu lenyap dalam gerumbul pohon.

Tiba-tiba ia teringat sebuah hal yang penting. Ia harus


menyelidiki jejak Mawar Putih. Maka ia hendak menyusul
Randa Bu-san. Tetapi baru kaki hendak diangkat, tiba-tiba
terdengar orang berteriak gugup, “Pendekar Laknat....!"

Siau-liong terpaksa batalkan langkahnya dan berpaling.


Ternyata Toh Hun - ki ketua Kong-tong-pay sedang berdiri
sambil memberi hormat dengan tersenyum simpul.

484
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Apakah hendak menegur aku mengapa tak mendatangi


perjanjian?"

Toh Hun-ki terkesiap. Buru-buru ia berkata, “Ah, bukan.


Pendekar Laknat tentu mempunyai lain urusan yang penting
sehingga tak dapat hadir!"

Siau-liong menghela napas rawan, “Memang aku


mempunyai urusan penting. Tetapi aku bukan orang yang tak
pegang janji. Dalam penyerangan kesarang suami isteri iblis
nanti, aku akan membantu sedikit tenaga!"

Sikapnya yang dingin kepada ketua Kong-tong-pay itu


disebabkan: Kesatu, ia harus membawa sikap seperti
Pendekar Laknat yang angkuh dan dingin. Agar jangan
diketahui Toh Hun-ki, Ceng Hi totiang dan lain-lain orang.
Kedua, Toh Hun-ki itu adalah pembunuh ayahnya. Kelak pada
suatu saat ia harus membunuhnya. Ketiga, hatinya sedang
resah gelisah. Penuh dendam dan kemarahan. Maka nada
ucapannya pun ketus dan angkuh seperti Pendekar Laknat
yang asli.

Tetapi betapa pun, dia bukanlah Pendekar Laknat,


melainkan Siau-liong yang menjunjung Keadilan dan
Kebenaran. Demi membalas budi Pendekar Laknat maka ia
menyaru menjadi tokoh itu tetapi dengan sepak terjang yang
berlainan agar dapat mengembalikan nama baiknya.

Terhadap Toh Hun-ki, musuh yang telah membunuh


ayahnya, diam-diam ia mempunyai kesan lain. Ia tertarik akan
peribadi ketua Kong-tong-pay yang tak gentar menghadapi
ancaman dan tekanan. Ketua itu tetap berani membela
Kebenaran. Adakah dia sampai hati untuk membunuh seorang
tokoh yang begitu lurus peribadinya?

485
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan pula Toh Hun-ki itu bersikap mengindahkan dan


melindungi Pendekar Laknat. Baik dengan ucapan mau pun
dengan tindakan yang nyata. Dan yang paling hebat, ketua
Kong-tong-pay itu dengan serta-merta telah rela menyerahkan
sebagian Giok-pwe itu kepada Pendekar Laknat!

Merenung kesemua itu, timbullah rasa sesal dalam hati


Siau-liong. Tertawalah ia dengan rawan, “Separoh Giok-pwe
yang engkau berikan kepadaku tempo hari, memang benar-
benar sudah kuhancurkan!"

Tetapi Toh Hun-ki tak terkejut. Dengan tenang ia


menyahut, “Begitupun juga baik! Jika kitab pusaka itu jatuh
ketangan orang baik, tentu merupakan suatu berkah bagi
dunia persilatan. Tetapi jika sampai ketangan manusia jahat,
dunia persilatan tentu celaka!"

Sejenak memandang ke arah Ceng Hi totiang, To Kiu-kong


dan beberapa orang, berkatalah Siau-liong kepada ketua
Kong-tong-pay itu, “Aku masih mempunyai lain urusan, untuk
sementara terpaksa akan pergi!" -habis berkata ia segera
ayunkan langkah menyusul Randa Busan dan puterinya tadi.

“Pendekar Laknat!" tiba-tiba Toh Hun-ki berseru


memanggil.

Siau-liong terpaksa berhenti, bentaknya, “Mengapa?"

"Saat ini disekitar gunung Tay-liang-san penuh dengan


tokoh2 dari partai2 persilatan. Dengan pergi begitu saja,
kemungkinan Pendekar Laknat.... akan bersua dengan
beberapa hal yang tak leluasa....” -kata Toh Hun-ki lalu
menyerahkan sehelai sutera kuning kepada Siau-liong, “sutera
ini merupakan pertandaan bagi kawan2 kita. Baiklah engkau
membawanya agar jangan terjadi salah faham."

486
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menyambuti dan menghaturkan terima kasih.


Tetapi ketika ia hendak berjalan, tiba-tiba Ceng Hi totiang, Ti
Gong taysu dan beberapa orang menghampiri kemukanya.

Siau-liong kerutkan alis. Ia terpaksa memberi hormat,


serunya, “Saudara2....”

Ti Gong taysu menyerukan Omitohud lalu melangkah maju


dan memberi hormat, “Aku hendak menghaturkan terima
kasih atas pertolongan saudara!"

Siau-liong tertawa, “Ah, hanya soal kecil, usah taysu ingat


lagi!"

Juga To Kiu-kong dan Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan


kedua pengemis pincang, maju menghampiri kehadapan Siau
-liong. Memberi hormat lalu mundur lagi tanpa berkata suatu
apa.

Kiranya To Kiu-kong masih meragu. Jelas ketika bertempur


dengan Lam-hay Sin-ni tadi, Pendekar Laknat telah gunakan
pukulan Thay-siang-ciang.

Ceng Hi totiang memandang beberapa saat kepada Siau-


liong lalu berkata, “Bahwa Pendekar Laknat telah kembali
kejalan yang terang, sungguh merupakan suatu berkah bagi
dunia persilatan. Ijinkan kuwakili seluruh kaum persilatan
untuk menghaturkan terima kasih kepada saudara. Kali aku
menyanggupkan diri turun gunung untuk memimpin
rombongan kawan2, sesungguhnya aku merasa malu dalam
hati karena kepandaianku masih belum cukup....”

Ia berhenti bejenak, menghela napas lalu melanjutkan


pula, “Pula suasana saat ini tak sama dengan 20 tahun yang
lalu. Adakah kami dapat menumpas gerakan kedua suami
isteri iblis itu atau tidak, masih belum dapat dipastikan!"

487
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tahu bahwa pada 20 tahun yang lalu imam tua


itulah yang paling sering berhubungan dengan Pendekar
Laknat. Maka jika ia tak berhati-hati, tentulah mudah diketahui
oleh imam itu. Maka ia hanya mendeham pelahan dan tak
menjawab.

Berkata pula Toh Hun-ki, “Sekembalinya ke Siok-ciu,


ternyata banyak tokoh2 persilatan dari segala penjuru
berbondong-bondong datang. Mereka hendak
menggabungkan diri pada gerakan kami untuk menumpas
suami isteri iblis itu. Dalam waktu 10 hari saja, telah
berkumpul ribuan tokoh2. Apalagi kami beruntung dapat
mengundang Ceng Hi totiang untuk memimpin gerakan itu.
Saat ini Lembah Semi telah dikurung ketat oleh rombongan
orang gagah....”

Berhenti sejenak memandang ke arah sekalian orang, ketua


Kong-tong-pay itu berkata pula. "Hanya saja kalau kali ini
sampai menemui kegagalan akibatnya sukar dibayangkan bagi
dunia persilatan!"

Siau-liong ikut prihatin, ujarnya, "Lembah Semi


mengandalkan kehebatan keadaan alamnya dan kehebatan
perlengkapan alat-alat rahasia, barisan pedang. Sekalipun
rombongan orang gagah itu terdiri dari jumlah yang besar,
tetapi dikuatirkan....”

"Akupun mencemaskan hal itu, oleh karena itulah....” Ceng


Hi totiang hentikan kata?nya.

Siau-liong tertegun. Tanyanya sesaat kemudian, “Apakah


totiang hendak menggunakan api untuk menggempur sarang
mereka....”

488
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah Ceng Hi totiang berobah seketika. Diam-diam ia


terkejut. Katanya dengan nada berat, “Benar, memang aku
mempunyai rencana begitu. Dengan mengandalkan jumlah
orang yang begitu banyak kalau kita gunakan api untuk
membakar lembah ini, tentulah dapat membasmi kedua suami
isteri iblis....”

Sejenak berhenti ia melanjutkan pula, “Kumohon Pendekar


Laknat jangan membocorkan rencanaku ini, agar....”

Siau-liong tertawa, “Harap totiang jangan kuatir, aku tentu


akan menyimpan rahasia itu!"

Tiba-tiba pikiran Siau-liong melayang. Memang dengan cara


penyerangan api itu, tentulah kemungkinan besar rombongan
Ceng Hi totiang akan berhasil membasmi Lembah Semi. Tetapi
dengan pembasmian itu, pemilik lembah ialah Poh Ceng-in
tentu akan ikut binasa. Bukankah ia telah diberi minum racun
Jong-tok oleh wanita itu. Dengan racun itu, apabila salah
seorang mati, yang lainpun akan mati juga. Maka jika Poh
Ceng-in mati, iapun tentu akan ikut mati!

Begitu pula dengan Jong Leng lojin yang dipenjara dibawah


tanah dengan kaki dirantai. Kalau Ceng Hi totiang melakukan
serangan pembakaran itu, bukankah Jong Leng lojin akam
mati terbakar hidup-hidup?

Sesaat Siau-liong tertegun gelisah.

Melihat itu, agak curiga juga Ceng Hi totiang, segera ia


batuk2 lalu menegurnya “Apakah saudara tak setuju dengan
rencana seranganku itu?"

Siau-liong terkejut dan buru-buru berseru, “Tidak, tidak!


rencana totiang itu memang yang paling sempurna, tentu

489
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan berhasil.... ia menghela napas pelahan, "bilakah totiang


hendak melaksanakannya?"

Setengah meragu, menyahutlah Ceng Hi totiang; “Telah


kuberi waktu kepada lblis-penakluk-dunia agar membebaskan
It Hang totiang dan rombongan sampai besok pagi. Apabila
dia tak melaksanakan permintaanku itu, segera akan
kulakukan serangan itu!"

Memandang kelangit, Siau-liong memperkirakan saat itu


sudah menjelang magrib.... Jadi tinggal lebih kurang dua jam
dari batas waktu yang diberikan Ceng Hi totiang kepada Iblis-
penakluk-dunia.

Berkata Ceng Hi totiang pula, “Dalam waktu satu hari untuk


menghancurkan anak buah dan semua alat perangkap dalam
lembah. Tiga hari untuk meratakan seluruh isi lembah. Dalam
waktu empat hari itu tentulah dapat diketahui berhasil
tidaknya rencanaku itu!"

Sejenak merenung, Siau-liong lalu mengambil resep obat


dari bajunya, diberikan kepada To Kiu-kong, katanya, “Aku
hendak minta tolong supaya suka menyuruh anak buah
saudara ke Siok-ciu membelikan. resep ini!"

Buru-buru To kiu-kong menyambut, tanyanya “Bilakah


Pendekar Laknat hendak memerlukan obat ini?"

Diam-diam ketua Kongtong-pay itu heran mengapa


Pendekar Laknat tak minta tolong pada Ceng Hi totiang
melainkan kepadanya.

"Secepat mungkin, paling lambat jangan sampai besok


malam," sahut Siau-liong.

490
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To Kiu-kong mengiakan dan menyatakan besok sebelum


tengah hari tentu obat itu sudah datang.

Kemudian Siau-liong menyatakan kepada Ceng Hi totiang


dan Toh Hun-ki bahwa ia masih ada lain urusan penting.
Tetapi besok sebelum tengah hari ia pasti akan kembali kesitu
lagi.

Demikianlah Siau-liong segera melangkah pergi. Ia lari


secepat-cepat mengejar Randa Bu-san dan puterinya tadi.

Cepat sekali ia sudah melintasi hutan dan tiba dimulut jalan


keluar. Tetapi karena cukup lama tadi ia bercakap-cakap
dengan Ceng Hi totiang dan Toh Hun-ki, maka ia tak berhasil
menemukan jejak ibu dan anak itu.

Siau-liong bingung dan gelisah sekali. Ia harus menemukan


Randa Busan untuk meminta keterangan tentang diri Mawar
Putih. Dan setelah itu ia harus kembali menggabungkan diri
dengan rombongan Ceng Hi totiang untuk melakukan
serangan pada Lembah Semi.

Untuk menggempur Lembah Semi, bukanlah sukar. Tetapi


yang menyulitkan dirinya ialah ia harus secara diam-diam
melindungi keselamatan Poh Ceng-in. Karena jika pemilik
lembah itu sampai mati, ia sendiri pun tentu ikut mati juga!

Dalam pada itu ia sudah keluar dari mulut tikungan


gunung. Tampak beberapa puluh sosok bayangan sedang
bersembunyi ditempat gelap. Tergeraklah hatinya, ia kembali
balik tak jadi melanjutkan perjalanan lagi.

Pikirnya: Kedua ibu dan anak itu tentu tak mengambil jalan
besar karena tak mempunyai tanda jalan. Tentu mereka tak
mau bentrok dengan tokoh2 persilatan yang sedang siap
mengepung lembah itu.

491
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong gunakan gerak Naga melingkar-18 kali. Ia


melambung dan berjumpalitan beberapa] kali di udara.
Dengan gunakan ilmu itu dapatlah dalam waktu singkat ia
mencapai sebuah puncak. Dari atas puncak itu ia dapat
memandang lepas keseluruh penjuru.

Kiranya jalanan yang dilaluinya tadi terletak disamping


kanan mulut lembah. Pada ujung jalanan itu penuh dijaga
ketat oleh tokoh2 persilatan.

Siau-liong menduga kedua ibu dan anak itu tentu sudah


pulang kepondoknya. Asal ia kesana, tentu dapat menjumpai
mereka.

Setelah menentukan arah, ia turun dan lari menyusur tepi


lembah, menuju kepondok Randa Busan Disepanjang jalan ia
harus berjalan hati2 agar Jangan sampai kepergok dengan
patroli rombo-ngan orang gagah. Dan disamping, iapun harus
cermat menentukan arah agar jangan sampai tersesat.

Seluruh semangat dan perhatian ditumpahkan dalam gerak


Naga-melingkar-18 kali untuk berloncatan melintasi hutan dan
mendaki puncak.

Seperti telah diterangkan, Lembah Semi itu dikelilingi oleh


puncak gunung yang curam dan landai sehingga merupakan
sebuah tempat yang amat strategis sekali.

Sewaktu Siau-liong mencapai satu li, rembulan makin


terang benderang sehingga ia dapat melihat bebas keempat
penjuru.

Ia kendorkan langkah lalu berhenti. Dilihatnya dari barisan


pohon bunga Lembah Semi itu jaraknya teraling sebuah
puncak. Asal ia berputar arah mengambil jalan dari belakang

492
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lembah, tentulah ia dapat mencapai tempat kediaman wanita


janda itu.

Tetapi ia mendapat kesukaran. Karena seluas berpuluh


tombak, tempat itu dijaga ketat oleh rombongan orang gagah.
Sekalipun membawa Tanda pengenal pemberian Toh Hun-ki,
tetapi ia tak mau menggunakannya. Ia tetap hendak mecari
akal untuk menghindari kelompok orang gagah itu.

Tengah ia termenung mencari pikiran, tiba-tiba dari arah


belakang terdengar desir lambaian pakaian orang mendesis.

Semula ia kira tentulah rombongan orang gagah yang


dipimpin Ceng Hi totiang. Tetapi telinganya yang tajam segera
mengetahui bahwa orang itu pelahan-lahan menghampiri
ketempatnya.

Sekalipun suara itu pelahan sekali namun telinganya yang


tajam dapat menangkap bahwa orang itu tengah pelahan-
lahan menghampiri ketempatnya.

Semula ia kira tentu salah seorang anggauta rombongan


Ceng Hi totiang maka ia tak begitu menaruh perhatian. Tetapi
pada lain saat ia cepat menyadari sesuatu yang tak wajar.

Ia teringat bahwa Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan


perintah bahwa anggauta rombongannya tak boleh gegabah
bertindak sendiri. Kecuali memang ada orang yang hendak
menerjang kepungan itu barulah mereka dapat bertindak.

Siau-liong jelas mengetahui bahwa pendatang itu


mengandung maksud hendak menyerangnya secara gelap.

Siau-liong pasang jebakan. Sengaja ia pura-pura tak tahu


dan berjalan pelahan. tetapi diam-diam ia sudah siapkan
tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang.

493
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi dugaannya itu ternyata tak benar. Pendatang itu


bukan bermaksud menyerangnya. Dia berhenti di belakang
Siau-liong lalu membentak garang “Tua bangka Laknat!”

Siau-liong terkejut. Cepat ia berputar. Ah! ternyata yang


muncul itu adalah suami isteri Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka.

Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, “Laknat tua,


sekarang rasanya tiada si janda Bu-san. yang akan
menolongmu lagi?"

Siau-liong tak gentar kepada suami isteri iblis itu tetapi


hanya terhadap Lam-hay Sin-ni ia agak takut. Dan lagi saat itu
ia memang tak mempunyai selera untuk bertempur dengan
suami isteri iblis itu. Maka sejenak memandang mereka, ia
terus hendak melangkah pergi.

Tetapi baru kaki hendak dilangkahkan, dari belakang


terdengar orang tertawa, “Ho, engkau tak mungkin lolos lagi!"

Ternyata entah kapan dan bagaimana caranya, tahu2 Lam-


hay Sin-ni sudah berdiri dibelakangnya.

Siau-liong paksakan tertawa dan hentikan langkahnya.

Melangkah kehadapan Siau-liong, rahib itu ulurkan tangan,


“Berikan kepadaku! Jika engkau sudah serahkan Giok-pwe itu
kepadaku, kujamin jiwamu pasti selamat!"'

Siau-liong kerutkan alis lalu tertawa dingin, “Dengan


meminta secara paksa itu apakah Sin-ni tak takut kehilangan
nama harum? Apakah tak kuatir Sin-ni akan ditertawai dunia
persilatan?"

494
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lam-hay Sin-ni membentak bengis, “Siapakah tokoh


persilatan yang berani menertawakan aku?"

“Sekalipun tak berani terang-terangan, tetapi diam-diam


mereka tentu menghina Sin-ni!" sahut Siau-liong dengan
tertawa hina. Dimana ia mengatur rencana untuk melolos diri
dari tekanan rahib itu.

Tetapi Iblis-penakluk-dunia yang licin segera dapat


mencium siasat Siau-liong. Buru-buru ia maju selangkah dan
berkata kepada Lam-hay Sin-ni. "Si tua Laknat itu banyak akal
muslihatnya. Dia licin seperti belut. Harap Sin-ni jangan kena
diselomoti. Biar dia bicara apa saja, yang penting ringkus dulu
agar kita dapat merampas Giok-pwenya!"

“Benar!" Lam-hay Sin-ni tertawa. Tiba-tiba ia ayunkan


tangan kanannya dalam jurus Bunuh-naga-memotong-
cenderawasih. Kelima jarinya mengeluarkan bunyi mendesis-
desis tajam, mencengkeram dada Siau-liong.

Jurus itu dahsyatnya bukan main, cepatnya bukan


kepalang.

Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menyurut mundur seraya


berseru, “Tunggu dulu....!"

Lam-hay Sin-ni hentikan serangannya dan berseru, “Lebih


baik engkau serahkan sajalah!"

Siau-liong sengaja menghela napas dengan sikap kecewa,


katanya, “Baiklah!"

Ia merogoh baju dan mengeluarkan sebuah bungkus kecil


dari kain sutera.

495
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat itu girang Lam-hay Sin-ni bukan kepalang. Segera


ia ulurkan tangan hendak menyambuti. Tetapi Siau-liong cepat
menyurut mundur.

“Jika engkau berani maju selangkah lagi, Giok-pwe ini tentu


akan kuremas hancur!"

Lam-hay Sin-ni tertegun. Dia tak berani maju lagi.


Demikianpun kedua suami isteri iblis itu. Mereka percaya,
seorang momok seperti Pendekar Laknat tentu akan
melakukan ancamannya itu kalau keliwat didesak.

Lam-hay Sin-ni bingung dan beberapa kali lambaikan


tangannya, “Jangan dihancurkan, jangan dihancurkan, mari
kita berunding dengan baik!"

Siau-liong tertawa dingin, “Tak ada yang perlu


dirundingkan lagi. Kecuali.... engkau mau meluluskan dua
buah syaratku!"

"Katakanlah!" buru-buru Lam-hay Sin-ni berseru.

Sejenak merenung, berkatalah Siau-liong, “Pertama, Iblis-


penakluk-dunia dan Dewi Neraka harus tinggal disini. Kedua,
harap Sin-ni suka mengantar aku keluar dari sini satu ii
jauhnya. Giok-pwe segera akan kuhaturkan kepada Sin-ni."

“Boleh, boleh, aku setuju!" seru Lam-hay Sin-ni lalu


berpaling membentak suami isteri iblis, “Kalian harus tinggal
disini, jangan mengikuti aku!"

Iblis-penakluk-dunia agak bersangsi, tetapi, terpaksa ia


mengiakan juga, “Baik harap Sin-ni hati2 saja."

Demikian Siau-liong dan Lam-hay Sin-ni segera tinggalkan


tempat itu. Kiranya dalam saat itu Siau-liong memang tak

496
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

punya akal untuk meloloskan diri. Terpaksa ia memutuskan,


menghindari dulu kedua suami isteri iblis itu, baru nanti
pelahan-lahan cari daya untuk menghadapi tekanan Lam-hay
Sin-ni yang tolol.

Sesungguhnya sudah bulat dalam hatinya. Andaikata Giok-


pwe itu belum dihancurkannya, iapun tetap tak mau
menyerahkan kepada Sin-ni Sekalipun karena menolak itu ia
harus kehilangan jiwanya. Karena ia tahu jelas akan tipu
muslihat Iblis-penakluk-dunia yang lihay. Menyerahkan Giok-
pwe itu kepada Lam-hay Sin-ni berarti menyerahkan kepada
suami isteri iblis itu. Dan sekali kedua suami isteri itu
mendapatkat Giok-pwe yang lengkap dan berhasil
memperoleh kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, maka
hancurlah seluruh dunia persilatan!

Tetapi iapun tahu bahwa sitolol Lam-hai Sin-ni itu tentu


berkeras hendak meminta separoh Giok-pwe. Jika tahu kalau
ditipu, rahib itu tentu akan membunuhnya.

Sambil berjalan pelahan-lahan, pikiran Siau-liong bekerja


keras untuk mencari akal.

Sekonyong-konyong tak berapa jauh disebelah muka,


tampak berkelebat sesosok bayangan dari pada lain saat itu
orang itu berseru menegurnya; "Siau.... Laknat tua!"

Siau-liong terkejut. Ternyata yang muncul itu adalah si dara


Mawar Putih menyaru sebagai Wanita-ular Ki Ih.

Pada lain saat Mawar Putih pun lari menghampiri.

"Siapa orang itu!" tanya Lam-hay Sin-ni.

Belum ditanya, diam-diam Siau-Liong sudah menimang


dalam hati. Dengan kedatangan Mawar Putin itu, berarti akan

497
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tambah sebuah jiwa yang akan mati ditangan Lam-hay Sin-ni.


Ia gelisah sekali. Tetapi ia tak punya banyak waktu untuk
berpikir lagi. Akhirnya ia nekad.

Pada saat perhatian Lam-hay Sin-ni sedang tertuju pada


Mawar Pulih, cepat ia kerahkan seluruh tenaga dalam lalu
dengan sekuat-kuatnya ia mendorong lambung rahib itu!

Setitikpun Lam-hay Sin-ni tak menduga kalau ia bakal


diserang. Karena tak bersiap, ia terpental dan terhuyung-
huyung sampai delapan langkah jauhnya.

Sedangkan Siau-liong, habis mendorong terus loncat


menyongsong Mawar Putih seraya berseru gugup, “Lekas lari!"

Mawar Putih tak sempat bertanya apa2. Ia terpaksa


mengikuti Siau-liong melarikan diri.

“Hai, masakan engkau mampu melarikan diri?" teriak Lam-


hay Sin-ni seraya mengejar.

Siau-liong dan Mawar Putih lari sekencang angin tetapi ilmu


lari cepat dari rahib itu jauh lebih sempurna. Baru Siau-liong
dan Mawar Putih lari dua tombak, rahib itu sudah melayang di
atas kepala mereka dan meluncur menghadang disebelah
muka.

Lam-hay Sin-ni marah sekali sehingga wajahnya pucat.


"Lekas serahkan Giok-pwe itu atau kuhancur-leburkan kalian!"

Mawar Putih tak kenal Lam-hay Sin-ni dan tak tahu kalau
Sin-ni itu memiliki ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Tetapi ia benar-
benar ketakutan dan tak dapat membuka mulut melihat wajah
dan sinar mata Lam-hay Sin-ni yang begitu bengis dan seram.

498
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong mengeluarkan lagi bungkusan kain kuning dan


berseru, “Sebelum engkau turun tangan, ini tentu
kuhancurkan dulu!" ia menarik Mawar Putih, berputar diri dan
lari lagi.

Ancaman Siau-liong itu berhasil Lam-hay Sin-ni tak berani


turun tangan. Ia hanya mengikuti kedua orang itu saja.
Sekalipun begitu, sudah cukup membuat Siau-liong kelabakan
setengah mati.

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka pun ikut menyusul.


Tetapi mereka pun kuatir kalau Siau-liong sampai
menghancurkan Giok-pwe itu. Maka mereka hanya mengikuti
dari kejauhan di belakang Lam-hay Sin-ni saja.

Siau-liong hanya lari asal lari saja. Ia tak sempat lagi untuk
memeriksa tempat yang ditujunya. Ia tak tahu lagi dimana
saat itu ia berada. Tiba-tiba dilihatnya disebelah depan tampat
sebuah puncak gunung. Dikaki gunung itu terdapat sebuah
lorong jalan yang memanjang ke dalam. Tanpa banyak
berpikir lagi, Siau-liong terus menarik Mawar Putih masuk
kejalan itu....

Lam-hay Sin-ni menggembor lalu hendak mengejar. Tetapi


dicegah Iblis-penakluk-dunia, “Biarkan mereka kesana, Sin-ni
tak usah mengejar!"

Rahib itu hentikan langkah dan bertanya, “Apa? Tidak


mengejar? Apakah membiarkan Giok-pwe itu hilang?"

Iblis-penakluk-dunia buru-buru memberi keterangan,


“Jalanan itu akan tiba disebuah gua yang tak sampai dua
tombak dalamnya dan hanya dua meter tingginya. Bukan saja
sebuah jalan buntu pun di dalam situ terdapat beratus ekor
ular beracun. Merupakan salah satu dari 10 buah gua yang
memang kujadikan tempat memelihara ular....”

499
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tersenyum, katanya pula, “Andaikata mereka tidak digigit


ular, pun mereka pasti akan pingsan karena ketahan hawa
yang luar biasa anyirnya!"

Habis berkata ia bersama isterinya lalu duduk di tepi


sebuah gua.... Setelah merenung sejenak, Lam-hay Sin-ni pun
mengiakan. Ia ikut duduk disitu menunggu keluarnya Siau-
liong dan Mawar Putih.

Oleh karena kedua suami isteri iblis duduk dikedua samping


mulut gua sedang Lam-hay Sin-ni ditengah. Maka gua itu
praktis telah dijaga ketat oleh mereka bertiga.

Semula Siau-liong mengira kalau terowongan itu akan


tembus kesamping gunung sebelah Sana. Maka dalam
keadaan gugup, ia tak banyak berpikir lagi terus menyelundup
masuk adalah setelah masuk ke dalam barulah ia menyadari
kalau terowongan itu buntu. Dan iapun mendengar juga
pembicaraan Iblis-penakluk-dunia dengan Lam-hay Sin-ni. Dan
setelah memeriksa keadaan terowongan, memang apa yang
dikatakan iblis itu benar.

Bukan saja dalamnya hanya kira2 dua tombak pun


hawanya lembab dan anyir. Untunglah tidak seseram yang
dikatakan Iblis-penakluk. Dan lagi juga tak terdapat kawanan
ular berbisa.

Siau-liong menghela napas, ujarnya, “Mengapa engkau


seorang diri datang kemari?"

“Mencarimu!" kata Mawar Putih, “tahukah engkau, ketika


engkau lenyap dalam keadaan terluka parah itu, betapa aku
merasa.... ah, syukurlah, engkau tak kurang suatu. Malam
itu....”

500
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menunjuk keluar gua, tukasnya; "Saat ini kita


seperti ikan dalam jaring. Kedatangan nona kemari ini hanya
berarti tambah mengorban sebuah jiwa saja.... Hanya kasihan
ibuku yang sedang mengidap sakit diluar lautan itu. Bukan
saja tak dapat mengharapkan kedatangan puteranya, pun
mungkin seumur hidup takkan dapat berjumpa lagi!"

Rasa haru akan ibunya, menyebabkan mata Siau-liong


berlinang-linang....

Mawar Putihpun ikut terharu dan menangis tertedu-sedu.


Sampai lama baru ia berhenti menangis lalu mendekati Siau-
liong, katanya, “Ada sebuah hal yang harus kuberitahukan
kepadamu.... Ah, aku sungguh menyesal sekali....”

Ia menghela napas panjang lalu melanjutkan, “Sudah


kupertimbangkan, untuk sementara waktu ini baik dapat atau
tidak menuntut balas, kita harus segera menuju keseberang
laut mencari guruku. Mungkin begitu melihat engkau, beliau
tentu sembuh penyakitnya!"

Siau-liong hanya diam saja karena tak tahu bagaimana


harus bicara. Ia menyadari keadaan saat itu bagaikan telur
diujung tanduk. Sukar bagi kedua pemuda itu untuk lolos dari
genggaman Lam-hay Sin-ni.

Kembali Mawar Putih menghela napas lagi, katanya,


“Tempo hari memang akulah yang jahat. Kalau aku tak
menekan engkau supaya membunuh Toh Hun-ki dan keempat
Su-lo, tentulah saat ini kita sudah berada disisi suhu!"

Mawar Putih menyudahi kata-katanya dengan menangis


beriba-iba lagi. Hati Siau-liong seperti disayat sembilu....

Tiba-tiba terdengar suara Iblis-penakluk-dunia berkata,


“Lekas keluar! Asal engkau mau menyerahkan Giok-pwe itu

501
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepada Sin-ni kujamin keselamatanmu untuk meninggalkan


Lembah ini!" Lam-hay Sin-ni pun ikut berteriak, “Kalau kalian
tak mau keluar, tentu akan kuhancurkan gua ini agar kalian
mati terkubur hidup-hidupan!"

Geram sekali Siau-liong mendengar ancaman itu. Ia


menghantam dinding, tetapi hantaman itu....

Bung....!!! terdengar kumandang yang dahsyat.

Siau-liong mengulang lagi dengan beberapa pukulan seraya


membisiki Mawar Putih, “Dengarkanlah!”

“Benar dinding gua ini seperti kosong!" sahut Mawar Putih


riang.

Siau-liong juga terkejut girang Kalau dinding gua itu kosong


tentulah berisi suatu alat perangkap atau sebuah terowongan
rahasia. Dia tak takut terperangkap dalam perkakas rahasia
karena dengan memiliki peta pemberian Jong Leng lojin, ia
tentu dapat keluar dari lembah.

Memang dinding gua disitu terbuat daripada campuran


pasir dan pecahan batu. Begitu di hantam, dinding itu
berguguran rontok. Siau liong tak mau membuang waktu. Tak
berapa lama ia berhasil membuat sebuah lubang sedalam
setengah meter.

Terdengar bunyi menggemuruh dan terbukalah sebuah


lubang gua lagi. Setelah mempersihkan lubang pintu itu. ia
melongok kesebelah dalam. Ah, ternyata gua disamping itu
merupakan sebuah terowongan yang terbuat dari pada batu
marmar putih, Siau-liong cepat menarik Mawar putih diajak
masuk.

502
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata ia berada dalam sebuah terowongan, dinding batu


marmar putih dan terang benderang, Siau-liong cepat
mengeluarkan peta lalu memeriksa dengan teliti.

Tetapi sampai sekian lama, masih juga ia belum mengerti


Menilik bentuk dan letak terowongan tentu merupakan sebuah
tempat yang amat penting. Tetapi anehnya dalam peta tak
terdapat tanda2 tentang tempat itu.

Terpaksa ia simpan lagi peta itu lalu pelahan-lahan mulai


menyelidiki. Terowongan itu condong turun ke bawah. Kira2
tiga tombak jauhnya baru tiba diujung terakhir yang ternyata
merupakan sebuah pintu.

Sampai beberapa lama Siau-liong berdiri dimuka pintu batu


itu. Setelah berpaling kepada Mawar Putih yang berada
dibelakangnya, tiba-tiba ia mendorong pintu itu. Pintu terbuka
seketika. Dan legalah perasaan Siau-liong karena ternyata
dibalik pintu itu tiada terdapat suatu perkakas rahasia. Ia
segera melangkah masuk.

Apa yang disaksikan dalam ruang itu benar-benar


membuatnya terkejut sekali. Pada 4 sudut ruang terdapat
sebutir mutiara sebesar telur itik sehingga ruang terang
benderang.

Ruangpun lengkap dengan meja kursi. Dibawah kaki


dinding sebelah kanan, tertumpuk 3 buah peti besi yang
besar. Sedang ditengah meja, terdapat sebuah kotak kecil
yang terbuat dari pada baja. Besarnya hanya setengah meter.

Ketika Siau-liong dan Mawar Putih maju menghampiri


kemeja, mata kedua pemuda itu terbeliak seketika.

Pada tutup kotak baja itu tertulis 8 huruf besar dengan


tinta emas:

503
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

KITAB PUSAKA THIAN KONG SIN KANG.

Siau-liong tertegun. Ia saling tukar pandang mata dengan


Mawar Putih tanpa dapat berkata apa2.

Tulisan emas pada tutup kotak itu makin berkilauan


gemilang tertimpa cahaya mutiara dari empat jurusan.

Kini sadarlah Siau-liong bahwa saat itu ia benar-benar


berada dalam ruang penyimpan harta pusaka peninggalan Tio
Sam-hong, cikal bakal pendiri partai Bu-tong-pay!

“Apakah kita sedang bermimpi....?" Mawar Putih


mengingau tersendat-sendat. Sikapnya amat tegang sekali.
Wajahnya menampil rasa kejut2 girang.

Siau-liong pun merasa seperti dalam impian sahutnya


tersedu, “Mungkin tidak....!"

--ooo0dw0oo--

Pewaris

Siau-liong tercengkam dalam keraguan. Bermula ia anggap


kitab pusaka Thian-kong-sin-kang itu hanyalah suatu khajalan
belaka. Ia memang tak percaya.

Tetapi apa yang dilihat saat itu, benar-benar diluar


dugaannya. Ketiga peti besar yang berisi permata ratna mutu-
manikam yang tak ternilai harganya. Keempat butir mutiara
sebesar telur itik yang gilang gemilang dan kotak berisi kitab
pusaka ilmu sakti Thian-kong-sin-kang. Kesemuanya saat itu
terbentang dihadapannya.

504
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong benar-benar seperti bermimpi.

Entah berapa ribu jago2 persilatan yang membuang waktu


dan tenaga berjerih payah mencari harta pusaka itu tanpa
berhasil. Tetapi tanpa sengaja, ia karena ketakutan dikejar
Lam-hay Sin-ni, malah tersesat masuk ke dalam tempat harta
pusaka itu.

Adakah itu memang sudah takdir?

Ruang itu tampaknya tiada diberi lubang hawa sedikit pun


juga. Tetapi anehnya, Siau-liong dan Mawar Putih tak merasa
pengap. Dan karena terowongan terbuat daripada batu
marmar putih, walaupun Sudah ratusan tahun tetap bersih
seperti baru. Dengah begitu peti kitab itu sedikitpun tiada
karatan.

Dengan gemetar, Siau-liong membuka peti kitab itu. Dalam


pada itu otaknya tetap bekerja. Timbul pertanyaan dalam
hatinya. Ruang penyimpan harta pusaka hanya terpisah
sebuah dinding dari campuran batu, dengan gua. Tetapi
mengapa sampai sekian ratus tahun, tiada seorangpun yang
mampu menemukan tempat itu?

Tiba-tiba siau-liong teringat. Tadi sewaktu masih berada


dalam gua, ia dengar Iblis-penakluk-dunia mengatakan
kepada Lam-hay Sin-ni bahwa gua itu penuh dengan kawanan
ular berbisa. Aneh, mengapa sampai saat itu ia tak melihat
barang seekor ular pun juga?

Pikirannya melayang lebih lanjut....

Sebagai seorang tokoh luar biasa pada jamannya, sudah


tentu Tio Sam-hong membangun tempat penyimpan harta
pusakanya sedemikian rupa pelik dan amannya. Kalau tidak,

505
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masakan. sampai beratus ratus tahun orang tak mampu


menemukannya.

Ketika peti dibuka, hatinya mendebur tegang sekali. Di


dalam peti itu terdapat sebuah kitab bersampul sutera kuning.
Isinya tipis, hanya beberapa lembar. Pada sampul kitab tertulis
4 huruf 'Thian Kong Sin Kang'.

Siau-liong membuka lembaran pertama dan membaca


bersama Mawar Putih:

Kitab pusaka ilmu sakti Tersimpan beribu tahun.


Dua orang masuk keruang Hanya seorang yang berjodoh.
Sejak ini dan kemudian hari Hanya seorang pewaris tunggal
Basmi Kejahatan dan Kelaliman Jangan congkak jangan
serakah.

Dibawahnya terdapat sebaris tulisan huruf2 kecil berbunyi:


Yang melanggar pasti dikutuk 'Sin-beng' (malaikat sakti).

Siau-liong kucurkan keringat dingin. Karena ia terkejut dan


ngeri. Adakah Tio Sam-hong itu dahulu seorang yang pandai
meramal sehingga kejadian yang belum berlangsung ratusan
tahun ia dapat mengetahui? Kalau tidak, mengapa ia dapat
menulis secara begitu gamblang?

Menilik kenyataan itu. tindakan Tio Sam-hong untuk


membagi peta Giok-pwe menjadi dua bagian, maksudnya
adalah untuk menyulitkan orang agar kitab pusaka itu tak
mudah diketemukan orang!

Lebih jauh ia merenungkan tentang kita2 yang berbunyi


'jika dua orang masuk, hanya seorang yang berjodoh'.... Ia
meneliti dirinya. Bermula ia mendapat pelajaran dari Tabib-
sakti Kongsun Sin To. Lalu bertemu dengan Pendekar Laknat,
Pengemis Tengkorak sakti. Walaupun tidak langsung, tetapi

506
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua tokoh itu juga mempunyai hubungan sebagai guru dan


murid dengannya. Karena dari kedua tokoh itulah maka ia
dapat memiliki ilmu tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang dan ilmu
pukulan sakti Thay-siang-ciang.

Agaknya Tio Sam-hong memang mempuyai perhitungan


yang jitu. Jelas tokoh Bu-tong-pay itu tak menghendaki ia
(Siau-liong) menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-kang.
Dan pula, ia toh hanya tinggal satu tahun umurnya karena
minum racun jong-tok dari Poh Ceng-in. Masakan Tio Sam-
hong akan memilih seorang yang sependek itu umurnya?

Kalau begitu yang tepat menjadi pewaris Thian-kong-sin-


kang itu hanyalah Mawar Putih!

Dengan kesimpula. itu cepat ia serahkan kitab pusaka


kepada si dara, “Nona, kitab pusaka ini Seharusnya engkau
yang memiliki!"

Mawar Putih menyurut mundur selangkah seraya goyang-


goyangkan tangannya; “Tidak! Tidak! Aku tak dapat....”

Dara itu gugup dan tegang, serunya “Kutahu rejekiku tipis


dan lagi aku tak sanggup memikul beban seberat itu!"

Dengan wajah serius berkatalah Siau-liong, “Dalam lembar


pertama dari kitab itu jelas dicantumkan. Hanya seorang yang
mempunyai jodoh Rasanya yang berjodoh itu hanyalah nona!"

Tiba-tiba Mawar Putih menghambur tawa, “Bagaimana


engkau tahu?"

Siau-liong menghela napas, “Aku sudah terlanjur


mempelajari ilmu aliran Hitam, mungkin tak sesuai lagi untuk
mempelajari ilmu sakti dari aliran Putih. Pula.... paling lama
aku pun hanya hidup sampai satu tahun lagi. Tio Sam-hong

507
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cousu benar-benar dapat meramalkan peristiwa saat ini. Tak


mungkin beliau akan memilih diriku untuk menjadi pewaris
Thian-kong-sin-kang itu!"

Mawar Putih terkejut memandangnya, “Engkau mengoceh


apa itu? Bagaimana engkau tahu kalau umurmu hanya tinggal
setahun saja!"

Siau-liong hendak berkata tetapi tak jadi Sukar baginya


untuk menuturkan pengalamannya dengan Poh Ceng-in itu.
Setelah merenung beberapa saat, barulah ia berkata, “Jika
engkau tetap berkeras menolak, aku mempunyai cara untuk
menentukan!"

Mawar Putih tertawa, “Katakanlah, apa caramu itu!"

"Tio Sam-hong mendirikan ruang rahasia untuk menyimpan


harta pusaka dan meninggalkan tulisan pada kitab pusaka itu,
seolah-olah sudah mengetahui bahwa kitalah yang akan
masuk kemari. Hal itu disebabkan mungkin.... Karena Tio
Sam-hong cousu mengerti akan ramalan perbintangan. Oleh
karena itu marilah kita gunakan cara ramalan itu untuk
meminta kepada arwah Tio Sam-hong cousu supaya memberi
petunjuk kepada siapakah kitab itu harus diserahkan....”

Siau-liong terus mengeluarkan sebuah uang tembaga lalu


diberikan kepada Mawar Putih, “Harap engkau berdoa.
Katakanlah pilihannya, mau yang bagian muka atau belakang
dan lemparkanlah sampai tiga kali."

Mawar Putih tak mau berbantah.... Sepera ia menyambuti


uang itu lalu bersoja memberi hormat kelangit ssraya berdoa
dengan suara lantang, “Mohon arwah Tio Sam-hong cousu
suka memberi petunjuk mengenai kitab pusaka Thian-kong-
sin-kang itu. Jika harus.... diberikan engkoh Siau-liong. mohon
supaya uang ini mengunjukkan bagian muka sampai tiga kali."

508
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis berdoa, Mawar Putih lalu lemparkan mata uang itu ke


atas. Dan ah.... ketika jatuh dilantai ternyata memang bagian
mukanya yang tampak diatas. Diulangnya lagi lemparan itu
sampai dua kali, tetap dua kali berturut-turut uang itu
mengunjuk bagian muka.

Mawar Putih tertawa memandang Siau-liong, “Tuh lihatlah!


Tio Sam-hong cousu benar-benar seperti malaikat. Tiga kali
lemparan tiga kali tetap menunjuk engkau!"

Siau-liong tak dapat menjawab apa2, Ia memungut mata


uang itu lalu berdua dengan suara nyaring, “Murid Tong Siau-
liong, dengan khidmat memohon kepada arwah Tio Sam-hong
cousu, Jika benar cousu memilih murid menjadi pewaris Thian-
kong-sin-kang, mohon memberi petunjuk agar uang itu tiga
kali ber-turut2 jatuh dengan terbalik!"

Setelah memberi hormat kelangit, Siau-liong lalu lemparkan


uang itu ke atas....”Tring", jatuhlah uang itu dengan
permukaan terbalik ke bawah. Sampai tiga kali ia
melemparkan uang, tetap uang itu mengunjuk permukaan
bagian belakang.

“Hola!" Mawar Putih bertepuk tangan, “kali ini engkau tentu


tak dapat berkutik lagi....”

Wajah Siau-liong mengerut gelap. Setitik pun ia tak merasa


gembira bahkan malah menghela napas....

Sudah tentu Mawar Putih heran dan menegurnya,


“Kabarnya Thian-kong-sin-kang itu merupakan ilmu sakti yang
nomor satu di dunia. Sudah ratusan tahun ilmu itu merajai
dunia persilatan.Maka engkau tentu bakal menjadi jago nomor
satu di dunia!"

509
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tak mengerti apa maksud dara itu. Tetapi ia


menyadari bahwa dirinya memang dalam keadaan gelisah.
Dalam kitab pusaka itu ditulis pesanan supaya menggunakan
dari kitab Thian-kong-sin-kang dicantumkan amanat
'membasmi Kelaliman dan Kejahatan', Jika ia menerima kitab
pusaka itu dan menjadi pewaris dari ilmu Thian-kong-sin-kang,
dia harus melaksanakan tugas untuk membasmi kejahatan
dan kelaliman termasuk kedua suami isteri Iblis penakluk-
dunia dan Dewi Neraka.

Bukan karena ia tak mau melakukan beban kewajiban itu


tetapi adalah karena hidupnya hanya terbatas satu tahun saja,
selain melakukan beberapa hal untuk kepentingannya. ia
sudah tak mempunyai waktu lagi. Kalau ia sampai terlibat
dalam pergolakan dunia persilatan dewasa itu, bukankah
berarti ia tak sempat mencari ibunya keseberang lautan lagi?.

Dan masih ada lain keberatan lagi. Sebagai sebuah ilmu


yang sakti, tentulah tidak mudah untuk mempelajari Thian-
kong-sin-kang. Mungkin sebelum berhasil ia sudah mati.

Karena dicengkam oleh berbagai keresahan itu, maka


menyahutlah ia agak segan, “Manusia yang sakti masih ada
yang lebih sakti. Di atas langit masjh terdapat angkasa raya.
Maka Tio Sam-hong cousu dahulupun tak berani mengatakan
dirinya sebagai tokoh yang tiada tandingnya di dunia. Di
dalam rimba belantara dan pegunungan raya, mungkin
bersembunyi banyak totoh2 berilmu yang tak mau muncul
dimasyarakat ramai. Apa yang disebut tokoh nomor satu itu
tak lain hanya tokoh yang paling hebat kepandaiannya dalam
dunia persilatan, bukan yang tersakti diseluruh dunia! Dan
lagi.... terus terang, aku tak ingin menjadi pewaris ilmu Thian-
kong-sin-kang, karena....”

Karena Siau-liong tak mau melanjutkan perkataannya,


maka Mawar Putih segera menukas, “Kalau begitu, baiklah kita

510
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lekas menuju keseberang laut saja! Tak perlu kita hiraukan


dunia persilatan dan kedua suami isteri iblis itu lagi!"

Sekali pun mulut mengatakan begitu namun dalam hati,


Mawar Putih timbul pertentangan batin sendiri. Mengingat
suhunya berulang kali mengharap akan berjumpa dengan
puteranya yang hilang (Siau-liong), mungkin suhunya itu
bermaksud memberi bisikan halus bahwa ia (Mawar Putih)
akan dijodohkan dengan puteranya yang hilang itu. Tetapi
kalau teringat akan ramalan Janda Bu-san yang mengatakan
bahwa ia tak mempunyai rejeki terangkap suami isteri dengan
Siau-liong, maka hati Mawar Putih merasa gundah sekali.

Maka jika ia cepat membawa Siau-liong keseberang lautan.


tentulah kemungkinan besar suhunya segera akan
menikahkan mereka. Dan ramalan Janda Bu-san yang menjadi
ibu-angkatnya itupun tentu gugur.

Mawar Putih kerutkan alis dan berkata, “Hayo, kita segera


berangkat keseberang lautan. Soal Toh Hun-ki dan keempat
Su-lo kelak kita urus lagi. Apakah engkau tak ingin lekas2
menjenguk ibumu yang sedang menderita sakit itu
Sekarang?....”

Siau-liong gelengkan kepala; "Tak mungkin kita berangkat


sekarang. Paling tidak harus tunggu sampai empat lima hari
setelah penyerangan rombongan Ceng Hi totiang itu berhasil.
Saat itu barulah aku akan mengambil keputusan!"

Dia sudah memberikan janjinya kepada Toh Hun-ki. Tak


dapat ia mengingkarinya. Setelah melaksanakan hal itu dan
membangun kembali nama baik Pendekar Laknat, barulah ia
akan pergi menemui ibunya.

Jangankan sekarang ia sudah memiliki amanat dari kitab


Thian-kong-sin-kang untuk membasmi Kelaliman dan

511
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kejahatan. Sekalipun tidak begitu, ia tetap tak dapat melihat


sambil berpeluk tangan saja akan kejahatan2 yang tengah
berkecamuk dalam dunia persilatan dewasa itu.

Mawar Putih hanya dapat deliki mata. Tetapi pada saat


dara itu hendak membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara
teriakan orang dari luar gua.

“Kalau gua ini gua buntu, masakan mereka mampu


meloloskan diri?" seru Lam-hay Sin-ni.

Iblis-penakluk-dunia menjawab agak pelahan, “Harap Sin-ni


jangan resah....”

Karena kelanjutan Iblis-penakluk-dunia berkata dengan


suara amat pelahan maka tak dapat ditangkap lagi
pembicaraannya.

Siau-liong terkejut. Ia teringat bahwa dinding gua yang


dibobolnya tadi masih terbuka. Jika Lam-hay Sin-ni dan Iblis-
penakluk-dunia masuk ke dalam terowongan gua, mereka
tentu akan menemukan bobolan dinding itu dan dapat masuk
ke dalam ruang disitu. Sekalipun sudah mendapatkan kitap
pusaka Thian-kong-sin-kang tetapi ia belum sempat
mempelajarinya. Apabila Lam-hay Sin-ni sampai tahu, tentu
kitab itu akan direbutnya.

Cepat Siau-liong menyimpan kitab itu ke dalam bajunya lalu


kerahkan tenaga dalam bersiap-siap menghadapi segala
kemungkinan.

Tetapi ternyata sampai sekian lama Lam-hay Sin-ni dan


Iblis-penakluk-dunia tak tampak masuk ke dalam gua. Dan
beberapa saat kemudian terdengar suara pekik bentakan yang
riuh disusul dengan suara yang amat hiruk pikuk.

512
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suara hiruk pikuk itu seperti suara orang berbaku hantam.


Sepintas mirip Lam-hay Sin-ni sedang menumpahkan
kemarahan untuk menghancurkan gua itu. Tetapi sepintas
juga mirip seperti rombongan Ceng Hi Totiang yang
mengadakan serbuan kepada mereka.

Sampai sekian lama, belum juga Siau-liong maupun Mawar


Putih dapat menduga apakah suara hiruk pikuk diluar gua itu.

Beberapa lama kemudian, suara hiruk pikuk itupun reda


dan suasaua sunyi senyap lagi.

Kata Siau-liong; “Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk dunia


tak mungkin begitu mudah melepaskan kita berdua. Paling
tidak sebelum hari terang tanah, kita tak dapat lolos keluar.
Dalam kesempatan ini, harap engkau suka beristirahat tidur
dulu....”

Sejak hilangnya Siau-liong dari pondok Randa Bu-san pada


10-an hari yang lalu, memang tiap malam Mawar Putih tak
dapat tidur nyenyak. Tiga hari kemudian dengan membohongi
Randa Bu-san dan si dara baju hijau, diam-diam ia tinggalkan
pondok untuk mencari Siau-liong. Selama itu ia kurang tidur
kurang makan dan tak kenal letih. Begitu Siau-liong
mengingatkan supaya ia tidur, ia segera mengangguk dan
minta pemuda itu tidur juga. Selekas membaringkan diri maka
tidurlah Mawar Putih dengan nyenyak sekali.

Melihat dara itu sudah tidur, Siau-liong menghela napas.


Iapun segera duduk menghadap kelubang dinding bobol tadi
dan pejamkan mata bersemedhi. Tetapi ternyata pikirannya
penuh dengan berbagai persoalan. Lama sekali belum juga ia
mampu menenteramkan pikirannya.

Sampai saat itu keadaan diluar gua masih sunyi senyap.


Tampaknya Lam-hay Sin-ni dan Iblis penakluk-dunia benar-

513
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

benar sudah tinggalkan tempat itu. Timbul dugaannya.


Adakah hiruk pikuk tadi benar-benar disebabkan terjadinya
penyerangan kepada Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk-dunia
sehingga kedua tokoh itu dapat dipikat untuk pergi dari situ?

Jika benar demikian, terang orang yang melakukan


serangan itu tentu seorang yang berilmu sakti!

Tiba-tiba ia mengambil keluar kitab pusaka Thian-kong-sin-


kang. Tetapi ia bimbang dan tak dapat segera memutuskan
apakah ia perlu membuka halaman kitab itu.

Siau-liong menyadari bahwa dirinya takkan berumur


panjang. Jika tak membuka kitab itu, ia masih dapat
memberikannya kepada tokoh yang dianggapnya pantas
menjadi pewaris ilmu sakti itu. Tetapi kalau sekali
membukanya, dengan sendirinya dialah yang akan menjadi
pewaris Thian-kong-sin-kang.

Jika ia sampai tak dapat menunaikan tugas seperti yang


diamanatkan dalam kitab pusaka itu, bukankah berarti ia telah
mensia-siakan harapan Tio Sam-hong?

Ketika matanya tertumbuk pada sampul sutera kuning,


entah bagaimana kitab itu seolah-olah mempunyai daya tarik
yang hebat. Diluar kehendaknya timbullah keinginannya yang
keras untuk membuka kitab itu.

"Ah, paling banyak hanya sepenanak nasi, kitab ini tentu


sudah dapat kubaca habis. Mungkin Thian-kong-sin-kang itu
memang mudah untuk dipelajari.!" pikirnya.

Diapun ingat akan hasil lemparan mata uang tadi. Diam-


diam ia merasa Tio Sam-hong itu benar-benar seorang
pujangga yang dapat meramal dengan jitu. Dan arwah Tio
Sam-hong pun tentu tahu bahwa umurnya hanya tinggal satu

514
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahun. Namun kalau Tio Sam hong tetap menghendaki dia


yang menjadi pewaris Thian-kong-sin-kang, tentulah hal itu
sudah menjadi garis hidupnya.

Merenungkan hal itu tanpa ragu2 lagi ia segera membuka


lembaran kitab itu dan membacanya.

Siau-liong memang berotak cerdas. Kitab Thian-kong-sin-


kang yang hanya terdiri dari belasan lembar itu, dalam waktu
sepenanak nasi Saja telah dapat dihafal semua.

Habis membaca, ia termenung agak meragu. Semula ia


mengira Thian-kong-sin-kang sebagai ilmu nomor satu di
dunia, tentu sukar dan dalam sekali pelajarannya. Tetapi
setelah membaca isi kitab itu. ia merasa hambar karena tiada
sesuatu yang luar biasa pada isinya.

Separoh yang dimuka, berisi pelajaran tentang ilmu


Pernapasan yang hampir sama dengan pelajaran dari ilmu
lain. yang berbeda hanya pada bagian memusatkan,
“Semangat, Hati, tujuan, pikiran, ketenangan, gerakan,
kekosongan dan kenyataan."

Memang ada beberapa bab yang belum dapat ia mengerti


antara lain tentang palajaran yang menyebut, “Dalam Tenang
timbul Gerak, dalam Gerak lahir Tenang....” dan lain baris
yang berbunyi: 'Kehendak lahir dari Pikiran. Pikiran
berhubungan dengan Hati. Semangat dan Kehendak bersatu,
Hati dan Semangat berjalin....”-dan lain-lain kalimat yang tak
dimengertinya.

Separoh bagian yang dibagian belakang, memuat ilmu


Pukulan Thian-kong. Terdiri dari sebuah Pukulan, tiga buah
Tamparan dan empat buah Tutukan jari. Diterangkan dengan
jelas sekali. Setiap jurus disertai dengan gerak langkahnya.
Tetapi semua pelajaran itu tampaknya sederhana sekali.

515
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak


dan ilmu pukulan Membalik-langit serta ilmu pukulan Gun-go-
ciang ajaran tabib sakti Kongsun Sin-tho lebih indah dan sukar
dari ilmu pukulan Thian-kong-ciang itu.

Dalam kekecewaan, diam-diam Siau-liong bersangsi,


“Apakah ada orang yang sengaja memalsu dan kitab ini bukan
tulisan dari Tio Sam-hong cousu?"

Kalau tidak, mengapa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang


yang begitu dimashyurkan kesaktiannya, ternyata begitu biasa
sekali?

Tetapi pada lain saat ia harus membantah kesangsiannya


itu. Kalau memang benar sebelumnya ada orang yang sudah
masuk kemari, tentulah empat butir mutiara yang tak ternilai
harganya itu akan diambilnya. Nyatanya mutiara itu masih
berada ditempatnya!

Lenyapnya kesangsian, membuat Siau-liong mencurahkan


perhatiannya pada isi kitab itu lagi. Dalam waktu tak lama, ia
dapat membaca habis isi kitab itu.

Namun ia masih belum dapat menyelami inti daripada kitab


Thian-kong-pit-kip yang sudah termashyur ratusan tahun itu.

Kemudian ia coba untuk melakukan pernapasan sesuai


dengan petunjuk dalam kitab itu. Tetapi karena banyak kata2
yang tak dapat dimengerti, iapun tak dapat mempraktekkan
dengan tepat.

Suatu hal yang mengejutkan hatinya telah terjadi, setelah


satu kali melakukan pelajaran Bernapas, ia dapatkan cara
Pernapasan yang tampaknya sederhana itu ternyata
mengandung sesuatu yang luar biasa. Ia rasakan dirinya

516
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperti terbenam dalam samudera dan terhanyut dibawa


alunan ombak.

Setelah itu ia coba untuk melakukan gerak dari pelajaran


Pukulan-tamparan-tutukan, Walau pun keterangannya amat
jelas sekali tetapi dikala mempratekkan, ternyata sukarnya
bukan kepalang. Ada beberapa gerak yang ia anggap tak
mungkin dipraktekkan.

Ternyata setiap jurus itu mengandung beberapa gerak


langkah dan perobahan. Dan dalam keterangan tersebut,
perobahan itu sekaligus dilakukan dengan serempak dalam
dua atau tiga cara. Sudah tentu hal itu dianggap tak mungkin
oleh Siau-liong.

Tiba-tiba ia teringat akan kata2 dalam pelajaran ilmu


Bernafas. Disitu jelas disebut bahwa 'Dalam tenang timbul
Gerak. Dalam Gerak lahir Ketenangan'. Ah, apakah Thian-kong
itu benar-benar begitu islimewa saktinya? tanpa
menggerakkan tangan, sudah dapat bunuh lawan?

Dengan kecerdasan otaknya. dapatlah Siau-liong menyadari


bahwa ilmu pukulan yang terdiri dari sebuah Tinju. tiga
Tamparan, empat tutukan jari itu, tentu harus dilembari
dengan pelajaran yang pertama yakni ilmu bernafas.

Dan setelah melakukan pernapasan beberapa kali,


walaupun masih belum dapat keseluruhannya, tetapi makin
menambah kepercayaannya....

Untuk yang ketiga kalinya, ia mengulang baca sekali lagi


kitab itu.... Saat itu ia merasa telah dapat menghafal isinya
diluar kepala.

“Ah, Thian-kong sin-kang yang tampaknya sederhana itu,


ternyata mengandung inti pelajaran yang dalam sekali. Tak

517
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mungkin dapat kupelajari dalam waktu sehari semalam saja.


Saat ini aku aku masih teramcam bahaya. Walaupun aku
masih dapat menghadapi Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka, ia masih sanggup menghadapi. Tetapi kalau dengan
Lam-hay Sin-ni, ia merasa masih kalah. Jika kitab pusaka itu
sampai dapat direbut lawan bukankah ia berdosa terhadap
pencipta kitab itu?

Siau-liong merenung diam. Sekonyong-konyong ia


genggam kitab itu lain meremasnya.

Thian-kong-pit-kip, kitab pelajaran ilmu Thian-kong-sin-


kang yang sudah berumur ratusan tahun saat itu hancur lebur
berhamburan menjadi abu.

Ia menghela napas lalu mencoba lagi untuk


mempraktekkan ilmu Bernapas dalam kitab itu. Saat itu
ketegangan hatinya sudah banyak reda. Dengan tenang ia
melakukan ilmu pernapasan dan tak lama dapatlah pikirannya
tenggelam dalam alam kehampaan.

Entah berlangsung berapa lama, ia terkejut mendengar


desir ujung baju. Ketika membuka mata, tampak Mawar Putih
sedang ter-longo2 memandang hamcuran kitab yang
bertebaran di tanah.

“Engkau sudah bangun?" Siau-liong tersenyum.

Sambil menuding pada abu kertas yang berserakan dilantai,


dara itu bertanya, “Apakah itu?"

Siau-liong menghela napas kecil, “Yah, itulah kitab pusaka


Thian-kong-pit-kip....”

“Engkau menghancurkannya....?" Mawar Putih menjerit


kaget tetapi pada lain saat ia tertawa, “Jadi engkau sudah

518
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memutuskan takkan mencampuri pergolakan dunia persilatan


lagi dan bersama aku keseberang lautan menghadap
ibumu....”

Rupanya perasaan dara itu tegang sekali. Belum Siau liong


menyahut, ia sudah melanjutkan kata2nya, “Jika engkau suka
kita tinggal saja dipulau itu dan tak menginjak kedunia
persilaian se-lama2nya!"

Siau-liong menghela napas rawan, “Aku bukanlah orang


yang bekerja kepaiang tanggung. Selama urusan disini belum
selesai, tak dapat kutinggal pergi. Sekalipun kitab pusaka itu
sudah hancur tetapi seluruh isinya sudah dapat kuhafal
semua. Dengan begitu aku telah tambah sebuah beban yang
berat!"

Berkata Mawar Putih dengan serak, “Semua terserah


padamu sajalah! Mungkin ibu angkatku itu benar....”

“Siapa ibu angkatmu?" Siau-liong terkesiap.

Menatap Siau-liong, dara itu memberi jawaban kepada


yang bukan ditanyakan, “Lebib baik kita lekas tinggalkan
tempat ini. Mungkin Lam-hay Sin-ni dan kedua suami isteri
iblis itu sudah pergi!"

Habis berkata dara itu terus menghampiri ke lubang,


bobolan. Sesaat Siau-liong kehilangan faham. Ia tak dapat
menghadapi rasa kasih yang dicurahkan dara itu. Tiba-tiba ia
tersadar dan cepat loncat mendahului.

Kedua suami isteri iblis itu banyak tipu muslibatnya, biarlah


aku yang mempelopori jalan!" serunya terus merangkak ke
dalam terowongan. Mawar Putih mengikuti dibelakangnya.

519
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak lama kemudian mereka tiba di dalam gua yang


berdinding tanah. Searus hawa busuk dan anyir segera
menampar hidung.

Gua itu tak berapa dalamnya. Setelah memeriksa, Siau-


liong yakin tiada terdapat bekas seseorang lain yang Balik
kesitu. Pun keadaan diluar gua sunyi senyap. Lam-hay Sin-ni
dan kedua suami isteri iblis itu benar-benar sudah pergi.

Ketika berpaling. diam-diam Siau-liong terkejut. Ternyata


dari dalam gua itu tampak jelas sekali bobolan dinding dan
ruang lempat penyimpanan harta pusaka. Sekali Lam-hay Sin-
ni dan kedua suami isteri iblis masuk, tentu dengan cepat
mereka mengetahui tempat penyimpanan harta pusaka itu.

Diam-diam Siau-liong merasa aneh juga. Menpapa setelah


menunggu diluar sampai sekian lama rombongan Lam-hay
Sin-ni tak mau memasuki gua dan malah pergi?

Melihat Siau-liong terlongong, Mawar Putih mendengus lagi


terus melesat keluar.

Siau-liong kaget dan cepat2 berseru, “Nona"

Mawar Putih hentikan langkah, berpaling, “Mengapa?" —


Nadanya sedingin es. Agaknya dara itu masih penasaran.

Siau-liong menatap sejenak, tertawa, “Jika engkau dalam


penyamaran begitu, tentu....”

Kiranya saat itu Mawar Putin masih menyaru sebagai Dewi


Ular Ki Ih, Tetapi ketika masuk ke dalam gua, terpaksa ia
lepaskan kerudung mukanya.

Setelah mengawasi dirinya sendiri, dara itupun tertawa lalu


mengenakan kerudung muka lagi.

520
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong kerutkan alis, ujarnya, “Saat ini Ceng Hi totiang


sedang memimpin penyerbuan ke Lembah Semi. Banyak
tokoh2 persilatan yang sudah tiba. Dahulu ibuku banyak sekali
mengikat permusuhan dengan partai2 persilatan, sebaiknya
nona....”

"Baiklah, kalau begitu aku tak mengenakan pakaian ini!"


Mawar Putih tertawa dingin.

Karena masih mengkal Siau-liong tak mau diajak ke


seberang lautan, dara itu marah. Dua tiga kali gerakan
tangan, ia merobek kain kerudung dan pakaian
penyamarannya.

Siau-liong hanya dapat menghela napas, ujarnya, “Adakah


sedikit pun nona tak mengerti diriku? Ah....” —kembali ia
menghela napas dengan penuh kerawanan.

Mawar Putih cebirkan bibir. Sikapnya tetap dingin. Ternyata


dara itu sedang berjuang keras untuk menahan turunnya air
mata.

Setelah menguatkan perasaannya lalu sejenak memandang


ke arah terowongan, Siau-liong berkata, “Harta benda
peninggalan Tio Sam-hong masih ada 3 peti besar....”

"Isinya tentulah harta karun yang berlimpah-limpah


menyamai gudang negara. Bawalah pulang sendiri....” tukas
Mawar Putih....

Siau-liong menghela napas; “Aku bukan orang yang tamak


harta. Hanya saja, kalau harta karun ini sampai jatuh
ketangan manusia jahat tentu lebih menambah kejahatannya.
Lebih baik diberikan kepada badan amal dan menolong kaum
fakir miskin!"

521
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mawar Putih tertawa ewah, “0, kiranya engkau seorang


yang berhati mulia....”

Siau-liong tahu bahwa dara itu masih penasaran


kepadanya. Sejenak merenung, sekonyong-konyong ia
dorongkan kedua tangannya kemuka. "Bruk".... terdengar
bunyi menggemuruh disusul dengan hamburan debu dan
pasir. Langit gua hancur dan rubuh menutup terowongan
dengan bobolan dinding ruang penyimpan harta pusaka.
Sepintas pandang menyerupai sebuah gua yang rusak
tertimbun tanah. Jika tak digali, tak mungkin diketemukan.

Mawar Putih membersihkan tanah pada bajunya lalu


melangkah keluar.

"Nona....” cepat Siau-liong menghadang lagi....

“Mengapa lagi?" tanya Mawar Putih.

“Diluar penuh dengan alat jebakan. Mungkin kedua suami


isteri iblis itu belum pergi....”

Mawar Putih menukas dengan tertawa keras, “Kiranya


nyalimu besar sekali! Nah, silahkan engkau tinggal disini
selamanya....” tiba-tiba ia berganti nada; "sekarang engkau
sudah menjadi pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang. Pendekar
besar dalam dunia persilatan! Silahkan engkau disini
mengunjuk kesaktianmu itu! Aku akan pergi....”

Dara itu cepat2 berpaling agar dua titik air mata yang
menetes dari sudut pelupuknya, tak terlihat Siau-liong.
Kemudian sambil menghunjam-hunjamkan kaki ke tanah, ia
menggeram. "Aku segera akan kembali keseberang laut dan
takkan datang ke Tionggoan lagi!"

522
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekali melesat, dara itu sudah loncat keluar gua. Saat itu
Siau-liong masih termakan oleh kata2 tajam dari Mawar Putih.
Ia terkejut karena dara itu melesat keluar. Cepat ia mengejar.

Saat itu ternyata fajar sudah mnlai menyingsing. Angin


meniup segar, Mawar Putih lari menuju ke dalam hutan.
Tetapi pada lain saat terdengar suara bentakan bercampur
bergemerincing senjata beradu!

Walau pun teraling pohon yang lebat dan tak dapat melihat
jelas, tetapi Siau-liong cepat dapat menduga bahwa Mawar
Pulih tentu bentrok dengan rombongan orang gagah anak
buah Ceng Hi totiang yang tengah menyerang Lembah Semi.

Ketika Siau-liong menerobos masuk ke dalam hutan,


tampak Mawar Putih sedang berhantam dengan empat lelaki
berpakaian ringkas. Keempat pengeroyok itu menggunakan
golok, pedang dan golok pendek. Sedang di tepi tempat
pertempuran itu berjajar beberapa belas orang yang
menyaksikan pertempuran itu.

Rupanya Mawar Putih hendak tumpahkan kemarahannya


pada keempat orang itu, pedang Kilat dimainkan laksana
hujan mencurah. Ganasnya bukan kepalang.

Tetapi keempat orang itupun memiliki kepandaian tinggi.


Apalagi mereka maju serempak. Maka buyarlah maksud
Mawar Putih hendak mencincang mereka, kebalikannya ia
masih terdesak pontang panting.

Sejenak tertegun, Siau-liong lalu berseru menghentikan


mereka dan secepat kilat ia loncat menghampiri.

Tetapi iapun cepat disambut oleh belasan orang bersenjata


yang mengepungnya. Selain permainan senjata yang cepat

523
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan gencar, pun mereka dapat menempat diri dalam posisi


yang sesuai.

Seolah-olah seperti sudah terlatih dalam suatu formasi


barisan. Sudah tentu hal itu mengejutkan Siau-liong.

Sedang keempat orang yang mengeroyok Mawar Putih itu


tak mengacuhkan dan tetap manyerang dengan gencar.

Tiba-tiba beberapa tombak jauhnyn, muncul seorang lelaki


bermuka brewok. Bergegas-gegas ia menghampiri,
memandang Siau-liong, lalu mencabut panji putih segi tiga
yang terpancang di bahunya, melambaikan seraya berseru,
“Mundur....!"

Belasan orang yang mengepung Siau-liong segera


menyingkir kesamping. Demikianpun keempat orang yang
menyerang Mawar Putih itu, juga loncat mundur.

Pendatang yang bermuka brewok itu tertawa gelak2. Ia


melangkah maju kehadapan Siau-liong, memberi hormat,
“Pendekar Laknat!"

Seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar, alis tebal mata


bundar. Sekujur mukanya hampir tertutup oleh brewok.
Seorang lelaki yang benar-benar gagah perkasa, mirip dengan
Tio Hwi, seorang pahlawan termashyur pada jaman Sam Kok.

Siau-liong balas memberi hormat, “Saudara ini....?"

Dengan suara menggeledek, orang itu menukas, “Aku Lu


Bu-ki, dunia persilatan menggelari dengan julukan Ruyung-
besi-pelor-sakti. Pemimpin dunia Rimba Hijau daerah
selatan....”

524
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian sambil menunjuk kepada berpuluh orang yang


mengepung Siau-liong tadi, Lu Bu-ki menerangkan, “Mereka
adalah jago2 pilihan dari Rimba Hijau!"

Dalam membawakan kata2 itu, disertai juga dengan


gerakan tangan dan kaki.

"Hm, kiranya orang ini seorang benggolan penyamun!"


diam-diam Siau liong membatin.

“Bagaimana saudara kenal padaku?" tanyanya.

Jawab sitinggi besar. "Aku datang memenuhi undangan


Ceng Hi totiang dan tahu kalau Pendekar Laknat juga ikut
serta dalam gerakan membasmi Lembah Semi. Dengan begitu
kita ini sekarang menjadi orang sendiri....”

Dia berhenti sejenak, menatap wajah Siau-liong lalu


tertawa, “Dahulu aku tak sempat ikut dalam gerakan Ceng Hi
totiang untuk menindas Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Sekalipun belum pernah bertemu dengan saudara, tetapi
sudah mendengar cerita orang. Maka sekali lihat aku sudah
dapat mengenal saudara....”

Ucapannya gamblang, nadanya nyaring dan tertawanya


lepas bebas. Ia maju menghampiri lalu menepuk bahu Siau-
liong, “Aku paling kagum pada saudara. Membunuh manusia
yang harus dibunuh, sebagai suatu kesenangan. Selama
hidup. aku memang berpendirian begitu juga!"

Siau-liong diam-diam membatin, orang itu benar-benar


amat kasar tingkahnya.

Setelah keempat penyerangnya mundur, Mawar Putih


memandang dengan isyarat mata kepada Siau-liong.

525
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maksudnya suruh pemuda itu menyusulnya. Habis memberi


isyarat, ia terus loncat lari.

Tetapi karena terhalang oleh sitinggi besar Lu Bu-ki,


disamping ia memang masih suka membawa kemauan sendiri,
Siau-liong tak mau. Ia masih mengkal kepada dara itu.
Andaikata saat itu Mawar Putih mau membawanya keseberang
laut menemui ibunya, tentulah ia tak usah mengalami
penderitaan di Lembah Semi. Tak usah ia harus meminum
racun jong-tok dari Poh Ceng-in.

Sekarang dirinya sudah menjadi sedemikian rupa,


nyawanya tinggal setahun lagi, lalu dara itu bersedia
mengajaknya keseberang laut. Huh, apa perlunya?

Dengan mendendam perasaan mendongkol itu, Siau-liong


tak mempedulikan dara itu dan malah melanjutkan
percakapannya dengan Lu Bu-ki.

Karena ternyata Siau-liong tak menyusul, tak berapa


jauhnya, Mawar Putih pun berhenti dan beristirahat dibawah
sebatang pohon.

Dalam pada itu teringatlah Siau liong akan Lam-hay Sin-ni


dan rombongan Iblis-penakluk-dunia yang tiba- tiba
meninggalkan gua. Maka bertanialah ia kepada kepala begal
itu, “Apakah saudara sejak tadi terus tetap menjaga di tempat
ini?"

“Benar, dilingkungan 50 tombak dari tempat ini semua


dijaga oleh anak buahku....” kata Lu Bu-ki.... Kemudian ia
menunjuk ke arah kiri, katanya, “Yang sebelah kiri itu adalah
rombongan Ang-cek-pang, sebelah kanan Siau-lim-pay.
Sekeliling Lembah Semi sudah dikepung rapat sekali,
Sekalipun seekor burung, tak mungkin dapat terbang keluar
dari lembah."

526
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kepala penyamun daerah selatan itu memang seorang yang


suka bicara secara blak-blalan. Dan sekali bicara tentu tak
kena disetop. Maka ia terus melanjutkan saja kata-katanya,
“Ceng Hi totiang telah mengeluarkan perintah rahasia. Akan
menggunakan api untuk membumi-hanguskan Lembah Semi.
Rasanya saat ini tentu sudah akan segera bergerak....”

Memandang jauh kemuka, memang Siau-liong melihat


dibalik semak dan tempat2 jang pelik, terdapat persiapan2
bahan pembakar serta berkarung-karung obat api.

Melihat Lu Bu ki itu seorang kasar yang agak ketolol-


tololan, Siau-liong tak mau mendesak pertanyaannya tentang
Lam-hay Sin-ni dan rombongan Iblis-penakluk-dunia lagi. Ia
anggap tak berguna.

Lalu ia alihkan pertanyaan, “Apakah saudara tahu dimana


tempat rombongan Kay-pang?"

Lu Bu-ki segera menuding, “Dari sini kekiri kira2 satu li,


melalui tempat rombongan Ang-cek-pang. Go-bi-pay, Tiam-
jong-pay, Ji-tok-kau, disiiulah pos penjagaan rombongan Kay-
pang!"

Karena anggap tak perlu lebih lama berada disitu, Siau-


liong segera pamit. Lu Bu-ki benar-benar amat menghormat
kepada Siau-liong. Dengan tersipu-sipu ia memberi hormat
dan mempersilahkan Siau-liong tinggalkan tempat itu.

Baru beberapa langkah Siau-liong berjalan, tiba-tiba dari


sebelah kanan hutan muncul seorang baju hitam dengan
memegang panji warna merah.

527
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki cepat maju menyongsong. Orang baju hitam


membisiki kedekat telinga Lu Bu-ki lalu bergegas-gegas
melanjutkan berjalan kemuka lagi.

Sitinggi besar Lu Bu-ki tertawa nyaring. Wajahnya gembira,


semangatnya menyala. Sambil gerakkan kedua tangan ke
atas, ia berseru nyaring, “Anak-anak, kita segera akan
bergerak!"

Dari dalam hutan, berhamburan keluar berpuluh-puluh


lelaki berpakaian ringkas. Kebanyakan mereka berumur antara
30-an tahun.

Dipimpin Lu Bu-ki, kawanan anak buah penyamun itu


segera membawa kayu bakar, obat pasang dan bahan2
pembakar, menuju kepuncak gunung dari Lembah Semi.

Siau-liong memandang cuaca. Saat itu diperkirakan sudah


jam 7 pagi. Ia duga Iblis-penakluk-dunia tentu tak mau
melepaskan It Hang totiang dan rombongannya. Maka Ceng Hi
totiang segera mengeluarkan perintah untuk menyerang
Lembah Semi.

Tetapi pada saat memandang kepuncak gunung yang


mengelilingi Lembah Semi, diam-diam Siau-liong kerutkan alis.
Lembah itu luasnya tak kurang dari 10 li. Dengan api,
dikuatirkan tak dapat memberi hasil seperti yang diharapkan.
Dengan bahan peledak, mungkin dapat menghancurkan alat-
alat jebakan dalam lembah itu. Tetapi kalau hendak
meratakan lembah itu menjadi karang api, benar-benar tak
mungkin.

Tengah ia merenung, tampak ratusan batang kepala


manusia tengah bergerak masuk kemulut lembah. Dan
sepanjang kaki puncak gunung pun telah terbakar. Merupakan
sebuah gunung yang bersalur jalur api.

528
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Apalagi kala itu sedang dalam pertengahan musim rontok.


Pohon dan tumbuh-tumbuhan kering semua. Api cepat sekali
meranggas besar.

Siau-liong memperhatikan dengan seksama. Kecuali


melepas api, pun segenap pelosok hutan penuh bersembunyi
ratusan tokoh2 anggauta rombongan Ceng Hi totiang yang
siap untuk bergerak. Mulut lembah itu merupakan satu-
satunya jalanan masuk-keluar lembah. Dan mulut lembah itu
telah dijaga ketat sekali sehingga tak mungkin orang Lembah
Semi dapat terhindar dari sergapan mereka.

Diam-diam Siau-liong memuji kelihayan Ceng Hi totiang


mengatur barisan. Rasanya Lembah Semi pasti dapat
dihancurkan.

Dalam pada itu pikiran Siau-liong masih melekat pada


peristiwa digua tadi. Mengapa Iblis-penakluk-dunia tak berani
memasuki gua itu dan hanya menunggu diluar saja. Lalu
apakah Lam-hay Sin--ni sudah dapat dipikat kedua suami isteri
iblis itu masuk ke dalam lembah?

Sambil berpikir, kaki Siau-liong tetap berjalan dan saat itu


hampir tiba ditempat Mawar Putih menunggu. Dara itu berdiri
menghadap kesebelah belakang, tak mau berpaling
menyambut Siau-liong.

Diam-diam Siau-liong tak puas melihat perangai Mawar


Putih yang mau menang sendiri. Maka sengaja ia tertawa
dingin dan menegur, “Ah, apakah nona masih belum
berangkat?"

Mawar Putih diam saja. Tetapi kedua bahunya bergetaran


seperti orang yang tengah menangis.

529
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat itu timbullah rasa penyesalan Siau-liong. Betapa


buruk perangai dara itu, namun dia sudah melayani ibu Siau-
liong bertahun2. Atas dasar kenyataan itu, dapatlah sudah
dara itu dianggap sebagai adiknya sehdiri. Apalagi sekarang
Mawar Putih seorang diri mengembara di dunia persilatan
Tiong-goan, demi melaksanakan pesan ibu Siau-liong untuk
menuntut balas dan mencari jejak Siau-liong.

Ah, seharusnya ia membalas budi kepada Mawar Putih.


Mengapa dikarenakan sedikit percekcokan mulut saja. ia harus
memperlakukan dara itu dengan sikap yang dingin?

Makin merenungkan, Siau-liong makin berkabut sesal. Dan


terbayanglah sikap dan kebaikan, dara itu selama ini. Tanpa
disadari Siau-liong air mata berlinang-linang terharu.

“Adik Mawar....!" serunya pelahan.

Serentak dara itu berpaling diri. Tampak mukanya masih


membekas air mata.

"Adik Mawar, tak seharusnya kuperlakukan engkau begini,


aku....” Siau-liong menghela napas, "aku pantas dicincang!"

Sepasang mata dara itu berkilat-kilat menatap Siau-liong.


Sekonyong-konyong ia lari dan menubruk kedada Siau-liong.

“Akulah yang salah. Tak seharusnya kubikin panas


hatimu.Maafkanlah....”

Mawar Putih mengangkat muka memandang muka Siau-


liong, “belasan tahun aku melayani suhu. Tiap kali suhu tentu
membicarakan dirimu. Dan tiap kali itu pula ia selalu
mengatakan bahwa beliau mengharapkan, kelak kita
berdua....”

530
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mawar Putih menghela napas, lalu melanjutkan, “Memang


aku sendiri yang salah. Jika tempo hari lekas2 kubawa engkau
pulang keseberang lautan, segala apa tentu beres! Ho.... aku
memang celaka!"

Sesaat Siau-liong pun tak dapat berkata apa2. Bayangan


maut tetap menghantui dirinya. Paling lama ia dapat hidup
setahun lagi. Dan pada saat itu ia masih memikul beban tugas
yang banyak dan berat. Sekalipun dapat berjumpa dengan
ibunya, tetapi hanya berapa lamakah ia dapat berkumpul
dengan ibunya itu?

“Segala sesuatu memang sudah diatur menurut garis hidup.


Ada beberapa hal yang kita manusia tak mampu merobah
garis perjalanan hidup itu. Karenanya terpaksa kita pasrah
saja," kata Siau-liong dengan rawan.

“Apakah kita tak dapat pergi sekarang?"

Siau-liong gelengkan kepala, “Sekarang aku masih


mempunyai beberapa kewajiban yang harus kuselesaikan lebih
dulu. Tetapi semua itu pun paling lama dalam empat hari
tentu sudah rampung....”

Berhenti sejenak. Siau-liong berkata pula, “Apakah nona


mau menunggu aku di siok-ciu?"

Mawar Putih deliki mata, “Ih, mengapa memanggil 'nona'


lagi? Apakah hubungan kita....”

“Adik Mawar” buru-buru Siau-liong menukas.

“Aku tak mau membiarkan engkau seorang diri menghadapi


bahaya disini. Jika engkau tak mau berangkat keseberang
laut, aku pun tetap akan menemani engkau disini!"

531
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong kerutkan alis, “Dalam waktu singkat lembah ini


akan menjadi gelanggang pertumpahan darah.... maaf, terus
terang kukatakan, jika engkau berada disini, bukan saja tak
dapat membantu bahkan kebalikannya malah menambah
bebanku!"

Tetapi Mawar Putih tetap menolak....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 10

"Apapun juga dan tak peduli engkau hendak pergi kemana,


aku tetap ikut. Sampai kita nanti ke seberang laut menjumpai
suhu!" kata Mawar Putih.

Siau-liong terpaksa mengiakan. Dilihatnya orang2 yang


berada dalam hutan itu menumpahkan perhatian ke arah api
yang sedang berkobar di atas gunung. Mereka tak
mempedulikan gerak gerik Siau-liong dan Mawar Putih.

Berkata pula Mawar Putih, “Mulai saat ini aku menurut saja
apa perintahmu. Apakah kita akan berangkat sekarang?"

Siau-liong tertawa hambar, menarik Mawar Putih terus


diajak lari ke arah kiri. Saat itu api makin berkobar besar.
Lembah Semi seolah-olah terbungkus oleh gumpalan asap
tebal.

Tak dapat disangsikan lagi, gunung itu pasti akan gundul.


Adakah pembakaran itu akan dapat menjalar ke dalam
Lembah Semi atau tidak, tapi sekurang-kurangnya Iblis-
penakjuk-dunia tentu akan getar nyalinya. Dan Lembah
Semipun akan terpencil menjadi semacam pulau tersendiri.

532
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan begitu mudahlah dikurung dari segenap penjuru oleh


barisan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang.

Apa yang dikatakan Lu Bu-ki tadi memang benar.


Sepanjang jalan, Siau-liong melihat rombongan orang2 Ang-
cek-pang, Go-bi-pay, Tiam-jong-pay dan Ji-tok-kau mengatur
barisan dengan ketat. Seolah-olah merupakan tembok
manusia.... Mereka bergerak dengan rapi. Baik melepas api,
melakukan penyelidikan, penjagaan dan pekerjaan koordinasi
satu sama lain.

Agaknya Ceng Hi totiang memang sudah memberitahukan


kepada sekalian rombongannya tentang ikut sertanya
Pendekar Laknat membantu gerakan mereka, Maka walaupun
tanpa membawa pertandaan apa2, hanya dengan melihat
wajahnya saja, orang2 itu sudah mengetahui Pendekar Laknat
dan membiarkan dia berjalan.

Tak berapa lama, tibalah Siau-liong dan Mawar Putih


ketempat penjagaan yang dijaga oleh anak buah Kay-pang.
Ternyata tempat itu terletak disamping kanan barisan pohon
Bunga, di belakang Lembah.

To Kiu-kong tampak bersemangat sekali memimpin orang-


orangnya, menebang pohon dan mengangkuti batu, melepas
api membakar gunung. Mereka terkejut serta melihat Siau-
liong dan Mawar Putih muncul.

Menurut anggapan To Kiu-kiong, dara itu mempunyai


hubungan istimewa dengan cousu-ya Kay pang yakni Kongsun
Liong. Sudah tentu mereka heran melihat Mawar Putih
muncul, pada hal jelas Kongsun Liong masih belum ketahuan
hasilnya dalam lembah.

Dan masih ada sebuah hal yang membuat To Kiu-kong tak


habis mengerti. Ketika kemarin malam Pendekar Laknat

533
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berbaku hantam dengan Lam-hay Sin-ni, jelas dilihatnya


Pendekar Laknat telah menggunakan ilmu pukulan Thay-
siang-ciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah ajaran dari
ajaran Pengemis Tengkorak Song Thay kun.

Pengemis-tertayya Tio Tay-tong dan kedua pengemis


pincang segera menghampiri ke belakang To Kiu-kong.
Mereka memandang Siau-liong dan Mawar Putih dengan
penuh keheranan.

"Pendekar Laknat," tegur To Kiu-kiong dengan menekan


keheranan.

Siau-liong cepat membalas hormat, “Semalam aku minta


tolong padamu untuk membelikan obat, entah apakah ,....”

To Kiu-kiong cepat menyambuti, “Malam itu juga telah


kusuruh orang untuk membelikan ke Siok-ciu.... ," ia kerutkan
dahi, katanya pula, “mungkin segera datang!"

Siau-liong mendesah lalu melanjutkan langkah kemuka.


Disebelah muka situ merupakan daerah barisan Pohon Bunga
yakni satu-satunya jalan keluar masuk Lembah Semi.

Disebelah muka barisan pohon Bunga itu. dijaga oleh para


imam tua yang mengenakan jubah warna kuning, menyanggul
pedang dipunggung.

Ternyata mereka adalah rombongan murid Kun-lun-pay


yang dipimpin sendiri oleh Ceng Hi totiang.

Ceng Hi totiang yang berperawakan tinggi kurus itu sedang


berdiri dimuka barisan pohon bunga. Dibelakangnya dikawal
oleh lima imam kecil-menyanggul pedang.

Siau-liong dan Mawar Putih segera menghampiri.

534
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Ah, Pendekar Laknat benar-benar menepati janji....” seru


Ceng Hi totiang seraya memberi salam.

Kemudian ia memandang mawar Putih, bertanya, “Dan


ini....”

“Nona Putih, Mawar Putih, kenalan lama," buru-buru Siau-


liong menyambutinya. Lalu tertawa.

Sambil mengurut jenggotnya, Ceng Hi totiang pun tertawa,


“Sungguh mengharukan sekali bahwa nona Putih yang masih
muda belia, bersedia ikut juga dalam gerakan membasmi
kaum durjana!-'

“Ah, totiang keliwat memuji, " Mawar Putih merendah lalu


tersenyum kepada Siau-liong. Tetapi pemuda itu batuk2 dan
cepat palingkan muka agar jangan sampai ketahuan Ceng Hi
totiang.

Saat itu hutan disekeliling lembah sudah terbakar hanya


barisan pohon Bunga dimuka lembah itu yang masih utuh.

Sejenak merenung, berkatalah Ceng Hi totiang, “Mulut


lembah, amat sempit sekali. Hanya dapat untuk seorang
berjalan. Rasanya lebih baik mengambil jalan dari belakang
lembah!"

Siau-liong membenarkan. Ceng Hi totiang segera suruh


seorang imam kecil untuk memberitahukan kepada bagian
penghubung. Semua pemimpin rombongan supaya datang
kesitu untuk berunding.

Tak berapa lama dari kepergian imam kecil itu, para


pemimpin dari rombongan partai2 datang bersama jago2nya
yang tangguh. Tak kurang dari seratus orang jumlahnya.

535
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kebanyakan mereka memang tak kenal dengan Pendekar


Laknat. Tetapi menilik dandanan Siau-liong yang aneh itu,
mereka dapat menduga tentulah Pendekar Laknat.

Menolong To Hun-ki, Ti Gong taysu dan beberapa tokoh


sehingga bentrok dengan Iblis-penakluk dunia serta Lam-hay
Sin-ni, cepat sekali membuat Pendekar Laknat dipuja oleh
seluruh orang gagah yang ikut dalam gerakan menyerbu
Lembah Semi itu.

Setelah para tokoh2 mengambil tempat duduk, maka


berkatalah Ceng Hi totiang dengan nada serius, “Setelah api
padam, rintangan disekelihng Lembah Semi menjadi lenyap.
Kedua durjana itu hendak menyerang dari sebelah mana, kita
tetap dapat mengetahui....”

Ceng Hi memandang ke arah hadirin, lalu melanjutkan


pula, “Kedua suami isteri itu licin sekali. Entah siasat apa yang
hendak mereka gunakan nanti tetapi yang jelas kita tentu
akan menghadapi suatu pertempuran yang menentukan mati
atau hidup!"

Kembali ketua dari Kun-lun-pay itu berhenti mengurut-urut


jenggotnya. Kemudian menyambung, “Menurut hematku,
betapapun tinggi ilmu hitam dari kedua suami isteri itu, tetapi
rasanya mereka tentu takkan menyerang keluar. Mereka tentu
hanya mengandalkan pada keadaan berbahaya dari lembah
untuk menghadapi serbuan kita. Menilik keadaan itu,
kuputuskan untuk mengambil jalan dari belakang lembah saja.
Tetapi kita gunakan api untuk menyerang masuk. Hancurkan
setiap rintangan dan alat-alat jebakan dalam lembah itu!"

Sekalian hadirin berdiam diri. Beberapa saat kemudian, Toh


Hun-ki melangkah maju kemuka Ceng Hi totiang, memberi
hormat berkata, “Usaha terakhir untuk menghancurkan sarang

536
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

durjana, terletak di tangan totiang. Silahkan saja totiang


memberi perintah. Para hadirin disini tentu akan menurut!"

Ketua Kong-tong-pay itu sejenak memandang sekalian


hadirin. Tampak sekalian pemimpin partai persilatan
mengangguk.

Ti Gong taysu dan Lu Bu-ki hampir serempak berseru,


“Karena kami telah mengangkat totiang sebagai pemimpin,
sudah tentu kami akan mentaati perintah totiang!"

Ceng Hi totiang terhibur mendapat dukungan luas itu.


Dengan tersenyum ia segera mengatur persiapan untuk
menyerbu Lembah Semi.

Diam-diam Siau-liong memperhatikan cara imam tua itu


mengatur barisan. Ternyata Ceng Hi merupakan seorang
pucuk pimpinan yang cemerlang dan pandai. Selain
dibentuknya barisan pelopor, barisan bala bantuan, induk
barisan, barisan sayap kanan kiri serta barisan untuk
menjebak musuh. Barisan pelepas api kemudian regu
penghubung. Pendek kata, barisan itu telah diatur lengkap
dan rapi.

Setelah menerima pembagian tugas, maka barisan2 itupun


segera mulai bergerak.

Ceng Hi totiang menghampiri Siau-liong katanya dengan


palahan, “Barisan pohon Bunga itu merupakan satu2nya jalan
di belakang lembah. Telah kuperintahkan orang untuk
melepaskan api. Setelah terbakar, dapat dipastikan tentu akan
terbuka jalan ke dalam lembah. Kukira Iblis-penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tentu akan memimpin rombongannya keluar.
Tetapi jika tidak keluar, tentulah mereka mempunyai
persiapan lain dalam barisan pohon bunga itu....”

537
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, “Saudara telah


menolong Ti Gong taysu dan rombongannya dari lembah itu.
Tentulah saudara kenal baik keadaan lembah itu. Mengenai
barisan pohon Bunga....”

Berkat peta pemberian Jong Leng lojin maka Siau-liong


dapat mengetahui alat-alat perlengkapan Lembah Semi
dengan baik. Maka iapun anggukan kepala, “Selain tertanam
puluhan ribu batang pohon bunga yang dapat menyesatkan
pikiran orang, dalam barisan pohon Bunga itupun masih
terdapat pula Pagar Harimau, Pagar Singa dan Sarang Ular,
Liang Serangga beracun dan lain-lain. Tetapi....”

Siau-liong merenung sebentar lalu berkata pula; "Segala


perlengkapan itu hanya dapat digunakan terhadap musuh
yang berjumlah kecil. Kalau barisan besar seperti kali ini sama
melepas api, tentulah pohon2 bunga itu akan musnah semua.
Juga kalau dibakar dengan bahan peledak, kiranya kawanan
binatang buas itu tentu akan mampus juga. Maka menurut
hematku....”

Sejenak Siau-liong memandang pada Ceng Hi, lalu; "Jika


tak mengundurkan diri ke dalam barisan Tujuh Maut dan
Lembah Maut, setelah barisan bunga itu dimusnahkan, kedua
durjana itu tentu keluar bertempur!"

Ceng Hi totiang mengangguk, “Pandangan anda sungguh


tepat. Yang kukuatirkan adalah kekuatan kedua durjana itu.
Kita belum tahu jelas sampai dimana kekuatan mereka. Jika
kali ini kita kalah, dunia persilatan pasti akan menderita
kehancuran!"

Pada saat itu api sudah mulai berkobar ditengah barisan


pohon Bunga. Beberapa saat kemudian Ceng Hi berkata,
“Barisan bunga itu dalam beberapa waktu baru dapat musnah.
Selama itu kedua durjana tentu takkan menerobos keluar.

538
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Silahkan saudara bersama nona Putih beristirahat dihutan


belakang,"

Memandang wajah Siau-liong, ketua Kun-lun-pay itu


menambah pula, “Dalam pertempuran untuk menentukan mati
hidupnya dunia persilatan ini, harap saudara suka membantu
sekuat tenaga!"

Habis berkata Ceng Hi totiang hendak mengantar Siau-liong


berdua ke belakang hutan tetapi Siau-liong minta imam itu
tinggal disitu saja karena masih mempunyai tugas penting.

Siau-liong bersama Mawar Putih menuju ke arah hutan.

Di dalam hutan terdapat sebuah kemah. Beberapa imam


kecil yang menjaga kemah itu, segera mempersilahkan Siau-
liong dan Mawar Putih duduk di atas dua lembar permadani
dan menghidangkan dua cawan teh wangi.

Kedua muda mudi itu duduk beristirahat. Dalam pada itu


diam-diam Siau-liong merenung. Setelah barisan pohon bunga
itu terbakar habis, tentu akan timbul pertempuran dahsyat.
Sekali pun Ceng Hi totiang sendiri yang memimpin dan hampir
dikata seluruh tokoh2 persilatan ikut serta dalam barisan,
tetapi mengingat kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia itu
sangat licik dan banyak tipu muslihat, ia masih belum dapat
memastikan apakah gerakan orang gagah itu akan berhasil.

Tokoh2 Harimau Iblis, Naga Laknat, Jong Leng lojin dan


Lam-hay Sin-ni. Jika mereka dapat digunakan oleh Iblis
penakluk-dunia, tentulah barisan orang gagah akan menemui
kesulitan besar.

Saat itu Siau-liong sudah memperoleh kitab pusaka Thian


Kong pit-kip. Jika dalam saat2 yang genting dan penting
seperti kala itu ia tak dapat memberi bantuan, bukankah ia

539
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

merasa malu terhadap pencipta kitap pusaka Thian-Kong-Sin-


kang?

Seketika ia kosongkan seluruh pikirannya dan mulai


melakukan pernafasan sesuai dengan petunjuk dari kitap
pusaka itu.

Kemah ini kosong Setelah Siau-liong dan Mawar Putih


beristirahat, kawaran imam kecil itu pun segera
mengundurkan diri keluar. Mereka hendak melihat jalannya
peperangan ke Lembah Semi.

Saat itu....

Pada saat Siau-liong sedang asyik melakukan penyaluran


tenaga dalam, tiba-tiba ia mendengar suara mendesis tajam
melayang ke arahnya. Ia terkejut. Dengan gunakan ilmu
Mendengar-suara-membedakan-arah, ia menyambar benda
itu.

Ah, kiranya bukan senjata rahasia melainkan secarik kertas.


Cepat ia loncat melesat keluar. Tetapi kecuali beberapa imam
kecil yang tengah menjaga kemah itu, ia tak melihat seorang
lain lagi.

Terpaksa ia kembali masuk ke dalam kemah. Mawar Putih


menyambutnya dengan pandang penuh pertanyaan.... Tetapi
Siau-liong tak sempat memberi keterangan. Cepat ia
membuka kertas itu. Ah, ternyata tulisan dari gurunya, Tabib-
sakti-jenggot-naga Kangsun Sin-tho. Bunyinya ringkas:

“Lekas mundur, jangan menyerang. Rencanakan lagi baru


bergerak."

Siau-liong tertegun. Ia yakin gurunya itu tak mungkin akan


bergurau menggertak dengan ancaman kosong. Jika gurunya

540
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyuruh ia mundur dan jangan lanjutkan penyerbuan,


tentulah keadaan tak menguntungkan. Kemungkinan besar
suami isteri Iblis penakluk-dunia itu tentu sudah siapkan
rencana untuk menghancurkan rombongan Ceng Hi totiang.

Ia merasa sulit. Barisan sudah mulai akan menyerang.


Bagaimana mungkin diperintahkan mundur dengan seketika.
Dan lagi, perintah penarikan mundur itu akan mengakibatkan
turunnya semangat para orang gagah. Kemungkinan pula,
akan menimbulkan pertikaian diantara sesama kawan sendiri.

Pemimpin barisan orang gagah itu adalah Ceng Hi totiang.


Dapatkah ia menasehatkan imam tua itu untuk menarik
barisannya? Ah.... Lama Siau-liong termangu memandang
surat dari gurunya itu. Demikian pun Mawar Putih.

Sekonyorg-konyong diluar terdengar suara langkah orang


berlari menghampiri. Dan pada lain saat terdengar suara itu
bertanya kepada imam kecil penjaga kemah; "Adakah
Pendekar Laknat berada di dalam kemah ini?"

Cepat Siau-liong melongok keluar. Ah, kiranya yang datang


itu adalah Pengemis tertawa Tio-Tay-tong.

Dia membawa sebuah bungkusan kecil. Melihat Siau-liong


buru-buru pengemis itu berkata, “Karena mendapat tugas
untuk menyerang Lembah Semi maka pemimpin kami tak
dapat datang kemari sendiri dan suruh aku menyerahkan obat
ini....” -ia terus menyerahkan bungkusan kecil itu kepada Siau-
liong. Ia minta maaf kepada Siau-liong karena agak terlambat
membawa pulang obat.

Hal itu disebabkan karena ada beberapa macam ramuan


sukar didapat.

541
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menyambuti obat itu seraya mengucap terima


kasih.... Tiba-tiba terlintaslah dalam benaknya apa yang harus
dikerjakan saat itu. Ah, kemungkinan hal itu akan dapat
merobah kekalahan menjadi kemenangan.

"Paling sedikit memakan waktu tiga empat jam lagi barulah


barisan pohon Bunga itu terbakar habis. Jika dalam waktu
yang singkat itu, aku dapat menyelundup ke dalam Lembah
Semi untuk membebaskan Jong Leng lojin. Kemungkinan
sebelum rombongan orang gagah menyerang ke dalam
lembah, aku tentu sudah berhasil meringkus kedua suami
isteri durjana itu!" pikirnya.

Ya, hanya dengan siasat itulah kiranya ia dapat


menyumbangkan tenaga kepada rombongan orang gagah.

Karena sedang terbenam dalam renungan, Siau-liong tak


mendengar ucapan minta diri dari Pengemis tertawa Tio Tay-
tong. Setelah memasukkan bungkusan surat itu ke dalam
pinggangnya. ia berpaling ke arah Mawar Putih, “Harap adik
suka menunggu disini, aku hendak mengantarkan obat ini....
Setelah itu barulah kita pulang keseberang laut!"

Selesai memberi pesan, Siau-liong terus berputar diri dan


pergi.

Sudah tentu Mawar Putih terkejut dan buru-buru


menghadangnya; “Hendak kemana engkau?"

"Menyerahkan obat kepada Ti Gong taysu!"

Karena tak biasa bohong, maka wajah Siau-liong tersipu-


sipu merah. Untung ia mengenakan kedok muka sehingga tak
dapat dilihat Mawar Putih.

542
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bukankah hal itu dapat menyuruh orang lain yang


mengantarkan?" Mawar Putih deliki mata kepadanya.

“Obat ini amat berharga dan sukar dicari. Jika sampai


hilang....”

Mawar Putih mendengus dingin, “Jangan harap engkau


dapat mengelabuhi aku. Kalau mau pergi, aku tetap ikut!"

Siau-liong terpaksa tak dapat berbuat lain kecuali menghela


napas panjang. Terpaksa mengajak dara itu keluar dari kemah
dan membeluk kesamping kanan. Oleh karena sudah faham
keadaan lembah itu. maka Siau-liong tak ragu-ragu lagi.

Saat itu rombongan orang gagah sudah berpusat diluar


barisan pohon Bunga yang terletak di belakang Lembah.
Penjagaan disepanjang tempat yang dilaluinya, dijaga ketat
oleh anak buah partai2 persilatan. Karena lari pesat, tak
berapa saat tibalah Siau - liong dimuka jalanan rahasia ke
dalam Lembah Semi....

Semak pohon yang menutup mulut jalan, saat itu sudah


terbakar habis. Tetapi karena terowongan gua itu rendah
sekali, Siau-liong sukar mencari jalan.

Siau-liong berputar tubuh tertawa masam, ujarnya,


“Memang kepergianku ini amat berbahaya sekali tetapi pun
amat penting sekali.... Bagaimanapun, aku harus menempuh
bahaya itu!"

Mawar Putih kerutkan dahi. Tetapi ia menyadari bahwa


percuma saja ia akan mencegah pemuda yang keras kepala
itu. Maka sengaja ia tertawa, “Bukan maksudku hendak
mencampuri urusanmu. Tetapi, janganlah engkau
meninggalkan aku seorang diri!"

543
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis berkata dara itu terus menerobos ke dalam


terowongan rahasia itu.

Karena terowongan itu melalui tempat yang sedang dilanda


kebakaran besar. maka terowongan itu pun amat panas sekali.
Ditambah pula dengan hawa lembab bercampur bau busuk,
setelah berjalan beberapa langkah saja, Mawar Putih rasakan
kepalanya pesing, perut mau tumpah.

Siau-long tak tahan melihat kelambatan langkah Mawar


Putih. Cepat ia mendahului dimuka. Sambil menutup hidung,
ia berjalan bersama dara itu.

Terowongan lembab basah dengan air sumber gunung.


Tanahnya makin berlumpur sehingga sukar dilalui.

Beberapa kali Mawar Putih hampir tergelincir jatuh.


Pakaiannya kotor berlumpuran lumpur. Tetapi sedikitpun ia tak
mengomel. Dengan tubuh terhuyung-huyung, ia kuatkan diri
berjalan disamping Siau-liong.

Kurang lebih setengah jam, mereka tiba dimulut Lembah


Maut. Tetapi kedaan pintu lembah itu gelap karena ditutup
oleh batu besar.

Diam-diam Siau-liong menimang. Tempo hari ia menolong


Toh Hun-ki dan kawan-kawannya dengan mengambil jalan
dari mulut terowongan, tentulah hal itu sudah diketahui oleh
Son-beng Ki-su, Iblis penakluk-dunia dan anak buah Lembah
Maut. Oleh karena itu maka pintu terowongan ditutup dengan
batu.... Dan kalau saat itu gerak geriknya diketahui orang
Lembah Semi tentu celakalah. Tak mungkin ia dapat melintasi
barisan Tujuh Maut untuk menolong Jong Leng lojin.

Setelah merenung beberapa saat, ia membisiki beberapa


patah kata ketelinga Mawar Putih. Setelah itu ia kerahkan

544
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaga dalam lalu mulai mendorong batu penutup pintu


terowongan itu.

Batu besar berderak-derak bergerak keluar. Selekas batu


itu menggelinding keluar, Siau-liong cepat loncat keluar. Ah....
ternyata dugaannya benar. Dua samping pintu terowongan
telah dijaga oleh empat orang berpakaian hitam. Mereka
terkejut ketika melihat Pendekar Laknat muncul.

Siau-hong tak mau membuang waktu. Dengan kedua


tangannya ia gunakan jurus, Angin-meniup-daun-
berhamburan, menyerang keempat penjaga.

Tiga orang baju hitam remuk tulangnya. Tanpa dapat


menjerit, mereka rubuh binasa.

Yang seorang rupanya agak cerdik. Pada saat Siau-liong


menghantam ketiga kawannya, ia loncat melarikan diri
sembari siapkan panah api untuk memberi tanda kepada
markas.

Siau-liong terkejut. Jika orang itu sampai dapat melepaskan


panah api, tentulah Iblis penakluk-dunia dan rombongan anak
buahnya akan menyerbu kesitu.

Dengan gerak Harimau-lapar-menerkam-mangsa, ia loncat


membayangi orang itu. Sebelum orang itu berhasil
meluncurkan panah api, bahunya sudah dapat dicengkeram
Siau-liong. Orang itu menjerit ngeri lalu terkulai ke tanah
bersama anak panahnya.

Siau-liong masih belum puas. Ia tutuk tiga buah jalan darah


maut pada tubuh orang itu. Sesaat kemudian ia merasa
menyesal juga karena telah membunuh empat jiwa.

545
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Mawar Putih pun sudah keluar terowongan.


Pakaiannya berlumuran lumpur, tubuhnya mandi keringat.

Untunglah karena terlindung oleh jajaran gunung, maka


Lembah Maut itu tak menderita kebakaran. Hanya saja asap
api itu mengerumun penuh dalam lembah, ditambah pula
dengan tebaran kabut, lembah itu seolah-olah tertutup oleh
lautan asap tebal.

Hal itu malah menguntungkan Siau-liong karena jejaknya


tentu sukar diketahui orang Lembah Semi.

Siau-liong tak mau membuang waktu lagi.

Sebelum kebakaran pada barisan pohon bunga itu padam,


ia harus sudah dapat membebaskan Jong Leng lojin.

Segera ia menggandeng tangan Mawar Putih lalu melintasi


lembah yang penuh dengan hutan pohon dan lautan batu2
aneh. Berkat peta dari Jong Leng lojin dan pula tempo hari ia
pernah memasuki lembah itu untuk mencari jejak Mawar
Putih, maka saat itu ia sudah faham akan keadaan lembah.
Tak berapa lama dapat ia mencapai titik jalan yang
menghubungkan Lembah Maut dengan barisan Tujuh Maut.
Tanpa membuang waktu lagi, Siau-liong terus ajak Mawar
Putih menyusup ke dalam terowongan dibawah tanah yang
panjang dan dalam itu.

Saat itu agaknya Mawar Putih kumat lagi tabiatnya yang


manja. Sambil menarik lengan baju Siau-liong ia berseru
dengan nada beriba, “Engkoh Liong, apakah yang hendak
engkau lakukan? Terowongan ini penuh dengan alat jebakau
rahasia. Apakah engkau hendak mengantar jiwa?"'

Siau-liong berhenti, menghela napas menatap wajah dara


itu; “Memang kita sedang menempuh bahaya. Tetapi mudah-

546
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mudahan langkah kita ini dapat menghentikan pertumpahan


darah di dunia persilatan, menyelamatkan beribu jiwa.
Tentang alat-alat rahasia yang memenuhi terowongan ini....”

Ia berhenti dan tertawa, “Kini bagiku, tempat itu tak ubah


seperti jalan besar Yang-kwan saja!"

Mawar Putih memandangnya dengan heran tetapi tak mau


bertanya apa2 lagi. Dara itu sudah percaya penuh kepada
Siau-liong. Walaupun tahu bahwa pemuda itu sedang
menepuh jalan maut, namun Mawar Putih tetap mengikutinya
tanpa ragu2.

Siau-liong merabah bungkusan obat yang disimpan dalam


pinggang bajunya ia hendak berjalan tetapi berhenti lagi.
Teringat ia ketika bertemu dengan Jong Leng lojin, ia tidak
menyamar sebagai Pendekar Laknat. Jika saat itu ia masih
menyamar sebagai Pendekar Laknat, bukankah akan
menimbulkan kecurigaan orang tua itu?

Segera ia melepas kedok muka dan pakaian


penyamarannya. Setelah itu baru ia ajak Mawar Putih
lanjutkan perjalanan.

Saat itu ia tiba didinding batu yang cekung ke dalam.


Tetapi apa yang dilihatnya dalam ruang itu, membuatnya
terkejut sekali!

Ruang itu kosong melompong. Jong Leng lojin lenyap....

Rantai besi yang mengikat kaki orang tua itu kutung


menjadi dua dan berhamburan di tanah. Rupanya telah
dipapas dengan pedang pusaka yang amat tajam. Disekeliling
ruang, tak terdapat djejak yang mencurigakan.

547
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menimang. Menilik rantai besi yang putus itu,


kemungkinan besar long Leng lo-jin tentu ditolong orang.
Tetapi orang tua yang begitu sakti kepandaiannya, pun tak
manpu memutuskan rantai borgolannya, lalu siapakah tokoh
yang begitu sakti dan memiliki senjata begitu tajam hingga
dapat memutuskan rantai borgolan itu?

Pikiran Siau-liong melayang lebih jauh. Menurut


anggapannya, hanya dua orang yang ada kemungkinan telah
menolong Jong Leng lojin. Kesatu, gurunya sendiri ialah
Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho. Dan yang lain
adalah Randa Bu-san....

Tetapi Siau-liong tetap bersangsi. Karena ditilik dari sudut


manapun, kedua tokoh itu tak mungkin dapat mengetahui
tempat rahasia itu dan menolong Jong Leng lojin! Ah, lalu
siapakah orang itu?

Tiba-tiba bulu kuduk Siau-liong meremang tegang. Ia


mencemaskan kemungkinan yang ketiga. Jika kedua suami
isteri durjana itu dapat memenjarakan Jong Leng lojin disitu,
tentulah mereka mampu juga untuk melepaskan orang tua itu.
Dan kemungkinan itu memang bukan mustahil. Untuk
menghadapi serangan besar-besaran dari rombongan Ceng Hi
totiang kemungkinan Iblis-penakluk-dunia hendak
menggunakan orang tua itu untuk menghadapi mereka.

Menurut perhitungannya saat itu Sudah hampir sejam


lamanya barisan pohon Bunga dilanda api. Dua jam lagi,
setelah api padam, rombongm Ceng Hi totiang tentu akan
menyerbu dan tentulah akan terjadi pertempuran yang
dahsyat dan mengerikan!

Siau-liong makin gelisah tetapi tak dapat menemukan suatu


akal. Akhirnya ia memutuskan, karena sudah memasuki
tempat itu, lebih baik ia mengadakan penyelidikan seluas-

548
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

luasnya. Maka ia segera ajak Mawar Putih lanjutkan


perjalanan menyusup terowongan dibawah tanah itu.

Pintu keluar dari terowongan itu. sebagian dibuat orang.


sebagian memang berasal dari gua alam. Letaknya persis
dimuka Barisan Tujuh Maut.

Disebelah muka gua yang menjadi pintu keluar dari


terowongan dibawah tanah itu, terbentang sebuah dataran
yang ditengahnya terdapat sebuah hutan pohon siong.

Pada saat Siau-liong hendak lanjutkan langkah, tiba-tiba


dari arah hutan iiu terdengar suara orang tertawa nyaring. Dia
tersentak kaget.

Tak salah lagi, suara tertawa itu adalah tertawa si Iblis-


penakluk-dunia.

Cepat Siau-liong mundur kembali. Tetapi gerumbul pohon


dan semak belukar yang mengaling mulut gua itu sedemikian
lebatnya hingga ia tak dapat melihat jelas siapa2 yang keluar
dari hutan itu.

Siau-liong mencari akal. Disebelah kiri gua itu terdapat


sebuah batu karang yang menjulang tinggi. Jika bersembunyi
disitu tentulah ia dapat melihat keadaan disekeliling penjuru.

“Adik Mawar, jagalah mulut terowongan ini. Jika musuh


muncul, lekas hubungi aku. Aku hendak meninjau keadaan
musuh dari atas karang itu!" ia memberi pesan kepada Mawar
Puiih lalu merayap ke atas. Setelah mencapai puncak dan
memandang ke arah hutan, kejutnya bukan kepalang.

Dalam hutan itu tampak berpuluh sosok tubuh manusia,


bergerak kian kemari. Ada lelaki ada pula wanitanya.
Jumlahnya tak kurang dari seratus orang.

549
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka duduk disebuah


tempat yang tinggi. Dibelakangnya dijaga oleh sepuluh gadis
baju merah. Iblis itu tengah mencekal sebatang pedang yang
berkilau-kilauan cahayanya.

Dihadapan iblis Itu tegak berjajar 20 barisan lelaki


perempuan yang mengenakan pakaian serba ringkas dan
menghunus senjata.

Disebelah kanan rombongan orang itu, tampak sebuah


kereta tetapi belum dirakit dengan kuda. Dimuka kereta, dua
orang baju hilam berdiri disebelah kanan dan kiri. Mereka
memegang poros kereta seperti orang yang menarik kereta
itu. Selain mengenakan baju hitam, pun kedua orang itu juga
membungkus kepalanya dengan kain sampai pada lehernya.
Hanya pada kedua matanya yang diberi lubang. Jika pada
malam hari, orang tentu mengira mereka adalah setan2
kuburan yang keluyuran keluar.

Di belakang kereta dikawal oleh dua buah barisan orang


baju hitam. Tetapi kepalanya tidak dibungkus rapat dengan
kain hitam melainkan dengan sutera tipis. Setiap barisan
terdiri dari lima orang.

Kereta itu kosong tiada isinya. Tetapi menurut dugaan,


tentulah disediakan untuk Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka.

Sesungguhnya yang hendak dicari Siau-liong hanyalah Jong


Leng lojin. Diawasinya dengan penuh perhatian setiap orang
dan gerak-gerik mereka. Tetapi ia tak melihat kehadiran Jong
Leng lojin.

Tiba-tiba Siau-liong melihat seorang lelaki baju kelabu


berlari-larian dari mulut gunung menuju ketempat Iblis -

550
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penakluk-dunia. Begitu tiba di tepi hutan, orang itu hentikan


larinya lalu menghampiri kehadapan Iblis-penakluk-dunia dan
memberi hormat.

“Melaporkan pada bapak pemimpin, barisan pohon Bunga


sudah terbakar separoh bagian. Pagar Singa dan Pagar
Harimau, telah diledakkan oleh rombongan Ceng Hi totiang.
Kawanan binatang disitu mati hangus semua!" seru orang itu.

Iblis-penakluk-dunia bukannya terkeiut, kabalikannya malah


tertawa mengekeh, “Ah, hal itu memang sudah
kuperhitungkan....” -ia melirik ke arah isterinya lalu
membentak orang itu, “Bagaimana dengan tempat!"

“Empat penjuru lembah, api sudah padam. Sebagian besar


dari anak buah Ceng Hi totiang berkumpul diluar barisan
pohon Bunga. Rupanya begitu api padam, mereka tentu akan
menyerbu!" jawab orang itu.

Iblis-penakluk-dunia mendengus, “Hm, aku sudah tahu,


pergilah!"

Orang itu menjurah lalu angkat kaki. Sambil mengurut


jenggotnya yang menjulai sampai kelutut, Iblis-penakluk-dunia
gelengkan kepala dan merenung. Beberapa saat kemudian
berkatalah ia kepada isterinya, “Setelah pertempuran hari ini,
lihat saja siapakah tokoh persilatan yang berani menentang
aku lagi!"

“Tolol! Mereka telah kerahkan sejumlah besar tokoh2


persilatan dan mengumumkan hendak meratakan Lembah
Semi ini. Adakah engkau mempunyai keyakinan untuk
memenangkan mereka?" sahut Dewi Neraka.

551
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis-penakluk-dunia tertawa, “Sekalipun mereka benar


berjumlah puluban ribu orang, aku tetap dapat membereskan
mereka....”

Kemudian menunjuk pada ke 12 orang baju hitam yang


berada dimuka dan belakang Iblis-penakluk-dunia berkata pula
dengan beberapa orang itu saja kiranya dapat melayani
sepuluh ribu musuh!"

Siau-liong terkesikap. Dipandangnya kepada orang baju


hitam itu tak bergerak seperti patung.

Dewi Neraka mendengus lagi; "Sekalipun nanti akan


menang, tetapi bukan berarti tak ada yang perlu dicemaskan
lagi....” -ia menatap wajah suaminya lalu melanjutkan, “Paderi
Kurus dari gunung Thian-san, Manusia Aneh dan Pak-I-ciang,
Sepasang imam dari gunung Bu-san, Empat Seram dari
gunung Im-san, kelana dari gunung Hong-san, Randa gunung
Bu-san dan masih ada pula Pendekar Laknat....”

Iblis perempuan itu tak melanjutkan kata-katanya


melainkan hanya menghela napas.

Semula Iblis-penakluk-dunia tertegun juga tetapi pada lain


saat ia tertawa lepas; “Jangan kuatir, isteriku. Berkat
kepandaian dan kecerdasan kita berdua, adalah semudah
orang membalikkan telapak tangannya jika hendak menguasai
dunia persilatan!"

Ia lambaikan tangan dan dua orang tua yang masing-


masing berumur 50-an tahun segera maju kehadapannya dan
menjurah.

“Beritahukan kepada anak buah kita di belakang barisan


panah. begitu api yang membakar barisan pohon bunga itu

552
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padam, mereka suruh lepaskan anah panah!" tukas Iblis-


penakluk-dunia.

Kemudian kedua orang itu cepat melakukan perintah. tiba-


tiba Iblis-penakluk-dunia berbangkit lalu jalan menghampiri
kereta.

Siau-liong sedang menumpahkan seluruh perhatian untuk


mengawasi gerak gerik Iblis-penakluk-dunia dengan anak
buahnya. Sedemikian asyiknya ia mengikuti mereka sehingga
tak ingat akan keadaannya sendiri. Tiba-tiba ia mendengar
Mawar Putih menjerit kaget.

Siau-liong terkejut dan berpaling. Hai....

Mawar Putih yang menjaga dimulut gua tadi, ternyata


sudah tak tampak disitu.

“Adik Mawar! Adik Mawar....!" serunya berbisik. Tetapi


tiada penyahutan sama sekali.

Cepat Siau-liong meluncur turun dan menghampiri gua.


Ternyata apa yang dikuatirkan memang benar. Ketika tiba
dimulut gua. sayup2 ia mendengar suara orang tertawa dingin
dan pada lain saat muncullah seorang baju merah menyala.
Ah.... Poh Ceng-in, nona pemilik Lembah Semi.

Mata Siau-liong berkunang-kunang dan hampir jatuh.


Tetapi wanita itu malah tertawa mengejek, “Merdu sekali
engkau memanggilnya. Sayang ia sekarang sudah tak dapat
menyahut lagi!"

Dada Siau-liong seraya meledak. ingin ia


menghancurkannya tetapi dia tahu bahwa hal itu akan
membawa akibat pada dirinya sendiri. Terpaksa ia menahan
kemarahan dan berseru agak ketus, “Engkau apakan dia!"

553
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poh Ceng-in tertawa dingin, “Lihatlah sendiri kesini....!" -ia


berputar diri dan berseru ke arah terowongan, “Suheng,
bawalah ia keluar!"

Siau-liong buru-buru menghampiri dan memandang ke


dalam mulut gua. Dilihatnya Mawar Putih berdiri beberapa
langkah dalam mulut gua tetapi punggung dan mulutnya
didekap oleh seorang aneh yang bertubuh amat kurus sekali.
Sekurus manusia yang tinggal tulang berbungkus kulit. Dan
orang itu bukan lain adalah Soh-beng Ki-su!

Marah Siau-liong bukan kepalang. Diam-diam ia kerahkan


tenaga dalam dan maju hendak menerjang. Tetapi Soh-beng
Ki-su tertawa sinis.

“Budak, jika engkau berani maju, budak perempuan ini


akan kujadikan mayat hidup dengan ilmu tenaga sakti Pek-
kut-kang!" serunya mengancam.

Sekalipun Siau-liong mampu menghadapi 10 Soh-beng Ki-


su, tetapi karena Mawar Putih berada ditangan pertapa itu,
terpaksa ia tak berani lanjutkan tindakannya.

"Hm, kiranya engkau seorang pemuda hidung belang." seru


Poh Ceng-in' “siapakah dia?"

Karena marahnya, gigi Siau-liong sampai bercaterukan,


sahutnya getus, “Tak perlu engkau tanya!"

“jangan lupa, engkau dan aku sehidup semati....”

Siau-liong marah dan mengkal. Melirik ke arah rombongan


Iblis-penakluk-dunia yang berada dalam hutan, ia membentak
wanita itu, “Sekali telah kululuskan janji untuk mati bersama
setahun nanti, tentu akan kulaksanakan!"

554
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tetapi engkau sudah berjanji dalam setahun ini takkan


bergaul dengan perempuan lain!" tukas Poh Ceng-in.

Sekali tak dapat berkutik karena ditutuk jalan darahnya


oleh Soh-beng Ki-su, tetapi Mawar Putih dapat mendengar
pembicaraan Siau-liong dengan wanita baju merah itu dengan
jelas. Ia deliki mata kepada Siau-liong lalu meronta sekuat
tenaganya untuk melepaskan mulutnya dari dekapan tangan
Soh-beng Ki-Su, lalu berteriak, “Siau-liong, engkau....”

Tetapi belum sempat dara itu berteriak, punggungnya telah


ditutuk oleh Soh-beng Ki-su. Hati Siau-liong seperti disayat.
Untuk kedua kali ia nekad hendak menerjang lagi. Tetapi
dibentak Poh Ceng-in, “Diam!"

Dengan mata berkilat buas, Soh-beng Ki-su lekatkan


tangan kiri kepunggung Mawar Putih, sedang tangan kanan
ditebarkan mencengkeram dada dara itu. Rupanya ia hendak
melaksanakan rencana ganas.

Siau-liong menghela napas dan palingkan muka. Terdengar


Poh Ceng-in tertawa dingin, berkata kepada Soh-beng Ki-su,
“Suheng, bawalah pergi budak perempuan itu....!" -kemudian
menuding Siau-liong ia berseru, “ Dia mempunyai peta
terperinci dari keadaan Lembah Semi. Engkau harus mencari
tempat lain yang sukar dicari."

Soh-beng Ki-su kerutkan dahi, ujarnya, “Budak itu hebat


sekali, sumoay engkau....”

Poh Ceng-in tertawa mengekeh, “Tak peduli dia bagaimana


saktinya tetapi tak mungkia dia berani membunuh diriku. dan
tak mungkin akan membunuhku,"

555
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Soh-beng Ki-su tertawa menyeringai. Memanggul Mawar


Putih, ia terus menyusup ke dalam terowongan.

Dapat dibayangkan betapa perih dan pedih hati Siau-liong


melihat Mawar Putih dibawa Soh-beng Ki-su tanpa ia mampu
memberi pertolongan. Darahnya bergolak keras, hingga
hampir saja ia pingsan.

Setelah Soh-beng Ki-su pergi, barulah Poh Ceng-in


menghampiri kemuka Siau-liong, katanya, “Yang salah adalah
engkau sendiri, jangan sesalkan aku berhati kejam.... kini
hanya tinggal dua pilihan....”

Siau-liong memandang lekat kewajah wanita pemilik


lembah itu tetapi tak berkata apa2.

Dipandang begitu rupa oleh Siau-liong, bingung juga


wanita itu. Ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda itu.

“Jika engkau mau segera menjadi suami isteri dengan aku,


akan kubiarkan engkau sendiri yang melepaskan budak
perempuan iiu. Kalau tidak, kita bertiga akan segera mati
bersama!"

Siau-liong tak mengacuhkan kata2 wanita itu. Ia tetap


tegak termangu-mangu memandangnya. Tiba-tiba wajahnya
berobah.

“Apakah benar racun Jong-tok yang engkau berikan


kepadaku itu tiada obatnya lagi?" tanyanya.

“Tidak ada!" sahut Poh Ceng-in," sekalipun engkau makan


obat dewa, juga tak berguna!"

Dengan wajah beku, Siau-liong maju selangkah, serunya


dengan nada sarat, “Jika aku tak tahan lagi dan memukulmu

556
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mati, lalu kuminum darahmu atau menggunakan darah anjing


hitam mulus untuk pengantar, mengorek hatimu lalu
kumakan, entah bagaimanakah akibatnya?"

Seketika pucatlah wajah Poh Ceng-in sehingga ia


teihuyung-huyung mundur dan berseru dengan nada gemetar,
“Engkau dengar dari siapa cara itu.... oh, engkau kejam
sekali.... engkau hendak membunuh aku agar dapat menolong
budak perempuan itu lalu engkau menikah dengannya,
engkau....”

Siau-liong menghela napas.

“Sayang, aku tak berhati buas seperti engkau. Mungkin


sukar melakukan hal semacam itu, Hanya....” Siau-liong
berhenti sejenak, sekali gerak cepat ia menutuk jalan darah
dibahu kanan Poh Ceng-in.

Tepat pada saat itu, dari bejauhan tampak tiga larik sinar
api yang cepat sekali mendekati. Dan dari arah hutan
terdengarlah Iblis-penakluk-dunia berteriak keras dan
serempak terdengarlah suara kereta berjalan berderak-derak.

Kereta yang dikawal oleh barisan orang hitam itu segera


berjalan menuju keluar mulut gunung.

Siau-liong terkejut. Diperhitungkannya saat itu api yang


membakar barisan pohon Bunga masih sejam lamanya. Tetapi
mengapa anak buah Lembah Semi sudah memberi pertandaan
lebih dulu.

Tetapi dia tak sempat berpikir lagi. Sambil mencengkeram


bahu Poh Ceng-in, ia segera menyusup ke dalam terowongan.

557
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun ia faham akan jalan terowongan dan berjalan


secepat lari, tetapi ia harus menggunakan waktu setengah jam
juga baru dapat menyusur keluar dari terowongan.

Selekas keluar, cepat ia lari ke arah barisan pohon Bunga.


Sayup2 ia mendengar suara jeritan ngeri dari suatu
pertempuran dahsyat.

Memandang kemuka, tampak barisan pohon Bunga yang


penuh asap tebal itu diserbu oleb berpuluh-puluh sosok tubuh
manusia.

Siau-liong arahkan larinya kesana. Tiba-tiba beberapa belas


orang bersenjata, menghadang jalan. Mereka terdiri dari kaum
imam dan orang biasa Kepalanya seorang imam mencekal
sebatang golok kwat-to, tanpa berkata apa2 terus menyerang
Siau-liong.

Siau-liong terkejut dan cepat loncat kesamping seraya


membentak, “Hai, apakah tak kenal padaku!"

Tebasannya luput, imam itu maju membabat pinggang


Siau-liong seraya menghardik, “Budak keparat, aku tak kenal
padamu!"

Melihat pemimpinnya menyerang, anak buahnya pun


segera ikut menyerang Siau-liong.

Siau-liong terkejut. Saat itu baru ia teringat kalau tak


menyamar sebagai Pendekar Laknat. Apa boleh buat, terpaksa
ia harus menghadapi mereka.

Sambil menyikap Poh Ceng -in dibawah ketiak, Siau-liong


tak mau balas menyerang, melainkan berloncatan menghindar
serangan mereka.

558
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil menghindar, berulang kali ia berteriak, “Berhenti


dulu! Aku membawa Surat Jalan dari Ceng Hi totiang!"

Mendengar itu, imam yang menjadi pemimpin rombongan


penghadang itu segera membentaknya, “Kalau membawa
surat jalan, mengapa dari tadi tak lekas mengeluarkan!"

Rombongan penyerang itupun hentikan serangannya.


Namun masih mengepung Siau-liong. Pemuda itu buru-buru
merogoh bajunya. Tetapi yang diketemukan hanya peta
pemberian Jong Leng lojin. Buru-buru ia masukan lagi. Lalu
merogoh saku. Tetapi yang diketemukan hanyalah beberapa
butir pil pemberian Poh Ceng-in.

Sudah tentu Siau-liong gugup tak keruan. Kemanakah


gerangan perginya Surat Jalan itu? Merenung sejenak, barulah
ia teringat kalau Surat Jalan itu disimpannya dalam baju
Pendekar Laknat. Tetapi baju Pendekar Laknat itu sudah
dilipat dan dililitkan pada pinggang. Jika mengambil dan
membuka pakaian itu tentulah diketahui orang. Berarti juga,
rahasianya tentu bocor. Ah....

Siau-liong benar-benar bingung. Apalagi saat itu di dalam


barisan pohon Bunga sudah berlangsung pertempuran
dahsyat. Jika rombongan Ceng Hi totiang sampai menderita
kekalahan, bukankah ia ikut bertanggung jawab karena tak
dapat membantu mereka?

“Dari partai manakah suhu ini?" segera ia bertanya kepada


imam itu.

Imam bersenjata golok kwat-to mendengus dingin, “Akulah


yang seharusnya bertanya begitu kepadamu!"

Siau-liong paksakan tertawa, “Aku bernama Kongsun Liong,


juga hendak membantu gerakan Ceng Hi totiang untuk

559
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membasmi kedua suami isteri durjana itu. Tentang Surat


Jalan.... mungkin karena terburu-buru, telah hilang dijalan!"

Ternyata imam itu tak pernah mendengar nama Kongsun


Liong. Dengan mata berkilat-kilat ia membentak, “Jangan coba
mengelabuhi orang! Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan
perintah. Barang siapa yang tak membawa Surat Jalan, harus
diperlakukan sama seperti anak buah Lembah Semi....”

Kemudian mata imam itu memandang ke arah Poh Ceng-in


Ialu berkata, “Jika engkau masih ingin hidup, beritahukan
siapa dirimu sebenarnya!"

Pada saat Siau-liong mencari Surat Jalan tadi, terpaksa ia


letakkan tubuh Poh Ceng-in di tanah. Belasan orang yang
mengepungnya itu segera lekatkan ujung pedang keseluruh
jalan darah disekujur tubuh kedua anak muda itu. Semula hal
itu tak diacuhkan Siau-liong. Pikirnya, begitu mengambil keluar
Surat Jalan, segalanya tentu beres. Tak kira kalau Surat Jalan
itu disimpan dalam baju Pendekar Laknat.

Dalam gugup terpaksa ia berseru nyaring, “Aku adalah


murid pewaris dari Pengemis Tengkorak Song Thai-kun dan
kini diangkat menjadi ketua Kay-pang. Jika taysu tak percaya
silahkan suruh memanggil murid Kay-pang untuk dipadu!"

Imam itu tertawa memanjang. Kemudian bertanya kepada


rombongan, “Adakah salah seorang dan saudara yang kenal
akan Cousu-ya bayi ini.”

Sekalian orang tertawa gelak2; "Jangan dengarkan


ocehannya! Anak umur 3 tahun pun takkan percaya!"

“Tuh dengarlah! Jangan lagi tiada seorang pun yang


percaya omonganmu. Sekalipun ada yang percaya. pun sukar
untuk mencari anak murid Kay-pang yang saat ini sedang ikut

560
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ceng Hi totiang menyerbu ke dalam Lembah Semi....” imam


itu berhenti sejenak lalu berkata pula, “Terpaksa engkau harus
kita tahan. Nanti setelah Lembah Semi beres, dan ternyata
engkau memang bukan anak buah Iblis penakluk-dunia,
barulah dapat kami lepaskan."

“Ikat dia dan perempuan baju merah lalu bawa ke markas


depan!" imam itu memberi perintah.

Selagi imam itu bicara, diam-diam Siau-liong mencari lirik


kesekeliling penjuru. Dilihatnya pada setiap puncak pohon dan
belakang batu terdapat orang yang siap dengan senjata
panah. Diam-diam ia memuji akan kelihayan Ceng Hi totiang
mengatur barisan untuk mengepung musuh.

Bukannya ia takut akan balasan orang yang mengepungnya


itu tetapi ia menyadari bahwa dalam pertempuran, tentu ada
korban yang jatuh. Disamping itu sukar dicegah kemungkinan
Poh Ceng-in akan terluka bahkan bisa mati. Kalau wanita itu
mati, bukankah ia juga akan ikut mati....

Siau-liong termenung gelisah. Tiba-tiba seorang paderi


berkepala dan telinga besar, menutuk dada Siau-liong. Ia
yakin karena Siau-liong sudah tak berdaya, tentu mudah untuk
ditutuk jalan darahnya.

Tetapi alangkah kejutnya ketika belum lagi jarinya


menyentuh dada Siau-liong, paderi itu sudah menjerit ngeri
dan terhuyung-huyung mundur lima enam langkah. la rasakan
jarinya seperti terbakar api panas.

Kawan-kawannya tersentak kaget. Tetapi karena peristiwa


itu berlangsung cepat dan mendadak sekali, mereka tak tahu
apa sebab paderi itu sampai pontang panting begitu macam!

561
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Imam yang menjadi kepala rombongan pun tak tahu


peristiwa itu. Tetapi ia seorang yang banyak pengalaman. Ia
duga Siau-liong tentu memiliki kepandaian tinggi. Maka cepat
ia memberi perintah untuk menyerang pemuda itu. Bahkan dia
sudah mendahului untuk menebas dengan goloknya.

Melihat sikap keras kepala dari rombongan itu, terpaksa


Siau-liong melayani juga. Sebelumnya ia memang sudah
menjaga setiap kemungkinan. Setelah mengundurkan paderi
tadi, diam-diam ia salurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang
ketangannya. Begitu belasan orang itu menyerbu, ia pun cepat
tamparkan kedua tangannya.

Pemimpin dan anggauta rombongan itu memang tak


memandang mata kepada Siau -iong. Tetapi alangkah kejut
mereka ketika tamparan tangan pemuda itu menghamburkan
tenaga dahsyat yang panas. Beberapa jeritan ngeri terdengar
dan empat orang telah terlempar menyusur tanah....

Untunglah rombongan pengroyok itu tak punya akal untuk


menyerang Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah.
Andaikata mereka bertindak begitu, tentu Siau-liong sudah
mati kutu.

Setelah berhasil mengacau-balaukan musuh, dengan


menggembor keras, Siau-liong menyambar tubuh Poh Ceng-
in. Rencananya hendak dibawa lari menerjaug mereka.

Tetapi pada saat itu, serangkum angin tajam menyambar


punggunguya. Terpaksa ia lepaskan tubuh Poh Ceng-in dan
terus berputar diri untuk menghalau penyerangnya.

Imam kepala rombongan itu ternyata memang hebat.


Walaupun sudah dipukul mundur oleh Siau-liong, tetapi ia
tetap maju menyerang lagi.

562
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong mendongkol sekali. Setelah mendoroog golok


kesisih, dengan kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang ia
hendak menghantamnya.

Imam itu ternyata murid dari Go-bi-pay. Walaupun


kepandaiannya tak lemah tetapi tak mungkin ia dapat
menerima pukulan Bu-kek-sin-kang. Dia pasti hancur binasa
apabila Siau-liong gerakkan tangannya.

Pada saat Siau-liong sudah hendak ayunkan tangannya,


tiba-tiba terdengar suara orang membentak, “Berhenti."

Nada orang itu amat berwibawa. Apalagi Siau-liong


memang tak bermaksud hendak melukai orang. Maka cepat2
ia menarik kembali pukulannya.

Ketika sekalian orang mencari siapa yang berseru itu tiba-


tiba dari puncak sebatang pohon, melayang turun sesosok
tubuh yang kurus. Begitu kurus sehingga seperti daun yang
melayang ke tanah.

Pada saat tiba di tanah barulah dapat diketahui bahwa


orang itu ternyata seorang paderi bertubuh kurus kering.
Boleh dikata hanya sesosok kerangka tulang terbungkus
kulit.... Tetapi sepasang matanya memancarkan sinar berapi-
api, mengandung perbawa yang memaksa orang menaruh
keseganan.

“Ah....” imam pemimpin rombongan tadi mendesus pelahan


dan buru-buru merangkap kedua tangan, menyebut
"Omitohud" lalu memberi hormat kepada paderi kurus itu
dengan khidmat, “Murid Li Hun menghaturkan hormat atas
kehadiran Seng-ceng!"

Paderi kurus itu tersenyum; “Telah kupesatkan jalanku


tetapi tetap terlambat sedikit....”

563
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil memandang ke arah barisan pohon Bunga, ia


bertanya pula: ,,Apakah pertempuran sudah berjalan lama?"

Imam kepala rombongan yang menyebut namanya Li Hun


itu buru-buru menyahut, “Baru beberapa saat saja."

Paderi tua kurus itu mengangguk lalu memandang Siau-


liong dan Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah. Tampak
wajahnya mengerut cemas.

Buru-buru Li Hun melangkah kehadapan paderi tua kurus


itu, katanya, “Budak ini telah keluar dari Lembah Semi sambil
membawa wanita baju merah itu. Enlah apa maksudnya.
Tetapi jelas tentu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Murid telah
mendapat perintah dari Ceng Hi totiang supaya mengatakan
tempat ini, karena itu....”

"Biarlah kutanyainya," tukas paderi kurus itu. Li Hun


mengiakan, lalu memberi isyarat supaya rombongan yang
mengepung itu mundur.

Siau-liong tertegun memandang paderi kurus itu. Diam-


diam ia heran mengapa imam tadi begitu menghormat sekali
kepada paderi itu. Pula cara paderi itu muncul memang
menunjukan seorang yang sakti. Dan mendengar penibicaraan
mereka tadi, rupanya paderi kurus itu datang dari jauh.

Siau-liong tak tahu siapa paderi kurus itu. Pikirnya, lebih


baik ia tinggalkan tempat itu saja agar jangan terlambat
waktunya. Maka ia mundur dua langkah dan hendak
mengangkat tubuh Poh Ceng-in.

"Ah, jangan begitu tegang," tiba-tiba paderi kurus itu


berseru dengan tersenyum; "sekalipun engkau berada satu

564
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tombak jauhnya dari tempatku, tetapi rasanya sukar kalau


engkau hendak meloloskan diri....”

Nadanya angkuh, jelas tak memandang mata pada Siau-


liong. Siau-liong tertegun dan terpaksa batalkan rencananya.

“Kenalkah engkau padaku?" tegur paderi kurus itu pula.

Siau-liong tak kenal siapa paderi itu. Tetapi menilik dia


datang hendak membantu rombongan Ceng Hi totiang, ia
duga paderi itu tentu Seorang cianpwe dari sebuah partai
persilatan. Maka cepat ia memberi hormat. menjawab,
“Justeru aku hendak mohon tanya gelaran mulia dari lo-
siansu."

"Aku Liau Hoan, selama ini mengasingkan diri digunung


Thian-san....” kata paderi itu dengan nada yang penuh welas
asih, "memang tak dapat dipersalahkan kalau engkau tak
kenal padaku, Menurut perhitungan, aku sudah 40 tahun tak
pernah menginjak dunia persilatan lagi. Dan umurmu itu tentu
belum seberapa....”

Siau-liong terkesiap. Sudah berulang kali ia mendengar


orang mengatakan tentang paderi Liau Hoan dari gunung
Thian-san itu. Setitik pun ia tak kira bahwa paderi yang
termasyhur itu ternyata paderi bertubuh kurus yang berdiri
dihadapannya saat itu. Ah, gelar Paderi Kurus yang diberikan
kepadanya, ternyata memang tak salah.

Beberapa saat Siau-liong tertegun gelisah. Suara teriak


jeritan dari barisan pohon Bunga, makin lama makin keras dan
gencar. Walaupun belum mengetahui siapa yang menang,
tetapi ia tetap teringat akan surat peringatan yang diberikan
Kongsun Sin-tho itu.... Jika berlangsung makin lama,
akibatnya tentu makin runyam.

565
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia pikir, paderi kurus Liau Hoan itu tentu akan percaya


akan keterangan imam Li Hun, yang mengatakan dirinya
(Siau-liong) seorang-anak buah Iblis-penakluk-dunia. Ah, jika
ia menempur paderi kurus itu, tentu akan memakan waktu
dan tenaga. Dan kemungkinan bahkan akan menderita luka.

“Usiamu masih muda dan wajahmu juga tak sembarangan


tetapi mengapa rela menjadi kaki tangan kedua suami isteri
durjana itu?" tegur paderi Liau Hoan.

Buru-buru Siau-liong membantah, “Hal itu sama sekali tidak


benar, aku....”

“Bukankah engkau habis keluar dari Lembah Semi?" cepat


paderi itu menukas.

Terpaksa Siau-liong menyahut, “Benar, tetapi....”

Sambil kebutkan lengan jubahnya. Liau Hoan berkata,


“Sudahlah, tak perlu membantah....”

Kemudian menunjuk pada Poh Ceng-in yang menggeletak


di tanah, paderi itu berkata pula, “Apakah wanita itu engkau
bawa dari Lembah Semi?"

"Benar, tetapi....”

Wajah Liau Hoan mengerut gelap, bentaknya, “Apakah


hidupku begini tua hanya hidup perc-ma saja! Apakah perlu
engkau jelaskan baru aku dapat mengetahui keadaan yang
sebenarnya....?"

Mau tak mau Siau-liong mendidih juga darahnya karena di


bentak2 itu. ia pun menyahut dengan suara lantang, “Jika tak
kuterangkan. bagaimana lo-siansu dapat mengetahui
persoalannya yang berliku-liku itu....”

566
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tutup mulutmu!" bentak Liau Hoan marah. Lengan jubah


paderi itu diangkat ke atas, seperti hendak menyerang.

Sudah tentu Siau-liong terkejut dan buru-buru bersiap-siap.

Tiba-tiba Liau Hoau tertawa; “Anak muda, engkau murid


Iblis-penakluk-dunia atau bukan, tetapi aku akan memberimu
kesempatan untuk menyerang aku sampai 30 jurus. Jika
dalam 30 jurus itu engkau sanggup mengundurkan aku satu
langkah saja, aku segera tinggalkan tempat ini!" seru paderi
kurus itu.

Siau-liong tertawa dingin, “Kaki dan tangan tak bermata.


Jika berkelahi tentu takkan terhindari dari hal2 yang
menimbulkan derita luka!"

“Dalam 30 jurus aku takkan balas menyerang! Silahkan


engkau menyerang sesukamu saja!" bentak paderi itu.

Siau-liong anggap paderi kurus itu juga manusia yang


membawa kemauan sendiri dan angkuh sekali.

Diam-diam ia menimang, “Jangan lagi 3o jurus, dalam 3


jurus saja jika tak mampu mengudurkan engkau, aku pun
takkan muncul dalam dunia persilatan lagi!"

Maka menyahutlah ia dengan lantang, “Karena lo-cianpyye


yang memerintah, akupun terpaksa menurut saja. Silahkan lo-
cianpwe bersiap!"

Habis berkata ia terus mengangkat tangan kanan lalu


ditamparkan dengan jurus. Menurut-aliran-air-mendorong-
sampan, kedada Liau Hoan.

567
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Paderi itu tegak diam. Sepasang tangan dirangkapkan


kemuka dada. Tiba-tiba serangkum suara lembut seperti kapas
memancar dari tangannya, menghapus tenaga pukulan Siau-
liong, seraya tertawa hambar.

“Pukulan semacam itu, banyak terdapat dipasar persilatan!"

Siau-liong tak mau menyahut melainkan lepaskan lagi


sebuah pukulan Tay-lo-kim-kang ke arah kepala paderi itu.

Liau Hoan agak terkejut. Cepat ia dorongkan kedua


tangannya kesamping untuk 'menarik' tenaga pukulan Siau-
liong kesamping. Kedua bahunya pun ikut condong kesamping
tetapi secepat itu berayun kemuka lagi. Sepasang kakinya
tetap tak berkisar sedikitpun jua.

Tetapi mau tak mau wajah paderi itu berobah, kaget,


serunya, “Pukulan Thay-siang-ciang! Adakah engkau benar-
benar....”

Tetapi tiba-tiba ia hentikan kata2nya dan berganti dengan


sebuah bentakan yang bengis “Masih ada 28 jurus, lekas
teruskan seranganmu!"

Diam-diam Siau-liong terkesiap dalam hati. Apa yang


disohorkan orang ternyata benar. Kepandaian Liau Hoan
memang hebat sekali. Sekali lawan bergerak, segera ia dapat
mengetahui nama jurus dan alirannya.

Semula Siau-liong mengira dalam 3 jurus,ia tentu dapat


mengalahkan paderi itu dengan pukulan Thay-siang-ciang
yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Tetapi apa yang
disaksikan, benar-benar membuatnya termangu-mangu.

Rupanya Liau Hoan tak sabar, ia membentak dengan


nyaring; “Lekas serang!"

568
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejenak merenung, Siau-liong tiba-tiba lempangkan tangan


kanan mendorong lurus kemuka.

Gerakan itu memang aneh. Meninju bukan, tamparan pun


bukan. Dan lagi gerakannya amat pelahan sekali.

Liau Hoan kerutkan alis. Sesaat ia tak tahu jurus apakah


yang sedang dimainkan anak muda itu.

Ternyata jurus yang digunakan Siau-liong itu disebut


Sebatang-tonggak-menyanggah-langit. Salah sebuah jurus
dari apa yang disebut Satu pukulan-Tiga tamparan-Empat
tutukan. ialah pelajaran yang termasuk dalam kitap pusaka
Thian-kong-sin-kang.

Jurus itu mengandung perobahan yang rumit sekali. Oleh


karena Siau-liong baru saja satu kali melatih pelajaran itu dan
tak memiliki latihan dasar dari tenaga dalam Thian-kong-sin-
kang. maka ia tak dapat menggunakannya dengan tepat.

Namun karena Liau Hoan sudah berjanji tak balas


menyerang, maka timbullah keinginan Siau-liong untuk
mencoba pelajaran itu. Maka tanpa menghiraukan adakah
latihannya sudah sesuai atau belum, ia segera menggunakan
jurus itu.

Sambil lepaskan pukulan, diam-diam Siau-liong


menumpahkan pikirannya untuk menghafalkan gerak
perobahan selanjutnya. Oleh karena itu maka gerakannyapun
dilakukan dengan pelahan.

Liau Hoan kaget dan meragu. Pukulan Siau-liong dengan


ilmu Thay-siang-ciang tadi, sudah membuatnya tak berani
memandang rendah pada anak muda itu lagi.

569
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sepintas pandang pukulan anak itu memang tak berharga


dan lambat sekali. Tetapi anehnya, Liau Hoan benar-benar tak
tahu ilmu apakah pukulan Siau-liong itu. Maka ia terpaksa
diam-diam kerahkan semangat dan tenaga dalam untuk
bersiap-siap.

Pada saat tangan Siau-liong mendorong lurus sekonyong-


konyong ia menggembor keras dan tiba-tiba tangan anak itu
bergerak cepat sekali. Tahu2 dada Liau Hoan termakan
tinju....

“Hai....!" mulut paderi kurus itu menjerit aneh dan


tubuhnya menyurut mundur selangkah.

Imam Li Hun dan anak buahnya terkejut menyaksikan


peritiwa itu. Mereka terkesiap memandang Siau-liong.

Liau Hoan tak menderita luka berat. Ia menatap Siau-liong


sambil mengusap keningnya lalu tundukkan kepala merenung.

Siau-liong sendiri juga termangu-mangu. Ia tak menyangka


bahwa pelajaran yang masih setengah matang itu ternyata
mempunyai perbawa yang sedemikian hebatnya.

Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Siau-liong


terkejut. Memandang ke arah barisan pohon Bunga. ternyata
tempat itu penuh dengan gulung asap tebal yang membubung
ke udara. Suara itu tentulah berasal dari gerakan rombongan
Ceng Hi totiang yang tengah meledakkan semua alat rahasia
dan rintangan dalam lembah.

Tetapi alangkah kejutnya ketika berpaling, ternyata Poh


Ceng-in yang menggeletak di tanah tadi sudah lenyap.

Dilihatnya imam Li Hun dan anak buahnya sedang


memandang dirinya seraya pelahan-lahan menyurut mundur.

570
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera ia menduga, tentulah mereka yang melarikan Poh


Ceng-in.

Kemudian mata Siau-liong beralih memandang ke arah


barisan pohon Bunga. Tanpa banyak pikir lagi, ia terus
gunakan gerak loncat Naga-berputar-18-kali, melesat ke arah
barisan pohon Bunga.

Setelah merenung beberapa saat, tiba-tiba Liau Hoan


tersadar dan berseru pelahan, “Thian-kong-sin-kang! Tentulah
ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!"

Memandang ke muka, ternyata Siau liong sudah lari. Paderi


itu menggembor keras lalu loncat mengejar.

Gerak Naga-berputar-18-lingkaran dari Siau-liong telah


mencapai tataran yang tinggi. Dalam dua gerak loncatan saja,
ia sudah mencapai belasan tombak jauhnya.

Ketika masih melayang di udara, tiba-tiba ia memperoleh


akal. Cepat ia meluncur ke arah sebuah semak yang tinggi,
terus berganti pakaian sebagai Pendekar Laknat.

Tepat pada saat ia selesai menyamar sebagai Pendekar


Laknat, paderi Liau Hoan pun tiba. Bagaikan seorang gila,
paderi itu memandang ke sekeliling penjuru seraya tak henti-
hentinya mengingau seorang diri, “Thian-kong sin-kang!
Tentulah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!"

Paderi itu melihat juga pada Siau-liong. Tetapi karena saat


itu Siau-liong sudah berganti dandanan sebagai Pendekar
Laknat maka Liau Hoan hanya memandangnya dengan tawar
terus menyusup ke dalam gerumbul untuk mencari pemuda
tadi.

571
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa dingin. Dia tak mau menghiraukan


paderi kurus itu melainkan terus melesat ke arah barisan
pohon Bunga. Dalam sekejab mata ia sudah berada di tengah
puing barisan pohon Bunga.

Saat itu suara teriakan, tidaklah sengeri tadi. Dan yang


tampak hanya berpuluh-puluh jago silat tengah lari kian
kemari. Entah apa yang terjadi dengan pertempuran di
sebelah muka. Juga kereta yang dinaiki Iblis-penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tak tampak bayangannya.

Siau-liong menerjang di antara orang2 itu, melintas ke


muka Karena sudah menerima penerangan dari Ceng Hi
totiang, maka rombongan jago2 silat itu sama menyisih untuk
memberi jalan kepada Pendekar Laknat.

Tampak ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu dengan 20-an


paderi lari menghampiri. Ketua Siau-lim-si itu agak tertegun
ketika melihat Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia
memberi hormat dan berseru nyaring, “Pendekar Laknak....”

"Di mana Ceng Hi totiang dan rombongannya?" seru Siau-


liong tegang.

Sambil menunjuk ke arah lembah, ketua Siau lim-si itu


berseru, “Masih memimpin rombongan orang gagah
bertempur dengan kedua, durjana. Tetapi gelagatnya tidak
menguntungkan fihak kita, kedatangan saudara sungguh
kebetulan sekali....” berhenti sejenak ketua Siau-lim-si itu
berkata pula, “Tadi menerima laporan bahwa ada kaki tangan
musuh yang keluar dari terowongan rahasia. Maka aku
mendapat perintah untuk menangkapnya!"

Habis berkata, ia memberi salam terus lanjutkan perjalanan


lagi.

572
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ti Gong taysu....!" cepat Siau-liong maju selangkah


meneriakinya.

Ketua Siau-lim-si itu berhenti dan berpaling, “Saudara


mempunyai keperluan apa?"

Sejak ditolong dari Lembah Maut, ketua Siau-lim-si itu


bersikap baik kepada Pendekar Laknat.

"Cousu-ya dari Kay-pang yakni Kongsun Liong seorang diri


menyelundup ke dalam Lembah Semi dan berhasil menangkap
seorang wanita siluman baju merah, tetapi....” —ditatapnya
wajah paderi itu lalu berkata pula, “Kabarnya pada waktu dia
ke luar dari Lembah, telah salah faham dengan beberapa
rombongan paderi yang bertugas disitu. Wanita baju merah itu
disembunyikan oleh rombongan paderi.... ah, wanita baju
merah itu penting sekali. Dapatkah aku minta tolong pada
taysu untuk memintakan wanita baju merah itu dan serahkan
padaku? "

Ti Gong menatap wajah Siau-liong, tanyanya, “Entah


rombongan paderi dari fihak manakah yang menawan wanita
itu? Dan lalu kemana saja perginya ketua Kay pang itu?"

"Yang kuketahui nama dari kepala rombongan itu adalah


paderi Li Hun!"

Tay Gong merenung sejenak lalu berkata, “Li Hun adalah


paderi Go-bi-pay! Baiklah, permintaan saudara pasti akan
kulaksanakan....” habis berkata ketua Siau-lim-si itu terus
bergegas melangkah pergi dengan rombongannya.

Siau-lim-si pun lanjutkan langkahnya ke arah lembah.


Barisan pohon Bunga yang lebat, kini hanya tinggal tumpukan
puing yang asapnya masih bergulung-gulung tebal, Di sana
sini bertebaran mayat manusia dengan tubuh yang

573
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengerikan dan terbakar. Dan mayat berhamburan kemana-


mana. Menilik keadaannya, pertempuran itu belum berselang
berapa lama.

Pekik jeritan tak terdengar lagi. Binatang2 buas dan ular


beracun serta alat-alat perangkap rahasia dari Lembah Semi,
boleh dikata sudah hancur berantakan. Tetapi Ceng Hi totiang
pun harus membayar mahal dengan korban2 rombongan
orang gagah yang banyak berjatuhan. untuk penghancuran
itu.

Saat itu menjelang petang hari. Rombongan Ceng Hi


totiang tengah menggempur pertahanan di belakang lembah
yang dijaga oleh suami isteri Iblis-penakluk-dunia.

Masuk dari jalan yang dipertahankan Iblis-penakluk-dunia


itu, akan mencapai pusat lembah. Bangunan betingkat dari
lembah itu, tampak menjulang jauh dimuka.

Siau-liong maju lagi. Dilihatnya Ceng Hi to-tiang sedang


memimpin rombongan untuk menyerbu pos jalanan itu. Jalan
itu berbentuk seperti sebuah pintu dari sebuah kota. Tetapi
terbuat dari pada batu alam. Hanya cukup dilewati beberapa
orang.

Dari tempatnya, Siau-liong dapat melihat bahwa di dalam


jalan mulut jalan itu, Iblis-penakluk-dunia dan rombongannya
tak kelihatan. Rupanya mereka sudah mengundurkan diri.

Keadaan didepan mata sudah jelas. Ceng Hi totiang dan


rombongannya sudah bertekad untuk membobolkan setiap
rintangan. Jika dapat, membasmi kedua suami isteri durjana.
Jika gagal, sekurang-kurangnya dapat menghancurkan sarang
Lembah Semi.

574
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Teringat akan surat peringatan dari gurunya (tabib sakti


Kongsun Sin-tho),makin gelisah. Tetapi jika menasehati Ceng
Hi totiang supaya menarik mundur rombongannya, jelas tak
mungkin.

Ceng Hi totiang segera mendapat laporan tentang


kedatangan Pendekar Laknat. Cepat tokoh tua itu
menyambutnya; “Ah, kedatangan saudara sungguh kebetulan
sekali....”

Memandang kemuka, Siau-liong dapatkan Ceng Hi totiang


dikawal oleh berpuluh orang, paderi, imam dan beberapa
tokoh2 persilatan segala aliran. Antara lain Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo dari Kong-tong-pay, ketua Kay-pang To Kiu-
kong serta kepala Rimba Hijau daerah selatan yakni setinggi
besar Lu Bu-ki. Dan masih ada lain-lainnya yang Siau-liong tak
kenal.

Atas penyambutan Ceng Hi totiang. buru-buru Siau-liong


balas memberi hormat; "Karena ada sedikit urusan maka
sampai terlambat datang, maaf, maaf....”

Diam-diam Siau-liong heran. Kalau Ceng Hi totiang dan


rombongannya sudah memutuskan untuk menyerbu lembah,
mengapa mereka masih berada dimulut jalanan yang tiada
dijaga musuh situ?.

Menurut peta dari Jong Leng lojin, pada mulut jalanan itu
tak terdapat alat-alat rahasia yang berbahaya. Karena alat-alat
dan perkakas2 rahasia itu kebanyakan dipasang dalam barisan
Tujuh Maut.

Jika Iblis-penakluk-dunia tak mau bertempur mati-matian


dengan rombongan Ceng Hi, terang mereka tentu akan
mengundurkan diri kebarisan Tujuh Maut. Rupanya mereka

575
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak menggunakan alat-alat jebakan dan perkakas2 maut


untuk menghancurkan rombongan orang gagah.

Toh Hun-ki maju menghampiri untuk memperkenalkan


tokoh2 yang hadir disitu kepada Pendekar Laknat. Ternyata
mereka kebanyakan pada 20 tahun yang lalu pernah melihat
Pendekar Laknat. Diam-diam mereka heran dan kagum atas
perobahan tingkah laku Pendekar Laknat sekarang. Sungguh
seperti langit dengan bumi beda Pendekar Laknat sekarang
dengan 20 tahun yang lalu!

Agar penyamarannya tak diketabui, terpaksa Siau-liong


bersikap sedapat mungkin untuk melayani mereka. Setelah itu
cepat2 ia alihkan perhatian kesekeliling penjuru dan bertanya
kepada Toh Hun-ki, “Iblis itu sudah mundur, mengapa kalian
tak menyerbu ke dalam lembah?"

Toh Hun-ki menghela napas pelahan, sahutnya, “Jika hanya


Iblis-penakluk-dunia dan anak buahnya, tentu mudah
dihancurkan. Paling tidak tentu terulang seperti peristiwa 20
tahun yang lalu, yang mengusirnya dari wilayah Tiong-goan,
tetapi tak kira....”

Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari dalam mulut jalanan,


terdengar sebuah suitan panjang yang nyaring. Wajah Toh
Hun-ki berobah seketika.

Ceng Hi totiang memberi isyarat dan berseru keras, “Iblis-


penakluk-dunia menyerbu lagi, lekas mundur” kemudian
berpaling ke arah Pendekar Laknat, ujarnya; “Dalam
pertempuran tadi, telah jatuh beberapa korban sahabat kita,
menilik keadaan sekarang ini....” tiba-tiba ia menarik Siau-
liong terus diajak loncat keujung sebuah batu karang, katanya
pula, “Menilik gelagatnya sekarang ini, Iblis-penakluk-dunia
dapat menggunakan kedua durjana Harimau Iblis dan Naga
Terkutuk serta Lam-hay Sin-ni....”

576
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gelombang teriak jeritan melengking disusul dengan bunyi


kereta berderak-derak. Beberapa barisan wanita dan pria dan
tiap barisan terdiri dari lima orang, muncul dari dalam mulut
jalanan itu seraya berteriak-teriak. Iblis-penakluk-dunia dan
Dewi Neraka duduk dalam kereta sambil tersenyum-senyum.
Kereta ditarik oleh kedua orang yang mukanya bertutupan
kain hitam dan dikanan kiri kereta dikawal oleh barisan baju
hitam. Tepat seperti yang dilihat Siau-liong ketika mereka
mengadakan persiapan dalam hutan itu.

Ceng Hi totiang dan rombonpan orang gagah segera


membentuk diri dalam formasi seperti sebuah jaring. Bersiap
kira2 20-an tombak jauhnya dari mulut jalanan itu.

Oleh karena pelengkapan alat-alat rahasia telah diledakkan


hancur maka tanah disitu tinggi rendah tak menentu. Kereta
Iblis-penakluk-dunia berhenti pada sebuah lekukan tanah.

Iblis-penakluk-dunia tertawa sinis lain berteriak nyaring,


“Hai, Ceng Hi totiang! Apakah engkau sudah
mempertimbangkan omonganku tadi?"

Ceng Hi totiang melangkah maju dan membentak, “Aku


telah menerima permintaan dari para sahabat persilatan untuk
memimpin gerakan ini. Selama engkau berdua durjana belum
lenyap, dunia persilatan tentu takkan aman. Dalam keadaan
seperti saat ini tiada lain pilihan lagi kecuali melanjutkan
gerakan ini. Atau kalian mau menyadari kesalahan dan
menyingkir jauh keluar perbatasan, gerakan ini akan segera
kuhentikan! "

Iblis-penakluk-dunia tertawa mengejek, “Imam hidung


kerbau, maut sudah di depan mata, mengapa engkau masih
jual lagak bermulut besar!"

577
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis itu menutup kata2nya dengan gerakkan tangan kiri


memberi komando, “Serang!"

Kedua barisan baju hitam yang di belakang kereta segera


maju. Salah seorang yang berada paling depan tanpa bicara
apa2, terus menyerang Ceng Hi totiang.

Gerakan orang itu luar biasa cepatnya. Pukulannya


menghamburkan deru angin yang tajam sekali. Dan pukulan
itu adalah ilmu pukulan sakti Merampas-jiwa-mengejar-nyawa.

Ceng Hi totiang tak berani ayal. Cepat ia menangkisnya.


"Plak". terdengar letupan keras. Penyerang itu dan Ceng Hi
totiang masing-masing menyurut mundur selangkah.

Kiranya baju hitam yang menyerang itu bukan lain adalah


salah seorang dari Lima Durjana yang termasyhur, yakni si
Harimau Iblis. Entah mengapa tokoh itu mau menjadi kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia!

Tanpa menunggu komando Ceng Hi totiang lagi, belasan


orang gagah itu cepat loncat maju menghadang Harimau Iblis.

Serangan perlama tertahan. Harimau Iblis maju menyerang


lagi. Kain penutup mukanya dari sutera tipis. Tertiup angin,
dapatlah diketahui wajahnya yang agak aneh. Terutama
sepasang matanya yang ketolol-tololan tetapi sepasang alisnya
menampilkan nafsu pembunuhan yang menyala-nyala.

Memang Ceng Hi totiang sudah mengetahui perobahan


wajah Harimau Iblis yang tidak wajar itu. Ia berputar diri
menghindari pukulan Harimau Iblis.

Tetapi yang benar-benar mengejutkan orang adalah


rombongan barisan baju hitam itu. Diantaranya terdapat juga
It Hang totiang dan ketiga tokoh Kun-lun-sam-cu. Mereka

578
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengikuti di belakang Harimau Iblis untuk menyerang Ceng Hi


totiang.

Iblis-penakluk-dunia barbangkit dan tertawa nyaring. Tiba-


tiba ia gerakkan tangan kanan memberi komando lagi,
“Serang!"

Kembali barisan baju hitam yang lain, menyerbu ke luar,


menerjang rombongan orang gagah.

Siau-liong diam-diam memperhatikan barisan baju hitam


itu. Yang menjadi pemimpin ternyata si Naga Terkutuk dan
anggautanya terdiri dari si Penebang-kayu dari Tiam jong-san
Shin Bu-seng, ketua Ji-tok-kau Tan It-hong, ketua Tong-thing-
pang Cu Kong-leng bergelar Kipas-banci dan seorang yang tak
diketahui.

Tokoh2 yang hilang dalam Lembah Semi tempo hari


ternyata kini menjadi kaki tangan Iblis—penakluk-dunia!

Karena fihak Iblis-penakluk-dunia mengeluarkan barisan


baju hitam yang kedua, maka rombongan orang gagah yang
mengepung diluar barisan pohon Bunga pun segera
berhamburan keluar, menyongsong mereka. Seketika
pecahlah pertempuran yang dahsyat.

Naga Terkutuk dan Harimau Iblis memang tak usah


dilukiskan kesaktiannya. It Hang totiang, Kun-lun-sam-cu pun
tergolong jago kelas satu dalam dunia persilatan Karena
pikiran mereka sudah tak normal lagi, mereka pun menyerang
dengan sekehendak hati. mengeluarkan jurus2 kepandaiannya
yang hebat. Maka dalam beberapa saat saja, difihak
rombongan orang gagah telah jatuh 20-an korban yang
binasa.

579
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ceng Hi totiang menyadari keadaan itu. Cepat ia mengatur


barisannya lagi. Dia bergerak kian kemari dalam pertempuran
yang kacau balau itu. Dengan demikian dapatlah keadaan
barisan orang gagah itu berkurang bahayanya.

Ceng Hi totiang memerintahkan belasan jago2 sjlat untuk


mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga Terkutuk.
Dengan demikian walaupun kedua durjana itu berkaok-kaok
seperti singa kelaparan tetapi untuk sementara ruang gerak
mereka dapat dibatasi.

Yang meresahkan pikiran Ceng Hi totiang adalah tentang


diri It Hang totiang dan beberapa tokoh lainnya. Jelas mereka
sudah hilang kesadaran pikirannya. Rombongan orang gagah
diperintahkan supaya hati2 menghadapi mereka. Jangan
sampai dibunuh, cukup kalau dikepung dan dapat ditawan
hidup-hidupan. Tetapi sulitnya, mereka memiliki kepandaian
yang tinggi. Tinju dan tutukan jari mereka, hebatnya bukan
alang kepalang. Untuk menangkap mereka, sukarnya melebihi
menangkap seekor harimau buas.

Oleh karena terpancang oleh perintah itu, rombongan


orang gagah menemui kesulitan juga. Bahkan ada beberapa
yang terkena pukulan dan tutukan jari mereka.

Selama itu Siau-liong masih tetap berdiri di pinggir belum


mau turun tangan. Ia sedang mencari akal untuk mengatasi
kekacauan itu.

Setelah kekacauan fihak orang gagah dapat diredakan,


longgarlah pikiran Ceng Hi totiang. Tetapi ketika melihat It
Hang lotiang dan Kun-lun Sam-cu masih belum dapat diatasi,
mau tak mau Ceng Hi totiang gelisah juga hatinya.

Ceng Hi totiang sudah kerahkan barisan ko-jiu (tokoh sakti)


untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga

580
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terkutuk, tetapi ternyata kekuatannya pun hanya berimbang


saja. Demikian pun dengan barisan dari tokoh-tokoh kelas
satu yang diperintahkan untuk menawan It Hang totiang dan
Kun-lun Sam-cu, juga masih belum berhasil. Jika kedua suami
isteri Iblis-penakluk-dunia itu menceburkan diri atau menyuruh
kedua penarik kereta yang misterius itu turun tangan,
bukankah akibatnya akan lebih menderita bagi fihak
rombongan orang gagah?

Ceng Hi totiang kerutkan alis berpikir keras. Tiba-tiba ia


memberi perintah secara rahasia agar rombongan yang
mengepung diluar barisan pohon Bunga siapkan obat pasang
dan bahan peledak. Setiap waktu, apabila perlu, akan diberi
perintah lagi.

Setelah ketegangan mereda, barulah Siau-liong loncat


turun kesamping Ceng Hi totiang, serunya; “Adakah totiang
sudah mempunyai rencana yang lengkap untuk menghadapi
keadaan saat ini?"

Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, “Aku telah berusaha


sekuat tenaga, berhasil atau gagal, tak dapat kupastikan.
Terserah kepada Allah!"

Dari nada penyahutannya, jelas kalau Ceng Hi totiang


bersikap dingin kepada Siau-liong. Kiranya memang sejak 20
tahun yang lalu, walau pun tak dipandang sejahat Iblis-
penakluk-dunia dan isterinya, tetapi Ceng Hi totiang memang
tak mempunyai kesan baik terhadap Pendekar Laknat.

Adalah karena keterangan Toh Hun-ki yang memuji-muji


Pendekar Laknat sekarang ini, ditambah pula dengan
kenyataan bahwa Pendekar Laknat yang sekarang ini memang
telah menolong Ti Gong laysu, Toh Hun-ki dan rombongan To
Kin-kong dari Lembah Maut. Kemudian sikap Pendekar Laknat
yang terang-terangan memusuhi kedua suami isteri Iblis-

581
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penakluk-dunia sehingga sampai bertempur dengan Lam-hay


Sin-ni, makin menguatkan kepercayaan Ceng Hi totiang bahwa
Pendekar Laknat yang sekarang ini benar sudah kembali ke
jalan yang terang.

Tetapi kepercayaan itu goyah pula ketika Ceng Hi totiang


sedang menyusun barisan, Siau-liong tiba-tiba lenyap dan
kemunculannya pada saat itu pun tak ubah hanya sebagai
penonton saja. Sama sekali tak mau ikut membantu.

Siau-liong menatap Ceng Hi totiang dan berkata dengan


suara tandas; “Aku hendak menghaturkan sepatah kata, entah
apakah totiang sudi mendengarkannya atau tidak?"

Samhil mengawasi jalannya pertempuran, tanpa berpaling


menyahutlah Ceng Hi totiang; “Jika anda mempunyai saran.
silahkan mengutarakan. Sudah tentu aku senang
mendengarkannya!"

Melihat sikap orang yang acuh tak acuh, Siau-liong


menghela napas, “Suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu belum
mengerahkan seluruh kekuatannya namun berpuluh-puluh
orang gagah telah mengorbankan jiwanya. Andaikata kedua
durjana itu benar-benar mengeluarkan seluruh kekuatannya
untuk menempur, mungkin nasib dari beratus-ratus tokoh
persilatan tentu akan ludas ditangan totiang!"

Mendengar itu serentak berpalinglah Ceng Hi totiang


kepada Siau-liong. Ia menghela napas. “Keadaan memang
begitu, lalu bagaimana kita harus berdaya?"

Berkata Siau-liong “Menangkap maling harus membekuk


benggolannya dulu! Jika tak dapat merencanakan siasat untuk
meringkus suami isteri durjana itu tetapi hanya mengadu
kekuatan secara begini saja, kita tentu akan menderita
kekalahan!"

582
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

”Lalu apakah anda mempunyai saran yang baik?" tanya


Ceng Hi totiang.

“Tak ada lain jalan kecuali menarik pulang barisan dulu dan
mengatur rencana yang lebih sempurna lagi!" sahut Siau-
liong.

Ceng Hi totiang terbeliak, “Adakah anda maksudkan supaya


aku memimpin rombongan Orang gagah meloloskan diri dari
sini?"

Dengan nada serius Siau-liong menyahut, “Seorang ksatrya


harus mahir menggunakan kekuasaan dan pandai dalam
menghadapi perobahan. Sekalipun menderita sedikit hinaan
tetapi asal dapat membentuk dasar dari kemenangan....
Kemenangan akhir tak mungkin orang akan mencela tindakan
totiang karena hari ini telah menarik mundur barisan!"

Ceng Hi totiang kerutkan alis.... Setelah beberapa kali


mengeliarkan mata, ia menghela napas, “Saat ini sudah ibarat
orang naik dipunggung harimau. Beribu tokoh persilatan
sedang menyala semangatnya. Setiap orang tak menghiraukan
soal kehilangan jiwa. Sekalipun aku mempunyai kekuasaan
untuk menarik mundur barisan tetapi dikuatirkan mereka tak
mau tunduk pada perintah itu!"

Diam-diam Siau-liong mengakui kebenaran ucapan totiang


itu. Maka terpaksa ia tak mau buka mulut lagi.

Saat itu kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi


Neraka tetap duduk di atas kereta dan mengatasi kedua
barisan baju hitam serta berpuluh-puluh anak buahnya pria
dan wanita menempur barisan orang gagah. Iblis itu tak henti-
hentinya tertawa.

583
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi ketika menyaksikan Ceng Hi totiang dapat mengatasi


kekalutan barisannya dengan memerintahkan belasan tokoh2
sakti untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis, Naga
Terkutuk, Iblis-penakluk-dunia mulai gelisah.

Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia itu tertawa dan bicara


beberapa patah kata kepada Dewi Neraka lalu lontarkan
segulung api.

Siau-liong terkejut dan cepat2 meneriaki Ceng Hi totiang,


“Totiang, hati-hatilah! dengan tipu muslihat mereka! "

Memang Ceng Hi totiang sudah dapat menduga bahwa api


pertandaan yang dilepas Iblis-penakluk-dunia itu tentu ada
tujuannya. Maka ia tumpahban perhatian untuk mengawasi
perobahan yang akan terjadi dalam mulut jalanan.

Tetapi sampai beberapa lama belum juga tampak tanda2


timbulnya suatu perobahan apa2.

Selang sepeminum teh lamanya, tiba-tiba angin berhembus


membawa bau yang harum. Bau harum itu bertebaran
kemana-mana.

Siau-liong yang cepat dapat mencium bau harum itu,


banting2 kaki seraya menghela napas, “Celaka! Angin ini
mengandung bau harum. Tentulah anak buah Iblis-penakluk-
dunia telah menghamburkan Racun penyesat pikiran! "

Buru-buru ia merogoh botol pil pemberian Poh Ceng-in


yang tinggal separoh isinya. Hanya tinggal 8 butir saja.
Setelah ia sendiri minum sebutir, sisanya lalu diberikan kepada
Ceng Hi totiang, “Tolong, pil ini berkhasiat menawarkan hawa
beracun. Sayang hanya tinggal sedikit!"

584
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah menerima, bermula Ceng Hi agak ragu2 tetapi


akhirnya ia minum juga sebutir. Sisanya ia bagikan kepada
beberapa tokoh yang sedang bertempur dengan Harimau Iblis
dan Naga Terkutuk.

Bau harum makin lama makin keras dan seketika terjadilah


perobahan dalam gelanggang pertempuran.

Barisan orang gagah itu mulai lemas. Kebalikannya


Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang
makin bersemangat. Serangan mereka makin dahsyat.

Kekuatan yang semula berimbang, saat itu berobah.


Seketika terdengar jerit pekikan ngeri ketika Harimau Iblis,
Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang mengamuk.
Mereka tak ubah seperti gerombolan harimau yang sedang
mengganas kawanan anak kambing, Ketika di fihak barisan
orang gagah makin bertambah menumpuk.

Untunglah karena barisan pohon Bunga itu sudah berobah


menjadi sebuah lapangan yang luas maka angin pun meniup
agak keras. Bau harum itu tak dapat berkerumun lama dan
terus hanyut dibawa tiupan angin.

Melihat barisannya banyak yang berguguran, marah dan


sedihlah Ceng Hi totiang. Dengan bersuit nyaring ia mencabut
kebut pertapaan yang diselipkan di punggungnya lalu loncat
melayang ke gelanggang pertempuran. Rupanya jago tua itu
tak tahan lagi melihat banyak jago2 persilatan yang menjadi
korban.

Sampai saat itu Siau-liong tetap tak mau turun tangan. Ia


hanya memandang lekat2 ke arah kedua orang berkerudung
hitam yang menarik kereta Iblis-penakluk-dunia itu.

585
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis-penakluk-dunia tetap tertawa-tawa dengan


congkaknya. Dalam suasana pertempuran yang berhias pekik
jelitan ngeri dan gemerincing senjata beradu, suara ketawa
iblis itu makin menusuk telinga orang.

Pada lain saat Dewi Neraka yang berdri sambil mencekal


tongkat Kepala naga itu, tiba-tiba membentak suaminya,
“Tolol! Mengapa engkau hanya tertawa saja!"

Iblis-penakluk dunia hentikan tertawanya. Tiba-tiba ia


menarik sebatang kendali lalu memukul punggung salah satu
dari kedua orang yang menarik kereta itu.

Orang itu mengeluh pelahan lalu berpaling ke belakang dan


bertanya kepada Iblis-penakluk-dunia, “Apakah perintah Thian
cun!"

Iblis-penakluk-dunia menunjuk dengan tangkai kendali ke


arah Ceng Hi totiang, serunya, “Apakah engkau melihat imam
tua yang memakai kebut pertapaan itu? Lekas tawan dia
hidup-hidupan!"

Orang berkerudung kain hitam itu mengiakan. lalu enjot


tubuhnya melambung ke udara. Setelah mencapai ketinggian
10-an tombak, ia segera menukik ke bawah. Dalam jurus
Menyelam ke dalam laut-menangkap-naga, ia meluncur ke
arah Ceng Hi totiang!

Semula Ceng Hi memang mencurahkan perhatian untuk


mengawasi gerak gerik kedua orang kerudung hitam yang
menarik kereta Iblis penakluk-dunia itu. Tetapi karena suasana
saat itu makin genting, terpaksa ia tak dapat bersabar lebih
lama lalu terjun kegelanggang pertempuran.

Memang tak kecewalah Ceng Hi totiang diangkat sebagai


pemimpin dari barisan orang gagah. Hanya dalam beberapa

586
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gebrak saja, ia sudah dapat menolong keadaan dari belasan


orang gagah yang sedang terdesak oleh kedua durjana
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Gerakan kebut pertapaan
totiang itu hampir saja berhasil merobohkan kedua durjana
itu.

Ceng Hi totiang terkejut ketika melihat orang berkerudung


muka itu menukik hendak menyerang dirinya. Cepat ia
tinggalkan kedua durjana. Sebelum orang berkerudung itu
meluncur ke tanah, ia mendahului menyerangnya.

Orang berkerudung itu menggembor keras. Sepasang


tangannya yang bersikap hendak mencengkeram tadi tiba-tiba
diganti menjadi gerak tamparan.

"Plak".... terdengar letupan keras. Ceng Hi totiang terpental


sampai lima enam langkah ke belakang Darahnya bergolak-
golak dan dengan susah payah barulah ia dapat menjaga
keseimbangan tubuhnya jangan sampai rubuh.

Kebalikannya orang berkerudung muka itu enak-enak saja


meneruskan peluncurannya ke tanah. Secepat kilat ia
gerakkan kedua tangannya untuk menampar. Seketika
terdengarlah jeritan ngeri dan tiga imam dari Kun-lun pay
yang berada didekatnya pecah tulangnya dan mati seketika!

Gerakan menukik dari udara yang luar biasa dan sekali


pukul dapat melemparkan Ceng Hi totiang serta
membinasakan tiga tokoh Kun-lun-pay, benar-benar membuat
sekalian orang menjerit kaget.

Setelah mengambil napas beberapa saat, Ceng Hi totiang


maju menyerang lagi.

Dia seorang jago tua yang banyak pengalaman dan luas


pengetahuan. sekali pun orang itu seluruh mukanya ditutup

587
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kain hitam, tetapi ia dapat mengetahui dari pukulannya tadi


bahwa orang itu bukan lain adalah tokoh yang sudah
menghilang selama berpuluh tahun yakni Jong Leng lojin,
pemilik ilmu tenaga-sakti Jit-hoa-sin kang.

Sekalipun menyadari bahwa ia bukan lawan orang tua itu,


tetapi ia tahu bahwa kecuali dirinya, tiada seorang pun yang
mampu menghadapi orang tua itu. Sekalipun dengan
keroyokan, juga sia-sia saja.

Mulut Jong Leng lojin mendesis desis mengeluarkan suara


aneh. Sepasang matanya yang tampak dari dua buah lubang,
berkeliaran kian kemari. lalu memandang lekat ke arah Ceng
Hi totiang.

Tiba-tiba ia tebarkan kedua tangannya dalam sikap hendak


mencengkeram lalu selangkah demi selangkah maju
menghampiri.

Gulungan asap harum sebentar menguap sebentar hilang.


Barisan orang gagah makin lemas. Kebalikannya Harimau lbiis
dan Naga Terkutuk makin mengganas. Segera terdengar jerit
pekikan ngeri dan korban pun makin lama makin banyak....

Jong Leng lojin walaupun ditahan oleh Ceng Hi totiang.


Tetapi jelas takkan dapat bertahan lama. Paling banyak dalam
tiga jurus Ceng Hi totiang tentu akan kalah.

Saat itu keadaan sudah jelas. Ceng Hi totiang terang tak


kuat berhadapan dengan Jong Leng lojin Dan Iblis penakluk-
dunia masih mempunyai seorang jago lagi yang belum
diajukan, yakni orang baju hitam dan berkerudung muka yang
menarik kereta itu.

588
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menyaksikan keadaan rombongan orang gagah yang sudah


makin payah dan korban2 yang berjatuhan tak terhitung
banyaknya, Ceng hi totiang mengalirkan air mata....

Jong Leng lojin makin maju mendekati. Kedua tangannya


lurus dilempangkan ke muka. Sekali pun tiada seorangpun
yang tahu ilmu apa yang akan dilakukan orang tua itu, tetapi
diam-diam mereka mengucurkan keringat dingin karena
mencemaskan nasib Ceng Hi totiang Ceng Hi totiang pun
segera bersiap. Sepasang tinju digenggamnya erat2 dan
disaluri dengan sembilan bagian tenaga-dalam.

Diam-diam teringatlah Ceng Hi totiang akan kata-kata


Pendekar Laknat Siau-liong tadi....

“Hidup matinya dunia persilatan terletak di tangan


totiang....”

Ceng Hi totiang berpaling. Dilihatnya Pendekar Laknat Siau-


liong masih tegak berdiri di tempatnya. Rupanya tengah
merenung sehingga tak mengacuhkan keadaan di
sekelilingnya....

Ceng Hi totiang menghela napas lalu kerahkan seluruh


semangat dan pikiran untuk menyambut serangan Jong Leng
lojin.

Rupanya Jong Leng lojin kuatir kalau Ceng Hi totiang akan


meloloskan diri. Maka sengaja ia berjalan lambat2 sambil
mengawasi gerak gerik imam itu. Setelah kira2 dua langkah di
muka Ceng Hi totiang, dengan tiba-tiba Jong Leng lojin
menguak keras dan secepat kilat kedua tangannya
mencengkeram bahu Ceng Hi.

Dalam kalangan partai2 persilatan dewasa itu, Ceng Hi


totiang merupakan satu-satunya tokoh angkatan tua yang

589
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masih tertinggal. Saat itu ia susupkan kebut pertapaan


kebahunya lagi lalu gerakkan kedua tangannya untuk
menghantam dada dan perut Jong Leng lojin.

Gerakan Ceng Hi itu benar-benar suatu gerakan yang amat


berbahaya. Karena ia menyadari bahwa cengkeraman Jong
Leng itu merupakan salah sebuah jurus istimewa dari iimu
sakti Jit-hoa-sin-kang. Kecuali tokoh yang kepandaiannya
setingkat dengan dia, jangan harap lain orang mampu
menghindari.

Ceng Hi menyadari hal itu. Ia merasa jauh kalah sakti


dengan orang tua itu. Maka ia memutuskan untuk melakukan
serangan yang nekad. Biarlah dua-duanya sama terluka!

Tetapi ternyata Jong Leng tak mau lanjutkan


cengkeramannya. Cepat ia robah sasarannya, menyambar
lengan Ceng Hi. Cepat dan tak terduga sama sekali gerakan
itu sehingga Ceng Hi tak mampu menghindar lagi. Seketika ia
rasakan kedua lengannya tercengkeram oleh dua buah jepitan
besi. Ceng Hi kerahkan seluruh tenaga dalam untuk meronta.

Tetapi tetap tak berhasil. Bahkan tenaga dalamnya itu


berbalik mendampar ke dalam tubuhnya.

"Huak".... Ceng Hi totiang muntah darah.

Sepasang lengannya terasa kesemutan dan seketika


hilanglah daya perlawanannya

---ooo0dw0ooo---

Jilid 11

590
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Telur di ujung tanduk

Melihat keadaan Ceng Hi totiang terancam sekalian orang


gagah terkejut. Mereka segera menyerbu Jong Leng lojin
dengin apa yang dapat dilakukan. Pukulan, senjata dan
senjata rahasia.

Saat itu Jong Leng lojin hendak mengepit tubuh Ceng Hi


totiang untuk ditawan. Melihat dirinya diserang kalang kabut
dari segala jurusan, ia lemparkan tubuh Ceng Hi lalu
tamparkan kedua tangannya ke arah rombongan orang gagah.
Serentak terdengar jeritan ngeri dari beberapa orang gagah
yang terkena tamparam orang tua itu. Ada yang rubuh
terluka. Ada yang remuk binasa. Ada pula yang terlempar
sampai setombak jauhnya....

Setelah berhasil menghalau rombongan orang gagah, Jong


Leng lojin kembali memutar tangan kiri lalu secepat kilat
diayunkan ke arah Ceng Hi totiang.

Tokoh tua dari Butong-pay itu sudah terluka dalam. Dia


masih belum mampu bangun dari bantingan Jong Leng lojin
tadi. Sudah tentu ia tak berdaya menghadapi hantamam Jong
Leng lojin.

Rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang totiang


masih sibuk menghadapi amukan Harimau iblis dan Naga
terkutuk. Sedang rombongan orang gagah yang hendak
menolong Ceng Hi tadi pun sudah dihantam kocar kacir oleh
Jong Leng lojin. Tak mungkin mereka dapat menolong Ceng Hi
totiang lagi.

Imam tua itu pasti binasa.

Pada saat maut hendak merenggut jiwa Ceng Hi, se-


konyong2 dari celah2 sinar matahari yang sudah condong

591
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kebarat, tampak sesosok tubuh melayang di udara. Dan belum


tiba di tanah, orang itu sudah lepaskan pukulan seraya
berseru membentak Jong Leng lojin, “Berhenti!"

Gerakannya yang luar biasa tangkasnya membuat sekalian


orang terperanjat.

Kiranya orang yang telah menolong Ceng Hi itu adalah


Siau-liong si Pendekar Laknat.

Selama memperhatikan jalannya pertempuran itu, Siau-


liong diam-diam telah membuat perhitungan. Berdasarkan
pengalamannya ketika menerima pukulan Jong Leng lojin
dalam bilik terowongan dibawah barisan Tujuh Maut tempo
hari, ia menyadari bahwa pukulannya Thay-siang-ciang yang
dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, tetap kalah dengan
pukulan Jong Leng lojin. Apabila ia membantu Ceng Hi totiang
bukan saja sia-sia, pun dirinya sendiri juga pasti hancur.

Tetapi ia ingat dikala berhadapan dengan sipaderi kurus


Liau Hoan. Sekenanya saja ia gunakan jurus Sebatang-tiang-
menyanggah-langit, ialah sebuah jurus yang dilambari dengan
tenaga sakti Thian-kong-sin-kang yang sama sekali belum
difahaminya. Namun hasilnya sudah mengejutkan sekali.

Paderi Liau Hoan yang sakti dapat dihantam dadanya. Ah.


mengapa ia tak mau mencoba dengan ilmu pukulan itu lagi!

Begitu mendapat keputusan, diam-diam ia kerahkan


semangat dan pusatkan pikiran untuk mengingat-ingat ketiga
buah pukulan Thian-kong-sin-kang dengan perobahan-
perobahannya.

Tetapi ia tak dapat merenung lama karena saat itu


dilihatnya Ceng Hi totiang terancam bahaya maut dari Jong
Leng lojin. Maka tanpa membuang waktu lagi ia segera loncat

592
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke udara dan lepaskan salah sebuah dari ketiga pukulan


Thian-kong-ciang yang disebut Sapu-jagad.

Terdengar letupan keras. Jong Leng lojin tersurut mundur


dua langkah. Tetapi ketika Siau-liong tiba di tanah, iapun
terhuyung-huyung empat lima langkah jauhnya. Buru-buru ia
mengambil napas.

Didapatinya darah dalam tubuhnya hanya bergolak sedikit,


tak membahayakan.

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Nerakapun tahu akan


kemunculan Pendekar Laknat itu. Tetapi mereka tenang saja
karena yakin Jong Leng lojin pasti dapat menghancurkannya.
Tetapi apa yang disaksikan saat itu, benar-benar membuat
mereka terbelalak kaget! Buru-buru Iblis-penakluk-dunia
mengangkat cambuk kuda lalu diayunkan ke arah punggung
orang berkerudung hitam yang satunya.

Ternyata orang baju dan berkerudung hitam itu bukan lain


adalah Lam-hay Sin-ni, pewaris dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang.
Karena tak mendengarkan nasehat Randa Bu-san dan
Pendekar Laknat Siau-liong, akhirnya Lam-hay Sin-ni pun
mengalami nasib serupa dengan Jong Leng lojin ialah diracuni
Iblis-penakluk-dunia hingga hilang kesadaran pikirannya!

"Apa perintah tuan!"seru Lam -hay Sin-ni.

Sambil menuding dengan tangkai cambuk, Iblis-penakluk-


dunia memberi perintah. "Lekas tangkap hidup atau mati
Pendekar Laknat!"

Lam-hay Sin-ni mengiakan. Sekali kedua bahunya bergetar,


tahu2 tubuhnya meluncur ke udara dan menerjang Siau-liong.

593
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Jong Leng lojin gelagapan. Ia tak mengerti


mengapa ia sampai terpental dua langkah. Setelah biji
matanya berputar-putar, dengan suara yang parau ia
menggembur lalu maju menyerang lagi.

Siau-liong tahu juga kalau Lam-hay Sin-ni sedang


menyerbu dari udara. Diam-diam ia kerahkan tenaga dalam
Thian-kong-sin-kang lalu gunakan ilmu Menyusup suara
berseru kepada Jong Leng, “Lo-cianpwe, apakah engkau
masih ingat ketika dirantai dalam bilik dibawah tanah itu?"

Pada saat itu Lam-hay Sin-ni pun sudah tiba dan


menghantam kepada Siau-liong. Anak muda itu pun
menyambutnya dengan pukulan tangan kanan dalam jurus
Angin-awan-berobah-warna.

Kembali terdengar letupan dan baik Siau-liong maupun


Lam-hay Sin-ni sama2 terhuyung-huyung mundur beberapa
langkah.

Sepanjang hidupnya, Lam-hay Sin-ni tinggal mengasingkan


diri dipedalaman gunung. Jarang ia bertempur dengan orang.
Dalam benaknya hanya terkilas suatu tujuan. Memperoleh
ilmu sakti Thian-kong-sin -kang dan menjadi tokoh yang tiada
tandingannya di dunia.

Serupa dengan Jong Leng lojin tadi, rahib itu pun terkejut
sekali karena dapat dipukul mundur oleh Pendekar Laknat.
Tetapi oleh karena kesadarannya hilang, maka setelah deliki
mata kepada Siau-liong, iapun terus hendak menyerang lagi.

Sesungguhnya Siau-liong tak kurang menderitanya. Adu


pukulan dengan Sin-ni itu menyebabkan matanya berkunang-
kunang, kepala pusing tujub keliling, darah bergolak-golak
sehingga ia hampir tak kuat lagi berdiri tegak.

594
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ilmu sakti Thian-kong-sin-kang baru saja dipelajari. Boleh


dikata hanya kulitnya saja. Adalah berkat otaknya yang cerdas
dan pernah makan buah Im-yang-som serta minum darah
binatang purba dalam perut gunung, maka dapat ia
menggunakan tenaga sakti Thian-kong-sin-kang itu dengan
hasil yang mengejutkan. Dua tokoh yang memiliki dua dari
kelima tenaga sakti di dunia, sekaligus dapat dilawannya.
Tetapi bagaimanapun juga, karena baru lapisan luar saja yang
diketahuinya tentang ilmu Thian-kong-sin-kang itu, mau tak
mau ia harus menderita sekali.

Melihat Lam-hay Sin-ni hendak bergerak, dengan paksaan


diri ia gunakan ilmu Menyusup suara membentak rahib itu
“Sin-ni. Apakah engkau masih ingat tujuanmu datang
ketempat ini.... apakah engkau sudah tak menghendaki peta
Giok-pwe tempat penyimpan kitab pusaka Thian-kong-pit-kip
lagi?"

Serupa dengan Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni tertegun


juga. Dipandangnya Siau-iong dengan mata berkeliaran dan
pandang keheranan.

Siau-liong tak banyak waktu untuk berpikir lagi. Ia tahu


bahwa Lam-hay Sin-ni tentu juga menderita pembiusan seperti
Jong Leng lojin. Untuk menyadarkan pikiran kedua tokoh itu,
harus memerlukan waktu yang panjang. Tak mungkin dalam
hanya beberapa detik saja. Pada saat Lam-hay Sin-ni
terlongong, Siau-liong cepat2 melakukan pernapasan untuk
memulihkan tenaga.

Pada saat Siau-liong adu pukulan dengan Jong Leng lojin


dan Lam-hay Sin-ni tadi, sambil duduk melakukan pernapasan
untuk mengobati luka dalam, Ceng Hi totiang pun
memperhatikan jalannya pertempuran itu. Ketika melihat Siau-
liong tidak menggunakan pukulan Bu-kek-sin-kang tetapi
pukulan yang memancarkan kemilau emas dan berhasil

595
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengundurkan kedua tokoh lawannya, girang Ceng Hi bukan


kepalang. Serentak ia bangkit dan gunakan Ilmu Menyusup
Suara bertanya kepada Siau-liong.

"Pendekar Laknat, pukulanmu tadi.... apakah bukan....


tenaga sakti Thian-kong-sin-kang....?"

Sesungguhnya luka dalam yang diderita Ceng Hi totiang itu


amat parah. Terdorong oleh luapan rasa girang, darahnya pun
bergolak keras lagi. Buru-buru ia duduk kembali....

Siau-liong sendiri pun menderita luka dalam yang parah


juga. Ia terpaksa tak menyahut pertanyaan Ceng Hi,
melainkan terus laujutkan usahanya untuk memulangkan
tenaga guna menghadapi kedua tokoh itu lagi.

Sekalian orang gagahpun tertegun ketika menyaksikan


Siau-liong adu pukulan dengan kedua tokoh sakti itu. Tetapi
Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang
tak mengacuhkan segala apa. Mereka tetap menyerang
sehingga banyak dari rombongan orang gagah yang menjadi
korban lagi.

Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni masih tetap tegak


ditempatnya sambil merenung. Melihat itu Iblis-penakluk-
dunia segera tertawa nyaring lalu ayunkan cambuknya di
udara.

Mendengar suara geletar cambuk yang nyaring baik Jong


Leng lojin maupun Lam-hay Sin-ni serempak berpaling ke arah
Iblis-penakluk-dunia seraya meraung-raung aneh. Tiba-tiba
mereka bergerak menghantam Siau-liong lagi!

Siau-liong terkejut. Dengan menggembor keras ia gerakkan


kedua tangannya, Tangan kiri dalam jurus Angin-awan-
berobah-warna dan tangan kanan dengan jurus Menjungkir-

596
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

balikkan-matahari-rembulan untuk menangkis pukulan Jong


Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni.

Tar.... tar.... terdengar letupan dahsyat. Debu dan pecahan


batu bertebaran keempat penjuru, angin menderu-deru keras.

Tampak tubuh Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin


bergoyang-goyang maju mundur beberapa kali. Sedang Siau-
liong jungkir balik sampai sepuluhan langkah jauhnya. Tetapi
secepat itu ia dapat berdiri tegak lagi.

Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin tertegun. Tetapi pada


lain kejap, mereka mulai menyerang lagi.

Ceng Hi totiang cemas sekali. Tetapi ketika melirik ke arah


Siau-liong, dilihatnya muka Pendekar Laknat itu tetap tenang.
Hanya tubuhnya tidak henti-hentinya bergetar. Diam-diam Cen
Hi totiang kucurkan keringat dingin.

Tetapi ia sendiri sedang menderita luka parah, sukar untuk


memberi pertolongan. Sekalipun rombongan orang gagah
yang berkerumun disekitar barisan pohon Bunga itu berjumlah
banyak tetapi mereka tak mungkin dapat membantu Siau-
liong. Apalagi mereka pun masih sibuk menghadapi amukan
Harimau Iblis, Naga terkutuk dan rombongan It Hang totiang.
Berturut-turut telah jatuh lagi beberapa korban pada
rombongan orang gagah itu. Diam-diam Ceng Hi totiang
menghela napas pedih. Ia tak dapat berbuat apa2 kecuali
meramkan mata menunggu apa yang akan terjadi.

Sebelum Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin bergerak,


Siau-liong cepat mendahului menyerang dengan jurus
Sebatang-tonggak-menyanggah-langit kepada Lam-hay Sin-ni.
Sedang Jong Leng lojin dihantamnya dengan jurus Angin-
awan-berobah-warna.

597
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin masing-masing telah


lepaskan lima kali pukulan. Dan Siau-liong menghadapinya
dengan ilmu pukulan sakti Thian-kong-ciang yang belum
difahami benar-benar.

Pertempuran itu amat dahsyat sekali. Sinar kemilau emas


dari pukulan Siau-liong itu bagai tebaran awan yang berarak-
arak kian kemari.

Habis memukul. Siau-liong pun rubuh menggeletak di


tanah. Sudut mulutnya mengumur darah. Keadaannya seperti
orang tengah meregang jiwa.

Kini kedua tokoh itu mulai menyerang lagi. Lam-hay Sin-ni


dari kiri, Jong Leng lojin dari kanan. Tetapi jelas kedua tokoh
itu terengah napas dan gemetar tubuhnya. Dengan susah
mereka mengangkat sepasang tangannya untuk menghantam
Siau-liong.

Siau-liong pejamkan mata. Dadanya berombak naik turun.


Rupanya dia seperti pelita kehabisan minyak. Hanya tinggal
tunggu saat saja.

Jumlah korban yang jatuh dalam pertempuran itu cukup


banyak. Pihak Iblis-penakluk-dunia hanya kehilangan belasan
anak buah yang mati. Tetapi anggauta barisan yang dipimpin
Harimau Iblis dan Naga terkutuk masih utuh. Satu pun tak ada
yang menjadi korban.

Sedang difihak orang gagah, tak kurang dari dua tiga ratus
yang binasa.

Ceng Hi totiang tak dapat berbuat apa2. tak mungkin lagi ia


dapat memimpin pertempuran lagi. Saat itu pertempuran
sudah mencapat detik2 yang kritis. Iblis-penakluk-dunia dan
Dewi Neraka pasti akan memperoleh kemenangan besar.

598
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada saat pukulan Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni


serempak akan melanda Siau-liong, sekonyong-konyong Iblis-
penakluk-dunia bersuit nyaring. Rupanya suitan itu merupakan
sebuah pertandaan karena nyatanya Jong Leng lojin dan Lam-
hay Sin-ni serempak menarik pulang pukulannya lalu loncat
kembali ke kereta Iblis-penakluk-dunia.

Pertempuran yang dahsyat seketika berhenti. Beberapa


anak buah Iblis-penakluk-dunia pun segera kembali ketempat
masing-masing.

Sambil tertawa nyaring, tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia


ayunkan cambuknya. Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin
segera menarik kereta. Kereta pun meluncur pesat sekali.

Saat itu Ceng Hi totiang sudah ditolong oleh dua orang


imam kecil. Dia terkejut menyaksikan tindakan Iblis-penakluk-
dunia.

Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari partai Kon-tong-pay,


ketua Kay-pang To Kiu-kong dan beberapa tokoh persilatan,
sudah tak keruan rupanya. Dengan berlumuran darah mereka
paksakan diri untuk menghampiri Siau-liong.

Lu Bu-ki sitinggi besar yang menjadi pemimpin kaum Rimba


Hijau daerah selatan, pelahan-lahan mengangkat bangun
Siau-liong seraya berseru memanggil, “Pendekar Laknat!
Pendekar Laknat....!"

Siau-liong masih sadar pikirannya. Pelahan-lahan ia


membuka mata dan menghela napas. Tetapi begitu melihat
kereta Iblis-penakluk-dunia meluncur, tiba-tiba Siau-liong
menggembor keras lalu loncat bangun.

599
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Huak".... belum berdiri tegak ia sudah muntah darah dan


terkulai rubuh lagi.

Iblis-penakluk-dunia ayunkan cambuknya lagi dan


keretapun berhenti tepat dimuka Siau-liong. Sambil
memandang kesekeliling dengan wajah berseri puas, Iblis -
penakluk-dunia lalu menudingkan dengan cambuk kepada
Siau-liong, bentaknya; “Tua bangka Laknat!"

Siau-liong berusaha untuk menggeliat dan paksakan diri


memandang ke arah kereta lalu tersenyum dingin dan
kemudian pejamkan mata tak mau menyahut.

Iblis-penakluk-dunia tertawa meloroh, serunya, “Laknat


tua! Saat ini asal aku memberi perintah, engkau tentu mati....
tahukah engkau apa sebab aku tak mau membunuhmu!"

Semula Siau-liong menduga kedatangan kereta Iblis-


penakluk-dunia itu tentulah hendak membunuhnya atau paling
tidak tentu akan menawannya. Tentulah iblis itu hendak
menjadikan dirinya seperti Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni.

Maka diam-diam dia kerahkan tenaga dalam untuk bersiap


menghadapi tindakan lawan. Dia telah bertekad hendak
mengadu jiwa. Tetapi ketika mendengar kata2 si iblis,
terkesiaplah ia.

Sekalipun terluka parah tetapi kesadaran pikirannya masih


belum lenyap. Saat itu dengan dipapah oleh Lu Bu-ki dan Ton
Hun-ki ia berusaha duduk.

Melihat Siau-liong sudah begitu lemah, Iblis-penakluk-dunia


tertawa nyaring, “Laknat tua, ketahuilah bahwa jiwamu sudah
tergantung ditanganku. Membunuhmu atau menjadikan
engkau kaki tanganku, terserah pada kemauanku. Tetapi aku

600
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat memberi pengecualian kepadamu. Tahukah engkau apa


sebabnya?"

Diam-diam tergerak juga hati Siau-liong. Kalau menilik


keganasan iblis itu, tentulah ia sudah dibunuh. Dan apa pula
sebabnya iblis itu tak menyebut-nyebut tentang peta Giok-pwe
lagi? Adakah dia sudah tahu kalau kitab pusaka Thian-kong-
sin-kang itu sudah dihancurkannya?"

Tiba-tiba ia tersadar. Ah. tentulah kedua suami isteri itu


tahu kalau anak perempuannya (Poh Ceng-in) telah
ditawannya. Ya, tentulah mereka kuatir kalau anak
perempuannya itu akan dibunuh!

Tetapi dugaan itu cepat dihapusnya. Karena apabila Soh-


beng Ki-su sudah melaporkan, tentulah Iblis -penakluk-dunia
tahu bahwa yang membawa Poh Ceng-in keluar dari lembah
itu bukanlah Pendekar Laknat melainkan Siau-liong dalam
perwujutan sebagai Kongsun Liong ketua Kay-pang.

Jelas Iblis-penakluk-dunia mau pun Dewi Neraka masih


belum tahu bahwa Pendekar Laknat itu adalah penyamaran
dari Kongsun Liong.

Beberapa jenak tak dapat Siau-liong menduga apa yang


dikehendaki Iblis-penakluk-dunia. Ia termenung-menung
memikirkan itu.

Melihat itu Iblis-penakluk-dunia segera gunakan ilmu


Menyusup Suara kepadanya, “Laknat tua, pernah kukatakan
tempo hari bahwa engkau satu-satunya perintang dalam
usahaku untuk menguasai dunia persilatan. Tetapi saat ini,
jiwamu sudah berada dalam tanganku."

601
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula, “Tetapi aku tak


mau mengandalkan beberapa manusia patung itu untuk
meuguasai dunia persilatan....”

Tiba-tiba iblis itu berhenti lalu memandang tajam ke arah


Siau-liong.

Sekalipun dalam kata-katanya iblis itu tak menyebut


tentang ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, tetapi Siau-liong duga
iblis itu tentu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah memiliki
ilmu sakti itu. Dari tindakan Iblis-penakluk-dunia yang tak mau
segera membunuh atau menawannya. makin keraslah dugaan
Siau-liong kalau iblis itu tahu bahwa kitab pusaka Thian-kong-
pit-kip sudah berhasil dimilikinya dan dihancurkannya. Iblis itu
tentu berusaha untuk mendapatkan pelajaran ilmu Thian-
kong-sin-kang dari dia.

Ia menggeliat dan berseru dengan tandas, “Iblis tua,


jangan mimpi....”

Iblis-penakluk-dunia tertawa meloroh, “Laknat tua, sekali


pun engkau sudah memperoleh Thian-kong-sin-kang, tetapi
saat ini engkau sudah tak mampu bertempur lagi. Dan lagi
kalau tak salah, luka dalam yang engkau derita itu hanya
memungkinkan engkau hidup tiga hari saja....”

Iblis itu menutup kata2nya sambil mengangkat cambuk.


Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin segera menarik kereta
ketempat Ceng Hi totiang. Dengan isyarat cambuk, kereta
itupun berhenti.

“Imam tua, apakah masih berani bertempur lagi!" ejek


Iblis-penakluk-dunia dengan tertawa.

Tubuh Ceng Hi totiang berlumuran darah, wajah pucat lesi


dan mata merah membara. Dengan mata memancar dendam

602
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kemarahan, ia menatap Iblis-penakluk-dunia lalu kerahkan


tenaga berseru, “Selama hayat masih dikandung, jangan
harap engkau mimpi dapat melaksanakan angkara
murkamu....”

Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, “Saat ini, asal kuberi


perintah, berapapun jumlah jago2 silat yang engkau bawa,
dalam waktu dua jam saja tentu akan ludas....”

Memandang kesekeliling mayat2 jago silat yang menumpuk


bukit, Ceng Hi totiang tundukkan kepala lalu memandang ke
arah sisa rombongannya. Ia tahu bahwa Iblis-penakluk-dunia
itu memang tidak main gertak. Kenyataan dengan jumlah
yang begitu besar tetap kalah melawan gerombolan iblis itu.

Dia dan Pendekar Laknat saat itu telah menderita luka


parah. Jika melanjutkan pertempuran tentu hancur. Maka ia
hanya mendengus tak mau menyahut tantangan Iblis-
penakluk-dunia.

Iblis itu tertawa dan berkata pula, “Tetapi sekalipun


siasatku ganas, aku tak bermaksud hendak membunuh kalian
habis-habisan. Karena aku masih memerlukan bantuan tenaga
kalian....”

Tiba-tiba wajah iblis itu mengerut gelap lalu berteriak


keras, “Akan kubebaskan kalian pergi. Tetapi dalam waktu tiga
hari kalian semua harus menuju kepuncak gunung Gobi,
mendirikan sebuah panggung. Menyediakan daftar nama dari
seluruh anggauta partai persilatan, baik golongan Hitam
maupun Putih, kaum dunia persilatan mau pun Rimba Hijau
(penyamun ). Setiap partai harus mengajukan sebuah wakil
untuk memimpin rombongan masing-masing. Pada hari ke-4
tengah hari, aku akan datang kesana. Pada saat itu tak peduli
siapa saja tanpa memandang kedudukan, harus sudah
menyambut dikaki gunung. Saat itu dunia persilatan akan

603
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kupersatukan dibawah pimpinanku. Jika kalian menolak, dalam


tiga bulan, dunia persilatan pasti akan berlimpah darah,
mayat2 berserakan membusuk....”

Menuding kepada Ceng Hi totiang, iblis itu berseru pula,


“Tugas itu engkaulah yang memimpin penyelenggaraannya.
Jika tak sesuai dengan permintaanku tadi, akibatnya engkau
dapat memikirkan sendiri!"

Iblis-penakluk-dunia menutup kata-katanya dengan tertawa


panjang lalu ayunkan cambuk memberi perintah kepada Lam-
hay Sin-ni dan Jong Leng lojin supaya menarik kereta lagi.
Kereta itu cepat sekali menuju ke dalam mulut jalanan.

Harimau Iblis, Naga Terkutuk, It Hang totiang dan


berpuluh-puluh kaki tangan kedua suami isteri iblis itu, segera
mengikuti di belakang kereta. Tak berapa lama mereka lenyap
dari pandangan.

Saat itu hari sudah petang. Sisa rombongan orang gagah


sibuk mengangkati mayat dan menolong yang terluka.
Pemandangan saat itu sungguh memilukan hati.

Dengan dipapah oleh kedua imam kecil, Ceng Hi totiang


melangkah pelahan-lahan kemuka Siau-liong, “Pendekar
Laknat....” -serunya pelahan. Beberapa butir airmata menitik
turun dari pelupuk jago tua itu.

Siau-liong pun bangun berdiri dibantu Lu Bu-ki dan Toh


Hun-ki. Ia menghela napas, “To-tiang....”

Pemuda itupun tak dapat melampiaskan kata-katanya


karena tersendat oleh rasa harunya.

Setelah menghapus airmata, Ceng Hi totiang berkata pula,


“Kata-kata saudara tadi memang benar. Rupanya harapan dari

604
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dunia persilatan telah hancur di tangan ku....” ia menghela


napas dan geleng2 kepala.

Setelah mengambil pernapasan beberapa saat tadi, kini


semangat Siau-liong sudah bertambah segar. Sahutnya,
“Sekalipun saat ini kita menderita kekalahan tetapi sebagian
besar dari inti kekuatan kita, masih belum hancur. Hendaknya
totiang lekas mempersiapkan rencana lagi untuk menghadapi
keadaan bahaya ini. Sekalipun Iblis-penakluk-dunia itu suruh
kita mengumpul seluruh kaum persilatan berkumpul digunung
Go-bi nanti tiga hari lagi, tetapi dia tentu tetap mengawasi
gerak-gerik totiang. Jika mengetahui totiang tak mau
melaksanakan perintahnya, kemungkinan sebelum tiga hari
dia tentu sudah turun tangan kepada totiang!"

Ceng Hi totiang kerutkan dahi dan merenung sampai


beberapa saat. “Ah, kemungkinan aku akan datang ke Go-
bi.... , " kata imam tua itu.

Siau-liong terkejut. Tetapi sebelum ia membuka mulut,


Ceng Hi totiang sudah bertanya pula, “Adakah Pendekar
Laknat menderita luka parah?"

Sampai beberapa saat Siau-liong tak dapat menjawab.


Setelah mengambil napas barulah ia tahu keadaan lukanya.
Apa yang dikatakan Iblis-penakluk-dunia memang benar.
mungkin dia hanya dapat hidup 3 hari saja.

“Aku masih dapat bertahan," katanya.

“Demi menyelamatkan kaum persilatan, saudara telah


berjoang mati-matian. Atas nama seluruh dunia persilatan,
kuhaturkan terima kasih tak terhingga kepada saudara!" kata
Ceng Hi.

605
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong hanya tersenyum getir dan mengatakan tak usah


Ceng Hi totiang begitu sungkan. Tiba-tiba ia teringat suatu hal
yang penting. Cepat ia berpaling dan bertanya kepada sitinggi
besar Lu Bu-ki, “Tolong saudara selidiki apakah Ti Gong taysu
sudah kembali....”

Lu Bu -ki mengiakan. Tetapi baru ia hendak pergi, seorang


paderi baju kelabu yang sejak tadi berdiri diam didekat situ
segera melangkah maju seraya memberi salam, “Suhuku yang
mendapat perintah untuk menyelidiki orang aneh yang
menyelundup ke dalam terowongan dibawah tanah itu, sampai
saat ini belum kembali. Menurut laporan yang kami terima,
karena hendak merebut seorang wanita baju merah, suhu
telah bentrok dengan paderi Liau Hoan Wanita baju merah itu
telah dilarikan paderi Liau Hoan dan suhu bersama
rombongannya segera melakukan pengejaran!"

"Hai. apakah Liau Hoan siansu juga datang?"

Paderi itu cepat menyahut, “Kabarnya beliau datang karena


hendak membantu pertempuran. Tetapi entah mengapa, dia
malah berhantam sendiri dengan suhu karena berebut
tawanan wanita baju merah itu....”

Ceng Hi totiang menghela napas, ujarnya; “Lekas suruh


orang mengejar jejak mereka. Nasehatilah suhumu agar
jangan menggunakan kekerasan dan undanglah Liau Hoan
siansu kemari!"

Paderi itu mengiakan dan segera hendak melakukan


perintah. Tetapi Siau-liong mencegah; “Tunggu dulu....”

Ceng Hi totiang suruh orang itu berhenti lalu menanyakan


apakah Siau-liong masih mempunyai perintah lain.

606
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tawanan wanita baju merah itu amat penting sekali


artinya. Semula ia jatuh ditangan imam Go-bi-pay maka
kuminta tolong pada Ti Gong taysu untuk memintanya
kembali." Siau-liong kerutkan dahi. Napasnya terasa memburu
keras. Diam-diam ia menimang, “Rasanya lukaku sudah tak
ada harapan sembuh lagi. Rombongan Ceng Hi totiang
menderita kekalahan. Sedang difihak Iblis-penakluk-dunia
ternyata mempunyai tenaga2 sakti seperti Jong Leng lojin,
Lam-hay Sin-ni, Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan It Hang
totiang. Kesadaran pikiran mereka sudah dilenyapkan oleh
Iblis-penakluk-dunia sehingga mau melakukan segala perintah
iblis itu. Jika melanjutkan pertempuran, terang pasti hancur.
Kini satu-satunya senjata untuk menguasai kedua iblis itu
hanyalah diri anak perempuannya!"

Kemudian Siau-liong teringat pula. Bahwa jika dirinya mati


saat itu, Poh Ceng-in pun tentu segera ikut mati karena racun
Jong-tok itu. Bila terjadi begitu, tentu tak berhasil menjadikan
Poh Ceng-in sebagai senjata untuk menekan Iblis-penakluk-
dunia dan Dewi Neraka.

Setelah membayangkan kemungkinan2 itu, berkatalah


Siau-liong lebih lanjut, “Wanita baju merah itu sebenarnya
adalab anak perempuan dari Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Karena hanya mempunyai seorang puteri tunggal,
kemungkinan wanita itu dapat dijadikan sandera untuk
menekan kedua iblis. Totiang....”

Mendengar itu berserilah wajah Ceng Hi totiang dengan


riang, “Kalau begitu segera akan kukirim jago2 sakti. Asal
belum diketahui kedua suami isteri iblis, tentulah dapat
menawan wanita itu!"

"Tetapi wanita itu paling lama hanya dapat hidup 5 hari.


Harap totiang dapat menggunakan kesempatan itu sebaik-
baiknya, "kata Siau-liong pula.

607
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mengapa saudara tahu begitu jelas?" Ceng Hi totiang


terkejut heran.

Siau-liong tertawa rawan; “Apa yang kukatakan tadi semua


memang kenyataan. Kuharap totiang jangan mendesak
dengan pertanyaan lebih jauh.... habis berkata Siau-liong
paksakan diri untuk berdiri, lalu berkata pula, “Aku merasa
amat menyesal sekali karena tak dapat memberi bantuan
kepada totiang lebih lanjut. Maka saat ini terpaksa aku hendak
minta diri!"

“Anda hendak kemana?" Ceng Hi totiang makin kaget.

Siau-liong tertawa hambar, “Masih ada lain urusan penting


yang hendak kukerjakan. Tak tentu arah yang hendak kutuju.
Mungkin kita tak akan berjumpa lagi!" -ia terus bergeliatan
hendak ayunkan langkah.

Ceng Hi totiang cepat memberi isyarat agar Toh Hun-ki dan


Lu Bu-ki mencegah Siau-liong.

"Memang aku tak dapat memaksa saudara hendak


melakukan urusan yang lain. Tetapi saat ini saudara sedang
menderita luka parah, Kurang baik kalau berjalan jauh. Tak
jauh dari sebelah luar lembah ini terdapat sebuah tempat yang
baik untuk bsristirahat. Harap saudara suka beristirahat disitu
untuk merawat luka saudara dulu."

Juga sitinggi besar Lu Bu-ki dan Toh Hun-ki ikut membujuk,


“Pendekar Laknat menderita luka berat, baiklah jangan pergi
seorang diri dulu!"

Habis berkata entah Siau-liong setuju atau tidak, kedua


orang itu terus memapahnya menuju keluar barisan pohon
Bunga dan tiba disebuah lamping gunung yang terdapat

608
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa kubu. Mereka masuk ke dalam sebuah kubu yang


besar dan beristirahat disitu.

Karena sungkan atas kebaikan kedua orang itu. Siau-liong


terpaksa mau juga duduk bersemedhi di atas sebuah
permadani. Sedang Lu Bu-ki dan Toh Hun-ki pun juga
pejamkan mata menyalurkan tenaga dalam.

Beberapa saat kemudian ketika Siau-liong membuka mata,


dilihatnya bulan bersinar terang benderang. Saat itu barulah ia
teringat kalau malam itu tanggal 15 bulan 8.

Para ketua partai persilatan dan tokoh2 ternama dalam


rombongan Ceng Hi totiang itu ber-bondong2 mengunjungi
kubu. Mereka menjenguk keadaan Siau-liong. Terhadap
Pendekar Laknat, mereka menaruh perindahan yang tinggi.

Ceng Hi totiang karena menderita luka dalam yang parah,


tak dapat datang sendiri dan melainkan mengirim muridnya
untuk menjenguk sampai tiga kali.

Sepenanak nasi lamanya, Siau-liong duduk terkulai seperti


tertidur. Toh Hun-ki dan Lu Bu-ki keluar pelahan-lahan.

Saat itu lapangan pertempuran di barisan pohon Bunga


sudah bersih. Korban2 yang mati sudah ditanam. Hanya yang
terluka masih terdengar mengerang kesakitan....

Siau-liong berusaha untuk bangkit dan mencoba berjalan


beberapa langkah. Ternyata ia merasa kuat. Maka iapun
segera melangkah keluar. Ternyata diluar kubu dijaga oleh
dua orang imam. Kedua imam itu buru-buru lari menghampiri.

Tetapi Siau-liong memberi isyarat supaya mereka mundur.


Kemudian ia berjalan ke belakang kubu. Di belakang kubu

609
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terdapat hutan. Karena melihat penjagaan disitu tak berapa


banyak, ia segera masuk ke dalam hutan.

Ternyata karena merasa dirinya pasti mati, Siau-liong akan


menghindari orang terutama Ceng Hi totiang, agar mereka
jangan sampai tahu siapakah sebenarnya dirinya itu.

Pikirnya Mawar Putih yang terjebak dalam Lembah Semi itu


tentu terancam jiwanya. Kemungkinan besar bahkan sudah
binasa. Dengan begitu tak mungkin lagi ia dapat berjumpa
dengan ibunya diseberang lautan. Ah, ia merasa menjadi
seorang anak yang tak berbakti....

Juga Tiau Bok-kun, entah bagaimana nasibnya. Sedang dia


masih balum dapat menunaikan kewajiban2 yang telah
dipikulnya. Dari sekian banyak kewajiban, satu-satunya yang
baru dapat diselesaikan ialah memulihkan nama baik Pendekar
Laknat!

Pada lain kilas ia teringat akan pesan Koay suhu atau


Pendekar Laknat yang mengajarkan padanya dua buah hal: B
u n u h dan, B e n c i .

Tetapi sekalipun ia dapat membunuh Soh-beng Ki-su yang


telah membunuh Pendekar Laknat itu, juga ia tak dapat
memenuhi pesan Pendekar Laknat untuk mewakilinya bertemu
dengan Randa Bu-san pada nanti pertengahan musim rontok.
Karena dalam beberapa hari ini ia pasti sudah mati. Ah,
bagaimanakah nanti ia ada muka untuk bertemu dengan
arwah Pendekar Laknat dialam baka!

Selain itu, iapun masih gelisah memikirkan tentang ilmu


sakti Thian-kong-sin-kang. Tentulah menjadi harapan dari Tio
Sam-hong yang menciptakan buku pusaka Thian-kong-sin-
kang bahwa kelak tentu akan terdapat seseorang yang
berhasil menemukan simpanan kitab pusaka itu lalu

610
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dikembangkan untuk menyelamatkan dunia. Tetapi ah,


sebelum ia dapat mempelajari kitab pusaka itu, ia harus sudah
mati. Dan lagi kitap pusaka itu sudah terlanjur dihancurkan.
Dengan demikian ilmu sakti nomor satu di dunia bakal lenyap
untuk selama-lamanya!

Dengan pikiran yang tak keruan itu, tibalah ia di tepi


sebuah anak sungai. Ia berhenti lalu pelahan-lahan
menanggalkan pakaian Pendekar Laknat. Sambil melipatnya
pakaian ia menimang, “Ah, sejak saat ini Pendekar Laknat dan
Kongsun Liong akan lenyap selama-lamanya dari dunia....”

Karena letih sekali, ia duduk di tepi anak sungai itu. Tiba-


tiba terdengar kesiur angin dan pada lain saat sesosok
bayangan melesat datang.

Siau-liong terkejut ketika mendapatkan pendatang itu


adalah puteri dari Randa Bu-san, dara baju hijau yang pernah
bertempur dengannya tempo hari.

Dara itu terkesiap memandang Siau-liong, tegurnya, “Eh,


bukankah engkau bersama dengan taci Mawar ”

Siau-liong mengangguk, “Benar, tempo hari kami membikin


repot nona dan bibi....”

Diam-diam Siau-liong bersyukur karena sudah melucuti


pakaiannya Pendekar Laknat. Kalau tidak, tentulah ia mati
ditangan dara itu.

"Apakah engkau bertemu dengan taci Mawar?" tanya dara


itu pula.

“Tidak," sahut Siau-liong rawan.

611
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hai, kemana sajakah dia?" seru dara itu dengan banting2


kaki, “sudah beberapa hari aku dan ibu mencarinya tetapi tak
ketemu....”

Belum Siau-liong membuka mulut, dara itu berkata lagi


“Tetapi kutahu ia hendak mencarimu!"

Siau-liong mengucurkan beberapa titik air mata, katanya,


“Ah, mungkin kita takkan berjumpa lagi untuk selama -
lamanya!"

Dara itu tebeliak dan memandang Siau-liong beberapa saat.


Sekonyong-konyong ia berteriak; “Mengapa? Apakah engkau
terluka?”

Siau-liong mengangguk; "Ya, luka berat yang pasti


membawa maut!"

Dara baju hijau itu memandang lekat, “Tak apalah,


mamahku dapat mengobatimu!"

Siau-liong menghela napas. Pada saat hendak berkata tiba-


tiba terdengar kesiur sesosok tubuh berlari secepat angin
mengarah datang.

Dibawah sinar rembulan, tampak sosok tubuh hitam itu


melayang ke udara bagaikan seekor burung rajawali lalu
menukik turun menerjang.

Siau-liong terkejut sekali. Dia sudah tak punya daya


melawan lagi. Dan orang itu hebat sekali gerakannya. Siau-
liong tetap tenang saja. Ia merasa sudah dekat ajal, tak perlu
melawan. Karena malawan pun pasti sia-sia....

“Ibu....!" tiba-tiba dara itu melengking girang.

612
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata pendatang itu memang Randa dari Bu-san.


Setelah memandang beberapa jenak kepada Siau-liong,
bertanialah wanita sakti itu kepada puterinya, “Apakah sudah
menemukan jejak tacimu Mawar"

Dara itu gelengkan kepala, “Belum, tetapi disini berjumpa


dengan dia yang pergi bersama taci Mawar....”-ia berpaling ke
arah Siau-liong lalu berkata pula; "Dia terluka, bu.... obatilah!"

Karena rasa kejut tadi, darah Siau-liong bergolak keras


sehingga ia tak kuat berdiri lagi dan duduk tak berkutik.

“Lo-cianpwe, maaf karena menderita luka aku tak dapat


menyambut dengan berdiri," kata Siau-liong.

Randa Busan itu hanya mendengus lalu menatapnya tajam,


“Dimanakah puteriku angkat itu."

Siau-liong tak bisa bohong. Tetapi ia tidak enak kalau


mengatakan Mawar Putin telah ditawan Soh-beng Ki-su. Maka
sampai beberapa jenak ia tergagap-gagap tak dapat bicara.

Adalah dara baju hijau yang mewakili memberi keterangan


bahwa Siau-liong tak berjumpa dengan Mawar Putih.

"Bagaimana engkau tahu!" bentak wanita kepada


puterinya.

Dara itu tersipu-sipu merah mukanya lalu tundukkan kepala


tak berani bicara lagi.

Randa Busan itu geleng2 kepala, ujarnya; "Aku mengerti


ilmu perbintangan. Sekalipun engkau tak bilang tetapi aku
dapat mengetahui juga."

613
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditatapnya wajah Siau-liong dengan tajam lalu bertanya


pula; "Anak itu tak menghirau keselamatan jiwanya lagi, demi
amat mencintaimu. Tetapi sebaliknya engkau tanpa kasihan
membiarkan dia tercengkeram bahaya. Apakah engkau
merasa perbuatanmu itu bukan suatu perbuatan orang yang
bermoral tipis?"

Dengan kata-kata itu tampaknya Randa Bu-san sudah


seperti melihat sendiri peristiwa So-beng Ki-su menawan
Mawar Putih.

“Ah, aku....” Siau-liong menghela napas sedih dan sesal. Ia


tak dapat melanjutkan kata-katanya karena tersekat oleh air
matanya yang bercucuran.

“Perlu apa menyesal, toh sudah terlambat....!" dengus


Randa Bu-san. Kemudian ia bersenandung;

Ratna pecah, bunga gugur bukan tiada sebabnya Peristiwa


lampau yang hampa, sukar diimpikan pula Sungguh
menggelikan sekalilah wanita yang gila asmara Mengapa
mencintai kemati-matian pria yang berhati culas.

Habis besenandung, Randa Bu-san itu juga menghela


napas sendiri. Seperti tersinggung hatinya oleh suatu
kesedihan dalam lubuk nuraninya. Seolah-olah pada malam
purnama ditengah hutan belantara yang suuyi, ia
menumpahkan isi hatinya....

Sejenak memandang ibu dan Siau-liong, bertanialah dara


itu kepada Randa Bu-san, “Menurut perhitunganmu,
kemanakah taci Mawar sekarang ini?"

Randa Bu-san yang sedang terbenam dalam kenangan


masa lampau, agak terkejut mendengar pertanyaan puterinya
itu. Memandang sejenak kepada Siau-liong. ia menyahut,

614
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Menurut ilmu petangan, dia berada dalam bahaya. Tentulah


ia terjebak dalam Lembah Semi. Sekali pun belum binasa
tetapi kesempatan lolospun hanya sedikit. Dan lagi menurut
petangan itu....”

Ia menuding Siau-liong dan berseru marah; "Kesempatan


hidup dari tacimu itu hanya tergantung padanya! Tetapi
ternyata dia enak2 tak mau mengacuhkan sehingga
kemungkinan hidup tacimu Mawar pasti lenyap!"

Dara baju hijau kerutkan kening. Tampaknya ia sedang


dicengkam oleh rasa sedih dan marah. Dipandangnya Siau-
liong yang berlumuran darah dan pucat itu beberapa saat.
Entah bagaimana timbullah rasa kasihan kepada pemuda itu.

"Mungkin karena hendak menolong taci Mawar maka ia


sampai menderita luka begitu parah....” katanya. Dan cepat2
ia bertanya kapada Siau-liong, “Hai, bukankah begitu?"

Siau-liong paksakan diri mengangkat muka. Baru ia hendak


bicara, Randa Busan sudah mendengus, “Mungkin dia
memang mempunyai maksud begitu tetapi tanpa disadari dia
telah mensia-siakan kesempatan yang bagus. Saat ini jiwanya
sendiri terancam, mana bisa membicarakan lain-lain soal!"

Siau-liong tegang sekali. Dengan terengah-engah ia


berkata, “Ramalan lo-cianpwe sungguh tepat sekali. Sekali pun
nona Mawar sudah tertawan di Lembah Semi tetapi dia sudah
seperti adikku sendiri. Aku rela hancur raga asal dapat
menyelamatkan jiwanya. Pada saat itu jika tak terpaksa oleh
keadaan, masakan kubiarkan dia tertawan musuh....”

Siau-liong menghela napas lalu kuatkan diri melanjutkan


berkata, “Memang, saat ini aku sudah hampir mati. Hanya
dendam penasaran yang terkandung dalam kematianku nanti.

615
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adik Mawar dan lo-cianpwe dapat memaafkan diriku atau


tidak, aku pun tak dapat berbuat sua u apa lagi!"

Kerena rasa tegang dan duka, darah dalam tubuh Siau-


liong bergolak menyungsang. Dia muntah darah lagi dan
rubuh.

Si dara baju hijau hendak menolongnya tapi tak jadi dan


berpaling ke belakang, "Ibu....”

Randa Bu-san yang tegak disamping, membentaknya;


“Mengapa!"

"Betapapun halnya dia adalah pemuda yang hendak dicari


taci Mawar.... Apalagi dia saat ini sedang menderita luka
parah. Adakah kita sampai hati untuk melihatnya saja?" seru si
dara.

“Manusia yang tipis budi, lupa kasih semacam dia, mati


atau hidup sama saja!" sahut Randa Bu-san.

Tetapi anehnya, ia pelahan-lahan menghampiri Siau-liong.


Lalu berjongkok dan mulai memeriksa keadaan pemuda itu.
Sesaat kemudian ia berbangkit seraya gelengkan kepala,
“Luka keliwat parah sekali. Sudah tak dapat ditolong lagi....!"

“Hai!" si dara menjerit kaget, “tadi saja ia masih dapat


berjalan dan bicara, Mengapa dalam beberapa detik saja
sudah tak dapat ditolong....!"

Randa Bu-san tak menghiraukan kata2 puterinya. Ia


berjongkok lagi memeriksa Siau-liong. Mulutnya mengingau
seorang diri, “Aneh! Urat jantungnya sudah putus dan isi
dadanya sudah berhenti bekerja tetapi mengapa dia belum
mati!"

616
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang sekalipun menggeletak tak ingat diri, tetapi dada


Siau-liong masih berombak keras. Suatu pertanda bahwa
pernapasannya masih belum berhenti.

Lebih mengherankan lagi ternyata alat pendengarannya


masih tajam. Ia membuka mata memandang Randa Bu-san
dengan pandang mata yang penuh dendam penasaran.

Randa Bu-san menatap tajam, lalu berkata seorang diri


lagi, “Benar, rupanya hatimu masih penasaran sehingga hawa
murni dalam dadamu membeku tak mau cair.... Ai, sayang
denyut urat nadimu sudah tak ada. Betapa pun engkau
hendak paksakan diri tetapi tentu tak dapat tahan lama....!"

Siau-liong membuka mata lebar2, mencurah kemuka


wanita itu. Bibirnya bergerak-gerak tetapi tak dapat
mengeluarkan kata2.

Randa Bu-san berbangkit dan berkata dengan nada heran,


“Benar-benar suatu hal yang belum pernah kusaksikan selama
hidup....”

Wanita itu tegak terlongong-longong.

Sedang si dara baju hijau terkejut. Dalam anggapannya,


ibunya itu seorang wanita yang all round alias tahu segala
apa. Selama ini belum pernah ia melihat ibunya sedemikian
sikapnya, ragu2 dan heran. Apalagi berkali-kali ibunya
mengoceh seorang diri.

Akhirnya tak sabar lagilah dara itu, tanyanya, “Bu,


bagaimanakah keadaannya? Apakah dia benar-benar sudah
tak dapat ditolong lagi?"

Randa Bu-san tertawa getir, “Ibu sendiri pun heran. Dia


tidak seperti manusia biasa.... Menilik lukanya, dia tentu sudah

617
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mati. Tetapi dia masih hidup bahkan ingatannya masih terang


sekali!"

Memang saat itu Siau-liong sudah tak dapat bicara. Hanya


matanya yang masih berkilat-kilat bergantian memandang
Randa Bu-san dan si dara baju hijau.

Tiba-tiba dara baju hijau itu berpaling dan berseru. “Bu,


tolonglah dia! Lihatlah, betapa kasihan sekali dia itu....!"

Randa Bu-san mendengus, “Ling, mengapa engkau hari ini?


Mengapa terus mendesak ibu supaya menolong pemuda yang
tak berbudi?"

"Aku memikirkan kepentingan taci Mawar....” kata si dara


lalu tundukkan kepala.

Randa Bu-san menghela napas panjang; “Mungkin ibu akan


berusaha untuk menolongnya. Meskipun belum pasti dapat
menyelamatkannya tetapi akan kucoba juga....”

Sesaat berhenti, ia berkata pula, "Hanya sayang tacimu


Mawar tak berada disini sehingga kita berdua tak berdaya
menolongnya!"

“Mengapa? Apakah taci Mawar yang dapat menolongnya?


Masakan....”

Tiba-tiba wajah wanita itu mengerut bengis dan


membentaknya, “Jangan banyak tanya, mari kita pergi!"

Sudah tentu si dara terkejut melihat sikap ibunya yang


begitu bengis. Belum pernah sebesar itu ia mendengar ibunya
bicara begitu bengis seperti saat itu. Sejenak ia memandang
lagi ke arah Siau-liong lalu cepat2 menyusul ibunya.

618
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru berjalan dua langkah, ternyata Randa Bu-san


menyadari bahwa sikapnya terhadap anaknya tadi keliwat
bengis. Maka ia menepuk bahu si dara dan berkata dengan
lembut. "Obat mujijat hanya untuk orang yang belum
takdirnya mati. Pintu agama hanya terbuka kepada orang
yang berjodoh. Apabila seseorang sudah ditakdirkan mati,
siapapun tak mungkin dapat menolongnya!"

Dara itu mengangguk kepala tak menyahut. Tetapi diam-


diam ia mencuri kesempatan untuk berpaling ke belakang.
Dilihatnya Siau-liong masih terkulai di tanah.... Sepasang
matanya masih memandang ke arahnya. Dari sinar rembulan
jelas dara itu dapat melihat, betapa putus asa hati Siau-liong
yang dipancarkan dari pandang matanya itu....

Tak terasa hidung dara itu basah dan matanya bercucuran


air mata....

Sesaat kemudian ia terkejut sendiri. Ia merasa heran


mengapa sampai kehilangan peribadi. Mengapa ia harus
mencucurkan air mata untuk pemuda itu, Bukankah ia tak
mempunyai hubungan apa2!

Dengan kuatkan hati dara itu segera menyusul ibunya.


Tetapi entah bagaimana, beberapa saat kemudian, hatinya
kembali terasa pepat. Seolah-olah tertindih oleh sebuah batu
besar. Tak tahu ia, apa sebabnya. Makin keras hendak
melupakan makin keras ia teringat lagi....

Tiba-tiba ia terkejut karena bahunya ditepuk oleh ibunya.


Ternyata Randa Bu-san melesat keluar dari balik sebuah batu
besar dan menepuk bahu puterinya.

Dan habis menepuk Randa Bu-san terus loncat ke balik


sebuah batu. Dara itupun cepat2 menyusul ibunya.

619
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Ada orang disebelah sana....” bisik Randa Bu-san. Dan


menurut arah yang ditunjuk ibunya. si dara memang melihat
sesosok bayangan sedang menyusur tepi sungai berjalan ke
arah tempat mereka.

Tetapi orang itu masih berada pada jarak dua tombak lebih
jauhnya.

Orang itu berjalan pelahan sekali sehingga beberapa waktu


kemudian baru tiba didekat tempat Randa Bu-san dan
puterinya bersembunyi.

Makin dekat makin jelaslah perwujutan orang itu.


Rambutnya terurai kusut masai. Pakaiannya berlumuran debu
dan lumpur. Rupanya sudah beberapa hari tak dandan.
Sepasang matanyd berkeliaran memandang kekanan kiri dan
berjalan dengan langkah amat pelahan. Sepintas pandang
ditengah hutan belantara pada malam yang sunyi, orang itu
mirip dengan sesosok hantu yang keluar dari kuburan.

Tiba-tiba Randa Bu-san memungut sebutir batu lalu


dilemparkan ketempat Siau-liong berbaring. Batu itu tepat
jatuh dionggok batu yang terletak disamping Siau-liong.
Sekalipun tak keras, tetapi karena malam sunyi sekali, batu itu
pun mengeluarkan bunyi yang cukup terdengar jelas.

Orang yang datang itu yang ternyata seorang gadis,


terkejut dan serentak berhenti lalu pasang telinga. Dengan
seksama ia memandang ke arah bunyi batu jatuh tadi.

Tetapi karena tubuh Siau-liong kebetulan teraling oleh


tumpukan batu, maka ia tak dapat melihatnya. Setelah
tertegun beberapa jenak, barulah ia melangkah ketempat
onggok batu itu.

620
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika si dara baju hijau mencuri lihat, dilihatnya gadis


yang tak keruan keadaannya itu ternyata memiliki raut wajah
yang cantik sekali. Rambul kusut masai, pakaian kotor, hanya
seperti tebaran awan yang menutup sang rembulan. Dibalik
awan itu merupakan Dewi Rembulan yang cantik gilang
gemilang. Demikian dengan keadaan nona itu.

Rupanya gadis itu mengetahui tubuh Siau-liong. Ia


berjongkok memeriksanya dan seketika menjeritlah ia, “Siau-
liong! Oh, Siau-liong....”

Ratap tangis berhamburan tersedu-sedu.

Melihat itu wajah Randa Bu-san berseri girang, bisiknya,


“Mungkin dia memang belum ditakdirkan mati....”

Cepat ia menarik tangan puterinya lalu diajak menghampiri.


Karena terbenam dalam kesedihan besar, rupanya gadis itu
tak mengetahui kedatangan kedua ibu dan anak.

“Apakah dia sudah mati?" tiba-tiba Randa Bu-san menegur.

Nona itu tersentak kaget seraya cepat2 berbalik diri. Tetapi


rupanya ia tercengkam dalam kedukaan, Habis melihat Randa
Bu-san dan si dara baju hijau, ia kembali berputar tubuh lagi
dan menangisi Siau-liong.

“Siau-liong, mengapa engkau mati begini mengenaskan


sekali....”

Dara baju hijau terkejut. Cepat ia mengawasi Siau-liong.


Tampak sepasang mata pemuda itu menutup rapat seperti
orang mati.

“Hai, apakah engkau tak mendengar pertanyaan ibuku?"


bentaknya.

621
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona berhenti menangis lalu berputar tubuh, serunya;


“Mungkin sudah tak dapat ditolong lagi!"

“Asal dia masih bernapas, ibuku tentu dapat menolong!"


sahut si dara.

Nona itu tertegun lalu cepat2 menempelkan jarinya kemulut


Siau-liong. Setelah itu ia ber-lutut dihadapan Randa Bu-san
seraya meratap, “Dia masih hidup, harap lo-cianpwe suka
menolongnya....!"

Randa Bu-san menghela napas. Ia berjongkok


memeriksanya. Kaki dan tangan Siau-liong sudah kaku,
matanya menutup rapat. Hanya tinggal napasnya yang masih
kedengaran lemah.

Randa Bu-san berbangkit lagi, katanya, “Hawa murni yang


berkumpul dibagian jantungnya sudah mulai memencar.
Mungkin sukar ditolong lagi!"

Nona itu menangis makin keras seraya meratap-ratap, “Lo-


cianpwe, tolonglah.... tolonglah dia....”

Randa Bu-san merenung. Tiba-tiba ia menutuk tiga buah


jalan darah didada Siau-liong. Siau-liong tak membuat reaksi
suatu apa. keadaannya seperti orang mati. Setelah ditutuk
jalan darahnya oleh Randa Bu-san, napas Siau-liong malah
berhenti sama sekali.

Nona itu terkejut dan tertegun lalu tiba-tiba menangis


gerung2. "Dia sudah mati! Engkaulah yang mencelakainya!"

Dengan kalap gadis itu terus menyerang Randa Bu-san.


Wanita itu mendengus dingin seraya mencengkeram siku

622
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lengan kanan gadis itu. Sekali pijat, gadis itu tegak seperti
patung. Separoh tubuh kesemutan.

Randa Bu-san menatap gadis itu dengan pandang kasihan


lalu lepaskan cekalannya, “Denyut keenam inderanya sudah
tiada, hawa dalam darahnya sudah kering. Jika hawa murni
dalam jantung pun buyar, sekali pun dewa turun dan langit,
juga sukar menolongnya lagi. Kututuk jalan darahnya untuk
menutup hawanya agar dia masih dapat bertahan dua jam
lagi....”

Berhenti sejenak ia melanjutkan; “Menilik keadaan lukanya,


dia pasti mati. Sekali pun akan kucoba mengusahakan tetapi
aku tak yakin dapat menolongnya!"

Mendengar penjelasan Randa Bu-san, gadis itu serta-merta


terus berlutut....

Diam-diam si dara baju hijau girang karena ternyata ibunya


sudah meluluskan untuk menolong, Ia menghela napas lalu
mundur kesamping memandang gadis yang tak dikenal itu.

Randa Bu-san mengangkat bangun gadis itu; “Apakah


hubunganmu dengan dia? Mengapa engkau menangis begitu
sedih?"-tanyanya.

“Aku dan dia.... dia pernah menolong jiwaku, aku....”

Randa Bu-san menghela napas, “Budi dan Cinta bercampur


jadi satu. Engkau dan dia memang sukar terhindar dari
hubungan Asmara, ketahuilah....”

Dipandangannya wajah gadis itu lekat2, lalu Randa Bu-san


melanjutkan pula. “Ketahuilah, dia bukan seorang pemuda
yang hanya mencintai seorang gadis saja. Engkau sukar
terangkap jodohnya dengan dia!"

623
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun gadis itu tanpa ragu2 berseru; “Tak peduli dia


memperlakukan diriku bagaimana, aku tetap akan membalas
budinya!"

Berkata Randa Bu-san dengan serius, “Kalau engkau


berkorban dan dia selamat, apakah engkau bersedia?"

Tanpa bersangsi. gadis itu mengangguk, “Aku bersedia!"

"Karena engkau rela berkorban aku pun akan berusaha


sungguh2....” kata Randa Bu-san lalu menunjuk Siau-liong dan
berkata, “Angkatlah tubuhnya pelahan-lahan!"

Tanpa banyak bertanya, gadis itu segera melakukan


perintah Randa Bu-san. Tubuh Siau-liong telentang lurus di
atas kedua lengannya, Setelah itu Randa Bu-san lalu suruh
sigadis mengangkut Siau-liong dan ikut ia pulang.

Ditengah jalan bertanialah si dara baju hijau nama gadis


itu.

“Aku bernama Tiau Bok-kun....” gadis itu menerangkan.


Kedua pipinya tampak merah, ujarnya lebih lanjut, “Ah, aku
memang linglung sekali sehingga belum bertanya nama lo-
cianpwe dan taci....”

“Namaku Song Ling....” dara baju hijau itu menjawab," dan


beliau adalah ibuku....” -habis berkata dara itu membisiki
kedekat telinga Tiau Bok-kun, “Asal ibu sudah meluluskan
mengobatinya, dia tentu sembuh. Jangan kuatirlah!"

Tiau Bok-kun memandang dara itu. Dua butir air mata


menitik turun....

624
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si dara baju hijau atau Song Ling tak dapat merangkai


kata2 untuk menghibur. Maka dalam berjalan itu ia diam saja.

Dalam pada itu karena kuatir Siau-liong akan tergoncang


tubuhnya maka Randa Bu-san sengaja berjalan pelahan-lahan.
Kira2 sepertanak nasi lamanya barulah mereka tiba dipondok
gunung Bu-san.

Saat itu sudah malam. Rembulan tertutup awan sehingga


menimbulkan suasana yang rawan. Randa Bu-san suruh Tiau
Bok-kun letakkan tubuh Siau-liong di atas balai2 bambu.
Wanita itu cepat masuk ke dalam kamarnya dan tak lama
keluar membawa baskom air panas berisi daun2 obat. Air
brrwarna merah darah.

Baskom itu diserahkan kepada Tiau Bok-kun beserta


sebuah kain putih. Tiba-tiba Randa Bu-san membentak Song
Ling, “Bukan urusanmu, lekas keluar!"

Song Ling tertegun. Terpaksa ia melangkah keluar. Setelah


itu Randa Bu-san mengambil kursi dan duduk membelakangi
balai2 tempat Siau -liong.

"Tiau Bok-kun, karena engkau sudah ber-sungguh2


menolongnya, engkau harus menurut petunjukku!"

Tiau Bok-kun mengiakan.

“Kalau begitu lekas engkau lucuti pakaiannya!"

Tiau Bok-kun meragu. Sampai beberapa jenak ia diam saja.


Tetapi karena ia sudah mengatakan hendak mengorbankan
diri demi menolong jiwa Siau-liong, masakan disuruh begitu
saja ia sudah mogok? Apalagi.... Tanpa banyak pikir lagi, ia
segera membuka pakaian Siau-liong yang berlumuran darah
dan debu itu.

625
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Benamkan kain ke dalam air lalu bersihkan kaki dan


tangannya!" kembali Randa Bu-san memberi perintah.

“Kemudian Randa Bu-san mengeluarkan sebuah bungkusan


sutera. Ternyata berisi 12 batang jarum perak. Lalu
dipanggilnya Tiau Bok-kun, “Hendak kulakukan pengobatan
tusuk jarum untuk menghalau darah kental yang mengeram
dalam kelima inderanya. Tetapi aku tak leluasa mengerjakan
sendiri. Engkau harus melakukan petunjukku!"

Ia menyerahkan bungkusan jarum kepada nona itu. Tiau


Bok-kun bingung, “Tetapi aku tak mengerti ilmu tusuk jarum,
jika....”

“Tak apa, asal dapat mengenal letak jalan darah dengan


tepat, tentu tiada berbahaya....”

Belum sempat Tiau Bok-kun menjawab. Randa Bu-san


sudah berkata lagi; “Pertama kali, tusuklah jalan darah Than-
tiong didadanya!"

Tiau Bok-kun tak berani berayal terus menghampiri ke


balai2 tempat Siau-liong.

“Tusuk sampai 3 dim dalamnya!" seru Randa Bu-san pula.

Dengan menindas tangannya yang gemetar, setelah


menentukan letak jalan darah, akhirnya Tiau Bok-kun
memberanikan diri menusuk jarum itu.

Saat itu Randa Bu-san tetap duduk membelakangi. Tetapi


rupanya ia seperti melihat apa yang dilakukan Tiau Bok-kun.
Kembali ia memberi perintah pelahan-lahan, “Yang kedua,
tusuk jalan darah Tiong-kek-hiat dibawah pusarnya, sampai
berdarah....”

626
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiau Bok-kun pun melakukan perintah itu.

“Yang ketiga, tusuklah jalan darah Beng-bun di belakang


pusar.... Yang keempat, jalan darah Ci-tong-hiat pada ketiak
kanannya."

Demikianlah dibawah petunjuk Randa Bu-san, Tiau Bok-kun


telah melakukan pengobatan tusuk jarum pada tubuh Siau-
liong.

Lebih kurang sepertanak nasi lamanya, barulah pengobatan


itu selesai. Kepala Tiau Bok-kun basah kuyup dengan keringat.
Tetapi ia dapatkan napas Siau-liong mulai agak keras, kaki
dan tangannya pun tidak kaku lagi. Seri wajahnya mulai agak
merah. Diam-diam nona itu girang dan cepat menghaturkan
terima kasih kepada Randa Bu-san.

Tetapi Randa Bu-san mengatakan bahwa pengobatan


dengan tusuk jarum itu hanya dapat mencairkan hawa jahat
yang menyumbat peredaran jalan darahnya. Dapatkah hal itu
menyembuhkan Siau-liong, ia masih belum yakin.

Sudah tentu Tiau Bok-kun terkejut karena dugaannya


bahwa Siau-liong sudah sembuh ternyata belum pasti.

“Mengapa tak lekas memakaikan pakaiannya lagi!" bentak


Randa Bu-san. Tiau Bok-kun merah mukanya lalu buru-buru
melakukan perintah.

"Ling -ji!" Randa Busan memanggil puterinya.

Song Ling muncul. Lebih dulu memandang ketempat Siau-


liong kemudian baru menghampiri ibunya, Randa Bu-san
suruh dara itu mengambil sebuah cawan perak. Lalu wanita itu

627
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengeluarkan sebuah botol kecil dan menuang sebutir pil


warna hitam diberikan kepada Tiau Bok-kun.

“Inilah pil Penyambung nyawa buatanku sendiri. Tetapi


harus dicampur dengan segelas darah orang baru manjur.
Maukah engkau memberikan darahmu untuknya?"

“Mau....” sahut Tiau Bok-kun.

Saat itu Song Ling muncul dengan membawa cawan perak.


Ternyata cawan itu dua kali besarnya dengan cawan biasa.
Menyambuti cawan itu, Randa Busan lalu menyerahkan
kepada Tiau Bok-kun; "Perlu secawan penuh!"

Setelah menyambuti cawan itu dan diletakkan dimeja,


tanpa bersangsi lagi, Tiau Bok-kun terus mengeluarkan badik
dan membelek urat lengan kirinya. Darah mengucur deras ke
dalam cawan. Tak berapa lama penuhlah cawan itu.

Tiau Bok-kun sudah bertekad hendak menyelamatkan jiwa


Siau-liong. Sekalipun menerjang lautan api, ia tetap akan
melakukan. Tetapi karena darahnya keluar begitu banyak,
kepalanya pun terasa pening mata ber-kunang2. Hampir saja
ia rubuh. Untunglah Song Ling cepat memapah dan membalut
lukanya.

Randa Bu-san menghela napas. Memandang Tiau Bok-kun,


mengambil cawan berisi darah lalu menghampiri ketempat
Siau-liong.

Pemuda itu masih pingsan. Lebih dulu pil hitam tadi


disusupkan ke dalam mulutnya lalu dingangakan dan diminumi
darah....

628
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah cawan habis isinya, wanita Bu-san itu menghela


napas, “Aku hanya dapat mengobati sampai disini. Adakah dia
dapat hidup kembali, tergantung pada nasibnya!"

Tiau Bok-kun yang masih pucat wajahnya, tak berkedip


mengawasi air muka Siau-liong Ternyata cepat sekali terjadi
perobahan. Tak berapa lama wajah pemuda itu merah segar
seperti orang sehat lagi. Kaki dan tangannyapun mulai dapat
bergerak.

Girang Tiau Bok-kun bukan kepalang. Serta-merta ia


membisiki telinga anak muda itu, “Siau-liong, Siau-liong....”

"Jangan menganggunya dulu!" bentak Randa Bu-san,


sekalipun dia dapat sembuh tetapi paling tidak dua jam lagi
baru sadar!"

Tetapi serempak dengan kata2 wanita itu sekonyong-


konyong Siau-liong mengerang dan terus menggeliat duduk.

Sudah tentu wanita Bu-san kaget sekali. Cepat ia melesat


kehadapan Siau-liong dan menatapnya seraya berkata seorang
diri, “Sungguh aneh! Benar-benar suatu keajaiban yang baru
pertama kali ini kusaksikan seumur hidup! Mengapa anak
muda ini memiliki tenaga murni yang sedemikian besarnya?"

Siau-liong memandang kian kemari seperti tak mengerti


apa yang telah terjadi pada dirinya. Pelahan-lahan matanya
tertumbuk wajah Tiau Bok-kun, ia berteriak kaget, “Nona Tiau,
engkau....”

Tiau Bok-kun juga terkejut girang. Cepat ia berpaling ke


arah Randa Bu-san, “Terima kasih atas pertolongan lo-
cianpwe!"

629
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Locian.... pwe....” seru Siau-liong tersekat. Ia baru saja


sembuh, darahnya masih belum normal. Karena diguncang
oleh rasa kejut dan haru, bergolak lagilah darahnya. Seketika
matanya gelap dan rubuhlah ia kembali.

“Tak jadi apa," cegah Randa Bu-san ketika Tiau Bok-kun


hendak menolong Siau-liong. "tetapi biarpun dia mempunyai
tenaga dalam yang tinggi, setelah menderita luka itu, harus
beristirahat selama sepuluh sampai lima belas hari baru benar-
benar sembuh....”

Kemudian wanita itu berpesan, setelah Siau-liong tersadar,


Tiau Bok-kun supaya membawanya pergi kesebuah tempat
yang sunyi agar dapat beristirahat menyembuhkan lukanya.

Saat itu fajar mulai menyingsing. Randa Bu-san segera ajak


puterinya untuk beristirahat. Setelah kedua ibu dan puteri itu
keluar, Tiau Bok-kun menghela napas panjang. Dilihatnya saat
itu Siau-liong masih tidur pulas, Terkenang akan
pengalamannya selama beberapa hari ini. Selama berhari-hari
itu ia terus menerus mencari Siau-liong. Dan ketika
diterowongan Lembah Maut ia berjumpa dengan Pendekar
Laknat yang terluka. Ia kira Siau-liong tentu sudah menuju
keseberang laut. Tetapi ketika masuk kekota Siok-ciu, ia
mendengar berita bahwa Siau-liong terjebak dalam Lembah
Maut. Maka ia nekad menuju ke Lembah Semi lagi untuk
mencari pemuda itu.

Kini akhirnya ia dapat berjumpa dengan pemuda yang


dikenang siang dan malam itu. Ia merasa telah berhutang jiwa
kepada pemuda itu. Disamping itu ia masih mempunyai suatu
perasaan yang sukar diutarakan terhadap pemuda itu.

Tiba-tiba teringatlah ia akan peristiwa tadi. Demi


kepentingan pengobatan tusuk jarum ia diperintah Randa Bu-
san untuk membuka pakaian Siau-liong. Seketika merahlah

630
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

wajah nona itu. Diam-diam ia berjanji untuk membujuk Siau-


liong agar mau diajak mencari tempat yang sunyi supaya
lukanya sembuh sama sekali.

Benak nona itu melalu lalang dengan lamunan yang indah.


Karena semalam suntuk tak tidur tanpa terasa iapun jatuh
pulas. Letih dan kantuk melelapkan nona itu dalam ketiduran
yang panjang. Ketika sadar ternyata hari sudah malam. Ia
tidur sehari penuh.

Kamar masih gelap belum ada penerangannya Diluar


pondok, angin membawa deru hujan. Pelahan-lahan ia turun
dari pembaringan. Diruang pondok sunyi senyap. Nyonya
rumah dan si dara baju hijau tak kedengaran suaranya.

“Nona Tiau....” tiba-tiba terdengar orang memanggilnya.

Nona itu terkejut dan berpaling, “Ah, engkau sudah


bangun?"

“Nona Tiau, ah, membikin susah padamu....” Siau-liong


tertawa rawan.

Seketika meluaplah rasa haru nona itu. Tak tahu


bagaimana ia harus bicara. Air matanya berderai-derai turun
membasahi kedua pipinya.

Siau-liong menghela napas panjang dan pelahan-lahan


duduk. Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah Song Ling
dengan membawa lilin. Dara itu tersenyum. Ia terkejut heran
ketika melihat Siau-liong duduk.

"Eh, engkau sudah sembuh?" tanyanya seraya meletakkan


lilin di atas meja terus lari keluar.

631
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tak berapa lama Randa Bu-san pun masuk. Song Ling


sibuk membawa hidangan dan teh. Siau-liong seperti orang
bermimpi. Dengan dipapah Tiau Bok-kun ia turun dari
pembaringan lalu menghaturkan terima kasih kepada nyonya
rumah dan puterinya.

Entah bagaimana tampak dara baju hijau itu tertegun


seperti orang yang kehilangan semangat. Mata memandang
Siau-liong tak berkedip.

Dengan wajah dingin dan nada tegas, Randa Bu-san


berkata, “Yang menolongmu sesungguhnya bukan aku
melainkan nona ini....” -ia menunjuk Tiau Bok-kun, "jika tiada
nona itu, sekali pun engkau mempunyai jiwa rangkap dua
lembar, tetap habis tentu riwayatmu!"

Tiba-tiba Siau-liong teringat kalau wanita itu menyesalinya


karena melepaskan Mawar Putih jatuh ketangan Soh-beng Ki-
su. Ia merasa malu dan tak berani bicara apa2 lagi. Untunglah
Randa Bu-san tak mengungkat soal itu lagi. Demikian mereka
berempat segera makan malam bersama.

Setelah makan bubur, semangat Siau-liong makin segar. Ia


teringat sudah tiga kali itu datang kepondok Randa Bu-san.
Pertama dengan membawa Mawar Putih yang terluka. Kedua
kali dalam penyamarannya sebagai Pendekar Laknat ia telah
bertempur dengan si dara baju hijau hingga menderita luka
parah lalu dibawa Mawar Putih kepondok situ. Untunglah ia
telah dibawa lari oleh gurunya. Tabib-sakti-jenggot-naga
Kongsun Sin-tho.

Dan kali ini adalah yang ketiga kalinya ia berkunjung kesitu


dengan membawa luka yang hampir saja merenggut jiwanya.
Teringat akan peristiwa itu, diam-diam Siau-liong termenung.

632
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si dara baju hijau yang masih makan, beberapa kali


lepaskan lirikan ke arah pemuda itu. Tetapi tiap kali bertemu
pandang dengan mata Siau-liong, cepat2 dara itu alihkan
pandangan matanya kelain arah.

Rupanya Randa Bu-san mengetahui juga tingkah laku


puterinya itu. Ia deliki Song Ling dengan mata membengis.
Setelah selesai makan, ia berkata kepada Siau-liong dan Tiau
Bok-kun.

"Saat ini dunia persilatan sedang diamuk kekacauan dari


kedua suami isteri durjana. Memang bintang Iblis-penakluk-
dunia dan Dewi Neraka serta gerombolannya itu, masih
terang. Kita tak dapat melawan kehendak alam. Pondok ini
dekat dengan Lembah Semi, kurasa kurang tepat kalau kalian
beristirahat disini. Setiap saat kedua durjana itu dapat
mengirim orang untuk menyelidiki. Sekarang sudah malam
dan hujan pun terus menerus mencurah deras. Baiklah kalian
beristirahat semalam lagi. Besok pagi kalian boleh mencari lain
tempat untuk menyembunyikan diri dari gangguan mereka!"

Siau-liong dan Tiau Bok-kun serempak berbangkit. Tetapi


ketika mereka hendak membuka mulut, tiba-tiba wajah wanita
itu berobah. jarinya menutuk kening seperti orang yang
sedang memikir sesuatu.

Siau-liong terpaksa tak berani bicara dan menunggu.

Beberapa jenak kemudian, mata wanita itu berkilat-kilat.


Tiba-tiba ia menampar meja dan serentak berdiri.

“Bu, mengapa engkau?" teriak Song Ling heran.

Sambil memegang dahi, wanita itu berjalan beberapa


langkah sembari berkata seorang diri, “Aneh, mengapa tiba-
tiba hatiku terasa tak tenteram....”

633
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba ia berhenti lalu menyuruh Song Ling


mengambilkan alat hitungan. Dara itu cepat keluar dan cepat
kembali membawa seperangkat alat-alat yang terdiri dari
ember kayu, beberapa helai kulit kura, tulang ikan, kulit
kerang dan lain-lain.

Randa Bu-san segera memasukan benda2 itu ke dalam dua


buah mangkuk kayu lalu digoyang-goyangkan beberapa jenak
Setelah itu diambil dan dijajar di atas meja. Tingkahnya tak
ubah seperti seorang anak kecil yang sedang bermain-main.

Wajah wanita sakti itu sebentar merah sebentar pucat dan


akhirnya mengucurkan keringat. Beberapa saat kemudian ia
menghela napas lalu berbangkit.

“Alat Ka-kut-sin-go ini tak pernah melesat dalam


memperbitungkan sesuatu, Dalam perhitungan tadi, ternyata
memberi gambaran jelek, Dalam pondok ini segera akan
terjadi peristiwa hebat yang tak baik....” -ia berhenti sejenak
lalu melanjutkan, “Sebenarnya akan kusuruh kalian tinggal lagi
semalam disini. Tetapi mengingat bahaya itu, lebih baik kalian
sekarang juga tinggalkan pondok ini!"

Saat itu diluar hujan masih turun dengan deras. Dinginnya


menggigit tulang. Melirik ke arah Siau-liong yang baru
sembuh, diam-diam Tiau Bok-kun gelisah.... ”Terpaksa harus
begitu, tiada jalan lain lagi....” kembali Randa Busan
mendesak.

Kemudian wanita itu menyuruh Song Ling mengemasi


bungkusan persediaan obat, “Kita juga harus pergi sekarang
juga.

Song Ling cepat melakukan perintah ibunya.

634
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tak begitu percaya akan segala perhitungan atau


ramalan. Bermula ia duga wanita itu tentu mencari alasan saja
agar dapat menyuruh pergi. Tetapi alangkah kejutnya ketika
mendengar wanita itu juga akan pergi dari rumahnya. Barulah
Siau-liong mulai menaruh kepercayaan.

Song Ling muncul dengan membawa kantong obat-obatan


dan buntelan pakaian. Dengan wajah cemas ia berkata, “Bu,
sudah kukemas semua. mari kita berangkat!"

Dara itu memang percaya penuh kepada ibunya. Ia agak


gugup juga karena mengira bahaya itu akan segera tiba.

Siau-liong pun segera teringat akan buntelannya yang


berisi pakaian Pendekar Laknat. Untunglah karena Tiau Bok-
kun sibuk menolong dirinya, tak sempat membuka buntelan
itu.

Saat itu Randa Bu-san dan Song Ling sudah tiba diambang
pintu. Melihat Siau-liong dan Tiau Bok-kun masih berada
dalam ruangan, wanita itu cepat berseru memberi peringatan,
“Selama hidup aku tak suka merangkai keterangan yang
membohongi orang supaya takut. Jika tak lekas pergi, jangan
menyesal!"

Juga Song Ling ikut memberi peringatan, “Petangan ibu tak


pernah meleset. Taci Tiau, lebih baik kalian lekas pergi!"

Dalam pada berkata itu, ibu dan puteri sudah berada diluar
pintu. Begitu pintu terbuka, serangkum angin dingin meniup
masuk. Siau-liong dan Tiau Bok-kun menggigil.

“Ah, karena lo-cianpwe itu mengatakan dengan begitu


sungguh2, tentulah ada sebabnya. Marilah kita lekas
tinggalkan pondok ini," kata Siau-liong.

635
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi melihat badai hujan diluar, Tiau Bok-kun berkata,


“Apakah engkau kuat bertahan?"

Siau-liong tersenyum. Baru ia hendak menjawab tiba-tiba


dari jauh terdengar suara orang tertawa nyaring.

Siau-liong dan Tiau Bok-kun tersentak kaget. Sekalipun


dalam deru badai hujan yang hebat, tertawa itu masih
terdengar jelas. Dan Siau-liong tak asing lagi bahwa tertawa
itu adalah nada suara Iblis-penakluk-dunia!

Menyusul terdengar lengking suara tajam.... Tetapi karena


gemuruh badai, lengking suara itu pun tak terdengar jelas.

“Wanita Bu-san memang tepat sekali perhitungannya.


Tetapi dia sendiri tentu tak keburu menyingkir dan pasti akan
kesompokan dengan Iblis-penakluk-dunia. Demi membalas
budinya, aku takkan berpeluk tangan tak mempedulikan....”

Sambil berkata Siau-liong terus melangkah keluar. Lukanya


baru saja sembuh. Terdampar oleh angin keras dan hawa
dingin, tubuhnya terhuyung-huyung mau rubuh. Tetapi ia
kuatkan diri menuju ke arah suara orang itu.

Tiau Bok-kun cepat lari untuk memapahnya.

“Andai kata benar wanita Bu-san tadi bertempur dengan


suami isteri Iblis-penakluk-dunia, engkau pun tak dapat
membantunya. Ah, lebih baik....”

"Aku bekerja untuk melapangkan ketenteraman hati," kata


Siau-liong, "aku....” - ia menghela napas dan lanjutkan
langkah kemuka.

Diam-diam Siau-liong menimang. Kedatangan Iblis-


penakluk-dunia bersama isteri pada malam hujan deras dan

636
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menerobos kepungan rombongan orang gagah itu, tentu


penting. Kalau tidak hendak mencari Randa Bu-san dan
puterinya tentulah sudah mencium jejaknya (Siau-liong).

Menurut ukuran kepandaiannya, kedua suami isteri durjana


itu tak menang dari Randa Bu-san yang memiliki tenaga sakti
Ya-li-sin-kang. Tetapi karena ternyata kedua suami isteri iblis
itu berani datang kepondok wanita Bu-san, tentulah mereka
sudah siap dengan rencana hebat.

Teringat akan tokoh2 Jong Leng lojin, Lam-hay Si-ni, Naga


Terkutuk, Harimau Iblis dan It Hang totiang yang telah
dikuasahai Iblis-penakluk-dunia, diam-diam menggigillah hati
Siau-liong.

Tiau Bok-kun menyadari bahwa percuma saja menasehati


pemuda itu. Ia tahu pula bahwa Randa Bu-san dan puterinya
itu juga sehaluan dan seperjuangan dengan Siau-liong dalam
usahanya menentang Iblis penakluk-dunia. Maka ia pun tak
bersangsi lagi mengikuti langkah Siau-liong.

Siau-liong menggamit tangan nona itu dan menunjuk


kemuka. Menurut arah yang ditunjuk pemuda itu. Tiau Bok-
kun melihat pada jarak beberapa tombak jauhnya, tampak
Randa Bu-san berdua dengan puterinya tengah berdiri
berhadapan dengan dua orang tinggi pendek mengenakan
pakaian serba hitam. Di belakang kedua orang baju hitam itu
tegak kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka.

Diam-diam menggigillah perasaan Siau-liong. Ia tahu


bahwa kedua orang berpakaian serba hitam itu adalah Lam-
hay Sin-ni dan Jong Leng lojin.

637
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terdengar Randa Bu-san berkata dengan nada dingin,


“Adakah kedatangan saudara berdua pada malam hujan deras
ini karena hendak mencari aku?"

Iblis-penakluk-dunia tertawa; “Benar! Rupanya kedatangan


kami berdua tepat sekali. Jika terlambat sedikit saja, mungkin
sukar mencari kalian berdua ibu dan anak'"

“Dengan maksud apa kalian hendak mencari aku." bentak


Randa Bu-san murka.

Iblis-penakluk-dunia tertawa iblis, “Tempat ini tak layak


buat bicara. Harap ikut kami ke dalam Lembah Semi untuk
berunding!"

Randa Bu-san mendengus: ,,Aku tak suka campur urusan


dunia persilatan. Oleh karena itu aku cukup bersabar terhadap
gerak gerik kalian. Apakah kalian kira aku tak tahu tipu
muslihat yang sedang kalian rancang itu?"

Dengan masih tetap tertawa Iblis-penakluk-dunia


menyahut; “Jika kalian tak mau mencampuri urusan dunia
persilatan, mengapa dari gunung Bu-san yang begitu jauh,
kalian datang kemari?" Ditatapnya wanita itu tajam2, lalu
melanjutkan kata-kata pula, "Kedatangan nyonya kemari
bukan aku tak tahu maksudnya. Adalah demi soal itu maka
kuundang nyonya datang ke Lembah Semi untuk berunding,"

“Bu, tak perlu menghiraukannya! Mari kita pergi!" Song


Ling menyelutuk. Diam-diam dara baju hijau itu memang agak
jeri menyaksikan kedua orang bepakaian serba hitam yang
karena tertimpa air hujan, wajahnya makin seram.

Iblis-penakluk-dunia tertawa, “Ah, sudah terlambat kalau


sekarang kalian hendak pergi....”

638
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dia terus mengeluarkan cambuk terus disabatkan ke udara


seraya maju selangkah kehadapan Randa Bu-san bentaknya,
“Ilmu sakti Thian-kong-sin-kang sudah muncul di dunia lagi!
Dergan begitu terpaksa aku harus mengadakan banyak
perobahan dalam rencanaku. Paling tidak, ilmu sakti yang
empat buah itu tak boleh lolos dari tanganku!"'

Mendengar getar cambuk Iblis-penakluk-dunia tadi mata


Jong Leng lojiu dan Lam -hay Sin-ni berapi-api memberingas.

“Jahanam! Jangan banyak tingkah!" damprat Randa Bu-


san, seraya lontarkan sebuah hantaman ke arah Iblis-
penakluk-dunia. Tampaknya pelahan dan lemah tetapi pada
hakekatnya pukulan itu mengandung tenaga sakti yang
mampu menghancurkan batu karang.

Baru pertama kali itu Iblis-penakluk-dunia menghadapi ilmu


pukulan sakti Ya-li-sin-kang. Tetapi karena dia amat licin dan
banyak pengalaman begitu merasa kedahsyatan pukulan
wanita itu, ia terkejut dan cepat2 loncat mundur.

Tetapi betapapun cepat ia menghindar tetap tubuhnya


terdampar angin dari pukulan itu. Seketika separoh tubuhnya
terasa kesemutan nyeri sekali. Dengan berjumpalitan sampai
dua kali, barulah ia terhindar dari deru angin maut.

Dengan menyeringai kucing. iblis itu merangkap bangun.


Dipandangnya Randa Bu-san dengan geram sekali. Ia tertawa
menyeringai lalu ayunkan cambuk ke arah kedua orang baju
hitam itu, bentaknya, “Lekas ringkus wanita baju hitam itu
kalau tidak kalian tentu kuhukum mati!"

Orang berpakaian serba hitam yang berperawakan lebih


tinggi maju lebih dulu, Dengan mengangkat kedua tangan dan
merentang sepuluh jarinya ia terus menerjang Randa Bu-san.

639
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Tolol, apakah kamu sudah gila benar!" bentak Randa Bu-


san, seraya songsongkan kedua tangan menyambut serangan
Lam-hay Sin-ni.

Lam-hay Sin-ni sudah hilang kesadaran pikirannya. Dia


sudah dapat dikuasai seluruhnya oleh Iblis-penakluk-dunia.
Sama sekali Sin-ni itu tak menghiraukan segala bahaya.
Tambahan pula karena Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san itu
bersifat lembut. Maka sekali maju Sin-ni tetap menerjang!

Tetapi sesaat kemudian sekonyong-konyong Sin-ni seperti


membentur suatu dinding karet yang kokoh dan kuat sekali
daya membaliknya. Ketika Sin-ni hanya tinggal beberapa
langkah dari Randa Bu-san, tiba-tiba ia mental dan terlempar
ke belakang sampai setombak lebih jauhnya....

Setelah dapat mengundurkan Lam-hay Sin-ni Randa Bu-san


cepat mengajak puterinya, “Petangan memberitahukan
bahaya. Hayo, kita lanjutkan perjalanan!"

Bagaikan dua ekor burung rajawali, kedua ibu dan anak itu
loncat lari kemuka. Tetapi baru dua tombak jauhnya,
terdengarlah cambuk Iblis-penakluk-dunia menggeletar di
udara. Sesosok tubuh kecil kurus melambung ke udara dan
melayang turun mencegat kedua ibu dan anak. Dan tanpa
berkata suatu apa, orang itu terus menghantam.

Penyerang itu bukan lain adalah Jong Leng lojin, pemilik


ilmu sakti Jit-hoa-sin-kang, salah sebuah dari lima tenaga-sakti
dalam dunia.

Randa Bu-san berhenti dan menyongsongnya.

Ilmu tenaga sakti Jit-hoa-sin-kang dari Jong Leng lojin itu


serupa jenisnya dengan ilmu Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san.

640
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua-duanya bersifat lembut dan tak mengeluarkan deru


suara apa2.

Ketika kedua tenaga sakti itu saling berbentur, keduanya


sama2 terhuyung-huyung mundur beberapa langkah. Dan
menyusul terdengarlah letupan keras diserempaki dengan
pasir dan debu seluas satu tombak sama berhamburan seperti
dilanda angin puyuh.

Randa Bu-san tak berminat untuk bertempur. Ia segera


mengajak puterinya lari. Tetapi justeru karena perhatiannya
terbagi untuk puterinya, gerak tubuhnya agak lamban sedikit.
Pada saat ia hendak loncat, serangkum angin dahsyat
mendampar punggungnya.

Wanita sakti itu mengeluh. Terpaksa ia miringkan tubuh


sambil berputar setengah lingkaran. Setelah menghindar
serangan Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san tutukkan jarinya
kelambung Sin-ni sambil berseru kepada Song Ling; “Ling,
lekas lari sendiri dan cepat tinggalkan tempat ini!"

Dari ucapan itu, rupanya Randa Bu-san sudah mengetahui


apa yang bakal terjadi ditempat itu.

Sudah tentu Song Ling tak mau, bahkan melihat ibunya


dikerubut dua orang, dia melengking nyaring dan terus
menyerang Jong Leng lojin.

Randa Bu-san gugup sekali, serunya; “Ling, apakah engkau


tak mau hidup!"

Sambil berseru, Randa Bu-san lontarkan tiga kali pukulan


kepada Jong Leng lojin.

“Turut perintah mamah dan lekas lari!" bentak Randa Bu-


san kepada puterinya pula.

641
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun kesadaran pikirannya lenyap tetapi naluri Jong


Leng lojin masih tajam. Dia cepat mengetahui kalau dirinya
diserang dari belakang oleh si dara. Tetapi karena saat itu ia
sedang dicecar tiga buah pukulan oleh Randa Bu-san, maka ia
tak sempat berputar tubuh melayani Song Ling.

Dua buah pukulan dara itu berhasil mendarat dipunggung


Jong Leng lojin. Betapapun tingginya kepandaian orang tua
itu, namun si dara sudah mendapat pelajaran dasar ilmu sakti
Ya-li-sin-kang dari ibunya. Pernah menjajal kekuatan dengan
Pendekar Laknat dan berakhir dua-duanya sama menderita
luka parah.

Dua buah pukulan yang dilancarkan Song Ling itu


diperuntukkan menolong ibunya. Sudah tentu dilambari
dengan tenaga penuh. Tetapi bukan kepalang kejutnya ketika
pukulan tenaga sakti itu tak mengakibatkan suatu apa pada
Jong Leng lojin. Tenaga sakti dara itu seolah-olah lenyap
terhapus oleh tenaga sakti yang dipancarkan Jong Leng lojin
untuk melindungi tubuhnya.

Seruan kedua kalinya dari Randa Bu-san, tetap tak


diacuhkan Song Ling. Betapapun halnya tak mungkin ia mau
meninggalkan ibunya yang sedang terancam bahaya itu.

Maka walaupun pukulannya kepada Jong Leng lojin tadi tak


berhasil, dara itu tetap kalap menyerang kalang kabut pada
Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni.

Dalam kelima jenis tenaga sakti yang merajai dunia


persilatan, hanyalah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang yang
paling unggul. Keempat ilmu yang lainnya boleh dikata
berimbang kesaktiannya.

642
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dikerubut dua oleh lawan yang memiliki kesaktian


berimbang dengan dirinya, Randa Bu-san agak kuatir. Apalagi
ia masih harus memperhatikan puterinya. Karena konsentrasi
pikirannya terganggu, wanita itu menjadi sibuk dan agak
kacau sehingga terdesak oleh lawan.

Melihat keadaan ibu dan anak itu dalam bahaya, Siau-liong


sibuk bukan main. Akhirnya ia menghela napas dan berkata
kepada Tiau Bok-kun; “Harap nona tetap bersembunyi disini.
Jangan gegabah ikut campur. Ketahuilah. ketiga tokoh yang
bertempur itu merupakan tokoh sakti dalam dunia persilatan
dewasa ini....”

Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, “Jika sampai terjadi


sesuatu, harap nona lolos menyelamatkan diri!"

Tiau Bok-kun terbelalak, “Lukamu baru sembuh,


bagaimana....” -tetapi belum sempat ia menyelesaikan kata-
katanya, Siau-liong sudah melayang ketempat kedua suami
isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka dan
menyerangnya.

Pada saat itu kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia


tengah gembira ria karena melihat Randa Bu-san sudah mulai
payah. Tetapi betapa kejut mereka ketika tahu2 melihat
sesosok tubuh melayang turun dari udara dan menyerangnya!

Oleh karena baru saja sembuh, pada saat Siau-liong


membuat gerakan melayang ke udara itu, darahnya terasa
bergolak keras, kepala berkunang-kunang dan hampir tak
dapat berdiri tegak di tanah. Ia menggunakan kesempatan
ketika kedua suami isteri durjana itu sedang tertegun kaget,
untuk menyalurkan napas.

643
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mata Dewi Neraka berkilat-kilat memandang pemuda itu


lalu berkata kepada suaminya, “Tolol! Bukankah dia anak
muda yang hilang itu?"

Menunggu beberapa waktu yang lalu ketika di Lembah


Semi. Siau-liong telah diperkenalkan oleh Poh Ceng-in kepada
kedua orang tuanya Suami isteri Iblis-penakluk-dunia
mempunyai maksud hendak mengambil menantu pada Siau-
liong. Maka ketika mendapat laporan bahwa Siau-liong dan
Poh Ceng-in lenyap dalam barisan Tujuh Maut, kedua suami
isteri itu sibuk menyebar anak buahnya. Tetapi ternyata tak
berhasil menemukan kedua pemuda itu.

Iblis penakluk-dunia mendengus, “Hm, benar, budak itu


dapat muncul lenyap seperti setan!"

Habis berkata ia terus menghantam Siau-liong.

"Tolol! Jangan melukainya....” cepat Dewi Neraka


hadangkan tangan mencegah suaminya.

Kemudian Dewi Neraka berpaling dan menegur Siau-liong, “


Mengapa engkau muncul kemari! Tahukah engkau puteriku
Ceng-in....”

“Perempuan siluman, tutup mulutmu!" bentak Siau-liong


Kemudian dengan nada bengis ia mengancam, “jiKa engkau
menginginkan anakmu masih hidup, suruh mereka berhenti
bertempur!"

Dewi Neraka tertawa heran, “Nak, apa katamu? Suruh


mereka berhenti bertempur mempunyai sangkut paut apa
dengan puteriku itu?"

Mata Iblis-penakluk-dunia mengeliar, serunya; “Budak itu


licin sekali, harap dinda jangan terkena tipunya!"

644
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Dewi Neraka tak mempedulikan kata suaminya. Ia


melanjutkan berkata kepada Siau liong, “Katakanlah terus
terang bagaimana sikapmu terhadap puteriku itu. Engkau
mencintainya atau tidak? Mengapa diam-diam ia meloloskan
diri?"

Saat itu pertempuran antara Randa Bu-san lawan Jong


Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni makin dahsyat. Randa Bu-san
berkelahi dengan sekuat tenaga.

”Puteri kesayanganmu itu telah kuculik diluar lembah. mati


hidupnya tergantung ditanganku. Jika ingin ia hidup, lekas
suruh mereka berhenti." bentak Siau-liong.

Dewi Neraka terbelalak mengicupkan mata ke arah


suaminya, "Benarkah itu?"

Iblis-penakluk-dunia tertawa, “Jangan percaya obrolannya.


Sama sekali tiada buktinya!"

Dewi Neraka merenung sejenak lalu berkata, “Kalau begitu


akan kuringkusnya lebih dulu baru nanti kita selidiki
kebenarannya lagi!"

Wanita iblis itu melesat ketempat Siau-liong dan secepat


kilat terus mencengkeram bahu kiri pemuda itu.

Siau liong menggembor keras. Dihantamnya dada wanita


itu. Serangkum sinar emas memancar dan tubuh Dewi Neraka
yang pendek gemuk itu pun jungkir balik terlempar sampai
dua tombak jauhnya....

Ternyata Siau-liong telah gunakan pukulan Sapu-jagad dari


Thian-kong-sin-kang. Meskipun belum sempurna latihannya,
dan tenaganya pun tak memadai, tetapi tetap mampu

645
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melemparkan Dewi Neraka sampai dua tombak dan rubuh


dengan luka parah!

“Thian-kong-sin kang!" teriak Iblis-penakluk-dunia dengan


penuh kejut.

Tetapi sehabis memukul, darah Siau-liong makin bergolak,


tenaganya habis. Ia terhuyung-huyung rubuh.

Melihat itu tak tahan lagi Tiau Bok-kun berpeluk tangan.


Tanpa menghiraukan suatu apa lagi, ia terus melayang turun
dan lari menghampiri pemuda itu, “Siau liong.... Siau-liong....!"

Iblis-penakluk-dunia benar-benar termangu kaget melihat


Siau-liong dapat menggunakan pukulan Thian kong-sin-kang.
Kemarin dimuka barisan pohon bunga, iapun menerima
pukulan Thian-kong-sin-kang dari Pendekar Laknat. Ia kira
ilmu sakti Thian-koag sin-kang telah didapatkan oleh Pendekar
Laknat. Maka amatlah kejut dan herannya ketika menyaksikan
Siau liong pun dapat menggunakan pukulan sakti itu juga.

Iblis-penakluk dunia adalah seorang manusia julig yang


kaya akan siasat dan mahir dalam tipu muslihat. Tetapi
menghadapi kenyataan itu, benar-benar ia kehilangan
faham....

Tetapi ia tak sempat merenung lebih lama dan terus lari


menolong Dewi Neraka.

Randa Bu-san juga terkejut. Ia tak kira kalau Siau-liong


ternyata memiliki ilmu Thian-kong-sin-kang. Tetapi ia tak
sempat memperhatikan diri pemuda itu lagi karena Jong Leng
lojin dan Lam-hay Sin-ni menyerang deras dari muka dan
belakang.

646
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tengah Randa Bu-san sibuk menghadapi tekanan kedua


lawannya sekonyong konyong ia terkejut mendengar lengking
jeritan Song Ling.

Dara itu kena terhantam Lam-hay Sin-ni dan terlempar


rubuh sampai tujuh langkah jauhnya....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 12

Badai

Randa Bu-san terkejut dan cepat loncat ketempat


puterinya. Tetapi tindakan itu telah memberi kesempatan
bagus kepada Jong Leng lojin dan Lam-ha Sin-ni.

Lam-hay Sin-ni menebas lambung wanita Bu-san itu.


Sedang Jong Leng lojin menutuk punggungnya.

Karena tergesa-gesa hendak menolong puterinya, Randa


Bu-san terus saja loncat tanpa menghiraukan suatu apa.
Serangan mendadak dari kedua lawannya itu, sungguh diluar
dugaan. Betapa pun saktinya wanita Bu-san namun kedua
lawannya itu juga termasuk tokoh yang sejajar tingkatannya.
Tak mungkin wanita itu menghindar lagi.

Masih wanita Bu-san itu dapat menghalau Lam-hay Sin-ni


tetapi ia tak berdaya menjaga tutukan Jong Leng lojin.
Seketika separoh tubuhnya kesemutan dan rubuhlah wanita
itu!

Jong Leng lojin masih menyusuli pula dengan sebuah


tutukan sehingga Randa Bu-san lak dapat berkutik lagi.

647
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejenak Jong Leng lojin saling bertukar pandang dengan


Lam-hay Sin-ni. Kemudian ia mengangkat tubuh Randa Bu-san
lalu pe-lahan2 menghampiri ketempat Iblis-penakluk-dunia.

Pertempuran dahsyat telah selesai. Randa Bu-san tertawan,


si dara baju hijau terkapar di tanah karena terkena hantaman
Lam-hay Sin-ni.

Iblis-penakluk-dunia mengangkat isterinya. Baju wanita itu


berlumuran darah. Suatu pertanda bahwa ia telah menderita
luka dalam yang parah. Entah berapa kali muntah darah.
Tetapi menilik ia masih dapat berjalan, luka itu walaupun
berat tetapi tak sampai membahayakan jiwanya.

Pada saat Iblis-penakluk-dunia menolong isterinya, Tiau


Bok-kun pun segera mengangkat tubuh Siau-liong hendak
dibawa pergi.

Walaupun karena darahnya bergolak sehingga rubuh ke


tanah, tetapi pikiran Siau-liong masih sadar. Dengan meronta,
ia berseru kepada nona itu, “Jangan hiraukan aku, lekas
engkau lari.... kalau tidak kita semua tentu jatuh ditangan iblis
itu!"

Tetapi sebagai jawaban Tiau Bok-kun segera membawanya


lari.

Walaupun sedang menolong Dewi Neraka, tetapi Iblis-


penakluk-dunia tetap menguasai keadaan disekelilingnya.
Cepat ia ayunkan cambuk dan memberi perintah kepada Lam-
hay Sin-hi supaya manangkap Tiau Bok-kun.

Setelah mengiakan, sekali enjot tubuh, Lam-hay Sin-ni


sudah melayang di belakang Tiau Bok-kun. Sebelum nona itu
sempat berbuat apa2, punggungnya sudah ditutuk Lam-hay

648
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sin-ni. Dengan mudah Lam-hay Sin-ni membawa kedua anak


muda kehadapan Iblis-penakluk-dunia lagi.

Setelah beberapa saat memperhatikan keadaan Siau-liong


yang lentuk. Menilik keadaannya lemas lunglai seperti orang
tak bertenaga itu, tentulah pemuda itu menderita luka parah.

"Tinggalkan budak itu bersama anak perempuan dari Bu-


san disini!' teriaknya.

Lam-hay Sin-ni mengiakan. Sekali lepas tangan, tubuh


Siau-liong pun jatuh ke tanah.

"Tolol!" tiba-tiba Dewi Neraka membentak suaminya "budak


itu telah melukai aku begini berat. Dan dia ternyata memiliki
ilmu Thian-kong-sin-kang. Bawa ke dalam lembah dan periksa
keterangannya sampai jelas. Mengapa engkoh malah suruh
membiarkan dia disini....”

Iblis-penakluk-dunia tersenyum. Ia membisiki beberapa


patah kata kedekat telinga isterinya. Bermula wanita iblis itu
diam saja. Tetapi beberapa jenak kemudian wajahnya tampak
berseri.

"Tolol! Silahkan engkau melaksanakan rencanamu yang


kurang ajar itu," katanya.

Iblis-penakluk-dunia tertawa bangga. Segera ia memapah


isterinya dan berjalan pelahan-lahan. Lam-hay Sin-ni dan Jong
Leng lojin seperti manusia patung, pun segera mengikuti di
belakang kedua iblis itu. Kedua tokoh itu masing-masing
menjinjing Randa Bu-san yang tertutuk jalan darahnya dan
Tiau Bok-kun. Tak berapa lama merekapun lenyap dalam
kegelapan malam.

649
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Angin reda, hujanpun berhenti. Rembulan muncul pula


menerangi bumi. Dan malam pun makin merayap. Serangkum
angin malam yang dingin telah membuat Siau-liong gemetar.
Dengan paksakan diri ia bangun dan duduk. Buku tulang-
tulangnya seperti berhamburan lepas, kepala berat, kaki
lentuk. Tenaganya seperti habis sehingga rasanya tak mampu
untuk bergerak sedikit saja.

Ia menghela napas panjang dan tertegun memandang


bulan. Apa yang terjadi beberapa saat tadi, dilihatnya dengan
jelas. Tetapi setelah ia lepaskan hantaman, darahnya bergolak
keras dan tenaganya pun amblas. Maka ia tak berdaya sama
sekali untuk membantu pertempuran itu dan melainkan
melihat dengan hati terkecoh.

Tertawannya Randa Bu-san, membuat perasaannya gundah


sekali. Ia yakin Randa Bu-san tentu akan mengalami nasib
serupa dengan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin, ialah
dijadikan manusia tanpa kesadaran pikiran untuk diperbudak
kedua suami isteri durjana itu....

Tiba-tiba timbullah rasa keheranannya. Bukankah Iblis-


penakluk-dunia tahu bahwa ia telah memiliki ilmu Thian-kong-
sin-kang? Tetapi mengapa iblis itu iak membunuhnya?
Mengapa ia dibiarkan menggeletak disitu? Dan apa sebab
Song Ling, si dara baju hijau juga tak diganggu?

Siau-liong paksakan diri berpaling. Dilihatnya dara itu masih


menggeletak di tanah iak berkutik. Entah mati atau masih
hidup. Walaupun jarak tempat dara itu hanya terpisah dua
tombak dari tempatnya, tetapi ia rasakan tak berdaya untuk
menghampiri. Tenaganya benar-benar lenyap!

Karena jengkel, marah dan sedih, ia sampai mengucurkan


airmata....

650
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhirnya setelah pikirannya agak tenang, mulailah ia


melakukan pernapasan untuk menyalurkan hawa murni. Sejak
mempelajari ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, setiap kali
melakukan pernapasan ia tentu menggunakan ajaran ilmu itu.
Maka hasilnya pun lebih cepat.

Lebih kurang sepeminum teh lamanya, ia rasakan darahnya


agak tenang dan dapatlah ia berdiri lalu dengan terhuyung-
huyung ia menghampiri ketempat Song Ling.

Dara itu menggeletak ditempat tanah becek yang berair


sehingga mukanya berlumuran lumpur, tubuhnya tak keruan
kotornya.

Ketika diperiksa pernapasan hidungnya, ternyata dara itu


masih bernapas walaupun lemah. Diam-diam terhiburlah hati
Siau-liong. Dara itu hanya menderita luka parah sehingga
pingsan.

Siau-liong segera melakukan pertolongan dengan ilmu


mengurut, Tetapi sayang, tenaganya masih belum pulih
sehingga tak dapat memberi penyaluran tenaga dalam kepada
dara itu. Lewat dua jam kemudian, barulah dara itu tersadar.

Dara itu memandang Siau-liong Sejenak, kemudian


memandang kesekeliling penjuru dan tiba-tiba berseru, “Mana
ibuku?" -seraya terus hendak berbangkit.

Siau-liong memegang bahu dara itu; "Nona masih


menderita luka dalam. Lebih baik melakukan pernapasan
menyalurkan tenaga murni dulu. Kalau darah sampai
membeku dalam dada, tentu bisa....”

Tetapi dara itu tak menghiraukan kata2 Siau-liong. Dengan


kalap ia menjerit, “Ibuku? Kemanakah perginya?.... dan Iblis-
penakluk-dunia serta kedua orang baju hitam tadi.... mengapa

651
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hanya tinggal engkau saja yang disini.... lekas terangkanlah....


,!"

Siau-liong menghela napas pelahan, ujarnya, “Nona, ai....”


-sesaat tak dapat ia memulai kata-katanya, kecuali hanya
menghela napas dan berdiam diri.

Dara itu menatap Siau-liong lekat2. Tubuhnya gemetar dan


tiba-tiba menangislah ia sekeras-kerasnya!

Siau-liong merasa tak dapat menghiburnya.... Maka ia


biarkan dara itu menangis agar melonggarkan kesesakan
hatinya. Dan mudah-mudahan karena menangis itu, darahnya
yang mengumpul didada dapat menyalur lancar.

Siau-liong duduk disamping dara itu. Hatinya terasa seperti


disayat sembilu....

Lama sekali Song Ling baru berhenti menangis. Siau-liong


menghiburnya; "Harap nona suka menjaga kesehatan diri.
Soal ibu nona nanti pelahan-lahan kita berdaya untuk
menolongnya."

"Apakah engkau melihat ibuku ditawan mereka?" Song Ling


masih meminta penegasan.

Siau-liong mengangguk, “Beliau dan nona Tiau telah


ditawan mereka. Aku menyaksikan dengan mata kepala
sendiri."

Sambil kepalkan tinju, dara itu menggeram, “Jika tak dapat


menolong ibu.... lebih baik aku mati saja!"

Setelah diam sejenak, dara itu gelengkan kepala menghela


napas putus asa. Ilmu sakti Ya-li-sin-kang dari ibu tiada

652
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tandingannya di dunia. Jika mereka dapat menawan ibu,


apakah kita mampu menolongnya!"

Kembali dara itu menangis tersedu-sedan.

Diam-diam Siau-liong menimang dalam hati. Dewasa ini


kecuali ilmu sakti Thian-jin-sin-kang dari guruku Kongsun Sin-
tho, ketiga tokoh yang memiliki tiga macam ilmu sakti telah
dapat ditawan Iblis-penakluk-dunia. Rasanya Randa Bu-san
tentu akan menderita nasib seperti Lam-hay Sin-ni. Apabila
berjumpa lagi, kemungkinan Randa Bu-san tak kenal lagi pada
puterinya dan bahkan akan menyerangya.... Sekalipun saat itu
ia (Siau - liong) sudah memperoleh ilmu sakti Thian-kong-sin-
kang, tetapi belum sempat mempelajari.

Untuk memahami ilmu sakti itu, paling tidak harus


memerlukan waktu satu setengah tahun. Dalam waktu itu
tentulah terjadi banyak perobahan yang tak terduga-duga.
Sekurang-kurangnya, dunia persilatan tentu sudah dikuasai
oleh kedua suami isteri durjana itu!

Dan mengapa Iblis-penakluk-dunia melepaskan dirinya?


Bukankah mereka tahu bahwa ia memperoleh ilmu sakti
Thian-kong-sin-kang? Apakah mereka tak takut kalau ia
sempat meyakinkan ilmu sakti itu dan menghancurkan
mereka? Ah, menilik kelicikan dan keganasan suami isteri iblis
itu, tak mungkin mereka mau berlaku begitu murah hati!
Tentulah mereka sedang memasang jerat. Ya, tentulah
mereka akan mengawasi setiap gerak geriknya....

Sedang Siau-liong terbenam dalam renungan, tiba-tiba


Song Ling menghela napas dan wajahnya yang berlumuran
lumpur itu berpaling kepadanya, “Lalu bagaimana kita
sekarang ini?"

653
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menjawab, “Saat ini rombongan Ceng Hi totiang


sedang terkurung diluar Lembah Semi. Dalam pertempuran
kemarin walaupun menderita kekalahan. tetapi kekuatan
mereka masih belum hancur. Baiklah kita meninjau keadaan
mereka kemudian baru kita mengatur rencana untuk
menolong ibu nona dan nona Tiau "

Song Ling menyetujui. Ia paksakan diri berdiri lalu


mendahului berjalan. Tetapi luka dalam tubuhnya masih
belum sembuh. Darahnya masih membeku. Ditambah pula
dengan derita pukulan batin yang hebat, langkah dara itu
terhuyung-huyung hampir rubuh.

Sebaliknya setelah melakukan. pernapasan tadi, keadaan


Siau-liong jauh lebih baik. Segera ia maju untuk memapah
dara itu.

"Apakah nona kuat bertahan?" tanyanya.

Dara itu menggigit bibir dan anggukan kepala. ia tetap


kuatkan diri berjalan. Tempat rombongan orang gagah kira2
masih dua li jauhnya. Setelah melintasi sebuah lereng dan
sebuah anak sungai, tentu sudah mencapai tempat mereka.

Siau-liong dan Song Ling keduanya masih belum sembuh.


Untuk ayunkan kaki saja, mereka harus berjuang sekuat
tenaga. Sepenanak nasi lamanya barulah mereka tiba di anak
sungai itu. Tiba-tiba Siau-liong mengeluh dan berhenti.

“Mengapa?" Song Ling terkejut heran.

“Mengingat Ceng Hi totiang tak mempunyai hubungan


dengan kita, apalagi saat ini kita dalam keadaan begini rupa,
mungkin mereka tak mau menerima kedatangan kita!" kata
Siau-liong.

654
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mengapa sebelumnya engkau tak memikirkan hal itu?


Kalau begini, kan lebih baik kita tak usah kesana saja!" seru
Song Ling agak mengkal. Dara itupun jauhkan diri duduk di
atas sebuah batu.

Memang saat itu barulah Siau-liong menyadari. Bahwa dia


dihormati oleh rombongan Ceng Hi totiang itu adalah dalam
kedudukan sebagai Pendekar Laknat. Dan saat itu ia bukan
Pendekar Laknat melainkan peribadi Siau-liong. Dikuatirkan
rombongan orang gagah dan Ceng Hi totiang akan
mencurigai. Dengan pemikiran itulah maka Siau-liong hentikan
langkah.

Selama berjalan tadi, sesungguhnya Song Ling sudah tak


kuat. Hanya dengan kemauan keras, ia paksakan diri berjalan
sekian jauh.... Setelah saat itu berhenti, iapun segera
pejamkan mata melakukan pernapasan.

Diam-diam Siau-liong merenung, “Mawar Putih, Tiau Bok-


kun, berturut-turut telah jatuh keLembah Semi. Pun
rombongan tokoh persilatan yang dipimpin Ceng Hi totiang,
sudah payah keadaannya. Sedang ia dan Song Ling pun
terluka parah, tentang penyamarannya. Lalu bagaimanakah
harus bertindak?'

Tiba-tiba ia teringat akan Poh Ceng-in. Apakah wanita itu


sudah dapat meminta wanita itu dari paderi Liau Hoan?
Mengingat ia tunggal nyawa dengan wanita itu. apabila karena
marah Ceng Hi totiang membunuh wanita itu, tentulah dirinya
juga akan mati.

Akhirnya setelah menimbang beberapa saat, ia


memutuskan untuk menemui Ceng Hi totiang.

“Nona Song....”

655
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dara itu membuka mata dan berseru “Apakah engkau


sudah memperoleh jalan, kemana kita akan pergi?"

“Aku hendak mohon tanya padamu mengenai sebuah hal,"


kata Siau - liong.

"Soal apa? Katakanlah!" seru Song Ling.

”Apakah nona kenal akan Pendekar Laknat?"

Dengan heran Song Ling memandangnya, “Bukan


melainkan kenal saja, pun juga....” dengan nada geram ia
berseru; "Aku mempunyai dendam permusuhan tak mau hidup
dibawah satu matahari dengan dia!"

Diam-diam Siau-liong bercekat dalam hati, ujarnya; "Entah


apakah dosanya kepada nona?"

Song Ling melirik dan menatap sejenak pada Siau-liong,


“Dia telah membunuh ayahku!"

Semula dalam menanyakan soal Pendekar Laknat tadi,


diam-diam Siau-liong hendak menyatakan tentang
penyamarannya. Tetapi demi mendengar kebencian Song Ling
terhadap tokoh itu, terpaksa Siau-liong batalkan maksudnya.

Melihat pemuda itu tertegun sampai lama, Song Ling


menegurnya pula, “Mengapa tiba-tiba engkau menanyakan
soal itu....?"-tiba-tiba pula dara itu bertepuk tangan, “Ha, aku
tadi teringat akan sebuah tempat, hayo, kita kesana!"

Dan sebelum Siau-liong berkata, dara itu sudah mendahului


lagi, “Aku tadi bingung sehingga lupa pada beliau orang tua
itu....”

656
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menilik kerut wajah si dara, Siau-liong mendapat kesan


seolah-olah dara itu telah menemukan orang bintang
penolong. Maka bertanialah ia, “Yang nona katakan itu....”“

Ke gua Ko-hud-tong digunung Go-bi mencari Pertapa-sakti-


mata-satu. Beliau tentu dapat berdaya menolong ibuku!" tukas
si nona.

Dengan sangsi Siau-liong berkata, “Dalam dunia persilatan


kabarnya hanya Ilmu-sakti yang paling hebat. Tiada yang
menandingi lagi. Mengapa nona tahu....”

"Tahukah engkau siapa orang tua itu!" Song Ling


melengking sembari banting2 kaki," dia adalah kakek guruku!
Adalah setelah ayahku dibunuh orang, ibu baru berjumpa
dengan beliau. Ilmu sakti Ya-li-sin-kang ibu itu adalah beliau
yang mengajarkan!"

Mendengar itu seketika tergeraklah hati Siau-liong. Ia


anggap kemungkinan itu akan memberi harapan.

Song Ling menghela napas, katanya, “Tetapi beliau


memang aneh wataknya. Dahulu ketika menerima ibu sebagai
murid, setahun kemudian terus mengusir kami berdua ibu dan
anak dari guanya. Katanya, dia hendak bertapa tak mau keluar
dari gua lagi. Peristiwa itu terfadi pada 15 tahun yang lalu.
Selama 15 tahun itu, ibu tak pernah mengatakan hendak
menjenguk kakek guru. Entah apakah dia masih....” -sampai
disitu nada dan wajah Song Ling berobah rawan.

Siau-liong menghiburnya. Ia mengatakan bahwa hubungan


antara guru dan murid itu tak ubah seperti orang tua dengan
anak. Asal si dara memintanya dengan sungguh2, orang tua
itu tentu takkan berpeluk tangan mendiamkan saja; "Jangan
kuatir, pergilah nona kesana!"

657
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling terkejut dan menatap Siau-liong, “Apakah


engkau tak mau mengantar aku kesana?"

Siau-liong menghela napas, “Ah, aku masih mempunyai


beberapa urusan penting dan tak dapat tinggalkan tempat ini.
Tetapi.... , "

Song Ling tertawa dingin menukas, “Tak perlu mengatakan,


aku sudah jelas. Yang salah adalah aku dan ibu sendiri....”-
suaranya berobah gemetar, “Kami berdua memang buta!"

Dua titik air mata mengalir dari pelapuk dara itu. Ia terus
berbangkit dan ayunkan langkah.

Cepat Siau-liong mencegahnya “Kalau nona salah faham,


aku lebih suka mati! Ketahuilah, aku juga mempunyai
kesulitan yang sukar kukatakan sekarang ini!" -Rasa haru telah
mencengkam sanubari Siau-liong sehingga ia pun menitikkan
ai mata.

Sudah tentu Song Ling tertegun. Ia duduk lagi. Siau-liong


menghela napas. Tak tahu saat itu bagaimana ia harus
memberi penjelasan kepada si dara.

Ia harus menemui Ceng Hi totiang untuk mempersiapkan


sisa2 tenaga rombongan orang gagah. Begitu pula ia harus
mencari tahu jejak Poh Ceng-in, Untuk hal itu ia harus
menyamar lagi sebagai Pendekar Laknat. Tetapi hal itu tak
mungkin dilakukannya dihadapan Song Ling.

Karena hal itulah maka ia tak dapat tinggalkan Lembah


Semi ikut si dara kegunung Gobi. Karena ia tahu bahwa
jiwanya setiap saat tentu amblas. Dan kalau ditengah jalan ia
sampai mati, bukankah berarti ia telah merusak harapan
pencipta ilmu sakti Thian-kong-sin-kang? Ah, benar-benar ia
merasa serba sulit!

658
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhirnya setelah memandang beberapa saat ke arah si


dara, berkatalah ia dengan tandas, “Sekali pun andai kata
nona berhasil minta bantuan pada kakek guru nona untuk
menolong ibu nona, tetapi Iblis-penakluk-dunia itu manusia
julig yang licin sekali. Buktinya tokoh2 sakti semacam Jong
Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni pun telah dapat dikuasainya.
Dan kemungkinan ibu nona pun akan mengalami nasib
serupa....”

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan suara sarat,


“0leh karena itu menurut pendapatku, sekalipun kakek guru
nona turun gunung, belum tentu dapat menindas kedua suami
isteri durjana itu. Sebagai penggantinya, aku mempunyai
rencana yang hebat, tetapi hal itu memerlukan jangka waktu
yang cukup panjang....”

"Sebenarnya apakah maksudmu itu?" Song Ling tak sabar


lagi.

"Hendak kujadikan nona seorang tokoh sakti. Dalam waktu


satu tahun saja, nona pasti akan merajai dunia persilatan.
Ilmu sakti yang manapun juga pasti tak dapat menandingi
nona. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka pasti tak mungkin
lolos dari tangan nona!"

Song Ling tertawa hambar.

"Kecuali engkau pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang, lebih


baik engkau jangan omong besar seperti itu!" lengking si dara.

Dengan wajah dan nada serius, berkatalah Siau-liong


seketika, “Justeru memang Thian-kong-sin-kang itulah yang
hendak kuajarkan kepadamu!"

659
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling terkesiap. Baru ia hendak membuka mulut, tiba-


tiba dari arah hutan disebelah muka terdengar orang
membentak, “Siapakah itu!"

Menyusul beberapa sosok tubuh melesat keluar terus


menerjang kedua anak muda itu....

Siau-liong dan Song Ling terkejut.

Yang memimpin penyerang itu seorarg tua berjenggot putih


menjulai sampai kedada. Mencekal sebatang tongkat Kumala
Hijau. Gerakannya amat pesat dan ringan sekali.

Ketika memandang orang tua itu, lepaslah kejut Siau -


liong. Yang datang itu ternyata rombongan Kay-pang yang
dipimpin si Jenggot perak To Kiu-kong Ikut serta Pengemis
tertawa Tio Tay-tong dan kedua pengemis pincang.

Begitu melihat Siau-liong, To Kiu-kong tertegun. Buru-buru


ia menghaturkan hormat; “Ah, cousu-ya, maaf engkau....”

Tio Tay-tong dan kedua pengemis pincang segera berlutut,


mengikuti tindakan To Kiu-kong.

“Ah, Kiu-kong, tak usah banyak beradatan," kata Siau-liong


seraya mengangkat bangun To Kiu-kong.

Setelah bangun, berkatalah To Kiu-kong, “Sejak bertemu


dengan cousu-ya ketika terkepung dalam Lembah Maut tempo
hari, walaupun kami berusaha untuk mencari cousu-ya tetapi
gagal. Bahkan berita saja, kami tak dapat memperoleh sama
sekali....”

Kemudian ketua Kay-pang itu meghela napas, “Jika tidak


berulang kali Pendekar Laknat memberi bantuan, tentulah hari
ini kami tak dapat menghadap cousu-ya!"

660
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekali pun lemah lembut dan halus tutur kata2 itu tetapi
diam-diam terselip suatu penyesalan mengapa sebagai cousu-
ya, Siau-liong tak mau berkumpul dengan anak buah Kay-
pang.

Begifu pula saat itu mata To Kiu-kong dan rombongannya


mencurah lekat ke arah Siau-liong dan Song Ling. Pandang
mata penuh dengan rasa heran atas sepak terjang cousu-ya
mereka yang masih berusia muda itu.

Mereka heran mengapa selagi rombongan orang gagah


yang dipimpin Ceng Hi totiang berjuang mati matian untuk
menggempur Lembah Semi, cousu-ya mereka malah
menyembunyikan diri bersama seorarg dara? Tiau Bok-kun,
Mawar Putih dan kini seorarg dara yang tak dikenal lagi!

Dan makin besarlah keheranan mereka melihat keadaan


Siau liong dan si dara yang berlumuran lumpur itu.
Darimanakah cousu-ya itu?

Karena Siau-liong tak mau mengatakan apa2, rombongan


To Kiu-kong itupun tak berani menanyakan. Mereka sama
berdiam diri.

Hanya batin To Kiu-kong yang berduka. Ia mengharap


cousu-ya muda itu akan dapat muncul di dunia persilatan
untuk mengangkat nama Kay-pang. Ia harap berkat ilmu
pukulan sakii Thay-siang ciang ajaran Pengemis Tengkorak
Song Thay-kun, Siau-liong akan mengharumkan pamor Key-
pang. Tetapi ah, siapa tahu. ternyata harapan itu buyar. Cou-
suya muda itu ternyata seorang pemuda yang misterius gerak
geriknya dan seorang yang amat romantis....

661
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya Siau-liong dapat membaca isi hati ketua Kay-pang


itu. Tetapi ia tak dapat memberi penjelasan apa-apa kecuali
hanya tertawa murung dan diam.

Tiba-tiba Pengemis Tertawa Tio Tay-tong maju selangkah,


memberi hormat, “Harap cou-suya maafkan aku hendak
berkata sepatah kata".

Siau-liong membalas hormat dan suruh orang itu


mengatakan maksudnya.

Dengan kepala menunduk Pengemis Tertawa berkata,


“Saat itu Ceng Hi totiang sedang memimpin rombongan orang
gagah untuk menggempur Iblis penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Tetapi rupanya gerakan Ceng Hi totiang mengalami
kegagalan. Banyak arang gagah yang menjadi korban,
menderita luka dan binasa. Keadaan dunia persilatan dewasa
ini amat gawat sekali. Bila cou-suya suka memikirkan
kepentingan partai kita, mohon Cousu-ya jangan tinggalkan
kita lagi....”

Makin lama makin teganglah perasaan pengemis iiu


sehingga dalam kata2 ia seolah-olah menghamburkan seluruh
isi hatinya.... Sehingga To Kiu-kong buru-buru mencegahnya
bicara.

Pengemis Tertawa Tio Tay-tong menghela napas panjang


lalu memberi hormat dan mundur.

Siau-liong diam saja. Hanya dalam hati ia menimang;


“Mungkin kesulitan yang kuhadapi dan kenyataan yang
kuderita, tak mungkin kalian ketahui. Dan aku pun tak mampu
menjelaskan kesulitan itu kepada kalian selama-lamanya....”

662
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong mengangkat kepala memandarg rembula.


Rembulan saat itu terang benderang, memancarkan
cahayanya yang putih bersih keseluruh penjuru.

Tiba-tiba Siau-liong rasakan dadanya longgar. Seolah-olah


Dewi Rembulan telah memberi petunjuk jalan keluar
kepadanya. Pada wajahnya yang kotor berlumuran lumpur itu,
pelahan-lahan menampil kerut tawa. Dan hatinya pun makin
mantap, “Seorarg lelaki harus memikul tanggung jawab
perbuatannya sendiri. Asal perbuatan itu tidak menialahi Allah,
tidak mercelakai orang, itulah sudah cukup. Apa guna segala
kemashuran nama yang kosong?"

Setelah hatinya merasa tenang dan mantap, iapun tertawa,


ujarnya; “Telah kuteliti diri, jelas aku tak mampu memikul
tanggung jawab partai. Oleh karena itu, maka kuulangi lagi
maksudku yang dulu, Hendak minta tolong kepada To Kiu-
kong supaya memilih seorang tunas berbakat untuk kuberi
pelajaran ilmu Thay-siang-ciang, demi membangun kejayaan
partai Kay-pang."

To Kiu-kong tersipu-sipu berlutut; “Ah, berat sekali perintah


cou-suya itu. Mana Kiu-kong dapat memikul tugas seberat
itu?"

Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan kawan2 serta-merta


ikut berlutut. Siau-liong mengangkat mereka bangun lalu
dengan tertawa riang ia berkata:.... Apa yang kukatakan itu
keluar dari isi hatiku sesunguhnya. Harap Kiu-kong secepat
mungkin mencari tunas pewaris itu. Karena.... tak berapa lama
lagi aku segera pergi jauh. Mungkin kelak kita takkan
berjumpa lagi."

Kembali To Kiu-kong termangu. Sesaat ia tak dapat


berkata-kata.

663
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat mereka tertegun mendengar ucapanya Siau-liong


pun menyadari kesulitan mereka. Mengingat keadaan dunia
persilatan dewasa itu tedang terancam bahaya kehancuran,
maka cepat ia alihkan pembicaraan, “ Apakah kalian tahu saat
ini Ceng Hi totiang mempersiapkan rencana apa lagi?"

Wajah To Kiu-kong menggelap, sahutnya setelah menghela


napas, “Ceng Hi totiang memimpin rombongan orang gagah
untuk menyerang dari belakang Lembah Semi dengan
gunakan api dan bahan peledak. Tetapi tak terduga Iblis-
penakluk-dunia dan isterinya....”

“Hal itu sudah kuketahui semua." tukas Siau-liong.

To Kiu-kong terbeliak, “Apakah cousu-ya tahu peristiwa


Pendekar Laknat membantu pertempuran kemarin itu? Jika
tidak....”

Siau-liongpun cepat mengerat, “Kemarin barisan penyerang


Ceng Hi totiang telah dikalahkan Iblis-penakluk-dunia. Iblis itu
memberi perintah supaya dalam waktu tiga hari Ceng Hi
totiang dan sekalian orang gagah harus datang kegunung
Gobi. Yang ingin kuketahui, apakah rencana Ceng Hi totiang
menghadapi perintah itu?"

To Kiu -kong benar-benar tak mengerti. Bukankah sousu-ya


itu menghilang tak kelihatan ikut dalam pertempuran?
Mengapa dapat mengetahui jalannya peristiwa dengan jelas?

“Ceng Hi totiang memutuskan akan pergi kepuncak Gobi....


, " akhirnya To Kiu-kong menjawab lalu menghela napas,
berdiam diri.

Tiba-tiba Song Ling yang sejak tadi tak bersuara, saat itu
menyelutuk; “Perlu apa mereka hendak kegunung Gobi?"

664
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan pandang tawar, To Kiu-kong melirik sejenak


kepada dara itu lalu memandang Siau-liong lagi. Seolah-olah
tak leluasa menjawab pertanyaan dara itu sebelum mendapat
idjin Siau-liong.

Siau-liong menatap ketua Kay-pang itu dan berkata


perlahan; “Memang hal itulah yang ingin kuketahui. Tak apa
silahkan mengatakan saja!"

To Kiu-kong masih bersangsi. Ia maju menghampiri


kedekat Siau-liong dan berkata dengan suara perlahan;
"Dengan ilmu Hitam melenyapkan kesadaran pikiran orang,
kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu dapat memperalat
Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Naga Terkutuk, Harimau Iblis
dan beberapa tokoh lainnya. Kekuatan mereka jauh berlainan
dengan 20 tahun yang lalu. Demi menyelamatkan seluruh
kaum persilatan, terpaksa Ceng Hi totiang memutuskan untuk
melakukan permintaan kedua suami isteri iblis. Dalam tiga hari
nanti akan menuju kepuncak Gobi....”

Ketua Kay-pang itu berhenti sejenak. mengeliarkan mata


memandang keempat penjuru lalu melanjutkan lagi;
“Sekalipun menurut perintah kedua iblis kepuncak Gobi, tetapi
diam-diam Ceng Hi totiang sudah menyiapkan rencana.
Kabarnya di atas puncak Gobi, terdapat seorang sakti yang
luas pengetahuan dan tinggi ilmu silatnya....”

”Kiu-kong, nama orang sakti itu....?" Siau liong cepat


bertanya.

Tetapi To Kiu-kong gelengkan kepala, “Walaupun umurku


sudah setua ini dan mempunyai pengalaman luas dalam dunia
persilatan. Tetapi jika bukan Ceng Hi totiang yang
mengatakan, tentu aku tak tahu. Orang tua itu tak pernah
muncul dalam dunia persilatan dan tak dikenal namanya".

665
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong kerutkan dahi dan bertukar pandang dengan


Song Ling. Tetapi tak bicara apa2.

“Kemarin Ceng Hi totiang telah mengadakan rapat rahasia


dengan para tokoh2 persilatan," kata To Kiu-kong pula, "Ceng
Hi totiang akan memimpin rombongan tokoh persilatan dan
segenap pendekar dari seluruh penjuru, menghadapi orang
sakti di atas puncak Gobi, untuk minta bantuannya. Namun
gagal terpaksa mereka akan bertempur mengadu jiwa dengan
Iblis-penakluk-dunia. Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada
menjadi budak kedua iblis itu. Biarlah puncak Gobi akan
bersiram darah para pendekar gagah....”

Siau-liong gelengkan kepala.

“Rencana Ceng Hi totiang itu masih kurang sempurna.


Adakah orang sakti itu mau membantu atau tidak, masih satu
pertanyaan. Taruh kata ia meluluskan, pun belum tentu dapat
melawan Iblis-penakluk-dunia yang mempunyai jago2 seperti
Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni dan lain-lain tokoh yang sakti.
Jika sampai menderita kekalahan lagi dan kedua iblis itu lagi,
bukan saja seluruh tokoh persilatan yang hancur binasa pun
pembunuhan2 tentu akan berlargsung hebat sehingga dunia
persilatan betul2 tak berkutik dan dapat dikuasai Iblis
penakluk-dunia!"

To Kiu-kong tertawa tawar, “Ah, selama masih ada ayam,


takkan telur habis. Misalnya, dalam pertempuran kemarin itu,
walaupun fihak orang gagah menderita kekalahan, namun
semangat mereka tak pernah ludas. Mereka tetap akan
melanjutkan perjuangan kegunung Gobi. Apabila gagal lagi, ya
apa boleh buat, terserah pada kehendak Tuhan!"

Siau-liong tertegun diam. Saat itu ia memang tak punya


rencana. Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni tiada yang
mampu melawan. Apalagi masih ditambah dengan Naga

666
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Terkutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh lain. Sekalipun


rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang itu
berjumlah lebih besar pun tak berguna. Bahkan malah
menambah jumlahnya korban saja.

Setelah terdiam beberapa saat barulah To Kiu-kong


berkata, “Selain dari itu, Ceng Hi totiang masih mempunyai
setitik harapan kepada seorang sakti lain....”

"Siapakah orang itu?" Siau-liong terkesiap.

"Tokoh yang sejajar dengan kedua suami isteri iblis itu


yakni Pendekar Laknat. Kemarin dia telah membantu dengan
sepenuh tenaga. Pada waktu bertempur melawan Jong Leng
lojin dan Lam-hay Sin-ni. dia telah gunakan tenaga sakti
Thian-kong-sin-kang....”

To Kiu-kong berhenti sejenak mencari kesan. Tetapi ia


heran karena Siau-liong tak menampilkan reaksi apa2.
Terpaksa ia melanjutkan penuturannya lagi.

"Thian-kong-sin-kang merupakan ilmu sakti Nomor satu di


dunia persilatan. Sayang tampaknya Pendekar Laknat itu
masih belum sempurna peyakinannya, Diduga ia telah berhasil
memperoleh kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong tetapi
belum sempat mempelajarinya dengan sempurna. Sayang
dalam pertempuran kemarin, tokoh tersebut telah menderita
luka parah lalu melenyapkan diri. Ceng Hi totiang sudah
menyebar orang untuk mencarinya tetapi sampai sekarang
belum ketemu.".

Siau-liong tersenyum , "Karena terluka parah tentulah


Pendekar Laknat itu sukar datang lagi untuk membantu. Harap
Kiu-kong sampaikan kepada Ceng Hi totiang agar jangan
mencarinya lagi".

667
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

To Kiu-kong memandang Siau-liong dengan heran, “Apakah


cou-suya tahu....”.

Tiba-tiba ketua Kay-pang itu tak melanjutkan ucapannya


karena teringat sewaktu di Lembah Maut, Pendekar Laknat
pun pernah mengatakan tak perlu menunggu Siau-liong. Dia
mengatakan bahwa Siau-liong itu seorang Pendekar muda
nomor satu dalam dunia persilatan dewasa itu. Dan pula tokoh
itupun mengatakan lagi kemungkinan Siau-liong tentu sudah
keluar dari Lembah Maut. Teringat akan hal itu, To Kiu-kong
mendapat kesan. seolah-olah antara Siau-liong dengan
Pendekar Laknat itu sudah saling tahu satu sama lain.

Betapa luas pengetahuannya dan pengalaman To Kiu-kong,


namun ia benar-benar tak mengerti tentang Pendskar Laknat
dan Siau-liong yang misterius.

Tengah To Kiu-kong tertegun. tiba-tiba Siau-liong bertanya


pula, “Bagaimana dengan wanita baju merah yang ditawan
paderi Liau Hoan itu? Apakah Ceng Hi totiang sudah dapat
merebutnya....”

Kembali To Kiu-kong terbeliak kaget. Paderi Liau Hoan


sampai saat itu belum diketahui jejaknya. Peristiwa
penawanan wanita baju merah itu adalah Pendekar Laknat
yang mengatakan. Mengapa Siau-liong tahu? Bahkan
mengapa Siau-liong amat menaruh perhatiannya kepada
peristiwa itu?

Tetapi To Kiu-kong tak leluasa menanyakan soal itu.


Terpaksa ia hanya menjawab; "Soal itu aku tak mengetahui
jelas. Beberapa orang yang telah disebar Ceng Hi totiang,
belum juga menemukan jejak paderi itu. Sampai saat ini
sudah sehari semalam masih juga rombongan Ti Gong belum
kembali."

668
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut ia tak tahu mengapa Paderi Ti Gong


menawan Poh Ceng-in. Jika sampai terjadi sesuatu dengan
wanita itu. bukankah dirinya juga akan celaka.

“Apakah engkau juga akan ikut ke Gobi?" tanyanya


beberapa jenak kemudian.

Buru-buru To Kiu-kong menyahut, “Segala rencana telah


ditetapkan oleh Ceng Hi totiang, partay Kay-pang hanya
mengirim aku seorang diri pergi ikut kesana....”

Siau-liong mengangguk, “Kalau begitu, aku hendak pergi


dulu nanti kita berjumpa digunung Gobi lagi!"

Ternyata Siau-liong teringat akan Poh Ceng-in yang diculik


Liau Hoan itu. Ia harus cepat2 merampasnya kembali agar
jangan sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Selain itu,
oleh karena Ceng Hi totiang sudah memutuskan ke Gobi, tak
perlu lagi ia menemuinya. Maka ia memutuskan untuk
mengantar Song Ling menghadap kakek gurunya dipuncak
Gobi. Dan dalam perjalanan, ia akan mencari kesempatan
untuk menurunkan Thian-kong-sin-kang kepada dara itu.

Sudah tentu Song Ling girang sekali karena pemuda itu


merobah keputusannya. Cepat ia mengikuti Siau-liong yang
saat itu sudah ayunkan langkah.

To Kiu-kong bergegas menyusul, serunya; “Cousu-ya


apakah tidak perlu pesan apa2 lagi? Mengapa cousu-ya tak
perlu bertemu Ceng Hi totiang?"

Ketua Kay-pang itu tak berani mencegah Siau-liong tetapi


pun tak dapat membiarkan cousu itu pergi. Maka ia mencari
kata2 lain sebagai alasan.

669
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong hentikan langkah, “Dengan Ceng Hi totiang, aku


tak begitu kenal. Nanti setelah peristiwa Gobi selesai. masih
ada waktu untuk menemuinya. Dan sekali lagi kuulangi
permintaanku. Lekaslah engkau cari seorang tunas yang
berbakat untuk menjadi pewaris kita!"

Habis berkata Siau-liong terus mengajak Song Ling


lanjutkan perjalanan.

--ooo0dw0ooo--

Walaupun menderita luka dalam yang parah. tetapi baik


Siau-liong maupun Song Ling tak mau diketahui To Kiu-kong.
Dengan kuatkan diri mereka melangkah tegap. Setelah jauh
barulah mereka berhenti....

Napas si dara terengah-engah. Tulang belulangnya seraya


lepas, sakit dan letihnya bukan kepalang. Ia segera duduk
numprah. Untunglah To Kiu-kong dan rombongannya.

Setelah beberapa waktu, Siau-liong mengajaknya berjalan


lagi. Song Ling mengiakan. Demikianlah kedua anak muda itu
segera melanjutkan perjalanan lagi.

Siau-liong memang belum memberi penjelasan kepada si


dara. Tetapi ia sudah mempunyai rencana. Pertama, ia hendak
menuju kebengawan Bin-kiang untuk mengejar jejak Liau
Gong dan meminta kembali Poh Ceng-in. Dari sungai itu, terus
kegunung Gobi hanya 20-an li jauhnya.

“Apakah engkau tahu jalanan ke Gobi?" tanya Song Ling.

Siau-Hong mengatakan bahwa sekalipun ia belum faham,


tetapi ia tahu gunung itu terletak disebelah barat laut. "Kita
mengarah kesana dan bila perlu dapat bertanya pada orang,"
katanya.

670
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi saat itu mereka masih dalam lingkungan


pcgunungan Tay-liang san yang luas. Kecuali rankaian
puncaknya yang memanjang, pun jalanannya sukar dan
berkeluk-keluk. Hampir dua jam berjalan, mereka masih belum
keluar dari wilayah gunung itu.

Saat itu hari sudah mulai terang tanah. Sambil menarik


lengan Siau-liong. Song Ling menekan dahinya dan berkata
dengan lemah, “Aku benar-benar sudah tak kuat. Kita cari
tempat beristirahat".

Siau-liong sendiri pun rasakan kakinya lemas, kepala


pening mata berkunang-kunang. Karena tak faham jalan, tak
tahu ia sudah sampai dimana. Dilihatnya dalam hutan yang
tak jauh disebelah muka, tampak sebuah dinding merah. Ia
duga tentu sebuah biara. Kesanalah ia ajak dara itu.

Tiba-tiba Song Ling menjerit kaget seraya menunjuk ke


arah semak di tepi jalan . “Lihatlah!"

Ketika melihat ke arah yang ditunjuk si dara, Siau-liong


melihat semak itu berlumuran darah dan semak2 belukar
banyak yang rebah. Dan tak jauh dari semak itu terdapat
sebatang pedang yang kutung.

Siau-liong memungut pedang kutung itu dan memeriksa.


Tak ada tanda apa2 hingga tak diketahui siapa pemiliknya....

Tetapi jelas ditempat itu tentu telah terjadi pertempuran


dahyat. Dan dari darah yang berceceran itu, jelas tentu adalah
yang mati atau terluka.

Menilik darah yang sudah berwarna merah hitam, tentulah


pertempuran itu terjadi beberapa jam yang lalu. Tetapi kecuali
pedang kutung itu, tiada terdapat mayat dan lain-lain jejak.

671
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tempat itu sudah jauh dari Lembah Semi, tak mungkin


yang bertempur itu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Sampai
beberapa saat Siau-liong tak dapat memecahkan peristiwa itu.

Tiba-tiba ia terkejut karena mendengar suara orang


membaca kitab suci (Buddha). Nadanya pelahan sekali dan
asalnya dari arah hutan. Segera Siau-liong menurutkan arah
suara dan tibalah ia pada sebuah biara kuno. Suara itu jelas
berasal dari dalam biara. Tetapi saat itu pembacaan kitab tadi
sudah berhenti. Memandang tempat itu ternyata sebuah biara
yang rusak. Tak mungkin terdapat paderi yang menghuni. Apa
lagi saat itu masih pagi sekali, tak mungkin sepagi itu paderi
sudah membaca kitab.

Siau-liong makin heran. Karena dirinya masih terluka, ia


kuatir kalau berjumpa dengan musuh yang kuat. Maka
ditariknialah Song Ling seraya membisikinya, “Suara
pembacaan kitab tadi, mencurigakan sekali. Tentu ada
seseorang yang bersembnnyi, entah kawan entah lawan,
belum dapat kita pastikan. Lebih baik kita bersembunyi dulu
melihat perkembangannya.

Song Ling tiada pandapat lain kecuali menurut saja. Begitu


mereka segera mencari tempat persembunyian dibawah kaki
sebuah anak bukit. Anak bukit itu dikelilingi semak rumput
yang lebat dan tinggi.

Dari tempat persembunyian yang sukar deketahui orang


itu, dapatlah Siau-liong memandang keluar dan beristirahat.
Kedua pemuda itupun lalu bersemedi memulangkan
semangat.

Sesungguhnya luka dalam yang diderita Song-Ling itu tak


berapa parah. Adalah karena ia bersedih melihat ibunya

672
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertawan musuh maka sampai membuatnya lemas. Karena


letih, begitu bersemedhi, ia segera terbanam dalam kelelapan.

Tidak demikian dengan Siau-liong. Pikirannya ruwet tak


keruan sehingga sukar untuk memusatkan semangat. Sejam
kemudian baru pikirannya agak tenang dan mulailah ia dapat
menyalurkan hawa murni.

Pada saat Siau-liong dalam alam kehampaan, tiba-tiba


terdengar derap langkah orang. Siau-liong terkejut bangun.
Tampak seorang yang dandanannya amat aneh tengah
meneliti jejak tapak orang dan perlahan-lahan menghampiri
ketempat persembunyiaannya.

Kepala orang itu sebesar kepala kerbau, rambutnya yang


putih terurai sampai kebahu. Tingginya tak kurang dari dua
meter. Jenggotnya yang bercabang lima, menjulai turun
sampai ke perut. Entah berapa usianya. Tetapi wajahnya
masih segar kemerah-merahan. Mengenakan baju serba putih
dan mantel warna kuning telur. Tangannya mencekal
Sebatang tongkat besi.

Seketika teringatlah Siau-liong akan dongeng tentang dewa


Taypek Li Kim-ce yang turun kebumi.... Orang itu tak mirip
dengan manusia dunia.

Sambil menyusur jejak telapak kaki, orang tua aneh itu


memandang kian kemari. Sepasang matanya berkilat-kilat
memancar api, mengandung sinar jahat.

Diam-diam Siau-liong berdebar-debar. Terang yang hendak


dicari orang tua itu tentulah dirinya berdua. Karena masih
hijau dalam dunia persilatan. Tak tahu ia aliran orang tua itu
dan mengapa hendak mencari dirinya.

673
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Siapakah kakek yang mirip setengah dewa setengah setan


itu?" tiba-tiba Song Ling bertanya. Ternyata ia pun sudah
tersadar dari persemedhiannya.

Sambil memandang ke arah kakek aneh yang menghampiri


ke arahnya, Siau-liong menyahut dengan bisik2, “Apakah
tenagamu sudah pulih?"

”Hawa dalam masih belum tenang, tenaga murni belum


pulih tetapi sudah banyak kebaikan?"

Siau-liong sendiri masih payah. Lukanya sudah


disembuhkan Randa Bu-san tetapi luka dalam masih parah.
Jika berhadapan dengan musuh tangguh. tentu belum mampu
menandingi.

Saat itu si kakek aneh sudah keluar dari hutan dan tengah
menyiak-nyiak semak rumput yang dilaluinya. Pelahan-lahan
makin mendekati. Dan beberapa jenak kemudian sudah tiba
dua tombak dimuka tempat Siau-liong.

Karena merasa tak mungkin dapat bersembunyi lagi, Siau-


liong memberi isyarat kepada Song Ling lalu berbangkit.

Rupanya kakek aneh itu terkejut sehingga menyurut


mundur dua langkah. Matanya berkeliaran memandang Siau-
liong.

“Masuk ke dalam gua rahasia dan mendapat kitab pusaka


Thian-kong-sin-kang, tentulah engkau, bukan?" tiba-tiba kakek
aneh itu bertanya.

Siau-liong terkesiap. Ia merasa belum pernah bertemu


dengan kakek itu, mengapa sudah mengenal dirinya dan
bahkan tahu tentang kitab pusaka itu.

674
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika ia menyahut dengan nada tidak menyangkal pun


tidak mengakui “Entah siapakah lo-cianpwe ini? Mengapa tahu
orang yang masuk ke dalam gua rahasia dau mengambil kitab
pusaka Thian-kong sin-kang?"

Mata kakek itu berkilat lalu tertawa gelak2, “Mataku belum


buta, sudah tentu takkan salah lihat!"

Heran Siau-liong makin menjadi-jadi. Ia tak tak tahu


dengan tujuan apakah kakek aneh itu mencarinya? Sesaat ia
tak dapat mencari akal untuk menghadapinya.

Beberapa jenak kemudian baru ia berkata, “Ucapan lo-


cianpwe itu sungguh mengherankan sekali. Aku baru kenal
saja dengan lo-cianpwe. Dengan dasar apa lo-cianpwe....”

“Ilmu petanganku tak pernah meleset!" tukas kakek itu.

Siau-liong tertawa, “Ah, kiranya lo-cianpwe mengetahui


peristiwa itu dari ilmu petangan".

Walaupun mengatakan begitu, tetapi diam-diam hati Siau-


liong tergetar juga. Semula ia memang tak percaya ilmu
meramal dan segala ilmu mistik. Tetapi sejak peristiwa Randa
Bu-san itu, pandangannya pun agak berubah. Dan kali ini
berhadapan lagi dengan seorang kakek ahli nujum, mau tak
mau ia harus menaruh sedikit kepercayaan juga.

“Setelah kuhitung sampai beberapa kali, barulah aku


bergegas-gegas datang kemari!" kata kakek itu pula.

Kepercayaan Siau-liong makin tumbuh, tanyanya “Entah


apa maksud lo-cianpwa hendak mencariku?"

Kakek aneh itu gelengkan kepala menghela napas, “Karena


sembrono maka sampai menimbulkan kesalahan besar.

675
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun telah kuusahakan untuk menolong, mungkin tetap


tak dapat terhindar dari kutukan. Kehancuran sukar
kembali....”

Siau-liong tercengang.

“Lo-cianpwe meresahkan soal apa saja? Jika menghendaki


tenagaku, silahkan memberi pesan. Aku tentu akan berusaha
sekuat tenaga....”

Berkata sampai disitu, tiba-tiba Siau-liong berhenti karena


teringat akan keadaan dirinya saat itu. Ia masih terluka dalam.
Sedang tongkat besi dari kakek itu sebesar telur itik. Tentulah
beratnya tak kurang dari 200 kati. Tetapi kakek itu dapat
memegang seenaknya saja. Jelas tentu seorang yang memiliki
ilmu yang sakti. Apalagi seorang ahli nujum yang lihay.
Masakan kakek itu memerlukan bantuannya lagi?.

Tetapi diluar dugaan kakek itu mengangguk; “Memang


sebaiknya begitulah....” ia berkeliaran memandang keempat
penjuru, ujarnya, “Tempat ini tak leluasa untuk bicara.
Silahkan kalian ikut kebiara sana!"

Habis berkata tanpa menunggu Siau-liong setuju atau


tidak, ia terus berputar tubuh dan melangkah ke arah biara.

Siau-liong kerutkan alis lalu bertukar pandang dengan Song


Ling. Sesaat ia merasa bersangsi.

Tetapi entah bagaimana, baik sikap dan nada ucapan kakek


tua itu, mempunyai daya tarik yang kuat dan berwibawa
sehingga Siau-liong tak dapat menolak lagi.

Akhirnya ia mengajak Song Ling; “Kita....”

“Terserah engkau....” tukas si dara.

676
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek aneh itu berjalan pelahan sekali, tanpa berpaling ke


belakang. Seolah-olah yakin kalau kedua anak muda itu tentu
akan mengikutinya.

Tak berapa lama, tibalah mereka di biara. Menilik


bangunannya, tentulah dahulu biara itu sebuah tempat
pemujaan yang megah. Tetapi kini sudah rusak dan tak
terawat. Dindingnya rubuh dan gempal, halaman penuh
ditumbuhi rumput dan pintunya bertimbun sarang gelagasi.

Papan nama yang sudah rusak dan lecet tulisannya itu


masih dapat terbaca, Ternyata biara itu memakai nama Sam
goan-kiong.

Kakek tua itu berhenti dimuka pintu. Setelah Siau-liong dan


Song Ling tiba, barulah ia melangkah masuk. Memang besar
sekali bangunan biara itu. Pohon siong yang tumbuh
dihalaman biara itu tinggi sekali. Tentulah sudah berumur
ratusan tahun. Daunnya yang lebat, menimbulkan suasana
yang menyeramkan juga.

Siau-liong bergandengan tangan dengan Song Ling


mengikuti kakek aneh yang melangkah keruang besar.
Ternyata dalam ruangan besar itu masih mengepul asap
wangi. Walaupun juga rusak tetapi keadaan ruangan itu masih
cukup lumayan. Ditengah ruang terdapat patung dewa Thay
Siang Lokun dan Goan Si Thian-cun. Tetapi sudah rusak
keadaannya. Tikus dan kelelawar bersarang pada lubang2
patung itu.

Meja sembahyang rupanya telah dibersihkan. diberi


penerangan lilin, sebuah area kecil. Tempat pedupaan masih
mengepul asap.

677
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu masuk, lebih dulu kakek aneh itu meletakkan


tongkat besinya pada sudut dinding lalu berlutut dihadapan
meja sembahyangan dan memberi hormat sampai empat kali.
Setelah itu ia bangun dan berkata, “Inilah area dari Tio Sam-
hong cousu, lekas haturkan hormat!"

Mendengar itu Siau-liong terkejut dan tanpa disadari ia


menarik tangan Song Ling diajak berlutut memberi hormat.
Setelah itu, barulah Siau-liong menjurah dihadapan kakek
aneh dan berkata, “Petunjuk apakah yang hendak lo-cianpwe
berikan kepadaku?"

Sejenak keliarkan mata berkatalah kakek itu dengan nada


sarat, “Dihadapan area Tio Sam-hong cousu, kalian tak boleh
omong sepatah kata yang bohong....”

“Aku tak pernah berdusta. Tetapi adakah lo-cianpwe ini....


bangsa manusia atau dewa? Mohon lo-cianpwe suka
memberitahukan nama lo-cianpwe yang mulia?"

Kakek aneh itu tersenyum, “Aku mendapat tugas untuk


menjaga tempat penyimpanan kitab pusaka peninggalan Tio
Sam-hong cousu....” Ia menghela napas lalu berkata pula,
“Pada waktu itu kebetulan aku keluar sehingga terjadi
kesalahan besar itu!"

Siau-liong tertegun memandang kakek itu. Tak pernah


disangkanya bahwa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang,
ternyata ada penjaganya.

Timbul keheranannya. Tio Sam-hong sudah hampir seribu


tahun meninggal dunia. Setua-tua kakek itu, paling banyak
hanya berusia 100 tahun lebih. Lalu siapakah yang
memerintah dia menjaga kitab pusaka itu?

678
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gua rahasia penyimpanan kitab pusaka itu, tiada pintunya


sama sekali. Dahulu karena tak sengaja membobol dinding,
maka dapatlah ia masuk ke dalam ruang rahasia itu. Sedang
kakek itu tinggal diluar. Bagaimana ia dapat keluar masuk ke
dalam ruang itu? Dan lagi pada lembar pertama dari kitab itu
jelas tertera kata2.... dua orang masuk keruang ini, hanya
seorang yang berjodoh....”

Kata2 itu seperti diperuntukan ia dan Mawar Putih yang


sama2 masuk ke dalam ruang itu. Jika kakek itu benar-benar
seorang ahli nujum yang lihay, mengapa tahu bahwa pada
hari itu akan ada orang yang masuk ke dalam ruang rahasia,
dia malah bepergian keluar?

Siau-liong mulai meragu tetapi ia tak berani tak


mempercayai kakek aneh itu. Buktinya, belum Pernah sama
sekali ia bertemu dengan si kakek tetapi mengapa dia tahu
bahwa ia telah masuk ke dalam ruang penyimpanan kitab
pusaka dan mengambil kitab Thian-kong-sin-kang!

Dan yang mengherankan. Pada saat ia masuk ke dalam


ruang tempat kitab itu, ia sedang menyamar sebagai Pendekar
Laknat. Ah, kalau kakek itu tak mengerti ilmu petangan, tak
mungkin dapat mengetataui gerak geriknya.

Tiba-tiba kakek itu tertawa pelahan, “Sudah tentu engkau


curiga. Tetapi ketahuilah, sekalipun Tio Sam-hong sendiri
masih hidup, beliau pun tentu tak luput dari kelengahan.
Aku....” Kembali ia menghela napas. ujarnya, “ Ya,
kesalahanku yang besar itu, memang tak dapat ditebus lagi.
Sudah 21 leluhurku yang turun menurun bertugas menjaga
kitab pusaka itu. Tak nyana akhirnya kitab itu musnah
dibawah penjagaanku!"

Nadanya penuh penyesalan dan kedukaan. Seolah-olah ia


ingin untuk menebus dosa.

679
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Adakah lo-cianpwe tinggal di dalam ruang rahasia itu?"


tanya Siau-liong.

"Benar, sudah berpuluh-puluh tahun aku mengasingkan diri


dalam ruang rahasia itu....”

“Tetapi ruang rahasia itu tiada berpintu dan tak ada


persediaan makanan. Bagaimana lo-cianpwe dapat hidup
selama berpuluh tahun itu?"

Kakek itu tertegun, matanya berkeliar dan lalu tertawa,


“Ada pintu rahasianya. Hanya saja engkau tak dapat
menemukan!"

Siau-liong diam tetapi dalam hati setengah tak percaya.

Kakek itu berkata lebih lanjut, “ Aku ditugaskan menjaga


kitab pusaka itu sampai datang orang yang berjodoh Siapa
kira tempat itu engkau terobos dengan tak terduga-duga....”

“Kalau begitu, aku bukan orang yang berjodoh," Siau-liong


menghela napas.

"Dahi bibirmu pendek, tentu bernasib malang. Gurat2


alamat itu sudah nampak, dalam beberapa hari ini tentu akan
terjadi. Maaf, kalau aku berkata terus terang, mungkin engkau
takkan bisa hidup lebih lama dari 10 hari....” kakek itu
menghela napas lalu melanjutkan, “dan engkau telah
melakukan tindakan yang tak selayaknya. Seharusnya jangan
menghancurkan kitab pusaka itu. Masakan kubiarkan kitab itu
sampai lenyap selama-lamanya?"

Siau-liong tergetar hatinya. Ucapan kakek itu sepatah demi


sepatah bagaikan ujung belati menusuk ulu hatinya.

680
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling menarik lengan baju Siau-liong dan membisiki


didekat telinganya; "Jangan menghiraukan ocehannya.
Mungkin kakek ini bukan orang baik!"

“Jangan takut aku dapat menghadapinya," Siau-liong


menghibur.

Kiranya ia memang sudah mempunyai rencana. Tak peduli


kakek itu orang baik atau jahat. tetapi karena ia merasa sudah
menghancurkan kitab pusaka Thian-kong-sin-kang. Apapun
yang akan terjadi, ia siap menghadapi.

“Ya, semua telah terjadi, entah lo-cianpwe hendak


mengusahakan bagaimana untuk menolong soal itu?"
tanyanya sesaat kemudian.

Kakek aneh itu tersenyum, “Telah kupikirkan lama sekali


tetapi tetap tak memperoleh daya untuk menolong. Ah,
ternyata cara yang hendak kuajukan itu sudah engkau pikirkan
juga....”

“Aku sungguh tak mengerti maksud lo-cianpwe. Masakan


aku sudah....”

Kakek aneh itu tertawa meloroh lalu maju menghampiri


kedua anak muda itu. Siau-liong terkejut dan cepat bersiap.
Kakek itu berhenti dimuka mereka berdua. Ditatapnya wajah
Song Ling dengan tajam. Beberapa saat kemudian ia tertawa,
“Tulang bagus bakat tinggi. Benar-benar seorang tunas yang
hebat....”

Kemudian ia beralih memandang Siau-liong, katanya,


"Bukan engkau pernah hendak menurunkan Thian-kong-sin-
kang kepada anak perempuan ini?"

681
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kembali Siau-liong terkejut. Ia benar-benar percaya kalau


kakek aneh itu seorang ahli nujum yang sakti. Kalau tidak
bagaimana ia tahu hal itu?

“Benar, memang aku pernah bermaksud begitu," akhirnya


ia mengaku.

Kerut wajah kakek itu berubah serius, “Karena itu, agar


kitab pusaka itu jangan sampai lenyap dari dunia, engkau
harus berdoa kepada arwah Tio Sam-hong cousu untuk
meminta idjin menurunkan ilmu Thian-kong-sin-kang kepada
seorang pewaris....!"

Ia berhenti sejenak lalu menatap Siau-liong, “Pertama,


engkau harus mengajarkan ilmu Thian-kong sin-kang itu
kepada nona Song ini. Tak boleh ada sepatah kata yang
kelewatan.

Kedua, selama engkau masih hidup dalam beberapa waktu


ini, tak boleh engkau mengatakan soal ilmu itu kepada
siapapun juga. Lebih2 jangan sekali-kali memberikan pelajaran
itu kepada lain orang. Nah, apakah engkau dapat menerima
syarat itu?"

Syarat yang dikehendaki kakek aneh itu justeru tepat


seperti yang direncanakan Siau-liong. Ia memang hendak
menurunkan pelajaran Thian-kong-sin-kang kepada Song Ling.
Menilik bakat dan kecerdasan dara itu, ia percaya dalam waktu
setahun saja, dara itu tentu akan menguasai ilmu sakti
tersebut. Apabila kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia tak
dapat dibasmi, sekurang-kurangnya ia dapat meletakkan
harapannya kepada dara itu. Dalam waktu setahun lagi,
setelah faham ilmu Thian-kong-sin-kang, tentulah dara itu
akan dapat melenyapkan kedua durjana pengganggu dunia
persilatan itu!

682
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Baiklah, aku menerima seluruh permintaan lo-cianpwe,"


kata Siau-liong, "tetapi aku masih mempunyai sebuah
permintaan....”

"Silahkan kalau engkau mau menyatakan apa2," kata kakek


aneh seraya mengelus jenggot.

“Adanya kuhancurkan kitab pusaka Thian-kong sin-kang itu


adalah karena aku kuatir kitab itu sampai jatuh ketangan
orang jahat. Demi menjaga hal itu, maka penurunan ilmu itu
harus dilakukan secara rahasia. Akan kuucapkan seluruh isi
kitab itu kepada nona Song. Menilik kecerdasannya, ia pasti
dapat mengingat dengan lekat".

“Ya, baiklah, aku setuju....” kata kakek itu, “tetapi berapa


lama engkau dapat menurunkan pelajaran itu?"

Sejenak Siau-liong terdiam, sahutnya, “Dalam dua jam atau


paling lambat dalam tiga jam saja, tentu sudah selesai!"

Kakek tua segera meminta kedua pemuda itu supaya


segera mulai pelajaran itu bertempat diruang samping,
katanya, “Aku yang menjaga disini untuk pengamanan kalian".

“Baiklah," kata Siau-liong lalu menarik Song Ling diajak


keruang samping. Tetapi diluar dugaan dara itu mendengus
dingin ,,Perlu apa harus keruang samping?"

“Ih, apakah tadi engkau tak mendengar pembicaraan


kami?" Siau-liong kurang senang.

“Kalau mendengar lalu bagaimana?"

Siau-liong terbeliak. Thian-kong-sin-kang merupakan ilmu


sakti nomor satu di dunia persilatan. Siapa yang dapat
menguasai tentu akan menjadi tokoh tanpa tanding. Setiap

683
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang persilatan tentu ngiler memimpikan ilmu sakti itu. Tetapi


mengapa dara itu bersikap enggan?

“Hendak kuberikan pelajaran ilmu Thian kong-sin-kang


kepada nona. Apakah engkau tak mau?" tegurnya.

Song Ling tertawa dingin, “Engkau menduga tepat! Aku tak


kepingin ilmu itu!"

Siau liong terkesiap.

Setelah menunggu sampai beberapa jenak dara itu tak


membuat reaksi pernyataan lagi, tahulah Siau-liong bahwa
Song Ling tentu masih mencurigai si kakek.

Ternyata kakek aneh itu juga mendengar kata2 Song Ling.


Dia juga heran. Matanya berkeliaran kian kemari tetapi tak
berkata suatu apa.

Siau-liong meringis. Tak tahu ia bagaimana harus


bertindak. Duduk berdiri serba salah, wajahnya tersipu-sipu
malu.

Song Ling melirik. Rupanya dara itu tak sampai hati


membiarkan pemuda itu dalam kekakuan begitu. Ia tertawa
mengkikik: ,,Baiklah, mari kita keruang samping. Tetapi bukan
berarti aku akan minta pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang,
lho....”

Kemudian dara itu melirik ke arah kakek aneh dan berkata


pula, “Siapapun jangan susah payah berkesal hati!"

Kakek itu tertegun. Tiba-tiba ia tertawa meloroh, “Tak


pernah selama ini aku salah lihat. Tak seorang tokoh
persilatan yang tak ngiler akan ilmu sakti Thian-kong-sin-
kang....”

684
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil memandang ke arah kedua pemuda yang


melangkah ke arah ruang samping, ia berseru lagi, “Harap
nona belajar yang teliti dan mengingat baik2. Aku tetap yang
menjaga disini!"

Kakek itu lalu tegak diambang pintu sambil lintangkan


tongkat besinya. Rambut putih dengan jubah kuning yang
berkibaran dihembus angin, sepintas pandang kakek itu
benar-benar menyerupai dewa yang turun kebumi....

Ruang samping itu terpisah empat lima tombak dari sikakek


berdiri. Song Ling duduk ditempat yang agak bersih lalu
berkata; “Sepasang mata tua bangka itu tak henti2nya
berkeliaran. Tentu mengandung maksud jahat. Apa yang
dikatakan tadi hanya ngawur saja, belum tentu....”

Siau-liong cepat mengerat, “Harap nona jangan banyak


kecurigaan. Tak peduli maksudnya bagaimana, aku akan
mengajaran isi kitab itu secara rahasia sekali sehingga tak
meninggal jejak. Tak nanti dia mendapat keuntungan....”

Song Ling tertawa dingin, “Pengalamanmu kurang sekali!


Mana dia mau tegak mematung disana saja? Tetapi asal
engkau sungguh hendak mengajarkan ilmu itu kepadaku, kita
nanti cari akal agar dapat kuterima dengan baik".

Merah wajah Siau-liong. Diam-diam ia mengakui kebenaran


kata2 itu. Jika ia lengah dan ilmu itu sampai terdengar orang
yang jahat, kematian tetap belum mampu menebus dosanya.
Siau-liong tundukkan kepala.

“Kucurigai jangan2 kakek itu kaki tangan si Iblis-penakluk-


dunia Siapa tahu kemungkinan dalam biara ini masih
tersimpan orang2 yang menyembunyikan diri secara rahasia.

685
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bahkan bukan mustahil kalau kedua suami isteri durjana ini


berada disini sendiri!"

"Siau-liong seperti dipagut ular. Ah, benar, benar! Mengapa


ia selolol itu? Cepat ia bergeliat bangun dan memandang
keluar pintu. Tetapi sekeliling penjuru sunyi senyap. Tiada
sesuatu yang mencurigakan. Kakek aneh itupun tetap berdiri
diambang pintu menghadap kesebelah luar.

Setelah meneliti beberapa saat, ia kembali ketempat Song


Ling, ujarnya; “Tampaknya tempat ini tak ada tanda2 yang
mencurigakan dijadikan tempat persembunyian rahasia. Tetapi
demi pengamanan, akan kugunakan ilmu Menyusup Suara
untuk mengajarkan ilmu itu kepadamu".

Song Ling tertawa, “Pernahkah engkau mendengar tentang


ilmu Meneropong langit, mendengar bumi? Jika orang yang
bersembunyi memiliki ilmu semacam itu, asal masih dalam
lingkungan 10 tombak saja, tentu masih dapat menangkap
setiap gerak gerikmu dan setiap patah ucapanmu. Jangan kira
ilmu Menyusup Suara itu sudah aman. Ilmu itu tetap dapat
ditangkap orang....”

Sejenak memandang kesekeliling, dara itu melanjutkan


pula, “Segala rencana ini tentu dirancang Iblis-penakluk-dunia.
Mengingat saat ini kita masih terluka, jika sampai
membocorkan seluruh isi kitab Thian-kong sin-kang itu,
tentulah mereka segera menghabisi jiwa kita. Dan ilmu itu
akan dimiliki Iblis penakluk-dunia dan isterinya untuk selama-
lamanya. Dunia persilatan pasti akan mereka genggam!"

Siau-liong tergetar hatinya; “Benar, nona sungguh cerdas


sekali!"

Song Ling tersenyum, “Ah, sebenarnya hal itu sudah


gamblang. Tetapi karena engkau terlalu jujur sehingga mudah

686
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

percaya omongan kakek itu. Karena engkau yang memperoleh


dan yang menghancurkan kitab Thian kong-sin-kang, kedua
suami isteri Ibils-penakluk-dunia tentu tak mau membunuhmu
dulu. Mereka hendak mengatur siasat untuk memperoleh
pelajaran kitab itu!"

Siau-liong kerutkan jidat, katanya, “Kalau begitu, kita


gunakan kesempatan ini untuk memulangkan tenaga. Dalam 3
jam saja, kita tentu sudah cukup kuat untuk menerobos keluar
dari tempat ini!"

“Jika tak salah dugaanku," sahut Song Ling, “Jika tahu


kalau engkau tak mengajarkan ilmu itu kepadaku, Iblis-
penakluk-dunia tentu tak mau menunggu sampai 3 jam....”

Berhenti sejenak, dara itu menghela napas pasrah, “Ah,


terserahlah saja kepadamu....”

Ia menyadari dari keadaan saat itu. Tenaga mereka berdua


belum pulih sehingga tak mampu bertempur. Jangankan
dengan barisan pedang yang bersembunyi disekelilmg biara
situ, sedangkan sikakek aneh yang bertongkat besi dari 200
kati itu saja, sudah sukar dihadapi. Karena tiada lain jalan,
terpaksa Song Ling menyetujui usul Siau-hong. Mereka segera
pejamkan mata bersemedhi memulangkan tenaga.

Keduanya telah membulatkan tekad. Hanya menggunakan


kesempatan beberapa jam itu untuk memulangkan tenaga.
Hanya dengan jalan itu mereka mempunyai harapan untuk
lolos.

Tampaknya kakek aneh itu benar-benar mewajibkan diri


sebagai penjaga keamanan. Dan sama sekali seperti tak
manghiraukan Siau-liong yang sedang menurunkan pelajaran
kepada si dara itu.

687
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil melakukan penyaluran napas dan hawa murni, Siau-


liong merenungkan kembali isi pelajaran kitab Thian-kong-sin-
kang untuk menyalurkan pernapasan, tetapi dia sesungguhnya
masih banyak yang belum jelas akan soal2 Semangat, hati,
Nafsu, Pikiran, Ketenangan, Gerakan, Kehampaan dan
Kenyataan dalam ilmu pernapasan itu. Maka dalam melakukan
pernapasan itu pun masih belum seluruhnya berhasii seperti
yang dikehendaki, Tetapi untunglah ia memiliki otak yang
cerdas dan kemauan keras. Sedikit banyak dapat juga ia
menyelami beberapa bagian dari rahasia pelajaran itu.

Kira2 dua peminum teh lamanya, kakek aneh itu tiba-tiba


berbalik memandang ke arah kedua pemuda. Dilihatnya Siau-
liong dan Song Ling duduk bersemedhi. Kakek itu kerutkan alis
lalu menghadap kemuka lagi.

Setelah sejam kemudian, kakek tua itu masih tetap berdiri


diambang pintu. Siau-liong memang curiga terhadap kakek itu.
Sambil menyalurkan pernapasan, diam-diam ia
memperhatikan gerak gerik kakek itu. Tetapi karena ternyata
kakek itu tak membuat suatu gerakan apa2, mulailah Siau-
liong lepaskan perhatian dan tumpahkan semangatnya untuk
menyalurkan pernapasan.

Tiba-tiba diluar biara samar2 terdengar suara orang bicara.


Siau-liong serentak hentikan penyaluran napas dan pasang
telinga. Ah, benar, memang ada pendatang yang berada diluar
biara.

Sesaat itu teringatlah Siau-liong akan ceceran noda darah.


Ia percaya pendatang itu tentu akan memasuki biara untuk
menyelidiki. Dan ketika mendengarkan dengan seksama,
ternyata pendatang itu tak kurang dari 3 atau 6 orang
jumlahnya. Mereka sedang bercakap-cakap dengan pelahan.
Rupanya kuatir pembicaraan mereka terdengar oleh orang
dalam biara.

688
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jika kakek aneh itu benar-benar kaki tangan Iblis-


penakluk-dunia, pendatang itu tentulah rombongan Ceng Hi
totiang," diam-diam Siau-liong menimang.

"Anda kalau mau masuk, masuk sajalah segera. Mengapa


kasak kusuk disini?" tiba-tiba terdengar suara orang berseru
nyaring. Menyusul terdengar derap langkah orang
mendatangi.

Siau-liong tergetar hatinya. Ia tak asing dengan nada suara


itu. Tetapi sesaat ia lupa pernah bertemu dimana.

Song Ling pun sudah membuka mata. Dengan pandang


bertanya ia menatap Siau-liong lalu mencurahkan perhatian
untuk mendengarkan gerak gerik pendatang2 diluar biara itu.

Kakek aneh itu bermula masih tenang. Seolah-olah tak


mengacuhkan. Tetapi saat itu tiba-tiba ia mulai gelisah.
Beringsut dari ambang pintu, ia menyurut mandur ke dalam.
Sambil memperhatikan kedua muda mudi yang masih duduk
itu, ia beringsut mundur ke belakang jendela. Tiba-tiba ia
lontarkan passer pertandaan keluar.

Walaupun passer atau anak panah itu hanya memencar


sinar lemah tetapi tetap dapat dilihat Siau-liong. Kini
tersadarlah ia. Kakek aneh itu benar-benar memang kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia!

Dengan pemberian panah rahasia itu, jelas kalau kakek itu


bukan seorang diri melainkan dengan rombongan. Siau-liong
segera memberi isyarat mata kepada Song Ling. Keduanya
serentak bangkit lalu mengumpat disudut ruang yang gelap
dan menunggu apa yang terjadi.

689
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Derap kaki orang tadipun segera tiba dimuka biara. Dan


sehabis melepas panah pertandaan, kakek aneh tadipun
segera kembali berdiri disamping meja. Tegak menjaga sambil
mencekal tongkat besi.

Rupanya pendatang itu masih bersangsi diluar pintu. Tiba-


tiba ia terbeliak kaget karena melihat arca di atas meja
sembahyang dan sikakek aneh yang menjagu disamping meja.
Segera orang itu melangkah masuk.

“Pak tua, apakah engkau penjaga biara ini?" tegurnya


dengan suara nyaring.

Tetapi secepat itu ia merasa kalau pertanyaannya salah


alamat. Dilihatnya kakek itu bukan bangsa paderi atau imam.
Dan biara rusak itupun tentu sudah lama tiada dirawat orang
dan tiada penjaganya.

Tiba-tiba pendatang itu tertawa gelak2 lalu bertanya pula,


“Hai, pak tua, apa kerjamu disini? Mengapa engkau
mengadakan sembahyangan ditempat ini?"

Kakek tua itu bersikap pura-pura tak mengacuhkan. Tetapi


ia berusaha untuk mengalingi pandangan pendatang itu
supaya jangan sampai melihat ke arah ruang samping. Lalu
msnyahut, “Aku seorang kelana dan kebetulan sedang
beristirahat disini....”

Sejenak menatap pendatang itu, ia melanjut-kan pula,


“Apakah saudara juga sedang lalu didaerah ini?"

Diruang samping, Siau-liong sudah melihat jelas siapa


pendatang itu. Ya. tak salah lagi. Dia adalah sitinggi besar Lu
Bu-ki, kepala Rim-ba Hijau daerah Lam-lok yang terkenal
dengan julukan Ruyung-besi-pelor-sakti.

690
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki sambil mencekal ruyung besi menatap dengan


pandang curiga kepada kakek aneh itu. Dibelakangnya tampak
4 orang jago2 silat siap dengan senjata terhunus.

Siau-liong yang sudah tahu jelas status kakek aneh itu,


karena kuatir Lu Bu-ki kena dikelabuhi, cepat2 menyalurkan
pernapasan.... Setelah merasa peredaran darahnya longgar
dan tenaganya banyak pulih, segera ia berbangkit hendak
melangkah keluar.

Tetapi tiba - tiba terlintas sesuatu dalam pikirannya. Dan ia


batalkan niatnya.

Kiranya ia teringat bahwa walaupun si tinggi besar Lu Bu-ki


itu amat mengagumi dan mengindahkan dirinya tetapi dalam
kedudukan sebagai Pendekar Laknat. Dan sekarang kalau ia
muncul sebagai Siau-liong, orang tinggi besar itu pasti takkan
mengenalnya. Mengingat sitinggi besar itu seorang jujur dan
berangasan, ia kuatir akan menimbulkan salah faham. Apa
boleh buat terpaksa ia sabarkan diri dan menunggu saja
bagaimana perkembangannya barulah ia akan bertindak
bersama Song Ling.

Ternyata sitinggi besar Lu Bu-ki tak menyahut hanya


memandang kesekeliling penjuru lalu berkata, “Pak tua,
tempat ini bukan tempat yang aman. Lebih baik lekas2
tinggalkan tempat ini. Apakah selama dalam perjalananmu
engkau tak pernah mendengar tentang sepak terjang suami
iSteri Iblis-penakluk-dunia yang hendak menguasai dunia
persilatan dan melakukan pembunuhan secara besar-besaran
itu?"

Kakek aneh itu tertegun, lalu tertawa.

691
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Aku berkelana keseluruh penjuru dunia.... Tak


mencampuri urusan dunia persilatan. Aku tak peduli siapapun
juga!" serunya.

Seorang tinggi kurus yang berdiri mencekal pedang di


belakang Lu Bu-ki. memandang lekat pada kakek aneh itu.
Saat itu tiba-tiba mendekati Lu-Bu-ki dan membisiki beberapa
patah kata.

Si tinggi besar Lu Bu-ki keliarkan matanya dan mengerung,


“Benar.... benar, lalu ia maju dua langkah kehadapan kakek
aneh dan membentaknya, “Pak tua, kapankah engkau datang
kebiara ini?"

Kakek tua itu mundur selangkah dan merjawab tersendat;


"Baru kemarin malam dan sekarang akan melanjutkan
perjalanan lagi....” kemudian ia menggerutu, “Aku tak biasa
didesak orang dengan pertanyaan2. Kalau tak ada urusan lagi,
silahkan saudara tinggalkan aku seorang diri."

Lu Bu-ki membentaknya, “Pak tua, kalau ketemu tuanmu


ini engkau memang celaka. Kalau memang semalam engkau
sudah datang, tentu engkau tahu siapa yang bertempur diluar
biara ini?"

Kakek itu gentakkan tongkat besinya. Rupanya ia marah


tetapi ia tetap tertawa hambar dan gelengkan kepala, “Telah
kukatakan, aku tak peduli dengan urusan dunia persilatan.
Jangankan memang tak mendengar suara ribut2 itu, sekalipun
dengar akupun tak ambil pusing!"

Lu Bu-ki lintangkan ruyung besi dan membentak nyaring,


“Pak tua, sudah 20 tahun aku berkecimpung dalam dunia
persilatan. Mataku sudah kenyang melihat apa2, Hayo lekas
bilang siapakah sesungguhnya dirimu ini!"

692
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nadanya keras, sikapnya kasar. Benar-benar suatu lagak


yang biasa diunjuk oleh orang persilatan yang kasar.

Demikian keempat orang yang mangawal di belakang itu.


Begitu melihat sitinggi besar bersikap hendak turun tangan,
mereka pun cepat mencabut senjata masing-masing dan terus
mengepung kakek aneh itu.

Diam-diam Siau-liong gelisah melihat tingkah laku sitinggi


besar itu. Jangankan kakek itu masih mempunyai gerombolan
yang menyembunyikan dari disekitar biara situ. Sekali pun
hanya seorang diri, tetapi kakek yang mencekal tongkat besi
seberat 200-an kati itu tentu sukar dilawan.

Tetapi apa yang terjadi saat itu, benar-benar diiuar


dugaannya. Sikakek yang tampak seperti seorang dewa itu
dan dikira tentu mempunyai kepandaian yang sakti, tetapi
ternyata berhadapan dengan si kasar Lu Bu-ki, kakek itu
mengunjuk wajah yang ketakutan. Dia beringsut-ingsut
mundur ke belakang. Tetapi matanya tak henti2nya
memandang keluar jendela seperti orang sedang menunggu
datangnya bala bantuan.

Karena kakek itu diam saja, si kasar Lu Bu-ki terus ayunkan


ruyungnya dengan jurus Menyiak-bunga-menggoyang-pohon.

Sebagai pemimpin Rimba Hijau dari wilayah Lam-lok, sudah


tentu Lu Bu-ki memiliki kepandaian yang tinggi. Gerakan
menutuk dengan ruyung itu menimbulkan desis suara yang
amat tajam.

Kakek itu mengangkat tongkat hendak menangkis tetapi


tubuhnya pun cepat2 miring kesamping. Secepat menarik lagi
tongkat dan mundur hendak menyingkir.

693
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi saat itu ia berada didekat dinding ruang. Apalagi


masih ada keempat pengawal Lu Bu-ki yang menyerang.
Kakek itu tak mampu menghindar lagi.

Tring.... betapa kakek itu mundur, tak urung tongkatnya


berbentur juga dengan ruyung besi dari sitinggi besar Lu Bu-
ki.

Tiba-tiba sitinggi besar tertegun dan mundur selangkah.


Dipandangnya kakek itu dengan terlongong-longong. melihat
pemimpinnya tak melanjutkan serangannya keempat
perngawal itupun masing-masing mundur selangkah dan sikap
menunggu.

Kakek aneh yang sudah terpojok disudut dinding itu,


tampak ketakutan.

“Ho, kiranya engkau binatang!" tiba-tiba Lu Bu-ki berteriak


sesaat kemudian. Dan menyusul ruyungpun segera diayunkan
dengan deras untuk mendesak kakek aneh itu.

Kakek itu sudah patah nyalinya. Tongkatnya tak keruan


gerakannya. Cepat sekali tongkatnya terpukul jatuh oleh
ruyung Lu Bu-ki.

Siau-liong dan Song Ling melihat jelas apa yang terjadi itu.
Sepintas pandang tongkat besi kakek aneh itu amat berat
sekali tetapi ternyata dapat disabat terpental oleh ruyung Lu
Bu-ki. Jelas tongkat itu bukan dari besi melainkan dari besi
tipis yang dibalut kulit.

Diam-diam Siau-liong memaki dirinya sendiri mengapa tak


cermat menilai orang sehingga mudah dikelabuhi.

694
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah tongkatnya terpental, tampak kakek itu bingung tak


keruan. Tiba-tiba ia menjerit keras. "Thian-cun, tolonglah!
tolonglah....”

Lu Bu-ki terkesiap. Ia mendengus dingin, lalu sabatkan


ruyungnya kepinggang si kakek.

"Bluk".... kakek itu terpental sampai setombak lebih


jauhnya dan terkapar rubuh di tanah.

Lu Bu-ki memburunya, “Binatang, engkau masih berani


pura-pura pingsan!" Ia terus mencopoti rambut, jenggot,
jubah dan mantel kakek itu.

Ternyata orang itu mengenakan kedok muka palsu. Dia


bukan lagi sikakek tua melainkan seorang lelaki yang baru
berumur 50-an tahun. Pakaiannya yang asli hanya
seperangkat pakaian yang sudah rusak, butut dan compang-
camping. Seorang tukang khwat-mia atau tukang ramal yang
berkelana mencari penghidupan di dunia persilatan.

Lu Bu-ki menginjak dada orang itu lalu membentaknya,


“Hai, mulut besi, masih kenal aku!"

Kiranya orang itu bernama Ong Thiat-go Orang si Mulut


besi. Seorang tukang ramal yang menuntut penghidupan
sebagai penipu. Sedikit2 dia memang belajar silat dan pernah
berlatih ilmu tenaga dalam. Maka sabatan ruyung Lu Bu-ki tadi
tak sampai membuatnya pingsan. Dengan bergeliatan dan
berkaok-kaok ia memanggil Thian-cun atau bapak kepala.
Tetapi sampai kerongkongannya serasa pecah, tetap tiada
penyahutan atau bantuan yang datang. Setelah Lu Bu-ki
menginjak dadanya, barulah ia tak berani bertingkah lagi.

"Poh-cu, hamba memang berdosa, hamba....”

695
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan banyak bicara! bentak sitinggi besar, "Lekas bilang


mengapa engkau berani menyaru seperti setan tua!"

Karena dadanya terhimpit sehingga sukar bernapas, si


Mulut besi itu mencekal kaki Lu Bu-ki erat2 dan tak dapat
bicara.

Sitinggi besar mendengus lalu longgarkan injakannya,


“Lekas bilang kalau berani bohong otakmu tentu berhamburan
keluar!"

Setelah merghela napas dan memandang sejenak ke arah


luar jendeia, berkatalah ia dengan sikap ragu2, “Poh-cu, suami
isteri Iblis-penakluk-dunia berada dalam biara ini.... hamba....”

Memang pada waktu si Mulut besi berkaok-kaok minta


tolong pada “Thian cun", Lu Bu -ki sudah menduga kalau
kedua suami isteri durjana itu tentu berada disekitar tempat
situ. Tetapi sebagai kaum persilatan, Lu Bu-ki dan
rombongannya tak menghiraukan lagi soal mati atau hidup.

Walaupun kasar dan berangasan, tetapi ternyata Lu Bu-ki


cerdik juga. Ia sadar kalau kawan-kawannya sukar lolos dari
cengkeraman Iblis-penakluk-dunia. Tetapi sebelum mati, Lu
Bu-ki harus dapat menggagalkan rencana Iblis-penakluk-dunia
untuk kemudian ia laporkan pada Ceng Hi totiang.

Kiranya saat itu Ceng Hi totiang sudah mengajak


rombongan orang gagah tinggalkan Lembah Semi. Sepanjang
jalan, banyak tokoh yang dianjurkan pulang ketempat masing-
masing. Dengan hanya membawa beberapa puluh tokoh2
terkemuka dari partai2 persilatan, mereka menuju kegunung
Gobi, Lu Bu-ki bertugas menjadi pelopor dimuka.

"Tak peduli setan belang yang berada disini, jika engkau


tak mau bilang sejujurnya, tuanmu tentu segera akan....” -

696
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bentak Lu Bu-ki seraya mencengkeram bahu si Mulut-besi.


bentaknya, “Biarlah engkau rasakan dulu bagaimana rasanya
ilmu Hun-kin-soh-kut itu!"

Hun-kin-soh-kut artinya Menceraikan urat nadi dan


mengunci tulang. Sudah tentu si Mulut-besi kelabakan
setengah mati. "Harap Poh-cu memberi ampun. Hamba akan
bilang! Ya, akan bilang....”

Sejenak menghela napas, si Mulut-besi segera berkata,


“Hamba sebenarnya menjadi tawanan orang. Semua rencana
disini adalah menurut perintah Iblis-penakluk-dunia. Hamba
disuruh menyaru sebagai penjaga tempat kitab pusaka
peninggalan Tio Sam-hong cousu. Dan harus menipu Kongsun
liong siauhiap agar mau menurunkan iimu Thian-kong-sin-
kang kepada kawan seperjalanannya nona Song....”

"Ngaco belo!" bentak Lu Bu-ki, "apa itu iimu Thian-kong-


sin-kang dan Kong sun Liong!"

Kalau sitinggi besar tak percaya obrolan si Mulut-besi,


memang beralasan juga. Karena ia telah melihat bagaimana
dalam barisan Pohon Bunga di Lembah Semi tempo harl,
Pendekar Laknat gunakan iimu Thian-kong-sin-kang untuk
melawan Jong Leng lojin dan Lam-hay sin-ni. Ia yakin
Pendekar Laknat tentulah yang mewarisi ilmu sakti itu.

Segera ia tambahi tenaga cengkeramannya pada bahu si


Mulut-besi sehingga orang itu menjerit-jerit seperti kerbau
hendak disembelih.

“Poh-cu, apa yang hamba katakan itu memang benar. Asal


Kongsun Liong mau menurukan ilmu Thian-kong-sin-kang
kepada nona Song, Iblis-penakluk-dunia segera gunakan ilmu
Meneropong-langit mendengar-bumi untuk mencuri dengar.

697
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah itu ia akan membunuh kedua anak muda itu dan ilmu
itu akan dimiliki tunggal oleh Iblis-penakluk-dunia sendiri....”

"Makin lama engkau makin tak keruan bicaramu!" bentak


sitinggi besar, “jika memiliki Thian-kong-sin-kang, masakan
Iblis-penakluk-dunia mampu membunuhnya? Dan mengapa ia
hendak menurunkan ilmu sakti itu kepada lain orang?"

Habis berkata siberangasan itu terus hendak menyiksanya


lagi. Si Mulut-besi berusaha menunjuk ke arah ruang samping,
serunya, “ Kalau tak percaya, silahkan tanya kepada kedua
pemuda itu.... Dia sudah setuju hendak menurunkan iimu
Thiau-kong-sin kang tetapi nona itu dapat mengetahui tipu
muslihat....”

Tiba-tiba dari luar jendela meluncur sebertik sinar bintang


yang langsung mengarah ketenggorokan si Mulut-besi. Lu Bu-
ki terkejut. Ia hendak menolong tetapi sudah tak keburu lagi.
Sebatang anak panah kecil yang amat tajam, menembus
tenggorokan si Mulut-besi. Dia menguak tertahan, tubuh
meremang2 dan pada lain saat kaki tangannya pun menjulur
kaku. Nyawanya amblas.

Sekitar luka pada anak panah itu berwarna hitam. Jelas


mengandung racun ganas.

Cepat Lu Bu ki lari keluar Ternyata Siau-liong dan Song Li


sudah berada di pintu. Hampir saja si berangasan
menumbuknya. Ia berhenti dan membentak, “Omongan si
Mulut besi tadi....”

"Seluruhnya benar! Aku memang hampir saja aku terkena


tipunya....”

698
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil mencekal rujung besinya, si tinggi besar berseru


pula, “Aku benar bingung mendengar semua ini! Hal ini.... hal
ini.... benar-benar sukar dipercaya!"

“Tak peduli engkau percaya atau tidak, saat ini aku tiada
waktu memberi penjelasan panjang lebar, hanya saja....” —
tiba-tiba ia tutukkan kedua jarinya kesebuah batu merah yang
terhampar dilantai.

"Krek".... batu merah itu pun pecah berantakan.

Mata si tinggi besar mendelik dan menjeritlah ia dengan


kaget, “Thian-kong-sin-kang! Benar-benar memang....”
keempat pengawal dibelakangnya pun ter-longong2 seperti
patung.

Tiba-tiba Siau-liong gunakan ilmu Menyusup suara kepada


Lu Bu-ki, “Ketahuilah hai, saat ini kita sedang dikepung Iblis-
penakluk-dunia. Sekali pun aku memiliki ilmu Thian-kong-sin
kang, tetapi belum lama mempelajarinya. Masih sukar
menggunakannya dan lagi sedang menderita luka. Kalau Iblis-
penakluk-dunia berada disini, mungkin masih sukar
menghadapinya. Dia tentu membawa Jong Leng lojin dan
Lam-bay Sin-ni. Akibatnya suka dibayangkan bagi kita!"

Tetapi si tinggi besar tak mau berpikir panjang. Setelah


mengetahui dengan mata kepala sendiri bagaimana Siau-liong
dapat menggunakan tutukan Thian-kong-sin-kang, segera ia
suruh dua orang anak buahnya untuk memberi laporan pada
Ceng Hi totiang.

Setelah itu ia menunjuk belakarg jendela dan pintu. Kedua


anak buah itu segera berpencaran Menyebar lari ke belakang
dan muka.

699
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua orang itu adalah jago2 rimba hijau, merekapun


orang2 yang terkenal dalam dunia Bu-lim. Mereka jelas akan si
tuasi saat itu.

Tetapi secepat mereka loncat keluar setitik sinar perak


segera menyambarnya. dahsyat sekali sehingga kedua orang
dapat menangkis.

Lu Bu-ki dan Siau-liong terkejut mereka lihat arah


datangnya senjata gelap menyambar.

Terdengar dua erang tertahan. Ada juga yang melompat


naik, seorang yang sedang melayang di udara menukik jatuh
ke tanah. Seperti keadaan sekarat, setelah me-regang2 tubuh
dan serta kaki dan tangan mereka menjulur berapa saatpun
lantas mati. Jelas kedua orang ini mati disambar anak panah
beracun.

Si tinggi besar meraung seperti singa kelaparan. Tetapi ia


tak dapat berbuat suatu apa kecuali hanya melihat kedua anak
buahnya mati secara mengenaskan.

Tiba-tiba terdengar gelak tertawa nyaring. Siau-liong


terperanjat. Ia tahu nada suara itu berasal dari Iblis-penakluk-
dunia. Tetapi karena iblis itu menggunakan ilmu tertawa
Gelombang-hawa, maka sukar ditentukan arah datangnya.

Hening lelap beberapa saat kemudian. Diluar biara tiada


terdengar suara apa2 lagi. Tetapi keadaan itu merupakan
babak permulaan dari sesuatu yang sukar dibayangkan.

Berapakah jumlah anak buah yang dibawa Iblis-penakluk-


dunia itu? Dan tindakan apa yang hendak mereka lakukan?
Dan dengan berada dalam ruang biara itu, Siau-liong, Lu Bu-ki
beserta kawan2 seperti terkurung!

700
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling menarik Siau-liong, Song Ling berkata pada dia


begini saja, lambat laun tentu tersekat diri mereka Menilik
durjana itu menanti saat lengah kita dan takut kepada Thian
kong-sin-kang yang kau miliki, mengapa kita tidak menerobos
saja!"

Sesaat Siau-liong tak dapat mengambil keputusan. hanya ia


setuju untuk mmerobos keluar. Tetapi saat ini musuh ada
dalam tempat gelap dan dirinya ditempat terang. Oleh karena
gagal mempergunakan si mulut-besi untuk mengorek ilmu
Thian-kong-sin-kang, kemungkinan iblis itu tentu marah dan
hendak membunuh dirinya. Atau mungkin ia akan dijadikan
palung hidup seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Randa
Bu-san dan lain-lain.

Agaknya Song Ling juga memikirkan kemungkinan itu. Ia


menghela napas pelahan dan tak mau mendesak Siau-liong
lagi, Ia memandang kesekeliling penjuru, menunggu apa yang
akan terjadi.

Oleh karena tahu kalau memiliki Thian-kong-sin-kang. Lu


Bu-ki menaruh perindahan pada Siau-liong. Ia berdiri tegak
disamping pemuda itu sedang kedua anak buah menjaga
dipintu dan di belakang dan jendela.

Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan muncul dari pintu


muka dan melangkah masuk pe-lahan2. Sekalian orang
berseru kaget melihat kedua pendatang itu.

Yang dimuka seorang wanita berpakaian merah. Kepalanya


menunduk, keadaannya mengenaskan. Kedua tangannya
diikat ke belakang. Dan yang dibelakangnya, seoraug paderi
bertubuh kecil pendek. Memelihara jenggot kambing.
Sepasang matanya ber-kilat2 tajam penuh wibawa.

701
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut girang. Paderi itu bukan lain adalah Liau


Hoan sipaderi kurus dari Thian-san yang hendak dicarinya.
Sedang wanita baju merah itu adalah Poh Ceng-in, pemilik
Lembah Semi.

Rupanya paderi Liau Hoan tak mengetahui bahwa biara itu


sedang menjadi sarang harimau2 yang akan berkelahi. Maka
seenaknya saja ia masuk ke dalam ruang.

“Liau Hoan siansu....” seru Siau-liong dengan nada


tergetar.

Paderi kurus itu terkejut. Matanya ber-kilat2 mencari orang


yang memanggilnya tadi. Tetapi serentak dengan itu, tiga
bintik sinar menyambar kepala dada dan kakinya.

Saat itu Poh Ceng-in hanya terpisah dua langkah dari


paderi Liau Hoan. Serangan gelap itu berasal dari samping dan
dilakukan dengan cepat dan dahsyat. Tampaknya tak mungkin
Liau Hoan dapat menghindar.

Tetapi tadi karena Siau-liong berseru memanggilnya, paderi


itu terkejut dan siap. Dan memang paderi itu bukanlah
sembarang paderi, melainkan seorang tokoh sakti yang
termasyur dalam dunia persilatan.

Tampak tubuhnya meluncur dan secepat kilat


mencengkeram Poh Ceng-in. Aduh.... terdengar wanita itu
menjerit lalu jatuh tertelentang.

Liau hoan bergerak luar biasa cepatnya. Ia melesat ke


belakang Poh Ceng-in untuk menghindari serangan gelap.
Tetapi karena dicengkeram Poh Ceng-in rubuh ke belakang
dan tepat menyongsong serangan senjata gelap itu. Ia
menjerit dan rubuh seketika.

702
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kejut Siau-liong bukan alang kepalang.... Menyiak Song


Ling, cepat ia enjot kakinya melayang ketengah ruang.

Sambil masih mencengkeram Poh Ceng-in yang me-rintih2


kesakitan itu, Liau Hoan membentak, “Hm, akhirnya dapat
juga kucarimu....”

Siau-liong tak sempat menjawab. Cepat ia merebut Poh


Ceng-in dari tangan paderi itu lalu membawanya lari keruang
besar.

Liau Hoan pun segera mengikuti.

Song Ling, Lu Bu-ki dan kedua anak buahnya terkejut


melihat kejadian itu. Apakah hubungan wanita baju merah itu
dengan Siau-liong sehingga pemuda itu begitu ngotot sekali
untuk menolongnya?

Lu Bu-ki kenal pada Liau Hoan, segera ia memberi hormat


dan menegur. Tetapi diluar dugaan paderi itu tak
mengacuhkan. Hanya sejenak memandangnya dingin lalu
menghampiri Siau-liong.

Siau-liong tampak bergegas memeriksa luka Poh Ceng-in.


Kaki kiri wanita itu terkena sebatang passer tajam. Sekitar
dagingnya sudah berwarna merah gelap.

Cepat Siau-liong menutuk jalan darah dikaki wanita itu


untuk menghentikan perdarahan. Lalu mencabut anak panah
itu.

Karena senjata rahasia itu mengenai kaki kiri dan bukan


bagian yang berbahaya, maka Poh Ceng-in tak cepat2 mati
seperti Ong si Mulut-besi. Dan setelah ditutuk jalan darahnya,
peredaran racunnya pun tak sampai mengalir ke jantung
sehingga wanita itu pun sadar pikirannya.

703
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena ujung anak panah itu agak membengkok, pada saat


dicabut Siau-liong, sakitnya bukan main sehingga Po Ceng-in
menjerit ngeri dan pingsan.

Siau-liong tak mempedulikan kesakitan atau tidak. Ia


mencabut belati dan segera mengupas daging yang sudah
memerah gelap itu.

Poh Ceng-in benar-benar setengah mati sekali. Ber-ulang2


kali ia sadar dan siuman.

Sambil menutup muka, Song Ling bertanya, “Siapakah


wanita ini?"

Siau-liong sedang sibuk mengoperasi luka Poh Ceng-in.


Tampaknya ia gelisah sekali sehingga tak mengacuhkan
pertanyaan Song Ling.

“ Hai, apakah engkau tuli!" karena tak dipedulikan, Song


Ling membentaknya.

Siau-liong kicupkan mata, menyahut segan, “Kalau hendak


bertanya nanti sajalah....” —ia terus merobek bajunya dan
membalut luka Poh Ceng-in.

Song Ling marah sekali, tubuhnya menggigil, “Tidak, harus


menerangkan dulu!"

Dara itu terus mencengkeram tangan kanan Siau-liong.


Sudah tentu Siau-liong terkejut dan hentikan pertolongannya
pada Poh Ceng-in.

“Ah, hal itu tak dapat kuterangkan dalam waktu singkat.


Tetapi kalau dia sampai mati, aku pun takkan hidup juga!"

704
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si dara memandangnya sejenak. Tiba-tiba ia lepaskan


cengkeramannya dan mundur dua langkah lalu tertawa keras,
“Ah, kiranya engkau seorang yang tak kenal budi! Sayang
taciku Mawar buta matanya. Termasuk kami ibu dan anak! "

Ia terus berputar tubuh menghadap dinding dan menangis


gerung2. Siau-liong menghela napas. Setelah membalut luka
Poh Ceng-in ia lalu menghampiri Sang Ling dan menepuk
bahunya pelahan-lahan, “Nona Song, aku mempunyai rahasia
yang sukar kukatakan, wanita itu....”

Song Ling meronta dan menjerit kalap, “Tak perlu omong!


Aku sudah tahu semua!"

Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas lalu kembali


ke tempat Poh Ceng-in.

Wajah Poh Ceng-in berwarna gelap, napas terengah-engah


tetapi sudah sadar. Begitu membuka mata dan memandang
Sian-liong, ia segera berseru, “Siau-liong! Siau....”

Siau-liong deliki mata dan membentaknya, “Perempuan


siluman, engkau telah menyiksa diriku....”

Poh Ceng-in tertawa rawan, “Kalau aku menyiksa dirimu,


mengapa engkau menolong aku?"

Siau-liong kerutkan geraham. Ia marah sekali tetapi tak


dapat berbuat apa-apa.

Wanita itu masih kesakitan. Butir2 keringat mengucur deras


dari kepalanya. Tetapi ia masih kuatkan diri tertawa
mengekeh, “Sudah tentu bukan karena menolong aku
tetapi.... karena hendak menolong dirimu sendiri....”

705
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berhenti sejenak, wanita itu berkata pula, “Tetapi sekarang


percuma saja engkau hendak bilang apa2. Sekalipun dapat
menolong aku tatapi engkau tetap tak mampu menolong
dirimu. Anak panah itu khusus dibuat ayahku. Siapa kena
tentu mati. Paling lama hanya kuat bertahan sampai satu
jam!"

"Perempuan siluman, aku akan meminum darahmu!" teriak


Siau-ling kalap.

Poh Ceng-in tertawa keras, “Huh, sudah terlambat!


Darahku sudah tercampur racun yang ganas. Kalau tak minum
darahku, engkau masih dapat hidup sampai tiga hari. Tetapi
jika minum, paling lama engkau hanya kuat hidup 2 jam saja!"

Tiba-tiba Siau-liong ayunkan tangannya menghantam muka


wanita itu. "Plak", seketika separoh wajah wanita itu
membegap besar. Darah mengucur deras....

Tetapi Poh Ceng-in makin kalap. Ta tertawa sekeras-


kerasnya. Saat itu Song Ling sudah berhenti menangis dan
memandang tercengang peristiwa itu. Ia benar-benar heran
terhadap pemuda itu. Bukankah tadi begitu tekun menolong,
mengapa sekarang menghantamnya begitu rupa?

Juga Lu Bu-ki bingung. Ia dapat menduga kalau Poh Ceng-


in itu puteri dari kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia.
Tetapi ia heran mengapa Siau liong mau menolongnya tetapi
tiba-tiba hendak membunuhnya?

Kalau Song Ling dan Lu Bu-ki tercengang-cengang adalah


Liau Hoan diam saja. Ia tak mau mengurus Siau-liong yang
sedang marah kepada wanita pemilik Lembah Semi itu.

Tiba-tiba kedua pengawal Lu Bu-ki berteriak, “Poh-cu,


diluar ada orang datang!"

706
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalian orang terkejut. Karena terpikat perhatiannya


kepada Siau-liong, mereka sampai tak memperhatikan
keadaan di luar biara.

Ketika memandang keluar, tampak seorang wanita


berambut setengah putih, melangkah pelahan-lahan ke dalam
ruang. Begitu tiba di dalam. ia memandang kian ke mari dan
akhirnya menatap Poh Ceng-in dan Siau-liong. Ia segera
menghampiri.

Lu Bu-ki cepat menghadangkan ruyungnya, Bmembentak,


“Siapa engkau? Mengapa berani mati!"

Wanita berambut kelabu itu balikkan kelopak matanya dan


tertawa, “Aku adalah orang Lembah Semi. Aku tak butuh
berkelahi dengan kalian!"

Menyiak ruyung si tinggi besar, ia terus maju menghampiri


Poh Ceng-in Kemudian ia berjongkok dihadapan Poh Ceng-in,
“Apakah nona menderita siksaan?"

Tiba-tiba Poh Ceng-in membentaknya, “Jangan


mempedulikan aku! Lekas enyah dari sini....” napasnya ter-
engah2. "Pulang kasih tahu pada ayah dan ibuku. Aku mati
terkena anak panah beracun buatan mereka. Matipun ikhlas
dan tak mendendam kepada siapapun juga!" katanya lebih
lanjut.

Wanita berambut kelabu itu menghela napas.

“Ayah bunda nona, amat cemas sekali. Siang dan malam


memikirkan diri nona. Sekarang su-heng nona Soh-beng Ki-su
dijebloskan dalam gua Im-hong-tong dan akan dicincang....”

707
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poh Ceng-in tertawa dingin, “Ah, soal ini tiada sangkut


pautnya dengan suheng. Tak usah menghukum orang yang
tak bersalah!"

Wanita berambut kelabu itu mengeluarkan sebuah botol


warna putih perak. "Hamba mendapat perintah dari Thiancun
untuk mengantarkan obat ini kepada nona!" katanya lalu
memandang Siau-liong dan membentak, “Obat ini khusus
untuk menyembuhkan anak panah racun Ngo-tok-bi-hun (lima
racun pencabut nyawa). Lekas minumkan kepadanya!"

Betapa geram Siau-liong saat itu, tetapi ia terpaksa


melakukan juga. Tetapi se-konyong2 Poh Ceng-in menendang
botol obat itu. Untunglah karena kedua tangannya terikat, ia
tak dapat bergerak leluasa. Dan Siau-liong pun sudah dapat
menyambuti botol itu.

"Tolol! Apakah engkau tak tahu kalau aku dan dia sudah
sama2 minum racun Jongtok?" Poh Ceng-in mendamprat
keras wanita itu.

Wanita berambut kelabu tertegun, serunya, “Kalau begitu,


dia tentu takkan mencelakaimu."

“Gila! Dia sudah tahu caranya melunturkan racun Jong-tok.


Asal racun dalam tubuhku sudah bersih, dia tentu
membunuhku!" Poh Ceng-in melengking makin marah.

Wanita berambut kelabu tertawa. “Tak apa," katanya,


“Thian-cun pesan agar nona jangan kuatir apa apa!"

Wanita itu berpaling menatap Siau-liong....

---ooo0dw0ooo---

708
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jilid 13

Ibu dan Anak

“ Seorang nona Pik dan seorang nona Tiau," kata wanita


itu, "saat ini ditawan oleh Thian-cun, mencelakai nona Poh. "

Habis berkata ia terus berdiri. Dengan memandang


kesegenap hadirin, wanita itupun hendak melangkah pergi.

"Berhenti!" bentak Siau-liong.

Wanita berambut kelabu itupun berhenti dan berpaling,


serunya, “Apakah Kongsun siau-hiap hendak memberi pesan
lagi?"

"Ya," sahut Siau-liong, "kasih tahu pada kedua suami isteri


Iblis-penakluk-dunia. Kuberi waktu sampai matahari silam
supaya kedua nona Pik dan Tiau itu, Randa Busan serta It
Hang to-tiang dan tokoh2 yang ditawan itu dibebaskan
semua....”

Wanita rambut kelabu itu tetawa hambar. "Maksud


Kongsun siauhiap hendak mengadakan tukar menukar antara
nona Poh dengan para tawanan itu?"

“Anggaplah begitu!" sahut Siau-liong, “kalau tidak, jangan


sesalkan aku bertindak ganas. Akan kuhukum mati secara
pelahan-lahan puteri kesayangannya mereka itu!"

“Kalau Kongsun siauhiap suka menukarkan nona Poh kami


dengan kedua nona Pik dan Tiau, mungkin akan diluluskan
Tetapi kalau Randa Bu-san, It Hang totiang dan beberapa
tokoh itu, mereka telah menyatakan sendiri hendak mengabdi
kepada thian-cun kami. Oleh karena mereka mengindahkan

709
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali akan kewibawaan dan kesaktian thian-cun (Iblis-


penakluk-dunia dan Dewi Neraka). Walaupun thian-cun
hendak membebaskan, mungkin mereka sendiri yang tak
mau....”

“Ngaco!" bentak Song Ling, "manusia apakah Iblis-


penakluk-dunia dan isterinya itu? Ibu tak mungkin....”

Karena marah dan kalap, dara itu sampai tak dapat


melanjutkan kata-katanya.

Wanita berambut kelabu hanya tertawa dingin, “Baiklah!


Akan kusampaikan pesanmu itu. Tetapi bagaimana keputusan
thian cun, aku tak berani mendahului....”

Ia berhenti dan memandang Siau-Liong, serunya; “Harap


Kongsun siauhiap lekas minumkan obat itu kepada nona Poh.
Jika nona kami sampai terjadi apa2, bukan melainkan seluruh
tawanan itu akan diludaskan pun kalian tentu tak ada
seorangpun yang akan diberi hidup!"

Habis berkata, wanita berambut kelabu itu mendengus


seraya ayunkan langkah ke luar.

Setelah wanita itu lenyap, sekalian orang masih terlongong


tak dapat bicara. Si tinggi besar Lu Bu-ki mondir mandir
dimuka meja sembahyang. Hawa amarah dalam perutnya
serasa mau meledak.

Paderi Liau Hoan mengucap doa keagamaan. Dengan


wajah tenang ia duduk di sudut ruangan seraya memandang
lekat2 pada Siau-liong.

Saat itu Siau-liong mencekal botol kecil berisi obat. Sesaat


kemudian ia menghela napas panjang lalu membuka sumbat

710
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

botol. Isinya hanya setengah botol bubuk putih. Karena tak


ada air dan mangkuk, sesaat ia termangu-mangu.

Napas Poh Ceng-in makin memburu. Alisnya memancar


warna hijau gelap. Menandakan bahwa racun sudah mulai
bekerja, menjalari seluruh tubuhnya.

Walaupun tiada tenaga untuk memandang Siau-liong,


namun kesadaran pikirannya masih baik, serunya, “Aku tak
mau minum obat itu.... aku lebih suka mati....”

"Benar," geram Siu-liong, "engkau minta mati tetapi aku


ingin hidup." ia terus menampar kaki wanita itu. Walaupun
hanya pelahan tetapi karena racun sudah menjalar keseluruh
tubuhnya, tamparan itu membuat Poh Ceng-in pinsang
seketika.

Sesungguhnya Siu-liong bukanlah seorang pemuda yang


kejam. Tetapi ia sudah terlanjur benci setengah mati kepada
Poh Ceng-in. Kalau dapat ingin ia mencincang wanita itu dan
memakan hatinya atau minum darahnya.

Tetapi saat itu ia tak dapat melakukan tindakan begitu.


Karena Iblis-penakluk-dunia sudah berhasil memperalat
tokoh2 sakti seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Naga
Terkutuk, Harimau Iblis dan Randa Bu-san untuk mengacau
dunia persilatan. Satu2nya jalan untuk mencegah rencana
kedua suami isteri durjana itu hanyalah anak perempuan
mereka. Kalau wanita pemilik lembah itu dibunuhnya saat itu,
Iblis-penakluk-dunia dan isterinya tentu akan mengamuk dan
akibatnya sukar dilukiskan lagi.

Siau-liong termenung beberapa saat sambil memegang


botol obat itu. Kemudian ia memandang ke arah sekalian
orang dan menanyakan siapa yang membawa air.

711
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki maju menghampiri dan melolos kantong air pada


pinggangiya, diserahkan kepada Siau-liong, “Masih ada
setengah kantong."

Demikian Siau-liong lalu menuang air dan obat bubuk.


Ketika diaduk, baunya anyir, membuat orang mau muntah.

Setelah itu Siau-liong segera ngangakan mulut Poh Ceng-in


lalu menuangkan air obat itu. Perut wanita itu terdengar
berkerucukan dan tak berapa lama kemudian tubuhnya mulai
bergeliatan, dahinya mengucurkan keringat hangat. Dan
warna hijau gelap pada alisnya pun mulai hilang. Kedua
pipinya makin merah. Rupanya racun telah hilang.

Kira2 sepeminum teh lamanya, Poh Ceng-in siuman. Tetapi


masih lemah dan tak henti2nya merintih.

Hampir setengah hari ia bergeliatan meregang-regang. Ia


paksakan diri memandang Siau-liong dan berkata ter-sendat2,
“Siau Liong.... minta tolong padamu sebuah hal.... maukah?"

"Katakan!"

“Lepaskan.... tali yang mengikat.... tanganku ini.... Siau


Liong kerutkan alis. Ia sudah tak percaya lagi kepada wanita
itu. Walaupun keadaannya lemah lunglai tetapi ia tetap curiga
jangan2 wanita itu hendak memasang siasat, Kalau wanita itu
sampai bebas, bukankah menimbulkan banyak kemungkinan?
Mungkin akan melarikan diri dan mungkin akan melakukan
hal2 yang tak terduga lainnya.

"Tak apalah kalau engkau menderita sedikit dulu. Asal


kedua orangtuamu mau meluluskan permintaanku agar para
tawanan itu dibebaskan, engkau tentu segera mendapat
kebebasan juga!" sahutnya.

712
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poh Ceng-in menghela napas, “Engkau.... sungguh


kejam.... benar, benar.... sedikitpun.... tak mempunyai rasa
kecintaan....” —ia terus pejamkan mata lagi.

Saat itu haripun sudah lohor. Tetapi karena cuaca mendung


tampaknya ruangan itu sudah mulai gelap.

Mayat simulut besi Ong Thiat-go sudah digotong kesudut.


Wajahnya berwarna hitam gelap. Suatu pertanda betapa
ganas racun yang telah merenggut jiwanya itu. Sekalian orang
diam semua. Hanya wajah mereka tampak mengerut seperti
orang berpikir keras.

Kini Song Ling sudah mengetahui peribadi Siau-liong.


Bukan saja kemarahannya lenyap, pun dara itu juga menaruh
simpati kepadanya. Dara itu menghampiri ketempat Siau-liong
dan duduk di sisinya.

"Aku tadi salah sangka. Apakah engkau.... tak marah?"


katanya tersekat.

Saat itu pikiran Siau-liong tengah dicurahkan untuk mencari


jalan menghadapi suasana pada saat itu. Sampai dara itu
menghampiri dan duduk disamping, ia tak mengetahui sama
sekali.

Ia baru gelagapan setelah mendengar kata2 si dara. Lalu


cepat2 menyahut, “Aku bukan orang yang berhati sempit.
Harap nona jangan pikirkan hal itu."

Song Ling tertawa. Ia memandang lekat pada Siau-liong,


ujarnya, “Ih, seri wajahnya sudah cerah. Apakah lukamu
sudah sembuh?"

713
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa masam, pikirnya, “Lukaku ini paling tidak


4-5 hari baru sembuh. Masakan begini cepat sudah bisa pulih?
"

Lalu ia menanyakan bagaimana dengan luka Song Ling


sendiri. Dara itu menjawab sudah baik. Tetapi nada
ucapannya rawan seperti tak mau bilang terus terang kepada
Siau-liong.

Siau-liong memandangnya tajam dan terkejutlah ia. Wajah


dara itu tampak lesi kebiru-biruan, matanya tak bersinar dan
kedua tangannya gemetar. Suatu pertanda bahwa dara itu
masih menderita luka dalam.

Melihat itu Siau-liong segera minta si dara lekas bersemedhi


memulangkan kesehatannya.

"Sudahlah, jangan engkau memikirkan lain orang. Engkau


sendiri juga harus beristirahat!" tukas Song Ling.

Siau-liong tersenyum, “Terus terang kukatakan. Aku


memang telah mendapat rejeki yang luar biasa. Makan buah
Im yang-som yang berumur ribuan tahun dan minum darah
dari binyawak purba dalam kerak gunung, dan....”

Dia hendak mengatakan bahwa Pendekar Laknatpun sudah


menyalurkan seluruh tenaga murninya kepadanya. Tetapi
segera ia menyadari bahwa keterangan itu tak perlu. Maka
buru-buru ia berganti kata, “Dan lagi akupun sudah
memperoleh ilmu pelajaran sakti Thian-kong-sin kang. Sejam
beristirahat saja, sama dengan orang biasa beristirahat satu
hari. Apalagi lukaku sudah diobati oleh ibu nona....”

Song Ling tertawa, “Akupun juga sudah memiliki dasar ilmu


tenaga sakti Ya-li-sin-kang. Lukaku ini juga tak jadi soal!"

714
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dara itu memandang ke arah Poh Ceng-in, tanyanya,


“Apakah dia benar puteri dari suami isteri durjana itu?"

Siau-liong mengangguk, “Benar, asal dia jangan sampai


lolos, sekalipun Iblis-penakluk-dunia hendak menggunakan
siasat apapun, tentu kita dapat mengatasi."

Song Ling masih belum jelas tentang ucapan Poh Ceng-in


tentang racun Jong-tok dan pembicaraan wanita berambut
kelabu tadi. Maka bertanialah dara itu, “Apakah wanita itu
juga seganas ibunya (Dewi Neraka)?"

Siau-liong tiba-tiba merasa geli, sahutnya, “Mungkin lebih


ganas dari ibunya!"

Rupanya Poh Ceng-in dengar juga pembicaraan itu. Ia


membuka mata memandang Siau-liong lalu menghela napas
dan pejamkan mata lagi.

Diam-diam Siau-liong terkesiap. Ia merasa menyesal


karena telah menyiksa batin seorang perempuan yang sudah
tak berdaya. Ia menyadari perbuatan itu tidak ksatrya. Maka
ia tak mau lanjutkan kata-katanya lagi.

Suasana hening lelap. Saat itu Liau Hoan siansu yang sejak
tadi diam saja, tiba-tiba berteriak, “Kongsun sicu!"

Siau-liong gelagapan. Memang sejak tadi ia hampir


melupakan paderi itu. Maka buru-buru ia menyahut.

Paderi Liau Hoan tertawa, “Hampir 10 jam perempuan


siluman merah ini berada dalam tanganku, hampir saja
beberapa kali meloloskan diri. Tetapi kutahu betapa
pentingnya wanita ini untukmu. Maka aku selalu menjaganya
keras dan akhirnya dapat menyerahkan kepadamu!"

715
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Paderi sakti itu sungkan sekali bicaranya. Suatu hal yang


membuat Siau-liong heran. Ia masih ingat betapa dingin sikap
paderi itu ketika bertemu padanya. Mengapa sekarang
berobah begitu ramah.

“Terima kasih lo-siansu," sahutnya.

“Tak perlu sicu berterima kasih kepadaku. Bahkan akulah


yang harus lebih dulu menghaturkan selamat kepadamu."

Siau-liong menghela napas panjang, “Apakah hal yang


terjadi pada diriku sampai lo-siansu hendak menghaturkan
selamat kepadaku?"

"Omitohud," ucap Liau Hoan siansu, "sicu telah beruntung


mendapat pusaka yang tiada keduanya di dunia ilmu sakti
Thian-kong-sin-kang. Kelak sicu tentu menjadi jago nomor
satu di dunia persilatan. Bukankah hal itu pantas kuhaturkan
selamat?"

Siau-liong tertegun. Namun ia masih menghela napas, “Ah,


lo-siansu hanya tahu aku telah mendapatkan Thian-kong-sin-
kang, tetapi tahukah....” tiba-tiba ia menganggap tak perlu
mengatakan keadaan dirinya kepada paderi sakti itu. Maka ia
tak mau melanjutkan kata-katanya.

Liau Hoan tersenyum, “Walaupun saat ini sicu mempunyai


kesulitan, tetapi semuanya akan berjalan selamat....”

Siau-liong kicupkan mata enggan, ujarnya, “Terus terang


kukatakan, bahwa ilmu Thian-kong-sin-kang itu belum dapat
kupelajari dan jiwaku sudah seperti lilin tertiup angin.
Ditambah pula dengan sepak terjang kedua suami isteri Iblis-
penakluk-dunia. Aku tak dapat meramalkan bagaimana jadinya
nanti. Bahkan mungkin saat ini, kita tak dapat selamat keluar
dari ruang ini....”

716
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liau Hoan tertawa keras, “Ah, sicu memang cemas


berkelebihan. Jangan lagi ada barang tanggungan berupa
siluman baju merah ini, sekalipun tak ada sandera, masakan
sicu takut?"

Timbullah rasa malu dalam hati Siau-liong. Sesaat ia tak


dapat bicara.

"Jauh2 aku datang kemari, adalah karena hendak membela


kepentingan dunia persilatan. Selain itu, aku hendak minta
bantuan sicu."

Siau-liong terkejut. Pikirnya, dia tak kenal dengan paderi


itu. Bahkan pernah bertempur tetapi mengapa sekarang
hendak minta bantuannya?

Menilik sikap Liau Hoan yang terkejut karena mengetahui ia


telah memiliki ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, ia duga paderi
itu tentu serupa dengan Lam-hay Sin-ni dan lain-lain orang.
ialah merasa gentar.

"Aku belum kenal dengan lo-siansu. Mengapa lo-siansu


hendak minta tolong padaku? " tanyanya.

Dengan terus terang, Liau Koan menyahut, “ Walaupun


belum kenal pada sicu tetapi kenal akan ilmu Thian-kong-sin-
kang. Terus terang hendak kukatakan. Jika bukan karena ilmu
Thian-kong-sin-kang itu, tak nanti aku datang kesini....”

"Ah. sayang lo-siansu agak terlambat. Thian-kong sin-kang


telah kuperoleh dan lo-siansu terpaksa harus kembali dengan
tangan kosong! " Siau-liong tertawa dingin....

Liau Hoan tertawa, “Sama sekali tidak terlambat. Bahwa


Thian-kong-sin-kang sicu yang mendapatkan, sungguh patut

717
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membuat orang girang. Menandakan bahwa segala apa di


dunia ini memang sudah mempunyai ketentuan sendiri."

Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, “Sama sekali aku tak


mempunyai kemilikan apa2, melainkan hanya hendak minta
bantuan sicu akan sebuah hal."

“Entah apakah yang lo-siansu hendak suruh aku


mengerjakan itu?"

Kata Liau Hoan, “Sehabis sicu menyelesaikan urusan sicu,


kuminta sicu datang kegunung Thian-san. Dengan pinjam ilmu
Thian-kong sin-kang yang sicu miliki, untuk menghimpaskan
cita2 dalam hidupku yang belum terlaksana....”

Dengan mata meminta, Liau Hoan menatap Sian-liong,


“Kujamin, bantuan sicu itu akan merupakan pahala yang tiada
ternilai harganya."

Siau-liong tak mempunyai selera untuk menanyakan urusan


iiu. Karera ia sudah merasa bahwa hidupnya takkan lama.
Banyak beban kewajiban dibahunya tetapi apa daya,
tenaganya sudah tak mencukupi lagi.

Akhirnya ia menyahut dengan tertawa rawan, “Asal aku


masih hidup di dunia, tentulah akan kulakukan perintah lo-
siansu itu."

"Ucapan seorang lelaki, terpaku laksana sebuah gunung.


Harap sicu jangan menyesal" seru Liau Hoan.

Siau-liong tertawa tawar, “Besuk pertengahan musim


rontok tahun depan, apabila aku masih hidup, tentu akan
kegunung Thian-san melaksanakan permintaan lo-siansu.
Tetapi....” ia menghela napas, "ah, sekalipun mendapat

718
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkah dari Allah, hidupku pun hanya sampai pada


pertengahan musim rontok tahun depan!"

Habis berkata ia memandang ke arah Po Ceng-in telapi tak


bicara apa2.

Liau Hoan tertawa tak acuh, “ Dengan janji ini, sicu telah
meluluskan permintaanku!"

Saat itu Lu Bu-ki yang sejak tadi berjalan mondar-mandir


diruangan, rupanya sudah habis kesabarannya Segera ia
menghampiri Siau-liong dan berseru lantang, “Kongsun
siauhiap, apakah kita tetap menunegu disini saja?"

“Lalu saudara Lu mempunyai pendapat bagaimana?" Siau-


liong balas bertanya.

“Jika menurut pendapatku, lebih baik kita menerobos


keluar. Bila bertemu kedua suami isteri durjana itu, kita
tempur saja agar lekas dapat kita ketahui mati atau hidup.
Lebih baik begitu daripada dadaku terhimpit kesesakan hawa
amarah!"

Lu Bu-ki, orangnya tinggi besar, tenaganya gagah perkasa


dan wataknya berangasan.

Memandang keluar, Siau-liong tak tahu saat itu sudah jam


berapa maka ia menanyakan hal itu kepada Lu Bu-ki.

"Saat ini tentunya matahari sudah terbenam," sahut Lu Bu-


ki.

"Telah kuminta kepada wanita berambut kelabu itu untuk


menyampaikan kepada Ibiis-penakluk-dunia, bahwa setelah
Matahari terbenam harus membebaskan para tawanan....”

719
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki cepat menukas, “Ah, tak mungkin! Menilik


kelicikan kedua iblis itu....”

"Akupun sudah tahu kalau mereka tentu takkan berbuat


begitu. Tetapi sekalipun hendak tinggalkan tempat ini kita juga
harus tunggu sampai hari baru agak aman!" kata Siau-liong.

Liau Hoan siansu tiba-tiba menyelutuk, “ Menurut hematku,


paling lama dalam waktu sejam, tentu akan terjadi perobahan.
Kedua suami isteri durjana itu tentu sudah siapkan rencana
untuk menghadapi kita!"

Rupanya pendapat paderi sakti itu disetujui sekalian orang.


Jika mereka bersabar menunggu, tantulah fihak Iblis-
penakluk-dunia tak dapat tinggal diam.

Terutama adalah Song Ling yang gelisah. Seumur hidup,


belum pernah ia berpisah sehari pun dengan ibunya. Tak kira
kalau ibunya telah ditawan Iblis penakluk-dunia sehingga
hancur luluhlah hati dara itu.

Ia paksakan diri untuk melakukan pernapasan beberapa


saat. Setelah itu ia membuka mata lagi dan memandang Siau-
liong.

Saat itu ruangan makin gelap. Rupanya sudah petang hari.


Tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring memanjang. Jelas
orang itu menggunakan ilmu tertawa Mengacau-gelombang-
udara sehingga sukar diduga berapa jauhnya jarak orang itu.
Tetapi Siau-liong dan sekalian kawan2 mengetahui bahwa
yang tertawa itu adalah Iblis-penakluk-dunia. Begitu pula
merekapun dapat menerka bahwa iblis itu berada dalam biara
tua situ.

720
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalian orang pun menyadari bahwa tertawa itu


merupakan tanda permulaan musuh hendak bertindak.
Teganglah seketika hati mereka. Segera mereka siap2.

Setelah memberi isyarat, Siau-liong dan Song Ling


mengambil tempat, duduk dikanan kiri Poh Ceng-in.

Selekas tertawa itu lenyap, terdengarlah suara bentakan


menggeledek, “Laknat tua!" Sekalian orang terkesiap.

Siau-liong berdebar-debar. Ia duga Iblis penakluk-dunia


tentu sudah mengetahui rahasia penyamarannya. Kalau tidak,
mengapa dia memanggil dengan sebutan begitu.

Syukurlah Iblis-penakluk-dunia tak melanjutkan panggilan


itu dan tertawa lagi. Tiba-tiba ia berseru dengan lain
panggilan, “Kongsun hiapsu!"

Siau liong hendak menjawab tetapi Lu Bu-ki tak dapat


bersabar lagi terus membentak, “Iblis tua, jangan coba2 jual
tingkah dihadapan tuan besarmu! Kalau berani hayo keluar
dan bertempur secara terang-terangan saja!"

Iblis-penakluk-dunia telap tertawa, “Aku tak punya tempo


adu muiut dengan kalian. Ketahuilah, engkau tak pantas
bicara dengan aku!"

Rambut dan jenggot Lu Bu-ki meregang tegak. Dengan


menggemhor keras ia terus mencabut cambuk besi dan
hendak menerjang. Tetapi dibentak Siau-liong supaya
berhenti. Si tinggi tertegun dan tegak terlongong.

"Kalau dalam soal kecil tak dapat menahan perasaan,


pekerjaan besar tentu terbengkalai. Kalau saudara hendak
maju sama halnya sepenggal anai2 membentur api.

721
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mengantar jiwa secara sia2. Lebih baik bersabar dulu


beberapa saat lagi," kata Siau-liong.

"Keadaan saat ini, lambat atau laun tentu harus bertempur.


Mengapa tak sekarang saja kita menyerbu keluar?" teriak Lu
Bu-ki.

"Musuh ditempat gelap dan kita di tempat terang.


Menyerbu dengan membabi buta, hanya akan mengantar diri
ke dalam jebakan si iblis. Tetapi jika berlaku tenang
menunggu gerakan lawan, sekurang-kurangnya kita dapat
menahan musuh! " kata Siau-liong:

"Siancai! Siancai!" sahut Liau Hoan, Kongsun siauhiap


benar tak kecewa menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-
kang!"

Walaupun Lu Bu-ki sudah makin percaya bahwa Siau-liong


memang telah memperoleh ilmu Thian-kong-sin-kang yang
sakti, tetapi karena belum menyaksikan sendiri anak muda itu
menggunakan ilmu sakti tersebut, diam-diam Lu Bu-ki merasa
penasaran. Ia mendengus lalu berputar tubuh tak jadi
menerobos ke luar.

Terdengar kata2 Iblis-penakluk-dunia pula, “Budak she


Kongsun, baik bertanding silat maupun kecerdasan, aku tak
mungkin kalah dengan engkau. Hanya peristiwa engkau
berhasil menemukan kitab pusaka Thian-kong sin-kang itulah
yang membuat aku kagum tak terhingga. Tetapi aku tetap
mempunyai daya untuk menghadapi engkau. Karena kitab
pusaka itu sudah terlanjur engkau ambil, maka tiada jalan lain
kecuali membunuhmu sebelum engkau dapat mempelajari
ilmu itu!"

Siau-liong tertawa dingin. Iapun gunakan Mengacau-


gclombang-hawa, tertawa, “Iblis tua, batas tempo yang

722
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kuberikan sudah habis. Jika tak mau menurut perintahku,


jangan menyesal kalau kubunuh puterimu "

Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, “Budak Kongsun!


Selama hidup aku tak pernah menerima tekanan orang....
Selembar rambut anakku engkau rontokkan, tentu akan
kusiksa para tawanan itu dengan cara yang ganas.”

Tiba-tiba Poh Ceng-in bergeliat dan berseru keras, “Yah,


jangan hiraukan dia! Lekas bunuh saja semua orang tawanan
itu! Jika ayah mau membunuh kedua gadis itu. berarti ayah
sudah membalaskan sakit hatiku, Karena aku.... toh harus
mati....”

Siau-liong marah. Ia segera menutuk jalan darah


perempuan itu sehingga ia tak dapat berkutik kecuali masih
dapat bernapas saja.

Iblis-penakluk-dunia tertegun sampai lama baru


membentak, “Budak Kongsun, akan kuturut permintaanmu
untuk membebaskan para tawanan itu!"

Habis berkata, Iblis-penakluk dunia termangu-mangu


sehingga keadaan dalam ruang biara rusak itu sunyi senyap
lagi.

Saat itu hari pun sudah gelap. Angin musim rontok


menderu-deru di luar biara itu. Tetapi Siau-liong dan sekalian
rombongannya, tetap dapat melihat jelas keadaan di sekeliling
situ.

Sepeminum teh lamanya, tiba-tiba Lu Bu-ki berseru, “Ada


orang datang kemari!"

Ternyata orang tinggi besar itu menunggu di-muka pintu.


Jika ada orang datang, dialah yang pertama melihatnya.

723
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena kuatir meninggalkan Poh Ceng-in dari tempatnya


jauh dari pintu maka ia tak dapat melihat jelas siapa
pendatang itu.

"Berapa orang?" tanyanya.

Dengan masih mermandaug keluar biara, si tinggi besar


menyahut, “Hanya seorang!"

Siau-liong berpaling ke arah Liau Hoan dan melambaikan


tangan, “Harap lo-siansu suka datang kemari!"

Liau Hoan tiba-tiba melayang ke samping Siau-liong.


Sekalian orang terpesona melihat gerakan paderi sakti itu.
Dengan masih duduk, tubuhnya melambung sampai dua
meter tingginya dan keiika melayang disamping Siau-liong
ternyata paderi itu masih duduk. Sedikitpun posisi duduknya
tak berobah.

Siau liong dan Song-ling pun terbeliak kaget.

"Pesan sicu apakah yang perlu kusampaikan?" tanya Liau


Hoan.

"Perempuan itu kuserahkan lagi lo-siansu untuk


menjaganya. jika musuh berani menyerang kita, lekaslah tutuk
jalan darahnya!"

Dalam mengucapkan kata2 yang terakhir, Siau-liong


sengaja perkeras suaranya.

Paderi Liau Hoan mengiakan. Siau-liong ce-pat melesat


kesamping pintu. Ah, ternyata gerombolan yang datang itu
berjumlah hanya seorang. Siau-liong kejut2 girang ketika
mengetahui pendatang itu bukan lain adalah Randa Bu-san.

724
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Randa Bu-san berhenti dimuka pintu biara. Setelah itu baru


pe-lahan2 ayunkan langkah menuju keruang biara.

Buru-buru Siau-liong memberi hormat, “Ah, akhirnya bibi


kembali juga. Puteri bibi, aku dan sekalian kawan2 amat
mencemaskan sekali nasib bibi."

Kemudian ia berpaling ke arah Song Ling yang duduk


disudut ruang. Dara itu ternyata terlongong memandang
ibunya. Dan pada lain kejab ia terus lari menghampiri seraya
berseru gemetar, “Mah, jika engkau tak kembali, aku tentu
mati kebingungan!" —ia terus jatuhkan diri dalam pelukan
ibunya dan menangis tersedu-sedu.

Randa Bu-san juga berduka sekali. Dipeluknya sang puteri


seraya menghibur, “Nak, jangan menangis! Hatiku tak keruan
rasanya!"

Wanita itu menarik kerudung sutera yang menutupi


mukanya lalu mengusap airmata puterinya. Tiba-tiba
terdengar pula suara tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-
dunia. Seketika wajah Randa Bu-san berubah. Sepasang
matanya memberingas memandang sekalian orang. Wajahnya
tampak menyeramkan sekali. Alisnya memancar sinar
pembunuhan.

Pada saat matanya tertumbuk pada tubuh Poh Ceng-in


yang menggeletak di tanah, ia segera menghampiri.
Langkahnya amat sarat. Setiap langkahnya meninggalkan
bekas tiga dim di tanah.

Melihat itu Siau-liong cepat melesat kemuka wanita itu,


serunya, “Cianpwe, engkau....”

“ Menyingkirlah! " bentak Randa Bu-san.

725
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling yang masih menggelendot di bahu Randa Bu-


san, juga cemas melihat keadaan ibunya. Sambil menarik
lengan kiri ibunya, ia berseru, “Mah, engkau ini bagaimana?....
Engkau mau apa?"

Randa Bu-san tertegun, membelai rambut Song Ling, “


Nak....”

Belum selesai ia mengucap, tiba-tiba terdengar pula suara


tertawa Iblis-penakluk-dunia melantang panjang. Seketika
tubuh Randa Bu-san gemetar lalu menarik lengannya yang
dicekal Song Ling dan memandang pula ke arah Poh Ceng-in.
Sesaat ia lanjutkan langkah maju menghampiri lagi.

Melihat itu Siau-liong buru-buru berseru kepada Liau Hoan


siansu, “Lekas buka jalan darah wanita siluman itu dan
tamparlah sekeras-kerasnya lukanya!"

Saat itu Randa Busan sudah berada setombak jaraknya


dengan Liau Hoan siansu dan Poh Ceng-in. Suatu jarak yang
tepat untuk menyerang.

Liau Hoan menatap lekat pada Randa Bu-san tetapi iapun


menurut perintah Siau-liong untuk membuka jalan darah Poh
Ceng-in lalu secepat kilat menampar telapak kaki Poh Ceng in
yang terluka.

Begitu terbuka jalan darahnya, Poh Ceng-in hendak


membuka mulut. Tetapi sebelum sempat berkata apa2,
kakinya ditampar. Ia menjerit ngeri dan pingsan lagi.

Secepat itu Siau-liong lalu gunakan ilmu Mengacau-


gelombang-udara, membentak Iblis-penakluk-dunia, “Iblis tua,
apakah engkau benar-benar tak menghendaki anak
perempuanmu?"

726
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, “Budak, aku hanya


menurut kata2mu untuk membebaskan tawanan....”

Tiba-tiba dari jauh terdengar beberapa jeritan ngeri. Siau-


liong terkesiap dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dia tak asing dengan nada suara itu. Ya, tak salah lagi....
Mawar Putih dan Tiau Bok-kun.

Siau-liong kertak gigi. Wajahnya berobah pucat dan


keringat dingin mengucur deras. "Iblis tua, hentikanlah!"
bentaknya kepada Iblis-penakluk-dunia.

"Kalau begitu engkau pun jangan menyiksa Ceng-ji. Aku


menurut kata2mu untuk membebaskan tawanan satu
persatu," seru Iblis-penakluk-dunia dengan nada longgar.

Saat itu jeritan Mawar Putih dan Tiau Bok-kun pun


berhenti. Randa Bu-san memandang lekat2 pada Siau-liong.
Tiba-tiba ia mendengus dingin merentang kedua tangannya
terus menyergap ketempat Poh Ceng-in.

Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa Randa Busan


berada dibawah ilmu sihir Iblis-penakluk-dunia. Sama halnya
dengan Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan lain-lainnya.
Randa Bu-san tentu mendapat perintah untuk merebut Poh
Ceng-in. Kalau Poh Ceng-in yang akan dijadikan sandera itu
sampai direbut kembali oleh Iblis-penakluk-dunia, akibatnya
tentu hebat.

Gerakan menyambar dari Randa Busan itu aneh dan


dahsyat. Siau liong tak sempat banyak berpikir lagi. Ia
menghantam kedua lengan Randa Bu-san. Terpancar sinar
keemasan dan Randa Bu-san segera terpental tiga langkah ke
belakang.

727
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dan saat itu Paderi Liau Hoan pun sudah menyambar Poh
ceng-in terus dibawa mundur beberapa langkah ke belakang.

Setitik pun Randa Bu-san tak menyangka bahwa ia bakal


dipukul siau-liong. Marahlah ia. Dengan mata memberingas ia
menatap Siau liong,mendengus dingin lalu mengangkat
hendak menghantamnya.

Song Ling gugup dan cemas, Ia menarik tangan Randa Bu-


san sekuat-kuatnya seraya meratap, "Mah.... mah....”

Ternyata Randa Bu-san walaupun lenyap kesadaran


pikirannya, namun masih tetap teringat dan tak lupa pada
anaknya. Ia kerutkan dahi lalu turunkan tangan kanan, “Nak,
mengapa engkau hari ini? Mengapa engkau mengurusi
urusanku!"

Song Ling banting2 kaki serunya, “Mah, apakah engkau


benar-benar linglung? Mengapa hendak menghantamnya.
Apakah engkau lupa kalau pernah menolong jiwanya?" Dia
kan orang baik....”

Randa Busan kerutkan alis, membentaknya, “Nak, engkau


tak mengerti hal ini. Dengarkan omonganku. Aku telah
mencarikan tempat yang baik bagimu. Kita bedua akan dapat
menikmati kebahagiaan selama-lamanya!"

Dengan berlinang-linang airmata, Song Ling menangis,


“Mah, apakah yang engkau maksudkan....?"

Mata Randa Bu-san berkeliar dan memandang ke arah Poh


Ceng-in lagi, lalu menudingnya, “Setelah mamah merebutnya,
segera akan kuajakmu tinggalkan tempat ini."

Habis berkata ia terus menghampiri ke tempat Liau Hoan


siansu dan Poh Ceng-in.

728
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Mah, ingatlah! Mengapa engkau sampai disesatkan


mereka....!" teriak Song Ling seraya menarik ibunya.

Karena tak menduga akan ditarik dan Song Ling pun


menarik dengan sekuat tenaga, Randa Bu-san terhuyung-
huyung mundur beberapa langkah dan hampir rubuh.

Setelah berdiri tegak, dengan wajah membeku dingin,


Randa Busan melengking, “Nak, apakah engkau benar-benar
hendak menentang ibumu?"

Kata2 itu penuh mengandung kemaranan.

Siau-liong yang menyaksikan peristiwa itu, gelisah bukan


main. Buru-buru ia berseru kepada Song Ling, menganjurkan
dara itu supaya berusaha menyadarkan pikiran Randa Bu-san
agar ingat akan peristiwa yang lain.

Song Ling menurut. Ia segera memeluk ibunya, “Mah,


apakah engkau masih kenal pada anakmu?"

Randa Bu-san terpukau. Alisnya mengerut penuh kedukaan.


Ia paksakan tertawa, “Anak tolol ngoceh apa engkau....!"

Dua butir air mata menitik turun dari kelopak wanita itu.
Lalu katanya rawan, “Mamah hanya mempuanyai seorang
puteri tunggal Masakkan aku bisa lupa kepadamu....”

Melihat ibunya dapat disentuh perasaannya, dara itu buru-


buru menyusuli kata2 lagi, “Apakah mamah masih ingat
mengapa kita datang kemari?"

Randa Bu-san menatap lekat wajah puterinya sampai


beberapa jenak. Kemudian berkata, “Anak tolol! Mengapa
engkau masih bertanya yang tidak2!"

729
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pertama, kami hendak mencari Pendekar Laknat untuk


membalas dendam sakit hati ayahku! Kedua, walaupun kita
tak kepingin mendapatkan kitab pusaka Thian kong-sin-kang,
tetapi kita akan berusaha supaya ilmu sakti itu jangan sampai
jatuh ke tangan kedua durjana Iblis penakluk-dunia!"

Wajah Randa Bus-an makin terlongong. Matanya


berkeliaran beberapa kali dan tiba-tiba ia menghela napas
panjang.

Song Ling mengguncang-guncang tubuh ibunya pelahan-


lahan, “Kata-kata itu, bukankah mamah sendiri yang
mengatakan kepadaku? Mamah sering mengatakan,
perjalanan hidup di dunia ini penuh aral bahaya. Hati manusia
banyak yang culas Di dunia persilatan penuh dengan duri dan
perangkap. Tetapi mengapa mamah sendiri sampai kena
ditipu orang....?"

Rupanya kata2 Song Ling itu dapat menyentuh nurani


Randa Bu-san. Ia hanya terlongong-longong tak berkata apa2.

Hati Siau-liong ikut rawan menyaksikan adegan itu. Hampir


saja ia mengucurkan air mata. Ia pernah ditolong oleh wanita
dari Busan itu. Ia anggap wanita itu selain berilmu silat sakti,
pun luas sekali pengetahuannya. Seorang wanita yang dapat
digolongkan tingkat cianpwe. Siau liong serasa disayat sembilu
hatinya melihat wanita itu sampai kena diperalat suami isteri
durjana Iblis-penakluk-dunia.

Siau-liong menyurut mundur kesamping Liau Hoan,


katanya, “Randa Bu-san nyata2 telah dikuasai Iblis penakluk-
dunia. Sebagai seorang yang luas pengalaman, bagaimana
pendapat lo-siansu untuk menolongnya?"

730
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liau Hoan geleng2 kepala, “Aku tak faham ilmu Hitam, dan
lagi.... menilik kesadaran pikirannya masih belum lenyap sama
sekali, mengapa ia sampai tak dapat membedakan golongan
Hilam dengan Putih? Mengapa ia begitu linglung mau
melakukan perintah Iblis penakluk-dunia? Hal ini benar-benar
membingungkan pikiranku. Sebaliknya dapat menawannya
hidup2 dan pelahan-lahan memeriksa keadaannya. Mungkin
kita akan dapat menemukan sumber penyakitnya....”

Siau-liong mengela napas, “Randa Bu-san adalah pewaris


ilmu Ya-li-sin-kang. Merupakan tokoh kelas satu dewasa ini.
Untuk menangkapnya, bukanlah suatu hal yang mudah!"

Melihat mamahnya masih belum sadar. Song Ling menjerit,


“Mah, masakan engkau tak tahu bahwa kedua suami isteri
Iblis-penakluk-dunia adalah durjana yang membahayakan
dunia pesilatan?"

Ditengah malam yang sunyi, kembali terdengar gelak


tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-dunia.

Randa Bu-san kerutkan alis. Selekas tertawa itu berhenti,


tiba-tiba wajah wanita itu berobah dan membentak Song Ling
dengan bengis, “Nak, jangan sembarangan bicara. Iblis-
penakluk-dunia dan Dewi Neraka adalah dua tokoh besar pada
jaman ini. Jangan engkau hina semau-maumu sendiri....”

Berhenti sejenak ia berkata lagi, “Aku telah mengatur


segala sesuatu untukmu. Kutanggung engkau tentu akan
bahagia. Tak nanti engkau mengalami nasib seperti mamah
dahulu?"

Tukas Song Ling; "bukankah dahulu mamah telah memberi


nasehat dan pelajaran2 padaku? Mah, apakah engku tak ingat
lagi?"

731
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Randa Bu-san menghela napas, “Ah, itu memang kesalahan


mamah yang dulu!"

“Mah, mengapa engkau makin lama makin linglung!" teriak


song Ling seraya menggoncang-goncangkan tubuh ibunya.

Randa Bu-san deliki mata. Sekonyong-konyong ia


menampar muka dara itu. "Plak".... karena tak menyangka
akan ditampar ibunya, Songs Ling tak berjaga-jaga dan
pipinya termakan tamparan. Seketika matanya berbinar-binar,
kepala pening, mulut mengucurkan darah.

Rupanya Randa Bu-san masih belum puas. Ia mendorong


tubuh puterinya hingga terhuyung-huyung beberapa langkah,
lalu maju menghampiri Liau Hoan.

Sambil mendekap pipi sebelah kanannya yang sakit, Song


Ling menjerit, “Mah, jangan....” -dara itu terus melesat
ketempat Randa Bu-san.

Siau-liong terkejut. Ia tahu bahwa Randa Bu-san memang


sudah dikuasai Iblis penakluk-dunia. Pikiran wanita itu sudah
linglung. Jika Song Ling tetap melibatnya, Randa Bu-san tentu
marah dan lupa. Wanita iiu tentu akan turun tangan sungguh2
kepada puterinya sendiri.

“Nona, mundurlah!" Siau liong cepat berseru mencegah


Song ling seraya loncat menarik dara itu dengan tangan kiri
dan tangan kanan mendorong bahu Randa Bu-san.

Liau Hoan pun tangkas sekali. Pada saat Randa Bus-an


hendak merebut Poh Ceng-in, cepat sekali paderi itu sudah
membawanya menyingkir.

Karena kedua tangannya diikat ke belakang punggung dan


kakinya terluka. Poh Ceng-in tak dapat berbuat apa2 ketika

732
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

paderi Liau Hoan yang bertubuh kurus itu membawanya kian


kemari.

Randa Busan marah sekali. Dengan melengking nyaring ia


tinggalkan Poh Ceng-in yang dibawa Liau Hoan. Berputar
tubuh ia memandang Siau-liong tajam2. Kini ia tumpahkan
kemarahannya kepada pemuda itu. Secepat kilat ia
menghantam kepala pemuda itu!

Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa pukulan wanita itu


bukan olah2 hebatnya. Tak mau ia menangkis dan buru-buru
loncat menghindar ke samping seraya mendorong lagi bahu
wanita itu.

Song Ling pun makin bingung. Ia menangis dan meraung-


raung. Melihat Siau liong bertempur dengan mamahnya, dara
itu cepat lari menyerbu ke muka, “Jangan melukai mamahku!
Ah....”

Sekalipun terpaksa harus berkelahi, tetapi Siau-liong masih


sadar pikirannya. Ia tahu bahwa Randa Bu-san itu pernah
menolong jiwanya. Ia tahu pula bahwa wanita itu memang
bertindak di luar kesadaran pikirannya sendiri karena telah
dibius oleh Iblis-penakluk-dunia. Maka beapapun halnya, ia tak
mau mencelakai wanita itu.

Hanya saja ia mempunyai kesulitan. Randa Bu-san memiliki


ilmu sakti Ya-li-sin kang, adakah ia mampu menandingi
dengan ilmu Thian kong-sin-kang yang baru dipelajari kulitnya
itu? Apalagi ia masih menderita luka dalam yang parah.

Untunglah dalam melancarkan serangan itu gerak Randa


Bu-san tidaklah seperti orang sehat melainkan agak ketolol-
tololan. Ketika kedua pukulan saling beradu, Randa Bu-san
dan Siau-liong sama2 mundur beberapa langkah.

733
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Randa Busan menatap Siau-liong dengan mata berapi-api


seraya berkata seorang diri, “Thian-kong-sin-kang, benar-
benar Thian-kong sin-kang....” tiba-tiba ia menghantam lagi.

Siau-liong mengandalkan kelincahan untuk menghindar


kian kemari. Setempo balas menyerang dari samping untuk
mendesak wanita itu mundur.

Dalam sekejab mata, ia sudah lancarkan lebih dari 20 jurus.


Angin menderu-deru, debu berhamburan. Song Ling tak henti-
hentinya menjerit dan menangis....

Bermula Siau-liong masih kuatir kalau tak mampu


menghadapi. Tetapi setelah 20 jurus berlalu, timbullah
kepercayaannya. Ia merasa bukan saja luka dalamnya tidak
kambuh, pun ilmu Thian-kong sin-kang yang baru dipelajari
sedikit itu, terasa tambah maju.

Saat itu ia merasa, setiap pukulan atau tutukan jari serta


tamparan, lebih dahsyat dari semula. Dan yang lebih
menggirangkan, setiap gerakan yang dilancarkan, tak perlu
harus memikir lama.

Sambil bertempur dengan Randa Bu-san, otak Siau liong


berusaha keras untuk mengingat isi pelajaran kitab pusaka
Thian-kong-sin-kang. Teringat ia akan sebaris kata2 yang
terdapat dalam kitab itu:....”Keinginan timbul dari Pikiran.
Pikiran tembus pada hati. Apabila Semangat dan Keinginan
bersatu, Hati dan Semangat saling kontak.... maka lahirlah....
Dalam Tenang timbul Gerak, dalam Gerak timbul Tenang....
dan lain-lain.

Berkat otaknya yang cerdas, dapatlah Siau-liong menyelami


kata2 dalam kitab itu. Seketika meluaplah kegirangannya.
Seketika gerakannya makin cepat. Ia berlincahan mengepung
Randa Bu-san.

734
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sitinggi besar Lu Bu-ki dan anak buahnya, bertugas untuk


menjadi pintu belakang dan muka. Saat itu mereka merasa
dimuka pintu bermunculan beberapa sosok tubuh yang
melangkah ke dalam ruangan. Mereka berjumlah tujuh orang.
Pakaiannya seragam warna biru. Muka ditutupi sutera tipis.
Dengan langkah lenggang mereka memasuki ruangan.

Lu Bu-ki berputar tubuh dan menjerit, “Ada beberapa orang


yang datang!"

Dalam pada berseru itu, sitinggi besarpun melangkah


menghadang pendatang yang berjalan paling muka dan
membentaknya, “Berhenti!"

Diluar dugaan ke-7 orang baju biru tak mengacuhkannya.


Bahkan orang yang berjalan paling depan, segera ayunkan
tangan menampar muka Lu Bu-ki.

Lu Bu-ki marah sekali. Dengan menggerung laksana seekor


harimau, ia menghindar lalu mencambuk dengan ruyung besi.
Ia gunakan jurus Burung-bangau-tebarkan-sayap.

Suasana senjap semakin kacau. Lu Bu ki bersama kedua


pengawalnya segera bertempur dengan pendatang itu. Empat
orang baju hitam segera lari menghampiri tempat Song Ling.

Sambil bertempur lawan Randa Bu-san, Siau-liong diam-


diam mencuri kesempatan untuk memperhatikan kawanan
pendatang itu. Diam-diam Siau-liong makin gelisah.

Walaupun kawanan pendatang itu sama mengenakan kain


kerudung sutera menutup muka yang amat tipis, tetapi karena
hari makin gelap, sukar untuk menentukan pendatang2 itu
tokoh2 persilatan yang mana.

735
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Untunglah Siau-liong memiliki indera penglihatan yang luar


biasa tajamnya. Ia tetap dapat melihat wajah2 dibalik kain
kerudung itu. Ternyata pendatang2 berkedok kain sutera itu
diantaranya terdapat It Hang, ketua partai Siau-lim-si, Thi Bu-
seng tokoh dari partai Tiam jong-pay, ketua Ji-tok-kau Tan I-
hong, ketua perhimpunan Tong-thing pang si Kipas Im-yang
Cu Kong-leng dan ketiga tokoh Kun-lun Sam-cu.

Lu Bu-ki bertiga bertempur dengan Kun-lun Sam-cu.


sepuluh jurus kemudian, salah seorang anak buah Lu Bu-ki
tiba-tiba menjerit ngeri dan rubuh di tanah.

Tetapi si tinggi besar Lu Bu-ki tak gentar. Ruyung besinya


diputar laksana hujan deras. Untuk beberapa saat ketiga tokoh
dari Kun-lun-pay itu tak dapat melepaskan diri.

Paderi Liau Hoan meletakkan Poh Ceng-in di sudut ruang


lalu bersama Song Ling bahu membahu menghadapi musuh.

Song Ling walaupun belum sembuh sama sekali, tetapi ia


sudah mendapat latihan dasar dari ilmu sakti Ya-li sin-kang.
Pukulannya amat dahsyat. Sedangkan Liau Hoan sebagai
seorang tokoh sakti dalam dunia persilatan, sudah tentu
memiliki kesaktian yang menonjol. It Hang totiang berempat,
untuk beberapa saat saat tak mampu berbuat apa2.

Walaupun pengetahuan Siau-liong tentang il-mu Thian-


kong-sin-kang sudah bertambah maju, tetapi untuk
mengalahkan Randa Bu-san, bukanlah soal yang mudah. Maka
ia tak sempat lagi untuk memperhatikan keadaan kawan-
kawannya. Suatu hal yang membuat gelisah hatinya ialah
apabila Iblis penakluk-dunia menyuruh beberapa tokoh seperti
Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan lain-lain, untuk maju.
Tentulah akan lain si tuasinya.

736
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kurang lebih sepeminum teh lamanya, tiba-tiba diluar


terdengar suara tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-dunia.
Nadanya bagai senjata tajam yang me-nyayat2 sehingga Siau-
liong dan kawan2nya ngeri.

Mendadak Randa Bu-san menyerang hebat, Mulutnya men-


desis2 seperti seekor harimau yanj ter-engah2 hendak
menelan korbannya.

Demikiah It Hang totiang dan ke-7 kawannya Mereka


terkena pengaruh dari suara tertawa durjana itu. Mata mereka
terbuka lebar2. Dengan menumpahkan seluruh kepandaian,
mereka menyerang kalap sepeiti orang kemasukan setan.

Semula Siau-liong masih ringan, tetapi setelah Randa Bu-


san berobah memberingas, ia menjadi sibuk juga. Ia masih
belum sembuh. Lama kelamaan tenaganya makin lemah,
darah mulai bergolak. Keringat dingin mulai mengucur deras,
napas pun ter-engah2 keras.

Siau-liong mulai payah. Setiap saat ia terancam kehancuran


dari serangan2 yang berbahaya dari Randa Bu-san.

Suara tertawa Iblis-penakluk-dunia sebentar putus sebentar


melengking. Tak ubahnya seperti seorang iblis yang sedang
menikmati korban yang disiksanya.

Terdengar pada jerit rintihan yang ngeri. Anak buah Lu Bu-


ki kena ditendang perutnya oleh Ti-ki-cu (salah seorang Kun-
lun Sam-cu), sehingga terlempar sampai setombak jauhnya,
terbentur tembok dan rubuh tak berkutik lagi....

Walaupun keempat anak buahnya sudah rubuh, namun Lu


Bu-ki tetap tak gentar menghadapi ketiga Kun-lun Sam-cu.
Kematian keempat kawannya itu membuatnya sedih dan
marah. Ia memberingas laksana seekor singa. Ruyung besi

737
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dimainkan sederas hujan. Diam-diam tangan kirinya


mempersiapkan tiga butir pelor baja.

Lu Bu-ki termasyhur dengan gelar Thiat-pian sin-tan atau si


Ruyung besi Pelor-sakti. Ilmunya melontar senjata rahasia itu,
memang bukan olah2 hebatnya.

Demikianlah pada saat ia mainkan ruyung dengan gencar,


tiba-tiba ia susuli dengan menimpukkan tiga pelor besi ke arah
Kun-lun Sam-cu.

Jaraknya amat dekat dan ilmu lontaran dari Lu Bu-ki itu


amat tepat dan dahsyat. Ti-ki-cu yang menyerang paling
depan sendiri, lebih dulu yang menderita. Mata kirinya
terhantam sebutir pelor sehingga biji matanya meluncur
keluar. Darah mengucur deras sehingga seketika berobah ia
seperti seorang manusia bermuka merah.

Tetapi Ti-ki-cu memang luar biasa. Walaupun sebuah biji


matanya sudah coplok dan menderita luka berat, tetapi ia
agaknya seperti tak merasa dan tetap menyerang hebat.

Betapapun dingin hati Lu Bu-ki membunuh orang, tetapi


menghadapi seorang manusia luar biasa seperti Ti-ki-cu,
gentarlah hatinya. Permainannya ruyung pun kacau.

Liau Hoan dan Song Ling yang menghadapi It Hang totiang


berempat, masih dapat bertempur dengan berimbang. Tetapi
setelah Iblis-penakluk-dunia tertawa tadi, It Hang totiang
menyerang kalap sehingga Liau Hoan dan Song Ling
kelabakan.

Liau Hoan menyambar tubuh Poh Ceng-in dan ditegakkan


di tangan sudut ruang. Ia melayani serangan musuh dengan
sebelah tangan. Tetapi makin lama ia tak sabar lagi. Tiba-tiba
ia melantangkan doa 'Omitohud. lalu berseru, “Untung celaka

738
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiada pintunya. Hanya manusia sendiri yang membuatnya.


Terpaksa aku harus membuka pantangan membunuh!"

Siau liong terkejut dan buru-buru berteriak, “Mereka adalah


tokoh2 persilatan yang telah dilenyapkan kesadaran pikirannya
oleh Iblis-penakluk-dunia. Harap lo-siansu suka bermurah hati
agar jangan sampai saling bunuh membunuh sendiri....”

Liau Hoan tertawa panjang, “Bunuh membunuh sudah


sejak tadi terjadi. Jika engkau masih tak tegah, tentu kita
sukar lolos dari sini!"

Ucapan itu mengandung anjuran supaya Siau-liong jangan


ragu2 untuk mengeluarkan ilmu sakti Thian-kong-sin- kang.

Rupanya Song-ling dapat menangkap maksud paderi itu.


Cepat ia berseru, “Siau-liong.... bagaimanapun halnya, jangan
melukai mamah!"

“Jangan kuatir! Sekalipun tubuhku hancur lebur, tetapi tak


nanti akan melukai mamahmu!" seru Siau-liong.

“Nona, jagalah wanita siluman ini!" tiba-tiba Liau Hoan


membentak dan terus dorongkan tubuh Poh Ceng-in.

Song Ling tak berani membantah. Pada saat ia menyambuti


tubuh Poh Ceng-in, Liau Hoan sudah berputar tubuh dan
lepaskan tiga tamparan dan lima pukulan. Angin menderu
hebat dan It Hang totiang berlima terpaksa mundur sampai
lima langkah.

Tetapi secepat itu juga mereka segera maju lagi. Mereka


benar-benar seperti tak menghiraukan keselamatanya dan
menyerang kalap.

739
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liau Hoan agak tertegun. Begitu kawanan penyerangnya


maju, tiba-tiba ia menggembor keras dan hamburkan pukulan
bertubi-tubi lagi.

Ilmu kepandaian dari paderi Liau Hoan itu lebih tinggi dari
kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Paderi itu termasyhur dengan ilmu jari sakti Kim kong-ci (Jari
baja), amat getarkan dunia persilatan. Tetapi karena ia jarang
ke luar ke dunia persilatan, maka namanya pun jarang
dibicarakan orang.

Dalam menghadapi pertempuran saat itu, ia sudah


menyadari bahwa jika tak menggunakan serangan kilat untuk
mengakhiri pertempuran, tentulah kedua durjana Iblis
penakluk-dunia akan mengeluarkan lain rencana yang lebih
ganas lagi.

Amukan Liau Hoan itu telah memberi hasil. Tiba-tiba Tan


It-hong ketua Ji-tok-kau terjungkal rubuh di tanah. Dia kena
tertutuk jalan darah diperutnya.

Dengan rubuhnya seorang, tekanan fihak It Hang totiang


menjadi berkurang. Tetapi sekonyong-konyong Iblis-penakluk-
dunia tertawa memanjang lagi. Dan secepat berhenti tertawa,
iblis itu berseru, “Apa yang kukatakan tentu kulakukan.
Pembebasan tawanan gelombang ketiga, segera
berlangsung!"

Tak berapa lama dua sosok tubuh menerobos masuk.


Ketika Siau-liong memandang kedua pendatang itu, diam-diam
ia mengeluh, “Celaka "

Ternyata yang datang itu adalah Naga Terkutuk dan


Harimau Iblis.

740
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu masuk tanpa berkata apa2, kedua durjana itu terus


menyerang. Naga Tertutuk menerjang Siau-liong, Harimau
Iblis merabu Liau Hoan siansu.

Walaupun sudah dapat menutuk rubuh Tan Ih-hong, tetapi


Liau Hoan masih mengalami kesulitan menghadapi tokoh2
utama semacam It Hang totiang. Dan kini bertambah pula
dengan seorang Harimau Iblis. Dengan serangan yang dahsyat
sebanyak tiga jurus, Harimau Iblis dapat membuat Liau Hoan
kelabakan. Liau Hoan gagal untuk merebut kedudukan.
Keadaannya dibawah angin lagi.

Keadaan Siau-liong pun begitu juga. Dia diserang dari


muka dan belakang oleh Naga Terkutuk serta Randa Bu-san.
Dia kelabakan dan hanya mampu bertahan diri saja.

Melihat Liau Hoan siansu terdesak mundur, Song Ling


terpaksa bertindak. Ia lepaskan Poh Ceng-in dan ikut terjun
dalam pertempuran.

Keadaan Lu Bu-ki makin payah lagi Ruyung besinya sudah


terpental. Bajunya sudah compang camping. Sepintas
pandang, keadaannya mirip dengan orang gila.

Dalam himpitan kedua tokoh Naga Terkutuk dan Randa Bu-


san, keadaan Siau-liong benar-benar berbahaya sekali. Sekali
ia lengah atau salah tangan tentulah ia akan remuk binasa.
Betapapun ia berlaku hati2 dan cermat, namun akhirnya
dadanya kena tertampar angin pukulan Randa Bu-san. Namun
angin itu bukanlah angin biasa, melainkan angin dari Ilmu Ya li
sin-kang. Seketika Siau-liong rasakan tulang belulangnya
seperti hancur berantakan. darahnya bergolak keras. Mata
serasa gelap dan ia tak dapat menahan lagi. Segumpal darah
segar menghambur dari mulutnya....

741
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Namun ia menyadari bahwa saat itu sedang berada dalam


pertempuran mati hidup. Sekali ia lengah, jiwanya pasti
amblas. Dalam keadaan terancam itu, akhirnya ia terpaksa
berjuang. Dengan kerahkan sisa tenaganya, ia lepaskan
pukulan jurus Tonggak-menyanggah-langit ke arah Randa Bu-
san dan gunakan jurus Sapu-jagad menghantam Naga
Terkutuk.

Kedua pukulan itu adalah jurus dari ilmu Thian-kong-sin-


kang Serangkum sinar emas memancar, walaupun Randa Bu-
san cepat2 gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong,
tetapi tubuhnya tetap ber-guncang2 keras mau rubuh.

Sedang Naga Terkutuk pun ter-huyung2 mundur sampai 7-


8 langkah, membentur meja sembahyang. Berulang kali ia
hendak berusaha menegakkan tubuh tetapi gagal. Akhirnya ia
rubuh dengan menderita luka parah.

Setelah menghantam, Siau-liong rasakan tenaganya telah


habis. Tulang-belulangnya serasa berhamburan lepas,
sehingga ia tak kuat lagi untuk berdiri tegak. Lukanya masih
belum sembuh sama sekali. Dan saat itu ia menderita luka
lagi. Betapa kokoh tenaga-dalamnya, tetapi ia benar-benar
sudah kehabisan tenaga....

Setelah melakukan pernapasan beberapa jenak, Randa Bu-


san rasakan lukanya sudah sembuh. Dengan melengking
nyaring, wanita itu hantamkan kedua tangannya ke arah Siau-
liong.

Saat itu Siau-liong sudah tak berdaya lagi. hanya


memandang kesima ke arah pukulan maut dari Randa Bu-san
itu....

Liau Hoan siansu. Song Ling dan Lu Bu-ki pun sudah


kenabisan tenaga. Walaupun mengetahui Siau-liong terancam

742
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahaya tetap mereka sendiri sudah payah. Tak mungkin dapat


memberi pertolongan lagi. Apalagi yang mengancam Siau-
liong itu adalah tenaga-sakti Ya-lin-sin-kang. Sekali pun ketiga
orang itu serempak maju menolong pun juga tak berguna.
Bahkan malah akan menambah jumlah korban saja.

Karena tak dapat melepaskan diri dari seangan It Hang


totiang dan Cu Kong-leng, maka menangislah Song Ling
seraya menjerit, “Mah, jangan membunuhnya, engkau tak
boleh....”

Tetapi Randa Busan tak menghiraukan. Ia tetap lancarkan


kedua pukulan mautnya ke arah Siau-liong.

Tahu kalau detik itu harus mati, Siau liong pejamkan mata
menunggu ajal.

Sekonyong-konyong dari luar biara melesat masuk sesosok


bayangan. Dan sebelum berdiri tegak, orang itu secepat kilat
untuk menutuk lengan Randa Bu-san.

Kedatangan orang itu sama sekali tiada mengeluarkan


suara. Gerakannya secepat angin. Jika tak mengetahui dengan
mata kepala sendiri, orang tentu mengira pendatang itu bukan
manusia tetap bangsa setan.

Tokoh semacam Randa Busan yang memiliki Ya-li-sin-kang,


pun tak mampu mendengar kedatangan orang itu. Baru ia
gelagapan kaget ketika lengannya hendak ditutuk orang itu.

Tetapi Randa Bu-san tak kecewa diagungkan orang sebagai


tokoh sakti jaman itu. Ia tak mau berputar tubuh melainkan
malah maju ke muka seraya mengganti kedua pukulannya tadi
dengan jurus Angin-puyuh-menyambar-pohon, untuk
menyapu pendatang itu.

743
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu mendengus dingin. Begitu kakinya menginjak


tanah, ia balikkan tangan kanan yang hendak menutuk lengan
Randa Bu-san tadi, untuk menyongsong kedua pukulan wanita
Bu-san itu.

Baik pukulan Randa Bu-san maupun gerakan tangan orang


itu, sama-sama tergolong tenaga-da-lam lunak. Sedikit pun
tak mengeluarkan suara apa-apa. Walaupun gerak pukulannya
mereka tak begitu dahsyat, tetapi angin halus dari pukulan itu
telah menimbulkan badai keras yang memekakkan telinga.

Begitu pukulan saling beradu, tubuh kedua tokoh itu sama2


berguncang. Rupanya kekuatan mereka berimbang.

Siau Liong yang pejamkan mata tadi karena merasa sampai


beberapa jenak pukulan Randa Bu-san belum juga tiba, tetapi
ia mendengar deru angin menyambar di udara, buru-buru ia
membuka mata.

Begitu membuka mata, ia terkejut girang Yang datang itu


bukan lain adalah Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho,
gurunya sendiri.

"Suhu! Engkau....”

Belum Siau-liong selesai berteriak, Kongsun Sin-tho sudah


cepat goyangkan tangannya, “Jangan banyak omong! Lekas
beristirahat salurkan tenagamu!"

Habis berseru, tabib itu segera dorongkan kedua tangannya


untuk menyongsong pukulan Randa Bu-san.

Seperti orang yang hidup lagi dari kematian apalagi


mendapat kunjungan dari suhu yang dicintainya, legalah hati
Siau-liong. Cepat ia melakukan perintah snhunya. Duduk
bersemedhi menyalurkan pernapasan dan tenaga murni.

744
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi ia menyadari bahwa keadaannya saat itu benar-


benar berbahaya sekali. Ia harus cepat-cepat pulihkan
tenaganya agar dapat menghadapi si tuasi saat itu.

Diluar dugaan ketika ia menguapkan hawa-murni dalam


perut, ia rasakan serangkum hawa panas mengalir naik. Suatu
hal yang tak sama seperti biasanya. Diam-diam ia girang,
pikirnya, “Adakah dalam beberapa hari ini aku memperoleh
kemajuan luar biasa dalam ilmu tenaga-dalam."

Segera ia mulai mengatur hawa panas itu menurut jalan


darah yang tersebar diseluruh tubuhnya. Dan pada beberapa
kejab kemudian, ia telah mencapai dalam kehampaan. Pikiran
dan semangatnya manunggal. Ia tak ingat lagi apa yang
terjadi disekeliling tempat situ. Semua kosong melompong....

Karena diganggu oleh Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun


Sin-tho, marahlah Randa Bu-san. Dengan meraung seperti
singa betina yang kehilangan anak, ia menyerang tabib itu
dengan gencar sekali.

Hanya dalam sekejab mata saja, ia sudah lancarkan lebih


dari 20 jurus.

Tetapi Kongsun Sin-tho melayani dengan tenang. Serangan


dari wanita Bu-san yang menggunakan jurus ganas itu, satu
demi satu dapat dihapusnya. Betapapun Randa Bu-san seperti
orang yang kalap, tetapi sedikitpun tak mampu berbuat apa2
terhadap tabib sakti itu.

Ilmu tenaga-sakti Thian-jim-sin-kang yang dimiliki Kongsun


Sin-tho itu, walaupun sederajat dengan tenaga sakti Ya-Ji sin-
kang, Jit-hua sin-kang dan Cek-ci-sin-kang, tetapi Than-jim-
sin-kang itu mempunyai keefektifan tersendiri. Dan karena
Kongsun Sin tho telah mencapai tingkat yang tinggi dalam

745
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pelajaran ilmu Thian-jim-sin-kang itu. maka kepandaiannya


pun setingkat lebih tinggi dari Randa Bu-san.

Melihat perkembangan itu, semangat Liau Hoan dan Lu Bu-


ki pun bangkit kembali. Tetapi Song Ling makin gelisah. Ia tak
kenal siapa Kongsun Sin-tho itu. Maka ia kuatir kalau
mamahnya sampai terluka oleh kakek tua berjenggot putih itu.

Kongsun Sin-tho memang sakti. Sambil melayani Randa Bu-


sam, diam-diam iapun pancarkan tenaga kisar (putar) untuk
melanda Harimau Iblis dan Kun-lun Sam-cu.

Tenaga kisar dari Thain-jim-sin-kang itu, walaupun tidak


sampai melukai orang, namun mampu juga untuk memaksa
Harimau Iblis dan kawan2nya sempoyongan jatuh.

Bantuan Kongsun Sin-tho itu benar-benar meringankan Liau


Hoan siansu dan Lu Bu-ki. Saat itu mereka siap untuk merebut
kemenangan lagi.

Sekonyong konyong terdengar suitan nyaring dan panjang.


Nada dan suaranya amat ngeri sekali, mirip dengan suara
harpa yang dipetik sekeras-kerasnya. Membuat anak telinga
serasa pecah.

Dan memang pada saat suitan itu berhenti, nadanya tak


ubah seperti senar harpa yang putus!

Randa Bu-san, Harimau Iblis dan rombongannya tertegun.


Pada lain saat, mereka segera mengamuk lagi, menyerang
dengan dahsyat dan ganas.

Tiba-tiba Harimau Iblis menyambar tubuh Tan Ih-hong


yang terluka di tanah. Sekali enjot, ia membawanya
menerobos ke luar.

746
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Randa Busan lancarkan serangan gencar. Setelah berhasil


mengundurkan Kongsun Sin-tho, cepat ia menyambar tubuh
Naga Terkutuk yang duduk bersandar pada meja
sembahyang, lalu dibawah kabur keluar.

It Hang totiang, Shin Bu-seng, Cu Kong-leng dan ketiga


tokoh Kun-lun Sam-cu, pun mulai mengundurkan diri. Satu
demi satu mereka melangkah keluar biara dan lenyap dalam
kegelapan malam.

Dengan begitu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa suitan


panjang tadi tentu berasal dari Iblis-penakluk-dunia yang
memberi komando supaya jago-jagonya mundur.

Kala itu sudah menjelang tengah malam. Angin meniup


keras dan tak lama kemudian hujan pun mencurah lebat.

Ruang biara kembali sunyi senyap. Siau-liong dan


rombongan orang gagah, masih terengah-engah napasnya
karena kehabisan tenaga. Untunglah Poh Ceng-in masih
berada pada mereka.

Song Ling menangis tersedu-sedu. Tak henti-hentinya ia


mengoceh tetapi tak jelas apa yang di-ocehkan itu. Tentulah
karena memikirkan nasib ibunya. dara itu sampai hancur
hatinya.

Kongsun Sin-tho melangkah beberapa tindak, tiba-tiba


berhenti dan menghela napas panjang.

Setelah napasnya agak tenang, Lu Bu-ki terlongong-


longong memandang kedua anak buahnya yang binasa itu.
Setelah merapikan pakaiannya. si tinggi besar itu menghampiri
kemuka Kongsun Sin-tho Memberi hormat, serunya, “Terima
kasih atas budi pertolongan lo-cianpwe. Entah siapakah nama
lo-cianpwe yang mulia?"

747
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin-tho tersenyum, “Aku bernama Kongsun sin-


tho, seorang tabib yang suka berkelana dalam dunia
persilatan."

Lu Bu-ki tersentak kaget, “0, kiranya Kong-sun cianpwe....”


si tinggi besar terlongong-longong sehingga tak dapat
melanjutkan kata-katanya.

Memang ia pernah mendengar nama Kongsun Sin-tho yang


termasyhur sebagai seorang tabib sak-ti. Setitikpun ia tak
menyangka bahwa tabib itu ternyata memiliki ilmu kepandaian
yang teramat sakti.

Liau Hoan siansu juga menghampiri, serunya sambil


memberi hormat, “Ilmu ketabiban sicu yang telah
menyelamatkan jiwa manusia, tersebar harum dalam dunia
persilatan. Ah, tak kira kalau sicu ternyata pewaris dari ilmu
sakti Thian-jim-sin-kang. Maafkan karena lengah
menghaturkan hormat!"

Kongsun Sin-tho tertawa, “Sedikit ilmu kepandaian yang tak


berarti itu, masakan dapat lolos dari pengawasan lo-siansu....”

Behenti sejenak ia melanjutkan berkata lagi, “Walaupun


saat ini musuh sudah mundur, tetapi menurut hematku,
pengunduran mereka itu tentu mengandung siasat. Setiap
saat mereka mungkin akan menyerang lagi. sebaiknya
saudara2 suka beristirahat memulangkan tenaga!" Habis
berkata tabib itu terus duduk numprah di tanah.

Lu Bu-ki memang sudah kehabisan tenaga. Tanpa diulang


lagi, ia segera menurut anjuran Kongsun Sin-tho. Ia duduk
sandarkan diri pada meja sembahyang.

748
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Demikianpun Liau Hoan siansu. Bertempur lawan Harimau


Iblis dan rombongannya, paderi kurus itu kehabisan tenaga.
Terpaksa ia duduk numprah. Hanya Song Ling seorang yang
masih tak henti-hentinya menangis.

Setelah beristirahat sepeminum teh lamanya Siau-liong


berbangkit dan menghampiri Kongsun Sin-tho. Ia berlutut di
hadapan guru itu.

"Lukamu masih parah. Jika tak cepat dirawat, kecuali akan


gagal mempelajari ilmu Thian-kong sin-kang, pun engkau
bakal cacad seumur hidup! " seru Kongsun Sin-tho.

"Harap suhu jangan kuatir, murid sudah banyak baikan,"


Siau-liong tertawa.

Kongsun Sin-tho mengamati wajah pemuda itu. Lalu


menjamah bahu dan keningnya. Tiba-tiba mulutnya
menghambur puji, “Benar-benar ilmu sakti nomor satu di
dunia. Liong-ji, rejekimu benar-benar besar sekali!"

Ilmu Thian-kong-sin-kang memang sudah lama lenyap dari


dunia persilatan. Kongsun Sin-tho tak tahu sampai dimanakah
kesaktian Thian-kong-sin kang itu. Tetapi ia anggap, segala
macam ilmu sakti walaupun aliran ajarannya berbeda, tetapi
semua ilmu sakti itu tentu berpusat pada ajaran pokok yakni
melatih Tenaga dan Khi (hawa murni).

Thian-kong-sin-kang walaupun mengutamakan Sin


(semangat) sebagai sumber pokoknya, tetapi caranya berlatih
tentu tak jauh bedanya dengan lain-lain ilmu. Demikian
anggapan Kongsun Sin-tho.

Tetapi alangkah kejutnya, ketika ia dapatkan luka yang


diderita Siau-liong sudah enam tujuh bagian sembuh setelah
pemuda itu menjalankan penyaluran hawa murni hanya dalam

749
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

waktu yang singkat saja. Saat itu barulah Kongsun Sin-tho


benar-benar mengakui bahwa ilmu Thian-kong-sin-kang itu
memang nyata lebih unggul dari segala ilmu sakti yang
terdapat dalam dunia persilatan.

Berkata pula tabib itu kepada Siau-liong, “Karena engkau


telah makan buah Im-yang-som dan minum darah binyawak
purba, maka engkau dapat mempelajari Thian-kong-sin-kang
dengan cepat. Sekarang engkau sudah mempunyai dasar2
tenaga dalam Thian-kong-sin-kang. Dengan begitu, apabila
engkau terus giat berlatih dalam beberapa waktu lagi, paling
tidak engkau tentu sudah dapat menguasai separoh bagian
dari ilmu itu. Cukup dengan mencapai lima bagian saja, cukup
bagimu untuk menjagoi dunia persilatan. Hanya saja....”

Tabib itu menghela napas, sambungnya pula, “Pada


dewasa ini dunia persilatan sedang diamuk pergolakan besar.
Mungkin tak memberi kesempatan padamu untuk meyakinkan
ilmu itu dengan tenang."

Song Ling masih menangis saja. Kongsu Sin-tho heran dan


menanyakan pada Siau-liong; "Apakah dia puteri dari Randa
Bu-san?"

"Ya." sahut Siau-liong, "Randa Busan pernah menolong jiwa


murid. tetapi saat ini....” ia menyhela napas tak melanjutkan
kata2nya.

Sambil mengusap-usap tangan, Kongsun Sin-tho suruh


Siau-liong menghibur dara itu.

Memang Siau-liong bermaksud hendak menghibur dara itu


tetapi sungkan terhadap gurunya Setelah Kongsun Sin-tho
menyuruhnya, cepat2 ia menghampiri dara itu.

750
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong membisiki beberapa patah kata ke dekat telinga


Song Ling. Entah bagaimana dara itu terus berhenti menangis
dengan mendadak ia berbangkit, menarik tangan Siau liong
diajak kehadapan Konsun Sin-tho.

"Lo-cianpwe," kata dara itu dengan menangis sesunggukan,


"mohon lo-cianpwe suka menolong mamahku.... mohon lo-
cianpwe suka menolong mamahku....” Dara itu mendekap kaki
kanan Kongsun Sin-tho dan menangis tersedu-sedu amat
mengibakan sekali.

Tabib tua itu kerutkan alis lalu bertanya kepada Siau liong,
“Liong-ji. engkau bilang apa saja kepadanya?"

Siau-liong tundukkan kepala menyahut sendat, “Murid tak


mengatakan apa2, hanya memberitahu bahwa kemungkinan
suhu dapat menolong ibunya."

Kongsun Sin-tho menghela napas, “Karena keadaan sudah


begini, sudah tentu aku tak dapat berpeluk tangan. Tetapi
ketahuilah. Kemampuanku terbatas. Sedang saat ini Iblis-
penakluk-dunia sudah menguasai "tiga tokoh pemilik ilmu Ya-
li-in-kang, Jit-hua-sin-kang dan Ce ci-sin kang Kekuatan
mereka tentu dapat menguasai dunia persilatan. Dan lagi....”

Tabib tua itU berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Yang


kukuatirkan, menilik kecerdikan iblis itu, kemungkinan dia
akan minta secara paksa ketiga ilmu sakti Ya-li, Jit-hua dan
Ce-ci itu. Jika hal itu terdjadi dia pasti akan memiliki tiga
macam ilmu sakti dan sukar dicari tandingannya lagi!"

Siau-liong tertegun. Apa yang dikatakan suhunya itu,


benar-benar belum pernah dipikirkan. Sedang Song Ling masih
tetap mendekap kaki Kongsun Sin-tho seraya menangis
merengek-rengek.

751
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Akhirnya Kongsun Sin-tho mengangkat bangun Siau-liong


dan Song Ling, ujarnya, “Akan kuusahakan sekuat tenagaku,
Sudahlah jangan menangis saja. Karena keadaan tak dapat
ditolong dengan menangis!"

Song Ling berhenti menangis. Sepasang kelopak matanya


membenjul. Ditatapnya Kongsun Sin-tho dengan pandang
memohon.

“Pertempuran antara golongan Hitam dan Putih pada


beberapa hari yang lalu memang dahsyat sekali," kata
Kongsun Sin-tho pula, "Bukan karena aku bermaksud hendak
berpeluk tangan saja. Tetapi memang ada beberapa
pertimbangan. Dengan menguasai ketiga tokoh pewaris ilmu
Ya-li-sin-kang, Jit-hua-sin-kang dan Ce-ci-sin-kang itu, berarti
Iblis-penakluk-dunia sudah memperoleh tiga dari lima buah
ilmu sakti dalam dunia persilatan. Sekali pun Ceng Hi totiang
mengundang seluruh orang gagah dalam dunia, tetap sia2
saja, seperti kawanan kambing hendak menyerbu kesarang
harimau....”

Tabib itu menghela napas, katanya lanjut; “Sudah


beberapa kali aku masuk ke dalam Lembah Semi dan secara
diam-diam menyelidiki keadaan Jong Leng lojin yang telah
dihilangkan kesadaran pikirannya itu. Pikirku hendak
mengusahakan obat untuk memulih kesadaran mereka. Tetapi
akhirnya kurasa, keadaan tokoh itu memang tak dapat
ditolong lagi....”

Mendengar itu Song Ling menangis lagi, “Kalau begitu


mamahku juga tak mungkin dapat disembuhkan lagi....?"

Kongsun Sin-tho cepat2 gelengkan kepalanya, “Boleh dikata


hidupku kuabdikan pada ilmu pengobatan. Aku tak
mengatakan pasti bahwa keadaan mereka tak dapat
disembuhkan. Apalagi soal ini menyangkut hidup matinya

752
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dunia persilatan. Maka dalam beberapa hari ini aku pergi


mencari obat ke perbagai tempat. Rencanaku hendak
membuat pil mujijad untuk menyembubkan segala penyakit!"

"Apakah dapat menyembuhkan Randa Bu-san yang terkena


ilmu sihir itu?" buru-buru Siau-liong menukas.

Wajah tabib itu berobah serius, “Apakah mampu mengobati


atau tidak, sekarang masih sukar kukatakan. Tetapi dalam
penyelidikan sekali yang lebih mendalam, aku berhasil
menemukan suatu obat.... Jika obat itu tetap gagal, akupun
tak dapat berbuat apa2 lagi kecuali harus mundur teratur....”

"Apakah pil buatan lo-cianpwe itu sudah selesai?" tukas


Song Ling.

Kongsun Shin-tho tertawa, “Pil yang kunamakan Sip-siau


cwan-soh-sin-tan itu memerlukan 10 macam obat. Caranya
membuat mudah saja. Dalam empat jam saja sudah selesai.
Tetapi ke-10 bahan obat itu, ada tiga macam yang sukar
dicari!"

Ia berhenti sejenak memandang Siau-liong dan Song Ling,


katanya pula, “Kesatu, sebatang Ho-siu-oh berumur seribu
tahun. Kedua, buah som salju berumur ratusan tahun....”

Siau-liong menghela napas: , Ah, memang bahan itu tak


mungkin didapatkan. Walaupun orang menggunakan
waktunya seumur hidup, belum dapat memperolehhya Apalagi
saat ini kita didesak oleh keadaan!"

Kongsun Sin-tho tersenyem, “Kemasyhuran namaku dalam


dunia persilatan adalah Karena pandai mencari bahan2
ramuan obat. Untung dua dua macam bahan obat itu sudah
kuperoleh. Dan kini tinggal yang ketiga saja....”

753
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Apakah yang ketiga itu?” buru-buru Siau-liong mendesak.

"Ramuan obat yang ketiga adalah seekor Tenggoret emas


berkaki tiga. Beberapa tahun yang lalu aku sudah menjelajahi
seluruh gunung dan sungai, tetapi belum pernah bertemu
dengan binatang itu. Kabarnya paderi Kim Ting dari Go-bi-pay
memelihara seekor. Tetapi paderi tua itu berwatak aneh.
Mungkin sukar memintanya....”

“Rasanya paderi Kim Ting itu tentu seorang paderi yang


saleh. Asal kita menuturkan tentang ancaman Iblis penakluk-
dunia yang hendak menguasai dunia persilatan, tentulah
paderi itu akan suka memberikan kepada kita!" kata Siau-
liong.

“Hal itu masih sukar dikata," kata Kongsun Sin-tho, "kita


boleh berusaha tetapi nasib yang akan menentukan!"

Tiba-tiba tabib itu mengambil buli2 arak pada


punggungnya. Ia mengambil sumbat penutupnya lalu dengan
hati2 sekali mengeluarkan dua bungkusan sutera. Yang
sebuah diserahkan kepada Siau-liong.

“Dua macam ramuan obat dan tujuh macam ramuan yang


lain, telah kubungkus menjadi dua. Di dalam bungkusan itu
terdapat resep untuk membuat obat itu. Asal sudah mendapat
Tenggoret-emas berkaki tiga dari paderi Kim Ting, bolehlah
ramuan obat itu segera dikerjakan."

Berkata Kongsun Sin tho dengan wajah gelap; "Saat ini kita
masih terkepung disini. Iblis-penakluk-dunia itu bukan olah2
licin serta ganasnya. Jika dia menyuruh ketiga tokoh pewaris
ilmu sakti dan beberapa anak buahnya kemari, aku tak yakin
mampu lolos dari sini!"

754
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut. Ia menyadari ucapan gurunya itu tentu


bukan sendau gurau. Siau-liong tergagap melongo.

Kongsun Sin-tho tertawa hambar, ujarnya, “Orang pandai


yang kaya akan pertimbangan, sekali pasti jatuh juga. Ingat
kata pepatah Sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali
pasti akan jatuh juga. Dalam hal itu, aku memang
mengutamakan tindakan yang hati2. Mati hidupnya, timbul
lenyapnnya dunia persilatan dewasa ini, seolah-olah telah
jatuh dibahu kita berdua. Selama salah satu diantara kita
masih hidup, tentulah masih ada harapan untuk membasmi
kawanan iblis durjana yang hendak merajalela menyebar
keganasan dan kelaliman itu....”

Siau-liong anggukkan kepala Kini baru ia terbuka matanya.


Suhu yang diangganya tak mau campur tangan urusan dunia
persilatan itu, ternyata orang yang paling memperhatikan
golak-gejolak dunia persilatan. Demi menyelamatkan tokoh2
persilatan yang terancam bahaya maut, suhunya ini tak
menghiraukan keselamatan dirinya sendiri.

“Lekas engkau simpan dalam bajumu. Lebih baik engkau


lekatkan pada tubuhmu. Selekas tenaga sekalian kawan pulih
kembali, kita segera tinggalkan tempat ini....”

Wajah tabib itu berobah bengis. katanya pula, “Setelah


dapat keluar dari sini, segera saja menuju ke gunung Gobi.
Jangan sekali-kali berhenti ditengah jalan. Dan jangan
memikirkan aku dan kawan-kawanmu. Ingat, apabila aku
sudah keluar dari tempat ini, tentu takkan balik kanan disini
lagi. Jika tak kuat mengekang hati untuk hal2 yang kecil, tentu
bisa mengakibatkan gagalnya rencana besar!"

Siau-liong kerutkan alis. Tetapi demi melihat wajah


suhunya tampak serius, ia tak berani membantah dan
terpaksa mengiakan sambil tundukkan kepala.

755
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah melakukan pernapasan untuk menyalurkan darah,


Lu Bu-ki dan Liau Hoan pun sudah pulih tenaganya.
Menyambar tubuh Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah,
Liau Hoan segera menuju ke belakang Siau-liong dan duduk.

Kongsun Sin-tho sejenak memandang ke arah Poh Ceng-in,


kerutkan dahi tetapi tak berkata apa2.

"Perempuan ini adalah anak perempuan dari suami isteri


Penakluk-dunia dan Dewi Neraka, "buru-buru Siau-liong
memberi keterangan, "jika membawanya menerobos keluar
dari kepungan, mungkin kedua suami isteri iblis itu tak berani
terlalu mendesak kita!"

Kongsun Sin-tho tertawa hambar....”Apakah dalam


pertempuran tadi engkau tak pernah menggunakan wanita itu
untuk menekan Iblis-penakluk-dunia!"

Siau-liong terbeliak. Ia ingat bagaimana sikap Iblis-


penakluk-dunia dan isterinya waktu diancam dengan jiwa
anaknya. Jelas kedua suami isteri itu tak takut.

Merahlah wajah Siau-liong. Ia tundukkan kepala tersipu-


sipu.

Saat itu, guruh dan guntur tak henti-hentinya bersahut-


sahutan. Hujan makin deras. Puncak wuwungan biara yang
sudah tak terurus itu pecah2 sehingga air hujan meluncur
masuk. Lantai penuh air.

Sudah beberapa hari Siau-liong tak mandi. Pakaiannya


berlumuran debu kotor dan noda darah. Juga keadaan Lu Bu-
ki dan Liau Hoan tak keruan.

756
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Melihat keadaan orang2 itu, Kongsun Sin-tho menghela


napas pelahan. Sekonyong-konyong angin berembus.
membawa hawa yang harum sekali. Siau-liong terkejut. Ia tak
asing lagi dengan bau harum itu.

"Iblis-penakluk-dunia sedang menyebarkan hawa beracun


pemusnah jiwa!" serunya, "orang yang mencium bau itu tentu
lemah lunglai tak bertenaga....”

Tiba-tiba ia teringat botol obat penawar pemberian Poh


Ceng-in yang masih separoh isinya. Tetapi obat penawar itu
telah dimakannya habis. Dalam gugup. terlintas sesuatu pada
pikirannya. Cepat ia berputar tubuh lalu menerkam Poh Ceng-
in.

Tetapi setelah beberapa saat merabah-rabah pakaian


wanita itu, tetap ia tak menemukan apa2.

Tiba-tiba sepasang mata Kongsun Sin-tho terentang lebar2


dan memancarkan sinar yang menakutkan orang.

Rupanya tabib itu sedang membenam diri dalam renungan.


Sampai lama baru ia tertawa dan berkata seorang diri.

"Aneh, benar-benar suatu hal yang sukar dimengerti!" seru


tabib itu.

Mendengar kata2 suhunya, Siau-liong hentikan


penggeledahannya.

Saat itu hawa yang mengandung bau harum itu makin


menebal. Diantara rombongannya, Lu Bu-kilah yang paling
rendah kepandaiannya. Tampaknya ia sudah mulai tak tahan.
Beberapa kali a batuk2.

757
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bau ini hanya sejenis obat bius biasa," kata Kongsun Sin-
tho, "kedua suami isteri iblis itu tentu sudah tahu
kemasyhuranku sebagai tabib. Tetapi mengapa mereka
mengeluarkan permainan yang tak berarti itu....”

Berhenti sejenak, ia melanjutkan, “Tentulah dia masih


menyiapkan siasat lain yang lebih ganas lagi. Yang dikeluarkan
sekarang ini hanya tipu muslihat kosong!"

Habis berkata tabib itu mengambil buli2 merah yang


dipanggul di punggung. Ia mengeluarkan beberapa pil merah
dan dibagi-bagikan kepada rombongan Siau-liong.

Begitu masuk ke dalam perut, pil itu terasa menyegarkan


semangat. Rasa muak dari hawa wangi tadi, lenyap seketika
Dan tak berapa lama, hawa harum itupun enyap sama sekali.
Kongsun Sin-tho kerutkan dahi seperti tengah merenungkan
soal yang penting tetapi belum dapat memecahkan.

Tiba-tiba terdengar lengking suara yang nyaring dan tajam


sekali. Sekalian orang gagah seperti robek anak telinganya.
Menyusul terdengar pula suara yang memuakkan telinga. Mirip
dengan seruling, pun mirip dengan gemerincing golok saling
beradu.

Suara yang hiruk itu setempo melengking tinggi setempo


pelahan. Tetapi terus menerus tak henti-hentinya, sehingga
mengganggu ketenangan hati sekalian orang.

Kongsun Sin-tho berseru lantang, “Ah, itu hanya suatu


permainan tak berarti untuk mengacau pikiran orang. Tetapi
mengapa Iblis penakluk-dunia menggunakan permainan itu
terhadap aku?"

Kemudian tabib itu minta kepada sekalian orang supaya


memusatkan semangat dan pikirannya! Jangan sampai

758
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tercengkam dengan suara itu, Setelah melakukan perintah,


ternyata sekalian orang merasa tenang lagi pikirannya. Tak
berapa lama kemudian, suara kacau itupun lenyap.

Kongsun Sin-tho pelahan-lahan bangkit dari tempat


duduknya. Sambil mendukung kedua tangan di punggung, ia
berjalan mondar-mandir. Rupanya ia sedang memeras otak
untuk mencari daya....

Tiba-tiba ia berhenti dan memandang sekali orang,


serunya, “Betapapun halnya, tempat ini sudah tak sesuai lagi.
Kita harus lekas2 tinggalkan tempat ini!"

Saat itu hujan amat lebatnya. Tetapi setelah berkata,


Kongsun Sin-tho terus melangkah keluar. Sekali loncat, ia
sudah tiba ditengah halaman.

Siau-liong dan kawan2, begitu tiba diambang pintu tak mau


cepat2 meniru tindakan Kongsun Sin-tho melainkan berhenti
dan mengawasi sepak terjangnya tabib itu.

Begitu tegak ditengah halaman, sekonyong-konyong tubuh


Kongsun Sin-tho meluncur lima enam tombak ke udara. Dia
berputar-putar di atas udara Kemudian ia melayang turun.

Selain gemuruh hujan, saat itu tiada terdengar suara apa2


lagi Siau liong dan Song Ling menjaga dipintu sedang Liau
Hoan sambil menjinjing tubuh Poh Ceng-in mengikuti di
belakang mereka. Lu Bu-ki siap dengan senjatanya. Tangan
kanan mencekal ruyung besi, tangan kiri menggenggam pelor
baja.

Keempat orang itu tegang sekali. Tiba-tiba Siau-liong


berkata kepada Liau Hoan dengan nada menyesal, “Ah,
membikin repot lo-cianpwe saja. Baiklah aku yang akan
membuka jalan!"

759
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jangan kuatir!" sahut Liau Hoan, “asal aku masih bernapas


saja, tentu takkan melepaskan perempuan siluman ini!"

Tiba Kongsun Sin-tho melambai dan memanggil Siau-liong


berempat. Siau-liong dan kawan-kawannya cepat menyusul
tabib itu. Tetapi dalam hujan yang selebat itu, pandangan
mata mereka tak dapat menembus lebih dari setombak
jauhnya.

Kongsun Sin-tho segera mempelopori berjalan dimuka. Dia


tak mau keluar dari pintu besar melainkan menerobos dari
sebuah lubang ditembok.

Pada saat rombongan Siau-liong hendak menyusup lubang


itu, tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring memecah
angkasa. Pada lain saat muncul belasan orang yang
mengepung mereka.

Ah, ternyata rombongan Tblis-penakluk dunia. Bahkan iblis


itu sendiri yang memimpinnya. Disamping kanan kirinya
tampak Lam-hay Sin-m Jong Leng lojin, Randa Bu-san, It
Hang totiang. Harimau Iblis dan beberapa anak buah lainnya.

Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, “Kongsun tua,


Sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali akan tergelincir
juga.... ha, ha, tepat sekali kata2mu itu. Tahukah engkau
bahwa aku memiliki ilmu Menembus-langit meneropong-bumi
sehingga apa yang kalian bicarakan tadi, dapat kudengar
semua?"

Kongsun Sin-tho mendengus dingin. Tanpa berkata apa2, ia


terus songsongkan kedua tangannya ke arah rombongan Iblis-
penakluk-dunia seraya berseru kepada Siau liong, “Liong-ji,
lekas lari!"

760
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diantara kelima ilmu sakti, adalah ilmu Thian-jim-sin-kang


yang dimiliki Kongsun Sin-tho itu yang paling hebat sesudah
Thian-kong-sin-kang.

Dua buah hantaman Kongsun Sin-tho yang dilancarkan


dengan sekuat tenaga itu, cepat dan dahsyatnya bukan main.
Karena tak sempat menghindar maka Iblis penakluk-dunia,
Lam-hay Sin-ni Jong Leng lojin, Randa Bu-san dan lain-lain,
terhuyung-huyung mundur beberapa langkah. Setelah
kerahkan tenaga, barulah mereka dapat berdiri tegak.

Pukulan Kongsun Sin-tho itu menimbulkan deru gelombang


angin yang dahsyat sehingga lumpur muncrat berhamburan
ke-mana2. Hujan lebat angin keras dan lumpur berhamburan.
Benar-benar membuat rombongan Iblis-penakluk-dunia tak
dapat membuka mata.

Sedang Siau-liong dan kawan2 pun segera melakukan


perintah Kongsun Sin-tho. Siau-liong menarik tangan Song
Ling terus diajak loncat menerobos lubang tembok.

Iblis-penakluk-dunia marah sekali. Setelah berdiri tegak, ia


segera tertawa nyaring. Tar, tar, ia getarkan cambuknya
beberapa kali di udara.

Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san, Jong Leng lojin serempak


menggerung. Bagaikan tiga ekor singa buas, mereka
menerjang dan menyerang Kongsun Sin-tho dengan kalap.

Hujan pukulan dari ketiga tokoh itu telah menimbulkan


badai sedahsyat gunung rubuh....

Saat itu Siau-liong dan Song Ling sudah lari sejauh belasan
tombak. Ketika berpaling, Siau-liong tak dapat melihat apa2
karena lebatnya hujan ia terkejut dan berhenti. Dipandangnya

761
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan seksama, namun tetap tak tampak suhunya menyusul


ia makin gelisah.

“Harap nona melintasi hutan ini dulu aku hendak kembali


membantu suhuku!" katanya.

“Akupun hendak menolong mamah!" sahut si dara.

Dan pada saat Siau-liong berputar tubuh Song Ling pun


mengikuti juga. Tetapi pada saat kedua anak muda itu hendak
ayun tubuh, tiba-tiba terdengar Kongsun Sin-tho membentak
dengan ilmu Menyusup-suara, “Liong ji, lekas pergi ke puncak
Go-bi. Aku akan menyusul belakangan!"

Siau-liong tertegun. Cepat ia menarik tangan si dara.

"Eh, mengapa engkau?" seru Song Ling.

Siau liong menghela napas dan menerangka bahwa


suhunya tak memperbolehkan ia masuk ke dalam biara lagi.

“Jika kembali masuk, pun belum tentu dapat menolong


mamahmu. Lebih baik kita turut perintah suhu mencari
Tenggoret emas kepuncak Gobi! katanya pula.

Song Ling meragu, katanya, “Sehari tak dapat menolong


mamah, sehari hatiku tak tenteram. Ah.... kalau mau pergi,
cepat saja!"

Kedua anak muda itu segera gunakan ilmu meringankan


tubuh. Melintasi hutan terus menuju ketimur. Hanya dalam
waktu sepeminum teh saja, mereka sudah naencapai 5-6 li
jauhnya.

Bermula kedua ana kmuda itu masih dapat mendengar


suara tertawa Iblis-penakluk-dunia dan teriakan jeritan orang2

762
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang bertempur. Tetapi makin lama suara itu makin jauh dan
akhirnya lenyap ditelan kelebatan hujan.

Siau-liong mengajak Song Ling berhenti dan meneduh


dibawah sebatang pohon besar yang rindang daunnya.

“Rasanya tak perlu kita lari ke mati2an begini. Iblis-


penakluk-dunia tak mengejar kita. Kita tentukan arah dulu
baru lanjutkan perjalanan lagi!" kata Siau-liong.

“Aneh, mengapa Iblis-penakluk-dunia dua kali sengaja


lepaskan kita lolos, ini....” kata Song Ling.

Siau-liong pun heran tetapi ia tak dapat berkata apa2.


Hanya diam-diam ia gelisah, memikirkan keselamatan
suhunya, Liau Hoan siansu, Lu Bu-ki dan Poh Ceng-in.
Betapapun bencinya terhadap Poh Ceng-in tetapi karena hidup
matinya harus bersama wanita itu, terpaksa ia harus
memikirkan keselamatan wanita itu. Jika dalam keadaan
terdesak paderi itu sampai menutuk mati Poh Ceng-in,
tentulah ia juga akan ikut binasa.

Dan lagi tadi Iblis-penakluk-dunia mengatakan bahwa iblis


itu dengan ilmu Menembus-langit-meneropong-bumi dapat
mendengar pembicaraannya dengan Kongsun Sin-tho. Lalu
mengapa iblis itu tak mau suruh anak buahnya merintangi?
Adakah iblis itu tak begitu menganggap penting ataukah
memang mempunyai lain rencana lagi?

Melihat Siau-liong diam saja, Song Ling berseru pula, “Iblis-


pcnakluk-dunia sangat menginginkan ilmu Thian-kong-sin-
kang yang engkau miliki. Tetapi mengapa dia tak mau
menawanmu? Apakah dia tak kuatir engkau lolos? Bukankah
amat berhahaya sekali apabila engkau dapat meloloskan diri?
Karena setelah mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang, engkau
tentu akan mencarinya?"

763
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas, “Iblis itu tentu sudah


memperhitungkan bahwa tak mungkin dalam keadaan saat ini,
aku akan melarikan diri untuk belajar ilmu Thian-kong-sin-
kang itu. Tetapi mengapa dia tak mau menawanku, memang
benar-benar mengherankan sekali!"

Siau-liong duga Iblis-penakluk-dunia itu tentu sudak dapat


menduga bahwa dialah yang menyamar sebagai Pendekar
Laknat. Dugaan itu makin diperkuat, ketika di dalam biara
rusak Iblis-penakluk-dunia memanggilnya dengan sebutan
"Pendekar Laknat tua."

Siau-liong masih melanjutkan renungannya. sewaktu dalam


barisan Pohon Bunga bertempur lawan Lam-hay Sin-ni dan
Jong Leng lojin, ia telah menderita luka. Begitu pula ketika
Randa Busan dapat ditawan Iblis-penakluk dunia. Siau-liong
ingat, paling tidak dua kali sebenarnya ia sudah jatuh
ketangan Iblis-penakluk-dunia. Tetapi mengapa iblis itu
sengaja membiarkan dirinya lolos?

Sudah pasti Iblis-penakluk-dunia itu tahu bahwa dialah


(Siau-liong) yang menemukan kitab pusaka Thian-kong-sin-
kang dan menghancurkan kitab itu. Jika Iblis-penakluk-dunia
hendak memburu ilmu itu, seharusnya menangkap dan
memaksanya supaya mengajarkan ilmu itu.

Sejak siasat Iblis-penakluk-dunia menggunakan si Mulut


Besi Ong Tiat-go gagal, Siau-liong memang lebih waspada.
Tetapi terhadap gerak gerik iblis itu yang membiarkan dirinya
lolos begitu saja, benar-benar Siau-liong tak mengerti!

Karena makin memikir makin gelisah, akhirnya Siau-liong


menghela napas, ujarnya, “Setelah tiba di Gobi, lebih dulu
akan kuturunkan ilmu Thian kong-sin-kang itu kepadamu.
Apabila Iblis-penakluk-dunia telah berhasil menguasai dania

764
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

persilatan, sebaiknya nona mengasingkan diri di tempat yang


sunyi untuk meyakinkan Thian-kong-sin-kang. Setelah berhasil
barulah nona berusaha untuk mencari balas!"

“Sudahlah, jangan banyak omong. Aku sudah mempunyai


rencana sendiri dan takkan menerima ilmu Thian-kong-sin-
kang itu....” sahut si dara, "jangan pindahkan beban berat itu
kepadaku."

"Sama sekali aku tak bermaksud hendak mengalihkan


tanggung jawab kepadamu....”

“Tak peduli engkau bilang apa saja, toh percuma! Lebih


baik engkau tentukan arah yang harus kita tempuh sekarang
ini!" tukas Song Ling.

Siau-liong menghela napas, “Apakah nona sungguh2 tak


mau meluluskan?"

Rupanya Song Ling tak sabar lagi.

“Tidak! Tidak! Huh, tak malu engkau sebagai anak lelaki,


mengapa merengek-rengek begini macam!"

Tiba-tiba dara itu loncat menerjang hujan....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 14

Go-bi-san

Siau-liong tertegun dan malu hati. Cepat ia loncat


mengikuti dara itu. Mereka tak faham jalan-jalan di
pegunungan Tay-liang-san. Apalagi tengah malam hujan angin

765
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperli saat itu mereka tak tahu arah yang akan ditempuh.
Terpaksa mereka hanya berjalan menurut apa yang dapat
dilalui.

Dalam waktu singkat mereka telah mencapai dua li


jauhnya. Hujanpun sudah berkurang. Tiba-tiba mereka
tertegun berhenti. Ternyata mereka berhadapan dengan dua
simpang jalan. Sesaat tak tahu mereka harus mengambil jalan
yang mana.

Song Ling menatap Siau-liong dengan pandang bertanya.


Tetapi pemuda itupun bimbang sendiri. Ia menyadari bahwa
Tay-liang-san itu merupakan pegunungan dan beribu puncak.
Sekali kesasar, tentu sukar keluar.

Pada saat ia belum dapat mengambil putusan, tiba-tiba dari


jauh terdengar derap kaki orang menghampiri.

Langkah kaki itu amat pelahan sekali apalagi sedang hujan.


Tetapi berkat telinganya yang tajam, dapatlah Siau-liong
menangkap suara langkah itu. Apalagi saat itu ia pasang
telinga dengan seksama sehingga dapat mendengar jelas.

Ia terkejut dan cepat menarik tangan Song Ling lalu diajak


bersembunyi digerumbul semak.

Song Ling tak mendengar apa2, tetapi karena ditarik Siau-


liong ia duga pemuda itu tentu mendengar sesuatu.

Saat itu keduanya berada diujung jalan kecil yang terletak


diatas. Dan gerumbul semak itu terletak di tepi jalan. Apabila
pendatang dari jalan kecil juga, tentulah akan mengetahui
mereka.

Langkah kaki itu makin lama makin dekat dan jelas


langkahnya berat. Terang bukan orang persilatan.

766
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah dia seorang pemburu? Tetapi mengapa keluar


tengah malam hujan lebat?" pikir Siau-liong.

Tepat pada saat itu dilihatnya sesosok tubuh yang


terhuyung-huyung meughampiri. Segera Siau-liong mengenali
siapa pendatang itu. Girangnya bukan kepaang. Buru-buru ia
berkata kepada Song Ling:

"Itulah Lu Bu-ki!"

Samar2 Song Ling juga melihatnya Serunya heran,


“Mengapa hanya dia seorang? Dan mengapa tampaknya
terluka?"

Memang orang itu terhuyung-huyung sehingga sampai


beberapa saat baru tiba ditempat Siau-liong bersembunyi.
Tubuhnya berlumuran darah, pakaian compang-camping dan
berjalan dengan susah payah.

Siau-liong cepat meneriakinya, “Saudara Lu!"

Lu Bu-ki tersentak kaget dan cepat mencabut pedang


dipunggungnya. Tetapi setelah melihat siapa yang memanggil
itu, ia menghela napas, “Ah, kiranya saudara Kongsun dan
nona Song. Menjapa kalian disini?"

Siau-liong tak menjawab melainkan melanjutkan


pertanyaannya, “Apakah saudara Lu melihat suhuku dan Liau
Hoan taysu....”

Lu Bu-ki menukas dengan helaan napas, “Ah, hidup selama


40 tahun lebih, baru hari ini mataku terbuka. Kongsun Sin-tho
locianpwe itu, ternyata seorang sakti Seorang diri dia mampu
menghadapi empat tokoh sakti si Iblis-penakluk-dunia, Lam-
hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan Randa Bu-san. Beaar2 suatu

767
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertempuran yang belum pernah terjadi dalam sejarah


persilatan....”

Sambil terengah-engah. Lu Bu-ki seperti menggambarkan


pertempuran itu dengan gerak2 yang bersemangat.

Siau-liong tergopoh menukasnya, “Bagaimanakah


kesudahannya pertempuran itu? Suhuku....?"

Lu Bu-ki tertegun, sahutnya, “Aku dan Liau Hoan taysu pun


bertempur sendiri dengan Harimau Iblis dan It Hang
totiang....”

Berhenti sejenak ia berkata pula, “Tetapi karena


kepandaianku jelek, dalam tiga jurus saja aku sudah
menderita luka. Sedang Liau Hoan taysu karena
mencengkeram perempuan baju merah itu, gerakannya tak
leluasa. Pihak kita hanya mengandalkan kekuatan Kongsun lo-
cianpwe seorang....”

Tiba-tiba ia berhenti lagi dan terengah-engah.


Sesungguhnya Siau-liong gelisah sekali tetapi ia sungkan
untuk mendesak. Terpaksa dengan sabar ia bertanya, “Apakah
engkau terluka parah?"

Setelah terengah sejenak, Lu Bu-ki paksakan tertawa,


“Hanya beberapa luka luar saja, tidak jadi apa....”

Tetapi tampaknya kedua kakinya sudah tak kuat berdiri


lagi. Maka duduklah ia di tepi jalan lalu berkata pelahan-lahan.

"Sebenarnya dalam pertempuran itu aku sudah bertekad


untuk mengadu jiwa. Tetapi karena Kongsun lo-cianpwe
berulang kali menyerukan supaya aku dan Liau Hoan taysu
segera mengundurkan diri, bahkan dalam kesibukan
menghadapi keroyokan keempat lawannya yang tangguh itu,

768
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun locianpwe masih sempat juga untuk membantu


aku....”

Mata sitinggi besar itu berkaca-kaca dan berseru dengan


nada tegang, “Saat itu aku dan Liau Hoan taysu terdesak
musuh. Tetapi karena dibantu Kongsun lo-cianpwe dengan
sebuah hantaman yang memaksa Harimau Iblis dan It Hang
totiang mundur bahkan Shin Bu-seng dari Tiam-jong-pay
menderita luka, sambil menyeret perempuan siluman baju
merah itu, segera menerobos keluar dari biara. Kemudian
akupun menyusul keluar Tetapi karena malam Itu hujan lebat
dan angin kencang, suasana di luar gelap pekat. Begitu keluar
aku tak melihat Liau Hoan taysu lagi. Tentulah dia sudah lari
jauh....”

Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas, “Kalau


begitu engkau tak mengetahui bagaimana kesudahan
pertempuran suhuku itu?"

Lu Bu-ki gelengkan kepala menghela napas, “Karena tak


melihat Liau Hoan taysu dan menderita luka, sedang keadaan
diluar gelap gulita sekali .dan saat itu Kongsun lo-cianpwe
gunakan ilmu Menyusup suara untuk menyuruh aku lekas....
aku lekas pergi dan lagi....”

Ia berhenti memandang Siau-liong, “Suhumu suruh aku


apabila bertemu dengan engkau, supaya menyampaikan
pesannya suruh engkau lekas menuju ke gunung Gobi,
menemui paderi sakti Kim Ting. Minta Tenggoret-berkaki-tiga
dari paderi itu. Suhumu mengatakan pula. Beban berat untuk
menyelamatkan dunia persilatan dewasa ini, terletak
dibahumu. Suruh engkau menyadari tugas berat itu. Setiap
tindakan harus hati2....”

769
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas, “Kalau begitu, suhu


kemungkinan besar tentu tertimpah bahaya!" sesaat ia gelisah
dan cemas sekali.

"Kalau aku bisa meloloskan diri, tentulah Kongsun cianpwe


takkan tertimpah apa2 ,....” Lu Bu-ki menatap Siau-liong dan
tiba-tiba diam.

Siau-liong menghela napas, “Itulah karena Iblis penakluk-


dunia tak berniat menangkapmu. Tetapi terhadap suhu....
dengan mengandalkan pada ketiga tokoh sakti yang telah
menjadi orangnya itu, betapa pun sakti kepandaian suhu
tetapi mungkin.... ah! Tertawannya Randa Bu-san merupakan
salah satu contoh....”

Makin memikir, makin gelisahlah Siau-liong. Ia merasa pasti


bahwa suhunya tentu celaka.

Song Ling yang selama itu hanya mendengarkan mereka


bicara, pikirannya pun agak tenang.

Tetapi mukanya basah dengan airmata campur hujan.


Setelah menghela napas panjang ia bertanya kepada Lu Bu-ki,
“Mamahku.... apakah masih linglung pikirannya?"

Lu Bu-ki terpaksa mengangguk, “Selama ilmu siluman dari


kedua suami isteri iblis itu belum dapat dipecahkan, keadaan
ibu nona tentu sukar sembuh....”

"Lalu berpaling dan berkata kepada Siau-liong, “Menurut


hematku, baiklah saudara melakukan pesan Kongsun cianpwe
untuk lekas mencari paderi sakti Kim Ting di Gobi dan minta
Tenggoret-emas-berkaki-tiga itu!"

Siau-liong mengangguk. Lalu ia menanyakan bagaimana


dengan luka sitinggi besar itu.

770
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan gagah Lu Bu-ki teriawa, “Aku masih kuat


menahan!" —Habis berkata ia terus loncat bangun. Tetapi
sebelum kakinya tegak, iapun terhuyung-huyung mau jatuh
lagi. Jelas bahwa lukanya memang berat tetapi ia paksakan
diri bertahan.

Siau-liong cepat2 memapahnya tetapi sitinggi besar itu


menghindar ke samping lalu tertawa garang, “Habis hujan,
tanah licin. Sama sekali bukan karena aku tak dapat berjalan!"

Ia terus ayunkan langkah lebar berjalan. Hampir setengah


dari umurnya telah dipergunakan berkecimpung dalam Rimba
Hijau. Sekali pun jarang sekali datang ke gunung Tay-liang-
san, tetapi Lu Bu-ki cukup mengenal jalan di daerah itu. Maka
berjalanlah ia menempuh hujan yang masih belum reda
dengan diikuti Siau-liong dan Song Ling.

Untunglah makin lama hujan pun makin reda dan akhirnya


berhenti. Langitpun cerah juga. Rembulan muncul bagaikan
sebuah bola lampu yang tergantung di atas barisan puncak
gunung.

Tetapi karena sudah terlanjur basah kuyup ketika dihembus


angin malam, ketiga orang itu menggigil kedinginan. Song
Ling yang bermula mengikuti persis di belakang Lu Bu-ki, lama
kelamaan merasa letih juga dan akhirnya ia berjalan menjajari
Siau-liong. Berkali-kali ia sandarkan tubuhnya ke bahu
pemuda itu.

Siau-liong diam-diam kerahkan tenaga dalam. Ia


memperhatikan keadaan sekeliling penjuru. Maka bermula ia
tak memperhatikan Song Ling. Baru setelah dara itu gemetar
keras. ia terkejut, “Apakah engkau kedinginan?"

771
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Suatu pertanyaan yang sesungguhnya dapat dijawab


sendiri karena dia juga gemetar kedinginan.

"Tidak," sahut Song Ling.

Siau-liong terkejut mendengar nada suara dara itu lain dari


biasanya. Buru-buru ia berhenti, Ternyata wajah Song Ling
berobah pucat, giginya bercaterukan keras. Tangannya dingin
sekali tetapi dahinya amat panas.

"Engkau sakit!" seru Siau-liong.

Song Ling paksakan diri, “Hanya cape sedikit, tetapi tak


mengapa....” —tetapi mendadak ia mencengkeram lengan
Siau-liong dan meronta, “Pelahan-lahan saja!"

Siau-liong iba sekali melihat keadaan dara itu sehingga


hampir menangis. Song Ling menderita luka parah pada tubuh
dan hatinya. Lalu menempuh perjalanan ditengah malam yang
berhujan lebat, angin keras. Sudah tentu dara itu tak kuat
bertahan.

Tetapi sikap si dara yang tetap gagah, sinar matanya yang


memancar kekerasan hati dan katup bibirnya yang angkuh
pantang mundur, diam-diam menimbulkan rasa kagum pada
Siau-liong.

Tak berapa lama malam pun berganti pagi. Pemandangan


sekeliling penjuru, makin terang. Diam-diam Siau-liong
gelisah. Jika saat itu Iblis-penakluk-dunia melakukan
pengejaran, tentulah sukar untuk meloloskan diri lagi.

Lu Bu-ki benar-benar tak kecewa sebagai seorang jantan


perkasa. Walaupun tubuhnya berhias luka2 tetapi ia tetap kuat
berjalan. Mendengar berulang kali Siau-liong menghela napas,
ia tahu isi hati pemuda itu. Segera ia berhenti, katanya, “Tay-

772
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

liang-san walaupun terdiri dari ribuan puncak, tetapi


mempunyai jalan keluar sampai berpuluh-puluh buah.
Kongsun lo-cianpwe dan Liau Hoan siansu tentu sudah
meloloskan diri dari lain jalan!"

"Eh, apakah nona sakit? " tiba-tiba ia terkejut melihat


keadaan Song Ling.

"Entah masih berapa jauh lagi dapat keluar dari


pegunungan ini? Kecuali nona Song tak kuat bertahan lagi....”
tiba-tiba Siau liong alihkan kata-katanya, “Dalam keadaan
berlumuran darah begini tidaklah leluasa kalau bertemu orang.
Lebih baik kita cari tempat beristirahat dulu."

Sambil menunjuk jauh kesebelah muka, Lu Bu-ki


mengatakan, “Setelah melintasi gunduk gunung itu, segera
kita sudah keluar dari Tay-liang-san.... dibawah gunung kita
akan tiba dikota, Ma-pian-koan. Disana nanti kita cari hotel.
untuk mengobati sakit nona Song dan sekalian beristirahat. "

Mendengar itu timbullah semangat Siau-liong. Tetapi saat


itu Song Ling benar-benar sudah tak kuat lagi. Dengan napas
memburu keras, ia sandarkan tubuh ke bahu Siau-liong.

"Nona....” seru Siau-liong.

"Hm.... ," gumam Song Ling terus rubuh. Siau-liong


terkejut. Terpaksa ia memandang dara itu terus lanjutkan
perjalanan lagi.

Ternyata Lu Bu-ki memang kenal jalanan disitu. Setelah


melintasi gunduk, mereka tiba di tanah datar. Dari jauh
tampak sebuah kota. Paling jauh hanya tiga li jaraknya.

Sekalipun ingat akan pesan suhunya supaya jangan


menunda perjalanan ke Gobi tetapi jarak ke Gobi tak kurang

773
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari 7-8 puluh li. Sedang saat itu Song Ling menderita sakit
sehingga tak kuat berjalan lagi. Maka Siau-liong terpaksa
memutuskan untuk beristirahat dulu di kota Ma-pian-koan
Ternyata kota itu tak berapa besar, kalah besar dan ramai
dengan kota Sok-cu.... Karena saat itu baru saja terang tanah
maka rumah2 dan jalanan masih sepi....

Lu Bu-ki dan Siau-liong berhenti disebuah rumah


penginapan di gang yang sepi. Papan nama yang tergantung
pada rumah penginapan itu berbunyi, “Pondok Toa Ong Ki"
Sebuah pondok penginapan yang sudah tua dan kecil....

Lu Bu ki mengetuk pintu tetapi sampai lama tiada


penyahutan. Sitinggi besar yang beradat berangasan lalu
mendebur sekeras-kerasnya seraya berteriak, “Hai, pintu,
lekas bukakan pintu."

Siau-liong terkejut. Ia memperingatkan siberangasan


supaya hati2 karena kota itu masih masuk lingkungan daerah
Tay-liang san.

Lu Bu-ki terpaksa bersabar dan menunggu. Paling tidak


sepeminum teh lamanya baru terdengar langkah kaki orang
dan pada lain saat terdengarlah pintu dibuka. Seorang lelaki
tua muncul. Tetapi begitu melihat kedua pendatang yang
berlumuran darah dan bahkan yang seorang memondong
seorang gadis, orang tua itu menjerit kaget lalu bergegas-
gegas hendak menutup pintu lagi.

Lu Bu-ki mendorong daun pintu dan membentak, “Tua


bangka, bukankah engkau membuka rumah penginapan? Aku
membawa uang....”

Siau-liong cepat melangkah maju, “Lo sianseng, kami


mendapat kesulitan dalam perjalanan. Minta tolong menyewa
kamar disini. Semua rekening tentu akan bayar lunas!"

774
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apakah kalian ini....” tanya orang tua itu tak henti2nya


memandang bergantian kepada tetamunya.

Siau-liong takut si tinggi besar omong keliru, buru-buru ia


mendahului, “Kami adalah.... pedagang yang baru pertama
kali ini menjual kain kedaerah Biau sini. Tak terduga ketika
melintasi pegunungan Tay-liang-san kami telah mendapat
kesulitan karena dihadang oleh orang Biau. Barang2 dagangan
kami telah dirampas semua....”

Kemudian memandang ke arah Song Ling yang


dipondongnya, Siau-liong menghela napas, “Adikku ini
menderita kegoncangan kaget dan karena kehujanan,
terserang sakit.... harap lo-sianseng suka menolongi."

Rupanya pemilik pondok itu percaya, katanya, “Memang


tahun ini berdagang keluar daerah tidak mudah. Masih untung
kalian bisa selamat. Beberapa hari yang lalu, ada rombongan
pedagang kain yang yang masuk ke daerah Biau, ketika
melintasi pegunungan Tay-liang-san pun dibegal orang Biau
liar. Dari lima orang yang dapat lolos hanya seorang saja
selamat. Kabarnya yang empat orang itu mati terkena panah
beracun dari orang Biau.... ai.... silahkan masuk!"

Rupanya pemilik pondok yang tua itu kasihan pada Siau-


liong. Sambil menunjukkan jalan, ia mengingau, “Memang tak
mengherankan kalau nona itu jatuh sakit.... jangankan hanya
seorang wanita, bahkan lelaki yang gagah perkasa pun tentu
terserang penyakit kalau menempuh perjalanan yang begitu
berat....”

"Apakah kalian terluka oleh mereka?" tanya orang tua itu


sambil mengawasi pakaian Siau-liong dan Lu Bu-ki yang
berlumuran darah.

775
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak, melainkan diwaktu meloloskan diri telah jatuh


beberapa kali sampai terluka. Tetapi tak jadi apa. " sahut Siau-
liong.

Pemilik pondok itu membawa tetamunya kebagian ruang


belakang. Saat itu dari sebuah kamar, muncul seorang lelaki
berumur kira2 30-an tahun. Kepala besar, mata kecil,
wajahnya menyeramkan. Tak henti-hentinya dia memandang
Siau-liong saja.

Setelah mempersilahkan Siau-liong bertiga masuk ke dalam


sebuah kamar, pemilik pondok berseru memanggil lelaki tadi,
“Tho Tao-ciang lekas hangatkan arak dan hidangan tuan2
tetamu ini. Lalu masak lagi air panas untuk mereka."

Siau-liong menghaturkan terima kasih. Setelah orang tua


itu mengingau seorang diri, lalu pergi.

Ruang kamar ternyata teramat bersih. Tetapi hanya


terdapat ranjang besar untuk dua orang. Siau liong segera
letakkan Song Ling di atas kasur. Tepat pada saat itu pelayan
yang disebut Tho Tao-cing tadipun datang membawa arak
hangat.

Setelah meminumkan dua cawan arak kepada Song Ling,


tampaklah dara itu sadar. Ketika membuka mata, serentak ia
hendak meronta bangun.

“Jangan kuatir, beristirahatlah dengan tenang. Sekarang


kita berada dalam pondok penginapan. Setelah engkau
sembuh, kita lanjutkan perjalanan lagi." kata Siau-liong.

Tetapi Song Ling gelisah. Dengan napas gopoh ia berkata,


“Aku hanya menderita sedikit angin dingin, Sama sekali tidak
merasa sakit, Setelah istirahat, kita pergi. Apakah engkau lupa
akan pesan suhumu....”

776
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong memberi isyarat mata, “Karena sudah berada di


tempat yang aman, sekarang atau nanti akhirnya toh kita akan
kesana juga!"

Rupanya Song Ling cukup cerdas. Ia tahu Siau-liong tentu


mencurigai pelayan yang berwajah seram itu. Maka iapun tak
mau bicara lagi.

Lu Bu-ki mengambil sekeping perak 10-an tail lalu diberikan


kepada pelayan itu:"Harap belikan pakaian untuk bertiga,
sediakan hidangan dan sisanya untukmu!"

Dengan tertawa-tawa, pelayan menyambuti perak terus


melangkah pergi. Cepat sekali ia sudah menyediakan pesanan
Lu Bu-ki. Ia datang membawa tiga stel pakaian baru.

Saat itu hari sudah siang. Tetamu2 lain yang jumlahnya


hanya 4-5 orang sudah berkemas untuk melanjutkan
perjalanan.

Setelah mandi air hangat dan ganti pakaian, agak segarlah


perasaan Siau-liong bertiga. Kemudian mereka menutup pintu
dan makan. Tetapi walaupun sakitnya sudah agak berkurang,
Song Ling tetap tak dapat menelan nasi. Terpaksa ia tidur saja
di ranjang.

Sesuai dengan tubuhnya yang tinggi perkasa, Lu Bu ki


gemar sekali minum. Setelah menghabiskan tiga cawan,
semangatnya makin beringas. Lukanya seolah-olah dilupakan.
Siau-liong hanya makan sedikit Setelah Lu Bu-ki habis makan,
Siau-liong suruh dia beristirahat di tempat tidur untuk
memulangkan tenaga.

Tetapi si tinggi besar tetap menolak, “Aku tidak lelah. Lebih


baik engkau yang beristirahat dulu.“

777
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena Lu Bu ki tetap menolak, Siau-liong terpaksa naik


ketempat tidur. Karena letih, ia jatuh pulas.

Entah berapa lama ia tertidur, tiba-tiba ia terkejut


mendengar suara berisik yang lembut sekali. Dilihatnya Song
Ling masih tidur pulas, Lu Bu-ki pun mendengkur di atas kursi.

Suara gemersik itu berasal dari jendela. Ia duga tentulah


perbuatan sipelayan. Maka sengaja ia batuk2 lalu duduk
diranjang.

Orang yang mengintai diluar kamar itu segera berjingkat-


jingkat pergi. Dia meninggalkan sebuah lubang pada kertas
jendela.

Sekalipun sudah berhati-hati sekali, tetap terdengar Siau-


liong. Jelas orang itu tak mengerti ilmu silat.

"Betapapun lihaynya tetapi tak mungkin Iblis-penakluk-


dunia menanam pengaruhnya sampai di tempat semacam ini.
Tentulah pelayan itu mencurigai gerak-gerik kita," pikir Siau-
liong.

Diluar ruangan, sunyi senyap. Kecuali Siau-liong bertiga,


pondok penginapan itu sudah tak ada tetamu lain lagi.

Saat itu matahari sudah condong ke barat. Ia berjalan


keluar. Terasa tubuhnya ringan sekali. Rasa letih sudah hilang.
Ia menghampiri ketempat Song Ling. Dilihatnya pipi dara itu
merah sekali. Dirabanya pipi dara itu. Panas sekali tetapi kaki
tangannya dingin, napasnya sesak.

“Ah, dia benar-benar keras hati. Sakitnya begini berat,


masih paksa diri bertahan," pikir Siau-liong. Ia memanggil
pelayan minta alat tulis.

778
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki terkejut bangun dan melonjak dari kursinya, ia


tertawa sendiri, “Ho, baru liyer2 sebentar, sudah jatuh pulas!"

"Bagaimana dengan lukamu?" tanya Siau-liong.

Orang tinggi besar itu mengatakan sudah sembuh. Saat itu


pelayan datang membawa alat tulis. Entah bagaimana, ia
tampak ketakutan berhadapan dengan Siau-liong dan Lu Bu-
ki.

Siau liong duga pelayan itu ketakutan karena merasa


perbuatannya mengintai tadi, tentu diketahui Siau liong.

Sejak kecil Siau-liong ikut pada Kongsun Sin Tho. Walaupun


tabib sakti itu tak mengajarkau ilmu pengobatan, tetapi karena
biasa mendengar dan melihat suhunya meramu obat, maka
Siau-liong pun mengerti juga sedikit2. Segera ia menulis resep
dan suruh pelayan iiu membelikan ke rumah obat.

Setelah pelayan pergi, bertanialah Siau-liong kepada Lu Bu-


ki, “masih jauhkah perjalanan ke gunung Gobi itu?"

“Dari sini kita menyeberang sungai, kira2 hanya 40-an li.


Jadi semua hanya 70-an li. Tetapi.... perjalanan itu merupakan
daerah pegunungan, tiada jalan datar. Tak bisa ditempuh
dengan kuda atau kereta. Bahkan jalan kaki saja sukar.
Mengingat nona Song masih sakit....”

Siau-liong cepat menukas dengan serius, “Kedua suami


isteri Iblis-penakluk-dunia itu sudah jelas hendak berusaha
menguasai dunia persilatan. Ceng Hi totiang terpaksa
menuruti perintahnya untuk menghadiri pertemuan di Gobi.
Tentulah saat ini mereka sudah menuju ke Gobi. Kemarin
malam dengan gunakan ilmu Mendengar langit-menembus-
bumi, dia telah mencuri dengar pembicaraanku. Tentulah dia

779
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sudah mengetuhui perjalanan kita ke Gobi ini. Sekalipun dia


tak muncul tetap tentu sudah mengatur rencana untuk
menangkap kita. Menurut penilaianku, di gunung Gobi sudah
dirobah menjadi suatu perangkap. Kaki tangan Iblis-penakluk-
dunia sudah tersebar diseluruh pelosok gunung itu.

Lebih baik kita berangkat pada malam hari saja dan besok
pagi2 sudah dapat mencapai puncak Kim-ting dari gunung
Gobi....”

"Hai!" tiba-tiba Lu Bu ki menggebrak meja, mengapa aku


lupa? Ya, aku teringat akan sebuah jalan singkat yang dapat
mencapai belakang gunung Gobi. Jalan itu sepi sekali
sehingga tak diketahui orang. Biarlah nanti malam aku yang
menjadi penunjuk jalan!"

Siau-liong gembira mendengarkan. Setelah setengah hari


beristirahat, semangat merekapun sudah segar kembali.
Tetapi Song Ling masih tidur sedang Siau-liong dan Lu Bu-ki
duduk bersemedhi memulangkan semangat.

Tak berapa lama sipelayan tadi muncul dengan membawa


obat yang sudah dimasaknya. Lebih dulu Siau-liong mencicipi
obat itu baru ia angkat tubuh si dara dan pe-lahan2
meminumkannya.

Ternyata manjur juga obat buatan Siau-liong itu. Tak


berapa lama semangat si dara pun mulai berangsur-angsur
pulih. Tetapi berulang kali dara itu berteriak-teriak hendak
melanjutkan perjalanan dan tak henti-hentinya mengoceh
seorang diri, menangis dan menghela napas. Terang dara itu
menanggung kedukaan yang menggoncangkan perasaannya
sehingga belum pulih.

Siau-liong menghiburnya dan menjelaskan mengapa baru


berangkat nanti malam. Rupanya dara itu mau menerima

780
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penjelasan dan sikapnya pun agak tenang. Demikian mereka


bertiga segera bersemedhi memulangkan semangat. Pada saat
matahari hampir silam, pelayan tadi pun mengetuk pintu dan
berseru;

“Tuan-tuan.... ada seorang tetamu hendak bertemu!"

Siau-liong dan Lu Bu-ki terkejut, pikir mereka, “Pagi2 sekali


kita datang kepondok penginapan ini dan sepanjang hari tak
pernah keluar. Mengapa ada orang yang hendak menemui
kita?"

Belum mereka mengambil putusan menemui orang itu atau


tidak, tiba-tiba terdengar derap kaki orang berjalan masuk
Siau-liong cepat menarik Lu Bu-ki. Keduanya siap2.

"Apakah tinggal dideretan kamar timur? " t-riak orang itu


dengan nyaring.

"Ya, ya, " sahut sipelayan tadi, "kamar yang inilah."

“Hayo, engkau keluar!" bentak orang itu seraya terus


masuk ke dalam pintu.

Lu Bu-ki terkejut tetapi setelah mengetahui siapa


pendatang itu, ia segera tertawa gelak2, “Ah! kiranya Auyang
pangcu!"

"Benarkah saudara Lu yang bicara ini?" seru orang itu.

Lu Bu ki cepat membuka pintu untuk pendatang itu.


Seorang lelaki tua berumur 60-an tahun rambut dan
jenggotnya sudah menjunjung uban,pinggang menyelip
sepasang senjata Poan-kwan-pit melangkah masuk. Mata
orang itu berbentuk segi tiga hidung bengkok macam burung
wulung. Wajahnya menampilkan seorang licin.

781
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu memandang Siau-liong sampai beberapa jenak


baru memberi hormat dan berseru dengan tertawa, “Saudara
ini tentulah Kongsun siau-hiap, bukan?"

Siau-liong mengiakan lalu minta tanya nama orang itu juga.

Lu Bu-ki menerangkan, “Saudara Auyang Pa ini, adalah


pangcu (ketua) dari 28 kelompok yang tersebar diperairan
telaga Pohyang-ou. Kali ini memenuhi undangan Ceng Hi
totiang untuk menggempur sarang Iblis-penakluk-dunia."

Siau-liong menatap Auyang Pa, tanyanya dengan nada


serius, “Apakah Auyang pangcu belum berjumpa dengan
rombongan Ceng Hi totiang? Mengapa tahu kalau aku dan
kawan2 berada disini?"

Sejenak mengeliarkan mata, Auyang Pa menyahut, “Karena


kuatir ditengah jalan menemui kesulitan, maka Ceng Hi
totiang dan rombongan mengambil jalan singkat yaitu melalui
jembatan Ngo-tong-kiau, gunung Lok-san lalu mengitari
gunung. Aku mendapat perintah supaya menjaga ditempat ini
untuk menyelidiki gerak-gerik Iblis-penakluk-dunia. Tak
terduga semalam dipuncak Lok-beng-nia aku telah berjumpa
dengan seorang cianpwe yang ternama....”

Siau-liong terbeliak kaget sekali. Serunya gopoh, “Auyang


pangcu maksudkan....”

Auyang Pa tertawa, “Benar, memang suhumu Tabib-sakti


jenggot-naga Kongsun locianpwe!"

"Dimanakah suhuku sekarang."

Tenang2 Auyang Pa menjawab, “Semalam menjelang


tengah malam aku bertemu dengan Kongsun cianpwe dibiara

782
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Leng-hun-si dipuncak Lok-beng-nia. Rupanya beliau menderita


luka kecil, sedang beristirahat dalam biara itu....” Berhenti
sejenak ia melanjutkan pula, “Beliau minta tolong kepadaku
apabila berjumpa dengan Kongsun siau-hiap supaya
menyampaikan pesan. Beliau....”

“Apakah suhu tak ke Gobi?" tanya Siau-liong.

Auyang Pa tertawa pula, “Beliau mengatakan pasti kesana.


Tetapi untuk sementara ini beliau hendak mengerjakan suatu
urusan yang penting sekali. Mungkin akan terlambat beberapa
waktu, Beliau mengatakan malam nanti akan datang ke Ma-
koan dan minta engkau menunggu disini!"

Siau-liong kerutkan alis bertanya, “Apakah luka suhuku itu


tak berbahaya?"

"Hanya menderita luka ringan. Ketika beristirahat dalam


biara, dia tetap tertawa-tawa seperti biasa. Jelas tentu tak
apa2." .

Siau-liong merenung sejenak. Tiba-tiba dengan mata


berkilat-kilat ia mengajukan pertanyaan pula, “Apakah suhu
tak bilang apa2 lagi? Apakah dia tak mengatakan mengapa
suruh aku tunggu disini?"

Auyang Pa tersenyum menepuk keningnya sendiri, “Benar!


Kongsun cianpwe mengatakan, karena saat itu keadaannya
berbahaya maka suruh engkau cepat2 menuju ke Gobi. Tetapi
karena sekarang bahaya itu sudah lewat dan
memperhitungkan tak mungkin kedua suami isteri durjana itu
akan menyergap di tengah jaian, maka ia minta engkau
menunggunya agar dapat bersama-sama ke Gobi. Paderi sakti
di puncak Kim-ting itu beradat aneh. Jika bicara kurang sesuai
sedikit saja, tentu sukar untuk mendapat tenggoret berkaki
tiga itu!"

783
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya Lu Bu-ki cepat percaya penuh. Maka


menyelutuklah ia, “Kalau begitu, kita tunggu saja disini,
tetapi....” ia kerutkan dahi lalu berkata pula, "eh, mengapa
Kongsun cianpwe tahu kalau kita berada di pondok sini?"

Auyang Pa tertawa, “Itu mudah. Aku membawa dua orang


pengikut. Sekarang mereka menunggu diluar. Suruh mereka
menunggu kedatangan Kongsun cianpwe dijalan."

Habis berkata ia terus melangkah keluar.

“Memang kubuktikan sendiri kesaktian Kongsun cianpwe


itu. Dan kuyakin dia tentu dapat lolos dari bahaya....” kata Lu
Bu-ki dengan gembira.

Siau-liong tetap merenung diam. Sudah tentu si tinggi


besar heran, “Eh, mengapa saudara malah kelihatan kurang
senang?"

“Apakah saudara kenal baik dengan Auyang Pa itu?" Siau-


liong balas menegur.

Lu Bu-ki terkesiap, sahutnya, “Meskipun tak erat tetapi


kami sudah kenal lama. Dan lagi kali ini kami bersama-sama
memenuhi undangan Ceng Hi totiang. Dia merupakan seorarg
dari berpuluh jago2 ternama yang diundang Ceng Hi totiang.
Baru dua hari ini aku berpisah dengan dia.... tentu tak
mungkin sampai....”

“Menilik ucapan dan sikapnya, kurasa ada sesuatu yang tak


wajar pada dirinya," tukas Siau-liong.

Lu Bu ki hendak menjawab tetapi tiba-tiba saat itu Auyang


Pa melangkah masuk lagi seraya tertawa nyaring, “Telah
kuatur beres dan juga sudah kusuruh jongos menyediakan

784
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hidangan untuk kita. Malam ini aku yang menjadi tuan rumah.
Minum sampai puas dulu baru kija berangkat!"

Begitulah ketika lilin mulai dipasang, si pelayan Tho Thau-


ciang pun masuk membawa dua teratak lilin, ditaruh di meja
lalu beringsut-ingsut keluar. Tingkah lakunya mirip seperti
tikus yang takut keluar.

Siau-liong memperhatikan bahwa tiada seorang tetamu lagi


yang datang ke pondok penginapan situ Auyang Pa
bergembira ria, ber-cakap2 sambil minum. Sedang Song Ling
masih duduk bersandar pada ranjang. Gadis itupun
memandang tingkah laku Auyang Pa dengan heran.

Siau-liong lebih dulu mengambilkan makanan untuk Song


Ling agar dara itu tak usah turun dari tempat tidur. Dan Song
Ling pun segera makan. Rupanya ia tak senang dengan
Auyang Pa maka tak mau ikut campur bicara.

Si tinggi besar Lu Bu-ki walaupun juga mempunyai sedikit


rasa curiga terhadap Auyang Pa, tetapi ia tetap makan dan
minum dengan gembira bersama orang itu.

Auyang Pa tampaknya bersikap lapang dan wajar. Tetapi


diam-diam pandang matanya tak putus2nya melirik ke arah
Siau-liong.

Siau-liong menuang secawan arak lalu disongsongkan ke


muka Auyang Pa, “Auyang pangcu termashyur di dunia
persilatan tetapi baru pertama kali ini aku beruntung dapat
bertemu muka. Maka dalam kesempatan ini aku hendak
menghaturkan arak kehormatan kepada Auyang pangcu!"

Auyang Pa tergopoh menyambuti, “Apa yang disohorkan


orang itu hanya nama kosong belaka. Aku sendiri merasa
malu. Adalah Kongsun siau-hiap yang harus dikagumi. Karena

785
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam usia semuda itu sudah mendapat warisan ilmu sakti


Thian-kong-sin-kang!" —habis berkata ia terus meneguk habis
cawan arak itu.

Siau-liong hanya tertawa dingin. Tiba-tiba ia bertanya


dengan serius, “Bagaimana Auyang pangcu tahu kalau aku
menjadi pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang?"

Auyang Pa tersentak kaget. sesaat tampak ia agak gugup


dan hampir tak dapat menjawab. Akhirnya ia pura-pura batuk
dan menyahut dengan ter-sendat2, “Aku.... hanya....
mendengar dari Kongsun cianpwe....”

Siau-liong mengangguk tertawa, “O, kiranya begitu....” —


kemudian ia berpaling kepada Lu Bu-ki lalu bertanya pula
kepada Auyang Pa, “Apakah Auyang pangcu suruh anak buah
menunggu suhuku di tengah jalan?"

Auyang Pa paksakan tertawa, “Benar, asal tahu suhu


saudara lewat disini, tentu akan diketahui."

"Sayang aku segera berangkat, tak sempat menunggunya


lagi," tiba-tiba Siau-liong berkata dengan nada dingin.

Auyang Pa terkejut sekali, serunya, “Mengapa Kongsun


siauhiap hendak buru-buru....” —tiba-tiba kisarkan tubuh.
Rupanya ia hendak menunggu kesempatan pada saat Siau-
liong lengah, harus hendak loncat kabur.

Siau-liong pura-pura tak melihat dan masih lanjutkan


kata2nya, “Jika tak mengalami peristiwa semacam diri Ong
Tiat-go, mungkin aku tentu dapat engkau kelabuhi!"

Lu Bu ki mulai curiga, “Saudara Kongsun, apakah dia....”

786
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kongsun sauhiap, apa maksudmu!" Auyang Pa menukas


dengan berteriak keras. Dan tiba-tiba ia melesat dari tempat
duduknya.

Tetapi Siau-liong lebih cepat. Pada saat Auyang Pa hendak


bergerak, ia sudah cepat mencengkeram pergelangan tangan
kirinya. Seketika itu juga Auyang Pa rasakan lengan kirinya
kesemutan. sakitnya bukan kepalang....

Siau-liong tertawa kepada Lu Bu-ki, “Pada saat kutanya


mengapa suhu tahu kita berada disini, dia gelagapan tak
dapat menjawab lancar. Sebenarnya dia tak mungkin tahu kita
disini kecuali si pelayan The Thau-ciang itu menjadi kaki
tangannya."

"Brak," Lu Bu-ki menghantam meja dan menggembor, “Ya,


benar! Mengapa aku tak dapat memikir sampai disitu....”

Siau-liong mendengus, “Kedua kalinya, suhu tak pernah


merobah pesan yang telah diberikan, Karena beliau sudah
suruh aku lekas ke Gobi, tak mungkin dia akan merobah
perintah suruh aku menunggunya disini....”

Lu Bu-ki berjingkrak seperti orang yang kebakaran jenggot,


“Keparat, sungguh tak kira kalau si tua ini mau juga menjadi
kaki tangan Iblis penakluk-dunia....”

Tetapi pada lain saat, ia bertanya dengan nada meragu,


“Tetapi dia adalah ketua dari Poh-yang-pang. Dan baru dua
hari aku berpisah dengan dia. Mengapa cepat sekali ia sudah
berganti haluan?"

Sekalipun Auyang Pa itu seorang jago yang dapat


digolongkan kelas satu tetapi ditangan Siau-liong, dia tak
mampu berkutik sama sekali.

787
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas, “Memang Iblis-penakluk-dunia


itu benar-benar hendak melaksanakan cita2nya untuk
menguasai dunia persilatan dan memiliki ilmu Thian-kong-sin-
kang. Segala rencana dan siasat akan ditempuhnya!"

"Apakah Auyang Pa juga terkena ilmu siluman dari Iblis-


penakluk-dunia?" Lu Bu-ki belalakkan matanya lebar2.

"Belum dapat dipastikan....” kata Siau-liong lalu


memandang Auyang Pa dengan cermat, katanya pula, “Lebih
baik tanya saja padanya!"

Habis berkata ia terus memijat lebih keras sehingga Auyang


Pa menjerit kesakitan dan me-ronta2, “Ampun! Ampunilah....
jiwaku!"

Siau-liong tertawa dingin. Ia hentikan pijatannya, “Hayo


bilang! Bagaimana engkau dapat bersekutu dengan Iblis-
penakluk-dunia itu? Apakah engkau sungguh ketemu dengan
suhuku? Apakah rencana Iblis-penakluk-dunia mengirim
engkau ke mari?"

Auyang Pa menghela napas, “Ah, kalau Kongsun siauhiap


tetap tak mau percaya omonganku, akupun tak dapat berbuat
apa2. Tetapi apa yang kukatakan tadi memang benar
seluruhnya. Sebelum tengah malam nanti, suhu Kongsun
siauhiap tentu datang kemari. Nah, saat itu barulah Kongsun
siauhiap percaya pada omonganku!"

Siau-liong tertawa dingin, “Aku berani memastikan bahwa


engkau tak pernah bertemu dengan suhuku. Coba saja
bayangkan. Suhu berhadapan dengan tiga pewaris ilmu sakti.
Jika tak menderita luka parah, pun tentu tak dapat lolos dari
cengkeraman Iblis-penakluk dunia....”

788
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berberang sejenak, ia berkata pula, “Kalau kemungkinan itu


tidak menimpa pada suhu, pun tak mungkin dia akan berhenti
ditengah jalan memberi pesan kepadamu. Suhu tentu sudah
melintasi sungai!"

Seketika pucatlah wajah Auyang Pa. Dia tak dapat


membantah lagi dan hanya meratap minta ampun.

"Plak," tiba-tiba Lu Bu ki menampar muka Auyang Pa,


“Apakah engkau masih tak mau bicara terus terang....?"-
kemudian orang tinggi besar itu minta idjin kepada Siau-long
untuk 'menyelesaikan' Auyang Pa. Dan sebelum Siau-liong
sempat buka suara, sitinggi besar sudah mencengkeram bahu
Auyang Pa dan dipijit sekeras-kerasnya.

Lu Bu ki gunakan ilmu Hun kin jo-kut atau Pencarkan-urat-


sesatkan-tulang.

Waktu ditampar tadi tadi, mulut Auyang Pa mengucur


darah dan matanya berkunang-kunang hampir pingsan.
Kemudian ketika dipelintir oleh si tinggi besar, seketika ia
rasakan sekujur tubuhnya seperti digigiti ribuan ekor semut.
Gemetarlah kaki tangannya, giginya pun bercaterukan keras.
Keringat berderai-derai membanjir.

Beberapa saat kemudian barulah Lu Bu ki membuka jalan


darah Auyang Pa lagi lalu membentaknya, “Hayo, mau bilang
atau tidak!"

Auyang Pa rasakan tubuhnya seperti setengah mati.


Akhirnya ia tak kuat dan berteriak, “Ya, ya, aku bilang....”

Ia melirik Siau-liong dan melanjutkan kata2nya, “ Suhumu


Kongsun cianpwe, sudah....”

789
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi belum ia menyelesaikan kata2nya, tiba-tiba dari luar


jendela melayang setitik sinar kemilau yang langsung
menyasar ketenggorokan Auyang Pa. Cepat dan tepat sekali
senjata rahasia itu menyusup ke dalam tenggorokan Auyang
Pa.

Siau-liong dan Lu Bu-ki terkejut sekali. Bahkan Song Ling


pun menjerit kaget, terus loncat turun dari ranjang.

Siau-liong menampar padam lilin. Lalu ia memeriksa


Auyang Pa. Tetapi ternyata ketua Poh-yang-pang itu sudah
mati. Kematiannya serupa dengan Ong Tiat-go. mati terkena
panah Ngo-tok-tui-han-cian dari Iblis-penakluk-dunia!

"Menilik gelagat, mungkin kedua suami isteri iblis itu sudah


mengejar kemari. Jika mereka membawa anak buah, kita
tentu sukar lolos!" bisik Siau-liong. Diam-diam ia menyesal
karena tak mengindahkan pesan suhunya supaya ia jangan
menunda perjalanan ke Gobi.

Tiba-tiba Song Ling berbisik kedekat telinga Siau-liong,


“Yang melepas panah Ngo-tok-tui-hun-cian, kemungkinan
tentu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Kalau kita tetap berada
disini, jelas tentu makin berbahaya. Lebih baik kita menerjang
keluar saja!"

"Apakah engkau dapat bertahan diri?" tanya Siau liong.

Si dara tersenyum, “Aku hanya menderita serangan angin


dingin, Setelah minum obat tadi, dan tidur satu hari penuh,
semangatku sudah pulih segar lagi!"

Siau-liong lega hatinya. Kemudian ia membagi tugas. Ia


yang akan mempelopori menerjang keluar, Lu Bu-ki dan Song
Ling supaya mengikuti dari belakang. Habis memesan, ia
membuka daun jendela terus loncat ke ruang tengah.

790
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada waktu meloncat itu, diam-diam ia sudah kerahkan


tenaga-sakti untuk melindungi diri. Pikirnya, sekalipun musuh
melepas panah beracun, tetap tak dapat melukainya.

Tetapi diluar dugaan, ternyata ruang tengah sunyi2 saja.


Tiada terancam serangan panah gelap. Siau-liong berhenti
sejenak lalu enjot tubuhnya melayang ke puncak rumah.

Saat itu hampir menjelang tengah malam. Sekeliling


penjuru pondok penginapan itu gelap dan sunyi. Seolah-olah
kosong dengan tetamu. Sedang di ruang pemilik pondok pun
tak kedengaran suara apa2.

Tetapi Siau-liong tak sempat meneliti. Cepat ia melayang


turun dan melambai kepada Lu Bu-ki, “Hayo, lekas kemari!"

Demikianlah dengan dipelopori Siau-liong dimuka dan


diikuti Lu Bu-ki dan Song Ling dari belakang, mereka lari
tinggalkan pondok penginapan itu. Tak berapa kejab,
merekapun sudah berada diluar kota.

Setelah tak tampak orang mengejar, Siau-liong longgar


hatinya. Ia berpaling kepada Song Ling dan Lu Bu-ki,
“Sungguh diluar dugaan! Orang yang lepaskan panah kepada
Auyang Pa tadi, seharusnya menjaga jangan sampai kita lolos.
Tetapi mengapa orang itu tak merintangi sama sekali?"

Lu Bu-ki kerutkan dahi. Ia heran juga atas kejadian itu.

Song Ling maju selangkah kesisi Siau liong, katanya, “Saat


ini kita tetap belum terlepas dari lingkungan jaring Iblis-
penakluk-dunia. Siapa tahu sembarang saat kita akan
diserang. Maka janganlah meninggalkan kewaspadaan!"

"Benar," Siau liong mengiakan.

791
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kini ganti Lu Bu-ki yang menjadi pelopor jalan. Mereka


bertiga berlarian di sepanjang jalan kecil yang tinggi rendah
tak rata.

Untung luka Song Ling sudah baik. Sambil bergandengan


tangan dengan Siau-liong, keduanya dapat berlari dengan
cepat. Tak berapa lama tibalah mereka di tepi sungai.

Bengawan Bin-kiang amat luas. Lu Bu-ki membuat sebuah


perahu kecil. Setelah selesai mereka bertiga segera naik
perahu itu. Dengan tenaganya yang besar, Lu Bu-ki dapat
mendayung perahu itu hingga mencapai tepi seberang.

"Dari sini ke Gobi hanya tinggal 30-an li jauhnya!" seru Lu


Bu-ki gembira.

Baru mereka bertiga naik ke daratan, tiba-tiba tampak


sebuah perahu meluncur datang dengan kecepatan yang
tinggi.

Ditengah perahu itu duduk seorang laki2 tua Belum perahu


tiba ditepi, orang itu sudah berseru, “Hai, apakah Liong-ji yang
berada di daratan situ?"

Melihat munculnya perahu itu, diam-diam Siau-liong


terkejut girang. Apalagi setelah mendengar orang yang berada
dalam perahu, ia makin girang sekali.

"Ya, benar," sahutnya. Lalu berpaling kepada Song Ling


dan Lu Bu-ki, “Suhuku datang!"

Selekas merapat ketepi, orang itu segera loncat kedaratan


lalu lemparkan sekeping perak kepada tukang perahu dan
suruh tukang perahu pergi.

792
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tercengang. Dilihatnya tukang perahu itu


seorang lelaki pertengahan umur, memakai caping dan
berpakaian seperti seorang pencari ikan.

Kongsun Sin-tho bergantian memandang kepada Siau-liong


lalu berkata, “Sudah sehari semalam mengapa kalian baru tiba
disini?"

"Karena murid....”

Tetapi tanpa menunggu Siau-liong menyelesaikan


kata2nya, Kongsun Sin-tho sudah menukas, “Tak apalah, asal
aku sudah dapat bertemu kalian di sini, segera akan
kuselesaikan hal itu."

Siau liong tertegun, “Apakah suhu terluka dalam


pertempuran itu?"

Kongsun Sin-tho tersenyum, “Jika terluka, masakan saat ini


aku bisa berada disini?"

Siau-liong merenung sejenak, lalu bertanya, “Apakah suhu


bertemu dengan Auyang Pa dan memberi pesan supaya murid
menunggu di kota Ma-koan?"

“Tidak!" sahut Kongsun Sin-tho, "apakah kalian bersua


sesuatu ditengah jalan?"

Siau-liong menghela napas, “Iblis penakluk-dunia mengirim


orangnya pura-pura bertemu suhu dan mengaku menerima
perintah supaya aku menunggu kedatangan suhu di Ma-koan,"
Siau-liong lalu menuturkan pengalamannya dengan Auyang
Pa, "syukur tipu muslihat itu dapat kuketahui dan dapat murid
segera lanjutkan perjalanan lagi!"

793
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin-tho menghela napas. Ia segera mengajak


Siau-liong bertiga untuk melanjutkan perjalanan.

Karena melihat sikap dan bicara Kongsun Sin-tho dingin,


Song Ling dan Lu Bu ki tak berani ikut campur bicara.
Keduanya hanya mengikuti di belakang Siau-liong saja.

Saat itu jalanan pun agak datar. Kongsun Sin-tho diam


saja. Setelah berjalan dua li, tiba-tiba ia melintas keseberang
dan belok kebarat. Sebuah jalan kecil yang kedua tepi penuh
ditumbuhi gerumbul pohon lebat.

“Kongsun cianpwe!" seru Lu Bu-ki seraya maju dua


langkah.

Tabib sakti itu berhenti dan menanyakan apa maksud


sitinggi besar.

"Aku cukup faham dengan jalanan di daerah sini. Jalan kecil


yang cianpwe tempuh ini akan menuju kelain jurusan. Makin
lama tentu makin jauh dari Gobi!" kata Lu Bu ki.

Siau-liong dan Song Ling terkesiap.

“Jika Kongsun cianpwe suka percaya padaku, biarlah aku


yang menjadi penunjuk jalan!" kata Lu Bu-ki pula.

Kongsun Sin-tho tertawa gelak2, “Dahulu aku pernah


berkeliaran di sini mencari daun obat, Tak mungkin tersesat
jalan, hanya....”

Lu Bu-ki seorang kasar yang berwatak polos. Tanpa


menunggu tabib itu habis berkata, ia terus menyelutuk,
“Tahun yang lalu aku pun lewat dijalanan ini sampai dua kali.
Kecuali takkan menuju ke Gobi, pun jalanan ini sunyi dan
terasing, penuh dengan tanjakan yang sukar dilalui....”

794
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Kongsun Sin-tho membentaknya, “Justeru aku


memang hendak mencari tempat yang sunyi untuk
menyelesaikan suatu urusan besar. Adakah engkau kira aku
benar-benar tak kenal jalan?"

Lu Bu-ki tergagap tak dapat menyahut. Ter-sipu2 ia


tundukkan kepala.

Sejenak berdiam diri, tiba-tiba Kongsun Sin-tho berseru,


“Lu tayhiap!"

Lu Bu-ki buru-buru mengiakan.

"Aku hendak bicara dengan muridku dan nona Song


mengenai suatu urusan yang penting. Bolehkah kuminta Lu
tayhiap menunggu disini saja?" kata Kongsun Sin tho.

Lu Bu-ki melirik Siau-liong lalu buru-buru mengiakan,


“Karena Kongsun cianpwe yang memberi perintah, sudah
tentu aku menurut saja!"

Tabib sakti itu terienyum, “Terima kasih atas kesediaan Lu


tayhiap " —Kemudian ia berkata kepada Siau-liong, “Tak jauh
dari sini terdapat sebuah pondok. Mari engkau dan nona Song
ikut aku kesana untuk merundingkan suatu hal yang penting!"

Siau-liong heran. Tetapi melihat suhunya bersikap


sungguh2, ia duga tentu ada suatu urusan penting yang
hendak dibicarakan. Maka segera ia menarik tangan si dara
untuk menyusul Kongsun Sin-tho.

Jalanan berkelak-kelok naik turun dan ber-biluk2. Setelah


beberapa saat, mereka melihat sebuah gubuk di atas sebuah
bukit kecil yang tak berapa jauh jaraknya. Gubuk itu seperti
baru saja dibangun.

795
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejenak Kongsun Sin-tho berpaling memandang Siau-liong


berdua lalu melangkah kegubuk itu.

Ternyata gubuk di puncak bukit kecil itu, merupakan


tempat peristirahatan dari para pencari kayu dan pemburu
yang masuk ke daerah situ. Tetapi menilik bahan2nya, gubuk
itu tentu belum lama didirikan. Dan menilik halamannya,
seperti belum pernah didatangi orang.

Siau-liong resah. Tak tahu ia apa yang hendak dibicarakan


suhunya nanti. Mengapa suhunya begitu serius mengajaknya
bicara di tempat yang sesunyi itu?

Begitu masuk ke dalam gubuk, Kongsun Sin-tho terus


duduk di tanah dan suruh Siau-liong berdua duduk di
sampingnya.

Anak bukit tempat gubuk itu didirikan, ternyata dikelilingi


oleh bukit2 kecil yang lebih tinggi dan hutan2 lebat.

Kongsun Sin-tho menghela napas, ujarnya, “Dewasa ini


pengaruh kekuatan Iblis penakluk-dunia sukar dilawan.
Semalam apabila tak terlindung oleh hujan deras,
kemungkinan aku sukar meloloskan diri....”

Siau-liong diam saja. Ia tahu dan mengakui bahwa dewasa


itu Iblis penakluk-dunia memang berhasil menyusun
kekuasaan besar. Lam-hay Sin-ni. Randa Bu-san, Jong Leng
lojin dan beberapa tokoh sakti sudah dapat dikuasainya.

Kongsun Sin-tho berkata pula, “Menyelamatkan


kehancuran, mempertahankan kelangsungan hidup. Tugas
berat itu terletak dibahu kita berdua. Apabila kita ini tertimpah
bahaya maka habislah harapan dunia persilatan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya....”

796
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, “Dalam rangka itu,


kurasa kepergian kita ke Gobi itu, tidaklah banyak
manfaatnya."

Siau-liong tersentak kaget, serunya gopoh, “Adakah suhu


kuatir paderi sakti Kim Ting itu tak mau mermberikan
Tenggoret-kaki-tiga?"

Kongsun Sin-tho menghela napas, “Itu hanya salah satu


sebab. Andaikata ia mau menyerahkan binatang mustika itu,
belum tentu pil mujijad Cap-siau-cwan-soh-sin-tan buatanku
itu dapat menyembuhkan Lam-hay Sin-ni dan beberapa tokoh
rombongannya....”

Siau liong teringat bahwa ketika dalam biara rusak dahulu,


suhunya memang pernah menyatakan hal itu. Ia kerutkan alis,
mengepal tangan untuk menekan kegelisahan hatinya.

"Sekalipun pil buatanku itu mempunyai khasiat untuk


menyembuhkan Lam-hay Sin-ni dan kawan2, tetapi pun masih
suatu pertanyaan, bagaimanakah cara untuk meminumkan
kepada mereka. Apa lagi Iblis penakluk-dunia itu seorang
tokoh yang licin dan cerdik sekali. Bukankah dia sudah dapat
menangkap pembicaraan kita dalam biara rusak itu? Masakan
dia tak segera bersiap mengadakan penjagaan. Maka....”

Siau-liong terlongong dan berseru geram, “Kalau begitu,


pertumpahan darah tak mungkin terhindar dalam dunia
persilatan lagi!"

Kongsun Sin-tho tiba-tiba tertawa, “Hal2 yang kukatakan


tadi hanyalah timbul dari kecemasanku sendiri. Mungkin
keadaan tak sedemikian berbahaya. Tetapi....”

797
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika berobahlah wajah tabib sakti itu lalu berkata


dengan nada serius, “Kusuruh engkau datang kemari ini,
adalah justeru hendak merundingkan rencana yang sesuai."

"Murid bersedia mendengar apapun yang suhu


perintahkan!"

Kongsun Sin-tho merenung sejenak lalu berkata pula Dalam


dunia persilatan, hanya ilmu sakti Thian-kong-sin-kang yang
engkau miliki itu benar-benar tiada tandingnya. Ilmu yang
paling ditakuti Iblis-penakluk-dunia! Sayang penemuanmu ilmu
sakti itu, terlalu pendek sekali waktunya hingga engkau belum
sempat meyakinkan dengan sempurna. Paling tidak harus
membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari ilmu
itu sampai pada tataran tertentu. Tetapi keadaan saat ini,
tidaklah menyempatkan engkau melakukan latihan. Karena
setiap saat keadaan bisa berobah makin memburuk. Kita tak
sempat menunggu hasilmu....”

Siau-liong memandang wajah suhunya tanpa berkata


sepatahpun juga.

“Saat ini walaupun kurang tepat kalau menghapus rencana


menuju ke gunung Gobi. Tetapi resiko yang kita hadapipun tak
kecil. Misalnya sampai terjadi sesuatu digunung itu,
katakanlah, kita ini akan kehilangan jiwa di sana. Lalu
siapakah yang akan muncul untuk menyelamatkan dunia
persilatan dari cengkeraman Iblis-penakluk-dunia nanti? Maka
setelah kupertimbangkan lagi dengan seksama, lebih baik kita
mengatur persiapan yang tepat lebih dulu....”

Kongsun Sin tho melirik Song Ling lalu melanjutkan kata-


katanya, “Nona Song mempunyai tulang dan bakat yang amat
bagus sekali. Lagi pula berotak cerdas. Disamping itu ia sudah
memiliki dasar-dasar latihan ilmu Ya-li sin kang. Menurut
pendapatku, baiklah engkau....”

798
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tanpa menunggu suhunya selesai bicara, Siau-liong cepat


menukas, “Bukankah suhu menghendaki supaya kuajarkan
ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepada nona Song?"

Wajah Kongsun Sin-tho membesi, ujarnya, “Memang


begitulah maksudku.... '. Setelah mendapat pelajaran ilmu
Thian-kong-sin-kang, sebaiknya nona Song mencari tempat
yang tersembunyi untuk meyakinkannya. Paling lambat
setengah tahun kemudian, tentu sudah ada hasilnya.
Sekalipun andaikata dalam pertemuan Gobi nanti kita sampai
terluka atau binasa, nona Song tetap masih ada dan kelak
pasti dapat membasmi gerombolan durjana itu!"

Siau-liong berulang anggukkan kepala, ujarnya, “Memang


sejak semula aku sudah mengandung maksud begitu. Hanya
nona Song masih belum mau....”

Kongsun Sin tho beralih memandang Song Ling, serunya,


“Dunia persilatan harus tetap menghidupkan setitik Hawa
Murni agar jangan sampai ludas selama-lamanya. Nona juga
memikul beban berat, mengapa menolak?"

Agak tersipu Song Ling memandang ke arah tabib sakti itu,


tiba-tiba ia berteriak dengan nada gemetar, “Aku tak mau!
Aku tak mau lepaskan usahaku untuk menolong ibuku hanya
karena mengurusi soal Thian-kong-sin kang. Sekalipun dalam
waktu setengah tahun akan berhasil mempelajari, tetapi
mungkin pada waktu itu aku sudah tak dapat melihat wajah
ibuku lagi."

Dara itu menangis tersedu-sedu. Tetapi rupanya Kongsun


Sin-tho tak menghirau.... Ia membentaknya bengis, “Usahaku
ini bukan semata-mata hanya untuk menyelamatkan dunia
persilatan, pun juga untuk menolong ibumu dan lain-lain tokoh
yang sedang menderita dibawah cengkeraman Iblis-penakluk-

799
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dunia. Ingatlah, apabila pertemuan di Gobi itu sampai gagal


dan kita menderita kekalahan, engkaupun takkan mempunyai
harapan untuk berjumpa dengan mamahmu untuk selama-
lamanya!"

Siau liong pun ikut menghibur dan membujuk Song Ling


Sampai lama ia memberi penjelasan panjang lebar, sehingga
dara itu agak tenang.

Tiba-tiba Kongsun Sin-tho berseru, “Waktu sudah tak


banyak lagi, hayo segeralah mulai!"

Memandang kesekeliling penjuru, Siau-liong bertanya,


“Apakah ditempat ini juga?"

"Telah kusiapkan penyelidikan yang teliti, ternyata tempat


ini yang paling aman. Sudahlah, jangan engkau kuatirkan
apa2 lagi dan segeralah engkau turunkan pelajaran itu dengan
sepenuh hati!"

Tiba-tiba terlintas sesuatu pada benak Siau-liong. Ia agak


bimbang. Sejak kecil ia hidup bersama gurunya itu maka ia
kenal baik sekali akan adat perangai gurunya Tetapi apa yang
dilihatnya saat itu, memberinya kesan bahwa sikap dan
tingkah laku gurunya itu agak berbeda dengan biasanya.

Dan lagi setelah melintasi sungai barulah gurunya itu


muncul dengan naik perahu. Tetapi mengapa mengatakan
kalau sudah lebih dulu tiba di tempat situ dan mempersiapkan
tempat dipondok sunyi itu? Bukankah itu membingungkan.
Diam-diam Siau-liong curiga.

Melihat pemuda itu masih berayal, Kongsun Sin-tho cepat


mendesaknya, “Mengapa engkau membuang-buang waktu
saja? Mengapa masih tak lekas2 mulai menurunkan
pelajaran?"

800
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam pada berdiam diri itu, Siau-liong diam-diam


menimang. Atas teguran suhunya, ia segera menjawab, “Jika
hendak menurunkan seluruh isi kitab pusaka itu, paling tidak
tentu memerlukan waktu empat jam. Mungkin besok pagi baru
dapat habis!"

"Soal waktu, tak jadi apa. Aku akan menjaga disini.


Curahkan pikiranmu untuk menurunkan pelajaran, lain-lain hal
aku yang mengatur!"

Siau-liong tak dapat berbuat apa2. Tetapi ia tetap meragu.


Tiba-tiba Song Ling mendekati dan berbisik kedekat
telinganya, “Perhatikanlah sorot mata suhumu itu!"

Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menatap wajah suhunya.


Dilihat sepasang mata Kongsun Sin-tho itu lurus menyorot
kemuka. Sinarnya memancarkan cahaya yang aneh.

Seketika hati Siau-liong seperti diguyur es. Tubuhnya


menggigil. Jelas diketahuinya bahwa sorot mata suhunya itu
tidak wajar lagi.... Suatu pancaran sinar yang mengandung
keganasan, kelinglungan dan ketololan. Suatu keadaan yang
Siau-liong tak asing lagi. Karena hai itu serupa seperti yang
terjadi pada diri Randa Bu-san Siau-liong terkejut dan gelisah.
Pikirnya, “Adakah suhu juga....” Tak berani ia melanjutkan
dugaannya. Tetapi diam-diam ia kerahkan tenaga untuk
bersiap.

Tiba-tiba Kongsun Sin tho berpaling dan menegurnya,


“Bagaimana? Mengapa masih belum mulai?"

Siau-liong berusaha menekan kegelisahannya. Sahutnya,


“Murid pertimbangkan lagi Soal ini agaknya.... masih terdapat
hal2 yang tak leluasa....”

801
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ditatapnya wajah Kongsun Sin-tho, lalu melanjutkan


berkata, “Kalau suhu sudah mendengar pendapat murid,
baiklah soal itu dipertangguhkan saja setelah nanti habis dari
Gobi, baru....”

“Apakah engkau hendak menentang perintahku?" cepat


Kongsun Sin tho membentak.

Buru-buru Siau-liong menyahut dengan kepala menunduk,


“Budi suhu kepadaku sedalam lautan. Sekalipun tubuh murid
hancur-lebur, murid tentu akan melaksanakan perintah suhu.
Tetapi maaf, ilmu Thian-kong sin-kang itu bukanlah suhu yang
mengajarkan kepada murid. Dan sejauh yang murid ketahui,
rasanya suhu tak pernah memaksa murid untuk mengajarkan
suatu ilmu kepada lain orang!"

Gemetarlah tubuh Kongsun Sin-tho mendengar penyahutan


itu. Sepasang matanya ber-kilat2 tajam. Lalu membentak,
“Muridku! Tampaknya engkau memang sudah tak mau
menurut perintahku lagi!"

Siau-liong hendak menyahut tetapi saat itu tiba-tiba dari


jauh terdengar derap langkah orang mendatangi. Dan tak
berapa lama terdengar suara parau dari Lu Bu-ki, “Kongsun
cianpwe.... Kon-sun siauhiap....”

Siau-liong terkejut. Cepat ia berpaling. Dilihatnya sitinggi


besar Lu Bu-ki tengah ber-lari2 mendatangi kepondok itu.

Sekonyong-konyong Kongsun Sin-tho berbangkit seraya


membentak keras, “Berhenti!"

Lu Bu-ki tertegun tetapi ia tetap melangkah masuk dan


berseru, “Kongsun cianpwe, dari tepi seberang sungai....”

802
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin tho membentak marah dan tiba-tiba ia


menghantam Lu Bu-ki!

Sitinggi besar terkejut. Ia tak menduga sama sekali kalau


bakal menerima kemarahan Kongsun Sin-tho. Dalam gugup ia
tak dapat berusaha menghindari lagi. Pun andaikata ia sudah
siap. juga tak mungkin ia mampu menerima pukulan sakti dari
Kongsun Sin-tho itu.

Dalam keadaan seperti saat itu, tak boleh tidak, sitinggi


besar Lu Bu-ki pasti celaka!

Untunglah sejak melihat keadaan suhunya tak wajar itu,


Siau liong sudah siap2. Melihat suhunya menghantam Lu Bu-ki
yang tak bersiap-siap itu, kejut Siau-liong bukan kepalang. Ia
tahu bahwa pukulan ilmu sakti Thian-jim-sin kang dari
suhunya itu pasti akan menghancurkan Lu Bu-ki.

Siau-liong tak banyak berpikir lagi. Untuk menyelamatkan


tokoh tinggi besar itu, ia harus cepat bertindak.

Serentak melonjak bangun ia songsongkan tangannya ke


arah pukulan suhunya "Bum".... terdengar getaran keras.
Akibatnya gubuk yang baru didirikan itu hancur lebur
berantakan.

Lu Bu-ki tercengang. Serunya gopoh, “Ini.... ini.... Kongsun


siauhiap.... apakah sebenarnya....”

Tetapi Siau-liong tak sempat menjawab. Segera ia berseru


kepada suhunya, “Suhu.... engkau.... ini bagaimana? Apakah
engkau juga....”

Akibat dari pukulan dihapus oleh pukulan Siau-liong, tubuh


Kongsun Sin-tho agak berguncang. Dipandangnya Siau-liong

803
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tajam2 lalu membentaknya, “Murid, sungguh tak nyana kalau


engkau berani menghantam aku!"

"Suhu! Murid sungguh terpaksa. Engkau....” air mata Siau-


liong bercucuran. Dipandangnya wajah suhunya. Tiba-tiba ia
mendapat kesan bahwa sikap suhunya itu berobah seperti
asing. Jauh sekali bedanya dengan suhunya yang dulu.

Apa yang dilakukan tadi, benar-benar suatu hal yang tak


pernah diimpikan semula. Walaupun hal itu terdesak oleh
keadaan namun hati Siau-liong seperti diiris-iris rasanya.

Sambil menatap Siau-liong, Kongsun Sin-tho membentak,


“Apakah engkau tahu bahwa jika engkau tak mau menurut
perintah suhu, hanya jalan kematian yang engkau peroleh?"

Begitu saling bertatap pandang dengan suhunya, Siau-liong


tiba-tiba menangis, “Suhu, murid rela mati ditangan suhu!
Engkau.... bunuhlah murid! Matipun murid takkan
penasaran....”

Habis berkata, Siau-liong terus berlutut dihadapan Kongsun


Sin-tho, tundukkan kepala siap menunggu kematian!

Song Ling dan Lu Bu-ki yang berdiri di samping hanya


terlongong-longong menyaksikan adegan itu fanpa dapat
berbuat sesuatu apa.

"Apakah engkau benar-benar rela mati?" bentak Kongsun


Sin-tho.

"Benar, mati dibawah tangan suhu, murid merasa ikhlas


dan akan mati dengan meram!"

804
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin-tho rentangkan kedua matanya lebar2.


Dipandangnya Siau-liong dan mulailah ia mengangkat tangan
kanannya pelahan-lahan ke atas.

Tetapi wajahnya tiba-tiba memantulkan kesedihan. Dan


tangan kanannya itupun berhenti di atas saja. Sampai lama
tak juga dihantamkan ke bawah.

Karena sampai lama belum juga gurunya memukul, Siau-


liong pelahan-lahan mengangkat kepala. Tepat matanya
bertatapan dengan mata suhunya.

Dilihatnya mata suhunya tiba-tiba mengucurkan beberapa


titik air mata. Dan air mata itu tepat menetes ke muka Siau-
liong.

Siau-liong menghela napas, serunya rawan; "Suhu,


suhu....”

"Muridku....” sahut Kongsun Sin-tho dengan iba....

"Suhu, lebih baik kita menuju ke Gobi dulu," kembali Siau


liong mengulang permintaannya.

Tiba-tiba wajah Kongsun Sin-tho berobah lagi dan segera


membentaknya bengis, “Tetapi engkau lebih dulu engkau
harus menurut perintahku untuk memberikan ilmu Thian-
kong-sin kang itu kepada nona Song."

Siau liong menghela napas, “Suhu, apakah engkau benar-


benar juga terkena ilmu siluman dari Iblis-penakluk-dunia....”

"Tutup mulutmu!" bentak Kongsun Sin-tho dengan mata


berapi-api,.... untuk yang terakhir kali jawablah. Engkau mau
menurut perintahku atau tidak?"

805
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong merenung sejenak lalu menyahut tegas, “Murid


hanya menurut perintah yang sehat. bukan perintah yang
kacau! Apabila suhu hendak memaksa murid melakukan
perbuatan yang mencelakai dunia persilatan, biar mati murid
tetap tak mau menurut!"

Seketika tegaklah rambut Kongsun Sin-tho. Dengan


menggembor keras ia mengangkat tangan kanan terus hendak
dihantamkan ke arah kepala Siau-liong.

Song Ling dan Lu Bu-ki sudah siap2. Tetapi karena berdiri


pada jarak beberapa langkah, mereka tak berdaya
membendung pukulan Kongsun Sin-tho yang dilancarkan
secepat kilat.

Bum.... terdengar letupan dahsyat disertai hamburan debu


dan pasir serta ranting2 pohon yang berhamburan keempat
penjuru. Suatu keadaan yang mirip dengan ledakkan
halilintar....

Song Ling terkejut pucat. Dalam hamburan debu yang


masih menebal, ia menjerit sekuatnya, “Siau-liong! Siau-
liong....” -terus loncat menyusup ke tempat Siau-liong.

Tetapi apa yang disaksikan saat itu, benar-benar


membuatnya terlongong-longong.

Kongsun Sin-tho berdiri beberapa langkah jauhnya.


Wajahnya tenang, terlongong-longong tak bicara apa2.
Sedang Siau-liong pun tak kurang suatu apa. Dan sudah
bangun berdiri. Disampingnya tampak seorang tua berbaju
ungu Orang tua tak dikenal itu tengah tertawa dingin.

Karena tak menduga sama sekali, maka Song Ling tak


dapat mengetahui kapankah orangtua baju ungu itu
munculnya? Tetapi cepat ia dapat menduga bahwa tentulah

806
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orangtua baju ungu itu yang telah menyelamatkan jiwa Siau-


liong.

Dandanan orangtua itu memang aneh. Selain pakaiannya


yang berwarna ungu, pun mukanya tertutup dengan sutera
ungu yang tebal. Dari bayang2 sutera ungu tampak jelas
jenggotnya yang putih memanjang sampai keperut Tetapi
wajahnya tak tampak jelas.

Siau-liong memandang Kongsun Sin-tho lalu memandang


ke arah orang tua yang tak dikenal itu. Kemudian memberi
hormat, “Mohon tanya mengapa lo-cianpwe menolong diriku?"

Orangtua baju ungu itu tertawa dingin, “Ada dua macam


kematian. Mati segempar gunung Thaysan rubuh dan mati
sepele seperti jatuhnya bulu burung. Mati seperti yang hendak
engkau tempuh ini, mati yang tak berharga....”

Kemudian menuding pada Kongsun Sin tho ia berkata pula,


“Sekalipun dia merupakan guru yang telah melepas budi besar
kepadamu! Tetapi kesadarannya sudah hilang. Apa yang
dilakukannya, semata-mata hanya menurut apa yang
diperintahkan orang yang menguasainya dengan ilmu hitam.
Jika engkau relakan dirimu dihantamnya, bukankah engkau
akan mati dengan penasaran?"

Siau liong merenung ucapan orangtua baju ungu itu dan


merasa memang benar. Serentak teringatlah ia akan tindakan
suhunya ketika berada dalam biara rusak yang lalu. Saat itu
Kongsun Sin-tho memberi padanya separoh dari pil Cap-siau
cwan-soh-sin-tan. Mungkin saat itu gurunya sudah menduga
akan terjadi kemungkinan yang menimpah dirinya seperti saat
ini. Maka jelaslah maksudnya, Kongsun Sin-tho
menugaskannya ke puncak Kim-ting untuk meminta
Terggoret-emas-kaki-tiga kepada paderi sakti. Karena hanya
binatang pusaka itulah yang harus menjadi campuran ramuan

807
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pil Cap-siau-cwan-soh-sin-tan agar benar-benar dapat menjadi


obat mujijad untuk menolong suhunya dan sekalian tokoh2
yang dibius Iblis-penakluk-dunia.

Diam-diam Siau -iong kucurkan keringat dingin. Pikirnya,


“Jika orang tua baju ungu ini tak menolong pada waktu yang
tepat, tentulah saat itu dirinya sudah mati. Bukankah aku
bakal menjadi seorang yang berdosa karena telah
menelantarkan tugas berat yang dipikulnya?"

Memandang ke arah Kongsun Sin-tho, dilihatnya mata


gurunya itu sudah redup. Pandang matanya sudah hampa
seperti orang tolol. Kongsun Sin-tho memandang berkesiap
kepada dirinya dan orang tua baju ungu itu.

Tiba-tiba terdengar lengking suitan ngeri yang menusuk


telinga. Berasal dari tengah hutan. Kumandang suitan itu
sampai lama belum hilang.

Dan serentak terbeliak kagetlah Kongsun Sin-tho


mendengar suitan itu. Ia memandang kesekeliling penjuru lalu
menghela napas. Tanpa berkata apa, tiba-tiba ia loncat ke
udara. Dalam dua tiga loncatan saja, ia sudah menghilang
dalam gerumbul pohon yang lebat.

Siau-liong bercucuran air mata memandang bayangan


suhunya. sesaat ia berdiri terlongong-longong. Tiba-tiba ia
berputar tubuh lalu berlutut dihadapan orang tua baju ungu,
“Terima kasih atas budi pertolongan lo-cianpwe. Bolehkah
kumohon tanya nama lo-cianpwe yang mulia?"

Orang tua baju ungu itu tertawa gelak2. Ia mengangkat


bangun Siau-liong, serunya, “Karena engkau ini sudah menjadi
pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, tak perlulah engkau
menjalankan peradatan begitu.... Aku sungguh2 tak berani
menerima....”

808
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berhenti sejenak ia melanjutkan berkata, “Dahulu rasanya


aku pun pernah punya nama. Tetapi karena tinggal
dipegunungan sampai belasan tahun, telah kulupakan semua!"

Siau-liong terkesiap. Ia anggap orangtua itu benar-benar


seorang aneh.

Saat itu Lu Bu-ki dan Song Ling pun sudah menghampiri.


Keduanya serta-merta memberi hormat kepada orang tua
aneh itu.

Orang tua itu mengangguk tertawa lalu membelai rambut


Song Ling, tegurnya, “Nak, berapakah umurmu sekarang?"

Song Ling terkesiap, sahutnya, “Delapan belas tahun!"

Orang tua aneh itu tiba-tiba menghela napas, ujarnya, “Ah,


waktu benar-benar cepat sekali! Dalam sekejab mata saja
sudah 15 tahun....”

Tampaknya dia sayang sekali kepada Song Ling. Sambil


mengelus-elus kedua bahu dan pipi si dara, ia berkata,
“Kuingat ketika melihatmu dulu, engkau baru seorang budak
kecil berumur tiga tahun."

"Lo-cianpwe, apakah engkau tak salah lihat?" seru Song


Ling heran.

Orangtua baju ungu itu tertawa gelak, “Sekalipun burung


yang terbang pada 15 tahun berselang, aku pasti masih
mengenalinya!"

Habis berkata tiba-tiba orang tua itu menarik sutera


kerudung mukanya....

809
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seorang tua yang wajahnya masih merah segar,


jenggotnya putih seperti salju tetapi matanya sebelah kiri
buta.

Melihat itu serta-merta Song Ling berlutut dan berseru


dengan isak tangis, “Ah, kiranya kakek guru.... Pertapa-sakti
mata satu!"

Pertapa-sakti itu menepuk-nepuk bahu si dara dan tertawa


gelak2, “Nak, engkau seperti ibumu, cerdas sekali!"

Makin sedih dan air matanya pun berderai-derai seperti


banjir. Ia memeluk kaki orang tua itu seraya meratap,
“Mohon, kakek guru suka menolong ibu. Dia sekarang....”

Orang tua itu mengangkat si dara bangun, ujarnya, “Sudah


tentu, sudah tentu.... tetapi....”

Rupanya orangtua itu tak yakin mampu melakukan hal itu.


Maka sampai lama sekali ia tak dapat melanjutkan kata2nya.

Walaupun belum mendengar kesanggupan yang positip,


tetapi bertemu dengan kakek gurunya itu, cukup membuat
hati Song Ling terhibur. Ia berpaling ke arah Sau liong dan
suruh anak muda itu menghadap kakek gurunya.

"Aku yang rendah, menghaturkan hormat kepada lo-


cianpwe!" kata Siau liong seraya memberi hormat.

“Ah, jangan banyak peradatan....” orang tua


menganggukkan kepala lalu bertanya, “Apakah engkau ini
putera dari Tong Gun-liong dan murid dari Kongsun Sin-tho?"

Siau-liong tertegun, katanya tergagap, “Ya benar."

810
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia heran mengapa orang tua itu tahu asal usulnya begitu


jelas. Jika begitu, kemungkinan orang tua itu tentu tahu juga
bagaimana peristiwa yang dialaminya ketika masuk ke dalam
pusar bumi dan mendapat rejeki yang luar biasa.

Song Ling dan Lu Bu-ki pun terperanjat juga. Mereka hanya


tahu bahwa Siau-liong itu memakai she Kongsun Tak pernah
mereka mendengar bahwa penuda itu putera dari Tong Gun-
liong.

Setelah tertegun beberapa saat, sitinggi besar Lu Bu-ki


maju kehadapan Pertapa-sakti mata-satu itu, memberi
hormat, “Aku yang rendah Lu Bu-ki, menghadap lo-cianpwe."

Pertapa-sakti-mata-satu tertawa, “Ah, sungguh


menggembirakan sekali dapat bertemu dengan Lu tayhiap
yang menguasai Rimba Hijau wilayah selatan!"

“Ah, lo-cianpwe keliwat memuji....” tersipu-sipu sitinggi


besar menyahut, "Tadi aku telah melihat beberapa sosok
bayangan menyusup kegerumbul pohon. Mungkin Iblis-
penakluk-dunia sudah datang bersama anak buahnya....”

Pertapa-sakti-mata-satu itu tertawa meloroh, “Ah, mungkin


mataku yang tinggal satu ini kurang awas. Tetapi aku
memang tak melihat seseorang yang bersembunyi disekeliling
sini....”

Sejenak pertapa itu memandang Lu Bu ki lalu Siau-liong.


katanya pula, “Karena kalian hendak menuju ke Gobi, marilah
bersama sama dengan aku kesana!" —Habis berkata ia terus
menarik tangan Song Ling dan diajak berjalan.

Lu Bu ki terlongong sejenak.... Suara suitan tinggi tadi


tentulah tanda dari Iblis-penakluk-dunia untuk memanggil
Kongsun Sin-tho. Tetapi mengapa pertapa mata-satu itu

811
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengatakan tak melihat orang bersembunyi disekeliling


tempat situ?

Tetapi walaupun kasar, Lu Bu-ki itu cerdas juga. Ia


memperhatikan kilatan mata pertapa-sakti itu seperti memberi
isyarat rahasia kepadanya. Maka iapun tak mau banyak bicara.
Ia melangkah pelahan-lahan mengikuti Pertapa-sakti-mata
satu.

Tenang sekali pertapa-sakti itu ayunkan langkah memimpin


tangan Song Ling sambil tanya ini itu. Begitu lambat ia
berjalan hingga sepenyala dupa lamanya barulah ia keluar dari
persimpangan jalan itu lalu belok menuju, kejalanan yang
menjurus ke Gobi.

Siau-liong masih sedih memikirkan suhunya yang juga telah


menjadi korban kehilangan kesadaran pikirannya. Ia berjalan
di belakang Pertapa-sakti-mata-satu itu tanpa bicara apa2.

Lu Bu-ki tak henti2nya memandang kian kemari. Tetapi


sekeliling penjuru sunyi senyap Kecuali deru air sungai yang
bergemuruh dari kejauhan, hanya angin yang mendesis-desis
menghembus pohon-pohon.

Tetapi diam-diam kepala Rimba Hijau wilayah selatan itu


sudah menduga bahwa Iblis-penakluk-dunia tentu telah
menyembunyikan anak buahnya. Gerak-gerik dan
pembicaraan kawan2nya tentu sudah didengar mereka.

Tetapi ia memperhatikan betapa tenang Pertapa-sakti-


mata-satu itu berjalan Sedikit pun tak mengacuhkan keadaan
di sekelilingnya. Mau tak mau terpengaruh juga hati Lu Bu-ki.
Iapun berlaku setenang mungkin.

812
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba Pertapa-sakti-mata-satu percepat langkahnya....


Tak berapa lama gunung Gobi pun sudah tampak dari
kejauhan. Lebih kurang hanya tinggal 20-an li jauhnya.

Tiba-tiba orang tua aneh itu berhenti lalu terlawa meloroh,


“Sungguh tak nyana, dalam usia setua ini, aku masih
menemani kalian untuk menikmati pemandangan alam yang
permai....”

Sekonyong-konyong orang tua itu berputar tubuh ke arah


Lu Bu-ki, serunya, “Iblis-penakluk-dunia sudah membawa
anak buahnya bersembunyi dalam gerumbul pohon. Berkat
peyakinanku selama berpuluh tahun dalam ilmu Hun-yu-than-
bi atau Menyiak-sunyi menyusup-kelebatan, aku dapat
mendengar suara ulat atau unggas yang bergerak pada jarak
10 li jauhnya. Gerak gerik mereka tak lepas dari
pendengaranku. Tetapi aku memang sengaja pura-pura tak
mendengar agar dapat mengelabuhi perhatian mereka. Kalau
tidak....”

Ia tersenyum dan berkata pula, “Aku tentu tak mampu


menghadapi serangan gabungan dari Empat tenaga-sakti!"

"Apakah ibu juga.... datang?" tanya Song Ling.

"Datang sih datang tetapi aku tak berdaya menolongnya!"


kata Pertapa-sakti-mata-satu.

Siau-liong memandang ke arah jalan yang dipandang


pertapa itu. Tiba-tiba ia melihat beberapa sosok bayangan
berkelebat dan lenyap lagi.

Kiranya perkataan Pertapa-sakti-mata-satu itu memang


benar. Iblis-penakluk-dunia telah datang bersama rombongan
anak buahnya. Segera Siau-liong berkata kepada orang tua

813
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sakti itu, “Apakah lo-cianpwe melihat dalam gerumbul pohon


itu....”

Pertapa-sakti-mata-satu tertawa, “Sudah kukatakan, setiap


ulat dan unggas yang bergerak dalam lingkungan 10 li, tak
mungkin lolos dari telingaku....”

Siau-liong menundukkan kepala tak membantah. Tetapi


diam-diam ia merasa orang tua itu terlalu besar omongannya
Pikirnya, “Biarpun telingamu amat tajam, tak mungkin engkau
mampu mendengar gerak-gerik ulat dan burung sejauh 10 li.
Apalagi matamu hanya tinggal satu."

Tiba-tiba Pertapa-sakti-mata saru berkata pula, “Memang


Iblis-penakluk-dunia agak takut juga kepadaku. Kalau tadi dja
tak berani keluar, saat ini pun tentu tak berani mengejar kita."

Ia tertawa meloroh lalu berseru nyaring, “Hayo, kita


lanjutkan jalan lagi!" —ia terus menggandeng tangan Song
Ling dan melangkah kemuka. Siau-liong dan Lu Bu-ki terpaksa
mengikuti.

Saat itu mereka sudah menyusur jalanan gunung. Puncak


Gobi tampak menjulang tinggi kelangit. Gunung yang
berselaput rimba hijau, bertaburan dengan gumpal awan putih
yang tak henti2nya ber-arak2an kian kemari.

Gunung Gobi benar-benar merupakan gunung keramat


tempat para dewa yang indah tenang alamnya.

Pertapa-sakti-mata-satu itu tetap berjalan pelahan-lahan.


Tetapi ternyata langkahnya itu amat cepat sekali sehingga Lu
Bu-ki terpaksa harus mengejar dengan berlari agar jangan
sampai ketinggalan jauh.

814
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Gua Ko-hud-tong itu terletak di belakang gunung. Maka


setelah mendaki beberapa waktu, Pertapa-sakti-mata-satu lalu
mengajak rombongannya mengitari ke belakang gunung.

Walaupun dalam hati ingin sekali segera mendapatkan


paderi sakti Kim Ting untuk meminta Tenggoret berkaki-tiga.
Tetapi ia tak kenal jalanan dan tak kenal pula pada paderi
sakti itu. Oleh karena ia sungkan untuk bertanya kepada
Pertapa-sakti-mata-satu, terpaksa ia hanya mengikuti di
belakang orang tua itu saja. Hanya diam-diam ia
memperhatikan keadaan disekeliling penjuru.

Rupanya pertapa sakti itu tahu akan kegelisahan si dara.


Tak henti-hentinya ia tertawa-tawa menghibur hati dara itu.

Siau-liong tak dapat menangkap apa yarg dikatakan


Pertapa-sakti itu kepada Song Ling. Tetapi dilihatnya berulang
kali si dara berpaling memandang ke arahnya dan memberi
isyarat kicupan mata kepadanya.

"Sudahlah, jangan mempedulikan dia!" Pertapa-sakti-mata-


satu tertawa, "dia memang seorang budak tolol!"

Ia berpaling memandang Siau liong. Siau-liong tertegun.


Cepat2 ia maju selangkah, “Apakah lo-cianpwe' hendak bicara
kepadaku?"

Song Ling tertawa mengikik, “Apakah engkau tuli? Kakek


guru bilang engkau ini....” -tiba-tiba ia berhenti dan menutup
mulutnya yang tertawa.

Merah telinga Siau-liong. Ia menunduk diam. Pertapa sakti-


mata-satu itu menganggukkan kepala, katanya, “Aku hendak
menjelaskan dulu namamu yang sesungguhnya agar dapat
memanggil dengan tepat."

815
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tersipu-sipu tak berani mengangkat muka.


Mulutnya tergagap menyambut, “Aku sebenarnya memang
orang she Tong. Karena hendak menghindari ancaman dunia
persilatan dan demi usahaku untuk membalas sakit hati orang
tua, maka aku terpaksa berganti memakai she suhuku
Kongsun. Tetapi....”

"Kalau begitu baik tetap kupanggil Kongsun siauhiap


sajalah!"' cepat2 orang tua itu menukas.

"Ah. jangan, lo-cianpwe. Harap lo-cianpwa cukup panggil


namaku saja!"

Pertapa-sakti-mata satu itu tertawa, “Thian-kong-sin-kang


merupakan ilmu sakti nomor satu di dunia persilatan. Saat ini
Kongsun siauhiap merupakan jago nomor satu di dunia.
Masakan aku berani berlaku kurang hormat?" sahut pertapa-
mata-satu itu.

“Ah, masakan aku berani menerima sanjung pujian yang


begitu tinggi," buru-buru Siau-liong berseru.

Tetapi orang tua itu tak menghiraukan kata2 Siau-liong, ia


menghela napas, “Sayang ilmu sakti itu belum dapat engkau
pelajari sempurna. Apabila sudah dapat engkau kuasai, Iblis-
penakluk-dunia dan keempat tokoh ilmu sakti itu, tak mangkin
mampu menandingi kesaktianmu. Cukup engkau seorang diri
saja, sudah pasti dapat membasmi gerombolan Iblis-penakluk-
dunia dan menyelamatkan dunia persilatan!"

Diam-diam Siau-liong menghela napas. Ucapan orang tua


baju ungu itu memang tak bohong. Ia baru mengetahui sedikit
tentang ilmu Thian-kong-sin-kang itu tetapi kepandaiannya
sudah maju begitu pesat. Apalagi kalau ia sudah dapat
menguasainya semua. Tetapi, ah, sayang ia tak mempunyai
kesempatan untuk meyakinkan ilmu itu.

816
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan nada rawan berkatalah Pertapa sakti-mata-satu itu,


“Segala apa tergantung takdir. Kita hanya dapat berusaha
tetapi Allah yang kuasa....”

Tiba-tiba mata orang tua yang tinggal sebelah itu berkilat-


kilat tajam dan berkatalah ia dalam soal lain, “Tadi kukatakan
bahwa ilmuku Hun-yu-than-bi itu dapat mendengar gerak-
gerik ulat dan unggas yang bergerak dalam jarak 10 li....
Kongsun siauhiap tentu tak percaya hal itu, bukan?"

“Ah, mana aku berani tak percaya," buru-buru Siau-liong


berseru.

“Tapi memang begitulah. Maka hendak kutunjukkan bukti


kepadamu....” tiba-tiba orangtua itu menuding kemuka,
tanyanya, “Apakah Kongsun siauhiap melihat sesuatu?"

Siau-liong tertegun. Ia memandang ke arah yang ditunjuk


pertapa tua itu. Tetapi kecuali puncak gunung yang tinggi
menyusup kelangit dan bertutup hutan belantara yang lebat
dengan lingkaran jalan2 kecil, Siau-liong tak melihat apa2 lagi.

“Rasanya aku tak melihat apa2," kata Siau-liong.

“Apakah mendengar apa2?" tanya pertapa tua itu pula.

Siau-liong pasang telinga mendengari dengan penuh


perhatian. Tetapi ia tak mendengar apa2, sahutnya; “Yang
kudengar hanya deru angin dan desir serangga. Lain tidak!"

“Kudengar pada jarak tiga li, dua orang sedang berjalan.


Mereka mempunyai hubungan dengan engkau!" kata pertapa
tua itu.

817
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong, Lu Bu-ki dan Song Ling terhenti, seketika,


memandang orangtua aneh itu.

“Apakah lo-cianpwe tak bergurau?"

“Aku tinggal dibalik gunung sana," orang tua itu menunjuk


pada hutan disebelah kiri, "setengah jam lagi kita jumpa digua
Ko-hud-tong." habis berkata ia terus melangkah pergi.

“Hai, kakek guru, dia tak kenal jalan." si dara memburunya.

“Hus, budak perempuan, dia tak tahu jalan apa sangkut-


pautnya dengan dirimu....” bentak orang tua itu lalu membisiki
telinga si dara, "setelah gerombolan Iblis-penakluk-dunia
tertumpas, kakek tentu akan menjomblangkan perjodohan
kalian!"

Song Ling tersipu-sipu malu....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 15

Paderi Kim-ting

"Sucou. engkau....” teriak Song Ling.

Siau-liong tak mendengar apa pun yang dibisikkan


orangtua itu kepada Song Ling, Ia terus melesat pergi.

"Maaf, akupun akan mengikuti saudara Kongsun." sitinggi


besar Lu Bu-ki pun segera memberi hormat kepada Pertapa-
sakti-mata-satu itu terus menyusul Siau-liong.

Song Ling hanya memandang terlongong ke arah bayangan


pemuda itu. Walaupun ucapan orang tua itu hanya kata2

818
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menghibur, tetapi tak urung hati dara itu tergerak juga. Entah
bagaimana saat itu ia merasa seperti dicengkam oleh suatu
perasaan yang belum pernah dirasakan selama ini.

Sejak kecil ia hidup bersama ibunya di gunung Busan yang


sepi. Selama itu tak pernah ia berkawan dengan anak lelaki. Ia
berangkat dewasa dalam alam kesunyian.

Sejak berkenalan dengan Siau-liong, walau pun keduanya


saling menjaga kesopanan tetapi tanpa terasa dalam hati dara
itu tumbuh semacam perasaan yang aneh. Suatu perasaan
yang belum pernah dialami seumur hidup. Ia merasa takut
kalau ditinggal pergi pemuda yang baik budi itu.

“Nak, apakah engkau sungguh2 suka kepadanya?" tiba-tiba


orang tua sakti itu menegurnya.

Song Ling mendesus lalu tertawa tersipu-sipu. Ia tak mau


menjawab melainkan mengikuti di belakang kakek gurunya
berjalan.

Sementara itu karena menggunakan ilmu meringankan


tubuh, dalam beberapa kejab saja dapatlah Sau-liong
mencapai tiga li jauhnya.

Sambil lari, ia tetap memperhatikan keadaan


disekelilingnya. Tetapi sampai sejauh itu ia tak melihat barang
seorang pun jua. Seketika timbullah rasa curiganya, “Huh,
jangan2 orang tua bermata satu itu hanya mengelabuhi aku
supaya pisah dengan Song Ling....”

Dengan napas terengah-engah, Lu Bu-ki menyusul tiba,


serunya, “Apakah saudara Kongsun melihat seseorang?"

819
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

”Kita tentu ditipunya. Sampai sepuluh li jauhnya tak


kelihatan apa2. Memang di dunia tak mungkin terdapat orang
dan ilmu seaneh itu," sahut Siau-liong.

Lu Bu-ki banting2 kaki dan menggembor; “Benar! Aku juga


tak percaya pada ilmu begitu!"

Sejenak meragu, Siau-liong lanjutkan larinya lagi. Kira-kira


dua puluh tombak jauhnya ia tiba dibawah kaki sebuah
gunung. Kaki gunung itu penuh ditumbuhi gerumbul rumput
dan aneka pohon seperti di dalam hutan. Tetapi Siau-liong tak
mendengar suara dan melihat sesuatu.

Berpaling ke arah Lu Bu-ki, ia gelengkan kepala terus


hendak pergi. Tetapi tiba-tiba ia terkejut mendengar bunyi
cengkerik dari balik sebuah batu besar.

Siau-liong dan Lu Bu-ki tertegun. Setelah pasang


pendengaran barulah mereka mendengar suara orang bicara.

"Engkau mau pergi atau tidak!" seru seseorang.

Seorang wanita menjawab, “Ah, aku memang benar-benar


tak dapat berjalan lagi!"

Mendengar suara itu, girang Siau-liong bukan kepalang.


Kedua orang yang berbicara dibalik gerumbul itu jelas paderi
Liau Hoan dari Thian-san dan pemilik Lembah Semi Poh-Ceng-
in.

Terdengar Liau Hoan membentak, “Apakah suruh aku


menggendongmu?"

Poh Ceng-in menghela napas panjang, ujarnya, “Lebih baik


bunuh aku sajalah!"

820
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liau Hoan tertawa dingin; “Jika memang membunuhmu tak


perlu kubawa engkau kian kemari seperti ini!"

Siau-liong kerutkan dahi. Dilihatnya paderi kurus dari


Thian-san itu muncul dari balik batu sambil menjinjing tubuh
Poh Ceng-in.

Begitu melihat Siau-liong, paderi itu girang sekali. Ia maju


menghampiri, “Kukira engkau sudah mendaki kepuncak Kim-
ting, tak kira kalau dapat bertemu disini."

Memandang Poh Ceng-in, berkatalah Siau-liong, “"Ah, lo-


siansu tentu payah dalam perjalanan, aku selalu
memikirkan....”

Liau Hoan tertawa, “Jika tak punya sandera wanita baju


merah ini, mungkin aku sudah celaka dan tak dapat berjumpa
lagi!"

Poh Ceng-in tak mau banyak bicara melainkan memandang


Siau-liong dengan penuh dendam. Ia tertawa geram lalu
pejamkan matanya.

Siau-liong agak kasihan. Dilihatnya kedua tangan wanita itu


masih terikat ke belakang, rambutnya terurai kusut, tubuhnya
berlumuran kotoran dan napasnya terengah-engah.

Sejenak meragu, Siau-liong menghampiri kesamping Poh


Ceng-in, serunya, “Tak perlu engkau mendendam kepadaku.
Kalau mau marah, marahlah kepada ayah bundamu....” ia
menghela napas lagi, katanya, "aku bukan seorang yang
kejam tak kenal perikemanusiaan. Hanya karena terpaksa oleh
keadaan, dan lagi aku pasti memenuhi janji setahun lagi
bertemu digunung Bu-san."

821
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poh Ceng-in membuka mata dan mendengus, “Hm, tak


perlu omong lagi! Karena sudah tahu cara mengobati racun
dalam tubuhmu, silahkan bunuh aku.... aku cudah cukup
menderita siksaan macam begini!"

Tiba-tiba wanita pemilik lembah itu tertawa melengking,


“Pula sekarang aku sudah sadar. Bahwa hubungan laki
perempuan itu memang tak dapat dipaksa!"

Kedua pipi Poh Ceng-in bercucuran air mata. Wajahnya


rawan. Seolah-olah orang yang menyesal.

Siau -liong terlongong beberapa saat. Ia heran mengapa


dalam detik-detik menderita kesulitan seperti itu, Poh Ceng-in
yang ganas seperti menyadari kesalahannya.

Siau - liong memang berhati welas asih. Diam-diam iapun


menyesal telah menyiksa seorang wanita sampai begitu rupa.

Beberapa saat kemudian, ia berkata kepada paderi Liau


Hoan, “Selama membawa wanita ini menempuh bahaya maut,
tentulah lo-siansu letih dan payah sekali!"

Liau Hoan tertawa, “Ah, tak apa. Karena tahu wanita itu
amat penting bagi Kongsun hiapsu, maka aku tetap
menjaganya mati-matian."

“Apakah lo-siansu tak keberatan menyerahkan wanita itu


kepadaku?" tanya Siau-liong pula.

Liau Hoan tertegun, serunya, “Sudah tentu aku menurut


saja apa pesan Kongsun siauhiap!"

Baik sikap dan nada ucapannya, paderi dari Thian-san itu


amat menghormati sekali kepada Siau-liong.

822
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong segera berjongkok dan membuka tali pengikat


Poh Ceng-in, memapahnya berdiri lalu berkata hambar,
“Silahkan pergi!"

Sepasang mata wanita pemilik Lembah Semi itu memancar


sinar heran. Dipandangnya Siau-liong, “Engkau lepaskan aku
pergi?"

Siau-liong tertawa tawar, “Benar, engkau bebas!"

Lu Bu-ki dan Liau Hoan terkejut sekali, hampir keduanya


serempak berseru; "Kongsun siau-hiap, wanita siluman itu tak
boleh dilepaskan!"

Liau Hoan maju selangkah, katanya, “Aku mengabdikan diri


ke dalam gereja. Meskipun tak menyetujui pembunuhan tetapi
kejahatan wanita itu benar-benar melebihi takeran. Dan lagi
dia telah menguasai jiwa Kongsun siauhiap. Mana boleh....”

Lu Bu-ki pun sudah mencabut ruyung besi dan


menghadang Poh Ceng-in, “Betul! wanita siluman itu tak boleh
dilepas!"

Seru Siau-liong tenang, “Mati hidup tergantung takdir. Kaya


miskin pun sudah suratan nasib. Kalau aku memang sudah
ditakdirkan harus mati, bagaimanapun hendak berdaya tentu
tak berguna. Apalagi menjadikan seorang perempuan lemah
sebagai sandera. Sekalipun dapat mengalahkan Iblis-penakluk-
dunia, tetapi cara itu bukan ksatrya!"

Melihat sikap Siau-liong yang jantan itu, mau tak mau Liau
Hoan dan Lu Bu-ki mengindahkan juga. Mereka serempak
mundur.

Tetapi Poh Ceng-in pun tak mau segera pergi. Ia tertegun


memandang Siau-liong.

823
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Omitohud!" seru Liau Hoan siansu, "Kong-sun siauhiap


berbudi walas asih dan berwatak ksatrya. Sekalipun sudah 40
tahun lamanya aku mengabdikan diri dalam gereja, tetapi
ternyata masih kalah dengan peribudinya!"

Paderi itu menarik Lu Bu-ki, “Lu tayhiap, biarkan dia pergi!"

Poh Ceng-in rupanya hendak bicara, tetapi sampai sekian


lama bibirnya bergerak, belum juga terluncur kata-kata. Tiba-
tiba ia menutup mukanya, berputar tubuh terus melangkah
pergi dengan terhuyung-huyung.

Sekonyong-konyong Siau-liong loncat memburu, “Tunggu


dulu!"

Poh Ceng-in berhenti, “Apakah engkau menyesal?"

Siau-liong tertawa dingin, “Kaum persilatan menjunjung


tinggi janji. Sekali seorang lelaki berkata, takkan bergoyah
seperti gunung yang kokoh. Masakan aku menyesal?"

Poh Ceng-in berputar diri. Dengan air mata berlinang-linang


ia menatap Siau-liong; "Kalau begitu, engkau....”

“Tolong sampaikan pada suami isteri Iblis-penakluk-dunia.


Bahwa sejak dahulu sampai sekarang, Kejahatan itu tak
mungkin dapat mengalahkan Kebenaran. Dengan siasat keji
dan ilmu Hitam, orang tuamu itu hendak menguasai dunia
persilatan, meskipun dapat berhasil tetapi tak akan tahan
lama. Maka sebelum terlambat, harap lekas sadar agar
mereka dapat melewati pada hari tua mereka dengan
tenteram. Dan yang kedua kalinya....”

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan; “Engkau pun harus


memegang janji dibarisan Tujuh-maut tempo hari. Jika dalam

824
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setahun ini, racun jong-tok itu tak bekerja, besok tahun muka
pada pertengahan musim rontok seperti hari ini, aku tentu
datang ke Busan.”

Poh Ceng-in menunduk memandang tanah, katanya,


“Apakah masih ada lain pesanan lagi?”

“Tak ada, silahkan pergi!”

“Baik, semuanya kuingat!” kata Poh Ceng-in seraya


melangkah pergi.

Beberapa saat kemudian, Liau Hoan siansu berkata;


“Adakah Kongsun siauhiap masih ingat akan janji untuk
bersama aku menuju ke Thian-san?”

Siau-liong tertawa hambar, “Kuharap lo-siansu pun dapat


mengingat bahwa aku meluluskan hal itu setelah nanti tahun
depan pertengahan musim rontok. Pada saat itu apabila aku
masih hidup, tentu akan memenuhi janji itu!”

Liau Hoan tersenyum; “Baik akan kutunggu.”

Sejenak memandang keempat penjuru, Siau-liong bertanya


kepada kedua orang itu apakah mereka tahu jalan kepuncak
Kim-ting.

Lu Bu-ki tampil kemuka; “Apakah saudara Kongsun tak mau


bertemu dengan Tok Bok lojin itu?”

Siau-liong menghela napas, “Saat ini Iblis penakluk-dunia


sudah membawa rombongannya. Entah rencana apa yang
mereka siapkan. Maka kurasa hendak kepuncak Kim-ting dulu
meminta Tenggoret berkaki-tiga kepada paderi sakti itu!”

825
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki menatap Liau Hoan siansu, serunya, “Kalau begitu,


aku yang menunjukkan jalan!”

Sitinggi besar itu terus ayunkan langkah mendahului


berjalan. Ternyata dia memang faham jalanan disitu. Kira2
sepenanak nasi lamanya, mereka tiba disebuah gunung
karang yang menjulang tinggi. Dipuncak gunung itu penuh
dengan pohon cemara dan jati.

“Sudah sampai Puncak itu adalah puncak Kim-ting dari


gunung Gobi !”Lu Bu-ki berhenti.

“Omitohud! Benar2 sebuah tempat yang keramat!” seru


Liau Hoan siansu.

Rupanya Lu Bu-ki teringat akan sesuatu hal yang penting


maka tiba2 ia berseru; “Dalam pertempuran diLembah Semi
tempo hari, kaum persilatan telah menderita kekalahan.
Dengan dapat menguasai dua tokoh pewaris ilmu sakti serta
beberapa tokoh sakti lainnya, Iblis-penakluk-dunia dapat
mengalahkan Ceng Hi totiang dan Pendekar Laknat.
Impiannya untuk menguasai dunia persilatan, rupanya akan
segera menjadi kenyataan. Tetapi mengapa tiba-tiba ia
mundur lagi dan mengadakan janji kepada Ceng Hi totiang
supaya dalam waktu tiga hari datang kepuncak Kim-ting?”

Siau-liong juga heran.

Liau Hoan tertawa gelak2, “Sekali pun aku tak berani


mengatakan tahu betul rahasia itu, tetapi sedikit banyak aku
dapat menduganya ...”

Ia menunjuk kearah puncak Kim-ting yang tinggi, katanya,


“Puncak Kim-ting dari Gobi, setelah menjadi tempat
pertandingan ilmu pedang dan adu pedang dari Tio Sam-hong
dengan paderi Sembilan-jari Sapolo pada seribu tahun yang

826
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lalu, maka tempat itu dianggap sebagai tempat keramat oleh


kaum persilatan. Beratus-ratus tahun lamanya entah sudah
terjadi berapa banyak peristiwa besar dipuncak gunung itu
Pemilihan Ketua dunia persilatan angkatan ketiga yang
dilangsungkan pada seratus tahun yang lalu, juga
diselenggarakan dipuncak itu. Sekalipun sudah dapat
mengalahkan Ceng Hi totiang dan menundukkan sebagian
besar kaum persilatan, tetapi apabila Iblis-penakluk-dunia tak
dapat mengadakan rapat besar di puncak Kim-ting unUk
mengumumkan pengangkatannya sebagai Penguasa Dunia
persilatan, tentu sukarlah bagi dia hendak menguasai dunia
persilatan selama-lamanya.” “

Berhenti sebentar, paderi Liau Hoan melanjutkan pula,


“Yang kedua kalinya, Iblis-penakluk-dunia sudah
memperhitungkan bahwa kekuatan dunia persilatan sekarang
ini sudah rapuh. Tiada seorang lawan yang mampu
menentangnya lagi. Maka ia suruh seluruh tokoh2 persilatan
datang ke Kim-ting dimana nanti ia akan mengumumkan
pengangkatan dirinya sebagai Penguasa Dunia persilatan. Ia
sudah memperhitungkan sekalipun barangkali nanti ada
sementara orang yang berani menentangnya, tetapi ia yakin
dengan memiliki keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu, ia tentu
dapat menghancurkan setiap perintang .....”

Siau-liong mendengarkan dengan diam. Diam2 ia


merenungkan suhunya dan Randa Bus-an serta tokoh2
pewaris ilmu sakti yang ditawan Iblis-penakluk-dunia itu. Ia
menghela napas panjang.

Sambil memandang Siau liong, Liau Hoan siansu


melanjutkan kata-katanya, “Iblis-penakluk-dunia mengetahui
bahwa Kongsun siauhiap masih belum sempat mempelajari
ilmu Thian-kong-sin-kang. Maka untuk saat ini dia tak takut.
Tetapi paling lama dalam 10 hari, apabila ia tak dapat merebut

827
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, ia tentu akan berusaha


sekuat tenaga untuk melenyapkan Kongsun siauhiap!”

Siau liong menyadari bahwa ucapan paderi itu memang


bukan ancaman kosong. Tiba2 ia teringat akan ucapan
suhunya Kongsun Sin-tho, bahwa kemungkinan Iblis-penakluk-
dunia sudah dapat mempelajari ilmu sakti Jit-hoa-sin-kang,
Cek-ci sin kang dan lain-lainnya. Tetapi ia (Siau-liong)
sungguh lacur. Berulang kali ditawan dan dilepas oleh Iblis-
penakluk-dunia. Dan beberapa kali dikelabuhinya hingga
hampir saja ia hendak mengajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang
itu kepada Song Ling.

“Saudara Kongsun, mari kita lanjutkan jalan lagi!” tiba2 Lu


Bu-ki berseru.

Siau-liong gelagapan. Ia menyadari kalau tadi ia tertegun


melamun. segera ia mengiakan dan terus mengikuti
dibelakang Lu Bu-ki. Mereka bertiga menyusur jalan yang
berlingkar-lingkar baik.

Sambil berjalan, Siau liong menghela napas, “Entah


bagaimana dengan paderi sakti dari puncak Kim-ting itu? Jika
ia tak menyerahkan tenggoret ajaib itu, lalu bagaimana kita
harus bertindak.....?”

Berkata Liau Hoan siansu, “Sekalipun sempit pengalaman


karena jarang keluar ke Tionggoan, tetapi menurut hematku,
sejak muda paderi sakti Kim-ting itu sudah masuk ke dalam
gereja. Setelah masuk menjadi murid gereja Bik-hun-si yang
terletak di bagian depan gunung Gobi, ia lalu pindah
mengasingkan diri di puncak Kim-ting ini. Selama 100 tahun
terakhir ini, jarang orang melihatnya turun gunung. Mengenai
apakah dia sakti dalam ilmu silat atau tidak, mungkin tiada
seorangpun yang tahu. Juga berapa usianya sekarang ini,

828
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang pun tak ada yang mengetahui. Tetapi mungkin tak


kurang dad 120-an tahun umurnya.....”

Berhenti sejenak, ia melanjutkan pula, “Selama 100 tahun


terakhir ini, di puncak Kim-ting pun telah terjadi beberapa
peristiwa besar. Tetapi selama itu tak pernah terdengar orang
bercerita tentang kehadiran paderi sakti itu. Orang yang
mendaki keatas pun kebanyakan jarang dapat menjumpainya
Bahkan sedikit sekali kaum persilatan yang tahu manakah
paderi sakti itu. Soal apakah dia benar2 memelihara
Tenggoret-berkaki-tiga dan apakah dia saat ini masih hidup,
aku sendiripun tak jelas!”

“Jika tak mendengar dari Ceng Hi totiang, akupun tak


mengetahui kalau di puncak Kim-ting tinggal seorang paderi
....tetapi karena dia disebut sebagai paderi sakti, tentulah
mahir dalam ilmu kesaktian dan tentu amat bijaksana juga.
Jika mengetahui babwa binatang ajaib itu dapat
menyelamatkan banjir darah dalam dunia persilatan, tentulah
ia tak sayang memberikannya!”

Dalam pada bercakap cakap itu, merekapun sudah mulai


mencapai puncak. Ternyata di sekeliling barisan puncak
gunung itu, terdapat sebuah tanah datar. Puncak penuh
pohon cemara dan jati yang tinggi serta air terjun dan sumber
air terdapat dimana-mana. Sungguh sebuah tempat yang
mirip tempat dewa2.

Mereka bertiga terus melintasi hutan dan ketika tiba di


ujung hutan, tetap mereka tak menemukan barang sebuah
rumah atau biara. Sekeliling penjuru hanya gunung belantara
yang senyap. Sedang di depan gunung itu hanya jurang
karang yang amat curam.

Siau-liong berhenti dan berkata heran, “Apakah saudara Lu


tak salah?”

829
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lu Bu-ki menampar kepalanya, “Sekalipun ditengah malam,


tak mungkin aku salah jalan!”

Liau Hoan menyelutuk, “Memang paderi sakti Kim-ting itu


tinggal didalam gua. Belum tentu tinggal di puncak sini .....”

Tiba2 sitinggi besar Lu Bu-ki berteriak kaget, “Hai, lihatlah


ke arah hutan cemara di sebelah kiri itu .....”

Siau-liong dan Liau Hoan serempak memandang ke arah


yang ditunjuk. Diatas anak puncak yang bersambung dengan
puncak Kim-ting, memang terdapat sebuah hutan pohon
cemara. Dan di tengah hutan itu tampak beberapa sosok
tubuh melintas..

Oleh karena tertutup oleh hutan yang lebat, maka tak


dapat terlihat jelas bagaimana pakaian orang2 itu. Tetapi
menilik gerakannya yang amat cepat sekali itu, jelaslah kalau
mereka itu tentu orang2 persilatan yang berkepandaian tinggi.

Begitu melesat, kawanan orang itupun lenyap,


bersembunyi dalam gerumbul hutan lebat.

Siau-liong merenung. Tiba2 ia berkata, “Mereka tentulah


rombongan Ceng Hi totiang!” —ia terus loncat dua tombak.

“Hai, benar, kecuali mereka siapa lagi!” seru Lu Bu-ki


seraya terus lari menyusul.

Jalan yang merentang kearah hutan cemara di samping


puncak itu, agak menurun kelain puncak yang lebih rendah.
Luasnya hanya terpaut sedikit dengan puncak Kim-ting, tetapi
keadannya lebih berbahaya. Penuh dengan karang curam dan
gunduk batu aneh yang lebat seperti sebuah hutan.

830
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalipun para pemburu, juga takkan memilih tempat


seperti itu.

Adalah Siau-liong yang lebih dulu lari menghampiri. Dalam


beberapa loncatan saja ia sudah tiba di tempat sosok2 tubuh
yang muncul lenyap tadi. Memandang kedalam hutan.
memang terlihat beberapa sosok tubuh tadi masih bergerak-
gerak pelahan.

Ia girang sekali. Jelas rombongan orang itu adalah


rombongan yang dipimpin Ceng Hi totiang.

Segera ia melangkah menghampiri ke tempat mereka.

Jalanan bermula hanya 3-4 tombak lebarnya, tetapi makin


lama makin lebar. Dikedua samping jalan, merupakan dua
buah puncak gunung yang penuh dengan hutan cemara dan
jati. Tetapi kira2 seratus tombak lagi, jalan itu terhadang oleh
sebuah karang gunung yang tinggi. Rupanya karang itu
merupakan ujung terakhir lalu disambung jalan lagi yang
membiluk ke sebelah kanan.

Ceng Hi totiang dan rombongannya sedang berhenti dan


mondar mandir di bawah karang gunung itu.

Mereka cepat melihat kedatangan Siau-liong. Empat orang


imam pengawal Ceng Hi totiang segera maju menghadang
dengan pedang melintang, “Siapa engkau?”

Baru Siau-liong hendak menyahut, Lu Bu-ki dan Liau Hoan


siansupun telah tiba. Cepat sitinggi besar loncat kemuka Siau-
liong dan memberi isyarat kepada keempat imam itu seraya
berseru, “Orang sendiri, harap kalian jangan salah faham.....”

831
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian berpaling menunjuk Siau-liong, Lu Bu-ki berkata,


“Kongsun siauhiap ini, adalah pewaris dari ilmu Thian-kong-
sin-kang!”

Ceng Hi totiang bersama lebih kurang 50 tokoh-tokoh


persilatan, terkejut ketika mendengar keterangan Lu Bu-ki.
Mereka serempak memandang kearah Siau-liong.

Ceng Hi totiang segera maju menghampiri dengan heran.


Diam2 Siau-liong geli juga. Bukan baru pertama kali itu ia
berjumpa dengan Ceng Hi totiang. Tetapi perjumpaannya
dahulu memang bukan sebagai Kongsun Liong, tetapi sebagai
Pendekar Laknat.

Lebih dulu Ceng Hi totiang memberi salam kepada Lu Bu-ki,


“Ah, saudara Lu tentu lelah!” Setelah itu baru ia mengucap
Omitohud kepada Liau Hoan siansu. Terhadap Siau-liong,
tampaknya Ceng Hi tak begitu menganggap penting.

Sehabis balas memberi ucapan salam keagamaan,


berkatalah Liau Hoan siansu, “Harap totiang jangan menegur
aku dulu ... ,” — ia berpaling kepada Siau-liong dan berkata
pula, “Kongsun siauhiap Ini telah mendapat rejeki luar biasa.
Ia telah memperoleh pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dunia persilatan
dari ancaman Iblis-penakluk-dunia, rasanya tiada lain orang
lagi kecuali Kongsun siauhiap ini!”

Ceng Hi terkesiap. Menilik kedudukan dan kebesaran nama


Liau Hoan totiang, ia percaya penuh. Maka berpalinglah ia ke
arah Siau-liong, serunya, “Ah, maaf, aku agak terlambat
menghaturkan hormat!”

Rombongan Ceng Hi totiang itu terdiri dari tokoh-tokoh


pilihan yang tergolong jago kelas satu. Diantaranya termasuk
para ketua partai persilatan dan kepala dari beberapa aliran

832
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perguruan silat. To Kiu-kong dari partai Kaypang, Pengemis-


tertawa Tio Tay-tong, Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay dan
Keempat Su-lo, juga ikut dalam rombongan itu.

Begitu melihat Siau-liong bersama Lu Bu-ki dan Liau Hoan


siansu tiba2 muncul, To Kiu-kong dan Tio Tay-tong girang
sekali. Serempak keduanya maju memberi hormat kepada
Siau-liong, seraya berseru, “Sucou-ya!” terus hendak berlutut
dihadapan Siau-liong.

Siau-liong cepat mencegah, serunya; “Kiu -kong, jangan


banyak peradatanlah!”

Ceng Hi totiang tertawa gelak2, “Kongsun siauhiap sungguh


seorang pemuda yang luar biasa. Kiranya murid dari
Pengemis-tengkorak Siong lo-enghiong. Aku merasa makin
kurang menghormat tadi...”

Berhenti sejenak mengicup mata, Ceng Hi melanjutkan


pula, “Tetapi tadi saudara Lu Bu-ki dan Liau Hoan siansu
mengatakan bahwa Kongsun siauhiap adalah pewaris ilmu
Thian-kong-sin-kang. Ini sungguh membingungkan. Menurut
pengetahuanku ....”

Kuatir kalau imam tua itu terus mendesak pertanyaan,


buru2 Siau-liong menukas, “Hanya secara kebetulan saja aku
telah mendapatkan suatu cara belajar dari sebuah ilmu sakti.
Tetapi mungkin berbeda dengan ilmu Thian-kong-sin-kang.
Pun karena belum dapat mempelajari sampai sempurna maka
masih sukar untuk menggunakannya.....”

Sepasang mata Ceng Hi totiang berkilat-kilat menatap anak


muda itu, serunya, “Kongsun siauhiap, apakah ergkau tak
keberatan bicara dengan empat mata kepadaku?”

833
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tahu bahwa imam tua itu mulai curiga. Maka ia


menyatakan setuju. Ceng Hi totiang tersenyum lalu
mendahului melangkah kebelakang sebuah batu karang yang
besar. Siau-liong segera mengikuti.

Menilik kedudukan Ceng Hi totiang dalam rombongannya,


ketika ia bicara dengan Siau-liong tadi, tiada seorang pun
yang berani ikut bicara. Mereka hanya mengawasi Ceng Hi
totiang dan Siau-liong menyelinap kebalik batu.

Setelah agak jauh dari rombongan tokoh-tokoh persilatan


itu, barulah Ceng Hi totiang berhenti. Ia anggap disitu aman,
takkan didengar orang lagi.

“Tadi Liau Hoan siansu dan Lu tayhiap mengatakan bahwa


Kongsun siauhiap adalah pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang.
Kupercaya keterangan itu tentu tak bohong....” Ceng Hi
totiang mulai membuka pembicaraan.

Siau-liong hanya tersenyum tak menjawab. Ceng Hi totiang


berhenti sejenak lalu melanjutkan, “Sudah ribuan tahun ilmu
Thian-kong-sin-kang itu tak muncul didunia. Kaum persilatan
dari masa kemasa selalu berusaha untuk mencari ilmu sakti
itu. Tetapi tiada seorangpun yang berhasil. Dua bulan yang
lalu, munculnya peta pusaka pada Giok-pwe, telah
menimbulkan kegemparan besar dikalangan persilatan.
Munculnya Iblis-penakluk-dunia ke Tionggoan lagi untuk
melaksanakan tujuannya menguasai dunia persilatan, tak lain
maksudnya memang hanya akan mencari kitab pusaka Thian-
kong-sin-kang.”

Melihat imam tua itu tak menyinggung keraguan terhadap


dirinya, Siau-liong tak sabar lagi. Ia barus lekas-lekas
mendapatkan paderi sakti Kim-ting untuk meminta Tenggoret-
emas-berkaki-tiga. Ia tak mau membuang waktu maka segera
ia menyelutuk, “Kalau totiang hendak mengajukan

834
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pertanyaan, silahkan. Pokok, aku tak mau membohongi


totiang!”

Dalam keadaan seperti itu, ia cepat dapat menduga bahwa


Ceng Hi totiang tentu sudah dapat melihat kelemahannya.
Maka Siau-liong pun bersedia untuk memberi keterangan
sejujurnya.

Ceng Hi agak terkesiap, ujarnya; “Tempo hari dalam


pertempuran lawan Iblis-penakluk-dunia di Lembah Semi, aku
telah menderita kekalahan habis-habisan. Untung saat itu
Pendekar Laknat muncul dan dapat menghadapi Jong Leng
Lojin serta Lam-hay Sin-ni, sehingga aku dan rombongan
dapat terlepas dari kehancuran. Kala itu Pendekar Laknat telah
menggunakan ilmu Thian-kong-sin-kang. Pun tampaknya ia
baru saja mempelajari ilmu sakti itu hingga belum sempurna.
Tetapi kupercaya bahwa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang
yang sudah lenyap beribu tahun itu telah jatuh ditangan
Pendekar Laknat. Sayang, pada malamnya Pendekar Laknat
telah menghilang lagi. Dan sampai sekarang belum terdengar
kabar beritanya ....”

Siau-liong kerutkan dahi, hendak mengatakan bahwa


”aku.....”

Ceng Hi totiang tertawa panjang, “Maaf kalau aku bicara


dengan terus terang ini. Pendekar Laknat pada 20 tahun yang
lalu, aku pernah kenal dengan baik. Tetapi Pendekar Laknat
yang muncul sekarang ini, kecuali wajahnya yang mirip, Ilmu
kepandaian dan perawakan tubuhnya, sama sekali berbeda
dengan Pendekar Laknat yang dulu, Yang paling
mengherankan ialah ilmu Thian-kong-sin-kang itu. Tak
mungkin sekali gus akan timbul dua orang Pendekar Laknat,
ini...ini.....” tiba2 Ceng Hi totiang berhenti dan memandang
Siau-liong dan tersenyum.

835
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menduga bahwa Ceng Hi totiang telah


mengetahui semuanya. Maka setelah batuk2 sebentar, ia
berkata, “Ah, totiang sungguh awas. Memang aku tak mau
bohong .....”

Kemudian ia menuturkan segala apa yang dialaminya. Dari


masa kecil sampai belajar silat di gunung Hongsan sehingga
sekarang.

Akhirnya ia menutup penuturannya, “Adalah karena


menjunjung totiang sebagai seorang imam yang sakti maka
kuberitahu semua yang mengenai diriku. Kuharap totiang suka
menyimpan rahasia itu, jangan diberitahukan kepada lain
orang. Apa bila beruntung dapat menindas Iblis-penakluk-
dunia, aku masih berharap dapat menggunakan sisa hidup
dalam satu tahun itu untuk membalas sakit hati ayahku lalu
menemui ibuku di seberang laut!”

Ceng Hi totiang menghela napas panjang. Dengan wajah


bersungguh ia berkata, “Kongsun siauhiap seorang pemuda
gagah yang berhati perwira. Maka tak heranlah kalau
mendapat berkah yang luar biasa itu. Arwah nenek guruku Tio
Sam-hong tentu akan puas dialam baka. Harap jangan kuatir,
aku pasti akan menyimpan rahasia itu ...”

Berhenti sejenak ia melanjutkan lagi, “Apa rencana


Kongsun siauhiap tetap akan memenuhi perjanjian mati
bersama dengan wanita pemilik Lembah Semi itu?”

Siau-liong menghela napas, “Sekali sudah berjanji, sukar


untuk mengingkari. Sekalipun mengenai soal kematian yang
penting, tetapi aku tak dapat melanggar janji!”

Ceng Hi totiang mengangguk hormat, “Watak dan tindakan


Kongsun siauhiap itu, makin menimbulkan rasa hormatku!”

836
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tersipu-sipu Siau-liong membalas hormat.

Setelah itu maka Ceng Hi totiang pun segera alihkan


pembicaraan tentang soal yang menyangkut kepentingan saat
itu.

“Walaupun paderi sakti dari Kim-ting itu jarang diketahui


dunia persilatan tetapi kutahu dia memang seorang tokoh
aneh yang jarang muncul diluar. Kedatanganku bersama
rombongan tokoh2 persilatan itu tak lain memang hendak
memohon supaya orang tua sakti itu mau keluar membantu
kami. Tadi telah kukatakan hal itu kepada seorang Sian-thong
(murid penjaga guha) untuk menyampaikan pada beliau. Saat
ini kukira tentu sudah ada keterangan. Karena Kongsun
siauhiap juga akan menemuinya, baiklah kita sama2
menghadap.”

Melihat bahwa Ceng Hi totiang yang sudah berumur 90


tahun lebih itu masih menyebut dengan kata2 yang sungkan
'beliau orang tua' kepada paderi sakti Kim-ting, diam2 makin
besarlah rasa hormat Siau-liong. Segera ia mengikuti Ceng Hi
totiang.

Di atas karang gunung yang membelok ke sebelah kanan


dari lereng puncak, terdapat sebuah guha seluas satu tombak.
Tetapi guha itu amat dalam.

Dua orang kacung yang satu berpakaian warna biru dan


yang satu putih, sedang menjagu disamping pintu guha
dengan pedang terhunus.

Rombongan orang gagah berhenti beberapa tombak


jauhnya dari guha itu Mereka bebisik saling membicarakan
pertapa sakti dari Kim-ting itu. Tetapi setelah Ceng Hi totiang
muncul bersama Siau-liong, merekapun lalu diam dan hanya
memandang ke arah kedua orang itu.

837
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si, segera tampil kemuka dan


setelah menyebut doa keagamaan, “Omitohud! Tingkah lalu
paderi sakti ini agak berlebih-lebihan. Bahkan sampai pada
kacungnya saja sudah begitu garang ... “

Buru2 Ceng Hi totiang melangkah maju mencegahnya;


“Harap taysu jangan marah, ketahuilah bahwa paderi sakti
.....”

“Hai, engkau bilang apa!” kedua kacung itu melangkah tiga


langkah dan salah seorang membentak Ti Gong taysu. Deliki
mata dan lintangkan pedang bersikap hendak menyerang.

Ti Gong taysu terkenal beradat keras. Sudan tentu ia tak


dapat membiarkan dirinya diperlakukan begitu kasar oleh
seorang kacung kecil. Serentak ia membentak, “Budak sekecil
engkau mengapa berani begitu kurang ajar. Tahukah engkau
siapa yang datang kesini ini?”

Kacung baju putih itu mendengus dingin, sahutnya, “Tak


peduli kalian ini orang apa, kalau Seng-ceng tak mau
menemui, tentu tetap tak mau keluar...”

Seng-ceng adalah sebutan menghormat dari kacung itu


kepada paderi sakti Kim-ting.

Kacung baju biru pun ikut menghampiri dan membentak,


“Selamanya tak pernah ada orang yang berani bikin ribut
disini. Jika kalian tak lekas angkat kaki, jangan sesalkan kami
berlaku kurang ajar!”

Ti Gong tertawa meloroh, “Ho, bagaimana pun juga, aku


tetap akan menemui Seng-ceng. Apakah kalian kacung kecil
berdua ini mampu mengusir kami?”

838
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seketika itu kedua kacung deliki matanya Serentak mereka


putar pedang dan menyerang Ti Gong taysu. Ketua Siau-lim-si
terbeliak kaget. Ternyata ilmu permainan pedang kedua
kacung itu hebat dan cepat sekali. Karena terdesak, ia
terpaksa mundur sampai 7- 8 langkah.

Kedua kacung itu hentikan serangannya. membentak, “Jika


Seng-ceng tak memperbolehkan kami membunuh jiwa, batang
kepala yang gundul itu tentu sudah terpisah dari badanmu!”

Karena marahnya, Ti Gang taysu menguak-nguak seperti


kerbau gila. Berpaling kepada Ceng Hi totiang ia berseru,
“Harap totiang suka maafkan aku. Aku hendak memberi
sedikit hajaran kepada kedua budak kecil itu!”

Tetapi Ceng Hi totiang buru2 mencegah, “Jika dalam


urusan kecil tak dapat menahan diri, urusan besar tentu akan
kacau. Harap taysu suka memikirkan kepentingan kita semua!”

Ti Gong taysu mendengus-dengus dan mengundurkan diri.

“Imam hidung kerbau, mau omong apa engkau?” tiba2


kedua kacung itu membentak Ceng Hi.

Walaupun dihina begitu, namun dengan tetap tenang Ceng


Hi totiang menjawab, “Harap siauko berdua jangan marah
dulu. Kami beramai-ramai hendak menemui Seng-ceng adalah
karena ada urusan yang amat penting sekali.”

Kacung baju biru tertawa, “Daripada paderi gemuk


bertelinga lebar tadi, rupanya engkau lebih jinak sedikit.”

Ceng Hi totiang tetap tertawa, “Harap siau¬ko berdua suka


menolongi kepentingan kami dan membujuk supaya Seng-
ceng suka menerima kedatangan kami!”

839
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kacung baju biru tiba2 berpaling sejenak kepada kacung


baju putih, ujarnya, “Harap sute suka menjaga mulut guha
sana agar mereka tak menerobos masuk sehingga
mengganggu Seng-ceng!”

“Lebih baik halau mereka pergi dan perlu apa harus


meladeni mereka?” seru sikacung baju putih. Ia terus mundur
menjaga di mulut guha.

Setelah itu barulah kacung baju biru berpaling dan berkata


kepada Ceng Hi totiang lagi, “Seng-ceng tadi bilang tak dapat
menemui. Tak peduli engkau hendak mempunyai urusan apa,
tetap tiada gunanya!”

“Apakah siauko pernah kasih tahu gelaran namaku kepada


Seng ceng?” tanya Ceng Hi.

“Apakah dahulu engkau pernah bertemu dengan Seng-


ceng?” tanya sikacung.

“Sekali pun belum pernah bertemu muka tetapi sudah lama


aku mengagumi namanya. Jika engkau mau menerangkan
sedikit kepada Seng-ceng, mungkin beliau orang tua itu tentu
akan kenal namaku yang tak berharga itu ....”

Ceng Hi totiang berhenti sesaat, lalu berkata lagi, “Dan lagi


kedatanganku kemari bukanlah untuk kepentingan pribadi
melainkan demi keselamatan dan kelangsungan hidup dunia
persilatan.”

Jawab sikacung, “Seng-ceng mengasingkan diri bertapa.


Selamanya tak pernah mencampuri urusan dunia persilatan.
Kurasa omonganmu tadi percuma saja. Lebih baik kalau kalian
segera angkat kaki dari sinilah!”

840
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Jika Seng-ceng memang tak mau menemui, akupun tak


dapat berbuat apa2. Tetapi harap engkau mengingat jerih
payah kami datang kemari dan suka melapor sekali lagi
kepada Seng-ceng....”

Rupanya kacung bajn biru itu tak sabar. Ia membentak


bengis, “Jika tak mau enyah.” dia memandang ke sekeliling
lalu melanjutkan, “Tentu terpaksa kupanggilkan keempat
Suheng yang menjaga guha ini untuk menghadapi kalian!”

Mendengar omongan kacung itu makin lama makin kurang


ajar, Ti Gong taysu tak dapat menahan diri lagi. Sambil
menyebut Omitohud, ia melangkah keluar, serunya, “Murid
agama menjunjung welas asih dan perikemanusiaan. Apabila
Seng-ceng itu benar2 seorang imam sahid, tak mungkin
bertindak begitu kasar. Tentulah kalian sendiri jang
menghalang-halangi kami. Nanti setelah kami menerobos
masuk menemui Seng-ceng. barulah tahu.....”

Ketua partai Siau lim si itu berpaling kepada Ceng Hi


totiang dan berseru lantang, “Karena dengan cara baik2 tak
berguna, terpaksa kita harus menggunakan kekerasan!”

Kacung baju biru itu lintangkan pedang dan tertawa


dingin..

Ceng Hi totiang menghela napas. Waktu ia hendak


membuka mulut tiba2 terdengar suara suitan panjang dari
kejauhan.

Sekalian orang terkejut. Dan sebelum sempat menduga


apa2, kembali terdengar suara tertawa yang bernada congkak
sekali.

Saat itu barulah semua orang menyadari bahwa suitan dan


tertawa itu berasal dari Iblis-penakluk-dunia!

841
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memang Iblis penakluk-dunia itu seorang durjana yang julig


dan banyak tipu akal. Bahwa secara tiba2 ia muncul disitu,
tentulah karena hendak melaksanakan rencananya untuk
menguasai dunia persilatan.

Suara tertawa itu berasal dari puncak Kim-ting. Jelaslah


bahwa iblis itu tentu sudah berada di puncak itu. Hanya
teraling dengan hutan lebat dari tempat rombongan Ceng Hi.

Secepat suara tertawa lenyap, terdengarlah Iblis-penakluk-


dunia berseru bengis, “Kepada Ceng Hi imam tua!”

Serentak terdengar empat lima suara serempak mengulang


kata2 itu, “Kepada Ceng Hi imam tua!”

Sekalian orang tegang tegang dan bersiap-siap menghadapi


segala kemungkinan. Mereka mencurahkan pandang mata ke
arah Ceng Hi totiang.

Tiba2 kacung baju biru itu tertawa, “Ih, siapa yang datang
lagi itu? Apakah pemimpin kalian?”

Ceng Hi totiang menyahut gopoh, “Yang datang itu adalah


durjana iblis yang hendak menimbulkan pertumpahan darah
dalam dunia persilatan , ......”

Ia berputar tubuh dan berkata pelahan kepada rombongan


tokoh2 gagah, “Saat ini tibalah sudah detik2 yang genting.
Harap saudara2 jangan sembarangan bergerak sendiri!”

Melihat wajah rombongan tetamu itu amat tegang, kacung


baju biru tertawa makin keras, “Hai, kalian orang2 persilatan
itu mengapa suka bermusuhan dan berkelahi untuk cari
kemenangan......”

842
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian bocah itu menyerut wajah dan berseru pula,


“Kalau mau berkelahi, pergilah cari tempat di puncak Kim-ting
sana. Jika berani mengganggu ketenangan tempat ini,
awaslah.....”

Ceng Hi totiang menghela napas lirih. Pada saat ia hendak


berputar diri untuk menghadapi keadaan saat itu, tiba2 dua
sosok tubuh melintas di sebelah muka. Seorang kakek mata
satu berpakaian ungu muncul dengan memimpin tangan
seorang dara baju hijau.

Sekalian orang amat terkejut sekali!

Menilik pandangan mata mereka yang tajam termasuk diri


Ceng Hi totiang, setiap gerakan dari suatu apapun. tentu tak
lepas dari pandangan mereka. Tetapi kemunculan kakek
bersama itu benar2 tak diketahui sama sekali.

Saat itu Siau-liong, Liau Hoan siansu dan Lu Bu-ki berdiri di


samping. Diam2 mereka gelisah melihat sikap keras dari
kacung penjaga guha yang menolak memberi laporan kepada
Seng-ceng. Sedang saat itu Iblis-penakluk-dunia bersama
rom-bongannya sudah muncul.

Ketika melihat Kakek Mata-satu muncul secara tiba2, girang


hati Siau-long tak terperikan. Cepat ia maju memberi hormat,
“Lo-cianpwe ... nona Song .....”

Kakek Mata-satu tersenyum, “Apakah Kongsun siauhiap


sudah mendapat kedua kawanmu itu?”

“Lo cianpwe memang sakti sekali. Aku benar2 bertemu


dengan mereka!” sahut Siau-liong.

843
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekalian orang dalam rombongan Ceng Hi totiang berdiam


diri dan memperhatikan pembicaraan Siau-liong dengan kakek
bermata satu itu.

Setelah merenung beberapa saat, Ceng Hi totiang


menganggukkan kepala lalu maju memberi hormat kepada
kakek itu, “Bukankah cianpwe ini pada 60 tahun yang lalu .....”

Pertapa-sakti-mata satu goyangkan tangan, tertawa, “Tak


perlu mengatakan lagi! Asal engkau sudah tahu saja ...”
kemudian ia menunjuk kearah matanya yang tinggal satu itu,
katanya pula, “Kemungkinan mataku yang tinggal sebiji ini
lebih dapat diingat lagi orang. Memang tak mengherankan
kalau engkau masih memikirkan peristiwa pada 60 tahun yang
lampau itu.”

Tersipu sipu Ceng Hi totiang memberi hormat, “Ah, ucapan


cianpwe itu kelewat berat. Adalah karena kagum dan
mengindahkan akan keperwiraan dan keluhuran cianpwe
maka sekalipun sudah lewat berpuluh tahun, aku masih tak
lupa pada pertapa sakti itu bukan karena melihat matanya
yang tinggal satu.” Tetapi ia pikir, ucapan itu terlalu
menyinggung peiasaan orang Maka ia tak mau melanjutkan
....

Saat itu kacung baju biru menghampiri, teriaknya, “Hai,


paman Buta!” ia memandang sipertapa sakti lalu bertanya lagi,
“Apakah paman kenal pada mereka?”

Pertapa-sakti-mata satu tertawa, “Bukan hanya kenal tetapi


mereka adalah sahabatku!”

Kacung kecil itu terkesiap serunya tertawa, “Ah, paman


Buta ngaco lagi. Bukankah paman serupa dengan suhuku.
Setahun penuh tak mau bertemu orang? Mengapa mendadak
sontak mempunyai sekian banyak kawan?”

844
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertapa sakti mata satu tertawa keras, serunya, “Kalau


begitu, anggap sajalah mereka itu musuh!”

Ceng Hi totiang terkejut.

Kacung baju biru tertawa makin keras.

Beberapa saat kemudian baru ia berkata, “Kalau begitu, tak


usah menghiraukan mereka saja!” sahut Pertapa-sakti-mata-
satu.

“Apakah hari ini engkau hendak menantang suhuku


bermain catur?” tanya kacung itu pula.

“Tidak,” jawab si pertapa, “hari ini aku sengaja membawa


cucu perempuanku bermain-main!”

Bocah itu tercengang. Dipandangnya Song Ling sejenak,


katanya, “Hari ini sungguh aneh sekali! Segala apa berobah
aneh. Mengapa dulu tak pernah kudengar paman mempunyai
seorang cucu perempuan?”

“Baru berapa tahunkah engkau hidup di dunia? Masakan


engkau tahu segala urusan!” Pertapa-sakti mata satu tertawa.

Kacung baju biru tertawa mengikik, “Ah, paman


mengandalkan diri sebagai orang tua.. “Cobalah paman bilang,
hari ini paman hendak mengapa?”

Pertapa-sakti masukkan tangannya kedalam saku. Sampai


beberapa saat baru pelahan-lahan ia menariknya keluar.
Tetapi tangannya digenggam sehingga tak tahu apa isinya.

“Hari ini aku membawa sebuah mainan yang aneh


untukmu!”

845
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bocah itu girang sekali, “Terima kasih paman Buta. Apakah


barang itu?”

“Didalam genggamanku ini. Tetapi engkau harus


menebaknya. Kalau menebak tepat, baru kuberikan
kepadamu!”

Kacung itu tertawa, “Ai, paman hendak mempermainkan


orang lagi. Aku tak mau menebaklah dan tak menginginkan
benda itu!”

“Kalau begitu jangan engkau menyesal lho. Mainan ini akan


kuberikan kepada sutemu!” kata si pertapa seraya membuka
tangannya. Suatu benda yang berkilat-kilat warnanya
memancar diantara celah jarinya. Tetapi cepat2 pertapa itu
mengatupkan genggamannya lagi.

“Ya, ya, aku akan menebaknya .....” seru kacung itu gopoh.
Ia kerutkan dahi beberapa saat lalu menerka, “Tentulah
sebutir mutiara Ya-beng cu ......”

Pertapa-sakti-mata-satu gelengkan kepala; “Salah!”

“Mata kucing!” seru bocah itu pula.

“Salah!” si pertapa menggeleng.

Bocah itu mengerut kening dan mengomel; “Ini salah itu


salah, lalu bagaimana orang harus menebaknya!”

Bocah yang menjaga dimulut guha tadi pun rupanya tak


sabar. Ia segera menghampiri, serunya, “Ah, paman Buta
memang berat sebelah. Punya barang baik tak mau
memberikan kepadaku.”

846
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertapa itu tertawa, “Engkau pun boleh ikut menebak.


Kalau betul, tentu kuberikan kepadamu.”

Bocah baju putih dan baju biru benar2 saling berebut


menebak. Tugas untuk menjaga mulut guha hampir dilupakan.

Pada saat Pertapa-sakti-mata-satu sedang bergurau


mengadakan tebakan dengan bocah penjaga guha itu. Ceng
Hi totiang dan rombongan orang gagah, gelisah. Tetapi
mereka tak berani campur mulut. Untunglah saat itu suara
Iblis-penakluk-dunia tak kedengaran lagi.

Kemudian setelah bocah baju putih yang menjaga di mulut


guha itu ikut menimbrung ke tempat pertapa sakti, tahulah
Ceng Hi totiang akan maksud dari pertapa sakti itu. segera ia
lontarkan isyarat mata kepada Siau-liong.

Siau-liong memang berotak terang. Cepat ia dapat


menangkap isyarat Ceng Hi totiang. Dengan gerakan yang tak
mengeluarkan suara dan tak menarik perhatian orang, ia
berjengket-jengket mundur menyingkir dari pengawasan mata
kedua kacung itu. Setelah mendekati mulut guha, cepat ia
menyelundup masuk.

Gerakan Siau-liong itu dilakukan dengan cepat sekali dan


tak mengeluarkan suara apa2. Walau pun Ceng Hi totiang dan
rombongan orang gagah dapat melihat jelas, tetapi kedua
bocah penjaga guha itu tak dapat mengetahui sama sekali.

Setelah tahu Siau-liong sudah menyelundup masuk,


Pertapa-sakti-mata-satu tertawa, “Hai, mengapa hari ini kalian
begitu tolol? Apakah masih tak mampu menebak?”

Karena berulang kali menebak, si pertapa tetap gelengkan


kepala. Akhirnya marahlah sibocah baju putih. serunya geram,
“Ai, tentu tak lebih hanya sebutir batu!”

847
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertapa-sakti teriawa nyaring, “Ho, ternyata engkau yang


lebih cerdas dan dapat menebak jitu!” —ia membuka
genggamannya dan ternyata memang sebutir batu mengkilap.

Kedua Bocah itu serempak membentak, “Kutahu paman


Buta memang tak bermaksud baik dan sengaja hendak
mempermainkan kami saja. Tetapi lain kali jangan harap dapat
mengingusi kami lagi! Sungguh sial!”

Pertapa-sakti tertawa, “Sedang apakah suhumu saat ini?”

“Duduk!” sahut kedua bocah itu.

Menunjuk pada Ceng Hi totiang dan rombongannya,


berkata pula pertapa itu, “Mereka hendak bertemu dengan
suhu kalian, mengapa kalian tak mau melaporkan?”

Bocah baju biru buru2 menerangkan, “Sudah kulaporkan


tetapi suhu tak mau menemui!”

Pertapa-sakti mengangguk tertawa, “Kalau begitu kalian tak


salah, tetapi.....” ia picingkan matanya yang tinggal satu,
berkata lagi, “Karena tadi kalian hanya mengurus untuk
menebak batu dalam genggamanku, andaikata ada orang
yang menyelundup masuk kedalam guha. bagaimanakah
suhumu akan menghukum kalian?”

“Yah, ngeri!” seru kedua bocah itu, “paling ringan tentu


akan suruh kami menghadap tembok sampai 10 hari
lamanya!”

“Mungkin tak memberi makan kami sampai tiga hari.” si


bocah baju putih menambahi.

848
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertapa-sakti tertawa, “Kalau suhumu hendak memberi


hukuman, timpahkan saja segala kesalahan itu padaku!”

Kedua bocah itu terkejut, “Bagaimana? Apakah benar2 ada


orang yang menyelundup kedalam?”

“Ah, sukar dikatakan,” kata pertapa-sakti, karena kalian


mempunyai empat biji mata saja tak mampu melihat, apalagi
aku yang tinggal satu. Sudah tentu lebih tak kelihatan lagi!”

Bocah baju biru memandang geram kesekeliling lalu


mengawasi Ceng Hi totiang dan rombongannya dengan
dendam, serunya, “Kukira mereka tentu tak punya keberanian
untuk berbuat begitu. Dengan mengandalkan tenaga keempat
Su-leng (Empat arwah) yang menjaga guha, sekalipun mereka
beramai-ramai masuk semua, tentu tiada seorang pun yang
mampu melewati penjagaan ...”

Tiba2 bocah baju biru itu berpaling kearah kawannya baju


putih dan membentak, “Suruh engkau menjaga mulut guha
dengan ketat, mengapa engkau lari kemari?”

Bocah baju putih itu tersipu-sipu ketakutan terus kembali


ke mulut guha lagi.

Sejenak meragu, bocah baju biru itu berkata, “Apakah


paman Buta tak masuk?”

Pertapa sakti goyangkan tangan, “Pemandangan alam di


sini paling indah. Aku bersama cucuku ini akan duduk
beristirahat disini sebentar!”

“Kalau begitu, maaf, kami tak dapat menemani paman


disini!” seru bocah itu terus kembali ke mulut guha. Keduanya
menjaga di kanan kiri guha.

849
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertapa-sakti-mata-satu itupun sungguh mencari tempat


duduk. Sambil menunjuk kesana sini, ia berkata dengan bisik2
kepada Song Ling. Sama sekali ia tak menghiraukan Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.

Ceng Hi totiang tegak disamping. Sesaat ia tak tahu apa


yang harus dilakukan. Tiba2 terdengar pula suara teriakan
pelahan dari Iblis-penakluk-dunia, “Untuk yang kedua kalinya,
ditujukan kepada imam tua Ceng Hi!”

Serentak berturut-turut terdengar suara menyambut-ulang,


“Untuk yang kedua kalinya, ditujukan kepada imam tua Ceng
Hi .....!”

Beberapa saat lagi, kembali Iblis-penakluk-dunia berseru,


“Untuk yang kedua kalinya, apabila tidak datang, akan
dihukum mati!”

Riuh rendah suara menyambut dan mengulang seruan itu


terdengar dari seluruh penjuru.

Ceng Hi tertawa masam. Saat itu ia belum dapat


menentukan keputusan. Tengah dalam keadaan gelisah, tiba2
telinganya terngiang oleh suara seseorang yang menggunakan
ilmu Menyusup suara, “Imam tua tak perlu gelisah. Yang
dapat mengatasi malapetaka hari ini tak lain hanyalah pemuda
Kongsun yang memiliki ilmu Thian-kong-sin¬king itu. Aku
sendiri sukar memberi bantuan!”

Ceng Hi totiang cepat dapat mengetahui bahwa yang bicara


dengan ilmu Menyusup suara itu tak lain dari Pertapa-sakti-
mata-satu. Ia pun segera menjawab dengan ilmu menyusup
suara juga, “Terima kasih atas perhatian cianpwe. Tetapi
keadaan ini benar2 gawat sekali. Kedua suami isteri iblis itu
sudah tiba kemari. Dalam waktu beberapa saat tentu sukar
terhindar dari pertempuran berdarah.....” '

850
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pertapa-sakti tertawa, “Apakah engkau takut dihukum mati


oleh iblis-penakluk-dunia?”

Ceng Hi totiang menyahut gopoh, “Sudah hampir 20 tahun


kusarungkan pedang. Jika takut mati, masakan aku mau
muncul lagi di dunia persilatan?”

“Kalau begitu gunakan siasat mengulur waktu sampai


beberapa jam. Mungkin Kongsun siauhiap itu sudah dapat
keluar dari guha!”

“Ah, tetapi keadaan sudah sukar diundurkan lagi, kecuali


.....” Ceng Hi berhenti meragu sejenak. katanya pula, “Adakah
cianpwe menghendaki supaya aku bertekuk lutut kepada Iblis-
penakluk dunia?”

Pertapa-sakti tertawa, “Pandai menyesuaikan keadaan,


tahu mencari kesempatan pada setiap perobahan. Segala cara
dan siasat boleh digunakan!”

Ceng Hi totiang menghela napas panjang. Ia diam. Oleh


karena pembicaraan itu dilakukan dengan ilmu Menyusup
suara, maka sekalian orang tak dapat mendengar. Mereka
hanya menduga-duga saja apa yang sedang dibicarakan
kedua tokoh itu.

Pada saat itu kembali terdengar teriakan menggeledek dari


Iblis-penakluk-dunia, “Untuk yang ketiga kali, ditujukan
kepada imam tua Ceng Hi!”

Seperti seruan yang dua kali tadi, dan empat penjuru


terdengarlah suara orang mengulang perintah Iblis-penakluk-
dunia itu.

851
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seluruh mata rombongan orang gagah tertumpah pada


Ceng Hi totiang. Sikap imam sakti itu tenang sekali. Dengan
suara tenang serius ia berkata, “Saat ini kita menghadapi
ancaman maut. Karena tak berguna, aku telah menyia-nyiakan
kepercayaan saudara2 yang dilimpahkan pada diriku.. Sekali
pun mati, aku masih merasa berdosa.....”

Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si, dapat berseru lantang,


“Soal ini tak dapat menyalahkan totiang. Oleh karena sudah
menjadi suratan takdir, kami ikhlas mengorbankan jiwa. Kalau
kalah, tetap akan meninggalkan nama harum. Matipun tiada
menyesal.....”

Ceng Hi totiang cepat menukas, “Mengandalkan keberanian


seperti harimau, mengandalkan jumlah banyak seperti air
sungai, bukan termasuk keberanian seorang ksatrya sejati.
Aku hendak mengajukan pertanyaan kepada saudara2 ...”

Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay yang berdiri disamping


Ceng Hi, pun menyeletuk, “Totiang saat ini adalah pemimpin
rombongan orang gagah. Apa yang totiang rasa baik, silahkan
memberi perintah saja. Masakan totiang kuatir ada orang yang
berani menentang?”

Ceng Hi totiang menghela napas panjang, “Apabila saudara


percaya padaku. Apa pun yang hendak kulakukan, harap
saudara tahankan emosi agar aku leluasa melaksanakan
rencanaku.”

Dengan menekan rendah suaranya, berkatalah Ti Gong


taysu, “Silahkan totiang memberi perintah Kecuali disuruh
menyerah pada Iblis-penakluk-dunia, kuyakin tiada
seorangpun yang akan menentang perintah totiang!” -habis
berkata ketua Siau-lim-si itu memandang kearah rombongan
orang gagah.

852
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ceng Hi totiang kerutkan kening lalu gunakan ilmu


Menyusup suara kepada Ti Gong taysu, “Apa yang kukatakan
justeru mengenai soal itu. Demi untuk menyelamatkan
kelangsungan hidup dunia persilatan Terpaksa untuk
sementara waktu kita harus pura2 menyerah kepada Iblis-
penakluk-dunia!”

Bukan kepalang kejut Ti Gong taysu sehingga ia melonjak


dan menggerung seperti singa kelaparan, “Apakah aku tak
salah dengar bahwa ucapan itu berasal dari totiang?”

Dengan masih gunakan ilmu Menyusup suara, Ceng Hi


berkata, “Jika dalam soal kecil tak dapat menahan perasaan,
tentulah soal2 besar akan gagal, Tadi Kongsun siauhiap sudah
menyelundup ke dalam guha menemui Seng-ceng. Menurut
perhitunganku, paling tidak dalam beberapa jam tentu sudah
membawa laporan. Hanya untuk beberapa waktu itu kita
pura2 menyerah, begitu Kongsun siauhiap sudah keluar, kita
harus cepat2 berbalik haluan. Jika rencana itu gagal, tiada
jalan lagi kecuali harus bertempur sampai mati!”

Ti Gong taysu terlongong. Memandang kepada Ceng Hi


totiang, didapatinya wajah imam tua itu menampil kedukaan
tetapi tetap memancar keperibadian yang pantang menyerah.

Ti Gong taysu menghela napas, tundukkan kepala tak


berkata apa2. Rombongan tokoh2 persilatan pun berdiam diri.
Mereka percaya penuh pada Ceng Hi totiang.

Tiba2 terdengar suara bentakan menggeledek, “Panggilan


untuk imam tua Ceng Hi supaya segera datang kemari.
Apabila masih berayal, tentu akan dihukum mati!”

Kini tiada lagi Ceng Hi bersangsi. Dengan tenang ia segera


ayunkan langkah ke puncak Kim-ting. Sekalian orang gagah

853
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tanpa berkata sepatah pun, tundukkan kepala dan mengikuti


dibelakang imam tua itu.

Pertapa-sakti-mata-satu tetap duduk di tempatnya dan


masih tetap tersenyum-senyum bicara dengan si dara Song
Ling. Liau Hoan siansu pun masih duduk di samping, tak ikut
pada rombongan orang gagah.

Song Ling gelisah resah. Terkenang akan ibunya yang


menjadi tawanan Iblis-penakluk-dunia, memikirkan Siau-liong
yang masuk ke dalam guha. Tak henti2nya ia celingukan kian
kemari. Apa yang dikatakan Pertapa- sakti kepadanya, sama
sekali tak dihiraukan.

Ceng Hi totiang bersama rombangan orang gagah melintasi


beberapa gerumbul hutan dan kini disebelah muka tampak
sebuah dataran. Di ujung dataran itu tampak suatu jajaran
sosok tubuh manusia. Jumlahnya tak kurang dari seratusan
orang. Terdiri dari lelaki dan perempuan dengan berbagai
corak pakaian. Tetapi yang paling menonjol sendiri, ialah
jajaran paling depan yang terdiri dan belasan orang baju
hitam, Mereka mengenakan kerudung muka sehingga tak
dapat melihat roman mukanya.

Tetapi begitu melihatnya, segeralah Ceng Hi totiang dan


rombongannya dapat menduga. Barisan baju hitam itu
tentulah keempat tokoh pewaris empat jenis ilmu sakti, kedua
momok Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serta rombongan It
Hang totiang.

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tegak berdiri


ditengah-tengah. Di belakangnya dijaga oleh empat lelaki dan
empat wanita. Demi melihat Ceng Hi muncul dengan kepala
menunduk, iblis itu segera tertawa nyaring.

854
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Secepat hentikan tertawanya, Iblis-penaklak-dunia pun


segera membentak keras, “Imam tua Ceng Hi, lupakah
engkau akan perintahku tempo hari?”

Mendengar kata2 itu seketika wajah sekalian orang gagah,


berobah merah padam. Kata2 Iblis-penakluk-dunia itu benar2
suatu hinaan besar. Mereka adalah tokoh2 persilatan yang
ternama. Mereka lebih memberatkan nama daripada jiwa.
Seketika mereka siap hendak menyerbu.

Wajah Ceng Hi pun berobah-robah, hijau membesi lalu


pucat lesi. Suatu pertanda bahwa hatinya lebih tegang dari
rombongannya. Tetapi pada lain saat ia tersenyum lalu
berputar tubuh menghadang ke arah rombongan orang
gagah.

Setelah mengeliarkan pandang mata kesekeliling, ia


berkata, “Tuan mengatakan bahwa empat hari kemudian akan
datang ke puncak Kim-ting. Tetapi hari ini baru hari yang
ketiga.”

Dari belakang kedua suami isteri iblis segera terdengar


seorang lelaki gagah memaki, “Imam-hidung-kerbau, sungguh
besar nian nyalimu! Sejak saat ini kita semua ini adalah anak
buah kedua pemimpin kita. Mengapa engkau menyebut
dengan panggilan begitu? Hayo, lekas memberi hormat
haturkan maaf!”

Ceng Hi totiang seorang tokoh yang namanya amat


diindahkan orang. Dihadapan rombongan tokoh persilatan dari
berbagai aliran, benar2 ia akan kehilangan muka apabila
sampai minta maaf kepada Iblis-penakluk-dunia. Maka sampai
beberapa jenak ia berdiam diri saja.

Rombongan orang gagah pun merah tegang wajahnya.


Suasana makin gawat.

855
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Hai, apakah engkau tuli?” bentak lelaki gagah itu pula.

Ceng Hi totiang menghela napas lalu anggukkan kepala,


“Ya, aku merasa salah!"

Walaupun mulut berkata begitu, tetapi dari pelupuk


matanya, mengembang air mata. Sepanjang hidupnya, baru
pertama kali itu ia menderita hinaan sedemikian besar. Tetapi
demi kepentingan umum, terpaksa ia tahankan perasaannya.

Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring; "Aku sih tak terlalu


mengutamakan soal2 peradatan kecil. Asal kelak dapat
merobah kesalahan saja, cukuplah sudah....”

Berhenti sejenak ia berkata pula, “Kuanggap diriku ini


memiliki kecerdasan jauh lebih tinggi dari orang biasa. Kalau
tidak masakan aku dapat berhasil seperti hari. Pepatah
mengatakan 'prajurit akan bermanfaat karena dapat bergerak
cepat' Jika besok pagi aku baru datang kemari, entah tingkah
yang bagaimana macamnya lagi yang hendak kalian unjukkan
padaku....”

Menunjuk ke arah gua tempat tinggal paderi sakti dari Kim-


ting, ia berkata pula, “Gerak-gerik kalian selama ini, sudah
berada dalam pengawasanku. Sekalipun kalian dapat
menyeret keluar paderi dari gua itu, pun tetap tak berguna....”

Habis berkata ia berpaling ke belakang, “Dimana engkau,


muridku!"

Soh Beng Ki-su sambil berkaok-kaok, segera maju


kehadapan suhunya.

“Segala yang dikerjakan, kuserahkan kepadamu untuk


memberi perintah. Aku hendak beristirahat sebentar. Dalam

856
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

waktu tiga jam, apa yang kuserahkan kepadamu harus sudah


selesai!"

Soh Beng Ki-su mengiakan. Sambil tertawa meloroh, Iblis-


penakluk-dunia dan isterinya segera berjalan turun dari
puncak. Anak buahnya mengikuti. Tak lama ia sudah
menghilang ke dalam gerumbul hutan.

Yang masih berada di tanah datar itu tinggal Soh Beng Ki-
su beserta 10 orang lelaki berpakaian ringkas. Diantara ke 10
orang itu, ada 8 orang yang bahunya dihinggapi burung elang
besar. Yang dua orang lagi, tangannya mencekal pena pit dan
tinta bak. Keduanya menjinjing selipat kain sutera putih.

Dengan tertawa mengekeh, Soh Beng Ki-su berkata kepada


Ceng Hi, “Aku mendapat perintah dari suhu. Apabila dalam
ucapanku ada yang kasar, harap totiang jangan sesalkan
dihati....”

Ia menyapukan pandang matanya ke arah Ceng Hi totiang


dan rombongan orang gagah, katanya pula, “Apa yang
dikehendaki suhuku hanya dua hal. Pertama, segera didirikan
panggung seluas dua tombak dan setinggi tiga meter.
Panggung itu akan diperuntukkan pengangkatan suhuku
sebagai Bu-lim bengcu (pemimpin dunia persilatan). Kedua,
lekaslah kalian beramai-ramai membuat dan menanda-tangani
surat pernyataan mendukung atas pengangkatan beliau itu.
Buatlah 64 pucuk undangan yang kalian beramai-ramai
menanda-tangani....”

Menunjuk pada ke 8 ekor burung elang besar yang hinggap


dibahu kedelapan lelaki berpakaian ringkas itu, Soh Beng Ki-su
berkata pula, “Ke 8 ekor burung itu dapat mengedarkan surat
Undangan itu kealamat yang dituju. Agar seluruh kaum
persilatan tahu dan mentaati."

857
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Diam-diam Ceng Hi terkejut, pikirnya, “Segala


permintaannya masih dapat kupaksakan diri untuk menerima.
Tetapi surat dukungan yang akan disiarkan ke seluruh penjuru
dunia persilatan itu, benar-benar suatu hal yang tak boleh
terjadi."

Maka dengan suara tersendat-sendat, Ceng Hi


menyanggah, “Ini.... ini....”

Soh Beng Ki-su mendengus dingin, “Tak perlu ini itu lagi.
Apa yang diperintahkan suhu, kalian tentu sudah mendengar.
Kedua hal itu hanya diberi waktu tiga jam harus sudah selesai.
Jika terlambat mengerjakan, kalian tahu sendiri akibatnya."

Ceng Hi merenung sampai lama baru berkata, “Kalau


begitu, aku menurut saja!"

Ia memandang tenang kepada rombongan orang gagah,


katanya, “Harap saudara2 suka membantu aku membuat
panggung itu!"

Dengan lesu sekalian orang mengiakan. Mereka segera


mulai membuat sebuah panggung. Diam-diam Ceng Hi
memberi isyarat rahasia agar mereka bekerja selambat
mungkin.

Soh Beng Ki-su tak mau mendesak. Bersama ke 10 orang


berpakaian ringkas, ia duduk diujung puncak sambil
mengawasi pekerjaan Ceng Hi dan rombongannya.

Sekarang kita tinggalkan sejenak pembuatan panggung itu


untuk menjenguk keadaan dalam gua.

Setelah berhasil menyelundup masuk, Siau-liong dapatkan


gua itu tak begitu gelap. Setelah memusataan perhatian,
barulah ia dapat melihat jelas. Kiranya tempat itu tak mirip

858
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan sebuah gua melainkan sebuah lorong terowongan


yang panjang ke dalam.

Siau-liong makin tegang. Cepat2 ia ayunkan langkah dan


tak berapa lama sudah tiba di ujung akhir terowongan itu.

Di muka ujung terowongan itu terbentang sebuah lapangan


kosong yang ditumbuhi pohon2 bunga aneh dan rumput2.
Walaupun saat itu berada dalam pertengahan musim rontok,
tetapi pohon-pohon bunga disitu tetap menghamburkan
bunga2 aneka warna.

Batang2 pohon cemara yang tumbuh lurus disebelah muka,


menjulang linggi sampai menyusup ke dinding karang. Sayup2
tampak sebuah mulut gua seluas satu tombak ditengah pohon
cemara itu. Pikir Siau-liong. paderi sakti di puncak Kim-ting itu
tentu tinggal dalam gua tersebut.

Segera berjalan menuju ke gua itu. Sekonyong-konyong,


serangkum angin keras menyambar punggungnya. Siau-liong
terkejut sekali dan segera miringkan tubuh loncat mundur
sampai lima langkah.

Setelah terhindar, ia cepat memandang ke arah


penyerangnya itu. Ah, bukan kepalang kejutnya. Yang
menyerang itu ternyata seekor kera berbulu emas yang
besarnya hampir menyerupai orang.

Pukulan yang dilancarkan kera bulu emas itu bukan


kepalang dahsyatnya sehingga ketika luput dan menghantam
tanah, pasir dan debu segera muncrat berhamburan dan
tanah pun berlubang sampai setengah meter.

Siau-liong cepat dapat menduga bahwa kera bulu emas itu


tentulah binatang piaraan Paderi sakti Kim-ting. Maka ia tak

859
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mau balas menyerang, Malah ia terus mengangkat tangan


memberi salam kepada kera itu.

Tepat pada saat ia sedang memberi hormat, kepada kera


bulu emas itu, tiba-tiba serangkum angin keras menyambar
punggungnya lagi. Dalam kejutnya, ia cepat apungkan tubuh
melayang beberapa meter.

Ah, kiranya seekor kera bulu emas lagi. Bahkan yang ini
tampaknya amat galak. Sambil menyeringaikan giginya yang
runcing, ia memandang Siau-liong dengan buas.

Belum sempat Siau-liong menenangkan diri, kembali ia


diserang oleh dua ekor kera bulu emas lagi.

Siau-liong benar-benar gelisah dan serba sulit. Ia tak mau


balas menyerang karena kuatir menimbulkan kemarahan
paderi sakti Kim-ting. Namun dengan mengalah itu, ia harus
banting tulang setengah mati untuk menghindari serangan
keempat ekor kera bulu emas yang gencar itu.

Keempat ekor kera bulu-emas itu memang lihay. Serangan


mereka serba aneh dan sukar diduga. Untunglah dengan
mengandalkan ilmu meringankan tubuh, dapatlah Siau-liong
berlincahan menghindarinya.

Tetapi betapapun juga, karena tak mau balas menyerang,


maka setelah dapat bertahan sampai sepeminum teh lamanya,
akhirnya ia mulai tak dapat bertahan lagi.

Keempat ekor kera bulu-emas itu meraung keras.


Serempak mereka menyerang makin gencar. Angin menderu-
deru, tangan keempat binatang itu berhadapan mengarah
bagian tubuh Siau liong beberapa yang berbahaya.

860
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong makin gugup. Jika tak mau balas menyerang, ia


tentu akan terluka dibawah pukulan kera bulu-emas itu.
Dengan menggerung keras, ia segera mulai menyerang
dengan jurus Angin-awan-berobah-warna.

Hamburan pukulan yang bersinar emas itu berkelebat kian


kemari dan terdengarlah serangkum suitan bernada macam
naga meringkik.

Untunglah Siau-liong masih mengingat pada paderi sakti


Kim-ting. Ia hanya gunakan sepertiga bagian tenaganya dan
tak mau mengarah pada tempat yang berbahaya dari tubuh
kera berbulu emas itu.

Diluar dugaan, begitu Siau-liong memukul kawanan kera


bulu emas itu segera hentikan serangannya. Mereka
memandang wajah Siau-liong sampai sekian lama. Kemudian
mereka menyeringai dan bercuit-cuit beberapa kali. Pelahan-
lahan mereka mulai menyurut mundur dan masuk ke dalam
gerumbul pohon bunga.

Siau-liong mengusap keringatnya dingin. Setelah itu cepat2


ia lanjutkan perjalanan lari ke arah gua.

Begitu tiba di pintu gua, ia berbenti. Dilihatnya di atas


sehelai permadani tinggi yang terletak beberapa meter dalam
pintu gua, duduklah seorang paderi tua dengan mata
memejam.

Paderi tua itu amat kurus sekali. Duduk di atas


permadadani tak ubah seperti sesosok tulang kerangka. Tetapi
wajahnya menampilkan suatu perbawa yang mengundang
rasa perindahan orang. Tanpa disadari, Siau-liong pun seaera
berlutut.

861
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya paderi tua kurus itu tak mendengar dan tak


mengetahui kedatangan Siau-liong. Dia tetap duduk pejamkan
mata tak bergerak.

Diam-diam Siau-liong menimang. Walaupun paderi tua itu


seorang tuli tetapi masakan tak mendengar suara
pertempuran hebat antara ia dengan keempat kera bulu emas
tadi. Ah, tentulah paderi tua itu hanya berpura-pura saja.

Siau-liong tak berani mengganggu. Terpaksa ia tetap


berlutut menunggu sampai paderi itu terjaga.

Lebih kurang sepenyulut dupa lamanya, barulah paderi tua


itu pelahan-lahan membuka mata. Sepasang matanya yang
berapi-api, menatap Siau-liong sejenak lalu dipejamkan lagi.

Siau-liong baru hendak membuka mulut atau tiba-tiba


paderi itu sudah mengatupkan matanya pula. Ia bingung.
Tetapi terpaksa bersabar menunggu lagi.

Kira-kira sepeminum teh lamanya, tetap paderi tua itu diam


saja. Akhirnya Siau-liong tak sabar lagi. Segera ia berseru
pelahan, “Seng-ceng, Seng-ceng . ,.... lo-cianpwe, lo-
cianpwe....”

Rupanya paderi kurus itu memang Seng-ceng atau paderi


sakti dari Kim-ting. Ia terkejut mendengar seruan Siau-liong.
Cepat ia membuka mata dan membentak, “Kedua kacung
Hitam Putih itu?"

Siau-liong tersendat-sendat menyahut, “Mereka masih


berada diluar gua."

Seng-ceng itu mendengus, serunya pula, “Keempat kera


penjaga gua itu?"

862
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong termenung sejenak. Ia duga yang dimakud itu


tentu keempat ekor kera bulu emas.

“Aku tak melukai mereka!" sahutnya.

Tiba-tiba paderi sakti dari Kim-ting itu membentak murka,


“Nyalimu sungguh besar sekali berani menyelundup ke gua
sini!"

Pada saat Siau-liong hendak memberi penjelasan, entah


bagaimana caranya bergerak tadi, tahu2 Siau-liong merasa
empat buah jalan darah di dadanya tertutuk oleh sambaran
jari paderi sakti itu Seketika Siau-liong rasakan tubuhnya
lemas lunglai, kaki tangannya pun melentuk.

"Bluk".... rubuhlah anak muda itu dan terkapar di tanah....!

Mata paderi tua itu sejenak memancar lalu pe-lahan2


mengatup lagi.

Bukan main gelisah dan bingung Siau-liong. Diam-diam ia


memaki paderi itu sebagai seorang yang tak kenal
perikemanusiaan. Tidak mau membantu, pun tak apa. Tetapi
mengapa menyerang orang dengan cara gelap begitu. Itu
bukan tingkah laku seorang padri saleh tetapi seorang
penjahat kejam.

Karena jalan darahnya tertutuk dan kaki tangannya sakit


sekali, tubuh kaku seperti orang mati, sekali pun Siau-liong
dapat bicara tetapi tak mampu bergerak. Maka ia hanya deliki
mata memandang geram kepada paderi itu.

Tampak paderi tua itu membuka mata lagi, tegurnya,


“Mengapa engkau berani memaki-maki aku?"

863
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong seperti tersengat kala kagetnya, “Aku


memakinya dalam hati, mengapa dia tahu?" pikirnya.
Dipandangnya paderi itu dengan terpesona.

Paderi Kim-ting itu tersenyum, ujarnya, “Tak usah engkau


merasa heran. Dari sinar matamu tahulah aku isi hatimu dan
apa yang terkandung dalam pikiranmu!"

Diam-diam Siau-liong tertawa, pikirnya, “Ah, kiranya dia


hanya menduga-duga saja dari kerut wajahku."

Ia segera katupkan mata.

Saat itu masuklah kedua bocah penjaga gua tadi. Bukan


kepalang kejut melihat Siau-liong rubuh di tanah dengan jalan
darah tertutuk. Tetapi yang menggoncangkan hati kedua
bocah itu ialah mengapa pemuda itu dapat menyelundup
masuk ke dalam gua. Dari mana dan kapankah dia masuk.

Kedua bocah itu saling bertukar pandang lalu serempak


berlutut menghadap sipaderi sakti.

"Kemari!" seru paderi Kim-ting.

Kedua bocah itu ter-sipu2 bangun dan menghampiri. Mata


mereka menggeram ke arah Siau-liong. Begitu tiba di hadapan
paderi sakti, kedua bocah itu terus berseru: '“Murid harus
dihukum!" Serempak mereka berlutut.

Paderi, sakti itu mendengus dingin, “Kemanakah kalian


tadi?"

Bocah baju putih memang kawannya baju biru lalu


menjawab tersekat, “Tak pergi kemana-mana, hanya terus
berada di pintu gua....”

864
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Kalau menjaga di mulut gua, mengapa tak tahu orang


masuk kemari?" bentak paderi sakti.

Bocah baju putih tersendat-sendat menjawab; “Murid....


murid....”

Tetapi anak itu tak dapat menemukan alasan yang tepat.


Maka sampai beberapa saat ia hanya dapat berkata 'murid....
murid.... ' saja.

“Apakah kalian pergi cari burung ke bawah karang?" seru


paderi sakti pula.

Tiba-tiba bocah baju biru menyelutuk, “Tadi paman Buta


datang kemari membohongi kami dengan sebuah batu
berkilau sehingga dia dapat menyelundup kemari!"

Paderi sakti itu menyebut Omitohud pelahan, ujarnya;


"Binatang, kalian harus menerima hukuman apa?"

Tanpa ragu2 lagi sibocah baju putih berseru, “Murid rela


menghadap tembok selama 10 hari agar dapat sungguh2
bertobat!"

Paderi sakti Kim-ting mengangguk pelahan, bertanya


kepada kacung baju biru; "Engkau?"

"Murid rela tiga hari tak makan!" sahut kacung itu.

Paderi sakti Kim-ting tersenyum, “Tetapi hari ini aku


memberi kelonggaran takkan menghukum kalian!"

Kedua bocah itu terkejut dan saling berpandangan dengan


wajah girang. Buru-buru mereka menundukkan kepala sampai
ke tanah selaku memberi hormat. Setelah itu mereka berdiri
dan menghaturkan terima kasih.

865
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kemudian paderi sakti Kim-ting menunjuk ke arah Siau-


liong dan suruh kedua murid supaya menggeledah badan
pemuda itu.

Kedua kacung itu segera melakukan perintah. Sekujur


badan Siau-liong habis digeledahnya. Dari badik yang terselip
dipinggang, pedang yang terpanggul dibahu dan bungkusan
pakaian yang terisi penyamaran Pendekar Laknat sampai pada
bungkusan kecil isi pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan semua
digeledah oleh kedua kacung itu.

Walaupun sedih dan geram, bingung dan marah, tetapi


karena jalan darahnya tertutuk, Siau-liong pun tak dapat
berbuat suatu apa kecuali hanya deliki mata memandang
perbuatan kedua bocah kacung itu.

Semua benda hasil geledahannya ditaruh dihadapan paderi


sakti Kim-ting; "Suhu. semua barang yang terdapat pada
tubuhnya telah kami ambil semua!"

Paderi sakti Kim-ting merenung sejenak lalu suruh kedua


bocah itu mengangkut Siau-liong kegua Hang Gan-li.

"Apakah suhu hendak membakarnya?" seru sikacung baju


putih terkejut.

"Jangan banyak tanya!" bentak paderi itu.

Bocah itu buru-buru mengiakan. Lalu bersama kawannya


sibaju biru mengangkut Siau-liong menyusuri dinding gunung
yang membelok kesebelah kanan.

Diam-diam Siau-liong mengeluh, “Ah, kali ini tentu tamat


riwayatku!"

866
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia memandang dengan murka sekali kepada paderi Kim-


ting tetapi yang dipandang hanya tersenyum saja. Siau-liong
benci sekali kepada paderi yang pura-pura alim itu. Jika ia
sampai berhasil lolos, tentu akan diajaknya paderi itu
mengadu jiwa. Tetapi apa daya. Pada saat itu ia tak dapat
berkutik kecuali hanya deliki mata penuh dendam dan
kebencian kepada paderi itu.

Cepat sekali kedua kacung itu telah tiba dimuka sebuah


mulut gua yang gelap gulita.

"Kita lemparkan saja ke dalam! Toh dia sudah tak bakal


hidup lagi!" seru sikacung baju putih.

Kacung baju biru setuju. Setelah menggoncang-goncang


tubuh Siau-liong maju mundur beberapa kali, barulab kedua
bocah itu lemparkan Siau-liong ke dalam gua. "Bum"....

Kedua bocah itu tertawa ngikik lalu mendorong sebuah


batu karang yang berada di tepi gua, menutup mulut gua. Gua
makin gelap pekat sehingga orang tentu tak dapat melihat jari
jemarinya sendiri.

Tetapi lemparan kedua bocah itu tak sampai melukai tubuh


Siau-liong. Walaupun tubuh tak berkutik tetapi kesadaran
pikirannya masih hidup. Berkat ilmu tenaga dalamnya yang
makin sempurna, tak berapa lama ia sudah biasa akan
keadaan gua. Diperhatikannya sekeliling tempat itu. Gua
hanya kira-kira dua tombak luasnya. tapi dindingnya terdiri
dari batu-batu yang runcing.... Sepintas pandang amat
menyeramkan sekali! '

Siau-liong benar-benar kalap. Perasaannya hampir seperti


orang gila. Dia bendak berteriak tetapi tak dapat bersuara. Dia
bendak menghancurkan gua itu tetapi tak dapat berkutik. Ia
hendak lolos dan menghajar paderi Kim-ting itu tetapi

867
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengangkat tangan saja ia tak mampu. Hatinya panas seperti


dibakar.

Entah berapa lama, nafsu kemarahannya yang menyala-


nyala didadanya itu makin reda. Sebagai gantinya saat itu ia
merasa berduka sekali.

Gurunya, Kongsun Sin-tho yang tertawan musuh, ibunya


yang berada diseberang laut, Tiau Bok-kun, Mawar Putih....
bayangan mereka satu demi satu mulai melintas kealam
pikirannya. Peristiwa2 yang lampau mulai membayang dalam
benaknya.

Teringat akan pertapa-sakti-mata-satu, yang jelas menjadi


suhu dari Randa Bu-san atau pewaris angkatan terdahulu dari
ilmu sakti Ya-li-sin-kang yang amat diindahkan orang
persilatan, telah memberi bantuan besar kepadanya. Karena
pertapa sakti itu memikat perhatian kedua kacung untuk main
terka, sehingga ia mendapat kesempatan untuk menyeludup
masuk ke dalam gua. Adakah pertapa sakti-mata-satu itu
mempunyai maksud sengaja hendak mencelakai dirinya?

Lalu ia teringat akan Ceng Hi totiang. Dialah yang


merupakan satu2nya tokoh yang tepat memimpin berisan
orang persilatan. Ceng Hi begitu menghormat sekali kepada
paderi sakti Kim-ting. Adakah Ceng Hi totiang itu benar-benar
tak tahu bagaimana pribadi paderi kurus dari puncak Kim-ting
yang begitu dingin dan tak kenal perikemanusiaan?

Bukankah sia2 belaka usaha Ceng Hi totiang untuk


bersusah payah merendah diri meminta bantuan paderi sinting
dari Kim-ting itu?

Makin merenung, Siau-liong makin gelisah dan tak dapat


menemukan pemecahannya.

868
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekonyong-konyong ia merasa seperti dilanda gelombang


hawa panas. Bermula hanya ringan tetapi makin lama makin
dahsyat. Ketika memperhatikan keadaan tempat itu, kejutnya
bukan kapalang.

Ternyata hawa panas itu berasal dari dinding gua yang


mulai berbongkah-bongkah mengeluarkan asap putih. Asap itu
amat menusuk hidung karena berbau belirang.

Hawa panas makin lama makin keras. Keempat dinding gua


seakan akan membara. Asap pun makin tebal. Betapapun
tajam mata Siau-liong, namun akhirnya ia tak mampu melihat
keadaan di sekelilingnya lagi.

Kecuali panas, pun asap itu amat menyesakkan napas


sehingga ia harus ngangakan mulut lebar-lebar untuk
melakukan pernapasan.

Siau-liong hampir putus asa. Ia merasa tentu takkan hidup


lagi. Tetapi naluri sebagai manusia yang tak menyerah pada
ancaman maut, membangkit semangat hidupnya. Cepat ia
kerahkan semangat, pusatkan seluruh pikiran. Menekan hawa
darahnya yang bergolak. Ia hendak gunakan ilmu bernapas
dari Thian-kong-sin-kang untuk membuka jalan darahnya yang
tertutuk.

Tetapi sayang tindakannya itu terlambat. Jalan darahnya


yang tertutuk itu seolah-olah ditutup oleh empat batang paku
besar. Betapa keras tenaga dalam yang dipancarkan dari
perutnya, namun tetap tak mampu menjebolkan paku itu.

Ia hentikan usahanya. Napasnya terengah-engah, keringat


membanjir turun.

869
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu asap mulai menipis. Demikian pula dengan hawa


panas, pun mulai berkurang. Akhirnya asap dan hawa itu
lenyap dan gua pun kembali seperti sedia kala.

Diam-diam ia mengeluh. Sejam lagi asap dan hawa belirang


itu berhamburan, ia tentu mati.

Pikirannya melayang pada Ceng Hi totiang dan rombongan


tokoh2 persilatan. Entah bagaimana keadaan mereka saat itu!
Tetapi apabila terjadi pertempuran, akibatnya mudah diduga.
Ceng Hi totiang dan rombongannya pasti sudah dihancurkan
oleh kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia.

Dalam keadaan tak berdaya seperti saat itu, terpaksalah


Siau-liong kembali pada keputusannya tadi. Ia harus
merenungkan ini pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang lagi.
Kitab pusaka itu benar-benar menyerupai laut yang lidak dapat
diukur dalamnya. Begitu membenamkan pikiran menjelajah isi
kitab Thian-kong-sin-kang, iapun segera lelap dari alam
kesunyian yang hampa dari Ke-akuan.

Ia berusaha untuk merenungkan arti dan kegunaan dari


intisari pelajaran Thian-kong sin-kang antara lain mengenai
apa yang disebut Semangat, hati, keinginan, pikiran, gerakan,
ketenangan, kehampaan dan isi.

Entah berapa lama ia tenggelam dalam laut pencarian


rahasia kitab Thian-kong-sin-kang itu, tiba-tiba gua mulai
terasa dingin. Bermula masih dapat ditahan tetapi makin lama
makin menggigilkan tubuh. Ia rasakan'seperti dibenam dalam
sungai es, sehingga darahnya serasa membeku.

Tetapi saat itu ia masih bergulat untuk memeras otak


memecahkan isi kitab Thian-kong-sin-kang. Betapa hebat
hawa dingin itu menyerang, ia masih dapat bertahan.

870
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kira2 sepeminum teh lamanya, hawa dingin itu pun


mereda. Tetapi sebagai gantinya, memancar pulalah hawa
panas yang tadi.

Dari dingin mendadak berganti panas, walau pun orang


yang memiliki tubuh baja sekalipun, tentu sukar bertahan.
Apalagi seperti Siau-liong yang jalan darahnya masih tertutuk.
Dia benar-benar seperti sam-sing atau ayam sesaji
sembahyangan.

Tetapi dalam penderitaan yang hebat itu, Siau-liong


menemukan sesuatu yang belum pernah dimilikinya. Suatu
tenaga sekokoh baja yang tak tergoyahkan. Walaupun
jasmaniah ia menderita siksaan yang sedemikian hebat, tetapi
dalam rohaniah ia telah mendapat suatu rasa kesadaran yang
tenang. Ia tetap terlelap dalam lautan ilmu sakti yang sukar
dipelajari.

Dalam pada itu perobahan hawa dalam gua tetap


berlangsung sampai berulang kali. Dingin mendadak berobah
panas. Panas tiba-tiba berganti dingin.

Keadaan itu telah berlangsung sejam lamanya, Siau-liong


seperti digodog dalam kawah gunung berapi lalu dilemparkan
ke dalam sungai es....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 16

Katak berkaki tiga

871
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pada permulaan, rasa dingin panas yang saling bergantian


secara mendadak itu, benar-benar menyiksa Siau-liong. Tetapi
lama kelamaan ia menjadi kebal. Dan anehnya, rasa sakit
dalam tubuhnya pun lenyap.

Pelahan-lahan pikirannya pun tenang kembali. Ia merasa


dalam waktu sejam itu telah mengalami perobahan besar
sekali. Beberapa bagian dalam kitab pusaka Thian-kong-sin-
kang yang sukar dimengerti, saat itu sebagian besar sudah
dapat difahami artinya.

Pelajaran yang mengemukakan tentang sifat2 Semangat,


Mati, Keinginan dan Pikiran yang tak dapat diselaminya selama
ini, saat itu satu demi satu sudah dapat merabah intisarinya.

Diam-diam Siau-liong terkejut girang. Tak tahu ia sampai


berapa jauhkah ia dapat mengerti isi kitab pusaka itu. Tetapi
yang jelas, ia merasa kepandaiannya amat dangkal sekali,
sebelum memahami isi kitab pusaka itu.

Diam-diam ia geli atas tingkah laku paderi tua dari puncak


Kim-ting itu. Paderi itu hendak menghukumnya mati. Tetapi
tanpa disadari, hukuman pembakaran api dan membenamkan
dalam es itu, telah mendorong pikirannya untuk memecahkan
intisari dari bagian2 pelajaran yang sukar dari kitab pusaka
Thian-kong-pit-kip.

Tengah ia terbenam dalam renungan tiba-tiba ia dikejutkan


oleh bunyi mendesis-desis yang mendatangi ke arah
tempatnya. Buru-buru ia curahkan perhatian untuk
mendengarkan bunyi itu.

Ia tersirap kaget ketika melihat di atas dinding gua sebelah


kanan, tiba-tiba muncul seekor ular besar. Kepala ular itu
tumbuh jambul merah dan tubuhnya bergariskan kembang2
warna hitam biru. Jelas tentu seekor ular ganas.

872
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Rupanya ular itu sudah mencium bau tempat beradanya


Siau-liong. Maka pelahan-lahan ia merayap menghampiri.

Sudah tentu Siau-liong kaget setengah mati. Saat itu jalan


darahnya sedang tertutuk, tak dapat berkutik. Bukankah ia
akan mati digigit ular berbisa itu?

Tetapi pada jarak masih terpisah dua meter dari tempat


Siau-liong, ular itu pun berhenti. Binatang itu gerak-gerakkan
kepala dan mengebas-ebas ekor seraya berbunyi mendesis-
desis.

Dalam menghadapi suasana yang seram akan datangnya


maut, Siau-liong sudah kehabisan daya.

Satu-satunya jalan ialah mengerahkan seluruh tenaga dan


serentak ia terus berguling-guling ke samping. Dua kali ia
bergulingan dan telah tiba di bawah dinding gua sebelah kiri.

Tetapi alangkah kejutnya ketika memandang ke dalam,


ternyata ular itu masih merayap mengikutinya.

Kepalanya yang diangkat sampai setengah meter ke atas,


memancarkan sinar mata yang berapi api.

Karena gugup, Siau-liong menggembor keras dan


menyambar kepala ular itu. Terus dilontar ke muka. "Bluk"....
lontaran Siau-liong bukan olah2 kuatnya sehingga kepala ular
itu pecah berhamburan.

Setelah tenangkan hati, cepat ia berbangkit dan hampir


saja ia berteriak kaget. Karena dicengkeram oleh rasa tegang,
ia sampai lupa bahwa seharusnya ia tak dapat membunuh ular
itu karena jalan darahnya masih tertutuk. Tetapi ternyata ia

873
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat bergerak bebas. Lalu bilakah jalan darahnya yang


tertutuk itu terbuka?

Ah, segera ia teringat apa yang terjadi. Tentulah ketika ia


kerahkan tenaga dan berguling-guling diri di tanah tadi, jalan
darahnya itu terbuka sendiri.

Bukan mainlah girangnya saat itu. Cepat2 ia duduk


menyalurkan napas. Dirasakannya darah mengalir dengan
lancar, tenaga dalam pun mulai bergolak. Hawa panas dalam
perut, mengalir keseluruh tubuh.

Beberapa saat kemudian iapun bangun. Dipandangnya


keadaan dalam gua itu dengan seksama. Tampak pintu gua
yang tertutup, terdapat beberapa celah2 yang tidak rata
bentuknya. Segera ia kerahkan tenaga dan coba2 untuk
mendorong pintu itu. Ah, berat benar. Hampir ia merasa tak
kuat lagi mendorongnya. Tetapi karena gugup, ia terpaksa
mencobanya lagi.

Krek.... ternyata pintu itu mulai bergerak. Siau-liong girang


sekali dan segera tambahkan tenaganya untuk mendorong.
Krek, krek.... pintu batu itupun terbuka sampai setengah
meter lebarnya.

Dengan bersuit panjang, ia cepat loncat keluar. Tetapi


sebelum sempat melihat keadaan di sekeliling, tiba-tiba
terdengar suara orang tertawa gelak-gelak, “ Omitohud!
Dorongan itu paling tidak tentu beribu-ribu kati tenaganya,
Rupanya bukannya mati tetapi engkau malah mendapat rejeki
besar!"

Siau-liong mengangkat muka dan melihat paderi Kim-ling


tegak berdiri setombak dari gua situ. Saat itu barulah Siau-
liong dapat melihat jelas roman muka paderi itu. Seorang
paderi tua yang bertubuh tinggi kurus. Jubahnya penuh

874
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan tambalan, sepatu rumput. Sepasang matanya besinar-


sinar tajam sekali. Tetapi tak dapat diketahui bagaimana
sikapnya saat itu. Girangkah atau marah?

Siau-liong mendengus dingin. serunya, “Paderi tua,


mungkin engkau tak pernah menyangkanya....”

Ia tampil dua langkah dan membentak, “Aku tak punya


dendam permusuhan suatu apa kepadamu. Mengapa engkau
terus menerus mendesak hendak membunuh aku?"

"Menyelundup ke dalam gua dan hendak mengambil katak


berkaki tiga. Apakah dosa itu tak layak dihukum mati?"

Siau-liong tertawa hatinya. Kemarahannyapun reda, “Sekali


pun belum lama berkelana dalam dunia persilatan, tetapi
seumur hidup aku belum pernah mencuri milik orang....”

Ia berhenti sejenak, berkata pula, “Kedatanganku kemari


memang benar-benar hendak meminta katak mustika itu.
Tentu soal menyelundup ke dalam gua, adalah karena kedua
murid lo-siansu tak mau memberitahu kepada lo-siansu!"

Paderi Kim Ting tertawa, “Katak kaki-tiga itu merupakan


binatang ajaib penunggu gua. Dengan tindakanmu yang liar
dan kasar itu bagaimana engkau hendak memperoleh katak
itu?"

Siau-liong berseru lantang, “Kedua suami isteri Iblis-


penakluk-dunia dan Dewi Neraka telah mengganas dunia
persilatan karena ingin menguasainya. Sekalian tokoh-tokoh
gagah dalam dunia tiada yang mampu menandingi dan
terpaksa menyerah. Mereka kini berkumpul di puncak Kim
Ting sini. Saat ini merupakan detik2 yang menentukan mati
hidupnya dunia persilatan. Kedatanganku untuk meminta
katak mustika itu sama sekali bukan untuk kepentinganku

875
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

peribadi melainkan untuk menyelamatkan nasib dunia


persilatan....”

Wajah Siau-liong berobah tegang dan nada suaranya pun


makin rawan. Sejenak menghela napas ia berkata pula,
“Apabila kedua suami isteri iblis itu benar-benar dapat
menguasai dunia persilatan, mungkin lo-siansu pun tak dapat
duduk dengan tenang dalam gua ini!"

Paderi Kim Ting tertawa, “Selama ini aku tak mau ikut
campur pergolakan dunia persilatan. Dan kali inipun tak
terkecuali."

“Aku bukan hendak memohon lo-siansu ikut campur urasan


dunia persilatan tetapi hanya hendak mohon katak berkaki-
tiga itu....” cepat Siau-liong menukas.

“Itupun sukar.... ," paderi Kim Ting berhenti lalu dengan


mata berkilat-kilat ia berkata, “walaupun hawa dingin panas
dalam gua itu tadi dapat membunuhmu tetapi untuk keluar
dari gua ini, bukanlah suatu hal yang mudah bagimu. Maka
tak perlu engkau hendak minta katak mustika itu!"

Siau-liong terbeliak kaget. Memang apa yang dikatakan


paderi itu benar. Menilik ilmu tutukan jalan darah dari paderi
itu saja, tahulah ia bahwa paderi itu memang sudah mencapai
tataran tinggi kepandaiannya.

Jika paderi itu benar hendak membunuhnya, tentu sukar


baginya untuk lolos. Dalam keadaan begitu percumalah ia
hendak minta katak mustika segala macam....!

"Maksud lo-siansu hendak menghukum mati aku?" katanya


beberapa jenak kemudian.

876
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Paderi kurus itu tersenyum, “Hal itu tergantung bagaimana


kepandaianmu nanti!"

Siau-liong marah sekali. Ia benar-benar tak dapat


mengendalikan diri dan membentak dingin, “Semula kukira
engkau seorang paderi luhur. Oleh karena itu aku selalu
bersabar untuk mengalah. Hendaknya engkau harus
mengetahui. bahwa sekali pun umurku masih begini muda
tetapi aku adalah pewaris dari ilmu sakti Thian-kong-sin-
kang."

Paderi kurus itu teriawa keras, “Ilmuku sakti Ih-kah-sin-


kang, tiada lawannya di dunia. Satu-satunya yang mampu
mengimbangi ilmuku itu hanyalah Thian-kong-sin-kang. Tetapi
itu pun harus dilihat sampai dimana tingkat pelajaran orang
yang mempunyai Thian-kong-sin-kang itu!"

Sejenak paderi itu memandang Siau-liong tajam-tajam lalu


tiba-tiba membentak, “Hayo, bertempur!"

Siau-liong mendengus dingin terus hendak menghantam


tetapi tiba-tiba benaknya terlintas sesuatu dan menurunkan
tangannya lagi.

"Hm, takut kepada paderi tua ini?" ejek paderi Kim Ting
Siau-liong tertawa dingin, “Seumur hidup aku tak pernah
mengenal kata2 takut! Hanya ingin sekali lagi kujelaskan,
bahwa maksudku hendak meminta katak mustika itu bukanlah
untuk kepentingan diriku peribadi melainkan untuk menolong
seluruh tokoh persilatan yang sedang terkurung di puncak Kim
Ting. Keempat tokoh pewaris dari empat macam ilmu saktipun
telah ditawan oleh Iblis-penakluk-dunia, maka akupun
sesungguhnya tak mempunyai selera bertempur dengan
engkau!"

877
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Paderi itu deliki mata dan tertawa, “Budak! Kecerdasanmu


sebagai seorang setan cilik memang boleh juga” -ia berhenti
sejenak lalu: ”Dengan cara bagaimanakah supaya dapat
kubangkitkan seleramu bertempur dengan aku?"

Mata Siau-liong sejenak berkeliaran lalu berkata, “Jika aku


sampai kalah, terserah saja bagaimana lo-siansu hendak
menghukum diriku. Tetapi bila aku beruntung menang....”

Paderi Kim Ting cepat tertawa menukas, “Asal engkau


mampu menangkan aku, katak berkaki-tiga itu pasti akan
kuberikan kepadamu!"

"Apakah lo-siansu takkan menyesal?"

Siau-liong berdebar-debar menunggu kesempatan itu.


Memang ia tak mempunyai harapan besar untuk
memenangkan pertempuran itu namun iapun tak lekas putus
asa untuk menyerah. Mudah-mudahan nasib akan membawa
perobahan baik kepadanya.

Paderi itu membentak, “Huh, engkau kira aku seorang yang


tak dapat dipercaya?"

Siau-liong terkejut. Dilihatnya sepasang mata paderi kurus


itu berapi-api. Wajahnya tidak menampil kemarahan tetapi
kewibawaan yang menonjol, sehingga Siau-liong merasa kecil
diri.

Sekalipun ia tak dapat memastikan dapat mengalahkan


paderi itu. tetapi karena keadaan sudah mendesak, maka
bagaimanapun juga ia harus mencoba dengan sekuat
tenaganya. Apabila ia beruntung dapat menang, ia akan
memperoleh katak mustika yang amat diperlukan untuk
pembuatan pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan. Pil yang akan
menolong para tokoh2 dari kebiusan.

878
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan tujuan itu, longgarlah hati Siau-liong. Sekalipun ia


mati dalam pertempuran dengan paderi Kim Ting itu, tak
apalah. Ia serahkan saja pada nasib.

Dengan kebulatan tekad yang pasrah itu, ia segera


salurkan tenaga dalam bersiap-siap.

Wajah paderi sakti dari Kim Ting itu tetap tenang sekali.
Kakinya pun bebas tak mengunjukkan persiapan apa2. Tetapi
sekali pun begitu, paderi itu memancarkan perbawa yang
menggetarkan hati orang.

Setelah mengempos semangat, berserulah Siau-liong


dengan nada serius, “Silahkan lo-siansu mulai!"

Paderi sakti itu tersenyum, ujarnyy, “Berkelahi dengan


engkau masakan aku masih menginginkan menyerang lebih
dulu?"

Siau-liong menyadari bahwa paderi itu memang sakti


sehingga tak memandang mata kepadanya. Diam-diam ia
girang karena paderi itu menghendaki supaya diserang lebih
dulu.

"Kalau begitu maafkan aku berlaku kurang hormat!"


serunya tertawa lalu balikkan tangan kiri dan pelahan-lahan
diarahkan kepada paderi itu. Aneh sekali gerakan Siau-liong
itu. Seperti menghantam tetapi pun seperti menutuk. Seperti
mencengkeram tetapi pun seperti menampar. Suatu gerakan
tangan yang memungkinkan seribu akibat.

"Budak! Gerakanmu itu hanya gertakan kosong, masakan


engkau mampu mengelabuhi aku!" seru paderi Kim Ting
tertawa. Ia tak mau bergerak sama sekali dari tempatnya dan
seolah-olah tak mengacuhkan tangan Siau-liong.

879
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkejut. Ia heran mengapa lawan tahu gerak


serangannya itu kosong. Tetapi secepat kilat ia terus gerakkan
tangan kanan dengan jurus Hun-hoa-hud-liu untuk
mencengkeram siku lengan kiri dari paderi itu.

Namun paderi itu tetap tertawa lepas dan tak mau bergerak
dari tempatnya berdiri.

Diam-diam Siau-liong girang. Ia tambahi tenaga dalam


pada tangan kanan untuk mencengkeram lengan sipaderi.
Pikirnya, “Karena engkau tak mau menghindar dan
menangkis, rupanya Tuhan memang menghendaki aku
menang!"

Tetapi alangkah kejutnya ketika ia merasa tentu dapat


mencengkeram tangan orang, tiba-tiba entah bagaimana. ia
mencengkeram angin kosong. Jangankan siku lengan, bahkan
ujung baju paderi itupun tak mampu dijamahnya.

Dan ketika memandang kemuka, dilihatnya paderi kurus itu


masih tegak di tempatnya. Tampaknya ia tak berkisar sama
sekali.

Kejut Siau-liong bukan kepalang, pikirnya, “Adakah paderi


ini menggunakan ilmu setan?"

Tengah ia terlongong, tiba-tiba paderi sakti itu tertawa,


“Menyerang dengan dahsyat, termasuk ilmu tingkat
rendah....!"

Berhenti sejenak ia berkata pula, “Budak, adakah begitu


jelek engkau mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang itu?"

Siau-liong tersipu malu. Diam-diam ia makin terkejut dan


menyadari bahwa yang dihadapinya itu benar-benar seorang

880
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

paderi yang berilmu tinggi. Jelas pertempuran itu nanti sia2


belaka.

Tetapi ucapan paderi itu menyadarkan Siau-liong akan


beberapa kenyataan. Bahwa selama digodok dalam gua
dengan hawa dingin panas. ia berhasil memecahkan beberapa
pelajaran sulit dalam kitab Thian-kong-pit-kip.

Walaupun ilmu tersebut kebanyakan tergolong pada ilmu


Nafas dan tampaknya tiada hubungannya dengan ilmu
pukulan dan tutukan, tetapi otak Siau-liong yang cerdas
segera dapat menyadari.

Thian-kong-sin-kang adalah suatu ilmu ajaran yang


mengutamakan Sin (semangat). Bahwa selama dalam gua tadi
dengan susah payah ia berhasil memahami pelajaran2 tentang
Semangat, Hati, Keinginan, Pikiran, Gerakan, Ketenangan,
Kosong dan Isi. Mengapa saat itu ia tak menggunakan apa
yang diketahui itu? Siapa tahu kemungkinan hal itu
merupakan inti dari pelajaran Thian-kong-sin-kang.

Maka tersenyumlah ia berkata, “Harap lo-siansu jangan


menertawakan, berhati-hatilah!"

Pada saat itu ia tetap bergerak dalam jurus Hun-hua-hud-


liu untuk mencengkeram pergelangan tangan kiri paderi Kim
Ting.

Tiba-tiba paderi Kim Ting tertawa gelak2, “Ho-la! Thian-


kong-sin-kang memang benar-benar bukan ilmu picisan!"

Siau-liong terkejut sekali. Baru pikirannya merencanakan


untuk mengembangkan Semangat, Hati, Keinginan, Pikiran
dan lain-lain dalam jurus Hun-hua-hud-liu, tahu2 lengan kanan
paderi itu telah dapat dicengkeramnya.

881
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia benar-benar tak menyadari bahwa lupa kalau sedang


bergerak dalam jurus itu. Karena tercengang kejut ia sampai
lupa untuk menggunakan tenaga menggenggam lengan
orang.

Paderi Kim Ting tertawa. Lengan kirinya tiba-tiba


memancar tenaga dalam sehingga separuh tubuh Siau-liong
terasa kesemutan dan tangan kanannya terlempar gemetar.
Tangannya itu serasa diborgol dengan rantai. Kiranya paderi
King Ting balas mencengkeram pergelangan tangannya.

“Ho, dari kalah jadi menang!" paderi itu tertawa keras.

Siau-liong terkejut. Cepat ia kerahkan tenaga dalam ke


arah pergelangan tangan. Tetapi walau pun kelima jari paderi
itu amat kurus sekali, namun kuatnya tak kalah dengan baja.
Karena Siau-liong menggempur dengan tenaga dalam, tenaga
dalam itu terhalau balik dan hampir saja menghancurkan isi
dadanya sendiri.

"Habislah riwayatku sekarang!" diam-diam Siau-liong


menghela napas.

Tiba-tiba paderi itu membentaknya, “Goblok! Apakah


engkau tak tahu apa yang disebut Menyerang untuk menindas
serangan? Adakah ilmu dasar itu tak dapat engkau gunakan?"

Serentak Siau-liong seperti orang yang dibangunkan dari


mimpi. Ia mengeluh dalam hati mengapa tak ingat akan cara
itu. Maka cepat ia rentangkan kelima jari kiri dan menutuk
dada lawan. Gerakan itu berlangsung serempak dengan
Angan-angannya. Benar-benar suatu perpaduan antara
keinginan dan Gerakan tangan.

Karena terdesak, paderi Kim Ting terpaksa miringkan


tubuh, Tetapi secepat itu kelima jari Siau-liong pun ditarik

882
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mundur lalu dirobah untuk memapas pergelangan tangan


sipaderi.

Paderi Kim Ting tertawa gelak2. Ia lepaskan tangan kirinya


lalu mundur tiga langkah, serunya, “Bahan yang boleh
dijadikan....!"

Siau-liong tertegun.

Ia merenungkan pertempurannya lawan paderi Kim Ting


itu. Begitu bergebrak sudah dikuasai paderi itu. Bila paderi itu
tak memberi petunjuk, mungkin ia tentu sudah kalah.

Tiba-tiba paderi itu berkata pula, “Walaupun tak pernah


berkelana di dunia persilatan tetapi kupercaya ilmuku Ih-ka-
sin-kang itu pasti tak ada orang yang mampu bertahan sampai
tiga jurus. Menilik usiamu yang masih muda tetapi mampu
bertanding seri dengan aku, engkau benar tak mengecewakan
dirimu sebagai pewaris Thian-kong-sin-kang Sejenak
mengicup mata, paderi itu melanjutkan pula, “Karena belum
tahu menang atau kalah, kali ini kulanggar peraturan untuk
memberi ampun kepadamu. Tetapi jangan harap engkau
mampu mendapat katak mustika itu....! lekas keluar dari gua
ini!"

Siau-liong malah maju selangkah lalu berlutut di hadapan


paderi itu, “"Sungguh mataku tak dapat melihat gunung
Thaysan, Bila perbuatanku tadi ada yang kurang ajar, harap
losiansu sudi maafkan....”

Saat itu ia telah menyadari tujuan paderi Kim Ting yang


baik. Sambil memaki dirinya yang tolol, ia melanjutkan
ucapannya menghaturkan terima kasihnya, “Atas petunjuk
yang lo-cianpwe berikan, wanpwe.... ,"

883
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Engkau keluar sendiri atau harus kuhalaumu? " tukas


paderi sakti itu dengan wajah beku.

Siau-liong tertegun, sahutnya, “ Biarlah aku pergi sendiri!


Tetapi....” —ia pelahan-lahan berbangkit, serunya, “Barang
bekalku yang diambil oleh kedua sian-tong tadi, harap lo
cianpwe suka mengembalikan!"

"Masakan aku sudi mengambil barangmu!" bentak paderi


itu dengan marah seraya ayunkan tangannya.

Saat itu Siau-liong sudah tak punya prasangka jelek kepada


paderi Kim Ting. Dan pukulan paderi itu sama sekali tak
mengeluarkan suara. Pada saat Siau-liong terkejut, tubuhnya
sudah dilanda oleh gelombang tenaga dahsyat. Untunglah
tenaga itu amat lunak sehingga tak melukai tubuh Siau-liong.
sekalipun begitu Siau-liong terpental sampai lima enam
tombak jauhnya....

Ketika ia berdiri tegak barulah menyadari bahwa dirinya


sudah berada di luar gua.

Kedua bocah baju biru dan putih, melesat keluar gua.


Dengan pandang dingin mereka menatap Siau-liong sejenak
lalu menekan tepi pintu gua. Terdengar bunyi berderak-derak
dan dari kedua tepi, meluncurlah sekeping pintu batu,
menutup gua rapat2.

Siau-liong menghela napas panjang. Ia tegak terlongong-


longong. Tiba-tiba terdengar suara orang memanggilnya
lembut, “Siau-liong! Siau....”

Siau-liong terkejut dan berpaling. Ketika memandang


seksama, kejutnya bukan kepalang. Tampak si dara Song Ling
tegak di sampingnya sambil menatap dengan pandang

884
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertanya. Sedang Kakek Mata-satu masih duduk dua tombak


jauhnya dari pintu gua, tersenyum-senyum tak berkata apa2.

Bertanya Siau-liong gopoh, “Nona Song, bagaimana dengan


Ceng Hi totiang dan rombongannya. Saat ini....”

Song Ling menunjuk ke sebelah jauh, “Mereka berada


disana!"

Sambil memandang ke arah yang ditunjuk si dara, Siau-


liong bertanya pula, “Apakah mereka tak bertempur lawan
kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia?"

Song Ling gelengkan kepala, “Agaknya tidak....” —


kemudian dara itu bertanya, “Bagaimana dengan katak
berkaki-tiga? Apakah sudah engkau peroleh?"

Siau-liong menghela napas, “Ah, paderi itu memang


berwatak aneh sekali, sukar dirabah hatinya....”

Dalam pada berkata-kata itu, ia sudah tiba dihadapan si


Kakek Mata-satu. Ia lalu menuturkan semua pengalaman yang
dialaminya.

Song Ling kerutkan batang hidung, “Kalau begitu, paderi itu


memang tak dapat diajak berunding dengan baik2. Dia tak
mau memberikan katak mustika itu sih tak apa. Tetapi
mengapa masih menahan barang2 orang dan menyiksa orang
begitu rupa....!"

Kemudian dengan pandang menggeram, dara itu berpaling


ke arah kakek gurunya, “Bukankah sucou mengatakan sering
mengunjungi dan bermain catur dengannya? Mengapa sucou
tak menemuinya dan mendampratnya!"

885
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong tertawa, “Tetapi paderi sakti itu memang tak


kecewa sebagai seorang paderi yang luhur. Walaupun aku
disiksa setengah hari dijebluskan dalam gua, tetapi aku
memperoleh manfaat yang tak sedikit!"

"Apakah dia memberi petunjuk ilmu silat kepadamu?" tanya


Kakek Mata-satu.

Siau-liong mengangguk, “Boleh dianggap begitulah."

"Apakah sekarang ia merasa akan mampu menghadapi


keroyokan keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu?"

"Ini.... ini aku tak berani memastikan. Dan lagi....” Siau-


liong banting kaki menghela napas, “Dan lagi, guruku dan lain-
lain tokoh masih dikuasai kedua suami isteri iblis itu. bahkan
obat-obatan dan resep2 berharga pemberian guruku juga
turut hilang.Sekalipun aku dapat melawan keempat pewaris
ilmu sakti mitu, tetapi apa gunanya? Apakah suruh aku
menjadi seorang murid yang mencelakai guru?

Habis berkata hidungnyapun lembab, beberapa air mata


menitik turun.

Song Lingpun dengan cemas memegang ujung baju kakek


gurunya, “Cousu-ya, harap engkau lekas mencari daya!
Apakah engkau benar-benar tak memikirkan nasib ibuku?"

Kakek Mata-satu itu mengelus-elus bahu si dara seraya


menghiburnya, “Nak, jangan ributlah...."

Kemudian memandang ke langit, kakek mata satu itu


melanjutkan, “Sekarang hari masih pagi. Walaupun kedua iblis
itu hendak mengadakan rencana apa saja, tetapi tentu akan
menunggu sampai tengah malam. Baiklah kita tunggu saja
bagaimana perkembangannya nanti. Kurasa paderi kurus itu

886
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tentu tak berhenti sampai disini. Mungkin....” — ia mengelus-


elus jenggotnya yang panjang dan berdiam diri.

Sepasang mata dara itu berkaca-kaca dan sandarkan


kepalanya pada bahu kakek gurunya.

Saat itu matahari sudah condong ke barat Siau-liong


mempertajam pendengarannya. Dari atas puncak Kim Ting,
terdengar suara batu berdebak-debuk berjatuhan tetapi tak
terdengar suara orahg.

Beberapa saat kemudian, bertanialah Siau-liong dengan


heran, “Sedang sibuk apakah Ceng Hi totiang dan
rombongannya itu?"

"Sedang sibuk membuat panggung yang akan


dipergunaKan Iblis-penakluk-dunia untuk mengumumkan
pengangkatan dirinya sebagai pemimpin dunia persiatan!"
sahut Kakek Mata-satu.

Siau-liong terkejut, “Apakah Ceng Hi totiang takut mati


sehingga rela diperbudak kedua iblis itu?"

Kakek Mata-satu tertawa, “Justeru kebalikannya! Tindakan


Ceng Hi totiang itu hanya sebagai siasat untuk menunggu bala
bantuan....” — kemudian menatap dengan pandang rawan ke
arah Siau-liong, Kakek Mata-satu berkata pula, “Mereka telah
melihat engkau masuk ke dalam gua maka seluruh harapan
mereka tertumpah padamu. Yang mereka harapkan sebagai
bala bantuan tak lain ialah engkau dapat mengajak paderi Kim
Ting itu keluar dari guanya!"

Siau-liong menghela napas, “Kalau begitu yang mereka


harapkan, akan sia2 saja harapan mereka! Sedang katak
berkaki-tiga saja dia tak mau memberikan apalagi disuruh
keluar membantu!"

887
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek Mata satu tetap tertawa, “Walaupun dengan cara


menyiksa dirimu itu memang agak keterlaluan tetapi hal itu
dapat membuatmu dalam waktu yang singkat, mengetahui
pelajaran2 yang sukar dalam kitab Thian-kong-pit-kip.
Bukankah itu berarti dia sudah memberi bantuan?"

Siau liong terbeliak kaget. Diam-diam ia mengakui ucapan


kakek buta itu memang tepat. Dipandangnya kakek itu tanpa
berkata apa2. Tetapi dalam hati, penuhlah tanda tanya yang
beraneka macamnya.

Tiba-tiba terdengar suara berderak-derak. Siau-liong


terkejut dan buru-buru memperhatikan ke arah gua. Pintu gua
yang tadi menutup rapat, tiba-tiba berderak-derak terbuka
pelahan-lahan.

"Kutahu paderi kurus itu bukan manusia yang temaha pada


harta orang .... (tak terbaca)....” Kakek Mata satu tersenyum

Kedua bocah baju biru dan putih membawa beberapa


barang dan dengan tersenyum simpul melangkah ke tempat
Kakek Mata-satu.

Bukan kepalang kejut Siau-liong saat itu. Yang dibawa


kedua bocah itu bukan lain adalah barang2 miliknya ialah alat
penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Jelas kedua bocah itu
telah membuka buntalannya dan mengeluarkan topeng
berwajah Pendekar Laknat dengan rambut palsu, sepasang
alis tebal dan sebuah hidung merah. Topeng berwajah
Pendekar Laknat yang seram itu dibawa oleh sibocah baju
biru.

Begitu tiba di depan Siau-liong, kedua bocah itu lalu


lemparkan benda itu sepotong demi sepotong, serunya,
“Cobalah cocokkan, apakah ada yang kurang?"

888
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sambil membawa topeng Pendekar Laknat, bertanyalah


bocah baju biru, “Perlu apa engkau membawa benda begini
macam? Apakah engkau hendak menyaru jadi setan untuk
menakuti orang?"

Siau-liong cepat merebut topeng itu, jawabnya, “Mengapa


engkau berani sembarangan memeriksa buntelan bekalku?"

Bocah baju biru terkesiap, serunya gopoh, “Sebuah topeng


setan macam itu, siapa sudi mengambilnya!"

Siau-liong tahu bahwa si dara Song Ling benci setengah


mati kepada Pendekar Laknat. Apabila topeng itu sampai
diketahui Song Ling tentu akan menimbulkan pertanyaan yang
runyam. Maka cepat2 ia segera membungkusnya lagi.

Tetapi terlambat. Song Ling sudah melihat semua. Cepat ia


melengking, “Apa itu?"

Siau-liong tertawa meringis, “Tidak apa2! Hanya barang


permainanku dahulu!"

“Berikan padaku!" bentak Song Ling, seraya terus


merebutnya.

Siau-liong tak dapat berbuat apa2 kecuali membiarkan


benda itu direbut si dara.

“Rebutlah sepuas hatimu! Masakan benda macam muka


setan begini, hendak kalian rebutkan?" bocah baju biru
tertawa mengikik.

Sebaliknya bocah baju putih berkata kepada Kakek Mata-


satu, “Suhu tahu kalau engkau tentu sibuk hari ini maka beliau
tak mau mengundangmu bermain catur!"

889
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Benar," sahut Kakek Mata-satu, “aku harus menemaninya


bermain-main sehari penuh. Sampaikan terima kasihku
kepadanya!"

Setelah saling bertukar pandang, kedua bocah itu segera


minta diri.

Karena topeng Pendekar Laknat direbut Song Ling, hati


Siau-liong gelisah resah. Selekas kedua bocah itu pergi, buru-
buru ia memeriksa obat2 pemberian gurunya, Kongsun Sin-
tho. Ia terkejut melihat bungkusan obat itu menyurut kecil
sekali. Tentulah sudah dibuka orang. Dan lebih terkejut pula
ketika ia membuka bungkusan itu. Obat2 pemberian gurunya
telah lenyap semua. Dan pada buntelan itu hanya terisi
sebuah ho-lou atau buli2 berwarna kuning emas. Dalam buli2
itu berisi 20 butir pil warna hitam.

Dari kaget, berobahlah hati Siau-liong menjadi rasa girang


yang tak terkira. Sambil memegang buli2 pil itu, ia berseru
tersendat-sendat, “Ini.... ini....” - walaupun hatinya dapat
menduga tetapi ia tak berani mengatakan dengan pasti.

Kakek Mata satu tertawa, serunya, “Paderi seorang paderi


luhur. Tak mungkin ia sampai hati melihat keadaan ini. Pil itu
tentu pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan yang dibuatnya untuk
diberikan kepadamu!"

Sambil memandang ke arah gua yang pintunya sudah


tertutup lagi, Siau-liong menyatakan hendak menghaturkan
terima kasih kepada paderi itu. Tetapi Kakek Mata-satu
menertawakannya, “Sejak kecil dia sudah masuk menjadi
paderi. Dan saat ini dia sudah tak mau campur tangan urusan
duniawi lagi. Perlu apa engkau menggaturkan terima kasih
kepadanya?"

890
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memandang kepada kakek itu, diam-diam Siau-liong


membenarkan. Katanya dalam hati, “Ya, benar, paderi Kim
Ting itu sudah tak menghiraukan urusan dunia lagi. Percuma
menghaturkan terima kasih kepadanya. Lalu bagaimana
caraku membalas budi kepadanya?"

Berkata pula Kakek Mata-satu, “Paderi tua itu paling gemar


bermain catur. Jika senggang akan kutemani dia bermain
catur dan akan kukatakan kepadanya bahwa aku mewakili
engkau untuk membalas budinya. Tetapi....” — tiba-tiba ia
berhenti sejenak lalu tertawa, “Aku mempunyai sebuah urusan
yang hendak kuminta engkau meluluskan lebih dulu."

"Apapan juga, harap lo-cianpwe bilang. Asal mampu


melakukan, tentu akan kukerjakan sekali pun harus masuk ke
dalam lautan api!"

"Ah, tak begitu serius. Soal itu.... ," Kakek Mata-satu


tertawa penuh arti, "pokoknya tentu membawa kebaikan
kepadamu. Tak perlu harus menerjang lautan api karena
cukup aman."

"Soal apakah itu?" Siau-liong makin heran.

Kakek itu gelengkan kepala tertawa, “Rahasia alam tak


boleh dibocorkan. Yang penting engkau mau meluluskan atau
tidak?"

Siau-liong memandang kakek itu makin tak mengerti,


“Bilakah lo-cianpwe menghendaki aku melakukan hal itu?"

"Paling cepat pun nanti setelah kedua suami isteri iblis itu
sudah terbasmi!"

Siau-liong mengangguk dan menyatakan persetujuannya.

891
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan wajah mengerut serius, Kakek Mata-satu itu


berkata, “Pernyataan dengan mulut, tiada jaminannya. Harap
engkau mengangkat sumpah!"

Tanpa banyak keraguan lagi Siau-liong terus mengikrarkan


sumpah, “Apabila aku menyesal atas apa yang kusetujui itu,
biarlah aku mati ditumpas Allah!"

"Bagus!" Kakek Mata-satu tertawa, "sumpah itu cukup


gawat dan dapat dipercaya!"

Siau-liong tak menghiraukan hal itu. Ia percaya Kakek


Mata-satu itu tentu bermaksud baik kepadanya Apalagi hal itu
baru dilaksanakan setelah Iblis-penakluk-dunia terbasmi.

Saat itu Siau-liong teringat akan si dara. Ketika melirik


kesamping, dilihatnya Song Ling masih memandang topeng
Pendekar Laknat dengan penuh perhatian dan kegeraman.
Begitu Siau-liong melirik ke arahnya, cepat dara itu
membuang topeng dan melengking, “Mengapa engkau
memiliki benda ini? Apakah hubunganmu dengan Pendekar
Laknat?"

"Aku....” Siau-liong gugup.

Song Ling deliki mata dan menuding Siau-liong dengan


marah, “Apakah engkau muridnya?"

Siau-liong gelengkan kepala menghela napas, “Aku bukan


muridnya, dan lagi....”

Song Ling melonjak dan meraung-raung seperti singa


betina yang kehilangan anak, “Bagus! Engkau ternyata
mengakui, engkau.... engkau.... ah. mataku sungguh buta!"

892
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis menumpahkan kemarahannya, dara itu terus


menangis gerung-gerung.

Siau-liong gopoh tetapi tak dapat berbuat apa-apa. Setelah


dara itu berhenii menangis, barulah ia coba menghibur, “Nona,
Pendekar Laknat sudah meninggal....”

Song Ling terbeliak tetapi cepat mendengus dingin, “Ngaco!


Kapankah dia meninggal?"

Siau-liong menghela napas, “Dia sudah meninggal di dalam


Lembah Penasaran di gunung Hongsan. sama sekali dia tak
pernah muncul di dunia persilatan lagi."— ia berhenti meragu
sejenak lalu melanjutkan, “Yang muncul sebagai Pendekar
Laknat di dunia persilatan itu sesungguhnya adalah aku
sendiri....”

“Kalau begitu yang bertempur dengan aku di lembah Mati


dulu itu, juga engkau?"

Siau-liong mengiakan, “Ya, aku terpaksa melakukan hal itu,


harap nona maafkan."

Song Ling duduk lagi seraya bertanya, “Apa perlumu


engkau melakukan hal itu?"

“Ah, panjang sekali kalau diceritakan," Siau liong menghela


napas, "pokoknya, walaupun aku dan dia tak mempunyai
ikatan sebagai guru dan murid tetapi dalam kenyataan aku
telah menerima pelajarannya. Jika dia tak mengorbankan
hawa murninya selama berpuluh tahun untuk memberi
penyaluran kepada tubuhku, tentulah aku sudah mati dalam
Laut Penasaran itu. Dan jika dia tak menyalurkan tenaga
murninya itu kepadaku, tentu belum meninggal....”

893
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong berhenti sejenak lalu melanjutkaa pula, “Dan lagi


walaupun dia disohorkan orang sebagai manusia laknat yang
ganas, tetapi menurut pengamatanku, sebenarnya dia seorang
tua yang berbudi luhur, seorang tua yang kesunyian
hidupnya!"

Sambil bercucuran airmata, Song Ling bertanya, “Tahukah


engkau bahwa dia itu manusia yang membunuh ayahku?"

Siau-liong menghela napas.

“Bagaimana beliau mengikat permusuhan dengan nona,


aku tak tahu. Tetapi aku selalu membedakan budi dan
dendam. Pendekar Laknat telah melepas budi besar kepadaku.
Sudah tentu aku wajib membalasnya. Tindakanku menyamar
sebagai Pendekar Laknat, tak lain karena hendak memulihkan
nama baik beliau dalam dunia persilatan. Agar beliau
mendapat perindahan dan penghormatan dari kaum
persilatan."

Tiba tiba Song Ling berbangkit, bentaknya, “Engkau hendak


membalas budi dan aku hendak membalas dendam! Oleh
karena Pendekar Laknat sudah mati, maka perhitungan itu
akan kuminta kepadamu!"

Habis berkata nona itu terus mengangkat tangan hendak


memukul. Melihat itu Kakek Mata-satu cepat ulurkan tangan
melerai, “Ah, perlu apa harus begitu?"

Sesungguhnya Song Ling tak bermaksud memukul Siau-


liong. Adalah karena menumpahkan kegeramannnya maka ia
sampai marah begitu rupa. Setelah dicegah Kakek Mata-satu.
cepat ia menarik pulang tangannya dan menangis tersedu-
sedu.

894
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek itu menghela napas panjang, ujarnya; “Karena


Pendekar Laknat sudah mati maka dendam permusuhannya
pun sudah habis....”

Kemudian menunjuk pada Siau-liong, kakek itu melanjutkan


pula, “Bahwa anak itu hendak membalas budi Pendekar
Laknat, sungguh langkah yang patut dipuji....”

"Apa yang patut dipuji . ,....” dengus Song Ling.

Kakek Mata-satu tertawa, “Nak, apakah engkau suka kalau


dia menjadi seorang manusia yang tak tahu membalas budi!"

Song Ling balikkan kelopak matanya, “Apa sangkut paut


diriku denran dia. Mulai saat ini, aku takkan
memperdulikannya lagi!"

Dara itu terus palingkan muka.

Kakek Mata-satu hanya geleng2 kepala. Katanya pula,


“Tentang hubungan ibumu dengan Pendekar Laknat dahulu,
mungkin engkau belum jelas. Maukah engkau mendengar
ceritaku?"

Song Ling terdiam sejenak lalu berseru, “Ceritakanlah!"

Dengan permusuhan antara Randa Busan dengan Pendekar


Laknat dan bagaimana ayah Song Ling sampai mati ditangan
Pendekar Laknat. memang ingin sekali diketahui Siau-liong....
Maka pemuda itu mendengarkan cerita sikakek dengan penuh
perhatian.

Setelah batuk2 sebentar, kakek Mata-satu itu berkata


kepada Song Ling, “Dahulu ibumu itu seorang anak sebatang
kara yang dibuang oleh orangtuanya. saat itu ia baru berumur

895
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tiga tahun dan menderita sakit keras seorang diri ditinggalkan


dalam hutan....

Song Ling kerutkan alis dan cepat menyelutuk, “Kakek,


jangan mengibuli aku!"

Mata sikakek yang tinggal satu itu mendelik, "Masakan aku


sampai hati membohongi engkau!"

Song Ling tertegun . lalu tundukkan kepala.

Kemudian kakek Mata-satu pun melanjutkan ceritanya lagi.

"Pada waktu itu kebelulan Pendekar Laknat lewat di hutan


situ. Ia tak sampai hati melihat seorang anak perempuan kecil
terkapar diantara gunduk batu dalam keadaan menderita sakit
parah. Diambilnya arak itu pulang. Keadaan ibumu saat itu
benar-benar amat parah sekali. Hidupnya yang menderita
kekurangan dan penyakit yang diidapnya begitu parah, lalu
dibuang dalam hutan beberapa hari tak makan tak minum,
didera hujan dan angin. menyebabkan ibumu tak mungkin
ditolong jiwanya lagi....

Kakek itu berhenti menghela napas.

"Melihat anak itu sudah meregang jiwa tetapi masih


bernapas, Pendekar Laknat membawanya ke gunung Kun-lun
yang jauh. untuk minta obat kepada Se Hong sanjin, seorang
tabib sakti. Tetapi sungguh sial. Tabib itu sedang berkelana
keluar, sehingga Pendekar Laknat tak dapat berjumpa. Ibumu
benar-benar sudah tiada harapan tertolong lagi. Tetapi sekali
pun begini, Pendekar Laknat tetap tak sampai hati untuk
membuangnya. Sambil membopongnya, ia mondar mandir
menghela napas panjang pendek....”

896
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling rentangkan sepasang biji mata dan bertanya,


“Kakek! Mengapa engkau tahu keadaan ibuku begitu jelas?"

Kakek Mata-satu itu tersenyum, sahutnya! "Karena pada


saat itulah aku berjumpa dengan mereka....”

Mata sikakek tampak berkilat-kilat seperti mengenangkan


peristiwa itu. Lalu ia melanjutkan pula.

"Walaupun aku tak mengerti ilmu pengobatan, tetapi


kebetulan aku masih mempunyai pil Kiu-cwan-koh-wan-tan
pemberian si Tabib-sakti Se Hong saniin. Atas permintaan
Pendekar Laknat, kuberikan kepadanya sebutir pil itu. Karena
belum takdirnya mati, setelah minum pil itu, ibumu pun
sembuh. Pendekar Laknat lalu membawanya pulang ke
Hongsan.

Karena wajahnya yang buruk dan menyeramkan maka


Pendekar Laknat mengasingkan diri di gunung dan tak mau
bergaul dalam masyarakat ramai. Beberapa tahun kamudian
dalam asuhan dan rawatan Pendekar Laknat, anak perempuan
itu cepat tumbuh dewasa. Beberapa belas tahun kemudian,
anak itu sudah menjadi seorang gadis yang berumur 20-an
tahun.

Dalam masa yang begitu panjang itu, dari seorang anak


perempuan yang tak tahu apa2, ibumu telah menjadi seorang
gadis dewasa. Tetapi dia hidup dalam lingkungan alam
pegunungan yang berpenghuni pohon dan binatang. Satu-
satunya manusia yang menjadi teman pergaulannya hanya
Pendekar Laknat. Dalam pandangan ibumu, wajah buruk dari
Pendekar Laknat itu tidak menyeramkan karena sudah biasa.
Sejak kecil ia melayani Pendekar Laknat dan menganggapnya
manusia biasa seperti dirinya.

897
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bermula mereka hidup sebagai ayah dan anak. Umur


Pendekar Laknat lebih tua 30 tahun. Tetapi ketika ibumu
berumur 20 tahun, hubungan merekapun mengalami
perobahan....”

Kakek Mata-satu berhenti sejenak, menghela napas. Lalu


melanjutkan ceritanya lagi.

"Soal itu aku berani mengatakan pasti tentang diri


Pendekar Laknat. Sekalipun ibumu merobah pandangannya
kepada Pendekar Laknat, dari ikatan ayah dan anak menjadi
cinta kasih wanita dan pria, tetapi selama itu Pendekar Laknat
tetap tak mau melanggar garis2 terlarang....”

Kembali kakek Mata-satu itu berhenti dan menghela napas


rawan.

"Mereka hidup dalam kesunyian dan ketenangan. Tetapi


mereka merasa bahagia. Tiap hari mereka selalu berburu
burung, mencari ikan. Hari2 dilewati dengan penuh
kegembiraan. Sampai pada akhirnya, Pencekar Laknat telah
melakukan suatu tindakan yang salah....”

"Tindakan apa?" karena tak sabar lagi, Song Ling cepat


bertanya.

"Tidak seharusnya Pendekar Laknat membawa ibumu


melihat-lihat ke kota! Mungkin karena hendak mengambil hati
ibumu supaya senang, atau mungkin karena lain sebab, maka
Pendekar Laknat membawa ibumu turun ke dunia persilatan.

Sebagai seorang gadis yang tak pernah bergaul dengan


orang, segala yang dilihat dan dijumpai, selalu membuat
ibumu heran, Kemudian ia menyadari bahwa dunia ini ternyata
amat luas dan ramai. Sejak itu, pandangan ibumu terhadap
Pendekar Laknatpun berobah. Mereka sering cekcok dan

898
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bertengkar. Sampai pada suatu hari, ibumu telah mengenal


seorang pemuda she Song dan kedua saling intim....” Kembali
kakek Mata-satu berhenti seraya geleng-gelengkan kepala.

"Apakah dia.... ayahku....” Song Ling berseru gopoh.

"Benar," sahut Kakek Mata-satu, "pemuda she Song itu


adalah ayahmu. Ibumu memutuskan, untuk meninggalkan
Pendekar Laknat dan lari bersama pemuda itu. Sekalipun
Pendekar Laknat amat berduka atas peristiwa itu, tetapi dia
dapat memaafkan ibumu. Dia menyadari bahwa hal itu
memang tak dapat dicegah lagi. Maka ia tak mau mengejar
dan lalu pulang ke gunung Hong-san. Sejak itu ia hidup
dirundung duka. Walaupun ia dapat memaafkan ibumu, tetapi
ia teiap tak dapat melupakan kenangan hari2 yang bahagia
bersama ibumu. Sejak itu ia menjadi manusia pembenci dunia.
Dia benci kepada seluruh manusia di dunia ini. Dua puluh
tahun yang lalu, muncullah keempat momok Thian, Te. Liong,
Hou atau Iblis-penakluk-dunia, Dewi Neraka, Harimau Iblis
dan Naga Terkutuk. Dunia persilatan dilanda banjir darah.
Mendengar itu, Pendekar Laknat pun turun gunung dan
melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu. Baik tokoh
golongan Putih maupun Hitam, dibunuhnya semua. Karena
tindakannya yang ganas itu, maka oleh kaum persilatan,
mereka dijuluki sebagai Lima Durjana.

Sebenarnya, hanya suatu fitnah belaka bahwa Pendekar


Laknat itu, membunuh secara membabi buta tanpa pandang
bulu. Karena sesungguhnya yang dibunuh itu kebanyakan
hanya kaum persilatan yang bejat moralnya. Dan selama itu
tak pernah ia bergabung dengan keempat momok itu.

Kemudian tampillah Ceng Hi toiang memimpin barisan


orang gagah untuk menghalau Iblis-penakluk-dunia dan
gerombolannya itu dari Tionggoan. Sejak itu, Pendekar
Laknatpun pulang ke gunung Hongsan lagi. Dua tahun

899
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kemudian pada pertengahan musim rontok, ibumu dan


pemuda Song itu telah menikah. Entah bagaimana, kedua
suami isteri itu membawa puterinya yang masih bayi ialah
engkau, menjenguk Pendekar Laknat di gunung Hong-san.
Sebagai anak yang telah dirawat sejak kecil ibumu memang
masih mempunyai ikatan batin kepada Pendekar Laknat
sebagai ayah. Walaupun sudah menikah dengan lain orang
namun ia masih tetap terkenang akan orang tua yang hidup
sepi seorang diri di gunung itu. Maka diajaknyalah sang suami
dan puterinya untuk menyambangi orang tua itu. Ia ingin
menghibur orang tua yang telah melepas budi besar
kepadanya. Tetapi kunjungan yang bermaksud baik itu telah
menimbulkan peristiwa yang menyedihkan. Saat itu watak
Pendekar Laknat memang sudah berobah. Dari seorang tua
yang sabar dan murung dia telah menjadi seorang manusia
yang pemarah dan gemar membunuh. Dia menafsirkan
kedatangan ibumu bersama suaminya itu sebagai suatu
tindakan untuk mengejeknya. Apalagi ayahmu yang masih
muda itu memang berhati tinggi dan angkuh. Setitik pun dia
tak memandang hormat kepada Pendekar Laknat. Dalam
percakapan, timbullah salah faham dan karena sama
ngototnya, mereka segera berkelahi....”

Kakek Mata-satu menghela napas, berdiam Diri.

“Begitulah Pendekar Laknat lalu membunuh ayahku?" tanya


si dara.

Kakek Mata-satu mengangguk pelahan.

“Jika Pendekar Laknat benar-benar sayang pada ibuku, tak


seharusnya ia membunuh ayahku!" Song Ling menggeram
pula. Namun nadanya agak berkurang bencinya kepada
Pendekar Laknat.

900
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek itu menghela napas, “Aku berani mengatakan,


bahwa semula pendekar Laknat memang tiada maksud untuk
membunuh ayahmu. Hal itu lebih cenderung kalau kesalahan
tangan saja. Tetapi ibumu marah sekali dan seketika itu juga
ia pergi dan bersumpah akan melakukan pembalasan. Sejak
itu berulang kali ia menantang Pendekar Laknat supaya
datang kepuncak Hong-san pada hari Tiong jiu (pertengahan
musim rontok)'untuk menyelesaikan hutang darah itu. Tetapi
Pendekar Laknat tak pernah datang! Dan pada tahun kematian
suaminya itu, ibumu datang berguru kepadaku!"

Selesai mendengar cerita kakek gurunya, Song Ling


menutup matanya dengan kedua tangan dan menangis
tersedu sedan.

Siau-liong juga tergerak hatinya. Timbul rasa


perindahannya kepada Pendekar Laknat. Tanpa disadari, ia
telah mengenakan topeng Pendekar Laknat itu kemukanya.

Song Ling tak berkata apa2. Tiba-tiba dilihatnya Siau-liong


memakai topeng Pendekar Laknat. Seketika ia tertawa dan
berseru, “Huh, seram sekali!"

Siau-liong hanya tersenyum. Saat itu ia telah menyimpan


pil pemberian paderi Kim Ting ke dalam bajunya. Dapat atau
tidaknya ia menolong para tokoh2 yang ditawan Iblis-
penakluk-dunia itu, nanti malam akan ketahuan hasilnya.

Saat itu sudah petang hari. Suasana dalam hutan pun


makin sunyi dan menyeramkan. Tiba-tiba kakek Mata satu
berkata kepada Siau-liong, “Saatnya sudah hampir tiba, Iblis-
penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu....” — tiba-tiba kata2nya
terhenti oleh suara tertawa nyaring yang bergelombang di
udara.

901
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ah, itulah suara tertawa si Iblis-penakluk-dunia. Nyata dia


sudah kembali ke puncak Kim Ting lagi....

Siau-liong menjurah di hadapan kakek Mata-satu dan


berkata, “Musuh sudah menampakkan diri, untuk sementara
ini terpaksa wanpwe hendak minta diri."

Song Ling pun juga berbangkit dan berkala gopoh, “Cousu-


ya, mohon cousu-ya suka membantunya menolong ibuku!"

Kakek Mata-satu menarik tangan Song Ling; "Saatnya


belum tiba, untuk sementara ini lebih baik kita menunggu saja
bagaimana perobahannya." —Lalu ia berkata kepada Siau-
liong, “Bertindaklah menurut gelagat. Jangan mengandalkan
keberanian semata-mata lalu bertindak menurutkan kehendak
kemarahan. Pergilah!"

Siau-liong mengiakan lalu loncat kemuka dan lari mendaki


ke puncak Kim Ting.

”Apakah dia mampu menolong ibuku dan tokoh2 itu?"


tanya Song Ling dikala mengantar kepergian Siau-liong
dengan pandang mata harap2 cemas.

"Dia seorang pemuda yang berani, sakti dan pandai


menyesuaikan diri," sahut kakek Mata-satu, “diapun telah
menyadari betapa gawatnya peristiwa ini. Rasanya dia tentu
dapat bertindak hati2 dan berhasil menunaikan tugasnya."

"Mengapa kakek tak ikut menyertainya? Bukankah dia akan


merasa lebih kuat?" tanya si dara pula.

"Ah, tampaknya memang begitu. Tetapi sesungguhnya dia


akan dapat bertindak lebih leluasa apabila pergi seorang diri.
Dengan kusertai, mungkin musuh cepat dapat mengetahui
jejak kita."

902
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagaimana kalau dia gagal?" kata si dara pula dengan


resah.

"Kita hanya dapat berusaha dan tak dapat memastikan


kalau berhasil. Namun setiap perbuatan baik, tentu diberkahi
Allah. Ah, sudahlah, kita tunggu saja bagaimana
perkembangannya!"

---ooo0dw0ooo---

Saat itu Cong Hi totiang dan rombongan yang berada


dipuncak Kim Ting, gelisah resah pikirannya....

Walaupun Soh Beng Ki-su berulang kali mendesak supaya


cepat2 menyelesaikan pembuatan panggung itu, tetapi Ceng
Hi totiang dan rombongan orang gagah itu tetap hendak
mengulur waktu. Dengan segan2 mereka mengusung batu2
besar. Maka sampai hari sudah petang, panggung itu belum
juga selesai.

Serempak dengan suitan yang memecah angkasa itu,


kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia pun memimpin
berpuluh anak buahnya, kembali kepuncak.

Melihat hasil pembuatan panggung, Iblis-penakluk-dunia


membentak, “Lekas panggil Ceng Hi si imam tua itu kemari!"

Soh Beng Ki-su segera membentak, “Imam hidung kerbau,


apakah engkau tuli?"

Ceng Hi totiang terpaksa maju dua langkah tetapi tak


berkata apa2.

Iblis-penakluk-dunia membentaknya, “Oleh karena cita2


untuk memimpin dunia persilatan sudah terlaksana, maka aku

903
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selalu bermurah hati kepada orang. Tak mau membunuh


orang yang tak bersalah. tetapi mengapa engkau malah
menentang perintahku?"

Saat itu hati Ceng Hi totiang amat gelisah sekali. Siau-liong


yang sudah berjam-jam masuk ke dalam gua menemui paderi
Kim Ting, sampai saat itu belum juga keluar. Dan saat itu
adalah detik-detik yang menentukan. Rasanya kecuali harus
berjuang sendiri, tiada lain jalan lagi.

Setelah mantap dengan keputusan itu, ia segera berpaling


ke arah rombongan orang gagah. Tampak mereka berdiam diri
semua tetapi wajahnya menampil kerut kedukaan dan
kemarahan. Jelas mereka hanya menunggu komando. Begitu
ia memberi perintah, segera mereka akan menyerbu.

Tetapi Ceng Hi totiang cukup jelas akan kekuatan lawan


dan fihaknya. Memberi komando penyerbuan, berarti
menyuruh mereka mengantar jiwa.

Dengan pertimbangan itu, ia bersangsi sehingga tak dapat


menjawab kata2 Iblis-penakluk-dunia.

Melihat Ceng-Hi diam saja, Iblis-penakluk-dunia


membentaknya, “Hm, rupanya engkau benar-benar sudah
bosan hidup?"

Ceng Hi totiang menyadari bahwa saat itu ia sudah tak


dapat mengulur waktu lagi. Dia tak rela membiarkan Iblis
penakluk-dunia menguasai dunia persilatan. Ia tak mau
diperintah oleh gerombolan iblis itu. Maka tiada lain pilihan
lagi kecuali harus bertempur.... Lebih baik pecah sebagai ratna
dari pada hidup bercermin bangkai!

Pada saat ia hendak memberi komando kepada


rombongannya, tiba-tiba sesosok tubuh melayang dari udara

904
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan tahu2 meluncur di tengah2 Ceng Hi dengan Iblis-


penakluk-dunia. Ketika melihat siapa yang muncul itu, sekalian
orang berteriak kaget.

Dengan girang Ceng Hi totiang segera maju selangkah dan


berseru, “Pendekar Laknat, dalam pertempuran di barisan
pohon tempo hari, mengapa saudara pergi dengan membawa
luka? Telah kusuruh orang untuk mencari kesegenap penjuru
tetapi tak berhasil....”

Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring dan berseru,


“Tong Siau-liong, engkau sungguh pandai bermain
sandiwara....”

Sejenak berhenti, iblis itu mengertek gigi dan berseru pula,


“Jika kali ini engkau mampu lolos dari tanganku, aku akan
tinggalkan Tionggoan selama-lamanya!"

Sekalian tokoh yang hadir disitu terbeliak kaget. Benar-


benar mereka tak mengerti mengapa Iblis-penakluk-dunia
menyebut Pendekar Laknat sebagai Siau-liong. Di antara
mereka adalah Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-
pay segera maju menghampiri dan memandang bayangan
punggung Siau-liong dengan lekat.

Siau-liong sendiri pun juga tak kurang kejutnya. Ia duga


Iblis-penakluk-dunia tentu sudah mengetahui rahasianya.
Tetapi karena Iblis itu menelanjangi dirinya dimuka sekalian
banyak tokoh iapun merasa tak enak juga.

"Iblis tua!" teriaknya dengan marah, "hari akhirmu sudah


tiba, jangan....”

Iblis-penakhak-dunia menukas tawa, “Benar, memang hari


ini bakal ada orang yang akan habis riwayatnya! Tetapi
engkau harus tahu siapakah orang itu....” -sejenak ia keliarkan

905
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mata lalu melanjutkan pula, "aku menyesal mengapa tempo


hari tak membunuhmu. Tetapi sekarang engkau mau bicara
apa saja, pokok jangan harap engkau mampu lolos dari
tanganku!"

Siau-liong memancar pandang lalu gunakan ilmu


Menyusup-suara berkata, “Iblis tua, memang tak salah kalau
engkau menyesal bahwa dulu engkau tak membunuh aku.
Sekarang menyesal pun tiada gunanya!"

Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, “Untuk membunuhmu


adalah semudah membalikkan telapak tanganku. Kecuali
engkau sudah mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang itu
dengan sempurna. Tetapi betapapun cerdasmu, paling sedikit
engkau harus menggunakan waktu setengah tahun untuk
mempelajarinya. Oleh karena itulah maka beberapa kali
kusengaja memberimu jalan hidup!"

Masih dengan ilmu Menyusup suara, Siau-liong menjawab,


“Aku orang she Tong tak sudi menerima kebaikanmu itu.
Bahwa engkau tak mau membunuh aku itu bukan lain karena
engkau hendak merencanakan berbagai siasat untuk menipu
aku supaya mau memberikan pelajaran ilmu Thian-kong sin-
kang!"

Iblis penakluk dunia membentak bengis, “Aku dapat


menangkapmu hidup2 dan membiusmu supaya hilang
kesadaran pikiranmu....” kemudian ia menunjuk ke arah
Kongsun Sin-tho dan beberapa tokoh lainnya, “Seperti mereka
itulah contohnya. Masakan engkau tak mau mengatakan ilmu
pelajaran itu?"

Siau-liong tertawa, “Sudah tentu hal itu engkaulah yang


paling tahu. Di dunia ini hanya orang yang faham ilmu Thian-
kong-sin-kang itulah yang akan menundukkan engkau. Segala

906
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ilmu iblis yang engkau gunakan tak mampu menyesatkan


pikiranku....”

Berhenti sejenak, Siau-liong berkata pula.

“Jangan mengira kalau dalam waktu setengah tahun itu


engkau mampu menipu aku supaya menerangkan pelajaran
itu. Ho, engkau salah hitung dan harus membayar dengan
jiwamu!"

Dengan marah Iblis-penakluk-dunia berteriak nyaring,


“Semua tokoh2 sakti dalam dunia telah kukuasai. Masakan
usaha yang sudah berhasil itu mampu engkau gagalkan?" —
habis berkata ia terus gerakkan ruyung dan membentak
kawanan Baju hitam yang berada dibelakang, “Lekas tangkap
budak itu. Bunuh saja kalau melawan!"

Dua orang Baju Hitam pun segera menerjang maju.


Pakaian keduanya warna hitam dan mukanya pun
mengenakan kerudung hitam, hanya bagian mata yang diberi
lubang. Yang seorang tinggi dan seorang pendek. Mereka tak
lain adalah Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin!

Secepat kilat mereka bergerak menghantam dari kanan dan


kiri.

Siau-liong diam saja. Secepat kedua pukulan mereka tiba,


barulah ia berteriak keras dan gerakkan kedua tangannya
menyongsong. "Bum. bum".... terdengar letusan keras disusul
dengan hamburan pasir dan pecahan batu.

Siau-liong tetap tegak ditempatnya sedang Lam-hay Sin-ni


dan Jong Leng lojin terhuyung-huyung lima enam langkah
jauhnya.

907
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sorak-sorai menggemuruh dari mulut rombongan orang


gagah!

Siau-liong sendiri masih tegak termangu ditempatnya.


Kiranya dalam waktu setengah hari, Siau-liong berhasil
mengetahui bagian yang paling sukar dari kitab Thian-kong-
sin-kang. Gerakannya telah mencapai tataran, bersatu dengan
angan2nya. Apa yang diangan-angankan, tangannyapun
sudah bergerak.

Iblis-penakluk-dunia pucat. Berpaling ke arah isterinya, ia


lecutkan lagi ruyungnya memberi isyarat. Kongsun Sin-tho dan
Randa Bu-san yang berdiri di sampingnya segera loncat
menyerbu Siau-liong.

Setelah dipukul mundur oleh Siau-liong, Lam-hay Sin-ni dan


Jong Leng lojin termangu. Tetapi pada lain saat mereka
menggerung lalu maju menyerang lagi.

Bermula Siau-liong tak tahu sampai dimanakah kemajuan


ilmunya yang telah dicapai. Tetapi setelah mengetabui bahwa
ia mampu memukul mundur Lam-hay Sin ni dan Jong Leng
lojin, kepercayaan pada dirinya makin besar. Ia segera
menyambut serangan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin
dengan pukulan yang bertubi-tubi hingga mereka terpaksa
mundur lagi.

Tetapi selekas Kongsun Sin tho dan Randa Bu-san ikut


menyerang, situasinya berobah.

Siau-liong tersentuh hatinya ketika melihat gurunya.


Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san mengenakan pakaian
seragam biru dan kepalanya ditutup dengan kerudung hitam.
Adalah karena terharu melihat keadaan gurunya dan kuatir
nanti melukainya, maka gerakan Siau-liong pun agak lambat
dan pukulannya juga terpancang.

908
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kebalikannya Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san


menyerangnya dengan kalap. Setiap pukulan selalu
menggunakan jurus yang ganas dan mematikan. Tampaknya
mereka amat bernapsu untuk membunuh Siau-liong.

Demikian pewaris2 dari lima aliran ilmu sakti, saling


berbaku hantam dengan seru. Deru angin yang menyambar-
nyambar, menghamburkan debu dan pasir yang bertebaran
menutup sekeliling mereka sehingga sekalian orang sukar
melihat bayang2 mereka.

Menyaksikan Pendekar Laknat mampu menghadapi


keempat tokoh sakti itu dan kepandaiannya jauh lebih maju
ketika bertempur dibarisan Pohon Bunga dilembah Semi
tempo hari, girang Ceng Hi totiang bukan kepalang.

Sekalian orang benar-benar terpesona menyaksikan


pertempuran paling dahsyat dalam jaman itu. Mereka
terlongong-longong....

Kelima orang itu makin lama makin menggila. Debu dan


pasir serta pecahan batu berhamburan mencurah seperti
hujan. Angin dan letupan benturan pukulan tak henti2nya ber-
dentang2!

Setelah berpuluh jurus menghadapi keempat tokoh sakti


itu, Siau-liong makin tenang. Dia makin mengetahui sampai
dimana kepandaiannya saat itu. Ternyata bukan saja ia
mampu melayani mereka, pun bahkan masih ada sisa untuk
balas menyerang.

Pula iapun menyadari mengapa Thian kong-sin-kang


merupakan ilmu nomor satu dari kelima ilmu sakti itu. Sejak
dijebloskan dalam gua oleh paderi Kim Ting, berkat
menumpahkan seluruh pikirannya, dapatlah ia mengetahui

909
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

rahasia dari ilmu Thian kong-sin-kang yang berintikan


semangat sebagai pusat penggerak.

Bagi yang melihat, serangan keempat tokoh itu tak


mungkin dihindari. Tetapi bagi Siau-liong, serangan meieka itu
amatlah lambat. Dengan enak sekali ia dapat melihat jelas
gerak-serangan setiap lawannya serta tenaga mereka. Dengan
demikian mudahlah ia menangkis dan balas menyerang. Maka
betapa deras dan dahsyat keempat tokoh itu, namun tak
dapat melukainya sama sekali. Tetapi hatinya resah bukan,
kepalang. Pertama, karena keempat tokoh pewaris ilmu sakti
itu telah dikuasai oleh Iblis-penakluk-dunia. Dan kepandaian
yang dicapainya, pun hanya tiba cukup untuk bertanding serie
dengan mereka. Dengan demikian sukarlah kiranya ia hendak
meminumkan pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan itu kepada mereka.
Kecuali ia dapat menawan hidup keempat tokoh itu, tentu tak
mungkin ia dapat mengobati mereka. Tetapi keempat tokoh
itu amat sakti, sekali salah gerak, dirinya bisa celaka sendiri.
Apabila mereka berempat serempak mengeroyok Betapa
dahsyatnya, dapat dibayangkan. Siau liong tak tahu, sampai
kapan pertempuran itu akan selesai. Mungkin seribu jurus pun
takkan rampung.

Iblis-penakluk-dunia tahu jelas keadaan itu Kegelisahannya


lebih besar dari Siau-liong. Mereka benar-benar tak mengerti
mengapa dalam waktu yang begitu singkat, Siau-liong sudah
mencapai kemajuan yang begitu pesat dalam mempelajari
ilmu Thian kong-sin-kang. Tetapi kedua suami isteri iblis itu
tak sempat memikirkan diri Siau-liong lagi Saat itu mereka
harus lekas berdaya untuk menghadapi suasana yang gawat
itu.

Saat itu masih ada Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serta
rombongan It Hang totiang yang masih dikuasainya. Mereka
merupakan barisan tenaga yang akan menindas Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.

910
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Ceng Hi totiang berpendapat, tak mau gegabah


turun tangan. Menang atau kalah, hanya tergantung kepada
Pendekar Laknat yang menempur keempat tokoh sakti itu. Jika
Ceng Hi ikut bergerak, ia kuatirakan mengganggu pikiran
Pendekar Laknat. Oleh karena itu Ceng Hi menahan diri dan
menunggu perkembangan selanjutnya.

Dalam pada itu Siau-liong pun memeras otak untuk


mencari jalan. Bukan untuk mengalahkan atau melukai
keempat lawannya, melainkan untuk mencari jalan bagaimana
dapat meminumkan pil. Hanya dengan begitu dapatlah si tuasi
berobah menuju ke arah kemenangan.

Tetapi Kongsun Sin-tho dan keempat pewaris ilmu sakti itu


menyerang dengan ketat dan hebat sehingga memaksa Siau-
liong bertempur serie. Dalam beberapa kejab saja mereka
telah bertempur sampai 500 jurus.

Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah cemas sekali.


Jika Siau liong sampai kalah, tentu Iblis-penakluk-dunia akan
memperoleh kemenangan besar. Semua orang gagah tentu
akan dibasminya. Bagi Ceng Hi totiang, matipun tak soal tetapi
bagaimana dengan nasib dunia persilatan nanti?

Tiba-tiba Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay menghampiri


Ceng Hi totiang dan berbisik, “Totiang, menilik keadaannya....”

"Bukankah saudara Toh menghendaki aku supaya memberi


perintah untuk menyerbu?"

"Meskipun kepandaian Pendekar Laknat maju pesat sekali


tetapi menghadapi keempat tokoh sakti itu, mungkin....”

Baru Toh Hun-ki berkata begitu, tiba-tiba Iblis—penakluk-


dunia gentarkan cambuknya beberapa kali. Getaran itu

911
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menimbulkan bunyi yang amat tajam sehingga Siau-liong yang


sedang bertempur pun mendengarnya juga.

Dan keempat tokoh yang mengeroyok Siau-liong itu, tiba-


tiba tambah menyala semangatnya. Cambuk itu merupakan
perintah kepada mereka dan menyeranglah mereka dengan
jurus2 yang ganas.

Siau-liong terkejut.... Sesaat ia menjadi sibuk tak keruan


dan pontang panting bertahan diri. Tiba-tiba setelah
melakukan serentetan serangan maut keempat tokoh itu
serempak loncat mundur beberapa tombak, memandang Siau-
liong tanpa berkata sepatah pun.... Kemudian mereka mundur
ke belakang Iblis-penakluk-dunia dan tegak berdiri seperti
patung.

Iblis-penakluk dunia sengaja memperdengarkan tertawa


gelak lalu melangkah ke muka Siau-liong. serunya, “Budak!
Kepandaianmu maju pesat sekali....” —lalu dengan mata
berkilat-kilat ia berseru pula, “Dengan begitu tambah
mantaplah keputusanku untuk melenyapkan engkau!"

Siau-liong menggerung marah, “Akupun memutuskan untuk


membasmimu juga!"

Iblis-penakluk-dunia tertawa tak acuh, “Lihat saja siapa


yang lebih beruntung....” —kemudian ia kerutkan wajahnya
dan membentak, “Sebelum tengah malam nanti, di puncak
Giok-li-hong dibawah puncak Kim-ting ini akan kusaksikan
engkau masuk ke dalam perangkap. Baik engkau mau datang
kesitu atau tidak, apa yang kukatakan ini pasti akan terjadi
pada dirimu. Hanya....”

Matanya mengeliar seram dan melanjutkan lagi, “Tidak


sampai tengah malam nanti. ya. ketahuilah bagaimana
siasatku yang ganas. Takkan memberi ampun sama sekali!"

912
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Andaikata aku tak pergi, mau apa engkau!" bentak Siau-


liong marah.

“Dalam hal itu engkau harus memikir panjang. Tiau Bok-


kun, Mawar Putih dan Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan
semua lokoh2 yang telah kutawan, satu demi satu akan
kubunuh semua." Iblis-penakluk-dunia tertawa ibiis.

“Tak mungkin engkau berani....!" Siau-liong menggembor


seraya hantamkan kedua tangannya.

Saat itu mereka terpisah dua tiga meter. Ilmu Thian-kong


sin-kang yang dimiliki Siau-liong sudah mencapai apa yang
disebut dapat digerakkan menurut kehendak hatinya.

Tetapi Iblis penakluk dunia sudah siap2. Maka ia tak berani


maju lebih dekat. Namun tetap ia terkejut ketika menyaksikan
gerakan Siau-liong yang begitu cepat. Buru-buru ia menyurut
mundur sambil dorongkan kedua tangannya menangkis.

Maksud Siau-liong, sekali pukul ia hendak menghancurkan


iblis itu. Tetapi ia terkejut ketika iblis itu dapat menyurut
mundur begitu cepat. Pukulan iblis itupun dapat menahan
dirinya yang hendak menyerbu maju. Mau tak mau ia
terlongong heran, pikirnya, “Rupanya kepandaian iblis itu maju
pesat juga. Aneh....”

Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa gelak, “Aku telah


memiliki keempat ilmu sakti itu. Sekalipun berkelahi satu
lawan satu, akupun dapat melayanimu sampai ratusan jurus.
Apalagi....” — ia menunjuk ke belakang dan berkata pula,
“Kalau tak sampai lima jurus saja, tak perlu kuperintahkan
mereka maju. Sebaliknya dari itu, sekali kuberi perintah,
keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu tentu akan mati-matian
menyerbumu. Tak mungkin engkau dapat menyerang aku!"

913
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menyadari bahwa ucapan iblis itu memang tidak


bohong. Hatinya makin mengeluh dan terpaksa ia menghela
napas panjang.

Sambil mengerut jenggotnya yang menjulai kedada, Iblis-


penakluk-dunia itu tertawa menghina, “Telah kukatakan,
usahaku untuk menguasai dunia persilatan sudah berhasil.
Oleh karenanya aku tak mau menumpahkan darah lebih
banyak lagi. Asal sebelum tengah malam nanti engkau mau
memenuhi undanganku untuk memberikan ilmu Thian-kong-
sin-kang itu kepadaku, bukan saja Tiau Bok-kun, Mawar Putih
tentu akan kuserahkan kepadamu, bahwa Kongsun sin-tho
dan kawanan orang gagah yang menjadi tawananku itu juga
akan kubebaskan. Ketahuilah aku bukan manusia yang tak
dapat dipercaya. Kalau tidak....”

Berhenti sejenak, ia berkata pula, “Bukan saja engkau tak


mau lari dan jaringanku itu, pun Ceng Hi si imam tua dan
rombongannya itu, akan kulenyapkan dari muka bumi!"

Kembali Siau liong dihadapkan sebuah soal yang sulit.


Sesaat ia tak dapat berkata apa2.

Pada saat Siau-liong sedang termenung, se-konyong2 Iblis-


penakluk-dunia maju dua langkah dan secepat kilat
menyambar muka Siau-liong. Karena sedang termenung dan
lengah perhatian, gerakan Iblis-penakluk-dunia yang dilakukan
cepat sekali itu tak sempat lagi dihindari Siau-liong.

Seketika kedok muka Pendekar Laknat yang menutup


mukanya itu, terjambret oleh Iblis-penakluk-dunia.

“Budak!" Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, "kedok


permainan anak2 ini memang dapat mengelabuhi orang lain

914
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetapi tak mungkin dapat menipu aku....” ia menutup kata2nya


dengan tertawa kumandang yang menggetarkan langit.

Dalam pada tertawa itu Iblis-penakluk-dunia pun niengisar


ke samping Dewi Neraka dan membisiki beberapa patah kata
lalu mengajaknya turun dari puncak Kim Ting.

Keempat pewaris ilmu sakti dan tokoh2 yang merjadi kaki


tangan Iblis-penakluk-dunia pun segera berbondong-bondong
mengikutinya.

Siau liong tegak termangu beberapa saat. Akhirnya


pelahan-lahan ia berputar tubuh lagi. Oleh karena kedok
mukanya sudah copot, ia merasa malu menghadapi Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.

Ceng Hi totiang maju dua langkah dan berseru, “Pendekar


Lak....” -tiba-tiba ia tersentak melihat wajah Siau-liong dan
cepat2 berganti nada, “Kongsun siauhiap....”

Siau liong gelengkan kepala berkata dengan nada


menyesal, “Ah, aku telah membohongi saudara2 sekalian.
Tetapi hal itu....”

Ceng Hi totiang goyangkan tangan. ujarnya, “Tak perlu


Kongsun siauhiap menerangkan, akupun samar2 sudah dapat
menduga. Walaupun Pendekar Laknat disohorkan sebagai
seorang pembunuh yang berdarah dingin tetapi kutahu bahwa
sebenarnya dia seorang manusia yang berhati baik....”

Sikasar Lu Bu-ki pun melangkah maju dan menyelutuk,


“Kongsun siauhiap, sungguh tak kira kalau Pendekar Laknat
itu ternyata engkau sendiri! Aku adalah pengagum Pendekar
Laknat, entah apakah dia....”

915
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong menghela napas rawan, “Beliau sudah


meninggal....”

Kemudian ia menuturkan tentang peristiwa yang


dialammya ketika berjumpa dengan Pendekar Laknat di dalam
gua gunung. Sekalian orang yang mendengar cerita itu tak
ada yang tak terharu.

Toh Hun-ki menghampiri ke samping Siau-liong dan


berkata, “Kongsun siauhiap, sekalipun pada pertempuran
dengan Iblis penakluk-dunia tadi belum selesai, tetapi tentulah
nyali iblis itu sudah berantakan. Menurut hematku, saat ini
telah terjadi perobahan. Nasib dunia persilatan, hanya
tergantung pada Kongsun siauhiap seorang! Kita harus
gunakan siasat untuk melenyapkan pengacauan Iblis-penakluk
dunia!"

Saat itu sekalian orang gagah mencurah pandang ke arah


Siau-liong dengan perasaan kejut2 girang. Diantaranya yang
paling girang sendiri adalah To Kiu-kong, ketua partai Kay-
pang.... Betapa pun halnya, pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-
kang itu adalah cousu-ya dari partai Kay-pang. Maka
tergopohlah ia menyiak para orang gagah dan maju ke muka
Siau-liong. Serta-merta ia hendak berlutut sembari mengucap,
“Cousu-ya....”

Siau-liong buru-buru memapahnya bangun dan tertawa


tersipu-sipu, “Kiu-kong, jangan berlaku begitu!"

To Kiu-kong sejenak memandang sekalian orang gagah lalu


berdiri di samping Siau-liong. Tampaknya ia bangga
mempunyai seorang cousu-ya sebagai Siau-liong. Selekas
Iblis-penakluk-dunia dan gerombolannya terbasmi, tentulah
kedudukan partai Kay pang akan terangkat tinggi.

916
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong memandang ke arah ketua Kong-tong-pay, tiba-


tiba ia berseru, “Apakah Toh lo-enghiong tahu she dan
namaku yang sebenarnya?"

Tanpa ragu2 lagi, Toh Hun-ki menyahut, “Kongsun siauhiap


sebenarnya orang she Tong. Hal itu bukannya aku tak tahu."

Siau-liong tertawa rawan, “Bagus, tetapi entah apakah


saudara masih ingat akan janji saudara ketika di Lembah Maut
itu?"

Sejenak ketua Kong-tong-pay itu berpaling memandang


keempat Su-lo yang berada dibelakangnya lalu menjawab,
“Janjiku sekokoh gunung. Begitu gerombolan Iblis-penakluk-
dunia sudah terbasmi, aku bersama keempat suteku segera
mengantarkan Kongsun siauhiap kegunung Hong-san.
Dihadapan makam Tong Gun-liong, kami akan membunuh diri
agar Kongsun siauhiap dapat menunaikan bhakti kepada
ayahmu."

Keempat Su-lo itu tak berkata apa2. Tetapi wajah mereka


tampak tenang sekali.

Siau-liong menghela napas, lalu beralih kata kepada Ceng


Hi totiang, “Saat ini malam baru mulai. Kalah atau menang,
tergantung nanti tengah malam....” ia berhenti sebentar lalu
berkata pula, “harap Ceng Hi totiang dan sekalian orang
gagah beristirahat disini Aku hendak menemui kakek Mata-
satu untuk merundingkan siasat menghadapi musuh nanti!"

Ceng Hi totiang serta-merta mempersilahkan Siau-liong


pergi dan ia berjanji akan menunggu disitu.

Siau-liong segera lari menuju ketempat Kakek Mata-satu


dan Song Ling. Saat itu rembulan belum muncul. Cuaca pun
masih gelap. Siau-liong hati-hati sekali lari sepanjang jalan.

917
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menguatirkan kemungkinan Iblis penakluk-dunia memasang


jerat untuk menangkapnya.

Diapun tak tahu adakah Kakek Mata-satu dan si dara Song


Ling masih berada ditempatnya semula. Tetapi ketika hampir
tiba ditempat itu, ia mendengar suara orang bercakap-cakap
diseling gelak tertawa. Dalam percakapan itu, kecuali suara
kakek Mata-satu dan Song Ling, masih terdapat pula seorang
lain. Dan rasanya ia sudah kenal dengan nada suara orang itu.

Ketika makin dekat, benar juga ditempat Kakek Mata satu


duduk, terdapat lagi seseorang. Seorang wanita baju merah.
Siau-liong berdebar tegang. Cepat ia lari menghampiri.

Ah, memang benar. Disamping Kakek Mata-satu dan Song


Ling, memang terdapat seorang wanita baju merah. Dia bukan
lain ialah Poh Ceng-in, pemilik Lembah Semi.

Siau-liong tertegun dan hentikan larinya. Benar-benar ia


heran. Nona pemilik Lembah Semi itu telah dilepaskannya,
mengapa tiba-tiba datang kesitu? Adalah dia dijadikan umpan
oleh ayahnya, Iblis-penakluk-dunia?

Kakek Mata-satu memandang Siau-liong yang berdiri


setombak jauhnya lalu menegur, “Apakah dalam pertempuran
dipuncak Kim-ting, Iblis-penakluk-dunia sudah dipukul
mundur?"

Dengan masih tetap memandang ke arah Poh Ceng-in,


Siau-liong menjawab tawar, “Memukul mundur saja, tidak
berguna. Harus membasmi gerombolan Iblis-penakluk-dunia
itu barulah dunia persilatan akan terbebas dari bahaya
selama-lamanya!"

918
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena hatinya dirangsang dendam kemarahan, maka nada


Siau-liong pun amat tajam. Dan lagi iapun hendak menyelidiki
reaksi dari Poh Ceng-in.

Diluar dugaan Poh Ceng-in diam saja. Seolah-olah tak


mempunyai sangkut-paut dengan Iblis-penakluk-dunia.
Dengan sinar mata redup, nona itu memandang Siau-liong lalu
tundukkan kepala tak bicara apa2.

Siau-liong benar-benar bingung. Mengapa Song-Ling mau


mengenal Poh Ceng-in? Bukankah dara itu tahu bahwa Poh
Ceng-in puteri dari Iblis-penakluk-dunia dan dewi Neraka?
Mengapa Song-Ling mau duduk bersamanya?

Tiba-tiba Siau-liong merasa bahwa sikap Song Ling agak


berbeda terhadap dirinya. Seharusnya kedatangannya itu
tentu disambut si dara dengan berbagai pertanyaan. Paling
tidak tentu akan menanyakan tentang mamahnya. Tetapi
mengapa saat itu si dara diam saja?

Dilihatnya dara itu kerutkan alis dan duduk ditengah-tengah


antara Kakek Mata-satu dengan Poh Ceng-in. Sama sekali dara
itu tak mau memandang kepadanya. Siau-liong
memperhatikan bahwa sekalipun dara itu tak mengunjuk
senyum tetapi pun tidak menampilkan kerut kemarahan. Dia
duduk berjajar dengan Poh Ceng-in dan bersikap diam seperti
umumnya seorang cadis.

Tengah Siau-liong terheran-heran, Kakek Mata-satupun


tertawa, “Apakah Kongsun siauhiap sudah mempunyai
rencana untuk membasmi Iblis-penakluk-dunia?"

Siau-liong menghela napas, “Membasmi suami isteri iblis itu


tidak sukar, tetapi yang sukar....” —memandang Poh Ceng-in,
ia berhenti berkata.

919
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kakek Mata-satu hanya tersenyum simpul tetapi tak bilang


apa2. Tiba-tiba Poh Ceng-in membisiki telinga Song Ling.
Setelah saling berpandangan keduanya lalu tertawa mengikik.

Siau liong benar-benar bingung. Dipandang dari sudut


apapun juga, tak mungkin Song Ling mau bersahabat dengan
wanita semacam Poh Ceng-in. Apalagi mereka baru saja
berkenalan.

Cepat Siau-liong menyadari bahwa nada ketawa kedua


wanita itu tidak wajar Walaupun Poh Ceng-in berusaha untuk
menutupi getaran hatinya, namun dari nada tertawanya jelas
memancarkan rasa kesedihan yang sukar diutarakan.

Sedang Song Ling pun lebih hebat cara penyamarannya.


Dia seorang dara yang baru saja melangkah kedunia luar.
Bahwa dia hendak menutupi isi hatinya dengan tertawa yang
dibuat-buat, tentu mudah sekali ketahuan.

Setelah merenung beberapa.saat, akhirnya Siau-liong


memanggil Song Ling dengan lirih, “Nona....”

Tanpa2 mengangkat kepala, Song Ling pun menjawab


pelahan, “Mengapa?"

Melintaslah pandang mata ke arah Poh Ceng-in, Siau-liong


berkata pula, “Apakah engkau tak tahu bahwa wanita ini
adalah puteri dari Iblis-penakluk-dunia?"

Tiba-tiba Song Ling mengangkat kepala dan menatap


pemuda itu, “Kalau tahu lalu bagaimana?"

Siau-liong terkesiap. serunya, “Wanita siluman ini berhati


ganas dan banyak tipu muslihatnya, Janganlah engkau sampai
termakan tipunya. Mungkin dia disuruh orang tuanya untuk
menjalankan tipu muslihat!"

920
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Song Ling tertawa dingin, “Tak mungkin aku dapat


dipengaruhi orang. Adalah engkau sendiri yang harus berpikir
dengan cermat!"

Poh Ceng-in tersenyum lalu berkata kepada Song Ling,


“Adik Song, cobalah engkau dengarkan betapa melukai hati
katanya itu!"

Diluar dugaan, Song Ling malah menghibur Poh Ceng in,


“Memang di dunia ini banyak kaum lelaki yang tak kenal
membalas budi. Dari seribu orang, jarang ada seorang yang
baik!"

Kakek Mata-satu tertawa meloroh dan berseru kepada Song


Ling, “Nak, apakah engkau tak sungkan mengucapkan kata2
semacam itu?"

Song Ling cepat menyadari kalau ia kelepasan bicara.


Wajah dara itu merah padam dan tersipu-sipu tundukkan
kepala.

Poh Ceng-in tertawa tawar, “Adik Song, sekalipun ucapan


itu bukan engkau yang seharusnya mengatakan, tetapi hal itu
memang suatu kenyataan, sedikitpun tak salah!"

Habis berkata, Poh Ceng-in memandang Siau-liong dengan


bengis lalu palingkan muka.

Siau-liong benar-benar seperti orang berjalan dalam kabut


tebal. Cepat ia berpaling dan memberi hormat kepada Kakek
Mata satu, “Lo-cianpwe, bagaimana soal ini
sesungguhnya....?"

921
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mata kakek yang tinggal satu itu, mengeliar lalu berseru,


“Soal itu harus bertanya pada dirimu sendiri! Bagaimana aku
tahu?"

Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas, “Wanita


siluman itu amat berbahaya sekali, mengapa lo-cianpwe
membiarkan dia disini."

Tiba-tiba Kakek Mata-satu tertawa, serunya, “Kalau dia


benar berbahaya mengapa engkau mau mengikat perjanjian
sehidup semati dengannya?"

Siau-liong seperti dipagut ular kejutnya, “Soal itu karena


amat terpaksa. Ya, karena dia telah memberi minum racun
Jong-tok kepadaku....”

Kakek Mata satu tertawa, “Itu pertanda dia amat cinta


kepadamu! Buktinya mengapa dia tak memberi minum racun
Jong-tok kepadaku?"

Siau-liong meringis seperti kunyuk membau terasi. Tak


tahu ia bagaimana harus menjawab.

"Bukankah setahun kemudian engkau akan melaksanakan


janji sehidup-semati itu dengan dia?" tanya Kakek Mata-satu
pula.

Sau-liong menghela napas, “Asal dia tak mencampuri


urusan yang kukerjakan selama setahun ini, aku tentu akan
melaksanakan janjiku itu!"

Kakek Mata-satu mendengus, “Hm, tampaknya engkau


benci setengah mati kepadanya. Tetapi mengapa engkau mau
mati bersamanya? Bukankah itu diluar kemauanmu?"

922
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berkata Siau-liong dengan wajah serius, “Sekali seorang


lelaki sudah mengucap, tak mungkin akan dijilat kembali.
Betapapun kubencinya, itu lain soal. Tetapi aku tetap tak mau
mengingkari ucapanku!"

Kakek Mata-satu tertawa, “Kalau begitu, Ajaran kuno itu


tetap berharga. Menurut pendapatku....” —ia berhenti
memandang Poh Ceng-in, “curahan hati nona Poh terhadap
dirimu itu, harus engkau terima dengan hati yang lapang.
Artinya kalian lebih baik segera mengikat perjodohan sebagai
suami isteri. Perlu apa harus mati berdua?"

Siau-liong benar-benar tak mengerti mengapa secara tiba-


tiba Kakek Mata-satu itu dapat mengucapkan kata-kata begitu.
Dilihatnya Song Ling tundukkan kepala tak bicara apa2.

Sedang Poh Ceng-in pun seperti tak mengacuhkan kata2


Kakek Mata-satu. Nona pemilik Lembah Semi itu tak
menampilkan reaksi apa2. Tidak marah, pun tidak girang.

Akhirnya dengan geram, Siau-liong menghampiri Poh Ceng-


in dan membentaknya, “Telah kubebaskan engkau pergi,
mengapa engkau tidak mau pergi malah datang kembali
kesini?"

Poh Ceng-in tertawa dingin, sahutnya, “Aku kembali kesini


bukan karena hendak mencarimu!"

Kembali Siau-liong terbentur tembok sehingga ia tak dapat


bicara apa2. Memandang Song Ling dan Kakek Mata-satu,
tampak keduanya tak menghiraukan dirinya. Karena malu,
Siau-liong berseru lagi kepada Poh Ceng-in, “Harap engkau
jangan lupa bahwa aku sudah mengetahui cara untuk
pemunahkan racun itu!"

923
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poh Ceng-in menyahut tawar, “Asal engkau suka, setiap


saat engkau dapat mengusir racun itu dari tubuhmu....”

"Apakah engkau yakin bahwa aku tentu takkan


membunuhmu?"

Poh Ceng-in tak menyahut melainkan mengambil sebatang


badik dari pinggangnya lalu diserahkan kepada Siau-liong.

Siau-liong ingin sekali membunuh wanita itu. Tetapi suara


hatinya yang luhur melarangnya bertindak begitu. Apalagi di
hadapan Song Ling dan Kakek Mata-satu, makin tak dapat ia
melakukan hal semacam itu.

"Engkau wanita siluman!" Akhirnya Siau liong hanya dapat


menumpahkan kemarahannya dengan mendamprat. Tiba-tiba
ia memandangnya.

Saat itu Poh Ceng-in sedang duduk bersila. Sudah tentu ia


tak dapat menghindar. Dan rupanya ia memang tak
bermaksud untuk menghindar.

"Plak.".... tendangannya tepat mengenai dada wanita itu.


Walaupun tak menggunakan tenaga dalam tetapi tendangan
itu membuat Poh Ceng-in terpental dan bergelundungan
beberapa meter hingga hampir tiba di tepi tebing karang yang
curam, Badik ditangannya pun terlempar melayang di atas
sebatang pohon dan menancap pada dahannya.

"Kongsun siauhiap! Engkau bersalah! Tak peduli bagaimana


pun, apakah perbuatanmu sekejam itu terhadap seorang
perempuan lemah, dapat dipuji sebagai tingkah seorang
ksatrya?" bentak Kakek Mata-satu.

Juga Song Ling tak menyangka kalau Siau-liong akan


menendang Poh Ceng-in begitu rupa. Cepat ia

924
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendampratnya, “Engkau seorang lelaki buas....!" —ia terus


lari memburu ketempat Poh Ceng-in.

Siau-liong merasa menyesal, Walaupun ia tak menendang


keras, tetapi perbuatan itu memang kasar.

Tetapi iapun heran mengapa kakek mata-satu tetap


membela Poh Ceng in.

Dalam pada itu Song Ling sudah datang lagi dengan


mendukung Poh Ceng in. Tampaknya Song Ling begitu
memperhatikan sekali kepada Poh Ceng-in. sambil
membersihkan pakaian nona pemilik Lembah semi dari debu
kotoran, Song Ling pun menanyakan juga apakah Poh Ceng-in
menderita luka.

Kedua pipi Poh Ceng-in basah dengan air mata namun ia


tetap mengunjukkan tertawa rawan, katanya, “Adik Song,
apakah engkau anggap berharga bagiku untuk berbuat begini
demi kepentingannya?"

“Kelak dia tentu menyesal sendiri," jawab Song Ling


menghiburnya.

Karena tak tahan menderita keheranan, bertanyalah Siau-


liong kepada si dara, “Nona Song, mengapa saat ini engkau
begitu aneh? Apa saja kata wanita siluman itu kepadamu?"

Song Ling deliki mata, “Jika engkau masih berbudi,


seharusnya engkau lekas minta maaf kepada taci Poh!"

Siau-liong tertawa, “Nona, engkau harus tahu bahwa dia


adalah puteri dari suami isteri Iblis-penakluk-dunia
Kedatangannya, mungkin melakukan perintah ayahnya.
Janganlah nona percaya pada mulutnya yang manis!"

925
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekonyong-konyong Poh Ceng-in tertawa melengking.


Nadanya dingin dan rawan, “Adik Song, soal itu engkau tentu
sudah mendengar dan melihat sendiri. Tak peduli
bagaimanapun juga, dalam pandangannya aku ini tetap
seorang wanita siluman yang ganas....”

Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula, “Adik Song, aku


hendak pergi sekarang!"

Wanita pemilik Lembah Semi itu terus menggeliat bangun


dan terus hendak melangkah pergi.

Tetapi Song Ling cepat menghadang di depannya dan


berkata setengah meminta, “Taci Poh, engkau....” dara itu tak
dapat melanjutkan ucapannya karena terus menangis tersedu-
sedu.

Sambil membelai rambut si dara, Poh Ceng-in


menghiburnya, “Adik Song, janganlah bersedih hati. Apa yang
kukatakan tentu akan kulakukan. Tak peduli perasaan hatinya
bagaimana, tetapi aku tetap akan serahkan jiwa.... Asal dia
mau memberikan obat itu, aku tentu akan melakukan dengan
pengorbanan jiwa!"

Poh Ceng-in lepaskan tangannya dari cekalan Song Ling


lalu ayunkan langkah menuju ke dalam hutan....

---ooo0dw0ooo---

Jilid 17

Mula dari keakhiran

926
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong benar tak mengerti. Tetapi sempat juga ia


memperhatikan, ketika Poh-Ceng-in angkat kaki tadi, telah
melontarkan pandang mata kepadanya. Jelas sinar mata
wanita itu jauh berbeda dengan yang lalu. Tidak memancar
sinar kemarahan, tidak menumpah sinar kesedihan, tidak pula
menghambur sinar kecabulan. Mata wanita itu tiba-tiba
berobah alim dan serius.

Setelah bayangan Poh Ceng-in lenyap, sekonyong-konyong


Song Ling berlutut di hadapan Siau-liong. Sudah tentu pemuda
itu terkejut sekali dan tergopoh-gopoh mengangkatnya
bangun, tanyanya, “Mengapa engkau nona?"

Song Ling tetap tak mau diangkat bangun. Bahkan ia malah


menangis dan berseru, “Kong-sun tayhiap, tolonglah
mamahku....!"

Karena tak berhasil mengangkatnya bangun, Siau-liong pun


terpaksa ikut berlutut, “Dengan bersikap begini, berarti nona
hendak menyiksa diriku! Sudah tentu aku tak berani menerima
penghormatan nona yang begitu besar!"

Song Ling hentikan tangis dan berkata dengan beriba,


“Kecuali terhadap ayah bundaku, baru pertama kali ini aku
berlutut dihadapan orang....”

Kemudian dara itu mengusap air matanya dan berkata


pula, “Harap dengan memandang mukaku, engkau suka
menolong mamahku itu!"

Siau-liong gopoh menyahut, “Masakan hal itu perlu nona


minta lagi? Sekali pun tulangku hancur lebur, aku tentu akan
menolong beliau!"

927
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia menarik tangan dara itu seraya berkata, “Harap nona


jangan gelisah. Nanti kalau kembali aku tentu merundingkan
hal ini dengan nona."

Song Ling gelengkan kepala, “Ah, tak perlu berunding lagi.


Saat ini sudah terdapat cara yang terbaik untuk menolong
mamahku....” —ia menghela napas lalu melanjutkan lagi,
“tetapi dikuatirkan engkau tentu tak mau meluluskan!"

"Telah kukatakan," sambut Siau-liong tepat, "sekal ipun


tulang-tulangku hancur lebur, asal nona sudah mempunyai
rencana yang baik, harap segera jelaskan. Asal menyangkut
usaha untuk menolong ibu nona, aku tentu akan
melaksanakan!"

Wajah Song Ling berobah, ujarnya, “Kalau begitu lekaslah


engkau tolong puteri dari suami-isteri Iblis-penakluk-dunia itu!

Siau-liong terbeliak kejut, serunya, “Harap nona jangan


termakan kelabuhannya. Wanita siluman itu luar biasa
bahayanya....”

Song Ling cepat membentaknya dingin, “Kerena engkau tak


mau mengorbankan diri, ya sudahlah! Harap engkau segera
pergi dari sini dan sejak saat ini, janganlah kita saling
memperdulikan lagi!

Siau-liong banting2 kaki seraya menghela napas, “Mengapa


nona begitu tak mau mendengar permintaanku. Ketahuilah....”

Tiba-tiba kakek mata satu menukas, “Walaupun aku tak


mempunyai kepandaian istimewa apa2, tetapi aku masih
dapat menyelidiki orang. Hati nurani nona Poh itu masih
belum lenyap sama sekali. Rasanya saat ini engkau harus
membantunya, barulah akan terjadi perobahan yang memberi
harapan....”

928
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Adakah lo-cianpwe bermaksud hendak mengatakan bahwa


aku harus menyusul dan menolong wanita siluman itu?" Siau-
liong menegas.

Kakek mata satu mengangguk, “Seorang lelaki harus tahu


tempat dan keadaan. Apalagi nona Poh itu amat ter-gila2
kepadamu. Demi mengobati racun dalam tubuhmu yang
menyiksa itu, engkau mau rendahkan diri untuk sementara
waktu!"

Song Ling kembali menangis.

Sejenak berpikir maka Siau-liong pun menghela napas,


“Tak perlu nona bersedih. Ya, baiklah, aku menurut saja
perintah nona."

Song Ling berhenti menangis, ujarnya, “Mungkin dia masih


belum jauh, lekaslah engkau menyusulnya!"

Siau-liong tak mau banyak bicara lagi. Dengan menindas


kegelisahahan hatinya, setelah memberi hormat ia segera lari
menyusul Poh Ceng-in.

Song Ling pun hanya menghela napas rawan.

Tetapi hutan itu penuh dengan pohon2 cemara yang


rindang dan lebat sehingga suasana disitu amat gelap. Untuk
mencari apakah Poh Cen-in masih berada disitu, memang
sukar. Sambil berjalan, Siau-liong menyelidiki kesegenap
penjuru.

Tiba-tiba terdengar suara orang menghela napas pelahan.


Siau-liong cepat hentikan langkah. Tak jauh dibawah sebatang
pohon cemara besar, duduklah Poh Ceng-in. wanita yang
hendak dicarinya itu.

929
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah bersangsi beberapa saat, akhirnya Siau-liong


menghampiri, “Mengapa engkau masih berada disini?"
tegurnya.

“Apa pedulimu?" sahut nona itu dengan getus.

Siau-liong tertegun, “Memang aku tak bermaksud


mengurusmu. Hanya ingin bertanya, apakah sesungguhnya
yang engkau katakan kepada nona Song tadi?"

Poh Ceng-in tertawa dingin, “Apakah engkau berhak


bertanya?" -nona itu terus berbangkit dan lanjutkan langkah.

Siau-liong mendengus lalu menyelinap kemuka Poh Ceng-


in, bentaknya, “Jika engkau tak mau menerangkan terus
terang, jangan harap engkau dapat pergi dari sini!"

Poh Ceng-in memandangnya sejenak, serunya, “Karena


engkau begitu membenci diriku, lebih lekas bunuhlah saja!"

Kembali Siau-liong lemas hatinya. Tampak nona itu


pejamkan kedua mata dan bercucuran air mata. Tubuhnya
gemetar dan sikapnya seperti orang putus asa.

Siau-liong menghela napas, “Apakah maksud nona yang


sebenarnya? Walaupun kutahu cara mengobati racun tok-jong,
tetapi tetap kubiarkan engkau pergi dan mau memenuhi
perjanjian dalam satu tahun itu. Kurasa aku tak menyalahi
engkau tetapi mengapa engkau selalu melihat aku saja?"

Poh Ceng-in menghela napas; “Sekarang engkau benci


kepadaku, tetapi mungkin kelak engkau tentu memikirkan
aku....”

930
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong terkesiap tetapi sesaat kemudian ia tertawa


dingin.

"Meski aku menialahi engkau dalam beberapa hal, tetapi


engkau pun juga menyalahi aku....” kata Poh Ceng-in, “ah,
tetapi sekarang tiada guna dibicarakan lagi! Aku sudah
menyanggupi adik Song untuk menolong ibunya, hanya....” -ia
berhenti sejenak. lalu berkata pula, “Jika....”

Siau-liong meragu, katanya, “Entah dengan cara


bagaimana nona hendak meminumkan pil itu kepada
mereka?"

Sahut Poh Ceng-in, “Dalam itu aku harus mencari


kesempatan yang bagus. Terus terang, saat ini aku memang
belum mempunyai rencana tertentu!"

Melihat wajah Poh Ceng-in menampil kesungguan dan


teringat pula akan kata2 kakek Mata-satu serta sikap Song
Ling yang begitu sungguh2 memohon bantuannya,
berkuranglah kecurigaan Siau-liong. Tetapi ia masih ragu2
sehingga untuk beberapa saat ia tak dapat bicara apa2.

Poh Ceng-in gelengkan kepala, “Aku ini seorang wanita


siluman yang banyak tipu muslihat. Mungkin engkau takkan
percaya....”

Sejenak keliarkan mata, wanita itu berkata pula, “Masih ada


sebuah hal yang belum kukatakan kepada adik Song.
Sekarang marilah kuajak engkau menjumpai seseorang yang
engkau kenangkan!"

Habis berkata ia terus ayunkan langkah. Karena tiada lain


faham, terpaksa Siau-liong mengikuti wanita itu. Poh Ceng-in
melangkah masuk ke dalam hutan.

931
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lebih kurang 20 li jauhnya, tibalah mereka dibawah lereng


gunung. Tiba-tiba tampak sebuah biara. Biara itu seperti tak
berpenghuni. Pintunya tertutup rapat. Tetapi samping biara
terdapat penerangan. Rupanya dihuni orang.

Setelah mengetuk pintu, Poh Ceng-in berseru pelahan, “


Kan-ma.... Kan-ma....”

Kan-ma artinya ibu-angkat. Dan dari dalam ruang itu


terdengar suara bertany, “In-ji?" —terdengar tubuh
menggeliat bangun dari tempat tidur lalu derap kaki
menghampiri pintu dan membukanya.

Dengan penuh keheranan, Siau-liong memandang ke dalam


ruang itu. Tampak seorang wanita pertengahan umur tegak
berdiri diambang pintu. Wanita itu memandang Siau-liong
dengan terkejut.

Wanita itu bertubuh kurus, macam orang yang baru


sembuh dari sakit. Tetapi sinar matanya yang ber-api2
mengunjuk bahwa dia seorang wanita yang berkepandaian
tinggi.

“Kan-ma, kenalkah engkau padanya?" tanya Poh Ceng-in


pelahan.

Wanita itu memandang Siau-liong dengan keheranan.


serunya tersekat, “Apakah.... apakah dia itu....”

Tergerak hati Siau-liong melihat sikap wanita itu. Dia


merasa sinar mata wanita itu mengandung perbawa yang
amat besar. Tanpa disadari. Siau-liong segera mengangkat
tangan memberi hormat, “Aku yang rendah ini adalah
Kongsun Liong, mohon tanya lo-cianpwe....”

932
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wajah wanita itu tiba-tiba mengerut kecewa, ia mengingau


seorang diri, “Kongsun Liong.... Kongsun.... liong....”

Tiba-tiba ia berpaling dan bertanya kepada Poh Ceng-in,


“In-ji, bukankah engkau mengatakan."

Poh Ceng-in tersenyum, “Kan-ma, jangan bingung....


biarlah dia duduk dulu!"

Wanita itu mendesis, “Eh, mungkin karena sudah tua aku


menjadi begini pelupa. Ya, mari, silahkan masuk!"

Ia membuka pintu dan mempersilahkan Poh Ceng-in serta


Siau-liong masuk.... Tetapi saat itu Siau-liong masih meragu
diluar pintu. Poh Ceng-in segera melambarinya, “Mengapa
engkau masih tak lekas masuk?"

Siau-liong meragu. Tetapi akhirnya ia melangkah masuk


juga. Dilihatnya wanita pertengahan umur tadi sudah duduk
dikursi besar. Ia memandang lekat pada wajah Siau-liong,
sehingga anak muda itu merasa tak leluasa dan tundukkan
kepala....

Poh Ceng-in tertawa, “Sekalipun dia bernama Kongsun


Liong, tetapi sesungguhnya dia bukan orang she Kongsun....”

Serentak mata wanita itu memancar cahaya lagi, serunya


dengan nada gemeta, “Dia she apa?"

Sejenak mata Poh Ceng-in berkeliaran dan lalu memandang


kepada wanita dengan sikap tersenyum, “Dia orang she Tong
dan namanya Siau-liong!"

Habis berkata, ia terus berputar tubuh dan melangkah


keluar dari ruangan.

933
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiba-tiba wanita pertengahan umur itu berbangkit dari


kursinya. Tubuhnya gemetar keras. Sepasang matanya
bercucuran air mata. Dipandangnya Siau-liong dengan
pandang yang penuh arti, katanya tersendat, “Benarkah yang
dikatakannya itu? Ayahmu itu....”

Sekonyong-konyong hati Siau-liong seperti dicengkam oleh


rasa duka yang tak dimengerti asalnya. Dia hanya merasa
hatinya amat pepat, hidungnya basah menahan isak.
Sahutnya, “Aku memang orang she Tong. Ayahku bernama
Tong Gun-liong. Tetapi ketika aku masih bayi, ayah telah mati
dibunuh orang. Beruntung atas pertolongan suhuku Kongsun
Sin-tho, aku dapat diselamatkan dan dirawat sampai besar.
Untuk menghindari incaran musuh maka suhu mengganti she-
ku dengan she Kongsun....”

Hampir wanita itu tak kuat menahan tangisnya tetapi ia


berusaha sekuat hati untuk bertanya, “Lalu siapakah ibumu?"

“Ibu sedang menderita sakit diseberang laut."

Wanita itu cepat mencegah Siau-liong melanjutkan


kata2nya, “Sejak kecil ibumu telah melantarkan engkau.
Apakah engkau tak membencinya?"

“Beliau tentu mengira kalau aku dan ayah tentu sudah


binasa dilembah Hok-liong-koh digunung Kong-tong-san.
Karena itu ibu lalu mengembara meninggalkan diriku. Sudah
tentu itu bukan kesalahannya dan bagaimana aku dapat
membencinya....”

Tiba-tiba wanita itu maju dua langkah dan berkata, “Nak....


aku inilah ibumu! Oh, terima kasih Tuhan bahwa kami anak
dan ibu akhirnya dapat berjumpa kembali....!"

934
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Mah....!" menjeritlah Siau-liong dengan hati yang tegang


regang. Tetapi tiba-tiba ia meragu. Sejak kecil ia belum
pernah melihat wajah ibunya. Memang wajah wanita
dihadapannya itu mirip dengan wajahnya. Tetapi apakah
begitu saja ia terus mempercayainya? Bagaimana kalau wanita
itu orang suruhannya kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia?
Kalau Iblis penakluk-dunia itu menggunakan siasat mencari
wanita yang mirip dengan wajahnya untuk mengaku sebagai
ibunya lalu membujuknya untuk memikat supaya ia mau
menceritakan ilmu Thian-kong-sin-kang, apakah ia takkan
celaka!

Maka iapun segera menyurut mundur dua langkah lagi dan


bertanya dengan dingin, “Engkau tentulah orang suruhan
Iblis-penakluk-dunia."

Berhenti sejenak, Siau-liong berseru pula dengan bengis,


“Apakah bukan karena hendak menipu ilmu Thian-kong-sin-
kang itu?"

Wanita itu menyurut selangkah dan berseru dengan


gemetar, “Nak, apa katamu? Bukankah tadi engkau
mengatakan takkan membenci aku?"

Siau-liong tertawa muak, “Mungkin karena engkau ini


bukan ibuku! Cobalah engkau katakan, bagaimana mendadak
engkau datang kemari dari seberang lautan? Dan mengapa
engkau dapat mengambil anak perempuan dari Iblis-penakluk-
dunia itu sebagai anak angkat?"

”Engkau mengatakan Ing-ji itu puteri dari Iblis-penakluk-


dunia?" wanita itu mengulang dengan heran.

“Masakan engkau tak tahu?"

935
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Wanita itu menghela napas panjang, “Itu lebih hebat lagi....


Memang baru setengah hari kukenal padanya tetapi
kebaikannya yang dilimpahkan kepadaku sungguh tiada
taranya.... ah, sejak murid si Mawar Putih menuju ke tanah
Tiong-goan sini, siang malam aku selalu memikirnya.
Kemudian setelah penyakitku agak baik, aku segera bergegas
menyusul kemari. Setiba di Tiong-goan segera kudengar
tentang Iblis-penakluk-dunia yang muncul di dunia persilatan
lagi dan bermarkas di Lembah Semi pegunungan Tay-liang-
san. Ceng Hi totiang pun muncul lagi dan memimpin
rombongan orang gagah untuk menumpas Iblis-penakluk-
dunia. Dalam gerakan itu, kuduga orang Kong-tong-pay tentu
ikut serta. Mawar Putihpun tentu akan mencari ketua Kong-
tong-pay untuk membalas dendam. Maka bergegaslah aku
memburu kemari. Begitu tiba segera kudengar bahwa gerakan
yang dipimpin Ceng Hi totiang itu telah menemui kegagalan.
Mereka terpaksa melakukan perintah Iblis-penakluk-dunia
untuk berkumpul dipuncak Kim-ting. Cepat aku pun menyusul
ke Kim-Ting. Tetapi penyakitku ternyata masih belum sembuh.
Begitu tiba dikaki gunung Gobi, akupun pingsan.”

“Apakah dia yang menolong?" seru Siau-liong setengah


meragu.

Wanita itu mengangguk, “Jika bukan dia yang menolong,


mungkin kita takkan bertemu muka lagi....”

Ia menghapus air mata lalu melanjutkan lagi, “Tentang


persoalanmu dengan dia, juga telah diberitahukan kepadaku,
hanya dia tak mengatakan kalau dirinya puteri dari Iblis-
penakluk-dunia. Apabila benar begitu, benar-benar hal itu
sukar dipercaya....”

Oleh karena sudah beberapa kali menderita tipu muslihat


Iblis-penakluk-dunia, maka Siau-liong tak mudah lekas

936
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempercayai keterangan orang. Dipandangnya wanita yang


mengaku sebagai ibunya itu dengan lekat.

Wanita itu rnenghela napas, ujarnya, “Demi engkau, ia tak


segan menghianati orang tuanya. Dengan begitu ia telah
menumpahkan cinta dan melepas budi sekaligus kepadamu.
Dan lagi dia seperti telah menolong jiwaku dan membebaskan
muridku si Mawar Putih dari tangan kedua suami isteri Iblis-
penakluk-dunia....”

“Benarkah dia telah membebaskan Mawar Putih?" buru-


buru Siau-liong menegas.

Wanita itu memandang lekat kepada Siau-liong, “Masakan


mah hendak menipumu?"

“Lalu dimanakah dia sekarang?"

Wanita itu berpaling dan memandang kesekeliling penjuru,


berkata, “Mereka berada di belakang rumah itu. In-ji telah
memanggilnya!"

Diam-diam Siau-liong gembira. Jika benar-benar begitu


jelas kalau wanita itu tentu ibunya. Asal Mawar Putih muncul
tentu dapat memberi keterangan asli tidaknya wanita yang
mengaku sebagai ibunya itu.

Dengan tegang, Siau-liong menunggu, Benar juga tak


berapa lama terdengar derap kaki orang berlari. Dan jelas
bukan hanya seorang. Pun derap kaki itu menandakan kalau
bukan orang yang mengerti ilmu silat. Melainkan derap kaki
orang biasa.

Siau-liong tak berani bertindak sembarangan. Sambil diam-


diam mempersiapkan tenaga dalam, dia segera berputar
menghadap ke arah suara itu.

937
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu pintu terbuka, muncullah tiga orang nona, Mawar


Putih, Tiau Bok-kun dan Poh Ceng-in. Girang Siau liong bukan
kepalang.

Mawar Putih cepat menghampiri kesamping wanita


pertengah umur itu dan bertanya, “Suhu, apakah dia benar-
benar datang kemari?"

Wanita itu batuk2 sejenak lalu menjawab, “Datang


memang sudah datang! Tetapi ia masih menganggap aku
mamahnya palsu....”- habis berkata ia terus tundukkan kepala
menangis.

Tetapi hal itupun tak dapat menialahkannya Aku tak


memenuhi kewajibanku sebagai ibu. Sekalipun dia tak mau
mengakui aku sebagai ibu, pun aku juga tak dapat berbuat
apa2!"

Mendengar itu air mata Siau-liong ber-derai2 turun. Cepat


ia berlutut dihadapan ibunya, Coa-Sik Se-si dan berkata
dengan ber-iba2, “Mah, anak memang tak berbakti. anak....”
ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena tersekat oleh isak
tangisnya.

Coa-sik Se-sipun menangis sedih. Mawar Putih, Tiau Bok-


kun dan Poh Ceng-in masing-masing mempunyai perasaan
sendiri2. Mereka terharu atas peristiwa itu dan ikut menangis.

Tak berapa lama, Poh Ceng-in yang berhenti menangis


paling dulu, lalu menghampiri kesamping Coa-sik Se-si dan
menghiburnya, “Kan-ma, seharusnya saat ini engkau harus
bergembira hati....”

938
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Memandang keluar jendela, ia menuding, “Sekarang sudah


malam, masih ada beberapa hal penting yang harus
dikerjakan....”

Coa-sik Se-si hentikan tangisnya lalu berkata kepada Poh


Ceng-in, “Nak, ah, hanya membikin repot engkau saja.... aku
tentu takkan melupakanmu....”

Poh Ceng-in tertawa rawan. Memandang sejenak pada


Siau-liong lalu berpaling memandang Mawar putih dan Tiau
Bok-kun. Kemudian ia berjalan ke belakang Coa-sik Se-si dan
tundukkan kepala.

Siau liong berbangkit dan pe-lahan2 memberi hormat


kepada Mawar Putih, “Nona Pek....”

Mawar Putih mendengus, “Tak seharusnya engkau


mengelabuhi aku, urusanmu dengan tatji Poh....” ia deliki
mata kepada Siau-liong dan berkata pula, “Ketika di Lembah
Maut dalam barisan Tujuh Maut, walaupun Soh Beng Ki-su
mendapatkan perintah untuk menangkapku, tetapi
kesemuanya itu adalah karena engkau. Jika aku yang menjadi
taci Poh, aku tentu juga berbuat begitu. Maka aku tak
membencinya.... Sekarang taci Poh pun telah menolong
membebaskan diriku dari Iblis-penakluk-dunia. Aku berterima
kasih kepadanya. Apalagi dia pun telah menolong suhu
sehingga kami berdua dapat berjumpa disini....”

Habis berkata ia terus melangkah ketempat Poh Ceng-in.

Diam-diam Siau-liong menimang, “Sekalipun Poh Ceng-in


sudah sadar tetapi dia tetap anaknya Iblis-penakluk-dunia.
Dulu dia juga sahabat orang tuanya. Ia tahu cara untuk
mengobati racun, tetapi ia tak mau membunuh Poh-Ceng-in
dan rela melepasnya. Adakah hal itu bukan telah memberi

939
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kelonggaran kepadanya? Mengapa dia dipersalahkan berlaku


kejam kepada wanita itu?"

Siau-liong menghela napas panjang lalu berkata kepada


Tiau Bok-kun, “Nona Tiau, aku sungguh.... amat menyesal
sekali....”

Buru-buru Tiau Bok-kun tundukkan kepala, “Aku banyak


menerima budi siangkong, masakan aku berani menyalahkan
engkau?"

Siau-liong memandangnya lekat dan menghela napas,


“Nona pun telah menolong jiwaku dan jika bukan karena
diriku, tak nanti nona sampai dapat ditawan Iblis-penakluk-
dunia. Budi nona sungguh mengharukan hatiku....”

Tiba-tiba Poh Ceng-in menyeletuk kepada Coa-sik Se-si,


“Kan-ma, sekarang sudah tiba saatnya aku hendak
berangkat!"

“Liong-ji....!" teriak Coa-sik Se-si.

”Mamah hendak memberi perintah apa kepadaku?" sahut


Siau-liong.

Memandang Poh Ceng-in, Coa-sik Se-si berkata, “In-ji


seorang yang berjiwa besar. Demi kepentingan dunia
persilatan, ia rela menghianati orang tuanya.... Peristiwa
malam ini, menyangkut kepentingan dunia persilatan....
memang tak dapat memikirkan kepentingan pribadi,
menelantarkan urusan umum. Lekaslah engkau
menyertainya!"

Sejenak Siau-liong memandang Poh Ceng-in. Ia tampak


meragu.

940
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Bagaimana? Apakah engkau masih meragukan dirinya?"


Coa-sik Se-si kerutkan dahi.

Siau-liong menyahut gopoh, “Ya, baiklah, aku menurut....”

Kemudian ia berputar tubuh dan menjurah kepada Poh


Ceng-in, “Aku seharusnya berterima kasih kepada nona!"

Poh Ceng-in tersenyum. Ia tak menghiraukan Siau-liong


melainkan berkata kepada Coa-sik Se-si, “Kan-ma aku hendak
berangkat!"

Setelah melambai pada Mawar Putih dan Tiau Bok-kun, ia


terus berputar tubuh dan melangkah keluar.

Dengan segan, Siau-liong memandang ke arah Coa-sik Se-


si lalu melesat keluar mengikuti Poh Ceng-in Saat itu sudah
malam. Angin malam berhembus keras sehingga Siau-liong
agak menggigil. Tetapi serempak dengan itu, pikirannya yang
kalut tadi pun menjadi hening.

Bukan karena dia seorang pemuda yang banyak curiga.


Tetapi adalah karena beberapa kali tertipu oleh Iblis-penakluk-
dunia maka ia tingkatkan kewaspadaan. Terutama terhadap
diri Poh Ceng-in. Ia masih belum dapat mempercayainya
penuh.

Setelah berjalan satu li, Poh Ceng-in kendorkan langkah


sembari berkata kepada Siau-liong yang mengikuti
dibelakangnya, “Ayahku memang banyak curiga terhadap
orang. Dia amat hati2 sekali, Bahkan terhadap orang
kepercayaannya pun, dia tetap tak dapat percaya penuh.
Maka kita pun tak dapat bergerak dengan leluasa....”

941
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia berhenti lalu melolos buntalan kain dan diberikan kepada


Siau-liong, “Demi amannya rencana, terpaksa engkau harus
menyamar!"

Siau-liong menyambuti buntalan itu. Ternyata berisi


seperangkat pakaian hitam seperti yang dipakai tokoh2
tawanan itu. Sejenak meragu, akhirnya ia mau juga
memakainya. Kepala dan mukanya ditutup dengan sutera
hitam.

Poh Ceng-in tersenyum. Tanpa banyak bicara lagi ia terus


lanjutkan perjalanan.

Diam-diam Siau-liong memperhatikan tempat2 yg dilaluinya


itu. Seluas satu li, dilihatnya sebuah puncak gunung yang tak
berapa tinggi. Disebelah kiri dari puncak gunung itu adalah
puncak Kim-ting yang tinggi. Ditengah kedua puncak itu
dipisah oleh dua buah belantara.

Baru berjalan belum lama, tiba-tiba dari belakang sebuah


batu besar, melesat keluar seorang lelaki berpakaian hitam
dan mencekal pedang.

“Berhenti!" tiba-tiba orang itu membentak.

Poh Ceng-in berhenti dan balas membentak, “Tidak kenal


padaku?"

Lelaki itu memberi hormat, “Maafkan kami berlaku kurang


hormat, tetapi Thian-cun telah memberi perintah....”

“Supaya memeriksa aku?" Poh Ceng-in tertawa dingin.

"Hamba tak berani!" orang itu menyahut gopoh.

“Lalu bagaimana maksudmu?"

942
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jawab orang berbaju hitam itu, “Entah apakah Koh-cu


mempunyai....”

Poh Ceng-in tertawa lalu mengeluarkan sehelai panji


segitiga berwarna hitam dan dikibarkan kemuka sibaju hitam,
“Mau memeriksa benda ini?"

Pada saat sibaju hitam hendak menyambuti, Poh Ceng-in


cepat menarik kembali. Sejenak meragu, sibaju hitam
menunjuk Siau-liong, “Dan saudara ini....”

Poh Ceng-in deliki mata, melengking, “Dia aku yang bawa.


Mengapa engkau ribut2 saja? Masakan aku membawa mata2
musuh masuk kemari....?"

Si Baju Hitam buru-buru menyurut mundur dua langkah


dan berseru tersendat, “Hamba tak berani mencurigai Koh-cu,
tetapi Thian-cun telah memberi perintah keras....”

Poh Ceng-in mendengus, “Kalau begitu lekas engkau


menghadap ayah dan suruh ayah sendiri yang keluar
menyambut kedatanganku!"

Baju Hitam tertegun lalu berkata dengan nada enggan,


“Koh-cu, silahkan masuk!"

Poh Ceng-in tertawa dingin lalu menarik Siau-liong diajak


masuk.

Diam-diam Siau-liong menimang. Tempat itu hanya


terpisah satu li dari puncak Giok-ci-hong dan Iblis-penakluk-
dunia sudah mengadakan penjagaan yang begitu ketat.
Sungguh iblis itu cermat sekali.

943
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi diam-diam Siau-liong pun tertawa. Adalah karena


menginginkan ilmu Thian-kong-sin-kang, maka Iblis-penakluk-
dunia tak membunuhnya. Dan karena tak dibunuh, ia pasti
dapat membasmi iblis itu.

Selama dalam perjalanan memang penuh dengan pos2


penjagaan tetapi dengan mudah Poh Ceng-in dapat melalui.
Begitu tiba dikaki puncak Giok-ci-hong, tampaklah beberapa
buah kemah.

Tetapi keadaannya sunyi-senyap. Rupanya orang2 dalam


kemah itu sudah tidur pulas. Tiba-tiba Poh Ceng-in gunakan
ilmu Menyusup suara membisiki Siau-liong, “Kita sudah tiba
dipos terakhir. Penjagaan disini luar biasa kerasnya.
Penjaga2nya jago2 kelas satu kepercayaan ayah. Kita harus
bergerak menurut gelagat!"

Siau-liong hanya mengangguk tetapi tak mau menjawab. Ia


sudah tahu apa artinya kata2 Poh Ceng-in. Kemudian Poh
Ceng-in melangkah lebar. Rupanya sengaja ia menimbulkan
suara.

Benar jugalah. Dari belakang gerumbul pohon, segera


bermunculan empat orang. Yang dua dimuka, yang dua
dibelakang. Kedua orang yang dimuka itu segera menghadang
dihadapan Poh Ceng-in, serunya, “Apakah Koh-cu membawa
tanda amanat dari Thian-cun?"

Seperti yang tadi, Poh Ceng-in segera mengeluarkan tanda


pengenal diri. Tetapi se-konyong2 ia berseru kaget, “Hai,
mengapa tanda pengenal diri yang kubawa itu hilang....!"

Keempat orang itu tenang2 saja memandang Poh Ceng-in


dan Siau-liong dengan pandang bermusuhan.

944
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Poh Ceng-in merogohi baju, sibuk sampai beberapa lama


tetap tak dapat menemukan tanda pengenalnya. Kemudian ia
bertanya kepada kedua orang yang menghadangnya itu,
“Kalau tanda pengenal diri hilang lalu bagaimana?"

Salah seorang yang memelihara jenggot kambing segera


menyahut, “'Saat ini kita sedang menghadapi ancaman
musuh. Selembar rambut tercabut berarti seluruh tubuh
tergetar. Apalagi Thian-cun pun sudah memberi perintah.
Karena Koh-cu kehilangan tanda pengenal diri, terpaksa Koh-
cu harus menunggu dulu disini. Hamba akan melaporkan pada
Thian-cun....” -habis berkata ia memberi isyarat kepada dua
orang yang berada dibelakang, “Lekas beritahukan Thian-cun,
bilang....”

“Tunggu dulu, biarlah kucarinya lagi," buru-buru Poh Ceng-


in menukas.

Kedua orang yang menerima perintah tadi terus akan pergi


tetapi demi mendengar ucapan Poh Ceng-in terpaksa mereka
berhenti.

Poh Ceng-in sengaja mencari kian kemari. Diam-diam ia


berputar diri dan memberi isyarat kepada Siau-liong.

Siau-liong mengangguk tertawa. Tiba-tiba ia maju


selangkah, serunya, “Kohcu, tanda pengenalmu berada
padaku!"

Poh Ceng-in tertawa, “Kalau begitu lekas tunjukkan kepada


mereka!"

Siau-liong mengiakan. Sambil masukkan tangan kedada


baju, ia maju ketempat kedua orang yang menghadangnya
itu.

945
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Berhenti! Mengapa engkan seliar itu!" bentak sijenggot


kambing.

Tetapi Siau-liong seperti tak mendengarnya. Dalam pada


berkata itu ia sudah tiba dihadapan kedua orang. Tahu2 kedua
orang itu sudah kaku tak dapat berkutik lagi. Ternyata Siau
liong guna gerakan yang luar biasa cepatnya untuk menutuk
jalan darah kedua orang itu. Sedemikian cepatnya Siau-liong
bergerak sehingga setelah kedua orang itu terpaku seperti
patung, barulah kedua kawannya yang di belakang itu tahu
kalau kawannya yang dimuka dicelakai orang.

Kedua orang yang di belakang itupun hendak bertindak


tetapi kalah cepat dengan Siau-liong yang sudah loncat dan
sebelum kedua orang itu sempat bersuara, Siau-liong sudah
menutuk jalan-darah mereka.

Dalam beberapa kejap saja, keempat orang itu pun sudah


dikuasai Siau-liong. Poh Ceng-in tercengang. Ia tak kira kalau
Siau-liong sudah mencapai kemajuan yang sedemikian
pesatnya. Maka berkatalah ia, “Sekarang sudah malam. Sekali
pun pada saat ini dapat menyelamatkan diri, tetapi tak lama
tentu akan diketahui mereka. Kita harus lekas bertindak!"

Habis berkata ia terus mendahului lari mendaki kepuncak


gunung. Siau-liong mengikuti dibelakang. Sekalipun dalam
perjalanan bertemu dengan beberapa peronda, tetapi mereka
tak bertanya apa2.

Rupanya karena dalam pos penjagaan tiada terdengar


pertandaan apa2, mereka anggap tak terjadi suatu apa.

Di atas puncak merupakan sebuah tanah datar. Beberapa


kubu yang didirikan disitu, tampak sunyi-senyap. Poh Ceng-in
langsung menuju kekubu yang nomor tiga.

946
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong memperhatikan bahwa dalam sebuah kubu


terdapat 4-5 orang baju hitam yang tengah duduk
bersemedhi. Rupanya mereka tengah menenangkan semangat
dan tak menghiraukan kedatangan kedua orang itu.

Tiba-tiba terdengar orang berseru, “Apakah itu In-ji?"

Poh Ceng-in dan Siau-liong terkejut. Tak salah lagi, itulah


suara Iblis-penakluk-dunia. Poh Ceng-in segera memberi
isyarat mata kepada Siau-liong lalu menuju kekubu yang
kedua. Siau-liong tetap mengikuti dibelakangnya. Ia berjalan
dengan tundukkan kepala agar kawanan baju hitam itu tak
melihatnya.

Tampak diluar kubu berjajar delapan orang lelaki


berpakaian ringkas sama tegak seperti patung.... Pinggangnya
menyelip senjata.

Ditengah kubu terdapat sebuah meja pendek. Di atasnya


diberi sebuah tempat pedupaan yang masih ber-kepul2
asapnya. Iblis perakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah duduk
dengan berpakaian lengkap.

Poh Ceng-in berjalan kemuka kubu dan berseru dengan


nada manja, “Yah! Mah! sudah begini....”

Dengan bengis Iblis-penakluk-dunia membentak, “Baru saja


engkau terhindar dari bahaya, mengapa sudah keluyuran
kemana-mana?"

“Aku hanya ber-jalan2 didekat sini," sahut Poh Ceng-in.

Berkata Iblis-penakluk-dunia pula, “Saat ini sebenarnya


Ceng Hi si imam tua dan gerombolannya itu sudah tak
berdaya. Tetapi anak macan yang kupelihara itu ternyata
mengacau. Tong Siau-liong muncul sebagai musuhku yang

947
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangguh. Oleh karena itu malam ini mungkin takkan terhindar


dari pertempuran besar. Setelah budak itu tertangkap, barulah
hatiku tenteram. Menurut dugaanku, habis tengah malam
nanti, budak itu tentu akan datang. Maka telah kuperintahkan
supaya diadakan penjagaan yang ketat. Mengapa engkau
masih lari2 ke-mana2? Apabila berjumpa dengan budak itu,
apakah tidak berbahaya....”

“Penjagaan disini begini kuatnya, masakan dia mampu


melayang turun dari langit?" bantah Poh Ceng-in.

Iblis-penakluk-dunia menghela napas kecil serunya, “Soal


itu tak dapat kuperhitungkan. Budak itu telah mencapai
kemajuan luar biasa dalam ilmu Thian-kong-sin-kang. Ya,
sudah dapat mencapai tataran yang tak terduga....!"

Tiba-tiba ia membentak bengis, “Mengapa engkau tak lekas


kembali ke dalam kubumu!"

“Tolol! Mengapa engkau marah2 kepada anak sendiri?


Dalam beberapa hari ini dia sudah cukup menderita!" teriak
Dewi Neraka.

Kemudian berpaling ke arah Poh Ceng-in dan berkata


dengan nada lembut, “Beristirahatlah! Kelak engkau tentu
takkan menderita apa2 lagi!"

Dengan nada kemanja-manjaan, Poh Ceng-in mengiakan


dan terus melangkah pergi. Tetapi baru beberapa langkah, ia
mendengar ayahnya membentak, “Kembali!"

Poh Ceng-in terkejut dan buru-buru berpaling, “Mengapa,


yah?"

948
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis-peuakluk-dunia tersenyum, “Karena engkau segan


beristirahat, baiklah engkau panggilkan suhengmu suruh
kemari. Aku hendak memberi pesan kepadanya!"

"Dimana?"

"Di belakang Empat Roh!"

Poh Ceng-in mengiakan, terus menuju ke belakang.


Dengan tanpa bersuara, Siau-liong mengikuti Poh Ceng-in
seperti bayangannya. Walaupun Iblis-penakluk-dunia itu
seorang yang banyak curiga, tetapi ia tak begitu gila untuk
mencurigai anak perempuannya sendiri. Maka walaupun
melihat Siau-liong berdiri beberapa belas langkah dimuka, ia
tak bertanya apa2.

Kubu kedua itu hanya terpisah tiga tombak dari kubu


ketiga. Poh Ceng-in memberi isyarat mata kepada Siau-liong.
Tanpa berkata suatu apa ia terus lari lagi.

Tampak diluar kubu ketiga itu dua orang penjaga. Begitu


melihat Poh Ceng-in, mereka segera memberi hormat tetapi
tak berkata apa2.

Poh Ceng-in dan Siau-liong melangkah masuk ke dalam


kubu. Di dalam kubu telah digelari empat lembar permadani
bundar. Keempat pewaris ilmu sakti sedang duduk
bersamadahi di atas permadani itu....

Disamping mereka terdapat sebuah kursi bambu. Dengan


memegang cambuk Penenang-jiwa milik Iblis-penakluk-dunia,
Soh Beng Ki-su duduk miringkan tubuh. Begitu melihat Poh
Ceng-in, ia berseru menyapa dan berbangkit.

Poh Ceng-in tersenyum, “Ayah memanggil su-heng supaya


datang kesana."

949
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tanpa curiga apa2, Soh Beng Ki-su serahkan cambuk


kepada Poh Ceng-in, katanya, “Tolong sumoay menjaga
mereka!"- tanpa berpaling lagi, ia terus lari keluar kubu.

Poh Ceng-in menghela napas longgar. Setelah Soh Beng Ki-


su pergi, ia membentak pelahan pada Siau-liong, “Ayah
hendak suruh mereka makan obat, mengapa engkau tak lekas
mengobati mereka!"

Sambil berkata Poh Ceng in cepat melirik ke arah kedua


penjaga diluar kubu. Melihat mereka tak mengacuhkan apa
yang terjadi dalam kubu, tenanglah hati Poh Ceng-in.

Siau liong mengiakan. Cepat ia mengeluarkan pil Sip-siau-


cwan soh-sin-tan. Tetapi tiba-tiba ia agak meragukan khasiat
obat itu. Adakah pil itu dapat menyembuhkan mereka. Setelah
merenung beberapa saat, ia memutuskan untuk memberi dua
butir pil pada masing-masing tokoh itu.

Setelah Siau-liong meminumkan pil itu, Poh Ceng-in pun


segera gentakkan cambuk dimuka ke empat tokoh itu dan
membentaknya pelahan, “Bangunlah!"

Hatinya amat tegang sekali tanganpun gemetar. Untung


keempat tokoh itu serempak membuka mata dan memandang
cambuk kulit dari Poh Ceng-in dengan ter-longong2.

Tiba-tiba terdengar suara suitan melengking di udara. Siau-


liong terperanjat. Jelas suitan itu berasal dari anak panah
pertandaan bahaya yang dilepas anak buah Iblis-penakluk-
dunia.

Kedua penjaga kubu serentak memberi hormat kepada Poh


Ceng-in, “Lapor pada koh-cu. dibawah puncak mengirim tanda
bahaya!"

950
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

“Lekas laporkan pada Thian cun berdua!" Poh Ceng-in


berseru gugup.

Kedua penjaga itu terbeliak kaget. Tetapi mereka pun


cepat2 lari menuju kekubu kedua.

"Lekas! Lekas....!” Poh Ceng-in membentak Siau-liong


sambil banting2 kaki. Siau-liong cepat memberi dua butir pil
kepada Jong Leng lojin yang duduk dekat pintu kubu.

"Telanlah!" bentak Poh Ceng-in seraya gentakkan


cambuknya.

Wajah Jong Leng lojin berobah. Tetapi setelah tertegun


sejenak, ia terus menelannya. Saat itu suasana diluar kubu
sudah kacau. Berpuluh sosok tubuh orang lari kian-kemari
amat berisik sekali.

Siau-liong tak dapat banyak berpikir lagi. Ia segera


memberikan dua butir pil kepada Lam-hay Sin-ni. Untunglah
kesemuanya itu berjalan lancar. Dibawah gentakkan cambuk
Poh Ceng-in, Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san dan Kongsun Sin-
tho mau menelan pil pemberian Siau-liong. Setelah itu mereka
pejamkan mata bersemedhi lagi. Tampaknya tiada reaksi
apa2.

Poh Ceng-in menghela napas longgar, serunya, “Pil telah


mereka telan. Bagaimana reaksinya tunggu saja nanti
perobahan mereka!"

Siau-liong yang saat itu sudah menaruh kepercayaan penuh


kepada Poh Ceng-in segera menjurah memberi hormat,
“Nona, aku....” -baru ia berkata begitu tampak sesosok tubuh
lari mendatangi. Dan muncullah Soh Beng Ki-su ke dalam

951
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kubu seraya berseru gopoh, “Musuh sudah unjuk jejak, suhu


perintahkan aku supaya membawa keempat orang itu keluar!"

"Mereka berjumlah berapa banyak?" sengaja Poh Ceng-in


bertanya.

"Saat ini belum diketahui jelas, tetapi musuh yang tangguh


sudah tiba dipuncak gunung sini....”

Sambil menyerahkan cambuk kepada Soh Beng Ki-su lagi,


Poh Ceng-in membentak Siau-liong; "Lekas ambilkan
senjataku!"

Siau-liong mengiakan. Ia berputar tubuh terus pergi. Begitu


berada ditempat gelap, Siau-liong terus membuka pakaian
warna hitam yang dipakainya. Diam-diam ia menimang,
“Entah apakah pil itu berkhasiat atau tidak, tetapi malam ini
merupakan malam yang memutuskan. Aku harus mengadu
jiwa dengan kedua suami isteri iblis itu!"

Setelah memutuskan rencana, ia segera loncat apungkan


diri melayang kekubu kedua. Kubu yg ditempat Iblis-penakluk-
dunia dan isterinya.

Saat itu Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah


berdiri berdampingan diluar kubu. Sekeliling dijaga rapat oleh
kawanan anak buahnya Baju Hitam. Begitu melihat Siau-liong
meluncur dari udara, mereka kaget sekali.

“Budak kecil, akhirnya ia masuk ke dalam jaring sendiri!"


Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring.

"Iblis tua! Kematian sudah didepan mata, engkau masih


bermimpi!" bentak Siau-liong.

952
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Iblis-penakluk-dunia tertawa angkuh.... Begitu mengangkat


tangan, kawanan penjaganya itu segera menyurut mundur.

Pelahan-lahan dia maju dua langkah. tetapi tetap terpisah


setombak jauhnya dari Siau-liong.

Dengan tertawa mengejek ia berseru, “Sudah kukatakan


bahwa aku tak mau memaksa orang. Asal ia mau
mengajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepadaku dengan
lengkap, aku tentu akan pegang janji. Tiau Bok-kun dan
Mawar Putih kedua nona serta Kongsun Sin-tho dan lain-lain,
semuanya akan kubebaskan. Tetapi kalau tidak....”

Ia berhenti sejenak keliarkan pandang lalu melanjutkan


pula, “Apa yang kukatakan tentu akan kulaksanakan. Dan apa
akibatnya engkau tentu sudah tahu sendiri....”

Tiba-tiba ia berpaling membentak seorang pengawal yang


berada di belakangnya, “Bawa kemari kedua budak
perempuan yang berada dikurungan itu!"

Pengawal itu mengiakan terus lari ke belakang. Siau-liong


tak mau berkata apa2. Ia hanya tertawa dingin memandang
Iblis-penakluk-dunia.

Walaupun sepintas pandang Iblis-penakluk-dunia itu


tampak tenang tetapi dalam hati ia gelisah bukan kepalang.

Dan tanpa berkata apa2, Siau-liong pun melangkah maju.


Melihat itu Iblis-penakluk-dunia membentaknya, “Berhenti!
Apakah engkau benar menghendaki kubunuh kedua nona itu?"

Siau-liong tak menyahut tetapi tetap maju. Melihat itu Iblis-


penakluk-dunia terpaksa mundur pelahan-lahan. Kini ia
mundur sampai dimuka kubu.

953
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu siiblis sudah tak dapat mundur lagi. Sekonyong-


konyong ia membentak keras dan menghantam Siau-liong.

Tetapi anak muda itu hanya tersenyum saja. Diangkatnya


tangan kanan untuk menyapu. Terdengar letupan dan debu di
belakang Iblis-penakluk-dunia itu pun bergulung-gulung
tiba....

Saat itu Iblis-penakluk-dunia cukup banyak juga


mempelajari keempat ilmu sakti dari Lam-hay Sin-ni, Jong
Leng lojin, Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san. Kesaktiannya
jauh lebih hebat dari sebelumnya. Maka beranilah ia
menyongsong pukulan Siau-liong. Siapa tahu Siau liong
ternyata sudah hampir seluruhnya memahami Thian-kong-sin-
kang.

Bukan kepalang kejut iblis itu ketika pukulannya seperti


terbenam dalam lautan dan tiba-tiba pula ia dilanda oleh
tenaga yang hebat sehingga darahnya bergolak-golak

Dewi Neraka terkejut sekali. Cepat ia gentakkan tongkatnya


kepala naga. Tiba-tiba kepala naga itu cepat dan melayang ke
arah Siau-liong. siau-liong mendengus dingin. Sekali ia
menghantam, kepala naga dan tongkat wanita iblis itu
mencelat dan serempak itu terdengar suara orang tertahan.
Dewi Neraka terpental mundur sampai tujuh delapan langkah
jauhnya.

"Huak!".... wanita itu muntah darah!

Begitu kubu ketika melayang kabur, kubu ketiga segera


tampak. Tampak kawanan anak buah Iblis-penakluk-dunia
berdiri terlongong. Kesatu karena mereka terpesona melihat
kesaktian Siau-liong.... Kedua, karena belum mendapat
perintah dari pemimpinnya.

954
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Seielah mengundurkan kedua suami isteri iblis, Siau-liong


masih maju menghampiri mereka.

Iblis-penakluk-dunia gugup tetapi ia tetap menutupi dengan


tertawa angkuh seraya menyurut mundur.

Dan pada saat itu ia sudah mundur ke kubu nomor tiga.


Dan apa yang terjadi dalam kubu ketiga itu pun sudah
kelihatan.... Soh Beng Ki-su sambil mainkan cambuk sambil
membentak keempat tokoh yang masih duduk, “Lekas
bangun! Bangun....!"

Tetapi keempat tokoh itu tetap pejamkan mata dan duduk


setenang patung Poh Ceng-in yang berdiri disamping,
tampaknya seperti gugup juga.

Tiba-tiba pengawal yang disuruh Iblis-penakluk-dunia untuk


membawa Tiau Bok-kun dan Mawar Putih tadi, pun sudah
datang. Tetapi sikap mereka ketakutan sekali. Sambil berlari
mendatangi mereka sudah berteriak-teriak, “Thian-cun, kedua
budak perempuan itu sudah lolos!"

"Mundur!" bentak Iblis-penakluk-dunia gugup. Ia terus


menerobos ke dalam kubu.

Melihat keempat tokoh itu duduk mematung, diam-diam


Siau-liong girang. Ia duga pil itu tentu sudah bekerja. Ia tak
mau memburu masuk, melainkan menunggu diluar.

Dengan wajah pucat lesi, Iblis-penakluk dunia cepat


mengambil cambuk dari tangan Soh-Beng ki-su lalu
digentakkan beberapa kali seraya membentak, “Hayo,
mengapa tak lekas bangun!"

Cambukan itu berhasil membangunkan Jong Leng lojin.


Tokoh itu serentak berbangkit. "Tar".... Iblis-penakluk-dunia

955
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencambuk punggung Jong Leng lojin seraya membentak,


“Lekas tangkap budak itu, mati atau hidup!"

Di luar dugaan, Jong Leng lojin tak mau menyahuti dan


melakukan perintah. Bahkan tiba-tiba ia menyambar cambuk
Iblis-penakluk-dunia dan balas membentaknya, “Siapa engkau
ini!"

Kali ini Iblis-penakluk-dunia seperti disambar petir kejutnya.


Ia lemparkan cambuk terus lolos ke luar kubu.

Dengan masih dalam pikiran tak sadar, Jong leng lojin


menghantam. Iblis-penakluk-dunia lari kemati-matian tetapi
tetap tak dapat terhindar dari hantaman Jong Leng. Tubuhnya
yang melambung di udara itu tiba-tiba menukik turun dan
jatuh di samping Siau-liong!

"Iblis tua, apakah engkau masih mimpi mau lari?" bentak


Siau-liong seraya menutuk dada dan tenggorokan iblis itu.

Saat itu Dewi Neraka pun sudah terluka pukulan Siau-liong


tadi. Tahu gelagat jelek, ia hendak lari. Tetapi ia ingat akan
Poh Ceng-in.

Pada saat Dewi Neraka meragu, tiba-tiba terdengar suara


berisik mendatangi.... Siau-liong kira tentulah anak buah Iblis-
penakluk-dunia yang hendak menyerbu untuk menolong
pemimpinnya. Tetapi ternyata yang muncul itu adalah Ceng Hi
totiang dan rombongan orang gagah.

Dewi Neraka yang sudah menderita luka itu makin bingung.


Begitu memandang keadaan ditempat situ, tahulah Ceng Hi
apa yang telah terjadi. Cepat ia kebutkan lengan jubah untuk
menutuk jalan darah Dewi Neraka.

956
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hai, apakah kalian ini kawanan roh orang mati?" teriak


Iblis-penakluk-dunia yang walau pun sudah tertutuk jalan
darahnya namun masih dapat bicara.

Saat itu kawanan Baju Hitam baru tersandar. Dengan


bersuit keras, mereka segera maju mengepung. Tetapi Jong
Leng lojin yang menjaga disamping Iblis-penakluk dunia,
segera menghantam kian kemari mencegah mereka.

Rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang itu


segera menyerang sehingga terjadilah pertempuran dahsyat.

Sedangkan Siau-liong ter-longong2 sendiri. Ia benar-benar


terpukau karena melihat keadaan saat itu. Ia merasa seperti
telah menghidupkan kembali orang yang sudah mati.

Tiba-tiba Poh Ceng-in melengking, “Suheng, tunggulah aku


ber-sama2 lari!"

Saat itu barulah Siau-liong seperti diingatkan pada Soh


Beng Ki-su. Dengan menggerung, ia enjot tubuh melambung
ke udara dan melayang turun di belakang kubu.

Ternyata Soh Beng Ki-su yang bertubuh kurus kering itu


sedang siap hendak melarikan diri dari kubu. Siau-liong cepat
membentak dan mencengkeram dadanya. Soh Beng Ki-su
terkejut. Ia tebarkan jaringnya hendak melancarkan pukulan
Pek-kut-kang. Tetapi sudah terlambat. Dadanya sudah
dicengkeram Siau-liong. Seketika itu ia rasakan dadanya
seperti pecah. Siau Hong sudah menutuk tiga buah jalan
darah orang itu. Kemudian ia terus hendak melangkah ke
dalam kubu. Tetapi saat itu To Kiu-kong, Ti Gong taysu dan
kawan2nya bermunculan datang. Siau-liong cepat lemparkan
Soh Beng Ki-su kepada To Kiu-kong.

957
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Inilah manusia yang membunuh Pendekar Laknat! Tolong


engkau menjaganya. Kelak hendak kubawanya untuk sesaji
dimakam Pendekar Laknat!"....

Habis berkata Siau-liong terus loncat kekubu lagi. Dilihatnya


keadaan sudah berobah.

Kedua suami isteri iblis sudah dibekuk dan dijaga oleh


belasan tokoh2 kelas satu yang ditugaskan Ceng Hi totiang.
Untuk menjaga agar kedua iblis itu jangan sampai lolos,
mereka lekatkan ujung senjatanya pada jalan darah kedua
orang itu.

Pertempuran masih berjalan seru. tetapi karena pemimpin


sudah dibekuk, si tuasi pertempuran pun dapat dikuasai Ceng
Hi totiang. Yang sukar diatasi hanya beberapa tokoh seperti
Naga Terkutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain.

Setelah Jong Leng lojin maka ber-turut2 bangunlah


Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan Lam-hay Sin-ni. Mereka
merenung beberapa waktu, baru menyadari apa yang telah
terjadi pada diri mereka selama ini.

"Suhu, apakah engkau sudah sembuh sama sekali?" buru-


buru Siau-liong menghampiri Kongsun Sin-tho.

Kongsun Sin-tho menghela napa, “Liong-ji. Apakah engkau


yang membuatkan pil dari katak-kaki-tiga itu? Dimanakah kita
sekarang ini?"

"Kita saat ini berada dibawah puncak Kim-ting. Pil itu dibuat
oleh paderi sakti Kim-ting!"

“Ah, tak kira kalau akupun juga....”

958
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kongsun Sin-tho menghela napas panjang. Merenung


sejenak tokoh itu berkata pula, “Berapa banyak pil yang telah
dibuatnya? Sisanya berikan kepadaku!"

Siau-liong segera menyerahkannya. Setelah menerima,


Kongsun Sin-tho lalu memberi keterangan kepada Randa Bu-
san dan lain-lain. Kemudian keempat tokoh itu segera turun
kegelanggang pertempuran.

Dengan kesaktian mereka, mudahlah untuk menundukkan


Naga Terkutuk. Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain.
Kemudian setiap orang diberinya pil itu sebutir. Tak berapa
lama mereka pun pulih kesadarannya. Dan saat itu
pertempuran pun sudah selesai. Beberapa anak buah Iblis-
penakluk-dunia berhasil melarikan diri. Tetapi yang tak dapat
lolos terpaksa menyerah.

Kongsun Sin-tho memberi sisa tiga butir pil kepada Siau-


liong, “Pil itu tak mudah diperoleh. Selain dapat mengobati
segala macam racun, pun mempunyai daya untuk
menghidupkan orang yang sudah meregang jiwa. Harap
engkau simpan baik dan apabila perlu dapat engkau
gunakan."'

Siau-liong segera menyimpannya.

Saat itu suasana pertempuran sudah sunyi. Ceng Hi totiang


saling berpandang pandangan dengan keempat tokoh sakti. Ia
menuturkan kepada mereka semua peristiwa yang telah
terjadi selama ini. Terutama jasa-jasa Siau-liong yang pantang
mundur dalam menghadapi huru hara dari Iblis-penakluk-
dunia.

Sekalian orang gagah bertepuk sorak memuji-memuji


keberanian dan kegagahan anak muda itu!

959
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Siau-liong sendiri merasa malu dalam hati. Jika


tanpa bantuan siKakek Mata-satu, paderi sakti Kim-ting dan
Poh Ceng-in. tak mungkin ia sendiri dapat menyelesaikan
huru-hara itu.

Berturut-turut Randa Busan, Lam-hay Sin-ni, Jong Leng


lojin, Naga Tertutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-
lain, menghaturkan terima kasih kepada Siau-liong. Mereka
berlutut dihadapan pemuda itu. Sudah tentu Siau-liong
terkejut dan tersipu-sipu mengangkat mereka bangun.

Pada saat itu tiba-tiba berdatangan pula dua rombongan.


Rombongan yang pertama ialah Coa-sik Se-si bersama Mawar
Putih dan Tiau Bok-kun. Dan rombongan kedua ialah Kakek
Mata-satu bersama si dara Song Ling.

Melihat suhu dan puterinya datang, girang Randa Bu-san


bukan kepalang.

Sementara itu, Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka masih


dikepung oleh rombongan orang gagah. Jong Leng lojin, Naga
Tertutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh segera
menghampiri. Tokoh-tokoh itu geram sekali....

Jong Leng lojin memungut sebatang pedang yang terleiak


di tanah dan membentak, “Dosa kedua suami isteri iblis itu
sudah melewati takeran. Adakah saudara2 masih suka
memberi ampun kepada mereka?"

"Tidak! Mati pun mereka masih ringan kalau dinilai dari


dosanya!" seru sekalian orang gagah.

Tiba-tiba terdengar suara orang menangis. Dan pada lain


saat tampak Poh Ceng-in lari menghampiri lalu berlutut di
hadapan Siau-liong, “Tong siauhiap! Harap engkau suka
berlaku murah memberi ampun jiwa ayah bundaku itu!"

960
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Coa-sik Se-si pun menghampiri lalu mengangkat


bangun Poh Ceng-in, “Nak, ah, engkau cukup banyak
menderita....”

Buru-buru Siau-liong berkata kepada Jong Leng lojin, “Lo-


cianpwe, sukalah lo-cianpwe menerima sebuah
permintaanku?"

"Silahkan, apa pun yang Tong siauhiap bilang, aku tentu


menurut " sabut Jong Leng.

Siau-liong menghela napas, “Saat ini huru-hara sudah


teratasi. Kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu sudah tak
berdaya lagi. Marilah kita melakukan budi kebaikan untuk
mengampuni jiwa mereka!"

Ceng Hi totiang dan Kongsun Sin-tho segera melangkah


menghampiri Siau-liong. Kata Kongsun Sin-tho, “Untuk
memberi ampun jiwa mereka, pun boleh saja! Tetapi demi
menjaga timbulnya bahaya dikemudian hari lagi, ilmu
kepandaian mereka barus dilenyapkan."

Melihat Siau-liong diam saja, Ceng Hi totiang pun segera


mencabut sebilah badik yang terselip di pinggangnya.
Dipotongnya urat nadi penting dari kedua suami isteri iblis itu
lalu dibebaskannya jalan darah mereka yang tertutuk itu.

Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka terpaku seperti


patung. Wajah mereka suram muram.

Poh Ceng-in lari kesamping ibunya dan berseru pelahan,


“Mah, aku.... aku sungguh menyesal dan bersalah
kepadamu....” — ia segera menangis tersedu sedan.

961
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lama sekali Poh Ceng-in tumpahkan kesedihan hatinya.


Setelah berhenti menangis ia segera mengangkat bangun
kedua ayah bundanya dan dibawanya turun gunung.

Tiba-tiba Coa-sik Se-si memberi perintah kepada Siau-liong,


“Lekas kau susul mereka dan bawa kembali kesini!"

Siau-liong segera lari mengejar seraya berteriak memanggil


Poh Ceng-in, “Nona Poh....”

Tetapi tanpa berpaling muka, Poh Ceng-in berseru


membalas, “Aku hendak pergi!"

"Aku sungguh menyesal sekali! Aku memutuskan.... akan


mengambil engkau sebagai isteri!" Siau-liong berteriak gopoh.

Poh Ceng-in menjawab rawan, “Ah, terima kasih atas


kebaikanmu itu. Tetapi sekarang lain halnya! Aku sudah
menyadari semua! Jika kau memang orang yang pegang janji,
engkau datang tahun depan untuk memenuhi janji mati
bersama aku!"

Kedua sudah isteri iblis yang dipapah berjalan oleh Poh


Ceng-in itu terkejut dan berpaling memandang Siau-liong.
Tetapi mereka cepat menghadap kemuka lagi dan
melanjutkan perjalanan turun gunung. Tak berapa lama
mereka pun lenyap dalam kegelapan malam.

Siau-liong tertegun beberapa saat lalu berjalan balik


ketempat mamahnya. Sekalian orang gagah segera
mengerumuni Siau-liong. Mereka mendengar apa yang
dibicarakan Siau-liong dengan Poh Ceng-in tadi. Tetapi
walaupun mereka tak mengerti apa maksud pembicaraan itu.
mereka tak berani bertanya kepada Siau-liong.

962
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu karena pertempuran sudah selesai dan keadaan


kembali aman, rombongan orang gagah itu saling bergembira
ria dan tertawa-tawa.

Setelah puas bercakap-cakap, Ceng Hi totiang menghampiri


Siau-liong, “Rasanya tiada berguna aku menunggu lama disini.
Sebaiknya aku akan kembali. Maka ijinkanlah Tong siauhiap,
kami hendak mohon diri!"

Sekali pun pada saat itu Siau-liong dipandang sebagai


bintang penyelamat dunia persilatan dan seorang tokoh silat
yang telah memiliki kepandaian sakti, tetapi diam-diam hati
pemuda itu gelisah. Mendengar Ceng Hi totiang dan beberapa
tokoh hendak pulang, walaupun merasa tindakan mereka itu
terlalu bergegas, namun Siau-liong tak mau banyak bicara.

Demikian setelah beberapa tokoh itu tinggalkan gunung,


keadaan makin sepi. Saat itu sudah menjelang fajar. Angin
makin dingin. Keempat tokoh pewaris ilmu sakti masih berada
disitu.

Kongsun Sin-tho menghampiri Siau liong dan memberi


salam, “Siau-liong, akupun juga akan pergi....!"

Siau-liong bercekat hatinya dan tanpa tersadar, ia


bercucuran air mata, “Apakah suhu hendak pulang ke
Hongsan?"

Jawab tabib sakti itu, “Segala kehendakku sudah selesai.


Sebelum mati, ingin aku pesiar menikmati keindahan gunung2
dan sungai2 yang terkenal. Sekarang aku hendak memulai
pesiar kepegunungan Tang-gak. Dunia begini luas, jejakku
sukar ditentukan."

Habis berkata tokoh itu terus ayunkan langkah. Siau-liong


benar-benar tersayat hatinya. Ia masih ingin bicara banyak

963
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali dengan gurunya yang baik budi itu. Tetapi ketika ia


hendak melangkah mencegahnya, tiba-tiba tampak Mawar
Putih lari dan berlutut dihadapan Coa-sik Se-si, menangis,
“Suhu, mohon engkau sudi meluluskan sebuah permintaanku!"

Coa-sik Se-si buru-buru mengangkatnya bangun, “Kalau


ada apa2, bilanglah! Tentu akan kululuskan permintaanmu
itu!"

Mawar Putih masih sesenggukan berkata, “Mohon suhu


suka meluluskan aku menjadi rahib! Lam-hay Sin-ni lo-
cianpwe hendak mengambil aku....”

Sesaat Coa-sik Se-si tak dapat berkata apa2. Ia tahu apa


sebab muridnya hendak masuk menjadi rahib itu. Berpaling ke
arah Siau-liong, dilihatnya puteranya itu ter-longong2
mengucurkan air mata. Sampai beberapa lama, barulah ia
berkata, “Lam-hay Sin-ni lo-cianpwe adalah salah seorang
tokoh sakti yang mewarisi salah satu dari lima ilmu sakti.
Beliau hendak menerimamu sebagai murid, memang suatu
keberuntungan bagimu. Tetapi....”

Coa-sik Se-si tak dapat melanjutkan ucapannya karena saat


itu Mawar Putih sudah mengeluarkan sebilah badik dan terus
memotong rambutnya. Coa sik Se si hendak mencegah tetapi
sudah terlambat. Terpaksa ia hanya menghela napas panjang
dan tak berkata suatu apa.

Tiau Bok kun yang sejak tadi berdiri disamping tak ikut
bicara, demi melihat Mawar Putih memotong rambut, tiba-tiba
ia segera menghampiri Siau-liong, “Tong siangkong! Atas budi
pertolonganmu kepadaku itu, mungkin dalam kehidupan
sekarang aku tak dapat membalas....!'"- habis berkata iapun
segera memotong rambutnya juga.

964
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Saat itu Siau-liong termangu-mangu seperti patung. Dia tak


dapat berkata apa2 kecuali bercucuran air mata....

Setelah mengucap terima kasih kepada Coa-sik Se-si, Lam-


hay Sin-ni segera memimpin tangan Mawar Putih diajak pergi.

Jong Leng lojin tertawa gelak2. Ia melangkah kemuka Tiau


Bok-kun, katanya, “Aku masih belum punya pewaris, entah
apakah engkau suka....”

Tiau Bok-kun girang sekali. Buru-buru ia berlutut dan


memberi hormat dengan khidmat, “Suhu....”

Jon Leng lojin tertawa meloroh. kemudian berseru kepada


Lam-hay Sin-ni, “Muridku juga tak kalah dengan muridmu itu!"

Kemudian Randa Bu-san pun hendak pamit. Sementara si


dara Song Ling berdiri jauh tak mau memandang Siau-liong.

Karena ditinggal pergi oleh tokoh2 itu, hati Siau-liong


seperti tertindih batu. Ia hendak menangis, tetapi ai rmatanya
sudah kering. Akhirnya ia bertanya kepada Randa Bu-san;
"Apakah Cianpwe juga akan pergi?"

Randa Bu-san tertawa, “Di dunia tiada perjamuan yang


takkan berakhir. Kalau saatnya harus berpisah, kita pun harus
berpisah!"

Demikian para tokoh2 itu satu demi satu segera tinggalkan


tempat itu. Yang ada kini hanya Siau-liong dan mamahnya.

Wajah Siau-liong penuh bekas air mata. Pikirannya


melayang pada masa yang lalu. Bayang2 orang satu demi satu
melintas pada benaknya.

965
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi mengingat bahwa mereka telah mendapat tempat


yang tepat, hatipun tenang. Ia menghapus air mata dan
paksakan tertawa, “Mah, mari kita tinggalkan tempat ini juga!"

Saat itu hati Coa-sik Se-si pun girang dan sedih. Serentak ia
berbangkit, ujarnya, “Marilah kita kegunung Hongsan untuk
menyambangi makam ayahmu!"

Siau-liong terhibur hatinya. Sambil menggandeng tangan


mamahnya, mereka segera berjalan pe-lahan2 menuruni
gunung.

Karena sudah tiada urusan yang penting, mereka pun


melakukan perjalanan dengan pelahan.... Setiba dibawah
gunung lebih dulu mereka mencari penginapan dirumah
penginapan. Setelah itu mereka menyewa kereta. Lebih
kurang setengah bulan kemudian barulah mereka tiba
digunung Hongsan.

Pada saat mereka mendaki ke atas gunung, apa yang


disaksikannya membuat mereka terkejut sekali.

Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah yang terdiri


dari be-ratus2 orang, muncul menyambut mereka. Didekat
kuburan almarhum Tong Gun-liong, didirikan beberapa buah
bangsal. Selusin bujang perempuan segera memimpin tangan
Coa-sik Se-si diajak masuk ke dalam bangsal.

Karena terkejut, Siau-liong sampai tak dapat berkata apa2.


Ia tak mengerti mengapa tokoh2 persilatan berada disitu.

Kiranya untuk membalas jasa Siau-liong, Ceng Hi totiang


memimpin rombongan kaum persilatan menuju ke Hong-san
dan mendirikan bangsal dan membangun sebuah gedung yang
mewah. Gedung itu akan dipersembahkan kepada Siau-liong
sebagai tempat tinggal ibunya.

966
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siau-liong sukar menolak kebaikan Ceng Hi totiang dan


tokoh2 persilatan. Terpaksa ia mengucapkan terima kasih
Gunung Hongsan yang biasanya sunyi, saat itu ramainya
bukan kepalang. Beratus-ratus tokoh persilatan
bersembahyang didepan makam Tong Gun-liong. Mereka
dipelopori Ceng Hi totiang yang bersembahyang dengan
berlutut di depan nisan, Coa-sik Se-si dan Siau-liong berdiri, di
samping makam untuk membalas hormat.

Coa-sik Se-si benar-benar terharu melihat upacara yang


belum pernah terjadi dalam sejarah dunia persilatan. Ia
bercucuran air mata dan berkemak-kemik mendoa, “Gun-
liong, Gun-liong.... jika engkau tahu keadaan ini. engkau pasti
dapat meram dengan puas dialam baka!"

Selesai upacara sembahyangan, tiba-tiba Toh Hun-ki ketua


Kong-tong-pay bersama keempat Su-lo maju ke depan makam
dan berseru, “Dahulu kamilah yang salah memberi keputusan.
Maka kami akau menebus kesalahan itu dengan kematian!"

Habis berkata mereka sama mencabut badik dan terus


hendak bunuh diri.

Sesungguhnya Siau-liong tak sampai hati melihat mereka


membunuh diri. Tetapi ia tak berani lancang mengambil
tindakan. Maka ia berpaling memandang ibunya.

Ternyata Coa-sik Se-si sudah bergegas maju menghampiri


dan berseru, “Cianpwe sekalian, harap jangan bertindak
begitu. Bagaimanapun halnya, Gun-liong adalah muridmu.
Pada masa itu dia telah melanggar peraturan perguruan.
Sudah seharusnya menerima hukuman....”

Ceng Hi totiang pun juga menghampiri dan tertawa,


“Peristiwa yang lampau sudah lalu! Hari ini benar-benar suatu

967
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

peristiwa bersejarah bahwa seluruh kaum persilatan


melakukan upacara sembahyang. Soal yang lalu, tak perlu
diungkat lagi!"

Siau-liong juga ikut menasehati sehingga tokoh-tokoh


Kong-tong-pay itu mau juga batalkan niatnya membunuh diri.
Mereka menghaturkan terima kasih kepada ketiga orang itu.
Dan suasana berkabung, kini berobah menjadi suatu peristiwa
yang menggembirakan.

Hari kedua, rombongan kaum persilatan pun mengadakan


sembahyangan dimakam Pendekar Laknat dan Pengemis
Tengkorak.

To Kiu-kong menyerahkan Soh Beng Ki-su kepada Siau-


liong. Dihadapan makam Pendekar laknat, Siau-liong menusuk
dada Soh Beng Ki-su mengambil hatinya dan
disembahyangkan didepan makam Pendekar Laknat.

Selesai upacara sembahyangan itu, Ceng Hi totiang hendak


mengangkat Siau-liong sebagai pemimpin dunia persilatan.
Tetapi Siau-liong tetap menolak. Ia menyatakan lebih senang
menjadi cousu dari partai Kay-pang dan berkedudukan sama
dengan ketua partai2 persilatan lain.

Sudah tentu partai Kay-pang girang sekali. Mereka


menyambut pernyataan cousu-ya mereka itu dengan berlutut
menghaturkan terima kasih. Sejak itu Kay-pang makin
menjulang namanya. Partai itu seolah-olah dianggap sebagai
pemimpin dunia persilatan.

Setelah hampir sebulan berada di gunung Hong-san, sekali


pun tokoh-tokoh persilatan Itupun segera berbondong-
bondong pulang ke tempat masing-masing.

968
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sejak itu Siau-liong bersama ibunya tinggal di gunung


Hong-san. Mereka melewatkan kehidupan yang bahagia.

Tetapi Siau-liong tetap gelisah memikirkan nasib Mawar


Putih, Tiau Bok-kun, Poh Ceng-in dan lain-lain. Ia pun ingat
bahwa besok tahun muka pada pertengahan musim rontok, ia
harus menuju ke gunung Busan untuk memenuhi
perjanjiannya dengan Poh Ceng-in.

Rupanya Coa-sik Se-si tahu apa yang terkandung dalam


hati puteranya. Ia menasehati agar Siau-liong dapat
mempengaruhi pikiran Poh Ceng-in supaya membatalkan
rencana untuk mati bersama itu. Dan sebagai perobahan,
Siau-liong supaya menerima Poh Ceng-in sebagai isteri....

Siau-liong mengiakan. Setelah tiba waktunya ia segera


berangkat menuju ke Busan.

Dalam perjalanan, ia menimang, “Randa Bu-san tentu


sudah tahu bahwa Pendekar Laknat itu sebenarnya sudah
mati. Dengan begitu perjanjian mereka untuk mengadakan
pertempuran, dengan sendirinya gugur. Dan sekarang hanya
sebuah perjanjian dengan Poh Ceng-in yang harus ia
selesaikan!"

Tiba di gunung Busan, tepat pada pertengahan bulan


delapan pagi. Perjanjiannya dengan Poh Ceog-in ialah hari
kedua dari pertengahan bulan delapan. Ia duga, apabila Poh
Ceng-in datang memenuhi janji, tentu tak mungkin datang
lebih dulu dari dirinya.

Tetapi diluar dugaan, begitu membelok pada sebuah


tikungan gunung, ia melihat di tengah sebuah hutan telah
dibangun sebuah makam. Dan ah.... ternyata Poh Ceng-in
sudah berada di situ, Ia tetap mengenakan pakaian merah
menyala dan duduk disamping makam.

969
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nona Poh!" serentak Siau-liong berseru seraya lari


menghampiri.

Poh Ceng-in serentak berbangkit tetapi tiba-tiba ia menjerit


dan rubuh lagi.

Siau-liong terkejut dan cepat memapahnya bangun. Sambil


ulurkan tangan kiri, Poh Ceng-in mengerang, “Lenganku digigit
ular beracun yang kupelihara! Lekas bantu menghisap racun
itu!"

Waktu memeriksa, Siau-liong memang melihat lengan kiri


nona itu terdapat dua buah lubang yang masih bercucuran
darah. Tanpa banyak berpikir lagi. ia terus menghisapnya
dengan mulut.

"Lekas hisap! Lekas isap! Kalau racun keburu masuk ke


dulam jantung, tiada obatnya lagi!" berulang kali Poh Ceng-in
merintih rintih.

Karena gugup, Siau-liong terus menghisap kemati-matian.


Karena darah terus mengalir tak berhenti, Siau-liong tak
keburu meludahkan ke tanah sehingga terus ditelannya.
Keadaan itu berlangsung sampai lama.

"Apakah sekarang nona sudah merasa enak?" tanyanya


beberapa saat kemudian. Tetapi serentak dengan itu
wajahnya pun berobah. Dilihatnya wajah Poh Ceng-in pucat
lesi seperti orang yang mau mati.

Kemudian nona itu paksakan tertawa rawan, “Aku tak


pantas menjadi jodohmu.... racun jong-tok itu.... su.... dah....
punah....!"

970
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Habis berkata wanita pemilik Lembah Semi itu pun kelentuk


kepalanya dan meramkan mata selama-lamanya.

Siau-liong terkejut. Tanpa disadari ia menangis dan


berkabung melihat penderitaan dan pengorbanan wanita itu.
Saking sedihnya ia sampai pingsan.

Setelah sadar barulah ia mengetahui bahwa Kakek Mata-


satu, Randa Bu-san dan Song Ling sudah menjaga
disampingnya. Siau-liong segera menanam Poh Ceng-in ke
dalam liang yang telah disiapkan itu.

Kemudian Siau-liong tegak berdiri di samping makam itu


seperti orang yang kehilangan semangat. Kakek Mata-satu
dan Randa Busan menghiburnya dan akhirnya dapat
membujuknya diajak pulang ke Hong-san.

Coa-sik Se-si juga berduka mendengar peristiwa kematian


Poh Ceng-in. Sedang Siau-liong tetap lesu seperti orang sakit.
Ia lebih suka membenam diri dalam kamar.

Dua bulan kemudian barulah ia mulai dapat kembali


semangatnya yang hilang itu. Hari itu ia merasa semangatnya
segar, kedukaan hatinya pun berkurang. Maka keluarlah ia
dari kamarnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika ia melihat
keadaan di luar.

Di ruangan besar, penuh dengan meja perjamuan dan


tetamu2 yang terdiri dari ketua partai2 persilatan serta tokoh2
ternama.

Siau-liong heran bukan kepalang. Buru-buru ia mencari


mamahnya untuk bertanya. Sudah dua bulan ia tak pernah
keluar dari kamar sehingga tak tahu apa yang terjadi dalam
rumah.

971
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Coa-sik Se-si keluar menyambut diiringi oleh bujang


perempuan. Dengan wajah berseri tawa, wanita itu berkata
kepada puteranya, “Siau-liong, sekali pun dalam urusan ini
aku tak pernah mengatakan kepadamu, tetapi engkau jangan
menolak! Hari ini adalah hari kebahagiaanmu!"

Siau-liong kaget setengah mati, “Bagaimana ini....”

Coa-sik Se-si menukas tertawa, “Mempelai perempuan


adalah Song Ling. Mamahlah yang mencarikan jodohmu itu!"

Sekali pun Siau-liong tak berani membantah tapi ia


banting2 kaki dan menghela napas panjang.

Tiba-tiba Kakek Mata-satu muncul dengan tertawa-tawa,


“Buyung, apakah engkau tak ingat janjimu yang telah engkau
berikan kepadaku di puncak Kim-ting tempo hari?"

Siau-liong seperti disadarkan. Teringatlah ia mengapa


kakek buta sebelah mata itu memaksanya supaya meluluskan
sebuah permintaannya Kiranya permintaan kakek itu tak lain
ialah hendak menjodohkan cucu muridnya atau si dara Song
Ling dengan dirinya. Ah.... ia tak berani banyak bicara lagi dan
biarkan sekalian orang hendak mengatur bagaimana kepada
dirinya.

Upacara perkawinan berlangsung megah sekali. Gunung


Hong-san selama dua bulan ramainya bukan main.

Karena terjalin budi dan cinta, kedua mempelai itu hidup


rukun dan berbahagia. Randa Bu-san dan Coa-sik Se-si girang
sekali melihat putera puteri mereka telah mendapat jodoh
yang sepadan.

972
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bahkan Randa Busan menerima baik tawaran Coa-sik Se-si


untuk tidak kembali ke Busan tetapi tinggal di gunung Hong-
san bersama anak dan menantunya.

Setelah sekalian tokoh2 persilatan pulang ketempat


masing-masing, paderi Liau Hoan masih tinggal di situ. Ia
menemui Siau-liong dan mengingatkan janjinya dahulu.

Ternyata pada 30 tahun yang lalu gunung Thian-san


meletus. Batu2 besar menutup sebuah gua tempat tinggal
kawanan orang-utan. Selama 30 tahun itu paderi Liau Hoan
suruh muridnya memberi makanan. Tetapi kini orang-utan itu
berkembang biak menjadi ratusan ekor jumlahnya. Lama
kelamaan mereka tentu akan mati karena sesak. Maka Liau
Hoan minta Siau-liong kesana untuk menghancurkan batu-
batu besar yang menutup pintu gua....

"Hanya ilmu Thian-kong-sin-kanglah yang menghancurkan


batu2 raksasa itu. Maka kumohon siauhiap suka bersama aku
pergi ke Thian-san," kata paderi itu.

Siau-liong mengajak isterinya memenuhi janji ke Thian-san.


Setelah berhasil, maka kedua suami isteri pendekar itu
berkelana melakukan amal perbuatan yang luhur dan berguna
bagi rakyat.

Dengan berseri-seri kedua penpantin remaja itu, Siau-liong


— Song Ling, menghaturkan hormat minta doa restu kepada
tokoh2 persilatan

--000d-- T A M A T--w000--

973
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

974

Anda mungkin juga menyukai