Anda di halaman 1dari 1270

TENGKORAK MAUT

Diposkan oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 26 Agustus 2011 Tengkorak Maut Karya : Khu Lung Saduran : Tjan ID Jilid 1 Bab 01 BENTENG MAUT!! Dalam pandangan orang2 dunia persilatan, tempat itu merupakan sebuah istana yang mendatangkan maut bagi siapa yang berani mendekatinya. Benteng kuno itu dibangun diatas sebidang tanah berbatu karang yang dikelilingi oleh tiga buah aliran sungai. Pintu depan benteng yang menghadap ke arah daratan selalu terbentang lebar dan memperlihatkan sebuah pintu yang gelap gulita di atas dinding tembok tertera dua huruf besar yang cukup membetot hati siapapun yang menyaksikan: Benteng Maut Dibawah dua huruf besar tadi terdapat pula sebuah tengkorak merah darah yang nampak menyeramkan. Itulah lambang maut dari pemilik benteng kuno itu. Selama hampir tiga puluh tahun lamanya di dunia persilatan tercekam dalam ketakutan, kengerian yang seolaholah hari kiamat hampir tiba, sebagian besar jago2 dari kalangan Bu lim banyak yang mati binasa dalam keadaan penasaran, banjir darah melanda dimana-mana. Semua peristiwa berdarah yang terjadi selalu diakhiri dengan tertinggalnya lambang Tengkorak maut disisi setiap korban.. Kebrutalan serta kekejaman Tengkorak maut membuat orang jadi ketakutan dan menjuluki dirinya sebagai malaikat elmaut. Tetapi... lima belas tahun berselang, tiba-tiba pintu benteng itu tertutup rapat Tengkorak maut tak pernah muncul kembali 3 di dalam dunia persilatan, seluruh Bu lim pun terlepas dari cekaman rasa takut dan ngeri. sementara orang menduga tengkorak maut telah menghembuskan napasnya yang terakhir tetapi kenyataan membuktikan lain, sebab setiap rombongan orang Bu lim yang berangkat menyelidiki rahasia Istana maut tak seorangpun yang kembali dengan selamat. Teka teki... peristiwa itu merupakan suatu tanda tanya besar bagi semua orang. Malam mencekam seluruh jagad, udara gelap gulita tidak nampak cahaya bintang maupun rembulan... begitu pekat hingga melihat ke lima jari sendiripun susah.

Kilat menyambar2 diiringi suara gemuruh guntur yang bergeletar membelah bumi, kilatan tajam mendatangkan kilatan cahaya yang menerangi seluruh jagad. Angin berhembus kencang mengiringi desiran yang menusuk pendengaran, menyapu seluruh benda di sekitar nya .... ranting, daun dan debu berterbangan memenuhi angkasa... Didalam sebuah dusun yang kecil nampak sesosok bayangan manusia sedang melaku-kan perjalanan dengan cepat menyeberangi jalan. Kilat kembali menyambar... kali ini terlihat lebih jelas lagi, kiranya bayangan tadi adalah dua sosok tubuh yang saling berpanggulan, seorang pemuda berusia tujuh delapan belas tahunan dengan membopong seorang pria berusia pertengahan sedang melakukan perjalanan cepat.. Sang pemuda berwajah tampan berperawakan kekar, sedang sang pria berusia pertengahan itu kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, napasnya kempas kempis dan rupanya sedang menderita sakit parah. "Ayah ...." terdengar pemuda itu bergumam "Rupanya sebetar lagi akan turun hujan badai yang amat deras" 4 Pria berusia pertengahan yang ada didalam dukungannya mendengus lalu mengangguk. "Benar, hujan bakal turun dengan deras nya.... inilah suatu saat yang paling bagus bagi kita". "Apa??? saat yang paling bagus ???. " "Ehmm. sedikitpun tidak salah" "Ayah, ananda tidak paham dengan maksudmu " "setelah tiba ditempat tujuan nanti, kau akan segera mengerti" "Ayah, mengapa kau harus memilih disaat yang paling jelek untuk keluar rumah???, sakit mu. " "Nak. sebentar lagi kau akan paham dengan sendirinya, ayoh cepat berangkat". Guntur membelah bumi menggetarkan seluruh permukaan bumi, kilat kembali menyambar dan hujan deras mulai membasahi seluruh tempat... "Ayah, hujan telah tiba .. bagaimana kalau kita ketempat berteduh ???". "Tidak. tidak usah, cepatan dikit.." "Tapi ayah.... sakitmu..." "Justru karena aku, aku sakit. Aaai anakku. tak usah banyak bicara lagi, masih jauh kah, perkampungan keluarga Han??" "Kita akan segera tiba ditempat tujuan, setelah belok tikungan bukit sana" Kilat menyambar menerangi jagad, guntur bergeletar menerangi angkasa. Hujan deras diiringi hembusan angin puyuh melanda seluruh jagad, begitu dahsyat hujan yang turun membuat

tanah jadi berlumpur dan sangat becek. 5 setelah membelok sebuah tikungan bukit, akhirnya terlihatlan bayangan sebuah perkampungan muncul di hadapan mereka. "Kita sudah...saam..saampai...nak .." Pemuda itu mempercepat langkahnya masuk kedalam pintu perkampungan. setibanya dalam ruangan, pemuda itu menurunkan pria berusia pertengahan tadi keatas tanah, lalu diapun duduk bersandar disisinya. Dibawah kilatan cahaya petir, tampak pintu perkampungan itu sudah lapuk dan bobrok, sarang laba2 bergelantungan dimana2, debu yang menempel diatas lantai sangat tebal. "Ayah, apakah perkampungan ini sudah lama tidak dihuni orang ??". "Benar." Dengan lemas pria berusia pertengahan itu menyandarkan diri ditepi pintu, napasnya tersengkal dan wajahnya berubah jadi pucat pias. bagaikan mayat. "Ayah...kau:..kenapa kau??" jerit pemuda tadi. "Nak...mari mari kita, masuk ke dalam .." "Tapi ayah...keadaanmu bertambah payah, kita lebih baik beristirahat dulu sejenak" "Masuk." Dari balik mata pria berusia pertengahan itu mendadak memancar keluar sorot cahaya yang sangat aneh, wajahnya berkerut kencang, dengan kerahkan segenap kekuatannya ia menghardik keras. Pemuda itu bergidik dan berdiri menjublak tapi sejenak kemudian ia sudah mendukung kembali tubuh ayahnya masak ke dalam perkampungan. 6 Hujan badai telah berhenti, gunturpun telah sirap. dengan perasaan ragu, sangsi dan penuh tanda tanya pemuda itu perlahan2 berjalan masuk kedalam perkampungan, ia tidak mengerti apa sebabnya siorang tua itu tidak mempedulikan sakitnya yang parah, di tengah hujan badai yang amat deras mengajak dia mengunjungi perkampungan yang sudah usang dan terbengkalai ini. Bayangan hitam yang seram dan mengerikan segera mencekam perasaan si anak muda itu. Jendela yang lapuk berbunyi gemericikan nyaring terhembus angin yang kencang, bayangan hitam dari tiang penglari, sudut ruang di balik pintu se akan2 berubah jadi bayangan setan yang mendirikan bulu roma. "Ayah..." seru pemuda itu tak tertahan.. "Bu...bukankah kau...kau merasa taa. . takut nak???" "Tiiii . . tidak . . aku tidak . merasa takut"

Awan hitam perlahan2 membuyar, rembulan muncul dari balik kegelapan yang mencekam seluruh jagad dan memancarkan sinarnya menerangi perkampungan yang terbengkalai itu hingga mirip dengas sarang hantu. Mendadak... pemuda itu merasakan kakinya tersentuh sesuatu benda hingga hampir saja ia jatuh tertelungkup, , cepat ia tunduk kan kepalanya untuk memeriksa.. "Aaaaah..." ia menjerit tertahan, badannya jadi merinding dan bulu roma pada bangun berdiri sesosok tengkorak putih menbujur diatas lantai. Diikuti dari balik semak belukar, sudut ruangan, beranda... semuanya nampak tengkorak yang berceceran di-mana2. Dua...tiga...empat...seluruh ruangan penuh berisikan tulang tengkorak manusia yang bergelimpangan di mana2.. 7 Pemuda itu segera menghentikan langkah kakinya, sekujur badan gemetar keras, giginya saling bergemerutukan nyaring. Kegelapan yang mencekam perkampungan yang terbengkalai.. serta tulang tengkorak manusia yang berserakan di mana2. Api setan yang seakan2 datang dari arah yang tak diketahui ujung pangkalnya ini menciptakan suatu pemandangan yang menyeramkan, mengerikan hati... "Ayah apa yang terjadi..." seru pemuda itu. "Jaa...jangan banyak bertanya, masuk ke dalam ruangan tengah...". si anak muda itu ragu2 untuk melanjutkan langkah kakinya, ia tak berani membayangkan pemandangan ngeri apa lagi yang akan ditemui diruang tengah, dalam benaknya telah dipenuhi dengan be ratus2 macam pertanyaan tetapi tak sebuahpun yang sanggup diutarakan keluar. Tapi secara lapat2 iapun dapat merasakan bahwa peristiwa yang dialaminya matam ini bukan kejadian biasa. Ayahnya tidak nanti tanpa alasan mengajak ia datang kedalam perkampungan bobrok yang penuh dengan tulang berserakan ditengah malam hujan badai yang deras. "Ce...cepat masuk keruang tengah". terdengar pria berusia pertengahan itu ter batuk2 dan membentak. " Kalau tidak kau...kau se lama hidup akan menyesal". Dengan perasaan bergidik bercampur kaget pemuda itu mengiakan dan segara meneruskan langkahnya masuk kedalam ruangan. Ruang tengah gelap gulita, sarang laba2 bergantungan dimana2, debu sangat tebal dan menyiarkan bau busuk yang sangat tak enak dibadan. 8 sekilas cahaya rembulan sempat menerobos masuk kedalam ruangan lewat celah2 dinding yang retak. menerangi

sedikit ruangan yang gelap dan apek itu. Kembali ia saksikan tengkorak manusia berserakan ditengah ruangan tersebut. Tak tahan lagi si anak muda itu berseru terperanjat, ia semakin bingung dan tak habis mengerti kenapa ayahnya mengajak dirinya mengunjungi rumah hantu semacam ini. "Tuu turunkan aku", seru pria berusia pertengahan itu. Pemuda tadi mengiakan dan menurunkan ayahnya keatas lantai, tapi tatkala ia berpaling pemuda itu segera berdiri menjublak. terasa olehnya bahwa ia sedang bermimpi jelek: Untuk pertama kalinya ia saksikan sang ayah yang bewajah ramah dan penuh kasih sayang itu menunjukkan mimik yang menakutkan, suatu perubahan air muka yang menjijikkan.. "Ayah. . .kau.." jeritnya keras2. "Aku. . .aku bukan ayahmu " teriak pria tadi. Dengan hati terkesiap si anak muda itu mundur satu langkah ke belakang, dalam pikiran nya mungkin sang ayah berada dalam keadaan tak sadar, mungkin pikirannya tidak jernih. "Nak" terdengar pria berusia pertengahan itu berkata lagi. "Berikan separuh .... separuh Jin som itu kepadaku..." Dengan wajah kebingungan pemuda itu mengambil keluar sebuah bungkusan kecil dari sakunya lalu diserahkan kepada pria tadi. setelah menerima bungkusan tersebut, pria itu membuka bungkusan tadi lalu mengambil jin som dan ditelannya kedalam perut. sesaat kemudian semangat serta kesegaran nya telah pulih kembali. 9 "Ayah bukankah sejak tadi telah kunasehati untuk menelan separuh buah jinsom tersebut, mungkin penyakitmu tidak akan berubah jadi separah ini...". Pria berusia pertengahan itu tidak menggubris perkataan putranya, dengan wajah berkerut kencang dan menunjukan mimik yang mengerikan ia alihkan pandangannya ke arah sesosok tulang tengkorak manusa yang membujur disisinya penuh rasa hormat. sang pemuda yang menyaksikan tingkah laku ayahnya makin lama semangkin bingung.. kian lama kian bertambah terperanjat. sehabis menyembah kearah tengkorak tadi, titiktitik air mata nampak mengucur keluar membasahi pipinya yang kurus dan peot. "Ayah . . " kembali pemuda itu berseru. "Aku bukan ayahmu!". "Kau . . kau orang tua ... " "sekarang dengarkanlah baik2 " terdengar pria berusia pertengahan itu dengan wajah hijau membesi dan sorot mata menggidikan menatap sianak muda itu tajam2. " Aku bukan ayahmu, aku adalah paman gurumu yang

disebut orang si telapak naga beracun Thio Lien". "Ayah . . . "jerit pemuda itu dengan suara gemetar dan hati bergetar keras: sepasang mata pria berusia pertengahan itu melotot besar, tukasnya dengan suara seram: "Aku bukan ayahmu, aku adalah paman gurumu sitelapak naga beracun Thio Lien". "Paaaa...paman guru???". "Tidak salah". "Kalau begitu, keponakan bukan she Tio?" 10 "Tidak kau she Han". "Aku she Han??" badan sianak muda itu mulai gemetar keras: "Benar. kau she Han. Ingat baik2, namamu adalan Han siong Kie...".. "Han siong Kie???". " Ehm ayahmu bernama Han Hoei, dia adalah Jie suko ku ". sekilas bayangan hitam berkelebat dalam benaknya, Han siong Kie merasa hatinya bergidik dan bulu roma pada bangun berdiri "Lalu ayahku..." "Dialah tulang tengkorak dari jie suhengku dialah tulang tengkorak dari ayahmu " seru sitelapak naga beracun sambil menuding kearah tulang membujur disisi tubuhnya. Bagaikan disambar petir disiang hari bolong Han siong Kie merasa dadanya jadi sesak. pandangan matanya jadi gelap dan tak tahan lagi ia berteriak keras: "Ayah. . ." Tubuhnya menubruk keatas tulang tengkorak tadi dan jatuh tak sadarkan diri Dengan susah payah si telapak naga beracun Thio Lien menyalurkan jari tangannya dan menotok beberapa buah jalan darah di atas tubuh pemuda she Han tersebut. Perlahan-lahan Han siong Kie tersadar kembali dari pingsannya, ia menyembah beberapa kali dihadapan tulang tengkorak ayahnya lalu dengan suara keras ia menjerit: "susiok apakah perkampungan ini adalah rumah kediamanku??" "Tidak salah" "Tulang tengkorak manusia yang berse-rakan diseluruh perkampungan ini ...." 11 "Mereka anggota keluarga serta anggota perkampunganmu, semuanya berjumlah dua ratus jiwa". . "siapakah yang melakukan pembunuhan brutal ini????"". "Dengarkan dulu ceritaku. pada hari Tiong Yang lima belas tahun berselang, aku dengan membawa sutemu datang mengunjungi ayahku, waktu itu kau masih berusia tiga tah

sutemu adalah sebaya dengan usiamu hanya dia lebih muda dua bulan. Disaat kami sedang berbicara dan bercerita dengan riang gembira itulah tiba2 bencana datang dari atas langit,jie suheng segara melemparkan dirimu kepadaku sambil berpesan: sute, tolong, selamatkanlah keturunan keluarga Han kami.." Mendengar sampai disini Han siong Kie merasakan pandangannya jadi ber kunang2, sambil menggertak gigi kencang2 ia berusaha menahan golakan emosi dalam hatinya. "Waktu itu aku telah bertekad untuk berjuang sampai titik darah penghabisan" terdengar sitelapak naga beracun Thio Lien melanjutkan kembali kisahnya." Tetapi pesan terakhir dari ayahmu tak dapat kutampik, maka disaat terakhir, aku membopong tubuh mu dan meloncat kedalam sebuah sumur kering ditengah halaman . . . ". "Lalu dimanakah sute???". "Dia . . dia telah mati konyol mewakili dirimu" sahut Thlo Lien dengan mata melotot besar: Han siong Kie tak kuasa menahan diri, ia muntah darah segar. si telapak nega beracun Thio Lien melirik sekejap kearahnya, lalu melanjutkan: "Ketika aku membawa kau merangkak ke luar dari sumur tua itu, seluruh isi perkampungan telah porak poranda . . tak seorang manusiapun berada dalam keadaan hidup," 12 Han siong Kie menjerit keras, sekali lagi ia muntah darah segar dan badannya mundur dengan sempoyongan. "Dimanakah ibuku??". . "Ibumu??" Thio Lien menggigit giginya. " Kenapa dengan ibuku???" satu ingatan jelek kembali berkelebat dalam benak sianak muda itu "Ibumu bernama Say Siang Go, si siang Go cantik ong coei Ing, pada lima belas tahun berselang merupakan wanita tercantik didalam dunia persilatan" "Apakah ia tidak mati didalam peristiwa berdarah itu???". "Tidak " "Kenapa ???". "Kejadian itu merupakan suatu teka teki hingga kini hanya dia seorang yang masih hidup dalam keadaan segar bugar". "sekarang ibuku berada dimana??? susiok apakah kau tahu??" "Aaaai... " sitelapak naga beracun Thio Lien menghela napas sedih. "Nak .... lebih baik kau tak usah menanyakan persoalan ini" "Tidak ...." Jerit Han siong Kie sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku ingin tahu susiok aku ingin tahu nasib yang dialami ibuku". "Dia sudah menikah lagi"

"Apa??? ibuku menikah lagi ????" sekujur tubuh pemuda she Han ini menggetar keras, hampir saja ia tak sanggup menahan golakan hati yang terasa amat berat itu. "sedikitpun tidak salah". "Apakah dia tahu kalau aku masih di dunia dikolong langit ?" 13 "Ia Tahu". "Kenapa ia tidak datang mencari diriku?" "Aku pernah membawa dirimu pergi mencari dirinya, tapi hampir saja kita berdua mati konyol diujung telapak tangannya, berulang kali dia memperingatkan diriku, katanya apabila lain kali sampai bertemu lagi, maka jiwa kita berdua pasti akan dicabut. oleh sebab peristiwa inilah selama lima belas tahun lamanya aku tak berani munculkan diri didalam dunia persilatan" Han siong Kie menjerit keras dan sekali lagi muntah darah segar, ia tidak menyangka kalau dirinya ternyata memiliki seorang ibu yang begitu kejam bagaikan kalajengking... Blaam pemuda itu tak sanggup berdiri tegak lagi dan segera jatuh terduduk diatas tanah. "Apakah ia tidak mempunyai rencana untuk membalas dendam kematian bagi keluarganya??" "Anak kandung sendiripun sudah tidak mau, apa lagi membicarakan soal pembalasan dendam" "Suatu hari aku... aku mau membinasakan dirinya. " "Apa? kau headak membunuh ibumu sendiri??? " Han siong Kie menutupi wajahnya dengan sepasang tangan lalu menangis ter-sedu2. "Ya a h Allah kenapa kau bisa mempunyai seorang ibu macam begini.??..". "Nak. bagamanapun juga akhirnya kau telah tumbuh jadi dewasa, tetapi karena terikat oleh sumpah aku tak dapat mewariskan segenap kepandaian silat yang kumiliki kepadamu, namun dalam lima belas tahun belakangan ini kau sudah memiliki dasar tenaga lweekang yang cukup kuat, asal kau dapat bertemu dengan guru pandai tidak sulit untuk memperoleh kemajuan yang pesat. Nah. sekarang kau boleh pergi". 14 "Susiok. kau bilang apa???" seru Han siong Kie dengan hati terkesiap. matanya terbelalak dan mulutnya melongo. "Aku minta kau segera tinggalkan tempat ini " "Aku disuruh tinggalkan tempat ini??". "Benar." "Lalu bagaimana dengan susiok???". "Aku sudah mencuri hidup selama lima belas tahun lamanya, tugas yang dititipkan jie suheng kepadakupun sudah selesai sekarang aku sudah sewajarnya untuk menyusul diri

Jie suhengku" "susiok, kau... " seru Han siong Kie dengan hati sedih, ia sebera merangkak kehadapan telapak naga beracun Thio Lien dan berlutut di hadapannya. "Nak, tindakan ini merupakan peraturan dari perguruan, kau tak bakal mengerti" "Tidak susiok. kau tak boleh..." "Nak, itu namanya nasib" "Bagaimanapun juga kau harus mengerti dan memahami " "susiok. kau telah mengorbankan jiwa sute demi menyelamatkan jiwaku, selama lima belas tahun kaupun telah mendidik dan memelihara aku, budi kebaikan yang sedalam lautan ini meski badan titjie harus hancur lebur pun tak akan terbalas.". " omong kosong kesemuanya itu cuma omong kosong. " "Tidak susiok. aku tidak akan membiarkan dirimu. ." "Apakah kau hendak memaksa aku untuk menghianati perguruan?? kau hendak paksa aku melanggar peraturan?? " "Tetapi.. .susiok bagaimanapun juga kau harus mengatakan dulu alasan2nya". 15 "Tidak bisa, ini adalah perintah dari perguruan yang tak dapat dibangkang..." Makin dipikir Han Siong Kie merasa semakin bimbang dan tidak habis mengerti, ia tak dapat menangkap maksud perkataan dari susioknya barang sepatah katapun. "Susiok, lalu siapakah musuh besar kita.??" akhirnya ia bertanya lagi setelah termenung beberapa saat lamanya. "Kau tak usah tahu siapakah musuh besar kita.. " "Kenapa?? apakah..." "Ingat" seru si telapak naga beracun Thio Lien dengan mata bercahaya tajam. Pertama kau tidak diperkenankan membicarakan atau mengungkap asal usulmu kepada siapapunjuga. Kedua. dilarang mengubur tulang belulang yang berserakan ditempat ini. Ketiga, Dilarang membalas dendam" "Susiok, kau sedang mengatakan soal apa?" jerit sianak muda itu pedih. "Ini perintah dari paman gurumu, kau tak boleh melanggar." "Susiok, ingatanmu mungkin tidak..." "Omong kosong, aku segar bugar otakku jernih dan tidak melantur" "Lalu kenapa aku tak boleh membalas dendam??". "Kau tak usah bertanya mengapa, ayahmu yang ada diakhirat pasti mengerti dan memahami keadaan sebenarnya dan ia pasti dapat menyetujui tindakan yang telah kuambil ini." "Kalau begitu tit-jie tolong tanya nama dari perguruan kami??".

"Masa yang sudah silam tak usah dibicarakan lagi, lebih baik kau tak usah tahu tentang hal itu lagi". 16 "Lalu ibuku yang berhati kejam bagaikan kala itu telah kawin lagi dengan siapa?". "Kauwcu dari perkumpulan Thian Che Kauw" "Macam apakah Thian Che Kauwcu itu???".. "Persoalan ini mungkin jarang ada orang yang bisa menjawab. Thian Chee Kauwcu adalah pemimpin dari suatu perkumpulan terbesar di kolong langit dewasa ini, kedudukan nya tinggi dan kekuasaannya meliputi seluruh dunia persilatan". "susiok. titrjie selama ini tak pernah mendengar susiok membicarakan tentang diri susiokbo." sinar kebencian dan penuh rasa dendam memancar keluar dari telapak naga beracun Thio Lien.. sesaat kemudian dengan nada sedih ia menjawabi "Apa yang telah terjadi persis seperti peristiwa berdarah yang dialami oleh keluargamu, hanya kejadian itu berlangsung tiga hari setelah aku tinggalkan rumah." Dalam sedihnya yang kelewat batas Han siong Kie masih sempat merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar perkataan itu, ia hampir saja tidak mempercayai apa yang dikatakan susioknya sitelapak naga beracun Thio Lien terhadap dirinya, sebab apa yang terdengar olehnya hampir mendekati tidak masuk diakal. Mengapa keluarga Han dan keluarga Thio mengalami peristiwa berdarah hampir bersamaan waktunya?? dan dia mengapa di larang untuk membalas dendam serta mengubur tulang belulang yang berserakan diseluruh perkampungan usang itu??? Dalam pembicaraannya, setiap kali sang susiok menegaskan bahwa itu perintah perguruan, apa yang dia maksudkan?? Apakah peristiwa berdarah ini mempunyai hubungan yang erat dengan dendam berdarah dari perguruan 17 angkatan sebelumnya?? Kenapa susioknya tak mau menerangkan tentang perguruannya??? selama belasan tahun mereka hidup berdampingan sebagai ayah dan anak... hubungan itu demikian rapat dan eratnya.. Belum habis dia berpikir, terdengar si telapak naga beracun Thio Lien telah menjerit sedih: "Suhu, tecu sudah mencuri hidup lima belas tahun lamanya, ini hari aku baru berhasil menyelesaikan perintahmu" . Plooook diiringi dengusan napas barat, tampaklah darah segar berhamburan keempat penjuru, siorang tua she Thio itu telah menghantam ubun2 sendiri hingga hancur berantakan,

otak bermuncratan ke mana2 dan jiwanya segera melayang meninggalkan raganya. Dengan perasaan tertegun... kaku. Han siong Kie menyaksikan drama seram itu berlangsung dihadapan matanya, ia tidak menangis pun tidak bersuara. seakan2 segala sesuatunya sudah jauh meninggalkan dirinya.. seolaholah ia sudah bukan termasuk didalam dirinya, yang terlihat saat itu hanyalah kegelapan yang kelabu serta kegirangan yang menyelubungi seluruh tubuhnya. Ia merasa se akan2 dirinya sudah berada didunia yang lain, disuatu tempat yang hampa ... kosong... Thio susiok telah bunuh diri dan ia berkata bahwa kesemuanya itu adalah perintah perguruan, kenapa?? Ia dilarang membicarakan soal asal usulnya, dilarang mengubur tulang belulang yang berserakan, dilarang membalas dendam Kenapa?? kenapa demikian???? apa yang sebenarnya sudah terjadi ??? 18 Malam semakin kelam udara semakin dingin ia berdiri seorang diri ditengah kesunyian. -000dw000BAB 2 FAJAR telah menyingsing, sang surya perlahan2 muncul diufuk sebelah timur dan memancarkan sinarnya menembusi celah2 jendela, menerobos ruang yang luas dan menyinari mayat Thio Lien serta tulang berulang yang berserakan di mana2. Han song kie mendusin dan sadar kembali dari kesedihan yang kelewat batas, kengerian yang terbentang dihadapan wajahnya membuat hatinya layu ... perih.. bercampur dendam. Mendadak...ia temukan bayangan bewarna merah diatas dinding tembok. cahaya itu seperti lukisan sebuah lambang, maka didekatinya dinding tadi dan membersihkannya dari kotoran debu, sesaat kemudian terlihatlah sebuah lukisan tengkorak darah diatas dinding tadi. . Tengkorak darah itu melambangkan apa?? Mungkinkah tanda pribadi dari musuh besarnya? ataukah lukisan dari mendiang ayahnya???... "Aku harus membalas dendam aku harus menyelidiki peristiwa ini hingga jelas ....". sambil menjerit-jerit ia lari keluar perkampungan, bagaikan sukma gentayang berkeliaran dijalan raya.... Mimpipun ia tak pernah menyangka kalau dirinya menpunyai asal usul yang begitu mengerikan .... begitu memedihkan hati. 19

Ia teringat kembali keluarganya yang musnah dalam keadaan mengerikan, ia teringat pula budi pertolongan Thio susiok nya yang telah memeliharanya dan mendidik dirinya selama lima belas tahun, budi kebaikan ini selamanya tak akan bisa dibalas.... Ibunya....si siang Go cantik ong Coei Ing menurut Thio susioknya adalah perempuan tercantik diseluruh kolomg langit, tetapi diapun merupakan wanita paling kejam paling berbisa hatinya dikolong jagat, bukan saja ia tak mau mengakui anak kandungnya sendiri, tak mau membalaskan dendam atas peristiwa berdarah itu bahkan malah kawin lagi dengan orang lain.... Ia merasa sakit hati, merasa dendam dan malu... malu karena mempunyai seorang ibu semacam itu. Dalam semalam suntuk, la telah berubah jadi seorang manusia yang lain Benci, dendam, marah dan malu telah bercampur aduk didalam benaknya, mencair dan menjadi satu dengan darahnya. Diatas raut wajahnya yang tampan terlintas perasaan dingin yang menyeramkan membuat siapapun yang memandang merasa bergidik dan ngeri. sorot matanya memancarkan cahaya tajam penuh kebencian, penuh perasaan dendam yang mendalam. Bagaikan sukma gentayangan ia berjalan, ia berjalan terus tanpa arah tujuan Mendadak... suara.. bentakan nyaring berkumandang disisi telinganya. "Hey, kalau jalan kau pakai matamu atau tidak?? ngawur saja seenaknya...".. Bagaikan baru sadar dari impian Han siong Kie tersentak kaget, lalu angkat kepala nya, tampaklah dua orang dayang berwajah cantik telah berdiri dihadapan matanya sementara 20 empat orang pria kekar yang menggotong sebuah tandu kecil mangikuti di belakang dayang tadi. Disaat sianak muda itu mendongak itulah mendadak kedua orang dayang tersebut melenggak. lalu sambil menutupi mulutnya tertawa cekikikan, empat biji mata yang bening berseliweran memperhatikan sekujur tubuhnya. Dengan dingin dan ketus, Han siong Kie melirik sekejap lawannya, kemudian putar badan dan meneruskan perjalanannya lewat sisi jalan. " Kembali", serentetan suara bentakan yang mengandung besi semberani berkumandang keluar dari dalam tandu. Han song Kie sama sekali tidak menggubris tanpa berpaling barang sekejappun ia meneruskan perjalanannya menuju ke depan. Angin berbau harum berkelebat lewat, mendadak sianak muda itu merasakan pandangannya nanar. sesosok bayangan manusia tahu-tahu sudah menghadang dihadapannya.

Han siong Kie tanpa sadar telah menghentikan langkah kakinya dan mendongak, tampaklah seorang perempuan muda, berbaju merah yang amat cantik telah menghadang dihadapan mukanya. perempuan itu kira-kira dua puluh tahunan wajahnya menunjukkan kegenitan serta kejalangan yang tebal. "Hey kau dengar tidak. perkataanku??.." suaranya merdu dan enak didengar. Begitu melihat perempuan muda berbaju merah ini, HanSiong Kie segera teringat kembali akan ibunya, rasa benci dan mendendam seketika muncul didalam hatinya, tanpa sadar mendengus dingin dan melengos ke samping... Perempuan itu jadi tercengang menyaksikan tingkah laku lawannya, belum pernah ia berjumpa dengan seorang pria yang sama sekali tidak ambil perduli terhadap dirinya, 21 disamping itu perempuan itupun merasa tertarik akan ketampanan wajah lawan, jarang sekali ia menjumpai pria tampan semacam ini. Maka sambil tertawa ter-kekeh2 tegurnya: "Heeei, saudara cilik, aku sedang mengajak kau berbicara, kau tidak mendengar??". "Cayhe tidak punya kegembiraan untuk menemani kau bicara" sahut Hansiong Kie ketus. "Aduuuh mak. .sombong amat kau, tahukah kan siapa aku??" "Perduli amat siapa kau, apa sangkut paut nya dengan diriku?? " Merah jengah sekitar wajah perempuan muda itu, tapi sedetik kemudian telah pulih kembali seperti sedia kala. "saudara cilik, kau..." "Huuuh, siapa yang sudi jadi saudaramu". "siapakah namamu?? boleh toh diberitahu kan kepadaku??". . "Aku merasa tiada berkewajiban dan berke-harusan untuk memberitahukan namaku ke padamu". "Jadi kau benar2 tidak pingin tahu siapakah aku??". "Tidak" habis berkata ia putar badan dan segera berlalu dari situ... "Tidak gampang pemuda tampan kau tinggalkan tempat ini". Diiringi seruan nyaring tahu2 perempuan muda berbaju merah itu telah menghadang di depan tubuhnya, gerakan ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan sungguh lihay dan cukup membuat Han siong Kie merasa amat terperanjat. "Apa yang siap hendak kau lakukan??" teriaknya. 22 "Aku hendak paksa kau untuk menjawab pertanyaanku".

"Kalau aku tak mau menyahut???". "Mungkin kau tak bisa menuruti keinginan hatimu itu". "Hmmm" si anak muda itu kontan mendengus dingin "Apa yang kau dengusi??". "Aku benci...". "Apa yang kau benci ???". "Aku benci terhadap kalian kawanan perempuan" seru Han siong Kie dengan wajah menghina dan sinar mata penuh kebencian. Mendengar sahutan tersebut perempuan muda berbaju merah itu tertegun, beberapa saat kemudian ia baru berseru: "Kau membenci semua perempuan yang ada dikolong langit???". "Tidak salah". Dua orang dayang yang berada disisinya tak tahan segera tertawa cekikikan, kejadian ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh, sungguh tak nyana seorang pemuda tampan bisa mengutarakan kata2 semacam ini. "Mengapa kau benci semua perempuan yang ada dikolong langit??..." tanya perempuan muda berbaju merah itu dengan wajah tercengang. Han siong Kie tidak menjawab pertanyaannya, sekali enjot badan ia menerobos lewat sisi tubuh perempuan itu. Perempuan muda berbaju merah tadi segera tersenyum, sepasang lengannya di rentangkan ke samping dan seketika terasalah segulung tenaga hisapan yang amat kuat menarik tubuhnya hingga mentah2 terdesak balik ke tempat semula. 23 Han siong Kie benar2 merasa amat terperanjat, ia tidak mengira kalau tenaga lweekang yang dimiliki lawannya telah mencapai puncak yang demikian sempurna nya. "Ayoh jawab dulu pertanyaanku, maka aku akan memberi jalan lewat bagimu" seru perempuan muda berbaju merah itu sambil tertawa ringan. Dengan biji mata yang memancarkan perasaan penuh kebencian, Han siong Kie menatap wajah lawannya tajam2, lalu seru nya dengan nada gusar: "Kau tak usah bermimpi disiang hari bolong, tidak nanti aku akan mengabulkan permintaanmu itu". "Huuuh dengan mengandalkan kekuatanmu semacam itupun berani berlagak jumawa di hadapanku?? " "Hmmm perempuan yang tak tahu malu" " " Kurang- ajar, kami siapa yang tidak tahu malu ???" bentak wanita muda berbaju merah itu dengan wajah dingin membesi, suara tertawa dingin berkumandang tiada hentinya. "Aku sedang memaki dirimu mau apa?" Perempuan muda berbaju merah itu kontan naik pitam, tiba2 di atas wajahnya yang cantik terlintas napsu membunuh yang sangat tebal, ia mendengus dingin

"Manusia yang tidak tahu diri tangkap bangsat cilik ini" perintahnya. Dua orang dayang yang berdiri di sisinya segera enjotkan badannya menubruk ke arah Han siong Kie, empat buah cakar mautnya laksana kilat meluncur ke arah depan. Han siong Kie benar2 merasa amat gusar, begitu marahnya sampai perut terasa mau meledak. sepasang telapaknya secara terpisah membabat keluar dan mengancam tubuh musuh musuhnya. 24 siapa tahu belum sampai serangan tadi mengenai sasarannya, sepasang pergelangan terasa jadi kaku dan tahu2 tangannya sudah kena dicengkeram lawannya erat2. Melihat kelemahan tubuh lawannya, perempuan muda berbaju merah itu tak bisa menahan diri lagi dan tertawa cekikikan dengan kerasnya. "Hiiih. . hiiih.... hiiih.... kiranya kau hanyalah sebuah bantal yang bersulam bunga" selama lima belas tahun lamanya Han siong Kie mengikuti diri telapak naga beracun Thio Lien, didalam tenaga lweekang ia memiliki dasar yang sangat kuat, tetapi jurus serangannya teramat biasa tiada keanehan apapun, karena si telapak naga beracun pernah bersumpah ia tak boleh mewariskan jurus serangan perguruannya kepada pemuda ini kecuali jurus-jurus serangan yang sederhana. Begitulah sambil mencengkeram sepasang pergelangan Han siong Kie dengan tenang kedua orang dayang cilik itu menantikan keputusan dari perempuan berbaju merah. Han Song Kie benar-benar merasa naik pitam sehingga tujuh lubang inderanya terasa keluar asap panas, tetapi apa daya ia tak sanggup berbuat sesuatu terpaksa dengan mata melotot penuh kebencian ia awasi lawannya.. Dengan sikap yang genit dan kerlingan mautnya perempuan berbaju merah itu selangkah demi selangkah berjalan mendekati sianak muda itu, serunya merdu: "saudara cilik, sekarang kau boleh menjawab pertanyaanku bukan??...". "Tidak.." teriak Han siong Kie dengan mata melotot.. Perempuan muda berbaju merah itu tertawa cekikikan, ia raba pipi Han siong Kie dengan manja dan berkata lagi: "Justru aku paling suka dengan lelaki berhati keras dan bersikap gagah macam dirimu". 25 "Cuuuuh" Han siong Kie menyemburkan ludahnya ke arah wajah perempuan muda itu. Tindakan tersebut sungguh jauh di luar dugaan perempuan berbaju merah itu, lagi pula jarak diantara mereka amat dekat sekali, semburan ludah ini tak berhasil menghindari lagi dan mengena dengan telak di atas wajahnya.

sepasang alis perempuan berbaju merah itu kontan berkerut kencang, telapak tangan nya langsung diayun ke depan menghadiahkan sebuah tempelengan keras ke atas pipinya. "Ploook!" Han siong Kie merasakan pipi kirinya jadi amat sakit, dan segera muncullah sebuah telapak tangan yang berwarna merah dengan bekas yang nyata. "Perempuan sialan yang tak tahu malu" "Ploook.." kembali sebuah tempelengan keras bersarang di atas pipi kanannya, tempelengan kali ini jauh lebih keras dari tamparan semula membuat si anak muda itu merasakan matanya berkunang2 dan cairan darah menyembur keluar dari mulutnya. Begitu sakitnya sampai2 ia merintih kesakitan. sepasang mata Han siong Kie seketika mendelik besar, dengan cahaya penuh kebencian dan hawa amarah yang ber kobar2 jeritnya sambil menggertak gigi: "Ingatlah baik2 suatu hari aku bisa mengembalikan kesemuanya ini kepadamu bersama rentenya" "Hmmm kau tidak akan mempunyai kesempatan untuk berbuat begitu.." seru perempuan berbaju merah itu dengan wajah hijau membesi, suaranya dingin dan ketus. Han siong Kie mendengus gusar, sepasang lengannya segera direntangkan ke samping. Meskipun ilmu silatnya biasa dan tidak lihay tetapi didalam hal tenaga lweekang pemuda ini mempunyai hasil latihan selama lima belas tahun, rentangan tersebut tak bisa dipandang enteng. 26 Perempuan berbaju merah itu tertawa menjengek, telapak tangannya perlahan2 di angkat keatas, serentetan angin desiran segera meluncur keluar menghajar tubuh lawan. Han siong Kie berseru tertahan dan segera roboh terjengkang ke atas tanah setelah termakan oleh serangan jari itu. "Angkut dan masuk ke dalam tandu" perintah perempuan itu Kedua orang dayang tersebut sebera mengiakan, yang seorang membohong tubuh Han siong Kie dan seorang yang lain membuka horden di depan tandu segera menyusupkan tubuhnya ke belakang tempat duduk. Perempuan berbaju merah itu sendiri berkelebat masuk ke dalam tandu, empat orang pria kekar itupun menggotong tandu tadi dan meneruskan kembali perjalanannya. setelah tubuhnya disusupkan ke belakang tempat duduk. Han siong Kie segera merasakan bau harum semerbak yang menusuk hidung berhembus lewat tiada henti nya, membuat ia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan terasa muak. tetapi pendapatnya yang sudah berakar didalam hatinya membuat si anak muda ini kecuali membenci perempuan yang dianggap berbisa bagaikan kala, tiada ingatan lain lagi.

Ia tidak tahu apa tujuannya perempuan baju merah itu bersikap demikian terhadap dirinya?? Ia teringat pula akan hasil latihannya selama lima belas tahun, ternyata tak sanggup untuk menahan satu jurus serangan dari seorang dayang cilik itu, apa lagi mencari musuh besarnya untuk membalas dendam, bukankah hal itu bagaikan impian orang tolol?? "Asalkan aku tidak mati, aku bersumpah harus mempelajari kepandaian silat yang maha lihay berulang kali ia bergumam di dalam hati kecilnya. 27 Entah sudah beberapa lamanya telah lewat dan beberapa jauh telah mereka tempuh.. Mendadak.... tandu itu telah berhenti, diikuti desiran angin tajam berseliweran di depan tandu. "siapa yang menghadang pergi kita??" bentak perempuan muda berbaju merah itu nyaring. " Lapor Thongcu, Kang Lam Chit Koay telah datang mencari setori dengan kita" "suara salah seorang dayang itu berkumandang datang. "Oooh, kiranya perempuan yang tak tahu malu ini adalah seorang thongcu..." Pikir Han Siong Kie didalam hatinya. " Entah ia berasal dari perkumpulan mana dan siapa pula ke tujuh manusia aneh dari Kang lam itu?...". "Lie In Hiang" terdengar serentetan suara bentakan berat berkumandang keluar. "Ayoh gelinding keluar dari dalam tandu, dan jawab pertanyaan kami". Dari ucapan tersebut, sianak muda she Han pun lantas tahu bahwa perempuan berbaju merah itu bernama Lie In Hian. Perempuan berbaju merah itu segera mendengus dingin, sambil melangkah keluar dari tandunya ia menyahut "Kang lam chiet Koay, ada urusan apa kau menghadang jalan pergi pun Thongcu???". Suara dengusan gusar berkumandang beberapa kali, orang yang buka suara pertama tadi segera berseru kembali dengan suara berat: "Lie In Hiang kau tak usah pura-pura edan dan berlagak pilon, apa salahnya Go Yoe Too pangcu dari perkumpulan Pat Gle Pang sehingga kau bunuh dengan begitu mengerikan???" "Lalu apa maksud tujuan cuwi sekalian?. " "Hutang nyawa bayar nyawa, hutang darah bayar darah". 28 "Hiiih..Hiih.... Hiiih.... aku si kupu-kupu warna-warni Leng In Hiang merasa mendapat kehormatan untuk menerima kunjungan kalian semua, tapi tolong tanya keadilan yang kalian inginkan itu hendak kalian tagih cara apa ??". "Kau sudah larikan batok kepala Go Yoo Too kemana??". . "Kini masih didalam tanduku, sayang aku buru-buru harus

kembali untuk memberi laporan hingga tak bisa melayani kalian lebih lanjut....". "Lie In hiang "teriak seseorang dengan suaranya yang kasar." permusuhan apakah yang terikat antara Go Yoe Too dengan perkumpulan Thian chee Kauw??" Han siong Kle segera merasakan hatinya bergetar keras, ia teringat kembali bahwa ibunya yang berhati kejam bagaikan kala si siang Go cantik ong Coei Ing telah kawin lagi dengan Thian che Kauwcu, darah panas segera bergelora didalam dadanya. Dalam pada itu terdengar si kupu2 warna warni Lle In Hiang telah berseru sambil tertawa genit. "Go Yoe Too berani memandang hina perkumpulan kami, maka dari itu dia harus di bunuh sampai mati". "secara bagaimana ia menghina dan memandang rendah perkumpulan Thian chee Kauw??". "Pada ulang tahun Kauwcu kami sebulan berselang, semua wakil dari partai serta perkumpulan yang ada di dunia persilatan telah berkunjung untuk memberi hormat, hanya dia seorang yang tidak hadir, maka dia musti dibunuh sampai mati ". Beberapa bentakan nyaring serentak bergeletar memenuhi seluruh angkasa .... "Perkumpulah Thian Chee Kauw hendak mengangkang seluruh kolong langit, hendak melenyapkan keadilan serta kebenaran di dalam Bu-lim, dia harus dibunuh sampai mati." 29 Desiran angin pukulan segera men deru2, rupanya kedua belah pihak telah saling bertarung dengan serunya. suara menjerit ngeri yang menyayat hati bergema mengiringi gelak tertawa yang merdu, jelas diantara tujuh manusia aneh ada seorang telah menemui ajalnya. Pertarungan berjalan semakin seru dan jeritan-jeritan ngeri pun tiada hentinya bergema memecahkan kesunyian. setiap kali jeritan berkumandang memenuhi angkasa, suara tertawa cekikikan dari kupu-kupu warna warni Lie In Hiang segera bergema mengiringinya. Meskipun Han siong Kle tak dapat mengikuti pertarungan itu dengan mata sendiri, tetapi dari suara yang bergema diangkasa ia dapat menduga betapa seram dan ramainya pertempuran tersebut dan membuktikan pula betapa lihay tenaga lwekang yang dimiliki Lie In Hiang serta kekejian hatinya. suara gaduh kian lama kian bertambah sirap dan akhirnya sebuah jeritan keras mengakhiri pertempuran sengit itu. Kang lam chit Koay tujuh manusia aneh dari Kang lam telah mati binasa semuanya dalam keadaan mengerikan. sedang si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang dengan penuh senyuman dan seakan akan tak pernah terjadi sesuatu apapun, kembali masuk kedalam tandunya.

"Sungguh kejam hati perempuan ini" pikir Han song Kie didalam hati kecilnya. Suatu hari aku pasti bisa membinasakan dirimu Tandu kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke depan, tidak lama kemudian terdengarlah suara gemuruh air yang amat santar, rupanya mereka telah tiba di tepi sungai, suara pembicaraan manusia bergema tiada hentinya, mungkin di atas jalan raya itu banyak orang sedang melanjutkan perjalanan. 30 secara lapat-lapat terdengar suara beberapa orang manusia sedang membicarakan sesuatu. "Selama Benteng Maut tidak dibasmi, dunia persilatan selamanya akan dirundung malang. . ." "Pemilik benteng maut sudah puluhan tahun lamanya menjajah dunia persilatan, berapa ribu orang telah mati diujung telapak nya." "Aaaah, mungkin makhluk aneh yang misterius itu sudah lama tak ada dikolong langit, entah dia mempunyai ahli waris atau tidak???". " Yang paling dikuatirkan pelbagai perkumpulan dan partai justru adalah persoalan ini, maka atas nama perkumpulan Thian chee Kauw yang menyebar surat undangan Bu-lim. Tiap semua jago yang ada dikolong langit diundang untuk berkumpul disini dan bersama2 membasmi benteng maut ini"". "Aaah, mungkin saja pemilik Benteng Maut itu masih hidup dikolong langit??..". "Tetapi pintu benteng sudah lima belas tahun lamanya tertutup rapat, Bu-lim pun sudah tenang selama lima belas tahun lamanya, apakah mungkin. . .." "oooh, akibatnya sungguh menakutkan sekali". "Kali ini jago2 lihay dari lima partai besar, It-kauw Jie-Pang serta Jio hwie ikut hadir semua dalam pertemuan besar ini, bahkan Lam Kay si pengemis dari selatan serta Pak Ceng sipendeta dari utara yang amat tersohor nama nya didalam Bu limpun katanya akan ikut munculkan diri.." suara pembicaraan itu makin lama semakin jauh dan katakata selanjutnya tak sempat ditangkap lagi, tetapi Han siong kie telah dapat menangkap garis besar dari kejadian yang sebenarnya Jelas jago2 Bu lim dari kalangan Hek to serta 31 Peksto telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi Benteng Maut. Tetapi ia tak tahu, apa sebetulnya "Benteng Maut" itu dan macam apakah si pemilik Benteng Maut itu sehingga dilukiskan begitu mengerikan dan menyeramkan sampai2 seluruh umat Bu-lim bersatu padu untuk menghadapinya.

Tandu telah berhenti dan si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun meloncat keluar dari tempat duduknya. Angin berhembus amat kencang dan menyingkap kain horden yang menutupi tandu tersebut, Han siong Kle yang menggeletak di dasar tempat duduk sempat mengintip keluar dari tempat berbaringnya, terlihat sebuah sungai besar dengan ombak yang besar terbentang dihadapannya, beratus2 orang jago Bu lim sama2 berkumpul ditepi sungai. Di tengah sungai berdiri dengan angkernya sebuah benteng kuno, di depan benteng terdapat sebuah jembatan batu yang menghubungkan benteng tersebut dengan tepi seberang. sebuah tonggak batu yang besar dengan tulisan "Benteng Maut" berdiri dengan angker nya di sisi Benteng kuno tersebut. satu ingatan segera berkelebat dalam benak Han siong Kie, ia segera putar kepalanya dan memandang lebih jauh .... Mendadak ia berdiri menjublak, sekujur badannya bergetar keras bagaikan kena aliran listrik, disisi pintu benteng yang lain terlihatlah sebuah tengkorak berwarna merah darah, bentuk tengkorak itu persis seperti lukisan yang terdapat di atas dinding ruangan perkampungan keluarganya. sekarang ia baru paham peristiwa berdarah yang menimpa keluarga Han serta keluarga Thio pada lima belas tahun berselang kiranya adalah hasil karya dari pemilik "Benteng maut". 32 Ia teringat akan larangan susioknya si telapak naga beracun Thio Lien yang tidak memperkenankan dirinya membalas dendam serta mengubur tulang belulang keluarganya ini disebabkan karena musuh besar mereka yang terlampau tangguh. Tetapi kalau ditinjau dari kematian susioknya, jelas ia tidak kesal atau murung dan berulang kali mengatakan bahwa hal itu merupakan perintah dari perguruannya, kenapa?? kenapa begiiu?? ia tak mengerti dan tak habis mengerti ..... sepasang matanya dengan tajam menatap di atas tengkorak darah itu tanpa berkedip. kobaran napsu dendam dan hati bergelora didalam hatinya. Tetapi setelah ia teringat akan kepandaian silat yang dimilikinya, si anak muda itu jadi lemas.... ilmu silatnya sama sekali tak becus, sedangkan musuh besarnya adalah seorang gembong iblis amat lihay serta harus dihadapi dengan penggabungan segenap kekuatan golongan Pak to maupun Hek to. Membalas dendam .... baginya mulai kabur dan tipis harapannya. Tetapi, apakah sakit hati ini tak usah di balas???. .. Belum habis ingatan tersebut berkelebat didalam benaknya, terasalah bulu kuduknya

ditabok orang, ia segera berpaling dan terlihatlah seorang pengemis cilik yang berwajah dekil sedang memandang ke arah nya sambil tertawa bodoh.. Dalam keadaan jalan darah tertotok. ia sulit untuk buka suara, badanpun tak dapat berkutik, hatinya jadi terperanjat bercampur heran, ia tak tahu secara bagaimana si pengemis cilik itu dapat menerobos masuk ke dalam tandunya. Terdengar si pengemis cilik itu tertawa cekikikan, lalu katanya. 33 "Heng-thay, ada keramaian besar segera akan berlangsung, kenapa kau malah bersembunyi didalam tandu.??". Ia mengerutkan hidungnya dan mencium beberapa kali lagi, kemudian katanya lagi: "Ehmm... masih tercium sisa bau harum di sini, Heei Heng thay kau betul2 amat hok kie" Han siong Kie yang digoda macam begitu hanya bisa tertawa nyengir saja, matanya mendelik besar tapi mulutnya bungkam dalam seribu bahasa, sepatah katapun tak sanggup diutarakan keluar. setelah mengamati wajah Han siong Kie beberapa waktu lamanya, pengemis cilik itu berkata lagi: "Tidak aneh kalau si kupu2 warna warni bisa tertarik hatinya, wajah Heng thay memang betul2 amat ganteng" Han siong Kie mengerti bahwa ia sedang digoda dan dimainkan, tetapi apa boleh buat, jalan darahnya tertotok membuat dia tak sanggup untuk berbuat apa2. "oooh, aku benar2 teramat tolol" tiba2 pengemis cilik itu berseru sambil menepuk batok kepalanya sendiri "Rupanya jalan darah heng thay tertotok. aku sungguh teledor sekali" sambil berkata jari tangannya segera menyentil beberapa kali ke tengah udara dan bebaslah jalan darahnya yang tertotok. -000dw000BAB 3 HAN SIONG KIE diam2 dibuat terkesiap juga oleh kelihayan lawan, ia tak pernah menyangka kalau pengemis cilik itu memiliki kepandaian untuk membebaskan jalan darah lawan lewat sentilan udara, sambil meloncat bangun segera serunya 34 dengan penuh kemarahan: "Kemana perginya perempuan busuk itu?" "Hiiih...hiiih...hiiih.. Heng-thay, kau bukan tandingannya sekarang lebih baik kau menahan diri saja" seru pengemis cilik itu sambil tertawa cekikikan. Ucapan ini memang kenyataan, maka air muka Han siong Kio seketika berubah jadi merah padam, setelah merandek sejenak katanya lagi: "Atas bantuan yang telah kau berikan, cayhe di sini

mengucapkan banyak2 terima kasih". "Heng thay, kau tak usah banyak adat, siapakah namamu?". "Cay.... .. cayhe... . " "Ooouw, tentunya heng-tay mempunyai rahasia yang sukar dikatakan bukan? kalau begitu lebih baik tak usah dikatakan". Karena keringat akan budi pertolongan yang telah diberikan oleh pengemis cilik, pemuda she Han tersebut merasa tidak enak hati untuk merahasiakan she nya, maka tanpa sadar ia berseru: "...Cayhe she Han". "Oooouw, Han heng siaute she Tonghong, kita boleh mengikat tali persahabatan bukan". "Jadi sahabat??".. "Tidak salah, toh, tujuan serta jalan pikiran kita, hampir bersama?.." Han siong Kie tertegun, kedua belah pihak sama2 tidak saling mengenal, berkena la npun barusan berlangsung setengah perminum teh berselang, dari mana ia bisa tahu kalau tujuan serta aliran mereka sama? hampir saja sianak muda itu tertawa gelak saking gelinya. 35 "Waah... lucu amat orang ini, sifat ke kanak-kanakan serta polosnya belum hilang juga. pikirnya didalam hati, sambil tertawa segera katanya: "Kau bilang satu tujuan serta aliran yang sama??" "Benar bukankah kau amat membenci kaum wanita yang ada dikolong langit??" Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, dari mana ia bisa tahu perkataan serta tanya jawabnya antara dia dengan sikupu2 bewarna Lie In Hiang???? "Tidak salah "sahutnya dengan nada tercengang. "Dari mana kau bisa tahu kalau cayhe amat membenci semua perempuan yang ada dikolong langit??? " "Bukankah kau yang mengatakannya sendiri? " "Aku memang pernah mengatakannya tetapi dari mana kau bisa tahu??" . Pengemis itu mengedipkan suaranya dan tertawa. "sepanjang perjalanan aku selalu mengikuti dirimu". "ooouww begitu?? "Han siong Kie berseru tertahan. Pengemis cilik itu tersenyum. "Akupun sangat membenci seluruh kaum wanita yang ada dikolong langit, terutama mereka yang berwajah cantik...". Diam-diam Han siong Kie berpikir didalam hatinya: "Aku membenci kaum wanita yang ada di kalang langit berhubung aku mempunyai seorang ibu yang berhati kejam bagaikan kala, entah apa alasannya sehingga diapun membenci kaum wanita???". Karena berpikir demikian maka diapun lantas menukas: "sungguhkah perkataanmu itu?".

"Tentu saja hanya perkataan di bibir saja memang tiada berguna, lain kali kenyataan akan membuktikan bahwa ucapanku bukanlah hanya perkataan kosong belaka. sudahlah 36 mari sekarang kita cari tempat untuk menonton keramaian dulu ..". "Menonton keramaian apa??".": "Melihat kawanan manusia yang tak tahu diri menghantarkan kematian mereka". "Apa maksudmu???". "Ilmu silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut tiada tandingannya dikolong langit, mereka berani memusuhi dirinya sama artinya dengan kunang2 menubruk ke dalam kobaran api". Han siong Kie yang teringat akan lambang tengkorak berdarah yang dimana menurut perkiraannya si pemilik Benteng Maut mungkin adalah musuh besar yang membinasakan keluarganya, tanpa sadar telah mendengus dingin. . " Eeh, apakah heng thay tidak percaya??" tegur si pengemis cilik itu cepat. Han siong Kie tidak ingin menunjukkan perasaan hatinya yang sebenarnya, setelah berpikir sejenak sahutnya: "Bukannya tidak percaya, cuma ilmu silat luasnya bagaikan samudra, tak mungkin ada orang yang dapat menyebut dirinya nomor wahid dikolong langit". "Huuuh" pengemis cilik itu segera mencibirkan bibirnya. "Kita tak usah ribut lagi, ayoh berangkat" Habis berkata ia sebera berkelebat keluar dari dalam tandu. Han siong Kie ikut berkelebat keluar dari tandu, tampaklah bayangan manusia berkumpul memenuhi tepi sungai sementara tandu tadi digeletakkan di bawah sebuah pohon yang rindang jauh dari keramaian. 37 Ia segera teringat kembali akan kejadian si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang terhadap dirinya, tanpa terasa hawa gusar nya berkorbar dan sang telapak dengan cepat di angkat ke atas ..... "Heng-thay, apa yang hendak kau lakukan???" pengemis cilik itu segera menegur. "Aku hendak menghancurkan tandu ini" "Kenapa mesti repot-repot turun mangan sendiri?? siauw-te punya akal bagus untuk menyelesaikannya " sembari berbicara ia segera mendekati tepi tandu dan menekan sekeliling dinding tandu itu sebentar kemudian sambil mengerdipkan matanya ia berkata: "sudah beres nanti akan kau saksikan sesuatu pertunjukan yang amat menyenangkan hati, ayoh kita mendaki dulu ke

atas puncak tebing batu karang itu". sambil menarik tangan Han siong Kie bagaikan burung walet yang meluncur ketengah angkasa pengemis cilik itu segera melayang beberapa tombak ke depan dan meluncur ke atas puncak tebing karang tersebut. Melihat kelihayan orang, dalam hati kecilnya diam diam Han siong Kie merasa menyesal, sudah belasan tahun dirinya belajar silat tapi tiada sesuatu hasilpun yang berhasil diperoleh. Beberapa saat kemudian kedua orang itu sudah mencapai puncak bukit karang dan duduk berjajar diatas sebuah batu. Tampaklah orang-orang yang ada di tepi pantai mengurung benteng kuno itu dalam satu lingkaran, diantara gerombolan manusia-manusia lihay tadi diantaranya terdapat seorang hweesio tua serta seorang pengemis tua berambut putih disamping itu masih terdapat pula seorang manusia aneh berkerudung hitam, mereka sedang meributkan sesuatu 38 dengan ramainya, seakan-akan sedang merundingkan bagaimana caranya menyerbu ke dalam benteng Maut. Dengan pandangan termangu mangu Han siong Kie memperhatikan benteng maut itu tanpa berkedip. ia sadar bahwa dalam keadaan seperti ini tak mungkin baginya untuk melakukan pembalasan dendam, tetapi seandainya gabungan jago2 kangouw dari kalangan hek to maupun Pek to ini berhasil melenyapkan benteng maut dari muka bumi, maka itu dendam berdarahnya akan ikut tenggelam ke dasar samudra... Tiba2 pengemis cilik itu menyikut perutnya sambil berbisik: "Han heng. antara dirimu dengan aku sebenarnya tidak pernah saling mengenal tapi kini kita bisa bertemu satu sama lainnya, itu namanya jodoh, andaikata kau tidak memandang rendah diriku sebagai seorang pengemis yang rudin lagi dekil..." "Kalau aku tidak memandang rendah dirimu, kau mau apa??" "Bagai mana kalau kita mengikat tali persaudaraan??. apakah kau mau??..." "Bagus" seru Han siong Kie menyatakan setuju. "Baik, kalau begitu kita musti tahu urutannya dulu, siauw-te Tonghong Hwie tahun ini berusia enam belas tahun" "Apa?? kau bernama Tonghong Hwie?" "Benar ada apa? apakah namaku kurang sedap didengar^?" "Bukannya begitu, aku cuma merasa bahwa nama tersebut sedikit mengandung nama kaum wanita". "Aaah, nama toh cuma suatu perlambang bagi seseorang belaka, perduli amat persis nama perempuan atau lelaki, bukan begitu saudara Han??"

39 "Hhmm, memang masuk diakal, siauw-heng Han siong Kie, tahun ini berusia delapan belas tahun". "Bagus, mari kita bersama-sama angkat sumpah". "ooouw... apa musti angkat sumpah segala??" "Tentu saja kalau tidak menuruti aturan lalu apa gunanya kita angkat saudara" "Baiklah. "Han Siong Kie segera jatuhkan diri berlutut di atas batu dan berdoa. "Atas nama Thian yang ada di langit, cayhe Han siong Kie sejak hari ini akan angkat saudara dengan Tonghong Hwie. sepanjang persaudaraan ini masih terikat maka bila ada kesenangan akan kita cicipi bersama, kalau ada kesusahan kita akan tanggulangi bersama, apabila aku melanggar sumpah ini, Thian akan mengutuk diriku. Thian akan mengutuk diriku" Tonghong Hwie yang berlutut disisinya segera ikut mengulangi pula isi sumpah tadi dengan seksama dan penuh kesungguhan. Menanti kedua orang itu telah duduk bersanding kembali dengan wajah berseri-seri si pengemis cilik itupun berkata: "Mulai sekarang aku harus menyebut dirimu sebagai Engkoh Kie ". "Aku akan menyebut kau sebagai adik Hwie cuma ... aaaai aku yang jadi engkoh mu merasa malu sekali.". " Kenapa ?? apa yang kau malukan ???" " Kalau berbicara mengenai tenaga lweekang serta ilmu silat, keadaanku bagai kan langit dengan bumi kalau dibandingkan dengan dirimu coba bayangkan masa aku tidak merasa malu ?." "Aaaah itu toh urusan kecil, kesempatan di kemudian hari bagi engkoh Kie untuk berlatih masih panjang, lagi pula aku lihat dasar tenaga lweekang mu sudah amat kuat " 40 "Benar, aku sudah belasan tahun lamanya berlatih ilmu tenaga dalam" "Apa??? belasan tahun lamanya?? apakah kau hanya berlatih ilmu tenaga dalam belaka??" "Benar ". " Engkoh Kie, apakah kau dapat menyebutkan asal usul perguruan mu??." "Dia...dia sudah tak ada dikolong langit lagi, maafkanlah kalau aku tidak akan menyebutkan namanya". "Baiklah omong kosong tiada gunanya, aku ada beberapa patah kata hendak kukatakan kepadamu" " Katakanlah, asal aku bisa menjawab pasti akan kuberitahukan kepada dirimu" "Di kemudian hari, bagaimanapun juga keadaannya kau tak boleh meninggalkan diriku lho". "Tentu saja, bukankah kita sudah mengangkat sumpah???

ucapanmu itu bukan kah sama sekali tak ada gunanya??? " "Bukannya begitu, cuma perkataan ini harus kukatakan lebih dahulu". Dalam pada itu para jago yang mengurung di sekeliling tepi sungai telah menyebarkan diri dan perlahan lahan mulai menyerbu ke dalam benteng Maut. Suasana hening sunyi.. tak kedengaran sedikit suarapun hal ini menunjukkan bahwa mereka akan bersiap sedia melakukan suatu tindakan terhadap Benteng Maut, tetapi berhubung Benteng Maut sudah puluhan tahun lamanya memberikan kemisteriusan, kengerian serta keseraman bagi setiap umat Bu-lim yang ada dikolong langit, maka pada saat itu hati setiap orang merasa kebat-kebit tidak keruan. 41 Terdengar pengemis kecil itu sambil menuding ke arah tepi sungai, katanya: "Pengemis tua yang berdiri paling depan itu adalah Pak Ceng padri dari utara, dan manusia berkerudung hitam itu bukan lain adalah Kauwcu dari perkumpulan Thian chee Kauw". . -000dw000Jilid 2 MENGUNGKAP tentang diri Thian chee Kauwcu hati Han siong Kie seketika bergolak kencang, ia teringat kembali akan ibunya yang kawin lagi dengan manusia aneh itu. Belum habis pikirannya berlalu, terdengar pengemis cilik itu telah melanjutkan kembali kata2nya: "Ketiga orang itu adalah jago2 yang paling lihay didalam dunia persilatan dewasa ini" "Diantara mereka bertiga, siapakah yang terhitung paling kosen dan paling ampuh?" "Hal ini sulit untuk dikatakan ilmu silat yang dimiliki lam Kay serta Pak ceng katanya seimbang, sedangkan kepandaian yang dimiliki Thian chee Kauweu menurut berita yang tersiar amat lihay sehingga sukar diukur dengan kata2, tetapi tak seorang pun yang pernah bergebrak melawan dirinya dan tak seorangpun yang pernah menyaksikan raut wajah yang sebenarnya". "Bagaimana kalau dibandingkan dengan Pemilik dari Benteng Maut tersebut...??" "Huuuh mereka tak akan kuat menahan sebuah pukulannya" 42 "Eeei. adik Hwie, darimana kau bisa mengetahui akan hal ini??". "Tentang soal ini... tentang soal ini... akupun hanya mendengar dari berita yang tersiar belaka" "Adik Hwie coba lihat, mereka sudah mulai bergerak maju "

"Itu berarti suatu drama berdarah yang sangat mengerikanpun segera akan mulai berlangsung". Han Siong Kie mengepal tangannya kencang-kencang, tanpa berkedip ia menatap ke arah para jago yang berada ditepi sungai. Puluhan sosok bayangan manusia telah menggerakkan tubuhnya melewati jembatan batu dan tiba didepan pintu besar benteng maut. Pada saat itulah... serentetan suara suitan aneh yang amat nyaring serta memekikkam telinga berkumandang keluar dari dalam ben-teng maut, begitu keras suaranya sehingga menusuk pendengaran siapapun juga. Han siong Kie yang berada diatas bukit sebera merasakan telinganya bagaikan di tusuk2 dengan belasan bilah pisau tajam, buru2 ia menutupi sepasang telinganya dengan tangan, sementara jantungnya berdebar keras se-olah2 hendak meloncat keluar dari rongga dadanya. . Puluhan jago lihay yang telah tiba didepan pintu besarBenteng Maut itu segera menghentikan langkah kakinya begitu mendengar suara suitan tersebut, air muka mereka berubah hebat. Kegaduhan yang amat hebatpun terjadi ditepi pantai. Beberapa saat kemudian suara suitan nyaring yang amat memekikkan telinga itu mendadak sirap. diikuti pintu benteng Maut yang bewarna hitam pekat lambat2 membentang lebar dan muncullah sebuah gua yang besar dan gelap gulita. 43 Dengan hati terkesiap puluhan orang jago lihay Bu lim yang ada didepan pintu mundur tiga tombak ke belakang dengan tergesa2. seketika itu juga suasana di sekeliling tempat itu berubah jadi tegang dan diliputi oleh napsu membunuh. setelah perminuman teh sudah lewat. tetapi suasana di dalam Benteng Maut itu masih tetap tenang dan tidak nampak suatu gerakan apapun juga... Puluhan orang jago lihay yang berdiri di depan pintu benteng mulai berteriak keras kemudian bagaikan gelombang samudra yang menghantam pantai mereka menyerbu masuk kedalam benteng tersebut... "Hmm "Terdengar pengemis cilik itu men- dengus dingin. "Rombongan pertama yang menghantar kematiannya telah berangkat". Han siong Kie melirik sekejap kearahnya lalu arahkan kembali sinar matanya kebawah. Tiga puluh orang lebih jago lihay Bu lim yang termasuk didalam rombongan kedua mulai melewatijembatan batu sambil berteriak keras menyerbu pula kedalam pintu benteng dengan dahsyatnya: "Rombongan kedua yang menghantar kematiannya kembali

sudah berangkat ...." terdengar pengemis cilik itu bergumam lagi. Baru saja sipengemis cilik itu menyelesai kan kata2nya, mendadak terlihatlah bayangan manusia satu persatu terlempar ke luar dari dinding benteng dan meluncur ke arah luar. Ada diantaranya yang tercebur ke dalam sungai, ada pula yang terbanting ke atas lantai tepat didepan Benteng Maut tersebut. Dalam sekejap mata seluruh jago lihay Bu lim yang baru saja menyerbu masuk kedalam benteng maut itu sudah 44 terlempar ke luar semua dari balik benteng dalam keadaan mati tanpa bernyawa lagi. Menyaksikan pembunuhan massal tersebut, para jago lihay yang masih tersiksa di luar benteng jadi gaduh, suara bisikan lirih mulai kedengaran berkumandang memecah kesunyian. Han siong Kie, menyaksikan jalannya pembunuhan brutal itu dari atas bukit hanya bisa memandang dengan mata mendelong dan mulut melongo belaka, sekujur tubuhnya gemetar keras dan tak sepatahpun yang sanggup diucapkan keluar. sebenarnya pemilik Benteng maut itu seorang manusia ataukah iblis?? ternyata ia memiliki kepandaian silat yang demikian dahsyatnya??? Belum habis sianak muda itu berpikir, tampaklah jago lihay Bu lim rombongan kedua yang belum lama berselang menyerbu masuk kedalam benteng, kini sudah terlempar pula semuanya keluar dari dinding tembok. Tak seorangpun berada dalam keadaan hidup, tak seorangpun yang masih bernapas.. Mereka musnah dan lenyap dengan begitu saja. Napsu membunuh yang mengerikan pun mulai menyelimuti seluruh kalangan. Ratusan jago lihay yang berkumpul ditepi sungai semakin gaduh lagi, tetapi tak seorangpun berani tampil kedepan untuk membentuk rombongan ke tiga pergi mengantar kan kematiannya. Beberapa saat kemudian, tampaklah lam Kay serta Pak ceng selangkah demi selangkah mulai menyebrangi jembatan batu. Han siong Kie tak dipat menahan rasa tegang yang menyelimuti hatinya, ia merasa dari telapak tangannya mulai mengucurkan keringat dingin, dengan hati bergejolak tanyanya kepada sipengemis cilik itu 45 "Adik Hwie, menurut penglihatanmu bagaimana kesudahannya setelah pengemis dari selatan serta sipadri dari utara menyerbu masuk kedalam benteng maut???" "Mungkin mereka dapat mengundurkan diri dalam keadaan

selamat" jawab pengemis cilik itu setelah termenung sejenak. Mendadak...terdengar pengemis dari selatan dan padri dari utara bersama sama membentak keras, kemudian badannya melesat ketengah udara dan laksana dua ekor burung elang raksasa mereka meluncur kearah tembok benteng, bukan pintu benteng yang mereka lalui justru tembok setinggi delapan tombak itulah yang mereka arah. setelah tiba diatas dinding benteng tersebut dengan suatu gerakan yang sangat manis kedua orang itu berjumpalitan beberapa kali ditengah udara dan langsung menyerbu kedalam benteng. Para jago lihay yang menyaksikan demonstrasi ilmu peringin tubuh tersebut sama sama bersorak memuji, teriakan keras dan suara tepuk tangan bergema memecah kan kesunyian. Han siong Kie sendiripun tak dapat menahan diri, la segera berseru memuji: "suatu ilmu kepandaian yang sangat bagus" Disaat tubuh pengemis dari selatan danpadri dari utara hampir saja menyusup kedalam benteng maut itulah, tiba-tiba badan mereka terpental keluar bagaikan sebuah bintang yang jatuh dari langit dengan cepatnya tubuh kedua orang itu terpental kebelakang dan melesat ke arah tengah sungai, jelas kedua orang itu sudah termakan oleh sebuah angin pukulan yang maha dahsyat. Para jago lihay yang berdiri ditepi sungai sama sama menjerit tertahan, air muka mereka berubah hebat dan hati orang-orang itu sama-sama terkesiap. Kepandaian silat yang dimiliki Pemilik Benteng Maut ini benar-benar sangat mengerikan hati sehingga dua orang jago 46 terlihay dari dunia persilatan dewasa itupun tak sanggup melewati garis perbatasan benteng tersebut barang satu langkahpun. " Yaaah, kalau mereka tahu diri seharusnya pada detik itu juga mereka segera mengundurkan diri", terdengar pengemis cilik itu bergumam seorang diri. "Adik Hwie" Han siong Kie segera mengerling sekejap ke arahnya. "Apa maksud ucapanmu itu???? " Maksudku seharusnya sipengemis dari selatan serta sipadri dari utara mengerti keadaan sendiri dan segera mengundurkan diri dari kalangan tersebut.. " "Aku lihat rupa rupanya kau menaruh rasa simpatik yang sangat mendalam terhadap Benteng Maut?? " "Aku hanya berbicara sesuai dengan kenyataan yang terbentang didepan mata, apa perdulinya dengan rasa simpatik atau tidak. " "Apa sih kedudukannya sipengemis dari selatan, didalam perkumpulun Kaypang??" "Pemimpin dari para tiang loo perkumpulan tersebut"

"Kau toh seorang anggota Perkumpulan kay-pang juga, mengapa bukannya membantu tiangloomu, justru malah sebaliknya". "Aku sih tidak termasuk dalam anggota perkumpulan mereka, aku hanya seorang pengemis gelandangan belaka." "Pengemis gelandangan?? apa itu pengemis gelandangan??." "Tidak terikat oleh peraturan perkumpulan manapun, berkeliaran kemana-mana menurut kehendak hatinya sendiri". "ooouw, sungguh aneh sekali, belum pernah aku dengar ada kejadian semacam ini" 47 Baru saja ia menyelesaikan kata2nya, terlihatlah sipengemis dari selatan serta si padri dari utara telah menubruk keatas dinding benteng maut untuk kedua kalinya. Pengemis cilik itu sebera tertawa cekikikan. Tubrukan mereka yang pertama kali tadi boleh dibilang sudah berhasil mencapai puncak dinding benteng tersebut, tetapi hanya sekejap mata saja tubuh mereka sudah mencelat dan terpukul roboh kembali kebawah. Yang tidak dimengerti oleh semua orang adalah tiada munculnya sesosok bayangan manusiapun, kenapa kedua orang jago lihay itu bisa termakan oleh angin pukulan hingga rontok kebawah?? satu ingatan berkelebat didalam benak Han siong Kie, ia segera berpaling dan ujarnya kepada sipengemis cilik itu. "Adik Hwie, bukankah kau pernah mengatakan bahwa tenaga lweekang yang dimiliki Thian chee kauwcu jauh di atas kepandaian silat yang dimiliki sipengemis dari selatan serta si padri dari utara???". "Menurut berita yang tersiar didalam dunia persilatan, memang demikian keadaannya" "seandainya mereka bertiga mau turun tangan bersama, bukankah keadaannya mungkin akan mengalami perubahan besar???". "Aaah, belum tentu begitu". " Kenapa ??" "selama sepuluh tahun lamanya entab sudah berapa ratus kali terjadi peristiwa semacam ini, tetapi mereka yang bisa mengundurkan diri dalam keadaan selamat boleh dibiltang amat jarang sekali, oleh sebab itu aku merasa bahwa keadaan pada saat inipun tidak bakal jauh berbeda dari keadaan yang sudah2 " " Kenapa Thian chee Kauwcu tidak ikut turun tangan???". 48 "soal ini harus ditanyakan kepada dirinya pribadi" Han song Kie menghembuskan napas panjang dan membungkam dalam seribu bahasa, ia tidak habis mengerti mengapa Thian chee Kauwcu tidak mau turun tangan sendiri,

padahal sewaktu dia masih berada dalam tandu tadi dengan jelas mendengar bahwa dalam gerakannya kali ini untuk menghadapi Benteng Maut perkumpulan Thian chee Kauw lah yang menduduki sebagai pucuk pimpinan, tapi dalam kenyataan Thian cheo Kauwcu sendiri sama sekali tidak ikut campur didalam penyerbuan tersebut. kejadian benar2 membingungkan orang. Apakah Thian chee Kauwcu telah mempunyai rencana lain?? Dalam pada itu..si Pengemis dari selatan serta si Padri dari utara yang berada didepan benteng Maut, untuk ketiga kalinya telah menubruk ke arah Benteng tersebut. Suatu kejadian diluar dugaan telah barlangsung, kali ini tubrukan mereka berhasil dan tubuh kedua orang jago lihay dari dunia persilatan dewasa itupun lenyap dibalik dinding tembok benteng Maut. Para jago yang berada di tepi sungai segera bersorak sorai dengan ramainya, sebagian besar diantara mereka segera berebutan menyebrangi jembatan batu dan menyerbu ke dalam pintu Benteng... Han siang Kie segera merasakan jantungnya berdebar keras, ia tak bisa membayangkan bagaimanakah perasaan hatinya pada waktu itu. Dia berharap serbuan dari gabungan para jago lihay itu bisa berhasil menghancurkan Benteng Maut yang ditakuti seluruh umat Bu lim dan si pemilik benteng bisa dilenyapkan dari permukaan bumi. Tetapi, diapun berharap bahwa serbuan para jago itu tidak mendapatkan hasil, sebab bila usaha mereka memperoleh keberhasilan maka itu berarti bahwa ia akan kehilangan 49 kesempatan untuk membalas dendam sakit hatinya... Sipengemis cilik itupun dengan tegangnya segera bangkit berdiri. Dikala serbuan para jago Bu lim gelombang ketiga hampir mencapai pintu depan Benteng maut itulah. Mendadak tampaklah dua sosok bayangan manusia dengan langkah perlahan dan wajah layu selangkah demi selangkah berjalan keluar dari balik pintu benteng. Seluruh jago Bulim segera berdiri tertegun. Kiranya kedua sosok bayangan manusia itu bukan lain adalah sipengemis dari selatan serta si padri dari utara. Pengemis cilik itu segera tersenyum dan duduk kembali keatas batu. Sedangkan Han Siong Kie dengan perasaan tercengang segera bertanya. "Eeei, mereka sudah keluar??" "Inilah pengecualian yang terjadi selama puluhan tahun lamanya, untuk pertama kalinya ada orang yang bisa ke luar dari Benteng Maut dalam keadaan hidup rupanya mereka berdua sudah menderita kerugian yang amat besar, bisa juga

sipemilik Benteng Maut menaruh rasa kagum dan hormat terhadap kedua orang ini maka ia tidak tega untuk turun tangan keji". "Adik Hwie. rupanya tidak sedikit yang kau ketahui?" "Hiih. . Hiiih. ..Hiiiih.. aku hanya menduga menurut keadaan yang terbentang didepan mata saja". Disaat sipengemis dari selatan serta sipadri dari utara telah meninggalkan pintu benteng itulah, kedua pintu raksasa yang hitam pekat itu perlahan-lahan menutup kembali. Pengemis dari selatan serta padri dari utara tidak memperdulikan para jago Bu lim yang mengurung di sekeliling tubuhnya, tidak menjawab semua pertanyaan yang mereka 50 ajukan, setelah menyeberangi jembatan batu dan tiba ditepi pantai, dengan mulut membungkam mereka berlalu dari situ. Para jago lihay lainnya jadi tertegun dan tidak habis mengerti, tapi akhirnya mereka pun mengumpulkan semua jenasah yang berserakan diluar benteng dan ikut bertalu dari situ. Suatu hujan badai yang amat mengerikan pun mulai reda.. Thian chee Kauwcu sendiri dibawah iringan para anak buahnya tanpa mengucap kan sepatah katapun ikut berlalu dari situ. Akhirnya si kupu2 warna warni Lie In Hian dengan membawa kedua orang dayangnya serta ke empat orang tukang tandu nya kembali kearah tandunya di bawah pohon itu Han song Kie tak kuat menahan rasa dongkolnya, ia mendengus dan bergumam seorang diri: "Perempuan busuk. suatu hari aku akan mencari dirimu untuk membereskan hutang piutang pada hari ini ". " Engkoh Kie, kau jangan marah dulu" bisik sipengemis cilik sambil tertawa cekikikan. "suatu pertunjukkan bagus segera akan berlangsung didepan mata". Tampaklah si kupu2 warna warni Lie in Hiang menyingkap horden dan melangkah masuk ke dalam tandu, tapi secara mendadak ia mundur tiga langkah ke belakang, rupanya perempuan itu telah menemukan bahwasanya Han siong Kie lenyap tak berbekas, setelah ditengoknya sejenak ke kiri dan ke kanan akhirnya ia menyusup ke dalam tandunya. 000dewi000 BAB 4 51 "ENGKOH KIE, cepat lihat" seru pengemis cilik itu dengan penuh kegirangan. Tampaklah ke empat orang pria kekar itu sambil menggotong tandu berjalan beberapa langkah ke depan, mendadak.. Braak terdengar suara ledakan keras, tandu itu

merekah dan hancur berkeping2, dalam keadaan yang mengenaskan sekali si kupu2 warna warni Lie In Hiang jatuh mendeprok di atas tanah. Han siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi ikut merasa geli, pikirnya: "Adik Hwie benar2 pandai sekali menggoda orang, kiranya sebelum meninggalkan tandu tadi ia sudah melakukan sesuatu disekeliling tandu tersebut..." Pengemis cilik itu tak bisa menahan diri lagi, ia sebera berteriak keras: "Bagus sekali". Teriakan ini cukup keras dan segera memancing perhatian dari si kupu2 warna warni Lie In Hiang, dengan cepat sinar mata nya dialihkan ke arah tebing batu tersebut. "Aduuuh Celaka" bisik Han siong Kie terperanjat. "Kali ini habis sudah riwayat ku". Dalam pada itu sipengemis cilik itu telah mendorong tubuh si anak muda itu sambil berseru: " Engkoh Kie, cepat lari, biar akulah yang menghadapi mereka". "Tidak. aku tak mau pergi" " Kalau kau tidak lari, mereka akan menggasak dirimu sampai peyot". "Tidak. tidak bisa. masa aku akan tinggalkan dirimu seorang diri ditempat ini??" "Haaah...haaah...haaah.. tolol amat kau, berangkatlah duluan, sebentar lagi aku akan menyusul dirimu". 52 "Tidak. aku tak akan meninggalkan tempat ini seorang diri". "Engkoh Kie, si kupu2 warna warni Lie In Hiang adalah Thongcu nomor satu dari perkumpulan Thian chee Kauw, kepandaian silatnya cukup ampuh dan hebat, sekali pun kedua orang dayangnya serta ke empat orang tukang tandu itupun mempunyai kepandaian silat yang sebanding dengan jago Bu lim kelas satu. Siapapun diantara mereka berenam tak nanti bisa kau tandingi... maka dari itu berlalulah lebih dahulu. selama kau masih berada disini, justru malahan memecahkan perhatianku " Merah jengah selembar wajah Han long Kie sehabis mendengar perkataan itu, dengan terputus2 katanya: "Aaa...adik Hwie aa...apakah kau sa... sanggup untuk menghadapi mee...mereka ?" "Tidak menjadi soal, dari belakang batu karang itu larilah ke arah depan, maka kau akan tiba didalam sebuah hutan, aku segera akan memancing kepergian mereka??". Sementara itu perlahan-lahan si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang telah munculkan diri di atas tebing karang tersebut. "cepat lari..." seru sipengemis cilik itu dengan hati cemas. "Kalau terlambat akan tidak sempat lagi" Han Siong Kie tidak berani berayal lagi, ia segera menjejakkan kakinya dan meloncat turun kebawah tebing batu

itu kemudian lari masuk ke dalam hutan. Menanti bayangan punggung si anak muda itu sudah lenyap dari pandangan, pengemis cilik itu baru meloncat turun dari atas tebing dan sambil tertawa cengar-cengir disongsongnya kedatangan kupu2 warna warni Lie In Hiang. Dengan wajah penuh napsu membunuh dengan mata melotot sadis selangkah demi selangkah si kupu2 warna warni Lie In Hiang maju ke depan, ke dua belah pihak menghentikan langkahnya pada jarak dua tombak. 53 Ketika dilihatnya orang yang mengejek dan mempermainkan dirinya bukan lain adalah seorang pengemis muda, perempuan itu langsung naik pitam, bentaknya dengan penuh kemarahan: "Pengemis edan, kau berani mempermainkan aku si nenek tua hah??" "Apa?? aku mempermainkan apa mu??" sahut sipengemis dengan alis berkerut. "Bukankah kau yang bermain setan dengan tanduku ini??" "Berdasarkan alasan apa kau mengatakan bahwa aku yang mempermainkan tandumu?" "Hmm ayoh jawab, kau telah membawa kemana orang yang berada di dalam tanduku itu??.. " "Apa?" pengemis cilik itupura2 berlagak kaget, "pria atau wanita yang kau maksud kan?. " selapis napsu membunuh yang sangat mengerikan memancar di atas wajah perempuan itu, jengeknya ketus. "Pengemis edan, tahukah kau siapa diriku?" "Aku si peminta- minta tak pernah mengadakan hubungan dengan kaum perempuan, percayakah kau " "Bangsat, kaupingin hidup atau mati? " "Eeei.. apa maksud ucapanmu itu ? " "Kalau pingin hidup maka katakanlah ke mana perginya bangsat cilik itu, sebaliknya kalau kepingin mati..." " Kenapa??" " "Pun Thongcu seketika ini juga akan kirim nyawamu kembali ke akhirat" Pengemis cilik itu tundukkan kepalanya dan berpikir sebentar kemudian menjawab. "Aku pingin mati saja" 54 si Kupu2 warna warni Lie In Hiang yang mendengar perkataan itu jadi tertegun, kemudian serunya: "Hm, kau sungguh pingin mati?? " "Sesungguhnya tidak salah, aku sudah terlalu muak sebagai pengemis kecil, maka dari itu aku tidak pingin hidup lebih lanjut di kolong langit ini.. " si Kupu2 warna warni Lie In Hiang bukanlah seorang bocah kemarin sore yang gampang dipermainkan, sekilas

memandang ia sudah tahu kalau pengemis kecil itu memang sengaja hendak memperolok-olok serta mempermainkan dirinya, napsu membunuh seketika itu juga muncul di dalam benaknya, sambil tertawa dingin katanya: "Kalau pingin mati sih gampang, Pun Thongcu bisa memberikan kematian yang paling lambat dan paling nikmat bagimu". sembari mengulapkan tangannya ia berkata lebih jauh "Tangkap bajingan cilik ini". Kedua orang dayang yang berada di sisi mereka itu segera maju kedepan, satu dari kiri dan yang lain dari kanan laksma kilat mencengkeram tubuh si pengemis cilik itu. Eeei eeeit . nanti dulu" teriak pengemis eilik iiu berulang kali sambil goyang goyang kao tangannya. Seorang pria sejati tak akan melayani kaum perempuan untuk bermain-main. Sembari berkata ia segera enjotkan badan nya. tahu2 sang tubuh sudah berada kurang lebih saiu tembok jauhnya dari tempat semula. Gerakan tubuh ini sangat indah dan lihay sekali, bukan saja membuat kedua orang da yang itu menjulurkan lidahnya, 55 bahkan si-kupu2 warna warni Lie In Hiang pun merasakan hatinya bergetar keras, sadarlah perempuan ini bahwa pengemis cilik itu bukan lah seorang munusia yang sederhana. Sementara itu setelah tertegun beberapa saat lamanya kedua orang dayang itu segera maju kembali kearah depan, secara terpisah mereka lancarkan serangan gabungan yang amat dahsyat, telapak dan jari dilancarkan secara serentak. Aduuuh mak!" teriak pengemis itu keras keras bukannya mundur ia malah maju lebih kedepan badannya menerobos masuk ke dalam lingkaran bayangan cakar serta deruan angin pukulan. Suara dergusan berat berkumandang memecahkan kesunyian, tahu tahu kedua orang dayang itu jatuh terpelanting dan roboh ke-atas tanah. Air muka sikupu kupu warna warni Lie In Hiang kontan berobah hebat, tenaga lwee-kang yang dimiliki pengemis cilik itu ternyata sudah mencapai keadaan yang sangat mengerikan, bukan saja gingkangnya diluaf dugaan bahkan iapun memiliki kepandaian menotok jalan darah lewat sentilan udara, dalam sekali gebrakan saja ia telah berhasil merobohkan kedua orang dayang andalan nya. Suara bentakan keras segera bergeletar memecahkan kesunyian, empat orang pria peng golong tandu yang semula berdiri tegak di sisi kalangan, kini sudah menubruk maju secara serentak, masing masing pihak mengirim satu babatan yang amat dahsyat. Empat gulung desiran angin tajam menggulung jadi satu membentuk suatu gulungan tenaga yang amat mengerikan,

laksana ambruk nya sebuah bukit tinggi angin serangan tersebut langsung menyapu ke depan: Melihat datangnya ancaman tersebut, pengemis cilik itu segera tertawa cekikikan. "Hiiih..hiiih....hiiiih bagus bagus beginilah baru sangat berarti". 56 sepasang telapak diayun kedepan dan diapun melancarkan sebuah babatan dahsyat yang menimbulkan gulungan angin serangan yang amat mengerikan hati. Blaaaam suara ledakan keras bergelegar menggoncang kan permukaan bumi, pasir dan debu berterbangan memenuhi angkasa, pusaran angin pukulan yang kencang menggetarkan ke empat orang pemandu itu dan memaksa mereka menyebarkan diri ke empat penjuru. "Kalian lebih baik mundur saja" tiba-tiba si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang berseru sambil mengulapkan tangannya. Dengan wajah lesu dan badan lemas ke empat orang pria kekar itu buru buru mengundurkan diri ke belakang. "Hei, pengemis cilik. laporkan asal usul perguruanmu" seru perempuan itu kemudian. "Aku tidak punya perguruan". "Kau termasuk cabang dari kota mana di dalam keanggotaan perkumpulan Kay Pang?" "Hmmm .. Hmmm aku sipengemis cilik adalah seorang pengemis gelandangan". "Pengemis gelandangan???". "sedikitpun tidak salah". "Apa itu pengemis gelandangan?? Belum pernah aku mendengar nama seperti itu??" "oooh.. pengemis gelandangan adalah pengemis luntang lantung diempat penjuru sesuka nya yang gentayangan, tidak tergabung dalam partai maupun perkumpulan, bebas merdeka melayang kesana kemari". "Bangsat, kau kepingin modar??". 57 "Aduuuh...nyonya bawel, mungkin lubang telingamu terlalu banyak kotorannya, apa kau tidak dengar?? sedari tadi toh aku sudah berkata bahwa aku tidak pingin hidup, cuma sayang...". "sayang kenapa?". ''Sayang dengan andalkan kekuatanmu masih tidak pantas untuk menghantar aku sipengemis cilik untuk masuk keliang kubur. Si kupu2 warna warni Lie In Hiang jadi sangat gusar, saking mendongkolnya sampai sekujur tubuhnya gemetar keras, dengan kedudukannya yang terhormat sebagai seorang Thongcu kelas satu didalam perkumpulan Thian Chee Kauw

ternyata sudah diolok-olok dan dipermainkan cleh seorang pengemis cilik yang tidak diketahui asal usulnya, ia segera membentak keras: "Bangsat. Pun thongcu akan bunuh dirimu! ". Sepasang telapak tangannya dengan suatu gerakan yang sangat aneh segera menyapu ke depan, secara terpisah ia cengkeram pergelangan kiri serta bahu kanan pengemis itu gerakan cengkeraman tersebut dilancarkan dengan kecepatan laksana sambaran kilat, bahkan bayangan cakar berlapis lapis seakan akan terdapat berpuluh puluh buah tangan yang bersamaan waktunya mencengkeram ke luar. Menyaksikan kehebatan lawannya pengemis cilik itu terkesiap buru-buru tubuhnya meleset kesamping untuk menghindar... tetapi gerakan tubuhnya terlambat satu tindak, tahu2 bahunya terasa amat kencang dan bahu kanannya sudah kena dicengkeram oleh lawannya. Napsu men bunuh yang menyelimuti wajah si kupu2 warna warni Lie In Hiang semakin menebal, sambil tertawa dingin serunya : 58 "Keparat cilik! sekarang ayoh jawab, apakah Pun Thongcu pantas untuk menghantar kematianmu???". "Tidak pantas! mau apa kau??". "Kalau kau berani mengatakan sekali lagi, kucengkeram bahumu ini biar hancur berantakan". "Tidak pantas! tidak pantas! Tidak pantas!'. Si Kupu2 Warna wirni Lie Ia Hiang benar2 naik pitarn, jari tangannya yang mencekeram bahu pengemis cilik itu segera ditambahi dengan beberapa lipat tenaga dalam, maksudnya tulang bahu sipengemis cilik itu akan dicengkeram sampai hancur lumat, siapa tahu baru saja cakarnya menggencet tubuh lawan, segera terasalah tangannya se-olah2 memegang sesuatu benda yang sangat licin batinya jadi amat terperanjat. "Kepandaian silat apakah ini??? " pikirnya di dalam hati. Belum habis ia berpikir, bagaikan seekor ikan belut sipengemis cilik itu sudah meloncat mundur sejauh satu tombak lebih, jengeknya sambil tertawa cekikikan: "Hiiih...hiiih...hiih... Lie In Hiang perempuan bermuka tebal yang tak tahu malu, maaf kalau aku tak sudi melayani dirimu lebih jauh .... " Dia enjotkan badannya dan segera meleset ke arah dalam hutan. Air muka si kupu2 warna warni Lie In Hiang berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, mimpipun ia tak pernah menyangka kalau dirinya bakal jatuh kecundang di tangan seorang pengemis cilik. setelah tandunya tak dapat digunakan lagi, dengan perasaan gemas ia berpaling ke arah mana lenyapnya bayangan sipengemis cilik itu sambil makinya: "Anak sialan cucu monyet, hati2 kau suatu hari aku bisa

membeseti kulit tubuhmu dan mencabuti otot2 didalam badanmu". 59 setelah mendepak- depakan kakinya ke atas tanah, ia segera membebaskan jalan darah dari kedua orang dayangnya yang tertotok kemudian berlalu dari situ. Kedua orang dayangnya serta keempat orang pria kekar itu tak berani berayal, merekapun segera enjotkan badannya dan menyusul dari belakang tubuhnya. -000dewi000Ombak dan memecah d itepi pantai. Benteng Maut yang berdiri dengan angkernya diatas tebing karang telah pulih kembali dalam kesunyian serta keheningan yang mencengkam seluruh jagat. Pengemis cilik yang sangat menghawatir-kan keselamatan kakak angkatnya Han siong Kie, tidak ingin berdiam terlalu lama disitu, setelah melepaskan diri dari kurungan si perempuan she Lie tadi ia segera menerobos masuk kedalam hutan dan menyusul si anak muda itu. Tetapi, walaupun ia sudah mencari kesana kemari dan keluar masuk hutan, bayangan tubuh Han siong Kie masih juga belum ditemukan, ia jadi tercengang dan tidak habis mengerti. "Kemana perginya engkoh Kie?? "pikir pengemis cilik ini didalam hati kecilnya. Tadi aku toh sudah menerangkan dengan jelas kepadanya agar langsung masuk kedalam hutan?? entah ia sudah tersesat sampai dimana??? Makin lama hatinya merasa semakin gelisah sehingga tak tahan lagi sambil menerobos masuk kedalam hutan Thonghong Hwie sipengemis eilik itu berseru tiada hentinya 'Engkoh Kie engkoh Kie..." Namun tiada sesuatu jawabanpun yang kedengaran, pikirnya lebih jauh: 60 Aaah mungkin dia sudah langsung keluar dari hutan dan melanjutkan perjalanannya!' Karena berpikir demikian maka iapun segera enjotkan badannya dan meluncur kearah depan. Sementara itu Han Siong Kie setelah masuk kedalam hutan perasaan hatinya makin lama kian terasa semakin tidak enak, ia merasa sebagai seorang lelaki sejati ternyata harus minta perlindungan orang, bahkan di dalam keadaan bahaya harus melarikan diri, sikap angkuhnya segera muncul. Pikirnya di dalam hatii ''Apabila aku tidak berhasil melatih serangkaian ilmu silat yang mengejutkan hati orang, aku tidak akan berjumpa lagi dengan adik angkatku Tonghong Hwie !"' Karena berpiKir demikian maka ia tidak menuruti petunjuk

dari sipengemis cilik itu untuk masuk kedalam hutan, sebaliknya malah membelok meiuju kearah timur. Semakin berjalan menuju kedepan ia merasa hutan belukar yang mengelilingi sekitar tempat itu semakin lebat dan tinggi, begitu rimbunnya dedaunan sampai cahaya mata hari tak dapat menyorot kedalam. suasana gelap gulita dan sianak muda itupun dengan mata membuta berjalan kesana kemiri sekenanya. Beberapa saat kemudian suasana semakin gelap gulita sehingga susah melihat kelima jari tangan sendiri, arah tujuanpun semakin kabur.dalam keadaan begini wajahnya berubah jadi bengkak dan hijau sebab besar karena berulang kali harus mencium pohon atau ranting, pakaiannya koyak dan hancur tak karuan. Sekarang sianak muda itu baru sadar bahwa ia telah memasuki sebuah hutan belantara yang sangat mengerikan. 61 Tetapi menyesalpun sadah terlambat, ia tak sanggup untuk menemukan kembali arah yang benar untuk lolos dari cengkeraman hutan belantara yang sangat lebat itu. Suara ular dan auman binatang buas bergema silih berganti menambah seramnya suasana disekitar hutan tersebut, dalam keadaan begitu pemuda she-Han itupun berpikir: "Habis sudah riwayatku! .. rupanya aku Han Siong Kie harus menemui ajalnya ditempat seperti ini... aaai, cepat atau lambat aku pasti dicabut ular berbisa atau diterkam binatang buas Tetapi ia tidak berhenti sampii disitu saja, ia tidak putus asa dan meneruskan petualangannya menjelajahi hutan belantara iru secara buta. Rasa lapar, haus, lelah, ditambah rasa nyeri dan sakit dari mulut luka yang menganga disekujur tubuhnya akibat duri serta ranting membuat tulang belulangnya terasa hancur berantakan, badannya lemas tak bertenaga, perjalanan terasa semakin berat lagi. Tapi sianak muda itu tak mau menghentikan usahanya sampai disana. tak bisa berjalan diapun mulai merangkak dan merayap diatas tanah.. kesadarannya... pikirannya kian lama kian bertambah kabur. Entah berapa saat sudah lewat, mendadak pemuda itu merasakan segulung hawa dingin yang sangat aneh menyerang ulu hatinya, ia segera membuka matanya. Tampaklah ia telah berbaring ditepi sebuah kolam kecil, separuh tubuhnya terbenam didalam air tersebut. Hal ini membuat hati nya bergetar keras, pikirnya : "Sungguh berbahaya, setengah depa lagi aku maju kedepan niscaya tubuhku sudah tenggelam didasar kolam ini dan jiwaku tentu sudah melayang...". Tiba2 satu ingatan berkelebat didalam be naknya, ia berpikir lebih jauh :

62 "Aaaah. tidak benar apakah aku sudah keluar dari hutan belantara tersebut???''. Dengan Cepat ia mengerangkak bangun dari atas tanah dan melongok keempat penjuru, tampaklah sekeliling situ hanya berubah pepohonan yang sangat lebat, lebih jauh dari itu yang hanya kegelapan yang mencekam, dimana ia berdiri saat ini merupakan sebidang tanah kosong yang luas dan persis di-tengah tanah kosong tadi terdapat sebuah kolam kecil seluas lima tombak. Satu pikiran dengan cepat berkelebat di dalam benaknya dan pemuda itu pun kembali berdiri tertegun. mengapa pada saat ini ia tidak merasa lapar maupun dahaga?? bahkan rasa sakit yang dideritanya tadi sekarang lenyap tak berbekas, ia segera tundukkan kepalanya dan memeriksa. Tampaklah kulit tubuh yang telah terendam air kini sudah sembuh sama sekali dari lukanya, bahkan luka2 itu telah merapat dan sedikitpun tidak terasa sakit, kejadian ini tentu saja mencengangkan hatinya. Mendadak... sinar matanya terbentur dengan sebuah tonggak batu yang berdiri tegak disisi tubuhnya, diatas tonggak tadi tertulislah beberapa huruf yang kurang lebih berbunyi demikian: "sumber air kulit bumi, Mencopot kulit berganti tulang". setelah membaca tulisan itu, sadarlah si anak muda itu apa sebenarnya yang telah terjadi, pikirnya: "Aaaah, benar, pastilah air didalam kolam ini adalah sumber air mujarab yang berasal dari kulit bumi seperti apa yang sering tersiar diluaran, tidak aneh kalau luka diseluruh tubuhku telah sembuh kembali setelah tercebur didalam air... perduli amat aku bisa keluar dari hutan ini atau tidak, pokoknya akan kucoba kembali" 63 Berpikir demikian iapun segera loncat ke dalam kolam dihadapannya, terasa air tersebut dingin menusuk tulang hingga membuat giginya saling beradu dengan kerasnya. sekujur tubuhnya direndamkan kedalam air kecuali batok kepalanya yang menongol diluaran, dikala hatinya mulai lega dan pikiran mulai mengendor itulah kejadian masa lampau kembali berkelebat didalam benak nya. Ia teringat kembali akan beratus ratus sosok tulang tengkorak yang berserakan didalam perkampungan keluarga Hari itulah rumah keluarganya. susiok sitelapak naga beracun Thlo Lien setelah mengutarakan asal usulnya segera bunuh diri, apa sebabnya???. . suatu misteri Benarkah si pembunuh keji yang telah membasmi keluarga Han serta keluarga Thio adalah si Pemilik dari Benteng Maut??

sebab lambang tengkorak berdarah yang ia temukan diatas dinding ruangan tengahnya persis seperti lambang dari si pemilik Benteng Maut tersebut. Kalau benar apa sebabnya ia melakukan pembunuhan tersebut? kembali merupakan satu misteri ... Diikuti pelbagai ingatanpun berkelebat di dalam benaknya: susioknya, sitelapak naga beracun Thio Lien kenapa tidak memperkenankan dia untuk membalas dendam?? kalau dilihat sikap paman gurunya tadi jelas dia sudah tahu siapakah pembunuh keji tersebut, tapi ia tidak mau mengatakannya keluar, bahkan tidak memperkenankan pula dirinya untuk mengubur tulang tengkorak yang berserakan itu, apa sebabnya? Dengan mempertaruhkan jiwa putranya, sang paman guru telah menyelamatkan dia dari kematian dan mendidiknya hingga dewasa, tetapi apa yang kemudian diwaris kan kepadanya hanya dasar berlatih ilmu tenaga dalam belaka, sedang jurus silatnya tak sepotongpun yang diwariskan 64 kepadanya, sang susiok mengatakan bahwa ia terikat oleh sumpah, apakah isi sumpah tersebut?? seluruh keluarganya mati binasa dalam peristiwa berdarah itu kecuali ibunya seorang yang masih hidup, mengapa??? Iapun teringat kembali akan kesadisan serta kekejian yang terlihat sewaktu berada didepan Benteng Maut. Diikuti terbayang kembali wajah adik angkatnya si pengemis cilik Tonghong Hwie, mungkinkah ia masih ada kesempatan untuk saling berjumpa muka?... Mendadak.... ia merasakan sekujur badan nyajadi amat panas hingga sukar ditahan, bukan saja air kolam.. yang itu tidak terasa dingin lagi bahkan makin lama terasa semakin panas bagaikan air mendidih. Hatinya jadi amat terkesiap. jangan2 air kolam ini mengandung racun yang awat jahat?? tapi ia tidak merasakan tanda2 keracunan. Buru2 tubuhnya merangkak naik keatas tepian. namun... rasa panas yang menyengat badannya kian lama kian menjadi dan makin lama bertambah hebat... bagaikan sekujur badannya dibakar oleh api besar hingga terasa amat sakit. Hampir saja sianak rnuda itu jadi gila, ia tak kuat menahan siksaan serta penderitaan yang menyerang tubuhnya.., pemuda itu segera bergelindingan ditepi kolam, meronta kesana menekuk kemari. Tidak lima kemudian ia jatuh tak sadarkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia siuman kembali diri pingsannya terasalah sekujur tubuhnya segar dan nyaman, rasa sa kit telah hilang lenyap tak berbekas dengan hati sangsi bercampur curiga segera tanyanya pada diri sendiri: "Mungkin aku sudah berganti kulit bertukar tulang?? ".

65 Ia bangkit berdiri dan terasalah suasana disekeliling tubuhnya terasa lebih terang, sinar matanya dapat mencapai pindangan sejauh ratusan tombak, hatinya jadi amat kegirangan, setelah ia dapat melihat ditengah kegelapan berarti keluar dari hutan belantara tersebut bukanlah satu persoalan yang menyulitkan. Sinar matanya segera menyapu sekeliling tempat itu, mendadak beberapa tombak dan ia berdiri saat ini, tepatnya ditepi sebuah pohon tua pemuda itu menemukan sesosok bayangan manusia sedang duduk bersila disitu- batinya jadi amat kegirangan, ia tak mengira kalau ditempat semacam ini bisa bertemu dengan seseorang, laksana kilat tubuhnya meloncat kedepan. Sekali enjot badan ia segera merasakan tubuhnya enteng bagaikan burung walet, hampir saja badannya menumbuk diatas tubuh bayangan manusia itu yang bukan lain adalah seorang kakek tua berambut putih. Sianak muda ini jadi terperanjat, sekarang ia baru sadar bahwa tubuhnya bisa enteng pastilah disebabkan kasiat dari sumber air mujarab dari kulit bumi. Buru2 dia mundur tiga langkah kebelakang dan menjura untuk memberi hormat, kata nya : "Loocianpwee! berhubung boanpwee tersesat jalan hingga sampai disini, maka mohon sudilah kiranya loocianpwee memberi petunjuk jalan bagi diriku untuk lolos dari tempat ini!". Perkataan itu diulangi sampai tiga kali namun tiada jawaban, ia segera memperhatikan wajah orang itu lebih seksama. "Aaah " Han siong Kie berseru tertahan, bulu kuduknya pada bangun berdiri dan hatinya jadi amat bergidik. ternyata kulit badan si kakek tua itu sudah mengering dan layu, yang tersisa hanya sekerat kerangka manusia belaka, rupanya 66 kakek tua itu sudah banyak tahun menghembuskan napasnya yang terakhir disitu. Beberapa saat kemudian rasa kaget dan bergidiknya baru agak reda, pikirnya: "Apa yang musti aku takuti?? kalau aku tak bisa keluar dari hutan belantara ini maka keadaan pun tidak akan jauh berbeda dengan dirinya...". Ketika dipandangnya mayat itu lebih jelas, maka si anak muda itu menemukan sekujur tulang kakek tua itu sudah penuh ditumbuhi lumut hijau yang amat lebat sehingga sepintas lalu nampaknya seolah2 dia memakai pakaian. Menyaksikan keadaan itu timbul rasa kasihan didalam hatinya, iapun lantas bergumam seorang diri: "Loocianpwee, daripada tulang belulang mu terlantar diatas

bumi, baiklah biar aku kubur secara baik2". sambil berkata dengan tangannya ia lantas membersihkan lumut hijau yang tumbuh disekeliling mayat tersebut, tapi kembali hatinya merasa terperanjat sebab diatas kulit didepan mayat itu ternyata terukir beberapa huruf dengan amat jelas: "Air mujarab melindungi badan, kulit dan tulang tak akan membusuk." Bila beberapa tahun kemudian ada orang yang sampai ditempat ini, tolong kebumikanlah jenasah loohu dibawah pohon jati bercabang tiga yang tumbuh disebelah timur kolam". Membaca tulisan tersebut, dalam hati Kiepun lantas berpikir: "Baiklah, aku akan kabulkan keinginanmu itu agar sukmamu dialam baka bisa jadi tenang". Di sebelah timur kolam ternyata benar2 terdapat sebuah pohon jati yang bercabang tiga, maka sianak muda itu sebera mematah-kan sebuah ranting dan mulai menggali liang kubur 67 dibawah pohon tadi, satu depa... dua depa... tiga depa... empat depa. Mendadak.... ujung rantingnya seolah-olah menyentuh suatu benda yang amat keras. Aaaah. mungkin benda keras itu adalah batu karang atau sebangsanya... biarlah, empat depa pun rasanya sudah cukup dalam" pikir Han Siong Kie didalam bati. Belum habis pikiran itu berkelebat didalam benaknya, tiba tiba permukaan tanah yang dipinjamnya mulai bergerak dan bergetar keras diikuti benda keras yang berada-didalam tanah itu mulai munculkan diri dari permukaan tanah can menyeret tubuhnya ke arah depan. Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan hati sianak muda itu, matanya jadi terbelalak dan sukmanya terasa hampir melayang meninggalkan ragarya, Benda tadi kian lama kian bertambah naik keatas sehingga akhirnya permukaan tanah mereka dan muncullah seekor kura kura raksasa yang amat besar sekali sambil menggoyangkan kepalanya makhluk besar itu perlahan-lahan merangkak kemuka. Meskipun kura kura tak dapat melukai orang tetapi makhluk aneh berbentuk raksasa yang demikian besarnya ini jarang sekali di dalam kolong langit, hal itu tentu saja membuat siapapun yang menyaksikan merasakan hatinya bergidik. Mendadak...kura-kura itu membentangkan mulutnya dan.... wessssss... segulung hawa tekanan yang amat dahsyat segera menggulung kearah tubuhnya. Mimpipun Han Sions Kie tak pernah menyangka kalau mahluk raksssa tersebut dapat memuntahkan hawa tekanan yang demikian dahsyatnya, dalam keadaan tanpa siap siaga

barang sedikitpun badannya segera terroboh diatas tanah, 68 sementara kura kura tadi segera merangkak kearah depan dan menindihi diatas tubuhnya.... Tindihan tersebut benar benar sangat kuat terryata sianak muda itu tak sanggup meloloskan diri, tanpa sadar sukmanya terasa melayang meninggalkan raganya, ia tak mengira kalau maksud baiknya hendak mengubur tulang belulang sikakek tua itu mendatangkan bencana yang demikian anehnya. Dalam pada itu sikura kura tadi sudah membentangkan mulutnya yang besar dan menggigit batok kepala Han Siong Kie. "Aduuuuh .... mati aku habis sudah nyawaku kali ini ..." teriak si anak muda itu dengan hati terjelos. Tapi sungguh aneh sekali, walau sudah lama ia menunggu namun batok kepalanya sama sekali tidak digigit hancur, sebaliknya kepala yang berada didalam mulut kura-kura itu terasa sangat tidak enak badan. Ketika ia berada dalam keadaan sangat takut menghadapi kematian yang sealiran hawa panas mengalir masuk lewat jalan darah Thian Leng Hiat diatas ubun-ubunnya menyebar keseluruh badan. Han siong Kie sudah merasa yakin bahwa dirinya bakal mati, mimpipun ia tak pernah mengira kalau bakal terjadi peristiwa aneh semacam ini, ia mulai merasa sangsi apakah dirinya masih hidup dikolong langit? kalau tidak maka ia pastilah sedang mendapat satu impian yang jelas yang sangat menakutkan. sementara itu aliran panas yang menyusup keluar dari mulut kura kura itu makin lama, semakin deras bahkan akhirnya deras bagaikan gulungan ombak ditengah samudra. sejak kecil Han siong Kie mempelajari bagaimana caranya mengatur pernapasan dan kini tanpa dia sadari dengan kepandaian yang pernah dipelajari itulah ia menyambut 69 datangnya aliran hawa panas tersebut. kemudian mengatur melewati urat nadi dan mengelilingi sekujur badan. Tetapi aliran panas tadi kian lama kian bertambah deras bagaikan air terjun yang membelah bumi, daya tekanannya makin lama bertambah makin dahsyat setelah mengelilingi sekujur tubuhnya hawa panas tadi mulai menerjang kearah Jen serta Tok dua nadi terpenting. Han siong Kie merasakan sekujur badannya bergetar keras dan akhirnya diapun jatuh tak sadarkan diri Entah berapa saat sudah lewat, perlahan-lahan sianak muda itu siuman kembali dari pingsannya, ia merasa pandangannya jadi jernih dan terang, ketika berpaling kesamping tampaklah si kura-kura tadi sudah meninggalkan

dirinya dan berbaring kurang lebih delapan depa disisi kalangan. Ia mengucak-ucak sepasang matanya untuk membuktikan bahwa apa yang dilihatnya bukanlah impian belaka. ia coba mengatur pernapasan, terasa hawa murni yang bergelora didalam badannya menggulung-gulung bagaikan ombak samudra, bahkan kedua buah urat nadi penting Jien serta Tok meh yang dimilikipun sudah tertembusi. Ia jadi tertegun, sianak muda itu tak berani mempercayai bahwa apa yang telah terjadi merupakan suatu kenyataan, kura2 ternyata dapat mengerahkan hawa murni untuk disampaikan kepada manusia. Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru sadar kembali dari lamunan, pelahan-lahan sianak muda itu bangkit berdiri dan berjalan mendekati sikura-kura tadi. Ditemuinya kura2 tersebut telah menemui ajalnya, sementara diatas punggung kura2 itu di terukir serangkaian tulisan yang kecil rapat dan lembut sekali: 70 Diatas kulit punggung ternyata masih ada tulisannya. hal ini benar-benar jauh berada diluar dugaan Hansiong Kie, buru2 ia bersihkan punggung makhluk raksasa tadi dari lumpur serta kotoran sehingga tulisan tadi dapat terlihat dengan lebih jelas. serangkaian kata2 pertama yang terbaca olehnya adalah berbunyi demikian: "Leng Koe sinkang, dihadiahkan bagi mereka yang berjodoh". Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar amat keras, ia merasa bahwa kejadian ini merupakan titik tolak dari sejarah kehidupannya dan iapun merasa bahwa dirinyalah orang yang berjodoh dengan tenaga murni tersebut. Dengan perasaan bergolak keras ia membaca tulisan tersebut lebih jauh. "Aku adalah Leng Koan sangjien, berhubung mengalami keadaan jalan api menuju neraka pada tahun Jien Boe maka akhirnya aku menemui ajal ditempat ini..." Menggunakan jari tangannya Han siong Kie mulai menghitung jarak tahun Jien Boe hingga saat itu yang ternyata sudah terpaut enam puluh lima tahun, dus berarti Leng Koe sangjien telah enam puluh tahun lebih lamanya meninggal dunia ditepi sumber air mujarab dari kulit bumi ini, seandainya tiada kemustajaban air tersebut, mungkin jenasahnya sudah hancur lebur semenjak dulu kala. Diapun membaca lebih jauh : "Kura kura ini sudah enam puluh tahun lamanya mengikuti diriku, sifatnya jinak dan sudah mendekati kepintaran manusia, disaat aku hendak menghembuskan napas yang terakhir, seluruh hawa murni yang ku miliki telah kusalurkan kedalam lambung kura2 ini. bagi mereka yang berjodoh memperloleh hawa sakti ini, mala ia berarti akan memiliki

tenaga lweekang bagaikan hasil latihan selama seratus tahun lamanya....". 71 Sekujur badan Ha Siong Kie gemetar semakin keras, gumamnya seorang diri : "Aku mungkin sedang bermimpi?? aku. ..aku telah rremperoleh tenaga lweekang bagai kan seratus tahun hasil latihan?? Kura2 sakti itu telah menyalurkan segenap hawa murninya kedalam tubuhku??Ooooh!! mulai sekarang aku mendapat kesempatan untuk membalas dendam sakit hatiku!". Diapun membaca lebih lanjut : "Setelah menyalurkan hawa murninya, kura kura ini pasti akan mati karena kehabisan tenaga, akan boleh mengubur bangkainya didalam satu liang bersama diriku! dibelakang ini aku wariskan pula serangkain ilmu gerakan serta ilmu pukulan yang merupakan inti sari dari seluruh kepandaian yang kumiliki sepanjang hidup, setelah berhasil menguasahi kepandaian tersebut meskipun belum dapat menjagoi dunia persilatan tanpa tandingan, tetapi kawanan Bu Lim dari golongan biasa tidak akan dapat mengalahkan dirimu, setelah rahasia ilmu itu berhasil dihapalkan. ambillah sebuah kantong kecil yang terikat dibelakang ekor kura kura ini. isi kantong merupakan sebutir pil penghancur yang dapat menghapus seluruh tulisan yang tertera diatas punggung kura kura ini. daripada rahasia kepandaian Sakti tersebut terkisar luas didalam dunia persilatan" Han Siong Kie tarik napas panjang-panjang ia membaca lebih jauh dimana yang tertera merupakan rahasia untuk melatih ilmu gerakan tubuh, tiga jurus ilmu telapak serta ilmu Koe Sie Toa Hota yang khusus untuk mengendalikan hawa darah yang bergerak di dalam tubuhnya. Koe sie Toa Hoat merupakan kepandaian sakti yang sudah lenyap dari peredaran Bulim, sungguh tak nyana ia mempunyai jodoh untuk mempelajarinya, semangat segera berkobar2 dan rasa girang yang bergelora di dalam dadanya sukar dilukiskan dengan kata2: 72 Han siong Kie cerdik dan berontak encer, setelah membaca tiga kali seluruh rahasia ilmu tersebut telah hapal diluar kepala. Ilmu gerakan tubuh tersebut bernama "Hoe Keng Keng-im " atau Cahaya Kilat Lintasan Bayangan, sedangkan ketiga jurus ilmu pukulan tersebut bernama Leng Koe sam sie, setiap jurus mengandung sembilan gerakan perubahan, meski untuk sesaat tak dapat memahami intisari yang sedalamnya, tetapi sekilas memandang dapat diketahui bahwa kepandaian tersebut merupakan ilmu pukulan yang sangat ampuh.

Akhirnya diujung paling bawah tertera pula beberapa baris tulisan kecil yang berbunyi demikian: "selesai mengerjakan sesuatunya kau boleh tinggalkan tempat ini . belok tiga kearah timur kemudian putar empat kearah selatan maka kau telah lolos dari hutan belantara ini?". Lama sekali sianak muda itu termenung memikirkan maksud dari belok tiga ketimur putar empat selatan... beberapa waktu kemudian akhirnya ia berseru tertahan: "Aaaah, mengerti aku sekarang, yang di maksudkan pastilah berjalan tiga li ke arah timur kemudian putar ke arah selatan dan berjalan sejauh empat li, maka aku akan lolos dari hutan ini ...... setelah merandek sejenak, pikirnya lebih jauh: . "Kalau aku bisa melayang dari puncak pohon, pemandangan ke arah depan akan terasa lebih luas, kenapa aku musti menerobos kesana kemari didalam hutan ini???". Berpikir sampai disini ia segera meloncat ke atas, terasalah badannya enteng bagaikan burung walet, loncatannya itu ternyata berhasil mencapai ketinggian sejauh puluhan tombak. hal ini malah sebaliknya mengejutkan hatinya, ia segara melayang keatas dahan dan memandang ke depan. 73 Tampaklah pepohonan amat rapat dan lebat, walaupun dari tempat ketinggian, tetapi pemandangan yang terlihat tak dapat mencapai tempat kejauhan, sekarang dia baru menyadari akan luasnya hutan belantara tersebut. Kata-kata peninggalan dari Leng Koe sangjien ternyata memang sangat beralasan sekali, kalau tidak sumber air yang amat mustajab ini jauh sebelumnya tentu sudah ditemukan orang kangouw. setelah melompat turun dari pohon, iapun berpikir: "seluruh tenaga Iwekang yang ditinggalkan Leng Koe sangjien telah aku dapatkan semua, meskipun didalam surat wasiatnya ia berkata bahwa kepandaian tersebut diwariskan kepada berjodoh, tetapi didalam kenyataan aku sudah terikat dalam hubungan antara guru dan murid dengan sikakek tua ini, Tata cara tak boleh dikesampingkan, aku harus menjalankan penghormatan lebih dahulu didepan layon guruku kemudian baru menuruti pesan terakhirnya untuk mengebumikan layannya bersama-sama bangkai kura-kura itu" Berpikir sampai disitu diapun maju ke depan dan dengan hormat menjalankan penghormatan besar sebanyak delapan kali dldepan jenasah Leng Koe sangjien, bisiknya: "Tecu Han siong Kie menghunjuk hormat untuk la yon In soe". selesai berdoa ia bangkit berdiri dan melirik sekejap kearah liang kubur yang telah dipersiapkan, kemudian membopong jenasah Leng Koe sangjien dari atas tanah untuk dipindahkan kearah liang kubur tadi.

Tetapi secara mendadak ia temukan suatu papan batu dibawah jenasah gurunya itu di atas papan batu terukir pula beberapa huruf kecil yang berbunyi demikian. "seandainya kau menganggap saat tadi sudah memperoleh tenaga lweekang yang tinggi serta ilmu silat yang lihay, kemudian tinggalkan jenasah diriku tetap terlantar diatas 74 bumi, maka seratus hari kemudian apa yang kau peroleh saat ini bakal lenyap tak berbekas ..". Tanpa sadar Han siong Kie merasakan badannya bergidik keras, diam2 ia bersyukur kepada diri sendiri bahwa ia tak mempunyai maksud untuk berbuat demikian, kalau tidak niscaya bencana akan menimpa dirinya. "singkap papan batu ini, di bawah merupakan ruang bawah tanah" Han siong Kie angguk-anggukkan kepala-nya dan berpikir: "Leng Koen sangjien telah mengatur segala-galanya, baiklah aku laksanakan menurut pesan terakhirnya". Maka tanpa banyak komentar ia buka papan batu itu kesamping hingga muncullah sebuah mulut gua, serangkaian anak tangga batu menjorok kebawah, suasana dalam gua terasa terang benderang bagaikan disiang hari, jelas di sekeliling situ telah dipasang batu permata atau mutiara serta benda2 berharga sejenisnya. sesudah ragu2 sejenak. pemuda itu membopong jenasah dari Leng Koe sangjien dan menuruni undak-undakan batu itu Pada ujung undak-undakan batu tadi merupakan sebuah ruangan batu, dalam ruangan hanya tersedia bangku, meja serta sebuah pembaringan, sedang pada atap ruangan terdapat sebutir mutiara besar yang memancarkan cahayanya menerangi seluruh ruangan, pada ujung dinding terdengar suara rintikan air yang memancar ke bawah dan mengalir keluar gua. Han siong Kle segera membaringkan jenasah dari Long Koe sangjien diatas pembaringan batu yang disisinya terukir beberapa hurup yang berbunyi demikian: "Disinilah manusia dan kura kura bersemayam" 75 Kemudian pemuda itu keluar lagi dari ruangan untuk membopong masuk bangkai kura-kura tadi untuk kemudian di baringkan di sisi jenasah Leng Koe sangjien. setelah itu barulah ia mengambil butiran obat diekor kurakura tadi, telah dicampur dengan air segera di usapkan diatas punggung kura-kura, tulisan yang yang tertera diatas kulit makhluk itupun seketika lenyap tak berbekas. Mendadak.... terdengar suara gemerisik yaag amat nyaring bergema memecahkan kesunyian secara tiba-tiba pembaringan batu itu bergerak turun ke arah bawah.

Han siong Kie yang menjumpai keadaan itu jadi amat terperanjat, dengan termangu-mangu ia awasi pembaringan batu tadi turun kebawah hingga mencapai lima depa dan berhenti, kemudian sebuah papan baru perlahan-lahan muncul dari arah samping dan tepat menutupi liang bekas tempat pembaringan batu tadi Keadaan ruanganpun dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala, kecuali kurang selembar pembaringan. "Aaaah... sungguh suatu persiapan yang amat masak " seru sianak muda itu tanpa sadar. Belum ia berkata tampak selembar kertas melayang jatuh dari atas atap ruangan, ia segera pungut kertas tadi dan membaca isinya : "Hati jujur dan tulus ikhlas, bocah cilik, kau memang mengembirakan hatiku.". Membaca sampai disini Han siong Kie tak tertahan tertawa geli, pikirnya: "Apakah pada enam puluh tahun berselang Leng Koe sangjien telah dapat menduga kalau orang yang bakal tiba disini adalah seorang pemuda yang masih muda belia seperti aku??? atau adalah seorang kakek tua, ucapan si "bocah cilik" 76 itu bukanlah bisa dijadikan suatu lelucon yang sangat menggelikan???". Bepikir sampai disini, iapun meneruskan kembali membaca surat tersebut: ".... Sumber air didalam batu merupakan sumber utama dari air mujarab, siapa yang minum air tersebut dapat menghilangkan rasa lapar dan rasa dahaga. Meskipun kau telah berendam didalam sumber air hingga berganti kulit tulang dan memperoleh pula hawa murni yang disalurkan kura-kura sakti, tetapi kau harus merendamkan diri lagi selama tiga hari didalam sumber mata air yang ada di dalam ruangan ini, dengan begitu hawa murni yang didapatkan baru bisa bergabung jadi satu dengan hawa murni didalam badan. sedangkan untuk melatih ilmu Koe sie Toa Hoat kaupun harus mengandalkan kekuatan dari sumber mata air ini, seratus hari kemudian bisa diharapkan suatu hasil yang gemilang, kemudian dengan segenap tenaga hantamkan ke arah sumber mata air ini sebanyak tiga kali, apa bila tidak menemukan suatu pertanda apapun, berlatihlah kembali selama seratus hari..."". Berbicara sampai disini Han Siong Kia pun sudah mengerti apa yang dimaksudkan oleh Leng Koe sangjien, maka diapun mengikuti petunjuk tersebut dan mulai berlatih diri didalam ruang batu itu. Seratus hari dalam sekejap mata sudah lewat, terhadap kepandaian silat yang diwariskan Leng Koe sangjien di atas punggung kura-kuranya pun sianak muda itu sudah hapal di

luar kepala. Dengan perasaan hati yang bergolak keras ia menatap dinding batu dimana terdapat sumber mata air tajam2, lama sekali ia memandang namun belum juga mengerti apa yang dimaksudkan gejala aneh oleh gurunya, ia harusnya merasa bahwa semua persiapan itu diatur dengan amat sempurna dan misterius. 77 Maka diapun menghimpun segenap tenaga-nya kedalam telapak kemudian melancarkan tiga buah serangan dahsyat ke arah dinding batu dimana terdapat sumber mata air itu Suara ledakan dahsyat segera menggeletar memekikkan telinga, dinding batu dimana terdapat sumber mata air tadi setelah termakan oleh pukulan yang amat dahsyat tadi mendadak bergerak tiga depa kedalam dan lenyaplah sumber mata air tadi. 000dewi000 BAB 5 DENGAN wajah tertegun Han siong Kie berdiri menjublak ditempat semula, ia tidak habis mengerti apa yang dimaksudkan mendiang gurunya untuk berbuat begitu. criiing... tiba2 terdengar suara gemerincingan bergema disisi tubuhnya diikuti terasalah sebuah benda yang memancarkan cahaya berkilauan secara tiba2 terjatuh dari atas dinding gua tersebut. Ia segera mendekati benda tadi mau mengambilnya yang ternyata bukan lain adalah sebuah telapak tangan terbuat dari tembaga hitam, diikuti secarik kertaspun melayang jatuh kebawah. Dengan hati tercengang dipungutnya pula kertas tadi, tapi dengan cepat si anak muda itu sudah berteriak keras dengan sekujur badan bergetar keras: "Aaaah. Hoed Chiu Poo Pit... kitab pusaka Tangan Buddha ....". Ia teringat kembali akan ucapan dari susioknya si telapak naga beracun Thio Lien yang pernah menceritakan kepadanya akan kisah benda pusaka yang tak ternilai harganya itu, sungguh tak nyana akhirnya benda tadi ditemukan olehnya. 78 Di atas Hoed Chiu Poo Pit tersebut termuat serangkaian ilmu silat yang maha sakti yang disebut tlmu "sie Mie sinkang" kepandaian ini begitu dahsyat sehingga ilmu" Toan Yoe sinkang" dari partai siauw limpun tak sanggup untuk menandingi, hanya jarang sekali ada orang yang pernah menyaksikan sendiri kehebatan ilmu tersebut. sepasang tangannya mulai gemetar keras, ia pejamkan matanya rapat-rapat dan berusaha keras menenangkan hatinya yang bergolak keras.

Ia terbayang kembali akan suasana di dalam perkampungan keluarga Han, tulang tengkorak berserakan dimana-mana... dua ratus jiwa ditambah jiwa susioknya si telapak naga beracun Thio Llen sekeluarga, semua-nya telah musnah ditangan si Tengkorak darah. Dendam kesumat seperti ini lebih dalam dari samudra, rasa bencinya lebih besar dari langit, Bagaimanapun juga sakit hati ini harus dituntut balas. Tengkorak darah... si Pemilik Benteng Maut, tak dapat membayangkan sampai di manakah lihaynya ilmu silat yang dimiliki pihak lawan, sebab si pengemis dari selatan serta si padri dari utara pun bukan tandingannya semua, tetapi seandainya ia berhasil mempelajari ilmu see Mi ciang? sinar matanya dialihkan kembali keatas kertas itu dan membaca lagi isinya: "Hod Chiu Poo Pit berhasil aku dapatkan pada tiga puluh tahun berselang, tetapi didalam melatih kepandaian tersebut ternyata aku menderita jalan api menuju neraka, saat itulah aku baru sadar bahwa kitab pusaka ini semestinya terdiri dari kiri dan kanan, tapi keadaan sudah terlambat dan menyesalpun tak ada gunanya, Kitab yang ku dapatkan adalah bagian yang kanan, dimanakah yang sebelah kiri aku sendiripun tak habis mengerti, kejadian itu merupakan suatu hal yang patut disesalkan sepanjang hidupku, bagi mereka 79 yang berjodoh apabila berhasil memenuhi harapanku dengan menggabungkan sepasang telapak tangan itu hingga berhasil melatih ilmu yang sangat dahsyat tanpa tandingannya dikolong langit ini, akupun akan ikut tersenyum dialam baka". Han siong Kie merasakan hatinya terjelos, kalau memang Hoed Chiu Poo Pit terdiri dari sepasang, lalu yang separuh dia harus pergi cari dimana.? Jagad begini luas dan lebar, untuk menemukan separuh belah benda pusaka sudah tentu merupakan suatu kejadian yang amat sulit. seandainya telapak Budha yang lain tidak berhasil ditemukan, bukankah yang sebelah ini sama artinya dengan benda yang tak berharga?? Leng Koe sangjien yang begitu lihaypun, hanya kurang hati-hati mengakibatkan kematian yang disesalkan untuk selama nya, apalagi dia? -000dewi0kz000Jilid 3 LAMA sekali ia termenung... akhirnya pemuda itu jatuhkan diri berlutut ke arah pembaringan batu yang telah lenyap di bawah tanah itu, katanya dengan suara lirih: "suhu, walaupun kau telah meninggal dunia tetapi budi pemberian tenaga lwekang tak akan pernah lenyap dari benakku, selama tecu masih hidup dikolong langit pasti akan berusaha keras untuk menyelesaikan harapan dari suhu ini

sampai mati baru berhenti " Habis berdoa ia bangkit berdiri, memasukkan tangan Buddha berwarna hitam itu ke dalam sakunya dan keluar dari ruang batu, kemudian tutup pula mulut gua dengan papan batu dan menutup papan batu tadi dengan tanah sehingga 80 siapapun tak akan menduga kalau dibawah tanah masih terdapat ruangan batu. Menanti ia berpaling kearah sumber air mujarab, pemuda itu jadi tertegun, kiranya kolam air mujarab telah mengering, setitis airpun tidak nampak. yang tersisa hanyalah sebuah liang tanah yang luas. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena tersumbat-nya sumber air didalam gua. Memandang langit yang biru diangkasa, Han Siong Kie merasa bagaikan baru saja mendusin dari suatu impian yang aneh. Dalam seratus hari ia telah berubah jadi seorang manusia yang lain, seorang jago dengan tenaga lweekang yang amat semcurna serta rangkaian ilmu silat yang sakti. Pertama, ia teringat kembali akan saudara angkatnya yang nakal sipengemis cilik Tonghong Hwie, entah saat ini ia telah berkelana sampai dimana?? ia merasa bahwa dengan kepandaian yang dimilikinya sekarang mungkin sudah cukup untuk menjadi toakonya. Ia tertawa bangga dan sebera kerahkan ilmu meringankan tubuhnya keluar dari hutan itu. suasana dalam hutan itu sudah tidak segelap waktu ia datang semula, karena pandangan matanya dapat melihat di tempat kegelapan. sesuai dengan pesan dari Leng Koe sangjin, setelah berjalan tiga li ke arah timur kemudian putar kearah selatan sejauh empat li, ia benar2 sudah lolos dari hutan belantara tersebut. Setelah melewati sebuah hutan kecil, di hadapan matanya terbentanglah sebuah bukit yang tak begitu tinggi. Dari puncak itu dia memandang ke bawah, tampaklah di suatu bagian adalah sebuah kota kecil, arah lain merupakan sungai dengan sebuah benteng kuno yang berdiri dengan 81 angkernya ditengah sungai, itulah Benteng Maut tempat angker bagi seluruh umat Bu lim. Han siong Kie merasakan darah panas dalam dadanya bergelora keras, api dendam berkobar dengan hebatnya membuat sorot mata yang memancar ke luar nampak begitu mengerikan dan menakutkan. Membalas dendam ingatan ini berkelebat dalam benaknya, sambil menggertak gigi ia mengirim satu pukulan udara kosong ke depan. Tiba2 ia temukan bahwa pakaian yang di kenakan olehnya

sudah kumal dan hancur tak karuan, perutpun terasa lapar. dalam hati segera pikirnya: "Lebih baik aku membeli pakaian dulu di kota sebelah depan sana, setelah perut terasa kenyang barulah pergi ke Benteng Maut untuk mencari setori ...." Berpikir demikian ia lantas turun gunung dan langsung menuju kearah kota terdekat. sekonyong2... terdengar desiran angin tajam berkumandang memecahkan kesunyian, disusul munculnya beberapa sosok bayangan manusia di tempat itu. Tujuan Han siong Kie pada saat ini adalah pergi ke kota untuk ganti pakaian dan menangsel perut kemudian pergi ke Benteng Maut untuk mencari balas, terhadap orang2 tadi ia malas untuk memperdulikannya, melihat datangnya beberapa sosok bayangan manusia, badannya segera menyingkir kesamping untuk memberi jalan. "Berhenti" Suara bentakan keras bergetar memekikkan telinga, tujuh sosok bayangan manusia dengan cepatnya meluncur datang dan menghadang jalan perginya. Pemuda she Han ini terpaksa berhenti dan angkat kepalanya memperhatikan orang2 itu. Tampaklah diantara mereka bertujuh ada tiga orang adalah kakek tua dan empat orang lainnya merupakan pria kekar, 82 wajah mereka menunjukkan rasa takut dan jeri yang tak terkirakan. Begitu masing2 pihak saling berjumpa, ketujuh orang itu sama2 berseru tertahan, rupanya mereka dibikin terperanjat oleh keadaan Han siong Kie yang mengenaskan itu. Terdengarlah salah seorang kakak tua itu dengan alis berkerut sebera menegur: "Engkoh cilik, apakah kau terluka?" Dengan sikap hambar Han siong Kie gelengkan kepalanya, mulut tetap membungkam dalam seribu bahasa. "Engkoh cilik kau hendak pergi ke mana?" kembali kakek tua itu bertanya. "Aku mau pergi ke kota" "Aduh... jalan ini tak bisa dilewati, lebih baik kaupilih jalan yang lain saja." "Kenapa?? apa salahnya aku lewat sini." Dengan wajah menunjukkan kengerian serta keseraman yang tebal, kakak tua itu menyahut: "Janganlah bertanya mengapa, dengarkanlah perkataan dari aku orang tua pasti tak akan salah lagi, cepatlah putar badan dan tinggalkan tempat ini." "Hmm terima kasih petunjukmu "sahut Han siong Kie ketus, begitu selesai berbicara ia segera melayang sejauh tiga tombak dari tempat semula. Melihat sikap si anak muda itu, si kakek tua yang lain diantara ketujuh orang itu segera berseru: " Kalau memang keparat cilik itu pingin menghantar

kematiannya sendiri, perduli amat kita mesti mengurusi dia, ayo berangkat. janganlah memancing api membakar tubuh sendiri" 83 Sebetulnya dari pembicaraan beberapa orang itu Han siong Kie sendiripun dapat menangkap akan suatu keadaan yang tidak beres, tetapi sebagai seorang pemuda yang berjiwa panas terutama baru saja memiliki kepandaian silat yang maha sakti, disamping itu dalam benaknya kecuali memikirkan bagaimana caranya membalas dendam terhadap Benteng Maut tidak memperhatikan persoalan lain, maka walaupun sudah diperingatkan tetapi ia tetap nekad meneruskan perjalanannya. Beberapa saat kemudian sampailah pemuda itu di dalam sebuah hutan To yang luas dan rimbun, daun dan ranting tumbuh dengan suburnya, sebuah jalan kecil terbentang menembusi hutan tersebut. Belum jauh ia berjalan memasuki hutan tadi, terciumlah bau amis darah yang amat menusuk penciuman berhembus lewat dari sisi kiri kanannya. Han siong Kie terperanjat dan segera memperhatikan gerakan tubuhnya, begitu ia berpaling bulu kuduknya segera pada bangun berdiri, ia bersin beberapa kali dan berdiri terbelalak. Terlihatlah di tepi jalan berserakan beberapa puluh sosok mayat yang menggeletak di atas genangan darah segar, keadaan mayat2 itu mengerikan sekali, batok kepala mereka hancur berantukan dan otak berserakan di empat penjuru, bau busuk yang memuakkan tersiar di empat penjuru membuat perut orang jadi mual. Ia berdiri menjublek. siapakah yang telah melakukan pembunuhan kejam diluar perikemanusiaan ini??? Tiga orang kakek serta empat orang pria kekar tadi melarang dirinya maju lebih ke depan bahkan mengajak ia ber sama2 melarikan diri dari situ, apakah hal itu disebabkan karena peristiwa pembunuhan sadis ini? lama sekali ia berpikir tapi tak sesuatu apapun yang berhasil dipecahkan olehnya. 84 setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya, si anak muda itupun meneruskan kembali perjalanannya menerobos Hutan, sepanjang jalan kembali ia temukan mayat manusia yang menggeletak di tepi jalan, keadaan dari mayat2 tidak jauh berbeda dengan apa yang dilihatnya di tepi hutan tadi, batok kepalanya hancur remuk serta otak yang berceceran di atas lantai. Makin melibat Han siong Kle merasa semakin terperanjat, pembunuhan brutal Benar-benar merupakan suatu peristiwa berdarah yang mengerikan hati.

Pada saat itulah... sesosok bayangan manusia berkelebat lewat di dalam hutan itu, langkahnya ter-buru2 dan sempoyongan. sekilas memandang Han siong Kle merasakan hatinya tergetar keras, bukankah orang itu adalah sipengemis dari selatan salah satu diantara dua tokoh lihay dunia persilatan?? kalau dilihat dari keadaannya diapun menderita luka parah. Jangan2 diapun terluka ditangan pembunuh yang membinasakan korbannya dengan menghajar remuk batok orang?? atau mungkin... Diam2 sianak muda ini bergidik juga hatinya, ia tahu si pengemis dari selatan serta si Padri dari Utara adalah tokoh2 sakti di dalam dunia persilatan, tetapi mereka dapat jatuh kecundang ditangan orang, hal ini bisa membuktikan betapa dahsyatnya serta sempurna nya tenaga lwekang yang dimiliki orang itu. Berpikir demikian, buru2 ia maju menyongsong kedatangan si pengemis itu sambil menjura. "Locianpwe harap tunggu sejenak". si Pengemis dari selatan menghentikan gerakan tubuhnya dan memperhatikan sekejap seluruh tubuh si anak muda itu, 85 kemudian dengan wajah terkejut bercampur sangsi serunya: "Kau...kau. . . " "Cayhe she Han bernama siong Kie" "Apakah kau telah bergebrak melawan perempuan iblis itu???" "Perempuan iblis?? siapa???" tanya Han siong Kie setelah tertegun beberapa saat lama nya, ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan si pengemis tua itu. "Im sat si Malaikat berhawa lm kang, Mo sioe Ing" "siapakah orang itu?? cayhe sama sekali tidak mengenal atau bertemu dengan dirinya" "Apakah engkau benar2 tidak kenal dengan iblis perempuan itu?? kalau begitu aku si pengemis tua sudah salah melihat... Tapi kenapa keadaanmu begini mengenaskan???" Han siong Kie tundukkan kepalanya dan memperhatikan sekejap pakaian yang dikenakan, sebenarnya dia ingin menceritakan pengalaman selama berada di dalam hutan belantara tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya "Haah, lebih baik aku merahasiakan pengalaman aneh itu saja" "oh kemarin malam cayhe telah bertemu dengan kawanan serigala liar habis sudah pakaianku di koyak2 oleh makhluk sialan itu" "Hey bocah keparat berada didepan Budha lebih baik tak usah pura2 pasang hio" tukas si pengemis dari selatan dengan mata melotot "Meskipun kawan serigala itu ganas aku rasa

mereka takkan bisa mengapa-apakan, aku si pengemis tua yakin bahwa sepasang mataku belum buta dengan kesengsaraan serta ketajaman pandangan matamu, aku percaya bahwa tenaga lwekangmu sudah mencapai pada taraf 86 yang tak tercapai oleh kawanan Bu lim biasa". Merah jengah selembar wajah Han Siong Kie. "Sungguh tajam penglihatan si pengemis tua ini" pikirnya di dalam hati, sementara di luaran ia menyahut dengan nada ketus: "Percaya atau tidak terserah pada diri locianpwe sendiri, yang pokok aku memang mengalami kejadian tersebut". "Baik, omong kosong tiada gunanya" seru si pengemis dari selatan sambil mengetukkan tongkat bambunya ke atas tanah. "Kemungkinan besar si iblis perempuan itu akan balik lagi setelah berlalu dari sini, cepat2lah kau meninggalkan tempat ini". "Huuh Si iblis Im Sat Mo Sioe Ing paling banter hanya seorang perempuan, sampai di mana sih keganasan serta kepandaiannya? aku pingin tahu..." "Hey Bocah cilik, kau betul2 seorang manusia yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, apakah kau tidak menyaksikan tumpukan mayat yang bergelimpangan diluar hutan sana???" "sudah lihat, kenapa??" " Kalau kau tidak ingin batok kepalamu ikut hancur berantakan terhajar oleh pukulan mautnya, lebih baik cepat2lah tinggalkan tempat ini". Han siong Kie segera tertawa hambar: "Hmm cayhe ingin sekali menjajal kepandaian yang dimiliki si iblis Im Sat Mo sioe Ing, aku pingin tahu malaikat iblis itu terdiri dari manusia yang bagaimana macam raganya". seluruh rambut dan jenggot si pengemis dari selatan bergetar keras dan menegang bagaikan kawat, sambil tertawa keras serunya 87 "Haaahhh...haaahhh.. haah... bocah cilik kau memang sangat bernyali dan cocok sekali dengan selera aku si pengemis tua, tetapi aku perlu memberitahukan kepada-mu.. jangan di bilang kau, sekalipun aku si pengemis tua juga bukan tandingannya" "Apakah locianpwe terluka ditangannya??". "Ehmm aku si pengemis tua memang tidak becus, untuk kesekian kalinya telah jatuh kecundang ditangan orang." Hati Han siong Kie jadi bergerak, ia tahu yang dimaksudkan si pengemis selatan sebagai ke sekian kalinya. pastilah dimaksudkan tiga bulan berselang ia telah jatuh kecundang ditangan pemilik Benteng Maut dan sekarang jatuh kecundang

kembali ditangan Im Sat si malaikat hawa Im. Kendati begitu ia tidak mengatakannya ke luar, sambil alihkan pokok pembicaraan tanyanya: " Kenapa sih si malaikat hawa im Mo sioe Ing suka membunuh orang?" "Haah.....haah... haah... bocah cilik, pertanyaanmu ini memang paling tepat kalau diajukan kepadaku, sebab pertanyaan tersebut kecuali aku si pengemis tua mungkin jarang sekali ada orang yang dapat memberikan jawaban yang tepat bagimu." Timbul rasa ingin tahu dalam hati si anak muda itu, semangatnya berkobar kembali dan serunya: "Benarkah locianpwe adalah satu2nya orang yang mengetahui kejadian sebenarnya." "Maksudku bukan begitu, cuma saja aku sipengemis tua adalah salah satu diantara sekian banyak korban yang berhasil meloloskan diri dari tangan keji si malaikat Im sat Mo siau Ing karena aku dapat menerangkan sedikit gejala yang berhasil kuketahui. " 88 "silahkan cianpwee memberi keterangan " "Baik, aku memang merasa berjodoh setelah bertemu dengan dirimu, di situ ada hutan mari kita kesana saja, aku sipengemis tua agak haus dan ingin minum dulu." Berangkatlah kedua orang itu menuju hutan, setelah ambil tempat duduk si pengemis dari selatan segera melepaskan cupu2 araknya dan meneguk isinya dengan lahap kemudian ia berkata. "Arak ini adalah Tan Cau arak paling bagus di daerah sini hei bocah ayo minumlah setegukan". sambil berkata ia segera angsurkan cupu2 arak itu ke depan Han siong Kie menerima dan ikut meneguk satu tegukan. "Hmm tidak salah memang arak bagus" serunya kemudian sambil mengangguk tiada hentinya. Pengemis dari selatan menyambut kembali cupu2nya dan meneguk hingga isinya ludes, setelah itu sambil menyeka mulut katanya: "Bocah cilik, sekarang dengarkanlah baik-baik dua puluh tahun berselang di dalam dunia persilatan telah muncul sepasang muda mudi yang masih muda belia, yang lelaki punya wajah tampan sedang yang perempuan berwajah cantik jelita tetapi ilmu silat yang mereka miliki sangat lihay sekali, hati mereka kejam dan tindak tanduknya telengas, pria itu oleh orang kangouw disebut Yan Sat si malaikat hawa Yang, Ko soe Kie, sedang yang wanita...". "Yang perempuan pastilah Im sat Mo sioe Ing, bukan begitu?? " "sedikitpun tidak salah, kau jangan menimbrung terus,

dengarkanlah kisahku ini, kedua orang tersebut adalah sepasang suami istri yang saling cinta mencintai, disamping itu kedua orang muda mudi itupun mempelajari semacam ilmu 89 silat yang keji dan luar biasa ngerinya disebut "Hian lm Koei Jiauw". Cakar setan pukulan dingin, tidak sampai satu tahun mereka muncul di dalam dunia persilatan sudah ada ratusan orang jago lihay yang menemui ajalnya di ujung cakar setan "Hian Im Koei Jiau " tersebut, kejadian ini segera menggemparkan seluruh dunia persilatan, semua jago baik dari kalangan Hek-to maupun Pek to sama2 keder terhadap mereka sedang badai darah masih saja melanda di mana2 ..... " "Masa di dalam dunia persilatan yang begitu luasnya tak ada seorang manusia pun yang sanggup menandingi Im Yang siang Sat sepasang malaikat Im dan Yang...? " "Boleh dibilang begitu". "Bagaimana kalau dibandingkan Tengkorak maut??". "Kau maksudkan si pemilik benteng maut??" tanya pengemis selatan setelah tertegun sejenak. Han siong Kie mengangguk tanda membenarkan: "Bagaimanakah raut wajah yang sebenarnya diri si Tengkorak Maut hingga kini masih merupakan suatu teka-teki yang sulit untuk dijawab, tetapi kalau menurut penilaian dari aku si pengemis tua jelas tenaga dalam yang dimiliki tengkorak maut dari Benteng Maut jauh lebih dahsyat dari Im Yang siang sat, tetapi berhubung mereka belum pernah saling bergebrak maka pertanyaan itu sulit untuk dijawab. sekarang dengarkanlah dulu kisah lebih lanjut.:." "Hmm, bukankah kau serta si padri dari utara telah dilempar ke luar dari benteng sebanyak dua kali oleh pemilik Benteng Maut ??" pikir Han siong Kie di dalam hati." Bahkan terakhir kalinya kalian ke luar dalam keadaan mengenaskan sekali, kalau dikata-kan raut wajah pemilik Benteng Maut belum pernah diketahui, ucapan ini bukankah suatu pembohongan secara besar2an??? mungkin di balik kesemuanya ini masih terkandung latar belakang lain." 90 Belum habis ia berpikir, terdengar si pengemis dari selatan telah mendehem dan memutuskan kembali kata2nya: "Tindak tanduk dari Im Yang siang Sat segera memancing kegusaran umat Bu lim, sebanyak tiga kali para jago dari kalangan Hek to serta Pek to berkerja sama untuk menumpas mereka berdua, soal hasil bukan saja usaha itu gagal total bahkan lebih banyak orang yang jadi korban. " "Locianpwejuga termasuk salah satu diantara pengeroyok..." "Tidak, berhubung ada urusan lain aku si pengemis tua

tidak hadir di dalam peristiwa itu" "Waah, kalau begitu bukankan umat Bu lim terpaksa membiarkan Im Yang siang Sat meraja lela di dalam dunia persilatan??" Beberapa tahun pengalaman memang demikian, tetapi pada sepuluh tahun berselang mendadak Yang Sat si malaikat hawa Yang, Ko see Kie lenyap tak berbekas, menurut kabar berita yang tersiar katanya ia telah dibasmi oleh seorang Bu lim cianpwee yang misterius, Im Sat yang gagal menemukan musuh besarnya segera melampiaskan kegusarannya di atas tubuh orang2 Bu lim, setiap tahun ia muncul dirinya satu kali dan setiap kemunculannya pasti membunuh seratus orang banyaknya." "Aduh mak "teriak Han siong Kie sambil menjulurkan bibirnya. " Kalau begitu selama sepuluh tahun bukankah ia telah membinasakan seribu orang??" si pengemis dari selatan menghela napas panjang. "Itu sih tidak. sebab kemunculan si iblis perempuan itu membunuh orang baru berlangsung sejak tiga tahun berselang " katanya. "Kalau begitu kejadian ini benar2 membingungkan orang". "kenapa??? " 91 "Kalau dikatakan Yang sat si malaikat hawa Yang, Ke see Khie adalah mati karena di basmi seorang tokoh sakti persilatan, mengapa tokoh sakti tadi tidak sekalian membasmi Im sat si malaikat hawa Im dari muka bumi?? sehingga mengakibatkan si malaikat hawa Im yang sakit hati melampias-kan amarahnya kepada umat Bu lim"" "Aai. ..bocah cilik, perkataanmu memang betul, yang jelas peristiwa itu hingga kini masih tetap merupakan suatu teka teki". "Apakah orang2 yang ada di dalam Bu lim adalah manusia2 kurcaci yang hanya mementingkan diri sendiri??? " seru Han siong Kie dengan hati mendongkol. " Ucapanmu tepat sekali " pengemis dari selatan mengangguk. " Kalau tidak si malaikat hawa Im sat Mo sioe Ing tidak akan selatan dan sejumawa ini". "Hmm kalau ada kesempatan aku hendak menemui iblis perempuan itu". "Bocah, semangat serta keberanianmu patut dipuji, kau anak murid dari perguruan mana??" Leng Koe sangjien!" Apa??? coba kau ulangi satu kali lagi! "Leng Koe Sangjien!". "Haaaaah,..haaaah...haaaah bocah cilik kau jangan mengibul terlalu gede hati2 kalau mulutmu ditampar orang Tahun ini kau kau berusia berapa??? Leng Koe Sangjien adalah seorang tokoh sakti yang sudah tersohor namanya

sejak seratus tahun berselang..." "Aku adalah anak muridnya yang mendapat ilmu silat dari peninggalannya siorang tua itu !". "Ooooh jadi kau telah mendapat kitab ilmu silat peninggalannya??..." 92 "Sedikitpun tidak salah! "Tidak aneh kalau omonganmu begitu gede dan jumawanya luar biasa kiranya kau sudah mendapatkan warisan ilmu silat dari tokoh sakti itu kalau memang demikian adanya kau boleh saja untuk coba bergebrak melawan simalaikat berhawa Im!' ' Satu ingatan berkelebat dalam benak Hao Siong Kie segera serunya: "Locianpwee..." "Tunggu sebentar! "tukas sipengemis selatan sambil goyangkan tangannya mencegah sianak muda itu berbicara lebih lanjut. Kalau memang kau adalah ahli waris dari Leng Koe Sangjieo, maka kalau dibicarakan dan soal tingkatan maka aku sipengemis tua masih kalah satu tingkat darimu, demikian saja kau boleh panggil aku sebagai engkoh tua sedang aku panggil kau sebagai adik kecil setuju?? Soal ini ... eeei ., mana boleh jadi "seru Han Siong Kie dengan gugup "Locianpwee". "Siau loote, kau tak usah pura2 banyak jual lagak lagi, aku sipengemis tua paling benci dengan perbuatan semacam itu! ' Mimpipun Han Siong Kie tak pernah menyangka kalau seorang tokoh silat Bu lim yang mempunyai kedudukan sangat tinggi di dalam Bu lim memaksa dirinya untuk menyebut dalam satu tingkatan yang sama dengan dirinya, bila kejadian ini berlangsung pada tiga bulan berselang...pada saat itu macam apakah keadaan dirinya?? tanpa terasa merah jengah selembar wajahnya. "Yaaah... yaaah... sudahlah daripada aku tampik lebih baik aku menurut saja, siaute akan merasa bangga dengan peristiwa ini. " "Tak usah banyak ngomong yang tak sedap didengar, kau ada urusan apa hendak di katakan??, sekarang katakanlah" 93 sekilas rasa sedih gusar dan penuh rasa dendam terlintas diatas wajah Han siong Kie yang tampan dengan sorot mata memancar-kan kebencian serunya dengan suara berat: "Engkoh tua, apakah engkau pernah memasuki Benteng Maut???" "Kau maksudkan Benteng maut? ulang sipengemis dari selatan dengan hati tergetar keras. "sedikitpun tidak salah" "Aku pikir dikolong langit dewasa ini mungkin tak

seorangpun yang bisa keluar dari istana maut dengan selamat setelah memasuki tempat itu" "Tetapi pada tiga bulan berselang bukankah engkoh tua serta padri dari utara memasuki tembok dinding benteng maut??" Mendapat pertanyaan itu sipengemis dari selatan tertawa getir. "Tidak salah aku memang mengalami kejadian seperti itu" "Bukankah waktu itu engkoh tua seperti padri dari utara berhasil keluar dari benteng dalam keadaan hidup???" "sedikitpun tidak salah, kami memang berhasil keluar dari benteng dalam keadaan hidup, tetapi keberhasilan kami itu bukanlah disebabkan karena kami andalkan ilmu silat yang kami mliki ...." "Lalu mengandalkan apa??? " "saudara cilik, rahasia ini hanya kuberitahukan kepada dirimu seorang, harap jangan kau ceritakan kepada orang lain, kami bisa lolos keluar dari benteng itu dalam keadaan selamat adalah lantaran sipemilik benteng maut telah melepaskan kami keluar" Tercekat hati Han Siong Kie sehabis mendengarkan perkataan itu, dengan kepandaian silat yang dimiliki 94 sipengemis dari selatan serta padri dari utara pun ternyata mereka masih membutuhkan belas kasihan orang untuk dilepaskan, bisa dibayangkan sampai dimanakah kedahsyatan serta kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki pendiri Benteng maut. Tetapi ingatan tersebut hanya sekilas saja berkelebat didalam benaknya, rasa benci dan dendam telah mengalahkan se-gala2 nya, menghilangkan rasa takut yang mencekam hatinya. segera ia bertanya lebih jauh: "Engkoh tua, tolong tanya tengkorak maut dari benteng maut itu sebenarnya macam apa sih bentuk wajahnya??. "Mau apa kau tanyakan persoalan ini ?" seru pengemis dari selatan dengan hati tercekat. Dalam benak Hansiong Kie segera terlintas kembali pemandangan dikala susioknya sitelapak naga beracun Thio Lien membawa dirinya masuk kedalam perkampungan keluarga Han ditengah malam yang basah oleh hujan deras, pemandangan yang mengerikan kembali terlintas didalam benaknya, dua ratus jiwa anggota keluarga Han telah berubah jadi tulang tengkorak manusia yang berserakan di mana2, hingga kini jenasah mereka belum dikuburkan . Meskipun susioknya melarang dia untuk mengubur jenasahjenasah tersebut dan melarang dirinya untuk membalas dendam, tetapi hidup sebagai putra manusia, dapat-kah ia menelan rasa dendam dan sakit hati atas terbunuhnya

segenap anggota keluarga Han??? Dengan mata berapi2 dari mimik wajah menunjukkan penuh kebencian dan rasa dendam teriaknya: "Antara aku dengan si Tengkorak maut terikat dendam sakit hati sedalam lautan, bagaimanapun juga aku harus membalas dendam atas sakit hati ini" 95 "Apa? Kau ada dendam dengan pemilik dari Benteng Maut??" -000dw0kz000BAB 6 "SEDIKITPUN tidak salah, aku bersumpah, aku hendak menghancur lumatkan tubuh-nya, menginjak rata Benteng Mautnya dan menghirup darah segarnya... kalau tidak dihatiku tidak puas, rasa dendamku tak akan padam" "Jadi kau ada maksud untuk menuntut balas terhadap si Tengkorak Maut???" tanya si pengemis dari selatan dengan mata terbelalak. "Benar sahut Han siong Kie dengan tegas. Tentang soal ini aku kira..". " Kenapa?? apa salahnya aku menuntut balas??". "saudara cilik, maafkanlah aku sipengemis tua hendak mengucapkan kata2 yang kurang sedap didengar, aku rasa niatmu itu mungkin sulit untuk dilaksanakan". Han siong Kie angkat kepalanya memandang ke angkasa dan berpekik sedih, serunya: "Aku tidak akan memperdulikan semua masalah yang tak berguna, begitu hanyalah ada satu prinsip yaitu kalau bukan aku Han siong Kie yang menemui ajal, tengkorak mautlah yang akan menemui ajalnya di tanganku. ." "Hebat, punya semangat.. tapi kau harus ingat adikku kecil, korban yang berjatuhan ditangan Tengkorak Maut banyaknya melebihi bulu kerbau, rasanya aku sipengemis pun tak usah menerangkan kenyataan2 yang telah terjadi bukan..." "Engkoh tua, sebenarnya si tengkorak maut adalah seorang mahluk aneh macam apa? " "Tentang soal ini... mm maaf kalau aku tak dapat terangkan untukmu " 96 "Kenapa?? " "Bagi orang Bu-lim janji adalah berat bagaikan gunung Thay-san, aku serta sipadri dari utara boleh dibilang merupakan satu2-nya orang yang berhasil lolos dari Benteng Maut dalam keadaan hidup selama puluhan tahun terakhir ini dan merupakan satu2aya orang yang berhasil menjumpai wajah yang sebenarnya dari Tengkorak Maut, tetapi disaat kami hendak dilepaskan keluar telah berjanji pula kepada pemilik Benteng Maut bahwa kami selamanya tak akan menceritakan api yang kami lihat ini kepada orang lain "

Kalau memang begitu, engkoh tua selamat tinggal " seru Han Siong Kie dengan hati sedih bercampur gusar habis berkata ia segera bangkit berdiri dan siap berlalu . "Tunggu sebentar" pengemis dari selatan segera berseru "Engkoh tua apa yang hendak kau katakan lagi !! " "Kau harus memahami kesulitan hati dari aku sipengemis tua didalam dunia persilatan aku pengemis tua boleh dibilang mempunyai sedikit nama juga aku tak boleh mengingkari janjiku sendiri walaupun begitu siTengkorak maut adalah musuh umum selama aku sipengemis tua masih mempunyai napas didalam dada aku pasti akan berusaha untuk memperjuangkan keadilan serta kebenaran bagi umat BuLim !" Kalau begitu anggaplah Siauwte telah salah bicara harap kau suka memaapkan ..!! Sekarang kau hendak pergi kemana?? Setelah bertukar pakaian, aku langsung hendak pergi ke Benteng Maut untuk menagih hutang! Saudara cilik, segala persoalan tak bisa dilaksanakan tanpa didasari oleh rencana yang matang, bagaimana kalau kau undurkan dahulu rencanamu itu dan menanti hingga para enghiong hoohau yang ada ditolong langit bersatu padu 97 Aku merasa amat berterima kasih bagi perhatian serta bantuan engkoh tua, tapi sayang siawte tidak ingin menggunakan tenaga orang lain untuk membalas dendam sakit hatiku ini!". Sayang pada saat ini aku sipengemis tua sedang merderita luka parah " Seru Pengemis dari selatan dengan terharu. Kalau tidak aku pasti akan menemani dirimu pergi kesana!". "Apa?? jadi engkoh tua menderita luka parah?? tanya Han Siorg Kie dengan alis berkerut. "Sedikitpun tidak salah, aku termakan oleh sebuah pukulan dari Im sat si malaikat berhawa Im. Mo Sioe Ing. isi perutku telah menderita luka dan aku harus beristirahat selama beberapa bulan untuk mengobati luka ku ini!! ". "Jadi kalau begitu tenaga lwekang yang dimiliki malaikat hawa Im tidak sampai lebih tinggi berapa banyak jika dibandingkan dengan engkoh tua ??...". "Bagaimana kau bisa berkata demikian?? " "Bukankah engkoh tua pernah mengatakan bahwa dibawah telapak tangan simalaikat hawa Im tak pernah melepaskan korban nya dalam keadaan hidup??.". "Kau keliru besar" "Aku keliru? bagaimana kelirunya?? " "Tenaga lweekang yang dimiliki si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing jauh tebih tinggi berapa kali lipat daripada diriku si pengemis tua tetapi ia mempunyai sebuah peraturan yang aneh, barang siapa yang sanggup menghadapi dirinya

sebanyak tiga gebrakan, maka ia akan melepaskan orang itu dengan selamat, serangan yang keempat tidak nanti akan dilepaskan." "Oooooh.. kiranya begitu" saking kagetnya Han song Kie menjerit tertahan, hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada 98 bangun berdiri, walau begitu tekadnya untuk bertempur melawan si malaikat berhawa Im pun semakin besar. Dalam pada itu sipengemis dari selatan telah tundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, kemudian katanya dengan perasaan bergolak: "Saudara cilik, maukah kau menunggu aku selama satu bulan??. " "Menunggu dirimu selama satu bulan?? "Nantikanlah setelah luka dalamku sembuh dan menyerahkan persoalan didalam perkumpulanku kepada orang lain, akan kuiringi kehendakmu untuk menyerbu ke dalam Benteng Maut.". "Engkoh Tua, terima kasih banyak atas perhatian serta kesediaanmu, biarlah aku terima didalam hati saja. Nah, siauwte mohon diri terlebih dahulu..". Habis berkata dia enjotkan badan menembusi hutan dan meneruskan perjalanannya lewat jalan raya, sepanjang perjalanan suasana sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun, mungkin hal itu disebabkan karena si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan pembunuhan disekitar tempat itu.. setibanya didalam kota, Han siong Kie segera membeli seperangkat pakaian baru dan menukar pakaiannya yang kumal, dengan begitu tampangnya kelihatan semakin ganteng dan gagah, cuma diantara kerutan alisnya terlihat lapisan napsu membunuh yang tebal, membuat orang yang memandang jadi bergidik hatinya. selesai berdandan ia sebera berangkat menuju kearah Benteng Maut. Ilmu meringankan tubuh "Hoe Keng Keng-im" atau Cahaya Kilat lintasan bayangan memang suatu kepandaian yang sangat dahsyat, dalam waktu singkat sianak muda itu lelah tiba ditepi sungai. 99 Benteng Maut dengan angker dan misteriusnya berdiri kokoh ditegah batu karang yang dikelilingi sungai. Pintu Benteng tertutup rapat, lambang tengkorak darah yang seram dan menggidik-kan hati bertengger di depan pintu benteng. Memandang bangunan seram itu Han siong Kie merasakan pandangan matanya berapi2, darah panas bergelora dalam dadanya, dendam berdarah atas kematian dua ratus jiwa keluarga Han dan Thio membuat ia lupa akan kelihayannya. .

Ia memperhatikan sejenak Benteng Maut yang dianggap orang sebagai istana kematian, ia kertak giginya kencang2 dan melayang kearah depan, melewati jembatan batu dan tiba didepan pintu benteng . Tiga bulan berselang, ketika para jago dari kalangan Hek to serta Pek to menyerbu kedalam Benteng Maut, ia berserta adik angkatnya sipengemis cilik Tong hong Hwie telah menonton jalannya pertarungan itu dari atas bukit, waktu itu kendati didalam hati ada niat untuk membalas dendam tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berbuat demikian. Dan sekarang tanpa disangka2 ia telah menemukan suatu peristiwa aneh yang mana telah merubah dirimya menjadi sese-orang yang lain. Dimana ia sanggup untuk datang mencari balas tanpa bantuan orang lain. Pikirnya didalam hati: "Kedatanganku kemari adalah untuk menuntut balas, kehadiranku terang2an dan ter buka, kenapa aku tidak berteriak dahulu melakukan penantangan??... Berpikir demikian ia lantas mengepos tenaga dan berteriak dengan suara penuh kebencian: "Tengkorak Maut orang yang datang untuk menuntut hutang darah telah datang." 100 Berturut2 ia telah berteriak sebanyak tiga kali, namun tiada suara sahutan dari dalam benteng. Han siong Kie mendengus dingin, sepasang telapaknya bergerak cepat dan segera melancarkan sebuah babatan dahsyat kearah pintu benteng tadi. sejak memperoleh tenaga kekuatan dari Long Koe sangjlen, tenaga lweekang yang di miliki telah mencapai pada taraf seratus tahun hasil latihan, bisa dibayangkan sampai dimanakah hebatnya serangan yang diguna-kan dengan segenap tenaga itu Disaat tenaga pukulannya yang dahsyat itu hampir mengenai didepan pintu Benteng Maut itu, mendadak pintu tadi terbuka kesamping diikuti segulung angin pukulan yang dingin menggulung keluar dari balik pintu Benteng. Begitu hebat angin serangan tadi hingga serangannya yang dilancarkan dengan menggunakan segenap tenaga itu mendadak tersapu lenyap tak berkekas. Han siong Kie jadi amat terperanjat, tanpa sadar ia mundur beberapa langkah ke belakang. Ketika berpaling kembali terlihat-lah pintu Benteng yang gelap dan lembab itu telah terbentang lebar, begitu gelapnya suasana didalam benteng itu sehingga dengan kekuatan pandangan matanya tidak berhasil juga untuk melihat keadaan di dalamnya. "Aku harus menerjang kedalam" ingatan tersebut tiba2 muncul didalam benaknya. Ditengah bentakan keras, Han siong Kie sambil mendorong

sepasang telapaknya kedepan melancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah samudra, sekali lagi ia menghantam pintu benteng tersebut, disusul badannya laksana kilat berkelebat masuk kedalam benteng. Blaaam.. ditengah suara ledakan keras. segulung desiran angin tajam yang sangat kuat meluncur keluar dari dalam 101 benteng, begitu tajam angin serangan tersebut ketika menyentuh dibadan terasa dingin dan merasuk ketulang sum sum. Tanpa melihat siapakah pihak lawannya tubuh Han siong Kie segera terpental mundur kebelakang sejauh lima tombak lebih, ketika kakinya menginjak permukaan bumi dengan sempoyongan badannya tergetar mundur kembali beberapa sebelum akhirnya berhasil berdiri tegak, tawa dingin segera menyerang kedalam badan membuat tubuhnya bergidik dan bersin beberapa kali. "Eeei???" seruan kaget secara lamat2 berkumandang keluar dari dalam benteng. Mungkin sanggulnya Han siong Kie menyambut datangnya serangan angin cukulan berhawa dingin itu tanpa terluka telah mengejutkan hati orang yang berada didalam benteng itu. Menuntut balas atas sakit hatinya terhadap Benteng Maut adalah pikiran pertama yang menyelimuti benak sianak muda itu. sambil memandang pintu benteng yang seram, mengerikan serta penuh diliputi kemisteriusan itu, Han siong Kie berdiri termangu2. Tenaga lwekang yang dimiliki Benteng Maut benar2 sukar dilukiskan dengan kata2. Didalam Benteng Maut, kecuali sipemilik Benteng itu si Tengkorak maut, apakah masih ada orang lain?? suatu tanda tanya besar. Tengkorak darah adalah lambang dari pemilik benteng maut, sedangkan sipemilik benteng sendiri masih merupakan suatu teka teki pula bagi umat Bu lim karena belum pernah ada orang yang pernah menjumpai raut wajahnya yang sebenarnya. Kalau dikatakan ada, maka orang2 itu telah dibunuhnya dan mati semua... 102 satu2nya orang yang berhasil lolos dari benteng Maut dalam keadaan hidup hanyalah si pengemis dari selatan serta si padri dari utara, mungkin mereka pernah menyaksikan wajah yang sebenarnya dari Tengkorak Maut. tetapi mereka sudah terikat oleh sumpah dan janji, jelas tak mungkin rahasia itu akan bocor dari mulut mereka berdua. Dalam pada itu tekad untuk membalas dendam dari Han

siong Kie sama sekali tidak berkurang karena menyaksikan kelihayan lawannya, setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya per lahan2 ia maju kembali masuk kedalam benteng.. Gelak tertawa yang amat keras dan sangat memekikkan telinga berkumandang keluar dari balik benteng... Han siong Kie tergetar keras hatinya, dengan tanpa disadari olehnya langkah yang sedang maju kedepan telah berhenti di tengah jalan. suara tertawa itu makin lama semakin keras dan semakin tajam, bagaikan ber-puluh2 bilah pisau belati ber sama2 dihujamkan ke dalam lubang telinganya. Han siong Kie merasakan darah panas di dalam rongga dadanya bergolak kencang, ia kaget dan sebera mengerti akan mara bahaya yang sedang mengancam, hawa murninya dengan cepat disalurkan dari pusar menuju keseluruh penjuru badan. Bentaknya dengan suara yang keras laksana geledek: "Tengkorak maut ayoh menggelinding ke luar dan serahkan nyawamu" suara tertawa itu mendadak berhenti, suasana seketika diliputi keheningan serta kesunyian, sama seperti tidak nampak sesuatu gerakan apapun. Han siong Kie dibawah pengaruh kobaran api dendam dan rasa benci yang meluap tak sanggup untuk bersabar lebih jauh, sekali lagi ia membentak keras: "Tengkorak maut siauw ya datang kemari untuk menginjak rata benteng setanmu ini. " 103 suara tertawa dingin yang sinis dan penuh perasaan memandang rendah bergema keluar dari dalam benteng diikuti serentetan suara yang dingin menyeramkan berkumandang keluar: "Bangsat cilik, kau adalah orang pertama yang berani menantang Benteng maut untuk menuntut balas, memandang diatas keberanianmu yang terpuji ini aku suka mengampuni selembar jiwa kecilmu. Nah ayo cepat enyah dari sini" suara peringatan itu se akan2 muncul dari daerah sekeliling sana namun tak sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan muncul di tempat itu. Dengan gusar Han siong Kie mendengus ketus: "Hmmm? Tengkorak maut mengapa kau tidak berani unjukkan dirimu ??" "Heeeh... heeeeah dikolong langit belum ada orang yang berhak untuk memaksa lohu unjukkan diri" "Tengkorak maut, hutang darah harus bayar darah, hari kiamatmu telah tiba. " "Tutup mulutmu Hardik suara tadi dengan ketus. Bocah cilik yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, sepanjang hidupku loohu sudah banyak membunuh orang tetapi semua orang yang kubunuh adalah manusia2 yang patut dibasmi dari muka bumi. "

"Kentut busuk makmu keluarga Han...." "Bicara tidak sopan Hmmm itulah artinya mencari kematian buat diri sendiri, hey bocah tak tahu diri jangan salahkan kalau loohu akan bertindak keji" Bersamaan dengan selesainya ucapan itu bergelegar disisi telinga, segulung angin pukulan berhawa dingin segera menggulung keluar dari balik pintu benteng. 104 Han siong Kie pernah merasakan kelihayan dari angin pukulan berhawa dingin, wajahnya segera berubah hebat sambil menghimpun segenap tenaga yang dimiliki-nya ia balas melancarkan sebuah babatan ke arah depan .... Blaaaaam... angin pukulan saling membentur satu sama lainnya, terasalah hawa pukulan yang dilancarkan pihak lawan begitu hebat dan mantap. bahkan mengandung hawa dingin yang menusuk tulang membuat orang susah bernapas dan dada terasa jadi sesak. Ditengah ledakkan dahsyat, Han siong Kie merasakan badannya bagaikan tersambar guntur darah panas bergolak dalam dadanya membuat kepalanya pusing tujuh keliling dan pandangan matanya ber-kunang2 dengan sempoyongan badannya mundur delapan depa ke belakang kemudian setelah berhasil berdiri tegak dari mulutnya muntah keluar darah segar. " Keparat cilik" suara si Tengkorak maut yang dingin dan menyeramkan itu kembali berkumandang keluar "Tidak aneh kalau kau begitu jumawa dan tekebur, kiranya kau masih punya sedikit simpanan juga. Hmm.. kau adalah satu2nya orang yang sanggup menerima datangnya angin pukulan "Han Pok Ciang" dari loohu tanpa menemui ajalnya tetapi... walaupun begitu masih terpaut jauh kalau kau ingin mengandalkan kepandaian-mu itu untuk membalas dendam, sekarang aku akan memberikan kesempatan yang paling akhir bagimu untuk mengundurkan diri dari sini, cepat enyah" Air muka Han siong Kie berubah jadi merah padam bagaikan darah, dengan pandangan nanar dan wajah menyeringai seram ia mendengus dingin, teriaknya: "Tengkorak Maut, beranikah kau unjukan diri untuk bertempur mati-matian melawan siau-ya??" "Kau belum pantas untuk berbuat demikian:" 105 Api dendam dan rasa benci membakar dada Han siong Kie, ia telah melupakan akan keselamatannya. Dengan suara serak teriak. "Tengkorak maut, pada suatu hari aku akan datang untuk menginjak rata Benteng maut- mu ini, akan kuhancur leburkan tempat mu ini agar kau tiada tempat untuk bermukim.. " "Heeeh... heeeh... heeeh... apakah kau mempunyai

kesempatan untuk berbuat begitu??". "Asal aku tidak mati, aku bisa datang kemari untuk berbuat demikian..". "Tetapi sayang seribu kali sayang, saat kematianmu telah tiba. loohu sudah dua kali mengampuni jiwamu tetapi kau masih saja tak tahu diri dan kini..". "Sekarang bagaimana??" "Mengingat kau adalah seorang angkatan muda yang berdarah panas, kuhadiahkan sebuah bangkai yang utuh". Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, sebuah angin pukulan yang maha hebat laksana gulungan ombak ditengah samudra meluncur datang kembali.. begitu dahsyat serangan yang dilancarkan itu hingga siapa pun yang melihat hatinya pasti akan ikut merasa bergidik. Dalam keadaan sehat belum tentu Han siong Kie dapat menyambut datangnya serangan yang sangat hebat itu, apalagi didalam keadaan terluka parah...di tengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati, tubuhnya terpental ketengah udara dan meluncur ke arah tengah sungai. Pluung.. ombak menggulung dan bunga air bermuncratan ke empat penjuru, dalam sekejap mata bayangan tubuh si anak muda itu sudah tertelan ditengah ombak dan lenyap tak berbekas. 106 Pintu depan Benteng Maut yang hitam pekat dan berat per lahan2 menutup kembali. suasana di sekeliling tempat itu pulih kembali dalam kesunyian dan keheningan, seakan2 tak pernah terjadi suatu peristiwa apapun ditempat itu... Dalam pada itu Han siong Kie yang terlempar kedalam sungai segera jatuh tak sadarkan diri Menanti ia sadar kembali dari pingsannya dan membuka sepasang matanya, terasalah bau harum semerbak berhembus lewat di sekitar tempat itu, rupanya ia sedang berbaring diatas sebuah pembaringan yang jangat indah dengan kelambu yang tipis dan sprei bersulamkan bunga. Ditinjau dari keadaan disekeliling sana, jelas kamar itu adalah tempat tidur dari seorang wanita. Ingatan pertama yang muncul didalam benaknya adalah: "Aku telah tertolong, jiwaku masih tetap hidup didalam tubuhku dan aku tidak sampai terkubur diperut ikan... harapanku untuk membalas dendam masih ada. Tanpa sadar ia bergumam seorang diri. "Aku belum mati, aku belum mati..." "Benar siangkong, kau belum mati " serentetan suara yang merdu menyambung dari sisi tubuhnya, Han siong Kie terperanjat dan segera alihkan sinar matanya kes isi pembaringan, tampaklah di depan toilet duduk seorang gadis muda, rupanya ucapan tadi adalah berasal dari mulutnya.

Dalam benaknya segera timbul ingatan kedua. "Aku telah tertolong oleh seorang gadis, oooh perempuan... perempuan..." Hatinya terasa amat sedih sekali, sebab dalam benaknya ia merasa amat benci dan muak terhadap kaum wanita karena ibunya si siang Goo cantik ong coei Ing tanpa memikirkan dendam kesumat keluarganya yang sedalam lautan telah 107 kawin lagi dengan Thian chee kauwcu, oleh sebab itu ia amat membenci seluruh perempuan yang ada di kolong langit. si anak muda itu sebera mendengus dan bangun dari tidurnya. terasa seluruh tulang dan persendian tubuhnya amat sakit bagaikan patah, hawa dingin yang menggidikkan menyusup keluar dari balik jalan darah menyebar keseluruh tubuhnya. Ia sadar bahwa racun dingin dari angin pukulan "Han Pok Ciang" yang dilancarkan pemilik benteng Maut telah bersarang didalam tubuhnya. Ia tak tahu bahwa berkat tenaga lweekang yang diperolehnya dari kura2 sakti serta sumber air mujarab yang telah mengganti tulang dan kulitnya, ia baru selamat lolos dari bahaya maut kendati harus menerima dua buah pukulan yang maha dahsyat, berganti orang lain niscaya sedari dulu jiwanya telah melayang meninggakan raganya. "siangkong, kau tak boleh bangun" gadis itu kembali berseru dengan nada merdu. Han siong Kie tidak ingin menerima belas kasihan lawannya, sambil berkeras kepala ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya. "Nona, apakah kau yang telah menolong cayhe?? " tegurnya ketus. "Bukan bukan aku yang menolong..". "Lalu siapa??..". "Nona kami yang telah menyelamatkan selembar jiwamu". "ooooh siapakah nama nonamu itu?? bolehkah kau beritahukan kepadaku.". "Nonaku bernama.... Aaah, itu dia telah datang" Terlihatlah horden disingkap orang disusul munculnya sesosok bayangan tubuh yang ramping melangkah masuk ke dalam kamar. 108 Han siong Kie segera merasakan jantungnya berdebar keras, ia merasa wajahnya berubah jadi merah padam dan rikuh sekali, andaikata disana ada lubang ingin sekali ia menerobosnya kedalam. "Swi siang, bagaimana keadaan siangkong itu " terdengar gadis ramping yang barusan masuk itu menegur. Dayang yang bernama swie siang dan selama ini berada didalam kamar itu sebera menyahut:

"Siangkong telah sadar kembali ia sedang menanyakan diri nona..." "Ehmm, sudah tahu, cepat ambillah kuah bunga teratai dan berikan kepada siangkong" Mendengarkan ucapan yang merdu bagaikan kicauan burung nuri itu Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar semakin keras, saking gelisahnya keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya tanpa memperdulikan rasa sakit yang menyerang tubuhnya lagi ia sebera merangkak bangun dari atas pembaringan. Mendadak pandangan matanya terasa cerah dihadapan mukanya berdirilah seorang gadis muda berbaju hijau yang amat cantik, sepasang biji matanya yang jeli dengan kemalu2an sedang menatap kearahnya tanpa berkedip. Han siong Kie merasa hatinya bergetar semakin keras, buru2 ia tundukkan kepala-nya rendah2, Terlihatlah pakaian yang dikenakan olehnya telah ditukar dengan seperangkat pakaian baru. Untuk kesekian kalinya sianak muda itu berdiri tertegun, akhirnya sambil menggertak gigi tanyanya: "Apakah nona yang telah menolong cayhe???" 109 "sedikitpun tidak salah, kejadian itu hanya berlangsung secara kebetulan saja, harap siangkong tak usah memikirkannya didalam hati. " "Tolong tanya siapakah nama nona??". "Aku bernama Go siauw Bie, dan siangkong?? siapa namamu???" Teringat bahwa gadis yang berada dihadapannya adalah orang yang telah menyelamatkan jiwanya, terpaksa Han siong Kie menjawab sejujurnya: "Cayhe she Han bernama siong Kie" "ooooh, kiranya Han siangkong? kenapa sih kau tercebur kedalam sungai???" "Tentang soal ini, tentang soal ini cayhe telah bertempur melawan seseorang dan kurang beruntung aku menderita kalah dan terluka lalu dilemparkan kedalam sungai... untung jiwa cayhe berhasil diselamatkan oleh nona, dikemudian hari cayhe pasti akan membalas budi kebaikan ini, dan sekarang.. cayhe ingin mohon diri terlebih dahulu..". Belum habis ia berkata, dayang tadi dengan wajah berseriseri telah muncul kembali didalam kamar sambil membawa semangkok kuah bunga teratai, ujarnya sembari meletakka mang kok tadi keatas meja: "siangkong, silahkan. " Han siong Kie merasakan wajahnya semakin panas membara, jantungnya berdebar keras setelah gelagapan beberapa saat lamanya ia baru berseru: "Cayhe masih ada urusan lain yang harus dikerjakan dengan cepat, karena itu. karena itu aku ingin mohon diri

terlebih dahulu" Mendengar perkataan itu GosiauwBits tertawa hambar: 110 "Han siangkong, lukamu belum sembuh betul dan tidak baik untuk dibuat melakukan perjalanan, beristirahatlah beberapa hari dulu disini kemudian baru berangkat." "Tidak Tidak maksud baik nona biarlah cayhe terima didalam hati saja, dikemudian hari aku akan membalas budi kebaikanmu itu" "Han siangkong, kenapa kau mesti membicarakan soal balas budi segala macam persoalan yang tak berguna??? apakah kau tidak merasa terlalu pandang rendah diriku?? Tempat ini adalah pesanggrahan yang dimiliki mendiang ayahku, orang asing tak akan berani masuk ketempat ini. aku rasa disinilah merupakan tempat yang paling cocok untuk merawat luka. sudahlah...kau tak usah memikirkan yang bukan2 lagi". "Ayahmu adalah....". "Ketua dari perkumpulan Pat Gie Pang. Go Yoe Too" sahut Go siauBie dengan wajah sedih. Mendadak Han siong Kie teringat kembali akan peristiwa yang dijumpainya sewaktu ia berada didalam tandu tiga bulan berselang, tanpa sadar segera serunya: "Apakah ayahmu dibunuh oleh si kupu2 warna warni Lie In hiang sang Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw??". "Dari mana siangkong bisa mengetahui akan hal ini??" tanya Go siauw Bie dengan hati terkesiap. badannya tanpa sadar mundur selangkah kebelakang, sepasang biji matanya terbelalak lebar2. "Tiga bulan berselang cayhe telah menyaksikan sendiri Kang lam Ciet Keay tujuh pendekar aneh dari Kang lam menuntut balas terhadap diri si kupu2 warna warni Lie In hiang, dari pembicaraan mereka cayhe dengar bahwa ketujuh orang pendekar itu sedang menuntut keadilan bagi mendiang ayahmu, sungguh celaka..." 111 "Benar, Kanglam Chiet Keay adalah sahabat karib dari mendiang ayahku" seru Go siauw Bie sambil menggertak giginya, "Sungguh tak nyana mereka mati berceceran ditengah jalan raya, dendam kesumat berdarah yang dalamnya melebihi samudra ini aku Go siauw Bie bersumpah hendak menuntut balas, Kalau tidak bagaimana aku bisa menghibur sukma ayahku serta ketujuh orang paman yang telah berada dialam baka". Mendengar sampai disini, satu pikiran dengan cepat berkelebat didalam benak Han siong Kie, batinnya: "si kupu2 warna warni Lie In Hiang pernah menangkap diriku bahkan memerseni pula dua kali tempelengan dipipiku,

bagaimana-punjuga hutang piutang ini harus kutuntut balas, ketapa aku tidak berusaha untuk menangkap dirinya kemudian diserah-kan kepada Go siauw Bie?? hitung-hitung kubalas budi pertolongannya menyelamatkan jiwaku, dengan demikian bukankah antara kami tidak saling hutang?? Benar ini adalah suatu ide yang sangat bagus, aku harus selekasnya melakukan tindakan ini" setelah mengambil keputusan didalam hatinya terasalah pikiran dan perkataan pemuda itujauh lebih enteng beberapa bagian. "Siangkong, kuah teratai itu sudah hampir dingin" tiba2 terdengar swie sian si dayang menyela. " Cepatlah dimakan untuk mengisi perut, kau sudah dua hari tidak makan tidak minum." "Dua hari?? aku telah berbaring dua hari disini??" seru Han siong Kie tertegun. "Sedikitpun tidak salah " sambung Go siauw Bie dengan cepat. Han siong Kie merasa hatinya semakin sedih lagi, ia sangat membenci kaum wanita, tetapi justru perempuanlah yang telah melepaskan budi kebaikan kepadanya, ia merasa 112 kepalanya pusing tujuh keliling dan seolah2 duduk di atas jarum, sedetikpun tidak terasa tenteram. Buru2 ia bangun berdiri dan menjura. "Nona Go, cayhe hendak mohon diri" katanya. "Han siangkong, mengapa kau ter buru2 hendak meninggalkan tempat ini??..." tanya Go siauw Bie dengan sedih, sekilas perasaan aneh berkelebat diatas wajahnya. "Cayhe masih ada urusan penting hendak dikerjakan..". "Tetapi luka dalam yang kau derita toh belum sembuh sekali??..". "Tidak mengapa luka kecil yang kuderita bukan merupakan satu persoalan yang penting. Budi kebaikan nona di kemudian hari pasti akan kubalas". Habis berkata ia segera putar badan dan berlalu. Bibir Go siauw Bie bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi ia merasa tidak enak untuk menghalanginya, maka dengan rada sedih segera ujarnya: "Han siangkong, apakah kita dapat saling berjumpa lagi??". "Mungkin bisa "jawab sianak muda itu sekenanya. "Nona, baik2lah berjaga diri, selamat tinggal." Ketika ucapan terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah berada didepan pintu kamar. "Swie Sian, hantar Han Siangkong keluar. " "Baik" Swie Sian mengiakan dan segera berialu dari ruangan. Dengan berjalan didepan Han siong Kie, dayang itu membawa pemuda tersebut melewati serambi panjang dan

menuju ketempat luar. Dari arah belakang terdengar Go siauw Bie menghela napas panjang. 113 Han Siong Kiepura2 tidak mendengar, dengan kepala tertunduk ia berjalan mengi-kuti dibelakang dayang tadi, tidak selang beberapa saat kemudian sampailah dia diluar pintu. Tampaklah diluar pintu terpancang sebuah papan nama yang bertulisan beberapa huruf: Pesangrahan "Teng To Siauw coe" segera pikirnya didalam hati: "Sungguh indah nama pesangrahan ini. " Iapun berpaling dan berkata: "Nona, silahkan kembali tak usah menghantar lebih jauh lagi..." "Huuuh "Swie Siam mencibirkan bibirnya. "Han siang kong, kau telah mengecewakan nona kami...." Tergetar keras hati Han Siong Kie, buru tukasnya: "cayhe masih mampu untuk membedakan mana budi dan mana dendam, siapa yang pernah melepaskan budi kepadaku suatu ketika pasti akan kubalas. Selamat tinggal". Sambil enjotkan badannya, laksana kilat yang bergeletar diangkasa badannya segera meluncur kearah depan. Tidak jauh dari luar pintu artalah sungai besar, rupanya pesanggrahan "Teng To Siauw coe " ini didirikan ditepi sungai yang berdekatan dengan jalan raya. Sepanjang perjalanan mengikuti tepi sungai, benak Han Siong Kie diliputi oleh pelbagai persoalan yang merumitkan otaknya. -ooodw0kzoooBAB 07 KEPANDAIAN silat yang dimiliki Tengkorak Maut luar biasa dahsyatnya, untuk membalas dendam kecuali ia berhasil menemukan kitab pusaka sarung tangan Budha "Hoed Chiu Poo Pit" sebelah lain yang ditinggalkan Leng Koe sangjlen dan 114 berhasil melatih ilmu sakti see Mi sinkang. Tetapi kejadian ini sukar ditemui dan harapannya tipis sekali. sepuluh tahun berselang ketika keluarga-nya menghadapi bencana, hanya ibunya yang tidak mati, inipun merupakan suatu teka-teki yang belum terpecahkan hingga kini, apa sebabnya Tengkorak Maut hanya meninggalkan dia sendiri untuk melanjutkan hidup,nya? Thio susiok rela mengorbankan jiwa putranya untuk menyelamatkan selembar jiwanya, budi kebaikan ini tinggi bagaikan gunung Thay san sedang dia sendiri ikut menemui bencana dan mati. sesaat sebelum membunuh diri Thio susiok telah berkata bahwa kesemuanya itu adalah perintah gurunya, bahkan ber kali2 peringatkan dirinya agar jangan membalas dendam dan tak boleh mengubur tengkorak manusia itu apa sebabnya??..

apa sebabnya??.. apakah dia menganggap bahwa musuhnya terlalu lihay dan tipis sekali harapannya untuk membalas dendam??" Makin dipikir kepalanya terasa semakin pusing hingga sakit sekali dan mau meledak rasanya. sesosok bayangan yang ramping dengan raut wajah yang cantik terlintas didalam benaknya. itulah bayangan tubuh dari GosiauwBie. Tanpa terasa ia men-depak2 kakinya ke atas tanah, gumamnya seorang diri: "Mengapa aku bisa memikirkan dirinya?? oooh perempuan, perempuan.. makhluk yang paling kejam dikolong langit Tidak... tidak aku harus melupakan dirinya, aku harus secepatnya menemukan musuh besar-nya dan membalas budi kebaikan yang telah ia lepaskan terhadap diriku, agar kita masing2 tidak saling berhutang" Iapun teringat kembali akan saudara angkatnya si pengemis cilik Tong hong Hwie. sisi jalan raya terbentang sebuah hutan yang amat lebat. 115 Dalam pusingnya Han siong Kie segera meluncur masuk kedalam hutan itu dan duduk beristirahat disuatu tempat yang sunyi guna mengobati luka dalam yang diderita-nya. Dengan mengandalkan tenaga lweekang hasil latihan seratus tahun yang diperolehnya dari Leng Koe siangjin ditambah pula sumber air mujarab yang telah cuci darah pengganti tulang tubuhnya tidak sulit bagi sianak muda itu untuk mengobati luka dalamnya yang sudah separuh sembuh itu. Kurang lebih sepertanak nasi kemudian ia telah menyelesaikan latihannya, luka yang dideritapun sudah sembuh kembali seperti sedia kala. Han siong Kie pun bangkit berdiri siap berlalu. Mendadak serentetan suara teguran berkumandang datang dari belakang tubuhnya: "Jangan bergerak" diikuti sebuah telapak tangan telah ditempelkan diatas jalan darah "GiokJan-hiat" pada batok kepalanya. suara bentakan itu nyaring dan merdu jelas berasal dari mulut seorang wanita. Betapa terkejutnya hati Han siong Kle sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, rupanya perempuan itu sudah lama mengincar dan mengawasi gerak geriknya, tetapi apa maksud sebenarnya dari pihak lawan? Dirinya belum lama terjunkan diri kedalam dunia persilatan, tak pernah mengikat dendam sakit hati dengan siapapun, andaikata perempuan itu ada maksud mencelakai jiwanya bukankah ketika ia sedang menyembuhkan lukanya tadi merupakan kesempatan yang paling baik untuk turun tangan?? asal sebuah jari tangannya ditotokkan keatas

tubuhnya niscaya ia bakal putus nyawa dan mati. 116 Terdengar perempuan itu tertawa terkekeh-kekeh, kemudian menegur: "Apakah kau bernama Han siong Kie ???" si anak muda itu merasa amat terperanjat, segera pikirnya: "sungguh aneh, dari mana ia bisa tahu akan namaku??? " Berpikir demikian iapun lantas menyahut dengan suara dingin lagi ketus. "Kalau benar mau apa??" "Apakah ayahmu bernama Han see Wie??" Han siong Kie merasa hatinya terkesiap. jelas asal usul perempuan ini mencurigakan sekali maka bentaknya keras2: "siapa kau??? " "Aku?? Hiiih hiih hiih , . . aku bernama Yon sim Jien." "Apa?? namamu orang yang ada maksud? " "sedikitpun tidak salah". "Kau bohong nama itu tidak mirip dengan nama seorang manusia." "Percaya atau tidak, terserah pada diri sendiri" "Apa yang siap hendak kau lakukan?? " "Jawab semua pertanyaan yang kuajukan kepadamu, benarkah ayahmu bernama Han see Wie??" Dalam benak Han siong Kie kembali terlintas pemandangan seram dalam perkampungan Keluarga Han. dimana ayahnya menggeletak mati didalam ruang tamu. Dua ratus orang anggota keluarganya kecuali ibunya tak seorangpun yang lolos dalam keadaan hidup. Peristiwa tragis itu sudah terjadi belasan tahun berselang dan kalau didengar dari nada suara perempuan itu jelas masih 117 muda, tapi dari mana ia tahu dari mana ia bisa tahu asal usulnya??Jangan2 dia adalah... Berpikir sampai disitu tanpa terasa hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada bangun berdiri sambil menggertak gigi sekali lagi bentaknya: "Sebenarnya siapa kau ??? " "Yoe sim Jien si manusia yang ada maksud.." "Kalau kau berani bohongi lagi aku" "Kau ingin apa??? " " Kubunuh kau saat ini juga " "Hiiih hiiiih hiiiih mampukah kau berbuat begitu?? sekarang selembar jiwamu telah di ujung telapakku " Tanpa sadar Han siong Kie tarik napas dingin, serunya dengan nada gemas: "Utarakan maksud tujuanmu aku ingin tahu apa yang kau kehendaki terhadap diriku" "Aku ingin tahu apakah kau keturunan dari Han see Wie??" "sedikitpun tidak salah kau mau apa??" "Bagus sekali aku hendak memerintahkan dirimu janganlah

sekali2 mencari pemilik Benteng Maut untuk membalas dendam" "Hmm kenapa aku tak boleh membunuh bajingan itu??" dengus Han siong Kie dengan penuh bencian. "sebab pemilik Benteng Maut bukanlah musuh besarmu" Jantung Han siong Kle terasa berdebar dengan kerasnya, kalau ditinjau dari nada ucapan itu rupanya Yoe simJiem si manusia yang ada maksud ini kemungkinan besar adalah anak buah Benteng Maut yang sengaja membohongi dirinya agar mengurungkan niatnya untuk membalas dendam. -000Dewi0kz000118 Jilid 4 BERPIKIR akan hal itu dia segera tertawa dingin "Heeeh..heeeh..heeeh... dari mana kau bisa tahu kalau si pemilik Benteng Maut bukanlah musuh besarku??" "Aku mendapat titipan dari seseorang untuk menyampaikan kabar berita ini kepadamu." "Kau mendapat titipan dari siapa??" "Dikemudian hari kau bakal mengetahui sendiri" "Omong kosong aku Han Siong Kle selama masih bisa bernapas dikolong langit tak nanti ada orang yang sanggup untuk menghalangi niatku untuk menuntut balas terhadap Benteng Maut" . " Kurang ajar jadi kau pingin mati???". "silahkan turun tangan jangan kau angap aku jeri menghadapi kematian..." teriak si anak muda itu dengan angkuh. Menyaksikan keteguhan serta kekerasan hati pemuda she Han itu akhirnya Yoe sim Jien menghela napas panjang. "Aaaai Han siong Kie percayalah perkataanku apa yang kuucapkan adalah yang sebenarnya" Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie merasakan pikiranannya jadi kalut dan kacau tak menentu ia tak habis mengeti tentang asal usul dari perempuan yang menyebut dirinya "Yoe sim Jien" ini. Jie susioknya Thio Lien sesaat sebelum bunuh diri juga berpesan padanya agar ia jangan membalas dendam, dua orang yang berbeda mengapa mengucapkan kata2 yang sama?? Mengapa??? .. Mengapa???... , 119 Bukankah diatas dinding ruang tamunya dengan jelas tertera sebuah lukisan tengkorak darah??? bukankah tengkorak darah itu adalah lambang dari pemilik Benteng Maut??? Kesemuanya toh sudah jelas dan kenyataan membuktikan bahwa si pemilik Benteng Maut adalah musuh besarnya, mengapa Yoe sim Jien mengatakan bukan??? Teka-teki suatu

teka teki yang amat sulit dipecahkan. " Han siong Kie" terdengar perempuan itu berkata kembali. "Perkataan tersebut telah kusampaikan padamu, mau percaya atau tidak itu terserah pada dirimu sendiri" "Nona kalau kau tidak mengutarakan kenyataan yang sesungguhnya, sulit bagi cayhe untuk mempercayai perkataanmu itu" . "Aku hanya mendapat perintah untuk menyampaikan ucapan ini kepadamu, tentang soal yang lain maafkanlah diriku sebab aku tak dapat menyampaikannya kepadamu" "Hmmm Yoe sim Jien, apakah kau hendak mencabut selembar jiwa cayhe??...". "Aku rasa tiada perlunya kucabut selembar jiwamu" " Kalau memang begitu mengapa kau tidak lepaskan ancamanmu dan mari kita berbicara dengan saling berhadapan muka??" "Aku masih ada pertanyaan yang hendak diajukan kepadamu" " Kalau begitu cepatlah diutarakan keluar " "Benarkah kau amat membenci kaum wanita???". Tanpa sadar untuk kesekian kalinya Han siong Kle merasakan hatinya bergetar keras, kejadian ini benar2 aneh dan tak masuk di akal, darimana ia bisa tahu dengan begitu jelas akan sifat2nya??? 120 sianak muda itu masih teringat bahwa perkataan semacam itu hanya pernah diucapkan satu kali terhidap diri adik angkatnya Tonghong Hwie, darimana diapun bisa tahu akan hal ini??? "sedikitpun tidak salah" tanpa sadar ia menyahut dengan tegas. "Mengapa ??". "setiap orang mempunyai tabiat dan kesukaan yang berbeda2, buat apa kau tanyakan kepadaku mengapa aku membenci kaum wanita yang ada di kolong langit". "Tetapi tabiatmu ini boleh dibilang tidak masuk diakal, kecuali kalau kau pernah mengalami suatu kejadian yang amat menyakitkan hati karena perempuan atau mungkin karena hati sanubarimu tergores luka oleh seorang wanita. Tetapi... walau begitu tidaklah pantas kalau kau membenci semua perempuan yang ada dikolong laagit". "Cayhe tidak ingin membicarakan tentang persoalan ini". "Tetapi nonamu merasa suka sekali membicarakan tentang masalah ini??..". "Kalau begitu bicarakanlah seorang diri". "Jangan lupa bahwa selembar jiwamu saat ini masih berada di dalam kekuasaanku". "Cayhe tidak suka digertak apalagi dengan di ancam oleh seseorang untuk melakukan sesuatu". "Ini kenyataan bukan gertak sambal belaka, jangan lupa

nama nonamu adalah " Yoe sim Jien" seseorang yang mempunyai maksud tertentu, atau dengan perkataan lain kehadiranku kemari adalah disebabkan ada maksud2 tertentu, aku rasa kau pasti mengerti bukan arti dari perkataanku" . Han siong Kiejadi gusar dan gemas sehabis mendengar perkataan itu, deagan sikap jumawa dan congkak serunya: 121 " Kalau memang begitu, utarakanlah maksud tujuanmu datang kemari". Dengan bangga Yoe sim Jien tertawa ringan. "Pertama, aku mendapat titipan dari seseorang untuk menyampaikan kabar kepadamu bahwa kau dilarang mencari balas terhadap si Tengkorak Maut, ke ....".. "sudah kukatakan kepadamu tak mungkin aku penuhi keinginanmu itu kecuali..." bicara sampai disini mendadak sianak muda itu membungkam. " Kecuali kenapa??" " Ceritakan keadaan yang sebenarnya telah terjadi dan tunjukanlah siapakah pembunuh yang sebenarnya" "Dewasa ini tak mungkin hal itu kukatakan padamu tetapi dikemudian hari kau akan menjadi paham sendiri" "Kalau memang begitu lebih baik kau jangan banyak bicara lagi dengan diriku" "suka mendengarkan atau tidak itu urusanmu sendiri tetapi aku tidak memperi-ngatkan dirimu gerak gerik yang gegabah dan ngawur kadang kala bisa membuat dirimu merasa menyesal" "Haaaah...haaah...haah... tindakan gegabah dan ngawur??? aku orang she Han selamanya tak akan merasa menyesal" "Baik kalau begitu dengarkan persoalan yang kedua selama kau melakukan perjalanan didalam dunia persilatan janganlah sekali2 kau membicarakan tentang asal usulmu kepada orang lain" Han siong Kie berdiri tertegun, jantungnya berdebar keras dan matanya terbelalak lebar. Perkataan tersebut pernah diucapkan pula oleh susioknya si telapak naga beracun Thio Llen terhadap dirinya, sayang pada waktu itu ia tak sempat menanyakan alasannya, dan sekarang " Yoe sim Jien" mengulangi kembali perkataan itu, ia jadi bimbang dan ragu. 122 Bagaimanapun juga otaknya diputar namun selalu tak berhasil menemukan jawaban yang tepat, Hingga akhirnya tak tahan lagi ia berteriak keras: "Katakanlah kepadaku, siapakah sebenar-nya kau???" "Yoe sim Jien, simanusia yang ada maksud". "Bukan" teriak sianak muda itu. "Eeei... aneh benar kau ini, dengan andalkan apa kau bisa mengatakan bahwa aku tidak bernama itu??" Han siong Kie terbungkam dalam seribu bahasa, dalam hati

ia merasa jengkel dan benci hingga giginya gemerutukan keras. "Han siong Kie, ingat baik2" kata Yoe sim Jien dengan suara berat. "sekali lagi kuulangi perkataanku, pertama, janganlah mencari balas terhadap diri si Tengkorak maut. Kedua, janganlah kau ceritakan asal-usulmu kepada siapapun juga. Nah sampai jumpa lain waktu". Han siong Kie merasakan telapak tangan yang menempel diatas batok kepalanya tiba2 menggeser, buru2 ia meloncat bangun dan putar badan, tampaklah sesopok bayangan manusia bewarna putih sedang menyusup kedaLam pepohonan yang lebat. "Hey, Yoe sim Jien. ..tunggu sebentar" segera teriaknya. Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang lihay cepat2 ia melayang kedepan melakukan pengejaran, tetapi ketika ia tiba ditengah hutan bayangan manusia berbaju putih tadi telah lenyap tak berbekas. Dengan hati murung dan kesal ia berhenti mengejar, dan mulai memikirkan kembali apa yang barusan dikatakan oleh "Yoe sim Jien". sebenarnya siapakah dia?? dan berasal dari mana??? 123 Ia telah mendapat pesan dari siapa untuk menyampaikan kata2 itu kepada nya??? Mengapa ia bisa begitujelas mengetahui akan asal usulnya?? sianak muda itu tak sanggup untuk memecahkan rahasia ini, atau boleh dibilang tak sedikit keteranganpun yang terdapat dibenaknya, semua kejadian dirasakan berlangsung terlalu aneh hingga mendekati suatu keadaan yang hampir saja tak dapat dipercaya olehnya. Benarkah Yoe sim Jien menyampaikan kata-kata tersebut padanya karena memperoleh pesan dari orang lain? atau dia memang mempunyai rencana tertentu???? Andaikata dia adalah seorang sahabat maka perkembangan dari persoalan ini cukup membuat orang bingung dan tak habis mengerti, sebaliknya kalau dia adalah seorang musuh.. kedudukannya jadi menakutkan sekali. Yoe sim Jien manusia yang punya maksud sudah jelas nama ini hanyalah nama samaran yang menunjukan bahwa kedatangannya memang membawa maksud2 tertentu. Aaah bagaimanapun yang akan terjadi dendam sakit hati tersebut harus dituntut balas. sampai keujung langit kedasar samudrapun ia harus temukan sarung tangan yang sebelah lain dari Hoed Chiu Poo Pit tersebut, kalau tidak maka rencananya untuk membalas dendam sudah pasti akan menemui kegagalan total sebab kepandaian silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut jauh lebih tinggi beberapa kali lipat daripada dirinya. Tetapi... kemanakah ia harus mencari sarung tangan budha

yang merupakan benda mustika dunia persilatan yang di idam2kan oleh setiap umat Bu-lim itu???? Dengan ter-manggu2 ia berdiri mematung disitu, lama... lama sekali baru menggerak-kan badannya menembusi hutan belukar dan berjalan tanpa arah tujuan. 124 Langit perlahan2 menjadi gelap malam yang sunyi telah menyelimuti jagad. Kegelapan mulai mencengkam hutan belukar itu hingga sukar untuk melihat ke lima jari sendiri, pekikan burung hantu menambah seramnya suasana ditengah malam buta. Dengan mengandalkan kesempurnaan tenaga dalamnya Han siong Kie meneruskan perjalanannya menembusi hutan yang amat lebat itu. Ucapan dari Yoe simJim tiada hentinya berkecamuk didalam benaknya membuat ia semakin kesal dan pusing. Habis gelap terbitlah terang, fajar telah menyingsing dan cahaya sang surya mulai mucul diufuk timur. Akhirnya hutan itu tiba juga sampai diujungnya diluar hutan tampak berdiri sebuah kuil yang telah lapuk dimakan usia. saat itulah ia mulai merasa lapar dan haus, segera pikirnya didalam hati: "Coba aku cari sedikit makanan didalam kuil itu, mungkin disana ada kaum padri yang suka menolong...". siapa tahu ketika ia tiba didepan kuil, terlihatlah pintu rumah berhala itu terkunci rapat, sebuah gembok besi yang sudah karatan tergantung didepan pintu, hal ini membuktikan kalau kuil tersebut sudah lama tidak dihuni orang. Dengan kecewa ia gelengkan kepalanya, sementara ia putar badan hendak berlalu mendadak... suara dengusan berat secara lapat2 berkumandang keluar dari balik ruang kuil.. "Aaah, bukankah kuil ini sudah jelas merupakan sebuah kuil kosong yang tak berpenghuni?? kenapa ada orang mendengus berat didalam ruangan tersebut???" pikir sianak muda itu. 125 Dengan cepat ia pasang telinga untuk mendengarkan dengan lebih seksama, tetapi suara tadi telah berhenti. "Jangan jangan aku sudah salah mendengar??" kembali Han siong Kie berpikir dengan perasaan sangsi "Tapi... tak mungkin salah dengan jelas aku dengar bahwa suara-nya itu berkumandang dari mulut seseorang yang sedang menderita luka parah... Dibawah desakan rasa ingin tahu yang makin menebal akhirnya diambil keputusan untuk mengintip kedalam, tanpa berpikir panjang lagi si anak muda itu enjotkan badannya melayang masuk kedalam kuil.

Tumbuhan ilalang memenuhi seluruh lantai setinggi manusia, keadaan dari ruangan kuil telah porak poranda membuat siapapun yang berada disitu ikut merasa bergidik dan seram. suara dengusan berat kembali berkumandang datang memecahkan kesunyian kali ini kesadarannya lebih jelas lagi dan rupanya muncul dari ruangan sebelah timur. Dengan cepat Han siong Kie enjotkan badannya melayang keruang sebelah timur, baru saja kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan tak tertahan lagi ia menjerit kaget. Tampaklah diatas lantai ruang kuil menggeletak sesosok tubuh manusia yang penuh berlepotan darah, ketika ia memandang lebih seksama lagi siapakah orang yang terluka itu air mukanya segera berubah hebat. si pengemis tua berambut putih yang menggeletak dalam keadaan terluka parah itu bukanlah si pengemis dari selatan yang belum lama berselang berpisah dengan dirinya?? Kenapa ia terluka didalam kuil yang bobrok ini?? siapakah yang berhasil melukai seorang tokoh silat yang sangat lihay didalam dunia persilatan ini??? Buru2 Han siong Kie memburu 126 maju kedepan, serunya dengan nada gelisah: " Engkoh tua kenapa kau???". Tiada jawaban yang muncul. Cepat ia memeriksa napas si pengemis tua itu, terasa denyutan nadinya sudah amat lemah dan jaraknya menuju kematian sudah tak jauh lagi, hatinya jadi amat gelisah sekali. "Aku harus sebera menyelamatkan jiwa engkoh tua dengan hawa murni yang ku-miliki." Belum habis ingatan tarsebut berkelebat lewat didalam benaknya, terdengarlah dari luar ruangan berkumandang datang suara bentakan dingin: "siapa disitu??". Dengan cepat Han siong Kie putar badan, tampaklah tiga orang pengemis berusia pertengahan dengan berdiri berjejer didepan pintu sedang mengawasi dirinya dengan pandangan seram. Tanpa terasa ia berdiri tertegun, pikirnya: "Mungkin kettga orang ini adalah anak murid perkumpulan Kay pang yang bertugas menjaga serta melindungi keselamatan engkoh tua" Karena berpikir begitu ia lantas maju beberapa langkah kedepan sembari menjura. "Maaf, caybe telah mengganggu kalian bertiga..". "Bocah keparat terdengar seorang pengemis yang berambut awut2an dan berusia paling tua diantara ketiga orang itu menegur dengan suara seram. " Mau apa kau datang kedalam ruangan ini???". Air muka Han Siong Kie berubah hebat setelah mendengar teguran yang ketus dan sama sekali tidak bersahabat ini, tetapi teringat akan hubungannya yang akrab dengan sipengemis dari selatan, ia menahan rasa dongkol dalam

hatinya dan menjawab: " Cayhe hanya secara kebetulan saja lewat disini berhubung aku dengar engkoh tua". 127 "Apa?? engkoh tua??? bocah keparat kau panggil anjing tua ini sebagai engkoh tua?" Dari ucapan ini Han siong Kie segera merasakan keadaan yang kurang beres, harus di ketahui peraturan didalam perkumpulan Kay-pang amat ketat, lagipula kedudukan sipengemis dari selatan didalam Kay pang amat tinggi dan terhormat, tetapi ketiga orang pengemis itu telah memaki saudara tuanya sebagai anjing tua, jelas dibalik kejadian ini masih ada rahasia besar lainnya. Dengan wajah dingin membeku ia sebera menegur. "Apakah kalian bertiga adalah anak murid dari perkumpulan Kay pang?? ....". "Kalau benar mau apa???" jawab ketiga orang pengemis itu dengan wajah berubah. "Tahukah kalian apa kedudukan sipengemis dari selatan didalam perkum-pulan??" " Ketua dari para Tiang loo perkumpulan kay pang". "Kalau sudah tahu begini, mengapa kalian sebut dia sebagai anjing tua???..". "ooooh, keparat cilik jadi kedatanganmu disebabkan karena dia?? Bagus, ini hari kau pun jangan harap bisa keluar dari ruangan ini dalam keadaan selamat" "Ayoh jawab secara bagaimana Tiang loo kalian menderita luka parah???" bentak Han siong Kie. "Heeeh heeeh heeeeh anjing cilik setelah kau modar sianjing tua itu akan menceritakan semua kejadiannya padamu..." Dengan cepat otak sianak muda itu bekerja, sekarang ia baru sadar bahwa sipengemis dari selatan pasti sudah terluka ditangan ketiga orang pengemis ini. 128 Tentulah dalam keadaan terluka karena terhajar oleh si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing engkoh tua nya telah berjumpa dengan ketiga orang pengemis ini. Dan dikarenakan ketiga orang itu mempunyai suatu rencana tertentu dia gunakanlah kesempatan yang sangat baik ini untuk menghabisi nyawa Tiangloonya. Membayangkan kesadisan serta kekejaman hati ketiga orang penghianat dari perkumpulan Kay pang itu, diatas wajah Han siong Kie yang tampan seketika terlintas selapis hawa napsu membunuh yang tebal, dengan pandangan menggidikkan hati ia menyapu sekejap wajah ketiga orang itu. Dipandang semacam itu tanpa sadar ketiga orang pengemis itu sama2 mundur satu langkah ke belakang, terdengarlah

salah seorang pengemis yang berhidung mancung bagaikan paruh elang menegur dengan wajah menyeringai seram: "Anjing cilik, sebutkan siapa namamu". "Huuuh manusia terkutuk semacam kau belum pantas untuk mengetahui nama sauw-ya mu" "Bangsat aku si orang tua akan hantarkan pulang ke rumah nenek moyangmu..". sambil berteriak keras ia menyerbu kedalam ruangan, telapak tangannya disertai angin pukulan yang dahsyat segera dihantam keatas tubuh sianak muda itu. "Hmm rupanya kau sudah bosan hidup, "Ditengah dengusan ketus, tahu2 pergelangan tangan pengemis tua berhidung elang itu sudah dicengkeram oleh Han siong Kie hingga sama sekali tak berkutik. Menyaksikan kelihayan lawannya, kedua orang pengemis yang lain jadi terkesiap. air muka mereka berubah hebat. Mimpipun mereka tak pernah menyangka kalau seorang pemuda yang demikian mudanya ternyata memiliki kepandaian silat yang maha sakti, dibawah penglihatan 129 sepasang mata mereka tak seorangpun yang tahu rekannya sudah jatuh kecudang ditangan lawan dengan gerakan apa. setelah berdiri ter-manggu2 beberapa saat lamanya, kedua orang itu segera membentak nyaring, bagaikan harimau kelaparan mereka terjang tubuh sianak muda itu dengan segenap tenaga. Angin tajam menderu2, bagaikan sayatan pedang mustika dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur kemuka mengancam tubuh pemuda she Han itu. Han siong Kie amat menguatirkan keselamatan dari engkoh tuanya, dia ingin cepat mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi, tangannya segera diayun kemuka dan segulung angin pukulan laksana gumpalan ombak meluncur kemuka menghantam tubuh musuhnya. Kedua orang pengemis itu tak sanggup menahan diri, badan mereka terpental kebelakang menumbuk dinding ruangan dan seketika itu juga jatuh tak sadarkan diri "Ayoh bicara, kenapa kalian berkianat kepada perguruan dan hendak membinasakan guru sendiri" Pada saat itulah sipengemis dari selatan yang menggeletak diatas tanah mendadak membuka matanya dan berseru dengan segenap kekuatan yang dimilikinya: "sau.. daa..dara...cilik ..bunuh." Han siong Kie mendengus pergelengannya, segera digetarkan dan salah seorang pengemis yang berada didalam cengkeramannya itu sebera meluncur kearah pintu ruangan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa batok kepalanya segera hancur berantakan otak dan darah berceceran

memenuhi seluruh lantai. . Dua orang pengemis lainnya yang sementara itu telah mendusin dari pingsannya jadi hilang semangat setelah 130 melihat kejadian itu, baru saja badan mereka hendak bergerak Han siong Kie enjotkan badannya meluncur kemuka tahu2 dia sudah menghadang di hadapan kedua orang itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun sepasang telapaknya serentak dibabarkan kemuka dari samping kiri maupun kanan. Cepat laksana sambaran kilat, belum sampai ingatan kedua berkelebat dalam benak pengemis dari selatan pukulan maut sudah mengancam tiba. Jeritan ngeri seketika meluncur dari balik mulut mereka tapi baru saja separoh jalan badan mereka sudah mengejang dan roboh binasa diatas tanah. selesai membereskan ketiga orang pengemis itu Han siong Kie berjalan menghampiri kakak tuanya sipengemis dari selatan lalu tegurnya dengan hati bergejolak: " Engkoh tua, sebetulnya apa yang telah terjadi?? " Raut wajah pengemis dari selatan berkerut kencang, sepasang matanya melotot keluar bagaikan batu kelereng, jelas ia merasakan golakan batin yang amat berat: Lama sekali baru ia berkata: "Saudara cilik, kedatanganmu sangat kebetulan sekali, inilah artinya tidak mengijinkan perkumpulan Kay pang kami musnah di tangan orang..." "Engkoh tua lukamu..." "sekarang waktu sudah amat mendesak, tiada waktu lagi bagiku untuk menerangkan persoalan ini. Tapi aku tahu bahwa tabiatmu amat cocok dengan diriku maka kuserahkan tugas yang maha berat ini keatas pundak mu". "Aaai partai Kay pang kami sungguh lagi sial, tiga hari berselang pangcu telah memilih ahli warisnya atas persetujuan para tiang loo, mendengar kabar itu aku segera datang kemari untuk mengikuti jalannya upacara tersebut, siapa tahu aku sudah bertemu dengan murid penghianat sipengemis bintang 131 langit Jien Jit, ketika ia menjumpai aku berada dalam keadaan luka parah maka timbullah niat jahatnya untuk melenyapkan aku dari muka bumi, ia telah merampas tanda pengenal bambu hitam milikku untuk pergi menerima jabatan pangcu baru, maka aku harap kau bisa segera berangkat untuk menghalangi niatnya itu.." "Aku??..." "sedikitpun tidak salah, sebelum tengah hari nanti kau harus sudah tiba ditempat tujuan.. " "Dimana?? tanya Han siong Kle agak sangsi. "Kuil Boe Hoo pantai Pek see Than, jaraknya dari sini masih

ada dua ratus li dan letaknya disebelah timur sungai". -000dw000BAB 8 "KuilBoe Hoo dipantai Pek see Tham? " "Betul tidak salah lagi." "Bagaimana caraku unfuk mencegahnya?". "Bilamana perlu lenyapkan pengkhianat itu dari muka bumi, sampaikan pesanku dan suruh mereka menunggu selama tiga hari". "Bicara tanpa bukti tiada gunanya, apakah anak murid perkumpulan kalian suka mempercayai perkataanku?? " . "sekarang urusan telah amat mendesak, terserah kepadamu mau mengatasinya dengan cara apa, yang penting kau ketahui adalah si pengemis bintang langit Jien Jit telah menjabat sebagai Tongcu bagian luar dari perkumpulan Thian chee Kauw, bila niat busuknya berhasil, maka Kay pang akan musnah dari muka bumi". 132 "Yaa... engkoh tua, bagaimana dengan lukamu??" "Aku tak bakal modar, ayoh cepat berangkat tiga hari kemudian aku pasti sudah sampai di situ" Dengan perasaan apa boleh buat Han siong Kie mengangguk. ia segera melayang ke luar kuil dan melakukan perjalanan dengan mengikuti jalan raya ditepi sungai. Ilmu meringankan tubuh cahaya Kilat lintasan memang luar biasa dahsyatnya, pemuda itu meluncur ke muka bagaikan segulung asap ringan tidak sampai satu jam kemudian ia sudah berada ratusan li jauhnya dari kuil tersebut. Mendadak suara bentakan keras berkumandang dari tempat kejauhan, suara itu nyaring dan gegap gempita. Suatu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya pemuda she Han itu, sinar matanya dengan tajam menyapu sekejap sekeliling tempat itu. Tampaklah di atas pantai pasir ditepi sungai bayangan manusia saling bergerak tiada hentinya seolah2 terdapat banyak orang sedang melangsungkan pertarungan disitu. Ia segera mempercepat gerakan tubuhnya meluncur ke muka dalam sekejap mata ia sudah berada disekitar kalangan, kini ia dapat melihat lebih jelas lagi ditepi sungai kurang lebih dua puluh tombak dari sisi jalan raya terlihatlah ditepi sungai orang sedang bertempur jadi satu, bentakan keras teriakan tajam bergema tiada hentinya dari dalam kalangan. Pemuda itu hendak meneliti lebih jauh apa sebetulnya yang sudah terjadi tapi secara mendadak ia teringat kembali akan pesan penting dari engkoh tuanya maka pemuda inipun lantas berpikir: "Aaah lebih baik aku tak usah mencampuri urusan orang lain, waktu bagiku sudah terlalu mendesak bila urusan engkoh sampai terlantar waah bisa berabe"

133 Belum jauh ia berlalu mendadak ia menangkap seruan seseorang yang amat dikenal olehnya berkumandang keluar dari balik kalangan pertempuran: "Hmm sekalipun kalian andaikan jumlah yang banyak untuk mengerubuti diriku, aku sipengemis cilik tak akan mengambil perduli. Hey perempuan bajingan, kau..." Cepat Han siong Kie menghentikan tubuhnya dan berseru: "Aduuuh celaka, bukankah suara itu adalah suara dari adik Hwie??". Badannya segera putar balik dan meluncur kembali ke tepi sungai, dari atas sebuah batu besar dia sebera melongok kebawah.. sedikitpun tidak salah, tampaklah sipengemis cilik Tonghong Hwie sedang bertempur melawan empat orang kakek tua, pertempuran itu sedang berlangsung dengan seru dan ramainya. Disisi kalangan pertempuran berdirilah seorang bayangan manusia berbaju merah, dia bukan lain adalah Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw, si kupu2 warna warni Lie In Hiang adanya, dua orang dayangnya berdiri di belakang perempuan itu Ditinjau dari keadaan tersebut, tak usah ditanyakan sudah terlihat jelas sekali, mereka semua bukan lain adalah jago2 dari perkumpulan Thian chee Kauw. Musuh besar saling berjumpa muka, sepasang mata sianak muda itu segera berubah jadi merah berapi-api, ia teringat kembali akan penderitaan serta penghinaan yang diterimanya selama ia dibekuk oleh Lie In Hiang dan dijejalkan dibawah tandunya itu, terutama sekali dua kali tamparan yang dihadiahkan kepadanya. Rasa dendam dan perasaan ingin membalas dendam dengan cepat muncul dari balik hatinya. 134 "Roboh kau" terdengar suara bentakan keras berkumandang datang dari tengah kalangan. seorang kakek tua ayunkan jari tangannya menotok jalan darah Hong Hu Hiat di atas tubuh Tonghong Hwie. "Aduuh celaka "jeritan Han siong Kie di dalam hati, untuk memberi pertolongan jelas sudah tak sempat lagi, nampaknya.. Tak nyana dikolong langit ternyata terdapat juga peristiwa aneh, kejadian yang kemudian berlangsung kiranya jauh diluar dugaan siapapun. serangan totokan yang sebenarnya dengan telak telah bersarang diatas jalan darah "Hong Hoe Hiat" ditubuh Tonghong Hwie itu ternyata sama sekali tidak memberikan reaksi apapun juga, bahkan dengan menggunakan kesempatan baik itu dia malah memerseni sebuah pukulan

dahsyat yang mementalkan badan sikakek tua tadi hingga mencelat keluar dari kalangan. Kejadian ini benar2 merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh, mungkinkah Tonghong Hwie telah berhasil mempelajari ilmu menggeserkan jalan darah sehingga ia tak mampu di totok??? Pada saat tubuh sikakek tua tadi mencelat keluar dari kalangan pertempuran itulah tiga orang pria kekar lain segera terjunkan diri kedalam kalangan. Dengan demikian posisinya jadi enam lawan satu. Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi berkaok kaok dan berteriak teriak keras, tusukan, totokan jari serta hantaman telapak seringkali bersarang diatas tubuhnya namun keadaan pengemis tersebut masih tetap kokoh seperti sedia kala. Han siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi melongo dibuatnya. 135 Ditengah bentakan gusar tiba2 terdengar jeritan ngeri bergema memecahkan kesu-nyian seorang pria kekar terhajar oleh babatan telapak Tonghong Hwie tepat mengenai dadanya hingga muntah darah dan mundur dengan sempoyongan. Dua orang pria serta ketiga orang kakek tadi segera membentak nyaring, serangan mereka semakin diperketat hingga angin puyuh menggulung keluar tiada hentinya. Dibawah desakan serta titiran musuh yang begitu gencarnya sipengemis cilik Tonghong Hwie sudah kewalahan dan kelabakan tidak keruan posisinya semakin terjepit dan terancam oleh bahaya. sekalipun begitu dengan andalkan kekuatan yang dimiliki, kelima orang itu masih belum mampu merobohkan Tonghong Hwie dalam waktu singkat terutama sekali ilmu gaibnya yang kebal terhadap pukulan serta bacokan membuat beberapa orang jago itu jadi pusing kepala. "Tahan" ditengah bentakan keras bayangan manusia saling berpisah dan mengundurkan diri ke belakang si kupu2 warna warna Lie In Hiang dengan gayanya yatsg genit segera masuk kalangan. " Kalian segera berangkat meneruskan perjalanan," perintahnya kepada kawanan jago Thian chee Kauw tersebut, "Pun Tongcu sebentar lagi segera akan menyusul" "Terima perintah" Bayangan manusia berkelebat lewat, para jago dari perkumpulan Thian chee Kauw itu segera menggerakkan badannya meninggal-kan tempat itu dalam sekejap mata di tengah kalangan hanya tinggal si kupu2 warna Warni Lie In Hiang beserta kedua orang dayangnya. Han siong Kie sebagai seorang pemuda yang cerdik segera dapat menangkap kehendak perempuan itu, pikirnya:

136 " Engkoh tua pernah berkata bahwa murid penghianat Kay pang, sipengemis Bintang Langit,jien Jit saat ini menjabat sebagai Tongcu perkumpulan Thian chee Kauw, kalau ditinjau dari tindakan mereka yang tergesa2 jelas para jago dari perkumpulan tersebut sedang merangkap untuk membantu dirinya merebut jabatan sebagai pangcu". Dalam pada itu si kupu2 warna warni Lie In Hiang telah berseru sambil tertawa cekikikan . "Hihh..hiiih..hiih.. pengemis cilik, sungguh tak nyana kalau kepandaianmu lumayan jUga" Tonghong Hwie tertawa mengejek. "Perempuan busuk. kau tak usah berlagak centil di hadapanku percuma deh...sebab selama hidupnya aku si pengemis cilik paling muak dengan kaum perempuan macam kau" "cisss sudah hampir modarpun bisa2nya ngoceh dan ngebacot terus tiada hentinya" "oooh aku sipengemis cilik sih punya usia yang panjang, tak bakal modar ditanganmu" "Hey pengemis cilik, aku ingin bertanya padamu si bocah lelaki yang tempo hari kau lepaskan, sekarang ada dimana?? kalau kau tak menjawab sejujurnya Hmm hari ini jangan harap bisa berlalu dalam keadaan selamat" Tonghong Hwie tertawa cekikikan. "Hiiih...hiiih...hiiih kau maksudkan saudara angkatku si Leng Bin Jlen manusia berwajah dingin?" "Haaaah haaaah haaaah apa?? diapun bernama Leng Bin Jien?? dan kau adalah saudara angkatnya??? Ehmm sikapnya memang amat dingin bagaikan es..." 137 Hampir saja Han slon Kie tertawa geli setelah mendengar perkataan itu tak di-sangka olehnya Tonghong Hwie telah menjulukinya begitu aneh padanya. sementara itu terdengar Tonghong Hwie telah bertanya: "Apa kau telah jatuh cinta padanya???." si kupu2 warna warni Lie In Hiang mengerdipkan matanya lalu menjawab hambar: " Eeeei pengemis cilik, pun tongcu tidak punya waktu yang banyak untuk bergurau dengan dirimu ayoh cepat jawab Leng BinJin sekarang berada dimana??" "Hiiih hiiiih biiiih aku pengemis cilikpun masih ada urusan lain, kalau begitu kita ber-cakap2 lagi dilain waktu saja" Habis berbicara ia putar badan dan hendak berlalu... "Pengemis cilik, kalau kau tidak menjawab maka meskipun kau punya sayap hari ini jangan harap bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat " "Aaaah masa iya??? belum tentu" " Kau tidak percaya boleh coba kelihayanku," Pengemis cilik

itu segera enjotkan badannya meluncur kedepan, gerakannya cepat dan enteng... Ia cepat, sayang si kupu2 warna warni Lie In Hiang jauh lebih cepat darinya, tampak bayangan merah berkelebat lewat, tahu2 perempuan itu telah menghadang jalan perginya, sebelum badan berdiri tegak sepasang telapak telah meluncur kedepan, secara beruntun melancarkan delapan buah serangan berantai. Kedelapan buah serangan itu dilancarkan dalam waktu singkat, arah yang ditujupun tak menentu dan semuanya berada diluar dugaan. Dititir oleh serangan yang begitu gencar, pengemis cilik itu jadi terdesak dan segera mundur kembali ketempat semula. 138 "Hey pengemis cilik" tegur Lie In Hiang dengan wajah adem. " Pun Tongcu tidak punya waktu untuk mengajak kau bergurau lagi, ayoh bilang sebetulnya kau ingin bicara atau tidak??? "^ "Sekalipun kukatakan juga tiada guna-^nya". "Kenapa??". "Sebab saudara angkatku itu bukan saja berwajah dingin bahkan hati dan perasaannya pun sangat dingin melebihi es." "Sudah, kau tak usah ngebacot terus ayoh jawab, sebetulnya kau mau bicara atau tidak???". "Kalau aku pilih tak mau bicara, kau mau apa??? "Kubunuh dirimu". "Hiiih.. Hiiih.. Hiiih.. masa kau mampu untuk membunuh diriku?? ngimpi aah..". "Bangsat rupanya kau cari mati..." hardik si kupu-kupu warna warni Lie In Hiang dengan gusar. Badannya menerjang kedepan, sepasang telapak laksana kilat meluncur ke depan mengirimkan beberapa pukulan berantai yang dahsyat. Bayangan telapak segera menggunung, desiran angin tajam menderu2 bagaikan guntur yang membelah bumi, dalam waktu singkat seluruh tubuh pengemis cilik itu sudah terkurung rapat dibawah ancaman telapak lawan. Dengan gesit dan lincah pengemis cilik itu berkelit ke samping menghindar kebelakang bagaikan seekor ikan lei hi badannya bermuncratan kesana kemari diantara gulungan ombak yang mengganas keadaannya, sangat berbahaya sekali. 139 "Tahan mendadak terdengar bentakan dingin berkumandang datang, begitu adem suara tadi hingga membuat hati orang tercekat. si kupu-kupu warna warni Lie In Hang merasakan hatinya bergetar keras sambil menarik kembali serangannya ia segera

meloncat mundur kebelakang. si pengemis sendiri dengan hati terkesiap pun segera alihkan sinar matanya ke arah di mana berasalnya suara tadi. Tampaklah sesosok bayangan manusia turun dari tengah angkasa dengan gerakan yang enteng dan sedikitpun tidak menimbulkan suara . "ooooh engkoh Kie..." Dengan wajah ber-seri2 dan nada penuh kegirangan pengemis cilik itu berteriak namun diatas wajahnya terlintas pula rasa kaget dan tercengang yang tebal ia tak mengira perpisahannya selama beberapa bulan telah membuat tenaga dalam yang dimiliki saudara angkatnya ini memperoleh kemajuan yang amat pesat. Begitu mengetahui siapakah yang telah datang wajah Lie In Hiang si kupu2 warna warnipun berubah jadi berseri, lirikan maut dan senyuman merayu segera terpancar dari wajahnya. Han siong Kie mengangguk sekali kearah pengemis cilik itu kemudian berpaling ke arah Lie In Hian wajahnya penuh diliputi oleh napsu membunuh yang tebal. Dua orang dayang cilik di belakang majikannya segera tertegun melihat wajah si anak muda itu tanpa sadar mereka telah beralih kesisi tubuh Lie In Hiang. "oooh, saudaraku sungguh kebetulan sekali kedatanganmu ini" terdengar perempuan she Lie itu berseru genit. "Lie In Hiang, kau tak usah bertebal muka dan tak tahu malu, siapa yang sudijadi saudaramu??" tukas Han siong Kie dengan wajah yang dingin lagi ketus. 140 "Addduh manusia berwajah dingin masa begitu kasar sikapmu terhadap diriku??? apa kau tidak kasihan padaku ini??" "Lie In Hiang kau tak usah melantur kesoal yang lain, masih ingatkah kau akan hadiah yang telah kau berikan kepadaku tempo hari??? ini hari adalah saatnya bagiku untuk mengembalikan persenanmu itu berikut rente-rentenya." Terjelos hati Lie In Hiang mendengar ancaman lawannya, dengan wajah berubah ia segera ulapkan tangannya kepada dua orang dayang yang berada disisinya: "Waktu sudah tidak pagi lagi ringkus bocah itu" Ucapan ini tanpa sadar telah memperingat-kanpula diri Han siong Kie bahwa sebelum tengah hari nanti dia musti sudah sampai dikuil Boe Hoo dipantai Pek swie Tham untuk menyelesaikan persoalan dari pengemis dari selatan, dengan cepat iapun mengambil keputusan. Terdengar kedua orang dayang cilik itu mengiakan dan segera menerjang maju ke depan, empat buah telapak serentak mencengkeram tubuh sianak muda she Han itu. Dari gerakan tubuh yang didemontrasikan oleh Han siong Kie barusan, kendati pengemis cilik itu tahu bahwa kepandaian sianak muda ini sudah memperoleh kemajuan tapi ia tak tahu

sampai dimanakah kemajuan yang berhasil diperolehnya, ia kuatir kepandaiannya masih belum sanggup menandingi kedua orang dayang itu maka sambil geserkan badan ia ayun telapak tangannya siap menyambut datangnya serangan dari kedua orang dayang itu. "Mundur" bentakan nyaring bergema memekikkan telinga, sambil menerjang maju ke muka Lie In Hiang melancarkan pula sebuah babatan menghantam tubuh pengemis cilik itu... Hampir pada saat yang bersamaan dua kali jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa, tampaklah dua sosok bayangan manusia mencelat ke angkasa dan blaaam blaaam 141 segera terbanting tiga tombak dari kalangan, darah segar muntah dari mulut kedua orang itu. Pengemis cilik itu jadi tertegun dengan cepat ia meloncat mundur kebelakang. si Kupu2 warna warni Lie In Hiang sendiri juga tertegun dan berdiri melongo dibuatnya. Bagaimana caranya Han siong Kie menghantam tubuh kedua orang dayangnya hingga mencelat ke tengah udara?? ia tak sempat untuk melihatnya. siapa yang percaya kalau seorang pemuda yang belum mampu apa2 pada tiga bulan berselang, sekarang telah memiliki kepandaian silat yang demikian dahsyatnya?? Ilmu silat yang dimiliki kedua orang dayang itu boleh dibilang cukup menandingi kepandaian silat yang dimiliki jago lihay kelas satu didalam dunia persilatan, tetapi mereka tak sanggup untuk menahan sebuah pukulannya pun.. Apakah tempo dulu ia hanya sengaja menyembunyikan kepandaiannya?? Kupu2 warna Warni Lie In Hiang adalah Tongcu utama dari perkumpulan Thian chee Kau, sebagai seorang jago lihay yang banyak pengalaman serta pengetahuan, setelah tertegun sejenak. la segera pulih kembali dalam ketenangan, dengan sepasang mata yang genit ia melirik beberapa kati wajah si pemuda itu.. Pemuda ganteng dengan ilmu silat yang lihay, hal itu merupakan suatu keserasian yang sulit ditemukan keduanya dikolong langit. Pikiran dan hati perempuan genit ini mulai terpengaruh oleh ketampanan wajahnya, ia mulai merasakan jantungnya berdebar keras hingga tanpa sadar sepasang pipinya berubah jadi merah padam. Han song Kie sendiri boleh dibilang sama sekali tidak terpengaruh oleh apa yang sedang dihadapinya saat ini, 142 karena dalam hatinya ia pernah membenci semua perempuan yang ada dikolong langit, terutama sekali terhadap perempuan yang berada dihadapannya, boleh dibilang rasa bencinya

berlipat2 ganda. Pengemis cilik Tonghong Hwie sambil mementangkan sepasang biji matanya yang jeli berdiri mematung ditempat semula, tubuhnya sedikitpun tak berkutik sementara wajah nya tetap tidak berubah, hanya matanya saja berputar tiada hentinya sebentar memandang kesana sebentar lagi memandang kemari. "Lie In Hiang" terdengar Han siong Kie menegur dengan suara dingin. "Tempo hari kau sudah menempeleng aku sebanyak dua kali, ini hari aku hendak hadiahkan empat buah tempelengan kepadamu". "oooh begitu?? bagaimana kalau di coba2 dulu?? mampu tidak??" jengek perempuan itu sambil mengerutkan alisnya. Han siong Kte mendengus dingin, sepasang telapaknya berputar dan menggurat kedepan, dengan suatu gerakan yang cepat tapi aneh ia lancarkan sebuah serangan dahsyat. . Inilah salah satu jurus dari tiga jurus sakti "Leng Koe sam si " peninggalan dari Leng Koe sangjien. Dari gerakan tangan musuhnya yang aneh dan cepat si kupu2 warna warni Lie In Hiang segera merasakan keadaan tidak menguntungkan, belum pernah ia jumpai serangan macam ini, karena itu terpaksa badannya berkelit sebisanya kesamping sambil ayunkan tangannya coba menangkis.. "Plak Ploook... dua kali gaplokan nyaring berkumandang diangkasa, dengan sempoyongan si kupu2 warna warni Lle In Hiang mundur beberapa langkah kebelakang, diatas wajahnya nampaklah dua buah bekas telapak yang amat nyata, darah segar mengucur ke luar dari bibirnya. 143 seperti baru mendusin dari impian, sipengemis cilik Tonghong Hwie segera berseru keras: "Bagus sekali hajar yang lebih keras lagi...". "Ehmm masih ada dua kali..." seru Han siong Kie dengan nada yang tetap dingin dan ketus. Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari bibirnya, sang badan telah berkelebat lagi kemuka. "Ploook.. Ploook.." untuk sekian kalinya terdengar dua kali gaplokan nyaring berkumandang diangkasa diiringi dua kali dengusan kesakitan. Dengan mulut berlumurkan darah Lie In Hiang si kupu2 warna warni itu mundur ke belakang dengan sempoyongan, wajahnya berubah jadi menyeringai seram bagaikan setan, teriaknya dengan penuh kebencian: "Manusia berwajah dingin hatimu terlalu keji, suatu hari aku pasti akan menyuruh kau rasakan pembalasan sepuluh kali lipat lebih dahsyat dari apa yang kau lakukan terhadap diriku saat ini". "Hmm kau tidak akan memperoleh kesempatan untuk melakukan pembalasan.."jengek Han siong Kie sambil

menggertak giginya. Telapak tangan segera berkelebat dan menghantam keatas ubun2 perempuan itu. seketika itu juga Lie In Hiang merasakan sukmanya bagaikan melayang tinggalkan raganya teriaknya dengan suara seram: "Manusia berwajah dingin, sekalipun berubah jadi setan aku tak akan mengampuni dirimu sekarang turun tanganlah" Dengan cepat Han siong Kie putar otak nya dan berpikir didalam hati. 144 Ketika aku terhantam masuk kedalam sungai oleh pemilik Benteng Maut Go siauw Bielah yang telah menolong jiwa ku, sedang ayah gadis itu pangcu dari perkumpulan pat Gie Pang Go YoeToo beserta rekan2nya Kanglam Jit Koay telah mati binasa semua ditangan perempuan yang berhati kejam bagaikan kala itu. aku telah berjanji menyerahkan perempuan ini kepada Go siauw Bie sebagai balas budi kepadanya, bila kubunuh dirinya sekarang juga maka bagaimana dengan hutang budiku dengan perempuan tersebut?? ...aaah. baiknya untuk sementara waktu kulepaskan dulu dirinya, tak urung hari ini aku sedang repot dan tak mungkin menghantarnya kepada gadis itu. Karena berpikir demikian diapun urungkan niatnya untuk mencabut jiwa Lie In Hiang sementara itu, ketika dinanti2kannya namun telapak Han siong Kie tak kunjung tiba, si kupu2 warna warni segera salah mengira pemuda itu sudah tertarik oleh kencatikan wajahnya dan tak tega untuk turun tangan. Maka sambil mementangkan matanya lebar2 ia berseru: "Eeei.. manusia berwajah dingin, ayoh turun tangan". "Hei hari aku tak akan membinasakan dirimu " seru Han siong Kie sambil menarik kembali telapaknya. "Tapi kalau aku sampai berjumpa lagi dengan dirimu dikemudian hari, aku tak akan melepaskan dirimu dengan begini gampang, ingatlah akan perkataanku tadi". . " Engkoh Kie.." buru2 pengemis cilik itu berseru tatkala dilihatnya sianak muda itu ada maksud hendak melepaskan korbannya. "Kau.. apakah kau hendak melepaskan perempuan yang berhati kejam bagaikan ular ini.." Dengan pandangan benci dan mendendam si kupu2 warna warni Lie In Hiang melirik sekejap kearah pengemis cilik, kemudian dengan pandangan yang kalut menyapu sekejap pula ke atas wajah Han siong Kie, ujarnya sambil mundur dua langkah kebelakang: "Manusia berwajah dingin, kau tidak menyesal berbuat begitu?? " 145 "Hmmm cepat enyah dari sini, telah kukatakan bahwa untuk sementara waktu kulepaskan dirimu ini hanya

sementara mengerti?" Mimpipun sikupu-kupu warna warni Lie In Hang tidak menyangka kalau kekalahan yang dideritanya hari ini begini mengenaskan, hampir saja selembar jiwa tak bisa diselamatkan terutama sekali kekalahannya di tangan seorang pemuda yang sama sekali tiada nama didalam dunia persilatan. Makin dipikir, ia merasa makin benci dan dendam tapi ketika sinar matanya sekali lagi bertemu dengan raut wajahnya yang tampan, ia jadi tertegun dan berdiri termangu2 tak bisa ia bedakan apakah itu benci ataukah cinta. "Aku harus berhasil menguasai dirinya, menaklukkan mempermainkan kejantanan-nya sampai puas kemudian aku hendak menghancurkan hidupnya agar sepanjang hidup ia tersiksa dan menderita" sumpah perempuan itu di dalam hati, diluaran ia masih tetap tenang sedang di hatinya tersenyum, perempuan yang berhati kejam bagaikan kala ini mulai merencanakan suatu rencana yang paling busuk. Tanpa banyak bicara lagi, ia putar badan dan segera kabur dari tempat itu diringi oleh kedua orang dayangnya. Diam2 Han siong Kie bergidik juga hatinya menghadapi perempuan yang berhati licik itu. memandang bayangan punggungnya yang menjauh diam2 ia menghela napas lega. Pada saat itulah sipengemis cilik baru menegur dengan nada menggerutu. "Engkoh Kie, sejak berpisah ditepi sungai tempo dulu kau telah pergi kemana saja??? sungguh amat menderita aku mencari jejakmu... oooh bukankah kau pernah berjanji kepadaku bahwa selamanya tak akan meninggalkan diriku?? tetapi..". 146 "Adik Hwie, bukankah sekarang aku telah datang kemari?? " "seandainya kau tidak terpancing datang kemari oleh pertempuran sengit ini, tentu kau..". "Aku sama saja akan pergi mencari dirimu" "Engkoh Kie, kiranya kau adalah seorang jagoan yang tidak mau mengunjukkan diri?" ". "Kepandaian silat yang kau miliki amat lihay sekali siauwte mengakui bahwa aku tak bisa menandingi dirimu tetapi sewaktu tempo hari berada ditepi sungai kau..." "Ooooh adik Hwie saat ini aku masih ada urusan penting yang harus segera diselesaikan sebelum tengah hari nanti aku harus sudah sampai dikuil Boe Hoo dipantai Pek swie Tham, mengenai persoalan itu baiklah kuceritakan kepadamu dikemudian hari saja, lain kali kita akan bertemu dimana???" "Urusan penting apa silih???" sela Tonghong Hwie si pengemis cilik itu dengan manja. "Sekarang aku tak sempat menerangkan kepadamu, aku

harus segera melanjutkan perjalanan" "Tidak. Aku ikut beserta dirimu kemanapun kau hendak pergi aku akan berada disampingmu" "Adik Hwie kau... " saking cemasnya air muka Han siong Kie berubah jadi merah padam. " Engkoh Hwie, bukankah antara kita sudah pernah angkat sumpah untuk sehidup semati?? mengapa sekarang hendak tinggal-kan diriku???.." "Aku bukan ingin meninggalkan dirimu, aku harus pergi karena ada urusan penting yang harus diselesaikan, lagipula urusan amat berbahaya sekali, Bagaimana kalau kita berjanji saja untuk bertemu tiga hari lagi?? kau yang akan cari aku atau aku yang akan mencari dirimu???..." 147 "Tidak... tidak bisa jadi kalau toh kita sudah angkat sumpah untuk sehidup semati maka ada bencana kita harus tanggulangi bersama ada kesenangan kira nikmati bersama, semakin kau mengatakan bahaya aku semakin bertekad untuk ikut" Di desak terus menerus oleh adik angkatnya ini, lama kelamaan Han siong Kie jadi kewalahan juga akhirnya sambil mendepak2 kan kakinya ia mengangguk. "Baiklah ayo kita berangkat" "Hmm. kau mengajak aku bukan muncul dari dasar hati yang tulus, kau berbuat begini tentu terpaksa... tidak... aku tidak jadi ikut" "ooooh saudaraku yang baik kau toh bukan seorang perempuan, kenapa sih berpikiran begitu picik?? ayolah mari kita segera berangkat" Dari balik sorot mata pengemis cilik itu mendadak terlintas suatu cahaya yang sangat aneh, ia melirik sekejap kearah saudara angkatnya dan mendadak bertanya: "Engkoh Kie, kau pernah bilang kepadaku bahwa kau paling benci kaum wanita benarkah itu??" "Benar, sudahlah jangan banyak membicarakan persoalan yang tak berguna, ayoh kita segera berangkat" "Engkoh Kie, seandainya,... seandainya...." "seandainya kenapa??." "seandainya aku benar2 adalah seorang gadis bagaimanakah sikapmu terhadap diriku???" "Aduuuh saudaraku yang baik, perduli kau laki atau perempuan aku mohon kepadamu marilah kira segera melanjutkan perjalanan, ada suatu persoalan maha besar yang harus segera kuselesaikan, bila sampai terlambat aku bisa menyesal selama hidup," 148 Tapi pengemis cilik itu masih saja mengomel: "Engkoh Kie, katakan dulu kepadaku andaikata aku adalah

seorang gadis kau tak akan membenci diriku katakanlah " saking mangkel dan dongkolnya Han siong Kie mendepakkan kakinya berulang kali diatas tanah. "Tidak mungkin tidak mungkin kau ini cuma pandainya bikin gara2 saja ayoh berangkat" Kali ini ia sambar tangan pengemis cilik itu dan ditariknya untuk segera melakukan perjalanan. Dalam perjalanan itulah secara ringkas Hansiong Kie mengisahkan pengalaman aneh yang ditemuinya didalam rimba belantara beserta tujuan dalam perjalanan kali ini. Tonghong Hwie yang mendengarkan dengan seksama sebera menjulurkan lidahnya beberapa kali. Dengan mengerahkan kekuatan yang dimilikinya, Han song Kie melakukan perjalanan cepat kearah depan, sepanjang perjalanan ia menggenggam terus tangan Tonghong Hwie sebab ia takut pengemis itu tak sanggup mengikuti langkah kakinya bila ia lepaskan: Tengah hari sudah hampir tiba, namun tujuan belum juga sampai .hal ini membuat sianak muda itu cemas bercampur gelisah. Itu dia didepan sana adalah pasti Pek Sam Tham mendadak terdengar Tonghong Hwie berteriak sambil menuding kearah sebuah pantai berpasir putih yang mementang ditempat kejauhan. Semangat Han Siong Kie segera berkobar kembali, tanyanya: "Lalu dimanakah letaknya kuil Boa Hoo?" "Itu didalam hutan yang berada ditepi pantai". 149 Beberapa saat kemudian mereka berdua sudah tiba di depan hutan yang terletak ditepi pantai, tampaklah sebuah bangunan rumah bertembok merah muncul dari balik hutan, tetapi yang aneh ternyata tak nampak sesosok bayangan manusiapun. Perlahan2 Han Siong Kie memperlambat gerakan tubuhnya dan memperhatikan sekejap suasana di sekitar sana, lalu serunya: "Ayoh kita masuk kedalam". Tiba2.. Tonghong Hwie menjerit lengking, dengan cepat ia melengos kesamping. Han siong Kie yang menjumpai keadaan itu jadi ikut terperanjat, ia tangkap tangan saudara angkatnya dan bertanya dengan nada kaget. "Adik Hwie, apa yang telah kau temukan?" Dengan badan gemetar keras Tonghong Hwie mundur kebelakang beberapa langkah, sorot matanya memancarkan rasa ketakutan yang hebat, dari atas jidat, hidung dan pipi mengucur keluar keringat sebesar kacang kedelai, ia segera menuding kearah sebuah batu besar ditepi hutan. Mengikuti arah yang ditujukan Han siong Kie segera menoleh, terlihatlah sebuah benda berwarna merah darah

tergeletak di atas batu cadas, ketika benda itu diperhatikan dengan lebih seksama lagi hatinya seketika terjelos. Mendadak satu ingatan berkelebat didalam benaknya, pikiran itu membuat darah dalam tubuhnya mengembang cepat, pandangan matanya jadi berapi-api dan dengan perasaan bergolak serunya: "Aaah....betul tidak salah lagi itulah Tengkorak maut, lambang dari si iblis tua itu" Tengkorak maut dapat muncul ditempat itu, kejadian ini benar2 merupakan suatu hal yang diluar dugaan. 150 Tengkorak maut sekali lagi Han siong Kle berbisik dengan suara yang serak dan lirih.. -ooodw0kzoooBAB 9 "Eng..engkoh Kie.. maa.. mari ki... kii . kita perr.. pergi saja" seru Tonghong Hwie dengan suara terpatah2. Napsu membunuh dan rasa dendam telah menyelimuti seluruh benak Han siong Kie, sambil menatap lambang Tengkorak darah itu dengan penuh kebencian teringatnya: "Kenapa kita musti pergi??". "Apakah kau sudah bosan hidup???" seru Tonghong Hwie dengan wajah berubah jadi hijau membesi. "Tidak aku tak boleh membiarkan kau mati, sebab kalau kau mati akupun tak ingin hidup lagi dikolong langit" "Adik Hwie, tenangkaniah hatimu jangan panik.." "Tidak. Engkoh Kie, aku mohon kepadamu berlalulah dari sini.... Tengkorak maut tiada tandingannya dikolong langit, tiada seorang manusiapun yang sanggup untuk menandingi dirinya" "Aku tidak perduli sampai manakah kelihayannya, kebetulan sekali akupun sedang mencari dirinya". "Kau, mengapa kau mencari dirinya??". "Aku benci kepadanya, Tengkorak Maut telah melenyapkan keluargaku.. aku mempunyai dendam berdarah sedalam lautan dengan dirinya, selama aku masih hidup aku bersumpah hendak membinasakan dirinya". Tonghong Hwie tersentak kaget dan secara beruntun ia mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan bagaikan seorang yang kehilangan semangat rintihnya lirih: 151 "Kau... kau mempunyai ikatan dendam dengan Pemilik Benteng Maut??..." . "sedikitpun tidak salah" "Keee.. kenapa.. kenapa kau amat membenci dirinya??? "Karena dia sudah membasmi seluruh keluargaku" sahut Han siong Kie sambil menggertak gigi keras2. secara beruntun Tonghong Hwie mundur lagi beberapa

langkah kebelakang dengan sempoyongan, gumamnya: "oooh Thian kenapa?? kenapa...". "Adik Hwie kau cepat berlalu dari tempat ini " "Aku??? tidak aku tak mau tinggalkan dirimu seorang diri sampai matipun aku ingin mendampingi dirimu" Han siong Kie merasa amat terharu, hampir saja dia ikut mengucurkan air mata. setelah berdiri ter-manggu2 beberapa saat lamanya tiba2 Tonghong Hwie berteriak lagi: "Tidak mungkin tidak mungkin... hal ini tidak mungkin terjadi... ooooh hal ini bukan kenyataan bukan." Han siong Kie jadi melongo menyaksikan tingkah polah adik angkatnya yang mendekati gila itu, buru2 ia genggam tangannya kencang2 dan berseru: "Adik Hwie, tenangkanlah hatimu, kau maksudkan apanya yang tidak mungkin. " Tonghong gelagapan sendiri lama sekali ia baru berkata: "Maksudku... maksudku Tengkorak maut tak mungkin bisa munculkan diri ditempat ini" "Kenapa tak mungkin?" apa alasanmu berkata begitu.?? "Tentang soal ini... tentang soal ini... aku selalu merasa bahwa kejadian ini bukanlah suatu peristiwa yang sungguhan .." 152 "Tetapi kenyataan toh sudah terbentang didepan mata kita?? " "Engkoh Kie, kumohon kepadamu tinggalkanlah tempat ini" sekali lagi Tonghong Hwie meminta. "Tidak "jawaban dari si anak muda itu tegas sekali. "Tetapi kau tidak boleh mati" "Apakah kau yakin bahwa akupun bakal mati?? " Dengan telapak tangannya Tonghong Hwie menyeka air mata yang jatuh membasahi pipinya, lalu sahutnya: "Hal itu bukan bisa terjadi siapapun tak akan menang bila berani memusuhi Tengkorak Maut" "Mungkin ucapanmu memang benar" sahut Han siong Kie sambil menggertak giginya kencang2 sinar mata penuh kebencian memancar keluar dari balik matanya. "Tetapi aku telah bersumpah tak akan hidup berdampingan dengan Tengkorak Maut, mungkin aku yang bakal mati tapi mungkin juga dia yang bakal mampus, selama aku masih bisa hidup dikolong langit aku bersumpah akan memukul rata Benteng Maut..." Sinar mata Tonghong Hwie jadi pudar, badannya mundur makin terhuyung, gumamnya: "ooooh engkoh Kie kejadian ini terlalu menakutkan" Han siong Kie tidak menggubris adik angkatnya lagi, ia mendongak memandang cuaca lalu berseru: "Tengah hari sudah tiba aku harus masuk kedalam kuil Boe-Hoo dan menyelesaikan tugas yang dibebankan pengemis dari selatan kepadaku.." Habis berkata ia sebera melangkah

masuk kedalam hutan. "Engkoh Kie, apakah kau bertekad untuk masuk kedalam???" teriak Tonghong Hwie sambil menarik tangannya kencang2. 153 "Tentu saja, engkoh tua telah menyerahkan tugas ini padaku, sebagai seorang Bu lim yang telah memberikan kesanggupannya aku harus melaksanakan tugas itu hingga selesai, kendati badan harus hancur dan jiwa harus melayang, adik Hwie kau tak usah membujuk diriku lagi" Tonghong Hwie angkat kepalanya memandang sekejap kearah tengkorak darah yang bertengger diatas batu cadas seolah2 sedang memikirkan sesuatu, ia termenung beberapa saat lamanya. Kemudian sambil mengendorkan cekalan-nya dia mengangguk. "Baiklah, mari kita ber sama2 masuk ke dalam" "Tidak. adik Hwie, kau harus tinggalkan tempat ini dengan segera, aku tidak ingin kau ikut menempuh bahaya karena persoalanku, aku tidak ingin kau ikut konyol bersama diriku". "Engkoh Kie, kau tak usah banyak bicara lagi, mari kita segera berangkat" "Baik" seru Han siong Kie kemudian sambil menggertak gigi. Kedua orang itu menerobos ke dalam hutan dan bergerak mendekati kuil yang berdiri dengan angkernya didalam hutan, baru saja mereka berjalan sejauh dua puluh tombak. tiba2 Tonghong Hwie menjerit kaget dan berteriak kembali dengan ketakutan: "Engkoh Kie, kedatangan kita sudah terlambat, coba kau lihat." sambil berkata ia segera menuding kearah depan. Dengan cepat Han siong Kie alihkan sinar matanya, bulu kuduknya kontan bangun berdiri dan ia bersin beberapa kali. Tampaklah mayat manusia bergelimpangan ditengah hutan tersebut, satu.. dua.. tiga.. ternyata ada puluhan sosok banyaknya, bahkan mereka semua terdiri dari anak murid perkumpulan Kay pang. 154 Keadaan dari mayat2 itu kesemuanya mengerikan sekali, mata melotot keluar dan darah kental mengucur keluar dari tujuh buah lubang indranya. Kalau ditinjau sepintas lalu, rupanya mereka semua mati diujung sebuah pukulan yang amat beracun sekali. "Hmm mereka semua pasti mati ditangan Tengkorak Maut " dengus pemuda kita dengan gusar. "Tidak aneh kalau tiada seorang manusia yang munculkan diri di tempat ini, kiranya mereka sudah mati binasa semua" Peristiwa yang sedang berlangsung pada saat ini benar2 di luar dugaan siapapun, pihak kay pang didalam rapatnya

memilih pangcu baru bukan saja telah dicampuri urusannya dengan kehadiran para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw, bahkan Tengkorak Maut pun ikut mencampurikan diri dalam persoalan itu. Han siong kie sendiri walaupun menerjang masuk kedalam dengan mempertaruhkan keselamatannya, tetapi dalam hati siapapun merasa tidak tenang, keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh pakaian yang ia kenakan. Bagaimana kelanjutan dari peristiwa itu?? hingga detik ini masih sulit diduga, tapi yang nyata puluhan jiwa anak murid Kay pang telah menemui ajalnya. suasana dalam hutan itu sebera dirasakan jadi tebang dan tercekam oleh keseraman serta kengerian yang mencekat hati. Pada saat itulah.. Tiba2 dari dalam kuil Boe Hoo berkumandang datang suara gelak tertawa yang amat nyaring, begitu keras suara tertawa itu hingga menusuk telinga setiap orang yang mendengar. Han siong Kie serta Tonghong Hwie jadi amat terperanjat setelah mendengar gelak tertawa yang menyerupai auman binatang aneh itu. 155 Blaaaam Blaaaam benturan2 dahsyat bergelepar diangkasa diikuti sebuah sudut dinding bangunan ambrol dan runtuh keatas tanah. Air muka Han siong Kie seketika berubah hebat. "Aduuuh celaka" teriaknya "Pastilah si Tengkorak maut sedang melangsungkan pembunuhan massal terhadap perkumpulan Kay pang" "siaw sicu jangan gegabah" Mengikuti datangnya seruan tersebut meluncur tiba sesosok bayangan abu2 dari sisi kalangan, angin pukulan yang kencang dan dahsyat segera memaksa badan sianak muda itu melayang kembali keatas permukaan. Terlihatlah seorang hweesio tua beralis putih berjubah abu2 tahu2 sudah berdiri menghadang dihadapannya. Han siong Kie merasakan jalan perginya terhadang, ia segera ayunkan telapak tangan-nya melancarkan sebuah pukulan kedepan. "Engkoh Kie, jangan bertindak gegabah, dia adalah padri dari utara ......" Mendengar peringatan tersebut, sianak muda itu menarik kembali serangannya dengan meloncat mundur ke belakang. Menanti ia awasi wajah padri itu dengan lebih seksama dengan cepat diapun kenali kembali orang itu sebagai Pak Ceng yang pernah dijumpainya sewaktu berada ditepi sungai depan Benteng maut. Buru2 ia menjura dan mohon maaf katanya: "oooh cianpwe maafkanlah kalau boanpwee bertindak terlalu ceroboh terhadap diri mu... " Padri dari utara tidak menggubris ucapannya itu, ia melirik sekejap kearah kuil Boe Hoe dengan sinar ketakutan kemudian

serunya cemas: "Ayoh kila cepat berlalu dari sini" "Berlalu???" seru Han siong Kie tertegun "Tapi boanpwee telah mendapat tugas dari pengemis Lam kay untuk... " 156 "Aku sudah tahu, ayoh cepat berlalu kalau kita terlambat mungkin tak akan sempat lagi setelah tinggalkan tempat ini kita bicarakan persoalan lain" "Tapi urusan mengenai Kay pang...". sepasang tangan Padri dari utara bergerak cepat, laksana kilat ia cengkeram tangan Han siong Kie serta Tonghong Hwie kemudian kabur keluar dari hutan tersebut. Han siong Kie yang diseret terus jadi melongo dan kebingungan sendiri, ia tak tahu apa maksud tujuan dari Pak Ceng berbuat begini, kalau ditinjau dari kepandaian silat yang dimiliki jelas tak mungkin tangannya berhasil dicengkeram oleh padri dari utara dalam sekali sambaran. Tetapi berhubung kesatu ia tidak menyangka dan kedua ia tahu bahwa Pak Ceng maupun Lam Kay sama2 merupakan manusia aneh dari dunia Persilatan, lagipula hubungannya dengan mereka tidak jelek. maka setelah mengetahui bahwa lawannya mengandung maksud mendalam, iapun tidak memberikan perlawanan barang sedikitpun juga. Dalam pada itu mereka sudah keluar dari hutan, tapi padri dari utara masih menarik tangan kedua orang itu tiada hentinya, gerakan tubuhnya cepat bagaikan terbang, sesudah berjalan sejauh puluhan li dan tiba dibalik sebuah celah bukit akhirnya ia berhenti. si Padri dari utara melirik sekejap ke arah Tonghong Hwie, kemudian tegurnya: "Apakah kau anggota dari Kay pang?" Tonghong Hwie memandang sekejap ke arah padri tua itu kemudian tertawa cekikikan, " Hiiih.. hiiiih hiiih. . bukan boanpwe adalah seorang pengemis gelandangan" "Apa maksudmu pengemis gelandangan?" 157 "Kesatu, aku tidak pernah minta2 makan kedua aku tak pernah minta2 sedekah uang ketiga, aku tidak punya guru dan keempat aku tak punya perkumpulan, luntang lantung ke sana kemari dengan bebas dan merdeka tanpa ikatan dari manapun, itulah yang disebut pengemis gelandangan aneh bukan??..." Sepasang alis padri dari utara segera berkerut kencang, namun ia tidak bisa bicara lagi. Dalam pada itu Han song Kie sudah tak dapat menahan mangkel dan dongkolnya didalam hati, dengan cepat ia berseru: "Loocianpwee sebetulnya apa yang telah terjadi???" -000dw000Jilid 5

MENDAPAT pertanyaan ini air muka Padri dari Utara segera berubah jadi keren dan serius, sahutnya "siauw sicu, tahukah kau manusia2 macam apakah yang sedang bertempur didalam kuil Boe Hoe??" "Tengkorak maut". "Dan siapakah tandingannya?". "Tentang soal ini, apakah Loocianpwe tahu??". Padri dari utara segera mengangguk. "Ehmm, dia adalah si malaikat berhawa Im. Mi sioe Ing". "Apa?? si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing??" jerit Han song Kie dengan hati terperanjat. "secara bagaimana ia telah datang ke situ dan bertempur melawan Pemilik dari Benteng Maut??" 158 "Kejadian ini hanya suatu kebetulan saja. Mungkin si malaikat berhawa Im Mo sioe Ing sedang melakukan perjalanan lewat pantai Pek swie Tham, ketika menyaksikan disisi jalan terdapat lambang Tengkorak Maut maka timbullah napsunya untuk bertempur melawan manusia paling menakutkan dari kolong langit ini, untung terjadi peristiwa ini kalau tidak seandainya kalian masuk ke dalam hutan sekalipun memiliki kepandaian yang lihay apakah kau mampu untuk mempertahankan hidupmu??." "Malaikat berhawa Im, Mo sioe Ing berani menantang pemilik dari Benteng Maut untuk bertempur, aku pikir kepandaian silat yang dimilikinya pasti mengerikan sekali, beberapa hari berselang si pengemis dari selatan pun harus menderita luka dalam yang sangat parah didalam tiga buah gebrakan saja." "Loocianpwee " terdengar Tonghong Hwie berseru dengan nada gemetar. " Apakah kau berhasil menjumpai raut wajah dari Tengkorak maut itu?" "Bertemu sih tidak. cuma selama ini loolap selalu bersembunyi di sudut ruangan sambil menanti, ketika pemilik dari Benteng Maut itu sedang memencilkan dirinya ....." tiba2 padri ini berhenti sejenak untuk tukar napas kemudian tambahnya "Tetapi menurut penglihatan loolap. kejadian ini agak sedikit mencurigakan..." "Apakah keadaan dari Tengkorak Maut itu agak tidak beres ...." tukas Tonghong Hwie cepat. Padri dari utara segera alihkan sinar matanya kearah pengemis cilik itu dan menatap wajahnya tajam2. "siauw sicu, apakah kau tahu bagaimanakah raut wajah serta potongan badan dari pemilik Benteng Maut??" "Kudengar dari orang lain yang mengatakan katanya dia adalah seorang manusia berkerudung abu2 berjubah lebar warna abu2 dengan telapak kanan berwarna putih bersih 159

bagaikan kumala serta bertelapak kiri warna hitam bagaikan tinta bak..." Mendadak seluruh tubuh padri dari utara tergetar keras tanpa sadar ia mundur satu langkah lebar ke belakang, sepasang matanya menatap wajah pengemis cilik itu tanpa berkedip membuat Tonghong Hwie yang dipandangi terus jadi malu dan tundukkan kepalanya dengan ter sipu2. Beberapa kemudian padri itu baru berkata kembali: "Siauw sicu kau dengar dari siapa??? menurut sepengetahuan loolap si pemilik dari Benteng Maut belum pernah unjukan dirinya dihadapan orang asing????" "Boanpwee hanya sempat mendengar pembicaraan itu tanpa sengaja, apa loocianpwee jumpai apakah persis seperti apa yang boenpwee katakan barusan...??? " "Tentang apa ini... tentang soal ini... loolap sendiripun kurang begitu jelas, tapi yang pasti bayangan tubuhnya memang abu2.." "Loocianpwee apakah kau telah berjumpa dengan pengemis dari selatan?" tiba2 Han Siong Kie menyela. "Belum" "Lalu dari mana loocianpwee bisa tahu kalau mereka akan berkumpul disini??" "Dari mulut seseorang loolap mendapat tahu bahwa perkumpulan Kay-pang sedang melakukan pertemuan besar di tempat ini, maka loolap segera berangkat kemari untuk menghalangi niat sementara dari penghianat untuk merebut kedudukan kursi ketua" "oh, siapakah yang menyampaikan berita ini kepada cianpwee??" "seorang lisicu menyebut dirinya sebagai Yoe Sim Jien...." 160 "Yo Sim Jien??? kembali perempuan itu?? sungguh aneh" teriak Han Siong Kie dengan hati terkeiut. "Apakah siauw sicu kenal dengan li sicu yang menyebut dirinya Manusia yang ada maksud ini???". "Tidak kenal, cuma dia pernah....". Berbicara sampai disini mandadak ia merandek dan tidak dilanjutkan lagi, karena ia tidak ingin mengutarakan tentang masalah asal usulnya serta apa yang diperingatkan "Yoe Sim Jien" kepadanya. Pengemis cilik Tonghong Hwie jadi tegang segera desaknya: "Dia pernah kenapa???". "ooooh.. dia pernah menyampai pesan dari mendiang leluhurku kepada diriku " sahut sianak muda itu sambil tertawa rikuh. Karena ia takut saudara angkatnya mendesak lebih jauh, cepat2 ia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain dan ujarnya: "Loocianpwee, bagaimana caranya kita akan menyelesaikan persoalan yang meliputi perkumpulan Kay-pang??".

"Setelah Loolap tiba disitu tadi, aku segera membubarkan kesembilan tiang loo serta ratusan anggota Kay pang untuk segera tinggalkan tempat itu, sebab kalau tidak akibatnya sukar dibayangkan dengan otak. seperempat jam setelah semua anggota Kay pang bubar Tengkorak Maut telah munculkan diri ditempat itu, puluhan orang anggota Kay pang yang tidak sempat kabur dari situ telah mendapat binasa ditangannya, aku rasa kalian tentu sudah menyaksikan sendiri bukan mayat mereka yang bergelimpangan didalam hutan..." Han siong Kie mengiakan. Terdengar Pak Ceng melanjutkan kembali. "Seandainya simalaikat berhawa Im secara kebetulan tidak lewati ditempat itu, mungkin baik kau maupun aku tak akan sanggup menghadapi iblis tua yang berhati keji itu." 161 "Aaah.. Locianpwee, masa si malaikat berhawa Im begitu berani untuk bergebrak melawan pemilik dari benteng maut?" seru Tonghong Hwie. "Ehmm menurut penilaian loolap yang mencuri lihat jalannya pertarungan dari tempat persembunyian, paling banter simalaikat berhawa Im hanya bisa bertahan sampai lima puluh jurus lagi, lama kelamaan dia pasti akan menderita kalah" Han siang Kie tetap sangat menguatirkan persoalan dalam tubuh Kaypang, ia harus mencari keterangan duduk perkara yang sebenarnya untuk memberikan pertanggungan jawab kepada engkoh tuanya, maka kembali katanya kepada sipadri utara: "Locianpwee, dapatkah kau memberi keterangan dengan lebih jelas lagi?? agar dikemudian hari boanpwee pun bisa memberikan pertanggungan jawabku terhadap Pengemis dari selatan". Padri dari Utara mengangguk. "Kemarin selagi Loolap melakukan perjalanan tiba2 perjalananku dihadang oleh seorang li sicu yang memakai kain kerudung putih, ia mengaku bernama "Yoe Sim Jien", menurut li sicu tadi katanya si pengemis bintang langit Jien Jiet yang telah menduduki jabatan Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw telah mendapat dukungan dari kaucunya untuk merebut kursi jabatan sebagai ketua perkumpulan Kay pang, bahkan diapun membawa tanda pengenal bambu hitam milik pengemis dari selatan, Li sicu itu minta kepada lolap untuk datang kekuil Boo Hoo dipantai Pek swie Than sebelum tengah hari untuk merintangi jalannya rencana tersebut, kemudian melaporkanpula duduknya perkara kepada para Tiangloo... " "Lhoo. sipengemis bintang langit toh seorang Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kaw kenapa dia bisa . . ."sela Toanhong Hwie.

162 Belum habis ia berkata, sipadri dari utara telah menukas kembali: "Pengemis bintang langit adalah suheng Te dengan ciangbunjin yang telah meninggal, berhubung ia telah melanggar pertarungan maka diusir dari perkumpulan tersebut dimana kemudian ia telah menggabungkan diri dengan pihak perkumpulan Thian chee Kauw, kali ini dengan mendapat dukungan yang penuh dari perkumpulannya ia diwajibkan merebut kursi jabatan ketua Kay pang dari rekan2nya, apa tujuan mereka?? tentu saja mereka ingin menggabungkan anak murid kay pang yang tersebar disegala penjuru kolong langit itu dibawah komando Thian chee Kauw. ." "Kalau memang pengemis bintang langit sudah diusir dari perkumpulan, apakah dia berhak menduduki jabatan sebagai pangcu?" "Pertama, ia sudah bersiap sedia menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya, dan kedua ia membawa bambu hitam milik pengemis dari selatan yang merupakan lambang tertinggi dari Kay pang, maka kesempatannya teramat besar untuk berhasil merebut kursi pangcu". "Hmm urusan justru terjadi dikala pengemis dari selatan sedang menderita luka ditangan malaikat berhawa Im Mo Sioe Ing, kalau tidak rencana busuk dari pengemis bintang langit Jien Jit pasti akan kocar kacir tak karuan, dengan andaikan kepandaian dari Lam kay... "Itu sih belum tentu "sela Pak ceng dengan alis berkerut, Thian chee Kauw sangat bernapsu untuk menyukseskan rencana besarnya ini, mereka tidak sayang untuk mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menunjang usaha Jien Jit, kejadian yang telah berlangsung hanya suatu kejadian yang kebetulan saja, membuat rencana busuk mereka dapat terwujud dengan gampang... 163 "Apa yang masih aku tidak pahami adalah dari mana Yoe sim Jien bisa tahu akan duduknya persoalan itu dengan jelas??" "Tentang soal ini mungkin hanya dia sendiri yang tahu" "Yang bikin kepala orang pusing dan tidak habis mengerti justru adalah kemunculan si Tengkorak Maut dipantai Pek swie Tham, ia muncul disaat yang sama serta turun tangan terhadap anggota perkumpulan Kay pang???..." "Loolap sendiripun tak habis mengerti, apa sebabnya bisa terjadi seperti ini???" "Tiga hari kemudian pengemis dari selatan akan datang sendiri ditempat ini untuk menyelesaikan persoalan itu" "Tentang persoalan ini Loolappun sudah mendengar dari mulut Yoe sim Jien .." Hampir saja Han song Kie mencelat ketengah udara saking

kagetnya setelah mendengar perkataan itu teriaknya dengan suara keras: "Darimana dia bisa tau akan pesoalan ini?? ucapan itu pengemis dari selatan hanya sampaikan kepada boanpwee seorang, dari mana dia bisa tahu akan hal ini???" "sedikitpun tidak salah peristiwa ini memang membuat orang jadi bingung dan tak habis mengerti" "suatu hari aku pasti akan membongkar teka teki ini" sambil gelengkan kepalanya padri dari utara menghela napas panjang. "Aaai... peristiwa yang menimpa perkumpulan Kay-pang kali ini, walaupun untuk sementara waktu bisa ditunda, tapi pokok persoalannya belum dapat diselesaikan sama sekali, karena pihak Thian chee Kauw secara terang2an sudah membuka kedoknya untuk mengangkangi perkumpulan 164 tersebut, sebelum tujuan mereka tercapai jelas pihak mereka tak akan lepas tangan dengan begitu saja "Anak murid perkumpulan Kay pang tersebar luas diseluruh kolong langit, apakah mereka tak becus semua??". "Persoalan tak bisa dikatakan demikian, Kay pang adalah suatu wadah yang menyerupai sarang naga gua harimau, cukup andaikan kesembilan orang Tianglonya masing2 memiliki kepandaian silat yang maha dahsyat, tetapi pihak Thian chee Kauw yang yang berhasil pula menjaring seluruh iblis dikolong langit untuk bergabung dengan mereka bukanlah suatu pertempuran berdarah, cepat atau lambat tak bisa dihindari lagi, persoalan yang paling membingungkan hati serangan ini adalah kehadiran si Tengkorak maut yang memusuhi pula pihak Kay pang, entah perbuatan ini disertai dengan suatu maksud atau hanya secara kebetulan saja". "Jadi kalau begitu persoalannya hanya terletakpada si tengkorak maut??...". "Tidak salah, karena itu walaupun sipengemis tua mengejar kemari juga tak ada gunanya" . "Benarkah si tengkorak maut tiada tandingannya dikolong langit??" "Dewasa ini memang demikian adanya" Han song Kie menghembuskan napas panjang dan tidak berbicara lagi, otaknya ssgera beralih memikirkan pusaka sarung Buddha "Hoed Jiu Poo Jit" yang diperolehnya, asal ia berhasil menemukan sarung tangan yang sebelah lain, itu berarti ilmu see Mie sinkang akan berhasil dilatihnya... Mendadak.... terdengar suara bantakan keras berkumandang datang dari tempat kejauhan. Ketiga orang itu sama2 terperanjat dengan wajah serius Han siong Kie segera berkata. "Biar aku pergi memeriksanya" 165

Habis berkata ia enjotkan badannya bagaikan segulung asap segera melayang kearah mana berasalnya suara tadi. Tampaklah diatas jalan raya bayangan mausia berseliweran, bentakkan2 keras bergema tiada hentinya dari balik gerombol manusia itu... Bagaikan sukma gentayangan tanpa menimbulkan sedikit suarapun Han siong Kie melay turun kurang lebih lima tombak dari kalangan pertempuran.. Tampaklah sesosok bayangan merah berdiri diantara kerumunan banyak orang, warna bajunya amat menusuk pandangan. Dia bukan lain adalah kupu2 warna warni Lle In Hiang, Tongcu dari perkumpulan Thian chee Kauw atau dengan perkataan lain sebagian besar manusia yang berada disitu bukan lain adalah anggota dari perkumpulan Thian chee Kauw. Dengan pandangan yang tajam sianak muda itu alihkan matanya dari perempuan jalang itu ke arah kalangan pertempuran, tetapi dengan cepat ia berdiri tertegun di tempat itu. Terlihatlah olehnya delapan orang kakek tua berbaju hijau sedang bertempur sengit melawan pengemis dari selatan. Bukankah pengemis dari selatan telah terluka di tangan malaikat berhawa Im Mie Sioe Ing??? kemudian terhajar pula oleh pengemis bintang langit Jien Jiet yang berhianat hingga menderita luka parah dan jiwanya terancam bahaya?? kenapa secara tiba2 ia bisa muncul disini dan bertempur melawan orang???, selangkah demi selangkah siong Kie berjalan mendekati kalangan pertempuran. Tampak olehnya belasan sosok mayat menggeletak diatas tanah, jelas mereka mati ditangan pengemis dari selatan. 166 Han siong Kie alihkan sinar matanya ke arah lain, diantara gerombolan manusia ia jumpai seorang pengemis berusia pertengahan yang berwajah burik. berhidung alang dan bermata tikus sedang mengawasi jalannya pertarungan dengan seksama, satu ingatan dengan cepat berkelebat didalam benaknya, ia berpikir: "orang itu pastilah sipengemis bintang langit Jien Jiet adanya, heboh yang terjadi dalam tubuh perkumpulan Kay pang kali ini sebagian besar adalah timbul karena gara2 penghianat ini, aku harus mewakili engkoh tua untuk menghajar mati srigala ini. Berpikir sampai disitu, badannya segera melesat ketengah udara, laksana kilat ia tubruk ke arah pengemis berusia pertengahan itu Mimpipun pengemis tadi tak pernah menyangka kalau ada orang turun tangan terhadap dirinya dikala ia sedang memperhatikan jalannya pertarungan dengan penuh

perhatian, ketika mendengar ada desiran angin tajam menyambar datang ia segera berpaling untuk melihat apa yang sebenarnya telah terjadi, tapi ingatan kedua belum sempat berkelebat lewat, tahu2 urat nadi pergelangan tangannya sudah kena dicengkeram oleh orang diikuti sebuah telapak lain telah menekan diatas jalan darah Beng bun hiatnya, ia jadi mati kutu dan tak berani berkutik lagi. suasana seketika berubah jadi gempar, semua jago yang ada disitu pada berteriak kaget dan melompat mundur ke belakang. si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun tak kalah kagetnya di bandingkan dengan orang lain melihat siapakah yang telah datang, ia segera menjerit lengking: "Manusia berwajah dingin" -ooodw0kzoooTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 167 BAB 10 BERHUBUNG dengan jeritan lengking dari Cie In Hiang, maka sinar mata semua orangpun dialihkan keatas wajah Han siong Kie. sampai sipengemis dari selatan serta kedelapan orang kakek berbaju hijau yang sedang bertempur seng itpun tanpa terasa sudah menghentikan pertarungannya. Manusia berwajah dingin, usianya belum mencapai dua puluh tahun, lagipula didalam dunia persilatan belum pernah mendengar disebutnya nama orang ini, maka air muka para jago lihay perkumpulan Thian chee Kauw rata2 menunjukkan kesangsian dan bingung. Dengan andalkan kepandaian silatnya, mungkin sianak muda yang masih muda belia ini berhasil menghajar Lie In Hiang si kupu2 warna warni yang menjabat sebagai pimpinan Tongcu dari perkumpulan Thian chee kauw hingga muntah darah dan hampir saja jiwanya tercabut?? kejadian ini benar2 membuat orang tak habis percaya. Didalam hati diam2 Han siong Kie merasa geli, tak disangka olehnya julukan " manusia berwajah dingin" yang diberikan saudara angkatnya secara bergurau kini mulai dikenal oleh kawanan jago Bu-lim. Bagaimana gerangan si manusia berwajah dingin munculkan diri dan membekuk batang leher pengemis bintang langit?? tak seorang pun yang tahu. si Pengemis bintang langit Jien Jit sendiri yang urat nadi pada pergelangan tangannya dicekal orang, sedikitpun tak berani bergerak ataupun melawan, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh badan. 168 Han siong Kie melirik sekejap kearah Lie In Hiang, dengan

pandangan dingin lalu tegurnya: "Hey Lie In Hiang, sungguh tak nyana dengan begitu cepat kita telah saling berjumpa kembali". selapis napsu membunuh melintas diatas wajah Lie In Hiang yang berubah hebat, ia tertawa dingin. "Manusia berwajah dingin" sahutnya, akupun tak pernah menyangka kalau begitu cepat kau telah datang kemari untuk menghantar kematianmu. Han siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi. Dalam pada itu si pengemis Bintang la ngit Jien Jit sudah berteriak pula dengan suara keras. "Manusia berwajah dingin, tahukah engkau siapakah pun Tongcu???" "Huuuuh kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay pang, bukankah begitu???." sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras, setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak kembali: "Manusia berwajah dingin, apa maksudmu menangkap diriku????" Han siong Kie mendengus dingin, ia segera menoleh ke arah pengemis dari selatan yang berdiri ter manggu2 ditengah kalangan dan bertanya: "Engkoh tua, apa rencanamu terhadap manusia laknat ini???". "Hmm sedari dulu ia sudah diusir dari Kay-pang, ia tidak terhitung anak murid perkumpulan kami lagi" sahut Pengemis dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu di hukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik, 169 terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku sipengemis tua sih tiada pendapat". "Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang" Pucat pias seluruh wajah pengemis bintang langit setelah mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan tubuh gemetar keras teriaknya: "Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka kau sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat" "Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu menguatirkan diriku mengerti??" Pengemis bintang langit jadi putus asa, ia segera alihkan sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu ke arah delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan. "Manusia berwajah dingin, kau berani membunuh dirinya??" bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan gusar. "Hmmm kenapa aku tidak berani?? setelah menjagal dirinya maka giliran akan tiba pada dirimu cepat kau telah datang

kemari untuk menghantar kernatianmu Han Siong Kie mendengus dingin ia tidak berbicara lagi. Dalam pada itu si pengemis Bintang Langit Jien Jit sudah berteriak pula dengan suara keras. "Manusia berwajah dingin tahukah engkau siapakah Pun Tongcu???" "Huuuuh! kau adalah si pengemis bintang langit Jien Jit yang menghianati perguruan dan murid buangan dari Kay pang bukankah begitu???" 170 Sekujur badan pengemis bintang langit gemetar keras setelah mengumpulkan kembali keberaniannya ia membentak kembali: "Manusia berwajah dingin apa maksudmu menangkap diriku????" Han Siong Kie mendengus dingin segera menoleh kearah pengemis dari selatan yang berdiri termanggu2 ditengah kalangan dan bertanya: Engkoh tua apa rencanamu terhadap manusia laknat ini??. "Hmm! sedari dulu ia sudah diusir dari kay pang ia tidak terhitung anak murid perkumpulan kami lagi sahut pengemis dari selatan dengan penuh kegusaran "Baginya tak perlu dihukum menurut peraturan perguruan lagi, saudara cilik, terserah pada mu apa yang hendak kau lakukan, aku sipengemis tua sih tiada pendapat "'. Kalau memang begitu, biar kumusnahkan dirinya sebagai penebus dosa atas kesalahannya terhadap Kay pang. Pucat pias seluruh wajah Pengemis bintang langit setelah mendengar ancaman itu, dengan mata terbelalak lebar dan tubuh gemetar keras teriaknya : 'Manusia berwajah dingin, kalau kau bunuh diriku maka kau sendiripun tak akan lolos dari sini dalam keadaan selamat!" "Bisa selamat atau tidak itu urusan lain, kau tak perlu menguatirkan diriku! mengerti?. Pengemis bintang Langit jadi putus asa, ia segera alihkan sinar matanya yang penuh dengan belas kasihan itu kearah delapan orang kakek berbaju hijau yang ada dikalangan. "Manusif berwajah dingin, kau berani membunuh dirinya??! bentak si kupu2 warna warni Lie In Hiang dengan gusar. 171 "Hmmm! kenapa aku tidak berani?? setelah menjagal dirinya maka giliran akan tiba pada dirimu Air muka Lie In Hiarig seketika berobah jadi hijau membesi dengan sorot mata berapi api ia melotot kearah sianak muda itu. Dengusan gusar segera berkumandang pula diantara

kawatan jago cari perkumpulan Thian Che Kauw tujuh orang segera muncul kan diri dan mendesak kedepan mendekati tuduh Han Siong Kie. Ketegangan dan napsu membunuh dengan cepat meliputi seluruh kalangan tersebut. Manusia berwajah dingin! "seru salah seorang diri delapan kakek berbaju hijau itu dengan suara menyeramkan Kalau engkau berani turun tangan terhadap Jien Tongcu maka perkumpulan Kay pang akan merasa pula pembalasan dendam yang hebat dari kami darah akan berceceran menodai seluruh perkumpulan tersebut!" Ancaman ini betul2 hebat dan seketika menggidikkan hati Han Siong Kie ia sadar bahwa perkumpulan Thian-Chee Kauw adalah perkumpulan terbesar dikolong langit dewasa ini dengan jago lihay yang amat banyak seandainya mereka melakukan pertempuran terbuka dengan pihak Kay pang maka akibatnya sukar dibayangkan dengan kata-kata. Tetapi sebagai seorang pemuda yang berhati dingin, sekalipun berada dalam keadaan terdesak dan bingung, sikapnya diluaran masih tetap hambar dan tak pandang sebelah matapun terhadap semua orang. Ia tak ingin mendatangkan kesulitan bagi pihak Kay pang, maka sinar matanya perlahan lahan dialihkan kearah Pengemis dari selatan maksudnya agar engkoh tuanya yang mengambil keputusan. 172 Dalam pada itu ketujuh orang jago lihay tersebut sudah berada dua tombak dihadapan serangan dahsyat telah siap dilancarkan Suasana jadi semakin tegang dan menyesakkan napas, semua orang merasakan hatinya berdebar keras. Lima puluh orang lebih jago lihay dari perkumpulan Thian Chee Kauw sama2 alihkan sorot matanya menatap musuh2nya dengan tajam. Seluruh rambut pengemis dari selatan yang berwarna keperak perakan itu sudah pada berdiri semua bagaikan kawat, kegusaran yang bergelora dalam memang sukar dikendalikan lagi, tetapi untuk beberapa waktu tak berani mengambil keputusan sebab ia tahu anggota Kay pang tersebar di mana2 seandainya pihak Thian chee Kauw sungguh melakukan pembunuhan maka akibatnya tentu hebat sekali. Melihat musuhnya ragu2, sikakek berbaju hijau menjadi semakin bangga. sambil tertawa seram jengeknya : "Hey, pengemis rudin, bukankah kau adalah seorang pimpinan tiang loo dari Kay Pang, kau harus tahu bahwa mati hidup perkumpulanmu tergantung pada keputusan yang akan kau ambil". "Apa yang siap kalian lakukan terhadap kami?? hardik si

pengemis dari selatan dengan mata melotot. Biarlah Jien Tongcu yang menjabat kursi ketua dari perkumpulan Kay-pang, maka perkumpulan kami akan hidup berdampingan secara damai dengan pihak Kay pang dalam cita2nya merajai Bu-lim serta pemimpin seluruh umat manusia yang ada dikolong langit." Ucapan ini sangat menggusarkan hati pengemis dari selatan, sekujur badannya gemetar keras, sambil menggigit bibir teriaknya: 173 "Permintaanmu tak bisa kami kabulkan, kecuali kau bisa melangkahi mayat dari aku si pengemis tua" "sekalipun kau modar belum tentu persoalan ini bisa diselesaikan". "Hmmm kau tak usah banyak bacot lagi, pihak Kay pang kami akan berjuang menentang kekerasan Thian chee Kauw sampai di manapun juga," dia kemudian kepada Han siong Kie bentaknya: "Bunuh bangsat itu". Serentetan teriakan ngeri yang mengerikan bulu roma berkumandang memecahkan kesunyian, si pengemis bintang langit muntah darah segar dan menggeletak mati dalam keadaan mengerikan diatas tanah. Pada saat yang bersamaan tujuh orang jago lihay serentak melancarkan pukulan dahsyat menggencet tubuh Han siong Kie, sementara delapan orang kakek berbaju hijan itu sekali lagi mengerubuti pengemis dari selatan. Dua sosok bayangan manusia berkelebat lewat dan menerjang masuk kedalam kalangan pertempuran, mereka adalah sipadri dari utara serta pengemis cilik Tonghong Hwie. seketika itu juga puluhan orang jago lihay menggerakkan tubuhnya menghadang jalan pergi padri itu, suatu pertarungan sengitpun dengan cepat berkobar. si kupu2 warna warni Lie In Hiang paling benci terhadap pengemis cilik itu, melihat kehadiran Tonghong Hwie disitu ia segera membentak nyaring dan melancarkan satu babatan dari tempat kejauhan. suatu pertempuran yang maha seru dan maha dahsyatpun segera berkobar ditempat itu, bentakan keras bergeletar memecahkan kesunyian, angin pukulan men-deru2, bayangan manusia berseliweran... 174 Tiba2 terdengar jeritan kesakitan berkumandang diangkasa, darah segar muncrat di udara dan sesosok tubuh manusia roboh tak bernyawa lagi. Pengemis cilik Tonghong Hwie dengan andalkan ilmu kebalnya yang tahan pukulan bergebrak seru melawan si kupu2 warna warni Lie In Hiang, untuk sementara waktu sulit untuk menentukan siapa menang dan siapa kalah.

Delapan orang kakek berbaju hijau yang mengerubuti sipengemis dari selatan, walau pun semuanya memiliki ilmu silat yang sangat lihay tapi berhadapan dengan jago kawakan yang sudah kenyang makan asam garam ini dibikin kewalahan juga. sebaliknya kawanan jago yang mengerubuti padri dari utara merupakan kawanan jago di bawah kedelapan orang kakek berbaju hijau itu, korban yang berjatuhan kian lama kian bertambah banyak. Di tengah pertarungan yang sedang berkobar itu ilmu silat yang dimiliki Han siong Kie boleh dikata paling tinggi dan paling hebat, ilmu pukulan Leng Koe sam sie nya betul2 hebat dan mengerikan, setiap kali serangan yang dilancarkan pasti membawa korban yang berjatuhan dalam waktu singkat empat belas sosok mayat sudah bertumpuk di hadapan tubuhnya. Kenyataan segera menunjukkan bahwa posisi Han siong Kie sekalian jauh lebih unggul daripada kekuatan lawan, bilamana beberapa orang jago lihay itu bersatu padu dan turun tangan secara berbareng niscaya semua jago lihay yang tergabung dalam perkumpulan Thian Chee Kauw bakal musnah. Mendadak... suitan nyaring yang amat memekikkan telinga berkumandang datang dari kejauhan. Disusul sebuah benda berdarah yang amat menyolok mata meluncur datang dari tengah udara dan menggeletak di tengah kalangan. 175 "Aaah..! tengkorak maut ."jeritan kaget segera bergema diseluruh penjuru, semua jago yang sedang bertempur dengan cepat menghentikan gerakannya. Sesosok tengkorak yang belumuran darah menggeletak ditengah kalangan, suasana yang menyeramkan dan menggidikkan bati segera menyelimuti seluruh angkasa... Pemilik dari Benteng Msut ternyata munculkan diri ditempat itu pada saat dan keadaan seperti itu, kejadian ini benar2 merupakan suatu kejadian yang sama sekali di diluar dugaan siapapun. Tanpa sadar pengemis dari selatan, padri dari utara. Han Siong Kie serta Tong hong Hwie bergabuog jadi satu. Sedangkan para jago lihay dari perkumpulan Thian Chee Kauw-pun berkumpul menjadi satu. Dalam sekejap mata suasana ditengab kalangan berubah jadi hening...sunyi sekali hingga suara napas sendiripun kedengaran nyata. Sepasang mata semua orang dingin memancarkan sinar kaget dan ketakutan serentak ditujukan kearah tengkorak berlumuran darah yang menggeletak ditengah kalangan, hanya seorang yang terkecuali, dia adalah Han Siong Kie. Dengan sorot mata yang memancarkan rasa benci, penuh

dendam dan dilapisi napsu membunuh ia menyapu seluruh kalangan dengan pandangan tajam. Apakah tujuan dari kemunculan sipemilik benteng maut itu?? siapapun tak tahu. tapi mereka menyadari bahwa kemunculan siiblis yang mengerikan itu berarti ancaman kematian yang mnrggidikkan hati bagi setiap orang yang hadir di situ. Tengkorak berlumuran darah dibawah sorot cahaya sang surya yang tajam memantulkan cahaya darah yarg mengerikan..... 176 Bayangan maut. . kematian ... menyelimuti seluruh kalangan. Tiba2 Han Siong Kie mendengus dingin selangkah demi selangkah ia mendekati tengkorak berlumuran darah itu. Tongrorg Hwie jadi amat terperanjat, ia berteriak kaget dan segera menarik ujung baju sianak muda itu sambil berseru penuh ketakutan: "Engkoh Kie, apa ...apa yang hendak kau lakukan??". Pengemis dari selatan serta padri dari utara dengan sorot mata yang memancarkan rasa kejut bercampur tercengang tanpa terasa dialihkan pula kearah pemuda itu. Terdengar Han siong Kie mendengus dingin, lalu jawabnya dengan nada penuh kebencian: "Aku hendak musnahkan dulu benda yang menyebalkan hati ini. " "Jangan "seru pengemis diri utara hampir berbareng.. Dalam pada itu para jago dari perkumpulan Thian Chee Kauw telah selesai berunding, mereka segera membimbing yang luka dan diam2 ngeloyor pergi dari situ, dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. Di tengah kalangan hanya tertinggal puluhan sosok mayat yang bergelimpangan diatas tanah. Sesaat sebelum tinggalkan tempat itu, si kupu2 warna warni Lie In Hiang sempat melotot sekejap kearah Hansiong Kie dengan penuh kebencian sayang sianak muda itu sama sekali tidak menoleh. Sepeninggalnya jago2 dari perkumpulan Thian Chee Kauw, si padri dari utara segera berbisik dengan suara lirih: "Rupanya kedatangan si pemilik dari benteng maut adalah mencari satroni dengan pihak kita." "Darimana kau bisa tahu?" tanya pengemis dari selatan dengan nada tercengang. "Sewaktu berada dikuil Boe Hoo ditepi pantai Peks wieThan tadi beberapa orang anak murid Kay pang telah menemui ajalnya ditangan iblis ini, dan sekarang para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw berhasil meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat, hal ini menunjukkan bahwa tujuannya adalah terhadap kita orang". "Lalu apa tujuannya mencari kita???."

"Darimana aku bisa tahu???." Tonghong Hwie rupanya merasakan pula situasi yang amat tidak menguntungkan bagi pihaknya, ia segera berseru: "Engkoh Kie, cianpwee berdua, kenapa kita tidak lekas tinggalkan tempat ini???". "Tak mungkin bisa lolos dari sini" sahut padri dari utara sambil gelengkan kepala. Mendadak Han song Kie melepaskan diri dari cekalan Tonghong Hwie, ia segera enjotkan badannya dan meluncur kearah tengkorak berlumuran darah itu .....Lam kay serta Pak Ceng amat terperanjat menyaksikan tindakan nekat dari pemuda itu, untuk mencegah sudah tak sempat lagi, sedang Tonghong Hwie menjerit lengking dan ikut menubruk ke depan. "Tengkorak Maut" terdengar Han siong Kie berteriak keras. "Ayoh tunjukkan dirimu." Sambil berseru telapaknya langsung diayun membabat kearah tengkorak yang menggeletak diatas tanah... Belum sempat angin pukulan yang dilancarkan pemuda itu mengenai sasarannya, mendadak dari balik batu cadas kurang lebih lima tombak dari sisi kalangan meluncur keluar sesosok bayangan warna abu2, telapaknya segera berputar mengejar batok kepala Han siong Kie. 178 Merasakan datangnya ancaman, pemuda itu jadi gusar, pukulan yang ditujukan kearah tengkorak tadi segera berubah arah dan ganti membabat bayangan abu2 tadi. Blaam.. termakan oleh angin pukulan yang maha dahsyat dari pemuda itu, gerakan luncur bayangan abu2 tadi segera tertahan sejenak. Han Siong Kie bertambah kalap. telapaknya berputar dan siap melancarkan sebuah serangan lagi "Blaam. " Tiba2 menggulung datang suatu angin pukulan yang maha dahsyat menekan tubuhnya erat2. si anak muda itu jadi terperanjat, sulit baginya untuk menghindarkan diri dari datangnya ancaman itu dalam gugupnya sang badan segera bergeser kesamping. Tapi sayang gerakannya itu agak terlambat, angin pukulan yang maha dahsyat tadi dengan telak bersarang ditubuhnya.. pemuda itu menjerit tertahan dan tubuhnya segera mencelat kebelakang tepat terjatuh didalam pelukan Tonghong Hwie yang sedang memburu ke muka. Lam kay serta Pak Ceng berseru kaget serentak mereka gerakan tubuhnya menubruk kemuka. Bayangan abu2 itu mendengus dingin, perlahan2 ia maju menghampiri beberapa orang itu, dia adalah seorang manusia aneh berkerudung warna abu2 dengan perawakan tubuh yang tinggi kekar. Se-olah2 tak pernah terjadi suatu apapun ia maju ketengah

kalangan lalu menyimpan kembali tengkorak berlumuran darah yang menggeletak diatas tanah itu. "Tengorak Maut" pengemis dari selatan segera menegur dengan penuh kegusaran "sebenarnya apa maksudmu datang kemari?" 179 "Heeeh heeeha heeeh.. "tengkorak maut tertawa seram "Kalian berdua akan menyelesaikan dirimu sendiri, ataukah ingin menunggu sampai aku yang turun tangan sendiri. Padri dari utara mengerutkan dahinya, ia maju kedepan dan menegur: Omimobud bukankah sicu telah berjanji akan rnelepaskan kami dalam keadaan hidup mengapa sekarang kau ingkar janji apa...... "Sewaktu berada dibenteng maut tempo dulu, bukankah kau....... Tengkorak maui tertawa seram, belum sempat padri itu menyelesaikan kata2nya ia telah menukas: "Kau tak usah banyak bicara lagi, selamanya aku bertindak menuruti kemauanku sendiri, Hmm! siapa kesudian menggubris ingkar janji atau tidak kalian berdua lebih baik sedikitlah tahu diri dan segera bunuh diri dihadapanku. Dalam pada itu Tonghong Hwie beberapa kali hendak maju kedepan. tetapi setiap kali memandang wajah Han Siong Kie yang berada dalam keadaan tak sadarkan diri ia selalu urungkan kembali niatnya itu. Tengkorak maut! terdengar pengemis dari selatan membentak gusar.Kau toh seorang pemilik benteng maut yang terhormat, sungguh tak nyana manusia semacam kau bisa mengucapkan kata2 seperti ini. Aku si pengemis tua serta hweesio tua itu memang sudah tua, matipun tak usah di sayangkan, tetapi kau harus terangkan dulu dengan alasan apa kau menghendaki jiwa kami berdua?? Alasan??? haaah.,..haaah ...haaah selama nya aku si Tengkorak maut bertindak tanpa memperdulikan alasan atau tidak!. Kalau begitu, silahkan kau mulai turun tangan!. 180 Hmmm! jadi kau paksa aku untuk turun tangan?. Aku serta pengemis tua memang menyadari bahwa ilmu silat yang kami miliki terlalu cetek sekalipun harus mati ditanganmu juga tak bisa dibicarakan lagi tapi kalau suruh kami bunuh diri,....Hmm! jangan bermimpi di siang hari bolong. Mendengar perkataan itu Tengkorak maut segera tertawa seram. "Baik, aku akan kabulkan keinginanmu itu." sambil berseru selangkah demi selangkah ia mendesak maju kedepan.

"Tunggu sebentar," tiba2 pengemis dari selatan berseru. "Apa yang hendak kalian katakan lagi??" "Apakah kedua orang bocah yang berada disitu bisa dilepaskan dalam keadaan hidup?" tanya pengemis itu sambil menuding ke arah Tonghong Hwie serta Han siong Kie yang berada kurang lebih tiga tombak dari situ. "Tentang soal ini... Tengkorak maut termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian mengangguk. "Baiklah" Pengemis dari selatan segera berpaling dan serunya kepada Tonghong Hwie: " Cepat bawa dia meninggalkan tempat ini. " Tonghong Hwie melirik sekejap kearah Tengkorak maut, tubuhnya bergetar seperti mau mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat itu dibatalkan... Melihat pengemis cilik itu masih tetap sangsi, Lam-Kay segera meloncat kepadanya sambil membentak: "Apakah kau ingin mati bersama ditempat ini???". Tonghong Hwie jadi terkesiap. "Loocianpwee, aku...aku..." "Kau kenapa???" 181 "saudaraku telah terpukul oleh iblis tua itu, isi perutnya sudah terluka parah, andaikata tenaga dalamnya tidak sempurna sejak tadi ia sudah bakal muntah darah dan mati" "pernahkah kau mendengar akan kekejian dari ilmu pukulan Han Pok Ciang serta Pek Yang Kang." Belum habis sipengemis dari selatan berkata Tonghong Hwie seperti telah teringat akan sesuatu, tiba2 ia menjerit: "Aduuuh celaka ...." sambil membopong tubuh Han siong Kie buru2 dia enjotkan badan dan kabut dari situ. Memandang bayangan punggungnya yang lenyap dari pandangan, pengemis dari selatan menghela napas panjang, selangkah demi selangkah ia balik lagi ke tempat semula "Hey, bersiaplah kalian menyambut kematianmu" terdengar Tengkorak maut berseru sambil tertawa seram, "Aku akan mulai turun tangan". Wajah Lam Kay serta Pak Ceng berubah jadi murung dan diliputi kesedihan, segenap tenaga lwekang yang dimilikinya segera di himpun kedalam telapak. siap menghadapi serangan maut dari lawannya. Mereka sadar bahwa dengan kekuatan minim yang dimiliki mereka berdua masih bukan tandingan dari iblis sakti itu, tetapi mereka berdua tak mau menyerah kalah dengan begitu saja, sekalipun tahu bukan tandingan namun dengan paksakan diri mereka berusaha untuk melawan. "Ayoh, silahkan kau mulai turun tangan" seru mereka berdua hampir berbareng. Tengkorak Maut tertawa seram, per lahan2 sepasang telapaknya dikeluarkan dari balik jubah, telapak kirinya

bewarna hitam pekat bagaikan tinta bak, sedang telapak kanannya putih bersih bagaikan kumala. inilah ilmu pukulan Han Pok ciang serta Pak Yang Kang yang maha dahsyat itu. 182 Lam Kay serta Pak Ceng sama2 bergidik, mereka sadar bahwa kematian semakin dekat dengan mereka berdua.. Mendadak Tengkorak maut membentak keras, sepasang telapaknya bergerak cepat membabat kedepan, segulung angin pukulan berhawa panas dan segulung angin pukulan berhawa dingin segera meluncur kedepan menghamtam tubuh kedua orang jago itu. Lam Kay seta Pak Ceng tidak ambil diam, merekapun membentak keras dan balas melancarlan sebuah babatan dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya. "Blaam. dua gulung angin pukulan saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan dahsyat yang menggeletar dimuka bumi, pasir dan debu berterbangan memenuhi seluruh angkasa, Lam Kay serta Pak ceng terdorong mundur delapan langkah kebelakang. Darah panas terasa bergelora dalam dada masing2, namun tidak sampai membuat kedua orang itu muntah darah segar. Pengemis dari selatan saling berpandangan sekejap dengan padri dari utara, agaknya kejadian ini jauh berbeda diluar dugaan meraka berdua, siapapun tidak menyangka kalau serangan pertama dari Tengkorak Maut ternyata tidak sedahsyat apa yang di bayangkan semula. Belum sempat mereka berpikir panjang, tengkorak maut telah mendengus dingin. serangan kedua telah dilancarkan lebih dahsyat lagi. Angin pukulan bagaikan tindihan bukit Tay-san menghantam tubuh kedua orang jago itu. Laksana kilat pengemis dari utara bergeser lima depa ke samping lalu putar badan sambil melancarkan sebuah pukulan. 183 Sepasang telapak Tengkorak Maut yang diluncurkan kedepan mendadak berpisah ke arah kiri serta kanan kemudian menyerang kedua orang itu dengan dahsyatnya. Blaam Blam kembali terjadi bentrokan keras yang menggetarkan telinga, tubuh Lam Kay serta Pak ceng terpukul mundur lima langkah ke belakang, hampir saja darah segar muncrat keluar dari mulutnya. Ditengah suitan tajam tubuh si Tengkorak maut mendesak lebih ke depan. Laksana kilat ia menyerang sipengemis dari selatan kemudian putar badan dan melepaskan kedua serangan ke arah padri dari utara. Dua dengusan tertahan bergema di angkasa, kedua orang jago lihay itu muntah darah dan roboh keatas tanah.

Tengkorak maut tertawa seram, dengan wajah menyeringai perlahan-lahan ia maju ke depan, selangkah dua langkah kian lama tubuh iblis tua itu semakin mendekat. Pengemis dari selatan segera mengepos tenaga, tapi darah segar kembali muntah ke luar dari mulutnya, diam2 ia membatin. " Habis sudah riwayat aku sipengemis tua." Padri dari utara yang menyaksikan rekannya terancam bahaya maut dan jiwanya hampir melayang ditangan orang tak bisa berbuat apa2, sebab ia sendiripun sudah kehabisan tenaga dan tak sanggup melancarkan serangan lagi, hweesio ini sadar bahwa jiwanya sebentar lagi pasti akan menyusul rekannya, sebab gembong iblis itu tak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja. Maut setiap saat mengancam jiwanya setiap detik jiwanya bisa melayang tinggalkan raganya. Ting. Ting .. Ting. Mendadak dari tempit kejauhan berkumandang datang suara dentingan tongkat besi membentur tanah, suaranya nyaring dan bergetar dalam hati. 184 Air muka pengemis dari selatan segera berubah, sorot matanya berkilat dan rasa girang terlintas diatas wajahnya tapi hanya sebentar saja lalu lenyap kembali. sesosok bayangan muncul dari kejauhan, "Ting Ting suara dentingan tadi kian lama kian bertambah dekat kian lama kian menggetarkan telinga... setiap dentingan itu berbunyi, bayangan hitam itu bergerak semakin dekat hingga beberapa saat kemudian tampaklah orang yang baru saja munculkan diri itu hanya memiliki sebuah kaki. "Pengemis tua kiranya dia yang datang kiranya betul2 dia..." terdengar padri dari utara berseru sambil kerutkan alisnya. Pengemis dari selatan sendiri agaknya juga sudah melupakan keadaannya yang berbahaya serta terancam bahaya maut itu semangatnya segera berkobar kembali. "ooooh dia adalah susiokku song Thiat Koay dia dia.... benarkah dia orang tua masih hidup dikolong langit??". sementara itu si Tengkorak Maut telah menghentikan gerakan tubuhnya, ia tertawa ringan lalu putar badan dan kabur dari situ dalam beberapa kali enjotan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan seorang pengemis tua berkaki tunggal yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang muncul dari tempat kejauhan, dalam genggamannya ia mencekal sebuah tongkat bambu yang memancarkan cahaya kilat. kepalanya tinggal ditumbuhi beberapa lembar rambut putih, sepasang matanya cekung tapi memancarkan cahaya yang menggidikkan. sambil menahan rasa sakit dibadan, sipengemis dari selatan paksakan diri untuk bangkit berdiri dan jatuhkan diri berlutut

dihadapan orang itu, sapanya: "Tio Hoei mengunjuk hormat kepida susiok.". 185 Padri dari utarapun segera maju memberi hormat sambil menyapa pula: "song sicu, sudah empat puluh tahun lamanya jejakmu lenyap tak berbekas, sungguh tak nyana kesehatanmu masih tetap seperti sedia kala" Pengemis tua yang baru datang itu bukan lain adalah song Thiat Koay, paman guru dari pengemis Lam Kay, usianya sudah berada diatas seratus tahun, jejaknya pada empat puluh tahun berselang lenyap tak berbekas, sungguh tak nyana pada saat ini telah munculkan diri kembali disitu bahkan mengejutkan si Tengkorak Maut hingga kabur. Pada empat puluh tahun berselang berhubung suatu persoalan kecil yang menyangkut perebutan nama dengan tongkat Tah Kauw Pang nya, si song Thiat Koay pernah menantang ketua dari delapan partai besar untuk bertempur seru diatas puncak gunung Thay san, alhasil dari delapan partai besar empat orang telah tewas dan empat orang terluka, peristiwa ini sangat menggemparkan dunia persilatan hingga kini masih tetap merupakan kebanggaan dari pihak Kay pang tetapi tidak lama setelah terjadinya peristiwa ini jejak pengemis tua itupun secara mendadak lenyap tak berbekas. sementara itu dengan sorot mata yang tajam song Thiat Koay menyapu sekejap wajah Lam Kay lalu tegurnya: "Apakah kau yang bernama Tio Hoei??" "Betul tecu adalah Tio Hoei" "Haahh haahhh haahhh kaupun sudah tua, untuk bertempurpun sudah tidak mampu lagi. Dimana gembong iblis itu??" "Ketika mendengar akan kehadiran susiok ia sudah kabur dari sini" 186 "Hmmm ia begitu berani mengulurkan tangan iblisnya terhadap perkumpulan kami, aku song Thiat Koay tak akan mengampuni jiwanya" "Kemunculan susiok dalam keadaan segar bugar merupakan suatu keberuntungan bagi perkumpulan Kay pang kita" "Ehmmm sebenarnya aku tak mau mencampuri urusan keduniawian lagi tetapi di sebabkan tempat tinggalku terkena bencana alam dan longsor maka aku harus berpindah tempat, tanpa sengaja aku telah mendengar perkumpulan kita telah mengalami peristiwa besar karena itulah maka aku segera munculkan diri kembali. sekarang cepatlah kau kembali ke markas dan kembali segera pilih seorang pangcu..." "susiok kau orang tua hendak pergi kemana???...

"Aku hendak berangkat ke Benteng Maut untuk bikin perhitungan dengan gembong iblis itu. Nah terimalah dua biji obat dan telanlah seorang satu" sambil berkata ia keluarkan diserahkan ketangan pengemis dari selatan kemudian.. Tiiing di tengah suara dentingan nyaring tubuhnya sudah melayang dua puluh tombak lebih dari tempat semula, dan beberapa saat kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap tak berbekas. Sepeninggalnya Song Thiat Koay, pengemis dari selatan dan padri dari utara saling berpandangan sekejap sambil tertawa getir, masing2 menelan sebutir pil mujarab peninggalan pengemis pincang tadi lalu duduk bersemedi diatas tanah. seperminum teh kemudian kekuatan tubuh mereka telah pulih kembali seperti sedia kala, hal ini menunjukkan betapa mujarabnya obat tersebut. Tiba2 terdengar Padri dari utara berseru: 187 "Eeei pengemis tua, aku merasa kejadian yang barusan berlangsung rada aneh dan mencurigakan" . "Kejadian apa??" -0000000BAB 11 "KITA toh sudah pernah menjajal sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang dimiliki si Tengkorak Maut, aku rasa agaknya kekuatan yang dimilikinya barusan jauh lebih lemah beberapa bagian dari apa yang pernah kita temui tempo dulu. Berulang kali ia menyatakan hendak menghabisi jiwa tua kita berdua, sudah tentu serangannya harus hebat dan mematikan, tapi dalam kenyataan ia sudah mengalah tiga gebrakan kepada kita." "Betul, aku sipengemis tuapun mempunyai perasaan demikian" sahut pengemis dari selatan sambil berseru tertahan. "ucapannya permulaan tidak sesuai dengan perkataan belakangan, bahkan nada suaranya tidak benar." "Lagipula dengan tenaga lweekang yang dimilikinya semestinya ia sanggul untuk bergebrak melawan susiokmu, apa sebabnya sebelum bertemu dengan bayangan tubuhnya, ia sudah kabur tak berbekas??" "Benar, kalau kau tidak mengungkapkan pun tak sampai berpikir sampai disitu, peristiwa ini benar2 mencurigakan sekali". setelah merandek sejenak, mendadak pengemis dari selatan berseru tertahan: "Aduuuh celaka.. saudara cilikku telah terluka oleh pukulan Im kang dari iblis tua itu, kalau lukanya tidak segera 188 disembuhkan niscaya jiwanya akan terancam bahaya, entah

pengemis cilik itu sudah membawa dirinya pergi kemana.." "Pengemis tua, aku lihat dewasa ini lebih baik kau kembali dulu kemarkas besar perkumpulanmu untuk menyelesaikan persoalan yang sedang kau hadapi, mengenai saudara cilikmu itu biarlah aku si hweesio yang mewakili dirimu untuk mencari jejaknya. sekalipun obat mujarab yang kumliki tidak sehebat obat yang kau miliki, rasanya aku masih sanggup untuk mengatasinya". "Baik, kalau begitu mari kita segera berangkat." Pengemis dari selatan segera bongkokkan badan menggeledah saku dari mayat pengemis bintang langit dan ambil kembali tanda kebesaran bambu hitam yang telah direbut penghianat tersebut, kemudian bersama padri dari utara segara melakukan perjalanan. Dalam pada itu Tong hong Hwie sambil membopong tubuh Hansiong Kie yang terluka lari menuju ketempat yang sunyi. setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya sampailah di sebuah hutan yang lebat, Tonghong Hwie segera meletakkan tubuh sianak muda itu keatas tanah dan memeriksa denyutan nadinya. Dengan cepat ditemuinya ada delapan buah jalan darah penting dalam tubuhnya tidak tembus, andaikata jalan darah tadi tidak cepat dibebaskan dari sumbatan niscaya jiwanya bakal melayang atau paling sedikit tubuhnya akan berubah jadi cacad. Berada dalam keadaan begini Tonghong Hwiejadi amat panik, keringat dingin mengucut keluar membasahi seluruh tubuhnya. Hawa murni yang dimilikinya dengan cepat disalurkan kedalam tubuh pemuda itu, ia berusaha untuk melancarkan 189 kembali jalan darah Han siong Kie yang tersumbat. satu jam telah lewat .... dua jam telah lewat. seluruh pakaian yang dikenakan Tonghong Hwie telah basah kuyup oleh keringat tenaganya terasa habis diperas tetapi keadaan Han song Kie masih tetap seperti sedia kala, sadarpun tidak Pengemis cilik itu jadi lemas bercampur kuatir akhirnya tak tahan lagi ia menangis ter sedu2. Mendadak.. sebuah tangan dengan enteng menepuk diatas bahunya. Tonghong Hwie jadi terkejut dan berseru tertahan, ia segera meloncat bangun dan melayang satu tombak jauhnya dari tempat semula, ketika ia berpaling tampaklah seorang gadis berbaju putih yang berkerudung kain hitam bagaikan sukma gentayangan telah berdiri dihadapan Han siong Kle. "Kau. siapa kau??". "Yoe sim Jien" "orang yang ada maksud ??".

"sedikitpun tidak salah" Dengan hati tercekat Tonghong Hwie menatap wajah gadis misterius itu tanpa ragu2 mengucapkan sepatah katapun, dari mulut Han siong Kie serta padri dari utara ia pernah mendengar akan manusia misterius ini, tak nyana pada saat seperti ini orang tersebut telah munculkan diri dihbadapan mukanya. Tampak Yoe sim Jien berjongkok dan memeriksa denyutan nadi Han song Kie, tiba2 ia berseru tertahan. sementara itu Tonghong Hwie sedang mengharap Yoe sim Jien semoga dapat menyelamatkan selembar jiwa sianak muda itu, tapi begitu mendengar seruan tertahan orang, hatinya kontan terjelos, serunya dengan nada terperanjat. 190 "Keee kenapa dia??? dia... dia..." "Delapan buah jalan darah pentingnya telah tersumbat" "Nona kau... kau... menurut pendapatmu apakah dia masih bisa tertolong" "Bisa... cuma . ." "cuma kenapa???" tukas Tonghong Hwie dengan cepat... "Tenaga yang kumiliki masih belum mampu untuk menolong jiwanya" Air mata yang mengucur keluar dari kelopak mata Tonghong Hwie semakin deras, wajahnya berubah jadi amat kesal. "Terpaksa aku.. aku harus menempuh bahaya untuk membawanya pergi". "Pergi kemana??" "Mencari seseorang untuk meogobati lukanya." "Apakah kau mempunyai keyakinan di dalam dua jam orang yang hendak kau cari itu berhasil kau temukan??" "Tentang soal ini..." Yoe sim Jien tertawa kembali ujarnya: "Meskipun aku tak sanggup untuk menyelamatkan jiwanya, tetapi aku bisa membawanya pergi berobat." "Nona akan membawanya pergi kemana??" tanya Tonghong Hwie dengan wajah cemas. "Eeei, kenapa?? kau merasa kuatir??" "Bukannya kuatir, cuma... cuma..." "Cuma merasa berat untuk meninggalkan engkoh Kie mu bukan" sambung Yoe sim Jien sambil tertawa cekikikan. Tonghong Hwie melengah kemudian dengan tersipu serunya: "Nona pandai amat kau bergurau..." 191 "Bergurau?? aku toh mengatakan yang sesungguhnya, bukankah kau sangat mencintai dirinya ?? Hiih... hiih hiih... jangan kuatir, aku tak akan merebut engkoh Kie mu itu." Dengan hati terkesiap Tonghong Hwie mundur dua langkah kebelakang, katanya dengan suara gemetar:

"Nona, apa yang kau katakan???" "Aku bilang bahwa aku tak akan merebut dirinya dari tanganmu" "saudara angkatku ini selama hidupnya tidak punya jodoh dengan kaum wanita, kalau kau bisa menaruh rasa simpatik terhadap dirimu, hal ini betul2 suatu kejadian yang aneh. "Aaah belum tentu begitu?" " Kalau tidak percaya, apa salahnya kalau nona mencoba??" "oooh jadi kau merasa cemburu??" sekali lagi si pengemis cilik itu mundur satu langkah ke belakang, sepasang matanya terbelalak lebar2. "Aku sama sekali tidak mengerti akan perkataan dari nona", serunya. "Benar2 tidak mengerti atau pura2 tidak paham??" "Nona kau tegaskan sekali lagi sebenarnya apa maksud tujuanmu." "Menyelamatkan jiwanya . " "Dari mana nona bisa tahu kalau ia terluka dan kau bisa tiba disini tepat pada waktunya??" "Tentang soal ini kau tak usah tahu." "Nona akan membawa dirinya pergi kemana??" "Tentang soal ini kaupun tak usah tahu." Tonghong Hwie segera tertawa dingin. 192 "Apakah kau rela menyaksikan dia menderita serangan panas dingin dan akhirnya mati pada dua jam kemudian??" seru Yoe sim Jien pula dengan suara dongkol. "Apa?? kau telah mengetahui semuanya?" "tahukah kau luka apa yang diderita olehnya?" "Hmm, ilmu pukulan Han Pok ciang serta Pek Yang Kang, cuma sayang orang yang melancarkan serangan tersebut belum berhasil melatih kepandaiannya hingga mencapai puncaknya, kalau tidak sejak tadi jiwanya tentu sudah melayang meninggalkan raganya." "Kau..kau... sebenarnya siapakah kau??" "orang yang ada maksud?" Tonghong Hwie adalah orang yang cerdik dan pandai menebak orang, tetapi pada saat ini dibuat melongo hingga tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, mungkin ucapan serta tindak tanduk Yoe sim Jien telah mengejutkan hatinya hingga hatinya tergentar mungkin.. "Eeei bukankah kau yang bernama Tonghong Hwie?" kembali Yoe Sim Jien menegur sambil tertawa ringan. "sedikitpun tidak salah" "Oooh kalau begitu sepantasnya kalau aku memanggil dirimu sebagai Nona Tonghong bukan begitu???" Saking terperanjatnya Tonghong Hwie sampai tergentar mundur ke belakang dengan sempoyongan, punggungnya

menempel diatas pohon dan mulutnya melongo tanpa sepatah katapun yang diucapkan keluar. Perkataan lawannya bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat hatinya bergetar keras dan tercekat. Yoa siem Jien" simanusia misterius ini ternyata sanggup membongkar rahasia kegadisannya dengan tepat, membuat ia jadi tertegun dan tidak habis mengerti. 193 Kembali terdengar Yoe Sim Jien tertawa enteng, katanya: "Nona Tonghong, waktu sudah tidak banyak lagi, kau tak usah kuatir aku tak akan menceritakan rahasia ini kepada siapa pun, termasuk engkoh Kie mu sendiri. Tetapi ada sepatah kata aku yang hendak memberitahukan kepadamu, lebih baik kau merahasiakan asal usulmu lebih ketat lagi. Nah selamat tinggal". Selesai mengucapkan perkataan itu, ia mengempit tubuh Han Siong Kie yang tidak sadarkan diri dan berlalu dari situ. Tonghong Hwie masih tetap berdiri kaku ditempat semula, setelah rahasianya dibongkar orang, ia merasa pikirannya jadi buntu dan hatinya bergetar keras, tindak tanduk orang yang ada maksud itu betul2 membuat kepalanya jadi pusing tujuh keliling Lama... lama sekali ia baru mendusin dari impian segera jeritnya: "Engkoh Kie" Tubuhnya dengan cepat meluncur kearah mana lenyapnya bayangan tubuh Yoe Sim Jien tadi, tapi hutan yang lebat tetap sunyi, bayangan tubuh gadis misterius itu lenyap tak berbekas. Ia merasa murung dan kesal... hatinya jadi bimbang dan kacau .. tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya. Dengan tanpa tujuan ia berputar dalam hutan itu mencari dan mengejar secara membuta se-olah2 baru saja kehilangan suatu benda yang disayanginya, seperti orang bodoh Tonghong Hwie berputar kesana kemari. sambil berlari telinganya mendengung tiada hentinya kata2 dari Yoe sim jien tadi: "Bukankah kau amat mencintai dirinya??" "Aku tak akan merebut dirinya" "Kau tidak cemburu dan iri hati" 194 Suatu perasaan bergidik yang tak tahu dari mana munculnya tiba2 menyerang hatinya, ia semakin kalap dan jeritnya: "Tidak bisa, aku tak dapat kehilangan dirinya, aku tak bisa hidup tanpa dia.." "Nona Tonghong sedari dulu terlalu romantis akan membawa bencana bagi diri sendiri mengapa kau tidak bertindak cerdik dan memutuskan tali itu"

serentetan suara yang dingin tapi membawa kasih sayang berkumandang dari sisi tubuhnya. Dengan hati terperanjat Tonghong Hwie melongok kesana kemari, tetapi tiada seorang pun yang ditemukan, dari suara pembicaraan orang itu jelas dia adalah seorang perempuan tapi bukanlah Yoe Sim Jien yang barusan berlalu. Lalu siapakah dia?? dari mana pihak lawan bisa tahu akan persoalan yang sedang dipikirkan dalam hatinya?" Belum sempat ingatan kedua berkelebat dalam benak pengemis cilik itu, suara tadi berkumandang datang: "Nona Tonghong, sekarang dia masih belum tahu kalau kau adalah seorang gadis, cintamu hanya sepihak lebih baik mundurlah lebih dahulu sebelum masuk jurang, kalau tidak akibatnya sungguh menakutkan sekali" suara itu seolah2 muncul dari tempat dekat namun dalam kenyataan jauh sekali, membuat orang sukar untuk meraba dengan tepat dari mana asalnya suara tadi. Tanpa terasa seluruh bulu kuduk ditubuh Tonghong Hwie berdiri, tegurnya dengan suara gemetar: "sii. .siapa ...siapa siapakah kau??". "Aku adalah Sun Han Jin". "siapa ??? manusia yang kehilangan sukma??" 195 "Benar, aku adalah si manusia yang kehilangan sukma " Tonghong Hwie semakin ketakutan, ia merinding dan merasa hatinya tercekat. Baru saja perempuan misterius "Yoe sim Jin" orang yang kehilangan sukma, bahkan orang itu mengetahui begitu jelas mengenai asal usul serta seluk beluknya, ia tak percaya kalau hal ini adalah suatu kenyataan sebab peristiwa ini sangat aneh dan diluar dugaan. Ia merasa rahasia asal usulnya belum pernah diceritakan kepada siapapun, terhadap Han siong Kie saudara angkatnya pun ia cuma mengatakan namanya saja, disamping itu iapun merasa andaikata ia tidak mengatakan kepada siapapun maka tak seorang manusia didunia kangouw akan mengetahui tentang asal usulnya. Tapi sekarang Yoe sim Jin serta su HanJin berhasil mengetahui tentang kegadisannya, serta berhasil menebak pula dengan jitu akan rahasia hati yang sedang dipikirkan, kejadian ini membuat gadis itu tidak habis mengerti dan merasa seram. Akhirnya sambil mengeraskan kepala ia bertanya: "Kenapa kau dinamakan orang yang kehilangan sukma??" "sebab aku adalah seorang manusia yang sudah kehilangan sukmaku". "sudah kehilangan sukma bukankah itu berarti bahwa kau sudah jadi setan". "Tidak aku masih mempunyai badan kasar dan jantungku

masih berdenyut aku tetap seorang manusia" "Kalau manusia yang sedang berbicara mengapa tau tidak unjukkan diri??" "Aku tidak merasa berkepentingan untuk unjukkan diri".. "Lalu barusan apa yang kau katakan??". 196 "Menasehati dirimu, janganlah masuk jurang secara nekad sebelum hancur total lebih baik mundur secara teratur". "Kau suruh aku hapus bayangan Han siong Kie dari dalam benakku?? dan tidak lagi memikirkan dirinya?". "Tidak. aku cuma berharap agar kau bisa menguasai rasa cintamu dengan pikiran yang sehat andaikata kau tak mau mendengarkan nasehatku, maka suatu hari kau akan hanyut dan tenggelam ditengah samudra cinta, sedang orang yang kau cinta ipun akan mengalami nasib yang sama" " sekujur badan Tonghong Hwie gemetar keras, dengan penuh penderitaan ia berseru: "sebetulnya apa tujuanmu?? dalam hidupku terasa hambar tanpa kehadiran dirinya." "Nona Tonghong, apa yang kau alami sekarang itu baru taraf pertama dari suatu penderitaan, kau harus menerimanya dengan keberanian yang paling besar. sekarang yang harus merasakan penderitaan itu hanya kau seorang, tapi dikemudian hari kalian berdualah yang akan mengalaminya bersama." "Tapi. ..kenapa?"" "Perkawinanmu dengan dirinya akan merupakan suatu tragedi yang paling menyedihkan." "Aku bertanya, kenapa??" "Penjelasanku hanya bisa diberikan sampai disini saja, soal lain maaf kalau tak bisa kujawab" "Tidak bisa aku tak dapat kehilangan dirinya" teriak Tonghong Hwie sambil menggertak gigi. "Cinta adalah suatu pengorbanan bukan suatu penjajahan." Tonghong Hwie tertegun, tiba2 sambil tertawa dingin serunya: 197 "Tidak salah cinta adalah pengorbanan, tetapi bukan pengorbanan yang membabi buta, kalau ucapanmu memang benar dan merupakan kenyataan, setelah menemui diriku mengapa kau tak berani unjukkan diri? dan mengapa kau tidak mengutarakan alasannya, aku menganggap kau "su Hun Jin" orang yang kehilangan sukma mempunyai maksud2 lain." "Kukatakan kepadamu, apa yang kau harapkan tak nanti akan kulakukan" "Dikemudian hari kau bakal menyesal." "selamanya aku tak akan merasa menyesal." Diluar Tonghong Hwie berkata begitu, dalam hati diam2 bergidik. Tiba2 satu ingatan berkelebat didalam benaknya

hingga membuat gadis itu tanpa terasa tercekat dan gemetar keras. Apakah maksud ucapan yang diutarakan su Hun Jin adalah tentang soal itu?? benar, akibatnya memang mengerikan sekali. . Terdengar orang yang kehilangan sukma ini menghela napas panjang, katanya: "Nona Tonghong, kejadian yang berlangsung dikolong langit kadang kala jauh berbeda diluar dugaanmu." "Bolehkah aku mengajukkan beberapa buah pertanyaan kepadamu??" tanya Tonghong Hwie kemudian dengan nada suara yang jauh lebih lembut. "Boleh, tetapi hanya dalam batas2 lingkungan saja, aku tak akan membuat kau merasa kecewa." "Kau mengatakan, bahwa Han Siong Kie amat membenci kaum wanita, maka kau melarang aku mengadakan hubungan dengan dirinya." "Tidak. kau keliru" tukas su Han Jin dengan cepat. "Rasa bencinya terhadap kaum wanita hanya suatu gejala yang sementara saja, tatkala penyebab dari rasa bencinya itu sudah 198 lenyap maka ia dapat merubah pandangannya yang keliru itu, sebab dia adalah manusia yang terdiri dari darah dan daging, ia tetap memiliki perasaan benci maupun cinta" Tonghong Hwie merasakan jantungnya berdebar keras, ia terpengaruh oleh emosi dan hatinya terasa amat tergetar, gadis itu tak berani mengajukan pertanyaan selanjutnya karena ia takut oleh jawaban yang bakal didengarkan, tapi... akhirnya ia tak tahan dan bertanya juga: "Apakah disebabkan karena dendam??? " "Bukan". "Maksudmu bukan karena soal dendam??" hampir saja Tonghong Hwie tidak mempercayai perkataan itu tetapi si Hun Jin telah mengulangi kembali jawabannya "Bukan soal dendam". -ooodw0kzoooJilid 6 JAWABAN ini benar2 berada diluar dugaannya dengan perasaan tajamnya sebagai seorang wanita tercetus kembali satu pertanyaan dari mulutnya: "Apakah disebabkan karena soal cinta?? ia sudah ada yang punya " "juga bukan. " Ketegangan yang mencekam hati Tonghong Hwie mulai mengendor, tapi dengan nada bimbang dan tidak habis mengerti kembali ia bertanya : "Lalu apa sebabnya???" "Bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kadangkala kejadian yang berlangsung dikolong langit jauh diluar dugaan orang" 199

"Jadi maksudmu kejadian ini adalah suatu kejadian diluar dugaan. " "Bukan kejadian diluar dugaan tapi sudah merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dibantah2 lagi dan kenyataan inilah yang mungkin berada diluar dUgaanmu" "Aku tidak percaya " jerit Tonghong Hwie keras2. "Tentu saja pada saat ini kau tidak percaya, tapi menanti kau mempercayai akan kejadian ini, tragedi yang menyedihkan sudah terjadi". "Kau maksudkan suatu tragedi?? " tanya Tonghong Hwie dergan suara gemetar. "Tidak salah, suatu tragedi yang paling mengenaskan sepanjang sejarah manusia" "Kau.. dari mana kau bisa tahu?? " "Aku tak akan beritahu kepadamu.. soal ini tak mungkin kuberi tahukan kepadamu" Air muka Tonghong Hwie berkerut kencang, dengan wajah penuh penderitaan ia bergumam: "ooooh... tidak tidak mengapa?? mengapa ini musti terjadi??.. tidak tak mungkin hal itu jadi kenyataan, tidak mungkin, aku tak dapat kehilangan dirinya..". "Nona Tonghong, seandainya pada saat ini dia sudah mati diujung telapak Tengkorak Maut, bagaimanakah sikapmu??" Tonghong Hwie tercekat setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya ia menjawab dengan nada sedih: "Aku tak akan hidup seorang diri dikolong langit " "Aaaai terkutuk" suara itu mendadak sirap dan lenyap tak terbekas. 200 "Eeeei... su Hun Jin, aku masih ada pertanyaan hendak diajukan kepadamu. su Hun Jin. ..su.Hun Jin...."teriak Tonghong Hwie keras keras. Tapi tiada jawaban yang kedengaran lagi, orang yang kehilangan sukma telah pergi tanpa pamit tapi bayangannya justru sudah menanamkan suatu bayangan gelap yang paling menakutkan didasar hati kecil gadis cilik ini. Dengan badan lemas tak bertenaga Tonghong Hwie bersandar disisi pohon, bagaikan baru saja mengalami suatu mimpi yang ngeri dan menyeramkan, ia mengenang kembali setiap patah kata dari su Hun Jin, ia membayangkan kembali kegantengan serta kegagahan saudara angkatnya Han Siong Kie ...kemudian membayangkan pula bahwa suHun Jin adalah seorang wanita, agaknya ia sejalan dengan perempuan misterius yang mengaku sebagai Yoe sim Jim. Maka iapun mengambil kesimpulan didalam hatinya, jelas kesemuanya ini adalah suatu rencana yang paling tak tahu malu, dan jelas hendak merebut Han Siong Kie dari tangannya. Tetapi. ..kembali muncul persoalan dalam hatinya,

mengapa Yu sim Jin serta su Hun Jin bisa mengetahui rahasianya dengan begitu jelas?? disamping itu mengapa kemunculan Yu sim Jin bisa begitu kebetulan dan tepat pada saatnya untuk menolong Han Siong Kie? suatu tanda tanya besar suatu teka teki yang diliputi misteri dan amat memusingkan kepala. Malam yang gelap telah mencekam seluruh jagat, cahaya bintang muncul dari balik celah-celah daun memancarkan sinarnya yang redup. Dalam keadaan begini yang dipikirkan Tonghong Hwie hanyalah engkoh Kie-nya, ia tidak memperdulikan malam yang gelap, pakaian yang robek terkait ranting dan udara yang dingin. 201 Gadis itu berjalan..berjalan terus untuk menemukan jejak kekasih hatinya. Sementara itu Han Siong Kie yang terhajar luka prah oleh pukulan maut si Tengkorak Maut seketika jatuh tak sadarkan diri, ia merasa bahwa jiwanya pasti akan lenyap pada saat itu. Menanti ia mendusin kembali dari pingsannya, pemuda itu menemukan bahwa dirinya sedang berbaring di dalam sebuah gua, rasa sakit yang menyiksa tubuhnya telah lenyap tak berbekas. Ingatan pertama yang segera berkelebat di dalam benaknya adalah: Aku masih hidup! Sementara bau wangi yang tawar berhembus masuk ke dalam hidungnya.. Perempuan! Ooohkembali aku sudah ditolong oleh seorang perempuan! Pertama kali ketika ia terhajar masuk kedalam sungai oleh Tengkorak Maut, Go Siau Bie telah menyelamatkan jiwanya, hal ini membuat hatinya sangat menderita sebab ia membenci kaum wanita tapi justru wanitalah yang telah menyelamatkan jiwanya. Dan kini, kejadian tersebut kembali terulang! Dengan cepat ia meloncat bangun dan bangkit berdiri. oooOOOooo BAB 12 PADA Jarak kurang lebih beberapa tombak dimulut gua berdiri sesosok bayangan putih yang membelakangi dirinya. 202 Pelbagai ingatan segera berkelebat di dalam benak Han Siong Kie, akhirnya ia tak tahan dia buka suara: "Apakah nona yang telah menolong diriku??" "Boleh dibilang begitu, boleh dibilang pula bukan" jawab gadis itu dengan suara yang merdu, bahkan nada suara itu amat dikenal olehnya.

"Apa maksud ucapanmu itu?? " tanya Han Siong Kie dengan nada tertegun. "Kau telah diselamatkan adik angkatmu Tonghong Hwie dari medan pertarungan, kemudian akulah yang membawa dirimu datang kemari, setelah itu seseorang yang lain mengobati luka yang kau derita" Sepasang alis Han Siong Kie kontan berkerut, ia tidak menyangka kalau urusan itu diliputi oleh liku2 yang begitu banyak. sesudah berpikir sebentar kembali ia bertanya: "siapakah yang dimaksudkan oleh nona?" "Orang yang kehilangan sukma" "Orang yang kehilangan sukma??" ulang pemuda itu dengan hati keheranan. "Sedikitpun tidak salah" "Apakah dia adalah seorang angkatan tua didalam dunia persilatan?" "Boleh dibilang begitu" "sekarang dimanakah tokoh sakti itu?" "sudah berlalu sedari tadi" "Nona, kau adalah...." Gadis berbaju putih itu lambat2 putar badan dengan jari tangannya yang halus ia tarik kain kerudung cutihnya lebih kebawah lalu tertawa merdu dengan suara yang lengking. 203 "Hiihh...hiihhh... hiihhh... kau benar2 seorang pelupa bukankah kita pernah bercakap-cakap?? " Diungkap tentang persoalan itu Han Siong Kie segera teringat kembali siapakah gerangan gadis ini, jantungnya segera berdebar keras serunya dengan penuh emosi: "Kalau dugaanku tidak salah maka nona pastilah Yu sim Jin siorang yang ada maksud???" "Dugaanmu tepat sekali" Dalam hati kecil Han Siong Kie sebera muncul kembali tingkah laku Yu sim Jin yang mencurigakan itu dia ingin membuktikan serta kesangsian yang menyelimuti dalam benaknya, pertama kali ia berjumpa muka dengan gadis misterius ini yang terlihat hanyalah bayangan punggung yang samar dan didalam perjumpaannya kali ini mereka hanya dihalangi oleh selapis kain kerudung yang tipis. Apakah cantik atau jelek raut wajah dibalik kain kerudung itu ia tak ingin menebak maupun menduga sebab dalam pandangannya perempuan adalah racun dunia ia benci dan mendendam terhadap setiap perempuan yang ada dikolong langit. setelah hening beberapa saat lamanya, iapun bertanya kembali: "orang yang kehilangan sukma itu pria atau wanita??". "Wanita". "Oooh..." Han Siong Kie berseru tertahan, suatu perasaan

yang sangat tak enak menyelimuti benaknya, untuk kedua kalinya ia telah berhutang budi bahkan berhutang budi terhadap seorang wanita. "Darimana nona bisa tahu kalau aku terluka hingga membawa aku datang kemari untuk mendapat pengobatan dari orang yang kehilangan sukma??..." 204 "oooh, tentang soal ini?? dikemudian hari kaubakai tahu sendiri" "Nona, rupanya dalam segala persoalan apapun kau tidak ingin memberitahukan kepadaku?..". "Dikemudian hari mungkin akan kukatakan kepadamu, tapi sekarang hal itu tak mungkin kulakukan, sebab hal itu hanya akan merugikan dirimu dan sama sekali tak ada manfaatnya" "Bukankah nona pernah menyampaikan berita tentang terjadinya penghianatan dalam tubuh Kay-pang kepada si padri dari utara?" "Tidak salah, bahkan akupun telah menyembuhkan luka yang diderita pengemis dari selatan ketika ia menggeletak didalam kuil bobrok." sekarang Han Siong Kie baru mengetahui apa sebabnya luka yang diderita pengemis selatan secara tiba2 telah sembuh seperti sedia kala, tapi dengan adanya kejadian ini persoalan yang membingungkan hatinya makin menebal, hingga akhirnya tak tahan lagi ia berkata: "Bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu??" "Aku hanya melaksanakan tugas atas perintah orang lain, mungkin aku tak dapat banyak memberikan keterangan kepadamu." "Kau lakukan tugas atas perintah siapa?" "Orang yang kehilangan sukma." "Jadi kalau begitu, semua perkataan yang nona sampaikan kepadaku tempo dulu juga atas perintah dari orang yang kehilangan sukma??" "sedikitpun tidak salah." 205 "Bolehkah aku berjumpa dengan orang yang kehilangan sukma?" "Tidak boleh" "Kenapa??? kenapa aku tak boleh bertemu dengan orang yang kehilangan sukma??" "Sebab belum tiba saatnya" Han Siong Kie semakin di buat sangsi dan tuk habis mengerti sebenarnya apa hubungan antara dia dengan orang yang kehilangan sukma? kenapa ia begitu jelas mengetahui sebala sesuatu mengenai dirinya, apakah maksud tujuannya?. Ia merasa andaikata jejak seorang yang kehilangan sukma

berhasil diketahui mungkin ia akan berhasil meraba atau mendapatkan sedikit keterangan sebab persoalan itu bisa ditanyakan kepada sipengemis dari selatan dengan pengalaman serta pengetahuannya yang luas mungkin banyak keterangan yang berhasil ia peroleh. sesudah termenung beberapa saat lamanya maka iapun bertanya lagi: "Tahukah nona bagaimanakah basil pertarungan antara pengemis dari selatan serta padri dari utara melawan si Tengkorak Maut" "Tahu, mereka berhasil lolos dari lobang jarum" "Apakah si Tengkorak Maut telah melepaskan mereka." "Tidak kemunculan seorang dedengkot dari Kay pang secara mendadak telah mengejutkan si Tengkorak maut hingga gembong iblis itu kabur" Han Siong Kie amat terkejut, jago lihay macam apakah dari Kay pang itu hingga si Tengkorak maut yang tersohor akan kelihayannyapun bias kabur terbirit2. siapakah jago lihay itu?? iapun segera bertanya. "Song chiat Koay yang telah lenyap sejak empat puluh tahun berselang, dia adalah paman guru si pengemis selatan. 206 "Oooh. bukankah jago lihay itu telah berusia diatas ratusan tahun??" "Dugaanmu iitu tepat sekali" Tiba2 satu ingatan aneh muncul didalam benaknya. kalau memang song Thiat Koay sanggup membuat kabur si Tengkorak Maut sebelum munculkan diri, berarti tenaga lwekang yang dimilikinya tentu sangat lihay, andaikata ia dapat mengangkat dirinya sebagai guru. sejak ia berhasil mendapatkan hawa murni yang disalurkan kura2 sakti kedalam tubuhnya lalu memperoleh pula ilmu silat peninggalan Leng Koe siangjien, seharusnya kepandaian silat yang dimilikinya sudah terhitung sangat lihay, tapi dalam kenyataan ia masih belum sanggup untuk menerima sebuah pukulan dari si Tengkorak maut. Dari sini bisa dibayangkan kekuatan tubuh yang dimiliki manusia ampuh dari Kay pang itu pastilah sudah mencapai puncak yang tak terhingga. Pemuda ini menyadari bahwa Yu sim Jin orang yang ada maksud tak nanti memberitahukan apa2 kepadanya, tetap berada disitu berarti cuma membuang waktu dengan percuma, ia segera mengambil keputusan untuk mencari jejak pengemis dari selatan lebih dahulu setelah itu baru mencari tahu asal-usul dari "orang yang kehilangan sukma" Berpikir sampai disini iapun segara memberi hormat sambil berkata: "Budi kebaikan nona akan kuingat selalu di dalam hati, nah... sampaijumpa lagi dikemudian hari." "Kau .... kau hendak pergi?" "Benar oooh... masih ada satu pertayaan lagi, sekarang

adik angkatku Tonghong Hwie berada dimana???" "Mungkin dia masih menunggu kedatanganmu di tepi hutan sebelah depan sana" 207 Han Siong Kie merasa amat terharu oleh sikap adik angkatnya Tonghong Hwie yang begitu memperhatikan dirinya, cinta kasih yang melebihi saudara sendiri ini membuat si anak muda tersebut ingin sekali cepat2 menemukan dirinya.. "saudara, tunggu sebentar" si orang yang ada maksud itu berseru. "Masih ada perkataaa apa lagi yang hendak nona sampaikan kepadaku???" "Bukankah didalam sakumu terdapat separuh dari sarung tangan Buddha Hoed Jiu Poo Jit.. " Air muka Han Siong Kie berubah hebat, dengan hati terperanjat ia mundur satu langkah ke belakang, bentaknya: "Dari mana kau dapatkan benda mustika itu??? " "Kau ingin berbuat apa??". "Tak usah tebang dan jangan kuatir kalau aku ada maksud menginginkan benda itu, sewaktu kau masih tak sadarkan diri tadi benda tersebut telah kudapatkan. Ketika si orang yang kehilangan sukma sedang mengobati lukamu tadi, secara kebetulan saja ia menemukan bahwa kau membawa benda mustika dari dunia persilatan" "Kalau memang begitu kuberitahukan kepadamu, benda itu adalah hadiah dari mendiang guruku" "Siapakah gurumu???" "Tentang soal ini maaf kalau aku tak dapat memberitahukan kepadamu" "Baiklah kalau kau tidak ingin mengatakan, akupun tak akan memaksa. Cuma ada satu hal yang hendak kukatakan kepadamu, janganlah membiarkan benda mustika itu diketahui oleh orang Bu lim, sebab hal itu akan memancing datangnya pertikaian didalam dunia persilatan" 208 "Kalau nona tidak mengatakan kepada orang lain, tentu saja tak seorangpun yang akan mengetahui akan peristiwa ini" "Orang yang kehilangan sukma suruh aku menyampaikan pula sepatah kata kepadamu" "Apa yang dia katakan??? "Dia minta kau segera pergi mengunjungi pemilik dari Benteng maut" "Apa?? dia suruh aku pergi ke benteng Maut?? Orang yang ada maksud mengangguk tanda membenarkan. "Bukankah nona pernah menyampaikan pesan kepadaku, bahwa ia melarang aku menuntut balas benteng maut ??" seru Han Siong Kie

"Aku bukan maksudkan menuntut balas, ia minta kau pergi berkunjung kepada pemilik Benteng Maut" "Berkunjung sih pasti akan kulakukan, cuma tidak akan kulakukan pada saat ini." "Kenapa?? " "Aku harus menanti sampai aku memiliki kekuatan untuk menghancurkan benteng Maut, saat itulah aku pasti akan pergi kesana" "Ia minta kau sekarang juga pergi berkunjung kesitu, kunjunganmu akan mendatangkan manfaat yang besar bagi usahamu untuk membalas dendam". "Apakah ia memberikan penjelasan2nya?" "Tidak" "Kalau begitu maaf, aku tak bisa menuruti keinginanmu itu." 209 "Tahukah kau bahwa orang yang terlalu keras kepala akan mengakibatkan suatu mala petaka bagi dirimu sendiri" "Selamanya aku melakukan pekerjaan menuruti keinginan hatiku, orang lain tak usah terlalu pusing kepala memikirkan diriku" seru Han Siong Kie dengan suara dingin, habis berkata ia enjotkan badan dan menerobos keluar lewat sisi tubuh orang yang ada maksud yang sedang berdiri di mulut gua. "Budi kebaikan atas pertolongan yang telah kau berikan kepadaku suatu ketika aku pasti akan membalasnya" Dengan gerakan tubuh yang sangat cepat laksana kilat ia berlalu dari situ. "Heei...Han Sionng Kie" teriak orang yang ada maksud dengan suara keras. "Aku masih ada perkataan yang hendak kusampaikan kepadamu Han Siong Kie, kau jangan pergi dulu" Tapi anak muda itu tetap tidak menggubris, tububnya semakin cepat meluncur kearah hutan tidakjauh dari situ. Dalam hutan disisi sebuah pohon besar duduk melingkar bayangan manusia yang kecil mungil, Han Siong Kie yang melihat bayangan tubuh itu hatinya segera bergerak tubuhnya semakin cepat berkelebat menuju ke arah itu. Tampaklah Tonghong Hwie adik angkatnya duduk bersandar dipohon dengan mata terpejam rapat, titisan darah kental masih menodai ujung bibirnya... Han Siong Kie amat terperanjat buru2 ia berjongkok kesisi tubuhnya sambil berseru dengan nada kuatir: "Adik Hwie... adik Hwie... kenapa kau?" Mendengar teriakan itu Tonghong Hwie membuka matanya kembali setelah mengetahui siapakah yang berdiri dihadapannya ia jadi sangat kegirangan: "Engkoh Kie, akhirnya engkau kembali juga ke sisiku, aku mengira selamanya tak akan bertemu lagi dengan diri mu.. " 210

"Apa??? kau bilang apa???..." "Apakah luka yang kau derita telah sembuh??" "sudah, aku telah sehat kembali seperti sedia kala" "Apakah si orang yang ada maksud yang telah menyembuhkan lukamu?." "Bukan, si orang yang kehilangan sukma yang telah mengobati lukaku" "Apa??? orang kehilangan sukma??" jerit Tonghong Hwie amat terkejut. Tiba2 ia menyadari akan kekhilapannya hingga tak sanggup membendung golakan dalam hatinya, cepat pengemis cilik ini berusaha untuk menenangkan hatinya. "Dia...dia... apa yang telah dia katakan kepadamu?" tanyanya kembali setelah merandek beberapa saat. Tidak. aku sama sekali tidak bertemu dengan dirinya, bahkan bayangan tubuhnyapun tak sempat kulihat. orang yang ada maksudlah yang telah mengatakan kepadaku. " "Ooooh... " sampai disini Tonghong Hwie baru dapat menghembuskan napas lega. "Adik Hwie, apakah kau kenal dengan orang kehilangan sukma??" mendadak Han Siong Kie bertanya. "Tidak... tidak kee.. kenal. cuma. cuma..." teringat akan perkataan yang telah disampaikan orang yang kehilangan sukma kepadanya, tanpa terasa seluruh bulu kuduk di tubuh Tonghong Hwie pada bangun berdiri, ia tak berani mengingatnya kembali sebab gadis ini merasa ngeri terhadap akibatnya. sementara itu Han Siong Kie yang melihat sikap Tonghong Hwie yang gelagapan dan tidak tenang jadi tercengang 211 bercampur keheranan, buru2 serunya. "Adik Hwie, cuma apa???" "Tidak apa2, setelah kau dibawa pergi orang yang ada maksud, ia telah menyampaikan pesan kepadaku agar tetap menanti dirimu disini tanpa menunjukkan dirinya, karena itu aku sendiripun tak tahu macam apakah manusia yang menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma itu." Mendadak pemuda itu teringat kembali akan darah kental yang menodai bibir adik angkatnya itu, ia lantas bertanya: "ooh adik Hwie, apakah kau terluka?" Tonghong Hwie mengangguk. " Kau terluka ditangan siapa?? kembali pemuda itu bertanya. "Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing" "Apa?? kau dilukai oleh si malaikat berhawa dingin Mo siu Ing?? seru Han Siong Kie terperanjat. "Benar...". "Hmm suatu hari aku pasti akan menghajar dirinya sampai muntah darah untuk melampiaskan rasa sakit hatimu,

kemudian akan kubunuh dirinya guna membasmi bibit bencana dari muka bumi" Tonghong Hwie tersenyum. "Engkoh Kie, apakah kau sanggup menangkan dirinya??" ia bertanya. Mula2 Han Siong Kie tertegun, lalu dengan alis berkerut jawabnya: "Pokoknya suatu saat aku pasti akan berhasil oooh... benar, adik Hwie." "Aku sudah beberapa kali menyaksikan kau bertarung melawan orang, pukulan telapak maupun tusukan senjata sama sekali tak dapat melukai dirimu, sebenarnya ilmu silat sakti apakah yang kau miliki?" "Tentang soal itu... aku... aku.. "bicara sampai disitu ia segera menyingkap pakaiannya yang robek hingga nampak 212 kaos putih yang berada dibalik bajunya. "Aku telah andalkan benda inilah hingga kebal terhadap pukulan maupun tusukan senjata" "Benda apa sih itu?? " "Kaos mustika pelindung badan tapi jangan kau katakan kepada siapapun lho kalau aku memiliki benda mustika ini" "Aduuh aku hendak mengatakan kepada siapa?? lalu apakah kaos mustika pelindung badan itu mempunyai kegunaan yang lebih besar ?" "Tentu saja " jawab Tonghong Hwie sambit tersenyum. "Aah kau sedang membohongi diriku?? " "Tidak dari mana kau bisa mengatakan begitu ??" Aku memang memiliki kaos mustika pelindung badan, mengapa saat itu kau bisa terluka ditangan si Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing??" "Ooooh, kiranya soal itu, kau musti tahu bahwa tenaga dalam yang ia miliki sangat lihay sekalipun kaus mustika pelindung badan yang kumiliki dapat kebal terhadap pukulan maupun tusukan senjata tetapi kegunaannya pun ada batasnya, andaikata aku bertemu dengan orang yang memiliki senjata mustika atau orang mememiliki tenaga dalam yang amat sempurna tentu lain ceritanya tetapi bicara sesungguhnya andaikata aku tidak andalkan kaus mustika pelindung badan ini mungkin sedari tadi jiwaku telah melayang diujung telapak si Malaikat berhawa dingin" "Aku dengar katanya si Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing selamanya cuma bergebrak sebanyak tiga jurus saja melawan orang lain, bilamana lawannya sanggup menerima tiga buah pukulannya tanpa menemui ajalnya itu berarti bahwa ia telah lolos dari malaikat elmaut??" 213 "Tidak salah, dan akupun sanggup menerima tiga buah pukulannya" "Apakah kau ada permusuhan dengan dirinya?? kenapa ia turun tangan terhadap dirimu???"

Setiap tahun si Malaikat hawa dingin pasti satu kali munculkan diri didalam dunia persilatan, ia baru akan berhenti membunuh bila korbannya telah mencapai seratus orang, setiap orang Bu lim yang berjumpa dengan dirinya berarti maut baginya sambil berkata Tonghong Hwie berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi baru saja tubuh bagian atasnya di angkat separuh ia sudah menjerit kesakitan dan berbaring kembali diatas tanah. Han Siong Kie yang menyaksikan kejadian itu jadi kaget, buru2 serunya: "Adik Hwie, biarlah aku periksa dulu keadaan lukamu kemudian baru kubantu dirimu untuk menyembuhkan luka dalammu itu" sambil berkata tangannya segera bekerja hendak melepaskan pakaian yang dikenakan Tonghong Hwie. Gadis itu jadi panik, buru2 ia halangi tangan Han Siong Kie sambil katanya "Tak usah Tak usah ....." "Heei.. adik Hwie, apa maksudmu?? tanya Han Siong Kie dengan wajah tertegun. Tonghong Hwie tertawa jengah, dengan ter sipu2 katanya: "Aku mempunyai kepandaian untuk menyembuhkan lukaku sendiri.." "Tapi tiada halangan toh kalau kuperiksa dulu keadaan lukamu itu?? memangnya kau adalah seorang gadis." "Tidak" seru Tonghong Hwie. 214 Ucapan ini sangat menyakitkan hatinya, membuat jantungnya berdebar keras dan wajahnya berubah jadi merah padam tapi berhubung gadis itu memakai obat penyaru yang tebal lagipula tertutup oleh lemak maka perubahan wajahnya ini tidak sampai di ketahui oleh Han Siong Kie. sebenarnya gadis ini bersifat polos dan supel, ia pandai bergaul dan pandangannya luas. sejak bergaul dengan Han Siong Kie sikapnya semakin bebas dan tidak terhadang oleh sesuatu ganjalan apapun. Tapi sejak rahasia kegadisannya dipecahkan oleh orang yang ada maksud, lalu "orang yang kehilangan sukma" pun mengatakan macam2, hal itu membuat sifatnya sama sekali berubah, perasaannya jadi amat halus dan mudah tersinggung. Tentu saja pada saat ini ia tak dapat membocorkan rahasianya, sebab Han Siong Kie amat membenci kaum wanita, andaikata pemuda itu mengetahui bahwa dia adalah seorang gadis mungkin saja ia akan kabur dari sisinya. . Bila hal ini sampai terjadi maka ia akan sangat menderita, pikirannya akan tersiksa, sebab sejak pertemuannya pertama kali gadis ini telah jatuh cinta kepadanya, ia telah mengambil keputusan untuk mempersembahkan dirinya untuk pemuda itu.

Tetapi, bayangan gelap lain yang amat menakutkan selalu menyelubungi hatinya, ucapan dari " orang yang kehilangan sukma masih mendengung terus disisi telinganya. "Kau harus tahu diri dan mundur teratur sebelum terjerumus kedalam jurang kehancuran,selamanya terlalu romantis banyak akan mendatangkan penyesalan." "Kenapa???" tanpa sadar ia berseru keras. 215 Han Siong Kie jadi melongo, ia segera menatap wajah adik angkatnya sambil bertanya dengan nada tercengang, "Adik Hwie apa yang kau katakan??" "oooh tidak apa2. " sahut Tonghong Hwie terpatah-patah "sekarang aku akan mulai menyembuhkan luka dalamku dengan simhoat ajaran perguruanku, tolong kau suka melindungi keselamatanku." "Mari biar kubantu dengan begitu bukankah kau tidak akan terlalu payah..???" "Tidak bisa jadi, andaikata ada orang datang kemari, bukankah kemudian kita bakal celaka??" Han Siong Kie tidak bisa berkata lagi, terpaksa ia mengangguk: sambil menggertak gigi Tonghong Hwie sebera bangkit dan duduk bersila, kemudian ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan untuk menyembuhkan luka yang sedang dideritanya. Dengan tenang Han Siong Kie duduk menanti disamping, bayangan tubuh "orang yang ada maksud" gadis misterius itu terlintas kembali semua perkataan yang telah dia sampaikan "orang yang ada maksud" kepadanya, tetapi semakin dipikir ia merasa semakin bingung dan tak habis mengerti. " orang yang ada maksud mengatakan, bahwa ia mendapat perintah dari orang yang Kehilangan sukma, untuk menyampaikan kata2 itu kepadanya, berarti persoalan "orang yang kehilangan sukma, tapi "su Hun Jin" suatu nama yang sangat aneh, siapakah dia?? Mengapa ia mengetahui seggla sesuatu mengenai dirinya dengan begitu jelas?? Mengapa orang itu secara sukarela datang mengobati luka yang sedang ia derita. Mengapa orang itu selalu memperingatkan dirinya agar jangan menuntut balas terhadap Pemilik dari Benteng Maut. 216 Mengapa secara tiba2 ia minta dirinya pergi mengunjungi s ipemilik dari Benteng Maut??" Sebenarnya apa latar belakang dari kesemuanya ini??? Semuanya merupakan tanda tanya yang besar baginya, teka teki yang memusingkan kepalanya. Sementara Han Siong Kie masih termenung memikirkan persoalan itu, tiba2... sreet sreet suara langkah kaki manusia

berkumandang dari tempat kejauhan. si anak muda itu segera tersentak bangun dari lamunannya, dengan sorot mata yang tajam ia awasi arah dimana berasalnya suara itu, tapi hutan tersebut terlalu lebat, sulit baginya untuk dilihat. Kian lama suara langkah manusia itu kian mendekat. Han Siong Kie segera bangkit berdiri, tapi ketika dilihatnya dari ubun2 Tonghong Hwie mulai mengepulkan asap putih yang berarti semedinya telah mencapai pada puncaknya. ia segera batalkan niatnya untuk menengok asal mulanya suara tadi. "Keparat cilik itu sudah terluka parah dan keadaannya payah sekali, setelah dibawa kabur oleh pengemis cilik itu jejaknya mendadak lenyap tak berbekas, padahal semua kantor cabang telah diperintahkan untuk melakukan penjagaan, masa ia bisa terbang ke langit." "Aaah kebanyakan orang itu bersembunyi didalam hutan." "Tapi kita toh sudah setengah harian lamanya melakukan pencarian tanpa hasil??" "Baik atau buruk lebih baik kita geledah dulu seluruh hutan ini, kemudian baru pulang memberi laporan" "Si manusia berwajah dingin telah membinasakan Jin Tongcu serta menggagalkan rencana kita .." 217 Dari pembicaraan tersebut Han Siong Kie segera mengenali sebagai suara dari antek2 perkumpulan Thian chee Kauw, lagi pula kedatangan mereka untuk menggeledah hutan dan mencari adik angkatnya, napsu membunuh seketika bergelora dalam tubuhnya ia berpikir: "Sewaktu aku terluka di tangan Tengkorak Maut bukankah para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw telah berlalu, dari mana mereka bisa tahu akan terjadinya ini. sreeet sreeet sreeeet suara langkah kaki manusia kian lama bergerak kian mendekat, jaraknya tinggal sepuluh tombak dari tempat semula dan secara lapat2 dari kerumunan hutan nampak bayangan manusia bergerak mendekat. satu ingatan berkelebat dalam benak pemuda she Han itu pikirnya: "Aku tak boleh membiarkan mereka mendekati sekitar ini, adik Hwie tak boleh terganggu konsentrasinya hingga buyar..." Begitu teringat sampai disitu, badannya segera siap meloncat keluar dari tempat persembunyiannya : Mendadak.. terdengar suara jeritan lengking yang ngeri dan menyayatkan hati berkumandang memenuhi seluruh angkasa, membuat siapapun yang mendengar jadi ikut bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri satu jeritan disusul oleh jeritan yang lain, bergema saling susul menyusul hingga sepuluh kali banyaknya.. kemudian suasana pulih kembali dalam kesunyian serta keheningan yang mencekam..

Han Siong Kie merasa amat terperanjat, cepat2 ia enjotkan badannya meluncur ke arah mana berasalnya suara jeritan ngeri tadi.. Tapi metelah melihat pemandangan yang terbentang dihadapannya, pemuda itu tertegun dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun -0000000218 BAB 13 TAMPAKLAH empat belas sosok mayat menggeletak malang melintang diatas permukaan tanah, keadaan mayat2 tersebut mengerikan sekali pada ubun2 masing2 korban nampaklah beras cengkeraman yang menghancurkan isi benak, ada yang menggeletak diatas genangan darah, ada pula yang bercampur baur dengan isi otak yang berhamburan di atas permukaan, keadaannya sangat menyeramkan hingga membuat pemuda kita jadi ngeri dan tercekat hatinya. Lama sekali Han Siong Kie tertegun gumamnya seorang diri: "Aaaah.. malaikat berhawa dingin Mo siu Ing pastilah perbuatannya.." Dalam benaknya segera terlintas kembali pemandangan ngeri dihutan bunga Tho yang pernah dijumpainya belum lama berselang. Membunuh orang begini kejam boleh dibilang sangat brutal dan melanggar perikemanusiaan. . Para jago lihay dari perkumpulan Thian chee Kauw sebenarnya datang kehutan ini untuk mencari serta meringkus Tonghong Hwie bersama dirinya, siapa tahu mereka sudah dibunuh duluan oleh malaikat berhawa dingin. Yang lebih aneh lagi ternyata tak nampak bayangan tubuh malaikat berhawa dingin Mo Siu Ing muncul ditempat itu, padahal jaraknya dengan tempat kejadian cuma terpaut sepuluh tombak belaka, tidak mungkin kalau jejaknya tak ketahuan olehnya. Dengan kekejian serta ketelengasan perempuan itu masa ia bisa dilepaskan begitu saja, suatu kejadian yang tak masuk diakal. 219 Mendadak kembali terdengar desiran angin tajam menyambar datang memecah angkasa. Han Siong Kie terkesiap dan segera menghimpun hawa murninya siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan Sreeeet Sreeett Sreeet empat sosok bayangan hijau dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata 2 melayang turun di tengah kalangan mereka bukan lain adalah empat orang diantara kakek tua berbaju hijau dari perkumpulan Thian chee Kauw yang belum lama berselang mengerubuti saudara angkatnya pengemis dari selatan. Air muka Han Siong Kie seketika berubah jadi dingin

membeku dengan sorot mata memancarkan cahaya buas ia tatap wajah ke empat orang kakek berbaju hijau itu tajam tajam. Sementara itu ke empat orang kakek berbaju Hijau tadi sudah menyapu sekejap mayat mayat yang bergelimpangan diatas tanah kemudian sama2 menjerit kaget wajah mereka unjukkan rasa ngeri dan keder yang hebat. Beberapa saat kemudian salah satu diantara ke empat orang kakek itu tiba2 menuding kearah Han Siong Kie sambil berseru: "Manusia berwajah dingin sungguh tak kusangka kau adalah ahli waris dari malaikat berhawa dingin Mo siu Ing" Han Siong Kie melengak tapi dengan cepat ia dapat memahami maksud ucapan pihak lawan, pastilah keempat orang kakek itu menaruh curiga bahwa dialah yang telah turun tangan keji membasmi anak buahnya. Dengan nada ketus ia segera bertanya: "Apa katamu??" "Sungguh brutal dan kejam perbuatanmu tak nyana hatimu sekeji serigala.." "Oooh, ulangi sekali lagi perkataanmu itu, kubacok kalian sampai modar.." 220 Keempat orang kakak berbaju hijau tadi serentak mendengus gusar, dengan tangkas mereka menyebarkan diri ke empat penjuru dan masing2 menempati satu posisi untuk mengepung si anak muda itu di tengah kalangan. Terdengar si kakek berwajah segi tiga tadi berkata kembali: "manusia berwajah dingin, hutang darah yang telah kau perbuatan pada hari ini..." "Kentut busuk makmu" tukas Han Siong Kie sangat marah. "Pentang mata kalian lebar2 dan periksa dulu dengan jelas, siapa yang telah melakukan pembunuhan keji ini" "Hmm kecuali kau, masa ada oraag lain yang mampu melakukan pembunuhan semacam ini??" "Oooh, jadi kau bersikeras menuduh akulah yang telah menjagal cecunguk itu?" "Bagus sekali kalau sudah berani membunuh orang, kenapa musti takut untuk mengakuinya" Saking gusar dan mendongkolnya Han Siong Kie mendongak dan tertawa terbahak-bahak. "Haah haah....haah... kalau begitu anggap saja memang akulah yang melakukan pembunuhan itu, kalian mau apa??" "Hutang darah bayar darah. Hutang nyawa bayar nyawa serahkan jiwa anjingmu" "Huuh kalau memang kalian sudah bosan hidup, ayoh majulah berbareng..." Kakek berwajah segi tiga itu membentak keras, sepasang telapaknya diayun kedepan secara berbareng, dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kearah

depan. Han Siong Kie menyadari bahwa kekuatan hawa murni yang dimiliki ke empat orang kakek berbaju hijau ini rata2 jauh lebih besar daripada sikupu2 warna warni Lie In Hiang, 221 dalam dunia persiatan mereka biasa dianggap sebagai jago lihay kelas satu. Maka dari itu melihat datangnya ancaman, pemuda she Han tak berani bertindak gegabah, dia segera menghimpun delapan bagian hawa murninya, sambil membentak keras: "Bangsat ? kau memang sudah bosan hidup " Angin cukulan bagaikan gulungan ombak ditengah hembusan badai menggulung kedepan menyambut datangnva ancaman tersebut. "Blaaam. ditengah ledakan dahsyat suara dengusan berat berpekik membumbung di tengah angkasa, dengan wajah pucat pias kakek berwajah segitiga itu mundur ke belakang dengan sempoyongan .... Hampir pada saat yang bersamaan tiga gulung angin pukulan yang sangat mengerikan laksana guntur yang membelah angkasa meluncur ke depan dan mengancam tubuh pemuda itu dari tiga arah yang berbeda.. Rupanya sejak semula Han Siong Kie telah menduga kalau pihak musuh pasti akan turun tangan secara berbareng, karena itu sehabis memukul mundur si kakek berwajah segitiga, bagaikan sukma gentayangan dengan tangkas ia berkelit ke samping dan berdiri di tempat kakek berwajah segitiga tadi berada. Tindakan yang sama sekali tak terduga ini membuat ketiga orang musuhnya jadi melongo, angin pukulan yang dilancarkan secara berbareng itupun segera mengenai sasaran kosong. Han Siong Kie tidak berpeluk tangan belaka bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang berkelit kesamping, sebuah pukulan yang maha dahsyat sekali lagi dilancarkan kearah depan. 222 Blaam.... kembali terdengar dengusan tajam berpckik di angkasa, kakek berbaju hijau yang tepat berada dihadapannya sebelum sempat tarik kembali pukulannya sudah termakan oleh dorongan angin puyuh yang melanda datang dari arah depan, tidak ampun lagi tubuhnya mencelat sejauh delapan depa kebelakang, darah segar muncrat keluar dari mulutnya, jelas ia sudah menderita luka dalam yang amat parah. Menyaksikan kejadian ini, dua orang kakek yang lain jadi ngeri dan tercekat hatinya, dari serangan yang dilancarkan barusan mereka sudah tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki Manusia berwajah dingin jauh lebih tinggi satu tingkat

daripada kekuatan dari pengemis Lam Kay. Untuk beberapa saat lamanya mereka tak berani berkutik, apalagi turun tangan secara gegabah. Pada dasarnya Han Siong Kie sudah menaruh rasa sentimen dan bencinya terhadap perkumpulan Thian chee Kauw, karena ibunya si siang Go cantik ong cui Ing telah kawin lagi dengan Thian chee Kauwcu ditambah pula rencana busuk mereka untuk mengangkangi perkumpulan Kay pang, membuat kebenciannya makin lama semakin menebal. Dalam keadaan begini ia tak sudi mengampuni kedua orang korbannya, dengan kemarahan yang memuncak ia membentak keras: "Kalian berduapun harus menerima sedikit pelajaran, agar di kemudian hari bisa tahu membawa diri" Ditengah bentakan nyaring, sepasang telapaknya dibabat ke depan secara berbareng, secara terpisah dua gulung desiran tajam itu menyerang kedua orang kakek baju hijau itu. Melihat datangnya ancaman yang demikian dahsyatnya, kedua orang kakek baju hijau itu tak berani menyambut dengan keras lawan keras... sreet. masing2 orang bergeser delapan depa ke arah samping, kemudian putar badan dan balas menyerang dari arah kiri dan kanan. 223 Blaam Blaam dua benturan keras bergeletar ditengah angkasa, kedua orang kakek itu sama2 terpukul mundur sejauh satu tombak lebih, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Han Siong Kie putar badan menubruk ke arah si kakek yang ada di sebelah kiri, jurus pertama dari ilmu pukulan kura2 sakti laksana kilat dilancarkan... "Modar kau" Ditengah jeritan ngeri yang memekikkan telinga, kakek baju hijau yang berada di sebelah kiri sebera menggeletak ke atas tanah. Kakek baja hijau yang ada di sebelah kanan jadi ketakutan setengah mati, ia merasakan sukmanya se akan2 terlepas dari raganya. Dengan sebat Han Siong Kie putar badan ganti menyerang kakek baju hijau yang berada di sebelah kanan, jurus kedua dari ilmu pukulan kura2 sakti kembali dilancarkan. Blaam.. Ditengah benturan keras terselip jeritan ngeri karena kesakitan, sebelum kakek baju hijau itu sempat melihat jelas dengan cara apakah pihak lawanya turun tangan, tahu2 badannya sudah mencelat ke belakang sejauh satu tombak lebih. Tidak ampun ia muntah darah segar Dalam waktu singkat ke empat orang kakek baju hijau itu telah diberesi oleh Han Siong Kle dengan gampang, hal ini membuat mereka jadi keder dan tak berani banyak bertingkah lagi. Terdengar si kakek berwajah segi tiga berseru dengan

wajah menyeringai seram: "Manusia berwajah dingin, suatu ketika perkumpulan kami akan menuntut balas sakit hati ini kepada kalian guru dan murid" Dengan gusar Han Siong Kie mendengus: 224 "Hmm kalau kau berani menjejerkan lagi namaku dengan si malaikat berwajah dingin, saat ini juga aku akan bereskan kalian berempat hingga menggeletak di atas genangan darah" Tiba2... serentetan suara yang dingin dan merdu berkumandang datang dari arah belakang. "Manusia berwajah dingin, apakah nama dari malaikat berhawa dingin Mo siu Ing terlalu memalukan dirimu" Han Siong Kie amat terkejut ketika mendengar seruan itu dengan cepat ia berpaling ke belakang kemudian dengan kaget mundur dua langkah lebar kebelakang. Pada jarak kurang lebih dua tombak dihadapannya berdirilah seorang perempuan cantik berusia setengah baya, begitu cantik raut wajah perempuan itu bagaikan bunga botan yang sedang mekar, ketika itu ia sedang memandang kearahnya dengan senyum dikulum. Terhadap kaum wanita boleh dibilang pemuda ini merasa mang kesal dan benci, tetapi kecantikan wajah perempuan itu cukup membuat jantungnya berdebar keras dan wajahnya bersemu merah. Wajahnya terlalu cantik dipandang, begitu cantik bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan, terutama sekali sepasang biji matanya yang bening dan jeli sungguh menawan hati. siapakah perempuan ini??? Betapa lihaynya orang ini, ternyata ia sanggup mendekati tubuhnya hingga jarak dua tombak tanpa dirasakan olehnya. Sementara itu dengan wajah pucat pias bagaikan mayat, keempat orang kakek berbaju hijau itu melingkari disisi kalangan dengan penuh ketakutan, tubuh mereka nampak agak menggigil menahan perasaan hatinya. Perempuan cantik berusia setengah baya itu kembali tersenyum manis, begitu indah dan cantik bagaikan bunga 225 yang baru mekar, untuk kesekian kalinya Han Siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras. Kalau ditinjau dari nada suaranya tadi, semestinya orang itu adalah seorang gadis muda belia, sungguh tak nyana usianya telah mencapai tiga puluh tahunan. Dengan cepat Han Siong Kie berusaha keras untuk menenangkan hatinya, dengan wajah yang dingin segera tegurnya: "siapakah kau??" "Aku?? perempuan cantik itu tertawa cekikikan, "Akulah si malaikat berhawa dingin Mo siu Ing"

Han Siong Kie amat terperanjat hingga untuk beberapa saat lamanya ia berdiri menjublak dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. seorang iblis perempuan yang tersohor namanya dikolong langit ternyata adalah seorang perempuan cantik bagaikan bidadari, sungguh suatu kejadian yang tak dapat dipercaya. "Benarkah kau adalah malaikat berhawa dingin Mo siu Ing??? sekali lagi pemuda itu menegaskan. "Ooooh... kau anggap aku sedang berbohong??. Perkataan ini seketika membungkamkan mulut Han Siong Kie, ia semakin menjublak. sementara itu keempat orang kakek berbaju hijau itu telah saling berpandangan sekejap. kemudian putar badan dan siap meninggalkan tempat itu... "Ayoh kembali bentak Mo siu Ing tajam. Suaranya lengking, tajam lagi merdu tetapi bagi pendengaran ke empat orang kakek tua itu tidak lebih bagaikan jeritan malaikat elmaut, masing2 bergidik. dan tanpa sadar menghentikan langkahnya, dengan pandangan ngeri 226 bercampur takut mereka sama2 awasi wajah malaikat perempuan itu. "Hiih..hiiih..hiiih.. Thian chee sat sia delapan bintang dari perkumpulan Thian chee Kauw, kenapa cuma datang empat orang?? mana yang lain??" tegur Malaikat hawa dingin sambil tertawa merdu. Sekarang Han Siong Kie baru tahu kalau ke empat orang kakek baju hijau yang berada dihadapannya sekarang adalah empat orang diantara delapan bintang dari perkumpulan Thian chee Kauw. Sementara itu perempuan tadi merandek sejenak. lalu berkata lagi: "Sebelum memperoleh ijin dari aku si malaikat hawa dingin, kalian berani tinggalkan seenaknya... Hmm..." Dengusan berat yang diperdengarkan membawa pengaruh yang amat besar, ke empat orang kakek itu semakin ketakutan hingga keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. "Tetapi... anggap saja nasib kalian semua masih rada baik menurut kebiasaan aku tak akan membunuh lebih dari seratus orang, ke empat belas sosok mayat yang menggeletak diatas tanah kebetulan sudah genap mencapai angka seratus, itulah rejeki serta nasib baik untuk kalian..." Sekarang Han Siong Kie baru tahu apa sebabnya ia bisa lolos dari tangan maut perempuan ini kiranya malaikat berhawa dingin telah membunuh korbannya genap sebanyak seratus orang. "Tetapi " kembali perempuan itu meneruskan. Ke empat orang kakek berbaju hijau itu tersentak kaget,

rupanya perempuan itu belum selesai berbicara... Sambil menuding ke arah Han Siong Kie ia meneruskan: 227 "Selamanya aku tidak suka mengganggu kesenangan orang, apakah engkoh cilik ini suka melepaskan dirimu atau tidak aku tak berani memutuskan" Ke empat orang kakek itu sama2 alihkan sorot matanya ke arah Han Siong Kie, sekarang mereka baru tahu bahwa manusia berwajah dingin bukanlah anak murid dari malaikat hawa dingin. Han Siong Kie mendengus dingin, bentaknya: "Cepat enyah dari sini " "Kalian boleh pergi tinggalkan tempat ini" sambung malaikat hawa dingin. "Cuma aku ingin titip perkataan buat ketua kalian, katakan saja seratus jiwa korban pada tahun mendatang akan kuselesaikan dari tubuh anggota2nya, karena tadi kalian telah berkata bahwa kamu semua hendak menagih hutang darah, ucapanmu tadi merupakan pantangan terbesar bagiku" Han Siong Kie yang ikut mendengarkan perkataan itu diam2 merasa ngeri, ucapan yang mengerikan semacam itu ternyata diutarakan oleh perempuan cantik ini dengan nada yang enteng, se-akan2 dia tidak anggap membunuh manusia adalah suatu perbuatan yang mengerikan. Empat orang kakek berbaju hijau itu tak berani membantah, dengan wajah pucat dan jantung berdebar keras mereka putar badan dan se-cepat2nya tinggalkan tempat itu. Menanti bayangan tubuh mereka berempat telah lenyap dari pandangan, malaikat berhawa dingin Mo siu Ing baru menoleh ke arah Han Siong Kie sambil tegurnya: "Manusia berwajah dingin, siapakah pengemis cilik yang sedang menyembuhkan luka dalamnya di situ??" "Dia adalah adik angkatku" jawab pemuda itu cepat, sementara dalam hati diam2 merasa terperanjat, kiranya iblis perempuan itu sudah tahu kalau mereka berdua berada disitu. 228 "Ehmm, hebat juga saudaramu itu, ia sanggup menerima tiga buah pukulanku tanpa menemui ajalnya" Ucapan ini seketika membangkitkan rasa dendam dan gusar dalam hati pemuda she Han itu, serunya ketus: "Terima-kasih bunt hadiah yang telah kau berikan kepada saudara angkatku..." "Kenapa sih??" "Dan terima kasih pula atas hadiahmu untuk engkoh tua ku itu??". "Pengemis dari selatan?" Tiba2 Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing tertawa cekikikan hingga sekujur tubuhnya bergetar keras.

"Hiiih..hiiih..hiiih.. pengemis tua adalah engkohmu, pengemis cilik adalah adik angkatmu, jadi kalau begitu kaupun seorang gembel tukang minta2???" Han Siong Kie mendongkol bercampur gusar, ia mendengus dingin: "Hmm aku telah menyanggupi permintaan mereka, tahukah kau permintaannya itu? " "Apa coba katakan " "Dengan cara yang sama akan kuhantam dirimu sehingga muntah darah segar.." Mula2 malaikat hawa dingin Mo Siu Ing nampak melengak kemudian mendongkol dan tertawa seram: "Haaah haaah haaah manusia berwajah dingin kau yang hendak melakukannya? dengan andalkan kekuatan apa kau hantam diriku hingga muntah darah segar???? " "soal itu kau tak usah tahu pokoknya, akan kuhajar dirimu sampai muntah darah kemudian kucabut jiwamu untuk membasmi seorang iblis pembunuh berdarah dingin dari muka bumi" 229 "Hiiih hiih hiiih manusia be^ajah dingin rupanya kau sedang mengigau disiang hari bolong???" "Hmmm kalau kau tidak percaya silahkan untuk menjajal sendiri." Napsu membunuh semakin tebal menyelimuti wajah perempuan itu, namun dengan suara yang lembut ia berkata lagi: "Manusia berwajah dingin, janganlah kau anggap setelah aku genap membunuh seratus orang lantas aku tak bisa membunuh orang lagi, kau musti tahu bilamana perlu aku masih tetap sanggup membunuh seseorang" "Perempuan berhati siluman gertak sambalmu tak akan membuat hatiku jadi jeri " "Bocah muda aku kagum atas keberanianmu, dikolong langit dewasa ini hanya kau seorang yang berani bersumbar hendak menghajar aku si malaikat hawa dingin hingga muntah darah segar tapi mampukah kaupenuhi harapanmu itu sekarang masih merupakan suatu tanya besar" Ia merandek sejenak kemudian tambahnya: "Aaaah aku teringat sekarang masih ada seorang lagi yang berani mengatakan kata sesumbar seperti dirimu" "Siapakakah orang itu??? Han Siong Kie cepat bertanya. "Tengkorak Maut pemilik dari benteng Maut" "Oooh..jadi kaupun pernah dihajar sampai muntah darah oleh tengkorak maut??? " "Siapa yang bilang" "Kau sendiri " "Kapan aku pernah bicara begitu??" 230

"Ooooh.. sekarang aku sudah tahu, tentunya sewaktu kau bertarung melawan tengkorak maut didalam kuil Bu.Hoo ditepi pantai Pek swie Tan tempo dulu, kau sudah menderita kekalahan" "Eei.. dari mana kau bisa tahu kalau aku pernah bertempur melawan tengkorak maut? " "Aku memperoleh kabar sewaktu tiba diluar kuil tersebut " "Hmmm Kalau begitu dugaanmu keliru besar.." Han Siong Kte melengak dibuatnya mendengar ucapan itu. "Aku salah? kenapa? " tanyanya. "Tengkorak maut yang bertarung dengan diriku itu hari bukanlah tengkorak Maut yang sesungguhnya" "Ooooh.. jadi maksudmu dia Tengkorak Maut gadungan??" "Sedikitpun tidak salah" Dengan hati tertegun, sangsi dan kebingungan Han Siong Kie mundur dua langkah lebar kebelakang, ia tak pernah mengira kalau Tengkorak Maut ternyata ada yang gadungan, sungguh suatu kejadian yang sangat aneh. Lalu siapakah yang sebenarnya jadi musuh besar pembunuhan keluarganya?? Tengkorak maut yang sesungguhnya? ataukah tengkorak maut gadungan??... Mengapa orang yang kehilangan sukma serta orang yang ada maksud melarang ia menuntut balas terhadap benteng maut? dan mengapa pula susioknya sitangan naga beracun Thio Lien sesaat membunuh diri melarang pula dirinya untuk membalas dendam?? sebetulnya latar belakang apa yang terselip dibalik peristiwa ini??? "Manusia berwajah dingin, apa yang sedang kaupikirkan?" tiba2 malaikat hawa dingin menegur. 231 "Aku . , .aku sedang berpikir, ucapanmu itu patut dipercayai ataukah tidak" "Terus terang kuberitahukan kepadamu, ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut asli sangat lihay, pada delapan belas tahun berselang kami suami istri berduapun hanya mampu menahan tiga buah pukulannya belaka, andaikata berduel satu lawan satu mungkin hanya satu jurus yang mampu kami terima. sebaliknya Tengkorak Maut yang kutemui dalam kuil Bu Hoo tempo hari bisa kutahan serangannya hingga mencapai ratusan jurus dalam keadaan seimbang, akhirnya diapun yang ngeloyor pergi sendiri, karena itu aku berani mengatakan dengan tegas bahwa tengkorak maut itu adalah tengkorak gadungan. Disamping itu tengkorak maut yang sebenarnya sejak puluhan tahun berselang sudah tak pernah muncul kembali dalam dunia persilatan." Han Siong Kie semakin kebingungan dibuatnya, tapi apa yang didengar adalah suatu kenyataan, baik yang asli maupun yang gadungan ia masih belum mampu untuk menandangi

mereka. Malaikat hawa dingin sendiripun mengakui bahwa dirinya hanya sanggup bergebrak sebanyak ratusan jurus dengan Tengkorak maut gadungan dalam keadaan seimbang, itu berarti pula bahwa dirinya sama sekali bukan tandingan lawan. Berpikir sampai disini ia baru merasa menyesal kenapa bicara terlalu sesumba beberapa saat berselang. Sementara itu itu senyuman manis telah tersungging kembali diujung bibir Malaikat hawa dingin tegurnya lirih: "Manusia berwajah dingin, sungguhkah kau hendak ajak aku berkelahi??? ......" 232 Han Siong Kie yang sudah terlanjur bicara dengan wataknya yang tinggi hati tentu saja tak mau menunjukkan kelemahan dihadapan orang, dengan dingin ia mengangguk. "Tentu saja" jawabnya. "Apakah kau hendak mengajar diriku hingga muntah darah kemudian bunuh diriku untuk melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan??" "Sedikitpun tidak salah, sekalipun aku belum mampu suatu hari aku dapat mewujudkan cita2ku ini" "Bagus punya semangat, cuma seandainya hari ini kau tak dapat tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup lalu bagaimana??" Dalam hati Han Siong Kie merasa hatinya tercekat, tapi diluaran ia tetap memandang sinis. "Andaikata sampai terjadi begitu, anggaplah nasibku yang kurang mujur..." "Manusia berwajah dingin "ujar Mo siu Ing dengan wajah serius, "aku berhasil menemukan jejakmu jauh sebelum berjumpa dengan wajah ke empat belas orang anggota perkumpulan Thian chee Kauw, bahkan aku sempat mendengar pula ucapan sombongmu terhadap si pengemis cilik itu, tapi tahukah kau mengapa aku tidak turun tangan membinasakan dirimu??" "Kenapa?? "tanya Han Siong Kie dengan wajah dingin. "Sebab potonganmu, kegagahanmu pada dua puluh tahun berselang, oleh sebab itu aku telah melanggar kebiasaan dan tidak turun tangan terhadap dirimu" "Sayang sekali aku tak sudi menerima kebaikanmu" "Hmm siapa yang senang menerima kebaikan?? jadi kau sudah bulatkan tekad untuk turun tangan terhadap diriku pada hari ini??... " 233 "Sedikitpun tidak salah, aku sangat mengharapkan petunjuk darimu... " "Bergebrak sih mudah, cuma aku ada sebuah syarat yang

harus kau setujui lebih dulu" "Apa syaratmu itu??" Kalau kau mampu menyebut tiga jurus seranganku, maka sejak ini hari aku si malaikat hawa dingin kecuali membunuh mereka yang telah mencelakai suamiku, aku tak akan membunuh orang lain lagi" Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak si anak muda itu, pikirnya: "Engkoh tuaku pun sanggup menerima tiga buah pukulanmu, masa aku tak mampu untuk berbuat demikian??? " Ia segera balik bertanya: "Seandainya aku tak mampu untuk menyambut ketiga buah seranganmu itu??..." "Kau harus angkat aku jadi gurumu" "Aku tidak setuju " kontan Han Siong Kie berteriak dengan wajah berubah hebat. "Kenapa?? apa kau punya keyakinan bahwa kau tak akan sanggup menerima tiga jurus seranganku?." "Perduli apapun yang kau katakan, aku orang she Han telah bersumpah, tak akan mendekati kaum wanita. Apalagi mengangkat dirimu jadi guruku?? Hmm... tak usah yaah" "Jadi kau tak mau menerima taruhan ini?" "Tidak mau" "Seandainya aku menggunakan kekerasan?" "Kau tak akan mampu berbuat begitu" 234 "Oooh, kau yakin aku tak bisa memaksa dirimu untuk menerima syarat tersebut?" Han Siong Kie mendengus dingin dan tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan itu. "Baiklah. kalau kau tidak percaya, cobalah sendiri kelihayanku ini.." Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, Malaikat hawa dingin Mo siu Ing segera enjotkan badannya meloncat ke depan, telapak tangannya yang halus diayun menghantam ubun2 pemuda itu. sekarang yang dilancarkan ini nampaknya amat lambat, padahal cepatnya sukar dilukiskan dengan kata2, lagi pula arah yang di tuju sangat aneh, membuat orang merasa bingung untuk menghadapinya. Ingatan kedua belum sempat berkelebat didalam benaknya, bayangan telapak tahu2 sudah berada di depan mata. seandainya serangan ini bersarang telak di ubun2nya niscaya bakal hancur berantakan. Dalam gugup dan kagetnya pemuda itu segera ayunkan telapaknya kedepan, tanpa ia sadari ayunan tersebut telah disertai pula dengan salah satu jurus ampuh dari ilmu kura2 sakti.

"Aaah... ditengah jeritan kaget malaikat hawa dingin Mo siu Ing tarik kembaci serangannya sambil bertukar gerakan, untuk kedua kalinya ia menghantam lagi ubun2 orang dengan kecepatan yang jauh lebih hebat. Han Siong Kie silangkan sepasang telapaknya membendung datangnya pukulan tersebut, pada saat yang bersamaan badannya bergeser kearah belakang dengan suatu gerakan yang manis iapun berhasil meloloskan diri dari ancaman kedua. 235 "Manusia berwajah dingin" seru Mo siu Ing tajam. "Kau betul2 sangat hebat, terimalah serangan yang terakhir" Ditengah bentakan keras, malaikat hawa dingin Mo siu Ing mendorong sepasang telapaknya secara berbareng kearah depan, ketika sampai ditengah jalan mendadak serangan pukulan itu berubah jadi serangan mencengkeram, dari tangannya bagaikan burung elang laksana kilat mencekal pergelangan lawan. Han Siong Kie segera memutar telapak kirinya melindungi badan, telapak kanan membabat dari atas kearah bawah, sementara tubuhnya ikut meloncat kearah belakang.. "Breeet.. ditengah suara robeknya pakaian, terselip jeritan kaget yang amat keras. Pakaian bagian dada yang dikenakan Han Siong Kie tersambar robek oleh jari tangan lawan, sarung tangan mustika HudJiu Poo Pit yang disimpan dalam sakupun segera terjatuh keatas tanah. "Apa ?? sarung tangan mustika Hud Jiu Poo Pit "-jerit malaikat hawa dingin dengan suara terperanjat laksana kilat tangannya menyambar keatas tanah. Han Siong Kie sendiri jadi luar biasa kagetnya setelah melihat kejadian itu, ia merasa tiada kesempatan lagi baginya untuk merampas balik sarung tangan mustika tadi dalam gugupnya ia lancarkan sebuah babatan maut keatas tanah. Tapi sayang seribu kali sayang.. walaupun serangan itu dilancarkan dengan kecepatan penuh, namn gerakannya tetap terlambat satu tindak. Tahu2 malaikat hawa dingin Mo siu Ing sambil mencengkeram sarung tangan mustika itu telah meloncat mundur sejauh beberapa tombak dari tengah kalangan. "Aaah sarung tangan Hud Jiu Poo Pit, kitab pusaka tangan buddha. " 236 Malaikat hawa dingin Mo siu Ing jadi lupa daratan dan bergumam tiada hentinya. sesudah diperiksa sejenak kembali ia bergumam seorang diri: "ooh. tidak betul, tidak betul sarung ini cuma tangan kanannya saja.." Sekujur badan Han Siong Kie gemetar keras, keringat

sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, dengan sorot mata berapi ia menatap tajam perempuan itu. Sarung tangan Hud Jiu Poo Pit ini adalah benda peninggalan dari Leng Ku sanjin, seandainya benda itu sampai hilang dari tangannya, maka pemuda itu merasa malu terhadap arwah gurunya yang ada dialam baka. Apalagi ia sudah tumpukan harapannya dalam membalas dendam diatas sarung tangan mustika itu, asal ia berhasil menemukan sarung tangan yang lain, dia baru berhasil mempelajari ilmu si Mi sinkang maka usaha nya untuk membalas dendam pasti bisa tercapai. Dan kini setelah melihat benda mustika itu terjatuh ketangan orang lain, sudah tentu ia tak mau berpeluk tangan dengan begitu saja. -ooo0oooJilid 7 BAB 14 "MALAIKAT hawa dingin kembalikan benda itu kepadaku ..." bentak pemuda itu keras keras. "Kembalikan kepadamu??" ejek Mo siu Ing tanpa berpaling, "Huuuh gampang amat ucapanmu itu??" 237 "Kau benar2 tidak mau mengembalikan kepadaku??? " "Kenapa?? apa yang hendak kau lakukan?" "Aku akan beradu jiwa dengan kau" tubuhnya melesat maju ke depan tiga jurus ilmu pukulan kura2 sakti segera dilancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat, agaknya si anak muda ini benar2 ada maksud untuk beradu jiwa.. Dengan tangkas malaikat hawa dingin Mo siu Ing berkelit kesamcing dengan enteng dan mudah tahu2 ia sudah melepaskan diri dari ancaman pukulan maut itu, tegurnya dengan suara dingin: "Kalau bicara soal berkelahi kau masih belum pantas untuk bertempur melawan diriku " Han siong Kin tarik kembali serangannya dan berdiri kaku, seluruh badannya bergetar keras ucapannya memang benar untuk merampas benda pusaka itu dari tangan malaikat hawa dingin jauh lebih sukar daripada memanjat kelangit, tapi ia tidak rela benda mustika perguruannya lenyap dengan begitu saja. Air muka Malaikat hawa dingin mendadak berubah jadi sedih dan amat murung, ujarnya lagi dengan suara lirih: "Manusia berwajah dingin, kau tak usah kuatir aku tidak tertarik oleh benda mustika tersebut, tetapi kau musti melakukan pembicaraan secara blak-blakan dengan diriku" "Apa yang hendak kau bicarakan?" tanya sianak muda itu dengan hati rada lega. "Pertama kau harus bercerita lebih dahulu dari mana kau dapatkan sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit ini?" "Benda mustika itu adalah benda warisan perguruanku."

"Lalu siapakah gurumu??" "Dia adalah Leng Ku sang jin" "Apa?? coba kau ulangi sekali lagi..." 238 "Leng Ku sangjin. " "Haah haah haah... kau anggap aku si malaikat hawa dingin adalah seorang bocah berusia tiga tahun yang dapat kau bohongi seenaknya:" "Apa maksudmu??" "Nama besar Leng Ku sangjin sudah tersohor sejak seratus tahun berselang, masa.." "secara kebetulan aku berhasil menemukan jenasah dari dia orang tua, mengikuti surat wasiat yang tertinggal aku angkat dia sebagai guruku, masa begitu tak boleh disebut sebagai pengangkatan guru?" "oooh, kiranya begitu, tahukah kau bahwa sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit semuanya terdiri dari sepasang??" "Aku tahu, sarung tangan ini adalah sarung sebelah kanan, sedang yang lain adalah sarung sebelah kiri" Wajah malaikat hawa dingin Mo siu Ing berubah semakin murung, titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya, tiba2 ia bergumam seorang diri: "Tangan kiri oooh.. tangan kiri." seketika Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras, apakah malaikat hawa dingin mengetahui jejak dari sarung tangan sebelah kiri itu? tanpa sadar dengan suara gemetar ia berseru: "Kenapa dengan sarung tangan sebelah kiri???" "Benda itu telah merampas kebahagian hidupku" "Apa aku boleh tahu tentang duduknya perkara??" Tanya Han siong Kie dengan hati bergidik. Perempuan itu menyeka air mata yang berlinang membasahi wajahnya, deagan suara murung ia bertanya: 239 "Pernahkah kau mendengar tentang malaikat hawa panas Ko so Khio??.." "Pernah, bukankah dia adalah suamimu?" "Betul, pada delapan belas tahun berselang tanpa disengaja kami suami istri berdua berhasil menemukan salah satu dari sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit tersebut, setelah melakukan penyelidikan seksama kami berhasil menemukan bahwa sarung tangan itu semestinya sepasang. Maka setelah mengadakan perundingan akhirnya secara terpisah kami melakukan pencarian, aku menuju ke utara dan dia menuju keselatan dengan janji satu tahun kemudian baik berhasil maupun tidak akan berkumpul kembali dirumah..." "Akhirnya suamimu tidak kembali?" sela Han siong Kie tak tahan.

"Sedikitpun tidak salah, ia tidak pernah kembali lagi. satu tahun dua tahun tiga tahun aku telah menunggu selama lima belas tahun lima belas tahun yang penuh kesedihan serta penderitaan manusia berwajah dingin, lima belas tahun bukan suatu jangka waktu yang amat pendek bukan??" "Aah" Han siong Kie tak dapat menahan rasa kagetnya lagi, ia menjerit tertahan. "Yaah... lama kelamaan aku tak dapat menahan diri lagi" perempuan itu melanjutkan kembali kisahnya, "Aku segera munculkan diri dalam dunia persilatan dan mulai mencari jejaknya, suatu ketika secara tiba2 aku dengar orang berkata bahwa suamiku telah mati terbunuh dan kebetulan akupun mempunyai pikiran yang sama. Dalam keputus asaanku menemukan jejak pembunuh tersebut maka akhirnya..." "Akhirnya kau lantas melakukan pcmbunuhan, setiap tahun sekali dan tiap kali seratus jiwa manusia??" "Tidak salah, tujuanku adalah menggunakan kesempatan ini untuk memancing kemunculan pembunuh sadis tersebut" 240 "Apakah kau tak merasa bahwa perbuatanmu itu terlalu kejam?? terlalu brutal??" "Terlalu brutal??, haah haah haah... kebahagiaan hidupku sudah dirampas secara kejam, apakah itu tidak kejam?? apakah itu tidak brutal??" "siapa tahu kalau suami masih hidup di kolong langit adalah suatu kenyataan, sepantasnya kalau kau kerahkan segenap kemampuan yang kau miliki untuk menemukan jejak pembunuh itu, apa gunanya kau lakukan pembunuhan massal?? lagipula seandainya pihak lawan bukan berasal dari jago kalangan lurus, kendati kau sudah bunuh habis seluruh orang Bu-lim yang ada dikolong langit, belum tentu ia sudi munculkan diri" "selama aku masih bisa hidup dikolong langit, tak sedikitpun aku akan berhenti berusaha" teriak Mo siu Ing dengan penuh kebencian. Bergidik hati Han siong Kie melihat kekerasan hati perempuan itu, sesaat kemudian katanya lagi "Lalu dimanakah sarung tangan sebelah kiri itu??" "Bersama dengan lenyapnya suamiku, benda itupun ikut musnah tak berbekas" "oooh... Han siong Kie merasa hatinya jadi kecewa dan badannya jadi lemas, ia merasa se olah2 kepalanya diguyur dengan sebaskom air dingin. "Eeei manusia berwajah dingin perempuan itu menegur lagi, "Aku lihat kau punya minat yang amat besar untuk mendapatkan sarung tangan Buddha Hud Jiu Po Pit tersebut??" "Aku memang punya maksud demikian" "Kalau begitu marilah kita mengadakan satu perjanjian"

"Perjanjian yang bagaimana maksudmu??" 241 "Dengan batas waktu selama satu tahun, mari secara terpisah kita lakukan pencarian atas jejak suamiku yang hilang itu, kalau kau berhasil mendapatkan keterangan yang jelas tentang keadaan suamiku itu. maka ia sarung tangan Buddha Hud Jiu Poo Pit itu semuanya akan menjadi milikmu" "seandainya kau sendiri yang berhasil menyelidiki jejak suamimu itu??" tanya si anak muda itu dengan semangat yang berkobar kembali. "Tetap sama saja, kuhadiahkan sarung tangan tersebut bagimu" "Kalau suamimu sudah terbunuh dan benda itu terjatuh ketangan orang lain.." "Setelah aku berhasil membalas dendam, sarung tangan itu kuhadiahkan semua untuk mu" "Bagaimana kalau sarung tangan yang ini dikembalikan lebih dahulu kepadaku??" "Tidak" jawab Mo siu Ing tegas. Air muka Han siong Kie berubah hebat. "Kenapa ??" tanyanya. "Untuk sementara waktu akan kusimpan lebih dahulu bilamana dalam satu tahun tiada kabar berita apapun yang berhasil kau dapatkan, maka benda ini akan kumusnahkan" "Ben.... benda itu toh milik pribadiku, dengan dasar apa kau hendak memusnahkannya??" "Membiarkan benda itu tetap berada dikolong langit, mungkin hanya akan mendatangkan tragedi yang menyedihkan saja bagi umat manusia" "Eeei... kau tidak boleh berbuat begitu..." "Tidak. aku sudah memutuskan demikian". 242 "Kalau kau berani memusnahkan benda mustika itu, aku bisa mencabut jiwa anjingmu" "Hmmm .... setiap saat dan setiap waktu aku si malaikat hawa dingin akan menantikan kunjunganmu" sepasang mata Han siong Kie berubah jadi merah berapi api, tapi ia tak bisa berbuat lain kecuali mendongkol dan gusar, ia tahu bahwa tenaga dalamnya masih ketinggalan jauh kalau dibandingkan dengan kelihayan lawannya. setelah tertegun beberapa saat lamanya, pemuda itu sambil menggertak gigi segera bertanya: "Andaikata aku berhasil menemukan kabar berita tentang suamimu itu, aku harus pergi kemana untuk mencari jejakmu?" "Datang saja kegunung Kou Lou san" "Baik kita tetapkan demikian saja, tetapi ada sepatah kata akan kuucapkan lebih dahulu kepadamu, hadiah yang telah

kau berikan kepada adik angkat serta engkoh angkatku, suatu hari pasti akan kutagih beserta rentenya" "setiap saat kunantikan kunjunganmu" Malaikat hawa dingin Mo siu Ing menatap sekejap wajah Han siong Kie tajam2, kemudian menghela napas sedih. "Manusia berwajah dingin," ujarnya lagi, "semoga tidak lama lagi kita bisa saling berjumpa, semoga kau berhasil menangkan taruhan ini..." "Asal aku peroleh kemenangan, kaupun akan mendapatkan keputusan pula..." "Tidak salah, menang kalah kita berdua sama2 tidak menderita kerugian " 243 Bicara sampai disitu tubuhnya segera berkelebat tinggalkan tempat itu, cuma sekejap mata bayangan tubuh perempuan itu sudah lenyap dari pandangan. Han Siong Kie sambil memandang bayangan punggung Mo Siu Ing yang makin menjauh berdiri ter mangu2, semula ia mengira setelah berhasil mendapatkan hawa murni dari Leng Ku sangjin, maka usahanya untuk membalas dendam segera akan terlaksana, siapa tahu kepandaiannya masih terpaut jauh bila dibandingkan dengan musuh besarnya, bahkan dibandingkan dengan malaikat hawa dingin yang cantik jelita inipun dia masih ketinggalan beberapa tingkat. Tanpa terasa pamuda itu bergumam seorang diri: "Benar aku harus kerahkan segenap kekuatan yang kumiliki untuk mencari tahu kabar berita tentang malaikat hawa panas Ko su Khie, sebab hanya dari sepasang sarung tangan Buddha HudJiu Poe Pit itulah aku bisa mempelajari iimu silat yang lihay dan menuntut balas atas sakit hati terbunuhnya keluargaku Tapi... malaikat hawa panas sudah delapan belas tahun lamanya lenyap tak berbekas, jejaknya sudah lenyap dari permukaan bumi. Mencari berita tentang dirinya bukankah sama halnya deagan mencarijarum didasar samudra. Teringat akan dendam berdarahnya, membuat pemuda itu teringat pula ucapan malaikat hawa dingin yang mengejutkan hati. . . Tengkorak Maut itu adalah tengkorak maut gadungan... Bagian 10 "Seandainya apa yang terjadi adalah kenyataan, apa sebabnya tengkorak maut asli yang jauh lebih lihay itu cuma berpeluk tangan belaka membiarkan orang lain mempergunakan namanya untuk berbuat keonaran??" orang yang ada maksud pernah berkata kepadanya: 244 "Song Thiat Koay yang sudah lama mengasingkan diri dari perkumpulan Kay pang secara tiba2 munculkan diri dan mengederkan hati Tengkorak Maut sehingga iblis itu melarikan

diri.." Ditinjau dari kejadian ini, sudah cukup jelas membuktikan bahwa tengkorak gadungan dugaan malaikat hawa dingin tepat dan bisa dipercaya. Lalu siapa yang bernyali begitu besar berani menyaru sebagai Tengkorak Maut gadungan dan berbuat keonaran dikolong langit??? Kembali suatu teka teki yang sukar dipecahkan Mengapa orang yang kehilangan sukma suruh dia pergi menyambangi pemilik dari Benteng Maut?? dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang, berkunjung kesitu bukankah berarti menghantar kematian sendiri? Sementara Han Siong Kie sedang terbenam dalam lamunannya... Mendadak beberapa kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan kesunyian. Mendengar jeritan itu Han siong Kie merasa mulai terperanjat, segera pikirnya: "Aku benar2 amat tolol, bukankah Tonghong Hwie sedang bersemedi untuk menyembuhkan lukanya?? kenapa kau sudah melupakan keselamatannya??" Tanpa berpikir panjang tubuhnya segara berkelebat diangkasa dan meluncur kearah saudara angkatnya berada tadi. Tapi pemuda itu segera berdiri menjublak. sukmanya terasa melayang tingalkan raganya. Disitu ia tidak jumpai bayangan tubuh saudara angkatnya lagi. 245 Maka perkumpulan Thian Chee Kauw mengirim jago2 lihaynya untuk mencari jejak Tonghong Hwie serta dirinya, rombongan yang ikut dalam aksi penggeledahan itu tentu saja tidak terbatas pada para jago yang terbunuh ditangan malaikat hawa dingin saja. Andaikata Tonghong Hwie benar2 tertawan oleh para jago perkumpulan Thian Chee Kauw, atau menjumpai kejadian diluar dugaan. Bukankah dirinya bakal menyesal selama hidup karena keteledorannya itu?? semakin dipikir Han siong Kie merasa hatinya semakin bingung, andaikata Tonghong Hwie berlalu sehabis melakukan semedinya, paling sedikit adik angkatnya itu tentu akan memanggil dan mencari dirinya lebih dahulu, tak mungkin dia ngeloyor pergi tanpa pamit. Disamping itu, dari mana pula datangnya jeritan ngeri yang memekikkan telinga itu? Tergopoh2 pemuda itu berlarian disekitar hutan dengan harapan bisa menemokan suatu titik terang. Tiba2... pada jarak kurang lebih lima puluh tombak dari tempat dimana Tonghong Hwie bersemedi tadi, ia temukan lima sosok mayat yang bergelimpangan diatas tanah. Pada batok kepala bagian belakang masing2 korban

tertancaplah selembar daun yang menembusi tulang batok kepala mereka, jelas benda itulah yang telah merenggut jiwa mereka berlima. Memetik daun melukai orang, menyambit bunga menghancurkan batu. Ilmu kepandaian semacam ini boleh dibilang merupakan suatu ilmu yang bertaraf sangat tinggi. siapakah yang telah melakukan pembunuhan itu? jelas Tonghong Hwle adik angkatnya tidak memiliki tenaga dalam kesempurnaan itu, mungkinkah kematian dari kelima orang itu ada hubungannya dengan lenyapnya Tonghong Hwie dari situ?? 246 Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie jadi kelabakan bingung dan tak tahu musti berbuat apa. Tonghong Hwie adalah adik angkatnya yang sangat erat hubungannya dengan dia, perhatian serta rasa sayangnya terhadap adik angkatnya yang satu ini jauh melebihi rasa sayang terhadap diri sendiri Pada saat itulah... Ting Ting Ting dari tempat kejauhan secara lamat2 berkumandang datang suara dentingan besi membentur permukaan tanah, suara itu agaknya sedang menjauhi hutan tersebut. Andaikata Han siong Kie tidak memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, tak mungkin ia bisa menangkap suara lirih tersebut karena munculnya suara tadi amat mendadak. pemuda kita jadi tertarik. ia tak berani bertindak ayal lagi dengan cepat badan nya berkelebat menuju kearah mana berasal nya suara tadi. Hutan makin lama semakin menjauh, jalan rayapun nampak terbentang didepan mata. Tampak seorang pengemis tua berkaki tunggal dengan mencekal sebuah tongkat pemukul anjing sedang bergerak menuju kearah jalan raya, setiap kali tubuhnya meloncat kedepan, berbunyilah suara dentingan yang nyaring .. ... Han siong Kie segera salurkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan pengejaran, sungguh aneh sekali kendati dia sudah kerahkan semua kemampuannya, namun belum juga berhasil mengejar pengemis tua itu, jarak mereka masih tetap terpaut sejauh lima tombak lebih. setengah harian sudah kejar mengejar itu dilakukan, tetapi jarak yang memisahkan kedua belah pihak masih juga bertahan seperti semula. Dengan adanya kejadian ini segera menimbulkan rasa ingin menang dalam hati kecil Han siong Kie ilmu meringankan 247 tubuh cahaya kilat lintasan bayangan dikerahkan hingga mencapai pada puncaknya, bagaikan segulung asap ringan badannya meluncur laksana kilat kearah depan.

Pengemis tua itu tetap berlagak pilon, cuma suara dentingan yang terpantul ditengah udara semakin santar kedengarannya. . Han siong Kie amat terperanjat, ia tak bisa menebak jago lihay manakah yang berada dihadapannya saat ini. bila ditinjau dari kekuatan hawa murninya jelas ia jauh melebihi kehebatan saudara angkatnya pengemis dari selatan. Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya. Han siong Kie teringat kembali akan ucapan dari orang yang ada maksud ketika ia sedang terluka tempo dulu, mendadak muncul seorang tokoh Kaypang yang sudah empat puluh tahun lamanya mengasingkan diri, kemunculan jago lihay itu telah menakutkan Tengkorak Maut dan menyelamatkan jiwa pengemis dari selatan serta padri dari utara. Mungkinkah tokoh sakti yang berada dihadapannya saat ini adalah song Thiat Koay paman guru dari kakak tuanya itu??? Berpikir sampai disitu, ia segera berteriak keras. "Yang berada didepan sana betulkah soat Thiat Koay Locianpwee?? harap berhenti sejenak" sedikitpun tidak salah, pengemis tua berambut putih yang sedang berlari didepan itu segera menghentikan larinya dan menoleh. Han siong Kie segera memburu kedepan, sambil memberi hormat katanya: Pengemis tua itu amat kurus dan tinggal kulit membungkus tulang, sepasang matany cekung kedalam tapi memancarkan sorot mata yang amat tajam. sungguh amat sempurna tenaga lweekangnya batin pemuda kita dalam hati kecilnya. sementara itu pengemis tadi telah menyahut: 248 "Tak usah banyak adat, kau bocah yang disebut manusia berwajah dingin??.." "sedikitpun tidak salah" "Ada maksud apa kau kejar aku sipengemis tua??" "Aku mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengemis dari selatan ketua tian dari perkumpulan Kay Pang" "Kalau ada hubungan lantas mau apa??" Kembali Han Song Kie tertegun, keketusan serta kesombongan pengemis tua ini ternyata tiga kali lipat melebihi dirinya. sebelum dia sempat berbicara, pengemis tua itu telah berkata lagi: "Bocah cilik, apa tujuanmu hendak mengikat tali persahabatan dengan aku si pengemis tua?.?" "Benarkah locianpwee adalah song Thiat Koay yang amat tersohor dikolong langit??" "Darimana kau bisa tahu akan julukanku??" "Aku pernah mendengar dari orang lain " "Apa tujuanmu yang sebetulnya?? ayoh cepat katakan"

"Apakah loocianowee barusan muncul dari hutan sebelah belakang sana?? ..." "Kau toh sudah menyaksikan sendiri, kenapa musti bertanya lagi??" "Adik angkatku telah lenyap tak berbekas ketika sedang bersemedi didalam hutan, apakah ......." "Kau anggap aku si pengemis tua telah menelan adik angkatmu itu??" tukas song Thiat Koay ketus. Mengingat diatas wajah Pengemis dari selatan Han siong Kie masih berusaha untuk menahan diri tetapi perkataan 249 lawan kian lama kian tak sedap didengar, tak urung nada suaranya ikut berubah juga, serunya: "Aku cuma ingin bertanya kepada cianpwee, apakah kau melihat ada seseorang memasuki hutan tersebut?" "Tidak pernah tidak pernah aku si pengemis tua tiada waktu lagi untuk berbicara dengan dirimu" selesai berkata ia putar badan dan siap berlalu.. Dengan sebat Han siong Kie enjotkan badannya menghadang dihadapan pengemis tua itu. "Eeei.. bocah cilik, kau hendak menghadang jalan pergi dari aku si pengemis tua?" "Menghadang sih tidak berani aku cuma berharap agar loocianpwee suka memberi keterangan kepadaku." "Apa yang ingin kau ketahui" "Kabar berita dari adik angkatku" "Aku sipengemis tua tidak pernah melihatnya" "Didalam hutan sebelah sana menggeletak lima sosok mayat, mereka semua mati tersambit oleh daun yang menembusi batok kepalanya, apakah loocianpwee ...." "omong kosong, aku si pengemis tua sudah empat puluh tahun lamanya tak pernah melakukan pembunuhan" Ucapan ini membuat Han siong Kiejudi murung dan sedih, dilihat dari nada ucapan pengemis tua itu rupanya ia benar2 tak tahu tentang jejak adik angkatnya, maka dari itu ia lantas menjura. "Kalau memang begitu aku ingin mohon diri lebih dahulu" "TUnggu sebentar" "Apa yang hendak loocianpwee katakan lagi?? " 250 "Dilihat dari kecepatan gerakmu dikala mengejar aku sipengemis tua tadi rupanya tenaga dalammu sudah mencapai kesempurnaan, kau berasal dari perguruan mana?? Han Siong Kie sangat menguatirkan keselamatan dari adik angkatnya Tonghong Hwie, ia tidak ingin mengulur waktu lebih jauh lagi dengan singkat ia menjawab: "Secara kebetulan saja aku menemukan suatu penemuan aneh dan mendapatkan sisa hawa murni dari Leng Ku

Sangjin!'. Aaah. ! pengemis tua itu berseru kaget. Mendadak Han Siong Kie teringat akan sesuatu, segera tanya nya : Aku pernah mendengar orang berkata bahwa locianpwee telah menggebah pergi Teng korak Maut yang amat liehay itu...' Aaai. tak usah kau ungkap kembali kejadian tersebut'' tukas Song Thiat Koay tiba2 dengan wajah sedih, Sejak ini hari aku sipengemis tua tidak ingin muncul kembali didalam dunia persilatan, julukan Song Thiat Koay pun sejak kini sudah terhapus dari muka jagad!'. Air mukanya berubah hebat, sambil tertawa seram tambahnya : Benar2 omong kosong persoalan macam ini kenapa musti diungkap oleh seorang angkatan muda!" Tiiing!.. tubuhnya melejit keangkasa dan tahu2 sudah meluncur sejauh puluhan tombak dari tempat semula. Han Siong Kie jadi keheranan menyaksikan kejadian itu, namun tubuhnya tetap berdiri tegak ditempat semula. Tiiing...! Tiiing...! Tiiing...! beberapa saat kemudian tubuhnya sudah tinggil sebuah titik hitam diujung jalan dimana akhirnya lenyap dari pandangan. 251 Han Siong Kie tahu bahwa percuma baginya untuk, menyusul tokob lihay tersebut, maka diapun urungkan niatnya untuk mengejar. Tapi pada saat ini dalam hatinya terbeban kembali satu pertanyaan yang membangunkan hatinya. Menurut orang yang ada maksud, sebelum Song Thiat Koay munculkan diri Tenakorak Maut telah melarikan diri terbiritbirit, tapi kalau ditinjau dari ucapannya barukan di mana ia bersumpah tak akan muncul kem a li didalam dunia persilatan jelas menunjukkan bahwa ia sudah jatuh kecudang ditang-an gembong iblis tersebut. Lalu apa yang sebenarnya telah terjadi?? Pikirannya teralih kembali pada'keselamat an saudara angkatnya Tonghong Hwie ia berpikir keras untuk memecahkan teka teki yang menyelimuti lenyapnya pemuda she Tonghong itu. Lama sekali.... akhirnya ia berhasil menarik satu kesimpulan, kemungkinan besar Tonghong Hwie telah ditemukan jejaknya oleh para jago lihay yang dikirim perkumpulan Thian chee Kauw untuk mencari jejaknya itu. "Aku harus menyerbu kedalam markas besar perkumpulan Thian chee Kauw...." ingatan ini berkelebat didalam benaknya. Maka pemuda itupun segera mencari tahu jalan menuju ke tempat itu, siang malam ia melakukan perjalanan untuk menyerbu ke "Lian HoanTo" markas besar perkumpulan Thian chee Kauw Untuk sementara baiklah kita tinggalkan dahulu diri Han

siong Kie yang sedang melakukan perjalanan. sementara itu Tonghong Hwie yang duduk bersemedhi untuk menyembuhkan lukanya, tidak lama kemudian sudah berada dalam keadaan " Tenang" dan lupa akan segalagalanya, terhadap peristiwa yang terjadi disekitar tubuhnya ia sama sekali tak tahu. 252 Menanti semedinya telah selesai dan membuka matanya, saat itu bayangan tubuh dari Han siong Kie sudah lenyap tak berbekas. Hatinya jadi sangat keheranan, Pada waktu itu Han siong Kie sedang berdiri tertegun setelah ditinggalkan malaikat hawa dingin, karena itu tiada sedikit suara pun yang kedengaran. sementara Tonghong Hwie akan berteriak memanggil saudara angkatnya itu, mendadak dari dalam hutan ia saksikan munculnya bayangan manusia. Gadis itu tak berani berayal lagi, buru2 ia enjotkan badan dan mengejar dari belakang. Kiranya bayangan manusia itu bukan lain adalah kawanan para jago perkumpulan Thian chee Kauw yang ditugaskan mencari jejak Tonghong Hwie serta Han siong Kle. sedari permulaan mereka telah menemukan bahwa Tonghong Hwie sedang duduk bersemedi ditempat itu, tapi merekapun menemukan bahwa malaikat hawa dingin Mo siu Ing berada kurang lebih sepuluh tombak dari mereka berada, karena itulah mereka tak berani turun tangan secara gegabah takut gerakannya itu mengejutkan sang iblis perempuan. Ketika Tonghong Hwie telah menyelesaikan semedinya dan mengejar bayangan manusia yang terlihat olehnya, para jago dari perkumpulan Thian Chee Kauw jadi kegirangan. mereka segera memancing gadis itu hingga keluar dari hutan tersebut. Disanalah lima sosok bayangan manosia segera menghentikan gerakan tubuhnya, tan pa mengucapkan sepatah katapun mereka me nerjang Tonghong Hwie habis2an. Pengemis cilik yang tidak tahu duduknya perkara mendadak mendapatkan serangan jadi amat kaget, sekuat tenaga ia melakukan perlawanan. 253 Kelima orang itu adalah jago2 kelas dua dari perkumpulan Thian Chee Kauw, kemudian mereka terhitung sangat hhay dan sempurna. Karena takut gerakannya itu mengejutkan malaikat hawa dingin, ditambah pula mere ka sudah tahu bahwa pengemis cilik ini mempunyai kepandaian aneh yang tak mempan ditotok maupun dihantam, maka beberapa orang itu tak berani bertindak gegabah serangan2 gencar dilancarkan secara bertubi2 dengan harapan pertarungan ini bisa dapat diselesaikan.

Empat orang kakek baju hijau yang berada di sisi kalanganpun tidak berdiam diri belaka setelah saling berpandangan sekejap me reka ikut terjunkan diri kedalam kalangan. Delapan bintang dari partai Thian-Chee-Kauw adalah jago lihay kelas satu, dibawah kerubutan begitu banyak jago lihay, Tonghong Hwie jadi keteter hebat dan nampaknya sejenak lagi ia bakal tertawan. --ooo0dw0ooo-BAB 15 DISAAT yang amat kritis itulah.. mendadak kelima orang jago lihay yang sedang melancarkan serangan maut itu sama menjerit kesakitan, sambil terjungkal diatas tanah, tubuh mereka terguling sekarat. sejenak kemudian tubuh mereka sudah meninggal tak tak bernapas lagi. Kejadian yang muncul secara tiba2 ini sangat mengejutkan sisa jago yang sedang melakukan pertarungan termasuk pula Tonghong Hwie sendiri yang tertegun saking kagetnya. setelah mengetahui bahwa kelima korban itu mati karena tersambit oleh selembar daun yang menembusi batok 254 kepalanya, empat orang kakek berbaju hijau itu jadi keder, mereka tahu bahwa disitu telah muncul seorang tokoh yang maha dahsyat, tanpa banyak berbicara lagi mereka putar badan dan kabur dari situ. Tonghong Hwie sendiri setelah berhasil menenangkan hatinya segera berpaling kearah mana berasalnya serangan tadi, sambil memberi hormat teriaknya: "Aku sipengemis cilik mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang telah diberikan" Lama sekali ditunggu namun tiada jawaban yang terdengar, pengemis cilik ini tahu bahwa orang itu sudah pergi, maka iapun segera alihkan pandangannya untuk mencari jejak saudara angkatnya Han siong Kie. Mendadak ia berpikir: "Ke empat orang kakek itu adalah jago lihay dari Thian chee Kauw, si kupu2 warna warni Lie In Hiang pun kesemsem terhadap engkoh dia, Jangan2 ia sudah terjatuh ketangan pihak lawan??.." Makin dipikir ia merasa semakin kuatir, sehingga akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyatroni perkumpulan Thian chee Kauw. Maka.. Tonghong Hwie pun berangkat menuju ke Lian Hoan To markas besar Thian chee Kauw untuk mencari jejak saudara angkatnya. . selangkah terpaut membuat urusan semakin berabe, dengan waktu yang terpaut sedikit kedua orang itu sama2 menuju ketujuan yang sama... Dalam pada itu Han Siong Kie dengan hati yang amat

gelisah mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya secepat mungkin melakukan perjalanannya. Ketika tengah hari ketiga, sampailah pemuda itu diluar Lian Hoan To. 255 Lian HanToo adalah sebuah daerah yang terbentuk dan deretan enam belas puncak bukit, dibalik gunung terdapat gunung, dibalik selat terdapai selat. Bagi orang yang tak tahu letak jalan yang sebenarnya akan tersesat dan sukar untuk lolos lagi dari tempat itu. Lama sekali Han Siong Kie berdiri diluar selat, setelah sangsi beberapa saat lamanya akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyusup masuk lewat sebuah selat sempit yang diapit oleh dua buah dinding bukit. Yang aneh ternyata tak seorang anggota perkumpulan Thian Chee Kauw pun yang nampak menghalangi jalan perginya, Tidak lama kemudian pemuda itu sudah masuk kedalam selat itu sejauh satu lie mendadak dihadapannya muncul sebuah bukit terjal yang menghadang jalan perginya, dalam hati ia lantas berpikir. "Eeei... aneh sekali, Kenapa tempat ini merupakan sebuah selat buntu?? bukankah diluar selat sudah jelas tertulis bahwa tempat ini merupakan Lian Hoa To?" Menanti ia sudah didepan dinding bukit itu tampaklah pada sisi kanan mau pun sisi kiri muncul pula sebuah selat sempit yang menjorok jauh kedalam. Sekarang Han Siong Kie baru tahu apa sebenarnya yang telah terjadi sambil manggut-manggut pikirnya: Ooooh. . ! kiranya yang dimaksud Lian-Hoan Too adalah permainan semacam ini dalam selat terbagi dalam dua cabang aku harus pilih jalan yang mana??" Belum habis ia berpikir dari kedua belah sisi dinding mendadak muncul delapan orang pria berbaju hitam, empat orang berjajar jadi satu baris dan tepat menyumbat jalan masuk selat sempit itu. 256 Terdengar salah seorang diantara empat pria yang berada disebelah kanan menegur dengan suara dingin. "Siapa yang datang?? sebutkan namamu! Manusia berwajah dingin!" sahut Han Siong Kie sambil menyapu sekejap wajah kedelapan orang itu. Mendengar disebutkannya nama ini, air muka kedelapan orang pria tadi seketika berubah hebat masing-masing mundur satu langkah kebelakang dan orang yang paling ujung segera bersuit nyaring. Dari dalam lembah berkumandang pula suitan balasan yang mana saling sambung menyambung hingga ketempat

kejauhan. Kaukah si manusia berwajah dingin yang belum lama berselang baru terjun kedalam dunia persilatan ?" seru pria tadi kembali. "Sedikitpun tidak salah !" "Tolong tanya apa maksud tujuanmu berkunjung kemari ?" "Minta orang !" "Minta orang ???" Ehmmm. bila kalian tahu diri capatlah laporkan kedatanganku kedalam lembah, aku hendak menemui ketua kalian !" Bertemu dengan ketua kami ? Huuu! dengan andalkan pangkat apa sih kau hendak bertemu dengan ketua kami??" Bagus kalau begitu ayoh kalian menyingkir kesamping! Delapan orang pria berbaju hitam itu mendengus dingin mereka segera kerahkan tenaga dalamnya siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 257 Ooooh... kalian tak mau memberi jalan? jengek Han Siong Kie kembali dengan suara sinis. Hey manusia berwajah dingin, siapa bsrani menerjang kedalam lembah dia harus dihukum mati ! Dengan gusar Han Siong Kie membentak keras, telapaknya diayun kemuka menghajar empat orang pria yang berada disebelah kiri, serangannya dilancarkan amat cepat bagaikan kilat kehebatannya luar biasa sukar dilukiskan deagan kata kata. Tanpa banyak bicara keempat orang pria itu sama-sama menjerit kesakitan bagaikan bola mereka menggelinding sejauh dua tombak dari tempat semula dan tak berkutik lagi Dalam pada itu empat orang pria yang berada disebelah kanan telah bergerak kedepan, masing2 melancarkan sebuah babatan maut kearah sianak muda itu. Tanpa berpaling Han siong Kie putar telapak kanannya satu lingkaran kemudian ditepuk kemuka tubuhnya ikut melesat kedepan mendekati keempat orang pria tersebut. Melihat musuhnya menerjang kearah mereka, keempat orang pria itu jadi ketakutan, buru2 mereka mengundurkan diri kearah ke dua belah samping. Han siong Kie tertawa dingin sambil melewati keempat orang itu badannya segera menerjang kearah selat sebelah kanan. Lorong selat itu amat sempit dan menjorok jauh kedalam setelah melewati tiga buah tikungan sampailah pemuda she Han ini disebuah tanah lapang yang luasnya mencapai setengah hektar, empat buah mulut selat terbentang pula disekitar tanah lapang tadi. Bayangan manusia berkelebat lewat, dua puluhan orang pria berbaju hitam bermunculan dari mulut keempat buah

selat tersebut, mereka dipimpin oleh seorang kakek 258 bercambang yang memiliki wajah amat bengis. Terdengar kakek itu membentak keras: "Bajingan cilik dari mana yang begitu besar nyalinya, berani mencari satroni dalam markas besar kami. Hmmm ayoh sebutkan dulu siapa namamu ???.." "Hmmm kau sendiri manusia macam apa..? " "Kurangajar, bajingan cilik rupanya kau sudah bosan hidup," Ditengah bentakan nyaring kakek bercambang itu silangkan telapaknya didepan dada lalu sambil menerjang kemuka melancarkan dua babatan kilat yang maha dahsyat. Han siong Kie mendengus dingin, kelima jarinya laksana kilat meluncur kedepan, ditengah dengusan berat tahu kelima jarinya sudah berhasil mencengkeram urat nadi kakek bercambang itu erat-erat. "Ayoh bawa aku pergi menjumpai ketua kalian" bentak Han siong Kie dengan suara lantang. Dua puluh orang pria baju hitam yang berdiri disamping kalangan segera membentak keras, bagaikan gulungan air bah mereka menerjang kemuka, cahaya senjata berkilauan membuat suasana terasa amat teggng dan mengerikan. Han siong Kie tetap berdiri tak berkutik ditempat semula, ditunggunya hingga pihak lawan sudah hampir tiba dihadapannya, telapak kiri segera berputar membentuk satu lingkaran melingkar lalu didorong kemuka dengan hebatnya. segulung angin desiran tajam bagaikan sapuan ombak ditengah hujan badai menghantam orang2 dengan dahsyatnya .... dengusan berat segera berkumandang memecahkan kesunyian, bayangan manusia membuyar ke samping dan para jago itupun tercerai berai ke empat penjuru dalam keadaan yang mengenaskan. 259 Hingga detik itu pemuda she Han masih belum ada minat untuk melukai orang, maka serangannya masih ringan dan tidak sampai membinasakan. suitan nyaring yang amat santer kembali berkumandang di tengah udara ..... Empat sosok bayangan hijau meluncur datang dari tempat kejauhan, dalam waktu singkat mereka sudah tiba didepan mata, begitu cepat gerakan tubuh mereka hingga bisa disimpulkan bahwa keempat orang itu pastilah jago lihay kelas satu. Dalam pada itu setelah mengetahui siapakah musuh dihadapanny a, keempat orang itu nampak agak tertegun, kemudian sambil tertawa dingin terdengar salah satu diantaranya berseru sambil menyeringai seram. "Manusia berwajah dingin, inilah yang di katakan orang

mau ke sorga tak mau kau tempuh, jalan keneraka kau cari Hmmm rupanya kau sudah bosan hidup dan ingin mencari penyakit bagi diri sendiri" Rupanya empat orang jago yang baru saja muncul itu bukan lain adalah empat orang diantara Thian che Pat siok delapan bintang dari perkumpulan Thian che kau. "Kalian segera mundur kebelakang" kembali kakek itu berseru kepada anak buahnya. Para pria baju hitam yang semula memenuhi kalangan segera membubarkan diri ke belakang, sementara keempat orang kakek baju hijau itu segera membentuk pos isi setengah lingkaran dan mengurung pemuda itu rapat2. "Manusia berwajah dingin" kakek pertama tadi menegur, "Sekarang posisimu sudah terjepit, kau hendak menyerah dengan begitu saja ataukah hendak paksa kami untuk turun tangan" 260 Haaaah...hahaaaaa...haaah...kalian lempar lembar gombal jelek pun berani omong besar dihadapanku. Hmmm! Betulbetul tak tahu diri Sambil membentak keras pemuda itu segera msngerahkan tenaganya dan melempar tubuh kakek bercambang yang ada didalam genggamannya itu ketengah udara. Keempat orang kakek baju hijau itu jadi semakin naik pitam, mereka membentak berbareng : "Bangsat cilik, rupanya kau sudah bosan hidup !" Empat gulung hawa pukulan yang maha danysat, disertai bunyi guntur yang memekikkan telinga segera meluncur kedepan menghajar tubuh Han Siong Kie. Menghadapi datangnya serangan gabungan itu pemuda she Han sama sekali tidak menghindar, segenap kekuatan tubuhnya dihimpun kedalam telapak kemudian menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras. Blaaaaaam..! ditengah benturan keras yang memekikkan telinga pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, gulungan hawa murni berdesir menyebar keempat penjuru oleh desakan tenaga yang dahsyat itu keempat orang kakek baju bijau itu tergetar mundur empat langkah dengan badan sempoyongan sedangkan Han Siong Kie sendiri hanya mundur satu langkah kebelakang. Delapan bintang dari perkumpulan Thian che kau adalah jago jago kelas satu didalam dunia persilatan ternyata tenaga gabungan mereka berempat tidak mampu msrobohkan Manusia berwajah dingin kejadian ini membuat puluhan anggota perkumpulan yang mengikuti jalannya pertarungan itu dari sisi kalangan jadi tercekat hatinya air muka mereka berubah hebat. Keempat orang kakek baju hijau itu merasa penasaran setelah bsrhenti sebentar mereka menerjang kembali kedepan

261 telapak dan totokan jari beterbangan memenuhi angkasa dengan gencar mereka terjang dan kurung si anak muda itu rapat-rapat. Han Siong Kie bukanlah bocah ingusan kemarin sore, badannya segera melesat kedepan merobos masuk lewat celah2 bayangan telapak serta desiran angin serangan yang mengurung tubuhnya, ilmu sakti " Leng ku-it sih " laksana kilat dilancarkan. Tiga jurus ilmu Kura2 sakti merupakan hasii ciptaan Leng ku sangjin yang makan waktu banyak tahun bukan saja sakti bahkan terkandung pula unsur2 kehebatan yang ada diluar dugaan Dengan tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie dewasa ini, meskipun kepandaian tersebut masih belum mampu untuk menandingi Tengkorak Maut, serta malaikat hawa dingin beberapa orang gembong iblis, tapi kekuatan itu masih lebih dari cukup kalau digunakan untuk menghadapi jago2 silat biasa. Disaat Han siong Kie melepaskan serangan yang maha dabsyat itulah, terdengar dua dengusan berat bergema memecahkan kesunyian, dua orang kakek baju hijau itu sambil menutupi dada sendiri mundur kebelakang dengan sempoyongan, jelas kedua orang itu masing2 telah termakan oleh sebuah pukulan dahsyat. Menyaksikan keadaan tersebut, dua orang kakek lainnya jadi amat terperanjat, cepat2 mereka loncat mundur kebelakang dan memandang kearah lawannya dengan pandangan tertegun. Dengan pandangan dingin Han siong Kie menyapu sekejap seluruh kalangan tersebut, kemudian kepada pemimpin dari keempat orang kakek baju hijau itu katanya: "Saudara, mumpung dalam hatiku belum timbul napsu untuk membinasakan kalian, lebih baik Janganlah terlalu 262 banyak bertingkah dihadapanku, bawalah aku pergi menjumpai kaucu kalian" "Hmm manusia berwajah dingin, Lian huantam kami belum pernah dimasuki orang secara jumawa macam kau, dan belum pernah pula melepaskan korbannya dalam keadaan hidup," "Jadi kau tak sudi membawa aku masuk kedalam selat ini??" sela Han siong Kie dengan wajah berubah hebat, napsu membunuh mulai menyelimuti mukanya. "Tidak kau mau apa??" Napsu membunuh yang menyelimuti wajah sianak muda itu kian lama kian bertambah tebal, tapi sebelum ia bertindak sesuatu, kembali satu ingatan berkelebat dalam benaknya. Ia merasa tidak seharusnya terlalu memburu napsu

sebelum jejak adik angkatnya Tonghong Hwie ketahuan. Maka sambil tertawa dingin katanya: "Kalau kalian tak mau membawa aku untuk menemui kaucu kalian, ayoh pada menyingkir ke samping, lihatlah aku akan mencari sendiri" Belum habis ia berkata, dari dalam selat mendadak bergema datang suara bentakan nyaring. "Hmm! besar amat bacot anjingmu itu... kau ingin menerjang kedalam?? sungguh seorang manusia yang tak tabu diri!" Bersamaan dengan berkumandangnya suara bentakan itu, tampaklah sesosok bayangan manusia meluncur keluar dari mulut selat. Melibat kehadiran orang itu, Han Siong Kie segera berdiri tertegun, sedang pihak lawan pun agaknya melengak juga dibuatnya. Ternyata orang yang baru saja munculkan diri itu adalah seorang pemuds berusia tujuh delapan belas tahun, wajahnya 263 tampan dengan mata yang jeli dan hidung yang mancung hanya sayang diantara kegantengannya itu terselip sifat licik yang meoyeramkan. Melihat kemunculan pemuda itu, Empat orang kakek baju hijau serta dua puluh satu orang pria baju hitam sama2 bongkokkan badan memberi hormat, sikap mereka begitu hormat dan jeri hal ini menunjukkan bahwa kedudukan itu pasti amat tinggi. "Kaucu muda!" terdengar mereka menyapa lalu menyingkir kesamping untuk membuka jalan. Pemuda itu ulapkan tangannya lalu maju kedepan dengan langkah lebar, tegurnya sambil tertawa seram. Hmmm.. Hmm... jadi kaulah yang bernama Manusia berwajah dingin...??' Sedikitpun tidak salah, ada apa?" "Ayahku pernah kirim orang untuk mengundang kehadiranmu dalam markas kami sungguh tak nyana hari ini kau telah datang menghantar diri sendiri... bagus. bagus sekali ! kedatanganmu memang sangat kebetulan lalu apa tujuanmu datang kesini??" Han Siong Kie mendengus dingin. Hmm! aku datang untuk meminta orang! "Minta orang?? sungguh aneh! siapa yang hendak kau minta dan manusia macam apakah dia?" Seorang pengemis cilik! "Oooh ..! kau maksudkan pengemis cilik yang sering kali jalan bersama dirimu dan setiap kali memusuhi perkumpulan kami itu?" "sedikitpun tidak salah, memang dia yang kucari" "Apakah kau yakin bahwa temanmu itu berada disini??" "

264 "Aku rasa dugaanku tak bakat salah lagi " "Haaah.. haaah... haaah..." Pemuda itu angkat kepala dan tertawa ter bahak2. "Manusia berwajah dingin tekebur amat ucapanmu itu, sejak perkumpulan kami didirikan belum pernah ada orang yang berani secara terang-terangan datang kemari minta orang, tahukah kau bahwa perbuatanmu itu merupakan suatu dosa yang amat besar?? Nah kini kau hendak menyerah secara sukarela untuk menantikan hukuman atau hendak paksa aku untuk turun tangan sendiri??" Air muka Han siong Kie berubah jadi adem serunya dengan suara dalam: "Jawab dulu pertanyaanku, benarkah orang yang sedang kucari berada didalam perkumpulan kalian??" "Kalau ada kenapa??" "Harap kau serahkan kembali orang itu kepadaku" "Kalau aku bilang tak ada disini??" Han siong Kie mendengus dingin, dari nada suara lawannya ia menduga Tonghong Hwie pasti sudah tertawan oleh mereka, napsu membunuh seketika berkecamuk kembali dalam dirinya, ia berteriak: "Bila tidak kau serahkan orang itu kepadaku, Hmm kubunuh kalian semua..." Pemuda itu sekali lagi angkat kepala dan tertawa terbahak2.. "Haaah... haaah... haaah... manusia berwajah dingin kau telah terkurung dalam pengepungan kami keadaanmu bagaikan burung dalam sangkar, apa yang kau gonggongi lagi? Hmm rupanya sebelum memilih peti mati kau tak akan melelehkan air mata, baiklah aku akan memenuhi harapanmu itu..." Sebagai penutup dari kata2nya itu segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera dilancarkan ke arah depan. 265 Han siong Kie menggertak gigi, diapun ayunkan pula telapaknya menyongsong datangnya serangan tersebut. "Blaaam.... " ditengah benturan keras yang menimbulkan ledakan dahsyat, kaucu muda itu tergetar mundur satu langkah lebar kebelakang dengan sempoyongan, sedangkan Han Siong Kie sendiri cuma bergoyang sedikit badannya Terkesiap hati Kaucu muda itu setelah menyaksikan kehebatan lawannya, ia tidak menduga kalau tenaga dalam yang dimiliki pihak tawan ternyata jauh lebih sempurna daripada dirinya, ia sadar bila pertarungan adu kekerasan diteruskan lebih jauh maka dirinya niscaya akan menderita kekalahan total. Mengingat keadaan yang tidak menguntungkan itu, dengan cepat badannya menerjang ke arah depan, sepasang telapaknya bekerja cepat melancarkan serangan bertubi2,

bayangan telapak berlapis2 ibarat hujan deras meluncur memenuhi seluruh angkasa. Han siong Kie tertawa dingin, sambil ayun telapaknya kearah depan, ia menerobos masuk lewat kepungan bayangan telapaknya yang ber lapis2 kemudian jurus pertama dari ilmu kura2 sakti dilancarkan. Kaucu muda itu semakin terperanjat lagi, dari gerak tubuh lawan yang begitu aneh dan luar biasa, ia tahu jurus serangan sendiri tak mungkin bakal berhasil membendung datangnya ancaman tersebut, saking takutnya buru2 ia mengundurkan diri sejauh lima depa kearah belakang, Han siong Kie tidak mau memberi kesempatan bagi lawannya untuk bertukar napas, melihat ia loncat mundur kebelakang, dengan cepat tubuhnya menerjang maju kemuka, jurus pertama dari ilmu kura2 saktipun segera dilepaskan... Untuk kedua kalitnya Kaucu muda itu meloncat mundur delapan depa kebelakang dengan gerakan seperti kilat... sreet ujung bajunya tersambar desiran angin tajam yang di 266 lancarkan lawan hingga robek sebatas bahu dan rontok keatas tanah. Dalam pada itu Han Siong Kie sendiripun tercekat hatinya setelah melihat dua buah serangan mautnya ternyata hanya berhasil menyambar robek ujung baju sipemuda itu, hal ini membuktikan bahwa ilmu silat yang dimiliki kaucu muda inijauh berada diatas kepandaian silat yang dimiliki delapan bintang dari perkumpulan Thian chet Kau. Melihat dirinya dibikin malu dihadapan anak buahnya, kaucu muda itu jadi semakin sengit, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara menyeramkan bentaknya: "Manusia berwajah dingin, bila dalam tiga jurus kemudian aku tidak berhasil mencabut jiwa snjingmu, seketika itu juga aku akan bunuh diri dihadapanmu! " Han Siong Kie terkesiap, ia sadar pihak lawan berani omong besar itu berarti bahwa orang itu memiliki ilmu simpanan yang luar biasa. Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, nampak kaucu muda itu sudah berdiri mematung dihadapan mukanya, sepasang telapak ditepukkan satu sama lain didepan dada kemudian perlahan2 didoroog kearah depan. Segulung desiran angin pukulan berhawa dingin meluncur keluar berbareng dengan gerakan tepukan itu. Menyaksikan kaucu mudanya menunjukkan kelihayan, para jago perkumpulan Thian che kau yang berada disisi kalangan segera pusatkan seluruh perhatiannya ketengah kalangan sepaseng mata mereka terbelalak lebar dengan hati berdebar mereka menantikan perkembangan selanjutnya. Dalam pada itu ketika Han Siong Kie merasa bahwa dibalik

angin pukalan yaog dilancarkan pihak lawan terkandung sesuatu yang aneh, buru2 ayunkan telapaknya untuk 267 memotong, tapi sayang tindakannya itu terlambat satu tindak, ia rasakan angin pukulan yang dilancarkan pihak lawan telah bersarang diatas tubuhnya membuat seluruh kekuatan tubuh yang dimilikinya lenyap tak berbekas, sedikit tenaga pun tak mampu disalurkan kembali, kejadian ini membuat hati nya terkejut serasa sukma melayang tinggalkan raganya. "Kepandatan apakah itu?" pikirnya didalam hati,Tak nyana serangan tersebut mampu menjebolkan pertahanan hawa murniku!" Melihat musuhnya dibikin terkejut, kaucu muda itu tarik kembali serangannya dan menyeringai seram, setelah mendengus dingin perlahan2 ia mendesak maju kedepan. Han Siong Kie semakin terkesiap ia tak tahu apa yang musti dilakukan pada keadaan seperti ini. "Apakah aku mandah digebuk dan dibekuk lawan tanpa melawan??" pikirnya didalam hati. Dalam gelisahnya ia berusaha keras untuk mengerahkan kembali tenaga dalamnya, sekali dicoba... gagal, dua kali kembali gagal... tapi ketika ia mencoba untuk ketiga kalinya.. akhirnya dia berhasil.. hawa murninya segera terkumpul kembali. Rasa girang yang menyelimuti hatinya sukar dilukiskan lagi dengan kata2, sepasang telapak segera diayun ke depan dengan sepenuh tenaga. tampaklah segulung angin pukulan yang luar biasa dahsyatnya meluncur ke depan menghantam kearah sianak muda itu. Mimpipun kaucu muda itu tak pernah menyangka kalau pihak lawan yang hawa murninya berhasil dipecahkan olehnya dengan ilmu sakti Ho Ho sinkang ternyata masih sanggup untuk melancarkan serangan balasan, untuk sesaat ia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya. 268 "Bruuk.. ditengah dengusan berat, tubuhnya terlempar beberapa tombak jauhnya dari tempat semula, darah segar muncrat keluar lewat celah2 bibir Keempat orang kakek baju hijau serta para jago lainnya sama menjerit kaget, mereka tak menyangka kalau kaucu mudanya bakal terluka ditangan musuh. . Haruslah diketahui tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie berasal dari Leng Ku Sangjin yang disalurkan lewat kura2 saktinya, tanpa disadari tenaga tersebut telah mengandung suatu tenaga yang amat mukjijat, ditambah pula tubuhnya telah berendam selama tiga hari didalam air mustajab yang berasal dari bawah permukaan tanah, hal ini membuat tulang dan kulitnya se-akan2 berganti yang baru.

oleh sebab itulah meskipun hawa murninya telah dibikin buyar oleh serangan lawan, namun dengan cepat pula hawa yang telah membuyar tadi menghimpun kembali. Napsu membunuh menghiasi seluruh wajah Han Siong Kie, dikala semua orang masih tercekam oleh rasa kejut bercampur tercengang, tubuhnya laksana kilat menerjang maju kedepan, setibanya dihadapan kaucu muda itu telapaknya segera diangkat siap dibacokkan keatas tubuh musuhnya... "Tahan" suatu bentakan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, sekali pun suaranya tidak terlalu keras namun cukup memekikkan telinga setiap orang. Han Siong Kie segara tarik kembali telapaknya dan loncat mundur delapan depa kebelakang, sorot matanya dialihkan ke arah mana berasalnya suara tadi. Seorang perempuan berusia setengah baya yang cantik jelita bagaikan bidadari berdiri tegap disisi pemuda tersebut, dengan pandangan yang aneh ia sedang memandang pula kearahnya. 269 Han Siong Kie terkejut, sungguh cantik perempuan ini pikirnya didalam hati, ia merasa kecantikan wajahnya jauh lebih hebat ber kali2 lipat kalau dibandingkan dengan kecantikan si malaikat hawa dingin. Siapakah dia?.. Jangan2 dia adalah.. "ibu" terdengar kaucu muda itu berpaling dan memanggil. "Nyonya." keempat orang kakak baju hijau serta kedua puluh satu orang pria baju hitam itupun sama2 memberi hormat sambil menyapa. Han siong Kie berdiri menjublak, dadanya terasa se akan2 dihantam oleh sebuah martil berat membuat badannya mundur kebelakang dengan sempoyongan dan hampir saja roboh terjengkang keatas tanah. Dia... ternyata... dia adalah nyonya kaucu ..." Dia... ternyata perempuan itu adalah ibunya sendiri si siang go cantik ong cui Ing adanya. Dialah perempuan yang telah meninggalkan putranya, melupakan dendam keluarganya serta kawin lagi dengan Thian che kaucu. Pertemuan antara ibu dan anak bukan saja tidak menggirangkan hatinya, bahkan ia merasa hatinya sakit bagaikan di iris2 dengan pisau belati... Air mukanya per lahan2 berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, pandangan matanya ber kunang2 dan kepalanya pusing tujuh keliling, dadanya terasa jadi sesak dan hampir saja membuat pemuda itu muntah darah segar .... "Dia bukan ibuku... dia bukan ibuku... aku tidak mempunyai ibu seperti ini.." jeritnya didalam hati. Tetapi kenyataan sudah berada didepan mata, tak mungkin lari dari kenyataan tersebut, ia ingin lari keluar dari selat

tersebut, namun sepasang kakinya sudah tak mau mendengar perintahnya lagi, kakinya seolah2 ditumbuhi akar yang kuat. 270 Rasa hinaa.. malu.. menyelimuti seluruh perasaannya, ia merasa peristiwa tersebut merupakan suatu lembaran hitam bagi kehidupan keluarganya, ia merasa martabat keluarganya ternoda.. siang-go berwajah cantik ong Cui Ing yang berada dihadapannya hanya membungkam terus dengan pandangan yang aneh, siapapun tak tahu apa yang sedang ia pikirkan pada saat itu. Untuk beberapa saat lamanya suasana diseluruh kalangan diliputi keheningan serta kesunyian yang mencekam, begitu sepi.. sunyi hingga napas setiap orang dapat terdengar dengan nyata. Akhirnya Kaucu muda itu melotot sekejap kearah Han siong Kie dengan penuh kebencian, lalu sambil berpaling kearah ibunya ia berseru: "lbu, orang itulah yang disebut Manusia berwajah dingin" "Aku sudah tahu anakku" perempuan itu mengangguk. "Ibu, aku telah menyerang dirinya dengan ilmu Ho Ho sinkang, namun ilmu tersebut kehilangan kesaktiannya" "oooh, sudah terjadi keadaan semacam itu?? kalian coba mundurlah dahulu.." Pemuda itu tidak berani membantah, bersama para jago lainnya mereka sama2 mengundurkan diri kearah belakang. siang go berwajah cantik ong Cui Ing mendengus dingin, sekali loncat ia sudah berada beberapa tombak jauhnya dari tempat semula, dengan sorot mata tajam ia awasi pemuda dihadapannya tanpa berkedip. sekujur tubuh Han siong Kie gemetar semakin keras, ia gigit bibirnya keras2, 271 benarkah ibunya begitu kejam dan akan turun tangan keji terhadap dirinya?? atau mungkin ia tidak tahu siapakah dirinya??? Pelbagai macam pikiran berkecamuk dalam benaknya. "Tidak" akhirnya ia menjerit didalam hati, "susiok pernah berkata bahwa beliau pernah membawa aku pergi menemui dirinya, tapi dia malah turun tangan keji hendak membinasakan diriku serta susiok.. tapi kenapa?? kenapa hatinya begitu kejam melebihi binatang??? kenapa ia hendak membunuh putra kandungnya sendiri????.." siang- go berwajah cantik sendiripun berdiri sambil menggigit bibir, rupanya diapun sedang menahan emosi yang bergelora didalam dadanya. Akhirnya Han siong Kie tak dapat menahan diri lagi, ia buka suara dan berseru, ternyata suaranya begitu aneh dan

mengerikan hingga ia sendiripun tak dapat mengenali sebagai suara sendiri "Kau... kau... kau adalah ..." "Aku adalah nyonya kaucu" jawab ong cui Ing dengan suara dingin. Han siong Kie mendongak dan tertawa seram, nadanya mengerikan bagaikan seseorang yang hampir kalap. "Nyonya..... nyonya kaucu..... nyonya kaucu.... haah.... haaah..... haaah......" semua jago yang hadir dalam kalangan tertegun, mereka heran dan tercengang menyaksikan sikap serta tingkah laku musuhnya yang sangat aneh itu. Air muka siang- go berwajah cantik ong cui Ing nampak berubah hebat, tapi sebentar kemudian ia telah bersikap dingin kembali bentaknya: 272 "Manusia berwajah dingin, kau tak usah berlagak sok dihadapanku Hmm Berani main gila kuhabisi nyawamu saat ini juga" "Nyonya kaucu" teriak Han siong Kie sambil menggertak gogo. "Kau siap berbuat apa terhadap diriku?" "Bagi setiap manusia yang berada didalam Lian huan tan, bila dia bukan sahabat tentulah orang itu adalah musuh kami, selamanya kami tidak akan membiarkan musuh2 kami tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup.." Han siong Kie semakin sedih rasanya melihat sikap ibunya itu, hatinya jadi hancur dan matanya jadi makin ber kunang2. " Nyonya yang terhormat" teriaknya."Kau kenal tidak dengan seorang manusia yang bernama Telapak naga beracun Thio Llen..." "Tutup mulut anjingmu manusia berwajah dingin, takdir telah menentukan bahwa usiamu hanya sampai disini saja, ber siap2lah menyambut saat kematianmu" Han siong Kie gemetar keras, tanpa disadari ia melangkah mundur satu langkah ke belakang.. -0000000BAB 16 HAMPIR saja ia tidak percaya dengan telinga sendiri, ia tidak percaya kalau di kolong langit benar2 terdapat seorang ibu yang berhati begitu keji dan sama sekali tidak mempunyai rasa sayang antara seorang ibu dengan anaknya, benarkah dia masih belum mengetahui siapakah dirinya?? mungkinkah ia belum tahu bahwa dia adalah putra kandungnya?? Dengan suara serak dan tersendat kembali ia berpekik nyaring. 273 "Nyonya Kaucu yang terhormat, masih ingatkah kau dengan seorang bocah cilik yang ada ber sama2 sitelapak naga beracun..."

Air muka si siang-go berwajah cantik ong cui Ing berubah semakin hebat, napsu membunuh menyelimuti wajahnya, tidak menunggu sampai sianak muda itu menyelesaikan kata2nya ia sudah menerjang maju kedepan, telapak tangan laksana kilat menghantam ke depan. Han siong Kie jadi tertegun dan berdiri menjublak. dalam waktu singkat pemuda itu berubah jadi orang bodoh. orang yang kehilangan kesadarannya... Apa yang diutarakan sudah terlalu jelas sekali bagi pendengaran siapapun juga, siapa pun akan memahami maksud dari perkataannya itu, tetapi perempuan itu atau tegasnya ibu kandungnya ternyata pura2 tidak mengerti, bukan begitu saja, bahkan diapun tega turun tangan keji terhadap dirinya.. putra kandung sendiri Hancurlah perasaan hati Han siong Kie, tubuhnya jadi lemas dan lunglai ia tak mampu menghindarkan diri lagi dan serangan maut yang sudah tiba didepan mata. "Blaaam ditengah jeritan kesakitan yang memilukan hati, tubuh pemuda she Han itu termakan telak oleh serangan yang maha dahsyat itu hingga mencelat jauh beberapa tombak dari tempat semula dan jatuh kembali keatas tanah. Rasa benci dan kecewa berkecamuk dalam hatinya, rasa sakit hati membuat si anak muda itu berusaha untuk mempertahankan diri, dengan cepat ia loncat bangun dan.. Uuuuaaah darah segar muntah dari mulutnya, menyembur sejauh dua tombak lebih dan menodai pakaian yang dikenakan ong cui Ing. Kaucu muda yang selama ini berpeluk tangan belaka disisi kalangan segera menerjang kemuka setelah dilihatnya pemuda lawannya itu roboh terluka.. 274 siang go berwajah cartik sang cui Ing mengerutkan alisnya, tiba2 diapun menerjang kembali kedepan sambil lancarkan sebuah totokan kilat. Kenyataan yang mengenaskan ini membuat kesadaran Han siong Kie semakin pudar, ia sudah tak mampu menghindarkan diri lagi, dalam keadaan begitu secara ngawur ia segera kirimkan satu pukulan dahsyat untuk menyongsong datangnya ancaman dari pihak lawan. "Blaaam..." dalam keadaan terluka parah serangan yang dilancarkan pemuda itu ternyata masih cukup ampuh. Dalam satu bentrokan keras, tubrukan dari ong cui Ing berhasil ditahan untuk sesaat tapi sebuah totokan dengan cepat pula telah bersarang diatas tubuhnya. Han siong Kie menjerit tertahan, tak ampun lagi tubuhnya tertotok dan roboh terjengkang diatas tanah. Menyaksikan musuh tangguh telah berhasil dibekuk. empat kakek baju hijau itu segera berkelebat maju kedepan, serunya setelah memberi hormat. "Nyonya, bagai mana dengan

bangsat cilik ini??" siang go berwajah cantik ong cui Ing melirik sekejap ke arah tubuh Han siong Kie yang menggeletak tak sadarkan diri diatas tanah, kemudian jawabnya dingin: "Kirim dia kedalam penjara maut, besok ber-sama2 kelima puluh dua orang hukuman lainnya bunuh habis" "Terima perintah" keempat orang kakek baju hijau itu segera mengangguk. "ibu, apakah tidak perlu serahkan bangsat itu keruang penyiksaan??.." sela kaucu muda itu mendadak. "Tidak perlu, bangsat cilik ini tidak lebih hanya seorang pemuda yang jumawa dan latah, aku rasa dia tak akan mengandung maksud2 tertentu" . 275 Demikianlah, salah seorang diantara keempat orang kakek baju hijau itu segera mengepit tubuh Han siong Kie dan siap berlalu dari tempat itu. Mendadak ong cui Ing nyonya dari kaucu perkumpulan Thian chee kau itu ulapkan tangannya sambil berseru. "Tunggu sebentar " Ia melayang mendekati kesisi tubuh Han siong Kie, sambil lancarkan beberapa totokan lagi ia berkata: "Ilmu silat yang dimiliki si manusia berwajah dingin sangat lihay, lebih baik sekarang juga kupunahkan dahulu ilmu silat yang dimilikinya daripada sampai terjadi hal yang tidak diinginkan dibelakang hari. Beri tahu kepada pengurus penjara maut, mereka tak usah menotok jalan darah cacadnya lagi cukup bebaskan jalan darah tidurnya" Keempat orang kakek baju hijau itu segera mengangguk dan bersama2 mengundurkan diri dari tempat itu. -0000000Jilid 8 SEPENINGGALNYA keempat orang kakek tadi, Ong Cui Ing sambil menggandeng putra kesayangannya pun ikut berlalu menuju kedalam selat. Kakek bercambang berserta kedua puluh satu orang pria baju hitam itu dengan sikap yang hormat menghantar keberangkatan nyonya kaucu mereka.. Tidak lama setelah sesosok bayangan manusia yang kecil ramping. Dia bukan lain adalah Tonghong Hwie yang menyaru sebagai seorang pengemis cilik. Kalau tadi Han Siong Kie menaruh curiga kalau dia sudah tertawan oleh para jago yang dikirim perkumpulan Thian chee 276 Kau untuk mencari jejaknya, maka Tonghong Hwie pun mengira saudara angkatnya telah tertawan pula oleh para jago dari perkumpulan Thian chee kau. Sungguh sayang kedatangan mereka berdua hanya terpaut

beberapa waktu saja hingga, kedua belah pihak tak dapat saling bertemu satu sama lainnya. sekalipun tujuan yang mereka datangi adalah sama, dan maksud tujuan merekapun tak berbeda, namun rupanya takdir telah menentukan yang lain. Tonghong Hwie adalah seorang jago yang amat cerdik, dia tahu wilayah Lian Hong tan tidak lebih bagaikan sarang naga gua harimau, jago lihay pihak perkumpulan Thian chee kau yang ditugaskan menjaga di sekitar tempat itu banyak sukar dihitung dengan jari, bila ia berani menerjang masuk secara gegabah niscaya jejaknya akan ketahuan. oleh karena itu dengan amat sabar pengemis cilik itu menuggu diluar daerah tersebut, ia tunggu hingga kentongan kedua sudah menjelang tiba, dengan gerakan yang sangat enteng danpenuh kewaspadaan, selangkah demi selangkah dijelajahinya tempat itu. Dengan kecerdasan yang dimilikinya, ternyata dengan amat mudah sekali ia berhasil melewati beberapa buah pos penjagaan yang banyak tersebar disekitar tempat itu. Namun tidak lama setelah berada didalam selat tersebut, dengan cepat Tonghong Hwee menemukan bahwa keadaan tidak beres, ia temukan begitu banyak persimpangan yang bermunculan ditempat itu, meskipun sudah setengah malam ia ber-putar2 ditempat itu, namun yang ditemui hanyalah tebing2 curam yang menjulang tinggi ke angkasa, bukan begitu saja bahkan iapun menemukan banyak sekali lorong sempit yang telah dilaluinya bukan hanya satu kali saja. Tonghong Hwie jadi amat panik, menurut perhitungannya didalam beberapa jam lagi fajar bakal menyingsing, namun 277 jalan lorong yang dilewatinya kian lama kian bertambah membingungkan hati, bukan saja jalan keluar tidak berhasil ditemukan, bahkan untuk mundur kembali kejalan yang semula pun tak mampu dia lakukan. Sadarlah pengemis cilik itu bahwa dirinya telah terkurung didalam sebuah barisan yang maha sakti, dalam keadaan begini kendati ia cerdik dan banyak akal, tak urung dia akan kelabakan juga. Fajar telah menyingsing, lorong2 sempit yang membujur dalam selat itu perlahan2 menjadi terang benderang. Keadaan dari Tonghong Hwie pada saat ini ibarat semut yang berada diatas kuali panas, rasa panik yang menyelimuti hatinya sulit dilukiskan dengan kata2. Mau maju tak dapat, mau mundurpun tak bisa, sedangkan kabar berita tentang kakak angkatnya Han Siong Kie tidak berhasil diketahui, bisa dibayangkan betapa cemasnya hati pengemis ini. Terpikir olehnya hendak mencari tempat persembunyian terlebih dahulu untuk melepaskan diri dari pengamatan para jago dari perkumpulan Thian chee kau. Setelah itu baru

berusaha untuk mencarijalan keluar dari barisan ini, siapa tahu sekeliling tempat itu yang terlihat hanyalah tebing2 curam yang menjulang tinggi keangkasa. Dengan tenaga dalam yang dimilikinya tak mungkin baginya untuk melayang naik ketempat itu. Disaat hatinya sedang bingung bercampur panik itulah, mendadak dari arah belakang berkumandang datang suara tertawa seram yang amat mengerikan.. Dengan hati terkesiap Tonghong Hwie berpaling kebelakang, tanpa terasa ia tarik napas dingin dan bergidik. Terlihatlah seorang kakak baju kuning yang bermata tunggal telah berdiri kurang lebih satu tombak dibelakang tubuhnya, sedari kapan orang itu munculkan diri ternyata sama sekali tak diketahui olehnya. 278 Dalam pada itu sikakek baju kuning bermata tunggal tadi telah menatap wajahnya sambil tertawa seram, serunya: "Hey bangsat cilik, rupanya kau sudah kepayahan semalam suntuk. bagaimana kalau sekarang beristirahat dulu??" Tonghong Hwie merasa amat terkejut, jantungnya terasa berdebar keras, ia tak menyangka kalau perbuatannya selama semalam suntuk ternyata sudah berada didalam pengawasan orang, dengan hati tercekat segera serunya: "si. .siapa ..siapa kau??" "Hmm..hmm kau ingin tahu siapakah aku? aku bukan lain adalah Koan thian sin atau malaikat pengamat langit Ci Chong" "Malaikat Pengamat Langit??." "Sedikitpun tidak salah" kakek baju kuning itu mengangguk. "Aaah aku rasa julukan itu kurang tepat bagimu, seharusnya engkau lebih cocok kalau dinamakan si mata tunggal pengamat langit" Air muka kakek baju kuning itu seketika berubah hebat, ia tidak mengira dalam keadaan bahaya, pihak lawannya masih sempat untuk menggoda dirinya, sambil tertawa seram ia segera berseru: "Bajingan busuk. kematian sudah berada diambang pintu, kau masih juga tak tahu diri dan berani mempermainkan diriku ..Hmm rupanya kau benar2 sudah bosan hidup, Heeeh... heeeh... heeeh... bangsat kedatanganmu apakah disebabkan karena manusia berwajah dingin itu??" Terkejut Tonghong Hwie mendengar ucapan tersebut, dari situ ia bisa menarik kesimpulan bahwa delapan puluh persen kakak angkatnya sudah tertangkap. oleh para jago perkumpulan Thian chee Kau. Dengan suara agak gemetar 279 segera serunya: "Jadi jadi... manusia berwajah dingin telah

kalian lukai ?" "Ehmmm... sedikitpun tidak salah, selamanya orang yang berani memasuki wilayah Lian huan tau tak bakal ia bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup" "Apa?? jadi..jadi ia sendiri yang datang mencari satroni ketempat ini???" "sedikitpun tidak salah, dia yang sudah bosan hidup dan datang mencari penyakit sendiri" "Sekarang... sekarang dia berada dimana?" "Kau maksud simanusia berwajah dingin? sekarang dia berada didalam penjara maut dan sebentar lagi kau bakal bertemu dengan dirinya" Sekujur badan Tonghong Hwie gemetar semakin keras, ia tak tahu dimanakah letaknya penjara maut tersebut, tetapi bila ditinjau dari namanya jelas tempat itu merupakan suatu tempat yang luar biasa. sebelum ingatan kedua berkelebat didalam benaknya, terdengar si malaikat pengamat langit Ci chong telah berkata kembali: "Dia hanya akan hidup sampai fajar menyingsing nanti, berarti jiwanya masih akan hidup selama setengah jam belaka" "Dia.... kenapa dia?" "Dia akan dijatuhi hukuman mati dan akan melaksanakan hukumannya sejenak lagi" Tonghong Hwie seketika itu juga merasakan pandangan matanya jadi gelap dan berkunang2, tubuhnya dengan sempoyongan mundur beberapa langkah kebelakang: 280 "Engkoh Kie hanya akan hidup setengah jam lagi??" pikirnya didalam hati "Benarkah dia akan dijatuhi hukuman mati?? bukankah ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, kenapa ia bisa tertawan?? bila engkoh Kle benar2 bakal mati, lalu apa artinya bagiku untuk hidup seorang diri, akan lebih baik biarkan diriku ditawan saja hingga bisa bertemu muka dengan dirinya atau paling sedikit aku bisa bertemu dengan dirinya sebelum menghembuskan napas yang terakhir, banyak sekali perkataan yang hendak kusampaikan kepadanya, aku hendak beri tahu asal usulku kepadanya ..." Makin berpikir ia merasa makin kalut, hingga akhirnya sambil menjerit pengemis cilik itu putar badan dan lari menuju kedalam lembah.. "Bangsat cilik, kau hendak pergi kemana? terdengar malaikat pengamat langit membentak keras. Sambil berseru tubuhnya laksana kilat berkelebat ke depan dan menghadang jalan pergi pengemis itu. Jago tua ini merupakan salah satu diantara empat pelindung hukum yang amat lihay didalam perkumpulan Thian chee kau, ilmu silatnya terhitung kelas satu dibawah kaucu

mereka sendiri, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan yang dia lancarkan. Dengan tangkas Tonghong Hwie berkelit kesamping, cengkeraman yang telah berhasil bersarang diatas bahunya itu segera berhasil diloloskan kembali, menggunakan kesempatan itu dia loncat mundur delapan depa ke arah belakang. Melihat musuhnya berhasil melepaskan diri dari serangan yang dia lancarkan itu, malailat pengamat langit Ci Chong berseru kaget, ia tak tahu ilmu silat apakah yang dimiliki pengemis cilik itu sehingga cengkeraman yang telah berhasil mengenai sasaran itu dapat dilepaskan dengan begitu gampang.. 281 Tonghong Hwie sendiri yang memiliki baju sakti pelindung badan meskipun berhasil melepaskan diri dari cengkeraman musuh, tak urung ia rasakan bahunya terasa amat sakit, diam2 ia kaget akan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki musuhnya itu. Dalam pada itu si malaikat pengamat langit Ci Chong setelah tertegun beberapa saat lamanya segera tertawa seram, ia menerjang kembali kedepan sambil melancarkan serangan. "Ci, Hu hoat, tahan" mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang dari arah belakang. Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, dari balik bukit muncullan seorang perempuan berusia setengah baya. Dari suata teguran itu rupanya malaikat pengamat langit Ci chong sudah mengetahui siapakah yang telah datang, buru2 ia tarik kembali telapaknya dan meloncat mundur ke belakang. "Hamba terima perintah, apakah nyonya masih ada perintah lain??" serunya dengan serius. "Waktu untuk melaksanakan hukuman mati segera akan berlangsung, harap kau segera berlalu dan melakukan pengawasan yang ketat disekitar tempat ini, sedang bangsat cilik ini serahkan saja kepadaku" "Hamba terima perintah" setelah memberi hormat malaikat pengamat langit Ci Chong segera putar badan segera berlalu dari situ. Tonghong Hwie merasa semakin sedih setelah mengetahui bahwa saat dilaksanakannya hukuman mati segera akan berlangsung, sambil menjerit keras ia enjotkan badan dan siap mengejar dibelakang kakek baju kuning tadi. "Berhenti" Di tengah bentakan nyaring Tonghong Hwie segera merasakan adanya segulung angin pukulan yang amat kuat menerjang kearah tubuhnya hingga memaksa dia harus 282 membatalkan niatnya untuk mengejar kakek baju kuning tadi dan melayang kembali keatas tanah.

Perempuan berusia setengah baya yang bukan lain adalah siang go berwajah cantik Ong Cui Ing itu, ia tidak banyak bicara tubuhnya laksana kitiran angin puyuh segera menerjang maju kedepan, telapak tangannya yang sukar dilukiskan dengan kata2 mencengkeram pergelangan tangan Tong hong Hwie. Pengemis cilik itu meronta keras, ia berusaha melepaskan diri dari ancaman itu, namun rupanya Ong Cui Ing sudah mempunyai perhitungan yang masak, bersamaan dengan dilancarkan serangan cengkeraman itu, tangannya segera mengirim pula sebuah totokan kearah bagian dalam tubuh pengemis itu. Tonghong Hwie terkesiap. sukmanya terasa melayang tinggalkan raganya, untuk menghindarkan diri tak sempat lagi, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat dalam benaknya, ia sudah jatuh tak sadarkan diri Bagaimana keadaan si pengemis cilik ini selanjutnya?? baiklah untuk sementara waktu kita tinggalkan dahulu. Dalampada itu Han Siong Kie yang di hajar ibunya sendiri Ong Cui Ing hingga muntah darah segar, kemudian jalan darahnya tertotok hingga kesadarannya lenyap segera digotong masuk kedalam penjara bawah tanah. Menanti pemuda itu sadar kembali dari pingsannya, ia temukan dirinya berbaring di suatu tempat yang berbau lembab, busuk dan sangat memuakkan, begitu baunya hingga untuk bernapaspun terasa amat sulit. Perlahan-lahan ia membuka matanya dan berusaha memandang sekeliling tempat itu, namun yang terlihat hanyalah kegelapaa yang mencekam seluruh jugad. Tempat manakah ini ? ingatan tersebut dengan cepat terlintas dalam benaknya. 283 Lama kelamaan sinar matanya dapat menembusi kegelapan dan mulai bisa melihat pemandangan disekitar tempat itu meskipun masih samar dan buram. "Apakah aku sudah mati??" ingatan itu dengan cepat berkelebat pula dalam benaknya, ia lihat dirinya berada dalam sebuah ruang batu yang luasnya hanya lima tombak persegi, udara menyiarkan bau busuk dan bayangan manusia bergerak kesana kemari dihadapan matanya, suara rantai bergemerincingan sementara manusia dengan wajah seram layu dan rambut yang kusut berkeliaran disekitar situ. "Aaah mungkinkah aku telah berada di dalam neraka yang penuh dengan manusia hukuman.??" pikiran itu seketika membuat hatinya tercekat dan bada nj adi merinding. Buru2 ia berusaha meronta dan loncat bangun dari atas tanah namun suara gemerincingan segera mengejutkan pula hatinya. Ternyata kaki serta tangannyapun diborgol dengan sebuah

rantai besi yang besar dan kuat, sebuah jepitan besi yang diikat dengan rantai pula memborgol tenggorokannya membuat dia sama sekali tak dapat bergerak dengan bebas. Kurang lebih tiga puluhan orang hukuman dengan keadaan yang tak jauh berbeda dengan dirinya duduk lesu dan lemas di sekitar situ, suasana terasa hening namun mencekamkan. "Aku telah mati aku telah mati" jerit Han Siong Kie dengan suara mengenaskan, "aku mati dalam keadaan yang konyol, kematianku sungguh tidak berharga. oooh, kenapa aku harus mati ditangan ibu kandungku sendiri??? " Jeritan ini segera memancing perhatian para hukuman yang lain, mereka sama2 angkat kepala dan memandang kearahnya, tetapi tak seorangpun diantara mereka yang buka suara, mungkin mereka sendiri sudah terbiasa menyaksikan kejadian seperti ini. 284 Pemuda itu men-jerit2 seperti orang gila sambil berteriak ia terbayang kembali kejadian-kejadian dimasa silam. Ia teringat kembali ketika paman gurunya si Telapak naga beracun Thio Lien disuatu malam yang gelap dan hujan turun dengan derasnya telah membawa ia pergi mengunjungi perkampungan keluarga Han yang penuh dengan tulang manusia yang berserakan, membuat ia mengetahui asul usul yang sebenarnya" setelah paman gurunya memberitahukan asat usulnya, ternyata ia telah bunuh diri disisi tulang tubuh ayahnya. Dua ratus sosok tulang manusia termasuk tulang ayahnya masih berserakan dalam perkampungan tersebut tanpa seorang manusia pun yang mengurus... ia bersumpah akan menuntut balas atas peristiwa berdarah itu... dia akan mencincang tubuh musuhnya agar bisa membalaskan sakit hati ayah serta keluarganya. Ia tahu orang yang telah melakukan penjagalan secara besar2an itu telah meninggalkan suatu lambang diatas dinding rumahnya, lambang itu berupa sebuah tengkorak yang berlumuran darah... itulah perlambang dari pemilik benteng Maut. Kemudian ia teringat kembali sewaktu berkenalan dengan Tonghong Hwie, mereka angkat saudara kemudian ikut memperoleh penemuan aneh di dalam hutan, menyerbu ke dalam Benteng Maut Dalam peristiwa itu ia telah dihantam masuk sungai oleh Tengkorak Maut hingga akhirnya ditolong oleh seorang gadis, hal ini membuat dia berhutang budi dengan Go Siauw Bi, putri dari ketua perkumpulan Pat Gopang. Terbayang pula wajah ibunya yang cantik tapi berhati kejam melebihi ular beracun, bukan saja ia telah kawin dengan orang lain, bahkan begitu tega untuk turun tangan keji terhadap dirinya.

285 Otak terasa penuh dengan pikiran2 yang mengalutkan, sekali lagi ia menyapu ruang disekelilingnya, ia tetap neraka dihadapannya dengan pandangan sayu. Rasa seram ngeri membuat tubuhnya menggigil, dan bulu romanya pada bangun berdiri Gumamnya kembali seorang diri: "Aku tak boleh mati dengan begitu saja, bila aku mati siapa yang akan menuntut balas bagi sakit hati keluargaku? siapa yang akan mengubur tulang2 dalam perkampungan keluarga Han?? aku tak boleh mati, aku tidak ingin mati, Aaah Thian mengapa kau atur kesemuanya ini bagiku??.. oooh Thian kau terlalu kejam kau tidak adil.." semakin berpikir badannya semakin kaku linu dan sakit sekali. Mendadak Kraaaak terdengar suara gemerincing yang amat nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, disusul serentetan cahaya yang amat tajam memancar masuk menerangi seluruh ruangan tersebut. Dari lubang terbuka itulah Han Siong Kie menemukan seurat wajah yang amat dikenal olehnya sedang melongok kedalam. Kraaak terdengar suara nyaring kembali berkumandang, liang tadi menutup kembali, suara helaan napas sayup2 terdengar dari ruangan. "Aaah Dia.... dia.. adalah si kupu2 warna warni Lie In Hiang "pemuda itu segera berteriak keras "Aku belum mati, aku belum mati, tempat ini pastilah penjara dalam tanah didalam markas perkumpulan Thian chee kau" Hampir saja pemuda itu meloncat bangun dari atas tanah saking girangnya, harapan untuk hidup segera muncul kembali didalam hatinya. Maka dengan cepat ia berusaha merangkak bangun, ia berusaha untuk duduk bersila dan mengatur penapasan. Ia coba untuk bangkit berdiri: 286 "Duduklah nak, jangan bergerak jangan terlalu banyak bergerak dulu" serentetan bisikan yang lembut bagaikan bisikan nyamuk bergema masuk dalam telinganya. Han Siong Kie terkesiap dia yakin ucapan itu sengaja ditujukan kepadanya, tapi meskipun sorot matanya telah berputar menyapu setiap sudut ruang penjara itu, namun tak seorang manusiapun yang berhasil ditemukan, ia tidak berhasil menemukan sesuatu apapun, sungguh aneh sekali, siapakah yang telah mengirim padanya didalam penjara yang mirip dengan neraka ini.????? "Manusia berwajah dingin, duduklah dan jangan bergerak" sekali lagi bisikan itu berkumandang datang. Han Siong Kie terkejut dan tanpa sadar telah duduk kembali keatas tanah, dengan ilmu menyampaikan suara pula

ia balas berbisik: "siapakah kau?? "Aku?? masa kau sudah tidak kenali lagi suaraku??" "Aku merasa suaramu seperti kukenal, cuma aku lupa siapakah dirimu itu??" "Aku adalah orang yang ada maksud" Han Siong Kie semakin terperanjat, jantungnya berdebar semakin keras. Kembali manusia yang ada maksud muncul dihadapannya dikala ia sedang menemui kesulitan. suatu harapan untuk melepaskan diri dari tempat itu segera muncul didalam benaknya, disamping itu dia pun merasa heran bercampur kaget. Kenapa manusia yang ada maksud bisa munculkan diri didalam penjara perkumpulan Thian Chee Kau?? dari mana ia bisa muncul disitu tanpa diketahui oraang??" "Benarkah kau adalah manusia yang ada maksud?" sekali lagi Han Siong Kie bertanya. "Sedikitpun tidak salah." orang yang ada maksud menjawab. 287 Sekarang nona berada dimana? Di ruang sebelah penjara maut itu!. "Apa? penjara maut? tempat ini bernama penjara maut.? "Tidak salah. sekarang kau berada didalam penjara maut dari perkumpulan Thian Chee Kau Bagbaimana caranya nona bisa sampai disini? "Belum waktunya kuberitahukan kepadamu Han Siong Kie tarik napas panjang2. sebenarnya ia ingin bertanya kepada orang yang ada maksud mengapa dia datang untuk menolong dirinya, tetapi watak yang tinggi hati telah mengurungkan niatnya itu. "Nona siapa2 saja yang ditawan didalam penjara ini? apakah kau tahu? akhirnya dia bertanya kembali. Para hukuman yang sedang mananti untuk menjalankan hukuman mati. Untuk kesekian kalinya Han Siong Kie tarik napas dingin. ia terkesiap dan tak pernah menyangka kalau dirinya pun telah dijatuhi hukuman mati oleh pihak lawan. Tanpa sadar ia segera berseru lirih. "Apa?? kau katakan mereka adalah orang hukuman yang sedang menantikan saat untuk menjalani hukuman mati? Ssdikitpun tidak salah. orang2 itu ada yang merupakan musuh besar dari perkumpulau Thian chee kau. ada pula anggota perkumpulan yang telah melanggar peraturan perkumpulan mereka. sekarang orang2 itu sedang menikmati sisa hidupnya yang tak akan lama lagi. sebentar lagi mereka akan menjalani hukuman mati" Apakah termasuk diriku juga akan menjalani hukuman mati?" "Tentu saja!"

288 "Lalu apa maksud nona datang kemari? Aku datang demi dirimu, sekarang janganlah bergerak secara sembarangan. kau harus pura-pura menunjukkan bahwa kau adalah seseorang yang telah kehilangan seluruh ilmu silatmu! "Kenapa?? Setiap orang sebelum dijebloskan kedalam penjara maut. oleh pengurus penjara ilmu silatnya pasti akan dimusnahkan terlebih dahulu. "Tapi aku merasa bahwa ilmu silatku masih utuh" "Benar, ilmu silatmu memang masih utuh, sedang apa sebabnya sampai begini dikemudian hari kau bakal mengetahui dengan sendirinya kesemuanya ini, orang yang kehilangan sukmalah yang mengaturnya. aku tak dapat menjelaskan kepadamu" "Orang yang kehilangan sukma?? jadi kedatangan nona adalah sedang menjalankan tugas yang diperintahkan orang yang kehilangan sukma??" "Dugaanmu tepat sekali, aku memang sedang menjalankan tugas yang diperintahkan oleh manusia yang kehilangan sukma" "Nona, bolehkah aku mengajukan satu pertanyaan kepadamu??" "Selama pertanyaanmu itu dapat kujawab, aku pasti akan memberikan jawaban yang memuaskan" "Adik angkatku Tonghong Hwie sekarang berada dimana?? bagaimana pula nasibnya?? dia masih hidup atau sudah mati?? " Manusia yang ada maksud termenung beberapa saat lamanya, kemudian menjawab: 289 "Keselamatannya untuk sementara waktu tak ada bahaya." "Sekarang dia berada dimana? " "Masih berada dalam wilayah Lian huan tau, cuma ia sudah berada dibawah perlindungan orang yang kehilangan sukma" Legalah hati Han Siong Kie setelah mendengar perkataan tersebut. "Apakah orang yang kehilangan sukma juga telah tiba ditempat ini?" ia bertanya kembali. "Lebih baik kau tak usah tanyakan hal yang sama sekali tak berguna, tahukah kau masih berapa lama kau dapat hidup di kolong langit??" "Berapa lama? seru sianak muda itu dengan hati terkejut. "Hanya dua jam, sebentar lagi ketiga puluh satu orang hukuman yang ada didalam penjara ini termasuk tiga puluh dua orang akan melaksanakan hukuman matinya" Han Siong Kie jadi kecewa bercampur sedih, rasa benci dan

sakit hatinya muncul kembali menyelimuti benaknya, ia kertak gigi keras2 dan menyumpah: ia benci ibunya yang kejam melebihi ular berbisa itu, ia benci kepada siang- go berwajah cantik Ong Cui Ing... perempuan itulah yang telah menghantar dirinya kedalam penjara maut, ibu kandungnya yang hendak merenggut selembar jiwanya lewat hukuman mati. "Bagaimana cara mereka untuk membereskan jiwaku nanti." serunya dengan suara berat. "Menurut peraturan yang berlaku bagi perkumpulan Thian chee kau, untuk tetap mempertahankan prikemanusiaan mereka hanya membunuh orang tanpa mengucurkan darah, mereka akan cekoki para hukuman dengan obat racun yang keji, setelah korbannya mati keracunan mayatnya baru dikubur diluar wilayah Lian Huan tan" 290 "Dibunuh dengan racun??" "Sedikitpun tidak salah kau jangan harap bisa meloloskan diri dari tempat ini, sebab setiap orang hukuman yang telah mati keracunan sebelum diangkat keluar akan diperiksa lebih dahulu dengan teliti, semboyan mereka adalah hanya mayat saja yang dapat ke luar dari penjara maut tersebut" "Ooh... Han Siong Kie hanya bisa berkata begitu saja, kemudian membungkam dalam seribu bahasa. Terdengar orang yang ada maksud melanjutkan kembali kata2nya: "Penjara maut ini didirikan dibawah tanah, pintu masuk dan pintu keluar diatur oleh alat rahasia yang ber lapis2, kurang lebih seratus orang jago lihay menjaga disetiap lapisan alat rahasia tersebut, bukan begitu saja bahkan setelah orang itu mati keracunan, sebelum dikubur kedalam tanah oleh petugas hukuman akan ditotok pula jalan darah kematiannya sehingga siapapun yang coba pura2 mati tak akan lolos pula ditangannya.." "Nona, apakah kedatanganmu kesini hanya ingin memberi tahukan beberapa patah kata itu saja??" akhirnya sianak muda itu tak dapat menahan diri dan berseru. "Bukan hanya itu saja, akupun datang untuk menolong dirimu.." "Mati dan hidup semuanya diatur oleh takdir, aku sama sekali tidak jeri menghadapi semua kenyataan yang ada didepan mata." "Kau memang bisa ambil tak perduli, tapi orang lain tidaklah mengharapkan kau terjadi sesuatu.." "Siapakah orang itu?? " "Orang yang kehilangan sukma" "Dia? kenapa?". 291

"Dikemudian hari kau akan mengetahui dengan sendirinya, sekarang ia sedang berusaha keras untuk menolong dirimu tetapi diapun harus mengeluarkan suatu pengorbanan yang tak terhingga besarnya" "Untuk menyelamatkan jiwaku, siorang yang kehilangan sukma telah memberikan pengorbanan yang tak ternilai besarnya?" "Sedikitpun tidak salah" "Kenapa ia berbuat demikian??" "Sekarang aku belum dapat memberitahukan kepadamu, suatu ketika kau akan mengetahui dengan sendirinya" Han Siong Kie membungkam dan tidak berbicara lagi, peristiwa ini betul2 sangat aneh dan sukar diraba arah tujuannya. Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya hingga hampir saja ia berteriak ketus dengan suara gemetar segera serunya: "Nona? bukankah tadi kau berkata bahwa hanya orang mati yang dapat keluar dari penjara ini??" "Ehmm sedikitpun tidak salah kenapa?". "Aku punya suatu cara yang bagus untuk meloloskan diri dari sini..." "Benarkah itu?? kau benar2 mempunyai cara untuk meloloskan diri dari tempat ini? " seru orang yang ada makkud deagan suara penuh emosi. "sedikitpun tidak salah " "Apakah caramu itu?? cepat katakan" "Bukankah kau mengatakan bahwa orang mati saja yang dapat keluar dari penjara maut ini??" "Ehmm ? sedikitpun tidak salah??" 292 "Cara baikmu itu justru terletak pada kematian itu" "Bagaimana maksudmu??? aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan itu.." "Aku pernah belajar ilmu pernapasan kura2 saktL, aku bisa berpura-pura mati tanpa diketahui oleh mereka.." Apa? terdengar Orang yang ada maksud menjerit tertahan, Kau pernah mempelajari ilmu kura2 sakti yang sudah lama lenyap dari permukaan bumi itu? "Sedikitpun tidak salah" pemuda itu membenarkan. oooodOwoooo Bab 17 AAh- aku sudah mengerti akan maksud mu, bukankah kau hendak menggunakan ilmu kura2 sakti untuk menutup seluruh pernapasanmu dan memutar balikkan urat2 nadi serta jalan darah yang ada didalam tubuh hingga orang akan menganggap dirimu sebagai sesosok mayat??" "Benar, coba lihatlah apakah cara ini bisa digunakan ateu tidak? Boleh sih boleh. hanya saja..."

"Hanya kenapa? Setelah mayat itu digotong keluar dari penjara biasanya oleh petugas penjara pasti akan dilakukan pemeriksaan kembali dengan seksama dan kemudian menotok jalan darah kematiannya, bila sampai kau sungguh-sungguh celaka bukankah urusan jadi berabe?" "Nona, mungkin kau belum begitu memahami akan kehebatan serta kesaktian dari ilmu kura2 sakti ini, bila seorang telah menggunakan ilmu tersebut maka seluruh peredaran darahnya akan berhenti jantUngnya berhenti berdetak dan keadaannya tidak jauh berbeda dengan orang 293 mati biasa kecuali mayatku dipotong2 atau ditusuk atau mungkin aku bakal celaka ditangan orang lain" "Lalu ilmu kura2 sakti yang kau miliki itu bisa bertahan berapa lama??" "Ilmu tersebut belum lama kulatih, paling banter aku hanya bisa bertahan selama sepuluh hari saja" "Itu lebih dari cukup, asal kau bisa bertahan selama tiga hari maka tengah haripada hari ketiga aku akan menggali kuburanmu serta menolong kau keluar dari situ." "Atas kebaikan nona akan kuingat selalu, untuk itu sebelumnya kuucapkan banyak2 terima kasih, tiga hari kemudian aku pasti akan bangun dengan sendirinya". "Sekarang aku harus kembali untuk memberi laporan kepada orang yang kehilangan sukma, baiklah kita berjanji seperti yang kau katakan tadi, bila ada orang menghidangkan masakan janganlah sekali2 kau makan sebab dalam makanan itulah telah terkandung obat racun yang mematikan, disamping itu kau harus berpura2 seperti orang yang kehilangan ilmu silat, jangan sampai rahasia ini ketahuan orang kalau tidak... akibatnya sukar untuk dibicarakan" "Aku akan ingat selalu perintahmu ini, sebelum itu ada satu persoalan ingin kutanyakan kembali" "Apa yang ingin kau tanyakan??" "Benarkah orang yang kehilangan sukma adalah gurumu???" "Tentang soal ini .... " Agaknya orang yang ada maksud sedang mempertimbangkan apakah perlu baginya untuk menjawab pertanyaan dari Han Siong Kie tadi atau tidak beberapa saat kemudian ia baru menjawab. 294 "Tentang pertanyaanmu ini, aku bisa memberitahukan kepadamu dia adalah ibuku" "Ooooh jadi orang yang kehilangan sukma adalah ibumu??" "Sedikitpun tidak salah" "Sudah terlalu banyak aku berhutang budi dengan kalian

ibu dan anak. Aku jadi tak tahu bagaimana budi kebaikan sebanyak itu harus kubalas dikemudian hari.. hanya aku tidak mengerti, mengapa kalian selalu memperhatikan diriku." "Dikemudian hari kau akan mengetahui dengan sendirinya, sekarang waktu amat mendesak. aku harus segera berlalu dari sini" Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, suasana pulih kembali dalam keheningan, jelas perempuan misterius itu telah berlalu. Han Siong Kie benar2 merasa terharu, ia tak tahu apa sebabnya orang yang kehilangan sukma serta orang yang ada maksud begitu memperhatikan dirinya, begitu cintanya mereka terhadap dirinya sehingga melebihi cinta kasib seorang ibu terhadap anaknya.. Tidak lama setelah orang yang ada maksud berlalu dari tempat itu, dari dinding ruangan berkumandanglah suara gemerincing yang amat nyaring, pintu penjara yang tebal dan berat perlahan2 bergeser kearah samping, diikuti muncullah sebelas orang memasuki ruangan itu. Dua obor besar dipasang diatas dinding penjara membuat suasana ditempat itu jadi terang benderang, cahaya api yang berkilauan memancar diatas wajah setiap orang hukuman yang meringkuk disitu. menambah suasana jadi semakin menyeramkan. Tempat itu benar2 tak ubahnya bagaikan neraka didalam dunia. Dengan pandangan yang tajam Han Siong Kie mengawasi orang2 yang baru saja muncul didepan pintu penjara itu, ia 295 lihat orang pertama adalah pemuda beraja h licin yang bukan lain adalah Kaucu muda dari perkumpulan Thian chee kau, di belakangnya mengikuti dua orang pria bertubuh kekar sedang dibela kang kedua orang itu adalah delapan orang pria baju hitam yang membawa nampan berisi makanan. Setelah berada didalam ruangan penjara, kedelapan orang pria baju hitam itu segera menyiapkan tiga puluh dua mangkok besar yang berisi sayur dan nasi di atas tanah, bau harum yang amat lezat tersiar keluar dari sayuran tersebut. Bergidik sekujur badan Han Siong Kie menyaksikan mangkuk-mangkuk berisi nasi dan sayur itu, tanpa sadar bulu kuduknya pada bangun berdiri, pikirnya: "Aa i. ..waktunya telah tiba, ketiga puluh satu orang itu sebentar lagi akan menyelesaikan kehidupannya yang penuh penderitaan serta siksaan, sungguh kejam perbuatan orang2 dari perkumpulan Thian chee Kau . bila suatu hari aku orang she Han bisa lolos dari sini dalam keadaan hidup, aku bermaksud akan membasmi habis semua manusia laknat itu" Dalam pada itu, dengan sorot mata yang tajam Kaucu muda itu menyapu sekejap seluruh ruangan penjara itu. dan akhirnya berhenti di atas wajah Han Siong Kie, cahaya buas

dan bengis terpancar keluar dari balik matanya Terkejut sianak muda itu melihat perbuatan orang, ia tahu bahwa kaucu muda itu bermaksud jelek terhadap dirinya. "Apa yang hendak ia lakukan?" pikirnya didalam hati, apakah dia hendak membalas dendam atas kekalahan serta penghinaan yang dialaminya??" Belum habis ia berpikir, kaucu muda itu sudah berjalan mendekati ke arahnya. Tampak kaucu muda itu tertawa seram dengan kakinya ia sepak tubuh Han Siong Kie keras2 lalu ejeknya: "Bajingan cilik, kau tak pernah menyangka bukan kalau kau akan mengalami nasib sejelek ini?? sekarang aku hendak 296 menggunakan cara yang sama seperti perbuataamu itu untuk menghajar kau hingga muntah darah segar" sambil berkata telapaknya laksana kilat segera didorong kedepan. Han Siong Kie naik pitam mendengar ejekan itu, darah panas segera bergelora didalam dadanya, ia siap mengerahkan tenaganya untuk menghantam tubuh orang itu tapi...dengan cepat ia teringat kembali akan pesan yang disampaikan orang yang ada maksud kepadanya: " . . . kau harus pura2 berlagak seperti seseorang yang kehilangan ilmu silat . . . kalau tidak maka akibatnya sukar dibayangkan mulai sekarang" Hatinya jadi terkesiap. dengan cepat la mengendalikan kembali napsu marahnya dan melengos kesamping. "Bangsat cilik, pendekar berwajah dingin .... ayohlah" terdengar Kaucu muda itu mengejek. Han Siong Kie benar2 merasa amat mendongkol, ingin sekali ia memberi sebuah pelajaran yang hebat kepadanya. tapi ia teringat kembali akan bahaya yang sedang mengancam dirinya, dia ingin melanjutkan hidup sebab banyak persoalan yang harus ia selesaikan. Pemuda itu berusaha keras untuk menahan gusarnya, ia tidak ingin hanya disebabkan urusan kecil membuat urusan yang lebih besar jadi terbengkalai, sambil menahan rasa dongkol dan gusar yang tak terkirakan per-lahan2 ia berpaling. "Ploook ploook baru saja sianak muda itu menoleh, dua gaplokan yang amat nyaring telah bersarang diatas pipinya membuat ia jadi pusing dan pandangan matanya jadi berkunang2. "Bangsat" teriaknya dengan penuh kebencian, ""suatu hari aku pasti akan membinasakan dirimu" 297 Ploook kembali sebuah tamparan yang lebih keras bersarang diatas wajahnya. Han Siong Kie tak berani mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya itu, dia

takut rahasianya ketahuan lawan, hal ini membuat tamparan tersebut hampir saja ia membuat jatuh tak sadarkan diri, darah segar segera muncrat keluar dari bibirnya, membasahi seluruh pakaian yang dia kenakan. Dengan bangga kaucu muda itu tertawa ter-bahak2. "Haah...haah haah.. bangsat, kau berani ulangi kembali perkataanmu itu?" Dengan penuh kebencian Han Siong Kie melotot sekejap kearahnya, namun ia tetap membungkam dalam seribu bahasa. Ia merasa penderitaan serta siksaan yang dialaminya saat ini jauh lebih hebat daripada menghadapi kematian. "Manusia berwajah dingin. " seru kaucu muda itu dengan suara penuh penghinaan, "Bila aku hendak bunuh dirimu maka hal itu akan kulakukan dengan gampang sekali. Hmm. . Hmm.. kau bilang mau bunuh aku?? haahh haahh haahh... sayang sekali untuk selamanya kau tak akan mendapatkan kesempatan itu." Tentu saja Han Siong Kie dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh kaucu muda itu sebab algojo sebentar jagi akan melaksanakan hukuman mati terhadap dirinya. sementara itu dua orang pria kekar tadi telah mengulapkan tangannya, delapan orang pria baju hitam itu segera membagi-bagikan mangkuk berisi sayur dan nasi itu kedepan setiap orang hukuman. Dengan sorot mata memancarkan kerakusan dan kelaparan orang2 hukuman itu memandang kearah mangkuk yang berada di hadapannya, kemudian bagaikan harimau kelaparan mereka sambut mangkuk2 tadi dan menyikat isinya dengan lahap. 298 Menyaksikan kesemuanya itu, Han Siong Kie hanya bisa menghela napas didalam hati. Perlahan2 diapun mengambil pula mangkuk yang berada dihadapannya. Detik demi detik berlalu dalam keheningan serta kesunyian yang mencekam. Mendadak terdengar jeritan ngeri berkumandang bersahutan, semua orang hukuman yang berada didalam penjara itu mengerang kesakitan lalu ber guling2 diatas tanah sambil merintih, hanya sedetik saja mereka sekarat untuk kemudian menggeletak tak berkutik lagi. Han Siong Kiepun dengan gerakan yang cepat membuang isi mangkuknya kearah belakang, kemudian jatuhkan mangkuknya ke atas tanah dan menggeletak kaku pura2 mati. Melihat semua orang hukuman telah mati dengan seksama Kaucu muda itu melakukan pemeriksaan yang sama, setelah itu dia baru mengundurkan diri dari situ. Delapan orang pria berbaju hitam segera menggotong keluar empat buah usungan besar dari sudut penjara, berarti empat usungan dengan tiga puluh dua sosok mayat. Dibawah petunjuk dua orang pria kekar itu, berangkatlah

delapan orang dengan empat usungan itu keluar dari pintu penjara. Sepanjang perjalanan mereka lewati beberapa lorong batu yang sempit dan ber liku2, tidak lama kemudian muncullah orang2 itu dari atas permukaan tanah dan tiba disebuah ruangan besar. Terdengar salah seorang diantara dua pria kekar itu berseru dengan suara lantang. "Dipersilahkan tuan pengurus untuk memeriksa mayat2 ini" seorang baju kuning muncul dari balik pintu ruangan, ia dekati mayat mayat diatas usungan itu dan secepat kilat 299 menotok jalan darah Mia-bun-hiat ditubuh mayat2 tersebut, setelah itu baru katanya: "Sekarang gotong mayat2 ini keluar dari sini dan kubur diwilayah kita" "Terima perintah "jawab pria kekar tadi maka berangkatlah beberapa orang itu keluar dari ruangan tersebut, Diluar wilayah Lian huan tan terdapat sebuah hutan yang lebat, pada waktu itu disitu telah siap sebuah liang kubur yang amat besar. Ketika rombongan orang2 itu tiba disitu mereka segera bekerja keras melempar mayat-mayat tadi kedalam liang kubur itu, kemudian menutup kembali liang tadi dan berlalu dari sana. sementara orang2 itu bekerja nun diluar hutan diatas sebuah bukit kecil duduklah sesosok bayangan tubuh yang kecil dan ramping. siapa dia???? orang itu bukan lain adalah Tonghong Hwie si pengemis cilik yang secara nyaris berhasil lolos dari kematian. Sudah hampir dua jam lamanya ia duduk terpekur seorang diri di tempat itu, sepasang matanya telah berobah jadi merah membengkak. dengan pandangan sayu ia memandang keangkasa tanpa berkedip. benaknya terasa kosong bagaikan selembar kertas putih, ia merasa se-olah2 alam semesta yang berada disekelilingnya sudah tiada artinya lagi bagi dirinya. Sang surya telah jauh tinggi diangkasa, bagaikan sedang menggigau ia bergumam tiada hentinya: "Oooh hari telah siang, habis sudah riwayat engkoh Kie, aaah dia pasti sudah mati." Ia bangkit berdiri dan berteriak sekeras2nya. 300 "Ooooh engkoh Kie, kau berada dimana, engkoh kie sayang engkau berada dimana, mengapa kau tega meninggalkan diriku." "Apakah kau sedang mencari engkoh Kiemu" tiba2 serentetan suara yang nyaring berkumandang disisinya "Dia sekarang berada di. . ." Tonghong Hwie merasa amat terkejut, ia merasa suara itu

seperti pernah dikenal olehnya, matanya celingukan memandang ke sana kemari namun tak terlihat sesosok bayangap manusiapun disitu, yang terlihat hanya rumput yang gersang serta batu yang berserakan. "Siapa kau??" segera bentaknya. "Bukankah kita pernah bercakap2 belum lama berselang??" "Aaaah kau..kau adalah orang yang kehilangan sukma??" "sedikitpun tidak salah" Tonghong Hwie makin terkesiap. mendadak ia teringat kembali akan perkataan dari orang yang kehilangan sukma belum lama berselang, orang itu pernah memperingatkan dirinya. "Nona, putuskanlah tali cintamu itu dengan otak yang jernih, selamanya orang yang terlalu romantis akan berakhir dengan tragis bagi sendiri bila kau tak mau dengarkan peringatanku ini, maka dikemudian hari kau bakal musnah ditelan oleh samudra cinta yang tiada tara dalamnya itu. " "Benarkah ia bisa meramalkan hal2 yang akan datang? benarkah ia bisa mengetahui lebih dahulu kenyataan yang bakal dia alami dikemudian hari??.." "Orang yang kehilangam sukma" ia segera menanyai. "Aku teringat bahwa diriku tertawan oleh Ong Cui Ing dari perkumpulan Thian chee kau, eng kaukah yang menyelamatkan diriku??". 301 "Tidak salah" sahut orang yang kehilangan sukma dengan suara perlahan. "Kalau begitu aku orang she Tonghong mengucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu" "Nona tak usah berterima kasih kepadaku" "Bolehkah aku ajukan sebuah pertanyaan kepadamu?" "Katakanlah, asal persoalan yang kau tanyakan itu aku ketahui pasti akan kukatatan kepadamu" "Kakak angkatku si Manusla berwajah dingin sekarang berada dimana.. apakah kau bisa memberi petunjuk kepadaku? " "Oooh... dia??.. dia.." Sebuah bayangan yang tidak baik terlintas dalam benak Tonghong Hwie, sekujur badannya tiba2 berubah jadi dingin danpeluh membasahi seluruh tubuhnya, buru2 serunya kembali: "Apakah kau tahu dia.. dia berada dimana" "Tahu sih tahu dia berada dimana pada saat ini " "sekarang dia berada dimana?" "Dia... dia sudah mati. " "Apa??" Tonghong Hwie menjerit keras, tubuhnya mundur kebelakang dengan sempoyongan, "engkoh Kie sudah mati?" "Benar nona Tonghong janganlah terlalu emosi dan mengumbar kesedihan dia memang telah mati"

Tonghong Hwie jadi limbung, dia rasakan tubuhnya seakan2 terjerumus didalam sebuah samudra yang tak ada tara dalamnya, pandangan matanya jadi ber-kunang2 dengan sempoyongan tubuhnya mundur beberapa langkah 302 kebelakang, lalu jatuh tertunduk diatas tanah, sukmanya seolah2 terbang meninggalkan raganya. Dia tak pernah menduga bahwa kekasih hatinya, orang yang paling disayang olehnya ternyata telah mati tinggalkan dunia yang fana ini. "Tidak" ia mengigau seorang diri "Dia belum mati.. engkoh Kie belum mati, dia tak mungkin akan mati" "Aaah.. tapi sayang, dia benar2 telah mati" sahut orang yang kehilangan sukma sambil menghela napas panjang. "Apakah kau manyaksikan semua peristiwa itu dengan mata kepala sendiri??" "Benar " "Kenapa kau tidak berusaha untuk menyelamatkan jiwanya??" "Aku sama sekali tak berdaya untuk menolong dirinya" Kembali sekujur badan Tonghong Hwie gemetar keras, wajahnya berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, hatinya hancur lebur dan air mata bagaikan hujan gerimis mengucur keluar membasahi seluruh wajahnya. Ia merasa sudah tiada berarti lagi hidup seorang diri dikolong langit, ia kecewa dan tak ingin hidup lebih jauh . Tak tahan menangislah pengemis cilik itu tersedu2, suara tangisannya begitu memilukan hati membuat siapapun yang mendengar jadi beriba hati. Melihat keadaan dari gadis itu, si orang yang ada maksud segera menghela napas panjang dan berkata: "Nona Tonghong, manusia yang telah mati tak akan hidup kembali, kau harus baik2 menjaga kesehatanmu sendiri" Perlahan2 Tonghong Hwie angkat kepalanya memandang ke angkasa, lalu berbisik dengan suara yang serak. 303 "Dia telah mati.. berarti api kehidupan dalam tubuhku telah ikut padam, aku tidak ingin hidup lebih jauh lagi.. hidupku sudah tak berarti lagi.." "Nona Tonghong, pandangan mu itu keliru besar" "Aku.. aku keliru besar?? " "Betul" orang yang kehilangan sukma mengangguk tanda membenarkan, "kau harus menerima kenyataan yang berada didepan matamu, itulah takdir yang telah diatur Thian terhadap manusia, kau tak bisa menolak ataupun meminta takdir yang ditentukan itu dan siapapun tak bisa mencegah takdir.. sadarlah kenyataan tersebut, dan baik2lah menjaga kesehatan badanmu sendiri"

Tonghong Hwie termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia mengangguk. "Baiklah, aku akan menerima kenyataan yang berada didepan mata, sekalipun semasa hidup aku tak dapat hidup berdampingan dengan dirinya, setelah mati aku ingin selalu berada ber-sama2 dirinya " "Nona Tonghong, kembali pandanganmu keliru besar " "Kembali pandanganku keliru??? " Tonghong Hwie berdiri dengan pandangan melongo. "Benar kau hendak menggunakan kematianmu untuk mendampingi dirinya, hal ini membuktikan betapa mendalamnya rasa cintamu terhadap dirinya, tapi pernahkah kau bayangkan bahwa tindakanmu itu sebenarnya sama sekali tak berarti?? pernahkah kau bayangkan bahwa perbuatanmu itu adalah suatu perbuatan yang salah dan membabi buta??." "Kenapa ?? ." "Selama masih hidup Han Siong Kie hanya menganggap dirimu sebagai adik angkatnya, hingga mati dia tetap tidak tahu bahwa kau sebetulnya adalah seorang gadis, semakin 304 tidak tahu bahwa kau telah mencintai dirinya secara diam2, itu berarti bahwa cintamu hanya sepihak saja, bila kau ambil keputusan pendek maka berarti pula sepak terjangmu itu adalah membabi buta" Tonghong Hwie serasa semakin sedih lagi setelah mendengarkan perkataan itu, ia merasakan hatinya bagaikan diiris2 dengan sebilah pisau yang tajam, apa yang diucapkan orang yang ada maksud sedikitpun tidak salah dan kesemuanya itu merupakan kenyataan yang tak terbantah, selama ini engkoh Kie nya memang tidak tau bahwa dia adalah seorang gadis yang menyaru sebagai pria, diapun tak tau bahwa dirinya amat cinta serta menyayangi dirinya. Sekarang dia merasa menyesal kenapa tidak jelaskan rahasia itu sejak permulaan?? kenapa ia tidak menyatakan rasa cintanya semasa pemuda itu masih hidup? dan kini semuanya telah terlambat Sementara itu ketika orang yang ada maksud melihat Tonghong Hwie bungkam terus tidak berbicara lagi, segera buka suara dan menegur: "Nona Tonghong, menurut pendapatmu betulkah apa yang telah kuucapkan barusan??" "Benar sekali" jawab Tonghong Hwie sambil mengangguk lirih, "tapi apa yang telah kuputuskan tak akan kurubah lagi, aku sudah bertekad untuk melaksanakan niatku ini, siapapun tak akan berhasil menghalang-halangi niatku ini" "Tadi kau sudah berniat untuk mengorbankan jiwamu demi cinta ??" "Benar" gadis itu mengangguk. "Bila sukma Han Siong Kie mengetahui akan perbuatanmu

ini, bisakah ia menyetujui nya??" "Semua perbuatan yang kulakukan hanya bertujuan mententramkan hatiku sendiri, apa yang kulakukan adalah 305 urusan pribadiku, aku merasa sudah seharusnya kalau berbuat demikian" "Nona Tonghong Hwie, menurut apa yang kuketahui kau masih mempunyai seorang ayah yang telah tua, dia memandang dirimu bagaikan sebagian dari kehidupannya, bila kau berbuat nekat ...." Ucapan ini sangat mengejutkan hati pengemis cilik itu, hingga tak tertahan lagi ia meloncat kaget. Darimana orang yang kehilangan sukma bisa mengetahui akan asal usulku ....?? pikirnya didalam hati apakah dia bukan manusia tapi malaikat? malaikat yang bisa mengetahui urusan semua orang?? sungguh kejadian ini merupakan Suatu peristiwa yang sama sekali tak terduga. Gadis ini merasa bahwa selamanya tak ada seorang manusiapun yang mengetahui asal usulnya, belum pernah dia menceritakan asal usulnya kepada siapapun termasuk pula terhadap kakak angkatnya Han Siong Kie, tapi sekarang si orang kehilangan sukma berhasil memecahkan rahasia itu, suatu kejadian yang aneh sekali. "Darimana kau bisa mengetahui akan urusan keluargaku?" akhirnya ia berseru. orang yang kehilangan sukma tertawa ringan. "Apa yang berhasil aku ketahui mungkin lebih banyak daripada apa yang kau bayangkan sekarang, kini lebih baik kau tak usah menanyakan tentang persoalan itu lagi, sebab sebagaimanapun juga aku tak akan memberi tahukan pada mu. Persoalannya sekarang adalah tegakah kau tinggalkan ayahmu yang telah memelihara kau hingga dewasa?? bila kau mati lalu bagaimana dengan ayahmu?? "Aku adalah seorang anak yang tidak berbakti" ujar Tonghong Hwie dengan hati pedih, "aku tak bisa membataikan niatku itu sebab keyakinanku sudah bulat. " 306 "Baiklah, untuk sementara waktu kita jangan membicarakan persoalan ini, sekarang masih ada satu tugas yang maha penting yang harus kau laksanakan sendiri" "Urusan apa?? aku orang she Tonghong merasa tiada pekerjaan apapun yang harus kulakukan" "Tapi pekerjaan yang kumaksudkan ini hanya dapat kau lakukan sendiri, orang lain tak akan berhasil melakukannya." "Katakanlah pekerjaan apa itu??" "Membalaskan dendam bagi kematian engkoh Kie mu" Tonghong Hwie terkesiap. sekujur badannya gemetar keras, perkataan ini segera menyadarkan dirinya dari impian, membuat gadis itu sadar kembali dari sedihnya.

"Aaaah sedikitpun tidak salah" pikirnya didalam hati, aku harus teringat akan persoalan ini, bila dendam sakit hati ini tidak kubalas, engkoh Kie pasti akan mati tidak meram.. aku harus melaksanakan pembalasan dendam lebih dahulu sebelum pergi menyusul dirinya" "Bagaimana?? betul bukan ucapanku itu?" orang yang kehilangan sukma menegur sambil tersenyum. "Aku...aku seharusnya persoalan itu kuingat sendiri, sejak semula terima kasih atas peringatanmu, tapi untuk itu dapatkah aku mengajukan tiga pertanyaan kepadamu??" "Katakanlah, apakah pertanyaanmu itu??" "Pertama, tempo dulu kau pernah memberi peringatan kepadaku agar segera memutuskan hubungan cintaku dengan dirinya, kalau tidak maka hubungan itu akan berakhir dengan keadaan yang tragis, yang kau maksudkan sebagai kajadian yang tragis apakah peristiwa yang terjadi sekarang ini??" "Bukan" "Bukan? Lalu apa yang kau maksudkan.." 307 "Apa yang terjadi saat ini hanya merupakan peristiwa diluar dugaan, yang kumaksudkan sebagai peristiwa yang tragis tempo dulu adalah kejadian lain dan kejadian itu tak bisa dihindari walau dengan cara apapun juga, sekarang ia sudah mati dan peristiwa yang tragis itupun mungkin tak akan terjadi lagi" "Mungkin? dia toh sudah mati kenapa masih ada kata2 mungkin." seru Tonghong Hwe dengan cepat. "Oooh aku .. aku telah salah berbicara tapi kejadian yang ada dikolong langit kadang kala memang sukar diduga, siapapun tak berani memastikan segala Suatu persoalan yang terjadi dan berlangsung dikolong langit ini" "Ucapanmu itu sangat membingungkan hati orang, rupanya kau telah menyimpan sesuatu dibalik ucapanmu itu??" "Sekarang mungkin benar tapi kemudian hari sama sekali tidak" jawaban ini kembali merupakan suatu perkataan yang sukar ditangkap artinya, Tonghong Hwie ingin sekali mengetahui tempat pers embuyiannya pihak lawan tapi terasalah olehnya suara yang terpancar datang itu sebentar kedengaran berasal dari tempat jauh sebentar lagi kedengaran dari dekat, sebentar timur sebentar barat membuat orang sulit untuk menduga, dimanakah sebetulnya orang itu memancarkan suaranya. Setelah gagal untuk menemukan tempat persembunyiannya orang yang kehilangan sukma, akhirnya Tonghong Hwie berkata kembali: "Pertanyaanku yang kedua ini apakah pembunuh yang telah membimasakan engkoh Kie ku itu??" "Tentang persoalan ini tentu saja Kaucu dari perkumpulan

Thian chee kau adalah pembunuh utamanya sedang kuku garuda anak buahnya merupakan pembantu pembunuh" 308 "Macam apa sih raut wajah yang sebetul nya dari Thian chee kaucu itu? apakah kau dapat memberi petunjuk padaku?? " "Tentang pertanyaanmu ini, maafkanlah aku karena tak dapat menjawab pada saat ini aku rasa orang2 didalam dunia persilatanpun belum ada yang tahu siapakah sebenarnya orang itu, lebih baik ajukanlah pertanyaan yang ketiga." " Ketiga, jenasah engkoh Kie sekarang berada dimana??" "Bila kaujumpai gundukan tanah baru di dalam hutan belantara sebelah depan sana, itulah kuburannya, ia berserta ketiga puluh satu orang tawanan yang lain telah dibunuh dan di kubur menjadi satu ditempat itu" Tonghong Hwie mundur kebelakang dengan sempoyongan, tiada air mata yang membasahi pipinya lagi, sebab air matanya telah mengering hanya dengan suara yang lemah ia berseru: "Ditengah hutan sebelah depan sana? " "Sedikitpun tidak salah" "Apakah ia mati dalam keadaah yang sangat mengerikan??" "Tidak. justru keadaanya kebalikan dari yang kau duga, ia mati dalam keadaan yang sangat tenang, ia mati karena keracunan. sebab untuk mewujudkan pertanda bahwa perkumpulan Thian chee- kau masih mengerti akan perikemanusiaan, selamanya orang yang dijatuhi hukuman mati dalam perkumpulan itu selalu menjalankan hukumannya tanpa mengucurkan darah dan tanpa mengurangi satu2 anggota badannya" "Aku ingin pergi kesitu dan memandang wajahnya lagi" "Aku rasa tidak perlu, toh engkoh Kie mu itu sudah menutup mata untuk selama-lamanya " 309 "Tidak aku tetap ingin memandang wajahnya untuk terakhir kalinya, sebab inilah kesempatan terakhir bagiku untuk bertemu dengan dirinya" "Nona Tonghong, kau harus lebih menitik beratkan pada soal pembalasan dendam, janganlah mati konyol karena persoalan yang sama sekali tak ada gunanya itu" "Tentang soal ini aku mengerti" "Akupun hendak menasehati dirimu bahwa dengan ilmu silat yang kau miliki sekarang masih belum mampu untuk menghadapi lawan2 mu itu, jangan dikata hendak membalas dendam, untuk menandingi seorang jago baju kuning pihak merekapun kau masih belum mampu, maka dari itu aku menganjurkan kepadamu lebih baik pulanglah dulu kerumah dan berlatihlah ilmu silatmu dengan lebih giat dan rajin" "Pulang kerumah?? aku bisa mempertimbangkan

anjuranmu itu secara baik2" "Baiklah, kalau kau bisa berpandangan lebih luas, sekarang boleh pergi dari sini sebab akupun hendak pergi" "Cianpwee, budi kebaikan yang telah kau limpahkan kepada diriku mungkin tak bisa kubalas dalam kehidupan saat ini, biarlah kesemuanya itu kubalas dalam penirisan yang akan datang" seru Tonghong Hwie keras-keras. Tetapi tiada jawaban yang kedengarah lagi, suasana disekitar situ sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, rupanya orang yang kehilangan sukma telah berlalu dari tempat itu. Melihat orang misterius itu sudah berlalu, Tonghong Hwie menghela napas panjang, dengan membawa hati yang hancur perlahan2 ia bangkit berdiri dan berjalan menuruni bukit tersebut. Tidak lama setelah Tonghong Hwie berlalu, dari balik sebuah batu cadas kurang lebih lima tombakjauhnya meloncat 310 keluar sesosok bayangan manusia, orang itu menghela napas panjang dan bergumam seorang diri: "Aaaai.. benarkah tindakanku ini Tidak sekalipun perbuatanmu ini untuk sementara waktu akan menyakiti dan menghancurkan perasaan hatinya, tapi keadaan toh jauh lebih baik daripada dikemudian hari terjadi peristiwa yang lebih tragis lagi" Bagaikan sukma gentayangan orang itu gelengkan kepala lalu berkelebat pula tinggalkan tempat itu. -000d0w000BAB 18 DALAM pada itu Tonghong Hwie yang memasuki hutan segera menemukan sebuah gundukan tanah baru dihadapannya, kuburan itu luasnya mencapai tiga tombak dan jelas baru saja didirikan disitu. "Aaah.. jenasah engkoh Kie dikubur ditempat ini jeritan didalam hati, ia rasakan pandangan matanya jadi gelap dan tak ampun lagi tubuhnya jatuh terjungkal diatas gundukan tanah baru itu. Lama.. lama sekali... ia baru sadar kembali dari pingsan, segera ia segera menjerit . "Engkoh Kie, perpisahan hanya beberapa hari, sungguh tak nyana akan berubah menjadi suatu perpisahan untuk selama2nya.. ooh, begitu tega kau tinggalkan aku seorang diri. engkoh Kie kenapa kau tidak menunggu diriku???." Angin berhembus lewat menerbitkan suara gemerisik diantara semak belukar, isak tangis yang memedihkan hati itu berkumandang diangkasa dan tersiar hingga ketempat kejauhan. 311

Begitu sedih dan pedihnya hati gadis itu hingga membuat Tonghong Hwie terkapar di atas gundukan tanah baru itu dengan badan yang lemah tak bertenaga, tubuhnya terasa bagaikan lumpuh dan tak bisa bergerak lagi. Hatinya hancur dan sakit seperti di iris2 dengan pisau, ia tidak menangis lagi, hanya teriak dan jeritnya dengan suara yang mengenaskan. "Engkoh Kie, oooh.. engkoh Kie dengarkah kau akan jeritanku ini?? lihatkah kau bahwa aku berdiri didepan pusaramu? engkoh Kie jawablah jeritan hatiku ini.." suaranya semakin memilukan hati. "Engkoh Kie, aku hendak memandang wajahmu untuk terakhir kalinya, aku ingim memandang wajahmu agar raut mukamu itu selalu terukir dan terbayang dalam benakku, aku hendak mendirikan kuburan bagimu." "Oooh tidak kuburan bagi kita berdua, tunggulah aku setelah dendam sakit hatimu berhasil kutuntut balas, aku pasti akan menyusul dirimu" Dengan sempoyongan dia bangkit berdiri, setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya gadis itu mulai bekerja dan menggali gundukan tanah itu.. Satu depa, dua depa.. ketika ia menggali mencapai kedalam lima depa, tampaklah mayat manusia berserakan dimana2, tumpuk menumpuk menjadi satu. Ia membalik- balikkan setiap mayat itu.. mayatnya yang merah dan membengkak hampir saja membuat dia salah memilih jenasah tadi.. tapi akhirnya ia berhasil juga menemukan jenazah yang dicarinya.. sesosok tubuh yang masih utuh dengan wajah yang tenang, hanya tubuh itu sudah tak bernapas lagi. Ia belai wajah mayat itu dengan penuh kasih sayang, air mata bercucuran membasahti wajahnya yang dingin dan kaku. 312 "Engkoh Kie.. 0ooh engkoh Kie, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?? engkoh Kie.. ooooh.." "Engkoh Kie, tahukah kau bahwa secara diam2 tanpa sepengetahuanmu aku telah jatuh cinta kepadamu??, tahukah kau, bahwa dalam hati aku berharap kau sedia menjawab pertanyaanku ini engkoh Kie, mengapa kau selalu membungkam??" "Tahukah kau engkoh Kie, bahwa aku adalah seorang gadis?? oooh.. engkoh Kie, aku telah jatuh cinta kepadamu sejak pada pandangan yang pertama dahulu.. tahukah kau bahwa aku sangat mencintai kau??" -000d0w000Jilid 9 "OOH... Engkoh Kie bile aku tahu apa yang sebetulnya kau tentu akan menerima diriku bukan?? aku tahu bahwa kau membenci kaum wanita tapi aku mohon pada mu janganlah

membenci aku Janganlah kau tinggalkan diriku, Engkoh Kie sewaktu kita angkat saudara didepan benteng maut diatas bukit batu karang, bukankah kau telah mengabulkan permintaanku?? tak akan tinggalkan aku walau dalam keadaan apapun juga?? tapi sekarang kita harus berpisah antara langit dan bumi, kita harus berpisah untuk beberapa saat lamanya." "Engkoh Kie aku menyesal sekali. Menyesal mengapa tidak kau beri tahu tentang kegadisanku sejak dulu maafkanlah daku, aku takut.... aku takut bila kau tahu bahwa aku adalah seorang gadis maka kau akan meninggalkan driku, aku takut kehilangan engkau." "Engkoh Kie aku tidak ingin banyak berbicara lagi, pokoknya aku cinta kepadamu, sampai kemanapun aku tetap mencintai dirimu." 313 Wajah Han Siong Kie tetap kaku dingin dan hambar, raut mukanya kelihatan pucat pias dan menyeramkan. Tonghong Hwie memeluk mayat Han Siong Kie itu dengan penuh kasih sayang, bibirnya yang pucat tak berdarah dikecup dan diciumnya dengan penuh cinta. "Engkoh Kie, dahulu aku pernah membayangkan pada suatu hari kita bisa duduk berdampingan dengan penuh kemesrahan, kau belai rambutku yang hitam dan aku bersandar dalam pelukanmu yang hangat.. tapi sekarang semuanya telah buyar. Dan kau .. kau tak akan membuka matamu kembali, kau tentu akan merasa kedinginan tanpa ada yang mendampingi serta menghangatkan tubuhmu." Seperti orang yang sinting, tak waras otaknya gadis itu memeluk mayat Han Siong Kie yang dingin dan kaku, ia keluar dari liang kubur tersebut, kemudian menutup kembali liang tadi dengan tanah. Setelah itu selangkah demi selangkah ia berjalan tinggalkan tempat itu dengan langkah yang berat dan gontai, gadis itu berjalan menuju kearah bukit dimana ia berada beberapa waktu berselang. Dicarinya sebuah tempat yang datar dengan pemandangan yang indah, lalu membaringkan jenasah itu keatas tanah. "Engkoh Kie, lihatlah tempat ini indah bukan?? apakab kau puas dengan tempat ini sebagai tempat peristirahatanmu yang terakhir??" Ia lepaskan rambut palsunya yang kotor dekil dan awut2an itu hingga terurailah rambutnya yang panjang halus dan berwarna hitam, kemudian membersihkan pula salep obat yang menutupi mukanya, dalam waktu singkat muncullah seraut wajah yang cantik jelita bagaikan bidadari dari nirwana, ia melepas kan jubah luarnya yang dekil dan bertambal sulam itu hingga munculah potrongan badan yang ramping dan padat berisi.

314 "Engkoh Kie, inilah aku inilah adik angkatmu Tonghong Hwie" bisiknya dengan suara lirih, "Lihatlah engkoh Kie, pandanglah engkoh Kie inilah diriku ini, mengapa kau tidak membuka mata yang jeli itu? dahulu, bukankah kau pernah berkata bahwa namaku mirip sekali dengan nama seorang perempuan? ooh Engkoh Kie, tahukah kau bahwa aku sebenarnya adalah seorang gadis muda." Gadis itu berhenti sebentar untuk menarik napas panjang2, lalu lanjutnya kembali: "Engkoh Kie, sejak detik ini pengemis cilik sudah mati, dikolong langit sudah tak ada lagi manusia yang bernama Pengemis cilik Tonghong Hwie, aku akan muncul didalam dunia persilatan dengan wajah asliku, aku hendak melanjutkan hidupku demi untuk membalas dendam sakit hatimu, aku hendak basmi semua penjahat yang tergabung dalam perkumpulan Thian chee kau, aku hendak suruh mereka memberikan ganti rugi yang tak ternilat besarnya" "Seluruh manusia yang ada dikolong langit tak seorangpun yang mengenali diriku.. karena untuk pertama kalinya aku akan berkelana didalam dunia persilatan dengan wajah yang asli." "Sekarang apa sebutanku setelah kau tinggalkan?? istri yang ditinggalkan? Benar, aku adalah istri yang kau tinggalkan." Setelah melampiaskan seluruh rasa sedih yang berkecamuk dalam benaknya, Tonghong Hwie mulai menggali sebuah liang kubur ditempat itu dengan ilmu pukulannya yang sempurna tak lama kemudian muncullah sebuah liang sedalam beberapa tombak ditempat itu, kemudian sambil membaringkan jenaSah Han Siong Kie disudut kiri ia tinggalkan sebuah liang lain disisinya. "Engkoh Kie, liang disebelah sini adalah untuk tempat penguburan bagi tubuhku" bisiknya. 315 Dengan pandangan yang tajam ia menatap wajah Han Siong Kie yang tampan dan kaku itu, sekejappun ia tak berkedip. Inilah pandangan yang terakhir kalinya, dikemudian hari wajah ini akan rusak, membusuk dan akhirnya tinggal tulang2nya saja yang berwarna putih. Senja telah tiba, sang surya tenggelam dibalik gunung .... malam haripun menjelang tiba. Untuk yang terakhir Tonghong Hwie mencium bibir si anak muda itu dengan penuh rasa cinta kemudian ia mulai bekerja menguruk liang tadi dengan tanah. "Selamat tinggal engkoh Kie" bisiknya untuk sementara waktu kita akan berpisah dahulu, setelah dendammu berhasil kutuntut balas, aku segera akan menyusul dirimu, aku akan

mendampingi dirimuuntuk selamanya. Diatas kuburan tadi dipancangnya sebuab batu nisan, dengan ilmu jarinya yang sakti ia segera mengukir beberapa patah kata diatas batu itu. Disinilah bersemayan manusia berwajah dingin Han Siong Kie serta pengemis cilik Tonghong Hwie Memandang tulisan itu ia tertawa, tertawa yang sedih dan memilukan "Engkoh Kie, selamat tinggal semoga sukmamu dilangit bisa memahami perasaanku, semoga aku bisa cepat membalaskan dendam bagimu hingga aku bisa mengiringi dirimu berbaring dalam satu liang." Setelah memberi hormat kearah kuburan tadi, ia putar badan dan berlalu dari situ Dalam sekejap mata tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan. Suatu tengah hari, didepan kuburan Han Siong Kie tiba2 muncul dua orang perempuan misterius, kedua orang itu 316 mengenakan kain kerudung putih di atas wajahnya, dilihat dari potongan tubuh kedua orang itu terlihati bahwa mereka berdua adalah seorang gadis muda dengan seorang perempuan berusia setengah baya. Pertama2 gadis muda itulah yang buka suara lebih dahulu, ujarnya: "Ibu, Tonghong Hwie boleh dianggap seorang gadis yang terlalu kabur pengertiannya mengenai cinta, coba lihat dia telah mengukir nama mereka berdua di atas batu nisan, entah apa maksudnya??" "Dia telah ber siap2 setelah menyelesaikan tugasnya untuk membalas dendam, ia akan mati pula didepan kuburan ini sehingga dia dikubur dalam sebuah liang yang sama" "Ibu, mengapa kau tidak menceritakan keadaan yang sebenarnya??" "Tidak bisa, kita tak boleh menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada gadis itu." "Sekarang keadaan demikian mungkin saja peristiwa tragis yang tidak diinginkan bisa dihindari, sebaliknya kalau kita ceritakan keadaan yang sebetulnya. oooh.. akibatnya sukar kita dugg mulai sekarang.." "Tapi.. bukankah dia hendak menuntut balas bagi kematiannya.." "Nak. ia tak mungkin bisa menyelesaikan tugas untuk membalas dendam..usahanya pasti akan mengalami kegagalan " "Kenapa??" "Dengan ilmu silat yang dimilikinya saat ini, bila digunakan untuk berkelana didalam dunia persilatan mungkin masih lebih dari cukup tetapi kalau digunakan untuk menuntut balas, oooh masih terlampau jauh sekali satu jalan yang bisa dia tempuh hanyalah pulang kerumah dan berlatih ilmu silat lagi asal dia

317 sudah berada dirumah maka sulitlah baginya untuk melepaskan diri lagi dari situ" "Ia melarikan diri dari rumah tanpa sepengetahuan ayahnya, setelah pulang kerumah, tentu saja ayahnya tak akan membiarkan dia untuk pergi lagi tanpa pamit." "Dengan kejadian tersebut mungkinkah bakal terjadi hal2 yang mengenaskan lagi?? " "Semoga saja tidak" "Ibu dengan perkatanmu itu bukankah berarti bahwa masih ada kemungkinan untuk terjadi suatu peristiwa yang tidak diinginkan" seru gadis muda itu. "Kemungkinan memang selalu ada, hanya kemungkinan tersebut tipis sekali " "lbu, apa sebabnya kau berbuat begitu??, dapatkah kau beritahukan kepadaku?" "Gampang sekali, aku berbuat demikian agar bisa mencegah terjadinya suatu peristiswa yang lebih tragis lagi daripada kejadian sekarang ini" Gadis muda itu gelengkan kepalanya berulang kali, suaranya tiba2 berubah aneh katanya: "Ibu kau berbuat demikian tentu disebabkan karena mempunyai suatu maksud yang lain bukan." "sedikitpun tidak salah" "Mengenai asal usul dari nona Tonghong Hwie serta Han Siong Kie, dapatkah aku mengetahuinya lebih jelas lagi?" "Tidak nak. sampai waktunya aku pasti akan menceritakan keseluruhannya kepadamu." Jawaban ini diutarakan perempuan setengah baya itu dengan nada penuh kepedihan. 318 Rupanya gadis muda tadi merasa tidak puas dengan sikap ibunya yang serba misterius itu, dia tidak buka suara lagi dan membungkam dalam seribu bahasa. Untuk beberapa saat lamanya suasana disekitar kuburan itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. "Nak, bongkarlah kuburan itu " akhirnya perempuan berusia setengah baya itu buka suara memecahkan kesunyian. "Ibu secara tiba2 aku merasa agak takut" "Apa yang kau takuti ??" "Seandainya ia tak berhasil menyadarkan diri kembali, bukankah jiwanya akan berkorban dengan percuma?, bukankan dia bakal mati secara konyol." Rupanya perempuan berusia setengah baya itu merasakan hatinya bergetar keras, segera sahutnya: "Itu tak mungkin terjadi, ilmu pernapasan kura2 sakti adalah suatu kepandaian aneh yang diwariskan sejak jaman kuno, tak mungkin terjadi hal2 yang diluar dugaan dengan dirinya"

"Sekalipun begitu, aku tetap merasa bahwa tindakan yang kulakukan pada masa yang lalu terlalu menyerempet bahaya " "Bukan kau saja, akupun mempunyai perasaan yang sama dengan dirimu, tetapi bila aku harus melakukan pertolongan tanpa memikirkan segala akibatnya bisa kau bayangkan betapa hebatnya akibat yang kita terima, bukankah jerih payahku selama puluhan tahun lamanya, dendan menahan malu dan hina, bakal hancur berantakan??" "Ibu mengapa terhadap putrimu kau bersikap rahasia sekali, apa saja yang perlu kau rahasiakan??" "Nak suatu hari kau bakal mengetahui dengan sendirinya, sekarang bila kukatakan kepadamu maka hal itu akan 319 merugikan dirimu saja, kau tak akan mendapatkan keuntungan apa2" "Ibu coba kamu lihat, orang She Han ini kenapa dia?" "Dia.... dia ibaratnya naga sakti diantara manusia. " "Nak apakah kau telah jatuh cinta padanya" tiba2 perempuan itu bertanya. Mendengar pertanyaan itu gadis muda itu segera menundukkan kepalanya dengan ter-sipu2 dan mempermainkan ujung bajunya.. "Nak. hal itu jangan sekali kau lakukan " bentak orang berusia setengah baya itu secara tiba2, "ingatlah baik2, kau tidak boleh jatuh cinta kepadanya, janganlah kau tanyakan mengapa, pokoknya kau tak boleh punya perasaan senang atau cinta kepada pemuda ini, dikemudian hari kau akan mengetahui dengan sendirinya mengapa aku melarang kau berbuat begitu, dan sekarang laksanakanlah segala sesuatunya menurut perintahku.. " Dengan tubuh yang bergetar per lahan2, gadis itu berjalan mendekati kuburan tadi, telapak tangannya bekerja cepat.. dalam beberepa buah pukulan gencar pasir dan batu beterbangan memenuhi angkasa, sekejap mata muncullah tubuh Han Siong Kie dari balik permukaan tanah. "Nak, sekarang boponglah tubuhnya dan keluarkan dari liang kubur itu." kembali perempuan setengah baya itu memerintahkan.. "ibu, aku..aku tidak mau?? Aku tidak mau mambopong tubuhnya" "Belum lama berselang, ketika ia sedang terluka bukankah kau pernah membopong tubuhnya?" Gadis muda itu tidak menjawab, ia loncat keluar dari dalam liang kubur itu dan sebera berdiri disisi liang tadi. 320 Mengapa ia tak mau membopong tubuh Han Siong Kie?? karena ibunya melarang dia mencintai pemuda itu maka ia merasa hatinya tersinggung. Melihat tindakan putrinya itu, perempuan berusia setengah

baya tadi terpaksa menghela napas panjang, ia loncat masuk kedalam dan membopong sendiri tubuh pemuda itu, kemudian perintahnya lagi kepada gadis muda itu "sekarang tutuplah kembali liang tersebut dengan tanah" "Mengapa harus kita timbun lagi liang itu?, toh jenasah Han Siong Kie telah kita ambil??" "Mungkinpada suatu ketika Tonghong Hwie bakal datang kemari untuk menjenguk kuburan itu, kita tak boleh membangkitkan rasa curiganya hingga rahasia ini terbongkar" "Tetapi... bukankah dikemudian hari Han Siong Kie munculkan diri kembali didalam dunia persilatan.." "Aku telah memiliki rencana yang masak mengenai persoalan ini. oooh.. nak aku telah melakukan suatu kesalahan besar" "Kesalahan apa??" "Aku tak seharusnya menyuruh Tonghong Hwie pulang ke rumah" "Kenapa??" "Bisa jadi hal ini akan menghancurkan seluruh rencana besarku .. aku harus mencari akal untuk menghalangi dia pulang kerumah" Rupanya gadis itu tahu sekalipun bertanya, ibunya belum tentu mau menerangkan kepadanya maka dengan mulut membungkam dia segera bekerja cepat menimbun kembali liang itu dengan tanah. Dalam pada itu perempuan setengah baya tadi telah membaringkan tubuh Han Siong Kie di bawah sorot cahaya 321 sang surya, dengan hati yang gelisah bercampur cemas kedua orang itu duduk disisinya sambil menanti perubahan selanjutnya. suasana sangat hening dan sunyi, kesunyian yang penuh ketegangan... Beberapa waktu sudah lewat dengan cepatnya, namun tubuh Han Siong Kie masih menggeletak kaku diatas tanah, sama sekali tidak memperlihatkan gejala atau pertanda bahwa dia akan sadar dari pingsannya. "Ibu, coba lihat.." Dikala keputus-asaan sedang menyelimuti hati mereka berdua, gadis muda itu menjerit tertahan. Desiran angin tajam berkumandang membelah angkasa, dengan cepat kedua orang perempuan itu bangkit dari atas tanah dan berpaling kearah mana berasalnya suara tadi. Tampaklah beberapa sosok tubuh manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat sedang berlarian menuju keatas bukit tersebut, orang yang berlari dipaling depan adalah seorang gadis muda dengan pedang terhunus, sedang dibelakangnya menyusul lima orang pria berbaju hitam. Rupanya gadis itu sedang melarikan diri dari kejaran orang2

dibelakangnya. Perempuan berusia pertengahan itu segera menyambar jenasah Han Siong Kie dari atas tanah sambil buru2 serunya: "Mari kita bersembunyi untuk sementara waktu" Dengan gerakan tubuh yang cepat kedua orang itu segera berkelebat menyembunyikan diri dibelakang sebuah batu cadas. Agaknya gadis muda yang sedang melarikan diri itu sudah kehabisan tenaga, baru saja tubuhnya mencapai puncak bukit tersebut ia sudah kena disusul oleh kelima orang pengejarnya, 322 dengan cepat kedua belah pihak terjerumus dalam suatu pertarungan yang sengit. Diantara kelima orang pengejar itu terdiri dari seorang kakek tua berwajah buruk dengan empat orang pria kekar berbaju hitam. Raut wajah gadis muda tadi cantik jelita, tetapi pakaiannya telah kusut dan tidak keruan, tusuk kondenya terlepas hingga rambutnya terurai kebawah, keadaannya mengenaskan sekali. Terdengar kakek berwajah buruk itu membentak keras: "Budak busuk. berani betul kau datang mengintai wilayah Lian huan tan kami...Hm kau betul-betul sudah bosan hidup, aku mau lihat kau hendak lari kemana lagi??" Ditengah bentakan keras secara beruntun ia lancarkan tiga jurus serangan kilat yang mana seketika membuat gadis itu terdesak hebat dan mundur kebelakang dengan sempoyongan. Sementara itu empat orang pria kekar berbaju hitam lainnya segera menyebar diri ke empat penjuru dan bersiap2 menghalangi maksud dara itu untuk meloloskan diri "Bajingan busuk. nonamu akan beradu jiwa dengan dirimu" bentak gadis itu gusar. Pedangnya bekerja dengan cepat melancarkan serangan ber-tubi2, desiran angin tajam bagaikan hembusan taufan dan gulungan ombak menyapu dan mengurung musuhnya habis2an. Kakek berwajah jelek itu seketika terdesak hebat, ia mundur tiga langkah kebelakang dan cepat2 putar telapaknya untuk memunahkan serangan gencar tersebut. Sekalipun serangan itu hebat tapi sayang tusukan2 pedang itu dilancarkan dalam keadaan nekat, setelah serangan itu lewat, napasnya jadi ter-sengkal2 dan peluh membasahi seluruh tubuhnya. 323 Kakek tua itu menyeringai seram, ia sudah merasakan bahwa musuhnya telah kehabisan napas, sembilan pukulan berantai segera di lancarkan kembali kedepan, setiap pukulan mengandung tenaga penghancur yang maha dahsyat...

Jeritan ngeri bergema memancarkan kesunyian, sebuah pukulan yang maha dahsyat itu sempat bersarang ditubuh gadis itu, membuat badannya terlempar sejauh delapan depa kebelakang, ia muntah darah segar dan tak tertahan lagi tubuhnya jatuh terduduk diatas tanah. "Bangsat tua " jeritnya dengan rasa dendam. "sekalipun nonamu sudah mati dan jadi setan, aku akan mencari dirimu untuk menuntut balas" Kakek berwajah jelek itu tertawa seram. "Hmm.. budak ingusan, aku ingin lihat dengan cara apa kau hendak balas dendam terhadap diriku" Selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati gadis itu, telapak tangannya diayun ke udara dan siap menghajar batok kepala musuhnya. Melihat keadaan yang amat berbahaya itu, perempuan berusia pertengahan yang bersembunyi dibela kang batu itu segera berbisik kepada putrinya: "Binasakan kelima orang itu, jangan biarkan seorangpUn diantara mereka lolos dalam keadaan hidup," "Membinasakan mereka semua??" jerit gadis itu dengan terperanjat. "Benar, bunuh semua tanpa kecuali " "Kenapa? apa gunanya kita bunuh mereka semua??" "Kau tak usah bertanya, gunakanlah jurus yang hebat untuk membinasakan mereka semua " "Tetapi mereka toh..." 324 "Jangan banyak bicara lagi, cepat laksanakan" Sementara itu si kakak berwajah jelek itu sudah mengayunkan telapak tangannya mengarah ubun2 gadis itu. nampaknya sesaat lagi gadis itu akan mati dalam keadaan yang mengerikan. "Tahan " suatu bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, disusul berkelebat datangnya sesosok bayangan manusia. Kelima orang itu tersentak kaget, tanpa sadar kakek berwajah jelek itu menarik kembali serangannya sambil loncat mundur kebelakang. Tapi sebelum dia sempat melihat jelas siapakah pendatang itu. segulung angin pukulan yang maha kuat dan dahsyat telah menyerang datang, hal ini membuat kakek tersebut terkesiap hatinya, sadarlah dia bahwa musuh yang baru saja munculkan diri itu memiliki tenaga dalam yang sangat hebat. . Dalam keadaan tidak siap. ter gopoh2 ia enjotkan tubuhnya bergeser lima depa kesamping untuk melepaskan diri dari ancaman itu. seorang perempuan muda berkerudung putih segera munculkan diri di hadapannya. Kakek itu jadi teramat gusar, bentaknya: "Perempuan sialan, siapakah kau?? berani

betul...." Gadis berkerudumg itu sama sekali tidak berbicara, tidak menunggu hingga pihak lawan menyelesaikan kata2nya, sepasang telapak kembali bekerja cepat meluncurkan serangan yang maha dahsyat dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata kata. Kakek tua, itu ingin mengundurkan diri ke belakang, namun sudah tak sempat lagi, dalam keadaan terdesak terpaksa ia mengepos tenaga dan menghimpun segenap kekuatannya 325 untuk menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan keras. "Blammm" ditengah jeritan ngeri yang menyayat hati, kakek tua itu terpukul mencelat sejauh beberapa tombak kemudian roboh terjengkang diatas tanah, darah segar muncrat keluar dari bibirnya. Melihat pemimpin mereka berhasil dilukai lawan, empat orang pria baju hitam yang selama ini hanya berdiri tegak ditepi kalangan segera membentak keras, serentak mereka menerjang kearah gadis itu. Dara berkerudung putih itu mendengus dingin jengeknya. "Hmm manusia2 yang tak tahu diri, rupanya sudah bosan hidup," Tubuhnya herkelebar kesana kemari bagaikan gerakan sukma, telapaknya diayun dengan kecepatan penuh, bersama dengan menggemanya empat jeritan ngeri tampaklah keempat orang pria itu sudah roboh keatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi. Pecahlah nyali kakek tua itu, ia merasa sukmanya se-akan2 sudah terbang meninggalkan raganya, dengan suara keras ia berteriak: "Budak bangsat, besar benar nyalimu, kau berani memusuhi perkumpulan Thian chee Kau kami?" Mendengar ucapan itu, dara berkerudung putih itu terdiri tertegun, kemudian secepat kilat ia menerjang kemuka dengan gerakan yang kuat ia babat tubuh kakek itu. "Duuk diiringi jeritan kesakitan yang mendirikan bulu roma, kakek berwajah jelek itu termakan oleh bacokan itu hingga batok kepalanya hancur berantakan, darah segar segera muncrat memenuhi empat penjuru. 326 Melihat musuh2nya berhasil dipunahkan oleh seseorang yang tak dikenal, dara yang terluka itu segera maju kedepan dan memberi hormat ujarnya. "Go Siauw Bie mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan yang telah cici berikan kepadaku, bolehkah aku mengetahui siapakah nama cici?" "Aku bernama orang yang ada maksud"

Go Siauw Bi tertegun. Sungguh aneh nama ini? benarkah itu adalah nama aslinya? ia membatin didalam hati. Meskipun dalam hati merasa sangsi namun perasaan itu tidak sampai diutarakan keluar. Rupanya orang yang ada maksud bisa membaca pikiran orang, terdengar ia tertawa riang sambil tegurnya: "Bukankah kau merasa bahwa namaku ini sangat aneh dan tidak sebagaimana mestinya?" Go Siauw Bi tertawa jengah setelah mengetahui rahasianya diketahui lawan, maka dia pun tidak membantah. Orang yang ada maksud tersenyum, dari sakunya dia ambil keluar sebutir pil mujarab dan segera diserahkan ketangan gadis she Go itu, katanya: "Pil ini adalah pil mujarab, cepat telanlah agar luka dalam yang kau derita cepat sembuh" Go Siauw Bi mengucapkan banyak terima kasih, ia terima pil itu dan segera dimasukkan kedalam mulut. Menanti pil tadi sudah ditelan, orang yang ada maksud baru berkata lagi dengan suara dalam: "Nona Go, apa sebabnya kau sampai di kejar2 oleh para durjana dari perkumpulan Thian chee kau??" 327 Air mita GoSiauw Bi berubah jadi amat sedih, jawabnya dengan suara gegetun: "Aku datang untuk menuntut balas atas sakit hatiku.. sungguh tak kusangka dendam gagal kutuntut, hampir saja selembar jiwaku pun ikut melayang.. kalau bukan cici yang menolong diriku tepat pada saatnya, entah apa yang terjadi dengan diriku pada saat ini.." "Menuntut balas?? sakit hati apa yang terikat antara dirimu dengan pihak perkumpulan Thian chee kau??" "Mendiang ayahku adalah Go Yu Too ketua dari perkumpulan Pat Gie pang, karena pada saat kaucu dari perkumpulan Thian chee kau mengadakan pesta ulang tahun tidak ikut hadir untuk menyampaikan selamat, maka pada suatu hari pihak perkumpulan itu mengirim Tongcunya si kupu2 warna warni Lie In Hiang untuk membinasakan ayahku, Kanglam Jit koay sahabat karib ayahku yang mengetahui kejadian ini segera datang mencari balas, siapa tahu merekapun dibunuh mati semua oleh Lie In Hiang. Karena itulah, ini hari aku sengaja datang kemari untuk menuntut balas" "Jago lihay yang berada dalam perkumpulan Thian chee kau tak terhingga jumlahnya, wilayah Lian huan tau pun merupakan suatu daerah yang amat berbahaya, bila kau ingin menuntut balas atas sakit hatimu itu alangkah baiknya bila tindakan itu kau lakukan dengan penuh waspada serta rencana yang masak sebab kalau tidak maka perbuatanmu itu

tak lebih hanya pergi menempuh bahaya saja. Menurut pendapatku lebih baik untuk sementara waktu tinggalkan dulu tempat ini, bila jejakmu sampai diketahui oleh anggota perkumpulan itu, akibatnya sungguh amat sulit untuk diharapkan mulai sekarang" "Terima kasih atas petunjuk cici, akupun menyadari babwa tenaga dalam yang kumiliki cetek sekali, untuk membalas dendam hal itu masih merupakan suatu angan2 yang amat 328 muluk2. Tetapi bagaimanapun juga aku hidup sebagai putra seorang manusia, dapatkah aku menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan dendam itu??? baiklah untuk sementara waktu aku orang she Go akan menuruti nasehat cici, aku hendak mengunjungi guru yang pandai untuk memperdalam ilmu silatku setelah itu aku baru akan datang lagi untuk menuntut balas." "Bagus sekali nona, bila engkau masih mempunyai pikiran yang terbuka hal ini merupakan suatu hal yang menggembirakan, jarak tempat ini dengan wilayah Lian Huan Nau tidak terlalu jauh, demi keselamatan lebih baik segeralah berangkat tinggalkan tempat ini" Go Siauw Bi mengangguk, tapi sebelum dia berlalu dari situ mendadak sinar matanya terbentur dengan batu nisan yang terpancang tidak jauh dari hadapannya, dengan wajah berubah hebat ia segera berseru keras: "Han Siong Kie aah.. masa Han Siang- kong yang telah mati??" "Apakah kau kenal dengan dirinya??" tanya orang yang ada maksud dengan hati bergetar. "Aku kenal dengan siangkong itu, sebab belum lama berselang ketika ia tercebur kedalam sungai, akulah yang menolong dirinya." "Ooh jadi kau pernah menyelamatkan jiwanya" "Benar, dia.. mengapa jenasahnya dikubur ditempat ini?? dan siapa pula sipengemis cilik Tong hong Hwie?" "Dia adalah sahabat perempuannya, dengan kematiannya dia hendak menggunakan rasa cintanya kepada pemuda itu" Go Siauw Bi maju beberapa langkah kedepan dengan sempoyongan air matanya jatuh berlinang membasahi wajahnya dengan sedih ia bergumam lirih: 329 "Sungguh tak kusangka ia telah mendahului diriku, sungguh tak kunyana usianya begitu pendek, cici tahukah kau, dia telah menemui ajalnya ditangan siapa??" "Tentang soal ini aku kurang begitu tahu, apakah nona juga pernah jatuh cinta kepadanya??" "Aku telah menyelamatkan jiwanya dari dalam sungai, selama merawat lukanya itu ia telah beristirahat selama tiga

hari didalam kamar tidurku." Go Siauw tai tak dapat membendung rasa sedihnya lagi, airnya bagaikan hujan dimusim kemarau berjatuhan membasahi pipinya. Mendengar perkataan itu orang yang ada maksud ikut merasa beriba hati, tiba2 ia merasa ada suatu perasaan yang sangat aneh muncul dari dalam hatinya, apakah perasaan itu dia sendiripun tak dapat melukiskan dengan kata2. Go Siauw Bi berdiri tertegun ditempat kuburan itu, ia tidak menyangka pria yang pernah menarik hatinya telah pergi meninggaikan dunia untuk selama2nya, iapun tak pernah menduga masih ada seorang gadis lain yang ikut mengorbankan diri demi cintanya yang murni. Teringat bahwa kenangan selama ini ternyata hanya hampa dan kosong belaka, gadis itu menghela napas panjang. sesudah memberi hormat kepada orang yang ada maksud, ia segera enjotkan badan dan berlalu dari situ. Memandang hingga bayangan punggung gadis itu lenyap dari pandangan, orang yang ada maksud segera balik kembali kebalik batu cadas, disitu ia saksikan ibunya orang yang kehilangan sukma sedang membopong jenasah Han Siong Kle sambil duduk termangu- mangu, air mata telah membasahi bagian bajunya. "Ibu apa yang telah terjadi???" orang yang ada maksud segera menegur. 330 -000dw000BAB 19 "Nak. mungkin... mungkin dia.... dia tak ada harapan lagi, aku bakal menyesal sepanjang masa" Orang yang ada maksud membungkam dalam seribu bahasa, ia tidak mengerti mengapa ibunya begitu menaruh perhatian terhadap diri Han Siong Kie, perhatiannya begitu mendalam hingga melebihi kasih sayangnya terhadap darah dagingnya sendiri, ia heran kenapa ibunya bisa bersikap begitu? mungkinkah dibalik semuanya ini masih tersembunyi sesuatu yang aneh. Tiba2 terdengar orang yang kehilangan sukma berseru dengan penuh emosi: "Cepat lihat, dia hampir sadarkan diri... oooh terima kasih langit dan bumi ia selamat... ia selamat" "Benarkah itu ibu, betulkah dia hampir sadar ?" "Benar coba rasakan tubuhnya mulai hangat kembali, aku merasa jantungnya mulai berdetak kembali" Dengan penub ketegangan ibu dan anak itu mencurahkan seluruh perhatiannya kearah Han Siong Kie, mereka lihat tubuh anak muda yang kaku dan dingin itu perlahan2 menjadi lemas, dengusan napasnya mulai kedengaran dan air mukanya per lahan2 berubah jadi semu merah..

Orang yang kehilangan sukma menghembuskan napas panjang dan letakkan tubuh Han Siong kie ke atas tanah lalu mencium keningnya dengan hangat dan sayang. Tingkah Liku ibunya yang aneh ini kembali mencengangkan hati orang yang ada maksud, ia berdiri melongo. 331 "Nak, kuserahkan dirinya padamu" tiba perempuan setengah baya itu berkata. "Serahkan kepadaku???" "Sedikitpun tidak salah" Dari dalam sakunya dia ambil keluar sebuah bungkusan dan diserahkan ketangan orang yang ada maksud kemudian ia membisikkan sesuatu disisi telinganya dan setelah itu berlalu. Belum lama orang yang kehilangan sukma berlalu dari tempat itu, terdengar suara helaan napas panjang bergema memecahkan kesunyian. Han Siong Kle membuka sepasang matanya lalu meloncat bangun dari atas tanah. Ketika dijumpainya orang yang ada maksud berada disitu, buru2 ia memberi hormat sambil ujarnya. "Aku mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongannya yang telah nona berikan kepadaku, semoga dilain waktu budi kebaikan sempat kubalas." orang yang ada maksud tertawa cekikikan. "Dengan cara apa kau hendak membalas budi kebaikanku ini? " serunya cepat. Han Siong Kle tertegun, wajahnya berubah jadi merah, lama sekali ia baru bisa berkata. "Dewasa ini tentu saja aku tak sanggup mengatakannya keluar, tapi kemudian hari aku pasti akan berusaha untuk membalas budi kebaikan itu." Seandainya sepanjang masa kau tidak memperoleh kesempatan itu, apa yang hendak kau lakukan??" "Tentang soal ini aku pikir tak mungkin terjadi" "Baiklah" kata orang yang ada maksud kemudian, "sekarang ibuku suruh aku menyampaikan sesuatu kepadamu." "Lalu sekarang dimanakah ibumu??" 332 "Baru saja meninggaikan tempat ini" "Apakah ia tak sudi bertemu dengan diriku lagi??" "Bukan, bukan begitu, dia masih ada urusan lain maka terpaksa harus tinggaikan dahulu tempat ini, dia suruh aku menyampaikan pesan kepadamu, katanya mulai sekarang Manusia berwajah dingin Han Siong Kle telah tiada lagi dikolong langit, kau tak boleh membuka rahasia asal usulmu kecuali kepada ...." "Kecuali kepada siapa??" tanya Han Siong Kle dengan suara heran bercampur terkejut. "Kecuali kepada pemilik Benteng Maut"

Air muka si anak muda itu berubah hebat secara beruntun ia mundur selangkah kebelakang, serunya: "Apa maksud yang sebenarnya??" "Entahlah, aku sendiripun kurang begitu mengerti, ibuku hanya berpesan agar kau suka pergi mengunjungi benteng maut." "Berkunjung? hal itu pasti akan kulakukan, pada suatu hari aku akan mengobrak-abrik benteng maut dan melenyapkan Tengkorak Maut dari permukaan bumi." "Kau keliru besar" seru orang yang ada maksud sambil menggeleng, " ibuku menyuruh kau berbuat demikian karena ia mengandung maksud2 tertentu." Sorot mata Han Siong Kie per lahan2 dialihkan kearah lima sosok mayat yang menggeletak tidak jauh dari tempat itu, serunya dengan nada terkesiap "Mayat siapakah yang menggeletak disitu??" "Anak buah perkumpulan Thian chee kau" "Apakah mereka terluka di ujung telapak nona??" 333 "Sedikitpun tidak salah, mereka sedang mengejar seorang gadis dan kebetulan tiba ditempat ini, karena gadis itu terancam jiwanya maka aku segera turun tangan membereskan orang itu. 0oh. Ya a Apakah kau kenal dengan seorang gadis yang bernama Go Siauw Bi?" "KenaL" jawab Han Siong Kle dengan suara terperanjat, " Kenapa dengan dirinya?" "Cintakah kau kepadanya??" tidak menjawab orang yang ada maksud malah balik bertanya. Pertanyaan ini seketika membuat hati Han Siong Kie tertegun, serunya: "Nona, apa maksudmu mengajukan pertanyaan semacam ini??" "Tiada maksud apa2, karena aku lihat sikapmu amat gelisah bercampur cemas, maka aku ajukan pertanyaan ini" "Dia adalah gadis yang pernah menyelamatkan jiwaku, aku masih berhutang budi kepadanya." "Ia sudah berlalu dari sini, dia tahu bahwa kau sudah tiada lagi dikolong langit" "Apakah nona yang memberitahukan kejadian ini kepadanya??" "Tidak. ia sendiri yang lihat dan melihat dengan matanya sendiri ...." Han Siong Kle berpaling, tiba2 ia temukan sebuah gundukkan tanah baru tak jauh dari situ segera didekatinya kuburan ini dan terbacalah olehnya batu nisan yang terpancang didepan kuburan itu. "Disinilah bersemayan manusia berwajah dingin Han song Kie serta pengemis cilik Tonghong Hwie." Jantungnya seketika herdebar keras, apa yang terjadi? mungkinkah adik angkatnya Tonghong Hwie juga.. berpikir sampai disini ia bersin beberapa kali, sambil berpaling kearah

orang yang ada maksud serunya: 334 "Nona, kuburan ini?" "Pengemis cilik yang mendirikannya bagimu." "Kenapa diatas batu nisan itu terukir nama kami berdua." "Sebab dia mau hidup bersama mati berbareng dengan dirimu" "Apa?? dia..dia..." "Jangan tegang dan tak usah gelisah, dia belum mati, dia mau membalaskan dendam sakit hatimu lebih dahulu kemudian baru datang kemari untuk mati bersama dirimu satu liang." Han Siong Kie tidak memperhatikan bahwa dibalik ucapan orang yang ada maksud mengandung arti yang lebih mendalam, kalau tidak tentulah dia akan menemukan sesuatu gejala yang aneh. Mendengar perkataan tadi, ia jadi sangat terharu sehingga tak tertahan lagi titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. "Oooh.. sungguh tak kusangka adik Hwieku itu demikian setia kawan dan menaruh perhatian kepadaku, aku orang she Han sungguh beruntung dapat berkenalan dan angkat saudara dengan dirinya. sekarang dimanakah orangnya??.." "Bukankah sedari tadi sudah kukatakan bahwa ia telah tinggalkan tempat ini?" "Secara bagaimana ia bisa mendirikan kuburan dan batu nisan bagiku??." "Ia datang agak belakangan, sewaktu memasuki wilayah Lian huan tau jejaknya kepergok oleh nyonya kaucu hingga tertawan, untung ibuku berhasil menyelamatkan jiwanya. Ketika ia menjumpai jenasahmu yang sudah tak bernyawa itu hatinya jadi sedih dan hancur.." 335 "Oooh.. dia mengira aku benar2 telah mati??" "Tentu saja jangan dibilang dia, orang lainpun pasti akan mengira kau sudah mati, sebab tubuhmu sudah mendingin dan kaku" "Mengapa nona tidak memberitahukan kejadian yang sesungguhnya kepada saudara angkatku itu??" seru Han Siong Kie gegetun. "Aku tidak memberitahukan keadaan yang sesungguhnya tentu saja didasarkan oleh alasan2 tertentu. lebih baik persoalan ini kita bicarakan dikemudian hari saja." "Aku ingin mengetahui sekarang juga" "Maaf, aku tak dapat menuruti keinginanmu itu" Han Siong Kie menelan air ludah dan berdiri menjublak, terhadap tingkah laku ibu dan anak yang serba misterius itu ia merasa gemas bercampur jengkel, tapi pihak lawan adalah

tuan penolongnya, hal itu membuat ia tak mampu berbuat sesuatu. Terpaksa sambil menahan diri ujarnya: "Aku dapat mencari dirinya, sekalipun harus mencari sampai diujung langit atau di dasar samudra, aku harus menemukan dirinya" Dari dalam sakunya orang yang ada maksud ambil keluar sebuah bungkusan kecil dan dilemparkan kearah pemuda itu, pesannya: "Saudara, mulai sekarang manusia berwajah dingin Han Siong Kie sudah tak ada lagi dikolong langit, benda itu akan membantu dirimu untuk merubah wajahmu serta menutupi raut mukamu yang sebetulnya" Han Siong Kie menyambut benda itu, sedang dimulut ia mengomel: "Aku toh seorang lelaki sejati, kenapa raut wajah asliku harus disembunyikan??" 336 "Bila kau ingin berhasil dalam usahamu untuk membalas dendam, lebih baik lakukanlah seperti apa yang kukatatakan.." "Tetapi bukankah ibumu siorang yang kehilangan sukma memerintahkan aku untuk berkunjung ke Benteng Maut serta menceritakan asal usulku yang sebenarnya?? musuh besarku adalah pemilik dari benteng maut itu, kenapa aku musti banyak bertingkah dengan segala macam hal yang tak berguna??" "Sedikitpun tidak benar perkataanmu itu, dikemudian hari kau akan mengerti dengan sendirinya mengapa ibuku suruh kau berbuat demikian, sekarang lebih baik pergilah mengunjungi benteng maut" "Mengunjungi musuh besarku??" "Kau tak boleh mengatakan demikian, sekali lagi kuberitahukan kepadamu, ibuku sangat menaruh perhatian kepadamu, beliau suruh berbuat demikian tentulah didasarkan oleh maksud-maksud tertentu, bila kau tidak melakukan seperti apa yang dikatakan ibuku mungkin dendammu itu selamanya tak akan berhasil kau laksanakan" Han Siong Kie jadi serba salah, bila ditinjau dari orang yang kehilangan sukma serta orang yang ada maksud dimasa yang lampau, anjuran perempuan itu pastilah mengandung maksud tertentu, tapi ia tak mengerti dan tak paham apa sebenarnya maksud orang itu?? "Han Siong Kie" orang yang ada maksud berkata kembali "Mau percaya atau tidak itu terserah pada dirimu sendiri sekarang aku mau pergi." Selesai berkata dia segera enjotkan badan dan berlalu dari situ dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Han Siong Kie berdiri menjublak diatas tanah dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, perkembangan yang

337 berlangsung selama ini membuat ia jadi bingung, perbuatan orang yang ada maksud serta ibunya memang begitu misterius hingga terasa amat menyeramkan. "Baiklah akan kujajal perkataan mereka, aku hendak berkunjung ke benteng Maut serta melihat perobahan aneh apakah yang bakal terjadi." Setelah mengambil keputusan didalam hati, ia segera membuka bungkusan kecil yang diberikan orang yang ada maksud itu, disitu ia temukan rambut palsu serta selembar topeng kulit manusia. Setelah mengenakan rambut palsu itu serta topeng kulit manusia berangkatlah pemuda itu turun dari puncak bukit ketika bercermin diatas permukaan air nampaklah seorang pemuda yang berpenyakitan, ia jadi geli pikirnya: "Aku harus mempunyai sebuah nama yang sesuai dengan potongan wajah serta badanku penyakitan... " malaikat penyakitan" benar nama ini bagus sekali, baiklah mulai sekarang aku akan munculkan diri didalam dunia persilatan dengan nama malaikat penyakitan" Ia bersuit nyaring, tubuhnya dengan cepat berkelebat menuruni bukit itu, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya pikirnya: "Aku harus berusaha keras untuk menemukan adik angkatku Tonghong Hwie lebih dahulu, ia selalu menganggap aku telah tiada lagi di kolong langit, aku harus temukan dirinya sebelum terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Tapi dunia begini luas, aku musti pergi kemana untuk menemui jejaknya." Setelah termenung beberapa saat lamanya, ia lantas bergumam seorang diri: "Aaaah benar perkumpulan Kaypang tersohor karena banyaknya anggota yang tersebar di mana2, asal aku berhasil 338 temukan engkoh tuaku pengemis dari selatan, niscaya pencarian ini lebih mudah dilakukan. Perjalananku menuju keb enteng Maut lebih baik kutunda lebih dahulu" Setelah mengambil keputusan, berangkatlah pemuda itu menuju arah selatan. Entah sudah beberapa lama ia sudah berjalan, mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang suara suitan aneh yang amat memekikan telinga, tanpa sadar Han Siong Kie menghentikan gerakan tubuhnya. Suitan tajam yang amat keras hingga memekikan telinga itu kembali bergema dari tempat kejauhan, kali ini juaranya lebih tajam dari suitan yang pertama, si anak muda itu sangsi sejenak setelah menentukan arah asalnya suara itu, ia segera meluncur kearah sebelah kanan dari hutan dihadapannya.

Beberapa puluh tombak sudah dia memasuki hutan tersebut, tapi sungguh aneh, disekeliling sana ternyata tak nampak sesosok bayangan manusiapun, sedang suara suitan tajam yang memekikkan telinga itupun tidak kedengaran lagi. Pemuda itu jadi sangsi dan curiga, mungkinkah ia telah salah mendengar? ataukah memang ada seseorang lihay yang sedang mempermainkan dirinya?? Makin direnung pemuda itu semakin bingung, akhirnya ia mengambil keputusan untuk menyelesaikan pekerjaan sendiri "Perduli amat dengan orang yang bersuit tajam itu." pikirnya didalam hati. Ia segera putar badan dan siap berlalu dari situ ... "Bocah cilik, jangan pergi dulu..." suara itu dingin seakan akan muncul dari gua salju yang menggidikkan hati. Han Siong Kie terkejut dan segera menoleh. 339 Tapi.. tak nampak sesosok bayangan manusiapun berada disekitar tempat itu, tidak terasa ia segera berseru: "siapa kau??" "Aku?? haaah..haaah.haaah..." suara itu se-olah2 dipancarkan dari suateu tempat sejauh sepuluh tombak dari hadapannya, yang aneh ternyata hanya suaranya saja yang kedengaran sedang bayangan manusianya sama sekali tak terlihat. Bergidik hati sianak muda itu menjumpai keadaan tersebut, bulu kuduknya pada bangun berdiri, pikirnya: "Jangan2 aku telah bertemu dengan setan? kalau tidak mengapa tak nampak sesosok bayangan manusiapun ditempat ini?" Sekali lagi ia membentak keras: "sebenarnya siapakah kau??" "Haaah .haaah .haaaah... aku mengira aku bakal mati dengan menahan rasa sesal sepanjang masa, sungguh tak nyana sebelum ajalku tiba ternyata bisa bertemu dengan kau si bocah cilik. aaai.. inilah yang dikatakan Thian maha adil dan Thian punya mata, bocah cilik kau jangan pergi dari sini.." selama pihak lawan berbicara, Hansaong Kie pusatkan perhatiannya coba menemukan arah berasalnya suara itu, tapi ia kecewa. sebab usahanya itu gagal dan tidak berhasil menemukan orang itu. Akhirnya dengan perasaan heran bercampur sangsi, sekali lagi ia menegur: "Sebenarnya siapakah kau" "Aku adalah Mo-Mo cungcu Rasul dari segala iblis" sedikitpun tidak salah, Rasul dari segala iblis atau disebut pula Mo tioan ci-mo atau Iblis diantara iblis" "Kalau ditinjau dari juluknya itu, terang dia bukan manusia aliran lurus" pikir Han Siong Kie didalam hati, "Lebih baik aku

340 kabur saja dari sini, toh persoalanku sendiri terlalu banyak. kenapa musti banyak ribut dengan manusia yang disebut MoTiong ci-mo itu??" Berpikir demikian ia lantas berkata dengan suara dingin. "Aku masih ada urusan penting yang harus dikerjakan, selamat tinggai.." "Eeeeei bocah cilik kau jangan pergi dari sini " Han Siong Kie tidak menjawab ia lanjutkan gerakannya berlalu dari tempat itu.. "Bocah cilik masa kau tak mau menolong orang yang sedang kesusahan???" Ucapan yang menegunkan hati Hanslong Kle, tubuhnya yang sedang meluncur pergi segera mendadak diudara dan melayang kembali keatas tanah pikirnya didalam hati. "Melihat orang kesusahan tidak menolong, apakah maksudnya??? apakah manusia yang bernama iblis diantara iblis itu masih membutuhkan bantuan orang lain???" Ia segera menegur. "Hei manusia yang bernama iblis diantara iblis, apa maksud perkataanmu itu??" "Sulit untuk aku menceritakan dalam sepatah dua patah nanti saja kuceritakan kepadamu sedikit demi sedikit, sekarang singkirkan dahulu batu cadas yang amat besar itu" "Batu cadas besar??" "Sedikitpun tidak salah" Han Siong Kie segera alihkan sinar matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu, sedikitpun tidak salah pada jarak kurang lebih enam tombak dihadapannya terlihatlah sebuah batu cadas yang besarnya mencapai beberapa tombak. "He, kau berada dimana?" teriak pemuda itu. 341 "Aku berada dibawah batu cadas itu" "Kenapa kau bisa tertindih dibawah batu cadas itu??" "Eeei.. si bocah cilik, kenapa sih begitu cerewet dan banyak omong?? singkirkan dahulu batu cadas itu kemudian kita baru berbicara lagi" Han Siong Ktejadi murka, hawa pitamnya segera berkobar memenuhi benaknya, sambil mendengus dingin serunya: "Luar biasa amat tabiatmu itu. Hmm kalau memang kau hebat dan lihay, kenapa tidak berusaha untuk menyingkirkan sendiri batu cadas itu?? maaf.. aku tak punya banyak waktu untuk bercanda dengan dirimu" Mendengar sianak muda itu hendak berlalu, Iblis diantara iblis jadi sangat gelisah, buru2 serunya: "Eeei..eeei.. bocah, kau jangan pergi dulu, kalau kau pergi dari sini niscaya aku bakal mati konyol" Han Siong Kie jadi geli bercampur mendongkol, dengan perasaan apa boleh buat serunya: "Apakah cukup bagimu

hanya menggeserkan batu cadas itu saja??" "Ehmm bocah cilik mampukah kau hancurkan batu cadas itu hanya didalam tiga buah pukulan belaka??" "Heeeh..beeeh..heeeh.. rupanya kau sengaja hendak menguji tenaga dalamku??" jengek Han Siong Kie sambil tertawa dingin. "Aku sama sekali tak ada maksud menguji kekuatanmu, aku berbicara demikian karena mengandung maksud tertentu, katakan saja mampu tidak kau lakukan pekerjaan itu??" "Coba saja nanti" Per-lahan2 sianak muda itu berjalan mendekati batu cadas tersebut, setelah diamatinya sebentar, ia segera menghimpun 342 segenap tenaga dalam yang dimilikinya kedalam telapak. serunya kemudian dengan suara berat: "Saudara. hati2lah... aku segera akan melancarkan pukulan keatas batu cadas itu." sebagai penutup kata sepasang telapaknya segera didorong kedepan dengan hawa murninya yang amat hebat serangan itu bisa dibayangkan sampai dimanakah kehebatannya. Blaaam... terdengar benturan keras yang memekikan telinga, bumi tergetar laksana di landa gempa dahsyat, batu cadas yang besar itu terhajar remuk jadi empat lima bagian dan mencelat ke empat penjuru, dari bawah hatu cadas itu muncullah sebuah mulut gua yang gelap. Sesosok kepala manusia yang sangat aneh segera menongol keluar dari mulut gua itu. Dengan hati terkesiap bercampur kaget Han song Kie mundur tiga langkah kebelakang setelah diamati lebih seksama lagi maka tampaklah olehnya bahwa manusia aneh itu adalah seorang kakak tua yang bercambang lebat dengan rambut terurai kebawah, sepasang mata yang besar memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati jelas tenaga dalam yang dimiliki Mo Mo Cuncu telah mencapai puncak kesempurnaan. "Haah haah haah... takdir takdir" seru kakek aneh itu sambil tertawa tergelak. "Bocah cilik, pukulan yang barusan kau lancarkan mengandung kekuatan tenaga dalam sebesar seratus tahun hasil latihan, hal ini sungguh berada diluar dugaanku. Rupanya takdir telah menentukan demikian dan aku memang mendapat pertolongan." Habis berkata kembali ia tertawa terbahak2, begitu keras suaranya hingga Han Siong Kie merasakan kendang telinganya terasa amat sakit. "Apakah kau yang bernama Mo Mo Cuncu rasul dari segala Iblis? " 343 "Masa masih ada yang gadungan??" "Dengan tenaga dalam yang kau miliki rasanya kau masih

mampu untuk menyingkirkan batu itu bukan? kenapa hal itu tidak kau laksanakan sendiri" Rasul dari segala Iblis tidak menjawab pertanyaan itu, hanya serunya. "Bocah cilik, mari masuk kedalam gua" Habis berkata kepalanya menyusup lebih dahulu masuk kedalam gua itu. Melihat kesemuanya yang serba aneh itu Han Siong Kiejadi tercengang dan ingin tahu, dia ragu2 kemudian sebentar masuk kedalam gua itu. Luas gua tersebut tidak begitu lebar, hanya dua tombak lebih sedikit, setelah berada diatas permukaan ia menyusup sejauh tiga tombak kesebelah kanan disitu dijumpainya seorang manusia aneh dalam keadaan bugil sedang duduk bersila, sepasang matanya dengan sorot mata tajam sedang mengawasi pemuda itu tanpa berkedip. "Bocah, duduklah kemari" kakek aneh itu berseru. Bulu kuduk diseluruh tubuh Han Siong Kie pada bangun berdiri, tapi ia lanjutkan pula langkahnya menuju kedalam dan duduk dihadapan kakek itu. "Hey bocah cilik, aku lihat wajahmu berpenyakitan." "Sedari dilahirkan aku memang memiliki raut wajah semacam ini" "Siapakah namamu?? " "Aku bernama malaikat penyakitan" "Malaikat penyakitan?? Ha ah haah haah sungguhkah kau bernama malaikat penyakitan??" "Mau percaya atau tidak terserah padamu" "Baik, perduli kau adalah malaikat apa aku tak ada sangkut pautnya dengan diriku, bertemu denganmu itulah takdir, 344 maukah kau membantu untuk menyelesaikan suatu keinginan hatiku??" Sambil berkata dengan pandangan yang mengharapkan dia menatap tajam wajah Han Siong Kie. "Keinginan hati apa??" tanya pemuda itu tercengang. "Menantang seseorang untuk berduel" "Oooh ... maksudmu mewakili dirimu pergi menantang seseorang untuk diajak berduel?" "Sedikitpun tidak " "Kenapa kau tidak melakukan sendiri?? bukankah tenaga lweekang yang kau miliki sangat tinggi" Rasul dari segala iblis tertawa sedih. "Coba lihatlah sendiri" ia berkata. Mengikuti arah yang dituding orang itu Han Siong Kle segera alihkan sorot matanya, dia lihat sepasang kaki dari kakek aneh itu sudah mengering dan menyusut kecil, kaki itu telah cacad dan tak dapat dipergunakan lagi untuk berjalan. Timbullah perasaan iba bercampur kasihan didalam hati pemuda itu, tapi ia belum begitu paham mengenai watak

kakek aneh yang bernama Rasul dari segala Iblis ini, maka pemuda itu tak mau mengabulkan permintaannya secara gegabah. "Hei orang tua, aku ingin memahami lebih dahulu asal usulmu serta perbuatan2mu dimasa lampau." "ooh. rupanya kau adalah seorang bocah cilik yang belum lama terjun kedalam dunia persilatan" Han Siong Kie merasa tidak senang hati, sahutnya dengan suara dingin "Tidak salah, aku memang terjun kedunia persilatan belum seberapa lama" 345 "Tidak aneh kalau begitu, bila kau sudah lama terjun di dalam dunia persilatan, niscaya akan mengetahui namaku meskipun aku bergelar Mo mo cuncu Rasul dari segala Iblis, tetapi orang2 Bu-lim pada menyebut diriku sebagai Mo tiong ci mo Iblis di antara Iblis" "Kalau memang demikian adanya, maka itu bukankah membuktikan bahwa perbuatanmu semasa masih berkelana didalam dunia persilatan dahulu lebih busuk dan keji daripada kawanan kaum iblis lainnya??" "Benar atau salah yang terjadi didalam dunia persilatan sulit untuk dibedakan satu sama lain misalnya saja Tengkorak Maut.." "Apa?? Tengkorak Maut???" "Tidak salah, pemilik dari Benteng Maut itu" "Kenapa dengan orang itu??" tanya Han Siong Kie sambil menahan emosi yang bergolak didalam dadanya. "Setiap orang didalam dunia persilatan menganggap dia sebagai seorang iblis yang luar biasa kejinya, padahal dalam kenyataan belum tentu ia berwatak kejam" Takkala sianak muda itu mendengar kakek aneh itu menyebut tentang musuh besar pembunuh keluarganya emosi bergelora dalam dadanya, ia merasa denyutan jantungnya bergerak lebih kencang, api dendam berkobar2 dan wajahnya berubah hebat. Namun berhubung diatas wajahnya merupakan selembar topeng kulit manusia maka diluar golakan perasaannya itu sama sekali tidak kelihatan dengan setengah mendesak ia berseru kembali: "Dari mana kau bisa tahu kalau ia tidak kejam?" " 346 "Meskipun Tengkorak Maut membunuh manusia2 dalam jumlah yang tak terbatas tetapi ia sendiripun mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan kepada orang lain." Terbayang dua ratus jiwa lebih keluarganya yang mati terbunuh hingga tinggal tulang yang berserakan memenuhi perkampungan keluarga Han, Han Siong Kie segera mendengus dengan kebencian.

"Masa membunuh orangpun mempunyai kesulitan??" jengeknya. "Hmmm... sebagian besar orang yang dibunuh olehnya adalah orang2 yang sudah sepantasnya dibunuh, tentu saja diantaranya terdapat pula mereka2 yang telah dibunuh tetapi hal ini tak bisa menyalahkan dirinya, bagaimanapun juga itulah bencana yang dicari sendiri oleh sang korban" sebenarnya Han Siong Kle ingin menanyakan pula kematian keluarganya sebanyak dua ratus jiwa merupakan suatu pembunuhan yang pantas terjadi ataukah salah membunuh, tapi akhirnya ia menahan diri dan tak sampai mengutarakan asal usulnya, pikirnya didalam hati: "Rupanya iblis diantara iblis ini bila bukan setali tiga uang dengan Tengkorak Maut, dia pastilah mempunyai hubungan yang erat dengan iblis itu, kalau tidak kenapa selalu membela dirinya???" Menggunakan kesempatan baik itu ia berusaha untuk mengorek keterangan mengenai si Tengkorak Maut segera ujarnya. "Kalau kulihat ucapanmu, rupanya kau mengetahui amat jelas tentang keadaan dari Tengkorak Maut??" "Sedikitpun tidak salah" iblis diantara iblis mengangguk "aku berani berkata bahwa dikolong langit kecuali aku seorang tiada orang kedua yang mengetahui latar belakang peristiwa berdarah yang selalu menimpa dunia persilatan itu." 347 "Apakah kau bisa menerangkan kepadaku? seru Han Siong Kia dengan pikiran bergerak. -000d0w000BAB 20 "TENTANG soal ini eeei bocah maafkanlah aku karena rahasia ini tak dapat kuterangkan padamu" "Kenapa??" "Aku sudah berjanji lebih dulu padanya, bahwa selama hidup rahasia itu tak akan kubocorkan kepada orang lain, sebagai pria sejati aku harus pegang janji itu erat2" "Kalau memang kau tidak ingin mengatakannya, tentu saja tiada alasan untuk memaksa dirimu lebih jauh" ujar Han Siong Kie dengan hati kecewa "baiklah kalau begitu aku ingin mohon diri lebih dahulu " "Eeeei. . eeeei.... bocah kau tak boleh pergi." Sambil berseru segulung tenaga hisap yang maha kuat menarik tubuh Han Siong Kie sehingga mundur tiga langkah kebelakang, begitu hebat daya hisap tadi hingga sianak muda itu tak mampu untuk bergeser kembali dari tempat itu. Terkesiap hati Han Siong Kie menyaksikan tenaga yang maha sakti itu, peluh dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, tapi sebagai seorang pemuda yang sombong dari kaget jadi gusar bentaknya: "Eeei.. sebenarnya

apa maksudmu?" "Bocah, kau tak boleh pergi dari sini" "Kenapa aku tak boleh pergi dari sini?? aku toh tak terikat oleh janji apapun dengan dirimu??" 348 "Kau harus mewakili diriku untuk mewujudkan suatu keinginanku, kau harus mewakili diriku untuk bertempur melawan seseorang" "Aku tak mempunyai waktu yang begitu banyak bagimu" "Bocah cilik, janganlah jual mahal. ..kau harus melakukan pertarungan itu mewakili diruku" Han Siong Kie mendengus dingin. "Hmmm aku toh berhak untuk menampik permintaan itu, kenapa kau memaksa terus??" "ooooh... jadi kau tidak setuju deagan permintaan tolongku ini??" "Maaf aku tak dapat memenuhi keinginanmu itu" "sekalipun tidak mau kau harus melakukannya bagiku" "Hmmm tidak bisa" Han Siong Kie mendengus lagi dengan suara berat. Kembali tubuhnya bergerak kedepan, kali ini ia telah mengerahkan tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian, langkahnya enteng dan gerakannya cepat laksana sambaran kilat. Siapa tahu ternyata tenaga hisapan yang dipancarkan Momo cuncu luar biasa hebatnya, meskipun ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari tenaga h isapan tadi tetapi tubuhnya masih tetap berdiri di tempat semula. "Bocah ayoh jawab kau sanggup melakukan pertarungan itu bagiku atau tidak??" "Tidak setuju kau mau apa???" "Kalau kau berani tampik lagi permintaanku ini, sekali hantam kubabat tubuhmu sampai hancur" 349 Han Siong Kie jadi naik pitam mendengar ancaman itu, saking gusar dada terasa mau meledak dengan sombong ia berseru: "Tidak setuju tidak setuju kau mau apa?" "Blaaam." segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera menghajar kedepan menimpa dada sianak muda itu. Han Siong Kie berseru tertahan, tubuhnya terpental sejauh beberapa depa dari tempat semula, setelah termakan oleh pukulan itu, sekujur tubuhnya langsung terasa sakit bagaikan patah tulang, darah panas bergolak dalam dadanya sedang matanya ber kunang2 dan kepalanya pusing tujuh keliling, tapi sambil tahan diri per lahan2 ia bangkit berdiri "Bocah, ayoh jawab setuju atau tidak?" seru Iblis diantara iblis lagi dengan suara geram.. "Tidak setuju"

"Eeei.. rupanya kau tidak takut mati??" "Ehmm jangan harap kau bisa menggertak aku si malaikat penyakitan dengan kata mati aku bukanlah seorang pengecut yang takut menghadapi kematian..." Melihat kekerasan hati lawannya, Mo tiong ci mo jadi kewalahan sendiri, ia menghela napas panjang dan berkata: "Bocah, kau memang seorang pria sejati, kau memang seorang jago gagah yang tidak takut menghadapi kematian, aku kagum atas keberanianmu itu mari.. kemarilah, bagaimana kalau kila bicarakan lagi persoalan ini secara baik2" "Aku rasa sudah tiada persoalan yang bisa kita bicarakan lagi, aku tak mau melakukan pekerjaan apapun bagimu, lebih baik carilah orang lain saja. " sahut Han Siong Kie dengan suara dingin. "Bocah begini saja, bila kau suka melakukan tugas yang kubebankan kepadamu itu maka akan kuwariskan ilmu silatku yang maha sakti itu kepadamu, akan kuciptakan dirimu 350 sebagai seorang jago Bu lim yang sangat lihay dan disegani orang, bagaimana?? kau tentu bersedia bukan??" "Aku tidak tertarik oleh ilmu silatmu itu, aku tak sudi menerima tawaranmu itu" "Hmm sekalipun kau tidak ingin belajar, aku akan paksa kau untuk mempelajarinya juga." "Dikolong langit belum ada peraturan semacam ini, Hmm kau ingin menggunakan kekerasan untuk memaksa diriku??,jungan bermimpi di siang hari bolong.. aku si malaikat penyakitan tidak gentar menghadapi siapapun juga" "Apakah kau tidak ingin jadi seorang jago silat yang sangat lihay dan disegani oleh setiap umat dunia??" "Meskipun aku ingin jadi jagoan, tapi aku tak sudi angkat guru kepadamu Aku bisa mencari orang lain dan belajar darinya" "Eeei bocah, kau keliru besar" seru Iblis diantara iblis dengan suara dalam, "Aku sama sekali tiada maksud untuk menerima dirimu sebagai muridku, tujuanku mewariskan ilmu silatku itu kepadamu bukan lain adalah sebagai balas jasa atas kesediaanmu untuk memahami satu keinginanku itu, anggaplah perbuatanku itu sebagai jasa dari timbal balik atas kesedianmu itu" "Tapi sayang aku tidak punya kegembiraan untuk menerima tawaranmu itu, maaf lebih baik cari saja orang lain." "Bocah" seru Iblis diantara iblis akhirnya dengan nada geram "Ini hari aku tak akan melepaskan kau untuk berlalu dari tempat ini, aku tidak ingin mati dengan membawa penyesalan. Disamping itu akupun merasa kecuali kau seorang dikolong langit sulit untuk menemukan seseorang yang sanggup berduel melawan Tengkorak Maut."

351 Terkesiap hati Han Siong Kie mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia maju beberapa langkah kedepan dengan nada penuh emosi serunya: "Apa??? kau hendak suruh aku pergi menantang Tengkorak maut untuk berduel??" "Sedikitpun tidak salah apa kau takut??" "Aku terima tawaranmu itu" jawab sang pemuda dengan cepat tanpa berpikir panjang lagi. Mo Tiong ci-mo atau iblis diantara iblis jadi tercengang untuk beberapa saat ia berdiri melongo. Ia tak habis mengerti apa sebabnya pemula itu segera menyanggupi permintaannya setelah ia mengatakan bahwa orang yang dituju adalah Tengkorak Maut. . . Dengan sepasang biji matanya yang tajam ia awasi wajah Han Siong Kie beberapa saat lamanya, lama... lama sekali tetapi tak sesuatu apapun yang berhasil ia temukan. -000d0w000Jilid 10 DIATAS wajahnya yang berpenyakitan kecuali penuh kerutan bekas sakit sama sekali tidak tertampak perubahan perasaan apapun, wajah itu dingin dan menggidikkan hati. "Malaikat penyakitan" akhirnya tak tahan lagi ia berseru: "Kau boleh dibilang merupakan satu2nya orang paling jumawa dan sombong yang pernah kujumpai selama ini, kau adalah seorang manusia yang paling dingin dan paling menyeramkan." Han Siong Kie menenangkan hatinya talu tertawa hambar. 352 "Sejak dilahirkan demikianlah sudah watakku, sampai tuapun tabiat ini tak akan berubah" "Baiklah, kita tak usah bicarakan soal yang tak berguna lagi, sekarang kau boleh duduk dengan hati tenang, marilah kita bicarakan lagi persoalan ini dari permulaan." Han Siong Kle tidak banyak berbicara, ia segera duduk dihadapan kakek itu dan membungkam dalam seribu bahasa. Iblis diantara iblis termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian dengan nada kuatir ia bertanya kembali. "Bocah. benarkah kau bersedia mewakili diriku untuk bertempur melawan pemilik Benteng Maut??" "Sedikitpun tidak salah, kau tidak percaya" "Dan kau juga menerima tawaranku untuk belajar silat dariku." "Tentang soal iTu." "Kau tak usah ini itu lagi" tukas Iblis di antara iblis dengan suara berat, "Dengan andalkan tenaga dalam yang kau miliki sekarang, bertarung melawan Tengkorak Maut sama artinya dengan telur membentur batu kau tak mungkin bisa

menangkkan dirinya." Diam2 Han Siong Kie membenarkan juga perkataannya itu, sebab apa yang dikatakan merupakan suatu kenyataan, tanpa terasa terbayang kembali dalam benaknya akan peristiwa yang baru saja terjadi, ketika belum lama berselang ia mengunjungi Benteng Maut ternyata sebelum berhasil melihat jelas bayangan tubuh lawannya, hanya satu pukulan berhawa dingin telah berhasil menggulung tubuhnya hingga mencelat keluar dari benteng dan tercebur kedalam sungai. Akhirnya dengan nada berat pemuda itu mengangguk. "Baiklah akan kuturuti perkataanmu" katanya. 353 Iblis diantara iblis segera angkat kepala dan tertawa ter bahak2. "Haaah... haaah.. haaah... bocah, bila kau sanggup memenuhi harapanku ini, sampai matipun aku merasa amat berterima kasih kepadamu" "Kau tak usah berterima kasih kepadaku, anggap saja kesanggupanku ini sebagai semacam jual beli. " "Hmmm.. . kau memang terlalu jumawa dan tinggi hati luar biasa, baiklah, mari kita teruskan pembicaraan kita..." "Cepat katakan " "Hanya disebabkan karena rasa tak puas aku telah terkurung selama empat puluh tahun lamanya didalam gua bawah tanah ini." "Empat puluh tahun?? " seru Han Siong Kie sambil menjulurkan lidahnya. "Sedikitpun tidak salah, sepuluh hari lagi berarti genap aku terkurung selama empat puluh tahun" "Sebenarnya apa yang telah terjadi?? kenapa kau sampai terkurung didalam gua bawah tanah?? " tanya pemuda itu dengan perasaan ingin tahu. "Empat puluh tahun berselang, ia membunuh orang bagaikan membabat rumput, ilmu silatnya lihay dan tiada tandingan membuat dunia persilatan se akan2 sedang menemui saat untuk kiamat, jangan dikata orang Bu lim tak mampu untuk memberikan perlawanan, bahkan raut wajah yang sebenarnya pun tak diketahui orang.." "Oooh.. Han Siong Kie berseru tertahan. "Aku terjun kedalam dunia persilatan sepuluh tahun lebih duluan darinya dan berhasil merebut julukan sebagai "Mo Mo cungcu "Raja dari segala iblis, tetapi sebagian besar orang menyebut aku sebagai Mo tiong ci Mo atau Iblis diantara 354 segala iblis, sejak Tengkorak Maut munculkan diri dalam dunia persilatan tersebar berita yang mengatakan satu Iblis muncul, satu iblis lenyap. "Apakah arti perkataan itu???" tanya sang pemuda.

"Artinya setelah kemunculan Tengkorak maut berarti aku si Rasul dari segala Iblis bakal lenyap." Han Siong Kie jadi semakin tertarik, ia merasa cerita ini merupakan satu kejadian Bu-lim yang luar biasa serunya kemudian. "Lalu bagaimanakah dalam kenyataan??" "Kau jangan gelisah, dengarkanlah ceritaku ini lebih jauh, kau musti tahu bukan bahwa orang Bu-lim mengandung soal "nama" sebagai suatu hal yang lebih penting daripada jiwa sendiri, setelah mendengar ucapan itu aku jadi teramat gusar, maka suatu ketika aku ambil keputusan untuk menantang Tengkorak maut untuk berduel." "Bagaimana kemudian??" "Jejak Tengkorak maut bagaikan setan tanpa bayangan, ia ibaratnya naga sakti nampak kepala tak nampak ekornya, mau cari jago itu benar2 tidak gampang.." "Kenapa kau tidak langsung menuju ke benteng Maut untuk mencari dirinya..?? kembali Han Siong Kie menyela. "Waktu itu aku masih belum tahu bahwa Tengkorak Maut sebenarnya bukan lain adalah pemilik Benteng maut" "Bukankah didepan pintu benteng Maut tertera sebuah lambang kepala tengkorak yang berlumuran darah?? apa kau tak bisa menduga kalau benda itu menandakan dirinya??" "Kesemuanya itu adalah urusan belakangan, waktu itu yang diketahui umum hanya Benteng Maut dua patah kata.. Dengarkan dulu ceritaku lebih jauh, setelah tiga tahun lamanya aku menguber jejaknya kesana kemari akhirnya pada suatu kesempatan aku berhasil juga bertemu dengan dirinya, 355 kami berdua segera berduel dengan serunya hingga beribu2 jurus telah berlalu.." "Bagaimana akhirnya?? siapa yang berhasil menangkan pertarungan itu?? tanya Han Siong Kle dengan mata terbelalak. "Akhirnya pada suatu kesempatan sebuah pukulannya berhasil menghajar telak ditubuhku hingga membuat aku muntah darah segar.." Diam2 Han song Kie terkesiap juga mendengar kisah itu, ia tak menyangka kalau Iblis diantara iblis sanggup bertanding sebanyak ribuan jurus melawan Tengkorak Maut, hal ini membuktikan bahwa tenaga dalam yang dimiliki kakek aneh ini benar2 sangat tinggi. sambil menghembuskan napas panjang, serunya kemudian: "Jadi akhirnya kau yang menderita kekalahan??" "Tidak salah, tetapi aku tak mana mengaku kalah dengan begitu saja dalam hati aku tetap merasa tidak puas dengan hasil pertarungan tersebut.." "Tidak mau mengaku kalah??" hampir saja Han Siong Kle tertawa tergelak karena kegelian, dengan nada ingin tahu ia berseru,

"Apa maksudmu berkata demikian??" "bukankah kau sudah jelas kalah?? kenapa kau tidak puas..??" "Bila berbicara tentang soal jurus serangan, maka boleh dibilang kepandaian kita berdua setali tiga uang " ujar Iblis diantara iblis dengan nada emosi. "Tapi celakanya ia berhasil melatih sejenis ilmu sakti yang disebut Kim kong sinkang, dengan ilmu saktinya itu tubuhnya jadi kebal terhadap serangan telapak. totokan jari maupun bacokan senjata tajam." 356 "Maka dari itu seranganmu sama sekali tidak berguna? " sambung pemuda itu cepat. "Ehmm setelah menderita kekalahan aku segera bersumpah akan menciptakan sejenis ilmu sakti yang mampu menghancurkan pertahanan ilmu Kim kong sinkangnya." "Dan sekarang apakah kau telah berhasil menciptakan kepandaian sakti tersebut??" "Jangan menyela perkataanku, dengarkan kisahku lebih jauh" omel Iblis diantara iblis dengan mata melotot "setelah terjadi pertarungan itu, kami malah jadi sahabat secara terus terang ia menceritakan segala sesuatu tentang dirinya kepadaku." "Jadi kau telah mengetahui semua rahasia pribadinya?? " sela Han song Kie kembali dengan kegirangan. . Iblis diantara iblis melirik sekejap kearah pemuda itu, lalu menjawab. "Kau tak usah keburu gembira, aku tak akan memberitahukan semua rahasia itu kepadamu, bila ada kesempatan selidikilah sendiri dengan andalkan otak serta kecerdasanmu. Begitulah.. setelah berhasil maka aku sebera menggali gua dibawah tanah ini dan bersumpah sebelum berhasil menciptakan ilmu semacam itu tak akan tinggalkan tempat ini lagi, siapa tahu sekali mendekam aku telah menghabiskan waktu selama empat puluh tahun lamanya, aku berhasil dengan kepandaianku, tapi akupun habis sudah riwayatnya sampai disini" selesai berkata ia menghela napas dalam2. Diam2 Han Siong Kie merasa amat kagum dengan kebulatan tekad Iblis diantara iblis yang begitu kokoh melebihi batu karang, dengan sebutan yang lebih menghormat ia berkata: 357 "Locianpwee, semangat serta perjuanganmu yang tak kenal lelah itu membuat boanpwee merasa amat kagum" "Hei, bocah, kenapa kau malah bersikap menghormat kepadaku?? " goda Mo-tiong ci-Mo sambil tersenyum. "Setelah boanpwee dapat memahami duduk perkara yang

sebetulnya, ialah sepantasnya kalau aku berubah sebulanku". Mo Tiong ci Mo termenung beberapa saat lamanya, kemudian setelah menghembuskan napas panjang ujarnya "Kepandaian sakti yang berhasil kuciptakan itu adalah sebuah ilmu jari yang kuberi nama " Tong Kim Ci.." " "Tong Kim ci??.." "Sedikirpun tidak salah, dalam jarak lima tombak dari sekeliling tubuhmu bila kau gunakan ilmu jari itu, maka emas akan berlubang batu akan hancur jadi bubuk. aku percaya dengan kepandaian sakti ini aku akan berhasil menghancurkan pertahanan tubuh "Kim kong sinkang" milik Tengkorak Maut, tapi sayang.. aaai dikala aku sedang melatih ilmu sakti itu, aku telah mengalami jalan api menuju neraka hingga mengakibatkan sepasang kakiku jadi cacad, maka tak mungkin lagi aku dapat memenuhi harapanku untuk memenuhi janji duel tersebut.. dan kini, kian hari sepasang kakiku telah semakin kaku, perasaan itu kian lima kian membumbung ke atas, aku sadar bahwa jiwaku sudah tak akan tahan berapa lama lagi.. oleh sebab itulah aku berharap bisa berjumpa dengan orang yang punya jodoh serta dapat mewakili diriku untuk memenuhi harapan yang telah kupendam selama empat puluh tahun lamanya ini..." "Locianpwee, seandainya Tengkorak Maut memang ada janji dengan diri cianpwee, kenapa ia tak datang kemari untuk memenuhi janji" tanya Han Siong Kle dengan nada tercengang. . 358 "Ia tidak tahu kalau aku menyembunyikan diri didalam gua bawah tanah sudah tentu tak mungkin datang sendiri kemari..." "Oooh... jadi locianpwee bersuit nyaring adalah bermaksud...." "Benar, maksudku adalah untuk memancing kedatangan orang2 yang kebetulan lewat disini" "Masa selama banyak tahun tak seorang manusiapun yang mendengar suara sultanmu itu???" "Tentu saja ada, bahkan banyak... banyak sekali, hanya sayang mereka bukanlah manusia2 yang punya bakat untuk berlatih ilmu maha sakti ini" "Kalau begitu darimana pula locianpwee bisa mengetahui bahwa boanpwee berbakat" "Dari celah2 mulut gua aku telah menyaksikan gerakan tubuhmu sewaktu memasuki hutan, aku lihat tenaga dalammu cukup sempurna dan juga usianya masih muda maka lantas aku bersuara memanggil kedatanganmu kesini, setelah dekat aku semakin jelas mengetahui bahwa kau berbakat bagus, karena itu aku sengaja suruh kau menghancurkan batu cadas itu dalam tiga pukulan, tujuanku adalah untuk menjajal sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang kau miliki...

sungguh tak kusangka meskipun usiamu masih muda namun kesempurnaan tenaga dalam yang kau miliki sudah sedemikian sempurnanya. bila dugaanku tak keliru maka kemungkinan besar kau pernah mendapat bantuan obat2 mujarab atau buah yang langka, kalau tidak darimana munculnya hawa murni sebesar seratus tahun hasil latihan??" "Dugaan Loocianpwee tepat sekali, aku memang telah mangalami penemuan aneh" 359 "Baik, aku tak ingin tahu asal asul perguruanmu, aku cuma inginkan agar kau mewakili diriku guna memenuhi apa yang kuharapkan selama ini." "Nah kini aku akan wariskan lebih dulu ilmu "Mo mo ciang hoat" ku lebih dahulu, kepandaian tersebut merupakan ilmu andalanku yang terampuh, setelah engkau berhasil menguasai barulah kuwa riskan pula ilmujari Tong Kim ci itu ...." "Berapa lama yang dibutuhkan untuk mempelajari kepandaian tersebut??" "Bagi dirimu yang telah memiliki kemampuan yang cukup kuat, aku rasa tiga hari sudah cukup" Begitulah, sejak hari itu dengan tekun dan giat Han Siong Kie berlatih ilma silat di bawah pimpinan Iblis diantara iblis... Waktu berlalu dengan cepatnya tanpa tetasa tiga hari sudah lewat, selama beberapa hari yang amat singkat itulah Han Siong Kie telah berhasil menguasai seluruh kepandaian Mo mo ciang hoat serta Tong kim ci yang diwariskan kakek Iblis diantara iblis kepadanya. Ilmu telapak Mo mo cianghoat merupakan suatu jenis ilmu pukulan yang terdiri dari menghisap. menggetar menyerang serta bertahan empat bagian diantaranya bagian menyerang serta bertahan merupakan dua bagian pelajaran yang dipenuhi oleh jurus2 aneh yang maha sakti. Kalau menyerang maka kehebatannya bagaikan sambaran kilat yang menggugurkan bukit, sedang kalau bertahan kokoh bagaikan benteng berlapiskan emas sekalipun menghadapi serangan yang bagaimana dahsyatpun sulit untuk memaksa mundur barang selangkahpun. Selama tiga hari berkumpul dan berlatih silat atas petunjuk Iblis diantara iblis, tanpa terasa dalam hati kecil Han Siong Kie muncul suatu perasaan berat yang sangat aneh. 360 Tentu saja ia tak tahu bahwa sebelum mengasingkan diri, lblis diantara lblis mempunyai nama besar yang disegani orang, begitu tersohor namanya sebingga tidak berada dibawah nama besar Tengkorak maut, bahkan musuh2 besarnya tersebar di mana2. Han Siong Kie amat menguatirkan keselamatan adik angkatnya Tonghong Hwie, disamping itu diapun hendak

mengunjungi Benteng Maut, dengan mendapat tugas dari lblis diantara iblis, dia merasa tugas itu kebetulan sekali kepadanya. Maka pada hari keempat ia lantas berkata. "Locianpwee, aku ingin mohon diri terlebih dahulu, aku pasti akan melanjutkan tugas yang cianpwee bebankan kepadaku, aku tak akan bikin hatimu kecewa" Iblis diantara iblis termenung dan berpikir sebentar lalu berkata: "Bocah meskipun ilmu jari Tong Kim ci berhasil kau pelajari namunnya sayang tenaga dalam yang kau miliki masih amat cetek, empat puluh tahun bukanlah suatu jangka waktu yang terhitung pendek siapa tahu sampai dimanakah kemajuan yang tercapai si Tengkoraak Maut didalam hal tenaga dalamnyaa... setelan kupikir pulang balik akhirnya aku berkesimpulan bahwa aku harus ulurkan tangan untuk membantu dirimu..." Han Siong Kie sebagai seorang jago tentu saja dapat memahami perkataan itu, buru2 ia goyangkan tangannya berulang kali. "Locianpwe jangan... jangan sekali kau lakukan hal itu atas diriku" Iblis diantata iblis mendengus dingin, ia tak ambil peduli terhadap ucapan dari Han Siong Kie, sepasang telapaknya bekerja cepat dan terasalah segulung angin pukulan yang maha dahsyat sebera menekan tubuh sianak muda itu sehingga sama sekali tak berkutik. 361 Ketika tangannya ditekan kebawah, maka tak dapat dikuasai lagi Han Siong Kie jatuh tertunduk, jatuh diatas tanah, pada waktu itulah telapak yang lain laksana kilat ditempelkan diatas ubun2 pemuda itu. "Bocah, pusatkalah perhatianmu dan pejamkanlah matamu rapat2" serunya dengan tiada serius " gunakanlah hawa murni yang ada dalam tububmu untuk menerina aliran hawa murni yarg kusalurkan ini" Sambil berkata segulung aliran hawa panas yang menyegarkan hati segera mengalir masuk kedalam tubuh Han Siong Kie lewat jalan darah Hoa kay hiat diatas ubun2. Han Siong Kie menyadari hebatnya ancaman bahaya bila dia tidak segera pusatkan perhatiannya dalam keadaan begini sekalipun dia tak mau terpaksa harus menerima pemberian aliran hawa panas tersebut, terpaksa ia pusatkan perhatiannya dan salurkan hawa tenaga dalam untuk mengiringi masuknya aliran hawa murni dari luar. Ia pernah ganti tulang karena pengaruh air mukjijat dari bawah permukaan tanah kemudian mendapat pula saluran hawa murni lewat kura2 sakti, jalan darah penting disekujur tubuhnya boleh dibilang telah menembus semua, kini setelah mendapatkan saluran tenaga dalam dari Iblis diantara iblis,

dengan amat lancar sekali hawa murni tadi melebur bersama hawa murni yang sudah di milikinya tadi. Dalam sekejap mata Iblis diantara iblis telah menyelesaikan pekerjaannya menyalurkan hawa murni kedalam tubuh pemuda tersebut. Telapak tangannya segera digeserkan dari atas ubun2 menunggu pemuda itu sudah menyelesaikan semedinya dan bangkit berdiri Iblis diantara iblis dengan tubuh bergetar keras sedang duduk disudut goa itu. Timbul perasaan tidak tega didalam hati kecil Han Siong Kie, rasa menyesal berkecamuk didalam hatinya, andai kata 362 pemilik dari benteng maut bukan musuh bebuyutannya, tak mungkin dia akan menerima permintaan dari Iblis diantara iblis. Dan kini pihak lawan telah membayar kesanggupannya itu dengan suatu balas jasa yang tak ternilai harganya, ia telah mendapat saluran hawa murni dari kakek itu, hingga membuat Han Siong Kie merasa dirinya terlalu serakah, ia terlalu memahami diri sendiri. Per lahan2 Iblis diantara iblis membuka matanya, sinar matanya telah pudar dan badannya nampak lemah sekali, dengan suara ter sengkal2 ujarnya . "Bocah cilik, sekarang didalam tubuhmu telah terdapat hawa murni bagaikan hasil latihan selama dua ratus tahuni kejadian ini merupakan suatu peristiwa besar yang belum pernah dialami oleh orang Bu lim sebelumnya, perduli sampai dimanakah kemajuan tenaga lweekang yang dimiliki Tengkorak Maut, tak mungkin dia sanggup melampaui keampuhanmu sekarang" "Locianpwee, aku merasa menyesal sekali karena selama ini telah merahasiakan satu persoalan terhadap dirimu" bisik Han Siong Kie dengan wajah amat sedih. "Rahasia apa..." "Sebenarnya boanpwee mempunyai dendam kesumat dengan pemilik dari benteng maut itu, karena itulah aku dengan senang hati menerima tawaran dari lociaopwee " "Oooh jadi kaupunya dendam dengan Tengkorak Maut??" "Benar tapi Loocianpwee tak usah kuatir, aku berani bersumpah tak akan menggunakan ilmu sakti hasil pelajaran dari loocianpwee untuk melaksanakan tujuanku didalam membalas dendam" Iblis diantara tblis tertegun sebentar kemudian tertawa terbahak2. 363 "Haaah... haaah.. haaah bocah cilik, aku kagum kejantananmu, kupuji dirimu sebagai seorang pendekar sejati di dalam dunia persilatan, dari perkataan itu akupun bisa membuktikan bahwa kau berjiwa besar dan berhati jujur, tak sia2 kusalurkan seluruh hawa murniku kedalam tubuhmu"

Tiba2 Han Siong Kie jatuhkan diri berlutut diatas tanah. "Eeeei... bocah, apa yang hendak kau lakukan??" tegur Iblis diantara iblis dengan wajah tertegun. "Sekalipun boanpwee telah memperoleh warisan ilmu silat dari Leng ku Siang-jin terlebih dulu hingga semestinya dalam peraturan aku harus mengakui dirinya sebagai guruku, tapi dalam kenyataan boanpwee sama sekali tidak terikat oleh perguruan manapun juga. Ini hari berkat baik hati dari locianpwee aku telah berhasil lebih mrnyempurnakan diriku, karena aku harap cianpwee suka meagijinkan diriku uatuk mengangkat cianpwee sebagai guruku !" Tentang soal ini., tentang soal ini,! untuk beberapa saat lamanya iblis diantara iblis tidak berbicara, ia nampak termenung dan memandang keatas langit2 gua tanpa berkedip. "Apakab cianpwee tak mau mengabulkan permitaaaku ini? pinta Han Siong Kie kembali. Iblis diantara iblis ragu2 sejenak, akhirnya dia mengangguk, Baiklah, aku terima kau sebagai muridku Han Siong Kie segera menjalankan penghormatan besar untuk mengangkat kakek itu sebagai gurunya. kemudian baru bangkit berdiri. Rupaoya lblis diantara iblis merasa amat terharu sekali, sekujur tubuhnya tampak gemetar keras sedang air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang telah kusut. mimpi 364 pun ia tak pernah menyangka pada saat akhir masa hidupnya ia telah menerima ahli waris yang begitu bagus. "Muridku, aku sudah tak dapat hidup lebih lama lagi " ujar Iblis diantara iblis setelah termenung beberapa saat. Aku barap didalam sepulub hari kau sanggup menyelesaikan apa yang menjadi idam2anku itu, berduellah dengan pemilik Benteng Maut lalu berilah kabar baik kepada gurumu! "Tecu akan melaksanakan keinginan suhu, apakah masih ada lain pesan? Persoalan yang lain kita bicarakan setelah kau kembali lagi kesini dan sekarang kau boleh segera berangkat melakukan sebaik baiknya: Pertama, setelah tiba didepan Benteng Maut kau harus segera bersenanduag! Satu Iblis muncul, satu Iblis lenyap, Iblis diantara Iblis bertemu dengan raja langit maka Tengkorak maut akan menyambut kedatanganmu secara baik2, sebab selamanya Benteng Maut amat benci bila ada orang berkunjung kesitu. Dengan perasaan tak habis mengerti Han Siong Kie mengangguk. Apakah pesanmu yang kedua? tanyanya kemudian. "Kedua pertarungan ini hanya terbatas untuk bertanding

belaka, kedua belah pihak tiada dendam atau sakit hati maka aku larang kau gunakan ilmu sakti itu untuk melukai dirinya sebelum bertanding, kau musti jelaskan lebih dahulu bahwa pertarungan yang bakal berlangsung hanya terbatas sampai saling menutul belaka. "Tecu akan mengingat selalu pesan suhu, dan apakah pesan yang ketiga itu" "Ketiga aku melarang kau gunakan kesempatan ini untuk menuntut balas bagi sakit hati mu sendiri" 365 "Suhu tak usah kuatir," sahut Han Siong Kie dengan wajah serius, "tecu masih sanggup untuk membedakan mana budi mana dendam, mana tugas dan mana kesempatan untuk pribadi" -000d0w000Bab 21 "KALAU kau memang bisa berpandangan jauh kedepan, akupun dengan lega hati akan menantikan kabar gembira darimu" ujar Iblis diantara Iblis sambil mengangguk " ingat didalam sepuluh hari kau harus segera kembali kemari, aku masih ada persoalan yang hendak disampaikan kepadamu, ingat hanya sepuluh hari, selewatnya sepuluh hari mungkin aku sudah tak dapat bertemu lagi dengan dirimu" Han Siong Kie merasa terharu sekali hingga tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, ia tahu bahwa suhunya hanya mampu hidup selama sepuluh hari lagi karena ia telah menyalurkan seluruh hawa murni yang dimilikinya kedalam tubuh sendiri, tentu saja gurunya berbuat demikian karena melihat ia bisa mewakili dirinya untuk pergi ke Benteng maut dan berduel melawan Tengkorak maut. "Suhu" ujarnya kemudian dengan suara sedih "tecu tak akan membiarkan kau orang tua merasa kecewa" "Baiklah, sekarang kau boleh sebera berangkat setelah keluar dari gua ini carilah batu besar yang lain sebellah mulut gua ini" "Tapi bagaimana dtngan makanan serta minuman kau orang tua?? sekarang keadaanmu sudah...." pemuda itu tak tega melanjutkan kata2nya dan segera membungkam. Iblis diantara iblis tertawa keras. "Haahhh...haahhh...haaahhh.. maksudmu dengan keadaanku sekarang yang lemah tak bertenaga, aku sudah tak 366 mampu lagi untuk makan?? tentang soal ini kau tak usah kuatir, aku masih punya persediaan ransum selama sepuluh hari, pergilah dengan hati tenang. Ingat jangan lupa dengan apa yang telah kukatakan" "Tecu tak berani melupakannya, didalam sepuluh hari pasti aku akan kembali kemari"

Selesai memberi hormat ia keluar dari gua kemudian mencari batu besar untuk menyumbat mulut gua itu dan berlalu dengan sedih. Perintah dari guru lebih penting untuk dilaksanakan lebih dulu, terpaksa Han Siong Kee harus singkirkan dahulu niatnya untuk mencari Tonghong Hwie, dia langsung berangkat menuju kebenteng maut. Setelah memperoleh tenaga dalam sebesar seratus tahun hasil latihan milik Leng Ku siangjin dan sekarang mendapatkan pula seluruh tenaga dalam dari Iblis diantara iblis berarti sekarang ia telah memiliki tenaga dalam sebesar dua ratus tahun hasil latihan penemuan semacam ini boleh dibilang jarang sekali ditemui siapapun. Ilmu meringankan tubuh Cahaya kilat lintasan cahaya yang digunakan pada saat ini jauh berbeda keadaannya dangan tempo dulu, kecepatannya pada saat ini sudah melebihi kecepatan sambaran kilat, seandainya bukan seorang jago lihay sukar untuk menemukan gerakan tubuhnya itu. Sepuluh hari... ia harus berhasil balik kembali kedalam gua bawah tanah itu dalam sepuluh hari, karena Iblis diantara iblis hanya mempunyai waktu hidup hanya sepuluh hari saja Setelah melintasi jalan gunung yang terjal dan berliku, ia tiba disebuah jalan raya. Sebuah sungai besar terbentang didepan mata. sambil melakukan perjalanan menyelusuri pantai sungai itu ia berlari 367 kencang. ia hendak mencapai Benteng Maut didalam sehari semalam. Han Siong Kie tahu bahwa seandainya di dalam sepuluh bari ia tak dapat kembali maka hal itu merupakan suatu dosa yang tak dapat diampuni, sebab satu2nya harapan dari gurunya telah dititipkan diatas pundaknya, disamping itu dia harus berhasil menangkan pemilik dari Benteng Maut, kalau tidak gurunya akan mati dengan mata tidak meram! Ilmu silat yang dimiliki pemilik Benteng Maut membuat hatinya bergidik, ia tak tahu dengan andalkan ilmu jari Tong kim ci tersebut mampukah ia menjebolkan pertahanan ilmu kebal Kim kong sinkarg yang dimiliki lawan? Dalam hatinya terselip satu harapan. ia berharap didalam pertarungannya mewakili Iblis diantara Iblis ini ia berbasil membongkar raut wajah yang sebenarnya dari Tengkorak maut, disamping itu diapun bisa mengira-ngira sampai taraf yang bagaimana hebatnya ilmu silat dari musuh besar pembunuh keluarganya ini. Tiba2.. dari depan mata muncul dua sosok bayangan hijau berkelebat memotong jalan raya dan lenyap dibalik hutan ditepi jalan, diantara bayangan hijau itu kelihatan mengempit sesosok benda putih yang mirip sekali dengan tubuh seorang gadis muda.

Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak pemuda ini. ia menghentikan gerakan tubuhnya dan berpikir : "Kedua orang itu pasti bukan manusia baik2, coba akan kuintil perjalanan mereka Berpikir demikian ia segera belok kesisi jalan dan melayang pula masuk kedalam hutan. Baru saja tubuhnya mencapai hutan yang cukup lebat tadi, terdengar suara seseoraog yang serak tua sedang berkata : 368 Turunkan dia keatas tanah, lepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan! "Suhu, perempuan ini! ujar orang kedua dengan nada tinggi melengking. "Ada apa? Tecu harap suhu suka menghadiahkan gadis ini..! "Bocah keparat, kau lihat apakah wajahnya terlalu cantik sehingga kau merasa keberatan bila kulalap??" jengek suara setan2 tua itu lagi sambil tertawa seram. "Tentang soal ini.." "Sudahlah, tak usah ini itu lagi, ayoh cepat lepaskan seluruh pakaiannya, aku akan segera mengisap sari kegadisannya" Han Siong Kie kontan merasakan darah panas dalam didadanya bergolak keras, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya dan sepasang mata melotot bulat2, ia tak menyangka kalau disiang hari bolong itu ternyata ada orang yang berani melakukan perbuatan terkutuk semacam ini. Ia merasa setelah kejadian ini ditemui olehnya, sebagai seorang pendekar penegak keadilan sudah seharusnya ia bunuh manusia2 itu. Dalam pada itu terdengar pemuda tadi telah berkata kembali: "Suhu, bagaimana kalau kau hadiahkan gadis ini kepadaku saja?? aku akan carikan sepuluh orang gadis yang lain untuk kau siorang tua..." "Sudah, kau tak usah banyak bicara lagi, perawan ini mempunyai tulang yang amat bagus dengan dasar tenaga dalam yang cukup sempurna, jarang sekali perempuan semacam ini ditemui dalam dunia persilatan, kau hendak pergi kemana untuk mencari gadis macam begini untukku?? ayoh cepat turun tangan lepas seluruh pakaiannya" 369 "Suhu, kau toh hanya ingin menghisap sari kegadisannya belaka, kenapa tidak kau hadiahkan kepadaku saja agar aku bisa mengawini dirinya." "Bocah keparat, aku masih belum ingin modar, mengerti?? kalau kau berani banyak ngebacot lagi, jangan salahkan kalau kubacok dirimu lebih dahulu." Han Siong Kie mendengus dingin, perlahan ia munculkan

diri dari tempat persembunyiannya . Pada saat yang hampir bersamaan terdengar suara pakaian yang ditarik hingga robek, diikuti dua jeritan kaget bergema memecahkan kesunyian. Dihadapan mereka terlihatlah seorang kakek berjubah hijau yang berwajah menyeramkan sedang berdiri berdampingan dengan seorang pemuda berdandan busu warna hijau, seorang gadis baju putih yang bagian-bagian dadanya telah robek menggeletak diatas tanah, sepasang buah dadanya yang putih padat berdiri menongol keluar dari balik pakaian yang robek itu Napsu membunuh menyelimuti wajah Han Siong Kie makin tebal, sorot mata ber api2 memancarkan cahaya yang amat tajam perlahan2 ia sapu kedua orang itu sambil tertawa dingin tiada hentinya. Kakek tua itu sebera tertawa seram: "Bocah keparat, rupanya kau datang untuk mencari kematian buat dirimu sendiri" jengeknya. Sedang pemuda busu tadi dengan cepat menggerakkan tubuhnya siap melancarkan serangan. "Bagus sekali perbuatan kalian berdua" dengus Han Siong Kie sambil tertawa dingin. Di siang hari bolongpun berani melakukan perbuatan terkutuk semacam ini. Hmm ini hari setelah bertemu dengan aku si malaikat penyakitan, jangan harap kalian berdua bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup " 370 "Keparat cilik. siapa namamu??" "Malaikat penyakitan" "Malaikat penyakitan?? Haah haah haah. sebentar lagi kau akan berubah jadi malaikat elmaut. Muridku bunuh dia." Pemuda itu mengangguk dan segera menerjang kedepan sambil melancarkan satu pukulan dahsyat. Han Siong Kie mendengus dingin, ia geser tubuhnya satu langkah kesamping lalu mengirim pula satu pukulan kearah depan. "Blaaam" ditengah ledakan keras, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, tubuh pemuda busu itu tergetar keras dan mundur sejauh delapan depa dengan sempoyongan. Air muka kakek jubah hijau itu kontan berubah hebat, ia tak menyangka pemuda berwajah penyakitan yang menyebut dirinya sebagai malaikat penyakitan ini memiliki ilmu silat yang sangat lihay, tapi aneh sekali kenapa dalam dunia persilatan belum pernah terdengar munculnya seorang pemuda yang demikian lihaynya?? Dalam malunya pemuda busu itu jadi teramat gusar, ia membentak keras dan sekali lagi menerjang kedepan. telapak kiri melancarkan pukulan, telapak tangan kanan mengancam dengan ilmu cengkeraman secara terpisah dari atas dan tengah mengancam dua bagian penting diatas

tubuhnya. Semua jurus dan gerakan dilakukan sangat aneh dan luar biasa, jauh berbeda dengan kepandaian silat aliran Tionggoan. "Menghadapi manusia2 durjana semacam ini kenapa aku tidak coba mengguoakan ilmu jari Tong Kim Ci?" pikir Han Siong Kie didalam hati. Berpikir demikian ia segera menghimpun tenaga dalamnya dan ayun tangan kearah depan. 371 Suara jeritan ngeri yang amat menyayatkan hati bergema memecahkan kesunyian. pemuda busu itu roboh terjengkang diatas tanah dengan darah segar menyembur keluar setinggi beberapa tombak. dadanya seketika berlubang besar sekali. Diikuti Kraak! sebuah pohon besar yang berada dibelakang tubuh busu muda itu bergoncang keras serta muncul sebuah lubang pula sebesar ibu jari. Rupaeya serangan jari yang dilancarkan oleh Han Siong Kie seketika berhasil melubangi tubuh pihak lawan. siapa tahu tenaganya masih cukup besar maka telah menembusi tubuh busu muda itu sisa tenaga segera melubangi pula sebuah pobon yang berada pada jarak tiga tombak dari kalangan. Kejadian ini sangat mengejutkan hati si anak muda itu ia tak mengira kalau kekuatap ilmu jari Tong kim ci yang dipelajari itu bisa sedemikian hebatnya. Kakek jubah hijau itu lebih2 ketakutan selama hidup belum pernah ia mendengar ilmu jari semacam ini seorang jago yang dapat menotok jalan darah orang dari jarak jauh pun sudah terhitung kelas satu apalagi ilmu jari yang bisa menembusi tubuh lawan bahkan melobangi pula pohon jauh dibelakang sang korban. Saking takutnya kakek itu mundur beberapa langkah kebelakang sambil serunya; "Malaikat penyakitan tahukah engkau siapakah aku? "Coba kau katakan sendiri "Aku adalah pengawal istana terlarang dibawah kekuasaan Thian Lam Tee kun yang disebut orang pengawal baju bijau Pit Lee Han Siong Kie melongo ia tak tahu manusia macam apakah yang dimaksudkan sebagai Thian Lam Tee Kun itu tetapi ditinjau dari sebutan itu jelas orang itu merupakan seorang 372 jagoan dari wilayah Thian Lam maka dengan nada seenaknya ia berkata: "Kalau Thian-lam lantas kenapa???" Pengawal baju hijau tertawa seram. "Hmmm.... hmmmm... kau berani menghalang-halangi pekerjaan dari pihak kami, berani pula melukai anggota perguruan kami berarti bahwa kau hendak memusuhi

golongan Thian lam kami" Sorot mata Han Siong Kie perlahan2 dialihkan kearah gadis yang menggeletak diatas tanah itu, ia begitu melihat wajahnya terkejut tubuhnya seketika gemetar keras hampir saja dadanya meledak karena kegusaran Kiranya gadis baju putih itu bukan lain adalah Go Siauw Bi gadis yang pernah menyelamatkan jiwanya . "Anjing tua, kau harus modar" bentaknya keras. Dengan nada terkesiap Pengawal baju hijau mundur satu langkah kebelakang. "Malaikat penyakitan" teriaknya "Kau betul2 memusuhi golongan Thian lam kami?" "Bangsat tua, kau tak usah banyak ngebacot lagi lihat serangan" secara beruntun ia lancarkan tiga jurus pukulan yang maha dahsyat. Ternyata ilmu silat yang dimiliki pengawal baju hijau Pit Lee cukup tangguh, dengan gesit ia menghindar kesana kemari dengan gerakan yang cukup manis ia berhasil meloloskan diri dari tiga serangan maut yang dilancarkan Han Siong Kie itu. Melihat tiga buah jurus mengenai sasaran kosong, Han Siong Kie semakin naik pitam, ditengah berkelebatnya bayangan telapak yang ber-lapis2 kembali ia lancarkan sebuah pukulan. 373 Pecahlah nyali pengawal baju hijau Pit Lee melihat kelihayan lawan dalam keadaan begini ia tak berani melancarkan serangan balasan, sambil melompat mundur sejauh satu tombak teriaknya dengan suara gemetar: "Tahan Apa hubunganmu dengan iblis diantara iblis??" Han Siong Kie jadi amat terkejut ketika melihat lawannya berhasil menebak permainan jurus Iblis diantara iblisnya yang sudah empat puluh tahun lamanya menyembunyikan diri dibawah tanah tetapi orang ini sekilas memandang berhasil menebaknya secara jitu, hal ini menunjukkan bahwa orang yang berada dihadapannya saat ini bukanlah manusia sembarangan. Dengan cepat ia menjawab "Bangsat tua, kau belum berhak mengajukan pertanyaan ini.." "Apakah kau adalah ahli warisnya??? " "Kalau benar mau apa???" "Ooooh jadi Iblis diantara iblis masih hidup di.. kolong langit??" "Tentang persoalan ini lebih baik kau tak mengurusinya" Air muka pengawal baju hijau Pit-Lee berubah jadi sangat hebat tiba2 ia putar badan kabur dari situ Tentu saja Han Siong Kie tak akan membiarkan musuhnya berhasil kabur dengan begitu saja sambil tertawa dingin bentaknya: "Bangsat tua, kalau pingin kabur tinggalkan dulu selembar

jiwa anjingmu" sambil membentak segulung angin tajam laksana kilat meluncur kearah depan. Jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma kembali berkumandang memecahkan kesunyian, hujan darah muncrat keempat penjuru dan pengawal baju hijau Pit Lee yang telah 374 berhasil lari sejauh tiga tombak lebih itu roboh terjengkang keatas tanah ..sesaat sebelum menemui ajalnya ia sempat menjerit sekeras kerasnya: "Iblis diantara iblis..." Han Siong Kie mendengus dingin, ia tendang mayat kakek baju hijau itu hingga mencelat kedalam hutan lalu putar badan dan mendekati tubuh Go Siauw Bi sebelum ia sempat berbuat sesuatu mendadak... Dari belakang tubuhnya terdengar suara desiran angin bergema datang tanpa beraling ia menegur: "Jago lihay dari mana yang telah datang kemari??" "Haaah haaahh haaah sungguh tidak tahu malu jadi ahli waris dari Iblis diantara iblis." Per-lahan2 Han Siong Kie putar badan, terlihatlah pada jarak lima tombak dibelakang tubuhnya berdiri berjejer dua orang kakek baju kuning, dalam hati segera pikirnya: "Mereka berdua pasti terpancing datang kemari oleh jeritan keras bangsat tua itu sesaat sebelum modar.." Dalam pada itu kedua orang kakek baju kuning itu nampak berdiri tertegun untuk beberapa saat lamanya, mungkin mereka tak pernah menyangka kalau ahli waris dari iblis diantara iblis ternyata adalah seorang pemuda berwajah penyakitan, bila kenyataan tak ada didepan mata siapapun tak akan percaya kalau pemuda dihadapannya saat ini adalah seorang jago yang amat lihay. Dengan pandangan dingin Han Siong Kie menyapu sekejap kearah dua orang kakek baju kuning itu, lalu untuk kedua kalinya ia menegur: "Kalian berdua adalah jago lihay dari mana??" salah seorang kakek yang punya tahi lalat merah diatas jidatnya itu segera menjawab: "Pengawal baju kuning dari istana Huan mo-kiong dibawah pimpinan Thian lam kun" 375 "Istana Huan Mo Kiong??" "Sedikitpun tidak salah" "Ooooh ..jadi kalian adalah satu aliran dengan bangsat tua baju biru itu??" "Kalau sudah tahu kenapa mesti tanya lagi?? " "Jadi kedatanganmu kedaratan Tionggoan juga khusus untuk memetik sari kegadisan orang2 Tionggoan??" Air muka kedua orang kakek baju kuning itu seketika berubah hebat, dengan sorot mata bengis mereka maju dua

langkah kedepan Han Siong Kie sendiri juga amat gusar dengan nada membunuh menyelimuti wajahnya ia mendengus dingin: "Kalian berdua jangan harap bisa berlalu dari tempat ini dalam keadaan hidup," Tubuhnya melesat kearah depan sepasang telapak secara terpisah menyerang kedua orang pengawal baju kuning itu secara berbareng, serangannya dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat bukan begitu saja bahkan ganas dan luar biasa. Siapa tahu kedua orang pengawal baju kuning itu dengan gampang sekali berhasil meloloskan diri dari ancaman itu kearah samping. Diam2 Han Siong Kie terkesiap juga melihat kenyataan itu, kelihayan dari kedua orang kakek baju kuning ini ternyata beberapa tingkat lebih hebat dart kakek baju hijau yang telah menemui ajalnya diujung ilmu jari Tong kim ci itu .. Terdengar salah satu diantara pengawal baju kuning itu berseru tertahan: "Aaaah.. sedikltpun tak salah, ilmu pukulan yang dipergunakan bangsat ini bukan lain adalah ilmu telapak Mo mo ciang hoat" 376 Bersamaan dengan selesainya ucapan ini, tiba2 kedua orang ini meloncat mundur beberapa tombak ke belakang lalu kabur dari situ secepat-cepatnya. Han Siong Kle amat terkejut, ia hendak mengejar namun sudah tak sempat, terpaksa sambil menarik nafas ia cuma geleng2 kepala berulang kali, dalam hati ia berpikir: "Sungguh aneh sekali, ilmu pukulan yang kulancarkan barusan amat lihay dan hebat, bagi orang biasa jelas sulit menghindar diri, tapi kenyataan mereka berdua dapat meloloskan diri dari ancamanku dengan begitu mudah, jangan2 guruku iblis diantara iblis mempunyai hubungan yang erat dengan istana Huan mo kiong di Thian lam??.." Ia termenung beberapa saat lamanya, kemudian pikirnya lagi: "Kenapa aku musti pikirkan persoalan itu?? asal dalam sepuluh hari aku datang pulang kembali, bukankah persoalan ini dapat kutanyakan langsung kepada suhu??" Berpikir demikian ia lantas putar badan dan dengan kembali sorot matanya kearah Go Siauw Bie, nampak matanya terpejam dan mulutnya terkatup rapat, tatkala sinar matanya terbentur dengan dadanya yang terbuka, jantungnya segera berdebar keras. Tetapi hal itu hanyalah suatu perasaan spontan yang muncul dari dalam hati seorang pria yang normal, rasa bencinya terhadap kaum wanita segera menekan kembali perasaan tersebut kedalam hati.

Sekarang yang harus segera dilakukan adalah menyadarkan Go Siauw Bie serta memeriksa apakah ada jalan darahnya yang tertotok, tetapi sudah setengah harian lamanya ia periksa namun belum juga ditemukan sesuatu jalan darah yang tersumbat. 377 Dalam keadaan begini terpaksa ia keraskan hati untuk memeriksa jalan darah di bagian lain yang sensitip. Dengan jantung berdebar keras pemuda itu periksa jalan darah disekitar dada, lambung, perut serta perut bagian bawah dari gadis itu.. tapi aneh sekali, ternyata tak sebuah jalan darahpun yang tertotok. "Mungkinkah ia sudah terkena semacam obat pemabok yang bikin kesadarannya jadi lenyap??" pikirnya didalam hati. Dengan cepat pemuda itu mendekati mayat kakek baju hijau itu dengan harapan berhasil menemukan obat pemunah yang sanggup menyadarkan gadis ini, siapa tahu usahanya tetap sia2 belaka, saku orang itu kosong melompong tak terdapat sesuatu benda apapun. Han Siong Kie jadi amat gelisah, ia tutupi dahulu pakaian Go Siauw Bie yang robek dengan jubah luarnya, kemudian duduk disisinya sambil putar otak. Pada saat ini ia buru2 hendak berangkat kebenteng maut untuk berduel melawan Tengkorak maut yang disegani setiap jago dari dunia persilatan, sebab itulah harapan dari suhunya Iblis diantara iblis, ia merasa dirinya tak bisa membuang waktu dengan percuma lagi karena gurunya hanya bisa hidup sepuluh hari lagi. Disamping itu diapun merasa amat benci terhadap kaum wanita terutama sekali peristiwa di Lian huan tau baru2 ini dimana ia tertangkap oleh ibunya si Siang- go berwajah cantik Ong Cui Ing yang kejamnya melebihi ular yang menyebabkan hampir saja ia kehilangan jiwanya . Andainya bukan orang yang ada maksud serta ibunya berusaha menyelamatkan dia, mungkin ia sudah mati sejak semula, maka dari itu rasa bencinya terhadap kaum wanita semakin berlipat ganda. 378 Tetapi Go Siauw Bie yang berada dihadapannya saat ini adalah tuan penolong yang pernah menyelamatkan jiwanya. Ketika ia dihantam masuk kedalam sungai oleh Tengkorak Maut tempo dulu, andaikata bukan Go Siauw Bie yang menolong jiwanya, tak mungkin ia bisa hidup sampai sekarang bahkan pihak lawan dengan begitu kasih sayang telah merawat serta menempatkan dirinya dalam kamar pribadinya. Han Siong Kle merasa budi kebaikan semacam ini bagaimanapun juga harus dibalas. Untuk beberapa saat lamanya ia jadi bingung dan tak tahu

apa yang musti dilakukan, berusaha untuk menyadarkan gadis ini, ataukah meninggalkan dirinya dengan begitu saja. Setelah kebingungan beberapa waktu lamanya, terakhir pemuda itu ambil keputusan untuk membawa gadis ini pergi kekota terdekat guna mendapat pengobatan, sebab kecuali berbuat demikian sudah tak ada alasan lain yang bisa dilakukan. Maka dengan perasaan berat ia bopong tubuh Go Siauw Bie kemudian berkelebat menuju kearah kota.. Belum sampai sepuluh li ia berjalan, tiba2 terdengar suara bentakan keras berkumandang dari tempat kejauhan, suara itu makin lama semarin mendekat hingga akhirnya tampaklah seorang gadis muda sedang bertempur di kerubuti oleh empat orang pria baju hijau.. Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak sianak muda itu, pikirnya: "Jangan2 mereka adalah manusia-manusia terkutuk dari istana Huan Mo kiong yang hendak melakukan perbuatan tercela lagi." Tanpa terasa ia menghentikan perjalanannya dan menyaksikan jalannya pertarungan itu dari sisi kalangan. 379 Terlihatlah keadaan dari gadis itu ketitir hebat, posisinya terjepit dan berada dibawah angin, nampaknya sebentar lagi ia bakal tertawan oleh musuh2nya. Empat orang pria baju hijau yang melakukan pengeroyokan itu ternyata memakai baju serta dandanan yang mirip sekali dengan pengawal baju hijau Pit Le yang berhasil dibinasakan itu, atau dengan perkataan lain keempat orang itupun merupakan pengawal baju hijau dari istana Huan Mo Kiong. "Tahan" dengan suara keras Han Siong Kle segera membentak keras, tubuhnya dengan sebat melayang masuk kedalam kalangan. Keempat orang kakek baju hijau itu segera menghentikan serangannya dan meloncat mundur kebelakang. Dengan pandangan dingin Han Siong Kie melirik sekejap kearah orang-orang dihadapannya, ia lihat keempat orang baju hijau itu mempunyai usia diantara enam puluh tahunan, sedang sang gadis mempunyai wajah yang amat cantik jelita, sekuntum bunga putih menghiasi sanggulnya, pakaian yang dikenakan adalah pakaian berkabung, walau dengan keringat bercucuran dan napas ter-sengkal2 ia berdiri disisi kalangan sambil memandang kearah pemuda itu tanpa berkedip. Sementara itu ketika keempat orang kakek baju hijau itu melihat orang yang membentak meresa ternyata adalah seorang bocah muda berwajah penyakitan yang membopong seorang gadis, setelah tertegun sejenak mereka segera tertawa ter bahak2 salah satu diantara keempat orang itu segera maju dua langkah kedepan sambil ujarnya.

"Hey bocah penyakitan, rupanya kau sengaja datang untuk memberi hadiah buat kami??" Sambil berkata sorot matanya dengan tajam melirik sekejap kearah Go Siauw Bi yang berada dibopongan pemuda itu. 380 Han Sioag Kie mendengus dingin, dia kempit Go Siauw Bi dibawah ketiak kirinya, lalu dengan tangan kanan yang kosong ia tuding keempat orang itu, bentaknya: "Apakah kau juga pengawal2 baju hijau dari istana Huan mo Kiong.???" Sekilas rasa kaget berkelebat diatas wajah keempat orarng kakek itu, kakek yang maju kedepan tadi segera menjawab: "Sedikitpun tidak salah bocah keparat siapa namamu???? dari mana kau bisa tahu kalau kami adalah ...." "Hmmm, bagus sekali" dengus Han Siong Kie singkat "Ingat baik aku bernama Malaikat penyakitan, sekarang aku akan kirim kalian untuk pulang kerumah nenekmu" Bersamaan dengan selesainya ucapan itu telapak tangannya diayun kedepan. Dalam anggapan kakak baju hijau itu ilmu silat pihak paling2 tidak seberapa lihaynya mereka bermaksud akan turun tangan bila serangan dari musuhnya itu sudah hampir mengenai sasaran, siapa tahu belum sempat ingatan lain berkelebat didalam benaknya, segulung desiran angin tajam telah tiba didepan dadanya, kakek itu jadi terkesiap dan terasalah sukmanya bagaikan melayang tinggalkan raganya.. Jeritan ngeri berkumandang memenuhi seluruh angkasa, semburan darah menyebar ke empat penjuru, dengan dada berlubang hingga tembus pada punggungnya kakek itu roboh binasa diatas tanah. Melihat kelihayan musuhnya, ketiga orang kakek baju hijau lainnya jadi terkejut, air muka mereka berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, rupanya mereka tahu bahwa keadaan tidak menguntungkan, buru2 ketiga orang itu putar badan dan siap melarikan diri. Han Siong Kie menjengek sinis, telapak kanannya diayun berulang kali.. Kembali terdengar tiga kali jeritan ngeri berkumandang diangkasa, ketiga orang kakek tersebut 381 dengan punggung berlubang hingga tembus pada dadanya roboh diatas tanah. Dalam waktu singkat empat jago lihay dari Istana Huan Mo Kiong telah mati terbunuh semua dibawah serangan ilmU jari Tong Kim Ci tanpa sanggup melakukan perlawanan. Gadis cantik berbaju berkabung itu berdiri melongo disisi kalangan karena kaget, ia merasa belum pernah menjumpai ilmu jari selihay ini. Dengan pandangan dingin Han Siong Kie melirik sekejap kearah gadis cantik itu, kemudian tanpa mengucapkan

sepatah katapun ia putar badan dan berlalu dari situ. "Saudara harap tunggu sebentar" seru gadis berbaju kabung itu sambil menghadang jalan pergi Han Siong Kie. sambil memberi hormat ujarnya kembali. "Aku yang rendah Istri yang ditinggalkan mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari saudara." Han Siong Kie tertegun. "Isteri yang ditinggalkan?? apakah nama yang dipergunakan juga sebuah julukan belaka??" pikirnya. Tanpa terasa ia ulangi kembali ucapan itu setengah bergumam. " Isteri yang ditinggalkan??" "Sedikitpun tidak salah, dan saudara apakah bergelar malaikat penyakitan??" "Eeei.darimana nona bisa tahu akan julukan itu?? " "Bukankah kau yang menyebutnya sendiri?" "Ooh yaah.. aku memang pelupa, maaf" Habis berkata ia putar badan siap berlalu lagi dari situ. "Bolehkah aku mengetahui siapakah namamu? seru istri yang ditinggalkan dengan suara nyaring: 382 "Malaikat penyakitan" "Itu bukan namamu yang sebenarnya.." "Nama yang sebenarnya atau bukan rasanya tiada sangkut pautnya dengan dirimu, aku rasa sudah seharusnya nona segera tinggalkan tempat ini..." "Budi pertolongan yang telah kau berikan kepadaku, suatu ketika pasti akan kubalas" "Tidak perlu kau balas, bantuan yang kuberikan bukanlah sengaja kulakukan, aku hanya turun tangan karena tidak senang melihat tingkah laku mereka.." Gadis yang mengaku bernama istri yang ditinggalkan itu segera mengerutkan sepasang alisnya, ia merasa sikap maupun ucapan pihak lawan begitu dingin dan ketus hingga bikin hati orang gemetar keras, terutama sekali raut wajahnya yang penyakitan itu, andaikata pihak lawan bukan tuan penolong yang telah menyelamatkan jiwanya mungkin sedari permulaan ia sudah berlalu dari situ. Setelah tertegun beberapa saat, ia berkata kembali: "Gadis yang berada dalam boponganmu itu adalah..." "Dia senasib dengan dirimu hanya gadis ini jatuh ditangan pihak lawan yang berbeda." selesai berbicara tanpa menunggu jawaban lagi ia putar badan dan berlalu dari situ dalam sekejap mata bayangan tubuhnya lenyap dari pandangan mata. Memandang bayangan punggungnya yang menjauh diam2 gadis Istri yang ditinggalkan menjulurkan lidahnya bukan saja malaikat penyakitan memiliki sikap yang dingin menggidikan bahkan tenaga dalam yang dimiliki benar2 telah mencapai puncak kesempurnaan.

Kiranya gadis yang mengaku sebagai Istri yang ditinggalkan bukan lain adalah Tonghong Hwie yang sudah ganti rupa dengan wajah aslinya, mimpipun gadis ini tak pernah 383 menduga kalau malaikat penyakitan yang barusan berdiri dihadapannya bukan lain adalah engkoh Kie nya yang dikira sudih mati itu... Tentu saja Han Siong Kie juga tak pernah menduga kalau istri yang ditinggalkan itu bukan lain adalah adik angkatnya Tonghong Hwie yang selalu dikuatirkan keselamatannya. Tanpa saling mengenal satu sama lainnya ternyata sesudah berjumpa mereka saling berpisah kembali. Dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang boleh dibilang Han Siong Kie pada saat ini jauh berbeda dengan keadaan dahulu, hingga dalam suara pembicaraanpun mengalami sedikit perubahan, bila tidak tentu saja Tonghong Hwie segera akan menaruh curiga. Sebaliknya Tonghong Hwie ketika muncul dalam bentuk pengemis cilik, sengaja ia memyerakkan nada suaranya didalam ber-cakap2, dan sekarang ia bicara dengan suara sebenarnya, tentu saja hal ini membuat kedua belah pihak sama2 menganggap asing pihak lawan.. Sementara itu dalam sekejap mata Han Siong Kie telah menempuh jarak sejauh lima puluh li lebih, akhirnya sampailah dia disebuah kota besar dan menginap disebuah rumah penginapan yang memakai merek "Gwat-lay", kepada sang pelayan ia berpesan untuk carikan seorang tabib. Beberapa saat kemudian pelayan muncul kembali sambil membawa seorang kakek tua, begitu melangkah masuk kepintu dengan pandangan tajam ia awasi wajah Han Siong Kie beberapa kejap. lalu serunya dengan suara terkejut: "Aduuuh... siangkong, sungguh tidak enteng penyakit yang kau derita.. bila tidak cepat diobati tentu jiwamu terancam..." Han Siong Kie tersenyum dan gelengkan kepalanya. "silahkan sianseng masuk kedalam, yang sedang sakit bukan aku melainkan adalah.." 384 "Oooh. bukan siangkong yang sakit? bila pandangan mataku belum melamur, aku lihat air muka siangkong rada sedikit kurang beres.." "Siangseng tak usah kuatir, sejak kecil wajahku sudah demikian keadaannya..." "oooh.. kalau begitu yang sakit adalah...." "Istri dari siangkong ini" seru sang pelayan dengan cepat. Han song Kie jadi menyengir kuda, dalam keadaan begini, tentu saja ia tak leluasa untuk membantah, terpaksa jawabannya: "Harap sianseng suka periksa keadaan sakitnya." Tabib tua itu mendekati pembaringan dan memeriksa

denyutan nadinya, setelah termenung beberapa saat ia segera menggeleng. "Sakit yang diderita istri siangkong disebabkan oleh perjalanan jauh yang terlalu melelahkan, baiklah aku akan beri obat pelemas otot." Setelah makan beberapa kali, sakitnya pasti akan sembuh dengan sendirinya..." -oood0woooBAB 22 HAN SIONG KIE jadi tertegun dan menyengir kuda, ia tahu penyakit semacam ini hanya bisa disembuhkan oleh orang Bulim saja, dengan andalkan kepandaian kaum Tabib semacam ini tak mungkin penyakitan itu bisa disembuhkan, lama setelah mengiakan dan menerima resep ia beri lima tahil perak untuk tabib itu. Menunggu sang tabib telah berlalu, dengan kesal ia robek resep obat tadi lalu berjalan mondar mandir dalam kamar dengan kepala pusing tujuh keliling. 385 Go Siauw Bie masih tetap berada dalam keadaan tidak sadar, selembar wajahnya berubah jadi semu merah dan mengerikan sekali. Dalam pikirannya sedang kalut dan tak tahu apa yang musti dilakukan, mendadak dari luar halaman berkumandang datang suara ketukan nyaring disusul teriakan keras: "Kami ahli dalam mengobati segala penyakit aneh, bila tidak manjur kalian tak usah bayar mari2 siapa yang sedang menderita penyakit aneh cobalah undang kami... penyakit segera akan sembuh seperti sediakala." Han Siong Kie jadi amat tertarik mendengar teriakan itu, ia segera mengintip. tampak seorang nenek tua beserta seorang gadis berusia delapan sembilan belas tahunan sambil membawa kain panjang yang bertuliskan Ahli penyakit menyaingi Hua Tuo kepandaian sakti tiada tandingan dijagad sedang berjalan melewati penginapan itu. "Sungguh tekebur ucapan nenek itu " pikir Han Siong Kie didalam hati "Baiklah akan kujajal kepandaiannya siapa tahu." Berpikir demikian ia berteriak keras: "Eeeei.. nenek silahkan mampir sebentar kemari??" Nenek tua itu alihkan sorot matanya yang tajam mengawasi wajah Han Siong Kie sekejap kemudtan sapanya: "Apakah kek koan yang memanggil aku?" Benar diluar menjawab dalam hati pemuda itu tercekat hatinya sebab dari sorot mata yang tajam dari nenek itu jelas ia merupakan seorang jago lihay yang memiliki tenaga dalam yang amat sempurna. Setelah nenek tua itu masuk kekamar dan ambil tempat duduk gadis berwajah hitam itu menggulung kain panjangnya dan diletakkan diujung kamar lalu mengundurkan diri dari situ.

386 "Apakah Kek koan yang merasa kurang enak badan??" tegur nenek tua itu setelah suasana hening beberapa saat lama nya. "Buu... bukan bukan" "Lalu siapa yang menderita sakit??" "Adik perempuanku" "sekarang adikmu berada dimana??" "Diatas pembaringan" Han Siong Kie mendekati pembaringan dan segera menyingkap kelambu yang menutupi tempat itu. Nenek tua itu berjalan mendekati sisi tubuh Go siau Bi, setelah memeriksa beberapa saat lamanya, tiba2 dengan suara terkesiap ia berseru: "Aaah, adik perempuanmu ini sudah terkena bubuk Jit bisan yang merupakan bubuk tercabul dikolong langit" Han Siong Kie jadi amat terkejut, serunya dengan nada tercengang: "Bubuk cabul Jit bie san??" "Sedikitpun tidak salah" "Apa yang dimaksudkan dengan bubuk Jit bi-san?" "Barang siapa yang terkena bubuk tersebut dan didalam tujuh jam belum memperoleh pengobatan, maka sekalipun ada dewa yang turun dari kahyangan puncak akan dapat menyelamatkan jiwanya " Han Siong Kie bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri sebentar keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Terdengar nenek tua itu berkata lebih jauh. "Adik perempuanmu sudah terkena racun keji tersebut kurang lebih lima jam lamanya, bila paras mukanya telah 387 berubah jadi semu merah, itu berarti bahwa jiwanya tak dapat tertolong lagi" "Cianpwee, Engkau toh sakti dan berilmu tinggi, mohon sudi kiranya cianpwee ringan tangan dan menyembuhkan sakitnya yang parah itu, atas kesediaan cianpwee ku ucapkan banyak2 terima kasih" Nenek tua itu gelengkan kepalanya berulang kali: "Bukannya aku tidak bersedia memberi pertolongan, dalam kenyataan aku memang sama sekali tak berdaya untuk menyelamatkan jiwanya" "Cianpwee engkau berhati mulia dan baik terhadap sesama umatnya, tolonglah jiwanya dan sembuhkan luka tersebut..." pinta sang pemuda lebib jauh dengan hati gelisah. "Sulit... sulit... aaaii terus terang saja kukatakan sulit sekali..." "Cianpwee, bukankah engkau telah mengatakan sendiri bahwa segala macam penyakit aneh dapat engkau

sembuhkan." "Tidak salah, tapi yang diderita saudaramu ini bukan suatu penyakit aneh, engkau harus bisa membedakan" "Jadi...jadi sudah tak tertolong lagi?" "Bukannya tidak tertolong lagi cuma... " "Cuma kenapa??" Nenek itu melototkan sepasang matanya bulat2 dengan suara dalam ujarnya: "Sungguhkah gadis itu adikmu??" Han Siong Kle terperangah. "Maksud cianpwee... kalau lantas.. bukan adikku...." "Hmm menurut pendapatku, gadis itu bukan adik perempuanmu" 388 Diam2 Han Siong Kie merasa amat terperanjat, ia berusaha membantah: "Darimana engkau mengatakan demikian?" "Paras muka adik perempuanmu itu sama sekali tidak mirip dengan paras muka kek koan" Han Siong Kie menghembuskan napas lega, ia segera membantah.. "Aaah.. paras muka mana bisa dijadikan suatu dasar? naga beranak sembilan, toh wajahnya juga tak bisa berbeda satu sama lainnya?" "Bukan begitu saja, aku bahkan kenal pula dengan gadis ini dan belum pernah kutemui dirimu" "Oooh? engkau kenal dengan dirinya?" "Tidak salah, bukankah ia bernama Go siauw Bi??" Mendengar jawaban tersebut rasa terperanjat yang dialami Han Siong Kie tak dapat dilukiskan dengan kata2, ia tak mengira kalau nenek tua itu bisa kenal dengan gadis tersebut bahkan mengetahui pula kalau dia bernama Go siau Bi. Terdengar nenek tua itu tertawa serak. kemudian berkata lagi: "Jika engkau tidak inginkan dirinya mati secara mengenaskan, sepantasnya kau jawab pertanyaanku dengan jujur, sebenarnya apa hubunganmu dengan dirinya?" "Tiada hubungan apa2, aku hanya secara kebetulan saja menjumpai dirinya ditengah jalan, dan berhasil selamatkan jiwanya dari tangan orang2 durjana" "Dari tangan orang bejad istana Huan-mo-kiong dari wilayah Thian lam?" "Darimana cianpwee bisa tahu akan persoalan ini??" "Pihak istana Huan mo kiong telah mengutus para jago lihaynya untuk masuk kedaratan Tionggan guna mencari gadis2 perawan yang akan diambil sari perawannya bagi Thian 389 lam Te kun melatih ilmu si hun toa-hoan, peristiwa ini telah menggemparkan seluruh daratan Tionggoan dan banyak gadis telah jatuh korban, tentu saja aku mengetahui akan hal itu, disamping itu bubuk Jit bi san merupakan obat cabul yang

sering kali dipergunakan oleh kaum durjana dari Thian lam pay, bukankah itu berarti bukti sudah tertera didepan mata??" Han Siong Kie merasakan darah panas mendidih dalam dadanya, ia berseru dengan lantang: "Apakah dari daratan Tionggoan tidak ada seorang pendekarpun yang munculkan diri guna mencegah terjadinya peristiwa2 biadab itu.?" "Tak bisa dikatakan tak ada, tapi pihak lawan mungkin telah menyelesaikan tugasnya dan kembali kesarang mereka sekarang kita tak usah membicarakan soal itu lebih dahulu, yang penting adalah menolong orang lebih dahulu, aku nenek tua tidak percaya kalau engkau katakan bahwa kalian sama sekali tak ada hubungan apa2, dan pertolongan itu kau berikan secara kebetulan" -oood0woooJilid 11 DENGAN perasaan apa boleh buat Han Siong Kie berkata: "Beberapa waktu berselang aku pernah mendapat budi kebaikan dari nona Go karena itu...." "Karena itu engkau hendak membalas budi kebaikannya itu, kalau tidak tak nanti sikapmu begitu gelisah bercampur cemas" Dengan mulut membungkam Han Siong Ki mengangguk diam2 ia merasa kagum atas ketajaman mata nenek tua ini serta kecermatannya untuk menilai keadaan. 390 "Kek koan apakah engkau dengan tulus ikhlas hendak menyelamatkan jiwanya?" terdengar nenek tua itu bertanya kembali. "Tentu saja" " "Engkau sudah menikah belum?" "Tentang soal itu... bertunanganpun belum masa sudah menikah apa maksud cianpwee mengajukan pertanyaan itu?" "Tentu saja aku punya alasan2 tertentu untuk mengajukkan pertanyaan2 tersebut, engkau sudah punya kekasih atau belum?" "Cianpwee, terus terang saja kukatakan terhadap orang perempuan ehmm sebetulnya saja aku tak tertarik, bahkan boleh dibilang mendekati kata benci" Sebetulnya pemuda itu mau mengatakan perasaan batinya itu dengan kata2 yang jauh lebih tajam, tetapi secara tiba2 ia teringat bahwa pihak lawan juga merupakan seorang perempuan karena itu terpaksa ia harus memperlunak perkataannya. "Ooooh jadi kalau begitu engkau belum punya istri maupun kekasih??" sela sang nenek menegaskan. Han Siong Kie mengangguk tanda membenarkan. "Waahh kalau begitu persoalan ini gampang sekali diselesaikan"

"Gampang diselesaikan?? apa maksudmu?? " tanya sang pemuda keheranan. "Bukankah engkau hendak membalas budi kebaikannya itu??" "sedikitpun tak salah, aku memang ada maksud untuk menyelamatkan jiwanya" 391 "Bagus, kamu memang baik hati tapi untuk menyelamatkan selembar jiwanya apakah engkau bersedia mengorbankan segala sesuatunya??" "Mengorbankan segala sesuatu??" "Benar " "Pengorbanan dalam bentuk apa??" "Menjadi suami istri dengan dirinya." Sekujur badan Han Siong Kie gemetar keras, ia mundur tiga langkah kebelakang dengan tindakan lebar se-akan2 pemuda itu tak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Cianpwee apa... apa yang kau katakan?" serunya dergan hati terkesiap. "Menjadi suami istri dengan dirinya pada saat ini juga" tegasnya dalam satu jam ini. "Kee... kee... kenapa ha... harus begitu??" "Untuk menyelamatkan jiwanya " "Aku sama sekali tidak mengerti akan perkataanmu itu." "Barang siapa terkena racun Jit bin san kecuali berbuat begitu tiada obat lain yang dapat menyelamatkan jiwanya apakah engkau bersedia menolong jiwanya? Bagaikan disengat kala sekujur badan Han Siong Ki gemetar keras badannya merinding dan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Aku... aku... tak. tak mungkin akan melakukbn perbuatan yang tolol itu!" Kalau begitu maafkanlah daku, aku tak bisa membantu dirimu untuk menyelamatkan jiwanya lagi " kata sang nenek dengan dingin "mulai sekarang bersiap21ah untuk mengatur soal memakamkan jenasahnya 392 Habis berkata ia bangkit berdiri dan siap berlalu, Keringat dingin sebesar kacang hijau mengucur keluar tiada hentinya membasahi tubuhnya yang gemetar pemuda itu tak sudi menikah dengan gadis tersebut tapi ia adalah tuan penolong yang pernah menyelamatkan jiwanya ia tak tega gadis itu mati dalam keadaan mengenaskan. "Cianpwe tunggu sebentar ...kau..kau.. jangan pergi dulu! akhirnya pemuda itu berseru. Jadi engkau telah menyanggupi? Selain melakukan perbuatan tersebut, apakah ada cara lain yang bisa digunakan untuk menolong jiwanya? aku

bersedia untuk mengorbankan segala apapun! "Ada!" Han Siong Kie amat kegirangan, buru2 dia barseru : "Bagaimanakah caranya? Kalau engkau merasa tega hati, sekarang juga carilah seorang pria lain yang memiliki tenaga dalam sebesar seratus tahun latihan untuk menggantikan kedudukanmu !" Han Siong Kie terbungkam dalam seribu bahasa, bicara menurut perasaan hati kecilnya dan jiwa sebagai seorang pendekar. ia merasa keberatan untuk berbuat demikian. disamping itu dalam waktu singkat dia harus pergi kemana untuk mencari seseorang yang memiliki tenaga dalam sebesar seratus tahun tenaga latihan? bersediakah orang ini untuk melakukan perbuatan semacam itu? Dalam pada itu paras muka Go Siau Bie dari semu merah telah berubah jadi kehitam2an, napasnya mulai memburu dan agak tersengkal. Dengan suara dalam nenek tua itu berkata kembali: 393 "Bagaimanakah keputusanmu aku harap engkau segera menetapkan, mungkin tidak sampai satu jam kemudian ia bakal mati secara mengenaskan, aku tahu diantara kalian memang tak ada dasar cinta, peristiwa ini mungkin dilakukan terlalu ter-gesa2, tapi engkau musti ingat bahwa tindakan ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwanya, untuk membalas budi kebaikan yang pernah kau hutang darinya, disamping itu dia toh putri dari ketua perkumpulan pat gi pang, paras mukanya tidak termasuk jelek, apakah engkau merasa bahwa gadis itu tak pantas jadi bini mu?" Han Siong Kie merasakan hatinya amat sakit bagaikan di tusuk oleh pisau yang amat tajam, mimpipun ia tak menyangka bakal terjadi peristiwa semacam ini... Untuk menyanggupi permintaan tersebut? hati kecilnya merasa tak bersedia, untuk menampik, ia merasa kasihan melihat tuan penolongnya sebentar lagi harus mati secara mengenaskan. Sementara ia masih bingung dan tak tahu apa yang musti dilakukan, untuk kesekian kalinya nenek tua itu mendesak kembali. "Waktu telah mendesak sekali, apakah engkau telah mengambil keputusan?" Han Siong Ki putar otaknya keras2, ia memandang sekejap kearah wajah Go siau Bi yang telah berubah jadi merah menghitam akhirnya timbullah kasihan, ia ambil keputusan untuk berkorban demi keselamatan gadis tersebut. "Baiklah" ia berseru sambil mengangguk. Secepat kilat nenek itu merogoh sakunya dan ambil keluar sebuah botol porselen kecil, dari botol itu ia tuangkan tiga butir plt berwarna hijau dan dimasukan kedalam mulut Go siau

Bi kemudian jari tangannya menari serta melepaskan delapan belas totokan kilat, semua totokan dilakukan dengan 394 kecepatan yang sukar diikuti dengan pandangan dan ketetapan yang mengagumkan. Selesai melakukan kesemuanya itu dengan muka serius pesannya kepada sianak muda itu. "Ingatlah baik2, saat inilah kesempatan yang paling baik bagimu untuk membalas budi kebaikan yang pernah kau peroleh dari dirinya dan mulai hari ini engkau tak boleh melakukan perbuatan2 yang menyakitkan hatinya lagi sebab ia sudah menjadi istrimu, jika engkau tidak melaksanakan kesemuanya itu maka akulah yang menanggung semua dosa dan kesalahan ini" "Cianpwee bolehkah aku tahu siapa namamu?" "Tentang soal ini" nenek tua itu ragu sejenak "aku she Ong orang2 persilatan menyebut diriku nenek ong engkau boleh memanggil aku dengan sebutan itu saja" Han Siong Kie mengambil setahil perak dan diangsurkan kedepan katanya dengan halus. "Cianpwee jumlah yang sangat kecil ini harap diterima sebagai biaya pengobatan" "Haaahhh...haaahhh... haaahhh tidak usah pengobatan yang kulakukan saat ini akan kuanggap sebagai batuan sukarela" seru sang nenek sambil tertawa nyaring "semoga kalian berdua hidup rukun dan damai hingga akhir hayat nanti, selamat tinggal dan jangan lupa kalau waktu sudah tak banyak lagi." Habis bicara dia ambil gulungan kain di ujung ruangan dan berlalu dari ruangan tersebut. Diluar pintu kamar seorang gadis baju hitam telah menanti kedatangannya, ia melihat kemunculan nenek tua itu, dengan suara setengah berbisik segera tanyanya: "Ibu, apakah semua urusan telah beres ??" "Hmm beres..." 395 "Perbuatanmu ini apakah tidak terlalu..." "Nak, terpaksa aku harus berbuat demikian, aku kuatir jika sampai terjadi hal yang tak kuinginkan itu." "Tapi apakah mereka bisa bahagia??" "Aku rasa bisa" Suara itu kian lama kian lirih akhirnya lenyap dari pendengaran. Han Siong Kie sebagai seorang pemuda yang memiliki tenaga dalam sebesar dua ratus tahun latihan memiliki ketajaman mata dan pendengaran melebihi siapapun, kendati bisikan yang dilakukan ibu dan anak diluar pintu itu dilakukan dengan suara lirih namun semua pembicaraan berhasil didengar dengan amat jelas, sekujur badannya kontan gemetar keras.

Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia merasa amat kenal sekali dengan suara itu, bukankah suara itu adalah suara dari "Yo sim jim" orang yang ada maksud beserta ibunya "su hun jin" orang yang kehilangan sukma?? mengapa mereka berdua harus mengatur kesemuanya ini...?? Ia berkelebat kearah pintu dan mengejar keluar, namun bayangan orang yang kehilangan sukma berdua telah lenyap tak berbekas. Dengan perasaan bimbang bercampur curiga akhirnya sianak muda itu harus balik kembali kedalam kamar. "Apakah aku harus melakukan perbuatan seperti apa yang dianjurkan oleh orang yang kehilangan sukma??" ingatan tersebut berulang kali berkecamuk dalam benaknya. Butiran keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, pelbagai pikiran yang saling bertentangan berkecamuk dalam seluruh benaknya. Ketika sorot matanya berpapasan dengan wajah Go siau Bi yang berbaring diatas pembaringan, hampir saja pemuda itu 396 bersorak kegirangan, ia temukan paras muka yang berwarna merah semu ke hitam-hitaman itu sudah lenyap tidak berbekas, hal ini membuktikan bahwa tiga butir obat yang diberikan orang yang kehilangan sukma telah menunjukkan reaksinya. Dengan hati berdebar keras ia duduk di samping pembaringan sambil menantikan perubahan selanjutnya, pemuda itu ambil keputusan untuk menunda pelaksanaan " Niat" nya tersebut sambil menunggu perkembangan lain. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, ia mulai berpikir apa sebabnya orang yang kehilangan sukma membohongi dirinya serta mengatur siasat agar dia kawini Go siau Bi?? Suatu persoalan yang rumit dan diliputi oleh suatu tanda tanya besar... Mengapa orang yang ada maksud mengatakan: "... Untuk menjaga segala kemungkinan.." kemungkinan apakah yang bakal terjadi? Diam2 pemuda itu bersyukur karena ia belum mengawini gadis itu secara gegabah, kalau tidak entah bagaimanakah akibatnya?. Seperminum teh kemudian, Go siau Bi mulai menggerakkan tubuhnya dan membuka sepasang matanya kembali. "Nona Go, akhirnya engkau sembuh juga." seru Han Siong Kie tanpa sadar. Per-tama2 Go siau Bi temukan dirinya di atas pembaringan, ketika ia berpaling kesamping maka ditemuilah seorang pemuda asing yang berwajah penyakitan duduk dihadapannya tanpa terasa ia menjerit lengking dan loncat bangun dari atas pambaringan dengan rasa terkesiap curiga bercampur tak

habis mengerti, ia tatap pemuda dihadapannya itu tanpa berkedip. 397 "Kau.. kau.. siapakah kau?" "Malaikat penyakitan" "Apa? malaikat penyakit? "dengan hati terkesiap Go Siau Bi mundur satu langkah kebelakang. "Sedikitpun tidak salah." "Lalu... lalu dimanakah kita berada saat ini?" "Rumah penginapan" Sekujur badan Go siau Bi gemetar keras suatu perasaan halus seorang gadis dara itu tanpa sadar memeriksa pakaian yang dikenakan olehnya sewaktu menyaksikan pakaian bagaian dadanya telah terbuka, pandangan matanya jadi gelap dan hampir saja ia roboh tak sadarkan diri Rasa malu dan gusar berkecamuk jadi satu dalam dadanya, tiba2 ia membentak keras: "Bajingan keparat, aku akan beradu jiwa dengan dirimu" Han Siong Kie terperangah. "Blaammm" sebuah pukulan yang amat keras bersarang diatas bahu pemuda itu dan "Blaamm" kembali pukulan lain menghajar dadanya. Dalam keadaan tertegun bercampur kaget sianak muda itu sama sekali lupa untuk mengerahkan tenaga guna melawan hajaran2 yang dilontarkan keatas tubuhnya itu tanpa dapat dikuasai ia terdorong mundur sejauh tiga langkah kebelakang. sementara itu, ketika Go siau Bi melihat pihak lawan sama sekali tidak melakukan pembelaan terhadap serangannya, ia jadi terperangah dan hentikan serangannya setelah membereskan pakaiannya bagian dadanya yang terbuka, ia tatap wajah lawannya tajam2 kemudian sambil menuding kemuka teriaknya keras: "Malaikat penyakit, aku bersumpah tak akan hidup berdampingan dengan dirimu" 398 Butiran air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, ia mengira kesucian tubuhnya telah ternoda ditangan lawan. Han Siong Kie sendiri sebetulnya hendak melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan olehnya, tapi setelah berpikir sebentar ia segera batalkan niatnya itu sebab "orang yang ada maksud" pernah berpesan kepadanya bahwa manusia berwajah dingin sudah mati.. Sambil tertawa getir ujarnya: "Nona Go, duduklah dahulu dan mari kita perlahan berbicara persoalan ini" "Apa? darimana engkau bisa tahu kalau aku she Go?" "Nona, pikirlah kembali.. apa yang kau alami setengah hari berselang?" Rasa sangsi dan bingung terlintas diatas wajah Go siau Bi,

ia dapat merasakan bahwa Malaikat penyakit yang berada dihadapannya tidak mirip seorang pemuda yang bermoral bejad, maka setelah mendengar perkataan itu, dara tersebut mulai duduk tenang dan mengingat kembali kejadian yang telah dialaminya beberapa waktu berselang. Ia masih ingat ketika dirinya dikejar kejar oleh seorang kakek baju hijau dan seorang busu baju hijau, setelah tertawan tiba2 hidungnya mencium bau harum yang sangat aneh dan kesadarannya seketika lenyap tak berbekas. Gadis ini mulai berpikir kenapa ia berada ditempat ini dan dari mana pula pemuda berwajah penyakitan itu bisa tahu kalau dia she Go? Dalam pada itu dara tersebut sudah merasa yakin bahwa tubuh bagian bawahnya tidak menunjukan gejala kelainan atau rasa sakit, bahkan gaun yang dia kenakan masih utuh sama sekali ini membuat hatinya agak lega. 399 Dari perubahan wajah Go Siau Bi sianak muda itupun sudah tahu bahwa dara tadi mulai mengenang kembali peristiwa yang telah menimpa dirinya ia lantas berkata: "Ketika aku sedang melakukan perjalanan kutemui nona sedang diculik oleh para durjana dari istana Huan mo kiong karena itu . . . ." "ooooh jadi siangkong yang telah menyelamatkan diriku?" "Benar, aku kasihan melihat nona menderita ditangan lawan maka aku telah menyelamatkan dirimu" "Waah... kalau begitu akulah yang telah salah menuduh diri siangkong dengan pikiran yang bukan2, bila aku telah melakukan kekerasan kepadamu harap siangkong bersedia memberi maaf" Habis berkata ia memberi hormat. Dengan cepat Han Siong Kie menyingkir ke samping. "Nona tak usah banyak adat" serunya. Pemuda itupun segera menceritakan bagaimana ia telah membawa gadis itu kesitu untuk mencari pengobatan tentu saja ia telah merahasiakan persoalan tentang permintaan dari orang yang kehilangan sukma untuk mengawini gadis itu. Selesai mendengarkan kisah tersebut Go siau Bi merasa amat berterima kasih sekali, kembali ia memberi hormat sambil berkata: "Budi kebaikan siangkong suatu ketika pasti akan kubalas terimalah penghormatanku ini" "Tak usah kau lakukan kesemuanya itu" buru2 Han song Ki goyangkan tangannya berula kali "anggaplah kesemuanya ini sebagai takdir dan justru karena peristiwa ini juga akupun bisa membalas kebaikan budi yang pernah kau lepaskan beberapa waktu yang lalu" 400

Go siau Bi terperangah, ia membelalakkan matanya lebar2 dan berseru dengan hati tercengang: "Siangkong, apa... apa yang kau ucapkan?" Han Siong Kie merasa bahwa ia telah salah berbicara, buru2 serunya kembali: "Nona, apakah engkau kenal dengan manusia berwajah dingin Han Siong Kie?" Pucat pasi selembar wajah Go siau Bi mendengar nama itu, tubuhnya mundur dengan sempoyongan, jawabnya dengan sedih : "Kenal, tapi dia.... dia telah mengalami nasib yang jelek dan meninggal dunia" Han Siong Ki merasa tak habis mengerti, ia tak tahu kenapa Go Siau Bi begitu terpukul hatinya mendengar ucapan tersebut karena pandangan yang sempit dia merasakan anti perempuan yang berkecamuk dalam dadanya membuat pemuda itu tak mampu meresapi perasaan antara pria dan wanita. Dengan nada dingin katanya: "Benar, nasibnya memang jelek dan kematian yang menimpa dirinya hampir boleh dibilang sama sekali diluar dugaan siapapun" -000d0w000BAB 23 "SIANGKONG apa hubunganmu dengan dirinya?" tanya dara itu. "Saudara sehidup semati" "Oooh.. jadi dia... dia.. adalah saudara angkatmu?" Han Siong Kie mengangguk dingin, ujarnya kembali: "Sudah lama berselang ketika ia dihantam oleh musuhnya hingga tercebur kedalam sungai, aku dengar jiwanya ditolong 401 oleh seorang nona atas peristiwa itu saudaraku selalu mengingat dan mengenangnya dan sering kali membicarakan dengan diriku, sekarang ia telah mati maka sudah sepantasnya kalau akulah yang membayar budi pertolongan yang kau lepaskan kepadanya" Dengan sedih Go siau Bi menghela napas panjang. "Aaai.. siangkong keliru besar, aku melepaskan budi bukannya mengharapkan pembalasan, lagipula aku bisa menolong jiwamu hal itu hanya terjadi karena kebetulan, karenanya tak dapat dikatakan sebagai budi atau hutang, justru hari ini akulah yang telah berhutang budi terhadap diri siangkong.." "Oooh... Bukannya aku bermaksud begitu, sahabat karibku itu paling mengutamakan membedakan mana budi mana dendam, sedang aku.." Belum habis ia berkata, tiba2 dari halaman luar berkumandang datang suara gelak tertawa yang amat keras dan menggetarkan seluruh angkasa, diikuti seseorang dengan suara yang berat berteriak:

"Malaikat penyakit, ayoh keluar untuk berbicara" Sekujur badan Han Siong Kie bergetar keras, segera pikirnya didalam hati: "Kurang ajar manusia darimanakah yang telah mengejar diriku sampai kesinii?" Go siau Bi pun kelihatan agak tercekat hatinya, ia segera berseru: "Siangkong, ada orang menantang dirimu" Han sioag Kie mengangguk dan sebera melangkah keluar dari ruangan. . Ditengah halaman ia temukan seorang imam berjubah abu2 yang mempunyai perawakan badan setinggi delapan depa 402 berdiri sambil melotot gusar kearahnya, sepasang matanya melotot bagaikan biji gundu, tampangnya bengis dan menyeramkan. sianak muda itu jadi keheranan, pikirnya: "Heran aku sama sekali tak kenal dengan hidung kerbau ini, kenapa ia datang mencari gara2 dengan aku??" Dalam pada itu imam tersebut dengan suara yang keras bagaikan geledek telah berseru kembali: "Apakah engkau adalah Malaikat penyakit yang baru saja munculkan diri di dalam dunia persilatan??" "Tidak salah, tolong tanya siapakah diri totiang??" "Aku adalah Malaikat raksasa Leng Bengcu dari partai Khong-tong." "Bolehkah aku tahu ada urusan apa totiang datang mencari diriku??" "Aku harap engkau bersedia menuju ke pantai sungai kurang lebih lima li diluar kota" Han Siong Kie tercengang bercampur tidak habis mengerti, ia tak tahu apa sebabnya partai Khong-tong mengutus jago lihaynya untuk mencari gara2 dengan dirinya. "Apakah aku boleh tahu ada urusan apa kau mencari aku?" tegurnya dengan suara dinginMalaikat raksasa Leng Beng cu tertawa seram. "Heehh..heehh..heeehh.... sampai waktunya engkau akan tahu sendiri, sekarang maafkanlah kalau terpaksa pintu akan jalan lebih dahulu." Tanpa banyak bicara ia putar badan dan berlalu dari situ, diatas lantai bekas tempat yang dilalui olehnya tersisalah bekas2 telapak kaki sedalam satu cun. 403 Han Siong Kie tertawa dingin, sekarang ia telah menduga babwa pihak lawan datang untuk mencari balas, hanya ia tak habis mengerti darimana munculnya dendam tersebut. "Kini luka yang diderita Go siau Bi telah sembuh, aku memang sudah sepantasnya untuk menerus kan perjalanan" pikirnya dihati.

Tapi sebelum ia berangkat tinggalkan tempat itu, dari arah belakang telah berkumandang suara teguran dari Go Siau Bi. "Siangkong, apa yang telah terjadi?" "Ooh tak apa2, hanya suatu perjanjian yang harus segera kupenuhi" "Menurut penglihatanku, imam tersebut mengandung suatu maksud yang tidak benar, lebih baik tak usah kau gubris" Han Siong Kie tertawa tawa. "Aku rasa kejadian ini hanya suatu kesalah pahaman belaka, nona maafkan daku, sekarang aku ada urusan penting yang harus segera diselesaikan, selamat tinggal nona dan sampai jumpa kembali lain waktu" Bicara sampai disitu ia segera memanggil pelayan dan membereskan rekening kamarnya. Go Siau Bi seperti mau mengucapkan sesuatu, wajahnya sedih sekali namun tak sepatah katapun yang meluncur keluar, setelah tertegun beberapa saat akhirnya dia berkata: "Siangkong, benarkah engkau adalah saudara sehidup semati dengan Han Siong Kie?" "Sedikitpun tidak salah" "Tentunya siangkong mengetahui juga bukan asal usulnya?" "Tentu soal ini kenapa sih nona menanyakan persoalan itu?" 404 Air mata mengembang dalam kelopak mata Go siau Bi dengan sedih jawabnya lirih: "Terus terang kukatakan siangkong aku telah serahkan hatiku kepadanya" Bagaikan disambar petir disiang hari bolong Han Siong Kie merasa amat terperanjat sekali untuk beberapa saat lamanya ia terpaku dan berdiri ter-mangu2 "Sedari kapan bibit cinta itu mulai bersemi apakah sejak ia beristirahat selama tiga hari dikamar tidurnya itu? Nona engkau telah serahkan hatimu kepadanya?" pemuda itu berseru tertahan"Benar sejak aku selamatkan jiwanya dari dalam sungai dan merawat dirinya selama tiga hari dikamar tidurku, aku telah bersembahyang didepan meja abu ayahku dan menyerahkan hatiku padanya." Han Siong Ki merasakan jantungnya berdebar keras, persoalan ini betul2 merupakan suatu persoalan yang memusingkan kepalanya, diam2 ia bersyukur karena ia telah berubah wajahnya danpihak lawanpun sudah menyaksikan sendiri liang kubur yang digunakan untuk mengubur jenasahnya, kalau tidak pemuda itu tak dapat membayangkan sampai dimanakah kesulitan yang bakal dia alami Andaikata gadis yang mengutarakan isi hatinya adalah gadis lain, mungkin pemuda itu hanya tersenyum belaka tapi pihak lawan pernah melepaskan budi kebaikan kepadanya

urusan jadi tambah rumit. Dengan suara dalam segera ujarnya: "Sungguh tak beruntung, ia sudah mati" "Benar. Ia telah mati, tapi aku telah serahkan seluruh jiwa ragaku kepadanya, karena itu aku hendak mengorbankan seluruh kehidupanku untuk berbakti kepada keluarganya" Air mata yang mengembang dalam kelopak mata, akhirnya menetes juga membasahi pipinya. Han Siong Kie terharu dan badannya gemetar keras, dia paling benci kepada kaum wanita tapi perasaan cinta yang 405 begitu suci dan murni yang diutarakan gadis itu telah mencair dihatinya, hampir saja ia hendak lepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan diwajahnya, tapi setelah berpikir sebentar akhirnya ia batalkan niatnya itu. Dengan nada suara setenang mungkin dia berkata: "Cinta suci yang nona perlihatkan benar2 mengagumkan, sukma yang ada didalam baka pasti akan tersenyum setelah mengetahui akan hal ini.. sayang rasa cinta nona yang begini murninya aku tak dapat disalurkan sesuai dengan apa yang nona harapkan" "Kenapa?" "Sebab dia tak punya rumah dan tak punya keluarga, dikolong langit hanya hidup sebatang kara" Go siau Bi tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, ia menangis terisak. ujarnya: "oooh aku tak menyangka kalau asal usulnya begitu menyedihkan dan patut dikasihani, sekarang akupun hidup sebatang kara, ibuku telah lama meninggal, ayahku juga mati ditangan orang sampai2.. impianku yang terakhirpun ikut lenyap dan musnah" Han Siong Kie merasakan tenggorokannya tersumbat dan seakan-akan hendak menangis, ia berharap segera tinggalkan gadis itu karena ia takut terlalu lama berdiam, ia takut ia tak dapat menahan pergolakan perasaan dalam hati kecilnya, disamping itu diapun berharap cepat2 membuka tabir rahasia yang menyelimuti tantangan dari pihak Khong tong pay itu.. Dengan cepat ia alihkan pembicaraan kesoal lain dan berkata: "Nona Go, tahukah engkau bahwa Han Siong Kie mempunyai sesuatu rahasia hati yang amat besar?" "Rahasia apa?" "sepanjang hidupnya dia paling.. paling.. benci berhubungan dengan kaum wanita, atau bicara dengan kata 406 yang lebih tak sedap didengar, ia paling benci dengan kaum wanita" "Kenapa? " tanya Go siau Bi terperangah. "Mungkin ia pernah menderita sesuatu macam pukulan batin yang hebat, dan pukulan batin yang amat parah itu

datangnya dari kaum wanita, bagaimanakah duduk persoalan yang sebenarnya aku tak begitu jelas, tapi aku menguasahi penuh akan wataknya ini" "Sungguhkah hal ini?" "Aku tidak akan membohongi diri nona" Mau tak mau Go siau Bi harus mempercayai perkataan itu, ia masih ingat dengan jelas sikap dan nada ucapan Han Siong Kie sewaktu meninggalkan pesanggrahan Teng to siau cu tempo hari, semuanya menunjukkan sikap yang begitu dingin hingga menggidikkan hati. Ia sebera mengangguk dan menjawab: "Mungkin apa yang kau ucapkan memang benar2 merupakan kenyataan, tapi sekarang dia telah mati, rasa cintaku kepadanya-pun hanya selalu kusimpan dalam hati, aku tak pernah menunjukkan perasaanku itu di hadapannya, mungkin disinilah letak keberuntunganku, hingga tak usah dipandang dan dihadapi dengan sikap dingin" "Ucapan nona sangat mengharukan hatiku, semoga engkau bisa baik2 jaga diri selamat berpisah" "Budi kebaikan siangkong tak akan kulupakan untuk selamanya" "Nona terlalu serius" ditengah pembicaraan tersebut tubuhnya dengan cepat telah berlalu dari rumah penginapan itu. Setelah keluar dari rumah penginapan dengan cepat Han Siong Kie berangkat menuju ketepi sungai kurang lebih lima lie 407 dari kota, perasaan hatinya kalut dan bingung, cinta suci dari Go siau Bi telah mengharukan perasaan hatinya, dan rasa bencinya terhadap kaum wanita tanpa terasa per-lahan2 jauh lebih menipis. Beberapa saat kemudian, ia telah berada ditepi sungai, dari tempat kejauhan ia lihat ada tujuh orang telah menanti kedatangannya ditepi sungai yang berpasir, ketujuh orang itu berdandan sebagai imam semua, salah satu diantaranya bukan lain adalah malaikat raksasa Leng Beng cu. Tujuh pasang mata yang tajam menyambut kedatangannya, dibalik cahaya yang tajam itu terpancarlah rasa benci, dendam yang amat tebal. Dengan suatu gerakan yang manis Han Siong Kie melayang turun dihadapan ketujuh orang itu dan berhenti kurang lebih dua tombak dihadapannya. seorang imam tua berambut ke perak2an yang berdiri dipaling depan segera buka suara dan menegur: "Apakah sicu yang disebut orang sebagai malaikat penyakitan?" "Sedikitpun tidak salah" jawab sang pemuda sambil mengangguk. "Pintu adalah Kui Goan cu dari partai Khong tong, kami

dengar orang berkata bahwa sicu adalah ahli waris dari Mo tiong ci mo. iblis diantara iblis, apakah berita ini benar?" Han Siong Kie merasa amat terperanjat, ia tak menyangka kalau berita tersebut begitu cepat sudah tersiar dalam dunia persilatanKetika terjadi pertarungan sengit melawan pengawal istana Huan mo kiong,jurus serangan yang dipergunakan olehnya berhasil diketahui asal usulnya oleh pihak lawan, dan sungguh tak nyana baru satu hari setengah telah muncul musuh2 tangguh yang mencari gara2 dengan dirinya. 408 Ia sendiripun tak tahu sebelum gurunya Mo tiong ci mo mengasingkan diri, perselisihan apa saja yang pernah dilakukan olehnya dengan orang persilatan, tapi setelah ia menerima pelajaran ilmu silat darinya itu berarti diapun harus bertanggung jawab pula atas resiko yang harus dihadapi. Setelah berpikir sebentar dengan suara ketus dia segera menjawab: "Sedikltpun tidak salah, aku memang ahli waris dari dia orang tua" Paras muka ketujuh orang imam itu berubah hebat, rasa benci dan dendam yang menghiasi wajah merekapun semakin menebal. Kui Goan cu dengan sorot mata memancarkan cahaya kilat berseru dengan paras serius. "Kalau memang begitu pinto akan mengajukan satu pertanyaan lagi, pinto harap siau sicu bersedia menjawab pertanyaanku dengan sejujurnya" "Ajukanlah pertanyaanmu itu" "Apakah gurumu masih hidup dikolong langit?" "Masih ada apa?" "Sekarang ia berada dimana?" "Harap tootiang terangkan dahulu maksud kedatangan kalian" "Tak ada gunanya kami terangkan padamu, asal engkau bersedia mengatakan dimanakah gurumu berdiam maka pinto tanggung kami tak akan menyusahkan dirimu" "Seandainya aku tidak bersedia menjawab apa yang hendak kau lakukan?" ejek Han Siong Kie ketus. Paras muka ketujuh orang imam itu kembali berubah hebat, ditengah perasaan benci yang teriintas diatas wajah mereka hawa amarah mulai berkobar membakar hati mereka. 409 Dengan suara beratpenuh kemarahan Kui Goan cusegera menjawab: "siau sicu, kami tak akan membiarkan engkau bertindak sesuka hatimu, kalau engkau tidak bersedia menjawab maka ia berarti engkau sudah bosan hidup dikolong langit" "Aaah belum tentu kalian mampu mengapa-apakan aku"

ejek Han Siong Ki sambil mendengus sinis. Malaikat raksasa Leng Beng cu yang berdiri dibelakang imam tua itu kontan berteriak dengan suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi. "Belum tentu?. Huuh akan kusuruh engkau rasakan kelihayan kami.." sambil berseru ia segera menerjang maju kedepan sambil melepaskan satu pukulan. Kun Goan cu yang berada disampingnya segera menghadang jalan pergi rekannya itu sambil berseru: "Jangan terburu napsu." Kemudian kepada Han Siong Kie ia menambahkan. "siau sicu, aku anjurkan kepadamu lebih baik jawablah dengan sejujurnya semua perkataan yang kuajukan" "Maaf aku tak dapat memberitahukan kepadamu" "Jadi siau sicu tetap keras kepala dan tak mau menjawab pertanyaanku itu?" "Apa salahnya kalau tootiang terangkan dahulu maksud kedatanganmu itu?" "setelah kuutarakan kelUar, apakah siau sicu dapat memberi pertanggunganjawabnya?" "Mungkin " Tiba2 diatas paras muka Kun Goin cu yang penuh keriputan terlintas rasa sedih, yang amat tebal ujarnya dengan penuh emosi: 410 "Empat puluh tahun berselang gurumu telah membinasakan cin siu Toojin, ketua ke sembilan belas dari partai kami beserta tiga puluh orang anggota perguruan" Dengan hati terperangah Han Siong Kle mundur satu langkah kebelakang, ia tak menyangka gurunya pada empat puluhan tahun berselang telah membinasakan ketua ke sembilan belas dari partai Khong tongpay beserta tiga puluh orang muridnya, ia tahu peristiwa tersebut merupakan suatu peristiwa besar yang luar biasa sekali tanpa sadar serunya: "Benarkah telah terjadi peristiwa semacam ini?" "Pinto tak akan sengaja mengarang cerita bohong untuk mencari gara2, setiap umat persilatan dikolong langit mengetahui akan kejadian ini" "Apakah tootiang tahu apa sebabnya hingga terjadi peristiwa berdarah itu?" "Dahulu suhumu gemar membunuh manusia, ia membunuh orang bagaikan membabat rumput, apa sebabnya dia melakukan peristiwa yang biadab itu mungkin hanya dia seorang yang tahu" "Jadi maksud tootiang engkau hendak mencari guruku untuk menuntut balas atas peristiwa berdarah itu?" "Bu liang siu hud peristiwa berdarah ini sudah dipeti es kan selama empat puluhan tahun lebih, tentu saja sekarang harus diselesaikan sebagaimana mestinya"

Tentu saja Han Siong Ki tidak akan mengerti apa sebabnya gurunya Mo-tiong ci-mo, membunuh cing siu toojin beserta ketiga puluh lima orang anggota perguruannya pada masa silam tapi pada saat ini tentu saja ia tak bersedia menerangkan dimanakah gurunya sebab masa hidupnya masih tinggal sepuluh hari bahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya telah diberikan padanya membuat kakek itu jadi loyo dan sama sekali tak bertenaga. 411 Pemuda itu merasa dia sebagai ahli warisnya sudah menjadi kewajiban untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diwariskan gurunya pada dia. Maka dengan suara lantang ia bertanya: "Jadi maksud tootiang bagaimana caranya hendak menyelesaikan persoalan ini?" "Apakah siau sicu dapat mengambil keputusan mengenai masalah tadi?" "Aku akan menyelesaikan semua tanggung jawab dengan segala kemampuan yang kumiliki" "Haaahh.... Haaahhh... haaahhh bocah cilik, engkau benarbenar tak tahu diri" seru Kui Goan cu sambil tettawa seram "lebih baik katakan saja dimana gurumu berdiam, pinto akan pergi mencari dirinya dan menyelesaikan sendiri persoalan ini dengan dirinya" "Maaf, aku tak dapat memenuhi keinginanmu" "Bocah keparat yang tak tahu tingginya langit tebalnya bumi, lebih baik tutup bacot anjingmu itu dan tak usah berlagak sok di tempat ini...." bentak Malaikat rakrasa Leng Beng-cu dengan penuh kegusaran. Sambil membentak keras ia maju kedepan, telapak tangannya yang lebar bagaikan kipas segera diayUn kedepan mencengkeram tubuh Han Siong Kie, serangan ini bUkan saja dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, bahkan disertai pula tenaga pukulan yang maha dahsyat. Dengan cekatan Han Siong Kle berkelit ke samping, tegurnya dengan suara ketus: "Aku anjurkan lebih baik persoalan ini diterangkan dahulu sampai selesai sebelum main kekerasan" Tatkala menyaksikan cengkeramannya mengenai sasaran yang kosong, malaikat raksasa Leng Beng cu semakin naik pitam, dengan gusar bentaknya : 412 "Tutup bacot anjingmu, tooya akan beri pelajaran lebih dahulU kepadamU sebelum pembicaraan diteruskan" sepasang telapak dilancarkan berbareng, segulUng hembusan angin pUyuh segera menggulUng kemUka bagaikan amukan ombak yang menghajar tepian pantai, kedahsyatannya benar2 sesuai dengan julukannya sebagai

malaikat raksasa. Diam2 Han Siong Kle terkesiap juga menghadapi serangan dahsyat itu, buru2 dia ayun telapak kanannya dan melancarkan satu pukulan dengan tenaga sebesar tujuh bagian. "Blaamm.. ditengah getaran keras yang menggelegar diangkasa, pasir dan batu beterbangan memenuhi di angkasa, malaikat raksasa mundur delapan langkah kebelakang dengan sempoyongan. Paras muka semua imam yang bordiri di tepi gelanggang sama2 berubah hebat, rasa bergidik timbul dalam hati mereka semua, mereka tak menyangka kalau sebuah pukulan lawan yang dilakukan dengan tangan sebelah berhasil memukul mundur Leng Beng cu yang tersohor akan kekuatan alamnya itu, peristiwa ini benar2 mengejutkan. Buru2 Kui Goan cu maju ke depan dan berkata dengan suara dalam: "Siau sicu, tenaga dalam yang engkau miliki benar2 luar biasa sekali, tapi peristiwa berdarah ini sudah sepantasnya kalau diselesaikan sendiri oleh gurumu.." Sementara itu Han Siong Kle telah mengambil keputusan dalam hatinya untuk menangani persoalan itu, dengan suara dingin menyeramkan ia segera menjawab: "Maaf, sudah kukatakan tadi bahwa persoalan ini tak bisa kupenuhi" Air muka Kui Goan cu berubah hebat, per-lahan2 ia mundur tiga langkah kebelakang. 413 Sekali lagi malaikat raksasa Leng Beng cu membentak keras kemudian bagaikan banteng terluka menerjang kedepan. Han Siong Kle berdiri tegak bagaikan sebuah bukit karang, sepasang telapaknya berputar satu lingkaran dengan suatu gerakan yang sangat aneh, kemudian melepaskan satu pukulan mendorong balik tubuh malaikat raksasa, inilah gerakan bertahan yang tercantum dalam ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, kesaktiannya luar biasa dengan perubahan yang sukar diikuti dengan kata2, meskipun hanya suatu gerakan yang sangat gampang namun tubuh lawan seketika terpental kebelakang. Dalam hati kecilnya kendatipun Leng Beng-cu merasa amat terperanjat, namun ia tak sudi menelan kekalahan tersebut dengan begitu saja, setelah mundur, ia maju kembali kedepan, telapaknya yang besar bagaikan raksasa dengan menciptakan bayangan telapak bagaikan bukit segera melepaskan pukulan balasan, kedahsyatannya sukar dilukiskan dengan kata2. Han Siong Kie memutar telapaknya dengan kencang, badannya tetap tegak bagaikan bukit Thay san, kendatipun Leng Beng cu telah melepaskan serangkaian pukulan yang

mematikan, namun tetap gagal untuk menembusi pertahanan lawan, ini mengakibatkan ia jadi penasaran dan membentak keras tiada hentinya. Lima orang imam yang berdiri dibelakang Kui Goan cu rupanya sudan kehabisan sabar, sambil membentak mereka segera terjunkan diripula kedalam gelanggang pertarungan. Dalam sekejap mata hawa pukulan menderu2, bayangan telapak berkelebat memenuhi angkasa bagaikan bukit. Enam sosok bayangan manusia saling melepaskan pukulan berantai secara kalap dan menggila, mereka berusaha merobohkan musuhnya secepat mungkin.. 414 Han Siong Kie sendiri makin bertempur ia merasa semakin mantap hatinya, dengan jurus pertahanan yang tercantum dalam angin pukulan Mo mo ciang hoat, kendatipun keempat orang imam tersebut berusaha melontarkan jurus serangannya dari sudut yang manapun, usaha mereka selalu mengalami kegagalan total. Kadangkala mereka berhasil menemukan titik kelemahan yang dalam pikiran mereka pasti akan menghasilkan suatu pukulan yang mantap. tetapi setelah pukulan dilontarkan ternyata dengan suatu gerakan yang sangat enteng dan seperti tak disengaja pukulan tersebut tertangkis kembali, hal ini membuat ketujuh orang jago lihay daripartai Khong-tong jadi kelabakan setengah mati. suatu ketika Han Siong Kie berseru lantang: "Totiang, ketahuilah bahwa kesabaran orang ada batas2nya, apakah engkau hendak paksa aku untuk melukai orang??" Serangan yang dilancarkan ketujuh orang imam itu semakin membabi buta, ibaratnya hujan badai mereka hamburkan semua pukulan yang rasanya dapat mendatangkan hasil untuk meneter dan mendesak lawan. Diam2 Kiu Goan cu mengerutkan dahinya, ia telah menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki ahli waris dari Mo tiang ci mo ini sudah berhasil mencapai kesempurnaan bagaikan gurunya, jika pertarungan itu dilanjutkan, maka akhirnya toh pihak merekalah yang akan mengalami kerugian besar, karena itu setelah termenung sebentar dia segera berseru: "Kalian semua segera mundur" Keringat sebesar kacang kedelai telah mengucur keluar membasahi seluruh tubuh tujuh orang imam itu. napas mereka tersengkal2 bagaikan kerbau, mendengar perintah itu dengan cepat mereka tarik kembali serangannya dan 415 mengundurkan diri kebelakang. Dengan paras muka amat serius Kui Goan cu maju beberapa langkah kedepan, ujarnya:

"Siau sicu apakah engkau tetap keras kepala dan tidak bersedia mengatakan tempat tinggal gurumu?" "Sudah beberapa kali toh kuterangkan, permintaan kalian itu tak mungkn bisa kupenuhi" "Kalau memang begitu, terpaksa pinto harus berbuat kasar kepada dirimu..." "Silahkan" Kiu Goan cu mengibaskan sepasang ujung bajunya, angin pukulan yang tajam bagaikan gunting segera menghantam tubuh Han Siong Kie. Ku Goan cu adalah pemimpin dari Khong-tong sam tiang lo, tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna bisa dapat dibayangkan kedahsyatannya serangan yang dilancarkan olehnya ini. Han Siong Kie scndiri diam2 merasa kagum juga melihat sikap imam tua yang tetap menjaga kesopanan kendatipun ia telah berhadapan muka dengan ahli waris musuh besarnya, Pemuda itu tak mau melukai orang sebelum mengetahui jelas duduk perkara yang sebenarnya. Ketika menyaksikan datangnya guntingan angin pukulan yang tajam dengan cekatan tubuhnya berkelebat delapan langkah kesamping guna meloloskan diri, serunya dengan suara dalam: "Tootiang, apakah engkau bersedia mendengarkan penjelasanku??" "Katakanlah " ujar Kui Goan cu sambil menarik kembali serangannya. 416 "Aku sama sekali tidak mengerti dengan duduk persoalan yang mendasari terjadinya peristtwa berdarah itu, sementara tootiang sendiripun tidak bersedia menerangkan, hal ini membuat urusannya jadi makin kabur dan membingungkan hati..." Malaikat raksasa Leng Beng cu yang berada disamping segera menyela dengan gusar: "Mo tiong ci mo membunuh manusia bagaikan membabat rumput, masih ada perkataan apa lagi yang harus diucapkan?" Dengan sorot mata berkilat Han Siong Kie segera berpaling kearah Leng Bengcu, katanya: "Jadi menurut maksudmu, apa yang harus dilakukan?" Leng Beng cu merasa amat terperanjat, ia ngeri sekali melihat sorot mata la wan yang begitu tajam, bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri Kui Goan cu segera maju kedepan dan balik bertanya: "Lalu apa pula maksud siau sicu? apa yang hendak kau lakukan untuk menyelesaikan persoalan ini?" "Dewasa ini aku masih ada urusan penting yang harus diselesaikan lebih dahulu, aku tak ada kesempatan untuk menemani kalian lebib jauh, sepuluh hari kemudian setelah berhasil mengetahui jelas duduk persoalan ini, setiap saat

kunantikan petunjuk dari kalian dalam dunia persilatan, cara bagaimana kalau tootiang yang menentukan waktu dan tempat untuk menyelesaikan persoalan ini?" Sebelum Kui Goan cu sempat menjawab Leng Beng cu berseru lebih dahulu. "Hmm engkau anggap bisa lolos dari sini dangan alasan begitu gampang??" Han Siong Kie mengejek sinis. "Kalau aku mau pergi siapa yang mampu menghalangi kepergianku?" "Cobalah untuk kabur dari sini" 417 Han Siong Kie tak lagi menunda waktu terlalu lama lagi, karena dia harus segera melaksanakan perintah gurunya untuk adu kekuatan dengan pemilik Benteng Maut.selain itu sebelum duduk perkara dibikin jelas ia tak tahu tindakan apa yang harus dilakukan olehnya, maka ujarnya kemudian dengan dingin, "Perkataanku sudah kuutarakan cukup jelas, setiap saat kunantikan petunjuk dari kalian maaf" Tubuhnya meluncur kedepan dengan gerakan tubuh cahaya kilat lintasan bayangan, didalam sekejap mata tubuhnya sudah berada sejauh sepuluh tombak dari tempat semula kemudian dalam beberapa enjotan tubuhnya telah lenyap diujung jalan. Tujuh orang jago lihay dari partai Khong tong itu hanya bisa berdiri saling berpandangan, mereka tahu bahwa gerakan tubuh pemuda itu terlalu cepat sehingga tak mungkin bagi mereka untuk menyusulnya. Dalam pada itu Han Siong Kie sendiri sambil melakukan perjalanan cepat otaknya berputar terus tiada hentinya. Ia berusaha menemukan alasan yang kuat untuk menerangkan apa sebabnya partai Khong tong beserta ketiga puluh lima orang muridnya dibunuh habis oleh gurunya dimasa silam??. Ditinjau dari pembicaraan tersebut, sedikit banyak pemuda itu dapat merasa bahwa gurunya gemar sekali membunuh manusia atau dengan perkata an lain musuh besarnya tersebar luas di seluruh kolong langit. Sekarang asal usulnya telah diketahui orang, berarti pula setiap langkahnya kemungkinan besar mengundang banyak kesulitan bagi dirinya. Tiga hari kemudian tatkala fajar baru menyingsing ia telah berada kurang lebih seratus li dari benteng maut ditepi pantai, 418 dibalik pepohonan bambu berdirilah sebuah bangunan mungil, tanpa terasa Han Siong Kie menghentikan langkahnya disitulah letak pesanggrahan Teng to siau cu tempat tinggal Go siau Bi, ia tak akan melupakan tempat itu, sebab ketika

tubuhnya dihajar oleh pemilik benteng maut hingga tercebur kedalam sungai ditempat itulah jiwanya tertolong. Dengan sedih pemuda itu memandang pesanggrahan Teng to siau cu, kenangan lama terlintas lagi dalam benaknya. Tiba2 jeritan ngeri berkumandang datang dari arah pesanggrahan Teng to siau cu diikuti jilatan api membubung tinggi ke angkasa -000d0w000BAB 24 HAN SIONG KIE berhenti sebentar kemudian dengan satu loncatan lebar ia meluncur kearah pesanggrahan Teng to siau cu. Dibawah jilatan api terlihatlah beberapa bayangan manusia berkelebat lewat, dari dalam pesanggrahan itu menuju keluar. Han Siong Kie segera meluncur kemuka sambil membentak keras: "semuanya berhenti?" Beberapa sosok bayangan manusia itu segera menghentikan gerakan tubuh mereka, orang yang berjalan dipaling depan adalah seorang pria setengah baya yang berwajah bersih dibelakangnya mengikuti delapan orang pria baju hitam. Tatkala kesembilan orang itu menyaksikan orang yang menghadang jalan pergi mereka adalah seorang pemuda berwajah penyakitan, suara tertawa dingin berkumandang tiada hentinya. Pria setengah baya itu dengan nada yang sinis segera menegur: "Keparat cilik, apa maksudmu menghadang jalan perginya kami?." 419 sambil menuding kearah pesanggrahan Teng to siau cu yang sedang dimakan api Han Siong Kie menegur: "Apakah kalian yang membunuh orang dan melepaskan api untuk membakar pesanggrahan tersebut?" "Sedikitpun tidak salah engkau mau apa?" Napsu membunuh terlintas diatas wajah Han Siong Kie, katanya kembali. "Aku ingin tahu apa alasannya sehingga kalian melakukan pembunuhan dan pembakaran rumah itu?" setelah tertawa seram tiada hentinya pria setengah baya itu menjawab dengan nada menghina: "Bocah keparat, rupanya engkau sengaja mencari gara2 dengan kami, tahukah engkau siapakah toayamu" "Sebutkan siapa nama mu?" "Heehh... heeehhh... heeehhh keparat aku hendak menerangkan lebih dahulu setelah toaya menyebutkan namanya itu berarti saat kematian bagimu sudah tiba, kami berasal dari perkumpulan Thian che kau" "Apa? perkumpulan Thian che kau??" "Sedikitpun tidak salah, engkau takut?" Han Siong Kie terbayang kembali pemandangan sewaktu ia hampir menemui ajalnya ditangan orang perkumpulan Thian

che-kau, napsu membunuh yang amat tebal segera berkelebat diatas wajahnya, dengan suara menyeramkan ia berkata: "Engkau tak usah menyebutkan namamu lagi, sebab dengan dasar kaki tangan perkumpulan Thian che- kau sudah lebih dari cukup bagiku untuk melimpahkan sesuatu kepada kalian" "Melimpahkan apa?" 420 "Kematian" "Haahh..haahhhahh.. keparat cilik, benar engkau pentang bacot bicara yang bukan2, ketahuilah justru karena ucapanmu yang tidak keruan, kematian akan tiba lebiih cepat atas dirimu" " Perlahan2 Han Siong Kie maju tiga langkah kedepan, sepatah demi sepatah ujarnya dengan dingin: "Membunuh orang membakar rumah, tujuannya untuk membabat rumput seakar2nya, sayang orang yang kalian cari tak berada di sini, bukankah begitu???" Paras muka pria berusia pertengahan itu berubah sangat hebat. "Keparat cilik, apa hubunganmu dengan budak sialan dari perkumpulan pat gi pang tersebut??" tegurnya. "Hmm tentang soal ini lebih baik engkau tak usah tahu" Delapan orang pria baju hitam itu mendengus dingin, salah satu dlantaranya dengan gusar berkata: "Hiangcu, lebih baik kita musnahkan saja bangoat ini, buat apa kita banyak bicara lagi ...." Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran kilat Han Siong Kie menyapu sekejap kearah pria baju hitam iltu, membuat pria tersebutjadi bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri, sebelum ucapan nya diutarakan hingga selesai, ia telah menelan kembali katanya. Pria setengah baya yang dipanggil sebagai Hiang cu itu mendengus dingin, nafsu membunuh yang amat tebal menyelimuti seluruh wajah nya, dengan nada seram ia berseru. "Bajingan cilik, dengarkanlah baik2, toa-yamu adalah Hiang cu bagian urusan luar dari perkumpulan Thian che kau yang disebut Lauseng dengan begitu setelah mampus engkau tak 421 akan jadi setan kebingungan" Han Siong Ki mendesis penuh penghinaan: "Huuh bagus sekali Lau Seng engkaupun harus ingat baik2 namaku orang menyebut diriku sebagai malaikat penyakitan" "Apa? malaikat penyakitan? " "Sedikitpun tidak salah" Tiba2 dari balik hutan bambu tidak jauh dari gelanggang berkumandang datang suara seruan yang amat merdu.

"Lao hiangcu, kalian cepat mengundurkan diri dari situ dia.. dia adalah..." Sembilan orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau itu nampak terperangah dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Han Siong Ki melirik sekejap kearah hutan bambu itu, kemudian sambil berpaling kearah Lau Seng ujarnya. "Lao hiangcu, aku melihat kamu bersembilan lebih baik bereskan nyawa kalian sendiri daripada aku musti repot2" "Lao hiangcu," suara merdu tadi kembali berkumandang datang: "dia adalah ahli waris dari Mo tiong ci mo iblis diantara iblis" Begitu mendengar akan sebutan Mo tiong ci- mo paras muka sembilam orang yang ada dalam gelanggang berubah hebat, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh badan, Mereka tak menyangka kalau pemuda ingusan yang menyebut diri bernama malaikat penyakitan itu ternyata bukan lain adalah ahli waris dari Mo-tiong ci mo seorang tokoh sakti yang angkat nama ber-sama2 pemilik benteng maut. Bersama dengan berakhirnya suara peringatan tadi tampaklah sesosok bayangan tubuh manusia yang berbadan ramping melarikan diri dari balik hutam bambu. 422 Sembilan orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau itu saling bertukar pandangan sekejap sebelum sempat kabur, Han siong Ki mendengus dingin dan berseru: "Lao seng engkau saja yang musti mampus lebih dahulu" Telapak tangan terayun, segulung desiran angin tajam laksana kilat meluncur kedepan. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat lewat dalam benak Lau seng, dadanya sudah berlubang dan selembar jiwanya melayang tinggal kan raga kasarnya. Delapan orang pria baju kitam lainnya jadi ketakutan setengah mati, mereka rasakan sukma serasa melayang tinggalkan raganya, tanpa banyak bicara orang2 itu putar badan dan kabur ter birit2. Napsu membunuh telah membakar hati Han Siong Kie, tentu saja ia tak akan membiarkan musuh2nya melarikan diri dengan begitu saja, badannya meluncur kedepan dan laksana kilat berputar membentuk setengah lingkaran busur. Delapan orang pria baju hitam itu merasakan pandangan matanya jadi kabur dan tahu2 segulung deruan angin pukulan yang maha dahsyat menghantam datang, memaksa tubuh mereka tergulung kembali ketempat semula. "Disinilah mayat2 kalian akan dikuburkan" serentetan suara teguran yang dingin bagaikan es bergema diangkasa. Meyusul ucapan tersebut, gulungan angin puyuh yang

maha dahsyat bagaikan ambruknya sebuah bukit segera menindih tubuh kedelapan orang pria baju hitam itu. Jeritan2 ngeri yang mendirikan bulu roma bergema saling susul menyusul, darah segar berhamburan membasahi seluruh lantai, delapan sosok mayat roboh bergelimpangan diatas tanah. 423 Han Siong Kie menghembus kan napas lega, sorot mata nya dialihkan kearah pesanggrahan Tang to siau cu, meskipun api telah padam namun bangunan tersebut sudah tinggal puing yang berserakan, ia segera menghela napas panjang dan berpikir: "Kecepatan gerak tubuh Go siau Bi jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan kecepatan gerakku, mungkin ia masih belum kembali kesini.." Setelah berdiri termangu beberapa saat, akhirnya dia gantung kesembilan sosok mayat itu diatas bambu, kemudian dengan darah ia menulis beberapa huruf diatas sebuah batu besar, tulisan itu berbunyi demikian: "Membunuh orang melepaskan api adalah perbuatan dosa yang tak dapat diampuni, kaki tangan Thian chee kau sampai habis. Tertanda: malaikat penyakitan" Tujuannya meninggalkan tulisan itu adalah berharap andaikata Go siau Bi telah kembali kesitu, maka ia dapat membaca peringatan yang ditinggalkan kepadanya itu sehingga kewaspadaannya dipertingkatkan dan tidak sampai terjatuh ketangan orang2 perkumpulan Thian che kau. Sejak Go siau Bi gagal membalas dendam diwilayah Lian huan tau dan nyaris dibunuh kalau bukan tertolong oleh orang yang ada maksud" tentu saja orang2 dari perkumpulan Thian che kau tak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja. Han Siong Kie menyapu sekejap seluruh gelanggang, sebelum ia tinggalkan tempat itu, mendadak anak muda itu menemukan sesosok bayangan manusia muncul pada jarak kurang lebih delapan depa dibelakang tubuhnya, ia sangat terperanjat dan secepat kilat ia putar tubuh kearah belakang. Kurang lebih satu tombak dihadapannya berdirilah seorang sastrawan berusia setengah baya yang mengenakan jubah berwarna abu2. 424 orang itu bisa mendekati tubuhnya hingga jarak satu tombak tanpa diketahui jejaknya, dari sini bisa diketahui betapa dahsyat dan sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu. "Siapakah engkau??" tegur Han Siong Kie dengan perasaan hati amat terperanjat. Bukannya menjawab, sastrawan berusia setengah baya itu malahan balik bertanya: "Apakah engkau adalah malaikat penyakitan yang belum

lama munculkan diri didalam dunia persilatan??" "Sedikitpun tak salah " "Benarkah engkau ahli waris dari Mo-tiong ci mo iblis diantara iblis??" "Saudara ada urus an apa menanyakan soal ini??" "Sejak kapan Mo tiong ci-mo menerima engkau sebagai ahli waris nya??" "Apakah engkau tak merasa bahwa pertanyaan yang kau ajukan itu keterlaluan??" "Ehmm guru harimau murid pasti harimau, watak keras kepalamu tak jauh berbeda dengan watak gurumu, apakah ia berada dalam keadaan baik2??" Han Siong Kie tak segera menjawab, diam-diam pikirnya didalam hati: "Guruku sudah empat puluh tahun lama nya mengasingkan diri didalam gua bawah tanah dan tersohor pada lima puluh tahun berselang, sedangkan engkau sipelajar rudin paling2 baru berusia empat puluh tahunan, huuh.. buat apa pura2 berlagak kenal? sungguh suatu lelucon yang menggelikan sekali." Dengan suara dingin ia segera bertanya: "Apakah engkau kenal dengan guruku?" "Haahh... haahh..haahh. sedikit banyak kami masih mempunyai sedikit hubungan" sahut sastrawin setengah baya 425 itu sambil tertawa ter-bahak2. "Tolong tanya tahun ini engkau telah berusia berapa tahun?" "Ooooh tentang soal itu lebih baik tak usah kau tanya kan, gurumu akan memberitahukan sendiri kepadamu" Han Siong Kie segera tertawa dingin. "Saudara, apakah engkau masih ada perkataan lain ang hendak diutarakan keluar? maaf aku takpunya waktu senggang" "Waktu seng gang? haahh..haahh..haah... bocah, engkau dapat bercakap cakap dengan aku, itu berarti bahwa engkau punya rejeki yang amat besar" "Siapakah sebenarnya dirimu??" "Engkau tak akan tahu siapakah diriku sebab pengalamanmu masih terlalu cetek eeei .. sampai dimanakah kesempurnaanmu mempelajari ilmu telapak Mo mo ciang hoat." Diam2 Han Siong Kie merasa keheranan, mungkinkah sastrawan setengah baya itu punya hubungan dengan gurunya dimasa lampau? tapi hal ini rasanya tak mungkin bisa terjadi, kalau ditinjau dari wajah nya maka paling tinggi ia berumur empat puluh tahunan, sewaktu gurunya mengasingkan diri mungkin ia baru dilahirkan dikolong langit, jangan2 orang ini sedang mempermainkan dirinya??" Dengan nada gusar bercampur mendongkol sianak muda itu berseru kembali: "Sebenarnya apakah tujuanmu yang sebenarnya??"

"Jawab dulu pertanyaan2 yang kuajukan dengan sejujurnya ...." "Jika aku menolak untuk memberijawaban, engkau mau apa??" 426 "Gurumu sendiri tidak akan berani bicara selancang dan sekasar itu, berani benar engkau bersikap kurang ajar kepadaku" Hawa amarah berkobar dalam benak Han Siong Kie, dengan suara ketus ia berseru kembali: "Oooh... jadi engkau memang ada maksud untuk menghina dan mempermainkan guruku?" "Tak dapat dikatakan menghina" "Kalau begitu selamat tinggal" Pemuda itu enjotkan badannya dan melayang sejauh sepuluh tombak dari tempat semula, mendadak pandangan matanya jadi kabur dan sastrawan berusia pertengahan itu sudah berdiri kurang lebih satu tombak dihadapan muka nya. Han Siong Kie jadi terkejut bercamput terkesiap. ia mulai menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki pihak lawan jauh lebih tinggi dari kepandaian sendiri. Kendatipun begitu, sebagai seorang pemuda yang berwatak angkuh dan tinggi hati, sekalipun hati merasa kaget akan tetapi di luaran ia tetap bersikap angkuh. "Hmm saudara, sebenarnya apa maksudmu?" tegurnya sambil mendengus dingin. "Aku ingin berbicara tentang sesuatu dengan dirimu" "Maaf, aku tak punya waktu senggang" "Sekalipun engkau tak punya waktu senggang, pembicaraan tetap harus dilangsungkan, jika aku tidak mengijinkan engkau pergi maka sekalipun engkau bisa terbang juga tak akan dapat lolos dari sini" Hawa amarah berkobar makin memuncak dalam benak Han Siong Kie, bentaknya keras2 "Aku tak sudi mendengarkan peringatanmu." sekali lagi dia enjotkan badandan meluncur kedepan. 427 Tapi baru saja tubuhnya mencapai setengah jalan, se-akan tubuhnya menumbuk diatas sebuah dinding baja, yang tak berwujud, badannya terpental kembali keatas tanah. "Aku toh sudah bilang bahwa engkau tak nanti bisa lolos dari sini, bagaimana??" ejek sastrawan setengah baya itu. Han Siong Kie merasa makin terperanjat, kobaran api amarah yang berkecamuk dalam benaknya sukar dikendalikan lagi, sepasang telapaknya diayun kedepan dan secara beruntun dia lepaskan sembilan jurus pukulan berantai. setiap jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus2 pukulan aneh yang maha sakti dan maha dahsyat, mungkin

dikolong langit dewasa ini jarang ada orang yang mampu menghadapi serangan berantai itu. Si sastrawan setengah baya itu silangkan telapaknya dan dengan suatu gerakan yang sangat enteng dia punahkan ke sembilan jurus pukulan berantai yang maha dahsyat itu dengan nada tercengang serunya: "Hey bocah, jurus serangan yang kau gunakan bukan saja mirip dengan ilmu pukulan Mo mo ciang hoat bahkan lebih mirip dengan langkah kura2 dari Leng ku siangjin" Han song Kie tersentak kaget dan mundur tiga langkah kebelakang dengan hati terkesiap. seratus tahun berselang Leng ku siangjin telah mati ditengah hutan belantara bahkan jenasah nya dialah yang menguburkan ketanah, dari mana sastrawan setengah baya itu bisa mengenali semua gerakan pukulanny a dengan begitu jelas? "Akan kucoba lagi, apakab dia benar2 lihay atau tidak..." pikir pemuda itu dalam hati. Tanpa mengucapkan sepatah katapun telapaknya berputar melancarkan kembali serangan serangan dahsyat. 428 dengan gerakan yang cepat bagaikan sukma gentayangan sastrawan setengah baya itu menyingkir kesamping kemudian katanya: "Hei bocah sungguh tak nyana engkau telah mewarisi segenap kepandaian silat yang dia miliki, jurus Mo hwee liau coan atau api setan membakar ladang yang kau gunakan saat ini sedikitpun tak ada bedanya dengan jurus serangan yang dilakukan oleh Mo tiong ci mo sendiri dimasa lampau tapi secara bagaimana pula engkau bisa memperoleh warisan ilmu silat dari Leng ku sangjin?" Han Siong Kie benar2 merasa amat terperanjat, ia tak dapat menduga asal usul dari sastrawan setengah baya yang berada dihadapannya, untuk beberapa saat ia cuma bisa berdiri dengan mata terbelalak dan mulut membungkam. Lama sekali ia baru berkata. "Bolehkah aku mengetahui namamu?" "Haaahhh haahhh haaahhh sudah puluhan tahun lamanya aku tak pernah menggunakan namaku lagi, baiklah kuberitahukan kepadamu, aku bernama Put lo sianseng (tuan awet muda)" "Tuan awet muda?" "Tidak salah, apakah gurumu tidak pernah mengungkap soal ini?" Diam2 Han Siong Kie mengulangi kembali nama "Put li sianseng" itu sampai beberapa kali, berapa puluh tahun tak pernah menggunakan namanya lagi? bukankah itu berarti bahwa ia sudah berusia amat lanjut namun memiliki wajah yang awet muda. "oooh jadi aku harus panggil locianpwce kepadamu?" serunya tanpa terasa.

"Hh mm panggilan itu boleh juga" "Bolehkah aku tahu tahun ini locianpwee berusia berapa?" "Aku? Hoohh hoohh hoohh seratus lima tahun" 429 "Berapa? seratus lima tahun" "Sedikitpun tidak salah" -00d000w00Jilid 12 TAK kuasa lagi Han Siong Kie menghembuskan napas dingin, berita ini benar2 sukar dipercaya olehnya. Seorang sastrawan setengah baya yang sekilas pandangan belum mencapai empat puluh tahun, ternyata adalah seorang jago persilatan yang telah berusia seratus tahun lebih. Dengan serta merta timbul perasaan kagUm dan menghormat dalam hati kecil pemuda itu, tanpa sadar secara terus terang ia ceriterakan bagaimana dia sudah mendapatkan warisan ilmu silat diri Leng ku siangjin kemudian bagaimana berjumpa dengan Mo tiong ci mo yang telah wariskan tenaga dan kepandaian silatnya kepadanya. Selesai mendengar kisah tersebut, Put to sianseng atau tuan awet muda menghela napas panjang, katanya: "Aaai yaa memang kawan2 lamaku di masa lampau sebagian besar telah reyot dimakan usia aku yang tidak mati2pun sudah ingin cepat2 tinggalkan dunia ini Eaei bocah engkau memang amat hok ki secara beruntun telah mewarisi ilmu silat dari beberapa orang jago2 lihay dunia persilatan masa depanmu benar2 amat cemerlang! Han Siong Kie ter-sipu2 ia cuma bisa mengucapkan kata2 merendah untuk memberi tanggapan. Beberapa waktu kemudian terdengar Put-lo sianseng menegur: 430 Eei bocah apakah engkau tidak menyesal mengangkat Mo tiong ci mo sebagai gurumu? "Menyesal? kenapa aku musti menyesal?" "Engkau toh tahu musuh bebuyutan terdapat di mana2 seantero jagad?" "Setelah aku bersedia menerima pelajaran yang diwariskan beliau kepadaku sudah sepantasnya kalau aku bertanggung jawab atas semua perbuatannya yang dilakukan tempo dulu sudah menjadi kewajibanku untuk menanggulangi semua resiko yang ada kenapa musti aku menyesal?" Bagus, anak muda! engkau memang bersemangat..! Ada suatu persoalan hingga kini aku kurang tahu, apa aku boleh bertanya kepada locianpwee?" Coba katakan dulu apa yang ingin kau tanyakan? Sewaktu guruku sering kali melakukan pembunuhan dalam dunia persilatan tempo hari apakah ia selalu membedakan

mana yang lurus dan mana yang sesat? Put-lo sianseng termenung dan berpikir sebentar, kemudian menjawab : Ditinjau dari beberapa kejadian yang kuketahui, pihak korban memang sangat beralasan untuk dibunuh. tapi mecgenai soal selanjutnya aku kurang begitu tahu, sebab korban yang mati ditangannya banyak tak terhitung jumlahnya, mereka terdiri dari pibak kaum lurus maupun kaum sesat, kalau tidak kejam tak mungkin orang persilatan memberi julukan iblis diantara iblis kepadanxa.. tapi . masa ia tidak mengatakan sesuatu kepadamu? Han Sioog Kie menggeleng. "Sama sekali tidak..! 431 "Ooh yaa, engkau toh baru tiga hari mengingat hubungan guru dan murid dengan dia kenapa.." Sekarang aku sedang melaksanakan sebuah perintah dari guruku, dan tugas itu harus diselesaikan dalam waktu sepuluh hari!" "Kenapa harus diselesaikan dalam sepuluh hari? Sebab guruku dia orang tua hanya mempunyai waktu selama sepuluh hari untuk hidup di kolong langit!" Kerapa? tanya Put-lo sianseng dengan muka berubah hebat. Ketika sedang melatih suatu jsnis ilmu silat, beliau mengalami musibah yakni jalan api menuju neraka yang mengakibatkan kedua belah kakinya lumpuh, setelah itu beliau pun wariskan segenap tenaga dalamnya kepadaku, maka.." Bicara sampai disini, ia menghela napas dan membungkam. Put-lo sianseng pun menghela napas sedih. "Aku ingin bertemu muka untuk terakhir kalinya dengan gurumu, sekarang ini berada dimana? katanya. Sebenarnya Han Siong Kie hendak menjawab, tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya : Aku tak boleh bicara, aku masih belum tahu Put-lo sianseng adalah seorang yang dapat dipercaya atau tidak, andaikata ucapannya hanya merupakan suatu jebakan bukankah berabe? keadaan suhu pada saat ini sudah cacad, lemah dan keadaannya tak jauh berbeda dengan msnusia biasa aku harus bersikap lebih ber-hati2," Berpikir sampai disini diapun lantas ber kata: "Bagaimana kalau kuhantar engkau sehabis kulaksanakan tugasku? tempat itu sukar ditemukan! 432 "Oooh! engkau kuatirkan keselamatan gurumu, engkau tak percaya dengan kepribadianku? Haahh.. haahh.. haahh.. untuk mewujudkan rasa baktimu aku ingin turuti keinginanmu, tugas apa sih yang hendak kau lakukan?

"Mencari pemilik benteng maut dan adu kepandaian dengan dirinya untuk memenuhi cita2nya ini guruku telah mengasingkan diri dan berlatih tekun selama empat puluh tahun lamanya!" "Apa? engkau hendak adu kepandaian dengan mahluk aneh itu? gila.. sudah kau pikir masak2 tindakanmu itu? "Apa? mahluk aneh kau maksudkan?" seru Han Siong Kie dengan psrasaan agak tergerak. "Benar dia adalah mahluk aneh dikolong langit" "Kenapa tidak disebut saja iblis keji nomor satu dikolong langit?" sela sang pemuda Put to sianseng menggeleng. "Dia cuma tabiatnya dalam kenyataan sama sekali tidak keji" "Tindak tanduk tengkorak maut membawa dunia persilatan mendekati jurang kehancuran, setiap orang diliputi perasaan ngeri dan takut se akan2 menghadapi hari kiamat, darah membanjiri permukaan bumi mayat bergelimpangan di mana2, apakah perbuatan ini tidak termasuk perbuatan seorang iblis keji?" "Apa? tengkorak maut??" "Benar lambang tunggal dari pemilik benteng maut" "Sudah puluhan tahun lamanya aku tak pernah muncul dalam dunia persilatan, kali inipun baru beberapa hari turun gunung karena itu banyak persoalan yang tidak kuketahui benarkah telah terjadi peristiwa berdarah seperti itu?" "Betul? setiap orang persilatan tentu akan berubah muka jika membicarakan persoalan tentang tengkorak maut" 433 "Jadi makhluk aneh itu berani menggunakan tengkorak maut sebagai lambangnya untuk melakukan pembantaian secara menggila? " "Benar dan beberapa waktu belakangan ini ia telah dua kali munculkan diri??" "Tentang persoalan ini aku pasti akan lakukan penyelidikan duduknya perkara jadi jelas Nah sekarang marilah kita bicara pada pokok pembicaraan semula, apa hubunganmu dengan pemilik dari pesanggrahan Tong to siau cu ini?" Han Siong Kie tidak langsung menjawab, ia termenung dan berpikir sebentar kemudian diambilnya keputusan untuk tidak menjawab sejujurnya ia menjawab. "Seorang sahabat karibku yang bernama Han Siong Kie pernah menerima budi pertolongan dari Go siau Bi pemilik pesanggrahan ini, karena sahabatku telah meninggal maka aku mewakili sahabatku itu untuk membalas budi kebaikan ini" "Ehmmm rasa setia kawanmu patut dipuji, tapi tahukah engkau apa sebabnya pihak perkumpulan Thian che kau berusaha membinasakan Go Yu Toe ketua dari perkumpulan Pat gi pang" "Aku dengar katanya peristiwa berdarah itu berlangsung

karena Go Yu Toe tak sudi menghadiri upacara ulang tahun dari ketua perkumpulan Thian cbe-kau?" "Keliru, itu cuma alasan mereka yang sengaja di buat2" sahut Put to sianseng dengan cepat. Han Siong Kie terperangah mendengar jawaban tersebut. "Lalu apa sebabnya yang utama?" ia bertanya. Put to sianseng menghela napas panjang lalu dengan suara berat ia bertanya: "Peristiwa itu terjadi karena sebuah benda mustika dunia persilatan-.." 434 "Benda mustika dunia persilatan ? benda mustika apakah itu? aku kok belum pernah mendengar?? " "Aaaai... benda mustika itu adalah sejilid kitab pusaka ilmu silat yang dinamakan Thian tok pit liok. "ooooh... kitab pusaka Thian tok pit liok" ulang Han Siong Kie dengan perasaan kaget bercampur tercengang. "Benar, engkau pernah dengar nama kitab itu??" Han Siong Kie mengangguk. "Sebenarnya apa saja isi kitab pusaka itu? apakab loocianpwee mengerti???" "Selain ilmu silat yang maha sakti, terdapat pula ilmu menyaru muka yang amat sempurna" "Ooooh kalau toh ketua perkumpulan pat gi-pang memiliki kitab pusaka selihay itu, bukankah ilmu silat yang dimilikinya sudah mencapai puncak kesempurnaan? kenapa ia bisa dibunuh oleh seorang tongcu dari perkumpulan Thian chekau? bukankah kejadian ini aneh sekali?" "Yaa kalau kalau kitab pusaka itu benar2 dimiliki olehnya tentu saja urusan akan beres, apa lacur kitab itu justru tak pernah dimiliki olehnya" "Lalu berdasarkan alasan apa ketua perkumpulan Thian che kau hendak merampas benda mustika itu dari tangannya? "Kakeknya pernah memiliki kitab pusaka itu hanya saja kitab itu tak pernah diwariskan kepada keturunannya atau dengan perkataan lain ketua perkumpulan Thian che kau telah salah taksir" Makin mendengar kisah itu Han Siong Kie merasa semakin keheranan- bukankah Put to sianseng sudah puluhan tahun lamanya tak pernah muncul dalam dunia persilatan, darimana dia bisa tahu seluk beluk duduknya persoalan ini sehingga 435 demikian jelasnya? Karena rasa ingin tahu dan keheranan dia pun bertanya: "Locianpwee, darimana engkau bisa tahu duduknya persoalan ini hingga begitu jelas?" Put lo sianseng tertawa tawa. "Kalau dibicarakan mungkin malah membingungkan

hatimu, anggap saja kejadian ini hanya suatu kebetulan saja" Han Siong Kie membungkam setelah orang lain tak mau bicara, tentu saja diapun tak dapat bertanya lebih jauh, sambil memberi hormat segera ujarnya: "Locianpwee, kalau engkau tak ada urusan lagi, aku hendak mohon diri lebih dahulu" "Jadi engkau tetap akan akan berangkat kebenteng maut?" "Benar, sampai ini hari masih tinggal waktu selama delapan hari saja, aku harus segera menyelesaikan tugasku dan kembali untuk memberi kabar kepada guruku" "Baik, kalau begitu berangkatlah lebih dahulu memang sayang pesanggrahan Teng too siau cu terbakar oleh karena kedatanganku yang agak terlambat, tapi aku merasa amat berterima kasih kepadamu karena engkau telah mewakili aku untuk menyingkirkan badut-badut dan manusia kurcaci itu dari muka bumi... sebelum engkau berangkat kebenteng maut, aku harap engkau bersedia mendengarkan nasehatku" "Harap loocianpwee memberi nasehat" "Lebih baik temuilah pemilik benteng maut dengan wajah aslimu dari pada terjadi hal2 yang tak diinginkan, makhluk aneh itu benar2 seorang manusia yang sangat aneh sekali. "Muka asli...." dengan hati terkesiap Han Siong Kie mundur dua langkah kebelakang. "Benar, lepaskan topeng kulit manusia yang kau kenakan itu dan berangkatlah dengan muka aslimu" 436 Sekujur badan Han Siong Kie bergetar keras karena terperanjat, ia tak mengira kalau Put lo sianseng bisa mengetahui jika ia mengenakan topeng kulit manusia untuk menutupi wajah aslinya, ketajaman mata semacam ini benar2 mengerikan sekali sebab dia yang sudah bergaul selama beberapa hari dengan Mo tiong ci mo pun bisa mengelabuhi mata gurunya, tak nyana jago tua tersebut bisa menebak jitu dalam sekali pandangan-Tanpa sadar dengan perasaan tak puas ia menegur: "Locianpwee, ketajaman matamu memang luar biasa mengagumkan, tapi bagaimana caranya engkau mengetahui .." "Gampang sekali untuk mengetahui penyamaranmu itu, dari nada ucapanmu aku bisa tahu kalau engkau memang adalah seorang manusia yang angkuh dan ingin menang sendiri tapi wajahmu kaku dan sama sekali tak berperasaan se-akan2 orang gobiok, padahal biji matamu jeli dan lincah, dari situlah aku lantas ambil kesimpulan kalau engkau mengenakan topeng untuk menutupi wajah aslimu." "Cianpwee memang lihay, aku merasa amat kagum " akhirnya pemuda itu mengakui kelihayan lawan. Setelah memberi hormat berangkatlah pemuda itu meneruskan perjalanan. Dua jam kemudian Benteng Maut yang penuh rahasia,

seram dan mengerikan itu sudah nampak dari kejauhan. -000d0w000BAB 25 GULUNGAN ombak sungai kejar mengejar dan memecah ditepian batu karang yang berserakan disana sini. 437 Diatas Seluruh tebing batu karang yang kokoh, bertenggerlah Sebuah bangunan kuno yang antik, kokoh dan diliputi kegelapan, itulah Benteng Maut yang disegani dan ditakuti Setiap umat persilatan. Dengan darah mendidih dan rasa dendam yang ber-kobar2 Han Siong Kie berdiri di tepi sungai memandang bangunan megah di hadapannya tanpa berkedip. pemilik benteng itu bukan lain adalah musuh besar yang telah membantai seluruh anggota keluarganya dan ini hari ia dengan kedudukan sebagai ahli waris dari Mo tiong Ci mo datang untuk mengadakan adu kepandaianIa telah berjanji kepada gurunya untuk tidak membalas dendam dengan kepandaian sakti ajarannya, karena itu terhadap masalah balas dendam ia masih mempunyai pandangan yang samar .... Sekarang ia sedang mempertimbangkan satu masalah, haruskah ia jumpai pemilik benteng maut dengan wajah asli atau wajah samaran?? Tidak akhirnya sianak muda itu mengambil keputusan, ia bertekad untuk masuk ke dalam benteng dengan wajahnya sebagai malaikat penyakitan, ia akan muncul dengan wajah aslinya jika hendak membalas dendam nanti. orang yang kehilangan sukma pernah menganjurkan kepadanya agar menyambangi benteng maut dan menceritakan asal usulnya, tapi kenapa?? sampai sekarang ia tak dapat menjawab pertanyaan itu, dan barusan put to sianseng pun menganjurkan kepadanya agar berkunjung kebenteng itu dengan wajah aslinya, lalu kenapa ?? soal inipun ia tak dapat menjawab. Tapi.. ia telah ambil keputusan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan gurunya dengan muka yang palsu. 438 Apakah ilmu jari Tong kim ci dapat menundukkan ilmu kebal kim koan sin kang yang dimiliki lawan? hingga kini ia tak berani meramaikan, dan apakah ilmu pukulan Mo mo ciang hoat dapat mengalahkan jurus serangan lawan, ia sendiripun tak tahu. Pemuda itu berpikir, andaikata ia tak mampu mengalahkan pihak lawan, bagaimana caranya untuk memberi jawaban dihadapan gurunya? Mo tiong ci-mo sudah empat puluh tahun lamanya mengasingkan diri untuk melatih diri, jika ia kalah mampukah

orang tua itu menahan rasa sesal serta pukulan batin yang sangat hebat itu? Tidak. kekalahannya hanya bisa dikatakan sekali, keputusasaan bagi gurunya, sebab rasanya mempunyai kesempatan hidup selama sepuluh hari saja, dia akan mati dengan hati menyesal dan kecewa.. Berpikir sampai disitu, pemuda tersebut segera mengepos tenaga, rasa ingin menang dan harus menang timbul dalam benaknya, ia berusaha menguasahi golakan batinnya yang ber kobar2.. seperminum teh kemudian, per-lahan2 ia baru melangkah keatas jembatan batu, ketika tiba didepan pintu gerbang, rasa dendam, harapan dan ingin menang berkecamuk makin keras, dan kali ini bertambah pula dengan rasa ngeri seram yang amat tebal. Put-lo sianseng selalu menyebut pemilik benteng maut bagai makhluk aneh, makhluk aneh macam apakah dia? Tengkorak maut berwarna merah darah yang tergantung menyeringai diatas pintu gerbang membuat darah panas Han Siong Kie kembali mendidih, ia teringat kembali dengan lambang tengkorak maut yang ditinggaikan diatas dinding perkampungan Han oleh sang pembunuh selesai melakukan pembantaian. 439 Lambang itu menandakan kekejaman kesadisan, darah yang mengalir mayat yang bertumpuk serta pembantaian brutal.. Tiba2 satu ingatan lagi berkelebat dalam benaknya, ia teringat kembali dengan janjinya bersama malaikat dingin Mo siu Ing, jika ia berhasil menemukan kabar berita tentang malaikat panas Kosu Ki maka dia akan menangkan seluruh kitab pusaka tangan Buddha dan dapat melatih ilmu si mi sinkang yang maha sakti itu kemudian membalas dendam dan menghancurkan benteng maut. Begitu kesengsem dengan lamunannya, hampir saja Han Siong Kie lupa kalau ia sedang berada ditempat bahaya. Dalam pada itu dari atas daratan ditepi sungai dari tempat yang tersembunyi muncullah berpuluh2 pasang mata yang mengawasi setiap gerak gerik dari Han Siong Kie dengan pandangan tak berkedip. sorot mata mereka memancarkan sinar kaget, heran, tercengang dan dendam.. Nun jauh dari bukit karang itu terdapat pula sepasang mata yang sedang mengintai gerak geriknya, hanya saja sorot mata orang itu penuh mengandung rasa kuatir dan penuh perhatianTentu saja Han Siong Kie tidak merasakan kesemuanya itu, ia tak sadar kalau gerak geriknya dibawah pengawasan orang lain. Bagaikan sebuah patung area sianak muda itu berdiri kaku

didepan pintu benteng. seperminum teh kemudian Han Siong Kie baru tarik kembali lamunannya dan kembali dalam kenyataan. . Pemuda itu segera menghimpun hawa murninya, seperti apa yang dipesan oleh Mo tiong ci mo dengan suara lantang ia bersenandung nyaring: 440 "Satu iblis muncul satu iblis lenyap. iblis diantara iblis bertemu dengan langit sakti" Terhadap isi dari senandung tersebut Han Siong Kie sendiripun agak kurang paham, ia cuma menduga sebutan "langit sakti" kemungkinan besar adalah menggantikan nama pemilik benteng maut atau mungkin juga mempunyai maksud tertentu, namun ia tak sudi untuk putar otak memikirkan persoalan itu. Setelah bersenandung satu kali dia ulangi untuk kedua kalinya:.. tiga kali. suara gemericingan yang amat mencekat hati bergema memekakkan kesunyian pintu benteng maut yang misterius per-lahan2 bergeser kearah samping dan muncullah sebuah lubang gelap yang dalam dan sukar ditembusi dengan pandangan mata. Han Siong Kie merasakan jantungnya bergetar keras, ia hendak menghadapi suatu keadaan yang sukar dibayangkan dengan kata2 Meskipun tenaga dalamnya amat sempurna, wataknya angkuh dan ketus tapi sekarang musuh tangguh yang harus dihadapi olehnya adalah Tengkorak maut yang mendatangkan kengerian serta keseraman bagi umat persilatan selama puluhan tahun belakangan ini, hal tersebut membuat pemuda itu tak mampu menguasahi ketegangan, kengerian serta keseraman yang menyelimuti perasaannya. Benteng maut dianggap sementara orang sebagai istana kematian tempat tingal malaikat elmaut dan sekarang dia hendak memasuki benteng iblis yang selama puluhan tahun tak seorang umat persilatanpun berani mendekat atau memasukinya. Ia rasakan napasnya jadi sesak, sekujur badannya bergetar keras dan tanpa sadar bulu kuduknya pada bangun berdiri 441 Ia segera memikirkan tujuan dari kedatangannya sekarang, ia datang untuk menantang pemilik benteng maut sedang orang yang hendak ditantangnya ini bukan lain adalah musuh besar pembunuh keluarganya. Maka sambil membusungkan dada berjalanlah sianak muda itu memasuki pintu benteng. Segulung angin dingin berhembus lewat dari balik lorong yang dingin membuat ia bersin dan merinding.

Diam2 pemuda itu berpikir didalam hatinya, benarkah pertarungannya kali ini adalah suatu tantangan terhadap malaikat elmaut. Dua kali Put to sianseng memperingatkan bahwa pemilik benteng maut adalah seorang makhluk aneh, hal ini menunjukkan bahwa Put to sianseng merupakan salah seorang di antara beberapa orang yang mengetahui latar belakang mengenai pemilik benteng maut tersebut. sebelum ia berangkat gurunya Mo tiong ci mopun pernah berpesan kepadanya: ".... engkau tak boleh melukai dirinya, pertarungan harus diakhiri bila telah saling menutul... engkau tak boleh menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam.." Mungkinkah gurunya sudah merasa yakin bahwa ilmu jari Tong kim-ci nya mampu mengalahkan ilmu kim kong milik lawan? sampai dimanakah kedahsyatan ilmu jari Tong kim ci tersebut, sewaktu berada ditengah jalan ia telah menjajalnya dan kenyataan membuktikan bahwa ilmu tersebut benar-benar merupakan suatu kepandaian ampuh yang maha dahsyat. Tapi ingatan lain berkelebat dalam benaknya, menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut sukar dilukiskan dengan kata2, 442 berita itu sangat mengurangi kepercayaannya pada kekuatan sendiri Empat puluh tahun bukan suatu jangka waktu yang pendek, siapa tahu kalau ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut telah peroleh kemajuan yang pesat?? Lorong dibalik pintu gerbang terdiri dari lapisan batu cadas yang telah ditumbuhi lumut hijau, hawa lembab dan suasana yang gelap gulita menambah keseraman disitu. Baru saja Han Siong Kie melangkahkan kakinya kedalam pintu benteng, serentetan suara yang tua dan seram bergema dari balik bangunan kuno tersebut. . "Hey bocah, hentikan langkahmu ?" Han Song Kie terkesiap dan tanpa sadar hentikan langkahnya, ia dapat menangkap kalau ucapan tersebut disampaikan dengan ilmu cian li coan im atau menyampaikan suara seribu lie, suatu kepandaian ilmu menyampaikan suara tingkat tinggi. Sementara ia masih termenung, suara itu kembali berkumandang datang: "Bocah cilik, nyalimu benar2 amat besar berant benar menyaru sebagai Mo tiong ci mo untuk menipu diriku" Dari perkataan itu tak dapat diragukan lagi bahwasanya orang yang barusan berbicara bukan lain adalah pemilik benteng maut pribadi. Setelah berhasil menguasahi pergolakan hatinya, Han Siong Kie menghimpun tenaga dalamnya kedalam pusar lalu berseru

lantang. "Apakah engkau adalah pemilik benteng ini?" "Benar ada apa?" Han Siong Kie seketika merasakan darah panas dalam dadanya mendidih, sekarang ia baru yakin bahwa orang yang sedang diajak bicara bukan lain adalah musuh besar pembantai keluarganya. 443 Tapi bocah muda itu berusaha untuk menahan sabar, maksud tujuan dari kedatangannya kali ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan Mo tiong ci mo kepadanya. Dengan suara dingin dan ketus ia segera menegur: "Poocu berdasarkan apa engkau menuduh aku menyaru sebagai Mo tiong ci mo?" "Heeehhh heeehhh heeehhh tahukah engkau akan peraturan dari benteng ku ini?" "Peraturan soal apa??" "Barang siapa berani ngintip benteng maut dia akan dijatuhi hukuman mati." "Dari mana engkau bisa menduga aku mencuri lihat bentengmu??" "Mengapa engkau berani menyaru sebagai iblis diantara iblis untuk memasuki..." Han Siong Kie segera mendengus dingin. "Hmm benarkah Begitu?" ejeknya. Pemilik benteng maut tertawa seram. "Heeehh heeehh heeeehhh bocah cilik, aku ingin tahu darimana engkau bisa tahu akan kode rahasia yang telah kujanjikan dengan iblis diantara iblis pada empat puluh tahun berselang??" "Hmm..poocu, kenapa engkau tak menduga kalau aku datang sedang melaksanakan perintah seseorang??" "Melaksanakan perintah siapa??" "Perintah guruku" "Siapakah gurumu??" "Iblis diantara iblis." 444 "Apa? bocah cilik, kau jangan membohong, masa engkau adalah ahli waris dari iblis diantara iblis?" "Benar, engkau tak percaya?" "Kalau begitu dapat utarakan maksud tujuan dari kedatanganmu ini..." Laksana kilat Han Siong Kie putar otaknya, ia teringat akan anjuran dari Manusia yang kehilangan sukma, dua kali perempuan itu anjurkan dirinya agar berkunjung kebenteng maut serta mengutarakan asal usulnya kenapa ia anjurkan dirinya berbuat begitu? Andaikata ia hendak turuti anjuran tersebut, maka

sekarang juga anjuran itu bisa dilaksanakan tapi setelah berpikir lebih jauh akhirnya dia ambil keputusan untuk tidak berbicara. Tentu saja ia merasa bahwa perbuatannya yang menceriterakan asal usul sendiri dihadapan musuh besarnya adalah suatu perbuatan yang tolol, apalagi pihak lawan adalah iblis nomor satu dikolong langit, bagaimana akibatnya tentu saja siapapun dapat menduga. Maka dengan suara dingin ia berkata: "Selama empat puluh tahun lamanya guruku tak pernah melupakan kekalahan yang dideritanya dimasa silam, dan sekarang aku hendak menuntut balas atas kekalahannya itu" "Haahh...haahh..haahh... dalam suatu adu kepandaian, siapa menang siapa kalah sudah menjadi suatu kejadian yang jamak. apalagi kemenanganku diperoleh dengan andalkan kepandaian yang asli, heehh haahh haahh.., ia benar2 seorang yang berperasaan halus, bagaimana..? apakah ia tak mau datang sendiri untuk meneruskan pertarungan tempo hari?" "Guruku tak mungkin akan datang kemari" "Kenapa? tanya pemilik benteng maut keheranan. 445 "Jiwanya sudah hampir melayang" "Apa? jiwanya sudah hampir melayang?" "Benar, untuk melampiaskan rasa dongkolnya karena kekalahan tersebut, ia masih ada waktu selama beberapa hari untuk menantikan jawabanku" Suaranya yang menyeramkan kian lama kian merendah dan memberat, seakan2 ucapan tersebut bukan muncul dari mulut seorang manusia hidup. Dengan nada sedih dan bertambah lirih ia berkata : "Aku tak paham dengan maksud ucapan mu itu!" Guruku sedang menanti kabar dariku, empat puluh tahun komudian ilmu silat siapakah yang jauh lebih unggul!" "Jadi makscdmu..! Aku datang mewakili dirimu untuk memenuhi janjinya pada empat puluh tahun berselang, aku hendak adu kepandaian dengan diri poo-cu dan mari kita buktikan kepandaian silat siapakah yang jauh lebih lihay!" Oooh ! jadi engkau datang mewakili dirinya untuk memenuhi janji tersebut? "Dugaanmu tepat sekali!" Dan engkau akan menantang aku uttuk berduel? Tepat ucapanmu!" Haaah..haaah.,haaaah.." gelakan tertawa yang keras bagaikan gulungan ombak di tengah samudra bergema susul menyusul, suaranya keras, nyaring dan amat memekikkan telinga, membuat pikiran orang jadi kalut dan hatinya kacaau. Suara tertawa iiu penuh mengandung hinan rasa pandang rendah dan sikap yang sombong.

446 Gelak tertawa itu kian lama kian meninggi, golakan darah dalam dada Han Siong Kie pun ikut bergolak naik turun tiada hentinya, ia sadar bahwa gelagat tidak menguntungkan. buru2 hawa murninya disalurkan keseluruh badan guna melawan pengaruh suara tertawa yang tak sedap didengar itu.. Menanti gelak tertawa itu sirap, seluruh jidat dan tubuhnva telah basah oleh air keringat, ia mulai sadar bahwa tenaga dalam yang dimiiiki pemilik benteng maut benar2 sukar dijajaki. Suara dari pemilik benteng maut berkumandang kembali, kali ini suaranya penuh mengandung rasa kaget dan terkesiap. "Bocah cilik, sungguh tak nyana engkau sanggup menerima gelak tertawa ombak menggulungku yang lihay, engkau memang hebat !" Han Siong Kie makin terkesiap, bukankah pihak lawan sama sekali tak bergerak dari tempatnya semula? darimana ia bisa tahu kalau isi perutnya sama sekali tidak terluka oleh pengaruh gelak tertawa itu? apakah ia memiliki ilmu memandang jauh yang l1bay? Meskipuo hatinya tercekat dan jantungnya berdebar keras, namun diluaran ia tetap bersikap tenang. Aku sama sekali tidak kenal dengan apa yang dimaksudkan sebagai gelak tertawa ombak menggulung, aku cuma heran apa sebabnya poocu tertawa tergelak?" "Ternyata iblis diantara iblis memerintahkan seorang bocah yang masih bau titik untuk memenuhi janjinya, ia benar-benar bermimpi di siang hari bolong. suatu perbuatan yang menggelikan.." Mendengar ucapan tersebut hawa amarah segera berkobar dalam benak Han Siong Kie. ia tertawa dtngin. "Poocu, engkau tidak msrasa bahwa ucapanmu itu terlalu sombong dan tekebur? 447 "Tekebur? engkau mengatakan aku tekebur? haahh haahh..haahh.. bocah! nyalimu yang besar sangat mengagumkan hatiku, di samping itu memandang diatas wajah iblis diantara iblis, engkau boleh segera tinggalkan tempat ini, karena engkau aku bersedia melanggar pantanganku yang telah kupegang teguh selama puluhan tahun lamaya. "Tak usah, poocu tak perlu melanggar pantanganmu sendiri!" tukas sang pemuda ketus. Oooh...lalu apa yang hendak kau lakukan? Aku tak ingin mengabaikan perintah suhuku. Jadi engkau bersikeras akan menantangku untuk berduel? Itulah tujuan dari kedatanganku. Heeeh heeehh heeehhh engkau benar2 tak tahu diri.

Tahu diri atau tidak, itu urusan pribadiku Bocab cilik yang masih ingusan, engkau masih belum pantas untuk berduel melawan Aku! Han Siong Kie semakin gusar, keberaniannya makin memuncak, tiba2 hardiknya: "Jadi.. poocu hendak mengingkari janji?" "Mengingkari janji apa? aku tak pernah m;ngikat janji dengan engkau?" Kalau memang begitu kenapa enggkau tak berani menerima tantanganku untuk diajak berduel? "Menantaag untuk berduel? heeehh heeehh heeebbh kalau iblis diantara iblis datang sendiri, mungkin saja aku bisa mempertimbangkan kembali...." Aku datang mewakili guruku, apa bedanya dengan kehadiran ia pribadi? 448 Tak usah banyak bicara lagi, ayoh segera tinggalkan tempat ini ! Mumpung aku masih belum berubah pikiran, kalau tidak .... Kalau tidak kenapa? Engkau akan menyesal untuk selamanya. Kegusaran yang berkobar dalam benak Han Siong Kie tak dapat dikendalikan lagi. ia lupa kalau musuhnya amat lihay, segera bentaknya dengan tegas. Aku tak sudi menuruti kemauanmu kau mau apa? "Tak mau? heh heeeehh heeehhh selama hidup baru pertama kali ini kudengar ada orang berani berbicara sekasar itu dengan diriku!" "Hmm ! Siapa tahu kalau lebih dari itu jengek Han Siong Kie dengan bangga. "Bocah keparat engkau benar2 tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi rupanya engkau sudah bosan hidup dikolong langit? "Hmm! jadi engkau tak berani menerima tantangan untuk berduel? tak nyana pemilik benteng maut yang tersohor tak lebih hanya seorang manusia pengecut! "Heehh...heehh..heeebh... bukan pengecut atau tidak yang pokok engkau masih belum pantas untuk berduel melawan aku!" "Pantas atau tidak apa salahnya kalau poo-cu coba dulu?" "Bocah keparat kalau engkau memang sudah bosan hidup ayo masuklah kedalam, aku menantikan kedatanganmu disini!" Han Siong Kie mendengus dingin tanpa ragu2 ia berjalan masuk kedalam istana tersebut. 449 Pantulaa suara langkah kakinya dalam lorong batu yaog kosong menimbuikan suara yang menyeramkan seakan-akan

ada beberapa orang yang jalan bersama. Setelah melewati lorong batu itu dua kerat bangunan batu tsrbentang didepan mata, semua bangunan terbuat dari lapisan batu karang yang gelap. bangunan itu tak ada jendela, yang ada cuma sebuah pintu besi yang hitam dan telah berkarat, pintu itu tertutup rapat dan tak dapat melihat apa isinya. Lumut hijau tumbuh dengan suburnya diatas bangunan rumah batu itu, sarang laba2 tergantung disana sini. Udaranya lembab dan busuk mendatangkan rasa muak bagi siapapun yang mencium, lapisan batu diatas tanah sebagian besar telah tertutup oleh rumput ilalang. Walaupun waktu menunjukkan tengah hari, namun suasana dalam benteng maut tetap gelap gulita bagaikan berada dineraka. Han Siong Kie merasakan jantungnya yang berdebar, berdetak makin keras, ia tak tahu pemilik benteng maut mengandung maksud2 tertentu terhadap dirinya. ? sunyi.. sepi.. keheningan yang mencekam bagaikan berada dikuburan menyelimuti seluruh benteng. Han Siong Kie merasa dirinya seakan2 sedang memasuki sebuah kuburan kuno yang besar dan gelap. sedikitpun tak ada hawa manusia hidup.. Mendadak.. sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dihadapan mukanya. Dengan cekatan Han Siong Kit meng hentikan gerakan tubuhnya, dengan cepat sorot matanya dialihkan kearah orang itu. 450 Mendadak bulu kuduknya pada bangun berdiri, dengan badan merinding tanpa sadar ia mundur dua langkah ke belakang, tangannya disilangkan didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. sesosok makhluk aneh yang sukar dilihat paras mukanya, dengan rambut panjang yang terurai menutupi seluruh kepalanya, selangkah demi selangkah maju mendekat. Manusiakah? atau setankah makhluk aneh itu? Jelas dia adalah manusia karena terdengar suara langkah kakinya yang berat. "Berhenti" bocah muda itu segera membentak keras. Makhluk aneh itu tetap tidak menggubris, selangkah demi selangkah ia lanjutkan perjalanannya maju kedepan. Satu ingatan dengan cepat berkelebat daiam benak pemuda itu,jangan2 makhluk aneh ini adalah.. Hatinya makin tegang dengan suara berat ia segera menegur: "Engkau adalah pemilik benteng maut?." Makhluk aneh itu tidak menjawab, ia maju kedepan dengan langkah lambat. Han Siong Kie mulai memghimpun segenap tenaganya

dalam telapak ia siap melancarkan serangan apabila keadaan terlalu memaksa, sekali lagi tegurnya: "Siapa engkau?" Suaranya keras bagaikan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong. Terhadap bentakan atau pun teguran dari Han Siong Kie itu makhluk aneh tersebut sama sekali tidak menggubris, kembali badannya menerjang kedepan. Kegusaran yang berkobar dalam dada Han Siong Kie sukar dilukiskan dengan kata2, sepasang telapaknya laksana kilat 451 melancarkan serangan kedepan, serangan tersebut di lancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat. Makhluk aneh itu segera mengegos kesamping dan membentuk gerakan setengah lingkaran keatas permukaan dengan gerakan yang lincah ia meloloskan diri daya serangan tersebut. Dari kelihaian yang dilakukan orang itu, semakin besar membuktikan bahwa makhluk aneh itu adalah manusia yang memiliki ilmu silat sangat lihay, tanpa sadar Han Siong Kie melanjurkan lidahnya. Dengan menggunakan tangannya yang kurus, makhluk aneh itu menyingkap rambutnya yang kusut dan menutupi wajahnya itu, sepasang biji matanya yang tajam dan memancarkan sinar berkilauan melirik sekejap kearah Han Siong Kie, kemudian ber kaok2 aneh. Suaranya aneh dan menyeramkan, tidak mirip tertawa tidak mirip pula suara menangis, membuat bulu kuduk semua orang tanpa terasa pada bangun berdiri Dengan tar manggu2 Han Siong Kie memandang makhluk aneh yang tiba2 putar badan serta mengundurkan diri dari hadapannya, dalam sekejap mata manusia aneh itu sudah lenyap dari pandangan, ia merasakan suatu perasaan yang tak sedap. Terutama pandangan dari manusia aneh itu, sorot matanya penuh memancarkan sinar dingin, seram dan menggidikkan, membuat perasaan hatinya tak tenang. Beberapa saat kemudian ia melanjutkan kembali perjalanannya menuju kelorong sempit yang terbentang di antara bangunan rumah berbatu itu. Tujuh delapan langkah baru saja lewat dua sosok bayangan manusia laksana kilat tiba2 menerjang keluar dari kedua belah 452 sisinya, desiran angin tajam men-deru2 dan serasa menyayat badan. Han Siong Kie merasa amat terperanjat, dia ayunkan telapaknya melancarkan dua buah pukulan yang amat dahsyat menyongsong datangnya ancaman dari kiri maupun kanan itu.

Benturan keras menggelegar diangkasa, dua sosok bayangan manusia itu terpental dan berhenti ditengah jalan. sekarang Han Siong Kie dapat melihat jelas wajah dari dua sosok bayangan manusia itu, ternyata mereka adalah setan2 jelek yang bermulut lebar dan bergigi taring, begitu menyeramkan wajahnya hingga membuat bocah muda itu seakan2 kehilangan sukma. Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, setelah tertahan oleh pukulan lawan, dua sosok bayangan manusia berwajah setan itu melancarkan tubrukan kembali kearah depan, cakar setannya yang tajam langsung menyerang bocah muda itu habis2an.. Han Siong Kie amat terkesiap, buru2 ia keluarkan ilmu pukulan Mo-mo.ciang hoat untuk mempertahankan diri. Dua orang setan jelek itu menyerang terus dengan gerakan2 yang nekad, mereka tak ambil peduli sampai dimana ketatnya pertahanan dari pemuda itu, terjangan demi terjangan dilancarkan terus dengan hebatnya. "Blamm Blamm" dua benturan nyaring menggelegar diangkasa memecahkan kesunyian yang mencekam sekeliling tempat itu. Han Siong Kie merasakan tulang telapaknya amat sakit seperti maupatah, ternyata pihak lawan memiliki tubuh yang keras bagaikan baja, baik pukulan maupun serangannya sama sekali gagal untuk merobohkan ke dua orang lawannya itu. Dengan perasaan hati yang tercekat dan kaget, serta merta ia melayang mundursejauh tiga depa ke belakang dengan 453 gerakannya yang tiba2 itu maka serangan cakar setan dari kedua orang setan itupun mengena disasaran yang kosong. Ingatan kedua belum sempat berkelebat lewat, kedua orang setan jelek itu sudah saiing bertukar tempat dan sekali lagi melancarkan terjangan maut. Kecepatan gerakannya, keanehan dari serangannya sangat jarang ditemui dikolong langit. Kesalahan bukan terletak pada ketidak becusan Han Siong Kie, andaikata kedudukannya diganti dengan seorang jago lihay persilatan lainnya, niscaya orang itu sudah akan roboh ditangan sepasang manusia setan itupada serangannya yang pertama. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, sekali lagi sepasang manusia setan itu melancarkan terjangan maut, dalam keadaan terburu napsu cepat2 dia himpun tenaganya hingga sebesar sepuluh bagian, secara terpisah didorongnya satu kekiri yang lain ke kanan"Blaamm.. benturan dahsyat kembali bergeletar diangkasa, dalam benturan itu ke empat buah cakar setan dari sepasang setan jelek itu tertahan kurang lebih satu depa dari tubuh Han Siong Kie oleh getaran tenaga dalamnya, kedua belah pihak

sama-sama berdiri kaku dan siapapun tidak melakukan pergerakan lagi. Diam2 sianak muda itu mengucurkan keringat dingin saking terperanjatnya, ia hendak tarik kembali telapaknya untuk mengganti jurus, tapi ia sadar jika telapaknya ditarik kembali niscaya kedua orang setan jelek itu akan memanfaatkan kesempatan itu se-baik2 nya untuk mencengkeram tubuhnya. Karena itulah terpaksa ia kerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk bertahan sedapat mungkin. 454 Sepasang setan jelek itu menerjang makin hebat daya tekanan yang terpancar keluar berat bagaikan be ribu2 kati baja. Han Siong Kie mengerahkan segenap kekuatannya untuk melawan serangan musuh di samping itu diapun mulai mempertimbangkan situasi disekelilingnya. suatu ketika mendadak ia temukan sesuatu, ternyata dua orang setan jelek yang sedang melancarkan serangan kearahnya itu bukan lain adalah setan2an yang terbuat dari baja murni, tak aneh kalau kekuatan daya tekanannya begitu hebat bagaikan bukit kecil. Setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya, keberaniannya semakin memuncak tapi daya tekanan yang terpancar keluar dari manusia besi itu kian lama sudah kian bertambah hebat. pada saat itulah gelak tertawa pemilik benteng maut bergema datang disusul ia berseru. "Haahh... haaahh... haaahh keparat cilik, akan kulihat engkau bisa bertahan sampai berapa lama kali ini aku akan memberi kesempatan kepadamu jika engkau bersedia undurkan diri dari sini maka aku tak akan mencelakai engkau lagi, katakan saja kepada gurumu kalau pemilik benteng maut masih sehat walafiat seperti sedia kala" "Terima kasih atas maksud baikmu" "Oooh jadi engkau sudah bertekad untuk tidak keluar dari benteng maut ini dalam keadaan hidup lagi?" Han Siong Kie tertawa dingin tiada hentinya. "Heehh heeehh heeehhh belum tentu begitu, sebelum kulaksanakan tugas yang di bebankan guruku, aku tak nanti akan mengundurkan diri dari sini" 455 "Kalau memang begitu, andaikata engkau bertemu dengan gurumu dialam baka nanti jangan salahkan kalau aku tak kenal kasihan" Teringat kembali akan budi kebaikan gurunya yang telah salurkan hawa murni miliknya kedalam tubuhnya, dan teringat pula kalau usia gurunya sudah amat terbatas, timbul kembali semangat yang berkobar dalam dadanya, tiba2 ia himpun

segenap kekuatan yang dimilikinya kedalam telapak, kemudian dengan gerakan " menggetar" dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat ia lancarkan suatu tolakan yang amat keras. Keampuhan dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat ditambah pula dengan dua kali penemuan aneh yang dialami Han Siong Kie membuat tenaga dalam yang dimilikinya saat ini telah mencapai dua ratus tahun hasil latihan, tolakan yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga ini benar2 luar biasa sekali. -oood0woooBab 26 BLAAAMM Blaaamm dua ledakan keras menggoncangkan seluruh permukaan bumi, sepasang iblis jelek yang terbuat dari baja itu terpental kesamping, alat kontrol yang mengendalikan kedua buah boneka itu hancur berantakanDitengah percikan bunga api dan gugurnya pasir dan debu, dua buah dinding bangunan rumah tertunduk hingga roboh tak karuanDitengah suara gemuruh yang amat keras terdengar dua jeritan ngeri bergema memenuhi seluruh ruanganHan Siong Kie merasa amat terperanjat mungkinkah dibalik ruangan batu itu terdapat jago silat yang disekap disitu?? 456 sorot matanya segera dialihkan kearah dua deret bangunan batu yang terbentang didepan mata, ia lihat pintu besi tertutup rapat mungkinkah dibalik setiap pintu besi itu tersekap jago persilatan? mungkinkah mereka adalah jago2 persilatan yang melakukan penyelidikan terhadap benteng maut dan lenyap tak berbekas itu? atau mungkin mereka terdiri dari anak buah benteng maut?? "Heehh heeehh heeehhh keparat cilik, kau memang sangat hebat" seruan dari pemilik benteng maut bergema diangkasa, rupanya engkau lebih unggul satu tingkat di bandingkan dengan iblis diantara ibis dimasa lampau, tak kusangka engkau mampu menghancurkan sepasang malaikat pelindung benteng ku, meskipun begitu engkau masih belum....." "Belum kenapa?" tukas sang pemuda cepat. "Engkau masih belum pantas untuk mengajak aku berduel" Han Siong Kie jadi mendongkol sekali, hingga menggertak gigi rapat2. Teriaknya dengan nada penasaran: "Hmm kau anggap dengan andalkan beberapa patah katamu yang tekebur serta beberapa kepingan besi rongsokanmu itu maka aku lantas pecah nyali menyerah kalah dan undurkan diri dari sini??" "Haahh..haahh..haahh... undurkan diri? engkau tak memiliki kesempatan untuk berbuat demikian lagi, rumah2 batu itu akan menjadi tempat tinggalmu untuk selamanya" Han Siong Kie makin penasaran dalam pikirnya:

"Jangan sombong dulu, lihatlah kelihayanku akan kuobrak abrik sarang kura2mu dan akan kulihat engkau si kura2 akan kabur kemana..??" sekali enjot badan ia menerjang masuk kedalam lorong tempat yang menembusi rentetan bangunan batu itu, dalam 457 beberapa pusaran saja ia sudah berada ditengah lingkaran bangunan tadi. Tampaklah bangunan batu berjajar disana sini, lorong besar kecil bersimpang siur tak menentu, meskipun ia sudah berlarian selama seperminum teh lamanya, namun tubuhnya masih tetap berputar2 dalam lingkungan rumah batu tadi. Lama kelamaan pemuda itu sadar, ia pasti sudah terjebak dalam sebuah barisan "ki bun tin" yang lihay dan ampuh. Dalam keadaan begini, ia enjotkan badan melayang naik keatas atap bangunan batu itu, sekilas memandang ketempat kejauhan pemuda itu tertegun dan berdiri kaku, hati nya terjelos. Rupanya yang terlihat sepanjang pandangannya cuma bangunaa batu yang ber-deret2, tembok benteng telah lenyap bahkan suara gulungan ombak sungai pun sudah tak kedengaran lagi. Sadarlah pemuda itu bahwa ia terjebak Ia tak menyangka gerakannya selama ini lari kesana kemari sama sekali tak ada hasilnya, malahan tenaga dalamnya jauh berkurang karena perbuatan tersebut, ia loncat turun dari atap rumah batu dan ditemuinya ia masih berada ditempat semula. Han Siong Kie jadi mendongkol sekali, dengan muka merah darah karena marah ia membentak keras: "Huhh. mentang2 seorang pemilik benteng maut, tak tahunya cuma kura2 busuk yang andalkan kelihayan ilmu barisan untuk melindungi keselamatan jiwanya." "Heeehh heeehh heeehh bocah muda, tak ada gunanya engkau mengonggong seperti anjing, bukankah suhumu iblis diantara iblis belum sempat mewariskan kepandaian semacam itu kepadamu? heehh heeeehhh heeehhh..." 458 Gelak tertawanya amat sombong dan takebur sekali, membuat Han Siong Kie makin gusar bercampur mendongkol, hampir saja dadanya meledak saking tak tahannya. Ia sama sekali tak mengira kalau pemilik benteng maut tak mau unjukkan diri untuk menerima tantangannya. tentu saja kejadian ini sama sekali berada diluar dugaan iblis diantara iblis, kalau tidak ia pasti akan memberitahukan rahasia serta cara untuk memasuki benteng maut tersebut. Bagaikan seekor burung elang yang terkurung kabut tebal, Han Siong Kie menerjang kesana kemari secara membabi buta, walau bagaimanapun juga ia berusaha ternyata

usahanya selalu gagal dan ia tak mampu meloloskan diri dari kepungan barisan tersebut. Tiba2 satu ingatan aneh muncul dari dasar hati kecilnya, ia merasa bahwa benteng maut luasnya cuma beberapa puluh tombak belaka, apa salahnya kalau ia rusak bangunan rumah batu itu? jika bangunan tersebut ambrol bukankah barisan itu dengan sendirinya bakal hancur berantakan? Teringat akan sistim tersebut tenaga murninya segera dihimpun dalam telapak lalu dengan sepenuh tenaga dibabat kearah bangunan batu yang berada dihadapannya. Angin pukulan men-deru2 dan dengan dahsyatnya meluncur kedepan, tapi bagaimana hasilnya? se-akan2 menghantam udara kosong sama sekali tiada reaksi apapun yang di temuinya. Rasa terperanjat yang dialami Han Siong Kie kali ini sukar dilukiskan lagi dengan kata2, barisan tersebut memang luar biasa dan membuat orang sukar untuk menduga mana yang nyata dan mana yang maya. Dia menerjang maju semakin kedepan dengan tangannya ia meraba bangunan batu itu terasa dingin dan karat sedikitpun tidak palsu.. tapi apa sebabnya pukulan yang 459 dilancarkan dengan begitu dahsyat sama sekali tidak mendatangkan reaksi apapun? Untuk kedua kalinya ia himpun segenap kekuatan murninya kedalam telapak baru saja ia bersiap sedia melancarkan pukulan dahsyat kearah bangunan rumah batu itu. Mendadak sebuah telapak tangan tahu2 sudah menempel diatas bahunya. Han Siong Kie amat terperanjat sekujur badannya gemetar keras baru saja dia akan bergerak. "Jangan bergerak" Teguran dingin dan ketus yang membuat bati orang bergeridik bergema dari arah belakang, pemuda itu kenal suara itu sebagai suara teguran dari pemilik benteng maut. "Apa maksudmu berbuat curang?" pemuda itu segera menegur. "Kau mau takluk tidak??" "Takluk haaahhh haaahhh haahhh hanya mengandalkan permainan setan yang sama sekali tak ada harganya itu??" "Oooh.. jadi engkau tidak takluk??" "Tidak" "Bocah muda, engkau adalah manusia paling tekebur yang pernah kujumpai selama hidupku, apa yang harus kulakukan sehingga kau benar2 merasa takluk? tahukah engkau bahwa menurut peraturan benteng kami barang siapa telah memasuki benteng ku ini, dia selama hidup akan disekap dalam rumah batu dia harus mengakui sendiri kalau hati nya merasa takluk"

Han Siong Kie merasa agak tercengang, peraturan macam apakah itu tanpa terasa ia bertanya: 460 "Siapa sih yang disekap dalam rumah2 batu itu? apakah mereka adalah jago2 persilatan yang pernah menerjang masuk kedalam benteng ini?" "Benar tapi sekarang mereka harus disebut sebagai manusia2 tolol yang tekebur dan tak tahu diri" "jadi mereka telah menyatakan takluk seratus persen serta rela disekap sepanjang masa??" "Tentu saja" "Tapi sayang aku tak mau takluk kepadamu" "Hmm engkau tak dapat menentukan pilihanmu sendiri" "Jadi engkau hendak menggunakan cara yang begins rendah dan memalukan untuk paksa orang menyerah kalah?" teriak Han Siong Kie dengan penuh kegusaran"Memaksa Hmm, terhadap aku sih tak perlu terhadap orang persilatan macam apapun aku tak pernah menggunakan cara memaksa" "Lalu bagaimana penjelasanmu tentang perbuatan yang kau lakukan pada saat ini?" "setelah kuajukan beberapa buah pertanyaan akan kuberi kesempatan padamu untuk bertanding secara adil" " Kalau begitu cepatlah bertanya" "Benarkah engkau ahli waris dari iblis diantara iblis??" "Benar" "Sebutkan siapa namamu?" "Malaikat penyakitan" "Apa? engkau bernama Malaikat penyakitan??" "Tepat sekali ucapanmu itu" "Aku ingin mengetahui nama aslimu" 461 Pelbagai ingatan berkelebat dalam beriak Han Siong Kie, ia teringat kembali anjuran dari orang yang kehilangan sukma dimana ia berkunjung kebenteng maut dan menceritakan asal usulnya kenapa harus berbuat begitu? apakah sekarang juga harus membeberkan asal usulnya?? Tidak sekarang bukan saatnya yang tepat sekarang sedang melaksanakan tugas dari gurunya lain kali jika ia hendak menuntut balas bukan saja asal usulnya akan dibeberkan bahkan diapun akan menuntut balas dengan wajah aslinya. setelah berpikir sampai disini iapun lantas menjawab dengan nada dingin: "Aku tak punya selamanya aku menggunakan malaikat penyakitan sebagai julukanku" "Heehh... heeehhh heehhh kalau engkau tak mau menjawab akupun tak akan memaksa, tahun ini kau berumur berapa?" "Aku rasa tiada kepentingan bagiku untuk memberitahukan

usiaku padamu" "Bocah muda engkau terlalu keras kepala, sekarang putarlah tubuhmu" Han Siong Kie merasakan bahunya jadi kendor dan telapak yang semula menempel diatas bahunya kini sudah dialihkan, laksana kilat ia putar badanKurang lebib satu tombak dihadapannya berdirilah seorang manusia aneh berbaju hijau dan berkain cadar warna hijau, telapak kanannya nampak putih mulus bagaikan pualam sedangkan tangan kirinya hitam pekat bagaikan tinta bak. Han Siong Kie seketika itu juga merasakan darahnya mendidih, ia kenali Telapak itu pernah menghajar tubuhnya sampai terluka parah, meskipun hanya sekilas pandangan namun ia tak akan melupakan untuk selama-lamanya. Api dendam yang membakar dadanya hampir saja membuat pemuda itu tak dapat menguasahi diri, hampir saja 462 ia menyebut nama aslinya untuk menuntut balas tapi akhirnya ia dapat menguasahi diri, sekarang belum tiba saatnya untuk membalas dendam, ia harus menyelesaikan dulu tugas yang dibebankan iblis diantara iblis kepadanya. Jikalau ia tidak menggunakan ilmu sakti warisan dari gurunya dan hanya andalkan jurus serangan dari Leng ku sianjin belaka sudah jelas ilmu silatnya masih bukan tandingan lawanBergerak secara gegabah berarti mendatangkan penyesalan yang tak terkirakan sepanjang masa, ia mengerti akan teori tersebut, jika usahanya untuk membalas dendam menemui kegagalan dan malahan mengakibatkan kematian bagi dirinya, bagaimana mungkin ia bisa bertanggung jawab terhadap dua ratus lembar jiwa keluarganya yang mati di bantai orang, serta kematian dari susioknya Telapak naga beracun Thio Lin-. Kematian yang menyangkut keluarga Han dan keluarga Thio kecuali telah diketahui bahwa pembunuhannya adalah Tengkorak maut, masih ada sebuah teka teki yang menyelimuti peristiwa tersebut, dan teka teki itu kemungkina besar ada sangkut pautnya dengan tengkorak maut. Sewaktu susioknya telapak naga beracun Thio Lin bunuh diri, ia menyatakan bahwa perbuatannya itu dilakukan karena melaksanakan perintah perguruan, ia berpesan kepadanya agar jangan menuntut balas, jangan mengebumikan jenasahnya, tapi kenapa?? kenapa harus begitu? apakah dalam permusuhan ini menyangkut soal dendam perguruan dari generasi yang lampau..? Yang patut disayangkan ia sama sekali tak akan tahu perguruan dari ayahnya, kalau tidak dengan tanda terang itu mungkin saja duduknya persoalan dapat diketahui. Mendadak.. ia teringat kembali akan orang yang kehilangan sukma, manusia misterius itu se-akan2 mengetahui semua

463 persoalan yang menyangkut tentang kehidupannya, bahkan dia tahu dengan begitu jelas. Diam2 ia pun mengambil keputusan, seandainya bisa lolos dari benteng maut dalam keadaan selamat, maka pekerjaan pertama yang akan dilakukan olehnya adalah mencari orang yang kehilangan sukma untuk membongkar rahasia itu, tapi jejak orang yang kehilangan sukma amat sukar diikuti, kemana ia harus menemukan dirinya?? Pemuda itu merasa murung dan risau sekali. sementara itu Pemilik benteng maut telah berkata kembali: "Bocah cilik, sekarang aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk bertanding secara adil" "Kesempatan untuk berduel??" seru Han Siong Kie sambil pusatkan kembali pikirannya. "Heeehh... heeehh... heehh... engkau belum berhak untuk mengatakan berduel, anggap saja sebagai suatu percobaan ilmu" "suatu percobaan ilmu??" "Ehmm tepat sekali ucapanmu itu" "Bagaimana caranya melakukan percobaan ilmu itu???" "Kita saling mengadu jurus sebanyak tiga gebrakan- jika engkau berhasil menang maka kau boleh keluar dari benteng ini dengan bebas..." "Andaikata kalah??" "Engkau akan menjadi penghuni tetap dalam deretan rumah batu ini" Diam2 Han Siong Kie merasakan hatinya terkesiap. "Maksudmu selamanya tiada kesempatan lagi bagiku untuk keluar dari benteng ini?" 464 "oooh... itu sih tidak, selama disekap engkau bebas melatih ilmu silatmu, bila engkau sudah mampu memecahkan tiga jurus seranganku, maka pada saat itulah engkau bebas berlalu dari benteng ini, cuma aku perlu beritahu kepadamu, selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah ada orang yang bisa keluar dari benteng ini dalam keadaan hidup" Han Siong Kie tarik nafas panjang, ia rasakan hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri, dari ucapan tersebut dapat diambil kesimpulan kalau tenaga dalam yang dimiliki pihak lawan telah mencapaipada taraf yang tiada tandingannya lagi. "Andaikata seri??" tanya sianak muda itu beberapa saat kemudian. "Engkau tetap dipersilahkan berlalu dari sini dalam keadaan hidup," "Andaikata kedatanganku di kemudian hari tetap ada maksud tertentu dan memaksa engkau untuk berduel???"

Rupanya Pemilik benteng maut sama sekali tak mengira kalau Han Siong Kie Begitu berani mengajukan pertanyaan seperti itu, setelah terperangah beberapa saat ia berkata: "Bocah cilik, jadi engkau akan datang lagi dengan maksud2 tertentu??" "Aku cuma mengatakan seandainya saja, tentu saja dalam keadaan seperti itu sering kali bisa muncul keadaan2 yang istimewa" ujar Han Siong Kie dengan nada hambar. "Kalau memang demikian keadaannya, maka hal itu harus ditentukan dari maksud hatimu itu." Han Siong Kie mengangguk, pikirnya: "Suatu ketika aku pasti akan datang lagi kesini." Dengan suara berat dia lantas berseru: 465 "Kalau begitu bagaimana kalau sekarang juga kita mulai dengan pertarungan tersebut??" Pemilik benteng maut mengangguk. "Bocah muda, selama puluhan tahun belakangan ini baru pertama kali ini aku mengecualikan pantanganku" "Mengecualikan pantangan begitu??" tanya sang pemuda dengan perasaan kurang paham. "Ehmm benar" pemilik benteng maut mengangguk. "Poocu telah mengecualikan pantangan apa begitu??" "Pertama, engkau tidak bersedia menyebutkan nama aslimu serta usiamu, dan aku tidak menuntut lebih jauh.." "Aku toh bergelar Malaikat penyakitan dan merupakan ahli waris dari iblis diantara iblis, apa itu tidak cukup??" "Selain itu..." "Apa lagi?" sela sang pemuda cepat. "Engkau mengenakan topeng kulit manusia, tapi aku tidak punya niat untuk melepaskan kedokmu serta melihat paras aslimu, apakah tindakan ini bukan suatu keringanan bagimu?" Dengan perasaan amat terperanjat HanSiong Kie mundur tiga langkah lebar kebelakang, setelah Put lo sianseng kali ini merupakan kedua kalinya ada orang mengetahuinya kalau dia mengenakan topeng kulit manusia, ketajaman mata manusia semacam ini memang benar2 mengerikan sekali. "Hey bocah cilik sekarang lancarkanlah serangan" terdengar pemilik benteng maut berseru dengan suara berat. Han Siong Kie terkesiap. ia merasakan hatinya jadi tegang sekali sebab jika ia tak sanggup melakukan perlawanan dalam tiga jurus serangan tersebut, maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata. 466 Bukan saja ia akan disekap dalam ruang batu, harapannya untuk balas dendam akan musnah dan sepuluh hari kemudian gurunya iblis diantara iblis akan mati dengan membawa penyesalan.

Tugas dari gurunya, dendam berdarah membuat semangat jantannya ber-kobar2, ia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya kedalam sepasang telapak. Ia akan menggunakan jurus serangan yang terampuh dan terdahsyat dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat untuk melancarkan serangan tersebut. suasana diliputi keseraman, ketenangan membuat pemuda itu bergidik rasanya: "Hati2 poocu menghadapi serangan ini" teriak Han Siong Kie tiba2. Ditengah bentakan keras ia gunakan jurus Mo ciang ciang liong atau telapak iblis menundukan naga melepaskan pukulan yang pertama, kedahsyatan angin serangannya benar-benar mengerikan. Pemilik benteng maut menyilangkan telapaknya kemudian dengan menggunakan sebuah jurus serangan yang sangat aneh menyapu bersih datangnya ancaman yang amat hebat itu. Han Siong Kie amat terperanjat, ingatan kedua belum sempat lewat hawa panas dan dingin tahu2 bagaikan guntingan pisau telah membabat pukulannya hingga lenyap. bahkan sisa tenaga bagaikan tindihan bukit karang menghantam dadanya. Buru2 sianak muda ttu melepaskan pukulannya dan silangkan telapak untuk membendung datangnya ancaman tadi. Blaamm benturan keras bergeletar di angkasa, pemuda itu rasakan darah panas dalam dadanya bergolak keras, tak kuasa lagi tubuhnya tergetar mundur lima langkah lebar kebelakang. 467 "Hey bocah muda, dalam gebrakan ini engkau telah kalah" seru pemilik benteng maut dengan suara lantang. Han Siong Kie mendengus dingin, tubuhnya menerjang maju kedepan, dengan jurus yang lebih ampuh yakni raja iblis menyambangi neraka, laksana kilat ia lancarkan serangan kedua. Jurus raja iblis menyambangi neraka merupakan salah satu jurus terampuh diantara tiga jurus sakti ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, setelah dikembangkan kedahsyatannya mengerikan hati. "suatu serangan yang amat bagus" puji pemilik benteng maut tanpa sadar. Bukan mundur, ia malah maju kedepan, sepasang telapaknya diayun menyambut datangnya ancaman tersebut. "Duuukk" serangan yang dilancarkan Han Siong Kie kali ini dengan telak berhasil menghantam dada lawan, ia rasakan telapaknya se akan2 membabat diatas sebuah dinding baja yang amat keras, telapaknya secara lapat2 terasa sakit sekali, ini membuat hatinya amat terperanjat.

Bukan begitu saja pada saat yang bersamaan diapun merasakan adanya pantulan tenaga yang balik menghantam tubuhnya dengan kecepatan bagaikan kilat begitu kerasnya hampir saja membuat pemuda itu muntah darah segar. Di tengah dengusan berat tubuhnya mundur empat lima depa kebelakang dengan sempoyongan hampir saja ia roboh terjengkang di atas permukaan tanah. Pada waktu yang bersamaan jari tangan kanan pemilik benteng maut tiba2 nyelonong masuk kearah jalan darah Tiong tong hiat di atas dada pemuda itu. 468 Gerakannya cepat bagaikan bayangan, mengikuti gerakan maju mundurnya, sang ujung jari selalu menjaga pada jarak tiga cun. Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras, otaknya mendengung dan pandangannya berkunang2. Terdengar pemilik benteng maut berkata dengan suara dingin: "Dalam gebrakan kali ini, engkau kembali menderita kalah" Habis berkata ia tarik kembali jari tangannya dan mengundukan diri sejauh satu tombak dari tempat semula. Tentu saja andaikata pertarungan tersebut merupakan suatu duel kepandaian, sejak semula Han Siong Kie telah terkapar di atas tanah dalam keadaas tak bernyawa lagi. -oood0woooJilid 13 DENGAN kepandaian sakti yang dimiliki pemilik benteng maut, asal jari tangannya dikerahkan sedikit tenaga saja, pemuda itu pasti mampus. sebelum Han Siong Kie mengucapkan sesuatu, terdengar pemilik benteng maut berkata kembali. "Bocah muda, engkau adalah orang pertama yang dapat menyarangkan pukulannya secara telak dibadanku, meskipun engkau kalah tapi aku akan menganggap pertarungan yang kedua ini berakhir dengan seri" Han Siong Kie merasakan hatinya amat sedih dan sakit bagaikan di iris2 dengan pisau belati, rasa putus asa, kecewa muncul dari dasar hatinya. Kendatipun begitu, ia masih tetap ngotot serunya: 469 "Menang yaa menang, kalah yaa kalah, kau tak usah pura2 berlagak baik hati kepadaku "Hmm!" pemilik benteng maut mendengus dingin "sekarang kita sampai pada jurus yang terakhir engkau masih mempunyai kesempatan sebesar sepertiga!" Tiba2 Han Siong Kie teringat kembali akan ilmu jari Tong kim ci yang diyakinkan gurunya Iblis diantara iblis selama empat puluh tahun lamanya tanpa terasa semangatnya

bangkit kembali. Ilmu jarj Tong-kim ci adalah sejenis kepandaian yang sangat ampuh, setiap benda yang berada dalam jarak lima tombak jika terkena serangan itu pasti akan tembus dan hancur. Pikirnya dalam hati. Kalau aku sisipkan ilmu jari Tong-kim ci dalam seranganku yang tak terduga olehnya kendati pun tengkorak maut memiliki tubuh yang kebal serangan pasti ia tak akan lolos dari serangan mautku ini. Beberapa saat kemudian, pikiran lain berkelebat pula dalam benaknya: Tapi. . perbuatan itu bukan perbuatan dari seorang lelaki sejati yang pantas dipuji sebagai seorang manusia dari golongan lurus aku tak boleh menyergap orang secara menggelap, aku harus berterus terang dan bersikep jantan Berpikir sampai disitu dengan nada serius ia lantas bertanya: Poocu, apakah engkau andalkan ilmu Kim kong sinkang untuk melindungi badanmu? Dugaanmu tepat sekali! 470 Aku hendak mengeluarkan sejenis kepandaian ilmu jari yang sangat ampuh. aku harap poocu suka bertindak hatihati Haaahh haaahh haaahh, Ilmu jari apakah itu? coba katakana!" Ilmu jari Tong kim ci! Tiba2 pemilik benteng maut merasakan sekujur badannya gemetar keras, dengan nada terperanjat ia mengulangi: Apa kau bilang ? ilmu jari Tong kim ci ? Tepat sekaii. "Haaahh haaahh hhaaahh sungeuh tak nyana empat puluh tabun kemudian Iblis di antara iblis berhasil melatih ilmu jari yang telah lama lenyap dari dunia persilatan itu kejadian ini sama sekali diluar dugaanku, bagus..bagusss..bagus..bagus, aku akan menyambut serangan ilmu jari Tong kim cimu itu" "Kalau begitu ber hati2lah poocu" "Tak usah kuatir seranglah" Han Siong Kie segera mengayunkan telapak tangan kanannya, segulung desiran angin tajam laksana kilat meluncur kedepan dan menghajar pemilik benteng maut. Tengkorak maut sama sekali tidak menghindar ataupun berkelit dari serangan tersebut. "Duukkk" benturan nyaring bergema di angkasa tubuh pemilik benteng maut mundur satu langkah kebelakang dan mulutnya memperdengarkan suara dengusan tertahanHan Siong Kie merasakan sekujur badannya dingin bermandikan keringat, diluar dugaan ilmu jari Tong kim-ci yang paling di andalkan ternyata tidak mempan untuk

merobohkan lawannya. 471 Lama... lama sekali.. pemilik benteng maut baru tertawa ter bahak2 "Haahh haahhh haahhh bocah muda, kali ini anggap engkau yang menang" "Tapi... tapi poocu toh tidak menghindar ataupun melancarkan serangan balasan?" seru Han Siong Kie agak sangsi. "Memang benar aku tidak menghindar atau membalas, tapi serangan jarimu itu hampir saja membuyarkan tenaga sakti pelindung tubuhku, dalam kolong langit dewasa ini kecuali engkau seorang, mungkin tiada orang lain yang mampu melakukan hal seperti ini, oleh sebab itulah engkau ku anggap menang" Han Siong Kie merasa sedih sekali, tentu saja keadaan seperti itu tak bisa dikatakan sebagai suatu kemenangan, bagaimana caranya ia ceritakan kejadian ini kepada gurunya.. Walaupun begitu, diam2 pemuda itu masih bersyukur karena pihak lawan hanya akan beradu tiga gebrakan belaka, dan di dalam pertarungan tersebut dialah yang berada di pihak pemenang, dus berarti dia mempunyai kesempatan untuk keluar dari benteng itu, jika ia bisa lolos dari benteng itu berarti pula dia masih mempunyai kesempatan untuk menuntut balas. Pada saat itulah.. tiba-tiba pintu besi sebelah kanan memperdengarkan suara gemerincingan yang amat nyaring, suara ramai yang muncul dari sustu tempat ibarat neraka ini kedengaran seram sekali, sebelum pemuda itu berbuat sesuatu. kembali berkumandang suara gelak tertawa yang mendirikan bulu roma. Dengan hati terkesiap Han Siong Kie memandang kearah pintu besi yang telah berkarat itu. dia ingin tahu manusia macam apakah yang telah memperdengarkan gelak tertawa seram itu. 472 Dalam pada itu, pemilik benteng maut telah berpaling kearah pintu besi itu kemudian mengancam dengan suara berat : "Hati2 kalau sampai kupunahkan seluruh ilmu silatmu!" Gelak tertawa itu sama sekali tidak mereda, kurang lebih sepeminum teh kemudian orang itu baru berhenti tertawa dan berseru : "Hey bocah muda, ditinjau dari nada suaramu aku yakin kalau usiamu belum melampaui dua puluh tahun. sungguh tak nyana pemilik benteng maut yang gagah perkasa telah mengaku kalah kepadamu, haahh haahh haahh peristiwa ini benar2 merupakan berita aneh yang belum pernah kujumpai selama puluhan tahun belakangan ini!"

Han Siong Kie tegurnya dengan cepat. "Siapa engkau?" Sebelum orang yang berada diruangan batu itu sempat menjawab pemilik benteng maut sudah tertawa dingin tiada hentinya sambil berseru: "Heee heehh heeehhh orang sbe Ko engkau telah melanggar psraturan benteng kami yang melarang setiap penghuni ditempat ini mengajak bicara dengan orang asing ilmu silatmu harus dipunahkan sama sekali Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han Siong Kie pikirnya: "Oooh rupanya orang yang ditawan ini sbe Ko tapi peraturan macam apa itu? masa cuma bicara sepatah dua patah kata dengan orang asing ilmu silatnya ia lantas dipunahkan? peraturan ini terlalu semena2 bukankah orang persilatan lebih baik dibunuh daripada dihina? peraturan ini sungguh teramat keji..." Sementara itu terdengarlah orang yang berada dalam ruang batu itu telah berseru dengan suara keras: 473 "Tengkorak maut aku Ko Sun Ki sudah delapan belas tahun lamanya dikurung di tempat ini masa.." Sekujur badan Han Siong Kie bergetar keras setelah mendengar nama orang itu bagaikan kena listrik secara beruntun ia mundur tiga langkah kebelakang. "Ko su Ki.... Ko su Ki "serunya berulang kali "engkau adalah malaikat hawa panas Ko su Ki??" "Haahhh... haaahhh... haaahh tebakanmu tepat sekali hey bocah cilik, tebakanmu sangat tepat, aku memang salah satu diantara sepasang malaikat panas dingin yang disebut orang malaikat panas Ko su Ki sungguh tak nyana orang persilatan masih mengenal nama serta julukanku ini" Tanpa sadar Han Siong Kie teringat kembali akan perbuatan2 kejam yang dilakukan malaikat dingin Mo siu Ing selama ini karena suaminya lenyap tak berbekas ia telah limpahkan semua kemarahannya pada umat persilatan, setiap tahun ia harus membantai seratus orang jago persilatan untuk melampiaskan amarah dan dendamnya itu. Disamping kesemuanya itu, pemuda tersebutpun teringat kembali akan janjinya dengan Malaikat hawa dingin Mo siu Ing, andaikata ia dapat mencari tahu jejak dari Malaikat hawa panas Kosu Ki, maka dia akan menangkan sarung tangan pusaka Hud jiu poo pit yang sebelah lainTak nyana apa yang semula dianggap sebagai suatu pekerjaan yang sangat berat, kini berhasil didapatkan dengan gampang, ternyata malaikat hawa panas Ko su Ki disekap dalam istana maut. Saking emosi dan terpengaruh oleh keadaan, sekujur badan pemuda itu gemetar keras, ia tak tahu benarkah sarung tangan Hud jin Poo pit yang sebelah kiri masih berada dalam

sakunya.. 474 Tak tahan lagi ia berseru dengan suara keras: "Ko cianpwee, istrimu.." "Tutup mulut" mendadak pemilik Benteng Maut membentak keras, suaranya amat dahsyat bagaikan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong membuat seluruhruangan bergetar keras dan pantulan suaranya memekikkan telinga. "Kraaakk..! kraaakk..!" bunyi gemurutukan yang nyaring bergema tiada hentinya dari dalam ruangan batu itu tak terdengar suara dari Ko Su Ki lagi, jelas ada orang lain telah menggerakkan alat rahasia yang terpasang dalam ruang batu itu sehingga menggeserkan kedudukan malaikat hawa panas kearah sebelah lain. Menyaksikan keadaan tersebut, dengan cepat Han Siong Kie putar badan, kemudian serunya kepada pemilik benreng maut : "Poocu, apa yang telah kau lakukan terhadap dirinya? Pemilik benteng maut tertawa seram tiada hentinya. "Heehh..heehh..heehh . bocah muda, perbuatanmu itu sama artinya sedang menggali liang kubur buat diri sendiri!" Poocu. apa masudmu mengucapkan kata2 seperti itu? tegur Han Siong Kie dengan hati bergetar keras. Engkau telah kehilangan hakmu untuk tinggalkan benteng ini dalam keadaan selamat Kenapa musti begitu? Sebab rahasia benteng kami selamanya tidak diijinkan untuk bocor kedalam dunia persilatan Hawa amarah segera berkobar dalam dada Han Siong Kie membuat paras mukanya berubah jadi merah padam, ia mendengus dingin. 475 "Hmmm! apa yang hendak poocu lakukan terbadap diriku?" tantangnya kemudian. Akan kumusnahkan segenap ilmu silat yang kau miliki dan selama hidup disekap dalam istana ini. Sorot mata penuh kemarahan dan kebengisan terpancar keluar dari balik mata Han Siong Kie andaikata pihak lawan benar2 akan memusnahkan ilmu silat yang dimilikinya maka ia bersiap sedia untuk melakukan perlawanen hingga titik darah penghabisan. 00000dOw00000 BAB 27 DENGAN langkah yang tegap dan sikap yang gagah, sianak muda itu maju kedepan beberapa langkah, serunya dengan penuh kegemasan"Jadi poocu telah mengambil keputusan untuk menghadapi

diriku dengan cara tersebut??" "Hmm setiap perkataan yang kuucapkan keluar berat laksana bukit karang, selamanya aku tak akan merubah perkataan yang telah diucapkan keluar" "Kalau begitu akupun akan beritahu kepada mu, jangan mimpi perbuatanmu itu dapat terlaksana" "Heeeh heehh heeehhh" pemilik benteng maut tertawa seram tiada hentinya "buat aku tengkorak maut, tak ada perbuatan yang tak mungkin bisa kukerjakan" Han Siong Kie menggertak giginya kencang2, segenap tenaga dalam yang dimilikinya dihimpun menjadi satu dan siap untuk melakukan pertarungan terakhir yang akan menentukan mati hidupnya .... 476 "Bocah muda, engkau masih coba akan melewati?? " jengek pemilik benteng maut sambil mendengus dingin. "Tepat sekali selama hayat dikandung badan aku akan melakukan perlawanan yang gigih hingga titik darah penghabisan-" "Kau anggap masih ada kesempatan bagimu untuk melakukan kesemuanya itu ?" "Aku tak sudi mandah dibunuh dan dijagai orang tanpa melakukan perlawanan" "Kalau memang engkau merasa punya kemampuan, apa salahnya kalau mencobanya lebih dahulu??" Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari mulutnya, Pemilik Benteng maut segera menggosokkan sepasang telapaknya satu dengan yang lain, kemudian didorong kearah depansegumpal angin pukulan yang sangat tajam dan aneh segera meluncur keluar dengan dahsyatnya. Han Siong Kie tak berani bertindak gegabah menghadapi serangan musuh yang begitu dahsyat, tatkala pihak lawan melepaskan pukulan mautnya, diapun segara ayunkan sepasang telapaknya kearah depan-. Gulungan angin pukulan yang tajam dengan cepat meluncur kearah depan, namun sewaktu bertemu dengan gulungan angin aneh yang enteng seakan2 tiada benda itu ternyata ibarat saiju bertemu dengan api, setelah lenyap tak berbekas.. Si anak muda itu jadi amat terperanjat hingga merasa sukma melayang tinggalkan raganya, dari serangan telapak ia segera merubah ilmu jari sakti Tong kim ci untuk menghajar mundur serangan lawan-. 477 siapa tahu tenaga murninya sama sekali tak dapat dihimpun kembali, pemuda itu rasakan badannya lumpuh total.

Sementara itu dari balik sepasang telapak Pemilik benteng maut yang didorong keluar, gulungan angin serangan yang aneh masih meluncur keluar tiada hentinya. Rasa kaget dan terkesiap yang dirasakan Han Siong Kie saat itu benar2 sukar dilukiskan dengan kata2, dalam hati kecilnya ia mengeluh: "Habis sudah riwayatku .... entah ilmu aneh apa yang digunakan pihak lawan?? kenapa tenaga murniku tak dapat dihimpun kembali??" Tapi sianak muda itu tak mau menyerah kalah dengan begitu saja, sekali dua kali secara beruntun ia telah mencoba sampai delapan kali banyaknya, akan tetapi hawa murninya masih tetap buyar dan sama sekali tidak dapat dihimpun kembali... Akhirnya dengan lunglai dan putus asa ia turunkan telapaknya kebawah. Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia merasa pernah menjumpai ilmu sakti yang sangat aneh itu, belum lama berselang ia pernah mengalami nasib sama seperti hari ini dengan cepat berputar ia berpikir keras. Akhirnya pemuda itu ingat, ketika berada diwilayah Liao hian tan pusat markas besar perkumpulan Thian che kau, ketua muda dari perkumpulan itu pernah menggunakan pula ilmu silat yang sangat aneh itu, membuat dia dalam waktu singkat mengalami kemacetan dalam pengerahan tenaga dalam, tapi itu hanya berlangsung sebentar saja untuk kemudian hawa murninya pulih kembali seperti sedia kala. Waktu itu tenaga dalam yang dimilikinya hanya separuh dari apa yang dimiliki saat ini, dari sini dapat diketahui bahwa pengetahuan ketua muda perkumpulan Thian che- kau terhadap ilmu aneh tersebut masih cetek sekali, sedang 478 pemilik benteng maut benar2 telah menguasahi segenap keampuhan ilmu tadi. Tapi kenapa ketua muda perkumpulan Thian che kau bisa menggunakan pula kepandaian aneh itu.? jangan2 antara perkumpulannya dengan Benteng maut terikat hubungan yang erat? Kenangan lain yang memilukan hati, dengan cepat menyelinap kembali dalam benaknya.. Ibunya siang-go cantik ong cui Ing telah menerima sebuah pukulan dahsyatnya sebelum ia mendapat celaka, namun perempuan itu sama sekali tidak menderita luka apapun jua, jangan2 ilmu yang dipergunakan olehnya adalah ilmu Kim kong sinkang dari pemilik benteng maut? Ditinjau dari kedua tanda tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa perkumpulan Thian che kau mempunyai ikatan hubungan yang erat dengan pemilik benteng maut. Berpikir sampai disini dengan penuh emosi ia berseru: "Apa hubungan benteng maut dengan perkumpulan Thian che kau?"

"Apa?? perkumpulan Thian che kau" seru pemilik benteng maut tercengang. "Benar perkumpulan paling besar dikolong langit dan daya pengaruhnya melampaui perkumpulan serta partai2 lainnya" "Belum pernah aku dengar yang dinamakan perkumpulan Thian che kau itu" Han Siong Kie terperangah mendengar jawaban tersebut tapi dengan cepat la tertawa dingin tiada hentinya. "Heeahh..heehh..heehh... bocah cilik dan kaum wanitapun kenal apa yang dinamakan perkumpulan Thian che kau, masa engkau sebagai pimpinan persilatan sama sekali tak kenal nama itu, omong kosong ucapan yang cuma bisa membohongi anak kecil" 479 "Omong kosong..? HHmm aku bukan seorang manusia yang suka omong kosong, bocab muda kau anggap dengan mengada-ada pembicaraan maka engkau dapat meloloskan diri dengan menggunakan kesempatan itu? HHmm ... kalau engkau punya jalan pikiran semacam itu, maka terus terang kukatakan kepadamu, pikiran semacam itu hanya suatu impian disiang hari" Pemilik benteng maut segera rentangkan sepasang telapaknya, jari tengah kiri dan kanannya di sentil kearah muka, dua desiran tajam laksana kilat meluncur kearah depan. Dalam keadaan hawa murni yang sama sekali buyar, Han Siong Kie sama sekali tak mempunyai kemampuan untuk menangkis ataupun menghindarkan diri dari datangnya anca tersebut, ia rasakan badannya jadi kaku dan enam buah jalan darahnya tahu2 sudah tertotok semua hingga segenap hawa murninya buyar sama sekali. Ditengah gelak tertawa yang membetot sukma, pemilik benteng maut enjotkan badan berlalu dari situ, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas. Han Siong Kie segera merasakan tubuhnya seakan2 terjerumus kedalam sebuah jurang yang tiada tara dalamnya, sukma serasa melayang tinggalkan raganya, ia merasa tubuh kasar itu sudah bukan menjadi miliknya lagi, ia merasa hatinya tercekam dalam suasana yang berat.. ia merasakan pukulan batin yang keras.. Dalam suatu sentilan jari yang sangat ringan, Pemilik benteng maut telah membuyarkan tenaga dalam hasil latihan selama dua ratus tahun yang dimiliki olehnya.. Pemuda itu menjublak dengan mata terbelalak lebar, badannya mulai sempoyongan bagaikan orang mabuk. Setelah tenaga dalamnya punah berarti semua harapan, budi, dendam, cinta dan segala perasaan hatinya ikut lenyap tak berbekas. 480

Dua titik air mata tanpa terasa menetes keluar membasahi pipinya.. Lama.. lama sekali, ia baru berseru dengan nada serak: "Tengkorak maut, hari kiamat bagimu tak akan terlalu jauh.. suatu saat pasti akan tiba saat sialmu itu.." Pemuda itu temukan suaranya begitu lirih dan lemah, paling banter hanya bisa berkumandang sampai sepuluh tombak jauhnya dari tempat semula. Pada saat itulah.. dari belakang tubuhnya berkumandang suara aneh yang mendirikan bulu roma, dengan kaku Han Siong Kie berpaling kebelakang, makhluk aneh setengah manusia setengah setan yang berambut panjang dan pernah ditemui sewaktu masuk kedalam benteng tadi tahu2 telah berdiri tiga langkah dihadapan mukanya. Sorot matanya yang begitu dingin, menyeramkan dan membuat orang selama hidup tak dapat melupakannya kembali itu terpancar keluar lewat sela2 rambut dan menatap wajahnya tanpa berkedip. Tanpa terasa pemuda itu kembali merasakan hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri, sorot mata yang terpancar keluar dari balik mata makhtuk aneh itu, sama sekali tiada pancaran hawa manusia barang sedikltpunjua. Setelah menatap Han Siong Kie beberapa saat lamanya, mahluk aneh itu putar badan dan berjalan kearah ruang batu disisinya diruang malaikat hawa panas Ko Su Ki mula-mula disekap. Ia membuka rantai besi didepan pintu, membuka pintu baja yang berat kemudian menggape kearah Han Siong Kie dan menuding kearah dalam ruangan batu itu.. Tentu saja Han Song Kie mengerti apa yang dimaksudkan makhluk aneh itu, ia akan dijadikan tawanan dalam benteng maut dan selamanya tinggal disana. 481 Api kegusaran dan rasa dendam seketika berkobar dalam dadanya, ia tak menyangka kalau akhirnya dia bakal musnah ditangan musuh besar pembunuh keluarganya, dia ingin sekali membinasakan makhluk aneh itu kemudian musnahkan ruang batu dan akhirnya mencari tengkorak maut dan beradu jiwa dengan dirinya. Namun sianak muda itu mengerti apa yang dibayangkan olehnya itu tak mungkin bisa dilaksanakan untuk selamanya sebab tenaga dalam yang ia miliki sama sekali telah punah. Untuk kedua kalinya Makhluk aneh itu memberi tanda kepadanya, agar Han Siong Kie masuk kedalam ruangan. Pemuda itu menggertak gigi kencang2, sorot matanya memancarlan api kegusaran dan rasa penasaran, sekujur badannya gemetar sangat keras. Dengan perasaan putus asa ia menengadah memandang langit yang berwarna abu2, gumamnya seorang diri:

"Sungguh tak nyana aku bakal musnah dalam keadaan begini, dendam berdarah belum sempat kutuntut balas perintah guruku belum sempat kulaksanakan, sekalipun mati aku tak bakal mati dengan mata terpejam." Belum habis dia bergumam, tubuhnya telah maju dengan sempoyongan, lengannya terasa jadi kencang dan sepasang kakinya sudah terangkat tinggalkan permukaan, bagaikan anak ayam disambar elang, tahu2 badannya sudah diangkat makhluk aneh itu dan dilemparkan kedalam ruang batu itu. "Blaaamm.. badannya mencium tanah keras2, sekujur badannya terasa amat sakit bagaikan tulangnya sudah patah semua begitu terhempas keatas tanah pemuda itu sama sekali tak dapat berkutik lagi. "Kraakk Kraakk " pintu baja tertutup rapat kemudian dikunci dari luar. 482 seketika itu juga suasana dalam ruangan itu jadi gelap gulita, begitu gelapnya hingga susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri, hawa lembab yang dingin dan menyayat badan menyelimuti seluruh ruangan membuat badan jadi sakit bagaikan ditusuk2 jarum. Dengan tenang dan sama sekali tak berkutik ia berbaring diatas papan batu yang dingin dan keras, benaknya serasa kosong melompong tiada ingatan apapun juga. Dalam waktu singkat, ia tak mempunyai pikiran lagi, ingatan apapun tak tersisa dalam benaknya, pemuda itu merasakan dirinya seolah2 sudah mati . Waktu telah kehilangan arti dan manfaatnya dalam ruang baja yang gelap itu. Ketika matanya sudah biasa dengan kegelapan dan ia sudah dapat membedakan setiap benda yang ada disekelilingnya, kesadaran perlahan2 pulih kembali seperti sedia kala, pertama-tama ia saksikan lebar ruang batu itu tiga tombak. empat penjuru merupakan dinding batu yang keras kecuali itu tiada sesuatu apapun yang tertinggal disana. Hal ini membuktikan bahwa malaikat hawa panas Ko su Ki telah dipindahkan ketempat lain, bagaimanakah nasibnya sukar di duga dan sekarang ia telah menggantikan tempat kedudukannya itu serta menjadi penghuni tetap dalam ruang batu itu. Malaikat hawa panas Ko su Ki sudah di sekap selama delapan belas tahun lamanya disana tapi tenaga dalamnya sama sekali belum punah, ia masih ada harapan untuk bisa meloloskan diri dari tempat terkutuk ini sedang dia sendiri? setengah dari harapan yang mereka milikipun tak ada, kehidupannya akan berakhir disana. Pemuda itu bangkit dan duduk bersandar disisi dinding teringat kembali kenangan masa lampau hatinya terasa amat sakit bagaikan di iris2.

483 Dendam berdarah atas kematian dua ratus jiwa anggota keluarganya tak mungkin bisa dituntut balas untuk selamanya. Keluarga paman gurunya telapak naga beracun Thio Lin ikut musnah dari muka bumi dan mereka hanya akan merana dan penasaran dialam baka. sepuluh hari kemudian jika gurunya Mo tiong ci mo tidak dijumpai kemunculannya sesaat sebelum meninggal ia mesti sedih gusar dan penasaran, pukulan batin yang diterimanya waktu itu pasti sulit dilukiskan dalam kata2, cita2 serta harapannya yang terkandung sejak empat puluh tahun berselang akan musnah bagaikan kabut ditempa sinar matahari dan pasti akan mati tak tenang. Budi kebaikan yang dilimpahkan orang yang kehilangan sukma dan orang yang ada maksud selama hidup tak mungkin bisa dibalas. Adik angkatnya Tonghong Hwei selama ini menganggap dia sudah mati bahkan mendirikan tugu untuk memperingati kematiannya tak lama kemudian dia pasti akan bunuh diri untuk menyusul dirinya, meskipun aku tak membunuh Pak-jin tapi Pak jin mati lantaran aku.. Hampir saja pemuda itu otaknya jadi sinting, dosa karena tidak berbakti, tidak setia kawan- tidak setia pada perguruan, semuanya menimpa dirinya. Kematian, belum tentu bisa membebaskan semuanya itu dari dalam benaknya. Ia merasa hatinya tersayat, terluka, dan akhirnya mengucurkan darah. "Apa yang harus kulakukan untuk mengatasi semua kesulitan ini? ingatan tersebut hampir merampas seluruh perhatian serta pikirannya. Apakah dia harus hidup lebih jauh dalam keadaan yang lemah dan sama sekali tak berguna? apakah dia harus menerima keadaan tersebut hingga akhir hidupnya? 484 Mungkinkah dia harus menyelesaikan sendiri kehidupannya yang penuh kegagalan serta kekecewaan itu? Ia sama sekali tidak mempunyai pikiran untuk berusaha meloloskan diri dari situ, sebab segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah musnah, sekalipun masih utuh, untuk meloloskan diri dari cengkeraman Pemilik benteng maut boleh dibilang ibaratnya bermimpi disiang hari bolong. Cukup andalkan barisan rumah batu yang aneh dan sakti, tipis sudah harapannya untuk melarikan diri. Rasa putus asa, bagaikan sebilah pisau tajam yang menyayat hatinya. Rasa ingin mati, kian lama kian tebal menyelimuti benaknya. Mendadak... jari tangannya menyentuh suatu benda, serta merta ia ambil benda tadi dan diperiksanya dengan seksama. Ternyata benda itu adalah sebuah bungkusan kain kecil,

ketika diangkat terasa berat sekali, dengan cepat ia buka kain tadi. Apa yang terlihat?? ternyata isi bungkusan itu adalah sebuah telapak tangan yang terbuat dari tembaga. Ledakan rasa girang tak terbendung lagi, gumamnya seorang diri: "Hud jiu Poo pit. Kitab pusaka tangan Buddha... kitab pusaka..." Tak dapat diragukan lagi, benda itu pasti sudah tertinggal tatkala malaikat hawa panas Ko su Ki dipindah dari tempat itu. Jika sepasang sarung tangan itu digabungkan menjadi satu, maka dia akan berhasil mempelajari ilmu sakti see mi sinkang, bila ilmu sakti itu sudah diyakinkan olehnya maka ia tak usah jeri terhadap keampuhan Tengkorak maut lagi. Tapi.. ketika ia teringat kembali bahwa tenaga dalam yang dimilikinya telah musnah dan harapannya untuk meloloskan 485 diri telah punah, bagaikan kepalanya diguyur air dingin, ia berdiri terbelalak dan tak mampu berbuat sesuatu apapunApa gunanya kitab pusaka tangan Buddha jika ia tak dapat melatihnya? benda itu ibaratnya barang yang tak berguna.. "Criing" tangannya jadi kendor dan benda mustika yang diincar setiap umat persilatan itu terlepas dari cekalannya dan jatuh kembali keatas tanah. seluruh ingatan dan pikirannya kembali tersita untuk memikirkan soal kematianIa tak sudi hidup dalam keadaan cacad dan tak bertenaga, pemuda itu merasa lebih baik mati daripada menanggung derita dan kekecewaan-. sementara ia sedang putus harapan dan siap untuk bunuh diri "criing criing" sentilan jari yang menyentuh permukaan pintu baja berkumandang tiada hentinya. Han Siong Kie sama sekali tak mendongak ia segan untuk melakukan segala sesuatunya. "Malaikat penyakitan, malaikat penyakitan" serentetan suara perempuan yang pernah di kenal olehnya berkumandang disisi telinga. Sekujur tubuh Han sing Kie bergetar keras siapakah perempuan itu? mengapa ia muncul dalam benteng maut, dari mana ia tahu kalau dirinya disekap disitu? "Malaikat penyakitan " untuk kedua kalinya suara panggilan itu berkumandang. Han Siong Kie segera mendekati pintu baja itu dan tak tahan lagi dia bertanya. "Siapakah engkau?" "Aku? engkau tak perlu tahu dulu, aku ingin tanya apakah engkau benar2 adalah malaikat penyakitan ahli waris dari Mo tiong ci mo?" "Benar" "Apakah engkau masih ingat dengan seorang gadis yang pernah kau tolong dari tangan empat pengawal baju hijau dari 486

istana Huan mo kiong?" Han song Kie termenung dan berpikir sebentar lalu menjawab: "Akulah gadis yang kau maksudkan itu" "Engkau??" "Betul, aku adakah istri yang ditinggalkan" "Ooooh jadi nona adalah gadis yang menyebut diri sebagai istri yang ditinggalkan? sekarang aku ingat sudah" Setelah berhenti sebentar, dengan rasa sangsi ia bertanya kembali: "Kenapa nona bisa sampai disini ? dan darimana pula engkau tahu kalau aku disekap ditempat ini??" "ooooh... soal itu engkau tak usah tahu" "Apa nona adalah anggota benteng ini ??" "Sudah kukatakan tadi, lebih baik tak perlu banyak bertanya, pernahkah engkau mendengar cerita tentang seorang sahabat yang membalas jasa atas budi yang pernah diterima olehnya???" "Ada apa ? apakah nona..." Sebelum pemuda itu sempat menyelesaikan kata2nya, gadis itu telah menanggapi: "Dugaanmu tepat sekali, aku memang hendak membalas jasa baik yang pernah kuterima dari tanganmu, sekarang aku hendak tolong engkau untuk keluar dari benteng ini." Sekujur badan Han Siong Kie gemetar keras hampir saja ia tidak percaya dengan telinga sendiri serunya dengan suara gemetar: "Nona hendak menolong aku lolos dari benteng ini" "Betul tunggulah sebentar disitu aku segera akan muncul dalam ruangan batu itu" Begitu mengucapkan kata2 tersebut suaranya seketika lenyap tak berbekas. 487 Han Siong Kie merasakan hatinya bergejolak keras hampir saja tak dapat menahan pergolakan emosi yang luar biasa itu, gumamnya seorang diri: "suatu pertemuan aneh benar2 kejadian ini merupakan suatu pengalaman aneh membuat orang bingung dan sama sekali tak habis mengerti" sesudah berpikir beberapa saat lamanya diam2 ia berpikir lebih jauh: "Aaah tidak betul gadis yang menyebut dirinya sebagai istri yang ditinggalkan ini pastilah anggota benteng maut ini, kalau tidak dengan tenaga dalam yang dimilikinya tak mungkin ia bisa pergi kesana kemari dalam benteng tersebut dengan leluasa tapi apakah hubungannya dengan tengkorak maut, kalau toh dia anggota istana maut, kenapa tenaga dalam yang dimilikinya begitu biasa? bikin kepala jadi pusing." "Kraaakrk kraaakkk "sebuah dinding batu per lahan2 bergeser kesamping dan muncullah sebuah pintu kecil. Han Siong Kie rasakan jantungnya berdebar keras dengan pandangan tajam dia awasi terus pintu kecil itu. sesosok bayangan tubuh yang ramping dan mulus per

lahan2 muncul dalam ruangan itu, dia bukan lain adalab "Istri yang ditinggalkan" Mendadak pelbagai pikiran dan ingatan berkecamuk dalam benak sianak muda itu pikirnya. "Dewasa ini tenaga dalam yang kumiliki sama sekali telah buyar, sekalipun aku berhasil ditolong oleh " istri yang ditinggalkan" hingga lolos dari benteng maut tapi tugas yang dibebankan guruku belum terlaksana dengan muka apa aku harus berjumpa dengan guruku Mo tiong ci mo? disamping itu musuh bebuyutan yang punya dendam dengan aku terlalu banyak. sekalipun muncul dengan muka asliku atau dengan wajah malaikat penyakitan orang lain sudah pasti tak akan lepaskan diriku, kenapa aku musti menerima uluran tangannya 488 sehingga berhutang budi kepada gadis yang bernama istri yang di tinggalkan ini?? Berpikir sampai disini dengan nada dingin ia lantas berkata: "Apakah nona hendak tolong aku untuk keluar dari benteng ini?" "Benar, dengan menempuh bahaya aku melakukan hal ini, maksudku tidak lain adalah guna membalas budi atas pertolongan yang pernah engkau berikan padaku" "Maksud baik nona biarlah kuterima dalam hati saja, nona tak usah menempuh bahaya ini demi diriku" Istri yang ditinggalkan tertegun mendengar jawaban tersebut, dengan nada tercengang bercampur tak habis mengerti ia berseru: "Jadi engkau rela mengorbankan dirimu untuk dikubur dalam benteng ini??" "segenap tenaga dalam yang kumiliki telah punah, keadaanku tidak jauh berbeda dengan seorang manusia cacad, apa arti hidup bagiku??" "Ooooh tentang soal itu terus terang kuberitahukan kepadamu, tenaga dalam yang kau miliki masih utuh, hanya jalan darahmu tertotok mengakibatkan urat dan nadi mu jadi kacau balau, oleh sebab itulah hawa murnimu tak dapat dihimpun kembali" setelah mendengar keterangan tersebut, timbullah harapan untuk hidup dalam hati kecilnya, rasa putus asa yang semula menyelimuti hatinya kini tersapu lenyap dari benaknya, dengan penuh emosi ia berseru: "Sungguhkah apa yang nona ucapkan itu??" "Aku rasa tiada kepentingan apa2 bagiku untuk membohongi dirimu" 489 "Lalu kepandaian apakah yang telah digunakan oleh pemilik benteng maut untuk melukai diriku ??" "Suatu kepandaian rahasia yang tak pernah diwariskan

kepada siapa2 dari Benteng Maut" "Nona dapat memunahkannya?" "Tentu saja dapat" sahut gadis itu sambil mengangguk "tapi aku tak dapat membebaskan jalan darahmu itu, sebab untuk melepaskan engkau dari sini aku telah menempuh suatu jalan yang amat berbahaya, jika aku bebaskan pula jalan darahmu yang tertotok itu berarti kematian yang tak bisa ditawar lagi bagiku, sebab itulah peraturan dari benteng maut ini" "jadi nona adalah anggota benteng maut? " tegur Han Siong Kie dengan suara dalam. "Benar, ucapanmu itu sama sekali tak keliru" "Apa hubunganmu dengan pemilik benteng maut ini??" "Maaf untuk sementara waktu aku tak dapat memberitahukan soal ini kepadamu" "Tapi aku harus mengetahuinya lebih dahulu" Rasa serba salah dan keberatan terlintas diatas wajah istri yang ditinggalkan, setelah ragu2 beberapa saat lamanya, ia tetap gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tak dapat beritahukan rahasia ini kepadamu" katanya. Melihat keputusan gadis itu, Han Siong Kie segera berpikir dalam hati: "Kalau ditinjau dari sikapmu itu, sudah pasti ia mempunyai hubungan yang luar biasa dengan Tengkorak maut, sebaliknya antara aku dengan Tengkorak maut terikat oleh dendam sedalam lautan, darimana aku boleh menerima budinya ? tapi...Aaaai kalau aku tetap berdiam disini mana mungkin dendamku bisa terbalas?" 490 Harapan untuk pulihkan kembali kekuatan tubuh yang dimilikinya mendorong sianak muda itu untuk cepat2 tinggalkan benteng yang mirip neraka ini. Dalam keluarga bakti kepada gurunya... serta masalah lain yang pelik kembali berkecamuk dalam benak pemuda itu, akhirnya tak tahan lagi ia bertanya: "Siapakah orang2 dalam persilatan yang sanggup membebaskan aku dari pengaruh totokan ini?" "Sulit untuk dikatakan? dunia persilatan amat luas, banyak keanehan yang terlingkup didalamnya, soal ini harus dilihat dari rejekimu sendiri, kalau ada jodoh aku rasa gampang untuk temukan manusia seperti itu, sebaliknya kalau tidak berjodoh...apa mau dikata lagi?" Dengan mulut membungkam Han Siong Kie mengangguk. pikirnya didalam hati: "Guruku Mo tiong ci mo sangat hapal dengan ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut, mungkin ia bisa bebaskan pengaruh totokan ini, selain itu bukankah masih ada orang yang kehilangan sukma, serta Put to sianseng beberapa orang jago misterius yang berkepandaian lihay? siapa tahu.." Terdengar gadis itu berkata lebih jauh:

"Setelah engkau keluar dari benteng ini, aku harap engkau bersedia merahasiakan apa yang pernah kau saksikan dalam benteng ini sehingga tidak sampai bocor kedalam dunia persilatan?" "Tentang soal ini aku bisa memenuhinya, tapi sebelum itu akupun hendak mengutarakan dua hal lebih dahulu" "Katakanlah cepat" "Pertama aku punya janji dengan malaikat hawa dingin Mo siu In untuk mencarikan jejak suaminya yakni malaikat hawa 491 panas Ko su Ki untuk mencegah malaikat hawa dingin melakukan pembantaian lagi. terhadap orang persilatan terpaksa aku harus bocorkan jejak suaminya itu kepada perempuan tersebut" "Tentang soal itu sih boleh saja, jika malaikat hawa dingin berani mencari gara2 kemari itu berarti dalam benteng kami ini akan bertambah dengan seorang penghuni lagi" "Kedua jika tenaga dalamku telah pulih kembali maka aku akan menyatroni kembali benteng maut ini.." "Apa engkau akan datang lagi?" "Betul" "Kenapa?" "Untuk membalas dendam" "Oooh engkau punya dendam dengan poocu benteng ini?" "Benar, dendamku lebih dalam dari pada samudra, jikalau nona menyesal untuk melepaskanku pergi dari sini sekarang juga engkau masih sempat menarik kembali tawaranmu itu" Paras muka gadis yang bernama istri yang ditingalkan itu berubah hebat, akhirnya dengan sedih ia berkata: "Baik, engkau boleh terhitung sebagai seorang pendekar jujur yang jarang ditemui dalam dunia persilatan, hari ini kulepaskan dirimu karena ingin membalas budi pertolongan yang pernah kau berikan kepadaku sedangkan mengenai rencanamu untuk menuntut balas dalam benteng maut ini, hal itu boleh dianggap masalah lain" "Dan nona tak akan menyesal dengan perbuatanmu itu?" "Tiada alasan menyesal bagiku untuk perbuatan yang telah kulakukan dengan penuh kesadaran." 492 "Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih lebih dahulu atas bantuanmu itu" "Engkau tak usah berterima kasih kepadaku, kita satu bayar satu, budi diantara kita sama sekali telah terhapus, dan sekarang kitapun harus segera berangkat" "Bagaimana caranya kita keluar dari sint?" Tiba2 gadis itu melancarkan sebuah totokan kilat keatas tubuh Han Siong Kie.. sianak muda itu seketika merasakan badannya merasa

gemetar keras, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat dalam benaknya, ia sudah roboh terkapar diatas tanah. Ketika ia sadar kembali dari pingsannya, terasa angin dingin berhembus lewat menggidikkan badan- suara gulungan ombak terdengar kembali dengan jelas, ketika ia buka matanya tampaklah bintang bertaburan diangkasa, dinding benteng yang hitam pekat berdiri mentereng dihadapannva, ternyata ia sudah berada diluar benteng maut. "Saudara, sekarang engkau boleh segera tinggalkan tempat ini Nah, inilah benda milikmu yang ketinggalan, baik2lah kalau menyimpannya. Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan, sebuah buntalan terjatuh disisinya sedang gadis itu sudah lenyap dari pandangan. Han Siong Kie bangkit berdiri, dalam hati ia merasa bersyukur karena isi buntalan itu adalah sebagian dari Hud jiu Poopit yang diidamkan setiap umat persilatan, semula benda itu merupakan benda milik malaikat hawa panas yang tinggalkan disana, tapi gadis istri yang ditinggalkan mengira sebagai miliknya, kini benda itu dibawa keluar dan diserahkan kembali kepadanya. 493 Bukankah itu berarti bahwa benda mustika itu berjodoh dengan dirinya?? andaikata masih ketinggalan dalam benteng maut, bukankah semua harapannya ikut lenyap? setelah menyimpan buntalan itu baik2, pemuda itu melirik sekejap kearah Benteng maut yang bercokol bagaikan iblis raksasa itu, kemudian putar badan dan berlalu dari sini. setelah tenaga dalamnya punah, keadaan Han Siong Kie tidak jauh berbeda dengan manusia biasa, selangkah demi selangkah berjalan tinggalkan benteng itu. Ia merasa dirinya seperti baru sadar dari suatu impian buruk, dalam sehari belaka dari seorang jago persilatan yang ampuh telah berubah jadi manusia biasa yang lemah tak bertenaga. Dan satu hal yang mimpipun tak pernah disangka olehnya, ia telah berjumpa kembali dengan Tonghong Hui yang dirindukan olehnya selama ini... Jika Tonghong Hui tahu kalau malaikat penyakitan yang telah ditolongnya olehnya bukan lain adalah engkoh Kie yang dianggap sudah mati dibunuh oleh orang2 perkumpulan Thian che kau, serta ia bersumpah hendak balaskan dendam sakit hatinya itu, mungkin ia bisa mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk bebaskan sianak muda itu dari pengaruh totokan. Sedangkan Han Siong Kie sendiri, andaikata ia tahu kalau "istri yang ditinggaikan" adalah adik angkatnya Tonghong Hui, mungkin iapan akan membuka rahasianya hingga apa yang kemudian terjadipun bisa dibayangkan setiap orang.

Sayang, Takdir telah menentukan lain, sepasang merpati itupun harus melewatkan kesempatan baik itu dengan Begitu saja. . Dengan susah payah Han Siong Kie menyeberangi jembatan batu dan tiba ditepi pantai berpasir, seCara lapat2 ia 494 merasa se akan2 melihat adik angkatnya Tonghong Hui sedang duduk diatas batu cadas dimana mereka berjumpa untuk pertama kalinya, rasa sedih menyelimuti seluruh wajah pemuda ini. Dengan langkah yang ling lung ia naik ke atas daratan dan per-lahan2 meneruskan perjalanannya lewat jalan raya. Ingatan pertama yang berkelebat dalam benaknya saat ini adalah bagaimana caranya tiba ditempat tinggal gurunya dengan gerak badan paling cepat dia harus tiba disitu sebelum sepuluh hari lewat karena gurunya pernah berkata bahwa ia masih ada pesan lain yang hendak disampaikan. sementara itu dari tempat2 tersembunyi tidak jauh dari jalan raya berpuluh2 pasang mata dengan sorot mata penuh rasa kejut dan tercengang sedang mengamati gerak gerik dari Han Siong Kie.. Dengan mata kepala sendiri mereka saksikan pemuda itu masuk kedalam benteng dan sekarang mereka saksikan pula ia muncul dari dalam benteng dalam keadaan selamat. Meskipun dari langkah kaki Han Siong Kie yang berat dan lambat menimbulkan perasaan heran dan tak habis mengerti dalam hati kecil mereka, namun siapapun tak berani mencabut kumis harimau secara gegabah kelihatannya dan kedahsyatannya Malaikat Penyakitan sudah amat tersohor dikolong langit: -00d000w00BAB 28 SECARA diam2 mereka terus menguntit dibelakangnya, jauh dibelakang dan sangat hati2 sekali hingga sedikitpun tak menimbulkan suara, mereka takut jejaknya ketahuan oleh pemuda lihay itu. 495 Tentu saja mimpipun ia tak mengira kalau Malaikat penyakitan yang mereka takuti dan segani, kini sudah merupakan seekor harimau ompong. segenap ilmu silatnya punah tak berbekas. sebaliknya Han Siong Kie sendiripun tak menyangka kalau ia dikuntit dan diawasi gerak geriknya oleh para jago silat. Dengan cepat berita itu disiarkan oleh para jago persilatan yang berjaga disekitar benteng Maut kesegala penjuru dunia dengan cara yang paling cepat. Malaikat penyakitan, ahli waris dari Mo-tiong ci-mo setelah masuk kedalam benteng maut ternyata telah muncul kembali

dari benteng itu dalam keadaan selamat. Begitu kabar itu tersiar dikolong langit sebagian besar orang persilatan segera menganggap pemilik benteng maut atau yang dikenal sebagai Tengkorak maut,pastilah hasil penyaruan dari Mo tiong ci mo, sebab pada empat puluh tahun berselang, Tengkorak maut dan iblis diantara iblis tak pernah munculkan diripada saat yang bersamaan. Dengan tersiarnya kabar itu, maka Han Siong Kie menjadi sasaran dari perhatian segenap umat persilatan. terutama sekali mereka2 yang pernah merasakan kelihayan dan menderita kerugian ditangan Tengkorak maut serta iblis diantara iblis.. Fajar telah menyingsing .... sang surya memancarkan cahaya ke emas2an dari ufuk sebelah timur. Han Siong Kie merasa lapar, dahaga bercampur penat . . . perjalanan yang ditempuh semalam suntuk hanya berhasil melampaui jarak sejauh enam puluh li, ia mempunyai tujuan untuk menuju kota yang terdekat, makan hingga kenyang kemudian membeli kuda untuk melanjutkan perjalanan. Sebuah hutan lebat terbentang di depan mata, nun jauh diseberang hutan ia temukan sebuah dusun kecil penemuan 496 itu membuat semangatnya bangkit kembali, ia segera percepat langkahnya menuju dusun tersebut. Tiba2 desiran ujung baju tersampok angin berkumandang datang dari arah depan. Han Siong Kie terkesiap. serentak ia menghentikan langkah kakinya dan berpaling ke arah mana berasalnya suara itu. Tiga sosok manusia meluncur datang dari depan dan secepat kilat mengepung sianak muda itu dalam posisi segi tiga. Diikuti...sreet sreeet desiran tajam bergema tiada hentinya beb erapa puluh sosok bayangan manusia muncul dari arah empat arah delapan penjuru, diantara mereka terdapat aneka ragam manusia, dari padri, imam sampai kaum pengemis dari kay-pang jumlahnya diantara seratus orang.. Han Siong Kie merasa amat terkejut menghadapi pemunculan jago yang Begitu banyaknya, ia sadar bahwa orang2 itu muncul untuk mencari gara2 dengan dirinya, padahal tenaga dalam yang ia miliki telah punah, bukankah itu berarti hanya jalan kematian yang bakal diterima olehnya? Dalam keadaan Begitu, Han Siong Kie tidak dapat berbuat lain kecuali mengawasi tiga orang jago yang berada disekelilingnya. orang pertama adalah seorang imam tua yang rambut maupun alisnya telah putih, sekilas memandang ia segera kenali imam tua tersebut sebagai Kui Goan cu, ketua Tiangloo dari partai Khong tong yang pernah cari tahu jejak gurunya, ia tercekat dan jantungnya berdebar keras.

orang kedua adalah seorang padri tua bermuka merah, sedangkan orang ketiga adalah seorang nenek tua bermuka jelek. berwajah keriput dan membawa tongkat kuning berwarna ke emas2an. 497 Enam buah sorot mata yang tajam, laksana kilat menatap wajah Han Siong Kie tanpa berkedip. setelah hening beberapa saat lamanya, per-tama2 Kui Goan cu dari partai Khong tong yang buka suara lebih dahulu tegurnya: "siau sicu, kembali kita berjumpa muka" Han Siong Kie tahu bahwa ia tak dapat lolos dari kepungan lagi, sambil bulatkan tekad ia balas menegur dengan suara dingin, "Ada urusan apa kalian datang mencari aku?" "Bu liang siu hud" seru Kui Goan cu sambil rangkap sepasang telapaknya "sebelum kita berbicara marilah aku perkenalkan dahulu dua orang jago ini, yang satu ini adalah Seng Gong taysu dari gereja siau lim si, sedang yang itu adalah Kim ciang popo dari gunung Yan san selain itu hadir pula umat persilatan dari pelbagai penjuru, adapun kehadiran kami semua adalah mengandung satu tujuan" "Apa tujuan kalian?" "Kami sangat berharap dapat mengetahui jejak dari gurumu Mo tiong ci mo" Mendengar ucapan tersebut, diam2 Han sioag Kie mengeluh dalam hatinya. "Habis sudah riwayatku ini hari, pasti aku akan menemui ajalnya ditempat ini." Manusia apabila jiwanya terancam oleh bahaya maut, ia sudah putus asa kadangkala malah akan pasrah dan jauh lebih tenang sikapnya dari pada siapapun. Demikian juga keadaan Han Siong Kie pada saat itu, bukannya jeri atau pecah nyali dia malahan berseru dengan nada angkuh: "Kalau aku tidak bersedia menjawab kalian mau apa?" Paras muka tiga orang jago lihay itu seketika berubah hebat. 498 Seng Gong taysu dari gereja siau lim si segera mendengus dingin. "Hmm aku rasa siau sicu tak dapat ambil keputusan dengan seenak hatinya sendiri" Kim ciang popo dari gunung Yao sanpun menepuk tongkat emasnya berulang kali, kemudian sambil menatap pemuda itu dengan pandangan tajam hardiknya. "Hey bocah muda, aku harap engkau bersedia menjawab beberapa buah pertanyaanku secara jujur" Han Siong Kie menyapu wajah Kim ciang po dengan pandangan dingin kemudian katanya. "Aku bisa menjawab dengan sejujurnya asal pertanyaan

yang kau ajukan pantas kujawab dengan jujur?" "Hmm aku ingin tahu apakah Me tiong ci mo adalah hasil penyamaran dari pemilik benteng maut yang disebut Tengkorak maut" Mendapat pertanyaan tersebut, Han Siong Kie malah terperanjat dibuatnya. "Darimana engkau bisa berkata demikiam?" serunya. "Bukankah engkau adalah ahli waris dari iblis diantara iblis??" "Tentu saja aku toh tak pernah menyangkal akan kebenaran tersebut?" "Dan engkau .... bukankah baru saja keluar dari Benteng maut??" satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han Siong Kie, ia tahu tindakannya memasuki benteng maut serta lolosnya dia dalam keadaan selamat pasti sudah diawasi oleh kawanan persilatan, sehingga dalam waktu singkat Begitu banyak umat persilatan yang telah berkumpul disana. 499 Dengan nada gamblang ia segera mengangguk tanda membenarkan-"Benar, aku memang baru saja keluar dari benteng maut itu" "Kenapa engkau bisa keluar dari benteng tersebut dalam keadaan selamat?" desak Kim ciang popo lebih jauh. "Aku rasa persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, jadi aku harap lebih baik engkau tutup mulut saja" Paras muka Kim ciang popo yang jelek seketika berubah sangat hebat, rambutnya yang telah beruban bergetar keras, serunya lagi dengan nada menyeramkan-"sebenarnya lblis diantara iblis adalah penyaruan dari Tengkorak maut atau bukan?" "Berdasarkan alasan apa engkau ajukan pertanyaan yang ngawur seperti itu?" "Berdasarkan kedudukanmu serta tingkah lakumu yang dapat keluar masuk Istana maut secara bebas" Meskipun tenaga dalam yang dimilikinya telah punah, kecongkakan dan kejumawaan dalam sikap Han Siong Kie sama sekali tidak berkurang, kontan ia tertawa dingin tiada hentinya. "Heehh heehh heehh.. apakah engkau tidak merasa terlalu brutal ucapanmu itu?" "ooh.. jadi engkau tidak bersedia untuk bicara?" "Jangan paksa aku untuk bicara kalau kau ingin tahu dudukperkara yang sebenarnya kenapa tidak berkunjung sendiri kedalam Istana maut untuk melakukan penyelidikan?" Ucapan yang kasar dan sangat mengena di hati itu seketika membuat paras muka tiga orang jago persilatan itu berubah hebat. Beberapa waktu kemudian seng Gong taysu dari gereja

siau lim si berseru kembali: 500 "Kami akan berkunjung sendiri kesana untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, segenap umat Bu- lim akan bersatu padu untuk menghancurkan benteng maut dari muka bumi, tapi bagi siau sicu sendiri aku rasa lebih baik bicara terus terang saja sebab kalau tidak.." "Kalau tidak kenapa?" "segenap umat persilatan yang hadir dalam gelanggang hari ini mungkin tak akan melepaskan siau sicu dengan begitu saja" "Termasuk taysu sendiri?" "omintohud mau tak mau terpaksa aku harus ikut serta dalam pergerakan ini" Dalam hati timbullah keinginnan bagi Han Siong Kie untuk menerangkan bahwa Tengkorak maut bukanlah hasil penyaruan dari Mo tiong ci mo, tapi sebelum ia sempat berbicara, Kim ciang popo telah tak sabar lagi dan segera membentak keras. "Bocah keparat, ayoh bicara" Mendengar bentakan itu, Han Siong Kie merasa gusar sekali, ia tahu seratus orang jago persilatan yang berkumpul disana waktu itu, semuanya merupakan lawan2 dari Tengkorak maut ataupun iblis diantara lblis. bicara atau tidak baginya sama saja tak ada artinya, maka dengan ketus pula dia menjawab "Aku tak mau bicara engkau mau apa?" sejak lama Kim ciang popo, yang beradat keras sudah ada keinginan untuk mencoba kelihayan Malaikat penyakitan yang dikatakan sangat lihay itu, toya emasnya segera direntangkan didepan dada lalu berseru: "Bocah dungu, engkau anggap dengan andalkan beberapa ilmu silat sesatmu itu maka engkau sudah dapat malang melintang dikolong langit tanpa tandingan?" Han Siong Kie sadar jika lawannya turun tangan maka dia pasti tak akan lolos dari cengkeraman mautnya tapi bagi 501 sianak muda itu tak ada jalan lain kecuali menerima kematian tersebut dengan pasrah. Rasa sedih murung dan kesal berkecamuk dalam benaknya, ia tak menyangka setelah nyaris mati dalam benteng maut akhirnya toh harus menerima kematian ditangan para jago persilatanSambil menggertak gigi segera serunya: "Engkau tak usah mengancam, aku tak terbiasa dengan gertak sambal macam itu" "Anak iblis sialan mulutmu benar2 sangat tajam akan kujajal dirimu lebih dahulu" bentak Kim ciang popo dengan penuh kegusaran. Cahaya emas berkelebat lewat, toya emas itu secepat kilat

meluncur kearah depan. suasana dalam gelanggang seketika diliputi ketegangan, semua orang ingin tahu apa yang terjadi setelah nenek toya emas melepaskan serangan gencarnya. Ditengah jeritan yang amat nyaring tubuh Han Siong Kie tersapu telak dan mencelat keangkasa, darah segar muncrat keluar dari bibirnya. Tiga orang jago yang ada ditengah gelanggang kontan jadi tertegun dibuatnya. Para jago yang ada disekeliling gelanggangpun memperdengarkan jeritan kaget bercampur nada heran. "Blammm..." badan Han Siong Kie terlempar sejauh tiga tombak dari tempat semula dan roboh tak berkutik lagi diatas tanah. Meskipun tenaga dalam masih dimiliki olehnya, tapi karena urat2 penting dalam tubuhnya ditotok oleh pemilik benteng maut maka hawa murni yang dimilikinya tak dapat dihimpun menjadi satu, kendatipun Begitu berkat tenaga dalam sebesar 502 dua ratus tahun hasil latihan yang masih terkandung di dalam tubuhnya, ia selamat dari luka yang lebih parah akibat hantaman toya tersebut. Peristiwa itu sama sekali berada diluar dugaan setiap orang, malaikat penyakitan yang dua hari berselang masih malang melintang tanpa tandingan dikolong langit, ternyata pada saat ini tak mampu menghadapi sebuah serangan dari Kim ciang popo. "Apa yang sebenarnya telah terjadi?" per-tama2 Seng Gong taysu menegur lebih dulu dengan muka tercengang dan perasaan tidak habis mengerti. Dengan perasaan bimbang dan ragu Kui Goan cu dari partai Khong tong ikut gelengkan kepalanya. "Aku sendiripun tak dapat menjelaskan persoalan itu, sebab ketika untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan bocah itu, jelas kuketahui bahwa ia memiliki ilmu silat yang sangat lihay." "Hei hidung kerbau, engkau yakin tak salah melihat?" tegur Kim ciang oopo dengan marah. sebutan " Hidung kerbau" itu dirasakan tajam dan pedas dalam hati Kui Goan cu, merah padam selembar wajahnya, dengan terbata2 ia lalu menjawab: "Bukankah ia telah mengakui sendiri akan hal itu??" "Tapi kenyataan membuktikan kalau ia sama sekali tidak berkepandaian silat, bagaimana penjelasanmu tentang soal ini??" Dalam pada itu dengan sempoyongan perlahan2 Han Siong Kie bangkit berdiri dari atas tanah, para jago yang hadir dalam gelanggang kembali dibuat gempar oleh kejadian tersebut. Sambil mengenyitkan alisnya yang tebal, Seng Gong taysu segera berkata:

503 "Kalau dikatakan ia sama sekali tak berilmu silat, hantaman toya tadi sudah cukup untuk mematahkan tulang punggungnya, tapi.. kenapa ia tidak mampus?" Kim ciang popo termenung beberapa saat lamany a, kemudian menjawab: "Perduli bagaimanapun juga, duduk persoalan yang sebenarnya hanya bisa kita ketahui dari mulutnya sendiri" Ia enjotkan badan dan melayang kehadapan Han Siong Kie. Pada waktu itu pemuda she Han tersebut berdiri dengan sempoyongan, sekujur badannya terasa amat sakit, tenaganya ludas dan untuk berbicarapun tak kuat lagi, dengan pandangan sayu ia balas menatap wajah lawannya. Mendadak.. Kim ciaog popo melihat sesuatu diatas tanah, ia temukan sebuah benda hitam menggeletak ditanah, ketika diambil ternyata benda itu adalah sebuah sarung tangan terbuat dari tembaga, diatas punggung dan telapak sarung tangan itu penuh terukir tulisan2 yang lembut. Dengan hati berdebar perempuan itu, mengawasi lebih seksama lagi, tiba2 ia menjerit kaget: "Aaaah kitab pusaka Hud jiu Poo pit" Rupanya sewaktu tubuh Han Siong Kie terhantam oleh toya tadi dan mencelat keudara, tanpa disadari olehnya kitab pusaka tangan Buddha itu sudah terjatuh keatas tanah. Betapa terperanjatnya sianak muda itu setelah mendengar seruan itu, tapi jiwanya pada saat ini terancam bahaya, tentu saja tidak sempat baginya lagi memikirkan benda itu lagi, maka melirikpun ia tidak. Kui Goan cu dari partai Khong tong serta seng Gong taysu dari gereja siau lim si memiliki ketajaman pendengaran yang luar biasa, kedua oraog itu menerjang kedepan ketika dilihatnya benda yang berada dalam genggaman Kim ciang popo ternyata bukan lain adalah kitab pusaka Hud jiu Poopit 504 yang sudah tersohor namanya didalam dunia persilatan sejak seratus tahun berselang, mereka sama2 berdiri terperangah dibuatnya. Baik Kui Goan cu maupun Seng Gong taysu sama2 merupakan orangZ beribadah yang beriman tinggi namun setelah menjumpai benda mestika yang tak ternilai harganya itu tak urung mereka unjukan pula rasa tamak dan napsU serakahnya. Tiba2 antara gerombolan jara jago yang hadir disisi gelanggang terdengar seseorang dengan suara yang aneh dan berseru: "Kitab pusaka telapak Buddha dari mana anak iblis ini bisa dapatkan benda mustika itu??" Begitu teriakan tersebut keluar dari mulutnya seketika itu

juga suasana jadi gempar dan para jago persilatan yang berada disekeliling gelanggang sama2 menerjang kedepan bagaikan gulungan air bah. Buru2 Kim ciang popo masukan kitab pusaka telapak Buddha itu kedalam sakunya kemudian enjotkan badannya dan melayang keluar gelanggang dalam dua tiga kali loncatan saja tubuhnya sudah berada tiga puluh tombak jauhnya dari tempat semula. Ditengah suara bentakan dan hiruk pikuk yang amat memekikkan telinga, semua jago persilatan yang berada disekeliling tempat itu sama2 mengerahkan segenap kekuatannya untuk melakukan pengejaran. Gerakan tubuh Kim ciang popo cepat bagaikan sambaran kilat, dengan kepandaian silat yang dimilikinya untuk meloloskan diri bukaniah suatu pekerjaan yang terlalu sulit, tapi ketika untuk ketiga kalinya ia melayang keudara, mendadak segulung angin pukulan yang amat dahsyat dan santar menerjang kearah badannya dan memaksa perempuan itu mau tak mau harus meluncur kembali keatas tanah. 505 seorang kakek tua yang cebol dan gemuk bagaikan ibis, ibarat sukma yang melayang saja tahu2 sudah munculkan diri dihadapannya. Begitu melihat siapa yang munculkan diri, diam2 Kim- ciang Popo tarik napas dingin, dengan hati terkesiap segera tegurnya: "Tee heng sian Dewa berjalan dalam tanah apa maksudmu datang kemari?" orang yang barusan munculkan diri itu bukan lain adalah " Tee heng sian" Dewa berjalan dalam tanah Tok Kun yang dikenal sebagai manusia paling sulit dilayani, jarang ada orang yang mengetahui akan asal usulnya, tiada orang pula yang mengetahui sampai dimanakah kelihayan tenaga dalam yang dimilikinya. sementara itu dewa berjalan dalam tanah telah tertawa cekikikan sambil berkata: "Hiihhh hiiihhh hiiiihhh Oei Cio Kiok siapa yang melihat ia mendapat bagian, masa engkau hendak mengangkangi benda mustika itu untuk kepentinganmu seorang diri?" Dalam waktu yang amat singkat itulah semua jago persilatan yang mengejar dari belakang telah tiba disana dan mereka segera membentuk lingkaran kepngan yang berlapislapis. -00d000w00Jilid 14 KARENA kemunculan harta mustika tadi, perhatian semua orang ditujukan kearah sarung tangan Hud jiu poo pit itu, dan Han Siong Kie untuk sementara waktu terlupakan. 506

Nenek bertoya emas Oei Ciu Kiok yang jalan perginya dihadang, hatinya merasa mendongkol bercamcur gusar, sambil menggertak gigi dan melototkan matanya bulat2 ia berseru: "Dewa berjalan dalam tanah, apakah engkau hendak merampas barang milik orang lain? terus terang kuberitahukan kepadamu, aku oei ciu Kiok bukanlah lampu lentera yang kehabisan minyak, orang lain mungkin jeri kepadamu, tapi aku nenek tua sama sekali tidak memperdulikan akan soal itul" Dewa berjalan dalam tanah menggerakkan badannya yang gemuk dan cebol hingga maju beberapa depa kedepan, sambil picingkan matanya jadi kecil ia menjawab: "Ooooh tidak berani aku tidak berpikiran begitu, cuma kedatangan kita orang2 persilatan pada saat ini toh dikarenakan satu tujuan? tidak sepantasnya kalau engkau lupa kawan dan pergi dengan begitu saja" suara bisikan dan kegaduhan menyelimuti seluruh gelanggang, berpuluh2 pasang mata yang memancarkan keserakahan sama2 ditujukan kearah kitab pusaka Hud ji Poo pit yang berada dalam saku nenek bertoya emas, semua orang mengilar dan ingin mendapatkannya. Rupanya nenek bertoya emas mengetahui akan kekuatan sendiri, ia sadar asal manusia cebol itu turut campur dalam perebutan ini, maka semua perhitungannya akan meleset, rasa benci dan dendam segera menyelimuti hatinya, sambil silangkan toyanya didepan dada ia berseru: "Cebol sialan, aku nenek tua mohon beberapa petunjuk ilmu silat darimu" "ooooh ..... jangan salah paham, aku bukan datang kesini untuk ajak engkau berkelahi" sahut Dewa berjalan dalam tanah sambil mengebaskan ujung bajunya, "seorang pria sejati tak akan berkelahi dengan kaUm wanita sekalipun menang juga tak bisa dibanggakan." 507 "Kentut busuk" Cahaya ke emas2an berkelebat lewat, toya emas itu bagaikan beribu2 ekor ular emas secepat kilat meluncur kedepan dan menghantam sekujur badan Dewa berjalan dalam tanah. Merasakan datangnya ancaman tersebut, Dewa berjalan dalam tanah segera menggerakan tubuhnya dan meloloskan diri dari kurungan bayangan toya lawan ia menghardik: "Tahan-. " Cahaya emas jadi lenyap tahu2 ujung toya emas tersebut sudah kena dicengkeram oleh Dewa berjalan dalam tanah. Demontrasi kepadaian yang amat luar biasa ini seketika membuat para jago persilatsn yang berada disisi gelanggang jadi amat terkesiap dan berubah wajah mereka, sama sekali tak mengira kalau ilmu silat yang di miliki Dewa berjalan

dalam tanah begitu lihaynya sehingga dalam sekali gebrakan saja toya emas lawannya berhasil digenggam. Paras muka Nenek bertoya emas yang pada dasarnya sudah jelek, kini berubah makin jelek lagi. sorot mata penuh kebencian dan perasaan dendam memancarkan keluar dari mata nenek tua, rambutnya yang telah beruban pada bangkit berdiri bagaikan landak. Tiba2 Dewa berjalan dalam tanah mengendorkan cekalannya, Nenek bertoya emas segera mundur tiga langkah kebelakang. Kenyataan dengan jelas membuktikan bahwa suatu persekongkolan untuk menghadapi ahli waris dari iblis diantama iblis, kini sudah berubah jadi suatu perebutan benda mustika yang melibatkan setiap umat persilatan dari segala penjuru kolong langit. 508 Dengan sorot mata yang tajam Dewa berjalan dalam tanah menyapu sekejap wajah semua jago yang hadir disana, kemudian tertawa terbahak2. "Haahh haahh..haahh.. tujuan dari kehadiran rekan persilatan semua pada saat ini adalah untuk menghadapi anakan iblis tersebut, kemudian mencari tahu jejak dari iblis tua serta membalas dendam berdarah dari masing2 perguruan, oleh karena itu kita tak boleh merobah tujuan kita hanya disebabkan karena kemunculan benda pusaka yang sama sekali tak terduga ini" semua orang anggukkan kepalanya tanda menyetujuinya namun sorot mata yang memancarkan kerakusan masih belum tergeser dari tubuh nenek bertoya emas. Setelah berhenti sebentar Dewa berjalan dalam tanah melanjutkan kembali kata2nya: "Dewasa ini kita harus bereskan dahulu persoalan kita yang terpenting, sedangkan mengenai pusaka yang muncul secara tak terduga ini Hiiihhh biiihhh hilihhh setiap orang yang hadir disini berhak untuk memperoleh bagian, penyelesaian boleh kita lakukan belakangan saja cuma ..." Bicara sampai disini ia lantas berpaling kearah Nenek bertoya emas dan menambahkan"oei ciu Kiok. sekali lagi kuperingatkan kepadamu jikalau engkau hendak mengangkangi benda mustika tersebut seorang diri maka orang pertama yang akan dicari oleh iblis diantara iblis atau Tengkorak maut adalah engkau, percayakah engkau bahwa dengan kekuatanmu kamu bisa lolos dari bencana itu?" Ucapan yang tajam dan tepat itu segera mengena dihati Nenek bertoya emas, membuat bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri, ia gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah katapunTiraikasih Website http://kangzusi.com/

509 Dipihak lain.. setelah berdiri termangu2 beberapa saat lamanya, Han Siong Kie tersadar kembali dari lamunannya, sambil menahan rasa sakit yang tak terkirakan selangkah demi selangkah ia berjalan menuju keujung hutan, mempertahankan kehidupan adalah suatu tindakan yang jamak sebagai umat manusia, pemuda itu sadar bahwa jiwanya pada hari itu terancam bahaya, tapi sepenuh tenaga ia berusaha untuk mencoba selamatkan jiwanya dari ancaman tersebut. Terdengar Dewa berjalan dalam tanah berkata kembali: "sekarang lebih baik saudara sekalian menangkap bocah muda itu lebih dahulu. janganlah biarkan dia lolos dari tempat ini, siapa tahu kalau bocah muda itu sengaja menggunakan siasat untuk menipu kira dengan pura2 tak berkepandaian, karena melihat jumlah kita yang terlalu banyak dan sadar kalau tak mampu melakukan perlawanan, kita tidak boleh termakan oleh tipu muslihatnya itu..." Kobaran semangat tersebut segera membangkitkan kembali semangat para jago untuk menangkap Han Siong Kie, tapi sebelum sempat berbuat sesuatu, mendadak .... Nenek bertoya emas dengan suara yang keras dan nyaring bagaikan geledek berseru: "Bagus... bagus sekali... manusia cebol berani benar engkau gunakan ilmu mencopet untuk mencuri benda mustika Hud jiu Poo pit dari sakuku, ayoh cepat serahkan kembali kepadaku" Begitu bentakan tersebut diutarakan keluar, sorot mata semua orangpun tanpa sadar sama2 dialihkan keatas badan Dewa berjalan dalam tanah. Paras muka Dewa berjalan dalam tanah sama sekali tak berubah, deagan nada dingin ia menjawab: 510 "Heemmm hheeemmm engkau tak usah ribut2 terus untuk sementara waktu biarlah benda mustika aku yang simpan lebih dahulu". Rasa benci dan dendam Nenek bertoya emas terhadap Dewa berjalan dalam tanah sudah mendarah daging, ia kontan mendengus dingin. "Hmm engkau tak usah berlagak sok. perkataan semacam itu hanya bisa membohongi bocah berumur tiga tahun, kalau aku nenek tua tidak percaya dengan pribadimu lantas bagaimana??" Ucapan ini seketika membungkamkan mulut Dewa berjalan dalam tanah, dari malu ia jadi gusar dan segera teriaknya: "Anggap saja aku telah merampasnya dari tanganmu engkau mau apa?" suasana dalam gelanggang kontan berubah jadi hening sunyi dan sedikiteun tak kedengaran apa2, semua orang tahu

sampai dimana kelihayan ilmu silat yang dimiliki Dewa berjalan dalam tanah, oleh karena itu tak seorang pun ingin turun tangan lebih dahulu kendatipun begitu tak seorang manusiapun yang tinggalkan gelanggang. Kesunyian yang mencekam seluruh jagad mendatangkan napsu membunuh yang berlapis2 dalam benak setiap orang. Dalam pada itu, Han Siong Kie dengan tubuh sempoyongan telah berjalan, kurang lebih seratus tombak dari tempat semula.. Mendadak bayangan manusia berkelebat lewat, tujuh orang imam dan lima orang padri tahu2 menghadang jalan perginya. Ketujuh orang imam tersebut adalab rombongan jago lihay partai Khong-tong yang dipimpin oleh Kui Goan cu, sedangkan lima orang padri adalah Seng Gong taysu dari gereja siau limsi serta empat orang hweesio muda lain yang bertubuh kekar. Dengan paras muka membesi Kui Goan cu menegur: 511 "Siau sicu, aku harap engkau bersedia menjawab dengan sejujurnya, benarkah gurumu adalah penyaruan dari Tengkorak maut.?" "Hmm aku tak dapat menjawab pertanyaanmu itu" sahut Han Siong Kie dengan suara lemah. "Pinto datang kemari karena sedang melakukan perintah guruku,jika siau sicu tak bersedia menjawab pertanyaanku ini, bagaimana kalau kuundang kedatangan sicu keatas gunung Khong tong untuk menemui guruku??" Walaupun sudah putus asa dan tak mempunyai kekuatan untuk melawan, keangkuhan dan kejumawaan Han Siong Kie masih menguasahi benaknya, ia menggeleng dengan ketus: "Aku tidak mau" "Kui Goan too heng" sela Seng Gong taysu dari samping " lebih baik biar pinceng bawa dulu sicu ini pulang ke gunung Siong san, bila urusan kami telah selesai barulah kami undang kehadiran para wakil dari pelbagai perguruan untuk menyelesaikan persoalan ini, entah bagaimanakah pendapat kalian?" Malaikat bertenaga raksasa Leng Beng cu yang beradat keras dan berangasan tak dapat menahan sabar lagi, terutama ia pernah mengalami kerugian besar ditangan Han Siong Kie, dengan suara keras segera bentaknya: " Kenapa musti ribut terus? ayoh, kita bekuk dulu bangsat cilik ini" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, telapak yang besar bagaikan kipas langsung dibabat kearah dada si anak muda itu. Ia tak tahu kalau kepandaian silat Han Siong Kie telah punah, dalam serangannya itu ia gunakan tenaga sebesar dua belas bagian, sebelum serangan tiba angin pukulan sudah

512 cukup membuat pemuda itu sempoyongan, agaknva Han song Kie bakal mampus terhajar oleh serangan dahsyat itu.. Disaat yang kritis dan amat mencekam perasaan itulah.. tiba2 jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyiantubuh malaikat raksasa Leng Beng cu yang tinggi besar mencelat keudara, kemudian roboh terkapar diatas tanah. Darah kental.. perlahan2 meleleh keluar dari batok kepala bagian belakang. Enam imam dan lima padri lainnya yang menyaksikan peristiwa itu, sama2 merasa tercekat hatinya dan tanpa terasa bulu kuduk pada bangun berdiri. Dengan sempoyongan Han sing Kie mundur beberapa langkah kebelakang, "Blaam" ia roboh keatas tanah dan jatuh tak sadarkan diri Sementara itu enam imam dari partai Khong-tong dan lima padri dari gereja siau lim si masih memandang kearah mayat malaikat raksasa Leng Beng cu dengan pandangan terkesiap. mata mereka terbelalak dan mulut mereka melongo, sementara badannya gemetar keras, rupanya diatas batok kepala imam raksasa itu tertancap selembar daun yang tipis. Membunuh orang dengan sambitan daun, kepandaian ampuh semacam itu jarang sekali ditemui dalam kolong langit. sesosok bayangan manusia laksana menyambar kilat berkelebat lewat dari sisi badan lima padri enam imam tersebut, semua orang merasa terperanjat, diantaranya Kui Goancu dan seng Goan taysu yang merupakan jago lihay kelas satu dalam dunia persilatann, ternyata tak sempat melihat jelas paras muka bayangan tersebut, bukan begitu saja, mereka pun tak tahu apakah orang itu seorang pria atau wanita. Malaikat penyakitan yang menggeletak di atas tanah, kini lenyap tak berbekas. 513 Melukai orang, menyelamatkan orang rupanya dilakukan oleh seorang yang sama dan dalam waktu yang bersamaan, tapi siapakah orang lihay itu? Bentakan keras, benturan nyaring berkumandang datang dari samping gelanggang. Tidak jauh dari tempat kejadian itu, beberapa ratus orang jago persilatan sedang melangsungkan suatu pertarungan yang paling seru dan paling dahsyat untuk memperebutkan kitab pusaka Hud jiu Poo pit. sekali lagi seng Gong taysu menyapu sekejap mayat Leng Beng cu yang terkapar diatas tanah, kemudian dengan badan ngeri ujarnya kepada Kui Goan-cu: "Too heng, mungkinkah perbuatan ini dilakukan oleh Iblis diantara iblis." sebelum padri dari gereja siau lim si itu menyelesaikan kata2nya imam tua itu cepat- cepat menukas: "Apabila kenyataan sesuai dengan berita yang tersiar dalam

persilatan dan Tengkorak maut bukan lain adalah penyaruan dari iblis diantara iblis, itu berarti persoalan ini sudah mencapai keadaan yang paling serius dan kritis, pinto harus segera pulang ke gunung untuk minta petunjuk ketua kami" seng Gong taysu mengangguk: "Betul, akupun mempunyai maksud untuk berbuat demikian." Begitulah, salah satu diantara enam orang imam tersebut segera membopong jenasah dari Leng Beng-cu, kemudian tanpa membuang waktu lagi mereka segera berangkat untuk kembali kegunung Khong tong guna memberi laporan kepada ketua mereka. Dipihak lain, pertarungan sengit untuk memperebutkan kitab pusaka Hud jiu Poo pit masib berlangsung dengan serunya, semua pihak mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk merampas benda mestika ttu dari tangan 514 orang lain, belum selang seperminum teh, sudah belasan orang jago lihay persilatan yang menemui ajalnya ditempat tersebut.. -oood0woooBAB 29 SEMENTARA itu, dipihak lain ketika Han Siong Kie sadar kembali dari pingsannya, ia temukan tubuhnya berbaring di tengah sebuah hutan belantara yang gelap hingga sinar matahari tak mampu menembus sampai kebawah. Rasa sakit bagaikan di tusuk dengan jarum membuat pemuda itu tak dapat dikuasahi lagi mendengus berat. "Nak, engkau telah sadar?" Teguran itu dirasakan Han Siong Kie amat mengetuk perasaan hatinya. dari suara itu pula dia segera mengetahui siapakah yang telah menolong jiwanya dari ancaman maut. "Kau..kau.. adalah orang yang kehilangan sukma? bisiknya dengan suara gemetar. "Benar" "Kau.. untuk sekian kalinya telah menolong aku, budi kebaikan sebesar ini tak akan kulupakan untuk selamanya" "Nak,jangan pikir yang bukan2 sekarang makanlah dahulu obat ini,pengaruh obat tersebut akan mengurangi penderitaan dalam tubuh.." Baru saja Han Siong Kie akan menyatakan rasa terima kasihnya, sebutir obat dengan cepat telah meluncur masuk kedalam mulutnya dan tertelan kedalam perut. Beberapa saat kemudian rasa nyeri dan sakit dalam tubuhnya semakin berkurang, buru2 ia merangkak bangun dan duduk diatas tanah, sepasang matanya terbelalak lebar2, 515 namun suasana disekitar situ sunyi senyap tak terlihat sesosok

bayangan manusia pun, ia tak tahu dimanakah orang yang kehilangan sukma menyembunyikan diri. "Cianpwe, kenapa engkau tidak unjukkan diri untuk berjumpa dengan diriku?" ujarnya dengan perasaan tulus . "sekarang masih belum tiba waktunya" "Dari mana cianpwae bisa tahu kalau aku ...." "Untuk sementara waktu engkau tak usah bertanya soal itu lebih dahulu, bukankah engkau telah masuk dalam benteng maut??" "Benar aku telah berkunjung kedalam benteng tersebut" "Dan engkau sudah bertemu dengan pemilik benteng maut?. " "sudah dia adalah seorang manusia berkain cadar dimuka yang amat misterius, bertemu atau tidak sama sekali tak ada bedanya" "Sudah kau ceritakan tentang asal usulmu?" "Tidak. aku belum menceritakan apa2 kepadanya" Mendengar jawaban tersebut orang yang kehilangan sukma menghela napas panjang. "Aaaai .. nak mengapa engkau tidak turuti perkataanku?" "Sebab aku masih belum mengerti apa sebabnya cianpwee suruh aku berbuat begitu" jawab Han Siong Kie dengan perasaan minta maaf. "Aaai.. nak engkau sudah salah, kini berbuat kesalahan yang jauh lebih besar, aku suruh engkau berbuat begitu tentu saja dengan disertai maksud-maksud tertentu, sedangkan mengenai apa sebabnya untuk sementara waktu aku tak dapat beritahu padamu, bukannya aku berlagak sok rahasia, dalam 516 kenyataan aku tak dapat beritahukan persoalan ini langsung dengan mulutku sendiri aaai .. sekarang..." Han Siong Kie merasa tak habis mengerti terhadap ucapan orang yang kehilangan sukma ia tak paham apa sebabnya perempuan itu tak dapat beritahukan persoalan itu kepadanya dengan mulut sendiri? suatu teka-teki yang membingungkan hatinya. Terdengar orang yang kehilangan sukma berkata kembali. "Nak. kalau toh engkau tak mau berbuat seperti apa yang kupesankan kepadamu, mengapa engkau mengunjungi benteng maut dan bisa lolos dalam keadaan selamat?" "Aku sedang melakukan tugas yang dibebankan guruku" "Jadi engkau benar2 sudah angkat iblis diantara iblis sebagai gurumu?" "Perkataan cianpwee sedikitpun tak salah" "Boleh aku tahu kisahnya hingga engkau berjumpa dengan iblis diantara iblis serta angkat sebagai gurumu?" Han Siong Kie mengangguk secara gamblang dan tidak merahasiakan sesuatu apapun ia menceritakan semua kejadian yang dialaminya selama ini.

Selesai mendengar kisah tersebut dengan penuh emosi orang yang kehilangan sukma berseru: "Kau maksudkan seorang gadis yang menyebut diri sebagai istri yang ditinggalkan telah selamatkan engkau dari dalam benteng" "Benar, ia bersedia menolong aku karena akupun pernah selamatkan selembar jiwanya" "Sungguh tak nyana dia.." mendadak orang yang kehilangan sukma teringat akan sesuatu dan perkataan yang belum sempat di selesaikanpun terpotong ditengah jalanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 517 "Ciancwee kenal gadis yang bernama istri yang ditinggalkan itu?" tanya Han Siong Kie cepat dengan perasaan tercengang. "oooh... tidak... tidak aku tidak kenal, saat ini tenaga dalam yang kau miliki masih belum dapat dihimpun kembali" buruburu orang yang kehilangan sukma mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain. Dengan penuh panasaran dan rasa jengkel Han Siong Kie mendengus dingin"Hmm Benar, tenaga dalamku tak dapat dihimpun kembali, menurut gadis yang bernama Istri yang ditinggalkan, asal jalan darahku yang tertotok bisa dibebaskan maka tenaga dalamku masih tetap utuh seperti sedia kala" "Maksudmu???" "Mungkin dalam dunia persilatan tak ada orang lagi yang bisa bebaskan jalan darahku yang tertotok dengan kepandaian khusus benteng maut itu." orang yang kehilangan sukma termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian dengan nada yang sedih ia menjawab: "Ucapanmu memang tidak keliru, dikolong langit dewasa ini memang jarang sekali ada orang yang mampu membebaskaa totokan jalan darah yang dilakukan secara khusus itu." "Apakah cianpwee dapat membebaskan pengaruh totokan tersebut?" tanya sang pemuda dengan penuh harapan. "Aku?" "Aku hanya menduga begitu, sebab dengan tenaga dalam yang cianpwee miliki kemungkinan besar..." "Dugaanmu tepat sekali, aku memang dapat membebaskan totokan tersebut" 518 Mendengar jawaban tersebut Han Siong Kiejadi amat terperanjat dan merasakan jantungnya berdebar keras, ia dapat merasakan bahwa perkataan yang diucapkan oleh orang yang kehilangan sukma diutarakan dengan perasaan hati tertekan, tak tahan lagi dia berseru: "Cianpwee....kau..." "Aku tak apa2 nak. aku akan bebaskan jalan darahmu yang

tertotok" ujar orang yang kehilangan sukma lagi dengan suara lebih tenang dan datar. Han Siong Kie merasa amat terharu sekali hingga seluruh badannya gemetar keras, ia tak menyangka kalau orang yang kehilangan sukma menyanggupi untuk bebaskan jalan darahnya yang tertotok. setelah jalan darah itu bebas maka tenaga dalam yang dimilikinya akan pulih kembali seperti sedia kala dan pertama2 dia akan mengunjungi suhunya lebih dahulu meskipun kedatangannya akan mendatangkan kekecewaan bagi gurunya tapi keadaan jadi jauh lebih baik dari pada sama sekali tak dapat berjumpa dengan dirinya. Kedua dia akan merampas kembali sarung tangan Hud jiu Poo pitnya dan mengunjungi malaikat hawa dingin sehingga sepasang benda mustika itu dapat bersatu kembali dan.. Belum habis dia berpikir suara dari orang yang kehilangan sukma telah berkumandang: "Nak, aku ada satu pertanyaan hendak kuajukan kepadamu" "Katakanlah yang hendak kau tanyakan?" "Kau... kau... apakah engkau sangat membenci ibumu?" Han Siong Kie tak menyangka kalau pihak lawan akan mengajukan pertanyaan tersebut, mendengar pertanyaan itu bagaikan di pagut ular berbisa sekujur tubuhnya bergetar keras. 519 Ucapan terakhir dari paman gurunya Telapak naga beracun Thio Lin sesaat sebelum meninggal dunia kembali berkumandang dalam sisi telinganya: "...aku pernah membawa engkau untuk menemui ibumu, tapi ia hendak membinasakan kita berdua secara keji." Selain itu, iapun teringat kembali dengan adegan ketika ibunya Siang Go cantik ong cui Ing turun tangan secara keji terhadap dirinya, ketika ia berada diwilayah Lian huan tan pusat kekuasaan perkumpulan Thian che kau. Makin diingat perasaan hatinya makin sakit bagaikan di iris2, dengan penuh penderitaan ia mendengus berat. "Aku... aku tak punya ibu" sahutnya kemudian. "Kebencianmu kepadanya sudah mencapai ketingkat itu??" tanya orang yang kehilangan sukma lebih jauh. Han Siong Kie menggigit bibirnya kencang2. "Aku tak mau mengungkap soal dirinya lagi." "Tapi dikolong langit toh tak ada orang tua yang tidak menyayangi putra kandung sendiri???" "Benar, bagi orang lain mungkin saja perkataan itu benar... tapi bagi diriku tidak" "siapa tahu kalau ia mempunyai kesulitan yang memaksa dirinya terpaksa harus berbuat begitu??" "Kesulitan? haaahh haaahh haaah" Dengan kalap dan penuh ledakan perasaan emosi, Han Siong Kie tertawa keras, diantara gelak tertawanya penuh

mengandUng rasa sedih, gusar, saklt hati serta perasaan lain yang mengacaukan pikirannya, ia benci kepada ibunya yang berhati kejam bagaikan seekor ular beracun itu "Nak, cinta kasih orang tua terhadap anaknya tiada berbeda dikolong langit, suatu ketika engkau akan paham 520 dengan sendirinya" nasehat orang yang kehilangan sukma lebih jauh. "Hmm sekarangpun aku sudah mengerti" jawab pemuda itu penuh kebencian. Melihat kekerasaa hati pemuda itu, orang yang kehilangan sukma menghela nafas panjang. "Aaaai nak, suatu hari engkau akan merasa menyesal atas Cara berpikir serta pandangan yang kau kemukakan pada saat ini" Han Siong Kie tercengang dan tidak habis berpikir terhadap ketepatan orang yang kehilangan sukma menebak latar belakangnya, siapakah orang itu? kenapa ia bisa tahu akan asal usulnya dengan begitu tepat? kenapa ia begitu menaruh perhatian terhadap dirinya? Dari pertolongan yang diberikan perempuan ini setiap kali ia sedang mengalami kesulitan atau mara bahaya, hal ini sudah jelas membuktikan bahwa pertolongan itu bukan diberikan secara kebetulan saja, se-akan2 ia selalu mengikuti kemanapun dia pergi, kenapa ia berbuat demikian?? suatu teka teki yang tak terjawab? sejak kemunculan orang yang ada maksud hingga saat ini, teka-teki tersebut selalu membelenggu perasaan hatinya. Berpikir sampai disitu tak tahan lagi ia bertanya: "sekali lagi aku mohon bertanya, siapakah name cianpwee??" "Nak, waktunya belum tiba, lebih baik janganiah kau tanyakan lebih dahulu tentang soal itu" "Agaknya cianpwee merasa paham sekali dengan semua asal usulku..?" "Betul, dan mungkln apa yang kuketahui jauh melebihi apa yang kau bayangkan sekarang" 521 satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han Siong Kie, jangan2 orang yang kehilangan sukma adalah sanak keluarga sendiri atau saudara saperguruan dari ayahnya, sebab perguruan dari ayahnya hingga saat ini masih merupakan teka teki besar, andaikata ia berhasil mendapat keterangan dari mulut perempuan ini mengenai sebab musabab bunuh dirinya sang paman guru Telapak naga beracun Thio Lin, siapa tahu kalau ia bakal memperoleh tanda2 yang bakal menguntungkan penyelidikannya? Berpikir sampai disitu, dengan nada menyelidik ia segera bertanya: "Cianpwee, ada satu persoalan yang sampai kini tidak

kupahami, aku harap apa yang membingungkan hatiku itu dapat kuketahui dari keterangan cianpwee, apakah engkau bersedia untuk menjawab?" "Apa yang ingin kau tanyakan? coba utarakan lebih dahulu" "Mengenai perguruan dari ayahku" "ooooh tentang soal itu" orang yang kehilangan sukma sangsi sebentar "kali ini engkau bakal kecewa lagi sebab aku masih belum dapat memberitahukan soal ini kepadamu." Mendengar jawaban tersebut Han Siong Kie dibuat apa boleh buat oleh kemisteriusan orang yang kehilangan sukma hatinya terjelos dan ia segera berseru: "Kalau begitu anggaplah aku telah banyak bertanya" orang yang kehilangan sukma sama sekali tidak gusar oleh sindiran tersebut, beberapa saat kemudian ia berkata: "Nak, sekarang engkau boleh bangkit berdiri" Han Siong Kie menurut dan bangkit berdiri "Jangan bergerak, jangan berpaling kebelakang" kembali orang yang kehilangan sukma berkata. Han Siong Kie merasakan hatinya jadi amat tegang, jantungnya terasa berdebar keras, ia tahu orang yang 522 kehilangan sukma akan membebaskan jalan darahnya yang tertotok. Desiran angin tajam menggulung, tiba2 dari tempat yang tak jauh dari sana "Duukk duuk duuk secara beruntun bersarang di atas beberapa jalan darah penting sianak muda itu, sekujur badannya gemetar keras, dan ia merasakan hawa murni yang mulai bergerak dalam tubuhnya, dengan cepat pemuda itu coba menyalurkan hawa murninya, ia merasakan tenaga dalamnya dapat dihimpun kembali dengan cepatnya. Rasa girang yang menyelimuti hati pemuda itu sulit dilukiskan dengan kata2, ia segera berteriak: "Aku berhasil pulihkan kembali tenaga dalamku aku segar kembali..." "Benar anakku, meskipun tenaga dalammu telah pulih seperti sedia kala, namun akibat hantaman toya emas tadi luka dalam yang kau derita cukup parah, sekarang semedilah dahulu dan salurkan hawa murninu mengelilingi seluruh badan sebanyak sepuluh kali dengan pengerahan tenaga itu maka daya kerja obat yang kau telan tadi akan menunjukkan kasiat yang lebih besar." Han Siong Kie menurut dan segera pejamkan matanya rapat2 berdiri ditempat itu juga dia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan sebanyak sepuluh kali setelah itu dia rasakan badannya jadi segar bugar kembali dan rasa sakit yang semula menyelimuti badannya kini sudah lenyap tak berbekas. "Nak" rintihan lirih berkumandang datang dari balik hutan belantara.

Tenaga murni yang dimiliki Han Siong Kie saat itu telah pulih kembali seperti sedia kala, rintihan yang bagaimana lirihnya tak mungkin bisa mengelabuhi pendengarannya, ia terperangah mendengar suara aneh tersebut. 523 "Cianpwee kee . . kenapa engkau.." ia segera menegur "Sambutlah bends ini" Sebuah bungkusan berwarna putih tiba2 meluncur ke arahnya. Dengan cepat Han Siong Kie terima benda itu dan diperiksanya dengan seksama, seketika itu juga sekujur badannya gemetar keras dengan bulu kuduk pa da bangun berdiri matanya terbelalak lebar bagaikan disambar geledek di siang hari belong dengan jantung berdebar keras secara beruntun ia mundur lima langkah ke belakang keringat dingin mengucur keluas membasahi seluruh badannya. Ternyata benda yang dilemparkan orang yang kehilangan sukma barusan bukan lain adalah sebuah telapak tangan manusia yang ditebas sebatas pergelangan, darah masih mengalir dari bekas kutungan tersebut, jelas telapak tangan itu ditebas belum lama berselang atau mungkin disaat ia mendengar suara rintihan lirih tadi. Dengan badan gemetar keras karena terkesiap bercampur kaget Han Siong Kie berdiri menjublak tanpa sanggup mengucapkan sepatah katapun lama... lama sekali ia baru berseru: "cianpwee kau... kau..." "Nak engkau tak usah kaget, akulah yang telah menebas kutung telapak tangan sendiri" Han Siong Kie mundur dengan sempoyongan, hampir saja ia tak sanggup berdiri tegak dengan amat terperanjat ia menegur: "Kenapa cianpweee.... kenapa engkau berbuat begitu??" orang yang kehilangan sukma menghela napas panjang, suaranya agak gemetar. "Nak baik2lah simpan telapak tanganku itu, dikala engkau berkunjung kembali kedalam benteng maut dan bertemu dengan pemilik benteng maut, seandainya ia bertanya 524 siapakah yang telah bebaskan jalan darahmu yang tertotok maka serahkanlah potongan telapak ini kepadanya" Han Siong Kie merasakan telinganya mendengung keras dan pandangan matanya jadi gelap. hampir saja roboh tak sadarkan diri "Cianpwee jadi engkau telah mengutungi telapak tanganmu karena telah membebaskan jalan darahku yang tertotok?" jeritnya dengan suara amat serak. "Betul tapi engkau tak usah sedih ataupun memikirkan persoalan itu didalam hati"

Air mata jatuh berlinang membasahi seluruh wajah Han Siong Kie, ternyata orang yang kehilangan sukma mengutungi telapak tangan sendiri karena ia telah bebaskan jalan darahnya yang tertotok tapi apa sebabnya ia berbuat demikian? Bukan saja berulang kali ia telah berutang budi kepadanya, sekarang iapun berutang budi yang jauh lebih besar dari pada budi2 lainnya sebab orang itu telah mengorbankan lengannya untuk selamatkan jiwanya, bagaimana mungkin budi sebesar ini dapat dibalas?? saking terharunya pemuda itu menangis terisak. serunya dengan suara ter-bata2: "cianpwee kau... kau... kenapa kau berbuat demikian untukku?? kenapa??" "Dikemudian hari engkau akan mengerti dengan sendirinya kenapa aku rela berkorban demi dirimu" "Kalau sejak permulaan tadi aku sudah tahu begini, aku lebih rela tak punya kepandaian silat daripada harus mengorbankan telapak tangan cianpwee" "Nak masih banyak pekerjaan dan tugas yang harus kau kerjakan, dalam keadaan begini engkau tak boleh kehilangan ilmu silat sebab hal itu sangat penting bagimu untuk menyelesaikan semua pekerjaan tersebut" 525 "Kendatipun begitu tiada alasan bagi cianpwee untuk berkorban sebesar ini demi diri ku" "Siapa bilang tak beralasan? alasan tentu ada dan dikemudian hari engkau akan paham sendiri apa sebenarnya alasan itu" "Tapi bagaimana mungkin aku bisa hidup tenteram akibat peristiwa ini?" "Aku toh sudah suruh engkau tak usah pikirkan kejadian ini didalam hati?" sela orang yang kehilangan sukma dengan cepat, Han Siong Kie menghela napas panjang. "Aaai budi yang cianpwee lepaskan kepadaku ibaratnya sang surya di angkasa bagaimana mungkin aku dapat membalas budi kebaikan sebesar ini" "Nak. kejadian ini toh sudah berlalu kenapa musti engkau pikirkan terus?, sekarang ini kita masih berada didaerah pertempuran, sementara pertarungan seru masih terus berlangsung dengan hebatnya" "Pertarungan sengit?? siapa yang sedang bertempur?" tanya sang pemuda keheranan: "orang2 persilatan yang datang kemari karena kehadiranmu" "Lalu apa sebabnya mereka saling bertempur sendiri?" "Mereka sedang memperebutkan kitab pusaka Hud jiu Poo pit yang terjatuh dari sakumu." "oooh" Han Siong Kie berseru tertahan, perasaan hatinya merasa bergetar kertas. Kitab pusaka Hud jiu Poo pit sangat mempengaruhi rencana pembalasan dendamnya, tapi kini

manusia2 tamak sedang memperebutkan benda miliknya itu secara memalukan sekali, tanpa terasa darah panas bergelora dalam benak pemuda ini. 526 sementara dia masih melamun, tiba2 terdengar orang yang kehilangan sukma berkata: "Nak. aku hendak pergi dari sini, ada sebuah permintaan aku harap bagaimanapun juga harus kau sanggupi, apakah engkau bersedia??" " Harap cianpwee katakan keluar, aku bersumpah pasti akan melaksanakannya" "Kunjungilah Benteng maut sekali lagi, Ceritakanlah asal usulmu yang sebenarnya" Tercekat hati Han Siong Kie mendengar permintaan itu, pikirnya didalam hati: "Baiklah kusanggupi saja permintaan ini, tapi terlebih dahulu aku harus berhasil merampas kembali kitab pusaka Hud jiu Poo pit kemudian berangkat kebukit Kou lou san untuk menjumpai Malaikat hawa dingin dan memberitahukan jejak malaikat hawa panas, setelah sepasang sarung tangan itu berhasil aku memepelajari ilmu sakti sie mi sinkang akan kukunjungi kembali benteng maut. Berpikir sampai disini ia lantas menjawab: "Aku turuti permintaan cianpwee" "Apakah sekarang juga engkau akan berangkat kesitu?" Pemuda itu menggeleng. "Aku masih ada dua persoalan penting yang harus diselesaikan lebih dahulu, kemudian baru kukunjungi kembali benteng maut" "Baiklah kalau begitu, tapi ingat, engkau harus ceritakan asal usulmu yang sebenarnya, selain itu asal usulmu hanya boleh kau ceritakan kepada pemilik benteng maut seorang, janganlah sampai ada orang kedua yang mengetahui rahasia ini" Walaupun dalam hati kecilnya sangsi dan bercampur curiga, namun diluaran ia menyahut juga: 527 "Akan kuingat selalu di dalam hati" Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, buru2 melanjutkan kembali kata2nya. " Cianpwee, belum lama berselang ketika berada dalam sebuah rumah penginapan, aku telah bertemu dengan seorang cianpwee yang menyebut diri sebagai ong Popo, ia berhasil menemukan racun cabul Jit bi san yang mempengaruhi seorang gadis, apakah cianpwee itu adalah..." "Dugaanmu tidak keliru, orang itu memang aku" satu ingatan kembali berkelebat dalam benak Han Siong Kie, segera pikirnya: Jangan2 paras muka itu adalah paras muka yang asli dari

orang yang kehilangan sukma??" sementara itu perempuan tersebut telah berkata kembali. "Nak, apakah engkau telah melaksanakan perkataanku dan berbuat.." "Maaf cianpwee, ketika kutemukan bahwa racun yang mengeram dalam tubuh nona Go siau Bi telah punah, maka aku tidak melakukan petunjuk dari cianpwee" "Apa?? engkau tidak melakukan seperti apa yang kuucapkan?." orang yang kehilangan sukma termenung beberapa saat lamanya, kemudian ia menghela napas sedih. "Aaaai .. perhitungan manusia toh akhirnya tak dapat menangkan perhitungan takdir." Terperangahlah sianak muda itu mendengar keluhan tersebut, dengan nada tercengang ia berseru: "cianpwee, apa yang kau katakan??" 528 "oooh...tidak....tidak apa-apa, Nak Aku tak dapat berdiam terlalu lama disini, selamat tinggal" Han Siong Kie berdiri membungkam ditempat semula seakan2 baru sadar dari suatu mimpi yang aneh, sesaat kemudian ia baru enjotkan badan dan meluncur kearah luar hutan. Beberapa saat kemudian hutan belantara sudah ditinggalkan dan suara bentakan keras dan bentrokan senjata mana lapat2 mulai terdengar dari kejauhanPemuda itu segera mempercepat gerakan badannya meluncur kearah gelanggang, sementara itu pertarungan diantara para jago persilatan masih berlangsung dengan sengitnya, korban yang terluka dan mati terkapar dimana2.. Pada saat itu Nenek bertoya emas sambil memegang toyanya sedang berdiri disisi kalangan. seorang kakek tua bermuka lebar bertelinga besar sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan Dewa yang berjalan dalam tanah. Kedua belah pihak sama2 merupakan jago lihay dunia persilatan, pertarungan yang sedang berlangsung waktu itu benar2 seru sekali hingga membuat orang jadi tertegun dan berdiri menjublak. Desiran angin puyuh disertai gulungan pasir dan debu beterbangan diseluruh angkasa, begitu tajam serangan2 yang mereka lancarkan sehingga membuat para jago yang mengikuti jalannya pertarungan darijarak lima tombakpun merasakan tajamnya desiran angin pukulan tersebut. Tiba2.. Nenek bertoya emas menghentakkan toyanya keatas tanah, kemudian terjunkan diri kedalam gelanggang pertarungan, bersama sama dengan kakek bermuka lebar bertelinga besar ia mengerubuti Dewa berjalan dalam tanah habis2anTiraikasih

Website http://kangzusi.com/ 529 Berbicara tentang ilmu silat, kepandaian yang dimiliki Dewa berjalan dalam tanah seimbang dengan kepandaian kakek bermuka lebar bertelinga besar itu,jika dibandingkan dengan kepandaian Kim ciang Popo atau nenek bertoya emas maka kepandaian mereka setingkat lebih tinggi, bila satu lawan satu tentu saja keadaan seimbang, tapi setelah main kerubut maka situasi dalam gelanggang pertarungan pun kembali mengalami perubahan besar. Nenek bertoya emas sangat benci kepada Dewa berjalan dalam tanah setelah menyergap dari samping, semua serangan yang dilepaskan olehnya merupakan serangan2 keji yang luar biasa dahsyatnya. Dalam waktu singkat Dewa berjalan dalam tanah terdesak pada posisi dibawah angin. Tiga puluh gebrakan kemudian, Dewa berjalan dalam tanah telah terancam oleh bahaya, ia mulai terdesak hebat dan tak mampu membela diri, setiap saat kemungkinan besar jiwanya terancam. Pada saat itulah Nenek bertoya emas dengan nada mengejek segera menyindir: "Hei orang cebol katanya kamu lihay? kenapa tak becus begitu...?? kalau engkau bersedia serahkan kitab pusaka Hud jiu Poo pit itu kepadaku, maka urusan diantara kita mudah dirundingkan" "oei Ciu Kiok" seru Dewa berjalan dalam tanah dengan nafas tersengkal2 " engkau benar2 tak tahu malu, hutang ini dikemudian hari pasti akan kutagih sendiri kepadamu" "Huuhh... cebol, pentang dulu matamu lebar2 dan coba lihat dulu, apakah engkau mampu untuk meloloskan diri dari kurungan kami. ..???" "Hmm siapa bilang tak mampu???" "Kalau begitu, lihat saja bagaimana hasilnya nanti." 530 Dalampada itu, kakek tua bermuka lebar bertelinga besar sekaligus telah melancarkan dua puluh empat buah serangan berantai yang memaksa Dewa berjalan dalam tanah sekali lagi terdesak mundur berulang kali. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah, Nenek bertoya emas segera membentak keras, toya emasnya membentuk selapis tembok emas yang amat rapat menyumbat mati jalan mundur Dewa berjalan dalam tanah Dalam keadaan demikian, asal Dewa berjalan dalam tanah mundur dua langsah lagi kebelakang, niscaya tubuhnya akan menumbuk diatas dinding emas tersebut. Tiba2 suara benturan keras yang amat memekikan telinga berkumandang, dari tengah udara bayangan manusia saling berpisah satu sama lainnya dan cahaya emaspun seketika

lenyap tak berbekas dari pandangan.. Perawakan badan Dewa berjalan dalam tanah yang dasarnya sudah gemuk lagi cebol kini telah menggembang hingga bulat bagaikan sebuah bola udara. sementara nenek bertoya emas dan kakek bermuka lebar bertelinga besar berdiri kurang lebih satu tombak dihadapannya dengan muka terkesiap bercampur ngeri. Dari antara jago lihay yang hadir dalam gelanggang, segera terdengarlah ada orang yang menjerit kaget: "Aaah ilmu sakti Tee tan-kang" Ilmu sakti Dewa berjalan dalam tanah yang tak pernah digunakan selamanya. sekonyong2.. Sesosok bayangan manusia bagaikan burung elang menyambar turun ketengah gelanggang dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. "Malaikat panyakitan. " "Mala ikat penyakitan. " 531 Jeritan2 kaget berkumandang diantara para jago persilatan, sasaran utama mereka yang hampir saja terlupakan ini ternyata muncul kembali ditengah gelanggang dalam kondisi segar, peristiwa ini benar2 berada diluar dugaan setiap orang. -00d000w00BAB 30 ADA SATU hal yang tidak dimengerti oleh para jago persilatan, bukankah Malaikat penyakitan sudah kena dihajar oleh hantaman toya emas Kim ciang Popo sehingga luka parah? kenapa saat ini dia bisa munculkan diri dengan gorakan tubuh yang begitu cepat hingga menggidikkan hati? Tentu saja, diantara para jago persilatan itu Kim ciang Popo lah yang merasa paling terperanjat dan bergidik. Ketika musuh besar saling berjumpa muka, sorot mata kedua belah pihak sama2 berubah jadi merah berapi2. Begitu mencapai permukaan tanah, dengan sorot mata yang tajam laksana kilat Han Siong Kie menatap wajah Kim ciang Popo tanpa berkedip. membuat nenek itu jadi merinding dan bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri Benarkah iblis kecil bermuka penyakitan yang berada dihadapannya sama sekali tak becus dalam ilmu silat seperti apa yang dialaminya belum lama berselang? atau mungkin ia sengaja sedang ber-pura2 berbuat begitu untuk mengibuli pandangan orang banyak terhadap dirinya?? Dalam pada itu Dewa berjalan dalam tanah telah tarik kembali ilmu sakti Tee tan kangnya, sambil picingkan matanya mengawasi ahli waris dari iblis diantara iblis itu dalam hati kecilnya diam2 ia mengambil pertimbangan, haruskah tinggalkan tempat ini? atau.. 532

Suasana ditengah gelanggang seketika berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun setelah lama sekali menatap wajah Nenek bertoya emas tanpa berkedip. dengan suara dingin ia menegur: "Bawa kemari" "Apanya yang bawa kemari??" seru nenek bertoya emas pura2 tak mengerti. " Nenek siluman, engkau tak usah berlagak pilon dihadapanku, ayoh bawa kemari". seruan 'nenek siluman' yang bernada tak sedap didengar itu kontan membuat paras muka nenek bertoya emas yang pada dasarnya sudah jelek makin nampak jelek barupada kali ini ada orang berani memaki kejelekannya tepat dihadapan mukanya. Begitu marah dan geramnya nenak tua itu sehingga sambil tertawa seram ia berseru: "Bocah bangsat kemplangan toya ku tadi tidak berhasil mengirim engkau pulang ke rumah nenekmu sekarang.." Belum habis ia berkata secepat sambaran petir Han song Kie telah meluncur kedepan dan tahu2 sudah kembali ketempat semula, dalam genggamannya kini telah bertambah dengan sejenis benda dan benda itu bukan lain adalah toya emas senjata andalan dari nenek bertoya emas tersebut. Ditengah jeritan kaget yang berkumandang memecahkan kesunyian dengan hati terperanjat dia pecah nyali secara beruntun nenek bertoya emas mundur tiga langkah lebar ke belakang. Demontrasi kepandaian sakti yang dilakukan Han Siong Kie ini dengan cepat membuat gempar seluruh gelanggang, paras muka semua jago persilatan yang hadir disitu sama2 berubah hebat, diam2 hati mereka terasa amat tercekat. 533 sekali lagi dengan suara yang dingin dan amat ketus Han Siong Kie menegur: "sebetulnya engkau mau serahkan kepadaku atau tidak??" Bagaimanapun juga nenek bertoya emas adalah seorang jago persilatan yang sudah lama tersohor akan kelihayannya dikolong langit, sudah tentu ia tak mau menelan penghinaan tersebut dengan begitu saja, dengan muka merah membara karena gusar ia membentak keras: "Bocah bangsat, rupanya engkau pingin mampus???" sepasang telapak disilangkan satu sama lainnya, kemudian badannya menerjang ke depan sambil melancarkan serangan. Han Siong Kie masih teringat terus dengan dendam sebuah pukulan toyanya, melihat datangnya serangan tersebut, ia segera mendengus dingin. "Hmm sebuah pukulan toya dibalas dengan sebuah pukulan toya, itu baru dinamakan adil" Cahaya emas berkelebat lewat, diiringi jeritan kesakitan

yang mengerikan, sambil muntah darah segar tubuh Nenek bertoya emas mencelat sejauh tiga tombak dari tempat semula. Jeritan kaget bergema diseluruh kalangan, setiap jago merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri Dengan tenaga dalam yang dimiliki Kim ciang popo, ternyata ia tak mampu menahan sebuah seranganpun dari musuhnya, kepandaian ampuh semacam ini benar2 membuat hati orang terkesiap. mungkin dalam gelanggang saat ini tak seorang manusiapun yang merupakan tandingannya . Dengan sorot mata memancarkan kebengisan selangkah demi selangkah Han Siong Kie berjalan menghampiri nenek bertoya emas yang terkapar diatas tanah, langkah kakinya yang berbunyi gemirisik menimbulkan napsu membunuh yang 534 makin lama semakin tebal, begitu tegang suasananya membuat setiap ortang terpukau dan berdiri menjublak. Dengan sekuat tenaga Nenek bertoya emas berusaha untuk meronta bangun dari atas tanah tapi baru bangkit setengah jalan dengan lemas ia roboh kembali diatas tanah, hal ini menunjukkan bahwa luka dalam yang di derita olehnya cukup parah. suasana dalam gelanggang tercekat dalam keseraman dan kengerian, hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh udara membuat jantung semua orang berdebar keras. Tiba2 Dewa berjalan dalam tanah yang gemuk dan cebol itu meloncat maju kedepan dengan suara keras ia berteriak: "Hei bocah muda benda yang kau inginkan berada ditanganku." sambil berkata dia ambil keluar sarung tangan Hud jiu Poo pit itu kemudian di acungkan keudara setelah itu buru2 benda itu dimasukan kedalam sakunya. Dengan cepat Han song Kie putar badan, toya emas yang berada dalam gengamannya dibuang keatas tanah. TindakanDewa berjalan dalam tanah yang ksatria dan jantan ini mendapatpujian dari setiap jago yang hadir digelanggang, sebab dengan perbuatannya itu dia tidak kehilangan jiwa jantan seorang jago persilatan, sebab justru dengan perbuatannya itu maka dengan selembar jiwa dari nenek bertoya emas berhasil diselamatkan. Dengan berlangsungnya peristiwa ini, dengan cepat memandang pula tujuan semula dari kehadiran jago persilatan ditempat itu. Mula pertama tampaklah kakek bermuka lebar bertelinga besar itu menggeserkan tubuhnya kesisi Dewa berjalan dalam tanah, diikuti semua jago persilatan yang berada disekeliling tempat itupun berbareng maju satu tombak kedepan, dengan 535

begitu gelanggangpun semakin diperciut hingga empat tombak belaka luasnya. suatu pertempuran sengit rupanya segera akan berlangsung.. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sambaran kilat, Han Siong Kie menyapu sekejap seluruh gelanggang, kemudian dengan nada dingin tegurnya kepada dua orang yang berada dihadapannya: "siapakah kalian berdua ??" "Aku adalah Dewa berjalan dalam tanah, bocah muda engkau pernah mendengar nama ku?" Han Siong Kie menggeleng. "Belum pernah kudengar nama itu" katanya, sorot matanya segera dialihkan kearah kakek bermuka lebar bertelinga besar tadi. sebelum buka suara orang itu sudah memperkenalkan diri lebih dahulu: "Aku adalah Heng sang Pedagang pejalan kaki Ku It Hui..." "Hmm baru pertama kali ini kudengar nama mu itu" Mendengar ejekan tersebut baik Dewa berjalan dalam tanah maupun Pedagang perjalan kaki Ku It Hui sama2 tertawa dingin tiada hentinya. sekali lagi Han Siong Kie maju beberapa langkah kedepan sambil menatap wajah Dewa berjalan dalam tanah tajam2 serunya: "Benda itu toh berada ditanganmu ayoh cepat serahkan keluar" Dewa berjalan dalam tanah tertawa seram: "Heeehh...heehhh...heehhh... bocah muda, kenapa tidak kau tanyakan dulu kepada semua sahabat yang hadir dalam gelanggang pada saat ini, apakah mereka setuju kalau kuserahkan kembali benda itu kepadamu atau tidak??" 536 Han Siong Kie segera naik darah, dengan muka merah membara ia mendengus dingin. "Hmm? sebenarnya engkau mau serahkan kembali benda itu kepadaku atau tidak??" "Bukannya tak mau, cuma aku tak dapat berbuat demikian" "Heeebh... heeehh heeehhh kalau memang begitu, jangan salahkan kalau aku tak akan berlaku sungkan2 lagi terhadap dirimu" Begitu ucapan terakhir diutarakan keluar sepasang telapaknya disertai tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya langsung membacok badan Dewa berjalan dalam tanah. Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, hampir pada saat yang bersamaan Dewa berjalan dalam tanah serta Pedagang pejalan kaki Ku It Hui melancarkan serangan secara berbareng untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. "Blammm" bentrokan dahsyat yang amat memekikan telinga berkumandang di seluruh angkasa, Dewa berjalan dalam tanah serta Pedagang berjalan kaki Ku It Hui samasama tergentar hingga mencelat sejauh satu tombak dari

tempat semula itupun badan mereka masih sempoyongan tiada hentinya. Han Siong Kie tak sudi memberi kesempatan lebih jauh kepada musuhnya untuk berganti napas tubuhnya sekali lagi menerjang kedepan telapak kirinya menghajar tubuh Pedagang berjalan kaki Ku It Hui sedangkan tangan kanannya dengan lima jari dipentangkan bagaikan kuku garuda langsung mencengkeram Dewa berjalan dalam tanah. Dalam satu jurus terbagi menjadi dua gerakan yang secara terpisah mengancam dua orang jago lihay dari dunia persilatan bukan saja pukulan yang dilepaskan berat bagaikan tindihan sebuah bukit karang, cengkeramanpun cepat lakana kilat. 537 Pedagang pejalan kaki Ku It Hui segera melayang delapan depa dari permukaan tanah, ia melepaskan sebuah serangan balasan yang tidak kalah hebatnya.. sedangkan Dewa berjalan dalam tanah menghindar kesamping dengan suatu gerakan yang cekatan ia meloloskan diri dari sambaran kilat tersebut.. Hampir pada saat yang bersamaan, delapan buah pedang pusaka disertai delapan buah desiran angin tajam menyergap tubuh Han Siong Kie dari arah belakang. Dengan sigap Han Siong Kie meluncur ke udara dan melepaskan diri dari ancaman angin pukulan serta desiran pedang lawan, ketika dia berpaling kebelakang maka terlihatlah orang yang menyergap tubuhnya dengan serangan delapan bilah pedang tadi ternyata bukan lain adalah delapan orang pria setengah baya yang memakai jubah warna biru. Dengan pandangan mata yang tajam pemuda itu menyapu sekejap wajah kedelapan orang jago pedang baju biru tersebut, lalu dengan suara adem tegurnya: "siapakah kalian berdelapan? sebutkan dahulu siapa nama kamu semua.." "Kami adalah delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu"jawab salah seorang diantara delapan jago pedang itu dengan suara ketus dan dingin. "Apa maksud kalian datang kemari?" "Tujuan kedatangan semua umat persilatan yang berkumpul dalam gelanggang saat ini adalah sama yakni menuntut balas serta menagih hutang2 lama dari Mo tiong cimo." Han Siong Kie terperangah dibuatnya, dari sini jelas sudah memperlihatkan bahwa musuh besar dari gurunya tersebar dikolong langit yang diketahui olehnya adalah jago2 dari partai Khong tong, gereja siau lim si serta Thian lam pay ditambah 538 pula jago2 persilatan yang hadir dalam gelanggang dewasa ini... Itu berarti dalam perjalanannya dikemudian hari ia telah

memikul suatu tanggung jawab yang sangat berat pembalasan dendam pasti akan ditemuinya selama ini tapi dendam sakit hati apakah yang terikat diantara mereka? dia sendiripun tak tahu. Berpikir sampai disitu diam2 dia ambil keputusan untuk merampas kembali kitab pusaka Hud jiu poo-pit lebih dahulu kemudian pulang ketempat tinggal gurunya untuk memberi laporan sebab batas waktu sepuluh hari sudah bakal habis, ia tak ingin gurunya mati dengan membawa penyesalan hingga gurunya mati tak pejamkan mata. setelah ambil keputusan dihati, dengan suara dingin segera katanya lantang: "Pada waktu ini aku tak punya banyak waktu luang, dikemudian hari kalian pasti akan memperoleh penyelesaian yang adil dari persengketaan ini." "Malaikat penyakitan, omong kosong tak ada gunanya, kau anggap dengan mengucapkan kata2 tersebut maka urusan dapat diselesaikan dengan begitu saja??" "Lalu apa yang kalian kehendaki??" "Katakanlah tempat persembunyian dari iblis diantara iblis" "Andaikata aku tak mau bicara???" Paras muka delapan pendekar pedang dari kota Tiong- ciu berubah hebat, pemimpin mereka segera berseru dengan nada kasar: "Hmm aku rasa engkau tak mungkin bisa membungkam terus menerus" "Huuhh... dengan andalkan kalian beberapa orang hendak paksa aku untuk bicara?, jangan mimpi disiang hari bolong" 539 Dihina dan dimaki dengan kata kata yang begitu memandang rendah terhadap mereka, delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu tak mampu menahan hawa amarahnya lagi, ditengah bentakan keras delapan bilah pedang dengan menciptakan selapis cahaya tajam yang berkilauan langsung mengurung badan Han Siong Kie, hawa pedang mendesir dan memancar keempat penjuru membuat para jago yang berada lima tombak disekitar tempat itupun ikut merasakan desiran angin tajam tadi. Dikolong langit tidak terlalu banyak manusia yang mampu menghadapi serangan gabungan dari delapan pendekar pedang itu sekalipun belum sampai tarap tiada tandingan namun jarang sekali ada jago yang berani beradu kepandaian dengan mereka berdelapan sekaligus. Menyaksikan datangnya ancaman yang begitu dahsyat, diam2 Han Siong Kie merasa amat tercekat hatinya, sepasang telapak diayun berulang kali dan sekaligus melancarkan lima buah serangan berantai. Kelima buah pukulan yang dilepaskan itu cepat sekali hingga se-akan2 merupakan suatu penggabungan satu jurus serangan belaka, bukan begitu saja bahkan tenaga murni

yang disertakan dalam serangan tersebut merupakan tenaga hasil latihan selama dua ratus tahun yang maha dahsyat, bisa dibayangkan betapa dahsyat dan ngerinya serangan maut itu. Dikala para jago persilatan yang hadir ditempat itu masih dibikin bingung dan tercengang oleh situasi yang mengerikan itu "Bluumm .." suatu ledakan dahsyat yang sangat memekikkan telinga bergelegar diangkasa, jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul, tiga sosok bayangan manusia mencelat ketengah udara dan lima kilatan cahaya tajam menggaris ditengah angkasa. 540 Suasana jadi gaduh dan kacau balau, bayangan manusia terpencar kesana kemari diantara delapan pendekar pedang dari Tiong- ciu, lima orang jago diantaranya kehilangan senjata, sedang tiga orang lainnya terpental sejauh dua tombak lebih dari tempat semula. Paras muka mereka semua pucat pias bagaikan mayat, tubuh mereka gemetar keras dan untuk beberapa saat lamanya tak seorangpun diantara mereka yang buka suara ataupun meugucapkan sepatah kata. Berhasil dengan serangannya yang pertama, Han Siong Kie tak mau buang tempo lebih jauh, secepat sambaran kilat ia menerjang kearah Dewa berjalan dalam tanah. Pedagang pejalan kaki Ku It Hui yang berada disampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun tiba2 melancarkan sebuah pukulan yang mengerikan. Han Siong Kie tak menduga kalau Pedagang pejalan kaki Ku It Hui bisa menyergap dari sisi gelanggang, waktu tidak mengijinkan baginya untuk berpikir panjang, berada ditengah udara tubuhnya segera berputar kearah mana berasalnya serangan itu, sepasang telapak didorong kedepan menyambut datangnya ancaman tersebut. "Blaamm.." benturan nyaring kembali bergelegar diangkasa, Pedagang pejalan kaki Ku It Hui menjerit kesakitan, badannya mencelat sejauh empat tombak dari tempat semula dan terkapar diantara kerumunan para jago lainnya. Dewa berjalan dalam tanah mengerti kalau gelagat tidak menguntungkan baginya, dalam detik terakhir itulah ia himpun tenaga sakti Tee tan kang miliknya, sekujur badan jadi bergelembung bagaikan bola angin. Han Siong Kie yang menyaksikan keadaan aneh tersebut jadi tertegun untuk beberapa saat lamanya. 541 Dewa berjalan dalam tanah menggeram aneh sepasang telapaknya didorong keluar. "Blaaammm " suatu ledakan hebat dahsyat meluncur

kedepan langsung menghantam tubuh Han Siong Kie. Sianak muda itu amat terperanjat, sepasang telapaknya segera didorong kedepan untuk menyambut datangnya ancaman itu, ketika dua jenis tenaga bertemu satu sama lainnya segera terjadi suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga kedua belah pihak sama tergentar mundur satu langkah kebelakang sementara sisa2 tenaga benturan itu bagaikan gulungan ombak segera memancar keempat penjuru. Pada waktu itulah hujan senjata rahasia yang amat rapat bagaikan hujan gerimis tersebar diseluruh angkasa mengurung sekujur badan Han Siong Kie. Pemuda itu membentak keras, sepasang telapak didorong kedepan secara beruntun, gelombang hawa murni selapis demi selapis memancar keluar dan mementalkan senjata2 rahasia yang mengancam kearahnya itu, tapi senjata rahasia tersebut berhamburan tiada hentinya bagaikan hujan gerimis, membuat siapapun yang memandang jadi terkesiap dan bergidik rasanya. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah delapan pendekar prdang dari kota Tiongciu mengundurkan diri dari gelanggang demikian juga dengan Dewa berjalan dalam tanah serta Pedagang pejalan kaki Ku It Hui kedua jago lihay ttu cepat2 mundur kebelakang. Diantara senjata rahasia yang berhamburan diangkasa terdapat pula jarum2 halus yang sangat beracun, serangan lembut seperti itu terang tak mungkin ditangkis dengan pukulan telapak, untuk beberapa saat Han Siong Kie dibikin kalang kabut dan kelabakan tiada hentinya, kejadian ini 542 dengan cepat memancing timbulnya hawa napsu membunuh dalam hatinya. Sepasang telapak berputar membentuk lingkaran, senjata rahasia yang berhamburan segera terpental keempat penjuru, kemudian sepuluh jari tangannya tiba2 dibentangkan lebar2. sepuluh gulung desiran angin tajam, secepat sambaran kilat memancarkan keluar.. Ilmu jari Tong kim ci adalah sejenis ilmu sentilan yang luar biasa dahsyatnya, emas dalam jarak lima tombak pun akan berlubang jika termakan oleh serangan tersebut. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema saling susul menyusul, begitu seramnya hingga menggidikkan hati semua orang. seluruh jari berkelebat kesana kemari tiada hentinya, setiap penjuru dijelajahi secara merata dan tak ada yang kelewatan. Jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul, seluruh hutan belantara itu tercekam dalam suasana yang betul2 mengerikan, se-akan2 dunia persilatan sedang menghadari hari kiamat.

Hujan senjata rahasia segera terhenti, sementara jeritan ngeri makin lama semakin banyak dan makin melengking.. Diatas permukaan tanah tertambah dengan mayat2 yang bergelimpangan disana sini, kurang lebih lima puluh sosok mayat terkapar di atas tanah dalam keadaan yang mengerikan, dada atau batok kepala mereka berlubang, darah kental mengucur keluar tiada hentinya. Pembantaian yang keji seperti ini, boleh dibilang jauh lebih mengerikan danjauh lebih menyeramkan daripada tindak tanduk Mo tiong ci mo dimasa lampau. Semua jago persilatan yang hadir digelanggang tercekat semua dibuatnya, paras muka mereka pucat pias bagaikan 543 mayat dan sukma seraya melayang tinggalkan raganya karena ketakutan. Bau amis darah.. kebrutalan... kekejian menyelimuti seluruh gelanggang. -oood0woooJilid 15 MENDADAK... seorang kakek cebol berbadan gemuk munculkan diri dari barisan para jago, setibanya ditengah gelanggang ia merogoh kedalam sakunya dan ambil ke luar sebuah benda, setelah diletakkan diatas tanah sambil tertawa seram katanya: Inilah sarung tangan Hud jiu Poo pit, aku Dewa berjalan dalam tanah tidak ingin mencicipi harta kekayaan ini, sekarang benda ini kuserahkan kembali kepada rekan2 persilatan semua. Habis berkata ia enjotkan badandan buru-buru tinggalkan tempat celaka itu. sarung tangan tembaga hitam memancarkan Cahaya yang menyilaukan mata, semua sorot mata para jago dengan pandangan serakah ditujukkan keatas benda tersebut. Siapapun ingin mendapatkan benda mustika yang diidamkan oleh setiap orang itu, siapapun ingin memilikinya, tindakan dari Dewa berjalan dalam tanah benar2 berada diluar dugaan setiap jago yang hadir digelanggang. Han Siong Kie malahan dibuat terperangah oleh sikap lawannya, ia tak mengira kalau Dewa berialan dalam tanah secara suka rela bersedia serahkan benda mustika itu kepadanya, mungkin juga manusia cebol itu sudah mengerti andaikata ia tidak serahkan benda itu maka sulitlah baginya 544 untuk meloloskan diri dari sana, selain itu mungkin diapun sudah dibuat ngeri oleh pemilik benda itu.. Sementara masih berpikir, pemuda she Han itu siap maju kedepan untuk memungut sarung tangan Hud jiu Poo pit itu.. Segulung desiran angin yang sangat aneh menggulung

lewat dan mendorong sarung tangan Hud jiu Poo pit segera menggelinding sejauh dua tombak dari tempat semula, di ikuti seorang kakek tua berjubah hitam dan bermuka merah bagaikan darah tampil ditengah gelanggang. Han Siong Kie merasa amat terkesiap, dengan cepat ia berpaling kebelakang, ketika sepasang mata saling bertemu pemuda itu merasakan hatinya tercekat, dari pancaran mata kakek baju hitam itu ia dapat merasakan hawa sesat yang membikin hati orang jadi bergidik. Suasana jadi gaduh dan rata2 para jago persilatan yang hadir disana sama2 menunjukkan paras muka ngeri bercampur takut. "siapakah engkau? tegur Han Siong Kie dengan nada dingin. Kakek tua berjubah hitam itu mengerutkan wajahnya, lalu dengan seram ia menjawab: "Aku adalah Dewa racun Yu Hoat" Dewa racun Yu Hoat tersohor karena ilmu racunnya yang sangat lihay dan tiada tandingan dikolong langit. setiap orang persilatan yang mendengar namanya pasti akan berubah wajah dan ketakutan, tak nyana iblis tua tersebut telah munculkan diri di tempat itu. Han Siong Kie berpengalamau cetek dan tak kenal banyak jago persilatan, tentu saja ia tak tahu siapakah manusia yang menyebut diri sebagai Dawa racun Yu Hoat ini, ia segera mendengus dingin. 545 "Apa maksudmu datang kemari ?" tegur Han Siong Kie. Dewa racun Yu Hoat tertawa seram tiada hentinya. "Heehhh..heehhh..heehhh . Malaikat penyakitan aku telah tertarik sekali dengan sarung tangan tembaga milikmu itu, aku harap engkau bersedia menghadiahkan kepadaku" "Hmm engkau jangan mimpi disiang hari bolong" teriak Han Siong Kie dengan nada menghina Pada waktu itu dua sosok bayangan manusia laksana kilat menerjang kedepan dan menyambar sarung tangan mustika Hud jiu Poo pit yang berada kurang lebih dua tombak jauhnya itu. "Cari mampus" hardik Dewa racun Yu Hoat dengan geram, telapaknya langsung di ayun kedepan membabat tubuh kedua orang itu. Ditengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati dua sosok bayangan manusia itu mencelat kebelakang dan roboh terkapar diatas tanah, setelah berkelejit sebentar mereka tak berkutik lagi, darah hitam mengalir keluar dari ketujuh lubang inderanya. Diam2 Han Siong Kie merasa bergidik juga menghadapi kelihayan musuhnya yang amat luar biasa itu, ia tak mengira kalau kekejian racun Dewa racun Yu Hoat sudah mencapai

taraf yang tak terkirakanDewa racun Yu Hoat sendiri sama sekali tidak memandang sekejappun kearah dua sosok mayat yang mati akibat keracunan itu, sekali lagi dengan nada menyeramkan ia berseru: "Malaikat penyakitan, apakah engkau bersedia hadiahkan benda itu kepadaku?" Han Siong Kie mendengus dingin. "Hmm kalau engkaupunya kepandaian, silahkan ambil sendiri dari atas tanah" 546 Air muka Dewa racun Yu Hoat berubah sangat hebat, ia menggerakkan tubuhnya dan meluncur dua tombak kedepan, baru saja ia hendak ambil benda itu... Mendadak tanpa angin tanpa puyuh sarung tangan mustika Hud jiu Poo-pit tersebut melayang sendiri ketengah udara. Ia menjerit kaget dan segera mengikuti ke arah mana sarung tangan itu meluncur, ternyata Malaikat penyakitan dengan tenangnya sedang memegang sarung tangan mustika tadi. Kiranya pada saat yang terakhir Han Siong Kie telah menggunakan unsur "mengisap" dari ilmu telapak Mo-mo ciang hoat untuk mengisap pusaka Hud jiu Poo pit itu sehingga melayang kearahnya. Kepandaian mengisap benda yang didemonstrasikan sianak muda itu seketika mencengangkan hati para jago yang hadir dalam gelanggang. Mungkin kejadian ini merupakan kejadian yang pertama bagi Dewa racun Yu Hoat dimana ia jatuh kecundang ditangan orang, paras muka yang semula sudah pucat karena gusar kini berubah jadi kehijau2an, sepasang matanya memancarkan dua gulung cahaya yang menggidikkan hati. "Bocah keparat" geramnya dengan penuh kemarahan, " engkau sendiri yang sudah ogah hidup, jangan salahkan kalau aku bertindak keji kepadamu" "ooh.. kalau memang lihay, silahkan mencoba sendiri untuk merampas benda tersebut dari tanganku" Han Siong Kie masukkan sarung tangan mustika Hud jiu Poo pit itu kedalam sakunya kemudian himpun tenaga dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, perasaan hatinya kaku dan tawar sementara hati kecilnya kebat kebit, sebab ia tahu bahwa ilmu racun yang dimiliki pihak lawan amat dahsyat dan tak mungkin bisa 547 dilawan dengan andalkan tenaga dalam belaka. Dalam pada itu Dewa racun Yu Hoat maju selangkah kedepan. Suasana dalam gelanggang tercekam dalam ketegangan, setiap orang merasakan hatinya kebat kebit tak karuanSeorang makhluk racun tua yang sudah tersohor akan

kelihayannya akan berhadapan dengan seorang ahli waris iblis sakti yang pernah menggetarkan kolong langit. Berpuluh2 pasang mata tidak sakejappun beralih dari tengah gelanggang, mereka ingin tahu siapakah yang bakal menang diantara kedua orang itu. Han Siong Kie putar otak tiada hentinya, ia menganggap siapa menyerang lebih dulu dialah yang menang posisi, mendadak serangan telapak ditangan dan serangan jari tangan kanan dilancarkan secara berbareng.... Ditengah gulungan angin pukulan yang maha dahsyat terselip desingan totokan jari yang tajam dan luar biasa. Dewa racun Yu Hoat tertawa dingin, secepat kilat tubuhnya menyingkir lima depa kesamping, setelah menghindarkan diri dari gempuran yang maha dahsyat itu, disaat sang badan berkelebat lewat sepasang telapaknya diluncurkan kedepan secara berbareng, kecepatannya luar biasa sekali. Baru saja Han Siong Kie merasakan serangan jari dan telapaknya mengena disasaran yang kosong, segumpal angin pukulan berbau amis telah meluncur tiba. Ia tahu bahwa angin pukulan tersebut mengandung sari racun yang amat jahat, barang siapa terkena pasti akan mati, tapi untuk meloloskan diri dari ancaman tanpa tersentuh oleh pukulan itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dalam keadaan gelisah cepat2 jalan darahnya ditutup, sepasang telapakpun mendadak melepaskan pukulan. 548 "Bluumm" dentuman keras bergelepar diudara, Dewa racun Yu Hoat tergetar mundur lima langkah kebelakang dengan sempoyonganHan Siong Kie sendiri merasakan kepalanya nanar dan agak berkurang, kulit badan diluar pakaiannya terasa panas bercampur gatal, ia tahu bahwa tubuhnya sudah terkena racun keji, dalam terkesiapnya hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya, sepasang telapak diayun berbareng dan sepuluh desiran angin pukulan segera meluncur kedepan. Dewa racun Yu Hoat amat terperanjat setelah mengetahut angin pukulan beracun yang berhasil menyapu tubuh lawan, ternyata sama sekali tidak dirasakan oleh musuhnya, mungkinkah Mala ikat penyakitan telah berhasil melatih tubuhnya sehingga kebal terhadap serangan pukulan beracun. Disaat pikiran tersebut masih berkelebat dalam benaknya, desiran angin totokan telah meluncur datang dengan hebatnya, jika terkena serangan tersebut niscaya tubuhnya akan berlubang dan mampus. Dalam keadaan terkesiap bercampur gelisah, dewa racun itu tidak ambil perduli soal gengsi lagi, cepat2 ia jatuhkan diri ke atas tanah dan bergelinding sejauh delapan depa lebih dari tempat semula...

Jeritan ngeri kembali berkumandang tiada hentinya, delapan orang jago persilatan yang berdiri disekitar tempat kejadian tersambar oleh serangan tersebut dan segera roboh terkapar diatas tanah. Dewa racun Yu Hoat sendiri saking terkejutnya keringat dingin sampai mengucur keluar tiada hentinya, ia tahu berdiam terus ditempat itu tak akan menguntungkan dirinya, dengan cepat ia enjotkan badan dan melarikan diri terbirit2. Han Siong Kie sendiripun menyadari bahwa persoalan penting yang dibebankan di atas pundaknya masih banyak 549 yang belum terselesaikan, ia tak ingin buang waktu lebih jauh, setelah menyapu sekejap kearah para jago yang hadir ditempat itu, dengan langkah lebar ia segera berlalu dari gelanggang tersebut. semua jago lihay baik dari golongan hitam maupun dari golongan putih tak ada yang berani tampil kedepan untuk menghadang jalan perginya, mereka semua membungkam dalam seribu bahasa. Desiran angin menembusi angkasa bergema dari kejauhan, beberapa sosok bayangan manusia tiba2 dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur masuk kedalam gelanggang. Dengan cepat Han Siong Kie menghentikan langkah kakinya, begitu tahu siapa yang datang ia merasa amat girang dan hampir saja menyapa, tapi dengan cepat ia teringat kembali dengan penyaruannya pada waktu itu, ucapan yarg hampar meluncur keluar segera tertelan kembali kedalam perut. Orang yang barusan datang bukan lain adalah saudara angkatnya yakni Lam kay pengemis dari selatan, dibelakangnya mengikuti pula empat orang pengemis berusia lima puluh tahunan yang semuanya membawa sebuah toya penggebuk anjing. Pengemis dari selatan dan Padri dari utara, adalah jago2 lihay yang amat tersohor namanya dikolong langit pada waktu itu, kecuali beberapa orang gembong iblis jarang sekali ada orang yang mampu menandingi dirinya, kemunculan jago tua ini segera merubah suasana dalam gelanggang itu. Berada dibadapan orang banyak. tentu saja Han Siong Kie tak dapat membongkar rahasia sendiri, ia segera maju selangkah kedepan dan memberi hormat. "Locianpwee, tolong tanya ada urusan apa engkau datang mencari aku?" tanyanya. sikap yang sopan dari Han Siong Kie seketika membnat para jago terperangah dibuatnya, mungkinkah nama besar 550 pengemis selatan telah menggetarkan hati Malaikat penyakitan sehingga ia bersikap begitu menghormat. Tentu saja termasuk pengemis dari selatan sendiripun tak

tahu apa sebabnya musuh mereka bersikap hormat. Dengan sorot mata yang sangat tajam pengemis dari selatan mengawasi wajah Han Siong Kie beberapa saat lamanya, kemudian ia menegur: "Engkau yang bernama Malaikat penyakitan??" "Betul, itulah aku" "Dan engkau adalah ahli waris dari Mo tiong-ci mo iblis diantara iblis??" "Dugaanmu tak keliru" "Engkau baru saja keluar dari dalam benteng maut??" "Benar" "Benarkah tengkorak maut bukan lain adalah iblis diantara iblis?" "Keliru besar pendapatmu itu" "Keliru besar?" "Benar, keliru besar sekali" "Baik" kata Pengemis dari selatan kemudian setelah termenung sebentar, "aku tak mau ambil perduli apakah berita itu benar atau tidak- aku pengemis tua hanya ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu.." "Katakanlah, apa yang ingin kau tanyakan?" "Sekarang gurumu ada dimana?" Diam2 Han Siong Kie terkejut, tentu saja tak dapat menerangkan dimanakah gurunya berada, setelah berpikir sebentar ia balik bertanya . . "Ada urusan apa locianpwee mencari guruku?" 551 "Empat puluh tahun berselang guru iblismu itu telah membantai seorang ketua cabang, tiga orang hiangcu, dua belas orang kepala regu dan lima puluh orang murid perkumpulan kay-pang kami dari kantor cabang sam siang, ini hari kami datang kemari untuk menagih hutang berdarah itu?" Han Siong Kie jadi kelabakan dibuatnya, untuk beberapa saat lamanya ia tak tahu bagaimana musti menjawab. Empat orang pengemis tua dibelakang pengemis dari selatan dengan nyata menunjukkan perasaan sedih bercampur gusar. Pelbagai ingatan berkelebat dalam benak Han Siong Kie, ia berusaha mencari akal untuk mengatasi masalah pelik yang memusingkan kepalanya ini. -oood0woooBAB 31 SETELAH termenung beberapa saat lamanya, pemuda itu berpikir dalam hatinya, menurut perkataan gurunya orang2 yang dibunuh adalah mereka2 yang pantas dibinasakan, sedang menurut keterangan yang pernah diberikan put lo sianseng, seorang jago kawakan dari persilatan, gurunya tak pernah membunuh orang tanpa sebab. Bagi dia sendiri, boleh dibilang tak sepotong keteranganpun

yang diketahui olehnya mengenai dendam permusuhan yang terikat selama puluhan tahun belakangan ini, tapi sebagai ahli waris dari gurunya sudah menjadi kewajiban babinya untuk memikul tanggung jawab itu. Apa yang harus ia terangkan kepada engkoh tuanya ini ? Dalam pada itu pengemis dari selatan dengan muka memancarkan kegusaran telah menegur kembali dengan suara berat: 552 "Bocah keparat, sudah kau pertimbangkan masak2 persoalan ini??" "sepuluh hari kemudian, bagaimana kalau aku berkunjung sendiri kemarkas besar locianpwee untuk memberikan keterangan?" "Itu sih tak perlu, aku hanya ingin tahu jejak dari gurumu" "Tapi aku tak mungkin bisa menerangkan soal ini kepada locianpwee" "Bocah keparat, janganlah banyak main akal muslihat di hadapanku, bicaralah terus terang kemudian masing2 menempuh jalannya sendiri" "Andaikata aku tidak bersedia untuk menjawab, apa yang hendak locianpwee lakukan?" Empat orang pengemis tua dibelakang pengemis dari selatan segera mendengus dingin, dari sikap mereka jelas menunjukkan bahwa beberapa orang jago itu siap untuk melancarkan seranganPengemis dari selatan sebera menengadah dan tertawa terbahak2. "Haaah haaahh haaahhh bocah muda, engkau tak dapat ambil keputusan dengan seenaknya sendiri" "Jadi locianpwee ada maksud untuk turun tangan??" "Andaikata engkau tidak bersedia untuk bicara terus terang, apakah aku pengemis tua harus pulang dengan tangan hampa?" Diam2 Han Siong Kie mengerutkan dahinya setelah mendengar perkataan itu, dalam kenyataan ia sungkan untuk turun tangan dan bertarung melawan kakak angkatnya sendiri, lagipula bertempur dengan kekerasan belum tentu dapat menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. 553 Untuk meloloskan diri tentu saja sangat mudah sekali baginya, perbuatan itu dapat dilakukan ibarat membalik telapak sendiri, sebab termasuk pengemis dari selatan sendiri, seorang manusiapun yang dapat mengejar jalan perginya. "Hmm, tentu saja tak sudi pergi dengan cara begitu, sebab demi nama besarnya dan nama besar gurunya ia tak boleh berbuat begitu, kalau mau pergi maka dia harus pergi secara gagah dan terang2an-" Rupanya empat orang pengemis tua dibelakang pengemis

dari selatan sudah tak sabar menahan diri lagi, mereka silangkan tongkat penggebuk anjingnya didepan dada, kemudian salah satu diantaranya berseru: "Tiangloo, buat apa engkau banyak bicara dan bersilat lidah terus dengan bangsat itu?" Dengan pandangan yang dingin dan menyeramkan, Han Siong Kie menyapu sekejap empat orang pengemis tua itu, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Menyaksikan tingkah laku anak buahnya, buru2 pengemis dari selatan goyangkan tangannya mencegah mereka turun tangan, serunya: "Jangan bertindak gegabah kalian masih bukan tandingannya..." kemudian sambil berpaling kearaa Han Siong Kie sambungnya lebih lanjut: "Bocah muda, aku pengemis tua paling segan untuk mengulur waktu lebih baik bertindaklah lebih terus terang dan terbuka " Baru saja Han Siong Kie hendak menjawab. tiba2... Pada saat itulah dari tempat kejauhan berkumandang datang suara pekikan setan yang amat membetot hati, suara itu begitu nyaring dan melengking diangkasa membuat semua jago persilatan yang hadir dalam kalangan sama2 merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri 554 Bersamaan dengan makin mendekatnya pekikan setan yang tajam dan memekikkan telinga itu, sesosok bayangan merah meluncur dari tengah udara dan jatuh ketengah gelanggang. Benda itu bukan lain adalah sebuah tengkorak kepala yang penuh berlepotan darah, dengan angker dan seramnya benda tersebut bercokol digelanggang. "Tengkorak maut" tak kuasa lagi Han Siong Kie menjerit lengking dengan nada terperanjat. Pemilik benteng maut bisa muncul secara tiba2 ditempat tersebut, peristiwa ini benar2 berada di luar dugaan setiap orang. Pengemis dari selatan dan keempat orang pengemis tua itu dengan hati terkesiap dan badan merinding, ber sama2 mundur satu tombak lebih kebelakang. suasana dalam gelanggang seketika berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, begitu sunyinya hingga jarum yang jatuh ketanahpun dapat kedengaranMaut..kematian serta hawa seram yang menggidikkan mencekam seluruh angkasa, menekan perasaan setiap jago yang hadir di situ. Paras muka semua jago persilatan yang hadir disana sama2 berubah jadi pucat keabu2an, badan serta tulang mereka terasa kaku dan tak bertenaga, tak seorangpun berani bergeser barang setengah langkahpun dari tempat semula, jangan dikata melarikan diri, untuk bergerak majupun tak

berani, se-akan2 mereka beranggapan bahwa elmaut akan menjemput nyawa mereka jika mereka berani maju. Dalam pada itu Nenek bertoya emas yang sedang bersemedi telah menyelesaikan latihannya, luka yang diderita sudah separuh bagian sembuh, sambil bangkit berdiri ia pungut senjata toyanya yang tergeletak diatas tanah. 555 Tapi tiba2 sorot matanya bertemu dengan tengkorak darah yang menggeletak ditengah gelanggang, nampaknya nenek itu merasa amat terperanjat, dengan sempoyongan tubuhnya roboh kembali keatas tanah dan sedikitpun tak berkutik. Han Siong Kie sendiri dengan pandangan yang tajam dan sama sekali tak berkedip menatap tengkorak berwarna merah itu, pelbagai ingatan dan perasaam berkecamuk dalam benaknya... Kenapa Pemilik benteng maut munculkan diri secara tiba2? apakah ia sudah tahu kalau jalan darahnya yang tertotok telah dibebaskan orang? orang yang kehilangan sukma minta kepadanya untuk berkunjung kembali kebenteng maut dan menceritakan asal usulnya, rahasia apakah yang terkandung dibalik peristiwa itu? Kalau Pemilik benteng maut menanyakan urusan tentang dibebaskannya jalan darah yang tertotok, apakah dia harus mengeluarkan kutungan telapak tangan dari 0rang yang kehilangan sukma? Kenapa orang yang kehilangan sukma mengutungi telapak tangan sendiri? Ingatan tersebut berkecamuk tiada hentinya dalam benak sianak muda itu, Kian lama darah panas dalam dadanya kian mendidih, dendam berdarah ditambah rasa dendam karena orang yang kehilangan sukma harus mengutungi telapak tangan sendiri, membuat pemuda itu ingin melampiaskan semua perasaannya ke atas tubuh Pemilik benteng maut. Dalam waktu singkat, suasana disekitar gelanggang jadi beku dan membeku. Suasana sepi, hening dan tak terdengar sedikit sUarapUn, begitu sunyinya se-akan2 berada disuatu tanah pekuburan yang luas. 556 Jago persilatan yang berkumpul di empat penjuru tak ada yang berkutik ataupun menunjukkan sesuatu reaksi apapun, mereka punya perasaan seakan2 sedang menunggu keputusan hukuman. Tulang tengkorak yang penuh berlepotan darah ditambah mayat2 yang sejak semula telah bergelimpangan diatas tanah, menambah seramnya suasana disekeliling tempat itu. Lama kelamaan.. akhirnya Han Siong Kie tak kuasa menahan diri, ia berteriak dengan geram:

"Tengkorak maut, kenapa belum juga munculkan diri?" Teriakan tersebut kembali menggetarkan hati setiap jago persilatan yang hadir disekeliling gelanggang, mungkinkah Tengkorak maut betul2 bukan hasil penyaruan dari iblis diantara iblis? sebab kalau tidak ahli waris dari iblis diantara iblis yakni Malaikat penyakitan tak mungkin akan menantang gembong iblis itu untuk beradu kepandaian. Kenapa Malaikat penyakitan berani menantang Tengkorak maut untuk adu kepandaian? Tentu saja kecuali Han Siong Kie pribadi, tak seorangpun yang mengetahui alasannya. Dalam pandangan sebagian besar orang persilatan, Tengkorak maut bukan saja mendatangkan rasa seram dan ngeri, diapun membawa kemisteriusan yang membingungkan hati, selama puluhan tahun belakangan ini belum pernah ada orang yang menyaksikan paras muka aslinya. sekarang, kecuali rasa kaget dan terkesiap mencekam perasaan hati setiap jago yang hadir disitu, merekapun merasa keheranan dan ingin tahu duduk perkara sebenarnya. Begitu suara bentakan diri Han Siong Kie berkumandang diudara, pekikan setan itu segera berhenti berggema, semua orang merasakan pandangan matanya jadi kabur dantahu2 ditengah gelangang telah bertambah dengan sesosok 557 bayangan manusia berjubah hijau, bertopi hijau dan berpakaian cadar warna hijau pula. "Aaah.. Pemilik benteng maut" para jago sama2 berbisik dalam hatinya. Han Siong Kie sendiri dengan mata melotot besar bagaikan gundu menatap gembong iblis tersebut tanpa berkedip. Suasana ditengah gelangggang makin sunyi dan tebang, apalagi setelah Tengkorak maut munculkan diri. Sementara itu Tengkorak maut sendiri dengan seram dan angkernya berdiri dihadapan Han Siong Kie, ia membungkam dalam seribu bahasa. Pengamis dari selatan beserta kempat orang pengemis tua disisinya tanpa disadari telah mundur kebelakang dan mendekatt tepi kalangan dimana para jago berkumpul. Dengan begitu ditengah gelanggang pada saat ini tinggalkan Han Siong Kie dan Tengkorak maut itu saja yang berdiri saling berhadap2an. Han Siong Kie menggertak gigi menahan rasa benci dalam hatinya, dengan suara lantang ia menegur: "Poocu, engkau ada urusan apa datang kemari?" Tengkorak maut sama sekali tidak menjawab pertanyaan sianak muda itu, dengan suara dalam ia berseru lantang: "Hari ini sengaja aku berbuat murah hati, semua orang yang hadir disekitar gelanggang segera enyah dari sini" Suara itu tidak begitu keras, tapi semuajugo persilatan yang hadir disekitar gelanggang, baik dekat maupun jauh

sama2 merasakan telinganya jadi amat sakit. se akan2 mendapat pengampunan, tanpa membuang waktu barang sedikitpun juga, para jago sama2 putar badan dan kabur dari tempat celaka itu dalam sekejap mata, semua orang sudah berlalu tak berbekas. 558 Hanya seorang jago yang tidak berlalu dari situ, orang itu bukan adalah ketua para tiang loo dari perkumpulan Kay pang, pengemis dari selatan adanya. Tindakan dari pengemis tua ini sama sekali diluar dugaan Han Siong Kie, membuat sianak muda itu tercengang, bukankah kakak angkatnya dengan jelas mengetahui kalau kepandaian silat bukan tandingan Tengkorak maut ? bahkan belum lama berselang hampir saja jiwanya melayang ditangan gembong iblis itu, sekarang kenapa ia tidak pergi? maksud tujuan apa yang terkandung dalam hatinya? Tanpa berpaling kembali Tengkorak maut berseru: "Hey pengemis tua yang tak tahu diri, rupanya engkau sudah bosan hidup dikolong langit?" Pengemis dari selatan tertawa dingin tiada hentinya. "Heeeeh heeeehh heeeehhh poocu, apakah engkau hendak turun tangan terhadapapku pengemis tua?" "Tentu saja, seandainya engkau masih juga tak tahu diri " "Bagaimana sih baru bisa dikatakan tahu diri?" "Sekarang sudah tak sempat lagi, engkau telah ditakdirkan untuk mampus ditanganku" "Poocu apakah engkau sudah lupa dengan janjimu terhadap sutay cou perkumpulan kami Song Tiat koay?" "Heeeehh heehhh heeehhh pengemis busuk, lebih baik jangan bermain setan dihadapanku " Mendengar jawaban tersebut, tiba2 Pengemis dari selatan membentak keras: "Bangsat kurang ajar, berani benar engkau menyaru sebagai tengkorak maut untuk meracuni dunia persilatan-" Han Siong Kie sangat terperanjat mendengar seruan itu. 559 "Tengkorak maut ini adalah tengkeorak maut gadungan?" pikirnya dihati, berdasarkan alasan apa engkoh tua mengatakan Tengkorak maut ini adalah tengkorak maut gadungan?" setelah termenung sebentar, sianak muda itu berpikir lebih jauh: "Aaah benar, persoalannya pasti terletak pada kata2 yang tercantum dalam janji antara sutay cou perkumpulannya Song Tiat koay dengan pemilik benteng maut dan Tengkorak maut yang hadir didepan mata pada saat ini sama sekali tak tahu akan persoalan itu" Sementara ia masih termenung, bayangan hijau berkelebat

lewat didepan matanya, dengan suatu jangkauan buas tahu2 Tengkorak maut itu sudah berdiri kurang lebih beberapa tombak dihadapan Pengemis dari selatan. Menyaksikan datangnya terjangan tersebut, tanpa sadar pengemis dari selatan merasakan badannya merinding dan bulu kuduknya pada bangun berdiri, dengan cepat ia mundur beberapa langkah kebelakang. Han Siong Kie tak ingin menyaksikan engkoh tuanya terancam bahaya, buru2 ia enjotkan badan dan ikut meluncur kedepan, dengan suatu gerakan yang manis ia rebut posisi disamping Tengkorak maut tersebut. Dengan suara yang dingin menyeramkan Tengkorak maut mendengus dingin, serunya: "Hei pengemis tua, engkau hendak selesaikan dirimu sendiri ataukah aku yang harus turun tangan untukmu?" Pengemis dari selatan kembali mundur selangkah kebelakang, hardiknya lantang: "Tengkorak maut engkau telah membunuh anak murid perkumpulan kami dalam kuil Bu hoo ditepi pantai pek swi tan, 560 kemudian membinasakan pula pangcu kami yang baru dikuil sian kong bio." "Tutup mulut, aku mau tanya kepadamu, engkau hendak turun tangan sendiri ataukah aku yang harus turun tangan bagimu??" Pengemis dari selatan tertawa seram tiada hentinya. "Heeehhh heeeehh hheeehh Tengkorak maut, hari kiamatmu telah tiba" Tengkorak maut mendengus penuh kegusaran, sepasang telapaknya diayun keatas dan telapaknya segera didorong ke arah luar. Han Siong Kie merasakan hatinya tercekat, ia dapat membuktikan sekarang kalau Tengkorak maut yang hadir dihadapannya saat ini adalah Tengkorak maut gadungan, tapi berdasarkan apakah engkoh tuanya menuduh kalau tengkorak maut yang sedang dihadapinya saat ini adalah Tengkorak maut gadungan? "Aah benar" pikir pemuda itu kemudian "pastilah bangsat tua ini tidak dapat menjawab pertanyaan yang dia ajukan tadi" Rupanya semaktu Tengkorak maut memutar telapak tangannnya kearah depan itulah Han Siong Kie dapat melihat bahwa sepasang telapak musuhnya ini walaupun satu hitam yang lain putih namun sedikitpun tidak bercahaya, sebaliknya dia masih ingat pemilik benteng maut yang asli mempunyai telapak kiri yang hitam pekat dan bercahaya tajam, sedangkan telapak kanan berwarna putih bagaikan pualam. Pengemis dari selatan mengalihkan sorot matanya kearah luar dan menyapu kesana kemari dengan hati gelisah, rupanya ia sedang menunggu datangnya bala bantuan-

Tiba2 Han Siong Kie membentak keras: "..Hey harap. tunggu sebentar" 561 "Bocah keparat, engkau tak usah gelisah lebih dahulu" seru Tengkorak maut tanpa berpaling barang sedikitpun jua, "aku akan mengantar keberangkatan pengemis tua ini lebilh dahulu.. " Sambil berkata sepasang telapaknya digetarkan keras2. Pengemis dari selatan ayunkan telapaknya, tiba2 ia temukan kalau tenaga dalam yang dimilikinya tak dapat dihimpun kembali, kejadian ini amat mengejutkan hatinya membuat pengemis itu merasakan sukmanya serasa melayang tinggalkan raganya, dengan muka berubah jadi hijau membesi ia mundur tiga langkah kebelakang. Tengkorak maut berpekik nyaring, sepasang telapak ditarik dan didorong kearah depan, dua gulung angin pukulan yang amat panas dengan cepat menggulung kearah depan... Paras muka Pengemis dari selatan berubah pucat pias, ia tak bisa bergerak kecuali menunggu saat kematian bagi diri sendiri Disaat yang amat kritis dan amat berbahaya itulah mendadak dari arah samping menggulung lewat segulung angin pukulan yang maha dahsyat, begitu kerasnya pukulan itu membuat badan pengemis dari selatan terpental sejauh satu tombak lebih dari tempat semula dengan nyaris ia berhasil lolos dari gempuran Tengkorak maut yang maha dahsyat dan mengerikan itu. Orang yang barusan melancarkan serangan bukan lain adalah Malaikat penyakitan ahli waris dari iblis diantara iblis. Perbuatan malaikat penyakitan melancarkan serangan untuk menyelamatkan jiwanya ini, dengan cepat membuat pengemis dari selatan jadi tertegun dan tidak habis mengerti. Dipihak lain dengan penuh kegusaran Tengkorak maut berpaling kearah Han Siong Kie lalun bentaknya: 562 "Malaikat penyakitan, kalau engkau pingin mampus janganlah bertindak terlalu terburu nafsu" Dari ucapan ini Han Siong Kie semakin dapat tarik kesimpulan kalau tengkorak maut yang sedang dihadapinya saat ini bukanlah Tengkorak maut yang asli, tapi pemuda itu belum merasa yakin seratus prosen, ia ada maksud untuk mencoba sekali lagi sebelum ambil keputusan. Sambil tertawa dingin segera serunya kembali: "Tengkorak maut kemarin malam pukulanmu telah kutukar dengan sebuah totokan jari, secara beruntung kita bisa bertarung dalam keaadaan seimbang, beranikah engkau sambut tiga buah totokan jariku lagi??" Mendengar seruan tersebut, Tengkorak maut tergetar

mundur tiga langkah lebar kebelakang, mukanya tertegun dan tak tahu apa yang musti dijawabi Apa yang diucapkan Han Siong Kie barusan tidak lebih hanya pembicaraan kosong belaka, tujuannya adalah untuk menyelidiki apakah pihak lawan benar-benar Tengkorak maut yang asli atau bukan, dari sikap yang diperlihatkan pihak lawan, Han Siong Kie pun dapat memastikan kalau pihak lawan adalah Tengkorak Maut gadungan-Tak kuasa lagi ia tertawa ter-bahak2, serunya: "Haah..haahh..haahh.. saudara, kepandaianmu untuk menyaru sebagai Pemilik benteng maut masih selisih jauh sekali" Napsu membunuh yang tebal seketika memencarkan keluar dari balik lubang mata di atas kain cadar Tengkorak maut, sambil menyeringai seram ia berseru: "Bocah keparat, ini hari saat kematianmu sudah tiba" Sepasang telapak direntangkan kesamping dan pukulan dahsyatpun segera siap dilepaskan-.. 563 Han Siong Kie tak berani memandang rendah pihak lawannya, dengan cepat ia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya untuk bersiap sedia menghadapi gempuran lawan. Pada saat telapak tangannya sedang diangkat ketengah udara itulah, mendadak Tengkorak maut berkelebat kearah depan, sepasang telapaknya bukan menyerang kearah si anak muda itu sebaliknya malah menyerang Pengemis dari selatan yang berada disamping. Tindakan ini sama sekali berada diluar dugaan Han Siong Kie, untuk menolong sudah tak sempat lagi, ia hanya bisa berdiri menjublak sambil memandang dengan mulut melongo. Pengemis dari selatan sendiripun tak pernah menduga kalau pihak lawan bakal menggunakan akal selicik itu, sementara ia masih terperangah, angin pukulan telah menerjang tiba dengan hebatnya. Ditengah dengusan ngeri karena kesakitan, tubuhnya terpental sejauh satu tombak lebih dari tempat semula, untung tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna sehingga pukulan tersebut tidak sampai merenggut jiwanya. Setelah roboh terkapar diatis tanah, dengan cepat ia loncat bangun, titik darah kental mengalir keluar dengan derasnya dari ujung bibir menodai jenggotnya yang berwarna putih. Han Siong Kie benar2 dibuat sangat gusar sekali, tangan kanannya diayun kedepan melepaskan sebuah totokan jari dengan ilmu Tong kim ci yang dilatih dan diselidiki selama hampir empat puluh tahun lamanya oleh iblis diantara iblis itu. Lima gulung desiran angin tajam disertai desingan yang amat memekikan telinga, secepat sambaran kilat menerjang kedepanBegitu merasakan keanehan dibalik desiran angin tajam itu,

buru2 tengkorak maut menghindar kesamting namun gerakan itu agak terlambat satu tindak. 564 Segulung desiran angin tajam langsung menghajar lengannya sehingga berlobang, dengan sempoyongan tubuhnya tergetar mundur tiga langkah kebelakang. jubahnya basah oleh darah segar. Dengan cepat gembong iblis itu menutup jalan darahnya dan menghentikan aliran darah, sambil tertawa seram serunya: "Bocah keparat, engkau jangan terkebur lebih dahulu, lihatlah aku akan cabut jiwa anjingmu" Sembari berkata sepasang telapaknya disentak keluar melepaskan pukulan2 gencar. sewaktu masih berada dalam benteng mautt tempo hari, dalam gerakan serangan semacam inilah Han Siong Kie kehilangan tenaganya, sekarang setelah menyaksikan pihak lawan menggunakan pula kepandaian seperti itu ia jadi amat terperanjat. Hawa murninya dengan cepat dikerahkan menembusi seluruh bagian badan namun ia merasa jalan darahnya seakan akan tersumbat oleh sesuatu benda hingga tenaga dalamnya sama sekali tak dapat dikerahkan lagi. Rasa terperanjat yang dialaminya kali ini benar-benar luar biasa sekali dan sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia tak mengira kalau kepandaian silat yang dimiliki Tengkorak maut gadungan telah mencapai tingkat yang begitu tinggi, bahkan aliran kepandaian Tengkorak maut yang asli ... Dalam cemas bercampur mendongkol, sekali lagi ia himpun segenap kekuatan yang di milikinya, kali ini ia berhasil menembusi jalan darahnya yang tersumbat dan hawa murni pun segera menghimpun jadi satu. "Syukur aku dapat menghimpun kembali tenagaku" pikirnya didalam hati, " rupanya tenaga dalam yang dimiliki Tengkorak 565 maut gadungan masih selisih jauh sekali kalau dibandingkan dengan kepandaian dari Tengkorak maut yang asli.." Han Siong Kie mengenakan topeng kulit manusia diatas wajahnya, hal ini membuat paras mukanya tetap kaku dan sama sekali tidak mengalami perubahan, begitu Tengkorak maut gadunganpun tak dapat menyelidiki perubahan sikapnya sehabis mengeluarkan kepandaian aneh itu.. Untuk beberapa saat lamammya ia jadi terperangah, gembong iblis itu tak dapat menebak apakah kepandaiannya telah mendatangkan hasil atau tidak.. Dikala ia masih terperangah itulah Han Siong Kie berhasil menghimpun kembali seluruh kekuatan tubuhnya, bila ia lancarkan serangan kilat dalam keadaan begini, niscaya sianak

muda itu bakal mati atau paling sedikit terluka parah. setelah tertegun beberapa saat lamanya, Tengkorak maut menggetarkan sepasang telapaknya kearah depan. dua gulung angin pukulan berhawa panas dan hawa dingin dengan dahsyatnya meluncur kedepan. Han Siong Kie segera silangkan telapaknya dan menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras... "Blaamm" ditengah benturan yang amat dahsyat, kedua belah pihak sama2 terdorong mundur sejauh satu langkah lebar kearah belakang. Tengkorak maut menb entak keras, ia menerjang maju kedepan, secara beruntun iblis itu melancarkan delapan jurus serangan dahsyat yang semuanya menggunakan jurus2 yang aneh dan tenaga pukulan yang mengerikan hati.. Dibawah desakan dan serangan gencar pihak musuh, Han Siong Kie ketitir hebat sehingga harus mundur delapan langkah dari tempat semula. Begitu delapan jurus serangan itu sudah berlalu, Han Siong Kie tak mau berdiam diri belaka, ia segera mengembangkun 566 jurus2 serangan dari ilmu telapak Mo mo cianghoat untuk melancarkan serangan balasan- suatu pertarungan yang amat seru dan ramai pun segera berlangsung dengan hebatnya. Dalam sekejap mata suara bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, deruan angin pukulan menggulung diempat penjuru membuat pasir dan debu beterbangan diangkasa.. Seperminum teh kemudian, Han Siong Kie mulai terdesak dibawah angin, ia ketitir hebat. Meskipun ia telah mengembangkan permainan ilmu jari Tong kim ci yang diyakininya, tapi pihak lawanpun telah mengadakan persiapan babkan kepandaian silat yang dipergunakan kian lama kian bertambah hebat hingga memaksa sianak muda itu sama sekali tak dapat berkutik. Dua puluh jurus kembali sudah lewat, keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi seluruh tubuh Han Siong Kie, ia mulai terjerumus dalam posisi yang sangat berbahaya. Pengemis dari selatan yang berada disisi kalangan meskipun pernah menerima budi pertolongan dari Han Siong Kie, namun dalam keadaan begini ia sama sekali tak bertenaga untuk memberi pertolongan, pengemis tua itu hanya dapat mengikuti jalannya pertempuran dengan hati amat gelisah. Kini, Han Siong Kie sudah didesak hingga terpaksa harus mengubah taktik penyerangannya jadi posisi bertahan, kemudian ia sudah kerahkan segenap kesaktian jurus Mo-mo ciang hoat dalam bagian bertahan, namun ia masih tetap gagal untuk menutup rapat seluruh pertahanan tubuhnya secara sempurna.

Pemuda itu dapat menyadari bahwa tenaga dalam yang dimiliki Tengkorak maut ternyata jauh lebih tinggi satu kali lipat jika dibandingkan dengan Malaikat berhawa dingin Mo siu Ing. 567 Ditengah suatu bentakan keras, tiba2 terdengar seseorang mendengus berat. Han Siong Kie kena dihajar dadanya secara telak hingga tubuhnya mundur delapan depa kebelakang, hampir saja ia muntahkan darah segar. Tengkorak maut bersuit nyaring, sekali lagi tubuhnya menerjang maju kedepan, segulung angin pukulan yang maha dahsyat ibarat tindihan sebuah bukit Tay-san langsung menggulung kearah tubuhnya dengan amat hebat dan dahsyat. Han Siong Kie menggigit bibir kencang2, dia himpun segenap kekuataa yang dimilikinya untuk menangkis datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras. Benturan dahsyat yang amat memekikan telinga bergelegar ditengah udara, Han Siong Kie sambil memuntahkan darah segar segera roboh tarkapar keatas tanah. Tengkorak maut tertawa seram, dengan suatu sambaran kilat yang amat dahsyat ia cengkeram kearah pinggang Han Siong Kie, rupanya tujuan dari penyerangan itu bukan lain adalah untuk merebut kitab pusaka Hud jiu Poo pit itu. Mendadak....serentetan bentakan nyaring berkumandang datang dari kejauhan-"Tengkorak maut engkau berani melukai orang?" Segulung desiran angin tajam yang amat aneh tahu2 meluncur kedepan dan menyapu kesekeliling gelanggang. Han Siong Kie seketika itu juga merasakan pinggangnya jadi kencang dan kitab pusaka Hud jiu Poo pit itupun sudah berpindah tangan dari sakunya kedalam genggaman Tengkorak maut. Pada saat yang bersamaan pula Tengkorak maut meluncur kebelakang dan mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula. 568 Gulungan angin aneh itu tidak berhenti sampai disitu saja, tubuh Han Siong Kie kena digulung sejauh satu tombak lebih dari tempat semula, tak tahan sianak muda itu kembali muntahkan darah segar dari ujung bibirnya. Dalampada itu ditengah gelanggang telah bertambah dengan seorang dara muda yang berwajah sangat cantik. Terdengar pengemis dari selatan dengan napas ter-engah2 berseru nyaring: "Nona, kedatanganmu terlambat satu tindak, dimanakah kakekmu? kenapa tidak kelihatan?"

Dengan perasaan minta maaf gadis cantik itu melirik sekejap kearah pengemis dari selatan, kemudian jawabnya: "Karena ada urusan yang sangat penting, kakekku tak dapat datang sendiri kemari, karena itu beliau memerintahkan siau titli untuk mewakili dirinya datang kesini" Bicara sampai disitu, gadis cantik itu kembali putar telapaknya satu lingkaran dengan gerakan yang sangat aneh, segulung angin berpusing yang sangat aneh segera menerjang kearah Tengkorak maut. Menyaksikan datangnya ancaman itu, gembong iblis tersebut dengan cepat menyingkir kesamping, setelah melotot sekejap kearah gadis cantik itu dengan pandangan penuh kebencian, ia mendengarkan suara pekikan panjang yang menyeramkan, sekali enjot badan sambil menyambar kepala tengkorak berwarna merah derah itu secepat kilat ia kabur dari tempat itu. Gerakan tubuhnya benar2 cepat sekali sehingga sukar dilukiskan dengan kata2. Sambil menggigit bibir Han Siong Kie bangkit berdiri dari atas tanah, tetapi setelah menyaksikan keadaan disekitarnya ia nampak terperangah dan sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. 569 Ternyata gadis muda yang baru saja menyelamatkan jiwanya bukan lain adalah Go Siau Bi yang pernah ditolong olehnya dan hampir saja menikah dengan dirinya atas praksasa dari orang yang kehilangan sukma. Ia tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki Go siau Bi, sungguh tak disangka olehnya hanya terpisah selama beberapa hari saja ternyata ia telah berubah jadi seorang yang lain . Lalu siapakah kakeknya? Kenapa Tengkorak maut melarikan diri setelah bertemu dengan gadis cantik ini? Pemuda itu sadar, andai kata GO Siau Bi tidak datang tepat pada saatnya, Tengkorak maut gadungan tak nanti akan melepaskan dirinya dengan begitu saja, bahkan Pengemis dari selatanpun akan mengalami nasib yang sama pula. Karena itu dari temgat kejauhan ia segera menjura kearah Go siau Bi sambil berseru: "Nona, kuucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang kau berikan kepadaku." Go siau Bi tertawa tawa. "Siauhiap tak usah berterima kasih kepadaku, sebab akupun pernah menerima budi kebaikan darimu" Tentu saja gadis cantik ini mimpipun tidak menyangka kalau pemuda berwajah penyakitan yang berada dihadapannya sekarang, bukan lain adalah pujaan hatinya "Manusia berwajah dingin Han Siong Kie" adanya, tapi sianak muda itu mengetahui dengan cepat bahwa ia telah berhutang budi kepada dara tersebut. sekali lagi Go siau Bi berkata

dengan lembut: "Luka yang sauhiap derita cukup parah, terimalah obat penyembuh dari kakek yang amat mujarab ini agar engkau cepat sehat kembali ...." Han Siong Kie tertawa angkuh, dengan nada amat dingin ia menukas perkataan lawannya: "Maksud baik nona biarlah 570 kuterima di dalam hati saja, luka sekecil ini masih bukan suatu persoalan bagiku" Go Siau Bi tidak banyak bicara lagi, ia segera berpaling kearah pengemis dari selatan sambil berseru: "Locianpwee, siau li ingin mohon diri lebih dahulu" Seraya berkata ia memberi hormat, kemudian kepada Han Siong Kie dia berseru pula. "Selamat tinggal" Sekali enjot badan tubuhnya segera melesat dari sana dan lenyap dibalik pepohonan, kecepatan gerakan tubuhnya begitu luar biasa sehingga tak kalah hebatnya dengan Tengkorak maut gadungan. Memandang hingga bayangan punggungnya lenyap dari pandangan, diam2 Han Siong Kie merasakan hatinya kesal, tanpa sadar ia menghela napas panjang. Sementara itu sepeninggal Go siau Bi, pengemis dari selatan kembali berpaling ke arah Han Siong Kie sambil berkata: "Hey bocah muda, jembatan tetap jembatan, jalan raya tetap jalan raya, meskipun engkau telah melepaskan budi pertolongan kepadaku yang tak akan kulupakan untuk selamanya, tapi aku masih letap akan menagih hutang piutang antara gurumu dengan perkumpulan kami di masa yang silam !" Has Siong Kie tidak langsung menjawab, sebaliknya hanya berpikir dalam hatinya: ..Kalau aku sampai unjukkan paras asliku dalam keadaan demikian tak mungkin engkoh tuaku akan mengesampingkan urusan perkumpulan karena hubungannya dengan aku sudah tentu akupun tak dapat berdiam diri belaka terhadap urusan dari suhu. Sekarang persoalan yang paling penting adalah apa sebabnya suhu melakukan pembantaian dimasa silam ? 571 perbuatan itu dilakukan karena desakan dari kemauan sendiri ataukah karena ada alasan tertentu ?" Setelah berpikir lebih jauh, ia merasa persoalan ini baru dapat dibikin jelas seandainya telah bertemu dengan gurunya nanti apalagi usia gurunya tinggal beberapa hari saja. niscaya hutang piutang itu akhirnya akan jatuh keatas pundaknya. Berpikir sampai disitu, ia merasa lebih baik untuk menyimpan rabasia ini untuk sementara wsktu, sembari menjura katanya:

Locianpwee, bagaimana kalau kita tetap dengan pembicaraan semula, selewatnya hari ini aku pasti akan berkunjung sendiri ke perkumpulan anda untuk memberi pertanggungan jawab? "Engkau akan datang sendiri untuk memberikan pertanggungan jawab?" tegur Pengemis dari selatan dangan alis mata melentik. "Ucapanmu tepat sekali!" Siapa yang berhutang dialah yang harus membayar, sekalipun murid barus menanggung hasil perbuatan dari gurunya, tapi bagaimanapun juga,. . Tentang soal ini dikemudian hari aku pasti akan memberi penjelasan yaig seterang2 nya. Baik. kita tentukan begitu saja, untuk kali ini aku bersedia untuk msmpercayai perkataanmu. Dalam hati kecil Han Siong Kie terdapat banyak masalah rumit yang mencurigakan hatinya, namun dalam keadaan demikian ia merasa tak leluasa buka mulut, setelah termenung dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian sambil keraskan kepala la berkata: 572 "Locianpwee, kalau kita kesampingkan masalah dendam atau sakit hati antara perguruan, apakah engkau bersedia untuk menjawab beberapa buah pertanyaanku?" Pengemis dari selatan termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya: "coba katakanlah" "Kedatangan locianpwee pada saat ini adalah khusus untuk mencari satroni dengan diriku, ataukah karena Tengkorak gadungan tersebut?" "Bocah muda, aku pengemis tua mendapat laporan dari anak buahku tentang kehadiran-mu disini, karena itu maksud tujuan dari kedatanganku adalah untuk mencari engkau" "Apakah locianpwee tahu kalau tengkorak maut gadungan bakal munculkan diri?" "Tidak, peristiwa ini sama sekali diluar dugaanku " -ooodowoooBAB 32 "KALAU peristiwa ini memang sama sekali berada diluar dugaanmu, apa sebabnya ketika locianpwee sedang diancam oleh Tengkorak maut gadungan tadi, aku lihat se-akan2 engkau sedang menantikan kedatangan seseorang?" desak Han Siong Kie lebih jauh. "Bocah muda, ketajaman matamu benar2 luar biasa sekali, aku pengemis tua memang sedang menantikan kemunculan seseorang?" "Siapakah orang itu??" "Put-lo sianseng." "Apa? Put lo sianseng...?" tanya Han Siong Kie dengan perasaan bergetar keras.

573 "Perkataanmu tak keliru, apakah engkau pernah mendengar dari jago persilatan ini." "Dua hari berselang, secara kebetulan aku pernah berjumpa satu kali dengan dirinya..." "Oooh kiranya begitu" "Locianpwee" ujar Han Siong Kie lagi setelah termenung beberapa saat lamanya. "Darimana engkau bisa mengatakan jika tengkorak maut tersebut adalah tengkorak maut gadungan?" "Tentang soal ini..suatu kali aku pengemis tua serta sahabat karibku padri dari utara hampir saja menemui ajalnya ditangan iblis tersebut, kemudian susiokku Seng tat koay tiba2 munculkan diri dan membuat ia jadi kaget hingga kabur, waktu itu aku sudah curiga kalau dia adalah manusia gadungan, sebab kalau pemilik benteng maut pribadi yang kami hadapi, tak mungkin dia bakalan kabur sebelum bertempur, setelah peristswa itu paman guruku berkunjung sendiri kebenteng maut untuk bikin terang duduknya persoalan, dan dari perkataanku tadi yang sengaja kuutarakan keluar ternyata bangsat itu memperlihatkan asalnya..". Tiba2 Han Siong Kie teringat kembali akan song Tiat-koay sewaktu ia menanyakan soal Tengkorak maut kepadanya tempo hari, ia tertawa tergelak sambil berlalu, katanya selama ini dia tak akan munculkan diri kembali dalam dunia persilatan dan keadaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwasanya pengemis itu sudah menderita kerugian besar didalam benteng maut, tentu saja perkataan semacam ini tidak sampai diutarakan keluar pada saat ini. Pokok pembicaraanpun segera dialihkan kemasalah lain, katanya. "Mengapa Tengkorak maut gadungan melarikan diri terbirit2 setelah kemunculan nona Go siau Bi tadi ?" 574 "Mungkin ia agak jeri terhadap nama besar kakeknya" "Siapa sih kakeknya?" "Put-loo sianseng" "Oooh kiranya begitu.." Sekarang Han Siong Kie baru tahu apa sebabnya dalam beberapa hari yang amat singkat Go siau Bi telah berubah jadi seseorang yang lain, bahkan tenaga dalamnya peroleh kemajuan yang sangat pesat, tak tahunya dia adalah cucu perempuan dari Put loo sianseng, manusia sakti dari dunia persilatanSementara sianak muda itu masih termenung, pengemis dari selatan telah bertanya kembali: "Bocah muda, apakah engkau masih ada pertanyaan lain yang hendak kau ajukan kepadaku?" "

sebenarnya Han Siong Kie hendak minta bantuan dari engkoh tuanya tni untuk menurunkan perintah kepada anak buahnya dan bantu dia untuk menemukan jejak Tonghong Hui, tapi setelah teringat bahwa saat itu dia muncul dengan muka lain dan tak mungkin baginya untuk buka suara, terpaksa ia cuma berkata: "Terima kasih banyak atas petunjuk dari locianpwee, selamat berpisah dan sampai jumpa lagi dilain waktu" "Jangan lupa, ada pengemis tua selalu menantikan kabar berita dari kalian guru dan murid" seru Pengemis dari selatan menegaskan. "Aku tak akan mengingkari janji, beberapa hari kemudian aku pasti sudah berkunjung kemarkas besar kalian" Selesai berkata, ia enjotkan badan meluncur keluar dari hutan dan melayang kearah jalan raya. 575 Sekarang perasaan hatinya bertambah berat, ia merasa se akan2 telah memikul beberapa beban yang lebih berat lagi. Musuh besar gurunya tersebar dimana-mana bagaimanakah caranya untuk menyelesaikan semua pertikaian itu dikemudian hari?? Manusia macam apakah Tengkorak maut gadungan itu? kenapa ia hendak mencatut dari nama Tengkorak maut? dengan kedudukan dan kepandaian silat yang dimiliki Pemilik Benteng maut, apa sebabnya ia hanya berpeluk tangan belaka tanpa ada maksud untuk membikin terang duduknya persoalan? apa lagi aliran ilmu silat yang mereka miliki rupanya berasal dari satu sumber yang sama .... Setelah kemunculan tengkorak maut gadungan, lalu musuh besar pembunuh keluarganya adalah Tengkorak maut yang asli ataukah tengkorak maut gadungan?? Kitab pusaka Hud jin Poo pit sudah dirampas oleh Tengkorak maut gadungan untuk merebutnya kembali jelas merupakan suatu pekerjaan yang amat sulit.. Teringat akan kitab pusaka hud jiu Poo pit itu, perasaan hatinya jadi murung bercampur sedih, sebab andaikata pusaka itu tak dapat direbut kembali maka ia tak akan berhasil melatih kepandaian silat yang lihay, itu berarti pula semua harapannya akan musnah bagaikan asap yang menguap, karena baik terhadap Tengkorak maut asli maupun terhadap Tengkorak maut gadungan, ia masih bukan tandingannya semua. Makin berpikir ia merasa makin murung, dan kacau pikirannya. Akhirnya ia ambil keputusan untuk segera kembali dulu untuk menjumpai gurunya, dalam hati ia berdoa dan berharap agar dalam beberapa hari belakangan ini gurunya tidak sampai mengalami kejadian yang sama sekali diluar dugaan. Siang malam tak hentinya ia melakukan perjalanan cepat, ketika fajar baru menyingsing menjelang hari ketiga, akhirnya

576 sampailah pemuda itu ditengah hutan dimana Iblis diantara iblis berdiam. Batu besar yang menyumbat mulut gua itu masih tetap berada ditempat semula, sedikit banyak pemuda itu merasa hatinya agak lega... Tapi ingatan lain kembali berkelebat dalam benaknya membuat ia jadi ragu2 untuk mendorong batu besar itu kesamping, sebab perjalanannya kebenteng maut kali ini hanya membawa kekecewaan belaka, gurunya sudah empat puluh tahun berlatih diri hingga badannya cacad dan jiwanya terancam maut akibat tenaga dalamnya telah disalurkan kedalam tubuhnya, apa yang diharapkan hanya mendengar hasil laporan dari mulutnya, apakah ia tega membuat orang tua itu merasa kecewa ? membuat dia menyesal untuk selamanya? Keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, jantung mulai berdebar dengan kerasnya, ia tak dapat ambil keputusan bagaimana caranya untuk mengatasi persoalan ini? sesudah termangu-mangu beberapa saat lamanya, pemuda itupun mantapkan hati dan segera menggeser hatu cadas tersebut dan masuk keruang bawah tanah. "Siapa?" teguran yang lirih, lemah dan sama sekali tak bertenaga berkumandang dari balik ruang gua. Han Siong Kie meras akan hatinya jadi kecut dan sedih sekali, buru2 jawabnya: "Suhu, tecu telah kembali" Sambil menjawab pemuda itu melanjutkan kembali perjalanannya masuk kedalam ruangan, ia lihat gurunya Iblis diantara iblis sedang bersandar diatas dinding gua dengan badan yang lemas tak bertenaga, sepasang matanya yang sayu dan tak bersinar terbelalak lebar2, pancaran mukanya penuh mengandung perasaan pengharapan. 577 Han Siong Kie segera memburu maju kedepan dan jatuhkan diri berlutut dihadapan gurunya. "Nak, bagaimana dengan hasil perjalananmu kali ini?" tanya iblis diantara iblis dengan suara lemah. Han Siong Kiem merasakan jantungnya berdebar keras dan perasaan hatinya tercekat. "suhu.." Otot2 hijau pada menonjol keluar dari atas wajah iblis diantara iblis, ia segera mencengkeram bahu Han Siong Kie dan menggoncangkannya keras2 sambil berseru: "Bagaimana hasilnya? ayoh cepat jawab" "Seperti apa yang suhu titahkan, tecu telah masuk kedalam benteng maut dan menantang Tengkorak maut untuk berduel." "Cepat katakan bagaimana akhir pertarungan itu? ilmu jari

Tong kim ci ilmu Tong kim-ci bagaimana hasilnya??" "Ketika tecu mengeluarkan ilmu jari Tong kim ci, tubuh pihak lawan segera bergetar keras dan mendengus berat, rupanya ia sudah menderita luka." "Haaah haaahh hhaaahhh ia terluka ? coba ulangi sekali lagi " "Ia sudah terluka, cuma ...." "Cukup anakku cukup, ia sudah terluka haaahh haaahhh hhaaaahhhh" sambil tertawa keras bagaikan orang kalap Mo tiong ci mo iblis diantara iblis bersandar kembali keatas dinding gua, paras mukanya kian lama kian berubah hebat. Kata2 selanjutnya tak mampu diutarakan keluar oleh Han Siong Kie, ia tak tega menyaksikan kakek tua itu mati dengan menanggung kecewa, dalam keadaan begini ia harus membohongi dirinya dan pemuda itupun tidak melanjutlan kembali kata2nya. 578 "Benar suhu" sahutnya dengan kaku. "Dan.. pemilik benteng maut telah terluka oleh totokan ilmu jari Tong kim ci ku..." Napas iblis diantara iblis mulai memburu dengan cepatnya, kabut putih mulai menyelimuti biji matanya. Menyaksikan keadaan itu Han Siong Kie jadi amat terperanjat, tak tertahan lagi ia menjerit keras: "suhu. suhu.. kau..." "Aku..aku.. aku merasa sangat puas" gumam iblis diantara iblis bagaikan orang mengigau. Kepalanya miring kesamping, matanya tertutup rapat dan kakek tua yang pernah menggetarkan sungai telaga ini menghembuskan napasnya yang penghabisanHan Siong Kie tak dapat menahan rasa pedihnya lagi, ia menangis ter sedu2, meskipun hubungan mereka sebagai guru dan murid belum berlangsung lama, tapi apa yang dilimpahkan iblis diantara lbiis kepadanya sudah cukup untuk membekali masa hidup selanjutnya.. Lama... lama sekali ia baru berhenti menangis, sambil berlutut dan menyembah layon gurunya ia berbisik: "Oooh suhu, tecu telah membohongi engkau orang tua, harap engkau suka memafkan kesalahanku ini, tapi tecu berjanji, suatu hari tecu pasti akan benar2 mengalahkan pemilik benteng maut untuk menghibur arwah suhu dialam baka" Selesai berdoa pemuda itu bangkit berdiri. Mendadak.. ia temukan disamping jenasah gurunya tergeletak sejilid kitab kecil di atas kitab kecil itu terletak sebuah tanda pengenal sebesar setengah telapak yang terbuat dari perak, karena sinar yang gemeriapan dengan perasaan keheranan pemuda itu segera pungut benda itu dari tanah.

579 Pada permukaan tanda pengenal itu terukiriah seraut wajah setan yang bermuka bengis, tapi karena aus dimakan waktu pinggiran serta garis ukiran muka setan itu sudah banyak yang samar dan rusak. Ketika ia membalik tanda pengenal itu ke permukaan yang lain, tiba2 saja serentetan cahaya yang amat menyilaukan mata memancar keempat penjuru dan menerangi seluruh bagian dari ruangan itu. Han Siong Kie merasa amat terperanjat ketika diamati lebih seksama maka ditemuilah di tengah permukaan tanda pengenal terpancang sebutir mutiara sebesar buah kelengkeng, disekitar mutiara terukir beberapa huruf yang berbunyi: "Tanda pengenal mutiara setan bengis benda mestika dari istana" Dengan perasaan tak habis mengerti Han Siong Kie gelengkan kepalanya berulang kali, tanda pengenal mutiara setan bengis sudah pasti adalah nama dari tanda pengenal itu, tapi apa maksud dari kata yang berbunyi benda mustika dari istana, istana apa yang dimaksudkan .... ? istana kaisar ? istana raja muda... Kenapa suhunya menyimpan benda seperti ini? Dengan perasaan keheranan ia ambil kitab kecil itu dan dibaca, pada halaman pertama terteralah huruf yang berbunyi: "Kitab Catatan budi dan dendam dari Mo mo Cungcu" Han Siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras, kitab tersebut sudah pasti tercantum rahasia hidup dari gurunya, ia numpuk benda itu bersamaan dengan tanda pengenal mutiara setan bengis, itu berarti gurunya mengandung maksud yang sangat dalam, ia sebagai ahli warisnya sudah menjadi kewajiban untuk memikul semua resiko dan tanggung jawab atas budi dan dendam suhunya selama masih hidup dan sekarang benda tersebut di letakkan disitu, itu berarti gurunya memang sengaja meninggalkannya untuk dia lihat.. 580 Berpikir sampai disitu, pemuda itu mulai membalikkan lembaran berikutnya, terbaca olehnya kitab itu penuh berisikan tulisan2 kecil yang rumit dan rapat, warna merah yang menyiarkan bau amis tersiar keluar dari balik kitab itu, sebagai seorang pemuda yang cerdik, Han Siong Kie segera dapat menduga kalau tulisan itu tentulah ditulis oleh gurunya belum lama berselang dengan menggunakan darah badannya. Ternyata apa yang diduga sedikitpun tak salah, terbaca olehnya tulisan itu berbunyi demikian. "Tulisan ini ditujukan buat muridku. Gurumu bukan lain adalah kaisar Tee kun angkatan ketiga belas dari istana Huan mo kiong yang berada diwilayah Thian lam ....."

Han Siong Kie merasakan jantungnya berdebar sangat keras, ia tak mengira kalau suhunya bukan lain adalah kaisar Tee kun angkatan ketiga belas dari istana Huan mo kiong, tak aneh kalau para pengawal istana Huan mo kiong segera kenali perguruannya dan menanyakan jejak dari gurunya setelah mengenali permainan ilmu telapaknya ....." -00d000w00Jilid 16 KEMBALI pemuda itu melanjutkan pembacaannya atas surat tersebut. "Empat puluh lima tahun berselang, aku masuk kedaratan Tionggoan tapi karena menderita kalah ditangan Pemilik benteng maut, maka aku tak pernah kembali lagi kewilayah Thian-lam, oleh sebab itu dengan surat ini kuperintahkan kepadamu untuk meneruskan jabatanku sebagai kaisar Tee kun angkatan ke empat belas dari istana Huan mo kiong.." 581 Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras karena emosi yang sukar dilukiskan, suhu memerintahkan dirinya untuk meneruskan jabatannya sebagai kaisar istana Huan mo kiong, tapi.. belum lama berselang dari mulut para pengawal istana baju hijau ia sempat mendengar kalau istana Huan mo kiong telah mempunyai seorang ketua baru, dan rombongan pengawal itu sedang melaksanakan perintah dari kaisarnya untuk masuk daratan Tionggoan mencari hawa perawan gadis persilatan, dari sini dapatlah diduga bahwa selama puluhan tahun gurunya tak pernah kembali kewilayah Thian-lam, disitu telah terjadi banyak perubahan besar .... Setelah berpikir sebentar, ia membaca lagi isi surat itu: "Apa yang barusan kukatakan merupakan suatu perintah yang tak boleh dibantah, tanda pengenal mutiara setan bengis merupakan tanda kekuasaan dari perguruan, dan benda itu hanya dimiliki oleh seorang ketua perguruan belaka. Kembali Han Siong Kie merasakan hatinya terperangah, kalau toh untuk memimpin perguruan diwilayah Thian lam itu seorang ketua harus memiliki tanda pengenal mutiara setan bengis, lalu dengan tanda pengenal apakah kaisar Tee Kun yang berkuasa diistana huan mo kiong pada saat ini naik tahta? Dengan penuh kebingungan ia gelengkan kepalanya berulang kali, kemudian lanjutkan kembali membaca isi surat itu. "Tanda pengeral mutiara setan bengis merupakan tanda pengenal yang diwariskan cousu perguruan kami, barang siapa yang jadi anggota perguruan Thian lam harus berlutut bila bertemu dengan benda ini, barang siapa berani membangkang perintah ini berarti ia hendak melenyapkan perguruan dan menghina cousu, orang itu harus dihukum mati ."

582 Membaca sampai disini tak kuasa lagi Han Siong Kie menelan air ludahnya, ia membaca lebih jauh: "Mutiara dibalik permukaan tanda pengenal ini merupakan mutiara yang amat tersohor dinegeri Persia, keistimewaannya jika disaluri hawa murni maka pantulan cahaya yang memancarkan keluar akan melumpuhkan kesadaran otak pihak lawan, tapi berhubung selama ini aku selalu mengandalkan kekuatanku untuk menghadapi lawan, maka keampuhan tersebut belum pernah kucoba.." Dari perkataan ini, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa lblis diantara iblis adalah seorang manusia yang jujur dan pandekar sejati. Tanpa sadar rasa hormat dan kagum Han Siong Kie terhadap gurunya semakin menebal satu tingkat. Terbaca olehnya kata2 selanjutnya berbunyi demikian. "Ingatlah baik2. dalam perguruan kita terdapat sejenis ilmu sesat yang bernama Tui bun kang, jika pukulan itu dilepaskan maka settap korban yang berada didaerab seluas lima lombak pasti akan mati konyol tanpa bisa ditolong. Tapi berhubung kepandaian ini barus dilatih dari gabungan hawa murni yang dilatih sendiri dengan sari perawan seratus orang gadis muda yang pernah belajar ilmu silatdan kekejian dari ilmu ini luar biasa sekali, maka cousu angkatan kedelapan telah menurunkan perintah untuk melarang setiap anggota perguruan untuk mempelajari kepandaiao ini, siapa berani melanggar harus mati, Tulisan darah dari :Tong Ceng Setelah membaca surat itu, Han Sion gKie baru mengerti apa maksud dan tujuan para pengawal istana Huan mo kiong dikirim ke daratan Tionggoan untuk menangkap gadis2 perawaD yang belajar silat. 583 Sebagai seorang ahli waris dari perguruan Thian-lam yang diperintahkan gurunya untuk meneruskan kedudukannya sebagai kaisar istana Huan mo-kiong sudah tentu Han Siong Kie tak ingin menyaksikan perbuatan yang melanggar peraturan perguruan itu di lakukan terus. selama itu pemuda itupun sadar andaikata kepandaian sesat semacam ini berhasil dilatih hingga sempurna niscaya banyak orang persilatan yang akan menemui ajalnya ditangan mereka. Berpikir sampai disitu, sianak muda itu segera membatin kembali. Aku harus mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki untuk mencegah perbuatan yang tak kenal peri kemanusiaan ini berlangsung hingga ber-larut2, selain itu aku pun hendak menyelidiki dengan andalkan apakah kaisar yang sekarang menjabat kcdudukan sebagai seorang ciangbunjin.

Dengan penuh rasa hormat berlututlah pemuda itu dihadapan jenasah gurunya. setelah menyembah dengan rasa sedih ia berbisik : "Tecu bersumpah akan melaksanakan pesan terakbir dari suhu untuk membangun kembali perguruan Thian-lam dan membasmi kanm durjana dari tubuh perguruan!" Maka ia berikan tubuh suhunya iblis di antara iblis tepat ditengah ruangan, pikirnya lagi. "Liang tanah ini merupakan tempat yang paling pantas untuk mengubur jenasah suhu, bila mulut gua kututup kemudian kudirikan batu nisan, bukankah urusan sudah beres..?" Setelah ambil keputusan dalam hati kecilnya, ia periksa kembali sekeliling liang tanah itu dengan seksama, setelah yakin kalau disitu tak ada benda yang berharga lagi, ia tatap raut wajah gurunya untuk terakhir kalinya, tak kuasa air mata jatuh berlinang membasahi seluruh wajahnya. 584 Beberapa waktu kemudian Han Siong Kie menyimpan tanda pengenal mutiara setan bengis itu kedalam sakunya, kemudian membuka kembali kitab catatan budi dan dendam dari Mo mo cungcu. Pada halaman pertama berisikan catatan mengenai riwayat hidupnya serta semua perbuatan yang pernah dilakukan selama hidupnya. Setelah memeriksa halaman pertama, tanpa terasa sorot mata yang tajam melotot keluar dari balik mata si anak muda itu, sekarang ia tak usah kuatir menghadapi orang-orang yang datang mencari balas dengan dirinya tapi terutama sekali terhadap engkoh tuanya pengemis dari selatan, sekarang ia dapat memberi pertanggungan jawab yang sebenarnya. Apa yang diucapkan gurunya sama sekali tidak salah, semua orang yang dibunuh olehnya semasa masih hidup merupakan orang2 yang memang patut dibunuh, sebab mereka punya cukup alasan yang kuat untuk menerima kematiannya. Selain itu pemuda itupan merasakan susahnya untuk membedakan mana yang benar, mana yang salah bagi umat persilatan, sebab dengan tingkah laku dari gurunya yang menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, ternyata diberi julukan sebagai Iblis diantara iblis, tindakan ini benar2 sangat tidak adil. Setelah termenung beberapa waktu lamanya, pemuda itu baru merangkak keluar dari dalam liang dan menutup mulut gua tersebut dengan sebuah batu cadas yang amat besar, kemudian dengan ilmu jarinya ia mengukir beberapa huruf diatas batu besar itu. Disinilah Mo mo cuncu Tong Ceng kaisar angkatan ketiga belas dari istana Huan mo kiong dimakamkan

Dibawah ukiran tersebut tercantum pula beberapa huruf yang berbunyi: "Didirikan oleh tecu Han Siong Kie" 585 Selesai mengukir tulisan tersebut, pemuda itu mengamati kembali tulisan tersebut beberapa saat kemudian baruputar badan siap meninggalkan tempat itu. Tiba2 desiran angin tajam menyambar lewat dari kejauhan, tiga sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat meluncur masuk kedalam hutan. Diam2 Han Siong Kie merasa amat terperanjat, perlahan2 ia putar badan dan alihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara itu, tapi begitu meugetahui siapa yang telah datang, darah panas dalam dadanya kontan mendidih, hawa napsu membunuh yang sangat tebalpun menyelimuti seluruh wajahnya. Ternyata orang yang barusan datang itu bukan lain adalah sau kaucu dari perkumpulan Thian Che kau serta dua orang kakak berbaju kuning.. Ia tatap kembali salah seorang diantara dua kakek baju kuning yang bermata tunggal itu bernama Koan thian san atau Malaikat pangaet langit Ci Chong, sebab ketika ia tertangkap dan hendak dijatuhkan hukuman mati tempo hari, orang ini bertindak sebagai salah seorang pengawas pelaksana hukuman diantara empat orang lainnya. Dengan sorot mata yang tajam Han Siong Kie menyapu sekejap wajah tiga orong itu, kemudian pandangannya yang dingin dan ketus berhenti diatas wajah ketua muda dari perkumpulan Thian Che kau. Dalam pada itu ketiga orang tersebut telah alihkan pula sorot matanya keatas batu nisan tersebut, sementara paras mukanya seketika berubab hebat, orang2 itu nampak begitu terkesiap dan kaget. "Han Siong Kie... Han Siong Kie... Han Siong Kie." gumam ketua muda perkumpulan Thian che-kau tiada hentinya. 586 Tiba2 ia mundur satu langkah lebar kebelakang, sambil menuding kearah sianak muda itu serunya lebih jauh: "Engkau adalah Malaikat penyakitan, ahli waris dari iblis diantara iblis??" "Tebakanmu sangat tepat" "Dan engkau juga bernama Han Siong Kie?" "Ada apa??" "Kenapa engkau punya nama marga yang sama dengan Manusia berwajah dingin??" Han Siong Kie tertawa dingin tiada hentinya. "Heeeh heeehh heeeehh kalau namaku sama dengan nama dari manusia berwajah dingin, lantas engkau mau apa??" Sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau sudah terbiasa

angkuh dan sombong, mendengar perkataan itu air mukanya kontan berubah jadi dingin menyeramkan, tegurnya: "Tahukah engkau tempat apakah ini? " "Hutan belantara yang jauh dari keramaian kau anggap tempat apakah ini?" "Hmm lima puluh li disekitar markas besar perkumpulan kami merupakan daerah terlarang, umat persilatan dari manapUn juga tidak diperkenankan menginjakkan kakinya ditempat ini secara sembarangan... mengerti? " Dengan penuh penghinaan Han Siong Kie mendengus dingin. "Hmm seandainya aku berkeliaran disini, kalian mau apa?" "Mau apa?? Huuh.. nyawamu akan kami renggut" "Haahh..haahh. haahh.. anjing cilik, engkau benar2 seorang manusia yang tak tahu diri, kematian sih sudah berada diambang pintu namun masih belum merasa" 587 Makian sebagai "anjing cilik" itu sangat menggusarkan hati sau kaucu dari perkumpulan Thian chee kau, paras mukanya berubah hebat dan hawa napsu membunuhpun seketika berkobar menyelimuti seluruh wajahnya. Dua orang pelindung hukum baju kuning itupun keihatan sangat gusar, air muka mereka berubah hebat. "Heehh... heehh heehh... malaikat penyakitan" seru sau kaucu dari perkumpulan Thian chee kau, sambil tertawa seram," aku akan bikin mampus dirimu lebih dahulu sebelum menggali kuburan ini" Han Siong Kie naik pitam, hawa amarah yang berkobar dalam dadanya hampir saja sukar dikendalikan lagi, sinar matanya berapi2 dan mukanya menyeringai bengis, dengan suara berat ia berseru: "Kalau engkau berani merusak atau mengganggu kuburan guruku, maka aku orang she Han akan basmi semua anggota perkumpulan Thian che kau secara keji" Mendengar ancaman yang sangat mengerikan dan mendirikan bulu roma itu sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau serta dua orang kakek baju kuning itu nampak amat terkesiap hingga sekujur badannya gemetar keras, ancaman yang diutarakan oleh ahli waris iblis diantara iblis tak dapat di anggap sebagai satu gertak sambal belaka. Tanpa sadar Han Siong Kie teringat kembali akan peristiwa yang berlangsung belum lama berselang. ketika ia ditangkap oleh ibunya yang kejam bagaikan ular dalam wilayah Liau huan tau serta dijebloskan kedalam penjara batu, pada saat itu ia pernah dihajar oleh sau kancu ini hingga muntah darah segar, andaikata ia tidak menggunakan ilmu Ku si tay hoat untuk pura2 mati kemudian mendapat bantuan pula dari orang yang kehilangan sukma serta putrinya niscaya ia sudah mati secara mengerikan.

588 Benci, rasa benci yang berlipat ganda menyelimuti seluruh perasaan hatinya. Ayahnya telah mati dibunuh, keluarganya telah musnah dibantai orang, dan ibunya kawin lagi. Ibunya telah kawin kembali dengan Thian che kaucu, bahkan hendak membinasakan pula dirinya, sementara ketua muda yang berada dihadapannya menyebut ibunya say sianggo atau siang go cantik ong cui Ing sebagai ibunya pula, itu berarti pemuda itu adalah anak jadahnya. "Aku harus bunuh bangsat anak jadah ini" teriak Han Siong Kie dalam hati kecilnya, ia benci kepada ibunya, benci pula kepada saudara seibu lain ayah ini. Perlahan2 ia maju kedepan, sambil menggigit bibir teriaknya keras2. "Bangsat cilik, akan kubunuh dirimu" Sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau itu terperangah, kemudian sambil tertawa seram sahutnya: "Malaikat penyakitan,perkataan semacam ini lebih baik katakanlah sesudah berada di alam baka nanti" Han Siong Kie mendengus dingin, per-lahan2 ia menggerakkan tangannya dan melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.. "Manusia bermuka dingin" tiga orang jago persilatan itu sama2 menjerit kaget. Paras muka Malaikat pengamat langit ci Chong berkerut kencang, matanya yang tunggal memancarkan sinar penuh rasa kaget dan terkesiap. ketika melaksanakan hukumam mati tempo dulu ia, bertindak sebagai pengawas, dan kini kenyataan membuktikan bahwa Manusia bermuka dingin masih hidup, tentu saja orang itu jadi terkesiap dan kaget luar biasa. "Engkau belum mampus..?" teriaknya tanpa sadar. 589 "Perkataanmu tak salah, aku memang belum mati" Secara beruntun ketua muda dari perkumpulan Thian che kau itu mundur tiga langkah lebat kebelakang, dengan rasa kaget yang tak terkirakan ia ikut menegur: "Sebenarnya engkau manusia atau setan?" "Haaaah haaahh haaahh bangsat cilik, engkau tak pernah menyangka bukan? aku adalah manusia" Ketua muda perkumpulan Thian che kau berusaha keras untuk menekan pergolakan hatinya, kemudian ia berseru: "Manusia bermuka dingin, engkau masih tetap ingin jadi setan??" Hawa napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie sepatah demi sepatah serunya: "Anjing cilik, dalam satu jurus aku hendak cabut jiwa anjingmu"

Malaikat penyakitan, ahli waris dari iblis diantara iblis ternyata adalah penyaruan dari manusia bermuka dingin Han Siong Kie, peristiwa ini benar2 suatu kejadian yang sama sekali tak terduga dan mimpipun tak pernah disangka oleh setiap orang. Sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau mendengus penuh kegusaran, baru saja dia akan menerjang maju kedepan... Tiba2 Han Siong Kie bertindak jauh lebih cepat lagi, ia menggeserkan kakinya dan mendekati pihak lawan. Suasana ditengah gelanggang seketika itu juga berubah jadi sangat tegang, hawa napsu membunuh menyelimtti seluruh udara. Malaikat pengamat langit ci Chong, salah satu diantara dua pelindung hukum berbaju kuning dengan cepat berkelebat 590 kearah depan dan menghadang tepat dihadapan sau kaucunya. Han Siong Kie mendengus dingin, ia berjalan maju terus hingga pada jarak delapan depa dari lawannya baru berhenti, dengan suara dingin bagaikan saiju ia berseru: "Hmm engkau hendak berangkat selangkah lebih duluan??" Empat pelindung hukum berbaju kuning merupakan tokoh2 sakti yang tingkatannya dalam perkumpulan Thian che kau, sedikit dibawah kedudukan ketua, ilmu silat yang mereka miliki termasuk dalam taraf yang amat sempurna sekali. Malaikat pengamat langit ci Chong adalah salah satu diantara empat pelindung hukum, tenaga dalam yang ia miliki tentu saja termasuk luar biasa, mendengar perkataan itu dia segera membentak: "Manusia bermuka dingin, aku kurang seksama dalam memeriksa keadaanmu setelah menjalankan hukuman tempo hari hingga engkau berhasil meloloskan diri, kini aku akan bunuh dirimu untuk menebus kesalahanku dimasa silam" Begitu ucapan terakhir diutarakan keluar, sepasang telapaknya laksana sambaran petir dan gulungan ombak dahsyat ditengah samudra menghantam kearah depan. Han Siong Kie sendiri begitu mengetahui kalau pihak lawan bukan lain adalah algejo dariperkumpulan Thian che kau, hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya semakin tebal, sepasang telapaknya dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya langsung melepaskan satu pukulan dahsyat kedepan, dengan andalkan hawa murni sebesar dua ratus tahun hasil latihan, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan yang dilepaskan dengan sepenuh tenaga itu. "Blaamm .." ditengah benturan keras yang amat memekikkan telinga, tubuh malaikat pengamat langit ci Cho mencelat sejauh tiga tombak lebih dari tempat semula dan roboh terkapar diiatas tanah.

591 Dalam satu gebrakan Han Siong Kie berhasil membinasakan seorang jago silat kelas satu dalam dunia persilatan, kelihayan ilmu silatnya benar2 mengerikan sekali. sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau serta pelindung hukum baju kuning lainnya jadi ketakutan setengah mati setelah menyaksikan kejadian itu, mereka rasakan sukma serasa melayang tinggalkan raganya, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuh. Han Siong Kie mendengus dingin, dengan sorot mata memancarkan napsu membunuh ia tatap wajah sau-kaucu dari perkumpulan Thian che kau itu tanpa berkedip. Ditatap sedemikian rupa oleh lawannya, ketua muda dari perkumpulan Thian che kau merasakan seluruh tubuhnya bergetar keras, paras mukanya kontan berubah jadi pucat ke hijau2an. Pelindung hukum baju kuning lainnya tak mau berpeluk tangan dengan begitu saja, sambil membentak keras tiba2 ia lancarkan sebuah pukulan kearah depan-Dalam serangan tersebut, ia telah mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya. Han Siong Kie dengan cekatan menyingkir ke samping, sepasang telapaknya disilangkan kedepan mengunci datangnya ancaman tersebut. Pada saat yang bersamaan pula sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau menggosok sepasang telapaknya kemudian secepat kilat, di dorong kemuka. segulung angin pukulan lembut meluncur kedepan, Han Siong Kie kontan merasakan sebagian dari tenaga pukulan yang dilancarkan keluar lenyap tak berbekas, hal ini membuat hatinya amat terperanjat... -000d0w000592 BAB 33 "BLUUMMM . " benturan keras yang amat memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian, ia serta pelindung hukum baju kuning itu masing2 tergetar mundur satu langkah kebelakang. Terhadap kepandaian aneh yang dapat membuyarkan tenaga dalam milik orang itu, Han Siong Kie sama sekali tidak merasa asing, pertama kali dan mengalami keampuhan dari ilmu tersebut sewaktu berada diwilayah Lian huan tau, tapi hanya sebentar saja tenaga dalam yang lenyap pulih kembali seperti sedia kala. Kedua kalinya pemilik benteng maut yang menggunakan ilmu aneh tersebut, waktu itu tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan pesat, tapi segenap kemampuannya sama sekali lenyap tak ketolongan.

Ketiga kalinya, Tengkorak maut gadungan yang menggunakan kepandaian tersebut, membuat tenaga dalamnya tak bisa dihimpun kembali tapi gejala itupun hanya berlangsung sebentar. Sekarang untuk keempat kalinya dilakukan oleh sau- kaucu dari perkumpulan Thian che kau ini, berada dalam keadaan tak siap ia hanya merasakan hawa murninya sedikit buyar. Dari sini dapatlah dibuktikan kalau tenaga dalam yang dimiliki ketua muda perkumpulan Thian che kau itu masih belum cukup untuk mempengaruhi dirinya, dan ia sendiri tentu saja jauh berbeda kalau dibandingkan dengan keadaannya tempo hari. Andaikata tiada rintangan dari ketua muda perkumpulan Thian che kau, mungkin pelindung hukum baju kuning itu tak akan mampu menahan serangan Han Siong Kie yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu. 593 Sesudah mundur kebelakang, Han Siong Kie menggetarkan telapak kananaya berulang kali,angin pukulan yang berlapislapis meluncur kearah depan, dengan angin tajam menyapu kearah tubuh ketua muda perkumpulan Thian che kau dengan hebatnya sementara tangan kiri dengan kelima jari yang terpentang lebar melepaskan totokan jari Tong kim ci yang dahsyat untuk mendesak pelindung hukum baju kuning. "Blaaam... blaaamm. ." terjadi benturan keras secara beruntun, dengan sepenuh tenaga ketua muda perkumpulan Thian che kau menangkis serangan itu, namun ia gagal untuk menahan kedahsyatan lawan sehingga badannya tergetar mundur beberapa langkah kebelakang. Pelindung hukum baju kuning sendiri, di bawah desakan totokan jari maut dari pemuda itu, terpaksa harus berkelit kesana menghindar kemari dengan repotnya, ia berusaha keras untuk meloloskan diri dari ancaman bahaya maut tersebut. Ketika ketua muda perkumpulan Thian che kau berhasil didesak mundur itulah, tiba-tiba Han Siong Kie menarik kembali telapaknya dan pusatkan segenap kemampuan yang ia miliki untuk bereskan pelindung hukum baju kuning itu lebih dahulu. Pemuda itu tahu asal pelindung hukum baja kuning berhasil disingkirkan dari muka bumi, maka dia akan jauh lebih mudah untuk membereskan diri ketua muda dari perkumpulan Thian che kau. Dibawah serangan gencar yang dahsyat dan cepat bagaikan sambaran kilat itu, pelindung hukum baju kuning tak dapat menghindarkan diri dari ancaman maut lagi. SUatu jeritan ngeri yang menyayat hati segera memecahkan kesunyian.

594 sambil muntah darah segar, pelindung hukum baju kuning itu roboh terkapar keatas tanah dan selamanya tak pernah bangun lagi. Sau kaucu dari perkumpulan Thian che kau merasakan hatinya bergidik, sukma serasa melayang tinggalkan raganya, ia putar badan dan siap kabur dari situ. Han Siong Kie tertawa dingin, sekali enjot badan tahu2 ia sudah manghadang didepan tubuh lawannya. Dengan wajah ketakutan, kaget bercampur ngeri, kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu mundur tiga langkah ke belakang, serunya dengan suara gemetar: "Manusia bermuka dingin, apa yang ingin kau lakukan atas diriku??" "Apa lagi,..? Heehh heehhh, tentu saja menjagal engkau bajingan terkutuk" Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan maut kearah lawannya dengan jurus2 ampuh dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat. Dengan sempoyongan kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu mundur delapan langkah kebelakang, ia sama sekali sudah kehilangan kemampuannya untuk melakukan perlawanan. Hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie, sikap dan mimik wajahnya pada waktu itu sangat mengerikan dan cukup menggidikkan hati siapapun yang memandang. Dengan suara yang dingin, sadis dan menyeramkan serunya lantang: "Bocah keparat dalam satu jurus berikut ini, aku akan suruh engkau menggeletak di atas tanah dalam keadaan tak bernyawa" 595 Sementara itu kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu sudah tcrdesak sehingga apa boleh buat lagi kecuali adu jiwa, timbullah kenekadan dalam hatinya, sambil membentak nyaring ia terjang kemuka dengan amat garang. Bagaikan sukma yang gentayangan, sekali berkelebat Han Siong Kie sudah menghindarkan diri dari terjangan itu, hardiknya: "Kena" Sekujur badan kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu bergetar keras, pergelangan kanannya kena dicengkeram dengan telak membuat semua kekuatan dalam tubuhnya lenyap tak berbekas, sementara sebuah telapak yang lain tahu2 sudah menempel di atas ubun2nya. "Habis sudah riwayatku" bisik pemuda itu dengan sedih, sepasang matanya dipejamkan rapat2. Telapak tangan Han Siong Kie yang menempel diatas ubun2 lawan boleh dibilang sudah menguasahi penuh mati

hidup musuhnya, sebab asalkan hawa murni disalurkan keluar, niscaya batok kepala lawan bakal hancur berantakan dan isi benak akan berhamburan di mana2. "Bocah keparat" hardiknya, " ayoh jawab, apa hubungan antara perkumpulan Thian che kau dengan benteng maut?" Sepasang mata kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau yang sudah terpejam rapat kembali melotot, dengan sorot mata benci berCampur kaget ia awasi Han Siong Kie tanpa berkedip, beberapa saat kemudian baru tegurnya: "Apa yang kau katakan??" "Apa hubungannya antara perkumpulan Thian che kau dengan benteng maut??" "Darimana engkau bisa menuduh begitu?" "Hmm tenaga dalam yang kau miliki persis seperti aliran tenaga dalam dari pemilik benteng maut" 596 "Segala macam ilmu silat yang ada dikolong langit sumbernya tetap satu, kenapa engkau musti terCengang melihat kesamaan itu?" bantah kaucu muda itu dengan cepat. "Jadi kalau begitu, perkumpulan Thian-che kau sama sekali tak ada hubungannya dengan benteng maut??" "Maaf, aku tak dapat menjawab pertanyaanmu itu" seru kaucu muda tersebut dengan tegas. "Ehmmm...bagus...bagus sekali" teriak Han Siong Kiepenuh kegusaran yang meluap2, "Sekarang pejamkan matamu, dan nantikanlah kematian yang paling nyaman bagimu" Disaat yang kritis dan berbahaya itulah, mendadak dari kejauhan berkumandang datang suara bentakan keras, disusul seorang berseru lantang: "Han Siong Kie, engkau tak boleh melukai dirinya" Han Siong Kie merasa amat terperanjat mendengar perkataan itu, dengan cepat ia tarik kembali serangannya sambil berpaling kearah mana berasalnya suara itu. seorang gadis berkain cadar hitam berdiri tegak kurang lebih satu tombak di hadapannya, dan perempuan itu telah dikenal baik olehnya. Tanpa sadar lagi Pemuda she Han itu berseru kaget: "oooh... orang yang ada maksud" "Sedikitpun tidak salah" gadis misterius yang muncul tepat pada saatnya untuk mencegah Han Siong Kie turun tangan keji atas diri kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu, bukan lain adalah orang yang ada maksud. "Nona, baik2kah engkau selama ini?" sapa sang pemuda. "Terima kasih atas perhatianmu, aku berada dalam keadaan sehat walafiat selama ini" "Apa yang barusan nona katakan??" "Engkau tak boleh membinasakan dirinya." 597 "Kenapa?? kenapa aku tak boleh membunuh dirinya?"

"Kalau orang itu kau bunuh, maka sepanjang masa engkau akan menderita penyesalan yang tak terhingga." Perkataan yang sama sekali tak ada ujung pangkalnya itu sangat membingungkan hati siapapun juga yang mendengar, termasuk juga diri Han Siong Kie. Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu berdiri terperangah, pikirnya dihati. "Aneh benar kenapa aku bakal merasakan penyesalan yang tak terhingga jika kubunuh kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau ini? apa maksudnya?" setelah berpikir sebentar, seakan2 ia telah memahami akan sesuatu, segera ujarnya: "Maksud nona...ibunya adalah..." "Tutup mulut" orang yang ada maksud segera menukas ucapan Han Siong Kie yang belum sempat diselesaikan. Kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau pun berdiri termangu karena keheranan, ia tak mengerti kenapa orang yang ada maksud muncul tepat pada saatnya dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman maut?? Setelah tertegun beberapa saat lamanya, dengan nada tercengang Han Siong Kie segera berseru. "Nona, bersediakah engkau jelaskan perkataanmu itu dengan lebih terang lagi?" "Lepaskanlah orang itu " pinta orang yang ada maksud dengan nada sedih. "Kenapa? kenapa aku harus lepaskan dirinya?" "Janganlah banyak bertanya, lepaskan dia dari sini dalam keadaan hidup2" "Tentang soal ini... mungkin aku tak dapat memenuhi harapanmu" "Jadi engkau bersikeras akan bunuh pemuda itu?" 598 "Benar bagaimanapun juga dia harus ku bunuh" " "Kalau memeng begitu, sebelum kau bunuh dirinya terlebih dahulu menangkan dulu aku" Han Siong Kie semakin terperangah. "Jadi...jadi nona bersedia turun tangan melawan aku hanya disebabkan ingin melimdungi keselamatan jiwanya belaka?" "Perkataanmu tidak salah, aku memang bermaksud demikian." "Aku tak dapat berbuat sekurang ajar itu terhadap diri nona, apalagi nona dan ibu nona sudah terialu banyak melimpahkan budi kebaikan kepada diriku" "Ucapan semacam itu lebih baik tak usah diutarakan lagi, pokoknya kalau engkau hendak membinasakan dirinya maka teriebih dahulu robohkan dulu aku, kemudian setelah aku tak dapat berkutik lagi, engkau boleh bebas melakukan segala apapun secara bebas" Han Siong Kie jadi amat terkesiap, dengan nada menyelidik ia berkata lagi: "Kalau aku hendak membinasakan dirinya, maka hal itu

bisa kulakukan dengan gampang sekali ibarat membalik telapak sendiri, asal hawa murni kulontarkan keluar maka..." "Han Siong Kie" ancam orang yang ada maksud," kalau engkau benar-benar berani turun tangan, maka salah satu diantara kira berdua tak akan dapat keluar dari sini dalam keadaan hidup." "Aaah benarkah persoalan ini telah berubah jadi begitu serius?" "Aku telah membentangkan semua persoalan kepadamu, aku harap engkau jangan paksakan sesuatu perpecahan diantara kita berdua. " 599 Han Siong Kie adalah seorang pemuda yang angkuh, selama hidup ia belum pernah tundukkan kepala kepada siapapun, tapi terhadap orang yang ada maksud ia nampak agak ragu2 Sebenarnya pemuda itu dapat selesaikan persoalan tersebut dengan gampang, asal ia bunuh kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu lebih dahulu kemudian baru memberi penjelasan kepada orang yang ada maksud, urusan akan beres dengan sendirinya. Tapi sekarang, dengan tegas orang yang ada maksud telah kemukakan ancamannya, andaikata ia berkeras kepala untuk melaksanakan juga pembunuhan itu, maka akibatnya pasti mengerikan sekali dan sukar dilukiskan dengan kata2. Tiba2... pemuda itu berhasil menemukan suatu kemungkinan dalam peristiwa ini, jangan2 orang yang ada maksud telah jatuh cinta kepada kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau ini? Diantara mereka bertiga, Kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itulah yang paling merasa keheranan dan tak habis mengerti, ia menganggap jiwanya pasti melayang ditangan musuh, siapa tahu tiba2 muncul seorang perempuan berkerudung yang bernama orang yang ada maksud dan berusaha keras untuk melindungi jiwanya, siapakah gadis itu? sementara ia masih terpengah, terdengar orang yang ada maksud kembali berkata: "Lepaskan dia" Perkataan itu menyerupai suatu perintah, membuat orang tak bisa berkata lain kecuali lepas tangan. Akhirnya Han Siong Kie mengalah dan kendorkan tangannya dan mundur beberapa langkah kebelakang. Se-akan2 baru saja lolos dari kematian, dengan peluh dingin membasahi badannya, Kaucu muda dari perkumpulan Thian che kau itu mundur kebelakang, lalu sambil menjura kepada orang yang ada maksud ujarnya lirih: 600 "Yu siu Kun mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan yang telah nona berikan kepadaku" Mendengar nama tersebUt, satu ingatan segera berkelebat

dalam benak Han Siong Kie pikirnya lagi. "Bangsat muda itu bernama Yu siu Kun, kalau begitu ketua perkumpulan Thian che kau sudah pasti she Yu pula..." Sementara itu orang yang ada maksud telah ulapkan tanganya sambil berkata: "Yu sau kaucu, anda tak usah berterima kasih kepadaku, cepatlah pergi dari sini" "Bolehkah aku tahu siapakah nama nona ?" "Orang yang ada maksud " "Namamu..." "Engkau tak usah pikirkan peristiwa yang telah terjadi pada saat ini didalam hati, Nah cepatlah berlalu" Per-lahan2 Yu sau Kun putar badan, setelah melotot sekejap kearah Han Siong Kie dengan penuh kebencian serunya : "Hei manusia bermuka dingin, selama gunung menghijau, air tetap mengalir... kita sampai jumpa lain waktu" Han Siong Kie mendengus dengan nada menghina, hawa napsU membUnuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan seram ia menyahut: "Yu sau Kun akupun akan memperingatkan dirimu, kalau engkau berani mengganggu kuburan dari mendiang guruku ini, maka perkumpulan Thian che kau akan kubasmi dari muka bumi" Yu sau Kun mendengus dingin. "Manusia barwajah dingin, engkau tak usah tekebur, lihat saja bagaimana akhirnya nanti" teriaknya penuh kebencian. 601 Habis berkata dia segera enjotkan badan dan berlalu dari situ, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan. Menanti Yu sau Kun sudah jauh tinggalkan tempat itu, orang yang ada maksud baru berjalan kedepan kuburan itu, tangannya bergerak cepat menghapus tulisan diatas batu nisan tersebut. Han Siong Tie merasa amat terperanjat cepat2 ia maju kedepan dengan maksud menghalangi, serunya dengan nada terperanjat: "Nona, apa yang kau lakukan ?" "Aku hendak menghapus namamu dari atas batu nisan itu" "Kenapa? " "Apa engkau sudah lupa kalau Manusia bermuka dingin Han Siong Kie sudah mati, diatas bukit sebelah sana masih berdiri kuburanmu, sekarang kedudukanmu adalah Malaikat penyakitan, ahli waris dari iblis diantara iblis" Han Siong Kie tersenyum. "Buat seorang pria sejati, menentang maut tak akan mundur, kenapa aku musti berbuat main sembunyi macam cucu kura2 saja" "Kedudukanmu saat ini ibarat api dan air dengan pihak perkumpulan Thian che kau, apa lagi saat ini engkau telah

musnahkan pula dua orang pelindung hukum baju kuning dari perkumpulannya, sudah pasti mereka tak akan berpeluk tangan belaka, bagaimanakah akibatnya aku rasa engkau tentu sudah tahu ...." "Apa yang musti aku takuti?" seru sang pemuda dengan angkuh. "Jago2 lihay yang tergabung dalam perkumpulan Thian che kau sangat banyak sukar dihitung, kekuasaan mereka amat meluas dan memimpin bampir seluruh perkumpulan besar 602 atau kecil yang ada dalam dunia persilatan, apa lagi tenaga murni yang dimiliki kaucu mereka luar biasa dahsyatnya..". "Aku merasa amat berterima kasih atas maksud baik dari nona, tetapi aku tak sudi melakukan perbuatan yang main sembunyi terus macam cucu kura2" "Ibuku toh pernah memberikan selembar kulit manusia kepadamu agar engkau bisa merubah wajah aslimu, sebetulnya ada di balik semuanya terkandung pula maksud yang mendalam sekali" "Apakah aku boleh tahu maksud yang sebenarnya?" tanya sang pemuda dengan perasaan tertarik. . Dengan nada tawar orang yang ada maksud gelengkan kepalanya berulang kali. "Lain waktu engkau akan mengetahui dengan sendirinya semua persoalan tersebut, pokoknya ibuku ada maksud2 tertentu yang menguntungkan bagimu" Han Siong Kie merasa amat tidak sabar untuk menantikan jawaban yang terkandung dibalik gerak gerik orang yang ada maksud serta ibunya yang serba misterius itu, tetapi diapun tak dapat berbuat apa2 kecuali menunggu dan menunggu terus, akhirnya sambil menuding ke arah batu nisan didepan kuburan itu ujarnya: "Seorang murid mendirikan batu nisan bagi gurunya, masa sang murid itu tak dapat meninggalkan nama aslinya??" "Mengapa engkau tidak dirikan saja batu nisan tersebut dikemudan hari??" "Aku tidak ingin merusak batu nisan tersebut" "Apakah engkau bisa menjamin kalau orang2 dari perkumpulan Thian che kau tak akan mengganggu jenasah dari gurumu, apa lagi daerah disekitar tempat ini merupakan daerah terlarang bagi perkumpulannya?" 603 Hawa nafsu membunuh yang sangat tebal memancar keluar dari balik sorot mata pemuda itu, dengan suara mendalam katanya: "Aku telah memperingatkan lebih dahulu kepada mereka, andaikata ada orang berani mengganggu atau membongkar kuburan dari guruku, maka mayat akan bergelimpangan

diseluruh wilayah Lian huan-tau, aku akan bantai seluruh isi keluarga mereka sehingga seorangpun tak ada yang bisa hidup lagi dengan tenang" "Engkau hendak membantai seluruh anggota perkumpulan Thian che kau dengan andalkan kekuatanmu seorang diri?" tanya orang yang ada maksud. "Benar, dan apabila nona tidak percaya silahkan saja menunggu sampai tanggal mainnya" Untuk beberapa saat lamanya orang yang ada maksud termenung dan berpikir keras, kemudian ia berkata lagi: "Ibu merasa amat menyesal sekali atas perbuatan dan tingkah lakumu pada akhir2 ini" "Akupun menyesal karena harus membuat hati ibumu jadi sedih" Dengan putus asa orang yang ada maksud meluruskan tangannya kebawah, lalu mundur selangkah kebelakang, serunya kembali: "Jadi engkau bersikeras akan tetap mempertahankan namamu itu?" "Benar, dan maaf sekali atas kekerasan kepalaku ini, aku harap kalian ibu dan anak tidak sampai tersinggung karena persoalan ini" Orang yang ada maksud kembali termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, tanyanya: 604 "Apakah gurumu Iblis diantara iblis benar2 adalah ketua dari istana Huan-mo kiong diwilayah Thian lam?". "Aku rasa tiada hal lain yang perlu dicurigakan lagi, memang guruku masih sempat meninggalkan benda tanda bukti kepadaku" "Oooh.. jadi kalau begitu engkau sudah menjadi ahli waris dari istana Huan mo kiong tersebut??" "Benar" Tiba2 orang yang ada maksud mengalihkan sorot matanya mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, rupanya ia sedang menyelidiki apakah disekitar tempat itu tak ada orang yang bersembunyi atau tidak. setelah yakin kalau ditrmpat itu tak ada orangnya, dengan suara yang amat lirih dia baru bertanya: "Benarkah engkau telah kehilangan sebuah benda mustika dari dunia persilatan?" Han Siong Kie mengangguk. "Benar, aku telah kehilangan sebuah benda mustika yang tak ternilai harganya, dari mana nona bisa mengetahui akan hal ini?" "Bukan aku saja yang mengetahui akan peristiwa ini, orang lainpun ada pula yang sudah tahu" "Meskipun untuk sementara waktu telah berpindah tangan,

tapi aku bersumpah untuk mendapatkannya kembali" ujar pemuda itu dengan nada tegas. "Tetapi ilmu silat yang kau miliki masih bukan tandingan kepandaian musuh" "Nona maksudkan ilmu silat siapa..?" "Tentu saja tengkorak maut gadungan itu" "Aah belum tentu aku kalah dari dia" 605 "Tapi dalam kenyataan engkau toh masih belum mampu untuk menandingi kedahsyatan ilmu silatnya?" "Lain dulu lain sekarang, kalau dulu kalah masa untuk selamanya aku selalu kalah terus?" "Jadi sekarang engkau sudah mempunyai keyakinan untuk menangkan dirinya?" "Mungkin begitu" "Sungguhkah ucapanmu itu?" orang yang ada maksud berusaha untuk menegaskan. "Selama aku tak pernah bicara bohong, apa lagi menganggap pembicaraan sebagai suatu gurauan belaka" sahut sang pemuda dengan paras muka serius. Pada saat itulah...tiba2 dari kejauhan berkumandang datang suara ujung baju tersampok angin, sesosok bayangan manusia dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat meluncur kurang lebih sepuluh tombak dihadapannya, begitu cepat gerakan tubuh orang itu sehingga andaikata seseorang tidak memiliki tenaga dalam setaraf dengan Han Siong Kie serta orang yang ada maksud pada saat ini, mungkin sulit untuk mengetahuinya. Buru2 orang yang ada maksud berkata: "Aku harus segera pergi dari sini, selamat tinggal" Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dia segera enjotkan badan dan lenyap dibalik pepohonan. Satu ingatan dengan cepat berkelebit dalam benak Han Siong Kie, diam2 ia berpikir: "Siapakah bayangan manusia yang barusan berkelebat lewat itu? kenapa orang yang ada maksud berlalu dari sini secara tergopoh2...??" Pemuda itu tak mau banyak berpikir lagi, dengan suatu gerakan yang tak kalah cepatnya ia berkelebat menuju kearah mana bayangan manusia tadi melenyapkan diri, tujuannya 606 adalah berharap dengan kesempatan itu ia berhasil mendapatkan tanda2 yang menunjukkan akan asal usul dari orang yang ada maksud serta ibunya, dengan begitu pelbagai persoalan yang mencurigakan dirinya selama inipun dapat terpecahkan. Dari pembicaraan yang barusan berlangsung,jelas perkataan yang hendak diutarakan kepadanya oleh orang yang ada maksud belum sampai selesai, dia masih banyak

perkataan yang hendak dibicarakan dengan dirinya, tapi justru karena kemunculan bayangan manusia yang amat mendadak. membuat gadis itu buru2 meninggalkan dirinya, itu berarti dibalik kesemuanya itu masih terkandung hal yang sangat mencurigakan. Dengan sepenuh tenaga Hansioog Kie mengerahkan gerak tubuh cahaya kilat lintasan bayangan untuk mengejar bayangan manusia tadi, kecepatan gerak tubuhnya pada saat ini sukar dilukiskan dengan kata2. Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba diujung hutan dan menginjak disebuah tanah lapang yang amat luas, kurang lebih puluhan tombak dihadapannya tampaklah sesosok bayangan manusia sedang bergerak dengan cepatnya, bayangan itu langsing menuju kearah sebuah bukit disebelah kiri Tatkala Han Siong Kie telah berhasil mendekati lawannya sehingga kurang lebih dua puluh tombak dibelakangnya, ia mulai memperlambat larinya dan tetap mempertahankan jaraknya dengan orang itu, dalam keadaan demikian sulitlah bagi kedua belah pihak untuk mengetahui jelas keadaan indentitas dari lawannya. Bayangan punggung orang itu sama sekali tidak terlalu asing baginya, tapi untuk beberapa saat lamanya Han Siong Kie tak dapat menebak siapa kah orang itu. Seperminum teh kemudian, mereka sudah da dua puluh li jauhnya dari tempat semula. 607 Sebuah bukit kecil muncul didepan mata, sianak muda itu mulai curiga bercampur tak habis mengerti, sebab dia lihat bayangan manusia yang agaknya pernah dikenal olehnya itu ternyata sedang bergerak menuju kearah bukit dimana kuburan palsunya berada. Rupanya bayangan manusia yang bergerak didepan itu sama sekali tidak menduga kalau secara diam2 perjalanannya sedang dikuntit orang, tanpa ragu2 dia langsung meluncur naik keatas bukit. Sungguh aneh, ternyata orang tadi benar2 hentikan gerakan tubuhnya tepat didepan kuburan palsu dari Han Siong Kie. Kurang lebih sepuluh tombak dari kuburannya, sianak muda itu menghentikan gerakan tubuhnya dan menyembunyikan diri di belakang sebuah batu cadas yang besar. Tiba2 bayangan manusia yang ternyata adalah seorang gadis itu berpaling, sorot matanya yang tajam menyapu sekejap kearah tempat persembunyian dari Han Siong Kie, kemudian ia memperdengarkan suara tertawa dingin yang amat ketus. Kembali Han Siong Kie terperangah, pikirnya:

"Mungkinkah dia sudah tahu kalau perjalanannya sedang diikuti orang...? kalau memang begitu, kenapa ia tidak menegur?" Sekarang pemuda itu dapat melihat dengan tegas, rupanya gadis itu bukan lain adalah Go siau Bi. Dengan ter mangu2 dan rasa tercengang si anak muda itu mengawasi gerak gerik dari Go siau Bi, dia ingin lihat apa yang hendak dilakukan oleh gadis tersebut dihadapan kuburan palsunya. 608 Lama sekali Go siau Bi berdiri termangu-mangu didepan kuburan tersebut, tiba tiba ia ayun telapaknya dan melancarkan sebuah babatan kilat keatas kuburan tersebut. Gerakan tubuhnya ini sangat mengejutkan hati Han Siong Kie, tetapi ia tiada maksud untuk menghalangi perbuatannya itu, sebab bagaimanapun juga kuburan itu adalah sebuah kuburan kosong. Hanya saja ia tak dapat menebak. apa maksud dan tujuan Go siau Bi membongkar kuburannya itu? Baru saja angin pukulan yang dilancarkan Go siau Bi hampir mengena diatas batu nisan kuburan itu, tiba2 suatu bentakan nyaring berkumandang datang dari sisi tubuhnya. "Tahan jangan bertindak sembarangan.." Go siau Bi agak terperanjat, Ia segera tarik kembali serangannya dan mundur lima depa kebelakang. Dari belakang kuburan kosong, per-lahan2 muncullah seorang gadis muda yang sangat cantik bagaikan bidadari. Han Siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras setelah bertemu dengan dara tersebut, sebab dia masih kenal gadis cantik itu sebagai "Istri yang ditinggaikan" yang pernah melepaskan dirinya dari dalam benteng maut. Sementara itu Go siau Bi nampak tercengang menyaksikan kemunculan dara ayu itu, dengan keheranan dia menegur: "Nona, siapa kah engkau?" "Sebutkan dahulu siapa kah namamu?" nona cantik itu balas menegur. "Aku bernama Go siau Bi" "Engkau adalah Go siau Bi?" "Benar, ada apa?" "Mengapa engkau hendak merusak kuburan ini?" 609 Teguran yang disertai sikap tak mau tahu keadaan orang lain itu sangat menggusarkan hati Go siau Bi dengan alis mata berkenyit dia balas menegur: "Lalu siapa kah namamu?" "Nona panggil saja aku sebagai Istri yang ditinggaikan" "Istri yang ditinggaikan ?" "Benar. " "Istri yang ditinggaikan, engkau adalab seorang janda?"

Paras muka Istri yang ditinggaikan berubah hebat, tegurnya dengan perasaan tak senang hati: "Nona, aku harap sedikitlah tahu sopan kalau berbicara...." Go siau Bitertawa dingin. "Engkau sendiri toh yang menyebut dirimu sebagai Istri yang ditinggalkan, masa aku telah salah bicara?" Istri yang ditinggaikan tidak menggubris perkataan itu lagi, setelah termenung sebentar kembali ia menegur: "Aku harap engkau bersedia menjelaskan kepadaku, apa sebabnya engkau hendak membongkar kuburan ini??" "Aku senang berbuat begini, engkau mau apa??" "Senang berbuat begitu? haaahh haaahh haaaahh apakah orang yang berada dalam kuburan ini pernah terikat dendam atau sakit hati dengan dirimu?" "Tepat sekali tebakanmu itu dan dia mempunyai ikatan dendam atau sakit hati dengan dirimu?" "Dia? siapa yang kau maksud kan dia? " "Manusia bermuka dingin Han Siong Kie" Go siau Bi menengadah dan tertawa semakin keras, begitu kerasnya sehingga membelah kesunyian yang mencekam disekeliling tempat itu. 610 Han Siong Kie yang bersembunyi disamping kuburanpun jadi tertegun dibuatnya, sepasang matanya terbelalak lebar sementara mulutnya melongo, ia tak habis mengerti dibuatnya oleh keadaan yang tertera dihadapan matanya. -ooodwoooBAB 34 ISTRI YANG ditinggaikan melototkan sepasang matanya bulat2, ia menghardik: "Apa yang perlu kau tertawakan?" Go siau Bi tarik kembali tertawanya, kemudian dengan wajah serius menjawab: "Engkau tak perlu tahu kenapa aku tertawa, sebab aku ingin tertawa maka tiada orang yang bisa menghalangi niatku itu" "Tapi aku justru bersikeras melarang engkau tertawa disini" "Huuh... dengan andalkan apa engkau berani melarang aku tertawa disini?" "Berdasarkan perbuatanmu yang hendak membongkar kuburan ini, sudah cukup alasan bagiku untuk membinasakan engkau" "Omong kosong jangan berlagak sok dihadapanku, apalagi main gertak sambal yang sama sekali tak ada gunanya" "Oooh... jadi engkau tak percaya? mari akan kubuktikan kebenaran dari ucapanku itu." Dengan suatu gerakan tubuh yang sangat cepat Istri yang ditinggalkan melayang kedepan kuburan dan berdiri saling berhadapan dengan Go Siau Bi, kemudian tanpa banyak bicara sepasang telapaknya didorong kedepan melancarkan sebuah

pukulan dengan suatu jurus serangan yang aneh dan ganas. 611 Sekali lagi Han Siong Kie dibikin terperangah oleh kehebatan serangan tersebut, tempo dulu ia pernah menyelamatkan jiwa Istri yang ditinggaikan karena ia tak mampu melayani keroyokan empat orang pengawai baju hijau dari istana Huan mo kiong, tapi kenyataan yang tertera didepan mata pada saat ini menunjukkan bahwa ilmu siiatnya amat dahsyat, itu berarti tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan yang sangat pesat dalam beberapa waktu yang amat singkat. Go siau Bi mendengus dingin, tubuhnya melesat kesamping menghindarkan diri dari sergapan musuh yang amat dahsyat itu, sambil putar badan diapun balas melancarkan tiga buah jurus serangan secara berantai... Dengan cepat istri yang ditinggalkan kena terbendung oleh pukulan itu, membuat dia mau tak mau terpaksa harus mundur tiga langkah kebelakang. Dalam waktu singkat pertarungan yang amat sengitpun berlangsung, dua orang gadis itu saling serang menyerang dengan gencar membuat pasir dan debu beterbangan di seluruh angkasa. Kedua belah pihak sama2 merupakan jago lihay, ilmu silat yang digunakanpun merupakan jurus2 ampuh yang luar biasa. Hal ini membuat Han Siong Kie yang mengikuti jalannya pertarungan dari tempat persembuyiannya diam2 menjulurkan lidahnya. Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling menyerang sebanyak beberapa ratus gebrakan lebih, namun kekuatan mereka tetap seimbang, siapapun tak dapat menangkan pertarungan tersebut dengan mudah. Ditengah bentakan nyaring, mendadak Go siau Bi mundur kebelakang, telapak tangannya berputar kian kemari melancarkan jurus serangan yang kian lama kian bertambah 612 aneh, segulung demi segulung anginpukulan yang aneh menyapu kedepan membuat suasana jadi mengerikan sekali. Ditengah hembusan angin berputar yang sangat aneh itu, Istri yang ditinggalkan sama sekali tak mampu mengembangkan jurus serangannya, tanpa sadar dia berseru: "Oooh...ilmu pukulan angin berpusing, engkau adalah..." sebelum ucapannya selesai diutarakan tiba2.. Duuk" sebuah pukulan dengan telak bersarang diatas tubuh Istri yang ditinggalkan membuat ia mundur dengan sempoyongan. Dalam serangannya itu Go siau Bi telah mengerahkan tenaganya sebesar sepuluh bagian, dengan telak pukulan tadi menghantam dada lawan, kalau jago lihay biasa yang termakan pukulan itu niscaya isi perutnya akan goncang dan

tulang dadanya pada retak, tapi Istri yang ditinggalkan hanya tergetar mundur belaka, ia sama sekali tidak mengeluh kesakitan. Untuk sesaat Go siau Bi jadi tertegun, ia sama sekali tidak menyangka kalau pihak lawan mempunyai tenaga dalam sesempurna itu.. Sementara dia masib tertegun itulah, Istri yang ditinggalkan telah manfaatkan kesempatan itu se-baik2nya, telapak diayun kedepan secepat sambaran kilat, arah yang ditujupun merupakan tempat kematian yang sangat berbahaya. Go siau Bi jadi kelabakan dibuatnya menghadapi serangan balasan yang luar biasa itu, tapi untung ia cukup cekatan, dengan cepat ujung kakinya menjejak tanah dan secepat kilat menghindar kearah samping. Sayang gerakan tubuhnya masih tetap terlambat setengah langkah, bahu kanannya tersapu telak oleh pukulan lawan... Rasa sakit yang luar biasa serasa sampai didalam tulang sumsum, tak tahan lagi gadis itu merintih kesakitan, dengan sempoyongan tubihnya mundur delapan depa ke belakang. 613 Kejadian itu sama sekali tidak mengherankan diri Han Siong Kie, dia tahu istri yang ditinggalkan berasal dari benteng maut, itu berarti diapun memiliki ilmu kebal yang tak mampu dihantam maupun dibacok. dengan sendirinya serangan diri Go siau Bi pun tak mungkin dapat melukai tubuhnya. Tapi. ..mengapa Go siau Bi hendak menghancurkan kuburan kosongnya itu?? Dan apa sebabnya Istri yang ditinggalkan mati2an melindungi kuburan tersebut ? bahkan sejak permulaan ia sudah menyembunyikan diri dibelakang kuburan? Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu hanya bisa berdiri tertegun sambil putar otak. Kedua belah pihak sama2 pernah melepaskan budi kebaikan dan budi pertolongan kepadanya, apa kah dia harus munculkan diri untuk melerai pertarungan itu? Dalam pada itu, setelah serangannya berhasil melukai tubuh lawan, istri yang ditinggalkan sama sekali tidak melanjutkan serangannya, dengan nada dingin ia menegur: "Ilmu pukulan angin berpusing merupakan kepandaian silat tunggal dari Put-lo sianseng, apa hubungan nona Go dengan diri Put loo sianseng??" Mengetahui pihak lawan kenal dengan asal usul ilmu silatnya, Go siau Bi merasa hatinya terperanjat, buru2 jawabnya. "Dia adalah kakekku" "Oooooh... rupanya nona adalah cucu perempuan dari Put loo sianseng...maaf " Go siau Bi tak mau tunjukkan kelemahannya, dia segera menegur: "Apakah engkau adalah anak murid dari benteng maut??" Sekarang gantian istri yang ditinggalkan yang berdiri

terperangah, namun ia tidak menjawab sebaliknya alihkan pokok pembicaraan kesoal lain. 614 "Benarkah nona Go mempunyai ikatan dendam atau sakit hati dengan diri Han Siong Kie??" "Sama sekali tak ada" "Lalu apa sebabnya engkau hendak membongkar kuburannya?? apa kah engkau bersedia memberi keterangan??" "Tentang soal ini....jadi engkau pingin tahu?" Rupanya Istri yang ditinggalkan sudah biasa mengumbar watak ingin menangnya, mendengar pertanyaan itu paras mukanya seketika berubah hebat. "...Masa aku tak boleh tanya?" tegurnya. Se-akan2 telah menyadari akan sesuatu, Go siau Bi maju beberapa langkah kedepan, sahutnya dengan suara mendalam: "Oooh...rupanya engkau adalah istri yang ditinggalkan dari Han Siong Kie??" Dengan sedih Istri yang ditinggalkan mengangguk. "Benar apa yang kau ucapkan sama sekali tidak keliru" Han song Kie yang bersembunyi disamping kuburan tadi melongo dan duduk terperangah, suatu kejadian yang sangat ajaib baginya dia sama sekali tidak kenal dengan nona cantik itu, tapi nona itu mengakui sebagai istri yang ditinggalkan, kejadian semacam ini benar2 merupakan suatu peristiwa aneh yang tak pernah diduga sebelumnya. Tentu saja ia sama sekali tak pernah menduga kalau Istri yang ditinggalkan yang berada dihadapannya saat ini adalah adik angkatnya Tonghong-Hui yang dirindukan setiap hari. Paras muka Go siau Bi nampak berubah hebat, dengan nada gemetar ia menegur lagi: "Oooh... jadi ia sudah menikah?" 615 Dari pembicaraan lawan, istri yang ditinggalkan dapat menangkap apa yang dimaksudkan orang itu, dengan nada dingin ia balik bertanya: "Nona Go, apa kah engkau sangat mencintai dirinya??" Merah jengah selembar wajah Go siau Bi, ia tidak menyangkal ...pun tidak mengakui.. Melihat nona itu membungkam, Istri yang ditinggalkan bertanya lebih jauh: "Jadi nona telah mengakuinya??" "Tidak" sahut Go siau Bi tiba2 dengan nada setengah menjerit, "Aku sangat benci pada dirinya" Han Siong Kie yang bersembunyi ditempat kegelapan jadi gelengkan kepalanya sambil angkat bahu, terhadap diri Go siau Bi boleh dibilang tak pernah timbul ingatan atau perasaan untuk mencintai, bahkan terhadap semua perempuan yang

pernah dijumpaipun ia tak pernah punya perasaan tersebut, sebab ia pernah bersumpah akan membenci kaum wanita untuk selama-lamanya. Rupanya jawaban dari Go siau Bi itu sangat mencengangkan hati Istri yang ditinggalkan, ia berkata: "Oleh karena engkau benci dia maka engkau hendak merusak kuburannya, apakah engkau tak merasa bahwa perbuatanmu itu keterlaluan." Go siau Bi menggigit bibirnya: "Aku tahu kuburan ini adalah kuburannya tapi apakah engkau yakin kalau dia benar2 berada dalam kuburan ini??" Ucapan ini sangat mengejutkan hati Istri yang ditinggalkan, dengan wajah terkesiap dia mundur satu langkah kebelakang. "Apakah maksud perkataanmu itu?" "Apakah engkau merasa seyakin2nya kalau Han Siong Kie benar2 sudah mati??" 616 "Tentu saja" Istri yang ditinggalkan mengangguk dengan tegas. "Engkau saksikan dengan mata kepala sendiri??" "Aku sendirilah vang membuat batu nisan didepan kuburan ini" Han Siong Kie yang bersembunyi dibelakang batu lebih2 terperangah dibuatnya, dia sampai berdiri ter heran2. Menurut apa yang diketahui batu nisan dan kuburan itu dibangun oleh adik angkatnya Tonghong-Hui, bahkan dia pula yang telah mencantumkan namanya diatas batu nisan tersebut untuk memperingati dirinya... sekarang istri yang ditinggalkan mengakui kalau dialah yang mendirikan kuburan itu, lalu apa maksudnya? sementara sianak muda itu masih termenung, Go siau Bi telah tertawa dingin "Heehh. heehh..heehh.. diatas batu nisan itu tertera nama dari dua orang, masa engkau juga yang mengebumikan jenasah dari pengemis cilik Tonghong Hui?" Istri yang ditinggalkan termenung beberapa saat lamanya, tiba2 ia berkata: "Akulah Tonghong-Hui" Hampir saja Han Siong Kie menjerit kaget menghadapi kenyataan tersebut, dia tak menyangka kalau Istri yang ditinggalkan mengaku dirinya sebagai Tonghong-Hui, suatu kejadian yang cukup membuat orang tertawa karena gelinya. Mungkinkah dia tidak tahu kalau Tonghong-Hui adalah seorang pria, bahkan dia adalah seorang pengemis cilik? apakah nona ini menyangka Tonghong-Hui adalah seorang gadis seperti dirinya?? Tak tahan lagi Go siau Bi tertawa cekikikan karena gelinya, sambil menuding ke arah lawan dia berseru: "Hiiihh hiiiih hiiiihhh engkau adalah Tonghong Hui? pengemis cilik??"

617 "Betul" "Engkau tidak bohong? masa tampang seperti kau bisa jadi seorang pengemis cilik??" "Aku sama sekali tidak bohong, akulah pengemis cilik Tonghong Hui" "Kalau begitu, engkau adalah manusia atau setan??" "Tentu saja aku adalah seorang manusia " "Kalau toh seorang manusia, kenapa semua ucapan yang kau utarakan lebih mirip omongan setan??" Dengan amat sedih Istri yang ditinggalkan menghela nafas panjang, ujarnya lebih jauh: "Aaai berhubung engkau mencintai dirinya dan dia telah tiada dikolong langit, maka aku bersedia memberitahukan rahasia hatiku kepadamu, tujuanku mendirikan batu nisan ini adalah sebagai perlambang bahwasanya aku hendak balaskan dendam baginya, kemudian aku akan bunuh diri dan minta dikubur dalam satu liang yang sama bersama-sama dirinya " Han Siong Kie yang mencuri dengar pembicaraan tersebut dari tempat persembunyiannya mulai merasa gusar, hawa amarahnya per lahan2 menyelimuti seluruh benaknya, ia tak menyangka kalau istri yang ditinggalkan bisa mengungkapkan kata2 yang begitu menarik hati tanpa tahu rasa malu, apakah ia tidak jengah mengarang cerita bohong yang begitu indah untuk menipu orang?? Tiba2 Go siau Bi tertawa keras, suaranya begitu nyaring sehingga membelah kesunyian yang mencekam sekeliling tempat itu. Kontan istri yang ditinggalkan melototkan matanya bulat2, dengan suara keras dia menghardik: "Nona, aku harap engkau bersedia tahu diri dan jagalah kesopanan dengan se-baik2nya" 618 -000d0w000Jilid 17 GO SIAU BI tetap tertawa tergelak, ujarnya dengan suara tajam: "Istri yang ditinggalkan ...nona Tonghong-Hui .. aku tak tahu bagaimana musti memanggil dirimu, tapi yang jelas perkataanmu itu memang sangat menarik hati, mungkin manusia yang terdiri dari batu karang pun akan ikut mengucurkan air mata setelah mendengar perkataanmu itu, cinta sejati yang tak takut berkorban seperti ini boleh dibilang suatu cinta suci yang jarang dijumpai dikolong langit" "Engkau anggap aku sedang bohong? mengarang cerita kosong yang sebenarnya sama sekali tak ada?" "oooh...engkau tak perlu salah paham, aku hanya ingin bertanya benarkah nona adalah pengemis cilik? sesuaikah julukan tersebut bagi diri nona? aku hanya menginginkan

jawaban yang tegas dan benar" "Oooh ! maksudmu, engkau inginkan suatu bukti??" Benar, aku memang mengharapkan suatu bukti yang nyata yang membuktikan bahwa apa yang kau katakan sama sekali tidak bohong atau hanya suatu isapan jempol belaka. "Baik! aku tak akan mengecewakan hatimu, akan kuberikan bukti yang nyata untuk mu!" Berbicara sampai disini, per-lahan2 Istri yang ditinggalkan putar badan dan menyeka mukanya dengan tangan, kemudian mengawut awutkan pula rambutnya vang indah, setelah itu dia baru putar badanrya kembali 619 Hampir saja Go Siau Bi menjerit tertahan, untuk beberapa saat lamanya dia berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo seorang pengemis cilik yang dekil dan berambut awut2an benar2 telah berdiri dihadapan matanya, hanya saja pakaian yang dikenakan sama sekali tidak berubah. Han Siong Kie yang bersembunyi dibelakang batu besar jauh lebih terperanjat lagi se-akan2 disambar geledek disiang hari bolong hampir saja sianak muda itu jatuh tak sadarkan diri. Sekarang ia benar2 telab membuktikan kalau Istri yscg ditinggalkan, sebetulnya bukan lain adalah adik angkatnya sendiri. Pengemis cilik Tonghong Hui yang selama ini dirindukan siang maupun malam. Ia sama sekali tak menduga kalau Tong-hong Hui yang disayang dan dicintai, ternyata bukan lain adalah seorang gadis cantik. Sekujur badannya terasa jadi kejang, dengan lemas tak bertenaga ia bersandar dialas batu, pandangan matanya jadi gelap dan otaknya jadi gelap di otaknya terasa kosong meiompong... Kenyataan membuktikan kalau Tonghong Hui adalah seorang gadis yang amat cantik bahkan begitu mencintai dirinya sehingga dia bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk tetap berada disisinya, sedang ia sendiri sama sekali tidak merasakan akan hal itu. Pengalaman dan kejadian yang pernah dialaminya dimasa lampau, satu demi satu berkelebat kembali kedalam benaknya, ia teringat kembali ketika untuk peitama kali nya dia terjun kedalam dunia persilatan, ia bagaimana dirobohkan oleh kupu2 warna warni Li In Hiang dari perkumpulan Thian che-kau dengan mudah, kemudian bagaimana ia ditolong Tonghong Hui dari dalam tandunya, angkat saudara diatas batu cadas kemudian saling berjanji untuk tidak 620 meninggalkan saudaranya walau berada dalam keadaan apapun juga, dari sini dengan jelas memperlihatkan kalau ia

sudah mempunyai rencana yang matang tentang hal ini. Setelah itu mereka berpisah, dia lenyap tak berbekas, untuk mencari jejaknya ia masuk kedalam wilayah Lian huan tau, dimana hampir saja jiwanya melayang. Lalu dia mendirikan kuburan dan batu nisan didepao kuburan kosongnya, ia bersumpah akan mengurbankan diri untuk menemani dirinya dalam liang kubur, Han Siong Kie merasakan hatinya kalut dan bingung tak karuan, selama hidup ia paling benci dengan kaum wanita, tapi terhadap diri Tonghong Hui. ia tak tahu musti mengatakan benci atau cinta. Andaikata tempo hari dia tidak menyaru sebagai malaikat penyakitan, ketika Tong hong Hui dikerubuti oleh empat orang pengawal hijau dari istana Huan mo kiong mereka sudah dapat berjumpa kembali tapi waktu itu ternyata kedua belah pihak tidak saling mengenal.. Pemuda itu sangsi.. jangan2 apa yang dilihat dan didengar saat itu hanya suatu impian belaka., tapi kenyataan membuktikan bahwa kesemuanya itu bukan impian! Dalam pada itu, Tonghong Hui telah melepaskan rambut palsu serta topeng kulit manusia dari atas wajahnya, ia menegur: "Bagaimana nona? sekarang tentunya engkau sudah percaya bukan kalau aku adalah pengemis cilik Tonghong Hui?" Go Siau bi mencibirkan bibirnya. "Hmm! aku masih tetap tidak percaya.." "Kenapa?" 621 "Aku ingin membongkar kuburan ini untuk membutikan apakah perkataan yang kau ucapkan benar2 tidak bohong!" Paras muka Tonghong Hui berubah hebat dengan nada gusar bercampur mendongkol ia menegur : "Nona, sebenarnya apa maksudmu?" "Aku hanya ingin membuktikan, apakah dalam liang kubur ini benar2 dipendam kerangka seseorang" Rupanya Tonghong-Hui dibuat sangsi oleh perkataan yang amat tegas itu, lama.. lama sekali ia termenung, kemudian baru bergumam seorang diri dengan sUara lirih: "Tidak mungkin.. tidak mungkin kalau kuburan ini kosong, akulah yang telah mengebumikan jenasahnya disini, aku yang masukkan sendiri jenasahnya.." Dari sikap lawannya yang amat yakin dan ber-sungguh2, Go siau Bi tahu kalau gadis itu sama sekali tidak bohong, dengan muka serius dia segera bertanya: "Nona Tonghong, engkau tidak salah mengubur orang lain?" "Tidak mengkin salah, yakin se yakin2nya, bahwa dialah yang telah kukubur disini" "Aaah.. masa dikolong langit bisa terdapat dua orang

manusia berwajah sama dengan Han siong Kie? Aku tak percaya kalau dikolong langit bakal ada dua orang manusia yang sama." "Apa...?" engkau telah bertemu dengan seorang Han siong Kie lagi? jangan bergurau nona Go hal itu tak mungkin bisa terjadi" seru Tonghong-Hui dengan wajah terperangah. "Tak mungkin salah, Aku tahu dia adalah Han siong Kie dan sekarang telah berubah namanya menjadi Malaikat penyakitan. " Dalam pada itu, Han siong Kie sendiri ibaratnya orang yang baru saja terserang penyakit berat, dengan lemas roboh 622 terkapar diatas tanah, meskipun begitu ucapan mereka secara lapat2 masih sempat menerobos masuk kedalam telinganya. sekarang ia baru menduga, mungkin apa yang dibicarakan dengan orang yang ada maksud tadi telah terdengar oleh Go sia uBi, tapi... mengapa dia bersikeras akan membongkar kuburan itu??" Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, terakhir pemuda itu berpikir: "Aaah sekarang aku tahu, pastilah diapun menaruh hati kepadaku, dan mengira aku sengaja menyaru jadi orang lain untuk membohongi dirinya, kalau begitu ia tentu sudah menaruh perasaan salah paham atas diriku" sementara itu di gelanggang Tonghong Hui sedang berseru kaget: "siapa? Malaikat penyakitan? aku pernah bertemu dengan dirinya tapi masa dia adalah Han siong Kie??" "Jadi engkau tidak percaya?? engkau saja dapat merubah dirimu jadi pengemis cilik, masa dia tak dapat merubah diri jadi malaikat penyakitan??" "Maksudmu...ia .telah menyaru diri untuk mengelabuhi pandangan orang banyak?" "siapa tahu?" Sekujur badan Tonghong Hui gemetar keras, bibirnya bergetar keras lalu gumamnya seorang diri: "Tak mungkin, hal ini tak mungkin bisa terjadi, dia sudah mati akulah yang telah menguburkan jenasahnya disini, dengan tanganku sendiri kututup liang kubur ini" "Nona Tonghong" ujar Go Siau Bi dengan nada dingin, "inginkah engkau membuktikan dengan mata kepala sendiri, kalau apa yang kau kuucapkan sedikitpun tidak bohong?" "Apa?? engkau akan membongkar kuburan ini.. hanya untuk membuktikan bahwa ucapanmu tidak bohong? Gila 623 jangan anggap perbuatan semacam itu sebagai suatu permainan" "Oooh jangan kuatir, aku rasa tak perlu kita bongkar kuburan itu untuk mencari bukti aku punya cara lain yang

lebih mudah untuk membuktikan kebenaran dari perkataanku tadi" "Lalu.. bagaimana caramu untuk membuktikan kebenaran dari perkataanmu tadi?" tanya Tonghong Hui dengan perasaan ingin tahu. Go Siau Bi tertawa misterius, tiba2 dengan paras muka sedih bercampur murung ia berpaling kearah tempat persembunyian dari Han Siong Kie, serunya dengan suara lantang: "Han siauhiap, bersediakah engkau untuk munculkan diri?" Bagaikan baru saja sadar dari suatu impian, dengan tubuh kaku Han Siong Kie bangkit berdiri lalu berjalan keluar dari tempat persembunyiannya. Tonghong Hui menjerit lengking, dengan tubuh sempoyongan dia mundur kebelakang hampir saja ia tak percaya kalau apa yang dilihat dengan mata kepala sendiri adalah suatu kenyataan, seseorang yang dikubur olehnya ternyata telah hidup kembali. Dia pejamkan matanya rapat2, gadis itu tak punya keberanian untuk membuka matanya kembali dan memandang kenyataan yang terbentang didepan mata. . Dalam anggapannya apa yang telah terjadi hanyalah suatu impian yang aneh, dia takut setelah sadar dari impian maka yang dia hadapi hanyalah penderitaan dan siksaan. Han siong Kie sendiripun berdiri kaku ditempat semula tanpa berkutik barang sedikitpun juga . Kedua belah pihak berdiri kaku dalam jarak sepuluh tombak. suatu jarak yang sangat dekat bagi pandangan jago 624 lihay, karena raut wajah kedua belah pihak dalam terlihat dengan amat jelas. Paras muka Tonghong Hui berubah jadi pucat pias bakaikan mayat, badannya gemetar keras, dengan lirih dia berbisik: "Tidak...tidak mungkin, semuanya bukan kenyataan.. aku tidak percaya.." Go siau Bi menghela napas panjang. "Aaaii. nona Tonghong, bersediakah kalau kau untuk mendengarkan suatu kisah cerita??" Tonghong Hui mengangguk, sepasang matanya masih terpejam rapat, sedangkan tubuhnya gemetar tiada hentinya. Go siau Bi tarik napas panjang2 dengan sedih ia mulai bercerita: "Dalam dunia persilatan terdapat seorang jago yang sangat lihay, suatu ketika nasibnya kurang mujur sehingga tertangkap oleh pihak lawan, ia dijebloskan kedalam penjara untuk menantikan saat hukuman matinya tiba, setiap orang yang berada dalam penjara tersebut hanya bisa keluar dari penjara apabila tubuhnya telah berubah jadi mayat, tapi untung jago

lihay itu memiliki ilmu Ku si tay hoat yang dapat berpura-pura mati, demikianlah dibawah bantuan orang lain akhirnya dia pura2 mati dan digotong keluar dari penjara itu untuk dikubur secara massal, tiga hari kemudian ia telah bangkit kembali." "Orang yang kau ceritakan adalah dirinya?" seru Tonghong Hui sambil membentangkan matanya lebar2. "Benar" "Darimana engkau bisa tahu semua kejadian tersebut dengan begitu jelas?" 625 "Seorang gadis berkerudung telah memberitahukan cerita tersebut kepadaku ketika rahasianya berhasil kuketahui, dia menyebut dirinya sebagai orang yang ada maksud" Sekarang Tonghong Hui baru tahu duduknya persoalan, bagaikan baru sadar dari impian, ia merasa jengkel dan mendongkol karena dirinya tertipu, tapi setelah berpikir sejenak kembali gadis itu gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tak bisa menyalahkan dirinya, ia toh tidak tahu kalau aku adalah..." "Dia tidak tahu soal apa?" sela Go siau Bi dengan alis mata berkernyit. Tiba2 Tonghong Hui menjerit lengking: "Engkoh Kie" Dengan cepat ia lalu kedepan menghampiri sianak muda itu. Gadis itu ingin memeluk kekasih hatinya, tetapi pemuda itu hanya berdiri dengan wajah kaku, hal ini membuat dara tersebut terperangah dan batalkan maksudnya. Sekarang dia baru teringat, kalau kakak angkatnya Han siong Kie paling membenci kaum wanita.. hatinya terasa sakit bagaikan di iris2, air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Lama kelamaan.. akhirnya ia tak dapat menahan diri lagi dan berseru keras: "Engkoh Kie, ketika kita angkat saudara tempo hari, bukankah engkau pernah berjanji tak akan tinggaikan diriku walau berada dalam keadaan apapun, masih ingatkah engkau dengan janjimu itu?" Paras muka Han siong Kie perlahan2 pulih kembali seperti sedia kala, dengan penuh emosi dia mengangguk, "Aku masih ingat, adik Hui" "Engkau masih memanggil aku sebagai Hui te (adik Hui)?" bisik Tonghong Hui. 626 Han siong Kie terperangah, dengan suara ter-bata2 ia menjawab: "Soal ini soal ini., aku rasa kurang begitu tepat untuk diucapkan, buat apa.." "Tidak kalau sebutan tidak benar maka pembicaraanpun tak dapat berjalan dengan lancar.." "Kita toh saudara angkat, buat apa engkau musti

persoalkan sebutan belaka?" "Tapi tapi.. aku toh seorang gadis bukan lelaki..." sela sang dara cepat. "Aku tahu, engkau adalah searong gadis seorang gadis yang berwajah cantik" "Engkau benci kepadaku?" Bisik Tonghong Hui agak ragu. "Kenapa aku mesti benci dirimu?" "Engkau pernah berkata kalau engkau paling benci terhadap kaum wanita dikolong langit" "Tidak Engkau.... engkau terkecuali" Dengan ujung bajunya Tonghong Hui menyeka air mata yang membasahi wajahnya, senyum manis tersungging diujung bibirnya, sepasang biji matanya yang besar menatap wajah Han siong Kie tanpa berkedip. dengan suara yang lembut ia berkata: "Engkoh Kie, engkau tak akan membenci diriku bukan?" "Aku tidak punya alasan untuk membenci kau" "Kalau begitu engkau cinta padaku?" Han siong Kie terkesiap. jantungnya berdebar keras, suatu perasaan aneh yang belum pernah dialami sebelumnya menyelimuti seluruh benak dan perasaannya, hal itu membuat paras mukanya terasa jadi panas dan berubah jadi merah 627 padam. setelah tertegun beberapa saat lamanya ia baru menjawab: "Benar, aku cinta padamu aku mencintai dirimu bagaikan mencintai saudara kandungku sendiri" Senyum manis yang semula menghiasi ujung bibir Tonghong Hui seketika lenyap tak berbekas, dengan sedih bisiknya: "Engkoh Kie, aku merasa se-olah2 sedang mendapat satu impian yang aneh dan berliku-liku..." "Benar kejadian yang kita alami ibarat awan diangkasa, gampang berubah menurut keadaan disekelilingnya" "Engkau senang karena aku adalah seorang gadis?" "Tentang soal ini.. tentu saja bagiku tiada perbedaannya antara pria dan wanita" Dipihak lain, Go siau Bi berdiri tertegun, semua impian indah dan lamunan manis yang semula menyelimuti benaknya kini telah musnah tak berbekas, semua keindahan berubah jadi kesedihan, kesengsaraan dan tekanan batin, ketika ia mengetahui kalau orang yang dicintai ternyata sudah mempunyai pilihan hati, dara itu merasa makin pedih. Ia pernah melelehkan air mata karena kematiannya, merasa hatinya hancur remuk karena kepergiannya, tapi sekarang... kenyataan membuktikan bahwa dia belum mati, tapi ia tak berhasil mendapatkan dirinya. Dengan sedih, murung, kecewa dan putus asa, gadis itu putar badan, diam2 berlalu dari sana tanpa mengucapkan

sepatah katapun.. setelah jauh tinggalkan tempat yang menyedihkan hati, gadis itu baru teringat akan tujuan kedatangannya kesana, ia hendak balaskan dendam bagi kematian ayahnya.. rasa dendam sakit hati melenyapkan rasa sedih dan kecewa yang 628 semula menyelimuti hatinya, gadis itu langsung bergerak menuju kearah Lian huan tau,pusat kekuatan dari perkumpulan Thian che kau. Dalam pada itu, Tonghong-Hui dengan sorot mata penuh permohonan sedang awasi wajah kekasihnya, kemudian berkata: "Engkoh Kie, dapatkah engkau merubah panggilanmu terhadap aku.." Han siong Kie termenung dengan alis mata berkernyit, lama sekali dia baru menjawab: "Aku akan menyebut kau Hui moay" sebutan adik Hui atau Hui-moay itu sangat menyejukkan hati Tonghong Hui, senyuman kini kembali tersungging di ujung bibirnya, ia mengira untuk selamanya tak akan berjumpa kembali dengan Han siong Kie kekasih hatinya, tapi kenyataan berkata lain, saat ini ia telah mendengar kekasihnya memanggil "Hui moay " kepadanya. Han siong Kie sendiri hanya bisa ter-mangu2 sambil memandang gadis itu, tiba2 ia teringat kembali akan asal usul dari dara manis itu, tanpa sadar sekujur badannya gemetar keras, dengan suara berat ia segera menegur: "Adik Hui, engkau adalah anggota benteng maut?" Paras muka Tonghong Hui berubah hebat, tak sangka olehnya dalam keadaan begitu ia dapat mengajukan pertanyaan semacam itu, dengan gugup dia mengangguk. "Benar, aa.. Apa salahnya?" secara tiba2 satu ingatan berkelebat pula dalam hati Tonghong Hui, paras mukanya ikut berubah hebat, dengan hati bergidik dia mundur selangkah ke belakang kemudian menegur: "Engkoh Kie, kenapa engkau musti menanyakan persoalan itu?" 629 "Aku harus tahu... bagaimanapun juga aku harus mengetahuinya.. Hui moay jawablah sejujurnya.." "Engkau ingin tahu?" "Benar" Tonghong Hui tertunduk dengan wajah sedih, siksaan batin yang hebat menyelimuti seluruh perasaannya, sambil menggigit bibir ia menjawab: "Dia adalah ayahku" "Apa. ? Pemilik benteng maut adalah ayahmu??" Sekujur badan Han siong Kie gemetar keras, kemudian

kejang2, kenyataan tersebut terlalu kejam.. terlalu sadis.. ia tak mengira kalau adik angkatnya yang disayang dan di cintai ternyata bukan lain adalah putri dari musuh besarnya... anak gadis dari pembunuh besar yang telah membantai selurub keluarga dan isi kampungnya.. Haruslah dia putus hubungan dengan gadis ini tidak mungkin Atau dia harus lepaskan niatnya untuk membalas dendam?? hal ini semakin tak mungkin terjadi Diluar dugaan, Tonghong Hui yang dicintai ternyata adalah putri dari Tengkorak maut yang dianggap sebagai datuk iblis pembawa maut bagi dunia persilatan, suatu kejadian yang mimpipun tak pernah diduga olehnya Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie berdiri mematung, ia merasa tubuhnya seolah-olah terjerumus kedalam gua saiju yang sangat dingin, membuat sekujur badannya gemetar keras. Paras muka Tonghong Hui pun ikut berubah-ubah menuruti perubahan sikap dari sang pemuda, ia tahu apa yang sedang dipikirkan engkoh Kienya pada saat ini, dahulu ia tak berani berpikir sampai kesitu, dan sekarang apa yang tak berani dipikirkan akhirnya toh berubah jadi kenyataan. Dendam.... dendam macam apakah itu? gadis tersebut sama sekali tidak tahu. 630 Musuh besar dari ayahnya, tengkorak maut pemilik benteng maut tak terhitung jumlahnya, ia tak pernah memperbolehkan orang lain untuk mencampuri urusannya. Ia merasa hatinya hancur, dia benci atas nasib jelek yang menimpa dirinya. Cinta. membuat dia terjerumus kelembah kehancuran, kenyataan membuat hatinya remuk redam. seandainya Han siong Kie benar2 telah mati, maka cinta yang bersemi dalam hatinya akan berakhir mengikuti kematian yang menimpa dirinya, tapi ia tidak mati, suatu kejadian yang diluar dugaan membuat si anak muda itu tetap hidup dikolong langit, kejadian ini mendatangkan rasa kaget dan gembira baginya, tapi kemudian...yang diterima dan dirasakan hanyalah penderitaan yang tiada berakhir. Dengan watak yang keras dan dingin, tak mungkin ia bisa membatalkan niatnya untuk membalas dendam, dan orang yang hendak di tuntut balas bukan lain adalah ayahnya sendiri. Bagaimana akhirnya gadis itu tak berani berpikir lebih jauh. setelah pelbagai perasaan dan pikiran berkecamuk dalam benaknya, akhirnya gadis itu mengambil keputusan yang tegas: Ia tertawa sedih, lalu berkata: "Engkoh Kie, bukankah engkau pernah berkata kepadaku, bahwa antara engkau dengan ayahku terikat oleh dendam berdarah sebesar lautan?" "Benar" dengan kaku Han siong Kie mengangguk.

"Dendam berdarah yang bagaimanakah itu?" sorot mata penuh kebencian dan perasaan dendam memancarkan keluar dari balik mata Han siong Kie sambil menggigit bibir ia menjawab: "Dia telah membunuh ayahku, membantai seluruh isi perkampunganku.." Tonghong Hui mundur dengan sempoyongan, sambil berusaha menahan pergolakan emosi dia bertanya: 631 "Dan engkau akan membalas dendam?" -000dewi000BAB 35 DENGAN penuh kepedihan Han siong Kie mengangguk. "Adik Hui, meskipun kalau dibicarakan maka kejadian ini terasa kelewat kejam.. kelewat sadis, tetapi mau tak mau aku harus berbuat begitu, Benteng maut akan hancur seperti perkampunganku, darah segarr akan berceceran menodai seluruh lantai benteng tersebut" Pucat pias seluruh wajah Tonghong-Hui, tak tahan lagi air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya. "Engkoh Kie, seharusnya kita tak usah bertemu.. tak usah berkenalan.." "Tapi ternyata kita sudah bertemu dan telah berkenalan, bahkan engkau telah angkat saudara dengan aku" "Engkoh Kie, aku tahu persoalan ini tak mungkin bisa diselesaikan secara baik2, tak mungkin persoalan bisa beres seperti apa yang kita inginkan, aku... aku..." "Apa yang kau kehendaki??" "Menggunakan kesempatan ini, aku hendak memberitahukan sesuatu kepadamu." "Apa yang hendak kau sampaikan kepadaku" Air mata yang membasahi wajah Tonghong Hui semakin deras mengalir turun, dengan nada pedih ia berbisik. "Sejak pertama kali kita berjumpa, aku telah....aku telah...." Han siong Kie bukan seorang manusia yang bodoh, ia tahu apa yang hendak dikatakan gadis tersebut dan diapun tahu 632 perkataan itu tak pernah diduga sebelumnya, walaupun begitu ia tetap bertanya: "Engkau telah apa?" "Aku telah jatuh cinta kepadamu" Han siong Kie terperanjat, jantungnya berdebar keras setelah mendengar perkataan itu, apa yang diduga ternyata sedikitpun tak salah. Ketika ucapan itu diutarakan keluar, Tonghong Hui tertunduk dengan wajah jengah, tapi sebentar kemudian ia sudah menengadah kembali, sepasang matanya terbelalak lebar, dengan suatu perasaan yang sangat aneh dia awasi wajah Han siong Kie tanpa berkedip.

sianak muda itu sendiri merasakan hatinya bingung dan pikirannya kalut, hampir saja ia tak berani saling beradu pandangan dengan gadis itu. Tiba2 Tonghong Hui tertawa, tertawanya amat rawan dan menyedihkan hati, dengan suara lirih ia berkata: "Engkoh Kie, engkau tak akan pandang rendah diriku bukan? sebab apa yang kuucapkan barusan merupakan kesempatan terakhir bagiku untuk mengungkapkan perasaan hati yang sudah lama terpendam dalam hati kecilku.." "Terakhir ? kenapa terakhir?" satu alamat jelek berkelebat dalam benak Han siong Kie. "Engkoh Kie" sahut gadis itu lirih. rasanya kitapun tak usah saling menutupi rahasia hati kita berdua, engkau tentunya dapat membayangkan bukan apa yang akan kita alami pada akhirnya?" Dengan perasaan hati yang sedih dan menderita Han Siong Kie tundukkan kepala nya rendahi, ia sama sekali tidak berbicara karena tak tahu apa yang harut dikatakan. 633 Tonghong Hui sendiri, se-akan2 sudah kehilangan rasa malunya lagi, kembali ia berkata. Engkoh Kie, bersediakah engkau menjawab sebuah pertanyaanku deogan sejujurnya? jawaban yang muncul dari dasar lubuk hati mu? "Katakanlah adik Hui!" Han Siong Kie angkat kepala dan menatap gadis itu tajam-tajam. Sambil membereskan rambutnya yang terurai tak karuan, Tonghong Hui bertanya. Engkoh Kie, apakah engkau cinta padaku? Han Siong Kie terperanjat, dengan hati tercekat dia mundur dua langkah lebar kebelakang, mulutnya ternganga dan untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Pemuda itu baru tahu kalau dia adalah seorang gadis pada setengah jam berselang, kalau dikatakan ia cintai gadis tersebut maka jiwaban itu sangat bertentangan dengan perasaan hatinya, kalau dikatakan tidak cinta, sebagai saudara angkatnya tentu saja ia tak dapat berkata demikian. Ia pernah membenci semua perempuan yang ada dikolong langit, tapi perasaannya dengan Tonghong Hui ternyata jauh berbeda. Sejak ia mendirikan batu nisan didepan kuburan kosongnya serta kesediannya berkorban demi cinta, pemuda itu sudah tahu betapa cinta dan sayangnya gadis itu terhadap dirinya. Manusia bukanlah malaikat, apalagi Han Siong Kie merupakan seorang manusia yang terdiri dari darah dan daging, tentu saja hatinya gampang terbunuh oleh perasaan itu Tonghong Hui merasakan hatinya amat sakit ketika

dilihatnya lama sekali Han Siong Kie tidak menjawab, sambil menggigit bibir ujarnya kembali 634 Engkoh Kie. aku tidak memaksa engkau untuk mengatakan engkau cinta padaku. asal kutetap mencintai dirimu, itu sudah... sudah lebih dari cukup bagiku! "Adik Hui aku cinta padamu!" akhirnya Han Siong Kie berseru lirih ..lirih sekali suaranya sehingga hanya gadis itu saja yang mendengar. Rasa girang terlintas diatas Wajah Tong-hong Hui, tapi hanya sebentar saja dia sudah menjadi sedih kembali. Engkoh Kie, aku tahu engkau berkata begitu karena engkau kasihan kepadaku, engkau sedang menghibur diriku. "Adik Hui. aku tidak membohongi dirimu aku merasa dalam hati kecilku benar2 mempunyai perasaan tersebut, memang benar kalau aku membenci seantero perempuan yang ada dijagad, tapi sama sekali tak ada perasaan tersebut pada dirimu, aku sama sekali tiada ingatan untuk menghibur hatimu derigan kata2 yang manis, aku bicara sejujur-jujurnya!" "Sungguh?! "Sungguh!" Engkoh Kie, aku mengharapkan sesuatu.? "Apa yang kau harapkan ? Bagimu adalah untuk pertama kalinya, juga merupakan permintaanku yang terakhir "Adik Hui. katakanlah aku .. " Ciumlah aku! Bisik Tonghong Hui sambil pejamkan matanya, bibir yang kecil mungil seakan akan sedang menantang lawan jenisnya untuk menubruk: Seketika itu juga Han Siong Kie merasakan wajahnya jadi merah dan panas, jantungnya berdebar keras, suaiu perasaan tegang yang belum pernah dialaminya membuat napasnya jadi memburu dan tersengkal-sengkal. dengan gelagapan karena kaget ia berseru : 635 "Cciii.cium... cium kau...?" "Ehmm! Gadis cantik itu mengangguk lirih. Wajahnya yang cantik jelita dengan sepasang bulu mata yang hitam tebal, ditambah hidung yang mancung serta bibirnya yang kecil mungil dan merah menantang membuat jantung sianak muda itu berdebar makin keras. Suatu rangsangan yang hebat...membuat kesadaran Han Siong Kie berangsur2 lenyap Akhirnya dengan langkah kaki yang berat, ia mendekati gadis cantik itu. Bau harum semerbak yang aneh dan belum pernah tercium sebelumnya merangsang berahi dalam tubuh pemuda itu, suatu rangsangan yang membawa dia menuju kealam impian yang aneh.

Ia merangkul tubuh gadis itu eratl, sementara Tonghong Hui balas pelukan itu dengan rangkulan yang mesra. Akhirnya akhirnya sepasang bibirpon saling beradu dan menempel saling menghisap diiringi makin rapatnya tubuh mereka berdua begitu rapatnya seakan2 telah melebur jadi satu. Ciuman yang amat mesra ciuman yaug panjang dan lama. Dalam keadaan seperti itu, dunia se akan2 telah berhenti berputar, waktu se olah2 berjalan seluruh jagad jadi sepi dan hening ada hanyalah kehangatan.. serta kemesraaan yang membuat jantung kedua insan tersebut berdetak semakin keras.. Tak jauh dan tempat kejadian tepatnya dari balik semak belukar berkumandang suara helaan napas panjang.. Tapi. sepasang muda-mudi yang sedang di mabok cinta sama sekali tidak merasakan akan hal itu. 636 Lama..lama sekali., akhirnya Tonghong Hui mendorong tubuh kekasihnya dan melepaskan diri dari pelukan. Air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, ia tertunduk sedih dan berbisik : "Engkoh Kie, aku merasa puas., aku merasa puas sekali, aku sudah tidak mengharapkan apa2 lagi dalam hidupku kali ini!" Perasaan sedih serta siksaan batin yang amat berat membuat seluruh wajah Han-Siong Kie berkerut kencang, ia. bergumam seorang diri : "Apa yang telah kulakukan? sebenaroya apa yang telah kulakukan...?" "Engkoh Kie, engkau menyesal?" "Tidak aku tak kenal kata menyesal" "Mengapa engkau menyesali diri sendiri?" "Adik Hui, aku tak dapat menjelaskan bagaimanakah perasaan hatiku pada saat ini" Tonghong Hui mengangguk. "Engkoh Kie, aku tahu antara cinta dan dendam telah melibatkan engkau kedalam suatu keadaan yang serba sulit, bukankah engkau murung dan kesal karena menghadapi cinta yang tak berakhir ini? tapi engkoh Kie, aku tak dapat menghindarkan diri dari penentuan takdir, siau moay telah mempunyai satu rencana...". "Rencana? apa rencanamu itu?" "Tentang soal ini.. engkau tak usah bertanya, yang jelas mulai detik ini baik didunia maupun didalam baka kita selalu bersama.. hati kita selalu bersatu.." Rupanya Han siong Kie dapat merasakan gelagat yang kurang baik dari pembicaraan itu, buru buru tegurnya: 637

"Adik Hui, apa maksudmu mengatakan begitu..?" Paras muka Tonghong Hui yang cantik seakan2 dalam waktu singkat telah jadi layu, sambil menahan isak tangisnya dia berkata: "Engkoh Kie, inilah yang dinamakan nasib cinta tak dapat menghilangkan dendam, semoga saja karena dendam jangan sampai menghilangkan rasa cinta" Dengan sedih Han siong Kie mengawasi lawannya dalam keadaap seperti ini, apa yang bisa dikatakan lagi? Tonghong Hui menengadah ke udara dan menghela napas sedih, bisiknya lagi: "Engkoh Kie, aku akan pergi.. semoga engkau dapat baik2 jaga diri" sambil menutupi wajahnya dengan ujung baju, gadis itu putar badan dan berlalu dari sana dengan cepatnya. Han siong Kietak dapat berbuat apa2, dia hanya bisa memandang bayangan punggung gadis itu lenyap dari pandangan dengan pandangan kaku, dia ingin berteriak namun tiada suara yang mampu meluncur keluar dari mulutnya, dia ingin mengejar tapi kakinya serasa tak dapat bergerak tinggalkan tempat itu.. dendam kesumat sedalam lautan membuat pemuda itu kehilangan kebebasannya untuk memilih, ia tak dapat mementingkan soal cinta dan mengesampingkan soal dendam, tapi diapun tak dapat memupuk cinta sambil mencari ayahnya menuntut balas. Kenyataan telah menggariskan, membuat ia tak dapat bersatu dengan gadis tersebut. Dalam sekejap mata, pemuda itu merasakan kepalanya pusing tujuh keliling, hatinya terasa amat sakit bagaikan di iris2. selama ini Tonghong Hui telah memberikan budi dan cintanya kepada dia, cinta yang diberikan kepadanya lebih dalam dari samudra, tapi pemuda itu tak dapat berbuat apa2, 638 dia hanya dapat membiarkan gadis itu pergi meninggalkan dirinya. Tiba2..ia teringat kembali akan sesuatu, pemuda itu seolah2 mendengar lagi perkataan terakhir yang diucapkan Tonghong-Hui. "Semoga hati kita selalu bersatu baik dalam jagad maupun di alam baka" sekujur tubuhnya gemetar keras, ingatan lain segera berkelebat dalam benaknya. "Aaaah pikiran itu tak benar, rupanya dia ada maksud untuk bunuh diri, aku harus menghalangi niatnya itu" Tak kuasa lagi ia menjerit keras. "Adik Hui. engkau tak boleh.." sekali enjot badan, bagaitan sambaran kilat cepatnya ia bergerak menuju ke arah mana Tonghong Hui melenyapkan diri "Nak, kembalilah" suara teguran itu tidak terlalu keras, namun amat mencekat

hati, seketika itu juga Han siong Kie menghentikan gerak tubuhnya. "Nak, biarkan dia pergi, justru dengan sikapnya itu maka keadaan jauh lebih baik" Han siong Kie dapat kenali suara itu sebagai suara dari orang yang kehilangan sukma, sekujur badannya gemetar keras, ia merasa manusia misterius itu seakan2 sukma gentayangan, dia selalu membayangi disekeliling tubuhnya. Dengan cepat ia berhenti dan berseru: "cianpwee, bagaimanapun juga aku harus mengejar dirinya sampai dapat" "Kenapa ?" "Dia..dia.. aku kuatir kalau dia akan mengambil keputusan pendek untuk mengakhiri hidupnya." 639 "Aaah kejadian itu tak mungkin terjadi" suatu jawaban yang tegas dan meyakinkan. Han siong Kie termangu2, kembali dia berkata: "Dengan dasar apakah cianpwee mengatakan kalau dia tak mungkin akan mengambil keputusan pendek?? " "Meskipun dia mempunyai keinginan untuk berbuat begitu, tapi tak mungkin hal itu bisa dilaksanakan olehnya" "Mengapa bisa begitu?? " "Tentang soal ini, lebih baik engkau tak usah tahu" "Cianpwee bagaimanapun juga aku tidak dapat mempercayai perkataan dari cianpwee dan mengorbankan dirinya dengan begitu saja" sekali lagi dia enjotkan badan siap berlalu dari situ. "Han siong Kie, aku larang engkau berbuat begitu" seruan ini begitu berwibawa dan se-akan2 mengandung nada perintah yang tak bisa dibantah lagi, membuat Han siong Kie tanpa sadar harus menghentikan kembali perjalanannya. "Apa maksud dan tujuan orang yang kehilangan sukma menghalangi dirinya untuk menyusul gadis itu?" Apakah diapun.. Dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang, orang yang kehilangan sukma berkata: "Nak. dengarkanlah perkataanku Janganlah timbul pikiran yang bukan bukan atas perbuatanku ini?" "Tapi.. ciaapwee bagaimanapun juga aku toh tak boleh biarkan gadis itu bunuh diri tanpa berusaha untuk menolong" "Sudah kukatakan tadi, tak mungkin dia akan bunuh diri inilah suatu akhir yang paling baik buat hubunganmu dengan dirinya." 640 "Suatu akhir yang paling baik?" "Benar" "Aku tahu kami berdua tak mungkin dapat bersatu, karena

dendam berdarah yang ditinggalkan generasi yang lalu telah mencintakan sebuah jurang pemisah yang sangat dalam diantara kami berdua.." "Aaah soal itu sih belum tentu, tapi yang jelas ada jurang pemisah lain yang jauh lebih dalam telah memisahkan hubungan kalian berdua, dan bagaimanapun juga kalian berdua tak mungkin bisa melewati jurang pemisah tersebut" "Aku tidak mengerti dengan ucapan itu" "Mengerti juga baik tak mangertipun tidak mengapa, pokoknya aku berharap agar engkau bisa menganggap peristiwa ini sebagai kejadian yang sudah lewat, lebih baik lagi kalau engkau dapat melupakan selama2nya" "Benar, aku memang tidak memiliki jalan kedua yang bisa kutempuh lagi, aku memang harus melupakan dirinya" "Nak. sekarang kau harus segera berangkat menuju ke wilayah Lian-huan-tau untuk menyelamatkan nyawa seseorang" ujar orang yang ka hilangan sukma kemudian. "Menolong orang? siapa yang harus kutolong?" seru Han siong Kie terperangah. "orang itu adalah Go siau Bi " "Apa yang terjadi dengan dirinya??" "Dia telah terkurung didalam wilayah Lian huan tau." "Tapi dia toh memiliki ilmu silat yang sangat lihay, masa ia bisa terjebak.." "Wilayah Lian huao tau merupakan daerah rawan yang diciptakan oleh alam, setelah diberi tambahan disana sini oleh seorang yang pandai, tempat itu sudah berubah jadi sebuah 641 barisan yang aneh dan tangguh sekali, siapapun sulit untuk lolos dari kurungan itu dengan mudah." "Aku yang muda sudah berulang kali menerima budi pertolongan dari nona Go, sudah sepantasnya kalau aku berusaha untuk menyelamatkan jiwanya, sekarang juga aku akan berangkat kesana." "Tunggu sebentar" "Apa yang hendak cianpwee katakan lagi?" "Aku akan serahkan selembar peta lembah Lian huan tau kepadamu, dan engkau dapat masuk kedalam lembah tersebut mengikuti peta itu, tapi ingat setelah berhasil menolong Go siau Bi maka engkau harus segera mengundurkan diri, jangan terlalu lama tinggal disana dan jangan mencoba untuk menorobos masuk kedalam markas besar perkumpulan Thian che kau" "Kenapa??" "sebab tujuanmu hanya menolong orang " "Baik, aku yang muda akan turut perintah" selembar kertas dilemparkan keudara dan melayang kearah sianak muda itu, dengan cepat Han siong Kie menyambutnya, dia tahu itulah peta lembah Lian huan tau yang diberikan

orang yang kehilangan sukma kepadanya, tanpa diteliti lagi ia berseru. " Cianpwee, selamat tinggal aku akan berangkat lebih dahulu." sekali enjot badan ia langsung bergerak menuju kearah wilayah Lian huan tau, suara bentakan gusar dan angin pukulan secara lapat2 berkumandang dari balik lembah itu. Han Siong Kie ambil keluar peta lembah yang diberikan orang yang kehilangan sukma kepadanya itu, setelah diteliti beberapa kali dan sebagian besar sudah teringat dalam 642 benaknya, ia segara mesukkan kembali peta itu kedalam saku dan dia melanjutkan perjalanan.. "sahabat, siapa kau?" tiba2 teguran nyaring berkumandang dari arah depan- "berani benar engkau mengintip lembah Lian huan-tau kami". Mengikuti suara teguran itu, enam sosok bayangan manusia munculkan diri didepan mulut lembah, kemudian serentak mereka menyebarkan diri dan menghadang jalan masuknya. Dengan pandangan mata yang amat dingin Han siong Kie menyapu sekejap keenam orang penghadang itu, ia lihat mereka adalah enam orang pria kekar berbaju hitam yang menyoreng pedang. Menyaksikan musuhnya tetap membungkam, sekali lagi salah seorang diantara keenam orang pria kekar itu menegur: "sahabat, siapa kau? aku harap engkau bersedia menyebutkan namamu" Han siong Kie mendengus dingin. "Hmm cuma andalkan kedudukan kalian berenam? jangan mimpi disiang hari bolong" Tanpa menggubris lawannya, dengan langkah lebar dia berjalan kemulut lembah. Enam orang pria kekar itu segera membentak keras, enam bilah pedang dengan menciptakan selarik cahaya tajam yang menyilaukan mata menghadang jalan perginya. Han siong Kie sama sekali tidak berhenti, ia berjalan terus hingga jarak lima langkah dari musuhnya, kemudian sambil menghimpun tenaga dia lepaskan satu pukulan yang maha dahsyat, dua jeritan kesakitan bergema memecahkan kesunyian, dua orang pria kekar yang bergerak maju lebih dahulu seketika terpental kebelakang dan roboh binasa. Melihat kelihayan musuhnya, empat orang pria kekar itu jadi kaget dan ketakutan setengah mati, buru2 mereka menyingkir ke arah samping. 643 Han siong Kie sama sekali tidak berhenti, dengan langkah yang cepat ia menerobos masuk kedalam dan tinggalkan musuh-musuhnya jauh dibelakangi Tiba2 suara bentakan nyaring kembali berkumandang memecahkan kesunyian, dari sisi jalan lembah meluncur

kembali tiga sosok bayangan manusia. Han siong Kie segera menghentikan gerak tubuhnya dan menyapu kearah ketiga orang itu, ia lihat orang yang berada dipaling depan adalah kupu2 warna warni Li In Hiang ketua tongcu yang pernah dikenal, diiringi dua orang dayangnya. Untuk beberapa saat kedua belah pihak sama berdiri terperangah tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mula2 Kupu warna warni Li In Hiang menunjukkan wajah yang kaget bercampur ngeri, tapi sejenak kemudian sambil tertawa genit tegurnya nyaring. "Eei, Han sauhiap. sungguh tak kusangka kita bakal bertemu kembali" "Hmm Li In Hiang, engkau jangan gembira dulu" seru Han siong Kie sambil mendengus dingin. "saat kematianmu sudah hampir tiba" "Aduh Han sauhiap pandai benar engkau bergurau" seru Kupu2 warna warni lagi dengan sikap yang sangat genit "diantara kita berdua toh tak pernah terikat oleh dendam ataupun sakit hati, masa engkau hendak bunuh aku?" "sudah terlalu banyak pemberian yang dihadiahkan perkumpulan Thian che kau kepadaku, namun itu bukan alasanku yang terutama untuk membinasakan dirimu.." "Bunuh aku? Hiihh..hiihh..hiihh.. membicarakan soal membunuh dalam lembah lian-huan tau.. Han sauhiap apakah engkau tidak merasa terlalu tak pandang sebelah matapun terhadap kami ?" "Engkau anggap aku benar2 tak mampu untuk membinasakan dirimu..?" 644 Paras muka Kupu warna warni Li In Hiang berubah dingin membesi, alis matanya berkenyit, dia menegur dengan ketus: "Manusia bermuka dingin, aku kuatir kalau engkau tak dapat keluar dari sini dalam keadan hidup" -ooodewioooBAB 36 "LI IN HIANG" ujar Han siong Kie dengan suara dingin, engkau masih ingat dengan peristiwa terbunuhnya Go Yu Too ketua perkumpulan Pat gi- pang?" "Tentu saja masih ingat, sebab akulah yang membinasakan orang she Go itu" "Masih ada lagi.. kematian dari kang lam jit-koay..." "Benar.. tepat sekali, aku semua yang bereskan jiwa mereka, tapi apa sangkut pautnya dengan dirimu?" "Aku mempunyai sedikit hubungan dengan putri dari ketua Pat gi pang itu, karenanya aku ingin mewakili dirinya untuk bereskan hutang piutang tadi" Kupu warna warni Li In Hiang tertawa ter-kekeh2 sehabis mendengar perkataan itu. "Hiihh..hiiihh..hiiih.. bagaiimana caramu untuk bereskan hutang piutang ini?" Hawa napsu membunuh yang menggidikkan hati tiba2

berkelebat diatas wajah Han Siong Kie yang ganteng. dia menerjang maju kedepan lalu berkata: "Hutang darah bayar darah, aku hendak petik batok kepalamu itu" Kupu warna warni Li In Hiang tergetar mundur tiga langkah oleh hawa napsu membunuh yang begitu tebal dari lawannya, sedangkan dua orang dayang itu ikut mundur beberapa langkah kebelakang karena ngeri bercampur seram. 645 "Manusia bermuka dingin, engkau tak mungkin dapat melakukan perbuatan itu." "Huuuh.. kalau tidak percaya, coba saja kelihayanku ini " seraya berkata sianak muda itu bergerak maju kedepan dengan gerak cahaya kilat lintasan bayangan, sekali berkelebat tahu2 tubuhnya sudah berada tepat dihadapan kupu2 warna warni Li In Hiang, membuat beberapa orang itu menjerit kaget dan buru2 menghindarkan diri.. "Perempuan anjing, engkau hendak kabur ke mana?" hardik pemuda itu, kelima jari tangannya bergerak cepat kedepan dan siap mencekeram tubuh musuhnya. Cengkeraman tersebut dilepaskan dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, nampaknya kupu2 warna warni Li In Hiang tak akan lolos dari cengkeraman tersebut. Disaat yang paling kritis itulah, mendadak dari arah belakang berkumandang suara desiran angin tajam yang menyergap punggungnya. Han siong Kie merasa amat terperanjat, ia sadar bahwa seorang jago lihay telah melepaskan senjata rahasia kearahnya, jika ia tak menghindar niscaya tubuhnya akan terluka parah. Dalam keadaan demikian, terpaksa ia harus tarik kembali ancamannya sambil bergerak kesamping sejauh delapan depa dari tempat semula. Ia temukan benda yang digunakan untuk mengancam tubuhnya tidak lebih hanya beberapa lembar daun, tapi setelah mengetahui siapa yang lepaskan sergapan itu, tak kuasa lagi pemuda itu berseru tertahan, pandangan matanya jadi gelap dan hampir saja ia roboh tak sadarkan diri. Ternyata orang yang melancarkan sergapan tersebut, bukan lain adalah ibu kandungnya yang berhati keji bagaikan ular beracun, Siang g o cantik ong cui Ing adanya. 646 Seluruh wajah dia nak muda itu berkerut kecang, tubuhnya gemetar keras karena harus menahan emosi. Menggunakan kesempatan yaag sangat baik itulah, kupu2 warna warni Li In Hiang telah mengundurkan diri delapan depa ke belakang. siang go cantik ong cui Ing dengan muka dingin bagaikan es berdiri tegak dihadapannya, sorot matanya yang tajam dan

menyeramkan mengawasi wajah Han Siong Kie tanpa berkedip.. sianak muda ttu merasakan hatinya remuk redam, tempo dulu ibunya pernah turun tangan keji atas dirinya sehingga hampir saja ia mati konyol dalam penjara batu, sekarang kembali ibunya menyergap untuk mencabut jiwanya, kejadian ini membuat darah dalam tubuhnya bergolak keras.. Benarkah dia sebagai seorang anak harus turun tangan terhadap ibunya sendiri? Seganas2nya harimau tak akan dia terkam anaknya sendiri, tapi ibunya, dia tega untuk membunuh anak kandungnya sendiri, bukankah itu berarti bahwa kekejaman hatinya jauh melebihi ganasnya harimau atau srigala?? suasana diliputi keheningan dan kesunyian, lama sekali akhirnya siang go cantik ong Ciu Ing berkata: "Manusia bermuka dingin, sungguh tak kusangka engkau berani mengumpankan diri kedalam perangkap kami, tempo hari engkau berhasil meloloskan diri dari cengkeramanku, tapi sekarang.. Hmm sekalipun punya sayap jangan harap bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat" Kembali Hin siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras, ia sakit hati, pemuda itu merasakan hatinya e akan2 diiris dengan pisau tajam, ia tak menyangka ibu kandungnya dapat mengucapkan kata2 seperti itu... ia merasa hatinya teriuka dan sedang mengucurkan darah... 647 Kalau toh dia tidak menganggap dirinya sebagai anak, kenapa aku musti anggap dia sebagai ibu? Ingatan semacam itu berkelebat dalam benaknya, dengan suara sedih karena menahan emosi katanya: "Nyonya ketua, ini hari apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku?" sekujur badan siang go cantik ong cui Ing tampak gemetar keras, suatu cahaya yang sangat aneh terlintas di atas wajahnya, tapi hanya sebentar saja telah lenyap dari pandangan, sahutnya dengan suara ketus: "Manusia berwajah dingin, barang siapa berani masuk kedalam wilayah lian huan-tau, dia harus mampus" setiap patah kata yang meluncur keluar dari mulutnya, se akan2 anak panah yang menghujam dalam tubuhnya: Jeritan ngeri kembali berkumandang dalam lembah sebelah dalam, jeritan itu begitu mengerikan sehingga mendirikan bulu roma siapapun yang mendengar. satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han siong Kie, dia ambil keputusan untuk membunuh kupu2 warna warni Li In Hiang lebih dahulu kemudian baru menolong Go siau Bi. Dari jeritan ngeri yang berkumandang tiada hentinya,jelas membuktikan kalau Go siau Bi masih terlibat dalam suatu

pertarungan sengit: sekarang.. yang menjadi masalah adalah bagaimana caranya untuk menghadapi nyonya ketua dari perkumpulan Thian che kau yang bukan lain adalah ibu kandungnya sendiri? Apakah dia harus bertempur melawan dirinya? saling membunuh dengan ibu kandungnya sendiri??" setelah termenung beberapa saat lamanya, pemuda itu segera mengambil keputusan, tiba2 dia enjotkan badan dan 648 menerjang kearah kupu warna warni Li In Hiang yang berada kurang lebih satu tombak dihadapan mukanya. Tindakan ini sama sekali diluar dugaan siapapun, sebelum ingatan kedua sempat berkelebat dalam kupu warna warni Li In Hiang, tahu2 pihak musuh telah menubruk datang. Dalam gugupnya, cepat2 dia ayunkan telapaknya untuk menangkis datangnya ancaman tersebut. "Duuk Blaamm" bentrokan kekerasan bergema diangkasa, jeritan kesakitan berkumandang memilukan hati, sambil muntah darah segar kupu warna warni Li In Hiang terhantam sampai mencelat sejauh tiga tombak dari tempat semula. Hampir pada saat yang bersamaan, segalung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya mengancam tiba dari belakang tubuh pemuda itu. Kembali terdengar dengusan berat memecahkan kesunyian, dengan sempoyongan Han siong Kie terdorong maju lima langkah ke depan, ia segera berpaling dan tampaklah siang go cantik ong Cui Ing berdiri tepat dua tombak dihadapannya. Dua orang dayang yang semula menghindarkan diri kesamping itu maju kedepan dan memayang bangun kupu warna warni Li In Hiang yang terluka parah, kemudian tanpa banyak bicara segera selamatkan majikannya kedalam lembah. Han siong Kie menggertak gigi menahan emosi, dengan suara gemetar serunya: "Kaa kalau toh engkau...ti ..tidak mengakui aku sebagai aaa... anakmu..." "Tutup mulut" hardik siang go cantik ong Cui Ing dengan suara keras. "Nyonya kaucu" kata Han siong Kie lagi dengan hati yang mantap. "apakah engkau hendak paksa diriku untuk turun tangan?" 649 "Ehmm hmmm turun tangan ? besar amat bacotmu, engkau masih ingin berlalu dari sini dalam keadaan hidup?" Han siong Kie merasa amat sedih sekali denyan air mata bercucuran dia menengadah dan berseru pedih: "Ooooh...ayah engkau yang berada di alam baka pastilah dapat menyaksikan semuanya ini, aku dipaksa untuk turun tangan, maafkanlah daku"

Ucapan itu sangat mengenaskan, membuat siang go cantik ong Cui Ing tanpa sadar mundur dengan sempoyongan. Pada saat itulah di mulut lembah kembali muncul beberapa sosok bayangan manusia, mereka adalah lima orang kakek tua dan seorang pemuda. Pemuda itu bukan lain adalah kaucu muda Yu sau Kun. Bertemu dengan musuh bebuyutannya, kedua belah pihak sama2 menggeram gusar, Yu sau Kun segera membentak keras: "Manusia bermuka dingin, rupanya engkau datang untuk menghantar kematianmu?" Dengan bentakan keras, tanpa banyak bicara Yu sau Kun segera melancarkan serangan2 kilat untuk menghajar tubuh lawannya. . Han siong Kie teramat gusar, menyaksikan datangnya ancaman itu dengan jurus Mo Mo ciang liong atau telapak iblis menundukkan naga yang disertai tenaga pukulan sebesar sepuluh bagian, dia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. "Blaamm" sepasang telapak saling beradu menimbulkan suara ledakan yang amat dagsyat, Yu sau Kun menjerit kesakitan sambil muntah darah segar ia roboh terkapar keatas tanah. 650 Han siong Kie amat benci dengan pemuda itu, melihat musuhnya roboh dengan cepat la menerjang kemuka, telapak kirinya diayun lagi siap mencabut jiwanya. "Jangan bunuh orang" bentak ong Cui Ing sambil bergerak maju kedepan, secepat sambaran kilat dia lancarkan delapan buah serangan berantai. Walaupun dalam hati kecilnya Han Siong Kie merasa amat benci dan mendendam, tapi berhubung pihak lawan adalah ibunya sendiri, terpaksa ia harus mengundurkan diri kebelakang. Melihat musuhnya mundur, ong cui Ing segera manfaatkan kesempatan itu sebaik2nya, dia sambar tubuh Yu sau Kun dan melayang mundur beberapa tombak kebelakang, dari sakunya dia ambil keluar sebutir pil dan dijejalkan kedalam mulutnya. Dalam pada itu lima orang kakek tua yang datang bersama Yu sau Kun tadi segera turun tangan bersama ketika dilihatnya nyonya keucu mereka mundurkan diri, serangan gencar ditujukan keseluruh tempat berbahaya ditubuh lawan. Han siong Kie tak akan pandang sebelah matapun terhadap lawannya, dengan jurus "Mo hwe liau goan" atau api iblis membakar ladang, dengan suatu serangan yang cepat bagaikan kilat ia hajar musuh2nya... "Blaaamm Blaamm" beberapa kali bentrokan keras terjadi diudara, lima orang kakek tua tergetar keras hingga tercerai berai keempat penjuru.

ong cui Ing membentak nyaring, untuk kedua kalinya dia lancarkan serangan kilat kearah Han siong Kie, telapaknya berputar kian lemari dengan cepatnya, serangan2nya amat ganas dan mengerikan, tiga pukulan beruntun mendesak pemuda itu habis2an. sepasang mata Han siong Kie berubah jadi merah ber-api2, hawa nafsu membunuh berkobar menyelimuti wajahnya, 651 dengan gerak tubuh cahaya kilat lintasan bayangan dia menghindarkan diri dari sergapan ong cui Ing, kemudian bagaikan sukma gentayangan ia balik menerjang kelima orang kakek tua itu. Sepuluh jari tangannya menyentil bersama ilmu jari Tong kim ci yang maha sakti laksana kilat meluncur kedepan. Jeritan ngeri berkumandang diudara dan menggetarkan empat penjuru, darah segar membanjiri seluruh permukaan tanah, lima orang kakek tua itu dengan dada berlubang roboh binasa diatas tanah. ong cui Ing membentak keras, kembali ia terjang kemuka. Selama pertarungan berlangsung, tangan kanannya tersembunyi terus dibalik bajunya, ia hanya mengandalkan tangan kirinya yang dipentangkan bagaikan cakar untuk melayani serangan2 musuh. Han Siong Kie berusaha menghindar kekiri berkelit kekanan, namun ia selalu gagal untuk melepaskan diri dari pengaruh serangan musuh. Dalam keadaan begini, kendatipun dalam hati kecilnya ia tak ingin memakai kekerasan untuk menghadapi ibunya, namun keadaan memaksa dirinya mau tak mau harus melindungi keselamatan sendiri. Tiba2 dia lancarkan sebuah pukulan dahsyat dengan sebuah jurus Raja iblis menyembah langit. Jurus serangan ini merupakan salah satu diantara tiga jurus pukulan terampuh dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat, dewasa ini dalam dunia persilatan jarang ada orang yang mampu menerima serangan tersebut. Ditengah deruan angin pukulan yang memekikan telinga, bayangan telapak berlapis lapis bagaikan bukit, dalam waktu singkat seluruh jalan darah penting ditubuh lawan sudah tercekam dalam ancamannya. 652 ong Cui Ing membentak nyaring, tubuhnya berkelebat ke depan dengan suatu gerakan yang manis, tahu2 ia telah meloloskan diri dari ancaman tersebut. Han siong Kie merasa amat terperanjat, ia sama sekali tidak menduga kalau tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini telah mencapai taraf kesempurnaan yang begitu tinggi, untuk sesaat ia berdiri tertegun.

Pada saat itulah, mendadak perempuan itu menggetarkan sepasang ujung bajunya kearah depan, segulung angin pukulan yang sangat berat seketika menerjang tubuhnya. Dari serangan yang begitu dahsyat dan mengerikan, jelaslah sudah kalau ibunya bermaksud untuk membinasakan dirinya dalam pukulan dahsyat itu juga. Rasa benci, gusar, mendongkol dan penasaran tercampur aduk dalam benaknya, sepasang telapak segera diayun bersama dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya. Angin pukulan men-deru2, pasir debu beterbangan memenuhi angkasa, kejadian ini benar-benar nampak mengerikanTermakan oleh dahsyatnya angin pukulan tersebut, ong Cui Ing segera bergerak mundur enam depa kebelakang. Han siong Kie sendiripun tergetar mundur sehingga mundur satu langkah lebar ke belakang dengan sempoyongan-. ong ciu Ing tak mau melepaskan musuhnya dengan begitu saja, kembali telapak kirinya bergerak cepat bagaikan naga beracun muncul dari dalam samudra, dengan suatu pukulan yang maha dahsyat dia lepaskan kembali satu ancaman maut. Han siong Kie diam2 merasa keheranan dan tak habis mengerti, mengapa pihak lawan selalu menyerang dengan tangan sebelah belaka, tapi kenyataan tidak mengijinkan pemuda itu untuk berpikir panjang, serangan musuh yang 653 begitu dahsyat tahu2 sudah mengancam tiba, memaksa dia harus menggunakan jurus bertahan dari ilmu telapak Mo Mo ciang-hoat untuk mempertahankan dari. ong Ciu Ing tidak mau memberi kesempatan kepada musuhnya untuk tukar napas, pukulan yang berantai ibaratnya gulungan ombak disungai tiang kang meluncur dan menggulung datang tiada hentinya, keadaan benar2 mengerikan. Dalam keadaan demikian hanya ada dua pilihan bagi Han siong Kie, pertama adalah mampus diujung telapak lawan, atau kedua melancarkan serangan balasan dengas ilmu jari Tong kim ci. Akhirnya setelah otaknya berputar beberapa waktu dan ambil keputuran untuk memilih yang kedua, dalam keadaan seperti ini dan tidak ingin mati konyol, karena dia masih harus mempertahankan hidupnya guna menuntut balas. Maka dengan suara yang parau histeris pengaruh emosi, dia membentak keras: "Apakah engkau hendak paksa aku untuk turun tangan keji terhadap dirimu??" ong Cui Ing sama sekali tidak menggubris teriaknya itu, malahan serangan yang dilancarkan olehnya kian lama kian bertambah gencar, kian lama kian bertambah rapat. Han Siong Kie benar2 terdesak sehingga hampir saja dibuat

kalap olehnya, akhirnya dia menggigit bibir, sepuluh jari tangannya disentilkan kedepan dan segulung desiran angin tajam yang mengerikan dan dengan cepat meluncur kedepanJerit kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, serangan yang semula gencar dan tiada putusnya tiba2 sirap dan lenyap tak berbekas. ong Cui Ing dengan paras muka pucat pias bagaikan mayat mundur kebelakang dengan langkah sempoyonganTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 654 Ilmu jari Tong kim ci adalah suatu ilmu sentilan yang maha dahsyat sekali, untuk menciptakan kepandaian yang maha sakti itu Mo tiong ci mo harus mengorbankan waktu selama empat puluh tahun lamanya, dengan tenaga dalam Han siong Kie yang hampir mendekati dua ratus tahun hasil latihan, tentu saja keampuhannya mengerikan sekali. Kendatipun begitu, ong Cui Ing yang termakan oleh sentilan ilmu jari tersebut sama sekali tidak roboh, meskipun dengan telak serangan tadi mampir diatas tubuhnya, dari sini dapat membuktikan pula bahwa tenaga dalam yarg dimiliki perempuan itupun mengerikanDengan pandangan yang sedih dan penuh penderitaan Han siong Kie melihat sekejap kearah ibunya kemudian dia putar badan dan meneruskan perjalanannya menuju kedalam lembah. Dengan andalkan peta lembah yang dihadiahkan orang yang kehilangan sukma, tanpa mengalami banyak kesulitan sianak muda itu berhasil masuk ketengah lembah. sementara itu pertarungan yang berlangsung dalam lembah telah berhenti, suasana pulih kembali dalam keheningan dan kesunyianHan Siong Kie merasa amat gelisah sekali, orang yang kehilangan sukma memerimtahkan dirinya datang kesitu untuk menolong Go siau Bi, tetapi karena mendapat banyak rintangan banyak waktu sudah terbuang dengan percuma, dia kuatir gadis itu sudah keburu tertangkap atau dibunuh oleh lawan. -000dewi000Jilid 18 655 TANPA terasa sianak muda itu teringat kembali akan penjara batu dalam markas besar perkumpulan Thian che kau, serta cara mereka untuk menghukum mati para tawanannya, tanpa terasa hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri Andai kata Go siau Bi benar2 sudah tertangkap. mungkin malaikat yang turun dari khayanganpun belum tentu bisa menolong dirinya lepas dari cengkeraman musuh. Berpikir sampai disitu, dia segera mempercepat gerakan

tubuhnya meluncur kedalam lembah, bagaikan serentetan cahaya tajam secepat kilat ia menerobosi lembah dan batuan cadas. Sepanjang perjalanan, seringkali ia berpapasan dengan jago lihay yang berlalu lalang disana, tapi tidak seorangpun dapat menghalangi jalan perginya, bahkan ada pula diantara mereka yang mengira pandangan matanya telah kabur, siapapun tidak menduga kalau malaikat elmaut telah muncul diantara mereka. Beberapa taat kemudian, sampailah sianak muda iiu disebidang tanah datar yang luasnya setengah hektar, tempat ini merupakan jalur pertemuan dari jalan lembah yang membentang di empat penjuru. Hampir seratus sosok bayangan manusia melingkar bentuk sebuah lingkar kepungan, seorang gadis yang bermandikan darah berada ditengah kepungan tersebut, dia bukan lain adalah Go Sau Bi yane datang kesitu untuk menutut balas, disekitar tubuhnya bergelimpangan hampir mendekati dua puluh sosok mayat. Suasana ditengah gelanggang sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. 656 Han Siong Kie bagaikan sesosok setan menerobos masuk diantara lingkaran manusia itu. ternyata tak seorang manusiapun yang merasakan akan kehadirannya. Kurang lebih tiga tombak dihadapan Go Siau Bi, berdirilah seorang marusia aneh berkain cadar hitam. Begitu menjumpai manusia aneh berkain cadar itu, Han Stong Kie merasakan hatinya bergetar keras, dia masih ingat ketika untuk pertama kalinya dia terjun kedalam dunia persilatan tempo dulu, manusia aneh ini pernah murculkan diri diartara para jago persilatan yang menyerbu benteng maut. orang itu dia kenali sebagai ketua perkumpulan Thian che kau. Sementara itu ketua dari perkumpulan Thian che kau dengan suara yang dingin menyeramkan sedang berkata memecahkan kesunyian yang mencekam seluruh jagad : "Nona Go, memandang diatas wajah kakekmu Put lo sianseng. aku tidak ingin menyusahkan dirimu, aku harap engkau bisa menyudahi pertarungan itu sampai disini saja! "Tutup mulutmu ! bentak Go Siau Bi dengan marah." tujuan dari kedatanganku ke mari adalah untuk menuntut balas atas kematian dari mendiang ayahku, sebelum dendam ini berhasil kutuntut balas, aku tak akan meninggalkan tempat ini!" "Bukankah sudah berulang kali aku menjelaskan bahwa peristiwa itu hanya merupakan suatu kesalahan paham belaka? "Nona telah membinasakan hampir dua puluh orang jago lihay ku, masa darah yang mengalir dari tubuh mereka harus

mengalir dengan sia sia belaka??" "Hmm salah paham?? kupu warna warni Li In Hiang adalah algojonya, sedang engkau ketua perkumpulan Thian che kau adalah otak dari pembunuhan berdarah ini" 657 "Haaah haaah haaah jadi nona menghendaki batok kepalaku ini?" ejek ketua perkumpulan Thian che kau sambil tertawa ter bahak2. "Tentu saja" "Engkau anggap apa yang kau inginkan bisa terpenuhi dengan begitu saja??" Mendadak... dari luar gelanggang berkumandang suara jeritan lengking, diikuti sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat menerjang masuk kedalam gelanggang. Jeritan kaget berkumandang diempat penjuru, seluruh jago lihay perkumpulan Thian che kau yang hadir ditengah gelanggang sama-sama mundur kebelakang dengan ketakutan, suasana kontan jadi gaduh dan gempar sekali. "Aaah.. manusia muka dingin" "Manusia bermuka dingin Orang yang menerjang masuk kedalam gelanggang memang bukan lain adalah Han siong Kie, ditangannya dia mencekal sesosok manusia. "Blaaamm.." bayangan manusia yang berada dalam genggamannya itu segera dibanting kedepan kaki Go siau Bi. Ternyata ketika Han siong Kie sedang mengawasi suasana dalam gelanggang pertarungan, tiba2 ia saksikan kupu warna warni Li In Hiang yang terluka sedang dipapah mendekati tempat kejadian, ia jadi sangat kegirangan, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat perempuan itu diterjang dan ditotok jalan darahnya, kemudian dibawa masuk kedalam gelanggang. Menyaksikan kemunculan sianak muda itu, Go siau Bi merasakan hatinya bergetar keras, dia sama sekali tidak menyangka kalau secara tiba2 Han siong Kie bisa munculkan 658 diri ditempat itu, bahkan membawa pula kupu warna warni Li In Hiang yang merupakan pembunuh dari ayahnya, untuk beberapa saat lamanya dia tak tahu musti mengatakan cinta atau benci, dengan ter-mangu2 gadis itu hanya bisa memandang wajah pemuda pujaan hatinya. Dengan pandangan yang sangat dingin Han Siong Kie melirik sekejap kearah ketua perkumpulan Tbian che-kau, kemudian sambil berpaling ujarnya kepada Go Siau Bi : "Nona Go, inilah pembunuh ayahmul" Setelah tertegun untuk beberapa saat lamanya, tiba2 ketua perkumpulan Thian che kau menengadah dan tertawa terbahak2.

suaranya keras dan amat menusuk pendengaran, "Haaahh..haaahh..haaahh.. manusia bermuka dingin, malaikat penyakitan, sungguh kebetulan sekali kehadiranmu pada siat ini...aku memang sangat meagharapkan kedatanganmul" "Ada apa?? "Aku akan menghancur lumatkan tubuhmu kemudian membakar mayatmu sehingga menjadi abu" Dipihak lain, Go Siau Bi dengan suara yang amat memilukan hati sedang berseru keras. Oooh.. ayah! ananda akan meaghancurkan pembunuh ini untuk membalaskan dendam sakit hatimu! ' Telapak tangannya segera diayun dan menghajar tubuh kupu warna warni Li In Hiang yang sedang ketakutan setengah mati diatas tanah. Kaucu dari perkumpulan Thian che kau segera mendengus dingin, dia bergerak maju kedepan. Pada saat yang bersamaan, Han Siong Kie dengan suatu gerakan yang amat cepat pula bergerak pula kedepan menghadang jalan pergi gembong iblis itu. 659 Suatu jeritan kesakitan yang memilukan hati bergema memecahkan kesunyian, tubuh kupu warna warni Li In Hiang terhajar telak sehingga batok kepalanya hancur berantakan, isi benak dan darah kental bermuncratan keempat penjuru, kematiannya mengerikan sekali. Dalam perkumpulannya, ketua perkumpulan Thian che kau boleh dianggap melebihi dewa. kehebatan ilmu silat yang dimilikinya belum pernah bisa dibayangkan oleh anak buahnya, dan semua orangpun belum pernah menyaksikan ketua mereka turun tangan sendiri. Ketika Go siau Bi datang untuk menuntut balas tadi, sang kaucu ternyata tampil sendiri untuk menyelesaikan persoalan itu, dan sekarang berada didepan matanya seorang ketua tongcu yang disegani orang ternyata dibunuh musuh tanpa ia sanggup mencegah atau menghalanginya, kejadian ini dengan cepat menggusarkan hatinya. Hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah ketua perkumpulan Thian che kau, apa lagi setelah seorang anak buahnya dibunuh dalam keadaan yang mengerikan, tanpa mengucapkan pepatah katapun hawa murninya dihimpun ke dalam tubuh, kemudian sepasang telapak tangannya laksana sambaran kilat menerjang tubuh si anak muda itu. Jarak diantara kedua belah pihak hanya terpaut beberapa depa saja, pukulan tersebut dengan dahsyatnya segera meluncur ke depanSecara otomatis Han siong Kie putar telapak tangannya dan membendung datangnya ancaman tersebut.

"Blam" ditengah benturan keras, tubuh Han siong Kie tergetar keras sehingga mundur delapan depa kebelakang dengan sempoyongan, darah panas bergolak dalam rongga dadanya dan hampir saja muntah ke luar. 660 Go siau Bi yang menyaksikan kejadian itu segera mengerutkan dahinya, segulung angin pukulan berpusing dengan cepat dilontarkan kedepan Bagaikan sesosok setan gentayangan, ketua perkumpulan Thian che-kau itu membentuk gerakan setengah lingkaran diudara, kemudian sekali lagi dia lancarkan serangan maut kearah Han siong Kie. Menyaksikan kelihayannya, dia sama sekali tidak mengira kalau tenaga dalam yang dimiliki pihak lawan ternyata jauh lebih tinggi daripada apa yang dibayangkan semula, dengan cepat langkah kakinya bergeser ke samping, sementara tubuhnya berputar seratus delapan puluh derajat dengan sepenuh tenaga sepasang telapak tangannya didorong kedepan untuk membendung ancaman tersebut. "Blaam.." "kembali terjadi benturan keras yang amat memekakan telinga, sekali lagi Han Siong Kie tergetar mundur tiga langkah kebelakang. Bentakan nyaring menggeletar diangkasa Go Sian Bi menerjang datang dari samping gelanggang, dengan melontarkan sebuah pukulan yang sangat hebat dia serang ketua dari perkumpulan Thian che kau itu. Dengan cepat suatu pertarungan sengit yang jarang terjadi dikolong langitpun berlangsung ditempat itu, kedua belah pihak sama2 mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha merobohkan lawannya secepat mungkin. Namun kekuatan dari ketua perpumpulan Thian che kau itu memang luar biasa sekali meskipun Go Siau Bi harus bekerja sama degan Han Siong Kie. namun kekuatan gabungan merekapun hanya mampu menahan musuhnya dolam kedudukan seimbang. 661 Semua jago lihay perkumpulan Thian che kau yang hadir disekeliting gelanggang hanya bisa mengikuti jalannya pertarungan itu dengan mata terbelalak mulut melongo Hati mereka kebat kebit tak keruan sebab selama hidup belum pernah mereka saksikan pertarungan sengit yang begitu seru dan dahsyatnya. Puluhan gebrakan sudah lewat dengan cepat. akan tetapi kedua belah pihak masih tetap berada dalam keadaan seimbang, siapa pun tak mampu untuk merobohkan musuhnya, tapi kenyatan dengan jelas menunjukkan apabila pertarungan itu berlangsung dalam jarak waktu yang cukup

lama, maka akhirnya toh yang rugi adalah Han Siong Kie serta Go Siau Bi dua orang. Selama pertarungan berlangsung, tiada hentinya Han Siong Kie mengeluarkan ilmu jari Tong kim ci untuk mendesak musuhnya, tetapi gerak tubuh lawan ibaratnya sukma gentayangan saja. sebentar melayang kesana sebentar bergerak kemari sukar sekali untuk diikuti dengan cermat, hal ini membuat sianak muda itu tak berani melancarkan serangan secara gegabah sebab ia kuatir salah melukai Go Siau Bi. Jurus2 serangan yang dipergunakan kedua belah pihak sama2 merupakan jurus serangan yang paling ampuh dikolong langit. para jago yang bertenaga dalam agak rendah hampir boleh dibilang sama sekali tak mampu untuk mengikuti jalannya pertarungan itu dengan seksama. Serentetan bentakan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, Go siau Bi kena dihantam sampai tergetar mundur beberapa tombak kebelakang. "Blaamm. Blaamm. Blaamm." tiga benturan keras bergema saling susul menyusul, secara beruntun Han siong Kie telah saling beradu kekerasan sebanyak tiga kali dengan ketua perkumpulan Thian che kau. 662 Tiga bentrokan itu begitu lewat, dengan sempoyongan Han siong Kie tergetar mundur beberapa langkah kebelakang, tak kuasa lagi dia muntah darah segar. Go siau Bi membentak nyaring, melihat sianak muda itu terluka dengan cepat ia menubruk kemuka sambil melepaskan serangan dahsyat. "Blaaamm.." kembali benturan keras terjadi diudara, terjangan Go siau Bi berhasil digagalkan oleh lawan, malahan tubuhnya segera terlempar ke belakang.. Ketua perkumpulan Thian che kau menyeringai seram, sepasang telapaknya diayun secara beruntun menghajar tubuh Han siong Kie yang telah terluka... Merasakan datangnya ancaman maut, Han siong Kie cepat menyingkir kesamping untuk menghindar, kemudian dengan mengembangkan ilmu pukulan Mo mo ciang hoat dalam gerak bertahan, ia kunci seluruh bagian tubuhnya dari ancaman lawan-. Ketua perkumpulan Thian che kau tertawa seram. "Heehhh.. heehh...heehhh.. Manusia bermuka dingin, hari ini jiwamu harus melayang tinggalkan raga" Pukulan hawa dingin dan pukulan hawa panas dengan suatu gerak menggunting segera meluncur kedepan menghancurkan tubuh musuh. Han siong Kie amat terperanjat, tergencet oleh dua macam angin pukulan yang berbeda unsur itu, jurus serangannya segera terbendung dan rasanya tak mampu dikembangkan lagi, disaat ia agak tertegun itulah sebuah pukulan musuh berhasil menerjang jalan darah tiong tong hiat di atas

dadanya. Pemuda itu amat terperanjat dan merasakan sukmanya merasa melayang tinggalkan raganya, secara otomatis telapak tangan kirinya menyanggah pukulan itu, kemudian jari tengah dan telunjuk tangan kanannya Menyentil kemuka... 663 Dua gulung desiran angin serangan yang amat tajam segera meluncur kedepan dan menyerang tubuh musuh. "Blaaammm ....l" bentrokan nyaring bergema diangkasa diikuti terdenganya dengus kesakitanHan siong Kie merasakan telapak kirinya sakit sekali bagaikan tulangnya telah patah, untung dia menyanggah pukulan musuh tepat pada saatnya sehingga jalan darah tiong tong hiat diatas dadanya tidak terhajar telak. Kendatipun begitu, hawa tekanan yang maha dahsyat sempat menghantam pula dadanya keras2, sehingga membuat darah panas dalam rongga dadanya bergolak keras, hampir saja ia roboh tak sadarkan diri ke atas tanah. Dada ketua perkumpulan Thian-che kau tak luput pula dari serangan balasan sianak muda itu, darah segar nampak memancur keluar dari mulut luka, sentilan jari Tong kim ci yang dilepaskan Han siong Kie disaat yang terakhir cukup membuat jago tua itu menderita luka yang amat parah. Pada saat yang bersamaan itulah Go siau Bi menerjang maju kedepan, sebuah pukulan yang dahsyat dilontarkan kearah ketua perkumpulan Thian che kau. "Blaaamm ." jerit kesakitan kembali berkumandang memecahkan kesunyian, tubuh Go siau Bi terlempar sejauh beberapa tombak dari tempat semula dan tak sanggup bangkit kembali. Ketua perkumpulan Thian che kau sendiri pun tak kuasa menahan diri, dengan sempoyongan dia mundur beberapa langkah ke belakang, ia berusaha untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, tapi ia akhirnya roboh juga keatas tanah. Bentakan nyaring berkumandang saling susul menyusul, belasan orang jago lihay perkumpulan Thian che kau ber 664 sama2 maju kedepan dan menerjang musuh2 mereka yang telah terluka. Han siong Kie bertindak cekatan, ia tak ingin mati konyol ditangan musuh2nya, dengan sigap ia sambar tubuh Go siau Bi kemudian membawanya kabur keluar lembah. "Perintahkan semua pos untuk menutup segenap jalan keluar dari lembah ini" hardik ketua perkumpulan Thian che kau dengan suara nyaring. Cahaya api berwarna merah segara meluncur keudara dan meledak diangkasa, bunga api memancar keempat penjuru. . .

Ledakan bunga api itu merupakan tanda khusus dari perkumpulan Thian che kau untuk memberitahukan kepada segenap anggota perkumpulan agar bersiap sedia menghadapi serangan musuh. semua jago lihay perkumpulan Thian che kau yang hadir dalam gelanggangpun tidak ambil diam, mereka semua segera memencarkan diri menuju kearah mulut2 lembah yang terletak dipelbagai tempat. Dalam pada itu, Han siong Kie yang mengempit tubuh Go siau Bi dengan mengerahkan ilmu gerak tubuh Kilatan cahaya lintasan bayangan meluncur kearah luar lembah. Baru saja dia melampaui tiga buah lorong sempit yang banyak terdapat dalam lembah itu, tiba2 dari arah depan berkumandang suaara pekikan nyaring disusul angin tajam berdesiran diangkasa, anak panah yang be-ribu2 batang banyaknya dipanahkan kearah tubuhnya dari pelbagai penjuru yang berbeda. serangan gencar itu menghentikan gerak tubuhnya, Han siong Kie segera memperketat kempitannya atas tubuh Go siau Bi, sementara telapak tangan kanannya melancarkan angin pukulan yang berlapis2 untuk menyapu bersih hujan anak panah yang diarahkan kepadanya. 665 Dalam waktu singkat, seluruh permukaan tanah disekeliling tempat itu sudah berserakan anak panah setebal beberapa depa. Kendatipun begitu, hujan anak panah masih tidak menunjukkan tanda akan berhenti malahan kian lama kian bertambah gencar membuat setiap ruang kosong yang ada disekitar sana selalu dipenuhi oleh desiran angin tajam. Han Siong Kie menguatirkan keselamatan dari Go siau Bi, disamping itu harus pula mempertahankan diri sendiri, tentu saja kian lama pemuda itu kian merasa bertambah payah. -000dewi000BAB 37 PEMUDA itu sadar, apabila hujan anak panah masih berlangsung terus dalam keadaan begini, kendatipun sapuan2 nya berhasil membuyarkan ancaman yang datang, namun lama kelamaan dia pasti akan kehabisan tenaga dan akhirnya tak mampu mempertahankan diri. Kedua belah sisi mulut lembah merupakan dinding tebing yang curam dan membumbung tinggi ke angkasa. kemungkinan besar diatas tebing itupun sudah disiapkan orang, untuk menerjang keluar dari tempat itu jelas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Han Siong Kie yang terjebak kedalam barisan anak panah, bukan saja tak mampu melanjutkan perjalanannya bahkan telapak tangannya sama sekali tak dapat berhenti, setengah perminuman teh kemudian seluruh jidatnya sudah basah oleh

air keringat. sejak menderita luka sampai saat itu, belum ada sekejap waktupun baginya untuk atur pernapasan, apalagi menyembuhkan lukanya, karena itulah tenaga murni yang di milikinya makin lama makin bertambah lemah.. 666 situasi kian lama kian bertambah tegang dan kritis, bunga api bertebaran diangkasa, hujan anak panah kini telah berubah jadi bunga api. Han siong Kie semakin terperanjat lagi, sukmanya terasa bagaikan melayang tinggalkan raganya, diam2 ia berbisik didalam hati: "Aduuuh celaka, anak panah berapi" Ditengah gulungan angin pukulan yang menderu-deru, untuk sesaat anak panah berapi itu tak mampu mendekati tubuhnya, tapi telah membakar tumpukan panah yang berserakan d iempat penjuru, sebentar kemudian kobaran api telah bermunculan dimana-mana, disekitar tempat itupun berubah jadi lautan api. Melihat gelagat kurang menguntungkan Han Siong Kie sebera menghimpun sisa tenaganya yang dimilikinya dan dilontarkan ke arah depan, kemudian badannya meluncur kearah daerah yang tak terjangkau oleh kobaran api, dalam beberapa kali lompatan saja dia sudah berkelebat masuk kedalam sebuah lorong lain. setelah berada dalam lorong itu, hujan anak panahpun segera berhenti. secara beruntun Han siong Kie memasuki beberapa buah lorong lainnya, cahaya api diarah belakang sudah tak kelihatan lagi. Ia menghembuskan napas dalam2, Go siau Bi yang berada dalam kenpitannya dibaringkan keatas tanah, keadaannya pada waktu itu benar2 mengenaskan sekali. Lian huan tau terletak disuatu daerah yang terlindung oleh bahayanya keadaan medan, bukan saja lorong dalam lembah mempunyai cabang yang berjumlah diatas ratusan, apalagi setelah dibangun pula oleh manusia pandai, keadaan ditempat itu jauh lebib berbahaya lagi, salah2 seorang yang terjebak di situ bisa mati konyol dengan sendirinya. 667 Meskipun sebelum masuk kedalam lembah orang yang kehilangan sukma telah menghadiahkan selembar peta lembah kepadanya, dan pemuda itu sudah paham dengan peta itu, tetapi untuk meneliti letaknya pada waktu itu serta mencari jalan keluar, dia masih butuhkan peta tersebut untuk menelitinya lebih jauh. Tentu saja dalam keadaan seperti itu, Han Siong Kie tidak sampai berpikir sampai kesitu, tugasnya yang pertama sekarang adalah menyembuhkan luka yang diderita oleh Go

siau Bi. Dia sendiripun pada saat itu membutuhkan waktu untuk bersemedi dan atur pernapasan sebab kekuatannya sudah hampir punah sama sekali karena lelahnya. Ia sadar, andaikata sergapan muncul kembali dalam keadaan seperti ini, akibatnya niscaya sukar dilukiskan dengan kata2. Dalam pada itu, Go siau Bi telah sadar kembali dari pingsannya, melihat itu Han siong Kie sangat kegirangan, buru2 tegurnya: "Nona, bagaimana dengan keadaan lukamu." sebenarnya sejak tadi Go siau Bi telah mendusin dari pingsannya, tapi berhubung ia hendak merasakan kehangatan tubuh sang pemuda lebih lama lagi maka ia pura2 pingsan, ketika Han Siong Kie sedang menghadapi serangan panah tadi, diam2 ia telah menelan tiga butir pil mujarab untuk menyembuhkan lukanya. Kakeknya Put to sianseng adalah seorang tokoh silat yang amat lihay, tentu saja obat mujarab yang dibuat olehnya sangat manjur sekali, tidak selang seperminum teh kemudian kekuatan tubuhnya telah pulih kembali seperti sedia kala. Tentu saja sampai mimpipun Han Siong Kie tidak menduga akan kecerdikan dara ayu itu, dan lagi diapun segan untuk memikirkan persoalan titik bengek yang tak ada gunanya itu. 668 Ketika mendapat pertanyaan, itu, Go siau Bi segera bangkit berdiri dan menjawab sambil tertawa rawan: "Aku sudah tidak apa2 lagi, bagaimana dengan Han sauhiap sendiri?" "Aku...aku juga tidak apa2" "oooh... aku membawa obat mujarab pemberian kakekku, bagaimana kalau Han sauhiap menelan dua butir untuk membantu dirimu dalam usaha menyembuhkan kembali luka yang diderita?" Tanpa menanti jawaban, dia ambil keluar dua butir pil sebesar kacang kedelai yang berwarna hijau dan diserahkan kepada pemuda itu. sebenarnya Han siong Kie segan untuk menerimanya, tapi setelah teringat bahwa saat ini mereka masih ada dimulut harimau, memulihkan kembali tenaga murninya merupakan usaha yang terpenting, maka dengan perasaan terpaksa ia terima obat itu dan dimasukan kedalam mulutnya. "Nona Go, kuucapkan banyak terima kasih atas pemberian itu" bisiknya. Go siau Bi mengernyitkan alis matanya. "Han sauhiap, dengan pertaruhkan jiwa engkau telah menolong siau moay dari ancaman jiwa, masa hanya memberi obat saja engkau harus berterima kasih kepadaku?" obat dari Put to tianseng itu memang sangat manjur sekali, setelah berada dalam perut, segulung hawa panas yang kuat segera muncul ditengah pusarnya.

Tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie dewasa ini boleh dibilang sudah mencapai puncak kesempurnaan, baginya bersemedi tidak melulu harus duduk. tapi berdiripun ia dapat menghimpun tenaga sambil bersemedi, dengan cepat daya kerja obat itu disalurkan kedalam peredaran darah dan bergabung dengan kekuatan hawa murni yang dimilikinya. 669 Dengan mulut membungkam Go siau Bi awasi kekasih hatinya ini, ia berdiri tak bergerak sementara paras mukanya berubah rubah tiada menentu. Beberapa saat kemudian, tenaga yang dimiliki Han siong Kie telah pulih kembali seperti sedia kala, rasa sakit lenyap tak berbekas, ia segera buka mata dan memandang kearah dara ayu itu dtngan pandangan keheranan: "Nona Go, kenapa kakekmu mengijinkan nona untuk menempuh mara bahaya seorang diri?" "Dendam terbunuhnya ayah bundaku tak terkirakan dalamnya, aku sebagai putrinya mempunyai kewajiban untuk menuntut balas bagi mereka." seru Go siau Bi dengan gemas. "Tapi.. andaikata kakekmu pun datang kemari.." "Kakekku sudah cuci tangan mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan, karena urusan mendiang ayahku, beliau susah payah telah terjun kembali kedunia persilatan, pemberian yang diberi kakek selama setengah bulan kepada siau moay sudah lebih dari cukup bagiku untuk balas dendam dengan kekuatan sendiri" "Dan sekarang kupu warna warni Li In Hiang toh sudah menemui ajalnya ditangan mu ....?" "Benar tapi biang keladinya toh ketua perkumpulan Thian che kau itu" Han siong Kie menghela napas panjang. "Aaaiii aku sama sekali tak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki ketua perkumpulan Thian che kau sedemikian tingginya, aku jadi teringat dengan kaum persilatan yang mengatakan, diluar langit ada langit diatas manusia pandai masih ada manusia yang lebih pandai, perkataan itu sedikitpun tak salah" Go siau Bi mengerutkan dahinya, sambil menggigit bibir dia berkata: "suatu ketika aku akan datang kembali kesini" setelah 670 berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh: "oooh maksud kedatangan Han sauhiap kemari adalah..." "Aku mendapat peringatan dari orang yang kehilangan sukma cianpwee, yang mengatakan nona berada dalam bahaya, aku sengaja datang kemari untuk membantu nona" "oooh manusia macam apa sih orang yang kehilangan sukma itu?" tanya Go siau Bi setelah berseru tertahan"Tentang soal ini aku sendiripun kurang jelas, pokoknya dia adalah seorang cianpwee yang sangat misterius dari dunia

persilatan-Selain itu, eh mm. Aku..." "siapa lagi??" "Istri Han sauhiap" "Aku belum pernah menikah" "Nona Tonghong Hui yang menyebut diri sebagai Istri yang ditinggalkan??" sambung Go siau Bi dengan cepat. Bagaikan disengat lebah, sekujur badan Han siong Kie bergetar keras, dengan sedih ia berbisik, "Dia telah pergi??" "Kenapa pergi?" "Nona, aku harap engkau jangan mengungkat kembali persoalan itu. bersedia bukan?" "Engkau merasa sedih hati?" "Nona, dewasa ini kita masih berada di mulut harimau, aku harap engkau jangan menyinggung persoalan lain" Paras muka Go siau Bi berubah jadi agak sedih, tapi sebentar kemudian ia berseru: "Han sauhiap, lebib baik kita terjang saja keluar" "Terjang keluar?" tiba2 serentetan suara teguran yang amat seram bergema memecahkan kesunyian "hmmm... h 671 mm... selamanya belum pernah ada orang yang sanggup keluar dari lembah lian huan tau dalam keadaan hidup" Han Siong Kie maupun Go siau Bi smat terperanjat, dengan sorot mata yang amat tajam mereka menyapu sekejap sekeliling tempat itu, namun tiada sesosok bayanganmanusiapun yang ada disitu. Dengan cepat Han Siong Kie ambil keluar peta lembah itu dari dalam sakunya, setelah diteliti beberapa saat serunya: "Nona Go, mari ikut aku" Dia enjotkan badan dan meluncur kearah mulut lembah yang ada disebelah kiri. "Manusia muka dingin, seluruh lorong dalam lembah sudah tersumbat, sekalipun punya sayap- engkau tak akan bisa terbang ke luar dari tempat ini" suara menyeramkan tadi berkumandang kembali. Gerak tubuh dari Han Siong Kie barusan tidak lebih hanya siasat untuk memancing musuh belaka, begitu pihak lawan berbicara diapun segera mengetahui tempat persembunyian orang itu, berada ditengah udara badannya berputar seratus delapan puluh derajat, dengan ujung kakinya menutul permukaan dinding lembah, sekali lagi dia melayang sepuluh tombak keatas. Sinar matanya yang tajam dengan cepat berhasil menemukan sebuah lubang kecil di atas dinding tersebut. Tubuhnya segera berputar bagaikan burung walet kembali kesana, dia meluncur kearah lubang gua diatas dinding tersebut. "Weesss. " segulung angin pukulan yang maha dahsyat meluncur keluar dari mulut gua itu dan langsung menghantam

Han siong Kie yang masih berada diudara. Dalam posisi berada diudara, sulit bagi Han siong Kie untuk melancarkan serangan balasan, dia segera berjumpalitan dan 672 bergerak membentuk setengah lingkaran busur, kemudian untuk kedua kalinya menerjang kearah gua itu. Kali ini dia telah bersiap sedia, sepasang telapaknya diluruskan kedepan, ber-puluh2 buah sentilan jari yang amat gencar dipancarkan kearah dalam gua itu. segulung angin pukulan yang amat dahsyat kembali meluncur keluar dari dalam gua, disusul berkumandangnya serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati. Han Siong Kie tidak dapat bertahan terlalu lama diudara, tubuhnya meluncur kembali keatas tanah, sementara orang yang menyerang dari dalam guapun berhasil dilukai di ujung nya. Pada saat Han siong Kie melayang kembali keatas tanah itulah, tiba2 dari kejauhan berkumardang suara ledakan dahsyat yang amat memekikan telinga. "oooh...air bah" jerit Go siau Bi dengan terperanjat. Gulungan ombak setinggi puluhan tombak menggulung datang dari arah kejauhan, dengan dahsyat dan cepatnya menggenangi seluruh lorong lembah tersebut. satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Han siong Kie, buru2 serunya: "Nona Go, ayoh cepat naik keatas dinding karang" la segera enjotkan badan dan melayang ke arah lubang gua yang baru saja ditemukan itu. Go siau Bi dengan erat menyusul dari belakang, dalam sekejap mata mereka sudah berada dalam gua tersebut. Dalam pada itu air bah datangnya amat cepat, sebentar kemudian seluruh lorong didalam lembah itu sudah digenangi oleh air bah setinggi beberapa tombak. Menyaksikan keganasan air bah tersebut tanpa sadar peluh dingin membasahi tubuh mereka berdua, andaikata gua diatas dinding itu tidak berhasil ditemukan tepat pada saatnya, 673 niscaya mereka sudah mati tenggelam tergenang oleh air bah tersebut. Lubang gua itu tidak terlalu besar dan hanya bisa dilalui oleh dua orang secara berjejer, kurang lebih lima depa dari mulut gua roboh terkapar sesosok mayat yang bermandikan darah segar. Rupanya orang itulah yang menegur dam melancarkan serangan kearah Han Siong Kie. Dengan sorot mata yang tajam Han Siong Kie awasi gua tersebut, ia lihat gua itu menjorok jauh kedalam, setelah berpikir sebentar dengan cepat ia memahami apa sebabnya ia

bisa terkurung dalam barisan hujan panah tanpa kelihatan seorang pemanahpun, rupanya dibalik dinding tebing merupakan ruang kosong yang digunakan para penjaga untuk meronda.. diam2 ia mengagumi juga akan kehebatan bangunan disana. "Nona Go" ujarnya kemudian." bagaimana kalau kita ikuti lorong dalam gua ini untuk mencari jalan keluar?" "Baik " sahut sang gadis sambil mengangguk. Maka berangkatlah kedua orang itu menelusurijalan gua itu, Han Siong Kie berjalan didepan sedang Go siau Bi mengikuti dibelakang, meskipun gua itu amat gelap namun dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki dua orang itu, mereka dapat melihat ditengah kegelapan bagaikan melihat di tempat terang. Tidak jauh mereka memasuki gua itu, tiba2 dari arah depan berkumandang suara langkah kaki manusia yang kian lama kian mendekat... Dengan cekatan sepasang muda mudi itu menempel tubuhnya diatas dinding gua.. suara langkah manusia kian lama kian mendekat, enam sosok bayangan manusia muncul dengan langkah ter-gesa2, 674 orang yang berjalan dipaling depan membawa sebuah obor dalam gengamannya . Han siong Kie segera ayun telapaknya ke depan, segulung angin kencang berhembus ke depan memadamkan api itu enam orang kawanan jago itu segera berseru kaget. Han siong Kie tak mau membuang waktu dengan percuma, mereka segera menerjang kedepan sambil menyebar maut Duukl duukl beberapa orang itu segera menggeletak mati tertotok jalan darah kematiannya. Dua orang itu melanjutkan kembali perjalanannya, setelah berbelok kesana kemari akhirnya cahaya terang memancar dari arah depansebuah lobang kecil muncul disisi lorong sementara lorong tersebut masih memanjang jauh kedalam, sesosok bayangan manusia berdiri bersandar didekat mulut gua. sentilan maut dari Han slong Kie kembali bekerja, orang itu menjerit kesakitan dan segera putus nyawa. "Han sauhiap" bisik Go siau Bi dengan lirih, " rupanya gua ini masih menjorok jauh kedalam sana, apakah kita Makin masuk semakin berada didalam lembah?" Han siong Kie mengangguk. ia melongok keluar dari mulut gua itu, tampaklah seluruh lorong dalam lembah masih tergenang oleh air bah, sementara pada dinding tebing sebelah depan terdapat pula sebuah mulut gua, seorang manusia berjaga-jaga dibalik gua itu. Pemuda itu termenung dan berpikir sebentar kemudian berkata: "Nona Go, Mari kita menyeberangi lembah ini menuju

kemulut gua sebelah depan, apabila dugaanku tidak salah kemungkinan besar didalam dinding tebing yang melingkari lembah lian huan-tau ini terdapat liang-liang gua tempat berhubungan, kita manfaatkan saja lorong tersebut untuk keluar dari lembah ini" 675 Go siau Bi sangat mengagumi kecekatan dan kecerdikan sianak muda itu, dia segera mengangguk. "Baik, kita laksanakan saja seperti apa yang kau katakan" Jarak antara dinding tebing yang satu dengan dinding tebing yang lain kurang lebih lima tombak panjangnya. Han siong Kie berpaling dan bisiknya kepada gadis itu: "Nona Go, kita harus bertindak cepat" Begitu selesai berbicara, tubuhnya laksana sambaran petir cepatnya telah meluncur kearah lubang gua sebelah depan. Penjaga didalam gua itu hanya merasakan pandangan matanya jadi kabur, sebelum ingatan kedua berkelebat dalam benaknya, dia sudah mati tertotok. secepat kilat Go siau Bi menyusul dari belakang. Apa yang diduga Han siong Kie ternyata tidak meleset, dinding lembah itu ternyata kosong, puncak berhadapan dengan puncak. itu berarti mulut gua berhadapan dengan mulut gua, setiap beberapa langkah terdapat sebuah lubang kecil, kalau mengintip dari situ maka semua kejadian yarg sedang berlangsung dalam lorong lembah dapat terlihat dengan jelas. Kedua orang muda mudi itu merupakan jago persilatan yang berilmu tinggi, sepanjang jalan menemui gua lorong dalam perut bukit, mereka tidak menjumpai kesulitan, apalagi Han song Kie membawa peta petunjuk tentang keadaan dalam lembah tersebut, semua penjaga dan serangan yang sudah diatur musuh bisa dihindari dengan gampang dan sederhana. secara beruntun mereka tembusi beberapa buah lubang gua, akhirnya lembab lorong di bawah sana sudah tak tergenang oleh air lagi, ini menunjukkan bahwa air bah itu hanya khusus dilepaskan untuk menggenangi beberapa buah lorong jalan belaka. 676 Beberapa saat kemudian sampailah kedua orang itu pada jalan yang sebenarnya dibagian atas. sementara lorong lembah kian lama kian bertambah lebar. Mendadak.. suitan nyaring berpekik saling bersahutan, tampaknya jejak Han siong Kie dan Go siau Bi ketahuan lagi oleh pihak musuh. Dalam pada itu dihadapan mereka terbentang sebuah simpang pertemuan dari beberapa buah cabang jalan, ditengahnya merupakan sebuah tanah kosong seluas beberapa hektar, bagi mereka berdua kecuali meloncat turun

kelorong bawah dan menerobos ke luar, rasanya tiada jalan lain yang bisa di tempuh lagi. Han siong Kie mengerutkan dahinya, dengan suara berat ia berkata: "Tampaknya tiada jalan lain bagi kita kecuali turun kebawah, ayoh kita loncat turun" Dua sosok bayangan manusia bagaikan sambaran kilat cepatnya segera melayang turun ketengah gelanggang luas. Baru saja kaki kedua orang itu menempel diatas permukaan tanah, disertai suara ledakan dahsyat dari mulut lembah diempat penjuru memancarlah kabut putih yang amat tebal, lambat laun kabut itu semakin tebal hingga menyelimuti disekitar tempat itu. Go siau Bi amat terperanjat menyaksikan kehebatan dari kabut putih itu, ia lantas berseru: "Han sauhiap. apa yang terjadi?" Han siong Kie menggeleng dengan kebingungan. " Entahlah, aku sendiripun tak tahu, perduli amat, ayoh kita terjang keluar dari sini" 677 Baru saja ia selesai berbicara, dari tengah lembah meluncur masuk sesosok bayangan manusia, orang itu seakan2 sukma gentayangan yang muncul dari balik kabut putih, setelah makin mendekat barulah kelihatan bahwa orang itu adalah seorang kakek tua aneh berjubah hitam yang bermuka pucat seperti mayat dan bertubuh kaku seperti mayat hidup, "Aaah..? kenapa makhluk tua beracun inipun sudah menggabungkan diri dengan pihak Thian- che- kau?" seru Han siong Kie tanpa terasa. Go siau Bie tertegun. "Makhluk tua beracun? siapakah dia?" "Tok kun, Dewa racun Yu Hoa" "Aaah rupanya dia.. waaduh, kalau makhluk tua beracun itupun sudah muncul disini, urusan bisa bertambah berabe ... bagaimana sekarang baiknya??" Dalam waktu singkat kabut putih yang menyebar disekitar mulut lembah sudah menyelimuti angkasa, kian lama kabut itu kian menebal sehingga pemandangan yang terbentang disekeliling tempat itupun bertambah buram, hingga susah melihat kesdaan di depanDewa racun Yu Hoat berdiri tegak kurang lebih lima tombak dihadapan muda mudi itu, dia menyeringai dan tertawa seram tiada hentinya. "Heeeh heehh heeh Manusia berwajah dingin, Lebih baik menyerah saja Ketahuilah engkau serta bocah perempuan itu sudah menjadi katak dalam tempurung, tak mungkin dapat kabur lagi." Ia berhenti sebentar, lalu sambil menuding kesekeliling tubuhnya ia menambahkan"Kabut harum pembusuk tulang telah tersebar menyelimuti

seluruh lembah, sekalipun malaikat yang turun dari kahyangan jangan mimpi bisa lolos dari cengkeramanku Heeeh heeeh... heeeh daripada mampus secara konyol lebib baik menyerah 678 saja tanpa melawan, ketahuilah barang siapa terkena racun itu maka tubuhnya akan meleleh jadi segumpal air busuk ..tahukah kalian, betapa menyeramkan dan mengerikannya keadaan itu" "Makhluk tua beracun, jangan tekebur lebih dulu, lihatlah Nonamu segera akan cabut lebih dulu selembar jiwa anjingmu" bentak Go siau Bi dengan marah.. Ia melejit dan menerjang kedepan, telapak tangannya diayun melancarkan pukulan berantai yang maha dahsyat. "Nona tunggu sebentar" tiba2 Han siong Kie berseru sambil menghadang jalan perginya. "Ada apa? Kenapa kau halangi jalan pergiku??" "Nona, kau musti tahu, hakekatnya seluruh tubuh makhluk tua beracun ini adalah bisa yang mematikan, jangan sekali-kali tanganmu sampai menempel ditubuhnya, bisa jadi engkau sendiri yang celaka" " Kalau tidak dilawan, memangnya kita benar-benar harus menyerah kalah dan bertekuk lutut kepada mereka??" "Tentu saja tidak begitu, seorang pendekar sejati pantang menyarah kepada siapapun, biar akulah yang hadapi makhluk tua yang sangat berbahaya ini" "Masa engkau punya kepandaian khusus yang dapat digunakan untuk melawan kedahsyatan bisanya?" "Tentu saja aku tak punya, tapi yang pasti aku sudah pernah bergebrak melawan dia, maka sedikit banyak aku mempunyai pengalaman dalam menghadapi dirinya" sewaktu terjadi pertarungan perebutan pusaka tempo hari, Han siong Kie pernah terhajar oleh pukulan berbisa dari Dewa racun Yu Hoat, tapi kenyataan membuktikan bahwa dia sama sekali tidak merasakan gejala keracunan, sejak itu Eh pemuda kita jadi sadar bahwa tubuhnya mempunyai daya kekuatan 679 untuk melawan racun, dan kekuatan itu diperolehnya berkat sumber air mukjijat bawah tanah yang pernah mencuci otot mengganti tulangnya. Walaupun begitu, Han siong Kie tak berani sembarangan mencoba, karena resikonya terlalu besar lain keadaannya pada saat itu, sekarang jiwanya sedang terancam bahaya, mau tak mau dia harus menempuh bahaya untuk mencoba khasiat kekuatannya itu. Demiklanlah, selesai bicara diapun enjotkan badan dan melayang sejauh dua tombak kedepan, sebuah pukulan yang maha dahsyat seketika dilepaskan kearah depan. Dewa racun Yu Hoa tertawa dingin, dengan gesit ia

mengigos kesamping menghindarkan diri dari pukulan mematikan itu menyusul sepasang telapaknya diayun kemuka melepaskan belasan pukulan berantai. Han siong Kie tidak gentar karena ia sudah punya keyakinan yang teguh, seluruh peredaran darahnya ditutup dan napasnya dihentikan, sepasang telapaknya tiba tiba ditarik kemudian dilepaskan kembali kedepan semua gerakan itu dilakukan secepat kilat, dan tepat sekali menyambut datangnya serangan lawan. "Blaammm..." benturan keras menimbulkan suara pekikan yang amat dahsyat, seketika itu juga Dewa racun Yu Hoa terdorong mundur sejauh tiga langkah. Han siong Kie sendiri merasakan pula sekujur tubuhnya kaku agak gatal, tatkala angin pukulan lawan menyentuh tubuhnya, tapi ia sama sekali tidak pikirkan persoalan itu didalam hati, sambil putar badan ia menerjang lagi kedepan, tangan kanannya di putar dan melepaskan satu pukulan dengan jurus Mo ciang liong atau telapak iblis tundukkan naga, sementara jari tangan kirinya bagaikan sebuah tombak melepaskan totokan Tong kim ci yang mematikan itu. 680 Dua macam ilmu silat ampuh dilancarkan secara berbareng, jarang ada orang yang bisa berbuat demikian... Rupanya Dewa racun Yu Hoa tahu kehebatan orang, hatinya kontan tercekat dan bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri, cepat2 dia menyingkir kesamping dan kabur kebelakang. Meskipun gerakan menghindar ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, sayang dia masih kalah setingkat kalau dibandingkan Han siong Kie. Demikianlah, kendatipun serangan angin jari Tong kim-ci yang dahsyat berhasil dihindari,akan tetapi pukulan ditangan kanannya susah dielakkan lagi, lengan kanannya terasa sakit dan tahu2 sudah dicengkeram musuh. Han siong Kie sendiri segera merasakan jari dan telapaknya panas serta sakitnya luar biasa ketika tangannya menyentuh pergelangan musuh, se olah2 dia sedang mencengkeram sebuah besi yang sedang membara panas, tanpa sadar Cekalannya jadi mengendor. Ditengah dengusan tertahan, tubuh Dewa racun Yu Hoa mencelat kebelakang.. dan Duuk badannya mencium tanah tiga tombak dari tempat kejadian. Dengan hati tercekat buru2 Han siong Kie periksa pula telapak tangan sendiri, ketika ditemuinya sama sekali tak terluka, dia pun menghembuskan napas lega. "Makhluk tua beracun, sebelum pergi tinggalkan dulu jiwa anjingmu itu.." mendadak bentakan nyaring menggema diudara. Ditengeh bentakan, ibaratnya anak panah yang terlepas

dari busurnya Go siau Bie meluncur kedepan dan menerjang Dewa racun Yu Hoa yang sudah terluka itu. Han siong Kie amat terperanjat, pikirnya dihati: "Aduh celaka.." 681 Usaha mencegah sudah tak mungkin lagi dengan suara tertahan dia lantas menjerit: "Nona, jangan bertindak gegabah" Baru saja jeritan itu menggema diangkasa Go siau Bie telah tiba dihadapan sasarannya dan langsung melepaskan satu pukulan ketubuh Dewa racun tersebut. "Duuuk Blaamm " dengusan tertahan mengiringi jerit kesakitan yang amat nyaring, tahu2 Go siau Bi sudah mencelat kebelakang dan terkapar diatas tanah. sementara Dewa racun Yu Hoa sendiri buru-buru kabur kedalam kabut putih yang tebal dan melarikan diri. Han siong Kie sangat terperanjat, dia sudah sadar bahwa keadaan bakal runyam, secepat kilat ia maju kedepan dan membopong tubuh Go siau Bi, terlihatlah gadis itu pejamkan matanya rapat2, air mukanya pucat pias bagaikan mayat, telapak tangan sebelah kanannya yang putih bersih bagaikan kumala kini sudah berubah jadi sembab merah. Dari tanda yang terlihat didepan mata jelaslah sudah menunjukkan kalau gadis itu keracunan hebat. Untuk beberapa saat lamanya sianak muda itu jadi gelagapan sendiri, ia totok beberapa buah jalan darah diatas tubuhnya agar racun tak sampai menyerang kehati, kemudian menguruti jalan darah penting ditubuh nona tersebut. Keadaan menjadi serba runyam, andai kata Go siau Bi mati karena peristiwa ini, bagai manakah tanggung jawabnya kepada orang yang kehilangan sukma serta Put lo sianseng? tanpa sadar ia bersin beberapa kali dengan hati tercekat. Suara lengking yang tinggi dan tajam tiba-tiba berkumandang diangkasa, suaranya keras membelah angkasa membuat suasana yang amat sepi terasa bertambah seram. Dengan kaget dan terkesiap Han soing Kie menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ia lihat kabut harum pembusuk 682 tulang telah menyelimuti seluruh mulut lembah, ketika terhembus angin gunung maka kabut itu kian lama bergerak makin ketengah gelanggang. Han siong Kie benar2 terjepit posisinya, sukma merasa melayang tinggaikan raganya, ia mengerti bahwa apa yang diucapkan Dewa racun Yu Hua bukan gertak sambal belaka, jikalau kabut racun itu sampai menempel dibadan, niscaya tubuh manusia akan melumer jadi gumpalan darah kental yang busuk. baginya hal tersebut bukan terhitung suatu ancaman serius, tapi berbeda dengan Go siau Bi,

kemungkinan besar dia akan keracunan hebat dan akhirnya mati secara mengenaskan. sementara itu kabut racun yang dilepaskan dari empat penjuru sudah mulai menggumpal jadi satu membentuk rintangan kuat yang menutup seluruh angkasa gelanggang tadi, luas lingkungan gerak Han siong Kie berdua lambat laun bertambah menyempit, tanah kosong seluas beberapa hektarpun tinggal setengah hektar saja.. Bukan begitu saja, kabut racun itu bahkan makin menyempit, hingga ruang gerakpun makin mengecil. Han siong Kie kalang kabut sendiri, sambil membopong Go siau Bi yang tak sadarkan diri, dia hanya bisa berdiri melongo, hingga beberapa saat lamanya pemuda itu tak tahu apa yang musti dilakukan. Bayangan maut dan kematian mulai berkecamuk dalam benaknya. Ditengah suasana yang makin gawat dan makin kritis itulah, tiba2 suara dari Dewa racu Yu Hua berkumandang dari balik kabut tebal yang menyelimuti sekeliling tempat itu. "Manusia berwajah dingin, jika kau masih ingin hidup, letakkan bocah perempuan itu keatas tanah dan segera bergeraklah sepuluh tombak kearah Timur" Mendengar 683 perkataan itu Han siong Kie merasa sangat gusar, dia segera membentak: "Yu Hua, ingat baik2 perkataanku hari ini, suatu ketika kalau kita berjumpa kembali maka aku manusia berwajah dingin akan mencincang tubuhmu berkeping-keping kemudian kepingan badanmu akan kumakankan anjing" "Haahhh...haahhh...haahhh. . . tapi sayang ucapanmu itu cuma suatu khayalan, selama hidup tak mungkin dapat kau lakukan, sebab sekarang juga nyawamu bakal musnah. heehh heehh heehh... tunggu saja sampai penitisan yang akan datang" " "Makhluk tua berbisa, manusia pengecut Engkau berani untuk tampilkan diri?" tantang Han siong Kie sangat murka. "Manusia bermuka dingin, waktu yang tersedia bagimu sudah tak banyak lagi, kalau engkau tak ingin melihat badanmu hancur menjadi darah kental, cepatlah lakukan apa yang telah kuperintahkann ketahuilah kecantikan wajah gads itu ibaratnya bidadari yang turun dari kahyangan, sayang bukan kalau dibiarkan dia mati secara mengenaskan" "Makhluk tua sialan, andaikata dia sampai ketimpa kemalangan, aku bersumpah akan mencuci perkumpulan Thian che kau dengan darah manusia, semua anggotanya akan kubasmi sampal anjing dan ayampun akan kujagal semua" . "Tak usah menggonggong seperti anjing budukan.. percuma mengigau dalam keadaan kepepet ini, tahukah

engkau bahwa kesempatanmu untuk berbuat demikian sudah musnah sama sekali?". dalam pada itu lingkaran kepung kabut racun sudah makin menyusut kecil, luasnya cuma tinggal sepuluh tombak belaka. 684 Apakah mereka akan tetap hidup segar? ataukah bakal mati mengenaskan menjadi gumpalan darah? semuanya hanya tergantung dalam detik2 terakhir. -000dewi000BAB 38 SEKALI lagi Dewa racun Yu Hoa berseru dengan suara yang menggidikkan: "Manusia berwajah dingin, bagaimana dengan keputusanmu? Mati atau hidup hanya tergantung pada pikiranmu sekarang. Cepat letakkan bocah perempuan itu keatas tanah dan berjalanlah sepuluh tombak kesebelah timur." Pelbagai ingatan dengan cepat berkecamuk dalam benak Han siong Kie, ia yakin bagi dirinya pribadi kabut racun itu tak akan berpengaruh banyak. tapi bagi Go siau Bi jelas merupakan suatu ancaman maut, diapun tak tahu apa maksud lawan memerintahkan dirinya untuk baringkan Go siau Bi ke atas tanah lalu bergerak sepuluh tombak ke timur, mungkinkah dia hendak bekuk gadis itu lebih dulu, kemudian baru menghadapi dirinya. Lingkaran kabut sudah mengecil hingga tinggalkan lima tombak belaka, bau harum yang pusingkan kepala berhembus datang tiada hentinya. sekali lagi Han siong Kie putar otak mencari akal, akhirnya dia ambil keputusan untuk menuruti ucapan lawan, setelah jiwa Go siau Bi tertolong lawan, lalu baru dipikirkan kembali. segera ia ambil keputusan, diapun siap untuk menjawab. Pada saat itu serentetan bisikan lirih tapi jelas berkumandang disisi telinganya: "Bocah cilik, apakah kau ahli waris dari Mo tiong ci-mo yang tersohor itu?" 685 Han siong Kie merasa amat terkesiap. ia merasa bahwa suara itu dipancarkan seseorang dengan ilmu menyampaikan suara yang amat lihay, segera ia menjawab dengan cara yang sama pula. "Perkataanmu tidak keliru, siapa kau..." " "Apa betul Mo tiong ci mo adalah ketua perguruan dari istana Huan me kiong?" bukannya menjawab, malahan orang itu bertanya lagi. Han siong Kie semakin tercengang bercampur keheranan, namun dalam keadaan yang amat kritis, tak ada banyak waktu yang tersedia baginya untuk berpikir panjang, dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya pemuda itu menyahut kembali:

"Betul Ucapanmu tak keliru" " Kalau toh apa yang kau ucapkan merupakan kenyataan semua, itu berarti engkau mengantongi pula lencana mutiara setan jahat ok-kui cu pai dari istana Huan mo kiong?" Han siong Kie semakin terkesiap. "Benar, sekarang lencana tersebut berada di dalam sakuku" "Lencana ok kui cu-pai dapat melenyapkan segala macam pengaruh racun, cepat salurkan hawa murnimu kedalam lencana tersebut dan cobalah kasiatnya " Dari pembicaraan tersebut Han siong Kie tak dapat menebak siapa kah orang yang mengeluarkan peringatan tersebut, akan tetapi dia yakin bahwa orang tersebut sudah pasti bukan manusia sembarangan. . yang lebih aneh lagi ternyata orang itu mengetahui segala-galanya mengenai dia, darimana dia bisa tahu?? Tapi tiada kesempatan lagi baginya untuk berpikir panjang, secepat kilat ia merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar lencana 0k kiu cu pay tersebut, lalu salurkan hawa murninya kedalam lencana tadi.. 686 Cahaya tajam yang aneh dan luar biasa seketika terpancar keluar dari mutiara yang tertera diatas lencana tersebut, begitu dahsyatnya cahaya aneh itu sehingga kabut beracun yang menyelimuti daerah sekitar sini segera buyar dan lenyap termakan sorotan itu. Betapa gembiranya hati sianak muda ini sukar dilukiskan dengan kata2, hampir saja dia mencak2 dan menari2 seperti orang gila.. "Manusia berwajah dingin" suara teguran dari Dewa racun Yu Hoa berkumandang dari balik kabut, "permainan busuk apa lagi yang sedang kau siapkan? Hmm Rupanya kau sudah bosan hidup?" Han siong Kie menengadah dan tertawa ter-bahak2. "Haahh haahh haahh makhluk tua beracun, hutang piutang yang terikat hari ini, pasti akan kutagih di kemudian hari, sekarang maafkanlah aku karena tidak bisa melayani lebih jauh. Dengan tangan sebelah dia membopong Go siau Bi, tangan yang lain memegang lencana ok kui cu pay, pemuda itu segera enjotkan badan dan melesat keudara. Kabut putih beracun yang mengepung sekelilingnya pada buyar kesamping tatkala badannya menyambar lewat, dalam waktu singkat pemuda itu sudah berada beberapa puluh tombak jauhnya dari tempat semula. suitan nyaring berkumandang bersahut-sahutan dari empat penjuru, agaknya pihak lawan telah mengetahui bahwa musuhnya berusaha untuk meloloskan diri dari jebakan. sementara itu Han siong Kie sudah kabur beberapa ratus tombak jauhnya dari gelanggang, dia menelusuri sebuah jalan

lembah yang sempit dan panjang sekali. 687 Kabut tebal yang melingkari daerah sekitar situ sudah kian menipis hingga akhirnya lenyap tak berbekas, tibanya mereka berdua dalam sebuah lingkaran lembah yang sempit. Tempat itu bukan lain adalah wilayah di mana ia pernah tertangkap oleh musuh atau dengan perkataan lain sudah tak jauh lagi dari luar lembah Lian-huan tau. Ia menghembuskan napas lega, setelah menghirup udara dalam2 lencana ok kui cu pay itupun disimpan kembali kedalam saku. Kemudian setelah berhenti sebentar, untuk kesekian kalinya dia enjotkan badan kabur keluar lembah. siapa sangka baru saja badannya melangkah masuk kedalam lorong lembah itu, suara gemuruh keras yang amat memekikkan telinga bergema memecahkan kesunyian, batu gunung dan kayu2 besar bergelindingan dari atas bukit menghujani seluruh permukaan lorong. Han siong Kie sangat terkejut, segenap hawa murni yang dimilikinya segera disalurkan mengelilingi seluruh badan, ilmu meringankan tubuh Cahaya kilat lintasan bayangan dikerahkan mencapai pada puncaknya, ibaratnya serentetan cahaya petir yang membelah angkasa, ia terobos hujan batu dan kayu itu dan meluncur keluar lembah. sungguh cepat garak badannya itu, begitu cepatnya seakan2 sukma gentayangan saja, tak seorangpun yang mampu mengikuti gerakan tubuh pemuda itu dengan pandangan tajam.. Kejadian ini sama sekali diluar dugaan jago2 perkumpulan Thian che kau yang bersembunyi diatas dinding lembah, untuk sesaat mereka jadi kalang kabut dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Han siong Kie tak berani bertindak gegabah, dengan mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya dia kabur 688 terus kearah luar lembah, meskipun barus bersusah payah akhirnya toh dapat lolos dari kepungan maut musuh dalam keadaan selamat. Angin malam berhembus sepoi2, bintang bertaburan diangkasa, cuaca amat cerah sekali. Ia menyeka keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya, betapa terima kasihnya pemuda ini atas petunjuk yang diberikan seseorang dari tempat kegelapan itu kepadanya. Ia melirik sekejap kearah Go siau Bi yang berbaring dalam pelukannya, paras muka gadis itu sudah berubah jadi pucat pias seperti mayat, napasnya amat lirih, sementara telapak tangan kanannya telah membengkak besar tiga kali lipat dari keadaan biasa, warnanya hitam ke merah2an hingga kelihatan

mengerikan sekali. Menyaksikan kesemuanya itu Han siong Kie mengerutkan dahinya, ia tidak pandai ilmu pengobatan juga tak paham ilmu racun, apa lagi Dewa racun Yu Hoa sangat tersohor dalam dunia persilatan karena penggunaan racunnya, tak usah dipikir sudah bisa diketahui kalau racun itu pasti bukan racun sembarang an.. lalu. kemana dia harus pergi untuk mencari obat pemunah itu?. Put to sianseng, kakek Go siau Bi adalah seorang jago yang sangat lihay dalam segala bidang, kemungkinan besar dia bisa memberikan bantuannya, tapi kemana dia harus mencarinya? apalagi Go siau Bi sudah berada dalam keadaan tak sadarkan diri. Berapa lama lagi dia bisa hidup?? pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya membuat sianak muda itu kebingungan, akhirnya dia menghela napas panjang dan lari keluar bukit tanpa tujuan tertentu. Berpuluh puluh li sudah dilewatkan tanpa terasa, sementara malam semakin larut diantara ujung jalan bukit terbentanglah sebuah jalan raya yang lebar... 689 Han siong Kie menyelusuri jalan raya tersebut, ia benar2 tanpa tujuan, karena tak tahu kemana dia harus pergi. sementara ia masih kebingungan, dari bawah sebuah pohon yang lebat disisi jalan, berkumandang suara teguran nyaring: "Bocah, kemarilah?" Han siong Kie terperanjat dan segera berpaling, ia lihat dibawah sebuah pohon yang lebat berdirilah seorang pria setengah baya, yang berdandan sastrawan, sekilas pandangan ia segera mengetahui siapa kah orang itu, dengan penuh kegirangan ia loncat kehadapannya dan buru2 memberi hormat. "Locianpwe, sambutlah salam dan hormatku untuk kau orang tua" "Tak usah banyak adat, baringkan dulu gadis itu ke atas tanah" Rupanya pria setengah baya ini bukan lain adalah Put to sianseng, kakek dari Go siau Bi. Se akan2 terlepas dari beban yang amat berat, serunya kembali: "Apakah locianpwe yang memberi bisikan kepadaku tadi." "Benar" sahut Put to sianseng sambil berjongkok dan memeriksa keadaan luka cucu perempuannya dengan seksama, Sesaat kemudian ia berseru dengan hati terkesiap. "Aduh.. sungguh lihay racun ini" "Apa sudah tak bisa ditolong lagi.." bisik Han Siong Kie agak tergagap. Put to sianseng termenung dan berpikir sejenak, kemudian jawabnya dengan lembut:

"Untuk ditolong sih masih bisa ditolong, cuma harus membutuhkan banyak tenaga dan kerepotan" 690 Agak lega hati Han Siong Kie setelah mendengar jawaban tersebut, ia merasa tak ada gunanya berdiam terialu lama disana, cepat la memberi hormat dan berseru: "cianpwe, kalau memang begitu aku hendak mohon diri lebih dahulu". "Eh, tunggu sebentar" Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat, telapak tangan put lo sianseng bergerak cepat, secara beruntun ia totok belasan buah jalan darah penting dibadan Go Siau Bi, kemudian dari sakunya ia mengambil keluar tiga butir obat berwarna hijau dan dijejalkan kedalam mulutnya, sementara beberapa butir yang lain dihancurkan dan dibubuhkan keatas luka keracunan tersebut. Selesai memberikan pertolongan, orang tua itu baru menengadah dan berkata kepada si anak muda itu: "Atas nama anak Bi, kuucapkan banyak terima kasih atas pertolongan yang sudah kau berikan kepadanya" "Locianpwee tak usah merendah, sudah sepantasnya kalau aku yang muda memberikan bantuan, apalagi akupun pernah berhutang budi kepada nona siau Bi" "Apakah gurumu sudah meninggal dunia?" setelah merandek sebentar, Put lo sianseng alihkan pembicaraannya ke soal lain. "Benar, guruku telah berpulang kealam baka.. tapi darimana cianpwe bisa tahu tentang persoalan ini?" "Aku dengar dari seorang perempuan yang menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma" Terperangah hati Han siong Kie mendengar jawaban tersebut, ia tak menyangka kalau semua gerak geriknya tak lepas dari pengawasan orang yang kehilangan sukma, tapi.. kenapa ia sampaikan gerak geriknya ini kepada Put lo sianseng? sebenarnya apa yang sedang dituju? 691 sekarang si anak muda itu baru tahu, kenapa Put to sianseng bisa tahu kalau dia membawa lencana mutiara ok kiu cupay, rupanya jago tua ini mendapat tahu dari mulut perempuan misterius itu. Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, pemuda itu lantas berpikir: " Kenapa aku tidak menggunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk menanyakan asal usul orang yang kehilangan sukma? siapa tahu kalau Put to sianseng bersedia untuk menerangkan? " Berpikir demikian, diapun lantas bertanya "Locianpwee, kau kenal dengan perempuan misterius yang mengaku sebagai orang yang kehilangan sukma?"

"Haaah haaah haaah ketika aku masih melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, perempuan itu masih belum dilahirkan didalam dunia, darimana aku bisa kenal? Tentu saja perkenalan ini baru berlangsung belum lama berselang" "Apakah locianpwee bersedia untuk memberi keterangan kepadaku. ? . Bagaimanakah raut wajah orang yang kehilangan sukma yang sebenarnya ???" "Eh...aneh, kenapa kau ajukan pertanyaan seperti itu?" Putto sianseng bertanya keheranan"sudah terlalu banyak budi kebaikan yang kuterima dari mereka berdua, aku ingin membalas budi kebaikan tersebut, tapi sayang aai sayang...aku tak tahu bagaimanakah raut wajah mereka yang sebenarnya." -000dewi000Jilid 19 692 "SUDAH KAU tanyakan soal ini kepada mereka, tapi mereka tak bersedia memberitahukan kepadamu? bukan begitu?" ujar put to sianseng kembali. "Aku sendiripun tak dapat memberitahukan soal ini kepadamu, sebab ketika aku berjumpa muka dengan dirinya, permintaannya yang pertama adalah memegang rahasia ini rapat2" Han siong Kie tertegun dan tak bisa menjawab, akhirnya dia menghela napas panjang dan tertunduk dengan muka sedih. Put to sianseng menatap sekejap wajah sianak muda itu, kemudian ujarnya lagi: "Kalau toh engkau adalah ahli waris dari Mi tiong ci mo, dan lagi membawa pula tanda kekuasaan dari seorang ciangbunjin, apakah engkau ada minat untuk menduduki kursi kekuasaan tersebut untuk memimpin istana Huan mo kiong diwilayah Thian-lam?" "Tentang soal ini, sulit bagiku untuk menampiknya, tapi hal itu bukan tugasku yang terutama, sebab bagaimanapunjuga aku harus menuntut balas lebih dahulu atas dendam berdarah yang menyelimuti diriku" "Ehmm.. Kalau memang begitu, akupun ikut berharap agar engkau bisa membersihkan kembali Istana Huan mo kiong dari manusia2 laknat, serta membangun kembali perguruan Thianlam" Dengan pikiran bimbang Han siong Kie mengangguk, padahal ia tak tahu apa yang dimaksudkan siorang tua itu, walau demikian dia sendiripun tak ingin banyak bertanya, agaknya ia merasa bahwa persoalan itu masih terlalu jauh untuk dipikirkan mulai sekarang, karena tiada persoalan lain 693 yang dipikirkan olehnya sekarang kecuali membalas dendam

serta lenyapkan musuh besarnya dari muka bumi. "Bocah, duduklah disini" tiba2 Put to sianseng berkata lagi sambil menuding kearah akar pohon disisinya. "Apakah locianpwe masih ada petunjuk lain?" pemuda itu bertanya. "Benar, ada suatu persoalan penting hendak kubicarakan lebih dahulu kepadamu dan persoalan ini harus dapat diselesaikan sebelum aku masuk gunung" Agak tergerak hati Han siong Kie mendengar ucapan tersebut, terpaksa ia maju ke depan dan duduk diatas akar pohon yang di tunjuk. Dalam pada itu keadaan dari Go Siau bi yang lebih baikan, bengkak merah telapak tanganpun sudah jauh lebih kempes dan baikanDengan pandangan mata yang tajam bagaikan sambaran kilat, Put to sianseng menatap wajah sianak muda itu tak berkedip kemudian ujarnya: "Aku dengar engkau paling benci pada kaum wanita, benarkah ada kejadian seperti ini?" Untuk sesaat Has long Kie agak tertegun, akhirnya dia mengangguk. "Benar" "Apakah rasa bencimu pada segenap wanita didunia ini disebabkan ibumu kawin lagi dengan pria lain?" Han siong Kie melongo dan berdiri menjublak, sorot mata bengis dan penuh pancaran napsu membunuh menyelimuti wajahnya sambil menyeringai seram ia menjawab: "Mungkin saja begitu" 694 "Itu berarti pikiranmu keblinger, pendapat yang keliru, dan pikiranmu terlalu cupat." "Pendapat yang keblinger??" "Tentu saja, cinta kasih apakah yang bisa menangkan cinta kasih orang tua terhadap anaknya? cuma saja.." "Aku sendiripun pernah berpikir demikian tapi sayang kadangkala kenyataan memang jauh lebih kejam dari bayangan" "Bocah muda, ketahuilah seringkali banyak persoalan yang terjadi dalam dunia jauh berbeda dengan apa yang dipikirkan, dikemudian hari engkau akan paham sendiri dengan keadaan tersebut" Per-lahan2 Han siong Kie tundukkan kepalanya, andaikata pihak lawan bukan seorang jago tua yang berusia diatas seratus tahun dan lagi mempunyai kedudukan yang sangat terhormat dalam dunia persilatan, mungkin sedari tadi dia sudah berlalu dari tempat itu, sebab selama hidupnya dia paling takut kalau ada orang mengungkap tentang ibunya, sebab disinilah letak luka hatinya yang paling parah. "Bocah sekarang berilah satu jawaban yang sejujurnya atas

sebuah persoalan yang hendak kuajukan kepadamu" terdengar Put lo sianseng berkata kembali. Han siong Kie agak terperanjat dan segera menengadah keatas memandang wajah orang tua itu, sahutnya dengan tercengang: "Katakanlah, aku akan bcrusaha untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.." "Apakah engkau mencintai anak Bi?" Han siong Kie terperangah, begitu tercengang dan kagetnya sampai2 dia loncat bangun dari tempat duduknya, lama sekali membungkam... akhirnya pemuda itu menjawab. 695 "Cianpwee, maafkan aku... aku tak dapat memberikanjawaban yang sebaik-baiknya" "Kenapa??" "sebab mimpipun aku tak pernah menyangka kalau cianpwee bakal mengajukan pertanyaan seperti itu" "Mungkinkah engkau terpengaruh oleh pendapatmu yang keblinger itu hingga tak mampu menjawab??" "Bukan karena soal itu, tapi yang jelas aku benar2 tak dapat memberikan jawaban yang baik " " Kalau memang begitu aku hendak mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, tak lama berselang bukankah anak Bi pernah menyelamatkan jiwamu dari dalam sungai dan merawat lukamu selama beberapa hari dalam kamar tidurnya." "Aku yang muda masih dapat membedakan dengan jelas mana budi mana dendam, suatu ketika aku pasti akan membalas budi kebaikan ini" tukas Han siong Kie cepat. "selain itu, bukankah kalian berdua pernah tidur bersama dalam sebuah losmen yang sama setelah engkau menolong jiwanya dari ancaman orang2 Huan mo kiong??" "Benar sekalipun begitu aku masih belum dapat membalas semua budi kebaikan yang pernah kuterima dari nona Bi" "Dan sekarang engkau telah menolongnya kembali, dan menggendong tubuhnya kesini" Han siong Kie berusaha menekan rasa angkuh dan jumawanya kedalam hati, tiba2 ia menengadah dan berkata dengan dingin: "Apa salahnya kalau aku berbuat demikian" "Masalah nomor satu bagi seorang wanita adalah kesucian badannya" ujar Put to sianseng dengan suara dalam. "meskipun sebagai putra putri orang persilatan memang tak 696 usah mempersoalkan adat istiadat yang serba titik bengek terhadap kebebasan itu toh masih ada batas2nya.." "Maaf cianpwe, aku bukankah seorang manusia tak bermoral" "Dengarkan dulu kata2ku, selama engkau beristirahat

selama beberapa hari dalam kamar tidurnya bagaimanakah hubungan kalian berdua, selama kalian menginap bersama dalam sebuah kamar losmen- bagaimanakah hubungan kalian, lalu beberapa kali kau peluk tubuhnya, boleh dibilang tubuh kalian sudah saling menempel..." . Han siong Kie tertegun dan melangkah mundur setindak kebelakang, serunya agak tergagap: "Jadi.. kalau begitu cianpwe anggap keliru kalau aku memberikan pertolongan kepadanya?" "Tidak, engkau sama sekali tidak keliru" "Lalu apa maksud locianpwe mengucapkan kata2 seperti itu.." "Aku cuma berharap agar engkau dapat menerima usulku" "Apa yang hendak cianpwe usulkan?" "Ikatlah hubungan perkawinan dengan anak Bi" Terkesiap hati Han siong Kie mendengar permintaan itu, sekujur badannya bergetar keras, mimpipun dia tak menyangka kalau jago aneh dari dunia persilatan ini hanya mengajukan permintaan seaneh itu . Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, ia teringat kembali dengan peristiwa yang dialaminya dalam rumah penginapan, dimana orang yang kehilangan sukma beserta putranya telah menyaru sebagai penjual obat kelilingan, bukan saja memusnahkan racun yang mengeram dalam tubuh Go siau bi bahkan hendak menjodohkan pula gadis itu kepadanya dengan menggunakan siasat, selain itu orang yang kehilangan 697 sukma pula yang menyuruh dia masuk kewilayah lian huan tui untuk menolong Go siau Bi. Ditinjau dari sini dapatlah diketahui bahwa semua yang telah terjadi merupakan suatu rencana besar, dan orang yang menyusun rencana besar itu bukan lain adalah orang yang kehilangan sukma. Tapi mengapa orang yang kehilangan sukma berbuat demikian, sebenarnya apa yang hendak dia tuju?? Han siong Kie benar2 merasa tak habis mengerti. Bayangan tubuh Tonghong Hui berkelebat kembali dalam benaknya, ucapannya yang begitu mengenaskan serta cium mesrahnya yang sukar dilupakan...diam2 ia berfikir: "selama hidup aku Han siong Kin tak akan mencintai perempuan manapun, Kalau di katakan ada maka dia bukan lain adalah Tonghong HHui, saudara angkatku itu, tetapi dia telah pergi.. dalam perkataannya yang terakhir rupanya dia sudah menunjukkan bahwa dia akan tinggalkan diriku untuk selama-lamanya. sementara dia masib termenung, put to sianseng telah berkata kembali. "Eh bocah, anak Bi amat mencintai dirimu dan lagi kalian sudah ditakdirkan untuk bersatu, apakah engkau masih saja menampik ?" Han siong Kie tertawa getir.

"Locianpwee, keinginanmu tak mungkin bisa kuturuti" "jadi engkau lebih suka anak Bi menikah dengan orang lain?" Han siong Kie dibuat menangis tak bisa, tertawapun tak dapat, dengan cepat ia menentang: "Locianpwee, engkau tidak merasa bahwa pendapatmu itu terlalu dipaksakan?" 698 "Aku bukan sengaja mencari alasan yang di buat2, tapi dalam kenyataan memang begitulah, sepanjang hidupnya anak Bi tak mungkin bisa kawin lagi dengan orang lain" "Maaf cianpwee, persoalan ini tiada sangkut pautnya dengan aku" "Bagaimana kalau dibicarakan dari sudut keadilan dan kebenaran?" "Aku merasa tidak berkewajiban untuk memikul tanggung jawab tersebut. " "jadi engkau tak bersedia?" "Perkawinan adalah suatu kejadian yang maha besar dalam sejarah seorang manusia dan kejadian besar itu tak bolah dipaksakan, sebab kalau tidak maka tiada kebahagiaan yang akan diterima oleh mereka yang bersangkutan" Put to sianseng terbungkam oleh ucapan tersebut, dalam kenyataan ada dua sebab yang memaksa dia harus berbuat demikianPertama, dia ingin mewujudkan apa yang diharapkan dan diidamkan oieh cucu perempuannya . Kedua, ia telah menerima permintaan dari orang yang kehilangan sukma.. siapa tahu, akhirnya toh jerih payah tersebut mencapai angka nol besar alias gagal total. Kenyataan memang demikianlah, tak mungkin seseorang memaksakan kehendaknya dituruti orang lainKembali Han siong Kie termenung beberapa saat lamanya, kemudian sekali lagi dia memberi hormat seraya berkata: "Apabila locianwe tidak ada urusan lain, ijinkanlah diriku untuk mohon diri" Put to sianseng menganggguk. 699 "Ehmm segala sesuatu yang ada dikolong langit dasarnya memang jodoh, pergilah bocah." Sekali lagi Han Siong Kie melirik sekejap kearah Go siau Bi yang berada dalam keadaan tak sadarkan diri, timbul rasa menyesal dalam hati kecilnya, tapi ia tak berhenti lama, setelah putar badan secepatnya berlalu dari situ. Memandang bayangan punggung sang pemuda yang jauh meninggalkan tempat itu, Put to sianseng gelengkan kepalanya berulang kali, menanti pemuda itu sudah tak kelihatan ia baru menengadah keatas pohon sembari berseru:

"Banyak persoalan tak bisa ditentukan oleh manusia sendiri, aku rasa kita harus meyerahkan keputusan terakhir pada suratan takdir" sesosok bayangan maousia bagaikan selembar daun kering melayang turun dari balik rimbunnya dedaunan, ketika mencapai permukaan tanah kelihatan kalau dia adalah seorang perempuan berkain cadar, begitu mencapai tanah dia lantas menjura dalam2 kearah Put-to sianseng. Dia bukan lain adalah orang yang kehilangan sukma, perempuan misterius itu dengan nada sedih ia berkata: "sudah menjadi tanggung jawabku untuk mengatasi kesulitan tersebut, bagaimanapun juga aku harus mengurusinya" "siapa tahu kalau perkembangan selanjutnya dimasa mendatang sama sekali meleset dari dugaanmu sekarang??" "semoga saja memang begitu, tapi andaikata apa yang kutebak ternyata benar. aaai Bagaimanakah akibatnya, benar2 sukar dilukiskan dengan kata2" Walaupun manusia harus berusaha, tetapi Thianlah yang menentukan, kita memang harus berjuang dan berusaha sekuatnya, tapi andaikata akhirnya meleset dari dugaan, apa boleh buat lagi? Aaai karena tragedi yang menimpa 700 keluargaku, terpaksa aku harus muncul kembali dalam dunia ramai. dan sekarang urusan telah beres, rasanya sudah tiba pula saatnya bagiku untuk mengundurkan diri ketempat pengasingan dan tak akan muncul kembali untuk selamanya, bagaimana keadaan esok? biarlah evolusi yang menentukan masing2 pihak" Bicara sampai disitu, dia lantas membopong tubuh Go siau Bi dan berlalu dari situ. orang yang kehilangan sukma hanya bisa berdiri termangu2 ditempat semula, lama.. lama sekali baru menghela napas sedih, gumamnya seorang diri: "Yaah.. memang kehendak manusia kadang kala tak bisa terpenuhi, terpaksa aku harus serahkan semua keputusan pada suratan takdir" Bicara samai disitu diapun enjotkan badan dan meluncur kebalik kegelapan. sementara itu Han siong Kie yang berangkat tinggalkan put to sianseng berdua, merasakan hatinya amat berat bagaikan dibebani dengan besi seberat ribuan kati, berada di bawah cahaya rembulan ia meluncur kedepan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Kecurigaan dan rasa tak habis mengerti, lalu berkecamuk dalam hati pemuda ini, terutama sekali dalam peristiwa hendak dijodohkannya Go siau Bi dengan dirinya oleh Put lo sianseng atas prakasa orang yang kehilangan sukma, ia tak mengerti apa maksud dan tujuan dari perempuan misterius itu ?

sementara perjalanan masih dilangsungkan, mendadak terlihatlah sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat meluncur kearah samping hutan dan lenyap dibalik kegelapan. Menyusul mana muncul pula dua sosok... tiga sosok bayangan manusia sehingga akhirnya berjumlah puluhan orang, tujuan mereka sama dan ditinjau dari gerakan tubuh 701 mereka jelas merupakan kawanan jago persilatan yang berilmu tinggi. sianak muda itu jadi keheranan, selain tercengang diapun merasa agak terperanjat. Timbulah perasaan ingin tahu dalasm hatinya, ia segera berkelebat kesamping tinggalkan jalan raya dan menyusul kearah mana beberapa puluh bayangan misterius tadi melenyapkan diri Nun jauh disebelah depan, melesatlah beberapa puluh sosok bayangan hitam tadi kearah sebuah bukit kecil. Han siong Kie tak pernah ragu, diapun mengikuti pula mendaki keatas bukit tersebut. Bukit itu amit lebat dengan tumbuhan rerumputan, dibawah sorot cahaya rembulan tampaklah pepohonan siong tumbuh disana sini, dibalik rimbunnya pohon muncul sebuah bangunan kuil yang terpencil letaknya. Andaikata orang langsung menaiki bakit tersebut, mungkin sulit bagi mereka untuk menemukan letak kuil tadi, berhubung letak bangunan tersebut begitu terpencil dan lagi tertutup oleh semak belukar yang tebal, maka siapa yang tidak membelok dulu kesamping dan masuk dari rusuk atap, tak mungkin akan menduga sampai kesana. Han siong Kie jadi ragu2, ia tak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti ini. Pada saat itulah kembali ada tujuh delapan sosok bayangan manusia meluncur datang, satu ingatan cerdik terlintas dalam benak pemuda itu, cepat ia bersembunyi dibalik pohon menanti rombongan orang2 itu sudah lewat, ia segera kerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling tinggi menyusul dibarisan belakang, dengan demikian apabila ada penjagaan yang harus dilalui maka pastilah dia akan dianggap sebagai anggota rombonganTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 702 Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang-orang itu sangat hebat dan sempurna sekali, sepanjang perjalanan mereka bergerak tanpa berhenti, beberapa langkah kaki mereka seakan-akan tidak menempel diatas permukaan tanah. orang yang bergerak dipaling depan rupanya sebagai pimpinan rombongan, setiap kali bergerak beberapa tombak ia lantas memberikan kode2 tertentu kearah pos penjagaansesaat

kemudian mereka sudah sampai di atas puncak bukit, bangunan kuil ditengah lingkaran pohon siong pun sudah terbentang didepan mata. Cepat2 Han siong Kie meloncat naik keatas puncak pohon, bagaikan seekor kelelawar ia mendekati kuil kuno tersebut dengan langkah yang sangat ber hati2. Ruang tengah kuil tersebut bermandikan cahaya lilin dan tampak terang benderang, belasan orang tua muda duduk berkerumun disitu sambil berbicara lirih. Rombongan terakhir tadi masuk ke dalam kuil, seorang kakek tua bermuka seram bermantel benang emas yang duduk di belakang meja kebesaran segera bangkit berdiri, ia menyapu sekejap seluruh ruangan, lalu dengan suara dingin menyeramkan ujarnya: "Jumlah anggota telah pas dan aku rasa semua orang sudah hadir disini, sekarang pun huhoat akan mengumumkan firman dari kaisar Tee kun serta rencana penggerakan kita pada malam ini" -ooodewioooBAB 39 MENDENGAR ucapan tersebut, semua orang segeta alihkan sorot matanya ke atas wajah kakek bermantel benang emas 703 itu, suasana dalam ruangan berubah jadi sunyi senyap hingga tak kedengaran sediklt suarapun. Setelah berhenti sebentar, untuk kedua kalinya kakek bermantel benang emas itu menyapu seluruh ruangan, kemudian sambungnya lebih jauh. "Tugas kalian semua saat ini adalah berusaha untuk menyelidiki jejak dari Mo mo-cuncu, dia lebih tersohor sebagai Mo-tiong ci mo bagi orang persilatan didaratan Tiong goan sini, menurut laporan dari para pengawal, beberapa waktu belakangan ini dalam dunia persilatan telah muncul seorang pemuda bergelar Malaikat penyakitan yang katanya menjadi ahli waris dari Mo tiong ci mo, bahkan sudah menguasahi penuh segenap ilmu silatnya hingga ia terhitung seorang jagoan ampuh" Kembali kakek bermantel benang emas ito berhenti sebentar, sambungnya kemudian"Menurut laporan terakhir yang masuk, katanya malaikat penyakitan tersebut ternyata bukan lain adalah penyaruan dari manusia berwajah dingin Han siong Kie, usianya baru dua puluh tahunan, paras mukanya sangat tampan, tapi sikap serta tindak tanduknya amat dingin menyeramkan, karenanya indentitas itu gampang ditemukan, jika mau temukan jejak Mo tiong ci mo maka kita harus mencari keparat cilik itu lebih dahulu, lebih baik jangan bentrok secara berhadapan dan kalau bisa tangkap dalam keadaan hidup2, dalam bulan ini juga kaisar akan tiba sendiri kedaratan Tiong goan, oleh

karenanya kalian musti berjuang dan berusaha dengan sungguh2" "Terima perintah" sahut semua anggota perkumpulan dengan sikap menghormat. Kakek tua bermantel benang emas itu tertawa seram, dari sakunya dia ambil keluar sebuah lencana bulat dan diangkat 704 tinggi2 keudara, hardiknya dengan lantang: "firman dari Kaisar Tee kun" semua jago lihay yang hadir disana bersama2 bangkit berdiri, muka mereka menunjukkan perasaan serius, sambil bertekuk lutut mereka pasang telinga baik2. Dengan suara dalam kakek itu berkata: "Lima orang tianglo dari sepuluh tianglo ruang Goan lo wan dari istana kita kini sudah masuk kedaratan Tiong goan, apabila duduk perkara yang sebenarnya berhasil diketahui mereka, akibatnya benar2 sukar dilukiskan dengan kata2, untuk mengatasi kesulitan tersebut maka Kaisar Tee kun sengaja menurunkan lencana ngo cu wan pay untuk bereskan nyawa kelima orang tiangloo tersebut di sini juga, dari pada mendatangkan bencana dikemudian hari" Mendengar firman tersebut, semua jago anggukkan kepalanya kemudian baru bangkit berdiri Kembali kakek bermantel emas itu termenung sebentar, lalu ujarnya lagi dengan muka menyeringai seram. "Sebentar lagi kelima orang tiang lo itu akan tiba disini, sekarang marilah kita laksanakan tugas seperti rencana semula, kecuali empat tiam cu (ketua ruangan) yang lain boleh tinggalkan tempat ini" Ditengah berkelebatnya bayangan manusia para jago sama2 bangkit berdiri dan keluar dari ruangan, kini yang masih tinggal disitu cuma empat orang kakek tua bermantel warna merah. Tak lama kemudian, dua buah meja perjamuan telah disiapkan dalam ruangan"Mari kita duduk dalam meja perjamuan sambil menantikan kedatangan mereka" ujar kakek bermantel emas kemudian kepada rekan2nya. 705 Lima orang kakek itupun ambil tempat duduk dimeja perjamuan sebelah kanan, semua orang membungkam sehingga suasana diliputi keheninganMalam semakin kelam, bukit yang sunyi diliputi suasana yang tegang dan menyeramkancahaya lilin memancar masuk kedalam ruang kuil, menyinari wajah lima orang kakek tua yang mengerikan, begitu menyeramkan sehingga menggidikkan hati siapapun yang melihat..

Entah berapa lama sudah lewat, tiba2 dari tempat kejauhan berkumandang suara pakaian panjang yang memecahkan kesunyianParas muka kelima orang kakek tua itu berubah jadi tegang, kakek bermantel emas sebera berbisik lirih. "Mereka sudah datang, kalian harus hati2 dan jangan sampai ketahuan ...ketahuilah mereka berlima tak gampang dilayani" Empat orang kakek bermantel merah itu sama2 mengangguk. Demikianlah, kelima orang kakek tua itu segera bangkit dan menuju keluar ruang kuil, mereka menunggu kedatangan korbannya dengan mimik yang diperlihatkan seramah mungkinTerdengar ujung baju tersampok angin, lima sosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa tahu2 sudah melayang turun ke tengah halaman. Buru2 kakek bermantel emas itu maju menyambut, ujarnya sambil menjura. "Pelindung hukum Mo sam yu menyambut hormat kedatangan tiang lo berlima " Menyusul mana empat orang kakek bermantel merahpun menyebut nama mereka sambil memberi hormat. "Ketua ruangan penyiksa Pak Ji-hay memberi hormat untuk tiang lo berlima" 706 "Kepala ruangan adat istiadat see Bun kong memberi hormat kepada tiang lo berlima." "Kepala ruangan pengontrolan dan keamanan Tiong Yu memberi hormat untuk tiang lo berlima." "Kepala ruangan pelatih teknis Be Yu too menyambut kedatangan tiang lo berlima." "Tak usah banyak adat" sahut kelima orang tianglo itu sambil ulapkan tangannya. Dengan langkah lebar mereka masuk kedalam ruangan, dibawah cahaya lilin tampaklah kelima orang tianglo itu bermuka keren berjenggot putih, mereka mengenakan baju sutra yang halus, ditangan masing2 menggenggam sebatang tongkat berkepala setan, usia diantara tujuh puluh tahunanDengan senyum tak senyum pelindung hukum Mo sam Yu berebut maju beberapa langkah kedepan kemudian sambil memberi hormat katanya: "Tianglo berlima tentunya sudah merasa amat lelah bukan, silahkan minum arak dan bersantap" Kelima orang tianglo itu mengangguk dan ambil tempat duduk sementara kelima orang ketua ruangan itu ambil tempat duduk pada meja perjamuan yang lain. sungguh amat ramah pelayanan pelindung hukum Mo sam Yu terhadap junjungannya, ia turun tangan sendiri untuk memenuhi cawan arak kelima orang tianglo itu, kemudian baru kembali ketempat duduknya sendiri

Menyusul mana dua orang pria berbaju hitam muncul sambil menghidangkan sayur dan makanan lezat. setelah perjamuan berlangsung beberapa waktu lamanya, tianglo bermuka keren yang duduk diujung kiri buka suara, ujarnya dengan suara dalam. 707 "Mo huhoat, aku telah mendengar suatu berita yang mengerikan dalam dunia persilatan, apakah kalian tahu juga tentang berita tersebut??" Mo sam yu serta keempat orang ketua ruangan menunjukan muka kaget tapi cepat2 mereka berpaling kearah lain"Boleh kami tahu kabar apakah itu?? " tanya Mo sam yu kemudian dengan sikap hormat. sekujur tubuh tianglo itu bergetar keras, rupanya ia sedang berusaha menahan emosi dalam hatinya. "Tahukah kalian bahwa ciangbunjin telah melanggar pantangan yang ditetapkan cousu dan secara diam2 mempelajari ilmu tui hun kang." Paras muka kelima orang itu berubah hebat, sekujur tubuh merekapun tampak ikut bergetar keras. "Maksud tiangloo" bisik Mo sam Yu lagi dengan dahi berkerut. sinar mata yang sangat aneh memancar keluar dari ketua para tianglo tersebut, ucapnya sepatah demi sepatah kata. " Kaisar Tee-kun dari istana Huan mo kiong telah mengutus orang masuk kewilayah Tionggoan untuk mencari gadis2 persilatan yang akan dihisap hawa dingin koan imnya guna keperluan ilmu Tui hun kang tersebut." "Ah Masa sudah terjadi peristiwa itu?" seru Mo sam yu pura2 terperanjat "baru kali ini tecu mendengar berita yang luar biasa ini" "Hmm Andaikata apa yang kuselidiki tidak keliru, maka para tianglo dari ruang Goan lo wan akan menjatuhkan hukuman ang setimpal kepada kaisar sesuai dengan peraturan yang berlaku" 708 suasana dalam ruangan seketika tercekam dalam ketegangan serta keheningan yang luar biasa. seorang tianglo berhidung samsi bermulut lebar yang duduk disudut kiri mendadak awasi wajah Mo sam yu tajam2, lalu tegurnya dengan secara tajam: "Pelindung hukum Mo, benarkah engkau tak tahu menahu tentang persoalan ini?" Sekilas cahaya bengis yang menggidikan hati terlintas diatas wajah Mo Sam yu, tapi hanya sebentar saja cahaya itu sudah lenyap kembali. "Tecu benar2 tak tahu, masa kami berani membohongi tianglo berlima?" "Baik, kalau memang begitu kami akan selidiki persoalan ini

hingga duduknya persoalan jadi jelas " Mo sam yu membungkam dalam seribu bahasa. Dengan wajah serius ketua para tianglo itu berkata lagi: " Untuk sementara waktu baiklah persoalan ini tak usah dibicarakan lebih dulu, andaikata kenyataan memang begitu.. yaa. kejadian ini benar2 merupakan suatu noda yang amat besar bagi kita, Mo huhoat" "Ada urusan apa tianglo?" "Bagai manakah keadaan yang menyangkut tentang diri ciangbunjin generasi yang lalu?" "Menurut hasil laporan yang berhasil tecu kumpulkan, ahli waris dari ciangbun cousu adalah malaikat penyakitan, dan orang itu tak lebih cuma seorang pemuda yang belum lama terjun kedalam dunia persilatan, semula dia bernama manusia berwajah dingin Han siong Kie" "Itu bukan masalah yang penting, persoalannya betulkah dia adalah murid dari ciangbun supek, dan sekarang manusia berwajah dingin ada dimana? apakah sudah diketahui?" "Tentang soal ini.... tecu telah mengerahkan segenap kekuatan yang ada untuk melakukan penyelidikan. " 709 "Andaikata ciangbun supek masih hidup di kolong langit, paling sedikit usianya sudah mencapai seratus tahun lebih, sampai sekarang aku masih tetap merasa tak habis mengerti, kenapa dia orang tua harus berdiam didaratan Tionggoan hampir lima puluh tahun lamanya" Tiba-tiba Mo sam yu bangkit berdiri, lalu dengan sikap yang sangat hormat ujarnya kepada kelima orang tianglo tersebut. "Tianglo berlima, secara kebetulan tecu berhasil mendapatkan seguci arak kenamaan yang nikmat rasanya, orang2 sebut sebagai arak sin sin-tiok ( Arak naik sorga ) kali ini sengaja tecu bawa untuk menjamu tianglo sekalian-." "Arak naik sorga? aneh benar namanya" seru tianglo ketua dengan nada tercengang. Mo sam yu tersenyum misterius. "Menurut apa yang tecu dengar, barang siapa minum arak ini maka rasanya seakan-akan sedang naik kesorga, oleh sebab itu orang lantas sebut arak ini sebagai arak naik sorga" katanya. Habis berkata ia lantas ulapkan tangannya kepada seorang pria baju hitam yang berdiri disamping ruangan serunya: "siapkan arak wangi" Dengan hormat pria berbaju hitam itu mengiakan lalu berlalu dari situ, selang tak lama dia muncul kembali sambil membawa sebuah botol porselen yang tingginya cuma setengah depa. Mo sam yu segera maju kedipan dan ia sambut botol arak itu... Mendadak sebelum botol arak itu tergenggam ditangan, pria baju hitam itu gemetar keras, menyusul tubuhnya

terjengkang kebelakang, dengan sendirinya botol arak itupun ikut mencelat sejauh satu tombak lebih dari tempat semula. 710 Paras muka Mo sam yu berubah hebat, ia bergerak maju dan berusaha untuk menyambar botol arak tadi, tapi sayang gerakan tubuhnya ini terlambat satu tindak... Praang..." botol porselen itu terpecah menjadi beberapa bagian, arak wangi pun berceceren diatas tanah... suatu kejadian aneh berlangsung pula didepan mata, dari ceceran arak wangi itu tiba2 mengepulkan asap tipis yang berwarna hijau. semua orang jadi tercengang, siapapun tak menyangka akan peristiwa tersebut. Memandang asap hijau yang menguap keudara, paras muka ketua tianglo itu berubah hebat, serunya dengan hati terkesiap: "Aaah. Arak racun-.." Mendengar seruan tersebut, empat orang tianglo lain yang masih duduk seketika bangkit berdiri, sambil siapkan toya kepala setan masing2, mereka awasi Mo sam yu tanpa berkedip.. Waktu itu paras muka keempat orang ketua ruangan sudah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat. merekapun serentak bangkit berdiri dari tempat duduknya. Mo sam yu menyeringai seram, cepat2 dia enjotkan badan dan mengundurkan diri kesamping keempat tamcu tersebut. "Mo sam yu" hardik ketua tianglo sambil hentakkan toya kepala setannya keatas tanah, "bagaimana penjelasannya tentang peristiwa ini?? HHmm ayoh jawab" Mo sam yu, pelindung hukum istana Huan mo kiong segera ter bahak2 dengan seramnya. "Haahh haahh haahh.. apa yang musti kuterangkan lagi Ketahuilah ke lima orang tianglo lain yang masih tertinggal dalam istana, mungkin pada saat ini sudah menunggu dengan tak sabaran di perjalanan menuju kealam baka.." sekali lagi sekujur badan kelima orang tianglo itu bergetar keras, muka mereka pucat dan mimpipun mereka berlima tak 711 pernah menyangka kalau lima orang tianglo lainnya yang tertinggal diistana Huan mo kiong telah dicelakai pula jiwanya. Betul2 suatu siasat busuk yang sangat mengerikan. "Mundur" hardik Mo sam yu dengan suara rendah. Berbarengan dengam keempat orang tiamcu tersebut, serentak mereka berlima mundur kebalik patung arca ditengah ruangan. " Keparat busuk. manusia penghianat, kalian hendak kabur kemana?" Bentak kelima oraog tianglo itu hampir berbareng. setengah bentakan keras, masing2 putar toya kepala setannya siap melancarkan serangan-. "Enyah kembali kalian" mendadak dari balik patung arca

menggema pula suara bentakan keras. Deruan angin pukulan yang amatsantar berhembus keluar dari balik arca dan menggulung keseluruh ruangan, debu dan atap berguguran keatas tanah, sementara lima sosok bayangan manusia tadi terpental balik kedalam ruanganMenyusul mana, sesosok bayangan manusia munculkan diri didepan mata, ternyata orang itu bukan lain adalah seorang pemuda berwajah tampan dan bersikap dingin menyeramkanMo sam Yu serta keempat orang tiamcu itu jadi amat penasaran, begitu mereka terdorong mundur ketempat semula, pada saat yang hampir bersamaan mereka berlima membentak keras dan ber-sama2 melepaskan satu pukulan yang maha dahsyat kearah pemuda tampan tersebut. Dalam serangan tadi kelima orang tersebut telah menggunakan tenaga sebesar sepuluh bagian, begitu dahsyat daya pukulannya sehingga cukup menggetarkan hati siapapun yang memandang. 712 sianak muda itu langsung putar sepasang telapak tangannya satu lingkaran, kemudian dilontarkan kedepan keras2: "Blaammm.." ledakan dahsyat menggelegar diseluruh angkasa, ruang kuil itu goncang keras se-akan2 terjadi gempa bumi yang maha dahsyat. Empat orang tiamcu itu mundur kebelakang dengan sempoyongan, agaknya mereka tak kuat menahan kehebatan serangan lawanKebetulan pada waktu itu lima orang tianglo tersebut sedang menerjang tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. "Blaamm Blaamm keempat orang tianglo itu saling bertukar satu pukulan dengan ke empat tiamcu tadi. Ketua tianglo tidak berminat untuk mengawasi yang lain incarannya hanya satu yakni Mo sam yu, pelindung hukum tersebut, siapa sangka orang she Mo itu cukup licik, merasa gelagat kurang menguntungkan cepat cepat ia menyelinap keluar dari ruang kuil dan kabur terbirit-birit. Ketua tianglo itu sama sekali tak menyangka kalau musuhnya licik sekali, melihat kegesitan orang dia cuma bisa mend epakkan kakinya keatas tanah sambil berseru dengan geram: "Aaai.. akhirnya toh dia berhasil juga kabur dari sini" "Tianglo sekalian, cepat mundur dari sini" mendadak pemuda itu membentak nyaring. Dia lontarkan sebuah pukulan dahsyat kedinding belakang ruangan, ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, batu bata dan pasir berguguran keatas tanah, dinding ruangan seketika roboh separuh dan pemuda itupun meluncur keluar lewat celah-celah lubang tadi.

713 Kelima orang tianglo itu cukup cekatan tanpa berpikir panjang mereka segera enjotkan badan dan menyusul keluar. Memberi peringatan, menjebolkan dinding ruangan serta menerobos keluar dari ruangan walaupun dilakukan secara bertahap namun kecepatannya sukar dilukiskan dengan katakata. Dalam pada itu keempat orang tiamcu itupun sedang memburu keluar lewat pintu ruanganTiba2 terdengarlah suatu ledakan dahsyat yang menggoncangkan seluruh permukaan bumi, diantara percikan bunga api, puing2 berserakan di mana2 pasir dan batu berhamburan keudara, suasana benar2 sangat mengerikanDalam waktu singkat ruang kuil yang megah telah berubah jadi setumpuk puing yang berserakan-, sementara itu fajar telah menyingsing di ufuk sebelah timur... Dengan ter-mangu2 lima orang tianglo istana Huan mo kiong yang baru saja lolos dari bencana mengamati ruang kuil yang diledakkan itu, sekujur badan mereka gemetar keras menahan emosi, mimpipun mereka tak mengira kalau anak murid perguruan sendiri ternyata begitu tega untuk melenyapkan tianglonya sendiri. Empat orang tiamcu serta seorang pria baju hitam yang agak lambat kabur dari ruangan, ikut meledak dan tubuh merekapun hancur ber keping2 hingga tak berujud manusia lagi. Lama ..lama sekali.. lima orang tianglo itu baru menghela napas panjang dan berpaling. Dalam pada itu pemuda misterius tadi masih tetap berdiri tenang kurang lebih dua tombak jauhnya dihadapan mereka. Ketua tianglo itu segera menuju kedepan dan memberi hormat, katanya: 714 "Berkat bantuan dari sauhiap. kami berlima nyaris menjadi korban ledakan musuh...aai budi kebaikan sebesar ini tak akan kami lupakan untuk selamanya" " Kalian berlima adalah tianglo dari istana Huan mo-kiong?" tegur pemuda itu dengan suara dingin"Benar" jawab sang ketua tianglo agak emosi, "dalam ruang goan lo wan dari istana Huan mo kiong, aku menjabat sebagai kepala dari sepuluh tianglo, aku she Tio bernama It hui". Kemudian sambil menuding empat tianglo lainnya dia perkenalkan pula. "Dia adalah seng Thianpau, Ang sat siu, Liok sau tan serta seh Jin hap" Mengikuti arah yang ditunjuk. pemuda itu mendengarkan dan mengawasi para tianglo itu dengan seksama, sementara mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Menanti

dia selesai memperkenalkan diri, barulah Tio It hui berkata kembali: "Bolehkah aku tahu siapakah nama sebutan sauhiap ??" "Manusia berwajah dingin" "Ah.. " seruan tertahan berkumandang memecahkan kesunyian, begitu mendengar disebutkannya nama tadi dengan wajah kerut bercamcur girang kelima oramg tianglo itu segera maju beberapa langkah kedepan, rupanya mereka ingin mengamati bagaimanakah raut wajah manusia yang sedang mereka cari selama ini. Rupanya pemuda yang telah selamatkan jiwa kelima orang tianglo dari istana Huan mo kiong itu bukan lain adalah manusia berwajah dingin Han siong Kie adanya. "sauhiap. boleh kami tahu asal perguruanmu?" Ang Pat siu bertanya pula dengan emosi. 715 "Mendiang guruku adalah Mo tiong cimo iblis diantara iblis Tong Leng adanya" Kelima orang tianglo itu saling berpandangan sekejap. kemudian bersama-sama maju beberapa langkah kedepan"Jadi.. jadi kau benar2 adalah ahli waris dari ciangbun supek Tong Ceng?" tanya To It hui dengan tersendat-sendat. "Ucapanmu tak salah " "Ah, kau sebut mendiang gurumu? Apakah ciangbun supek dia orang tua.." "Benar, dia orang tua telah meninggal dunia " sekali lagi kelima orang tianglo itu bergetar keras, song Thianpau yang berhidung samsi bermulut lebar sebera berteriak lantang: "Masa Ciangbun supek telah meninggal dunia?" "Benar, aku tidak bohong" "Sudah berapa lama dia meninggal dunia?" "Dua hari berselang " "Kau simpan ditmana jenasahnya??" "Telah kukebumikan ditengah hutan lima puluh li dari wilayah Lian huan tau, disitu sudah kupancang batu nisan sebagai tanda " "Apakah ciangbun supek meninggalkan pesan-pesan terakhirnya??" "Ada " "Bolehkah kami ikut tahu? " sambung Tio It hui dengan cepat. Han siong Kie merogoh kedalam sakunya dan tiba2 ambil keluar sebuah benda bersinar terang. 716 "Aih..Lencana mutiara setan bengis.." jerit lima orang tianglo itu hampir berbareng. Menyusul mana dengan sikap yang sangat hormat mereka bertekuk lutut sambil

menyembah. "Anak murid Thiang lam menghunjuk hormat buat lencana suci peninggalan cousu" setelah menghormat tiga kali dengan sikap horma,. mereka lantas bangkit berdiri, sementara air mata telah jatuh berlinang membasahi wajah mereka. sesaat kemudian Tio It hui baru menjura dalam2 kearah Han siong Kie seraya memanggil: "Menghunjuk hormat buat ciangbun suheng" Empat tianglo lainpun sama2 ikut menjura dan memberi hormat. . Menghadapi keadaan tersebut, Han siong Kiejadi gelagapan dengan sendirinya, cepat2 dia balas memberi hormat sambil berseru: "Tianglo sekalian tak usah banyak adat" To It hui menghela napas panjang, tiba2 ia menengadah keudara dan menghela napas panjang. "Aaai rupanya sukma cousu masih melindungi anak cucu muridnya, akhirnya lencana suci perguruan dapat kembali lagi ke Thian lam" Kemudian la berpaling kearah Han siong Kie dan bertanya. "suheng, kapan kau akan pulang ke Thian lam untuk memangku jabatan sebagai ketua perguruan??" "Tentang soal ini.. sulit bagiku untuk memberi keputusan, apalagi dalam keadaan seperti ini, Aaai yang penting sekarang adalah bagaimana pendapat tianglo sekalian mengenai peristiwa yang telah terjadi pada malam ini?" Dengan muka murung kelima orang tianglo itu saling berpandangan sekejap. lalu terdengar To It hui menjawab. 717 "Kami merasa betapa gawatnya situasi yang kita hadapi sekarang, terutama sekali dengan penghianatan dari Mo sam yu sekalian, cuma.. kami belum tahu dimanakah letak maksud tujuan mereka??" Han siong Kie mendengus dingin"Hmm Berambisi besar untuk menguasahi perguruan, suatu kejadian yang sangat tidak menguntungkan posisi kita, Aaai Sebelum ajalnya tiba mendiang suhu tak pernah membicarakan soal perguruan kita, dan lagi aku sendiripunkurang begitu tahu tentang seluk beluknya dapatkah To tianglo memberi keterangan untukku??" To It hui mengangguk... "Ayoh kita duduk diatas anak tangga ruang samping sana, aku pasti akan memberi keterangan yang sejelas-jelasnya bagi suheng" Maka mereka berenampun bergerak ke samping ruangan, dan duduk disitu. setelah semua orang ambil tempat duduk barulah To It hui menutur dengan suara berat: "Perguruan Thian lam sudah berusia beberapa ratus tahun lamanya, sejak cousu sampai Tong supek telah mengalami

pergantian ketua sebanyak sepuluh generasi, menurut peraturan perguruan maka ciangbunjin disebut pula sebagai kaisar atau Tee-kun, biasanya kedudukan tersebut diturunkan pada murid yang tertua, tapi seandainya terjadi hal-hal yang luar biasa maka para tianglo dari Goan lo wan yang akan pegang pucuk pimpinan untuk sementara waktu. Ketua atau kaisar perguruan kita saat ini bernama Wi Ek beng, dan diangkat sebagai ketua berdasarkan hasil rapat dari para tianglo ruang goan lo wan setelah Tong supek lama lenyap tak berbekas. 718 Han siong Kie anggukkan kepalanya tanda mengerti. sesudah berhenti sebentar, kembali Tio It hui lanjutkan kata2nya: "Tong supek semuanya punya tiga saudara perguruan, Tong supek menempati kedudukan paling atas, ji supek bernama Bu ih tay, Datuk tanpa bayangan cu siang yakni suheng dari Wi Ek beng yang menjabat sebagai Tee-kun sekarang, sedang kami bersepuluh agak lambat masuk perguruan- maka guru kami adalah Keng thian cu Pilar penyangga langit Hoa Hong yang menempati urutan terakhir. "Jadi kalau begitu kesepuluh orang tiangloo dari ruangan Goan lo wan sekarang adalah ahli waris dari sam susiok?" sela Han siong Kie dari samping. "Betul suheng sebagai ahli waris dari toa supek dan lagi mempunyai lencana mutiara ok-kui cupay dari perguruan, itu berarti suhenglah ketua perguruan kami, dan sepantasnya kalau Tee-kun sekarang harus mengundurkan diri dari jabatan dan masuk ruang Goan lo wan sebagai seorang tianglo pula" . Han siong Kie mengangguk. serunya kemudian dengan suara dalam. "Dan dari sini pula sumber dari peristiwa penghianatan yang terjadi pada malam ini" Mendengar perkataan tersebut, kelima orang tianglo itu segera bangkit berdiri, serunya dengan penuh kemarahan"Maksud suheng semua rencana busuk dan perangkap terkutuk yang dilakukan penghianat2 itu adalah hasil karya dari Tee-kun wi Ek beng???" " Tepat sekali " Paras muka kelima orang tianglo itu berubah hebat, pancaran sinar aneh menyelimuti wajah mereka semua. 719 setelah berhenti sebentar, Han siong Kie melanjutkan kembali, kata2nya. "Aku rasa kelima orang tianglo yang kini masih tertinggal dalam ruangan Goan lo wan, mungkin saja sudah ditewaskan oleh mereka" Dengan hati terkesiap kelima orang tianglo itu mundur

selangkah kebelakang, bulu kuduk mereka bangun berdiri. Liok sau tan segera meraung keras, serunya: "Perkataaa suheng tak salah, sebelum tinggalkan tempat ini Mo sam yu penghianat tersebut telah mengatakan pula begitu"" -ooodewioooBAB 40 DENGAN penuh kegusaran To It hui menghentakkan toya kepala setannya kearah tanah, serunya dengan cemas: "Apa maksudnya ciangbun tee kun berbuat sekeji ini? aku benar2 tak habis mengerti" Perlahan2 Han siong Kie bangkit berdiri, katanya dengan suara mendalam: "Wi Ek beng berani melanggar peraturan dengan mengutus anak buahnya masuk kedaratan Tionggoan untuk mencari sari perawan anak gadis guna bahan latihan Tui- hun- kangnya, perbuatan ini merupakan suatu dosa besar yang tak dapat diampun lagi, apa lagi setelah mengetahui guruku masih hidup dan untuk pertahankan kedudukannya telah melakukan perbuatan terkutuk itu, dosanya harus ditebus dengan kematian, ketahuilah, meskipun dia kirim Mo sam yu beserta puluhan orang begundalnya datang kedaratan Tionggoan dengan alasan menyelidiki keadaan guruku, dalam kenyataan mereka hendak bunuh para tianglo, guruku serta aku sendiri" 720 Betapa gusarnya kelima orang tianglo itu setelah mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, sepasang mata mereka melotot penuh kemarahan, mukanya merah padam, rambutnya pada bangun berdiri dan sekujur badan gemetar keras. Terdengar Han siong Kie berkata lagi: "Menurut kata2 yang diucapkan penghianat Mo sam yu sebelum kabur, wi Ek beng, ketua Thiam lam sekarang hendak datang sendiri kedaratan Tionggoan untuk menyelesaikan masalah ini, menurut dugaanku setelah kelompok penghianat tadi lolos dari cengkeraman kita, mereka pasti sudah berangkat pulang ke Thian lam untuk melaporkan kejadian ini kepada pemimpinnya" TO It hui menengadah dan menghela napas panjang. "Aaai Peristiwa ini merupakan suatu bencana besar bagi perguruan kita, sejak didirikan oleh cousu" "sute sekalian harus sebera berangkat kembali kewilayah Thian lam" kata Ang Pat siu pula dengan penasaran. "siapa tahu kita bisa mendahului mereka dan mencegah terjadinya tragedi besar? ciangbun suheng, harap kau segera turunkan perintah" Han siong Kie merasa agak serba salah, dewasa ini dia harus membereskan dahulu teka teki mengenai Tengkorak maut asli dan tengkorak maut gadungan, kemudian berusaha pula merebut kembali kitab pusaka Hud jin popit dan melatih kepandaian itu untuk menuntut balas.

Tapi sekarang, dia sudah diangkat sebagai ketua perguruan istana Huan mo kiong, sudah sepantasnya kalau dialah yang turun tangan menanggulangi penghianatan tersebut. Tanpa terasa ia tundukan kepalanya dan berpikir keras. Dengan sedih lima orang tianglo lainnya menengadah dan menghela napas, mereka semua semua membungkam dalam seribu bahasa. 721 suasana jadi hening, sepi.. dan tak kedengaran sedikit suarapun, yang terdengar hanya hembusan angin gunung yang sepoy2 sejuk.. Fajar telah menyingsing, sang surya memancarkan sinar ke emas2annya keempat penjuru, dan menerangi pula puing berserakan ditengah kuil serta beberapa sosok mayat yang bergelimpangan disana sini dalam keadaas tak utuh. Penghianatan terhadap istana Huan mo kiong serta dendam berdarahnya sedalam lautan membuat pikiran dan perasaan Han siong Kie bertambah kalut. Lama...lama sekali, akhirnya sianak muda itu berkata dengan suara berat. "Tindakan paling baik yang harus kita lakukan sekarang adalah menghadang jalan pergi Mo sam yu sekalian sehingga peristiwa ini tidak sampai tersiar kembali ke Thian-lam, dengan begitu maka Tee kun yang sekarang tentu akan datang kedaratan Tionggoan seperti rencana semula dengan begitu kita pun bisa bereskan mereka dengan mudah, akan sedikit banyak kita bisa mencegah jangan sampai kelima orang tianglo yang masih tertinggal di istana mengalami musibah, sebaliknya kalau kita gagal untuk menghadang kepergian mereka, pihak istana tentu akan menyadari kalau rencana mereka sudah mengalami kegagalan total, kelima orang tianglo itupun tentu akan makin cepat menemui ajalnya, entah bagaimana menurut pendapat tianglo sekalian??" "Perkataan dari ciangbun suheng memang tepat sekali" sahut To It hui cepat: "Ayoh kita berangkat sekarang juga, persoalan ini tak dapat di tunda2 lagi" "Baik" Han siong Kie enjotkan badan berangkatkan tinggalkan tempat itu, menyusul kelima orang tianglo mengikuti dibelakangnya. Enam sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat meluncur kebawah gunung dan berkelebat ditengab jalan raya. 722 Han siong Kie dengan tenaga dalamnya sebesar dua ratus tahun hasil latiban menerjang terus kedepan dengan kecepatan luar biasa, apalagi ilmu Cahaya kilat lintasan bayangan dikerahkan sedemikian rupa, membuat kecepatan geraknya sukar dilukiskan dengan kata2, menyaksikan kehebatan sianak muda itu kelima orang tiang

lo tersebut benar-benar merasa sangat kagum. Dengan usianya sebesar duapuluh tahun namun ternyata sudah menguasahi kepandaian sehebat itu, betul2 suatu kejadian yang langka dalam dunia persilatan. sampai disini, selain kelima orang tiang lo itu merasa sedih karena penghianatan yang terjadi dalam perguruannya, mereka pun merasa gembira atas keberhasilannya supek mereka menerima seorang murid pandai sebagai penggantinya, dari pemuda inilah diharapkan kecemerlangan serta kejayaan perguruan Thian lam dikemudian hari. Mereka telah menembusi hutan yang lebat jalan raya terbentang luas didepan sana. Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagat, mendadak Han siong Kie menjerit kaget dan segera hentikan perjalanannya. Melihat ciangbun suhengnya berhenti lima orang tiang lo yang mengikuti dibelakang pun ikut hentikan perjalanan: " Ciangbun suheng, apakah engkau menemukan sesuatu yang aneh?" tegur Ang Pat sin dengan keheranansementara itu To It hui telah alihkan pula sorot matanya kearah yang dipandang pemuda itu, lima tombak ditepi hutan tepatnya diatas sebuah batu besar terletaklah sebuah batok kepala manusia berwarna merah darah. Tak kuasa lagi kakek tua itu menjerit kaget: "Aah Tengkorak darah milik benteng maut" Mendengar seruan tersebut, paras muka empat orang tiang lo lainnya ikut berubah hebat, meskipun selama ini mereka 723 bermukim diwilayah Thian-lam yang jauh, tapi nama besar Tengkorak maut cukup mereka kenal. apalagi gembong iblis tersebut merupakan seorang datuk lihay yang disegani segenap manusia dikolong langit. Pemilik benteng maut telah memaparkan lambang mautnya ditepi hutan, itu berarti datuk sakti tersebut berada disekitar tempat itu, lalu apa tujuannya menghadang jalan kepergian mereka? Seng Thian pan tianglo kedua mundur selangkah dengan muka tercekat, lalu berkata: "Aku dengar sejak lima belas tahun berselang pintu benteng maut sudah tertutup dan pemilik benteng maut tak pernah muncul kembali dalam dunia persitatan, kenapa lima belas tahun kemudian gembong iblis ini..." Paras muka Han Siong Kie telah berubah jadi hijau membesi karena menahan emosi, dengan sorot mata tajam ia ulapkan tangannya memotong ucapannya yang belum selesai, kemudian serunya dengan suara mendalam: "Tianglo berlima tak usah berdiam diri terus, kalian boleh segera tinggalkan tempat ini dan kejarlah murid penghianat Mo Sam yu serta begundal2nya sekuat tenaga."

"Bagaimana dengan suheng sendiri" tanya Sah Jin tap dengan alis mata berkerut. "Setelah urusan disini selesai, aku segera menyusui kalian " "Tapi suheng adalah seorang ciangbunjin, kami berlima tak akan berlega hati" "Segera tinggalkan tempat ini Persoalan paling penting yang harus kita kerjakan sekarang adalah mengejar serta menghadang Mo Sam yu sekalian pulang ke Thian lam." "Apakah suheng akan bertarung??" 724 "Tak mungkin kemunculan tengkorak maut hanya suatu kebetulan saja, karena itu aku suruh kalian segera tinggalkan tempat ini " "Tentang soal ini" To it hui masih kelihatan agak ragu2. "Tak usah banyak bicara lagi, ini perintahku" tukas Han siong Kie cepat. Dengan alis mata berkenyit kelima orang tianglo itu saling berpandangan sekejap. akhirnya mereka menyahut berbareng: "Hamba sekalian terima perintah dari cianbunjin-" tanpa banyak bicara lagi berangkatlah merela tinggalkan tempat itu. Rupanya Han siong Kie dapat merasakan bahwa kemunculan tengkorak maut dalam keadaan begini pasti bukan karena kebetulan saja, bagaimanapun juga baik dia adalah tengkorak maut gadungan atau tengkorak asli, tenaga dalam yang dimiliki luar biasa sekali, jika kelima orang tianglo itu tetap berada disini, maka suatu kemungkinan terjadinya bencana tak bisa dihindari. selain itu diapun kuatir kalau Mo sam yu sekalian manusia2 penghianat yang sedang melarikan diri berhasil menuju Thian lam atau bergabung kembali dengan Tee kun istana Huan mo kiong saat ini, jika sampai terjadi hal begitu, niscaya keadaan akan semakin kalut. Dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dia berjalan dengan kecepatan luar biasa, apalagi kalau mengerahkan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, niscaya kelima orang tianglo itu tak akan mampu menyusul dirinya. oleh sebab itulah dia ambil keputusan untuk membiarkan kelima orang tianglo itu berangkat lebih dahulu, kemudian ia baru akan menyusul dari belakang. 725 Tetapi diantara kesemuanya itu, yang paling penting Tengkorak maut adalah musuh besarnya, dia hendak membuktikan manakah musuh besar yang sebenarnya diantata tengkorak maut asli dan gadungan, disamping itu diapun hendak merampas kembali pusaka Hud jiu po pit yang telah dirampas tengkorak maut gadungan, ia tak ingin orang

lain ikut serta dalam pembalasan dendam ini. Karena itulah setelah berpikir beberapa kali, akhirnya dia ambil keputusan untuk mengusir kelima orang tiang lo itu dari situ. setelah anak buahnya berlalu, selangkah demi selangkah Han siong Kie mendekati tengkorak berlepotan darah yang ada diatas batu besar itu. serentetan suara tertawa yang menggidikkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, sesosok bayangan manusia berwana hijau berkain cadar hitam munculkan diri dari balik pepohonan yang lebat. Han siong Kie terkesiap. cepat2 dia hentikan langkah kakinya. Tanpa disadari suasana dalam hutan itu diselimuti oleh kemisteriusan serta kengerian yang mencekam. Bayangan manusia itu tidak terlalu asing bagi Han siong Kie, sebab orang itu bukan lain adalah tengkorak maut. Menyusul kemunculan tengkorak maut, Han siong Kie merasakan darah panas dalam rongga dadanya bergelora keras, dengan sepasang mata yang tajam menggidikan hati ia awasi musuhnya tanpa berkedip.. Dengan langkah yang cepat Tengkorak maut mendekati batu cadas tadi dan menyimpan kembali lambangnya, kemudian sambil tertawa seram katanya: "Manusia berwajah dingin, per-tama2 kuucapkan selamat lebih dahulu kepadamu, karena kau sudah diangkat menjadi 726 Tee kun dari perguruan Thian lam" Han siong Kie mendengus dingin. "Hmm Tengkorak maut, aku sedang mencari jejakmu" "Bagus sekali, akupun sedang mencari engkau" Dengan sorot mata yang tajam Han siong Kie menyapu sekejap kearah telapak tangannya, kemudian sambil tertawa dingin ejeknya: "Heehh heehh .heehh.. rupanya engkai sengaja mencatut nama Tengkorak maut untuk bikin keonaran?" "Ucapanmu tepat sekali, pandangan matamu memang cukup tajam, tidak salah dugaanmu memang tepat dan akupun tidak bermaksud untuk menyangkal" Han siong Kie termenung dan berpikir sebentar, ia merasa sebelum pertarungan di langsungkan maka pertama2 dia harus berusaha untuk merampas kembali pusaka Hud jiu po pit yang kena direbut musuhnya itu, kemudian baru membuktikan apakah dialah Tengkorak maut yang sudah membasmi keluarga Han pada lima belas tahun berselang. setelah ambil keputusan, dia segera melayang maju sejauh delapan depa kedepan dan menegur: "Tengkorak maut.. bawa kemari" "Apanya yang bawa kemari" "Kitab pusaka Hud jiu po pit"

"Haahhh haahhh haaahh jangan kuatir, aku memang punya maksud untuk mengembalikan kepadamu" Han siong Kie agak tercengang, ia merasa perkataan itu sama sekali tak percaya Tengkorak maut akan mengembalikan pusaka Hud jiu po pit kepadanya? Mungkinkah dibalik kejadian ini masih terselip rencana busuk lain?. " Engkau akan mengembalikan kepadaku? " ulang pemuda tersebut dengaan nada tercengang. 727 "Benar, pusaka Hud jiu po pit terdiri dari satu pasang, siapa tahu berada yang sebelah sudah tertanam dimana? buat aku, tak ada gunanya ...." " Kalau memang begitu.. bawa kemari" Tengkorak maut gadungan merogoh sakunya dan ambil keluar pusaka Hud jiu po pit tersebut dari sakunya. kemudian sambil diacungkan diudara katanya: "Nah, barangnya ada disini ......." Han siong Kie merasakan jantungnya berdebar keras, serunya dengan segera: " Engkau betul2 akan mengembalikan benda itu kepadaku?" "Tentu saja, masa bohong?" "Hmm Aku tahu, tentunya kau punya maksud lain dibalik pengembalian tersebut" "Hehhmm.. Tidak malu menjadi ahli waris dari Mo tiong ci mo, engkau memang cukup cerdik" "Apa tujuanmu?" seru Han siong Kie kemudian dengan muka berubah jadi dingin. "Aku hendak mengajukan sebuah syarat sebagai pengganti dari benda pusaka ini" "Pertukaran syarat?" "Benar, pertukaran syarat" "Apa syaratmu?" " Engkau pernah masuk kedalam benteng maut bukan?" Tergerak hati Han siong Kie, ia lantas bertanya sendiri didalam hati apa tujuannya Tengkorak maut gadungan mengajukan pertanyaan tersebut?. sesudah ragu2 sebentar, akhirnya dia menjawab: "Benar, memang begitu keadaannya" 728 "Nah, disinilah letak persyaratan yang hendak kuajukan kepadamu" "Coba katakan " Tengkorak maut gadungan tertawa seram lalu ujarnya. "Manusia berwajah dingin, sebelumnya aku hendak beritahu dulu kepadamu, jika kau tidak sanggupi syaratku ini maka jangan harap kau bisa mendapatkan kembali pusaka Hud jiu po pit ini" Han siong Kie mendengus dingin, ia lantas berpikir dalam

hatinya. "Entah syarat apa yang hendak dia ajukan, tapi yang jelas syarat tersebut pasti ada hubungannya dengan perjalananku masuk kedalam benteng maut, untung posisiku lebih menguntungkan. " Berpikir sampai disini, dengan angkuh ia lantas menjawab. "Aah Belum tentu begitu" "Baik, bagaimana kalau kita bicarakan pertukaran syarat??" "Coba katakan, kalau memang masuk diakal akan kupertimbangkan sebaik-baiknya." "Asal engkau bersedia untuk menerangkan tujuanmu masuk kebenteng serta apa yang kau lihat selama dalam benteng, pusaka Hud jiu po-pit ini segera kukembalikan kepadamu." Han siong Kie putar otak dan berusaha menyelami jalan pikiran orang, ia tahu Tengkorak maut gadungan pasti mempunyai tujuan tertentu dengan perbuatannya itu, kalau tidak tak mungkin ia rela mengorbankan pusaka Hud jiu po pit hanya dikarenakan ingin mengetahui keadaan dalam benteng maut. 729 Diapun mulai berpikir2 siapakah pembantai keluarganya? Tengkorak maut yang asli? ataukah Tengkorak maut yang gadungan?. Dia kuatir, seandainya pembantai tersebut dilakukan Tengkorak maut gadungan, maka jika dia bocorkan rahasia benteng maut bukankah sama halnya dengan bikin celaka orang yang tak bersalah? apalagi orang itu adalah ayah Tonghong Hui kekasih yang dicintainya. Berpikir sampai disitu, dia lantas menjawab dengan ketus: "sayang tak dapat kupenuhi" "Kenapa?" tanya Tengkorak maut gadungan agak tercengang. "Bisa saja kalau kau ingin tahu tujuanku masuk kedalam benteng, tapi aku tak dapat memberitahukan kepadamu tentang apa yang kulihat dalam benteng tersebut". "Jadi kau tidak ingin memperoleh kembali pusaka Hud jiu po pit ini..?" Han Siong Kie mendengus dingin, bukan menjawab dia malahan balik bertanya: "Dan kau anggap aku sama sekali tak berkemampuan untuk merebutnya kembali?" "Siapa tahu kalau memang begitu?" "Bagaimana kalau kita buktikan saja? " seraya berkata tubuhnya lantas bergerak kedepan slap melancarkan pukulan dahsyat... "Eh tunggu sebentar?" tiba2 Tengkorak maut gadungan berseru sambil mundur selangkah kebelakang. "Apa yang hendak kau katakan lagi?" "Urusan ini, biariah aku yang mengalah"

"Engkau bendak mengalah?" "Benar, akan kuturuti saja syaratmu itu" 730 Han Siong Kie agak termenung, kemudian ujarnya: "Kalau memang begitu, akan kuberitahukan kepadamu, aku mendapat perintah dari mendiang guruku untuk mewakili dia orang tua berduel dengan Pemilik benteng maut". "Apa? kau tantang pemilik benteng maut untuk berduel?" "Benar, dapat pula dikatakan kita beradu kepandaian untuk mengetahui siapa yang lebih tangguh." "Kenapa begitu?" "Maaf, tak dapat kuberitahukan kepadamu" "Dan akhirnya kau kalah, bahkan kalah secara mengenaskan bukan? " seru Tengkorak maut gadungan dengan cepat. "Berdasarkan apa engkau dapat mengatakan demikian ?" "Manusia berwajah dingin, untuk mengalahkan aku saja kau belum mampu, apalagi menghadapi pemilik benteng maut yang ber kali2 lebih hebat.." Han siong Kie tertegun dan tak mampu menjawab. -000dewi000Jilid 20 TENGKORAK maut gadungan tertawa dingin, sambungnya kemudian: "Manusia berwajah dingin, apa yang sudah kujanjikan tak akan kupungkiri lagi, Nah sekarang terimalah kembali benda pusaka ini" Pusaka Hud jin po pit yang berada dalam genggemannya benar2 disambitkan kearah pemuda itu, 731 Han siong Kie menyambutnya dengan cepat lalu berdiri tertegun, mimpipun dia tak menyangka kalau pusaka yang tak ternilai harganya itu bisa diperoleh kembali dengan mudah. setelah mengembalikan pusaka Hud jiu po pit tersebut ketangan sang pemuda mendadak Tengkorak maut gadungan menengadah dan terbahak bahak dengan serunya: "Haahhh haahh haahhh manusia berwajah dingin, sekarang aku akan beritahu kepadamu secara blak blakan Tahukah engkau, apa sebabnya kuajukan syarat tersebut kalau aku tidak berbuat demikian, tak nanti kau akan menjawab dengan sejujurnya, dan sekarang apa yang ingin kuketahui sudah kudapatkan, maka benda mustika itupun akan kutarik kembali" "Mampukah kau berbuat demikian?" teriak Han siong Kie dengan penuh kegusaran. "Mampu atau tidak. toh sebentar lagi akan kubuktikan" Begitu dia selesai berbicara, sebuah angin pukulan yang maha dahsyat secepat kilat meluncur kedepan dan

menggulung tubuh musuhnya: Cepat2 Han siong Kie simpan pusaka Hud jiu po pit itu kedalam saku, lalu dengan keras lawan keras dia sambut datangnya ancaman tersebut. "Blaaamm...." suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga menggeletar di angkasa, pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa, diantara daun yang berguguran kedua belah pihak mundur selangkah kebelakang. Tengkorak maut gadungan membentak keras, tubuhnya melesat kedepan dan menerjang Han siong Kie dengan penuh kekejaman, pukulan tangan kanannya mengancam pelbagai jalan darah kematian diatas dada, sedangkan tangan kiri mencengkeram kearah pinggang. 732 Meskipun dalam satu jurus terdapat dua gerakan yang berbeda, akan tetapi kedua buah serangan tersebut dilakukan dengan keCepatan yang sukar dilukiskan dengan kata2. Han siong Kie segera putar telapak dan mengunci seluruh tubuhnya dari jangkauan lawanTengkorak ataut gadungan menarik kembali serangannya, tapi ketika mencapai separuh jalan tiba2 menyerang kemali secara beruntun dia lancarkan delapan belas buah pukulan berantai. seketika itu juga Han siong Kie terdesak mundur tiga langkah kebelakang, menggunakan kesempatan disaat pihak lawan menghabiskan serangan yang terakhir, dengan jurus Mo ong ko ciat atau raja iblis menyembah loteng istana dia lancarkan serangan balasan. Jurus Mo ong ko ciat ini merupakan jurus serangan yang mempunyai daya penghancur paling dahsyat diantara pukulan Mo mo ciang hoat lainnya, begitu serangan dilepaskan maka ibaratnya hujan badai yang disertai angin puyuh, suasana betul2 mengerikan. Tengkorak maut gadungan tak berani menangkis dengan kekerasan, dengan cekatan dan melesat beberapa kaki dari tempat semula ... Han siong Kie segera berubah gerak serangannya, tanpa menarik kembali telapak tangannya, sepuluh jari segera menyentil ke depan, dengan ilmu jari Tong kim ci yang maha dahsyat dia serang tubuh bagian bawah lawanMeskipun begitu,arah yang diserang bukan bagian yang mematikan, sebab pemuda ini tak ingin membunuh orang secara sembarangan sebelum membuktikan manakah pembunuh keluarganya yang sebenarnya. Pada saat sianak muda itu menyerang dengan ilmu jari Tong kim ci tengkorak maut gadungan putar badannya ibarat 733 sukma yang gentayangan, tapi justru dengan perbuatan itu

secara tepat sekali dia malah berhasil lolos dari ancaman ilmu jari Tong kim ci yang maha dahsyat itu, bukan begitu saja dengan memakai kesempatan yang sangat baik tadi, dia malahan menyerang kepunggung pemuda itu. Han siong Kie amat terperanjat, baru saja ilmu jarinya mengenai sasaran yang kosong, dan serangan itupun belum sempat di tarik kembali, ancaman dahsyat telah meluncur tiba dari samping. Untuk menangkis sudah tak mungkin lagi, dalam gugup dan kagetnya, sekuat tenaga ia coba meloncat kebelakang. "Blaamm" ditengah benturan keras yang memekikan telinga, Han siong Kie mendengus tertahan, tubuhnya kena dihajar sampai mencelat kebelakang sejauh delapan kaki dengan sempoyongan, buru2 ia leluarkan ilmu bobot seribu untuk menahan diri, hampir saja pemuda itu muntah darah segar. "Manusia berwajah dingin, saat kematianmu telah tiba " sambil menghardik, sekali lagi Tengkorak maut gadungan menubruk ke depan dengan serangan yang maha dahsyat, sepasang telapak tangannya dilringi deruan angin tajam mengurung seluruh tubuh Han siong Kie dan membacoknya silih berganti. Han siong Kie berkelit sedapat mungkin, segenap hawa murni yang dimilikinya disalurkan kedalam telapak tangan untuk datangnya serangan tersebut. "Blaamm.." benturan keras kembali terjadi, hawa murninya bagaikan gulungan ombak disamudra menyebar diseluruh penjuru, batang pohon bertumbangan, daun dan ranting berguguran-. Dengan sempoyongan Tengkorak maut gadungan tergetar mundur dua langkah kebelakang. 734 Han siong Kie sendiripun terpukul mundur satu langkah lebar, darah panas dalam rongga dadanya bergolak keras, tak dapat di cegah lagi dia muntah darah segar. Tengkorak maut gadungan menyeringai seram, untuk kesekian kalinya ia menerjang maju kedepan, bayangan telapak menyelimuti angkasa bagaikan barisan bukit, mana yang sungguhan mana yang tipuan susah di ketahui denganjelas, desingan angin tajam men-deru2, suasana benar2 mengerikan sekali. Dalam waktu singkat, secara beruntun dia telah melacarkan lima buah serangan berantai. Dalam keadaan seperti ini Han siong Kie hanya bisa bertahan tanpa mampu melakukan serangan balasan. sekali lagi ia terdesak mundur sampai sejauh satu tombak lebih. Tengkorak maut gadungan sama sekali tidak memberi kesempatan bagi Han Siong Kie untuk memberikan perlawanannya, serangan berantai begitu ha bis digunakan,

sepasang telapak tangannya kembali meluncur kedepan dengan pukula n angin puyuh berhawa panas dan dingin, ibarat gunting yang tajam langsung menggulung keluar. Han siong Kie menggigit bibirnya kencang-kencang, dengan ilmu gerakantubuh cahaya kilat lintasan bayangan, ia berkelebat membentuk gerakan setengah lingkaran busur ditengah udara, sesudah mendekati tubuh la wan, dengan "Ku tiam sam seh" tiga jurus kilat ilmu kura2, dia balas melancarkan serangan maut. Leng ku sam seh adalah ilmu ciptaan dari Leng ku sengjin setelah jago aneh ini berhasil melatih ilmu tenaga dalamnya hingga mencapai enam puluh tahun hasil latihan, sekarang dimainkan oleh Han Siong Kie yang mempunyai tenaga dalam yang sebesar dua ratus tahun hasil latihan, bisa dibayangkan betapa dahsyat dan luar biasanya ilmu serangan itu. 735 Tapi sayang Tengkorak maut gadungan bukan manusia sembarangan, kegesitan dan kelincahannya bukan kepalang hebatnya, dengan suatu gerakan yang sangat ringan dia berhasil memunahkan seluruh rangkaian ilmu serangan yarg ditujukan kearahnya itu. Demikianlah, suatu pertarungan seru kembali berkobar, kedua belah pihak sama2 mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk merebut menyerang dengan musuhnya, dan semua jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus2 ampuh yang jarang ditemui dikolong langit. Dalam waktu singkat wilayah sepuluh kaki disekitar gelanggang sudah berubah amat menyeramkan, pasir beterbangan bagaikan lapisan horden, pepohonan b ertumbangan ke atas tanah, gempuran2 gencar saling membentur hingga menimbulkan ledakan2 yang memekikkan telinga. Berbicara tentang hal tenaga dalam maka tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie masih setingkat lebih tinggi daripadi musuhnya, tapi berbicara tentang pengalaman dan keampuhan jurus serangan maka dia masih belum sang gup untuk melampaui musuhnya. seperminuman teh kemudian, Han siong Kie sudah terjerumus kembali dalam posisi yang sangat berbahaya, setiap saat jiwanya terancam oleh maut. "Blaamm. " suatu ledakan keras berkumandang diangkasa, menyusul dengusan kesakitan menyayat kesunyian, Han siong Kie mencelat delapan depa kebelakang hingga menumbuk diatas sebuah dahan pohon yang amat besar, kontan dia merasakan matanya ber-kunang2 dan kepalanya pusing tujuh keliling, kembali darah segar muncrat keluar dari bibirnya. Tengkorak maut gadungan tertawa seram. "Heeeh heeeh heeeeh manusia berwajah dingin, aku lihat sepanjang hidupmu kali ini tiada harapan untuk merasakan

736 jadi kaisar di Thian lam lagi Nah, dengankanlah perkataanku, rahasia kepalsuanku hanya kau seorang yang tahu, setelah kau mampus maka kemungkinan besar pihak partai Thian lam akan menuntut balas terhadap Benteng maut...haaah haaah haaah padahal wajah asli dari Motiong ci mo telah diketahui pula oleh umum, pelbagai jago dari golongan putih maupun golong hitam ber bondong2 pasti akan menuju ke Thian lam dan menuntut balas terhadap anak muridnya." "Tutup mulutmu hardik Han siong Kie penuh kegusaranRupanya ucapan terakiir dari Tengkorak maut telah menimbulkan satu ingatan dalam benak Han siong Kie, ditengah hardikan tersebut, selangkah demi selangkah dia maju ke depan, lencana ok kui cu pai pun diambil keluar dari sakunya. Tengkorak maut gadungan tertawa sinis, ejeknya: "Manusia berwajah dingin, apakah engkau masih ada pesan2 terakhir yang hendak kau sampaikan??" "Aku inginkan nyawamu." jerit sang pemuda itu dengan marah. "Haahh. haahh. haahh.. kematian sudah diambang pintu, apa gunanya kau menggonggong terus seperti anjing" sementara itu selisih jarak kedua belah pihak tinggal satu kaki belaka, suasanapun semakin menegang. suatu ketika tiba2 Tengkorak maut gadungan putar telapak tangannya, satu pukulan yang maha dahsyat segera diayunkan kearah depan Han siong Kie putar telapat tangannya pula, hawa murni disalurkan keluar maka mitiara diatas lencana ok kui cu pay tersebutpun secara tiba2 memancarkan cahaya tajam yang menyilaukan mata, cahaya tersebut langsung memancar keatas wajah Tengkorak maut gadungan Menghadapi serangan yang luar biasa itu, Tengkorak maut gadungan menjerit kaget, sepasang lengannya terkulai lemas 737 ke bawah, dengan sempoyongan dia mundur beberapa langkah kebelakang. Han siong Kie mendengus dingin, telapak tangan kirinya terayun kedepan, scgulung angin pukula n yang maha dahsyat langsung meluncur kemuka dengan cepatnya. Ditengah jeritan kesakitan yang memekikan telinga, tubuh Tengkorak maut gadungan tergetar mencelat sejauh dua tombak kebelakang dan. Bluk... Terbanting keras2 diatas tanah. Han siong Kie enjotkan badan menubruk musuhnya yang sudah menggeletak lemas itu.. Disaat yang amat kritis itulah sesosok bayangan manusia ibarat sukma gentayangan menyelinap datang bersembunyi dibalik pepohonan yang lebat, dalam waktu singkat orang itu

sudah berada kurang lebih tiga tombak dibelakang sianak muda itu. Perlu diketahui lencana ok kui cu pay itu, mempunyai sebiji mutiara yang berkasiat luar biasa, apabila hawa murni disalurkan ke dalam mutiara tadi maka terpancarlab serentetan cahaya tajam yang bisa memunahkan kesadaran dan kekuatan musuhnya, semakin sempurna hawa murni yang dimiliki musuh semakin besar pula dayapengaruh cahaya tersebut, sebelum cahaya tajam itu ditarik kembali maka kesadaran serta kekuatan tubuh lawannya belum dapat dipulihkan kembali. Tentu saja perbuatan seperti ini bukanlah suatu perbuatan dari seoraog lelaki ksatria, sepanjang hidupnya belum pernah Motiong cimo mempergunakan khasiat itu guna pengaruhi orang. Lain keadaannya dengan Han siong Kie, sebenarnya dia ingin berduel dengan mengandalkan kekuatan as liny a, tapi dalam kenyataan dia memang bukan tandingan la wan bahkan 738 nyawanya terancam oleh bahaya maut, maka dalam keadaan demikian ia telah manfaatkan khasiat tersebut. -000dewi000BAB 41 ALASAN yang paling penting diantara kesemuanya itu adalah kemungkinan besar bahwa tengkorak maut gadungan inilah musuh besar pembantai keluarganya, maka ia tak dapat lepaskan musuhnya dengan begitu saja, dia harus berusaha untuk membongkar rahasia ini. per lahan2 Han siong Kie simpan kembali lencana ok kui cu pay tersebut kedalam sakunya, dengan sorot mata memancarkan napsu membunuh yang amat tebal ia awasi tengkorak maut gadungan yang menggeletak diatas tanah tanpa berkedip. Dalam pada itu Tengkorak maut gadungan telah sadar kembali dari pengarub cahaya aneh, meskipun luka yang dideritanya cukup parah tapi ia berusaha untuk meronta bangun dari atas tanah, kain cadar hijaunya serta pakaian bagian dadanya telah basah dan merah oleh muntahan darah, hal ini membuat keadaannya bertambah menyeramkan "Manusia berwajah dingin, apa yang hendak kau lakukan atas diriku?" tegurnya kemudianDengan muka dingin menyeramkan Han siong Kie menjawab "Mati hidupmu harus ditemtukan oleh suatu peristiwa yang hendak kubuktikan, cuma...." "cuma bagaimana?" "Sekalipun kau harus mampus, kematianmu tak perlu disesalkan, tapi andaikata aku bisa membuktikan bahwa peristiwa itu bukan hasil perbuatanmu, maka hari ini aku

739 bersedia untuk lepaskan dirimu tapi jika lain kali sampai berjumpa lagi, akan kucabut selembar jiwa anjingmu itu" Tengkorak maut gadungan mundur dua langkah ke belakang tanyanya dangan seram: "Peristiwa apa yang hendak kau buktikan atas diriku? " Hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Han siong Kie, serunya dengan suara dalam: "Lima belas tahun berselang...." Mendadak.. beberapa rentet desiran angin tajam membokong dari belakang tubuh Han siong Kie. Mimpipun sianak muda ttu tak pernah menyangka kalau dalam keadaan seperti itu di belakang tubuhnya telah bersembunyi seseorang yang menyergap dirinya tepat dikala dia hendak membongkar rahasia besar tersebut, dari desiran suara yang memancar datang, ia tahu bahwa serangan itu adalah serangan senjata rahasia yang dilepaskan oleh seorang tokoh silat yang lihay. Dalam kejutnya buru2 dia berkelit enam depa kesamping, desiran tajam seketika menyambar lewat dari sisi tubuhnya. "sreeett sreeeett" beberapa titik bintang malam meluncur dari samping badan dan menyambar keatas dahanpohon beberapa tombakjauhnya dari gelanggang, ketika diamati dengan lebih seksama pemuda itu hampir menjerit kaget, ternyata benda yang di sambitkan kearahnya itu bukan senjata rahasia, melainkan hanya beberapa lembar daun pohonDari kemampuannya memetik daun melukai orang, dapat diketahui betapa dahsyat dan sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu. Dengan cepat pemuda itu berpaling, tapi apa yang terbentang di depan mata hampir saja membuat ia jatuh pingsan, sekujur badannya langsung menjadi kejang. 740 Kenapa bisa begitu? Kiranya orang yang menyergap pemuda itu bukan lain adalah ibunya sendiri, siang go, siang go cantik ong cui Ing adanya. Paras muka siang go cantik ong cui Ing dingin kaku tanca emosi, ia berdiri tiga tombak dihadapan pemuda itu dan menatap wajahnya tanpa berkedip. Han siong Kie amat tersiksa batinnya, ia merasa hatinya amat sakit bagaikan ditembusi beribu-ribu batang anakpanah, mukanya berkerut kencang hingga berubahjadi aneh sekali. Untuk sesaat la many a dia cuma bisa berdiri tertegun belaka sambil merasakan hati yang pedih karena tersayat2 oleh kenyataan yang terpentang didepan mata. Berulang kali ibu kandungnya telah turun tangan keji terhadap dirinya, kejadian ini sama sekali tak masuk diakal, tapi kenyataan membuktikan lain-

Dalam pada itu Tengkorak maut gadungan telah bersuit nyaring, menggunakan kesempatan yang sangat baik dia telah meluncur masuk ke dalam hutan lebat diseberang sana, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah lenyap daripandanganMengikuti berlalunya Tengkorak maut gadungan- siang go cantik ong cui Ing cun enjotkan badan dan berlalu pula menuju kesatu arah yang sama. Han Siong Kie tak mampu berbuat apa2, dia cuma bisa berdiri kaku ditempat semula bagaikan patung, sama sekali tak dapat berkutik barang sedikitpun jua. Angin gunung berhembus lewat mengibarkan ujung bajunya, cahaya sang surya memancar diatas tubuhnya meninggalkan ba yangan diatas permukaan tanah. Lama.. lama sekali... pemuda itu masih berdiri tertegun tanpa berkutik barang sedikit pun jua. 741 Ia sedang berpikir... dan terpikir lebih mendalam .... Apa tujuan ibunya menyergap dia ? kalau toh maksudnya agar Tengkorak maut gadungan bisa kabur dari cengkeramannya, kenapa begitu??" Tengkorak maut gadungan bersedia menggunakan pusaka Hud jiu po pit sebagai umpan untuk mengetahui latar belakang keadaan dari benteng maut, kenapa ia berbuat begitu ?" Ditinjau dari gerakan ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut gadungan, rasanya berasal dari satu cumber dengan pemilik benteng maut yang asli, cuma dia masih kalah dalam kematangan, kenapa bisa begitu? rahasia apa yang tersembunyi dibalik kesemuanya itu? Ketua muda perkumpulan Thian Che kau yakni Yu Sau-kun pernah mempergunakan ilmu aneh yang bisa membuat orang tak mampu menghimpun tenaga dalamnya untuk menghadapi dia, ilmu tersebut persis seperti ilmu shatalira n Benteng Maut, mungkinkah antara perkumpulan Thian Che kau dengan benteng maut ada hubungan yang erat? Dan sekarang ibunya yang telah kawin dengan Ketua perkumpulan Thian-che kau telah munculkan diri serta menolong jiwa Tengkorak maut gadungan, apakah mungkin antara Tengkorak maut gadungan dengan pihak perkumpulan Thian che kau juga mempunyai hubungan yang akrab.?" Makin dipikir ia semakin kebingungan dan untuk beberapa waktu sianak muda itu tak tahu apa yang musti dilakukan. seandainya Tengkorak maut gadungan benar2 pembantai keluarga Han dan kini ibunya telah menyelamatkan jiwanya, tindakan tersebut boleh dibilang mendekati perbuatan yang luar biasa, bisa bikin orang jadi gila karena mendongkol. Bukan saja berulang kali ibunya hendak membinasakan anak kandung sendiri, bahkan sekarang dia telah

742 melepaskanpulapembunuh besar keluarganya wa la upun tuduhan tersebut hanya terbatas pa da kecurigaan belaka. Lama sekali ia termenung, akhirnya tanpa disadari pemuda itu berpekik keras: "Bunuh" "Nak. siapa yang akan kau bunuh?" teguran yang lirih ini namun penuh kasih sayang berkumandang dari samping gelanggang. sekujur badan Han siong Kie gemetar keras, dari nada cara orang itu dengan cepat ia dapat mengetahui kalau dia bukan lain adalah "orang yang kehilangan sukma" yang serba misterius itu, maka diapan tidak berpaling sebab pemuda itu tahu orang yang kehilangan sukma tak akan munculkan diri. " Engkau adalah orang rang kehilangan sukma?" tegurnya kemudian"Benar nak" panggilan yang hangat dan penuh kasih sayang berkumandang kembali di sisi telinganya. Panggilan tersebut mengingatkan kembali Han Siong Kie akan ibunya yang baru saja berlalu, ia merasa hatinya amat pahit seperti di iris2 dengan pisau belati tanpa kuasa tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang. "Anak, bukankah engkau sangat membenci ibumu??" orang yang kehilangan sukma menegur lagi. Han siong Kie menggigit bibir kencang2 dan menjawab: "Benar, rasa benciku telah merasuk ketulang sum-sum.." Jadi kalau begitu teriak "Bunuh" yang kau jeritkan tadi, adalah ditujukan kepada nya?" Paras muka Han siong Kie kembali berkerut kencang, dengan penuh kebencian dia menjawab: "Benar Aku harus bunuh dia dari muka bumi" 743 "Apa ?Jadi engkau hendak membinasakan ibumu ?? " suara orang yang kehilangan sukma agak gemetar, nadanya penuh emosi dan rasa tercengang, rupanya dia tak menduga akan jawaban tersebut. "Benar Aku harus membunuhnya.." "Ah, masa dikolong langit ada anak yang hendak membunuh orang tua serdiri?" "Dan dikolong langit mas a ada ibu yang membunuh putra sendiri.?" Han siong Kie balik bertanya dengan suara parau. Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang telah berubah jadi hijau membesi. Lama sekali orang yang kehilangan sukma termenung, akhirnya ia berkata: "Tapi dia toh tidak turun tangan keji atas dirimu? buktinya sampai sekarang kau masih hidup dikolong langit?" "cianpwe, ketahuilah perkataanmu itu tak dapat menghapuskan perbuatan gila dan kalapnya yang telah

dilakukan selama ini atas diriku" "Mungkin saja apa yang kau katakan tidak keliru, tapi kadangkala persoalan yang ada dikolong langit tak dapat dibahas dan dipecahkan dengan keadaan serta jalan pikiran pada umumnya" "Kenapa bisa begitu?" tanya sang pemuda agak tidak mengerti "siapa tahu kalau ibumu mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan keluar dengan kata2? siapa tahu juga dia berbuat demikian karena terpaksa? atau mungkin dia mempunyai rencana yang maha penting yang hendak dilaksanakan?" "Apakah cianpwe dapat mengambil suatu kenyataan sebagai bukti kebenaran dari ucapanmu itu?" 744 "suatu hari aku bisa mengambil kenyataan sebagai bukti, dan sekarang belun waktunya" Jadi kalau begitu cianpwe berkata begitu cuma untuk menghibur hatiku belaka??" " Eng kau keliru besar, aku tiada maksud menghibur hatimu dan membuat tenteram hatimu, ketahuilah aku tidak lebih hanya seorang manusia yang sudah kehilangan sukma" Han siong Kie tertegun, ia telan air liur dan untuk beberapa saat lamanya tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Terdengar orang yang kehilangan sukma berkata lagi: "Nak. janganlah menyalahkan siapapun, kehidupan manusia telah ditentukan oleh takdir, dan nasiblah yang akan mengatur se gala2nya bagimu " "Aku yang muda tidak percaya dengan segala nasib atau takdir" " Kenapa begitu? Bukankah apa yang kau telah alami dari kecil sampai dewasa juga merupakan suratan takdir?" "Tidak bukan takdir yang menentukan manusia, adalah perbuatan manusia sendiri yang menentukan segala2nyal" "Nak, engkau terlalu keras kepala, bersediakah engkau untuk mendengarkan perkataanku lagi? Hapuslah rasa benci dan dendam terhadap ibumu, bila semua bukti dan kebenaran dibuktikan oleh kenyataan yang akan terbentang dimasa mendatang Han siong Kie tertawa sedih. "Aku sudah tak punya ibu lagi" bisiknya lirih. "Kalau ucapanmu ini sampai terdengar oleh ibumu. oh Betapa sedihnya dia? mungkin dia akan menangis dengan sedihnya. 745 "Mungkinkah begitu? setiap saat dia berusaha untuk membinasakan diriku...masa ia sudi menangis karena aku haaah haaaahh haaahhh.." Dengan penuh kesedihan dan kepedihan Han siong Kie

menengadah dan tertawa kalap. suara tertawanya sangat tak sedap didengar, bukan saja tidak mirip tertawa bahkan lebih mendekati tang isan kuntilanak di tengah ma lam buta, rupanya dia ingin melampiaskan seluruh rasa benci, sedih, gusar dongkol danpatah semangat dalam gelak tertawa itu. Lama...lama sekali...dia baru berhenti tertawa. "Nak, aku tak dapat menyalahkan kau jika kau sampai berbuat demikian, sebab nasiblah yang telah menentukan segala2nya" ujar orang yang kehilangan sukma dengan suara lirih. "Tidak bukan nasib yang kualami tapi kenyataan hidup dari seorang manusia." Jadi engkau tidak percaya dengan nasib atau takdir??" "Benar, aku sama sekali tidak percaya" "Tapi suatu hari engkau akan percaya dengan sendirinya." "Tidak selamanya aku tak akan percaya" Janganlah terlalu keras kepala, yang kumaksudkan sebagai takdir adalah suatu kejadian nyata yang tak dapat dirubah atau ditolong oleh kekuatan manusia dan engkau hanya bisa mengikuti perkembangan dari kenyataan tersebut, mengikuti evolusialam, kalau toh sudah ditakdirkan untuk mati, siapa yang dapat menghindarkan diri? dan siapa pula yang bisa menolong? Nah, disinilah letak arti yang sebenarnya dari Takdir" Han siong Kie mendengus dingin, ia segera membantah: "Aku tahu apa yang cianpwe katakan memang cengli dan masuk diakal, tetapi bagi pandanganku nasib tetap berada di 746 tangan manusia sendiri yang menentukan setiap perbuatan dan setiap kejadian yang ada dikolong langit adalah manusia itu sendiri bukan takdir" Jadi engkau tak dapat merubah pandangan hidupmu terhadap ibumu?" " Kalau toh dia tidak menganggap aku sebagai putranya, kenapa aku harus menghormati dirinya sebagai ibuku?" "Bocah, ucapanmu itu keliru besar, engkau telah melanggar dasar hidupmu sebagai seorang putra manusia" Han siong Kie menghela napas sedih, katanya: "Lima belas tahun berselang, aku masih berusia tiga tahun ketika seluruh keluargaku di bantai orang, dengan keji sampai detik ini kedua ratus sosok kerangka manusia mereka belum tertanam dalam tanah, dan dia... ia bisa lolos dari pembantaian tersebut dengan selamat, malahan dia kawin lagi dengan orang lain, bukan saja dendam keluarganya tidak dituntut balas bahkan setiap kali berusaha membinasakan diriku" "Mungkin engkau telah melupakan sesuatu" tiba2 orang yang kehilangan sukma berseru dengan suara aneh. "Apa yang kulupakan?"

"Apakah engkau pernah berpikir dengan cara bagaimana ibumu bisa lolos dari kematian?" Untuk beberapa saat lamanya Han siong Kie berdiri tertegun, ia melongo dan tak mampu menjawab: "Ehmm Benar juga perkataan ini" pikirnya di hati kejadian ini memang merupakan suatu teka teki besar Pemuda itu pernah berpikir sampai kesitu tapi tak pernah menemukan jawabannya, ia penuh keheranan atas kejadian ini, dari mana ibunya bisa locos dalam keadaan selamat ditengah pembantaian keji tersebut?" 747 Paman gurunya telapak naga beracun Thio Lin sesaat sebelum bunuh diri hanya sempat beritahu kepadanya kalau ibunya sudah kawin lagi, dan pernah hendak membunuh mereka berdua, selain itu beliau tak pernah menceritakan kejadian yang berhubungan dengan pembantaian tersebut, bahkan berpesanpula kepadanya agarjangan membalas dendam, kenapa ia berbuat begitu. Teka teki suatu teka teki yang tak bisa terjawab. setelah termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, diapun berseru dengan penuh emosi. "Apakah cianpwe tahu apakah sebab-sebabnya?" "Tentu saja tahu oleh karena itu aku dapat mengucapkan kata2 seperti ini kepadamu" " Cianpwe, kenapa tidak kau terangkan se-jelas2nya?" "saatnya belum tiba kalau kuucapkan keluar bukan saja tidak bermanfaat bagimu malahan bisa mendatangkan celaka" Han siong Kie mendengus sambil menggertak gigi, ia terbungkam dalam seribu bahasa. Beberapa saat setelah suasana diliputi keheningan, orang yang kehilangan sukma berkata lagi: "Nak. aku berharap agar engkau bersedia untuk mengunjungi Benteng maut sekali lagi" "Akan kuingat selalu dihati" "Kenapa tidak segera kau laksanakan" "Dewasa ini aku harus selesaikan dahulu persoalan yang menyangkut perguruanku, tapi cianpwe tak usah kuatir Pokoknya suatu saat aku akan berkunjung kebenteng maut, sebab tanpa perkataan dari cianpwe pun aku juga bisa melakukannya sendiri" 748 "Maksudku, aku harap agar engkau menceritakan asal usulmu yang sebenarnya kepada pemilik benteng maut" "Tentang soal ini tentu saja" Tanpa sadar Han siong Kie meraba pusaka Hud jiu popit yang ada dalam sakunya, dalam hati dia berpikir: "sekarang aku harus berangkat dulu kebukit Ke lou san untuk menemukan diri malaikat hawa dingin Mo siu ing,

setelah kuberitahukan jejak dari malaikat hawa panas Ke su ki, sepasang sarung tangan pusakapun bisa bersatu dan aku dapat melatih ilmu si mi sinkang, waktu itulah baru kukunjungi benteng maut untuk menuntut balas. Belum habis dia berpikir, orang yang kehilangan sukma telah berkata lagi: "Nak mulai detik ini engkau sudah menjadi musuh bebuyutan dari perkumpulan Thian che kau" "Aku bisa memahami akan persoalan ini" "Engkau harus jaga diri baik2 terutama sekali terhadap sergapan mereka" "Terima kasih cianpwe atas peringatanmu" "Nah, sekarang kau boleh berlalu " "sebelum pergi, terlebih dahulu aku hendak mengajukan dua pertanyaan terlebih dahulu " Coba katakan "Pertama, didunia persilatan sebetulnya terdapat berapa banyak Tengkorak maut?" "Yang kau maksudkan delapan belas tahun berselang ataukah delapan belas tahun kemudian?" "Delapan belas tahun berselang?" " Waktu itu cuma seorang" " Lalu kalau delapan belas tahun kemudian?" 749 "Ada dua orang" "Apakah pemilik benteng maut rela membiarkan orang lain mencatut nama besarnya? " "Tentu saja dibalikperistiwa itu masih terdapat alasanalasan lain yang dalam sekali artinya" "Boleh aku tahu apa sebabnya??" "Tidak aku tak dapat beritahu kepadamu" Han siong Kie meras akan hatinya jadi dingin separuh, dia lantas berseru lagi: "Aku lihat ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut asli maupun gadungan berasal dari satu sumber yang sama, mungkinkah di balik kejadian ini.." "Nak. dikemudian hari engkau akan paham sendiri" tukas orang yang kehilangan sukma dengan cepat, "sekarang aku belum bisa memberitahukan kepadamu, Nah, katakanlah persoalan yang kedua" Kedua, apa hubungannya antara perkumpulan Thian che kau dengan Benteng maut?" "Kenapa kau ajukan pertanyaanseperti itu??" " Ketua muda perkumpulan Thian che- kau Yesau kun pernah menggunakan suatu jenis ilmu aneh yang pernah kujumpai pula sewaktu berada didalam benteng maut " "Maafkaniah daku, aku tak mampu menjawab pertanyaanmu itu." Han siong Kie merasa amat berduka sekali setelah mendengar jawaban tersebut, teka teki tetap merupakan teka

teki, ia tak habis mengerti kenapa orang yang kehilangan sukma sengaja berbuat rahasia terhadap dirinya walau dalam hal apapun juga. Tiba2 ia teringat kembali akan satu peristiwa, ketika jalan darahnya ditotok oleh Pemilik Benteng Maut dengan ilmu manunggalnya sehingga hawa murninya tak dapat berkumpul kembali, bukankah orang yang kehilangan sukma telah mengutungi lengan sendiri karena dia telah bebaskanjalan darahnya yang tertotok. malahan berpesan kepadanya andaikata bertemu kembali dengan pemilik benteng maut, kutungan tangan itu harus diserahkan kepadanya. ? Berpikir sampai disini tak tahan lagi dia berseru: " Kalau dugaanku tidak keliru, kemungkinan besar cianpwe sendiripun mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pihak benteng maut?" "Dengan dasar apa kau bisa berpikir demikian?" tanya orang yang kehilangan sukma dengan suara kaget bercampur tertegun "Dasar apa ? Dasarnya karena cianpwe dapat membebaskan jalan darahku yang ditotok oleh pemilik benteng maut dengan ilmu totokan menunggalnya" "Nak. ketahuilah ilmu silat yang ada dikolong langit sebenarnya bersumber dari satu orang, air yang mengalir di sungai2 toh akhirnya berkumpul disamudra ? sebenarnya tiada sesuatu yang aneh dalam persoalan ini" "selain itu, aku masih punya bukti pula kenapa cianpwee kutungi lengan sendiri dan berpesan kepadaku agar diserahkan kepada pemilik benteng maut." "Cukup,. cukup nak, sekarang kau boleh berlalu dari sini" tukas orang yang kehilangan sukma dengan cepat. Dengan perasaan tak habis mengerti Han siong Kie, gelengkan kepalanya berulang kali. "Budi kebaikan Cianpwee tak akan kulupakan untuk selamanya, suatu ketika pasti akan kubalas semua budi 751 kebaikan itu, sekarang baiklah aku yang muda mohon diri lebih dahulu Habis berkata dia lantas menjura dalam2 kearah mana berasalnya suara itu, kemudian ia putar badan dan bergerak menuju kearah jalan raya. sepanjang perjalanan bayangan dari ibunya selalu berkecamuk dalam benaknya, ia meras a tragedi tersebut merupakan suatu kejadian yang paling tragis, dan dialah peran utama dalam tragedi tersebut. Kenapa orang yang kehilangan sukma selalu berusaha untuk melindungi ibunya, perbuatannya ini sangat mencengangkan hatinya. Mungkinkah dia berbuat demikian karena berdasarkan pengamatannya yang penuh welas kasih? karena tak tega

menyaksikan tragedi dirumah tangga orang lain maka dia berusaha untuk memperbaiki hubungan yang telah retak itu? pikirnya dihati. Tanpa sadar diapun teringat kembali akan diri lima orang tianglo yang telah berangkat lebih duluan. Gerak tubuhnya ma kin dipercepat, ibarat segulung asap ringan dia bergerak maju ke depan mengikuti jalan raya yang terbentang jauh kedepanTak sampai dua jam lamanya, dia sudah melampaui jarak sejauh tiga ratus li lebih, akan tetapi kelima orang tianglo itu belum juga kelihatan jejaknya. sementara sianak muda itu masih berpikir dengan keheranan, tiba2 dari arah depan bergerak datang belasan sosok bayangan manusia dengan gerakan yang enteng. Han siong Kie menghindar disamcing jalan karena dalam keadaan begini dia tak ingin mencari gara2, mendadak ia temukan bahwa belasan orang itu ternyata kawanan jago dari perkumpulan Kay-pang, dan orang yang berjalan dipaling 752 depan bukan lain adalah Pengemis dari selatan yang selama ini dianggap sebagai "Engkoh tua" nya. Cepat2 sianak muda itu menghentikan langkahnya ditengah jalan dan menghadang jalan pergi beberapa orang itu. Dipihak lain, ketika rombongan yang dipimpin pengemis dari selatan mengetahui bahwa jalan pergi mereka dihadang orang, belasan orang itupun segera menghentikan gerak tubuhnya. " Engkoh tua" Han siong Kie segera menegur dengan muka berseri-seri karena gembira. setelah mengetahui siapa yang datang, pengemis dari selatan menengadah dan tertawa ter-bahak2. "Haaah... haaah... haaah saudara cilik, kembali kita telah berjumpa muka. "selama berpisah apakah engkoh tua berada dalam keadaan sehat walafiat??" "Haaah... haaah... haaah... selamanya aku pengemis tua Cuma punya satu bibir dua pundak, apanya yang sehat atau tidak??" sementara itu kedua belas orang pengemis tua yang datang bersama pengemis dari selatan telah melotot kearah Hansiong Kie dengan penuh kegusaran, seakan2 kalau bisa mereka hendak telan pemuda itu bulat2. Tentu saja Han siong Kie mengetahui juga apa sebabnya pihak lawan memandang ke arahnya dengan sikap bermusuhan, namun ia sama sekali tidak gentar. setelah menyapu sekejap kearah kawa nan pengemis itu, ujarnya lagi kepada pengemis dari selatan" Engkoh tua, aku lihat engkau sedang melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa, kemana engkau akan pergi?" Paras muka pengemis dari selatan berubah beberapa kali,

akhirnya sambil tertawa ha hihi jawabnya. 753 "Kemana aku hendak pergi tak usah dibicarakan, eh saudara cilik bersediakah kau untuk menemani aku pengemis tua minum arak sampai mabuk.?" "Tentang soal ini.." Jadi kau tidak bersedia" "Bukanya tidak sudi, kebetulan aku masih ada urusan penting yang harus diselesaikan lebih dahulu, maka lebih baik dikemudian hari saja.. "saudara cilik ketahuilah, secawan arak yang hendak kusuguhkan kepadamu mempunyai arti persahabatan kita yang maha besar" Han siong Kie termenung dan berpikir sebentar, akhirnya dia menjawab: "Aaai baiklah, kalau toh engkoh tua berkata begitu lebih baik aku turut perintah saja" Mendengar kesanggupan dari sianak muda itu, pengemis dari selatan segera berpaling kearah dua belas orang pengemis tua lainnya dan berseru lantang: "siapkan meja perjamuan dalam kuil Leng koan bin Kedua belas orang pengemis tua itu sama-sama memberi hormat sambil mengiakan, setelah melirik kembali kearah Han siong Kie denganpandanganpenuh kebencian, mereka putar badan dan berlalu dari situ. Memandang hingga bayangan tubuh kedua belas orang pengemis tua itu sudah lenyap dari pandangan, Han siong Kie baru berkata lagi kepada pengemis dari selatan-" Engkoh tua, kenapa secara tiba2 kau hendak undang aku untuk minum arak?" "Besar sekali arti persahabatan dalam secawan arak itu sahut pengemis dari selatan dengan alis mata berkenyit. "Aku tak habis mengerti" 754 " Untuk sementara waktu tak usah kita bicarakan dulu tentang persoalan ini, aaai sebenarnya saja aku engkoh tua menyayangkan sesuatu atas dirimu" "Menyayangkan diriku? Kenapa??" "Kemungkinan besar kehidupanmu dimasa depan akan hancur berantakan tanpa mampu dicegah lagi" "Engkoh tua, aku benar2 tidak mengerti dengan perkataanmu itu..." "Bukankah malaikat penyakitan adalah hasil penyaruanmu??" Pengemis dari selatan menegaskan. Han Siong Kie kerutkan dahinya lalu mengangguk "Benar, akulah malaikat penyakitan." -ooodewioooBAB 42

SENYUMAN yang semula menghiasi ujung bibir pengemis dari selatan, seketika lenyap tak berbekas,alis matanya berkenyit dengan suara dalam ia lantas berseru: "Jadi kalau begitu engkau benar2 adalah anak murid dari Mo tiong ci mo?" "Benar, tapi apa salahnya aku menjadi muridnya?" "Mo tiong ci mo adalah seorang gembong iblis yang kejam dan berhati keji, ia membunuh orang bagaikan membabat rumput, entah sudah berapa banyak umat persilatan yang menemui ajalnya ditangan iblis ini..." Han Siong Kie tertawa rawan. "oleh sebab itu maka engkoh tua merasa kasihan dan sayang buat masa depanku?" sambungnya dengan cepat. 755 Pengemis dari selatan tertegun, akhirnya ia berbisik lirih: "saudara cilik, kau telah berubah" "Berubah ? darimana kau tahu kalau aku berubah??" "Dari pembicaraanmu barusan " "Tidak Aku sama sekali tak berubah, mungkin dalam hati kecil engkoh tua ada urusan yang memusingkan, maka pandanganmu yang ikut pula berubah" "saudara cilik, seandainya pada saat ini aku pengemis tua ingin mengetahui jejak dari gurumu, apakah engkau bersedia untuk menjawab??" "Tentu saja Kenapa tidak berani kuterangkan??" " Kalau begitu, tolong tanya gurumu sekarang berada dimana??" "Dia orang tua telah mengakhiri masa hidupnya didunia ini " "Apa ? gurumu sudah mati ?" teriak pengemis dari selatan amat terperanjat. "Benar " Paras muka pengemis dari selatan berubah beberapa kali, kemudian ia berkata lagi: "Aku pengemis tua mengira apa yang tersiar dalam dunia persilatan hanya berita yang keliru, tak tahunya memang benar2 demikian adanya, saudara cilik Eogkau tentu tahu bukan Musuh besar dari Mo tiong ci mo tersebar di mana2, apabila dia telah mati maka...." "sang murid akan menanggung semua hutang dari gurunya" sambung sang pemuda dengan cepat. Mendengar ucapan tersebut sekujur badan pengemis dari selatan gemetar keras, ia segera berseru lagi. 756 "saudara cilik, kita bersahabat lebih dulu sebelum terjadinya pelbagai peristiwa ini, hal ini menandakan kalau kita punya jodoh, dan sekarang kita berduapun masih saling bersahabat, kata2 yang kurang sedap didengar lebih baik tak

usah kita bicarakan dulu, tiga li dari sini terdapat sebuah kuil leng koan bio, bagaimana kalau kita minum-minum dulu sampai puas?" Agaknya Han siong Kie dapat memahami arti dari ucapan kakak tuanya ini, ia lantas berkata: "Engkoh tua, bukankah kau katakan tadi bahwa secawan arakmu ini mengandung rasa persahabatan yang maha besar?" Pengemis dari selatan cuma mengangguk dan tidak menjawab. "Apakah bisa kuatirkan bahwa dengan secawan arak itu maka kau hendak memutuskan hubungan persaudaraan yang sudah terjalin?" Paras muka pengemis dari selatan berubah hebat, serunya sambil tertawa sedih: "Apa maksud perkataanmu itu??" "Engkoh tua, kalau toh sudah tahu buat apa pura2 berlagak pilon lagi? Aku tahu dimata orang Bu-lim antara mendiang guruku dengan pihak Kay pang pernah terjadi sengketa, engkoh tua sebagai tianglo dari Kaypang tak mungkin bisa berpeluk tangan dalam persoalan ini, sedangkan aku sebagai ahli waris dari Mo tiong ci mo harus bertanggung jawab terhadap perbuatan guruku, untuk itu engkoh tua akan undang aku untuk minum arak. tentu saja hal ini disebabkan karena dimasa lalu kita pernah mempunyai hubungan yang akrab, tapi setelah selesai minum arak kemungkinan besar kita harus selesaikan persoalan ini diujung senjata, kalau arak itu tak bisa dikatakan sebagai arak pemutus hubungan, lalu mau disebut apa lagi?" 757 Pengemis dari selatan mengangguk lirih, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, air mata itu tercucur keluar karena pancaran emosi dalam hatinya. Han Siong Kie sendiripun ikut bersedih hati, pikirnya: "Engkoh tua memang seorang jago yang berperasaan halus.." sementara itu pengemis dari selatan telah berkata lagi dengan sedih: "saudara cilik, sebenarnya setelah minum arak nanti persoalan ini baru akan kuterangkan, siapa tahu kau telah berhasil membongkarnya lebih dahulu, tak salah sekarang kita memang masih bersahabat, tapi satu jam kemudian kita bisa saling berhadapan sebagai musuh bebuyutan, akupengemis tua sebagai ketua tianglo perkumpulan Kay pang tak dapat mengingkari sumpahku terhadap cousu, dan tak dapat pula cuci tangan dari pertanggungan jawab ini, apa lagi terhadap semua anggota perkumpulan..." Han Siong Kie sama sekali tidak gentar atau sedih karena persoalan ini, sebab dia sudah mempunyai rencana yang masak untuk menanggulangi persoalan tersebut, dalam kitab catatan tentang budi dan dendam yang ditinggalkan Mo mo cuncu, ia telah membaca semua latar belakang peristiwa

pembunuhan itu, dan ia merasa cukup beralasan untuk menangkis semua tuduhan tadi. Pembicaraanpun dialihkan kesoal lain, pemuda itu bertanya : Engkoa tua, mata2 perkumpulan Kay pang tersebar di mana2, apakah kalian berhasil menemukan sumber serta asal usul diri Tengkorak maut gadungan?" Pengemis diri selatan geleng kepala dan menghela napas panjang. "Tiada sesuatu jejak pun yang berhasil kami temukan'' sahutnya. "Menurut pendapat engkoh tua. mungkin kah tengkorak maut itu adalah tengkorak maut generasi kedua?" 758 "Saudara cilik, engkau bisa berkata demikian tentu punya dasar buktinya bukan?" "Benar, aku bisa berkata demikian karena mendasarkan dari beberapa hal. Pertama ilmu silat yang digunakan Tengkorak maut gadungan ternyata berasal dari satu sumber dengan Tengkorak maut asli, hanya saja kehebatan mereka terpaut dalam hal kematangan serta kesempurnaan belaka Kedua, dengan kemampuan yang dimiliki Tengkorak maut asli, tak mungkin bukan kalau dia biarkan oraag lain mencatut namanya ? Pengemis lua dari selatan mengangguk2 tanda membenarkan, ujarnya kemudian : Saudara cilik, perkataanmu memang masuk diakal, tapi siapa yang menduga kalau Tengkorak maut sebenarnya ada yang asli dan gadungan ? Apalapi tenaga dalam yang dimiliki Tengkorak maut gadungan juga sangat hebat, susah dicarikan tandingannya dikolong langit dewasa ini, mampukah kau untuk membuktikan kecurigaan itu? Padahal kecuali kau dan aku, dikolongan langit ini tak ada orang ketiga yang tahu kalau Tengkorak maut sebenarnya ada dua, yang gadungan dan yang asli Diam2 Han Siong Kie menggigit bibir menahan emosi hatinya, terbayang kembali akan perbuatan ibunya Siang go cantik Ong Cui Ing yang telah menolong tengkorak maut gadungan dari ancaman maut, hampir saja dadanya meledak karena mendongkol. Sementara itu Pengemis dari selatan telah menghela napas panjang, ujarnya lagi: "Aaai.. dunia persilatan yang sudah belasan tahun mengalami ketenangan, sekarang terancam kembali oleh teror dan pembantaian secara keji. Mungkinkah saat kiamat sudah hampir tiba??" 759 Tiba2 dari sepasang mata Han siong Kie memancar keluar

serentetan cahaya yang sangat aneh, ucapnya dengan suara meyakinkan: "Aku yakin teka teki yang menyelubungi asli dan gadungannya tengkorak maut, tidak lama kemudian akan terbongkar " "Semoga saja begitu saudara cilik, mari kita berangkat.." "Baik, silahkan engkoh tua membawa jalan " Berangkatlah dua orang itu menelusuri jalan raya menuju kearah muka. sesaat kemudian mereka telah tiba ditengah sebuah bukit, sambil menunjuk kearah bukit yang ada disebelah kanan, katanya: "Itu dia, kita akan menuju kesitu" Kedua orang itu berangkat meninggalkan jalan raya berganti menyelusuri jalan kecil menuju kearah hutan yang dimaksud. Meskipun diluaran pengemis dari selatan tidak menunjukkan sikap apa2, namun perasaan hati yang sesungguhnya amat berat dan tertekan, sejak bertemu dengan Han siong Kie dalam hutan tho ia merasa amat berjodoh sekali dengan pemuda itu sehingga mengikat diri menjadi saudara, tak disangka banyak urusan didunia, yang tak dapat diramalkan, akhirnya pemuda yang menjadi saudaranya itu telah menjadi ahli waris dari Mo tiong ci mo, seorang gembong iblis yang punya ikatan dendam dengan perkumpulannya. Empat puluh tahun berselang, Mo tiong ci mo dengan andalkan kepandaian silatnya yang tinggi telah memusnahkan cabang perkumpulannya yang ada dikota swat siang, dimana dari sang Tuo-co, ketiga orang hiang-cu, dua belas orang komandan sampai empat puluh orang anggota perkumpulannya telah dibantai secara keji. 760 setelah kejadian itu, tiba2 jejak Mo tong ci mo lenyap dari dunia persilatan, walau begitu pihak Kay pang bersumpah akan menebus hutang berdarah itu. Dan kini, Mo tiong ci mo telah meninggal dunia, itu berarti hutang berdarah tersebut harus ditanggung oleh Han Siong Kie sebagai ahli waris tunggalnya. Ini berarti pula persaudaraan diantara mereka akan berakhir, dari saudara angkat akan jadi musuh bebuyutan yang tak bisa berdiri bersama. kejadian semacam ini boleh dikata merupakan suatu kejadian yang amat tragis. Pengemis dari selatan mengetahui sampai dimanakah taraf kemampuan yang dimiliki Han Siong Kie, sebab kelihayannya sudah tersohor diseluruh kolong langit, ia tahu hutang darah perkumpulannya belum tentu bisa ditagih, terbayang akan peristiwa yang bakal terjadi, tak kuasa lagi ia merinding hingga bulu kuduknya pada bangun berdiri Pengemis itupun tahu, seandainya sampai terjadi

pertarungan sengit, dengan semangat anggota perkumpulannya, maka suatu pertumpahan darah yang mengerikan tak bisa dihindari lagi, ia tak berani melanjutkan pemikirannya, sebab ia tahu bagaimanapan juga akibatnya pasti tragis dan mengerikan.. Han siong Kie sendiri sama sekali tak jadi gentar atau bingung oleh peristiwa tersebut, sebab ia sudah mempunyai rencana yang masak. Ia yakin urusan itu dapat dipecahkan secara mudah. sebuah kuil besar yang antik dan rusak dimakan usia berdiri angker dibalik pepohonan yang lebat. sebuah papan nama tergantung didepan pintu kuil, tulisan itu berwarna emas walaupun sekarang telah kotor oleh debu, secara lapat2 tulisan tersebut masih dapat dikenali sebagai kuil "Long koan bio" 761 Ketika mereka hampir tiba didepan pintu, seorang pengemis setengah baya munculkan diri dari balik ruangan dan jatuhkan diri berlutut, katanya dengan lantang: "Tecu Ciu song tuccu dari cabang kota kang leng menyambut dengan hormat kedatangan tianglo" "ciu Tuocu tak usah banyak adat, sudah kau siapkan meja perjamuan?" "semuanya telah siap" jawab Ciu Seng dengan hormat, ia segera bangkit dan menyingkir kesamping. "Bagus, bawa jalan" Tiga orang itu secara beruntun masuk ke dalaw kuil, setelah menyeberangi dua buah halaman yang luas, sampailah mereka dalam ruang tengah yang besar dan bersih. Dimana mereka berjalan lewat, semua anggota perkumpulan Kay pang sama2 bungkukkan badan memberi hormat. Han Siong Kie hanya mengintil dibelakang saudaranya, walaupun mukanya tetap tenang, namun ia cukup menyadari betapa tegangnya situasi disana, semua sorot mata yang ditujukan ke arahnya rata2 memancarkan rasa dendam dan marah yang tak terkendalikan. Diatas meja perjamuan tersedia belasan macam sayur yang berbau harum, disampingnya tersedia pula sebuah guci arak yang masih disegel. Pengemis dari selatan mempunyai tingkat kedudukan yang sangat tinggi dalam perkumpulannya, ia tak pernah terikat oleh segala tata cara yang ber-belit2, kepada Ciu Seng yang mendampinginya ia berkata: "Perintahkan semua orang untuk tinggalkan tempat ini, aku hendak makan minum sepuasnya dengan saudara cilik, bila ciang bunjin sudah tiba nanti, kasi kabar kepadaku" 762

"Baik tianglo" dengan sangat hormat Ciu Seng mengundurkan diri dari ruangan itu, menyusul anak murid lainnyapun sama2 berlalu dari sana, sebentar kemudian dalam ruangan yang luas tinggal mereka berdua. "saudara cilik, ayoh duduklah " ucap pengemis dari selatan. setelah dua orang itu ambil tempat duduk, pengemis dari selatan segera membuka segel diatas guci arak yang tersedia, bau harum semerbak berhembus keluar membuat seluruh ruangan jadi wangi. "Arak bagus" puji Han Siong Kie dengan suara lantang. Merekapun meneguk arak dengan riang gembira, pengaruh alkohol membuat kedua orang itu melupakan kenyataan yang sebentar lagi bakal terjadi, senda gurau berjalan amat lancar, se-olah2 diantara mereka memang tiada persoalan apa2. setengah jam kemudian, dari luar ruangan berkumandang suara teriakan keras: " Ciang bunjin tiba" Pengemis dari selatan segera bangkir berdiri, mukanya berkerut kencang, sambil tertawa getir serunya kepada anak muda itu: "saudara cilik, tampaknya tali jodoh di antara kita harus berakhir sampai disini saja." Han Siong Kie mengulum senyuman, ia tidak mengucapkan sesuatu, perlahan tubuhnya ikut bangkit dari tempat duduk. suara langkah kaki yang riuh berkumandang dari luar, menyusul sekelompok manusia melangkah masuk kedalam halaman luar. orang yang dipaling depan adalah seorang pengemis berusia lima puluh tahunan, mukanya amat kereng, dia langsung menuju keruang tengah, sementara enam belas orang pengikutnya barsama dua belas orang pengikut dari pengemis selatan menunggu dihalamam depanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 763 sementara itu anak murid Kay-pang yang lain menyebarkan diri keempat penjuru, dalam waktu singkat mereka sudah membentuk sebuah lingkaran tembok manusia yang kuat, jumlah mereka sekitar dua ratus orang, kecuali suara langkah kaki tiada kedengaran suara lain. "Tio Hui menjumpai pangcu " seru pengemis tua dari selatan sambil melangkah tiga tindak kemuka. "Tianglo tak usah banyak adat" seru pengemis tua itu menghalangi tianglonya memberi hormat, kemudian sambil berpaling kearah Han Siong Kie katanya: "Jadi engkau yang bernama Manusia bermuka dingin Han Siong Kie?" "Benar" anak muda itu mengangguk ketus. "Empat puluh tahun berselang gurumu Mo tiong ci mo mempunyai sedikit persoalan dengan perkumpulan kami." "Akulah yang akan membereskan" sambung Han song Kie cepat. Mendengar jawaban tersebut, sorot mata yang penuh

pancaran rasa dan gusar tertuju semua keatas tubuh Han Siong Kie. "Kalau memang begitu, silahkan menuju ketengah halaman, kita lanjutkan pembicaraan disitu" ucap ketua Kaypang sambil persilahkan pemuda itu. Han Siong Kie mendengus dingin, tanpa menggerakan bahu ataupun anggota badan, tahu2 sekali enjot badan, dia sudah melayang turun ditengah halaman. Demontrasi ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi ini sangat menggetarkan hati setiap orang, diam2 jago lihay dari Kaypang itu sama terkesiap dan mengeluarkan peluh dingin Ketua Kay pang tidak banyak komentar lagi, diapun melangkah ke tengah halaman, disana keenam belas orang 764 pengiringnya berdiri berjejer dibelakang ketua mereka dengan tongkat Tah- kau pang siap ditangan. Pengemis dari selatan sendiri dengan muka serius berdiri disamping kanan ketua nya. suasana jadi tegang dan meruncing, setiap saat suatu pertumpahan darah bakal berlangsung disitu. Dengan muka serius ketua Kay pang menyapu sekejap sekeliling halaman itu, kemudian tegurnya dengan lantang. "Han sauhiap. betulkah engkau akan mewakili mendiang gurumu untuk menyelesaikan hutang darah yang dibuat gurumu pada empat puluh tahun berselang?" Han Siong Kie mengangguk tegas. "Benar Hutang yang dibuat guru sudah sapantasnya ditanggung sang murid, tolong tanya bagaimana caranya pihak Kaypang untuk menyelesaikan pertikaian ini?" "Hutang darah bayar darah Hutang nyawa bayar nyawa" "sebelum salah satu mampus tak akan di akhiri? " "Benar" suasana bertambah tegang, semua jago lihay dari Kay pang menunjukkan muka sedih dan marah, mereka siap melancarkan terjangan maut kearah musuhnya. Ketua Kay pang termenung sebentar, kemudian ujarnya lagi: "Berbicara tentang pertolongan Han sauhiap dalam peristiwa penghianatan pengemis bintang langit Jin Jiet, sebenarnya perkumpilan kami merasa sangat berhutang budi kepadamu ...." Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar , lanjutnya lagi: 765 "Tapi peristiwa berdarah yang menimpa cabang samsiang merupakan hutang darah yang paling besar bagi perkumpulan kami, maka ...." "Mengenai kasus pengemis bintang langit Jin Jit, aku lakukan kesemuanya itu demi persaudaraanku dengan engkoh

tua Thio tianglo, mengenai soal ini ciang bunjin tak usah merasa menyesal atau berterima kasih, aku lihat lebih baik ciang bunjin pikirkan tentang hutang piutang perkumpulan Kay pang dimasa lampau" Pengemis dari selatan tetap berdiri tanpa emosi, padahal hatinya merasa amat sedih hingga sukar ditahan. Dengan muka serius ketua Kay pang berkata: "Kalau toh urusan sudah dibikin jelas, maaf kalau perkumpulan kami terpaksa harus ambil tindakan" Mengikuti bergemanya ucapan tersebut, suasana berubah jadi tenang, senjata mulai dicabut dan pertarungan siap terjadi: Melihat kesemuanya itu, Han Siong Kie segera berpikir dihati: "Mungkin semua orang penting dalam perkumpulan Kay pang telah hadir disini, itu berarti sudah tiba saatnya bagiku untuk mengungkap duduk persoalan yang sebenarnya." Berpikir sampai disitu, dengan muka serius dia lantas terkata: "cianghunjin, boleh aku ajukan satu pertanyaan" "Katakan" "seandainya kematian yang menimpa anak murid cabang kota samsiang yang terjadi pada Empat puluh tahun berselang adalah kematian yang sudah sepantasnya mereka terima, apa yang hendak ciangbunjin lakukan?" 766 suatu pertanyaan yang aneh dan sama sekali diluar dugaan para anggota Kaypang berdiri menjublak, paras muka mereka berubah hebat. sekilas rasa kaget dan heran sempat menghiasi pula air muka Pengemis dari selatan yang kaku, ia yakin saudara kecilnya tak mungkin berbicara tanpa bukti atau alasan yang kuat, dengan hati berdebar ia menunggu keterangan lebih jauh dari anak muda itu. "Han sauhiap. apa arti dari perkatanmu itu?" tanya ketua Kaypang dengan muka tertegun karena heran"Maksudku, andaikata murid2 Kay pang yang terbunuh dimasa lampau memang mempunyai dosa yang tak dapat diampuni, apa yang akan ciang bunjin lakukan??" "Tentang soal ini...." ketua Kay pang jadi ragu, "aku rasa sauhiap tentu mempunyai alasan yang cukup kuat bukan??" "Tentu saja? Meskipun mendiang guruku disebut orang sebagai Mo tiong ci mo iblis diantara iblis, namun selama hidup tak pernah membunuh orang tanpa alasan yang kuat, mengapa banyak orang yang beliau bunuh? Hal ini disebabkan karena terlalu banyak manusia yang patut dibunuh yang berkeliaran dalam dunia" semua orang terperanjat mendengar ucapan itu, suasana hening tak seorang manusiapun buka suara. Dengan hati sangsi ketua Kay pang melirik sekejap kearah

Pengemis dari selatan sebab dalam tingkat kedudukan dipartai Kay pang pengemis selatan yang berkedudukan paling tinggi dan berpengalaman paling luas. Apa lagi dikala Mo tiong ci mo masih berkeliaran dalam dunia persilatan, pengemis dari selatan juga sering berkelana, maka apabila ucapan Han Siong Kie tidak bohong, sedikit banyak diapun pernah mendengar akan kejadian tersebut. 767 siapa tahu pengemis dari selatan sendiripun menunjukkan muka sangsi, kaget dan keheranan, maka dengan ragu2 ujarnya: "Kalau menurut ucapan sauhiap. gurumu hanya dituduh secara se-mena2 oleh kawanan pendekar budiman??" Ucapan itu sangat tajam dan mengandung sindiran. Han Siong Kie tertawa dingin "Sukar untuk dibedakan mana baik mana buruk di antara sesama umat persilatan, karena banyak orang yang kelihatannya baik bersemangat jantan dan berjiwa ksatria tapi dalam kanyataan berjiwa kerdil, munafik dan suka melakukan perbuatan yang terkutuk. sebaliknya tak jarang orang yang kelihatan kejam, dianggap iblis, pembunuh besar dalam kenyataan seringkali melakukan kebajikan" "Bolehkah kami menanyakan maksud sau hiap yang lebih mendalam mengenai persoalan ini?" Hao siong Kie ternenung dan berpikir sebentar, akhirnya dia berkata: "Empat puluh tahun berselang, diatas jalan raya menuju kota samsiang telah terjadi suatu peristiwa berdarah yang menggemparkan sungai telaga, apakah diantara kalian ada yang mengetahui peristiwa apakah itu?". . Empat orang pengemis tua yang berdiri dibelakang ketua Kay pang saling berpandangan sekejap. kemudian mengangguk. "Lanjutkan perkataanmu" ucap pengemis dari selatan Dengan wajah serius Han Siong Kie meneruskan kembali kata2nya: "Empat puluh tahun berselang, perusahaan ekspedisi yang paling besar dikota sam siang yakni Ceng bu piau kiok mendapat order untuk mengawal sejumlah barang yang 768 sangat berharga menuju Thian lam, menurut apa yang kudengar selain intan permata serta mutu manikam yang mahal harganya, diantara partai barang berharga itu terdapat pula sebuah raja jinsom berumur sepuluh laksa tahun-..." -ooodewioooJilid 21 SEMUA perhatian orang tertuju diatas wajah Han Siong Kie, rata2 mereka memperlihatkan rasa kaget dan tercengang

yang luar biasa. "Entah siapa yang membocorkan rahasia tersebut kedalam dunia persilatan, yang jelas banyak umat persilatan mulai berdatangan untuk mengincar sejumlah besar harta pusaka itu, terutama raja jinsom yang tak ternilai harganya. Untuk menghindari segala kemungkinan yang tidak dlinginkan, maka selain membawa serta puluhan jago lihaynya, pihak perusahaan Ceng bu piau kiok turun ke gelanggang dengan dipimpin oleh piau cu sendiri beserta istrinya, selain itu putri tunggal merekapun ikut mengiringi dalam pengawalan tersebut" Dengan muka gusar karena mendongkol, anak muda itu berhenti sebentar kemudian meneruskan: "siapa tahu, belum sampai mereka keluar dari wilayah sam siang, barang kawalan mereka sudah dibegal orang, bahkan cara yang digunakan cara pembegal amat sadis dan rendah moralnya, mereka gunakan racun untuk merobohkan lawan2nya, hanya sesaat kemudian ratusan orang anggota perusahaan mulai dari Piaucu suami istri sampai keanak buahnya telah mati penasaran, seluruh dunia persilatan jadi gempar, sebab bukan saja banyak korban yang berjatuhan, 769 bahkan siapa yang membegal barang kawalan itupun masih menjadi suatu tanda tanya besar" Mendengar sampai disini paras muka semua jago dari pihak Kaypang berubah jadi amat serius. Dengan pandangan dingin Han Siong Kie menyapu sekejap semua orang yang hadir dalam gelanggang, kemudian sambungnya lebih jauh: "Tapi, Thian memang menghendaki segala kejahatan terbasmi dari kolong langit, sekalipun cara kerja para pembegal itu cukup rapat dan rahasia, toh tetap ada yang teledor. Putri piausu yang berparas amat cantik menjadi satu2nya saksi hidup dalam peristiwa itu, karena mukanya yang cantik jelita ia lolos dari pembantaian, namun tak lolos dari siksaan hidup, oleh pimpinan pembegal matanya dibikin buta kemudian secara bergilir ia diperkosa oleh pembegal tersebut, sebelum akhirnya dia hendak dibunuh mati, tiba2 munculah bintang penolong ditempat kejadian dan selamatlah jiwanya dari ancaman itu. sayang orang yang menolong jiwanya adalah seorang padri, tanpa menanyakan duduk persoalan yang sebenarnya dengan ter-buru2 ia dikirim kesebuah biara, disanalah gadis itu cukur rambut menjadi pendeta, gadis itu tetap mempertahankan kehidupannya walau tubuh sudah ternoda dan mata dibikin buta, kesemuanya itu tak lain karena dia hendak membalas dendam." suasana dalam gelanggang berubah jadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun, semua orang tertarik untuk

mendengarkan kisah cerita itu. Walaupun mereka ikut merasa gusar terhadap para pembegal, namun secara lapat2 merekapun dapat merasakan kalau cerita ini pasti mempunysi hubungan yang erat dengan peristiwa berdarah dicabang perusahaan mereka. 770 Rahib buta yang malang ini masib ingat kalau padri yang menyelamatkan jiwanya bernama Bu Ay. "Bu ay ? Dia adalah padri dari utara " tiba2 pengemis dari selatan menjerit kaget. Apa yang barusan dikisahkan Han Siong Kie sebagian besar telah disarikan kedalam kitab catatan budi dan dendam dari Mo- mo cuncu, ketika itu padri dari utara belum mendapat nama, maka Han Siong Kie sama sekali tak tahu kalau padri yang bernama "Bu Ay" tersebut sebetulnya bukan lain adalah nama pendeta dari Padri utara. satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, ia merasa kejadian itu sangat kebetulan sekali baginya, sebab kalau Bu Ay taysu benar2 adalah padri dari utara, itu berarti ia mempunyai saksi hidup yang cukup kuat untuk membenarkan apa yang dia ceritakan barusan"omitohud" tiba2 dari luar halaman bergema suara pujian kepada sang Buddha menyusul sesosok bayangan manusia melayang masuk ketengah gelanggang. Agak tertegun Han Siong Kie setelah menjumpai kehadiran orang itu, tapi cepat dia maju kedepan seraya memberi hormat: "oh, locianpwee, sangat kebetulan kehadiranmu kali ini" Orang yang baru muncul bukan lain adalah Padri dari utara, sahabat karib pengemis dari selatan. Kemunculan Padri dari utara yang sangat mendadak ini jauh diluar dugaan Han Siong Kie, tapi diapun merasa kegirangan oleh kemunculannya, sebab itu berarti ia tak usah bersilat lidah lebih jauh untuk membuktikan kejujuran ceritanya. Padri dari utara memberi hormat lebih dulu kepada ketua Kay-pang, kemudian mengangguk kepada pengemis dari 771 selatan akhirnya kepada Han Siong Kie dia berkata: "siau-sicu, lanjutkan cerita mu" Han Siong Kie bukan orang bodoh, ia tahu kemunculan padri dari utara jelas bukan suatu kebetulan saja, sambil tersenyum tegurnya: "Bukankah kedatangan locianpwe untuk membantu pihak Kaypang mengerubuti aku??" "Benar, aku tak menyangkal atas pertanyaanmu itu, Nah, sekarang lanjutkan cerita mu" Han Siong Kie mengangguk, sambungnya:

"Kurang lebih setahun kemudian setelah kejadian itu, kebetulan mendiang guruku lewat dibiara tersebut dan berjumpa dengan rahib buta, yaitu putri kesayangan pemilik perusahaan Ceng bu piau-kiok. setelah dia mendengar nama besar mendiang guruku, maka berceritalah rahib tersebut tentang tragedi yang menimpa dirinya, selain itu diapun mengeluarkan sebuah tanda pengenal yang didapatinya dari saku sang pemerkosa secara kebetulan, dari tanda pengenal itulah akhirnya terungkap siapa kah pembunuh keji pembegal barang kawalan serta pemerkosa dara itu..." Bercerita sampai disitu, mendadak Han Siong Kie tutup mulut dan membungkam. Semua orang merasa hatinya tercekat dan jantungnya berdebar keras, mereka tahu teka teki tersebut sebentar lagi akan ketahuan jawabannya. Ketua Kay pang ikut merasakan hatinya tercekat, sekujur tubuhnya gemetar keras menahan emosi. Pengemis dari selatan maupun keenam belas orang pengemis tuapun ikut mengerutkan dahi sambil menantikan jawaban tersebut dengan hati berdebar. 772 Suasana jadi hening, sepi.. tak kedengaran sedikit suarapun, saat itulah padri dari utara berbisik memuji keagungan Buddha, kemudian bertanya: "Siau sicu, siapa kah pembunuh sadis itu?" Pancaran sinar aneh terbias dari mata Han Siong Kie, ditatapnya wajah ketua Kay pang tanpa berkedip, kemudian sepatah demi sepatah ucapnya dengan suara dalam: "Pembunuh keji yang tak berperi kemanusiaan itu tak lain adalah Tuo cu cabang sam siang beserta orang-orang kepercayaannya" Jawaban itu ibaratnya guntur membelah bumi disiang hari belong, semua orang tertegun, semua orang terbelalak untuk sesaat lamanya tak kedengaran suara bicara setiap anggota Kay pang yang hadir disitu memberlalakkan matanya dengan mulut melongo, kejadian ini memang sama sekali diluar dugaan. Paras muka ketua Kay pang berubah hebat, secara beruntun dia mundur tiga langkah kebelakang. "Betulkah kejadian itu?" tanya pengemis dari selatan penuh emosi, rambutnya bergetar keras mengikuti pergolakan hatinya. Han Siong Kie tertawa dingin, kembali ia berkata: "Tanda pengenal itu tak lain adalah tanda pengenal milik Toucu perkumpulan Kay pang cabang kota sam siang, sampai sekarang benda itu masih disimpan oleh rahib buta, mengenai biara mana yang telah di tempati rahib tersebut sejak Empat puluh tahun berselang, untuk jelasnya lebih baik tanyakan sendiri kepada padri dari utara" Padri dari utara ikut terpengaruh oleh kisah tersebut,

dengan suara gemetar karena emosi katanya: "Peristiwa ini memang benar2 telah terjadi, waktu itu aku menempatkan dara yang malang tadi di biara Cu in an, kalau 773 dihitung-hitung usianya kini sudah mencapai enam puluh tahunan" Semua anggota perkumpulan Kay pang sama-sama tundukkan kepalanya, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang paling memalukan bagi perkumpulan mereka, tak ada yang bicara, tak ada yang komentar, semuanya terdiam, diam karena malu. Pengemis dari selatan sendiri berdiri dengan tubuh gemetar sambil menengadah memandang awan diangkasa, diapun bungkam dalam seribu bahasa. Akhirnya kesunyian itu dipecahkan oleh Han Siong Kie, menghampiri ketua Kay pang yang masih membungkam dan berkata: "Ciang bunjin, apa yang ingin kukatakan telah kuucapkan semua, bagaimanakah penyelesaian tentang persoalan ini, terserah pada keputusan ciang bunjin" Ketua Kay pang menghela napas panjang. "Aaai.. Peristiwa ini sungguh merupakan suatu kejadian yang tidak beruntung bagi pihak Kay pang, apa yang dapat kukatakan lagi? Han siau hiap. kami merasa malu dan menyesal atas perlakuan kasar yang sudah diperlihatkan pihak kami selama ini, harap engkau sudi memaafkan --ooodwoooBAB 43 "ENGKAU tak usah berkata begitu ciangbunjin, aku dapat memahami perasaanmu " sahut Han Siong Kie sambil tertawa. Kepada pengemis dari selatan ia menambahkan"Engkoh tua, aku tak dapat berdiam terlalu lama disini, aku masih banyak persoalan yang harus kukerjakan, selamat tinggal dan sampai jumpa dilain saat" 774 "saudara cilik, engkau membutuhkan bantuanku " bisik pengemis dari selatan dengan duka. "Tidak engkoh tua, sekarang aku tidak membutuhkan bantuanmu, lain kali kalau ada kebutuhan yang mendesak. aku pasti akan mencari kau" Untuk menyelesaikan pertikaian antara mendiang gurunya dengan pihak Kaypang sudah banyak waktu yang dibuang sianak muda itu, kini urusan telah selesai maka, secara otomatis ingatannya beralih kembali akan keselamatan lima orang tianglo perguruannya, dia ingin tahu apakah usaha mereka untuk menghadang jalan pergi Mo sam Yu peng hianat dari perguruannya, berhasil atau tidak. . Karena itu dengan hati gelisah cepat dia menjura kepada

semua orang, kemudian enjotkan badan dan berlalu dari situ. Pengemis dari selatan serta ketua Kay pang seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi Han Siong Kie keburu kabur dari situ dan lenyap dikejauhan, terpaksa mereka cuma berdiri tertegun dengan mata melongo. Dari kuil Leng koan bio, Han Siong Kie berlarian diatas jalan raya dengan mengerahkan ilmu ginkangnya Cahaya kilat lintasan bayangan, ibarat segulung hembusan angin puyuh, ia meluncur kemuka dengan cepatnya. Perjalanan ditempuh siang malam tanpa berhenti, paling sedikit sudah seribu li dia lintasi, namun bayangan tubuh dari kelima orang tianglonya sama sekali tak nampak, kejadian ini sangat mencengangkan hati Han Siong Kie. Diam2 ia mulai gelisah, pemuda itu tak mungkin mengejar langsung kewilayah Thian lam, sebab dia masih ada persoalan lebih penting yang harus dikerjakanTanpa terasa sampailah pemuda dia didalam sebuah hutan lebat, jalan raya itu menjorok jauh memasuki hutan itu, suara percikan air secara lapat2 menggema dari kejauhan-. 775 Beberapa li kemudian, tibalah pemuda itu ditepi sebuah sungai yang amat lebar, jalan raya terputus sampai disitu, tepi sungai merupakan sebuah hutan pohon liu yang sangat lebat, begitu tebalnya sampai sinar matahari susah menembusi permukaan tanah. sebuah batu peringatan yang tinggi berdiri angker ditepi sungai, beberapa huruf besar tertera diatas batu itu. "LIU LIM TOK" atau Penyeberangan hutan Liu. Aneh kalau toh disana merupakan tempat penyeberangan, mengapa tiada sebuah perahupun yang berlabuh disana ? Memandang gulungan ombak serta arus air yang amat deras ditengah sungai, Han Siong Kie berdiri ter-mangu2. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, ia berusaha mencari akal untuk memecahkan kesulitan yang sedang dihadapinya itu. Tiba2.. bau anyir darah berhembus lewat dari kejauhan, menusuk penciuman pemuda itu sehingga membuat perutnya merasa mual. Betapa terkejutnya si anak muda itu, dengan mata jelalatan dia menengok kesana kemari, ibarat kucing mengincar mangsanya, nun jauh didalam hutan Liu tiba2 ia temukan bayangan manusia yang se-akan terlentang diatas tanah. Dengan sigap ia loncat kemuka dan menerobos masuk kedalam hutan itu. Apa yang kemudian terlihat sungguh mendirikan bulu roma, mayat yang berlumuran darah bergelimpangan disana sini, jumlah nya mencapai tiga puluh sosok lebih, ketika mayat itu diteliti lebih jauh, tak kuasa lagi ia menjerit tertahan-"Aaah.. Korban2 dari malaikat hawa dingin"

Memang korban2 tersebut menunjukkan ciri yang khas yakni ubun2nya hancur tercabik-cabik, hanya Malaikat hawa dingin yang men-cabik2 benak korbannya hingga otak dan 776 darah berhamburan di mana2, pemandangan waktu itu amat seram membuat bulu roma bukan saja pada bangun berdiri, perutpun ikut mual dan hampir saja muntah-muntah. Malaikat hawa dingin Mo siu Ing tersohor karena caranya yang keji dan sadis sewaktu membantai musuh2nya, dalam dunia tak ada manusia kedua yang melebihi kekejaman hatinya Inilah akibat dari sakit mental yang diderita malaikat hawa dingin, seandainya ia tidak kehilangan suaminya yang tercinta tak mungkin hawa amarah dan dendamnya dilampiaskan kepada orang lain, diapun tak akan membunuh seratus orang persilatan setiap tahunnya untuk melampiaskan tekanan batinnya. Han siong Kie berdiri termangu-mangu, ia tak habis mengerti dengan kejadian yang terbentang didepan mata, biasanya malaikat berhawa dingin tak akan mengulangi kembali pembantaiannya sebelum lewat satu tahun setelah ia membantai orang keseratus yang terakhir, tapi kini..? Apa yang terbentang didepan mata menunjukkan suatu keistimewaan, suatu pengecualian dari kebiasaannya itu, lalu apa yang telah terjadi? Tiba2 anak muda itu menjerit tertahan, lalu memburu kesisi sesosok mayat, korban itu tak dikenal olehnya bahkan sedang dicari2 selama ini, tak kuasa ia berdiri dengan hati bergetar keras. Siapakah korban itu? dia tak lain adalah mayat dari Mo sam Yu, pelindung hukum dari istana Huan mo kiong yang berkhianat, ditinjau dari sini dapatlah dibuktikan kalau kawanan penghianat yang kabur kembali kewilayah Thian lam tak sempat mencapai tujuannya, malahan mereka sudah menjadi korban keganasan malaikat hawa dingin. Lalu.. apa sebab nya malaikat hawa dingin membantai orang-orang itu? 777 Bukankah lima orang tianglonya berangkat lebih dulu untuk menghadang jalan lari Mo sam Yu beserta begundal2nya? Kemana mereka pergi? Mengapa jejaknya tak ketahuan juntrungannya? Aah jangan2 mereka pun sudah.... Berpikir sampai disitu, tak kuasa lagi Han Siong Kie bergidik tubuhnya jadi merinding. Bila kelima orang tianglonya dibantai pula oleh malaikat hawa dingin, itu berarti antara dia dengan iblis perempuan itu terikat oleh dendam darah sedalam lautan, bagaimanapun juga hutang darah itu harus diperhitungkan. sementara ia masih tertegun, jauh ditengah hutan

menggema suara bentakan manusia yang terbawa angin secara sayup2 sampai terbaur oleh gulungan ombak yang menggila, ia sulit untuk membedakan mana suara bentakan mana gulungan ombak, tapi berhubung bentakan2 itu menggema saling susul menyusul maka lama kelamaan Han siong Kie dapat merasakan pula akan keanehan tadi. Dia pusatkan segenap perhatiannya untuk mengamati suara bentakan itu, setelah yakin bila pendengarannya tak keliru, cepat ia terobos hutan pohon liu itu dan menghampiri kemana suara itu berasal. Hutan yang panjang dan lebat telah diterobosi, nun diluar hutan tepatnya diatas sebidang tanah merumput yang luas terlihatlah beberapa sosok bayangan manusia sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru. Tiga orang kakek berbaju perlente sedang putar toyanya kencang2 mengerubuti seorang perempuan muda yang cantik jelita. Dua orang kakek perlente lainnya duduk bersila diluar gelanggang, dari sikap mereka yang duduk mematung, dapat diketahui kalau mereka sedang menderita luka yang cukup parah. 778 Sembari melayani serangan2 gencar musuh nya, perempuan itu terkekek tiada hentinya, semua serangan yang ia lancarkan rata2 ampuh dan sadis, membuat tiga orang musuh nya kalang kabut dan terdesak ke dalam posisi yang amat berbahaya: Tiga orang kakek bersenjata toya itu siapa lagi kalau bukan lima orang tianglo dari istana Huan mo kiong? Dua diantara mereka duduk mengatur pernapasan, rupanya cukup parah luka dalam yang diderita. Sedangkan perempuan yang cantik rupawan itu memang tak salah lagi malaikat hawa dingin Mo siu Ing. Sementara liu tiga serangan yang dilancarkan iblis perempuan itu memaksa tiga orang tianglo dari Huan mo kiong terdesak mundur delapan depa dengan sempoyongan, katanya: "Hey tiga orang tua bangka sialan, aku harap kalian sedikitlah tahu diri, sepanjang hidup aku malaikat hawa dingin tak pernah membantai korban yang mampu menerima tiga jurus seranganku, Hmm Kalau bukan terikat oleh kebiasaanku itu, memang nya kalian bisa hidup sampai sekarang ? Bila kalian tahu diri, cepat2lah kabur dari sini, jangan menunggu sampai aku naik darah dan melanggar kebiasaanku" "Malaikat hawa dingin" bentak To It hui dengan gusar, "engkau sudah melukai dua orang suteku, membantai tiga puluh lembar nyawa anggota perguruanku, sebelum memberi keadilan kepada kami, aku berlima tak akan pergi dari sini?" "Keadilan? Haahh haahh haahhh, omong kosong" ditengah

gelak tertawa yang amat nyaring, serangan bertubi2 dilepaskan kearah Tio It hui. Cepat dalam penyerangan, ganas dalam ancaman itulah ciri serangan yang dilepaskan perempuan iblis ini. 779 Menyaksikan rekannya terancam, dua orang tianglo yang lain sama2 mendengus gusar, toya kepala setan mereka secepat kilat dlayun kedepan membacok tubuh Im sat. To It hui sendiri cepat ayun toyanya untuk menangkis, serangan yang dilontarkan ke tubuh nya. "Duuk Blaaamm" diiikuti dengusan tertahan, To it hui terpental kebelakang, toyanya terlepas dari cekalan dan tubunnya terkapar di atas tanah. Hampir berbareng waktunya, serangan toya yang dilepaskan dua orang tianglo lainnya telah menyergap tubuh Im-sat. Kedua belah pihak saling menyerang dengan gerakan yang sama2 cepatnya, namun bagaimanapun juga toh kepandaian silat Im sat lebih unggul setingkat, sekali berkelebat tahu2 ia sudah menyusup keluar dari kurungan musuh. "Heeeh heeh heeeh luput kurang jitu" ejeknya sambil terkekeh, "kurang makan kalau nyerangnya lantas begitu. Nih coba lihat seranganku" Kedua orang tianglo itu tertegun, untuk sesaat mereka tak tahu musti berbuat apa. Sementara itu malaikat hawa dingin sudah melayang kemuka siap melepaskan serangan balasan. "Tahan " mendadak serentetan bentakan nyaring menggema di udara. Malaikat hawa dingin tersentak kaget dan batalkan gerakannya lebih jauh ia tercengang bercampur keheranan sebab selama hidup belum pernah ada orang yang berani menghalangi perbuatannya, baru kali ini peristiwa mana bisa dialaminya. Kalau mengikuti kebiasaan yang berlaku umum, dimana malaikat hawa dingin munculkan diri, kebanyakan orang 780 persilatan jeri pontang panting berusaha menyelamatkan diri, tapi kali ini, bukan saja orang tidak menjadi takut oleh keangkerannya, malahan menghalangi perbuatannya, tak heran kalau iblis perempuan ini malahan dibuat melongo. Kedua orang tianglo itu sendiripun segera berpaling kearah mana berasalnya suara itu dengan pandangan kaget. To It hui ikut meronta bangun dari atas tanah, ia menyeka noda darah yang mengotori ujung bibirnya.. Dengan kecepatan yang luar bias a sesosok bayangan manusia munculkan diri dari belakang hutan, sekali enjot tahu2 orang itu sudah berdiri angkuh ditengah gelanggang.

Mula2 malaikat hawa ding in Mo siu Ing tampak rada tertegun, kemudian sambil tertawa kegirangan serunya: "Oh Manusia muka dingin, kirinya kau?" "Benar, aku yang datang" jawab anak muda itu dingin. "Aku hendak mencari kau." "Mencari aku??" "Ehmm, begitulah." Dalam pada itu ketiga orang tiang lo tersebut telah maju memberi hormat setelah mengetahui siapa yang datang mereka sangat gembira atas kedatangan sianak muda itu. "ciangbun suheng, sungguh kebetulan kedatanganmu ini" serunya hampir serentak. "Tiang lo bertiga tak usah banyak adat" anak muda itu ulapkan tangannya. Dari tindak tanduk tiga orang tiang lo tersebut, agaknya malaikat hawa dingin dapat meraba pula kedudukan anak muda kita, dengan muka terperanjat bercampur keheranan serunya: 781 "Apa?? Kau...kau adalah ketua Thian lam?" "Engkau heran?" sahut sang anak muda seraya mengangguk. "Bukankah engkau adalah ahli waris dari Mo tiong ci mo??" "Betul, mendiang guruku adalah kaisar Tee-kun dari istana Huan mo kiong... engkau tak tahu akan hal ini??" Tak kuasa lagi Malaikat hawa dingin Mo Siu Ing mundur dua langkah kebelakang, paras mukanya berubah hebat. "Jadi kalau begitu sekarang..sekarang engkaulah Tee kun kaisar dari istana Huan mo kiong?" "oooh engkau kurang percaya??" "Bukannya tak percaya, cuma saja kejadian ini memang sedikit diluar dugaan " Han Siong Kie mendengus dingin, dia alihkan pembicaraan kesoal lain, ujarnya lagi: "Ketiga puluh sosok mayat yang bergelimpangan di penyeberangan hutan Liu adalah hasil karyamu??" Malaikat hawa dingin Mo siu Ing kerutkan dahinya dan tersenyum, ia sama sekali tak merasa canggung untuk menjawab pertanyaan itu: "Ehmm Memangnya kenapa ?" "Engkau telah melanggar kebiasaanmu, bukankah jatahmu untuk tahun ini sudah kau ambil semua? sekarang ditambah dengan tiga puluh sosok mayat itu ? berarti kau sudah membantai seratus tiga puluh orang " seru Han siong Kin ketus. senyum yang semula menghiasi ujung bibir malaikat hawa dingin kontan lenyap tak berbekas, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, ia mendengus dingin. "Hmn Manusia muka dingin. coba pandanglah wajahku menurut penilaianmu aku terhitung cantik atau tidak?"

782 Han Siong Kie terperangah, ia tak dapat menangkap apa yang dimaksudkan perempuan itu, untuk sesaat anak muda itu cuma membungkam dalam seribu bahasa. Dalam pada itu dua orang tianglo dari Huan mo kiong sedang bersemedi telah menyelesaikan latihannya, mereka loncat bangun dan berdiri disamping tiga orang rekannya. "Manusia muka dingiin, ayoh jawab pertanyaanku Termasuk cantikkah wajahku ini??" Malaikat hawa dingin mengulangi kembali pertanyaannya. "Apa maksudmu??" "Jawab dulu pertanyaanku dengan sejujurnya" "Ehmm, engkau memang cantik, cantik ibarat bidadari yang turun dari kahyangan, sayang hatimu ...." "Cukup," tukas Mo siu ing cepat, "inilah alasannya kenapa kubantai manusia2 itu" Han siong Kie bukan seorang manusia bodoh, tentu saja ia dapat mengerti apa yang telah terjadi, pikirnya: "Tak aneh kalau Mo sam Yu beserta begundalbegundalnya dibikin mampus, rupanya mereka kesemsem oleh kecantikan perempuan ini, tak tahunya mangsa yang mereka incar adalah iblis perempuan yang berhati keji. dasar bajul buntung, kalau lihat perempuan matanya lantas jelalatan .... pantaslah kalau mereka mampus" sekalipun begitu, Mo sam Yu beserta begundalnya masih terhitung anggota Huan mo kiong, kendati mereka telah berhianat, namun kematian mereka ditangan orang lain sama artinya suatu penghinaan bagi pihak Huan mo kiong, sebagai ciangbunjinnya tentu saja Han siong Kie tak dapat berpeluk tangan dengan begitu saja. Maka diapun tertawa dingin, katanya: "Im sat engkau tahu, siapakah yang telah kau bantai itu??" 783 "siapa? Mereka toh manusia? kurcaci yang bejat moralnya dari istana Huan mo- kiong?" "Tentunya engkau sudah tahu bukan apa kedudukanku sekarang?" "ooh .... Maksudmu, engkau hendak membuat perhitungan denpanku karena mereka termasuk anak buahmu??" "Tentu saja Memangnya kau suruh aku pura2 bodoh dan tak tahu urusan?" Paras muka malaikat hawa dingin beberapa kali berubah hebat, akhirnya dia berkata: "Baiklah, untuk sementara waktu kita tak usah bicarakan persoalan ini, mau bikin perhitungan kita bicarakan nanti saja, aku dengar engkau telah mendapatkan sarung tangan Hud jiu po pit yang sebelah, benarkah berita tersebut?" "Memang betul, sarung tangan itu sudah berada

ditanganku" "Dan tentunya kau masih ingat bukan dengan perjanjian yang telah kita buat belum lama berselang?" "oooh, jadi karena persoalan inilah engkau datang mencari aku??" "Tepat sekali ucapanmu itu " Tiba2 paras muka malaikat hawa dingin berubah hebat, ia sangat terpengaruh oleh emosi, dadanya berdebar keras, tubuhnya ikut bergetar karena pergolakan batinnya. Delapan belas tahun ia hidup merana, ia mengharap. ia menanti, ia mencari bahkan ia membantai orang secara menggila, tujuannya tak lebih hanya mengharapkan kedatangannya berita tersebut, berita tentang keadaan suaminya. 784 "Manusia muka dingin, benarkah apa yang kudengar itu?" kembali dia bertanya dengan gemetar. Han song Kie merogoh sakunya dan ambil keluar sarung tangan Hud jiu po pit itu. "Engkau kurang percaya?" tegurnya "Nah, inilah buktinya" Lima orang tianglo dari istana Huan mo kiong hatinya berdiri termangu selama ini, sebentar mereka menengok ketuanya, sebentar lagi menengok pula kearah Im-sat, mereka tak tahu apa yang sebenarnya sedang berlangsung. "Berikan padaku" pinta malaikat hawa dingin dengan suara gemetar. Han siong Kie ragu2 sebentar, akhirnya ia lemparkan sarung tangan tersebut ke tangan lawan. Dengan gemetar malaikat hawa dingin menyambut sarung tangan itu kemudian dari sakunya ambil keluar juga sarung tangan yang lain, setelah digabungkan menjadi satu tiba2 ia menengadah dan tertawa keras seperti orang gila. Kelima orang tiang lo dart istana Huan mo kiong cuma berdiri saling bertukar pandangan, mereka makin dibuat bingung oleh kejadian yang sedang berlangsung didepan mata. Lama sekali Malaikat hawa dingin tertawa tergelak. akhirnya ia membungkam, membungkam dalam seribu bahasa, sementara air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya. Kurang lebih seperminum teh kemudian suasana baru pulih kembali dalam ketenangan, dengan muka hijau membesi ia menegur: "Katakan kepadaku, dia masih hidup atau sudah mati?" 785 "Masih hidup Malahan masih segar bugar.."

Malaikat hawa dingin pejamkan matanya rapat2, air mata kembali bercucuran. "Dia masih hidup, ..ternyata dia masih hidup," gumamnya lirih. Kemudian sambil menatap wajah anak muda itu, perempuan iblis tersebut menambahkan: "Manusia muka dingin, apa yang telah kuucapkan selamanya tak akan kuingkari, seperti apa yang kita janjikan dulu maka sarung tangan ini menjadi milikmu untuk selama2nya" sembari berkata ia lemparkan sepasang sarung tangan itu kearah Han siong Kie. Dengan hati berdebar anak muda itu menyambut benda mustika tersebut, pusaka Hud jiu popit telah menyatu, itu berarti terbuka kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu si mi sinkang yang tercantum di atas pusaka itu. Bila ilmu maha sakti itu sudah dikuasahi, ia tak perlu jeri terhadap tengkorak maut lagi, iapun tak usah kesal memikirkan keampuhan ilmu silat dari pemilik benteng maut.. sementara ia masih termangu-mangu. Malaikat hawa dingin telah maju tiga langkah kedepan, serunya dengan wajah penuh pengharapan: "Manusia muka dingin, saat ini dia ada dimana?" "Benteng maut " "Apa ? Benteng maut??" "Benar, ia dikurung oleh pemilik Benteng maut dalam sebuah ruang batu yang kuat." Sekujur badan malaikat hawa dingin bergetar keras, pucat pias selembar wajahnya. Mimpipun dia tak pernah menduga kalau suaminya, malaikat hawa panas Ko su ki di sekap dalam istana maut 786 selama delapan belas tahun, tak aneh kalau jejaknya sukar di telusuri. "Manusia muka dingin, bagaimana caranya engkau dapatkan pusaka Hud jiu po pit ini?" sekali lagi perempuan iblis itu menegur. "Aku telah menyerbu kedalam istana maut, sungguh beruntung akhirnya bisa lolos dengan selamat, benda itu kutemukan secara kebetulan saja." "ooh. kiranya begitu" Malaikat hawa dingin termenung sebentar, akhirnya dia menambahkan. "manusia muka dingin, selamanya aku Mo siu Ing merasa berterima kasih kepadamu, selamat tinggal" Begitu ucapan terakhir meluncur dari mulutnya, secepat kilat ia berlalu dari situ. "Eh, tunggu sebentar " Walaupun ia cepat, Han siong Kie berlari tak jauh lebih cepat, sekali enjot badan tahu-tahu ia sudah menghadang didepannya. "Im sat" pemuda itu berseru dengan ketus "tak usah kau

ucapkan kata2 yang bernada terima kasih, sistim pertukaran syarat kita dijalankan secara barter, engkau menghadiahkan sarung tanganpusaka kepadaku, aku carikan kabar tentang suamimu bagimu masing2 pihak kita tak berhutang kepada yang lain, atau dengan kata lain kita sama2 impas" "Lalu maksudmu?" seru malaikat hawa dingin dengan muka tertegun. Walaupun dalam hal barter kita sudah impas, namun dalam hal lain engkau masih hutang kepadaku, maka aku hendak sekalian menagih hutangmu itu." "Menagih hutang ? Hutang apaan itu??" "Engkau telah membantai tiga puluh orang anak buahku" 787 "Toh mereka sendiri yang cari mampus" "Bagaimana penjelasanmu tentang tiga orang tiang lo yang kau lukai barusan" "Lalu.. engkau hendak menagih hutang ini dengan cara bagaimana??" tanya malaikat hawa dingin kemudian, Han siong Kie mengerutkan dahinya lalu berkata: "Aku tidak akan menagih kelewat batas sebab aku tetap berharap agar engkau bisa berkumpul kembali dengan suamimu" Paras muka malaikat hawa dingin berubah hebat, ia menengadah dan tertawa seram. "Haahhh... haahhh... haahhh sungguh tak kusangka ada orang yang hendak mengampuni selembar jiwa bagiku, sungguh lucu, sungguh lucu, baru pertama kali ini aku Mo siu Ing mendengar ucapan selucu ini haahh... haahhh... haahh" "Engkau tidak percaya dengan perkataanku ini???" "Hei manusia muka dingin, apa yang kau andalkan untuk membuktikan kebenaran perkataanmu itu??" "Apalagi yang kau andalkan? Tentu saja sepasang telapak tanganku ini, bagiku aku rasa belum temui banyak kesulitan untuk bereskan seorang jago macam dirimu" "Baik sebelum pertarungan dilangsungkan aku Mo siu Ing akan mengemukakan juga sesuatu, aku tak akan mencabut nyawamu dalam pertarungan ini" "Hmm Engkau belum sesuai untuk mengalahkan bagiku" Terlalu kasar ucapan itu bagi pendengaran sang iblis perempuan, hawa amarahnya kontan berkobar, dengan hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya ia tertawa seram. "Manusia muka dingin, kalau engkau tidak sudi menerima maksud baikku ini, biarlah akan kusempurnakan kehendak 788 hatimu, Nah silahkan turun tangan" Han siong Kie mendengus dingin. "Hmm Malaikat hawa dingin, sambutlah seranganku ini " Sambil menerjang kemuka, dia lancarkan sebuah pukulan

maut kearah musuhnya. Suasana berubah jadi tegang mengikuti serangan gencar yang dilancarkan pemuda itu. Serentak lima orang tiang lo itu mundur delapan depa kebelakang, mereka ingin tahu sampai dimanakah kehebatan serta keampuhan yang dimiliki ciangbun suhengnya ini. Serangan yang dilepaskan Han Siong Kie itu merupakan tenaga sebesar sepuluh bagian, cepat dalam serangan dahsyat dalam sergapan, membuat siapa saja bergidik oleh kelihayannya. Malaikat hawa dingin Mo Siau ing merasakan harinya bergetar keras, dari serangan yang dilancarkan musuh, ia tahu tenaga Iwekang yang dimiliki Han Siong Kie sudah jauh berbeda kalau dibandingkan dulu, ia himpun kekuatannya dan menyambut serangan musuh dengan keras lawan keras. Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga menggema memecahkan kesunyian, kedua belah pihak terdorong mundur selangkah ke belakang, diam2 mereka kaget dan kagum atas keampuhan musuhnya. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang seru, masing2 pihak mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya, membuat suasana ditengah gelanggang menjadi bertambah seru dan ramai. Pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa, bumi serasa digoyangken oleh gempa dahsyat, jurus aneh, gerakan ampuh serta semua tipu daya yang jarang dikeluarkan selapis demi selapis dikerahkan semua tanpa hentinya. 789 Pertarungan sengit macam ini belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan, lima orang tiang lo yang mengikuti jalannya pertarungan itu ikut merasakan hatinya berdebar, tanpa sadar peluh dingin mengalir keluar membasahi tubuh mereka. Dalam sekejap mata ratusan jurus sudah lewat, namun siapa menang siapa kalah masih susah untuk ditentukan. Makin bertarung Malaikat hawa dingin Mo siu Ing semakin terperanjat, ia sadar tenaga dalam yang dimiliki pihak musuh telah peroleh kemajuan yang amat pesat, suatu kejadian yang sama sekali tak pernah terbayangken olehnya. Han siong Kie sendiripun merasa terkesiap oleh ketangguhan malaikat hawa dingin, sekarang ia percaya kalau nama besar orang bukan nama kosong belaka, baru seorang Im sat sudah begini lihaynya, apalagi kalau Im yang siang sat (sepasang malaikat panas dan dingin) bersatu padu, siapa lagi yang mampu menghadapi ketangguhan mereka? Tak aneh kalau nama kedua orang itu tersohor sekali. Belasan jurus kembali sudah lewat.. "Kena " tiba2 malaikat hawa dingin menghardik keras. sepasang telapak tangannya dikembangkan, dalam waktu

tingkat ia lepaskan dua puluh empat buah pukulan berantai, tiap pukulan yang dilepaskan diarahkan kebagian tubuh yang berbeda, bukan saja cepat dalam serangan, arah yang ditujupun cukup membingungkan lawan. Dua puluh empat buah pukulan dari Im-sat begitu lewat, dengus kesakitan bergema memecahkan kesunyian. secara beruntun Han siong Kie mundur lima langkah kebelakang, darah kental mengalir keluar membasahi bibirnya. Sambil tarik kembali serangannya, malaikat hawa dingin menegur . 790 "Manusia muka dingin, bagaimana kalau pertarungan kita akhiri sampai disini saja?" Han Siong Kie mengerang gusar. sambil gigit bibir hardiknya... "Jangan keburu napsu, sambut pula sebuah pukulanku ini" Dengan jurus Mo ong co ciat (Raja iblis menyembah loteng Istana) dia himpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya dan melepaskan satu pukulan maha dahsyat ke depan. Jurus serangan yang dipergunakan ini merupakan salah satu jurus serangan yang terampuh diantara tiga jurus ampuh dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, dan merupakan pula jurus serangan yang paling tangguh daya pengaruhnya. Jurus tangguh yang dilepaskan dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya ini betul2 merupakan suatu serangan yang mengerikan hati.. Malaikat hawa dingin Mo Siu Ing terkesiap, cepat2 dia tangkis pukulan itu dengan kekerasan-. "Duuk Blaamm" jerit kesakitan mengiringi tubuh sang iblis yang mundur sejauh beberapa kaki dengan langkah sampoyongan, darah segar muntah keluar dari mulutnya, keadaan iblis perempuan ini jadi mengenaskan sekali. Han Siong Kie memburu kemuka, ia hampiri kedepan im sat dan ayun telapak tangannya siap membacok batok kepala orang.. Malaikat hawa dingin Mo siu ing cuma bisa membelalakkan matanya lebar2 sambil menatap wajah Han siong Kie tanpa berkedip, apa lagi yang dapat dilakukan olehnya dalam keadaan begini? Bila bacokan telapak itu diteruskan, maka bisa dibayangkan apa yang bakal terjadi, tubuh Im sat tentu akan terbabat 791 hancur remuk. tentu saja nyawanya akan kabur kembali kealam baka.. Dengan pandangan kaget bercampur ngeri, lima orang tiang lo dari istana Huan mo- kiong mengawasi suasana ditengah gelanggang. Udara yang terasa jadi sesak. suasana amat tegang....

-000dewi000BAB 44 DI KALA ujung telapak tangan hampir mengena diatas batok kepala malaikat hawa dingin, tiba2 Han siong Kie buyarkan serangan sambil mundur tiga langkah kebelakang, katanya: "Aku telah berjanji tak akan membinasakan dirimu" "Kenapa tidak kau bunuh?" "Engkau harus bertemu dengan suamimu" "Engkau tidak menyesal dengan keputusanmu itu?" "Menyesal..? kenapa aku musti menyesal" "Suatu ketika aku Mo siu Ing akan menuntut balas atas kejadian pada hari ini" Han siong Kie segera tertawa dingin. "Heeeh heeeeh heeeh Malaikat hawa dingin, asal engkau mampu tinggalkan benteng maut dalam keadaan hidup, setiap saat kunantikan kedatangamu dalam dunia persilatan" sekali lagi paras muka malaikat hawa dingin berubah hebat, sekalipun ia punya nama besar yang disegani orang dalam dunia persilatan, akan tetapi setiap kali mengungkap tentang benteng maut, tak urung bulu kuduknya pada bangun berdiri. sesudah tertegun beberapa saat lamanya, perempuan iblis itu tertawa seram, suaranya melengking amat menusuk 792 telinga, tanpa mengucapkan sesuatu lagi dia berlalu dari gelanggang dengan langkah sempoyongan. Dari langkah tubuhnya yang gontai, dapat diketahui cukup parah luka dalam yang dideritanya. Menunggu iblis itu sudah lenyap dari pandangan, To It hui baru menghela napas dan berkata: "Aaai.... seandainya ciangbun-suheng tak datang tepat pada saatnya, entah bagaimana jadinya dengan kami berlima?" "Bagaimana ceritanya sampai kalian berlima bentrok dengan perempuan iblis itu??", tanya Han siong Kie keheranan "Ketika kami berlima tiba di penyeberangan hutan Liu, mendadak dari balik hutan menggema suara jeritan ngeri, kami memburu kesitu dan menemukan Mo sam Yu beserta begundalnya sudah tewas dibunuh orang, kami segera memburu kedalam hutan dan menjumpai sesosok bayangan manusia lenyap ke arah sini, kami mengejar lebih jauh dan tiba-tiba saja berjumpa dengan perempuan tadi disini.." "Waktu itu apakah kalian belum tahu siapakah dia??" "Peristiwa ini berlangsung diluar dugaan, apalagi waktu itu kamipun tidak memeriksa apa yang menyebabkan kematian Mo sam yu beserta begundal2nya, karena itu kamipun tak menyangka kalau orang yang sedang kami hadapi sebenarnya dia malaikat hawa dingin Mo siu Ing. Aai.. dalam kenyataan kami cuma pernah mendengar namanya saja dan belum pernah melihat tampangnya.."

"Benar " sambung Ang Pat sin dari samping " andaikata dia tidak memperkenalkan diri, kami tak akan menyangka kalau perempuan cantik jelita macam dia sebenarnya tak lain adalah malaikat hawa dingin yang paling disegani didaratan Tionggoan, untung dia mempunyai peraturan busuk yang mengikat semua gerak geriknya, kalau tidak.. kami berlima 793 tentu sudah mampus sedari tadi" Han siong Kie mengangguk lirih. "Malaikat hawa dingin memang tak suka bertarung melewati angka ke tiga, bila dalam tiga jurus ia tak mampu menjagal lawannya maka ia tak akan mencelakai jiwa korbannya" "ciangbun suheng " seru seng Thianpaupula dengan lantang "janji apa yang kau ikat dengan dia sehingga akhirnya kau berhasil menangkan sepasang sarung tangan pusaka Hud jiu po pit?" secara ringkas Han siong Kie menceritakan yang telah terjadi antara dia dengan malaikat hawa dingin, mendengar penuturan tersebut lima orang tiang lo itu baru tahu apa yang sebetulnya sudah terjadi. Tiba2 To It hui bertanya lagi dengan muka tidak mengerti: "Nama busuk Im yang siang sat telah menggetarkan seluruh daratan Tionggoan, suheng, kenapa kau malah lepaskan iblis perempuan itu?" Dengan muka serius Hin siong Kie menjawab: "Pertama, Mo sam yu beserta begundal2nya melanggar tata kesopanan dengan mengganggu kaum wanita, perbuatan mereka pantas dihukum mati. kedua, aku telah terikat janji lebih dulu dengannya, yakni menukar pusaka Hud jiu po pit dengan berita tentang malaikat hawa panas Ko su Ki, aku tak ingin membunuh dirinya sebelum ia sempat berjumpa dengan suaminya, ketiga, setelah dia masuk kedalam benteng maut untuk mencari suaminya, belum tentu ia bisa lolos lagi dari sana, berarti pula tak dapat membuat keonaran lagi didunia, maka atas dasar pertimbangan itu aku putuskan untuk mengampuni jiwanya" 794 Kelima orang tiang lo itu mengangguk tanda setuju, mereka tidak berkomentar lagi. Terdengar Han siong Kie meneruskan kembali kata2nya: "setelah kematian Mo sam yu beserta begundal2nya ditempat ini, berarti pula kabar berita itu tak akan tersiar sampai ke Thian lam, itu pula ciangbunjin yang sekarang akan berkunjung kedaratan Tionggoan sesuai dengan rencana, lebih baik kita nantikan kedatangan mereka dan tunggu sampai mereka masuk jebakan sendiri, entah bagaimana menurut pendapat kalian berlima?"

Kelima orang tiang lo itu segera mengangguk, kata To It hui: "Kami akan turuti kehendak ciangbun suheng, siapa tahu kalau penghianat tersebut sedang berada dalam perjalananan" Pada waktu itulah tiba2 terdengar jeritan ngeri berkumandang dari kejauhan, suara itu amat keras dan memekikan telinga. Betapa terperanjatnya enam orang itu, mereka terkesima dan berdiri mematung. Menyusul terdergar dua kali jeritan ngeri.. tiga kali.. "Jangan2 Malaikat hawa dingin sedang membunuh orang lagi ?" seru Han siong Kie terkesiap. "Ah, tidak mungkin" sahut To lt hui, " dia sudah menderita luka dalam yang cukup parah, dari mana datangnya tenaga untuk membunuh orang?" Jerit kesakitan sekali lagi berkumandang memecahkan kesunyian, kali ini suara tersebut berasal dari satu li dari tempat itu. Han siong Kie berpikir sebentar, kemudian katanya: 795 "Aku akan kesana dan menengok apa yang telah terjadi, harap tiang lo berlima mengubur jenasah dari Mo sam yu sekalian" Kelima orang tiang lo itu mengiakan dan segera melaksanakan apa yang diperintahkan. sementara Han siong Kie sendiri segera berlari menuju kearah mana berasalnya jeritan kesakitan itu. setelah menembusi hutan pohon Liu, dari kejauhan ia lihat bayangan manusia saling berkelebat ditepijalan raya, rupanya disitu telah berlangsung suatu pertarungan seru. secepat kilat Han slong Kie melesat ke muka dan menyembunyikan diri dibelakang batuan cadas. Ratusan bayangan manusia membentuk suatu lingkaran kepungan yang sangat rapat, mereka terdiri dari golongan padri dan kaum imam. sedang ditengah gelanggang, malaikat hawa dingin Mo siu ing sedang terlibat dalam pertarungan seru melawan seorang padri, dua orang imam dan empat orang kakek tua. Empat sosok mayat menggeletak diatas permukaan tanah, kepala mereka pecah dan isi benaknya berhamburan di mana2. Udara amat sepi, tiada terdengar suara manusia, yang ada hanya napsu membunuh yang makin menebal. Ditengah kesunyian, akhirnya seorang kakek tua berjenggot panjang berkata dengan ketus: "Malaikat hawa dingin, semua sahabat baik dari golongan hitam maupun dari golongan putih yang hadir dalam gelanggang hari ini, semuanya membenci kau, ingin

mengganyang dagingmu." "Memang, sangat tepat waktu yang kalian pilih "seru malaikat hawa dingin dengan suara seram "aku sekarang lagi 796 terluka, banyak kekuatanku tak bisa kugunakan, tapi. Heeeh... heeeh... heeeh... jangan anggap aku mandah digebuk, untuk merenggut jiwaku kalian harus membayar dengan suatu nilai pengorbanan yang besar" "Hmm Malaikat hawa dingin, takdir menghendaki demikian, serahkan nyawamu" seraya berseru, kakek tua itu menerjang lagi kemuka dan melepaskan pukulan dengan menggunakan sepasang telapak tangannya. Begitu rekannya menyerang, sang padri, dua orang imam serta tiga orang kakek yang lain serentak ikut menyerang pula dengan ganas. Ditengah hembusan angin pukulan yang men deru2, sesosok bayangan manusia menerobos keluar dari lingkaran kepungan dengan gesit. Menyusul mana jeritan kesakitan memecahkan kesunyian, sesosok bayangan manusia terlempar kebelakang dan roboh terkapar diatas tanah. Meskipun terluka, malaikat hawa dingin masih mampu menghindarkan diri dari gabungan serangan tujuh jago lihay, menggunakan kesempatan mana dia malahan sanggup mencabik batok kepala kakek tua itu hingga mati konyol, ilmu silat semacam itu seketika menggemparkan para jago yang mengitari gelanggang. Merasakan serangannya mengena disasaran yang kosong, sang padri, dua orang imam dan tiga orang kakek tua itu serentak membentak keras, sekali lagi mereka kepung malaikat hawa dingin ditengah gelanggang. sebagai seorang perempuan angkuh yang tinggi hati, Imsat tak sudi kabur dari hadapan musuhnya. walaupun ia sudah terluka, padahal asal dia mau berbuat begitu rasanya dengan 797 kepandaian yang dimiliki, menyelamatkan diri bukan suatu pekerjaan yarg menyulitkanselesai membereskan kakek tua itu, malaikat hawa dingin menyergap kembali padri berjubah abu2. Dua orang imam serta tiga orang kakek tua yang bebas dari ancaman, serentak bergerak kedepan, dengan saluran segenap kekuatan yang dimilikinya mereka lepaskan satu pukulan dahsyat kemuka. Lima gulung hawa cukulan yang amat santar menggulung keatas tubuh malaikat hawa dingin. Dipihak lain, padri berjubah abu2 itu hanya merasakan pandangan matanya jadi kabur, lalu tahu2 sepasang telapak

tangan Im sat sudah tiba didepan mata, dalam keadaan begini mau menghindar tak mungkin, mau menang kispun sulit. "Duuuk . ." tidak ampun lagi batok kepalanya terhajar telak diiringi jerit kesakitan batok kepala padri itu sudah hancur berantakan, darah bercampur isi benaknya berserakan dimana-mana . Hampir bersamaan waktunya segulungan angin pukulan yang dahsyat telah meluncur tiba, malaikat hawa dingin mendengus tertahan, tubuhnya gontai dan secara beruntun ia muntah darah tiga kali. Perempuan yang cantik jelita ibarat bidadari dari khayangan itu sudah berubah bagaikan iblis ditambah pula hawa napsu membunuhnya yang sangat tebal, membuat siapapun yang memandang merasakan hatinya bergidik, Dari lingkaran manusia diluar gelanggang, segera muncul kembali empat orang padri, yang satu menggendong jenasah rekannya dan mundur kembali, sedang yang tiga ikut terjun kedalam gelanggang, dengan begitu posisinya ikut berubah jadi satu lawan delapan. 798 Malaikat hawa dingin Mo siu Ing menyeka noda darah dengan ujung bajunya, telapak tangan berputar kembali secepat kilat, kali ini yang menjadi sasaran adalah kedua orang imam tersebut. serangan yang dia lancarkan cepat sukar dilukiskan, lagipula jurus serangannya aneh, sama sekali bertolak belakang dengan keadaan umum. Ingatan kedua belum sempat terlintas dalam benak dua orang imam itu, serangan telah mencapai sasaran, mereka mendengus berat dan mundur dengan sempoyongan. Keadaan dari malaikat hawa dingin sudah makin payah, tenaga dalamnya sudah hampir terkuras habis, buktinya serangan yang ia lancarkan tak mampu membinasakan dua orang imam tersebut. Enam gulung angin pukulan yang dahsyat ibarat gulungan ombak ditengah samudra meluncur kembali kearah depan menyerang perempuan iblis itu dari pelbagai posisi yang berbeda. Malaikat hawa dingin menggertak gigi menahan emosi, ia sama sekali tidak menggubris terhadap serangan yang mengancam tiba, sambil menghimpun segenap kekuatan yang masih dimilikinya, ia terjang kemuka menghajar dua orang padri yang berdiri bersanding.... Tiga jeritan ngeri kembali menggema memecahkan kesunyian. Pukulan gencar yang dilancarkan dua orang hweesio itu ternyata tak sanggup membendung pukulan maut musuhnya, mereka mampus secara konyol dan ciri kematian mereka tak jauh berbeda seperti rekan2nya, batok kepala terpukul hancur, dan isi benak berhamburan dilantai.

Walaupun berhasil menyingkirkan lawannya, malaikat hawa dingin sendiripun tak dapat menghindarkan diri dari tenaga gabungan musuh, ia terpukul telak sehingga mencelat sejauh 799 satu tombak lebih sambil muntah darah, tubuhnya gontai seperti mau roboh. Tiga orang kakek tua dan seorang padri segera memburu maju kedepan, menggunakan kesempatan yang sangat baik itu mereka lepaskan kembali pukulan dahsyat yang mematikanMerasakan betapa ampuhnya ancaman yang tiba, malaikat hawa dingin mengeluh didalam hati. "Aai.. sungguh tak nyana aku Mo siu Ing harus mampus ditangan kurcaci2 yang tak bernama ini".. Keadaan bertambah gawat, tampaknya malaikat hawa dingin bakal mampus diujung telapak tangan orang.. saat yang terakhir itulah sesosok bayangan manusia meleset keudara, sebelum tubuhnya mencapai permukaan tanah, segulung desiran angin serangan telah dipancarkan mengancam tiga orang kakek serta seorang padri itu. Merasakan datangnya ancaman yang dahsyat, tiga orang kakek dan seorang padri itu tak berani bertindak gegabah, buru2 mereka tarik kembali ancamannya untuk melindungi keselamatan sendiri . Ditengah gelanggang tahu2 bertambah seseorang, dia tak lain adalah seorang pemuda tampan berwajah dingin. "Aah.. manusia muka dingin." "Manusia muka dingin??" "Manusia muka.... " Jeritan kaget bergema saling susul menusul, suasana jadi gaduh dan gempar, untuk sesaat semua orang alihkan pandangannya kearah sianak muda itu. 800 Pemuda yang muncul tepat pada saatnya itu memang tak lain adalah Han Siong Kie ciangbunjin dari istana Huan mo kiong. Dengan sorot mata yang amat tajam Han siong Kie menyapu sekejap seluruh gelanggang, kemudian dengan tenang se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu peristiwa ujarnya kepada malaikat hawa dingin: "sekarang engkau boleh pergi dari situ " Dalam pada itu ketiga orang kakek serta padri tadi tanpa menimbulkan sedikit suarapun sudah mengundurkan diri dari tengah gelanggang.. Setelah kegaduhan sirap. lingkaran pengepunganpun makin bertambah ciut kedalam. Berpasang2 panah berapi meluncur keudara dan meledak diangkasa.

Han siong Kie mendengus dingin, sekali lagi ujarnya kepada malaikat hawa dingin: " Lebih baik segera tinggalkan tempat ini, mumpung belum terlambat" Dengan pandangan penuh berterima kasih malaikat hawa dingin melirik sekejap kearah Han siong Kie, kemudian cepat ia telan beberapa biji obat kedalam mulutnya, setelah itu baru bertanya: "Mengapa kau selamatkan jiwaku?" "Pertama, karena aku muak menyaksikan cara bertarung yang suka main kerubut macam begitu, kedua, aku ingin bantu kau untuk mewujudkan apa yang kau harapkan selama delapan belas tahun belakangan" "Manusia muka dingin, aku Mo siu ing bukan seorang manusia yang tak bisa membedakan mana budi mana 801 dendam, untuk kesekian kalinya aku telah berhutang budi kepadamu" "Jangan berkata begitu" tukas si pemuda sambil goyang tangan, "aku tak pernah lepaskan budi kepadamu, siapa tahu bila kita berjumpa lagi dilain saat, aku akan membinasakan dirimu" Agak tertegun malaikat hawa dingin mendengar ucapan itu, kemudian sambil tertawa seram katanya: "Manusia muka dingin, kalau engkau hendak bunuh aku, urusan itu hanya bisa dianggap sebagai suatu persoalan yang lain" sianak muda itu tak gubris ucapan orang ia bertanya lagi: "Engkau masih mampu berjalan sendiri???" "Bisa, aku masih mampu berjalan sendiri" "Kalau begitu pergilah " Mereka telah lepaskan panah api untuk memberitahukan rekan2nya, mungkin sebentar lagi jago2 lihaynya akan berkumpul semua disini. "Mereka tahu kedatangan mereka adalah untuk mencari gara2 dengan aku, tak usah kau risaukan tentang soal ini, cepatlah tinggalkan tempat ini " Dengan suatu pandangan mata yang sangat aneh, malaikat hawa dingin melirik sekejap kearah Han siong Kie, lalu katanya lagi: "Manusia muka dingin, aku sangat berterima kasih kepadamu, tak akan kulupakan kebaikanmu ini, baiklah sekarang aku akan berlalu dari sini . ." Dengan langkah yang gontai, perempuan iblis itu berjalan keluar dari gelanggang dan menjauhi tempat itu. 802 Ditengah bentakan gusar yang memekikkan telinga, kawanan jago lihay yang mengurung sekitar tempat itu sama

ayunkan telapak tangannya, dari sikap itu ia tampaknya mereka bersumpah akan lenyapkan Malaikat hawa dingin dari muka bumi. Mendadak dari arah belakang meluncur lewat tiga sosok bayangan manusia, mereka langsung menerjang kearah malaikat hawa dingin-. "Enyah kalian dari sini" hardik Han siong Kie dengan gusar: sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan kearah muka, gulungan angin pukulan yang sangat luar biasa menumbuk kearah tiga sosok bayangan manusia.. Dengus tertahan menggema diudara, termakan oleh pukulan dahsyat itu, ketiga orang pria setengah baya itu mencelat dari gelanggang dan terpental kearah ke tempat semula. sementara itu malaikat hawa dingin Mo siu ing telah berada didepan kawanan pengepungan. Belasan pasang telapak tangan berbareng diayun kemuka siap melancarkan pukulan mematikan.. Han siong Kie bertindak cepat, ia melayang kesamping perempuan iblis itu, lalu kepada kawanan jago lihay yang siap melancarkan serangan itu bentaknya: "Hayo pada menyingkir semua" Betapa tercekatnya perasaan hati kawanan jago itu tatkala menyaksikan sorot mata musuhnya, dengan perasaan yang kebat kebit mereka saling bertukar pandangan, namun tak seorangpun yang bermaksud untuk menyingkir dari situ. "Ayoh cepat menyingkir " sekali lagi Han siong Kie menghardik dengan suara lantang. Lingkar pengepungan makin mengecil, jago2 lihay yang ada disisi kiri, kanan serta belakang mulai berdesakan maju 803 kedepan, rupa2nya mereka siap melancarkan tubrukan serentak. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak sianak muda itu, ia sadar apabila dia harus menanti sampai pihak musuh yang melancarkan serangan lebih dulu, maka daya kekuatan ya berkumpul ditengah lingkaran itu tentu dahsyat sekali, bagi dirinya himpunan tenaga itu masih bukan jadi soal, tapi bagaimana dengan malaikat hawa dingin yang telah menderita luka yang cukup parah? satu ingatan dengan cepat terlintas dalam benaknya, kepada perempuan itu serunya lirih: "Terjang kemuka" Berbareng dengan ucapan itu, sebuah pukulan hawa maha dahsyat ikut dilontarkan kedepanJerit kesakitan, dengus tertahan berkecamuk menjadi satu, belasan orang jago lihay yang berada dibarisan terdepan seketika terhajar oleh pukulan maut itu sehingga pontang panting dan sama2 melarikan diri ke belakang.

Dengan demikian terbukalah sebuah celah yang kecil ditengah kepungan itu sambil menahan rasa sakit yang tak tertahankan, malaikat hawa dingin Mo siu ing melompat dan menerjang keluar dari lingkaran kepungan, kemudian tanpa berpaling lagi kabur secepatnya dari situ. Bersamaan dengan tindakan yang diambil Han Siong Kie untuk melepaskan pukulan gencar kearah depan, kawanan jago dari kalangan hitam maupun putih yang berada di sudut kiri kanan dan belakang serentak telah melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat. Pelbagai deruan angin tajam sama2 meluncur kepusat lingkaran, desingan tajam, deruan angin puyuh berkecamuk menjadi satu menciptakan kegaduhan yang memekikkan telinga. 804 Bisa dibayangkan betapa mengerikannya pukulan gabungan yang dilepaskan hampir seratus orang jago lihay itu. Tapi Han siong Kie bukan manusia bodoh, ia sudah memperhitungkan sampai kesitu, begitu malaikat hawa dingin berlalu dari sana, diapun enjotkan badan dan melayang keluar dari lingkar kepungan. Benturan dahsyat menciptakan sebuah lekukan besar selebar belasan kaki di atas permukaan tanah, dimana Han siong Kie semula berdiri Pada saat itulah dari kejauhan menggema suara ujung baju tersampok angin, menyusul belasan sosok bayangan manusia kembali muncul ditepi gelanggang. Bayangan manusia saling berkelebat, sekali lagi seratus orang jago lihay yang telah berkumpul itu membentuk sebuah lingkar kepungan yang sangat kuat, Han siong Kie yang hendak menyingkir untuk kesekian kalinya terkurung kembali di tengah kepungan. Diam2 sianak muda itu merasa terperanjat, ia lihat bayangan manusia yang barusan muncul berjumlah dua belas orang, separuh diantaranya terdapat pula Kui Goan- cu dari partai Khong-tong serta seng gong taysu dari gereja siau lim si. Atau dengan perkataan lain, diantara enam orang imam serta enam orang padri yang baru saja munculkan diri, ada separuh berasal dari partai Khong tong dan separuh yang lain berasal dari gereja siau lim si. Keenam orang padri dari gereja siau lim si itu rata2 sudah lanjut usia, mukanya merah seperti bayi, alis putih, kaki telanjang dan sorot matanya biasa2 saja, dari situ dapat diketahui kalau tenaga dalam mereka sudah mencapai puncak kesempurnaan. sementara itu Kui Goan cu dari partai Kongtong sudah maju kedepan, katanya. 805

"Bu liang siu hud sicu, aku harap hari ini juga engkau harus memberi pertanggungan jawab kepada kami" "Tentu saja" sahut Han siong Kie dengan ketus. "Omitohud " sambung seng gong taysu dari gereja siau lim si, "kalau memang begitu silahkan siau sicu menyebutkan tempat persembunyian dari gurumu" "Guruku telah berpulang ke alam baka" "Apa ? Gurumu sudah meninggal dunia?" "Benar" -000dewi000Jilid 22 SETELAH berita itu tersiar, semua jago yang hadir dalam gelanggang terbungkam dalam seribu bahasa, kalau Mo tiong ci mo benar2 sudah tiada lagi didunia ini, berarti hutang darah mereka.." seorang padri tua beralis putih bermuka merah ikut tampil kedepan, tegurnya dengan suara lantang: "Omitohud Sian sicu, benarkah ucapanmu itu?" "Aku rasa tiada kepentingan bagiku untuk membohong, boleh aku tahu siapa nama taysu?" "Aku adalah Lian sian taysu, penguasa ruang Tat mo wan dari gereja Siau lim si" "Boleh aku tahu, kedatangan taysu kali ini adalah untuk menegakkan kebenaran bagi umat persilatan, ataukah....." 806 "Masa siau sicu tidak tahu kalau antara gurumu dengan kuil kami terikat pula oleh suatu sengketa?" Tercengang hati Han Siong Kie mendengar jawaban tersebut, sebab dalam catatan budi dan dendam dari Mo mo cuncu sama sekali tidak tercatat masalah sengketa antara gurunya dengan pihak gereja Siau lim si. Dengan muka melongo karena keheranan cepat ia menegur: "Sepengetahuanku, antara mendiang guruku dengan pihak Siau lim si tak pernah terikat oleh persengketaan apapun, dari mana bisa munculnya masalah dendam??" Lian sian taysu mengernyitkan alisnya yang putih, kemudian sambil menatap sianak muda itu dengan pandangan tajam dia bertanya: "Jadi siau sicu betul2 tak tahu duduknya persoalan??" "Benar, aku sama sekali tak tahu " "Kalau memang begitu, aku harap siau sicu bersedia menerangkan dimana tempat tinggal gurumu semasa hidup dan dimana jenasahnya dikubur setelah mati.." "Apa yang kau kehendaki??" "Kami akan menggeledah tempat2 itu " "Menggeledah ? Apa yang hendak kalian geledah??" "Kami hendak mencari barang milik gereja kami yang lenyap tak berbekas"

Han siong Kie semakin dibikin kebingungan dan tak habis mengerti, Ia tak tahu barang yang lenyap dari gereja siau lim si dan secara bagaimana tuduhan tersebut bisa terjatuh diatas nama gurunya atau mungkin gurunya benar-benar ... Tapi ia masib ingat jelas tempat tinggal gurunya pernah diperiksa dengan seksama, kecuali seperangkat alat dapur 807 tiada benda lain yang ketinggalan disitu. Karena itu dengan sepasang alis mata berkernyit kembali ia bertanya: "Taysu, apakah engkau bersedia untuk membeberkan duduk persoalan yang sebenarnya?" Liau sian taysu tarik nafas panjang, kemudian menutur: "Empat puluh tahun berselang, Lian Hian sute yang sedang bertugas menjaga ruang penyimpanan kitab dari gereja kami mati dibunuh orang bersamaan dengan kematian nya itu sejilid kitab ilmu silat yang berisikan pelajaran ilmu Toan pian yo sinkang ikut lenyap tak berbekas, sebelum kabur gurumu telah menyebutkan namanya. sejak peristiwa itu semua murid perguruan kami telah disebar untuk mencari jejak gurumu namun ia lenyap tak berbekas ibaratnya batu yang tenggelam ditengah samudra." -00dw00kz00BAB 45 "AH Tidak mungkin.. aku tidak percaya." "Kenapa tak mungkin??" "Tak mungkin mendiang guruku melakukan perbuatan seperti itu" "Jadi siau sicu menyangkal tuduhan kami?" "Boleh kau anggap demikian" Paras muka Lian sian taysu berubah hebat, empat orang rekannya ikut pula menunjukkan muka gusar. "siau sicu, aku harap sukalah engkau berpikir tiga kali sebelum ambil keputusan" seru Lian sian taysu lagi dengan marah. "Tidak berguna bagiku untuk berpikir tiga kali" 808 Ia sangat percaya dengan kejujuran serta watak agung dari gurunya, apalagi dari pembicaraannya dengan mendiang sang guru maupun pembicaraannya dengan Pat lo sianseng, ia dapat menarik kesimpulan kalau gurunya adalah seorang jago yang mulia, tak mungkin dia melakukan perbuatan yang rendah seperti apa yang dituduhkan pihak gereja siau lim si. Karena itu Han siong Kie yakin kalau apa yang dituduhkan pihak lawan, sama sekali hanya suatu fitnahan belaka. Liau sian taysu makin gusar lagi mendengar jawaban dari sianak muda itu, ditatapnya lawan dengan pandangan tajam, kemudian menegur: "Siau sicu, kalau engkau bersedia menyerahkan kitab

pusaka Tai poan yo sinkang yang dicuri mendiang gurumu, akupun berjanji tak akan menyusahkan dirimu" "Menyusahkan aku? Haahh haahh haah.. suatu lelucon yang sama sekali tak lucu" Gelak tertawa itu penuh mengandung nada ejekan yang membuat siapapun jadi tak tahan. Paras muka keempat orang hweesio dari gereja siau lim si sama-sama berubah hebat, agaknya mereka sudah tak kuat mengendalikan hawa amarahnya lagi. Dengan muka merah padam karena marah Liau sian taysu melangkah setindak kedepan serunya dengan suara berat. "siau sicu, kalau engkau tak mau menjawab dengan jujur lagi.." "Engkau mau apa?" tantang sang anak muda. "Terpaksa aku akan menggunakan kekerasan untuk paksa engkau menjawab dengan jujur" "Haahhh... haahhh... haahhh hwesio gede, dianggapnya dengan andalkan kepandaian silatmu sudah cukup untuk merobohkan aku?" ejek Han siong Kie sinis, "jangan mimpi di 809 siang hari belong ....coba jawab berdasarkan bukti apa kalian selalu menuduh kalau mendiang guruku mencuri kitab pusaka kalian?" "Sebelum berlalu dari gereja kami, mendiang gurumu telah menyebutkan namanya selain itu kepandaian silat yang dimiliki Liau huan sute sangat lihay kecuali seorang jago macam gurumu rasanya tak mungkin dapat merobohkan dia tanpa mengeluarkan banyak tenaga" "Hanya berdasarkan alasan itu saja, maka engkau lantas menuduh guruku yang melakukan pencurian??" "Jadi siau situ merasa bukti itu kurang meyakinkan?" Liau sian taysu balik bertanya. Meskipun hawa amarah yang berkobar dalam dada hwesio ini sudah tak terkendalikan lagi, namun sebagai seorang padri yang saleh, dia tak ingin menggunakan kata yang untuk menyinggung perasaan hati orang. Han siong Kie tetap bersikap tenang, kembali ia berkata: "Apakah taysu tak pernah mempertimbangkan, mungkin ada orang sengaja mencatut nama besar guruku??" "Dengan nama besar yang dimiliki gurumu aku rasa tak mungkin ada orang yang berani mencatut namanya" "Taysu tidak merasa kalau ucapan ini terlalu dipaksakan kebenarannya?" "Apakah siau sicu bisa menunjukkan bukti yang menerangkan bahwa ada seseorang yang sengaja mencatut nama gurumu?" Tertegun Han siong Kie setelah mendengar perkataan itu, untuk sesaat lamanya ia terbungkam. Memang ia tak berani memastikan kalau perbuatan itu

seratus persen bukan hasil karya gurunya, sebab pembelaan yang dia jelaskan hanya berdasarkan dari watak yang 810 diketahui dari gurunya, mungkin saja dibalik peristiwa itu masih ada hal2 lain yang sama sekali tidak diketahui olehnya. Tapi kini gurunya sudah berpulang kealam baka, bagaimana caranya untuk membuktikan kebenaran dari tuduhan tersebut? setelah termenung dan berpikir beberapa waktu, akhirnya pemuda itu menjawab: "Mungkin suatu saat aku dapat memberikan buktinya" "suatu saat? Hahh... haahhh... haahhh ketahuilah, peristiwa ini sudah berlangsung sejak empat puluh tahun berselang.." setelah didesak terus menerus akhirnya Han siong Kie jadi naik darah dengan ketus ia menjawab: "Kalau memang begitu, taysu mau apa??" "Tiada yang kuharapkan, kecuali meminta dengan sangat kepada siau siau agar mengembalikan kitab pusaka itu kepada kami." " Kalau aku tak mampu mengeluarkan kitab itu ?" "silahkan siau sicu tunjukkan dimana mendiang gurumu menetap selama hidupnya dan dimana pula jenasahnya dikebumikan " " Kalau akupun tak mau memberikan pengakuannya??" Lima orang padri siau lim si yang berada dibelakang Liau sian taysu serentak mendengus gusar, mereka bersama menunjukkan sikap hendak melancarkan sergapan. Rupanya Liau sian taysu sendiripun sudah dibuat kehilangan sabar, dengan muka berubah sahutnya: "siau sicu. jangan kau anggap sikapmu ini bisa bereskan semua persoalan, kalau engkau tetap bersikeras, jangan salahkan kalau kami akan mengambil tindakan kekerasan" 811 Pada saat itulah Kui Goan cu dari partai Kong tong maju dua langkah kedepan, timbrungnya dari samping. "sicu, bagaimana pertanggungan jawabmu atas hutang darah dari perguruan kami??" Dengan pandangan dingin Han siong Kie menyapu sekejap keenam orang imam tersebut, lalu jawabnya dengan dingin: "Totiang, bukanlah dalam perguruanmu terdapat sejenis ilmu sesat yang dinamakan so hun toa-hoat (ilmu hipnotis pembetot sukma)?" Kata2 "ilmu sesat" itu terasa amat menyolok sekali, bisa dibayangkan betapa gusarnya kawanan imam dari partai Kong tong ini, paras muka mereka berubah hebat, sorot mata mereka ber-api2 dan penuh dengan hawa kegusaran.. "sicu, apa yang kau maksudkan dengan perkataanmu itu?" tegur Kui Goan cu gusar.

"Jangan pikirkan soal lain, aku hanya berharap agar tootiang menjawab pertanyaanku tadi, ada atau tidak?" "setiap umat persilat mengetahui kalau ilmu tersebut berasal dari perguruan kami, kenapa aku musti menyangkal?" " Kalau begitu harap tootiang dengarkan baik2 jawabanku ini, disinilah alasan kenapa ketua partai Kong-tong angkatan kesembilan belas Cing siu tootiang beserta tiga puluh lima orang anak buahnya mati di bunuh oleh mendiang guruku" Lima orang imam tua yang berada dibelakang Kui Goan cu serentak mendengus gusar, cepat mereka menyebarkan diri membentuk setengah lingkaran busur dan mengepung Han siong Kie ditengah kalangan, rupanya merekapun siap untuk turun tangan. suasana jadi tegang, setiap saat suatu perta rungan sengit bakal berlangsung disitu.. 812 Keadaan sangat gaduh, kawanan jago dari golongan putih maupun golongan hitam yang tersebar disekitar tempat itu mulai bergerak pula kearah depan. "sicu, coba terangkan ucapanmu itu dengan lebih jelas" teriak Kui Goan-cu dengan badan gemetar keras. Han siong Kie tertawa sinis, dia sengaja mempertinggi suaranya sehingga setiap orang yang hadir dalam gelanggang dapat mendengar keterangannya dengan jelas. "Untuk melatih ilmu sesat pembetot sukma itu, orang butuh seratus bocah lelaki dan seratus bocah perempuan sebagai bahan latihannya, benarkah ucapanku ini??" Dengan hati tercekat Kui Goan-cu mundur selangkah kebelakang, jawabnya: "Benar, tapi kepandaian tersebut merupakan suatu kepandaian yang terlarang bagi perguruan kami, tak seorangpun anggota perguruan kami yang diperolehkan mempelajari ilmu itu" " Kalau memang begitu, kalau kuterangkan kepada tootiang, ketua partai Kong-tong angkatan kesembilan belas Cio-siu tojin berserta tiga puluh lima orang anggota perguruannya telah mengasingkan diri ke belakang bukit Ciong lay-san untuk mempelajari iimu sesat pembetot sukma itu, be-ratus2 orang bocah laki dan bocah perempuan menjadi korban keganasan mereka, perbuatannya itu kemudian ketahuan oleh mendiang guruku" Paras muka enam orang imam dari partai Kong tong itu berubah semakin hebat, untuk sesaat mereka tertegun dan tak mampu berkata. Kawanan padri dari gereja siau lim si juga agak tertarik oleh ucapan tersebut, tanpa sadar mereka alihkan sorot matanya kearah kawanan imam itu.. 813 Para jago yang mengurung di sekitar gelanggang makin

gaduh, rata2 mereka jadi ribut sendiri untuk memberikan penilaian atas kejadian itu. Kalau apa yang dikatakan Han siong Kie memang suatu kejadian yang nyata, maka sudah sepantasnya kalau ketua partai Kong-tong angkatan kesembilan belas berserta ketiga puluh lima orang muridnya menemui ajalnya. salah seorang imam yang berdiri dibelakang Kui Goan-cu tiba2 membentak keras: "Manusia muka dingin, engkau jangan ngaco belo dan menfitnah seenaknya sendiri" Han siong Kie alihkan sorot matanya yang tajam kearah wajah imam tua itu, tegurnya: "Apa maksudmu berkata demikian?" "Hmm Engkau sengaja membuat cerita bohong untuk memfitnah mendiang ketua partai kami.. dianggapnya dengan cerita bohong mu itu maka perbuatan keji dari Mo tiong ci mo bisa ditutupi?" "Ucapanmu memang tak salah, sudah terlalu banyak manusia yang dibunuh oleh guruku, karena itu orang sama2 menyebut Mo tiong ci mo kepadanya, tapi semua manusia yang dibunuh adalah manusia2 berdosa yang pantas menerima kematian" "Manusia muka dingin, kau tak usah cerewet lagi, hutang darah bayar darah, hutang nyawa bayar nyawa" Mengikuti berkumandangnya bentakan itu, delapan sosok bayangan manusia melintasi atas kepala kawanan jago yang lain dan melayang turun ke tengah gelanggang. Delapan orang jago itu adalah pria setengah baya yang berjubah biru, mereka semua membawa senjata terhunus, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya. 814 "Hmm Rupanya Tiong ciu pat kiam, delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu.." batin Han siong Kie di hati. sementara itu delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu telah berdiri berjajar dibelakang kawanan padri dari gereja siau lim si, sorot mata mereka yang penuh rasa benci dan marah sama diarahkan keatas wajah Han siong Kie. Menyusul tiga sosok bayangan manusia kembali melayang masuk ketengah gelanggang. orang pertama adalah seorang kakek tua bermata tunggal, berambut merah dan berjenggot merah, tampangnya seram. orang kedua adalah seorang pria setengah baya bermuka licik, bermata slang berhidung betet dan memakai jubah warna putih, diatas dadanya bersulamkan tujuh ekor burung walet warna hitam. orang ketiga adalah seorang nenek tua berambut uban berjubah merah darah, dan membawa sebuah toya tersebut dari rotan yang besarnya seperti lengan bocah. Han siong Kie sama sekali tidak kenal dengan ketiga orang

itu, tapi tak dapat diragukan lagi semua orang yang hadir ditengah gelanggang saat ini adalah rata2 musuh besar yang punya dendam dengan mendiang gurunya. Diantara banyak kasus dan kejadian yang dialami selama ini, banya persoalan yang menyangkut hilangnya sejilid kitab pusaka dari gereja siau lim si yang paling pusingkan kepalanya, sebab dalam catatan kitab antara budi dan dendam dari Mo mo cuncu, sama sekali tidak tercantum kejadian itu, sebaliknya pihak lawan bersikeras menuduh perbuatan itu dilakukan oleh gurunya. sementara ia masih termenung pria setengah baya yang bermuka licik itu sudah mendehem ringan seraya berkata: "Manusia muka dingin, bagaimana pertanggungan jawabmu atas hutang darah dari perkumpulan Jit yan pang?? " 815 "Apa hubunganmu dengan perkumpulan tujuh burung walet?" tegur sang pemuda. "Akulah ketua Jit yen pang yang baru, orang sebut Pek gi ko kek (tamu lewat berbaju putih) Khong Tiong beng" "oh.. tentunya kedatanganmu adalah disebabkan karena kematian mendiang pangcu kalian dijalan raya kota Kay hong?" "Tepat sekali ucapanmu" "Mendiang ketua kalian coh Yu telah membantai seluruh sekeluarganya perkampungan Wan-keh ceng hanya disebabkan karena sedikit perselisihan dengan sin kun (Kepalan sakti) Wan su hau, coba jawab manusia berhati keji semacam dia pantas dijatuhi hukuman mati atau tidak?" Ketua perkumpulan tujuh walet Khoag Tiong beng melototkan matanya bulat2, sambil tertawa seram serunya: "Manusia muka dingin, kau anggap hanya andaikan cerita isapan jempolmu itu maka kawan2 persilatan yang telah hadir di gelanggang bersedia menghapuskan hutang berdarah mereka dengan begitu saja?" Han siong Kie ikut tertawa dingin. "Aku hanya mengatakan apa yang telah terjadi, kalian bersikeras untuk cari gara2.. Hehh..heehh..heehh.. aku tak akan bertangung jawab atas akibat yang bakal terjadi" Bicara sampai disitu ia tidak memperdulikan ketua dari perkumpula n tujuh walet lagi, kepada kakek bermata tunggal yang berambut merah dan berjenggot merah tegurnya: "Boleh aku tahu siapa engkau?" "Satu2nya anggota Keng san sam jan ( Tiga manusia cacad dari bukit Keng san ) yang masih hidup, orang sebut Ci huat kui seng ( Dewa pangkat berambut merah)" 816 Berdebar keras jantung Han siong Kie setelah mengetahui siapa lawannya, menurut catatan yang dia baca, tenaga dalam

yang dimiliki Keng san sam jan katanya sangat sempurna, untuk memusnahkan dan manusia cacad itu tempo hari, gurunya Mo tiong ci mo barus bertempur dulu sebanyak ribuan jurus itupun akhirnya Ci hun kui seng yang berurutan paling buncit berhasil meloloskan diri dalam keadaan hidup. Padahal kejadian itu sudah berlangsung empat puluh tahun lamanya, manusia cacad yang terakhir ini berani datang menuntut balas, itu berarti ia sudah memiliki ilmu simpanan yang cukup bisa di andalkan. sekalipun begitu Han siong Kie sama sekali tidak gentar bahkan semangat tempurnya ma kin meningkat, sebab menurut catatan gurunya manusia cacad yang terakhir ini dianjurkan untuk dibunuh bila ada kesempatan yang tersedia. Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata: "ci hun kui seng, tempo hari engkau dapat lolos dari jaring guruku tapi hari ini.... Hmm Akan kuwakili mendiang guruku untuk mengirim nyawamu pulang ke akherat" Ci hun kui seng menengadah dan tertawa ter bahak2 dengan seramnya. "Haahhh... haahhh... haahhh manusia muka dingin- engkau tak usah tekabur Hari ini aku akan membinasakan dirimu lebih dahulu, kemudian akan kucari tempat penguburan dimana jenasah setan tua itu dan menghancur lumatkan tulang belulangnya, Hmm Akan kulihat matipun dia tak tenang" Paras muka Han siong Kie berubah hebat, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan seram dia berseru: "Bangsat, engkau sudah ditakdirkan untuk mampus detik ini juga" 817 Berbareng dengan selesainya perkataan itu, beberapa desiran angin jari yang tajam secepat kilat meluncur kedepan. Ilmu jari Tong kim ci yang dahsyat dan dapat menembusi kerasnya emas dilepaskan dari jarak yang sangat dekat. Jerit ngeri yang menyayatkan hati menggema memecahkan kesunyian, percikan darah berhamburan ke mana2, Ci huat Kui seng yang kosen dan jumawa seketika terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.. Kejadian ini kontan menggemparkan seluruh gelanggang, sebagian besar kawanan jago yang hadir di gelanggang sama2 bergidik oleh kelihayan musuhnya, mereka sama sekali tak menyangka kalau Dewa pangkat berambut merah yang disegani banyak orang, akhirnya mampus ditangan anak muda itu dalam satu gebrakan belaka. Kegaduhan tidak berlangsung lama, serentak delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu ayun senjatanya siap menyerang.. Enam imam tua dari partai Kong-tong pun ikut bergerak pula kedepan siap melepaskan serangan-.

Menyaksikan suasana telah berubah menegang, Ketua dari perkumpulan tujuh walet segera tersenyum licik, bukannya ikut terjun kedalam gelanggang dia malahan mundur lima depa kebelakang. Lima orang hwesio tua yang berdiri dibelakang Liau sian taysu merapat antara yang satu dengan yang lain, merekapun menantikan saat yang tepat untuk melancarkan seranganSituasi benar2 amat tegang, setiap saat kawanan jago yang hadir disana siap menyerbu kedepan secara berbareng, mereka hendak mengerubuti pemuda itu dan sekalian membinasakan dirinya. Dengan pandangan dingin Han siong Kie menyapu lawan2nya, sementara dalam hati dia berpikir: 818 "Keadaan sudah makin menegang, rupanya hari ini terpaksa aku harus melakukan pembantaian secara besar2an" Ditengah ketegangan yang meliputi seluruh kalangan itulah, tiba2 sang nenek tua berbaju merah darah yang selama ini membungkam, mengetukkan toyanya keatas tanah dan berseru tajam: "Manusia muka dingin, apakah engkau berasal dari satu aliran dengan malaikat hawa dingin Mo siu Ing??" sorot mata semua orang tertuju kearah nenek tua itu, dalam hati mereka terkejut melihat kemunculan jago perempuao ini, apa gerangan yang menjadi dasar persengketaan antara makhluk tua itu dengan Mo tong ci mo?? Han siong Kie sendiripun merasa asing terhadap perempuan tersebut, sambil menahan diri dia lantas menyapa: "Boleh aku tahu siapa namamu??" "Huh Kalau aku si nenek tuapun tidak kau kenal, apa gunanya engkau berkelana dalam dunia persilatan?" ejek sang nenek sambil mengikik seram. Han siong Kte mendengus sinis. "Baik, akupun, tidak merasa perlu untuk mengetahui namamu, katakan saja apa tujuanmu kemari " "Bocah keparat, engkau tak usah tekebur. pernah kau dengar nama besar dari Ang Nio cu (perempuan baju merah) Tonghong Leng?" Han siong Kie berdiri tertegun, ia tidak menyangka kalau perempuan itu bersedia memberitahukan nama julukannya, cepat ia menjawab: "oooh...rupanya Ang Nio cu selamat bertemu...selamat bertemu" "Hmm Aku sinenek tua tidak suruh kau menjilat pantat, hayo jawab saja apakah engkau berasal dari satu aliran dengan malaikat hawa dingin perempuan rendah itu??" 819 "Tidak. aku bukan sealiran dengannya" "Kentut busuk nenekmu, kalau bukan sealiran mengapa

kau lepaskan dia pergi dari sini?? " Hawa amarah yang telah sirap kembali membara dalam dada Han siong Kie, jawabnya ketus: "Kalau benar sealiran, kau mau apa??" "Bagus sekali, bawa aku untuk menemukan jejaknya " "Memangnya kenapa??" "Ia telah membunuh dua orang muridku" "Apa sangkut pautnya dengan aku? Memangnya kau tak dapat mencari sendiri??" "Bocah keparat" maki Ang Nio cu dengan marahnya, "apa yang kuucapkan tak pernah dibantah orang, satu tetap satu, dua tetap dua, engkau berani membangkang perkataanku ? Hmm Hayo bawa aku pergi mencarinya" "Kau anggap kekuatan ilmu silatmu sudah cukup untuk paksa aku menuruti kata2mu itu??" "oooh jadi kau tak percaya ?Baik, kita buktikan saja siapa yang benar siapa yang salah " Berbicara sampai disitu, Ang Nio cu Tonghong Leng segera ayun toya rotannya yang besar dan langsung digebukkan kemuka. "Eeeh.. tunggu sebentar" cegah Han siong Kie. "Kenapa ? Kau bersedia membawa aku untuk menjumpai malaikat hawa dingin??" "Urusan ini lebih baik kita bicarakan nanti saja, aku hendak selesaikan dahulu persoalanku dengan kawan2 persilatan ini." Kepada Kui Goan cu dari partai Kong-tong ia menjura lalu 820 berkata: "Bagaimana pendapat kalian tentang penjelasan yang sudah kuberikan tadi??" "Bicara tanpa disertai dengan bukti yang nyata tak dapat diterima dengan begitu saja, kami tolak penjelesan dari sicu" sahut Kui Goan cu dengan muka hijau membesi. "Bukankah ditempat kejadian tergeletak seratus bangkai bocah lelaki dan bocah perempuan ? Apakah bukti sebanyak itu masih belum cukup??" seketika Kui Goan cu terbungkam dalam seribu bahasa, mukanya berubah jadi merah karena jengah, dengan ter sipu2 dia tundukkan kepalanya rendah2. setelah rahasia ini terbongkar, nama perguruannya dengan sendirinya ikut ternoda, itu berarti mempengaruhi pula perkembangan partai Kong tong dalam masyarakat dimasa mendatang. Untuk sesaat imam tua itu berdiri dengan wajah serba salah, mau mengaku takut, tak mengaku malu. Untunglah pada waktu itu Khong Tiong beng, ketua dari perkumpulan tujuh walet telah menimbrung dengan suara seram: "siapa hutang uang dia harus bayar dengan uang, siapa hutang nyawa dia harus bayar dengan nyawa, apa gunanya

bersilat lidah tanpa hasil yang memuaskan ? Heehh.. heehh.. heeh.. kalau apa yang dia katakan benar, memangnya Mo tiong ci mo adalah seorang Hiap tiong hiap (pendekar diantara pendekar)?" Lima orang imam tua yang berdiri dibelakang Kui Goan cu mendengus gusar kembali mereka desak maju selangkah kedepan. situasi dalam gelanggang kembali diliputi oleh ketegangan yang menyesakkan napas, semua orang pusatkan 821 perhatiannya mengawasi gerak gerik musuh, sementara hawa murni telah dihimpun siap melepaskan serangan gencar. Dengan sorot mata yang bengis dan penuh napsu membunuh, Han siong Kie menyapu sekejap ketua perkumpulan tujuh walet, kemudian katanya: "Jadi engkau sudah ambil keputusan untuk bereskan persoalan ini tanpa membedakan lagi mana benar mana salah?" "Manusia coro, lebih baik tak usah banyak bacot lagi" sahut Ketua tujuh walet Kho Tiong beng dengan seramnya semua umat persilatan cukup memahami bagaimanakah karakter dari gurumu, banyak ngomong cuma membuang waktu dengan percuma, coba lihat semua jago persilatan yang telah hadir saat ini tak ada yang bukan untuk menagih hutang" Kata2 yang mengandung nada menghasut serta menghangatkan suasana ini kontan mendapat sambutan meriah dari jago2 silat lainnya, kembali suasana diliputi kegaduhan. Menyaksikan keadaan itu, Han siong Kie segera berpikir didalam hati. "Kalau kutinjau situasi yang terbentang didepan mata, rasanya persengketaan ini tak mungkin bisa dibereskan secara damai, mereka selalu ngotot mengatatan dirinya benar, padahal kenyataan menunjukkan kalau pihak merekalah yang salah, kalau begini caranya, bicara sampai tiga hari tiga malam juga tak ada gunanya, daripada membuang banyak waktu lebih baik selesaikan saja urusan ini dengan kekerasan, toh sebagai seorang ciangbunjin suatu perguruan besar, tak mungkin bagiku untuk pergi dengan begitu saja sebelum urusan ada penyelesaian." Berpikir sampai disitu ia lantas berpaling kearah delapan pendekar pedang dari kota Tong ciu, lalu ujarnya: 822 "Apakah kalian berdelapan juga tak mau menilai keadaan yang sebenarnya, tapi bersikeras mencari penyelesaian dengan kekerasan?" Delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu mendengus dingin, pemimpin mereka Bu im kiam (Pedang tanpa bayangan) Tio Cu-peng menjawab dengan nada keras.

"Manusia muka dingin Hutang darah bayar darah, engkau tak usah banyak bicara lagi, sekalipun engkau bicara sampai lidahmu busuk juga tak ada gunanya" Han siong Kie tidak menggubris orang itu lagi, sekarang dia berpaling kearah Liau sian taysu lalu bertanya: "Bagaimana pendapat taysu? " "Aku merasa sangat tidak puas dengan jawaban yang sicu berikan " sahut padri itu cepat. "Lalu bagaimana menurut pandangan taysu?." "Asal sicu bersedia menyerahkan kembali kitab pusaka yang tercuri kepada kami, dengan segala senang hati aku akan mengundurkan diri dari pertikaian ini, dan soal kematian dari Liau lun sutepun tak akan kami ungkap kembali" "Aku toh sudah memberikan jaminan kepada taysu bahwa perbuatan terkutuk itu bukan hasil perbuatan dari mendiang guru, tapi..." "Dengan benda apakah sicu hendak memberikan jaminannya??" Han siong Kie termenung dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian menjawab: "Dalam setahun mendatang aku akan berusaha keras untuk mencari tahu siapakah yang telah melakukan perbuatan tercela itu, apakah taysu setuju dengan usulku tadi?" "Bagaimana kalau usaha penyelidikanmu itu gagal?" 823 "Kalau dalam batas waktu setahun aku gagal dengan penyelidikanku, maka aku akan naik kebukit siong san dan memberikan pertanggungan jawabku dihadapan ketua gereja kalian" Meskipun kelima orang padri tua yang lain merasa amat gusar, tapi mengingat kemudian mereka, tak seorangpun yang buka suara, kendati begitu dari pancaran wajah mereka telah memperlihatkan kesemuanya itu. Dengan pandangan tajam Liau sian taysu menyapu sekejap sekeliling gelanggang, lalu ujarnya dengan suara dalam. "Kami telah bersumpah untuk menemukan kembali benda kami yang hilang, tentang janji setahun ini" "Bagaimana?" "Aku kuatir sicu tak akan bisa memenuhinya" "Aku tidak mengerti dengan apa yang taysu maksudkan " "Kenyataan yang terbentang didepan mata sudah amat jelas sekali, aku yakin kawanan umat persilatan yang hadir saat ini tak akan bubar sebelum tujuan mereka tercapai " sekarang Han siong Kie baru mengerti dengan apa yang dimaksudkan- ia tertawa dingin. "Heehh beehh heehh.. maksud taysu engkau kuatir kalau aku tak dapat meloloskan diri dari kerubutan mereka?" "omintohud Kenyataan berkata begitu, aku kuatir harapanmu untuk lolos tipis sekali "

"Hmm Belum tentu begitu." Liau sian taysu termenung sebentar, akhirnya dia mengangguk. "Baik, untuk sementara waktu kuterima syaratmu itu." "sementara waktu ? Apa maksudmu??" 824 "Aku baru akan berlalu dari sini setelah pertikaian ditempat ini beres." Bicara sampai disitu dia lantas ulapkan tangannya kepada lima orang padri yang lain dan mengundurkan diri dari lingkar kepungan. Dengan gemas dan penuh kebencian kelima orang padri tua itu melotot sekejap kearah Han siong Kie. lalu dengan perasaan hati yang berat mereka ikut mengundurkan diri Dari sini dapat diketahui kalau mereka terpaksa menuruti kemauan Lian siau taysu karena kalah tingkat, andaikata padri itu tak hadir disitu mungkin mereka sudah turun tangan sedari tadi. Begitu para jago lihay dari gereja siau lim si mengundurkan diri, delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu segera bergerak kemuka untuk mengisi kekosongan itu. Han siong Kie tertawa sinis, ditatapnya sekejap kawanan jago itu dengan sorot mata tajam, kemudian ujarnya perlahan: "Aku berharap kalau kalian semua berpikir tiga kali sebelum bertindak.." "Guru yang hutang sang murid yang harus bayar, manusia hawa dingin tak usah banyak bicara lagi, hayo serahkan jiwa anjingmu" sambung Tamu lewat berbaju putih Kho Tiong beng secara licik, Han siong Kie naik darah, mukanya merah padam karena gusar. dengan suara keras hardiknya: "Kho Tiong beng, janganilah menyebut orang lain atau menghangatkan suasana dengan kata2 yang tak sedap didengar, ketahuilah perbuatanmu itu sama sekali tak berguna" sementara itu delapan pedang dari kota Tiong- ciu sudah habis sabarnya, mereka saling bertukar pandangan sekejap. kemudian delapan bilah pedang diiringi delapan desiran angin meluncur kedepan mengurung sekujur badan Han siong Kie. 825 Enam orang imam dari partai Kong-tong pun ikut membentak keras, mereka maju berbareng sambil melancarkan sebuah pukulan gencar. Meskipun serangan dilepaskan tidak bersamaan waktunya, namun ancaman tiba secara bcrbareng, dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangan gabungan yang dilepaskan empat belas orang jago lihay itu Han siong Kie mendengus dingin, ibaratnya sukma gentayangan ia enjotkan badan dan tahu2 sudah lolos dari

kurungan sinar pedang serta bayangan telapak lawan. Bu In kiam Tio Cupeng yang menjadi menjadi pimpinan delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu membentak keras: "Manusia muka dingin, sekalipun engkau tumbuh sayap. ini hari jangan harap bisa lolos dalam keadaan selamat" Tubuhnya melesat kedepan, pedangnya dengan kecepatan yang sUkar dilukiskan dengan kata2 melancarkan dua belas bacokan berantai. Kedua belah jurus serangan berantai itu dilancarkan ibaratnya sebuah serangan belaka, namun yang diancam adalah dua belas tempat jalan darah penting ditubuh musuhnya, cepat dalam serangan, tepat dalam sasaran, dia memang tak malu mendapat julukan sebagai pedang tanpa bayangan. sepasang telapak tangan Han siong Kie bergerak cepat, angin pukulan men-deru2 secara bergelombang, dengan suatu gerakan yang sederhana tahu2 ia sudah membendung serangan lawan. Dalam pada itu baru saja pedang tanpa bayangan Tio cupeng menyelesaikan serangan berantainya, dua bilah pedang yang lain telah menyergap pula dari samping kiri dan kanan. 826 setelah pertarungan berkobar, Han siong Kie sadar kalau suatu pertempuran sengit tak dapat dihindari lagi, ia tahu sebelum ada penyelesaian tak mungkin musuh2nya akan menyelesaikan pertarungan dengan begitu saja. sepasang telapak tangannya bergerak kekiri kanan dengan cepat dua gulung angin pukulan yang kuat bagaikan ambruknya gunung tay-san langsung melabrak jago2 yang ada disamping kiri maupun kanan. -000dewi000BAB 46 "DUUK.. duuk.. dua pukulan gencar bersarang telak ditubuh kedua penyerang yang menyergap dari kiri dan kanan, dua orang anggota dari siong ciu pat kiam itu segera terhuyung kebelakang dengan badan terhuyung. Untung pedang tanpa bayangan Tio Cupeng telah meluruk maju untuk menolong rekannya, hawa pedang berdesir menyayat badan, sambil melangkah maju kemuka ia sambut kedatangan lawanWaktu itu Han siong Kie belum sempat buyarkan serangan, tahu2 hawa pedang yang tajam telah menyambar tiba lebih duluan, dalam kagetnya cepat2 ia melayang mundur lima depa kebelakang. sebagai pemimpin dari delapan pendekar Tiong ciu pat kiam tenaga dalam yang dimiliki pedang tanpa bayangan Tio Cupeng jauh lebih hebat dari pada tujuh pendekar lainnya,

begitu gagal dalam serangan pertama, bagaikan bayangan tubuhnya ikut maju kedepan sementara serangan berikutnya dilancarkan pula kemuka. Han siong Kie menghindar lagi kebelakang namun lima orang pendekar pedang yang lain bertindak cepat, mereka putar pedang sambil menyongsong kedatangan musuhnya. 827 Lima pedang baru meluncur datang, dua tusUkan kilat melayang pula dari sudut kiri dan kananHan siong Kie menghindar pula kebelakang, tiba2 ia putar telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan gencar, lima desiran angin jari menyambut datangnya terjangan pedang tanpa bayangan dan mengancam jalan darah kematiannya. Pedang tanpa bayangan Tio Cupeng bukan seorang manusia bodoh, begitu ia lihat musuhnya melepaskan serangan balasan, dari posisi menyerang ia merubah diri ke posisi bertahan, Cahaya pedang berkilauan didepan tubuh melindungi seluruh badannya dari ancaman musuh. "criing Criing ditengah dentingan nyaring, tahu2 pedang bajanya sudan termakan oleh desiran angin jari itu hingga patah jadi lima bagianBetapa terperanjatnya pedang tanpa bayangan menghadapi kejadian itu, sukmanya terasa melayang tinggalkan raganya, dengan muka pucat pias bagaikan mayat dan peluh dingin membasahi tubuhnya, cepat2 ia mengigos kesamping. Han siong Kie memburu kedepan, sementara serangan kilat dari ketujuh orang pendekar pedang yang lain telah mengena disasaran yang kosong.. Han siong Kie mendengus gusar, sambil putar badan sepasang telapak tangannya bersilangan kesana kemari. dalam serangan tersebut ia gunakan tenaganya mencapai sepuluh bagian, gulungan angin puyuh yang maha dahsyat langsung menghancurkan pertahanan ketujuh orang pendekar pedang itu sehingga mereka bercerai berai dan sama2 kabur kebelakang untuk menyelamatkan diri Kebetulan saat itu Han siong Kie berdiri didepan keenam orang imam dari partai Kong-tong, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun serentak keenam orang tosu itu melancarkan sebuah babatan maut kearah depan. 828 Gabungan tenaga dari keenam orang imam itu sungguh maha dahsyat, jangankan manusia yang terdiri dari darah dan daging, batu cadas yang bagaimana keraspun tetap akan hancur bila termakan serangan tersebut. Dalam keadaan tak siaga Han siong Kie tersambar tenapa gabungan itu sehingga tergetar maju delapan depa dengan sempoyongan, darah panas dalam rongga dadanya seketika

terasa bergolak keras, untung tak sampai terluka dalam. "Roboh kamu" tiba2 seseorang membentak nyaring. Bersamaan dengan bentakan itu, Han siong Kie merasa sekujur tubuhnya sakit dan kesemutan seperti digigit serangga, paling sedikit ada belasan tempat yang mempunyai rasa yang sama.. sadarkan pemuda kita kalau itu sudah terkena serangan senjata rahasia yang amat beracunDengan sempoyongan ia berpaling kebelakang, ia lihat orang yang menyergap tubuhnya dengan senjata rahasia itu tak lain adalah ketua dari perkumpulan tujuh walet, Kho Tiong beng adanya. Ketua dari perkumpulan tujuh walet sendiri amat terkejut hatinya, tatkala ia lihat musuhnya sama sekali tidak roboh kendatipun sudah termakan oleh belasan batang jarum Jit sat sin bong (cahaya maut tujuh malaikat iblis) yang amat beracun, muka nya berubah jadi pucat pias dan peluh dingin mulai membasahi tubuhnya. Perlu diketahui jarum Jit sat sin bong itu lembut sekali bagaikan bulu kerbau, sewaktu dilancarkan sama sekali tak bersuara, namun mengandung racun yang jahat sekali, sekalipun seseorang memiliki tenaga dalam yang tinggi, begitu terkena kobarannya pasti akan roboh dan binasa seketika itu juga. 829 Namun lain keadaannya dengan Han sioag Kie, sekalipun sudah belasan batang Jit sat sin bong yang bersarang di tubuhnya, anak muda itu cuma gontai sedikit, sama sekali tidak menunjukkan tanda2 keracunan atau bakal roboh binasa.. Hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah Han siong Kie, dengan sorot mata bengis dan penuh perasaan benci ia tatap ketua perkumpulan tujuh walet tanpa berkedip. Dipandang secara begitu, Kho Tiong beng jadi bergidik, dengan tubuh merinding ia mundur tiga langkah lebar kebelakang. Han siong Kie pernah ganti tulang cuci otot dimata air To meh leng swan, dalam tubuhnya memiliki daya kekuatan untuk melawan pengaruh racun, karena itu dia tak sampai roboh sekalipun sudah termakan oleh belasan batang jarum beracun. Kendatipun begitu, karena dahsyatnya daya kerja racun itu, tak urung tubuhnya terasa gatal bercampur kesemutan, kepalanya pusing dan perutnya jadi mual. Dalam pada itu, lingkaran kepungan sudah makin mengecil beberapa kaki dari semula, situasi bertambah tegang. Tiba2 Ang Nio cu Tonghong Leng yang selama ini selalu membungkam, mengetuk tanah dengan tongkat rotannya,

kemudian membentak: "Khong Tiong Beng, dimana martabatmu sebagai seorang ketua dari suatu perkumpulan besar? begitu rendahkah moralmu sehingga beraninya hanya main sergap dengan senjata rahasia beracun??" Mula2 ketua perkumpulan tujuh walet agak tertegun, kemudian sambil tertawa licik jawabnya: 830 "Tonghong cianpwe, untuk menghadapi anakan iblis seperti dia, masakah kita musti pakai peraturan bu-lim?" Mungkin disebabkan Ang Nio cu Tonghong Leng berbicara bagi kepentingan Han siong Kie, tanpa sadar sorot mata semua orang ditujukan keatas wajah makhluk tua ini. Ang Niocu Tonghong Leng tertawa aneh. "Heehh... heehh... heehh... Kho Tiong beng, engkau tak usah pura2 jual lagak, orang lain adu jiwa dengan mati2an, apa yang kau kerjakan? Engkau cuma bersembunyi disamping gelanggang seperti anak kura2, yang bisa kau lakukan hanya menyergap orang pakai senjata rahasia.. Huuh Memalukan" Merah padam selembar wajah ketua perkumpulan tujuh walet setelah mendengar sindiran itu, ucapan lawan terialu menghancurkan derajatnya sebagai seorang ketua, ia tersipu2 dan merasa kehilangan muka. Tapi sebagai seorang licik yang banyak akal, mukanya cukup tebal, hanya sebentar ia merasa jengah kemudian pulih kembali dalam ketenangan, katanya dengan dingin: "Apa maksud Tonghong cianpwe dengan ucapanmu itu??" "Aku hanya ingin tahu, apakah dia bakal mampus oleh senjata rahasia beracunmu itu" "Tentang soal ini... " "Hayo, jawab sejujurnya, jangan coba main setan dihadapanku " "Barang siapa terkena senjata rahasia Jit sat bong, mana ada yang bisa hidup dengan selamat?" "Tapi dia toh sampai sekarang belum mampus??" "Apakah Tonghong cianpwe bermaksud untuk menolong jiwanya..." tanya Khong Tiong beng agak ragu2. "Benar, sampai sekarang aku nenek tua masih membutuhkan tenaganya untuk mengerjakan sesuatu" 831 Ketua dari perkumpulan tujuh walet ini kontan tertawa seram. "Heeeh... heeh... heeeeh sekalipun engkau hendak menolong, sayang rekan2 persilatan yang lain tidak sudi melepaskan bangsat itu dengan begitu saja" . "Khong Tiong beng Engkau sendiri yang mencari mampus, jangan salahkan kalau aku bertindak kejam" tiba2 Han siong Kie membentak nyaring.

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, sepuluh gulung desiran anginjari meluncur keudara dan langsung menyergap tubuh ketua perkumplan tujuh walet. Bentakan keras menggelegar pula di udara, untuk kesekian kalinya enam imam tua dari partai Kong tong melancarkan serangan maut mereka kearah sianak muda itu. Cahaya tajam berkilauan, hawa pedang men-deru2, tujuh bilah pedang mustika dari Tiong ciupat kiam serentak menusuk pula kedepan. Sementara itu Jit yan pangcu ( ketua dari perkumpulan tujuh walet) merasa sangat ketakutan sekali dikala itu serangan musuh menerjang datang, cepat2 ia meloncat keudara bermaksud untuk menghindarkan diri Sayang walaupun ia bertindak cepat, serangan musuh meluncur datang jauh lebih cepat, bagian mematikan bisa dihindari bagian kaki susah lolos dari ancaman tak ampun lagi sepasang kakinya kena terhajar sampai berlubang besar, hingga mengakibatkan rasa sakit yang tak terhingga, sambil menjerit kesakitan ia terkulai kembali ke atas tanah. Berhasil dalam serangannya, Han siong Kie melesat kesisi samping, dengan telapak tangan kiri dia bendung sergapan ketujuh bilah pedang musuh, sementara telapak tangan kanannya membendung pukulan gabungan dari enam tosu. 832 Benturan yang memekikkan telinga menggeletar diangkasa, dengan sempoyongan Han siong Kie mundur kebelakang, hampir saja tubuhnya termakan oleh sambaran pedang musuh. oleh benturan yang cukup keras itu, keenam orang imam tua dari Kong tong pay ikut tergetar pula hingga mundur selangkah kebelakang, tak terlukiskan betapa kaget dan ngerinya mereka atas kesebatan musuhnya.. Dipihak lain, anak buah perkumpulan tujuh walet telah menyerbu kedalam gelanggang, sebagian merintangi jalan maju musuh, sebagian yang lain menolong ketua mereka yang terluka.. Kegusaran Han siong Kie telah mencapai pada puncaknya, hawa napsu membunuh makin berkobar dalam benaknya, ia meluncur beberapa depa kemuka, sebuah pukulan dilontarkan dengan dahsyat membuat kawanan dari perkumpulan Tujuh walet yang sedang berusaha untuk menolong ketuanya kena tersapu hingga kocar kacir. Api dendam telah membara dalam dada si anak muda itu, sehabis membubarkan kawanan jago itu, ia maju lebih ke depan, sebuah pukulan yang tak kalah gencarnya langsung dilontarkan ke atas tubuh Khong Tiong beng yang terkapar dalam keadaan luka. Jeritan ngeri yang menyayatkan hati mendirikan bulu roma para jago, ketua perkumpulan tujuh walet kena terhajar telak

oleh serangan maut itu sehingga batok kepalanya hancur berantakan, darah bercampur isi benak berhamburan dimanamana, sukmanya melayang tinggalkan raganya. Walaupun Han siong Kie memiliki kekuatan untuk melawan pengaruh racun, bagaimanapun untuk beberapa waktu racun itu tak mungkin buyar dengan begitu saja, apalagi berulang kali dia harus mengerahkan tenaganya untuk bertarung, 833 sedikit banyak ada sebagian dari racun itu yang berhasil menyusup kedalam tubuhnya. Anak muda itu merasa kepalanya pusing, pandangan matanya berkunang-kunang dan tubuhnya sempoyongan kesana kemari, hampir saja dia tak mampu berdiri tegak. Kawanan jago yang hadir disekitar gelanggang rata2 adalah jago pengalaman, gejala itu tentu saja tak lolos dari pengamatan mereka, tahulah kawanan jago itu kalau musuhnya mulai keracunan. Enam orang imam tua dari partai Kong tong saling berpandangan sekejap. kemudian tanpa mengeluarkan sedikit suarapun mereka lepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan. .. Enam gulungang in pukulan yang gencar menciptakan suata desiran angin tajam laksana kilat menyambar kemuka dan menggulung tubuh Han siong Kie. sementara anak muda itu sudah hampir tak kuat menahan diri, kepalanya semakin pusing, matanya berkunang2 dan konsentrasinya mulai buyar, merasa munculnya ancaman dari arah belakang, ia segera putar badan sambil melepaskan pula sebuah pukulan untuk menyambut serangan itu, walau demikian kekuatannya separuh lebih dari keadaan semula. Ditengah benturan yang sangat keras, terdengar seseorang mendengus tertahan. Dengan sempoyongan Han siong Kie tergetar mundur delapan depa kebelakang, darah segar memancar keluar dari ujung bibirnya. Termakan oleh getaran yang cukup keras ini, bukan makin payah, kesadaran anak muda itu malah jauh lebih segar.. Tiong ciu Pat kiam bukan orang kemarin sore, tentu saja merekapun tak sudi membuang kesempatan yang sangat baik itu dengan begitu saja, tujuh bilah pedang ditambah dengan 834 sepasang telapak tangan serentak menyergap datang dari tiga arah yang berlawanan. Han siong Kie sudah menyadari keadaan yang dihadapinya, kecuali belasan orang jago lihay yang berada didepan mata, masih ada hampir seratus orang jago yang menanti kesempatan diluar gelanggang, tujuan mereka hanya satu yakni memusnahkan dirinya dari muka bumi.

Pada mulanya sianak muda itu menyangka asal ia beberkan kenyataan sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam kitab budi dan dendam dari Mo Mo cuncu, maka pertikaian antara mendiang gurunya dengan kawanan jago silat itu akan beres dengan sendirinya. siapa sangka orang persilatan sukar diberi penjelasan, demi nama mereka tak segan-segannya mengingkari kenyataan, apalagi ilmu silat merupakan penyakit dari tiap manusia, makin tinggi ilmu silatnya makin banyak yang iri kepadanya, tentu saja orang2 itu berusaha menggunakan kesempatan baik ini untuk lenyapkan dirinya dari muda bumi. Dikala delapan pendekar pedang dari kota Tiong- ciu akan melancarkan serangannya lagi. Tiba2 Han siong Kie menggigit bibir, dengan jurus Mo hwe liau goan (Api iblis membakar padang rumput), dia himpun segenap kekuatan yang dimilikinya kemudian melontarkannya kemuka dengan sepenuh tenaga. Bayangan telapak menyebar bagaikan lapisan awan, membawa gulungan angin pukulan yang dahsyat ibaratnya gulungan ombak ditengah samudra langsung mendobrak terjangan musuh. Betapa hebatnya pukulan dahsyat tersebut, serbuan dari delapan pendekar pedang itu bukan saja berhasil dipatahkan, malahan mereka dipaksa untuk mundur dengan tercerai berai. Bergidik hati para jago menyaksikan ketangguhan lawannya, padahal sianak muda itu sudah terkena senjata 835 rahasia Jit sat sin bong dari ketua perkumpulan tujuh walet yang sangat beracun, kemudian termakan pula oleh pukulan gabungan dari enam imam partai Khong-tong, tapi kenyataan membuktikan lain, tenaga dalamnya sama sekali tidak menjadi berkurang karena peristiwa itu. sepasang mata Han siong Kie berubah jadi merah membara, nafsu membunuh yang menyelimuti wajahnya makin menebal, setelah menyapu sekejap keseluruh gelanggang bentaknya dengan suara mendalam: "sekali lagi aku akan peringatkan kepada kalian semua, ketahuilah orang2 yang dibunuh mendiang guruku semuanya mempunyai alasan untuk kematian, aku hanya mengharapkan agar kalian suka berpikir tiga kali sebelum bertindak. sebab kalau kalian main sergap tanpa pikir panjang, maka akupun tak akan ambil peduli atas akibat yang bakal terjadi pada kalian semua" Baru saja pemuda itu menyelesaikan kata2nya, tiba2 dari kejauhan berkumandang suara pekikkan tajam yang sangat keras. seluruh gelanggang jadi gaduh dan gempar oleh suitan tajam itu, mereka semua rata2 menunjukkan rasa kaget yang tak terkirakan.

Han siong Kie sendiripun mengerutkan dahinya, ia tak tahu siapa yang memperdengarkan suitan tajam tersebut, yang jelas semua jago yang hadir disitu rata-rata menunjukkan perubahan sikap yang menyolok. Bersamaan dengan sirapnya suitan tajam itu, sesosok bayangan aneh yang berwarna warni melayang masuk ketengah gelanggang. orang itu adalah seorang manusia aneh yang tak lengkap panca inderanya, ia kenakan jubah panjang berwarna warni. 836 Kalau dikatakan manusia maka orang ini jauh lebih mirip sebagai makhluk setan yang berwajah seram. Bibirnya sumbing dan membalik keluar hingga sebaris giginya yang putih kelihatan dari luar, hidungnya lenyap entah kemana dan yang tampak saat itu cuma dua buah lubang hitam yang hitam, sebuah codet besar membekas dari atas keningnya membelah hidung dan mencapai pipi sebelah kiri, mata kirinya lenyap tinggal kelopaknya yang kosong, biji matanya entah sudah kabur kemana, rambut yang beruban menggumpal jadi satu persis setumpukan rumput kering. Cukup memandang tampangnya yang seram bagaikan setan sudah dapat membuat hati orang bergidik, Dengan sinar mata yang bengis, manusia aneh itu menyapu sekejap seluruh gelanggang kemudian tertawa seram tiada henti2nya. kawanan jago persilatan perlahan sama2 mundur kebelakang, hanya sebentar saja dalam gelanggang hanya tinggal Ang nio cu Tonghong Leng seorang. Perempuan gagah yang bernama Tonghong Leng itu segera tertawa mengikik dengan suaranya yang seram bagaikan jeritan kuntilanak lalu tegurnya dengan suara lantang: "Kang Tang hu, engkau belum mampus?" Mendengar nama orang itu, diam2 Han siong Kie ikut merasa terperanjat, dia masih ingat dalam catatan budi dan dendam dari Mo Mo Cuncu, ia pernah membaca nama orang itu. Disitu namanya tercatat sebagai Kui-bin long jin (manusia srigala bermuka seram) Kang Tang hu, menurut catatan, dulu dia punya seorang kekasih yang bernama Hek tin lo sat (Iblis perempuan berhati hitam) Kwansu koh, wataknya cabul dan perbuatannya kejam, sudah banyak pria muda yang kekar dan gagah dibunuh olehnya setelah sebelumnya "diperkosa" lebih dulu. 837 Akhirnya Mo tiong ci mo mengetahui akan kebejadan moralnya ini, perempuan cabul itu diburu kemudian dibunuh. Kekasihnya yakni manusia srigala bermuka setan Kang Tang hu jadi mendendam karena peristiwa ini, ia datang mencari gurunya untuk menuntut balas, namun dalam suatu

duel yang sengit ia tak mampu menandingi kelihayan lawannya sehingga akhirnya kabur. sementara itu Manusia srigala bermuka setan Kang Tang hu telah melotot gusar kearah perempuan baju merah Tonghong Leng, kemudian sambil tertawa seram katanya: "Heeeh heehh heeehh Ang Nio cu, apakah engkau juga mempunyai sengketa dengan anakan kelinci ini??" "Sengketa tak ada, tapi ada suatu persoalan kecil aku membutuhkan tenaganya " "Kalau begitu bagus sekali, kitapun tidak usah ribut2 sendiri mengenai dirinya, toh dia cuma mempunyai selembar jiwa" Han siong Kie sangat marah, sambil mendengus dingin serunya: "Manusia srigala bermuka setan, sebutkan apa maksud kedatanganmu" Kang Tang-hu tertawa seram, ia menyapu sekejap pemuda itu kemudian dengan suara yang seram bagaikan jeritan setan sahutnya: "Haaah... haaah... haaah sungguh tak nyana Mo tiong cimo telah menerima engkau sebagai ahli warisnya, Hmm sepanjang hidup belum pernah timbul rasa kasihan dalam hatiku, hei bocah ...." "Apa yang kau maksudkan?" hardik pemuda itu. "Tentang soal ini ...." tiba2 manusia srigala bermuka setan berhenti sejenak, sambil berpaling kearah delapan pendekar pedang dari kota Tiong cu sekalian tiba-tiba hardiknya: "Disini 838 tak ada urusan lagi, hayo pada menyingkir jauh2 dari hadapanku" Delapan pendekar pedang dari kota Tiong ciu maupun enam imam tua dari partai Kong tong sama2 menunjukkan muka gusar setelah mendengar ucapan itu, tapi mereka tak berani bertindak sesuatu, akhirnya dengan uring-uringan mereka mundur dari lingkar kepungan dan menjauhkan diri dari gelanggang. Menanti semua orang sudah mengundurkan diri, manusia srigala bermuka setan Kang Tang hu baru melanjutkan kembali kata-katanya: "Bocah muda, tiba2 saja aku tak ingin membunuh kau" "Membunuh aku?" seru Han siong Kie sambil menunjuk keujung hidung sendiri " dengan andalkan apa kau ingin bunuh aku?" sekali lagi Manusia srigala bermuka setan melolong aneh, katanya lebih jauh: "Bocah muda, sebetulnya kedatanganku kesini untuk mencabut selembar jiwa kecilmu, tapi sekarang aku telah berubah pikiran, aku tak jadi membunuh kau lagi." "Kenapa??" "Aku ingin menerima engkau sebagai ahli waris " "Menerima aku sebagai murid ? Haaaahh... haaahh...

haaahh" tak kuasa lagi Han Siong Kie menengadah dan tertawa ter-bahak2, suaranya keras bagaikan palu yang beradu besi, bukan saja menggema diseluruh angkasa bahkan memekikan telinga setiap jago baik dari golongan putih golongan hitam yang hadir ditengah gelanggang. "Hei bocab muda, apa2an kau ini?jangan menjerit jerit terus seperti setan penasaran" teriak Manusia srigala bermuka setan dengan suara keras. Han siong Kie tarik kembali gelak tertawanya, dengan muka serius serunya: 839 "Hei manusia srigala bermuka setan yaug tak tahu diri, aku lihat engkau sedang baru mimpi disiang hari bolong, kulihat keadaanmu persis seperti burung pungguk merindukan bulan." "Apa becah ? kau bilang apa? " jerit manusia serigala bermuka setan dengan mata jelalatan bengis. "engkau tidak bersedia jadi muridku ? Memangnya kau anggap badanmu sudah keras seperti baja??" "Hmm Kunasehati dirimu, lebih baik janganlah menjadi burung pungguk yang merindukan bulan, sampai tuapun jangan harap keinginanmu itu bisa tercapai, kecuali kalau matahari bisa terbit dari sebelah barat" "Bajingan cilik" maki Kang Tang-hu dengan marahnya " engkau terlalu menghina aku, ini hari kau harus mampus" "Aah belum tentu begitu, memangnya kau yang kuasa atas nyawaku??" "ooooh.. kamu tak percaya yaa ? Bagus, bagus.. mari kita buktikan saja siapa yang lebih tangguh." Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dia menerjang maju kemuka, sepasang telapak tangannya siap diayun ketubuh lawan. "Eei.. nanti dulu tiba2 Han siong Kie berseru. "Bagaimana bocah ? Kau sudah menyesal dan mau turuti kehendak hatiku??" "Aku hanya ingin tanya, apakah maksud kedatanganmu kali ini adalab berkenaan dengan kasus terbunuhnya Hek sim lo sat (Iblis perempuan berhati hitam) Kwan su koh pada empat puluh tahun berselang?" sinar bengis kembali memancar keluar dari mata Kang Tang hu yang tinggal sebelah dengan penuh kebencian jawabnya: "Benar, selama empat puluh tahun siang maupun malam aku tak pernah melupakan peristiwa ini, sayang aku tak 840 berhasil menemukan tempat persembunyian dari Mo tiong ci mo, dan kini dia sudah mampus maka hutang darah inipun akan kutagih atas dirimu" "sebagai ahli waris mendiang guruku, memang pantas kalau aku yang bertanggung jawab atas semua perbuatan guruku dimasa hidupnya, tapi apakah engkau tahu apa

sebabnya Hek sim lo sat bisa dibunuh oleh guruku?" "Bocah keparat, kau tak usah banyak bacot lagi" jerit manusia srigala bermuka setan dengan suara lengking, "ini hari engkau akan kujagal lebih dahulu, kemudian akan kucari kuburan dari anjing tua itu dan menghancur lumatkan tulang belulangnya jadi abu, hanya berbuat begitulah rasa benciku selama ini bisa terlampiaskan" Mendengar rencana lawannya yang bejad dan tak berperi kemanusiaan itu, hawa amarah dalam dada Han siong Kie kontan berkobar, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, ia menduga musuhnya ini tentulah seorang manusia bejad yang berhati bengis, terlintas dalam benaknya satu ingatan untuk membunuh mahluk aneh ini. Dengan suara dingin bagaikan es, dia lantas berseru: "Manusia srigala bermuka setan, tahukah engkau? Apa yang barusan kau lakukan sama halnya dengan menggali liang kubur buat diri sendiri?" "Huuh Cuma andalkan kekuatanmu seorang?" ejek makhluk aneh itu sinis. Sembari berseru, sepasang jari tangannya yang runcing ibarat pancingan secepat sambaran kilat menyambar ke atas tubuh Ham siong Kie. Serangan tersebut bukan saja sangat cepat, bahkan ganas dan tak kenal ampun, cukup menggidikkan hati siapapun yang menghadapinya. 841 Situasi ditengah gelanggang ikut berubah jadi tenang bersamaan dengan gerakan serangan yang dilancarkan manusia srigala bermuka setan. Han siong Kie melesat kearah samping dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata2, berhasil lolos dari cengkeraman musuh, dengan jurus Leng ku it si (Jurus pertama kura2 sakti) dia balas melancarkan sergapan, jurus yang digunakan ampuh, aneh dan ganas, sedikitpun tak kalah dengan kebagusan serangan musuh. Agaknya manusia srigala bermuka setan tak pernah menduga kalau Han siong Kie memiliki ilmu silat setinggi itu, tak kuasa lagi ia menjerit kaget. Cepat telapak tangan kirinya mengayun secara beruntun untuk musnahkan daya serangan lawan, sementara telapak tangan kanannya melepaskan sebuah babatan kilat ke depan. Dengan ancaman yang ia terima berarti sia2 belaka Han siong Kie melepaskan serangannya, ingatan kedua belum sempat melintas. tahu2 telapak tangan kanan musuh telah tiba didepan dadanya, dalam keadaan begini terpaksa ia tarik kembali tangannya untuk menangkis dengan keras lawan keras.. "Duuk.." "dua gulung himpunan tenaga saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan keras, kedua belah

pihak sama2 merasakan tubuhnya bergetar keras. Secepat kilat Han siong Kie menggunakan taktik "mengisap" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat untuk mengisap telapak tangan musuh sehingga sama sekali tak mampu berkutik lagi, sementara telapak tangan kanannya yang senggang langsung menyodok keatas dada lawan. Manusia srigala bermuka setan berusaha untuk menarik kembali telapak tangan kanannya, namun usaha itu gagal, sekarang ia baru tahu bahaya, dalam gugup dan kagetnya cepat dia putar tangan untuk menangkis. 842 "Duuk.." sekali lagi empat buah telapak tangan saling beradu satu sama lainnya. Han siong Kie segera salurkan hawa murninya keluar tubuh, ia bermaksud menggunakan taktik "getaran" untuk melontarkan balik kekuatan musuh yang sedang meluncur datang. Siapa sangka manusia srigala bermuka setan pun mempunyai ingatan yang sama, dia sendiripun berusaha untuk melepaskan diri dari daya hisapan musuh. Dengan demikian maka kedua belah pihak sama2 melontarkan hawa saktinya keluar badan. Suatu ledakan keras yang memekikan telinga menggeletar lagi di angkasa, kedua belah pihak terlempar mundur kebelakang dan mundur sejauh situ kaki lebih dengan sempoyongan. Posisi Han siong Kie jauh lebih tidak menguntungkan jika dibandingkan musuhnya, karena pertama dia sudah terhajar lebih dulu oleh tenaga gabungan dari enam jagoan Kong tong pay, kemudian terkena pula sambitan jarum rahasia dari Kho Tiong beng, itu ketua dari perkumpulan tujuh walet, sekarang setelah termakan oleh getaran keras itu, tak bisa dicegah lagi ia muntah darah segar, tubuhnya mundur dengan sempoyongan. suasana jadi gempar, para jago yang ada diluar gelanggang sama2 berseru tertahan. Dalam pada itu manusia srigala bermuka setan telah menyadari betapa tangguhnya musuh yang sedang dihadapi, ia tak menyangka kalau kekuatan yang dimiliki Han siong Kie sekarang telah jauh melampaui kekuatan Mo tiong ci mo dimasa lampau, ingatan untuk menerima anak muda itu sebagai muridnya seketika tersapu lenyap dari benaknya. Sekarang ia baru menyadari betapa bahayanya musuh ini jika dibiarkan hidup lebih jauh, ingatan jahat melintas dalam benaknya sambil berpekik nyaring ia maju beberapa kaki kedepan, segenap tenaga dalam yang dimilikinya dihimpun kedalam sepasang telapak tangan ketika dilontarkan kemuka, 843 maka bisa dibayangkan betapa dahsyat dan mengerikannya kekuatan penghancur itu.

"Jangan kau bunuh bocah itu" tiba-tiba Ang Nio cu Tonghong Long berteriak keras: -000dewi000Jilid 23 SAMBIL. berseru diapun ayun pula telapak tangannya untuk membendung angin serangan manusia sigala itu, tapi sayang tindakan pencegahan ini datangnya agak terlambat setengah tindak ... Ditengah jeritan ngeri karena kesakitan, Han siong Kie muntah darah segar dan roboh terkapar diatas tanah. Menyusul mana sebuah jerit kesakitan kembali menggema diangkasa, manusia serigala bermuka setan mundur sambil memegang dadanya, kemudian roboh terduduk diatas tanah, darah segar meleleh keluar dari celah2 jari tangannya dan membasahi seluruh pakaian yang ia kenakanTernyata disaat musuh melakukan sergapan maut Han siong Kie sendiripan melancarkan serangan balasan dengan ilmu jari Tong kim ci, untung setelah terluka parah kekuatan serangannya banyak berkurang, itu pun berhasil membuat beberapa lubang didada musuhnya, kalau tidak sudah pasti makhluk aneh itu sudah mampus sedari tadi. Dengan kejadian tersebut, manusia serigala bermuka setan jadi bergidik hingga bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri Kawanan jago yang mengikuti jalannya pertarungan itu dari sisi gelanggang ikut merasa terperanjat, rata2 paras muka mereka pada berubah hebat. 844 Dengan terlukanya manusia serigala itu maka serangan dahsyat yang dilepaskan Ang Nio cupun mengena pada sasaran yang kosong. Begitulah, dalam satu gebrakan kedua belah pihak sama2 menderita luka, namun kalau di hitung2 maka luka yang diderita Han siong Kiejauh lebih parah. Kesempatan yang sangat baik ini tidak di buang percuma oleh kawanan lainnya, per-tama2 keenam orang imam tua dari partai Kong tong maju lebih dahulu kemuka dan langsung menerjang kedalam gelanggang. Menyusul mana delapan pendekar pedang dari kota Tong ciu, empat orang Tongcu dari perkumpulan tujuh walet serta belasan orang jago lihay lainnya sama2 berebut masuk kedalam gelanggang. Dengan ikut sertanya kawanan jago lihay masuk kedalam gelanggang, maka situasi di sekitar tempat itupun semakin bertambah tegang. Tiba2 manusia serigala bermuka setan bangkit berdiri, matanya yacg tinggal sebelah berputar liar, kemudian bentaknya keras- keras: "Apa yang hendak kalian lakukan?" Bentakan itu cukup manjur, seketika itu juga kawanan jago

persilatan yang sedang bergerak maju kedepan menghentikan langkah mereka. Pedang tanpa bayangan Tio cupeng, pemimpin dari Tiong ciu pat kiam segera tampil kedepan seraya berkata dengan suara dalam. "setiap umat persilatan yang hadir disini berharap untuk membunuh manusia muka dingin, kenapa engkau malahan membantu dirinya?" "Aku tak ambil perduli mau apa kalian semua, pokoknya sekarang siapa berani mengganggu seujung rambutnya, aku segera akan suruh orang itu mampus dalam keadaan 845 mengerikan" ancam manusia serigala bermuka setan dengan tajam. Ancaman ini sama sekali diluar dugaan siapapun juga, hampir seluruh kawanan jago yang hadir disitu sama2 berdiri tertegun karena tercengang bercampur heran .... Terdengar manusia serigala bermuka setan melanjutkan kembali kata2nya: "Pokoknya selembar jiwa kecil orang itu hanya aku seorang yang berhak untuk memutuskan, kalau aku ingin dia hidup terus maka dia akan tetap hidup, sebaliknya kalau aku inginkan dia mampus, siapapun jangan harap bisa menbelai dia " "oooh ya?" ejek Ang Nio cu Tonghong Leng dengan sinis "Kang Tang-hu, aku lihat apa yang kau inginkan tak mungkin bisa terlaksanakan pada saat ini" seraya berkata selangkah demi selangkah perempuan tua itu maju kedepan menghampiri sianak muda itu. Manusia serigala bermuka setan jadi mencak-mencak karena kegusaran- kembali teriaknya: "Ang Nio cu, jadi engkau bersikeras untuk memusuhi aku??" "Memangnya aku musti jeri kepadamu??" sambil tertawa dingin tiada hentinya selangkah demi selangkah dengan gagahnya perempuan baju merah Tonghong Leng maju menghampiri musuhnya. Han siong Kie sendiri pernah cuci otot berganti tulang disumber air mujarab To meh long swan, kemudian secara beruntun menjumpai pengalaman diluar dugaan yang membuat tenaga dalamnya mencapai dua ratus tahun hasil latihan, meskipun luka dalam yang diderita cukup parah, akan tetapi sama sekali tidak sampai menggoncangkan jantung maupun nadinya. 846 Karenanya, sekalipun orang tahu kalau dia sudah terluka parah, namun anak muda itu masih tetap berdiri tegak dengan angkernya:

Keampuhan sianak muda itu semakin membulatkan tekad para jago baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam yang hadir disekitar gelanggang, mereka sadar bila hari ini manusia muka dingin tidak dilenyapkan, maka sukarlah untuk menemukan kesempatan sebaik ini dikemudian hari, apa lagi mengingat ilmu silatnya yang begitu lihay. Apa mau dikata ditengah gelanggang hadir pula dua orang makhluk aneh yang sudah lama tak pernah munculkan diri didalam dunia persilatan, dengan kekejian serta kehebatan mereka, kawanan jago silat tersebut tak berani bergerak sembarangan. Dipihak lain, Han siong Kie sendiripun sedang berpikir didalam hati. "Kalau ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata saat ini, lebib baik aku cepat2 berlalu dari sini, sebab situasi ini di biarkan lebih jauh niscaya aku sendirilah yang bakal rugi..." Disamping risau dengan situasi didepan mata, pemuda inipun mencemaskan nasib dari kelima orang tianglonya yang ditugaskan untuk mengebumikan jenasah Mo sam yu sekalian, karena sampai saat itu mereka belum juga munculkan diri, mungkinkah suatu kejadian yang diluar dugaan telah menimpa mereka berlima? Berpikir sampai disitu, ia segera putar badan dan siap berlalu dari tempat kejadianDalam pada itu pedang tanpa bayangan Tio Cupeng telah merampas sebilah pedang dari rekannya, melihat musuhnya mau pergi, dia segera enjotkan badan sambil menerjang kearah Han siong Kie. Dua orang imam tua dari partai Kong tong juga tak mau membuang kesempatan baik itu, dengan kobaran api dendam 847 yang membara dalam dada mereka, dua orang itu tak sudi membiarkan musuhnya mampus di tangan orang. Maka begitu menyaksikan pedang tanpa bayangan terjun ke gelanggang, kedua orang imam tua itupun sama2 menerjang ke arah musuhnya: "Bangsat, manusia tak tahu diri rupanya kalian semua sudah bosan hidup, hardik Ang Nio cu Tonghong Leng marah. Toya rotannya yang hitam pekat segera diayun kedepan membacok tubuh seorang imam tua dari Kong tong pay. Bacokan ini begitu cepat dan keras hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. Dalam pada itu, manusia serigala bermuka setan telah menerjang pula kearah pedang tanpa bayangan Tio Cupeng. sampai dimanakah kelihayan ilmu silat dari Ang Nio cu Tonghong Leng, rupanya sudah diketahui jelas oleh dua orang imam tua dari partai Kong tong itu, menyaksikan datangnya serangan yang amat dahsyat, mereka tak berani menangkis dengan kekerasan, cepat tubuh mereka menyusut mundur lagi kebelakang.

Dipihak lain, ujung pedang yang dilancarkan pedang tanpa bayangan Tio Cupeng sudah hampir menembusi tubuh Han siong Kie, saat itulah manusia serigala bermuka setan telah menerjang tiba secepat sambaran kilat, dengan gugup ia lantas tarik kembali serangannya untuk melindungi diri Gerakan manusia serigala bermuka setan tersebut lebih cepat dari dugaannya, ketika ia menarik kembali senjatanya, Criing" pedang itu sudah rontok ke tanah, sementara kelima jari tangan yang tajam bagaikan cakar elang sudah mencengkeram pergelangan tangannya, tangan yang lain menyambar kearahnya. -000dewi000848 BAB 47 BETAPA kagetnya pedang tanpa bayangan Tio Cupeng menghadapi sergapan musuh yang luar biasa itu. Dipihak lain, ketujuh orang rekannya menjadi panik pula ketika dilihatnya pemimpin mereka mengalami musibah, sambil menghardik mereka bertujuh maju bersama menerjang kearah musuhnya. suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggema memecahkan kesunyian, dada Pedang tanpa bayangan Tio Cupeng kena di cengkeram bingga robek. isi perutnya kontan berhamburan diatas lantai menyusul darah segarpun berhamburan bagaikan sumber mata air. Selesai membinasakan lawannya, Manusia serigala bermuka setan melemparkan mayat korbannya yang berada dalam keadaan mengerikan itu kearah tujuh jagoan yang sedang menerjang datang. Cepat tujuh orang jago pedang itu menghentikan gerakan mereka, salah seorang diantaranya menyambut mayat yang melayang tiba, sementara enam jago pedang yang lain dengan perasaan dendam yang membara sekali lagi menerjang maju kemuka. Karena harus menggunakan tenaga kelewat besar, luka dalam yang diderita Manusia serigala bermuka setan menjadi kambuh kembali, tubuhnya mulai gontai dan tak mampu berdiri tegak. Kebetulan Ang Nio cu Tonghong Leng ada disamping tubuhnya, cepat ia putar toya rotannya dan menyambut terjangan dari keenam orang pendekar pedang itu. "criing criiiing" secara beruntun terjadi beberapa kali benturan nyaring, diantara enam bilah pedang yang 849 menerjang tiba ada tiga bilah diantaranya mencelat dari cekalan dan rontok keatas tanah. Agaknya keenam orang pendekar pedang itu menyadari bahwa ilmu silat mereka bukan tandingan lawan- gagal dalam

sergapan mereka segera mengundurkan diri kebelakang. Peristiwa berdarah yang baru berlangsung cukup mengerikan setiap jago yang hadir disitu, rata2 mereka merasakan hatinya tercekat dan bulu roma pada bangun berdiri, sepanjang hidup belum pernah mereka saksikan kejadian sekejam ini. seperti dengan julukannya, Manusia serigala bermuka setan memang seorang jago yang berhati kejam melewati kebrutalan seekor binatang, sehabis merobek2 perut pedang tanpa bayangan Tio Cupeng, ia lantas putar badan mengejar ke arah Han siong Kie. sambil melesat kearah depan, mulutnya memperdengarkan suara jeritan aneh yang cukup mendirikan bulu roma siapapun yang mendengar: Dasar Han siong Kie memang seorang pemuda berbakat yang punya kecerdasan luar biasa, meskipun waktu yang tersedia baginya hanya sedikit sekali, akan tetapi ia dapat manfaatkan kesempatan yang ada itu untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, beberapa bagian tenaga murninya seketika pulih kembali seperti sedia kala. Ang Nio cu Tonghong Leng sendiri tidak berpeluk tangan belaka, setelah memukul mundur enam pendekar pedang dari kota Tiong ciu, ia segera ikut menerjang kemuka dan menghalangi jalan pergi dari Manusia serigala bermuka setan serunya: "Kang Tang hu, jangan kau lukai bocah itu" "Kenapa?" tanya Manusia serigala bermuka setan dengan mata melotot besar. "sebab aku nenek tua masih membutuhkan tenaganya" 850 "Membutuhkan tenaganya?" ejek Manusia serigala bermuka setan sambil tertawa seram, "heehhhh... heehhh... heehh... Ang Nio-cu, bukankah engkau tertarik oleh wajahnya yang tampan? sayang engkau lebih pantas menjadi neneknya. Hmm Aku lihat lebih baik janganlah punya pikiran lain-." "Kentut busuk makmu, jangan coba bicara sembarangan lagi, Hmm Kalau engkau nekad terus, jangan salahkan kalau kuhajar batok kepalamu sampai remuk" "Heehhh..heehhh..heehhh.. mau mukul remuk kepalaku? Ang Nio cu.. Engkau masih belum mampu melakukan tindakan itu.." "Memangnya engkau pilih mencoba?" tantang Tonghong Leng, nenek berbaju merah itu sambil ayun toya hitamnya ke tengah udara. Manusia serigala bermuka setan memang seorang manusia yang bengis dan kejam dalam perbuatan, namun dia bukan seorang manusia bodoh yang tanpa perhitunganBila dalam keadaan normal, tentu saja Ang Nio-cu masih bukan tandingannya, tapi sekarang ia telah menderita luka

dalam yang cukup parah, itu berarti keadaanpun berlainanMelihat sang nenek baju merah sudah maju menyerang, cepat dia ulapkan tangannya seraya berseru: "Eeh..tunggu sebentar" "Bagaimana ? Engkau jeri ??" "Heeeh heeeh heeeh omong kosong, sejak dilahirkan sampai setua ini aku manusia serigala bermuka setan tak pernah mengenal arti kata takut, aku hendak ajukan satu pertanyaan dulu kepadamu" "Kalau man kentut, cepat lepaskan kentut baumu itu " 851 Engkau sungguh2 hendak membelai bocah keparat itu ? Aku toh bukan berbicara hanya sekali saja, sudah berulang kali kukatakan kalau bocah ini bermanfaat bagiku ! "Bagaimana kalau tenaga yang dia miliki sudah kau gunakan?'' desak manusia srigala lebih jauh. "Tentang soal ini ..apa yang kau harap kau? Ang Nio-cu balik bertanya. Aku harap engkau bersedia menyerahkan kepadaku ! Tidak bisa, aku tak dapat serahkan bocah itu kepadamu ! Jadi engkau tidak setuju?? "Benar, setelah kumanfaatkan tenaganya kalau engkau inginkan bocah ini maka silahkan mencarinya sendiri, aku tak sudi serahkan dirinya kepadamu Han Siong Kie yang mengikuti pembicaraan tersebut dari samping gelanggang jadi naik pitam, pikirnya : Ang Nio cu Tonghong Leog berbuat demi kian karena aku telah lepaskan malaikat hawa dingin Mo Siu ing, dia akan suruh aku tunjukkan kearah mana perginya perempuan itu . Hmm! Apa salahnya kalau kuusir dirinya lebih dabulu kemudian baru menghadapi manusia serigala bermuka setan?" Berpikir sampai disitu. dia lantas berpaling kearab nenek tua baju merab\h itu lalu menegur : "Bukankah engkau sedang mencari jejaknya Malaikat bawa dingin..Mo Siu ing..?'' "Benar ! nenek tua itu membenarkan. "Akan kuberitahukan kepadamu, kemana perginya malaikat hawa dingin" "Engkau tak usah mencoba untuk main gila dihadapanku, aku tak percaya dengan segala macam pengakuanmu, aku 852 hanya percaya jika engkau sudah menghantar sendiri diriku kesitu!" "Antara aku dengan malaikat hawa dingin sama sekali tidak terikat oleh sengketa atau pun dendam sakit hati, kenapa aku musti menghantar engkau menemui dirinya?! sahut sang pemuda dengan marah. "Hey bocah, kalau toh engkau tidak punya hubungan apa2

dengan perempuan tersebut, apa sebabnya kau larang orang lain untuk membunuhnya dan mengapa pula kau lepaskan dia pergi?! "Aku menaruh simpatik terhadap musibah yang menimpa dirinya, selain itu aku pun paling benci kalau melihat ada orang main kerubut atau main sergap. karena itu aku lepaskan dia pergi" "Dan karena itu juga kau memberi bantuan kepadanya?" sambung sang nenek baju merah dengan gusar. "Benar" "Kalau begitu katakan kepadaku, sekarang dia pergi kemana?" Sementara Han siong Kie hendak memberitahukan kemana perginya malaikat hawa dingin Mo Siu ing, tiba2.. Jeritan kaget diiringi rintihan kesakitan membelah kesunyian diudara, menyusul mana gelombang manusia yang mengurung sekeliling gelanggang sama2 menyisih kearah samping. Sesosok bayangan manusia, dengan gerakan yang amat cepat dan lincah menyeruak masuk kedalam gelanggang. Orang itu, ternyata tak lain adalah Malaikat hawa dingin Mo siu ing yang sudah berlalu. 853 Dengan muka merah karena marah, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya selangkah demi selangkah ia berjalan masuk kedalam gelanggang. Dimana perempuan iblis itu lewat, delapan sosok mayat menggeletak diatas tanah dengan tubuh hancur barantakan darah bercampur isi benak berhamburan diatas permukaan tanah. Kemunculan malaikat hawa dingin Mo Siu ing digelanggang pertarungan, benar2 diluar dugaan Han siong Kie, ia heran ketika perempuan itu berlalu dari sana jelas isi perutnya menderita luka yang cukup parah tapi sekarang ia sudah berada dalam keadaan segar bugar, suatu kejadian yang sama sekali tak dimengerti olehnya. Hanya ada satu hal yang di pahami olehnya, kemunculan malaikat hawa dingin ini sudah pasti untuk membalas dendam atas pengerubutan yang dilakukan kawanan jago persilatan itu belum lama berselang. Dipihak lain, kawanan jago lihay dari golongan putih maupun hitam yang hadir di gelanggang diam2 merasa bergidik atas kemunculan iblis perempuan yang ditakuti itu. Ang Nio cu, nenek tua berbaju merah itu mengikik tertawa dengan kerasnya, suaranya tajam persis leperti jeritan kuntilanak, sambil menutul permukaan tanah dengan toya rotannya dia maju delapan depa ke arah depan, kemudian sambil menuding ke arah Malaikat hawa dingin Mo Siu-ing serunya :

"Malaikat hawa dingin, sungguh tak kusangka engkau akan masuk perangkap sendiri. bagus-bagus, dengan begitu, aku nenek tuapun tak usah repot2 mencari jejakmu!" Agak tertegun Malaikat hawa dingin mendengar teguran tersebut, kemudiann ia tertawa cekikikan. 854 "Aku mengira siapa yang sedang kuhadapi, eeh.. tak tahunva adalah Ang Nio cu! Ada urusan apa engkau datang mencari aku?! "Lonte busuk, engkau tak usah berlagak bodoh dihadapan aku nenek tua. Paras muka Malaikat bawa dingin Mo Siu ing berubah hebat, makian lonte! itu sangat menyinggung perasaannya, ia mendengus dingin. Hmm! Ang Nio cu. kalau engkau ada urusan hayo katakan saja secara blak-blakan, tapi jangan main caci maki dengan kata2 kotor semacam itu" "Apa salahnya dua orang muridku yang sedang mencari bahan obat2an dibukit Keng san, Mengapa kau bunuh mereka berdua??" "Hiiih hiiih hiiih lucu amat pertanyaanmu itu Ang Nio cu, engkau toh tahu aku malaikat hawa dingin membunuh orang karena berdasarkan rasa senang, perduli amat ada alasan atau tidak..." Han siong Kie yang ikut mendengar pembicaraan tersebut, diam2 mengerutkan dahinya. Ang Nio cu semakin naik darah, teriaknya dengan penuh kegusaran: "Perempuan rendah, engkau berani mencari gara2 dengan aku nenek tua??" "Memangnya kenapa? " ejek Im sat. "Keparat, kubacok tubuhmu jadi berkeping-keping." "Huuh Kalau cuma andalkan kekuatanmu itu, aku rasa lebih baik cepatlah pulang kandang dari pada mencari mati buat diri sendiri" 855 "Kurang ajar... engkau menghina aku? Baik, akan kusuruh kau saksikan sendiri kalau aku bukan tempe busuk yang sama sekali tak ada gunanya. Berbareng dengan seruan tersebut, dia maju sambil menyerang, toya rotannya berputar kencang langsung membabat keatas tubuh maaikat hawa dingin. Mo Siu ing, perempuan iblis itu mengejek dingin bukan mengegos dari serangan lawan ia malah maju memapaki dengan ayunan telapak tangannya. Suatu pertarungan sengit segera berkobar ditengah gelanggang, kedua belah pihak sama2 terhitung sebagai seorang jagoan yang lihay dikolong langit disatu pihak orang

menganggapnya sebagai perempuan iblis yang membunuh orang tanpa berkedip, dipihak lain orang anggap sebagai makhluk aneh yang susah dilayani, begitu terjadi pertarungan sengit, keadaannya benarZ mengenkan sekali.. Manusia serigala bermuka setan yang ada disisi gelanggang mendadak menyeringai seram sambil mendekati Han Siong Kie dia menghardik : "Hey bocah keparat, serahkan jiwa anjingmul" Ia menerjang kedepan sambil menyerang, sepasang telapak tangannya disertai dengan desiran angin pukulan yang maha dahsyat langsung menerjang ketubuh Han Siong Kie Rupanya dalam pukulan yang maha dahsyat ini, Manusia serigala bermuka setan telah salurkan segenap kemampuan yang di miliki, dia berhasrat uoiuk menghancurkan kehidupan musuhnya dalam serangan itu juga, dengan begitu sakit hati yang di dendamnya selama hampir empat puluh tahun dapat terlampiaskan, Ketegangan mencekam seluruh gelanggang, hawa pembunuhan yang ber lapis2 mulai menyelimuti setiap benak jago persilatan yang nadir disana.. 856 Dengan kemampuan yang dimiliki Han Siong Kie. sebenarnya manusia serigala bermuka setan bukan tandingannya, tapi sayang ia terluka oleh sergapan Jit yan pang cu dengan senjata rahasia Jit sat sin-bong nya yang amat beracun hingga berulang kali harus menelan kegetiran ditangan lawan. Sekalipun banyak kesempatan baik telah dimanfaatkan untuk pulihkan kembali kekuatan dalam tubuhnya, itupun baru lima bagian hawa saktinya yang dapat dihimpun kembali. Sekalipun pemuda itu tahu dalam keadaan sepeiti itu tak mungkin ia mampu menandingi musuhnya, tapi dengan wataknya yang angkuh dan tinggi hati, ia tetap nekad untuk maju kedepan. Sepasang telapak tangannya diayun kedepan disertai hawa murni sebesar lima bagian ia sambut datangnya ancaman dari manusia serigala bermuka setan dengan keras lawan keras. "Blaammm.." suatu benturan nyaring yang menggelegar diangkasa terjadi ditengah gelanggang, menyusul teriakan tertahan menggema diudara. secara beruntun manusia serigala bermuka setan mundur tiga langkah kebelakang, dadanya terluka oleh bidikan ilmu jari Tong kim ci, darah segar mengucur keluar membasahi tubuhnya, muka yang jelek berkerut kencang namun akhirnya ia roboh terduduk diatas tanah. Han siong Kie sendiripan tidak memperoleh keuntungan apa2, ia muntah darah, tubuhnya terguling sejauh satu kaki lebih dari kedudukan semula. Dipibak lain, Malaikat hawa dingin Mo siu ing telah terlibat

dalam suatu pertarungan yang amat sengit melawah Ang Nio cu sebentar mereka saling menyergap dengan gerakan cepat sebentar kemudian saling menyerang dengan lambat, semua pukulan dan serangan dilakukan dengan jurus-jurus serangan yang aneh tapi ganas, gulungan angin puyuh men-deru2 857 menyapu wilayah seluas beberapa kaki, hampir saja membuat kawanan jago yang berada disekitar tempat itu tak sanggup berdiri tegak. Enam imam tua dari partai Kong tong yang semenjak tadi siap siaga, segera maju kedepan dengan cepatnya, mereka tak mau sia-siakan kesempatan yang sangat baik itu dengan begitu saja, serentak pukulan2 mematikan diarahkan keatas tubuh Han siong Kie. Kawanan jago dari perkumpulan tujuh walet tidak menyia2kan pula kesempatan tersebut, dengan api dendam yang membara hampir bersamaan waktunya dengan sergapan dari enam imam tua tersebut, mereka ikut menyergap tubuh Han siong Kie. sebaliknya tujuh pendekar pedang dari kota Tiong- ciu langsung menubruk kearah Manusia serigala bermuka setan, sejak pemimpin mereka mampus ditangan makhluk aneh ini, rasa dendam mereka telah dialihkan ke atas tubuh iblis tersebut. Kesempatan baik yang terbentang didepan mata tidak di sia-siakan dengan begitu saja, diantara kilatan cahaya pedang, tujuh bilah senjata serentak menyerbu keatas tubuh Manusia serigala yang sedang duduk dengan napas terengah2. Ketegangan semakin mencekam seluruh gelanggang, suasana jadi gempar dan ratusan pasang mata sama2 ditujukan ketengah galanggang dimana sedang berlangsung tiga partai pertarunganEnam imam tua dari partai Keng tong sementara itu sudah berada didepan Han siong Kie, angin pukulan mereka yang dahsyat serentak menggabung jadi satu menghajar keatas tubuh lawanKeadaan jadi kritis, bila pukulan itu sampai bersarang telak ditubuh anak muda itu, niscaya tamatlah riwayatnya. 858 Untung disaat yang terakhir, sesosok bayangau kecil melintas masuk kedalam gelanggang, begitu mencapai tempat tujuan orang itu langsung mengebaskan ujung bajunya ke depansegulung angin cukulan yang keras dan kencang langsung menggulung keatas tubuh enam imam dari partai Keng tong itu. Termakan gelombang angin pukulan yang amat santar itu, keenam tosu tua tersebut kontan tergetar keras sampai

mencelat kebelakang, kebetulan tubuh mereka menumbuk diatas tubuh kawanan jago dari perkumpulan Jit yen pang yang sedang menerjang kemuka, tumbukan membuat suasana jadi gaduh, semua orang pada roboh terpelanting dan saling menindih. Jerit kaget menggema dari empatpenjuru Agaknya peristiwa tersebut sama sekali berada diluar dugaan mereka. seorang gadis yang cantik rupawan berdiri tegak disisi Han siong Kie, mukanya diliputi oleh hawa pembunuhan yang tebal, jangan dilihat mukanya yang lembut, ternyata cukup memancarkan wibawa yang membuat orang lain tak berani memandang sembarangan kepadanya. seorang dara berusia belasan tahun ternyata dalam sekali kebutan berhasil melempar ke enam jago persilatan kelas satu kebelakang, hampir saja semua orang tidak percaya dengan apa yang dilihat. Tiba2 terdengar jerit ngeri yang memilukan hati menggema diangkasa dan memecahkan kesunyian. Kawanan jago sama2 alihkan pandangan matanya kearah mana berasalnya suara itu, tampaklah dua diantara tujuh pendekar pedang dari kota Tiong-ciu telah dicengkeram oleh Manusia serigala bermuka setan sehingga dadanya terbelah dan isi perutnya berhamburan di mana2, percikan darah segar 859 menambah seramnya suasana dalam gelanggang pertarungan. Sinar mata bengis memancar keluar dari mata tunggal manusia serigala bermuka setan, tangannya penuh berlepotan darah segar, sementara tubuhnya gontai sudah tak sanggup berdiri tegak. Dengan mampusnya dua orang jago itu, maka dari delapan pendekar pedang, kini masih sisa lima orang belaka. Kobaran api dendam makin membakar hati mereka, apalagi setelah tiga orang rekannya mati ditangan seorang musuh yang sama, lima orang itu jadi nekad, serentak mereka membentak nyaring dan menerjang kembali kearah makhluk aneh itu dengan sengit. Suatu pertarungan sengit kembali berkobar.. Dengan berlangsungnya pertarungah sengit itu, luka dalam yang diderita Manusia serigala bermuka setan makin bertambah parah tapi dengan kesempurnaan tenaga murninya ia masih mampu bertahan, ia belum kelihatan ngotot untuk melayani serangan2 gencar dari kelima orang pendekar pedang itu, walaupun ia sudah tak mampu melukai musuhnya lagi, tapi serangan2 gencar dari lima buah pedang itupun jangan harap mampu melukai tubuhnya. Dipihak lain, enam imam tua dari Partai Kong tong telah berhasil bangkit berdiri, Kui Goan-cu segera tampil kemuka dan menyapa: "Buliang siu bud Nona, boleh aku tanya siapa

namamu?" "siau li bernama Go siau Bi" Kiranya gadis cantik rupawan yang munculkan diri tepat disaat yang kritis ini tak lain tak bukan adalah Go siau bi, dara cantik yang berhasil diselamatkan jiwanya oleh Han siong Kie dari tangan kawanan perkumpulan Thian che kau, kemudian dibawa pergi oleh kakeknya Pat lo sianseng. 860 Dengan sorot mata tajam Kui Goan cu menatap wajah dara itu tanpa berkedip. kemudian tanyanya lagi: "Nona, boleh aku tahu engkau berasal dari perguruan mana dan murid siapa?" Go siau bi tertawa rawan. "Tentang soal ini, lebih baik totiang tak usah banyak bertanya"" sahutnya singkat. Kui Goan cu termenung sebentar, lalu kembali dia bertanya: "Apa hubungan nona dengan manusia muka dingin? Apakah kami juga boleh ikut tahu?.." "Kami adalah sahabat" "Dan nona sudah tahu, apa sebabnya pinto sekalian bergebrak melawan bocah muda itu??" "Aku tak mau tahu apa sebabnya" jawab Go siau bi ketus. "yang jelas totiang sekalian sebagai seorang jago dari perguruan kenamaan tidak pantas main kerubut atas diri seorang bocah yang masih muda dan lagi pada saat ini dia sudah kehilangan daya untuk bertempur ....Hmm Jika perbuatan ini kalian teruskan, tidakkah malu kalau sampai ditertawakan oleh umat persilatan? " Merah padam selembar wajah Kui Goancu karena jengah, ia tak mampu menjawab dan hanya bisa berdiri melongo. salah seorang diantara lima imam tua yang berada dibelakangnya segera tampil ke muka dan berseru: "Lenyapkan iblis demi ditegaknya keadilan dan kebenaran dunia persilatan, apa salahnya kalau kami main kerubut? Memangnya membunuh kaum iblis adalah suatlu tindakan yang keliru?" sepasang alis mata Go siau Bi mengernyit kencang sehabis mendengar perkataan itu, ia tertawa dingin dan mengejek: "Heehh.. heehh.. heehh apa katamu? Lenyapkan iblis demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran? Huuh.. omong 861 kosong, alasan yang sengaja dibuat2 demi kepentingan pribadi, pokoknya kalau ini hari kalian berani mengganggu seujung rambutnya. Hmm." "Engkau mau apa?" "Nonamu akan suruh kalian mampus di atas genangan darah segar" Ucapan itu terasa sebagai suatu penghinaan bagi pendengaran keenam orang imam tua itu, paras muka mereka

kontan berubah hebat. Tiba2 empat belas orang jago dari perkumpulan tujuh walet menerjang maju kedepan. Go siau Bi mendengus sinis, disapunya sekejap keempat belas orang jago itu dengan pandangan dingin, kemudian tegurnya: "Hey, apa yang hendak kalian lakukan??" "Hutang darah atas kematian lopangcu kami yang terdahulu belum sempat ditagih, pangcu kami yang baru ikut mati diujung telapak tangannya, apalagi yang hendak kami lakukan? sudah tentu mencincang tubuhnya menjadi berkeping2 untuk melampiaskan rasa benci dan dendam yang berkecamuk dalam dada kami" Jawaban ini diberikan oleh seorang kakek berjenggot pendek. agaknya dia baru saja di angkat sebagai pemimpin baru dari keempat belas jago perkumpulan tujuh walet. Go siau Bi menatap hina. "Hmm Untuk kematian pangcu kalian tempo hari, bukankah manusia muka dingin telah memberi penjelasan yang cukup terang. Apalagi yang hendak kalian ributkan? Mengenai kematian dari pangcu kalian yang baru. ..Hmm dia kelewat bejad moralnya, bukan saja jiwanya pengecut dan kerdil, beraninya cuma menyergap orang dengan senjata rahasia beracun.. manusia macam begitu memang sudah sepantasnya kalau di ganjar dengan hukuman mati..." 862 Paras muka keempat belas orang jago dari perkumpulan tujuh walet kembali berubah hebat, mereka merasa tersinggung perasaannya. Kakek tua yang bertindak sebagai pemimpin itu mendengus dingin, ia tak ambil perduli atas peringatan orang, tiba2 sambil enjotkan badan tubuhnya menerjang kedepan dan telapak tangannya langsung diayun kedepan membacok tubuh Han siong Kle. "Bangsat, rupanya kau memang sudah bosan hidup hardik Go siau Bi dengan marah. Ujung bajunya dikebutkan berulang kali kedepan, hembusan angin tajam langsung meluncur keatas dada kakek tua itu... Ia menjerit kesakitan, sambil muntah darah segar tubuhnya mencelat balik kebelakang. Tiga belas orang jago lainnya jadi amat gusar, serentak mereka membentak keras, kemudian menerjang kemuka dengan hebatnya. Go siau Bi ayunkan telapak tangannya berulang kali, segulung desiran angin tajam menghembus lewat, gulung demi gulung meluncur secara bergelombang membuat angin pukulan yang dilancarkan ketiga belas orang jago lihay itu terpental balik, dengan sendirinya orang2 itu sendiripun mencelat pula kebelakang.

Enam tosu tua dari partai Kong-tong memang pandai memanfaatkan kesempatan yang ada, saat itulah mereka menyergap maju dan lepaskan pukulan gencar ketubuh Go siau Bi. Merasa dirinya disergap. dara cantik itu membentak keras, ujung bajunya dikebutkan secara menyilang, enam gulung angin pukulan yang sedang meluncur tiba seketika tersapu lenyap hingga sama sekali tak berbekas dari pandangan mata. 863 Rupanya keenam orang imam itu tak pemah menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki dara muda itu mencapai puncak kesempurnaan, merasakan ancamannya dipukul lenyap. mereka jadi terperanjat hingga peluh dingin membasahi tubuhnya. Dipihak lain pertarungan yang sedang berlangsung antara malaikat hawa dingin Mo siu ing melawan perempuan baju merah Tonghong Leng masih berlangsung dengan serunya, kekuatan mereka boleh dikata seimbang, untuk sementara sulit untuk membuktikan siapa yang lebih unggul diantara mereka berdua. Pertarungan yang berlangsung antara lima pendekar pedang dari kota Tiong ciu melawan manusia serigala bermuka setan bertahan pula dalam keadaan seimbang, tentu saja hal ini disebabkan karena makhluk aneh tersebut telah menderita luka dalam yang cukup parah, andaikata ia masih segar bugar, jalannya cerita pasti lain. Dan tak usah diragukan lagi, kelima pendekar pedang itu sudah pasti telah keok sedari tadi. Beratus2 pasang mata dari umat persilatan tertuju semua ketengah gelanggang, mereka dibuat terkesima sebab sudah puluhan tahun lamanya belum pernah terjadi pertarungan yang begitu seru dalam persilatan. Diam2 Go siau Bi melirik sekejap kearah Han siong Kie yang berbaring dalam keadaan tak sadar, perasaan hatinya bercampur aduk tak karuan, ia tak tahu bagaimanakah perasaan hatinya pada saat itu. Ia mencintai pemuda itu, demi kekasihnya ia rela mengorbankan segala sesuatu, tapi dikala Put-lo sianseng mengajukan pinangan baginya, pemuda itu menolak secara mentah-mentah, karena penasaran ia ingin membinasakan pemuda itu, tapi sekarang .... bukannya membunuh, dia malah menyelamatkan jiwanya. Mengapa bisa begitu? 864 Ia sendiripun tak mampu menjawab pertanyaan tadi, mungkin hal ini disebabkan bibit cintanya yang belum padam .... Lama sekali dara itu berdiri ter mangu2, akhirnya ia berjongkok dan masukkan sebutir pil kedalam mulutnya.

kemudian menguruti jalan darah diatas tubuh pemuda itu. "Nona, apa yang hendak kau lakukan?" tiba2 Kui Goan cu menegur dengan suara dalam. "Aku hendak membawa ia pergi dari sini" "Untuk membawa ia pergi dari sini ?" imam tua itu mengejek. "Kenapa Kalian berapa orang hidung kerbau hendak menghalangi niatku ini? HHmm... kepandaian silat kalian semua masih belum becus ..lebih baik tak usahlah mencari penyakit buat diri sendiri " sekali lagi paras muka keenam orang imam tua itu berubah hebat, dengan marah Kui Goan- cu berseru: " Nona, jangan ngomong seenaknya Hmm bukan kami saja yang dagang kemari karena dirinya, coba kau lihat Hampir sebagian besar orang2 yang hadir saat ini adalah disebabkan karena dia" "Bagus.. bagus sekali" seru Go siau Bi sambil tertawa dingin, "siapa yang keberatan dengan tindakanku ini. silahkan tampil kedepan untuk adu kepandaian dengan diriku" "Nona, sudah kaupikirkan masak2 dengan perbuatanmu itu?" "Tentu saja " "Engkau tidak akan menyesal??" "Kenapa aku mesti menyesal ? Tidak pernah-pernah kusesali semua perbuatan yang telah kulakukan!" 865 Menyaksikan kebulatan tekad dara itu. Kui Goan-cu berpaling kearah lima orang imam tua yang berada dibelakangnya, lalu berkata dengan muka serius : Hayo kita atur barisan lak-hap-kiam-tin Lima orang imam tua yang lain segera mengiyakan, mereka cabut keluar pedang yang tersoren dipunggung kemudian saling menyebar dengan cepatnya, dalam waktu singkat sebuah barisan pedang kokoh sudah diatur, sasarannya adalah Go Siau Bi dara cantik itu. Barisan pedang Lak-hap-kiam tin merupakan suatu kepandaian ampuh dari perguruan Kong-tong-pay. bukan saja dahsyat dalam serangan, barisan itu paling cocok kalau digunakan untuk menghadapi seorang musuh tangguh yang berilmu tinggi. Dengan pandangan dingin Go Siau Bi menyapu sekejap keenam musuhnya nu, kemudian mengejek. : Jadi Kalian hendak mengandaikan permainan tersebut untuk mengurung nonamu?? Bila nona tahu diri segeralah menarik diri dari pertikaiaan ini, pinto sekalian tak akan menggarggu dirimu lagi" sahut Kui Goan-cu dengan lantang. Go Siau bi menengadah dan tertawa mengikik. "Hiihh... hhhhh hiiihhh.. hidung2 kerbau! Sekali lagi nona

peringatkan dirimu, kalau ingin melindungi jiwa tuamu, maka sekarang masih belum terlambat, kalau kalian tetap berkeras kepala. ..Hmm! Semua resiko tanggung sendiril" "Baiklah nona, engkau sendiri yang tetap keras kepala, kalau begitu jangan salah kan kalau pinto sekalian akan menyalahi dirimu 866 "Kalian tak usah banyak bicara lagi. ada kepandaian keluarkan semua, akan kulihat sampai dimanakah kemampuan yang kalian miliki.." Kui Goan cu habis sabarnya, ia mendengus dingin lalu membentak: "Serbu... . Enam orang imam tua itu mulai berputar mengelilingi gelanggang, perputaran itu kian lama kian bertambah cepat sehingga akhirnya ibarat putaran gasingan. Go Siau bi sama sekali tidak melayani perputaran lawan, dia tetap berjaga disisi Han siong Kie, setengah langkahpun ia tidak bergeser, tubuhnya tegap ibarat batu karang, sedikitpun tidak bergeming oleh pengaruh lawan.. Mendadak Kui Goan cu membentak keras, sebuah tusukan kilat dilontarkan kemuka.. Go siau Bi mengayun pula telapak tangannya untuk menabok ujung pedang lawan, siapa tahu baru saja ia bergerak, cahaya kilat yang menyilaukan mata telah tersebar di angkasa, lima bilah pedang yang lain serentak menggeletar diudara kosong. Selapis hawa pedang yang tajam, bagaikan pusaran air kencang menggulung ketengah lingkaran, bukan saja memunahkan pukulan yang dilancarkan dara itu, malahan mengisap tubuhnya sehingga tanpa disadari ia ikut terbawa maju beberapa langkah kemuka. Kejadian ini sangat mengejutkan hati gadis itu, cepat ia pusatkan perhatiannya untuk melayani serangan musuh dengan lebih seksama. Perputaran barisan pedang itu semakin kencang dan gencar, enam bilah pedang di tangan keenam orang imam tua itu bergetar kian kemari menciptakan serentetan desiran angin tajam yang memekikan telinga, hawa pedang bergolak 867 ditengah lingkaran terjangan2 serta hawa tekananpun kian lama kian bertambah kuat. Sekarang Go siau Bi baru menyadari kalau apa yang dihadapi tidak segampang apa yang dibayangkan, ditengah terjangan dan tekanan yang makin santar ia merasa kuda2 nya mulai goyah, tubuhnya tak mampu berdiri tegak lagi, sementara hawa pedang yang dingin mulai terasa seperti menyayat2 badan. Cepat dia pusatkan seluruh perhatiannya jadi satu titik,

sebuah pukulan dahsyat yang menggunakan tenaga sebesar sepuluh bagian dilontarkan kearah depanSiapa tahu... ketika pukulan yang maha dahsyat itu tergulung kedalam pusaran hawa serangan yang amat santar itu, tiba2 lenyap tak berbekas, tak ubahnya dengan sebiji batu kerikil dibuang ketengah samudra yang luas, benar2 lenyap tak berbekas, hal ini menggelisahkan hati dara tersebut. "Aku tak percaya dengan segala permainan setan" pikirnya, " aku tak percaya kalau seranganku bisa lenyap dengan begitu saja tanpa berbekas.." Secara beruntun dia lancarkan kembali belasan pukulan berantai, tapi semua pukulan itu tetap menghilang dengan begitu saja tanpa mendatangkan hasil apa-apa. Go siau bi makin terperanjat, sebelum sempat berbuat sesuatu, putaran yang di lancarkan musuh semakin mengencang, serangan-serangan yang dilancarkanpun makin menggila, dia yang terkepung ditengah gelanggang mulai sesak napas dan terengah2, keselamatan jiwanya semakin terancam. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, tiba2 dara itu membentak keras: "Hei hidung kerbau, kalau tahu diri hayo cepat buyarkan barisan serangan2 mematikan" 868 "Boleh saja kalau nona menginginkan kami bubarkan barisan, tapi dengan syarat nona tak akan mencampuri urusan ini" jawab Kui Goan cu dengan nada berat. "Hmm! Enak benar kalau bicara, kalau aku tetap ngotot untuk mencampuri urusan ini, kau mau apa??" "Kami hanya anjurkan kepada nona untuk undurkan diri dari pertikaian ini, kalau toh engkau tetap keras kepala, yaa apa boleh buat lagi? Terpaksa kami akan tetap main keras"" "Heehhh.. heehhh... heeehhh bagus, bagus rupanya kalian memang tidak menyesal kalau harus menanggung resiko, baik, kalau ada yang mampus jangan salahkan aku berhati kejam, toh sebelumnya telah kuterangkan lebih dahulu" " Keluarkan saja semua kepandaianmu nona, kami tak akan menyesal" jawab Kui Goan cu, Tiba2 bentaknya keras: "Rubah posisi barisan" Hawa pedang yang berpusing kencang tiba-tiba menggelombang, bagaikan pukulan2 ombak yang menghantam dermaga, selapis demi selapis hawa pedang meluncur datang dan menyayat badan. Go siau bi teramat gusar, diapun menghardik: "Hidung kerbau sialan, jangan salahkan kalau nonamu terpaksa bertindak kejam" -00dw000kz00Bab 48 DITENGAH bentakan nyaring, telapak tarigannya diangkat

keatas lalu perlahan-lahan didorong kemuka dengan sejajar dada. Selapis hawa pukulan berwarra hijau muda memancar keluar mengikuti dorongan telapak tangan itu, mengikuti suatu 869 ledakan keras yang memekakkan telinga terdengar jerit kesakitan memecahkan keheningan, Dua sosok bayangan manusia mencelat ke belakang dan toboh terkapar, sementara empat orang imam tua yang lain terdorong mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, senjata merela terlepas semua dari genggaman. Dalam sekali genjotan, barisan Lak hap-kiam tin yang paling di bangga2kan perguruan Kong tong pay telah hancur dan porak poranda, kekalahan yang derita kawanan imam itu terhitung mengenaskan sekali. Jeritan kaget berkumandang dari luar gelanggang, ratusan jago persilatan pada berdiri tertegun dengan mata terbelalak Lebar Paras muka Kui Goan cu berubah jadi pucat keabu-abuan dengan bibi2 gemetar ia bergumam sendiri: "Ilmu pukulan Thian tok Ciang hoat.... ilmu pukulan Thian tok ciang hoat tak ku sangka benar2 tak kusangka.. . "Hey hidurg kerbau, ucapanmu memang tepat sekali! Tampaknya pengetahuanmu luas juga! sambung Go Siau bi dengan muka dingin. Suasana diluar gelanggang kembali jadi gempar. Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, katanya ilmu pukulan Thian tok siang hoat yang maha dahsyat itu tercantum dalam sejilid kitab pusaka Thian tok pik liok tak seorangpun diantara para jago pernah merasakan kehebatan ilmu pukulan itu, demikian pula dengan Kui Goan cu, ia bergumam hanya berdasarkan rabaan sendiri, siapa tahu apa yang ia duga ternyata memang benar. Kitab pusaka Thian tok pik liok diperoleh leluhur Go Siau bi yang bernama Hay gwa kiam-khek (jago pedang dari luar lautan) Go Co beng diatas sebuah pulau kosong yang tak berpenghuni, ketika berita itu tersiar luas kedalam dunia 870 persilatan, suasana jadi gempar dan banyak jago lihay yang berdatangan untuk memperebutkan kitab pusaka itu. Begitu ramai dan gentingnya situasi waktu itu sehingga akhirnya Put lo sianseng harus turun ke gelanggang untuk meredakan suasana. Ayah Go siau Bi yakni ketua perkumpulan Pat gi pang Go Yu too justru mati dibunuh oleh kawanan perkumpulan Thian che kau lantaran kitab pusaka tersebut. Dalam pada itu, Kui Goan- cu telah termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia bertanya:

"Apakah engkau adalah keturunan dari ketua perkumpulau Pat gi pang??" Mendengar nama ayahnya diungkap. api kebencian memancar keluar dari balik mata Go siau Bi sambil menggigit bibir dia menyahut: "Benar, dia adalah ayahku" Dipibak lain, pertarungan sengit antara malaikat hawa dingin Mo siu-ing dengan perempuan baju merah Tonghong Leng masih berlangsung tiada hentinya, tapi keadaan diantara mereka berdua sudah rada payah, lama sekali mereka baru saling menyerang satu gebrakan, kalau di lihat dari keadaan tersebut jelaslah sudah kalau mereka berdua bakal terluka parah dan akhirnya mati. sementara manusia serigala bermuka setan, entah sedari kapan telah lenyap dari tempat pertarungan. Diatas tanah menggeletak tujuh sosok mayat yang berada dalam keadaan mengerikan, perut mereka ter-koyak2, isi perutnya berhamburan di itulah mayat dari ketujuh orang pendekar pedang kota Tiong ciu, dari kemampuan manusia serigala bermuka setan yang masih sanggup memusnahkan musuhnya walaupun dia dalam keadaan terluka parah, bisa dibayangkan betapa sesungguhnya jago aneh tersebut. 871 Han siong Kie sendiri setelah makan obat yang diberi oleh Go siau Bi, per lahan2 sadar kembali dari pingsannya.. Ia segera bangkit berdiri dan berusaha untuk berdiri dengan kekuatan sendiri Pandangan matanya waktu itu masih kabur, namun ia paksakan diri untuk menyapu sekejap sekeliling gelanggang, tatkala ia menjumpai Go siau Bi berdiri disisinya, sadarlah pemuda itu akan apa yang telah terjadi. Perasaan hatinya tergetar keras, rasa menyesal timbul dalam benaknya, ia jadi teringat kembali akan penampikannya untuk dinikahkan dengan dara cantik itu. Go siau Bi sendiri dengan muka murung melirik sekejap pula kearah Han siong Kie, kemudian ia melengos kearah lain. Kerlingannya yang amat dingin itu menggetarkan sekujur badan Han siong Kie, ia merasakan sesuatu yang aneh, suatu perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. sementara itu semua perhatian ratusan jago persilatan yang ada disekeliling gelanggang sama2 ditujukan keatas tubuh pemuda itu. Dengan rasa menyesal Han siong Kie menjura kearah dara cantik itu, lalu ujarnya: "Nona, banyak terima kasih atas bantuanmu, untuk kesekian kalinya aku telah berhutang budi kepadamu" Go siau Bi sama sekali tidak berpaling, se-olah2 dara itu takut kalau sampai beradu pandangan dengan pemuda itu. Ketika mendengar perkataan lawan, dia menjawab dengan ketus:

"Engkau telah selamatkan jiwaku ketika masih ada diwilayah Lian huan tau, sudah sewajarnya kalau kutolong pula jiwamu, sekarang kita sudah impas, siapapun tidak berhutang" 872 "Bukan begitu maksudku nona" seru Han sion Kie cepat. "bagaimanapun juga budi kebaikan dari nona tak akas kulupakan untuk selamanya, baiklah... untuk sementara waktu aku mohon diri lebih dahulu" Berbicara sampai disitu ia lantas putar badan dan berlalu dari tempat itu.. Kehambaran dan keketusan sikap Han Siong Kie amat menusuk perasaan hati dara cantik itu ia merasa amat sedih, apalagi melihat pemuda itu bermaksud pergi dari situ, dengan gemas hardiknya: " Han siong Kie, jangan pergi dulu" Terpaksa Han siong Kie batalkan perjalanannya dan berpaling. "Apa yang hendak nona katakan?" "Baru saja engkau sembuh dari luka parah. percayakah engkau bisa lolos dan sini tanya Go Siau Bi sambil menggigit bibir menahan pergolakan emosi. Dengan pandangan dingin sianak muda itu menyapu sekejap kearah kawanan jago lihay yang sedang mengawasi gerak geriknya untuk sesaat ia berdiri tertegun, tapi keangkuhan membuat ia menjawab dengan ketus : "Nona tak usah menguatirkan tentang soal ini...aku percaya masih mampu berlalu dari sini dalam keadaan selamat!" Betapa sedihnya hati Go Siau Bi melibat kekerasan hati pemuda iiu, tanpa sadar matanya jadi merah, hampir saja air matanya jatuh berlinang. "Kau...kau..."' Ia tak mampu melanjutkan kata2 tersebut akhirnya tak kuasa lagi titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Han Siong Kie tidak menunjukkan sesuatu reaksi, hanya dalam hati dia berpikir : 873 Selama hidup aku tak akan mencintai perempuan macam apapun...aaahh, tidak kecuali Tonghong Hui. hanya dia yang kucintai...sayang..aaai.. ia telah pergi..pergi entah kemana" Dalam keadaan seperti ini dia tak ingin melanjutkan pertarungan dengan jago2 persilatan itu. sebab luka dalam yang dideritanya cukup parah, lagipula diapun tak ingin menambah jumlah korban yang mampus akibat kejadian tersebut. Selain itu diapun menguatirkan keselamat an dari kelima orang tianglonya, maka dari itu buru2 pemuda ini ingin berlalu dari sana. Agak lama Go Siau Bi termenung, akhirnya ia membentak

dengan suara nyaring : Han Siong Kie ! EagKau telah menghina diriku, aku akan membuat perhitungan dengan kau ! "Menghina?" ucap sang pemuda dengan wajah tertegun "kapan aku pernah menghina dirimu?" Dalam hati engkau toh mengetahui dengan jelas ! Nona, aku benar2 tak tahu bagaimana aku bisa menghina nona?? Air mata semakin deras membasahi pipi Go Siau Bi, akhirnya ia tundukkan kepala nya rendah2. Sebenarnya dia hendak menegur apa sebabnya pinangan kakeknya dia tolak, padahal dalam pertolongan yang diberikan pemuda itu sebanyak dua kali, tubuh mereka sudah saling bergesek dan bagian tubuhnya yang tertentu telah diraba pula oleh sianak muda itu. Tentu saja sebagai seorang gadis yang masih perawan, ia tak sanggup mengemukakan kata2 itu. Bayangan tubuh perempuan yang lain melintas dalam benaknya, itulah bayangan tubuh dari Tonghong-Hui. 874 "Aaah benar, setelah ada dia, mana mungkin pemuda itu bersedia mencintai dirinya?" Tapi. ..relakah hatinya melepaskan pemuda itu dengan begitu saja? Tidak... sekali lagi tidak. kalau toh tiada harapan menjadi miliknya, ia tak akan membiarkan pemuda itu terjatuh kedalam pelukan orang lainsuatu ingatan yang menakutkan terlintas dalam benaknya. " Haruskah kubunuh perempuan itu? Haruskah kulakukan hal itu demi kebahagiaan pribadiku? Agar pemuda itu terjatuh ketanganku?" Begitulah cinta.. cinta muda mudi, suatu kejadian yang bisa mendatangkan kebahagiaan tapi dapat pula mendatangkan bencana.. Walaupun Go siau Bi adalah seorang gadis yang halus budi, tapi karena pengaruh cinta, ia telah berubah.. Hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya, dia jadi meringis dan tampak menyeramkan. . "Han siong Kie, engkau akan kubunuh?" jeritnya. "Kenapa..??" tanya Han siong Kie dengan hati tercekat, tanpa sadar ia mundur satu langkah kebelakang. "sebab engkau telah menghina aku, menganiaya aku, maka engkau harus kubunuh.." "Nona, katakanlah alasanmu yang sejujur2nya, kalau aku memang pernah menghina engkau atau menganiaya dirimu, aku bersumpah tak akan melawan, akan kubiarkan nona turun tangan sekehendak hatimu" "Dalam hati engkau jauh lebih jelas, kenapa musti ditanyakan lagi..?" seru Go siau Bi meringis seram. "Aku tidak memahami"

875 "Baik, kalau engkau belum paham, inilah yang akan membuat kau jadi paham" seraya berkata telapak tangannya diayun kemuka, segulung angin pukulan yang amat santar langsung menggulung kedepan. "Duuukk" dengan telak pukulan itu bersarang di atas dada lawan. Diiringi jerit tertahan karena kesakitan tubuh Han siong Kie mencelat sejauh satu kaki dari tempat semula, darah segar muntah keluar dari mulutnya, tapi ia tetap berdiri dengan sempoyongan, mukanya yang tampan berubah hebat sehingga kelihatan mengenaskan. seperti mendapat pukulan batin yang amat dahsyat sehabis melancarkan serangan, itu Go siau bi berdiri menjublak. sementara air mata yang bercucuran mengalir keluar semakin deras. Tentu saja pukulan yang ia lancarkan itu hanya menggunakan tenaga sebesar tiga bagian, kalau tidak.. sedari tadi si anak muda itu tentu sudah menggeletak sebagai mayat. Dara itu berdiri tertegun, termangu ....seperti orang bodoh, mimpipun ia tak menyangka kalau Han siong Kie tak akan menghindarkan diri, melainkan menerima datangnya serangan tersebut dengan tubuh sendiri sambil menyeka darah kental yang menodai ujung bibirnya, Han siong Kie tertawa getir. Ia mengerti Go siau Bi bukan sungguh2 ingin membinasakan dirinya, rasa cintalah yang mengakibatkan ia berbuat demikian. Walaupun begitu, kejadian tersebut tidak sampai merubah perasaan hatinya terhadap diri Go siau Bi, sebab dia membenci kaum wanita, tentu saja kecuali Tonghong-Hui seorang.. 876 Pada saat itulah empat tosu tua dari partai Kong tong serta kawanan jago lihay dari perkumpulan tujuh walet per lahan2 telah maju kembali menghampiri Han siong Kie. Ketegangan kembali mencekam seluruh gelanggang. Waktu itu Han siong Kie masih belum merasa kalau mara bahaya telah mengancam dirinya. Pertarungan antara malaikat hawa dingin Mo Siu-ing dengan Ang Nio-cu Tonghong Leng telah mencapai pula pada puncaknya, kedua belah pihak sama2 muntah darah segar, namum mereka masih tetap saling menyerang, saling menyergap dengan ganasnya, dari keadaan tersebut tampaknya sebelum salah seorang mampus maka pertarungan itu tak akan diakhiri.. Disaat yang kritis itulah tiba2 terdengar desiran angin tajam kembali menggema dari kejauhan..

Semua jago yang hadir dalam gelanggang rata2 tertarik perhatiannya oleh suara aneh itu.. Hembusan angin aneh telah sirap, ditengah gelanggang tahu2 telah bertambah dengan sebuah benda, itulah tergkorak berwarna merah darah.: Lambang dari pemilik benteng maut tiba2 muncul ditempat itu, rata2 para jago yang hadir di tempat itu sama2 dibuat terperanjat sehingga tak mampu berbicara... Empat imam tua dari partai Kong-tong maupun kawanan jago dan perkumpulan tujuh walet segera mundur kebelakang dengan hati tercekat.. Sebaliknya Ban Siong Kie merasikan pergolakan darah panas dalam rongga dadanya.. Maut, kengerian dengan cepat menyelimuti seluruh gelanggang pertarungan.. "Tengkorak maut!!'. 877 "Tengkorak maut!!" Suasana jadi amat gaduh, semua orang menjerit kaget dan rata2 mereka pada mundur dengan ketakutan. Hembusan angin tajam kembali membelah angkasa. seorang manusia aneh berbaju hijau, bermain cadar tahu2 sudah berdiri di-tengah gelanggang, Dia., bukan lain adalah pemilik benteng maui, Tengkorak maut yang disegani setiap jago. Dengan sorot mata yang amat tajam Tengkorak maut menyapu sekejap seluruh gelanggang, kemudian hardiknya dengan suara menyeramkan: "Semuanya pergi dari sini!" Bagaikan mendapat pengampunan, kawanan jago lihay baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam yang berkumpul disana secepat kilat pada kabut dari situ. dalam waktu singkat suasana yang semula penuh sesak dengan manusia kini sudah kosong melompong. Hanya empat orang saja yang tetap tak berkutik dari tempat semula, mereka adalah Malaikat hawa dingin, Aag Nio cu, Han siong Kie serta Go Siau bi.. Paras muka malaikat hawa dingin Mo siu ing beberapa kali berubah hebat, akhirnya per-lahan2 ia berlalu dari sana. sekarang dalam gelanggang yang luas tinggal tiga orang belaka, yaitu Han siong Kie, Go siau Bi serta Ang Nio-cu Tonghong Leng. sorot mata tengkorak maut yang tajam per tama2 berhenti diatas wajah Han siong Kie.. kemudian beralih ke atas wajah Go siau Bi dan akhirnya berhenti diatas tubuh Ang Nio cu, nenek baju merah itu. Keadaan dari nenek baju merah itu sudah amat payah, pertarungannya melawan Malaikat hawa dingin telah

878 menguras hampir sebagian besar kekuatan tubuhnya, sekarang tatkala dilihatnya kemunculan dari tengkorak maut, paras mukanya berkerut kencang, ia seperti mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya niatnya itu dibatalkan. Han siong Kie sendiripun putar otak memikirkan persoalan itu, ia sadar luka dalam yang dideritanya cukup parah, sebelum tenaga dalam yang dimilikinya pulih seperti sediakala, jelas dia bukan tandingan dari Tengkorak maut. Baik musuhnya ini Tengkorak maut asli ataupun tengkorak maut gadungan, yang jelas lebih banyak bencana daripada rejeki bagi dirinya. Go siau Bi sendiri hanya pernah mendengar nama besar Tengkorak maut. selama hidup baru pertama kali ini ia berjumpa dengan jagoan lihay yang disegani banyak orang. Dengan kemampuan yang dia miliki sekarang, bukan suatu pekerjaan yang sulit bila dia hendak berlalu dari situ, akan tetapi suatu kekuatan yang aneh membuat ia tak mampu menggeserkan tubuhnya. Kenapa bisa begitu? Kegantengan dan kegagahan Han siong Kie telah menarik perhatiannya, dia mencintai pemuda itu kendati diapun membenci dirinya. Lama sekali Tengkorak maut mengamat ke tiga orang musuhnya, kemudian selangkah demi selangkah ia menghampiri Han siong Kie. Tercekat perasaan hati Go siau Bi, rupanya diapun dapat merasakan apa maksud dan tujuan kedatangan dari Tengkorak maut ini. Cinta memang buta, dia tak dapat membedakan mana bahaya mana aman, cinta membutuhkan pengorbanan, dan Go siau Bi rela berkorban demi kekasihnya. Ia langsung meloncat kedepan, menghadang dihadapan Han siong Kie. 879 sianak muda itu merasa sangat terharu cepat ia berseru: "Nona. berlalulah dari sini" "Kenapa?" "Engkau bukan tandingannya" "Memangnya engkau sanggup melawan dia?" dara itu balik bertanya. "Ini adalah urusan pribadiku, aku cuma minta kepadamu, tak usahlah mencampuri soal ini" "Tidak Aku tak akan pergi dari sini" Tiba2 Han siong Kie mendorong tubuh dara itu ke arah samping, dalam keadaan sama sekali tak siap tubuh Go siau Bi segera mencelat sejauh satu kaki lebih.. "Ehh.. Han siong Kie, apa2an kau ini?" teriak gadis itu dengan marah." apa maksudmu mendorong aku?" "Nona, toh sudah kuterangkan bahwa persoalan ini adalah urusan pribadiku, buat apa engkau musti mencampurinya..."

Belum sempat ia menyelesaikan kata2nya, tengkorak maut mendadak sudah muncul dihadapannya. Dengan cekatan Han siong Kin mundur tiga langkah kebelakang, paras mukanya berubah hebat. . Tengkorak maut tertawa seram. tiba2 ia ayun telapak tangan kanannya kedepan. " Engkau berani melukai dirinya?" bentakan nyaring menggeletar diangkasa, dengan nekad Go siau Bi menghadang dihadapannya. Menyaksikan kemunculan dara itu, dengan cepat Tengkorak maut menarik kembali serangannya. "Eeh budak ingusan" ia berseru "hari ini engkaupun tak usah tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, setelah 880 kematianmu ini maka dendam tersebut haaah haah haaahh biarlah Put lo sianseng yang bikin perhitungan sendiri" "Tengkorak maut " bentak Go siau Bi dengan marah, "jangan anggap kau adalah seorang jagoan, bagi nonamu Hmm engkau tak lebih cuma seorang manusia kacoak" "'Bagus.. bagus tak nyana dara semuda engkau memiliki nyali yang amat besar, ini hari aku akan menyempurnakan dirimu! Nah... pulanglah kerumah nenekmu" Seraya berkata sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan kearah Go Siau bi, serangan tersebut cepat bagaikan sambaran kilat dan dahsyat ibarat ambruk nya sebuah bukit Tay san. Go Siau bi tak berani menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras, cepat ia berkelit kesamping dengan suatu gerakan, yang cepat tapi lincah. Menyaksikan serangannya mengenai disasaran yang kosong Tengkorak maut melancarkan kembali serangannya yang kedua. Go Siau bi rnenggertak gigi tiba2 sepasang telapak tangannya didorong kedepan segulung asap hijau yang amat tebal dengan cepat meluncur kemuka. Rupanya Tengkorak maut taho lihay dengan terperanjat ia berseru tertahan: "Haaa..?? Ilmu pukulan Thian tok ciang-hoat! Suatu benturan keras menimbulkan ledakan yang menggelegar diudara, pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh angsasa, termakan oleh dorongan angin pukulan itu Tengkorak maut terdorong dua langkah kebelakang. 'Go Siau Bu amat kegirarang, ia sama sekali tidak menyangka kalau ilmu pukulan Thian tok ciang-hoat yang 881 dimilikinya sanggup memukul mundur Tengkorak maut yang ditakuti banyak orang. "Hey budak, lihat toya!" tiba2 Ang Nio-cu membentak

keras. Mengikuti suara bentakannya itu, Tong hong Leng putar toya rotannya dan langsung membabat kearah Go Siau Bi dengan hebatnya. Tindakan dari Ang Nio cu ini sama sekali diluar dugaan siapapun, tak pernah diduga kalau Ang Nio cu bakal membantu Tengkorak maut untuk menghajar dara tersebut. Dalam kejutnya cepat Go Siau Bi melesat kesamping untuk menghindar, kemudian telapak tangannya, berputar melepaskan sebuah pukulan dahsyat. "Blaamm!" ditenga benturan keras toya nya hampir saja terlepas dari genggaman, nenek itu mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan. Bukannya nenek tua itu tidak becus, justru karena pertarungannya melawan malaikat hawa dingin, hampir saja semua tenaga dalam yang dimilikinya terbuang musnah. Karena itulah pukulan dari Go siau bi yang kelihatan sangat enteng tak mampu di hadapinya. Justru pada detik itu pula tiba2 Tengkorak maut tertawa seram, sambil loncat kemuka dan lepaskan sebuah pukulan keatas tubuh Han siong Kie. Walaupun sianak muda itu masih lemah, tenaga dalam yang dimilikinya belum pulih kembali, akan tetapi ia tak sudi menyerah dengan begitu saja, sisa tenaga lwekang yang dimilikinya dihimpun menjadi satu kemudian menangkis ancaman yang tiba dengan kekerasan. "Blaammm.." dengan disertai benturan yang keras pemuda itu menjerit kesakitan. 882 Dengan sempoyongan Han siong Kie terdorong mundur kebelakang, kemudian terkapar diatas tanah dan tak mampu berkutik lagi. -000dw000Jilid 24 BETAPA terperanjatnya hati Go Siau Bi, ia segera membentak kerai : "Tengkorak maut. nonamu akan beradu jiwa dengan kaul" Ia loncat kedepan, sebelum kakinya men capai permukaan tanah, pukulan dahsyat Thian tok ciang hoat telah dilepaskan dengan sepenuh tenaga. Rupanya Tengkorak maut sadar akan ke dahsyatan ilmu pukulan lawannya. cepat dia menghindar kesamping. Sekali lagi Go Siau Bi loncat kedepan dan menubruk kearah Tengkorak maut dengan ganasnya, telapak tangan diayun berulang kali melancarkan lima buah serangan berantai. kelima jurus serangan itu semuanya aneh dan jarang dijumpai dikolong langit. Dalam waktu singkat Tengkorak maut telah dipaksa mundur sejauh tiga langkah ke belakang.

Suatu pertarungan sengitpun dengan cepat berkobar.. Tenaga dalam yang dimiliki Go siau Bi berasal dari kitab pusaka Thian tok pit-liok, ditambah pula mendapat bimbingan langsung dari kakeknya Put lo sianseng. sudah tentu kemampuan yang diperolehnya sekarang bukan saja amat dahsyat bahkan sukar ditandingi oleh kawanan jago persilatan kelas satupun. 883 Diam2 Tengkorak maut merasa terperanjat oleh ketangguhan dara muda itu, semua serangan yang ditujukan kearahnya rata2 memakai jurus serangan yang aneh dan sama sekali berlawanan dengan peraturan pada umumnya, Bukan saja bayangan telapak menyelimuti seluruh angkasa, bakkan memimiki pula suatu daya hisap yang sama sekali tak berujud, membuat serangan balasan yang di lancarkan tak mampu digunakan dengan sepenuh tenaga. sekalipun begitu, Tengkorak maut masih bertarung melawan musuhnya dengan sistim pertarungan yang sama sekali tak berubah, rupanya dia ada hasrat untuk melenyapkan Go siau Bi dari muka bumi, oleh karena itu sepanjang pertarungan berlangsung dia hanya bertahan tanpa melakukan perlawanan, tentu saja kesemuanya ini disebabkan karena ia sedang melaksanakan suatu taktik pertarungan, dia hendak menunggu sampai tibanya kesempatan yang baik untuk mulai bertindak. seperminum teh sudah lewat, namun pertarungan masih berjalan dengan serunya, kedua belah pihak tetap bertahan pada posisi semula, tiada yang menang dan tak ada yang kalah. Mengikuti jalannya pertarungan itu, Ang Nio cu Tonghong Leng cuma bisa berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo, ia percaya tenaga dalam yang dimilikinya masih belum berhasil mencapai ketingkat yang begitu tingginya. Han siong Kie sendiri dtngan mengandalkan pula tenaga yang masih dimilikinya teLah berhasil bangkit berdiri dari atas tanah, hanya saja dengan kondisi tubuhnya sekarang, jangan toh untuk berkelahi, untuk berdiri tegakpun dia tak mampu. Dengan pandangan kaku ia mengikuti jalannya pertarungan yang sedang berlangsung ditengah gelanggang. Tahu2.. .Tengkorak maut melancarkan beberapa buah serangan berantai memaksa Go Siau Bi terdesak mundur 884 beberapa langkah kebelakang, sepasang telapak tangannya dihadapkan satu sama lain. kemudian digosok dan dilontarkan kedepan.. Han Siong Kie tahu bila tengkorak maut hendak mengeluarkan ilmu anehnya yang bisa membuat orang tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya, ia jadi sangat gelisah,

cepat teriaknya : "Nona, haii2;..dia.." Waktu itu Go Siau Bi sedang siap melancarkan serangan balasan, ketika telapak tangan musuh dilontarkan kearahnya, tiba2 ia merasakan hawa murninya musnah dan tak sanggup dihimpun kembali. Betapa terkejutnya sang dara msnghadipi kejadian aneh itu, ingatan kedua belum sempat terlintas, tahu2 sepasang telapak tangan dari Tengkorak maut telah meluncur tiba... "Duuk ..!" diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, ibarat layang2 putus benang, tubuh sang dara itu mencelat sejauh tiga kaki lebih dan roboh terkapar diatas tanah. Han Siong Kie pejamka i miunya rapttl. dalam hati dia mengeluh : "Aah.. habislah sudah riwayat dan Go Siau Bi.." Terbayang betapi pengorbanan dari dara itu disebabkan untuk menyelamatkan jiwa nya, sianak muda itu merasa hatinya amat sakit bagaikan di-iris2, tak kuasa lagi ia muntah darah segar. Ang Nio co Tonghong Leng maju selangkah dengan muka terharu, ia seperti mau mengucapkan sesuatu.. Tengkorak maut tertawa seram, gelak tertawa penuh rasa bangga, dia ayunkan telapak tangannya keatas tanah dan menghisap kembali lambang tengkoraknya yang menggeletak 885 diatas tanah, kemudian sambil menyambar tubuh Han Siong Kie dia berlalu dari situ. Han Siong Kie sama sekali tak dapat ber kutik, ia cuma berdiam diri dalam kempitan tengkorak maut itu. ia tahu percuma ba nyak bicara dalam keadaan seperti ini.. Terbayang kembali akan dendam berdarah dari keluarganya yang belum sempat terbalas, kemudian pesan gurunya yang belum di laksanakan, ia makin sedih rasanya.: Tiba2 ia teringat kembati akan lencana Ok kut cu pay serta pusaka Hud jiu po pit yang berada dalam sakunya, pemuda itu semakin gelisah, ia tahu lencana pusaka itu dapat digunakan untuk memimpin perguruan Thian lam sedangkan pusaka itu dapat mempelajari sejenis ilmu silat yang tiada taranya dikolong langit, jika ke dua2nya sampai terjatuh ketangan tengkorak maut, maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata2. otaknya mulai berputar untuk mencari jalan pemecahan, ia berusaha mencari akal untuk mengatasi bencana itu. Serentetan pegunungan berbatu yang tinggi menjulang didepan mata, Tengkorak maut langsung meluncur kearah tebing batu itu, hanya sebentar saja mereka sudah berada diatas puncak bukit berbatu yang terjal. Pemuda itu tak tahu kemana dia akan dibawa oleh musuhnya ini, diapun tak tahu hukuman apa yang bakal

dijatuhkan atas dirinya. Sesosok bayangan kecil mengikuti gerak-gerik dari Tengkorak maut dari tempat kejauhan, orang itu memang cukup lincah dan lihay, terbukti jago yang maha sakti itupun tak sadar kalau jejaknya sedang diikuti oleh seseorang. Setelah melewati sebuah tebing yang curam, akhirnya sebuah lembab jurang yang dalam terbentang didepan mata, kabut tebal menyelimuti sekitar jurang tersebut hingga sukar dihitung berapa dalamnya jurang tersebut. 886 Satu ingatan mendadak terlintas dalam benak Han siong Kie, pikirnya: "Daripada aku mati konyol ditangan keparat ini, apa salahnya kalau aku ajak bangsat ini untuk ber-sama2 terjun kedalam jurang? Asal dia mampus dan akupun mati, maka kedua macam benda mustika inipun tak akan sampai terjatuh ketangan seorang gembong iblis seperti dia.." Begitu ingatan tersebut melintas dalam benaknya, diam2 sisa hawa murni yang masih dimilikinya dihimpun menjadi satu, kemudian dengan sepenuh tenaga ia totok jalan darah Ki hay hiat ditubuh Tengkorak maut. Tindakan ini memang lihay dan sama sekali diluar dugaan Tengkorak maut, sayang totokan itu kurang tangguh sehingga cuma mampu mendatangkan sedikit luka baginya. Walaupun luka itu sangat lirih, akan tetapi berakibat besar sekali, dengan serta merta Tengkorak maut melepaskan kempitan nya.. Begitu terlepas dari cekalan, Han Siong Kie terguling ditepi jurang yang amat dalam itu, kemudian dalam beberapa gulingan berikutnya, ia sudah terjerumus kedalam jurang yang amat dalam itu. Tengkorak maut berusaha menyambar korbannya, namun tak berhasil, akhirnya ia cuma bisa memandang dasar jarang yang amit dalam itu dengan pandangan kesima. Sementara itu bayangan kecil mungil yang mengikuti jauh di belakang telah menyaksikan pula semua peristiwa yang terjadi didepannya, apalagi setelah mengetahui bahwa acak muda itu tercebur kedalem jurang. ia merasa hatinya remuk rendam langkahnya jadi sempoyongan dan hampir saja orang itu roboh tak sadarkan diri Siapakah orang itu? Siapa lagi kalau bukan Tongbong Hui. gadis yang telah berpisah dergan suatu ciuman panjang.. 887 Biaa dibayangkan sampai di manakah sedihnya perasaan hati Tonghong Hui sesudah menyaksikan engkoh Kie yang tercinta tercebur kedalan jurang, pandangan matanya jadi gelap dan hampir saja ia ikut tercebur kedalam jurang. "Ooh. ayah, engkau benar2 berhati kejam, mengapa kau

bunuh Kekasih hatiku..? Oh. ayah. mengapa engkau begitu tega menyiksa perasaan anakmu? Tahukah engkau ayah, hidupku terasa jadi kosong tanpa kehadirannya, dan kini engkau membinasakan dirinya dihadapanku ,ooh, apa artinya kehidupanku ini . ? Oi, kejam, kejam,, ayah. engkau terlalu kejam . " gumamnya lirih. Berapa kali dia bermaksud memburu ke tempat kejadian dan ingin melihat bagiimanakah keadaan dari kekasihnya, tapi setiap kali keinginannya itu selalu dibatalkan. Sekarang dia hanya mengharapkansesuatu berharap agar ayahnya.. Tengkorak maut cepat2 berlalu dari sana. Air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya, butiran air mata telah mengaburkan pandangannya,,. Gadis itu jadi tertegun...berdiri menjublak dengan pikiran kosong, ia merasa se-olah2 telah menyaksikan mayat engkoh Kienya menggeletak dengan badan remuk. Ia se-akan2 merasa telah melihat darah segar yang menggenangi seluruh permukaan tanah jauh didasar jurang sana.. Dalam keadaas seperti ini dia ingin menangis, yaa menangis se-keras2nya, agar semua kedukaan dan kepedihan hatinya dapat tersalur keluar, agar pikiran maupun perasaannya jadi lega dan enteng.. Akan tetapi gadis itu tak berani berbuat demikian, ia kuatir perbuatannya itu akan mengejutkan ayahnya, bila Tengkorak maut sampai tahu kalau dia berada disini, maka keadaannya pasti akan bertambah runyam.. 888 Apa boleh buat? Dara itu hanya bisa bersandar disisi sebatang pohon sambil menahan isak tangisnya, ia menangis tanpa suara, hanya air matanya jatuh bercucuran dengan derasnya. Lama.... lama sekali, entah berapa waktu sudah lewat, tiba2 gadis itu seperti teringat sesuatu, ia bangkit dan bergumam lagi: "Baiklah, meskipun selama hidup kami tak dapat hidup berbahagia sebagai suami istri, biarlah kami mati dalam satu liang, diaa m baka sana tak akan kutemui dendam sakit hati, tiada permusuhan ataupun perasaan, perkawinan kami tak akan dihalangi lagi oleh kenyataan yang kejam, yaa, disitulah kami akan hidup bahagia, tempat itu memang tempat yang paling cocok bagi kami untuk membina keluarga . Akhirnya Tengkorak maut telah berlalu, berlalu tanpa meninggalkan bekas. Dengan hati yang pedih dan isak tangis yang menjadi, Tonghong Hui mendaki keatas tebing curam itu, pukulan batin yang amat berat itu se-olah2 merubah gadis yang kosen ini menjadi seorang anak dara yang lemah, begitu lemahnya sampai2 untuk melangkah pun rasanya amat berat. setelah bersusah payah toh akhirnya sampai juga gadis itu

ditebing tersebut, persis dimana Han siong Kie tercebur kedalam jurang, ia berdiri termangu, berdiri kaku bagaikan patung arca, sedikitpun tidak bergerak ataupun berbicara. Angin gunung berhembus sepoi mengibarkan rambutnya yang hitam pekat dan panjang terurai sepanjang pundak itu. sekilas cahaya semu menyelimuti wajahnya yang layu, kusut dan murung karena dimakan oleh pikiran dan siksaan batin yang berat, begitu pula rasanya membuat hati orang tak tega Perasaan hatinya saat ini bagaikan air yang tenang, tiada harapan, tiada keinginan dan tiada kenangan, semuanya se 889 akan2 sudah tiada, semuanya telah berlalu dan lenyap dengan begitu saja. Memandang jurang yang ternganga didepan matanya, serta kabut tebal yang menyelimuti mulutjurang tersebut, ia berdiri mendelong, matanya memandang kaku kedepan, ia merasa se akan2 sukma engkoh Kie-nya sedang menggapai kepadanya, serta memanggil dia agar cepat menyusulnya kealam baka. Akhirnya gadis itu tak mampu mengendalikan diri lagi, ia menjerit keras dan terjun kedalam jurang yang tiada tara dalamnya itu .. "Engkoh Kie.. engkoh Kie Tunggulah aku.. sebentar lagi akan kususul dirimu di alam baka.." Jeritannya makin lirih, makin lama makin kecil dan akhirnya lenyap. lenyap tertelan perut bumi.. suasanapun menjadi tenang kembali, keheningan kembali mencekam jagad, yang terdengar hanya hembusan angin gunung.. tiupan angin yang sepoi2.. Bagaimanakah nasib gadis yang cantik tapi bernasib malang itu? Mungkinkah jiwanya melayang tertelan oleh jurang yang dalam..? Tiada seorangpun yang tahu. Hanya Thian lah yang maha kuasa dan Thian lah yang maha tahu.. "Yaa.. memang besar pengaruh dari cinta, memang taksalah lagi kalau orang mengatakan bahwa cinta itu buta, cinta dapat membuat orang lupa segala2nya, melakukan segala-galanya tanpa dipikir panjang lagi.. siapakah yang dapat membantah kenyataaan ini? -oo0dw0ooBab 49 890 SEMENTARA itu marilah kita mengikuti pengalaman yang ditemui Han Siong Kie setelah terlepas dari cengkeraman Tengkorak maut gadungan. Setelah terlepas dari cengkeraman musuh ia sengaja menggelinding dengan harapan bisa menjauhi musuhnya itu. apa lacur tubuh nya tercebur kedalam jurang yang dalam yang tertelan oleh kabut yang tebal.

Menghadapi saat2 terakbir menjelang kematiannya ini, anak mula tersebut sama se kali tidak gugup. malahan ia jauh lebih tenang dari waktu2 biasa, ia merasa kematian tidaklah menakutkan, sebab dalam kenyataan memang tiada sesuatupun yang bisa menakutkan hatinya. Ia lebih rela mati daripada serahkan jiwa raganya dan kedua macam benda mustika dari dunia persilatan itu ketangan Tengkorak maut gadungan, karena ketidak relaannya inilah maka dia mengambil keputusan untuk menghabisi jiwa sendiri sambil membawa pula benda tersebut. Tak lama setelah badannya terjatuh ke dalam jurang, tiba2 ia merasakan sekujur badannya bergetar keras, se-akan2 ia terjatuh diatas sebuah benda yang lunak, menyusul kemudian tubuhnya memental balik keudara dan melayang turun kembali kebawah. Keadaan tersebut berlangsung sampai beberapa kali. di mana akhirnya pemuda itu jatuh tak sadarkan diri. Entah berapa lama kembali sudah lewat, ketika ia tersadar kembali dari pingsannya, pemuda itu merasakan sekujur tulang belulangnya amat sakit seperti patah2, otot badannya seperti sudah terlepas serius, sedikit pun tiada tenaga yang bisa digunakan. Kabut amat tebal, bepitu tebalnya hingga menutupi seluruh pemandangan disekeliling tempat itu, jangankan memandang 891 ketempat jauh, untuk melihat kelima jari sendiripun susah sekali. Anak muda itu tak tahu sekarang dia berada dimana, tapi ada satu hal yang membuat dia merasa kegirangan, ternyata jiwa nya lolos dari lubang jarum, ia tidak mati! Perlahan dia meraba tanah disekelilingnya, ia merasa tububnya berada diatas sebuah jaring yang terdiri dari tumpukan rotan yang kuat, apakah rotan itu bergelantungan ditengah udara? Ataukah didasar jurang? anak muda itu tak dapat membayangkan .... Tapi yang jelas apabila ia tidak kebetulan terjatuh diatas tumpukan rotan itu, niscaya jiwanya sudah melayang.. mati dengan tubuh hancur berantakan. Dalam keadaan begini, terasalah pelbagai perasaan berkecamuk menjadi satu, rasa dendam benci, cinta dan hutang budi membuat pikirannya serasa kalut sekali. Tapi dengan cepat ia dapat menguasahi diri, ia mengambil keputusan untuk menyembuhkan dahulu luka yang dideritanya, setelah itu baru mencari jalan keluar untuk lolos dari sana. sambil menggigit bibir menahan sakit di badan, ia bangkit dan duduk bersila, kemudian setelah pejamkan mata dan pusatkan perhatiannya menjadi satu, sisa hawa murni yang masih ada dalam tubuhnya perlahan-lahan dikumpulkan dan

dihimpun kembali untuk menerobosi jalan darahnya yang tersumbat. Mula2 dia merasa kepayahan, tapi setelah dicoba.. dan dicobanya berulang lagi, akhirnya ia berhasil juga mengumpulkan sisa kekuatan itu menjadi satu. Begitulah dengan andalkan sisa kekuatan yang berhasil dihimpun itu, ia salurkan hawa murni tersebut untuk menembusi jalan darah Wi liu hiat, kemudian dengan melalui 892 jalan darah seng hwan hiat, son pi hiat, siang kwan hiat dan thian cu hiat mencapai Ni wan Tong. Dari situlah hawa murninya per lahan2 disalurkan menuju kebawah, dengan melalui jalan darah sin teng hiat, menyeberangi ciau kiau hiat kemudian menembusi cap ji, co lo, ciang kiong. oei teng dan ki hay hiat langsung terhimpun kembali dalam pusar. Berhasil dengan yang pertama, pemuda itu ulangi kembali latihannya sekali demi sekali. Akhirnya ia berhasil menghimpun kembali hawa murninya, terasahlah aliran hawa panas mulai mengitari sekujur tubuhnya. Dalam Waktu singkat pemuda itu sudah duduk "Tenang" dan lupa segalanya.. Berapa lama sudah lewat entahlah, sebab jurang itu amat gelap dan selalu tertutup kabut tebal, siang atau malam susahlah untuk ditentukan ataupun dibedakan. Akhirnya Han siong Kie berhasil menyelesaikan semedinya, ia merasa tubuhnya jadi segar dengan kekuatan hawa murni yang penuh, ketika matanya dipentang kembali maka pemandangan disekitar situpun dapat terlihat dengan jelasnya. Apa yang diduga semula ternyata tak meleset, dia memang berada diatas sebuah jaring rotan yang tebal, nun jauh diatas situ merupakan tebing2 berbatu karang yang terjal dan tajam. Ketika ia coba memandang jauh kebawah lagi, maka tampaklah dasar jurang itu kurang lebih masih ada lima kaki dibawahnya. Batu runcing bagaikan pisau berserakan di mana2, bisa dibayangkan apa jadinya bila tubuh seseorang sampai jatuh menimpa batu cadas tersebut.? 893 Diam2 anak muda itu menarik napas panjang untuk menenangkan perasaan hatinya yang bergolak kencang, ia tak bisa membayangkan bagaimana seandainya ia bukan terjatuh diatas jaring rotan itu, melainkan jatuh tepat diatas tumpukan batu runcing itu? Dalam keadaan begini, satu bayangan terlintas dalam benaknya, bayangan wajah seseorang yang cantik namun diliputi kemurungan dan kesedihan, itulah bayangan wajah

dari Go siau Bi. Han siong Kie masih ingat, dikala dia di bawa kabur Tengkorak maut gadungan- gadis itu berusaha mencegah kejadian itu tapi akhirnya ia kena dihajar sampai mencelat pula. Tak tahan ia menghela napas panjang dan bergumam lirih: "Aaai... Dia mati lantaran aku, itu sama artinya akulah yang telah membinasakan dirinya, hutang budi ini susah rasanya untuk dibayar lagi.. aaai Dia memang seorang gadis yang bernasib malang" Tak kuasa dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.. Yaa, pemuda ini merasa sedih, bersedih hati demi seseorang yang mencintai dirinya tanpa menerima cinta balasan darinya, yang kemudian mati karena membela dirinya, berusaha menyelamatkan jiwanya.. Itulah Go Siau Bi, gadis yang bernasib malang "Suatu saat, aku pasti akan membalaskan dendam bagi kemariannya. tapi, dapatkah ia bersstirahat dengan tenang dialam baka?" Pikirannya terasa makin kalut dan kacau. ia murung bercampur kesal,.murung karena memikirkan pelbagai persoalan yang berkecamuk menjadi satu dalam benaknya.. Sementara dia masin termenung sambit melamun. tiba2 dari sisi tubuhnya berkumandang suara rintihan kesakitan, 894 meskipun suara tersebut amat lirih namun jelas berasal dari mulut seorang acak dara. Betapa terperaajatnya perasaan Han Siong Kie setelah mendengar rintihan itu, mimpi pun dia tak menyangka kalau disamping tubuhnya masih terdapat oiaog lain. Mungkinkah gadis itupun senasib sependeritaan dengan dirinya? Atau mungkin dialah yang telah menolong dan selamatkan jiwanya dari ancaman ke-matian? Atau mungkin,., ia tak mampu membayangkan lebih jauh. Dengan pandangan yang tajam dia menyapu sekejap kearah mana berasalnya suara tadi, kurang lebih tiga kaki didepan situ tampaklah sesosok tubuh yang kecel mungil tersangkut diatas jaring rotan itu. sementara separuh tubuhnya yang lain masih tergantung di awang awang. Mengikuti rintihannya yang lirih dan tubuhnya yang menggeliat, badan gadis itu kembali merorot setengah depa kebawah jaring Han siong kie amat terperanjat, dia tidak berpikir panjang lagi. dengan sekali lompatan ia telah melayang kesisi gadis itu dan mengangkatnya naik keatas jaring tersebut. Tapi., dikala sorot matanya membentuk raut wajah yang ditolongnya itu, ia tertegun lalu menjerit tertahan, sekujur badannya gemetar keras bagaikan terlanggar aliran listrik

tegangan tinggi. Ternyata gadis tak lain tak bukan adalah Tonghong Hui, kekasih hatinya! Tonghong Hui yang di cari2 dan diharapkan pertemuannya selama ini, ternyata berhasil ditemukan ditengah tebing yatg curam kejadian ini benar2 jauh di luar dugaan si anak muda itu. 895 Dengan penuh emosi Han Siong Kie memeluk anak dara itu kencang2, kemudian merebahkan tubuhnya dalam pangkuan, sambil menggoyang2kan badannya ia berteriak memanggil: "Adik Hui.. Adik Hui, bangunlah... sadariah kembali, mengapa engkaU bisa sampai disini..?" Perlahan2 Tonghong Hui membuka matanya, dengan pandangan kosong dan kebingungan ditatapnya wajah Han siong Kie tanpa berkedip. lama sekali dia memandang pemandangan yang terbentang dihadapan matanya, gadis itu berusaha untuk membedakan apakah yang dilihat hanyalah bayangan semu, ataukah suatu kejadian yang nyata Akhirnya setelah tertegun lama sekali, dia baru bergumam lirih: "Engkoh Kie.. engkoh Kie." "Adik Hui.." "Benarkah engkau adalah engkoh Kie sayang Engkoh Kie tercinta?" Dengan pandangan penuh kasih sayang Kie mengangguk. "Tentu saja adik Hui, kalau bukan engkoh Kie mu yang sungguh, memangnya aku adalah engkoh Kie gadungan..?" Sekulum senyum manis, senyum penuh kemesraan tersungging diujung bibir anak dara itu, meskipun wajahnya begitu murung dan diliputi kepedihan hati. "orang selalu mengatakan alam baka mengerikan,alam baka penuh dihuni setan dan iblis, tapi kenyataannya tempat ini tidak mengerikan, pun tidak menakutkan, sekalipun udaranya terasa amat dingin ...." ia bergumam lemah. "Adik Hui, apa yang sedang engkau igaukan?" tegur Han siong Kie dengan penuh perasaan tidak mengerti. "Aku bukan mengigau, aku mengatakan yang sebenarnya, coba lihatlah bukankah alam baka tidak mengerikan seperti 896 sering yang diperbincangkan orang? Aai atau mungkin karena kita berada bersama..." "Alam baka? Apa maksudmu?" "Selama hidup didunia, kita tak dapat melakukan perbuatan yang ingin kita lakukan, tapi sekarang kita telah mati, semua penghalang dan semua perintang telah tersingkirkan semua engkoh Kie, bukankah kita telah bebas?" sepasang mata Han siong Kie terbelalak semakin lebar, ditatapnya gadis itu dengan pandangan kebingungan.

"Adik Hui, siapa yang kau maksudkan telah mati?" tegurnya. "Bukankah kau dan aku telah berada di alam baka?" sekarang Han siong Kie baru mengerti apa yang sedang dimaksudkan anak dara itu, dipeluknya Tonghong Hui dengan penuh kemesraan, kemudian ia berbisik lirih: "Adik Hui kita belum mati, ketahuilah kita masih hidup segar bugar didalam dunia" "Apa..??Jadi kita belum mati" "Tentu saja belum sayang Engkau tak perlu merasa tegang, tiada sesuatu kejadian yang patut kau hadapi dengan perasaan begitu.." "ooh jadi jadi kita belum mati?" "Engkau masih belum mati, percaya tidak adik Hui??" bisik pemuda itu dengan mesra. Tonghong Hui pejamkan matanya, air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya yang putih halus. Han siong Kie makin kebingungan dibuat oleh sikap kekasihnya yang aneh itu, tanya nya lagi dengan nada tercengang. 897 "Adik Hui, mengapa engkau malah bersedih hati? Kau kok malahan menangis setelah tahu kalau kita masih hidup?" "Engkoh Kie, masa kita tak bisa mati?" keluh gadis itu lirih. "Lho.. Engkau kok malahan mengharapkan mati?Jadi kau lebih suka mati daripada hidup?" "Benar" "Mengapa begitu?" tanya Han siong Kie dengan penuh emosi, sekujur badannya gemetar keras. "selama kita masih hidup maka kita berdua tiada harapan untuk hidup bersama, tapi kalau kita sudah mati maka selama2nya kita akan saling mencintai, kita akan selalu berdampingan.." "ooh.. adik Hui, kau..." "Engkoh Kie, ayahku adalah musuh besar pembunuh keluargamu, dapatkah kuhalangi niatmu untuk membalas dendam? Dan dapat kah kubiarkan engkau melakukan pembalasan terhadap ayahku? Ooh.. engkoh Kie, takdir telah menentukan kesemuanya ini. takdir telah rremisahkan kita secara kejam.... Ooh, nasib yang buruk, apa artinya aku hidup terus di dunia ini?" Han Siong Kie tertunduk dengan mulut membungkam, apa yang diucapkan gadis itu memang tak salah, cinta dan dendam tak mungkin bisa berjalan bersama, salah satu diantaranya memang harus diKorbankan! Perlahan2 Tonghong Hui membuta kembali matanya, air mata mengucur keluar semakin deras, sambil menahan isak tangisnya ia berbisik lagi dengan lirih 'Engkoh Kie. masih ingat ketika kucium bibirmu tempo hari

sebelum kita berpisah? Aku telah berlalu dengan membawa kepuasan yang sebenarnya kosong, kepuasan yang hampa, aku hendak mencari sesuatu tempat yang sunyi, sepi dan jauh 898 dari pergaulan manusia untuk membebaskan diri dari belenggu ini, tapi . aku tidak mempunyai ke beranian untuk berbuat begitu, akhirnya aku telah kembali, aku..', aku berharap bisa mati dihadapanmu agar engkaulah yang mengebumikan. tubuhku kedalam tanah-" Sekujur badan Han Siong kie gemetar keras, apalagi setelah mendengar perkataannya yang terakhir, ia segara berteriak dengan suara serak : Adik Hui, mengapa engkau selalu pikirkan soal itu., mengapa tidak kau buang jauh2 ingatan macam begitu..?" Ia berhenti sebentar, lalu setelah tarik napas panjang dia menambahkan : "Oh iya, bagaimana kejadiannya hingga engkuipun tercebur kedalam jurang yang amat dalam ini?" "Aku hendak menyusul dirimu!" Menyusul aku? Oh adik Hui sayang kau...kau.. "Enkoh Kie, aku telah menyaksikan engkau meloloskan diri dari kempitan ayahku dan terjun kedalam jurang... "Ayahmu..?" Benar, aku selalu mengikuti jejakmu dari kejauhan, tapi aku tak mampu menyelamatkan jiwamu..'" "Dia bukan ayahmu, Engkau keliru besar.." "Dia bukan ayahku?! Tonghong Hui agak terperanjat"Benar, dia bukan ayahmu, engkau telah salah menerka..." "Lalu siapakah orang itu?" "Dia adalah Tengkorak maut gadungan " "Tengkorak maut gadungan?" Tonghong Hui tersentak kaget dan loncat bangun dari rangkulan anak muda itu, mimik, 899 wajahnya penuh diliputi rasa kaget dan perasaan tak habis mengerti. "Benar orang itu memang tengkorak maut gadungan" "Tapi, kalau memang gadungan kenapa kulihat.." "Bukankah potongan badan maupun ilmu silat yang dipakai setali tiga uang dengan ayahmu? Aaai.. Kejadian ini memang amat mencengangkan hati, membuat orang merasa betulbetul tidak habis mengerti" "Darimana engkau bisa tahu kalau dia.." "Aku toh pernah melakukan pertarungan melawan ayahmu sewaktu berkunjung kebenteng maut tempo hari, dari kesempurnaan tenaga dalam yang mereka miliki bisa membedakan mana yang asli dan mana yang gadungan, selain itu dia sendiripun telah mengakui bahwa ia telah mencatut nama besar ayahmu"

"ooh kiranya begitu Tidak aneh kalau sampai aku sendiripun dibuat tercengang oleh kejadian ini, sebab sejak aku belum dilahirkan ayah telah bersumpah tak akan tinggalkan benteng maut barang setengah langkahpun, dan sekarang tiba2 ia telah melanggar sumpahnya sendiri dan muncul kembali dalam dunia persilatan, kiranya ada orang yang mencatut nama besar beliau" "Bolehkah aku tahu, apa sebabnya ayahmu bersumpah tak akan muncul kembali dalam dunia persilatan?" "Tentang soal ini... tentang soal ini.." tiba-tiba sepasang mata Tonghong Hui berubah jadi merah, setelah berhenti sebentar dia melanjutkan lagi, " engkoh Kie, maafkanlah aku, pertanyaanmu tak dapat kujawab sebab peraturan benteng menetapkan bahwa setiap anggotanya dilarang menyiarkan kabar yang bersangkutan dengan masalah Benteng maut keluar dunia" 900 "Apakah ayahmu telah mengetahui tentang munculnya Tengkorak maut gadungan dalam dunia persilatan?" "Dia tak mungkin tahu" "Engkau yakin kalau dia pasti tak tahu?" "Benar, sebab Benteng maut telah terputus hubungan kontaknya dengan dunia luar, kecuali aku seorang yang sering melakukan perjalanan, tiada orang kedua yang pernah keluar dari benteng itu, padahal aku sendiripun baru pertama kali ini mendengar tentang persoalan tersebut" Selesai mendengar perkataan itu, paras muka Han Sing Kie tiba2 berubah jadi murung, ia mulai berpikir siapakah sebenarnya pembunuh yang telah membantai sekeluarganya? Tengkorak maut yang asli ataukah tengkorak maut gadungan?" Jika apa yang dlucapkan Tonghong Hui benar, dan Tengkorak maut yang asli benar2 sudah belasan tahun lamanya tak pernah munculkan diri didalam dunia persilatan, itu berarti musuh besarnya adalah Tengkorak maut gadungan, tapi.. menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, kemunculan Tengkorak maut gadungan dalam dunia persilatan baru terjadi belum lama berselang, hal ini semakin membingungkan pikirannya. Mana yang benar? Tengkorak maut asli atau tengkorak maut gadungan? Bagaimana kalau sumpah Tengkorak maut dilakukan setelah kejadian diperkampungan keluarga Han. Bila ditinjau dari perkataan Tonghong Hui, katanya sebelum dia lahir ayahnya sudah bersumpah tak akan muncul kembali kedalam dunia persilatan, itu berarti kalau ditinjau dari usianya maka sedari hampir dua puluh tahun lamanya pemilik benteng maut itu tak pernah munculkan diri 901

sebaliknya pembantaian berdarah dalam perkampungan keluarga Han baru berlangsung enam belas tahun berselang, dan itu berarti sudah selisih waktu beberapa tahun lamanya. Tanpa sadar pemuda ituteringat kembali akan manusia yang kehilangan sUkma, berulang kali perempUan itu menganjUrkan kepadanya agar berkunjung ke benteng maut dan membeberkan asal usulnya, mungkinkah kunci terutama dari kejadian ini letaknya ada disitu??" "Engkoh Kie, apa yang sedang kaupikirkan?" tiba2 teguran Tonghong-Hui menyadarkan kembali anak muda itu dari lamunannya. Ooh aku ...aku sedang memikirkan, sebenarnya siapakah pembunuh keluargaku yang sebenarnya! sahut anak muda itu agak tergagap. Mula pertama Tonghong Hui agak tertegun, menyusul mana sekilas cahaya berseri menghiasi wajahnya, cepat ia berseru: Engkoh Kie, beri tahu asal usulmu itu kepadaku!" "Buat apa engkau mengetahui asal usulku adik Hui? kata Han siong Kie dengan wajah sedih. "Aku hendak membuktikan sesuatu!" "Apa yang hendak kau buktikan?" "Akan kubuktikan siapakah sebenarnya pembantai keluargamu!" "Tapi., bagaimana caranya engkau hendak membuktikan persoalan ini?" 'Setelah pulang kerumah nanti, akan kutanyakan persoalan ini langsung kepada ayahku!" Berdebarlab jantung Han siong Kie setelah mendengar perkataan itn, ia tertekan oleh perasaan emosi yang ber 902 kobar2, memang tak salah lagi, inilah cara yang paling bagus untuk memecahkan teko teki tersebut. Tapi. bagaimana kalau kenyataan membuktikan bahwa pembantaian tersebut betul betul dilakukan oleh ayahnya? Bagaimana ia hendak bereskan persoalan itu? Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata: "Adik Hui seandainya..seandainya kalau sampai,." "Seandainya kalau sampai terbukti memang ayahku yang melakukan, apa yang hendak kulakukan? sambung dara itu cepat "Benar andaikata sampai terjadi begitu, apa yang hendak kau lakukan..? Tonghong Hui tertawa getir. "Engkoh Kie. kalau memang sampai demikian apa lag! yang kukatakan, aku.." "Engkau mau apa?? "Apa lagi? terpaksa aku harus menerima nasib dan menuruti garis takdir yang telah ditetapkan o!eh Thian! '

Betapa terharunya sianak muda itu, sambil menggigit bibir menahan diri ia berkata: "Adik Hui. aku tahu cintamu kepadaku sedalam lautan, budi dan kesetiaanmu bagaikan bukit, akan tetapi dendam sakit hati ini tak mungkin bisa kuelakkan dengan begitu saja, bila takdir telah mengatur se-gala2nya seperti apa yang tidak kita inginkan. yaa.. apa mau dikata lagi? selesai melakukan balas dendam, akan kukorbankan selembar jiwaku demi kekasihku yang tersayang" "ooh, engkoh Kie, kau.. kau tak boleh berbuat begitu.." teriak Tonghong l-Hui sambil mendekap tubuh pemuda itu rapat2 dan menangis tersedu2. 903 pada hakekatnya Han siong Kie sangat membenci kaum wanita, akan tetapi terhadap saudara angkatnya ini, ia menaruh kesan yang mendalam, apa lagi setelah menyaksikan Cinta kasih gadis itu terhadap dirinya, lambat laun kesan jeleknya terhadap wanita makin berkurang, dan diapun membalas cinta kasih gadis itu terhadap dirinya. Isak tangis yang berkumandang diangkasa sangat memilukan hati, baja yang keraspUn mungkin akan meleleh.. Han siong Kie menengadah memandang kabut yang menyelimuti angkasa, ia membungkam dalam seribu bahasa, tak sepatah katapun yang diutarakan untuk menghibur gadis itu. Lama.. lama sekali.. akhirnya Tonghong-Hui berhenti menangis, dengan air mata masih membasahi wajahnya ia berbisik: " Engkoh Kie, sekarang katakanlah asal usulmu..." Han siong Kie termenung sejenak. akhirnya sambil menggigit bibir menahan emosi dia menjawab: "Adik Hui, engkau tak tak usah mengetahui asal usulku, Cukup tanyakan kepada ayahmu, apakah pada lima belas tahun berselang dia pernah melakukan pembantaian pada kedua ratus lembar jiwa keluarga Han dan Thio.." Dengan wajah pucat Tonghong Hui mengangguk. "Baiklah engkoh Kie, setelah keluar dari lembah, nanti tunggulah aku ditepi sungai dimana kita berkenalan untuk pertama kalinya itu,jika dalam dua hari aku belum ke luar dari benteng, maka itu berarti...." "Berarti apa" "Aku.. mungkin aku sudah tiada dikolong langit lagi, dan silahkan engkau melaksanakan apa yang ingin kau lakukan" "Adik Hui" 904 Tak tahan lagi Han slong Kle mengucurkan air mata karena sedih, ia merasa hatinya sakit bagaikan di iris2 dengan pisau tajam, tapi.. .. apa lagi yang bisa dia katakan Dapatkan dia batalkan niatnya untuk melakukan

pembalasan dendam demi cintanya kepada gadis itu? Engkoh Kie, engkau tak usah terlalu pikirkan persoalan ini ! dara itu coba menghibur? kalau itu untung maka tak bisa berubah jadi bencana, dan kalau itu bencana meoyingkirpun juga tak ada gunanya, biarkanlah datang mereka yang mau datang, masalah paling penting yang harus kita laku kan sekarang adalah berusaha untuk meninggalkan tempat ini!" 'Baiklah, adik Hui? Mari kita pikirkan saja bagaimana caranya meninggalkan tempat ini, tapi sebelum itu aku ingin bertanya kepadamu apakah engkau terluka dikala melompat turun dari atas tadi?! Gadis itu menggeleng. Bagus, kalau memang begitu hayo kita berusaha keluar dari sini seru anak muda itu kemudian. Kedua orang itu sejera melompat turun, dari tumpkan rotan itu dan melayang keluar dari jepitan batu 2 cadas yang runcing' kurang lebih belasan kaki kemudian sampai lah mereka disuatu tanah lapang yang berlumut. setelah menentukan arah maka berangkatlah mereka untuk keluar dari mulut lembah tadi. Meskipun mereka lolos dari kematian. namun perasaan yang berkecamuk dalam benak kedua orang itu jauh lebih hebat, mereka selalu menguatirkan tibanya kenyataan yang sadis, suatu kenyataan yang mengerikan.. Selang sejenak mereka sudah berada lima li jauhnya dari mulut lembab, kabut yang menyelimuti sekitar situ telah kian menipis, pepohonan yang rindang tampak amat jelas, kiranya 905 waktu itu tengah malam telab tiba, rembulan bersinar dengan terangnya di-awang2. Dengan mulut membungkam kedua orang itu melakukan perjalanannya, setelah lewat sesaat tiba juga mereka berdua diluar lembah tersebut. Suatu ketika tiba2 Han Siong Kie menghentikan larinya kemudian berkata : "Adik Hui. Aku ingin mengunjungi gelanggang pertarungan siang tadi!' "Mau apa engkau pergi kesitu?! "Aku hendak mencari mayat seseorang demi selamatkan jiwaku ia telah mengobankan diri ditangan Tengkorak maut gadungan "Siapa yang kau maksudkan? Nona Go Siau Bit" Engkau maksudkan gadis yang hendak membongkar kuburanmu sewaktu berada di bukit kecil luar Lian huan tau?" "Benar... dialah yang kumaksudkan" "Engkau tak usah cerita lagi, sebab tak ada gunanya" "Kenapa?" "Gadis itu tidak mati, dengan mata kepalaku sendiri

kusaksikan dia berlalu dari sana, cuma luka dalam yang dideritanya teramat parah" "Aaai... Aku sangat berhutang budi kepadanya.." bisik Han siong Kie sambii menghembuskan napas panjang. Tonghong Hui tertawa sedih, selanya dari samping: "Engkoh Kie, apakah engkau tidak tahu nona Go itu menaruh perasaan cinta yang mendalam kepadamu?" 906 "Ah, adik Hui tak usah engkau bicarakan persoalan itu, aku segan mendengarkan masalah macam begitu.. "oh ya, aku harus melakukan pemeriksaan dahulu didalam batang pohon Liu dekat dermaga penyeberangan itu. Selesai berbicara ia segera berangkat lebih dahulu menuju ke hutan pohon liu seperti yang dimaksudkan. Tonghong-Hui membungkam tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia mengintil di belakang anak muda itu. selang sesaat kemudian sampailah Han siong Kie ditempat kejadian dimana mayat2 dari Mo Sam yu sekalian yang mati dibunuh malaikat hawa dingin ditemukan. sebuah tanah gundukan baru muncul ditepi hutan, ini menunjukkan bahwa kelima orang tianglonya telah mengebumikan mayat-mayat itu seperti apa yang ia perintahkan tapi kemana perginya kelima orang tianglo itu..? Dari situ menuju ke gelanggang pertarungan terpaut tak begitu jauh, bila mereka tidak temukan kejadian yang ada diluar dugaan, tak mungkin mereka mangkir, tapi... apa yang sebenarnya terjadi? "Engkoh Kie apaan ini? kok seperti gundukan tanah kecil?" terdengar Tonghong-Hui memecahkan kesunyian, "Kuburan masal" "Kuburan massal? siapa yang dikubur di tempat ini??" "Penghianat2 dari perguruanku" "Perguruan? Maksudmu perguruan engkoh Kie??" Han siong Kie secara ringkas lantas menceritakan apa yang telah dialaminya selama ini. Selesai mendengar kisah tersebut, Tonghong-Hui menghela napas panjang dan berkata: "Jadi kalau begitu engkoh Kie 907 telah menjadi bakal majikan istana Huan mo kiong di Thian lam?" "Adik Hui, ketahuilah perintah guruku tak bisa dibantah, kalau bukan begini apa gunanya kucari banyak kesulitan bagi diriku sendiri? Hayo kita berangkat" Dengan ilmu meringankan tubuh yang semcurna berangkatlah kedua orang itu melakukan perjalanan cepat, baik siang maupun malam mereka lanjutkan terus perjalanannya dengan diselingi waktu istirahat yang amat singkat.

Tiga hari kemudian baru saja fajar menyingsing sampailah kedua orang itu di depan benteng maut. ombak menghantam tepian batu karang memercikkan butiran air ke empat penjUru. itulah Benteng maut yang disegani dan ditakuti setiap umat persilatan. Kedua orang muda mudi itu langsung menuju ke batu cadas dimana untuk pertama kalinya mereka berkenalan disitu. Memandang batu karang yang tetap seperti sedia kala, tanpa terasa pikiran mereka melayang dan membayangkan kembali kejadian dimasa lampau.. "Engkoh Kie" tiba2 Tonghong-Hui buka suara memecahkan kesunyian yang mencekam seluruh jagad. "masih ingat soal kita angkat saudara di tempat ini.." "Adik Hui, kenangan seindah itu tak akan kulupakan untuk selamanya, sampai mati pun akan kuingat terus peristiwa besat itu" "Aai.. semoga apa yang kita bayangkan jangan sampai terjadi.." Bisik gadis itu dengan sedih, tiba2 ia menengadah dan menatap anak muda itu tajam2. "Engkoh Kie, sekarang juga aku akan kembali kebenteng maut..." 908 "Akan kunantikan kedatanganmu disini adik Hui, selama dua hari aku tak akan berlalu dari tempat ini, akan kunantikan kedatanganmu kemari sambil membawa warta gembira" "Tunggulah aku disini engkoh Kie, mungkin tak sampai dua hari, atau mungkin juga hanya beberapa jam saja.." Pokoknya aku tak akan menunggu kedatanganmu selama dua hari, semoga ... semoga kita masih dapat berjumpa kembali dibatu karang ini dalam keadaan hidup..! ' '"Akupun berharap bsgitu.. engkoh Kie, semoga apa yang kita harapkan tidak sia2; aku ." Berbicara sampai disitu Tonghong Hui tak mampu menguasai diri lagi. ia menangis ter sedu2. sambil mendekap mukanya gadis itu berlarian meninggalkan tempat itu.. Han Siong Kie hanya bisa berdiri termangu sambil memandang bayangan tubuhnya yang makin menjauh, di mana akhirnya lenyap dibalik benteng maut. 0000dOw0000 Bab 50 MENANTI adalah suatu pekerjaan yang paling membosankan, dengan susah payah Han Siong Kie telah menunggu muncul nya Tonghong hui dari balik benteng maut yang mengerikan. Ini hari adalah hari terakhir dari perjan jian mereka, bila Tongbong Hui tidak munculkan diri juga. itu berarti pemilik benteng maut betul! adalah pembunuh orang tuanya, dan itu berarti pola Tonghonk Hui telah mengambil keputusan pendek..

909 Ditatapnya benteng maut itu dengan mata melotot, dia sangat berharap akan kemunculan Tonghong Hui.. Menit demi menit telah lewat, Tonghong Hui tidak muncul juga dari balik benteng maut, jejaknya se-akan2 lenyap tertelan perut bumi Kini sang surya telah tenggelam disebelah barat, sebentar malam akan menjelang tiba, tapi Tonghong-Hui belum tampak juga batang hidungnya.. Pemuda itu berdiri kaku bagaikan sebuah patung area diatas bukit karang itu, tenggelamnya sang surya telah menutupkan pula satu2nya harapan yang didambakan selama ini. Akhirnya sekujur badannya gemetar keras, dengan bibir yang pucat ia berbisik lirih: "Habislah riwayat adik Hui.. habis sudah riwayatnya.. oh. tampaklah garis takdir telah menetapkan kami harus menderita.." Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang pucat pias seperti mayat. Tonghong-Hui telah berkata, jika ia tidak keluar lagi setelah batas waktunya habis, itu berarti ayahnya benar2 adalah pembantai keluarga Han dan keluarga Thio, itu berarti pula ia sudah berkorban demi cinta. Kini batas waktunya telah habis dan gadis itu tak pernah muncul kembali dihadapannya, itu berarti ia telah bunuh diri. "Adik Hui.." akhinya ia berbisik lagi. "Setelah selesai aku membalas dendam akan kususul dirimu kealam baka kita akan hidup bahagia disitu" Meskipun dia membenci kaum wanita, pandangan itu terwujud karena ibunya telah memberikan pukulan batin yang amat berat kepadanya, dalam kenyataan didasar hati kecilnya 910 ia mempunyai juga bara api cinta, semua kebenciannya terhadap wanita berhasil dilelehkan oleh kobaran cinta yang amat mendalam dari Tonghong Hui.. Dan kini kekasihnya yang tercinta telah tiada, berkobarlah api dendam dan benci di dasar hati kecilnya, dengan langkah tegak selangkah demi selangkah ia turuni bukit karang itu dan berlalu menuju benteng maut. sepasang matanya merah membara, penuh pancaran api kebencian dan nafsu membunuh.. Tatkala kakinya melangkah diatas jembatan batu yang menghubungkan daratan dengan benteng maut, segulung ombak memecah ditepian dan memercikkan air yang dingin diatas wajahnya. Hawa dingin menyadarkan kembali pemuda itu dari pengaruh emosi, ia jadi teringat kembali akan pengalamannya

datang benteng maut tempo dulu, andaikata tiada Tonghong Hui yang memberikan bantuannya, niscaya dia telah terkurung untuk selamanya dalam benteng "Aku tak boleh berbuat bodoh..?" ingatan teriebut dengan cepat melintas dalam benaknya. kalau aku nekad itu berarti aku bodoh aku hendak mencari mati konyol bagi diri sendiri., sekarang tak mungkin aku bisa menangkan Tengkorak maut, ilmu silatku masih ketinggalan jauh sekali.." Tanpa sadar ia meraba ke sakunya sendiri, disitutah tersimpan sspasang sarung tangan Hud jiu po pit. "Aku harus melatih dulu ilmu sakti yang tercantum dalam sarung tangan Hud jiu po pit! pikirnya dihati, setelah ilmu sakti tersebut berhasil kuyakinkan barulah kupikirkan lagi soal pembalasan dendam, kalau aku terlalu ceroboh maka akhirnya pasti akan menyesal., bila aku sampai mati bagaimana pertanggungan jawabku terhadap ayah? Su-siok? Dan semua keluarga yang telah tiada? 911 Bsrptkir sampai disitu tak kuasa lagi ia segera menghentikan langkah kakinya. Lama sekali ia menatap lambang tengkorak berwarna merah darah yang tertera di depan pintu benteng, akhirnya ia putar badan dan berlalu dari tempat itu.. Ia mendekati kembali keatas batu karang itu dan memandang bangunan seram dihada pannya dengan termangu2. Sekarang sndah jelas terbukti bahwa Pemilik benteng maut tak lain adalah algojo yang membantai dua ratus lembar jiwa keluarga nya. Lalu apa maksud Manusia yaog kehilangan sukma suruh dia berkunjung kebeoteng maut dan membeberkan asal usulnya ? Mungkin kab dia mempunyai tujuan tertentu? Rasanya tak mungkin kalau dia bertujuan, sebab untuk membebaskan niat tonya yang tertotor. bukankah dia rela mengorbankan lengan sendiri? Pelbagai ingatan berkecamuk didalam be nasnya, setelah termangu sesaat akhirnya dia mengambil kepntusan. untuk sementara waktu tas akan memikirkan soil balas de^i dam, dia harus berlatih ilmu dulu sebelum mel akukan semua tugasnya. Setelah menatap kembali benteng maut. pemuda itu bergumam : "Bila aku datang untuk kedua kalinya kesini, itulah berarti saat kehancuran dan benteng maut telah tiha, adik Hui! Beristi rahatlah dengan tenang dialam baka!" Berbisik sampai disitu. dia lantas menjejakkan kakinya keatas tanah dan meluncur turun dari batu karang itu dan menuju kejalan raya.

912 Meskipun ia membenci perempuan, tapi kematian dari Tonghong l-Hui membuat ia sakit hati dan merasakan pukulan batin yang berat. Pemuda itu telah mengambil keputusan, dia akan berangkat kelembah in wu san dan melatih ilmu sakti yang tercantum dalam Hud jiu po pit hingga berhasil, sebab hanya tempat itulah rasanya merupakan tempat paling cocok untuk berlatih ilmu. Entah berapa jauh ia sudah berjalan, suatu ketika tiba2 telinganya menangkap suara rintihan lirih berkumandang dari tepi hutanHan siong Kie memperlambat larinya, ia menduga ada orang yang terluka atau menderita penyakit parah mengggeletak disana, dengan perasaan ingin tahu berangkatlah anak muda itu mendekati arah mana berasalnya suara rintihan tersebut. Dengan gerak tubuhnya yang cepat, hanya sekali berkelebat tahu2 ia sudah tiba ditempat tujuan, apa yang kemudian terlihat seketika mengejutkan hatinya. Tampaklah seorang manusia aneh berambut putih berbaju merah menggeletak ditepi sebatang pohon besar, orang itu ternyata tak lain adalah Ang nio cu perempuan baju merah Tonghong Leng adanya. Tenaga Iwekang yang dimiliki Ang nio cu tidak terpaut jauh bila dibandingkan dengan kekuatan dari malaikat hawa dingin Mo siu ing dengan kepandaian selihay itu jarang ada orang yang mampu melukai mereka hingga separah itu. Tapi sekarang, nenek tua itu sudah terluka, bahkan napasnya sudah senin kemis dan lemah sekali, lalu siapakah yang telah turun tangan terhadap dirinya? Tiba2.. satu ingatan terlintas dalam benak anak muda itu, dia masih ingat dikala terjadi pertarungan melawan Tengkorak 913 maut gadungan, Ang nio cu pernah membantu tengkorak itu, siapa tahu kalau nenek tua ini pernah mengetahui paras mukanya yang asli? Dengan perasaan ingin tahu, pemuda itu berjalan mendekati tubuh Ang nio cu, ia lihat nenek itu menggeletak dengan mata terpejam dan muka pucat ke abu2an, napasnya sangat lemah dan sedang me rintih2. Dihanpirinya jago perempuan itu, kemudian ia berseru: "Ang nio cu, sadarlah" Perlahan Ang nio cu membuka matanya yang sayu dan melirik sekejap kearah anak muda itu, mimik wajahnya berkerut kencang lalu dia pejam kembali matanya. Dari keadaan lawannya, Han siong Kie tahu bahwa luka yang diderita nenek ini parah sekali, tanpa terasa sepasang alis matanya berkernyit.

selang sesaat satu ingatan melintas dalam benaknya, segera dia berpikir dihati: "Bodoh amat aku ini, kenapa tidak kubantu dirinya hingga sadar kembali ? Asal dia sudah sadar kan bisa kuajak untuk berbicara ?" Karena berpikir demikian, ia lantas duduk bersila disamping Ang nio cu dan tempelkan ujung jari tengahnya pada jalan darah Mia bun hiat ditubuh nenek itu, segulung hawa murni segera tersalur keluar lewat ujung jarinya itu dan menyusup ketubuh lawan. Tidak selang beberapa saat kemdian, paras muka Ang nio cu sudah jauh labih baikan, dan diapus sudah sadar pula dari pingsan nya, melihat nenek itu sudah sadar, cepat Han siong Kie tarik kembali kekuatan jarinya dan mundur tiga langkah ke belakang. "Uuaak.." perempuan itu muntah darah kental, lalu membuka matanya kembali dan memandang sekejap kearah 914 Han siong Kie dengan sorot mata tercengang. "Manusia muka dingin, engkau selamatkan jiwaku" serunya agak tertegun. "Menolong? jangan kau anggap aku telah menolong engkau.." "Manusia muka dingin, ketahuilah aku Ang nio cu selama hidup paling tak suka menerima budi kebaikan orang" "Aku tiada bermaksud untuk melepaskan budi kebaikan kepadamu" "Tapi toh engkau yang telah selamatkan jiwaku" "Aku bukan menolong tanpa maksud, aku mempunyai tujuan tertentu terhadap dirimu" "Lalu apa tujuanmu itu" "Apa hubunganmu dengan Tengkorat maut?" Berubah hebat air muka Ang nio cu setelah mendengar pertanyaannya itu, dengan penuh kebencian ia berseru: ''Apa yang kau tanyakan?.' Apa hubungan mu dengan Tengkorak maut?! Aku hendak membinasakan dirinya! jawab Ang-nio cu sambil menggigit bibir menahan emosi. "Lho., engkau kok malah hendak membunuh dirinya?? Benar, manusia itu harus dibunuh dan di cincang menjadi berkeping2., Siapa yang kau maksudkan?! 'Tengkorak maut?? Tiba2 Ang nio cu bangkit brdiri, kemudian serunya pernah emosi : Aku ingin tanya dikolong langit ada berapa orang tengkorak maut., 915 Ada dua orang, kenapa ? "Dua orang?!

"Yaa, yang satu adalah pemilik benteng maut yang asli. sedang yang kedua adalah-Tengkorak maut gadungan yaog sudah kau bantu tempo hari! Apa..? Masa Tengkorak mautpun ada yang gadungan?" teriak Ang nio cu dengan mata melotot besar. "Ooh jadi engkau tidak tahu kalau dia adalah Tengkorak maut yang gadungan? Han siong Kie ganti bertanya setelah tertegun sebentar. Ang nio cu gelengkan kepalanya berulang tali. "Tidak mungkin., masa dia adalah Tengkorak maut gadungan? Kalau memang ada yang palsu, mengapa dandanan maupun pakaiannya persis dan sedikitpun tak ada bedanya.. Sementara itu Han siong Kie sendiripun sedang berpikir dalam hati: "Perempuan ini she Tonghong, sedangkan Hui putri Tengkorak maut Juga she Tong-hong, jangan2 Ang nio cu memang ada hubungan yang sangat akrab dengan Tengkorak maut..?" Belum habis ia termenung, Tiba2 Ang nio cu menjerit keras seraya berseru: "Aah,, sekarang akia baru tahu kiranya beginilah duduknya persoalanya tak aneh kalau ia turun tangan sekeji itu kepada diri kuu nenek tua.... rupanya begitulah kejadiannya..." "Jadi engkau terluka parah ditangan Tengkorak maut gadungan?" tanya Han siong Kie kemudian. "Begitulah kejadiannya, aku sinenek tua memang benar2 sudah buta, ternyata siapa yang asli siapa yang gadungan saja 916 tak mampu membedakan, Aaai.... seandainya.." Berbicara sampai disitu dia lantas membungkam. "seandainya kenapa?" cepat anak itu berseru. "seandainya.." kembali Ang nio cu membungkam, dengan paras muka ketakutan tiba-tiba ia melirik sekejap kearah hutan. Menyaksikan tingkah laku orang itu, Han siong Kie tercengang dan tanpa sadar ikut melirik pula kearah hutan, tapi suasana di situ tetap sunyi tak nampak sesosok bayangan manusiapun, ini semakin mencengangkan hatinya. "Eeh.. sebenarnya apa yang telah terjadi?" Ang nio cu ragu2 sebentar, akhirnya ia berkata juga: "seandainya iblis tua itu tidak muncul tepat pada waktunya sehingga membuat dia menyingkir dengan ketakutan, mungkin sekarang nyawaku sudah berpulang kealam baka." sekali lagi Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, dia tak tahu makhluk macam apakah iblis tua yang dimaksudkan Ang nio cu, dan diapun tak tahu siapakah iblis tua yang sanggup membuat lari Tengkorak maut. Melihat nenek itu tidak melanjutkan kembali kata2nya,

cepat dia menimbrung lagi: "siapa yang kau maksudkan iblis tua itu? Ang nio cu tidak langsung menjawab, untuk kedua kalinya dia memandang sekejap sekeliling tempat itu dengan ketakutan, setelah yakin kalau tempat itu aman, barulah dia berkata: "Iblis tua ini sudah lenyap jejaknya dari dunia persilatan sejak enam puluh tahun berselang, sungguh tak disangka ternyata ia masih hidup segar bugar dikolong langit.." "siapa orang itu?" "Iblis itu adalah Hun si mo ong" 917 "Raja iblis pengacau dunia..?" "Betul, pernah kau dengar nama iblis ini ? Han Siong Kie segera menggeleng. Baru pertama kali ini kudengar nama tersebut, apakah dia yang telahmenyelamatkau jiwamu dari tangan Tengkorak maut?! Dia tidak turun tangan keji ke padaku sudah merupakan suatu rahmat yang besar bagiku, masa dia mau tolong jiwaku?! "Lho., kan engkau sendiri yarg mengatakan begitu..?! Memang dia telah munculkan diri, tapi justru karena kemunculannya itu telah mem buat Tengkorak maut gadungan jadi ketakutan maka loloslah jiwaku dari arcaman mautnya! "Kenapa?! Sepanjang hidupnya. Hun si Mo ong mempunyai satu peraturan yaitu terhadap orang2 yang lebih rendah kedudukannya, dia hanya melepaskan sebuah pukulan saja. baik mati atau hidup tak akan ia lancarkan serangan yang kedua, meskipun begitu jarang sekali asa orang yang sanggup menahan sebuah pukulannya dengan selamat selain itu diapun masih mempunyai satu peraturan lagi yakni dia tak akan turun tangan terhadap orang2 yang sedang teiluka ! Han siong Kie sama sekali tidak kenal siapa yang dimaksudkan sebagai Hun si Mo-ong itu, kareianya diapun tak ingin bertanya lebih jauh. pokok pembicarian segera dialihkan ke soal yang lain. "Apakah waktu itu engkau sedang berada dalam perjalanan menuju Ke benteng maut?" Ang nio cu agak tertegun, menyusul mana segera menganggur tanda membenarkan. "Benar, darimana kau bisa tahu?" 918 Paras muka Han siong Kie berubah jadi serius, dengan suara yang dingin menyeramkan dia berkata: "Ang nio cu, sebenarnya apa hubunganmu dengan pemilik benteng maut?"

Sekujur badan Aog niocu bergetar keras dengan agak sempoyongan dia bangkit berdiri, kemudian menatap wajah Han siong Kie tanpa berkedip. "Apa maksudmu mengajukan pertanyaan ini?" serunya. "Engkau tak usah menanyakan apa maksudku, jawab saja pertanyaan yang kuajukan ini!" "Manusia muka dingin, dengan berdasarkan apakah engkau mengutarakan tuduhan tersebut?"' "Bukankah engkau berasal dari satu marga dengan pemilik benteng maut?" "Apalagi engkau pernah membantu tengkorak maut gadungan untuk menghadapi diriku, meskipun engkau telah menganggap yang gadungan sebagai yang asli tapi jelas sudah menunjukkan kalau engkau memang bermaksud untuk membantu dirinya, hayo apa yang bisa kau katakan lagi?" Paras muka Ang nio cu menunjukkan perubahan yang sangat hebat, rupanya dia sangat terpengaruh oleh emosi yang bergejolak dalam dadanya, lama sekali baru katanya. "Maaf, aku tak bisa menerangkan soal ini kepadamu" "ooh, jadi engkau tak mau bicara?" Ucapan tersebut amat kasar dan sedikitpun tak sungkan2, kontan air muka Ang nio cu berubah hebat, akhirnya sambil menggigit ujung bibir katanya: "Manusia muka dingin, ketahuilah aku si nenek tua paling segan kalau digertak atau diancam dengan kekerasan" 919 "Digertak? Diancam? Hahhhahh.... haahh... haahhh.... haahh.. tak bisa kukatakan suatu gertakan atau ancaman sebab bila ingin kucabut jiwamu pada saat ini maka perbuatan itu bisa kulakukan dengan gampang seperti membalikkan telapak tangan sendiri, cuma aku tak ingin melakukannya sebab aku harus membuktikan dulu akan satu persoalan" "Mengapa begitu?" "Terus terang kuberitahukan kepadamu, .antara aku dan pemilik benteng maut sebetulnya terikat oleh suatu dendam yang tak bisa diselesaikan sebelum salah satu pihak mati binasa" Dengan terperanjatnya Ang nio cu mundur beberapa langkah kebelakang, akhirnya ia bersandar pada dahan pohon dan berdiri dengan tubuh lemas. Tapi hanya sebentar saja ia sudah berhasil menenangkan kembali hatinya, dengan suara dalam ucapnya: "Manusia muka dingin, memang dugaanmu tepat, aku mempunyai hubungan yang amat erat dengan pemilik benteng maut, sebab dia tak lain adalah adik kandungku sendiri, Nah Kalau ingin turun tangan, cepatlah lakukan" Paras muka Han siong Kie berubah hebat, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, teringat kematian yang menimpa anggota keluarganya, rasa benci dan dendam

berkecamuk didalam dadanya. Tanpa bisa dikendalikan lagi dia maju beberapa langkah kedepan, sepasang telapak tangannya disilangkan di depan dada kemudian perlahan2 diayun kemuka. Ang nio cu tetap tenang, sedikitpun tidak kelihatan takut ataujeri, ia tetap menatap anak muda itu tanpa berkedip. satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han siong Kie, ia tarik kembali tangannya dan mundur selangkah ke belakang. 920 "Manusia berwajah dingin, mengapa tidak kau lanjutkan seranganmu itu..?" serus Ang nio-cu dengan lantang. "suatu saat pasti akan kulakukan, tapi sekarang tidak. aku tak ingin menghadapi seseorang yang tak mampu melakukan perlawanan, akan kutunggu sampai tenaga dalammu pulih kembali" Dengan suatu pandangan yang penuh perasaan heran dan tak habis mengerti, Ang nio-cu menatap wajah Han siong Kie tanpa berkedip. ia tak mampu berkata2 kecuali memandang dengan mulut melongo. Dengan dingin Han siong Kie menyapu pula sekejap kearah perempuan tua itu akhirnya dia putar badan dan berlalu dari situ.. "Manusia berwajah dingin" tiba2 seseorang memanggil namanya dengan suara yang nyaring. Dengan hati terkejut anak muda itu berpaling kearah mana berasalnya suara itu, tampaklah seorang dara berkain cadar hitam berdiri kurang lebih tiga kaki di hadapannya. Gadis berkerudung itu tidak terlalu asing baginya, sebab orang itu tak lain adalah orang yang ada maksud, perempuan misterius itu. sebagaimana biasanya, kemunculan gadis yang serba misterius itu berarti pula dengan akan terjadinya suatu peristiwa yang luar biasa, maka anak muda ini segera maju sambil menyapa: "Nona, rupanya engkau yang telah datang" "Manusia berwajah dingin, sepantasnya kalau kupanggil engkau sebagai ciangbunjin sebab sebutan itu paling cocok untukmu" Han siong Kie tertawa jengah. 921 "Aih, nona pandai bergurau .... sampai sekarang aku mah belum secara resmi memimpin perguruan Thian Lam masa engkau sebut diriku sebagai ciangbunjin?" "Sekalipun secara resmi belum memangku jabatan, toh namanya sudah tercantum, bukankah begitu?" Han Sioog Kie tak ingin melayani pertanyaan tersebut lebih jauh, dia lantas alihkan pokok persoalan kemasalah yang lain,

katanya : "Aku rasa kehadiran nona ditempat ini pasti bukan tanpa sebab bukan? Boleh aku tahu apa tujuanmu?! "Tebakanmu memang tepat, aku datang dengan membawa tujuan, akan kusampaikan suatu berita penting kepadamu!" "Suatu berita penting?! "Benar, perlu kukabarkan kepadamn, kelima orang tiaoglo dari perguruanmn sedang menemui mara bahaya!" -ooo0d0w0oooJilid 25 BETAPA terperanjatnya Han Siong Kie setelah mendengar perkataan itu, cepat2 dia bertanya: Mereka telah menemui mara bahaya dimana ? Tee kun yang menjabat ketua perguruan saat ini telah masuk kedaratan Tionggoan diiringi dua puluh orang jago saktinya, dalam suatu bentrokan yang kemudian terjadi, kelima orang tianglo mu sndah terjatuh ketangan mereka. Sekarang mereka berada dimana? Kelima orang tianglo itu sedang berada dalam perjalanan menuju kemarkas besar perkumpulan Thian che-kau ! 922 "Lho...kok aneh?" seru Han Siong Kie keheranan, Kenapa kelima orang tianglo itu malahan dibawa ke markasnya perkumpulan Thian che kau, memang apa hubungannya mereka dengan pihak Thian lam? "Tee-kun dari istana Huan mo kiong saat ini telah bersekongkol dengan pihak Thian che kau untuk ber-sama2 menghadapi dirimu, dibekuknya kelima orang tianglo itu boleh dibilang hanya suatu pancingan belaka, boleh juga dibilang sebagai sandera, agar engkau terpaksa terjerumus kedalam perangkap mereka." Gemetar sekujur badan Han siong Kie menahan golakan emosi dalam hatinya, sinar matanya berubah jadi bengis dan napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, sekarang sudah jelaslah duduknya persoalan, tampaknya Tee-Kun yang sekarang masih ingin mempertahankan kedudukannya sebagai seorang ketua perguruan, maka mereka lebih suka bersekongkol dengan orang luar dari pada jabatannya dicopot dengan begitu saja. "Terima kasih banyak buat pemberitahuan dari nona,... aku akan segera berangkat." "Engkau akan pergi kemana?" "Mana lagi? Tentu saja markas besar perkumpulan Thian che kau untuk menolong orang" "Kan sudah kukatakan kepadamu tadi, bahwa mereka masih berada ditengah perjalanan" "Masih berada ditengah perjalanan?" ulang si anak muda itu dengan wajah tercengang. "Benar, saat ini mereka masih ada diperjalanan, Bila

engkau bermaksud untuk temukan mereka, maka berangkatlah kearah timur sejauh sepuluh li dengan melusuri jalan raya ini, kemudian berbeloklah menuju ke arah selatan, disitu akan kau temukan sebuah kereta kuda yang tertutup 923 terpal tebal, kelima orang tianglo tersebut berada dalam kereta itu, Cuma... sebelum engkau bertindak, terlebih dahulu ada sepatah dua patah kata hendak kusampaikan kepadamu dan aku harap engkau suka mengingatnya secara baik2" "Apa yang hendak nona katakan? silahkan kau utarakan.." "Engkau hanya boleh menolong orang, tapi dilarang keras untuk mencelakai jiwa orang" "Mengapa begitu?". "Jangan kau tanyakan mengapa harus begitu, cukup asal engkau ingat selalu akan perkataan tersebut, berhasil menyelamatkan orang2mu lebih baik cepatlah tinggalkan tempat itu, sebab kalau sampai kesusul pasukan besar yang berada dibelakang, sulitlah untuk dikatakan bagaimana akhir dari pertarungan itu" "Maksud nona, aku tak akan mampu menandingi kelihayan lawan?" "Begitulah yang kumaksudkan" Diam2 Han song Kie mendengus dingin, Lantas dalam keadaan begini ia tak suka banyak membantah, setelah menjura diapun berseru: "Bantuan yang diberikan nona dan ibu nona sudah terlampau banyak. suatu ketika budi kebaikan ini pasti akan kubayar, Nah untuk sementara waktu kita berpisah sampai disini saja, sampai ketemu lain kali" Kakinya segera menutul permukaan tanah dan berlalulah anak muda itu meninggalkan hutan tersebut. Ang nio cu yang masih berada disisi gelanggang hanya bisa berdiri dengan mata mendelong dan mulut melongo, mimpipun ia tak pernah menyangka kalau bocah yang bermuka dingin itu sebetuinya tak lain adalah bakal ciangbunjin dari istana HHuan mo kiong. 924 000dw00 BAB 51 MENANTI bayangan punggung dari Han siong Kie telah lenyap dari pandangan mata, orang yang ada maksud baru melangkah maju kedepan dan menghampiri Ang nio- cu yang masih berdiri tertegun. pada waktu itu luka dalam yang diderita Tonghong Leng belum sembuh betul2, ketika dilihatnya orang yang ada maksud menghampiri dirinya, kontan saja paras mukanya berubah hebat, cepat ia menegur: "Hey bocah perempuan, apa yang hendak engkau lakukan

?" orang yang ada maksud tersenyum, kemudian dengan suara yang amat lirih dia membisikkan sesuatu... Paras muka Ang nio-cu berubah hebat, menanti orang yang ada maksud telah menyelesaikan kata2nya, diu baru berkata dengan penuh perasaan emosi. "oooh.. Rupanya sudah terjadi peristiwa sebesar ini? Aaai.. memang sudah terlalu lama aku hidup mengasingkan diri, sungguh tak kusangka telah terjadi peristiwa sedahsyat itu, baik serahkan saja semua persoalan itu kepadaku, nah susullah dirinya sekarang juga agar tak sampai terjadi sesuatu, aku berangkat kemudian" orang yang ada maksud tidak membuang waktu lagi, selesai memberi hormat dia lantas menutulkan ujung kakinya ke atas tanah dan segera berlalu dari sana. Ang nio cu sendiri segera mengambil keluar dua biji obat dan menelannya kedalam perut, kemudian sambil menahan rasa sakit yang masih dideritanya, selangkah demi selangkah dia keluar dari hutan itu. 925 sementara itu, dipihak lain Han siong Kie sedang melakukan perjalanan dengan cepatnya menelusuri jalan raya seperti apa yang ditunjukkan gadis misterius itu. Hawa napsu membunuh yang amat tebat telah menyelimuti seluruh wajahnya, ia tak mengira kalau Tee Kun yang sekarang begitu berani melanggar pantangan perguruan serta melakukan perbuatan yang terkutuk itu. Per-tama2 dia sudah mengutus jago2 silatnya masuk kedaratan Tionggoan untuk mencari sari perawan gadis2 persilatan untuk melatih ilmu Tui hun kang yang terlarang, perbuatan ini sudah cukup diancam dengan hukuman mati, dan sekarang secara terbuka berani bersekongkol dengan perkumpulan Thian che kau untuk mencelakai tianglo perguruan serta bakal ketua perguruannya, tindakan ini semakin merupakan suatu perbuatan yang amat berdosa. Dalam hati anak muda itu segera mengambil keputusan untuk melakukan pembersihan terhadap oknum2 yang berkhianat itu, agar perguruannya bersih dari unsur2 jahat dan membangun kembali kejayaan perguruannya. sepuluh li ditempuh dalam waktu yang amat singkat, hanya sebentar saja dia sudah tiba ditempat yang dimaksudkan. Jauh didepan sana, ia lihat debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa, tampaklah sebuah kereta kuda sedang dilarikan dengan kencangnya menelusuri jalan raya itu. Kereta itu sangat sederhana dan bentuknya umum sekali seperti kereta2 yang lain, andaikata tiada petunjuk dari orang yang ada maksud, mungkin dia sendiripun tak akan menyangka kalau kelima orang tianglonya sedang disekap dalam kereta tersebut.

Cepat dia menutulkan ujung kakinya keatas permukaan tanah dan melayang kedepan melampaui kereta itu, kemudian dengan suatu gerakan yang sangat cepat pula meluncur turun 926 keatas permukaan tanah dan menghadang jalan pergi kereta itu. Kemunculan seorang penghadang didepan mata sangat mengejutkan kedua ekor kuda penghela itu, sambil meringkik panjang ke dua ekor kuda itu segera mengangkat kaki depannya keudara. Untung kusirnya cukup cekatan dan tidak ikut panik dibuatnya, sambil membentak keras ia tarik tali les kudanya sehingga kuda- kuda itupun berhenti berlari. Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Han siong Kie menyapu sekejap isi sang kereta yang tertutup rapat itu, kemudian baru mengawasi sang kusir itu. sang kusir memakai mantel warna hitam dengan sebuah topi lebar yang hampir menutupi sebagian wajahnya, pada waktu itu ia sedang menengadah seraya mengawasi penghadangnya. Tapi begitu mengetahui siapa kah orang itu, paras mukanya kontan berubah hebat, dengan pandangan ketakutan ia menegur dengan suara berat: "siapa engkau? Apt maksudmu menghadang jalan pergi kami?" "Heehhh heehhh heeehhh....aku hanya ingin tahu siapa yang berada dalam kereta ini??" "Tentang soal ini.. tentang soal ini.. aku rasa sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dirimu bukan?" "HHmm Aku tanya siapa yang berada dalam kereta ini??" "Anggota keluarga majikan kami". "Buka pintu kereta ini" "saudara, sebenarnya apa maksud dan tujuanmu?" seru kusir itu dengan wajah semakin berubah. 927 "Tiada maksud apa2, aku hanya minta kepadamu agar membuka pintu kereta ini" "saudara, sebenarnya engkau adalah sahabat dari golongan mana? Bila engkau membutuhkan sesuatu, katakan saja Majikan kami paling royal dan gemar bersahabat, berapa saja yang kau minta pastilah...." "Heehhh... heehhh... heehh.. engkau tak usah berlagak pilon lagi dihadapanku, manusia bedebah Penghianat perguruan, hayo jawab, bukankah isi kereta ini adalah kelima orang tianglo pergururan Thian lam?" Kiranya Han siong Kie berhasil memecahkan penyaruan dari kusir itu, rupanya orang itu tak lebih hanyalah penyaruan dari salah seorang pengawal baju kuning istana Huan mo-kiong, sebab dari tahi lalat yang berada diatas jidatnya ia telah kenali

orang itu sebagai salah satu diantara pengawal2 baju kuning yang pernah dijumpainya belum lama berselang.. setelah mengetahui bahwa hasil penyamarannya ketahuan, pengawal baju kuniag itupun segera bangkit berdiri dan melepaskan topi lebar yang menutupi wajahnya, kemudian sambil berdiri diatas kereta serunya sambil tertawa dingin: "Ucapaamu memang tidak keliru, isi kereta ini memang kelima orang tianglo dari istana Huan mo kiong, lantas apa yang hendak kau lakukan..?" "satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han siong Kie, setelah mengetahui bahwa pihak lawan tak lebih hanya seorang anggota perguruannya, dalam hati dia segera mengambil keputusan untuk membasminya dari muka bumi. sambil menarik muka segera tegurnya: "Engkau sudah tahu siapakah aku ini?" Pengawal baju kuning yang menyaru sebagai kusir itu tampak agak tertegun, kemudian sahutnya: "Bukankah engkau adalah manusia berwajah dingin?" 928 "Aku maksudkan.. kau sudah tahu belum akan kedudukanku yang sebenarnya dihadapanmu..?" "Kedudukanmu? " "Benar" "Kan engkau belum menjelaskan, darimana aku bisa tahu akan kedudukanmu yang sebenarnya?" Dari dalam sakunya perlahan2 Han siong Kie ambil keluar lencana mutiara ok kui kiu pay tersebut, kemudian diperlihatkan kepada lawannya. Kontan saja air muka pengawal baju kuning itu berubah jadi pucat pias seperti mayat, dengan sempoyongan dia mundur beberapa langkah kearah belakang. Kontan saja air muka pengawal baju kuning itu berubah jadi pucat pias seperti mayat, dengan sempoyongan dia mundur beberapa langkah kearah belakang. "Tentunya sekarang engkau sudah tahu bukan siapakah aku ini? ucap Han Siong Kie lagi sambil tertawa dingin. Pengawal baju kuning itu tetap membungkam, sementara sorot matanya dengan tajam mengawasi sekejap sekitar gelanggang dengan pandangan jelalatan.. Melihat pengawal itu tak mau berlutut untuk memberi hormai, hawa napsu membunuh semakin tebal menyelimuti wajab Han Siong Kie, dengaa suara rendah ia laatas menghardik: "Setelah bertemu dengan lencana kehormatan, mengapa engkau tidak berlutut..? Hmm! Tampaknya engkau memang sudah bosan hidup!" Sskali lagi pengawal baju kuning itu berdiri dengan tubuh gemetar keras, keringat mulai mengucur keluar membasahi ujung hidungnya.

929 Di saat2 yang amat kritis itulah mendadak terdengar ujung baju tersampok angin, menyusul mana muncullah puluhan sosok bayangan manusia yang langsung mengepung rapat sekeliling kereta kuda itu, tampaknya selain kusir kereta, secara diam2 kereta ini dilindungi pula oleh belasan orang jago lihay. Dalam waktu singkat suasana berubah jadi tegang, setiap orang berdiri dengan kesiap siagaan, tak seorangpun yang buka suara memecahkan kesunyian tersebut. Dengan pandangan dingin Han Siong Kie menyapu sekejap kwanan Jago yang mengepung dirinya itu, kemudian setelah menyimpan kembali tanda lencana Ok-kui cu-pay itu kedalam sakunya, ia menuding kearah pengawal baju kuning tadi, kemudian katanya: Engkau telah melanggar peraturan, maka sesuai dengan paraturan yang berlaku dalam perguruan kesalahan tersebut haruslah dijatuhi dengan hukuman mati!" Bersamaan dengan diucapkannya kata yang terakhir, telapak tangannya segera diayun kedepan, dengan taktik "menghisap" dari ilmu telapak Mo mo ciang hoat ia menghisap tubuh penghianat tersebut, untuk kemudian menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Pengawal baju kuning itu tampak ketakutan setengah mati, sebelum ia sempat berbuat sesuatu, tahu2 segulung daya hisapan yang sangat kuat telah membetot badan pengawal itu sampai sempoyongan maju kedepan. Tampaknya pengawal itu bakal mampus di ujung telapak lawan, disaat yang kritis itulah mendadak horden kereta tersingkap, menyusul tenaga hisapan itu lenyap tak berbekas dengan begitu saja. 930 Dengan terjadinya peristiwa tersebut, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han Siong Kie, dia tahu pastilah ada seseorang jago tangguh yang bersembunyi di dalam kereta itu. Pada saat dia tertegun karena pukulannya terhadang itulah, ber-puluh2 buah desingan-tajam yang membawa hawa pukutan dahsyat serta sambaran senjata rahasia berhamburan datang dari dua arah dibelakang tubuhnya, pukulan2 itu langsung ditujukan ke tubuhnya. Cepat Han Siong Kie bertindak membela, sepasang telapak tangannya diputar sedemikian rupa melancarkan pukulan2 bergelombang yang sangat mengerikan, dalam waktu singkat semua ancaman yang tiba serta sambaran senjata rahasia yang tajam dapat terhalau semua hingga mencelat balik kebelakang. Menggunakan kesempatan yang sangat baik inilah,

pengawal baju kuning tadi ayunkan cambuknya dan membedal kedua ekor kudanya untuk kabur dari situ diiringi suatu ringkikan kuda yang amat ramai, kabur lah kereta kuda itu menuju kedepan. Betapa gusarnya Han Siong Kie menyaksikan kejadian itu, telapak tangannya kembali diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat. Dua kali pekikan nyaring yang memilukan hati berkumandang membelah angkasa, dua ekor kuda penghela kereta tersebut sudah termakan oleh pukulan yang maha dahsyat itu hingga terjengkang dengan kepala hancur. Dengan matinya dua ekor binatang penghela itu dengan sendirinya kereta itu pun tak mampu meneruskan usahanya untuk kabur. Cepat pengawal baju kuning itu loncat bangun dari kursi kusirnya, kemudisn melarikan diri menuju ketengah kerumunan kawanan jago lainnya. 931 "Penghianat! Mau kabur kemana engkau? bentak Han Siong Kie dengan penuh kegusaran. "Hayo serahkan nyawamu" Baru saja Pengawal baju kuning itu bangkit dan lompat ke udara. satu bentakan nyaring telah menggelegar memecahkan kesunyian, menyusul mana suatu jerit kesakitan yang mengerikan menggema dludara, darah segar berhamburan ke mana2 dan robohlah jagoan tersebut dengan tubuh tertembus sampai berlubang. Kiranya disaat yang terakhir itulah Han siong Kie telah menyergap lawannya dengar ilmu Tong kim ci yang lihay, tentu saja pengawal baju kuning itu tak kuasa menahan diri hingga binasalah jagoan tersebut. Demontrasi kepandaian silat ini cukup menggetarkan hati siapapun yang menyaksikan, diam2 kawanan jago yang berkumpul diseputar gelanggang merasakan hatinya bergidik. Menyadari betapa lihay dan tangguhnya si anak muda itu, secara beruntun dua gumpalan bola api warna merah dilepaskan ke udara, yang mana segera meledak sesudah berada di angkasa. Han siong Kle mendengus sinis, dia tahu kawanan jago itu sedang melepaskan tanda bahaya dan mohon bantuan. Sebelum anak muda itu bertindak lebih jauh, terdengar suara gemerincingnya suara besi yang saling beradu, kiranya kawanan jago yang berkumpul disekitar situ sama2 telah cabut keluar senjata tajam masing2 dan siap bertempur. Han siong kie mendengus dingin, ia tak pandang sebelah matapun terhadap kawanan jago lihay yang mengepung dirinya, selangkah demi selangkah dia maju kedepan menghampiri kereta kuda itu, kemudian sekali ayun dia hantam kereta tersebut keras2.

932 Tapi ketika pukulan itu sudah mencapai tengah jalan. tiba2 pemuda itu batalkan kembali niatnya, dia merasa pukulan itu percuma saja dan sama sekali tak ada gunanya, sebab kelima orang tianglooya yang disekap dalam kereta pasti sudah tertotok jalan darahnya hingga tak bisa berkutik, bila dia menyerang secara gegabah bukankah itu berarti hanya akan membahayakan jiwa mereka saja? Baru saja Han siong Kie tarik kembali serangannya, mendadak segulung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya telah menyergap tiba, pukulan itu sangat keras bagaikan segulung ombak yang terhembus angin puyuh. Anak mauch itu mendengus dingin, tanpa berpaling barang sekejappun, dia putar telapak tangannya kemudian menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. "Blang...." Terjadilah benturan keras yang memekikkan telinga, termakan oleh gulungan angin pukulan yang cukup keras itu hampir saja Han siong Kie mundur dengan sempoyongan. Betapa terkejutnya sianak muda itu, Cepat dia berpaling, tampaklah seorang tampan yang agak berwajah bengis sedang berdiri dihadapan mukanya .... sekilas pandangan saja, Han siong Kie telah mengenali siapakah orang itu, kontan ia tertawa dingin seraya menegur: "Heehhh heehhh heehhh Yu Sau kun Memangnya engkau datang kemari untuk menghantarkan kematianmu? " Memang tak salah, pemuda yang baru saja munculkan diri itu tak lain tak bukan adalah Yu sau kun, ketua muda dari perkumpulan Thian che kau. Yu sau kun segera balas mengejek dengan suara yang tak kalah dinginnya: "Hmm Manusia berwajah dingin, engkau tak usah tekebur dan berlagak sok disini, ketahuilah hari ini engkau sudah 933 terkepung walaupun punya sayappun jangan harap bisa lolos dari tempat ini dalam keadaan selamat" Berbareng dengan selesainya ucapan itu, sepasang telapak tangannya segera digosok lalu direntangkan kedepan, beberapa gerakan tersebut dilakukan dengan sangat cepatnya. Han siong Kle menberikan pula reaksi yang tak kalah cepatnya, sebelum sepasang telapak tangan lawan sempat saling merapat satu sama lainnya. dia telah sadar bahwa anak muda itu hendak mengeluarkan kepandaian anehnya untuk menghilangkan kekuatan orang. Ia jadi cemas dan gelisah, tentu saja anak muda itu tak sudi memberi kesempatan kepada lawannya untuk melumpuhkan kekuatannya, sebelum pihak lawan sempat

bertindak. dia telah mendahului dengan melepaskan pula sebuah pukulan keras. "Blaang" kembali terjadi bentutan keras terdengar satu jeritan kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian. Dengan sempoyongan Yu sau kun mundur sampai beberapa kaki jauhnya, darah kental mulai meleleh keluar membasahi ujung bibirnya. Han siong Kie memburu kedepan, ditatapnya sekejap anak muda itu lalu dia mengejek kembali: Yu Sau kun, saat kematianmu sudah tiba, ber-siap21ah untuk berangkat ke Akhirat!" Diiringi suatu bentakan nyaring sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan. gulungan angin pukulan yang amat dahsyat pun segera memancar kemuka dan menggulung tubuh lawan. Jerit keras menggema dari empat penjuru kawanan jago yang berkumpul disitu pada panik semua, namun tak seorang pun yang bisa berbuat apa2.. 934 Jangan kau lukai dia disaat yang paling kritis itulah, mendadak terdengar bentakan keras msnggema memecahkan kesunyian. Bersamaan deogan menggemanya suara bentakan tersebut, tiba2 horden kereta tersingkap, menyusul segulung angin pukulan yang amat keras langsung menggulung kearah angin pukulan yang sedang dilepaskan Han Siong Kie.. "Duuk..blang..!" suatu benturan kerae kcmbali terjadi, kali ini Han Siong Kie kena tergetar sampai mundur satu langkah lebar kebelakang. Seorang perempuan cantik berusia pertengahan dengan langkah yang amat santai perlahan2 munculkan diri dari balik ruang kereta, air mukanya kaku dan sedikit pun tidak membawa emosi, dengan suatu pandangan yang dingin ia menatap wajah Han Siong Kie tanpa berkedip. Anak muda itu berdiri kaku dengan muka berubah hebat, hatinya terasa amat sakit bagaikan di sayat2 dengan pisau tajam, tubuh perempuan cantik setengah baya itu tak lain adalah ibunya sendiri, Siang go cantik Ong Cui Ing adanya. Tak kuasa lagi dia mundur beberapa langkah kebelakacg dengan sempoyongan, mukanya berkerut kencang dan sebisa mungkin dia berusaha menahan pukulan batin yang dideritanya. Sementara dia masih berdiri dengan wajah tertegun, Siang go cantik Ong Cui Ing telah berkata dengan suara dingin menyeramkan : "Hey, manusia berwajah dingin, ini hari kaucu hujinmu tak nanti akan biarkan engkau lolos dari sini dalam keadaaan selamat..!" Ucapan itu semakin menyayat perasaan Han Siong Kie,

pukulan batin yang dideritanya pada saat ini telah msnghapus 935 lenyap peringatan yang pernah diberikan Orang yang ada maksud kepadanya, Dia lupa kalau dirinya telah diperingatkan agar jangan melukai orang dan cepat2 membawa kabur kelima orang tianglonya. Kini yang tercekam dalam benaknya yang satu ingatan yaitu membunuh, dia merasa hanya darah segar yang mengalir dari tubuh orang lain saja yang mampu menenangkan perasaan hatinya ini... Maka diapun bergerak maju kedepan, sasarannya yang terutama adalah ketua muda dari Perkumpulan Thian che kau, yaitu Yu sau kun Demikianlah, begitu ucapan siang go cantik ong ciu ing baru selesai diutarakan keluar, tiba2 si anak muda itu menyergap maju kedepan, secepat sambaran kilat jari tangannya ditusuk kedepan melepaskan ber-puluh2 buah serangan jari yang tajam, seluruh serangan maut itu tertuju kearah Yu sau kun yang berdiri disamping gelanggang. Padahal pada waktu itu Yu sau kun sedang menderita luka parah, dalam keadaan begitu gerak tubuhnya jadi lebih lamban dari keadaan dihari2 biasa, tampaknya dia tak bisa menghindarkan diri lagi. serangan mematikan yang dilancarkan secara tiba2 ini jauh diluar dugaan siapapun juga, sebab semua orang tak mengira kalau anak muda itu bukannya melancarkan serangan ke arah Kau-cu hujin sebaliknya malah menyergap Yu sau kun yang sudah terluka parah. Bayangan manusia berkelebat lewat didepan mata, menyusul seorang berseru tertahan. Dengan wajah pucat pias bagaikan mayat, Siang go cantik ong Cui ing berdiri dengan sempoyongan.. Rupanya disaat yang amat kritis itulah, berhubung tak sempat memberikan pertolongan lagi, maka perempuan itu 936 segera berkelebat kedepan dan menyambut serangan jari lawan yang sangat keras itu dengan tubuhnya sendiri Kejadian ini di luar dugaan Han siong Kie, untuk sesaat ia jadi menjublak dengan mata melotot besar, sementara mulutnya bergumam seperti orang sedang mengigau: "ooh.. ayah, sukmamu di alam baka pasti lebih tahu,janganlah menganggap putramu tidak berbakti.." Ucapan itu sangat lirih, tak seorangpun diantara kawanan jago yang berada disana dapat menangkap ucapan itu dan lagi sekalipun mendengar juga tak ada yang tahu artinya sebab tak seorang pun yang mengetahui asal usul anak muda ini. Hanya Siang go Cantik Ong Cui ing seorang yang mengerti akan bisikan tersebut paras mukanya kontan berubah hebat,

secara beruntun dia mundur lagi beberapa langkah kebelakang. Dengan menahan melelehnya air mata yang membasahi wajahnya, Han Siong Kie menjadi nekad tiba2 sepasang telapak tangannya dilontarkan kembali kearah depan. Walaupun serangan itu sangat hebat bagaimanapun juga perempuan itu adalab ibunya sendiri, ketika serangan sampai ditengah jalan ia jadi tak tega, hingga tak kuasa lagi dia tarik kembali tujuh bagian tenaga pukulannya itu. Selama pertarungan berlangsung Siang go cantik Ong Cui ing selalu menyembunyikan lengan kanannya dibalik ujung bajunya yang locggar, dia hanya melayani serangan lawan dengan telapak tangan kirinya. Blaang!" sebuah benturan keras kembali terjadi, sambil mendengus tertahan Siang go cantik Ong Cui ing mundur satu kaki kebelakang dengan sempoyongan. Bentakan bentakan nyaring segera berkumandang dari empat penjuru, beberapa buah pedang dengan disertai 937 desiran tajam serentak bergerak kedepan menyergap tubuh Han Siong Kie. Pada saat itu kemarahan si anak muda itu sudah mencapai pada puncaknya, hawa napsu untuk membunuh menyelimuti seluruh benaknya, ketika merasakan datangnya ancaman pedang, cepat dia putar badan sambil melepaskan serangan telapak tangan dan serangan jari secara berbareng, desiran2 tajam langsung menyergap kearah kawanan jago dari Thian che kau yang sedang menyergap datang itu. Dalam waktu singkat jerit kesakitan berkumandang saling susul menyusul, darah dan kutungan badan berhamburan dimana-mana. Hanya sebentar saja mayat sudah bergelimpangan disanasini, keadaan betu!2 berubah sangat mengerikan. Han Sioag Kie sudah mendekati kekalapan yang melintas dalam benaknya saat ini hanyalah membunuh, membunuh siapa saja yang dijumpainya... Yang celaka tentu saja kawanan jago dari Thian che-kau, mereka jadi sasaran pelampiasan hawa napsn membunuhnya, siapa pun yang ditemui segera dibantai secara sadis.. darah telah berceceran menodai seluruh permukaan tanah, keadaan jadi begitu seram dan ngeri.. Akhirnya pembantaian itupun berhenti, seluruh jago yang hadir dalam gelanggang telah terbabat habis, yang masih hidup kini tinggal siang go cantik ong ciu Ing serta Yu sau kun dua orang. Dengan badan yang kotor karena penuh berlepotan darah Han siong Kle melangkah maju kedepan, hawa napsu membunuhnya masih jelas menyelimuti wajahnya, selangkah demi selangkah ia maju ke depan menghampiri Yu sau kun

yang sedang berdiri dengan muka pucat pias. 938 "Manusia berwajah dingin, apa yang hendak kau lakukan..?" bentak siang go cantik ong Cui ing dengan suara keras. "Mau apa lagi? Heehh... heehh... heehh... tentu saja mau membunuh orang . . " "Engkau tak ingin menolong rekan2mu?" "Tentu saja harus kutolong jiwa mereka, tapi akupun akan membunuh orang.." "Kalau tidak kau lakukan pertolongan itu sekarang juga, sebentar engkau akan menyesal" Han siong Kle tertegun dan untuk sesaat tak mampu berkata2, ia tak menyangka dalam keadaan seperti ini ibunya dapat mengucapkan kata2 tersebut. Tapi sesaat kemudian ia sudah mendengus dingia seraya berkata: "Kau-cu hujin yang terhormat,aku tahu engkau sangat menyayangi putramu, bukankah engkau takut kalau aku sampai mencelakai putra kesayanganmu itu..? Haahhh.... haahhh..haahhh...." Pilu amat gelak tertawa itu, bukan saja penuh mengandung rasa benci yang tak terhingga bahkan membawa pula suara sindiran tajam. Dengan suatu gerakan yang cepat sianggo cantik ong cui ing bergerak maju ke depan dan menghadang didepan tubuh Yu sau kun, kembali bentaknya keras. "Han siong Kie, lebih baik cepat tolonglah rekanmu dan segera tinggalkan tempat ini" "Akupasti akan menolong rekanku dan berlalu dari sini, tapi setelah kubinasakan dulu dirinya" sembari berkata selangkah demi selangkah dia masih maju terus kedepan, sekarang mukanya sudah berubah jadi 939 mengerikan, begitu tebal hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya bikin hati orang jadi bergidik. "lbu, ijinkanlah aku untuk beradu jiwa dengan bedebah itu" teriak ketua muda Thian che kau dengan nada penasaran. Dengan langkah sempoyongan dia berusaha untuk bergerak maju kedepan, Tapi siang go cantik ong cui ing bertindak lebih cepat, kembali dia menghadang jalan pergi anak muda ini seraya berkata: "Kunji, jangan bertindak gegabah" Betapa pedih dan sakitnya hati Han siong Kie, ia merasa dunia serasa kosong jadinya secara tiba2, dari sikap ibunya itu dia tahu bahwa ong cui ing lebih sayang terhadap putra keduanya ini daripada terhadap dirinya. Tekanan batin ini membuat hawa napsu membunuhnya semakin tebal.

Meskipun ia sudah nekad untuk melakukan pembunuhan, akan tetapi ia belum tega untuk membinasakan ibunya sendiri, tentu saja perasaan ini lain bila ditujukan terhadap Yu sau kun, ia menganggap bocah itu sebagai putra ibunya dengan lelaki lain, maka dia bertekad untuk melenyapkan dari muka bumi. Hijau membesi selembar wajah siang go cantik ong cui ing, dengan suara gemetar serunya keras: "Engkau tak boleh membinasakan dirinya" "Kenapa tak boleh?" "Tidak..tidak boleh, engkau tak usah tahu, pokoknya dia tak boleh kau bunuh" secara tiba2 Han siong Kie jadi teringat akan sesutatu peristiwa, waktu itu dia sedang mengebumikan jenasah gurunya yakni Mo tiong ci mo, tiba2 Yu sau kun munculkan 940 diri dan dia bermaksud membinasakan anak muda itu, tapi orang yang ada maksud telah menghalangi perbuatannya itu. satu ingatan cepat melintas dalam benaknya, ia merasa di balik kejadian itu tentu tersembunyi hal-hal yang tidak beres, cuma ia tak mau pikirkan persoalan tersebut dalam keadaan begini. Dengan napsu membunuh yang lebih tebal menyelimuti wajahnya, kembali pemuda itu maju ke depan. Jarak antara kedua belah pihak kian lama kian bertambah dekat, akhirnya selisih jarak kedua belah pihak tinggal lima depa saja. Pada detik itulah mendadak siang go cantik ong cui ing putar badannya sambil melancarkan sebuah totokan, Yu sau kun segera berseru tertahan dan roboh terkapar diatas tanah. Tindakan secara tiba2 yang dilakukan ong Ciu ing ini sama sekali diluar dugaan Han siong Kie, untuk sesaat dia jadi tertegun tak mampu ber-kata2. sebelum ingatan kedua sempat melintas dalam benaknya, secepat kilat siang go cantik ong Ciu ing telah menyambar Yu sau kun yang tertotok itu dan mundur satu kaki jauhnya dari tempat semula, dua titik air mata tampak membasahi pipinya, dengan suara gemetar dia berbisik, "Nak...." Han siong Kie gemetar keras, ia merasa panggilan tersebut sangat dikenal olehnya, hanya dia lupa dimanakah suara itupernah didengar olehnya, setelah tertegun sejenak, segera sahutnya dengan gemas: "Engkau tak usah memanggil diriku dengan sebutan tersebut, aku bukan anakmu" Tampaknya siang go cantik ong Ciu ing berusaha keras untuk mengendalikan emosi dihatinya, dengan suara yang lebih rendah kembali dia berseru: "Nak, kau.." 941

"Jangan kau anggap dengan panggilanmu itu maka aku lantas membatalkan niatku untuk membunuh engkau, Hmm Kalau engkau berpendapat demikian maka kelirulah pandanganmu itu" "Engkau tak akan memahami perasaan hatiku, tapi suatu ketika engkau akan mengerti bagaimanakah diriku ini" Pada hakekatnya perempuan itu adalah ibu kandungnya sendiri, meskipun ia membenci ibunya yang kejam melebihi ular berbisa ini.. namun bagaimanapun juga perasaan kasih antara anak dan ibu masih ada. Maka sambil menahan melelehnya air mata yang membasahi pipinya, ia menggigit bibir sambil berkata: "Ucapanmu memang tak salah, aku tak akan paham, selamanya tak akan paham.." "Eng kau tahu siapakah pemuda ini?" "Bukankah dia adalah putra kesayangan nyonya? Ketua muda dari Thian che kau yang bernama Yu sau kun?" "Keliru besar, dia bukan she Yu, semestinya dia bernama Thio sau kun" "Hmm Lalu apa bedanya antara she Thio dan she Yu? Toh yang pasti dia adalah putra kesayangan nyonya?" "Nak, engkau keliru besar, dia bukan anakku, dia adalah keturunan dari susiokmu Telapak naga beracun Thio Lin.." Apa..? Dia adaiah patra kandung Thio Susiok..? teriak Han Siong Kie dengan suara gemetar, secara beruntun dia mundur tiga langkah ke belakang dengan perasaan terperanjat. "Benar. dia adalab putra susiokmu!" Telapak naga beracun Thio Lin telah selamatkan jiwanya dan mendidiknya hingga menjadi dewasa, budi kebaikan ini 942 boleh dibilang melebihi tingginya bukit karang, seandainya Yu Sau kun benar2 adalah putra kandung susioknya, itu berarti dia pantas membayar segala hutang budi tersebut kepada putranya ini. Tapi.. dapat di percayakah perkataannya ini? Waktu itu dia masih bsrusia dua tahun, bukankah Thio susiok parnah berkata bahwa putranya telah mati dibantai musuh? Atau mungkin perempuaa ini sengaja mengarang suatu cerita yang mengejutkan hati ini demi selamatkan jiwanya? Untuk sesaat, pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, lama sekali dia termenung memikirkan soal itu.. Akhirnya dia bertanya: "Sungguhkah dia adaiah keturunan dari Thio susiok? Nak, masa aku membohongi dirimu..?" "Tapi . bukankah putra Thio susiok telah mati pada lima belas tahun berselang? "Tidak. dia sama sekali tidak mati!"

"Siapa yang membuktikan bahwa dia tidak mati? "Aku .! Akulah yang membuktikan!" Hmm..! Han Siong Kie tertawa dingin. Engkau anggap aku bisa mempercayai perkataan itu? "Mau percaya atau tidak terserah pada dirimu, pokoknya apa yang kuucapkan adalah suatu kenyataan!" Masa dia bukan putra kandung dari ketua Thian che kau? "Bukan! Tapi dia sudah dianggap bagaikan putra kandung sendiri oleh ketua Thian che kau!" 943 "Haaahhh haahhh haahhh.. engkau hendak coba melindungi keselamatan jiwanya dengan kata2mu? ejek sang pemuda sambil tertawa keras, tertawa penuh sindiran. Siang go Cantik ong Cui ing menengadah dan ikut tertawa ter bahak2, suara tertawanya jauh lebih keras dan memilukan hati. "Nak" katanya kemudian, "seandainya kelima orang tianglo itu sudah tertotok jalan darahnya oleh suatu ilmu totokan yang khas dari pemilik benteng maut seperti apa yang kau alami tempo dulu, dan tiada orang lain yang sanggup membebaskannya kecuali aku, dapatkah kutawarkan bantuanku ini sebagai pertukaran dengan selembar jiwanya?" Berdebarlah jantung Han siong Kie sesudah mendengar perkataan itu, tentu saja ia tak dapat mengorbankan jiwa kelima orang tianglonya demi seorang pemuda lain, untuk sesaat hatinya jadi ragu dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Dia mulai berpikir, darimana perempuan ini bisa tahu kalau mereka berlima sudah tertotok oleh ilmu totokan yang khas dari pemilik benteng maut? Atau jangan2 antara perkumpulan Thian che-kau dengan benteng maut benar2 mempunyai hubungan yang erat ? Berpikir sampai disini, dia lantas membentak dengan suara nyaring: "Benarkah perkumpulan Thian che kau mempunyai hubungan yang erat dengan benteng maut?" "sekarang aku tak akan menjawab pertanyaanmu itu" sahut ong Cui ing dengan dingin, "toh dikemudian hari engkau bakal mengetahui dengan sendirinya" "Jadi engkau telah mengakui bahwa antara kedua kelompok kekuatan ini sebenarnya mempunyai hubungan yang erat?" 944 "Tidak " sahut perempuan itu dengan tegas. "Dan sekarang engkau akan menggunakan kelima orang tianglo itu sebagai pertukaran syarat dengan aku?" "Aku sama sekali tidak bermaksud demikian, sebab itu tak perlu bagiku.."

-000dw000BAB 52 HAN SIONG KIE jadi tercengang dan tidak habis mengerti, dia tak tahu apa maksud dan tujuan yang sebetulnya dari perempuan itu. setelah ter mangu2 sebentar, akhirnya dia bertanya lagi: "Apakah dia pribadi tahu kalau sebenarnya dia adalah keturunan dari Thio susiok?" "Tentu saja tidak tahu" "Kenapa tidak tahu...?" "sebab waktunya yang baik belum tiba, kalau dia tahu akan persoalan ini maka lebih banyak kerugian dari pada keuntungan " Han siong Kie makin tercengang dan kebingungan lagi, dengan jelas ia telah merasakan bagaimana perempuan itu sudah tidak menganggap dirinya sebagai anak, bahkan beberapa kali berusaha untuk mencabut jiwanya, tapi sekarang setelah in terluka, tiba-tiba saja sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat,jangan2 dia memang... Mendadak dari kejauhan berkumandang suara ujung baju tersampok angin, agaknya ada belasan orang sedang melayang tiba dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Paras muka Han siong Kie kontan berubah, hawa napsu membunuh kembali menyelimuti wajahnya. 945 Air muka siang go cantik ong Cui ing sendiripun berubah hebat, dengan gelisah dia berkata: "sambutlah dia, tapi jangan kau lukai, aku harus menyelamatkan jiwa kelima orang tianglo itu sekarang juga, kalau tidak maka tak ada kesempatan lagi dilain waktu" Berbicara sampai disini, dia lantas lemparkan tubuh Yusau kun ke dalam pelukan Han siong Kie, sementara dia sendiri segera menerjang masuk kedalam ruang kereta.. Dengan wajah tertegun dan mata terbelalak anak muda itu menerima tubuh Yu sau kun dan memeluknya tanpa sanggup berbuat sesuatu. siang go cantik ong Cui-ing sendiri segera menerobos masuk kedalam kereta, selang sesaat dia telah muncul kembali diikuti lima orang tianglo dibelakangnya. "Blaang.. kereta kuda itu dihajarnya sampai hancur berkeping-keping, sementara ong Cui ing berdiri ditengah bangkai kereta tersebut. Begitu keluar dari ruang kerata, lima orang tianglo itu segera memburu maju kedepan dan bersama2 memberi hormat kepada Han siong Kie seraya berkata: "Hamba berlima mengunjuk hormat untuk ciang bun suheng" "Tianglo sekalian tak perlu banyak adat" To It hui kepala tianglo segera maju dan berkala dengan penuh emosi.

"Ilmu silat yang kami berlima miliki sangat tak becus, hampir saja karena persoalan kami telah menimbulkan kejadian besar, harap ciangbun suheng sukalah ...." Ucapan itu sebelum selesai dlutarakan, tiba-tiba beberapa sosok bayangan manusia meluncur datang dengan cepatnya. Han siong Kie segera menyerahkan tubuh Yu Sau kun, ketua muda dari Thian che kau itu ketangan Liok Sau tan, 946 tianglo yang ke empat, kemudian selangkah demi selangkah maju kedepan menghampiri para pendatang. Melihat ciangbunjinnya sudah maju, lima orang tianglo lainnya segera berdiri beejajar di belakang tubuhnya. Dalam waktu singkat empat belas orang kakek tua berusia lima puluh tahunan telah munculkan diri ditengah gelanggang, mereka ada enam orang berjubah hijau dan delapan orang berjubah kuning. Dalam sekilas pandangan Han Siong Kie segera kenali mereka sebagai pengawal2 dari ciangbun Tee kun sekarang ini, darah panas langsung bergolak dalam dadanya. Sementara itu paras muka keempat belas orang pengawal istana Huan mo kiong juga berubah hebat setelah memandang sekejap keadaan dalam gelanggang tersebut. Mereka lihat mayat bergelimpangan di mana2, kereta hancur berserakan memenuhi permukaan tanah, bukan saja nyonya kaucu sudah terluka, bahkan sau kaucu tertawan pula, terutama kelima orang tianglonya yang berdiri dengan pandangan berapi sungguh menggidikan hati. Dengan sorot mata tajam Han siong Kte menyapu sekejap keempat belas pengawal itu, kepada To It hui tanyanya: "Apakah mereka semua adalah pengawal dari penghianat perguruan?" "Benar " jawab To It hui dengan hormat. Han siong Kie mendengus dingin, ditatapnya sekejap keempat belas orang pengawal itu, lalu dengan suara tegas dia berkata: "Apakah kalian semua rela menjadi penghianat2 perguruan..?" 947 Keempat belas orang pengawal itu saling berpandangan dengan mulut membungkam, tak seorangpun yang berani bersuara. Per-lahan2 dari dalam sakunya anak muda itu ambil keluar lencana ok kui cul-pay, kemudian diangkatnya tinggi2 keudara. Dengan wajah serius, kelima orang tianglo itu segera jatuhkan diri berlutut keatas tanah, setelah memberi hormat mereka mundur kebelakang dan berdiri dengan muka serius. Pucat pias selembar wajah orang2 itu, mereka sama2

menunjukkan muka kaget dan ketakutan, cuma tak seorangpun yang berlutut, sementara kepala mereka kerap kali berpalirg kebelakang se akan2 sedang menantikan sesuatu.. Air muka siang go cantik ong Cui ing menunjukkan pula perubahan serius, hanya tak tahu apa yang sedang ia pikirkan dalam hati ? Sambil menarik muka dan napsu membunuh menyelimuti wajahnya, Han Siong Kie berpaling dan memandang sekejap kearah kelima orang tianglonya, kemudian katanya dengan suara berat. "Ciangbun Tee kun perguruan Thian lam saat ini Wi It-beng telah melanggar peraturan cousu dengan melatih ilmu Tui hun kang, dosa ini sangat besar dan tak terampuni, selain itu dia berani menghianati perguruan dengan bersekongkol dengan pihak Thian che-kau untuk membunuh tianglo perguruannya sendiri, mengingat dosa2nya itu maka aku dengan mendapat perintah dari Tong Ceng, ketua perguruan yang lampau akan melakukan pembersihan atas penghianat2 tersebut dari perguruan" Ia berhenti sebentar, lalu sambil acungkan lencana kekuasaannya pemuda itu melanjutkan lebih jauh: 948 "Mulai hari ini Wi It-beng telah dicopot kedudukannya sebagai ketua perguruan, atas dosa2nya maka dia akan dihukum sesuai dengan peraturan perguruan yang berlaku" Pucat pias wajah empat belas pengawal keringat dingin telah mengucur keluar membasahi seluruh tubuh mereka . Han Siong Kie mendengus dingin, ia berpaling dan tanyanya lagi kepada kelima orang tianglo itu: Apa hukumannya jikalau ada anggota perguruan yang tidak berlutut aetelah melihat lencana mutiara ini ? "Hukuman mati!" jawab kelima orang tianglo itu hampir berbareng. Bagus. tianglo berlima ! Tunggu perintah! Tecu sekalian siap ! Laksanakan peraturan perguruan dengan tegas ! Tecu sekalian turut perintah ! Liok Sau wan tianglo keempat segera meletakkan tubuh Yu Sau-kun keatas tanah, kemudian ber-sama2 keempat orang rekannya memberi hormat kepada Han Siong Kie, dengan sekali tutulan mereka segera menerjang kearah empat belas orang pengawal itu dengan dahsyatnya. Suasana kontan tercekam dalam ketegangan, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh angkasa. Betapa ketakutannya keempat belas orang pergawal itu, mereka merasakan sukmanya se-akan2 sudah meninggalkan raga, tanpa sadar orang2 itu serentak mundur kebelakang. Suasana amat kritis dan tampaknya sejenak kemudian

suatu pertempuran sengit segera skan berkobar.. "Tee kun tiba ! tiba2 suatu bentakan nyaring bagaikan guntur yang menggelegar membelah angkasa, 949 Keempat belas orang psngawal yang sedang ketakutan segera menunjukkan wajah berseri,serentak mereka menyebarkan diri ke kedua belah samping. enam orang pengawal baju hijau bergeser ke sebelah kiri dan delapan orang pengawal baju kuning bergeser ke sebelah kanan. Agak tertegun kelima orang tianglo ini, tanpa sadar mereka te1ah menghentikan langkahnya. Han Siong Kie sendiripun diam2 merasakan jantungnya berdebar keras, ia tak tahu bagaimana jadinya nanti. Dua sosok bayangan manusia melayang masuk kedalam gelanggang dan berdiri di-depan dua baris pengawal2nya. Mereka adalah dua orang pria setengah baya yang berwajah amat jelek, rambutnya yang panjang berwarna kuning dengam mata hijau, hidungnya pesek sementara bibirnya tebal. Yang seorarg membawa senjata toya besi sedang yang lain bersenjatakan sepasang cakar emas, dari dua macam senjata yang di pakai dapatlah diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki kedua orang pria tersebut luar biasa sekali. Han sioog Kie tahu bahwa sebentar lagi Wi It beng bakal munculkan diri, cepat perintahnya kepada kelima orang tianglo iiu. "Harap kalian berlima mengundurkan diri lebih dahulu!" Lima orang tianglo itu segera menjura dan meagundurkan diri kebelakang. Paras muka Siang go cantik Ong Cui ing pun menunjukkan perubahan hebat, akan tetapi dia masih tetap berdiri tak berkutik di tempat semula. Dari tengah hutan di tepi jalan raya perlahan-lahan muncullah seorang kakek tua berjubah sutera dengan kopiah 950 terbuat dari emas, kakek tua itu langsung berjalan menuju ke tengah gelanggang. Ciangbun suheng, dialah yang bernama Wi It beng ! seru Seng Thian pau, tianglo kedua dengan cepat. Han Siong Kie mengangguk tanda mengerti, ditatapnya orang itu dengan sorot mata tajam. Sementara itu dengan langkah yang lambat tapi kenyataan sangat cepat sekali, kakek berkopiah emas itu berjalan masuk ke dalam gelanggang, dimana orang itu lewat dua baris pengawalnya segera memberi hormat. Han Siong Kie mendengus dingin, ia menatap pihak lawan dengan tatapan sinis, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Setelah berada di tengah gelanggang, dengan sepasang mata elangnya yang tajam Wi It-beng menyapu sekejap sekeliling gelanggang itu, kemudian pandangan matanya itu berhenti diatas wajah Han Siong Kie, ujarnya dengan suara yang mengerikan: "Hey. manusia berwajah dingin ! Dari tempat mana engkau berhasil mencuri benda kekuasaan perguruan kami? Bahkan berani pula menyaru sebagai pewaris Tong toa supek untuk melakukan pembantaian atas anggota perguruan kami? Hmm. Aku lihat perbuatan ini benar2 terlalu berani.. Belum habis Wi It beng menyelesaikan kata-katanya, kelima orang tianglo itu sudah mendengus kegusaran. Tuduhan yang semena2 itu membangkitkan pula hawa amarah dalam dada Han Siong Kie, kontan dia membentak keras: "Tutup mulut anjingmu Engkau jangan mencoba menuduh yang bukan2" 951 Kemudian dia angkat tinggi2 lencana ok kui-cu pai tersebut seraya membentak keras: "Wi It beng Tahukah engkau akan dosa-dosamu ?" Bagaimanapun licik dan lihaynya Wi It beng, Tee- kun dari perguruan Thian lam ini tak urung berubah juga paras mukanya setelah melihat lencana mutiara itu, tanpa sadar dia mundur satu langkah lebar ke belakang. Tapi hanya sebentar saja dia sudah dapat menguasahi kembali perasaan hatinya, dengan senyum licik menghiasi bibirnya dia tertawa dingin, katanya dengan lantang: "Heeeh.. heeeh... heeeh Manusia berwajah dingin, engkau tak usah berlagak jumawa di hadapanku, ketahuilah bahwa dihadapan Tee kun engkau masih belum pantas untuk unjuk gagah" Kemudian sambil berpaling kearah lima orang tianglo itu, tambahnya lebih jauh. "Kalian berlima sebagai tianglo perguruan, bukan saja berani berkhianat bahkan membela juga orang luar. Hmm Tahukah kalian sampai dimanakah dosa yang kalian perbuat?" "Wi It beng, engkau anggap peraturan perguruan tak dapat meng-apa2kan engkau?" "Kau anggap kau masih bisa berbuat semena-mena dengan melanggar peraturan perguruan", teriak seng Thian pau, tianglo kedua dengan suaranya yang keras bagaikan geledek. Menyaksikan pihak lawan tetap membandel, Han siong Kie segera menyimpan kembali lencana ok kui cu pay tersebut, kemudian katanya dengan nada ketus: "Wi It beng, engkau bersedia untuk menerima peratuan perguruan ataukah tetap membandel.." Thian lam Tee kun Wi It beng tertawa seram, tukasnya: "Manusia berwajah dingin Lebih baik tutup saja bacot anjingmu itu, hayo cepat serahkan lencana ok kui cu pay

952 tersebut kepadaku, mengingat nsiamu masih muda mungkin saja aku akan lepaskan sebuah jalan kehidupan kepadamu". Betapa gusarnya Han Siong Kie mendengar ucapan tersebut, sekujur badannya sampai gemetar menahan emosi, dari sikap lawannya yang sama sekali tak pandang sebelah mata terhadap lencana kekuasaan yang tertinggi dari perguruan ini. jelas menunjukkan bahwa dia memang tidak menyesal dengan perbuatannya, itu berarti pula banyak berbicara dengan orang macam begini sama sekali tak ada gunanya. Setelah termenung dan berpikir sebentar, akhirnya ia membentak keras: "Wi It beng! Kalau engkau tidak di hukum sesuai dengan peraturan perguruan, rasanya sia2 belaka cousu berjuang mati-matian menegakkan perguruan ini!" Sambil berkata dia segera maju ke depan siap melancarkan serangan... "Hut tian ciangkoan, kalian berada dimana? Wi It beng segera membentak keras. Dua orang laki2 berwajah jelek itu serentak maju tiga langkah lebar, sesudah menjura sahutnya: "Hamba berdua siap menantikan firman kaisar!" "Tangkap manusia tekebur itu dan gusur dari sini!" "Terima firman!" Sambil mempersiapkan senjata toya baja seberat ratusan katinya dan sepasang senjata cakar emasnya yang berat dua orang itu segera maju kedepan daa menyergap diri Han Siong Kie. 953 Menyaksikan itu To It hui dan Seng Thian pau segera maju menghadang jalan pergi mereka berdua, kepada anak muda itu ujarnya : "Harap ciangbun suheng suka memberikan perintah!" Dengan wajah serius Han Sioag Kie mengangguk, sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Wie It-beng. Setelah mendapat persetujuan, To It hui langsung menerjang laki2 bersenjata toya baja itu sementara Seng Thian pau menghadapi laki2 bersenjata cakar emas. Suatu pertarungan seru segera berkobar di sana, kedua belah pihak saling menyerang dan menyergap dengan gencarnya. Kedua orang tianglo itu mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna serta permainan jurus serangannya yang terlatih meneter dua orang musuhnya habis2an, angin serangan men-deru2 membuat suasana benar2 mengerikan. Sebaliknya dua orang panglima perang pelindung istana itu mengandalkan senjata yang berat dan tenaga dalam yang

kuat berusaha mempertahankan diri dari serangan lawanPertarungan itu ramai sekali, untuk sementara waktu jelas sukarlah untuk menentukan siapa bakal menang dan siapa akan kalah. Dipihak lain, Han siong Kle telah membentak nyaring: "Wi It beng, tampaknya sebelum melihat peti mati engkau tak akan mengucurkan air mata?" "Hahaahh haahh hahaha Manusia berwajah dingin Perkataanmu itu memang tepat sekali, adapun maksud kedatangan Tee kun kedaratan Tionggoan ini tak lain adalah demi dirimu" "Kalau memang begitu, bagus sekali" seru sang pemuda cepat, telapak tangannya langsung di ayun ke depan 954 Serangan teramat cepat dan bagaikan sambaran kilat, bukan saja kuat tenaga pukulannya, tepat pula sasarannya. Wi It beng tercekat hatinya, ia tidak menghindar ataupun berkelit, cepat telapak tangannya di ayun kedepan dan menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras. "Blaamm.." ketika dua gumpalan kekuatan itu saling membentur satu sama lainnya, terjadilah suatu ledakan dahsyat yang sangat memekikkan telinga, pasir dan debu segera beterbangan memenuhi angkasa, diam2 di hati mereka sama2 mengagumi kedahsyatan serta kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki. Berbareng dengan terjadinya bentrokan tersebut, enam orang pengawal baju kuning yang berdiri di tepi gelanggang dengan memisahkan diri jadi tiga rombongan serentak menerjang tiga orang tianglo yang masih berdiri tenang. Angin pukulan men-deru2, bayangan manmusia saling menyambar satu sama lainnya, bentakan2 keraspun membubung tinggi keluar, membikin telinga jadi amat sakit. Meskipun kawanan pengawal baju kuning itu harus menghadapi tianglonya dengan satu lawan dua, tapi kekuatan mereka masih tetap terpaut jauh, dengan sendirinya kedudukan merekapun sangat ketitir hebat. sebaliknya dua orang panglima pelindung istana yang bertarung melawan kedua orang tianglo yang lain, untuk sementara waktu masih tetap bertahan dalam kedudukan seimbang, pertarunganpun berlangsung dengan amat serunya.. setelah mundur kebelakang, cepat Han siong Kie menghimpun kembali tenaga dalamnya sebesar dua belas bagian, kemudian sekali lagi dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah Wi It beng. 955 "Bagus sekali" bentak Wi It beng dengan keras, telapak tangannya segera diayun kedepan untuk menyambut

datangnya ancaman tersebut. Agaknya dia memang ada maksud untuk menjajal kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie, dalam serangannya kali ini dia telah mengerahkan segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya.. "Blaang.." suatu benturan dahsyat kembali menggeletar diseluruh angkasa, membuat pasir beterbangan dan bumi bergoncang keras. Kali ini Han siong Kie tergetar mundur satu langkah lebar, sebaliknya Wi It beng terdorong sampai tiga langkah lebih. suatu jerit kesakitan yang memilukan hati tiba2 berkumandang dari sisi kalangan, rupanya salah satu diantara dua pengawal baju kuning yang berhadapan dengan Ang pat sin tianglo ketiga berhasil dihajar dengan toyanya sehingga batok kepalanya hancur dan mati konyol. Dengan cepat dua orang pengawal baju kuning terjun kedalam gelanggang untuk mengisi kekosongan tersebut. dengan demikian maka posisipun berubah menjadi satu lawan tiga. "Traang. traang..." benturan nyaring membelah pula ke angkasa diikuti letupan cahaya api memancar keempat penjuru, kiranya senjata toya yang digunakan oleh Seng thian pau telah saling membentur dengan senjata cakar emas dari Hot tiam ciangkun, dalam benturan tersebut kedua belah pihak sama2 tergetar mundur satu langkah kebelakang. Tapi begitu berpisah, mereka segera menerjang kembali kemuka dan melibatkan diri dalam pertarungan yang lebih seru. Dalam gelanggang yang lain To It hui terlibat pula dalam suatu adu kekuatan dengan senjata toya baja musuh, ternyata 956 kekuatan yang dimiliki ketua para tianglo ini masih lebih tangguh setengah bagian- dia berhasil memaksa musuhnya mundur terus ke belakang sambil ber kaok2 kegusaran. Pada detik itulah tiba2 siang go cao tik ong Cui ing yang selama ini hanya menonton jalannya pertarungan dari sisi kalangan, meloncat kedepan lalu menyambar tubuh Yu sau kun yang menggeletak ditanah, setelah itu dia kabur kedalam hutan dan lenyap dibalik pepohonan yang rindang. Walaupun perempuan itu bertindak cepat, Han siong Kie yang bermata tajam dapat mengikuti semua kejadian itu dengan seksama, satu ingatan segera melintas dalam benaknya dan diapun tidak mencegah atau berusaha untuk mengejarnya, seluruh perhatian dan kekuatannya dihimpun menjadi satu untuk menghadapi musuh tangguh yang berada didepan mata. Wi It beng tertawa dingin, dengan sorot mata berkilat serunya mendadak dengan suara menyeramkan: "Manusia berwajah dingin, aku akan menyempurnakan

kehendak hatimu itu." sepasang telapak tangannya melakukan suatu perputaran yang aneh didepan dadanya, kemudian secepat kilat di lontarkan ke depan. Han siong Kie segera bertindak dengan menyambut serangan tersebut dengan jurus mo ciang liong (telapak iblis menaklukan naga), untung ia belum sempat melepaskan pukulan itu sebab secara tiba2 dia merasakan sesuatu yang aneh dibalik pukulan musuh. Pukulan itu sangat berat bagaikan tindihan berpuluh2 buah bukit karang, bahkan disertai juga hawa tekanan yang mengerikan. Anak muda itu terperanjat dan tak berani melayaninya, cepat tubuhnya menghindar empat depa kesamping. 957 sungguh cepat gerakan menghindar itu, kalau bukan seseorang yang berpandangan tajam, tidaklah mungkin untuk mengikati gerakannya itu. Wi It beng tertawa seram, telapak tangannya dilontarkan kedepan seolah2 itu tanpa menimbulkan sedikit suarapun segara ditarik kembali. Han siong Kie makin terperanjat, dia yakin kalau kepandaian sendiri masih belum berhasil mencapai taraf sebegitu tinggi. sebab itulah dia yakin juga bahwa tenaga dalam yang dimilikinya masih belum mampu mengatasi kekuatan lawan. Ingatan kedua belum habis terlintas, serangan yang maha dahsyat dari Wi It beng kembali sudah meluncur tiba. Pemuda itu jadi penasaran, keangkuhan dan perasaan tinggi hati yang dimilikinya membuat dia malu uniuk menghindar, walau pun dia tahu serangan tersebut amat dahsyat namun dikerahkan juga segenap kekuatannya untuk menolak balik ancaman lawan. Dalam anggapannya, dengan kekuatan tenaga dalam sebesar dua ratus tahun hasil latihan yang dimilikinya sekarang, paling sedikit dia masih bisa mengimbangi keampuhan lawan dengan kedudukan seimbang. Siapa tahu begitu gulungan angin pukulan lawan tersentuh olehnya, ia segera merasakan munculnya kekuatan yang sama sekali diluar dugaan, kejadian ini amat mengejutkan hatinya. "Aduuh..celaka!" jerit pemuda itu di hati. Baru jeritan itu terlontar benturan dahsyat telah menggelegar menggoncangkan seluruh permukaan tanah. Benturan itu keras dan memekikkan telinga, begitu dahsyatnya bentrokan tadi membuat kawanan jago yang sedang bertarung segera mengbentikan pertarungannya dan berpaling.. 958

Dengan sempoyongan Han Siong Kie mundur sampai sejauh dua kaki lebih.. dengan wajah pucat pias seperti mayat ia roboh tertunduk diatas tanah dan muntahkan darah segar, jelas isi perutnya sudah menderita luka yang cukup parah. Melihat musuhnya roboh, Wi It-beng ter-bahak2 dengan bangganya, sambil ulapkan tangannya kepada dua orang ciangkun pelindung istananya, ia perintahkan. "Bekuk orang itu!" "Terima parintah!" Mendengar seruan itu, serentak lima orang tianglo itu bergerak maju dan siap menghalangi perbuatan lawan. Tapi sebelum mereka sempat maju lebih kedepan, sebuah pukulan yang sangat dahsyat telah ditontarkan wi it beng ke arah depan, termakan oleh hembusan angin yang amat dahsyat itu, lima orang tianglo itu segera terdorong mundur dengan sempoyongan. Dengan terhadangnya kelima orang tianglo itu untuk maju kedepan, maka dengan suatu gerakan yang cepat ciangkun pelindung istana telah tiba dihadapan Han siong Kie dengan cekatan mereka lantas menyambar si anak muda itu.. Tiba2 jerit lengking yang mengerikan menggema memecahkan kesunyian, dua sosok bayangan manusia mencelat kebelakang lalu terkapar diatas tanah dengan bermandikan darah. Kiranya pada saat2 yang amat kritis itulah Han siong Kie telah melancarkan serangan pembelaan dengan ilmu jari Tong kim ci yang maha sakti itu. Ilmu jari Tong kim ci adalah ilmu sakti yang diciptakan Mo tiong ci-mo setelah melatih dan mempelajarinya selama hampir empat puluh tahun lamanya, jangankan tubuh manusia, emas atau batu karang yang berada pada jarak lima kakipun sanggup ditembusi, bayangkan saja mana sanggup 959 jago2 yang berbadan darah daging itu menahan serangan tersebut ? semua orang tercengang dan merasa tak habis mengerti, mimpipun mereka tak mengira dalam keadaan terluka parah Han siong Kie masih sanggup melancarkan serangan mematikan, bahkan dalam satu kali gebrakan saja mampu membinasakan dua orang jago kelas satu dari istana Huan mo kiong. Para pengawal yang hadir disekitar gelanggang sama2 berdiri menjublak dengan mata terbelalak mulut melongo, bulu kuduk tanpa terasa pada bangun berdiri Perlu diketahui, Han siong Kie pernah cuci tulang berganti otot dalam sumber air Tee hiat seng-swan, karena itu kekuatan tubuhnya sama sekali berbeda bila dibandingkan dengan orang2 lain,justru dengan memiliki kelainan itulah maka walaupun isi perutnya terluka parah, ia masih mampu

melakukan serangan yang mengerikan. Paras muka Wi It beng berubah hebat, setelah tertegun sebentar, akhirnya dengan hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya, selangkah demi selangkah dia menghampiri anak muda itu. seketika itu juga suasana dalam gelanggang berubah jadi sangat tegang, tampaknya setiap saat suatu pertarungan sengit bakal berlangsung kembali. Sambil menggigit bibir Han Siong Kie bangkit berdiri, lencana mutiara ok kui Cu pay kembali dikeluarkan dari sakunya, demi kejayaan perguruan serta nama baik dirinya ia tak rela menyerah dengan begitu saja kepada para pengkhianat, karenanya dia bersiap sedia untuk kedua kalinya menggunakan lagi lencana mutiara tersebut. Dipihak lain, lima orang tianglo yang kena terdesak mundur telah bergerak maju lagi dengan wajah sedih bercampur 960 gusar, dengan sinar mata menggidikkan mereka membentak keras, kemudian serentak bergerak maju kedepanTujuh orang pengawal baju kuning dan enamn orang pengawal baju hijau yang berada disamping gelanggang tentu saja tidak akan biarkan musuhnya menyergap kemuka, pada saat yang bersamaan mereka menerjang maju kedepan dan menghadang jalan pergi kelima orang tianglo tersebut. Dalam waktu singkat, berlangsunglah suatu pertarungan yang seru antara lima orang tianglo itu melawan tiga belas orang musuhnya. Dengan disertai suara gemerisik yang amat nyaring, selangkah demi selangkali Wi It beng melangkah kedepan, setiap langkah kakinya itu seakan2 jeritan malaikat elmaut dari neraka.. selisih jarak diantara kedua belah pihakpun kian mendekat tiga kaki.. dua kaki.. dan akhirnya tak ada satu kaki . Pada saat itulah mendadak Han siong Kie angkat tinggi2 lencana mutiaranya, sekilas cahaya tajam langsung menyorot kearah Wii It beng. sebagai Tee kun dari istana Hian mo kiong, tentu saja Wi It beng mengetahui kegunaan dari lencana mutiara tersebut, dikala sekilas cahaya tajam memancar keluar kearahnya, cepat dia menyingkir selangkah ke samping, kemudian secepat petir sebuah pukulan dahsyat dilontarkan kedepanMerasakan lenyapnya bayangan musuh, tanpa berpikir panjang Han Siong Kie ikut bergeser pula delapan depa kesamping. Dengan bergesernya anak muda itu, maka dengan sendirinya pukulan gencar yang dilepaskan Wi it beng pun mengena pada sasaran yang kosong. Tapi kaisar dari istana Huan mo kiong itu memang sangat tangguh, begitu mengetahui serangannya mengenai pada

961 sasaran yang kosong, cepat dia bertindak lebih jauh, sebuah pukulan aneh yang tak kalah dahsyatnya kembali dilontarkan kedepan-Tiba2 dari kejauhan menggema jeritan kaget, menyusul mana seorang berseru keras: "Haaahh.. Bukankah itu pukulan sakti Boan yok sinkang?" Berubah hebat air muka Wi It beng, dia tarik kembali serangannya sambil mundut ke belakang, agaknya jago lihay ini tidak menyangka kalau asal usul ilmu pukulannya berhasil diketahui orang. Han Siong Kie sendiripun merasakan hatinya bergetar keras, cepat dia berpikir dalam hati: "Apa ? Ilmu sakti Boan yok sinkang ? Bukankah pihak gereja Siau lim si telah kehilangan sejilid kitab Toa boan yok sinkang pit kip? Bahkan menuduh guruku Mo tiong ci mo yang melakukan pencurian tersebut,Jangan-jangan dialah..." -ooodewioooJilid 26 SAMBIL menggertak gigi dia berpikir lebih jauh. "Benar, pastilah penghianat ini yang melakukan perbuatan tersebut, setelah mencuri kitab pusaka dari gereja siau lim si, dia lantas membinasakan Lian hoan hwesio yang menjaga ruang penyimpan kitab sambil mencatut nama guruku.. pastilah tujuannya hendak menfitnah guruku sehingga beliau bermusuhan dengan pihak gereja siau lim si. Hmm Tahulah sudah aku sekarang, tampaknya sudah sekian lama dia mengincar kedudukan ketua tersebut, dan tak segansegannya menggunakan pelbagai cara untuk melenyapkan setiap saingannya.." 962 Baru saja dia berpikir sampai disana, dua sosok bayangan manusia telah melayang masuk kedalam gelanggang. Begitu mengetahui siapa yang datang Han siong Kie merasakan hatinya tergetar keras sebab yang datang ternyata tak lain tak bukan adalah pengemis dari selatan dan padri dari utara, dua orang tokoh sakti dalam dunia persilatan. Dipihak lain, pertarungan antara kelima orang tianglo itu melawan para pengawal berlangsung terus dengan serunya, dalam pertarungan tersebut ada empat orang pengawal baju hijau yang berilmu agak cetek sudah menggeletak menjadi mayat, sementara diantara pengawal2 baju kuning juga ada tiga orang sudah mundur dengan luka cukup parah. setajam sembilu sorot mata Wi It beng, ia menyapu sekejap wajah pengemis dari selatan dan padri dari utara, kemudian sambil tertawa seram katanya: "Heehhh heehh heehhh luas sekali pengetahuan kalian berdua" Pengemis dari selatan dan padri dari utara saling berpandangan sekejap. kemudian mereka berjalan

menghampiri Han siong Kle. Melihat itu, untuk kesekian kalinya Wi It beng tertawa seram, ia mengejek sinis: "Apakah kalian berdua sengaja datang ke mari untuk menghantar kematian.??" Tanpa sadar pengemis dari selatan danpadri dari utara menghentikan langkahnya dan berpaling, sesudah mendengar ucapan itu, namun mulut mereka masih tetap membungkam. Han siong Kle tidak tahan lagi, dia segera membentak nyaring: "Wi It beng, rupanya engkau yang telah mencuri kitab pusaka Toa boan yo sin kang dari gereja siau lim si, dan engkau pula yang telah membinasakan Lian huan hwesio kemudian menfitnah guruku.. Hmm Tak kusangka engkau begitu licik dan pandai memutar balikkan duduknya persoalan" 963 "Heee heeeh heeeehh ucapanmu benar, memang akulah yang telah melakukan kesemuanya itu, lantas kau mau apa?" sahut Wi It beng sambil menarik muka. "Hmm sekalipun engkau mampus seratus kalipun belum tentu bisa menebus semua dosa2mu itu" Haaahh haaaahh haaaahh bocah yang tak tahu diri, kematianmu sudah berada di ambang pintu, berani benar engkau ngebacot terus tak karuan-.." suatu jeritan ngeri berkumandang lagi memecahkan kesunyian, kembali seorang pengawal baju hijau menggeletak tak bernyawa. . . Menyaksikan kejadian tersebut, Wi It beng sadar bahwa gelagat tidak menguntungkan dirinya, jika dibiarkan berlangsung terus, keadaan tersebut maka besar kemungkinannya semua pengawal andalannya akan mati di ujung toya kelima orang tianglo itu "Mundur semua" bentaknya kemudian dengan suara dingin-ooodwoooBAB 53 PADA hakekatnya kawanan pengawal istana itu sudah kewalahan menghadapi serangan gencar dari kelima orang tianglo tersebut, tapi mereka berusaha keras untuk mempertahankan diri sebab tak berani tunjukkan sikap jeri mereka dihadapan Tee-kun nya, karena itu seruan tadi bagaikan firman pengampunan menjelang kematian saja, cepat mereka mengundurkan diri kebelakang. Sesudah kawanan pengawal itu mundur semua, barulah Wi It beng bergerak kedepan sambil secara beruntun melepaskan tiga buah pukulan berantai, dimana bayangan telapak berkelebat lewat disitulah terdengar dengusan berat menggema di udara, dalam waktu singkat kelima orang 964 tianglo itu sudah terdesak hebat hingga mundur tercerai berai dengan sempoyongan.

Dipihak lain, Han siong Kie sedang memandang kearah Pengemis dari selatan dan padri dari utara dengan sorot mesa menyesal, katanya dengan suara lirih: "Maaf engkoh tua berdua, aku minta kalian tak usah mencampuri urusan ini, sebab urusan ini adalah urusan rumah tanggaku sendiri" "Urusan rumah tanggamu sendiri?" tanya pengemis dari selatan dengan sepasang mata melotot. "Begitulah kenyataanya engkoh tua, harap engkau bisa memaklumi keadaanku ini" "Tapi saudara cilik. tahukah engkau bahwa luka yang kau derita cukup parah?" "Tidak menjadi soal, luka itu tak kuperhatikan sama sekali" sahut Han Siong Kie sambil tertawa getir, "bagaimana pun ku harap kalian berdua segera tinggalkan tempat ini?" . Baik pengemis dari selatan maupun padri dari utara sama2 adalah jago persilatan yang sudah berpengalaman selama puluhan tahun, tentu saja segala tata cara dan titik bengek tersebut dipahami olehnya, mereka tahu bahwa urusan rumah tangga orang lain tidak pantas dicampuri orang lain oleh karena itu sesudah saling berpandangan sekejap, akhirnya mereka berkata: "Baiklah, kalau engkau sudah berkata demikian kami jadi tak baik untuk tetap berada disini.." Berbicara sampai disitu mereka lantas putar badan dan berlalu dari sana. "Hmm Memangnya kalian berdua hendak pergi dengan begitu saja?" tiba2 Wi It beng menegur kembali dengan mendengus dingin. 965 "Ada apa?" tanya pengemis dari selatan dengan alis berkenyit. "memangnya engkau sudah penuju dengan aku sipeminta tua?" "Tetapi sekali ucapanmu itu aku memang penuju sekali dengan dirimu. Bukankah kamu berdua sudah kenali ilmu Boan yo sin kang milik kaisarmu ?" "Nah, itulah dia.. akan kuhantar kalian berdua untuk pulang kealam barat dengan kepandaian sakti itu, dari pada hidup didunia toh kalian bakal cerewet belaka?" Dari ucapan itu jelaslah sudah kemana Wi It beng membawa pembicaraan tersebut, rupanya dia berhasrat untuk melenyapkan kedua orang jago itu berhubung perbuatan busuknya atas geteja siau lim si sudah ketahuan. Bilamana ilmu silat yang dimiliki Han siong Kie tidak terlalu lihay, tak nanti ia keluarkan ilmu Boan yo sinkang tersebut tapi sekarang dia bertujuan lenyapkan Han siong Kie dan merampas lencana ok kui cupay untuk menegakan kembali kewibawaannya sebagai seorang Tee kun, terpaksa kepandaian simpanannya itu dikeluarkan. sementara itu Padri

dari utara telah merangkap tangannya sambil berkata: "Omitohud Kalau toh sicu memang berhasrat begitu, rasanya tiada perkataan lain yang bisa kukatakan lagi, bila ingin turun tangan silahkan saja segera turun tangan" Pengemis dari selatan menyambung sambil tertawa tergelak: "Haaah haaah haaah betul, memang tepat sekali ucapan tersebut, Kalau memang engkau sudah penuju pada diriku, akupun tidak akan banyak bicara, toh aku si pengemis tua sudah bosan hidup ... hayo ambillah nyawaku ini" sudah tentu Han siong Kie tidak mengijinkan kedua orang tua itu terlibat dalam persoalan perguruannya sendiri, dengan gelisah bercampur gusar dia maju dengan sempoyongan, 966 sambil menahan sakit dalam isi perutnya ia berseru kepada dua orang tokoh silat itu. "Engkoh tua, locianpwe Disini sudah tak ada urusanmu lagi, aku harap kalian berdua segera tinggalkan tempat ini" "Eeh... memangnya engkau tidak dengar bahwa orang lain tidak mengijinkan aku berdua tinggalkan tempat ini?" sahut pengemis dari selatan dengan mata melotot. "Engkoh tua, loocianpwe Ketahuilah mencampuri urusan rumah tangga orang lain merupakan pantangan terbesar bagi umat persilatan, aku minta janganlah kalian bikin hatiku jadi susah dan serba salah" "Kuakui kalau ucapan saudara cilik tidak salah, tapi engkau tua dan menyaksikan sendiri bahwa situasi yang kita hadapi sekarang sama sekali berlainan, aku rasa engkau sendiripun-." "Engkoh tua, ataukah kalian hendak menunggu sampai saudara cilikmu ini mempersilahkan sendiri kepergianmu?" tukas anak muda itu secara tiba2. sudah tentu maksud dari Han siong Kie mengusir dua orang sahabatnya itu bukan lantaran apa2, maksud yang sebenarnya adalah karena dia tak tega menyaksikan kedua orang sahabatnya ini ikut jadi korban di tangan lawan, jelas ilmu silat mereka masih belum sanggup menandingi lawannya, bila Wi It beng berhasrat membunuh mereka jelas itu bukan pekerjaan yang terlalu menyulitkan dirinya. Wi It beng bukan orang bodoh, dia sendiripun tahu kalau akan maksud hati anak muda itu, kontan dia tertawa seram. "Haaah haah haaah Manusia berwajah dingin, lebih baik tak usah buang waktu dan tenaga dengan percuma, ketahuilah nasibmu telah berada ditanganku, akulah yang akan menentukan kalian semua harus mampus sekarang juga atau tetap hidup dikolong langit " 967 "Manusia bedebah, jangan tekebur lebih dahulu, ucapan semacam itu terlalu pagi kalau diutarakan pada saat sekarang

" hardik Han siong Kie dengan gusarnya. sekali lagi dia ayun lencana ok kui cuipay nya ketengah udara, segenap sisa kekuatan yang masih dimilikinya disalurkan kedalam lencana tersebut, tampaklah sekilas cahaya tajam langsung memancar kedepan dan mencapai sejauh satu kaki dari kedudukan pemuda itu. Gerakan ini sangat taktis dan tepat, karena gegabah dan kurang perhatian Wi It beng seketika terkurung oleh cahaya tajam tersebut, sementara pikirannya jadi buyar, Han siong Kie telah melancarkan serangan mautnya dengan ilmu jari Tong kim ci. Dengus tertahan memecahkan kesunyian, tak tahan wi It beng roboh terjengkang ke atas tanah. Han siong Kie segera membentak keras: "Tianglo berlima, dengarkan perintah segera perintahkan dua orang tamu ini untuk tinggalkan gelanggang" Lima otang tianglo itu serentak mengiakan, lima belah toya berkepala setan langsung di sapu kedepan menggulung tubuh pengemis dari selatan dan padri dari utara. Tentu saja Pengemis dari selatan dan padri dari utara tak ingin melibatkan diri dalam suatu pertarungan, tanpa menunggu ke lima orang tianglo itu mendekati tubuh nya, mereka sudah kabur tinggalkan tempat itu. Menunggu dua orang jago tersebut sudah lenyap dari pandangan mata, Han siong Kie baru bisa menghembuskan napas lega, dia tarik kembali lencana mustikanya dari sisi maju kedepan untuk memeriksa keadaan luka Tee kun itu. siapa tahu batu saja lencana nya ditarik kembali. Tiba2 Wi It beng loncat bangun kemudian memperdengarkan suara gelak tertawanya yang amat mengerikan. 968 Betapa tercekatnya hati anak muda itu, dari gelak tertawa yang mengerikan itu, ia tahu bahwa luka yang diderita pihak lawan sama sekali tidak parah.. Apa yang telah terjadi ? Rupanya pada saat itu luka yang diderita Han siong Kie sangat parah sekali, disamping itu diapun harus kerahkan dulu tenaga dalamnya kedalam lencana mutiara.. karena itulah meskipun angin serangannya dapat telak ditubuh lawan, namun tenaga serangan nya lemah sekali. Padahal sekujur badan wi It beng terlindung oleh hawa sakti Boan yo sin kang, karenanya meskipun serangan tersebut bersarang telak di tubuh nya, namun hanya mengakibatkan sedikit lecet saja pada kulis tubuh nya. selama ini dia masih tak mampu untuk bangkit, ini bukan akibat dari luka tersebut melainkan kekuatan tubuh nya lenyap sebab terpengaruh oleh sinar tajam itu. Maka begitu Han siong Kie menarik kembali serangannya, kekuatan dalam tubuh Wi It beng pulih kembali. serentak dia loncat bangun.

Dengan mulut mengerikan karena terpengaruh oleh hawa napsu membunuh yang berkobar-kobar, selangkah demi selangkah Wi It beng bergerak maju kedepan. Kelima orang tianglo itu bertindak cepat melihat ketuanya terancam, serentak mereka lintangkan toyanya didepan dada dan berdiri dibelakang anak muda itu. Han siong Kie ayun kembali lencana nya untuk mempengaruhi kekuatan lawanTapi kali ini wi It beng telah membuat persiapan, secepat petir tubuh nya menghindar kesamping, kemudian sebuah pukulan Boan yo sinkang dilontarkan kedepan. Desingan angin tajam memekikan telinga bagaikan gulungan ombak samudra ditengah hembusan angin puyuh langsung menerjang tubuh Han siong Kie serta kelima orang tianglonya. 969 Han siong Kie berenam jadi terperanjat, tanpa berpikir panjang mereka ayun pula telapak tangannya untuk menyambut datangnya serangan tersebut. "Blaaamm.." suatu ledakan keras menggelegar di angkasa, dengan sempoyongan kelima orang tianglo itu terdorong mundur sampai tercerai berai ke mana2, sebaliknya Han siong Kie yang sudah terluka termakan oleh serangan itu lukanya makin parah, sekali lagi dia muntah darah segar. Wi It beng memang seorang jago yang tangguh, meskipun seorang diri harus menghadapi serangan gabungan dari enam orang, akan tetapi dia hanya dipaksa mundur sejauh tiga langkah. Kilat tajam sorot mata Wi It beng melebihi tajamnya sembilu, tiba2 dia menyapu sekejap sekitar hutan ditepi hutan, kemudian tegurnya dengan lantang: "Tokoh silat dari manakah yang telah berada disitu? Kalau sudah datang mengapa tidak segera munculkan diri?" Mendengar seruan itu, semua jago yang ada dalam gelanggang sama2 alihkan sorot matanya ke arah hutan-.. Gelak tawa yang menyeramkan berkumandang dari dalam hutan, menyusul mana sesosok bayangan hijau bagaikan sukma gentayangan munculkaa diri dari hutan, begitu cepat gerak tubuhnya hanya sekejap mata ia sudah tiba dihadapan para jago. orang itu bukan lain adalah seorang manusia berkerudung yang memakai baju warna hijau. Mengetahni siapa yang muncul, bergetarlah perasaan Han siong Kie, diam2 peluh dingin membasahi tubuhnya. Air muka Wi It beng sendiripun berubah hebat, tegurnya kemudian-"siapa engkau?" 970 Manusia berkerudung itu tetap membungkam dalam seribu bahasa, tangan kanannya perlahan di ayun kedepan dan

tahu2 sebuah tengkorak warna merah sudah muncul di depan mata. "Haah.. Tengkorak maut?" seru Wi It beng dengan hati tercekat. Paras muka kelima orang tianglo serta kawanan pengawalpun berubah hebat, mereka tak mengira kalau Tengkorak maut yang di segani tiap umat persilatan di daratan Tionggoan telah munculkan diri dalam saat begini. Di antara sekian banyak orang hanya Han siong Kie seorang yang tahu bahwa tengkorak maut yang berada dihadapannya sekarang ini tak lebih hanya tengkorak maut gadungan, hatinya bergetar keras dan paras mukanya terpengaruh oleh emosinya. Dalam sekejap mata suasana dalam gelanggang berubah jadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapunDitengah keheningan itulah tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, di susul seseorang berseru kesakitan. Dengan sempoyongan Han siong Kia mundur kebelakang, darah segar meleleh terus dari ujung bibirnya. Dalam sekejap mata itu pula lencana ok kui cupay telah berpindah tangan, kini benda tersebut telah berada ditangan tengkorak maut yang lihay itu. Tindakan dari Tengkorak maut ini sama sekali berada diluar dugaan semua orang, siapapun tak menyangka kalau tokoh sakti itu sudi merampas ok kui cupay tanda kepercayaan dari Huan mo kiong. Paras muka Wi It beng berubah hebat, tubuhnya gemetar menahan emosi. 971 Jauh2 dari Thian lam menuju daratan Tionggoan, tujuan wi It beng adalah melenyapkan Han siong Kie serta merampas lencana ok kui cupay yang merupakan tanda kekuasaan dari istana Huan mo kiong, dan kini dikala lencana tersebut hampir terjatuh ke tangannya. Tahu2 sudah dirampas oleh Tengkorak maut, bisa dibayangkan betapa gusar dan gelisahnya jago ini. "Tengkorak maut, hayo serahkan kepadaku benda itu" hardiknya keras2. "Heehh heehhh heehhh apanya yang serahkan kepadamu?" jengek Tengkorak maut sambil tertawa seram. "Apa lagi? tentu saja lencana ok kui cupay tersebut" "Haahh haahhh haaa... Wi It beng menurut apa yang kuketahui, engkau tak lebih hanya seorang anggota murtad dari aliran Thian lam dan lagi kedudukanmu sebagai Tee kun sudah terhapus, memangnya lencana ini masih menjadi milikmu??" "Tutup mulutmu, Jawab saja, mau diserahkan kembali kepadaku atau tidak ....?" "Memangnya engkau mampu melakukan sesuatu yang luar

biasa atas diriku ini? " ejek Tengkorak maut. "Bangsat Rupanya engkau memang sudah bosan hidup," teriak Wi It beng dengan gusarnya. setelah membuat satu gerak melingkar di depan dada, sepasang telapak tangannya langsung dilontarkan ketubuh Tengkorak maut, bukan saja cepat sekali serangan itu, bahkan ganas dan keji. "Waah.. kalau cuma mengandalkan ilmu kucing kaki tiga seperti ini masih jauh kalau ingin merobohkan aku" Tiba2 ia melesat kedepan sejauh dua kaki, kemudian ejeknya dengan nada sinis. . "Wi It beng, manusia tolol sampai ketemu lain kali..." 972 Berbareng dengan berakhirnya ucapan tersebut, tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan yang lebat. Betapa murkanya Wi It beng ketika ia lihat Tengkorak maut telah berlalu dengan begitu saja, ia berpaling dan melotot sekejap kearah Han siong Kie dan kelima orang tianglo itu dengan tatapan benci, kemudian dengan wajah menyeringai ucapnya: "Baik..baiklah... akan kuselesaikan kalian lebih dahulu sebelum kubikin perhitungan dengan Tengkorak maut" Keadaan Han siong kie ketika itu sangat lemah, jangan toh harus bertempur, untuk berdiri sendiripun sudah tak mampu. Lima orang tianglo itupun merasa sedih bercampur gusar, kini ketua mereka telah terluka parah, itu berarti mereka berlima tak akan mampu menghadapi kelihayan wi It beng kendatipun turun tangan bersama2 Dari sikap musuhnya yang begitu seram, merekapun sudah tahu bahwa musuhnya tak akan melepaskan mereka berenam dengan begitu saja, asal mereka sudah mati maka perguruan Thian lam pasti akan terjatuh ketangan manusia biadab ini, itu berarti pula bahwa kejayaan dan kecermerlangan perguruan mereka harus berakhir sampai disini saja. Walaupun sadar bahwa kepandaian mereka bukan tandingan lawan, namun mereka tak sudi menyerah kalah dengan begitu saja, mereka bersiap sedia melakukan perlawanan hingga titik darah yang penghabisanDiiringi bentakan nyaring, kelima orang tianglo itu segera putar toya kepala setannya dan menerjang Wi It beng dengan ganas. "Bluuk..." suatu jerit kesakitan terdengar, Liok sau tan terhajar telak oleh serangan itu hingga mencelat kebelakang dan tewas seketika itu juga. 973 Menyaksikan rekannya mati terbunuh, empat orang tianglo yang lain jadi semakin kalap. serangan mereka semakin gencar, toya saktinya diputar sedemikian rupa sehingga Wi It beng benar2 kena dikurung ditengah kepungan.

Kematiam rekan seperguruan yang berlangsung didepan mata membuat keempat orang tianglo itu benar2 teramat gusar, mereka sudah bertekad untuk beradu jiwa, maka setiap serangan yang dilancarkan Sebagian besar merupakan serangan adu jiwa yang sangat mengerikanDalam waktu Singkat Wi It beng sudah di bikin ketitir hebat dan kalang kabut tidak karuan, posisinya amat terdesak sedang jiwanya terancam oleh mara bahaya. Lambat laun Wi It beng jadi naik darah juga, ia tahu jika pertarungan dibiarkan berlangsung terus dalam keadaan begini, niscaya wibawa dan gengsinya akan merosot. Suatu ketika ia mendengus dingin, kemudian sambil menerjang kemuka secara beruntun dia lancarkan delapan buah serangan berantai yang cukup gencar, hanya sesaat saja posisi diatas angin telah terjatuh kedalam genggamannya. Jerit kesakitan tiba2 berkumandang lagi memecahkan kesunyian, dalam suatu sergapan kllat, Seng Thian pau tianglo kedua dari istana Huan mo-kiong ini tak sempat menghindarkan diri dari serangan. dadanya terhajar telak sehingga ia muntah darah segar, tak ampun lagi tubuhnya terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa. Kematian dari rekannya yang kedua ini semakin membuat tianglo lain yang masih hidup jadi kalap. To It hui tianglo pertama, Ang Pat siu tianglo ketiga dan Sah Jin ho tianglo kelima dengan mata yang berapi-api dan muka menyeringai seram berulang kali membentak keras ibarat guntur yang menggelegar di angkasa. Tiga batang toya baja mereka dengan diputar sedemikian rupa merupakan serangkaian bayangan serangan yang tajam 974 dan tebal bagaikan awan yang memenuhi angkasa, di iringi desingan tajam serentak menyergap membabat dan menghantam batok kepala musuhnya. Ketiga orang tianglo ini sudah mata gelap dibuatnya, mereka jadi nekad dan tak takut mati, dengan sendirinya serangan yang dilancarkan ketiga orang inipun jauh lebih dahsyat lagi. Wi It beng tertawa terkekeh2, ia tak pandang sebelah matapun terhadap serangan2 musuhnya, dikerubuti lima orang pun dia sanggup melakukan pembantaian apalagi sekarang musuhnya tinggal tiga orang.. secara beruntun dia lepaskan dua belas buah pukulan dahsyat. Begitu kedua belas buah pukulan itu dilancarkan kemuka, secara beruntun terdengarlah tiga kali jerit kesakitan menggema diangkasa, dalam waktu singkat dari antara lima orang tianglo yang gagah berani ada dua sudah mampus dan tiga lainnya menderita luka parah. suasana untuk sesaat jadi hening dan sepi, kendatipun hawa napsu membunuh masih menyelimuti seluruh angkasa

dengan tebalnya. Wi It- beng tertawa seram, muka nya menyeringai hingga Kelihatan sangat mengerikan, selangkah demi selangkah ia maju kedepan menghampiri Han siong Kie. Betapa gusar, benci dan penasarannya si anak muda itu, saking gelisahnya kembali dia muntahkan darah segar, pada saat seperti ini dia sudah kehilangan tenaga untuk melawan, padahal Wi it beng sambil tertawa seram maju semakin mendekat tampaknya kecuali meramkan mata sambil menunggu tibanya ajal, tiada jalan lain lagi yang bisa dia lakukan. Pada detik2 terakhir inilah bayangan kematian berkecamuk dalam benaknya.. Ia teringat kembali akan dendam berdarah nya yang belum terbalas, perintah gurunya yang belum terlaksana. 975 Mati bukan berarti bisa melepaskan diri dari se gala2nya, kalau ia sampai tewas dalam keadaan demikian, maka dia akan mati dengan sepasang mata tidak terpejam. sekarang ia mulai menyesal, menyesal apa sebabnya melayani pertarungan itu dengan kekerasan, andaikata kelima orang tianglonya setelah ditolong maka mereka segera mengundurkan diri, niscaya tidak beginilah keadaannya .... Tanpa sadar peringatan dari orang yang ada maksudpun berkumandang kembali disisi telinganya: "...jangan lukai orang, setelah menyelamatkan jiwa kelima orang tianglo itu, segeralah berlalu dari situ.." Benarkah orang yang ada maksud adalah seorang manusia sakti yang bisa meramalkan semua kejadian yang belum berlangsung? sementara itu Wi It beng sudah berhenti kurang lebih lima depa dihadapan si anak muda itu, telapak tangannya perlahan di angkat keudara dan siap melepaskan pukulan-.. Pada detik itulah dari tempat kejauhan tiba2 melayang tiba dua sosok bayangan manusia. sangat kebetulan kemunculan bayangan manusia itu, Wi It beng yang telah siap melancarkan serangannya tiba2 membataikan kembali niatnya dan menurunkan kembali telapak tangannya itu. Yang munculkan diri ketika itu adalah dua orang kakek berbaju kuning, mereka memiliki perawakan badan yang tinggi besar dan kekar, sepasang mata nya memancarkan cahaya tajam, itu menandakan kalau tenaga dalam yang mereka miliki telah mencapai puncak kesempurnaan. Begitu mencapai permukaan tanah, dua orang kakek baju kuning itu segera memberi hormat kepada Wi It beng seraya berkata: 976 "Pelindung hukum baju kuning dari Thian che kau khusus

datang menghunjuk hormat untuk Tee-kun" "Kalian berdua tak usah banyak adat" kata Wi It beng sambil putar badannya "ada urusan apa kalian datang kemari??" "Hamba mendapat perintah dari kaucu untuk datang menghadap Tee kun, ada suatu masalah penting yang hendak dirundingkan dengan diri Tee kun" sahut salah seorang diantara kedua orang pelindung hukum baju kuning itu. "Persoalan apa yang hendak kalian rundingkan??" "Berulang kali manusia berwajah dingin menyatroni dan membuat keonaran didalam perkumpulan kami, hingga detik ini sudah mendekati seratus orang anggota perkumpulan kami yang telah jatuh korban ditangannya, oleh sebab itu kaucu mengusulkan agar Tee-kun bersedia menyerahkan orang itu kepada kaucu kami, agar kami bisa menjatuhkan hukuman yang setimpal kepada dirinya. ." "Tentang soal ini. " Dengan cepat pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak Wi It beng, ia tahu bilamana Manusia berwajah dingin diserahkan kepihak Thian che kau, maka tindakannya ini akan mempengaruhi nama baik serta kewibawaan perguruannya, akan tetapi diapun merasa segan untuk bermusuhan dengan perkumpulan itu dalam posisi yang serba tidak menguntungkan ini, toh bagaimanapun juga tujuannya hanya melenyapkan bibit bencana dari muka bumi ?" Kini lencana ok kui cui pay dari perguruannya sudah dirampas Tengkorak maut, itu berarti bila dia hendak mengembangkan pengaruh perguruannya maka ia masih harus meminjam kekuatan dan bantuan Thian che kau.. " sesudah mempertimbangkan untung ruginya, diapun mengangguk dan menjawab nyaring. 977 "orang nya boleh saja kalian bawa pergi, tapi terlebih dahulu aku harus musnahkan dulu ilmu silat yang dimilikinya" "Terserah kebijaksanaan Tee-kun" Han siong Kie masih sadar, dengan sendirinya diapun dapat mengikuti jalannya pembicaraan itu dengan jelas, meskipun setiap patah kata yang diucapkan lawannya amat menusuk perasaannya, membuat ia jadi gusar dan dadanya serasa mau meledak. akan tetapi sianak muda itu tak mampu berbuat apa2, dia hanya pasrah pada nasib belaka. Dalam pada itu, Wi it beng telah memutar badannya menghadap kembali kearah Han siong Kie. setelah tertawa seram kata nya. "Menurut peraturan sepantasnya kalau kusebut dirimu sebagai suheng.. haaahh .haaaahh.. haaahhh.. semoga saja sesaat lagi engkau dapat segera berangkat untuk berkumpul kembali dengan toa supek dialam baka sana." "Binatang terkutuk, aku menyesal karena tak bisa

menjatuhkan hukuman yang setimpal kepadamu!" seru Han Siong Kie dengan penuh kebencian "tapi hmm engkau tak usah keburu bersenang hati, barang siapa tidak jujur dan tidak setia kepada perguruan, suatu ketika dia pasti akan mati dalam keadaan mengerikan. percayalah saat ajalmu tidak terlalu lama" "Heeehhh heeeehhh hheeeehhh suheng, sekalipun saat ajalku sebentar lagi akan tiba, sayang seribu kali sayang engkau tak dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri" "sukma cousu selalu melindungi perguruannya, dia tak akan membiarkan engkau hidup lebih lama.." "Bangsat lebih baik tutup saja bacot anjingmu." bentak Wi It beng dengan gusar. 978 Dalam suatu bentakan keras dengan sodokan jari tangannya yang kaku bagaikan tombak ia menerjang kemuka dan mengancam jalan darah cacad ditubuh sianak muda itu. "Blaang" ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, terdengar wi It beng mendengus berat, dengan sempoyongan dia mundur lima langkah kebelakang. sekalipun Han siong Kie sudah menderita luka dalam yang cukup parah namun dengan bakat alamnya yang luar biasa serta daya tahannya yang kuat, serangan balasan yang dilepaskan dalam keadaan terluka itu tak bisa di anggap enteng. . . Bagi Wi It beng sendiri serangan balasan tersebut tak pernah dibayangkan sebelumnya, dia tak menyangka dalam lukanya, pemuda itu masih sanggup melepaskan pukulan sedahsyat itu sehabis melancarkan sebuah pukulan dengan menggunakan sisa kekuatan yang dimilikinya itu, luka yang diderita Han Siong Kie menjadi semakin parah, dengan sempoyongan dia mundur kebelakang, matanya jadi ber kunang2 dan kepala nya pusing tujuh keliling, darah segar kembali muntah keluar dari mulutnya. Dari malunya Wi It beng jadi gusar, sepasang telapak tangannya segera diayunkan berbareng melancarkan bacokan kilat yang maha dahsyat. Tiga orang tianglo yang menggeletak dengan menderita luka parah sempat mengikuti jalannya peristiwa ini dengan jelas, mereka sudah meronta bangun sambil bersiap siap memberikan pertolongan, tapi serangan lawan dilancarkan terlalu cepat, ketiga orang itu tak bisa berbuat lain kecuali menjerit kaget "Tee-kun, harap ampuni jiwanya, kaucu kami membutuhkan dirinya dalam keadaan hidup2" teriak dua 979 orang pelindung hukum baju kuning dari Thian che kau

hampir bersamaan waktunya. Tapi sayang jeritannya itu agak terlambat, Di tengah jeritan kesakitan, ibarat layang-layang yang putus benang, tubuh Han siong Kie mencelat ke udara dan meluncur kebelakang. Mendadak satu kejadian aneh telah berlangsung didepan mata.. Dikala daya luncur dari tubuh Han siong Kie sudah habis dan badannya hampir menyentuh tanah, tiba2 entah bagaimana caranya tiba2 tubuhnya melayang kembali keudara dan meluncur kedalam hutan di tepi jalan raya itu.. semua jago berdiri terbelalak dengan mulut melongo saking kagetnya, semua orang tak mampu ber-kata2 menyaksikan peristiwa aneh itu, hanya dalam waktu singkat tubuh Han siong Kie yang kekar sudah melayang ke dalam hutan dan lenyap dibalik pepohonan. sebagai jago2 silat kenamaan rasa kaget itu hanya sebentar menyelimati hati mereka, dengan cepat orang2 itu sadar pastilah ada seorang tokoh sakti yang sedang bersembunyi disana. . Peluh dingin mulai mengucur keluar membasahi tubuh mereka, bayangkan saja dari jarak sejauh beberapa kaki ternyata tokoh sakti itu mampu menghisap sesosok tubuh yang kekar seperti itu, bilamana tenaga dalam orang itu tidak sangat hebat, mampukah dia melakukan hal seperti itu? Belum lenyap rasa kaget yang menyelimuti hati semua orang, tiba2 pandangan mata nya jadi kabur dan tahu2 seorang kakek tua yang tinggi besar dengan jubah panjang warna kuning, berkaki telanjang dan berikat kepala warna perak munculkan diri ditengah gelanggang. Perawakan tubuh kakek itu sangat tinggi besar, sekilas pandangan se-akan2 sebuah buklt kecil yang sedang bejalan. 980 Manusia aneh itu mempunyai sepasang mata yang memancarkan sinar warna hijau, begitu tajamnya sorot mata orang itu membuat setiap jago yang terpandang oleh nya segera hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri. Setelah menjapu sekejap orang-orang itu, akhirnya sinar mata manusia aneh itu berhenti diatas wajah Wi It beng. Betapa pemberaninya Wi It beng tak urung mundur juga beberapa langkah ke belakang dengan badan gemetar keras, dengan pengalaman serta kepandaian yang dimilikinya, ia tahu bahwa manusia aneh itu bukan manusia sembarangan, ilmu silatnya boleh dibilang sudah mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga. Sementara dia masih melamun, Manusia aneh itu sudah menegur dengan suaranya yang keras bagaikan geledek: "Hey bocah cilik, kalau kulihat dari kopiah emasmu, jubah sutramu serta dandananmu yang tidak genah, tentunya

engkau adalah ketua dari perguruan Thian lam bukan?" "Bee.. betul " jawab Wi It beng dengan tubuh bergetar keras, "akulah ketua kaisar dari istana Huan mo kiong" "Apa ? Kaisar ? Haaah haaah haaaah kaisar ? sungguh menggelikan" Gelak tertawa itu keras sekali membuat seluruh permukaan tanah tergetar keras, pucat pias wajah kawanan jago yang hadir di situ, mereka merasakan darah panas bergelora dengan hebatnya didada, bahkan Wi It beng pribadipun merasa jantungnya berdebar keras. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya dengan ketiga orang tianglo yang sedang terluka parah, kontan mereka jatuh terduduk di atas tanah tak mampu berkutik lagi. 981 Untungnya manusia aneh itu hanya sebentar tertawa nya, kalau tidak cukup hanya tertawa tergelak niscaya beberapa orang diantara mereka ada yang terluka parah. Berdiri semua bulu kuduk digubuh Wi It beng, sambil memberanikan diri dia lantas menegur: "Bolehkah aku tahu siapa nama besar mu?" "Haah.. Masa engkau tidak kenal dengan aku?" "Maaf, aku benar2 tidak kenal siapa engkau" "Heehhh..heehh..heehh.. ketika aku masih berkelana dalam dunia persilatan, mungkin engkau masih belum menongol dari rahim ibumu, akulah Hun si Mo ong Raja iblis pengacau jagad, sudah pernah mendengar namaku ini" Hun si Mo ong, suatu nama yang cukup menggetarkan hati siapapun yang mendengarkan, kontan para jago yang hadir dalam gelanggang merasakan badannya jadi lemas dan tak sanggup berkutik lagi. Sejak enam puluh tahun berselang jejak Hun si Mo ong secara tiba2 lenyap dari dunia persilatan, kendatipun begitu nama besarnya selama puluhan tahun masih membekas dalam hati setiap umat persilatan, tidaklah heran kalau semua orang masih mengenali nama besar dari tokoh sakti tersebut. Jago ini tersohor karena ilmu silatnya yang sangat lihay, perasaan girang ataupun gusar sukar diketahui orang, dan perbuatannya tak pernah menuju kearah kebaikan ataupun kejahatan- semua perbuatannya hanya berdasarkan perasaan hati sendiri. Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, jarang sekali ada jago silat yang sanggup melayani tiga gebrakannya, maka dari itu baik jago dari golongan putih maupun jago dari golongan hitam pada menaruh rasa jeri kepada nya 982 Enam puluh tahun berselang, diatas puncak Jit koan hong pada gunung Thay san telah diselenggarakan suatu pertemuan besar para orang gagah, beratus2 orang jago

persilatan kelas satu yang ada dikolong langit telah berkumpul disana, dikala itu Hun si Mo ong hadir pula disana, hanya cutup di dalam dua gebrakan ia telah berhasil menghajar mampus jago silat nomor satu dikolong langit. Atas kejadian itu para jago yang hadir disana jadi gusar hingga terjadilah pengerubutan secara massal, akan tetapi dalam seperminum teh saja, mayat telah bergelimpangan bagaikan bukit, darah berceceran membasahi puncak Jit koan hong... sejak terjadinya peristiwa pembantaian ini tiba2 jejak Hun si Mo ong ikut lenyap dari peredaran dunia persilatansungguh tak disangka setelah menghilang selama enam puluh tahun lamanya, tiba2 Raja iblis pengacau jagat yang lihay ini muncul kembali didalam dunia persilatan, bahkan turun tangan menyelamatkan jiwa Manusia berwajah dingin yang terancam bahaya, peristiwa ini boleh dibilang jauh diluar dugaan siapapun. Tak seorangpun bisa memahami maksud dari gembong iblis ini, mereka cuma bisa berdiri melongo sambil memandang orang itu tanpa berkata- kata. suasana jadi hening, sepi tak seorangpun berani buka suara. -00d0w00BAB 54 SESUDAH termenung beberapa saat lamanya, Hun si Mo ong kembali berkata: " Enam puluh tahun berselang aku telah mengangkat sumpah, bahwasanya orang lain tidak mengganggu aku, maka 983 akupun tidak akan mengganggu orang lain. Nah Anggap saja nasib kalian masih mujur, hayo cepat enyah dari tempat ini" Hampir saja semua orang tidak percaya dengan pendengaran sendiri, siapa juga tak mengira kalau Hun si Mo ong yang kejam dan lihay ternyata sudah bertobat dan tidak melakukan pembantaian lagi. seakan2 baru saja terlepas dari pintu neraka, kawanan jago itu segera melarikan diri terbirit2 dari sana. Hun si Mo ong tertawa ter bahak2, menanti kawanan jago itu sudah lenyap dari pandangan, diapun berkelebat dan lenyap dari pandangan mata. Tak jauh dari hutan itu, Han siong Kie tampak sedang berdiri sambil bersandar di atas sebuah dahan pohonTak jauh disampingnya berdiri pula seorang perempuan yang cantik jelita bak bidadari turun dari kahyangan. dia bukan lain adalah malaikat hawa dingin Mo siu ing. Pada waktu itu Mo siu ing sedang tertawa ringan sembari berkata: "Hey, manusia berwajah dingin Ketika berada dihutan penyeberangan pohon liu engkau telah menyelamatkan jiwaku, dan sekarang aku telah membayar budi kebaikanmu itu, berarti pula kita sudah impas, siapa pun tidak berhutang

kepada siapa" Han siong Kie sakit hati dan termenung tanpa berkata2, ia tak suka budi kebaikan dari orang lain, terutama dari kaum wanita, tapi dalam kenyataan berulang kali dia harus menerima budi kebaikan dari kaum perempuan, hal ini membuat ia habis daya dan tak mampu ber-kata2 lagi. Melihat sianak muda itu membungkam, Malaikat hawa dingin Mo siu ing kembali berkata: "Kita hanya berjumpa secara kebetulan saja, kebetulan aku dan guruku sedang berangkat menuju kebenteng maut, dan 984 ketika kami lewat disini kulihat engkau sedang terancam bahaya.." "Siapa gurumu?" tanya Han siong Kie agak tertegun. "Siapa lagi kalau bukan Hun si Mo ong??" sekali lagi Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, tanpa terasa dia teringat kembali akan peristiwa dimasa lampau dimana Ang Nio cu terancam bahaya setelah dihajar sampai terluka parah oleh Tengkorak maut gadungan, untung Hun si Mo ong muncul secara tiba2 dia membuat Tengkorak maut gadungan melarikan diri karena ketakutan. Ia tak mengira kalau Hun si Mo ong yang ditakuti banyak orang itu ternyata tak lain tak bukan adalah gurunya Malaikat hawa dingin Mo siu Ing. "Jadi gurumu adalah Hun si Mo ong ?" tanya pemuda itu lagi dengan nada kurang percaya. "Benar, engkau tak percaya??" "Dan kalian hendak menuju ke benteng maut??" "Tentu saja, kami hendak pergi kesana untuk menolong suamiku " Pelbagai ingatan dengan cepat berkecamuk dalam benak Han siong Kie, kalau toh Hun si Mo ong adalah gurunya malaikat hawa dingin Mo siu ing, bahkan dia mampu membuat Tongkorak maut gadungan melarikan diri ter-birit2, dari sini dapatlah diketahui bahwa ilmu silatnya pasti tinggi sekali. Bagaimana jadinya apabila mereka berangkat ke Benteng maut? Belum tentu Tengkorak maut yang asli mampu menandingi kekuatan mereka, jika dia sampai mati maka bagaimana dengan dendam sakit hatinya? bukankah harapannya akan lenyap tak berbekas? Diam2 pemuda itu jadi panik, saat ini tenaga dalamnya belum pulih kembali jelas tak mungkin baginya untuk 985 membicarakan soal balas dendam, lalu mampukah dia menghalangi orang lain agar jangan pergi dulu kesana..? Tapi dengan cepat ia terbayang kembali betapa lihay dan aneh nya ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut. sekalipun tenaga gabungan dua orang tokoh sakti ini terhitung

dahsyat, belum tentu usaha mereka akan mencapai kesuksesan. Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tiba2 tampaklah sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul seorang manusia aneh yang tinggi besar telah munculkan diri didepan mata. "Suhu, sudah selesaikah urusanmu?" Malaikat hawa dingin Mo Siu ing segera menegur dengan wajah berseri. "Ehmm. Perbuatanku sangat terbatas sekali karena terikat oleh sumpahku, aku tak dapat membunuh orang lagi, terpaksa kububarkan orang2 itu agar berlalu dari sana" Sekarang Han siong Kie baru tahu kalau manusia aneh yang berada dihadapannya bukan lain adalah Hun si Mo ong yang ditakuti setiap orang, ketika diketahuinya peristiwa Wi It beng sekalian tidak sampai dibunuh mati, pemuda itu bergirang hati karena dengan begitu maka dia masih punya harapan untuk menjatuhi hukuman yang setimpal kepada penghianat perguruannya itu. Berpikir sampai disitu, anak muda itu segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Hun si Mo ong seraya berkata: "Locianpwe, banyak terima kasih atas budi pertolonganmu ini" "Haaahhh haaahhh haaahhhjangan kau anggap peristiwa itu sebagai suatu kejadian besar" kata Hun si Mo ong sambil tertawa tergelak, "Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menyelamatkan jiwamu, oleh karena muridku pernah menerima pertolongan darimu dan dia temukan engkau 986 sedang terancam bahaya maka ia minta bantuanku untuk menolong, jadi anggaplah pertolonganku bukan lantaran engkau, tapi lantaran permintaan dari muridku ini" Berbicara sampai disini, diapun berpaling kearah Malaikat hawa dingin Mo siu Ing seraya berkata: "coba kau lihat, bocah ini mirip sekali dengan suhengmu Ko Su ki " "Benar suhu.." jawab Malaikat hawa dingin sedih. sekarang Han siong Kie baru tahu kalau pada mulanya malaikat hawa panas dan malaikat hawa dingin adalah sesama perguruan dimana dari saudara seperguruan akhirnya mengikat diri menjadi suami istri. "Dia tak akan mati bukan?" terdengar Hun si Mo ong bertanya lagi. "Tecu telah memberi sebutir Kui goan kim wan kepada nya, tecu rasa jiwa nya tidak terancam lagi" "Kui goan kim wan ?" seru Hun si Mo ong cepat," Hey budak cilik, engkau benar2 sangat royal, tahukah engkau selama enam puluh tahun aku bekerja, hasilku hanya tiga butir pil Kui goan kim wan tersebut, engkau bukan saja sudah makan sebutir, sekarang kau hadiahkan pula sebutir

kepadanya.. waah, terlalu royal" Malaikat hawa dingin Mo siu ing tertawa jengah setelah mendengar teguran itu, cepat dia alihkan pokok pembicaraan kesoal lain: "suhu, sekarang sudah waktunya buat kita untuk berangkat..." "Baik..baik.. hayo kita berangkat" Begitulah, tanpa berbicara lagi dua orang jago silat itu segera berlalu dari hutan tersebut, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari pandanganTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 987 Han siong Kie sendiripun tak mampu berkata2, dia hanya bisa memandang kepergian dua orang itu dengan pandangan melongo. Malaikat hawa dingin Mo siu Ing yang gemar membunuh manusia ternyata rela menghadiahkan obat Kui goan kim wan mustika perguruanya untuk menyelamatkan jiwa Han siong kie, terhadap peristiwa itu pemuda kita merasa keheranan dan benar2 tak habis mengerti. "Mungkinkah obat ini disebabkan karena Han siong Kie berhasil menemukan kabar berita tentang malaikat hawa panas Ko su ki ? Mungkinkah seumpama sianak mudaitu mengenangkan lembali dirinya akan kegagahan dan kegantengan suaminya dimasa lampau? obat Kui goan kim wan benar2 terhitung sebutir obat yang sangat mujarab, dalam waktu singkat bukan saja rasa sakit ditubuh sianak muda itu sudah lenyap tak berbekas bahkan hawa murninya telah menghimpun kembali.. Dalam perkiraan si anak muda itu, sesudah kemunculan Hun si Mo ong yang disegani banyak orang itu, maka tak akan ada manusia yang berani mendekati wilayah itu, tapi dengan tenang dia lantas duduk bersila sambil bersemedi . Apa yang terjadi kemudian? Ternyata dugaannya itu keliru besar. Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia dengan langkah yang sangat hati- hati sedang bergerak mendekati tempat pertapaannya. Nun jauh dibelakang bayangan manusia itu tampaklah bayangan manusia itu sedang membuntuti bayangan manusia yang pertama. agaknya kedua orang itu mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Mimpipun Han siong Kie tak menyangka kalau jiwanya waktu itu kembali terancam oleh mara bahaya, dengan kesempurnaan tenaga dalamnya ditambah pula kemujaraban pil Kui goan kiem wan, hanya dalam waktu singgkat ia sudah 988 berada dalam keadaan tak sadar, kabut tipis berwarna putih mulai mengepul keluar dari ubun2nya menciptakan selapis kabut tebal diatas kepala nya. Bila latihan ini berlangsung setengah jam lagi, niscaya luka

dalam yang diderita sianak muda itu sudah sembuh sama sekali. Bayangan manusia itu kian lama kian mendekat dan akhirnya ia berhenti dibelakang Han siong Kie, persis pada jarak jangkauan tangannya, siapakah bayangan itu? Dia tak lain adalah Tengkorak maut gadungan yang berhasil merampas lencana ok kui cu pay dari tangan Han siong Kie itu. sementara itu pemuda Han siong Kie masih belum merasakan tibanya malaikat maut yang siap mencabut nyawanya, ia masih duduk bersemedi sambil menyembuhkan luka nya yang diderita. Telapak tangan dari tengkorak maut gadungan telah diangkat tinggi2, ia siap melepaskan serangan mautnya, tapi entah apa sebabnya tiba2 telapak tangan yang telah siap melancarkan serangan maut itu diturunkan kembali, rupanya ia sedang mempertimbangkan perlukah mencabut nyawa sianak muda itu. Jikalau ia menginginkan nyawa anak muda itu, maka dengan suatu gerakan yang amat sederhana, keinginannya itu pasti akan tercapai, namun dalam kenyataan ia telah membatalkan niatnya itu, atau mungkin dibalik kesemuanya ini dia mempunyai maksud atau tujuan yang lain Dalam pada itu bayangan manusia yang lain telah melayang pula mendekati dibelakang Tengkorak maut gadungan, dengan gerakan tubuh yang enteng ia menyembunyikan diri dibelakang sebuah pohon yang besar. Gerak gerik orang itu enteng dan gesit, sedikitpun tidak menimbulkan sedikit suarapun, malahan Tengkorak maut 989 gadungan yang lihaypun sama sekali tidak merasa kehadirannya. dari sini dapat dibuktikan bahwa ilmu silat yang dimiliki pandatang itu luar biasa hebatnya. suasana jadi hening, sepi, akan tetapi napsu memburuh yang tebal telah menyelimuti seluruh angkasa. Kabut putih yang menyelimuti ubun2 Han siong Kie mulai menipis dan akhirnya lenyap menyusul mana pemuda itu sadar kembali dari latihannya, baru saja dia akan bangkit berdiri.. Mendadak sebuah telapak tangan telah menempel diatas ubun2nya, menyusul seseorang membentak dengan suara menyeramkan: "Jangan bergerak!" Betapa terperanjatnya Han siong Kie, ia merasa sukmanya serasa melayang tinggalkan raganya, suara itu tidak terlalu asing baginya, sebab ia kenali sebagai suara dari Tengkorak maut gadungan. Bisa dibayangkan sampai dimanakah rasa bergidik yang mencekam perasaan hati si anak muda itu, dalam hati dia lantas berseru. "Mati aku Habis sudah riwayatku kali ini.."

Tengkorak maut gadungan tertawa terkekeh kekeh dengan bangganya, ia berseru: "Bocah keparat, ada satu persoalan hendak kuajukan kepadamu, aku harap engkau bersedia untuk menjawab dengan sejujurnya" Sekalipun jiwanya terancam, akan tetapi Han siong Kie tak mau menyerah dengan begitu saja, dengan wataknya yang tinggi hati dan angkuh ia tak sudi menunjukkan kelemahannya dihadapan orang, dengan ketus ejeknya sinis: "Tua bangka sialan, engkau manusia pengecut. Beraninya main sergap dikala orang tidak bersiap sedia, manusia macam apakah dirimu itu?" 990 "Haaahhh haaahhh haahh keparat, terserah apa yang hendak kau katakan, pokoknya asal engkau bersedia menjawab pertanyaanku sejujurnya maka akupun bersedia pula memberi kesempatan kepadamu untuk melangsungkan suatu pertarungan yang seadil2nya" "Aku tak sudi dipaksa atau diancam, percuma kalau engkau hendak paksa aku untuk menjawab pertanyaanmu itu". "Bocah keparat, engkau jangan tekebur Ketahuilah, bila aku berniat untuk mencabut nyawamu maka perbuatan ini bisa kulakukan dengan gampang sekali" " Kalau memang begitu, silahkan saja turun tangan " " Engkau tak takut mampus??" "Hmm Aku manusia berwajah dingin tak akan sampai mengemis kehidupan kepadamu" "Baiklah bocah keparat, anggap saja engkau memang bersemangat jantan, cuma sayang..." "sayang kenapa??" "Perguruan Thian- lam akan terputus ditanganmu" sekujur badan Han siong Kie gemetar keras, ia tahu bila dirinya mati maka perguruan Thian lam akan hancur berantakan, wi It beng pasti akan berbuat se wenang2 tanpa seorangpun berani menghalangi perbuatannya itu, dan akhirnya perguruan Thian lam akan musnah dengan sendirinya. Pemuda itu jadi sedih dan sakit hati, tapi wataknya yang angkuh membuat anak muda itu tak sudi tunduk kepada orang lain. setelah termenung sejenak diapun berseru: "Tua bangka sialan, engkau tak usah banyak bicara lagi, kalau ingin turun tangan hayo cepatlah turun tangan" 991 "Jadi engkau benar2 lebih suka mampus daripada hidup??" "Aku tak akan mengemis hidup darimu, banyak bicara tak ada gunanya ....mau turun tangan hayo cepat turun tangan, tak usah banyak bacot lagi."

"Kalau memang begitu yaa sudahlah..." Han siong Kie tak menggubris lawannya lagi, ia segera pejamkan matanya rapat2.. Tiba2 sekilas cahaya perak memancar ke angkasa, diiringi desingan angin tajam langsung menyambar kearah pohon besar dihadapannya. Tengkorak maut gadungan menjerit kaget, mendengar itu Han siong Kie membuka matanya dan memandang kedepan. Tampaklah sebuah lencana perak sebesar telapak tangan menempel diatas dahan pohon itu diatas lencana terukirlah gambar matahari, rembulan dan bintang. sebelum ingatan kedua sempat melintas dalam benaknya,jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian. "Blaam sesosok tubuh segera tumbang keatas tanah dan tak berkutik lagi. Betapa terperanjatnya Han siong Kie sukar dilukiskan dengan kata2, ia lompat bangun dan menengok kesamping, tampaklah Tengkorak maut gadungan sudah menggeletak tak bernyawa diatas genangan darah. tujuh lembar daun pohon menancap diatas kepalanya membuat kematian jago ampuh itu tampak mengerikan sekali. Untuk sesaat sianak muda itu jadi tertegun dan tak mampu berkata-kata.. siapakah yang memiliki kepandaian selihay itu sehingga mampu membinasakan Tengkorak maut gadungan?? siapa pula pemilik dari lencana perak itu?? 992 Mungkinkah Hun si Mo ong yang telah datang ? Karena sebelum ajalnya bukankah Tengkorak maut gadungan telah menjerit kaget?? Kecuali tokoh sakti itu, siapa lagi yang mampu membinasakan gembong iblis ini hanya didalam sekali gebrakan belaka?? Mungkinkah lencana perak itu adalah lambang dari Hun si, Mo ong? Pelbagai ingatan berkecamuk menjadi satu didalam benaknya, dia merasa tidak sanggup untuk memecahkan kejadian yang sangat aneh ini, tapi ada satu hal ia merasa yakin, untuk kesekian kalinya kembali ia lolos dari cengkeraman malaikat elmaut, sekali lagi dia lolos dari kematian "Nak. apa yang sedang kau lamunkan?" tiba2 suara teguran yang lembut dan penuh kasih sayang . berkumandang dari tak jauh dari sana. Han siong Kie terkesiap, dengan cepat la kenali suara tersebut sebagai suara dari orang yang kehilangan sukma. "cianpwe, engkaukah itu?" cepat pemuda itu berseru. "Nak, masa engkau tak dapat mengenali suaraku lagi?" "sekalipun boanpwe tidak berjodoh untuk menjumpai raut

wajah cianpwe, akan tetapi suara cianpwe sudah membekas dalam benakku, budi kebaikan yang telah cianpwe berikan kepadaku setinggi bukit dan setebal bumi, selamanya budi kebaikan ini tak akan kulupakan" "Nak. aku tak suka mendengarkan perkataan2mu yang memandangkan balas budi ini" Merah padam selembar wajah Han siong Kie karena jengah. 993 "Apakah cianpwe yang telah membinasakan Tengkorak maut gadungan untuk melepaskan boanpwee dari ancaman bahaya maut??" "Begitulah kenyataannya" "Kesempurnaan tenaga dalam yang cianpwee miliki benar2 luar biasa sekali." "Nak. dugaanmu itu keliru besar, bila tenaga dalamku dibandingkan dengan tenaga dalam yang dimiliki Tengkorak maut gadungan, maka kepandaianku masih kalah setengah tingkat" Han siong Kie tercengang dan merasa tak habis mengerti, dengan nada keheranan segera serunya: "Tapi..tapi toh kenyataannya dia mati dalam waktu singkat??" "Dia bukan mati ditanganku, lebih cocok kalau dikatakan bahwa ia mati toh karena lencana tersebut." Han siong Kie melongo dan tak habis mengerti, ujarnya lagi: "Mati karena lencana itu ? Boanpwe merasa tak mengerti.." "Kemunculan lencana itu membuat konsentrasinya jadi buyar, karena itulah aku manpaatkan kesempatan yang sangat baik itu untuk membereskan jiwanya..." "Masa lencana itu memiliki daya pengaruh yang begitu besarnya?" "Benar nak. engkau tidak percaya?" "Tentu saja boanpwe percaya, apa mungkin lencana itu adalah lambang khusus milik cianpwe?" "Bukan, dugaanmu itu keliru besar" 994 Han siong Kie semakin kebingungan dibuatnya, sesaat kemudian ia baru bertanya lagi: "Bolehkah boanpwe ketahui apa nama lencana itu?" "Thian che leng" "Lencana Thian che? kalau begitu kan lencana ini milik perkumpulan Thian che kau?" "Dugaanmu tepat sekali, lencana itu memang milik perkumpulan Thian che kau" "Jadi kalau begitu, Tengkorak maut gadungan menjalankan aksinya karena mendapat perintah dari pihak Thian che kau?"

"Boleh dikatakan begitu" "Maksud cianpwe ucapan dari boanpwe ini tidak benar semuanya?" "Nak. untuk saat ini lebih baik engkau tak usah mengetahui tentang persoalan ini, toh akhirnya engkau akan menjadi paham dengan sendirinya" Han siong Kie terbungkam untuk beberapa saat lamanya, tiba2 ia jadi teringat kembali dengan ibunya, siang go cantik ong Cui ing, ia telah disergap oleh ibunya agar Tengkorak maut gadungan berhasil melarikan diri, kalau ditinjau dari situ dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Tengkorak maut gadungan adalah orangnya Thian che kau. sekalipun begitu, kecurigaan yang mencekam dalam benaknya terasa semakin banyak, maka kembali ujarnya: "Aku lihat ilmu silat yang dimiliki Tengkorak maut gadungan sangat tinggi dan luar biasa, masa manusia selihay inipun rela menjalankan perintah dari orang lain??" "Diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia, dia memang lihay tapi diatasnya toh masih ada manusia yang jauh lebih lihay??" 995 "Aku rasa tenaga dalam yang dimiliki Thian che kaucu tidak lebih tinggi beberapa kali lipat dari pada kepandaian silat Tengkorak maut gadungan" "Thian che kaucu yang pernah kau temui itu tidak lebih hanya Thian che kaucu gadungan yang sengaja menyelimuti pandangan orang lain, kaucu yang asli sama sekali tak berada dalam perkumpulan" "oooh.. Tapi apa sebabnya orang ini harus menyaru sebagai tengkorak maut gadungan??" "Kan sudah kukatakan tadi, ia mendapat perintah dari orang lain" "Mendapat perintah siapa ? Perintah dari Thian che kaucu ?" "Nak.. pertanyaanmu sudah terlalu banyak" "cianpwee menganggap bahwa aku tak pantas mengajukan pertanyaan lagi??" "Tentang soal ini ada beberapa soal diantaranya dewasa ini tak mungkin bisa kamu peroleh jawabannya " "Kenapa??" "Persoalan ini termasuk pula persoalan yang tak bisa kujawab, harap engkau bisa maklum" Tak kuasa lagi Han Siong Kie menarik napas dingin, tapi dia pantang menyerah dengan begitu saja, kembali tanyanya: "Kalau kutinjau dari dandanan orang yang menyaru sebagai Tengkorak maut ini bukan saja dandanannya sama bahkan ilmu silatnya juga sama bila dibandingkan dengan yang asli maka dia cuma kalah dalam soal kesempurnaan, bila dugaanku tak keliru semestinya antara yang asli dan yang

paisu tentu mempunyai hubungan yang sangat erat." 996 "Nak. aku rasa pembicaraan kita sudab cukup sampai disini dahulu, cepatlah kubur jenasah itu, makin dalam makin baik sehingga jejaknya tidak ketahuan siapapun " Dengan perasaan apa boleh buat Han siong Kie memandang kearah mana berasal suara dari orang yang kehilangan sukma, kemudian mengangguk. Diapun berjongkok dan mulai menegeledah saku Tengkorak maut gadungan, tapi hanya sesaat kemudian paras mukanya telah berubah hebat, ia berseru tertahan: "Nak, apa yang sedang kau cari?" terdengar orang ada maksud bertanya: "Aku sedang mencari lencana ok kui Cu-pay dari perguruanku " "Percuma, tak usah kau cari lagi sebab lencana itu sudah tidak ada dalam sakunya lagi" "Sudah tidak berada dalam sakunya lagi??" "Benar, benda itu sudah dia serahkan kepada orang lain " "Maksudmu Thian che kaucu??" orang yang kehilangan sukma tidak menanggapi pertanyaan itu, tapi kembali berseru: "Cepatlah turun tangan dan kuburlah mayat itu Jangan sampai meninggalkan jejak." "Tapi lencana itu merupakan barang mustika yang menyangkut mati hidup perguruanku, bila cianpwee mengetahui jejaknya, tolong beritahulah kepadaku" "Tentu saja akan kuberitahukan kepadamu tapi bukan sekarang." Dengan sedih dan murung Han Siong Kie menghela papas panjang, dalam hati ia merasa penasaran sekali hingga rasa mendongkolnya sukar dikendalikan, tapi ia tak berani mengumbarnya . . 997 Sesudah termenung sejenak, akhirnya dia memghimpun hawa murninya kedalam telapak tangan kanannya, kemudian dengan sekuat tenaga dibabatkan keatas tanah. "Blaaang.." pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, sebuah liang sedalam beberapa kakipun segera terbentuk. Baru saja liang itu terbentuk, suara dari orang yang kehilangan sukma kembali berkumandang datang . "Lepaskan jubah dan kain kerudungnya, hancurkan raut wajah orang itu.." Han siong Kie agak tertegun, tapi tugas itu segera dilaksanakan tanpa membantah. Ketika sianak muda itu sudah menyelesaikan tugasnya, suara dari orang yang kehilangan sukma berkumandang lagi: "Sekarang hancurkan lambang tengkorak yang ada

disakunya itu, kemudian kuburlah bersama jubahnya diliang yang lain pendam jenasahnya kedalam liang itu, sesudah di uruk dengan tanah, gusakan ranting pohon untuk menghilangkan jejak yang ada di permukaan tanah." Han siong Kie sama sekali tidak tahu permainan setan apakab yang sedang dilakukan Orang yang kehilangan sukma, dlapun tahu kalau banyak bertanya tak ada gunanya maka tanpa mengucapkan sepatah katapun semua pekerjaan itu dilaksanakan tanpa membantah. Dalam hati kecilnya dia hanya berpikir terus, darimana asalnya orang yang bernama orang yang kehilangan sukma ini, ia juga tak tahu mengapa mereka berbuat begitu misterius, mengapa berulang kali mereka memberi bantuan kepadanya. Ketika semua pekerjaan telah selesai, maka pemuda itu bertanya lagi: 998 " Cianpwe, apabila aku ingin tahu darimakah cianpwe mendapatkan benda yang paling berkuasa dari perkumpulan Thian che kau ini.." "Ada apa?" tukas orang yang kehilangan sukma. "Apakah cianpwe tidak bersedia untuk memberikan jawabannya?" "Tepat sekali tebakanmu itu, untuk sementara satu pertanyaan itu tak bisa kujawab, anggaplah pertanyaan tersebut belum tiba saatnya bagiku untuk memberitahukan kepadamu. 0oh iya, nak. bukankah aku suruh engkau berkunjung ke benteng maut? Mengapa engkau tidak pergi ke sana?" Mendengar pertanyaan itu, kontan saja Han siong Kie merasakan darah panas dalam dadanya bergelora, api dendam dan benci berkecamuk dalam benaknya membuat hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya Tanpa sadar ia teringat kembali akan diri Tonghong-Hui, setelah masuk kedalam benteng maut, gadis itu tak pernah muncul kembali, menurut perjanjian hal ini menandakan bahwa ayahnya adalah pembUnuh yang telah membantai keluarganya dimasa silam. Dan tentu saja dia harus membalas dendam atas terjadinya peristiwa ngeri itu. Pelbagai ingatan kembali berkecamuk dalam benaknya, dengan sedih bercampur pilu dia menyahut: "Cianpwe, aku pasti akan berkunjung kesitu, boanpwe percaya masa bagiku untuk berkunjung kebenteng maut sebentar lagi pasti akan tiba" "Kesempatan ? Apa maksudmu?" "Terus terang kukatakan cianpwe, sebelum berkunjung kesitu boanpwe hendak mempelajari dahulu sejenis ilmu silat yang maha sakti.." 999

"Maksudmu, bila ilmu silat yang kau latih itu berhasil kau kuasahi maka engkau akan berkunjung ke benteng maut untuk melakukan pembalasan dendam..?" "begitulah maksud boanpwe" "Nak, dikala aku tak dapat memberitahukan segala sesuatunya kepadamu, aku tak mampu mencegah engkau berbuat sesuka hatimu, tapi aku ada satu permintaan dan aku harap engkau tidak sampai membuatku jadi kecewa." "Ucapan cianpwe terlalu serius, apa yang hendak disampaikan? Katakanlah terus terang" " "Apabila engkau berkunjung lagi ke benteng maut dan sebelum melakukan pembalasan dendam, aku minta sampailah dahulu asal usulmu dan ceritakan pula kisah terjadinya pembantaian berdarah itu dan dimanakah peristiwa tersebut telah terjadi" "sekalipun cianpwe tidak berpesan begitu boanpwe akan melakukan juga kesemuanya itu" "Apakah engkau menyanggupi permintaanku untuk melakukannya walaupun berada dalam keadaan apapun?" "Boanpwe bersedia" Meskipun dimulut Han siong Kie lelah menyanggupi, namun hatinya merasa tercengang dan keheranan sebelum membalas dendam tentu saja dia akan menceritakan dulu sebab musabab terjadinya peristiwa berdarah itu, tapi mengapa orang yang kehilangan sukma berpesan secara serius kepadanya? Apa maksud dan tujuannya? sementara dia masih termenung, orang yang kehilangan sukma telah berkata lagi dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang. "Nak. bukankah engkau merasa curiga dan tak habis mengerti? Bukannya aku sengaja berbuat sok misterius pada 1000 hakekatnya terlalu banyak masalah yang tak boleh diungkapkan terlalu cepat, sebab kalau tidak maka akan mengakibatkan terjadinya peristiwa yang lebih fatal, aku minta engkau bersabar diri dan menunggu sampai tanggal mainnya?" "Aku mengerti" sahut Han siong Kie. -00d0w00Jilid 27 BAB 55 SESUDAH berhenti sebentar orang yang kehilangan sukma kembali berkata: "Demi engkau mau tak mau aku harus musnahkan Tengkorak maut gadungan dari muka bumi, tapi tahukah engkau akibat dari kematiannya itu maka akan timbul pelbagai kejadian yang sukar diramalkan mulai sekarang. Tahukah engkau didalam perkumpulan Thian che kau masih terdapat belasan orang jago yang memiliki ilmu silat setaraf dengan

kepandaian Tengkorak maut gadungan." Diam2 Han siong Kie menjulurkan lidahnya dengan setengah percaya setengah tidak ia berseru: "sudah beberapa kali boanpwee menyatroni, markas besar perkumpulan Thian che kau akan tetapi selama ini?" "belum pernah...". "Benar, desa ini dalam markas besar perkumpulan Thian che kau memang tidak terdapat jago2 lihay yang terlalu istimewa, tapi tahukah engkau bahwa jago2nya sama sekali tidak berada disitu? secara beruntun mereka akan munculkan 1001 diri didalam dunia persilatan, mungkin juga dunia persilatan sudah menghadapi saat2 kiamat, tak lama lagi perkumpulan Thian che kau akan menumpas musuh2nya dan merajai kolong langit..." "Nak. tugasmu sekarang terlampau berat, aku harap engkau bisa baik2 menjaga diri. Ingatlah Engkau harus bersabar menghadapi segala persoalan apapun" Betapapun kukuhnya Han siong Kie, ia merasa terharu juga setelah mendengar perkataan itu, sepasang matanya jadi merah dan hampir saja air matanya jatuh bercucuran, dengan bersungguh2 katanya: "Nasehat dari cianpwe akan boanpwe ingat selalu didalam hati" "Nak, sekarang engkau boleh berlalu dari sini" sebenarnya dalam hati kccilnya Han siong Kie masih ada banyak persoalan yang hendak ditanyakan, akan tetapi pada saat itu dia merasa tak sepatah katapun yang mampu diucapkan, maka sesudah termenung sebentar akhirnya ia berkata: "Kalau memang begitu, boanpwe mohon diri lebih dahulu" "Engkau tak usah melalui jalan raya lagi, diantara lima orang tianglo yang setia kepadamu ada dua sudah tewas dan tiga orang terluka parah, kini yang tewas sudah dikubur sedang yang luka sudah pergi, lewatilah hutan sebelah depan sana, lebih cepat berlalu dari sini lebih baik" Han siong Kie adalah seorang pemuda yang angkuh dan tinggi hati, akan tetapi terhadap orang yang kehilangan sukma dan putrinya, ia menaruh rasa percaya seratus persen, maka tanpa membantah lagi sianak muda itu segera berputar kesamping kanan dan siap berlalu dari situ.. "Tunggu sebentar" tiba2 orang yang kehilangan sukma berseru kembali. 1002 " Cianpwe, apakah masih ada persoalan lain yang hendak cianpwe sampaikan kepadaku" tanya sianak muda itu sambil menghentikan langkah kakinya dan berpaling. "Hampir saja aku telah melupakan suatu persoalan yang

amat penting sekali." "Ucapkanlah cianpwee, boanpwee akan mendengarkan dengan seksama" "Apakah engkau sudah mengetahui asal usul Yu sau Kun, ketua muda perkumpulan Thian che kau yang sebetulnya??" satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han siong Kie, dia segera bertanya: "Masa dia benar2 adalah keturunan dari susiokku Telapak naga beracun Thio Lin??" "Tepat sekali tebakanmu itu, dia memang keturunan dari paman gurumu yang sudah tiada" "Taa... tapi hal ini mana mungkin bisa terjadi??" "Kenapa tak mungkin terjadi??" "Bukankah dia sudah mewakili diriku mati didalam perkampungan keluarga Han?" "Apakah engkau sudah menemukan jenasahnya??" "Tentang soal ini.." Untuk sesaat Han siong Kie jadi gelagapan dengan sendirinya, "mendiang susiokku, Telapak naga beracun Thio Lin yang memberitahukan persoalan ini kepadaku" "Dia toh cuma tahu kejadian itu sebelum berlangsungnya peristiwa itu, ketika peristiwa berdarah berlangsung, ia sama sekali tidak hadir dalam gelanggang" Mendengar perkataan itu, Han siong Kie segera merasakan tubuhnya gemetar keras bagaikan kena aliran listrik bertegangan tinggi, ia sama sekali tak menyangka kalau asal usulnya serta peristiwa berdarah yang menimpa keluarganya 1003 dapat diketahui oleh orang yang kehilangan sukma sejelas itu, lalu.. siapa kah sebenarnya orang itu" Kalau memang orang yang kehilangan sukma telah mengetahui semua kejadian itu bagaikan memandang jari tangan sendiri, kenapa ia tidak secara langsung membeberkan rahasia ini kepadanya, tapi malahan suruh dia berkunjung kebenteng maut dan menceritakan asal usulnya, apakah maksud yang di kandung orang itu dibalik kesemuanya ini ? Atau mungkin pemilik benteng maut bukan pembunuh keluarganya dan dibalik semua peristiwa ini masih ada persoalan lain? " Kalau memang Tengkorak maut bukan pembunuh keluarganya, mengapa Tonghong Hui tidak muncul kembali dari bentengnya sesudah masuk kedalam benteng maut? Bukankah mereka telah berjanji, apa bila majikan benteng maut adalah pembunuhnya maka gadis itu tak akan muncul kembali.. Makin berpikir ia merasa makin bingung dan makin dibayangkan pikirannya semakin ruwet.. "Nak tak ada gunanya engkau banyak berpikir" terdengar orang yang kehilangan sukma berkata lagi, "suatu saat engkau pasti akan mengetahui dengan sendirinya apa yang sudah

terjadi, aku hanya berharap agar engkau mengingat selalu bahwasanya Yu Sau kun sebenarnya adalah Thio Sau kun, dia adalah sutemu, tapi engkaupun musti ingat bahwa rahasia ini hanya boleh engkau ketahui didalam hati, jangan sekali2 engkau bocorkan dihadapannya, sebab kalau tidak maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata2. Nah, sekarang pergilah" Dengan perasaan bingung dan tidak habis mengerti, sekali lagi Han siong Kie memandang sekejap lencana Thian che leng yang tertempel diatas dahan pohon, akhirnya dia menjejakkan kakinya dan berlalu dari hutan itu. 1004 Lencana ok kui cu pay yang merupakan simbol kekuasaan rtari perguruannya kini telah dirampas oleh Tengkorak maut gadungan dan oleh Tengkorak maut benda itu sudah diserahkan pula ketangan orang lain, yang dimaksudkan orang lain pastilah orang2 dari Thian che kau. Menurut keterangan dari orang yang kehilangan sukma, dalam perkumpulan Thian che kau terdapat belasan orang jago lihay yang setaraf dengan ilmu silat Tengkorak maut gadungan, bukankah itu berarti bahwa sukar baginya untuk merampas kembali lencana tersebut??" Berpikir sampai disitu, ia jadi murung dan sedih. Apa bila lencana mustika perguruannya tidak berhasil dirampas kembali dari tangan musuh, bukankah itu berarti bahwa ia telah menjadi seorang manusia yang berdosa??" Setelah melakukan perjalanan selama hampir setengah jam lamanya, sampailah sianak muda itu diluar hutan- diapun meneruskan perjalananya melalui jalan raya yang terbentang lebar. Tujuannya tetap tidak berubah, dia akan mengunjungi lembah berkabut dimana ia dan Tonghong Hui pernah lolos dari bahaya maut, dia akan menuju ketempat yang terpencil ini untuk mempelajari ilmu silat yang tercantum dalam sarung tangan Hud jiu Poo pit, apa bila ilmu sakti itu berhasil dipelajari maka dia akan mengunjungi benteng maut dan melakukan pembalasan dendam. sepanjang perjalanan pemuda ini tiada hentinya memikirkan rahasia yang berhubungan dengan Thian che kau. Menurut keterangan dari orang yang kehilangan sukma, perkumpulan Thian che kau masih memiliki belasan jago yang benar2 tangguh, berita ini boleh dibilang sangat mengejutkan siapapun juga. 1005 Tatkala ia menyatroni wilayah Lian huan tau untuk menolong Go siau bi, beberapa kali ia telah bertarung melawan Thian che kau, ketika itu ilmu silatnya masih belum mempu melawan musuhnya, dan ternyata sekarang terbukti

bahwa musuh tangguhnya itu hanya seseorang yang bertugas untuk menyaru sebagai ketua itu, dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ilmu silat yang dimiliki Thian che kaucu benar2 sukar diukur dengan kata2. sementara perjalanan masih dilanjutkan, tiba2 dari balik semak belukar ia temukan ada sesosok tubuh manusia menggeletak disitu, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, ia berhenti dan menghampiri semak belukar itu. Ketika diperiksa dengan seksama diketahuilah bahwa orang itu adalah seorang pendekar pedang yang masih muda dan tampan sekali wajahnya. Akan tetapi sesudah diperiksa dengan lebih seksama lagi, bergidiklah hatinya Han siong Kie, ternyata pemuda tampan itu sudah berubah menjadi sesosok mayat. Jika ditinjau sepintas lalu, orang tak akan menyangka kalau pemuda tampan itu sudah menjadi mayat, sebab wajahnya begitu segar dan tenang, seakan-akan seseorang yang sedang tertidur nyenyak. Han siong Kie merasa keheranan setengah mati, apa sebabnya pendekar muda itu bisa mati dipinggir jalan tanpa ditemukan sesuatu luka ditubuhnya? Mungkinkah kena serangan jantung? Disekitar semak belukar itu tidak ditemukan tanda2 bekas pertarungan, dilihat dari wajahnya jelas pemuda itu bukan mati lantaran sakit ataupUn keracUnan, kejadian ini benar2 mengherankan sekali.. Maka Han siong Kie menghampiri mayat itu, dengan perasaan ingin tahu diperiksanya sekujur badan mayat itu, akhirnya sesudah diteliti dengan seksama, ia temukan diatas 1006 dada mayat itu terteralah lima buah bekas jari tangan yang sangat lembut, bentuknya seperti bunga sakura, bila tidak dia mati dengan seksama, tanda itu pasti tak akan ditemukan. Han song Kie lebih2 dibuat terperanjat lagi, ditinjau dari bekas kelima buah titik jari itu jelaslah sudah bahwa disitulah letak sebab musabab kematian dari pemuda itu, sayang pengalaman dan pengetahuannya terlalu cetek. sehingga ia tak dapat menebak siapakah yang telah melakukan pembunuhan tersebut. sesudah ter-mangu2 beberapa saat, akhirnya pemuda itu melanjutkan kembali perjalanannya kedepan. Entah berapa li sudah lewat, akhirnya ia temukan dua sosok mayat, sebab kematian mereka tidak berbeda jauh dengan tanda yang ditemukan pada mayat pertama, dan lagi kedua orang inipun terhitung pemuda2 tampan yang berusia dua puluh tahunan. sekarang Han siong Kie baru merasakan betapa seriusnya persoalan itu, pikirnya di hati: "siapa gerangan yang telah turun tangan sekeji ini?"

Yang aneh ternyata korban2nya adalah pemuda yang masih berusia belasan serta berwajah tampan. Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya sampailah si anak muda itu didalam sebuah kota kecil. setelah mencari sebuah rumah makan yang bersih, pemuda itu mencari tempat dan memesan makanan, dari pembicaraan para tamu yang ada dalam ruangan itu, ia dengar semua orang sedang dihebohkan oleh pembunuhan dengan tanda bunga bwe. Han siong Kie tidak memberi komentar apa2, ia cuma mendengarkan sambil bersantap. sayang tiada sesuatu tanda yang berhasil ditemukan olehnya dari pembicaraan itu. 1007 sementara suasana masih gaduh dan ramai oleh pembicaraan para tamu, mendadak suasana jadi hening dan sepi, begitu sepinya sehingga terasa aneh sekali. Han song Kie tercengang, dia segera menengadah.. Kiranya seorang gadis yang amat cantik bak bidadari yang turun dari kahyangan sedang berjalan masuk kedalam ruangan itu, dipandang dari bayangan punggungnya, anak muda itu segera kenali dirinya sebagai cucu perempuan dari Pat lo sianseng, Go siau bi adanya. Kemunculan Go siau bi yang secara tiba2 ini sangat mencengangkan hati si anak muda itu, dia hendak menyapa, tapi sebelum sepatah kata sempat meluncur keluar dari mulutnya, ia lihat ada dua orang pemuda tampan ikut duduk disampingnya, maka niat untuk berbicarapun segera dibatalkan. Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benaknya, ia benar2 dibikin keheranan oleh kemunculan gadis itu. sementara dia masih melamun, gelak tertawa yang amat merdu dan penuh dengan daya tarik berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul gelak tertawa yang lain menggema pula dari mulut kedua orang pemuda itu. Han siong Kie mengerutkan dahinya rapat-rapat, ia makin keheranan lagi, ia tak menyangka Go siau bi bisa berkumpul dengan pemuda bergajul macam begitu. Dua orang laki2 seorang wanita muda itu bergurau sambil tertawa tergelak. sikap mereka bukan saja begitu berani bahkan sama sekali tak ambil pusing kalau disitu masih ada tamu lain, ternyata tak seorang tamu pun yang berani buka suara untuk menegur. Han siong Kie memang membenci kaum wanita, tapi Go siau bi pernah melepaskan budi kebaikan kepadanya. maka ia tak mau mencampuri urusan gadis itu sebelum duduknya persoalan diketahui dengan jelas. 1008 Mendadak...satu ingatan berkelebat dalam benaknya, dia

teringat kembali akan ketiga sosok mayat pemuda yang ditemuinya ditepi jalan siang tadi, tak kuasa lagi sekujur badan nya merinding, jangan-jangan "siangkong, tambah arak?" terdengar pelayan menegur dengan suara yang lirih. Han siang Kie melirik sekejap kearah pelayan itu lalu mengangguk. "Tambah dua canting" Pelayan segara menuang dua canting arak kedalam teko yang ada dimeja, menggunakan kesempatan itu cepat Han siong Kie bertanya: "siapakah dua orang pemuda yang berada disana itu?" Pelayan itu kelihatan terperanjat, sambil menjulurkan lidahnya ia menyahut dengan lirih: "Mereka dinamakan Kim kiam siong ing (sepasang pendekar pedang emas) murid partai Go bi, siangkong Lebih baik jangan banyak bertanya, sebab kedua orang itu adalah sau cengcu dari perkampungan Go hau san eng, terlalu besar asal usulnya". Berbicara sampai disitu buru2 ia berlalu dari sana. Han siong Kie tidak berbicara apa2 lagi, ia tundukkan kepalanya sambil minum arak. Kurang lebih setengah jam kemudian, Go siau bi dan Kim kiam siang ing baru berlalu dari sana. Cepat Han siong Kie membayar rekening nya dan ikut keluar dari rumah makan itu, ternyata bayangan tubuh ketiga orang itu sudah lenyap tak berbekas. Han siong Kie tertegun, tapi sesudah berpikir sebentar buru2 ia membeli rangsum kering, kemudian berlari keluar dari kota tersebut. 1009 satu Li baru lewat dari tepi jalan ia temukan dua sosok mayat menggeletak disitu ketika mayat tersebut diperiksa dengan seksama, siapa lagi mereka kalau bukan Kim kiam siang ing yang belum lama berselang baru saja tinggalkan rumah makan. Tubuh mereka tidak terluka ataupun mengucurkan darah, cuma diatas dada masing2 orang terteralah sebuah cap jari tangan berbentuk bunga sakura. Betapa terperanjatnya hati Han siong Kie sukar dilukiskan dengan kata2, sekarang ia dapat membuktikan bahwa pembunuhan2 keji itu kiranya dilakukan oleh Go siau bi, akan tetapi apa sebabnya ia bantai pemuda2 tampan itu? Dengan perasaan tak habis mengerti pemuda itu gelengkan kepala berulang kali, akhirnya ia melanjutkan perjalanannya kembali kedepan. senja itu, ketika sang surya baru condong kesebelah barat, sampailah pemuda itu disuatu tempat kurang lebih sepuluh li dari lembab In.wu.kok.. sementara si anak muda kita masih melanjutkan

perjalanannya, mendadak dari balik pepohonan tak jauh darijalan raya terdengar seorang gadis sedang tertawa cekikikan. suara tertawa itu amat menusuk pendengaran, hal ini segera memancing perhatian sianak muda itu, tanpa berpikir panjang Han siong Kie segera meluncur kearah depan. Melalui celah2 pepohonan yang lebat, ia saksikan ada sepasang muda mudi sedang duduk saling berhadapan, yang laki2 berwajah amat tampan dan berusia tujuh delapan belas tahunan, sedang yang perempuan tak Iain adalah Go siau Bi. Pada waktu itu dengan muka yang genit dan kerlingan mata yang menggiurkan Go siau bi sedang main mata dengan 1010 sianak muda itu kemudian terdengar ia bertanya dengan manja: "cantikkah wajahku ini?" "Cantik,. cantik sekali, kecantikan wajahmu ibarat bidadari yang baru turun dari kahyangan" sahut sipemuda itn dengan wajah terkesima. "Sungguhkah perkataanmu itu?" "Aku tak pernah berbohong, setiap patah kata yang kuucapkan adalah kata2 yang sejujurnya dan aku rasa nona pasti mengetahui sendiri bukan akan hal itu" "ooh benarkah begitu? Ehmm. lalu apakah engkau mencintai diriku..??" "Tentang soal ini.... tentang soal ini...." pemuda itu tampak gelagapan jadinya. "Eeh, jangan soal ini soal itu, kalau tidak mencintai aku mengapa engkau ikuti diriku sampai disini??" "Apa bila nona bersedia menerima perhatianku ini, cay he... cayhe merasa sangat beruntung sekali hidupku ini" Go siau bi mengerdipkan sepasang matanya yang jeli kemudian sambil meliuk-liukkan pinggulnya ia berkata genit: "Engkau anggap wajahku cantik maka jatuh cinta dalam pandangan yang pertama. sebaliknya ada orang yang sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap diriku, bahkan tertarikpun tidak, coba bayangkan saja manusia macam apakah dia itu?" "Kalau benar2 ada manusia semacam itu, sepantasnya kalau orang itu dikatakan sebagai seorang laki2 yang punya mata tak berbiji" "Hiiihh hiiihh hiihhh memang hebat sekali pandanganmu itu" seru Go siau bi sambil tertawa eekikikan. 1011 Mendadak telapak tangannya maju ke muka, kelima jari tangannya dengan lembut segera diayunkan kearah dada pemuda itu. Terbelalak sepasang mata anak muda itu, ia menjerit tertahan: "Nona .."

Kato nona belum habis diucapkan, tubuhnya sudah menjadi lemas dan terkapar di tanah tanpa mengeluarkan sedikit suara pun pemuda itu sudah menemui ajalnya. Han siong Kie yang bersembunyi ditempat kegelapan benar2 naik darah, untuk mencegah perbuatannya jelas tak mungkin, seluruh tububnya gemetar keras menahan emosi. "Sungguh kejam perempuan ini, hatinya lebih kejam dari pada seekor ular beracun.." pikirnya dihati. Tanpa sadar pemuda itu terbayang kembali akan ibunya, siang go cantik ong cui ing yang kejam dan tak kenal ampun. Mereka sama2 cantiknya, sama2 kejinya, tanpa sadar rasa benci dan muak timbul dalam benaknya, ia siap melompat keluar dari tempat persembunyiannya.. Paras muka Go siau hi dingin menyayatkan, sebelum sianak muda itu sempat munculkan diri, ia sudah berpaling dan mendengus dingin. "Manusia berwajah dingin, sekarang engkau boleh segera munculkan dirimu.." Betapa terperanjatnya Han siong Kie menghadapi kejadian tersebut, mimpipun ia tak menyangka kalau tempat persembunyiannya telah diketahui lawan, dari sini dapatlah diketahui bahwa selama beberapa waktu belakangan ini, ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan,yang amat pesat. Dengan muka hijau membesi menahan amarah yang meluap. dia lompat keluar dari tempat persembunyiannya, kemudian menegur dengan kasar: 1012 "Nona Go, mengapa engkau lakukan pembunuhan sekeji ini?" Rasa sedih melintas diatas wajah Go siau Bi, tapi sesaat kemudian dengan wajah benci dan mendendam ia berseru: "Aku rasa persoalan ini sama sekali tiada sangkut pautnya dengan dirimu, lebih baik tak usah kau campurinya" "Nona, kunasehati dirimu lebih baik jangan bertindak kelewat kejam, karena perbuatan semacam itu sama sekali tiada manfaatnya bagimu" "Haaahh..haaahh..haaahh.. mau apa kau hey manusia yang bernama Han siong Kie? Engkau merasa tidak terima dengan perbuatan yang kulakukan ini?" "Benar, aku memang mempunyai maksud begitu" "Lalu apa yang hendak kau lakukan atas diriku ini?" "Hmm Akan kubunuh engkau untuk melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan" jawab Han siong Kie dengan hawa napsu membunuh yang amat tebal. "Huuh, engkau hendak membunuh aku?" ejek Go siau bi sambil mencibirkan bibirnya dengan sinis. "Benar, akan kubunuh dirimu" " Kalau memang begitu, kenapa tidak segera turun tangan "

"Bila kita bertemu sekali lagi dimasa mendatang,jiwamu pasti akan kucabut." Go siau bi tertawa tergelak, dengan wajah sinis sekali dia mengejek: "Kenapa tidak kau lakukan sekarang juga?" "Memandang diatas wajahmu dimana engkau pernah melepaskan budi kebaikan kepadaku, kuampuni jiwamu untuk kali ini " 1013 Go siau bi tak dapat menahan diri lagi, ia menengadah dan tertawa tergelak dengan seramnya, gelak tertawa itu penuh mengandung perasaan sedih, pedih dan perasaan lain yang sukar dilukiskan dengan kata2, lama sekali ia baru berhenti. Paras mukanya berubah jadi dingin menyeramkan, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara keras dia membentak: "Han siong Kie, nonamu justru sedang mencari engkau, mengertikah engkau..?" "Mencari aku? Mau apa engkau mencari aku ?" "Aku hendak membunuh dirimu, kalau bukan begitu mengapa kubiarkan engkau mengikuti aku dari rumah makan sampai kemari haaaah.. haaah.. haaahhh... ketahuilah. aku sengaja memang mengatur kesemuanya ini agar engkau bisa terpancing kemari" sekarang Han siong Kie baru tahu bahwa Go siau bi telah mengetahui jejaknya ketika masih berada dirumah makan tadi, maka dengan ketus segera tegurnya: "Jadi engkau hendak membunuh aku??" "Benar, dan sekarang juga pembunuhan ini akan kulaksanakan" "Kenapa engkau hendak membunuh aku?" "Karena aku benci padamu" "Perbuatanku yang manakah yang telah menimbulkan rasa bencimu terhadap aku?" "Sudah, pokoknya engkau tak usah banyak bicara lagi, ini hari juga nyawamu akan kucabut" Han siong Kie menyengir sinis. "Mampukah engkau melaksanakan keinginanmu itu?" ejeknya. 1014 "Engkau tidak percaya? Bagus, mari kita buktikan bersama." Bersamaan dengaa selesainya perkataan itu, tiba2 telapak tangannya diayun kedepan kelima jarinya dengan disertai desingan angin tajam langsung menyerang kedepan. Dengan gerakan Cahaya kilat lintasan bayangan Han siong Kie segera berkelit ke samping, serunya lantang: "Mengingat budi kebaikanmu dimasa lampau, aku akan mengalah satu jurus untuk...."

"siapa yang suruh engkau mengalah kepadaku?" teriak Go siau bi dengan penasaran. Telapak tangannya segera diputar balik keatas, selapis cahaya hijau yang tebalpun dengan cepat membumbung keangkasa dan meluncur kedepan. Betapa tercekatnya perasaan hati Han siong Kie, tanpa kuasa lagi dia berseru keras: "Aaaah...ilmu pukulan Thian-tok hoa ciang. Haruslah diketahui, ilmu pukulan Thian tok cang hoat adalah semacam ilmu pukulan darijaman dahulu kala yang amat dahsyat, apabila pukulan tersebut menyentuh sesuatu benda, maka daya tahannya makin besar maka daya pentalnya ikut bertambah kuat, jangankan Han siong Kie malahan Tengkorak maut gadungan yang memiliki ilmu silat lebih lihaypun dibuat tak berdaya oleh kehebatan pukulan itu Tentu saja Han Siong Kie juga mengetahui akan lihaynya pukulan tersebut, akan tetapi dia tak sudi menunjukkan kelemahannya dihadapan seorang gadis muda, maka dari itu dia segera menghimpun kekuatan yang dimilikinya untuk menangkis datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan sianak muda itu, sebelum pukulan mereka saling beradu satu sama lainnya, mendadak Go Siau bi menarik 1015 kembali serangannya dan bergeser mundur dua langkah kesamping. Tampaknya ilmu silat yang dimiliki gadis itu sudah mencapai taraf pengendalian secara sempurna, menyaksikan kehebatan lawannya Han Siong Kie makin terkesiap, disamping itu diapun makin keheranan oleh tindak tanduk lawannya yang aneh. Karenanya sambil menarik pulang serangannya dia lantas menegur: "Eeeeh...kenapa kau tarik kembali serangan mu??" "Aku kuatir engkau tak sanggnp untuk menerima pukulanku ini." "Bukankah engkau mengatakan hendak membunuh diriku?" tanya anak muda itu dengan cepat. Pertanyaan tersebut seketika membuat paras muka Go siau Bi kembali berubah hebat, ia mendengus dingin, tanpa berbicara lagi ilmu pukulan Thian tok clang hoat sekali lagi dilontarkan kedepan. Han Siong Kte menggertak giginya menahan diri, sambil mengerahkan sisa kekuatan yang dimiliki ia tangkis datangnya serangan tersebut. "Blaaang.." suatu benturan keras yang memekikkan telinga menggelegar diseluruh angkasa, diiringi dengusan berat secara beruntun Han siong Kie mundur delapan depa ke belakang, darah segar sempat meleleh keluar menodai ujung bibirnya.

Tengkorak maut gadungan yang lihaypun jatuh kecundang ditangan gadis ini, apalagi Han siong Kie yang lebih cetek ilmu silatnya tentu saja dia bukan tandingan sang gadis manis itu. Put lo sianseng memang lihay dan hebat, terbukti dalam waktu singkat ia berhasil menciptakan seorang tokoh sakti yang begini hebatnya, bila diceritakan orang lain belum tentu mau mempercayainya. 1016 Berhasil dengan memukul mundur Han siong Kie, dengan suara gemas dan penuh kebencian Go siau bi berkata: "Manusia bermuka dingin, bukan saja wajahmu dingin, darahmu juga sudah membeku, kau manusia yang tak punya perasaan. Nah, rasain lagi beberapa buah pukulanku" sambil membentak nyaring, untuk kesekian kalinya dia lancarkan pukulan maut ke depan. Tiba2 Han siong Kie teringat kembali akan peringatan dari orang yang kehilangan sukma, dalam hati pemuda itu lantas berpekik, "Aku tak boleh mati" Dengan suatu gerakan yang manis dan lincah ia menghindarkan diri dari serangan maut lawan, berhasil dengan kelitannya. sebuah jari tangan segera direntangkan lebar dan serentak menyentil kemuka. sepasang telapak tangan Go siau Bi bergetar kian hebat, tenaga pukulanpun semakin menebal membuat hawa hijau hampir menyelimuti seluruh pemukaan tanah. "criiit. criiing.." ditengah desingan angin tajam ilmu sentilan Tong kim ci yang ampuh dan tak terkalahkan itu ternyata dapat dihajar sampai buyar oleh kekuatan lawan. Rasa kaget yang dialami Han siong Kie sukar dilukiskan lagi dengan kata2, mimpipun ia tidak menyangka kalau ilmu jari Tong kim ci yang paling diandalkan ternyata sama sekali tak mempan untuk digunakan menghadapi pukulan Thian tok ciang hoat. Hampir saja tak percaya dengan apa yang terbentang didepan mata, sebab peristiwa ini memang tak pernah diduga olehnya. "sambutlah sebuah pukulanku lagi. " bentak dara itu lagi dengan lantang. 1017 Ditengah bentakan nyaring, hawa hijau yang tebal dan menyilaukan mata dengan dahsyatnya menggulung tubuh lawan. Hawa napsu membunuh telah menyelimuti wajah Han siong Kie, dengan ilmu cahaya kilat lintasan bayangan tubuhnya mendesak maju kedepan, lalu dengan jurus Mo tiong ko ciat ( raja iblis menyembah loteng istana) ia hajar Go siau bi dengan mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya. Go siau bi tertawa dingin, sekalipun hebat dan luar biasa

seranganpemuda itu namun bagi pandangannya serangan tersebut tak ada artinya, ia berkelebat lewat dari serangan itu dengan gerakan bagaikan sukma gentayangan, lalu sambil melepaskan lima buah pukulan berantai, teriaknya keras: "Manusia bermuka dingin, hari ini kau harus mampus" Memang dahsyat dan ganas kelima buah serangan itu, angin pukulan segera men-deru2 membikin hati orang jadi keder dan ngeri rasanya.. Terdesak oleh lima buah pukulan berantai yang maha dahsyat itu, Han siong Kie terdesak hebat dan harus mundur berulang kali ke belakang.. Go siau bi tak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk tukar napas, selesai dengan lima buah pukulan yang pertama, ia susulkan pula dengan lima buah pukulan berikutnya. Menghadapi desakan demi desakan yang tiada habisnya, lama kelamaan Han siong Kie jadi penasaran juga, kali ini dia tidak menghindar ataupun berkelit, dengan sistim adu nyawa dia sambut kelima buah pukulan itu dengan gerakan keras lawan keras. Tergetar perasaan Go siau bi setelah menyaksikan kenekadan sianak muda itu, tapi apa mau dikata pukulan sudah terlanjur dilancarkan , maka sambil gertak gigi ia lepaskan pukulan mautnya. 1018 "Blang Blang " dua kali dengusan dingin menggema memecahkan kesunyian, menyusul dua sosok bayangan manusia saling berpisah satu sama lainnya. Kedua belah pihak sama2 terlempar kebelakang dengan sempoyongan, keadaan Go siau bi masih mendingan, sekalipun darah meleleh di ujung bibirnya dan mukanya pucat pias tapi keadaannya masib agak segar. Berbeda sekali dengan Han siong Kie, ia harus muntah darah berulang kali, jelas isi perutnya sudah terluka parah. Dengan wajah menyeringai seram dan mata saling melotot penuh kegusaran, kedua belah pihak berdiri berhadapan. Untuk sesaat suasana dalam gelanggang jadi sepi dan hening, sunyi bukan berarti hawa nafsu membunuh telah lenyap begitu saja, malahan setiap saat darah segar mungkin akan membasahi lagi seluruh permukaan tanah. Diantara lima buah pukulan yang dilancarkan Han siong Kie, ada tiga buah yang bersarang ditubuh lawan, sebaliknya ia sendiri menerima empat buah pukulan dari musuhnya. sebagaimana diketahui, pukulan yang dilancarkan Go siau bi mengandung hawa sakti Thian tok sinkang yang maha dahsyat, tak heran kalau sianak muda itu menderita luka yang jauh lebih parah daripada anak dara itu. Mereka pernah saling tolong menolong, pernah hidup sengsara bersama bahkan Go siau bi pernah menggunakan tubuhnya sebegai tameng untuk menyelamatkan jiwa Han

siong Kie dari ancaman Tengkorak maut gadungan, karena peristiwa itu hampir saja jiwanya melayang. Ia telah jatuh cinta kepadanya, telah bersumpah didepan pusara ayahnya, kecuali dengan pemuda ini dia tak akan kawin dengan siapapun juga" 1019 Tapi kenyataannya, yang satu ada hasrat yang lain tak berminat, tumpuan harapan yang terlintas dalam benaknya selama ini hancur dan musnah dengan begitu saja. Kini dengan taruhan nyawa mereka saling bertempur, berusaha saling merobohkan musuhnya dan bila perlu sekalian membinasakannya... Inikah takdir? Inikah yang dinamakan nasib.? Cinta dapat membuat seseorang jadi sukses tapi dapat pula menghancurkan karier seseorang, membuat watak seseorang berubah seratus delapan puluh derajat. Dan kini Go Siau bi telah berubah ....bukan saja perubahan itu tak dipercaya oleh Han siong Kie, bahkan dara itu sendiri juga tak kenali dirinya sendiri lagi. Hawa napsu membunuh yang tebal masih menyelimuti seluruh wajah Go siau bi, selangkah ia maju kedepan mendekati Han siong Kie yang berada dihadapannya. suasana tercekam oleh ketegangan dan kengerian, sorot mata serta perhatian semua orang sama-sama ditujukan kearah Go siau bi yang sedang maju kemuka. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak Han siong Kte, ia tahu bila dirinya cuma berpeluk tangan belaka, sehingga dara itu keburu menyerang dulu dengan Thian tok ciang hoatnya yang lihay, niscaya jiwanya akan terancam bahaya. satu ingatan lantas melintas dalam benaknya: "Daripada aku menanti datangnya elmaut, kenapa tidak kuserang dulu perempuan sinting itu?" sambil membentak sepasang telapak tangannya diayun kedepan melancarkan babatan maut. -00d0w00BAB 56 1020 PUKULAN itu dilepaskan dalam keadaaa marah bercampur penasaran, bisa dibayangkan betapa dahsyat dan luar biasanya pukulan tersebut. Go siau bi melambung keangkasa, setelah melayang sejauh delapan depa, sekali lagi badannya melejit kedepan kemudian menerobos masuk dari sisi Han siong Kie dan melayang turun lima depa disamping pemuda itu. Baik dalam menghindar maupun sewaktu melancarkan serangan, semua gerakan dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Melihat ancamannya mengenai sasaran yang kosong, Han

siong Kie membuyarkan pukulannya ditengah jalan, badannya miring kesamping lalu berputar kencang, telapak tangan kiri dan ujung jari tangan kanan sekali lagi melepaskan serangan maut kedepan. Kabut hawa berwarna hijau seketika menyelimuti seluruh angkasa, pada saat yang bersamaan Go siau bi melepaskan pula sebuah pukulan yang maha dahsyat. Dentuman keras mengiringi benturan dua kekuatan yang saling berlawanan itu. Dengan sempoyongan Go siau bi mundur beberpa langkah, sedangkan Han siong Kie mendengus tertahan dan muntah darah segar, badannya terlempar sejauh satu kaki lebih dari tempat semula, Go siau bi menerjang lagi kedepan dan berdiri dibelakang Han siong Kie, telapak tangannya diayun tepat mengarah jalan darah Thian leng hiat diatas kepalanya, asal pukulan itu dilancarkan niscaya Han siong Kie akan mampus dengan keadaan mengerikan. "Heeehhh....heeehhh....heeehhh .. manusia she Han, apa yang hendak kau ucapkan lagi sebagai kata-kata akhirmu" ejek dara itu dengan ketus. 1021 sekujur badan Han siong Kie gemetar keras, sambil menggertak gigi jawabnya: "Tak ada kata-kata lagi, mau turun tangan hayolah cepat turun tangan." "sungguh tak ada pesan terakhir" "Ada Aku hanya ada sepatah kata saja. yakni siapa yang menanam buah pahit dia akan menerima pula akibatnya." "Apa kau bilang? Heeehhh..haaahhh. haaahhh.." dara itu bagaikan orang sinting tertawa nyaring, suaranya keras dan mengerikan membuat siapapun jadi bergidik. " orang she Han, terus terang kuberitahukan kepadamu" serunya lagi, "aku telah tahu bahwa peristiwa macam hari ini cepat atau lambat pasti akan terjadi, tapi kau musti ingat, sebelum ajalku tiba, semua pria tampan yang ada dikolong langit akan kubunuh semua, tak akan kubiarkan manusiamanusia ganteng bikin keonaran lagi di kolong langit..haaahhh..haaahhh..haaahhh." Ditengah gelak tertawa yang kalap menyerupai orang sinting, terselip hawa napsu membunuh yang benar-benar mengerikan. Gusar nian Han siong Kie setelah mendengar ucapan ini, ia sadar dengan tenaga dalam yang dimiliki Go siau bi sekarang, apa yang diucapkan bisa jadi benar-benar dilaksanakan, dan jikalau apa yang di ancam benar-benar dilaksanakan maka suatu badai pembunuhan yang mengerikan tak terelakkan lagi. "Go siau bi" serunya kemudian dengan gemas. "sayang aku tak dapat membinasakan engkau dengan tanganku sendiri" "Haaahhh ....haaahhh....haaahhh..dan aku... aku gembira

sekali, karena hari ini akan kubunuh engkau dengan tanganku sendiri." "Hmm Tak usah banyak bicara lagi. kalau ingin turun tangan hayolah cepat turun tangan" 1022 "Kenapa musti buru-buru mati? Bagaimana dengan adik Hui yang pernah berkorban demi cinta kasihnya kepadamu? Mungkinkah dia akan datang lagi kemari untuk mendirikan batu nisan untukmu.." satu ingatan melintas dalam benak Han siong Kie, sekarang ia tahu bahwa Go Siau bi telah mempunyai niat untuk membinasakan dirinya. . "Hehhh...heeehhh..heehhh... engkau tak usah merisaukan tentang dirinya, ia telah berangkat mendahului diriku" ejeknya sambil tertawa dingin. "Apa? Dia sudah mati?" seru Go siau bi dengan wajah tertegun. "Hmm Kenapa? Kau merasa kecewa?" ejek sang pemuda. Air muka Go siau bi beberapa kali berubah hebat, tiba2 hardiknya keras- keras: "Han siong Kie, inginkah kau mengetahui sebab musabab sehingga aku berniat membinasakan dirimu??" "Aku rasa tak perlu" "Jadi engkau telah paham?" "Aku tak ingin memahami persoalan itu, kalau ingin membunuh silahkan turun tangan" "Jadi engkau sama sekali tidak menyesal??" "Haaah haaah haaaahh Han siong Kie tak kenal arti menyesal" Telapak tangan Go siau bi mulai gemetar, rasa cinta dan benci amat mendalam hatinya dia ingin membunuh pemuda ini lantaran dia gagal mendapatkan cinta kasihnya, maka membenci pemuda itu, malahan membenci pula setiap pemuda tampan yang sebaya dan setanding dengan anak muda ini. 1023 Tapi..benarkah dara itu tega untuk membunuh kekasih hatinya ? Air mata mulai bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Lama ..lama sekali suasana tetap hening, dengan tak sabar Han siong Kie menghardik: "Hey, kenapa engkau tidak turun tangan??" Tiada jawaban tiada gerakan. Karena tak sabar pemuda itu akhirnya bangkit dan memandang kemuka, tampaklah selembar wajah yang murung, sedih dan penuh dengan air mata terbentang didepan mata, wajah itu sayu dan sama sekali tiada bekas hawa napsu membunuh yang sadis.

"Itulah perempuan.... itulah namanya perempuan" pikir Han siong Kie dihati, hanya hati perempuan yang gampang berubah, hanya sikap perempuan yang mudah jadi sedih.." sindirnya kemudian dengan suara yang dingin dan tak enak didengar: "Bukankah kau ingin membunuh aku? Kalau ingin membunuh, hayolah cepat laksanakan, kalau tidak... maaf kalau aku akan berlalu dari tempat ini." "Tunggu sebentar" tiba-tiba dara itu membentak "Ada apa lagi?" Disekanya air mata yang membasahi pipinya, lalu Go siau bi berseru ketus: "Aku toh tak pernah mengatakan bahwa aku tak akan membunuh dirimu? Kenapa kau hendak pergi?" "Kenapa tidak cepat turun tangan ? Hayo, kalau ingin bunuh aku bunuhlah sekarang juga" "sebelum kubantai dirimu, terlebih dahulu ada beberapa patah kata hendak kuterangkan lebih dulu, aku harap engkau dengarkan kata2 ku ini dengan sebaik baiknya." 1024 "Katakanlah cepat" Perlahan Go siau bi menundukkan kepalanya karena hati yang pedih, selang sesaat kemudian ia menengadah kembali, tampaknya dara ini telah mengambil keputusan: Katanya dengan penuh emosi: "Han siong Kie, masih ingatkah engkau tatkala tubuhmu tercebur kedalam sungai dan aku berhasil menolong dirimu kemudian selama tiga hari kurawat kau sebaik-baiknya..." "Toh sudah kukatakan, tiap budi kebaikan yang pernah kuterima, suatu ketika pasti akan kubalas?" tukas sianak muda itu dengan nada tajam. " Kedua kalinya, ketika aku dilukai oleh pengawal istana Huan mo kiong, engkau membawa aku menginap disebuah rumah penginapan...." "Waktu itu keadaan amat mendesak. tiada tindakan lain bagiku kecuali berbuat begitu" "Tapi ingatkah kau bahwa antara laki2 dan perempuan ada batas-batasnya? setelah kita menginap disatu kamar yang sama, bagaimana mungkin aku ..." Berbicara sampai disini tiba-tiba ia tundukkan kepalanya rendah-rendah.. Karena pandangannya yang sempit, Han siong Ki memang membenci setiap perempuan yang ada diseantero jagad tapi di dasar hatinya ia sebenarnya ramah dan penuh kasih sayang, diapun memiliki api asmara dan rasa cinta, hanya perasaan hatinya itu tertekan oleh jalan pikirannya yang keliru. sebagai seorang pemuda yang cerdas tentu saja ia dapat menangkap arti dari kata-katanya itu tapi si anak muda itu tak bisa berbuat banyak sebab pada hakekatnya ia tak mencintai

Go siau bi, yang ada dalam hati kecilnya cuma rasa berterima kasih serta rasa berhutang budi belaka... Tapi sekarang tanpa disadari jantungnya berdebar keras.. 1025 sekarang ia mulai berpikir, mungkinkah dara yang cantik ini jadi kalap lantaran pinangan put lo. sianseng terhadapnya tempo hari telah ditolak secara mentah2? Rasa simpatik, kasihan dan iba seketika menyelimuti perasaan hatinya, ia mulai merasa kasihan atas nasib jelek yang telah menimpa anak dara itu "Nona, aku merasa amat menyesal dan minta maaf yang sebesar-besarnya atas terjadinya peristiwa itu" ia berkata dengan lembut. "Hmm Rasa sesal yang mendalam?" "Dengan hati yang tulus dan ikhlas aku mohon kepada nona sudilah kiranya jangan membunuh orang lagi mulai saat ini" "Kalau kutolak permohonanmu itu?" seru sang dara dengan ketus dan muka menyeringai. suasana yang semula sudah tenang dan damai, kini berubah kembali jadi tegang. Paras muka Han siong Kie berubah hebat, sahutnya cepat: "Bila nona menampik permohonanku ..tu, terpaksa aku harus melaksanakan apa yang telah kukatakan tadi" "oooh. Jadi engkau akan membunuh aku?" ejek Go siau bi sambil tertawa sinis. "Betul bila kau takut peristiwa itu sampai terjadi, silahkan kau bunuh aku lebih dahulu sebab kalau tidak, andaikata kita sampai bertemu lagi dikemudian hari, kau pasti akan kubunuh". selapis hawa dingin yang ketus dan menyeramkan mulai menyelimuti raut wajah Go siau bi, ia mengejek sinis: "Huuuh.. Mampukah engkau melaksanakan keinginanmu itu??" "Lihat saja nanti hasilnya, apa gunanya banyak bicara yang tak ada gunanya?" 1026 "Han siong Kie, engkau tak bisa membendung niatku ini, akan kubunuh pemuda tampan yang ada dikolong langit hingga mereka musnah semua dari atas muka bumi.. Hmm Engkau ingin bunuh aku ? Baiklah ini hari sengaja kau kulepaskan dirimu, akan kulihat bagaimana caramu membunuh aku, tapi kau musti ingat, bila kita sampai bertemu muka lagi, andaikata engkau tak dapat membunuh aku, maka akulah yang akan membinasakan dirimu" Han siong Kie menatap sekejap kearah wajahnya dengan pandangan dingin, mulutnya tetap membungkam. Kalau bisa ia hendak membacok dara itu hingga mampus, rasa simpatik dan kasihan yang muncul dalam hatinya tadi kini

tersapu bersih dari lubuk hatinya. Pemuda itu tak ingin banyak ribut lagi dengan dara tersebut, per-lahan2 dia putar badan dan berlalu dari situ. Memandang bayangan punggungnya yang kian menjauh, Go siau Bi berdiri termangu-mangu, beberapa kali dia hendak memanggilnya..tapi setiap kali niatnya itu dibatalkan, ia merasa bagaikan tersiksa dan terharu, sehingga akhirnya tak kuasa lagi menangislah gadis itu ter-sedu2. Isak tangis itu sempat terdengar oleh Han siong Kie yang makin menjauh, ia agak tertegun dan menghentikan langkahnya, tapi sesudah ragu sebentar pemuda itu lanjutkan kembali perjalanannya kedepan. kali ini ia tidak berpaling lagi. Dengan penuh rasa mendongkol Go siau Bi mendepakdepakan kakinya keatas tanah, serunya berulang kali: "suatu ketika aku pasti akan membunuh kau..tunggu saja tanggal mainnya" Pada saat itulah, tiba2 dari tempat kejauhan berkumandang suara gonggongan anjing yang sangat ramai. 1027 Dengan segera Go siau Bi berpaling, begitu mengetahui apa yang tertera didepan matanya ia jadi tercekat dan mukanya berubah jadi pucat pasi seperti mayat. tampaklah dua ekor anjing sebesar tubuh anak sapi berdiri disisi kiri dan kanannya pada jarak dua kaki, giginya yang runcing menyeringai seram, matanya memancarkan sinar buas, selama hidup belum pernah ia jumpai anjing sebuas dan sebesar ini sementara dia masih termenung sesosok bayangan manusia kembali melayang masuk ke dalam hutan, orang itu adalah seorang kakek bungkuk yang membawa sebuah pecut rotan yang panjang. Dengan sorot matanya yang beringas kakek itu menatap sekejap wajah Go siau bi, lalu mengawasi pula pada mayat yang terkapar diatas tanah, setelah itu dia menganggak beberapa kali. "Hey, apa maksudmu datang kemari?" tegur Go siau bi dengan suara dalam. Kakek bungkuk itu tertawa seram: "Heeehhh... heehhh...heeehhhh.... Cantiknya memang cantik, cuma sayang perempuan secantik ini tak lebih hanyalah kuntilanak yang berhati keji" "Apa? siapa yang kau maksudkan?" teriak dara ayu itu dengan mata melotot. "siapa lagi, tentu saja engkau" Sepasang alis mata Go Siau bi berkenyit, hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, sambil mendengus dingin katanya: "Hey tua bangka yang tak tahu diri, sebelum nonamu berniat membinasakan engkau, bawalah anjing2 itu dan segera berlalulah dari tempat ini"

1028 "Heeeh heehh . heeeh kenapa aku musti pergi ? Kedatanganku justru hendak mencari engkau" "Mencari aku ? Siapa kau dan sebutkan namamu" "Aku adalah Khoo Tio cu, si bungkuk she Khoo pengurus rumah tangga perkampungan oh bau san cung, mengerti??" Mendengar nama itu, satu ingatan terlintas dalam benak Go Slau bi, sekarang ia sudah dapat menebak apa yang telah tarjadi, dengan wajah yang tetap tenang katanya: "Lantas ada urusan apa kau cari aku??" "Kedua orang sau cengcu perkampungan kami telah tewas dipinggir jalan-" "Kalau aku yang bunuh mau apa kau?" tukas sang dara cepat. "Bagus sekali, setelah kau memberikan pengakuan urusan makin gampang untuk diselesaikan, darimana asal perguruanmu?" "Huuh. Kau belum berhak untuk mengetahuinya." Sinar mata yang bengis dan buas memancar keluar dari balik mata si bungkuk itu, begitu bengisnya sinar mata orang itu sehingga hampir tak ada bedanya dengan kebengisan mata kedua ekor anjingnya, membuat siapapun yang memandangnya jadi bergidik. Ia maju beberapa langkah kedepan, lalu serunya dengan suara yang menyeramkan: " Heeeh hh heeeh hh heeeh hh memang sekarang susah untuk memaksa kau untuk berbicara tapi ingatlah baik-baik, suatu ketika engkau akan mengakuinya sendiri" "Bungkuk she Khoo, nonamu tak ingin membinasakan dirimu, kalau tahu diri lebih baik enyahlah dari sini" "Heehhh heeehhh heeehhh kau suruh aku pergi dari sini? Lucu... benar-benar sangat lucu, kau malah suruh aku pergi.. 1029 tahukah kau bahwa aku si bungkuk she Khoo justru tak ingin melepaskan engkau dengan begitu saja??" "Bangsat Jadi engkau benar2 ingin mati?" "Yang ingin mampus bukan aku, melainkan kau sendiri" Hawa napsu membunuh mulai menghiasi air mukanya yang putih, ia mendengus gusar telapak tangannya diayun kedepan dan segulung hawa hijau yang mengerikan segera meluncur kedepan melancarkan sebuah ancaman maut. Paras muka sibungkuk she Khoo itu berubah hebat, ia agak tertegun menyaksikan datangnya ancaman berwarna hijau itu, tampaknya sepanjang hidup, belum pernah dia jumpai ilmu kepandaian seaneh dan setangguh ini. "Blang " Ditengah benturan keras yang cukup memekikkan telinga, tubuh si Bungkuk she Khoe itu mencelat sejauh delapan depa lebih dari kedudukan semula, darah panas bergolak dalam dadanya, betapa terkesiapnya sukar dilukiskan

dengan kata2. Keistimewaan dari ilmu pukulan Thian tok ciang hoat adalah daya pantulan yang terpancar keluar bila menyentuh pukulan itu, makin besar seseorang melancarkan serangannya maka semakin besar pula daya pantulan yang terpancar oleh kepandaian itu. Masih untung tenaga pukulan yang dilancarkan oleh Go Siau bi tidak lebih cuma enam bagian belaka, dan tapi Khoe Tuo cu tak sempat melakukan perlawanan dengan sepenuh tenaga karena ia dibikin kaget bercampur tertegun, karena itu loloslah dia dari ancaman bahaya maut yang sebetulnya dapat merenggut selembar jiwanya. sudah tentu Khoe Tuo cu tidak mengenal kelihayan dari ilmu pukulan itu, betapa penasarannya orang itu karena peristiwa yang barusan terjadi, dengan sorot mata yang bengis dia menerjang maju lagi ke depan, sebuah pukulan 1030 yang lebih dahsyat bagaikan hembusan angin topan menerjang ke dada lawan. "Bangsat, rupanya engkau memang sudah bosan hidup," hardik Go siau bi denganpenuh kegusaranDengan ilmu pukulan Thian tok ciang hoat yang telah dikerahkan mencapai delapan bagian ia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. "Blamm" suatu benturan dahsyat kembali menggelegar diudara, jerit ngeri yang melengking mendesis dari mulut Khoe Tuo cu, badannya mencelat sejauh beberapa kaki dan darah segar muntah keluar dari mulutnya. "Bluuk" bagaikan sebuah cupu2, tubuhnya menggelinding diatas tanah setelah jatuh mencium tanah. Gong gongan anjing berkumandang memecahkan kesunyian, seekor anjing besar yang berada disamping kanan tiba2 menerjang kearah dara itu dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Lolongan anjing yang mengerikan berkumandang menyayat kesunyian yang mencekam udara, anjing besar itu mencelat sejauh tiga kaki lebih dari tempat semula.. "Duukk" Ketika menumbuk diatas dahan sebuah pohon besar, mampuslah anjing tersebut seketika itu juga. Dalam pada itu Khoo Tuo cu telah bangkit dari atas tanah, ia tampak agak tertegun menyaksikan kelihayan ilmu silat yang dimiliki dara tersebut, kejadian ini sama sekali diluar dugaannya. sebab kalau bukan seorang tokoh silat yang benar-benar berilmu tinggi tak mungkin anjing besar itu dapat dibunuh dalam sekali pukulan belaka Dalam terkejut dan cemasnya, bagaikan titiran angin deras cambuk rotannya diputar sedemikian rupa mengitari angkasa. Anjing raksasa yang berada disebelah kiri bagaikan sambaran kilat telah melancarkan tubrukan pula kedepan.

1031 siau bi terancam bahaya, cepat-cepat telapak tangannya dilontarkan kemuka melepaskan pukulan maut.. Agaknya anjing besar itu sudah tahu kalau ilmu silat yang dimiliki musuhnya sangat lihay, berada ditengah udara tubuhnya berjumpalitan beberapa kali diudara dan menggelinding kebawah kaki anak dara itu, moncongnya langsung menyambar kedepan dan menggigit kakinya. semua gerakan dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tak kalah cepatnya dengan seorang jago lihay. Bergetar keras perasaan hati Go siau bi menghadapi ancaman itu, cepat ia melejit dan melambung keudara, dari situ telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat kebawah. Gagal dengan gigitannya, anjing besar itu segera meluncur maju satu kaki lebih ke depanTatkala Go Siau bi melayang turun kembali keatas tanah, secepat kilat sambaran anjing itu menerkam lagi kedepan. Kali ini tak sempat bagi Go siau bi untuk berkelit, telapak tangannya langsung dibacokkan keatas batok kepala anjing itu.. "Guukk..guuukk.. lolongan panjang kembali menderai diudara, batok kepala anjing itu terbacok sampai hancur jadi dua bagian, kepalanya hancur dan darah serta isi benaknya tersebar dimana-mana, anjing itu mampus seketika itu juga.. Tapi cakar anjing sebelah depannya sempat pula mencakar paha Go Siau bi.. Rasa gatal-gatal dan kaku yang aneh segera menyerang pahanya dan perlahan-lahan bergerak naik keatas. Rasa kaget dan terkesiap yang menyelimuti hatinya sekarang susah dilukiskan dengan kata2, ia tahu itulah tanda2 keracunan atau dengan perkataan lain cakar anjing itu mengandung racun yang sangat jahat. 1032 Dengan cepat semua jalan darah penting di tubuhnya ditutup semua, setelah menghadang peredaran racun yang merambat lebih jauh kearah lain, dengan sorot mata yang bengis menyeramkan, ia menerjang kearah Khoo Tuo cu habis2an. "Blaaang" kembali terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memenuhi angkasa, dengan batok kepala hancur berantakan Khoo Tuo co menggeletak dalam keadaan mengerikan"Perempuan rendah, pada hakekatnya engkau memang bukan manusia, hatimu keji dan tak kenal ampun, akan kuhancurkan tubuhmu hingga lembut seperti abu." Bersamaan dengan munculnya bentakan keras yang sangat mendadak itu, seorang kakek tua berjubah hitam yang tinggi

besar telah nelayang masuk kedalam gelanggang. "Suiiit"" siulan lengking menggema diangkasa, menyusul belasan ekor anjing besar bagaikan air bah, menerjang kearah tubuh Go siau Bi. Kejut dan gelisah menyelimuti seluruh perasaan anak dara itu, ia merasa sukma serasa melayang tinggalkan raganya karena ketakutan, gadis itu sadar bahwa ia sudah kena racun keji dari anjing2 itu, daripada berdiam diri dan mati konyol ditangan lawan jauh lebih baik melarikan diri tinggalkan tempat itu. Begitu ingatan tadi melintas dalam benaknya, ia lantas melejit ke udara dan meluncur masuk kearah hutanApa mau dikata rupanya racun sudah mulai bekerja dalam tubuhnya, sepasang kakinya sudah tak mau mendengar perintah lagi, baru saja melayang sejauh lima kaki, tubuhnya terjatuh kembali keatas tanah. sementara kawanan anjing besar itu kembali sudah menerjang tiba dengan hebatnya. 1033 Antara manusia dan anjing, segera berkobarlah suatu pertarungan yang amat mengerikanAnjing- anjing besar itu memang tersohor karena keganasannya, bukan saja sifatnya memang buas, cakarnya mengadung racun keji dan gerak geriknya cepat bagaikan sambaran kilat, lagipula tak takut mati, maka setelah mendapat latihan secara khusus kehebatan mereka jauh lebih mengerikan daripada serangan dari jago-jago silat kelas wahid. Cemas dan marah bercampur aduk dalam benak Go siau bi, telapak tangannya diayun berulang kali kemuka, kabut hawa hijau kembali menggulung keempat penjuru dengan dahsyatnya. Ditengah benturan2 yang memekikan telinga, lolongan panjang berkumandang susul menyusul. Dalam waktu singkat delapan ekor anjing yang telah binasa ditangan anak dara itu tapi sisanya tak gentar barang sedikitpun, mereka masih melanjutkan terjangannya dengan kecepatan yang luar biasa. Peluh sudah membasahi seluruh tubuh Go siau bi, rambutnya awut-awutan dan napasnya tersengal-sengal, ia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk mengatur pernapasanRombongan anjing- anjing besar itu menerjang dan mundur secara beraturan, mereka saling mengisi kekosongan yang ada dan menyerang dari tiga arah yang berlawanan, yakni arah atas tengah dan bawah. Tentu saja Go siau bi tak berani menyambut datangnya ancaman itu secara gegabah, sebab dia tahu anjing-anjing itu sangat beracun pada kuku-kukunya. sementara itu kakek berjubah hitam yang berada

disamping gelanggang merasa gusar dan sakit hati, namun ia 1034 tak berani menghentikan serangan anjing-anjing itu, sebab ia tahu betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki musuhnya, ia telah bersiap sedia mengorbankan anjinganjingnya itu sebagai ganti dari kesuksesan rencananya. setengah peminum teh kemudian, bangkai anjing telah bergeletak dimana-mana, darah serta hancuran daging tersebar dimana-mana, keadaannya mengerikan sekali. Dari sekian banyak anjing besar yang dibawa oleh kakek baju hitam itu, tak seekorpun yang masih hidup pada saat ini. Walaupun demikian, keadaan Go Siau bi sendiripun mengenaskan sekali, ia sudah kehabisan tenaga, kakinya yang keracunan sekarang menjadi bengkak dan satu kali lipat lebih besar daripada keadaan biasa, rasa sakit menyerang sampai kelubuk hati, sekali pun ia tahu masih ada seorang musuh yang mengincar dirinya namun ia tak mampu untuk mempertahankan diri lagi, akhirnya gadis itu roboh dan jatuh terduduk diatas tanah. Dengan sinar mata bengis, penuh kebuasan kakek berjubah hitam maju kedepan dengan langkah lebar. Go siau bi sadar bahwa gelagat tidak menguntungkan dirinya, diapun menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya untuk dikumpulkan pada telapak tangan kanannya.. Sambil bergerak maju kedepan kakek baju hitam itu berkata tiada hentinya: "Perempuan rendah, engkau telah menipu dan membunuh dua orang putra kesayanganku, ini hari akan kusuruh kau rasakan pula siksaan yang terkeji dikolong langit, akan kusiksa kau sampai mampus ....Hmm Sakit hati ini akan kutuntut balas beberapa kali lipat lebih dahsyat tunggulah tibanya saat seperti itu ...." Go Siau bi membentak keras, telapak tangan kanannya tiba-tiba diayun kedepan, lima gulung desiran angin tajam segera meluncur keluar dan mengancam tubuh kakek itu. 1035 Rupanya kakek baju hitam itu memang sengaja memperlambat langkah kakinya berhubung dia harus bersiap menghadapi tibanya ancaman yang tak terduga dari pihak lawanoleh sebab itu ketika Go Siau bi mengayunkan telapak tangannya kedepan, secepat kilat ia berkelit kesamping, tapi toh gerakan itu teriambat setengah langkah, tangan kanannya terasa sakit sekali hingga merasuk ketulang sumsum, tak kuasa lagi dia mendengus tertahan. Ilmu jari Bwe hoa cuan sim ci (juri si kura penembus hati ) yang digunakan Go siau bi ini adalah salah satu ilmu sakti yang tercantum dalam kitab pusaka Thian toh pit kip. arah

yang dituju adalah dada musuh atau tepatnya persis diatas jantung, andaikata terkena hajaran jantung orang akan pecah dan binasalah orang itu. Tapi berhubung kakinya terluka sehingga banyak tenaga dalamnya berkurang maka melesetlah serangan itu dari sasaran utamanya. "Blam" pukulan tangan kiri yang dilepaskan kakek berjubab hitam itu dengan telak bersarang ditubuh Go siau Bi Ditengah dengusan yang tajam, tubuh dara itu mencelat dan bergelinding diatas tanah, kesadarannya punah dan dara itu berada dalam keadaan setengah sadar setengah tidak. Kakek tua baju hitam itu tertawa seram, secara beruntun dia menotok beberapa buah jalan darah penting ditubuh gadis itu. Kemudian ketika dilihatnya musuhnya sudah tercakar oleh racun anjingnya, ia ambil keluar sebuah botol kecil dari porselen putih, diambilnya sedikit bubuk kuning dan dijejalkan kemulut Go siau Bi, lalu mengambilpula sebagian dan dibubuhkan pada sekitar mulut luka, kemudian baru berkata dengat nada menyeramkan: "Hmm Hmmm aku tidak akan membiarkan engkau mampus dengan begitu saja" 1036 Ditatapnya sekejap bangkai2 anjing itu dengan perasaan berat, akhirnya sambil mengempit tubuh Go siau Bi, dia berlalu dari tempat kejadianTatkala Go siau Bi sadar kembali dari pingsannya, ia menemukan kaki tangannya telah dibelengu orang, tubuhnya berbaring terlentang dengan menghadap keatas, namun ia tak mampu bergerak sementara rasa dingin menyelimuti sekujur tubuhnya. Ia membuka mata dan memeriksa keadaannya, tapi segera dara itu jadi malu bercampur gusar, ternyata ia sedang dibelenggu di atas sebuah papan kayu dalam keadaan telanjang bulat, sehelai benangpun tidak menempel ditubuhnya, sementara kakek baju hitam itu sedang memandang kearahnya sambil menyeringai seram. Disamping kakek itu berdirilah sepasang anjing besar yang sedang mencakar2 tanah sambil memperdengarkan serentetan suara kaing-kaing yang aneh. Dia ingin buka mulut untuk berbicara, namun tak sepatah katapun yang mampu diucapkan, sadarlah dara itu bahwa jalan darah bisunya telah ditotok orang. -00d0w00BAB 57SECARA lapat2 dara itu mulai menduga apa yang bakal terjadi serta menimpa dirinya. Ia rela mati dan mengakhiri hidupnya lebih cepat, namun ia tak mampu untuk melakukannya, beberapa buah jalan darah ditubuhnya tertotok. sekalipun ilmu silatnya sangat tinggi,

berada dalam keadaan seperti ini tiada sesuatu apapun yang bisa dilakukan lagi olehnya. 1037 Tiba2 kakek berbaju hitam itu tertawa seram, suaranya sadis dan mengerikan" Heeeh heeeehh heeeehh perempuan rendah, aku adalah Ho Thong thian ketua perkampungan oh hau san-cung, ingat baik2 namaku ini dan ketahuilah bahwa aku berbuat demikian demi membalaskan dendam bagi kematian dua orang putraku" Go Siau Bi ingin bicara namun tak mampu mengucapkan sepatah katapun, apa boleh buat?, Dia cuma bisa berbaring dengan mata melotot penuh kegusaran. Terdengar Ho Thong thian melanjutkan kembali kata katanya: "Perempuan rendah, engkau telah memancing kedua orang putraku dengan kecantikan wajahmu kemudian membunuhnya secara keji.. heeeh heeeh heeeh sekarang, saat pembalasan telah tiba, coba pandanglah kedua ekor anjing jantan itu, dia akan menjadi suamimu sebentar lagi, dari kedua ekor anjing jantan inilah engkau akan mendapatkan kepuasan seks yang paling nikmat, kau akan di bikin naik kesorga oleh kedua ekor anjing ini haaah haaahh haaaahh manusia digagahi oleh anjing, itulah acara pertunjukkan yang menarik sekali." -00d0w00Jilid 28 BETAPA terkejut dan takutnya Go siau bi sesudah mendengar ancaman itu, ia merasa sukmanya bagaikan melayang tinggalkan raganya, bila sampai peristiwa itu benarbenar terjadi, inilah siksaan yang terkeji dikolong langit, seorang gadis perawan akan kehilangan kesucian tubuhnya ditubuh seorang anjing, bahkan sekaligus akan diperkosa oleh dua ekor anjing besar secara bersamaan, matanya jadi berkunang dan pandangannya jadi gelap akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri saking gusar dan mendongkolnya. 1038 Hoo Thong thian tertawa seram, cepat ia totok jalan darah Thian kia hiat ditubuh dara itu. sekali lagi Go siau bi sadar kembali dari pingsannya, hancur luluh perasaan hatinya, air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya yang ayu .... "Perempuan rendah, dengarkan baik-baik kataku ini" ujar Ho Tong Thian lebib jauh "kecuali menerima pembalasan ini, tiada cara lain yang bisa kugunakan untuk menghajar dirimu, Nah setelah engkau menerima kepuasan seks ditubuh kedua ekor anjing jantan ini, maka engkau akan menjadi santapan yang paling lezat bagi mereka haaah haaahh haaahh itulah pertunjukkan yang paling surprise, sang istri yang cantik setelah digagahi akan disantap" Dalam keadaaa seperti ini Go siau bi benar-benar kehabisan

akal, mau melarikan diri jelas tak mungkin, ingin bunuh diri juga tak mampu, tepatnya ia memang harus merasakan siksaan hidup yang paling keji itu, diperkosa lebih dulu oleh anjing, lalu tubuhnya akan di cabik sebagai penghuni perutnya. Air mata dengan derasnya mengucur keluar membasahi seluruh wajahnya. sekarang ia dapat merasakan apa artinya pembalasan-.. dia mulai menyesal. "ooooh sungguh cepat pembalasan yang tiba dan menimpa diriku" keluhnya dihati. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang gadis perawan, dia memiliki serangkaian ilmu silat yang luar biasa, ia tak takut mati, sebab ia merasa bahwa mati hanya suatu pelepasan belaka, pelepasan dari segala bentuk siksaan maupun penderitaan, tapi ia tak sudi mengalami siksaan tersebut sebelum ajalnya, apa lagi siksaan yang begitu kejinya. Bila seseorang bisa putus asa, kadang kala timbul pelbagai ingatan dalam ingatannya. Dara itu berharap akan terjadinya suatu kejadian yang diluar dugaan, sehingga ia dapat terhindar dari siksaan yang 1039 paling keji ini, ia rela melakukan apapun untuk membayar pertolongannya itu, asal siksaan yang tak berperi kemanusiaan ini bisa di hindari Gelak tertawa dari Ho Thong thian, pemilik perkampungan oh hau san ceng masih berkumandang tiada hentinya. lengking suara tertawa yang menyerupai binatang itu bagaikan pisau tajam yang menyayat-nyayat hatinya, membuat hatinya hancur lebur. Tampaknya dua ekor anjing jantan itupun sudah berpengalaman dalam melaksanakan tugas itu, dengan sorot mata yang merah membara dan mengerikan, anjing-anjing itu menatap tubuh Go siau bi yang telanjang tanpa hentinya, sementara bunyi desiran aneh muncul dari mulutnya, keadaan benar2 mengerikan.. Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Go siau bi yang sedang menghadapi bahaya perkosaan oleh dua ekor anjing.. sementara itu Han siong Kie telah meneruskan perjalanannya dengan langkah yang amat lambat karena luka parah yang dideritanya akibat pertarungan melawan Go siau bi, ia tak dapat mengerahkan tenaga sebagai mana mestinya. Setengah jam kemudian, ia baru mencapai sejauh lima li dari tempat semula, lembah In wu kok yang hendak dituju secara lapat-lapat sudah kelihatan didepan mata. Walaupun hubungannya deagan Go Siau bi tak dapat dikatakan ada perasaan cinta, namun perasaan persahabatan tetap ada dan oleh karena itu ia merasa sedih oleh perbuatannya, mimpipun ia tak menyangka Go Siau bi yang halus, lembut dan berbudi sekarang telah berubah jadi

manusia lainTerutama kata2 dari Go Siau bi, tiap kali terbayang kembali ia lantas merasakan jantungnya berdebar keras. 1040 cinta memang tak dapat dipaksakan, apa lagi hatinya sudah terisi oleh perempuan lainSegulung desiran angin dingin berhembus lewat disamping tubuhnya, dengan terkejut Han Siong Kie berpaling, dia tahu desiran angin itu bukan hembusan angin biasa melainkan kehadiran seseorang manusia lainPemuda itu merasa kuatir, dalam keadaan terluka parah, tak mungkin baginya melakukan perlawanan lagi jika yang datang adalah pihak musuh. Secepat kilat ia berpaling, seorang perempuan berkerudung tahu2 sudah berdiri dihadapannya. orang itu siapa lagi kalau bukan orang yang ada maksud. Untuk sesaat Han Siong Kie berdiri tertegun"Nona, engkau hendak pergi kemana?" tegurnya. "Aku datang mencari engkau " "Mencari aku? Ada urusan apa engkau mencari aku..?" pemuda itu merasa keheranan. "Nona Go siau bi tertangkap oleh Hoo Thong thian, CengCu dari perkampungan Go hau san Ceng" Agak terkejut Han siong Kie mendengar kabar itu, serunya kurang percaya: "Masa ia tertangkap? Kepandaiannya toh sangat lihay, masakah ilmu dari Hoo Thong thian luar biasa." "Ia keracunan lebih dulu oleh anjing raksasa, sehingga akhirnya dia tertangkap" "oooh.. kiranya begitu" "Apakah engkau tidak menguatirkan mati hidupnya??" kembali orang yang ada maksud bertanya. 1041 "Ia telah membunuh Kim kian siang ing (sepasang pendekar pedang emas) putra kesayangan HHoo Thong thian, sewajarnya kalau sang ayah membalaskan dendam bagi kematian putranya" "Tapi.. tahukah engkau bahwa Hoo Thong thian adalah seorang manusia durjana yang banyak melakukan kejahatan? Begitu pula dengan anak-anaknya, mereka sering kali mengacau rakyat, kematian mereka justru menggirangkan banyak orang" "Nona" seru Han siong Kie dengan cepat, " apakah engkau mengerti sebab-sebab yang mendorong ia melakukan pembantaian2 sekalipun Kim Kiam siang ing pantas dibunuh, akan tetapi bagaimana dengan lainnya?" orang yang ada maksud tertawa setelah mendengar perkataan itu, ia balik bertanya: "Tahukah engkau, apa

sebabnya ia sampai membunuh orang?" "Hmm Ia sudah mengidap penyakit gila .... dan otaknya sudah sinting dan tak waras." "Hmmmm" kali ini orang yang ada maksud mendengus dingin, " apakah ucapan itu muncul dari lubuk hatimu??" "Nona, apa maksudmu mengucapkan kata-kata itu?" tanya Han siong Kie tercengang. "Go siau bi bisa sampai membunuh orang sepantasnya engkau memikul setengah dari tanggung jawabnya " " Kenapa..?" tanya sang pemuda dengan air muka berubah hebat. " Karena engkau, dia telah membunuh orang" " Karena aku ? Kenapa karena aku dia lantas main membunuh??" "Manusia bermuka dingin" seru orang yang ada maksud dengan suara tajam " engkau tak usah pura2 berlagak pilon, 1042 masakah engkau masih belum dapat memahami apa sebabnya ia sampai membunuh orang?" "Aku benar2 tidak paham" "ooh, jadi kalau begitu engkau tidak bersedia menolong jiwanya??" Han siong Kie tertawa dingin"Heeeh heeeh heeehh menolong dia ? Aku malahan sudah berkata kepadanya, bila kami bertemu lagi dilain waktu maka aku akan membinasakan dirinya" "Dengan dasar alasan apa engkau akan membunuhnya??" "sebab ia telah membunuh orang dengan semena-mena" "Ia bisa membunuh orang karena engkau, maka kaupun harus ikut bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini " "Nona, jangan asal main tuduh saja, coba terangkanlah perkataanmu itu dengan lebih jelas lagi " "oleh karena engkau telah melukai hatinya, maka dia membunuh setiap pemuda yang dijumpainya" "Aku ? Aku telah melukai hatinya?" "Benar " "Dalam hal apakah aku telah melukai hatinya??" "Masakah engkau benar2 akan suruh aku mengatakannya keluar??" "Tak ada halangannya kalau nona hendak mengatakan" "Sewaktu engkau dihajar oleh pemilik benteng maut sehingga tercebur kedalam sungai kemudian jiwamu tertolong olehnya, dimana selama tiga hari engkau total berbaring diatas pembaringannya . " "setiap budi yang pernah kuterima tidak pernah kulupakan, suatu ketika pasti akan kubalas " 1043 "Dalam masalah ini, persoalannya bukan manyangkut tentang soal balas budi atau tidak"

"Lalu persoalan ini menyangkut dalam hal apa??" "Kalau seorang anak dara bersedia merawat seorang pemuda asing didalam kamar tidurnya, bahkan tanpa canggung-canggung merawatnya, dapatkah engkau rasakan apa sebabnya ia bersedia melakukan kesemuanya itu" Han Siong Kie mengerutkan dahinya rapat-rapat, bukannya ia tak dapat merasakan hal ini, melainkan ia tak bersedia untut mempertimbangkan soal tersebut. Terdengar orang yang ada maksud berkata lebih jauh: "Tahukah engkau bahwa Go siau bi telah bersumpah didepan pusara ayahnya bahwa dia tak akan menikah dengan orang lain kecuali dengan kau seorang" "Apa sangkut pautnya dengan diriku? Itu toh urusan pribadinya sendiri??" Jawaban yang dianggap terlalu ketus ini segera membangkitkan hawa amarah dihati orang yang ada maksud, serunya lagi: "Aku mengerti, oleh karena engkau adalah Manusia bermuka dingin maka engkau dapat mengatakan ucapan yang sadis dan sama sekali tidak berperasaan ini, tentunya engkau tidak lupa bukan dengan peristiwa dalam rumah penginapan? Engkau telah memeluk tubuhnya bahkan menginap disatu kamar." "Aku merrpunyai niat untuk membalas budi pertolongannya, masakah perbuatanku ini keliru??" "Engkau tidak keliru, tapi bila seseorang dara telah berdempetan dengan seorang pria, malahan perlu dipeluk. tidur dalam satu kamar selain ia kawin dengan lelaki itu, mungkinkah dia bisa kawin dengan orang tak lain" 1044 "Aaaah . . Kita toh orang-orang persilatan, Bagi kita orang persilatan rasanya tak perlu merisaukan soal titik bengek itu" "Itu kan pandangan segelintir orang, andaikata Go siau bi memandang berat persoalan ini, lalu apa yang hendak kau lakukan ?" Han siong Kie memang merasa seperti dipaksa dan ditekan untuk menerima kenyataan itu, ia tak bisa berkutik, kecuali meringis rasanya memang ia tak bisa berbuat lain-Terdengar orang yang ada maksud melanjutkan kembali kata-katanya: "Aku rasa Go siau bi cukup cantik dan cukup bagus, ia pantas untuk menjadi isterimu, apalagi kakeknya Put lo sianseng sebagai seorang tokoh persilatan ternyata mengajukan pinangan sendiri kepadamu, tak kunyana kau malah menampik pinangannya sehingga membuat dara itu tertekan jiwanya, padahal kau toh tahu bahwa ia mencintai dirimu? Nah, karena pelbagai alasan inilah ia jadi sinting dan melakukan hal-hal yang diluar dugaan, coba katakanlah apakah engkau tidak merasa ikut bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini??"

"Maksud nona, engkau hendak memaksa ku untuk mencintai dirinya??" "Masa ia tak pantas untuk menerima cintamu ? Dan engkau sama sekali tidak tergerak hatinya oleh cinta kasihnya yang telah dilimpahkan padamu??" Han siong Kie membungkam, betul2 membungkam dalam seribu bahasa. Dahulu ia memang pernah membenci seantero perempuan yang ada dijaga d, tapi sejak hubungan cintanya dengan Tong hong Hwie, perasaan hatinya mulai terbuka, untuk pertama kalinya ia benar-benar mencintai seorang dara, dan ia persembahkan rasa cintanya itu padanya. Terhadap Go siau bi, meskipun tak bisa dikatakan ia memandangnya seperti memandang perempuan lain, tapi diapun tidak mencintai dirinya. 1045 Tiba-tiba suatu rasa menyesal dan iba tersebut dalam hati kecilnya, ia ikut merasakan penderitaan serta kesedihan yang dialami anak gadis itu. Tapi ingatan lain berkecamuk pula dalam benaknya, maka diapun berkata dengan dingin"Nona, tentunya engkau masih ingat bukan dengan seseorang yang bernama Tonghong Hui?." Tampak sekujur tubuh orang yang ada maksud bergetar keras, tapi ia menjawab dengan cepat. "Tentu saja masih ingat, kenapa??" "Terus terang kukatakan padamu nona, perasaan dan hatiku telah dibawa pergi olehnya" "Bukankah ibuku pernah memperingatkan kau, bila hubunganmu dengan Tong Hong Hui dilanjutkan maka hubungan tersebut akan berakhir dengan suatu tragedi" Han siong Kie tertawa sedih. "Mungkin tragedi telah menjadi kenyataan, tapi aku sama sekali tidak merasa menyesal" "Sudah menjadi kenyataan? Apa maksudmu ? Han Siong Kie agak ragu sebentar, tapi akhirnya dia mengaku juga. "Tentunya kau telah mengetahui bukan bahwa aku mempunyai hubungan dendam sedalam lautan dengan Tengkorak maut? Oleh karena dalam dunia persilatan telah muncul pula seorang Tengkorak maut gadungan, dan aku tak tahu siapa yang benar-benar merupakan musuh besarku maka aku telah mengadakan janji dengan Tongbong Hui dia kuminta untuk kembali ke Benteng maut serta mencari fakta yang benar, bila musuh besarku bukan pemilik benteng maut maka dia akan keluar benteng untuk menjumpai diriku, sebalikaya kalau,... 1046 Pemuda itu hentikan kata-katanya ditengah jalan, rasa

sedih dan murung menghiasi Wajahnya. "Bagaimana? tanya Orang yang ada maksud sambil teriawa merdu. "Kalau ayahnya adalah pembunuh keluargaku, maka dia akan menghabisi jiwanya sendiri "Oleh karena dia tidak muncul lagi dari bentengnya, maka sekarang kau anggap dia sudah mati? "Benar! "Dia tak mungkin akan mati !" Terkejut Han Siong Kie setelah mendengar perkataan itu, dia lantas berpikir di dalam hati : "Orang yang ada maksud dan ibunya adalah tokoh silat yang amat misterius gerak-geriknya, ia bisa berkata demikian tentu didasarkan oleb fakta yaog kuat, tak mungkin ucapan tersebut diutarakan secara bermain-main belaka !" Dengan nada tercengang dia pun lantas bertanya: "Dengan dasar apakab nona berani mengatakan kalau dia sampai sekarang belum mati? Tentang soal , . maaf kalau untuk sementara waktu tak dapat kuberikan kepadamu, pokoknya kalau engkau sudah mengunjungi benteng maut maka semua rahasia ini akan kau ketabui, sekali lagi kuperingatkan kepadamu lebih baik putuskanlah hubungan cintamu dengan Tonghong Hui sebab kalau tidak maka tragedi tak bisa dihindari lagi. Mula mula Han Siong Kie agak tertegun tapi setelah tertawa getir sahutnya. Cinta dan dendam adalah dua kejadian yang saling berlawanan tak mungkin kedua hal ini bisa dijadikan satu, tapi aku berpendapat bahwa cinta yang murni dan cinta yang 1047 sesungguhnya tidak musti dipadukan dalam kehidupan yang nyata" "Justru persoalannya bukan terletak disini" "Maksudmu masih ada alasan serta persoalan lain yang bisa mengakibatkan terjadi tragedi ini??" "Memang begitulah kenyataannya" "Kata-kata itu sangat membingungkan hati orang, apakah engkau bersedia untuk menerangkan lebih jauh?" "Suatu ketika engkau akan memahami dengan sendirinya, sekarang maafkanlah daku karena aku tak dapat memberitahukan hal ini untukmu, bukannya aku sengaja berlagak sok rahasia tapi berbicara sesungguhnya, sekarang juga engkau harus pergi menyelamatkan jiwa nona Go Siau bi, kalau terlambat aku kuatir telah terjadi hal-hal yang luar biasa" "Kalau toh nona telah mengetahui bahwa ia sudah tertawan oleh orang-orang dari perkampungan oh han san ceng, mengapa kau tidak berusaha untuk menolongnya melainkan.." "Tentu saja aku mempunyai alasan tertentu"

"Dapatkah kuketahui alasan itu?" "Dalam perkampungan oh han san ceng telah dipelihara anjing-anjing perbatasan yang besar dan cakarnya beracun, sedangkan engkau memiliki kekuatan anti racun, maka tugas ini tak mungkin bisa diselesaikan oleh orang lain" Pada hakekatnya orang yang ada maksud telah mendapat perintah dari ibunya yakni orang yang kehilangan sukma untuk sengaja mengatur kesemuanya ini, kalau tidak karena rencana mereka, tentu saja dengan kepandaian yang dimiliki orang yang ada maksud, Go Siau bi telah tertolong ketika ia terluka tadi. 1048 Sementara itu, Han siong Kie sedang tundukkan kepalanya sambil termenung beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya. "Maaf nona, aku tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pertolongan itu" "Jadi engkau tidak bersedia untuk menolong jiwanya ??" "Aku tak dapat menyelamatkan jiwa sekarang, pembunuh yang pernah membantai ber-puluh2 lembar jiwa manusia yang sebenarnya sama sekali tidak berdosa " "Di kemudian hari ia tak akan membunuh orang lagi dan aku akan menanggung hal ini bagimu, bagaimana??" "Tetapi... " "Ada apa lagi?? " "Isi perutku terluka parah, aku kuatir...." "Aaah Kalau cuma soal itu kan gampang sekali, aku punya obat yang sangat mujarab, dengan dasar tenaga dalam yang kau miliki, maka setelah meminumnya dalam waktu setengah perminuman teh, seluruh kesehetananmu dapat pulih kembali seperti sedia kala" Tidak menanti jawaban dari Han siong Kie lagi, dia ambil keluar sebiji obat sebesar kelengkeng lalu diangsurkan kedepanDengan perasaan apa boleh buat terpaksa Han siong Kie harus menerimanya, dia berkata: "Baiklah, memandang diatas wajah kalian ibu dan anak. aku bersedia menolong jiwanya" Habis berkata dia masukkan obat itu ke dalam mulut, kemudian duduk bersila ditepi pohon untuk mengatur pernapasan 1049 Kemujaraban obat itu memang luar biasa sekali, pada hakekatnya sama sekali tidak berbeda dengan keampuhan Kui goan kim wan dari Kun si Mo ong. Kurang lebih setengah perminuman teh kemudian, dalam keadaan segar bugar Han siong Kie telah melompat bangun kembali dari atas tanah. Setelah orang yang ada maksud menunjukkan dari

perkampungan oh hausan ceng, ia berpesan pula. "Menolong orang bagaikan menolong kebakaran, sekarang juga engkau boleh segera berangkat. Mungkin saja kita akan bertemu kembali dilain waktu" Dengan tubuh yang enteng dia lantas berlalu dari situ. Memandang bayangan punggungnya yang berlalu, Han siong Ki cuma bisa menggeleng sambil menghela napas panjang, akhirnya iapun berangkat menuju ke perkampungan Oh hau san ceng. Perkampungan Oh hau san ceng merupakan sebuah bangunan perkampungan yang didirikan di tengah pepohonan Siong, dinding batu yang mengitari perkampungan itu tingginya mencapai tiga kaki, sedangkan bangunan dibalik lingkaran dinding terdiri dari rumah rumah batu berwarna hitam, setiap bangunan terdiri dari empat buah pintu yang terkunci rapat semua. Diantaranya dari balik pintu ketiga deretan rumah batu itu terdengarlah suara gelak tertawa manusia yang menyeramkan. Saat itulah seorang laki-laki kekar tergesa-gesa lari ke depan pintu bangunan ketiga setelah mengetuk gelang pintu dengan gencar ia berseru lantang. "Lapor cengcu, manusia bermuka dingin datang berkunjung, tampaknya ia datang dengan maksud tak benar! 1050 Pintu rumah terbuka dan muncullah seorang kakek jubah hitam yang berwarna seram, orang itu tak lain adalah Hoo Thong thian, pemilik perkampungan Oh hau san-ceng. Suasana dalam ruangan pada waktu itu kritis sekali Hoo Thoog thian sedang memerintahkan anjing-anjingnya untuk melakukan tindak perkosaan, untung tibalah laki-laki itu memberi laporan sehingga parbuatan kejinya untuk sementara waktu ditangguhkan. Apa kau bilang?" serunya bengis. Manusia bermuka dingin telah berkunjung kemari! Manusia bermuka dingin ? Mau apa dia datang kemari? "Katanya ingin bertemu dengan cungcu serta membicarakan suatu persoalan yang penting" Paras muka Ho Thong thian berubah hebat, ia tak bisa menduga apa maksud kedatangan pemuda itu. ia merasa tak pernah ada hubungan dendam ataupun sakit hati antara dia dengan pemuda itu. Akhirnya setelah berpikir beberapa saat lamanya, ia tertawa seram, katanya: Perketat penjagaan di ruang rahasia bagian tengah!" Dengan hormat laki-laki itu mengiakan kemudian berlalu untuk melaksanakan tugasnya. Ho Thong-thian berpaling dan memandang sekejap kearah Go Siau bi yang terbelenggu diatas palang kayu, kemudian

gumamnya : Perempuan rendah, anggaplah umurmu masih panjang, tunggu saja sebentar lagi! Habis berkata, ia menutup kembali pintu ruangan dan berjalan menuju keruang tamu. Meskipun jalan darah Go siau bi sudah tertotok. namun pendengarannya masih berjalan normal, betapa gembira 1051 hatinya setelah mendengar kabar bahwa Manusia berwajah dingin telah tiba diperkampungan itu. Timbul kembali harapannya untuk melanjutkan hidup. "Mungkinkah ia datang kemari untuk menolong aku? begitulah dia mulai berpikir, tapi mungkinkah ia sudi menyelamatkan jiwaku? Bukankah ia telah membenci aku dan ingin membunuh aku??" Apalagi setelah teringat bahwa ia berada dalam keadaan telanjang bulat, dimana hampir semua bagian rahasia tubuhnya tertera nyata, ia merasa malunya bukan kepalang, kalau bisa dia ingin mati saja sehingga tak perlu menanggung rasa malu. Dalam pada itu Ho Thong thian telah muncul diruang depan, ia saksikan seorang pemuda tampan yang berwajah dingin sedang berdiri sambil bergendong tangan ditengah ruangan-ketika sepasang mata mereka membentur satu sama lainnya, tanpa sadar seluruh tubuhnya bergidik, Ia merasa sorot mata orang itu tajam sekali, membuat siapa pun jadi bergidik rasanya. Tapi dia berusaha untuk menekan perasaan hatinya, sambil tertawa terbahak-bahak ia menjura lalu berkata: "Apakah sauhiap adalah Manusia bermuka dingin yang namanya telah menggetarkan seluruh dunia persilatan??" "Betul, itulah aku orangnya" "Silahkan duduk dan minum teh " "Tak usah, apakah engkau yang bernama Ho Cungcu??" "Benar, boleh aku tahu apa maksud kedatangan sauhiap ke perkampungan kami ini??" Dengan dahi berkerut Han siong Kie berkata: "Seorang sahabatku yang bernama Go siau bi, apa bener berada dalam perkampungan ini??" 1052 setajam sembilu sorot matanya menatap wajah orang itu, ia menanti jawaban orang itu dengan tenang. Terkesiap Ho Thong thian mendengar pertanyaan itu, sekarang dia baru tahu bahwa kedatangan manusia berwajah dingin adalah disebabkan karena perempuan rendah itu, mau membohong jelas tak mungkin, hanya untungnya ia telah mengadakan persiapan. Maka dengan wajah berubah hebat sahutnya:

"Betul, dia memang berada didalam perkampungan ini" "Adapun kedatanganku kemari adalah hendak mengajak cungcu untuk merundingkan persoalan ini, apakah engkau bersedia untuk melepaskan nona itu??" "Tentang soal ini maaf kalau aku tak dapat memenuhinya, sebab ia telah membinasakan dua orang putraku" "Tapi kejadian ini toh berawal dari sikap putramu yang terpikat oleh kecantikannya, dalam soal ini nona itu tak dapat kau salahkan " "Haaah haaah haaahh pada hakekatnya justru dialah yang telah memikat putraku dengan kecantikan wajahnya, ditinjau dari sikapmu yang begitu paham dengan duduknya persoalan ini, aku rasa engkau tentu mempunyai, hubungan yang luar biasa dengan Go siau bi. Nah sauhiap berbicaralah menurut liangsimmu, berilah keadilan serta kebijaksanaan kepadaku, pantaskah aku melakukan pembalasan dendam?" Untuk sesaat Han siong Kie terbungkam dan tak mampu menjawab pertanyaan itu, sebab kata-kata itu memang masuk diakal dan benar. Lama sekali, akhirnya ia baru berkata. "Apa yang hendak kau lakukan atas diri nya?" "Hutang darah harus dibayar dengan darah, hutang nyawa bayar nyawa.." 1053 "Apakah engkau tidak merasa bahwa tindakanmu ini kelewat batas??" "Siapa membunuh manusia diapun harus membayar dengan nyawa sendiri, masa tindakan semacam ini kelewat batas?" "Tapi pada hakekatnya toh putramu yang terpikat dulu oleh kecantikan nona Go dan membuntutinya terus menerus, tindakan ini sudah pantas untuk diberi hukuman mati" "sauhiap. apa yang kau ucapkan itu berdasarkan pengamatanmu sendiri ataukah karena mendengar dari mulut orang?" "Tentu saja menyaksikan dengan mata kepala sendiri" "Jadi maksud sau hiap. engkau melarang aku untuk melakukan pembalasan dendam??" "Bukannya begitu, aku ingin tahu dengan cara apakah engkau berhasil menangkap nona Go siau bi??" "Tentu saja mengandalkan kepandaian silatku" Mendengar jawaban tersebut, Han siong Kie segera tertawa terbahak-bahak nyaring sekali suaranya. "Haaah haaah haaaah Ho too cungcu, bukannya kupandang enteng dirimu, pada hakekatnya kalau engkau ingin menundukkan dia dengan andalkan cara yang bersih dan jujur, maka kepandaian silatmu masih terpaut jauh bila dibandingkan dengan dirinya ?" "oooh.. Maksud sau hiap. aku telah menggunakan cara yang licik dan tidak jujur untuk menundukkan nona itu??"

"Begitulah maksudku, aku tidak melarang cungcu untuk membalaskan dendam bagi kematian putramu, tapi aku harap lakukanlah duel tersebut secara jujur dan terbuka, sebab masalah ini tak bisa diselesaikan dengan berat sebelah" 1054 Tiba-tiba sekulum senyum licik yang sadis dan mengerikan melintas diatas wajah Ho Thong thian, ia menjura dan berkata. " Kalau memang begitu, bagaimana kalau sau hiap duduk dulu sambil minum teh? Aku akan menggusur nona Go siau bi datang kemari kemudian menyelesaikan masalah ini secara adil di depan sauhiap? Tentunya sauhiap bersedia bukan??" oooodwoooo BAB 58 MESKIPUN dalam hati kecilnya Han siong Kie menaruh curiga karena perubahan sikapnya yang sangat mendadak itu, namun dia lantas berpikir didalam hati. "Dengan andalkan kepandaian silatmu, bila engkau berani main gila dengan aku, itu berarti engkau mencari penyakit buat diri sendiri." Berpikir sampai disitu, dia lantas mengangguk. "Baiklah, lakukan semuanya itu" "Kalau memang begitu harap sauhiap tunggu sebentar disini" Baru beberapa langkah Ho Thong thian berlalu, tiba-tiba pemuda itu berseru kembali. "Eeeh.. tunggu sebentar" "Apa yang hendak sauhiap katakan lagi??" Dengan sorot mata yang bengis dan mengandung hawa napsu membunuh, Han siong Ki berkata dengan sadis: "Ho cungcu, sebelum semuanya terjadi aku hendak berkata lebih dahulu kepadamu, aku harap janganlah engkau bermain gila dengan aku, kalau tidak . . . Hmmm Terus terang kukatakan kepadamu, akibatnya sukar dilukiskan dengan katakata, dan apa yang sudah kukatakan dapat pula kubuktikan." 1055 Mula-mula Ho Thong thian agak tertegun, tapi dia lantas tertawa seram sambil menyahut. "Aaaah ... sau hiap terlalu banyat curiga, masa aku adalah manusia yang lain diluar lain dihati?" Berbicara sampai disitu, dia lantas berseru keluar ruangan: "Go Tiong hidangkan air teh dan siapkan meja perjamuan untuk tamu kita ini " "Tak usah banyak adat, selesai urusan disini aku segera akan berlalu, tak berani banyak mengganggu kau lagi" Ho Thong thian tidak menanggapi ucapan itu, dia mengangguk dan berkata: "Aku akan segera pergi mengambil nona Go siau bi seraya berkata dia lantas berjalan keluar dari ruangan itu

Tiba2 kecurigaan yang timbul dalam hati kecil Han siong Kie semakin menebal, kalau toh Go siau bi sudah tertangkap. kenapa ia musti tunggu disitu dan anehnya kenapa tak ada orang yang bergerak ditempat ini ?" Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tiba2 terdengar suara gemuruh yang amat keras berkumandang dari ruangan itu, menyusul mana seluruh ruangan tersebut mulai berputar kencang. Menghadapi kenyataan tersebut, pemuda itu baru menyadari bahwa ia sudah terjebak oleh siasat licik musuhnya, dia berpekik di hati: "Aduuh celaka, aku sudah tertipu oleh anjing tua itu" Tanpa berpikir panjang lagi dia segera melejit dan meluncur keluar kearah pintu ruanganTapi dalam sekejap mata itulah seluruh pintu ruangan telah tertutup rapat, dan suasana dalam ruangan itupun berubah jadi gelap gulita sehingga kelima jari tangan sendiripun sukar terlihat. 1056 Han siong Kie berdiri tertegun, saking gemas dan mendongkolnya dia sampai menggigit bibirnya kencang2, mimpipun ia tak mengira karena bertindak gegabah sehingga mengakibatkan dia terjebak oleh tipu muslihat lawan"criing. criing.. tiba-tiba ruangan itu tenggelam kedasar bumi, ketika Han siong Kie mengamati dengan seksama, ternyata ia sudah terkurung dibawah sebuah penjara dalam tanah yang kuat dan empat penjuru merupakan dinding tebal yang tak tembus hawa. sekarang anak muda itu baru menyesal apa sebabnya tidak bertindak hati-hati setelah masuk kedalam perkampungan, karena musti menuruti peraturan dunia persilatan, akhirnya dia harus terjebak oleh perangkap lawanDari alat jebakan yang rupanya sudah dipasang disetiap bagian ruangan dalam perkampungan oh han san cung, dapat pula di tarik kesimpulan bahwa perkampungan ini bukanlah suatu perkampungan baik dan pemiliknya tentu saja sebagaimana yang dikatakan orang yang ada maksud, benarbenar merupakan manusia bejad yang licik dan banyak akal muslihatnya. sekarang nasi sudah menjadi bubur dan menyesalpun tak ada gunanya, untuk sesaat lamanya pemuda itu cuma bisa berdiri menjublek dengan perasaan bingung. "Kraaakl.krassakkk.. tiba-tiba dari atas dinding muncul sebuah pintu kecil, dibalik pintu tersebut merupakan sebuah lorong yang amat panjang. Rasa benci dan dendam yang berkecamuk dalam dada Han siong Kie sudah tak tertahan lagi, dia himpun hawa murninya ke dalam telapak tangannya. ia sudah bersiap sedia bila ada musuh yang munculkan diri maka dia akan menyeret dan

membinasakan musuhnya secara keji. 1057 Tapi apa yang terjadi? Meskipun sudah ditunggu dengan lama, namun tiada sesuatu gerakan apapun yang muncul dihadapannya. Sesudah ragu sejenak, akhirnya pemuda itu melangkah keluar dari pintu kecil itu dan masuk kedalam lorong yang terbentang didepan matanya itu. Kurang lebih tiga puluh kaki dihadapan nya muncul sebuah anak tangga batu yang menjulang ke atas. Yang aneh ternyata disekitar tampat itu sama sekali tidak nampak sesosok manusia pun, sesuatu gerakan pun tidak kedengaran, jelas tak mungkin kalau pintu kecil itu sengaja dibuka orang bila tanpa alasan, mungkinkah dibalik kesemuannya ini sebenarnya telah tersusun suatu jebakan licik yang akan menanti kedatangannya? Diam-diam pemuda itu menyesal, bukan saja Go Siau bi yang akan ditolong tak berhasil diselamatkan jiwanya, malahan dia yang masuk jebakan. Pada ujung anak tangga batu itu merupakan sebuah pintu kecil lagi, bau busuk yang amat menusuk penciuman terhembus keluar dari balik ruangan itu, begitu busuk baunya membuat siapa pun yang mencium itu rasanya mau muntah. Bulu kuduk telah berdiri semua ditubuh Han Siong Kie, ia ragu ragu untuk masuk ke pintu kecil itu. "Jebakan apa lagi yang telah disiapkan bangsat tua itu dalam ruangan ini ? begitulah dia berpikir. Untungnya dia seorang pemuda yang bernyali besar, sesudah sangsi sebentar, toh akhirnya dengan langkah tegap ia masuk juga kedalam ruangan itu. Gerakan lirih dan rendah berkumandang dari ruangan itu, suaranya rendah tapi menggidikkan hati siapa pun yang mendengar. 1058 Dengan ketajaman matanya bagaikan sembilu Han Siong Kie mengawasi ruangan itu dengan seksama, ruangan itu gelap gulita. Lima jari sendiri susah terlihat apa yang tertera dalam ruangan itu lebih2 tak dapat terlihat jelas. Tapi kegelapan bukan halangan bagi si anak muda itu, bagi orang lain sulit untuk memandang baginya bukanlah suatu pekerjaan yang sulit ia dapat melihat bahwa ruangan itu luasnya tiga kaki tiada berpintu dan tiada berjendela, kedua belah sisi ruangan itu masing2 tertutup oleh terali besi yang kuat, dalam terali besi itu masing2 terkurung lima ekor makhluk aneb sebesar anak sapi, sorot mata yang buas dan tajan tertuju ke tubuhnya geraman lirih yang mengerikan itu muncul dari balik moncong mereka, Seketika itu juga Han Siong Kie teringat bahwa makhlukmakhluk

aneh itu pastilah anjing raksasa yang cakarnya beracun itu. Memang mengerikan sekali anjing-anjing itu, sekilas pandangan orang akan mengira anjing itu sebagai mahluk sebangsa macan kumbang. Ditinjau dari bentuk bangunan rumah gelap itu, anak muda itu menduga bahwa dia telah berada diatas permukaan tanah. "criiiing ..." sementara anak muda itu masih melamun- tibatiba terdengar dentingan nyaring menggema memecahkan kesunyian, seketika ia berpaling, maka tampaklah pintu kecil dimana ia muncul tadi tahu-tahu sudah tertutup rapat. Agak lama pemuda itu termenung, kemudian ia bergerak menuju kepintu ruangan dan merabanya dengan tanganPintu itu terbuat dari besi baja yang sangat kuat, ketika didorong kebelakang ternyata menimbulkan suara pantulan yang berat, ini membuktikan bahwa pintu itu terbuat dari baja yang tebalnya mencapai satu depa lebih, besi seberat itu tak mungkin bisa didorong olehnya dengan kepandaian yang dimilikinya saat ini. Tiba-tiba dari atas dinding besi itu muncul 1059 sebuah lubang bulat sebesar kepala manusia, menyusul mana suara tertawa yang menyeramkan berkumandaog memecahkan kesunyian. Suara tertawa itu jelas berasal dari Ho Tong thian, pemilik perkampungan Oh sau san cung. Hawa nafsu membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie rasa bencinya terhadap orang ini sukar dilukiskan dengan kata2, kalau bisa dia hendak mencincang tubuh orang itu sehingga hancur ber-keping2. Sebelum dia sempat membuka suara Ho Tong thian telah berkata dengan suaranya yang menyeramkan: Manusia bermuka dingin, setelah engkau terkurung didalam ruangao besi tempat pemeliharaan anjing, jangan harap kau bisa lolos dari tempat itu dalam keadaan selamat "Tutup mulutmu, Ho Tong thian, engkau maencari penyakit buat dirimu sendiri, seluruh isi perkampungan ini akan kubantai sampai rata dengan tanah! Haaahhh haaaahhh haaaahhh.. manusia bermuka dingin, engkau tak usah tekebur, tahukah engkau bahwa keadaanmu ibaratnya katak dalam tempurung, asal kubuka kandang anjing tersebut Hmm hhmm engkau akan mampus dengan tubuh yang tak utuh. Bergidik juga Han Siong Kie setelah mendengar ancaman tersebut, ia pun sadar bertarung melawan belasan ekor anjing raksasa yang cakarnya beracun dalam ruangan besi yang luasnya cuma tiga kaki ini bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, salah-salah dia sendirilah yang akan jatuh korban. Terdengar Ho Thong-tbian berkata lagi dengan bangga. "Manusia bermuka dingin, orang persilatan menganggap

engkau sebagai seekor naga sakti, tapi bagi pandanganku, engkau tak lebih cuma santapan bagi anjingmu, haaaahhh hahaahh..." 1060 Saking gusarnya Han Siong Kie merasa dadanya bagaikan mau meledak, dia menghardik keras: Tua bangka sialan, engkau tidak takut kalau perkampungan Oh hau san Cung cu ini akan kumusnahkan menjadi abu? Heeehh heeeehhh hheeeeehhh bocah keparat, kematianmu sudah berada didepan mata, apa gunanya mengucapkan kata-kata yang tekebur semacam itu??" "Baiklah, kalau engkau tidak percaya, nantikanlah saat pembalasanku itu" "Tak usah ditunggu lagi, sekarang juga akan kupertunjukkan suatu adegan yang hidup dan segar dihadapanmu, coba lihatlah, budak rendah yang kau cintai itu sekarang dia harus membayar semua akibat dari perbuatannya, sebelum engkaupun dicium oleh anjing2ku, dekatkanlah matamu dengan lubang ini dan intiplah apa yang ada disini." Dengan penuh kegusaran Han siong Kie mendekati lubang pengintip itu dan melongok kedalam. Tapi apa yang kemudian terlihat olehnya membuat air muka anak muda itu berobah jadi merah padam bagaikan darah, jantungnya berdebar keras dan kemarahannya semakin memuncak. sebuah tubuh gadis yang telanjang bulat dengan semua bagian rahasianya tertera nyata, terikat disebuah palang kayu yang besar, sepasang paha dara itu terbentang lebar sekali dan tangannya sudah dipentangkan lebar, hal ini membuat setiap organ tubuhnya dapat dilihat tanpa aling2. selama hidup belum pernah dia saksikan gadis telanjang, dan kali ini merupakan kali yang pertama ia saksikan gadis telanjang didepan mata, saking bedebarnya hampir saja jantungnya mau copot. 1061 Tetapi setelah ia menegaskan bahwa dara itu tak lain adalah Go sian bi, kegusarannya sukar terkendalikan lagi, sepasang matanya melotot besar dan memancarkan sinar berapi2, teriaknya dengan keras: "Tua bangka anjing, apa yang hendak kau lakukan atas dirinya??" Ho Thong thian tertawa dingin. "Heeeh heeh heeh ia telah membunuh anakku dengan mengandalkan kecantikan wajahnya, maka sekarang akupun akan menggunakan cara yang lebih keji untuk menghukum dirinya. Coba kau tengok kesamping, sudah kau lihat sepasang anjing jantan itu." "Haaahh haaahh haaahh sebentar lagi akan berlangsung

adegan perkosaan seorang gadis oleh dua ekor anjing jantan.. belum pernah menyaksikan bukan? Nah, sebentar lagi akan kau saksikan bagaimana caranya dua ekor anjing memperkosa seorang anak dara.." saking gusar dan gemetarnya Han siong Kie sambil menggertak giginya keras2, kalau bisa detik itu juga dia akan mencincang tubuh orang itu sehingga hancur ber-kepingkeping, tapi sebuah dinding baja yang kuat telah menghadang ditempat itu, tak mungkin baginya untuk menerobos masuk keruangan sebelah. Peristiwa ini benar-benar merupakan suatu tragedi yang memilukan hati, kesucian seorang anak dara ternyata harus direnggut oleh dua ekor anjing jantan.. Go siau bi sendiri meskipun jalan darahnya tertotok. namun telinganya dapat mendengar dan matanya bisa melihat, meskipun mulutnya tak dapat berbicara, ia mendengar suara dari Han siong Kie dan perasaan hatinya terasa amat sakit bagaikan disayat-sayat, rasa malu, gusar, benci dan gelisah bercampur aduk menjadi satu dalam hatinya. 1062 Air mata yang meleleh keluar merupakan campuran darah, seluruh kulit wajahnya berkerut kencang, membuat wajah gadis itu berubah jadi aneh sekali. "Bangsat tua, engkau berani bertindak keji?" bentak Han siong Kie dengan penuh kebencian, dia lancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat kearah dinding baja itu. "Blang.." suatu benturan keras yang memekikkan telinga membuat seluruh dinding baja itu bergetar sangat keras. Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya tenaga pukulan yang dilepaskan si anak muda ini di dalam gusarnya. Ho Thong thian agak tertegun setelah menyaksikan kedahsyatan hawa pukulan lawan, paras mukanya ikut berubah hebat, tapi sejenak kemudian dia telah berubah jadi tenang kembali, ejeknya: "Bocah keparat sekalipun engkau bisa membongkar jagad, jangan harap bisa merubah nasib kalian berdua" "Tua bangka bajingan, kalau engkau berani mengganggu seujung rambutnya, Perkampungan oh han san ceng kuratakan dengan dengan tanah, semua penghuninya akan kubantai anjing ayam pun akan ikut kubunuh semua hingga ludas!" Haahh haaahh haaaahh bocah keparat engkau tak usah menggonggong terus seperti anjing, engkau tak akan mempunyai kesempatan seperti itu sebab riwayatmu sebentar lagi pun akan ikut berakhir disini. Kegusaran Han Siong Kie sudah mencapai pada puncaknya namun dalam keadaan seperti ini apa yang bisa dia lakukan? Ho Tong-thian tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan kemudian katanya:

"Bocah keparat, sebentar lagi pertunjukan bagus akan segera dimulai, inilah perturjukan paling besar dikolong langit, 1063 anjing jantan akan merenggut kehormatan seorang anak dara! Seraya berkata dia lantas melepaskan rantai belenggu dari salah seekor anjing besar itu. Setelah mencakar2 permukaan tanah, tiba-tiba anjing besar itu mengangkat kaki depannya keatas sehingga bersikap berdiri, sambil mendesis seram anjing itu langsung menerkam ke tubuh Go Siau bi yang telanjang bulat dan siap menggagahinya.. Tampaknya suatu peristiwa yang tragis dan mengerikan segera akan berlangsung didepan mata. Tenaga dalam yang dimiliki Go Siau bi dipelajari dari kitab pusaka Thian tok pit kip dan sebagian besar diwariskan langsung oleh kakeknya Put lo sianseng, boleh dibilang ilmu silatnya sudah tiada tandingannya di kolong langit. Tapi akibat pertarungannya melawan Han Siong Kie, banyak tenaga murninya yang rusak dan lenyap apalagi setelah terkena racun cakar dari anjing-anjing raksasa itu, ia semakian lemah kondisinya. Setelah jalan darahnya tertotok dan racun dalam tubuhnya dipunahkan, beberapa kali gadis itu berusaha untuk mengumpulkan kembali hawa murninya serta berusaha untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan tersebut, apa mau dikata jalan darah yarg tertotok di tubuhnya terlampau banyak, hal ini mengakibatkan ia tetap tak bisa berkutik kendati pun beberapa buah jalan darah diantaranya telah berhasil dibebaskan. Sementara anjing yang satu sudah berdiri sambil siap memperkosa anak gadis tersebut, anjing yang lain meraung dan meronta dengan sekuat tenaga, rupanya anjing itupun sudah birahi dan ingin menuruti jejak rekannya untuk menikmati pula kehangatan tubuh manusia. 1064 situasi betul2 amat kritis dan berbahaya, bila tiada pertolongan yang tiba pada saatnya, niscaya gadis cantik jelita itu akan di renggut kehormatannya oleh seekor anjing.. Hampir saja anjing itu menggagahi tubuh Go siau bi ketika secara tiba tiba anjing tersebut mendesis panjang, menyusul tubuhnya mencelat setinggi delapan depa ke udara.. Biang.." ketika terbanting kembali keatas tanah, darah segar berhamburan dari tubuhnya dan binasalah anjing tersebut dalam keadaan mengerikan. Perubahan yang terjadi sangat mendadak ini sangat mengejutkan hati Ho Thong thian, dengan sukma serasa melayang tinggalkan raganya secara beruntun dia mundur

beberapa lamgkah kebelakang. "Criiit criing " beberapa desingan angin tajam menyergap lagi kemuka. Untung Ho Thong thian sudah mundur ke belakang, dengan begitu desiran angin serangan tersebut tidak mengena pada sasarannya, andaikata ia tidak mengundurkan diri tadi, niscaya dadanya sudah berlubang besar. sekali lagi terdengar lolongan panjang yang memekikan telinga, beberapa desingan angin serangan yang sebelumnya tertuju ketubuh Ho Thong thian itu, sekarang meluncur kearah anjing besar yang masih dirantai itu dan menghajarnya telak. seketika anjing itu pun mampus dengan keadaan mengerikan. setelah menenangkan hatinya. rasa kaget dan panik berhasil diatasi oleh Ho Thong thian- sekarang dia tahu serangan tersebut muncul dari balik lubang diatas dinding tersebut, kecuali hasil perbuatan dari manusia berwajah dingin, rasanya memang tak mungkin bisa dilakukan oleh pihak kedua. Maka ia lantas bergeser kesudut ruangan yang sejajar dengan lubang diatas dinding itu, katanya sambil tertawa seram: 1065 "Haaahhhh haaahh haaahhh bocah keparat, engkau memang lihay, tapi sayang pertunjukan bagus harus tetap dilangsungkan, engkau tahu aku memelihara hampir seratus ekor anjing semacam itu, tak ada artinya bagimu kematian dua ekor anjing tersebut, tapi dengan perbuatanmu tadi engkau sudah kehilangan hak untuk menikmati pertunjukan bagus, sekarang engkau harus terjun sendiri dalam pertunjukan yang jauh lebih menarik" "criiing...?" tiba tiba lubang diatas dinding itu menutup secara otomatis. Kiranya disaat yang paling kritis, Han siong Kie teringat dengan ilm ujari Tong kim ci nya yang lihay, maka dari lubang pengintip itulah dia melancarkan serangannya untuk membinasakan kedua ekor anjing tersebut dan kejadian ini sama sekali diluar dugaan Ho Thong thian. setelah lubang pengintip itu tertutup, Han siong Kie semakin panik dan gelisah, sekarang bukan saja ia terkurung dalam jebakan malahan Go siau bi semakin terancam jiwanya. "Kraaakkk kraaakkk " bunyi gemerincing berkumandang dari arah belakang, ketika ia berpaling, hatinya kontan jadi terperanjat rupanya terali besi disamping ruangan itu sudah dibuka dan lima ekor anjing besar bagaikan harimau telah menyusup keluar dari kandangnya dan mengambil posisi pengepungan. sambil menggonggong seekor anjing besar itu laksana kilat menerjang maju kedepan. Han siong Kie cepat bergeser kearah samping, ilmu jari Tong kim ci segera dilepaskan.

Anjing itu mendesis lengking, tubuhnya terhajar telak dan mampus seketika itu juga, sementara empat ekor lainnya pada saat yang hampir bersamaan menerkam kedepan. Ruangan itu luasnya cuma tiga kaki, sedangkan kedua sangkar anjing itu hampir menempati separuhnya, sisa 1066 ruangan yang tersedia sempit sekali, dalam keadaan seperti ini sulit baginya untuk berkelit maupun menghindar. Untungnya Han siong Kie memiliki ilmu lintasan cahaya kilatan bayangan yang lihay bagaikan sukma gentayangan dia bergerak kian kemari diantara terjangan-terjangan empat ekor anjing tersebut, meskipun posisinya berbahaya namun tak sampai terancam jiwanya. Tampaknya anjing-anjing itu sudah mendapat didikan yang amat matang, terbukti serangan maupun sergapan mereka sangat lihay dan masing-masing pihak dapat saling membantu serta mengisi kekosongan yang ada ... Suatu pertempuran seru antara anjing-anjing lawan manusiapun berlangsung. Pertarungan itu ramai sekali dan setiap saat kemungkinan besar jiwa mereka akan melayang. Lolongan panjang kembali berkumandang seekor anjirg besar kembali mampus oleh sambaran jari Tong kim-ci. Beberapa gebrakan kemudian, kembali ada dua ekor anjing yang kena dihajar batok kepalanya sehingga hancur dan mampus seketika. Diantaranya lima ekor anjing ada empat diantaranya telah mampus, sisa yang seekor lagi sudah bukan merupakan ancaman lagi bagi si anak muda itu. Anjing tersebut tak kenal takut, meskipun yang lain sudah mampus semua ternyata dengan kalap ia masih menerjang maju dengan nekadnya. "Kraaakkk.. kraaakkk ." Terali besi yang kedua ksmbali terangkat, menyusul lima ekor anjing raksasa muncul lagi dengan garangnya. Untuk membinasakan empat ekor anjing tadi, Han Siong Kie sudah merasa kepayahan. apalagi sekarang bertambah lagi dengan lima ekor, makin sulit baginya untuk melakukan perlawanan. 1067 Dalam keadaan seperti ini tiba-tiba satu ingatan melintas didalam benaknya. Tatkala keenam ekor anjing besar itu menerkam kedepan Han Siong Kie berkelit ke samping dan menerobos lewat diantara celah-celah yang ada, kemudian ia menyusup kedalam terali besi yang dipakai sebagai sarang anjing itu dan berjaga didepan pintu. Dengan lindakannya ini maka keadaan segera berubah. Setiap kali melakukan penerkaman, hanya seekor anjing

saja yang mampu melewati pintu sempit yang dijaga oleh Han Siong Kie sementara sisanya terhadang oleh terali besi, meskipun binataog itu menggonggong dengan marahnya, itupun tak ada gunanya. Maka tiap kali ada seekor anjing yang menerkam kedalam sangkar tersebut lewat pintu yang sempit, tiap kali pula sianak muda itu membunuhnya dengan ilmu jari Tong kim ci. Dalam sekejap mata tiga ekor anjing raksasa sudah mampus dengan badan hancur. "Crinng " tiba? pintu sangkar itu menutup dan Han siong Kie terkurung didalam sangkar tersebut. Namun sianak muda itu sama sekali tidak ambil pusing, dari bilik celah-celah terali besi secara beruntun dia lancarkan beberapa sentilan mautnya. Tiga ekor anjing raksasa yang tersisa, kembali mampus diujung telapak tangannya. Begitulah, dalam sekejap mata ada sepuluh ekor anjing raksasa yang telah ia bunuh mati. selesai membunuh anjing2 itu, Han siong Kie lantas mencengkeram terali besi itu karena pintu keluarnya tertutup rapat maka dia memutuskan untuk mematahkan terali besi itu. 1068 Dengan tenaga dalamnya yang sempurna, sekali merentangkan tangannya, terali besi itu segera melengkung dan terbukalah sebuah lubang yang cukup besar. Pemuda itu meneborobos keluar dari sangkar tersebut, walau begitu dia belum lolos dari kurungan sebab dinding baja masih mengurungnya dalam ruangan itu Betapa gelisahnya pemuda itu sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia seperti seekor harimau buas yang terjebak dalam kerangkeng sambil berjalan kesana kemari otaknya berputat terus untuk mencari akal guna meloloskan diri dari kurungan. Bagi si anak muda ini, keselamatan sendiri tidak terlalu dipentingkan, ia justru lebih menguatirkan keselamatan Go siau bi, sekarang dia dapat memahami sampai dimanakah kekejian Ho Thong thian, ia tahu apa yang telah diancamkan dapat dilaksanakan menjadi kenyataanHo Thong thian memang sangat keji, di tinjau dari tindak tanduknya yang begitu terlatih dan terbiasa, dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak perempuan yang mengalami nasib tragis ditangannya, entah sudah berapa banyak anak perempuan yang dijadikan obyek tontonannya diperkosa olen anjing .. Rasa dendam, benci, marah berkecamuk dalam hatinya, hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajahnya. Ia bersumpah dihati bila Ho Thong thian sampai tertangkap maka akan dibunuhnya orang itu secara keji. sambil menahan diri pemuda itu mulai meraba dinding baja dan berusaha untuk menemukan letak tombol rahasia ditempat itu, namun kecuali pintu rahasia tadi, tiada bekas lain

yang terdapat disitu, seakan-akan ruangan itu dibuat dari lembaran baja yang utuh. sejak terjun kedalam dunia persilatan, baru pertama kali ini dia menjumpai keadaan yang mencemaskan hatinya, dan membuat ia jengah serta serba salah. 1069 Hawa amarah makin memuncak. hampir saja anak muda itu tak sanggup mengendalikan diri.. Tiba-tiba pintu besi yang menghubungkan ruangan itu dengan penjara bawah tanah perlahan-lahan bergerak ke atas dan akhirmya terbukalah sebuah liang kecil. Han siong Kie mundur tiga langkah ke belakang, hawa murninya dihimpun menjadi satu dan siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak di inginkan. sesosok makhluk aneh berbulu perlahan-lahan muncul dari lubang tadi dan meloncat keluar .... Han siong Kie semakin terperanjat, telapak tangannya diayun kemuka melepaskan pukulan maut. "Hey, bocah jangan pukul aku" makhluk aneh itu berseru dengan lantang. Han siong Kie menarik serangannya dan mundur ke belakang ternyata makhluk berbulu itu adalah kepala manusia, dia adalah sorang manusia cebol yang gemuk dan bentuk badannya persis seperti blingo, rambutnya telah beruban semua. orang itu tak lain adalah Tee heng sian (Dewa berjalan dalam tanah) yang pernah merampas pusaka Hud jiu po pit miliknya tempo hari. Kemunculan Tee heng sian dalam keadaan semacam ini jauh diluar dugaan Han siong Kie, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki kakek itu sangat lihay dan tindak tanduknya sangat misterius. Dengan suara yang dingin bagaikan es, sianak muda itu segera menegur keras: "Bukankah engkau adalah Tee heng sian?" 1070 Dengan tubuh yang gemuk dan gerakan yang lamban- Tee heng sian bergerak maju dua langkah kedepan, lalu sambil tertawa cekikikan sahutnya: "Hiiih hiiih hiiih bocah. bagus amat daya ingatanmu, betul ! Lohu adalah Tee heng sian, dewa berjalan dalam tanah Bagaimana caramu bisa muncul dari balik penjara bawah tanah? Lhoo.masa engkau belum tahu ? Menggali tanah berjalan dalam bumi toh merupakan ilmu kepandaianku ! Kalau cuma berbuat begitu saja tak bisa, apa gunanya aku diberi julukan sebagai Tee heng sian? Jawaban ini membuat Han Song Kie agak tertegun selang

sesaat kemudian ia baru bertanya : Apa maksud dan tujuanmu datang kemari? Tentu saja mencari kau si bocah cilik untuk diajak berbicara "Oooh ! Jadi engkau mendapat perintah dari Ho Thong thian untuk menjadi utusan? Heeeh heeehh heeeehh jangan menghina ah, aku Tee heng sian meski cebol orangnya tapi masih punya harga diri, tak sudi aku diperintah orang! Lantas apa hubunganmu dengan Ho Thong thian anjing geladak tua itu? Hubungan kami? Hiihhh hiiihh hiihh tidak lebih cuma sebagai pemilik barang serta pencuri! Mendengar jawaban tersebut, paras muka Han Siong Kie berubah jadi serius, tegurnya: "Aku tidak mempunyai kegembiraan untuk bergurau dengan kau, alangkah baiknya jika engkau bersedia untuk menerangkan duduk perkara yang sebeoarnya! 1071 Sambil tetap cengar cengir seperti monyet, jawab Tee heng sian dengan kalem. "Siapa toh yang bergurau dengan kau, memangnya kau tidak tau kalau dalam gudang bawah tanah Ho Thong thian tersimpan beratus-ratus guci arak wangi yang sudah berusia ratusan tahun? Heeehh heeehh heehhh masakah aku keliru kalau mengatakan demikian padamu? "Oooh.jadi kedatanganmu kesini adalah khusus untuk mencuri arak wanginya? tanya Han Siong Kie kemudian setelah tertegun beberapa saat. "Nah, itu baru cocok! Memang begitulah kenyataannya..! "Bagaimana caramu memasuki perkampungan ini, dan bagaimana pula caramu jalan kesana kemari dengan leluasanya di lorong penjara bawah tanah?" "Untuk meneguk beberapa guci arak wangi itu, aku telah membuang waktu selama berbulan2 lamanya, dari luar perkampungan aku telah menggali sebuah lorong rahasia yang langsung berhubungan dengan gudang arak itu." Ter mangu2 Han siong Kie setelah mendengar ucapan tersebut, kejadian ini memang merupakan suatu kejadian yang aneh sekali, untuk mencuri beberapa guci arak wangi, ternyata orang itu bersedia bekerja selama ber-bulan2 lamanya. setelah tertegun sesaat diapun bertanya lagi: "Engkau toh tahu bahwa perkampungan oh han san ceng penuh dengan anjing2 raksasa? Masa dengan daya penciuman anjing2 itu, jejakmu tidak sampai ketahuan ?" "Haaah haaah haaaah kalau ingin jadi pencuri yang ulung maka pengetahuan sebagai pencuri musti luas, tentu saja akupun tahu akan lihaynya daya penciuman anjing-anjing itu, maka sengaja kugosokkan serbuk anti bau disekujur badanku,

setelah begitu maka sekalipun anjing dari langit juga tak akan dapat mencium bauku" 1072 "Jadi kalau begitu, engkau bisa keluar masuk perkampungan ini dengan leluasa?" "Itu sih tidak. meskipun aku punya serbuk anti bau, tapi aku tidak punya serbuk anti anjing, kalau sampai terkepung anjing2 buas itu, bisa jadi mayatku akan habis disikat mereka, tentu saja kedatanganku kemari juga menempuh bahaya" "Kenapa engkau datang kesini dengan menempuh bahaya ?" "Tentu saja karena engkau si bocah muda " "Lantaran aku?" seru Han Siong Kie dengan wajah tercengang. "Memang begitulah kenyataannya" "Boleh aku tahu apa sebabnya engkau datang kemari ?" "Mari duduklah dulu dan biarlah aku bercerita dari awal sampai akhir." "Sekarang aku tak ada waktu" Seru Han Siong Kie dengan gelisah, "apakah engkau bersedia memberi petunjuk kepadaku bagaimana caranya keluar dari penjara ruang baja ini??" "Engkau ingin buru2 menolong bocah perempuan itu? " tanya Tee heng sian sambil melototkan matanya yang aneh. "Dari mana engkau bisa tahu?" Han siong Kie balik bertanya dengan hati terperanjat. "Jangan gelisah dulu, aku kebetulan dapat mencuri dengar kejadian ini dari bawah tanah, sebab tanah dibawah tempat tinggal Ho Thong thian telah kubongkar, maka semua pembicaraan diatas kedengaran jelas dibawah, sekarang makhluk tua itu sedang merawat lukanya, untuk sesaat dia tak mampu mengapa-apakan bocah perempuan itu lagi" "Lhoo..kok aneh, masa Ho Thong thian sedang merawat lukanya?" tanya Han siong Kie keheranan. 1073 00dw00 BAB 59 "MASA membohongi kau?" "Lantas dia luka ditangan siapa?" "siapa lagi? Tentu saja ditangan bocah perempuan itu" "Aaah, tidak mungkin, bukankah jalan darahnya sudah tertotok, dia sama sekali tak bisa bergerak.." "Hey bocah, pernahkah dengar tentang ilmu membebaskan jalan darah dengan hawa murni? Bocah perempuan itu sudah kembali melepaskan diri dari pengaruh totokan, dan suatu serangan kilatnya berhasil pula melukai Ho thong thian" "sekarang gadis itu ada dimana??" "Dia masih terkurung dalam ruangan baja sebelah ruangan ini"

Betapa girangnya Han Siong Kie setelah mendengar perkataao itu, ia cepat bergerak maju sambil berseru : Aku akan segera menolongnya untuk lolos dari kurungan . . Menolong ? Bagaimana caramu untuk menolong dirinya? Han Siong Kie tertegun, benar juga bagaimana caranya dia untuk menolong gadis itu kalau dia sendiri pun pada hakekatnya masih terkurung. Lama sekali ia termenung kemudian baru ujarnya : Aku mohon sudilah kiranya engkau memberi petunjuk" 1074 Tak ada jalan lain, lorong rahasia ini hanya menghubungkan satu tempat belaka kecuali kalau engkau bisa membongkar pintu baja itu untuk menerobos keluar ! Waaah . . lalu bagaimana ini . ." Jangan gelisah, hibur Tee heng sian, Dengar dulu perkataan lohu ini. Apa lagi yang hendak kau katakan ? Apakah engkau masih menaruh perasaan tak senang kepadaku lantaran peristiwa perebutan harta karun tempo dulu ? Aaaah . persoalan itu tidak penting. tak pernah aku pikirkan di dalam hati !" "Baiklah, bccah ! Sejsk peristiwa itu, aku pun dapat mengetahui akan asal usul perguruanmu, menurut berita yang tersiar katanya engkau telah memikul budi dan dendam dari Mo tiong ci-mo atas kawanan jago persilatan, untuk peristiwa itu aku merasa sangat kagum, maka setelah tanpa sengaja ku ketahui kalau engkau sudah mendapat kesulitan aku datang kemari untuk mencari kau, bagaimana kalau kita mengikat tali persahabatsn !" Han Siong Kie termenung dan berpikir beberapa seat lamanya, kemudian dia pun mengangguk. Baiklah ... Kalau memang sudah ada ikatan persahabatan maka akan kusebut dirimu sebagai Lote dan engkau sebut aku sebagai toako, setuju bukan dengan sebutan ini ?" "Siao-te turut perintah !" Haaahhh .. haaahhh.. haaahhh.. kalau memang begitu hayolah kita berangkat sekarang juga. 1075 Begitulah, dengan Tee heng sian berjalan didepan, Han siong Kie berjalan dibelakang mereka melewati sebuah lorong yang sangat panjang. Ketika hampir mendekati ruang tamu dan tiga kaki dimulut penjara bawah tanah, mereka mendekati dinding yang berada disebelah kanan, ketika sebuah papan batu sebesar dua depa di geser kesamping, maka muncullah sebuah gua yang bisa

dilewati oleh tubuh seorang manusia. "Loo tee" kata Tee heng sian kemudian, "inilah jalan bawah tanah yang telah lo ko gali selama ini, asal batu itu digeser kembali pada tempat semula, maka sekalipun ada dewa yang lewat disini juga tak akan melihatnya" -000dw000Jilid 29 HAN SIONG KI mengangguk sambil memuji tiada hentinya, memang lihay orang ini dalam kepandaiannya menggali jalan tanah. Merekapun menerobos masuk jalan kecil bekas galian itu, kurang lebih lima puluh kaki kemudian sampailah kedua orang itu dalam sebuah gudang arak yang bcsar. Beribu-ribu guci arak wangi tersimpan dalam gudang itu, dengan wajah berseri seri Tee heng sian segera menyambar sebuah guci arak dan meneguk isinya hingga habis kemudian ujarnya : Loo te, aku tau perasaan hatimu sedang gelisab sekaraDg geserlah guci besar yang berada disudut gudang itu dan keluarlah lewat jalan bawah tanab itu, jangan lupa setelah keluar dari sini tutup baik-baik mulut gua itu jangan kau rusak 1076 pekerjaan besarmu itu dan ada satu hal lagi yang perlu kau ingat bila kita hendak meratakan perkampungan ini dengan tanan jangan kau rusak gudang arakku ini, pokoknya bila kau ada urusan hendak mencari aku datang saja ke dalam gudang arak ini aku pasti berada disini !" Han siong Kie tertarik sekali dengan keanehan watak sahabat barunya ini, ia tertawa dan menyahut: "Kalau mainan begitu, aku mohon diri dahulu" "Pergilah. Aku paling benci dengan segala tata cara, ingat bocah perempuan itu tersekap dalam rumah besi ketiga, jangan sampai salah " Han siong Kie mengiakan, dia lantas menggeser guci arak yang dimaksudkan, disana memang terdapat sebuah lorong yang gelap dan panjang, pemuda itu lantas menerobos keluar lewat jalan bawah tanah itu. seperminum teh kemudian ia sudah keluar dari lorong itu, ternyata sekarang dia sudah berada diluar pekarangan perkampungan itu, maka sebagaimana yang dipesan, ia tutup kembali mulut gua itu dengan rapi, kemudian baru menyerbu kedalam perkampungan Baru saja dia melayang turun didepan dua deret bangunan baja, tiba-tiba tiga sosok bayangan hitam dengan kecepatan bagaikan kilat telah menyambar tiba, ternyata ketiga sosok bayangan itu adalah tiga ekor anjing yang besar. Berada ditanah lapang yang luas Han siong Kie tak perlu menguatirkan cakar racun dari anjing-anjing itu lagi, dalam beberapa gebrakan saja ketiga ekor anjing itu sudah dibikin

mampus dengan pukulan mautnya. suara pekikan panjang yang diperdengarkan anjing-anjing itu sebelum ajalnya, dengan Cepat mengejutkan seluruh perkampungan. 1077 Suara langkah kaki yang sangat ramai berkumandang memecahkan kesunyian, belasan orang lelaki yang berdandan sebagai centeng berlarian keluar dari rumah-rumah baja itu. Tapi setelah mengetahui siapa yang muncul, hampir sebagian besar centeng itu berdiri tertegun, mimpipun mereka tak menyangka kalau Manusia bermuka dingin yang dikurung dalam rumah baja telah berhasil meloloskan diri dalam keadaan selamat. Padahal mereka tahu bahwa baja yang melapisi ruanganruangan itu tebalnya mencapai beberapa depa, sekalipun seseorang memiliki ilmu silat yang tinggi juga tak akan mampu untuk menghancurkannya, yang aneh manusia bermuka dingin berhasil melepaskan diri dari kurungan tanpa merusak ruangan baja itu inilah yang membikin orang2 itu jadi tercengang dan tidak habis mengerti. Kegusaran serta raSa mendongKol yaNg selama ini terhimpun dalam dada Han Siong Kie tidak terbendung lagi, dengan penuh hawa nafsu membunuh teriaknya lantang: Panggil Ho Thong thian, suruh dia datang menjumpai aku!" Dengan langkah lebar dia maju kedepan tentu saja langkah pertama yang harus ditalukan adalah menyelamatkan jiwa Go Siau-bi dari ancaman bahaya maut, Belasan orang centeng itu saling berpandangan sekejap kemudian mereka cabut keluar senjata tajam masing2 dan menghadang jalan pergi pemuda itu. Salah seorang diantaranya segera kabur ke dalam perkampuogan untuk memberi kabar. Hawa napsu membunuh yang sangat tebal telah menyelimuti seiuruh wajah Han Siong Kie, ujarnya dengan dingin: 1078 "Barang siapa masih ingin hidup kuanjurkan agar segera menyingkir dari sini" Namun tak seorangpun diantara mereka yang bergerak dari tempat kedudukan semula. "Bangsat rupanya kalian memang sudah bosan bidup!" bentak Han Sioog Ki dengan kegusaran. Habis sudah kesabarannya sambil membentak sebuah pukulan dahsyst bagaikan gulungan ombak dipantai samudra menyambar ke tubuh kawanan centeng itu. Jerit berkumandang saling menyusul empat sosok bayangan manusia terpertal terjatuh tiga kaki lebih dari

tempat semula untuk kemudian tidak bangun untuk selamanya. Yang lain jadi takut bercampur panik sekarang mereka baru tahu akan kelihayan musuhnya dengan sukma serasa melayang tinggalkan raganya mereka berteriak dan kabur ke belakang tapi setibanya pada jarak satu kaki mereka berhenti dan tak berani kabur lagi rupanya mereka pun takut untuk meninggalkan kewajiban dengan begitu saja. Sebetulnya Han Siong Ki sama sekali tidak menaruh maksud atau perhatian untuk membunuh kawanan begundal itu, oleh sebab pihak lawan menghadang jalan perginya, dia baru berhasrat untuk melakukan pembantaian secara keji. "Trang traanng traaang " suara genta dibunyikan bertalu-talu. Ber-puluh2 sosok bayangan manusia meluncur masuk kedalam gelanggang, diantara mereka ada yang tua ada yang muda, semuanya berjumlah lima puluh orang lebih, tapi yang jelas diatas wajah orang2 itu terlintas rasa kaget yang bukan kepalang. setelah semua orang munculkan diri, dengan cepatnya pula Han siong Kie terkurung ditengah gelanggang. 1079 Menyapu wajah orang2 itu dengan pandangan dingin, Han sioog Kie berkata: "Kenapa sampai sekarang Hoo Thong thian belum juga munculkan diri?" Dari antara kerumunan orang banyak. tampil kedepan seorang kakek berbaju hitam, dengan wajah bengis ia menghardik: "Manusia bermuka dingin, apa maksudmu datang ke mari??" "Membantai seluruh isi perkampungan ini" jawab pemuda itu dengan ketus Ucapan yang berbau amis darah ini sangat menyolok dan menggidikkan hati semua orang, tanpa sadar paras muka orang-orang itu berubah hebat dan bulu kuduknya pada bangun berdiri Dengan terperanjat kakek baju hitam itu mundur dua langkah kebelakang, katanya dengan suara gemetar: "Apa? Manusia bermuka dingin, engkau akan membantai seluruh isi perkampungan?" "Benar, tentunya Ho Thong thian masih belum lupa bukan dengan apa yang telah kuucapkan ketika berada dalam kurungan ruang besi tadi?" "Tentu saja lohu tak akan lupa, dengan kata-katamu itu" berbareng dengan berkumandangnya jawaban itu, Ho Thong thian munculkan diri ditengah gelanggang Hawa napsu membunuh semakin tebal menyelimuti wajah Han siong Kie sambil mendengus dingin ia tuding Ho Thong thian serunya: "Bangsat tua lebih bagus lagi kalau engkau memang

mengingat kata-kataku itu, sekarang juga kenyataan akan terbeber didepan mata" 1080 Ho Thong thian memandang lawannya dengan penuh kebencian serta kelicikan, senyum sinis menghiasi bibirnya. walau begitu ia tak dapat menyemburyikan rasa kaget dan ngeri yang muncul dari lubuk hatinya seraya mengulapkan tangannya mengundurkan kawanan jago yang mengepung di sekitar gelanggang dia berseru: Untuk sementara waktu kalian mundur semua kebeelakang!" Sedari tadi kawanan jago itu memang sedang menantinantikan seruan tersebut, cepat mereka mundur semua ke belakang. Kini dalam gelanggang tinggal Ho Thong thian, kakek baju hitam yang berbicara tadi serta seorang laki-laki setengah baya yang bermuka licik sekali. Han Siong Kie sudah tak sabaran lagi sekarang hanya ada satu ingatan dalam benaknya yakni menolong Go Siau bi untuk lolos dari bahaya, ia lalu membentak: "Ho Thong thian, orang pertama yang bakal mampus adalah engkau! Begitu ucapannya selesai diutarakan sebuah pukulan dahsyat telah dilontarkan ke depan. Serangan ini bukan saja sangat cepat, bahkan tenaga pukulannya luar biasa hebatnya. Hmmm Belum tentu..." seseorang menanggapi. Serentak Ho Thong thian serta dua orang rekannya melancarkan pula sebuah pukulan keras untuk menyambut datangnya ancaman itu. "Blaaang. ." ketika empat kelompok kekuatan saling membentur di udara terjadilah ledakan keras yang memekikkan telinga tiga orang itu terpental sejauh satu kaki 1081 kebelakang sementara Han Siong Kie masih tetap berdiri sekokoh batu karang ditempat semula. Sesudah berhenti sebentar Han Siong Kie melejit kembali dan untuk kedua kalinya dia menubruk ketubuh Ho Thong thian. "Lihat serangan!" suatu bentakan melengking di angkasa. Dua gulung senjata rahasia dengan memancarkan cahaya biru yang menyilaukan mata meluncur kemuka dan mengurung wilayah seluas satu kaki di sekeliling tubuh Han Siong Kie. Dari kilatan cahaya biru yang terpancar keluar dari sambaran senjata rahasia itu dapat diketahui bahwa senjatasenjata itu sangat beracun, bahkan cara melepaskan senjata rahasia itu pun menggunakan cara ban thian boa yu ( hujan

bunga diseluruh langit). Han siong Kie mendengus dingin, sepasang telapak tangannya membuat gerakan lingkaran didepan dada kemudian menolaknya kedepan. Ditengah hembusan angin puyuh yang kencang, seluruh kilatan cahaya biru itu sudah tersapu rontok diatas tanah. Ho Thong thian bertindak cukup licik, berbareng dengan dilancarkannya serangan itu, dia telah mundur sejauh dua kaki lebih dari kedudukan semula Gonggongan anjing menderu-deru, kurang lebih dua puluh ekor anjing besar berlarian keluar dari ruang baja dan langsung menyerbu kedalam gelanggang semakin tebal hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Han siong Kie, dia melambung keudara, sepasang telapak tangannya dilontarkan berbareng kedepan, sepuluh desingan ilmu jari Tong kim ci dengan kecepatan yang luar biasa menghantam tubuh kakek baju hitam serta pria setengah baya yang melancarkan serangan senjata rahasia itu 1082 Dua jeritan ngeri memecahkan kesunyian, percikan darah segar berhamburan ditanah, tanpa sempat menjerit, kakek dan pria setengah baya itu sudah mampus dengan badan berlubang. Han siong Kie tidak berhenti sampai disitu saja, setelah menewaskan dua orang musuhnya dia melambung keangkasa dan menubruk kearah Ho Thong thian yang sudah kabur sejauh dua kaki dari kedudukan semula itu. Sekarang Ho Thong thian baru merasa takut dan seperti kehilangan sukma, cepatt dia menundukkan tubuhnya dan menggelinding sejauh beberapa kaki dari tempat itu. Han siong Kie tidak mengira kalau seorang tokoh silat yang punya nama besar seperti Ho Thong thian, ternyata telah melakukan tindakan pengecut dengan kabur dari medan pertempuran, sementara serangannya gagal mencapai sasaran, belasan ekor anjing besar itu sudah menerjang tiba dengas serangannya. Disaat Han siong Kie terkurung oleh kawanan anjing tersebut, Ho Thong thian sendiri kabur menuju kepintu baja yang keempat, mungkin dia hendak menggunakan ruang baja ini untuk menyembunyikan diri atau mungkin juga dia masih mempunyai rencana busuk yang lain. Kali ini Han siong Kie bertindak cerdik, dia melambung setinggi beberapa kaki ke udara setelah lolos dari sergapan kawanan anjing itu badannya berjumpalitan beberapa kali seperti anak panah terlepas dari busurnya dia meluncur kearah Ho Thong thian, sepasang telapak tangannya seperti cakar garuda mengcengkeram batok kepala lawan. Hampir pada saat yang bersamaan, pintu besi itu terbuka dan mereka berdua masuk kedalam ruangan baja.

"criing" secara otomatis pintu baja itu menutup dengan sendirinya. 1083 Betapa takut dan ngerinya Hoo Thong thian tatkala dilihatnya bukan saja ia gagal untuk melarikan diri malahan dirinya terjebak dalam satu ruangan bersama musuhnya. Ia sadar bahwa kepandaian silatnya bukan tandingan lawan, apalagi berada dalam ruangan yang begitu sempit, mau melawanpun tak ada gunanya. Han siong Kie sendiri sudah terlanjur membenci musuhnya ini, cepat telapak tangan kiri serta ujung jari tangan kanannya ditolak kedepan melancarkan serangkaian pukulan gencar ketubuh Hoo Thong thian yang sedang ketakutan. Ho Thong thian sendiri kelabakan setengah mati menghadapi ancaman maut itu, mau menghindar dia tak mampu, akhirnya tidak ampun lagi tubuhnya terhajar telak oleh serangan maut itu. Sambil menjerit lengkimg dengan suara yang menyayatkan hati, tubuh Hoo Thong thian mencelat sampai menumbuk dinding baja, dadanya seketika terhajar sampai berlubang darah segar berhamburan membasahi seluruh lantai. Setelah musuhnya mampus, Han siong Kie baru tertegun, ia baru menyesal sekarang setelah musuhnya dibunuh mati, bukankah dengan demikian dia terjebak pula dalam ruangan baja itu? Bangkai keseputuh ekor anjing itu masih menggeletak ditempat semula, hanya kini bertambah lagi dengan sesosok mayat manusia. Padahal Go Siaw bi berada di ruang sebelah, memang dekat sekali jaraknya tapi tak mungkin ia bisa menembusinya. Pemuda itu tahu sekalipun tenaga dalamnya amat sempurna tak mungkin ia bisa menghancurkan dinding baja yang tebalnya mencapai beberapa depa itu. Sementara dia masih murung dan putus asa tiba-tiba pintu baja itu membuka secara otomatis. 1084 Sungguh girang pemuda itu tak terkirakan, dia lepaskan satu pukulan gencar ke depan menyusul tubuhnya menerobos keluar. Apa yang terbentang didepan mata hanyalah bangkai anjing yang berserakan dimana- mana, tak sesosok bayangan manusia pun tampak disitu, melihat hal itu pemuda tersebut maengerutkan dahinya, siapakah orang yang telah membunuh anjing dan membuka pintu ruangan? Kalau dia adalah Tee heng sian tak mungkin orang itu bisa menghindari pertemuan dengannya lalu siapakah dia? Dalam keadaan seperti ini tak ada waktu lagi baginya untuk berpikir panjang, cepat tubuhnya bergerak menuju keruang

baja dimana Go Siau bi disekap, pintu baja itu setengah terbuka. Satu ingatan lantas melintas dalam benak anak muda itu, pikirnya dihati: Jangan-jangan Go Siau bi telah meloloskan diri ? Mungkinkah anjing2 itu dibunuh olehnya dan pintu ini pun dia yang buka? Sekali lompat dia mendekati pintu ruangan serunya dengan lantang : "Nona Go.,..nona Go ,." Tiada jawaban, suasana tetap sunyi dan sepi. Nona Go!" sekali lagi pemuda itu memanggil. Suasana tetap sunyi tiada jawaban yang kedengaran. "Jangan jangan dugaanku memang benar" kembali Han Siong Kie berpikir di hati "Go Sisu-bi pasti sudah kabur dari sini, lantaran malu bertemu dengan aku karena aku sudah mengintip tubuhnya yang telanjang dari balik ruangan, maka dia berlalu lebih dulu" 1085 Meskipun di hati ia bsrpikir demikian tak urung pemuda itu melongok juga kedalam ruangan. Begitu melihat apa yang tertera didalam ruangan, seperti kena disetrom tubuhnya gemetar dengan jantungnya berdebar dan mukanya jadi merah, secara beruntun dia mundur tiga langkah ke belakang. Sesosok tubuh yang bugil masih melingkar didalam ruang baja itu, dan dara itu tak lain adalah Go siau bi. Padahal menurut keterangan dari Tee heng sian jalan darah Go siau bi sudah bebas malahan serangannya berhasil melukai Ho Thong thian, kalau toh jalan darahnya sudah bebas, kenapa ia masih berbaring disitu dalam keadaan telanjang bulat ? Kalau dilihat dari pintu baja yang separuh terbuka, jelas ada orang pernah memasuki ruangan ini lalu siapakah orang itu ? Kenapa tidak menolong Go siau bi, melainkan membiarkan dia ..... Berpikir sampai disini, tak kuasa lagi tubuhnya gemetar keras, pikirnya lebih jauh: "Aduh celaka, jangan-jangan Go siau bi sudah mengalami...." Karena kuatir tanpa berpikir panjang lagi pemuda itu menerjang masuk ke dalam ruangan, meskipun jantungnya berdebar keras sekuat tenaga dia berusaha untuk mengendalikan emosinya didekati dara itu dan diperiksanya pernapasan gadis itu dengan tangan gemetar. Gadis itu berbaring dengan mata terpejam jalur darah ada di mana-mana dan napasnya masih berjalan normal jelas dia masih berada dalam keadaan hidup.

1086 "Nona Go" seru Han Siong Kie lagi sambil menggigit bibirnya kencang2. Namun gadis itu tidak menunjukan reaksi apa-apa ia tetap berbaring tak berkutik. Benar2 suatu kejadian yang aneh membuat siapa pun marasa tak habis mengerti dengan kenyataan tersebut. Agak gelagapan sianak muda itu menghadapi gadis cantik yang berada dalam keadaan telanjang bulat ini payudaranya yang montok dan putih bersih lekukan2 tubuhnya yang menggiurkan dan lembah hutan bakau dibagiao bawah merupakan suatu pemandangan yang indah menawan dan mengobarkan napsu birahi, Pemuda itu napasnya mulai membura peredaran darah di tubuhnya berjalan makin gencar, matanya berkunang dan tangannya mulai menggigil keras. Suatu perasaan yang sangat aneh timbul dalam hatinya, keringat telah membasahi jidatnya, meleleh dihidung dan tubuhnya. Ia pejamkan matanya tak berani memandang lebih jauh pelbagai pemandangan aneh muncul dalam benaknya, seperti terpengaruh oleh kekuatan sibir yang memaksa matanya untuk membuka kembali dan memandang tubuh indah yang montok berisi itu. Lama, lama sekali, berhasil juga pemuda itu untuk menguasai birahi yang berkobar dalam hatinya, ia mulai memikirkan tujuan kedatangannya kesitu, ia datang atas permintaan orang yang ada maksud untuk menolong orang. Untuk kedua kalinya dia membuka kembali matanya. Jangan-jangan ada jalan darahnya tertotok maka ia tak sadarkan diri pikir pemuda itu dihati, Tapi siapakah yang turun tangan atas dirinya? 1087 Selang sesaat kemudian ia berpikir lagi: "Aaaai..! Entah jalan darah mana saja yang telah tertotok sehingga ia tak bisa bergerak? Andaikaka pihak lawan adalah saorang pria maka sejak tadi pemuda itu sudah melakukan pemeriksaan yang seksama, tapi dia adalah scorang anak dara pemuda itu merasa tak punya keberanian untuk melakukan pemeriksaan tersebut. Ia hendak mencari Tee heng sian untuk mengatasi kejengahan tersebut namun pemuda itu pun merasa tak tega untak meninggalkan dara itu seorang diri, sebab kalau sampai ada anggota perkampuogen yang tiba-tiba muncul disana niscaya akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata. Setelah serba salah beberapa waktu akhirnya pemuda itu memberanikan diri untuk melakukan pemeriksaan baru tangannya diangkat peluh telah menetes tiada hentinya.

Jari-jari tangan yang gemetar mulai menggerayangi di tubub sang dara yang putih dan halus. Mendadak Go Siau bi menggeliat tubuhnya membalik keatas sementara sepasang tangannya bagaikan sepassng ular gesit meluncur keatas dan memeluk tubuh Han Siong Kie eraterat. Aaah, kau . . kau Han Siong Kie sama sekali tak menyangka bakal terjadi peristiwa semacam itu, bagaikan kena disambar geledek, pemuda itu cuma bisa berdiri menjublak dengan mata melotot dan mulut melongo, untuk meronta pun ia merasa tak mampu. Sepasang biji matanya yang bening mengawasi wajahnya tanpa berkedip dibalik keheningan terseliplah kobaran api yang membara se-akan2 hendak melelehkan tubuhnya. Nona Go kau ,.kau . 1088 "Aku dalam keadaan baik-baik!" jawab gadis itu cepat. Kau., kau.. lantas kau,,, Han Siong Kie. sekarang ciumlah aku!" Ucapan itu bagarkan permintaan, seperti pula suatu perintah, perintah yang disertai dengan suatu kekuatan yang membuat orang tak berani membantah. Selesai mengucapkan kata2 itu Go Siau bi memejamkan matanya, bibir yang kecil mungil setengah terbuka dalam posisi menantang, bau harum tersiar keluar mempersonakan hati. Tiba-tiba suatu dorongan emosi yang aneh dan buas seperti binatang timbul dalam bati pemuda itu. Manusia bermuka dingin yang selama ini membenci kaum wanita akhirnya bertekuk lutut juga. Kobaran api berahi tak terbendung lagi dia peluk dara itu erat-erat dan empat bibir yang panas menyengat badan pun saling menempel satu sama lainnya. Lama sekali mereka barciuman, seluruh tubuh mereka terasa jadi ringan bagaikan terbang di angkasa, makin lama makin tinggi makin lama makin ringan. Helaan nafas panjang mengakhiri ciuman yang paling panjang dan paling hangat itu Han Siong Kie tersadar kembali dari lamunannya. Go Siau bi melepaskan rangkulannya, mendorong pemuda itu kebelakang lalu memutar badannya kesamping untuk menyembunyikan bagian tubuhnya yang terlarang, bisiknya dengan lirih: Han Siong Kie. berikanlah jubah luarmu itu untukku ! Dengan kaku Han Siong Kie berdiri beberapa saat dimana ia bangkit berdiri dan mundur beberapa langkah kebelakang 1089 kemudian jubah luarnya dilepaskan dan dilemparkan ke arah

gadis itu, Dengan suatu gerakan cepat Go Siau bi menggunakan jubah tersebut setelah tubuhnya terbungkus kain dia baru bangkit berdiri wajahnya dingin bercampur sedih setelah menatap pemuda itu lama sakali dengan pandangan kaku bisiknya: "Han Siong Kie aku sudah merasa sangat puas, ciuman tadi telah memuaskan hatiku perduli bagaimanakah pandanganmu terhadap diriku pada hakekatnya aku telah menyerahkan hati untukmu seorang aku tahu sejak permulaan aku sudah salah tapi cintaku ini.. Nona Go kau" Dengarlah kata2ku lebih jauh kenangan masa lalu biarkanlah lewat dengan begitu saja hari ini kembali aku ditoloog olehmu aku Go Siau bi telah berhutang budi lagi kepadamu suatu ketika budi kebaikan ini pasti akan kubalas." Han Siong Kie menggerakkan bibirnya seperti mau mengucapkan sesuatu tapi tak sepatah katapun yang muncul. Air mata telah membasahi kelopak mata Go Siau bi namun ia beruaaha menahan merahnya sehingga tidak menetes ke bawah, ujarnya lagi dengan sedih: "Sejak pertama kali aku bertemu dengan kau, aku telah mencintai dirimu, engkau adalah orang pertama yang kucintai juga merupakan orang terakhir yang kucintai, sekalipun aku mencintai dirimu dengan sepenuh hati dan aku tidak mendapatkan balasan yang sewajarnya tapi aku memang mencintai kau, cintaku adalah cinta suci yang muncul dari lubuk hatiku, asal kau tahu aku sudah merasa puas. Aaai . . karena pikiran yang keliru hampir saja aku melakukan kesalahan besar, terimakasih kuucapkan kepadamu, karena engkau telah memberi kesempatan kepadaku untuk menebus dosa-dosa itu" 1090 Rasa cinta Han siong Kie benar-benar tersentuh oleh perkataanya itu, detik itu juga ia merasa bersalah karena pendapatnya yang keliru ini telah menghancur lumatkan rasa cinta dirinya yang nyata ia telah menyakiti perasaan seorang gadis yang membuat dara itu hampir saja melakukan kesalahan besar. "Nona, maafkanlah kesalahanku . ." bisiknya kemudian. -000dw000BAB 60 Go SIAU BI segera ulapkan tangannya dan mencegah pemuda itu meneruskan kata-katanya "Han siangkong, biarlah kusebut engkau dengan sebutan seperti yang kugunakan ketika untuk pertama kalinya aku bertemu dengan engkau, sekarang engkau tak usah minta maaf kepadaku, biarkanlah kejadian yang sudah lewat jadi kenangan, sekarang tegasnya mulai detik ini untuk menebus

semua dosa yang pernah kulakukan semoga engkau baik-baik menjaga diri" Tak tahan lagi air matanya jadi berderai membasahi seluruh wajahnya yang putih dan halus. Go siau bi telah berlalu pergi dengan membawa perasaan hatinya yang hancur. Han siong Kie ingin memanggil dara itu tapi ia tidak berbuat demikian, pemuda itu hanya berdiri termangu-mangu di dalam bangunan rumah baja itu. Ia merasa bagaikan sedang bermimpi suatu impian buruk yang sebetuinya adalah kenyataan, dengan suara yang lirih ia cuma dapat bergumam. .bergumam seorang diri dengan suara yang lirih: 1091 "sebenarnya apa yang kau lakukan? Benarkah tindakanku selama ini ? Ataukah tindakanku itu keliru besar?" Namun ia tak berhasil menemukan jawabannya. Dengan mengorbankan segala-galanya Go siau bi berusaha untuk mendapatkan dirinya, tapi sekarang setelah mengalami kejadian tersebut, ia telah pergi dengan keraskan hati dan telah memutuskan perasaan cintanya. sementara dia masih melamun, dari kejauhan terdengar serentetan jeritan ngeri berkumandang memenuhi seluruh angkasa, jeritan tersebut segera menyadarkan kembali pemuda itu dari lamunannya Ia lantas menduga kalau Go siau bi sedang melaksanakan pembalasan dendamnya atas orang-orang dari perkampungan oh hau san ceng Dengan wajah termangu dan pikiran kalut pemuda itu keluar dari ruang besi dan menuju kemuka. Kilatan cahaya api telah melambung keudara dari sana-sini terjadi kebakaran besar. Dalam sekejap mata saja seluruh perkampungan Ob-hau san Ceng yang kokoh dan kuat telah disikat oleh si jago merah, kobaran api membumbung tinggi keangkasa dan membakar apa saja yang ditemuinya. Buru2 Han Siong Kie berlalu dari tempat itu dan menyingkir dari jilatan api yang makin membara. "Loo-te..!" tiba-tiba terdengar seseoraeg memanggil dengan suara lantang. Cepat Han Siong Kie berpaling dengan perasaan terperanjat kiranya orang yang memanggil dirinya tak lain adalah Tee heng sian sambil cengar cengir manusia cebol itu melayang turun dihadapannya. 1092 Lo ko apakah engkau yang bunuh orang dan membakar perkampungan ini? tegur Han Siong Kie cepat. Tee heng sian sambil cengar eengir sogers menggeleng.

"Bukan. bukan aku, Seorang perempuan berkerudung yang melakukan semua perbuatan itu!" Seorang perempuan berkerudung maksudmu ? Benar, ketika aku sedang minum arak di dalam gudang arak sana tadi maksudku ingin keluar dan menonton keramaian, kebetulan aku saksikan seorang perempuan berkerudung sedang menghajar beberapa orang centeng dan beberapa ekor anjing kemudian membuka dua buah pintu besi di sebelah situ. Ooh. orang itu tentulah orang yang ada maksud" seru Han Siong Kie tanpa terasa. "Siapa?" seru Tee heng sian kelihatan agak tertegun. Orang yang ada maksud!" Orang yang ada maksud ? Ehmmm, aneh benar julukan ini dan engkau kenal dengan perempuan itu?" Ehmmm !" Han Siong Kie menganggu. Tiba-tiba rasa curiga muncul kembali dalam benaknya, kalau toh sudab ada orang yang ada maksud kenapa dia yang diharuskan menolong Go siau bi. Kalau toh ia dapat membuka pintu baja itu, mengapa ia tidak membawa Go siau bi yang telanjang bulat, sebaliknya diserahkan kepadanya? Kenapa..? Kenapa ? Pemuda itu benar-benar merasa tidak habis mengerti. "Eeeh lo-te, aku lihat pikiranmu kurang tenang dan wajahmu gugup sekali hayo, apa yang telah kau lakukan?" tiba tiba Tee heng sian menegur sambil tertawa cengarcengir. 1093 "Aku..." Han siong Kie tertawa jengah "Dimana bocah perempuan yang telah kau tolong itu?" "Dia... dia telah pergi" "Pergi? Pergi seorang diri?" Dengan sedih Han siong Kie mengangguk tanda membenarkan. Tee hee sian berkata lebih jauh. "Tahukah engkau, kenapa orang yang ada maksud membunuh orang dan membakar perkampungan ini?" "Mungkin juga dia hendak melampiaskan rasa dendam dan mendongkol dari Go siau bi" "Lalu setelah urusan disini telah selesai, kau hendak pergi kemana. ?" Han siong Kie tidak langsung menjawab, ia termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian baru menjawab: "..Aku pikir hendak mengunjungi lembah in wu kok" "Lembah In wu kok? Aneh benar nama tersebut, dimana toh letak lembah yang aneh itu?" "Kurang lebih setengah jam lamanya dari tempat ini, lembah In wu kok adalah sebuah lembah aneh yang terpencil sekali letaknya" "siapa yang beri tahu kepadamu kalau lembah itu bernama in wu kok?" Han siong kie tersenyum.

"ooh aku sendiri yang menamakan lembah tersebut, dengan sebutan lembah In wu kok, coba lihatlah bukankah disitu penuh dengan kabut yang amat tebal?" "Aaah saudaraku, tempat itu bukan bernama lembah In wu kok melainkan adalah Lembah kematian yang dianggap setiap umat persilatan sebagai daerah terlarang, keseraman dan kengerian yang menyelimuti lembah tersebut sama sekali tak kalah dengan kemisteriusan benteng maut yang tersohor itu" 1094 "Lembah kematian?" Benar, lembah itu sangat berbahaya.. setiap orang yang berani memasuki lembah itu berarti mengantar kematian diri sendiri sebab semua orang yang sudah masuk ke dalam lembah itu, selamanya tak akan bisa munculkan diri dalam keadaan selamat" Hebat sekali perobahan wajah Han siong Kie, untuk sesaat dia termenung lalu baru berkata: "Semula aku masih mengira lembah itu hanya sebuah lembah terpencil yang jarang sekali dikunjungi manusia" "Loo te" Tiba2 Tee heng sian berkata dengan wajah serius "kalau toh engkau sama sekali tidak kenal akan lembah kematian, mau apa kau kunjungi lembah tersebut??" "Aku... sebenarnya aku hendak mempelajari sejenis ilmu silat didalam lembah itu" Kalau toh cuma ingin mempelajari sejenis ilmu silat, mengapa kau pilih tempat semacam itu??" "Sebab aku lihat tempat itu jauh dari keramaian dunia dan jarang sekali dikunjungi manusia, aku takut latihanku terganggu oleh kehadiran manusia lain maka aku hendak mencari tempat yang sepi dan terpencil itu sebagai tempat latihanku" "saudaraku kalau engkau percaya dengan kata2ku ini, lebih baik batalkan saja niatmu itu" Masih mendingan kalau Tee heng sian tidak berkata, semakin dilarang pergi kesitu semakin besar pula rasa ingin tahu yang timbul dalam hati Han siong Kipikirnya: "Apa salahnya kalau aku pergi melakukau penyelidikan? Akan kulihat sebenarnya macam apakah lembah kematian tersebut" 1095 Tapi ia merasa tak tega untuk menolak kebaikan orang, maka ia manggut-manggut berulang kali. "Baiklah, aku akan pertimbangkan lagi rencana ini, terima kasih atas peringatan dari engkoh tua, kau..." Sebelum pemuda itu menyelesaikan kata2nya Tee heng siang telah tertawa cekikikan seraya menukas: Dalam sekejap mata perkampungao Oh hau san ceng akan berubah jadi puing-puing yang berserakan, gudang arak

dibawah sana merupakan tempat tinggal yang paling aman dan nyaman apalagi persediaan arak yang ada disitu cukup bagiku umuk meneguk selama ber-tahun2 lamanya, sebelum semua arak itu habis aku tidak akan pindah rumah ! Tersenyum juga Han Siong Kie melihat kekocakan rekanaya ini, ia berkata kemudian: Kalau memang begitu biarlah siaute mohon diri lebih dulu semoga kita dapat bertemu lagi dilain waktu ! Baiklab. aku memang sangat gembira bisa bertemu dengan seorang rekan seperti kau tidak kecewa aku Tee heng sian hidup di kolong langit hiiih hiiihh hiiihh bila engkau membutuhkan bantuanku datang saja ke-gudang arak ini dan berilah kabar kepadaku niscaya aku akan menyingsingkan lengan baju dan membantu dirimu!" Han Siong Kie memberi hormat kepada rekannya setelah minta diri maka berangkatlah pemuda itu melanjutkan perjalanannya. Sementara itu kobaran api yang amat besar masih menjilatjilat seluruh hangunan gedung Oh hau san cung begitu dahsyat kebakaran yang terjadi tampaknya dalam sehari dua hari api belum bisa padam. 1096 Setelah meninggalkan tempat itu Han Siong Kie melanjutkan kembali perjalanannya menuju ke lembah kematian. Kali ini perjalanan dilakukao cepat sekali. tidak ssmpai satu jam sianak muda itu sudab mencapai lembah kematian, nun jauh kedepan yang terlihat hanyalah kabut yang tebal dan menyelimuti seluruh permukaan jagat, secara lapat lapat tampaklah cadas yaeg tajam dengan bukit yang tinggi tersebar dimana mana. Pemuda itu termenung sebentar disitu kemudian dia lanjutkan kembali perjalanannya menuju ke mulut lembah. Kenangan lama terbayang kembali dalam benaknya, ia teringat kembali bagaimana-kah dia dan Tonghong Hui tercebur kedalam jurang dan bagaimana mereka berhasil lolos dari kematian.... Pemuda itu menghela napas panjang, pikirnya: "Aaai. sayang adik Hui telah kembali kealam baka, tapi benarkah ia telah mati Bukankah orang yang ada maksud telah berkata bahwa adik Hui tak akan mati?" Lama sekali pemuda itu termenung, selang sesaat kemudian pikirnya lebih jauh: "Kalau dia tidak mati, meagapa ia tak muncul kembali dari benteng mautnya, Apakah ia lupa masih ada janji dengan aku? Lupakah dia ketidak munculannya berarti suatu bukti padaku bahwa ayahnya adalah pembunuh keluargaku?" setelah termanggu2 sejenak pemuda itu meneruskan kembali perjalanannya memasuki lembah itu

Kabut yang menyelimuti angkasa kian menebal, meskipun Han siong Kie memiliki ketajaman mata yang dapat memandang pemandangan sekitar tiga kaki, namun tiada satupun yang terlihat olehnya. 1097 "Aneh." kembali pemuda itu membatin, menurut Tee heng sian lembah kematian adalah suatu daerah terlarang yang sangat disegani oleh setiap umat persilatan di dunia ini, malahan katanya siapa berani masuk maka dia tak ada harapan untuk keluar dalam keadaan selamat, kini aku sudah lama masuk kedalam wilayah ini, kenapa tiada sesuatu apapun yang berhasil kutemui . ." " Setelah termenung sebenter ia membatin lagi: "Jangan-jangan berita yang tersiar dalam dunia persilatan tak bisa dipercaya kebenarannya?" Satu li kembali sudah dilewati oleh Han siong Kie, namun tiada sesuatu apapun yang terlihat. Akhirnya mata yang tajam itu membentur dengan sesuatu benda, mendadak saja tubuhnya menggigil keras jantungnya berdebar tanpa sadar ia menghentikan langkah kakinya. Sebuah batu besar yang penuh dengan lumut hijau terpancang di depan matanya, di atas batu tugu itu terteralah beberapa tulisan dengan huruf yang amat besar: "PERBATASAN ANTARA MATI DAN HIDUP Di balik tugu batu itu adalah ssbidang tanah datar yang berumput rendah di sana sini tumbuh bunga-bunga putih yang besar, ketika bunga putih itu diamati dengan lebih seksama lagi barulah diketahui bahwa benda itu bukan bunga melainkan kerangka manusia yang telah memutih begitu banyak kerangka manusia yang berserakan di tanah lapang berumput itu hal ini bisa ditarik kesimpulan betapa banyeknya jumlah korban yang telah kehilangan nyawanya disitu. Dibunuh korban-2 yang kini tinggal kerangka putihnya belaka itu? Atau kah mungkin ada sebab-sebab lain yang mengakibatkan kematian mereka ? Sulit bagi pemuda itu untuk memberikan jawabannya. 1098 Perbatasan antara mati dan hidup gumam pemuda itu ssorang diri. Timbul suatu perasaan ragu di hati anak muda itu ia tahu yang dimaksudkan tugu peringatan itu adalah tempat ini sebagai perbatasan yang memisahkan antara mati dan hidup di bagian sebelah sini adalah dunia kehidupan sebaliknya tanah bidang sebelah sana adalah dunia kematian, sekarang ia tepat berdiri di-perbatasan antara kedua tempat itu. Otaknya berputar terus berusaha memecahkan teka teki aneh ini, dia ingin tahu apa sabab yang membuat orang-orang itu menemui ajalnya.

Tentu saja batu peringatan kerangka manusia serta berita yang tersiar dalam dunia persilatan telah membuktikam bahwa Lembah kematian benar-benar adalah suatu tempat yang bisa mencabut nyawa manusia. Sementara si anak muda itu masih sangsi dan tak sanggup mengambil keputusan secara lapat-lapat ia mendengGr tibanya hembusan angin yang mengibarkan ujung baju. Meskipun lirih sekali suara itu namun bagi pendengaran Han siong Kie sudah cukup untuk membuktikan babwa ada orang yang datang ke tempat itu. Satu ingatan lantas terlintas dalam benaknya ia berpikir: "Aneh siapa yang berani mendatangi lembah kematian ini apa maksud kedatangannya Pemuda itu celingukan memandang sekeliling tempat itu, ketika ditemukan sebuah batu cadas kurang lebih empat kaki disamping tempat itu, cepat ia berkelebat kebelakang batu itu dan menyembunyikan diri sekejap mata kemudian belasan sosok bayangan manusia telah munculkan diri didepan batu peringatan tersebut. 1099 Rombongan itu dipimpin oleh dua orang kakek berjubah hitam sedang kan sisanya adalah dua belas orang laki-laki yang memakai, baju ringkas warna hitam pula. Di atas dada kedua orang kakek berjubah hitam itu masing2 bersulamkan lukisan rembulan dan matahari dan bintang. Begitu menyaksikan lambang yang tertera diatas dada kakek berjubah hitam itu, Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, sebab lambang tersebut tidak terlalu asing baginya, dia merasa se-akan-akan pernah menjumpainya disuatu tempat. setelah dipikirkan beberapa saat pemuda itu teringat kembali, ia masih ingat bagaimana orang yang kehilangan sukma telah membunuh Tengkorak maut gadungan dengan lencana Thian Che leng, dan di atas lencana itu terteralah lukisan Matahari, rembulan dan bintang. Itu membuktikan pula bahwa rombongan yang barusan tiba disana tak lain adalab anak buah dari perkUmpulan Thian Che kau. seingatnya diantara anggota perkumpulan Thian Che kau yang pernah ditemuinya, belum pernah ada diantara mereka yang munculkan diri dengan diatas dadanya tertera lambang matahari rembulan serta bintang, pemuda itu mulai berpikirpikir, jangan2 kedudukan dua orang kakek tua itu memang sangat istimewa?? sementara itu salah seorang diantara dua orang kakek berjubah hitam itu sudah menyapu sekejap sekeliling gelanggang, kemudian kepada rekan-rekannya dia berkata. "saudara see bun, masakah bocah keparat itu bisa terbang

kelangit atau tenggelam kedasar bumi? Kenapa jejaknya lenyap dengan begitu saja tanpa meninggalkan bekas?" Kakek baju hitam yang disebut saudara see bun itu menjawab: 1100 "saudara Nyoo, menurut pandanganku mungkin saja bocah keparat itu telah mengetahui jejak kita semua maka sengaja ia mencari tempat yang bersembunyi untuk menyembunyikan diri " "sekalipun ia sedang bersembunyi toh penggeledahan yang kita lakukan cukup ketat, masa pencarian ini sangat teledor sampai tempat persembunyian musuh sama sekali tidak ketahuan ?" "Walaupun demikian kabut toh terlalu tebal disekitar tempat ini, siapa tahu kalau penggeledahan kita memang kurang teliti ?" "Mungkinkah mata2 kita telah salah melihat orang ?" tanya orang she Nyoo lagi. "Aaah tidak mungkin Tanda2 yang dimiliki manusia bermuka dingin sangat istimewa sekali, rasanya susah untuk mencari orang kedua yang memiliki ciri2 seperti dia " Hampir saja Han siong Kie mendcngus dingin apa lagi setelah diketahui olehnya bahwa kemunculan rombongan itu tak lain adalah sedang mencari jejaknya. "Jangan-jangan bangsat muda itu sudah melampaui perbatasan antara hidup dan mati?" kembali kakek she Nyoo itu mengutarakan pendapatnya. Dengan cepat kakek she see bun itu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aah.. soal ini tak mungkin, sekalipun ilmu silatnya sangat lihay, tak nanti ia bisa lolos dari kematian bila berani melewati perbatasan ini, tak nanti dia datang hanya untuk menghantar kematian belaka" "Yang lebih aneh lagi, entah apa sebabnya bocah bangsat itu datang mengunjungi lembah kematian??" "Aku mana tahu, mungkin cuma dia seorang yang mengetahui apa tujuannya datang kemari" 1101 "Lalu apa yang musti kita lakukan sekarang??" "Mulut lembah sebelah depan toh sudah dijaga oleh jago2 lihay kita, mari kita lanjutkan penggeledahannya disekitar tempat ini, aku tak percaya kalau dia sudah dapat terbang ke langit atau menyusup kedalam tanah." "Andaikata penggeledahan kita ini cuma sia-sia belaka??" "Aaah. tidak mungkin! Aku yakin jejak si bangsat muda itu pasti akan berhasil kita temukan! Sementara itu Han Siong Kie sedang putar otak memikirkan persoalao itu batinnya: Mungkinkah kedua orang kakek tua ini adalah dua orang diantara sepuluh jago maha dahsyat dari perkumpulan Thian

che kau seperti apa yang pernah diterangkan oleh Orang yang kehilangan sukma? Kalau memang demikian adanya tenaga dalam yang mereka miliki pastilah seimbang dengan kemampuan Tengkorak maut gadungan.." Terdengar kakek she Nyo itu mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain ia berkata. "Aku rasa teka-teki yang menyelimuti Lembab kematian antuk selamanya tak mungkin bisa terbongkar." Aku rasa belum tentu begitu! sahut kakek she See-bun. Kalau toh engkau berani mengatakaa demikian, masakah San tian jiu ( telapak tangat kilat ) See-bun Lui berani melangkahi perbatasan antara mati dan hidup untuk melakukan penyelidikan?" Telapak tangan kilat See-bun Lui mendengus dirgin. Hmm ! Seandainya engkau Tui hun poan ( senjata poan koan-pit pencabut nyawa) Nyoo Yong bersedia untuk 1102 menemani, apa salahnya kalau kita lakukan penyelidikan terebut. Mendergpr tantangan tersebut Tui hun poan Nyoo Yong segera tertawa kering. Heeeh heeeh heeehh saudara See-bun lebih baik kita menangkap anakan kelinci saja ! Kata-kata "anakan kelinci" itu amat tak sedap didengar kontan mengobarkan hawa amarah dalam hati Han Siong Kie, tiba tiba dia meloncat bangun dari tempat persembunyiannya seraya berseru: Manusia bermuka dingin ada disini ! Kemunculan Han Siong Kie secara tiba-tiba ini sangat mengejutkan Kedua orang kakek tua serta kedua belas orang anak buahnya, dengan perasaan tercekat, mereka segera berpaling. Begitu mengetahui siapaksh yang telah munculkan diri, kedua belas orang laki-laki berpakaian ringkas itu segera menyambarkan diri dan membentuk gerakan setengah lingkaran untuk melakukan pengepungan yang ketat. Telapak tangan kilat see bun Lui maupun pui hunp yan Nyoo Yong serentak berpaling pula kearah anak muda itu, dengan sinar mata berwarna hijau tajam mereka menatap musuhnya tanpa berkedip. dari kilatan cahaya mata itu dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu benar2 sudah mencapai puncak kesempurnaan. Agak terkejut juga Han siong Kie setelah menyaksikan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki musuhnya, namun ia tak gentar, dengan pandangan yang tak kalah dinginnya ia balas menatap kedua orang lawannya. "Jadi engkau yang bernama Manusia yang bermuka dingin?" tegur Tui hun pan dengan wajah dingin.

1103 Han siong Kie mendengus dingin. "Hmm Ucapanmu memang tepat sekali." "Bangsat, engkau akan menyerahkan diri dengan begitu saja ataukah hendak memaksa aku untuk turun tangan?" "Huuh manusia macam kalian pun hendak membekuk aku" ejek sang pemuda sambil tertawa sinis "Hmmm sebutkan dulu siapa nama kalian" "Bocah keparat, dengarkan baik-baik kata-kata kami ini" seru see bun Li dengan cepat, "kami berdua adalah Utusan khusus dari Thian che kau, dua jago lihay diantara sepuluh tokoh paling tinggi kedudukannya dalam perkumpulan kami.." "Utusan khusus Haaahh haaahh haahh aku rasa kalian toh tak lebih cuma begundal bayaran belaka" Ucapan itu dianggap sebagai penghinaan besar bagi dua orang kakek tua itu, betapa gusarnya oran2 itu sukar dilukiskan dengan kata-kata. "Bangsat, rupanya engkau sudah bosan hidup?" bentak mereka hampir bersamaan waktunya. Dliringi bentakan nyaring see bun Lui melambung tiga kali ke tangah udara, kemudian secepat kilat melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah Han siong Kie. Serangan tersebut memang luar biasa cepatnya dan tak malu disebut bagaikan sambaran kilat, pada saat yang hampir bersamaan dia telah melepaskan sebuah pukulan yang mengancam dua belas buah jalan darah sekaligus bukan saja aneh gerakannya dahsyat pula ancamannya. Sejak pihak musuh bersiap sedia melancarkan serangannya Han Siong Kie sudah dapat menduga babwa ilmu silat yang dimiliki kedua orang lawanya ini lihay sekali serangan mereka tak nanti bisa dibandingkan dengan serangan orang persilatan pada umumnya. 1104 Maka ketika pihak musuh melancarkan serangan maut cepat dia keluarkan lintasan cahaya sambaran bayangan untuk meloloskan diri. Hanya sekali berkelebat tahu2 pemuda itu sudah lenyap dari pandangan betapa terkejutnya See-bun Lui menghadapi kelihayan musuhnya sekarang dia pun baru percaya bahwa ilmu silat yang dimiliki manusia bermuka dingin memang tak boleh dianggap enteng. Gagal dengan serangan yang pertama dia susulkan dengan serangan kedua bahkan kali ini serangannya dilancarkan dengan kecepatan yang lebih hebat. "Criiit.! Criiiit !" dua desingan angin tajam menderu deru dikala serangan kedua dari Seebun Lui dilepaskan, Han Siong Kie ssndiri pun melepaskan pula serangan dengan ilmu jari Tong kim ci. Di tengah dengus kesakitan See-bun Lui mundur tiga

langkah kebelakang dengan sempoyongan. Sekali pun mundur namun orang itu sama sekali tidak menuojukkan gejala terluka hal ini boleh dibilang jauh diluar dugaan si anak muda itu. Rasa kaget dan tercekat yang dialami Han Siong Kie waktu itu sukar dibayangkan dengan kata-kata ia tak mengira kalau ilmu jari Tong kim ci yang begitu dahyat dan mematikan ternyata tidak mampu merobohkan musuhnya. Sementara itu Tui hun poan Nyoo Yong telah membentak keras dan maju menyerang pula. Suatu pertempuran sengit pun segera berkobar dengan sengitnya masing masing pihak saling menggunakan kemampuannya sendiri untuk merobohkan lawan. Wilayah seluas tiga kaki diliputi oleh deruan angin puyuh, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa. 1105 Han siong Kie dengan andalkan tenaga dalam sebesar dua ratus tahun hasil latihan itu melakukan inisiatip untuk menyerang gencar, sekalipun dia telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki, itupun hanya berhasil memaksa lawannya untuk bertarung dalam keadaan seimbang alias sama kuat. Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat, namun menang kalah masih belum bisa ditentukan. Memang seram dan mengerikan jalannya pertarungan itu, bukan saja angin menderu dan bahkan dunia terasa jadi gelap, membuat dua belas orang laki2 berpakaian ringkas yang ada disamcing gelanggang diam2 merasa bergidik. setelah berhenti sebentar untuk mengatur pernafasan, see bun Li terjun kembali ke dalam gelanggang pertarungan, rupanya dia pun menyadari bahwa kekuatan pihak lawan terlalu tangguh, tak mungkin salah seorang dari pada mereka berhasil menaklukkan lawannya andaikata tidak turun tangan secara bersama: Dengan cepat situasi dalam gelanggang pertarungan mengalami perubahan. Dua orang tokoh sakti dengan meng andalkan kekuatan mereka yang paling top berusaha menghancurkan lawannya, kedahsyatan angin pukulan yang mereka hasilkan benar2 mengerikan sekali. Dalam keadaan demikian, Han siong Kie dipaksa untuk mengambil langkah2 pertahanan, dia mainkan ilmu Mo mo ciang hoat bagian pertahanan untuk menutup semua bagian tubuhnya dari kemungkinan terserang musuh, kalau sebentar saja masih mendingan tapi lama kelamaan diapun mulai terdesak hebat. sepuluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa... 1106

Han siong Kie semakin terdesak hebat sehingga selangkah demi selangkah mundur terus kebelakang.. satu langkah, dua langkah, tiga langkah, Akhirnya pemuda itu sudah melampaui garis pemisah yang merupakan perbatasan antara mati dan hidup, Menyaksikan kejadian itu baik see bun Lui yang bergelar telapak tangan kilat maupun Nyoo Yong yang berjulukan Hakim pengejar sukma sama-sama menarik kembali serangannya dan mundur kebelakang. Perbatasan antara mati dan hidup .. suatu wilayah angker yang tak berani dilewati oleh siapapun. Han siong Kio masih belum merasa kan akan hal itu, kembali ia mundur beberapa langkah kebelakang. sekarang Han siong Kie sudah berada satu kaki lebih dibalik garis pemisah yang disebut perbatasan antara mati dan hidup itu, namun tiada sesuatu kejadian yang menimpa dirinya, ia tetap utuh, sehat dan tak kekurangan sesuatu apapun. Belasan orang jago lihay dari Thian che kau mulai menunjukan sikap kebingungan dan tidak habis mengerti, sampai2 mereka berdiri dengan wajah melongo. -ooodwoooBAB 61 LEMBAH kematian- suatu daerah terlarang yang dianggap angker serta mengerikan bagi umat persilatan, wilayah itu dipisahkan oleh sebuah garis yang dinamakan perbatasan antara mati dan hidup, selama banyak tahun tak seorang manusiapun sanggup melewati perbatasan tersebut dalam keadaan hidup, Tapi sekarang Manusia berwajah dingin telah menyeberangi perbatasan itu sejauh beberapa kaki tanpa mengalami sesuatu 1107 kejadian apapun, kejadian ini benar merupakan sesuatu peristiwa yang aneh dan sama sekali tak masuk akal. Tatkala pihak musuh menarik kembali serangannya tadi, tanpa terasa Han siong Kie lelah mundur kembali beberapa langkah kebelakang, menanti ia rasakan perubahan yang aneh pada wajah musuhnya pemuda itu baru sadar bahwa ia telah melangkah masuk ke dalam wilayah yang tersohor karena angkernya itu. Kontan bulu kuduknya pada bangun berdiri dan peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya tapi setelah ditunggunya beberapa saat tanpa terjadi sesuatu perubahan, dari kejut dan cemasnya kini berobah jadi heran dan tak habis mengerti. Dua orang jago dari Thian che kau itu terhitung jago2 tangguh dalam perkumpulannya, mereka tidak pernah pandang sebelah mata atas musuhnya namun berada diwilayah angker ternyata kedua orang itu tak berani banyak berkutik. Selang sesaat kemudian, See-bun Lui baru berkata kepada

rekannya dengan suara lirih: Saudara Nyoo, aku rasa kejadian ini sangat aneh dan sangat mencurigakan hati! "Apanya yang mencurigakan?" seru Nyoo Yong yang berjulukan hakim pengejar sukma. Coba kau lihat, bajingan muda itu telah menyeberangi perbatasan antara mati dan hidup, namun ia tetap sehat wal'afiat, sedikit pun tidak apa apa. Jangan-jangan berita yang tersiar dalam dunia persilatan selama ini hanya berita kosong belaka? See-bun Lui garuk2 kepalanya yang tidak gatal lama sekali dia berpikir kemudian baru berkata: 1108 "Saudara Nyoo andakata kita menarik diri dan mengundurkan diri dari wilayah ini apakah tindakan tersebut bisa dianggap suatu pembangkangan terhadap perintah? Tentang soal ini tentu saja!" "Jadi kalau begitu terpaksa kita harus berkejaran terus dengan bajingan itu? "Aku rasa memang itulah yang bisa kita lakukan sekarang selain itu kita toh bisa minta petunjuk dari kaucu! See bun Lui mengangguk ia lantas memanggil dua orang laki2 baju hitam dan membisikkan sesuatu kepada mereka dua orang laki-laki tersebut segera mengiakan dan berlalu dari lembah tersebut. Han Siong Kie yang berada di dalam wilayah lembah kematian dapat mengikuti gerak gerik mereka dengan amat jelas dia tahu bahwa orang-orang itu tak berani memasuki lembah kematian bahkan mungkin sekali mereka sedang mengundang kehadiran Thian che kaucu untuk menyelesaikan sendiri persoalan ini. Diam2 Han siong Kie menguatirkan kemampuan Thian che kaucu sebab kalau ditinjau dari kemampuan yang dimiliki kedUa orang utusan khusus tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga dalam yang dimiliki ketua mereka benar- benar telah mencapai puncak kesempurnaan yang tak terhingga, ia jadi terbayang kembali akan peristiwa dimasa lalu sewaktu dia menyerbu wilayah Lian huan yau untuk menolong Go siau bi, ketika itu ia telah berjumpa dengan seorang manusia barkerudung yang mangaku sebagai ketua perkumpulan tapi akhirnya ia bukti bahwa dia tak lebih cuma penyaruan dari salah satu diantara sepuluh jago tangguh perkumpulan. Anak muda ini mulai berpikir, mengapa Thian che kaucu tak berani munculkan diri sebaliknya suruh orang lain untuk menyaru sebagai dirinya?" Mungkinkah dibalik semuanya ini sebetulnya masih tersimpan rahasia lain? 1109 Yang lebih aneh lagi, ternyata pihak Thian che kau telah

mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi dirinya seorang, malahan ketuanya turun tangan sendiri untuk memimpin operasi tersebut, hal ini menandakan kalau pihak mereka memandang serius persoalan tersebut, lalu apa sebabnya mereka bersikap drmikian?" Tiba2 Nyoo Yoong, hakim pengejar sukma berseru dengan suara dalam: "Bocah keparat, beranikah engkau menyeberang kemari untuk melangsungkan pertarungan seru dengan kami?" Han siong Kie sendiripun tak tahu apa sebabnya ia bisa menyeberangi perbatasan mati dan hidup tanpa cedera, namun ia tahu bahwa musuh- musuhnya tak berani menyeberangi wilayah angker itu dam selalu memanaskan hatinya agar dia menyeberang kembali ke sana. Maka sambil tertawa dingin, ejeknya: "Bangsat tua, kenapa bukan kalian yang menyeberang kemari? Kalau memang jantan hayolah kemari" Perasaan jengah dan serba kikuk muncul diatas wajah Nyoo Yong maupun see bun Lui, mereka ingin mencoba untuk menyerbu ke depan tapi ketika sinar matanya terbentur dengan tulisan PERBATASAN MATI DAN HIDUP" yang tertera di tepi jalan serta kerangka manusia yang berserakan di mana-mana, hati mereka jadi bergidik dan keberaniaannya jadi buyar kembali. Pelbagai ingatan berkecamuk dalam benak Han Siong Kie, pikirnya : "Kedatanganku kemari toh hanya ingin menyelidiki rahasia yang tersimpan dalam lembah kematian? Apa gunanya ribut2 terus dengan mereka . . ? Maka serunya kemudian dengan suara dingin : 1110 Saudara berdua kalau toh kalian tak berani datang kemari, maaf kalau aku tak dapat menemani kalian lebih lama lagi bila ingin bertarung kesempatan dikemudian hari masih banyak ! Habis berkata dia lantas putar badan dan berjalan masuk kedalam Lembab kematian dengan langkah lebar. Selang sesaat kemudian ia sudah berada di tengah-tengah lembah itu namun tiada kejadian aneh yang menimpa dirinya, sekalipun rasa tegang sudah jauh mengendur, namun perasaan ingin tahu yang berkobar dalam hatinya makin menjadi. "Heeey bocah keparat. jangan pergi !" serentetan bentakan nyaring bergema memecahkan kesunyian. Mendengar seruan tersebut, Han Siong Kie berhenti dan segera berpaling, hawa murninya disiapkan dalam tangan untuk menghadapi segala kemungkinan. Nyoo Yong, Hakim pengejar sukma telah memburu masuk kedalam wilayah lembah kematian, ketika dilihatnya pihak musuh dapat memasuki daerah angker itu tanpa cedera timbullah keinginan untuk berspekulasi siapa tahu kalau

diapun beruntung bisa lolos dari wilayah angker itu dalam keadaan selamat? Dalam dua kali lompatan, Nyoo Yong Hakim pengejar sukma sudah berada kurang lebih sepuluh kaki dibelakang sianak muda itu. Akan tetapi ketika Hakim pengejar sukma sedang melambung kedepan untuk ketiga kalinya... Serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggelegar di angkasa dan memecahkan kesunyian yang mencekam sekitar tempat itu. Nyio Yong yang sedang melayang diudara, se akan2 burung yang kena dipanah, tahu-tahu badannya menukik ke bawah dan roboh keatas tanah. la mati secara misterlus. 1111 Hakim pengejar sukma Nyio Yong telah tewas dihadapan rekan2nya, namun tak seorangpun yang tahu apa sebabnya tiba2 ia mampus, jangankan mereka sekalipun Han siong Kie yang berada beberaps depa dihadapannya juga tak melihat sebab musabab yang mengakibatkan kematian jago lihay itu Pucat pias wajah para jago dari Thian che kau, rata- rata mereka berdiri tertegun dengan sukma merasa melayang tinggalkan raganya, kejadian ini sama sekali diluar dugaan semua orang. Han siong Kie sendiripun terkejut sampai-sampai keringat dingin membasahi jidat dan punggungnya . Dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan kematian Nyio Yong yang secara tiba2 namun ia tak tahu apa yang menyebabkan kematian musuhnye itu, untuk sesaat ia jadi tertegun dan berdiri termangu-mangu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ditatapnya mayat Nyoo Yong tanpa berkedip. sementara pikirannya melayang entah sampai dimana. Mendadak terdengar jeritan kaget berkumandang lagi memenuhi angkasa, suatu pemandangan yang sangat mengerikan telah berlangsung didepan mata. Begitu mencium tanah, mayat Nyoo Yong yang masih hangat itu ternyata meleleh dan mengalami pembusukan dengan cepat, kemudian selang sesaat mayat itu sudah hancur tinggal tulang kerangkanya belaka. Hampir saja Han siong Kie menjerit kaget, bulu kuduknya pada bangun berdiri, kejadian aneh ini belum pernah ditemuinya semenjak dahulu kala, tidak sampai setengah perminum teh salah seorang tokoh silat yang berilmu tinggi telah berobah jadi seonggokan tulang kerangka yang putih mengkilat, bila tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri, siapakah yang akan percaya bahwa peristiwa semacam itu benar2 telah terjadi di depan mata ? 1112

Lewat lama sekali dia ter-mangu2, setelah rasa kagetnya hilang ia baru berpaling memandang ke belakang, pada ujung lembah tersebut ia saksikan sebuah gundukan tanah berbukit, beberapa pohon raksasa yang amat besar tumbuh disekitar gundukan tanah itu Di belakangnya adalah sebuah tebing dan sebuah bukit yang tinggi menjulang keangkasa demikian tingginya bukit itu sehingga menembusi kedalam awan. Dengan langkah yang ragu-ragu dan penuh kesangsian pemuda itu melanjutkan perjalanannya memasuki lembah itu dan mendekati gundukan tanah yang berada didepan mata. Beberapa kaki sebelum mencapai gundukan tanah tadi tiba2 pemuda itu berseru tertahan dan berhenti. Di bawah dua batang pohon raksasa berdirilah sepasang makhluk hitam putih yang mengerikan.. Mereka sama-sama memelihara rambut yang panjang cuma yang hitam sekujur tubuhnya berwarna hitam pekat sebaliknya yang putih luar biasa putihnya bagaikan salju. Dengan seksama anak muda itu mengawasi beberapa saat makhluk itu, sekarang ia dapat memastikan bahwa mereka adalah manusia, sepasang manusia aneh berwama hitam dan putih, hatinya terasa makin bergidik, Kedua orang itu duduk bersila saling berhadapan, ke empat buah telapak tangannya direntangkan kedepan sejajar dengan dada, selisih jarak kedua belah pihak cuma terpaut tiga kaki. Han siong Kin tertegun- .apa yang telah terjadi? " sekilas pandangan dua orang jago itu bagaikan sedang mengadu tenaga dalam, tapi mirip juga sedang melatih sejenis ilmu silat. Bila tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri, hampir saja ia tak percaya kalau dikolong langit sebenarnya terdapat manusia seaneh itu, yang hitam kulitnya benar- benar hitam 1113 mengkilap seperti tinta, apalagi jubahnya berwarna hitam pula membuat orang itu betul2 serba hitam. Sebaliknya yang putih demikian putihnya seperti sesosok mayat hidup bukan rambutnya berwarna putih, jubah maupun sepatunya juga berwarna putih. suatu perbedaan warna yang amat kontras sekali. Mungkinkah mereka adalah manusia biasa ? Atau mungkin mereka adalah sebangsa siluman, manusia jadi-jadian yang sering dijumpai dalam tempat terpencil ? Terbayang akan setan tanpa terasa Han Siong Kie bergidik bulu kuduknya tanpa terasa pada bangun berdiri. Lama , lama sekali dua orang makhluk aneh itu masih belum menunjukkan reaksi apa-apa. Mungkinkah mereka adalah dua sosok mayat hidup ? Ataukah cuma sepasang patung arca belaka ? Lembah kematian yang pada hakekatnya memang

mengerikan, kini terasa lebih mengerikan lagi dengan munculnya dua sosok makhluk aneh itu. -ooo00dw00oooJilid 30 AKHIRNYA sesudah ragu2 sebentar Han siong Ki melangkah maju kedepan mendekati dua orang mahluk aneh itu sepasang telapak tangannya disilangkan kedepan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan ia kuatir dua orang mahluk aneh itu tiba tiba menyergap ketubuhnya. Ketika ia sudah berada kurang lebih tiga kaki dihadapan mahluk aneh itu mendadak Han Siong Ki merasakan 1114 munculnya selapis tenaga tekanan yang amat kuat menghadang jalan majunya. Sekarang sianak muda itu baru terperanjat dari kenyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua orang mahluk aneh itu memiliki hawa khikang pelindung badan yang bisa memaksa orang lain tak mampu mendekati tubuh mereka pada jarak tiga kaki dari sini dapat diketahui pula bahwa tenaga dalam yang dimiliki makhluk aneh itu sudah mencapai puncak yang tidak terhingga. Dua orang makhluk aneh itu tetap duduk kaku ditempat semula, mereka tidak membuka matanya pun tidak berkutik barang sedikitpunjuga, padahal semestinya mereka tahu bahwa ada orang yang mendekati tempat tinggal mereka, terbukti hawa khikangnya telah dipancarkan melindungi wilayah seluas tiga kaki disekeliting tubuh mereka. Agak penasaran Han siong Kie ketika tak mampu menerjang maju kedepan dan menghimpun tenaga dalamnya dan secara paksa menerjang masuk kedalam lingkaran hawa khikang lawan. Tiba2 dua orang makhluk aneh itu bersamaan waktunya menurunkan telapak tangan mereka kemudian membuka matanya: Empat buah sinar mata yang setajam sembilu serentak ditujukan keatas wajah Han siong Kie. Pada saat ini tenaga dalam yang dimiliki si anak muda itu sudah mencapai dua ratus tahun hasil latihan, walaupun begitu ketika ditatap secara tajam oleh musuhnya tak urung bergidik juga hatinya, cepat ia hentikan langkah kakinya membalas memandang lawannya dengan sinar mata yang tak kalah tajamnya. Per lahan2 dua orang manusia aneh itu bangkit berdiri dari atas tanah. 1115 sekarang Han siong Kie baru dapat melihat jelas bahwa kedua orang makhluk aneh itu adalah seorang pria dan

seorang wanita, yang laki2 berkulit hitam berambut hitam dan berjubah hitam, keadaannya tak berbeda dengan balok kayu yang hangus bekas terbakar sedangkan yang perempuan berambut putih berkulit putih dan berbaju putih, putih seperti batang kayu yang dilapis saiju. Begitu jelek dan menyeramkan bentuk serta potongan tubuh mereks membikin hati orang jadi tercekat dan seram. Han Siong kie boleh dibilang berilmu tinggi dan bernyali besar namun berada dalam keadaan begini berdiri juga bulu kuduknya. Mungkinkah makhluk hitam dan putih ini adalah pemilik Lembah Kematian . . ? Ingatan tersebut melintas didalam benaknya, sementara itu sepasang makhluk aneh itu sudah berdiri dan saling mengangguk, tiba2 mereka maju kedepan dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Han Siong Kie seraya berkata: "Hek pek siang yu menghunjuk hormat kepada majikan" Kejut dan heran menyelimuti seluruh benak Han Siong Kie secara beruntun dia mundur lima langkah kebelakang, untuk sesaat pemuda itu tak mampu berkata2 karena tercengangnya. Sepasang makhluk aneh yang mengaku Hek pek siang yu, sepasang siluman hitam putih ini ternyata menyembah dihadapannya sambil menyebut majikan kepadanya, kejadian ini benar2 suatu kejadian yang sangat aneh. "Hek pek siang yu menghunjuk hormat buat majikan" untuk kedua kalinya sepasang makhluk aneh itu memberi hormat. Kali ini Han siong Kie mendengar perkataan itu dengan lebih jelas lagi, sekarang ia baru tahu bahwa dua orang makhluk aneh itu ternyata tak lain adalah Hek pek siang yu 1116 yang sudah puluhan tahun lamanya lenyap dari permukaan bumi. Meskipun masa berkelana Hek pek siang yu dalam dunia persilatan amat singkat, namun pembantaian maut yang mereka lakukan tak terbilang banyaknya. Bagi pandangan umat persilatan, kedua orang ini adalah iblis pembunuhan manusia yang tak berkedip. banyak orang segan dan takut kepadanya. Dengan perasaan heran dan tidak habis mengerti, Han siong Kie berseru dengan gelagapan: "Majikan-.? Aku.." "Betul majikan, engkaulah majikan kami"jawab siluman putih dengan hormat. sekali lagi Han siong Kie mundur selangkah lebar kebelakang, dia benar2 kebingungan: "Bagaimana mungkin ? Bagaimana mungkin masa aku adalah majikan kalian??" "Kami telah bersumpah barang siapa bisa melewati perbatasan mati dan hidup dalam keadaan selamat dan orang

pertama yang bisa menginjakkan kakinya di wilayah lembah Kematian, maka dialah majikan dari kami kakak adik seperguruan berdua " "oooh.jadi kalian adaiah suheng moay ??" "Benar " "Mengapa kalian hendak menganggap orang pertama yang memasuki wilayah ini sebagai majikan?" tanya sianak muda itu lagi. "sebab hanya orang yang berkepandaian tinggilah yang bisa tiba ditempat ini dalam keadaan selamat, pun juga dia seoranglah yang bisa menolong kami berdua lolos dari tempat ini, selama lima puluh tahun berselang majikan adalah orang 1117 pertama yang bisa tiba dilembah kematian ini dalam keadaan selamat." "Jadi kalian bukan penghuni tempat ini, melainkan adalah tawanan yang disekap di sini?". "Benar" sepasang makhluk aneh itu mengangguk tanda membenarkan. "Dan kalian telah disekap selama lima puluh tahun lamanya." "Benar" untuk kesekian kalinya dua orang itu mengangguk. "siapa yang menyekap kalian ditempat ini?" "Pemilik benteng maut" "Apa?" " seru Han siong Kie dengan perasaan terperanjat "jadi kalian disekap pemilik benteng maut dalam Lembah Kematian ini" "Begitulah kejadiannya" "silahkan kalian berdua bangkit berdiri kemudian baru kita lanjutkan pembicaraan ini" "Kalau begitu majikan telah mengabulkan permintaan dari kami suheng moay berdua ?" tanya siluman putih sambil mengernyitkan sepasang alis matanya. Han siong Kie termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian menjawab: "Tentang soal ini..." "Ketahuilah majikan, bahwa kami berdua sudah menunggu selama lima puluh tahun, atas tibanya kejadian besar ini" sambung si hitam dengan cepat. Andai kata tingkah laku Hek pek siang yu di masa talu tidak buas dan keji, niscaya sedari tadi Han siong Kie sudah mengambil keputusan, tapi justru karena dua orang itu adalah gembong iblis yang berbahaya, maka mau tak mau dia musti mempertimbangkan dulu permintaan mereka sebelum 1118 akhirnya mengambil keputusan. Maka sesudah termenung sebentar ia baIik bertanya: "Jadi tujuan kalian adalah mengharapkan agar aku bersedia membawa kalian keluar dari lembah ini ?"

"Begitulah kira2 maksud kami" "Apakah kalian yakin kalau aku dapat membawa kalian berdua keluar dari lembah ini ?" "Tentang soal ini.." sepasang manusia aneh itu agak termangu sebentar, tapi kemudian serunya "Perduli bagaimanapun juga, inilah sumpah dari kami berdua pada lima puluh tahun berselang. kami telah bersumpah untuk menganggap orang pertama yang masuk kelembah ini sebagai majikan kami, selama hidup kami akan menuruti perintahnya, tentang soal mau keluar dari lembah kematian atau tidak. kesemuanya ini terserah pada kebijaksanaan majikan sendiri" "Betul sumpah kalian adalah begitu? " Han siong Kie menegaskan lebih jauh. "Betul " "Dan sumpah kalian itu selamanya takkan dilanggar??" "Selamanya kami takkan melanggar " "Baik, aku mengabulkan permintaan kalian" "Bolehkah kami mengetahui siapa nama majikan ?" "Aku adalah manusia bermuka dingin Han siong Kie, ciangbunjin yang akan memerintah di istana Huan mo kiong " Dengan penuh rasa hormat sepasang siluman hitam putih menyembah majikannya, kemudian bangkit berdiri Pelbagai keheranan dan pertanyaan berkecamuk dalam benak anak muda itu, namun dia tak tahu persoalan itu musti ditanyakan mulai dari bagian yang mana. 1119 Menurut pengakuan sepasang siluman hitam putih, mereka telah disekap oleh pemilik benteng maut didalam lembah kematian ini pada lima puluh tahun berselang, sedangkan menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan baru tiga puluh tahun berselang Temgkorak maut munculkan diri didunia. Bila ia tinjau dari usia Tonghong Hui yakni putrinya, kira2 Tengkorak maut telah berusia enam puluh tahunan lebih atau tujuh puluh tahun sekarang, mungkinkah pada lima puluh tahun berselang ia sudah memiliki kemampuan untuk menaklukkan sepasang siluman hitam dan putih yang tersohor karena kelihayannya? Berpikir sampai disini, dengan wajah serius dia lantas bertanya kepada kedua orang itu: "Benarkah kamu berdua disekap selama lima puluh tahun ditempat ini.?" "Betul majikan"jawab siluman putih dengan Cepat. "Dan kamu disekap oleh Pemilik benteng maut?" "Benar!" "Benarkah pemilik benteng maut bergelar juga Tengkorak maut?" Mendengar pertanyaan itu sepasang makhluk aneh tersebut tampak tertegun dan keheranan:

Lama sekali siluman putih baru menjawab: "Tengkorak maut? belum pernah kami dengar dengan sebutan nama seperti itu" "Lalu apakah sebutan lain dari pemilik benteng maut yang menyekap kalian disini?" seru Han siong Kie dengan sepasang alis matanya berkernyit. 1120 "Kami berdua cuma tahu dia bernama pemilik benteng maut, yang lain sama sekali tidak tahu" "Yaaa hal ini memang tak bisa salahkan kalian memang sudah terlalu lama kami berdua disekap ditempat ini, jadi setelah keluar dari lembah ini kalian bersiap sedia untuk mencari balas dengan pemilik benteng maut?" Dengan ketakutan sepasang siluman hitam putih mundur selangkah kebelakang sahutnya: "Tidak. .kami tidak berani berbuat demikian " "Tidak berani ? Kenapa tidak berani ?" tanya si anak muda itu dengan perasaan tercengang. Dengan menundukkan kepalanya siluman hitam menjawab: "Berkat petunjuk dan bimbingan dari beliau, kami berdua dapat melepaskan diri dari dosa yang amat berat, budi ini belum kami balas, mana berani kami menuntut balas kepadanya?" "Bukankah kalian berdua yang mengatakan sendiri, bahwa kalian telah disekap disini oleh pemilik benteng maut??" "Benar, tapi perbuatannya ini boleh dibilang sebagai maksud baik dari dia orang tua" "Maksud baik ? Apa maksud perkataanmu itu ?" "Dia orang tua suruh kami berdiam dan hidup dilembah ini sambil menyesali perbuatan yang telah kami lakukan selama ini, malahan mewariskan pula ilmu silatnya kepada kami" Berubah hebat air muka Han siong Kie sehabis mendengar keterangan itu, serunya: jadi kalau begitu kalian adalah anak murid dari benteng maut ? Ooob . . bukan . . bukan" cepat2 kedua orang siluman itu gelengkan kepalanya berulang kali kami bukan anak 1121 muridnya, kami tak pernah mengangkat beliau sebagai! guru kami Bukan ?" Bukan sebab ilmu silat yang diajarkan kepada kami adalah beberapa macam llmu silat yang sudah lama lenyap dari peredadaran dunia persilatan dan kepandaian silat tersebut sama sekali bukan ilmu silat aliran benteng maut Han Siong Kie tercenung beberapa saat lamanya, kemudian dengan wajah serius dan suara berat katanya : Terus terang kukatakan kepada kalian bahwa aku

sebenarnya mempunyai ikatan dendam sedalam samudera dengan pemilik benteng maut itu Aaah! Tidak mungkin hal ini tak mungkin bisa terjadi sahut sepasang siluman itu sambil berseru kaget. Terperanjat hati Han Siong Kie setelah mendengar seruan itu katanya dengan cepat Kenapa tidak mungkin? "Tahun inii beliau sudah berusia seratus tahun lebih bahkan sudah lima puluh tahun lamarya mengundurkan diri dari keramaian dunia sebaliknya majikan paling banter baru berusia dua puluh tahunan darimana dendam2 sakit hati ini bisa terikat : "Sudah lima puluh tahun lamanya pemilik benteng maut mengasingkan diri?" Han siong Kie menegaskan. "Benar! "Darimana engkau bisa tahu ? "Sebab beliau sendiripun berdiam didalam lembah ini! Secara beruntun Han Siong Kie mundur tiga langkah kebelakaog dengan hati terkesiap dan perasaan heran serunya. 1122 Apa? jadi pemilik benteng maut juga berrada didalam lembah kematian ini? Benar sepasang siluman hitam putih membenarkan '"boleh dibilang beliau adalah pemilik dari lembah kematian "Terima kasih atas kemurahan hati majikan " Han siong Kie mendengus dingin ujarnya kemudian: "Apakah aku boleh tahu apa maksud dan tujuan yang sebenarnya dari kamu berdua ketika hendak mengangkat sumpah aneh itu dimasa lalu ?" siluman putih menghela napas panjang setelah termenung sebentar sahutnya dengan wajah serius: "Panjang sekali kisahnya untuk diceritakan bagaimana kalau majikan berkunjung dulu ke rumah kediaman hamba berdua, disitu barulah kami bercerita panjang lebar ?" Han siong Kie berpikir sebentar, akhirnya dia mengangguk: Dengan sikap yang sangat hormat Siluman putih mengiakan, bergeraklah perempuan aneh itu menuju kearah tebing curam dibelakang gundukan tanah itu. sementara siluman hitam mengiringi di belakang anak muda itu. selang beberapa saat kemudian sampailah mereka didalam sebuah goa yang lebar dan cukup luas, siluman putih segera bergeser kesamping dan mempersilahkan majikannya untuk masuk lebih dulu katanya: "Majikan, pemilik benteng maut juga berdiam didalam gua batu ini" sambil menuding kearah batu karang disebelah kiri lanjutnya: "Itulah dia tempat mengasingkan diri dibalik tebing karang itu, sudah lima puluh tahun lamanya tak pernah munculkan

diri" 0000dw0000 1123 BAB 62 MENGIKUTI arah yang ditunjukkan Han siong Kie menengadah keatas, ia lihat tebing karang itu sangat tinggi dan tertutup kabut yang tebal maka sambil mengangguk diapun masuk kedalam goa. Ruangan didalam gua itu sangat lebar dan kering, diantaranya terbagi pula menjadi tiga buah goa yang agak kecil. sesudah duduk diatas sebuah pembaringan batu dalam gua itu, sepasang siluman putih dan hitam menghidangkan buah2an dan sayur-sayuran kemudian sambil mengambil semangkok air bersih katanya dengan wajah bersungguh2: "Disini tiada makanan lain silahkan majikan makan seadanya untuk mengisi perut" Kebetulan Han siong Kie juga merasa lapar, maka tanpa sungkan2 ia menyikat makanan yang dihidangkan untuk menangsal perut. selesai bersantap. dia memerintahkan ke dua orang siluman itu untuk duduk lalu katanya: "sekarang aku ingin mendengar kisah cerita kamu berdua dari awal sampai akhirnya terkurung dilembah ini" Sepasang siluman hitam putih itu tidak langsung menjawab, mereka saling berpandangan sekejap. kemudian siluman hitam baru berkata dengan lembut: "sumoay, biar akulah yang akan melaporkan kisah kejadian ini kepada majikan, tentunya engkau tidak keberatan bukan?" siluman putih mengangguk. "Baik, suheng sajalah yang bercerita" Perlahan-lahan siluman hitam menghadap ke arah Han siong Kie, lalu ujarnya: 1124 "Majikan silahkan engkau mendengarkan sebuah kisah cerita yang akan kukisahkan berikut ini" Agak bergolak perasaan hati Han siong Kie sesudah mendengar perkataan itu,pada puluhan tahun berselang sepasang siluman putih hitam telah malang melintang dalam dunia persilatan, setiap orang jeri dan ketakutan bila bertema dengan mereka, dalam waktu singkat banyak pembunuhan masal telah dilakukan oleh mereka, dia menduga kisah cerita ini pastilah mengerikan. Maka seraya mengangguk sahutnya: Berceritalah Suatu perasaan sedih dan gusar memancar keluar dari balik mata siluman hitam, kulit wajahnya yang hitam seperti habgus berkerut kencang, ini menunjukkan bahwa hati nya diliputi

emosi. Lama sekali pergolakan hatinya itu baru bisa diatasi, katanya dengan suara rendah : Kurang lebih enam puluh tahun berselang dalam dunia persilatan telah muncul sebuah perguruan baru yang dinamakan perguruan Thian it bun, ketuanya adalah Kiu thiau it sian (elang sakti dari langit sembilan ) Ki Goan thong. Ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat tinggi dan pengaruhnya amat luas. begitu luar biasanya kemampuan yang dimiliki orang ini membuat para ketua perguruan yang ada pada waktu itu sama2 kagum dan iri kepadanya. Ki Goan thong belum menikah tapi dia menerima sepasang laki perempueu sebagai muridnya, menurut maksud hatinya semata Berbicara sampai disini, mendadak siluman hitam berhenti sebentar dan melirik sekejap kearah siluman putih Melihat lirikan itu siluman putih segera tundukkan kepalanya rendah2 1125 Selang sesaat kemudian, siluman hitam meneruskan kembeli kata2 nya : Pada mulanya Ki Goan thong bermaksud untuk menikahkan kedua orang ahli warisnya ini menjadi suami istri, kemudian baru menerima warisan seluruh ilmu silatnya Han siong Kie mengangguk tiada henti2nya secara lapat2 dia telah dapat menduga siapakah sepasang laki perempuan yang sedang diceritakan itu. Sesudah berhenti sebentar, siluman hitam meneruskan kembali kisahnya. Pada waktu itu sepasang laki perempuan itu baru berusia enam tujuh belas tahunan tetapi ilmu silat yang mereka miliki telah mencapai pada puncak kesempurnaan tentu saja dalam hati kecilnya merasa sangat setuju dengan rencana dari gurunya itu, suatu hari ketika ketiga orang itu sedang melakukan perjalanan diatas gunung chin nia, secara kebetulan telah mendapatkan sepasang Bak ci " "Bak ci?" seru Han siong Kie tak tahan, ia heran dan tidak mengerti dengan benda yang disebutkan itu. "Benar Bak ci adalah sejenis tumbuhan yang sangat langka sekali, bukan saja tak ternilai harganya bahwa siapapun yang memakannya bisa awet muda dan berbadan sehat. Betapa gembira mereka bertiga setelah mendapatkan Bak ci yang sangat berharga itu, kebetulan waktu itu kami memang sedang menuju kebukit Chin nia untuk mencari beberapa macam bahan obat2an sebagai kekuatan dalam latihan. Karena penemuannya ini maka kamipun lantas meninggalkan tujuan semula dengan membawa sepasang Bak ci tersebut buru2 kami berangkat pulang ke gunung." Berbicara sampai disitu, kembali siluman hitam menghentikan ceriitanya, hawa napsu membunuh yang sangat

tebal tiba-tiba memancar keluar dari balik matanya dan menyelimuti wajahnya yang hitam pekat, lanjutnya lebih jauh: 1126 "Entah bagaimana kemudian, ternyata kabar berita tersebut telah tersiar luas keseluruh dunia persilatan, ketika kami bertiga baru saja tiba kembali dirumah, tiba2 beratus-ratus orang jago lihay dari golongan putih dan hitam melakukan penyerbuan secara besar-besaran, tentu saja tujuan mereka yang terutama adalah sepasang Bak ci yang berharga itu" "Karena tibanya bencana yang sangat mendadak ini, puluhan orang murid perguruan yang waktu itu berkumpul dimarkas segera munculkan diri dan melakukan perlawanan, pertarungan sengit berlangsung sepanjang malam, banyak anggota perguruan yang tewas ataupun cedera." Sekalipun ilmu silat yang dimiliki Ki Goan thong ketua perguruan Thian it bun sangat lihay dan berhasil membinasakan hampir lima puluh orang jago lihay yang menyerbu perguruannya, tapi lama kelamaan sendiripun kehabisan tenaga apalagi musuh yang harus dihadapi rata2 adalah jago lihay kelas satu pada waktu itu seluruh tubuhnya sudah mandi darah karena lukanya tapi ia tetap tak gentar dia melawan terus dengan gigihnya ia tak sudi melarikan diri tanpa mengurusi keselamatan anak muridnya. Bercerita sampai disini kembali siluman hitam berhenti sebentar sekujur tubuhnya gemetar keras menahan emosi sementara sorot mata siluman putih pun penuh mengaindung hawa napsu membunuh yang sengit tebal. Agak tertegun Han siong Kie menyaksikan kesemuanya ini, Siluman hitam bercetita lagi. "Pada saat itu dua orang ahli waris dari Ki Goan thong juga sudah berlumuran darah menghadapi serangan maut yang ber lapis2 itu keadaannya sangat kritis dan berbahaya tampaknya ketiga orang guru dan murid itu bakal mampus ditangan musuh2nya Mendadak Ki Goan thong mengerahkan sisa kekuatannya dan secara beruntun membunuh lagi dua belas 1127 orang jago lawan kejadian ini memaksa pihak lawan terdesak mundur sebelakang Megggunakan kesempatan itulah Ki Goan thiong mengambil keluar sepasang Bak ci yang didapatinya itu dan masing2 dimasukkan kedalam mulut kedua orang shli warisnya, kemudian ia membentak Keras. Cepat melarikan diri balas dendam ! Tidak menurut berarti melanggar perintah Siluman hitam tarik napas panjang2 tampaknya ia hendak menggunakan cara itu untuk meringankan dadanya yang terasa sesak sambungnya lagi. Dalam keadaan apa boleh buat kedua orang ahli warisnya itu dengan menekan rasa sedih dan gusar melarikan diri dari

kepungan musuh sementara Ki Goan thong sendiri dengan mengerahkan segenap sisa kekuatan yang dimilikinya melindungi dua orang muridnya hingga lolos dari kepungan dia sendiri akhirnya kehabisan tenaga dan tewas di tangan lawan, sejak itulah perguruan Thian it bun terbasmi dari muka bumi " Bagaimana selanjatnya ? tanya Han siong Kie dengan perasaan ingin tahu. Pek yau atau siluman putih memandang sekejap saudaranya yang sedang diliputi emosi, kemudian katanya. "suheng biarlah aku yang melanjutkan bercerita" siluman hitam mengangguk. maka siluman putih melanjutkan kembali ceritanya: "setelah kejadian itu para jago lihay dari golongan putih maupun hitam yang ikut serta didalam operasi tersebut melakukan pencarian dan penggeledahan secara besar2an diseluruh kolong langit untuk menemukan jejak dua orang ahli waris dari perguruan Thian it bun, tapi rupanya mereka hendak membasmi rumput hingga ke akar2nya sehingga tidak meninggalkan bencana dikemudian hari. Karena 1128 penggeledahan secara besar- besaran itu, terpaksa sepasang kakak beradik seperguruan itu melarikan diri keatas gunung yang terpencil untuk menyembunyikan diri sambil melatih ilmu silat perguruannya. Delapan tahun kemudian mereka muncul kembali ke dalam dunia persilatan dan melakukan pembantaian secara besar-besaran untuk menuntut balas atas sakit hati yang telah menimpa perguruannya" "Dan kedua orang ahli waris dari Thian it bun itu tentulah kalian berdua bukan?" seru Han siong Kie kemudian. "Tebakan majikan memang sangat tepat. Kedua orang itu memang tak lain adalah kami berdua" "Dan sepasang Bak ci tersebut telah kalian makan " "Benar " "Itu berarti semestinya wajah kalian tetap awet muda, kenapa sekarang malahan..." "Maksud majikan, kenapa wajah kami berdua pada saat ini malahan berubah jadi makhluk aneh yang manusia tidak mirip manusia, setan tidak mirip setan ini ?" "Jadi raut wajah tersebut bukan raut wajah kalian yang sebenarnya?" bukan menjaweb. Han siong Kie malahan balik bertanya. "Bukan, raut wajah kami yang asli tidak begini. Ketika kami sedang berlatih ilmu silat diatas sebuah bukit, kami telah salah makan dua biji buah liar, dalam beberapa hari saja raut wajah kami telah berubah jadi seaneh ini, oleh sebab itulah setelah turun gunung kami dianggap orang sebagai makhluk silumandan dari sini pula orang lantas menyebut kami sebagai Hek pek siang yu"

"0ooh, kiranya begitu" "Maka dendam dan benci yang berkecamuk dalam dada kami berdua sukar dikendalikan lagi" siluman putih 1129 melanjutkan, "maka setelah turun gunung kami mulai melakukam pembalasan dendam, bukan saja musuh besar kami basmi bahkan keturunannya juga kami jagal secara keji, hanya dalam sebulan saja sudah hampir seribu orang manusia yang kami bunuh, kejadian ini segera menimbulkan rasa gusar dari umat persilatan dikolong langit, mereka bersatu padu untuk menghadapi kami berdua.." Ia berhenti sebentar untuk tarik napas, lalu tambahnya: "Dalam suatu pertempuran sengit yang kemudian berlangsung, kami berdua dikerubuti oleh tiga ratus orang lebih jago2 persilatan dari seluruh pelosok dunia, keadaan kami sangat kritis dan hampir saja jiwa kami melayang ditangan mereka, untung majikan lembah ini munculkan diri tepat pada waktunya dan loloslah kami berdua dari ancaman bahaya maut, sejak itulah kami lantas diboyong kelembah kematian ini dan harus berdiam disini untuk menyesali perbuatan kami selama ini, kami memang bertobat karena beribu-ribu orang telah kami bunuh selama ini, begitulah dalam sekejap masa lima puluh tahun sudah lewat tanpa terasa.." "Kalau begitu sampai sekarang kalian masih belum melaksanakan perintah dari mendiang gurumu?" "Pesan terakhir apa?" "Bukankah gurumu memerintahkan kepada kalian berdua untuk menikah dan menjadi suami istri?" siluman putih tundukkan kepalanya rendah2 dan tidak mengucapkan sepatah katapun. sedangkan siluman hitam segera menjawab: "Tentang soal ini sampai sekarang belum kami laksanakan sebab kami berdua telah bersumpah kecuali wajah kami dapat pulih kembali seperti sedia kala kami tak akan menikah" Han siong Kie manggut2. 1130 "sungguh sukar untuk melewatkan saat hidup selama lima puluh tahun lamanya tanpa melanggar tata kesopanan, kalian memang beriman tebal... aku merasa sangat kagum..." "Aah .. majikan terlalu memuji " "Bagaimanakah caranya untuk memulihkan kembali raut wajah kalian yang rusak ini." "Menurut keterangan yang diberikan majikan lembah ini kepada kami, buah liar yang telah kami salah makan bernama Gi heng tok ko buah racun perubah wajah, dikolong langit dewasa ini hanya ada seorang manusia yang bisa memunahkan racun buah itu dan dialah yang bisa memulihkan

kembali raut wajah kami berdua menjadi wajah yang aslinya" "siapakah orang itu ?" "orang itu bernama Ban tok cousu " "Ban tok cousu ? Belum pernah aku dengar tentang nama tokoh silat ini " "Benar, menurut keterangan yang berhasil kami kumpulkan, kemungkinan besar Ban tok cousu sudah lama meninggalkan dunia ini, kami berharap bisa menemukan ahli warisnya" Tiba2 Han siong Kie teringat kembali akan seseorang yakni Tok kun Dewa racun Yu Hoa yang sudah menggabungkan diri dengan perkumpulan Thian che kau, mungkinkah dia ahli waris yang dimaksudkan? "Aaah,. asal persoalan ini kutanyakan kepada engkoh tua pengemis dari selatan urusan pasti akan beres" pikirnya dihati. Diapun tidak mengungkapkan jalan pikirannya itu, hanya ucapnya dengan hambar: "Kalau toh di dunia ada manusia yang bernama Ban tok cousu, rasanya tidak sulit untuk menemukan ahli warisnya. ooh iya apakah kalian mengetahui keanehan serta 1131 kemisteriusan apakah yang telah menyelimuti lembah kematian ini sehingga suasananya seram ini?" Dengan penuh rasa hormat siluman hitam menerangkan. "Disekitar mulut lembah kematian tumbuh sejenis rumput beracun yang tiada taranya dikolong langit, rumput itu bernama sip poh Pak kut cau (rumput sepuluh langkah tulang putih) sampai dimanapun kepandaian silat yang kau miliki bila rumput itu tersentuh maka sepuluh langkah kemudian tubuhnya akan hancur menjadi darah kental. dan sekejap mata kemudan akan berubah jadi seonggokan tulang putih yang berserakan!" Diam2 Han Siong Kie tarik nafas dingin tanpa terasa ia terbayang kembali akan ke jadian yang menimpa Nyio Yong, hakim pengejar sukma yang merupakan salah seorang diantara dua utusan khusus perkumpulan Thian che kau. lantaran melewati perbatasan antara mati dan hidup, dia harus mati dalam keadaan mengenaskan dan dalam sekejap mata mayatnya telah berubah jadi seonggokan tulang putih belaka. Sekarang ia baru ingat, dirinya tidak terpengaruh oleh racun itu mungkin hal ini ada hubungannya dengan kejadian ganti tulang yang pernah dialaminya setelah berendam disumber air Teeb meh Ieng swan dimasa lampau. Sesudah termenung beberapa saat lamanya maka diapun bertanya lagi: Apakah majikan dari lembah ini juga tidak terpengaruh oleh racun dari rumput tersebut?? "Hamba rasa memang begitulah, kalau tidak maka tak nanti

dia bisa menjadi majikan dari lembah Kematian! Dia dulunya dia adalah pemilik benteng maut ? Benar dialah pendiri dari benteng maut l 1132 Mendengar jawaban itu kembali Hin Si-ong Kie berpikir didalam hati kecilnya : Kalau begitu pastilah majikan benteng maut yang sekarang adalah ahli warisnya atau mungkin juga generasi yang ketiga dari penerus benteng maut lalu apa sebabnya pemilik benteng maut angkatan pertama itu meninggalkan bentengnya dan malahan mengasingkan didalam lembah kematian yang sunyi dan terpencil ini ? Tiba2 siluman putih menerangkan : Pemilik lembah kematian ini she Ouyang dan bernama Beng Oooh.. meskipun diluar Hin siong Kie hanya berseru demikian pada hal didalam hati kecilnya dia mengulangi nama Ouyang Beng ini sampai beberapa kali. Sementara sianak muda itu belum sempat mengucapkan sesuatu siluman putih telah berkata lagi. Setelah ilmu silatnya sangat lihay Ouyang cianpwe juga sangat lihay dalam ilmu meramal, dia memiliki kemampuan untuk meramalkan kejadian yang akan datang, ketika kami berdua masuk kedalam lembah ini, untuk pertama kalinya beliau telah meramalkan bahwa lima puluh tahun kemudian kami berdua bakal ditolong oleh orang pertama yang memasuki lembah ini dan selanjutnya muncul kembali dalam dunia persilatan oleh sebab rahasia itu maka kami berdua lantas bersumpah akan menganggap orang pertama yang memasuki lembah ini adalah majikan kami" Han siong Kie berdiri tertegun sesudah mendengar keterangan itu, pikirnya: "Kalau toh owyang Beng memiliki kepandaian untuk meramalkan kejadian yang akan datang, kenapa ia tak dapat meramalkan kalau orang pertama yang akan masuk kedalam lembah ini sebenarnya tak lain adalah musuh bebuyutan dari 1133 benteng maut?" Belum habis dia berpikir tiba2 siluman hitam telah berseru lagi dengan lantang: "ooooh ya hampir saja kelupaan, sebelum menutup diri tempo hari, ouyang cianpwe telah meninggalkan secarik kertas yang katanya kertas itu harus di serahkan kepada orang pertama yang memasuki lembah ini. Dan orang yang dimaksudkan itu pastilah majikan" Habis berkata dia lantas masuk kedalam gua batu yang ada di sebelah kanan, selang sesaat kemudian dia telah muncul kembali sambil membawa secarik kertas kuning. Dengan sikap yang sangat hormat kertas kuning itu lantas

diangsurkan ketangan Han siong Kie. Berdebar juga hati sianak muda itu menerima kertas kuning itu, dengan jantung yang berdetak keras dia membuka lipatan kain kuning itu dan membaca isinya. Ternyata isi kertas ini hanya beberapa bait kata yang sama sekali tak diketahui makna artinya: "Tipu muslihat banyak didunia, bencana timbul karena saudara yang tak akur. Disaat dendam tertera nyata, disanalah penghianat terbasmi lenyap" Han siong Kie termasuk seorang pemuda yang cerdas dan berotak encer, tapi meskipun ia sudah berulang kali mengulangi kata2 dari syair tersebut, toh tak berhasil juga memecahkan arti kata2nya itu. Andaikata keempat bait syair tersebut benar2 memang dibuat oleh ouyang Beng pemilik benteng maut yang pertama khusus untuk dirinya, maka bait yang pertama tak perlu diterangkan sudah jelas artinya. Kemudian pada bait kedua dikatakan Bencana timbul karena saudara yang tak akur, dari sini menunjukkan bahwa bencana yang sedang berlangsung sekarang timbulnya dari dua bersaudara yang kurang akur hubungannya satu sama 1134 lain, lalu siapakah yang dtmaksudkan sebagai saudara yang tidak akur itu ? Pada bait ketiga dikatakan Disaat dendam tertera nyata padahal pada saat ini dia sudah tahu bahwa musuh besarnya adalah tengkorak maut, apanya lagi yang kurang nyata ?" Kemudian pada bait yang terakhir digunakan kata pengkhianat siapakah penghianat tersebut ? Teka teki, suatu teka teki yang susah untuk dipecahkan. Mereka tak dapat menyelusuri makna dari bait syair tersebut, terpaksa Han siong Kie menyimpan kembali kertas kuning itu kedalam sakunya dengan suara agak emosi dia bertanya: "Benarkah tulisan ini ditinggalkan owyang Beng pada lima puluh tahun berselang?" siluman hitam mengangguk. "Betul majikan sejak menutup diri pada lima puluh tahun berselang beliau tak pernah munculkan diri lagi dari tempat pertapaannya itu" "Apakah dia mengasingkan diri dalam dinding bukit ini" "Apakah majikan ingin-.." "Benar, aku ingin sekali berjumpa muka dengan dia orang tua" "Dinding tebing ini hampir boleh dibilang tegak lurus dan curam sekali, jangankan manusia monyetpun tak mampu untuk memanjatnya, lagipula kita toh tak tahu dimanakah owyang cianpwe mengasingkan diri, kejadian tersebut sudah terjadi setengah abad lamanya, siapa tahu beliau sudah pulang ke alam baka"

"Betul juga perkataan ini" pikir Han siong Kie di dalam hati, "toh aku tak ada kepentingan apa2 untuk menjumpainya, buat apa musti bersusah payah ?" Maka diapun alihkan pokok pembicaraan kesoal lain-lainnya. 1135 "Apakah kalian berdua sudah bulatkan tekad untuk mengangkat aku sebagai Majikan mu" "sumpah yang telah kami lakukan tak akan kami ingkari kembali" jawab sepasang siluman putih hitam bersama . "Aku boleh sama membawa kalian keluar dari lembah ini, tapi kalian tak usah menyebut begitu kepadaku, aku anggap saja diriku ini adalah sobat kalian ?" "Tidak sumpah yang telah diucapkan tak boleh diingkari lagi" jawab, kedua orang itu tegas. "seandainya aku tidak bersedia lantas bagaimana ?" tanya Han siong Kie tiba2. sepasang siluman hitam putih tertegun, lama sekali siluman hitam baru berkata. "Kalau memang demikian adanya, itu berarti kami berdua sudah tak punya muka untuk muncul kembali dalam dunia persilatan, daripada hidup menanggung derita, lebih baik membereskan nyawa sendiri saja" Agak lama Han siong Kie termenung, pelbagai ingatan berkecamuk dalam benaknya, lalu diapun berkata: "Begini saja, kalau aku disebut majikan... majikan.. geli rasanya hatiku, maka biarlah aku mengambil jalan tengah, mulai hari ini kalian akan kuterima sebagai anggota perguruan Thian lam, dan kalian sebut aku sebagai ciangbunjin, bukankah hal ini lebih enak di dengar??" Buru2 sepasang siluman Hitam dan Putih jatuhkan diri berlutut keatas tanah. "Tecu menghunjuk hormat buat ciangbunjin" seru mereka hampir berbareng. "Bangunlah, setelah keluar dari lembah ini aku akan berusaha keras untuk memunahkan racun Gi hang tot ko yang bersarang ditubuh kalian, setelah raut wajah kalian pulih 1136 kembali seperti sedia kala maka kalian berduapun bisa memenuhi perintah dari mendiang guru kalian " "Terima kasih atas bantuan cianbunjin" sahut kedua orang siluman itu setelah memberi hormat merekapun bangkit berdiri sekarang Han siong Kie baru teringat akan tujuan kedatangannya ketempat itu, sesudah memeriksa sebentar kedalam goa itu katanya. "Aku membutuhkan sebuah ruang yang bagus untuk mempelajari ilmu kepandaian, setelah itu maka kitapun akan meninggalkan tempat ini" "Ciangbunjin"" ujar siluman putih "tidak jauh dari tempat ini

terdapat sebuah gua alam yang bersih dan tenang, biarlah tecu pergi membereskan gua itu" "Baik pergilah cepat" selang beberapa saat kemudian siluman putih telah muncul kembali didalam gua tersebut katanya: "silahkan ciangbunjin menuju kedalam goa itu, makanan dan minuman setiap hari tecu akan mengaturnya buat ciangbunjin" Dengan penuh rasa haru dan berterima kasih Han siong Kie memandang sekejap kearah sepasang siluman itu kemudian diapun melangkah keluar dari goa itu. Benar juga, kurang lebih sepuluh kaki dari gua tersebut terdapat sebuah goa lain yang terdiri dari batu2 cadas berwarna putih, setelah lima kaki memasuki goa tersebut, luas goa itu mencapai tiga kaki lebih, tempat itu memang merupakan sebuah tempat berlatih silat yang paling ideal. Setelah sepasang siluman hitam putih minta diri, dari sakunya Han siong Kie mengambil keluar sarung tangan Hud jiu popit dan mulai memeriksanya dengan teliti. 1137 setelah itu pelajaran yang tertera disana mulai dibaca, diteliti, diamati dan diselami artinya. Dalam waktu singkat semua konsentrasi dan pikirannya telah terpusat menjadi satu, ia lupa akan segala2nya kecuali mempelajari dan menyelami arti dari pelajaran yang didapatkan itu. Waktu berlalu dengan cepatnya, beberapa hari sudah lewat tanpa terasa. Selama ini kadang kala tiga lima hari Han siong Kie baru sadarkan diri dan makan atau minum: untuk selanjutnya ia tenggelam kembali dalam latihannya. Satu bulan berikutna, apabila Han siong Kie tidak menarik kembali hasil latihannya sepasang siluman hitam putih sama sekali tak mampu untuk memasuki gua itu, selapis hawa khikang pelindung badan menciptakan dinding karang yaag sangat kuat disekitar gua tersebut. Tiga bulan kemudian, ia baru mengakhiri latihannya yang luar biasa itu Meskipun wajah Han siong Kie kelihatan bertambah segar, namun sepasang matanya malahan tidak bersinar lagi, siapapun tak akan tahu bahwa pemuda ini sebenarnya sudah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa. Tatkala sepasang manusia aneh itu memburu masuk kedalam gua, Han siong Kie sudah menarik kembali kesaktiannya, dua orang manusia itu lantas jatuhkan diri berlutut seraya memuji : Kionghi . .kiong hi . . selamat kepada ciangbujin yang telah berhasil sukses dengan latihannya semoga ciangbujin jaya sentausa untuk selama selamanya!

"Tak usah banyak adat, hayo pada bangun berdiri! tukas sianak muda itu sambil ulapkan tangannya berulang kali. tentu saja rasa girang yang menyelimuti hatinya sekarang sukar 1138 dilukiskan dengan kata2. ia gembira karena apa yang di cita2kan akhirnya berhasil tercapai juga. "Ciangbunjin, bolehkah kami tahu ilmu sakti apakah yang telah dilatih olehmu selama ini? tanya siluman putih dengan wajah heran dan ingin tahu. Si mi sinkang! "Apa? Si mi sinkang yang maha dahsyat itu jerit sepasang manusia siluman itu dengan jantung berdebar keras, "Benar, Si mi sinkang yang tercantum dalam sepasang saruog tangan Buddha emas! Sekujur badan siluman hitam gemetar keras, gemetar karena terpengaruh oleh emosi katanya: 'Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan. katanya Si mi sinkang ada!ah suatu ilmu salat yang tiada tandingannya didunia ini sungguh tak kusangka ciangbunjin telah menguasai kepandaian se sakti itu. Oh ciangbunjin! Bersediakak engkau untuk mendemontrasikan kelihayanmu dihadapan kami berdua? "Tentu saja sahut Han siong Kie sambil tersenyum, mari kita keluar dari gua ini! Sianak muda itu lantas bergerak dan keluar dari gua tersebut diikuti sepasang manusia siluman. Setibanya didepan sebuah batu cadas yang tingginya beberapa kaki lebih kurang tiga tombak dari mulut gua, pemuda itu berdiri memasang kuda2. menghimpun tenaga lalu meneken perlahan diatas batu itu. Tekanan ini enteng dan lembut. bukan saja sama sekati tidak menimbulkan hembusan angin serangan, bahkan lebih mirip dengan suatu gerakan pura2, malahan batu cadas itu sendiripun tidak menunjukan perubahan apa apa, 1139 Sepasang manusia siluman itu tertegun dan berdiri dengan wajah tidak habis mengerti. mereka tak tahu apa yiog sedang dilakukan oleh ketuanya itu . Sementata rasa heran masih menyelimuti wajah mereka berdua segulung angin gunung berhembus lewat apa yang terjadi? batu cadas yang berada di hadapan si anak muda itu mendadak hancur sendiri dan berubah menjadi setumpukan bubuk halus. Menghantam sebuah batu cadas dari jarak tiga kaki hingga hancur menjadi bubuk kekuatan daya serang yang didemontrasikan sianak muda itu benar2 merupakan suatu kejadian yang mengerikan sekali. Baik siluman putih maupun hitam terbilang jago2 kelas satu

yang berilmu tinggi tak urung terbelalak juga dibuatnya oleh kelihayan ketuanya ini mata mereka kontan jadi terbelalak mulut melongo dan sekujur badan bergetar keras. Jangankan kedua orang itu bahkan Han siong Kie sendiripun merasa amat terkejut dengan hasil yang berhasil dia capai mimpipun dia tak menduga kalau kehebatan dari ilmu Si mi sinkang ternyata dapat mencapai sampai taraf setinggi itu. Lama sekali kedua orang siluman itu termangu2, akhirnya dengan penuh emosi mereka berseru: "Ciangbunjin, boleh kah kami tahu apakah hari ini juga kita akan tinggalkan lembah ini?" Han siong Kie mengangguk. "Betul dan kalian berdua boleh segera membereskan barang2 milik kamu berdua, sekarang juga kita akan keluar dari lembah ini" Sudah lima puluh tahun sepasang siluman itu terkurung dalam lembah tersebut, bisa dibayangkan betapa gembiranya dua orang itu setelah akan muncul kembali dalam dunia 1140 persilatan, tanpa banyak bicara lagi mereka kabur kembali kedalam guanya dengan wajah berseri. Han siong Kie sendiri dengan sorot mata yang tajam mengawasi keadaan disekitar tempat itu, lalu dia melompat naik ke atas sebuah dinding cadas yang besar dan tingginya mencapai sepuluh kaki lebih, dengan bacokan telapak tangannya ia membuat sebuah lubang diatas batu tersebut, kemudian memasukkan sarung tangan Hud jiu popit ke dalam lubang batu tadi dan setelah itu batu cadas yang amat besar itu didorong menempel diatas dinding bukit dan menutupi bagian yang berlubang tadi.. Dengan begitu, maka benda mustika dunia persilatanpun tersimpan untuk selamanya dalam sebuah batu cadas raksasa yang amat besar dan berat itu, siapapun jangan harap bisa mendapatkannya kembali. Sementara itu sepasang siluman juga sudah selesai bebenah, mereka masuk gua tempat tinggainya selama ini, dan dengan membekal senjata andalan mereka dimasa lalu, buru2 menghampiri pemuda tersebut. Sementara itu Han siong Kie sedang memandang ujung lembah itu dengan sorot mata setajam sembilu. katanya kemudian dengan suara dingin: "Setelah keluar dari lembah ini, kita akan melakukan pembunuhan secara besar-besaran" "Melakukan pembunuhan?" tanya sepasang siluman dengan wajah tertegun. "Benar, sewaktu hendak masuk lembah ini, aku telah melangsungkan pertarungan melawan tokoh2 sakti dari perkumpulan Thian che kau, salah seorang diantara mereka

yang dinamakan utusan Thian che kau telah mampus dalam lembah ini, bila dugaanku tidak meleset, sudah pasti mereka telah mengurung mulut lembah ini sambil menunggu kemunculanku" 1141 "Kalau mereka berani berbuat begitu itu sama artinya sedang menantikan kematian buat diri sendiri" jerit siluman putih dengan suara yang tinggi melengking " sudah lima puluh tahun aku siluman putih tak pernah melakukan pembantaian dan hari ini aku akan melampiaskan napsu membunuh dengan sepuas2nya!" Hayo kita berangkat!" ajak pemuda Han. Hek peksiang yau sepasang siluman hitam putih langsung berangkat terlebih dahulu mereka menghadap ke dinding bukit karang di situ kedua orang itu berlutut dan menyembah tiga kali lalu bergumam dengan suara lirih: "Boaopwe telah melaksanakan pesan dari Cianpwe dan sekarang akan muncul kembali ke dalam dunia persilatan terimalah salam perpisahan dari boanpwe berdua inil" Sehabis memberi hormat mereka lantas bangkit melewati sebuah bukit kecil dan sampailah didepan lapangan luas yang pe nuh dengan tulang manusia yang berserakan itu. Han siong Kie bertindak cepat tangan kanan ia kempit siluman putih tangan kiri mengempit siluman hitam, sekali menjejak permukaan tanah bagaikan anak parah yang terlepas diri busurnya meluncur sejauh sepuluh kaki lebih dari tempat semula Dengan beberapa kali kelejitan saja. ketiga orang itu melewati daerah rawan yang bisa mencabut nyawa manusia itu. Perbatasan antara mati dan hidup telah dilampaui, pemuda itu menurunkan kembali sepasang siluman itu dan alihkan pandangannya kearah depan disana yang terlihat hanya kabut tebal yang menyelimuti angkasa. Tiba2.,belum beberapa langkah tiga orang iiu berjalan, suara suitan tajam berkumandang susul menyusul dua belas orang laki2 berbaju ketat warna hitam munculkan diri tiga kaki 1142 di hadapan mereka orang! itu bersenjata pedang dan melotot kearah musuhnya dengan garang. Han siong Kie mendengus dingin dengusan tersebut menyeramkan dan penuh mengandung hawa napsu membunuh yang mengerikan. Apa yang diduga ternyata tidak meleset, pihak Thian che kau telah mengutus Jago2 lihaynya untuk menyumbat mulut lembah tersebut, padahal sudah tiga bulan lamanya ia berdiam dalam lembah kematian untuk mempelajari si mi sinkang yang tercantum

dalam Hud jiu popit dan sekarang terbukti bahwa musuhpun melakukan patroli selama tiga bulan disekitar perbatasan, dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa musuh memang tidak berhasrat untuk melepaskan dirinya. Dalam pada itu ke dua belas orang laki2 baju hitam itu telah berhasil melihat jelas keadaan lawannya, tiba2 mereka menunjukkan wajah tercengang, kaget dan ngeri, tanpa disadari beberapa orang itu telah mundur beberapa langkah kebelakang. Kiranya mereka telah menyaksikan makhluk setengah manusia setengah setan yang berada di belekang Han siong Kie, yakni Hek pek siang yu yang menyeramkan itu. Sebagai mana diketahui Hek pek-siang yu memiliki tampang yang mengerikan sekali, siapapun yang melihat tampang itu niscaya akan bergidik dan ketakutan setengah mati. Setelah mundur sampai beberapa kaki jauhnya, kedua belas orang laki2 baju hitam itu baru berhenti mundur, salah seorang di antaranya lantas bersuit nyaring, suitan tersebut panjang, tajam dan menjulang jauh ke udara. Hek pek siang yu menunjukkan sikap menghina, tiba2 mereka bertanya dengan suara dalam: 1143 "Ciangbunjin, kawanan tikus dan kacoak ini berasal dari aliran atau perguruan mana?" "Mereka ? siapa lagi kalau bukan anak buah dari perkumpulan Thian che kau??" "Apa maksud mereka menunggu disini?? " "Apa lagi? Tentu saja menunggu kemunculanku" "Jadi kawanan manusia ini juga yang selama ini mengejar dan menyerang Ciangbunjin?" Han siong Kie tidak menjawab, tapi dia mengangguk. Sepasang siluman hitam dan putih segera mendengus dingin, siluman hitam menyingkir kesamping dan memberi hormat, katanya: "Ciangbunjin, berilah petunjuk kepada hamba bagaimana caranya kita harus selesaikan kawanan babi itu?" "Bunuh sampai ludas" jawab Han siong Kie ketus. Ucapan tersebut ibarat bunyi terompet malaikat elmaut yang hendak mencabut nyawa manusia, tanpa disadari dua belas orang laki2 baju hitam itu bergidik dan mengucurkan peluh dingin, pedang mereka dipegang semakin erat, bahkan kelihatan bergetar keras, jelas orang2 itu sudah siap melancarkan serangan. Sepasang malaikat hitam putih menjengek sinis, tiba2 mereka membentak nyaring kemudian menerjang kearah gerombolan manusia itu. Perlu diketahui dua belas orang laki2 baju hitam itu adalah jago2 kelas dua dalam perkumpulan Thian che kau, mungkin

nama mereka cemerlang dan disegani orang dalam dunia persilatan maka mereka diutus untuk melakukan patroli di sepanjang perbatasan antara mati dan hidup, 1144 Tapi sekarang, tatkala dilihatnya dua orang makhluk aneh hitam dan putih itu menerjang tiba, serentak mereka saling berpandangan kemudian menyebarkan diri ke empat penjuru sambil berteriak mereka putar senjata dan menyambut tibanya serangan "Haahhh haaaahh haaahhh" "Hiiiihhh hiiiihhh hiiiihhh" Ditengah gelak tertawa aneh yang satu keras dan yang lain lembut sepasang manusia hitam putih telah menerkam kedalam lapisan pedang dan menyambar musuh2nya. Jerit kesakitan, dengusan berat menjelang sekarat berkumandang dlangkasa men-cabik2 kesunyian yang mencekam disekitar tempat itu. Hancuran badan ceceran darah berhamburan menodai perrmukaan tanah, keadaan disaat itu benar2 mengerikanTapi keadaan tersebut tidak berlangsung lama hanya sebentar tak sampai seperminum teh suasana pulih kembali dalam keheninganTiada manusia yang hidup lagi disitu, kecuali Han siong Kie bertiga, dua belas orang lelaki perkasa itu kini sudah berubah jadi mayat, mayat2 yang tak utuh dan berlepotan darah kental. Hanya dalam beberapa gebrakan Hek pek-siang yu telah membereskan dua belas orang jago Thian che kau, kelihayan tersebut cukup mengagumkan, diam2 Han siong Kie menganggukkan kepalanya berulang kali. 00d00000w00 BAB 63 SELESAI membereskan kedua belas orang musuhnya, sepasang siluman hitam putih berjalan kembali kehadapan 1145 Han siong Kie, kemudian berkata: " Ciangbunjin, tecu berdua telah menyelesaikan tugas ini dengan sempurna" "Bagus" puji si anak muda itu, "mari kita tinggalkan tempat." Ucapan itu belum habis diucapkan tiba2 dari depan sana muncul tiga sosok bayangan manusia, cepat sekali gerak tubuh ketiga orang itu. Han siong Kie lantas membatalkan perkataannya dengan pandangan setajam sembilu dia awasi orang2 tersebut. Kiranya orang yang baru datang adalah san tianjin (telapak tangan kilat) se bun Lui, salah seorang diantara utusan Thian che kau didampingi dua orang kakek jubah hitam. Setibanya ditempat kejadian ketiga orang itu memandang sekejap mayat yang bergelimpangan ditanah lalu berseru

kaget, enam buah sorot mata secepat kilat dialihkan ke wajah Han siong Kie bertiga. Tatkala sinar mata mereka bertemu pandang dengan Hek pek siang yu untuk kesekian kalinya tiga orang kakek jubah hitam itu menjerit tertahan, pucat pias wajah mereka. Tampang aneh dari Hek pek siang yu tiada keduanya didunia ini, meskipun mereka adalah gembong2 iblis yang sudah tersohor sejak puluhan tahun berselang, namun dalam sekilas pandangan saja baik se bun Lui maupun dua orang kakek lantas mengetahui siapa gerangan mereka itu. Hek pek-siang yu yang disegani dan ditakuti orang ternyata masih hidup didunia bahkan berada dalam satu rombongan dengan Han siong Kie, peristiwa ini benar2 diluar dugaan dan mengejutkan hati siapa pun juga. Selain itu merekapun heran bahwa Han siong Kie berhasil keluar dari lembah kematian dalam keadaan hidup walaupun sudah tiga bulan lamanya tak muncul kembali dari situ. 1146 Kedua belah pihak sarma2 membungkam untuk sementara waktu siapapun tidak ingin berbicara, Dalam pada itu paras muka tangan kilat Se bun Lui dan dua orang kakek berjubah hitam itu berubah berulang kali kemunculan Hek pek siang yau amat mengejutkan mereka, rnimpipun mereka tak menyangka bakal ketemu gembong iblis disitu. Dengan pandangan sedingin es siluman putih menyapu pandang sekejap kearah tiga orang itu lalu kepasa Han siong Kie dia berkata : Ciangbujin. siapakah bocah keparat yang mempunyai sulaman matahari rembulan dan lintang diatas dadanya itu Sebutan -- Ciangbunjin kembali mengejutkan tiga orang kakek itu. mungkinkah Hek pek siang yau juga anggota Thian lam bun ? Kalau tidak mengapa mereka sebut Han siong Kie sebagai ketua ? Sementara itu Han siong Kie sudah mendegus dingin sahutnya dengan nada yang amat sinis : Orang itu . . ? Dia tak lain adalah tangan kilat Se bun Lui. salah seorang dari Utusan Thian che kau "Huuh..! Bu beng sian cui (prajurit kecil yang tak bernama) manusia macam begitu pun berani gembar gembor dengan bengis ? Biar tecu hantar mereka pulang kerumah nene moyangnya!" Tangan kilat Se bun Lu i terperanjat, dia berusaha untuk menenangkan hatinya kemudian menegur " Bukankah kalian berdua adalab Hek pek siang yau cianpwe yang tersohor itu? "Kalau betul kenapa?" sahut siluman hitam dengan mata berkilat

1147 Sedari kapan kalian berdua masuk menjadi anggota perguruan Thian lam bun ? "Heeeh heeh heeeh bocab cilik, pertanyaan seperti itu tak pantas kau ajukan ke padaku!" Tangan kilat Se bun Lui tidak berani banyak bertanya lagi. cepat ia mengerling ke arah dua orang kakek disampingnya. tanpa mengucapkan kata lagi ketiga orang itu menjejakan kakinya dan kabur dari situ. dalam sekejap maka bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kabut yang amat tebal itu. Tindakan musuh ini sama sekali diluar dugaan Han Siong Kie. namun dia tidak bermaksud untuk melakukan pengejaran sesudah termenung dan berpikir sejenak, akhirnya kepada sepasang siluman itu dia berkata: "Hayo, kitapun pergi dari sini " Dengan gerakan cepat ia lantas berangkat lebih dulu tinggalkan tempat tersebut, Hek pek siang yu juga tidak mengatakan apa2, dengan cepat mereka bertiga sudah jauh meninggalkan tempat semula, mulut lembah nampak nun jauh didepan sana. Sepanjang perjalanan, mereka tidak menemukan seorang manusiapun, suasana hening, sepi dan tak nampak seorang manusiapun. Setelah berhasil dengan ilmu saktinya, Han siong Kie tidak memikirkan soal2 yang lain, hanya satu menjadi beban ingatannya selama ini yakni menuju kebenteng maut untuk membalas dendam. Tiga li kemudian mereka akan tiba di mulut lembah tersebut, disaat itulah mendadak terdengar seseorang membentak keras, suaranya nyaring ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolong. "Berhenti" 1148 Han siong Kie terperanjat, cepat dia hentikan gerak tubuhnya, ia tak tahu suara itu berasal dari balik hutan lebat kurang lebih sepuluh kaki disisi kanannya. Hek Pek siang yu tak dapat mengerem gerak tubuhnya yang terlanjur bergerak cepat itu, mereka harus berlarian tiga kaki lagi sebelum berhasil mengendalikan tubuhnya dan berhenti. "siapa?" bentak Han siong Kie kemudian dengan suara dingin. "Aku nak. jangan gugup" sahut orang itu. Han siong Kie semakin terperanjat, sebelum ia sempat berbuat sesuatu ibarat peluru yang meluncur kedepan, tahu2 sepasang siluman hitam putih sudah melayang kearah mana berasalnya suara itu. Pelbagai ingatan dengan cepat melintas dalam benak sianak muda itu, cepat ia memburu pula kedepan kearah

mana berasalnya suara itu. Sesosok bayangan manusia tiba2 menyongsong datang dengan cepatnya karena sama sekali tidak menduga, hampir saja saling bertumbukan satu sama lainnya Ditengah jeritan kaget dari kedua belah pihak orang itu melayang turun keatas permukaan sementara Han siong Kie sendiripun cepat menahan gerakan tubuhnya. Orang itu ialah seorang perempuan, bahkan seorang perempuan berkerudung hitam meskipun tak dapat dilihat bagaimanakah raut wajahnya, tapi Han siong Kie tahu siapakah dia. Dalam pada itu Hek pek siang yu dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat telah melayang pula kedalam gelanggang, begitu mencapai tempat tersebut, serentak mereka menerjang perempuan berkerudung itu. 1149 "Mundur... jangan gegabah" bentak Han Siong Kie tiba2 dengan suara lantang. Sepasang siluman hitam putih tercengang, cepat mereka tarik kembali serangannya dan mundur sejauh tiga kaki dari tempat semula, dengan pandangan keheranan ditatapnya pemuda itu tak berkedip. "cianpwe" " kata Han Siong Kie kemudian sambil memberi hormat kepada perempuan berkerudung itu, "maafkanlah kekasaran serta kecerobohan beanpwee" Siapa gerangan perempuan berkerudung itu ? Dia tak lain adalah manusia misterius yang menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma. Tatkala mendengar suara bentakan tadi, rupanya Han siong Kie sudah tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan orang yang kehilangan sukma, tapi berhubung dia ingin mengetahui raut wajah asli dari perempuan misterius itu, maka bukan saja tidak mencegah sepasang siluman untuk menerjang ke muka, malahan dia sendiripun menyergap masuk kedalam hutan dengan mengerahkan dua belas bagian hawa saktinya. Dan kala ini tujuannya tercapai, perempuan misterius yang bernama orang yang kehilangan sukma itu tak sempat menyembunyikan diri lagi. Tapi pemuda itu merasa kecewa, sebab perempuan itu menutupi wajahnya dengan kain kerudung hitam, akhirnya toh ia tak berhasil juga untuk melihat paras muka dari perempuan misterius itu. Sementara dia masih termenung, orang yang kehilangan sukma telah berkata dengan lembut: "Nak. rupanya Thian selalu melindungi engkau, akhirnya kau bisa keluar dari lembah kematian dengan selamat" "Terima kasih atas perhatian dari cianpwe" "sahut pemuda itu cepat-cepat.

1150 Selama mulutnya berbicara sorot matanya yang tajam mengawasi potongan badan orang yang kehilangan sukma tanpa berkedip. diam-diam ia merasa amat kenal dengan potongan tubuh perempuan ini, hanya ia lupa dimanakah ia pernah bertemu dengannya. Ketika sinar matanya beralih kearah lengan baju kanannya, ia bergetar keras seperti kena listrik tubuhnya gemetar menahan emosi: Itulah pengorbanan dari orang yang kehilangan sukma untuk membebaskan totokan jalan darah pada tubuhnya, dia telah mengorbankan lengan kanannya dan lengan tersebut hingga sekarang masih tersimpan di sakunya.... -ooo00dw00oooJilid 31 DARIMANA Orang yang kehilangan sukma bisa paham cara membebaskan pengaruh totokan dari Benteag maut? Setelah membebaskan jalan darahnya yang tertotok mengapa Orang yang kehilangan sukma memenggal lengan kanan sendiri. Teka-teki kejadian ini benar2 merupakan suatu teka teki yang susah untuk menemukan jawabannya, lebih2 ia tak paham mengapa perempuan itu demikian menaruh perhatian kepadanya. Sementara itu Orang yang kehilangan sukma telah berseru dengan nada kaget bercampur tercengang: Bukankb kedua orang ini adalah.. "Mereka adalah anak muridku jawab Han Siong Kie aetelah melirik sekejap kearah sepasang siluman hitam putih. 1151 Mereka adalah anak muridmu ? Bukankah kedua orang ini adalah.. " Benar, mereka adalah sepasang siluman hitam putih sahut pemuda itu membenarkan. Dengan hati bergetar keras orang yang kehilangan sukma mundur beberara langkah lebar kebelakaag, ia kelihatan sangat terperanjat sebab bagaimanapun juga ia tak menyangka kalau Hek pek siang yau yang pernah menyapu jagad pada puluhan tahun berselang kini menjadi murid Han Siong Kie. Mereka adalah anak muridmu ? sekali lagi perempuan misterius itu menegaskan. Benar ! sahut Han Siong Kie sambil tersenyum, Mereka berdua secara sukarela takluk menjadi anggota perguruanku Nak, aku lihat tenaga dalammu kembali mendapat kemajuan yang sangat pesat ? Benar . benar...rasanya memang begitulah ! Bila kau bersedia mendengarkan nasehatku lebih baik janganlab keluar lembah melewati mulut lembah sebelah

sana Kenapa ? tanya Han Siong Kie dengan hati tercekat. Sebab orang2 Thian che kau belum puas sebelum berhasil menangkap dirimu ! Oooh . . maksud cianpwe mereka telah membendung mulut lembah itu dengan jago- jago liheynya ? Begitulah yang kumaksudkan ! Orang yang kehilangan sukma membenarkan. Hawa napsu membunuh yang tebal segera melintas diatas wajah Han Siong Kie yang tampan ujarnya dengan dingin : 1152 Hum..! Jika mereka berani berbuat begitu sama artinya mereka sedang mencari kematian bagi diri sendiri ! "Nak, kenyataan yang ada di depan mata kadangkala tidak sesederhana seperti apa yang kau bayangkan ! Maksud Cianpwe ? Dua li diseputar lembah tersebut telah ditanam sepuluh laksa kati obat peledak sekali pun kungfumu lihay belum tentu bisa menghindari kedahsyatan tenaga ledakan mesiu , . Jadi tujuan cianpwe datang kemari adalah untuk menyampaikan peringatan tersebut kepada boanpwe ? tanya si anak muda itu dengan hati terkesiap. Benar!" "Darimana cianpwe bisa mengetahui rahasia ini ? "Sekarang tak ada waktu bagiku untuk memberi penjelasan di kemudian hari engkau akan mengetabui sendiri hingga sejelas-jelasnya. Sekali lagi perasaan heran dan tercengang menyelimuti perasaan Han Siong Kie darimana Orang yang kehilangan sukma bisa tahu kalau ia telah memasuki lembah kematian? Dan dari mana pula dia tahu kalau pada hari inilah dia akan keluar dari lembah itu sehingga tepat menghadang jalan perginya? Dan darimana pula dia bisa tahu begitu jelas tentang rencana busuk Tbian che kau atas dirinya? Pelbsgai kecurigaan berkecamuk dalam benaknya kemudian ia pun berkata dengan lantang. "Dengan dasar apakah Thian che kau begitu bernapsu untuk membekuk diri boanpwe? "Tentu saja ada dasar2 yang kuat, pertama engkau pernah memasuki benteng maut kedua engkau sudah beberapa kali menyerbu wilayah Lian huan tau mereka memusnahkan berpuluh2 jago andalannya, kejadian ini membuat reputasi 1153 mereka dimata orang persilatan mengalami kemerosotan hebat, dan ketiga eogkau adalah abli waris dari tahta kepemimpinan Thian-lam pay, dengan berdasarkan akan tiga alasan inilah dahulu mereka ingin menangkap dirimu hidup2, tapi sekarang mereka akan membinasakan dirimu dengan

segala macam kepandaian dan siasat busuk yang dimilikinya. Apa sangkut pautnya antara kedudukanku sebagai ketua Tbian Lam bun dengan perkumpulan mereka ? "Pemimpin Huan mo kiong yang sekarang sudah takluk kepada Thian che kau, kini istana Huan mo kiong sudah dirubah menjadi kantor cabang Thian che kau untuk sektor wilayab Thian lam!" Darah panas kontan mendidih di hati Han Siong Kie, dengan marah ia meraung keras Ooh. jadi begitulah duduknya persoalan ? Orang yang kehilangan sukma menghela nafas panjang, ia berpaling dan memandang sekejap sekeliling tempat itu lalu katanya : Aku harus segera pergi, nak. ingatlah ! Jangan sekali-kali kau lewati mulut lembah, carilah jalan keluar yang lain dan segeralah engkau tinggalkan tempat ini" "Sayang sudah terlambat" tiba2 serentetan suara dingin menyeramkan membelah kesunyian. Sekujur badan orang kehilangan sukma gemetar keras, secara beruntun dia mundur beberapa langkah lebar kebelakang. Rasa kejut yang dialami Han Siong Kie pun sukar dilukiskan dengan kata2, ia percaya tenaga dalamnya pada saat ini sangat lihay, tapi kenyataannya ada orang berhasil mendekat wilayah sekitar lima kaki dari tempat mereka beradapun tidak dirasakan olehnya, dari sini dapat ditarik kesimpulan sampai dimanakah kelihayan musuhnya itu. 1154 Hek Pek siang yau sepasang siluman hitam putih juga sudah menyadari akan kelihayan musuhnya, mereka lantas bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Dari balik popohonan lima kaki dari gelanggang, muncul tiga sosok bayangan manusia, orang pertama adalah seorang manusia aneh berkerudung hijau, dia adalah Thian Che kaucu, dibelakangnya mengikuti dua orang kakek jubah hitam yang mempunyai sulaman matahari, rembulan dan bintang didadanya, salah seorang diantaranya adalah Tangan kilat see bun Lui. Paras muka Han Siong Kie berubah hebat, hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya. Sikap orang yang kehilangan sukmapun amat serius, dengan suara lirih dia berbisik kepada Han Siong Kie: "Manusia berkerudung itu adalah pemimpin dari Utusan Thian che kau, orang sebut dirinya sebagai Cian jiu mo ong (raja iblis bertangan seribu) Tong ciao, selama ini dialah yang selalu menyaru sebagai ketua. Hari ini, ketiga orang itu jangan sekali-kali kau lepaskan dalam keadaan hidup, sebab bila seorang saja diantara mereka masih hidup, maka akibatnya

sukar dilukiskan dengan kata-kata" Han Siong Ki mengangguk dan memberikan kesanggupannya. Dalam pada itu, raja iblis bertangan seribu Tong ciau sudah berpaling kearah orang yang kehilangan sukma, kemudian sambil tertawa seram ejeknya: "Heeehhh . . heeehhh . . heeehhh. .Aku mengira siapa yang berada disini, tak tahunya adalah kau" Ucapan tersebut membuat Han Siong Kie jadi tertegun dia lantas berpikir dihati: 1155 "Masakah orang yang kehilangan sukma adalah anggota perkumpulan Thian che kau? Kalau tidak kenapa orang ini mengenalinya ?" Sementara itu orang yang kehilangan sukma telah membentak nyaring: "Tutup mulut anjingmu " Jelas sekali maksudnya dia tidak mengharapkan orang itu meneruskan kata-katanya lebih jauh. Kepada Han Siong Kie kembali dia berbisik, "Ingat, jangan biarkan mereka tetap hidup, akan kubantu dirimu secara diam-diam" selesai berkata dia lantas melejit keudara dan kabur dari tempat kejadian. "Mau lari kemana kau ?" bentak Raja iblis bertangan seribu Teng Ciau dengan keras, secepat kilat ia menerkam kemuka. Han Siong Kie mendengus dingin, tubuhnya bergeser setengah langkah ke samping lalu melepaskan sebuah pukulan gencar, dalam serangan tersebut dia telah sertakan hawa sakti si mi sinkang yang di milikinya, bukan saja tidak menimbulkan suara kekuatannya sangat mengerikan "Blaaang" suatu benturan nyaring menggelegar diangkasa, raja iblis bertangan seribu Teng ciau yang sedang melakukan pengejaran segera terpental hingga mencelat sejauh delapan depa dari tempat semula. Menggunakan kesempatan yang sangat baik inilah, orang yang kehilangan sukma melarikan diri dari situ dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan Kejadian ini sangat mengejutkan dua orang utusan Thian che kau yang lain, hampir saja mereka menjerit kaget. Selama hidup belum pernah mereka saksikan kemampuan sedahsyat itu, dan mimpipun mereka tak menyangka dengan kemampuan yang dimiliki pemimpin utusan Thian che kaupun ternyata pemuda itu tak mampu dihajar sampai mencelat. 1156 Han Siong Kie sendiri dengan sorot mata setajam sembilu mengawasi manusia berkerudung itu tanpa berkedip. mukanya seram dan penuh diliputi hawa napsu membunuh mengerikan sekali keadaannya. Manusia berkerudung sendiri sehabis menyapu pandang Hek pek siang yau yang berada beberapa tombak dari tempat

itu ujarnya kepada Han Siong Kie dengan suara menyeramkan: Manusia bermuka dingin hari ini sekali pun engkau bersayap jangan harap bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan selamat "Hmm! besar mulut bacotmu sebutkan dulu dirimu." jengek Han Siong Kie ssmbil mendengus dingin sikapnya amat sinis. "Engkau ingin tahu siapakh aku? Inilah ketua dari perkumpulaa Thian che kau!" sahut orang itu. Han Siong Kie mengejek tiba-tiba ia menengadah dan tertawa terbahak-bahak, "Bangsat apa yang kau tertawakan?" hardik orang berkerudung itu marah-marah. "Masa benar kau adalah ketua dari perkumpulan Thian che kau?" "Siapa bilang tidak benar? "Huhh! Kau tak usah berlagak sok lagi lebih baik cepatcepatlah melepaskan kata berkerudung itu!" Manusia bermuka dingin, engkau anggap aku... Haaah heaah haahh memangnya siapa kau ? Kau toh Raja Iblis bertangan seribu Teng Ciau ? Sekujur badan orang itu bergetar keras karena terperanjat, ia tak menyangka kalau asal-usulnya diketahui orang. Begitu 1157 pula dengan dua orang utusan Thian che kau yang lain paras muka mereka berubah hebat. Hek pek siang yau tidak ambil diam, serentak mereka menerjang kedepan dan menghampiri gelanggang. Seketika itu juga hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh angkasa. Setelsh asal-usulnya ketahuan orang, Raja iblis bertangan seribu Teng Ciau segera menarik lepas kain kerudung yang menutupi wajahnya, tampaklah seraut wajah yang menyeringai seram seperti iblis, kataya dengan nada menyeramkan: Manusia bermuka dingin, rupanya perempuan hina itulah yang telah membocorkan rahasiaku padamu. Sebagaimana diketahui, Han Siong Kie sangat menghormati Orang yang kehilangan sukma bagaikan menghormati orang tua sendiri ketika didengar pihak musuh memaki orang yang dihormati sebagai perempuan hina, kontan saja ia naik pitam. "Tutup mulut anjingmu yang bau! bentaknya, "Teng ciao tempat inilah tulang belulang kamu bertiga akan terkubur untuk selamanya " "Anjing cilik, kematian sudah berada didepan mata, buat apa engkau masih saja mengibul seenaknya ?" ejek Tangan kilat se bun Lui tak kalah sengitnya. Han Siong Kie tak dapat mengendalikan kemarahannya lagi, dia ulapkan tangannya kepada Hek pek siang yau lalu, serunya:

"Hantar kedua ekor anjing ini pulang ke akherat, jangan biarkan mereka tetap hidup dikolong langit " Dengan sikap yang sangat hormat sepasang siluman mengiakan tanpa banyak bicara lagi mereka menerjang dua orang utusan Thian che kau itu. 1158 Siluman hitam menerkam si Tangan kilat se bun Lui, sementara siluman putih menerjang utusan Thian che kau yang lainHan Siong Kie sendiri dengan wajah sedingin es menghampiri Raja iblis bertangan seribu, katanya: "Teng ciao sudah terlampau lama engkau mencicipi kehidupan didunia ini, sekarang pun ciangbunjin akan mengirim kau untuk berpesiar keakhirat, Nah berangkatlah sekarang juga" seraya berkata selangkah demi selangkah ia menghampiri lawannya. Suatu pertarungan sengitpun segera berkobar dalam gelanggang. Ilmu silat yang dimiliki dua orang utusan Thian che kau itu, memang sangat lihay, dalam keadaan terdesak mereka harus melangsungkan pertarungan adu jiwa yang mengerikanRaja iblis bertangan seribu Teng ciau adalah pengganti dari Thian che kaucu, tentu saja tenaga dalamnya amat sempurna, dia hanya kalah setingkat dari kaucu sendiri. Tatkala Han Siong Kie menerjang masuk kewilayah Lian huan tau dan menolong Go siau bi, kedua belah pihak pernah terlibat dalam suatu pertempuran sengit waktu itu, kendatipun Han Siong Kie dan Go siau bi sudah bekerja sama toh bukan tandingannya juga, maka ia sama sekali tak memandang sebelah matapun kepada musuhnya. Selama ini dia hanya menguatirkan Pertarungan dari Hekpek siang yu, seorang gembong iblis yang sudah puluhan tahun lamanya lenyap dari keramaian dunia, setelah melihat bagaimana dua orang jago yang disegani itu bertarung melawan dua orang rekannya, diapun setengah menjadi lega. kini dia lupa untuk mengejar orang yang kehilangan sukma, memandang Han Siong Kie yang makin mendekat, gembong iblis tersebut lantas tertawa seram, katanya: 1159 "Manusia bermuka dingin, masih mengharapkan tidak untuk melanjutkan keturunan dan kejayaan dari Mo tiong ci mo?" Han Siong Kie menghentikan langkahnya lalu menjawab: "Teng ciau, tak tak usah mempersoalkan yang lain, ketahuilah... jika Thian che kaucu masih bersembunyi terus macam kura-kura, maka manusia-manusia pengganti macam engkaulah yang bakal sial, sebab ini hari engkau sudah pasti akan berangkat menuju ke akherat" Begitu ucapan tersebut selesai diucapkan, secepat kilat dia

melancarkan tiga buah pukulan berantai ke depanSekilas pandangan, ketiga buah serangan tersebut sama sekali tidak nampak lihay ataupun mengerikan, tapi justru dibalik kelembutan itu terselip hawa sakti si mi sinkang yang memiliki daya penghancur, bukan begitu saja, bahkan kecepatannya melebihi apa pun juga. Raja iblis bertangan seribu Teng ciau sedikitpun tidak jeri, telapak tangannya lantas disilangkan didepan dada dan menangkis semua ancaman yang tiba. "Biang Blaang Blaaang " Tiga kali benturan dahsyat menggelegar diangkasa. Raja iblis bertangan seribu Teng ciau tergetar keras dan mundur tiga langkah, rasa kejutnya kian menjadi, dia tak menyangka hanya berpisah beberapa bulan, ternyata kekuatan tenaga yang dimiliki musuhnya sudah meningkat sehebat itu. Padahal ia sendiri disebut orang Raja iblis bertangan seribu, tentu saja tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna, ia jadi penasaran, begitu terdesak secepat kilat ia menerkam lagi kemuka dan secara beruntun melancarkan empat puluh delapan buah pukulan berantai. Ke empat puluh delapan buah pukulan itu dilancarkan secara beruntun, diatas 1160 udara segera tampaklah berpuluh puluh buah bayangan telapak tangan muncul dari pelbagai arah dan semuanya tertuju pada bagian bagian mematikan di tubuhnya. Angin menderu-deru empat penjuru jadi gelap oleh lapisan debu dan pasir yang beterbangan diangkasa keadaan dikala itu benar-benar meagerikan sekali, Sungguh terperanjat Han Siong Kie menghadapi ancaman selihay itu cepat dia main kan sistim pertahanan dari Mo mo ciang hoat untuk menutup semua bagian tubuhnya dari ancaman, "Braak!" serapat-rapatnya pemuda itu melindungi diri tak urung sebuah serangan sempat mampir juga ke tubuhnya kontan ia jadi terberondong kebelakang dan mundur dengan sempoyongan. Dengus tertahan menggetar diudara meskipun Cian jiu mo ong Teng Ciau berhasil menghantam musuhnya akan tetapi daya pantulan yang dihasilkan lawan dari Si mi sinkangnya itu membuat telapak tangannya jadi sakit bagaikan hancur hawa panas segera menerjang naik dari rongga dadanya, kejadian ini membuat hatinya tercekat dan sukma serasa melayang tinggalkan raganya. Sementara itu keadaan Se bun Lui di pihak lain pun berbahaya sekali, dibawah ancaman siluman hitam yang datang secara bertubi tubi, ia ketitir hebat setiap saat nyawanya terancam di ujung telapak tangan lawan. Dilain pihak, utusan Thian che kau yang bertempur

melawan siluman putih sedang bertempur dengan serunya untuk sesaat sukarlah untuk menentukan siapa menang siapa kalah. Han Siong Kie sendiri oleb karena mempunyai hawa khikang melindung badan, kendatipun serangan lawan menghajar telak dibahunya. ia sendiri sama sekali tidak terluka. 1161 Untungnya Cian jiu mo ong Teng Ciau memiliki tenaga dalam yang amat sempurna. bila berganti dengan jago lain, jangankan menghantamnya untuk mendekati tubuhnya sampai jarak tiga depapun belum tentu mampu. Raja iblis bertangan seribu sendiri menyangka bahwa di dunia ini kecuali beberapa orang jago boleh dikata untuk mencari kan tandingan baginya, sungguh tak nyana baru tiga gebrakan dia sudah jatuh kecundang di tangan Manusia bermuka dingin yang berusia dua puluh tahunan, kejadian ini segera menimbulkan kembali sifat buasnya. Sambil membentak keras, sekali lagi ia menerjang kemuka, serangan demi serangan dilancarkan secara bertubi-tubi, mengerikan sekali ancamannya itu. Han Siong Kie sama sekali tidak gentar, dia kembangkan permainan Mo mo ciang hoat dan membalas serangan lawan deagaa serangan pula. Mengerikan sekali pertarungan waktu itu, kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan segenap ilmu simpanan yang dimiliki, siapa pun berharap bisa menghancurkan lawannya secepat mungkin. Suatu ketika, mendadak terdengar jeritan ngeri berkumandang membelah angkasa. si Tangan sakti se bun Lui yang hebat tak mampu menghindari sebuah sergapan kilat dari siluman hitam, tubuhnya kontan terbacok telak dan hancurlah tubuhnya menjadi remuk seperti berkedel, darah segar berceceran menodai permukaan tanah. Melihat rekannya tewas, utusan Thian che kau yang lain jadi gugup, permainan serangannya jadi kacau balau tak karuanKesempatan yang baik ini segera dimanfaatkan oleh siluman putih, suatu cengkeraman kilat berhasil menangkap 1162 bahunya, baju berikut dagingnya lantas dicomot sampai hancur sepanjang setengah depa, darah segar bagaikan pancuran mengucur keluar tiada hentinya. --ooo0dw0oooBAB 64 BERHASIL dengan serangan yang pertama, siluman putih tidak berdiam diri sampai disitu saja, secara beruntun dia

melontarkan kembali tiga buah pukulan berantai. Begitu tiga pukulan itu dilepaskan, untuk kesekian kalinya jerit kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, sambil muntah darah segar utusan Thian che kau itu mencelat sejauh satu kaki lebih dan tidak bangun untuk selamanya. Raja iblis bertangan seribu Teng ciau merasa terkejut dan panik, dalam gugupnya secara beruntun dia lepaskan beberapa buah pukulan kilat begitu Han Siong Kie terdesak hebat, ia lantas melejit dan siap melarikan diri "Mau kabur ?" jengek Han Siong Kie, "jangan mimpi hayo serahkan dulu jiwa anjingmu" Sekali berkelebat ia sudah menghadang jalan pergi raja iblis bertangan seribu itu, secara beruntun dia lepaskan lima buah serangan berantai. Melihat gelagat tidak menguntungkan raja iblis bertangan seribu tak berani gegabah lagi, timbullah niat untuk mengadu iiwa, maka tatkala serangan musuh melanda datang, bukannya berkelit dia malahan menyongsong datangnya pukulan itu dengan pukulan. selama pertempuran berlangsung, Han Siong Kie tak bisa bertarung dengan hati lega, karena ia kuatir kalau dua orang musuh yang sedang bertempur melawan Hek pek siang yu berhasil kabur, ia kuatir dengan peringatan dari orang yang 1163 kehilangan sukma dimana dikatakan bila seseorang diantara mereka berhasil kabur maka akibatnya sukar dibayangkan Tapi sekarang, setelah dua orang yang di kuatirkan berhasil dibikin mampus oleh sepasang siluman, iapun tidak kuatir lagi, segenap perhatian dan tenaganya dihimpun menjadi satu untuk melakukan sergapan sergapan maut. Lima gebrakan kemudian, Raja iblis bertangan seribu sudah dibikin kalang kabut tak karuan dalam waktu singkat ia sudah terjebak dalam keadaan yang berbahaya sekali. "Blaaang! suara jerit kesakitan berkumandang memenuhi angkaaa secara beruntun gembong iblis itu tergentar mundur sejauh delapan langkah sambil muntah darah segar ia mundur dengan sempoyongan keadaannya mengerikan sekali. Han Siong Kie tidak meneruskan ancamannya dia tarik kembali serangannya dan berkata dengan dingin: "Manusia she Teng agar engkau bisa mampus dengan tenang maka dengarlah baik-baik kataku ini. engkau adalah manusia pertama yang bakal mampus diujung pukulan Si mi sinkang yang maha dahsyat ini Apa? Si mi sinkang?" jerit Raja iblis bertangan seribu dengan ketakutan. Ia menjerit histeris tubuhnya melejit ke udara dan mencoba untuk melarikan diri. Begitu Raja iblis bertangan seribu meloncat keudara Han Siong Kie mendorong sepasang telapak tangannya kedepan, Si

mi sin kang dengan kekuatan sebesar sepuluh bagian segera dilontarkan dari kejauhan. Sekati lagi jerit kesakitan berkumandang memenuhi angkasa . .. Tubuh raja iblis bertangan seribu Teng Ciau mencelat sejauh empat kaki lebih, setelah berkelejetan di angkasa 1164 tatkala mencium tanah kembali, jiwanya sudah kabur pula ke akherat. Menyaksikan kedahsyatan ilmu pukulan itu baik siluman hitam mau pun siluman putih sama-sama menjulurkan lidahnya mereka percaya kendati pun mereka berdua harus bekerja sama belum tentu kemampuan mereka dapat menandingi kehebatan dari Cian jiu mo ong. Nak, benarkah engkau sudah mempelajari ilmu sakti Si mi ainkang ? tiba-tiba orang yang kehilangan sukma muncul ditengah gelanggang dan bertanya. Benar sahut Han Siong Kie sambil tertawa. Engkau bisa membinasakan pemimpin dari para ututan Thian che kau kemampuan sehebat ini sudah cukup digunakan untuk melintang dalam dunia persilatan Bagaimana jika dibandingkan dengan kelihayan Thian che kaucu ? tanya Han Siong Kie tiba-tiba dengan wajah serius. Tentang soal ini.. mungkin saja engkau masih sanggup untuk menangkan dia!" Hanya mungkin ? Benar nak, dewasa ini aku hanya bisa mengatakan mungkin, bukankah kejadian di dunia ini peauh di1iputi serba kemungkinan ? Dingin separuh hati Han Siong Kie setelah meadengar jawaban tersebut dalam perkiraannya semula asal Si mi sinkang yang maha dabiyat itu berhasil diyakinkan maka sukarlah untuk mencari tandingan diduoia ini. Tapi menurut Orang yang kehilangan sukma ia belum tentu sanggup untuk mengalahkan Thian che kaucu, itu bukankah berarti pula bahwa tenaga dalam yang dimiliki Thian-che kaucu sudah mencapai puncak kesempurnaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata? 1165 Kendatipaa begitu, ia tidak putus asa malahan dengan angkuh katanya: Sekalipun ilmu silatku masih merupakan suatu kemungkinan untuk mengalahkan die tapi suatu ketika aku pasti akan pergi mencarinya, akan kubikin perhitungan dengan dirinya Engkau tak usah pergi mencarinya, dialah yang akan datang mencari dirimu ! Seberapa banyak toh utusan-utusan yang dimiliki perkumpulan Thian che kau ?

Semuanya ada sepuluh orang. "Dan sekarang . . Sekarang sudah mati tiga orang ditambah seorang mati didalam perbatasan antara mati dan hidup serta tak lama engkau berhasil membinasakan Tengkorak maut gadungan itu maka jumlahnya menjadi lima, itu berarti sampai sekarang masih ada lima oraag utusan khusus dari perkumpulao Thian che kau yang masih hidup. Apakah tenaga dalam yang mereka miliki rata-rata lihay semua ? Tidak, Malahan diantara mereka ada yang memiliki kemampuan jauh lebih dahsyat lagi, ssbelum kau keluar dari lembah kematian Thian che kaucu telah berkunjung sendiri kemari tapi oleh karena kau belum juga keluar dari lembah ini, maka setelah memerintahkan orang-orangnya untuk memasang alat peledak ia telah kembali dahulu ke markas kalau ia masih berada disini:.. aaai sukarlah untuk diketahui siapa yang bakal hidup dan siapa yang bakal mati" "Aaah belum tentu begitul" seru Han Siong Kie dengan cepat. 1166 "Sekarang engkau adalah seorang ketua dari suatu perguruan, sebelum dendam sakit hatimu terbalas setiap persoalan yang kau hadapi harus dipikirkan dengan otak dingin, janganlah terlalu memburu napsu, ketahuilah ilmu silat ibaratnya samudra yang luas, dimanapun ada orang-orang pintar yang tersembunyi, jangan disebabkan oleh luapan emosi mengakibatkan segala sesuatunya menjadi berantakan" Merah padam selembar wajah Han Siong Kie setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan terbata: "Setiap nasehat dari cianpwe akan boanpwe dengarkan baik-baik, untuk selanjutnya tat akan kulupakan lagi" "Aaah sekarang cepatlah keluar dari lembah ini, aku kuatir bila terlambat maka akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan" "Bukankan cianpwe lelah mengatakah bahwa disekitar mulut lembah telah ditanam obat peledak seberat sepuluh laksa kati" "Benar, tapi sekarang pemimpin mereka yang merupakan ketiga orang tadi sudah mati semua, sisanya tak perlu kita takuti lagi, mesti kita bergerak dengan bersembunyi dibalik pepohonan, aku rasa untuk sementara waktu kita masih bisa mengelabuhi mereka sebab yang tersisa cuma jago-jago kelas kambing. Kendatipun akhirnya jejak kalian berhasil ditemukan, toh pada waktu itu kalian sudah berada disekitar mulut lembah dan wilayah yang ditanam obat peledakpun sudah dilampaui, aku percaya dengan kemampuan ya kalian miliki tak sukar untuk kabur dari sini, Nah, selamat jalan dan semoga berhasil" Selesai dengan kata-katanya, orang yang kehilangan sukma

lantas berkelebat masuk ke hutan dan lenyap dibalik pepohonan yang rindang. Dengan termangu-mangu Han Siong Kie mengawasi bayangan punggungnya yang lenyap dari pandangan, dia menghela nafas panjang, lalu berpikir: 1167 "Budi kebaikan yang kuterima selama ini entah sudah berapa banyak. aai, entah bagaimana caraku untuk membalas budi kebaikannya ini? Lama sekali dia berdiri termangu-mangu, akhirnya sambil mengulapkan tangannya kepada sepasang siluman ia kerahkan ilmu meringankan tubuhnya menerjang ke arah mulut lembah. Selang sesaat kemudian, mulut lembah itu sudah berada didepan mata, pepohonan yang rindangpun sudah mencapai pada ujungnya. Ketika mereka berada kurang lebih lima puluh kaki dari mulut lembah, serentak Han Siong Kie menancap gas dan kabur lebih cepat lagi, kepada dua orang siluman itu serunya: "Hayo kita terjang keluar dari lembah ini secepat-cepatnya..." Tiga sosok bayangan manusia bagaikan tiga gulung asap dengan cepatnya meluncur kearah mulut lembah. suitan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian disusul dari belakang mereka bergelegar suara ledakan dahsyat yang memekikkan telinga. Pasir dan batu mencelatjauh keudara, asap hitam tanah longsor berguguran disekitar tempat itu membuat suasana ketika itu benar-benar mengerikan sekali. Akhirnya meledak juga obat yang ditanam disekitar mulut lembah, tapi sayang terlambat setengah langkah, Han Siong Kie sudah lolos dari lingkaran bahan peledak itu. Keadaan mulut lembah itu porak poranda keadaannya mengerikan sekali, batu cadas sebesar gunung dan pasir berjuta-juta meter kubik berguguran kebawah dan menyambar semua lapisan tanah disekitar situ. Baik Han Siong Kie maupun Hek pek siang yau saling berpandangan sekejap dengan mulut melongo bergidik hati mereka, andaikata orang yang kehilangan sukma tidak 1168 memberi peringatan lebih dahulu, niscaya mereka bertiga sudah hancur entah berwujud apa. Bisa dibayangkan betapa gusar dan dendamnya siluman hitam menyaksikan keadaan itu, ia berpaling ke arah pemuda kita lalu berseru: "Ciangbunjin, hutang ini...." "Hutang kita kepada mereka tidak terbatas hanya peristiwa ini saja" tukas Han Siong Kie dengan cepat, lebih baik kita perhitungkan dikemudian hari saja, sekarang aku masih ada urusan penting yang harus segera diselesaikan marilah kita

segera pergi" Siluman putih menyapu pandang sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu berkata pula dengan suara dalam: "Ciangbunjin, tolong tanya bagaimana kita harus selesaikan anakan monyet yang bersembunyi di sekitar tempat ini?" "Kalau ingin mencari balas sudah sepantasnya kita bikin perhitungan dengan pemimpin mereka, apa harganya buat kita untuk ribut dengan manusia-manusia keroco seperti mereka? Biarkanlah mereka pergi" Selesai mengucapkan kata-kata tersebut, Han Siong Kie segera berangkat meninggalkan tempat itu diikuti Hekpek siang Yaw di belakangnya. Dalam sekejap mata ketiga orang itu sudah jauh tinggalkan lembah kematian, tujuan mereka sekarang adalah benteng maut. Inilah tugas pertama yang harus diselesaikan olehnya setelah berhasil mempelajari Ilmu sakti si mi sinkang, dia hendak menuntut balas dan menghancurkan tengkorak maut. Untuk menghindari kegemparan dikalangan masyarakat oleh wajah Hekpek siang yau yang lain daripada yang lain itu, sengaja ia memerintahkan kedua orang itu untuk mengenakan kain kerudung hitam. 1169 Hari kedua, tatkala tengah hari menjelang tiba, mereka sudah berada ditepi sebuah sungai yang lebar, perjalanan dilanjutkan dengan menelusuri sungai tersebut. Beberapa jam kemudian mereka sudah tiba disamping sebuah bekas bangunan rumah yang kini sudah tinggal puingpuing yang berserakan, disitulah dahulu pesanggrahan Teng to siau cut berdiri Terkenang kembali masa lampau, tanpa terasa Han Siong Kie menghentikan gerakan tubuhnya, dengan termangumangu ia memandang bekas bangunan Teng to siau cut yang tinggal puing-puing itu. Tanpa terasa ia teringat kembali kenangan masa lampau, kenangan dikala ia terhajar oleh pemilik benteng maut hingga tercebur kedalam sungai, bagaimana ia ditolong oleh Go siau bi dan bagaimana pesanggrahan tersebut akhirnya dibakar oleh orang-orang Thian che kau. Bayangan Go siau bi yang cantik jelita terpampang jelas didepan matanya, gadis itu telah jatuh cinta kepadanya pada tatapan yang pertama, bahkan berulang kali menyatakan cinta kepadanya. Tapi ia sama sekali tidak membalas cinta dara itu, ia tak pernah mencintai Go siau bi, sebab ia membenci setiap perempuan yang ada didunia ini kecuali Tong hong Hui seorang. Akhirnya pemuda itu menghela napas panjang, tiba-tiba ia merasa bahwa perbuatannya selama ini terlalu menyinggung

perasaan halus gadis itu, tapi sekarang dia sudah pergi, mungkin selamanya tak mungkin bisa berjumps lagi. Benarkah aku telah menghancurkan masa depan seorang gadis ? Benarkah aku bertanggung jawab atas kejadian ini? ia mencoba untuk bertanya pada diri sendiri, tapi pemuda itu tak mampu menjawab. 1170 Tindakan ibunya say siang go atau siang go cantik Ong cui ing meninggalkan tempat kejadian dikala keluarganya tertimpa bencana bahkan kawin lagi dengan Thian che kaucu dirasakan sebagai pukulan batin terberat yang pernah ia terima, kejadian ini membuat pandangannya terhadap kaum perempuan jadi sinis dan benci. Untunglah selama ini dia banyak berhutang budi kepada orang yang ada maksud, orang yang kehilangan sukma, Gosiau bi serta Tong hong Hui, sikap dari perempuanperempuan inilah yang banyak menggoyahkan cara berpikirnya yang salah itu, perasaan anti perempuan yang dipertahankan selama ini pun lambat laun menjadi lebih tawar. Dengan termangu- mangu pemuda itu memandang puing yang berserakan serta ombak yang memecah ditepi pantai, kian lama perasaannya kian terbuai oleh lamunan dan kenangan lama. Hekpek siang yau tidak menunjukkan reaksi apa-apa, dengan tenang mereka menunggu di belakang ketuanya. Tiba-tiba dari balik puing-puing yang berserakan berkumamdang suara helaan napas panjang. Satu ingatan lantas melintas dalam benak si anak muda itu, ia tersadar kembali dari lamunannya kepada sepasang siluman segera pesannya. " Kalian tak usah pergi kemana-mana, nantikanlah aku disini". secepat kilat ia meluncur ke angkasa dan menerobos masuk kedalam hutan bambu di mana helaan napas tersebut berasal. Seorang sastrawan berusia setengah baya berdiri sambil bergendong tangan ditepi sungai dekat hutan bambu. Berdebar keras jantung Han Siong Kie setelah mengetahui siapakah orang itu, sebab tak lain adalah kakek Go siau bi, orang-orang persilatan menyebutnya sebagai Put lo sianseng. 1171 Han Siong Kie berdiri pada jarak lima kaki dihadapan kakek tua itu, ia tak tahu apa yang harus diucapkan dan apa yang harus dilakukan pada saat seperti ini. "Benarkah yang datang adalah Han siauhiap, ketua dari perguruan Thian lam bun? " tanpa berpaling Put lo sianseng menegur lebih dahulu. Han Siong Kie mendekati sampai sejarak tiga kaki lalu menjura dengan hormat.

"Benar cianpwe, apakah selama ini locianpwe berada dalam keadaan sehat walafiat" sahutnya. Perlahan-lahan put lo sianseng memutar badan sekilas sorot mata yang aneh memancar keluar tapi sebentar saja sudah lenyap tak berbekas dengan suara dingin. "Sebetulnya lohu sudah mengasingkan diri dari keramaian dunia ini, tapi sayang imanku kurang teguh, karena tergoda oleh peristiwa keduniawian akhirnya kumuncul kembali dalam dunia persilatan, aai.. sungguh tak nyana aku tergoda oleh suatu masalah yang akhirnya membuat diriku tak bisa lagi berpeluk tangan belaka" Berbicara sampai disitu, kembali ia menghela napas panjang. "Persoalan apakah yang telah membuat locianpwe jadi bingung?" tanya pemuda itu keheranan "Belenggu cinta dari cucu perempuanku" Mendengar jawaban tersebut, Han Siong Kie lantas teringat kembali dengan peristiwa lama ketika ia menolak pinangan dari Put losianseng bagi cucu perempuannya. "Locianpwe, apakah perkataanmu itu kau sengaja tujukan kepada diri boanpwe? " tanyanya tanpa sadar. Sekali lagi sorot mata aneh terlintas di wajah Put to sianseng, ia menatap sekejap pemuda itu kemudian balik 1172 bertanya: "Han sauhiap bersediakah engkau membantu diriku?" "Persoalan apakah yang dapat boanpwe lakukan bagi locianpwe?" tanya Has Siong Kie setelah tertegun sejenak. "Sebenarnya lohu sudah mengangkat sumpah tak akan mencampuri urusan keduniawian lagi.. Aaai, tak disangka oleh karena sejilid kitab pusaka Thian tok pit kip. bukan saja putraku Go Yu to menemui ajalnya, perkumpulan Pat Gi pang hancur berantakan dan lenyap dari dunia persilatan, bahkan Go siau bi cucu perempuanku ini ..." Teringat dara itu, merah padam selembar wajah Han Siong Kie, sebab bagaimanapun juga dia pernah menolak pinangan dara itu Setelah berhenti sebentar terdengar Put lo sianseng melanjutkan kembali kata-katanya: "Didalam waktu yang amat singkat, lohu telah berhasil melatih Siau bi sehingga ilmu silatnya mencapai tingkatan yang lihay, tujuanku adalah meminta kepadanya agar balaskan dendam bagi kematian ayahnya serta membangun kembali perkumpulan yang telah buyar.." Berbicara sampai disini, kembali dia berhenti. Han Siong Kie merasa hatinya sangat tidak tenang, bagainya secara lapat-lapat ia sudah merasa bahwa bantuan yang diharapkan kakek sakti ini mempunyai sangkut paut yang erat sekali dengan Go siau bi. Sementara itu paras muka Put lo sianseng sudah agak

berubah, katanya kembali: "Aaai. sebetulnya aku malu untuk membicarakan persoalan ini, tapi apa boleh buat? Mau tak mau terpaksa harus mengatakannya juga ...siau bi telah terbelenggu oleh cinta, sekarang ia sudah terjerumus dalam sekali, kegagalan demi kegagalan yang diterimanya selama ini telah membuat ia jadi 1173 putus asa, sekarang siau bi telah mengambil keputusan untuk mencukur rambut menjadi nikoh, aai, inilah suatu kejadian yang membuat perasaan hati lohu selalu tak tenang." "Apa ? Dia mau mencukur rambut menjadi pendeta??" "Benar, dan keputusannya ini tampaknya sudah bulat, kecuali engkau mungkin didunia ini tak ada orang kedua yang bisa merintangi niatnya itu lagi" Tentang soal ini..tentang soal ini boanpwee benar-benar merasa amat menyesal tak kusangka bakal terjadi peristiwa semacam ini" "Tak useh kau mengatakan segala sesuatu, itu aku pun tahu bahwa cinta muda-mudi tak bisa kupaksakan aku pun tahu pinangan yang kuajukan tempo hari tidak pada tempatnya tapi oleh karena pertama aku telah mengetahui perassan hati Siau bi dan kedua aku dan kedua aku mendapat permohonan dari Orang yang kehilangan sukma Han Siong Kie merasa jantungnya berdebar keras ia tak habis mengerti apa sebabnya berulang kali Orang yang kehilangan sukma mencegah hubungannya dengan Tonghong Hui tapi berulang kali berusaha menjodohkan dirinya dengan Go Siau bi? Dia ingin tahu apa yang sebenaraya terdapat dibalik kesemuanya itu? Sementara pemuda itu masih berpikir sambil berkerut kening Put lo sianseng telah berkata lagi dengan suara dalam: "Sebab persoalan inilah mau tak mau terpaksa aku ingin mohon bantuan dari sauhiap" Katakan saja locianpwe bantuan dalam berupa apakah yang lociaopwe harapkan dariku ? Untuk melepaskan belenggu cinta lebih tepat kalau belenggu itu dilepas oleh orang yang terlibat, aku hanya memohon kepada sauhiap agar mencegah Siau bi menjadi pendeta" 1174 Han Siong Kie dibikin serba salah, Go Siau bi justru menjadi nekad lantaran ia telah meoolak cinta dara itu, bersediakah gadis itu mendengarkan nasehatnya ? Bagaimana ia musti berbicara untuk menasehatinya agar membatalkan niat tersebut ? Satu ingatan tiba tiba melintas dalam benaknya: Bila aku berbasil membatalkan niatnya untuk menjadi pendeta, kemudian kupusatkan segenap tenaga dan pikiranku

untuk membantu dia membangun kembali perkumpulan Pat gi pang-nya yang porak poranda, siapa tahu kalau kubisa tebus semua kesalahanku dimasa lalu ? Dengan suara tegas diapun menyahut : "Baiklah locianpwe, boanpwe akan berusaha dengan sepenuh tenaga untuk membatalkan niatnya itu !" "Kalau memang demikian; lohu titipkan tugas berat ini kepadamu "Boleh aku tahu pada saat ini nona Siau bi berada dimana ?" "Dipintu luar kuil Bu cu an di bukit Tay hang san. Benar, dia minta Tay huang sinni untuk menerimanya sebagai pendeta, tapi lantaran lohu sudah berpesan kepada sini maka ia ditolak untuk memasuki kuil tersebut, walaupun demikian rupanya ia tidak menjadi putus asa, sudah tiga hari tiga malam ia berlutut didepan pintu kuil tersebut " Dari mulut boanpwe pernah mendengar tentang kelihayan Tay huang Sinni, katanya watak nikoh itu aneh sekali, enam puluh tahun berselang dengan lencana Hud cu leng dia telah menggetarkan sungai telaga dan memaksa orang persilatan baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam tunduk 1175 semua kepadanya, sungguh tak nyana dia masih hidup didunia ini?" "Benar, Tay huang sinni itulah yang kumaksudkan, hingga kini sepuluh li disekitar bukit Tay huang san merupakan daerah terlarang, tak seorang jago persilatanpun yang berani mendekati tempat itu " "Kalau memang begitu, bukankah kedatangan boanpwe" "Dengan tenaga dalam yang kau miliki sekarang, bukan suatu persoalan yang terlampau berat untuk menerjang masuk kedalam kuil" "Menerjang masuk?" seru pemuda itu tercengang. "Benar, selain menerjang masuk rasanya tiada jalan lain yang bisa kau tempuh. sebagaimana telah kau ketahui. Tay huang sinni adalah seorang manusia aneh yang tak bisa diajak berbicara. Kendatipun begitu aku minta kau masih ingat untuk berbicara secara baik-baik lebih dahulu sebelum menggunakan kekerasan, bila tidak terpaksa sekali janganlah turun tangan secara gegabah" "Perasaan ingin tahu lantas menyelimuti hati pemuda ini, ia lantas berpikir: "Kenapa tidak kugunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk mencoba sampai dimanakah kelihayan kungfu Tay huang sinni?" Diapun mengangguk seraya menjawab: "Boanpwe akan menuruti semua pesan cianpwe" "Bolehkah aku tahu apa tujuanmu sekarang ??" "Boanpwe hendak berkunjung ke benteng maut untuk

membuat perhitungan dengan pemilik benteng maut tersebut" "Membalas dendam? tentang soal ini..." "Apakah locianpwe ada petunjuk lain?" 1176 "Aaah tidak... tidak aku tidak ingin mengatakan sesuatu hal, setelah tiba pada saatnya engkau akan mengetahui sendiri" Han Siong Kie melongo, ia tak tahu apa yang dimaksudkan put lo sianseng dengan kata-katanya itu? Sementara dia masih termenung put to sianseng telah melanjutkan kembali kata-katanya: "Masalah yang kutitipkan padamu itu terlampau serius, rasanya tak boleh dibiarkan berlarut-larut, oleh sebab kuatir kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, apakah sauhiap bersedia untuk berkunjung dahulu kebukit Tay huang san?" "Boanpwe turut perintah bagaimana cara nya untuk berangkat menuju bukit Tay huang san?" "Dari sini berangkatlah ke utara dua ratus li kemudian akan tiba kebukit Tay huang san, diantara bukit yang menjulang diangkasa akan kau temui sebuah bukit gersang yang tidak bertumbuhan, tempat itu mudah ditemukan dan aku percaya dengan kemampuan yang kau miliki tidak susah untuk mencapai tempat tujuan" "Kalau begitu boancwe akan berangkat sekarang juga" "Tunggu sebentar" "Apakah locianpwe masih ada pesan lain" "Benarkah dua orang manusia berkerudung yang mengikuti dibelakang mu itu adalah Hek pek siang yau sepasang siluman hitam putih yang tersohor itu." Sungguh kagum Han Siong Kie oleh ketajaman mata Put to sianseng, bukan saja dapat menebak jitu asal usul dari Hek pek siang yau, malahan tanpa melihat tampang wajah merekapun tebakannya ternyata jitu. Maka dia lantas mengangguk tanda membenarkan. 1177 "Apakah hubunganmu dengan sepasang siluman itu" kembali Put to sianseng bertanya. "Mereka berdua sudah termasuk jadi anggota perguruanku" "Aaah maasa iya ? Suatu kejadian yang membingungkan!" Han Siong Kie tak ingin orang keheranan diapun lantas menceritakan pengalamannya bagaimana menolong sepasang siluman itu dari kurungan lembah kcmatian. Selesai mendsngarkan kisah tcrsobut, Put io sianseng baru berkata: Oooh. kiranya begitu ! Jadi kepergianmu ke bukit Tay huang san nanti juga akan membawa serta sepasaag siluman itu ? "Tentu saja, kemana pun boanpwe pergi mereka akan

meugikuti diriku!" Aka rasa cara ini kurang bagus Kenapa ? Meninjau dari tindak tanduk serta perbuatan mereka dimasa silam, belum tentu sin ni akan menerima mereka secara baik, aku kuatir kehadiran mereka bsrdua justru .. Boanpwe toh bisa memerintahkan kepada mereka berdua agar menanti di kaki bukit Tay huang san! "Kalau memang begitu. ini lebih bagus lagi!" puji Put-lo sianseng dengan lantang. Bila cianpwe tak ada pesan lain boan-pwe akan segera mohon diri "Baik, pergilah dan semoga apa yang kuharapkao dapat tercapai dengan memuaskan "Tak usah kuatir, boanpwe akan berusaha dengan segenap kemampuan. yang kumiliki' 1178 Ingat pesanku gunaksn tata kesopanan sebelum memulai kekerasan, bi1amana tidak terpaksa tak usahlah main kekerasan Boanpwe akan mengingatnya selalu Setelah memberi hormat diapun kembali ke tempat semula disana sepassng siluman masih menunggu. Demi pesan Put lo sianseng terpaksa dia harus mengesampingkan lebih dahulu tugasnya membalas dendam ia merasa tak ada salahnya berbuat demikian sebab dengan begitu diapun bisa menebus dosa-dosanya kepada Go Siau bi. Ciangbunjin berhasilkah engkau menemukan sesuatu? cepat siluman hitam maju menyongsong seraya bertanya. Ehmm! Seoraog bulim cianpwe telah minta bantuanku untuk menyelesaikan suatu persoalan! Menyelesaikan suatu psrsoalan? "Benar, dan sekarang juga kita akan berangkat menuju ke kuil Bu cu an dibukit Tay huang san" "Pergi ke bukit Tay huang san?" seru siluman putih dengan wajah terkesiap. "Benar, bukit Tay huang tempat tinggal dari Tay huang sini" "Apakah ciangbunjin hendak bermusuhan dengan pendeta perempuan itu?" "Tidak, aku kesana untuk menyelesaikan sedikit persoalan. Tahukah kamu berdua persoalan apa yang hendak kuselesaikan " "Tentang soal ini tecu tak berani bertanya.." "Kalau begitu hayo kita segera berangkat" 1179 Begitulah tiga sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat segera berangkat menuju utara.

Hek pek siang yau terhitung pula sebagai jago yang tersohor pada puluhan tahun berselang, tentu saja Tay huang sinni yang pernah malang melintang dalam sungai telaga dengan Hud cu lengnya tidak terlampau asing bagi mereka. Sekarang setelah mengetahui bahwa tujuan mereka adalah ke bukit Tay huang san, sedikit berdebar juga hati mereka berdua. Namun baik siluman hitam maupun siluman putih tak berani banyak bertanya, sebab bagaimanapun juga mereka harus mengikuti kemana perginya majikan mereka. Untunglah ketiga orang itu adalah jago-jago silat berilmu tinggi, sekalipun tiada jalan yang terbentang namun hal tersebut tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menembusinya . Dua jam kemudian, mereka sudah memasuki daerah pegunungan yang terjal dan sepi. sesudah melewati berpuluh-puluh buah bukit yang terjal, akhirnya diantara deretan bukit itu muncullah sebuah bukit gundul yang gersang. Kecuali beberapa titik warna hijau menghiasi bukit tersebut, hampir boleh dibilang yang tampak hanya batu-batu cadas yang hitam dan tajam. Han Siong Kie segera menghentikan langkah kakinya, sambil menunjuk ke arah bukit gundul nanjauh didepan sana katanya: "Aku pikir bukit itulah yang dinamakan bukit Tay huang san?" "Jadi ciangbunjin belum pernah berkunjung kemari?" tanya siluman hitam keherananTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1180 "Belum pernah, baru untuk pertama kali ini aku berkunjung kemari" "Dahulu tecu pernah melewati tempat ini, tak salah lagi inilah bukit Tay huang san" "Ciangbunjin, bolehkah kami tahu apa maksud ciangbunjin datang kemari?" tanya siluman putih agak takut-takut. "Mencari seseorang" "Mencari orang? Ketahuilah ciangbunjin, dua li dari kaki bukit itu merupakan daerah terlarang, setiap umat persilatan tak berani melewati wilayah tersebut dengan sembarangan" Han Siong Kie bukan orang bodoh, tentu saja ia mengetahui perasaan hati dari sepasang siluman itu, sambil tertawa dingin katanya: "Jadi kalian merasa takut??" "Ciangbunjin jangan berkata begitu" seru siluman hitam dengan hati gelisah, "Setelah tecu memberikan kesanggupan untuk turut serta ciangbunjin untuk selamanya, jangan toh hanya berkunjung ke bukit Tay huang san, kendatipun harus naik kebukit golok atau terjun ke lautan api tak nanti kami akan menolaknya"

Han Siong Kie menengadah dan memandang sekejap bukit gundul diseberang sana, kemudian katanya lagi. "Kalian berdua tak usah ikut aku naik ke bukit itu, nantikan saja kedatanganku disini" "Tidak Tecu tidak mau meninggalkan ciangbunjin seorang diri" serentak kedua orang siluman itu berseru. "Aku hendak pergi menyelesaikan suatu persoalan, kalian tak usah ikut saja. berdiamlah disini " "Tecu berdua mana tenang membiarkan ciangbunjin pergi menempuh mara bahaya seorang diri?" 1181 "Siapa bilang aku pergi menempuh bahaya ? Ketahuilah urusanku ini tidak menyangkut soal dendam sakit hatipun tidak mengenai soal pembalasan budi." "Tapi .. Ciangbungjin pasti tahu Tay Huang sini adalah seorang manusia yang berwatak aneh, siapa berani melanggar pantangannya maka bisa mengakibatkan ...." "Kalian berdua tak perlu kuatir, aku bisa menjaga diri dan akupun tahu bagaimana caranya untuk menghadapi keadaan seperti itu" Dengan wajah bersungguh-sungguh siluman hitam berkata lagi: "Bagaimana kalau tecu berdua mengikuti jejak ciangbunjin dari tempat kejauhan? jadi apabila sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan, tecu berdua bisa segera memberi bantuan ?" "Tidak Tidak perlu" sahut pemuda itu tegas. Tapi... tapi bagaimanapan juga, kami merasa tak tenang." "Kalian berdua tetap berjaga-jaga disini, bagaimanapun juga yang terjadi disini, kalian tak boleh bergerak secara sembarangan, perkataanku ini adalah perintah, aku minta kalian berdua jangan mencoba untuk melanggar perintahku ini" Buru-buru Hek pek siang yau membungkukkan badannya memberi hormat, mereka tak banyak banyak bicara lagi. Menyaksikan sikap kedua orang itu, Han Siong Kie malahan merasa tidak tega sendiri, kembali bisiknya dengan lembut: "Kalian berdua tidak usah kuatir, tenangkan saja hati kalian berdua, tidak akan terjadi hal yang diluar dugaan atas diriku ini" Seraya berkata dia lantas mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan bergerak menuju kepuncak bukit yang gundul itu 1182 Diluaran Han Siong Kie memang tampak sangat tenang, padahal dalam hatinya ia menggerutu terus, bagaimanapun juga dia telah memasuki daerah terlarang dari seorang jago silat yang disegani umat manusia, selain itu diapun tak tahu apakah pesan dari put lo sianseng dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya atau tidak masih merupakan suatu tanda tanya besar, ia tak tahu apakah Go siau bi bersedia untuk mendengarkan nasehatnya atau tidak. Menurut keterangan dari put to sianseng sudah tiga hari tiga malam Go siau bi berlutut didepan pintu kuil, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa tekadnya sudah bulat . "Apa yang harus diucapkan setelah berjumpa dengan gadis itu nanti?" Han Siong Kie merasa jantungnya berdebar keras, setiap kali teringat akan persoalan ini hatinya langsung merasa tak tenang. Belum jauh ia mendaki bukit yang gundul itu, kira-kira baru sepuluh kaki dari wilayah perbatasan daerah terlarang, mendadak perjalanannya telah dihadang oleh seorang nikoh, pendeta perempuan itu duduk bersila diatas sebuah batu cadas, matanya terpejam dan tubuhnya kaku seperti arca, tampaklah betapa berwibawanya nikoh tersebut. Cepat Han Siong Kie menghentikan gerak tubuhnya, setelah tertegun sejenak diapun berpikir: "Mungkinkah nikoh tua itu adalah Tay huang sinni yang tersohor dimana-mana itu?" sambil merangkap tangannya memberi hormat pemuda itu menyapa: "Mohon tanya apakah sinni adalah Tay huang sini?" "Dia adalah guruku " sahut nikoh tua itu singkat. Sekalipun hanya beberapa patah kata saja, namun tiap patah kata diucapkan dengan sangat nyaring dan tajam, dari sini dapatlah diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki 1183 nikoh ini sudah mencapai puncak kesempurnaan yang mengagumkan. -000d0w000BAB 65 "BOLEH aku tahu, siapa nama gelar dari suthay ?" kembali si anak muda itu bertanya. "Kami adalah orang yang beragama, tidak menjadi kebiasaan bagi kami untuk saling menyebutkan nama dengan orang awam " Ucapan tersebut dingin kaku dan singkat, malahan nikoh itu sama sekali tidak membuka matanya barang sekejappun. Diam-diam Han Siong Kie merasa naik pitam, tapi ia tetap berusaha untuk mengendalikan hawa amarahnya itu, sebab berulang kali Put to sianseng telah berpesan kepadanya agar jangan memakai kekerasan, sehingga mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi tujuan kedatangannya toh hanya berusaha menasehati Go siau bi agar membatalkan niatnya untuk menjadi pendeta." Maka setelah berpikir beberapa saat, dia pun berkata: "Adapun kedatanganku kemari adalah untuk mohon berjumpa dengan Tay huang sinni

"Sudah enam puluh tahun guruku tidak bertemu dengan siapa pun lebih baik batalkan saja niatmu itu" Dalam hati Han Siong Kie mendengus dingin pikirnya: Omong kosong! Siapa bilang gurumu sudah enam puluh tahun tidak bertemu dengan orang, Toh Put lo sianseng belum lama berselang telah berjumpa dengan Tay huang sinni malahan berpesan padanya agar menolak keinginan cucu 1184 perempuannya untuk menjadi nikoh.. kurang ajar betul mikoh ini, dia berani membohongi aku . Setelah berpikir sebentar kembali ia berkata: "Akn datang kemari karena mendapat pesan dari seseorang aku hendak mencari seseorang di dalam kuil ini "Tempat ini adalah daerah terlarang siapa pun dilarang untuk memasuki daerah di sekitar sini" jawaban dari nikoh tua itu masih tetap ketus dan dingin. "Tapi aku datang toh cuma untuk mencari seseorang "Sicu tak usah banyak bicara lebih baik segera tinggalkan tempat ini "Suthay engkau toh seorang pendeta, seorang penganut agama mengapa sikapmu begitu tidak bersahabat? Tujuanku kemari toh hendak mencari orang kenapa tidak kau kabulkan permintsan kami ini "Sicu tak usah banyak bicara segera tinggalkan tempat ini Sikap yang ketus dsn tak sedap itu lama kelamaan membangkitkan kembali hawa amarah di hati Han Siong Kie serunya: "Aku datang kemari karena msndapat pesan dari seseorang untuk mencari seorang sahabat sebelum orang yang kucari berhasil kutemukan tak nanti akan kutinggalkan tempat ini" Bila sicu adalah orang yang cerdik lebih baik tinggalkan tempat ini secepat-cepatnya "Kalau aku membangkang apa yang hendak kaulakukan? Nikoh tua itu berkerut kening lalu mendengus dingin. "Hmm! Selama hidup baru pertama kali ini pinni bertemu dengan seorang manasia tekebur yang berani mencari garagara dibukit Tay huang san" 1185 Keangkuhan dan keketusan Han Siong Kie segera terpancing keluar oleh suasana yang serba tak enak itu, dia balas mendengus. "Hmm.. Aku sudah memohon dengan segala kehalusan serta mengikuti tata kesopanan aku minta suthay jangan bersikeras untuk menampik keinginanku ini, ketahuilah setelah aku berhasil berjumpa dengan orang yang kucari maka akupun akan segera tinggalkan tempat ini" "Tidak bisa Lebih baik sicu segera tinggalkan tempat ini." "Kalau suthay bersikeras untuk menampik terus kehendak

hatiku, terpaksa aku akan berbuat kurang sopan. "Apa yang hendak sicu lakukan ?" "Apa lagi? Tentu saja naik gunung mencari orang" "Sicu, tak usahlah bersikeras untuk mencari keonaran, apakah engkau baru bersedia untuk turun dari bukit ini setelah diusir oleh pinni dengan menggunakan kekerasan ?" "Bagiku hanya tahu maju terus pantang mundur, tak dikenal arti mengundurkan diri sebelum apa yang kuharapkan tercapai." "Jadi kau ingin main kekerasan? Silahkan saja untuk mencoba. " "Kalau memang begitu, maaf kalau terpaksa aku akan menggunakan kekerasan" Begitu selesai berkata, Han Siong Kie segera menjejakkan kakinya ke tanah dan melesat kedepan. Nikoh tua itu menggulung keluar dan menghantam tubuh sianak muda itu keras dan berat sekali tenaga pukulan yang dilontarkan oleh pendeta perempuan itu. 1186 Han Siong Kie tak mampu untuk meneruskan langkahnya, ia dipaksa untuk melayang kembali ketempat semula, dalam hati pemuda itu lantas berpikir: "Muridnya saja sudah begitu lihay, apa lagi gurunya? Tampaknya tenaga dalam yang dimiliki Tay huang sinni telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa" Baru saja ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tibatiba nikoh tua itu membentak lagi: Eayah kau dari sini. Ketika ujung bajunya dikebutkan kembali kedepan segulung hawa pukulan yang sangat keras seperti hembusan angin puyuh langsung menghantam kedepan dan menghajar ketubub pemuda kita. Marah sekali Han Siong Kie menghadapi kejadian ini hawa sakti Si mi sinkang yang dimilikinya disalurkan mangelilingi badan dia sambut datangnya ancaman tersebut keras lawan keras. "Blaaang!" suatu benturan keras menimbulkan ledakan yang memekikkan telinga. Sekokoh batu karang tubuh Han Siong Kie sama sekali tidak gemilang barang sedikit pun jua dari tempatnya semula lain hal-nya dengan nikoh tua yang bersila diatas batu oleh tenaga pantulan yang membalik hampir saja dia dibuat terjengkang kebelakang. Nikoh tua itu menjerit kaget dan segera melompat bangun setajam sembilu sinar mata yang memancar keluar ia menatap pemuda lawannya tak berkedip rasa kaget dan tercengang menghiasi seluruh wajahnya yang mulai berkeriput itu, mimpipun ia tak mengira kalau seorang pemuda macam Han Siong Kie ternyata memiliki tenaga dalam sedahsyat itu.

Sutbay, aku minta sudilah kiranya menyingkir dan menberi jalan lewat bagiku kata Han Siong Kie dengan nada dingin. 1187 Kalau pinni tidak mengijinkan ? Kalau memang begitu terpaksa aku akan naik keatas gunung dengan jalan kekerasan Engkau berani berbuat begitu ? Kenapa tidak berani ? sambil mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya selangkah demi selangkah ia maju kedepan menghampiri nikoh tua itu. Sungguh marah orang tua itu menyaksikan kenekadan sang pemuda, sepasang ujung bajunya dikebutkan berulang kali kedepan gulungan angin puyuh dengan dahsyatnya segera menggulung kedepan dan menghajar tubuh lawannya dengan dahsyat. Untuk kedua kalinya jalan maju dari Han Siong Kie tersumbat oleh angin pukulan itu. Suthay, engkau bersikeras untuk melarang aku menaiki bukit Tay huang san ini? Bukan begitu saja, aku-pun akan menuntut kepadamu atas sikap kasar serta niatmu mencari gara-gara di bukit ini ! Sekarang Han Siong Kie tak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, sepasang telapak tangannya diayun kedepan melancarkan dua buah pukulan berantai yang maha dahsyat, dalam seraogannya kali ini dia telah sertakan tenaga sakti si mi sinkang sebesar enam bagian. Nikoh tua itu mendengus gusar, diapun mengayunkan telapak tangannya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. "Blaaam Blaaam" dua kali benturan keras seperti guntur membelah bumi disiang hari bolong menggelegar di angkasa. Nikoh tua itu bergetar keras dan akhirnya tak mampu mempertahankan diri ia terdesak mundur dari atas batu cadas tersebut. 1188 Menggunakan kesempatan dikala nikoh itu terpental turun dari batu Han Siong Kie segera melejit keudara dan melayang sepuluh kaki jauhnya dari tempat semula kemudian sekali menutul permukaan tanah pemuda itu melayang kembali sejauh sepuluh kaki. "Kawanan tikus kau akan pergi ke mana?" Mendadak seorang nikoh tua lain muncul dihadapan mukanya dan menghadang jalan pergi sianak muda itu, sementara nikoh tua yang berada dibelakang tadi kini entah telah pergi kemana ? Dengan tatapan tajam Han Siong Kie mengamati tampang nikoh tua yang menghalang jalan perginya ini, ia lihat alis matanya sudah memutih semua, sekalipun jauh lebih muda

daripada nikoh tua yang duduk di arca batu tadi, namun usianya sudah berada diantara enam puluh sampai tujuh puluh tahunan. "Sicu, hebat sekali ilmu silat yang kau miliki" tegur nikoh beralis putih itu dengan wajah sedingin es. "Terima kasih atas pujian dari suthay Aku tidak memiliki kepandaian apa-apa dan rasanya tak perlu kau kagumi" "Sicu, sadarkah engkau apa akibatnya jika engkau bersikeras untuk melakukan pengacauan diatas bukit Tay huang san ini ?" "Apa akibatnya?" tanya pemuda itu. "Mati. Mati dalam keadaan mengenaskan" Kontan saja Han Siong Kie mengerutkan dahinya. "Suthay, janganlah kau anggap ancaman itu akan membuat aku jeri ataupun ketakutan. Ketahuilah kedatanganku kemari adalah atas permintian dari seseorang, dan aku datang kemari melalui tata cara dan sopan santun pada umumnya, janganlah kalian mulai dahulu dengan permainan kekerasan" 1189 "Tidakkah sicu tahu bahwa bukit Tay Huang san adalah suatu daerah terlarang? Suatu wilayah yang tak boleh dilalui oleh setiap manusia asing kecuali penghuni kuil?" "Maaf suthay, sebelum apa yang kucita- citakan tercapai, aku tidak mengenal apa artinya takut atau mengundurkan diri ditengah jalan" "Kalau begitu, silahkan saja untuk coba menerjang masuk dengan kekerasan .. " tantang nikoh itu. "Kalau terpaksa musti menggunakan kekerasan, maaf kalau aku akan bertindak lancang -ooo0dw0oooJilid 32 SEHABIS mengucapkan kata-kata tersebut, seperti sukma gentayangan saja sianak muda itu menerjang maju kedepan. Meskipun pemuda itu bertindak cepat, nikoh tua itupun tidak berlambat, baru saja Han Siong Kie mencoba untuk menerobos lewat dari sisinya, tahu-tahu nikoh tua itu sudah menghadang dihadapan mukanya sembari melancarkan tiga buah serangan berantai. Ke tiga buah serangan tersebut bukan saja dilancarkan secara beruntun dengan kecepatan yang luar biasa, terasalah desingan angin puyuh yang menyertai serangan itu hebatnya luar biasa. Terkesiap Han Siong Kie menghadapi serangan sedahsyat itu, dia coba berkelit ke samping untuk menghindar, lalu dari samping dia lepaskan sebuah serangan balasan. Nikoh tua itu bergerak kesamping, bukan saja dengan gerakan yang enteng ia berhasil menghindari serangan 1190

tersebut, malahan menggunakan kesempatan tersebut ke lima jari tangan kirinya seperti jepitan baja mencengkeram urat penting dipergelangan tangan Han Siong Kie, sementara tangan kanannya dikebutkan kemuka menghajar hiatto-hiatto penting disekitar dada bagian luar. Cepat dalam serangan, aneh dalam jurus pukulan, kelihayan nikoh tua ini jarang di temui dalam dunia persilatan. Selihay-lihaynya nikoh tua itu, Han Siong Kie jauh lebih lihay, ia putar telapak tangan kanannya dengan cepat, dari gerakan dia rubah serangannya menjadi gerakan mencengkeram, arah yang diancam adalah pergelangan tangan lawan, sementara telapak tangan kirinya tidak ketinggalan, ia putar satu lingkaran didepan dada dan menutup semua hiatto pentingnya dari ancaman. Gagal dengan serangan kilatnya, nikoh tua itu mundur tiga langkah kebelakang, menyusul sebuah pukulan kilat kembali dilancarkan. Han Siong Kie tak mau unjukkan kelemahan nya, dia lepaskan pula sebuah pukulan untuk menyambut ancaman itu. "Blaang" benturan keras tak dapat dihindari lagi, masingmasing pihak terjengkang mundur satu langkah. Dalam hati Han Siong Kie merasa terperanjat, ia tak mengira kalau nikoh tua itu sanggup menerima pukulan saktinya yang disertai dengan tenaga sebesar enam bagian. Ia kaget nikoh tua itu lebih kaget sebab dalam serangannya barusan dia telah mengerahkan tenaga sebesar sepuluh bagian, tapi nyatanya bukan saja tak berhasil merobohkan lawan, dia sendiri yang terdesak mundur satu langkah. Untuk sesaat kedua belah pihak sama-sama tertegun, mereka sama-sama menyadari bahwa musuh yang sedang dihadapi adalah musuh tangguh yang belum pernah dijumpai sebelumnya. 1191 Paras muka nikoh tua itu berobah hebat, jubah pendetanya yang lebar menggelembung sendiri tanpa terhembus angin, sinar matanya berkilat dan perlahan-lahan telapak tangannya diangkat keatas. Meskipun Han Siong Kie terperanjat dan tidak mengerti ilmu aneh apakah yang sedang dikerahkan musuhnya namun sianak muda itu tak berani bertindak gegabah, dia pun menghimpun hawa sakti si mi sinkang nya sebesar delapan bagian, telapak tangannya dialingkan didepan dada, siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Sementara itu nikoh tua tadi telah mengangkat telapak tangannya sejajar dada, kemudian didorongkan kemuka perlahan-lahan, segulungan angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kedepan dan menyapu benda apa saja yang dilewatinya. Han Siong Kie memandang pukulan itu dengan serius,

sepasang telapak tangannya balas didorong kemuka dan menyambut ancaman tersebut dengan tenaga si mi sinkang sebesar delapan bagian. "Blaaang" ledakan keras menggelegar di angkasa, diantata suara nyaring terdengar dengus tertahan menggema diudara, dengan sempoyongan nikoh tua itu mundur lima langkah, paras mukanya pucat pias, napasnya ngos-ngosan seperti kerbau, peluh sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya. Han Siong Kie sendiripun merasakan hatinya bergoncang keras, dia terdorong mundur satu langkah lebar. Setelah berhenti sebentar nikoh tua itu menggigit bibir, tiba-tiba ia menerjang lagi kedepan, sepasang telapak tangannya dengan desingan tajam disapu kembali keluar. Sapuan tersebut tampaknya saja sangat lambat pada hakekatnya cepat melebihi kilat bahkan sudut sasarannya jauh dari keadaan biasa bukan saja disertai hawa pukulan yang 1192 aneh bahkan membuat orang tak mampu untuk menangkis datangnya ancaman itu Han Siong Kie seketika terdesak hebat, dia mundur terus berulang kali tanpa mampu membalas. Bagaikan gulungan ombak sungai yang berkepanjangan serangan itu datang secara bergelombang dan tiada putusnya, sianak muda itu mundur terus kebelakang dan akhirnya ia terjebak disuatu batuan cadas yang tinggi dan besar, waktu itu ingin mundurpun sudah tiada jalan lagi. Sadarlah pemuda itu bahwa keadaannya sudah ketitir hebat, bila ia tidak unjukkan kesaktiannya lagi tak nanti dia bisa menaiki bukit itu. Berpikir demikian dia lantas membentak: "Maaf, terpaksa aku akan bertindak kasar" Dengan jurus Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah loteng istana) ia lepaskan sebuah pukulan dengan tenaga sebesar sepuluh bagian. Walaupun jurus serangan ygng dipergunakan masih merupakan jurus-jurus lama, akan tetapi setelah dia berhasil mempelajari ilmu sakti si mi sinkang, kekuatan daya serangannya ternyata jauh berbeda. Jerit kesakitan menggema di angkasa, dengan sempoyongan nikoh tua itu mundur sejauh satu kaki lebih, darah segar mengucur keluar membasahi ujung bibirnya. Han Siong Kie tertegun, dia tak menyangka kelihayannya sudah mencapai tingkatan setinggi itu, semua dalam keadaaa begini tak sempat lagi baginya untuk berpikir lebih jauh, serentak tubuhnya berkelebat dan menerjang ke atas puncak bukit. Selang sesaat kemudian ia sudah mencapai seratus kaki sebelum puncak bukit, beberapa batang pohon Siong muncul didepas mata, dan d ibalik pepohonan itu tampaklah sebuah

bangunan kuil yang terbuat dari batu cadas gunung. Han 1193 Siong Kie merasa semangatnya berkobar, ia percepat gerakan larinya. Mendadak sesosok bayangan abu-abu muncul dari balik pepohonan dan langsung menerkam kedepan, sebelum tiba angin pukulan yang tajam sudah keburu menyapu lebih duluanSungguh terkejut sianak muda itu, ia tahu tenaga dalam yang dimiliki pendatang ini jauh lebih hebat daripada dua orang nikoh yang telah dijumpai, cepat tubuhnya menukik dan membentuk sebuah gerakan setengah busur diudara kemudian melayang turun ke muka bumi. Bayangan abu-abu itnpun melayang turun ternyata dia adalah seorang nikoh berlengan tunggal. Sebelum Han Siong Kie sempat buka suara, nikoh berlengan satu itu sudah menegur lebih dahulu: "Sicu, engkau anggap kepandaian silatmu sudah hebat maka secara beruntun kau lukai dua orang seperguruanku dan kemudian datang mengacau bukit Tay huang san ini" "Aku tidak bermaksud main kasar, aku memohon dengan sopan dan menuruti tata cara yang selayaknya akan tetapi merekalah yang memaksa aku untuk menggunakan kekerasan maka janganlah kau salahkan jika terpaksa kulukai pula kedua orang rekan seperguruanmu itu!" Hmm! Selama enam puluh tahun belum pernah ada orang asing yang berani menginjakkan kakinya di bukit Tay huang san ini "Aku datang kemari karena mendapat titipan dari seseorang aku datang untuk mencari orang, lain daripada itu aku tiada maksud apa-apa apalagi berbuat keonaran! "Aku tak ambil peduli apa maksud kedatanganmu pokoknya kehadiranmu disini sudah merupakan suatu pelanggaran pantangan atas peraturan dari kuil kami ini" 1194 Heeehh heeehhhe heehh tolong tanya apa yang hendak suthay lakukan terbadap diriku ? ejek Han Siong Kie sambil tertawa dingin. Kau akan kutangkap kemudian dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku disini" jawab nikoh berlengan satu dengan wajah hijau membesi. "Menangkap aku? Suthay angap aku bisa ditangkap dengan gampang seperti apa yang kau bayangkan? Hmmm ! Jadi sicu tidak percaya? Kalao begitu mari kita buktikan bersama ! Begitu kata terakhir diutaraksn keluar kelima jari tanganaya seperti cakar garuda melancarkan cengkeraman lagi. Si anak muda itu terkesiap cepat nian ancaman tersebut,

buru buru dia bsrkelit kesamping untuk menghindar, hanya sedikit terlambat niscaya dia bakal kena ditangkap. Gagal dengan cengkeraman mautnya nikoh berlengan satu itu tidak merubah gerak serangannya, dari cengkeraman ia mengubab menjadi serangan telapak tangan dan langsung dihantam kedada pemuda itu dengao cepat. Han Siong Kie ingin menghindar cuma tak sempat lagi terpaksa dia kerahkan hawa sakti Si mi sin kangnya untuk menerima pukulan itu dengan kekerasan. Blaaang ! Han Siong Kie merasa dadanya jadi sesak dan susah bernapas, dengan sempoyongan ia mundur tiga langkah ke belakang hampir saja darah segar muntah keluar, pandangan matanya berkunang dan kepalanya jadi pening. Nikoh berlengan satu pun tidak memperoleh keuntungan apa apa telapak tangannya yang tergetar oleh tenaga sinkang musuh terasa sangat sakit bagaikan mau patah, dengan gontai ia mundur sejauh delapan depa, rasa kaget dan tercengang menghiasi seluruh wajahnya. 1195 Kecuali gurunya, selama hidup belum pernah dijumpai musuh setangguh ini, apalagi usianya belum dua puluh tahunan, hal ini semakin mencengangkan hatinya. Dipihak lain Han Siong Kie dibikin naik pitam oleh kejadian yang baru dialaminya, hawa sakti Si mi sinkang lantas disalurkan mengelilingi seluruh badan, dari kejauhan dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat. Nikoh berlengan tunggal itu terkesiap. cepat-cepat tangannya berputar membentuk satu lingkaran kilat, gerakan itu sama sekali tidak menimbulkan suara sedikitpunHan Siong Kie terperanjat ia merasa bahwa tenaga pukulan yang dilancarkan dengan kekuatan sebesar delapan bagian itu mendadak punah sama sekali hingga lenyap tak berbekas. Ia menggigit bibir, sepasang telapak tangannya sekali lagi meluncurkan serangan dengaan mengerahkan tenaga sebesar sepuluh bagian, kali ini terlihatlah pancaran cahaya aneh dari raut wajahnya. Nikoh berlengan tunggal ini lebih tercekat lagi hatinya, kalau orang lain tidak tahu maka hati kecilnya jauh lebih paham dari siapapun juga untuk memunahkan daya pengaruh serangan musu barusan dia harus mengerahkan ilmu sakti Pay yap sin khinya hingga mencapai dua belas bagian dengan susah payah ancaman musuh baru bisa dipunahkan, tapi sekarang musuh telah menambahkan serangannya hingga mencapai sepuluh bagian, dia yakin bahwa kepandaian nya tak mampu untuk membendung kedahsyatan lawan. Tampaknya nikoh berlengan tunggal itu bakal mati konyol. Disaat yang kritis tiba-tiba terdengar seseorang berseru nyaring dari tempat kejauhan. "Biau hian cepat mundur, pukulan itu adalah ilmu si mi

sinkang, engkau tak mampu untuk menghadapinya" 1196 Ucapan tersebut cukup mencengangkan hati Han Siong Kie, ia tahu kalau tebakannya tidak keliru maka orang yang baruran berbicara tak lain adalah Tay huang sinni pemilik kuil Bu cuan ini, ia merasa bahwa kata-kata tersebut berasal dari balik kuil, kalau toh demikian adanya dari mana nikoh sakti itu bisa mengetahui akan asal usul ilmu silatnya?" Mungkinkah ia sudah berhasil melatih ilmu Thian sao tong, suatu kepandaian melihat jauh. Paras muka nikoh tua yang bernama Biau hian itu berubah hebat, dia melirik sekejap kearah Han Siong Kie. kemudian putar badan dan lenyap dibalik batu-batu cadas. Karena musuhnya telah mengundurkan diri, maka sianak muda itupun membatalkan erangannya, dengan ilmu menyampaikan suara serunya kearah puncak bukit sebelah depan sana. "Locianpwe, boanpwe ada urusan hendak bertemu dengan cianpwe, harap engkau bersedia memaafkan kelancanganku ini" "Sebutkan asal usul perguraanmu " kata-kata tersebut muncul kembali dari atas puncak bukit. "Boancwe bernama Han Siong Kie, ketua dari perguruan Thian lam bun " "Engkau adalah ketua dari istana Huan mo kiong diwilayah Thian-Iam ? Ada urusan apa datang kemari ?" "Boanpwe mendapat pesan dari seseorang dan sengaja datang kemari untuk mencari orang" "Siapa yang kau cari ?" Seorang nona yang bernama Go siau bi" "Siapa yang suruh engkau datang kemari ?" "Put to sianseng, kakek dari nona Go " 1197 "ooooh, jadi engkaulah yang bernama Manusia muka dingin Han Siong Kie " sekali lagi anak muda itu terperanjat, sahutnya cepat: "Benar, boanpwelah yang bernama Han Siong Kie." "Memandang diatas wajah Put lo sianseng aku tidak akan mempersoalkan lagi kesalahanmu mencari gara-gara ke atas bukit kami ini. Nah Cepatlah turun dari bukit ini." Perasaan hati yang semula sudah menjadi tenang, kini bergolak kembali, ucapan tersebut dirasakan Han Siong Kie sebagai suatu ejekan, rasa ingin menang lantas muncul kembali. "Cianpwe, aku toh sudah mengutarakan maksud kedatanganku ? Masa sebelum tujuanku kesampaian kau telah mengusir aku turun gunung?" serunya dengan hati tak puas. "Aku perintahkan kepadamu untuk segera turun dari bukit

ini " tiba-tiba suara dari Tay huang sinni berubah jadi amat dingin dan ketus, bahkan ucapan tersebut diutarakan sepatah demi sepatah kata. Sesabar-sabarnya Han Siong Kie setelah diperlakukan sekasar itu diapun tak dapat menahan diri lagi tampiknya: "Aku datang kemari bukan untuk mendengarkan perintahmu, kalau aku tak mau turun gunung kau mau apa?" "Hmm Membandel" maki Tay huang sinni ketus, "Kalau begitu apa yang hendak kau lakukan ?" "Setelah persoalan yang dititipkan pada ku telah kuselesaikan, tanpa disuruh aku bisa turun gunung sendiri" "Persoalan apa yang hendak kau kerjakan ditempat ini?" "Aku ingin bertemu dengan nona Go siau bi dan bercakapcakap sendiri dengan dirinya" 1198 "Sicu, ketahuilah bahwa pinni adalah seorang pendeta beragama, aku tak ingin bersilat lidah dengan dirimu, lebih baik cepat-cepatlah tinggalkan tempat ini" "Maaf, aku tak dapat menuruti kehendakmu itu" "Hmm sicu, jangan kau anggap ilmu sakti si mi sinkang yang kau miliki itu adalah suatu kelandaian sakti yang tiada tandingannya lagi dikolong langit" Agaknya Tay huang sinni mulai naik darah oleh sikap lawannya yang keras kepala. "Akupun sama sekali tidak berpendapat demikian, tapi bila ada orang ingin main-main denganku, akan kubuktikan bahwa kepandaian tersebut masih lebih dari cukup bagiku untuk mempertahankan diri" Suasana hening untuk sesaat, diantara hembusan angin bukit yang sepoi-sepoi akhirnya terdengar Tay huang sini berkata lagi, hanya kali ini suaranya jauh lebih lembut: "Sicu, aku rasa engkau tak usah bertemu lagi dengan nona Go" "Kenapa?" Tanya si anak muda itu cepat. "Sebab dia tak ingin berjumpa lagi denganmu " Jawaban ini membuat Han Siong Kie membungkam, sebab inilah kejadian yang sangat tidak diharapkan olehnya, suatu kejadian yang membuat ia jadi jengah dan merasa serba salah, tapi haruskah ia mengundurkan diri dengan begitu saja ? "Aku telah berjanji kepada Put lo sianseng, bahwa persoalan ini akan kuselesaikan dengan segala kemampuan yang kumiliki" pikir pemuda itu dalam hati "dan lagi akupun merasa banyak berhutang budi kepada Go siau Bi, apakah aku harus mengundurkan diri karena persoalan ini ? Toh Go siau bi bisa menjadi nekad adalah gara-gara karena aku ? Tatkala ingatan tersebut terlintas dalam benaknya, pemuda itu lantas berseru: 1199 "Dia mau berjumpa denganku atau tidak adalah urusan

pribadinya sendiri, pokoknya bagaimanapun juga aku harus bertemu dengannya " "Hmm Engkau hendak berbuat sewenang-wenang ditempat ini ?" "Tidak. aku tidak berbuat sewenang-wenang, aku hanya bertindak menuruti perasaan hatiku sendiri" "Ketahuilah wahai Han sicu, pinni bisa simpatik terhadap pengalaman serta tragedi yang menimpa kehidupan nona Go, telah kukabulkan permintaannya itu dan sekarang akan kucukur rambutnya menjadi nikoh, mulai detik ini ia sudah menjadi murid Buddha dan dia tak akan menjumpai dirimu untuk selamanya." "Tidak Tidak boleh" teriak Han Siong Kie dengan setengah menggembor, paras mukanya berubah hebat. "Tidak boleh ? Dengan berdasarkan apa engkau melarang kebebasan orang untuk memilih dan melakukan apa yang disukainya Haaah haaah haaah sicu, kau harus tahu kendatipun pinni telah menjadi murid Buddha, akan tetapi aku tidak terikat oleh suatu pantangan, yakni pantangan membunuh" Habislah kesabaran Han Siong Kie, dia mendengus penuh kemarahan, sekali menjejak permukan tanah, seperti anak panah yang terlepas dari busurnya pemuda itu melayang keatas puncak bukit. Sewaktu tiba didepan pintu kuil ia lihat pintu gerbang tertutup rapat, seorang dara baju putih tampak berlutut didepan pintu kuil itu tanpa bergerak. siapa lagi dara itu kalau bukan Go siau bi Han Siong Kie merasa jantungnya berdebar keras, lamalama sekali ia menatap dara itu kemudian bisiknya: "Nona Go " 1200 Go siau bi tidak menjawab, ia masih tetap berlutut tak bergerak. "Nona Go " sekali lagi anak itu muda itu memanggil dengan lemah. -000dw000BAB 66 PENGALAMAN yang dialami Go siau bi memang mengenaskan, berulang kali ia menyatakan cinta kepada pemuda pujaannya, namun setiap kali tidak mendapat tanggapan yang serius. Sejak mengalami kejadian didalam perkampungan oh han san ceng bertekadlah gadis ini untuk cukur rambut menjadi pendeta dan menjalankan sisa hidupnya dengan mengabdikan diri kepada sang Buddha. Kendatipun tekadnya sudah bulat, tak dapat dipungkiri bahwa rasa cintanya terhadap Han Siong Kie telah padam terlebih lagi ia tak menyangka kalau si anak muda itu bakal

datang ke bukit Tay huang san mencari dirinya. Untuk sesaat pikirannya jadi kacau balau tak karuan, rasa cinta yang masih membakar dalam dadanya serasa makin bergolak dengan hebatnya. Pannggilan dari Han Siong Kie, dirasakan olehnya bagaikan beberapa buah martil yang menghantam diatas dasar perasaan hatinya yang mulai menjadi dingin dan kaku. Tapi akhirnya perlahan-lahan ia bangkit berdiri juga. Berhadap-hadapan muka dengan sinar mata yang saling bertemu seketika membuat sekujur badan Han Siong Kie bergetar keras tanpa sadar dia mundur satu langkah ke belakang. 1201 Raut wajab yang tertera di hadapan matanya sekarang bukanlah wajah yang segar dan ayu lagi, wajah gadis itu sudah kusut dan layu, ibaratnya daun yang sudah kering dan bunga yang hampir rontok, walau pun baru berpisah selama beberapa bulan tapi gadis itu sudah berubah, banyak sekali perubahannya. Dari wajahnya yang kusut dan layu itu tidak nampak kesegarannya lagi, tidak tercermin kembali bahwa dara ita masih ramaja dan muda, biji matanya yang dulu bening sekarang diliputi kehampaan dan kepedihan dengan tatapan agak kaku ia mengawasi kekasih hatinya yang membuat ia jadi putus asa dan tak bergairah lagi untuk bidup. Dengan sedih Han Siong Kie berkata; Nona Go ada beberapa persoalan ingin sekali kubicarakan dengan dirimu Sekilas cahaya terang sempat menghiasi wajah Go Siau bi yang layu meski sedetik kemudian telah lenyap lagi tanpa bekas. "Mungkinkab ia telah berubah pikiran dan sekarang mulai mencintai diriku?" demikian pikirnya di hati. Tapi sejenak kemudian dengan sedih ia membantah kembali jalan pikirannya itu ia bertanya dengan suara yang pedih: "Han siangkong mau apa engkau datang kemari? "Aku aku ingin bercakap-cakap dengan nona!" sahut pemuda itu tergagap Hanya ingin berbicara saja? Apa yang bendak kau bicarakan dengan diriku? "Aku minta nona bersedia untuk membatalkan niatmu untuk cukur rambut menjadi pendeta!" "Kenapa? 1202 Tertegun Han Siong Kie menghadapi pertanyaan tersebut untuk sesaat ia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang mesti dijawab tapi untunglah satu ingatan cepat melintas dalam

benaknya dengan serius pemuda itu menjawab: Kakek nona Put lo sianseng muncul kembali dari pengasingannya karena ayahmu mati terbunuh maka sengaja beliau melatih nona agar nona bisa membangun kembali perkumpulan Pat-gi pang yang tercerai berai itu" Hebat sekali perubahan wajah Go Siau bi setelah mengetahui bahwa maksud kedatangan pemuda itu bukan lantaran dia, katanya: Ooh jadi kau datang kemari hanya untuk menyampaikan pesan dari kakekku? Han Siong Kie semakin kikuk ia tertawa jengah dan menyahut: Nona Go bila engkau bersikeras untuk masuk jadi pendeta bukan saja kakekmu akan merasa kecewa dan bersedih hati bahkan sukma ayahmu di alam baka pun tak akan menyetujui tindakan dari nona Sekali lagi Go Siau bi menukas ucapan lawannya yang belum selesai ia berkata. "Han sioog Kie engkau datang kemari hanya untuk mengucapkan beberapa patah kata itu? "Tentang soal ini." "Katakan saja yaa atau bukan? Selain daripada itu aku pun ingin menyampaikan rasa sesalku terhadap nona Masih ada perkataan lain yang hendak kau ucapkan? Han Siong Kie jadi gelagapan, ia tak tahu apa yang mesti dibicarakan pada saat ini. 1203 Go Siau bi makin ketus sikapnya, nada perkataaanya lebih dingin daripada es ia berkata: Han siong Kie sekarang juga kau bolah pergi tinggalkan tempat ini! Tapi nona, kau " Ketahuilah Han siangkong, tiap manusia mempunyai tujuan dan cita-citanya sendiri, tak usah kau paksa diriku untuk menuruti kehendak hatimu itu ! Serba salah jadinya keadaan Han Siong Kie waktu itu dia tak tahu bagaimana musti mengatasi keadaan yang serba riku ini. "Kraaak ! pintu kuil yang semula tertutup rapat, perlahanlahan terpentang lebar, dari bilik pintu muncullah seorang nikoh tua yang berwajah merah. setajam sembilu sorot matanya nikoh itu agung tampaknya dan sangat berwibawa. Sementara Go Siau bi sendiri telah putar badan serta berlutut kembali ke atas tanah. Menyaksikan kemunculan nikoh tua itu Han Siong Kie segera maju dia memberi hormat tegurnya : "Apakah locianpwe adalah pemilik kuil ini ?" "Ehmm " tiada jawaban kecuali dengusan dingin, dengusan

tersebut amat ketus dan tak sedap didengar. sekuat tenaga Han Siong Kie berusaha untuk mengendalikan perasaan sendiri, ia bertanya: "Sudahkah locianpwe menyanggupi permintaannya untuk mencukur rambutnya menjadi pendeta?" "Ehmm sudah kenapa ??" "Aku rasa dengan kedudukan cianpwe yang agung dan dihormati orang, tentunya engkau tak akan mengingkari janji sendiri bukan ?" 1204 "Apa maksudmu dengan perkataan itu?" tegur Tay huang sini dengan wajah berubah. "Bukankah locianpwe telah menyanggupi permintaan put lo sianseng untuk menolak permintaan nona Go menjadi pendeta ?" Ketika ucapan tersebut diutarakan keluar tanpa bisa dicegah lagi Go siau bi berpaling serta melotot sekejap kearah sianak muda itu. "Ehmm, memang ada kejadian seperti itu" kata Tay huang sinni tetap ketus, "tapi aku tidak menyanggupi untuk tidak mencukurkan rambut cucunya, aku hanya setuju untuk memberi kesempatan kepadanya untuk mempertimbangkan kembali persoalan ini" "Tapi bukankah perbuatanmu sekarang...." "Pinni simpatik terhadap tragedi yang menimpa dirinya dan sekarang aku sudah berubah pikiran" tukas nikoh itu cepat. "Apakah sudah locianpwe bayangkan akibat-akibatnya bila aku melakukan hal ini atas dirinya?" "Bagi kami orang-orang beragama tak pernah terpikirkan apakah ada akibat atau tidak tindakan yang kami ambil, semua persoalan kami pertimbangkan dengan keadaan berjodoh atau tidak" "Hmm orang beragama mengutamakan belas kasihan, tindakan dari locianpwe ini ...." "Tutup mulutmu" bentak Tay huang sinni marah "ia sudah tiga hari tiga malam berlutut didepan pintu kuilku, apakah pinni tak boleh berbuat belas kasihan dengan memenuhi keinginannya " Waktu itu tiba tiba Go siau bi berpaling dan berkata: Han Siong Kie sekarang juga engkau boleh turun dari gunung ini tak usah kau campuri lagi urusanku ini! 1205 Sadarlah Han Siong Kie bahwa perjalanaannya kali ini hanya sia sia belaka dia menghela napas panjang putar badan dan siap berlalu dari tempat itu. "Tungggu sebentar" mendadak seseorang berseru suara itu sangat dikenal sekali olehnya. Han Siong Kie putar badan seraya berpaling tapi apa yang

muncul didepan matanya membuat pemuda itu dengan wajah tercengang mundur tiga langkah ke belakang. Dibelakang Tay huan sinni telah bertambah dengan seseorang dan orang itu adalah seorang perempuan berkerudung yang sangat dikenal olehnya sebab dia tak lain adalah Orang yang kehilangan sukma, perempuan misterius itu. Mimpi pun Han Siong Kie tak mengira kalau Orang yang kehilangan sukma bisa muncul dalam kuil Bu cu-an ini, ini suatu kesengajaan? Ataukah suatu kebetulan belaka? "Biau hian, Bawa li sicu itu masuk kedalam terdengar Tay huang sinni berkata kepada nikoh buntung yang berdiri disamping gelanggang. Nikoh buntung itu mengiakan dia membangunksn Go Siau bi dan berjalan masuk ke dalam kuil. Sementara itu Han Siong Kie hanya berdiri termangumangu sambil menatap wajah Orang yang kehilangan sukma tanpa berkedip. Han Sioog Kie ! terdengar Tay huang sinni menegur dengan suara yang berat dan ketus, Sebagai seorang Ciangbunjin dari suatu perguruan, tahukah engkau bahwa perbuatanmu memasuki wilayah terlarang dari perguruan ini adalah suatu perbuatan yang melanggar tata susila? Han Siong Kie semakin termangu, ucapan lawan terasa menusuk perasaan hatinya terutama kata-kata yang 1206 menyangkut soal kedudukannya sebagai ketua dari suatu perguruan membuat pemuda itu tak bisa banyak berkutik. Akhirnya setelah termenung sebentar ujarnya dengan ketus: Apa yang hendak locianpwe lakukan atas diriku ini ? Berbicara tentang tingkat kedudukan pinni tidak pantas untuk turun tangan atas dirimu tapi tindak tandukmu kelewat pongah dan jumawa, perbuatanmu telah menodai keangkeran serta kewibawaan nama besar Tay huabg san kami dimata umum maka untuk menyelesaikan masalah ini terpaksa kita harus tentukan menang kalah dengan pertarungan adu tenaga dalam Memang inilah yang diharapkan Han Siong Kie, sebab semenjak ia menerima pesan dari Put lo sianseng sudah terlintas satu ingatan untuk mengadu kepandaian dengan tokoh silat itu "Maksud Locianpwe engkau hendak mengajak aku untuk bertaruh dalam pertarungan ini?" katanya kemudian dengan serius. "Benar .. " "Dan pertarungan ini adalah pertarungan atas mati dan hidup ?" "Haah, tidak sampai seserius itu asal sudah ditentukan

siapa menang siapa kalah, hal ini sudah lebih dari cukup " "Bagaimana setelah menang kalah dapat ditetapkan ?" "Jika engkau yang menang maka pinni tak akan mempersoalkan kehadiranmu lagi di bukit ini, bahkan akupun tak akan memaksa Go siau bi untuk mencukur rambut menjadi pendeta" "Seandainya aku yang kalah ? Apa yang harus kulakukan ?" 1207 "Kalau engkau kalah maka kau harus menyanggupi sebuah syarat yang akan pinni ajukan " "Apa syaratmu itu ?" "Syarat itu rasanya terlampau awal bila kuutarakan pada saat ini, pokoknya tak akan merugikan dirimu " "Andaikata menang kalah tak dapat ditentukan? Apa yang harus kulakukan?" "Akan kubiarkan engkau turun dari bukit ini dengan selamat " Perasaan hati Han Siong Kie bergolak keras, setelah mendengar ucapan tersebut, dia merasa beruntung karena bisa mendapat kesempatan untuk bertarung melawan seorang tokoh silat yang lihay. Tapi diapun kuatir bila kalah maka syarat apakah yang bakal diajukan kepadanya ? Mampukah ia melaksanakan syarat tersebut ? "Locianpwe, pertarungan yang bagaimana kah akan kita langsungkan? " ia bertanya kemudian. Tay huang sinni termenung dan berpikir sebentar, lalu sahutnya: "Pinni telah bersumpah tak akan keluar dari pintu kuil ini barang selangkahpun, sekarang kita berdiri dengan selisih jarak lima kaki, baiknya kalau kita masing-masing berdiri tak bergerak ditempat semula dan masing-masing melancarkan tiga buah serangan baik ilmu macam apa pun yang dimiliki boleh digunakan siapa bisa memaksa lawan untuk bergeser dari tempat kedudukannya maka dialah yang menang! Han Siong Kie msngangguk berulang kali setelah mendengar usul tersebut melancarkan serangan dari jarak lima kaki memang bukan suatu pekerjaan yang mudah bila orang itu bukan seorang tokoh silat bcrilmu tinggi maka jangan harap bisa menggeserkan musuhnya dari tempat kedudukan. 1208 Dengan perkataan lain dalam pertarungan ini bukan saja orang tak bisa bermain licik atau main sabun bahkan harus benar-benar mengandalkan ilmu sejati. Sekali pun bisa menggeserkan orang itu dari kedudukannya akan tetapi tak sampai melukai lawannya. Tiba tiba ia teringat kembali ilmu Tong kim ci yang maha sakii itu semenjak ia berhasil melatih ilmu Si mi sinkang belum

pernah kepandaian tersebut dicoba kembali kedahsyatannya apa salahnya bila menggunakan kesempatan ini dia mencoba kembali keampuhan ilmu tersebut? Sementara pemuda itu masih termenung Tay huang sinni telah berkata lagi. "Li sicu aku minta engkau menjadi saksi dalam pertarungan ini tentunya engkau bersedia bukan? Seraya berkata nikoh itu memandang sekejap kearah Orang yang kehilangan sukma. Cepat perempuan miaterius itu memberi hormat ia menyahut. "Boanpwe akan mengikuti perkataan suthay! dia pun melompat keluar dari kuil itu dan berdiri di samping gelanggang. Dalam waktu singkat suasana gelanggang diliputi ketegangan dan keseriusan semua orang menahan napas dan menantikan berlangsungnya pertarungan itu dengan hati berdebar. Seorang pemuka silat yang sudah tersohor namanya semenjak enam puluh tahun berselang akan bertarung melawan seorang pemuda belasan tahun yang memiliki ilmu tinggi, pertarungan semacam ini boleh dibilang merupakan suatu peristiwa yang langka dan jarang ditemui dikolong langit tak heran kalau peristiwa tersebut menggetarkan hati setiap orang yang hadir disitu. 1209 "Han sauhiap. silahkan engkau melancarkan serangan lebih dahulu " Suatu ketika Tay huang sinni berkata dengan wajah serius. "Tidak. lebih baik locianpwe yang turun tangan lebih dahulu" kata Han Siong Kie dengan hati bergetar. "Pini adalah seorang angkatan tua, tidak pantas untuk turun tangan lebih dahulu, lebih baik sauhiap duluan" "Kalau memang begitu, maaf kalau terpaksa boanpwe bertindak lancang . . nah, sambutlah seranganku ini" Dengan menghimpun hawa sakti Si mi sinkangnya mencapai sepuluh bagian, perlahan-lahan telapak tangannya diangkat kemuka dan lantas didorong ke depan. Segulung angin pukulan yang tipis halus dan sama sekali tidak menimbulkan suara, berhembus ketubuh lawanMeskipun enteng sekali pukulan itu tampaknya pada hakekatnya mengandung tenaga dahsyat yang cukup merontokkan nyali orang. Disaat Han Siong Kie melancarkan serangan Tay huang sinni sendiripun memutar tiga kali sepasang telapak tangannya didepan dada. suatu getaran keras menyusu terjadinya ledakan yang memekikkan telinga Tay huang sini hanya tergetar sedikit tubuhnya, sementara kuda-kudanya masih kelihatan kokoh

sekali. Pukulan si mi sinkang sebesar sepuluh bagian ternyata berhasil dipunahkan oleh nikoh tua itu dengan enteng, sedikit banyak tercekat juga hati Han Siong Kie, diam-diam ia menjulurkan lidahnya. Paras muka Tay huang sinni sendiri berubah jadi amat serius, tampaknya nikoh itu tidak berkeyakinan dapat menangkan pertarungan ini. 1210 orang yang kehilangan sukma sendiripun tampak sangat tegang, sampai-sampai badannya ikut gemetar keras. Gagal dengan serangan yang pertama, Han Siong Kie menghimpus kembali tenaganya mencapai dua belas bagian, sambil melepaskan pukulan serunya lantang: "sambutlah seranganku yang kedua ini" Ketika sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan, secara lapat-lapat tampaklah asap putih yang tipis menyertai deruan pukulan itu. Tay huang sinni menggerakkan sepasang ujung bajunya untuk menangkis, ia membentuk gerakan aneh didepan dadanya, selapis hawa hijau yang menggulung tebal seketika melapisi seluruh badannya, jelas nikoh ini sudah mengerahkan ilmu Pay yap sin khinya hingga mencapai pada puncak kehebatannya. Cahaya putih dan cahaya hijau segera bertemu satu sama lainnya, dan tak bisa di cegah terjadilah ledakan yang memekikkan telinga. Sekujur badan Tay huang sini gemetar keras, tubuhnya goncang bagaikan ranting pohon terhembus angin puyuh, nyaris kedudukannya jebol dan tubuhnya terdorong maju ke depan. Untunglah ia menggigit bibir sambil berkerut dahi, sekuat tenaga padri itu berusaha mempertahankan diri, peluh sudah mulai membasahi seluruh badannya. Dua jurus serangan sudah lewat tanpa menghasilkan apaapa, sekarang tinggallah jurus yang terakhir. pemuda itu tahu bila serangan yang ketigapun mengalami kegagalan, sudah pasti dialah yang bakal menderita kekalahan. Bila dipikir kembali akan kedudukan Tay huang sinni yang begitu tinggi dan terhormat, kalah ditangan padri perempuan ini belum terhitung suatu kejadian yang memalukan, tapi Han 1211 Siong Kie mempunyai pandangan yang lain, dia harus dapat menangkan nikoh tua ini karena bagaimanapun juga dia adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar. Dan menang kalah akan ditentukan dalam jurus serangan yang terakhir ini. Han Siong Kie mementangkan kesepuluh jari tangannya

lebar-lebar, segenap hawa sakti yang dimilikinya disalurkan kedalam jari tangan itu, ia telah mempersiapkan diri untuk melangsungkan pertarungan yang terakhir ini dengan menggunakan ilmu jari Tong kim ci. Setajam sembilu pancaran sinar mata Tay huang sinni, dia menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip. sepasang telapak tangannya disilangkan didepan dada. Akhirnya pemuda itu membentak keras, sepasang tangannya bergetar, sepuluh gulung desingan angin jari dengan membawa suara yang memekikkan telinga langsung meluncur kedepanBersamaan dengan dilepaskannya serangan jari tangan itu, ingatan lain melintas kembali dalam benak pemuda itu tibatiba sepasang telapak tangannya digeser kekiri dan kekanan. Dia tahu ilmu jari Tong Kim ci yang disertai hawa sakti Si mi sinkang ini mempunyai kedahsyatan yang menggidikkan hati ia tak ingin membunuh dengan serangan maut itu sebab bukan itu tujuannya ia jadi tak tega dan disaat yang terakhir, serangan maut tersebut digeserkan sedikit kesamping. "Criit! Criit! berkali-kali terjadi desiran keras masingmasing pintu gerbang yang terbuat dari kayu tebal tahu tahu sudah bertambah dengan sepuluh buah lubang besar yang tajam. Hampir saja Orang yang kehilangan sukma menjerit keras karena terperanjat 1212 Tay huang sinni pun berdiri dengan wajah pucat pias peluh dingin membasahi tubuhnya diam-diam ia bersyukur karena jiwanya lolos dari ancaman bahaya maut. Begitulah karena hatinya terketuk untuk tidak melakukan pembunuban Han Siong Kie telah melepaskan sebuah kesempatan yang sangat baik untuk merebut kemenangan sambil menarik kembali telapak tanganoya dia berkata. Locianpwe sekarang tibalah giliranmu untuk melancarkan serangan "Berhati-hatilah sicu, aku akan segera melancarkan sebuah pukulan! kata Tay huang sinni kemudian dengan wajah serius. Sepasang telapak tangannya didorong ke tengah kedepan, segulung angin puyuh yang berkekuatan besar lantas menggulung ke muka. Han Siong Kie memutar sepasang telapak tangannya dengan taktik "membuang" dari ilmu Mo mo ciang hoat dia salurkan hawa Si mi sin kangnya untuk memunahkan ancaman tersebut sekali pun pukulan musuh berhasil disingkirkan namun badannya ikut bergoncang pula dengan kerasnya. Pemuda itu mencoba untuk menjaga diri tapi saat itulah Tay huang sinni telah mengulangi kembali serangannya dengan gerakan yang tidak jauh berbeda dari gerakan

pertama, kembali gulungan angin pukulan keras melanda kedepan. Han Siong Kie merasa tenaga pukulan lawan yang datang melanda kali ini sangat berat cepat-cepat dia putar tangannya untuk menangkis. Siapa tahu kali ini Tay huang sinni berlaku cerdik, begitu musuh hendak menangkis tiba-tiba tenaga pukulannya ditarik kembali kebelakang. 1213 Dengan adanya kejadian ini, maka baru saja Han Siong Kie melepaskan pukulan untuk menangkis, tahu-tahu tenaga yang dipancarkan keluar itu telah dihisap oleh lawannya. Mimpipun si anak muda itu tak menyangka kalau rahib tua itu bakal menggunakan taktik " menggetar" dan menghisap hampir bersamaan waktunya, hilanglah keseimbangan. "Aduh celaka "jeritnya dihati tak dapat dicegah lagi tubuhnya sempoyongan dan serta merta kakinya melangkah maju. orang yang kehilangan sukma pun berkata sambil mengangguk: "Nak engkau kalah. " Han Siong Kie tertegun, ia cuma bisa berdiri menjublak sambil membungkam dalam seribu bahasa. Karena kasihan pada musuhnya, ia telah menyingkirkan daya sasaran serangan Tong kim ci nya kesamping sehingga membuang kesempatan untuk mendapat kemenangan dengan begitu saja. Sekarang kenyataan telah berbicara lain, dia telah dikalahkan dalam pertarungan tersebut, untuk menyesalpun rasanya tak ada gunanya lagi. "Sau sicu, apakah engkau merasa bahwa pertarungan ini berlangsung tidak adil?" tiba-tiba Tay huang sinni bertanya. Han Siong Kie tertawa jengah dan menggeleng. "Tidak. boanpwe sama sekali tidak mempunyai pikiran semacam itu " "Jadi engkau sudah mengaku kalah ?" "Tentu saja, boanpwe tak akan memungkiri kekalahan yang telah kuderita ini, aku tak mau bertolak dari kenyataan yang berada di depan mata, katakan saja apa syarat yang harus kuturuti itu ?" 1214 "Seandainya pinni telah mengajukan syarat tersebut, dan ternyata sau sicu tidak bersedia untuk melakukannya, apa yang musti... " "Boanpwe tidak akan menolak semua syaratmu, sebagai seorang manusia persilatan aku akan memegang teguh setiap janji yang telah kuucapkan" jawab pemuda itu dengan tegas. Orang yang kehilangan sukma tiba-tiba menimbrung pula: "Atas petunjuk dari locianpwe boanpwe telah ditunjuk sebagai saksi maka setelah pertarungan berakhir dan menang

kalahpun telah ditentukan, boanpwe harap locianpwe segera mengajukan syarat yang hendak cianpwe ajukan sehingga pertaruhan inipun bisa kita akhiri sampai disini saja . ." Sepasang mata Tay huang sinni memancarkan sinar tajam, ia memandang sekejap ke arah Han Siong Kie lalu katanya: "Gampang dan sederhana sekali syaratku ini, aku cuma minta engkau segera menikah dengan Go siau bi dan menjadi suami istri yang berbahagia " Hebat sekali perubahan wajah Han Siong Kie, tanpa sadar secara beruntun ia mundur lima langkah kebelakang. Mimpipun ia tak menyangka kalau syarat yang diajukan Tay huang sinni adalah mengenai persoalan itu. Pertama kali ketika ia selamatkan Go siau bi dari tangan pengawal pribadi istana Huan mo kiong dan menginap sebuah rumah penginapan, orang yang kehilangan sukma telah menyaru sebagai tukang obat dengan maksud menjodohkannya dengan gadis itu, kedua kalinya Put to sianseng ajukan pinangan bagi cucu perempuannya ternyata pinangan itupun atas usul dari orang yang kehilangan sukma. Sekarang adalah untuk ketiga kalinya peristiwa itu terjadi, temyala orang yang kehilangan sukmalah sebagai saksinya. 1215 Sekalipun orang bodoh juga akan tahu bahwa kejadian ini bukan suatu kejadian yang kebetulan saja, sudah pasti orang yang kehilangan sukmalah yang telah mengatur segala sesuatunya. Lalu apa maksudnya perempuan misterius itu mengatur segala sesuatunya itu? Apa alasannya? Tanpa sadar sianak muda itu mengalihkan pandangan matanya kewajah orang yang kehilangan sukma dan ingin sekali melihat mimik wajahnya pada saat itu, sayang mimik wajahnya tertutup oleh kain kerudung berwarna hitam. "Bagaimana sau sicu? jawablah sejujur nya" terdengar Tay huang siani bertanya. Kacau dan bingung perasaan Han Siong Kie pada saat ini tanpa disadarinya ia menyahut. "Aku tak dapat menerima syaratmu itu " "Jadi engkau hendak menjilat ludahmu sendiri? " tegur Tay huang sinni dengan wajah serius. Tanpa sadar si anak muda itu mundur satu langkah kebelakang dia berusaha untuk membela diri, katanya: "Cianpwe aku minta ajukan syarat lain, tentang syaratmu yang itu aku tak dapat menyanggupinya " "Tidak bisa, selamanya pinni hanya akan mengajukan sebuah syarat saja, tidak nanti akan kuulangi dengan mengajukan syarat lain" "Tapi boanpwe benar-benar tak dapat melakukan permintaan dari locianpwe itu" "Ooh jadi engkau bermaksud untuk mengingkari janji?"

ejek nikoh tua itu dengan sinis. 1216 "Boanpwe mempunyai kesulitan yang tak bisa dikatakan kepada orang lain, maafkanlah daku locianpwe, syaratmu itu tak dapat kulaksanakan" "Jadi kau anggap Go siau bi tidak pantas untuk mendampingi dirimu sebagai seorang istri?" "Bukan... bukan begitu maksud boanpwe, terus terang saja boanpwe katakan babwa aku.. sebenarnya aku telah..telah.." "Apa maksudmu Katakan saja blak-blakan" "Sebenarnya boanpwe telah serahkan hati dan tubuh boanpwe ini kepada gadis lain, dan antara aku dengan dia telah .... telah terikat oleh tali perkawinan" "Ada yang menjodohkan? "Tidak..tidak ada" "Ada persetujuan dari orang tua?" "Ju...juga tii... tidak ada" "Kalau toh tidak ada kan hal itu sama sekali tidak menghalangi engkau untuk menerima syaratku ini?" Sungguh sedih dan pedih perassan hati Han Siong Kie apalagi teringat bahwa Tonghong Hwi, yang dicintainya telah tiada di dunia ini, kepedihan tersebut akhirnya tercetus keluar dengan kata-kata: "Dia.... dia telah meninggal dunia" "Kalau benar sudah mati urusan ini kan lebih gampang untuk diselesaikan? Apa yang kau pusingkan lagi?" "Jiwa dan perasaan boanpwe telah lama terkubur bersama matinya gadis itu, pada hakekatnya yang cianpwe lihat sekarang tak lebih hanya sesosok mayat hidup belaka, sesosok tubuh yang tidak berperasaan dan tidak kenal arti lagi" Sekilas perasaan serba salah melintas di wajah Tay huang sinni, ia terbungkam untuk beberapa saat lamanya, tapi selang sesaat kemudian ia telah berkata lagi dengan suara keras: 1217 "Menurut apa yang pinni ketahui, engkau sudah pernah bersentuhan badan dengan Go siau bi, lantaran cintanya padamu, ia rela mengasingkan diri dan hidup sebagai seorang pendeta, tidakkah kau tergetar perasaan hatinya oleh kesungguhan serta kemurnian cinta kasihnya itu?" "Aaai, pada hakekatnya boanpwe tidak punya ingatan untuk memikirkan persoalan yang lain" "Tahukah engkau bahwa perbuatanmu telah menghancurkan masa depan seorang dara ?" "Boanpwe menyesal sekali atas kejadian ini, tapi apa boleh buat lagi boanpwe tak kuasa menerima kenyataan tersebut" "Selain itu tahukah engkau bahwa tidak berbakti ada tiga macam, dan yang paling utama adalah tiada keturunan, apakah engkau gembira melihat keluarga Han putus keturunan?"

-000d0w000BAB 67 UCAPAN tersebut bagaikan sebilah pisau belati yang menusuk kedalam ulu hati Han Siong Kie, sekujur badannys gemetar keras. Pada hakeketnya tak pernah ia berpikir sampai kesoal itu, tapi heran mengapa Tay huang sinni menegur dirinya dengan kata-kata semacam itu? Bukankah dia adalah seorang pendeta yang tidak mencampuri urusan keduniawian lagi? "Locianpwe apakah engkau hendak memaksa boanpwe untuk mengingkari janjiku terhadap orang yang sudah tiada lagi?" katanya tiba-tiba. Orang yang kehilangan sukma yang selama ini membungkam terus mendadak menyela: 1218 "Nak bila engkau bersedia untuk memegang janji kepada orang yang telah mati, mengapa tidak pula kau penuhi kewajibanmu sebagai rasa baktimu pada orang tua yang telah tiada ? Kau harus dapat membedakan mana yang serius dan mana yang tidak. toh setelah kau laksanakan kewajibanku untuk berbakti pada orang tua, engkau masih dapat pula memenuhi janjimu kepada orang yang telah tiada?" "Bila aku sampai berbuat demikian, bukankah perbuatanku ini justru akan menyiksa nona Go siau bi untuk selamalamanya?" "Siapa bilang begitu ?" "Cianpwe" tiba-tiba Han Siong Kin menengadah dan menatap wajah perempuan misterius itu tanpa berkedip "tolong tanya, apakah kesemuanya ini adalah hasil dari rencana locianpwe ?" Orang yang kehilangan sukma terbungkam, ia tak sanggup memberikan jawaban. "Sau sicu, apakah engkau lupa bahwa hasil ini adalah suatu hasil dari pertaruhan antara engkau dan aku ?" Tay huang sini menyela dari samping dengan dingin "Oooh.. jadi engkau menggunakan kebahagiaan dari seorang dara sebagai bahan pertaruhan? Pantaskah perbuatanmu itu?" seru pemuda itu marah-marah. Nak. jangan marah dulu !" bisik Orang yang kehilangan sukma dengan suara yang lembut, "Meskipun Go Siau bi bertekad untuk mencukur rambut menjadi pendeta. tapi pada hakekatnya dia masih sangat mencintai dirimu, dia tidak mengetahui kejadian ini dia pun tidak tahu menahu tentang pertaruhan ini tapi aku percaya dia tak bakal menampik kenyataan ini ! Percayalah! Cianpwe, boleh aku bertanya apa sebabnya kau selalu berusaha untuk menjodohkan 1219 aku dengan nona Go ?

Tentu saja demi kau, demi keturunan dari keluarga Han! Jadi kalau begitu antara cianpwe dengan keluargaku mempunyai hubungan yang sangat dalam? Benar hubungan itu memang dalam..dan dalam sekali ! Aku boleh tahu sampai dimanakah dalamnya hubungan itu. Tidak nak, untuk seat ini tidak ! Tapi di kemudian hari kau akan mengetahui dengan sendirinya! Han Siong Kie termangu, dia menatap wajah parempuan itu tanpa terkedip., lama kemudian pemuda itu baru berkata lagi: Maafkanlah daku cianpwe, boanpwe benar-benar tak dapat memenuhi apa yang kau harapkan itu! "Nak aku memperingatkan dirimu dengan bersungguh hati jangan kita bicarakan tentang pertaruhan itu sendiri bila engkau tidak punya keturunan apakah kau tidak kasihan dengan ayahmu yang berada dialam baka, dapatkah ia beristirahat dengan tenang di sana? Aku tak sengaja menakutnakuti dirimu tapi engkau bakal menyesal di kemudian hari bila tidak kau turuti nasehatku ini. Nah, pertimbangkan sendiri Tay huang sinni pun sudah mengebaskan ujung bajunya sambil berkata. "Kuil kami tak pernah menerima tamu mengenai pertaruhan itu sendiri mau dilaksanakan atau tidak aku pun tak bisa memaksa terserah pada kebijaksanaan ciangbunjin sendiri!" Tanpa menunggu lagi dia putar badan dan masuk kedalam kuil. 1220 Memandang bayangan punggang Tay huang sinni yang lenyap dibalik pintu Han Siong Kie marasa hatinya kacau sekali kata-kata terakhir dari nikoh itu amat menusuk pendengarannya, terutama sebutan "ciangbunjin" yang sengaja diucapkan dengan nada berat, lebih-lebih mengetuk perasaannya. Sebagai seorang pemuka dunia persilatan, menjadi kewajiban baginya untuk melaksanakan apa yang telah disanggupi, tapi perkawinan adalah suatu kejadian besar, ia tak ingin berbuat secara gegabah sehingga akhirnya harus di akhiri dengan tragedi. Sementara pemuda itu masih termangu- mangu, orang yang kehilangan sukma telah berkata lagi: "Nak, tegakah engkau membiarkan masa depan seorang dara hancur di tanganmu?" Sakit hati, bingung dan sedih bercampur aduk dalam perasaan hati si anak muda itu, dia tak tahu apa yang harus dilakukan pada saat ini, terutama kata-kata tentang ketidak baktian sebagai seorang putra diantara tiga hal yang tidak berbakti, tak punya keturunan adalah tidak berbakti yang

paling utama. Benarkah dia tak akan menikah dan membiarkan orang menganggapnya sebagai manusia yang tidak berbakti? Sekarang ia baru menyesal, menyesal apa sebabnya tidak menggunakan ilmu jari Tong kim ci untuk mengalahkan musuhnya, ia tidak tega rahib itu terluka, tapi akhirnya dia sendirilah yang rugi. Sebagai seorang laki-laki sejati, tidak nanti dia akan mengingkari janji. Kata-kata itu diucapkan sendiri olehnya, benarkah dia harus mengingkari janji. Sekalipun ia sadar bahwa ia terjebak oleh suatu siasat yang disusun sangat rapi, toh dia kalah adalah suatu kenyataan yang tak dapat dibantah lagi. 1221 Sementara itu orang yang kehilangan sukma tidak menyianyiakan kesempatan itu, dia mendesak lebih lanjut. "Nak, engkau sebagai putra manusia, menjadi kewajiban bagimu untuk menunjukkan kebaktiaanmu sebagai anak manusia, sekalipun engkau dapat membalaskan dendam bagi kematian ayahmu, belumlah lengkap kebaktianmu pada orang tua, mengertikah kau dengan kata-kataku ini ? .." Han Siong Kie menggigit bibir, sahutnya: "Apa yang cianpwe ketakan memang benar tapi sekarang aku harus membalaskan dendam bagi kematian ayahku, hidup matiku sukar diramalkan manaa aku boleh merusak lagi masa dspan orang lain" Tentang soal itu harus dibahas secara tersendiri tukas perempuan misterius itu, "jangan kau campur adukkan persoalaan yang satu dengan persoalan yang lain. Gemas dan mendongkol sekali Han Siong Kie setelah mendengar ucapan itu akan tetapi ia tak sempat mengumbar hawa marahnya sebab setinggi langit budi yang pernah diterimanya dari perempuan ini. Orang yang kehilangan sukma pernah menjamin kepadaaya bahwa Tonghong Hui tidak bakal mati tapi apa sebabnya ia selalu menghalang-halangi hubungannya dengan gadis itu? Mengapa ia bertindak begitu misterius? Siapakah dia? Apa hubungannya dengan keluargaku? pelbagai ingatan selalu berkecamuk dalam benaknya membuat pemuda itu merasa kepalanya mau meledak. "Cianpwe mengapa engkau selalu berbuat demikian kepadaku? Katakanlah apa sebabnya?" "Apa sebabnya tentu saja demi kebaikanmu! "Demi kebaikanku? Kebaikan apa? Terangkanlah. 1222 "Belum waktunya nak, kalau kuterangkan sekarang juga tiada keuntungan apapun bagimu!

Han Siong Kie tarik napas panjaog-panjang ia benar-benar dibikin apa boleh buat. "Aaii agaknya bila tidak kusanggupi persoalan itu hari ini tak mungkin aku bisa pergi dari sini dengan tenang! katanya. "Kalau memang begitu mengapa tidak kau setujui saja? desak perempuan misterius itu. Han Siong Kie tundukan kepalanya rendah-rendah lama sekali dia membungkam dalam seribu bahasa. Orang yang kehilangan sukma maju dan menghampiri si anak muda itu sambil menepuk bahunya ia berkata lagi: "Nak, semestinya kau harus menerima syarat tersebut tidakkah kau merasa iba oleh ketulusan cinta nona Go kepadamu? Aku tahu bahwa engkau sebenarnya mencinta dia tentu saja kau tidak membantah kenyataan ini bukan? Tapi karena soal Tonghong Hui engkau tak berani mencintainya aku tahu engkau tak ingin mencabangkan perasaan cintamu kepada orang lain dan kuakui bahwa tindakan semacam ini memang benar tapi engkau lupa bahwa antara engkau dengan Tonghong Hui sebenarnya tak mungkin bisa dijadikan satu sebab bila engkau keras kepala dan melanjutkan hubungan itu maka hubungan kalian ini akan berakhir dengan tragedy, benar-benar tragedi yang mengenaskan! Bukan untuk yang pertama kalinya Han Siong Kie mendengar ucapan semacam itu akan tetapi ia tak dapat mengendalikan perasaan sendiri sekujur badannya gemetar keras menahan emosi. Dapatkah dia melenyapkan bayangan Tonghong Hui? Mungkinkah ia melupakan gadis itu dari pikirannya? Tidak ! Tidak mungkin. 1223 "Apakab cianpwe artikan hubungan dendam itulah yang akan merupakan tragedi? ujar pemuda itu kemudian "Tapi cianpwe antara aku dan dia telah terjadi suatu janji meskipun janji itu hanya berada didalam hati masing-masing ... Janji apa" "Dendam tak mungkin dibalas tapi cinta tak dapat dipadamkan oleh dendam macam apapun, dan kami bersedia mengorbankan diri demi cinta, biarlah kami membina cinta kami di alam baka bila cinta tersebut tak dapat kami pupuk didunia yang nyata ini! "Semenjak dahulu aku kan sudah terangkan bukan soal itulah yang akan mengakibatkan tragedy, kalian salah pabam! "Kalau memang bukan itu bukankah sama artinya bahwa tidak mungkin hubungan kami akan diakhiri dengan tragedi? "Tidak! Kemungkinan selalu ada dan bahkan pasti bakal terjadi! Sekali pun ada kemungkinan boanpwe tidak untuk menghindarinya! ucap Han Siong Kie dengan tegas.

Mendengar perkataan itu Orang yang kehilangan sukma mengbela napas sedih ia berkata: Aaai terserah apa yang hendak kau katakan? Aku hanya minta agar engkau memberi pertanggungan jawab kepadaku kepada Go Siau bi kepada Sinni locianpwe kepada mendiang ayahmu dan pada gurumu Sekujur badan Han Siong Kie gemetar keras mimik wajahnya berkerut menahan penderitaan batin serunya dengan lantang: Sekalipun aku kawin dengan Go siau bi mungkinkah perkawinan ini bisa berakhir dengan kebahagiaan, Akhirnya toh kita akan mengalami tragedi yang menyedihkan?" 1224 "Bahagia atau sedih adalah urusan belakang, siapa tahu kalau kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang saat ini kau bayangkan?" "Jadi maksud Cianpwe, kau memaksa Boanpwe untuk mengabulkan permintaanmu itu?" "Yaa,angaplah perkataan ini merupakan suatu paksaan" sahut orang yang kehilangan sukma dengan suara berat. Han Siong Kie tertegun dan tidak bicara, selang sesaat kemudian ia mengangguk. "Baik. Boanpwe menyanggupi permintaan mu itu" "Jadi kau menerima syarat tersebut?" "Benar, aku menerimanya, tapi akupun mempunyai sebuah syarat" "Apa syaratmu itu?" "Cianpwe harus menjelaskan kepada nona Go siau bi serta kakeknya, bila dendam berdarah berhasil boanpwe balas, waktu itulah kita baru bicarakan kembali soal cinta dan tiga tahun setelah menikah boanpwe akan meninggalkan keluarga dan pergi jauh" "Seteleh tiga tahun, apakah engkau akan bunuh diri untuk menunjukkan ketetapan hatimu pada Tonghong Hui?" kata orang yang kehilangan sukma sampai mundur selangkah. "Benar, kenapa ? " "Andaikata Tonghong Hui belum meninggal dunia ?" "Aaah, hal ini aku rasa tidak mungkin" "Baik, kukabulkan syaratmu itu dan kita pun tentukan perjanjian ini dengan kata-katamu ini" Berbicara sampai disini, tiba-tiba orang yang kehilangan sukma berpaling, serunya kearah batu karang kurang lebih 1225 beberapa kaki didepan sana: "Locianpwe, silahkan mengunjukkan diri untuk memperkuat ikatan perkawinan ini " Seorang sasterawan berusia setengah baya perlahan-lahan munculkan diri dari balik batuan cadas. Dia bukan lain adalah kakek Go siau bi Put lo sianseng yang

disegani banyak orang itu. Han Siong Kie tertegun, kemunculan tokoh silat ini semakin memperkuat dugaannya bahwa apa yang terjadi pada saat ini adalah suatu siasat, suatu rencana besar dari orang yang kehilangan sukma. Tapi yang mengherankan adalah Put lo sianseng dan Tay huang sinni kedua orang tokoh silat ini berilmu tinggi dan berkedudukan terhormat, tapi mereka bersedia untuk mendengarkan kata-kata orang yang kehilangan sukma malahan bekerja sama untuk memancingnya masuk jebakan, apa tujuan mereka? sementara itu Put to sianseng telah berkata sambil tertawa ringan ucapnya: "Bocah bagus, kemurunganku sudah dilenyapkan, mulai sekarang lohu bisa mengasingkan diri dan beristirahat dengan tenang". Orang yang kehilangan sukma segera mendorong Han Siong Kie untuk maju katanya: "Bagaimana juga penghormatan tak bisa dielakkan, hayo maju dan memberilah hormat kepada kakekmu." Dalam hati Han Siong Kie menghela napas panjang, dengan kaku dia maju beberapa langkah dan jatuh berlutut dihadapan put lo sianseng, ketika ia menyembah sebanyak tiga kali ia tak dapat melukiskan bagaimanakah perasaan hatinya ketika itu, entah manis getir, kikuk atau kecewa. Cepat Put lo sianseng ulapkan tangannya seraya berkata: 1226 "Cukup, Cukup Bangunlah nak, sebelum aku pergi mengasingkan diri, ada beberapa patah kata terlebih dahulu hendak kukatakan kepadamu, ketahuilah gurumu Mo tiong ci mo adalah sahabat lamaku, setelah engkau mewariskan kedudukannya aku harap engkau bisa membangun kembali perguruan Thian Lam bila melakukan segala persoalan janganlah terlalu memikirkan masalah itu dengan pikiran yang sempit". Sekujur badan anak muda itu bergetar keras, peluh dingin membasahi tubuhnya tanpa terasa ia teringat kembali akan apa yang diberitahukan orang yang kehilangan sukma ketika berada di mulut lembah kematian. Dikatakan Tee kun perguruan Thian Lam yang sekarang yaitu Wi It beng telah menjual perguruannya kepada Thian che kau, istana Huan mo kiong telah diubah menjadi kantor cabang Thian che kau sektor Thian lam. Itu berarti sekarang ia berhadapan dengan tugas baru, tugss yang amat berat yaitu membersihkan anasir-anasir yang tidak benar dari tubuh perguruannya. Tanpa terasa dia teringat pula akan Ok kui cu pay, tanda kebesaran Thian lam bun yang telah terjatuh ketangan orang orang Thian che kau, bila benda tersebut tidak berhasil ditarik

kembali bukan saja dia tak akan mendapat kepercayaan dari anak muridnya selain itu dia pun merasa malu terhadap sukma gurunya di alam baka. "Boanpwe akan mengingatnya selalu." sahut pemuda itu dengan hati bergidik. Orang yang kehilangan sukma tertawa geli, ia menggoda : Apa itu boanpwe ? seharusnya kau membahasai diri sebagai siausay (cucu menantu) Merah jengah Han Siong Kie setelah mendenger godaan itu namun ia tetap membungkam. 1227 Pot lo sianseng berpaling kearah perempuan misterius itu lalu katanya lagi. Masalah anak Bi kuserabkan padamu, baik-baiklah mengatur segala sesuatunya! Akan kulaksanakan dengan sebaik-baiknya sahut Orang yang kehilangan sukma seraya menjura. Put lo sianseng tersenyum dan manggut-manggut ia tidak berbicara lagi perlahan lahan tubuhnya bergerak tinggalkan puncak bukit itu dan akhirnya lenyap dikejauhan. Menanti bayangan punggung kakek sakti itu sudah lenyap dari pandangan orang yang kehilangan sukma baru berkata lagi. "Nak apa tujuanmu sekarang? Mula pertama aku hendak berkunjung dulu ke benteng maut kemudian menyatroni perkumpulan Thian ce kau dan bikin perhitungan setelah kuambil kembali tanda lencana Okkui cu-pay aku hendek berangkat ke Thian lam untuk membasmi pengkhianat-pengkhianat itu dari muka bumi "Baik bila tugasmu telah selesai aku dan putriku akan mengantar nona Go menuju ke Thian-lam serta menyelenggarakan resepsi perkawinan bagi mereka berdua sekarang kau boleh pergi semoga kau bisa jaga diri baik-baik Han Siong Kie merasa seakan-akan baru saja mengalami suatu impian hanya sebelum impian itu habis dia keburu mendusin dengan wajah uring-uringan pemuda itu pun menuruni bukit tersebut. Perasaan hatinya pada saat ini hampa, kosong . . sekarang Go siau bi telah menjadi calon istrinya dengan resmi, siapakah bakal menduga sampai kesitu? setelah tiba di kaki bukit dan menghampiri tempat perpisahannya dengan Hek pek siang yau, mendadak pemuda 1228 itu tercekat, ternyata dua orang pembantunya telah lenyap tak berbekas. Semestinya Hek pek siang yau tidak akan meninggalkan ketuanya tanpa pamit, atau mungkin telah terjadi sesuatu? Han Siong Kie memeriksa keadaan disekitar tempat itu

dengan seksama, namun ia tak berhasil menemukan sesuatu tanda-tanda pernah terjadinya pertarungan disana. Atau Hekpek siang yau telah menghianatinya ? -000d0w000Jilid 33 DENGAN kepandaian silat yang dimiliki sepasang siluman serta meninjau dari perbuatan-perbuatan mereka di masa lampau, bisa jadi kedua orang itu akan melakukan kejahatan lagi. Andaikata apa yang diduga tak salah, dialah yang berdosa karena dialah yang melepaskan dua orang gembong iblis itu dari tempat penahanannya. Untuk sesaat lamanya Han Siong Kie berdiri tertegun, ia tak tahu apa yang musti dilakukan. Kurang lebih seperminuman teh kemudian pemuda itu mengambil keputusan, pikirnya: "Andaikata sepasang siluman benar-benar telah menghianatinya serta melakukan kejahatan dalam dunia persilatan, aku pasti akan melenyapkan kedua orang itu dari muka bumi". Seorang diri diapun melanjutkan perjalanan menuju kekaki bukit itu. Dua jam kemudian pemuda itu sudah keluar dari daerah pegunungan dan melanjutkan perjalanan melalui jalan raya. 1229 Sementara perjalanan masih dilanjutkan tiba-tiba dari arah depan meluncur datang beberapa sosok bayangan manusia, meskipun gerakan tubuh beberapa orang itu bagaikan meteor yang lewat, akan tetapi bagi ketajaman mata Han Siong Kie bukan halangan baginya untuk mengenali siapa gerangan mereka itu. segera teriaknya dengan suara nyaring: "Engkoh tua Tunggu sebentar, kau akan ke mana ?" Mendengar teriakan tersebut, berhentilah rombongan itu, ternyata mereka adalah delapan orang pengemis dekil, orang pertama tak lain adalah Pengemis dari selatan. "Haaah . . haaah .. haaahh saudara cilik, rupanya kau " teriak pula pengemis dari selatan dengan wajah berseri. Engkoh tua, aku lihat wajahmu murung sekali, apakah telah terjadi sesuatu atas diri mu?" "Aaai, saudara cilik masa kau tidak mendengar bahwa perkumpulan kami sedang menghadapi masa kiamat?" ujar pengemis tua itu sambil menghela napas panjang. "Menghadapi masa kiamat? Kenapa?" seru si anak muda itu tertegun sambil terimangu. "Jadi engkau tidak mendengar apa-apa tentang organisasi Kay pang kami itu?" Han Siong Kie menggelengkan kepalanya: "Sudah berbulan-bulan lamanya siaute tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, aku tak tahu apa yang telak menimpa perkumpulan Kay pang?" "Oooh. Kalau begitu tak heran kalau engkau tidak tahu.."

ujar pengemis itu. Sesudah menghela napas dan berhenti sebentar, ia melanjutkan lebih jauh: "Semenjak dahulu kala antara Thian che kau dengan Ji-pang dan sam hwe tak pernah mengadakan kontak hubungan apa-apa, hubungan kami ibaratnya air sumur yang tidak mengganggu air sungai, tapi rasanya pihak Thian che kau mempunyai ambisi untuk merajai dunia 1230 persilatan, secara licik mereka telah membasmi musuh-musuh serta saingannya secara diam-diam. Pertama kali yang mengalami nasib jelek adalah perkumpulan Pat gi pang, menyusul kemudian perkumpulan Jit yan pang. Hong te hwe, Ang kin hwe, serta Ngo heng hwe dipaksa takluk kepada mereka dan merubah nama menjadi kantor cabang perkumpulan Thian che kau, rupanya sekarang mereka jatuhkan incarannya kepada pihak Kay pang, saudara cilik, kalau bukan saat kiamat perkumpulan kita sudah tiba, apa lagi namanya" Ketika mengucapkan kata kata teriebut jelas terlihat bahwa Pengemis dari selatan diliputi oleh emosi yang beekobar kobar. "Aaah jadi sudah mencapi tingkat sekritis itu? Kurang ajar.. Thian cbe kau memang harus dibasmi dari muka bumi! seru Han Siong Kie dengan penuh kegusaran. Tidak sampai disitu saja kemarahan pengemis dari selatan dengan gemas dan penuh kebencan dia berkat lagi: "Semenjak Kay-pang didirikan oleh cou ya Kami belum pernah ada partai dan perguruan lain yang berani memandang hina perkumpulan kami sungguh tak nyana musibah ini menimpa di jaman kami ini.. aai lima hari berselang perkumpulan kami telah menerima lencana Thian che leng dan memberi batas pada perkumpulan kami untuk menggabungkan diri dengan mereka dalam lima hari mendatang bila menampik maka,.. "Maka mereka akan berbuat apa?" sela pemuda itu. "Mereka akan mencuci semua markas Kay pang dengan dara segar anggotanya bahkan anak murid Kay pang dilarang menancapkna kakinya kembali di daratan Tionggoan" Darah panas terasa mendidih dalam tubuh Han Siong Kie sinar matanya setajam pisau dan hawa napsu membunuh 1231 menyelimuti seluruh wajahnya sambil menggertak gigi teriaknya: "Hmm! Dia berani berbuat begitu? "Aaai apa mau dikata? Kekuaaaan Thian che kau telah meliputi tujuh propinsi di daerah selatan dan enam propinsi di utara sungai terutama sekali kekuatan mereka yang sangat lihay dengan ditunjang oleh utusan-utusan Thian che kau

yang berilmu tinggi jago dari manakah yang mampu menandingi kehebatan mereka? "Huuh! Segala macam badut sirkus juga berani berlagak sok hebat tunggu saja tanggal mainnya" "Saudara cilik aku dengar perguruan Thian lam bun sudah menggabungkan diri dengan perkumpulan tersebut malahan istana Huan-mo-kiong diubah namanya menjadi kantor cabang Thian che kau untuk wilayah Thian 1am apa benar berita ini?" "Akupun belum lama mendengar ini, karena setelah urusan disini selesai segera aku akan berangkat ke Thian Lam untuk melakukan pembersihan secara besar-besaran" "Dengan kekuatan saudara cilik seorang aku rasa . ." "Pentolan penghianatan ini cuma seorang yaitu Wi It beng, aku percaya anak murid lain kebanyakan cuma menganut kehendak hatinya belaka" setelah berhenti sebentar ia berkata lagi: "Engkoh tua batas waktu yang ditentukan lencana Thian che leng masih ada berapa hari?" "Tinggal besok sehari " Ketika pengemis dari selatan mengucapkan kata-kata itu, tiga pengemis tua dan delapan pengemis setengah baya yang berada dibelakagnya sama-sama menunjukkan wajah sedih dan resah, namun tak seorangpun yang bersuara. 1232 Han Siong Kie termenung dan berpikir sebentar, kemudian bertanya: "Apa rencana engkoh tua untuk menyelesaikan persoalan yang sangat pelik ini?" "Aaai, aku telah menurunkan perintah untuk mengumpulkan segenap jago lihay yang berada dikantorkantor cabang untuk berkumpul semua dimarkas besar kami tepi pantai Pak swit ham, yaa . . mati hidup Kay pang tergantung dalam pertarungan yang bakal berlangsung, meskipun saat ini kami masih mempunyai satu harapan untuk menyelamatkan perkumpulan kami dari musibah yakni mengharapkan kemunculan susiok kami song Tiat kong . tapi harapan ini tipis sekali" "Mengapa kalian tidak segera mengirim kabar kepada song locianpwe agar bersiap sedia?" "Ketika tengkorak maut gadungan membuat onar dalam markas besar kami. song susiok telah salah menganggap tengkorak gadungan sebagai tengkorak maut asli, sesudah peristiwa itu beliau berkunjung ke benteng maut menuntut keadilan, tapi akhirnya beliau kalah ditangan pemilik benteng maut, waktu itu susiok telah sesumbar bahwa akan muncul kembali dalam dunia persilatan untuk selamanya, dari mana kami bisa tahu susiok kini berada dimana ? Dan bagaimana mungkin berita itu disampaikan kalau kami tak tahu dimana beliau berada?" "Apakah engkoh tua bersedia untuk menerima bantuan dari

saudara cilikmu ini?" kata Han Siong Kie mendadak sambil menawarkan jasa baiknya. "Kesediaanmu untuk membantu tentu saja akan kami sambut dengan senang hati" sahut pengemis dari selatan sambil mengernyitkan alisnya yang telah memutih, "Aku hanya kuatir bantuanmu masih belum cukup untuk menolong perkumpulan kami lolos dari musibah ini, aaai... yaa apa boleh buat, terserah bagaimana nasib akan mengaturnya nanti" 1233 Pengemis dari selatan belum tahu kalau Han Siong Kie telah berhasil mempelajari ilmu sakti si mi sinkang, sebab berbicara dari kekuatan yang dimiliki pemuda itu di masa lampau, memang tak mungkin ia bisa menolong Kay pang untuk lolos dari musibah. Han Siong Kie bukan orang bodoh, sudah tentu diapun dapat merasakan keraguan saudara tuanya itu, ia tersenyum. "Begini saja engkoh tua, kalian berangkatlah lebih dulu, bila tiba saatnya nanti, aku pasti sudah hadir di markas besar kalian" Pengemis dari selatan mengangguk. mereka tidak berkata apa-apa lagi, dengan begitu maka dua bersaudara inipun kembali berpisah. Sepeninggal pengemis dari selatan beserta ketujuh orang rekannya, Han Siong Kie berpikir didalam hati, untuk menuntut balas ke benteng maut jelas sudah tak sempat lagi, maka ia menyusun rencana untuk melaksanakan kembali usaha penuntutan balasnya sesudah menyelamatkan Kay pang dari musibah. -000d0w000BAB 68 LENYAPNYA Hekpek siang yau secara misterius sangat memusingkan kepala anak muda itu, ia merasa tak mungkin kalau kedua orang siluman itu berhianat kepadanya atau pergi tinggalkan dirinya tanpa pamit. sebab dua orang itu telah mengakuinya sebagai majikan, itupun kerena harus menuruti sumpah yang pernah mereka ucapkan dimasa lampau, apalagi mereka telah diterima sebagai anggota perguruan Thian Lam bun, mustahil pikiran mereka berubah di tengah jalan. Tapi kemana mereka telah pergi ? Celaka ditangan orang ? Jelas hal ini tak mungkin terjadi, Ilmu silat mereka sangat 1234 lihay, siapakah yang mampu untuk merobohkan kedua orang itu" Sementara dia masih melamun, tiba-tiba sorot matanya sempat menangkap sesosok bayangan manusia sedang berdiri ditepi sungai tak jauh dari tempat ia berada sekarang, jelas orang itu tinggi semampai dengan potongan badan menggiurkan, jelas orang itu adalah seorang gadis dan gadis

itu terasa sangat dikenal olehnya. Mendadak satu ingatan terlintas dalam benaknya, kontan jantungnya berdebar keras, hampir saja pemuda itu menjerit. "Aaah Masa dia ?" Dengan penuh emosi dan hati yang bergejolak pemuda itu meluncur ke depan, menghampiri gadir yang tinggi semampai itu . Makin mendekati orang itu, Han Siong Kie merasa semakin yakin kalau dugaannya tidak meleset dan akhirnya . . ia benarbenar membuktikan bahwa dugaannya tak salah gadis itu memang tak lain dari kekasih hatinya. Tonghong hui yang dia rindukan siang malam. Darah yang mengalir dalam tubuh pemuda itu terasa mendidih bagaikan kena listrik bertegangan tinggi, separuh tubuhnya terasa menjadi kaku, hampir saja jantungnya melompat keluar dari rongga dadanya. Dengan bibir yang gemetar dan muka yang pucat, ia berdiri tertegun untuk sesaat lamanya tak sepatah katapun mampu dia utarakan keluar. Betapa tidak ? Tonghong-Hui yang melama ini dianggapnya telah mati ternyata masih hidup segar bugar... dugaan dari orang yang kehilangan sukma terbukti kebenarannya, dara itu belum mati. 1235 Tapi aneh, sekalipun Han Siong Kie sudah berada dibelakangnya, gadis itu masih tidak merasa, ia berdiri kaku bagaikan patung, bergerak sedikitpun tidak. Angin sungai berhembus sepoi basah mengibarkan ujung bajunya yang panjang, tubuhnya yang tinggi semampai, lekukan tubuhnya yang menggiurkan amat menawan hati, ibaratnya bidadari dari kahyangan gadis itu tampak agung dan cantik. "Adik Hui" akhirnya pemuda itu memang gigil, meski suaranya lirih dan agak parau. Sekujur badan Tonghong Hui gemetar keras, namun ia tidak berpaling pun tidak menjawab. Suatu firasat aneh terlintas dalam benak sianak muda itu, untuk kedua kalinya kembali dia memanggil: "..Adik Hui.." Tonghong Hui menghela napas panjang, begitu pedih dan hampa helaan napas itu, membuat Han Siong Kie tercekat hatinya. Menyusul helaan napas itu, ia putar badannya, sesaat wajah yang sayu terpampang didepan mata. Wajah itu layu, kusut dan sinar matanya telah pudar persis seperti wajah Go siau bi calon istrinya ketika ia jumpa didepan kuil Bu cuan di bukit Tay huang san. Han song Kie merasakan hatinya bagaikan dipagut ular berbisa, secara beruntun ia mundur tiga langkah kebelakang. Bagaimanakah pertanggungan jawabnya kepada gadis

yang ia cinta dengan segenap jiwa raganya? Apalagi bila ia tahu kalau Go siau bi telah menggantikan kedudukannya? Diantara putih kepucatan yang menghiasi wajah Tonghong Hui terlintas semua merah diantara pipinya, ia menatap Han Siong Kie dengan pandangan hampa, mukanya begitu layu, pedih, sukar dilukiskan dengan kata. 1236 Mereka tidak mirip kekasih yang saling bertemu kembali, keadaan mereka waktu itu ibarat orang asing yang saling berjumpa, tiada surprise tiada luapan cinta dan rindu, tiada pelukan ataupun ciuman. Siapapun diantara mereka tak ada yang buka suara, mereka hanya saling menatap dengan mulut membungkam. Udara serasa ikut membeku mengikuti keadaan mereka yang serba kaku, serba dinginPerlahan-lahan Han Siong Kie tundukkan kepalanya, ia tidak memiliki keberanian untuk memandang kekasihnya lagi, sebab ia telah menjadi penghianat dari cinta, ia merasa tak punya muka untuk bertemu lagi dengan gadis yang telah menyerahkan seluruh jiwa dan raga kepadanya. Suasana begitu sepi, hening seolah-olah dunia menjadi mati, jagad menjadi kiamat tak seorangpun yang bersuara, hanya detak jantung mereka yang berdebar keras. Darimana orang yang kehilangan sukma bisa tahu kalau Tonghong -Hui tidak akan mati? Benarkah ia memiliki ilmu meramal, ilmu untuk melihat kejadian yang akan datang?. Apa sebabnya orang yang kehilangan sukma merusak hubungannya dengan Tonghong Hui? Benarkah jika hubungan mereka dilanjutkan maka hubungan tersebut akan berakhir dengan suatu kejadian yang tragis? Mengapa Tonghong Hui mengingkari janjinya ketika itu? Mengapa ia begitu tega membiarkan ia menunggu melama dua hari dengan sia-sia ditepi sungai? Terbukti sekarang bahwa ia tidak mati, benarkah ayahnya bukan pembunuh keluarga Han dan keluarga Thio? Kalau bukan, tidak seharusnya gadis itu mengingkari janji.. Lama sekali, akhirnya Tonghung-Hui buka suara, meskipun suaranya penuh kepedihan: "Engkoh Kie, angkat kepalamu dan pandanglah aku" 1237 Pedih hati Han Siong Kie bagaikan disayat-sayat pisau, ia mendongakkan kepalanya, meskipun dengan perasaan menyesal dan malu.. Tatkala sepasang mata mereka bertemu satu sama lainnya, kembali pemuda itu mundur selangkah, yang tampak olehnya adalah seraut wajah yang pucat seperti mayat,jauh berbeda dengan raut wajahnya dalam kenangan selama ini "Engkoh Kie, kau... kau membenci aku" kembali gadis itu

berbisik lirih sekali suaranya. "Adik Hui Aku .. aku...toh...mengapa kau mengatakan begitu ? Mengapa kau mengatakan kalau aku membenci dirimu ?" "Karena.... karena aku telah mengingkari janjiku sendiri kepadamu, aku tidak menepati janji" "Adik Hui, seharusnya akulah, aai. mengapa kau tidak menepati janjimu." "Sekembalinya kedalam benteng, aku telah disekap oleh ayah, tak mungkin bagiku untuk kabur keluar" Han Siong Kie merasa emosi dalam dadanya bergelora, apa yang ingin diketahui olehnya segera akan terwujud, dengan suara agak gemetar tanyanya lagi."sudah kau tanyakan soal yang ingin kuketahui itu ?" "Sudah.." perlahan-lahan gadis itu mengangguk. Mencorong sinar mata sianak muda itu, dia maju tiga langkah kedepan seraya bentanya lagi: "Bagaimana jawaban ayahmu?" "Sudah dua puluh tahun lamanya ayah tak pernah meninggalkan pintu benteng barang satu langkahpun, apakah jawaban tersebut dapat kau terima sebagai suatu keterangan yang lengkap?" 1238 "Sudah dua puluh tahun ayahmu tak pernah muncul kedalam dunia persilatan ?" Tonghong Hui mengangguk lirih tanda membenarkan. Sungguh terkejut dan girang tak terkirakan perasaan Han Siong Kie pada saat ini, dia girang lantaran Tengkorak maut ayah Tonghong-Hui bukanlah musuh besar keluarganya, sebab peristiwa berdarah yang menimpa perkampungan keluarga Han terjadi pada bulan sembilan tanggal sembilan pada lima belas tahun berselang. sekarang terbukti sudah bahwa dia dan Tonghong Hui sebenarnya tidak terpisah oleh dendam sakit hati. Tapi pemuda itu merasa murung, murung karena tidak tahu siapakah pembunuh keluarganya, kemana dia harus pergi untuk mencari jejak pembunuh keluarganya itu? Tatkala ia teringat kembali akan pernikahannya dengan Go siau bi, kembali pemuda itu merintih... merintih penuh kedukaan serta penderitaan- "Engkoh Kie, kee... kenapa kau?" tegur Tonghong Hui. "Oooh, aai tidak apa-apa, kalau toh engkau disekap oleh ayahmu, kenapa sekarang bisa muncul lagi diluar benteng ?" "Aku mencuri keluar secara diam-diam, mungkin selama hidup, .selama hidup aku tidak dapat memasuki pintu benteng maut lagi " "Kenapa?" tanya sianak muda itu dengan terperanjat: Tonghong Hui tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah bertanya lagi:

"Engkoh Kie, apakah engkau masih... masih selalu mencintai diriku ?" Sakit rasanya hati Han Siong Ki tatkala mendengar pertanyaan itu, ia berpikir: 1239 "Kalau kulihat dari sikap adik Hui yang begitu murung dan layu, kemungkinan besar ia sudah mengetahui tentang peristiwaku di bukit Tay huang san, bagaimana caranya aku memberi penjelasan ? Aaai, aku benar-benar menyesal mengapa waktu itu imanku tidak teguh ? Bila kutolak permintaan tersebut dengan hati yang keras, tak nanti bakal terjadi peristiwa seperti hari ini". Sementara sianak muda itu masih termenung, Tonghong Hui telah mendesak lebih lanjut. "Engkoh Kie, hayolah katakan-.. masihkah engkau mencintai diriku ?" "Adik Hui, percayalah kepadaku. hatiku tak akan berubah, selama-lamanya aku memang tetap mencintaimu" "Kau mencintai aku ? selama-lamanya mencintai diriku ?" "Benar, selama hayat masih dikandung badan, cinta ku padamu tak akan pudar" "Engkoh Kie, aku dapat meresapi cinta kasihmu ini dan tak akan melupakan untuk selama-lamanya . " Ucapan tersebut segera mendatangkan firasat tak enak dihati pemuda kita, buru-buru serunya: "Adik Hui, kau... kenapa kau...." Tonghong Hui menggeleng dengan seduh dan tertawa rawan. "Engkoh Kie, kau tak usah bertanya kepadaku mengapa, asalkan masih tetap mencintai aku, itu sudah lebih dari cukup " "Adik Hui, aku..aku..sebetulnya...." "Engkoh Kie, manusia yang mendapat cinta murni dari seseorang adalah suatu kebahagiaan, aku sudah merasa sangat puas Biarlah apa yang akan terjadi dikemudian hari 1240 diatur oleh takdir dan nasib" Air mata bagaikan layang-layang putus benang mengucur keluar tiada hentinya, dan membasahi pipi Tonghong-Hui yang pucat pasi, serta tampak menyeramkan itu. Hancur lebur perasaan hati Han Siong Kie pada waktu itu, ia merasa gemas dan benci mengapa tak dapat segera mati sehingga dosa yang telah dilakukan bisa ditebus kembali. "Adik Hui, mengapa kau mengatakan begitu? Mengapa ?" Tonghong Hui tertawa rawan- dia menggeleng. "sekalipun kuterangkan, engkau tak akan mengerti . . dan tak akan paham" "Katakanlah padaku . . kumohon katakanlah kepadaku,

mengapa ? Mengapa kau berkata begitu?" "Dikemudian hari engkau akan mengerti sendiri, sekalipun tidak kuterangkan sekarang, tapi kau akan pasti paham" Berkerut kencang raut wajah Han Siong Kie yang tampan d engan penuh penderitaan katanya lagi: "Adik Hui, maafkanlah daku, pada hakekatnya aku... sebetulnya aku..." "Engkoh Kie, jangan berkata begitu?" tukas Tonghong Hui sambil menggelengkan kepalanya berulang kali: "kata maaf sepantasnya muncul dari mulutku aaai Apa mau dikata lagi bila takdir telah mengatur segala sesuatunya itu bagi kita?" "Adik Hui...." "Duduklah engkoh Kie, bersandarlah padaku," Dengan sikap yang kaku dan gerak gerik yang hampa seperti orang kehilangan sukma Han Siong Kie duduk diatas batu cadas dan bersandar diatas tubuh gadis itu. Tonghong Hui segera merebahkan dirinya dalam pangkuan pemuda itu serta merta Han Siong Kie merangkul tubuhnya dan mendekapaya erat-erat. 1241 "Engkoh Kie, masih ingat ketika kita mengangkat saudara diatas batu besar ditepi sungai? Ketika itu aku masih serupa seorang pengemis cilik" "Aku tak akan melupakan kenangan indah itu untuk selamanya" "Masih ingat sewaktu kau terjatuh ketangan orang-orang Thian che kau pura-pura mati dengan ilmu Ku si tay hoat dan aku menguburkan jenasahmu serta mendirikan batu nisan dirimu?" "Aaai, aku sangat mengharapkan bahwa kejadian itu hakekatnya adalah suatu kejadian sebenarnya, sekarang niscaya kita sudah berbaring didalam sebuah liang..." "Adik Hui, kau...." "Ketika kau dihantam oleh Tengkorak maut gadungan sehingga tercebur kedalam jurang, aku menyusulmu kedalam jurang, tapi akhirnya kita sama-sama tidak mati" "Adik Hui, semua kenangan indah serta kenangan manis itu tak akan pudar, tak akan hilang dari pikiranku" "Tapi, sekarang engkoh Ki, aku menyesal aku merasa amat menyesal" Tercekat perasaan hati Han Siong Kie, ucapan dari gadis itu seakan-akan tidak teratur lagi, mungkinkah ia sudah jadi gila? "Adik Hui, kau ... kau perlu beristirahat, tidurlah sebentar agar pikiranmu menjadi terang kembali." "Tidak. aku sangat baik, pikiranku masih cukup terang" "Ucapanmu itu .... ucapanmu iti telah menghancurkan hatiku.... melumpuhkan perasaanku" "Bersabarlah engkoh Ki, perasaanmu itu akan hilang mengikuti berputarnya waktu "

1242 Hembusan angin lirih berkumandang dari kejauhan, bukan hembusan angin biasa tapi ujung baju seseorang yang tersambar anginDengan cekatan dua orang itu meloncat bangun berpaling, sesosok bayangan manusia berdiri kurang lebih lima kaki dihadapan mereka. orang itu adalah seorang manusia aneh yang berambut panjang, tampaknya jelek dan sangat menyeramkan, Paras muka Tonghong Hui berubah hebat, sementara Han Siong Kie sendiripun merasa terperanjat setelah mengetahui siapa yang datang, dia masih ingat manusia aneh ini adalah penghuni benteng maut, dia pernah bertemu dengan manusia aneh ini dan seingatnya makhluk inilah yang terus berkaokkaok dengan suara aneh. "Siapakah orang itu adik Hui?" cepat bisiknya. "Dia adalah siau suhengku, seorang yang bisu dan tak pandai berbicara tapi kecerdikannya luar biasa, diapun sangat perasa, selama hidup belum pernah tinggalkan benteng.." "Tahukah kau apa tujuannya datang kemari?" "Tentu saja mendapat perintah dari ayah untuk mencari aku serta menggusurnya pulang kebenteng" "Kalau begitu biarlah ku usir dia pergi dari sini." "Jangan...Jangan kau berbuat begitu", tiba-tiba ia melejit ke depan sambil berlarian menjauhi pemuda itu, serunya lagi "engkoh Kie, semoga kau baik-baik menjaga diri,aku. .aku pergi dulu" "Adik Hui, jangan pergi dulu. aku masih...." Namun Tonghong Hui tidak menggubris lagi, bersama manusia aneh berambut panjang itu bayangan mereka kian menjauh sehingga akhirnya lenyap dari pandangan. 1243 Han Siong Kie berdiri menjublak bagaikan sebuah patung arca ia berdiri kaku di atas sebuah batu tanpa berkutik, untuk sesaat pemuda itu dibikin gelagapan dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Ingin sekali ia mencegah kepergiannya tapi kakinya tak pernah beranjak dari tempat semula, tutur kata Tonghong iHui yang aneh dan sedih serta paras muka sang dara yang sayu dan layu membuat pikirannya kalut dan tak tenang. Masih banyak perkataan serta penjelasan yang hendak ia katakan kepadanya, tapi gadis itu sudah pergi. Menurut pengakuannya, sudah dua puluh tahun ayahnya tak pernah keluar dari pintu gerbang benteng, maka mungkinkah ucapannya jujur? Lima belas tahun berselang waktu itu usianya baru mencapai tiga tahun, tak mungkin ia bisa tahu akan kejadian yang sebenarnya, benarkah ia percaya akan kata-kata dari gadis itu?

Bukankah lambang tengkorak maut muncul ditempat pembantaian? Ataukah lambang itupun palsu? Berpikir sampai disini, dia lantas mendepakkan kakinya ke tanah seraya berseru: "Bohong . . bohong siapa tahu kalau ia sengaja membohongi aku ? Bagaimanapun juga setelah persoalan dari Kay pang telah ku selesaikan, aku harus berkunjung kebenteng maut" Setelah mengambil keputusan, pemuda itu menghela nafas panjang dan melanjutkan perjalanannya menuju kuil Bu hau si di Pak swi tham, markas besar dari kaum pengemis. Suasana dimarkas besar perkumpulan Kay pang ketika itu diliputi oleh keresahan dan kemurungan. Mulai dari ciangbunjin sampai anggota yang terendah telah berkumpul semua disitu, jumlah mereka mencapai dua ratus orang lebih, Waktu itu dengan wajah tegang, sedih dan marah 1244 mereka tersebar diluar dan didalam kuil untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkanHari inilah batas waktu yang ditetapkan Thian che leng telah berakhir, dalam satu jam mendatang bila Kay pang masih belum bersedia menggabungkan diri dengan pihak Thian che kau, maka semua anggota dalam perkumpulan itu akan dibantai secara keji. Pemimpin para tiang lo dari Kay pang yakni Pengemis dari selatan berdiri disamping ketuanya dengan alis mata berkernyit. Suasana hening dan sepi, seakan-akan sernua orang sedang menantikan tibanya saat kiamat. Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh jagad, tiba-tiba semua orang merasa pandangan matanya jadi silau, tahu-tahu seorang manusia baju hitam tanpa menimbulkan sedikit suarapun telah melayang turun ke tengah gelanggang. Gerak tubuh orang itu sangat enteng dan cepat seolah-olah sukma gentayangan, dari sini dapat diketahui betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang itu. Ketua Kay pang serta keenam orang tianglonya serentak bangkit berdiri dan siap menghadapi segala kemungkinanBerbareng dengan gerakan itu, kawanan jago lihay dari Kay pang yang lainpun serentak bersiap siaga, meskipun agak tercekat perasaan hati mereka namun semangat tempur masih tetap tinggi. Orang itu adalah seorang kakek berjubah hitam dengan lambang matahari, rembulan serta bintang diatas dadanya, tinggi kekar perawakan tubuh orang itu, cambangnya lebat dan sinar matanya amat tajam. 1245

setelah menyapu pandang sekejap keseluruh gelanggang, dia tertawa dingin lalu mengambil keluar sabuah lencana perak dari sakunya. Dibawah cahaya rembulan tampaklah warna yang menyilaukan mata memancar keluar dari lencana tersebut lambang matahari rembulan dan bintang tertera pula diatas lencana tadi, "Lencana Thian che leng! bisik semua orang tanpa sadar. Ujung baju tersampok angin kembali berkumandang memecahkan kesunyian delapan sosok bayangan manusia melayang masuk ke dalam gelanggang dan berdiri sejajar dibelakang manusia berjubah hitam itu mereka adalah delapan orang laki laki bersenjata pedang, Setelah delapan orang pembantunya hadir manusia berjubah hitam itu berseru dengan suara yang keras. Utusan Thian che kau yang bernama Suma Hiong sengaja datang kemari untuk menunggu jawaban dari ketua Kay pang! Suasana menjadi gaduh berpuluh-puluh pasang mata memancarkan sinar kesedihan serentak tertuju pada sembilan orang manusia yang berada di tengah gelanggang. Ketua Kay pang tampak gemetar agak keras tapi sesaat kemudian ia menyahut dengan suara dalam: "Tiada seorang manusia pun yang bisa memerintah Kay pang Hmm! jadi ciangbunjin sudah mengambil keputusan untuk menolak menggabungkan diri dengan perkumpulan kami?" kata Suma Hiong utusan khusus Thian che kau sambil mendengus. "Sejak didirikan cousu ya kami perkumpulan Kay paag adalab suatu perkumpulan yang berdiri sendiri selama 1246 hubungan kami dengan perkumpulan lain ibaratnya air sungai tak pernah melanggar air sumur Ciangbunjit sudah kau pikirkan apa akibatnya bila kalian berani membangkang perintah dari lencana Thian che leng?" ancam kakek berjubah hitam itu dengan wajah bengis. "Sekalipun perkumpulan bakal hancur anggotanya bakal musnah kami tidak akan takut untuk menghadapi resikonya" sahut ketua Kay pang ita penuh emosi. Suma Hiong tertawa seram. "Heehh .. heehh . . heehh ciangbun, kuanjurkan kepadamu lebih baik berpikirlah tiga kali sebelum mengambil keputusan, ketahuilah bahwa keputusan yang gegabah akan mengakibatkan kehancuran total bagi pihak kalian sendiri " "Tak usah banyak bicara, kami tak akan sudi mendengarkan perkataanmu itu" Setelah mengetahui kebulatan tekad orang, suma Hiong utusan khusus dari Thian che Kau itu segera menarik kembali

lencananya lalu sambil tertawa dingin berkata. "Bagus Bagus Kupuji ketekadan kalian ini, terpaksa aku harus melaksanakan titah dari kaucu kami untuk membantai kalian semua dari muka bumi " Sebelum iblis itu sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba dari luar pekarangan kuil muncul seorang pengemis setengah baya, sambil berlarian menuju kehadapan ketuanya dia berseru: "Lapor ciangbunjin, markas kita telah terkepung rapat." "Aku sudah tahu, mundurlah " kata ketua kay pang seraya ulapkan tangannya. Pengemis setengah baya itu mengiakan dan segera mengundurkan diri dari sana. Dalam pada itu delapan orang jago pedang yang berada dibelakang suma Hiong telah putar badan dan memencarkan diri jadi posisi setengah lingkaran, masing-masing pihak 1247 mencari posisinya masing-masing dan berhadapan dengan lawan-lawannya. sekejap mata suasana menjadi hening, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh gelanggang. Dengan sinar mata setajam sembilu suma Hiong menyapu pandang tiap wajah tokoh kay pang yang hadir ditempat itu, sikapnya buas dan garang, seakan-akan dia tak pandang sebelah matapun terhadap musuh-musuhnya ini. Dua orang diantara enam tiang lo yang hadir disana tak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, mereka membentak keras kemudian sambil melepaskan serangan langsung menerkam ketubuh orang itu. suma Hiong mendengus sinis, tiba-tiba sepasang telapak tangannya direntangkan ke samping dan menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras. Jerit kesakitan menggelegar di angkasa, di tengah muncratnya darah segar yang menodai permukaan tanah dua orang tiang lo itu mencelat ke belakang dan tewas seketika itu juga. Kejadian ini sangat mengejutkan hati kawanan jago dari Kay pang, siapapun tak mengira kalau dua orang tiang lo mereka bakal mampus dalam satu gebrakan saja ditangan orang. Jelaslah sudah bahwa tenaga lwekang dari suma Hiong benar-benar sangat lihay dan sukar dicarikan tandingannya, atau dengan perkataan lain sudah pasti Kay pang akan musnah dari muka bumi ditangan orang ini. Pengemis dari selatan amat gusar, rambut nya terasa pada berdiri seperti kawat, dia maju kemuka, kepada ketuanya berkata: "Bila takdir menghendaki Kay pang musnah ditangan iblis ini. siapapun tak akan dapat menolongnya, biarlah aku 1248

si.pengemis tua berangkat satu langkah lebih duluan"- sambil membusungkan dada, ia lantas tampil kedepan dan mendekati musuhnya. Menyaksikan kemunculan pengemis itu. suma Hiong menjengek dingin, katanya: "Jadi engkau yang disebut sebagai pengemis dari selatan, pemimpin para tianglo dari Kay pang?" "Benar" jawab pengemis itu singkat. "Dengan kedudukan serta nama besarmu dalam tubuh Kay pang, perlukah ku beri waktu bagimu untuk mempertimbangkan keadaan pada saat ini? Dengan senang hati akan kuberi kesempatan yang terakhir bagimu untuk berpikir kembali" "Tak perlu" tukas pengemis dari selatan dengan gusar "Thian che kau menganggap dirinya besar dan agung, perbuatannya cuma mengacau dan menerbitkan keonaran dalem dunia persilatan, saat kiamatnya tidak akan terlalu jauh" "Kurang ajar, saudara benar-benar tak tahu diri, rupanya sebelum darah menodai seluruh permukaan tanah, kalian tak akan sadar" "omong kosong, lebih baik tutup saja bacot anjingmu" Suma Hiong dibuat marah oleh ucapan yang kasar itu, ia menengadah lalu tertawa dengan suaranya nyaring dan menjulang tinggi ke angkasa membuat semua orang merasa telinganya menjadi sakit. Berbareng dengan berkumandangnya gelak tertawa itu delapan orang pendekar pedang yang bersiap siaga dibelakangnya serentak berteriak keras, kemudian menerjang kearah kawanan jago dari Kay pang yang mengurung disekitar tempat itu. Tak dapat dicegah lagi, s uatu pertempuran berdarah yang amat serupun segera berkobar. 1249 Dengan penuh kemarahan pengemis dari selatan bersuit nyaring dan menerjang maju kemuka, dia menyerang Suma Hiong secara bertubi-tubi. Dalam waktu singkat, dia telah melancarkan delapan buah serangan berantai, kedelapan buah serangan itu semuanya dilepaskan dengan disertai hawa amarah yang berkobar, bukan saja amat dahsyat bahkan arah yang dituju semuanya adalah bagian-bagian tubuh yang mematikan. seketika itu juga suma Hiong terdesak oleh serangan berantai itu, sehingga mundur tiga langkah ke belaknog. Tapi begitu pengemis dari selatan menyelesaikan ke delapan buah pukulannya, serentak suma Hiong memperbaiki posisinya, dia tertawa seram dan secara beruntun balas melancarkan tiga buah pukulan-000d0w000BAB 69 HEBAT sekali serangan balasan dari utusan Thian che kau

ini, dengan susah payah Pengemis dari selatan berhasil menghindari serangan yang pertama dan serangan yang kedua, tapi serangan yang ketiga tak sempat dihindari lagi, tak ampun pundaknya terhajar telak. "Duuk" Pengemis dari selatan mendengus tertahan- sambil muntah darah segar dia mundur beberapa langkah dengan sempoyonganSuma Hiong tertawa seram, ia tidak memberi kesempatan bagi musuhnya untuk memperbaiki posisinya lagi, berhastl dengan serangan yang pertama, serentak tubuhnya menerkam kedepan dan menyusuli dengan pukulan berikutnya. 1250 "Bangsat..... lihat serangan" ditengah keadaan yang kritis, bentakan nyaring menggetar diangkasa, empat tiang lo yang masih berada disamping gelanggang berikut ketua mereka bersama-sama masuk kedalam gelanggang dan mengerubuti suma Hiong yang lihay itu. Di pihak lain pertarungan telah berkobar dimana- mana, setiap anggota Kay pang yang hadir dalam markasnya telah diserang habis-habisan oleh lawan yang tangguh, dalam waktu singkat dengusan tertahan suara beradunya senjata dan jerit kesakitan berkumandang silih berganti. Pemandangan pada waktu itu mengerikan sekali, darah berceceran dimana-mana, mayatpun bergelimpangan setinggi bukit. Delapan orang jago dari Thian che kau itu rata-rata berilmu tinggi, setiap kali cahaya pedang mereka berkelebat lewat seorang korban segera roboh binasa atau cedera hebat. Suma Hiong yang dikerubuti oleh empat orang tianglo dan ketua Kay pang sama sekali tidak merasa jeri, dengan gerakan yang lincah dan pukulan pakulan yang aneh dia layani setiap ancaman yang tertuju kearahnya. Suatu ketika tiba-tiba ia membentak nyaring, sebuah pukulan dahsyst yang disertai dengan deruan angin puyuh yang memekikkan telinga menyapu kedepan dan menghajar lawan-lawannya "Blaaang.." bentaran keras tak bisa dihindari lagi, keempat orang tianglo dan ketua kay pang itu segera terhajar sampai mencelat dan jatuh terlentang di tanah. Melihat ketuanya terancam bahaya, pengemis dari selatan tidak menggubris lukanya sendiri lagi, setelah menyeka noda darah di ujung bibirnya, ia meraung keras kemudian bagaikan banteng terluka menerjang lagi ke depan. 1251 "Sialan" maki suma Hiong dengan marah, " Hay..pengemis tua, rupanya kau memang sudah bosan hidup, rasakanlah pukulanku ini"

Secepat sambaran kilat dia melepaskan lagi sebuah pukulan dahsyat ke arah depan. Pengemis dari selatan menjerit tertahan, untuk kedua kalinya ia terhajar sampai mencelat sejauh beberapa tombak. Merah padam wajah keempat orang tiang lo itu, seperti orang kalap mereka melompat bangun dan menerkam musuhnya, empat batang tongkat tah kau pangnya ibarat empat ekor naga sakti segera menghantam tubuh iblis tersebut.. Suma Hiong tertawa dingin, ke sepuluh jari tangannya dipentangkan lebar-lebat, ketika berkelebat ke depan, tahutahu ke empat batang toya peg gebuk anjing itu sudah ditangkap dua dikanan dan dua dikiri. Sekali menyentak kebelakang, keempat orang tiang lo itu mendengus tertahan dan mencelat kebelakang. Berhasil menghajar mundur, keempat tiang lo itu, Suma Hiong meneruskan terka mannyake depan, dengan cakar mautnya dia cengkeram tubuh ketua kay pang yang berada dihadapannya. Cepat dan diluar dugaan, cengkeraman tersebut datang keadaan tak terduga, tampak nya sang ketua dari kay pang ini segera akan tertangkap oleh musuhnya. "Tahan" tiba-tiba serentetan bentakan nyaring berkumandang ditengah angkasa. Walaupun suasana dalam gelanggang ramai, oleh bentakan dan adu senjata, namun bentakan itu amat dapat didengar oleh setiap orang dengan jelas, bahkan mereka merasakan telinganya jadi sakit. 1252 serentak pertempuran terhenti ditengah jalan, semua jago berdiri tertegun sambil alihkan pandangannya ke arah mana berasalnya suara itu. Suma Hiong sendiripun diam-diam merasa terperanjat, cepat dia tarik kembali serangannya dan melompat mundur kebelakang. Dari balik pagar pekarangan perlahan-lahan berjalan keluar seorang pemuda tampan berwajah dingin, setajam sembilu sorot mata pemuda itu tatkala saling beradu pandang, tanpa sadar suma Hiong mencekat mundur beberapa langkah. Waktu itu sebenarnya Suma Hiong sedang merasa keheranan, ia heran mengapa kawanan jago yang telah disiapkan disekitar kuil itu tidak munculkan diri untuk melakukan pembantaian, padahal sebelumnya telah dibicarakan bahwa mereka harus menyerbu kedalam kuil bila mendengar gelak tertawa nya yang keras. Tapi sekarang setelah menyaksikan kemunculan pemuda berwajah dingin ini, suatu firasat jelek segera muncul dalam hatinya, ia segera membentak keras: "Bocah keparat siapa kau? sebutkan nama mu."

Pemuda itu tertawa dingin, ia tidak menjawab akan tetapi sewaktu melewati dihadapan seorang pendakar dari Thian che kau jari tangannya lantas ditudingkan kemuka. Jerit kesakitan yang memilukan hati berkumandang memecahkan kesunyian, darah segar tampak muncrat keluar dari dadanya, tidak selang sesaat kemudian orang itu sudah roboh terjengkang dan tidak bangkit lagi untuk selamanya. "Kau .. kau adalah manusia bermuka dingin?" teriak Suma Hiong dengan paras muka berubah hebat. "Benar, kau memang hebat dan pengetahuanmu cukup luas, ternyata akupun juga kau kenali" 1253 Pemuda yang barusan munculkan diri ini memang tak lain adalah Han Siong Kie, jago muda itu. Suma Hiong menyeringai seram, sinar matanya memancarkan cahaya buas, dengan suara yang keras seperti geledek hardiknya: "Manusia muka dingin, engkau bersiap-siap untuk mencampuri urusan ini?" "Haaahhh . . haaahhh haaahhh kenapa tidak? Justrupun ciangbunjin datang kemari untuk membantai habis kawanan iblis macam dirimu itu" "Ciangbunjin?" jengek orang she suma itu sinis, "Heeehhh heeehhh engkau ciangbunjin dari mana?" "Ciangbunjin dari Thian lam bun " "Mimpi Heeeh heeh heeeehh bocah keparat, engkau sedang bermimpi disiang hari bolong. Thian lam bun sudah lama terhapus namanya dari muka bumi" "Yang akan terhapus namanya dari muka bumi bukan Thian lam bun, melainkan Thian che kau dan waktunya tak akan lama lagi " "Orang goblok sedang mengigau ditengah hari bolong " "Kau tak percaya ?Baik... ini hari akan kuampuni selembar jiwa anjingmu, agar kau bisa menyaksikan sendiri benar tidak perkataanku itu." "Hanya mengandalkan kekuatanmu seorang, sayang aku tidak berjiwa sebesar kau... ini haripun aku tak akan melepaskan dirimu " Han Siong Kie mendengus dingin, ia tidak berbicara lagi melainkan bersiul nyaring. Berbareng dengan siulan tersebut, terlihatlah bayangan manusia saling berkelebat dalam gelanggang, dalam waktu 1254 singkat berpuluh-puluh sosok mayat dari manusia barbaju hitam bertumpukan ditempat itu Suma Hiong tentu saja dapat mengenali kembali mayatmayat itu, sebab mereka tak lain adalah jago-jago perkumpulannya yang disiapkan diluar kuil itu.

Tapi kini sudah tewas semua dalam keadaan mengerikan, kontan ia jadi terkejut dan bergidik, begitu pula dengan ketujuh orang pendeker pedang yang masih hidup, mereka merasa sukmanya serasa sudah melayang tinggaikan raganya. sambil menuding kearah tumpukan mayat setinggi bukit itu, Han Siong Kie mengejek: "Suma Hiong, bukankah mayat-mayat itu adalah jenasah dari anggota perkumpulanmu? Nah, hitunglah sendiri, semuanya berjumlah seratus dua puluh orang, coba kau hitung lagi adakah masih ada yang kelewatan atau tidak??" Menyeringai seram wajah suma Hiong dengan muka yang buas dan mengerikan ia berteriak: "Manusia bermuka dingin, aku bersumpah akan mencincang tubuhmu, kemudian menghancur lumatkan tubuhmu menjadi abu" "Huuuh Mau mencincang aku? Cuma mengandaikan ilmu silat yang kau miliki itu? Jangan mimpi." Rupanya sewaktu Han Siong Kie tiba ditempat kejadian., ia menyaksikan markas besar dari Kay pang sudah dikepung rapat oleh musuh-musuhnya. Tanpa menimbulkan suara sianak muda itu segera mengeluarkan ilmu silatnya dan menotok mampus ke seratus dua puluh orang jago Thian che kau yang mengepung di luar kuil, setelah itu bagaikan kelelawar dia menyusup masuk kedalam kuil. Waktu itulah dia saksikan para tianglo dan ciangbunjin Kay pang sedang menghadapi keadaan yang terancam, setelah 1255 memberi pesan kepada anak murid Kay pang yang berjagajaga di uar kuil diapun tampilkan diri untuk menyelesaikan persoalan itu Betapa gusar dan mendongkolnya suma Hiong setelah mengetahui bahwa rencana penyerbuan mengalami kegagalan total, ia tahu tak mungkin baginya untuk memberi pertanggungan jawab dihadapan kaucunya setelah mengalami kekalahan total seperti hari ini. apalagi semua anak buahnya telah terbunuh habis. Rasa dendam dan marahnya serta merta dilampiaskan keatas tubuh pemuda itu, sambil menggertak gigi katanya: "Kau tidak percaya dengan kemampuanku? Apa salahnya kalau kita buktikan bersama2" Begitu selesai berbicara, ia menerjang ke muka dengan garang, secepat sambaran kilat secara beruntun iblis ini melepastan tiga buah serangan berantai. Han Siong Kie tidak berusaha menghindar atau berkelit, dengan melontarkan sepasang telapak tangannya kemuka dia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. "Blaaang" suata ledakan keras yang memekikkan telinga

berkumandang diudara, suma Hiong tak sanggup menahan kedahsyatan musuhnya, secara beruntun ia terdesak mundur lima langkah lebar. Gelombang angin pukulan yang tersebar keempat penjuru menyapu bersih setiap benda yang ada diseputar lima kaki dari gelanggang, bukan saja kawanan jago dari Kay pang terdesak sampai mundur tunggang langgang, tujuh orang pendekar pedang dari Thian che kau yang masih hidup pun pontang panting dibuatnya dengan muka pucat. 1256 Sungguh girang tak terkirakan pengemis dari selatan setelah melihat kedahsyatan saudaranya, tak kuasa lagi ia berteriak keras: "Saudara cilik puas.. sungguh memuaskan.... Hajar sampai buntung bajingan itu" setelah merasakan kedahsyatan musuhnya, kepongahan serta kejumawaan suma Hiong lenyap tak berbekas, keadaannya pada saat ini ibarat bola yang kehilangan udara, dengan loyo bercampur ketakutan ditatapnya pemuda itu tanpa berkedip. Mimpipun ia tak menyangka kalau pihak musuh mempunyai kepandaian silat sedahsyat itu, bahkan boleh dibilang tak bisa diterima dengan akal sehat, siapa yang menyangka kalau seorang pemuda ingusan ternyata berilmu tinggi" Hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie, selangkah demi selangkah ia maju kedepan, katanya dengan suara dingin "Aku meminjam mulutmu untuk menyampaikan pesan kepada kaucu kalian, katakam bahwa dalam beberapa hari mendatang aku akan berkunjung sendiri ke Lian huan tau untuk membuat perhitungan. suruh dia bersiap sedia menyambut kedatanganku. Nah, sekarang kau boleh pergi, aku telah berjanji untuk mengampuni jiwamu.." Sebagai seorang yang berilmu tinggi sudah tentu suma Hiong tak sudi untuk menyerah kalah dengan begitu saja, ia membentak keras: "Manusla bermuka dingin, kau jangan tekabur lebih dulu, sambutlah pukulanku ini." Sepasang telapak tangannya diayun kemuka secara beruntun dalam sekejap mata ia telah melepaskan delapam serangan berantai. 1257 Semua ancaman yang dilontarkan itu menggunakan jurus serangan yang aneh dan sakti, bukan saja jarang ditemui dikolong langit, keganasannya betul-betul mengerikan, seketika itu juga si anak muda itu terdesak mundur sejauh lima depa kebelakang. Setelah berhasil dengan ancamannya suma Hiong tak sudi

memberi kesempatan kepada musuhnya untuk melancarkan serangan balasan, dia susulkan lagi dengan lima buah serangan berantai. Tujuh orang pendekar pedang dari Thian che kau tidak berpeluk tangan belaka, menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, mereka terjun pula kedalam gelanggang, untuk membantu pemimpinnya. Bentakan-bentakan gusar menggelegar di angkasa, dua puluh sosok bayangan manusia terjun kedalam gelanggang dan menghadang jalan pergi ketujuh orang musuhnya, pertarungan massal tak dapat dihindari lagi. Sementara itu suma Hiong sudah melancarkan serangan dengan jurus yang kelima, tiba-tiba Han Siong Kie berkelit kesamping dengan kecepatan yang tak terhingga, begitu berada tiga depa disamping kalangan, keli ma jari tangan kanannya segera disodokkan kedepanJerit kesakitan memecahkan kesuyian, secara beruntun suma Hiong mundur beberapa langkah ke belakang, lengan kanannya terkulai lemas kebawah, separuh badannya basah kuyup bermandikan darah segar. "Suma Hiong " kembali Han Siong Kie berkata demgan ketus, " untuk kesekian kalinya kuberi kesempatan kepadamu untuk berlalu dari sini, ketahuilah kesempatan ini adalah kesempatan yang terakhir. bila kau tak tahu diri, jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji " 1258 Suma Hiong bukan orang bodoh, tentu saja dia tahu bila kesempatan ini tidak dipergunakan sebaik-baiknya, niscaya dia akan mati konyol ditempat itu. setelah melotot sekejap ke arah pemuda itu, dengan pandangan penuh kebencian ia berkata: "Manusia bermuka dingin, tunggu saja sampai tanggal mainnya" Tanpa banyak berbicara lagi, ia menjejakkan kakinya ketanah dan melarikan diri terbirit-birit dari sana. Melihat pemimpinnya sudah kabur, tujuh orang jago dari Thian che kau itupun tak berani melanjutkan pertarungan, serentak mereka memberi tanda dan memperketat serangannya, setelah berhasil memaksa mundur lawannya, orang-orang itu melompat ke aaes atap rumah dan berusaha melarikan diri dari situ. "Hmm Kau mau pergi kemana?" jengek Han Siong Kie sinis. Ketika sepuluh jari tangannya dilontarkan kemuka, munculah sepuluh buah desingan angin tajam ke depan. Jerit kesakitan berkumandang saling menyusul, dalam waktu singkat tujuh orang jago pedang yang mencoba untuk melarikan diri itu sudah rontok ketanah bagaikan burung yang kena ketapel. Melihat musuhnya sudah terbasmi habis, ketua Kay pang

baru memburu maju sambil memberi hormat, serunya dengan wajah bersyukur: "Oooh... sungguh beruntung Han ciangbunjin datang tepat pada saatnya, kalau bukan bantuan ciangbunjin niscaya perkumpulan kami sudah hancur ditangan iblis itu, budi kebaikan ini tak akan kami lupakan untuk selamanya" Buru2 Han Siong Kie balas memberi hormat sahutnya: 1259 "Aaah, perkataan dari ciangbunjin terlampau serius, sudah sepantasnya kalau kita sebagai umat persilatan saling membantu dikala sedang susah, apalagi perkumpulan kami termasuk salah satu korban dari keganasan mereka, sewajarnya aku bantu kalian untuk menghadapi mereka" Pengemis dari selatan memburu pula ke depan, walaupun dengan langkah yang gontai, noda darah masih membekas diujung bibirnya, namun tidak mengurangi kegembiraannya, dengan wajah berseri ia berseru: "Haaah haaahhh haaahh saudara cilik, hayo ikut aku menuju keruang belakang, aku akan bercakap-cakap sampai puas dengan dirimu, aku tahu engkau paling segan dengan segala macam tata cara yang sok. ayo ikuti aku" Han Siong Kie pun mohon diri dengan ketua Kay pang beserta jago-jago lainnya, kemudian dengan mengikuti dibelakang pengemis dari selatan mereka menyingkir keruang belakang. Ruangan itu kecil sekali dan merupakan kamar semedi yang tak begitu luas, Han Siong Kie duduk saling berhadapan dengan saudara tuanya. setelah hening sesaat dengan kerutkan kening pemuda itu menegur. " Engkoh tua, aku lihat luka yang kau derita tidak enteng" "Aah apa artinya luka seringan ini? Kejadian ini sudah merupakan suatu keberuntungan bagi kami, andaikata saudara cilik tidak datang tepat pada waktunya niscaya perkumpulan kami sudah mengalami kehancuran total" Menggunakan kesempatan itu Han Siong Kie teringat kembali akan beberapa persoalan, iapun berkata: "Engkoh tua, ada beberapa persoalan aku ingin mohon bantuanmu, apakah kau bersedia untuk membantu?" 1260 ""Heeeh heeeh heeh dalam hal apa Katakan saja, sekalipun kau menginginkan batok kepalaku, sekarang juga akan kupersembahkan kepala ini untukmu" "Aah, engkoh tua memang suka bergurau, tentu saja tidak seserius itu persoalan yang hendak kukatakan, aku cuma mengharapkan rekan rekan dari Kay pang untuk mencari jejak dari beberapa orang bagiku, aku tahu Kay pang punya jaringan mata-mata yang luas dan hebat, mencari jejak orang

merupakan pekerjaan yang rutin" "Siapa yang hendak kau cari ? Coba katakan-" "Ada tiga orang tiang lo dari perguruanku yang tercerai berai dalam suatu pertarungan hingga kini tak kuketahui kabar berita mereka, maka aku mohon bantuan Kay pang untuk mencarikan jejaknya ". "Ooh... saat ini akan segera dilaksanakan oleh anak murid kami, aku percaya jejak mereka akan segera diketahui, siapa lagi yang hendak kau cari.." "Hekpek siang yau, sepasang siluman yang sudah tersohor namanya semenjak enam puluh tahun berselang " "Hekpek siang yau? Mau apa kau cari gembong iblis yang luar biasa itu? " seru pengemis dari selatan dengan jantung berdebar. Han Siong Kie pun menceritakan bagaimana ia menerima sepasang siluman itu menjadi anggota seperguruannya. sehabis mendengar kisah tersebut pengemis dari selatan baru paham dengan duduknya persoalan, ia gelengkan kepalanya sambil berkata: "Saudara cilik, aku benar-benar merasa kagum sekali dengan kehebatanmu, tak nyana nasibmu memang mujur dan hok ki mu besar, gampang, soal ini gampang sekali, segera akan kuperintahkan anak muridku untuk melakukan penyelidikan" 1261 "Selain daripada itu akupun ingin minta petunjuk tentang satu persoalan lagi." "Aaah katakanlah sedari kapan engkau mulai belajar bicara menela- menele begitu? Hayo utarakan saja secara blakblakkan" "Aku dengar dalam dunia persilatan hidup seorang tokoh silat yang ahli sekali dalam hal ilmu beracun dan orang itu bernama Ban tok cousu, apakah tokoh silat ini masih hidup didunia ini." "Mengapa engkau menanyakan persoalan ini" "Racun Gi hang tok ko (buah racun berubah wujud) yang salah dimakan oleh Hekpek siang yau katanya hanya bisa dipunlahkan oleh dia seorang, aku hendak mohonkan pengobatan bagi kedua orang itu" Pengemis dari selatan termenung dan berpikir sebentar, kemudian baru menyahut: "Aku rasa kemungkinan besar dia masih hidup didunia ini" "Jadi hanya suatu kemungkinan belaka ?" "Benar, aku hanya bisa mengatakan mungkin, sebab kalau dihitung dengan jari tangan maka pada tahun ini Ban tok cousu sudah berusia diatas seratus tahun, pada dua puluh tahun berselang aku pernah mendengar orang berkata bahwa raja racun yang sangat lihay ini menetap didalam telaga beracun..." "Telaga beracun ?"

"Oooh, belum pernah kau dengar tentang nama telaga ini" "Belum "sahut sianak muda itu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. "Luas telaga beracun ini hanya setengah hektar dan letaknya dalam lembah hek kok (lembah hitam) yang berada dibukit Tay keng san, air telaga itu sangat beracun dan siapa 1262 saja yang terkena air itu niscaya akan mati secara konyol. Kendatipun begitu aku tak berani memastikan seratus persen benar, sebab sampai detik ini belum pernah kubuktikan sendiri kebenaran dari berita ini " "Sekalipun Ban tok cousu kebal racun dan lihay dalam menggunakan barang berbisa, toh tidak sepantasnya kalau dia berdiam dalam air telaga itu?" kata Han Siong Kie dengan terperanjat. "Ada orang menyaksiksn dia masuk keluar dalam telaga beracun itu, apa yang sebenarnya dikerjakan cousu selaksa racun itu tak seorangpun tahu, dengan sendirinya aku sipengemispun tak bisa memberi jawaban atas pertanyaanmu itu" "Dalam dunia persilatan terdapat seorang manusia yang bernama Tok kun si dewa racun Yu Hai, apakah dia adalah ahli waris dari Ban tok cousu yang sangat lihay itu." "Bukan" "Bukan? Lalu dari manakah dia pelajari ilmu beracun yang amat dahsyat itu?" "Asal mulanya Yu Hau cuma seorang Bu beng siau cut prajurit tak bernama dalam dunia kangou, dua puluh tahun berselang tanpa sengaja ia berhasil menemukan sejilid kitab beracun yang amat luar biasa, semenjak isi kitab itu berhasil dikuasahi olehnya tersohorlah namanya sebagai Tok kun atau raja racun, kendatipun namanya saja memakai huruf "kun" yang berarti orang budiman, tapi pada hakekatnya dia adalah seorang manusia durjana yang berhati busuk". "Dia telah menggabungkan diri dengan pihak Thian che kau" sela pemuda itu. "Bukan kejadian yang aneh kalau ia berkomplot dengan mereka, toh kaum serigala hanya berkumcul dengan serigala, masa ada serigala bergaul dengan domba ? ketua Thian Che 1263 kau berambisi besar dan bercita-cita untuk menguasahi seluruh jagad, menjadi kaisar dalam dunia persilatan, dengan segala daya upaya dia mengumpulkan kawanan jago dari pelbagai daerah untuk memperkuat posisinya, kecuali beberapa perguruan dan partai kenamaan boleh dibilang hampir semua perkumpulan dan perguruan telah dilalap habis olehnya ya.. beruntung Kay pang dapat lolos dari musibah ini" Han Siong Kie tertawa dingin -

"Heeehhh heeehhh heeehh masa kiamat dari Thian che kau tak akan terlalu lama, tunggu saja tanggal mainnya " "Bila kita biarkan perkumpulan itu mengembangkan sayapnya sampai dimana-mana, aku kuatir dunia persilatan akan terjatuh semua kedalam cengkeremannya" "Aaah. belum tentu begitu...." Pengemis dari selatan berpaling dan menatap lekat-lekat wajah pemuda itu, bisiknya: "saudara cilik, engkau terlalu percaya pada kemampuanmu?" Merah padam selembar wajah Han Siong Kie karena jengah, ia tidak mengucapkan sepatah katapunRupanya pengemis dari selatan menyadari kekhilafannya, cepat ia menambahkan: "Saudara cilik, tentunya kau pernah mendengar pepatah yang mengatakan bahwa: "Sebuah balok kayu tak akan mampu menunjang sebuah rumah gedung bukan ? Aku rasa persoalan paling penting yang harus kau lakukan pada saat ini adalah kembali ke Thian lam serta melakukan pembersihan terhadap unsur-unsur busuk dalam tubuh perguraanmu, sebab dengan tindakan ini bukan saja kau dapat menyelamatkan mereka-mereka yang masih setia kepadamu dan terpaksa harus tunduk diperintah ketua yang sekarang, selain itu kaupun akan memperoleh bantuan yang amat besar dalam usahamu menghancurkan perkumpulan Thian che kau, tak 12664 usah kuatir, setiap saat setiap detik Kay pang selalu berdiri dibawah komandomu" Tercekat hati Han Siong Kie setelah mendengar ucapan ini, kata-kata dari engkoh tuanya ini mengetuk sampai ke dalam hati sanubarinya, memang benar ucapannya, bila Wi It beng dibiarkan berlaku sewenang-wenang tanpa ditindak. niscaya sengsaralah orang-orang yang masih setia pada kebenaran, kelemahan dari Thian lam bun justru akan muncul dari hal-hal seperti ini." Tapi ingatan lain cepat melimtas dalam benaknya, teringat olehnya akan suatu masalah yang jauh lebih penting. "Apa yang diucapkan engkoh tua memang betul" katanya kemudian dengan dahi berkerut "tapi sekarang aku telah menjumpai sesuatu masalah yang betul-betul rumit" "Kesulitan apa? Katakan saja asal aku mampu pasti akan kubantu untuk memecahkannya" ucap pengemis dari selatan sambit menepuk dada sendiri "Pertama orang yang benar-benar mengetahui asal usulku yang sebenarnya hanya lima orang tiang lo dari sebuluh tiang lo ruang goan lo wan yang masuk daratan Tiangggoan- jadi diantara lima orang tiang lo itu ada dua orang telah tewas dan tiga orang tak ketahuan kabar beritanya, kedua tanda kebesaran sebagai seorang ketua yakni ok kui cupay telah terjatuh ketangan Thian che kau, tanpa adanya tanda

kepercayaan itu tak mungkin aku bisa menarik kepercayaan dari murid-murid lainnya, tolong tanya bagaimana caraku untuk mengatasi persoalan ini?" Mendengar ucapan tersebut terlintas rasa serba salah diwajah pengemis dari selatan, katanya kemudian"Yaa, persoalan ini memang merupakan satu masalah yang pelik, bukankah pekerjaan yang gampang untuk merebut kembali lencana ok kui cupay dari tangan orang Thian che kau, dan lagi.." 1265 "Kenapa? " sela sang pemuda. "Ketua pelaksana perguruan Thian lam yang sekarang wi It beng telah menyatakan penggabungan diri dengan perkumpulan Thian che kau, istana Huan mo kiong sudah berubah jadi kantor cabang Thian che kau, aku kuatir kalau tanda kebesaran itu sudah terjatuh ketangan Wi It beng, aaai... kalau sampai begitu, bukankah sekarang ia telah mempunyai kekuasaan untuk memerintah segenap anak murid ?" Air muka Han Siong Kie berubah hebat. "Ehmm, memang ada kemungkinan untuk terjadi peristiwa semacam ini, padahal lencana tersebut merupakan benda tersuci dan tertinggi dalam perguruanku, siapa yang membawa benda itu, dialah yang dipertuan, waah, urusan kan menjadi bertambah pelik" "Saudara cilik, kau jangan gelisah dulu, coba kuselidiki keadaan yang sebenarnya" pengemis tua itu lantas bertepuk tangan tiga kali. seorang pengemis setengah baya mengiakan dan berjalan masuk kedalam ruangan: "Tianglo, kau orangtua ada perintah apa?" tanyanya. "Sampaikan perintahku, tanyakan kepada setiap murid yang berada disini apakah di antara mereka ada yang mengetahui jejak dari ketiga orang tianglo dari Huan mo kiong yang berada didaratan Tionggoan, kalau ada yang tahu segera datang memberi laporan " "Terima perintah" sesudah memberi hormat pengemis setengah baya itupun mengundurkan diri Sepeninggal pengemis itu Han Siong Kie merasa panik dan tidak tenang, ia merasa bahwa persoalan yang sedang dihadapi sekarang memang cukup pelik, bukan saja Perintah dari gurunya Mo tiong ci mo tak dapat diselesaikan, bahkan 1266 urusanpun berubah jadi sekacau ini, bukankah dia akan menjadi manusia yang berdosa bagi perguruan? Tidak selang beberapa saat kemudian pengemis setengah baya itu datang melapor: "Lapor tiang lo ada seorang murid bagian kontrol yang

bernama Tan Beng siap memberi laporan" "Suruh dia masuk" perintah pengemis dari selatansetelah Tan Beng masuk kedalam ruang, pengemis itupun bertanya lagi: "Apa yang kau ketahui?" Tan Beng memberi hormat, kemudian bukannya menjawab malahan balik bertanya: "Yang dimaksudkan sebagai tiga orang tianglo dari Thian lam bun itu apakab tiga orang kakek berjubah sutera dan membawa toya berkepala setan?" "Benar " sahut Han Siong Kie dengan semangat berkobar. Pengemis dari selatan mengangguk kepada Tan Beng katanya: "Lanjutkan perkataanmu lebih jauh" "Tiga hari berselang ketika hamba sedang melakukan perjalanan melewati Niu kang, pernah kusaksikan ketiga orang tianglo itu sedang melanjutkan perjalanan menuju ke arah wilayah Thian lam." "Baik, kau boleh mundur" Sepeninggal Pengemas itu, Han Siong Kie duduk termangu, ia merasa tak habis mengerti kenapa ketiga orang tianglonya menuju ke wilayah Thian lam, bukankah tindakan mereka ini sama artinya dengan menghantarkan diri kemulut harimau ? Tak nanti Wi It beng akan melepaskan mereka bertiga dengan begitu saja. 1267 Tanpa terasa diapan menguatirkan pula keselamatan dari kelima orang tianglonya yang masih tertinggal diruang goan lo wan. Sebagai seorang ketua Thian lam bun, tentu saja ia tak dapat membiarkan para tianglonya menghantarkan kematian, karena itu rencananya semula untuk berkunjung kebenteng maut dan menyatroni lian huan tau terpaksa dibatalkan. -000d0w000Jilid 34 SETELAH hening beberapa saat pengemis dari selatan bertanya pula: "saudara cilik apa rencanamu selanjutnya?" Han Siong Kie menghela napas panjang, sahutnya dengan wajah serius: "Terpaksa aku harus berangkat ke Thian lam, semoga saja masih sempat untuk menghadang para tiang lo itu kembali ke sarang harimau" ".. sayang aku sipengemis tua sedang terluka, kalau tidak niscaya akan kubantu usahamu itu" "Engkoh tua tak usah repot-repot, paling penting merawat dulu lukamu hingga sembuh" cepat sianak muda itu menampik . "Bagaimana kalau kupilih kan beberapa orang jago lihay dari perkumpulanku untuk menyertai perjalanan ini?" "Tak usah.. tak usah Maksud baik engkoh tua biarlah

kuterima dalam hati saja" "Aaah, perkataan apaan itu? Budi kebaikanmu terhadap kay pang setinggi langit, aah, jemu untuk membicarakan soal budi, lebih baik tak usah dibicarakan lagi" 1268 "Engkoh tua aku bermaksud untuk segera melanjutkan perjalanan mumpung masih sempat untuk menyusul mereka" "Ehm, begitupun ada baiknya, aku akan segera mengirim berita kilat kekantor- kantor cabang dan menyuruh mereka menghadang jalan pergi ketiga orang tiang lo itu" "Terima kasih atas bantuan engkoh tua" "Juga tentang jejak dari Hekpek siang yau, aku percaya tak lama kemudian berhasil ditemukan anak muridku, pasti akan kukirim kabar itu padamu secepatnya" "Kalau begitu siaute mohon diri lebih dulu" ucap Han Siong Kie seraya bangkit berdiri "Selain itu.?" "Apakah engkoh tua ingin mengucapkan sesuatu lagi??" Pengemis dari selatan mengangguk. "Kantor cabang kami di Nio kang meliputi daerah operasi sampai wilayah Thian lam, jika kau ada urusan minta saja bantuan dari mereka, pasti akan kupesan sendiri kepada toucunya untuk mengabarkan berita ini kepada anak buahnya, lencana bambu ini boleh kau terima, bila ada keperluan gunakanlah lencana ini sebagai tanda pengenal " "Akan siaute ingat selalu dihati, baik-baiklah jaga diri engkoh tua" kata pemuda itu kemudian setelah menerima lencana bambu itu. "Semoga kau sukses selalu" "Selamat tinggal" Han Siong Kie telah meninggalkan markas besar kay pang di kuil Bu hao si dan melanjutkan perjalanannya menuju Thian lam. Waktu itu fajar baru menyingsing, suara ayam berkokok memecahkan kesunyian dipagi itu. 1269 Bintang masih tersisa di langit, angin pagi yang dingin berhembus lewat menyegarkan badan, Han Siong Kie melakukan perjalanannya dengan kecepatan penuh. Tiga li baru lewat, ketika secara tiba-tiba sesosok bayangan manusia diantara remang-remangnya cuaca orang itu menghadang jalan perginya. Han Siong Kie merasa kaget dan mengerem gerak laju tubuhnya, tapi setelah mengetahui siapa yang berada dihadapannya ia berseru tertahan-"Aaah nona.. rupanya kau" Tak asing lagi orang itu bagi Han Siong Kie sebab dia tak lain adalah orang yang ada maksud. "Oh masih kenal dengan aku?" sapa orang yang ada

maksud sambil tertawa aneh. "Ada urusan apa nona berdiri disini" "Menunggu kau" "Menunggu aku" bisik pemuda itu sambil mundur selangkah karena tercengang, "dari mana nona bisa tahu kalau aku berada disini dan akan lewati jalan ini?" -00000d0w0000 BAB 70 "AH terlalu gampang untuk mengetahui jejakmu, bukankah jalan raya disini hanya ada satu? Asal kami berdua masingmasing menghadang disetiap sudut jalanan ini, pastilah seorang diantaranya kami akan berjumpa dengan kau, bukankah begitu?" "Jadi ada orang yang bertugas menantikan kedatanganku? siapa orang kedua itu?" "Tak perlu kau tahu" 1270 Han Siong Kie berkerut kening, selang sesaat kemudian ia bertanya pula. "Ada urusan apa nona menunggu kedatanganku disini?" "Boleh aku tahu dulu kemana kau akan pergi...?" "Ke Thian lam" "Wah kebetulan sekali, untung aku bertemu dengan kau, kalau tidak maka akibatnya amat sukar dilukiskan dengan kata-kata" "Kenapa?" tanya anak muda itu terkejut. "Seorang jago yang mengaku sebagai Manusia bermuka dingin dengan membawa lencana ok kui cu pai dan memimpin tiga puluh orang jago telah berangkat ke Thian lam untuk mengambil alih kursi kebesaran dari Wi It beng, bahkan ketiga orang tianglo dari perguruan Thian lam bun pun menyertai dirinya. "Manusia bermuka dingin ? Boleh aku tahu ada berapa orang manusia muta dingin didunia ini?" tanya Han Siong Kie keheranan"Tentu saja hanya satu" "Kalau memang demikian, aku jadi tidak mengerti, dengan apa yang nona maksudkan?" "Untuk mengangkangi istana Huan mo kiong, pihak Thian che kau telah mengutus seorang utusan khususnya menuju ke Thian lam untuk mengambil oper kedudukan wi It beng, bukan saja utusan khusus itu telah menyaru seperti kau, bahkan membawa pula lencana ok kui cu paya" "Aah, masa telah terjadi peristiwa seperti ini?" teriak Han Siong Kie terkesiap. Orang yang ada maksud segera tertawa dingin 1271 "Memangnya aku membohongi kau, Ketahuilah, utusan

khusus dari Thian che kau yang menyamar sebagai dirimu itu bernama Thio Wi wan " "Tadi nona mengatakan bahwa dalam rombongan ini terdapat pula tiga orang tiang lo dari Thian lam bun serta dua puluh orang jago lihay, siapakah mereka itu?" "Ketiga orang tianglo itu masing-masing bernama To It Hui, Ang pat siu serta san jin ho, mereka dengan menyertai manusia muka dingin gadungan itu berangkat ke Thian lam untuk melakukan pembersihan terhadap perguruannya." "Masa ketiga orang tianglo itu tak dapat membedakan mana yang asli dan mana yang gadungan?" "Dalam tubuh perkumpulan Thian che kau terdapat aneka ragam jago yang rata-rata berilmu tinggi, termasuk pula ilmu menyamarnya, mungkin kau sendiripun akan pangling dibuatnya" Han Siong Kie merasa darah panas dalam tubuhnya mendidih, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya, dengan penuh kebencian serunya: "Mereka harus dijagal semua" "Siapa yang akan kau jagal" "Semua anggota perkumpulan Thian che kau, dari ketua sampai pelayan-pelayannya" "Urusan yang tak penting lebih baik tak usah kau bicarakan dulu, ketahuilah Thia We wan yang menyaru sebagai dirimu dengan membawa ketiga orang tianglo dari dua puluh orang jagonya sudah berangkat semenjak tiga hari berselang, padahal dengan kepandaian yang di miliki mereka dalam tujuh hari saja istana Huan mo kiong sudah tercapai, kau sudah ketinggalan tiga hari. aku kuatir tak mungkin bisa kau susul diri mereka" Han Siong Kie tidak menjawab, pikirnya dalam hati: 1272 "Engkoh tua sudah mengirim surat kilat kepada kantor cabangnya dan memerintahkan anak murid Kay pang menghalangi jalan pergi ketiga orang tianglo itu, tapi dengan adanya utusan dari Thian che kau, situasi jadi makin berbahaya, aku harus segera mengejar dengan sepenuh tenaga, siapa tahu bisa kutempuh perjalanan siang malam sebelum mereka tiba di antara Huan mo kiong, aku bisa sampai duluan?" Berpikir sampai disini ia lantas bertanya: "Nona mendapatkan keterangan ini dari mana?" "Kau tak perlu tahu, pokoknya kedatangan aku kemari adalah untuk menyampaikan kabar ini kepadamu" "Terima kasih atas bantuan nona, kalau begitu aku akan segera melakukan perjalanan-" "Silahkan" Setelah menjura, berangkatlah Han Siong Kie meninggaikan tempat itu, cepat sekali gerakan tubuhnya, dalam sekejap mata ia sudah berada jauh sekali dari sana.

Menanti bayangan punggung pemuda itu sudah lenyap dari pandangan, orang yang ada maksud baru menghela napas panjang, ia melepaskan kain kerudungnya sehingga tampaklah wajahnya yang cantik, dari sakunya dia itu mengambil secarik sapu tangan dan menyeka air mata dikelopak matanya. Mengapa nona itu bersedih hati? Tak seorangpun yang tahu Dalam pada itu Han Siong Kie telah mengerahkan ilmu meringankan tubuh Ho keng gin im nya hingga mencapai pada puncaknya, siang malam ia menempuh perjalanan tiada hentinya, beratus-ratus li sudah ditempuh dengan kecepatan penuh. Hari ketiga, sebelum lohor pemuda itu sudah tiba dikota sik bun ki, suatu kota yang berjarak tiga ratus li dari istana Huan mo kiong. 1273 Dikota sik bun ki inilah kantor cabang Kay pang untuk wilayah Niu kang bermarkas. Akan tetapi sampai waktu itu, bukan saja tiada kabar berita dari pihak kay pang, jejak ketiga orang tianglo itupun tak ada yang tahu. Han Siong Kie semakin kuatir, ia merasa tak ada harapan lagi untuk menyusul ketiga orang tianglonya. Pemuda itupua sadar, jika orang yang menyaru sebagai dirinya tiba lebih dahulu di istana Huan mo kiong dengan tampangnya yang persis seperti dirinya serta andaikan lencana ok kui cu pai, tidak susah baginya untuk mendapat kepercayaan dari orang-orang perguruan dan bila sampai dia mendapat kepercayaan penuh dari anggota Thian lam bun yang setia, runyamlah keadaan dan hancurlah perguruan itu. Denggan langkah yang lambat ia memasuki sebuah rumah makan yang memakai merek "Ing khek ki", sambil melepaskan lelah dan menangsal perut, pemuda itu hendak menggunakan kesempatan tersebut untuk mencari akal guna menanggulangi kejadian ini. Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Han Siong Kie, mari kita bercerita kembali setelah To It hui, Ang Pat sin dan Wi Jin ho mendapat tugas untuk mengubur jenasah seng Thian pa dan Liok sau tan yang mati dalam pertarungan melawan gerombolan wi It beng. Setelah menyelesakan tugas menguburkan, ketiga orang tianglo ini melakukan perjalanan kian kemari untuk mencari jejak Han Siong Kie, akan tetapi jejak dari ketuanya ini lenyap tak berbekas, mereka jadi murung tak habis mengerti. Ditengah jalan secara kebetulan mereka mendengar kalau Wi It beng telah menjual perguruan Thian lam bun kepada pihak Thian che kau, bahkan istana Huan mo kiong telah dirubah menjadi kantor cabang Thian che kau untuk wilayah Thian lam.

1274 Melihat keruntuhan yang mengancam perguruan ini, ketiga orang tianglo ini jadi marah bercampur sedih, mereka lantas mengambil keputusan untuk berangkat ke Thian lam serta mengumpulkan anak murid yang setia untuk bersama membasmi Wi It beng dari muka bumi. Dalam perjalanan menuju ke Thian lam inilah, secara tak terduga ketua mereka, Han Siong Kie telah muncul dengan membawa dua puluh orang jago bersenjata lengkap. menurut keterangan kedua puluh orang ini adalah anggota baru Thian lam bun yang baru diterimanya. sungguh gembira sekali ketiga orang tianglo tersebut menjumpai kenyataan itu. Mereka lebih percaya lagi setelah Ciangbun suhengnya menunjukkan tanda kebesaran ok kui cupay, malahan mennrut pengakuan ciang bun suhengnya ini lencana tersebut berhasil dirampas kembali setelah berusaha dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Tentu saja mimpipun mereka tak menyangka kalau ciangbun suheng yang berada dihadapan mereka ini sebetulnya adalah ciang bun suheng gadungan Meskipun dalam hal berbicara dan tingkah lakunya banyak hal yang mencurigakan ketiga orang tianglo ini, tapi dengan manisnya "Han Siong Kie" gadungan berhasil memberi jawaban yang memuaskan, hal ini membuat ketiga orang tianglo itu semakin percaya. Tatkala rombongan tiba dikota sik bun ki, anak murid Kay pang cabang wilayah Niu kang yang baru mendapatkan surat kilat dari markas besarnya segera memberi penyambutan yang meriah, bahkan setiap saat menanti perintah mereka. Tindakan ini sama sekali diluar dugaan siapa pun, tentu saja perbuatan dari orang Kay pang mencengangkan mereka. Thia Wi wan yang menyamar sebagai Han Siong Kie gadungan tidak terlampau curiga oleh tindakan Kay pang ini sebab dalam anggapannya kaum pengemis itu sudah 1275 menggabungkan diri dengan Thian che kau, maka segala sesuatunya ini tentulah kaucu mereka yang mengatur. Karena itu diapun tidak memberikan reaksi apa-apa, sebaliknya menerima sambutan itu sewajarnya. Begitulah kesalahan paham yang terjadi pada waktu itu, oleh karena kedua belah pihak tidak mengucapkan apa-apa, tentu saja siapapun tak menyangka kalau apa yang sedang berlangsung pada hakekatnya adalah suatu kesalah pahaman. Kita kembali pada Han Siong Kie yang asli, ketika tidak berhasil mendapatkan akal yang jitu untuk menanggulangi kesulitan tersebut, dengan uring-uringan dia keluar dari kedai arak itu Ditengah jalan tiba-tiba dari sisi tubuhnya terdengar

seseorang berseru kaget ketika ia berpaling ternyata orang itu adalah seorang pengemis tua yang berpakaian tambaltambalan. Satu ingatan dengab cepat melintas dalam benaknya, ia berpikir: "Sebelum berpisah dengan engkoh tua pengemis dari selatan, ia telah berpesan kepadaku bila ada kesulitan minta saja bantuan dari Kay pang, kenapa aku tidak mencari berita dari mereka?" Serta merta ia membuntuti kemana perginya pengemis tua itu. Sebentar kemudian mereka sudah keluar dari kota dan menuju ke tanah alas yang sepi sebelum Han Siong Kie sempat mengucapkan sesuatu, pengemis tua itu telah berpaling seraya memberi hormat, katanya: "Ditempat ini banyak tersebar mata-mata dari istana Huan mo kiong, sebelum rencana disusun dengan matang, lebih baik ciangbunjin sedikit merahasiakan jejakmu" 1276 "Rencana? Rencana apa?" tanya Han Siong Kie. Ucapan itu membuat si pengemis tua jadi terbelalak. lama sekali dia termangu sebelum akhirnya bertanya: "Bukankah engkau adalah Han sauhiap. ketua dari Thian lam bun ?" "Betul" "Maksudku lebih baik untuk sementara waktu ciangbunjin kembali dulu kedalam kuil Po cu bin, agar supaya..." "Kuil Poo cu bin ? Aku tak mengerti apa yang kau maksudkan ?" Pengemis tua itu semakin terperanjat, dengan gugup dia mundur tiga langkah, matanya terbelalak dan mulutnya melongo, untuk sesaat tak dapat mengucapkan sepatah kata punHan Siong Kie bukan orang bodoh, ia segera sadar bahwa dibalik peristiwa ini pasti ada hal-hal yang tak beres, lencana bambu pemberian dari lam key atau pengemis dari selatan itu segera di ambil keluar, sambil menunjukkan lencana itu, tegurnya: "Kau kenal dengan benda ini ?" "Tentu saja "sahut pengemis tua itu dengan sikap yang sangat menghormat. "Benda itu adalah tanda kepercayaan dari tianglo kami, ciangbunjin...." "Jelaskan apa yang terjadi dalam kuil Po cu bio yang kau maksudkan tadi" tukas pemuda itu cepat. Agak tertegun pengemis tua itu, tapi ia lantas menerangkan: "Bukankah ciangbunjin serta para tianglo perguruan Thian lam sedang merundingkan rencana pembersihan atas unsur jahat dari istana Huan mo kiong di kuil Pun cu bio?" 1277

Sesudah mendengar perkataan itu mengertilah sudah Han Siong Kie apa yang sudah terjadi. "Oooh ciangbunjin itu adalah ciangbunjin gadungan, orang lain yang telah menyaru sebagai diriku, tak sempat kujelaskan lagi duduknya perkara kepadmu, cepat katakan dimanakah letak kuil Puy cu bio itu?" Sesudah termangu-mangu sejenak pengemis tua itu menunjuk ke arah sebelah timur seraya sahutnya: "Kuil Pun cu bio berada didalam hutan waru sana" Han Siong Kie tidak membuang banyak waktu lagi, dia lantas menjejakkan kakinya keatas tanah dan melayang ke arah tempat yang ditunjuk. Sesaat kemudian ia sudah berada didepan hutan yang dimaksudkan, sebelum sempat melangkah masuk. dua orang laki-laki kekar telah melayang keluar dari balik pepohonan sambil membentak: "siapa disitu ? Berhenti" Tapi setelah mengetahui siapa yang datang, paras muka dua orang laki-laki itu berubah hebat, mereka menjerit kaget lalu kabur masuk kedalam hutan. "Mau kemana kalian ? Hayo kembali " sambil membentak Han Siong Kie mendorong telapak tangannya kedepan lalu dihisap kebelakang. Seketika itu juga muncullah dua gulung tenaga hisapan yang sangat besar menarik tubuh kedua orang laki-laki itu sehingga tak bisa berkutik, mereka coba meronta dan berusaha kabur, namun bukan saja tubuhnya jadi sempoyongan, malahan tubuh mereka terasa tertarik semakin kencang kebelakang. Bisa dibayangkan betapa takutnya mereka berdua, pucat muka kedua orang itu dan peluh dingin membasahi tubuhnya, sukma serasa melayang tinggalkan raganya. 1278 Manusia muka dingin yang asli bisa muncul dihadapan mereka, peristiwa ini tak pernah terbayang oleh mereka walaupun dalam impianpun. Tapi kedua orang laki-laki itu tak sudi menyerahkan diri dengan begitu saja, setelah tahu bahwa sia-sia untuk meronta dari belenggu tenaga hisapan tersebut, serentak mereka meloloskan senjata tajamnya. Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah sianak muda itu, sinar matanya tampak aneh sekali. tegurnya dengan keras: "Kalian bardua adalah anggota Thian che kau??" "Benar" sahut salah seorang diantara mereka. "Kalau begitu, mampuslah kalian" Dua orang laki-laki itu coba melawan dengan pedangnya, tapi sebelum mereka dapat berbuat sesuatu, Han Siong Kie telah menyentilkan ujung jarinya kedepan.. Dua gulung angin desingan tajam secepat sambaran kilat

meluncur kedepan dan menghajar hiatto kematian di tubuh dua orang laki-laki itu. Untuk tidak sampai mengejutkan orang-orang yang berada dalam kuil, pemuda itu mengambil keputusan untuk membasmi lawannya dengan serangan paling cepat dan paling jitu, maka pilihanpun terjatuh pada ilmu jari Tong kim ci yang tak ada tandingannya itu. Dua kali dengusan tertahan memecahkan kesunyian, darah segar muncrat keluar dari lubang didada mereka, tanpa banyak berkutik, tapi dua orang laki-laki itu terjungkal ketanah, dan tewas seketika itu juga . Setelah musuhnya tak berkutik Han Siong Kie menyapu pandang sekejap sekeliling tempat itu kemudian secepat sukma gentayangan dia masuk kedalam kuil. 1279 sementara itu dalam ruangan kuil Thia Wi wan utusan khusus dari Thian che kau dengan kedudukannya sebagai ketua Thian lam bun duduk dikursi utama, tiga orang tianglo duduk disampingnya dan belasan orang lelaki berpakaian ringkas dengan berbaris menjadi dua deret berdiri jajar di luar ruangan tersebut. Pada waktu itu ada dua orang berbaju biru sedang melangkah masuk kedalam ruangan sambil berlutut mereka berkata: "Tecu berdua menghunjuk hormat untuk Ciangbunjin" "Bangun" seru Thia Wi wan dengan gayanya yang angkuh. Dengan nada agak emosi, salah seorang dari kakak berbaju biru berkata lebih lanjut: "Pada saat ini kelima orang tianglo yang masih tertinggal diruang Goan lo wan telah dijebloskan kedalam penjara bawah tanah, berita yang kita kirim tak dapat mereka terima, tapi dari sekian banyak anak murid Thian lam bun yang berhasil kita hubungi, sebagian besar bersedia untuk berbakti kepada Ciangbunjin, hanya sebagian kecil saja yang mati-matian membela Wi It beng, namun kekuatan mereka tak perlu terlalu di kuatirkan " "Apakah berita yang kita susupkan kesana dapat diketahui oleh komplotan dari Wi It beng?" "Aku rasa tak mungkin" "Baik, mundurlah keluar ruangan sana sambil menunggu perintah berikutnya" Dengan hormat dua orang kakek baju biru itu memberi hormat kemudian mengundurkan diri. Thia Wi wan lantas berpaling kearah ke tiga orang tianglonya, lalu berkata pula: 1280 "Menurut maksudku, malam nanti setelah kentongan ketiga kita langsung menyerbu ke dalam istana Huan mo kiong,

menggunakan kesempatan dikala semua orang terlelap tidur kita bekuk dahulu Wi It beng, sementara tianglo bertiga berusaha untuk melepaskan kelima orang tianglo yang disekap itu dari penjara, meskipun kaki tangan Wi It beng akan melakukan perlawanan, kita bantai saja mereka yang berani membangkang kemudian baru kita jatuhi hukuman yang setimpal kepada Wi It beng sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Entah bagai manakah menurut pendapat kalian bertiga?" "Apa yang diucapkan suheng memang benar, kami semua siap melaksanakan perintah" ucap To It hui ketua para tianglo dengan sikap yang sangat hormat. Seorang laki-laki berpakaian ringkas tiba-tiba lari masuk dengan wajag gugup, setibanya didepan ruangan, ia berlutut seraya berseru: "Lapor ciangbunjin, dua orang saudara kita yang meronda didalam kuil kedapatan sudah berubah jadi mayat" "Apa?" "Dua orang saudara kita yang bertugas meronda keamanan dalam kuil kedapatan telah dibunuh, mereka mati tertotok jalan darah kematiannya oleh sejenis ilmu totokan yang lihay" Thia Wi wan segera meloncat bangun, oleh karena ia menyaru sebagai Han Siong Kie dan mengenakan topeng kulit manusia, maka perubahan wajahnya sama sekali tidak kelihatan, meski begitu sinar matanya amat memancarkan hawa napsu membunuh yang mengerikan. Dengan paras muka berubah hebat, ketiga orang tianglo itupun meloncat bangun. Belasan orang laki-laki berpakaian ringkas yang berjejer diluar pagar ruangan segera menunjukan sikap kaget, 1281 serentak mereka bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan.. Siapapun tahu bahwa dua orang laki-laki yang bertugas meronda disekitar kuil itu memiliki ilmu silat yang cukup tangguh, tapi kenyataanya mereka dibunuh orang tanpa sempat bersuara ataupun melepaskan tanda bahaya, dari sini dapat diketahui bahwa ilma silat yang dimiliki penyergap itu luar bissa sekali. Suasana tegang segera menyelimuti angkasa, semua orang bersiap siaga, siapapun tak berani bertindak gegabah. Akhirnya dengan suara yang berat Thia Wi wan berkata kepada To It hui yang berada disisinya: "To tianglo mungkinkah Wi It beng telah menerima laporan dan menyerang lebih dulu mendahului kita?" "Entahlah" sahut To It hui dengan wajah tegang "tapi aneh mengapa saat ini tidak nampak adanya gerakan apa2" "Mungkinkah mereka sedang menyusun suatu rencana busuk untuk menjebak kita?"

"Biar kukeluar sebentar untuk memeriksa keadaan diluar situ" "Bawalah sepuluh orang jago kita dan lakukanlah pemeriksaan yang seksama diseputar kuil ini"perintah Thia Wi wan"Terima perintah" sahut To It hui. Dengan dikawal oleh sepuluh orang busu berpakaian ringkas berangkatlahj tianglo ini keluar pintu kuil. Suasana diseputar kuil tersebut amat sepi dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun, yang terdengar hanya suara mendesis daun kering yang terhembus angin. "Geledah sekitar kuil ini " perintah To it hui. 1282 sepuluh orang busu berpakaian ringkas itu segera menyebarkan diri dan mulai melakukan penggeledahan disekitar tempat itu. Hutan itu luas dan mencapai satu hektar, oleh sebab banyak semak belukar dan pepohonan tumbuh disana, sukarlah bagi mereka untuk memandang lurus kedepan. Tiba-tiba dua jeritan lengking berkumandang memecahkan kesunyian, suara jeritan itu keras dan mengerikan, membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri, secepat kilat To It hui melayang ke tempat berasalnya jeritan itu, apa yang kemudian terlihat seketika membuat hatinya bergidik, Dua sosok mayat menggeletak dibalik semak belukar dengan dada berlepotan darah, kedua orang itu tak lain adalah dua orang diantara sepuluh jago yang ditugaskan melakukan penggeledehan. Lubang sebesar jari tangan berhasil ditemukan dibagian dada mayat-mayat itu. To It hui tahu bahwa busu-busu ini mati karena suatu serangan ilmu jari yang maha dahsyat. "Aaah, bukankah luka ini berasal dari ilmu jari Tong kim ci?" ingatan tersebut tiba-tiba melintas dalam benaknya. Paras muka tianglo ini kontan berubah hebat, peluh dingin membasahi sekujur tubuhnya, menurut apa yang diketahui hanya ciangbun suhengnya seorang yang dapat mempergunakan ilmu jari ini, tapi Han Siong Kie toh masih duduk dalam kuil? Masakah ada orang lain yang pandai pula menggunakan ilmu jari Tong kim ci?" "Tapi siapakah jago lihay itu?" demikian ia berpikir, "mengapa ia datang kemari dan melukai anak murid perguruan kami??" Tianglo ini cukup mengerti, bila orang itu pandai menggunakan ilmu jari Tong kim ci berarti pula tenaga 1283 dalamnya amat sempurna, atau dengan perkataan lain orang itu pastilah seorang tokoh sakti yang berilmu tinggi. Berpikir sampai disitu, tak tahan lagi hatinya bergidik dan

peluh dingin mengucur keluar semakin deras. Sementara To It hui masib termenung dengan keheranan, jerit kesakitan kembali berkumandang saling menyusul.. Satu jeritan-.. dua jeritan-. tiga kali jeritan tidak lebih tidak kurang persis sepuluh kali jeritan itu menandakan bahwa sepuluh orang busU yang bertugas melakukan penggeledahan telah tewas semua ditangan orang. Tidak banyak bicara lagi ketua tianglo dari Thian lam bun ini segera kabur kembali kedalam kuil. Tapi baru saja dia melangkah masuk ke halaman kuil itu untuk kesekian kalinya tianglo ini dibikin tertegun, bahkan hampir saja tidak percaya dengan kenyataan yang tertera didepan matanya. Dihalaman tengah depan ruangan kuil telah bertambah lagi dengan seorang manusia bermuka dinginTatkala dia alihkan pandangannya ke arah atas kuil disana dia saksikan ciangbun suhengnya dengan wajah yang kaku tanpa emosi dan tatapan mata setajam sembilu sedang melotot manusia muka dingin yang berada ditengah halaman itu tanpa berkedip. Dua orang tianglo, dua orang kakek baju biru serta delapan orang busu berbaju ketat yang berada di sana semuanya berdiri menjublak dengan muka tercengang. Di tengah keheningan yang mencekam seluruh angkasa itu, manusia muka dingin yang berada diatas pelataran kuil itu tiba tiba tertawa seram, lalu menegur: "Bajingan keparat, besar amat nyalimu. Berani betul menyamar sebagai wajahku..." 1284 Manusia muka dingin yang berdiri ditengah halaman menjengek sinis, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan suara menyeramkan ia menjawab: "Thia Wi wan, kau tak usah berlagak pilon lagi,. ketahuilah bahwa sandiwaramu telah berakhir, muslihatmu selama ini hanya sia-sia belaka" Sebutan Thia Wi wan yang sengaja diucapkan dengan nada berat itu kontan menggetarkan badan manusia muka dingin yang berada diatas pelataran kuil, ia mundur selangkah ke belakang kemudian sambil menyeringai katanya: "Bajingan, jangan sembarangan ngebacot, tampaknya kau sudah bosan hidup," sekali melejit ia sudah melayang diudara kemudian dengan suatu gerakan tubuh yang cepat orang itu melayang turun tepat dihadapan manusia muka dingin yang berada di tengah halaman itu, Kecuali delapan orang busu berbaju ringkas yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, baik ketiga orang tianglo itu maupun dua orang kakek berbaju biru berdiri saling berpandangan dengan muka kaget bercampur

keheranan. sebab baik potongan badan, maupun potongan wajah kedua orang manusia muka dingin ini boleh dibilang persis satu sama lainnya, ibarat pinang yang dibelah dua. Tiga orang tianglo dari Thian lam bun itu mulai curiga, sebelum kemunculan manusia muka dingin yang kedua ini.. mereka masih tidak merasa apa-apa, tapi sejak mendengar logat bicara orang yang kedua ini, secara lapat-lapat mereka mulai merasa bahwa logat serta nada waktu berbicara dari manusia muka dingin kedua ini jauh lebih mirip dengan ciangbunjin suheng mereka daripada yang mereka ikuti selama beberapa hari ini. 1285 Sebelum bertemunya kedua orang tokoh ini, mereka tidak begitu merasa, tapi sekarang mereka dapat merasakan suatu perbedaan yang menyolok sekali. sebagaimana telah diketahui, manusia muka dingin yang munculkan diri sekarang memang tak lain adalah Han Siong Kie pribadi setelah melenyapkan dua busu orang jago lihay Thian che kau pengikut Thia Wi wan setelah mendahului To it hui masuk lebih dulu kedalam kuil itu. Langkah pertama yang akan dilaksanakan adalah membongkar rahasia penyaruan Thia Wi wan dan tentu saja lebih baik lagi kalau bisa menyingkap tampang aslinya. Dengan tatapan berapi-api Han Siong Kie mengawasi musuhnya lalu berkata lantang: "Thia Wi wan, kalau tidak kau tunjukkan tampang setanmu pada saat ini juga, kau akan menunggu kapan lagi?" -0000d0w0000BAB 71 SETELAH kemunculan sianak muda itu Thia Wi wan utusan khusus dari Thian che kau itu menyadari bahwa apa yang dibebankan kepadanya tak mungkin bisa terlaksana lagi, kendatipun begitu ia masih tetap membentak nyaring: "Manusia latah yang tak tahu diri, berani benar bicara tak karuan dihadapanku Hmm Rupanya sebelum kubereskan nyawamu, kau tak akan merasa jera" sambil membentak ia menerkam kedepan dan melepaskan sebuah bacokan maut ketubuh lawan. Bukan saja serangan itu secepat kilat, kedahsyatannya luar biasa sekali, membuat hati orang mendesir rasanya. 1286 "Thia Wi wan, kau anggap pukulan itu bisa mematikan aku?" jengek Han Siong Ki sinis "hari ini kau bakal mampus ditanganku" Telapak tangannya dibabat kearah muka dengan taktik membuang ia punahkan ancaman lawan, sementara telapak tangan kirinya hampir pada saat yang bersamaan melepaskan pula serangan kilat ketubuh musuhnya.

Walaupun dua buah pukulan dilancarkan dalam waktu yang tidak bersamaan, namun kecepatannya mengerikan sekali. Gagal dengan serangannya, cepat Thia Wi wan mengigos kesamping dan menyingkir kesisi gelanggang. Han Siong Kie membentak keras, ia tidak membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja, sambil mementangkan kelima jari tangannya, kepala Thian wi wan dicengkeramnya dengan hebat. Utusan khusus dari Thian che kau ini bukan musuh yang empuk. dengan cekatan ia miringkan kepalanya kesamping, lalu secara beruntun melancarkan dua buah serangan balasanMeleset dengan cengkeraman kilatnya, separuh tubuh Han Siong Kie ikut berputar ke samping dengan manis sekali ia berhasil menghindarkan diri dari serangan kilat musuh. Perlu diketahui, kedua orang yang sedang bertempur ini masing-masing adalah jago kelas satu didunia persilatan, meskipun hanya tiga gebrakan namun tiap jurus serangan tersebut tersimpanlah daya penghancurt yang cukup menghantar nyawa lawan, siapa saja sedikit meleng niscaya akan menggeletak tak bernyawa. Diam-diam Thia Wi wan mulai tercekat hatinya dan ketakutan, ia dapat merasakan bahwa ilmu silat yang dimiliki musuh ternyata jauh diatas kepandaian yang dimilikinya. Sementara itu Han Siong Kie telah mendengus dingin, sepasang telapak tangannya dilontarkan secara bergilir, 1287 dengan jurus-jurus serangan Mo hwe liau goan (api iblis membakar ladang) Mo ciang ciang liong (telapak tangan iblis menaklukan naga) serta Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah loteng istana) ia titir musuhnya habis-habisan. Desingan angin tajam seketika itu juga menyelimuti seluruh angkasa bagaikan amukan gelombang samudra, segulung demi segulung menghantam kemuka tiada hentinya. Thia Wi wan betul-betul terkesiap dan pecah nyali, kontan tubuhnya terdesak mundur lima langkah lebar. "Duuk." sebuah pukulan akhirnya berhasil menghajar bahu kiri jago lihay itu, Thia Wi wan segera mendengus kesakitan dan mundur dengan sampoyongan, sakitnya bukan kepalang sehingga serasa merasuk ketulang sumsum. ".. Ha yo perlihatkan kembali wujud aslimu" ejek Han Siong Kie dengan sinis. Menggunakan suatu gerakan sambaran yang kecepatannya luar biasa sekali, dia menyapu kewajah musuh. Jeritan kaget berkumandang memecahkan kesunyian, topeng kulit manusia yang menutupi wajah Thia Wi wan tersambar lepas sehingga tampaklah muka aslinya yang bopeng. Ketiga orang tiang lo itu dan dua orang kakek berjubah biru sama-sama memperdengarkan jeritan kaget, nampaknya

mereka tak menyangka kalau ciangbun suheng yang selama ini dihormati dan disanjung itu kenyataannya adalah manusia muka dingin gadungan, pucat pias wajah kedelapan orang busu berbaju ringkas itu, serentak mereka meloloskan senjatanya siap melancarkan serangan kilat. Han Siong Kie betul-betul sangat marah, serunya lagi dengan lantang: "Anjing keparat, anakan kunyuk, apa yang hendak kau tanyakan lagi sekarang ?" 1288 Thia Wi wan terkekeh kekeh dengan seramnya. "Heeehhh heehhh heeehhhhh manusia muka dingin, sekalipun penyaruanku berhasil kau bongkar, tapi jangan harap kau bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup," Dipihak lain ketiga orang tianglo dari Thian lam bun itu merasa marah, sedih dan malu, mereka malu karena kurang ketelitian, mereka hampir saja mengakibatkan kejadian yang fatal dan tak tertolongkan, untung di saat yang kritis, kelicikan musuhnya berhasil terbongkar. Dengan tatapan tajam Han Siong Kie memandang sekejap ke arah ketiga orang tianglonya, kemudian ia berkata: "Tangkap dan bunuh kedelapan orang anjing geladak itu, jangan lepaskan seorangpun diantara mereka dalam keadaan hidup", Dengan hormat tiga orang tianglo dan dua orang kakek berjubah biru itu mengiakan-serentak mereka menerkam ke arah delapan orang laki-laki berbaju ringkas itu. Suatu pertempuran sengit tak dapat dihindari lagi, kedua belah pihak sama-sama mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk saling merobohkan. Thia Wi wan merasa panik bercampur gusar, ia membentak keras, tiba-tiba sambil maju kemuka sebuah pukulan maut dilancarkan ke tubuh pemuda itu "Bangsat, rupanya kau sudah bosan hidup, maki Han Siong kie dengan marah sambil menghimpun hawa sakti si mi sinkang, dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat ke depan. Tatkala dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu satu sama lainnya, terjadilah ledakan keras yang memekikkan telinga. Sambil mendengus tertahan, Thia Wi wan mundur sejauh satu kaki dengan sempoyongan, mukanya penuh berlepotan 1289 darah, di tambah lagi wajahnya yang pada dasarnya hitam dan penuh bopeng, hal ini membuat tampangnya kelihatan semakin mengerikan. selang sesaat kemudian dia baru muntah darah seggr. Han Siong Kie sendiripun diam-diam merasa terperanjat, sebab dalam serangannya barusan dia telah sertakan tenaga

si mi sin kang sebesar sepuluh bagian, tapi kenyataannya pihak musuh tak berhasil dirobohkan, dari sini dapatlah diketahui bahwa tenaga lwekang orang itu cukup sempurna. Sementara itu pertarungan dipihak lain pun sudah mencapai pada puncaknya, dari antara delapan orang laki-laki kekar yang memberikan perlawanan sengit, ada dua orang diantaranya sudah menggeletak menjadi mayat, dengan begitu maka tersisalah enam orang musuh yang kebetulan merupakan lawan tanding seorang melawan seorang dari pihak Thian lam bun. Walaupun begitu, diantara dua belas orang yang sedang bertempur, ilmu silat dari dua orang kakek berjubah biru itu paling lemah, mereka ketitir hebat dan cuma bisa mempertahankan diri belaka. Dengan hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Han Siong Kie, pemuda itu membentak lagi dengan marah: "Orang she Thia hendak kau serahkan tidak lencana ok kui cupay tersebut?" "Kau tak usah bermimpi di siang hari bolong" sahut Thia Wi wan sambil menyeka noda darah dibibirnya. "Mau diserahkan kepadaku tidak?" pemuda itu kembali membentak. "Kalau tidak lantas kenapa?" "Tidak kau serahkan? HHmm Memangnya tak bisa kuambil sendiri? Akan kuambil kembali lencana itu berikut jiwa anjingmu" 1290 Sekali lagi Han Siong Kie melancarkan bacokan kilat dengan sepasang telapak tangannya. Thia Wi wan tak berani menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, cepat dia melejit kesamping untuk menghindar. Sementara itu dua orang kakek tua berjubah biru dari Thian lam bun itu sudah terdesak hebat sehingga keadaannya sangat kritis, jiwanya setiap saat terancam ditangan lawan. Ini membuktikan bahwa anak buah Thian che kau yang ditugaskan dalam operasi kali ini bukanlah manusia-manusia sembarangan, rata-rata mereka berkepandaian tinggi. Dua jerit kesakitan yang memilukan hati menggelegar memecahkan kesunyian, dengan tongkat kepala setannya secara beruntun To It hui dan Ang Pat siu telah membinasakan musuh-musuhnya, cepat mereka memburu kemuka dan menolong dua orang rekan mereka yang ketitir hebat. Sementara itu tianglo yang lainpun telah berhasil membunuh musuhnya dalam sekejap mata delapan orang lakilaki berbaju ringkas itu sudah menggeletak semua menjadi mayat. Sementara itu pertempuran antara Han Siong Kie melawan

Thian wi wan masih berlangsung dengan serunya, bacokan demi bacokan maut dilepaskan secara berantai, tatkala pukulan yang dilepaskan tidak mendatankan hasil yang diharapkan, daripukulan telapak tangan ia lantas mengubah serangannya menjadi serangan jari. Gulungan demi gulungan angin jari tangan menyambar kian kemari, memaksa Thia Wi wan harus meloncat kesana kemari dengan repotnya. Jauh sebelum bertugas Thia Wi wan sudah pernah mendengar tentang kelihayan serta kedahsyatan ilmu jari 1291 Tong kim ci, sekuat tenaga dia berusaha untuk meloloskan diri dari ancaman maut, tapi suatu ketika akhirnya ia terlambat untuk menghindar. "Criit" segulung desingan angin jari tangan tepat menembusi bahunya secara telak, dengan sempoyongan ia mundur kebelakang dan hampir saja roboh terjengkang, darah segar berceceran membasahi separuh tubuhnya keadaan diri utusan khusus Thian Che kau itu bertambah mengenaskan. Setelah membereskan kedelapan orang lawannya, ketiga orang tiang lo dan dua orang kakek baju biru itu sudah mengurung sekitar gelanggang itu rapat-rapat, semua perhatian mereka telah tertuju ketengah gelanggang dimana pertarungan masih berlangsung. Perlahan-lahan Han Siong Kie maju beberapa langkah kemuka sambil mengayunkan telapak tangannya ia berseru: "Thia Wi wan, serahkanlah jiwa anjingmu" Tiba-tiba disaat yang kritis, Thia Wi wan mengayunkan tangannya ke depan, menyusul mana serentetan sinar tajam yang menyilaukan mata memancar keluar. Seketika itu juga Han Siong Kie merasa matanya silau dan tenaga dalamnya punah. "Aduh celaka" demikianlah ia berpekik kagetnya bukan kepalang menghadapi kejadian yang tak terduga itu. "Duuuk.. . " sebuah pukulan dahsyat tak dapat dihindari lagi, diiringi dengusan tertahan Han Siong Kie terhajar sampai mencelat sejauh dua kaki lebih dan muntah darah segar. Betapa terperanjatnya To It hui berlima menyaksikan kejadian itu, mereka menjerit kaget dan segera memburu ke muka. Kiranya disaat yang amat kritis, Thia Wi wan dengan suatu gerakan yang tak terduga telah mengambil keluar lencana Ok kui cu pay, sisa hawa murni yang dimilikinya segera disalurkan 1292 kedalam lencana itu sehingga memancarlah sinar aneh dari mutiara di atas lencana tadi. Han Siong Kie tidak menduga sampai ke situ, perhatiannya langsung buyar setelah terkena sorotan cahaya mutiara tadi,

disaat keadaan itulah Thia Wi wan manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, sebuah pukulan gencar herhasil menghantam tubuhnya dengan telak. Masih beruntung tenaga lwekang yang dimilikinya cukup sempurna, kalau tidak mungkin nadi pentingnya sudah putus dan tewaslah pemuda ini secara konyol. Tanpa berpikir panjang, ketiga orang tianglo dan dua orang kakek baju biru itu menerjang kedalam arena, dengan menghimpun segenap kemampuan yang dimilikinya mereka terjang Thia Wi wan. "Bangsat, rupanya kalian bosan hidup semua" maki Thia Wi wan dengan mendongkol. sepasang telapak tangannya dilontarkan kemuka, angin puyuh yang maha dahsyat langsung menyapu kedepan dan menghajar kelima orang itu sampai jumpalitan tak karuan. Han Siong Kie yang terluka tak sudi unjukkan kelemahan dihadapan musuhnya, dia menghirup udara dalam-dalam, wataknya yang angkuh membuat pemuda itu sekuat tenaga mempertahankan diri, ia bangkit dan duduk. Dengan wajah menyeringai seram Thia Wi wan menerjang kehadapan sianak muda itu kemudian ujarnya pula dengan suara menyeramkan: "Ciangbunjin sekalipun aku tak dapat melaksanakan tugasku dengan sebaik-baiknya, tapi ketahuilah membinasakan dirimu juga termasuk pahala yang amat besar, pejamkan matamu dan terimalah kematian ini" Seraya berkata telapak tangan kanannya lantas diayun kedepan.. 1293 "Duuk Blaang.." Ditengah jerit kesakitan, bukan Hian Siong Kie yang termakan oleh pukulan itu, sebaliknya justru Thia Wi wan yang mencelat kebelakang sambil muntah darah, ia terbanting dan jatuh terduduk dilantai. Hawa sakti si mi sinkang yang berhasil diyakinkan Han Siong Kie memang terhitung suatu kepandaian yang tangguh, kendatipun ia sudah terluka parah, hawa murninya sama sekali tidak menjadi buyar, sambil menggertak gigi ia sudah menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya untuk siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, akhirnya pukulan kilatnya berhasil juga merobohkan musuhnya. sekalipun demikian, ia sendiripun lantas roboh terjengkang keatas tanah dengan badan yang lemas. Bagi Thia Wi wan, kejadian ini benar-benar peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, mimpipun tak pernah diduga olehnya bahwa musuhnya masih mampu menyerangnya walaupun sudah terluka parah, cepat dia pusatkan perhatiannya, lalu bangkit berdiri tanpa mengucapkan sepatah katapun sebuah pukulan dibacok kebawah.

Dengan mata melotot besar. Han Siong Kie dapat menyaksikan tibanya bacokan itu, apa daya ia tak mampu untuk melawan, pemuda itu hanya bisa melotot sambil menantikan saat kematiannya. Ketiga orang tianglo yang terguling ditanah itu segera meloncat bangun dan sekali lagi menerkam kedepan, sekalipun mereka telah berusaha dengan sepenuh tenaga, pada hakekatnya tindakan itupun terlambat setengah langkah, tak mungkin serangan itu bisa mereka bendung. Untunglah disaat yang sangat kritis dan berbahaya, dari luar kuil terdengar suara bentakan nyaring: "Tahan" Menyusul bentakan itu, tampak Thia Wi wan mundur tiga langkah lebih dengan sempoyongan. 1294 Seorang nyonya muda baju merah yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan telah berdiri ditengah arena. Dari mana nyonya cantik ini datang dan dengan cara apa ia tiba diarena, tak seorangpun yang tahu. Dengan rasa heran bercampur kaget Han Siong Kie berpaling, berdebar keras jantung nya tatkala sinar mata mereka bertemu, dengan muka merah padam karena jengah cepat pemuda itu tundukkan kepalanya. Memang cantik nyonya berbaju merah itu, demikian cantiknya hingga sukar diibaratkan dengan kata-kata. Ia tak percaya kalau didunia ini terdapat seorang perempuan secantik itu, terutama sepasang biji matanya yang penuh daya tarik. sungguh membuat hati orang terpesona dan tak berdaya untuk melawannya. Jangankan Han Siong Kie yang masih berjiwa muda, malahan ketiga orang tianglo yang sudah lanjut usiapun berdiri tertegun dengan mata melotot besar, rasa kagum jelas tercermin diatas wajahnya. Kemunculan nyonya baju merah itu diluar dugaan siapapun, apalagi tindakannya menghalangi Thia Wi wan untuk melepaskan serangan mautnya atas diri Han Siong Kie, lebih-lebih mengejutkan lagi hati mereka. . Lama sekali Thia Wi wan termangu, akhirnya sambil menyeringai katanya dengan sinis: "Kau hendak menangkap ikan diair keruh? Hendak kau campuri urusan kami ini ?" "Kalau iya kau mau apa?" sahut nyonya baju merah itu dengan dingin, ketus dan mengerikan"Sebutkan dulu siapa namamu ?" "Mau tahu namaku ? Hmmm Bercermin dulu dengan tampangmu yang bopeng dan jelek masih belum pantas untuk mengetahuinya" 1295 "Keparat, perempuan hina..." "Ploook ploook" belum habis Thia Wi wan memaki,

tempelengan keras sudah bersarang dulu diwajahnya, muncullah bekas telapak tangan yang merah bengkak di pipi Thia Wi wan yang bopeng itu. "Kalau engkau berani bicara tak benar lagi, jangan salahkan kalau kucabut selembar jiwamu" ancam nyonya baju merah itu sambil mendengus dingin. Tempelengan itu keras dan pedas, Thia Wi wan merasa kepalanya jadi pening dan hampir saja jatuh semaput. Cepat nian tamparan tersebut, bukan saja Thia Wi wan tak tahu bagaimana caranya ia ditempeleng, bahkan ketiga orang tianglo yang menonton dari sampingpun tak sempat melihat dengan cara apakah nyonya cantik itu memberi "hadiah" kepada lawannya. Sebagai salah seorang dari sepuluh utusan khusus Thian che kau, ilmu silat yang dimiliki Thia Wi wan terhitung ampuh dan jarang ada yang bisa menandinginya, tentu saja ia tak sudi menelan kekalahan di tangan orang dengan begitu saja. Meski demikian ia tak berani gegabah, sebab dia tahu nyonya baju merah yang muncul secara tiba-tiba ini pada hakekatnya memiliki kungfu yang sangat luar biasa lihaynya, kedahsyatan serangan itu dapat ia rasakan sewaktu hendak membunuh Han Siong Kie tadi, tiga gulung desingan angin dingin telah memaksanya untuk mundur tiga langkah. setelah termangu sejenak. diapun membentak lagi: "Jika kau tak bersedia menyebutkan nama serta asal usulmu lagi, Harap jangan salahkan kalau...." "Kalau kenapa?" jengek nyonya dengan sinis. 1296 "Jangan salahkan kalau aku akan turun tangan tanpa belas kasihan lagi" "Ciis" Thia Wi wan mungkin orang lain tak tahu asal usulmu itu, tapi Koh nay-nay (nyonya muda) mengetahuinya seperti melihat jari tanganku sendiri Huuh Kamu itu apa? Tindak tandukmu jauh lebih busuk dari seekor anjing budukan, tapi Heehh heehh heeehh siapa berani berhutang dia harus berani ditagih, aku tak akan membunuh dirimu sebab lain hari toh ada yang bakal mencari sendiri jejakmu. Nah enyahlah dari tempat ini" Wajah bopeng Thia Wi wan berkerut kencang, sinar buas memencar keluar dari matanya, ia membentak lagi: "sebenarnya siapakah engkau ?" "Kau bersikeras ingin mengetahuinya ?" "Tentu saja, selamanya aku tidak pernah membunuh manusia yang tak bernama" "Hiiih hiiihh hlih" nyonya cantik baju merah itu tertawa merdu, suaranya amat jalang dan mengkili-kili telinga pendengarnya. Meskipun hanya cekikikan biasa, namun berakibat lain bagi pendengaran Thia Wi wan, seketika itu juga ia merasa sekujur

badannya seperti dirambati oleh semut dan di gigit nyamuk sebanyak ribuan ekor, perutnya amat sakit bagaikan disayalsayat. Dengan wajah berobah hebat dia msndur beberapa langkah kemudian serunya dengan ketakutan: "Aaah kau, kau adalah..." "Thia Wi wan, tentunya engkau tahu bukan dengan peraturanku ?" Seketika itu juga Thia Wi wan membungkam dalam seribu bahasa, dia tak berani bicara lagi, malahan sinar buas yang 1297 semula mencorong keluarpun kini lenyap tak membekas. Diam-diam Han Siong Kie terperanjat, ia berpikir: "Siapa gerangan nyonya cantik baju merah ini ? Mengapa secara tiba-tiba muncul disini ? Padahal tenaga lwekang yang dimiliki Thia Wi wan toh lihay sekali, mengapa dia begitu jeri dan ketakutan kepada perempuan ini? Dan apa pula peraturan yang dimaksudkan perempuan itu? Heran, sungguh mengherankan" Pemuda itu benar-benar merasa tak habis mengerti, selamanya belum pernah dia dengar tentang manusia seperti ini dalam dunia persilatanSementara sianak muda itu masih melamun, nyonya cantik baju merah itu sudah ulapkan tangannya seraya berseru: "Sekarang kau boleh pergi dari sini" Dengan gemas dan penuh kebencian Thia Wi wan melotot sekejap kearah Han Siong Kie, kalau menurut suara hatinya dia belum rela sebelum membinasakan musuhnya ini, tapi ia tak berani membangkang, kendatipun di hati kecilnya dia pun membenci nyonya baju merah itu, namun sikap tersebut tak berani ia perlihatkan pada wajahnya. "Bagaimana? sudah bosan hidup rupanya? " ejek nyonya baju merah itu sambil tertawa ringan. "Bolehkah aku tahu, apakah hubunganmu dengan bocah keparat int?" tanya Thia Wi wan sambil keraskan hatinya. "Kau tak usah tahu, pokoknya segera tinggalkan tempat ini" Dengan perasaan apa boleh buat Thia wi wan melirik sekejap kearah nyonya baju merah itu, kemudian putar badan dan siap berlalu. "Eeh, tunggu dulu" Tiba-tiba nyonya itu berseru kembali. "Apa yang hendak kau katakan lagi?" tanya Thia Wi wan sambil putar badan, wajahnya kelihatan agak tertegunTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1298 "Tinggalkan dulu benda itu" kata si nyonya cantik dengan dingin. "Benda apa yang kau minta?" "Lencana ok kui cupay" "Tidak. tidak bisa kuberikan kepadamu" seru Thia Wi wan dengan paras muka berubah.

"Hmm Kau anggap dengan andalkan kepandaian silatmu yang tak seberapa itu, kau bisa pergi dengan gampang?" . "Bila kuserahkan benda itu kepadamu, bagaimana mungkin aku bisa memberi laporan kepada kaucu kami?" "Katakan saja benda itu sudah kuambil" "Tapi.. persoalan ini menyangkut soal mati hidupku.." "Sudah tak usah cerewet lagi mau diserahkan tidak?" "Maaf Permintaanmu itu tak dapat kupenuhi" Dengan lemah gemulai nyonya cantik baju merah itu bergerak maju kedepan, sinar membunuh yang menyeramkan melintas dari balik matanya. "Hayo, kalau berani ulangi lagi kata-katamu itu" tantangnya. Menyaksikan semua peristiwa yang sedang berlangsung dlarena, ketiga orang tiang lo dan dua orang kakek baju biru itu lantas berpikir: "Jangan-jangan tujuan dari nyonya baju merah yang misterius ini pun lencana ok kui Cu pay itu? Wah, kalau sampai terjatuh ketangannya, runyamlah kami perguruan Thian lam bun" Han Siong Kie yang sedang menggeletak sedang berpikir pula pada waktu itu. "Kenapa tidak kugunakan kesempatan yang baik ini untuk menyembuhkan lukaku? Thia Wi wan sudah ketemu batunya, 1299 sudah pasti dia tak bisa melukai aku lagi, sedang perempuan baju merah ini..rasanya juga tak akan merugikan aku." Ia memaksa bangun, setelah duduk bersila, semua perhatian lantas dipusatkan menjadi satu, dan diapun mulai mengatur pernapasan. Dalam pada itu suasana ditengah arena sudah meningkat hingga titik ketegangankenyataan sudah terpapar jelas, bila Thia Wi wan berani mengulangi kembali kata-katanya, niscaya akan mampus diserang oleh nyonya baju merah itu. Tampaknya Thia Wi wan merasa jeri sekali terhadap nyonya baju merah itu, meski demikian diapun tak berani menyerahkan lencana ok kui cupay itu kepada orang lain, bisa jadi nyawanya akan dicabut oleh ketuanya sendiri. Sesudah berpikir putar balik, akhirnya ia mengambil keputusan untuk melarikan diri dari situ, ia menjejakkan kakinya ke tanah dan meloncat keluar.. Baru saja ia bergerak bayangan merah telah melintas dihadapan matanya, menyusul segulung desiran angin dingin yang menusuk tulang berhembus lewat. "Kau benar-benar sudah bosan hidup?" tegur nyonya baju merah yang telah berdiri dihadapannya itu dengan ketus. Thia Wi wan tarik napas panjang, terpaksa dia ambil keluar lencana itu dan diangsurkan ke depan- "Ambillah..." Sebelum lencana itu diambil, tiba-tiba telapak tangannya

membalik dan serentetan cahaya aneh memancar keluar dari mutiara diatas lencana tersebut. "Bangsat, rupanya kau sudah bosan hidup", Maki perempuan itu menyusul seseorang mendengus tertahan. 1300 Lencana ok kui cu pay tahu-tahu sudah berpindah tangan sementara Thia Wi wan dengan peluh sebesar kacang membasahi jidatnya mundur jauh di belakang sana. "Thia Wi wan" kata nyonya baju merah itu sambil tertawa dingin "mumpung aku belum berubah pikiran, cepatlah sipat ekor dan enyah dari sini" "Kalau engkau masih membangkang terus, Hmm. Hmm. jangan salahkan kalau kubunuh dirimu secara keji" Keadaan dari Thian Wi wan pada saat ini ibaratnya ayam jago yang dikecundangi, dengan loyo dan sedih tundukkan kepalanya rendah-rendah, ia bergumam. "Lencana ok kui cupay itu diserahkan sendiri kepadaku oleh kaucu ketika beliau menyampaikan perintah pada ku, aai, apakah engkau bisa membayangkan bagaimana akibarnya bila aku kehilangan lencana tersebut" "Sudahlah, kau tak usah banyak bicara, katakana pada Yu Pia lam bahwa lencana mutiara itu sudah kuambil" Thia Wi wan tak berani banyak bicara lagi, dia menghela napas panjang dan akhirnya berlalu dari kuil itu dengan tubuh lunglai. suasana tercekam kembali dalam keheningan, tiada orang yang berbicara dan tiada orang bergerak. yang tampak hanya uap putih yang kian menebal disekitar ubun-ubun Han Siong Kie. Sebagaimana diketahui, pemuda itu pernah berganti otot bersalin tulang setelah merendamkan diri air kerak bumi Tee long cwan, kemudian berhasil pula menguasahi ilmu sakti si mi sinkang, dengan dasar yang kuat ini tidaklah sulit baginya untuk menyembuhkan luka dalam yang dideritanya. Tak selang seperminum teh kemudian, Han Siong Kie telah menarik kembali uap putih pada ubun-ubunnya dan melompat bangun. 1301 Menyaksikan itu, ketiga orang tianglo dan dua orang kakek baju biru itu segera menunjukkan wajah kegirangan. "Ciangbunjin suheng, kiong-hi kau berhasil menyembuhkan kembali luka yang diderita" puji To It hui kegirangan. "Terima kasih atas perhatian kalian semua" sahut pemuda itu seraya mengangguk. Perlahan-lahan sinar matanya dialihkan ke wajah nyonya baju merah itu, tadi sewaktu berbaring pemuda itu tak dapat melihat jelas paras muka perempuan itu, tapi sekarang semuanya tertampak jelas dan tak dapat dicegah lagi

jantungnya berdebar makin keras. Kecantikan nyonya baju merah ini boleh dibilang sukar dicarikan tandingannya dikolong langit. Kecantikan tak bisa dilukiskan dengan kata2, semenjak terjun kedalam dunia persilatan belum pernah Han Siong Kie menjumpai perempuan secantik nyonya baju merah ini, walaupun sebelumnya ia pernah berkenalan dengan perempuan-perempuan cantik seperti Go Siau bi, Tonghong Hui serta ibunya si siang go cantik ong cui ing, tapi kalau mereka dibandingkan boleh dibilang ibaratnya langit dan bumi. Bukan begitu saja, bahkan dia memiliki kematangan sebagai seorang perempuan, kematangan inilah yang menggiurkan hati tiap pria yang menjumpainya. Han Siong Kie adalah seorang pemuda penganut paham membenci kaum wanita didunia ini, tapi sekarang setelah berhadapan muka dengan nyonya baju merah yang kecantikannya melebihi siapapun ini, goyah juga hatinya, ia merasa perempuan ini memiliki segala sesuatu yang didambakan dan di inginkan selama ini, kecantikan serta kematangannya membuat ia terpesona dan tergiur jadinya. 1302 sementara pemuda itu masih termenung sambil melamun, dengan suara yang merdu bagaikan kicauan burung nuri, nyonya cantik baju merah itu menegur. "Betulkah engkau adalah Manusia muka dingin yang barubaru ini menggemparkan dunia persilatan-" Bagaikan baru sadar dari impian Han Siong Kie jadi gelagapan, ia lebih-lebih malu lagi setelah sadar bahwa sikapnya didepan para tianglo kurang pantas. "Benar Aa.. akulah yang kau maksudkan" sahutnya tergagap "terima kasih banyak atas bantuanmu" -000d0w000BAB 72 NYONYA cantik baju merah itu tertawa manis sekali, tertawanya membuat hati terasa tergoda untuk kesekian kalinya Han Siong Kie merasa jantungnya berdebar keras, merah padam selembar wajahnya karena jengah. "Bukankah kau juga merupakan pewaris dari perguruan Thian lam bun?" kembali nyonya muda itu bertanya. "Benar" "Bukankah benda ini adalah tanda kebesaran dari perguruanmu?" ujar nyonya itu lagi seraya memperlihatkan lencana ok kui cupay tersebut dihadapan Han Siong Kie. Si anak muda itu terperanjat, ia jauh lebih sadar lagi daripada keadaan semula, tak disangkanya kalau lencana ok kui cupay bisa terjatuh ketangan seorang nyonya muda yang tak diketahui asal usulnya, tentu saja tak mungkln baginya untuk memintanya kembali, selain daripada itupun tak tahu

apa tujuan nyonya cantik ini? Maka ketika mendengar pertanyaan itu, diapun mengangguk. "Benar, boleh kah aku tanya siapa nama nona?" 1303 Nyonya muda berbaju merah itu tidak menjawab, sebaliknya malah tertawa cekikikan genit dan merdu suara tertawanya sampai-sampai seluruh tubuhnya ikut berguncang keras. Han Siong Kie tertegun dan melongo, ia tidak mengerti apa sebabnya nyooya itu tertawa geli. Setelah puas tertawa, sambil mencibirkan bibir nyonya muda itu berkata lagi: "Nona? Apa kau lihat aku masih mirip sebagai seorang nona?" Han Siong Kie semakin jengah, sampai seluruh wajahnya berubah jadi merah padam, sesudah tertegun beberapa saat ia baru berkata: "Kalau begitu akulah yang telah latah menyebut, boleh kah aku tahu siapa namamu" .. "Buat apa kau bertanya soal itu?" ujar nyonya muda itu sambil mengerling nakal. Kerlingan itu penuh dengan daya pikat, begitu tajam dia mengawasi wajah Han Siong Kie sehingga membuat pemuda itu hampir saja tak berani beradu pandang dengannya. Ia ingin sekali menghindari tatapannya, sebab baru kali ini dia merasa malu dihadapan perempuan, baru pertama kali ini dia menayadari betapa besarnya daya pesona seorang wanita, ia ingin menghilangkan ingatan tersebut dengan membayangkan sikap dinginnya kepada kaum wanita dimasa lampau tapi tak berhasil. Akhirnya dengan tergagap katanya. "Ehmm . . kau .. oh. Tidak Kau telah memberi pertolongan kepadaku, maka sudah sepantasnya kalau kutanyakan namamu" "Aku dapat membedakan mana budi dan mana dendam, kalau budi pasti akan kubayar, kalau dendam pasti akan kubalas." 1304 "Aaah, tak perlu Kau tak usah membalas budi atau dendam" "Kenapa?" tanya pemuda itu keheranan"Sebab aku punya tujuan, aku menolong engkau karena mempunyai maksud tertentu" Perkataan ini sangat mengejutkan Han Siong Kie, tak disangka olehnya kalau perempuan ini berani mengakui kalau kedatangannya bertujuan. Tapi dengan begitu hatinya malahan jadi lebih tenang, dengan serius tanyanya pula: "Apakah tujuanmu itu? Katakanlah" Nyonya muda baju merah itu tertawa misterius, dia

menggeleng. "Tidak... Tak dapat kukatakan pada saat ini, hanya bisa kuberitahukan tujuanku hanya padamu seorang " "Hanya padaku seorang ?" "Betul. Bagaimana kalau kau suruh rekan- rekanmu menyingkir lebih dulu" Meskipun keheranan, Han Siong Kie tak takut untuk memenuhi permintaannya itu, pikirnya: "Memangnya aku Han Siong Kie takut kepadamu?Baik, akan kulihat permainan apa lagi yang hendak ia tunjukkan dihadapanku, bagaimanapun juga lencana 0k kui cu pay harus kuminta kembali, sekalipun harus ku bayar dengan mahal". Berpikir demikian, diapun ulapkan tangannya kepada ketiga orang tianglo seraya berkata: "Harap tianglo sekalian suka mengundurkan diri untuk sementara waktu keluar halaman" 1305 Ketiga orang tianglo dan dua orang kakek baju biru tampak rada sangsi, tapi akhirnya mereka memberi hormat dan mengundurkan diri dari situ. sepeninggalnya kelima orang itu, nyonya muda baju merah itu menuding kearah pelataran lalu ajaknya: "Hayo kita duduk disana" "Kan sama saja bicara sambil berdiri di sini?" "Kau takut?" Han Siong Kie tersinggung dengan perasaan apa boleh buat terpaksa dia mengikuti nyonya itu duduk di pelataran kuil. -000d0w000Jilid 35 SETELAH duduk, nyonya itu tertawa cekikikan dan bertanya lagi. "Tentunya kau ingin tahu siapa kah aku bukan?" "Ehmm, tentu saja kalau kau bersedia untuk menerangkan.." "Kalau aku tidak bersedia untuk menerangkan?" "Tentu saja aku tak akan memaksa kau untuk memberi keterangan" Terendus bau harum khas perempuan tersiar keluar dari tubuh perempuan itu, gerak geriknya yang genit dan tubuhnya yang lemah gemulai membuat Han Siong Kio merasa tak tenang untuk duduk disitu, perasaannya yang setenang permukaan telaga mulai beriak dan akhirnya bergelombang keras. 1306 Tiba-tiba nyonya cantik itu menggeserkan duduknya sehingga lebih merapat dengan tubuh Han Siong Kie. bisiknya dengan lembut: "Aku bernama Buyung Thay" "Buyung Thay??"

"Ehmm, baguskah namaku ini?" "Bagus. secantik orangnya" jawab pemuda itu lugu. "Benarkah aku cantik??" "Cantik sekali" sahut pemuda itu, kali ini sambil tertawa jengah. "boleh diibaratkan bidadari yang baru turun dari kahyangan" "Sungguhkah itu?" bisik sang nyonya sambil menatap sianak muda itu dengan kerlingan yang mempesonakan "Buyung.... Buyung.." Han Siong Kie merasa pipinya jadi merah dan panas, ia tak tahu bagaimana harus menyebut perempuan itu, sebab dia sudah menjadi seorang nyonya, jelas tak mungkin disebut nona, menyebut cianpwe rasanya kurang sedap. memanggil enso atau nikoh juga tak pantas, ia jadi kebingungan dengan sendirinya Buyung Thay, nyonya cantik baju merah itu dapat merasakan kejengahan orang, ia tertawa cekikikan dan katanya: "Kenapa kau musti bingung-bingung? Panggil saja namaku" "Ma.. mana boleh jadi? Tidak pantas rasanya kusebut dirimu langung dengan namamu" "Kalau begitu panggillah aku cici. usiaku lebih besar daripada dirimu" "Tapi.. ini.. ini" 1307 "Tak usah ini itu lagi, katakanlah terus terang, cintakah kau kepadaku?" Ucapan yang blak-blakan tanpa tedeng aling-aling ini membuat Han Siong Kie canggung, ia merasa hatinya seperti dipukul martil berat, tak pernah disangka olehnya kalau nyonya muda itu dapat mengucapkan kata-kata seperti itu. Tak salah dia memang terpesona oleh kecantikannya dan timbul suatu perasaaa tertarik dalam hatinya, tapi itu bukanlah luapan cinta, golakan perasaan tersebut hanya dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang wajar dari seorang pria, suatu pertanda kalau dirinya adalah seorang laki-laki yang normal, bukan laki-laki impoten. Untuk sesaat pemuda itu terbungkam, tak sepatah katapun yang diucapkan keluar. "Hayo katakanlah cintakah kau padaku" desak nyonya cantik itu lebih jauh. "Tentang soal ini" Tiba-tiba pemuda itu merasa bahwa pengakuannya secara blak-blakan akan menyinggung perasaannya, Ia memang cantik dan cukup membuat seorang pemuda yang terkenal paras muka dinginnya menjadi tak dingin lagi, diakui oleh Han Siong Kie sendiri, andaikata perempuan yang dihadapinya sekarang bukan perempuan secantik Buyung Thay, serta merta tanpa berpikir panjang lagi dia akan menjawab dengan kata Tidak

"Bagaimana? Hayo jawablah" desak Buyung Thay lagi. Menolak, tak mungkin akhirnya pemuda itu menjawab sambil menggelengkan kepalanya. "Mengapa tak mungkin ?" "Masih ingatkah kau bahwa kau pernah mengatakan bahwa dirimu sudah bukan seorang nona lagi." 1308 "Lalu menurut anggapanmu, aku adalah perempuan yang bagaimana?" "Tentu saja seorang perempuan yang telah bersuami" "Bagaimana kau bisa tahu kalau aku telah bersuami ?" perempuan itu tiba-tiba balik bertanya. Kali ini Han Siong Kie dibikin tertegun dan tak mampU menjawab lagi. Buyung Thay menarik kembali senyUman yang menghiasi bibirnya, ia berkata pula: "Benar, aku memang seorang perempuan yang pernah bersuami, tapi sekarang sudah tidak lagi" Han Siong Kie memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu ujarnya lagi. "Bukankah kau mengatakan bahwa kau datang dengan membawa tujuan? Nah, sekarang katakanlah tujuanmu itu?" "Apa yang kukatakan barusan adalah tujuan kedatanganku kemari" "Oooh, maaf, tak mungkin aku bisa...." "Tunggu sebentar Han Siong Kie, masih kau inginkan tidak ok kui cu pay ini" tiba-tiba ia bersuara. "Lencana mutiara itu adalah benda paling berharga dari perguruan kami" seru Han Siong Kie dengan hati bergetar. "Aku tahu, tanpa benda ini engkau tak dapat membersihkan perguruanmu dari unsur-unsur manusia bejad, dan engkaupun tidak berhak untuk menjabat ketua perguruan Thian lam bun" Sekujur tubuh sianak muda itu gemetar keras dan bermandikan keringat dingin. 1309 Apa yang diucapkan nyonya cantik baju merah memang benar, tanpa lencana mutiara ia tak mempunyai tanda kepercaan untuk meyakinkan anak muridnya bahwa dialah ketua yang baru, sebab ketika Mo tiong ci-mo mewariskan kedudukan itu kepadanya, kecuali lencana ok kui cupay tiada tanda bukti lain yang bisa menyatakan akan pengangkatan tersebut. Ia percaya ketiga orang tianglonya pasti sudah percaya penuh bahwa dialah ketua mereka, tapi bagaimana dengan anak murid yang lain? Wi It beng pasti akan menggunakan kesempatan tersebut untuk merusak rencananya serta mengadu domba kekuatan mereka.

Sementara pemuda itu masih termenung, nyonya cantik berbaju merah itu telah bertanya kembali. "Bagaimana ceritanya toh sehingga lencana mutiara ini bisa terjatuh ketangan Yu Pia lam?" "Siapa itu Yu Pia lam? Aku tidak kenal?" seru Han Siong Kie keheranan "Masa kau tidak kenal dengan Yu Pia lam? Dia kan ketua dari perkumpulan Thian che kau?" Tentu saja Han Siong Kie tidak mengenal nama dari ketua perkumpulan Thian che kau, janganlah dia hanya seorang pemuda yang masih sangat muda belia, kendatipun jago-jago yang sudah berpengalaman luas pengetahuannya belum tentu mengetahui nama asli dari gembong iblis tersebut. "oooh jadi ketua perkumpulan Thian che kau itu bernama Yu Pia lam?" kembali pemuda itu berteriak dengan nada baru tahu. "Benar, kau heran?" Hakekatnya Han Siong Kie sudah lama mengetahui bahwa ketua dari perkumpulan Thian che kau itu dari marga Yu, 1310 hanya ia tidak mengetahui nama lengkapnya, juga ia belum pernah bertemu dengan raut wajah aslinya. Menurut keterangan dari orang yang kehilangan sukma, ketua muda perkumpulan Thian che kau yang bernama Yu sau kun sebenarnya adalah putra kandung dari paman gurunya Tok liong jiu tangan sakti naga beracun Thio Lin dan menurut perkiraannya bocah itu tentu dibawa oleh ibunya siang go cantik ong cui ing tatkala perempuan itu menikah lagi dengan ketua perkumpulan Thian che kau. Atau dengan perkataan lain pemuda yang sekarang dikenal sebagai Yu sau kun sebenarnya bernama Thio sau kun, tapi karena ia sudah hidup mengikuti ketua perkumpulan Thian che kau maka nama marganya ikut diganti pula menjadi marga Yu sebagai mana ayahnya sekarang. Lama sekali pemuda itu menundukkan kepalanya karena malu kemudian dengan agak ragu ia baru menjawab: "Yaa, ilmu silatku terlampau cetek dan tak mampu menandingi kelihayan mereka, benda itu berhasil dirampas oleh mereka dengan kekerasan" "Dan sekarang inginkah kau untuk mendapatkan kembali lencana mutiara ini?" tanya Buyung Thay mendesak lebih jauh. "Bila kau.... bila kau bersedia mengembalikan kepadaku tentu saja akan kuterima dengan senang hati" "Kau tak usah berterima kasih kepadaku, bagaimana kalau kita bertukar syarat saja" "Bertukar syarat?" ulang Han Siong Kie dengan alis mata berkernyit, ia tidak paham syarat apa kah yang akan diajukan perempuan cantik itu.

"Ehmm" nyonya itu membenarkan. "Apa syaratmu itu?" "Gampang, Aku hanya minta kau bersedia mencintai aku " 1311 Ucapan yang diutarakan dari mulut seorang perempuan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan ini memang betulbetul membawa suatu daya pengaruh yang amat besar, mendatangkan suatu kekuatan yang seakan-akan membuat siapapun tak berani untuk membantahnya . Tentu saja ini berbeda jika dibandingkan dengan ucapan dari perempuan-perempuan biasa, andaikata ucapan ini bukan diutarakan oleh perempuan secantik ini, niscaya orang akan menganggap perempuan tersebut sabagai seorang perempuan rendah yang tak tahu malu, seorang perempuan yang sudah bejat akhlak serta moralnya. Yaa manusia memang makhluk teraneh di dunia ini, kadangkala soal cengli soal kebenaran memang selain diputar balikkan kebenarannya. Demikianiah keadaan Han Siong Kie pada saat itu, ia tidak merasa nyonya cantik baju merah itu adalah perempuan yang tak tahu malu, ia tidak merasa bahwa ucapan tersebut tidak mencerminkan kehalusan seorang perempuan, malahan dia ke sem-sem, ia dibuat terkesima oleh kecantikan wajahnya yang sukar dicarikan tandingannya itu. Terus terang diaakui dalam hati kecilnya, andaikata perjumpaan ini terjadi sebelum ia kenal dengan TonghongHui, sebelum ia terikat oleh ikatan perkawinan dengan Go siau bi, serta merta permintaan nyonya cantik itu akan di kabulkan tanpa membantah, sebab perempuan itu terlampau cantik, ia merasa tak berdaya untuk menolaknya. Lama sekali Han Siong Kie berdiri termangu-mangu, ia tak tahu bagaimana musti menjawab persoalan itu Tapi akhirnya ia berkata juga, meski dengan suara yang lirih: "Masa cintapun dipertukarkan dengan benda mati?" "Tentu saja" jawab nyonya cantik baju merah sambil tertawa cekikikan, "toh didunia ini tiada peraturan yang 1312 menetapkan bahwa seseorang harus mendapat cara begini atau harus mendapatkannya dengan taktik begitu?" "Dan cara yang kau gunakan sekarang termasuk salah satu taktik yang kau miliki?" sambung pemuda itu cepat. "Ah bukan taktik mencari cinta namanya, lebih baik kalau dikatakan inilah jalan yang kutempuh untuk mendapatkan cinta" Han Siong Kie termenung sesaat, pelbagai dugaan berkecamuk dalam benaknya, akhirnya dia bertanya: "Andaikata aku tak dapat menerima syarat mu itu, lantas apa yang akan kau lakukan?" "Kau pasti dapat menerima tawaran cinta ku ini"

"Andaikata aku tetap menolak?" Paras muka perempuan cantik berbaju merah itu kontan berubah hebat, mukanya tampak agak menyeramkan "Jadi kau lebih suka melepaskan kesempatan untuk memperoleh kembali lencana mutiara itu daripada mencintai aku" tegasnya. "Benar" jawaban dari Han Siong Kie ini demikian tegas dan sungguh-sungguhnya sehingga Siapapun akan tahu bahwa keputusan dari anak muda ini sudah bulat dan tak mungkin bisa berubah kembali. "Bila kau tolak cara pertukaran syarat ini, bagaimana caramu untuk mendapatkan kembali lencana tersebut?" "Hendak kau gunakan kekerasan untuk merebutnya dari tanganku?" "Mungkin saja ucapanmu benar" "Dan sekarang juga akan kau rampas lencana itu dari tanganku ?" 1313 "Tidak Tidak akan kulaksanakan pada saat ini" pemuda itu gelengkan kepalanya berulang kali. "Kenapa? Toh lebih baik kau lakukan sekarang juga?" Han Siong Kie tetap menggelengkan kepalanya. "Tidak. Baru saja engkau selanaatkan jiwa ku dari ancaman bahaya maut, aku merasa berhutang budi kepadamu, terlepas dari apa tujuanmu melakukan kesemuanya ini, aku tidak ingin menyakiti hatimu sehingga kau menuduh aku membalas air satu dengan air tuba. Maka untuk sementara waktu aku tak akan melakukan tindak kekerasan apapun, itu bisa kulakukan jika kita berjumpa lagi dikemudian hari, maka aka hanya bisa berkata padamu, berhati-hatilah engkau bila kita bertemu lagi dalam kesempatan lain" "Lain kali? Kau anggap setiap saat bisa mencari aku dengan gampang?" "Aku percaya setiap saat pasti akan berjumpa lagi, meski sekarang aku tak dapat menegaskan kepankah hal itu bakal terjadi" "Hmm Andaikata kuserahkan lencana mutiara ini kepada Wi It beng apa yang bisa kau lakukan lagi" jengek nyonya cantik itu dengan suara sedingin saiju. Tercekat hati Han Siong Kie setelah mendengar ancaman tersebut, jantungnya berdebar keras serta merta ia lompat bangun dan berdiri dengan sikap menentang. "Kau berani? "teriaknya marah. "Kenapa tidak?" jawaban dari nyonya cantik berbaju merah itu tetap kalem, tenang malahan ia masih tetap duduk dalam posisi semula, setenang permukaan telaga tapi sekokoh batu karang. "Jika engkau berani berbuat begitu terpaksa aku harus melukai hatimu dan bertindak kotor kepadamu sekarang

juga" kata Han Siong Kie lagi dengan wajah berubah hebat. 1314 Perlahan-lahan nyonya cantik berbaju merah itu bangkit berdiri, ia tersenyum hingga tampaklah sepasang lesung pipitnya yang indah dan mempersona hati, ujarnya dengan lembut. "Masa kau anggap aku benar-benar bisa melakukan hal demikian terhadapmu ? Masa kau percaya kalau aku tega berbuat demikian?" Ucapan yang bolak balik tak menentu ini, tentu saja membuat Han Siong Kie termangu, ia jadi serba salah, dalam keadaan demikian mau menangis ia segan, mau tertawapun tak bisa.. Dengan jari-jari tangannya yang lentik dan halus, nyonya baju merah itu membereskan rambutnya yang terurai kalut, kemudian maju kedepan seraya bisiknya lirih, suaranya lembut seperti orang yang sedang mengigau: "Kuakui aku memang pernah kawin, aku telah dianggap sebagai bunga yang telah kehilangan sarinya, karena pernah dihisap laki-laki lain, tapi kesemuanya itu hanya suatu impian,.impian yang kosong Impian yang hampa dan tak berujut.. andaikata kehidupan manusia dialam ini kita ibaratkan suatu perjalanan yang jauh, maka sekarang aku sudah menempuh setengah jalan tapi siapa kah yang tahu, siapa kah yang menduga bahwa lembaran hidupku selama ini sebetulnya hanya kosong belaka? Kosong tanpa isi, tanpa kenangan apapun? Aku pernah berusaha untuk menciptakan kenangan, aku pernah pula menegaskan pada diri sendiri bahwa kehidupan bukanlah impian, kehidupan adalah kenyataan, suatu kejadian yang nyata tapi akhirnya .. yaah.. akhirnya toh sama saja, semuanya tetap kosong, tetap hampa hatiku" Bisikan itu kian lama kian bertambah lirih, akhirnya tinggal bisikan belaka, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi 1315 pipinya bagaikan dua titik embun yang membasahi sekuntum bunga.. Han Siong Kie merasa amat terharu, perasaan hatinya terasa bergolak keras segera pikirnya: "Benarkah perempuan ini adalah seorang perempuan yang bernasib jelek? Benarkah ia mempunyai kenangan lama yang menyedihkan hati? Benarkah lembaran hidupnya selama ini hanya kosong belaka, kasihan Bila ia benar- benar adalah seorang perempuan yang bernasib malang, seorang perempuan yang tak pernah merasakan apa artinya kebahagiaan, dia benar- benar seorang perempuan yang patut dikasihani . .aai, aku tidak pantas bersikap kasar terhadap perempuan semacam ini, nasibnya sudah malang aku tak

boleh membuat hatinya makin remuk. Memang benar semakin melelehkan air matanya perempuan itu kelihatan semakin mempersonakan hati, menimbulkan daya tarik yang lebih hebat, membuat orang beriba hati selain timbul pula rasa kasihan terhadap dirinya. Terangsang oleh pikatan yang menawan hati ini, kembali Han Siong Kie merasakan aliran darah dalam tubuhnya berjalan dengan kencang, jantung terasa ikut berdebar keras, hampir saja ia tak sanggup meuguasahi perasaan sendiri Ketika dilihatnya pemuda itu terkesima, tiba-tiba nyonya cantik baju merah itu mengambil secarik sapu tangan dan menyeka air mata yang membasahi pipinya, kemudian tertawa. Senyuman ini ibaratnya rembulan yang baru menongol dari balik awan hitam, membuat susana yang semula mendung dan tak menggairahkan jadi cerah, secerah sinar rembulan. Kembali Ham Siong Kie merasa kan hatinya bergetar keras, ia merasa napsu berahinya tanpa sebab muncul kembali dari dasar hatinya dan menguasai semua pikiran serta perasaannya. 1316 Dengan senyum manis dikulum, nyonya cantik berbaju merah itu mengambil keluar lencana ok kui cupay itu dari sakunya, lalu sambil diangsurkan kemuka ia berkata: "Ambillah benda ini untukmu" Tindakan yang sama sekali tak terduga ini tentu saja mencengangkan hati Han Siong Kie, dia malahan berdiri terbelalak karena heran dan tak habis mengerti. Meskipun lencana mustika yang tak ternilai harganya itu sudah diangsurkan didepan mata, anak muda itu tidak berani menerimanya, sebab kejadian ini tak pernah disangka olehnya, ia pun tak habis mengerti apa sebabnya nyonya cantik itu dapat merubah pikiran dan pendiriannya secepat itu. Bukankah dengan tegas dia telah mengatakan tadi, bahwa untuk mendapatkan kembali lencana mutiara tersebut ia harus bertukar syarat dengan mencintainya? Dan sampai sekarang ia belum menerima pertukaran syarat tersebut, mengapa ia malah mengembalikan lencana mutiara itu? atau mungkin dibalik kesemuanya ini terselip rencana busuk lain yang menantikan dirinya masuk perangkap? "Ambillah" untuk kedua kalinya nyonya cantik itu berseru sambil mengangsurkan lencana tersebut. "Tapi . . tapi aku toh belum setuju untuk menerima pertukaran syaratmu itu? " Han Siong Kie coba mengutarakan suara hatinya. "Soal syarat lebih baik tak usah kita bicarakan lagi, aku mengembalikan benda itu kepadamu tanpa diembel-embeli dengan pelbagai syarat .. aai apa yaag kau ucapkan tadi memang tepat dan memang tak dapat dipertukarkan dengan

segala macam benda, cinta harus datang karena ketulusan serta kerelaan hati, cinta memang tak dapat dipaksakan". Ucapan tersebut sangat mengharukan perasaan Han Siong Kie, dari perasaan kurang senang tiba-tiba saja ia menjadi 1317 simpatik dan menaruh rasa kasihan terhadap perempuan cantik itu. Tanpa disadari ia terbayang kembali kisah yang dialaminya ketika beberapa kali ia menolak pernyataan cinta dari Go siau bi "Aku toh tiada sesuatu keistimewaan apapun, akupun tidak terlalu tampan, aaai aku memang tiada suatu keistimewaan yang membuat orang jadi terpesona kepadaku tapi aneh meng apa selalu saja kuhadapi persoalan yang hampir sama nadanya" demikian ia berpikir dihati. Walaupun demikian Han Siong Kie tak ingin menusuk perasaan perempuan itu, maka diterimanya angsuran lencana mutiara tersebut dari tangannya, setelah dimasukkan kedalam saku ia baru berkata dengan penuh perasaan terima kasih: "Budi kebaikanmu ini tak akan kulupakan untuk selamanya, akan kuingat selalu kebaikan yang pernah kau berikan kepadaku ini, yaa semoga suatu saat aku dapat membayar semuanya ini untukmu" "Aai Tak usah, kau tak usah berterima kasih kepadaku, juga tak perlu mengingat ingat soal sepele ini, sejak awal sampai sekarang adalah barang milikmu sendiri" kata nyonya itu dengan lembut. "Meskipun benda ini dulunya milikku, tapi seandainya kau tidak membantu aku untuk merebutnya kembali, aai. entah bagaimana akibatnya dimasa mendatang?jangankan aku tak mampu untuk merebut kembali lencana tersebut dari tangan orang, mungkin selembar jiwaku ikut kabur juga dari ragaku". Nyonya cantik berbaju merah itu tersenyum manis sekali, senyumnya bagaikan sekuntum bunga mawar yang baru mekar. "Aaah, bosan untuk membicarakan soal itu melulu" serunya tiba-tiba, "bagaimana kalau kita membicarakan soal lain saja?" "Apa yang ingin kau bicarakan" 1318 "Umpamanya saja aku ingin tahu mengapa kau tidak mencintai aku? Tapi aku tidak memaksa dirimu untuk menjawab pertanyaaan itu, terserah padamu sendiri mau mengatakan atau tidak.. tapi jika kau sudah bersedia untuk menjawab maka aku harap kau menjawabnya dengan jujur dan betul-betul suara hatimu" Han Siong Kie kembali termenung, ia coba mempertimbangkan pertanyaan itu, haruskah dia jawab atau tidak. tapi sesaat kemudian katanya: "Bukannya aku tidak mencintamu, tapi keadaanlah yang

memaksa aku tak boleh mencintai orang lain sebab aku mempunyai calon istri, akupun mempunyai seorang kekasih yang mencintai diriku dengan segenap jiwa dan raganya, aku tak boleh menghianati mereka dan akupun tak dapat menjual belikan cintaku kepada setiap orang karena itu aku tak dapat menerima cinta mu itu. Cukup jelas bukan jawaban ini?" "Masih ada alasan yang lain?" tanya Buyung Thay, si nyonya cantik berbaju merah itu dengan wajah berseri. "Tidak Hanya itu saja alasanku" "Kalau hanya itu saja alasanmu, masa bisa mempengaruhi cintaku padamu?" "Tentu saja sebab cintaku harus utuh, harus bulat dan tak tercela, cinta tak dapat dibagi-bagikan kepada setiap orang. ." "Tapi kau kan sudah membagi pula cintamu untuk dua orang? satu untuk calon istrimu dan yang lain untuk kekasihmu, apakah cinta yang telah kau bagi-bagikan kepada dua orang ini juga terhitung cinta yang utuh, Cintamu sudah cacad, sudah terpecah belah dan tak utuh lagi" Han Siong Kie tertunduk sedih, ia betul-betul merasa pedih hatinya teringat oleh persoalan itu dan akhirnya pemuda itu menghela napas panjang. 1319 "Aai Berbicara yang sesungguhnya, aku tidak memberikan cintaku kepada calon istriku itu, seluruh cintaku secara bulatbulat telah kuserahkan kepada kekasihku seorang dan apa yang kuberikan kepada calon istriku hanyalah suatu kebijaksanaan, suatu kebijaksanaan demi kepentingan bersama" "Ooh jadi kau hendak mengawini calon istrimu itu hanya berdasarkaan suatu kebijaksanaan demi kepentingan bersama?" "Benar Itulah kenyataan yang sebenarnya" pemuda itu mengangguk tanda membenarkan. Perlahan-lahan nyonya cantik berbaju merah itu menundukkan kepalanya, lama sekali ia membungkam sebelum akhirnya menengadah kembali dan berkata dengan sedih: "Meskipun kau tak dapat perasaan cintaku tentunya tidak berkeberatan bukan untuk memanggil aku sebagai enci?" "Cici...." Han Siong Kie segera memanggil dengan muka yang merah karena jengah. senyum manis ibaratnya bunga yang mekar di musim semi segera menghiasi wajahnya yang cantik jelita, meski dibalik senyum manis tersebut masih terselip kesedihan, kesedihan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Tapi ia berbisik pula dengan riangnya: "Adikku sayang, aku puas, aku benar- benar merasa puas dengan kesediaanmu memanggil aku sebagai cici" "Cici, aku merasa harus minta maaf kepadamu, karena aku

tak dapat menerima cinta kasihmu itu, aku hanya bisa menerima kau sebagai apa yang telah terwujud sekarang" "Oooh, adikku sayang.." 1320 Sebelum Buyung Thay sinyonya cantik berbaju merah itu melanjutkan kata-katanya, mendadak dari luar ruangan berkumandang suara tertawa dingin yang tajam dan mengerikan. Suara tertawa dingin itu serasa hembusan angin dingin yang datang dari kutub utara, membuat suasana yang semula hangat dan penuh kemesraan, berubah jadi kaku dan beku. Menyusul tertawa dingin itu, terdengar seseorang berkata dengan dingin "Buyung Thay, wahai Buyung Thay.... bagus sekali perbuatanmu. Jauh-jauh dari daratan Tionggoan datang ke Thian lam rupanya tujuanmu hanya untuk mengejar si pipi putih itu. Hmm Perempuan lonte yang tak tahu malu, perbuatanmu memang sangat memalukan sekali.." Paras muka Buyung Thay si nyonya cantik berbaju merah itu berubah hebat, dengan selapis hawa membunuh menghiasi alis matanya ia melejit dan melayang keluar dari ruangan itu, kecepatan bagaikan sambaran kilat. Han Siong Kie sendiri hanya bisa berdiri termangu dengan perasaan kalut, heran dan tak habis mengerti. Hakekatnya ia memang tak tahu siapa kah manusia yang berada diluar ruangan serta menyindir nyonya cantik itu, diapun tak tahu meng apa orang itu memaki Buyung Thay sebagai "perempuan lonte" yang tak tahu malu. benarkah ia tak tahu malu?" -0000dw0000BAB 73 IA merasa sangat berterima kasih sekali atas bantuan dari Buyung Thay karena bantuan nyonya cantik itulah lencana ok kui cupay yang tak ternilai harganya berhasil dirampas kembali 1321 dari tangan utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang bernama Thia Wi wan. Diapun terkesima oleh kegenitan serta kecantikannya yang begitu mempersonakan hati. Tapi ia tak mengerti apa sebabnya orang itu memakinya sebagai perempuan lonte, benarkah dia perempuan jalang, perempuan lacur seperti apa yang dituduhkan kepadanya itu? Wajahnya terlampau cantik, sayang rasanya kalau apa yang dituduhkan kepadanya adalah suatu kenyataan.. Untuk membalas budi kebaikannya, ia bersedia menyebut cici kepada perempuan itu. Tapi hingga detik ini ia sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang perempuan itu, dia hanya tahu bahwa perempuan itu berwajah cantik jelita bak bidadari dari kahyangan dan ia benama Buyung Thay, selain itu

semuanya masih merupakan suatu teka-teki yang tak bisa terjawab. Tiba-tiba suatu perasaan aneh muncul dari benaknya, ia merasa tak mengerti meng apa bisa muncul pikiran semacam itu terhadap seorang perempuan yang baru ditemui untuk pertama kalinya. Walaupun berulang kali ia telah menampik cintanya tapi bayangan tubuhnya yang padat berisi wajahnya yang cantik jelita selalu membekas didalam benak. la merasa hal ini merupakan suatu kenyataan yang selalu mengganjal hatinya membuat ia merasa hatinya gundah. Dari situ diapun lantas terbayang pula tentang ibunya siang go cantik ong cui ing, akhirnya pemuda itu tak tahan dan menghela napas panjang. "Aaai Perempuan.. wahai perempuan. mengapa Thian menciptakan wajah yang cantik jelita kepada mereka tapi memberi hati yang busuk. sukma yang keji dan jahat kepada orang itu? 1322 Nyonya cantik berbaju merah telah berlalu, yang tertinggal hanyalah pemuda yang merasa hatinya gundah gulana. Lama sekali Han Siong Kie berdiri mematung disana, lamalama akhirnya ia baru tersentak kaget dan sadar kembali dari lamunan, sambil memukul kepala sendiri iapun bergumam. "Aneh, kenapa aku selalu memikirkan dirinya Kenapa aku sampai lupa dengan tujuan kedatanganku ke wilayah Thian lam ini. Aku benar-benar sudah dibuat sinting olehnya". Berpikir sampai disitu, semangatnya lantas berkobar kembali, ia mengepos napas dan berseru kearah pintu kuil. "Tianglo sekalian, apakah kalian masih berada disana ? Masuklah kedalam ruangan" Tiga orang tianglo dan dua orang kakek berbaju biru itu segera mengiakan dan masuk kedalam ruangan "Ciangbun suheng, apakah engkau berada dalam keadaan sehat wal'afiat?" tiga orang tianglo itu lantas menyapa sambil memberi hormat. "Ehmm Aku merasa sangat baik, kalianpun tak usah banyak adat lagi" sementara itu dua orang kakek berjubah biru itu sudah jatuhkan diri berlutut sambil berseru: "Tecu berdua adalah petugas yang mengurusi persoalanpersoalan didalam istana, Ngo Cing dan song Tay gak. Terimalah hormat kami berdua untuk keselamatan serta kesejahteraan ciangbunjin" "..silahkan bangun " kata Han Siong Kie cepat "kalian berdua dapat memegang teguh peraturan perguruan tidak tunduk pada kematian para penghianat dan pemberontak. ini mencerminkan bahwa hati kalian mulia dan menghormati kebenaran serta keadilan. Tindakan semacam ini patut

dihargai dan diberi ucapan selamat" 1323 "Ciangbunjin terlalu memuji, sudah menjadi kewajiban tecu sekalian untuk memegang teguh peraturan serta menjalankan kewajiban sebagai murid Thian lam bun yang tulen " dua orang kakek itu segera menyahut. To It hui, kepala tianglo yang selama ini membungkam berkata pula dengan kepala yang tertunduk rendah, "Tecu sekalian betul- betul punya mata tak berbiji, untuk membedakan mana yang asli dan mana yang gadunganpun tak becus sehingga terjebak oleh siasat busuk orang dan hampir saja melakukan perbuatan yang melanggar kebenaran serta keadilan, untuk perbuatan kami yang bodoh ini harap ciangbun suheng bersedia menjatuhkan, hukuman yang setimpal kepada kami" Ang Pat siu tianglo nomor tiga dan sah Jin ho tianglo nomor lima ikut tundukkan pula kepalanya sambil menunggu datangnya hukuman. siapa sangka Han Siong Kie tidak menjatuhkan hukuman kepada mereka, malahan ia tertawa nyaring. "Haaah haaah haaah tianglo bertiga tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri, sudah jamak kalau kebanyakan orang persilatan licik dan banyak tipu muslihatnya, apalagi pihak lawan membawa pula tanda kepercayaan dari perguruan kita, maklumlah bila kalian bertiga sampai tertipu. Ini bukan kesalahan kalian dan tentu saja tidak pantas kalau kalian sampai dijatuhi hukuman, kamu bertiga tak usah berpikir yang bukan-bukan lagi" Dengan cepat tiga orang tianglo itu memberi hormat dalam- dalam seraya berseru: "Terima kasih banyak atas kemurahan hati ciangbun suheng yang sudi mengampuni kesalahan kami" "oh ya. To tianglo Apakah engkau dapat mengisahkan kembali jalannya peristiwa sehingga kalian sampai tertipu?" 1324 To It hui mengangguk. setelah mendehem ringan diapun lantas menuturkan kejadian yang telah menimpa diri mereka sampai akhirnya terjadi peristiwa diatas. Mendengar jalannya cerita itu, Han Siong Kie menganggukkan kepalanya berulang kali. Tatkala To it hui telah menyelesaikan kisahnya, tiba-tiba sanJin ho tianglo nomor lima menyela dari samping, " Ciangbun suheng, bagaimana dengan lencana mutiara itu". " Kalian tak usah kuatir, lencana mustika itu berhasil kudapatkan kembali" tukas sang pemuda dengan cepat. "oooh,Jadi ciangbunjin kenal dengan pendekar perempuan berbaju merah itu?" "Tidak. Baru pertama kali ini kami saling berjumpa, tapi

dengan segala senang hati ia bersedia mengembalikan lencana itu kepadaku" Kembali suasana jadi hening, tanya To It hui kemudian: " Ciangbunjin, apa rencana ciangbunjin setelah ini?" Han sioog Kie berpikir sebentar, kemudian sahutnya. "Aku rasa lebih baik kita laksanakan menurut apa yang telah kalian rencana kan itu, dengan sergapan kilat malam ini juga kita serbu kedalam istana iblis dan menumpas gorombolan penghianat itu, kemudian mengumumkan semua dosa dan kesalahan dari Wi It beng, menyelenggarakan pertemuan para pemuka perguruan, mengatur kembali perguruan kita serta menjatuhkan hukuman kepada yang bersalah sesuai dengan peraturan yang berlaku." sejenak kemudian ia alihkan pandangannya ke wajah dua orang kakek berbaju biru itu, kemudian menambahkan: "Kalian berdua boleh segera berangkat lebih dahulu untuk pulang ke istana, beri kabar kepada semua orang yang masih setia kepada perguruan agar bersiap sedia memberi bantuan 1325 dari dalam, serta berjaga-jaga atas terjadinya segala kemungkinan yang tidak diinginkan" "Terima perintah" dtngan hormat dua orang kakek berjubah biru itu memberi hormat lalu mengundurkan diri dari kuil tersebut. sepeninggal dua orang itu, Han Siong Kie serta ketiga orang tianglonya beristirahat dalam kuil itu dan mengatur pernapasan untuk menyusun kembali kekuatannya. Malam makin kelam, suasana sunyi seperti tak kedengaran suara apapun, hanya bintang dan rembulan yang bertaburan di angkasa menghiasi kegelapan yang hitam. . Tiba-tiba diatas sebuah jalan raya yang menuju ke istana Huan mo kiong tampak empat sosok bayangan manusia sedang meluncur dengan cepatnya, gerak tubuh mereka sangat cepat dan mahir, boleh dibilang sukar diikuti dengan pandangan mata. Keempat orang itu tak lain adalah Han Siong Kie beserta ketiga orang tianglonya yang sedang dalam perjalanan menuju istana Huan mo kiong, mereka hendak menggunakan suatu taktik sergapan kilat untuk menumpas para pembangkang dan penghianat perguruan yang selama ini bercokol dan memerintah perguruan mereka. Ketika ayam mulai berkokok dan seberkas cahaya merah mulai muncul diufuk sebelah timur, sampailah mereka didepan sebuah bangunan perbentengan yang kokoh dan angker, bangunan itu sangat besar di tengah kegelapan yang masih mencekam seluruh jagat, tampak bagaikan seekor naga yang sedang mendekam. To It hui segera menujuk ke arah bangunan benteng itu dan bersuara memecahkan kesunyian-

"ciangbun suheng" demikian ia berkata "kita sudah sampai ditempat tujuan, benteng sebelah depan itulah markas 1326 perguruan kita, aai, tampaknya rahasia penyergapan kita belum bocor." Belum habis ucapan tersebut diutarakan keluar, tiba-tiba dari tempat kejauhan teriihatlah sesosok bayangan hitam sedang berlarian menuju ke arah mereka dengan langkah sempoyonganSerentak Han tiong Kie berempat menghentikan gerakan kakinya dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinanTampaknya orang itu terluka sangat parah, sebelum tiba dihadapan beberapa orang itu, dia tak tahan menguasahi keseimbangan tubuhnya lagi.."Blang.." akhirnya orang itu roboh terkapar diatas tanah. Kejadian ini amat mengejutkan Han Siong Kie berempat, tanpa banyak bicara lagi To It hui melompat kedepan dan menghampiri orang itu, tapi apa yang kemudian teriihat membuat jago tua itu menjerit kaget. Serentak Han Siong Kie bersama Ang Pat siu dan Sah Jin ho kedua orang tianglo itu menyusul kedepan, tapi apa yang teriihat kemudian membuat hati mereka tercekat. orang itu bermandikan darah, ia terkapar diatas genangan darah yang mengalir keluar seperti sumber mata air, sebuah lengan kanannya sebatas bahu telah terpapas kutung, dari situlah darah mengucur keluar dengan derasnya. "Ia sudah tewas" bisik To it huu kemudian sambil menggertak gigi menahan geramnya. "sudah tewas? siapakah orang itu ? " tanya Han Siong Kie dengan alis mata berkernyit. "Tio Hay liong, congkoan dari istana Huan mo kiong" sahut To It hui penuh kobaran emosi. "Congkoan dari istana Huan mo kiong ?" 1327 "Benar, Tio congkoan adalah pimpinan yang kita tugaskan untuk memberi serangan kilat dari dalam istana " Mendengar jawaban tersebut Han Siong Kie segera mendengus dingin"Hmm Kalau begitu bukan Tio congkoan seorang yang mendapat celaka, tentu sudah banyak korban yang berjatuhan, itu berarti Wi It beng sudah mendapat tahu tentang rencana sergapan kita sehingga ia bertindak mendahului kita semua" Ang pat siu maupun sah Jin ho tak mampu berkata-kata, mereka hanya bisa menggertak gigi sambil mendengus, jelas kemarahan yang berkobar dalam dada ketiga orang tiang lo itu sudah mencapai pada puncaknya. Fajar telah menyingsing, langit mulai terang benderang,

bintang dan rembulan lenyap dari angkasa. Benteng yang angker dan besar itu semakin terlihat jelas ditempat kejauhan. Han Siong Kie lantas berpaling ke arah sah Jin ho, kemudian katanya. "Sah tiang lo Tio Congkoan telah gugur dalam mengembangkan tugasnya bagi perguruan kita, jangan kita terlantarkan jenasahnya ditengah jalan raya begini. Bawalah dia ke suatu tempat yang aman untuk disimpan, setelah persoalan selesai, kita harus menguburnya dengan segala upacara kebesaran" "Hamba mengerti" sahut sah Jin ho, dia lantas membopong jenasah Tio Han liong dan membawanya ke dalam sebuah hutan tak jauh dari tepi jalan raya. setelah kembali lagi kesitu Han Siong Kie baru ulapkan tangannya sambil berseru: "Mari kita lanjutkan perjalanan!" Dengan gerakan cepat empat orang pemuda perguruan Thian lam bunpun meneruskan perjalanannya menuju kedepan. 1328 Benteng Huan mo kiong makin lama semakin dekat dan kini bangunan yang tinggi besar itu sudah didepan mata, tapi aneh sekali bukan saja suasananya sunyi senyap bahkan sesosok bayangan manusiapun tak nampak berlalu lalang disitu. Akhirnya mereka sudah berada seratus kaki dari pintu gerbang benteng itu, Han Siong Kie segera ulapkan tangannya memberi tanda agar berhenti. Benteng itu tetap angker, sepasang pintu baja yang tinggi besar tertutup rapat, disepanjang sisi pintu tadi berdirilah beberapa sosok bayang manusia. Menyaksikan kesemuanya itu To it hui bertiga merasa darah yang mengalir dalam tubuhnya mendidih, hampir saja mereka tak dapat mengendalikan perasaan emosinya untuk menyerbu ke dalam. sudah lama mereka menunggu disitu, namun suassana masih sepi dan tiada suatu gerakan apapun, jangankan ada yang munculkan diri, teguranpun tak kedengaran. Kesemuanya ini menyebabkan Han Siong Kie keheranan bercampur curiga, menurut aturan kedatangan mereka berempat yang muncul secara blak-blakan itu pasti akan diketahui musuh, dan pihak lawanpun sepantasnya melakukan suatu tindak kesiap siagaan, akan tetapi suasana tetap hening, meski tampak bayangan manusia disisi pintu gerbang, namun tiada seorangpun yang bergerak ataupun bersuara. "Jangan-jangan wi Ik beng sedang menyusun suatu siasat busuk untuk menjebak kami berempat?" ingatan tersebut cepat melintas didalam benaknya. sinar sang surya telah memancar keseluruh jagad, sebercak sinar kebetulan menyoroti diatas loteng bencong itu dan menerangi sebuah papan nama yang terbuat dari emas murni.

Tulisan itu terdiri dari tujuh huruf besar, setelah diamati dengan lebih seksama, maka terbacalah tulisan itu kira-kira 1329 begini artinya: "Kantor cabang perkumpulan Thian che kau untuk wilayah Thian lam" Han Siong Kle menggeram menahan hawa amarahnya, ia segera mendengus sambil menyumpah: "Wi It beng Kau bangsat tua, kau penghianat perguruan yang terkutuk. dosamu hanya bisa ditebus dengan hukuman yang paling berat, kau harus dicincang menjadi berkepingkeping . Akhirnya keempat orang itu tidak dapat mengendalikan diri lagi, setelah ditunggu-tunggu tanpa ada reaksi apapun, mereka menerjang maju lagi sejauh puluhan kaki. semakin mendekati pintu gerbang itu, semakin jelaslah beberapa orang itu akan apa yang telah terjadi, kiranya beberapa sosok bayangan manusia yang berdiri sambil bersandar diatas dinding itu bukan manusia hidup, melainkan mayat-mayat yang penuh berlepotan darah, jumlahnya mencapai tiga puluh orang lebih. semua yang mati adalah jago-jago dari persatuan Thian lam bun yang masih setia kepada kebenaran, kenyataan ini semakin menggusarkan hati Han Siong Kie berempat, mereka tak menyangka kalau Wi Ik beng demikian kejinya sampai anak murid sebanyak itupun dibantai tanpa pilih bulu. Merah padam wajah tiga orang tiang lo itu, biji mata mereka hampir saja melotot keluar karena geramnya, sekujur badan jadi gemetar keras menahan emosi yang meluap-luap. "ciangbun suheng, mari kita terjang masuk kedalam" teriak To It hui kemudian dengan suara setengah berteriak. "Jangan emosi" tukas Han slong Kie sambil menggoyangkan tangannya, "kita harus memikirksn dulu apa tujuan mereka dengan membariskan mayat-mayat tersebut didepan pintu gerbang untuk pameran? Atau untuk gertak 1330 sambal? Ataukah mereka memang mempunyai rencana busuk yang hendak memancing semua masuk perangkap?" sementara beberapa orang itu masih termenung, pintu istana yang tinggi besar perlahan-lahan membuka ke samping menyusul kemudian muncullah seorang kakek berjubah hijau. Dengan suara lantang ia lantas berseru: "Ketua cabang perkumpulan Thian che kau siap menantikan kedatangan saudara sekalian didalam istana" Kemudian tanpa menantikan jawaban lagi dia putar badan dan masuk kedalam itu lebih dahulu. Dari apa yang terpapar didepan mata sekarang terbuktilah sudah bahwa Wi It beng bukan manusia sederhana, tampaknya ia sudah memperoleh info terlebih dahulu dan

sebelum penyergapan itu dimulai ia telah bertindak lebih duluan dengan mengatur segala sesuatunya itu. Han Siong Kie dibuat panas hatinya oleh sikap musuh yang jumawa, ia memandang sekejap ketiga orang tianglonya lalu berbisik, "Hayo kita masuk" "Masuk berarti mengantar kematian." tiba-tiba dari arah belakang terdengar seseorang menanggapi dengan suara yang serak dan dingin. Ucapan itu munculnya sangat mendadak dan diluar dugaan ini menyebabkan keempat orang jago itu merasa sangat terkejut. secepat kilat Han Siong Kie memutar tubuhnya, ia lihat kurang lebih tiga kaki di belakang sana berdiri seorang kakek cebol yang berbadan gemuk dan dandanannya persis seperti "Tee heng sian-" Dewa yang suka berjalan dalam tanah, cuma orang ini berkepala separuh dari ukuran normal, batok kepala manusia, rambut dan janggotnya berwarna putih, matanya setengah melek setengah meram, kocak dan lucu sekali tampangnya. 1331 Dalam hati Han Siong Kie sangat mengagumi akan kelihayan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kakek cebol berkepala kecil ini, sebab ditinjau dari kemampuannya untuk mendekati sampai tiga kaki dibelakang tubuhnya tanpa diketahui olehnya, itu menunjukan kalau ilmu silatnya memang tinggi. setelah mengetahui kehebatan musuhnya, Han Siong Kie semakin tak berani memandang enteng dirinya, dengan suara berat ia menegur: "Sobat jago lihay dari manakah? sebutkan namamu" Kakek cebol berkepala kecil itu melototkan sepasang matanya bulat-bulat, sinar matanya sangat tajam bukan menjawab pertanyaan itu dia malah marah-marah dan teriaknya: "Bocah keparat engkau berani menghina dan mencemooh diriku?" "Mencemooh? Eeh ..apa maksudmu? Kapan aku telah menghina dirimu?" sahut Han Siong Kie tertegun. "Terang terangan kau toh sudah mengetahui bahwa tinggi badanku tak sampai empat depa, kenapa kau menegur aku dengan kata orang tinggi dari manakah diriku ini? Kalau bukan bermaksud menghina aku, kenapa kan mengatakannya begitu?" Perlu diterangkan disini, kata Ko-jin atau orang berilmu, bisa diartikan pula sebagai orang tinggi. Tentu saja Han song Kie jadi gelagapan dan melongo setelah mengetahui apa yang dimaksudkan, ia jadi tertawa getir, betapa tidak? "Aku bisa konyol sendiri kalau melayani manusia macam begini, lebih baik tidak memperdulikan saja orang itu begitu"

ia berpikir. Tapi ketika teringat kembali akan peringatan yang diberikan orang itu, ia merasa tak dapat meninggalkan orang tersebut 1332 dengan begitu saja, apalagi kemuculannya yang sangat mendadak itu, harus diselidiki akan maksud serta tujuannya. Maka sambil menahan sabar ia berkata lagi: "Aku tak bermaksud menghinamu, maksudku aku ingin tahu siapakah nama saudara ?" "Nah, begitu baru sedap didengar" omel si manusia aneh itu sambil gelengkan kepalanya yang kecil. "aku tidak bernama tapi punya sebuah julukan, semua orang menyebut aku sebagai Tee heng sian Dewa yang suka berjalan didalam tanah" "Apa ? Engkau juga bernama Tee heng sian?" seru Han Siong Kie dengan hati terperanjat. "Kenapa? Adakah sesuatu yang tak beres ?" "Aku mempunyai seorang sahabat karib yang bernama Tee heng sian pula, apakah kalian..." "Heeeh heeh heehh andaikata bukan Tee heng sian si tua bangka itu bermain politik, tak nanti aku Heng tee sian sudi melakukan perjalanan sejauh ribuan li dan payah-payah mendatangi wilayah Thian lam yang gersang ini " "Oooh jadi locianpwee. . . " "Eeeh. tunggu sebentar " kembali kakek cebol itu menukas "Katakan dulu apa sebutanmu dengan Tee heng sian si tua bangka tersebut??" "Kami adalah saudara angkat " "Aku dengan situa bangka itu-juga saudara, itulah sebabnya tidak pantas kalau kau sebut aku sebagai locianpwe, sebab hakekatnya kita adalah saudara angkat juga" "Tentang soal ini ..tentang soal ini. . . " "Kenapa? Kau tidak sudi ?" 1333 Tiga orang tianglo yang berada disamping hampir saja tertawa terbahak-bahak menyaksikan adegan yang kocak itu. Han Siong Kie sendiripun hampir saja tertawa keras, ia benar-benar merasa telah bertemu dengan kejadian paling aneh didunia ini, tidak disangka olehnya bukan saja ada Tee heng sian yang kukoay, sekarang muncul pula Heng tee sian yang berwatak sama, bertampang sama serta berbody sama pula, cepat dia menjura seraya menjawab: "Baiklah, biar siau te menurut saja atas permintaanmu itu." "Nah, begitu baru enak dihati." "Locian-.. eeh engkoh tua Apakah engkau bersedia untuk menerangkan maksud kedatangan mu" "Aku dengan Tee heng sian si tua bangka itu adalah sesama saudara seperguruan-." Heng tee sian menerangkan.

Hampir saja Han Siong Kie ingin tertawa lagi, untung dia cepat menggigit bibirnya menahan diri, betapa tidak? sesama saudara seperguruan bukannya saling membahasai sebagai suheng-te, kedua orang itu malahan membasahi situa bangka kepada rekannya, manusia aneh memang mempunyai tingkah laku yang aneh pula. Terdengar Heng tee sian melanjutkan kembali keterangannya: "si tua bangka suteku itu entah dari mana berhasil mendapatkan beberapa guci arak wangi yang sudah berusia tiga ratus tahun, bila aku bersedia berangkat ke Thian lam membantu dirimu katanya ia bersedia menghadiahkan beberapa guci diantaranya kepadaku, apa mau dikata? Demi arak hampir saja selembar jiwa tuaku ikut berkorban." Keterangan tersebut semakin mengherankan Han Siong Kie, dari mana Tee heng sian bisa tahu kalau dia hendak berangkat ke wilayah Thian lam untuk membersihkan perguruannya? Apalagi kalau dihitung dari waktunya, kendatipun Tee heng sian memiliki kepandaian yang lihaypun 1334 belum tentu bisa tiba diwilayah Thian lam mendahului kedatangannya. Untuk menempuh jarak sejauh itu dia sendiripun membutuhkan waktu selama tujuh hari tujuh malam tapi dari keterangan Hong te sian jelas menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui keadaan dari istana Huan mo kiong itu, berarti ia sudah tiba ditempat tujuan mendahuluinya, suatu kejadian yang tak masuk diakal? Karena keheranan dan tidak habis mengerti maka pemuda itupun lantas bertanya: " Engkoh tua sudah berapa lama engkau tiba disini?" "sudah dua hari" "Dua hari?" "Benar, ada apa? " "Masa dalam sehari semalam engkoh tua bisa menempuh perjalanan dari daratan Tionggoan kewilayah Thian lam?" "Eeeh, omongan apakah itu? Lima hari berselang si tua bangka suteku itu suruh aku berangkat, dan akupun lantas berangkat cuma sayang terpaut satu hari, maka terpaksa aku harus tinggalkan rombonganmu untuk berangkat lebih duluanoooh iya, bukankah kalian membawa rombongan yang besar? Kenapa tinggal empat orang?" Tahulah Han Siong Kie sekarang, kiranya Hong tee sian telah mengangap Thia Wi wan utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang menyaru dirinya sebagai dia sendiri. Untung mereka tak sampai berjumpa muka akibatnya tentu luar biasa sekali, tapi tentang soal ini ia tidak segera memberi penjelasan. " Kenapa Tee heng sian engkoh tuako itu tidak datang sendiri, melainkan malahan merepotkan engkoh tua?" ia

bertanya. 1335 "Hoeehhh . . heeehhh . . heeehhh soalnya ilmu berjalan dalam tanahnya masih kurang mahir kalau dibandingkan aku" sahut Hong tee sian sambil tertawa terkekeh. " Kepandaiannya tidak mahir? maksud engkoh tua." "Apa lagi? Tentu saja kepandaiannya berjalan dalam tanah tak bisa menangkan kepandaianku, berbicara dalam soal ilmu kepandaian yang lain pun dia tak mampu melebihi kepandaianku maka dia menyerah dan suruh aku yang datang kemari. Ditambah pula dia memang ada urusan lain yang harus diurusi tapi sama-saja toh siapa yang datang? Dia juga engkoh tuamu dan aku sekarang juga engkoh tuamu" "oooh tentu saja Tentu saja" jawab Han Siong Kie cepat setelah berhenti sejenak ia berpaling memandang pintu gerbang yang terpentang lebar serta mayat yang berjejer dibawah kaki benteng lalu bertanya: " Engkoh tua, tadi kau mengatakan bahwa kami akan mampus bila masuk kedalam benteng itu, sebenarnya apa maksudmu?" "sejak dua hari berselang aku sudah berada disini, karena gagal mencari jejak kalian maka seorang diri kumasuk istana tersebut. aduh mak, karena tindakanku ini hampir saja selembar jiwaku kabur terkena jebakan alat rahasia mereka yang hebat, untunglah arwah sucou masih melindungi aku sehingga dengan ilmu berjalan dalam tanah aku berhasil kabur dari situ. Dan selama dua hari belakangan aku selalu berdiam diruang bawah tanah dari istana Huan mo kiong ini." Mendengar keterangan tersebut Han Siong Kie menjerit kaget, begitu pula dengan ketiga orang tiang lo lainnya, ratarata mereka tunjukkan wajah kaget dan tercekat. sementara itu Hong tee sian telah melanjutkan kembali kata-katanya: "Kemarin malam secara kebetulan aku berhasil mencuri dengar orang-orang dalam istana itu sedang menyusun rencana busuk untuk mencelakai kau, setelah rahasia itu 1336 kuketahui maka malam itu juga aku bekerja keras, semua kunci rahasia yang mengatur alat rahasia dalam istana itu kuhancurkan sehingga tak dapat berfungsi lagi". Keterangan ini semakin mengejutkan mereka berempat, dengan emosi To It hui lantas berseru: "Justru yang paling kami kuatirkan selama ini adalah alat jebakan mereka yang berlapis-lapis dan banyak ragamnya itu, sekarang kita tak usah merisaukan soal itu lagi" Hong tee sian tertawa terbahak-bahak dengan bangga ia mengelus jenggotnya seraya berkata lagi: "Kalau cuma alat rahasianya saja masih belum terhitung apa-apa, justru mereka sudah mengatur suatu siasat yang

jauh lebih keji. Kalian tahu lima puluh kaki disekeliling pintu gerbang benteng ini telah mereka tanam obat peledak yang berjumlah sangat banyak, bila kalian berani menginjaknya niscaya tubuh kalian akan meledak dan hancur menjadi berkeping- keping " Kali ini keempat orang jago itu tak dapat menahan rasa kagetnya lagi bukan saja hati mereka tercekat, bulu kudukpun sampai bangun berdiri, untung Heng tee sian memberi peringatan, kalau tidak bukankah pada saat ini tubuh mereka sudah hancur menjadi kepingan-kepingan kecil? "Wi It beng bangsat tua itu benar-benar keji" teriak Han Siong Kie dengan marah, "dia harus diganjar hukuman yang paling berat." sah Jin ho menimbrung pula dari samping: "Apakab Wi It beng telah memperhitungkan dengan tepat bahwa kami akan masuk kedalam benteng dengan melewati pintu gerbang?" "Tentu saja " sahut Heng tee sian setelah melirik sekejap kearah tianglo nomor lima ini. 1337 "Tapi lingkungan istana Huan mo kiong toh bukan melulu disini saja masa kita tak dapat memasuki istana melewati jalan lain" "sekalipun ada jalan lain, tapi perhitungannya ini pasti tak akan meleset, dan seratus persen pasti tepat" "Apa alasannya sehingga demikian?" "sederhana sekali jawabannya, Han Siong Kie lote adalah bakal seorang ketua dari suatu perguruan, untuk menjaga gengsi dan nama baiknya tentu saja ia harus menantang secara terang-terangan dan tak bakal main sembunyi seperti cucu kura-kura, selain itu merekapun sengaja telah membunuh anak murid lain yang setia kemudian menjajarkan jenasah mereka didepan pintu gerbang, tujuannya tak lain adalah untuk memancing kalian agar berjalan melewati pintu depan, apalagi setelah mereka membukakan pintu gerbang dan mengirim orang untuk menyampaikan undangan, masakah kalian bakal memasuki benteng ini dengan memutar lewat jalan samping?" Penjelasan ini memang sangat masuk diakal dan benar, maka ke empat orang itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Dengan wajah serius dan kening berkerut Han Siong Kie lantas berkata: "Waah, kalau begitu persoalan ini adalah suatu persoalan yang amat sulit untuk dipecahkan, masakah kita harus benarbenar memasuki benteng tersebut dengan melewati tembok pekarangan? " Melihat kepanikan si anak muda itu, Hong tee sian lantas tertawa cekikikan karena geli. "Hiiihhh . . hiiihhh. . hiiihhh tak usah panik, tak usah panik,

kalian tak usah melewati jalan samping lagi. sekarang kalian boleh masuk lewat pintu gerbang dengan hati lega" 1338 Jawaban ini kembali membuat keempat orang jago tersebut tertegun, bukankah pertama kali tadi ia melarang mereka untuk melewati jalan depan? Kenapa sekarang malah menganjurkan mereka melewati jalan yang berbahaya itu? Bukankah ucapannya jadi bertolak belakang? Han Siong Kie merasa amat gelisah, ia lantas berseru dengan tak sabar: " Engkoh tua, sekarang waktu sudah mendesak sekali, aku minta engkoh tua jangan bergurau terus, bersediakah engkau memberi penjelasan kepada kami?" Kembali Hong tee sian tertawa cekikikan"Hiiih. . hiiih. . hiiihh sumbu yang menghubungkan alat peledak itu sudah kuputus secara diam-diam dan sekarang hiih... hiiih siasat busuk mereka kembali akan gagal total." "Aah, jadi engkoh tua telah merusak siasat busuk mereka dan apakah engkau juga sudah berhasil membuat jalan tembus yang menghubungkan tempat ini dengan ruang bawah tanah". "Benar, justru karena jalan tembusnya sudah selesai maka aku bisa masuk keluar dengan leluasa" "Apakah ada orang yang disekap didalam ruangan rahasia itu ?" "ooh banyak sekali selain lima orang tiang lo, masih ada lagi hampir dua ratus orang anak murid perguruanmu " "Aaaah. apakah engkoh Tua punya akal untuk melepaskan mereka semua dari kamar rahasianya ?" Hong tee sian kerutkan dahinya sebentar kemudian menjawab: "Waah susah.. susah penjagaan mereka disekitar tempat itu terlalu ketat." "Jadi tak ada akal lagi?" 1339 "Akalnya sih ada dan caranya juga ada hanya agak sulit sedikitlah untuk mengerjakannya " "Bagaimana kalau aku minta tolong kepada engkoh tua untuk melaksanakan tugas yang amat sulit itu?" "Melepaskan semua orang yang mereka sekap?" "Benar sebab anak murid perguruan kami yang disekap itu justru adalah murid-murid kami yang masih setia pada kebenaran." "Baiklah, kalau memang begitu, aku akan berusaha dengan sekuat tenaga, semoga saja berhasil" Cepat-cepat Han Siong Kie menjura dan memberi hormat kepada jago tua yang bertubuh cebol dan berkepala kecil ini. " Untuk bantuan dari engkoh tua sebelumnya siaute

ucapkan banyak-banyak terima kasih, aai, untung ada engkoh tua yang membantu, kalau tidak tentu usahaku untuk membersihkan perguruan dari kaum pemberontak akan menemui kegagalan total" "Aaah. jangan membicarakan soal itu, hayo kalian boleh segera masuk kedalam benteng" Tidak menanti jawaban lagi, tubuhnya yang cebol itu lantas menyelinap. dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah lenyap dari pandangansepeninggal jago tua itu, Han Siong Kie menghela napas panjang, lalu bisiknya dengan lirih: "Aaai, agaknya arwah dari cousu-cousu kita telah melindungi usaha pembersihan yang akan kita lakukan ini. kalau tidak mungkin nyawa kita semua telah melayang tinggalkan raga, mari kita masuk kedalam benteng" Begitulah dengan dipimpin oleh Han Siong Kie, berangkatlah keempat orang itu memasuki cintu gerbang istana Huan mo kiong yang besar dan angker itu. 1340 suasana disekitar pintu benteng sunyi dan tak tampak sesosok manusiapun, yang terlihat hanya dua baris mayat yang berlepotan darah, mayat-mayat itu berada dalam keadaan yang mengenaskan sehingga mendatangkan suasana yang menggidikkan. Dalam sekejap mata mereka sudah tiba didepan pintu gerbang, Han Siong Kie menengadah dan memandang sekejap ke arah papan nama yang tergantung di atas benteng, membaca ketujuh huruf emas yang menyatakan tentang kantor cabang dari perkumpulan Thian che kau itu, hawa amarah lantas berkobar kembali didada pemuda itu, ia mendengus dingin kemudian ayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah papan nama tadi. -000d0w000BAB 74 SERANGAN yang dilancarkan seenaknya itu sepintas lalu tidak nampak sesuatu yang aneh, tapi justru dibalik kesederhanaan itulah terkandung hawa sakti si mi sin kang sebesar sepuluh bagian. "Blaaang.. diiringi suara ledakan yang keras dan memekikkan telinga, tampaklah hancuran kayu berhamburan keempat penjuru, seketika itu juga ketujuh huruf tadi lenyap tak berbekas. Menyaksikan demontrasi tenaga dalam dari ciangbun suhengnya yang masih muda tapi lihaynya bukan kepalang itu, ketiga orang tiang lo tersebut menjulurkan lidahnya, mereka merasa ngeri bercampur kagum. Dengan hancurnya papan nama yang bertuliskan: Kantor cabang perkumpulan Thian che kau untuk wilayah Thian lam

tadi, maka sekarang terbacalah tiga huruf emas yang tertera 1341 nyata diatas bangunan benteng itu. "HUAN MO KIONG". tiga huruf yang terbuat dari emas. Han Siong Kie menengadah dan membaca sekejap nama dari istana perguruan tersebut, kemudian melanjutkan langkahnya memasuki pintu gerbang. sesudah melewati sebuah lorong pintu yang gelap. didepan mata terbentanglah sebuah tanah lapang yang lebar, empat penjuru sekelilingnya adalah bangunan loteng yang tinggi besar dengan ukiran-ukiran indah, semua bangunan tersebut megah, mewah dan mentereng. Beratus-ratus orang jago lihay, ada yang tua ada pula yang muda berdiri berjejer di kedua belah sisi halaman tersebut, namun suasananya hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapunDitengah-tengah halaman terdapat sebuah panggung, diatas panggung berderet kursi kebesaran yang bersandaran tinggi, seorang kakek berjubah abu-abu dengan sulaman matahari, rembulan dam bintang duduk pada kursi kebesaran tersebut, dibelakang kakek itu berdiri dua belas orang pengawal berjubah hijau dan kuning. Kakek berjubah abu-abu itu bukan lain adalah pejabat lama dari perguruan Thian lam bun yang kini telah menjadi ketua cabang dari perkumpulan Thian che kau, dialah Wi It beng yang sedang dicari-cari. Han Siong Kie menghentikan langkahnya ditengah halaman, hawa napsu membunuh yang tebal menyelimuti seluruh wajahnya, setajam sembilu dia menatap wajah Wi It beng tanpa berkedip. sementara To It hui dan dua orang rekannya berdiri tiga kaki dibelakang si anak muda itu dengan wajah gusar dan muka menyeringai. 1342 suasana amat tegang dengan munculnya Han Siong Kie beserta ketiga orang tianglonya, hawa pembunuhan yang tebalpun ikut menyelimuti suasana disekitar arena. Paras muka Wi It beng hijau membesi, sinar matanya memancarkan sinar kelicikan, dengan muka yang buas dan mengerikan perlahan-lahan dia bangkit berdiri, tampaknya kalau bisa dia ingin membunuh musuhnya itu dengan satu kali terkaman. Han Siong Kie mendengus dingin setibanya di tengah halaman ia ambil keluar lencana mustika ok kui cupay itu kemudian di angkat tinggi-tinggi ke udara. Dengan diperlihatkannya lencana itu serta merta ketiga orang tiang lo yang berada di belakang pemuda itu bungkukkan badan memberi hormat.

Akan tetapi kawanan jago yang hadir di arena tersebut tak ada yang memberi hormat, meski wajah mereka pucat pias seperti mayat, namun semuanya masih berdiri tegak tak seorangpun yang menunjukkan tanda-tanda akan menghormati munculnya lencana itu. Wi Ik beng maju beberapa langkah dengan wajah berubah, akhirnya dengan muka yang bengis menyeramkan ia membentak: "Manusia bermuka dingin, apa maksudmu datang kemari? Apa pula maksudmu memperlihatkan benda mustika perguruan kami yang berhasil kau curi itu..? Hmm. kau anggap kami akan tunduk kepadamu?" Han Siong Kie semakin naik pitam, ia tak menduga kalau musuhnya selicik itu, sebelum ia sendiri mengucapkan sesuatu, ia malahan memutar balikkan duduknya persoalan lebih dulu. Terdengar Wi It beng berteriak kembali: 1343 "Hey kalian tiga orang tianglo dari ruang Goal lo wan, tahukah kau bahwa kalian telah melakukan penghianatan terhadap perguruan? Dosa kalian tak akan diampuni lagi, kalian akan mampus dicincang" Han Siong Kie menggertak gigi dan mendengus dingin- ia balas berteriak keras: "Anak murid perguruan Thian lam bun, dengarkan baik2 Aku mendapat perintah dari mendiang ciangbunjin Tee kun untuk membersihkan perguruan kita ini dari manusia-manusia bejad, hanya pentolannya saja yang akan dihukum berat sedang pengikutnya bisa diampusi, bila mereka segera menyadari akan kesalahannya sendiri, Tapi bila ada orang yang melakukan penghianatan terus dan berani membangkang perintah dari lencana ini jangan salahkan kalau kami akan bertindak tegas dengan membunuh mereka secara keji" selesai mengutarakan pengumuman itu ia menyapu pandang sekejap seluruh gelanggang kemudian menyimpan kembali lencana mutiara itu. Wi It beng tertawa terkekehkekeh dengan suaranya yang mengerikan"Manusia bermuka dingin- ejeknya "kau tak usah mengancam dengan kata-kata bualanmu yang menggelikan hati itu. Hoeh heehhh...heeehh .mendiang ciangbun Teekun sudah wafat semenjak empat puluh tahun berselang, dari mana ia bisa serahkan lencana mutiara itu kepadamu? Hmm Akui saja bahwa kau memperoleh lencana itu dari hasil curian." "Tutup mulut anjingmu" bentak Han Siong Kie dengan marah. Bentakan itu sangat keras dan tajam, membuat semua orang yang hadir disitu merasakan telinganya jadi amat sakit

dan hawa darah dalam rongga dada serasa bergolak keras. 1344 "Wi It beng, tak ada gunanya kau menyangkal terus" seru pemuda itu lagi "sekarang bukti kejahatanmu sudah berada ditangan kami, lebih baik mengakulah segala sesuatunya demgan terang, daripada memaksa aku harus turun tangan sendiri untuk menggantung dirimu dihadapan umum" -ooo0dw0oooJilid 36 WI IK BENG menjengek sinis, bukannya maju ke depan dia malahan kembali ke kursi kebesarannya dan duduk disitu, serunya sambil mengulapkan tangannya. Ringkus bangsat yang tekebur itu! Dua belas orang pengawal yaag berada di belakangnya segera mengiakan dan terjun ke dalam gelanggang, namun sikap mereka tidak setenang tadi lagi, sekarang orang-orang itu maju ke depan dengan wajah ngeri kaget dan perasaan tak tenang Setibanya ditengah arena mereka lantas meloloskan senjatanya dari dalam sarung, enam orang pengawal yang berbaju kuning memakai pedang sedangkan enam orang pengawal yang berbaju hijau, tiga menggunakan ruyung dan tiga lainnya memainkan senjata garden. Kalian berani membangkang perintah dengan membantu pengkhianat melakukan kejahatan? bentak Han Siong Kie dengan gusar. Dua belas orang pengawal itu segera menghentikan gerak tubuh mereka, tapi hanya sebentar saja sebab mereka melanjutkan kembali gerakannya menyerbu ke gelanggang. Han Siong Kie mendengus marah, ia tahu percuma saja menggertak dengan ucapan, sebelum dipakainya kekerasan 1378 Kurangajar, kembali berjumpa dengan orang orang Thian che kau ditempat ini" pikirnya kenbali dalam hati "aneh benar orang-orang itu, Mau apa mereka kirim orang ustuk mendatangi telaga racun yang berada di lembah hitam ini Salah seoreng diantara manusia-manusia berjubah hitam itu mempunyai sulaman matahari rembulan dan bintang diatas dadanya potongan badan orang itu sangat dikenal oleh Han Siong Kie sementara ia masih berpikir untuk mengingat kembali siapa gerangan orang ini kebetulan kakek itu berpaling kearahnya maka terlihatlab raut wajahnya yang pucat pias itu. "Aaah.. Rupanya Tok kun Si dewa racun Yu Hua. Tak aneh kalau aku merasa kenal sekali dengan potongan tubuhnya" Dewa racun Yu Hua sangat terkenal namanya dalam dunia persilatan karena pandai menggunakan pelbagai obat racun, ditinjau dari kehadirannya ditempat ini, bukanlah karena urusan biasa.

Tepat dibawah kaki Dewa racun Yu Hua menggeletak sesosok mayat yang separoh badannya telah menghitam karena hangus. Kesunyian yang mencekam sekitar telaga racun itu segera dipecahkan oleh utusan khusus perkumpulan Thian che kau itu, terdengar ia berkata sambil menuding kearah mayat yang menghangus tadi. "Yu tongcu, tampaknya obat mujarabmu tidak manjur, coba lihat kita sudah mengorbankan selembar jiwa lagi dengan percuma, aku lihat tugas kita kali ini. . ." "Mana boleh kita tinggalkan tugas setengah jalan?" tukas Dewa racun Yu Hua dengan gelisah "Kaucu toh sudah menitahkan kepada kita agar berusaha dengan upaya apa pun untuk mendapatkan kitab beracun milik Bantok Coucu sebab hanya dengan memiliki kitab pusaka Tok keng itulah kita dapat menjagoi seluruh kolong langit tanpa tandingan" 1379 "Tapi benarkah Ban tok Cousu berdiam di dalam telaga racun ini? sekalipun ia benar-benar bermangkal disini, andaikata dia masih hidup bukankah kita. . ." "Aaah, saudara It terlalu merisaukan hal yang bukanbukan, andaikata Ban tok cousu benar-benar masih hidup dikolong langit, masa ia membiarkan kita merondai daerah kekuasaannya ini selama sehari semalam tanpa menunjukkan reaksi apapun?" seorang tauto (hwesio yang pelihara rambut) yang berada disisinya tertawa seram, lalu katanya pula: "Yu Tongcu, kau mendapat julukan sebagai Dewa racun, masakah masih belum berhasil kau temukan sifat racun yang terkandung dalam telaga racun ini?" Utusan untuk perkumpulan Thian che kau dari marga It itu menyambung pula dari samping: "Kalau toh obat pemunah yang dibuat Yu tongcu tidak menunjukkan kemanjurannya lagi..." "Harap tenang, harap tenang lebih dulu Kalian jangan ribut sebelum waktunya" tukas Dewa racun Yu hua dengan cepat, dalam perjalanan kali ini siaute telah secara khusus membuat dua jenis obat anti racun kalau toh jenis pertama tidak manjur nah! Saudara itu harap maju kemari untuk mencobanya! Sambil berkata lantas menuding seorang pria berbaju berenang yang berdiri di samping. Ketika dirinya ditunjuk laki-laki itu tak berani membantah sekali pun paras mukanya telah berubah jadi pucat seperti mayat dengan hati berdebar kerena ketakutan dia maju kedepan dan menghampiri dewa racun. Dari sakunya Dewa racun Yu Hua ambil keluar sebuah botol porselen lalu mengeluarkan sejenis cairan berwarna merah dan dipoleskan keseluruh tubuh laki-laki itu.

1380 "Nah sekaraog engkau boleh segera terjun kedalam telaga" petintah Dewa racun Yu Hua kepada laki laki itu, setibanya dalam telaga ergkau harud memperhatikan keadaan di sekitarmu adakah gua atau pintu besi jikalau audah menemukan sesuatu jangan langsung masuk kedalam tapi cepatlah keluar dari permukaan dan laporkan apa yang dilihat setelah itu baru kita atur kembali rencana berikutnya" Lelaki itu mengangguk dan perlahan-lahan mendekati tepi telaga sesudeb ragu-ragu sebentar akhirnya ia menjatuhkan kakinya coba dicelupkan kedalam air. Semua perhatian dan sorot mata orang-orang itu dengan tegang dialihkan keatas wajah laki-laki itu suasana jadi hening dan sepi tampaknya semua gerak-gerik orang itu sudah menghisap perhatian mereka. Han Siong Kie yang bersembunyi di tempat kegelapan pun merasa tegang sekarang ia baru tahu bahwa kedatangan rombongan tersebut adalah atas perintah Thian che kaucu dengan tujuan mengincar kitab racun peninggalan dari Ban tok cousu. Padahal ilmu silat yang dimiliki Thian che kaucu sangat liehay dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang pun telah cukup baginya untuk memimpin dunia persilatan andaikata kitab racun itu benar-benar berhasil ditemukan olehnya itu berarti dalam jagad saat itu tak seorang pun dapat menandingi kehebatannya lagi. Tiba-tiba terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan kesunyian suara itu menyeramkan bagi siapa saja yang mendengar sehingga bulu kuduk mereka tanpa terasa jadi bangun berdiri. Laki-laki itu sudah terkapar ditepi telaga, sebelah kakinya sebatas lutut masih terbenam dalam air, tapi tubuhnya telah mengejang keras dan selembar jiwanya sudah melayang tinggalkan raganya. 1381 Peristiwa ini makin membuat suasana disana jadi menyeramkan, semua jago yang berada ditepi telaga cuma dapat saling berpandangan belaka, siapapun tak mampu bersuara. Han Siong Kie sendiripun merasa bergidik sambil menjulurkan lidahnya ia berpikir dalam hati: "Sungguh mengerikan.. tak nyana air telaga yang tampaknya tenang dan berwarna hitam itu sebetulnya mengandung racun dengan kadar yang sangat tinggi" Utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang tampaknya adalah pemimpin dari rombongan itu tiba-tiba buka suara serta bertanya dengan suara berat: "Yu Tongcu, apakah engkau masih mempunyai cara lain untuk dicoba?" Dewa racun Yu Hua termenung lalu tundukkan kepalanya

dan membungkam dalam seribu bahasa. Tauto berambut panjang itu ikut menimbrung dengan wajah serius: "It beng, apakah kaucu mempunyai petunjuk lain?" "Ada" Utusan khusus she It itu membenarkanAgaknya Dewa racun Yu Hua juga sudah kehabisan akal, mendengar pertanyaan itu ia lantas bertanya: "Apa pesan dari kaucu?". "Meledakkan lembah Hek kok dan menimbun telaga racun" "Menimbun telaga racun ?" Beberapa orang jago itu termasuk pula dewa racun Yu Hua menjerit tertahan, agaknya mereka kurang percaya dengan apa yang didengar. "Benar Meledakkan lembah ini dan menimbun telaga racun dengan tanah" "Apa ...apakah.. cara ini tidak..." 1382 "Kenapa ?" "Apakah tidak lebih baik kita tunda dulu pelaksanaan cara itu dan mencoba untuk mencari jalan lain??" "Maksud kaucu, barang yang tak berhasil didapatkan lebih baik dimusnahkan dari muka bumi, daripada terjatuh ke tangan orang lain" "Aaah, apakah pandangan itu tidak terlampau sempit? sudah puluhan tahun tempat ini lewat dalam keadaan sepi, tak seorang manusiapun berani mencari gara-gara dengan telaga racun. Menurut pendapatku dikolong langit dewasa ini mungkin tak seorang manusiapun dapat melawan kedahsyatan dari racun itu" "Yu tongcu, apakah engkau tidak merasa bahwa ucapanmu itu terlampau yakin akan sesuatu tanpa memikirkan yang lain?" "Maksudmu?" "Menurut apa yang aku It Tiong khi ketahui, dikolong langit dewasa ini masih ada seorang manusia yang tidak takut menghadapi pelbagai macam racun, kendatipun racun yang bagaimana kejipun" "Aaah, masa iya? siapakah orang itu?" tanya Dewa racun Yu Hua dengan hati terperanjat. "Aaah, Yu Tongcu ini benar-benar sudah lupa ataukah pura-pura menjadi seorang pelupa?" jengek It tiong khi. utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu sambil tertawa dingin. -000dw000Jilid 37 1383 "AKU benar-benar tak dapat menemukan siapa gerangan dikolong langit dewasa ini yang menguasai ilmu beracun

tingkat tinggi." "Dia tak pandai menggunakan racun, tapi dia tak takut menghadapi racun dalam jenis apapun" Dewa racun Yu Hua tundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu, akhirnya ia mengerti siapa yang dimaksudkan, selanjutnya serunya: "Saudara It, apakah engkau maksudkan ahli waris dari Mo tiong ci mo pewaris kedudukan ciangbunjin dari perguruan Thian lam bun dewasa ini, Manusia bermuka dingin Han Siong Kie??" "Benar, dialah yang kumaksudkan seandainya kitab tersebut sampai terjatuh ketangannya, coba bayangkan bagaimanakah akibatnya??" Dewa racun Yu Hua segera terbungkam dalam seribu bahasa, tanpa terasa iapun teringat kembali kejadian masa lalu ketika Manusia muka dingin Han Siong Kie dijebak dalam Lian huan tan, ketika itu dia telah mengunci semua jalan lembah dengan kabut wangi si kut hiang wu (dupa wangi pelepas tulang) tapi kenyataannya Manusia bermuka dingin masih tetap sehat walafiat seperti tidak terpengaruh sesuatu apapun. Dalam pada itu, Han Siong Kie yang bersembunyi dibalik pepohonan sedang memutar otak serta mencari akal bagaimana caranya untuk mencegah orang Thian che kau meledakkan lembah hitam serta telaga racun. ia cukup memahami mereka dapat bertindak sewenang-wenang meledakkan telaga racun sehingga sampai tertimbun, apabila hal ini sampai terjadi maka selama hidup Hek pek siang yau tak dapat memulihkan kembali raut wajahnya seperti sedia kala. 1384 Diantara sekian banyak orang Hek pek siang you berdua yang paling tidak sabaran, andaikata Han Siong Kie tidak hadir disana, niscaya semenjak tadi mereka telah menampilkan diri untuk melakukan pembantaian secara besar-besaran. Tauto berambut panjang yang berdiri disamping Dewa racun, tiba-tiba buka suara tapi kepada It tiong Khi katanya: "Kalau toh Kaucu sudah ada perintah untuk berbuat demikian, lebih baik sekarang juga kita laksanakan, tolong tanya bagaimana caranya kita meledakkan lembah ini ?" Tampaknya It tiong Khi si utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu sudah mempunyai susunan rencana yang matang, sahutnya: "Akan kita tanam bahan-bahan peledak pada tebing dan sepanjang lereng lembah hitam ini, lalu kita ledakkan". -000dw000BAB 71 "KALAU memang begitu, urusan tak boleh ditunda-tunda lagi, hayo kita tinggalkan tempat ini" ajak Tauto si padri

pemelihara rambut itu. Hek pek siang yau sudah habis kesabarannya, tapi sebelum mendapat perintah dari ketuanya mereka tak berani melakuka sesuatu tindakan secara gegabah, saking gelisahnya nafas besarpun sampai dibuang berulang kali. saat itulah Han Siong Kie berbisik lirih: "Kita harus menahan rombongan orang-orang ini tetap dalam lembah, jangan biarkan seorangpun berlalu dari sini dalam keadaan hidup, terutama sekali kakek berjubah hitam yang bermuka pucat tanpa warna darah itu, dia bernama Dewa racun Yu Hoa, seluruh badannya mengandung racun, serahkan orang itu kepadaku, biar kulayani sendiri dirinya" 1385 Seperti mendapat perintah untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan, Hek pek siang yau segera melompat bangun dan siap menyebarkan mautnya. Pada saat itulah sebelum mereka berdua sempat melakukan pembantaian secara besar-besaran mendadak dari permukaan telaga beracun itu timbul buih-buih besar yang disusul dengan munculnya gelombang besar. "Jangan berisik, cepat bersembunyi" seru Han Siong Kie sambil ulapkan tangannya. pada saat itu rombongan dari Dewa racun Yu Hoa sudah hampir meninggalkan tempat itu, ketika secara tiba-tiba mendengar suara gulungan ombak besar muncul dari permukaan telaga yang tenang dengan hati terkesiap mereka berpaling, apa yang kemudian mereka saksikan segera mencopot sukma rasanya, bulu kuduk pada bangun berdiri. Kiranya diantara gulungan gelombang besar dan percikan buih-buih air yang amat santar perlahan-lahan muncul seorang kakek berambut putih, kakek itu berperawakan tinggi besar dan bermuka merah, meskipun baru muncul dari permukaan air beracun, ia tak nampak cedera atau mengalami sesuatu yang aneh. "Aaah Dialah Ban tok Cousu" tiba-tiba Tauto sipadri memelihara rambut itu menjerit kaget. Jeritan tersebut menambah panik dan seramnya suasana, serentak dua belas orang yang hadir ditepi telaga mundur selangkah dengan ketakutan, tampaksya mereka jeri sekali menghadapi kakek moyangnya ilmu berbisa ini. Entah dengan gerakan tubuh apakah, tahu-tahu semua orang hanya merasa pandangan matanya jadi kabur dan kakek berambut putih itu sudah melayang naik ke tepi telaga. 1386 setelah urusan terlanjur menjadi begini, Dewa racun Yu Hoa tak dapat berdiam diri belaka, terpaksa ia keraskan hati dan maju ke depan, sapanya sambil memberi hormat. "Tolong tanya benarkah locianpwe adalah Ban tok Cousu

yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan?" "Benar" sahut kakek berambut putih itu dengan suara nyaring, senyaring guntur yang membelah bumi, "ada urusan apa kalian datang kemari?" "Boanpwe... boanpwe sekalian hanya... hanya terdorong oleh perasaan ingin tahu saja" jawab Dewa racun dengan suara terbata-bata, panik juga ia menghadapi kejadian semacam itu. "Karena perasaan ingin tahu? Hahah haaahh haahh" tibatiba Ban tok Cousu menengadah dan tertawa terbahak-bahak, setelah puas tertawa dia lantas ulapkan tangannya "enyah kamu semua dari tempat ini" Bersama dengan kibasan telapak tangan itu dua belas orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau itu segera merasakan segulung desingan angin tajam menyambar lewat diatas badannya, tak tahan lagi mereka bergidik serta bersin beberapa kali. Tapi saat ini mereka tak berani berdiam terlelu lama lagi disana, seperti ikan-ikan yang terlepas dari jaring cepat-cepat kedua belas orang itu sipat telinga dan kabar terbirit-birit. "Berhenti" mendadak terdengar bentakan lagi menggelegar diangkasa, seorang pemuda tampan yang berwajah dingin telah tampil kedepan dan menghadang jalan pergi beberapa orang itu. Menyaksikan jalan perginya terhadang dengan rasa kaget dan terkesiap Dewa racun Yu Hua sekalian segera berhenti berlari. 1387 It Tiong khi si utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu agak tertegun tapi ia segera membentak. Bocah keparat, kau jangan berlagak jumawa ditempat ini, sudah kau letakkan dimana sepasang matamu. Haa? Manusia bermuka dingin! teriak Dewa racun Yu Hua dengan kaget setelah ia dapat mengenali kembali siapa gerangan si anak muda yang menghadaog jalan perginya itu. Manusia bermuka dingin" ketiga huruf nama itu cukup mendatangkan perasaan seram bsgi pendengarnya, sebelas orang jago dari perkumpulan Thian che kau itu tergetar mundur selangkah kebelakang, tsnpa sadar mereka telah bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan. Bocah keparat! Kalau ingin mencari gara-gara hayo kita bereskan urusan itu di luar lembah sana! tantang It Tiong khi dengan wajah serius. Tiba-tiba Ban tok Cousu yang membungkam disamping ikut berkata pula dengan nada dingin: Selama berada di dalam lembah hitam dilarang menggunakan kekerasan untuk berkelahi atau baku bantam, silahkan keluar dulu dari sini! Tapi Locianpwe, kau tak boleh me1epaskan mereka pergi!

teriak Han Siong Kie dengan cemas. Kenapa? Sebab mereka akan ledakkan puncak tebing karang itu dan menyumbat telaga beracun! Apa sangkut pautnya persoalan ini denganmu? Hayo cepat enyah dari sini! hardik Ban tok Cousu tanpa sungkansungkan. Han Siong Kie terbungkam, tak disangka olehnya bahwa maksud baiknya untuk memberi peringatan kepada kakek itu malahan mendapat imbalan semprotan yang cukup pedas. 1388 It Tiong khi jadi lebih kheki lagi terutama karena rencana busuknya dibongkar secara blak-blakan, mukanya jadi menyeramkan, sambil menggertak gigi tsriaknya: Bajingan cilik, hayo keluar! Kita bereskan urusan diantara kita berdua diluar lembah sana Setelah memberi tanda kepada anak buahnya dia lantas putar badan dan berlalu lebih dulu dari sana diikuti ke sebelas orang anak buahnya. Sepeninggal orang-orang itu mendadak Ban tok cousu berkata lagi dengan suara ketus: "Bocah muda, mengingat maksud baikmu untuk memberi peringatan maka kuampuni selembar jiwamu, ajaklah dua orang rekanmu itu dan segera enyah dari tempat ini" Ucapan tersebut amat mengejutkan Han Siong Kie, ia tak menyangka kalau cukup dalam sekali tatapan mata Ban tok cousu telah mengetahui tempat persembunyian Hek pek siang yau, apalagi mengetahui pula bahwa kedua orang itu berasal dari satu rombongan dengannya. Dari sini dapatlah diketahui bahwa semenjak kemunculannya dari dalam telaga ia sudah menemukan jejak dari mereka bertiga, itu berarti bahwa ketajaman mata serta pendengarannya sudah mencapai tingkatan yang sangat hebat. Rupanya Hek pek siang yau juga sudah tahu bahwa tak ada gunanya mereka bersembunyi terus, serta merta dua orang itupun menampilkan dirinya kedepan. Dalam keadaan seperti ini, Han Siong Kie merasa tak ada gunanya untuk merahasiakan maksud kedatangannya lagi, ia maju kedepan lalu memberi hormat katanya: "Terus terang boanpwe katakan bahwa sesungguhnya kedatangan kami kesini adalah ingin memohon sesuatu bantuan dari locian pwe." 1389 "Sudah lama aku tak pernah mencampuri urusan dunia luar lagi, tak dapat kupenuhi permohonan dalam bentuk apapun" "Locianpwe harap untuk kali ini kau bersedia untuk memenuhinya, walau apapun syaratnya" pinta Han Siong Kie lebih jauh.

Ban tok cousu menengadah dan menatap sekejap wajah sianak muda itu dengan pandangan dingin, kemudian sahutnya: "Boleh saja kalau begitu, asal engkau mampu untuk memasuki telaga beracun ini maka akupun akan bersedia untuk mengabulkan pula sebuah permintaanmu" Tanpa menanti jawaban lagi dia putar badan dan berlalu dari sana. Han Siong Kie jadi panik kembali teriaknya. "Locianpwe harap tunggu sebentar" "Ada urusan apa lagi? " tanya Ban tok Cousu sambil berhenti, meski begitu ia sama sekali tak berpaling. "Apakah locianpwe tidak kuatir terhadap ancaman mara bahaya yang sedang mengincar jiwamu? Rombongan tadi betul-betul punya niat untuk meledakkan lembah hitam ini serta menimbun telaga racun" "Heeeh heeeeh heeeehh, sejak awal aku toh sudah berkata, apa sangkut pautnya antara persoalan tadi dengan dirimu ? Buat apa kau musti merisaukannya ?" Untuk kedua kalinya Han Siong Kie terbentur pada batunya, ia membungkam tidak mampu berbicara, walaupun hatinya jadi panas seperti mau meledak rasanya. "Bocah muda" kembali Bantok Cousu berkata "kau berani memasuki telaga beracun atau tidak? Jika masih ingin hidup lebih lama lagi, cepat-cepatlah enyah dari sini" Ucapan itu membakar hati Han Siong Kie, ia merasa seakan-akan dirinya sedang ditantang, malu untuk menolak tentu saja ia menerima tantangan tersebut dengan emosi. 1390 "Setelah berani datang kemari, mengapa tak berani terjun kedalam telagamu ini ?" sahutnya dengan angkuh. "Bagus, jadi kau berani memasuki telaga ini seorang diri?" "Tentu saja, Sebagai seorang laki-laki sejati, setelah aku berani mengucapkan keluar, tentusaja akan kulaksanakan pula." Mendengar ucapan dari ketuanya ini, cepat-cepat Hekpeksiang yau maju kemuka dan jatuhkan diri berlutut dihadapannya dengan rasa terharu dan penuh rasa terima kasih siluman hitam berkata. "Ciangbunjin harap engkau bersedia untuk menarik kembali perkataanmu itu" "Kenapa?" seru sang pemuda. "Tecu rela selamanya berwujud demikian, dari pada harus mengorbankan selembar jiwa ciangbunjin" "Kenapa? Toh aku belum tentu mampus dalam air telaga itu" "Jangan Ciangbunjin, tak ada gunanya mempertaruhkan nyawa dengan percuma" "sudahlah, kalian tak usah banyak berbicara lagi, apa yang telah kuputuskan selamanya tak akan dirubah kembali"

Sementara itu Ban tok Cousu sudah tertawa dingin tiada hentinya, sekali melompat tahu-tahu ia sudah lenyap dibalik air telaga. "Kalian berdua segera bangkit" bentak Han Siong Kie kemudian dengan wajah gusar. "Asal Cianbunjin menarik kembali niat tersebut, tecu berdua akan segera bangkit" "Tidak.. Apa yang telah kukatakan selamanya tak akan dirubah lagi" 1391 "Tapi... Ciangbunjin, air dalam telaga beracun ini sangat berbahaya, kena dibadanpun bisa mengakibatkan kematian yang sangat mengerikan, coba lihatlah keatas sosok mayat yang menghangus ditepi telaga itu." Tanpa disengaja Han Siong Kie mengalihkan perhatiannya kearah kedua sosok mayat itu, timbul juga perasaan bergidik dalam hatinya, tapi sebagai seorang pemuda yang tinggi hati, sudah tentu ia tak sudi membatalkan niatnya, apalagi memulihkan kembali wujud kedua orang siluman itu sudah merupakan salah satu tujuan hidupnya sekarang. Maka dengam suara dingin dia berkata: "Masih ingatkah kalian dengan kata-kata yang pernah kamu berdua ucapkan sewaktu aku hendak membawa kalian keluar dari lembah kematian? Masih ingatkah bahwa kalian bersedia menuruti semua perintahku tanpa membantah??" "Tapi ciangbunjin, air telaga itu sangat beracun.." "Tutup mulut dan segera bangkit, sekarang juga kuperintahkan kamu berdua untuk keluar dari lembah ini. berjaga-jagalah kalian terhadap tingkah laku dari anjing-anjing geladak itu, cegah setiap usaha mereka untuk meledakkan lembah ini" Hek pek-siang yau, sepasang siluman hitam putih itu tak berani membangkang lagi, mereka bangkit berdiri tapi merasa keberatan untuk meninggalkn tempat itu. "Cepat keluar dan awasi gerak gerik anjing-anjing geladak itu" sekali lagi Han Siong Kie membentak. "Ciangbunjin. . ." teriak siluman putih cemas. Sebelum orang itu menyelesaikan kata-katanya, kembali pemuda itu sudah menukas dengan suara dalam: "Apa yang kuacapkan adalah perintah, apakah kalian berdua hendak menbangkang perintahku??" 1392 "Tecu tak berani" buru-buru kedua orang siluman hitam putih itu menyahut dengan kepala tertunduk. "Kalau kalian masih bersedia untuk mendengar perintahku, segera laksanakan apa yang telah kuucapkan" "Seandainya tecu telah menyelesaikan tugas tersebut apa yang harus kami kerjakan lagi"

"Nantikan kedatanganku diluar lembah sana" "Seandainya... seandainya..." tiba-tiba kedua orang siluman itu tidak jadi meneruskan kata-katanya sebab mereka merasa bahwa tidak pantas untuk diutarakan oleh mereka. Tentu saja Han Siong Kie mengetahui apa yang ingin mereka katakan, maka sahutnya: "Tunggu aku selama satu hari" "Andaikata sehari sudah lewat namun ciangbunjin belum juga munculkan diri dari lembah ini" "Kalian berdua harus segera kembali ke wilayah Thian lam dan meneruskan jabatanku" "Tidak" teriak dua orang siluman itu cepat "tecu berdua pernah bersumpah akan mengikuti ciangbunjin selama hidup, andaikata ciangbunjin tertimpa suatu musibah maka tecu berduapun tak ingin hidup lagi." Dalam hati Han Siong Kie merasa sangat terharu oleh sikap setia dari dua orang pembantunya ini, tapi perasaan tersebut tidak diperlihatkan diatas wajahnya, ia malahan membentak: "Hmm. Ucapan apa itu? Kalian berdua toh sudah menjadi anggota perguruan Thian lam bun? sebagai murid yang berbakti maka kalian harus mementingkan tugas perguruan dari pada kepentingan pribadi. sudah.... sudahlah perkara semacam itu tak ada gunanya untuk dibicarakan terus menerus, sekarang kalian segera keluar dari lembah ini, 1393 jangan sampai mengakibatkan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan" Setelah dipaksa terus menerus, hek pek siang yau tak dapat membangkang perintah ketuanya lagi, setelah memberi hormat mereka baru berlalu dari situ dengan perasaan yang berat. Demikianlah sepeninggal kedua orang siluman itu Han Siong Kie berjalan ketepi telaga beracun itu, ketika sinar matanya terbentur dengan air telaga yang berwarna kehitamhitaman serta mayat-mayat menghangus yang terkapar ditepi telaga, tanpa terasa hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada bangun berdiri, ia tidak merasa terlalu yakin dengan kemampuannya untuk melawan racun dari air telaga itu, tapi sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar, ia tak ingin menjadi seorang manusia pengecut, apa yang telah dikatakan bagaimanapun juga harus dilaksanakan sekalipun selembar jiwanya sebagai taruhanTapi sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam telaga, ingatan lain kembali melintas dalam benaknya, dan ingatan tersebut membuat sekujur badannya gemetar keras, ia teringat akan dendam sakit hatinya yang belum terbalas, andaikata apa yang dilakukan sekarang mengakibatkan dirinya mati, bukankah dia bakal mati dengan mata tak meram. Semestinya perbuatan semacam ini harus dilakukan setelah

ia selesai membalas dendam, tapi kenyataan yang terpapar didepan mata sudah tidak mengijinkan dia untuk berbuat lain lagi, apapun yang terjadi dia harus melaksanakan perbuatan itu menurut rencana. Dengan termangu-mangu ia memandang air telaga yang berwarna hitam itu, akhirnya sambil menggertak gigi dia menceburkan kaki kirinya kedalam air, betul juga begitu kakinya diceburkan segera terasalah suatu perasaan gatalgatal yang aneh merambat naik keatas kakinya. 1394 Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, cepat ia tarik kembali kakinya keatas daratan tapi setelah ditunggu lama sekali tidak nampak reaksi apapun, perasaan yang semula menegang sekarang jauh lebih lega. Maka hawa sakti si mi sinkang disalurkan sepenuhnya untuk melindungi badan dengan pelindungan hawa khikang yang dahsyat sewaktu ia ceburkan kembali kakinya secara otomatis telaga itu menyibak sendiri ke samping dan yang aneh ternyata kakinya kali ini tidak basah. Apa yang berhasil dicapai olehnya sekarang sangat menggirangkan hatinya, sebab apa kenyataan yang terpancang didepan mata persis seperti apa yang diduganya, dengan hawa khikang pelindung badan yang dihasilkan oleh tenaga sakti si mi sinkang ditambah pula dengan kekuatan penolak racun yang terkandung dalam tubuhnya untuk memasuki telaga beracun itu tanpa cedera ternyata adalah suatu pekerjaan sangat gampang. Aaah! tiba-tiba dari arah belakang terdengar seseorang berseru kaget. Han Siong Kie sendiri pun terkesiap, ia batalkan niatnya untuk terjun kedalam telaga dan segera berpaling. Ban tok Cousu memang sangat lihay, entah semenjak kapan tahu-tahu ia berdiri hanya tiga kaki dibelakang tubuhnya, bukan saja pemuda itu tak tahu sejak kapan ia sudah berada disitu, bahkan kehadirannya sama sekali tak tertangkap oleh pandangarannya. Eeeh bocah muda, engkau jugo mengerti tentang racun? kakek berambut putih itu lantas menegur. Tidak! Aku sama sekali tidek mengetahui tentang soal racun Han Siong Kie segera menyahut sambil gelengkan kepalanya. 1395 Kalau tidak mengerti tentang ilmu beracun, kenapa kau tidak takut untuk menceburkan diri dalam air telaga yang beracun jahat ini? Han Siong Kie tidak ingin berbohong maka dia mengaku terus terang: Boanpwe pernah mendapatkan penemuan aneh di suatu

sumber nata air kerak bumi yang disebut Tee mee-leng cwan, sempat membenamkan tubuhnya sampai beberapa hari itulah sebabnya aku memiliki daya tahan untuk melawan segala macam racun! Oooh! Benarkah itu? Sejak hidup sampai sekarang baru pertama kali ini kudengar tentang kejadian semacam itu, aku dengar engkau adalah seorang ciangbunjin boleh ku ketahui engkau adalah ciangbunjin dari perguruan mana? Perguruan Thian lam bun Kau maksudkan ketua dari istana Huan mo kiong yang berada di wilayah Thian lam? Ban tok Cousu menegaskan. Benar!" si anak muda itu mengangguk. Sepasang biji mata Ban tok Cousu yang berwarna kehijauhijauan tiba-tiba memancarkan sinar aneh setelah mengawasi si anak muda itu dari atas sampai ke bawah beberapa kali ia baru bergumam seorang diri: Ehmm bakat alam yang luar biasa, susah ditemukan dalam seratus tahun, hebat mengagumkan! Sehabis bergumam dengan alis mata berkenyit ia berkata: Semangat serta kebesaran jiwamu yang rela berkorban demi kepentingan orang lain sangat mengagumkan diriku, baiklah! Untuk kali ini aku akan melanggar kebiasaan dengan memenuhi permintaanmu, undanglah kembali kedua orang anak muridmu tadi" 1396 Apakah Lccianpwe sudah tahu apa yang hendak boanpwe pinta? seru Han Siong Kie. Bukankah kedua orang anak muridmu sudah terkena racun dari Gi hong tok-ko yang hebat? Dan sekarang kau mohonkan pengobatan bagi mereka sehingga wajahnya dapat pulih kembali seperti sedia kala? Darimana locianpwe bisa tahu? seru si-anak muda itu keheranan. Haaah haaah haaaah tiada jenis racun didunia ini yang bisa mengelabuhi sepasang mataku, cukup sekali memandang aku lantas bisa menduga sifat racun tersebut! Sekarang Han Siong Kie benar-benar merasa kagum sekali, sebab kenyataannya Ban tok Cousu memang liehay seperti pula dengan julukannya, dia memang tak malu mendapat julukan sebagai Cousu, tapi teringat kembali olehnya akan perbuatan Dewa racun Yu Hua sekalian yang hendak meledakkan lembah hitam, ia tetap merasa tidak berlega hati, maka serunya lagi dengan perasaan kuatir. Locianpwe, orang-orang persilatan yang bertempur disini tadi adalah anak buah dari perkumpulan Thian che kau, mereka telah menyusun rencana hendak meledakkan lembah hitam ini, cianpwe! Aku kuatir.. Tentang maksud busuk mereka itu aku sudah tahu! Kalau toh locianpwe telah mengetahui akan maksud

mereka, mengapa kau melepaskan mereka pergi dengan begitu saja. Siapa yang bilang kalau aku telah melepaskan mereka pergi? Ban tok Cousu balik bertanya. Ucapan ini membuat Han Siong Kie jadi tertegun, tapi dengan cepat ia dapat menangkap maksud dari ucapan itu kontan saja jantungnya berdebar keras dan peluh dingin sempat membasahi tubuhnya. 1397 Jadi locianpwe tidak melepaskan mereka pergi dengan begitu saja? katanya kemudian. Ban tok cousu tertawa terkekeh-kekeh. "Heeeh... heeeh... heeeh Bukan saja mereka berani memasuki daerah terlarang tanpa ijinku, bahkan berani pula menaruh maksud dan tujuan yangjahat kepadaku, terhadap manusia semacam ini, apakah aku harus melepaskan mereka dengan begitu saja? Hmm Dosa seperti itu, belum cukup untuk ditebus dengan kematian belaka " Kali ini Han Siong Kie benar-benar tidak bisa menahas rasa ngerinya lagi, dari perkataan orang itu, ia dapat menarik kesimpulan bahwa orang-orang dari perkumpulan Thian che kau yang telah dilepaskan tadi, kebanyakan sudah menemui ajalnya secara mengerikan. Maka diapun tidak membicarakan tentang soal lain lagi, setelah menjura ujarnya: "Kalau memang demikian, boanpwe mohon diri lebih dulu untuk mengundang datang kedua orang anak muridku itu " Habis berkata dia lantas putar badan dan berkelebat menuju kemulut lembah. Beberapa saat kemudian ia sudah tiba di mulut lembah, waktu itu Hek pek siang yau sedang berdiri termangu-mangu, sementara dihadapan mukanya terdengar suara orang kesakitan yang mengerikan dan memilukan hati berkumandang tiada hentinnya: satu ingatan melintas dalam benak Han Siong Kie, ia percepat gerakan tubuhnya dan melayang turun didepan mulut lembah itu. Rupanya Hek pek siang yau juga merasakan tibanya sesosok manusia dari dalam lembah, ketika mereka kenali bahwa orang itu tak lain adalah ketuanya, tak bisa dibendung lagi dua orang siluman itu berteriak dengan penuh rasa gembira. 1398 "Hooree ciangbunjin tidak cedera bukan?" Han Siong Kie tidak menjawab, sinar matanya dialihkan ke atas permukaan tanah dan memeriksa sekejap keadaan disitu. Dua belas sosok mayat terkapar diatas tanah dan menggeletak dalam posisi tak menentu, mereka memang It Tiong khi bersama rombongannya, sebelas orang diantaranya

kelihatan sudah mati, tinggal Dewa racun Yu Hua seorang yang masih mengguling-guling diatas tanah dengan keadaan yang mengerikan sekali, suara jerit kesakitannya dan mimik wajahnya yang menahan rasa sakit semuanya menimbulkan suatu perasaan yang mengerikan siapa pun yang melihatnya. Bergidik Han Siong Kie melihat semua kejadian itu tanpa terasa bulu kuduknya pada bangun berdiri. Sepanjang waktu tadi Ban tok Cousu tidak kelihatan turun tangan tapi kedua belas orong Jago lihay dari perkumpulan Thian che kau ini tanpa mereka sadari telah keracunan hebat bahkan mereka baru tewas sesudah berada di luar lembah kejadian seperti ini bukan saja belum pernah terjadi bahkan tak akan dipercayai orang sebelum orang lain menyaksikan sendiri jalannya peristiwa itu. Dewa racun Yu Hua terhitung seorang jago liehay yang ahli sekali dalam ilmu racun toh ia sendiripun tak dapat melepaskan diri dari cengkeraqman Ban tok Cousu hanya bedanya yang lain sudah keburu mati semua dan sekarang cuma tinggal dia seorang yang masih mengerang kesakitan. Hek pek siag yau juga tidak berbicara apa-apa mereka hanya berdiri termangu-mangu di samping ketuanya. Suasana jadi hening dan sepi, lama sekali siluman putih baru bertanya dengan perasaan ingin tahu: Ciangbunjin, apakah engkau telah masuk kedalam telaga beracun? Belum pemuda itu menggeleng. 1399 "Memang itu lebih baik, sebab bagaimana pun juga ciangbunjin tak boleh mengorbankan jiwa dengan percuma..! Kalian salah pabam" tukas Han Siong Kie kembali, aku tidak jadi memasuki telaga tersebut karena Ban tok cousu telah mengabulkan permintaanku dan sekarang kalian diundang masuk kedalam untuk memperoleh penyembuhan seperti apa yang kalian cita-citakan selama ini! Kabar itu segera disambut gembira oleh sepasang siluman putih dan hitam, sedemikian girangnya mereka sampai lupa daratan dan saling berpelukan kencang. Dalam pada itu Dewa Racun Yu Hua sudah tidak berwujud manusia lagi, air keringat telah membasahi sekujur badannya panca inderaoya sudah tidak berfungsi secara normal suara rintihannya sudah sedemikian lirih dan seraknya sampai kedengaran amat perlahan, walaupun begitu ia masih juga berusaha mencengkeram permukaan tanah dengan tatapan mata yang memelas hati kepada Han Sion Kie: "Ciangbunjin... too... tolonglah aku.... berbuat... buatlah belas kasihan... dan... dan bebaskanlah aa.. aku dari... dari penderitaan" Han Siong Kie merasa sangat tak tega memyaksikan penderitaan orang itu, rasa iba telah muncul dalam hatinya,

diapun lantas teringat dengan keterangan dari engkoh tuanya si pengemis dari selatan, menurut pengemis itu sepanjang sejarah hidupnya Dewa racun Yu Hua tidak pernah melakukan perbuatan yang sangat jahat serta merugikan banyak orang, maka dia ambil keputusan untuk menyelamatkan jiwanya. Ketika ingatan tersebut terlintas dalam benaknya, dari tempat kejauhan diapun melepaskan serangan untuk menotok beberapa buah jalan darah penting ditubuh orang itu.. Setelah jalan darahnya tertotok maka Dewa racun Yu Huapun berhenti mengerang kesakitan. 1400 Tempo dulu Dewa racun Yu Hua pernah mempunyai niat jahat hendak merampas sepasang sarung tangan mustika Hud jiu poo pit dari tangan Han Siong Kie, kemudian ketika sianak muda itu terjebak dalam Lian huan tau, diapun pernah menggunakan asap beracun untuk merobohkan musuhnya, tapi sekarang Han Siong Kie tidak mengingat dendam lama dan malahan bersedia menyelamatkan selembar jiwanya, dari sini dapatlah ditarik kesimpulan, kendati pemuda itu tersohor sebagai Manusia bermuka dingin, hakekatnya hatinya tidak dingin, hatinya penuh dengan perasaan welas kasih dan kasihan. Demikianlah setelah mencengkeram tubuh Dewa racun Yu Hoa, Han Siong Kie lantas berseru kepada Hek pek siang yau. "Hayo jalan, kita masuk kedalam lembah" Sementara itu sepasang siluman hitam putih sedang merasa tercengang oleh tindak tanduk dari cianngbunjinnya, tapi mereka tak berani banyak bertanya, maka tanpa mengucapkan sepatah katapun kedua orang ini ikut masuk kedalam lembah mengintil di belakang ketuanya. Setelah tiba ditepi telaga beracun, Han Siong Kie melemparkan tubuh Dewa racun Yu Hua dihadapan Bantok Cousu. sedangkan Hek Pek siang yau saling berpandangan sekejap akhirnya mereka maju memberi hormat setelah itu baru berdiri di samping Han Siong Kie dengan perasaan gembira dan tak tenteram. Dalam pada itu Ban tok Cousu telah menuding ke arah dewa racun Yu Hua seraya menegur: Eeeh apa yang terjadi dengan orang itu? Han Siong Kie maju dan memberi hormat lalu sahutnya. Oleh sebab boanpwe melihat ia tersiksa hebat, mati tak bisa hidup pun menderita maka aku membawanya datang kemari, harap locianpwe bersedia untuk mengampuni selembar jiwanya! 1401 Tapi lohu toh sudah berkata, bahwa aku hanya akan mengabulkan satu permintaanmu saja. Waaah. kalau begitu.. untuk sesaat Han Siong Kie

terbungkam, beberapa saat kemudian ia baru berkata lagi: Boanpwe berbuat demikian lantaren merasa tak tega dan aku pun tidak khusus mohonkan pengampunan baginya maka setuju atau tidak adalah terserah pada keputusan locianpwe sendiri! "Hmm, aku hanya merasa heran kenapa ia bisa mempertahankan hidupnya sekian lama? ujar Ban tok Cousu keheranan. Ia bernama Dewa racun Yu Hua, selama hidupnya tersohor dalam dunia persilatan karena ilmu beracunnya! Ooh .tak heran kalau ia masih bisa mempertahankan diri, baiklah! memandang dia sebagai seorang ahli racun pula, lohu bersedia untuk mengampuni selembar jiwanya. Sehabis berkata ia mengambil keluar sebuah botol porselen kecil dan malemparkan sebiji obat ke tangan Han Siong Kie katanya. "Berikan obat itu kepadanya!" Han Siong Kie segera membebaskan dahulu jalan darahnya yang tertotok kemudian baru melolohkan obat tadi kedalam mulutnya. Sslang sesaat kemudian, Dewa racua Yu Hua telah segar kembali, dia lantas melompat bangun, lalu sambil jatuhkan diri berlutut di badapan Ban tok Cousu katanya: Locianpwe, banyak terima kasih atas budi pertolonganmu. "Tak usah. Tak usah. Kau tak perlu berterima kasih kepadaku sebab maksudku semula adalah hendak menghabisi jiwamu" tukas Ban tok Cousu sambil ulapkan tangannya "untunglah kau juga seorang ahli dalam ilmu beracun 1402 sehingga nyawamu bisa ketolongan HHmm memandang diatas wajah bocah itu kuampuni jiwamu untuk kali ini, kalau ingin berterima kasih sampaikan saja kepadanya.." Dewa racun Yu Hua lantas bangkit dan berlutut dihadapan Han Siong Kie, katanya dengan perasaan berterima kasih: "Budi pertolongan yang telah kau lepaskan pada diriku selama hidup aku Yu Hua tidak akan melupakannya" selesai berkata ia lantas bangkit dan berlalu dari tempat itu. Dengan termangu-mangu Han Siong Kie memandang bayangan punggung dari dewa racun itu hingga lenyap dari pandangan, kemudian baru ujarnya kepada Ban tok Cousu. "Locianpwe harap engkau bersedia untuk memulihkan raut wajah mereka" Ban tok Cousu mengangguk. dia lantas mengalihkan sinar matanya untuk mengawasi Hek pek siang yau dengan seksama, kemudian katanya: "Sudah berapa lama kalian berdua terkena racun dari Gi heng tok ko tersebut??" "Sudah lima puluh tahun lamanya" jawab siluman hitam cepat.

"Sudah lima puluh tahun lamanya?" ulang Ban tok Cousu agak tercengang. "Benar" "Kalau begitu, kalian berdua harap segera maju kemuka" Sepasang siluman hitam dan putih mengiakan, mereka lantas maju kedepan mendekati kakek tua itu. Mendadak Bantok Cousu membentak keras, secara beruntun ia lancarkan tiga buah pukulan, semua pukulan itu dilepaskan sangat cepat dan luar biasa sekali, hingga kedengaran suara deruan angin pukulan yang memekakkan telinga. 1403 Hek pek siang yau tak menyangka kalau secara tiba-tiba dia bakal diserang secara gencar, dalam keadaan tak siap siaga, kedua-duanya lantas tersapu telak oleh pukulan itu sehingga tercebur kedalam telaga beracun. Dua jeritan ngeri menggema memenuhi angkasa, hanya sebentar saja suara itu sudah sirap. Paras muka Han Siong Kie berobah hebat -000d0w000BAB 77 DILUAR dugaan Ban tok cousu telah melancarakan serangan dan menghajar Hek pek siang yau sehingga tercebur kedalam telaga beracun, tindakan semacam ini tak disangka oleh siapapun, dan mimpipun sianak muda itu tak mengira bakal terjadi peristiwa semacam ini. Hek pek siang yau sendiri setelah salah makan buah racun sehingga wajahnya berubah wujud, kemudian setelah terkurung selama lima puluh tahun lebih dalam lembah kematian, mereka ingin sekali menyembuhkan kembali wajah mereka yang menyeramkan itu, sudah tentu dihadapan Bantok Cousu yang akan melakukan penyembuhan tersebut, kedua orang itu tak akan bersiap-siap untuk menjaga segala kemungkinan. Andaikata mereka tidak mengendorkan pengawasannya, dengan kemampuan yang dimiliki sepasang siluman hitam putih pada saat ini, lebih hebatpun belum tentu Ban tok Cousu dapat berhasil dengan serangannya dalam sekali gebrakan. Begitulah ketika dua orang siluman itu terhajar sampai mencelat kedalam air telaga dan memperdengarkan pekikan berat yang memilukan hati, paras muka Han Siong Kie berubah hebat, ia lantas membentak dengan penuh kegusaran: 1404 "Sungguh tak kusangka engkau adalah seorang manusia berhati keji dan berniat busuk, rasain pukulanku ini" Diiringi bentakan keras pemuda itu menyerbu kedepan dan melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah dada Ban tok

Cousu. serangan itu bukan saja dilakukan dengan kecepatan luar biasa, bahkan hawa pukulan yang terkandung dibalik serangan itupun sangat kuat. Ban tok Cousu tidak mengadakan perlawanan meskipun serangan yang tertuju kebadannya sangat keras ia cuma mengegos kesamping dan tahu-tahu sudah lolos dari serangan itu. Kemarahan yang berkobar dalam hati Han Siong Kie benarbenar sudah mencapai puncaknya, gagal dengan serangan pertama, bagaikan bayangan setan ia mengejar kedepan dan sekali lagi melepaskan serentetan pukulan yang gencar. Tahan! tiba-tiba Ban tok Cousu membentak keras, suaranya seperti geledek. Tanpa sadar Han Siong Kie telah mengurungkan kembali niatnya untuk melancarkan serangan teriaknya pula dengan marah: Apa yang hendak kau katakan lagi? Bukankah engkau minta pertolonganku untuk memunahkan racun yang bersarang ditubuh mereka? tegur Ban tok Cousu kemudian. Benar! Tapi engkau telah melancarkan serangan mematikan yang mengakibatkan mereka berdua mendapat celaka" teriak pemuda itu marah-marah mukanya merah dan matanya melotot besar. Ban tck Consu gelengkan kepalanya berulang kali. 1405 Sudahlah, bila engkau tidak percaya dengan diriku, sekarang masih ada kesempatan bagimu untuk enyah dari sini! katanya. Han Siong Kie melirik sekejap ke arah permukaan telaga tiba-tiba ia tertegun. Kiranya Hek pek siang yau sudah terlentang di tepi telaga dengan badan basah kuyup, meski napasnya tersengkal-sengkal seperti kerbau namun tidak tampak gejala sebagai orang yang keracunan. Sebagai pemuda yang cerdas ia lantas menyadari apa sebenarnya yang telah terjadi, cepat ia menjura dan mohon maaf katanya: "Aaaah. rupanya boanpwe telah salah paham! Locianpwe jika barusan aku telah menyerang engkau secara gegabah dan kasar mohon sudilah kiranya locianpwe memberi maaf! "Ehm. dalam hal ini kau tak bisa disalahkan maklum kalau kau jadi marah dengan tindakanku yang tak terduga itu..! Dari sakunyo Ban tok Cousu mengambil keluar sebuah botol kecil dan mengambil dua biji pil berwarna hijau setelah melolohkannya kedalam mulut sepasang siluman itu, ia baru berkata. "Kurang lebih setengah jam kemudian racun yang mengeram dalam tubuh mereka akan punah dan kesehatan tubuhnya akan sehat dan pulih kembali seperti sedia kala!

Kali ini Han Siong Kie tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya memandang ke arah Ban tok Ccusu dengan mulut membungkam. Kurang lebih saperminum teh kemudian, tiba-tiba kedua orang siluman hitam putih itu melompat bangun kemudian kabur terbirit-birit menuju ke balik pepohonan tak jauh dari telaga itu. Melihat tingkah laku mereka yang aneh, Han Siong Kie merasa amat terperanjat, ia coba untuk mengejar. 1406 "Jangan halangi mereka" tiba-tiba Ban tok Cousu mencegah sambil goyangkan tangannya berulang kali. "biarkan mereka pergi dari sana" Dalam sekejap mata dua orang manusia siluman itu sudah lenyap dibalik pepohonan yang lebat. Sementara itu Han Siong Kie masih berdiri termangu dengan perasaan kaget dan tercengang, ia bertanya kemudian: "Locianpwe sebenarnya apa yang terjadi?" "Obat yang mereka makan telah mulai bereaksi, sekarang racun yang terkandung di dalam tubuh mereka mulai bergolak keras dan harus dikeluarkan dengan melalui saluran kotoran" Han Siong Kie baru paham setelah diberi penjelasan yang seksama itu, kembati dia bertanya lagi: "Locianpwe, bukankah tadi engkau sudah menghajar mereka berdua hingga tercebur kedalam telaga beracun? Mengapa tidak kujumpai tanda-tanda keracunan ditubuh mereka berdua, apakah soal ini.." "Itulah yang dinamakan pengobatan dengan racun melawan racun" sahut Bantok Cousu sambil mengangguk. "oleh sebab kedua orang itu menderita keracunan pada lima puluh tahun berselang, sehingga daya kerja racun itu sudah meresap sampai mencapai setiap urat nadi dan organ tubub pada lapisan yang paling kecil, maka mereka harus diceburkan dulu kedalam telaga racun.." Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lebih jauh: "Sebagaimana kau ketahui, air telaga ini sangat beracun, sebab disinilah terkumpulnya sumber dari segala macam racun alam dan dikolong langit tidak terdapat benda lain yang bisa menandingi kedahsyatan dari racun ini, maka aku lantas berpikir untuk menceburkan mereka kedalam air telaga ini, biar racun dari telaga ini meresap kedalam organ tubuhnya dan saling menyerang dengan racun dalam tubuh, racun bila 1407 dilawankan racun akan berakhir dengan punahnya kedua jenis racun itu. Nah pada saat itulah aku baru memberi obat mujarab yang akan memunahkan sisa-sisa racun yang ketinggalan." "Oooh.. kiranya begitu?"

Kembali Ban tok cousu memberi penjelasan: "Tentunya kau merasa heran bukan mengapa aku menyerang mereka secara tiba-tiba? Tujuanku adalah agar mereka menjadi gugup, panik dan ragu, pada saat itulah mereka akan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk melakukan perlawanan, karena mengerahkan tenaga, otomatis semua urat nadinya terbuka dan racun yang mengeram ditubuh merekapun akan punah lebih cepat lagi" Sekarang Han Siong Kie baru benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi, untuk kesekian kalinya ia memberi hormat. "Locianpwe harap engkau bersedla untuk memaafkan kecerobohan boanpwe sehingga melakukan tindakan kasar kepadamu" "Yang sudah lewat biarkan lewat, toh siapa yang tak tahu tak berdosa??" Han Siong Kie tertunduk. sesaat kemudian ia baru berkata lagi: "Pihak perkumpulan Thian che kau telah mempunyai niat jahat dengan maksud meledakkan lembah hitam, dan lagi diantara jago-jago yang mereka kirim kemari hanya Dewa racun Yu Hua seorang yang masih hidup, aku kuatir kalau mereka tak akan berdiam diri sampai disini saja, locianpwe. . .." Sebelum pemuda itu menyelesaikan kata- katanya, Ban tok Cousu telah menukas sambil tertawa terbahak-bahak. 1408 "Haaah haaah haaah siapa berani mengganggu aku, dia harus dibikin mampus, dan prinsip ini sudah kupegang teguh sepanjang masa hidupku, ketahuilah telaga beracun hanya merupakan salah satu pintu masukku belaka, kendatipun lembah hitam sudah di musnahkan, memangnya mereka sanggup bisa melukai aku??" Pernyataan ini sangat menarik hati Han Siong Kie, dia ingin sekali bertanya lebih lanjut, tapi merasa tak enak untuk membuka suara, terpaksa niatnya dibatalkan. Dalam sekejap mata, setengah jam sudah lewat. Mendadak dari balik pepohonan muncul sepasang muda mudi yang tampan dan cantik berusia dua puluh tahunan, dengan langkah yang lembut dan menawan hati mereka menghampiri Han Siong Kie berdua. Kemunculan muda mudi itu sangat mengejutkan si anak muda itu, ia tak habis mengerti kenapa dari lembah hitam bisa muncul sepasang muda mudi setampan dan secantik itu. Ban tok Cousu sendiri sedang mengamati pula sepasang muda mudi itu dengan pancaran sinar yang mata aneh. Han Siong Kie baru menjerit kaget setelah sinar matanya terbentur dengan pakaian yang dikenakan muda mudi itu, ia lantas berteriak kegirangan:

"Aaah kiranya kalian telah berwujud wajah aslimu kembali" Memang benar sepasang muda mudi yang tampan dan cantir itu tak lain adalah Hek pek siang yau, sepasang siluman hitam putih dalam bentuk wajah aslinya. Kedua orang itu segera memburu maju ke depan dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Han Siong Kie, katanya dengan penuh rasa hormat: "Tecu Seng Keh-ki dan Hong Ing ing mengucapkan banyak terima kasih atas budi ciangbunjin yang telah memenuhi harapan kami." 1409 Dari ucapan tersebut dapat diketahui bahwa siluman hitam kiranya bernama Seng Keh ki sedangkan siluman putih bernama Hong ing ing. Maka diapun tersenyum sambil ulapkan tangannya. "Tak usah banyak adat, ayo cepat bangun" Dua orang siluman itu berlutut pula dihadapan Ban tok Cousu sambil katanya: "Boanpwe berdua mengucapkan banyak terima kasih atas budi cianpwe yang telah memulihkan kembali wajah kami berdua" Ban tok Cousu tidak berkata apa-apa, dia malahan mendengus dingin. Dengusan itu bukan saja mengejutkan seng Keh-ki serta Hong ing ing, malahan Han Siong Kie sendiripun tidak habis mengerti mengapa Ban tok Cousu secara tiba-tiba berubah air mukanya? "Locianpwe adakah sesuatu yang tidak beres? " tanya Han Siong Kie dengan wajah tercengang. Ban tok Cousu menghembus jenggotnya yang putih lali menjawab dengan dingin. "Ketahuilah lohu bisa menolong orang, bisa pula membunuh orang" "Boanpwe tidak mengerti dengan apa yang locianpwe katakan, bersediakah engkau memberi penjelasan? " "Kalau toh engkau mengharapkan bantuanku, mengapa bicara tidak sejujurnya?" "Bicara tidak sejujurnya? Dalam hal apa kami tidak jujur?" "Benarkah dua orang bocah ingusan yang masih berbau titik ini terkena racun pada lima puluh tahun berselang?" 1410 Has Siong Kie lantas dapat menebak persoalan apakah yang menyebabkan Bantok Cousu jadi marah, bukan menjawab dia malahan balik bertanya: "Locianpwe pernah kah engkau mendengar tentang Hok pek siang yau yang amat tersohor itu?" "Ehm pernah kudengar tentang orang itu, cuma belum mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan orangnya"

"Kedua orang inilah sepasang siluman hitam putih" "Apa? Mereka adalah Hekpek-siang yau yang pernah menggetarkan dunia persilatanpada puluhan tahun berselang?" "Benar" pemuda itu mengangguk. Agaknya Ban tok Cousu tak percaya dengan ucapan tersebut, dia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Masa mereka mempunyai kepandaian untuk tetap awet muda??" "Meski awet muda selamanya sih tidak. tapi kenyataannya mereka memang memiliki kelebihan yang bisa merawat wajah mereka tetap awet muda" sahut Han Siong Kie. "Tidak... aku tidak percaya" seruBan tok Cousu sambil menggelengkan kepalanya. Karena kakek tua ini kurang percaya, maka Han Siong Kie lantas menceritakan kisah tentang asal usul kedua orang siluman itu, termasuk juga bagaimana bisa mendapatkan Bak ci yang bisa membuat orang tetap awet muda. Mendengar kisah tersebut, makhluk tua beracun itu anggukkan kepalanya berulang kali serunya: "Kalau begitu, mereka berdua berasal dari perguruan Thian it bun dan merupakan ahli waris dari Kiu thian it siau (elang sakti dari langit sembilan) Ki Goan thong??" 1411 "Benar" Ban tok Cousu lantas menengadah dan tertawa terbahakbahak. "Haaahhh haaahhh haaahhh kalau begitu mereke terhitung ahli waris dari sobat lamaku sendiri, hayo bangun... bangun Jangan berlutut terus" Setelah diperkenankan berdiri, sepasang siluman itu baru bangkit berdiri dan berdiri disamping dengan sikap hormat. Kembali Ban tok cousu menghela napas panjang, kemudian ujarnya lagi: "Aku dan Ki Goan thong adalah sobat kental.. aai. sungguh tak kusangka perguruan Thian it bun telah musnah dan tinggal kenangan belaka, benar-benar lain dulu lain sekarang, apakah kalian berdua mempunyai minat untuk membangun kembali perguruan Thian it bun?" Dengan sikap yang sangat hormat Seng Keh ki menjawab: "Boanpwe berdua telah menjadi anggota perguruan dari Thian lam bun" Han Siong Kie yang berada di sampingnya segera menyela sembari menatap tajam kedua orang siluman itu. "Jika kalian berdua ada maksud untuk membangun kembali perguruan Thian it bun, akupun dengan senang hati akan memberi pula bantuan serta dukungan" Kedua orang itu menatap sekejap kearah si anak muda itu dengan pandangan penuh rasa terima kasih, siluman putih Hong Ing ing lantas menjawab dengan lantang:

"Tecu berdua telah bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin sepanjang masa, sumpah yang telah kami ucapkan selamanya tak akan kami ingkari kembali" 1412 "Aku toh memberi persetujuan khusus kepadamu dan bukannya kalian yang mengingkari janji? hal ini tak dapat dikatakan sebagai tindakan yang melanggar sumpah." "Ten .. tentang soal ini.... sampai sekarang tecu masih belum melakukan pertimbangan apa- apa" "Baik kalau begitu lain kali baru kita bicarakan lagi" sekali lagi Han Siong Kie mengamati sepasang kekasih yang baru terlepas dari penderitaan itu, mendadak satu ingatan terlintas dalan benaknya, cepat ujarnya. "Bukankah kalian berdua pernah berkata bahwa setelah pulih kembali wajah kalianpada wujud yang sebenarnya, maka hubungan perkawinan kamu berduapun akan diresmikan?" Merah padam selembar wajah siluman putih Hong Ing-ing, ia tundukkan kepalanya dengan jantung berdebar keras, entah malu entah girang tapi yang pasti saat semacam inilah yang telah dinanti-nantikan setelah hidup menderita puluhan tahun lamanya. Andaikata sejak dulu kala mereka tidak makan Bak ci, mustika yang langka dari dunia persilatan, mungkin pada saat ini wajahnya sudah berkeriput dan mukanya menjadi peyot. Siluman hitam Seng Keh-ki juga merasa merah pipinya, dengan kepala tertunduk sahutnya: Harap ciangbunjin suka menyelenggarakannya bagi kami ! "Sayang pada saat ini aku harus buru-buru berangkat kembali kedaratan Tionggoan!" kata Han Siong Kie. Tecu berdua tak terburu nafsu, akan kami nantikan saja sampai setibanya kembali ciangbunjin dalam istana ! Haaah haaah haaaa, saatku kembali juga susah diramalkan, lebih baik begini saja, pemuda itu berpaling kearah Ban tok Cousu lalu sambungnya lebih jauh: 1413 "Locianpwe ini adalah sobat karib dari mendiang guru kalian apa salahnya kalau aku sebagai ciangbunjin kalian mengesahkan upacara perkawinan kalian berdua disini saja selain kita bisa minta kesediaan dari tuan rumah tempat ini menjadi saksi bagi perkawinanmu berdua kejadian ini pun akan meninggalkan kesan yang romantis buat lembah hitam telaga beracun yang selalu dianggap menyeramkan ini! Bsibicara simpai disini dia lantas berpaling kearah Ban tok Coosu dan menambahkan: "Locianpwe bersediakah engkau mengabulkan permintaan dari boanpwe barusan? Ban tok Cousu menengadahkan tertawa terbahak-bahak: Haahh haahh haahh bagus.. bagus sekali meninggalkan

kesan yang romantis bagi telaga beracun, kenapa aku tidak menyetujui atas usulmu itu? Justru aku ingin menyatakan dulu sesuatu secara terbuka meski aku pelit dan tak punya apa-apa akan tetapi aku bersedia merubah gua telaga racuntku ini menjadi kamar pengantin, Haaahh haahh haaahhh.. "Boanpwe sekalian tak berani mengganggu lebih jauh, cukup upacara ini diselenggarakan ditepi telaga beracun ini saja, sebab tempat ini lebih mengesankan bagi kami, disinilah wajah kami dapat pulih kembali sebagaimana wajah aslinya" Berbicara sampai disini, dua orang siluman itu saling berpandangan sekejap dalam pandangan itulah sudah mencakup perasaan kecut dan manis bercampur aduk. Maka Han Siong Kie lantas mengangkat tinggi-tinggi lencana ok kui cu pay itu, sementara sepasang siluman tadi berlutut di hadapan lencana tadi dan oleh Han Siong Kie sebagai ketua perguruannya, hubungan merekapun segera diresmikan menjadi suami istri. Selesai upacara kedua orang siluman itupun memberi hormat kepada Ban tok Cousu sebab kakek berambut putih itu 1414 adalah saksinya yang telah mengikuti jalannya upacara tersebut. Dengan demikian, upacara perkawinanpun secara singkat telah selesai. Sebercak sinar sempat menyorot masuk ke dasar lembah hitam yang menyeramkan, membawa suatu perasaan yang lain daripada yang lain. Dalam keadan begitu tanpa terasa Han Siong Kie teringat kembali akan Go siau bi yang dengan paksa dijodohkan kepadanya, ia tak tahu bagaimana akhir dari hubungan mereka berdua nanti? Diapun terbayang kembali akan Tonghong Hui, satusatunya perempuan yang ia cintai sejak perpisahannya secara terburu-buru di tepi sungai tempo hari, ia tak tahu dimanakah sekarang ia berada terutama dalam pertemuan untuk kedua kalinya dari perubahan wajah serta nada pembicaraannya terasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya. Lebih tragis lagi berulang kali orang yang kehilangan sukma memberi peringatan kepadanya bahwa perkawinannya dengan Tonghong -Hui akan mengakibatkan terjadinya suatu tragedi yang menyedihkan hati, pemuda itu cukup menyadari bahwa apa yang dikatakan orang yang kehilangan sukma jarang sekali meleset, ini menyebabkan hatinya diam-diam bergidik seram. Menyusul kemudian bayangan tubuh dari nyonya cantik berbaju merah itu muncul pula didepan matanya, ia mengakui bernama Buyung Thay. . kecantikan wajahnya tak terkirakan dan boleh dibilang sukar dicarikan tandingannya di dunia ini. Tanpa disadari Han Siong Kie merasakan sekujur badannya berubah jadi panas membara jantungnya ikut berdebar keras.

Aku tidak pantas memikirkan perempuan itu lagi demikianlah ia memperingatkan diri sendiri apalagi ia pernah dimaki oleh orang yang kuketahui namanya sebagai 1415 perempuan lonte yang tak tahu malu. Benarkah dia adalah seorang perempuan yang tak punya malu? Semakin pemuda itu berusaha untuk membuang jauh-jauh ingatan tentang nyonya cantik berbaju merah itu bayangan tubuhnya semakin melekat dalam ingatannya kulit tubuhnya yang putih bersih tatapan matanya yang memikat dan mempesona hati senyuman manisnya yang membukakan bibirnya yang kecil mungil dan potongan tubuhnya yang padat berisi terutama kematangannya sebagai seorang nyonya muda merupakan suatu daya rangsangan suatu daya pikatan yang sangat besar. Sementara dia masih termenung Ban tok Cousu telah berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak. Haaahhhh haaahh haaahhh hidup berkasihan selama puluhan tahun dan akhirnya berhasil juga menjadi suami istri, kejadian yang menimpa kalian berdua benar- benar merupakan suatu cerita yang sangat menarik bagi umat persilatan! Gelak tertawa yang amat keras itu lantas menyadarkan Han Siong Kie dari lamunannya, ia merasa sikapnya yang kurang hormat barusan membuat sepasang pipinya menjadi merahSelang sesaat kemudian segera serunya: Locianpwe, boanpwe sekalian hendak mohon diri lebih dahulu, budi kebaikan cianpwe terhadap kedua orang anak buahku ini tak akan terlupakan untuk selamanya, kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu! Habis berkata Han Siong Kie lantas memberi hormat dalamdalam sedangkan sepasang siluman itu pun ikut memberi hormat. Haaahh haaahhh hahhh bagus..bagus! Ban tok Coasu hanya beberapa kali mengangguk sambil tertawa terbahakbahak. 1416 Demikianlah ketiga orang itu pun lantas berpamitan dan berlalu dari telaga beracun yang dianggap sebagai tempat angker itu. Dalam sekejap mata mereka sudah diluar lembah tersebut. Tiba-tiba Han Siong Kie seperti teringat akan sesuatu, ia berkata dengan serius: Oooh iya tempo hari Wi Ik beng pernah menyaru sebagai sucou kita Mo tiongci mo, naik keatas kuil Siau lim si dan mencuri kitab pusaka Tay boan yo pit kip, bukan mencuri kitab saja bahkan dia pun membunuh padri penjaga loteng penyimpan kitab tersebut. Tentang peristiwa ini aku telah berjanji dengan Liau ing Hweesio untuk memberikan

pertanggungan jawab ke kuil mereka satu tahun mendatang sekarang Wi Ik beng sudah dihukum mati, sayang waktu itu aku lupa menggeledah kitab pusaka Tay boan yo pit kip tersebut dari sakunya" Sekembali kamu berdua ke istana terangkan persoalan itu kepada To tianglo dan perintahkan mereka uotuk melakukan pencarian kilat, setelah ditemukan segara kirim orang menuju ke markas besar Kay pang di daratan Tionggoan dan serahkan kepada Tianglo pengemis itu si pengemis dari selatan, katakan merekanya agar kitab itu disampaikan kepadaku "Terima perintah jawab sepasang siluman dengao cepat, "dalam perjalanan ciangbunjin menuju kedaratan Tionggoan ini, apakah kau membutuhkan bantuan dari tecu berdua? Kalian berdua lebih penting menjaga keselamatan istana perguruan kita, apalagi kepergianku kali ini adalah untuk membereskan persoalan pribadiku sendiri, kalian tak perlu ikut ! Mendengar jawaban itu, dengan wajah serius siluman hitam Seng Keh ki lantas berkata: Ciangbunjin, tecu mempunyai suatu permohonan dan harap ciangbunjin bersedia untuk mengabulkan! 1417 Apa permintaanmu itu ? Salah seorang musuh besar perguruan kami di masa lampau, sampai sekarang masih ada seorang yang terlolos dari jaring. Kau maksudkan Hun si Mo ong ? "Benar!" Ada apa dengan gembong iblis itu? "Semoga ciangbunjin mengijinkan tecu berdua untuk menuntut balas dengan tangan sendiri" "Tentu saja boleh, tapi saat ini keadaan dari perguruan kita masih payah, setiap saat perkumpulan Thian che kau bisa mengutus orang untuk mengacau, maka kamu berdua harus melakukan penjagaan dulu disana, bila saatnya telah tiba, aku bisa mengirim kabar keistana" ". .Terima kasih atas kebaikan ciangbunjin" dua orang siluman itu segera menjura. "Selain itu" ujar Han Siong Kie kemudian setelah berhenti sebentar, dia ambil keluar lencana ok kui cu pay itu dari sakunya dan diserahkan kepada siluman hitam. "Serahkan lencana ini kepada To tianglo, bila setahun kemudian aku masih belum kembali, suruh dia mengangkat orang lain sebagai ketua baru" Paras muka Hek pek siang yau berubah hebat, dengan suara gemetar siluman putih lantas berkata. "Ciangbunjin, mengapa kau mengucapkan kata-kata seperti itu??" Han Siong Kie tertawa tak wajar rupanya ia sedang

menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. "Aaah, tidak apa-apa" dia menyahut "aku hanya bersedia payung sebelum hujan, siapa tahu nasib manusia didunia ini" 1418 "Apakah ciangbunjin masib ada pesan-pesan yang lain?" "Tak ada lagi. Ingat begitu kitab pusaka Tay boan yo pit kip berhasil ditemukan, maka kalian harus mengutus orang untuk membawanya kedaratan Tionggoan" "Tecu akan mengingatnya selalu" "Baiklah sekarang kalian boleh pergi semoga kalian bisa menempuh hidup dengan penuh kebahagiaan" "Terima kasih ciangbunjin" Begitulah dengan perasaan berat hati seng Kah ki dan Hong Ing ing memandang sekejap kearah Han Siong Kie kemudian baru menjejakkan kakinya kepermukaan tanah dan berlalu dari sana. Memandang bayangan punggung dua orang anak buahnya pergi jauh, diam-diam Han Siong Kie menghela napas panjang, bisiknya: "Aaai bagaimanapun juga mereka tetap berbahagia meski baru saja terlepas dari penderitaan" Sementara ia masih berdiri melamun mendadak dari arah belakang berkumandang suara yang sangat dingin, dan suara itu seakan- akan pernah didengarnya disuatu tempat, hanya pemuda itu tak dapat mengingatnya kembali dimanakah suara itu pernah mendengar. "Bocah keparat. Ternyata engkaulah yang bernama manusia bermuka dingin" Teguran tersebut sangat mengejutkan Han Siong Kie, dengan sigap dia berpaling, seorang laki-laki baju hitam yang bergodek panjang berdiri empat kaki dihadapannya dan pada saat itu sedang melotot kearahnya dengan pandangan penuh kebencian. 1419 Tatapan yang penuh sikap bermusuhan itu sangat tidak menyenangkan hati pemuda kita, diapun lantas menjawab dengan ketus: "Benar, akulah orangnya siapa engkau?" "Bi-siang-kek (tamu bergodek indah) Huan Kang" "Ada apa engkau mencari aku??" "Memperingatkan engkau agar tidak berhubungan lagi dengan Buyung Thay" Han Siong Kie melongo dan termangu, sekarang ia baru ingat rupanya orang inilah yang pernah memberi peringatan kepadanya agar tidak berhubungan lagi dengan Buyung Thay si nyonya cantik berbaju merah, tak heran kalau suaranya seperti pernah dikenal, kenangan semasa berada dalam kuil teringat kembali, diapun teringat pula bagaimana orang itu mencaci maki Buyung Thay sebagai lonte yang tak tahu malu.

Kontan saja jago muda kita tertawa dingin, ia menegur: "Apa maksudmu berkata demikian kepadaku??" "Hmmm tidak bermaksud apa-apa, aku hanya melarang engkau berhubungan lagi dengannya" jawab Tamu bergodek indah Huan Kang dengan nada seram. "Kenapa? Kau harus memberikan suatu alasan yang tepat " "Tak usah bertanya mengapa, yang pasti dengan usianya sekarang dia sudah pantas menjadi ibumu." "Tutup mulut!" bentak Han Siong Kie dengan gusar, ucapan itu mengobarkan hawa amarah dalam hatinya. Mendengar bentakan itu tanpa sadar tamu bergodek indah Huan Kang mundur selangkah kebelakang lalu berkata lagi: Manusia bermuka dingin kalau engkau tidak bersedia mendengarkan perkataanku maka... Maka kenapa? 1420 Engkau akan menyesal untuk selamanya Heheeehh heehhh aku tidak percaya, justru akan kubuktikan apa yang dapat kau lakukan "Kenalkah kau dengan perempuan itu?" tiba-tiba Tamu bergodek indah Huan Kang menegur. Han Siong Kie terkesiap dan mundur ke-belakang segera pikirnya: Ehmmm betul juga! Siapakah dia? Berasal dari mana? Tapi anak muda ini tak ingin menunjukkan kelemahan dibadapan lawannya maka dia-pun balik bertanya. Apakah engkau kenal siapakah dia? Tentu saja ! Tiba tiba. Huan Kang ! Benarkah engkau tahu siapakah diriku ini ? serentetan suara teguran yang dingin penuh membawa daya pikat menggema mcmecahkan kesunyian; Menyusul teguran tadi muncullah sesosok bayangan berbaju merah seperti sukma gentayangan tahu-tahu ia sudah muncul di hadapan mereka berdua. Dia, Tak lain adalah Bayung Thay, perempuan cantik jelita yang gemar memakai baju merah itu. Begitu mengetahui siapakah yang muncul Tamu bergodek indah Huan Kang segera menunjukkan wajah tersipu-sipu, agaknya dia tak mengira kalau secara tiba-tiba perempuan itu bisa muncul di hadapan matanya. Dengan kerlingan mata yang penuh mengadung daya pikatan Buyung Thay mengerling sekejap ke arah Han Siong Kie, kemudian ia tertawa dan menyapaTiti .! Kembali kita berjumpa lagi. 1421 "Cici" Han Siong Kie tak dapat mengendalikan golakan perasaannya lagi dan ikut berseru.

Secara tiba-tiba dia merasa seakan-akan dirinya berubah jadi begini lemah dan tak bertenaga dihadapan Buyung Thay, ia seperti telah berobah jadi seorang manusia lain. Panggilan adik dan cici ini bagi pendengaran Tamu bergodek indah Huan Kang sangat menusuk sekali, wajahnya kontan berubah hebat. "Adik Thay..." dia pun berseru. -000d0w000Jilid 38 BAB 78 "SIAPA yang menjadi adik Thay-mu?" tukas Buyung Thay dengan wajah dingin dan perasaan tak senang hati. Tamu bergodek indah Huan Kang tertawa tersipu-sipu, kembali ia berseru: "Adik Thay kau. . ." "Tutup mulut Bukankah engkau memaki diriku sebagai perempuan lonte yang tak tahu malu?" "Adik Thay buat apa kau mengingat-ingat selalu ucapan yang diutarakan dalam keadaan marah, biarlah aku minta maaf kepadamu" "Huan Kang Kalau engkau seorang yang cerdik tentu kau akan mengerti apa akibatnya jika kau selalu membuntuti aku dengan mati-matian" "Adik Thay. . ." "Manusia she Huan, engkau tidak berhak menyebut aku dengan panggilan seperti itu" 1422 Raut wajah Tamu bergodek indah Huan Kang berubah jadi merah seperti kepiting rebus, lama sekali ia baru tertawa getir dan berkata lagi: "Dua puluh tahun berselang aku mengejar dirimu, tapi kau tak bersedia menerima luapan cintaku kemudian kau menikah dengan orang dan bercerai kembali, sungguh tak kusangka sampai saat inipun kau masih tetap menolak cintaku" "Huan Kang, Cinta itu tak dapat dipaksa, cinta harus muncul dari hati kecil tanpa paksaan" "Oooh sungguh tak kusangka Huan Kang sudah dua puluh tahun lamanya mengejar Buyung Thay" batin Han Siong Kie dalam hati "tampaknya orang ini terlampau romantis, tapi aneh sekilas pandangan tampaknya usia Buyung Thay baru dua puluh tahunan tapi kalau didengar dari pembicaraan mereka agaknya ia sudah berusia setengah baya, sebetulnya berapa usia perempuan ini? Sungguh mencurigakan Sementara itu Tamu bergodek indah Huan Kang telah memandang sekejap kearah Han Siong Kie dengan sikap bermusuhan, kemudian serunya kepada nyonya berbaju merah itu. "Jadi dialah yang kau cintai?" "Apa sangkut pautnya antara persoalan ini denganmu?" ejek Buyung Thay atau nyonya berbaju merah itu dengan nada yang sinis.

"Hmm Tahukah kau, bahwa meninjau dari usianya, ia pantas untuk menjadi putramu?" Han Siong Kie marah sekali setelah mendengar perkataan itu, ia merasa ucapan tersebut amat menyinggung perasaan hatinya, maka tak tahan lagi bentaknya: "Manusia she Huan, aku harap kalau sedang berbicara janganlah mengikut sertakan diriku, apa lagi menyinggung perasaanku" 1423 Waktu itu tamu bergodek indah Huan Kang sedang dipengaruhi pula oleh rasa cemburu, diapun melotot besar seraya berteriak. "Kalau tujuanku memang menghinamu, lantas kau mau apa?" "Tidak apa-apa, aku hanya akan memberi pelajaran yang setimpal untuk manusia bermulut besar seperti kau" "Memberi pelajaran? "jengek orang she Huan itu, tiba-tiba ia menengadah dan tertawa terbahak-bahak. Tiba tiba nyonya cantik berbaju merah itu menukas sambil tertawa dingin: Heeeh heeeh heeh Huan Kang, tiada sesuatu yang lucu dan kau tak usah tertawa melulu, ketahuilah bahwa kau bukan tandingannya, kalau tak percaya cobalah sendiri!" Tamu bergodek indah Huan Kang menarik kembali gelak tertawanya dan melotot sekejap kearah nyonya cantik berbaju merah itu dengan gusar lalu kepada Han Siong Kie ia berseru: Bocah keparat ! Makian ini kembali mengobarkan hawa amarah dari Han Siong Kie, cepat dia membentak keras. Huan Kang, kalau engkau berani memaki aku lagi segera kubunuh kau sampai mampus! Bocah keparat tak nanti bisa kau lakukan, Lihat serangan!" dengan kemarahan yang tak terkendalikan lagi, Han Siong Kie membentak keras dan melancarkao dua buah pukulan berantai. Tamu bergodek indah Huan Kang tak mau unjukkan kelemahan, dia mendengus dingin serta menyambut datangnya ancaman itu dengan keras lawan keras. 1424 Blaang! satu benturan keras menggelegar di udara secara beruntun Huan Kang mundur lima langkah dengan sempoyongan sebelum ia berhasil berdiri kembali dengan tegak. Melihat keadaan tersebut nyonya cantik berbaju merah itu segera menutup bibirnya sendiri dan tertawa. Masih mendingan kalau perempuan itu tidak tertawa melihat senyuman tersebut Huan Kang semakin marah bercampur malu hawa napsu membunuh seketika menyelimuti

seluruh wajahnya tiba-tiba ia menerjang maju delapan depa kemudian secara beruntua melancarkan tiga buah serangan berantai yang amat dahsat ketiga buah serangan itu bukan saja dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat bahkan semuanya tertuju pada bagian tubuh yang mematikan. Han Siong Kie tak mau kalah sepasang telapak tangannya diputar pula dengan gencar tiga buah serangan maut yang dilancarkan musuhnya itu dengan mudahnya dapat dipunahkan semua. Bercampur aduk perasaan hati Tamu bergodek indah Huan Kang setelah menyaksikan ketiga buah jurus serangannya mengena pada sasaran yang kosong, sekarang ia semakin membenci Han Siong Kie dan kegagalannya untuk memperoleh balasan cinta dari nyonya berbaju merah ini tertumpah diatas tubuh pemuda itu, kalau bisa ingin sekali ia bunuh musuhnya dalam satu bacokan. Akhirnya dia tertawa seram, suaranya tajam dan menggidikkan hati, kemudian sambil mendengus dingin katanya: "Manusia bermuka dingin, sambutlah kembali beberapa buah seranganku ini." Sepasang telapak tangannya tiba-tiba digetarkan keras, lalu segera ditarik dan di tolak kembali kemuka secara cepat dia bacok dada Han Siong Kie, 1425 Anak muda itu tak berani bertindak gegabah, telapak tangan kirinya lantas disilangkan didepan dada untuk menjaga segala kemungkinan, sedangkan telapak tangan kanannya membalas serangan musuh dengan menghantam batok kepala orang itu. "Huan Kang, kau berani bertingkah dihadapanku?" Tiba-tiba Buyung Thay si nyonya cantik baju merah menghardik. Bersama dengan bentakan tersebut, telapak tangannya langsung diayun kemuka membacok tubuh tamu bergodek indah Huan Kang. Tapi berbareng itulah terdengar dua kali jeritan tertahan berkumandang memecahkan kesunyian, bayangan manusia saling berpisah satu sama lainnya dan terjungkal satu kaki dari arena, yang satu mencelat sedang yang lain roboh terduduk. Orang yang mencelat adalah Huan Kang sedangkan orang yang jatuh terduduk tak lain adalah Han Siong Kie. Kiranya dalam cemburu benci, malu dan marahnya Tamu bergodek indah Huan Kang telah menggunakan ilmu andalan keluarganya Kuay ciang cong to, telapak tangan kilat bersembunyi golok untuk membereskan nyawa Han Siong Kie. Apa yang dinamakan sebagai Kuay ciang cong to ini luar biasa hebatnya, sekilas pandangan orang akan mengira kalau dia sedang menyerang kilat, tapi justru dibalik tipu muslihat itulah diam-diam dua bilah pisau tajam yang disembunyikan

dibalik ujung bajunya digunakan untuk menyerang bagian yang mematikan ditubuh lawan. Dalam keadaan demikian bukan saja orang tak menyangka, sering kali jago lihay yang bagaimanapun tinggi ilmu silatnya tak akan lolos dari ancaman maut tersebut. Ketika Huan Kang menggetarkan sepasang lengannya tadi Buyung Thay segera mengetahui bahwa orang itu hendak menggunakan ilmu Kuay ciang cong to nya untuk mencelakai 1426 Han Siong Kie, tapi sayang untuk mencegah tak sempat lagi, maka dia ambil keputusan untuk menghantam tubuh Huan Kang dengan suatu serangan dahsyat yang disertai dengan sepenuh tenaganya. Kendati demikian tindakan itu toh masih terlambat setengah langkah, Han Siong Kie masih juga terluka oleh serangan golok tersembunyi itu. Untunglah bentakan dari perempuan tadi membuat Han Siong Kie lebih waspada dan berhati-hati maka meski tempat yang mematikan berhasil dilindungi, sepasang lengannya terhajar juga oleh kedua bilah pisau tajam itu sehingga tembus, darah segar segera berhamburan membasahi seluruh tubuhnya. Huan Kang sendiri terhajar pula oleh serangan kilat yang dilancarkan Buyung Thay nyonya cantik baju merah itu sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan muntah darah segar. Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, setelah menghantam Huan Kang sampai terluka Buyung Thay segera memburu kesamping Han Siong Kie dan bertanya dengan penuh perhatian. "Adikku sayang, bagaimana keadaan luka yang kau derita?" Sambil menggigit bibir Han Siong Kie bangkit berdiri tapi ketika mulut lukanya tergoncang, tak tahan lagi ia mendengus tertahan. Cepat-cepat nyonya cantik berbaju merah itu memeriksakan lukanya, waktu itu lengan kirinya sudah tertembus sampai berlubang gagang golok masih menongol diatas lukanya. Waktu itu Han Siong Kie telah menutup semua jalan darahnya sehingga darah tidak mengalir dengan derasnya lagi. 1427 Dengan sepasang jari tangannya yang lentik nyonya cantik baju merah itu menjepit gagang goloknya lalu dicabut keluar kemudian membubuhkan pula obat luka kedua buah mulut luka tersebut. Han Siong Kie kesakitan setengah mati sampai sekujur badannya gemetar keras, peluh membasahi jidatnya, tapi dengan sinar mata yang penuh perasaan terima kasih, dia

mengerling sekejap kearah Buyung Thay dan bisiknya lirih: "cici, banyak terima kasih atas pertolonganmu" "Tak usah berterima kasih kepadaku adikku sayang, beristirahatlah sebentar." "Tidak. Dia akan kubunuh" "Siapa yang akan kau bunuh?" "Huan Kang" "Dia sudah pergi dari sini" Han Siong Kie tidak percaya dan segera menengadah, benar juga waktu itu bayangan tubuh tamu bergodek indah Huan Kang telah tak kelihatan lagi, terpaksa dengan rasa dendam ia bersumpah: "Aku tak akan melepaskan dia dengan begitu saja, suatu ketika bila kami bertemu lagi nyawanya pasti akan kucabut" "Adikku sayang, tak usah kau pikirkan yang bukan-bukan, sekarang beristirahatlah dahulu?" Tangannya yang putih halus dan empuk seperti tak bertulang ditaruh di atas bahunya, kemudian membelai dengan penuh kasih sayang. Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras, ia merasa seperti ada segulung aliran listrik menjalar disekujur badannya membuat ia merasa hatinys syur-syuran dan segulung hawa panas yang aneh menjalar naik sampai di atas pipinya. 1428 "Adikku sayang bagaimana pendapatmu tentang makian dari Huan Kang tempo hari" terdengar nyonya itu berbisik dengan suara yang lirih lagi lembut sekali. satu ingatan segera melintas dalam hati Han Siong Kie, sahutnya dengan cepat: "Cici aku sama sekali tidak mengerti apa-apa dengan dirimu" "Seandainya aku benar-benar adalah seorang perempuan yang tak tahu malu, bagaimanakah pendapatmu?" "Tentang soal ini... tentang soal ini. . ." "Bagaimana pendapatmu?" "Aku sendiripun tak tahu apa yang musti kujawab" "Engkau tak akan memperdulikan aku lagi?" Han Siong Kie merasa kebingungan dan tak tahu apa yang musti dijawab, tak akhirnya ia menggeleng. "Tidak " Nyonya cantik berbaju merah itu tak mau melepaskan desakannya dengan begitu saja ia mendesak lebih jauh: "Jadi engkau tak memperdulikan perempuan macam apakah diriku ini?? " "Aku percaya engkau bukanlah perempuan sejenis perempuan yang dikatakan oleh Huan Kang" "Kenapa ?" "Sebab sebab..." "Hayo katakanlah" Merah padam selembar wajah Han Siong Kie, tapi dia menjawab juga secara berterus terang.

"Sebab, kau terlampau cantik" "Hiiih hiiih hiiih adikku sayang, tidakkah kau merasa bahwa ucapanmu itu terlampau bersifat kekanak-kanakan?" Serta merta Han Siong Kie berpaling empat mata pun saling bertemu satu sama lainnya, bibirnya yang kecil mungil seperti 1429 buah tho cuma berada diluar dan mendatangkan suatu perasaan aneh baginya. Si anak muda itu gemetar keras, ia merasa timbulnya suatu perasaan aneh dan balik selangkangannya ia tidak takut tapi merasa seperti membutuhkan sesuatu.. Akhirnya bibir yang merah kecil mungil itu tampak sedikit gemetar itu telah berada tak sampai tiga inci di depan bibir sendiri. Han Siong Kie benar-benar tak mampu menguasahi diri lagi, ia tubruk perempuan cantik itu dan memeluknya eraterat, bibirnya ditempelkan diatas bibir yang merah merekah itu, Buyung Thay melenguh dan menyandarkan tubuhnya di dada si anak muda, mereka berciuman dengan mesra, ujung lidah menggeliat kesana kemari bagaikan ular mencari gua, mereka saling saling menghisap, saling menggumul. Pemuda itu merasa peredaran darahnya berjalan makin kencang, hawa napsu birahi yang sukar dikendalikan menyelimuti kesadarannya, jantung terasa berdebar keras diantara kedua pahanya dia merasa ada benda keras yang terasa mengganjal, ia merasa tak mampu mengendalikan diri lagi, ia jadi kalap dan bernapsu. Saat itu Han Siong Kie telah lupa akan diri sendiri, lupa akan keadaan di sekelilingnya. Napas mulai memburu, ia merasa dorongan nafsu birahinya tak terkendalikan lagi. pemuda itu merasakan sesuatu kebutuhan yang sangat mendesak, kebutuhan itu sudah mencapai pada puncaknya, ia tahu hanya perempuan ini yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut, sebab dialah yang memiliki tempat penyaluran itu, Ia peluk perempuan itu erat-erat, tangannya telah menjelajah dari atas sampai ke bawah. 1430 Akhirnya dia membopong nyonya cantik itu dan dibawa masuk kedalam lembah hitam, pemuda itu akan mencari tempat nyaman dibalik semak belukar untuk melakukan hubungan asmara itu disana sebab dia sudah terbakar oleh birahi dan birahi itu sudah tak terkendalikan lagi. Saat ini Han Siong Kie telah membaringkan perempuan itu diatas tanah, membuka bajunya satu demi satu dan akan membawa sang perahu masuk dermaga, terlihat sepasang buah bukit yang putih mulus dan masih kencang, tak tahan dia mengecup kedua buah dada itu.

Buyung Thay mengeluh lirih, Adik... Si anak muda juga tak tahan, Cici..aku..aku mau.. Akhirnya berlayarlah sang perahu menuju dermaga, biarpun dihalangi semak belukar akhirnya sampai juga. Tangan kecil dan mulus si nyonya memeluk pinggang si anak muda, membantunya mengayuh perahu dan jeritan kecil Buyung Thay menandakan bahwa perahu sudah ditambatkan. Di bawah rindangnya pohon dan empuknya rumput bak permadani, keduanya tertidur lelap hingga matahari sore akan tenggelam. Akhirnya Han Siong Kie bangun lebih dulu, dia lihat si nyonya cantik juga menggeliat bangun. Diantara belahan pahanya ada mengalir darah segar, ia heran hingga dia menyesal dan kasihan Cici..maafkan aku.. serunya sambil menutupi bagian terlarang tersebut dengan baju si nyonya. Buyung Thay menarik baju dari si anak muda sambil tersenyum, Adik..aku bahagia..akhirnya kepada kaulah... Ucapannya belum selesai dari kejauhan berkumandang suara ujung baju tersampok angin, meski lirih tapi cukup tajam bagi pendengaran Han Siong Kie. 1431 Kontan saja pemuda itu terkesiap. ia menjadi sadar kembali, cepat-cepat ia berpakaian serta membantu perempuan itu berpakaian kemudian berbisik: "Cici ada orang datang" Warna merah dadu masih menghiasi wajah Buyung Thay, perlahan-lahan ia membuka matanya dan menatap wajah pemuda itu dengan tatapan mata yang mesra dan sayang. Sementara itu Han Siong Kie sudah berpaling kearah mulut lembah. Beberapa sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat telah melayang masuk kemulut lembah itu, menyusul kemudian terdengar mereka berseru kaget, agaknya beberapa orang itu sudah menemukan mayatmayat dari It Tiong khi sekalian yang bergelimpangan diatas tanah"Yu Tongcu seorang lantas menegur dengan suara yang nyaring, benarkah Ban tok Cuncu masih hidup?" "Hamba tak berani mengelabuhi Kaucu" sahut suara yang lain. Dari tanya jawab Han Siong Kie segera mengetahui siapakah yang telah datang, rasa kagetnya bukan alang kepalang, ia tak mengira kalau Thian che kaucu Yu Pia lam telah berkunjung ke lembah hitam ini. Orang yang memberi jawaban tak lain adalah Dewa racun Yu Hua, diantara dua belas orang yang menyelidiki telaga beracun, hanya dia seorang yang meninggalkan tempat itu dengan selamat. Han Siong Kie cukup memahami akan ketangguhan dari kaucu perkumpulan Thian che kau ini sebab utusan khusus

yang diandalkanpun berilmu sedemikian lihaynya, apa lagi sang ketuanya sendiri entah sampai di manakah taraf kehebatannya? 1432 Dan pemuda itupun menduga bahwa sang kaucu dari perkumpulan Thian che kau ini pastilah seorang manusia yang licik, sebab ia telah memerintahkan anak buahnya untuk menyaru sebagai dia dan mengelabuhi semua orang dikolong langit, sedangkan dia sendiri tak pernah berada dalam perkumpulannya, tak seorangpun yang mengetahui perbuatan apa saja yang sedang dilakukan olehnya? Selain daripada itu, dia memerintahkan anak buahnya untuk menyaru sebagai Tengkorak maut dan mengacau dunia persilatanSeandainya orang yang kehilangan sukma tidak memberi petunjuk kepadanya, mungkin sampai sekarangpun dia masih dikibuli tanpa merasa. Menyusul kemudian diapun teringat kembali akan ibunya si siang go cantik ong cui Ing yang telah kawin lagi dengan Yu piau lam, kemudian terbayang pula akan Thio sau kun, putra paman gurunya si tangan sakti naga beracun Thio Lin yang telah menganggap Yu Pia lam sebagai ayah. Dendam lama sakit hati baru semuanya berkecamuk dalam hati kecilnya, ia merasa inilah kesempatan yang sangat baik untuk membuat perhitungan dengan ketua dari perkumpulan Thian che kau ini. Dalam pada itu suara dari Yu Pia lam telah berkumandang lagi. "Yu Tongcu, benarkah It Tiong khi sekalian bersebelas mati semua karena keracunan?" "Lapor kaucu, semestinya disebut dua belas orang bukan sebelas orang" "Kenapa ?" "sebab hamba pun terkena pula racun jahat yang sangat jahat itu" 1433 "Tapi engkau toh tidak mati?" "Boleh dibilang nyaris mampus secara konyol, untunglah hamba pandai pula dalam ilmu racun dan lagi sekujur badanku penuh mengandung racun, maka ketika racun bertemu dengan racun, hamba berhasil lolos dari kematian yang mengerikan itu" "Ehmm Aku toh sudah berpesan kepada It Tiong khi, jika makhluk tua beracun itu masih hidup atau rencana kita tak dapat tercapai dengan sukses, maka ledakkan lembah hitam dengan bahan peledak. kenapa ia tak menuruti nasehatku? Mungkin ia sok pintar dan bertindak menurut kehendak hatinya sendiri??"

"Tidak. It Tiong khi tidak sok pintar, dia telah mengumumkan perintah dari kaucu, akan tetapi Ban tok cousu keburu sudah munculkan diri lebih dahulu waktu itu kamipun tidak bertempur malahan segera mengundurkan diri dari sana tapi entah apa sebabnya ketika tiba dimulut lembah tahu-tahu kami sudah keracunan hebat dan satu persatu rekan-rekan hamba mampus semua" Han Siong Kie ikut mendengarkan perkataan itu, dari pembicaraan tersebut ia lantas tahu bahwa Dewa racun Yu Hua sengaja merahasiakan peristiwa dimana jiwanya dia selamatkan dari situ, dapat pula diketahui bahwa Thian che kaucu Yu Pia lam sama sekali tidak tahu kalau ia dan Hek Pek siang yau hadir pula didalam lembah tersebut. Sementara ia masih termenung, Buyung Thay si nyonya cantik baju merah itu sudah menyikut pinggangnya sambil berbisik: "Seett kau tahu tidak orang itu adalah Yu Pia lam ketua dari perkumpulan Thian che kau?" "Oooh aku sudah tahu" "Lantas apa yang hendak kau lakukan?" 1434 "Tentu saja membuat perhitungan dengan bangsat itu" "Sekarang juga ?" "Ehmm. kenapa tidak sekarang juga??" "Engkau tahu, kenapa ia berkunjung kemari?" Mungkin mendapat laporan dari muridnya, mungkin juga sengaja menguntit perjalanan dari Dewa racun Yu Hua serta rombongannya" "Oh iya, aku lupa bertanya kepadamu, mayat-mayat yang terkapar ditempat luaran itu..." Sebelum Buyung Thay menyelesaikan pertanyaannya, secara ringkas Han Siong Kie telah menceritakan bagaimana Than che kaucu berniat jahat dengan mengirim orang untuk mencari barang peninggalan Ban tok Cousu. Selesai mendengar cerita itu, paras muka Buyung Thay berubah hebat, serunya agak tertahan"Jadi kalau begitu, disinilah letak telaga beracun lembah hitam yang tersohor karena angkernya itu??" Han Siong Kie mengangguk tanda membenarkan. "Dan Ban tok cousu berdiam disini? " kembali perempuan itu bertanya. "Ehmm. ... memang berdiam disini." "Kalau begitu lebih baik kita cepat tinggalkan tempat ini, jangan sampai menerbitkan keonaran, apalagi mencari kesulitan bagi diri sendiri" "Jangan gelisah," tukas Han Siong Kie sambil mengulapkan tangannya, " engkau jangan munculkan diri lebih dahulu, biar aku muncul dan berjumpa dengan Yu pia- lam itu, sebab aku harus membuat perhitungan dengan dirinya"

1435 "Adikku, sekarang bukan saat yang tepat bagimu untuk membuat perhitungan" cegah Buyung Thay dengan alis mata berkernyit. "Kenapa??" "Sebab luka yang kau derita masih belum sembuh" "Aaah luka sekecil ini tidak terhitung seberapa, aku tak akan memikirkannya dihati" "Akan tetapi aku dengar ilmu silat yang dimiliki Yu Pia- lam sangat lihay??" "Eh cici, bukankah engkau kenal dengan orang itu?" "Dua puluh tahun berselang aku memang kenal dia, tapi dua puluh tahun kemudian ia telah berubah menjadi seorang manusia yang lain, apa lagi dewasa ini dia adalah seorang pemuka dunia persilatan yang tak terkalahkan" "Kau tak usah menguatirkan tentang aku" Dalam pada itu suara pembicaraan dimulut lembah telah berkumandang kembali: "Yu Tongcu, apakah sekarang engkau sudah berhasil memahami sifat-sifat dari racun yang terkandung dalam telaga beracun ini?" suara dari Yu Pia lam kembali terdengar. "Maafkanlah ketidak becusan hamba, bila racun biasa tentu saja hamba bisa memahaminya, tapi racun ini bukan sembarangan racun, orang lain tak mungkin bisa memahami jenis serta sifat dari racun yang terkandung dalam telaga itu, tentu saja terkecuali Ban tok Cousu sendiri" "Kalau memang begitu, akan kuperintahkan untuk memusnahkan saja lembah ini, setelah lembah dihancurkan kita ledakkan pula puncak tebing diatas celah sana niscaya telaga itu akan tertimbun lenyap" 1436 Dari pembicaraan tersebut, Han Siong Kie tahu jika ia tidak segera munculkan diri, niscaya orang itu akan melaksanakan niat jahatnya. Maka diapun melayang keluar dari tempat persembunyiannya disana, ia saksikan seorang manusia baju hijau yang berkain kerudung warna hijau pula berdiri menghadap mulut lembah. Disampingnya berdiri Dewa racun Yu Hua, sedangkan dibelakangnya berdiri dua orang kakek berjubah hitam dengan sulaman matahari, rembulan dan bintang diatas dadanya, dibelakang dua orang kakek itu berdiri pula satu deret laki-laki berbaju hitam yang jumlahnya mencapai dua puluh orang lebih. Kemunculan yang secara tiba-tiba ini segera mengejutkan Thian che kau sekalian terutama Dewa racun Yu Hua, wajahnya segera terlintas suatu perubahan aneh yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Setelah berdiri dihadapan manusia berbaju hijau itu, Han

Siong Kie segera menegur: "Jadi engkau ketua dari perkumpulan Thian che kau?" "Benar siapakah kau?" "Manusia bermuka dingin" Mendengar siapakah musuhnya ini, ketua perkumpulan Thian che kau itu lantas menengadah dan tertawa terbahakbahak, dua orang utusan khusus yang berada dibelakangn segera unjukkan pula muka beringas penuh napsu membunuh, sedangkan lima belas orang laki-laki dibelakang tampak ketakutan. Setelah tertawa seram beberapa saat, Yu Pia lam berhenti tertawa dari balik kain kerudung hijaunya memancar keluar dua rentetan sinar hijau yang amat tajam, sinar setajam sembilu itu menatap wajah musuhnya tajam-tajam. Han Siong Kie agak bergidik, segera pikirnya. "sungguh amat sempurna 1437 tenaga dalamnya, aku harus waspada" Dalam pada itu Yu Pia lam telah berkata dengan penuh hawa pembunuhan: "Manusia bermuka dingin, aku tak pernah menyangka kalau bisa berjumpa dengan engkau ditempat sedemikian indahnya ini" "Heehh... heehh... heeehh akupun ikut merasa diluar dugaan bisa bertemu dengan kau disini tapi malahan kebetulan sekali daripada aku harus menempun perjalanan jauh untuk mencari jejakmu" balas Han Siong Kie sambil tertawa dingin. "Manusia bermuka dingin, dewasa ini hanya engkau seorang yang berani memusuhi aku secara terang-terangan, dan memandang keberanianmu ini kau boleh mampus dengas badan utuh" "Haaahh.... Haaahhk.... Haaahh... Yu Pia-lam, engkau tak takut bualanmu yang tekebur itu bisa mengundang datangnya geledek yang akan menyambar lidahmu sampai putus" Thian che kaucu Yu Pia lam tidak tahu akan asal usul Han Siong Kie yang sebenarnya, sedangkan Han Siong Kie tahu bahwa dialah suami ibunya yang baru, rasa dendam dan benci yang ber-tumpuk2 dalam hatinya membuat pemuda itu jadi menyeringai seram, kalau dapat ia hendak mencincang musuhnya ini hingga hancur berkeping. "Manusia muka dingin tak akan bunuh diri ataukah ...." Sebelum ketua dari perkumpulan Thian che kau itu sempat menyelesaikan kata-katanya, Han Siong Kie telah menukas dengan sinis: "Yu Pia lam tan meski anggap kolong langit sudah menjadi milikmu, tapi aku heehh... heeehhh. .heeehhh kau masih belum berhak untuk bersikap angkuh dihadapanku, ini hari juga aku akan menuntut kembali hutang-hutangmu yang berminat untuk membunuh aku serta menelan perguruanku"

1438 "Bocah keparat kau tak usah banyak bicara lagi, apakah ada pesan terakhir yang akan kau tinggalkan?" Hawa napsu membunuh yang sangat tebal telah menyelimuti seluruh wajah Han Siong Kie, dengan sinis ia berkata pula: "Bukan aku yang seharusnya meninggalkan pesan terakhir, pantasnya kaulah yang tinggalkan pesan-pesanmu" Yu Pia lam tertawa seram, selangkah demi selangkah ia maju ke depan, mengikuti langkah kaki itu suasana dalam arenapun ikut bertambah tegang. Kedua puluh orang laki-laki berpakaian ringkas itu mengalihkan pula seluruh perhatiannya ke arena, mungkin mereka bukan jeri atau takut terhadap nama besar manusia muka dingin melainkan sangat berharap bisa menyaksikan kelihayan dari ilmu silat ketuanya. Sampai detik ini kawanan jago dari perkumpulan Thian che kau masih belum pernah menyaksikan kaucunya turun tangan melawan seseorang, maka merekapun tak tahu sampai dimanakah taraf kelihayan kungfu dari ketuanya ini. Selama belasan tahun, Yu Pia lam selalu menempatkan seseorang yang menyaru sebagai dirinya untuk mengurusi masalah dalam perkumpulan, sedeng ia sendiri teramat jarang berada dalam markas besarnya, tentang soal ini kecuali beberapa Orang tokoh tingkat atas yang mengetahuinya boleh dibilang sebagian besar anak muridnya tidak mengetahui akan rahasia ini. Lain halnya dengan Han Siong Kie, ia mengetahui jelas sekali hal ini, sebab orang yang menyaru sebagai kaucunya yakni pimpinan dari para utusan khusus telah menemui ajalnya ditangannya. 1439 Sementara itu dua orang utusan khusus yang berada dibelakang Yu Pia lam telah maju kedepan, ujarnya sambil memberi hormat: "Membunuh ayam kenapa musti memakai golok penjagal kerbau? Hamba siap menantikan perintah" Yu Pia lam mengangguk. Kalau begitu hadapilah orang itu dengan hati-hati sahutnya, Dua orang utusan khusus itu lantas mengiakan, satu dari sebelah kiri yang lain dari sebelah kanan bersamaan waktunya menerjang ke hadapan Han Siong Kie. Setelah memperoleh pangalaman-pengalaman dalam beberapa pertempuran yang lampau, sekarang Han Siong Kie tak berani lagi menilai rendah kekuatan dari dua orang utusan khusus itu sebab berbicara tentang kelihayan hakekatnya kspandaian silat setiap utusan khusus ini adalah jago-jago tangguh yang masih lebih hebat daripada pengemis dari

selatan dan padri dari utara, mendingan kalau dia dalam keadaan segar bugar padahal saat ini bahunya sedang terluka dan belum sembuh serta pergumulannya dengan Buyung Thay tadi juga menguras tenaganya, tentu saja pemuda itu musti bertindak lebih cermat lagi. Setelah dua orang anak buahnya maju Yu Pia lam sang ketua dari perkumpulan Thian che kau itu mundur satu kaki kebelakang. Begitulah sambil membentak nyaring dua orang utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu menerjang ke muka dan melancarkan serangan dahsyat ke tubuh Han Siong Kie. Serangan itu bukan saja dilepaskan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat bahkan disertai juga dengan tenaga kekuatan yang maha dahsyat mengerikan sekali tampaknya. 1440 Han Siong Ke tidak berani bertindak gegabah dengan jurus Tee pau siang wi (melepaskan jubah menyingkir dari kedudukan) dia melayang tiga depa kebelakang kemudian sepasang telapak tangannya direntangkan untuk menyerang dari samping. Sementara serangan yang dilancarkan kedua orang utusan khusus itu mengena di sasaran yang kosong sepasang telapak tangan si anak muda itu telah menyergap datang tepat pada waktunya dalam keadaan seperti ini terpaksa mereka terpencar ke samping masing-masing membentuk gerak setengah lingkaran busur udara kemudian menyerang jalan darah serta bagian mematikan dari lawannya menghindar sambil menyerang gerakan tubuh yang digunakan dua orang itu pun hebat selali. Menghadapi keadaan seperti ini Han Siong Kie lantas memutar otaknya dan berpikir: Jika dalam beberapa gebrakan mendatang aku gagal untuk mengalahkan mereka, lama-kelamaan tenaga dalamku pasti akan mengalami kerugian besar, jika sampai demikian keadaannya mana mungkin aku dapat menghadapi Yu Pia lam lagi?" Menyadari betapa gawatnya pada saat itu, ia semakin tak berani bertindak gegabah, sementara itu serangan jari tangan dan telapak tangan dua orang itu telah menyergap tiba dengan hebatnya. Maka diapun lantas merentangkan sepasang lengannya dan menangkis kedua ancaman tersebut dengan suatu gerakan yang manis, inilah taktik bertahan dari ilmu pukulan Mo tiong ci mo dengan adanya tangkisan itu maka gagallah serangan dari dua orang itu untuk menghantam tubuh lawannya. Begitu serangan musuh berhasil dipunahkan, ia menggetarkan lengannya lebih jauh dengan suatu kecepatan

1441 yang luar biasa telapak tangannya langsung membacok tubuh dua orang itu. -ooo0dw0oooBAB 79 DUA orang utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itupun bukan manusia sembarangan, hanya berbeda satu inci saja dua orang itu tahu-tahu sudah terlepas dari lingkaran ancaman. Akan tetapi baru saja mereka mundur ke belakang Han Siong Kie telah membentak keras, sepuluh jari tangannya direntangkan ke depan terasalah sepuluh gulung desiran angin tajam meluncur ke tubuh dua orang utusan khusus itu dan terdengar suara tajam yang memekikkan telinga. Dua orang utusan khusus itu terperanjat, mereka tidak menghentikan gerakan tubuhnya tapi berputar satu lingkaran diudara, begitu lolos dari ancaman yang mengerikan itu serentak mereka berdua menyergap lagi dengan hebatnya. Baru saja Han Siong Kie merasakan serangan jari tangannya mengenai pada sasaran yang kosong, angin pukulan lawan yang sangat kuat telah menyapu datang dari kedua belah sisi gelanggang, cepat ia rubah serangan jarinva menjadi serangan telapak tangan, sekali tolak dia sambut datangnya kedua angin pukulan itu dengan kekerasan. "Blaang Blaaang" dua kali benturan keras menggelegar diangkasa, dalam bentrokan tersebut dua orang utusan khusus terpukul mundur delapan langkah lebar dengan sempoyongan. Sedangkan Han Siong Kie sendiri merasakan bahunya yang terluka terasa sakit sekali, akhirnya diapun ikut mundur selangkah lebar ke belakang. 1442 Kejadian ini sangat menggemparkan suasana disekitar arena, lima belas orang jago lihay Thian che kau yang berada disana tampak terperanjat dan merasa ngeri sekali. Ketua perkumpulan Thian che kau sendiri meski kepalanya berkerudung topi warna hijau sehingga tak dapat dilihat bagaimanakah perubahan wajahnya waktu itu, akan tetapi dari getaran tubuhnya yang keras, jelas menunjukkan bahwa kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki orang bermuka dingin itu telah menggetarkan hatinya. Dalam pada itu dua orang utusan khusus itu telah maju menyerang lagi setelah dipukul mundur ke belakang. Utusan khusus yang berada disebelah kiri membentak keras, secara beruntun dia melancarkan tiga buah bacokan berantai, ketiga buah serangan itu semuanya cepat, hebat dan seolah-olah hanya merupakan sebuah serangan belaka. Han Siong Kie memutar badannya setengah lingkarandengan mengerahkan hawa sakti si mi sinkangnya, dia siap

menerima ancaman itu dengan kekerasanHampir bersamaan waktunya utusan khusus yang berada disebelah kanan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun telah melancarkan pula serangan kilat kearah Han Siong Kie, jika cengkeraman tersebut sampai terkena pada sasarannya, nicaya tulang punggung Han Siong Kie akan terhajar sampai remuk. "Blaaanng.." kembali terdengar suara benturan keras yang memekikkan telinga, disertai dengus tertahan seseorang, ternyata utusan khusus yang berada disebelah kiri itu terhantam pukulan si mi sinkang yang telah menggunakan tenaga besar itu sehingga tubuhnya mencelat sejauh satu kaki dari tempat semula. Baru saja serangan itu dilepaskan, Han Siong Kie telah merasakan tibanya desingan angin tajam dari belakang, ia tahu ada orang sedang menyergap punggungnya, dalam 1443 keadaan demikian tak sempat lagi pemuda itu berpikir panjang, cepat ia bergeser dua depa kesamping untuk menghindarkan diri. Kendatipun ia menghindar cukup cepat, dan meski cengkeraman tersebut tidak bersarang telak. toh ujung jari lawan sempat melewat diatas mulut luka diatas bahunya yang terkena ilmu kuay ciang coat to dari tamu bergodek indah Huan Kang. Rasa sakit yang bukan kepalang serasa menusuk sampai ke tulang sumsum, tak tahan lagi ia mendengus tertahan, secara beruntun tubuhnya mundar lima langkah sebelum keseimbangan tubuhnya dapat dipertahankan kembali, darah mengalir keluar dengan derasnya.. Utusan khusus itu bukan manusia yang tidak berpengalaman, sekilas pandangan saja dia sudah tahu bahwa bahu Han Siong Kie menderita luka yang parah, kalau tidak demikian maka berbicara dari kehebatan tenaga dalamnya, luka kulit yang tak seberapa itu tidak nanti akan membuat dia mendengus tertahan dan mundur dengan sempoyongan. Maka sambil melancarkan serangan kembali dengan dahsyatnya, ia membentak nyaring: "Manusia muka dingin, sekalipun kaupunya sayap jangan harap bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat" Han Siong Kie menggigit bibir keras-keras, ia melepaskan serangan pula untuk melayani ancaman tersebut. Suatu pertempuran sengitpun lantas berkobar diarena tersebut, tapi bagaimanapun juga tenaga dalam yang dimiliki Han Siong Kie jauh lebih sempurna meski ia harus bertempur dengan membawa luka, namun serangan-serangannya makin lama makin dahsyat, dalam lima gebrakan saja ia sudah berhasil ketitir hebat dan terancam oleh bahaya maut. Sementara itu utusan khusus lainnya yang kena dihajar

sampai mencelat tadi telah menggunakan kesempatan itu 1444 untuk mengatur pernapasan, kemudian ia menerjang kembali musuhnya. Thian che kaucu yang berada disisi arena tidak bergerak pun tidak berbicara, cuma sepasang matanya yang tajam mengawasi jalannya pertarungan itu tanpa berkedip. Sedangkan dua puluh orang laki-laki baju hitam itu sudan berkerumun di tepi arena, setiap saat mereka siap untuk menerjang masuk kedalam arena untuk membantu kawankawannya .. Dari keadaan yang terpapar didepan mata sekarang, boleh dibilang posisinya sangat tidak menguntungkan bagi si anak muda itu. Han Siong Kie cukup mengerti sampai dimanakah dalamnya rasa dendam antara pihak Thian che kau dengan dirinya, sekarang bahunya yang terluka belum sembuh, sementara Yu Pia lam mengawasi terus dari tepi arena, hal ini sudah sangat merugikan bagi posisinya, apalagi kalau ia tak berhasil mengalahkan dua orang utusan khusus itu, sebaliknya malahan dia sendiri yang kehabisan tenaga, bagaimana akibatnya sulitlah untuk dibayangkan mulai sekarang. Sesudah mempertimbangkan untung ruginya, hawa napsu membunuh lantas menyelimuti seluruh wajahnya, dengan jurus Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah loteng istana) dia menyerang dengan sekuat tenaga. Mo ong ko ciat adalah salah satu diantara tiga buah jurus mematikan dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, bisa dibayangkan bagaimana akibatnya bila serangan tersebut dilancarkan dengan sekuat tenaga? "Blaang" seseorang menjerit kesakitan, suaranya keras dan memilukan hati, menyusul kemudian sesosok bayangan manusia mencelat ke udara diiringi muncratnya noda-noda darah. 1445 Hampir bersamaan waktunya serangan dahsyat yang dilancarkan utusan khusus yang baru selesai dari semedinya itu sudah menyerang datang, sungguh dahsyat serangan itu membuat udara jadi sesak dan sukar untuk bernapas. Secepat kilat Han Siong Kie memutar badannya kembali dia melancarkan pukulan dengan menggunakan si mi sinkang sebesar sepuluh bagian. "Blaang" sekali lagi terdengar ledakan keras, kali ini pasir dan batu beterbangan membentuk selapis kabut, utusan khusus yang melancarkan sergapan itu menjerit kesakitan dan mundur dengan sempoyongan. Han Siong Kie sendiri tetap berdiri ditempat semula, meski kakinya telah masuk ketanah sedalam setengah depa.

Kejadian ini diluar dugaan kawanan jago dari Thian che kau, lima belas orang laki-laki kekar itu sampai berdiri tertegun dengan paras berubah jadi pucat. Yu Pia lam tidak berpeluk tangan belaka, dia mendengus dingin, tanpa menggerakkan badannya tahu-tahu dia telah melayang maju kedepan. Waktu itu dua orang utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau yang terluka itu telah bangkit berdiri, kemudian dengan badan masih gontai berdiri disamping gelanggang. Han Siong Kie berdiri mengawasi musuh besarnya ini tanpa berkedip. hawa napsu membunuh sudah menyelimuti seluruh wajahnya. "Manusia muka dingin" terdengar Yu Pia lam berkata dengan suara yang mengerikan "Aku telah membatalkan janjiku untuk memberi kematian yang utuh untukmu, sekarang aku hendak menangkap kau hidup, hidup kemudian akan kukorek keluar jantungmu di hadapan meja abu dari beberapa orang utusan khusus dan anak muridku yang telah tewas ditanganmu" 1446 Han Siong Kie mendengus dingin. "Hmmm Yu pia lam, akupun hendak membunuh engkau untuk membalaskan dendam bagi arwah anak muridku yang telah mati secara penasaran, selain itu akupun akan membalaskan dendam bagi kawan- kawan persilatan yang kau bunuh secara keji" "Heeehh heeehh heeehh bocah keparat" seru Yu pia lam sambil tertawa dingin, "Kematianmu sudah berada didepan mata, buat apa masih ngibul terus menerus?" "Hari ini juga kau akan kutangkap dalam keadaan hidup..". "Hmm Mampukah engkau berbuat begitu?" "Bocah keparat, kalau engkau tidak percaya nanti buktikan saja bersama" seraya berkata sepasang telapak tangan segera di ayun ke depan melancarkan serangan dahsyat. Semenjak tadi Han Siong Kie telah membuat persiapan, cepat diapun menggerakkan sepasang telapak tangannya untuk menangkis datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Tiada suara yang terdengar, dan tiada desingan tajam yang menyertai serangan dua orang itu. Tahu-tahu diangkasa sudah terjadi benturan keras yang memekikkan telinga, daerah seluas lima kaki di sekitar arena dipenuhi oleh desingan angin tajam yang membuat pasir debu beterbangan sampai-sampai dua orang urusan khusus yang terluka parah di sisi gelanggangcun tergulung duduk diatas tanah oleh angin tajam tadi. Dua puluh orang laki-laki berpakaian ringkas itu semakin ketakutan, sehingga sukma serasa melayang tinggalkan raganya.

Secara beruntun mereka mundur sampai beberapa langkah kebelakang. 1447 Baik Han Siong Kie sendiri maupun Yu Pia lam sama-sama berdiri sekokoh bukit karang ditempat semula, setengah incipun mereka tidak bergeser dari tempat asalnya meski sekilas pandangan kekuatan kedua belah pihak seimbang, tapi oleh sebab luka pada bahunya Han Siong Kie merasakan setengah badannya linu dan sakit sekali hingga sukar ditahan. Yu pia lam menyeringai seram, ejeknya: "Bocah keparat, tampaknya kepandaianmu hebat juga, tak aneh kalau lagakmu soknya bukan kepalang, coba rasain lagi sebuah pukulanku ini" Han Siong Kie adalah seorang pemuda angkuh yang tinggi hati, ia tak sudi menunjukkan kelemahan dirinya dihadapan lawan, tentu saja diapun tak mau menghindar ke samping, sekali lagi dia sambut pukulan dahsyat itu dengan keras lawan keras. Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga menggema kembali di udara, kali ini Yu Pia lam merasakan tubuhnya berguncang keras, sedangkan Han Siong Kie terdesak selangkah lebar kebelakang, seluruh lengan kirinya sakit seperti patah, peluh mulai membasahi ujung hidung dan jidatnya. Sudah puluhan tahun Yu Pia lam hidup mengasingkan diri sambil menekuni ilmu silatnya, ia mengira setelah muncul kembali dalam dunia persilatan maka ilmu silatnya pasti nomor wahid dikolong langit, tak tahunya dua kali serangan yang dahsyat tidak berhasil merobohkan seorang pemuda berusia dua puluh tahunan, rasa kaget dan tercengangnya sukar dilukiskan dengan kata-kata, tapi justru karena itu niatnya untuk membinasakan Han Siong Kie juga semakin menebal. Sepasang telapak tangannya lantas disodok keudara, suatu gulungan angin yang sangat aneh segera memancar kedepan. 1448 Han Siong Kie tidak merasa terlampau asing dengan gerakan aneh itu, sebab Tengkorak maut gadungan pernah mempraktekkan dihadapannya, sedang ketua muda perkumpulan Thian kau Yu sau kun pernah memakainya, dia tahu dibawah pengaruh angin yang aneh itu, dia tak akan mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi. Tentu saja ilmu yang digunakan sendiri oleh Yu Pia lam, seorang tokoh dunia persilatan yang berilmu sangat tinggi ini mempunyai daya kekuatan yang lain daripada yang lainHan Siong Kie terkesiap. ia ingin menjajal sampai dimanakah kedahsyatan ilmu si mi sinkang yang dimilikinya, maka diluaran ia berlagak pilon, sementara tenaga dalamnya

telah disalurkan keseluruh tubuh untuk menutup jalan darah besar maupun kecil dalam tubuhnya. Ketika angin aneh itu menyentuh badannya, segera terdengarlah serentetan suara ledakan yang beruntun, agaknya hawa sakti yang memancar keluar dari badannya telah berhasil mematahkan ancaman dari angin serangan yang aneh itu. Sementara itu sesudah melepaskan pukulan anehnya, Yu Pia lam telah menyergap maju dengan serangkaian serangan aneh, tangan yang satu mencengkeram jalan darah Cian keng hiat dibahu, sementara tangan yang lain mengancam darah penting dibagian dada. Han Siong Kie tertawa dingin, telapak tangan kanannya langsung membacok tangan musuh yang mencengkeram bahunya sedangkan telapak tangan kanannya menghantam batok kepala lawannya. Kali ini Yu Pia lam benar-benat sangat terperanjat, mimpipun ia tak menyangka kalau musuhnya masih dapat menghimpun tenaga sambil melancarkan serangan sekalipun ia sudah menyerang dengan ilmu Coan hiat san goan ciang (pukulan penyusup jalan darah pembuyar tenaga). 1449 Bukan begitu saja, bahkan serangan musuh sangat kuat dan ganas sekali, bila sampai terserang oleh pukulan musuh itu niscaya batok kepalanya akan hancur berantakan. Dalam keadaan begini dia lantas menarik kembali sepasang telapak tangannya lalu mundur selangkah. Waktu itu serangan dari Han Siong kie belum dipakai sampai seluruhnya, cepat ia tarik kembali serangannya sambil memutar badan, sebuah pukulan dengan gerakan Leng ku it-si kembali dilancarkanYu pia lam mengeram gusar, matanya jadi hijau mengerikan, dia layani semua ancaman musuh dengan kekerasan, deruan angin pukulan segera menyelimuti seluruh angkasa. Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertarungan paling sengit yang belum pernah terjadi didunia ini kedua belah pihak sama-sama merupakan jago lihay, kedua belah pihakpun sama-sama berhasrat untuk membinasakan musuhnya bahkan serangan yang digunakan semuanya merupakan jurus aneh yang mematikan ini membuat deruan angin pukulan dan beterbangannya pasir serta debu makin menebal. Dua puluh orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau sama-sama berdiri dengan mata terbelalak hampir saja mereka lupa dimanakah mereka sedang berada pada waktu itu. Dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan sudah lewat, namun Han Siong Kie merasa separuh tubuh bagian kirinya

semakin kaku dan kesemutan, otomatis daya serangan dari telapak tangan kirinya ikut berkurang sekarang dia hanya bisa mempertahankan diri dengan andalkan telapak tangan kanan belaka, keringat dingin telah membasahi tubuhnya, tapi sikapnya yang angkuh membuat pemuda itu tak sudi mengundurkan diri dengan begitu saja. 1450 Ilmu pukulan dan ilmu jari tangan lantas dimainkan berbareng dengan memaksakan diri ia mempertahankan terus posisinya. Yu Pia lam cukup memahami kelihayan ilmu jari Tong kim ci lawan, diapun agak jeri untuk menghadapinya, maka sewaktu melayani serangan musuh gerak geriknya banyak tidak leluasa, kalau tidak begito mungkin sedari tadi Han Siong Kie sudah tak mampu mempertahankan diri. Dua puluh gebrakan kembali sudah lewat namun Han Siong Kie belum kelihatan bakal kalah meski dalam hati kecilnya pemuda itu cukup memahami kekuatan sendiri, ia tahu kekuatannya sudah tak mampu digunakan lagi untuk bertarung sebanyak seratus gebrakan lagi dengan lawanSuatu ketika Yu Pia-lam melompat mundur delapan depa ke belakang, sepasang telapak tangannya diputar satu lingkaran diudara kemudian disilangkan didepan dada. Han Siong Kie mengawasi gerak gerik musuhnya dengan tatapan tajam tapi apa yang ia lihat membuat hatinya tercekat, dilihatnya sepasang telapak tangan musuh telah berubah jadi bening seperti kaca, begitu bening dan putihnya membuat orang jadi bergidik rasanya: "Ilmu silat apaan itu?" demikianlah pemuda itu berpikir, " belum pernah kujumpai kepandaian seaneh itu." Akan tetapi waktu tidak mengijinkan dia berpikir panjang, sekalipun ia tahu bahwa lawannya telah menggunakan ilmu aneh dan rupanya dalam serangan berikut ini akan melepaskan pukulan yang mematikan. ia tak dapat berbuat lain kecuali mempertingkat kewaspadaannya . Terdengar Yu Pia lam, ketua dari perkumpulan Thian che kau itu berkata: 1451 "Manusia muka dingin, jika engkau sanggup menerima sebuah pukulanku ini, maka hari ini akan kulepaskan dirimu dari sini" Han Siong Kie tertegun. "Hian goan sin khi?" ia lantas berpikir kepandaian apakah itu? Belum pernah kudengar tentang ilmu semacam ini, tapi pasti ilmu itu adalah sejenis kepandaian yang maha sakti sebab kalau tidak tak nanti ia bersikap seangkuh itu" Tentu saja Han Siong Kie tak sudi menunjukkan kelemahannya, ia tertawa dingin dan menjawab: "Yu Pia lam, tak ada halangannya bagimu untuk mencoba,

tapi aku katakan lebih dulu, hari ini aku tidak akan melepaskan engkau dengan begitu saja meski kau bermaksud melepaskan aku" "Heeehhh.. heeehhh... heehhh bocah keparat, tak ada gunanya engkau banyak berbicara memangnya kau anggap hari ini bisa lolos dari sini dengan selamat?" "Yu Pia lam, mengapa tidak kau lancarkan saja seranganmu itu daripada banyak bacot" "Lihat serangan- Yu pia lam tidak membuang waktu lagi, sepasang telapak tangannya yang bening seperti kaca didorong ke depan, segulung desingan angin pukulan berwarna merah keemas-emasan dengan membawa daya tekanan yang sangat berat menggulung ke atas tubuh pemuda itu. Han Siong Kie sendiri, walaupun sedang berbicara, diamdiam hawa murninya telah dihimpun mencapai dua belas bagian, maka ketika musuh melancarkan serangan, dengan keyakinan penuh diapun melepaskan segulung asap hijau yang maha dahsyat kedepan. Kedua belah pihak sama-sama menyadari bahwa serangan ini menyangkut mati hidup kedua belah pihak, siapa meleng maka akibatnya kalau bukan tewas tentulah terluka parah. 1452 Han Siong Kie sudah bertekad untuk beradu jiwa dengan musuhnya, mampukah dia merobohkan musuhnya dalam serangan tersebut, ia tidak terlalu yakin, sebab luka di atas bahunya membuat tenaga dalam yang dimiliki mengalami kerugian besar. Udara jadi beku dan kaku, semua jago perkumpulan Thian che kau yang berada di sekitar gelanggang melototkan matanya lebar-lebar, mereka mengawasi dua orang yang berada di arena itu dengan pandangan tanpa berkedip. Cahaya merah dan hijau segera bertemu satu sama lainnya, ledakan keras menggelegar diangkasa, banyak pepohonan yang bertumbangan, batu dan rumput beterbangan keadaan jadi sangat mengerikanYu Pia lam dan Han Siong Kie yang berada diarena masih berdiri saling berhadapan muka tanpa bergerak. hanya selisih jarak antara kedua belah pihak telah mencapai tiga kaki jauhnya Paras muka Han Siong Kie pucat pasi, badannya gontai dan mulut luka pada bahunya mengucurkan darah lagi karena tergetar oleh bentrokan itu, deras sekali darah yang menetes keluar menetes dibaju maupun sepatunya. Yu Pia lam sendiri oleh karena mengenakan kain kerudung diwajahnya maka orang tak dapat menyaksikan perubahan wajahnya tapi dari sinar matanya yang pudar serta getaran tubuhnya keras, ditambah kain kerudungnya yang besar, bisa diketahui bukan saja ia sudah terluka bahkan telah muntah

darah Suasana jadi hening sepi tak kedengaran sedikit suarapun. Paras muka Han Siong Kie kian lama berubah memucat, tbuhnya ikut gemetar keras peluh membasahi jidatnya . Ditengah keheningan inilah tiba-tiba Yu Pia lam tertawa dingin, bukan saja suaranya serak dan penuh mengandung 1453 hawa napsu membunuh, bahkan kedengarannya mengerikan sekali, ia maju selangkah demi selangkah menghampiri sianak muda itu. Kraass kraass langkah kaki diatas daun kering dan bebatuan menimbulkan suara gemerisik yang mengerikan hati. Suasana kematian makin lama semakin menebal mengikuti langkah kaki tadi. Namun Han Siong Kie masih tak bergerak ditempat semula, dia tetap berdiri kaku seperti arca batu. Tentu saja dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Yu Pia lam, akan tetapi pada saat ini ia sudah tidak berkemampuan lagi untuk memberikan perlawanan. Kematian semakin mendekatinya dalam waktu singkat jarak yang tiga kaki itu sudah makin memendek jadi satu kaki, lalu tinggal delapan depa, lima depa, akhirnya tinggal satu jangkauan tangan belaka. Yu Pia lam sudah mengangkat telapak tangannya, ia siap menghajar batok kepala pemuda she Han itu. "Tahan" mendadak terdengar bentakan merdu menggema dari bilik lembah hitam. Yu Pia lam kelihatan terkejut, tanpa sadar ia menarik kembali telapak tangannya dan mundur tiga langkah kebelakang. Menyusul bentakan tadi, sesosok bayangan merah melayang keluar dari balik pepohonan, kembali orang itu berkata: "Yu Pia lam, sungguh memalukan dirimu sebagai seorang ketua perkumpulan yang berambisi menguasahi jagad, tak tahunya cuma manusia berlidah biawak. mulutnya tak bisa dipercaya" 1454 Dia tak lain adalah Buyung Thay, nyonya cantik berbaju merah itu. Yu Pia lam menjerit kaget, kembali dia mundur tiga langkah ke belakang, serunya terbata-bata: "Kau.. kau.." "Benar, memang aku Kenapa?" sahutnya dengan ketus. "Kau.. kau... apa maksudmu berbuat begitu?" "Tidak bermaksud lain, aku cuma berharap agar engkau tidak menjilat kembali perkataan yang telah diucapkan, bukankah engkau telah berkata bila ia sanggup menerima sebuah pukulan Huan goan sin khimu itu, maka perselisihan

diantara kalian akan dibereskan pada lain kesempatan??" "Tapi apa sangkut pautnya persoalan ini denganmu?" "Aku merasa malu untuk perbuatanmu, tingkah lakumu itu terlalu rendah dan memalukan, tidakkah kau lihat bahwa ia sudah menderita luka diatas bahu lebih dahulu sebelum pertarungan tadi dimulai? Tapi kau pun telah memanfaatkan kelemahan orang untuk keuntungan diri sendiri" "Heehhh heeehh heeehhh perempuan lonte." "Tutup mulut anjingmu Yu Pia lam kau tak usah melukai hati orang dengan kata-kata busuk seperti itu" "Jadi engkau juga yang telah membantu bocah busuk itu ketika berada dalam perjalanan menuju ke Thian lam..?" "Memang kenapa??" "Aku hendak membunuh engkau dari muka bumi" Mendengar ancaman tersebut, Buyung Thay menengadah dan tertawa terkekeh-kekeh. "Heeehhh... heehhh... heeehh Yu Pia lam mampukah engkau membunuh aku?" Yu Pia lam terbungkam, benar... Dengan luka dalam yang dideritanya sekarang ditambah pula dua orang utusan khususnya juga terluka parah, meski ada dua puluh orang 1455 jago lainnya tapi kalau suruh mereka melawan jago macam Buyung Thay, itu berarti hanya menghantar kematian mereka dengan sia-sia belaka. Maka setelah berpikir sebentar ia menjawab lagi: "Sekalipun tidak sekarang, suatu saat aku pasti akan membinasakan dirimu" "Yu Pia lam, aku akan menantikan hari seperti yang kau maksudkan itu, sekarang engkau boleh pergi dari sini" ujar nyonya cantik itu sambil tertawa tawa. Han Siong Kie dapat memgikuti pembicaraan tersebut dengan sangat jelas, dari keadaan tersebut dia lantas mengambil kesimpulan bahwa kedua belah pihak tampaknya tidak terlalu asing, tapi apa hubungan mereka? Dan sebenarnya perempuan macam apakah Buyung Thay itu? setelah lama sekali tertegun, Yu Pia lam lalu bertanya lagi: "Jadi engkau telah jatuh cinta kepada bocah busuk ini?" "Kau tak usah menanyakan tentang persoalan ini, sebab urusan ini bukan urusan yang menyangkut dirimu" "Hmm engkau benar-benar seorang perempuan yang tak tahu malu" maki Yu Pia lam sambil meludah ketanah. Paras muka Buyung Thay si nyonya cantik baju merah liu berubah hebat, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia lantas menghardik: "Yu Pia lam tentunya engkau tidak mengharapkan sekarang juga kucabut nyawa anjingmu bukan?" Yu Pia lam cukup licik, setelah mempertimbangkan untung ruginya dengan gemas ia mendengus. "Buyung Thay" teriaknya "semoga saat perjumpaan

diantara kita berdua tidaklah terlalu lama." Buyung Thay balas mendengus: 1456 "Yu Pia lam aku anjurkan kepadamu lebih baik cepatlah tinggalkan tempat ini" Ketua perkumpulan Thian che kau yang lihay ini tak berani membuang waktu lagi, ia putar badan memberi tanda kepada anak buahnya dan segera berlalu dari sana. Sementara itu Han Siong Kle sudah tak kuat menahan diri lagi, keangkuhannya membuat ia tetap mempertahankan diri tanpa bergerak. Menanti Yu Pia lam dan rombongan sudah lenyap dari pandangan, ia baru muntah darah segar dan tubuhnya ikut terjungkal ke atas tanah. Buyung Thay sangat kaget, cepat ia menyambar tubuh Han Siong Kle yang sedang roboh itu. "Adikku sayang kenapa kau?" tegurnya dengan cemas. Han Siong Kie membelalakkan matanya tapi sebentar kemudian dipejamkan kembali. Betapa gelisahnya Buyung Thay menyaksikan keadaan tersebut, cepat ia mengambil keluar tiga biji pil dari sakunya dan dijejalkan kemulut Han Siong Kie, kemudian sambil membopong pemuda itu segera berlarian keluar dari tanah perbukitan itu. Setelah keluar dari tanah perbukitan Tay keng san, mereka menumpang dirumah seorang petani, dengan alasan suami istri yang bertemu penyamun untuk sementara mereka berdiam disana. Buyung Thay meminta kepada tuan rumah untuk menyediakan air panas bagi mereka, mula-mula ia bersihkan dulu badan Han Siong Kle yang bermandikan darah itu, kemudian baru membubuhi obat luka diatas badannya, perhatian seperti itu persis seperti perhatian seorang kakak terhadap adiknya, mirip pula seorang istri yang 1457 memperhatikan suaminya. setelah luka luar diobati, barulah dia periksa luka yang didalam. Untunglah luka yang diderita pemuda itu tidak separah seperti apa yang disangkanya, setengah jam kemudian Han Siong Kie telah sadar kembali dari pingsannya. Ketika ia menemukan bahwa dirinya sedang berbaring dalam pelukan Buyung Thay, merah padam selembar pipinya, dengan jantung berdebar keras dan suara yang lemah dia berbisik: "Cici.... kita berada dimana sekarang?" "Rumah seorang petani" "Sudah berapa lama kita tiba disini?" "setengah hari lamanya" "Aku harus mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan

cici" "Aaah, adikku Kalau engkau berkata begitu sama artinya memandang asing akan diriku" tukas Buyung Thay sambil menutup bibirnya dengan jari tangan. Dalam suatu kamar yang redup didampingi perempuan yang cantik jelita, tak tahan lagi Han Siong Kle merasakan jantungnya berdebar keras, tanpa terasa ia jadi teringat kembali akan adegan yang pernah terjadi dalam lembah hitam, betapa mesranya hubungan intim yang mereka lakukan saat itu. Berpikir sampai disitu, merah jengah pipinya, hampir saja ia tak berani bertatapan muka dengan perempuan itu. Ia khawatir kejadian tersebut terulang lagi. Rasa sakit yang secara lapat-lapat dari mulut luka dibahunya membuat pemuda itu sadar kembali dari lamunannya, ia lantas teringat untuk segera menyembuhkan luka dalam yang dideritanya. 1458 Maka ia meronta bangun dari pelukan Buyung Thay dan berusaha untuk duduk bersila. "Titi apa yang hendak kau lakukan?" nyonya cantik baju merah segera menegur. "Cici aku ingin menyembuhkan lukaku, bantulah aku untuk duduk bersemedi" "Apakah engkau juga membutuhkan bantuanku untuk menyembuhkan luka itu?" tanya nyonya itu manja. "Tak usah cici, aku cuma minta kau bersedia menjadi pelindung ku selama aku sedang bersemedi" "Tapi lukamu terlampau parah" "Aah luka sekecil ini tidak seberapa hebat, tak usah kau kuatirkan" "Saat ini kita berada dirumah petani yang jauh dari kota, aku rasa tak mungkin akan terjadi hal-hal diluar dugaan, lebih baik biar kubantu dirimu agar lukamu cepat sembuh kembali." "Ssttt... ada orang datang" tiba-tiba Han Siong Kie menukas sambil melarang perempuan itu bicara lebih jauh. Buyung Thay cukup cekatan, cepat dia padamkan lampu lentera dimeja dan menerobos keluar lewat jendela, tapi udara amat bersih, suasana sunyi senyap. tak sesosok bayangan manusiapun nampak. Perempuan itu merasa tak lega hatinya, kembali dia mengontrol sekeliling ruangan itu sebelum akhirnya kembali kedalam kamar dan memasang lampu lentera. "Cici siapa diluar?" Han Siong Kie segera menegur dengan dahi berkerut kencang. "Siapa pun tidak kelihatan" "Aaah, masa iya? Kok aneh benar" 1459

"Sebetulnya apa yang berhasil kau lihat? " "Kusaksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat diluar jendela mana" "Jangan-jangan matamu melamur dan salah melihat??" "Tidak mungkin" sahut pemuda itu menegaskan. Buyung Thay mengernyitkan alis matanya, setelah berpikir sebentar diapun lantas berkata: "Tidak ambil perduli siapa yang berani datang, selama kau merawat lukamu maka aku akan berjaga disini, akan kulihat siapa yang berani datang mencabuti kumis macan" Tiba-tiba Han Siong Kie berseru tertahan, sambil menuding sebuah benda putih didepan jendela dia berkata: "cici, coba lihat Benda apakah itu??" Dengan hati terperanjat Buyung Thay memburu kedepan dan mengambil benda tadi, kiranya secarik kertas putih dan diatas kertas itu bertuliskan bebarapa huruf sebagai berikut: "Anjing pemburu telah mengejar sampai disini, tempat ini bukan tempat aman, cepat-cepatlah berlalu dari sini" Dibawah surat peringatan itu tiada tanda tangan, tapi dari gaya tulisan serta bau kertas yang harum dapat dipastikan bahwa tulisan itu dibuat oleh seorang perempuan. Tapi siapakah yang menulis surat peringatan itu? siapa pula yang dia maksudkan anjing pemburu? -ooo0dw0oooJilid 39 BAB 80 1460 LAMA sekali dua orang itu saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun, dari gerak gerik si pemberi peringatan yang sama sekali tidak meninggalkan suara dapat diketahui bahwa ilmu silatnya cukup lihay, kalau tidak maka jejaknya tak akan lolos dari pengawasan nyonya cantik baju merah yang lihay itu? Dan bayangan manusia yang sempat ditangkap oleh Han Siong Kie barusan sudah pasti tak lain adalah perempuan pemberi peringatan itu. Sebagai perempuan Buyung Thay mempunyai perasaan halus sebagai seorang wanita, dengan wajah serius dia lantas bertanya: "Tete, menurut pendapatmu siapakah yang telah meninggalkan peringatan itu?" Han Siong Kie coba berpikir sebentar kemudian menggeleng: "Aku tidak tahu" "Misalnya saja diantara perempuan yang kau kenal, apakah terdapat orang yang patut dicurigai." Tentang soal ini..rasanya hanya dua orang saja yang besar kemungkinannya, tapi.." "Macam apakah kedua orang itu?" "Dua orang perempuan yang amat misterius, sampai

sekarangpun aku masih belum pernah menyaksikan raut wajah asli mereka" "Apakah engkau mengetahui namanya?" desaknya lebih jauh. "Siapakah nama aslinya aku tidak tahu, tapi aku mengetahui bahwa ia memakai julukan orang yang kehilangan sukma." "Orang yang kehilangan sukma??" 1461 "Benar kau kenal dengan orang itu??" "Tidak, aku hanya merasa bahwa nama orang ini terlalu aneh, siapa pula orang kedua yang kau curigai??" "Dia adalah putrinya orang yang kehilangan sukma dan bernama orang yang ada maksud" "Orang yang ada maksud, orang yang ada maksud" gumam Buyung Thay tercengang. "Nama ini lebih-lebih lagi mendatangkan perasaan aneh. Ada maksud mengartikan kalau dia ada maksud denganmu dan lagi kedua nama ini belum pernah kudengar didunia persilatan, kemungkinan besar".. "Kemungkinan bagaimana?" "Mungkin nama itu memang sengaja mereka pakai khusus ketika berhadapan denganmu" Ucapan ini segera menggetarkan hati Han Siong Kie, ia jadi teringat kembali dengan perbuatan orang yang kehilangan sukma ketika dengan pelbagai daya upaya menjodohkan dirinya dengan Go siau bi, sekarang ia jadi mengerti akan duduknya perkara. Meski begitu pemuda ini tidak bermaksud untuk menceritakan kepada orang lain, sebab ia merasa tidak ada keperluan khusus untuk menceritakannya kepada orang. Maka sambil tertawa tawa katanya: "Mungkin saja apa yang kau ucapkan memang tidak salah, tapi tak ada gunanya kita membicarakan persoalan ini, lebih jauh..." "Kalau begitu kau sudah merasa yakin kalau perbuatan ini dilakukan oleh orang yang kehilangan sukma dengan putrinya?" Buyung Thay coba menegaskan. "Tidak mungkin" 1462 "Kenapa tidak mungkin?" "Sebab kedua orang itu boleh dibilang mempunyai budi kebaikan yang setinggi bukit dan sedalam lautan denganku, bisa saja ia unjukkan diri secara terang-terangan dan memberi peringatan, aku rasa tidak ada keperluannya untuk main sembunyi dan meninggalkan surat" "Aaah, belum tentu begitu" "Kenapa??"

"Mungkin ia merasa tak leluasa untuk munculkan diri, mungkin juga ia merasa takut akan sesuatu, mungkin juga..." "Mungkin kenapa lagi?" tanya Han Siong Kie. Buyung Thay mengerling sekejap ke arah si anak muda itu dengan sinar mata yang menawan hati, sahutnya kemudian: "Mungkin juga ia merasa tak enak hati karena melihat engkau sedang berada bersamaku" "Tak mungkin pikiranmu ini makin lama melayang semakin jauh" "Kalau tidak demikian, apakah kau bisa menemukan lagi orang lain yang patut dicurigai?" "Aku tak bisa menemukanya" jawab Han Siong Kie sambil menggelengkan kepalanya. "Tete, aturlah pernapasan disini dengan hati lega" ujar Buyung Thay dengan arti yang lebih mendalam "selama aku berada di sini, akan kulihat siapakah yang berani mengganggumu, sebaliknya bila musuh memang bermaksud untuk mencari kita, jelas sekarang kita sudah berada dibawah pengawasan mereka, sekalipun melarikan diri juga tak leluasa" Kata-kata "melariksn diri" itu terasa amat menyinggung perasaan Han Siong Kie, sebagai seorang laki-laki yang 1463 berwatak keras dan tinggi hati, tentu saja ia tak sudi kabur dengan begitu saja, maka diapun lantas mengangguk. "Baik" katanya, "kita tetap bertahan disini saja." Nyonya cantik baju merah itu bungkukkan badan dan mencium mesra dipipi Han Siong Kie, kemudian dia memadamkan lampu dan menerobos keluar lewat jendela. Ciuman itu membuat Han Siong Kie berdebar keras, tapi ia menurutkan kembali perasaannya dan berguman diri: "Tidak.. aku tak boleh berbuat demikian, dendam berdarah ku belum terbalas dan lagi aku sudah mengikat tali perkawinan dengan Go siau bi, cintaku dengan Tonghong Hui belum putus, aku tak boleh terpikat lagi oleh perempuan lain? " Berpikir sampai disitu, dia lantas duduk bersila, memusatkan semua perhatiannya menjadi satu dan mulai mengatur pernapasan. Tak lama setelah Buyung Thay keluar dari ruangan, sesosok bayangan manusia diam-diam menyelinap masuk kedalam ruang, bersembunyi di belakang tubuh Han Siong Kie, oleh karena waktu itu sianak muda tersebut telah memusatkan semua perhatiannya jadi satu, maka ia sama sekali tidak merasa akan munculnya orang itu. Sementara nyonya cantik baju merah Buyung Thay telah menyembunyikan diri pula disuatu sudut yang gelap sekeluarnya dari ruangan.. Kurang lebih setengah perminum teh kemudian tampaklah tiga sosok bayang manusia dengan kecepatan bagaikan

sambaran kilat meluncur datang dari kejauhan. "Aaah mereka benar-benar telah datang" bisik Buyung Thay setelah menjumpai kemunculan orang-orang itu. 1464 Dengan gerakan berhati-hati tiga sosok bayangan hitam itu menyusup dibalik kegelapan dan bersembunyi kurang lebih lima kaki dari ruangan rumah itu Yang munculkan diri adalah tiga orang kakek tua berbaju kuning. setibanya disana salah seorang diantaranya lantas bertanya: "Hiangcu, benarkah disini?" "Benar" jawab yang lain "menurut penyelidikan orang yang berada dirumah ini benar-benar adalah dua orang yang sedang dicari-cari Kaucu" Buyung Thay diam-diam mendengus, pikirnya: "Kuanggap siapa yang datang, tak tahunya adalah kuku garuda dari perkumpulan Thian che kau" sementara itu orang yang pertama tadi telah bertanya lagi: "Yakinkah engkau kalau Manusia bermuka dingin telah terluka?" "Tentu saja, kalau tidak mengapa ia harus digendong? sudah pasti tujuannya bersembunyi disini adalah untuk menyembuhkan luka yang dideritanya. " "Manusia muka dingin sudah tak perlu kita kuatirkan lagi, jika dia benar-benar terluka, justru yang perlu dikuatirkan sekarang adalah perempuan berbaju merah itu, dia sangat lihay.." "Bangsat, kalian harus dibikin mampus" maki Buyung Thay dalam hati, ia lantas merogoh segenggam jarum toan hun ciam dan siap dilepaskan kemuka. Tiba-tiba terdengar salah seorang diantaranya berkata: "Aaaah, kenapa mesti susah-susah turun tangan sendiri? sebentar toh pelindung hukum kita yang bertanggung jawab dalam tugas ini akan tiba, asal kita awasi saja teruskan beres." "Itu dia telah datang" seru yang lain. 1465 Ditengah kegelapan tampaklah sesosok bayangan manusia tanpa menimbulkan sedikit suarapun melayang datang, cepat sekali gerakan tubuhnya dalam waktu singkat dia sudah tiba dihadapan tiga orang kakek yang datang lebih duluan itu. Buyung Thay yang menyaksikan kedatangan orang itu, tiba-tiba jadi terkejut dan segera bergidik, "Aneh, sudah puluhan tahun lamanya tak pernah munculkan diri, kenapa gembong iblis ini bisa bergabung dengan perkumpulan Thian Che kau?" Kiranya orang yang datang belakangan ini tak lain adalah seorang kakek yang tinggi besar, bermuka bengis berikat kepala warna emas dan bermata hijau menyeramkan, dia bukan lain adalah Hun Si mo ong, gurunya sepasang malaikat

hawa panas dan dingin. Padahal kedudukan Hun si mo ong dalam dunia persilatan sangat tinggi, tapi nyatanya ia bersedia mendengarkan perintah dari Thian che kaucu, kejadian ini boleh di bilang sangat mencengangkan hati. Menyusul dengan kemunculan Hun si mo ong, secara beruntun melayang datang pula lima sosok bayangan manusia. Berdebar juga Buyung Thay menyaksikan munculnya begitu banyak musuh tangguh, kalau dia diharuskan bertarung melawan Hun si mo ong, maka sepuluh bagian ia yakin bisa mengimbangi, tapi kedelapan orang kakek itu pasti akan gunakan kesempatan yang sangat baik itu untuk mencelakai jiwa Han Siong Kie. Sekarang ia baru menyesal mengapa tidak menuruti peringatan dari orang yang tak dikenal itu? Dari sekarang menyesalpun tak ada gunanya lagi. Dalampada itu tiga orang kakek yang tiba lebih duluan tadi sudah memberi hormat kepada Hun si mo ong, kemudian berkata: "Terimalah hormat kami untuk Hu hoat yang mulia" 1466 "Tak usah banyak adat" sahut Hun si mo ong sambil mengulapkan tangannya, "apakah laki perempuan dua orang itu berada disini?" "Benar" jawab salah seorang kakek itu. " mereka berada dalam rumah petani di depan sana" "Berjaga-jagalah kalian berdelapan ditiga penjuru tempat ini, pun huhoat akan masuk ke ruangan untuk menangkap mereka" "Terima perintah" serentak delapan orang itu memencarkan diri dan masing-masing menempati satu posisi, Sementara itu Hun si mo ong menuju ke rumah dihadapannya dengan langkah lebar. Sudah tentu Buyung Thay tidak mengijinkan lawannya mendekati tempat itu, serta merta ia bangkit berdiri dan menegur: "Jago lihay dari manakah yang telah datang?" Mendengar teguran tersebut Hun si mo ong segera berhenti, dengan tatapan matanya yang berwarna hijau ia menatap sekejap lawannya, kemudian tanpa kuasa lagi mundur selangkah ke belakang. Mungkin selama hidupnya raja iblis yang berusia seratus tahun ini belum pernah menyaksikan perempuan secantik ini, seketika itu juga ia dibikin tertegun. Kembali Buyung Thay bertanya: "Boleh aku bertanya siapakah nama besar saudara??" "Heeeh heeeh heeehh aku adalah Hun si mo ong" jawab kakek itu sambil tertawa seram. Mendengar jawaban itu Buyung Thay menjerit kaget dan berkata: "Oooh, maaf, maaf, kiranya adalah locianpwe yang telah

berkunjung kemari" 1467 "Bocah keparat, kau tak usah bergurau lagi dengan diriku, hayo bicara saja terus terang" Sekali lagi Buyung Thay berteriak kaget: "Eeeh... Apa maksud locianpwe berkata demikian??" Panggilan lociancwe yang berulang kali ini lama kelamaan membuat Hun si mo ong jadi rada kikuk. terutama ucapan itu diucapkan oleh seorang perempuan cantik jelita. "Aah... kamu ini sudah tahu tapi masih bertanya, lebih baik mengaku saja terus terang" bentaknya. "Tapi boanpwee sungguh tidak tahu bagaimana musti mengakunya terus terang" "Kalau kau tak tahu urusan, kenapa kau hadang jalan pergiku sekarang?" "Boanpwe sedang menjadi pelindung buat seorang sobatku, karenanya aku minta locianpwe suka memaklumi " kata Buyung Thay dengan wajah serius. "Apakah sobatmu itu adalah Manusia muka dingin yang menjadi ketuanya perguruan Thian lam??" "Betul, dari mana locianpwe bisa tahu? " Buyung Thay keheranan. "Kalau begitu tak salah lagi, aku memang datang lantaran dia, juga lantaran kau" jawab Hun si mo ong cepat. "Oooh jadi locianpwe datang kemari lantaran kami berdua??" Meskipun diluarannya Buyung Thay kelihatan tenang sekali, padahal kegelisahannya sukar dilukiskan dengan kata-kata, dia jelas mengerti bahwa Han Siong Kie sedang bersemedi, maka asal Hun si mo ong atau salah seorang diantara delapan kakek tua itu berhasil masuk kedalam ruangan itu maka akibatnya akan luar biasa sekali. 1468 Tapi urusan sudah didepan mata, sekalipun gelisah juga percuma, maka perempuan itu kembali menunjukkan sikap tidak habis mengerti, lalu bertanya: "Boanpwe berdua merasa tak pernah melakukan sesuatu kesalahan yang melukai locianpwe, kenapa locianpwe....?" "Aku sedang melaksanakan tugas yang diperintahkan kepadaku." "Melaksanakan tugas? Locianpwe kau seorang jago yang tersohor, dalam dunia persilatan dianggap seorang pemuka dunia persilatan, masa benar kalau locianpwe sedang menjalankan perintah? Aku tidak percaya kalau locianpwe suka diperintah orang siapa yang memerintah dirimu?" Hun si mo ong kelihatan merasa serba salah, ia lantas membentak keras: "Aaah, kamu tak usah cerewet melulu, lihat seranganku ini.

Akan kubekuk dulu dirimu" Dengan cepat tangannya yang besar seperti kipas dia lantas mencengkeram tubuh Buyung Thay, bukan saja cengkeraman tersebut cepat bahkan ganas dan luar biasa, rasanya susah untuk menemukan orang yang sanggup menghindari serangannya itu. Buyung Thay terkesiap. ia putar badan sambil melejit ke samping, manis sekali gayanya waktu menghindar. Terkejut juga Hun si mo ong menghadapi kelincahan musuhnya, ketika cengkeramannya mengenai sasaran yang kosong dari serangan mencengkeram dia lantas merubah menjadi serangan pukulan. "Wess " Dengan dahsyatnya dia menghantam perempuan itu. Untuk kedua kalinya Buyung Thay berkelit kesamping, serunya: " Locianpwe, sudah dua kali boanpwe mengalah kepadamu" 1469 Dua kali menemui kegagalan, hawa amarah Hun si mo ong memuncak. dengan suara yang keras ia membentak. "Bocah keparat, tak kusangka kau punya ilmu simpanan, sambutlah lagi beberapa jurus seranganku ini" sambil membentak keras, secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan yang kesemuanya merupakan seranganserangan mematikan yang bertenaga besar. Buyung Thay cukup memahami kemampuan yang dimilikinya, dia tak sudi menerima ancaman itu dengan keras lawan keras, seperti bayangan sukma hanya sekali berkelejit tahu-tahu dia telah melompat keluar dari lingkaran hawa serangan, sampai saat itu Buyung Thay belum juga melepaskan serangan balasan, sebab ia berusaha mengulur waktu sepanjang-panjangnya. Hun si mo ong tidak menyangka kalau musuhnya memiliki ilmu silat yang setinggi itu, serangan beruntunnya sebanyak tiga jurus yang dilancarkan dengan tenaga besar dan kecepatan tinggi itu bisa dihindari dengan begitu saja, bicara mengikuti peraturannya maka sekarang ia sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menyerang lagi. Muridnya si malaikat hawa dingin Mo siu ing memperlakukan peraturan yang mana tak akan membunuh korbannya jika mampu menghindari tiga jurus serangannya, dan sekarang perempuan baju merah itu sudah lolos dari tiga jurus serangannya, menurut aturan dia harus segera angkat kaki, tapi kali ini ia tak dapat berbuat begini sebab ia datang untuk melaksanakan perintah dari Thian che kaucu. Maka dalam malu dan gusarnya, ia menerjang maju lebih ke depan, sepasang telapak tangannya direntangkan dan langsung menyerang sekujur badan Buyung Thay. Menghadapi serangan yang begitu ganasnya, terpaksa nyonya cantik berbaju merah itu harus menggigit bibir

melakukan perlawanan, telapak tangan kirinya di ayunkan ke 1470 udara, sementara telapak tangan kanannya melepaskan serangan kilat. Dengan adanya gerakan itu, Hun si mo ong yang sedang melancarkan serangan segera merasakan munculnya suatu tenaga hisapan yang membawa daya pukulannya menghantam kesamping baru ia merasa kaget. segulung tenaga pukulan yang kencang menyergap tiba dari depan, terpaksa ia tarik kembali serangannya dan melompat ke samping. Kejadian seperti ini baru dialaminya untuk pertama kali, sebab selama bertempur melawan orang belum pernah ia didesak sampai menghindarkan diri kesamping. Pada saat tubuhnya menyingkir ke samping itulah, mendadak sepasang telapak tangannya dilontarkan kembali dengan melancarkan serangan ke depan dan melancarkan bacokan gencar. Waktu itu Buyung Thay belum sempat menarik kembali serangannya, ketika pukulan musuh yang gencar telah menyerang datang terpaksa ia memutar tangannya didepan dada dengan maksud memunahkan kekuatan lawan, apa mau dikata tenaga dalam musuh setingkat lebih sempurna. "Blang" ditengah benturan keras dia sendiri yang malahan tergetar sampai mundur ke belakang beberapa langkah. Hun si mo ong lebih terkejut lagi setelah menyaksikan pihak musuh hanya terdorong mundur beberapa langkah saja setelah menyambut serangannya itu dengan keras lawas keras, bahkan sama sekali tidak menderita luka, pikirnya: "Kalau tidak mampu membereskan bocah keparat perempuan ini, nama besarku pasti akan tamat riwayatnya?" Berpikir sampai disitu, hawa napsu membunuh lantas menyelimuti wajahnya, ia melompat ke depan dan secara beruntun melancarkan delapan buah serangan berantai. 1471 Delapan buah serangan berantai itu dilancarkan dengan tujuan untuk membereskan nyawa lawan. kedahsyatannya melebihi ombak samudra yang ketimpa angin puyuh, bahkan delapan buah serangan datangnya dari delapan arah, kecepatan serta kehebatannya mengerikan. Paras muka Buyung Thay berubah hebat, ia mengerti tak bisa menghindarkan diri lagi dari ancaman lawan, maka hatinya jadi nekad, dia putar telapak tangannya dan menyambut serangan tersebut dengan kekerasan"Blaang" diiringi jerit kesakitan yang memekikkan telinga Buyung Thay mencelat sejauh satu kaki lebih dan muntah darah segar. Tapi sewaktu tubuhnya hampir terbanting ke tanah tibatiba

ia berjumpalitan beberapa kali diudara, ketika jatuh ketanah ia masih tetap dalam posisi berdiri. Hun si mo ong tertegun, tapi sejenak saja ia sudah melayang kembali delapan depa ke depan dan siap melancarkan lagi serangan. Buyung Thay mendengus dingin, tangan kanannya segera diayun kemuka, segumpal jarum lembut seperti bulu kerbau bagaikan hujan gerimis segera berhamburan keatas udara, serangan itu sama sekali tidak menimbulkan suara kendatipun musuhnya seorang musuh tangguh namun dalam kegelapan untuk memukul rontok ancaman itu bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu gampang. Tapi Hun si mo ong memang seorang jago silat yang lihay, dalam dunia persilatan ia menempati posisi ketiga, kendatipun ditengah kegelapan namun matanya yang tajam dapat menyaksikan segala sesuatunya seperti dalam keadaan tengah hari saja, telapak tangannya segera diputar sedemikian rupa membuat hujan jarum itu seketika tersapu rontok semua. Buyung Thay tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sangat baik itu, sementara lawannya sedang kerepotan untuk 1472 memukul rontok ancawan tersebut, ia telah maju dan menyerang lagi dengan tangan kirinya. Tiba-tiba Hun si mo ong menarik diri dan melayang mundur sejauh satu kaki lebih, teriaknya keras-keras: "Eeeh, tunggu sebentar" Wajah Buyung Thay tampak menyeringai seram, biji matanya memancarkan sinar penuh hawa pembunuhan, ujarnya dengan dingini "Ada apa ? sedap bukan rasanya jarum toh hun ciam itu??" Hun si mo ong tak menggubris ejekan musuhnya, dia malahan berbalik bertanya: "Apa hubunganmu dengan Toh hun sian li (dewi cantik pembetot sukma)?" sekarang giliran Buyung Thay yang tertegun, sesudah sangsi sebentar jawabnya: "Dia adalah mendiang guruku" "Dia adalah mendiang gurumu?" teriak Hun si mo ong setengah menjerit, tubuhnya yang tinggi besar kelihatan gemetar keras "jadi-jadi dia sudah mati" "Benar, ada apa?" Hun si mo ong menggerakkan tubuhnya dan maju lima depa ke depan. Buyung Thay kuatir dia melancarkan serangan lagi, maka sambil mengayunkan telapak tangannya dia siap melancarkan pula serangan jarum. "Eeeh Tahan Tahan" cepat Hun si mo ong berteriak "aku bukan hendak menyerang, aku hanya ingin menanyakan kepadamu, benarkah engkau adalah ahli waris dari Tok hun sian ci?" "Kalau benar lantas mau apa?"

"sudah berapa tahun dia menghembuskan napasnya yang penghabisan?" 1473 "Dua puluh tahun" "Aaah sudah dua puluh tahun?" Hun si mo ong berpekik sedih, ia lantas menengadah dan memandang angkasa dengan wajah termangu- mangu, agaknya ia sedang mengenang kembali kejadian masa lalu. Buyung Thay jadi serba salah dibuatnya, ia tak tahu apa hubungan antara Hun si mo ong dengan Toh hun sian ci sebab semasa hidupnya Toh hun sian ci yaitu gurunya tak pernah menyinggung tentang persoalan itu. Hun si mo ong jadi kaku seperti sebuah patung arca, sedikitpun tidak bergerak. Andaikata Buyung Thay kejam dan mau turun tangan pada waktu itu, niscaya Hun si mo ong akan tewas secara mengenaskan, tapi ia tidak berpikir sampai kesana sebab ia sedang memikirkan apa hubungannya Hun si mo ong dengan gurunya, sebab dari sikap dan tingkah laku Hun si mo ong sekarang dapat ia tarik kesimpulan bahwa hubungan mereka bukan dalam soal dendam melainkan berhubungan dengan soal cinta. Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya: "Kenapa tidak kugunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk membinasakan dirinya? Asal dia mati bukankah adik Han juga akan terhindar dari malapetaka??" sebelum ia laksanakan niat itu, Hun si mo ong telah bergumam lagi: "Aaah... dia sudah mati, sungguh tidak kusangka dia sudah mati.." sinar matanya yang hijau tajam segera dialihkan kembali keatas wajah Buyung Thay, tanyanya lagi dengan gemetar: "Jenazahnya dikebumikan dimana?" Terbentur dengan sorot matanya yang menggidikkan hati, Buyung Thay tercekat rasanya, bukan menjawab ia malahan balik bertanya: 1474 "Locianpwe, sebelum kujawab pertanyaanmu itu, lebih dulu ingin kutanyakan apa hubunganmu dengan mendiang guruku?" "Aaai. orangnya saja sudah mati, segala sesuatunya telah berlalu, apa gunanya kau tanyakan lagi??" "Kalau memang begitu, maafkanlah boanpwe kalau tidak dapat menerangkan kepadamu" "Tidak Bagaimanapun juga kau... kau harus memberitahukan persoalan itu kepadaku" "Kalau memang demikian, lebih baik Locianpwe terangkan dulu apa hubunganmu dengan mendiang guruku." Sinar mata Hun si mo ong jadi redup, akhirnya dia mengalah. "Baiklah akan kuterangkan kepadamu..."

Pada saat itulah tiba-tiba dari dalam ruangan berkumandang suara jerit kesakitan yang menyayat hati. Berdiri semua bulu kuduk Buyung Thay, ia merasa jantungnya hampir copot segera jeritnya: "Aduh celaka..." Ia menjejakkan kakinya ke tanah dan segera menerjang masuk ke dalam ruangan. -ooo0dw0oooBAB 81 BARU saja Buyung Thay menggerakkan tubuhnya, kembali Hun si mo ong telah menghadang jalan perginya seraya berseru. "Lebih baik kita lanjutkan pembicaraan antara kita berdua, kenapa kau mesti ikut campur dengan urusan yang terjadi di dalam ruangan??" "Tidak Aku harus masuk ke dalam" 1475 "Engkau akan selamatkan jiwanya?" "Hmmm" Buyung Thay mendengus dingin "jika manusia muka dingin sampai tertimpa malapetaka, perkumpulan Thian che kau akan membayar hutang darah ini sepuluh kali lipat lebih besar" Ucapan tersebut penuh dengan hawa napsu membunuh, membuat siapapun yang mendengar merasakan jantungnya berdetak keras. Dalam dugaannya pasti ada orang berhasil menyergap masuk ke dalam ruangan itu, padahal ketika itu Han Siong Kie sedang bersemedi untuk menyembuhkan lukanya, dalam keadaan demikian jangankan seorang tokoh silat yang berilmu sangat tinggi, kendatipun seorang jago silat biasa sudah cukup untuk mencabut selembar jiwanya. Maka dengan perasaan hati yang amat gelisah, dia menjejakkan kakinya dan kembali akan melayang masuk ke dalam ruangan rumah itu.. Hun si mo ong memang bermaksud menghalangi jalan pergi nyonya cantik itu, sepasang telapak tangannya kembali direntangkan untuk menghalangi jalan pergi Buyung Thay, serunya: "Orang-orang perkumpulan Thian che kau telah bersumpah tak akan melepaskan dirinya, dengan mengandalkan kekuatanmu seorang tak nanti usaha mereka bisa kau halangi??" Buyung Thay benar-benar marah sekali, telapak tangannya dilontarkan kemuka dan secara beruntun melancarkan dua buah pukulan dahsyat, dalam melancarkan serangannya ia telah sertakan tenaga dalam yang dimilikinya, hebat sekali jadinya memaksa Hun si mo ong seketika itu juga terdesak mundur. 1476

Menggunakan kesempatan itu Buyung Thay menyelinap kedepan jendela dan melongok kedalam tapi apa yang terlihat olehnya membuat perempuan itu tertegun. Han Siong Kie yang dikuatirkan tewas atau terluka, masih duduk di atas pembaringan dalam keadaan segar bugar, kabut putih tengah menyelimuti ubun-ubunnya, ini menandakan kalau semedinya tengah mencapai puncak yang paling tinggi, sementara di samping pintu terkapar sesosok mayat dan orang itu tak lain adalah salah seorang diantara delapan kakek tua yang datang bersama Hun si mo ong itu. Siapakah yang membinasakan orang itu ? Mungkinkah Han Siong Kie? Mustahil kalau dia bisa melancarkan serangan, tapi kalau bukan dia, hasil karya siapakah itu? sementara nyonya cantik baju merah itu masih termenung, kembali ada tiga orang kakek tua menyerbu masuk ke dalam ruangan. Buyung Thay tidak berisik, pun tidak mendatangkan suara apapun, begitu melihat ada musuh menyerbu masuk keruangan, segenggam jarum Toh hun ciam yang telah disiapkan ditangannya segera diayun kedepan. sebagaimana diketahui jarum Toh hun ciam lembutnya seperti bulu kerbau, lagi pula mengandung racun yang jahat sekali, di tambah pula sekali melepaskan serangan puluhan batang telah dilancarkan tanpa menimbulkan suara, sebelum tiga orang kakek itu menyadari apa yang telah terjadi, jarum beracun itu sudah menyambar tiba. Tiga kali jeritan kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, dalam ruangan itu kembali telah bertambah dengan tiga sosok mayat. Sementara itu Hun si mo ong telah tiba dibelakang Buyung Thay, ketika menyaksikan kejadian itu ia jadi amat marah, segera bentaknya: "Enyah kau dari sini" 1477 Sambil membentak jari tangannya langsung mencengkeram tubuh perempuan itu dan melemparkannya satu kaki dari tempat semula. Begitu berhasil menyisihkan musuhnya Hun si mo ong segera mengayunkan telapak tangannya dari depan jendela, langsung menghantam tubuh Han Siong Kie yang sedang mengatur pernapasan. Bila serangan itu sampai terkena sasaran, niscaya Han Siong Kie akan mampus dalam keadaan mengenaskan. Tapi di saat yang amat kritis itulah tiba-tiba terasa desingan angin tajam menyambar datang menyusul kemudian "Duuk." serangannya terbentur oleh kekuatan lain yang mengakibatkan Hun si mo ong tergetar mundur satu langkah lebar. Sekarang terbuktilah sudah bahwa dalam ruangan itu telah bersembunyi seorang tokoh silat yang berilmu sangat tinggi.

Sebelum gembong iblis tua itu sempat melakukan sesuatu tindakan lagi, Buyung Thay telah melayang kembali ke hadapannya, malahan kali ini dia berdiri dengan punggungnya menyumbat dimulut jendela. "Minggir kau" "Tidak Aku tidak akan menyingkir, kau mau apa?" "Aku tak ingin melukai dirimu, lebih baik cepat-cepatlah tinggalkan tempat ini" "Tidak Aku tak mau menyingkir" Buyung Thay masih tetap ngotot. Hun si mo ong marah, sepasang telapak tangannya kembali siap diayunkan kemuka. Berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki Hun si mo ong, untuk menghancurkan bangunan rumah yang terbuat dari batu bata ini bukanlah suatu pekerjaan yang susah, dan asal 1478 rumah itu roboh niscaya Han Siong Kie akan mati secara mengerikanTentu saja Buyung Thay jadi gelisah, dengan cepat jarum Toh hun ciam dilontarkan kemuka. Hun si mo ong menyingkir ke samping, kemudian setelah berputar diudara ia menerjang kembali kesamping Buyung Thay dan langsung mencengkeram nyonya cantik itu, serangan tajam dan mengerikan, bila terkena niscaya perempuan itu akan cidera. Buyung Thay terdesak hebat, terpaksa dia harus meninggalkan mulut jendela yang dilindunginya itu untuk bergeser lima depa ke samping.. Memang itulah maksud tujuan Hun si moong, begitu perempuan baju merah kena dipaksa untuk menyingkir, sepasang telapak tangannya diayun kembali kedepan untuk menghajar roboh dinding rumah. "Kau berani??" bentak Buyung Thay gusar. Dengan menghimpun tenaga dalam yang dimilikinya, ia menerjang kemuka, dalam serangannya ini dia telah mempertaruhkan pula selembar nyawa sendiri. Menghadapi ancaman nekat ini Hun si mo ong dipaksa mau tak mau harus menarik kembali serangannya.. "Blanng" suatu benturan keras terjadi, dalam bentrokan tersebut masing-masing terdesak mundur satu langkah lebar. "Budak ingusan" gembor Hun si mo ong dengan suaranya seperti geledek. "oleh sebab kau adalah murid Toh hun sian ci, maka aku tak ingin terlibat pertarungan denganmu, lebih baik cepatlah enyah dari sini" "Tidak" kembali Buyung Thay membentak keras, "Hun si moong, kau tak boleh melukai dia" 1479 "Aku harus membunuh bocah itu, karena aku sedang menjalankan tugas serta kewajiban"

"Kalau begitu, musnahkan dulu aku kemudian baru kau lakukan apa yang ingin kau lakukan" . . "Baik Kalau engkau berkeras kepala terus dan tak mau mendengarkan nasehatku, terpaksa akupun tak akan memikirkan soal-soal yang lain lagi, terpaksa engkau harus kusingkirkan dulu dari sini" Sambil berkata, sekaligus dia melancarkan delapan belas buah pukulan berantai kedepan, semua pukulan itu dahsyat dan disertai tenaga yang amat sempurna. seketika itu juga Buyung Thay terdesak hebat kembali dia dipaksa untuk mundur sejauh satu kaki dari posisinya semula. Setelah berhasil menyingkirkan lawan, Hun si-mo ong memutar badan dan berusaha untuk merobohkan kembali dinding bangunan itu. Sekarang Buyung Thay terjebak sehingga mati langkah, untuk menghalangi niat musuhnya jelas sudah tak sempat lagi, dengan nekat ia lantas membentak keras: "Aku akan beradu jiwa dengan dirimu" Sepasang tangannya diayunkan berulang kali, jarum Toh hun ciam segera menciptakan selapis cahaya jarum yang menyelimuti daerah seluruh lima kaki lebih. Tak terkirakan marahnya Hun si Mo ong menghadapi serangan maut yang dihadapinya, timbul kembali sifat buasnya yang selama ini terpendam dalam dasar hati, diputarkan sepasang tangan itu sekencang gasingan, dan disapunya kabut jarum yang mengurung sekeliling lingkaran tubuhnya, kemudian melejit ke udara, seperti burung elang yang siap menyambar anak kelinci diterkamnya Buyung Thay dengan ganas, telapak tangan kirinya langsung dibacok kebawah. 1480 Cukup lama Buyung Thay mengenal keganasan manusia yang bernama Hun si Mo ong, diapun cukup tahu akan kehebatan angin pukulannya, dalam keadaan begini ia tak mau menangkis serangan musuh secara bodoh, maka dengan kelincahan tubuhnya dia melayang lima depa jauhnya dari posisi semula, dari situ telapak tangannya baru diputar keatas untuk menangkis.... Hun si Mo ong menjengek sinis, tubuhnya berpusing kencing ditengah udara, lalu pada saat yang paling tepat telapak tangan kanannya ikut membacok kebawah, Suatu rangkaian serangan gabungan yang rapat dan tepat, seakanakan jaring langit yang dipasang untuk menjebak seluruh bumi. Betul juga, setelah diserang oleh pukulan kiri kanan secara bersamaan waktunya, Buyung Thay jadi panik dan kebingungan, dia mau melejit kesamping untuk menghindarkan diri tak bisa, mau mundur juga tak sempat, akhirnya disambutnya juga serangan itu dengan kekerasan.

"Duuk...." suatu benturan nyaring tak dapat dihindari, perempuan itu mendengus tertahan, tubuhnya mundur dengan sempoyongan, gumpalan darah meleleh keluar dan membasahi ujung bibir serta pakaiannya. Hun si Mo ong tertawa makin seram, tentu saja dia tak mau melepaskan kesempatan baik itu dengan begitu saja, sesampainya diatas permukaan tanah ia menerobos maju kedepan lalu disodoknya kembali, tinju yang keras bagaikan besi itu keperut lawan. "Duuk..." sekali lagi tinju maut itu bersarang di perut perempuan genit itu. Percikan noda darah telah membasahi seluruh wajah Buyung Thay, ia sudah mundur beberapa langkah dengan badan sempoyongan, tapi pancaran sinar matanya masih tajam, sinar mata itu penuh diliputi rasa benci, dendam serta napsu membunuh yang tebal, begitu tebal dan mengerikannya 1481 membuat gembong iblis yang disegani orang banyak itupun jadi bergidik dan mengkirik hatinya. Akhirnya gembong iblis yang disegani banyak orang itu menghela napas panjang, katanya: "Aaai... sudahlah, jangan mendongkol secara berlebihan, katakan Mengapa kau bela mati matian bocah itu? Dia toh bukan sanakmu, bukan keluarga mu juga... juga bukan suamimu" "Aku cinta padanya Kau mengerti...? Aku cinta padanya Kau paham tentang cinta?" teriak Buyung Thay sambil menggertak gigi. Hun si mo-ong seperti terkena aliran listrik, sekujur tubuhnya bergetar keras setelah tertegun sejenak seperti orang bego, akhirnya ia mengangguk seraya bergumam: "Yaa.. yaa.. aku tahu... aku tahu.... cinta... cinta .... " Aneh sekali tingkah laku kakek itu, lagaknya betul-betul seratus persen bego, malahan lebih mirip seperti orang sinting yang lagi ngoceh.... Ini menyebabkan Buyung Thay malah tertegun dan dibuat keheranan oleh musuhnya.. "Aaah .... masa iblis tua yang umurnya sudah mendekati seratus tahun dan siap masuk liang kubur ini juga. mengerti tentang cinta?" demikian ia berpikir, "atau mungkin, dimasa lalu dia pernah mengalami pula suatu masa percintaan yang menyedihkan...?" Tiba tiba ia teringat akan gurunya yang telah tiada.. "Toh hun sian ci (Dewi genit pencabut nyawa) Yaa, benar, pastilah urusan ini ada hubungannya dengan gurunya. Timbul suatu keinginan aneh dalam hati kecilnya, tiba-tiba saja ia berniat untuk membongkar rahasia gurunya itu .... 1482 "Baiklah " tiba tiba Hun si mo ong berseru sambil

mendepakkan kakinya ke atas tanah, "demi kau, kulepaskan bocah muda itu Tapi .... hanya sekali ini saja, hanya satu kali ini saja" "Memangnya aku butuh dua kali?" sumpah Buyung Thay dihati, " cukup satu kali ini saja, memang hanya kubutuhkan sekali ini, masakah dia bakal terluka dua kali? Kunyuk Monyet tua. Kalau dia tidak terluka parah dan harus mengatur pernafasan untuk menyembuhkan lukanya itu, kau Hun si mo ong tak bakal menangkan dia, ilmu silatmu tak nanti tandingannya ......" Karena gembira dan lega, perempuan itu malah lupa dengan luka dalam yang dideritanya, saat ini dia lebih memperhatikan keselamatan sianak muda itu daripada dirinya sendiri, maka segera tanyanya: "Berlakukah perkataanmu itu ? Kau tak akan mungkir lagi?" "Kau anggap aku suka main-main? Kau anggap perkataanku tidak berbobot...? Huuh, untung kupandang wajahmu, kalau tidak...Kreeek sekali bacok habis sudah nyawa bocah muda itu" "Baik Aku percaya dengan perkataanmu itu, tapi untuk membuktikan bahwa kau tidak bermain-main, perintahkan kepada sisa empat begundal Thian che kau yang masih ada dalam ruangan itu agar segera mengundurkan diri dari situ" "Aku pikir tak usah itu tak penting..." "Kenapa?" teriak Buyung They agak marah. "Masa kau tak tahu ? Dalam ruangan itu kan sudah siap sedia seorang jago lihay yang setiap saat melindungi keselamatan bocah itu ? Dengan kepandaian yang begitu tinggi, aku pikir empat orang anak buahku tak mungkin bisa menandinginya dengan seimbang" 1483 Buyung Thay berpikir sebentar, betul juga. Apa yang dikatakan itu memang benar, tapi.. siapakah jago lihay yang bersembunyi didalam ruangan itu? Akhirnya diapun mengangguk tanda setuju. "Yaa, seandainya tiada perlindungan dari tokoh sakti yang bersembunyi dibalik kegelapan itu, pukulan maut yang dilancarkan Hun si mo ong lewat dinding ruangan tadi memang sudah cukup untuk merenggut nyawa Han Siong Kie, bocah itu pasti sudah tergeletak mampus pada saat ini." Disekanya noda darah yang membasahi ujung bibirnya, kemudian dengan nada menyelidik dan bertanya: "Baik, untuk menghargai kebesaran jiwamu yang telah mengampuni nyawa bocah muda itu, aku tetap menyebutmu sebagai locianpwe. Locianpwe Bolehkah aku tahu, apa alasanmu sehingga bersedia untuk melepaskan dia??" Mimik wajah Hun si mo ong yang menyeramkan itu berkejang-kejang sebentar seperti orang menahan kesakitan, lalu katanya dengan sedih:

"Selama hidupnya aku telah berbuat salah kepadanya, maka setelah dia mati, aku tak ingin melakukan segala perbuatan yang dapat menambah ketidak tenangan arwahnya dialam baka" "Dia....? siapa yang kau maksudkan sebagai "dia"??" seru perempuan itu keheranan. "siapa lagi? Yaa .... tentu saja gurumu, Toh hun sian ci si perempuan genit pencabut nyawa" "Oooh ....jadi kalau begitu antara locianpwe dengan mendiang guruku ada ...." "Orangnya saja sudah mati, buat apa dibicarakan lagi?" tukas Hun si mo ong cepat, matanya berkaca kaca, hampir saja air matanya meleleh keluar, "semua kenangan, semua keindahan sudah ikut lenyap bersama berlalunya waktu ......." 1484 "Tapi kenangan toh selalu terasa baru? Kenangan manis tak akan ikut terlarut bersama berlalunya sang waktu? Bukan begitu locianpwe ...?" kata perempuan itu tertawa. Hun si mo ong mengeluh, mengeluh penuh kepedihan yang tak terkirakan, ditatapnya wajah Buyung Thay dengan sinar mata yang redup lalu bisiknya lirih: "Bocah manis, apakah kau hendak memaksa aku untuk menggali kembali kenangan lama yang lama kupendam didasar hati? Apakah kau memaksa aku untuk mengenang kembali semua kejadian sedih, semua kejadian menyayat hati yang telah kualami dimasa lampau?" Nadanya setengah memohon belas kasihan, sama sekali tak tercermin lagi kewibawaannya sebagai seorang gembong iblis yang disegani orang. Buyung Thay tertunduk, ikut pedih hatinya melihat kemurungan kakek tua itu, ia merasa Hun-si mo ong tidak menakutkan lagi, hakekatnya dia tak lebih hanya seorang kakek yang patut dikasihani .... "Kalau toh locianpwee keberatan, tentu saja boanpwee tak akan memaksa" sahutnya kemudian dengan suara yang lirih hampir tak kedengaran. Hun si mo ong yang perkasa dan disegani banyak jago, kini berubah jadi seorang kakek lemah yang tak berdaya dan patut dikasihani, dia tertunduk sedih dan berkata lembut: "Ya .... kejadian ini sudah berlangsung enam puluh tahun berselang, ketika itu aku sedang mengejar gurumu Toh hun sian ci, aku mengejarnya dan berusaha mendapatkan cintanya, untuk itu aku telah mendatangi puncak Jit koan hong dibukit Thay san dan melakukan pengacauan atas di selenggarakannya pertemuan besar Kun cng hwe, dalam dua gebrakan kuhajar mampus jago paling lihay dikolong langit, lalu dalam beberapa ratus jurus kubantai seratus orang jago 1485

lebih, akhirnya gurumu bersedia untuk kawin dengan aku, tapi kemudian-.. tapi kemudian-..." "Bagaimana selanjutnya?" tanya Buyung Thay dengan perasaan ingin tahu. "Akhirnya aku telah kehilangan dia lagi" "Kenapa?" Hun si mo ong tarik napas panjang panjang, agaknya ia sedang berusaha untuk mengendalikan pergolakan hatinya yang kencang, lalu baru katanya lebih jauh: "Aku telah mencintai perempuan lain, aku terpikat, tergila gila oleh kecantikan dan kepandaian merayu perempuan itu... tapi, ketika akhirnya kuketahui tipu muslihat dibalik rayuan maut perempuan rendah itu .... ketika kusadari bahwa tujuan perempuan itu memikat aku tak lain adalah untuk menyadap ilmu silat yang kumiliki kubunuh perempuan itu dengan penuh kebencian, lalu kularl kembali kepangkuannya, tapi... sayang... sayang aku terlambat, gurumu telah bersumpah tak akan menemuiku seumur hidupnya lagi." Ia berhenti sebentar untuk tukar napas, lalu sambungnya lagi lebih jauh: "Aku benar-benar menyesal, menyesal sekali atas perbuatan yang telah ku lakukan tapi .... nasi telah menjadi bubur, menyesalpun tak ada gunanya, maka aku berkelana kembali dalam dunia persilatan, aku berharap suatu ketika gurumu akan berbalik hati dan mencintai aku lagi, setahun-.. dua tahun sepuluh tahun bahkan sampai sekarang... sampai dia mati .... ooh, sampai dia mengakhiri hidupnya aku gagal untuk mendapatkannya kembali, tahukah kau? Aku sangat mendambakan kasihnya. Aku sangat berharap dapat mengucapkan permintaan maafku kepadanya, tapi kesemuanya itu kini tak mungkin terjadi lagi... Aku tahu, didunia ini dia hanya mencintai aku seorang, diapun mengusir masa hidupnya dengan penuh kesepian dan kesengsaraan, tak terkirakan rasa sesal yang bertumpuk dalam hatiku, dan aku 1486 ingin mengutarakan kesemuanya itu kepadanya, tapi dia .... dia telah mati ...." Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi paras muka Hun si mo ong yang mulai keriput. Buyung Thay benar-benar merasa terharu sekali, ia tak pernah menyangka kalau gembong iblis yang disegani banyak jago dalam dunia persilatan ini sebetulnya adalah seorang yang romantis, dia pun tak menyangka kalau itulah alasannya mengapa ia bersedia memberi muka kepadanya, walau hanya untuk kali ini. "Locianpwe" katanya kemudian dengan sikap amat menghormat, "bila arwah guruku dapat mengetahui isi hati cianpwe ini, aku yakin arwah suhu pasti akan tersenyum dan terhibur" Hun si mo ong termenung untuk beberapa saat lamanya, ia

seperti lagi memikirkan sesuatu, kemudian tanyanya: "Siapa namamu??" "Boanpwe bernama Buyung Thay" "Ehmm... Buyung Thay ...jenasah gurumu dikebumikan dimana??" "Pek im wu dibukit Thiam cong san" "Pek im wu dibukit Thiam cong san maksudmu" gembong iblis itu menegaskan lagi. "Benar" Sesaat suasana jadi hening, lalu setelah berpikir sebentar Hun si mo ong berkata lagi: "Tentunya kau tak akan keberatan bukan bila jenasahku besok juga dikubur disisinya?" Buyung Thay mengangguk. meski tiada kata kata yang diucapkan lagi. 1487 "Aaai... kalau memang begitu, Aku akan mohon diri lebih dulu, semoga kita dapat bertemu lagi tak lama kemudian " kata kakek itu lirihi Baru beberapa langkah gembong iblis itu berlalu, ketika Buyung Thay tiba-tiba berteriak: "Locianpwe, tunggu sebentar Boanpwe masih ingin menanyakan sesuatu hal kepadamu" (Cerita mengenai hubungan cinta antara Hunsi mo ong dan Toh hun sian ci tidak dikisahkan dalam buku ini, harap pembaca maklum). "Apa yang hendak kau tanyakan lagi?" tanya Hun si mo ong terheran heran"Boanpwe ingin bertanya kepada locianpwe, karena persoalan apakah sehingga engkau munculkan diri kembali dalam dunia persilatan?" Mimik wajah Hun si mo ong yang keriputan agak diliputi emosi, tapi hanya sebentar ia sudah dapat mengendalikan perasaannya lagi, sahutnya dengan suara dalam: "Muridku tertangkap dan tertawan dalam Benteng maut, karena persoalan ini mau tak mau aku harus terjun kembali kedalam dunia persilatan untuk menolongnya....." "Muridmu? siapakah dia...." "Tentunya kau pernah mendengar manusia yang bernama Im yang-siang sat bukan?" "Sepasang malaikat hawa dingin dan panas?" "Betul" sahut gembong iblis tua itu seraya mengangguk. "mereka adalah suami istri yang saling mencintai, tapi sejak delapan belas tahun berselang Yang sat (si malaikat hawa panas ) Ko su ki telah lenyap dengan begitu saja hingga tak berbekas, dan baru baru ini im sat ( si malaikat hawa dingin ) Mo siu ing berhasil mendapat kabar yang mengatakan bahwa 1488

suaminya disekap dalam benteng maut, dan sekarang aku telah di undang untuk membantunya ...." "Oooh.... jadi muridmu disekap dalam benteng maut?" ulang Buyung Thay dengan wajah tercengang bercampur ngeri. "Betul.. Beberapa waktu berselang telah mengajak Mo siu ing untuk bersama-sama menyerbu benteng maut...." "Aku dengar ilmu silat yang dimiliki pemilik benteng maut luar biasa lihaynya, bahkan tiada tandingannya lagi dikolong langit, bagaimana akhir dari penyerbuan kalian itu?" "Waah... alat rahasia yang diatur dalam benteng itu memang luar biasa lihaynya, hampir saja aku jatuh kecundang ditangan mereka, yaa bukan saja penyerbuan kami itu gagal, malahan muridku Mo siu ing ikut terjebak pula didalam benteng maut, kejadian itu benar-benar merupakan pengalaman pahit bagiku, perahuku sudah terbalik dalam selokan..." "Apa rencana locianpwe selanjutnya setelah terjadinya peristiwa itu... ?" tanya Buyung Thay kemudian"Apalagi? Tentu saja akan kubumi ratakan benteng maut itu dengan permukaan tanah" sahut Hun si mo ong sambil menahan geramnya. Buyung Thay termenung sesaat, tiba-tiba ia bertanya lagi: "Aku dengar locianpwee telah menjadi pelindung hukum dari perkumpulan Thian che kau, boleh aku tahu apa sebabnya kau terima kedudukan serta jabatan tersebut?" "Karena aku mendapat pesan dari seseorang untuk melakukannya" "Siapakah orang yang menyuruh locianpwe itu? Apakah aku boleh ikut tahu namanya?" 1489 Hun si mo ong cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak Nama orang itu tak usah kau ketahui" katanya. "Tapi locianpwe, masa engkau tak memberitahu nama orang itu kepadaku...? Boanpwe kan cuma ingin tahu saja..." Hening suasana disekitar tempat itu, tampaknya gembong iblis itu sedang putar otak untuk mempertimbangkan persoalan tersebut, tapi akhirnya dia mengalah, sahutnya: "Baiklah, kalau toh engkau cuma ingin tahu saja, aku dapat memberitahukan nama orang itu kepadamu, tapi kau harus janji bahwa berita ini tidak akan kau bocorkan kepada orang lain, setuju?" Buyung Thay membungkam, tapi dia mengangguk. "Orang itu adalah Huan yu it koay (Manusia paling aneh dari seluruh jagad)." bisik gembong iblis tua itu kemudian. "Apa? Huan yu it koay ...?" Teriak Buyung Thay hampir saja melompat ke udara saking kagetnya, rasa kejut dan ngeri yang dirasakan hatinya sekarang benar benar sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Huan yu it koay adalah seorang pemuka persilatan yang muncul sejaman dengan Hun si mo ong, kelihayan ilmu silat dari kedua orang gembong iblis itu luar biasa sekali sehingga hampir seluruh dunia persilatan berada dibawah kekuasaan mereka. "Jadi manusia yang bernama Huan yu it koay itu masih hidup dikolong langit...?" bisik perempuan itu lagi. "Benar Dia memang masih hidup didunia ini, pernah kau dengar dengan kata sesumbar yang pernah dia ucapkan tempo hari??" "Kata sesumbar apa?" "Dulu dia pernah sesumbar kepada orang banyak. katanya suatu ketika seluruh dunia bakal tunduk dibawah perintahnya, 1490 tapi kemudian dalam suatu pertarungan yang terjadi melawan ouwyang Beng pemilik benteng maut itu, ia terhajar sampai cacad, maka cita-citanya itu terpaksa harus dilaksanakan oleh ahli warisnya" "siapakah ahli warisnya??" "Yu Pia lam. Kenal bukan dengan orang itu??" "Kau maksudkan ketua dari perkumpulan Thian che kau??" "Benar, itulah orangnya" "Waaah, kalau memang begitu, tidaklah aneh kalau perkumpulan Thian che kau bersumpah tak akan berdiri berdampingan dengan pihak Benteng Maut, mereka tentunya saling bermusuhan bukan?" "Tepat sekali terkaanmu itu" "Lantaran demikian, maka locianpwe tak segan-segan untuk menurunkan derajat sendiri dan bersedia untuk menjabat sebagai pelindung hukum dari perkumpulan itu?" "Boleh dibilang begitu, tapi yang pasti tujuanku yang terutama adalah menghancurkan benteng maut dari muka bumi" "Lantaran manusia mengakibatkan bencana... Hun si mo ong Wahai Hun si mo ong .... rupanya kaupun cuma manusia begitu begitu juga" serentetan teguran yang dingin bagaikan es tiba-tiba berkumandang memecahkan kesunyian. Dengan jantung berdebar keras lantaran terperanjat Hun si mo ong berpaling, ia tak menyangka kalau ilmu silat yang dimiliki pendatang itu sangat lihay sehingga kedatangannya sama sekali tak terasa olehnya. "Titi...." Buyung Thay sontak menjerit kegirangan begitu melihat munculnya orang itu. 1491 Memang benar, orang itu tak lain adalah Han Siong Kie, jago muda kita. Mula mula Hun si mo ong agak tertegun, menyusul kemudian sambil tertawa seram katanya: "Bocah keparat, sebenarnya aku ada maksud untuk

melepaskan engkau dalam keadaan selamat" "Locianpwe" sebelum kakek itu menyelesaikan katakatanya, Buyung Thay telah menukas dengan cepat, "bukankah perkataan yang telah kau ucapkan lebih berat dari bukit Thay san? Bagaimana kalau sekarang juga kupersilahkan kepada locianpwe untuk tinggalkan tempat ini?" Sebelam Hun si mo ong sempat menjawab, Han Siong Kie telah berkata lagi dengan nada dingin. "Hun si mo ong dengarlah baik baik Aku merasa berterima kasih sekali atas pertolongan yang telah kau berikan kepadaku dalam peristiwa tempo hari, hari ini kuputuskan untuk tidak melayani dirimu dalam segala bentuk pertarungan macam apapun" Sontak Hun si mo ong melotot besar, sinar matanya yang berwarna hijau tampak mengerikan katanya: "Bocah keparat, tempo hari kutolong engkau lantaran kaupun pernah memberi bantuan kepada muridku yang bernama Mo siu ing, maka tentang soal itu tak usah kau persoalkan lagi, sebab kita sudah impas kita sama sama tak punya hutang" Buyung Thay sangat kuatir bila sampai terjadi pertarungan lagi ditempat itu, ia tahu itu tidak menguntungkan pihaknya sebab Han Siong Kie baru sembuh dari lukanya sedang dia sendiri sedang terluka parah, maka dengan gerakan cepat ia menghadang dihadapan anak muda ia lalu serunya tanpa sungkan-sungkan lagi: "Locianpwe, silahkan pergi dari sini" Sekali lagi Hun si-mo ong menatap sekejap ke arah Han Siong Ki, akhirnya dia putar badan dan bersuit nyaring. 1492 "Apakah engkau sedang panggil rekan-rekanmu" tiba-tiba Han Siong Ki bertanya dengan dingin. "Ehm, ada apa...?" "Tak usah dipanggil lagi. sebab pada saat ini mereka sudah tak dapat bicara lagi" "Jadi mereka sudah tewas semua ditanganmu?" teriak Hun si mo ong dengan geramnya. "Benar" "Baik, ingatlah baik-baik bocah muda Urusan kita akhirnya sampai disini saja, bila dikemudian hari kita berjumpa lagi, hati-hati dengan selembar jiwa anjingmu" "HeeH.... HeeeH.... HeeeH sama-sama, sama-sama, kaupun musti berhati-hati dengan selembar jiwa anjingmu." Dengan geram penuh kemarahan Hun si moong mendepakdepak kakinya keatas tanah, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun dia putar badan dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan. Menanti jago tua yang disegani banyak orang-orang itu sudah menghilang dari pandangan, Han Siong Ki baru berpaling kearah Buyung Thay sambil katanya:

"Cici, terima kasih banyak atas perhatianmu, terutama atas bantuan dan pembelaan yang telah kau lakukan dengan mempertaruhkan selembar jiwamu sendiri" "Oooh.. adikku sayang jangan berkata demikian, aku sudah merasa puas melihat kau sehat wal'afiat kembali .... oooh adikku sayang, kau telah segar kembali bukan?" bisik perempuan itu lembut. Han Siong Ki mengangguk. "Bagaimana dengan cici sendiri?. Kaupun terluka parah?" "Luka memang iya, cuma tidak parah dan tidak terlampau serius, ooh iya bagaimana dengan...." 1493 "Siapa yang kau maksudkan?" Pemuda itu bertanya dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti. "Itu... orang yang berada dalam kamarmu" "Orang,...? orang yang mana...? siapakah dia?" anak muda itu semakin kebingungan. "Entahlah, aku sendiripun tak tahu Aiii... andaikata ia tidak melindungi keselamatanmu secara diam-diam, mungkin aku sudah kehabisan akal untuk membendung serbuan mereka dan mungkin engkaupun sudah menemui ajalnya secara mengerikan" Terkesiap juga hati Han Siong Kie setelah mendengar perkataan itu, ia tak tahu siapakah tokoh sakti yang secara diam-diam melindungi keselamatan jiwanya itu, dia cuma ingat dikala semedinya baru selesai dan matanya dibuka kembali, pandangannya yang tertuju pada empat sosok mayat yang menggeletak ditepi pintu, waktu itu dia mengira pastilah mayat mayat itu adalah hasil karya dari Buyung Thay. Kemudian dia keluar dari kamar, dan ditemuinya orang bersembunyi disamping rumah, karena curiga ia menghampiri mereka lalu setelah menegaskan bahwa orang-orang itu adalah musuhnya, dengan suatu ilmu kepandaian yang sangat tinggi ia bunuh keempat orang kakek itu dengan cara paling keji, kemudian diapun munculkan diri ditengah arena. Mendengar kisahnya itu, sekarang giliran Bu yung Thay yang merasa terperanjat, ia melongo dan untuk sesaat tak tahu apa yang musti dikerjakan. Han siang Ki sendiripun termenung dengan pikiran kalut. "Siapa gerangan orang yang membantu diriku secara diamdiam itu? Siapakah dia?" pikiran tarsebut selalu berkecamuk dalam benaknya.. setelah termenung beberapa saat, akhirnya ia mengemukakan pendapatnya: 1494 "Cici, mungkinkah orang itu adalah si pengirim surat peringatan? sebab aku rasa kecuali dia tak ada yang bisa dicurigai lagi" Buyung Thay tidak langsung menjawab, diapun termenung sejenak sebelum akhirnya mengangguk:

"Ehmm ....mungkin juga orang itu" "Kalau toh benar orang itu, mengapa secara diam diam ia tinggalkan pula tempat ini?" "Yaaa aku sendiripun tak tahu, aku tak dapat memecahkan teka teki yang memusingkan kepala ini" Han Siong Ki masih coba berpikir dan berusaha untuk menemukan orang itu, tapi akhirnya toh menyerah juga, sambil menghela napas dan gelengkan kepalanya berulang kali keluhnya: "Aaai.. terlalu banyak sudah hutangku kepada orang lain, entah sampai kapan semua hutang itu baru dapat kubayar lunas?" "Adikku sayang, aku harap perkataanmu itu tidak menyangkut juga cicimu..." tiba-tiba perempuan itu menyela. "Kenapa?" "Ah tidak apa apa ...." -ooo0dw0oooBAB 82 "CICI, karena aku, kau telah berjuang dengan mempertaruhkan jiwa raga, sampai matipun aku Han Siong Kie tak akan melupakannya" bisik anak muda itu sangat terharu. 1495 Buyung Thay tersenyum, tersenyum penuh kehangatan dan kemesraan, bagaikan tatapan seorang istri terhadap suaminya. "Titi, aku hanya minta padamu agar mau selalu teringat akan satu hal asal kau dapat mengingatnya terus, hatiku akan merasa gembira dan terhibur" bisiknya. "Mengingat soal apa cici??" "Ingatlah selalu, sepanjang masa, bahwa aku cinta padamu" Bergetar sekujur badan Han Siong Kie sehabis mendengar perkataan itu, sekarang ia baru merasa bahwa persoalan yang dihadapinya adalah suatu urusan serius, dia harus segera tinggalkan perempuan ini, sebab kalau tidak maka selamanya ....yaa selamanya dia akan terjerumus dalam lingkaran setan yang tiada habisnya, dia akan selalu terikat oleh perempuan ini dan selamanya tak akan terlepas lagi. Tak dapat diragukan lagi, dia bakal terus melakukan perbuatan yang memalukan, perbuatan yang membuat kecewa Go siau bi dan Tonghong Hui jika hubungan abnormal itu dilanjutkan, bagaimana pertanggungan jawabnya nanti dihadapan "Manusia kehilangan sukma" yang menyayanginya bagaikan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya itu? Ia pernah berhubungan intim dan mesra dengan perempuan itu, hubungan yang menggetarkan seluruh persendiannya yang belum pernah dilakukan sebelumnya dengan Tonghong Hui maupun calon istrinya, Go Siau bi, malah dengan nyonya inilah dia berhubungan suami istri yang

sebenarnya. Berpikir sampai kesitu, Han Siong Kie tak dapat melamun, ia tersadar dari lamunannya dan bergidik, sekujur badannya merinding .... Untunglah pada saat yang kritis, satu ingatan tiba tiba melintas dalam benaknya .... membalas dendam Benar, ia tak 1496 dapat melupakan soal ini, membalas dendam bagi kematian keluarganya Ketika ingatan tersebut melintas dalam benaknya, tiba-tiba saja ia jadi lebih bersemangat, dia merasa lebih teguh imannya untuk mengambil keputusan dan menerima kenyataan yang terpampang didepan matanya. "Cici....hari sudah terang" bisiknya kemudian. Buyung Thay menengadah memandang langit yang mulai terang di ufuk sebelah timur, lalu mengangguk dengan pedih. "Benar, hari sudah terang tanah, marilah adikku sayang, kita kembali kekamar" "Tidak Kita tak usah masuk kedalam ruangan itu lagi, kita harus segera tinggalkan tempat ini" bisik Han Siong Kie lirih. "Pergi ? Kita harus pergi tinggalkan tempat ini" "Tentu saja Masa kita akan bercokol terus ditempat ini?" pemuda itu tersenyum, senyum yang dipaksakan. "Tapi.. bagaimana dengan mayat mayat yang menggeletak dalam ruangan itu.... masa kita biarkan-...." "Tak usah kau pikirkan lagi cici, aku telah membereskan segala sesuatunya dengan baik dan mayat-mayat itu telah kusingkirkan semua dari ruangan" Buyung Thay tertunduk sedih, biji matanya yang jeli mulai berkaca-kaca, ditatapnya paras muka anak muda itu tajamtajam, kemudian bisiknya: "Adikku sayang, sekarangkah kita harus pergi dari sini??" Suara itu amat lirih, terselip nada yang mengharukan, membuat orang merasa bahwa perempuan itu seakan-akan mengharapkan sesuatu, menginginkan sesuatu dan menunggu-nunggu akan tibanya sesuatu, suatu bisikan yang penuh daya rangsangan, daya pikatan yang amat besar .... 1497 Han Siong Kie tergoda, dia merasakan debaran jantungnya berdetak makin kencang, hampir saja keputusannya goyah kembali...yaa, hakekatnya meninggalkan perempuan itu memang merupakan suatu pekerjaan yang sangat menderita, suatu perbuatan yang memedihkan hatinya, tapi... membalas dendam. Dua patah kata itu serasa menimbulkan suatu kekuatan yang sangat besar, dan kekuatan tersebut dengan cepat telah mengendalikan kembali rangsangan yang timbul dalam hatinya. setelah termenung sesaat, akhirnya pemuda itu

mengangguk juga. "Benar, cici ....sekarang juga kita harus pergi" "Kemanakah kau akan pergi setelah meninggalkan tempat ini?" tanya Buyung Thay setelah termenung sebentar. "Aku harus berkunjung ke benteng maut, benteng besar yang disegani umat persilatan" "Mengunjungi benteng maut??" "Benar, benteng maut" "Mau apa kau kesitu? Tahukah adikku sayang, tempat itu berbahaya, belum pernah ada orang yang dapat lolos dari situ dalam keadaan selamat" "Aku tak ambil peduli Pokoknya aku harus mengunjungi benteng maut, aku harus membalas dendam" seru Han Siong Kie dengan suara berat dan mata berapi api penuh perasaan dendam. "Ooooh...jadi kau ada hubungan sakit hati dengan pemilik benteng maut?" Buyung Thay tertegun seperti orang keheranan. "Benar, aku mempunyai sakit hati sedalam lautan dengan pemilik benteng maut, dendam berdarah itu harus kutagih walau selembar jiwaku sebagai pertaruhan" 1498 Buyung Thay terdiam sejenak lalu termenung dan memikirkan sesuatu. "Adikku katanya kemudian, tahukah kau bahwa Hun si mo ong belum lama berselang telah berkunjung pula ke benteng maut untuk mencari jejak muridnya yang bernama Malaikat hawa panas Ko su khi? Tapi alhasil bukan saja gagal untuk menolong muridnya, malahan muridnya yang lain Malaikat hawa dingin Mo siu ing ikut tersekap juga dalam benteng maut, dia sendiri kendati berhasil meloloskan diri dari bahaya, tapi kerugian yang dideritanya cukup parah. Han Siong kin mendengus dingin. "Hmm Apakah lantaran pihak musuh terlampau lihay, lantaran sudah banyak jago jatuh kecundang ditangannya maka aku harus mengakhiri perjuanganku sampai disini saja? Apakah aku harus mengesampingkan soal pembalasan dendam dan tidak memikirkannya lagi untuk selamanya?" "Tentu saja bukan begitu maksudku titi, aku toh tidak melarang kau untuk membalas dendam?" "Aku hanya berharap agar kau bertindak lebih hati-hati lagi sehingga tidak menderita kerugian besar" "Terima kasih banyak atas perhatian dan nasehat cici, aku rasa dalam persoalan ini sudah tak ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan lagi" "Baiklah, kalau memang begitu ijinkanlah aku untuk menemani kau pergi" bisik Buyung Thay kemudian sambil menggigit bibirnya menahan emosi yang bergolak. . Han Siong Kie berpaling dan menatap perempuan itu

dengan penuh rasa berterima kasih. "Tidak cici, kau tak boleh ikut" katanya sambil menggeleng. "Kenapa tidak boleh? Katakanlah mengapa aku tak boleh mengikuti dirimu pergi kesitu?" 1499 "Karena aku tak mau menggunakan tenaga dan kekuatan orang lain untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban itu, aku hendak membalas dendam dengan menggunakan tenaga serta kemampuan yang kumiliki sendiri" "Tapi .... aku toh tidak tentu harus turun tangan membantu? Aku kan cuma menemani kau saja..." -ooo0dw0oooJilid 40 TIAP patah katanya penuh disertai pancaran kasih yang mendalam, dapat diketahui bahwa perempuan itu memang benar benar jatuh cinta kepada anak muda tersebut. Dalam keadaan begini hampir boleh dibilang Han Siong Kie tak berani menatap paras muka lawannya, ia menunduk rendah-rendah. "Tidak, kau tak boleh ikut" serunya tetap kukuh. "Adikku.... jadi.... jadi kau akan tinggalkan aku seorang diri?" bisik Buyung Thay dengan nada yang memilukan hati, matanya berkaca kaca hampir menangis, wajahnya yang melankolis mendatangkan perasaan iba bagi siapapun yang memandangnya. Han Siong Kie tertegun dengan jantung berdebar keras, kata kata cinta yang diucapkan dengan nada pedih dan memilukan hati itu hampir saja meluluhkan hatinya, pemuda itu hampir saja tak dapat mengendalikan golakan perasaan hatinya. "Adikku sayang" Kata Buyung Thay selanjutnya "aku masih ingat kau pernah berkata kepadaku bahwa kau masih mempunyai seorang calon istri dan seorang kekasih yang akan kau cintai sampai mati, sebaliknya aku... usiaku satu kali lipat 1500 lebih tua daripada engkau, bahkan pernah menikah sekalipun sampai sebelum kejadian di lembah hitam itu aku tetap suci dan bersih... aaai adikku, aku tak berani mengharapkan yang muluk muluk, aku sudah merasa puas bila kau bersedia menyebut aku sebagai cicimu ...." "Oooh... ciciku manis, hakekatnya akupun mencintai dirimu... tapi maafkanlah aku, maafkanlah kesalahanku, aku tak dapat menerimamu sebab aku harus membalas dendam Aku harus membalas dendam bagi kematian ayahku" seru Han Siong Kie penuh emosi. Buyung Thay tertawa lirih, rawan sekali tawanya itu. "Adikku aku tak mau tahu tentang yang lain, aku sudah puas bila kau ijinkan diriku untuk menempati pula suatu posisi

dalam hati kecilmu, sekalipun itu cuma sebagai seorang kakak ......" "Cici, aku tak akan melupakan kau, selama-lamanya" "Mungkinkah kita dapat bertemu kembali?." perempuan itu menengadah dan ditatapnya wajah sang pemuda yang tampan dengan lembut. "Pasti. Kita pasti akan bertemu lagi, selama aku masih hidup didunia ini..." "Kalau begitu, pergilah adikku Akan kunantikan kesempatan baik itu ...." "Cici...." Dia ingin mencium perempuan itu, sebab ia dapat membaca suara hati peremuan itu, namun ia tidak berbuat demikian, sekuat tenaga ditekannya pergolakan hatinya yang hampir tak terkendalikan itu, lalu mengangguk tanpa berkata kata dan berlalu dari situ dengan kecepatan penuh. Helaan napas sedih berkumandang dari belakang, suara itu mengenaskan hati membuat hati orang ikut menjadi sedih. 1501 Han Siong Kie tidak berpaling, ia kabur ke depan dengan sekuat tenaga, agaknya dia hendak ngebut untuk menghilangkan perasaan dan pikirannya yang kalut, ia berusaha keras untuk mengendalikan diri, untuk tidak memikirkan dia lagi. semua pikiran dan ingatannya dialihkan kesoal lain, sambil melakukan perjalanan cepat ia coba menduga siapa gerangan orang-orang yang mengirim surat peringatan kepadanya itu. "Kalau dilihat dari gaya tulisannya, sudah pasti orang itu adalah seorang perempuan" demikian ia berpikir, "dalam keadaan terluka tentu saja aku tak dapat menangkap gerakan tubuhnya, tapi Buyung Thay kan bukan manusia sembarangan, dia adalah seorang jago lihay yang berilmu tinggi, tapi toh orang itu berhasil meninggalkan surat peringatan dan berlalu tanpa diketahui jejaknya, ini terbukti kalau perempuan tersebut adalah seorang manusia luar biasa yang berilmu tinggi, tapi siapakah dia?" Setelah termenung beberapa saat lamanya, pemuda itu berpikir lebih jauh: "Perempuan itu sudi meninggalkan surat peringatan untukmu, dus berarti orang itu pasti bukan orang yang terlampau asing bagiku, tapi siapakah dia...?" Pemuda itu benar benar tak habis berpikir, ia tak dapat menemukan perempuan manakah diantara orang orang yang dikenalnya itu memiliki ilmu silat yang begitu tinggi? Selain itu, diapun tak tahu siapakah tokoh sakti yang diam diam melindungi keselamatan jiwanya dalam ruangan tadi? Mengapa orang itu segera berlalu setelah menyelesaikan tugasnya? "Andaikata orang yang meninggalkan surat peringatan itu

tak lain adalah si pelindung keselamatannya dalam ruangan, mengapakah orang itu harus bersikap semisterius itu?" 1502 Ketika akhirnya pemuda itu tidak berhasil menemukan sebab musababnya, maka pikirannya lantas beralih ke soal lain, sekarang dia memikirkan tentang Hun si mo ong, gembong iblis tua yang disegani banyak orang itu. Menurut keterangan dari Buyung Thay, katanya gembong iblis tua yang berusia seratus tahun ini telah bergabung dengan pihak Thian che kau, bahkan Mo siu ing si malaikat hawa dingin telah tersekap dalam benteng maut, ini menunjukan bahwa kepandaian silat yang dimiliki Hun si mo ong masih bukan tandingan dari pemilik benteng maut. Gurunya ketua dari perkumpulan Thian che kau, Yu Pia lam telah dihajar sampai cacad oleh ouyang Beng, pemilik benteng maut angkatan pertama, dan sekarang Yu Pia lam telah merencanakan suatu pembalasan dendam untuk membumi hanguskan benteng maut, itulah akibat dendam dibalas dengan dendam. Padahal ia tahu, pemilik benteng maut angkatan pertama ouyang Beng berdiam dilembah kematian, kecuali dia Hek pet sian yau juga mengetahui akan hal ini, diapun sadar bahwa persoalan itu menyangkut suatu rahasia dunia persilatan yang tak mungkin akan diketahui orang lainDengan kekuatan dari perkumpulan Thian che kau serta kepandaian silat yang dimiliki Yu Pia lam, melenyapkan benteng maut bukanlah suatu pekerjaan yang menyulitkan, apalagi selama ini bukan Yu Pia lam sendiri yang menyelesaikan tugas-tugas perkumpulannya tapi penggantinyalah yang mengerjakan kesemuanya itu, sedang ia bersama ke sepuluh orang utusan khususnya menyembunyikan diri selama belasan tahun, dapat dibayangkan sampai dimanakah kemajuan ilmu silat yang dimilikinya selama ini. Sebelum melakukan serbuan ke Benteng maut, perkumpulan Thian che kau telah menyikat dulu perkumpulanperkumpulan lain yang bercokol dalam dunia persilatan, 1503 kemudian menggertak pula partai partai besar lainnya untuk tunduk dibawah perintahnya, dari sini dapat diketahui bahwa Yu Pia lam memang mempunyai ambisi besar untuk menguasai seluruh jagad dan mengangkat diri jadi kaisar dunia kangouw. Berpikir sampai disitu, tak kuasa lagi Han Siong Kie tertawa dingin tiada hentinya, sekali lagi dia membayangkan semua sakit hati, semua perselisihannya d engan pihak Thian che kau, baik dalam sengketa baru maupun dalam perselisihan lama.

Hari sudah lama terang tanah, namun tidak nampak cahaya sang surya yang menongol dari balik awan. Udara masih gelap dan diliputi awan mendung yang kelabu, saat itu dua ratus li sudah dia melakukan perjalanannya. Angin dingin berhembus dengan kencangnya menerpa mukanya yang murung, dari ke lapat-lapat terdengar bunyi gemuruh dan geledek yang memekikan telinga. Awan gelap berhembus lewat dari delapan penjuru lalu menggumpal diudara, membuat angkasa makin gelap karena awan hitam. Han Siong Kie memperlambat gerakan tubuhnya, lalu menengadah dan memandang keadaan cuaca sekitarnya. "Aaai... awan mendung telah menyelimuti angkasa, hujan badai sebentar lagi akan tiba " gumamnya. Dia coba memandang sekitar tempat itu, namun tiada perumahan yang dilihatnya, dia masih jauh dari dusun terdekat. Sebercak sinar keemasan melintas ditengah udara, disusul dengan suara gemuruh yang memekikkan telinga. satu ingatan terlintas dalam benaknya Hujan segera akan turun, aku harus cari tempat berteduh... 1504 Dengan gerakan cepat ia maju kedepan dan berusaha mencari tempat yang pantas untuk menghindarkan diri dari hembusan air hujan. Kilat menyambar-nyambar, suara guntur menggelegar diseluruh permukaan bumi, disusul angin ribut dan hujan yang amat deras, dalam waktu singkat seluruh jagad sudah terbungkus oleh badai yang mengamuk dengan dahsyatnya, air hujan bagai ditumpahkan dari atas langit. Han Siong Kie kabur sipat kuping ditengah hujan angin yang deras, dalam waktu singkat sekujur badannya sudah basah kuyup, Air hujan membasahi kepalanya, menetes dan membasahi pula mukanya, membuat pandangan matanya jadi kabur dan samar-samar. Kembali sebercak kilat berwarna keemas-emasan membelah angkasa. Tiba-tiba ia menemukan sesuatu, seperti tersambar halilintar Han Siong Kie berdiri tertegun dengan tubuh gemetar. Ia telah melihat sesuatu, itulah tanah pekuburan dengan tulang-tulang putih yang berserakan di mana-mana.... Angin ribut, hujan badai, gelegarnya guntur sambaran halilintar, tempat yang sepi ... tulang yang berserakan... Tiba-tiba ia seperti teringat akan setahun berselang .... kejadian yang pernah dialaminya belum lama, untuk sesaat ia berdiri tertegun. Setahun berselang, suatu malam yang gelap dengan hujan

angin yang turun dengan derasnya, ia dengan membopong susioknya yang sakit parah dan hampir mati ....si tangan naga beracun Thio Lin telah mengunjungi perkampungan keluarga Han yang penuh dengan tulang belulang yang berserakan, waktu itu paman gurunya telah membongkar tabir rahasia 1505 tentang asal usulnya, membongkar pula dendam kus umat sedalam lautan yang telah menimpa keluarganya. Kini, setahun sudah lewat... tapi dendam kesumat sedalam lautan itu belum juga terbalas. Dua ratus sosok lebih tulang belulang yang berserakan, masih tercecer ditengah puing-puing yang berserakan dalam perkampungan keluarga Han. Air mata bercampur dengan air hujan menetes keluar membasahi wajahnya yang tampan. Ia menjerit keras, larinya makin kencang, sekarang tak diperdulikan lagi betapa derasnya angin dan hujan yang menerpa tubuhnya, dia berganti arah dan lari sekuatnya... Esoknya ketika senja telah menjelang tiba, sianak muda itu sudah tiba didepan sebuah perkampungan yang porak poranda, itulah perkampungan keluarga Han, tempat dimana dia dilahirkanDinding bangunan itu sudah banyak yang roboh sarang laba-laba menghiasi tempat-tempat itu, bunyi cengkerik ditambah pula kunang-kunang yang terbang kian kemari bagaikan api setan, menambah seram dan ngerinya perkampungan yang dilupakan orang itu. Dengan penuh kesedihan dan menahan air mata yang terasa meleleh keluar, Han Siong Kie berjalan diantara semak liar yang menyelimuti sekitar tempat itu, akhirnya ia berhasil temukan tulang-tulang manusia yang berserakan dimanamana.. Itulah tulang belulang dari sanak saudaranya, itulah tengkorak dari anggota perkampungannya. Ia merasa sekujur tubuhnya menjadi kaku dan kejang, kakinya terasa berat bagaikan diberi bandulan besi seberat beberapa ratus kati, sukar rasanya untuk melangkah kedepan. 1506 Ia pejamkan matanya rapat-rapat dan mengatur nafasnya yang terengah-engah, kemudian selangkah demi selangkah pelan-pelan meneruskan perjalanannya masuk kedalam. Ruang tengah masih berdiri tegak seperti sedia kala, cuma jendelanya sudah makin hancur, sarang laba-laba dan rumput ilalang tumbuh dimana- mana membuat ruangan tersebut tampak begitu mengerikan seperti kuburan yang tak terawat. sementara pemuda itu masih termenung menyaksikan segala sesuatu yang terpapar didepan matanya, mendadak ia mendengar suatu gerakan yang aneh... Semua perhatiannya lantas dipusatkan jadi satu, ia berusaha mengamati suara itu dengan teliti akhirnya dapat

dikenalinya suara itu sebagai suara isak tangis seseorang yang tertahan tahan suara itu berasal dari ruang belakang. Tak kuasa lagi berdirilah seluruh bulu kuduk Han Siong Kie ia tahu pasti bahwa gedung itu kosong dan terbengkalai, kecuali tulang tulang manusia yang berserakan dimana mana tak seorang manusia hiduppun yang tinggal disitu, tapi .... dari mana datangnya suara tangisan itu? Mungkinkah sukma sukma penasaran yang masih gentayangan didunia telah munculkan diri untuk menyatakan protesnya? Han Siong Kie pun cukup mengetahui jelas, kecuali dia dan ibunya yang telah kawin lagi yaitu say siang go (si siang go cantik) ong cui ing, boleh dibilang semua anggota keluarganya sudah tewas dalam keadaan mengerikan, kalau dibilang isak tangis itu berasal dari orang yang berziarah kesitu, lalu siapakah dia? Isak tangis masih berkumandang di udara sekalipun hanya sayup-sayup sampai, namun mendatangkan perasaan yang makin mencekam bagi pendengarnya. 1507 Suara itu makin jelas sekarang, Han Siong Kie tahu suara itu adalah suara tangisan dari seorang perempuan. Pemuda itu untuk sesaat agak ragu ragu tapi toh.. akhirnya dia maju juga ke muka dan memasuki ruangan itu. Isak tangis yang terdengar tadi sontak berhenti, suasana jadi hening sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun. Sekali lagi Han Siong Kie merasakan sekujur badannya gemetar keras. "Manusia atau setan orang itu?" pikirnya. Tapi ketika sinar matanya terbentur dengan sosok kerangka manusia yang terletak ditengah ruangan, pemuda itu lupa akan segala-galanya, ia menubruk masuk kedalam ruangan dan menangis tersedu-sedu, sebab pemuda itu masih ingat jelas kedua sosok tulang belulang itu tak lain adalah tengkorak dari ayahnya Han si wi dan tengkorak dari paman gurunya si Tangan naga beracun Thio Lin. Meledaklah isak tangis si anak muda itu, semua kesedihan dan kemurungan yang menekan jiwanya selama ini semua dilampiaskan keluar, air mata bagaikan bendungan yang jebol mengucur keluar dengan derasnya, membasahi wajah dan pakaiannya. Entah beberapa lama sudah lewat, akhirnya ia berhasil mengendalikan perasaannya, isak tangisnya kian berkurang dan akhirnya berhenti. Sambil menyela air mata, pelan-pelan ia menengadah, bekas sepasang telapak tangan dan selembar kain yang basah oleh air mata, tiba-tiba dijumpainya dibalik reruntuhan ruangan itu. "Manusiakah disitu?" teriak Han Siong Ki dengan suara parau, ia tahu bekas telapak tangan dan kain itu tentu milik

perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu tadi. "Nak kau tak usah ketakutan, akulah disini" seseorang berbisik lirih. 1508 Menyusul berkumandangnya suara itu muncullah seorang perempuan berkerudung dari balik puing puing yang berserakan disana. "Oooh... cianpwe rupanya kau" Han Siong Ki berteriak kaget begitu mengetahui siapa yang munculkan diri Memang benar perempuan berkerudung itu tak lain adalah orang yang kehilangan sukma, manusia misterius itu. "Mengapa ia datang kemari ....?" pikiran tersebut cepat melintas dalam benak anak muda itu. Memang kejadian tersebut memang sangat aneh, apa sebabnya orang yang kehilang sukma mengunjungi perkampungan keluarga Han yang penuh dengan tulang berserakan itu ditengah malam buta? Apa pula sebabnya ia menangis dengan sedihnya?. Tampaknya orang yang kehilangan sukma masih diliputi oleh kesedihan, ketika mendengar seruan tersebut dia menyahut dengan suara yang pedih dan penuh kepiluan hati: "Benar anakku akulah yang barada disini" Untuk sesaat Han Siong Ki bsrd iri tertegun ia tak tahu apa yang musti dilakukan dalam keadaan begini. "Kalau begitu.... kalau begitu isak tangis yang kudengar tadi adalah suara tangisan dari cianpwee ...." bisiknya kemudian"Benar, akulah yang sedang menangis" "Ada urusan apa cianpwe berkunjung ke perkampungan yang telah porak poranda ini ditengah malam buta?" "Aaai .... nak bukankah aku pernah berkata kepadamu bahwa aku mempunyai hubungan yang erat sekali dengan keluargamu? Tentu saja aku datang kemari untuk berziarah" 1509 Kecut rasa hati sianak muda itu sehabis mendengar perkataan itu, namun tiada air mata yang menetes keluar, karena air matanya telah mengering. "Cianpwe, sebetulnya hubungan apakah yang terikat antara cianpwe dengan keluargaku almarhum" pintanya. "Aku tak dapat mengatakannya sekarang nak. tapi dilain waktu kau akan tahu dengan sendirinya." Sesak rasanya pernapasan Han Siong Ki membuat ia agak tersengkal, kemudian ditunjuknya tengkorak yang terkapar disebelah kanan dan tegurnya: "Locianpwee tahukah engkau...." "Tak usah kauterangkan, aku tahu dia adalah jenasah dari paman gurumu si tangan naga beracun Thio Lin" Dengan satu tatapan yang penuh perasaan heran

bercampur kaget Han Siong Ki menatap wajah orang yang kehilangan sukma tanpa berkedip. ia tahu dewasa ini hanya orang yang kehilangan sukma seorang yang tahu tentang rahasia dibalik misteri bunuh dirinya Thio Lin setahun berselang, dan hanya dia pula yang mengerti ucapan yang dikatakan paman gurunya sebelum bunuh diri, sebab perempuan ini seakan akan menguasai semua persoalan yang membingungkan hatinya. Tentu saja anak muda itupun tahu bahwa orang yang kehilangan sukma tak nanti akan memberitahukan semua rahasia itu kepadanya, kendati demikian rasa ingin tahu yang bergelora dalam dadanya benar benar tak terkendalikan lagi, segera serunya dengan emosi: "Cianpwe, aku benar-benar merasa tidak habis mengerti dengan tindak tanduk dari cianpwe" "Nak keadaannyalah yang memaksa aku untuk berbuat demikian, ketahuilah, saat terbukanya semua rahasia besar itu tak akan lama lagi, nantikan saja kesempatan itu" 1510 "Boanpwe tak ingin tahu semua rahasia tersebut sekaligus, pada saat ini boanpwe hanyi ingin mengetahui satu persoalan, apakah cianpwe bersedia untuk menerangkan?" "Apa yang ingin kau ketahui? Coba katakan" "Sesaat sebelum susiok si tangan naga beracun Thio Lin bunuh diri, beliau pernah berguman katanya sampai hari itu tecu baru bisa melaksanakan perintah suhu, katanya pula ia mati demi perintah perguruan, sampai detik ini boanpwe masih belum memahami tentang soal ini, apakah cinapwe bersedia membuka rahasia dibalik teka-teki itu?" orang yang kehilangan sukma menghela napas sedih. "Aaai.... apa yang dilakukan susiokmu memang benar, akan tetapi ......" "Akan tetapi kenapa?" "Dia mati terlalu mengenaskan, kematiannya adalah kematian yang penasaran-.." "Mengapa bisa begitu?" "Bila arwahnya di alam baka mengetahui akan hal ini, mungkin selamanya ia tak dapat memejamkan matanya" "Kenapa? Cianpwe belum kau terangkan apa sebabnya begitu...." seru si anak muda itu dengan panik, Sekujur badan orang yang kehilangan sukma gemetar keras, rupanya pergolakan emosi yang di alami cukup hebat hingga nyaris tak kuat menahan diri "Nak" akhirnya setelah termenung lama sekali dia baru berkata, "susiokmu langsung mati oleh siasat keji dari musuh besarmu itu, tapi boleh juga dikatakan bahwa ia mati oleh karena peraturan perguruan yang terlampau ketat". "Boanpwe tidak mengerti, apakah cianpwe sudi lebih menjelaskan duduknya perkara?" pinta Han Siong Kie dengan

wajah seperti orang kehilangan. 1511 "Maafkanlah aku nak, aku hanya bisa berkata sampai disitu dan lagi apa yang kuucapkan tadi sudah terlampau berlebihan" "Tapi...cianpwe, boanpwe ingin tahu perguruan dari mendiang ayahku, bersediakah engkau untuk memberi keterangan?" "Maafkanlah aku nak. aku tak dapat memberitahukan soal itu kepadamu" "Kenapa tak dapat? Kenapa .....?? Kenapa.....?" Han Siong Kie hampir berteriak kalap saking penasarannya. "Tenangkan hatimu nak" bisik orang yang kehilangan sukma coba menghibur " jangan emosi dan memburu hawa kemarahan, suatu saat kau toh akan mengetahui semua secara komplit? Buat apa musti panik disaat yang tak menguntungkan?" "selain daripada itu....." "Apa lagi yang ingin kau tanyakan?" tukas orang kehilangan sukma.. "Sebelum menghembuskan napasnya yang penghabisan susiok berpesan kepadaku agar jangan membalas dendam, tak boleh membereskan tulang-tulang yang berserakan disini, mengapa begitu?? Mengapa..?" "Menurut jalan pemikirannya waktu itu, apa yang dia lakukan memang benar, tapi... yaa, sampai matipun dia masih belum sadar bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya keliru besar" "Dimanakah letak kekeliruannya cianpwe?" "Tentang soal ini .... maafkanlah daku nak, sudah terlampau banyak yang kukatakan" 1512 Dengan perasaan apa boleh buat Han Siong Ki menghela napas, tapi ia tak mau menyerah dengan begitu saja. "Cianpwe" katanya lebih jauh, "kalau engkau memang benar benar mengetahui duduknya persoalan ini dengan jelas, mengapa tidak kau cegah niat susiok boanpwe yang hendak bunuh diri itu?" "Aku sama sekali tak menduga nak kalau dia bakal berbuat begitu Tapi ada satu hal dapat kukatakan kepadamu, kematian susiokmu si tangan naga beracun Thio Lin yang amat penasaran itu telah mendatangkan perasaan sedih yang tak terkirakan bagiku, mungkin rasa sedihku itu tidak berada dibawah kesedihanmu, mengertikah kau?" Dengan hati yang bimbang Han Siong Kie mengangguk, sekalipun ia sudah melakukan gerakan yang menyatakan dia mengerti, hakekatnya dia sama sekali tidak tahu apa yang telah diketahui atau dimengerti olehnya.

"Nak, bila suatu ketika kau dapat membalas dendam dengan tanganmu sendiri, kau harus membangun kembali perkampungan keluarga Han ini serta mengubur semua tulang belulang yang berserakan dimana mana itu" kata orang yang kehilangan sukma lagi. "Tentu cianpwe" sahut Han Siong Kie sambil menggigit bibir, "boanpwe sudah mempunyai rencana yang masak tentang soal itu, dan aku tak akan melupakan nasehat dari cianpwe itu" "Baik Kalau begitu akupun harus tinggalkan tempat ini, kau sendiri juga tak perlu lama lama berdiam disini lagi." "Cianpwe mau pergi.? " "Benar .... oh iya, ada satu hal hendak kukatakan kepadamu, hampir saja kelupakan" "Apakah engkau marasa amat menyesal dengan kejadian dibukit Thay huang san tempo hari? Apakah kau merasa 1513 kurang senang karena harus bertunangan dengan nona Go siau bi?" "Tentang soal ini .... tentang soal ini ...." "Katakan saja secara terus terang, utarakan semua suara hatimu secara blak-blakan" Han Siong Kie tidak langsung menjawab, dalam hati kecilnya diam-diam ia berpikir: "Huuh, buat apa banyak bicara? Memangnya aku tak tahu kalau kesemuanya ini adalah hasil karyamu seorang? sekarang nasi telah menjadi bubur, kurang senang mau apa? Kecewa lantas kenapa?" Tentu saja diapun tak dapat membungkam melulu maka selang sejenak kemudian diapun menyahut: "Soal kurang senang atau kecewa lebih baik kita kesampingkan, yang boanpwe khawatirkan justru lantaran peristiwa ini, aku akan menjerumuskan masa depan nona Go ke jurang kehancuran" "Nak ketahuilah Go siau bi dapat menjadi seorang istri yang bijaksana bagimu" "Aku tahu dan aku rasa itu memang benar" "Nak kalau sudah tahu begitu kuharap agar kau jangan menyia-nyiakan cinta kasihnya lagi, selain itu kaupun harus ingat pelajaran orang kuno yang mengatakan bahwa ketidak berbaktian ada tiga" "Akan boanpwe ingat selalu dihati" sahut Han Siong Kie sambil tertawa getir.. "Nah, kalau memang begitu, baik-baiklah jaga diri, aku akan pergi lebih dulu" Begitu selesai berkata ia lantas bangkit dan berlalu dari situ. 1514 Memandang kepergian perempuan misterius itu Han Siong

Ki cuma berdiri termangu- mang u, akhirnya diapun bangkit berdiri, menghampiri dinding ruangan membersihkan debu yang melekat d isana dan terlihatlah kembali lambang tengkorak maut yang masih terpampang disana. Darah yang mengalir dalam tubuhnya mendadak berputar dengan kencangnya, entah mengapa ia merasa timbulnya suatu perasaan aneh dihati kecilnya, hawa napsu membunuh yang tebalpun seketika menyelimuti seluruh tubuhnya. Sekali lagi ia jatuhkan diri berlutut, kemudian bisiknya dengan lirih: "Ayah, susiok, semoga arwah kalian beristirahat dalam ketenangan, bila putramu yang berbakti berhasil membalas dendam, pasti akan kudatangi kembali tempat ini untuk mengebumikan tulang belulang kalian semua" Selesai berdoa dengan perasaan hati yang pedih danpenuh dengan penderitaan berangkatlah anak muda itu meninggalkan perkampungan keluarga Han dan menuju benteng maut. Sepanjang perjalanan ia terbayang kembali akan diri Tonghong Hui yang amat mencintainya, ia merasa cinta kepada dara itu bahkan cintanya tak akan padam walau sampai matipun, akan tetapi sekarang, dia akan pergi membalas dendam, dia akan pergi membunuh ayahnya... yaa begitulah kalau takdir berbicara lain... kadangkala takdir memang keji terhadap umatnya .... Hakekatnya niat pemuda itu untuk membalas dendam boleh dibilang ibaratnya teguhnya bukit karang, tapi .... manusia tetap manusia, penderitaan batin memang tak dapat dihindari dengan begitu saja. Ia sangat berharap agar pemilik benteng maut bukanlah musuh besar pambunuh ayahnya, tapi kenyataan telah mencabik cabik lamunannya itu, Tonghong Hui tak pernah 1515 mengutarakan bantahannya terhadap segala tuduhan yang pernah dilontarkan kepada dara itu. "Selesai membalas dendam, aku akan bunuh diri sebagai pernyataan setiaku padanya" entah berapa ratus kali kata-kata tersebut berkumandaug dalam hati kecilnya. Yaa, memang benar Hanya kematianlah yang dapat membebaskan pemuda itu dari simpul mati tersebut. Demi membalas dendam atas kematian ayahnya, anak muda itu harus membinasakan ayah dari kekasihnya, sedangkan Tonghong Hui demi cintanya tak dapat membalaskan dendam bagi orang tuanya dia hanya bisa menggunakanjiwanya untuk menebus dosa ketidak berbaktinya, maka untuk membayar semua pengorbanan sang dara, pemuda itupun harus menebusnya dengan selembar nyawa sendiri. Ia masih ingat ketika bertemu lagi dengan Tonghong Hui

ditepi sungai, ia merasa amat bahagia karena gadis itu lolos dari kematian, tapi wajahnya ketika itu serta nada ucapannya seakan-akan mengandung nada perpisahan, atas kejadian tersebut, sampai sekarangpun dia masih merasa heran bercampur curiga. Tiba-tiba ..... satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia teringat dengan lembaran kertas yang pernah diserahkan Hek pek siang-yau kepadanya sewaktu masih berada dalam lembah kematian tempo hari, dalam kertas itu tertera beberapa huruf yang ditulis oleh ouyang Beng, pemilik benteng maut angkatan pertama yang pandai meramal itu. "Tipu muslihat banyak tersebar dalam dunia persilatan. Bencana timbul dari persaudaraan. Dikala dendam sakit hati terbongkar. Musnahlah penghianat dari muka bumi" Tapi apakah makna dari empat bait syair itu, sampai sekarang ia masih tak paham, ouyang Beng memiliki ilmu 1516 meramal yang amat lihay itu berarti tak mungkin ramalan tersebut diberikan kepadanya tanpa sebab sebab tertentu. Sepanjang perjalanan pelbagai ingatan serasa berkecamuk dalam benaknya, membuat pikirannya jadi kalut dan tak tenang. Akhirnya suatu hari, ketika senja baru menjelang tiba, benteng maut telah muncul didepan matanya. Ombak menggulung ketepi pantai dan menumbuk diatas batu karang, lalu membuyar dan memercikkan busa-busa air yang banyak. diatas batu karang itu berdirilah sebuah bangunan besar yang kokoh mendatangkan perasaan ngeri bagisiapapun yang melihat, itulah benteng maut Pemandangan disekitar gedung itu tetap seperti sedia kala, sama sekali tak berubah, tapi manusia nya telah mengalami perubahan besar. Keadaan Han Siong Kie dewasa ini sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan keadaan masa lalu, sekarang ia datang kembali ke dalam benteng maut dengan bekal ilmu si mi sinkang yang maha dahsyat, ia berkeyakinan menagih kembali hutang darahnya dari pamilinya" Ketika sinar matanya dialihkan kesamping, memandang batu raksasa yang berdiri dengan angker nya tak jauh dari pantai, tiba-tiba saja sekujur badannya bergetar keras. Disanalah dia mengikat diri sebagai saudara angkat dengan Tonghong Hui, disana juga mereka mengikat janji sehidup semati, disitulah mereka memupuk cinta. Batu cadas itu masih berdiri seperti sedia, kala, tapi manusianya telah berubah, peristiwanya pun ikut berubah. -ooo0dw0oooBAB 83 1517

WAKTU itu, mungkinkah ia pernah menyangka kalau Tonghong Hui adalah putrinya musuh besar pembantai keluarganya? Malahan waktu itu mereka saling mengutarakan cinta kasih, saling membentuk kasih sayang yang tak terkirakan besarnya. Tapi sekarang, dia hendak membunuh ayahnya, inilah kekejaman takdir, karena kesemuanya itu takdirlah yang mengatur. "Adik Hui, maafkanlah daku" ia bergugam lirih. Sambil mengertak gigi tubuhnya bergerak lebih jauh kedepan, diseberanginya jembatan batu itu, gerbang benteng yang mengerikan itu. Sebuah lambang kepala tengkorak warna merah darah yang terpancang diatas dinding benteng membuat pemuda itu teringat kembali akan lambang yang sama yang tertera diatas dinding ruang tengah perkampungan keluarga Han, lambang itu telah mengakibatkan terbengkalainya hampir dua ratus sosok tulang belulang anggauta keluarga Han. Peredaran darah dalam tubuhnya mengalir makin cepat, jantungnya berdebar makin kencang napsu membunuh yang tebal muncul dari dasar hatinya dan menyelimuti seluruh wajahnya. Secepat sambaran kilat ia melejit keudara lalu meluncur kedalam benteng itu, berada diangkasa kakinya cepat menjejak dinding benteng dan menerobos masuk kedalam halaman sebelah dalam. Baru saja ia melayang turun ketika segulung hawa pukulan yang maha dahsyat menerpa datang dari depan, menyusul kemudiai muncullah sesosok bayangan hitam didepan matanya. Han Siong Kie tertawa sinis, dengan suatu ayunan tangan yang cepat dia punahkan datangnya sergapan tajam yang 1518 muncul dari arah depan itu kemudian dengan sinar mata setajam sembilu di tatapnya penyerang itu tanpa berkedip. Dia tak lain adalah simanusia aneh berambut panjang yang pernah ditemuinya dalam benteng tempo hari, dia pula orang yang memapak pulang Tong hong -Hui ketika ada ditepi sungai tempo dulu dan oleh gadis itu dipanggil sebagai siau suhengnya. Manusia aneh berambut panjang itu sendiri berdiri dengan wajah menggidikkan hati, sinarmatanya tajam menyeramkan membuat siapapun yang memandangnya jadi bergidik dan ketakutan. Tentu saja Han Siong Kie tidak akan ketakutan dibuatnya, sambil menggertak gigi dia malah membentak keras. "Panggil keluar gurumu, suruh dia kemari untuk temui aku" Manusia aneh itu berdiri kaku tanpa bergerak barang sedikitpUn jua, seolah-olah tidak diacuhkan teriakan tersebut sementara matanya yang mengidikkan hati itu mengawasi

gerak gerik Han Siong Kie tanpa berkedip. "suruh tengkorak maut unjukkan diri" sekali lagi Han Siong Kie membentak keras. Manusia aneh masih belum juga beranjak dari tempatnya semula, malahan kali ini sambil berpekik aneh dia lancarkan tiga buah pukulan berantai yang maha dahsyat. Dahsyat sekali angin pukulan yang dihasilkan oleh serangan tersebut, bukan saja cepat bahkan kehebatannya membuat nyali orang jadi rontok rasanya. Han Siong Kie tertawa dingin, ketika serangan lawan hampir mencapai pada sasarannya, tiba-tiba tangan kirinya berputar kencang untuk punahkan dua buah serangan yang mengancam keselamatan tubuhnya itu, menyusul kemudian telapak tangan kanannya disodok kemuka menyongsong tibanya serangan ketiga dari musuh. 1519 "Blaaang..." suatu benturan yang dahsyat tak dapat dihindari lagi, oleh benturan tersebut si manusia aneh berambut panjang itu terlempar ke belakang dan mundur beberapa langkah. "Uwaaak..." sambil berkaok aneh, tiba-tiba manusia aneh itu rentangkan kembali sepasang lengannya, setelah membentuk gerakan melingkar yang saling bersilang didepan dada, dia menolaknya kemuka. Hembusan angin panas yang menyengat badan seketika itu juga memancar kemuka dan menekan dada lawannya dengan kekuatan bagaikan gulungan ombak disamudra bebas. Han Siong Kie terkesiap. dia tahu pukulan yang dipraktekkan si manusia aneh itu pastilah ilmu silat aliran khusus dari benteng maut, jago lihay kelas satupun belum tentu dapat menahan gempuran yang sangat mengerikan itu. Untuk menghindari sebala kemungkinan yang tak diinginkan, anak muda itu tak berani bertindak gegabah, dihimpunnya ilmu sakti si mi sin kang sampai delapan bagian besarnya, kemudian ditolaknya kedepan untuk membendung serangan lawan. Suatu ledakkan dahsyat kembali menggelegar diangkasa, kali ini manusia aneh tersebut tak kuasa menahan diri lagi, sambil berpekik nyaring karena kesakitan tubuhnya mencelat sejauh dua kaki kebelakang, darah segar memancar keluar bagaikan semburan mata air. Han Siong Kie mendengas dingin, dia tak sudi menengok keadaan musuhnya lagi, begitu simanusia aneh itu terjengkang dalam keadaan luka, sontak ia lanjutkan perjalanannya lagi maju kedepan. Keheningan yang luar biasa mencekam sekeliling tempat itu, suasana penuh diliputi ketegangan, kengerian dan 1520

kegelapan, jalan jalan raya yang sempit, rumah-rumah batu yang tersebar disana sini terasa begitu kelabu, mendatangkan perasaan ngeri dan menggidikkan hati bagi siapapun yang menemuinya.. Selang sesaat kemudian, ia sudah tiba disebuah persimpangan jalan, pemuda itu mulai sangsi, kemana ia harus pergi ? Ia cukup menyadari kelihayan rumah-rumah batu itu, sebab semua rumah batu yang ada disitu dibangun sesuai dengan sebuah barisan yang maha dahsyat, dan tempo hari dia pernah merasakan kelihayan dari barisan rumah-rumah batu itu Selain barisan sakti, diapun tahu bahwa dibalik rumahrumah berbatu yang tertutup rapat itu mendekam jago-jago lihay dunia persilatan yang disekap disana, Im yang siang sat termasuk dua diantaranya. Menerjang masuk kedalam benteng dengan mendobrak barisan rumah batu? Pemuda itu cukup mengetahui kemampuan sendiri, tak mungkin baginya untuk menembusi barisan aneh itu dengan mudah. Atau mungkin membumi ratakan saja rumah-rumah batu itu ? Tentu saja dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang, bukan pekerjaan yang terlampau sulit baginya untuk melaksanakan itu, tapi diapun tahu akibatnya. Orang-orang yang disekap dalam rumah-rumah batu itu pasti akan mampus semua, sebagai korbannya. Sementara anak muda itu masik sangsi, tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya ia mendengar sesuatu yang aneh. "Malaikat penyakitan. Nyalimu benar-benar terlampu besar, kembali kau muncul disini" dingin dan mengerikan sekali suara teguran itu. 1521 Tak terkirakan rasa kaget yang dialami Han Siong Ki waktu itu, suara tersebut cukup dikenal olehnya sebab itulah dari pemilik benteng maut, si tengkorak maut adanya. Malaikat panyakitan adalah nama samarannya ketika ia datang memenuhi tugas yang dibebankan gurunya Mo tiong ci mo tempo dulu, tentu saja diapun tahu bahwa malaikat penyakitan masih berlaku bagi sebutannya. Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir ia putar badan, tapi apa yang kemudian terpapar dihadapan matanya membuat ia tercekat dan hampir saja berseru kaget. Kurang lebih dua kaki didepan matanya berdiri seorang kakek berjubah hijau, dialah pemilik benteng maut, hanya kali ini kerudung wajahnya telah dilepas hingga tampaklah raut wajah aslinya. Betul betul setajam sembilu sinar mata orang itu, wajah Han Siong Kie yang ditatapnya itu seakan-akan mau ditelan secara bulat.

Han Siong Kie sendiripun dipengaruhi pergolakan emosi, berhadapan muka dengan musuh besar pembantai keluarganya, ia merasa peredaran darah dalam tubuhnya mengalir makin cepat, matanya merah berapi api, napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya membuat ia tampak menyeringai seram, lebih seram dari malaikat buas macam apa pun. "Malaikat penyakitan, kau masih berani datang kemari...." tegur pemilik benteng maut dengan suara berat. "Tengkorak maut, dengarkan baik baik, teriak pemuda itu sambil menggertak gigi, tempo hari aku datang kemari untuk melaksanakan tugas guruku maka aku bernama Malaikat penyakitan, tapi ini hari aku datang untuk urusan pribadiku, maka kugunakan nama asliku sendiri Han Siong Kie" "Han Siong Kie?" 1522 "Benar, aku Han Siong Kie datang kemari untuk menyelesaikan hutang darah yang telah kau lupakan dimasa lalu." "Hutang darah ....? HaaaHh... haaaHh... haaah.... selama hidup entah berapa banyak sudah hutang darah yang kubuat, banyak pula penagih-penagih nya datang kemari menuntut pokok dan bunganya tapi.... hehehe.... Aku rasa belum pernah ada yang pulang dalam keadaan segar bugar nah, katakanlah dengan cara apa hutang darahmu itu akan kau tagih kembali?" "Hutang darah bayar darah, hutang nyawa bayar nyawa" Mendengar jawaban tersebut sekali lagi pemilik benteng maut tertawa terbahak bahak, mengerikan sekali suaranya. "Bagus, bagus boleh saja kau lakukan asal kemampuanmu cukup untuk menagihnya kembali" Dalam keadaan begini boleh dibilang seluruh benak dan perasaan Han Siong Kie hanya dipenuhi oleh ingatan untuk membalas dendam, terhadap pesan yang diucapkan orang yang kehilangan sukma berulang kali itu boleh dibilang sama sekali telah terlupakan, sekarang dia hanya membutuhkan pembalasan dendam, lain tidak. "Tengkorak maut akan kucincang tubuhmu berkepingkeping, lalu kuhancurkan badanmu jadi abu" teriaknya dengan suara geram. "Hmm, silahkan dicincang." jengek pemilik benteng maut dengan senyuman dingin tersungging di ujung bibirnya, tentu saja ia tak pandang sebelah matapun terhadap lawannya ini karena sudah dua kali ia berhasil membikin musuhnya itu keok. Han Siong Kie mendengus dingin, dia lancarkan pula sebuah pukulan maha dahsyat, kalau bisa inginnya dia bunuh musuh yang dibencinya itu dalam satu pukulan, karena itu dia telah menyertakan tenaga pukulannya sebesar sepuluh bagian

1523 lebih, dapat dibayangkan betapa dahsyatnya getaran angin pukulan yang dihasilkan dari serangan tersebut. Terkejut juga pemilik benteng maut menghadapi ancaman yang tak terkirakan dahsyatnya itu, sebagai seorang jago yang berpengalaman, cukup dalam sekali pandangan saja ia telah tahu bahwa Han Siong Ki yang dihadapinya sekarang bukanlah Han Siong Ki yang dulu, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang berkali kali lipat lebih hebat daripada apa yang pernah dikenalnya. Berada dalam keadaan seperti ini ia tak berani bertindak gegabah, serta merta telapak tangannya diputar untuk menangkis tibanya ancaman-ancaman yang menggetarkan itu... "Duuk.... Blaaang" benturan dahsyat tak terhindar lagi, deras dan nyaring ledakan yang kemudian terjadi hingga memekikkan telinga orang, kedua belah pihak sama sama tergetar mundur selangkah oleh daya pantulan yang dihasilkan oleh gempuran itu. Han Siong Ki tak mau menyerah dengan begitu saja, ia melejit lantas menerkam kemuka, dengan jurus Ngo ong kou ciat (raja iblis menyembah loteng istana) ia lepaskan lagi sebuah pukulan dengan mengerahkan segenap kemampuan yamg dimilikinya. Pemilik benteng maut mendengus dingin- sepasang tangannya ditebaskan berbareng ke muka, bukan saja ia berhasil memusnahkan serangan maut yang ganas dan maha dahsyat itu, malahan digunakan kesempatan yang sangat baik itu untuk melepaskan pula tiga buah serangan balasanPertarungan sengitpun segera berkobar, pertempuran ini betul betul berjalan dengan seru dan mendebarkan hati, selama ratusan tahun belakangan belum pernah terjadi pertarungan sedahyat itu, bumi serasa ikut bergoncang, debu 1524 beterbangan kemana-mana, membuat orang yang sempat mengintip jalannya pertarungan itu ikut bergetar karena ngeri. Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu boleh dibilang sama-sama sempurnanya, setelah saling bertempur dengan mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, terlihatlah begitu dahsyat dan mendebarkan hati. Deruan angin pukulan menyapujagad bagaikan amukan taufan, batu dan pasir bermuncratan keempat penjuru, debu beterbangan menyelimuti seluruh angkasa, menambah seram dan tegangnya pertarunganKian lama pertarungan itu kian bergeser mendekati dua buah rumah batu yang ada disekitar sana, termakan oleh deruan angin pukulan yang maha dahsyat itu, bangunan rumah rumah itu bergoncang dan bergetar keras seperti

tertimpa gempa. Terkejut juga pemiilik benteng maut menghadapi seranganserangan itu, ia merasa telah berjumpa dengan lawan tandingan yang belum pernah di alaminya selama hidup, dan mimpipun dia tak menyangka kalau pihak musuh memiliki tenaga dalam sehebat itu. Dalam waktu singkat seratus gebrakan sudah lewat tanpa terasa, makin bertarung Han Siong Kie semakin gigih, tenaga dalamnya mengalir ke luar tiada habisnya dan semua serangan yang dipakai rata rata adalah serangan mematikan yang mengerikan. Sementara itu, pemilik benteng maut sendiri makin bertempur hatinya merasa makin bergidik, lima puluh gebrakan kemudian posisinya makin keteter hebat, ia dipaksa berada dibawah angin dan mundur terus tiada hentinya... Tiba tiba pemilik benteng maut membentak keras, jurus serangannya segera dirubah, secara berun ia lancarkan tiga buah serangan berantai yang memaksa Han Siong Kie mundur sejauh lima depa dari tempat semula, sepasang tangannya itu 1525 di sodok dan ditarik secara berlawanan, dan segulung hembusan angin yang anehpun menyambar kemuka. Perubahan jurus serangan ini boleh dibilang dilakukan sangat cepat dan sama sekali diluar dugaan. Han Siong Kie cukup berpengalaman untuk menghadapi serangan serangan musuhnya, dari gerakan yang dilakukan kakek itu dia lantas mengerti bahwa musuh akan menggunakan ilmu Coan hiat sin goan ciang yang dapat membuat orang tak mampu menghimpun tenaganya itu untuk menghadapinya, ia terkesiap serentak tubuhnya melejit ke samping dan berusaha untuk menghindarkan diri. Tampaknya pemilik benteng maut sudah memperhitungkan gerakan yang bakal dilakukan lawan, sementara Han Siong Ki bergeser kearah samping ternyata serangan anehnya itupun memapak dari samping pula, dengan demikian bukan saja Han Siong Ki tak dapat menghindarkan diri dari ancaman itu, dia malahan menyongsong datangnya ancamanDetik itu juga sianak muda itu merasakan sekujur badannya bergetar keras, hawa murninya terasa seperti tersumbat sesuatu, sadarlah ia bahwa gelagat tidak menguntungkan. "Aduh celaka..." bisiknya dihati. Dipihak lain, pemilik benteng maut telah melanjutkan dengan serangan berikutnya, segulung hembusan angin yang maha dahsyat segera menggulung kemuka dan menghantam tubuh musuh. "Duuk..." dalam keadaan tenaga murni yang membuyar, sulit bagi Han Siong Kie untuk menghindarkan diri, serangan itu bersarang telak diatas dadanya .... Pemuda itu menjerit tertahan, sambil muntah darah

tubuhnya tergentar mundur sejauh delapan langkah lebih kebelakang. 1526 Berhasil dengan serangannya yang pertama, pemilik benteng maut menyusul kemuka lebih jauh jari-jari tangannya bagaikan pancingan secepat kilat mencengkeram kedepan. Han Siong Kie terancam bahaya, ia betul-betul terdesak hebat, apalagi menderita luka parah ini menyebabkan posisinya tidak menguntungkan, tapi ia tak sudi menyerah dengan begitu saja, jari-jari tangannya balas menyodok kedepan dengan ilmu jari Tong kim ci yang maha dahsyat itu. Tindakan ini sama sekali diluar dugaan pemilik benteng maut, seketika itu juga tubuhnya terhajar oleh beberapa buah desiran angin jari yang amat tajam itu. Untunglah ilmu sinkang peindung badannya cukup sempurna, selain daripada itu serangan tadi pun dilancarkan Han Siong Ki dalam keadaan tergesa-gesa, otomatis tenaga serangan yang dilancarkan dalam serangan itupun jauh lebih lemah dari keadaan semula, kalau tidak begitu, mungkin tubuh pemilik benteng maut sudah bertambah dengan beberapa buah lubang besar.... Terkena serangan tadi, pemilik benteng maut mendengus tertahan, tubuhnya segera melompat mundur ke belakang. Kali ini Han Siong Kie tak mau mengalah lagi, ia menerjang maju kedepan, tenaga sakti si mi sin kang yang dimilikinya dihimpun mencapai dua belas bagian, kemudian pelan-pelan dilontarkan kedepan. Gulungan kabut berwarna putih yang cukup tebal segera memancar keudara dan menggulung di sekeliling badan lawan. Menghadapi ancaman maut itu, Pemilik benteng maut merasa hatinya bergidik, tak kuasa lagi dia berseru kaget. "Haaah... ? Ilmu sakti Si mi sinkang...??" Sekalipun demikian, kakek sakti itu tiada maksud untuk menghindar ataupun berkelit, sepasang tangannya balas 1527 diayun kedepan, telapak kanannya berubah jadi putih bagaikan pualam, sedang tangan kirinya hitam pekat melebihi angus, dengan dua macam pukulan yang berbeda ia sambut tibanya gulungan kabut putih yang sedang menyerang datang itu. Tentu saja untuk menghindarkan diri dari segala macam kemungkinan yang tak diinginkan, ia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya dalam serangan tersebut. Dengan demikian, menang kalahpun segera akan diputuskan dalam benturan tersebut Ledakan dahsyat yang kemudian terjadi sangat menggetarkan sukma, diantara desingan angin tajam yang

mencabik-cabik udara, terdengar seseorang menjerit kesakitan .... "Blaaang.... braakl.." akibat dari gempuran hawa pukulan yang menyebar ke empat penjuru, dua buah bangunan rumah batu yang berada dihadapannya terhantam telak dan roboh ke tanah. Paras muka Han Siong Kie berubah jadi hijau membesi, tubuhnya mundur kebelakang dengan sempoyongan, dan titik darah menodai ujung bibirnya. Pemilik benteng maut sendiri jatuh terduduk satu kaki dari posisinya semula, ia muntah darah berulang kali, paras mukanya berubah jadi pucat mengerikan. Untuk sesaat suasana jadi hening tak kedengaran sedikit suarapun, tapi akhirnya Han Siong Kie berjalan maju kedepan, pelan pelan tangannya di angkat ke udara lalu dihampirinya pemilik benteng maut yang masih menggeletak ditanah .... "Sreet sreet... sreet... Tiga langkah kakinya yang bergesek di atas tanah menimbulkan ketegangan yang makin mencekam hati, hawa pembunuhan semakin tebal menyelimuti sekeliling tempat itu. 1528 Terbalik pemilik benteng maut duduk dengan mata melotot lebar, diawasinya gerak gerik Han Siong Kie yang sedang bergeser maju selangkah bumi selangkah itu, tangan kanannya tiba tiba diayun ke atas, jari tengahnya ditempelkan tepat diatas jalan darah Thay yang hiat sendiri, tentu saja sebagai seorang jago kawakan yang bernama besar, ia tak sudi mampus ditangan seorang bocah ingusan yang tak bernama. Gelisah sekali Han Siong Kie menghadapi kejadian tersebut, sebab andaikata pemilik benteng maut sampai membunuh diri, itu berarti akan hilanglah satu satunya kesempatan baginya untuk membalas dendam dengan tangannya sendiri. Karena kuatir bercampur panik, tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, secepat sambaran petir jari tangannya disentil kedepan, segulung angin serangan yang amat cepat dan dahsyat segera meluncur ke depan dan menyerang musuhnya itu. Pemilik benteng maut mendengus tertahan, lengan kanannya tersambar angin totokan itu hingga terkulai kebawah, menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah dia melompat ke depan dan menghampiri musuhnya yang masih duduk dengan wajah terkejut itu. Mula mula Pemilik benteng maut masih melotot dengan sinar mata penuh perasaan benci, dendam dan sakit hati, tapi sesaat kemudian ia sudah tertunduk dengan wajah sedih, mimpipun ia tak menyangka kalau begitulah akhir dari masa kejayaan nya. Pelan pelan matanya dipejamkan, ia pasrah....... ia pasrah

pada nasib dan akan menerima apa yang bakal menimpa atas dirinya. "Hei Tengkorak maut" Han Siong Ki membentak nyaring "sayang kau hanya akan mati satu kali, kalau tidak.... 1529 heeehhh....heeehh... heeehh.... akan kusuruh kau merasakan bagaimana kalau mampus sebanyak seratus kali" "Kau tak usah banyak bicara mau turun tangan ayolah cepat turun tangan ...." Suara itu hanpir diucapkan dengan setengah berbisik, begitu lirih, rendah dan layu, sedikitpun tidak mirip sebagai suara dari seorang gembong iblis yang ditakuti setiap orang persilatan. Telapak tangan Han Siong Ki telah terangkat di tengah udara, asal tenaga serangannya dilontarkan niscaya gembong iblis yang lihay itu akan mati secara mengenaskan ...... Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ini membuat tangannya yang sudah terangkat keudara segera diturunkan kembali, tiba-tiba saja ia teringat akan diri Tonghong-Hui, kekasih hatinya yang telah bersumpah akan sehidup semati dengannya. Ia terbayang pula ketika dirinya terjebak dalam wilayah Lian huan tan hingga akhirnya ia pura pura mati dengan ilmu Ku si tay hoat, Tonghong-Hui telah buatkan batu nisan didepan kuburannya diatas batu nisan itu ia meninggalkan tulisan yang mengatakan bahwa dia akan membalaskan dendam bagi kematiannya, lalu akan bunuh diri untuk menyusulnya. Setelah itu, ketika ia dipaksa oleh Tengkorak maut gadungan terjun kedalam jurang diluar lembah kematian, tanpa ragu-ragu Tonghong-Hui ikut terjun pula kedalam jurang. Sekalipun kedua-duanya tak sampai mengakibatkan kematiannya, tapi dari sini terbuktilah sudah bahwa ia sangat mencintai dirinya dengan sepenuh hati. Tapi sekarang.... dia harus membunuh ayahnya ..... dan kejadian ini tak mungkin bisa dihindari lagi .... 1530 Yaaa, betapa tidak ? seluruh anggota keluarganya sebanyak dua ratus jiwa telah dibantai secara keji, apakah sakit hati sedalam lautan ini harus diabaikan dengan begitu saja? Sekujur tubuhnya terasa mengejang keras, ia merasa sangat menderita, tersiksa hingga hatinya terasa sakit sekali. "Hey Tengkorak maut" tegurnya selang sesaat kemudian, " apakah kau ada pesan-pesan terakhir yang hendak diutarakan??" "Ada ...." jawab pemilik benteng maut dengan sedih.

"Kalau memang ada, ayo katakan saja mumpung masih ada kesempatan, asal permintaanmu tidak kelewat batas, bisa saja kukabulkan" "Pertama, aku harap kau bersedia melepaskan putri kesayanganku Tonghong-Hui, sekarang dia kusekap dibenteng belakang" "Akan kupenuhi permintaanmu itu" Han Siong Kie berjanji, meskipun dengan hati yang pedih. "Kedua, di ruang belakang benteng ini terdapat jenasah dari istriku yang diawetkan, aku harap jenasah itu jangan kau ganggu ataupun engkau rusak" "Ehmm, soal inipun dapat kupenuhi" Sekilas senyuman lega terpancar diatas wajah pemilik benteng maut yang berkeriput, tampaknya ia merasa beban beratnya telah terlepas dari bahunya, dia pun berbisik lirih: "Kalau memang kau bersedia penuhi permintaanku itu, Nah sekarang boleh kau cabut nyawaku ini" Han Siong Kie menggertak giginya, sekali lagi dia angkat telapak tangannya ke udara dan siap dibabat kebawah....... 1531 "Han Siong Kie, jangan...." tiba tiba serentetan teriakan tajam berkumandang datang memecahkan keheningan yang mencekam sekitar tempat kejadian itu. Dengan hati terkejut Han Siong- Kie menarik kembali telapak tangannya dan berpaling, Tonghong Hui... benar Tonghong Hui yang dicintainya itu tiba-tiba muncul dihadapan matanya. Gadis itu kelihatan pucat pias seperti mayat tubuhnya kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, bukan begitu paras mukanya tempo hari hampir saja anak muda itu tidak mengenalnya lagi, tapi ia tahu dara itu memang kekasihnya, ia berdiri di depan bangunan rumah batu yang ambruk tersambar angin pukulan itu. "Adik Hui, kau .... kau.." untuk sesaat anak muda itu tergagap hingga tak mampu melanjutkan kembali kata katanya. "Kau ... kau.... tak boleh..." "Adik Hui, aku mohon kepadamu maafkanlah daku, persoalan ini tak mungkin dapat diselesaikan dengan begitu saja" kata Han Siong Kie dengan hati pedih, "kau tak usah kuatir adik Hui, selesai kulaksanakan tugasku ini, aku pasti akan memberikan pertanggungan jawab kepadamu, dan sekarang aku mohon kepadamu, mundurlah dari sini" "Budak ingusan, enyah kau dari tempat ini" tiba-tiba pemilik benteng maut membentak pula dengan lantang. Tonghong-Hui memutar biji matanya, dua baris air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. "Ayah Aku bukannya tak mau turuti perkataanmu, tapi aku hendak mengatakan sesuatu, ketahuilah dia adalah Han..."

"Enyah Aku tak mau mendengarkan perkataanmu, ayoh segera tinggalkan tempat ini...." 1532 "Tapi.... tapi.... ayah, dia adalah putra dari jisuko, Han si wi" akhirnya gadis itu berteriak keras. Han Siong Kie terkesiap. ia merasa sekujur tubuhnya jadi dingin dan menggigil keras, ia merasa badannya seperti kena listrik bertegangan tinggi, hampir tak dipercayainya suara yang terdengar barusan .... "Ji suko? kakak seperguruan nomor dua?" Jeritnya dihati, "ia memanggil ayahku sebagai Ji-suko? Wah, kalau begitu... buu.... bukankah ini berarti..." Sebelum ingatan tersebut melintas dalam benaknya, Pemilik benteng maut telah melototkan sepasang matanya lebar-lebar, menggidikkan sinar mata yang terpancar dari matanya itu. "Apa yang kau bilang?" bentaknya. "Dia adalah putra tunggal dari ji suko Han si Wi" "Putranya" "Benar Putranya..." "Mengapa tidak kau katakan semenjak tadi?" "Tapi ayah kan tidak memberi kesempatan kepadaku untuk berbicara? kedatangan bibi ke benteng kitapun lantaran persoalan ini, tapi ayah tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menerangkan persoalan ini, sebelum bibi berkata apaapa, ayah telah mengusirnya dari benteng kita, andaikata siau suheng tidak melepaskan aku keluar dari sekapan mungkin akibatnya mengerikan sekali." Han Siong Kie mendengar pula perkataan itu, sontak kepalanya terasa pusing, matanya jadi gelap. dengan sempoyongan tubuhnya mundur sejauh lima kaki, hampir saja dia jatuh terjengkang keatas tanah saking kagetnya. Mimpipun ia tak menyangka kalau ayahnya tak lain adalah anggota perguruan dari Benteng maut. 1533 Keheningan segera menerkam seluruh udara, siapapun tak buka suara lagi, masing-masing orang terjerumus dengan jalan pikirannya sendiri-sendiri Teka teki yang selama ini selalu menghantui pikiran dan perasaan Han Siong Kie, akhirnya sebagian telah peroleh jawabannya. Sekarang ia baru mengerti apa sebabnya sebelum bunuh diri, paman gurunya si tangan naga beracun Thio Lin melarang dia untuk membalas dendam, diapun baru paham mengapa paman gurunya berkata bahwa semuanya itu adalah kehendak perguruan, tidaklah aneh kalau pembunuhnya tak lain adalah gurunya sendiri. Orang yang kehilangan sukma selalu menganjurkan

kepadanya agar berkunjung kebenteng maut dan menuturkan asal usulnya, sekarangpun dia sudah mengerti apa alasannya. Selain itu diapun mulai memahami mengapa orang yang kehilangan sukma selalu berusaha untuk mewujudkan perkawinannya dengan Go siau-bi, dan ia selalu menentang hubungannya dengan Tonghong Hui, bahkan mengatakan pula bahwa hubungan itu akan mengakibatkan kejadian yang tragis. Sekarang ia baru sadar ternyata Tonghong-Hui adalah sukohnya sendiri, tentu saja seorang keponakan murid tak mungkin bisa kawin dengan bibi gurunya sendiri, apalagi tradisi pada jaman itu masih ketat sekali. Berpikir sampai disini, tanpa sadar lagi ia berpaling dan mengerling sekejap ke arah Tonghong-Hui, kebetulan Tonghong Hui sendiripun sedang mengerling kearahnya dengan sinar mata yang redup dan penuh dengan kepedihan hati. Ketika empat mata saling bertemu, pemuda itu merasakan hatinya pedih dan amat sakit, hampir saja ia melelehkan air 1534 mata saking tak tahannya buru-buru ia tarik kembali pandangannya dan melengos kearah lain. Sekarang ia teringat kembali akan diri Tengkorak maut .... mengapa sekejam itu hatinya? mengapa begitu tega hatinya uatuk membantai keluarga muridnya dengan cara yang begitu keji? dari paman gurunya, si tangan naga beracun Thio Lin juga mengalami nasib yang sama, mengapa paman gurunya tidak menyesal atau mendendam? Malah ia bunuh diri dan mengatakan bahwa ia melakukan kesemuanya itu demi melaksanakan perintah gurunya. Iapun tahu bahwa orang yang kehilangan sukma mengetahui semua latar belakang dari peristiwa berdarah itu, tapi anehnya mengapa ia membungkam terus? Mengapa tak pernah ia bongkar rahasia dibalik kesemuanya itu. Pemilik benteng maut sendiripun berdiri termangu seperti orang yang kehilangan semangat, lama sekali ia baru menegur. "Anak Hui, sebenarnya apa yang telah terjadi?" "Semua anggota keluarga dari Ji suko dan sam suko telah dibantai orang pada hari Tiong yang lima belas tahun berselang, semua anggota keluarga dibunuh secara keji, dan diatas dinding ruangan tertera lambang dari tengkorak maut." Tiba tiba sekujur badan pemilik benteng maut bergetar keras, ia seperti terkejut mendengar kabar itu, lalu setelah mendengus dengan marah ia muntah darah segar. "Keluarga mereka dibantai orang dengan kejam?" jeritnya sambil berusaha meronta bangun. "Benar" Tonghong-Hui mengangguk dengan sedih, "sebab itulah Han Siong Kie datang kemari untuk membalas dendam" Dengan sempoyongan Pemilik benteng maut coba bangkit

berdiri, tapi badannya terlampau lemah ia terduduk kembali ditanah. 1535 "Sudah dua puluh tahun lebih aku tak pernah tinggalkan pintu gerbang benteng ini" teriaknya dengan suara keras, "sungguh tak kusangka ada orang mencatut namaku untuk melakukan kejahatan HHmm, bagaimana dengan toa suhengmu Sim si kiat??" "Jejaknya sudah menghilang dari dunia persilatan" "Bagaimana pula dengan suci mu ong cui ing??" Agak terkejut perasaan Han Siong Kie ketika nama ibunya disinggung, sekarang ia baru tahu kalau dia dan ayahnya adalah sesama saudara perguruan yang kemudian menikah. Tonghong Hui tidak langsung menjawab, ia melirik sekejap kearah sianak muda itu. "Su suci telah menikah lagi dengan Thian che kaucu" sahutnya kemudian. "Dia kawin lagi dengan Thian che kaucu?" "Benar" Tiba tiba Han Siong Kie mengeluh, ia tak dapat mengendalikan perasaannya yang bergolak lagi, akhirnya pemuda itu jatuhkan diri berlutut di hadapan pemilik benteng maut itu. "oooh... sucou, ampunilah cucu muridmu yang berdosa" serunya dengan air mata bercucuran, "ampunilah kelancangan cucu muridmu yang telah berbuat kasar padamu...." Pemilik benteng maut tersenyum, ia tak sakit hati atau mendendam oleh peristiwa yang baru saja berlangsung, wajahnya malahan kelihatan bertambah cerah. "Bangunlah anakku, dalam peristiwa ini kau tak dapat disalahkan, tindakanmu itu adalah benar" bisiknya. Han Siong Kie tidak langsung berdiri, kembali dia anggukkan kepalanya sampai tiga kali sebelum akhirnya bangkit berdiri 1536 Pemilik benteng maut menatap tajam wajah si anak muda itu, sesaat kemudian ia bertanya: "Tempo hari aku kan sudah menotok jalan darahmu dengan ilmu totokan khusus? siapa yang telah membebaskan totokanmu itu?" Disinggung soal itu Han Siong Ki teringat kembali akan diri orang yang kehilangan sukma, dia pun terkenang kembali tindakan perempuan misterius yang sudah mengutungi lengan sendiri, sekujur tubuhnya kontan bergetar keras. Diapun teringat kembali dengan kata-kata yang dipesan oleh orang yang kehilangan sukma, maka diambilnya kutungan lengan itu dari sakunya lalu diangsurkan kedepan. "Apa apaan kau?" tegur pemilik benteng maut dengan

pandangan dia tidak habis mengerti. "Dia telah membebaskan jalan darahku yang tertotok maka aku diperintahkan untuk menyerahkan kutungan lengannya kepada sucou" "Ibumu yang kau maksudkan?" kakek itu bertanya keheranan. "Bukan" "Lalu siapa?" "Akupun tak tahu siapakah dia, tapi ia menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma" "Orang yang kehilangan sukma?" "Benar, seorang perempuan misterius" "Ilmu Tiam hiat ning kang hoat (totokan pembeku tenaga) dari perguruan kami adalah suatu kepandaian ampuh yang tak dapat dibebaskan oleh siapapun didunia ini, menurut peraturan perguruan, barang siapa dijatuhi hukuman dengan kepandaian tersebut, maka kecuali dibebaskan oleh orang 1537 yang melakukan totokan tersebut, murid-murid yang lain tak dapat membebaskannya, siapakah orang itu? Mengapa ia menguasai pula ilmu khusus dari perguruan kami itu...." Sesudah bergumam beberapa saat, ia berpaling kearah Tonghong-Hui dan tanyanya: "Mungkinkah bibimu?" Han Siong Kie cukup mengetahui siapa yang disebut sebagai bibinya Tonghong-Hui, sebab orang itu tak lain adalah Ang nio cu Tonghong Leng sinenek berbaju merah yang tibatiba munculkan diri dan mengajak Malaikat hawa dingin Mo siu ing berduel, dikala ia dikurung jago jago persilatan untuk menagih balas. Tonghong-Hui segera menggeleng. "Ketika bibi datang kemari, aku lihat sepasang tangannya masih utuh, lagipula akupun pernah bertemu dengan orang yang kehilangan sukma itu, sekalipun paras mukanya memakai kain cadar, tapi aku yakin kalau orang itu bukan bibi" "Atau mungkinkah suhu dan sucou telah menerima murid lagi diluar benteng?" gumam pemilik benteng maut. Tiba-tiba Han Siong Kie teringat akan satu urusan, cepat ia menukas: "Ketika cucunda berada dalam lembah kematian, dari mulut Hekpek siang yau dapat kuketahui bahwa sutay cou sebenarnya tak lain adalah kokcu dari lembah kematian" -ooo0dw0oooBAB 84 "APA? sutay coumu?" seru pemilik benteng maut dengan wajah terkesiap bercampur keheranan. "Benar, ia bernama ouyang Beng." 1538 "Oooh masa ia? ouyang Beng memang nama sutay coumu, aai.... sungguh tak kusangka ia masih hidup didunia ini,

apakah kau telah menyambanginya..." "Belum, cucunda tak berjodoh untuk menjumpainya, sebab sudah hampir lima puluh tahunan sutay sang cou tak pernah keluar dari tempat pertapaannya, menurut Hekpek siang yau, orang tua mempunyai kepandaian untuk meramal kejadian dimasa mendatang, malahan telah tinggalkan pula secarik kertas...." "Mana kertas itu? Perlihatkan kepadaku" -000odwo000Jilid 41 HAN SIONG KIE mengambilnya keluar dan diangsurkan pada kakek gurunya dengan hormat. "Banyak tipu muslihat dalam dunia persilatan, bencana timbulnya dari sesama saudara, bila dendam kusumat telah jadi terang, itulah saatnya penghianat terbasmi ...." membaca sampai disitu Pemilik benteng maut berhenti sebentar dengan dahi berkenyit, lalu terusnya, "Apa maksud kata-kata itu ? sesama saudara ? Penghianat ? Benar-benar bikin orang jadi pusing dan tak habis mengerti ... atau raungkin ....ah, tak mungkin Tak mungkin Anak Ki, maksudmu Hek pek siang yau ....." "Benar, tempo hari Hekpek siang yau berhasil ditundukkan sutay sangcou dan disekap dalam lembah kematian, menurut pesannya lima puluh tahun kemudian bila ada orang yang memasuki lembah ini, maka orang pertama yang ditemui itulah majikannya .... " 1539 Serta merta Han Siong Kie menceritakan apa yang dialaminya selama itu kepada kakek gurunya. Mendengar kisah tersebut, pemilik benteng maut maupun Tonghong-Hui berdiri dengan wajah tercengang, boleh dibilang kejadian ini merupakan kejadian paling aneh yang pernah ditemuinya. Pikiran dan perasaan Han Siong Kie ketika itu sangat kalut dan tidak tenteram, ia bagaikan berada dalam impian yang menakutkan. Yaa... kejadian dalam dunia kadang kala memang diluar dugaan dan membuat orang sukar untuk mempercayainya. Mimpipun tak pernah ia sangka, musuh besar yang selama ini dibencinya tak lain tak bukan adalah kakek gurunya sendiri Lalu siapakah musuh besarnya? siapakah yang telah mencatut nama sucounya untuk melakukan pembantaian keji yang sama sekali tak kenal peri kemanusiaan itu? Apakah tujuan pembunuh itu melakukan pembantaian yang tak kenal apapun? Mungkinkah otaknya miring? Siapa pula manusia yang menamakan dirinya orang yang kehilangan sukma? Benarkah dia anggota perguruan Benteng maut? darimana ia tahu dengan begitu jelas semua peristiwa, semua tragedi yang dialaminya selama ini?

Perempuan misterius itu pernah berkata, ia mempunyai hubungan yang erat sekali dengan keluarganya, hubungan apakah itu? Agaknya diapun mempunyai hubungan yang luar biasa sekali d engan perkumpulan Thian ce kau sebab kalau tidak, darimana datangnya tanda kebesaran Thian che leng yang dimilikinya itu? Demi menyelamatkan jiwanya, perempuan itu telah membinasakan utusan khusus perkumpulan Thian che kau 1540 yang merupakan jago lihay kelas satu dalam perkumpulan itu, bukan ia hanya membunuh seorang saja, mengapa ia berbuat demikian? Teka teki suatu teka teki yang sukar dipecahkan.... "Aku harus pergi mencarinya" tak kuasa lagi berseru keras. "Siapa yang akan kau cari?" tiba tiba pemilik benteng maut bertanya dengan wajah tertegun"Manusia yang kehilangan sukma. Kemungkinan besar dia tahu siapa yang mencatut nama sucou untuk melakukan pembantaian biadab itu, tapi aku lihat perempuan itupun mempunyai suatu rahasia tertentu yang membuat dia harus bertindak misterius, baik dalam gerak gerik maupun dalam perkataan semuanya serba membingungkan hati orang" "Ehmm, aku pikir asal usul perempuan itu memang patut dicurigai, memang sepantasnya kalau kau cari orang itu dan selidiki duduknya persoalan ini sampai jelas" "Tapi perempuan itu sukar dicari jejaknya, gerak geriknya ibarat naga sakti yang tampak kepala tak kelihatan ekornya, sukar untuk diikuti jejak yang sebetulnya.." "Sucoumu sudah bersumpah tak akan meninggalkan benteng ini walau setengah langkahpun, lebih baik persoalan ini kau selidiki bersama bibi gurumu" Tonghong-Hui merasakan hatinya sedih dan sakit sekali, ia tertunduk dengan wajah kusut, paras mukanya bertambah pucat pias sehingga tampak menakutkan sekali. Paras muka Han Siong Kie yang tampanpun kelihatan kejang keras, Tonghong-Hui adalah bibi gurunya, apakah pertanda diri kenyataan tersebut? Antara dia dan dia tak mungkin akan menikah, selamanya mereka tak mungkin bersatu, sebab mereka berasal dari tingkatan yang berbeda, tidak mungkinkah seorang keponakan menikahi bibinya?? 1541 Yaa cinta Cinta yang murni telah terukir dalam dalam dalam lubuk hatinya, cinta sehidup semati, sampai dunia kiamatpun cinta itu tak akan luluh... "Tidak" ia menjerit sekeras-kerasnya didalam hati, "aku tak akan menerima kenyataan ini, bila dendamku telah terbalas, akan kuajak dia untuk pergi jauh dari keramaian dunia, akan

kuajak dia ketempat yang tak didatangi manusia, disana tak akan berlaku segala tradisi dan adat istiadat yang cuma berlaku didunia ini, aku hanya tahu dia cinta padaku dan Aku cinta padanya, aku akan mengawininya dan hidup sampai hari tua nanti ..... aku harus melakukan ini, walau apapun yang akan terjadi ....." Tapi bayangan tubuh gadis lain cepat melintas pula dalam benaknya, itulah bayangan dari Go siau bi. "Aku telah mempunyai hubungan suami istri dengannya, walaupun atas nama saja ....." Pikiran tersebut terasa bagaikan sebilah pisau tajam yang menusuk lubuk hatinya, dia menggigil dan mundur dengan sempoyongan. "Mari kita ke benteng sebelah belakang" suara ajakan dari Pemilik benteng maut memecahkan kesunyian. Selesai berkata ia lantas beranjak dan menuju ke belakang, meskipun langkahnya masih gontai seperti orang mabok. Han Siong Kie merasa amat menyesal, ia tak menyangka kakek gurunya harus terluka ditangannya, andaikata ..... yaa andaikata dia mau menuruti nasehat orang yang kehilangan sukma, seandainya ia mau menuturkan asal usulnya lebih dahulu, kejadian yang tak diinginkan itu pasti tak akan dialaminya, kakek gurunya tentu tak akan terluka parah oleh serangan maut si mi sinkang ilmu andalannya. Bersama Tonghong-Hui, ia berjalan dibelakang pemilik benteng maut, mereka berjalan tanpa mengucapkan sepatah 1542 katapun, bahkan siapapun tidak saling berpandangan, tapi mereka tahu bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu, sebab mimik wajah masing-masing telah berbicara lebih jelas ..... Setelah melewati barisan rumah batu, mereka menerobos dalam sebuah taman bunga yang luas dan hebat, dan akhirnya lima buah gedung besar yang megah dan mentereng muncul didepan mata, sayang gedung itu sudah berlumut disana sini hingga menambah seramnya suasana ditempat itu. Mereka masuk kedalam gedung utama yang berada ditengah, setelah masuk kedalam ruangan sebuah meja sembahyangan tampak terletak ditengah ruangan, diatas meja itu terletaklah sebuah tengkorak kepala manusia yang berwarna merah darah. Agak bergidik Han Siong Kie menyaksikan adegan itu, jantungnya terasa berdetak lebih cepat tengkorak merah itu persis tak ada bedanya dengan tengkorak merah tiruan yang pernah dilihatnya tempo hari. "Kalian duduklah dulu" kata pemilik benteng maut kemudian setelah dia sendiri duduk dikursi yang berada disebelah kananDengan mulut membungkam Han Siong Kie maupun Tonghong-Hui mengambil tempat duduknya masing masing.

Setelah semua orang duduk. pemilik benteng maut baru berpaling kearah Han Siong Kie sambil bertanya: "Benarkah engkau adalah ahli waris dari Mo tiong ci mo (Iblis diantara iblis) Tong Ceng??" "Benar" pemuda itu mengangguk. "Kalau begitu tentunya engkau juga seorang ciangbunjin dari perguruan Thian lam bukan?" "Benar, cucu murid secara resmi telah memangku jabatan tersebut" 1543 "Bagus, engkau dapat mengalami banyak kejadian yang hebat dan diluar dugaan, arwah ayahmu dialam baka tentu akan memandang engkau sambil tersenyum, sekarang kisahkanlah peristiwa berdarah yang telah menimpa keluargamu" Dengan air mata bercucuran karena sedih, Han Siong Kie mengisahkan kembali tragedi yang telah menimpa perkampungan keluarga Han ..... Mendengar kisah cerita tersebut, pemilik benteng maut merasakan rambutnya pada berdiri tegak semua bagaikan landak. mukanya merah darah, sekujur badannya gemetar keras karena menahan emosi yang meluap-luap. Terdengar Han Siong Kie berkata lebih jauh: "Thian che kaucu Yu Pia lam pernah memerintahkan seorang anak buahnya yang tergabung dalam utusan khusus perkumpulan Thian che kau untuk menyaru sebagai sucou" "Ooooh iya? Jangan jangan tragedi berdarah yang menimpa perkanpungan keluarga Han ada sangkut pautnya dengan perkumpulan Thian che kau??" "Aku rasa hal ini tidak mungkin" sahut pemuda itu sambil menggeleng "sebab apa yang kukatakan barusan belum lama berselang dalam dunia persilatan utusan khusus perkumpulan Thian che- kau pun belum lama muncul dalam dunia persilatan, apalagi orang yang menyaru sebagai sucou telah tecu bunuh maka tecu rasa hal ini tak mungkin terjadi" "Apakah engkau tahu apa maksud dan tujuannya menyaru sebagai diriku....??" tanya pemilik benteng maut setelah termenung sejenak. "Aku rasa tujuannya adalah mencatut nama sucou untuk menakut nakuti musuh musuhnya dan berhasrat untuk menumpas semua perkumpulan dan partai yang ada didunia ini" 1544 "Pernahkah engkau dengar seseorang yang bernama sim si kiat dalam dunia persilatan? Dia adalah toa supekmu" "Tecu belum pernah mendengar nama orang itu disebut orang, tecu tidak mengetahuinya" "Aku rasa engkaupun harus memperhatikan pula beberapa

patah kata yang tercantum dalam surat ramalan yang dihadiahkan sutay sangcoumu kepadamu itu, menurut catatan tersebut dikatakan bahwa bencana datangnya dari persaudaraan, itu berarti ada perebutan diantara sesama saudara masih ada lagi kata kata yang terakhir, dikala penghianat terbasmi, penghianat yang dimaksudkan disini berarti orang sendiri, kau harus tahu bahwa ayahmu suhengte ada enam orang, ayahmu dan Thio Lin telah mati, ibumu kawin lagi, sukoh dan siau susiokmu selalu berada dalam benteng, toa supekmu seorang yakni Sim si kiat yang tak diketahui jejaknya, maka aku jadi menaruh curiga bahwa perbuatan ini kemungkinan besar adalah hasil karyanya" "Tapi.... mungkinkah hal ini terjadi?" seru Han Siong Kie sambil membelalakkan matanya, "mengapa ia berbuat demikian? Mungkinkah ia tega membinasakan sesama saudara seperguruan sendiri?" "Mungkin atau tidak mungkin sukar untuk dikatakan sebelum dilakukan suatu penyelidikan yang seksama, maka kuanjurkan kepadamu, setelah berlalu dari sini nanti, tugasmu yang pertama nanti bersama bibi gurumu adalah menemukan jejak dari toa supekmu itu, dua puluh tahun berselang ia berdiam diperkampungan sim keh ci, kurang lebih lima belas li diluar kota Tian sah, setelah itu engkau baru selidiki jejak dari manusia yang kehilangan sukma mengerti. Han Siong Kie mengangguk: "Perkampungan sim keh ci, lima belas li diluar kota Tiang sah ...." gumannya seorang diri. 1545 Selama pembicaraan berlangsung, Tonghong-Hui hanya tertunduk dengan sedih, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa. Kembali suasana diliputi, keheningan .... lama sekali pemilik benteng maut baru berkata lagi: "Anak Ki, tahukah engkau siapa nama sucoumu ini?" "Cucu murid tidak tahu" Pemilik benteng maut menghela napas panjang, katanya: "Sucoumu bernama Hou thian it koay (manusia aneh dari kolong langit) Tong hong Liang" Setelah mendengar nama itu Han Siong Kie baru mengerti, tidak aneh ketika gurunya Mo tiong ci mo memerintahkan ia datang mengunjungi benteng maut tempo hari, dia harus meneriakkan kata kata sebagai berikut: "Satu iblis keluar, satu iblis tertumpas, Mo-tiong ci mo bertemu dengan it hou" sekarang ia baru mengerti, yang dimaksudkan it hou disitu adalah julukan dari kakek gurunya. Menyusul kemudian, pemilik benteng maut simanusia aneh dari kolong langit Tonghong Liang, menuding tengkorak kepala manusia berwarna merah darah ywng terletak diatas

meja itu lalu katanya: "Lihatlah, batok kepala ini adalah batok kepala dari sutay cou mu cu ceng hoa, pemilik benteng maut angkatan kedua" Ketika perkataan itu diucapkan keluar, bukan saja Han Siong Kie tertegun saking kaget dan herannya, bahkan Tonghong Hui sendiripun ikut terkesiap. mungkin sebelumnya tak pernah mendengar ayahnya menceritakan asal usul dari Tengkorak berdarah itu. 1546 Paras muka pemilik benteng maut yang sudah berkeriput, kini tampak keren dan penuh kewibawaan, lalu dengan suara yang berat dan dalam katanya lebih jauh: "Sutay sang cou mu Ouyang Beng adalah pendiri benteng ini, tapi lantaran suatu kesalah pahaman tempo hari ia telah cekcok dengan sutay sang cou bomu sehingga dalam gusarnya tay sang cou bo mu itu mencukur rambut dan hidup sebagai padri diatas bukit Tay huang san..." "Oooh..jadi su tay sang cou bo itu adalah "Tay huang sinni??" seru Han Siong Kie tak tertahan"Benar, Dari mana kau bisa tahu??" "Cucu murid pernah mendapat jodoh dan bertemu muka satu kali dengan dia orang tua" Untuk mencegah agar Go siau bi jangan mencukur rambutnya jadi pendeta, sianak muda itu telah menyerbu kekuil Bu cian dibukit Tay huang san, tapi dalam suatu adu jurus serangan ia telah dikalahkan Tay huang sinni sehingga harus kawin dengan Go siau bi, tentu saja akibat dari peristiwa tersebut cukup dalam kesannya terhadap rahib tua itu. Tentu saja mimpipun ia tak menyangka kalau rahib tua tersebut sebetulnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengannya. Tiba tiba ia teringat kembali akan diri orang yang kehilangan sukma, otak dari rencana pertarungan tersebut, jangan jangan dia adalah ..... Berpikir sampai disitu, tak tahan lagi ia berseru dengan suara keras: "Aaaah .... tiba tiba saja cucu murid teringat akan satu kejadian yang patut dicurigai" "Persoalan apakah itu?" 1547 "Ketika aku berada dibukit Tay huang-san tempo hari, orang yang kehilangan sukmapun hadir pula didalam kuil tersebut" "Oooh... iya?" kata pemilik benteng maut seperti orang tercengang, " kalau begitu, kemungkinan besar orang yang kehilangan sukma anak murid yang diterima oleh sutay sang cou bomu itu, maka dari itu diapun mengetahui dengan jelas semua peraturan serta ilmu silat dari benteng maut kita ini, dan oleh sebab itu juga dia harus mengutungi telapak tangan

sendiri setelah membebaskan jalan darahmu yang tertotok" "Tapi .... andaikata dia adalah muridnya sutay sang coubo semestinya ia panggil sinni sebagai guru bukan? Aku dengar ia membahasai rahib sakti itu sebagai locianpwe" "Yaaa, apa gerangan yang sebenarnya terjadi memang sulit bagi kita untuk menebaknya, siapa tahu dibalik kesemuanya itu terdapat pula hal lain yang mencurigakan? Apa salahnya kalau sekalian kau selidiki sampai menjadi terang?" "Baik, sucou" pemuda itu mengiakan. "Nah, kalau begitu dengarkan lagi kata kataku berikut ini" kata pemilik benteng maut, "sejak percekcokan itu, sutay sang cou mu ouyang Beng juga meninggalkan benteng dengan marah, semenjak peristiwa itu jejaknya lenyap dengan begitu saja dari muka bumi, aaai.... Tak kusangka puluhan tahun kemudian, engkau telah berjodoh dengannya dan berhasil menemukan kembali jejaknya." Ia berhenti sebentar, lalu sambungnya kembali: "Empat puluh tahun berselang, sutay cou mu Cu ceng huan yakni pemilik benteng maut angkatan kedua telah dikerubuti ratusan orang jago lihay diatas bukit Hua san, kemudian entah apa yang telah terjadi, tahu tahu kembali kedalam benteng. Ketika berbicara sampai disini, sinar mata yang buas, bengis dan penuh perasaan dendam memancar keluar dari 1548 balik mata kakek baju hijau itu, kembali ia berhenti sesaat lamanya. "Tak terkirakan rasa dendam, benci dan marahku waktu itu, bahkan hampir mendekati kalap." ia melanjutkan, "aku lantas gunakan kerangka batok kepala sendiri bagaimanakah musuh musuh besarnya satu demi satu rontok mencium bumi dan mampus secara mengerikan" Han Siong Kie terkesima oleh cerita itu, baginya kisah yang diucapkan pemilik benteng maut ini benar benar merupakan suatu kisah yang menawan hati. Ternyata pemilik benteng maut tidak bicara lagi, ia malah bangkit berdiri. "Anak Hui, bawa dia pergi bersantap" katanya pada Tonghong Hui, "setelah itu kau boleh ajak dia keluar dari benteng untuk melaksanakan pekerjaan, kalian tak perlu datang menjumpai aku lagi" Selesai berkata ia putar badan dan masuk kedalam. Tonghong-Hui maupun Han Siong Kie tidak berbicara lagi, selesai menangsal perut, mereka bebenah sebentar dan akhirnya berangkat meninggalkan benteng tersebut. Perjalanan dilakukan amat lambat, sambil pelan-pelan jalan bersanding dijalan raya, kedua orang itu terbuai oleh perasaan masing-masing yang terasa berat dan penuh dengan penderitaan batin"Adik Hui" akhirnya pmuda itu membuka suara, "apakah kau ...."

"Aku adalah bibi gurumu" tukas Tonghong Hui sedih, lirih sekali suaranya membikin hati jadi iba. Bagaikan disambar listrik bertegangan tinggi Han Siong Kie bergetar keras, benar, dia adalah bibi gurunya, dia adalah adik seperguruan ayahnya, kenyataan ini tak mungkin dapat dirubah walau dengan cara apapunjuga, tapi ... apakah 1549 lantaran persoalan ini, cinta kasih mereka yang telah merasuk kedalam tulang dapat diabaikan dengan begitu saja? Tentu saja tidak "Adik Hui, kau ....." "Ooooh...engkoh Kie" akhirnya Tonghong Hui tak dapat mengendalikan perasaannya lagi, ia memanggil dengan isak tangis yang tertahan, air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya yang putih. Ia membenci dirinya sendiri, membenci imannya yang begitu lemah sehingga tak mempunyai keberanian untuk mengendalikan diri, dengan jelas dia tahu andaikata selangkah lagi dia maju ke muka maka tubuhnya akan terjerumus kedalam jurang yang tak terkirakan dalamnya, tapi ia tak dapat mengendalikan sendiri, ia tak dapat menguasai keinginannya untuk maju, padahal dia telah menyadari bahwa akibatnya mengerikan sekali. Han Siong Kie telah menghentikan langkahnya, ia menghampiri gadis itu dan menggenggam tangannya erat erat. "Adik Hui, lihatlah wajahmu layu dan pucat, mengapa musti kau bersedih hati?" bisiknya. "Mengapa? mengapa? Tentu saja karena nasibku yang buruk. apakah aku tak boleh bersedih hati?" sahut nona itu dengan suara yang mengibakan hati. "Aaaai.... apakah kita harus pasrah dengan begitu saja? Adik Hui, mengapa kita tidak mendobrak nasib kita ini? mengapa tidak kita coba menentang takdir?" "Tapi.. mungkinkah itu bisa berhasil? mungkin kah kau dapat merubah takdir?" Empat mata yang berkaca kaca saling berpandangan tanpa berkedip. lama... lama sekali akhirnya kedua orang itu saling 1550 berpandangan dan tertawa, sekalipun tertawa mereka adalah tertawa yang getir, tertawa yang sayu dan penuh penderitaan. Akhirnya.... merekapun berpelukan dan berciuman dengan mesra, untuk sementara waktu mereka membuang jauh jauh semua kenyataan yang terpapar didepan mata, mereka berusaha menghibur hati masing masing dengan ciuman yang panjang dan hangat itu Tentu saja ciuman yang panjang dan hangat itu tak dapat merubah kenyataan yang telah ada, sekalipun dibalik ciuman

itu tersembunyi penderitaan dan tekanan batin yang lebih dalam, tapi mereka tetap memilih cara itu untuk menghibur perasaan masing masing. Pada saat itulah tiba tiba terdengar suara helaan napas panjang yang berat dan penuh kekesalan berkumandang diudara. Mendengar helaan napas panjang itu, Han Siong Kie berdua jadi kaget dan segera melepaskan diri dari pelukan, dengan sinar mata yang tajam diperiksanya sekeliling tempat itu dengan tatapan tajam, namun tiada sesosok bayangan manusiapun. Ditepi jalan raya adalah sebuah sungai dengan air yang mengalir dengan derasnya, sedang disamping sebelah lain merupakan sebuah hutan rimba yang amat lebat. Han Siong Kie segera menjejakan kakinya ketanah dan meluncur kearah hutan itu, dari kejauhan ia saksikan sesosok bayangan manusia berwarna putih sedang bergerak masuk kedalam hutan dengan kecepatan seperti sukma gentayangan, hal ini segera menimbulkan sifat ingin menang daiam hati anak muda itu, pikirnya: "Aku tak percaya kalau tak dapat menyusul dirimu, akan kulihat siapa gerangan dirimu yang sebenarnya....." 1551 Karena berpikir begitu, ia percepat gerakan tubuhnya untuk mengejar masuk kedalam hutan, begitu cepatnya pemuda itu bergerak hingga sekilas pandangan mirip segumpal asap tipis yang menggulung. Bayangan putih itu bukan manusia sembarangan, rupanya ilmu silat yang dimilikipun terhitung tinggi, ini dapat dilihat kecepatan geraknya yang luar biasa, kendati Han Siong Kie sudah mempercepat larinya toh tidak berhasil juga mengurangi selisih jarak diantara mereka. Kejar mengejarpun segera berlangsung dengan ketatnya, dalam sekejap mata puluhan li sudah lewat tanpa terasa, sekilas pandangan Han Siong Kie merasa amat kenal dengan potongan badan bayangan putih itu, bahkan diapun tahu kalau orang itu adalah perempuan, hanya ia tak dapat menyebutkan siapakah dia? Perasaan ingin tahu yang makin menjadi membuat pemuda itu segan melepaskan mangsanya dengan begitu saja, maka dikejarnya orang itu dengan ketat. Bayangan putih itu cukup cerdik juga untuk melepaskan diri dari pengejaran lawan, setiap kali ia tentu berubah arah sekalipun tak pernah melewati batas batas hutan tersebut, kendatipun demikian, oleh karena ia berlarian dengan menerobosi hutan hutan lebat yang sering kali menutupi penglihatan orang, maka sekalipun tenaga dalam yang dimiliki Han Siong Kie lebih lihaypun sulit baginya untuk menyusul lawannya.

Sementara itu, Tonghong Hui sendiri sudah bersiap siap menyusul Han Siong Kie setelah ditunggunya pemuda itu belum muncul juga disana... Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba dari arah belakang terdengar seseorang menegur dengan suara lembut: "Nona Tonghong, rupanya kau telah melupakan perkataanku? Bukankah begitu .....?" 1552 Tonghong Hui merasakan hatinya bergetar keras seakan akan terjerumus kedalam liang es, yang dinginnya bukan kepalang, sekujur tubuhnya menggigil keras dan bulu kuduknya pada bangun berdiri tanpa berpaling ia sudah tahu siapakah orang yang berada dibelakangnya, kontan mukanya berubah jadi pucat kehijau hijauan, sedih sekali rasanya waktu itu. Dengan perasaan yang berat, pelan-pelan ia putar badan dan menghadap kearah orang Benar juga, beberapa meter dihadapannya berdirilah seorang perempuan berkerudung, dia tak lain adalah orang yang kehilangan sukma, manusia paling misterius didunia ini. Dengan kaku Tonghong Hui memandang perempuan berkerudung itu, hatinya terasa amat pedih dan sakit bagaikan ditusuk tusuk dengan jarum, begitu sedih hatinya sehingga untuk sesaat tak mampu mengucapkan sepatah katapun.. "Nona Tonghong, mengapa tidak kau ayunkan pedang kecerdikanmu untuk memutuskan benang cinta yang masih membelenggu hatimu? mengapa tidak cepat-cepat kau putuskan saja semua hubunganmu dengannya?" tegur orang yang kehilangan sukma dengan suara dalam dan berat. Sepasang mata Tonghong Hui berubah jadi merah karena sedih, hampir saja air matanya jatuh bercucuran. "Cianpwe...." ia berbisik, " Aku... ketika aku berjumpa dengannya, tiba tiba saja keberanianku hilang.... aku tak punya keberanian untuk menampiknya, aku ...." Akhirnya air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya, ia menjadi sesenggukan dan tak mampu berbicara lagi. "Nona Tonghong, apakah dia telah tahu apa sebenarnya hubunganmu dengan dirinya?" orang yang kehilangan sukma bertanya lagi. "Sudah tahu, tapi.... tapi dia..." 1553 "Adik Hui, kau boleh panggil aku sebagai cicimu dan selama ini akupun selalu menganggap engkau sebagai adikku sendiri Janganlah kau anggap tindakanku menceraikan hubungan kalian adalah suatu perbuatan yang keji. Tidak Aku tidak bermaksud jahat terhadap kalian, aku berbuat demikian adalah demi kebaikan kalian sendiri." "Tidak Aku tak pernah mempunyai pikiran seperti itu, aku

tahu tindakanmu ini benar" Tonghong Hui terisak dengan sedihnya, "akupun tahu bahwa aku hakekatnya adalah bibi gurunya, kita tak mungkin bisa bersatu, selama lamanya tak mungkin dapat bersatu Tapi..." "Kenapa?" "Hatiku, perasaanku dan semua cintaku, kasih sayangku telah kupersembahkan kepadanya, bahkan semua.... semua yang kumiliki telah kuberikan kepadanya .... aku tak punya apa-apa lagi, aku hanya tahu dia telah mendapatkan semua yang kumilikinya ......" "Aku tahu tentang hal ini adikku, justru bila kau mencintai dirinya maka kau harus tinggalkan dia sendiri, cinta itu adalah suatu pengorbanan, cinta bukan suatu pengangkangan, tentunya kau cukup memahami bukan bagaimana mengerikannya akibat dari hubungan kalian itu? Bukan saja tiada kebahagiaan yang dapat kalian rasakan, bahkan kau berdua bakal terjerumus dalam jurang yang tiada terkirakan dalamnya, dan sekarang aku telah melihat akibat yang mungkin terjadi aku tak dapat berdiam diri dengan begitu saja, karena itu adikku ...." Tonghong Hui menengadah memandang kelangit, seakanakan dia hendak melimpahkan semua kemurungan, semua kesedihan dan penderitaannya kepada awan diangkasa... orang yang kehilangan sukma menghela nafas sedih, kembali ia berkata lagi: 1554 "Adikku, aku tahu peristiwa ini akan merupakan suatu penderitaan, suatu siksaan batin yang sukar ditahan, tapi ketika kau teringat kembali keluarga ji suko mu yang telah dibantai orang sampai habis, ketika kau teringat kembali bahwa dia adalah satu satunya keturunan keluarga Han yang masih hidup, kau harus menyadari dan memakluminya, apalagi jika ayahmu mengetahui akan peristiwa ini ...." Ketika mendengar ayahnya disinggung, Tonghong Hui merasakan sekujur badannya gemetar keras, hampir saja ia jatuh terjengkang keatas tanah saking lemasnya .... "Benar, jikanya ayahnya... pemilik benteng maut, manusia paling aneh dikolong langit Tonghong Liang mengetahui akan kejadian ini ....oooh sungguh mengerikan sekali akibatnya. "Laa.. lalu apa... apa yang harus kulakukan?" akhirnya gadis itu berbisik dengan lirih. "Berusahalah untuk menjauhi dirinya, berusaha mengorbankan cinta kasihmu dan kuasahi juga perasaan cintamu sendiri" "Yaaa .... aku harus menjauhi dirinya, aku harus mengendalikan perasaan cinta dalam hatiku sendiri ......" Nada ucapannya amat sedih dan memilukan hati seakan akan ia sedang menjawab pertanyaan dari orang yang kehilangan sukma, seakan-akan pula sedang bertanya kepada

diri sendiri. Tiba tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya kalau ia telah kehilangan pemuda yang dicintainya, lalu apa arti kehidupan bagi dirinya lagi? Apa pula gunanya ia tetap hidup didunia yang dirasakan sudah hampa, kosong dan tiada sesuatu yang dapat dikenang kembali itu? Diam diam ia mulai menyumpahi nasibnya yang buruk. menyumpahi nasib jelek yang selalu menimpa dirinya, mengapa ketika berada di Lian huan tau, Han Siong Kie tidak 1555 sungguh-sungguh mati saja. Mengapa ketika terjun kedalam jurang didepan lembah kematian, mereka berdua tidak mati saja bersama-sama? Hidup tak dapat bersatu, mati tak dapat seliang kubur, apa yang berhasil ia dapatkan? Akhirnya yang diperoleh cuma khayalan belaka, khayalan belaka, khayalan yang kosong dan tak berujud ia tak berhasil mendapatkan apa apa.... Tentu saja bukan hasil maya yang dimaksudkan buktinya ia mendapat pula balasan cinta dari pemuda kekasihnya, meski cinta itu tak berkelanjutan dan harus terputus ditengah jalan. "Adikku, apakah engkau sudah berhasil memahami perkataanku itu...?" tiba-tiba orang kehilangan sukma berkata lagi, suaranya penuh permintaan maaf, simpatik dan sedih. "Yaa... aku... Aku telah memahaminya, Aku dapat menangkap maksudmu...." "Kalau memang begitu, akan kuberitahumu lagi satu hal padamu, dia telah mempunyai ikatan perkawinan dengan nona Go siau bi, dan gadis itu secara resmi telah menjadi istrinya" "Apa? Dia..... dia.... dia sudah punya istri...." Tonghong Hui merasa kepalanya bagaikan disambar geledek. pandangan matanya jadi gelap. kepalanya terasa tujuh keliling, bibirnya jadi pucat dan hampir saja ia jatuh tak sadarkan diri .... Ia tak menyangka ....yaa ia tak menyangka ....pemuda kekasih hatinya itu sudah menikah dengan perempuan lain.... "Sungguhkah itu?" akhirnya dia berbisik. "Tentu saja, bahkan sutay coubo mu Tay huang sinni menjadi saksi dalam pertunangan itu, tapi engkau harus memaafkan perbuatannya itu sebab posisinya ketika itu didesak karena dia hampir saja nona Go siau bi menelantarkan 1556 masa depannya, bahkan tidak mengurusi dendam sakit hatinya lagi dan akan mencukur rambut jadi pendeta, sebaliknya pemuda itu harus melakukan perkawinan tersebut karena ia tahu ketidakbaktian ada tiga macam, tidak punya keturunan merupakan ketidakbaktian yang paling utama..." Ketika mendengar perkataan itu, tiba tiba aja. Tonghong

Hui menengadah dan tertawa tergelak. suaranya tinggi melengking seperti jeritan kuntilanak ditengah malam buta, tertawa itu tidak mirip suara tertawa tapi lebih mirip sebagai suara tangis, suara tangisan yang sangat memilukan. Berdiri semua bulu kuduk siapapun yang mendengar suara itu, akan melelehkan air mata orang yang mendengar suara aneh tersebut .....yaa, suara itu memang terlampau tak sedap didengar bagi pendengaran manusia biasa. Tak terkirakan rasa kaget yang dialami orang yang kehilangan sukma, secara beruntun dia mundur tiga langkah kebelakang, lalu serunya agak panik: "Adikku, kenapa kau.... kenapa kau....???" -ooo0dw0oooBAB 85 "AKU... Kenapa aku...? Haaahhh... haaahhh... haaahhh" seperti orang gila Tonghong Hui hanya tergelak terus dengan lengkingnya. "Adikku, engkau harus mengendalikan perasaanmu, gunakanlah otakmu untuk berpikir, janganlah terpengaruh oleh emosi, mungkin sebentar lagi Han Siong Kie akan tiba disini" Tonghong Hui menghentikan suara tertawanya yang lebih mirip dengan perbuatan orang gila itu, lalu dengan suara yang memelas katanya: 1557 "Bagaimana dengan aku...? Bagaimana dengan kehidupanku selanjutnya .... Tanpa dia, aku merasa tiada berarti hidup didunia ini, aku merasa kehidupan akan kusong, bagaimana dengan aku?" "Adikku" orang yang kehilangan sukma hanya bisa memanggil dengan suara yang pedih. Tiba tiba Tonghong Hui maju kedepan beberapa langkah, dengan sinar matanya yang agak liar seperti orang buas ditatapnya wajah orang yang kehilangan sukma yang berkerudung itu, lalu dengan suara parau dia berseru lirih: "Cianpwe ....." "Jangan sebut aku sebagai cianpwe, panggil saja cici, sebab sepantasnya kau memanggil enci kepadaku" tukas perempuan misterius itu dengan suara yang lembut. "Cici? Tidak. aku lihat usia putrimu orang yang ada maksud kemungkinan besar sebaya dengan usiaku, mungkin juga ...." "Sekalipun usia kami jauh berbeda, akan tetapi tingkatan ayahmu jauh lebih tinggi dari kami semua, karena kau setingkat dengan aku, dan sepantasnya memanggil cici kepadamu" "Cici ......." "Apa yang hendak kau katakan lagi? Nah, katakanlah terus terang... tak usah ragu ragu lagi" "Tolong sampaikan kepada Han Siong Kie, katakanlah agar

ia tak usah merindukan aku lagi" "Jadi .....jadi....kau akan meninggalkan dirinya?" seru perempuan misterius itu kaget. "Apakah masih ada cara lain yang lebih baik daripada meninggalkan dirinya?" bukan menjawab Tonghong Hui malah balik bertanya. 1558 "Dia tak akan tahan menerima kesemuanya ini, kau tak boleh melakukan segala tindakan secara gegabah dan mengikuti hawa napsu sendiri" "Lalu kau anggap aku bisa menahan diri serta mengendalikan siksaan batinku bila berada disampingnya terus?" "Adikku...lantas.... lantas kau akan pergi kemana? Dapatkah kau katakan padaku?" "Aku telah mempunyai rencana bagiku sendiri, kau tak usah kuatir...." seru Tonghong Hui sesaat kemudian sambil menggeratak gigi menahan diri Tiba tiba ia berbatuk keras, lalu muntah darah segar, hampir saja tubuhnya roboh terjengkang ke atas tanah. Orang yang kehilangan sukma berteriak kaget, cepat ia maju sambil menyambar pinggangnya, kemudian gumamnya seorang diri: "Mungkinkah aku yang salah? Mungkinkah tindakan ini keliru ......" "Tidak, siapapun tidak salah, siapapun tidak keliru, semuanya ini adalah kehendak Thian, inilah yang dinamakan takdir" kata Tonghong Hui lirih, ia meronta dan melepaskan diri dari rangkulan perempuan misterius itu .... "Takdir?" gumam orang yang kehilangan sukma, "benar, ketika masalah yang kita hadapi dan tragedi yang kita alami tak dapat dipecahkan dengan cara apapun, ketika kenyataan yang terpapar didepan mata tak dapat dirombak lagi, kita memang harus menyebut kejadian itu sebagai takdir, memang hanya takdirlah yang tak dapat dirubah lagi" Perlu diketahui, perasaan Tonghong Hui ketika itu sudah kaku dan mati, tentu saja ia tak dapat menangkap maksud yang lebih dalam dibalik perkataan dari orang yang kehilangan sukma, maka terhadap ucapan tersebutpun dia acuh tak acuh. 1559 "Cici, bukankah engkau mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan benteng maut?" Tiba-tiba dia mengalihkan pokok pembicaraan itu kesoal yang lain. "Buat apa kau tanyakan persoalan ini?" dengan hati terkejut bercampur keheranan orang yang kehilangan sukma mundur selangkah kebelakang. "Aku ingin tahu, aku ingin mengerti adakah hubungan antara engkau dengan benteng maut kami" suasana hening sejenak .....

"Benar, kami memang memiliki hubungan yang sangat erat sekali" akhirnya dia menjawab. "Hubungan yang bagaimanakah diantara kau dengan pihak kami" desak Tonghong Hui lebih jauh. Tapi orang yang kehilangan sukma telah gelengkan kepalanya berulang kali. "Sekarang belum dapat kuberitahukan kepadamu, tapi suatu ketika kau akan mengetahui dengan sendirinya" ia berkata. "Cici, aku ada suatu permintaan lagi, dan permintaan ini mungkin adalah yang paling akhir, apakah kau bersedia untuk mengabulkannya bagiku" "Apa yang kau inginkan?" "Aku hanya ingin menyaksikan raut wajahmu yang sebenarnya, boleh tidak?" Untuk sesaat orang yang kehilangan sukma agak tertegun, menyusul kemudian ia menggeleng. "Adikku, terpaksa aku harus menyuruh engkau merasa kecewa, apa yang kau inginkan tak mungkin bisa kupenuhi" Suasana kembali tercekam dalam keheningan. "Cici, apakah selama ini secara diam diam kau selalu berada disisi engkoh Kie dan melindungi keselamatannya?" tiba-tiba dara itu bertanya lagi dengan lirih. 1560 "Benar" suara dari orang yang kehilangan sukma kedengaran agak gemetar menahan emosinya. "Apakah selanjutnya engkau juga akan berbuat demikian??" "Tentu saja" Tonghong Hui menghela nafas panjang, sedih murung dan layu paras mukanya ketika itu. "Cici, aku rasa aku ....aku harus segera pergi" akhirnya dia berbisik lirih. Tanpa membuang waktu lagi, gadis itu menjejakan kakinya keatas tanah dan lari dari situ secepat-cepatnya. orang yang kehilangan sukma berdiri termangu, ia tidak bersuara untuk mencegah kepergian gadis itu, pun tidak beranjak untuk menyusulnya, dia hanya memandang bayangan punggungnya sambil bergumam seorang diri: "Dari dulu sampai sekarang, cinta memang sumber segala bencana, cinta akan membuat orang sengsara dan menderita, siapa yang bermimpi indah dia akan lebih cepat tersadar dari impiannya aaaaii, benarkah ini yang dinamakan takdir ? Atau mungkin aku yang terlalu mementingkan diri sendiri.... bocah yang patut dikasihani, semoga kau dapat bertahan menghadapi percobaan ini, semoga luka luka dalam hatimu dapat disembuhkan oleh berlalunya sang waktu" "Adik Hui ...." tiba tiba seruan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat muncul dari balik hutan belukar dan melayang datang.

Bayangan manusia itu tak lain adalah Han Siong Kie yang dipancing pergi oleh suara helaan napas tadi, ketika bayangan putih yang dikejarnya itu sudah hampir tertangkap. tiba tiba saja perempuan itu berbelok kebalik semak dan kemudian jejaknya lenyap dengan begitu saja, karena tidak berhasil menemukan kembali orang itu, akhirnya ia teringat kembali 1561 Tonghong Hui yang masih di tinggalnya ditepijalan raya. Maka ia terpaksa harus kembali ke tempat semula dengan tangan hampa. Dari kejauhan dia lihat sesosok bayangan manausia masih menungu di tepi jalan raya, tanpa memperhatikan lebih seksama lagi ia segera memanggilnya sebagai adik Hui tapi setelah diamati lebih seksama barulah pemuda itu sadar bahwa gelagat tidak beres. Pelanpelan orang yang kehilangan sukma putar badan dan menghadap sianak muda itu. "Aaah, cianpwe kiranya kau..." Han Siong Kie segera berseru. "Nak, memang akulah yang berada disini" "Dimanakah adik Hui...." "Nak. tidak sepantasnya kau sebut dia sebagai adik Hui, kau harus memanggil bibi guru kepadanya" tukas perempuan itu cepat. Han Siong Kie tertegun dan berdiri dengan bibir pucat, kata kata tersebut dirasakan olehnya bagaikan tusukan pisau yang menyayat nyayat hatinya, yaa memang dia adalah bibi gurunya, sebab adik Hui nya telah pergi jauh meninggalkan dirinya dikala rahasia hubungan mereka terungkap. ia pergi bagaikan embun air yang lenyap saja di udara. Tiba tiba sepasang tangan dan kakinya terasa jadi kaku, dingin dan kesemutan, ia merasa badannya sukar bergerak lagi ..... Ia telah mengambil keputusan dihati, takdir yang dihadapinya sekarang akan dilawan dengan kekuatannya, selesai membalas dendam dia akan mengajak gadis itu untuk jauh meninggalkan dunia keramaian, dia akan mengajak dara itu hidup ditempat yang sepi hingga akhir tua nanti. "Nak, dia telah pergi" bisikan orang yang kehilangan sukma itu serasa geledek ditengah hari bolong. 1562 Han Siong Kie terkesiap dan segera sadar kembali dari lamunannya. "Dia telah pergi? Dia telah pergi kemana?" teriaknya penuh kegelisahan dan rasa cemas. "Nak. kau tak usah bertanya kemana ia pergi, sebab tindakannya itu memang benar, ia memang sudah sepantasnya meninggalkan dirimu, sebab kalau tidak maka akibatnya...."

"Tidak" jerit Han Siong Kie, ia sudah menjejakkan kakinya siap berlalu dari situ .... "Nak, dengarkan dulu kata kataku ini" Kata kata itu terasa sangat berwibawa dan mempunyai suatu kekuatan besar yang membuat orang tak dapat melawan, Han Siong Kie segera menghentikan gerakan tubuhnya. Pelan pelan orang yang kehilangan sukma mendekatinya, lalu dibelainya bahu anak muda itu dengan penuh kasih sayang, katanya lagi dengan suara yang lembut: "Nak, ketahuilah dia adalah bibi gurumu, saudara seperguruan dari ayahmu kau tak dapat melanggar tradisi dan adat yang telah berlaku didaratan kita selama ini, cinta adalah suatu pengorbanan, cinta belum tentu harus memilikinya, coba bayangkanlah betapa seram dan mengerikannya akibat dari hubungan itu bila itu kau lanjutkan, tentunya kau tak ingin menyaksikan dia musnah bukan? Nak. kau mesti ingat bahwa pekerjaan yang harus kau lakukan masih terlalu banyak. untuk sementara waktu lupakanlah persoalan ini, dan sekarang ikutlah aku masuk kedalam hutan, aku masih ada beberapa persoalan yang hendak kuberitahukan kepadamu" Dengan kaku seperti orang yang hilang kesadarannya Han Siong Kie mengikuti perempuan misterius itu masuk kedalam 1563 hutan, akhirnya mereka berhenti disuatu tempat yang amat tersembunyi letaknya. Setelah hening sesaat, orang yang kehilangan sukma pun bertanya: "Nak, apakah engkau sudah mengujungi benteng maut?" "Sudah" sahut Han-Siong Kie tak acuh. "Dan engkau telah memahami segala sesuatunya" "Sudah" kembali pemuda itu mengangguk. "Dendam kesumat sedalam lautan yang harus kau hadapi sekarang apakah untuk sementara waktu dapat melupakan persoalan cintamu dengan perempuan itu...?" Bagaikan kepalanya dipukul dengan martil besar seketika itu juga Han Siong Kie menjadi sadar kembali, tiba tiba ia amat menyesal dan malu, ini dapat terlihat jelas dari wajahnya yang tampan itu, sontak rasa murung dan sedihnya tersapu lenyap dengan begitu saja. "Boanpwe menantikan petunjuk selanjutnya" ia berbisik dengan kepala tertunduk. Tiba tiba saja pemuda itu teringat akan sesuatu, ia merasa dapat berjumpa dengan orang yang kehilangan sukma dalam keadaan begini adalah suatu kejadian yang amat kebetulan, pelbagai persoalan yang mencurigakan hati pun seketika berkecamuk dalam benaknya, ia ingin membongkar semua persoalan itu dan berusaha mendapatkan jawabannya sehingga semua kecurigaan dan rasa bingungnya dapat

tersapu lenyap. Tapi ...dari manakah dia harus bertanya? Persoalan itu ratusan banyaknya, apa yang musti ditanyakan lebih dulu?? Akhirnya dia mengambil keputusan untuk mendengarkan dahulu pertanyaan apakah yang hendak diajukan orang yang kehilangan sukma kepadanya. 1564 "Cianpwe, adakah sesuatu petunjuk yang hendak kau katakan kepadaku....?" dia bertanya. "Tidak, bukankah engkau kenal dengan seorang perempuan maha cantik yang gemar mengenakan baju merah darah??" Berdebar jantung Han Siong Kie mendengar perkataan itu, ia tak menyangka kalau orang yang kehilangan sukma bakal mengajukan pertanyaan yang amat merikukan hatinya itu. Tapi ia cukup menghormati perempuan ini, bahkan mencintainya bagaikan mencintai ibu sendiri sebab andaikata tiada pertolongan dari mereka berdua mungkin ia sudah mampus seratus kali. Maka ketika pertanyaan tersebut diajukan kepadanya, diapun tidak mencoba untuk mengelabuhinya, dengan wajah merah padam karena jengah ia mengangguk. "Yaaa, aku kenal dia" "Engkau tahu, siapakah perempuan itu sebenarnya?" "Ia mengaku bernama Buyung Thay, anak murid dari Toh hun sian ci" "Engkau tahu berapa usianya tahun ini?" orang yang kehilangan sukma mendesak lebih jauh. "Aku pikir.... Aku rasa... paling banter juga baru dua puluhan .... masa lebih?" "Nak. kau terkecoh kalau menganggap dia baru dua puluhan" seru perempuan itu sambil tersenyum, "paling sedikit usianya tahun ini sudah mendekati empat puluhan, sejak dua puluh tahun berselang ia sudah tersohor dalam dunia persilatan sebagai perempuan yang paling cantik, semua jago lihay angkatan muda jaman itu rata rata pada tergila-gila kepadanya, dialah yang disebut orang sebagai Hong ho (ratu tawon) yang tersohor itu" 1565 Dengan hati terperanjat Han Siong Kie mundur selangkah lebar ke belakang ... Ratu tawon? Nama ini jauh sebelumnya sudah pernah didengar dari mulut orang lain, dan sekarang mimpipun ia tak menyangka kalau Buyung Thay yang selama ini dianggapnya sebagai saudara sendiri tak lain adalah Ratu tawon, perempuan cabul yang paling jalang, paling rendah dan paling tak bermoral dari dunia persilatan .... "Bukankah kecantikannya luar biasa sekali? Dan memiliki daya pikat yang amat hebat?" kembali orang yang kehilangan

sukma bertanya. Han Siong Kie hanya bisa mengangguk. memang kecantikan Buyung Thay hakekatnya memang tak bisa dibantah, sekalipun laki laki berhati sekeras bajapun akan leleh jika dirayu dan dipikat olehnya. "Dia telah menipu aku" jerit Han Siong Kie dalam hati, "ia mengaku kepadaku sebagai seorang gadis yang malang .....Hmm Bedebah, aku telah kau tipu mentah mentah ...." Terbayang kembali perbuatannya dengan perempuan itu, terutama ketika ia melakukan hubungan suami istri dengan perempuan itu.. Tanpa terasa peluh dingin telah membasahi sekujur badannya. "Nak. tahukah engkau akan perbuatan perbuatannya dimasa lalu?" orang yang kehilangan sukma bertanya lebih jauh. "Tentang soal ini...." "Dia telah kawin dengan Thian che kaucu, tapi tak lama kemudian ia telah meninggalkan kembali suaminya untuk berpetualangan lebih jauh" Menyinggung soal "ketua Thian che kau Yu Pia lam", Han Siong Kie merasakan darah yang mengalir dalam tubuhnya jadi mendidih, tanpa terasa dia terbayang kembali akan ibunya si siang go cantik ong cui ing yang telah menikah lagi, diapun 1566 teringat akan keturunan Thio susioknya, yakni Thio sau kun, ketua muda perkumpulan Thian che kau untuk saat ini. "Cianpwe,jangan kau singgung kembali persoalan-persolan semacam itu ....." teriaknya dengan gemas. orang yang kehilangan sukma mengangguk. "Baiklah nak, aku hanya berharap agar engkau jangan melakukan perbuatan yang tolol. Mengerti bukan??" "Boanpwe mengerti" "Nah, sekarang katakanlah, apa rencanamu selanjutnya setelah meninggalkan tempat ini?" "Aku akan mengunjungi perkampungan Sim keh ci di diluar kota Tiang sah untuk menemukan jejak toa supekku Sim si kiat" "Kali akan mengunjungi perkampungan Sim keh ci??" ulang orang yang kehilangan sukma dengan badan bergetar. "Benar" "Kau tak usah pergi kesitu lagi, percuma" "Kenapa?" "Sejak belasan tahun berselang perkampungan Sim keh ceng telah hancur dan musnah tinggal puing puing yang berserakan" Agak terkejut Han Siong Kie ketika mendengar berita itu, ia merasa orang yang kehilangan sukma betul betul seorang manusia yang misterius, rupanya persoalan apapun diketahui olehnya, kalau toh perempuan itu mengatakan bahwa

perkampungan Sim keh ceng sudah tinggal puing yang berserakan, itu berarti apa yang telah terjadi memang begitulah, tapi bagaimana ia bisa tahu akan persoalan ini?" 1567 "Cianpwe, apakah engkau mengetahui jejak dari toa supekku? sekarang dia berada dimana?" serunya penuh emosi. "Tentu saja aku tahu dimanakah toa supek mu kini berada" "Katakanlah kepadaku, kini dia berada dimana...." "Pada saat ini kau tak perlu menemukan jejak nya, sebab hal ini belum terlalu penting" tukas perempuan itu cepat. "Kenapa?" "Aku hanya mengatakan saatnya belum tiba." Kembali suatu teka teki yang tak terjawab Tampaknya orang yang kehilangan sukma menguasahi penuh semua persoalan yang ingin diketahuinya, tapi perempuan itu segan untuk mengatakannya keluar, saking gemasnya Han Siong Kie sampai menggertak giginya keras keras, sekalipun demikian ia juga tak dapat birbaat apa apa. "Cianpwe mengapa kau bertindak sangat misterius?" saking tak tahannya pemuda itu menegur. "Nak. keadaanlah yang memaksa aku harus berbuat demikian, mau tak mau terpaksa aku musti simpan dulu semua rahasia yang tak akan mendatangkan keuntungan bagimu itu" "Andaikata aku mempunyai banyak persoalan yang hendak ditanyakan padamu, apakah engkau bersedia pula untuk menjawab semua pertanyaan itu" "Ini tergantung pada pertanyaan apakah yang hendak kau ajukan, kalau aku rasa pertanyaanmu pantas untuk dijawab tentu akan kujawab sebisanya, tapi kalau tak dapat dijawab, terpaksa akupun tak dapat memberitahukannya kepadamu" "Aku ingin tahu siapakah cianpwe sebenarnya?" seru pemuda itu dengan antusias. 1568 "Sekarang belum dapat kukatakan, tapi waktu sudah tak akan lama lagi, nantikan saja tibanya kesempatan itu" "Bagaimana kalau ingin kuketahui peristiwa yang sebenarnya tentang pembunuhan berdarah yang meliputi dua ratus anggota keluarga Han?" "Sama saja, saat terbongkarnya rahasia itu sudah sangat dekat, tunggu saja sedikit hari lagi" "Mengapa Thio susiokku bunuh diri? Mengapa dia melarangku membalas dendam? Apa yang dimaksudkan sebagai perintah gurunya? Aku tahu pembunuh itu sebenarnya bukan Pemilik benteng maut tapi dia ....." "Cukup.... Cukup.... Nak. jawabanku hanya sepatah kata, tak lama lagi semua rahasia itu akan kau ketahui"

Pada saat itulah tiba tiba dari arah hutan muncul sesosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa, bayangang itu melayang datang menghampiri dimana mereka berada. Han Siong Kie merasi amat terperanjat, cepat ia berpaling, sepasang telapak tangannya disilangkan didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, tapi setelah pandangannya dipertegas ia baru tahu bahwa orang itu tak lain adalah orang yang ada maksud. Orang yang ada maksud melirik sekejap kearah Han Siong Kie, lalu menghampiri orang yang kehilangan sukma dan membisikkan sesuatu disisi telinganya. "Aaaah....jadi begitulah kejadian yang sesungguhnya?" bisik orang yang kehilangan sukma kemudian dengan suara gemetar. "Benar" sahut orang yang ada maksud dengan gelisah. "Waaah.... waah.... kalau... kalau dia sampai melakukan kesalahan besar, urusan kan bisa menjadi berabe." keluh 1569 orang yang kehilangan sukma semakin gelisah. Tiba tiba dia berpaling ke arah Han Siong Kie, lalu katanya pula: "Nak, sekarang juga berangkatlah ketebing si-sin gan, kau harus segera berangkat dan mencapai tempat itu sesingkat mungkin, jangan sampai buang waktu barang sedikitpun jua...". "Tebing si sin gan? Dimanakah itu letaknya ?" Han Siong Kie bertanya dengan wajah keheranan"Tebing si sin gan adalah letak markas besar perkumpulan pat gi pang, tentunya kau mengetahui letaknya bukan? Apa yang telah terjadi tak usah kuterangkan disini, setibanya ditempat kejadian kau akan mengetahui dengan sendirinya, Nah, ayolah cepat berangkat kesitu" Tak terkirakan rasa kaget yang dirasakan Han Siong Kie pada saat itu, bibirnya sampai pucat karena terkejut, ia tahu perkumpulan Pat gi-pang sudah hancur dan lenyap dari permukaam bumi, sekarang perkumpulan itu sedang menghimpun kekuatan baru dan akan berdiri lagi dengan resmi tentu saja calon istrinya Go siau bi yang melaksanakan tugas pembangunan tersebut. Sebagai jago yang cerdik dan cukup berpengalaman, ia lantas mendapat firasat jelek, ia lantas menduga bahwa suatu kejadian yang tidak beres telah terjadi, maka tanpa banyak berbicara lagi dia mengangguk. "Boanpwe akan segera melaksanakan perintah itu Dan akan kuusahakan secepat-cepatnya tiba ditempat kejadian" ia berkata. "Ingat nak, kau harus cepat berangkat dan kerahkan segenap tenagamu untuk mencapai tempat tersebut, sebab kalau tidak maka akibatnya benar benar sukar dilukiskan dengan kata-kata"

1570 "Cianpwe tak usah kuatir, boanpwe akan ingat selalu perkataan itu serta melaksanakan sebaik mungkin." Sekalipun keheranan, bingung dan diliputi perasaan tidak mengerti, toh akhirnya berangkat juga Han Siong Kie meninggalkan hutan lebat itu menuju ke tebing si sin ganperjalanan dilakukan dengan sepenuh tenaga, sekilas pandangan tubuhnya ibarat serentetan kilat yang membelah angkasa belaka, cepatnya bukan kepalang. Esoknya, ketika tengah hari baru menjelang tiba, Han Siong Kie sudah berada lima li di luar tebing si sin gan tersebut. Pada saat itulah, tiba tiba muncul sesosok bayangan, suatu gerakan yang gesit dan manis bayangan itu jumpalitan beberapa kali diudara lalu melayang turun tepat dihadapan mukanya: Dengan suatu gerakan yang cekatan Han Siong Kie menahan kembali gerakan tubuhnya, cukup dalam sekali pandangan ia sudah mengetahui bahwa bayangan merah itu tak lain adalah nyonya cantik berbaju merah itu... Buyung Thay adanya. Kemunculan perempuan cantik yang sama sekali tak terduga ini tentu saja mencengangkan pemuda kita, ia tak menyangka kalau mereka bakal berjumpa lagi dalam keadaan yang tak diinginkan. "Titi .... mau kemana kau??" merdu nyaring suara panggilan itu, bagaikan kicauan burung nuri dipagi hari, sangat menawan hati siapapun yang mendengarnya. Han Siong Kie segera merasakan jantungnya berdebar keras, mukanya jadi merah dan nyaris dia memanggil perempaan itu juga dengan teriakan "cici" Untunglah saat itu juga ia teringat kembali dengan kata kata yang diucapkan orang yang kehilangan sukma belum lama berselang, teriakan yang sudah berada diujung bibir 1571 serta merta ditelan lagi kedalam perut, dia hanya mengiakan dengan hambar. "Eeeh... titi, kenapa kau?" kembali Buyung Thay menegur dengan rupa orang tercengang. Han Siong Kie menunduk rendah-rendah, sinar matanya tak berani menatap langsung kearah perempuan itu, sebab ia merasa bahwa perempuan itu memiliki kecantikan yang luar biasa serta daya pikat yang sangat hebat, membuat orang jadi tertarik dan terpesona dibuatnya. Karena itu untuk menghindari segala kemungkinan yang tidak diinginkan- ia harus mempertahankan diri, ia tak mau membalas tatapan perempuan itu dengan tatapan pula. "Aku tidak apa apa, aku masih ada urusan penting lain yang harus segera dilaksanakan" katanya dengan suara

dingin. Diluaran ia berkata demikian, sementara dalam hatinya berpikir lain, ia sedang merasa heran, apa sebabnya dibalik tubuh yang indah dan mempersonakan hati itu bisa terdapat sebuah roh yang kotor, sebuah roh yang jalang dan tak tahu malu. "Eeeh...urusan apa yang bikin kau gelisah? Kejadian apa toh yang musti kau kerjakan segera?" kembali perempuan baju merah itu menegur dengan nada merayu. "Maaf, sekarang aku tak sempat memberi tahukan kepadamu, lain kali saja bila ada kesempatan kuterangkan kepadamu, nah, maaf aku harus segera berangkat" Selesai berkata, pemuda itu menjejakkan kakinya keatas tanah dan meluncur kembali kedepanBaru saja melangkah maju, bayangan merah itu kembali berkelebat lewat dan menghalang kembali jalan pergi si anak muda itu. 1572 "Titi, apakah engkau hendak menuju ke tebing si sin gan?" tiba tiba perempuan itu menegur dengan roman muka yang aneh. "Benar, dari mana kau bisa tahu?" Han Siong Kie hampir maju tersentak kaget karena keheranan. "Waah, kalau begitu kebetulan sekali Akupun akan menuju ke tebing si sin gan, kalau ada persoalan lebih baik kita bicarakan nanti saja." Han Siong Kie mengerutkan dahinya, sayang waktu tidak mengijinkan baginya untuk berpikir lebih jauh, diapun tidak diberi kesempatan untuk bertanya lebih mendetil, sebab bagaimanapun juga Go siau bi adalah calon istrinya, sedang orang yang kehilangan sukma berulang kali telah berpesan kepadanya agar jangan membuang banyak waktu dijalan, maka dari itu diapun tidak banyak bicara lagi, dengan hati berdebar keras sekali lagi tubuhnya melejit keudara dan melayang kearah depan. Buyung Thay tidak ambil diam, dia mengikuti pula disamping anak muda itu meluncur kedepanSelang sesaat kemudian, mereka sudah berada dibawah tebing si sin gan, dari kejauhan sudah terlihat dua sosok mayat yang penuh berpelepotan darah membujur ditengah tebing, kematian kedua orang itu tampak mengerikan sekali. "Aduuh celaka...." Buyung Thay segera berteriak dengan paras muka berubah hebat, "kemungkinan besar kedatangan kita teriambat satu tindak ...." Paras muka Han Siong Kie ikut berubah hebat, jantungnya yang berdebar keras nyaris melompat keluar dari rongga dadanya, sampai detik ini dia baru menyadari bahwa hakekatnya dia memang sangat mencintai Go Siau bi, sekalipun semua perasaan dan hatinya telah dipersembahkan

hanya untuk Tonghong Hui seorang, tapi bagaimanapun juga 1573 Go Siau bi masih menempati suatu posisi juga dalam hati kecilnya. "Kita harus cepat naik ke atas tebing" teriak pemuda itu dengan wajah panik. Tanpa membuang waktu lagi ia menerobos masuk lewat mulut tebing itu, bagaikan sebatang anak panah yang teriepas dari busurnya, ia menelusurijalan setapak tersebut langsung meluncur ke puncak tebing itu. Bentakan nyaring, jerit kesakitan secara lapat-lapat ramai kedengaran dari tempat kejauhan, agaknya suatu pertempuran sengit sedang berkobar dengan hebatnya. Ketika mereka berdua sudah tiba didepan pintu gerbang dipuncak tebing itu, suara berkobarnya pertarungan kedengaran makin jelas dan nyata.... jeritan jeritan kesakitan lebih sering menggelegar di udara. Sudah puluhan sosok mayat yang terkapar disekitar pintu gerbang dan sekeliling batuan, mayat-mayat itu kebanyakan tewas dengan keadaan yang mengerikan, darah segar berceceran membasahi seluruh permukaan tanah, pemandangan disitu sangat mengerikan hati. "Siapa disitu?" tiba tiba bentakan nyaring menggelegar menyayat kesunyian ditempat itu. Empat orang laki laki berpakaian ringkas warna hitam munculkan diri dari balik pintu gerbang dan menghadang jalan pergi kedua orang itu "Ayoh jawab, kalian adalah saudara saudara dari perkumpulan ataukah ....." bentak Han Siong Kie lantang. "Eeh....apakah kedatanganmu bukan lantaran urusan ini?" terdengar Buyung Thay menyela diri samping, "mereka orang orang dari perkumpulan Thian che kau..." 1574 Begitu mendengar kata kata "Thian che kau", sontak sepasang mata Han Siong Kie berubah jadi merah membara, napsu membunuhnya menyelimuti seluruh roman mukanya itu, rasa dendam dan sakit hatinya membuat jago muda kita ini menyeringai seram. Perkumpulan Pat gipang telah musnah ditangan Thian che kau, sekarang Go siau bi sedang berusaha menghimpun kembali kekuatan barunya diantara puing puing kehancuran, tapi mereka tak sudi melepaskan calon istrinya dengan begitu saja, kesemuanya ini makin mengobarkan rasa dendam dan sakit hati Han Siong Kie terhadap musuh bebuyutannya ini. Rupanya keempat orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau pun sudah mengetahui siapa yang berhadapan dengan mereka, tak kuasa lagi merekapun berteriak kaget: "Haaah ....? Manusia bermuka dingin ...."

Tanpa memberi perlawanan apa apa, sontak mereka putar badan dan melarikan diri terbirit birit kedalam pintu gerbang itu, sambil kabur, suitan nyaring berkumandang tiada hentinya memecahkan kesunyian. Hawa napsu membunuh telah menyilimuti seluruh wajah Han Siong Kie, sudah tentu ia tak sudi membiarkan musuhmusuhnya kabur dengan begitu saja, ia melompat kedepan dan mengejar ke belakang keempat orang laki laki kekar tadi kemudian jari tangannya menyentil kedepan ..... criiit criiiiit Criiiiit ..... desiran angin tajam dari ilmu Tong kim ci segera menderu deru dan meluncur ke depanEmpat kali jeritan nyeri yang menyayatkan hati berkumandang membelah angkasa, hampir pada saat yang bersamaan empat orang laki laki kekar itu tersambar punggungnya oleh desiran angin tajam tadi dan menggelepar diatas tanah dalam keadaan mengerikanSelesai membereskan nyawa keempat orang musuh, Han Siong Kie sama sekali tidak berhenti, ia melanjutkan gerakan 1575 tubuhnya menerjang kearah mana berasalnya bentakan bentakan tadi... Angin pukulan menderu deru, ditengah gulungan serangan yang amat dasyat itu, tampak beberapa sosok bayangan manusia menerjang keluar dari arena pertarungan dan meluncur kearah luar dengan begitu kedatangan merekapun lantas berpapasan dengan Han Siong Kie berdua. Si anak muda itu segera mendengus dingin, telapak tangannya disiapkan untuk melancarkan seranganTapi sebelum pukulan mautnya dilepaskan, jeritan ngeri telah berkumandang saling menyusul, beberapa sosok bayangan manusia yang sedang menerjang kearah mereka itu tahu-tahu sudah menggeletak semua dalam keadaan tak bernyawa lagi, orang-orang itu semuanya berjumlah tujuh orang akan tetapi tiada perlawanan apa apa yang dapat dilakukan orang orang itu. Tanpa sadar Han Siong Kie berpaling kesamping, ia tahu kematian orang-orang itu pastilah perbuatan dari rekannya, betul juga, ditemuinya Buyung Thay yang berada dibelakangnya sedang berdiri dengan wajah mengerikan, hawa nafsu membunuh telah menyelimuti seluruh mukanya, membuat perempuan yang amat cantik itu kelihatan lebih keren dan menakutkan-ooo0dw0oooBAB 86 MAYAT-MAYAT bergelimpangan didepan ruangan ci gi teng, darah berceceran membasahi lantai membuat suasana terasa suram dan menggidikan hati. Ditengah arena berdirilah seorang perempuan yang rambutnya terurai awut awutan, seluruh badannya telah

1576 basah oleh darah sehingga dipandang dari kejauhan orang itu mirip seorang manusia berdarah. Waktu itu, si perempuan berambut panjang itu sedang melangsungkan pertarungan seru melawan dua orang kakek yang mempunyai lambang matahari, rembulan dan bintang diatas dadanya. Sekeliling arena berdirilah ratusan orang jago silat yang membentuk sebuah dinding manusia disitu, tapi mereka semua terdiri dari jago jago perkumpulan Thian che kau. Dilihat dari keadaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkumpulan Pat gi pang yang baru saja berdiri kembali dengan kekuatan barunya, telah terbasmi kembali dari muka bumi dengan keadaan yang lebih mengerikan ....... Perempuan yang sedang bertempur itu tak lain adalah ketua baru dari perkumpulan Pat gi pang yakni Go Siau bi, sedangkan dua orang lawannya tak lain adalah dua orang utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau. Waktu itu keadaan Go Siau bi sangat kritis dan berbahaya, setiap saat dia harus menghadapi keadaan yang membahayakan jiwanya, walau begitu, si nona yang kosen masih bertahan terus dengan gigihnya, hanya kebencian serta perasaan dendam yang meluap luap itulah yang sanggup mempertahankan dirinya dari kerubutan musuh. Tiba tiba terdengar bentakan nyaring menggelegar diruangan, kontan Go Siau bi terdorong mundur lima langkah dengan sempoyongan, ia muntah-muntah darah lagi, sekujur badannya makin basah oleh noda merah, malahan badannya makin gontai, jelas gadis itu sudah kehabisan tenaga dan makin lemah daya tahan tubuhnya. Melihat keadaan musuhnya itu, salah seorang diantara utusan khusus perkumpulan Thian che- kau itu segera tertawa seram, sambil maju kedepan melancarkan serangan ejeknya sinis: 1577 "Nah, rasain kau sekarang, bagaimana kalau kehabisan tenaga dan tak mampu bergerak lagi..." selangkah demi selangkah dia maju kedepan mendekati nona yang semakin gontai itu. Go siau bi mengayunkan sepasang tangannya tapi sesaat kemudian telah diturunkan kembali, tenaga dalamnya telah habis mengering, dia tidak bertenaga lagi untuk melancarkan serangan. Sambil tertawa seram utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu maju terus kedepan dan akhirnya berhenti hanya tiga langkah dihadapan Go siau bi, kembali jengeknya dengan nada menyeramkan: "Keponakan perempuanku yang manis, sekarang ijinkanlah

kepadaku untuk menghantar sendiri keberangkatanmu ke alam baka.... haaah.... haaaahh... haaahh...." Pelan-pelan telapak tangannya diangkat keudara dan siap diayunkan keatas batok kepala nona itu. "Thian wi wan" jerit Go siau bi dengan mata merah membara, "kau adalah binatang terkutuk. sekalipun aku sudah mati dan menjadi setan, tak nanti kuampuni dirimu....." Di tengah situasi yang makin gawat, tiba-tiba terdengar desingan angin berkumandang membelah angkasa dan langsung menerjang keatas tubuh Thia Wi wan, utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu. Berbareng dengan munculnya serangan tadi, kawanan jago yang berada disekitar arena sama-sama berteriak kaget: "Manusia muka dingin...." "Ciang bun jin perguruan Thian lam " -ooo0dw0oooTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1578 Jilid 42 DENGAN perasaan ngeri bercampur takut Thia Wi San melompat mundur sejauh beberapa depa ke belakang, dengan susah payah ia berhasil juga menghindarkan diri dari sergapan maut itu. Tatkala sinar matanya dialihkan kembali ke tengah arena, tampaklah disitu telah bertambah dengan seorang pemuda tampan berwajah dingin, kaku dan menyeramkan, hawa nafsu membunuh menyelimuti seluruh roman mukanya, dia tak lain adalah Han siong Kie. Selama ini Go siau-bi dapat bertahan terus dengan gigih lantaran dia ditunjang oleh rasa benci, sakit hati dan dendam yang besar, tapi setelah calon suaminya Han-siong Kie muncul di depan mata, ia tak dapat menguasai dirinya lagi, semangatnya langsung menurun secara drastis dan tak ampun lagi badannya roboh terkulai ke tanah. Han Siong Kie menggeram marah, teriaknya sambil menggigit bibir menahan rasa bencinya yang meluap luap. "Thia Wi wan, akan kucincang tubuhmu jadi berkeping keping lalu menghancur lumatkan menjadi abu ...." Ancaman itu diucapkan dengan napsu membunuh yang amat mengerikan, bikin bulu kuduk orang pada bangun berdiri.. "Haaaaahhh... haaaahhh... haaaahhh.... " Thia Wi wan menyeringai dan tertawa seram, " manusia muka dingin, kau anggap kemampuan itu dapat mewujudkan apa yang kau inginkan?" Han Siong Kie mendengus penuh kemarahan, secara beruntun dia lancarkan dua buah serangan berantai yang amat dahsyat, kedua buah serangan yang dilepaskan dengan 1579

penuh perasaan dendam itu betul betul luar biasa dahsyatnya, angin yang menderu deru serasa memekikkan telinga. Thia Wi wan memandang sinis musuhnya, ketika serangan dahsyat itu menggulung tiba, serta merta menangkisnya dari kejauhan, sementara utusan khusus yang lainnya menyusup maju pula berbareng ketika anak muda itu melancarkan serangannya, ia maju sambil menyodokkan kepalan tinjunya ke depan, segulung hawa pukulan yang maha dahsyat segera memancar ke depan dan menghantam punggung samping Han Siong Kie. "Blaaang...." suatu benturan keras menggelegar diangkasa, menyusul seseorang mendengus berat. Dengan muka pias seperti mayat Thia Wi wan mundur delapan langkah dengan sempoyongan, rupanya ia menderita kerugian yang cukup besar dalam bentrokan itu. Tapi pada saat yang bersamaan pula Han Siong Kie kena terhantam oleh serangan yang dilancarkan musuh dari arah samping itu, badannya tergoncang keras dan maju satu langkah lebar kedepan. Meski demikian, utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang melancarkan serangan dari belakangpun tidak memperoleh keuntungan apa apa oleh daya pantulan tenaga si mi sinkang yang terpancar keluar dari tubuh Han Siong Kie itu, dia sendiripun tergetar mundur sejauh tiga langkah lebih. Dalam satu gebrakan, dua orang jago lihay dari Thian che kau berhasil digetarkan sampai mundur dengan sempoyongan, kejadian ini dengan cepat membuat suasina jadi gempar, kawanan jago lainnya yang berkeliling diseputar arena samasama menjerit lengking saking kagetnya. Target dari Han-siong-Kie pada saat ini adalah menghancur lumatkan tubuh Thia Wi wan maka selesai dengan serangan yang pertama, ia menerkam jauh lebih kedepan secara 1580 beruntun ia le-paskan tiga buah serangan berantai dengan ilmu Mo-mo-ciang-hoat. Ilmu pukulan Mo-mo-ciang-hoat merupakan ilmu sakti yang khusus dari aliran perguruan Thian lam, sejak Han-siong-Kie berhasil meyakinkan ilmu sakti Si-mi-siakang pukulan pukulan tersebut dapat dimainkan dengan lebih kuat dan bertenaga, tentu saja daya pengaruhnya lipat ganda lebih hebat dari keadaan biasa. Begitu ketiga jurus serangan itu dilepaskan, jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian, sambil muntah darah kental, Thia-Wi-wan terlempar kebelakang hingga jatuh berjerembab diatas lantai..... Melihat rekannya terluka, utusan khusus Thian che-kau yang lain segera melompat ke muka sambil melancarkan serangan, secara beruntun ia lepaskan tiga buah pukulan

berantai yang kesemuanya tertuju keatas badan Han-siongKie. Diperlakukan secara demikian kasarnya oleh lawan, kemarahan yang meluap dalam tubuh Han-siong-Kie tak terkendalikan lagi, begitu serangan musuh baru lewat, dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan secepat sambaran kilat ia membentuk gerakan setengah lingkaran busur diudara, dengan gerakan tersebut maka terhindarlah jago itu dari serangan musuh, ia balik menerjang kesamping musuhnya lalu dengan suatu gera kan cepat melancarkan serangan balasan dengan ilmu jari Tong-kim-ci. Serangan ini bakan saja dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tenaga yang menyertai sodokan itupun tak terkirakan hebatnya. Jeritan ngeri kembali bergenia memenuhi ruangan, bahu urusan khusus itu tertembus angin serangan itu hingga 1581 berlubang, darah segar bagaikan sumber mata air memancar keudara dan membasahi separuh bagian tubuhnya. Sekarang Han siong Kie dapat melihat jelas tampang musuhnya, ternyata dia tak lain adalah suma Hiong, utusan khusus yang pernah dijumpainya dalam kuil Bu ho si di pantai Pek sui tam tempo hari. "suma Hiong" segera tegurnya dengan nada ketus: "hari ini nyawamu tak akan lolos dari cengkeramanku lagi" Utusan khusus Thian che kau, suma Hiong mundur beberapa langkah dengan ketakutan, mukanya jadi pucat pasi malahan badannya agak gemetar, jelas terpapar diatas wajahnya betapa ngeri dan takutnya orang itu menghadapi mara bahaya yang datang mengancam. Pada saat itulah tiba tiba muncul seorang kakek berbaju hitam yang diam diam menghampiri Go siau bi tanpa menimbulkan sedikit suarapun, telapak tangannya sudah diangkat ke udara siap di ayunkan keatas tubuh sang nona yang tak sadarkan diri itu. Dalam keadaan begini, tentu saja Han Siong Kie sama sekali tak sempat untuk memperhatikan keselamatan istrinya, tampaknya nona yang manis itu segera akan mati konyol .... "Bangsat, rupanya kau pingin mampus" mendadak seseorang membentak nyaring. Menyusul bentakan tersebut, jeritan kesakitan yang memilukan hati berkumandang di udara, tahu tahu kakek itu sudah menggeletak mampus di atas tanah dengan tulang kepala hancur berantakan, isi benak bercampur darah tercecer diatas lantai, sementara disamping Go siau bi tahu tahu sudah bertambah dengan seorang nyonya cantik berbaju merah yang bermuka keren. Dengan hati terkejut Han Siong Kie berpaling apa yang kemudian terlihat membuat hatinya tercekat, hampir saja dia

1582 lupa dengan keadaan Go siau bi, dia lupa kalau mereka masih berada disarang serigala, untung Buyung Thay turun tangan tepat pada saatnya, kalau tidak ....entahlah bagaimana akibatnya. Go siau bi sendiripun dibikin sadar kembali oleh teriakan yang memilukan hati itu, pelan pelan ia buka matanya lalu bangkit berdiri "Untuk sernentara waktu janganlah bangun dulu adikku" Buyung Thay segera memayang tubuh gadis itu, "paling penting kau musti rawat lukamu dulu, sedang urusan disini..." "Tidak" Teriak Go siau bi setengah menjerit "aku .... aku hendak membalas dendam, aku hendak bunuh ......" Keadaan gadis itu banar benar sangat rapuh, apalagi setelah melangsungkan pertarungan yang cukup lama, tenaga dalamnya hampir habis rasa nya, ditambah lagi dengan luka dalamnya yang cukup parah, membuat keadaannya semakin lemah sedikit terdesak emosi kembali darah kental muntah keluar dari mulutnya. Han-siong Kie kebetulan berpaling kesamping ketika dilihatnya keadaan Go Siau-bi yang begitu lemah, ia sangat marah, matanya merah berapi api dan hampir saja melotot keluar, hawa pembunuhan semakin tebal meiyelimuti arena pertarungan itu. Selang sesaat kemudian sianak muda itu baru berpaling kearah Buyung Thay, kemudian pesan nya dengan suara dingin: "Toloug rawatlah nona itu baik baik ! " Kemudian ia berpaling, ditatapnya Suma Hiong salah seorang utusan khusus Thian-che-kau itu dengan sinar mata yang mengidikkan hati. Suma Hiong ketakutan, dengan badan menggigil dia mundur dua langkah lagi. 1583 "Mau lari kemana kau??" teriak Han-siong Kie dengan gusar. Baru saja pemuda itu akan maju sambil menyerang, tibatiba dari arah samping berkumandang pula suara bentakan keras bagaikan menggelegarnya guntur ditengah udara: "Manusia muka dingin, kau tak usah tekebur... inilah tandinganmu yang piling pantas!" Han-siong Kie menyusut mundur selangkah kebelakang, bukannya dia takut, pemuda itu tak ingin bertindak gegabah sehingga merugikan posisinya sendiri. Seorang kakek tinggi besar yang berikat kepala wama emas melayang masuk kedalam arena pertarungan, orang itu bermata hijau, baik perawakan maupun potongan badannya amat hebat hingga memberi kesan yang cukup menggidikkan

hati bagi siapapun yang melihatnya. Kebengisan dan kekejaman Han-si-mo-ong sudah banyak diketahui orang, kelihayan ilmu silat nya cukup menggetarkan sukma, banyak orang sudah mengenal kehebatan gembong iblis tua ini, bahkan selamanya dia hanya turun tangan dalam satu jurus saja, dan selalu korbannya mampus dalam jurus itu pula. Han-siong Kie menjengek dingin, ia tetap berdiri tegak ditempat semula, meski orang lain jera terhadap gembong iblis itu, ia sama sekali tak takut, malahan kesempatan ini hendak digunakannya untuk meringkus jago lihay itu. Tapi sebelum ia sempat menegur, sesosok bayangan merah sudah melayang masuk kedalam arena, Buyung Tay dengan wajah yang santai tahu-tahu sudah berdiri satu meter dihadapan Hun si mo ong. "Enyah kau dari sini" bentak Hun si mo ong sambil mendengus dingin. 1584 "Enyah dari sini ....? Kenapa aku harus enyah dari sini ....?" ejek perempuan cantik "Disini tak ada urusanmu, kau boleh segera tinggalkan tempat ini dan menyingkir jauh jauh" "Heeeehhh.... heeeehhh.... heeeeehhh... siapa bilang aku tak ada urusan disini?" "Bagus Aku peringatkan dirimu kali ini, jika kau berani turut campur lagi dalam urusan ini, ketahuilah, aku tak akan melepaskan engkau dengan begitu saja" "Huuh Andaikata aku mati, lantas siapa yang akan membereskan jenasah mu? Bukankah kau telah berkata setelah mati maka jenasahmu ingin di kebumikan disisi kaburan mendiang guruku?" Begitu ucapan tersebut diucapkan, air muka Hun si mo ong seketika itu juga berubah hebat, ia benar-benar dibuat senyum tak bisa menangispun tidak dapat. Memang benar, ia pernah mengucapkan kata-kata semacam itu kepada Buyung Thay, dia berharap setelah mati jenasahnya bisa dikubur disisi kekasihnya yang paling dicintai. ...Toh hun sian ci. Suatu jerit lengking yang memilukan hati berkumandang memenuhi seluruh ruangan, Suma Hiong salah seorang utusan khusus Thian che kau itu sudah dihantam oleh Han Siong Kie sehingga tewas dengan isi perut hancur tak karuan. Melihat anak buahnya mampus, Hun si mo ong marah sekali, sambil mendengus ia menerjang ke depan dan mengurung tubuh Han Siong Kiee dengan pukulan-pukulan mematikan. Sementara itu Thia wi Wan telah mendapat kesempatan untuk mengatur pernafasannya, selang sesaat kemudian kekuatannya yang banyak berkurang sudah pulih kembali

1585 seperti sedia kala, serta merta ia menerjang kemuka dan menerkam Go siau bi yang terluka parah itu.. Tak terkirakan rasa kaget dan gusar yang dirasakan Buyung Thay setelah menyaksikan peristiwa itu segera bentaknya dengan marah: Thia-Wi-wan, kau berani berbuat lancang dihadapanku? Sreset.... ! sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kearah musuhnya, sementara tubuhnya ikut puia menerjang kemuka. Sekalipun tindakan yang dilakukan perempuan iai cukup cepat, tapi toh terlambat setengah langkah juga. Ketika ia tiba ditempat tujuan, serentetan jeritan lengking telah berkumandang memecahkan kesunyian, Go-Siau-bi sudah terhajar lagi oleh serangan Thia-Wi-wan sehingga tubuhnya mencelat jauh kebelakang. Pada saat yang bersamaan pula, Thia-Wi-wan terbabat oleh angin pukulan dari Buyung-Thay sehingga tergulung kebelakang dan mundur dengan sempoyongan.. Sementara itu dipihak lain pertarungan antara Han-siongKie melawan Han-si-mo-ong telah berlangsung dengan sengitnya, beberapa gebrakan kemudian dapat diketahui bahwa kekuatan mereka ternyata seimbang. Diam-diam Han-si-mo-ong merasa amat terperanjat setelah terjadinya pertarungan itu, bahkan rasa kagetnya sukar dilukiskan dengan kata-kata ia merasa pemuda itu merupakan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai sebelumnya, apalagi sebelum kejadian ini belum pernah ada orang yang bisa lolos dari cengkeramannya dalam satu gebrakan belaka, maka keadaan itu membuat kecut hatinya. Bukan Hun-si-mo-ong saja yang merasa kaget bahkan hampir semua jago lihay perkumpulan Thian-che-kau yang 1586 ikut hadir disekitar gelangang pun merasa. kaget dan berdebar hatinya. Buyung Thay sendiri tak sempat untuk melukai Thia-Wiwan lebih jauh buru-buru ia menghampiri Go-Siau-bi dan memayangnya bangun, tapi setelah nadinya diperiksa paras mukanya kontan berubah hebat, untuk sesaat dia jadi bingung dan tak tahu apa yang musti dilakukan... Han-siong-Kie diam-diam melirik sekejap kearah Go-Siau-bi yang berada dalam bopongan Buyung-Thay, melihat keadaannya yang mengenaskan itu hampir meledak dadanya karena jengkel bercampur marah... Jangan-jangan dia sudah ....." pemuda itu tak berani berpikir lebih jauh, ia merasa tubuhnya bergidik hingga sedikit menggigil, hawa napsu membuauhnya semakin berkobar. "Han-si-mo-ong, lihat serangan" bentakan itu sangat keras

dan memekakkan telinga, membuat setiap orang yang hadir dalam ruangan itu merasa telinganya jadi sakit. Segumpal asap putih mengepul keluar dari batok kepala anak muda itu. dengan menghimpun tenaga sakti Si-misinkangnya mencapai sepuluh bagian ia hantam sekujur badan Han-si-mo-ong sekeras-kerasnya. "Haah.....??! Si-mi-sinkang,....'" jerit Han-si-mo ong dengan hati terkesiap, cepat dia kerahkan pula segenap tenaganya untuk menangkis tibanya ancaman tersebut. Suatu benturan yang disusul ledakan dahsyat tak terhiadar lagi, pusaran angin berpusing segera memancar keempat penjuru, oleh daya tolak pukulan tadi Han-siong Kie mundur selangkah kebalakang, sebaliknya Han-si-mo-ong yang tinggi besar mundur dua langkah dengan sempoyong. Kabut warna putih yang tebal kembali menyelimuti seluruh angkasa, dalam waktu amat singkat Han-siong Kie telah melancarkan kembali serangan nya yang kedua. 1587 Tak sempat bagi Hun-si-mo-ong untuk menangkis ancaman maut itu, tergopoh-gopoh dia mundur delapan depa kebelakang. "Mau lari kemana kau!" bentak anak muda itu dengan geramnya. Pukulan mautnya yang ketiga telah dilontarkan lagi kedepan. Karena didesak terus menerus, akhirnya sifat buas Hun-simoong timbul juga, dia balas membentak: "Jangan tekebur lebih dulu, lihat saja hasilnya nanti kau yang mampus atau aku yang kabur keakhirat!" Dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya dia lancarkan pula sebuah pukulan untuk membendung datangnya ancaman tersebut. Untuk kedua kalinya ruangan gedung itu digetarkan oleh benturan keras yang menggelegar diudara. Kali ini kedua belah pihak sama-sama terdorong mundur sejauh tiga langkah, paras muka Han siong-Kie pucat pias seperti mayat, sebaliknya Hun si-mo-ong berdiri dengan noda darah kental menghias ujung bibirnya, pertarungan ini sungguh seru dan membetot hati, selama seratus tahun belakangan belum tentu ada pertarungan seseru saat ini. Sekali lagi Han-siong Kie berpaling kearah Go Siaa-bi yang tak diketahui nasibnya, sambil menggertak gigi dia menghimpun tenaga Si mi sin kangnya mencapai dua belas bagian, mukanya yang pucat kini berubah jadi merah membara. Hun si mo ong agak keder juga melihat kelihayan musuhnya, ia tahu kepandaian silatnya masih bukan tandingan tawan, tapi sebagai seorang iblis yang disegani orang ia tak sudi mengunjukkan rasa jerihnya dihadapan orang lain, maka

sambil menggertak gigi terpaksa diapun harus menghimpun 1588 segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. Dalam waktu singkat, suasana dalam gelanggang pertarungan berubah jadi hening sepi, sedikitpun tak kedengaran suara. Sekalipun suasana amat hening dan tiada gerakan apa apa siapapun tahu bahwa tak lama lagi akan terjadi suatu benturan maha dahsyat yang luar biasa sekali, dan gempuran tersebut justru akan menentukan nasib mereka semua, menang atau kalah atau mungkin juga kedua duanya akan sama-sama terluka parah. Dipihak lain Buyung Thay masih berjongkok diatas tanah sambil membopong Go siau bi yang tak sadarkan diri Thia wi wan rupanya masih belum puas dengan serangannya yang berhasil itu, sepasang matanya yang tajam bagaikan mata elang itu masih mengawasi terus Go siau bi yang berada dalam bopongan Buyung Thay itu tanpa berkedip. agaknya dia pun sudah merasa bahkan kepandaian silat dari Hun si mo ong masih bukan tandingan dari orang bermuka dingin. Maka dia harus manfaatkan kesempatan yang ada pada saat ini untuk melakukan suatu gerakan sebab bila peluang ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya maka selamanya dia akan kehilangan peluang tersebut ....... Tapi diapun sangsi untuk berpekulasi, ia bukannya tak tahu sampai dimanakah lihaynya ilmu silat yang dimiliki Ratu tawon Buyung Thay ...... Akhirnya Thia wi wan ulapkan tangannya sambil membentak keras: "Anak murid perkumpulan Thian che kau harap perhatikan baik baik, sekarang juga kalian harus menyerang dengan sekuat tenaga, kalian cuma boleh maju tak boleh mundur" 1589 Selesai berkata telapak tangannya segera diayun kedepan lebih dulu menyerang ke arah Buyung Thay, menyusul kemudian Bayangan manusia menggulung-gulung, serentak setiap anggota perkumpulan yang hadir disana bersama-sama maju menyerang. Paras muka Buyung Thay berubah hebat, dengan targan kirinya dia mengempit Go Siau-bi. Sementara jarum Toh-hun-ciam yang berada ditangan kanannya disebar ke muka. Jeritan-jeritan lengking yang memilukan hati berkumandang memenuhi angkasa, hampir belasan orang jago lihay dari perkumpulan Thian-che kau menggeletak diatas

tanah. dalam keadaan mampus, tapi keadaan itu belum juga berhasil untuk membendung serangan lawan yang mendekati kalap itu, desingan-desingan tajam dan pukulan-pukulan dahsyat berhamburan dari sana sini mengurung sekujur badannya. Posisi BuyungThay waktu itu kurang menguntungkan, sebab dia harus menggendong Go Siau-bi sambil melangsungkan pertarungan, bukan saja tenaga dalamnya mengalami rintangan besar, ditambah pula serangan-serangan maut dari Thia Wi-wan yang membabi buta membuat ia kewalahan, dan repotnya bukan kepalang, dia harus melepaskan tiga buah serangan berantai lebih dulu sebelum berhasil mengambil jarum Toh hun-ciam genggaman yang kedua, Kembali tangannya diayun kedepan, belasan orang jago menjerit kesakitan dan roboh terkapar ditanah, untuk sesaat serangan kalap dari musub agak terbendung..... Buyung thay mencaci maki kalangkabut, sambil membentak secepat kilat ia menerjang kearah Thia-wi Wan dan menyerang habis habisan. 1590 Thia Wi-wan ketakutan setengah mati, bulu kuduknya serasa pada bangun berdiri, cepat-cepat ia melompat mundur sejauh dua kaki untuk menghindarkan diri. Merasa tubrukannya kosong can tidak rnencapai sasaran, Buyung Thay melompat ketengah udara dan melayang keatas atap ruangan Ci-gi-teng tersebut, belasan sosok bayangan manusia secepat kilat ikut melompat pula keatas, tapi baru mencapai separuh jalan, banyak diantara mereka yang menjerit kesakitan dan rontok kembali keatas tanah. "Layani dia dengan senjata rahasia ! " teriak Thia Wi-wan penuh kegusaran yang meluap. Dalam waktu singkat, senjata rahasia beterbangan dari empat arah delapan penjuru, semua senjata rahasia itu tertuju kearah Buyung Thay yang masih diudara. Jarum toh hun ciam memang terhitung senjata yang ampuh dan mematikan, tapi oleh sebab jarum itu lembutnya seperti bulu maka jarak serangannya terbatas sekali, sebaliknya jago-jago perkumpulan Thian che kau yang hadir rata rata merupakan jago pilihan yang berilmu tinggi, tentu saja cara mereka untuk melancarkan serangan senjata rahasia juga bukan permainan enteng, jika Buyung Thay tak mau mengundurkan diri dari situ, terpaksa dia harus melayaninya dengan sepenuh tenaga. Keadaan ini dapat dilihat pula oleh Han Siong Kie dengan jelas, tentunya diapun mengetahui pula betapa gawatnya situasi disana. Akhirnya baik Han Siong Kiee maupun Hun si mo ong sama sama melancarkan serangan dengan sekuat tenaga.

Ditengah ledakan dahsyat yang menggelegar diangkasa, desingan angin tajam memancar keempat penjuru serta merta semua jago perkumpulan Thian the kau yang sedang bertarung menghentikan serangan mereka. 1591 Han Siong Kie berdiri kurang lebih lima langkah dari posisinya semula tubuhnya masih goncang terus tiada hentinya. Hun-si-mo ong sendiri jatuh tertunduk beberapa meter dari arena, ia muntah darah berulang kali. Untuk sesaat suasana jadi sepi dan hening, begitu sepinya sehingga terasa menggidikkan hati. Pelan pelan Han Siong Kie maju beberapa langkah kedepan, kelima jari tangannya direntangkan lebar lebar, ujung jarinya tertuju kepada Han-si mo ong asal hawa serangannya dilontarkan kedepan, niscaya gembong iblis tua itu akan terhajar dada dan perutnya hingga berlobang dan tewas. "Hun si mo-ong" teriak anak muda itu kemudian, "apakah engkau ada pesan pesan terakhir yang hendak kau sampaikan?" Suara teriakan itu penuh dengan keseraman dan hawa kematian yang sangat tebal. Han si mo ong menatap sekejap musuhnya dengan sinar mata berkilat, lalu sambil dikejamkan kembali dia menggeleng. "Kalau ingin turun tangan, silahkan turun tangan, apa gunanya musti banyak berbicara?" Satu ingatan tiba tiba melintas dalam benak Han Siong Kie, tangannya yang telah terangkat keatas pelan-pelan diturunkan kembali. "Han si mo ong" katanya kemudian dengan suara berat, "untuk membalas pertolonganmu tempo hari, aku tak akan membinasakan dirimu sekarang juga, nah kau boleh pergi dengan damai hari ini" "Manusia muka dingin" Han si mo ong membuka kembali matanya dan berkata dengan lantang, "tempo hari kutolong 1592 jiwamu, ini disebabkan karena kau pernah menolong muridku si malaikat hawa dingin Mo siu ing, aku pribadi sama sekali tidak bermaksud untuk menolong kau...." Kata kata pengakuan yang berterus terang dan blak biakan ini sungguh mencengangkan orang banyak. tapi dari sini dapat diketahui bahwa Han si mo ong benar benar seorang jagoan yang berjiwa besar dan tak sudi tunduk dibawah orang lainHan Siong Kie dengan cepat menukas sambil goyangkan tangannya. "Kau tak usah banyak bicara lagi, silahkan sejak kini antara kita berdua sudah tiada hutang piutang lagi, persoalan telah

selesai dan semua hutang telah impas, semoga saja lain waktu kita jangan bertemu muka lagi ...." "Manusia muka dingin, kau bakal menyesal bila melepaskan kesempatan baik hari ini, ketahuilah, aku tak nanti akan melupakan hutang yang kau lakukan hari ini" "Heeeh.... heeehh... heehh jangan pandang rendah diriku, selama hidup aku belum pernah mengenal apa yang dimaksudkan dengan menyesal, ayoh silahkan pergi dari sini" Tiba tiba Han si mo ong bangkit berdiri, setelah memandang sekejap sekeliling ruangan itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia lantas berlalu dari sana. Sepeninggal Han si mo ong, suasana dalam ruangan itu jadi gempar, sekarang tiap jago lihay dari perkumpulan Thian che kau merasa panik, takut dan sukma serasa melayang tinggalkan raganya, andaikata hukuman bagi pelanggaran peraturan perkumpulan tidak keras dan mengerikan, niscaya mereka sudah melarikan diri semenjak tadi. Rupanya Thia Wi wan si utusan khusus perkumpulan Thian che kau juga sudah merasakan gelagat yang tak menguntungkan, cepat dia membentak: "Mundur semua" 1593 Pertama-tama dia yang melompat mundur lebih dahulu dari arena pertarungan dan meluncur keluar dari sana ...... Melihat pemimpinnya sudah kabur, kawanan jago dari Thian che kau pun sama sama mengambil langkah seribu, suasana jadi ribut dan gaduh, keadaan orang orang itu mengenaskan sekali tampaknya. "Kembali semua" bentakan nyaring mendadak menggelegar diudara menyusul kemudian terdengar seseorang mendengus tertahan. Thia wi wan terlempar kembali kebelakang dengan muka pucat dan darah menodai ujung bibirnya. Setelah itu gulungan angin pukulan yang dahsyat kembali menyapu permukaan tanah seperti melandanya angin ribut, desingan angin serangan menderu deru, jerit kesakitan menggema silih berganti, puluhan jago yang berusaha melarikan diri dari ruangan itu tahu-tahu terlempar kembali ke belakang dalam keadaan sekarat. Sisanya yang ada dibelakang buru-buru melompat kembali kebelakang, siapapun tak berani melanjutkan niatnya untuk kabur dari tempat celaka itu ..... Untuk sesaat suasana kembali tercekam dalam keheningan yang mengerikan, begitu hening sampai dengusan napas semua orang kedengaran nyaring .... Seluruh jago lihay dari perkumpulan Thian che kau sudah terdesak kembali ke tengah arena, tapi disamping gerbang depan kini bertambah lagi dengan dua puluh sosok mayat lebih, mereka tewas dalam keadaan yang mengerikan, darahpun berceceran membasahi permukaan lantai.

Han Siong Kie berdiri dengan tegap. mukanya menyeringai seram dengan hawa pembunuhan menyelimuti wajahnya, selangkah demi selangkah ia mendekati musuh musuhnya itu, sementara sinar matanya yang tajam mengawasi kelima puluh 1594 orang sisa jago Thian che kau yang masih hidup itu dengan garang dan tak berkedip. Sepi ....hening... seperti dikuburan, semua orang merasa begitu tebalnya hawa maut mengitari sekeliling gelanggang itu, bikin orang susah bernapas dan tak berani bergerak. Buyung Thay sudah melayang turun pula ke atas permukaan bumi, dia berdiri disamping Han Siong Kie. "Bagaimana keadaannya....?" tanya sianak muda itu kemudian dengan muka cemas bercampur kuatir. "Luka dalam yang dideritanya cukup parah, keadaannya amat serius dan tak boleh di biarkan terlalu lama dalam keadaan begitu" Han Siong Kie menggigit bibir menahan dendam dan marahnya, dia berpaling kearah Thia Wi wan lalu ditatapnya utusan khusus Thian che kau yang dibencinya itu dengan mata berapi api dan mulutnya menyeringai seram. Dipandang macam begitu oleh lawannya Thia Wi wan menggigil ketakutan, giginya sampai saling beradu gemerutukan, dia bersin beberapa kali, bulu kuduknya telah bangun berdiri, ditengah kepanikan dan bercucurnya peluh dingin, tiba tiba satu ingatan melintas dalam benaknya. "Kunyuk Tolol amat aku, mengapa tidak kabur saja dari sini?" demikianlah pikirnya dalam hati. Begitu ingatan tadi masuk dalam pikirannya, serta merta ia geserkan badannya dan mundur ke arah kelompok-kelompok anak buahnya ..... "Thia Wi wan Bangsat terkutuk mau lari.... heeeeehhh.... heeeehhh... heeeehhh... jangan mimpi disiang hari bolong, mau terbang dari sinipun jangan harap bisa kau lakukan" Ditengah bentakan keras Han Siong Kie menerjang kedepan, selisih jarak yang begitu dekatnya ini semakin 1595 membuat panik Thia Wi wan, tanpa sadar dia ikut mundur beberapa langkah ke belakang, mukanya yang bopeng seperti permukaan bulan itu mulai mengejang tiada hentinya. itu pertanda kalau hatinya sudah ciut dan ketakutan setengah mati. Tak seorang manusiapun berani berkutik dari tempatnya semula, apalagi anak murid perkumpulan Thian che kau, mereka rata rata berdiri dengan muka pucat pasi. Bayangkan saja, kalau pemimpin mereka yang lihaypun dibikin keok, apalagi mereka cuma manusia biasa? "Bangsat, ayoh serahkan jiwa anjingmu...." teriak Han

Siong Kie sambil melontarkan telapak tangannya kedepan. Pukulan itu sangat dahsyat, angin serangan yang menderu deru secepat kilat meluncur kemuka dan menghantam dada Thia Wi wan. Untuk melihat saja ngeri, apalagi disuruh menerima dengan kekerasan, tentu saja Thia Wi-wan tak berani melakukan hal itu dengan suatu gerakan tubuh yang gesit dia mengegos kesamping untuk menghindarkan diri.... Dua jeritan ngeri tiba tiba berkumandang dari arah belakang, dua orang jago Thian che kau yang tepat berdiri dibelakang Thia Wi wan jadi setan penasaran, mereka tak menyangka kalau pukulan dahsyat itu akan menerjang ke tubuh mereka, tubuh kedua orang itu mencelat ke belakang, setelah muntah muntah darah akhirnya mereka berkelejet dan mampus seketika .... Thia wi wan tidak menyia nyiakan kesempatan itu, dia loncat sepuluh kaki dari tempat semula dan kabur ke atas atap rumah.... Sayang meskipun gerakan tubuhnya cepat, Han Siong Kie jauh lebih cepat darinya, dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia berputar setengah lingkaran busur diatas udara, 1596 kemudian sepasang telapak tangannya dilontarkan keatas atap rumah dan melancarkan dua buah pukulan berantai. Didesak terus oleh serangan serangan yang amat dahsyat itu Thia wi wan tak sanggup berdiri tenang lagi diatas atap rumah, dia jumpalitan beberapa kali di udara dan melayang kembali ke tengah arena, kendati lolos dari ancaman maut, toh sukmanya terasa sudah melayang tinggalkan raganya. Han Siong Kie ikut melayang turun keatas tanah secepat kilat sebuah pukulan dahsyat yang disertai ilmu sakti si mi sinkang dilontarkan ke arah lawan. Kabut putih yang tebal menyelimuti meluruh angkasa, jeritan ngeri sekali lagi berkumandaug di angkasa, Thia Wi wan yang termakan oleh serangan itu berputar kencang diangkasa sebelum akhirnya terbanting jatuh keatas tanah, tepat delapan depa didepan Buyung Thay, kontan saja dia muntah-muntah darah. Kebetulan waktu itu Go siau bi membuka matanya, sinar matanya yang sayu tepat membentur diatas wajah Thia wi wan, mendadak gadis itu merasa timbulnya suatu kekuatan yang tak berwujud dalam badannya, ini membuat semangatnya berkobar kembali. Gadis itu meronta bangun dari pelukan Buyung Thay, lalu dengan suara gemetar serunya: "Turunkan aku kelantai" Melihat Go siau bi secara tiba tiba sadar kembali dari pingsannya, Buyung Thay sangat kegirangan, dia menuruti permintaan nona itu dan menurunkannya keatas tanah. Dalam pada itu Han Siong Kiee telah tiba pula dihadapan

Thia wi wan, sambil ayun tangannya ia membentak lagi: "Thia wi-wan bajingan terkutuk sekaranglah saat kematianmu telah tiba, akan kucincang tubuhmu jadi berkeping keping" 1597 "Tunggu sebentar" tiba tiba Buyung Thay ulapkan tangannya dan mencegah anak muda itu melepaskan serangan mautnya. Agaknya Han Siong Kiee dibikin tercengang oleh tindakan itu, dia tidak menduga kalau Buyung Thay akan menghalangi maksudnya untuk membunuh Thia. Wi wan. "Hey, apa maksudmu dengan perbuatan itu??" tegurnya terheran-heran. "Coba lihatlah dia" kata perempuan cantik baju merah itu sambil menuding kearah Go siau-bi. Cepat Han Siong Kiee berpaling kesamping, apa yang kemudian terlihat membuat jantungnya berdebar keras karena kaget. Ia lihat Go siau bi berdiri angker dihadapannya dengan muka pucat, matanya memancarkan sinar kebencian dan perasaan dendam dan hawa pembunuhan menyelimuti wajahnya, pedangnya sudah dicabut keluar sedang matanya menatap kearah Thia Wi wan tanpa berkedip. Sementara Han Siong Kie masih terheran-heran Buyung Thay telah berkata lebih jauh: "Tak lama berselang, akupun mempunyai kesempatan untuk membunuh orang, tapi waktu itu tidak kulakukan hal ini.... tentu kau masih ingat bukan dengan peristiwa dalam kuil ditepi jalan Thian lam? Nah, aku memang sengaja memberi kesempatan kepada nona Go siau bi untuk membunuh sendiri bangsat itu dengan tangannya, apakah engkau tahu siapakah sebenarnya orang itu?" "Tentang soal ini..... tentang soal ini....". "Nah, kalau engkau kurang tahu minggirlah dulu, nanti kalau ada kesempatan akan kuberitahukan kepadamu" 1598 Han Siong Kiee tertegun, tapi sejenak kemudian dia menurut juga dan mundur tiga langkah, meski pikirannya masih diliputi oleh perasaan bingung dan tak habis mengerti. Jago-jago Thian che kau yang masih tersisa dalam ruangan itu semuanya berdiri tertegun pula seperti orang hilang ingatan, sebenarnya bila mungkin mereka ingin melarikan diri dari sana, tapi tak seorangpun berani melakukannya, karena mereka cukup mengerti bahwa tindakan itu mengandung banyak resiko, siapa tahu kalau bukannya berhasil kabur, nyawa mereka malah lebih cepat kabur dari tubuhnya ....? Go siau bi sudah maju beberapa langkah ke depan, meski dengan sempoyongan, lalu sambil menggigit bibir serunya:

"Thia Wi wan, kau.... kau adalah manusia berhati binatang, kau manusia terkutuk serigala berkedok orang....." Thia Wi wan tidak berkata kata, tiba tiba dia bangkit berdiri dengan badan gontai, sinar matanya sudah pudar tak bersinar, ini menunjukan bahwa luka dalam yang dideritanya amat parah. Go siau bi sudah mengangkat pedangnya ke udara, lalu sambil maju kemuka ia tusuk dada orang. "Blaaaang...." tiba tiba dengusan tertahan menggema diangkasa, Go siau bi kembali muntah darah, tubuhnya terlempar kebelakang dan sekali lagi terkapar ditanah. Han Siong Kie menjerit kaget, cepat ia melompat kedepan. -ooo0dw0oooBAB 87 PARAS muka Buyung Thay ikut berubah hebat, dengan satu gerakan yang cepat ia menyambar tubuh Go siau bi lalu memeluknya erat erat. 1599 "Blaaang,..." Dengan menimbulkan suara nyaring, Thia Wi wan terjungkal kembali keatas tanah, darah kental meleleh tiada hentinya dari ujung bibir, hebat juga orang ini, sesaat menjelang kematianya ia dapat melakukan tindak pembalasan yang jitu dan dahsyat, peristiwa ini boleh dibilang jauh diluar dugaan siapapun. Go siau bi memejamkan matanya rapat rapat setelah mengatur kembali napasnya yang tersengkal, pelan pelan dia membuka kembali matanya, segumpal tenaga yang tak berujud seolah olah muncul dalam tubuhnya dan mempertahankan dirinya hingga tak sampai roboh terjungkal, agaknya gadis itu berhasrat begitu besarnya untuk menghujamkan pedangnya keatas ulu hati lawan. Han Siong Kie betul-betul kelabakan setengah mati, bibirnya sudah memucat, badannya agak menggigil, untuk sesaat dia tak tahu apa yang musti dilakukan ..... Go siau bi telah menyingkirkan tangan Buyung Thay yang memeluk badannya itu, meski dengan sempoyongan dan bersusah payah, selangkah demi selangkah dia bergeser maju menghampiri Thia Wi wan yang telah terkapar ditanah itu ...... Pedangnya langsung diangkat keatas, kemudian dihujamkan keulu hati musuhnya itu keras-keras. Darah kental bermuncratan keempat penjuru, jerit ngeri yang memilukan hati mendirikan bulu roma setiap jago yang hadir disana, tahu-tahu ujung pedangnya sudah menembusi ulu hati Thia Wi wan hingga tembus ke punggungnya... Go siau bi kelihatan sangat garang, setelah menusuk dia cabut kembali pedangnya kemudian menusuk kembali. Satu kali.... dua kali... sudah ketiga kalinya pedang itu menembusi badan Thia Wi wan Dendam kesumat sedalam lautan telah terbalas, hawa

kebencian dan perasaan dendam yang selama ini menopang 1600 kekuatan tubuhnya ikut melemah bersamaan dengan darah yang mengalir dari tubuh lawan, dengan lemas dicabutnya pedang yang masih menancap diperut musuhnya itu, tiba tiba pandangan matanya jadi gelap. .. ia tak mampu berdiri lagi dan roboh tak sadarkan diri. "Adik Bi ....." jerit Han Siong Kie keras keras. Secepat kilat dia menerjang kedepan dan menyambar pinggangnya yang ramping, lalu diperiksanya denyut nadi dara itu, tapi apa yang kemudian diketahui membuat hatinya kecut dan berdebar keras. Napas Go siau bi sudah amat lemah, nadinya sebentar sebentar terputus, mukanya yang pucat kekuning kuningan membuktikan betapa seriusnya luka yang diderita gadis tersebut. Buyung Thay yang berada disampingnya segera mengambil beberapa biji obat dari sakunya, kemudian dijejalkan ke mulut Go siau- bi. "serahkan nona itu kepadaku" bisiknya. Han Siong Kie melotot sekejap kearah kawanan jago Thian che kau yang masih berdiri kaku dalam ruangan itu, kemudian menyerahkan Go siau bi ketangan Buyung Thay, setelah itu dia berpaling kembali kepada musuh musuhnya dan berkata dengan suara yang datar, berat dan mengerikan: "Heeehhh.... heeehhh... heeehhh seluruh puncak tebing si sin gan telah berlumuran darah dari sahabat-sahabat Pat gipang, hari ini kalian harus mencucinya hingga bersih dengan darah dari kalian juga, ayoh serahkan nyawa kalian semua" Suara ucapannya itu sangat mengerikan, membuat siapapun yang mendengar merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Tak terkirakan rasa kaget, gugup dan takut yang mencekam perasaan jago-jago Thian che kau itu, setiap orang merasakan sukmanya serasa melayang tinggalkan raganya, 1601 mereka jadi panik dan tak tahu apa yang musti dilakukan, akhirnya sambil menjerit keras masing masing orang melarikan diri kearah pintu untuk menyelamatkan diri sendiri. "Haaahhh... haahh... haaahh" gelak tertawanya itu mirip orang gila yang sudah kambuh penyakitnya mirip pula seperti terompet kematian yang siap menyambut nyawa-nyawa manusia dari dunia.... Suatu pembantaian berdarah yang mengerikanpun segera berlangsung dengan hebatnya. Jerit kesakitan rintihan orang sekarat bersahut-sahutan tiada hentinya, dalam waktu singkat darah sudah berceceran membasahi seluruh permukaan tanah, mayat bergelimpangan setinggi bukit .... Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya suasana pulih

kembali dalam keheningan yang luar biasa, hanya ruangan ci gi teng telah berubah jadi kuburan masal, mayat terkapar disana sini, kutungan anggota badan dan darah kental membasahi semua lantai, mengerikan sekali pemandangan disekitar tempat itu. Dari seratus orang lebih jago jago lihay yang dikirim perkumpulan Thian che kau, kecuali Han si mo ong seorang yang berhasil tinggalkan tempat itu dengan membawa luka, boleh dibilang sisanya hampir tewas semua dalam markas besar perkumpulan Pat gi pang. Han Siong Kiee menghela napas panjang. "Aaaai.... akhirnya perkumpulan Pat gi pang benar benar harus musnah dari muka bumi, mungkin selamanya tak akan bisa berdiri lagi dalam dunia persilatan" Sambil gelengkan kepalanya ia menghampiri Buyung Thay dengan langkah cepat, kemudian bertanya lagi: "Bagaimana keadaan lukanya ...." "Aaaai.... isi perutnya sudah pecah, jalan darahnya ada separuh bagian telah tersumbat mati, mungkin malaikat turun 1602 dari kahyanganpun belum tentu bisa menyembuhkan penyakitnya itu." Seperti disambar geledek di siang hari bolong, Han Siong Kie untuk sesaat lamanya berdiri menjublak. andaikata Go siau bi benar benar mengalami musibah .....ia tak berani berpikir lebih jauh, pemuda itu merasa seakan akan terdapat beberapa puluh bilah badik yang bersama sama menusuk ulu hatinya.. "Mari kita bicarakan lagi di belakang" ajaknya perempuan itu kemudian sambil beranjak. Han Siong Kie tidak berkata apa apa, dengan kaku dia mengikuti di belakang Buyung Thay, setelah melewati ruang ci gi teng sampailah mereka di sebuah kamar yang indah dan mungil. Menyaksikan kesemuanya itu, diam diam pemuda kita berpikir: "Kamar ini tentulah tempat tinggal dari calon istriku Go siau bi, tapi ....aneh, mengapa Buyung Thay bisa sangat hapal dengan keadaan di sekitar tempat ini? Jangan-jangan antara dia dengan Go siau bi mempunyai hubungan yang erat sekali ....? sementara itu Buyung Thay telah membaringkan Go siau bi diatas pembaringan. Pelan pelan Han Siong Kie menghampiri gadis itu dan memeriksa semua jalan darah dan urat penting ditubuhnya, seperti apa yang diucapkan Buyung Thay barusan, separuh dari jalan darah penting dalam tubuhnya telah tersumbat mati, ini menyebabkan sekujur badannya dari atas kepala sampai ujung kaki jadi dingin, seperti seseorang yang dilemparkan kedalam gudang es. Tanpa terasa lagi dua titik air mata jatuh berlinang

membasahi wajah Han Siong Kiee, katanya sambil menahan isak tangisnya. "Apa.... apakah dia sudah tak tertolong lagi?" 1603 "Aku mempunyai sebotol Ci goan wan" sahut Buyung Thay dengan sedih, "obat itu dapat mempertahankan jiwanya selama tujuh hari dan selama itu dia akan tetap selamat" "Tujuh hari....? Tujuh hari....? Apa arti dan makna kehidupannya selama tujuh hari?" "Yaaa .... kalau hanya tujuh hari saja, hidupnya memang tidak berarti, tapi siapa tahu dalam waktu sesingkat itu mungkin akan terjadi suatu peristiwa yang mukjijat....." "Kemukjijatan? Aaaai.... apakah kita harus menanti tibanya kemukjijatan? mungkinkah hal itu bakal terjadi?" "sekalipun kemukjijatan tak mungkin bakal terjadi, tapi aku percaya adik Bi dapat mati dengan mata meram ...." Dengan perasaan sedih bercampur kaget dan tercengang Han Siong Kie berpaling kearah perempuan itu. "oya... sekarang aku baru teringat, rupanya kau menguasai betul tentang persoalan ini" katanya " dapat kau ceritakan kepadaku duduk persoalan yang sebenarnya?" Buyung Thay mengangguk: "Dulu Thia Wi wan adalah saudara angkat dari ayahnya Go Yu to, suatu ketika ia bersama sama jatuh cinta kepada seorang gadis yang amat cantik, dalam perebutan tersebut akhirnya Go Yu to yang berhasil mempersunting gadis itu dan mereka menikah, nona itu tak lain adalah ibunya Go Siau bi, apa mau dikata ibunya mati karena mengalami kesulitan dalam melahirkan ketika ia bunting untuk kedua kalinya, yaa... sejak itulah Thia Wi wan lantas berusaha mencari gara gara untuk menuntut balas atas peristiwa itu...." Han Siong Kie mengangguk. sekarang dia sudah dapat memahami separuh bagian dari. duduknya persoalan. Terdengar Buyung Thay melanjutkan kembali kata katanya: 1604 "Untuk mewujudkan pembalasan dendam itu, Thia wi wan menggabungkan diri dengan perkumpulan Thian che kau, ia memancing perhatian orang orang Thian che kau dengan mengatakan bahwa kitab pusaka Thian toopit liok berada ditangan Go Yu to......." "Kitab pusaka Thian tokpit liok berada ditangan put lo sianseng, mungkin sampai matipun Go Yu to belum sempat melihat kitab tersebut barang sekejappun ....." sahut sang pemuda. Buyung Thay manggut manggut. "Dengarkan ceritaku" selanya, "karena mendengar laporan itu, pihak perkumpulan Thian che kau lantas mengirim jago jago lihaynya untuk menjumpai Go Yu to, ketua perkumpulan Pat gi pang dan memaksanya untuk menyerahkan kitab

pusaka Thian tokpit liok tersebut, kemudian karena kitab pusaka itu tak diserahkan merekapun turun tangan keji ....." "Kisah selanjutnya aku sudah tahu semua, Thia Wi wan memang sangat berdosa dengan perbuatannya itu, dia memang pantas kalau dicincang menjadi berkeping keping" "Adikku, kau masih ingat ketika kita di serbu oleh Han si mo ong, sewaktu kau sedang mengobati lukamu dirumah petani?" tiba tiba Buyung Thay bertanya. Sebutan "Adikku" dari perempuan itu dirasakan amat menusuk telinga oleh Han Siong Kie, sejak orang yang kehilangan sukma menerangkan watak dan perbuatan perempuan itu dimasa lampaunya, ia merasa agak muak dengan perempuan itu. Meski demikian, ia tidak menunjukkan reaksi apa-apa, sebab perempuan itu pernah menyelamatkan jiwanya, dan sekarang diapun telah melindungi Go siau bi dengan mempertaruhkan jiwanya, maka pemuda itu mengangguk. "Yaa, aku masih ingat, kenapa?" 1605 "Ternyata orang menulis surat peringatan dan diam diam melindungi keselamatanmu itu tak lain adalah dia" "Apa? Dia?" teriak Han Siong Kie penuh emosi, saking kagetnya hampir saja dia melompat bangun. "Benar, belum lama berselang secara kebetulan aku telah berjumpa dengannya, dan dialah yang memberitahukan segala sesuatunya padaku, diapun sudah mengetahui pula hubungan kita berdua hubungan kita berdua sebagai teman, yaa .... Go siau bi adalah seorang perempuan yang baik, sayang... sayang kita datang terlambat satu langkah" "Hanya selisih satu langkah, tapi rasa sesal akan diderita sampai akhir jaman, beginilah kalau takdir mempermainkan manusia." Dengan lemas Han Siong Kie duduk terpekur disisi pembaringan, digenggamnya sepasang tangan Go siau bi yang lembut itu erat erat, sepasang matanya langsung menatap wajahnya yang pucat tanpa emosi itu dia merasa amat berdosa, berdosa terhadap gadis yang malang itu. Semua cinta kasihnya telah ia berikan kepada Tonghong Hui tapi dia tidak memberi apa apa kepadanya, padahal justru dialah calon istrinya, sekalipun perkawinan itu terjadi karena suatu paksaan, tapi ia tak dapat menyangkal bahwa selama ini Go siau bi selalu mencintainya . Dia tak pernah memberikan apa apa kepada gadis itu, tapi gadis ini telah memberikan cinta pertamanya kepada dirinya, ia telah membayar suatu harga yang tinggi bagi cintanya itu. "Aaah....ada jalan" tiba-tiba Buyung Thay berteriak sambil memukul tepi pembaringannya keras-keras. "Ada jalan apa?" cepat Han Siong Kiee bertanya sambil melompat mendekat. "Kemungkinan besar Go siau bi tak akan

mati" teriak perempuan itu lagi penuh emosi. Kontan Han 1606 Siong Kie merasakan semangatnya berkobar, dengan gelisah tanyanya. "Jalan apa, yang berhasil kau temukan? cepatlah katakan kepadaku" "Tiba-tiba saja aku teringat akan seseorang, jika kau dapat menemukan orang itu, kemungkinan besar Go siau bi akan lolos dari kematian ...." "Kau teringat kepada siapa??" "sin ciu it cho ...." "Manusia jelek dari sin ciu .... ?" "Benar, hanya obat si mia kim-wan milik sijelek dari sin ciu yang dapat menyelamatkan jiwanya" "Tapi... Manusia jelek dari sin ciu itu berdiam dimana? Apakah kau juga tahu?" "Konon dia berdiam dalam gua salju dipuncak bukit Ciong san yang berada diwilayah Thian see" "Konon?,jadi kau sendiripun belum pasti kalau dia berdiam disitu?" "Benar, aku sendiripun kurang pasti" perempuan itu mengangguk agak murung. "si jelek dari sin ciu itu seorang laki laki ataukah seorang perempuan...?" "Aku dengar dia adalah seorang perempuan" "oooh ....jadi sijelek dari sin ciu itu adalah seorang perempuan? " "Ehmm? Aku dengar perempuan itu bukan saja tampangnya jelek sekali, bahkan wataknya juga anehnya sampai tak ada tandingan, bahkan katanya tiga bagian lebih 1607 aneh daripada Hou thian it koay manusia paling aneh yang tersohor namanya tempo dulu" Han Siong Kiee merasa hatinya bergetar keras Hou thian it koay? Bukankah dia adalah Tengkorak maut, pemilik dari benteng maut yang menjadi kakek gurunya? Kalau begitu kecuali guruku Mo-tiong ci mo, orang persilatan tak seorangpun yang pernah bertemu muka dengan pemilik benteng maut? Karena berpikir demikian, maka sengaja dia pura pura bertanya. "Hou thian it koay? Manusia macam apakah dia? Apakah kau juga tahu tentang orang itu?" Buyung Thay geleng kepala. "Aku belum pernah bertemu dengan makhluk itu, tapi aku tahu dia adalah seorang makhluk yang sangat aneh, sudah puluhan tahun lamanya tak pernah munculkan diri dalam dunia persilatan"

"oooh ....begitu.?" "Ah, buat apa kita membicarakan soal soal yang tak penting? Lebih baik pokok pembicaraan yang penting saja dan yang dibahas, oya, aku mempunyai obat ci goan wan sebotol, obat itu dapat memperpanjang usia adik Bi selama tujuh hari, asal dalam tujuh hari kau bisa mendapatkan obat mustika Si mia kim wan itu, jiwanya pasti akan tertolong, sebaliknya kalau engkau gagal entahlah, terpaksa kita harus pasrah pada nasib" "Dari sini sampai ke bukit ciong san belum tentu bisa dicapai dalam tujuh hari, tempat itu jauh sekali, aku kuwatir ...." "Terpaksa kau harus melakukan perjalanan dengan mengerahkan segenap kemampuan yang kau miliki, ditinjau dari tenaga dalam yang kau miliki sekarang, mungkin saja 1608 dalam tujuh hari mendatang kau sudah datang tiba kembali disini??" "Andaikata aku tidak berhasil menemukan si jelek dari Sin Ciu itu, apa yang musti kulakukan-" "Apalagi ? Tentu saja kita harus pasrah kepada nasib, sebab siapapun tak akan mampu untuk menyelamatkan jiwanya, adikku Tak usah kau pikirkan yang bukan-bukan, sekarang lebih baik segeralah berangkat" "Bagaimana dengan adik Bi??" "Biarkan dia disini, aku akan merawat dan menjaganya selama kau tak ada disampingnya" "Kalau begitu, kuucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu ini, budi kebaikan tersebut dikemudian hari pasti akin kubayar kembali kepadamu" "Adikku, apa yang kau katakan?" seru Buyung Thay. "Budi kebaikan yang pernah kuterima selama ini, suatu ketika pasti akan kubayar kembali" "Engkau toh menyebut aku cici dan aku memanggil adik kepadamu, itu artinya kita adalah saudara sendiri, apakah tidak kau rasakan bahwa perkataanmu itu sama artinya dengan memandang asing atas diriku ? Atau mungkin kau sudah tidak mau encimu ini lagi??" "Heeeeh.... heeeeh... heeeeh... aku pikir panggilan kita sehari-haripun memang lebih pantas untuk diganti saja" kata Han siong Kie setelah berpikir sebentar, ucapannya itu ketus dan lagi dingin. Seperti disambar petir dengan terperanjat Buyung Thay meloncat bangun, teriaknya dengan hati yang kaget den penuh keCengangan: "Kenapa ....? kenapa kita harus mengganti sebutan itu? Katakanlah, katakanlah dengan jelas" 1609

"Aku .... aku rasa tanpa kuterangkan lagipun tentunya kau sudah mengerti dengan sendirinya" "Tapi aku tidak mengerti Aku benar-benar tidak mengerti, ayoh katakanlah kepadaku, jelaskanlah kepadaku" "Kau paksa aku untuk menerangkan juga kesemuanya itu kepadamu??" "Benar" "Aku sudah tahu bahwa kau adalah Ratu tawon yang amat tersohor namanya di kolong langit, aku...." Paras muka Buyung Thay berubah sedingin es, matanya yang lentik tiba tiba memancarkan sinar kebuasan, hawa pembunuhan menyelimuti wajahnya yang cantik, secara beruntun ia mundur beberapa langkah dengan gontai.. "Han siong Kie, kau terlalu memaksa orang sehingga berdiri tersudut" teriaknya penuh kemarahan. "Memangnya kau bukan orang yang kumaksudkan" tanya Han siong Ki dengan agak tertegun. "Benar, akulah si Ratu tawon yang kau maksudkan, tapi tahukah engkau akan peraturanku?" "Peraturan apa?" "setiap kali ada yang menyinggung soal Ratu tawon dihadapanku, maka orang itu akan kubunuh" "Oooh... betapa keji dan berbisanya perempuan cantik ini, tak kusangka mukanya yang begitu cantik sebetulnya memiliki hati yang berbisa ....." pikir Han siong Ki dalam hati. "Apakah aku juga akan kau bunuh?" selang sesaat kemudian dia balik bertanya. "Mungkin, kalau itu memang perlu maka aku terpaksa harus melakukan juga" 1610 "Aku tahu kalau engkau tak akan mampu untuk melakukan keinginanmu itu dengan leluasa" "Kau jangan terlampau percaya pada kekuatan sendiri, siapa tahu kau lagi sial?" "Jadi kau ingin coba coba untuk menjajalnya?" tantang anak muda itu sambil pasang kuda kuda. Pelan pelan Buyung Thay membuka sepasang tangannya, ditangan sebelah kiri tampaklah jarum jarum Toh hun ciam yang amat lembut bagaikan bulu kerbau, sedangkan ditangan sebelah kanan terdapat sebutir peluru berwarna hitam yang besarnya seperti telor itik. "Han siong Kie" kata perempuan itu sambil menahan geramnya, "jarum jarum Toh hun ciam tak sampai mencabut nyawamu tapi peluru toh hun-tan ini dapat menghancur lumatkan badanmu jadi berkeping keping.... ayolah kalau ingin mencoba" Han siong Kie merasa amat terperanjat ketika mendengar ancaman itu, dia tahu yang dimaksudkan sebagai peluru pembetot sukma itu pastilah sebangsa Pek lek tan yang

mempunyai ledakan amat dahsyat. Andaikata benda seperti itu diledakkan dalam kamar yang luasnya cuma beberapa meter persegi itu, niscaya dia bakal hancur tak berbekas, kendatipun tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna. Pemuda itu tak berani main main, apalagi Go siau bi masih berbaring disampingnya, mungkin dia selamat kalau terjadi ledakan, tapi bagaimana dengan nona itu? "Han siong Kie" Perempuan baju merah yang cantik itu segera menegur sambil menahan geramnya: "aku toh tak pernah bersalah apa apa kepadamu, mengapa kau bersikap sekasar itu padaku?" 1611 Han siong Kie gelagapan dibuatnya, benar Buyung Thay tak pernah berbuat kesalahan apa apa kepadanya, malahan dua kali menyelamatkan jiwanya dari bahaya maut, andaikata tiada pertolongan dari perempuan itu, mungkin dia tak akan hidup sampai hari ini. Meski demikian, ia merasa timbulnya suatu perasaan yang aneh, ia merasa dirinya ditipu mentah-mentah, dan hal ini menimbulkan perasaan tak puas dalam hati kecilnya. "Mengapa kau tipu diriku?" akhirnya pemuda itu berteriak lantang. "Menipu? Kapan aku telah menipu engkau?" "Engkau toh mengaku sebagai seorang perempuan yang bernasib jelek? Kau telah menipu perasaanku, kau menipu cinta kasihku" teriak Han siong Kie semakin keras. Mendengar perkataan itu, Buyung Thay merasakan hatinya agak bergerak, roman mukanyapun ikut berobah jadi lebih lembut dan halus. Ucapan tersebut sama halnya dengan membongkar rahasia hati Han siong Kie, tanpa disadari pemuda itu, seolah olah menyatakan bahwa dia mencintainya, tapi cinta macam begini dirasakan sebagai suatu cinta karena tekanan, suatu reaksi secara langsung, karena perempuan itu teramat cantik, sebab jika dalam perasaannya sama sekali tak ada bayangan tentang dirinya, maka diapun tak akan begitu gusar atau marah oleh perbuatannya dimasa lampau. Kadangkala antara cinta dan dendam memang tak dapat dipisah pisahkan, seringkali kedua hal itu berkembang terus hingga akhir masa. "Apakah kau menemukan bahwa diantara kata-kataku dulu ada yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya?" "Sejak dua puluh tahun berselang kau telah menghebohkan dunia persilatan sehingga dikenal orang sebagai Ratu tawon, 1612 kau pernah kawin, kau punya kepandaian merawat muka sehingga menutupi usiamu yang sebenarnya ......."

"Tutup mulutmu" tukas Buyung Thay sambil membentak, "Han siong Kie jadi menurut pandanganmu aku Buyung Thay adalah seorang perempuan jalang yang tak tahu malu? Kau anggap aku adalah seorang janda cabul yang suka main lakilaki? Terus terang kukatakan kepadamu, dugaanmu itu keliru besar, aku bukan perempuan rendah seperti yang kau bayangkan, memang benar aku pernah kawin, tapi tahukah engkau laki laki macam apakah Yu Pia lam itu .....? Dia adalah seorang laki laki impotent, dia sama sekali tak mampu untuk melakukan hubungan cinta sebagai suami dan istri" "Haaahhh....?Jadi Thian che kaucu Yu Pia lam tak dapat berfungsi sebagai laki laki normal?" ulang Han siong kie dengan perasaan kaget heran dan tidak habis mengerti. Setelah mendengar berita tersebut, pemuda itu mulai berpikir, kalau benar Yu Pia-lam impotent dan tak mampu melakukan hubungan seks, lalu mengapa ibunya si siang go cantik ong cui ing menikah dengan Thian che kaucu itu. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka cuma menjadi suami istri dalam nama saja, sedang kenyataannya mereka bukanlah suami istri yang sebenarnya, kalau memang begitu mengapa mereka hidup secara damai selama puluhan tahun lamanya? Ataukah mungkin dibalik kesemuanya itu terdapat hal-hal yang tak beres? Atau mungkin juga perkataan dari Buyung Thay sekarang hanyalah kata kata bualan belaka ? "Han siong Kie, tentunya engkau tidak percaya bukan??" kembali Buyung Thay bertanya dengan wajah emosi. "Tapi... apa... apa sangkut pautnya persoalan itu dengan diriku??" 1613 "Bagimu mungkin tak penting, tapi persoalan itu penting sekali hubungannya dengan aku, apakah kau hendak membuktikan kebenaran dari ucapanku itu??" "Bukti? Bagaimana membuktikannya?" "Akan kuijinkan dirimu untuk membuktikan sendiri, apakah sampai sekarang tubuhku masih perawan atau tidak" Berbicara sampai disitu, tak tahan lagi dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Hampir saja Han siong Kie tidak percaya dengan apa yang didengar telinginya, Ia tak menyangka kalau Buyung Thay berani mengucapkan kata kata yang begitu berani dan tak tahu malu. Membuktikan sendiri perempuan itu masih perawan atau tidak? Merah padam wajah sianak muda itu karena jengah, jantungnya berdebar keras, ditatapnya perempuan yang cantik jelita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Yaa, bukan hanya Han siong Kie, orang lainpun tak nanti akan menyangka kalau perempuan secantik itu berani mengucapkan kata kata yang tahu malu ......

Padahal andaikata Buyung Thay tidak merasa gelisah bercampur cemas, dia sendiripun tak akan mengucapkan kata kata seperti itu. "Han siong Kie" katanya sambil membesut air matanya, "sekarang calon istrimu berada disini, tapi aku sama sekali tidak merasa cemburu, akupun tak bisa mendapatkan apa-apa dari badanmu, meski demikian, kita dapat saling berkenalan, itu tandanya kalau ada jodoh, kalau toh engkau memandang hina kepadaku, akupun tak ingin memohon apa apa kepadamu, memandang diatas wajah perempuan yang masih suci bersih ini untuk sementara waktu aku akan tetap tinggal di sini untuk melindungi keselamatannya, Nah, kau boleh pergi sekarang" 1614 Han siong Kie tidak segera memberikan tanggapannya, diam-diam diapun berpikir: "Berita sensasi yang tersiar dalam dunia persilatan tak boleh dipercaya dengan begitu saja, bukankah sucouku si Tengkorak maut juga dilukiskan sebagai seorang gembong iblis tua yang berhati keji dan banyak melakukan kejahatan? Tapi kenyataannya toh tidak begitu? Aaaaii ....apa yang dia katakan memang benar, orang yang bisa saling bertemu lalu berkawan itu tandanya berjodoh, buat apa aku musti mempersoal-kan masalah itu secermat cermatnya...??" Berpikir sampai disitu, rasa menyesalpun segera timbul dari hati kecilnya, cepat dia menjura seraya berkata: "cici yang baik, mungkin memang akulah yang bersalah, harap engkau bersedia mengampuni kesalahanku itu" Buyung Thay duduk sambil terisak. rupanya ia merasa seperti mendapat penghinaan yang tak terkirakan, wajahnya ditutupi dengan tangan, air mata bercucuran amat deras... Keadaan Han siong Kie waktu itu betul betul serba salah, untuk menghilangkan kegusarannya, ia maju menghampiri Go siau bi dan mengamati gadis itu beberapa saat. Tiba tiba hatinya terasa jadi kecut, seandainya ia tak dapat kembali dalam batas waktu tujuh hari bagaimana dengan gadis ini? Bagaimana pula jika ia tak berhasil mendapatkan obat si mia kim wan? Akibatnya mengerikan sekali, anak muda itu tak berani membayangkan lebih jauh ....... "Adik Bi" akhirnya pemuda itu berbisik dengan sedih "aku akan berangkat, dalam tujuh hari aku pasti akan tiba kembali disini" Tentu saja Go siau bi tidak menunjukan reaksi apa apa, bahkan andaikata tiada obat ci goan-wan dari Buyung Thay 1615 yang melindungi denyutan jantungnya, mungkin sejak tadi jiwanya sudah berpulang kealam baka.

"cici, segala sesuatunya kutitipkan padamu, semoga kau bersedia melindungi jiwanya selama aku tak berada disini, aku berangkat sekarang juga" pinta anak muda itu. Buyung Thay mengangguk lirih, ditatapnya anak muda itu sekejap dengan pandangan sedih, lalu katanya: "Adikku, semoga kau berhasil dan mencapai sukses, kuharap kau bisa jaga diri baik baik sepanjang jalan" Bila kita tinjau dari tatapan mata Buyung Thay sekarang dapat kita buktikan bahwa perempuan itu memang benar benar mencintai Han siong Kie sehingga hampir tak dapat menguasai diri, tapi kemungkinan besar perempuan itupun sadar bahwa dia tidak mungkin bisa menikah dengan pemuda yang dicintai itu, maka mau tak mau dia musti menarik diri dari percaturan cinta tersebut. Buyung Thay memang memiliki kepandaian untuk merawat wajahnya sehingga tetap awet muda, meski begitu ia tak dapat menipu diri sendiri, ia tahu usianya tahun ini sudah mencapai empat puluh tahun lebih, apa mau d ikata justru dengan usia setua itu dia baru pertama kali merasakan bagaimana rasanya orang jatuh cinta, tapi apa mau dikata kalau cinta itu tidak menghasilkan apa-apa, ia merasa lembaran hidupnya tetap putih dan kosong. Pelan pelan Han siong Ki mendekati istrinya dan mencium jidatnya dengan hangat, ketika ia mengangkat kembali kepalanya, tampaklah Buyung Thay sedang menghadang kearahnya dengan sinar mata murung cemburu dan penuh daya rangsangan. Menyaksikan kesemuanya itu, Han siong Kie merasa hatinya tergoda, tiba tiba timbul ingatan untuk mencium pula perempuan itu .... 1616 Tapi ia dapat mengendalikan perasaan itu, ia tahu akibat dari ciuman mesranya nanti akan mengerikan sekali ..... Memang cinta bagaikan sebuah bendungan sungai, bila sebuah lubang kecil yang mengakibatkan kebocoran tidak segera disumbat, akibatnya seluruh bendungan itu bakal hancur dan ambrol. "cici, aku mau pergi dulu, selamat tinggal" akhirnya pemuda itu berbisik lirih. Ia tak berani memandang perempuan itu terlalu lama, sebab kecantikan wajahnya mungkin dapat merubah pikiran, maka begitu selesai berpesan, cepat-cepat dia keluar dari ruangan itu dan kabur dari puncak bukit si sin gan. sepanjang perjalanan ia berlarian dengan cepatnya, pelbagai ingatan serasa berkecamuk dalam benaknya, sering kali persoalan yang dihadapi manusia memang dapat melampaui batas daya pikirannya, sekalipun engkau cerdik, suatu ketika toh akan ditemui juga masalah masalah pelik yang tak dapat kau pecahkan.

seperti halnya dengan pembantaian secara besar-besaran diperkampungan keluarga Han oleh manusia yang menyaru sebagai Tengkorak maut, mengapa ia membiarkan ibunya seorang tetap hidup didunia ini? Mengapa ibunya bersedia untuk menikah lagi dengan seorang laki-laki yang impotent dan hakekatnya tak akan mampu melakukan tugasnya sebagai seorang laki laki? Benarkah ibunya begitu kejam dan berhati racun sehingga bukan saja tak mengubris dendam sakit hati dari suaminya bahkan anak kandung sendiripun tak mau diakui? selang sesaat kemudian, pemuda itu sudah menuruni bukit tersebut dan melakukan perjalanan ditengah jalan. Berpuluh-puluh li sudah ia melanjutkan perjalanannya dengan cepat, mendadak dari kejauhan muncul sesosok 1617 bayangan manusia berwarna merah darah, orang itu mendekat dengan badan sempoyongan, rupanya menderita luka yang cukup parah. Makin lama orang itu makin dekat, akhirnya dapat terlihat jelas bahwa orang itu memakai baju merah... Bukan Dia tidak memakai baju merah, orang itu adalah seorang pemuda yang bermandikan darah kental, sehingga dipandang dari kejauhan dapat terlihat seakan akan dia memakai jubah berwarna merah. "saudara, harap berhenti" cepat Han siong Ki menghadang ditengah jalan merintangi kepergian orang itu. -ooo0dw0oooBab 88 PEMUDA yang berlepotan darah itu mendengus tertahan lalu menghentikan langkahnya, tubuh yang sudah basah oleh darah itu kelihatan masih juga gontai seperti mau jatuh. "Sahabat, siapakah kau? Ada urusan apa kau hadang jalan perginya?" tegur orang itu kemudian dengan susah payah. "Aaaaah,..! Kau.... kau..., kau adalah...!" dengan pandangan kaget dan tercengang Han-siong Kie menatap pemuda tersebut, saking emosinya dia tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Rupanya Pemuda itupun sudah merasa bahwa mereka saling mengenal, betul juga, setelah diamati dengan seksama ia lantas memanggil dengan suara gemetar. "Han suko.." -ooo0dw0oooJilid 43 1618 UAAAK Tiba tiba darah kental memancar keluar dari mulutnya, tubuhnya mundur kebelakang aggk terhuyung. Berdiri semua bulu kuduk Han siong Ki menyaksikan keadaan orang itu, dia merasa sekujur badannya mengejang, pemuda bermandi darah itu tak lain adalah Thio sau kun,

putra tunggal dari paman gurunya si naga tangan beracun Thio Lin. "Adik Kun, aku disini. Apa yang terjadi dengan kau? Katakanlah, cepat katakan padaku" seru Han siong Ki sambil membimbing tubuhnya. Thio sau kun sudah tak mampu berbicara apa-apa lagi, tiba-tiba dia tarik napas panjang panjang lalu terkulai ke atas tanah dan jatuh tak sadarkan diri. Han siong Ki kaget sekali, secepat kilat ia sambar tubuhnya dan membopong pemuda itu kebawah pohon ditepi jalan.. Pemuda itu akan memeriksa luka tubuhnya, tapi sebelum suatu tindakan sempat dilakukan, desingan angin tajam telah menggema memecahkan kesunyian, beberapa sosok bayangan manusia dengan membawa deruan angin keras melayang turun dibelakangnya. "Lepaskan orang itu dan letakkan diatas tanah" seseorang berkata dengan suara yang menyeramkan. Han siong Kie tidak memberi tanggapan apa-apa, malahan ia berlagak seakan-akan tidak mendengar perkataan itu, pelan-pelan ia berjalan ke bawah pohon ditepi jalan sana lalu membaringkan Thio sau kun keatas, sesudah itu pemuda tersebut baru berpaling. Tapi apa yang kemudian dilihatnya membuat kemarahan Han siong Kie meluap luap. hawa napsu membunuhnya menyelimuti seluruh wajahnya, sekali melompat tahu tahu ia sudah berada tiga kaki jauhnya dari posisinya semula. 1619 Enam orang kakek berjubah panjang telah berdiri berjajar dihadapannya, salah satu diantaranya memakai jubah hitam dengan sulaman matahari rembulan dan bintang didadanya, orang itu dikenalnya karena pernah mengikuti Thian che kaucu mengejarnya. Empat orang lain adalah empat dari Thian chepat siok (delapan bintang dari Thian che kau) dan sedang pelindung hukum berbaju kuning. Tentu saja mimpipun keenam orang kakek itu tak menyangka kalau orang yang mereka hadapi sekarang tak lain adalah Manusia muka dingin, ketua dari perguruan Thian lam yang mereka segani, kontan saja paras mukanya berubah hebat, untuk sesaat mereka berdiri tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan. Han siong Kie bukan orang bodoh, cukup dalam sekilas pandangan saja dia sudah tahu kalau Thio sau kun terluka ditangan orang orang itu, hanya dia heran mangapa Thio sau kun bisa di lukai orang orang perkumpulannya ? Padahal seingatnya pemuda itu adalah ketua muda perkumpulan Thian che kau, bahkan sudah menjadi anak angkatnya Yu Pia lam, apa yang sebenarnya telah terjadi?? "ooooh....jadi orang ini terluka ditangan kalian bersama?"

tegurnya kemudian dengan suara dingin. "Benar" jawab utusan khusus perkumpulan Thian cie kau yang rupanya merupakan pemimpin rombongan itu dengan sinar mata mengkilap. "Apakah tujuan kalian hendak mencabut nyawanya?" kembali pemuda itu menegur dengan suara ketus. "Itu urusan rumah tangga perkumpulan kami, buat apa kau musti mencampurinya?" 1620 "Heeehhh .... heeehh....heeehh tapi sayang aku sudah memutuskan untuk mencampuri urusan ini, kalian mau apa?" Han siong Kie mengejek sambil tertawa dingin. Paras muka keenam orang kakek itu segera berubah hebat, malahan pelindung hukum baju kuning itu menerjang kedepan dan menubruk kearah Thio sau- kun yang berada tiga kaki dihadapannya dengan memanfaatkan kesempatan tersebut. "Bangsat rupanya kau pingin mampus" bentak Han siong Kie penuh kegusaran, telapak tangannya secepat sambaran kilat segera diayun kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat. "Blaaang...." diiringi dengusan tertahan kakek baju kuning itu tersapu telak oleh serangan maut itu hingga mencelat sejauh dua kaki lebih untuk tak dapat bangun lagi. Utusan untuk Thian che kau yang menjadi pimpinan rombongan itu cepat mengerling sekejap ke arah empat orang kakek lainnya, lalu telapak tangannya bekerja cepat memancarkan dua pukulan dahsyat ke arah Han siong Kie, sementara empat kakek lainnya dari empat arah yang berlainan menerjang ke tubuh Thio sau kun yang menggeletak di tanah itu. Kemarahan Han siong Kie tak terkendalikan lagi, sebuah pukulan dahsyat segera dilancarkan ke depan setelah itu dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia melayang kembali ke hadapan Thio Sau kun, kedatangannya itu persis menyongsong gerakan tangan dari dua orang diantara empat kakek yang akan mencengkeram tubuh Thio sau kun. "Blaaang.... Blaaang...." dua jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, tahu tahu dua orang kakek itu mencelat kebelakang dan tewas seketika itu juga. Melihat rekannya mampus, dua orang kakek lainnya jadi panik, cepat-cepat mereka menarik diri dan melompat mundur dari sana. 1621 Utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu segera membentak keras, sekali lagi dia melancarkan serangan dahsyat kearah Han siong Kie. Pada saat itu pikiran Han siong Kie hanya tertuju pada keselamatan Thio sau kun, dia tak ingin membuang banyak

waktu, si mi sinkangnya andalannya dikerahkan mencapai sepulung bagian, dengan menciptakan segumpal kabut berwarna putih, dia gulung tubuh musuhnya itu. "Duuukk:.." jeritan ngeri menggelegar diangkasa, utusan khusus dari Thian che kau itu muntah darah segar dengan sempoyongan badannya mundur sejauh satu meter lebih dari posisinya semula. "Mundur..." teriaknya cepat. Tiga sosok bayangan manusia melarikan diri terbirit birit dari tempat itu, dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka telah lenyap dari pandangan mata. Han siong kie segan untuk memperhatikan musuhmusuhnya lagi, setelah tiga orang itu melarikan diri, cepat cepat dia menghampiri Thio sau-kun dan memeriksa tubuhnya dengan seksama, di lihatnya anak muda itu berbaring dengan mata terpejam, mukanya pucat seperti mayat, napasnya amat lemah dan terputus putus, ketika nadinya diperiksa dengan teliti, hampir saja dia menjerit karena kaget, semua nadi penting ditubuhnya sudah putus, isi perutnya sudah geser. Tampaknya malaikat turun dari kahyanganpun belum tentu bisa menyelamatkan jiwanya lagi. Tanpa terasa air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dan menetes diatas wajah Thio sau- kun. Putra tunggal dari Thio su sisok sudah tak ada harapan lagi untuk hidup, padahal paman gurunya dengan susah payah telah menyelamatkan jiwanya dan memelihara dia sampai 1622 dewasa, budi kebaikan ini tak mungkin bisa dibalas lagi untuk selamanya Han siong Ki merasa sedih sekali, hatinya terasa hancur berantakan, rasa dendam, benci dan sedih bercampur aduk menjadi satu dalam hatinya. Dengan cepat ia totok beberapa buah jalan darah penting di tubuh pemuda itu, kemudian menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Thian in hiat dan menyalurkan tenaga dalamnya ke tubuh sau kun. Beberapa saat kemudian,Thio sau kun membuka matanya kembali, dengan tak bertenaga ia menggerakkan bibirnya seperti akan mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang keluar. "Adik kun.... adik kun.... " bisik Han siong Ki dengan perasaan seperti disayat sayat. Akhirnya Thio Sau-kun dapat bersuara, meski pun suaranya lembut seperti suara nyamuk: "Suko....aku...aku sudah tak sanggup lagi...sungguh menyesal aku tak.....tak dapat membalas sendiri sakit hatiku.....ooooh....aku tak kuat lagi....." Nafasnya tersengkal-sengkal seperti dengusan kerbau, selang sesaat kemudian dia baru melanjutkaa:

"Bee....benda dalam sakuku....too...tolong serahkan pada ibu....jaa....jangan sampai hilang....bi.....bila perlu....li....lindungi dengan segenap jiwa....ra .....ragamu..!" Tiba-tiba kepalanya terkulai, Thio Sau-kun menghembuskan nafasnya yang penghabisan. "Adik Kun.......! Adik Kun.......!" teriak Han-siong Kie memilukan hati, tapi.....dia tak mungkin bisa menghidupkan pemuda itu lagi, Thio Sau-kun telah memejamkan mata untuk selama lamanya. 1623 Paman gurunya telah mati, putra tunggalnyapun ikut mati, sedang ia sendiri gagal membalas dendam bagi sakit hati keluarganya, malahan sampai sekarang tak tahu siapakah pembunuh keluarganya dia merasa titik darah segar menetes didalam hati nya. Dibelainya tubuh Thio Sau-kun yang kaku dan mulai mendingin itu dengan pandangan kosong, si nar matanya memandang awan yang berada diangkasa dengan termangumangu. Terlalu besar budi yang psraah diterimanya dari sitangan naga beracun Thio Lin, tapi selamanya ia tak akan mampu untuk membalas semua budi kebaikan itu lagi. Kematian Thio Sau-kun memberikan pukulan batin yang sangat berat baginya, dia merasa seakan akan hatinya disayat dengan pisau, dan penderitaan itu akan dibawanya sampai akhir dari kehidupannya. Malam semakin larut, bintang betaburan diangkasa, angin berhembus lirih dan suasana amat sepi, ia masih berdiri kaku bagaikan sebuah patung arca, sama sekali tak bergerak. Malam hilang, pagipun menjelang.......fajar menyingsing diufuk sebelah timur...... Embun pagi telah membasahi bajunya, tapi dia tidak merasa, sepasang tangannya masih memegang mayat Thio Sau-kun yang telah kaku, kesedihan yang kelewat batas membuat ia seperti orang linglung. Tiba-tiba....satu ingatan terlintas dalam benaknya, membuat pemuda itu tersadar kembali, ia teringat oleh tugasnya yang belum selesai, yang sudah mati biarkan mati, yang pasti keselamatan Go Siau-bi yang menantinya dibukit Si-sin-gan berada dak.m cengkeramannya. 1624 Pelan-pelan dia bangkit berdiri, memandang ma yat Thio Sau-kun yang masih berpelepotan darah beberapa titik air mata kembali mengucur keluar membasahi pipinya Dia teringat kembali kata-kata yang diucapkan Thio Saukun sesaat menjelang kematiannya...... "Sungguh menyesal aku tak dapat membalas sakit hatiku dengan tangan sendiri......" Siapa yang menjadi musuhnya ? Dia pun berkata begini : "benda dalam saku-ku ini

serahkanlah kepada ibu, bila perlu harus lindungi dengan nyawa sendiri......." Itu berarti ibu yang dimaksudkan tentulah ibu nya sendiri si Siang-go cantik Ong Cui-ing....... Tapi... mengapi harus diserahkan kepada ibunya? Benda apakah yang harus diserahkan kepada i-bunya? Mengapa harus dilindungi dengan pertaruhan jiwa raga? Dia merogoh kedalam saku Thio-Sau-kun dan mengambil keluar sebuah bungkusan kecil, besarnya setengah depa dengan tebal satu cun, pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benaknya.." Sesaat kemudian dia memutuskan untuk membuka dahulu bungkusan itu dan memeriksa isinya, siapa tahu dari benda dalam bungkusan itu dia dapat mengungkap teka-teki dibalik kematian Thio Sau-kun ditangan orang-orang perkumpulan Thian che-kau? Baru saja bungkusan itu akan diperiksa ...tiba-tiba suara tertawa dingin yang mengerikan berkumandang dari belakang. Si anak muda itu sangat terperanjat, serta merta dia masukkan bungkusan itu kedalam sakunya kemudian bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dia melayang dua kaki dulu kedepan sebelum putar badan..... 1625 Darahnya langsung tersirap. hawa amarah berkobar dalam padannya setelah mengetahui siapakah manusia berkerudung dan dua orang kakek lainnya yang saat itu berdiri di hadapannya. Orang itu tak lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam serta dua orang utusan khusus Thian che kau, malahan salah seorang diantaranya tak lain adalah utusan khusus yang mengejar Thio sau kun kemarin dan akhirnya berhasil kabur dengan membawa luka itu. Mayat Thio Sau kun yang berlepotan darah belum sampai dikebumikan, ternyata pembunuhnya telah datang kembali menjadi gara-gara, kejadian ini sama sekali diluar dugaan. Dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan sambaran kilat, Thian che kaucu Yu Pia lam menyapu sekejap wajah Han siong Kie, kemudian sambil mengalihkan pandangannya keatas tubuh Thio sau kun dia berkata: "Geledah sakunya" Dua orang utusan khusus itu mengiakan dengan hormat, salah seorang diantaranya pelan pelan maju ke depan menghampiri mayat Thio sau kun yang membujur ditanah itu. "Bangsat! Rupanya kalian memang ingin mampus" bentak Han siong Kie dengan marah, desingan angin serangan secepat kilat menyambar kearah depan. Agaknya utusan khusus itu cukup memahami kelihayan ilmu jari Tong kim ci, ketika merasakan datangnya ancaman, cepat cepat badannya berkelebat dan menyingkir kesamping. Thian che kaucu Yu Pia lam tidak berpeluk tangan belaka,

pelan-pelan dia maju tiga langkah ke depan, lalu dengan suara yang penuh hawa pembunuhan katanya: "Manusia bermuka dingin, sungguh tak kusangka begitu cepat kita akan berjumpa kembali" "Heeehhh... heehhh.... heeehhh.... Yu Pia lam, pertemuan macam beginilah yang sangat kuharapkan, menggunakan 1626 kesem-patan ini kita harus segera membereskan juga semua hutang baru dan hutang lama diantara kita berdua" "Hehhmmm... aku kuatir kalau kepandaianmu masih selisih jauh bila ingin digunakan umtuk membuat perhitungan" "Hmmm tak usah tekebur dulu, sebentar kau mengetahui sendiri sampai dimanakah kepandaian silat yang kumiliki" Pada saat itulah utusan khusus yang kemarin melarikan diri itu sudah mendekati mayat Thio sau kun dan mencengkeram kearah dadanya. "Bangsat, hari ini kau tak akan lolos dalam keadaan selamat" teriak Han siong Kie penuh kemarahan. Ilmu gerakan tubuh cahaya melintas bayangan dikerahkan dengan sepenuh tenaga, hanya sekali menggelegar tahu tahu dia sudah dibelakang punggung utusan khusus itu jari tangannya yang dibengkok kan langsung mencengkeram kemuka... "Bangsat, kau ingin mampus rupanya" bentak Thian che kaucu pula sambil secepat kilat melancarkan pula sebuah pukulan yang maha dahsyat. Ditengah jeritan kaget, tahu tahu Han siong Kie sudah berhasil mencengkeram tubuh utusan khusus itu, sementara hampir bersamaan waktunya desingan angin serangan tiba, pula dengan hebatnya. Han siong Kie cepat melompat kedepan menghindarkan diri dari tibanya ancaman maut itu, lalu sambil mendengus dia menjungkir balikkan tubuh si utusan khusus tadi dengan kepala dibawah kaki diatas sepasang pahanya dicengkeram erat erat dengan kedua belah tangannya... "Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan?" teriak Thian che kaucu dengan gusar. "Mau apa? Aku akan suruh darahnya mengalir disini" 1627 "Hmm, kau berani?" "Haaahhh.... haaahhh... haahhh... mengapa tidak berani?" Ditengah gelak tertawanya yang amat keras seperti orang kalap. sepasang lengannya direntangkan kesamping keras keras... "Kraaaak" diiringi jeritan ngeri yang menyayatkan hati, percikan darah segar berhamburan kemana-mana, tahu-tahu tubuh utusan khusus itu sudah dirobek oleh Han siong Kie sehingga terbelah menjadi dua bagian, isi perutnya dan usus

yang bercampur darah segera mengalir keluar dan berceceran diatas permukaan tanah, mengerikan sekali pemandangan pada saat itu. "Darah Haaahh.... haahhh... haahhh adik Kun coba lihatlah darah kental telah mengalir membasahi seluruh permukaan tanah, coba lihatlah, dimana-mana darah itu sama, darah itu semuanya berwarna merah" Tak terkirakan rasa gusar yang berkecamuk dalam benak Thian che kaucu setelah menyaksikan peristiwa itu, dalam suatu bentakan yang sangat nyaring secara beruntun dia melancarkan dua buah pukulan berantai yang kesemuanya disertai dengan tenaga pukulan yang tak terkirakan dahsyatnya. Han siong Kie tak berani bertindak gegabah, dia cukup mengetahui sampai dimanakah dahsyatnya musuh yang sedang dihadapinya sekarang, dia menarik kembali senyumannya, segenap tenaga yang dimiliki nya segera dihimpun untuk menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras ..... Hembusan angin menderu deru, dalam suatu keadaan yang sangat mengerikan bagaikan amukan angin taufan yang menyapu segala-galanya, kedua belah pihak saling beradu tenaga satu kali, alhasil kedua orang itu sama sama mundur selangkah kebelakang. 1628 Tiba tiba Thian che kaucu seperti memahami akan sesuatu hal, tiba tiba ia berkata dengan nada menyelidik "Manusia bermuka dingin, barusan kau sebut anak durhakaku ini sebagai adik Kun? Apakah dia adikmu?" "Hmm Yu Pia lam, memangnya dia adalah putramu?" balas Han siong Kie sambil mendengus penuh penghinaan. "Kalau dia bukan anakku lalu siapa? semua orang yang berada dalam dunia persilatan toh sudah tahu bahwa dia adalah ketua muda dari perkumpulan Thian che kau?" "Kenapa kau kirim orang untuk membinasakan dirinya? Ayoh jawab mengapa kau kirim orang untuk membunuhnya?" "Karena dia telah melanggar peraturan perkumpulan, maka dia harus dijatuhi hukuman yang setimpal" "Ciss Tak tahu malu, Yu Pia lam wahai Yu Pia lam, kau benar benar seorang manusia yang tak tahu malu, memangnya kau bisa beranak?" Ketika ucapan tersebut diutarakan keluar, tiba-tiba saja sekujur badan Thian che kaucu Yu Pia lam menggigil keras menahan rasa terkejutnya yang bukan kepalang, tanpa sadar dia mundur tiga langkah ke belakang, sekalipun semua orang tak dapat menyaksikan bagaimana perubahan wajahnya dibalik kain kerudung hitamnya itu tapi dari gerak geriknya siapapun akan tahu bahwa jago lihay tersebut benar benar merasa amat terperanjat.

"Bangsat cilik, apa kau bilang?" teriaknya sambil menahan geram yang berkobar kobar. "Aku bilang, bahwa dalam hidupmu didunia kali ini, jangan bermimpi bisa punya anak, sebab kau adalah seorang laki laki impotent, seorang laki laki yang tak mampu untuk melakukan tugasmu sebagai seorang laki laki yang normal" 1629 Saking gusarnya sekarang sekujur badan Thian che kaucu sudah menggigil keras, dia tak menyangka kalau Han siong Kie dapat mengetahui rahasianya yang paling besar, tentu saja diapun merasa sangat heran, dari mana rahasia besarnya ini bisa diketahui oleh orang lain. Dari malu akhirnya dia menjadi gusar, dan dari gusar akhirnya jadi kalap. Thian che kaucu berteriak dengan suara bagaikan guntur. "Bajingan cilik, hari ini kau harus mampus ditanganku" Sepasang telapak tangannya tiba tiba di dorong kedepan, yang satu segera berobah warna tadi putih seperti pualam sedangkan telapak tangan yang lain berubah jadi hitam pekat. Han siong Kie sendiripun agak terkejut ketika dilihatnya pihak lawan sudah mengeluarkan ilmunya yang maha dahsyat itu. "Haaah? Dia sudah gunakan ilmu Han goan sin khi ....?" pikirnya dalam hati. Tentu saja anak muda itu tak berani gegabah, diam diam hawa si mi sinkangnya juga disalurkan hingga mencapai pada puncaknya. Sekarang kedua belah pihak telah sama sama mengeluarkan ilmu simpanannya yang disertai dengan tenaga dahsyat itu, berarti suatu pertarungan antara mati dan hiduppun tak dapat dihindari lagi. Akhirnya gulungan hawa merah dan gulungan hawa putih itu meluncur kedepan dan membentur satu dengan lainnya ......... Suatu ledakkan dahsyat yang memekikan telinga berkumandang ditengah udara dan mencabik-cabik kesunyian yang mencekam disekitar tempat itu, dahsyatnya benturan itu sampai pepohonan yang berada didekatnya ikut bergetar dan bergoncang keras, pasir dan debu beterbangan diangkasa, 1630 wilayah seluas lima kaki dari tempat itu jadi gelap gulita sukar melihat kelima jari tangan sendiri Pertarungan ini boleh dibilang merupakan pertarungan paling seru yang belum tentu bisa dijumpai dalam ratusan tahun belakangan ini. Ketika debu dan pasir sudah mereda kembali, jarak kedua orang musuh bebuyutan itu sudah di tarik sampai selisih empat kaki.

Paras muka Han siong Kie yang tampan berubah jadi pucat pias seperti mayat, sedangkan keadaan Than che kaucu meski tak dapat diketahui namun dari dadanya yang naik turun seperti orang tersengkal, dapat diketahui bahwa keadaannya tak jauh berbeda dengan keadaan sianak muda itu. Pada saat itulah si utusan khusus tadi sudah berjalan mendekati Thian che kaucu seraya berkata: "Lapor kaucu, mayat itu sadah digeledah dengan seksama, barangnya tidak ditemukan". "Ehmm, kau boleh mengundurkan diri" Si Utusan khusus itu mengiakan dan segera mengundurkan diri sejauh beberapa kaki jauhnya dari tempat semula. Menyaksikan kesemuanya itu, satu ingatan lantas terlintas dalam benak Han siong-Kie, dia segera berpikir: "sekarang tahulah aku, rupanya persoalan ini terletak pada bungkusan kecil yang telah kuambil tadi"" Setelah kedua belah pihak saling berhadapan tanpa melakukan suatu tindakan, akhirnya mereka mulai maju lagi kedepan selangkah demi selangkah kemudian setelah kedua belah pihak saling mendekat tiba tiba mereka saling menyerang lagi dengan gencar dan hebatnya, ternyata kedua orang itu sudah mulai melangsungkan pertarungan jarak dekat yang jauh lebih seru dari pertarungan yang pertama tadi. 1631 Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling bertarung dua puluh gebrakan lebih, rupanya dalam kesempurnaan jurus serangan, posisi Thian che kaucu lebih unggul setengah tingkat. Sejak mengetahui kalau Thio sau kun mati di tangan jago jago Thian che kau, rasa benci Han siong Kie kepada musuh bebuyutannya itu sudah lebih mendalam beberapa tingkat, maka dalam melepaskan seranganpun ia tidak kepalang tanggung, semua serangan dan ancaman ditujukan pada bagian mematikan ditubuh lawan. Karena itu tiga puluh gebrakan kemudian, ia telah berhasil memaksa Thian che kaucu lebih banyak mempertahankan diri daripada melakukan penyerangan, keadaan jadi keteter dan setiap saat terancam bahaya maut, kendati begitu, untuk menentukan siapa menang siapa kalah, paling sedikit mereka harus bertarung tiga ratus gebrakan lagi. Ditengah berlangsungnya pertarungan yang amat seru itu, tiba tiba terdengar ujung baju tersampok udara berkumandang dari kejauhan, menyusul kemudian tampaklah dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat melayang turun kedalam arena pertarungan. Atas kehadiran dua orang jago yang tak diundang itu, serta merta baik Han siong Kie maupun Thian che kaucu sama sama menghentikan pertarungannya dan berpaling kearah samping. Ternyata dua orang yang baru datang itu adalah sepasang

muda mudi yang masih muda, tapi wajah mereka tampan dan cantik jelita, bak sepasang malaikat dari kahyangan. Cukup dalam sekilas pandangan saja, Han siong Kie sudah mengenali siapakah muda-mudi yang baru datang itu, benar mereka tak lain adalah Hek Pek siang yau yang telah berhasil memulihkan kembali paras muka asli mereka, seng Khe ki dan Hong Ing ing. 1632 Setibanya dihadapan Han siong Kie, kedua orang itu segera jatuhkan diri berlutut sambil berkata: "Tecu berdua datang mengunjungi ciangbanjin. semoga selama ini ciangbunjin berada dalam keadaan sehat walafiat". "Tak usah banyak adat, silahkan bangun" "Terima kasih atas kemurahan ciang-bunjin" "Eeeh .....bukankah kalian berdua bertugas didalam istana? Mau apa datang kedaratan Tionggoan.....?" tegur Han siong Kie dengan wajah tercengang dan tak habis mengerti. Dengan suara lirih siluman hitam seng Keh ki lantas menjawab "Hasil rapat dari para goan lo yang diadakan dalam istana memutuskan bahwa tecu suami istri berdua diwajibkan datang kedaratan Tionggoan untuk membantu ciangbunjin, selain itu membawa serta pula..." "Aku sudah tahu apa yang kalian maksudkan, sekarang boleh segera mengundurkan diri lebih dahulu" tukas anak muda itu sambil mengulapkan tangannya. Dengan sikap yang amat hormat Hek pek siang yau mengundurkan diri dari situ. Mimpipun Thian che kaucu Yu Pia lam tak menyangka kalau sepasang muda mudi yang berada dihadapannya sekarang bukan lain adalah Hek pek siang yau sepasang manusia aneh yang sudah menggetarkan namanya semenjak puluhan tahun berselang, kalau tidak mungkin sejak tadi dia sudah ngeloyor pergi dari situ. Han siong Kie mendengus dingin, ia tak sudi memberi waktu yang cukup bagi musuhnya untuk menghimpun kembali tenaganya, begitu kedua orang mengundurkan diri, serentak ia menerjang lagi kedepan, sepasang tangannya kontan melancarkan serangan yang bertubi tubi keatas tubuh Thian che kaucu. Dalam waktu singkat pertarungan sengitpun kembali berkobar. 1633 Hek pek siang yau saling bepandangan sekejap suruh mereka menganggur tanpa pekerjaan tentu saja sangat menjemukan mereka berdua, maka tanpa banyak bicara lagi kedua orang itu langsung menerjang kearah utusan khusus Thian che kau yang berdiri beberapa kaki jauhnya dari arena itu, kemudian menyerangnya secara gencar. Ketika merasa diserang oleh dua orang muda-mudi yang

tak dikenal, tentu saja si utusan khusus itu sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap musuhnya, malahan diam diam ia memaki didalam hati: "Bangsat yang tak tahu diri, rupanya kalian sudah bosan hidup," Yaa, siapa yang menyangka. sepasang siluman hitam putih adalah sepasang muda mudi yang tampan dan cantik? Andai kata kedua orang itu tidak pernah makan Bak ci berusia seribu tahun yang sangat mujarab, mungkin pada saat ini usia mereka berdua sadah mencapai tujuh puluh tahunan. Dua orang itu menyerang datang dari kiri dan kanan, serangan serangan yang maha dahsyat itu semuanya tertuju keatas tubuh utusan khusus itu "Bangsat" teriak siluman hitam dengan dingin "kalau engkau sanggul menerima tiga buah pukulanku, ku ampuni selembar jiwa anjingmu untuk hari ini" "Heehhh.... heeehhh... heeehhh... bajingan, hakekatnya kau sendirilah yang sudah bosan hidup," teriak utusan khusus itu sambil tertawa dingin tiada hentinya. "Baik kalau kau tidak percaya ayoh menyeranglah lebih dulu" seru siluman hitam dengan dahi berkerut. Dari mana utusan khusus itu tahu kalau musuhnya lihay? sambil membentak gusar sepasang telapak tangannya segera direntang kan dan sekaligus menyerang kekiri dan keka nan, 1634 jurus serangannya aneh, sakti dan ganas, sukar ditemui tandigannya dikolong langit. Sayang musuh yang dihadapinya adalah gembong iblis yang sudah tersohor namanya semenjak puluhan tahun berselang, sekalipun serangannya lihay juga tak ada gunanya. Siluman putih dan siluman hitam masing masing melancarkan sebuah pukulan dahsyat, bukan saja dengan sangat mudah berhasil memunahkan ancaman yang tertuju ketubuh mereka, bahkan ke dua orang itu berhasil pula mendesak lawannya sehingga harus mundur lima depa ke belakang. Bergidik hati si utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau itu setelah mengetahui kelihayan musuhnya, sekarang dia baru mengerti bahwa ia telah menilai musuhnya terlalu rendah. "Haaahhh.... haaahh.... haaahh kunyuk, serangan tersebut adalah serangan kami yang pertama" seru siluman hitam sambil tertawa seram, "nah.. sekarang terimalah serangan kami yang kedua" Sambil membentak. kedua orang siluman itu masing masing melancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepanSi Utusan khusus dari Thian che kau itu sama sekali tidak sempat untuk melakukan balasan, cepat cepat dia melompat keudara dan melayang mundur delapan depa kebelakang.

"Sekarang adalah serangan kami yang ketiga dan engkau bakal mampus dalam serangan kami ini" kembali siluman hitam berseru sambil menyeringai seram. Bayangan manusia terasa berkelebat lewat, tahu-tahu suatu jerit kesakitan yang memilukan hati berkumandang memecahkan kesunyian, sesosok mayat yang penuh beriepotan darah teriempar ke belakang dan tak berkutik lagi di atas tanah. 1635 Thian che kaucu sangat terperanjat mendengar jeritan ngeri itu, dia tahu kembali anak buahnya menjadi korban ditangan lawan, oleh karena pikirannya bercabang, perlawananpun ikut menjadi kendor. "Blaaang..." Han siong Kie segera manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, dia menerjang kedepan sambil menyodok dada lawan, karena tak menyangka serangan tersebut bersarang telak diatas dada lawan. Yu Pia lam mendengus tertahan, dengan cekatan dia melompat keluar dari arena pertarungan, tapi setelah memandang kesekeliling tempat itu, hatinya jadi bergeridik dan peluh dingin mengucur keluar membasahi tubuhnya, ia tak berani berdiam terialu lama lagi disitu, segera serunya: "Manusia muka dingin, sampai jumpa lagi lain kesempatan...." tanpa banyak bicara dia segera berkelebat dari situ dan kabur terbirit birit .... Sambil menahan rasa geram dalam hatinya, Han siong Kie mengawasi bayangan punggung Yu Pia lam yang menjauh itu tanpa berkedip. lalu teriaknya keras keras: "Yu Pia lam ingat baik baik perkataanku ini suatu ketika aku pasti akan berkunjung lagi ke lian huan tan mu itu" Menanti bayangan musuhnya lenyap tak berbekas, dia baru menghampiri kembali mayat Thio sau kun dan membopongnya, lalu pelan-pelan berjalan menuju kesebuah bukit kecil tak jauh dari situ.. Hek pek siang yau membungkam dalam seribu bahasa, mereka hanya mengikuti dibelakang ketuanya. Akhirnya pemuda itu berhenti disuatu tempat yang indah pemandangannya, sambil meletakan jenazah Thio sau kun keatas tanah, ujarnya: "Galilah sebuah liang disitu" 1636 Dua orang siluman hitam dan putih tidak banyak bicara, mereka segera bekerja membuat sebuah liang ditempat yang ditunjuk, tak lama kemudian liang lahat itupun sudah siap. Diiringi cucuran air mata yang amat deras, Han siong Kie mengebumikan putra tunggal dari paman gurunya disitu, kemudian diapun membuat sebuah batu nisan sebagai peringatan. Selesai upacara, anak muda itu baru berpaling kearah

sepasang siluman itu sambil katanya: "sekarang aku sedang mempunyai tugas penting yang harus segera dikerjakan, untuk sementara waktu simpaniah kitab pusaka Tay boan yopit kip itu baik baik, dikemudian hari kitab tersebut akan kuhantar sendiri kekuil siau lim si. sekarang kalian boleh berangkat kebukit si sin gan dan tunggu aku disitu, disana sudah menunggu pula dua orang perempuan, satu diantaranya terluka parah dan menunggu pengobatan, katakan saja kepada perempuan yang satunya bahwa kalian datang kesitu atas perintahku, soal lain tak usah di bicarakan dengannya, mengerti? Nah, kalian boleh segera berangkat" "Tecu suami istri berdua sangat berharap dapat selalu mengiringi disamping ciangbunjin" ujar siluman putih Hong Ing ing dengan wajah bersungguh-sungguh. Han siong Kie mengangguk. "Ketahuilah, tugas yang harus kulaksanakan sekarang adalah suatu tugas istimewa, dalam melaksanakan tugas tersebut tak perlu kalian berdua mengiringinya, maka lebih baik kalian tunggu aku di bukit si sin gan saja, disana ketua Pat gipang yang baru Go siau bi sedang menunggu pengobatan dariku dan kalian harus ingat bahwa nona itu mempunyai hubungan yang erat sekali dengan aku dewasa ini keadaannya lemah dan butuh perlindungan dari kalian, tunggu saja disana, dalam lima hari aku pasti sudah tiba disana" 1637 Tentu saja kedua orang siluman itu tak dapat memaksakan keinginan mereka lebih jauh, setelah ciangbunjinnya berkata demikian mereka tak berani membantah lagi, selesai memberi hormat berangkatlah kedua orang itu menuju kebukit sin si ganHan siong Kie sendiri berdiri sejenak lagi didepan kuburan Thio sau kun untuk mengheningkan ciptanya, kemudian ia baru berangkat tinggalkan tempat itu menuju kebukit Ciong san. Sekarang batas waktu yang tersedia baginya sudah makin menipis, itu berarti dalam dua hari mendatang, obat si mia kim wan yang mustajab itu harus sudah didapatkan, dengan begitu dia baru dapat memburu batas waktunya yang cuma tujuh hari itu untuk tiba kembali dibukit sin si gan dan menyelamatkan jiwa Go siau bi. Tentu saja dalam keadaan seperti dia tak sempat berbuat apa apa lagi kecuali melanjutkan perjalanan secepat cepatnya, bahkan iapun tak sempat memeriksa isi bungkusan yang diserahkan Thio sau kun kepadanya sesaat sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir. Anak muda itu melanjutkan perjalanannya siang malam tak kenal lelah, akhirnya setelah bersusah sekian lama waktu lohor hari yang ketiga Han siong Kie sudah berada dibawah

bukit Ciong san. Tampaklah bukit yang tinggi dan berlapiskan salju tebal itu menjulang tinggi keangkasa, dari jauh memandang terasalah begitu angker dan mengerikannya tanah perbukitan tersebut. Udara diatas bukit sangat dingin serasa merasuk ke tulang sumsum, tapi ke semuanya itu bukan halangan bagi Han siong Kie untuk melanjutkan perjalanannya, ia berlari kencang diatas permukaan salju yang tebaL... Dihitung mulai hari itu, maka dia tinggal mempunyai waktu selama tiga hari, didalam hari yang terakhir ini bukan saja dia 1638 harus temukan sin ciu it cho dan mendapatkan obat mustika si mia kim wan, bahkan diapun harus melakukan perjalanan cepat untuk kembali lagi kebukit si sin gan, kalau tidak maka Go siau bi akan menghembuskan napasnya yang penghabisan tanpa tertolong lagi. Menurut keterangan Buyung Thay, katanya sijelek dari sin ciu itu berdiam digua salju diatas bukit Ciong san, itu berarti gua salju tersebut tentulah berada diantara tanah perbukitan bersalju yang sangat luas itu .... setiap tempat yang mencurigakan diatas bukit telah diperiksa dan diteliti dengan seksama, namun hasilnya nihil, ia tak berhasil menemukan jejak apapun tentang gua salju tersebut. Padahal sebagaimana diketahui bukit Ciong san panjangnya mencapai ratusan li, belum tentu ia dapat memeriksa setiap sudut bukit yang mencurigakan dalam jangka waktu satu hari setengah, dus berarti dengan waktu yang begitu minim tidak mungkin bagi anak muda itu untuk meneliti seluruh tempat dibukit salju, sebab jika batas waktunya sudah lewat, kendatipan obat mustika si mia kim wan berhasil didapatpun sama sekali tak ada harganya lagi.. Cemas, gelisah dan bimbang berkecamuk dalam perasaannya, ini membaat anak muda itu jadi panik, dalam suatu batas waktu yang tertentu, harus menemukan seorang jago persilatan yang sukar ditemukan jejaknya, kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang sulit untuk dilaksanakan. Han siong Ki bukan orang yang pesimis, tapi dia sendiripun mengerti bahwa kesuksesan dari tugas nyakali ini mempunyai harapan yang kecil sekali, sekalipun demikian ia tak dapat membuang kesempatan yang amat minim itu dengan begitu saja, ia tak tega membiarkan calon istrinya Go siau bi mati tanpa ditolong. 1639 -ooo0dw0oooBAB 89 SEMENTARA Han siong Kie sedang gugup dan panik tak

tahu apa yang musti dilakukan, tiba tiba terdengar suara gemuruh yang keras sekali berkumandang datang dari kejauhan. suara itu seakan akan muncul dari dasar perut bumi, tapi suaranya makin lama semakin keras, dan akhirnya bagaikan seribu guntur yang menggelegar bersama diangkasa, menyusul kemudian seluruh permukaan salju ikut bergoncang keras. Rasa kejut yang dialami Han siong Kie benar-benar tat terkirakan, ia merasa seluruh permukaan salju telah bergoncang bagaikan dilanda gempa bumi dahsyat, kabut putih menguap keudara, suara gemuruh yang memekikkan telinga makin keras menggelegar diangkasa. "Longsor salju.." pekik Han siong Kie dengan terkejut, tubuhnya capat cepat melejit ke udara dan meluncur kemuka. Baru saja badannya meluncur kedepan, permukaan salju bekas tempat berpijaknya tadi dengan cepat telah longsor kebawah. Seluruh tanah perbukitan itu bergoncang makin keras, seakan akan hari kiamat menjelang tiba, dalam keadaan begini sekalipun seseorang memiliki ilmu silat yang sangat lihaypun percuma, sebab bukan faktor kepandaian yang bisa selamatkan jiwanya, dalam keadaan begini hanya faktor keberuntungan saja yang berlaku. Han siong Kie merasa dirinya bagaikan seekor binatang kecil yang berada dalam kurungan yang besar, dia cuma bisa melompat kesana kemari secara membabi buta. 1640 Salju yang melapisi permukaan bukit kini sudah longsor semua kedalam jurang, permukaan yang semula sama sekali telah berubah sehingga sulitlah bagi siapapun untuk mengenali kembali daerah daerah disekitar sana, apa lagi menemukan tempat yang rasanya aman. Mengikuti longsornya permukaan salju, dengan cepatnya pula bukit Ciong san mengalami perubahan yang drastis. Kurang lebih setengah jam kemudian longsoran salju yang mengerikan itu mulai meredah dan akhirnya berhenti. Han siong Kie menarik napas panjang, ia bersyukur karena jiwanya tak sampai direnggut oleh malaikat elmaut. Setelah kerak salju yang menyelimuti permukaan bukit itu longsor semua, kini banyak tempat yang berubah sama sekali dari keadaan sebelum longsor tadi. Diatas dinding batu karang tepat dihadapan Han siong Kie berada, sekarang muncul sebuah mulut gua yang gelap. menyaksikan hal ini pemuda tersebut segera merasakan hatinya bergerak. "Jangan-jangan gua itulah yang dinamakan gua salju?" pikirnya dalam hati. Sejak naik ke atas bukit tersebut, tak sebuah gua pun yang

berhasil ditemukan Han siong Kie, mungkin andaikata tidak terjadi longsor salju, mulut guapun tak akan muncul, itu berarti sekalipun dicari sepanjang abad juga tak akan ditemukan. Berpikir sampai disitu, tanpa ragu ragu lagi dia meluncar kedepan dan mendekati mulut gua tersebut. Gua itu letaknya berada diatas dinding tebing, kurang lebih empat puluh kaki dari permukaan tanah, sekalipunjauh diatas letaknya, namun bukan halangan bagi Han siong Ki untuk mencapainya, dalam tiga kali lompatan dia telah berhasil mencapai mulut gua tersebut, tapi sesaat sebelum masuk 1641 menerobos masuk kedalam gua tali, tiba. tiba pemuda itu merasa agak sangsi. "Benarkah ini adalah gua salju yang dicari?" "Benarkah si Jelek dari sin chiu berdiam dalam gua ini?" "Bersediakah dia menghadiahkan pil si mia kim-wan tersebut kepadanya?" Menurut Buyung Tay siJelek dari sin ciu itu seorang yang aneh sekali wataknya, sampai taraf yang bagaimana keanehan dari tabiatnya itu? Sementara serangkaian pertanyaan berkecamuk dalam benaknya pemuda itu berpikir lebih jauh: "Yaaa... bagaimana juga nantinya, yang pasti aku datang kemari untuk memohon bantuan orang, sewajarnya kalau kumohon bertemu dengan cara yang sopan juga...." Berpikir demikian, dia lantas berseru kearah gua itu "Boanpwe Han siong Ki mohon bertemu" Tiga kali sudah ia berteriak. namun kecuali pantulan suara sendiri yang menggema dalam dinding gua, tiada reaksi apa apa yang kedengaran dari dalam gua itu. Melihat hal ini Han siong Kijadi tercengang dan bimbang mungkinkah gua ini hanya sebuah gua kosong? Tapi kalau toh sudah sampai disini mengapa tidak sekalian selidiki sampai jelas? Karena berpendapat demikian, maka diapun melangkah masuk kedalam gua tersebut. Baru saja dia berjalan belasan langkah, pemuda itu sudah mencapai dasar gua tersebut, diam-diam ia menarik napas dingin, ternyata gua itu cuma sebuah gua buntu yang dalamnya tak sampai lima meter, tapi lantaran lorong gua itu berliku-liku maka orang yang berdiri dimulut gua sukar untuk memandang hingga dasar gua tersebut. 1642 Tiba tiba semacam benda diatas dinding dasar gua tersebut telah menarik perhatiannya. Benda itu adalah sebuah lukisan seorang perempuan, panjangnya empat depa dengan lebar dua depa.

Dalam sebuah gua yang kosong ternyata terpampang sebuah lukisan perempuan boleh dibilang peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang aneh dan sama sekali tak masuk di akal. Dibawah tuntutan rasa ingin tahunya yang meluap. akhirnya ia berjalan kemuka menghampir lukisan tersebut. Lukisan itu adalah sebuah lukisan seorang gadis yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, meski hanya sebuah lukisan belaka, tapi oleh karena lukisannya sangat hidup maka lukisan tersebut mendatangkan suatu daya pikat yang luar biasa besarnya ini menunjukan bahwa pelukisnya adalah seorang seniman tingkat tinggi. Lukisan tadi digantUng diatas selembar batu granit yang berwarna putih, dan batu tadi menempel diatas dinding batu karang. Sudah tentu kejadian ini bukan suatu kejadian yang kebetulan saja, namun Han siong Ki tidak dapat menemukan dimana letak keanehan dari persoalan tersebut. Gua yang kosong... Lukisan gadis cantik,.. suatu kejadian aneh yang tak masuk diakal. Sementara Han siong Ki masih memandangi lukisan gadis cantik itu dengan termangu, tiba tiba terdengar serentetan suara yang sangat dingin berkumandang dari arah belakang: "Bocah, perhitungan kali ini meleset jauh sekali" Han siong Kie amat terperanjat sekali, secepat kilat dia memutar badannya, ternyata disitu tak nampak sesosok bayangan manusiapun, kenyataan ini membuat hatinya keheranan, sebab ia yakin tenaga lwekang yang dimilikinya 1643 sekarang sudah cukup sempurna, namun toh gagal menemukan jejak orang yang berbicara barusan, dari sini dapatlah diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang itu luar biasa sempurnanya. "Heeehh.... heeehh.... heeehh.... " kembali berkumandang suara tertawa aneh menusuk pendengaran. Berdirilah semua bulu kuduk Han siong Kie menghadapi kejadian ini, padahal waktu itu dia berdiri menghadap kemulut gua dengan membelakangi dinding karang tersebut, lalu darimanakah munculnya suara itu? Tapi ada satu hal yang dapat ia yakini, yaitu suara tersebut sudah pasti adalah suara seorang perempuan. "Heeehh... heeehh... heeehhh... bocah muda, sekarang engkau boleh memilih salah satu jalan untuk menemui kematianmu" kembali suara yang menggidikan hati itu berkumandang dalam ruang gua. Tapi kali ini, Han siong Kie dapat mendengar dengan jelas suara itu berasal dari arah belakang. pelan-pelan dia memutar badannya dan memeriksa sekitar dinding karang itu dengan sinar mata setajam sembilu, sekarang dia yakin bahwa dibalik

dinding karang yang tergantung lukisan gadis cantik itu sebenarnya terdapat gua lain, dan kunci untuk membuka gua tersebut justru letaknya ada di atas lukisan tadi. "Saudara, apa yang kau katakan? Aku sama sekali tidak mengerti ...." serunya kemudian dengan ketus. "Bocah busuk.. tak ada gunanya kau mungkir, hari ini raja akhirat telah mengumumkan bahwa saat kematianmu telah tiba" ejek orang itu dengan suara yang makin menyeramkan. Mendengar perkataan itu, berkobarlah hawa amarah Han siong Kie didalam hati, ia mendengus. 1644 "Eeeh....saudara, apakah kau takut berjumpa dengan orang? Buat apa kau musti main sembunyi macam cucu kura kura saja?" bentaknya dengan suara keras. "Hmmm Kalau engkau berani berkentut setengahnya saja, sekarang juga nyawamu akan kucabut." Heeehhh.... heeehhh.... heeehhhh.... kau anggap mampu melakukan hal itu atas diriku" "Kalau tidak percaya, silahkan saja mencoba sendiri" Pada saat itulah tiba tiba dari mulut gua berkumandang suara tertawa dingin yang mengidikan hati. Menyusul menggemanya suara tertawa itu, sesosok makhluk aneh yang penuh bulu panjang masuk ke dalam mulut gua itu. Han siong kie merasa terkejut sekali menyaksikan kemunculan makhluk aneh itu, dia adalah seorang manusia yang bercambang lebat, jubah kulitnya berbulu lebat dengan seutas tali terikat dipinggangnya, sekilas pandangan orang hanya melihat bulu putihnya saju yang panjang-panjang. Agaknya manusia aneh itupun merasa agak tercengang melihat kehadiran Han siong kie disitu, ia berhenti dengan wajah tertegun, setelah mengamati pemuda itu beberapa saat lamanya gumannya seorang diri. "Aneh....benar benar aneh, rupanya si nenek jelek itu sudah menerima seorang bocah muda sebagai muridnya....." Ketika mendengar disinggungnya soal "si nenek jelek", Han siong Kie merasa hatinya tergerak, dia tahu orang yang dimaksudkan manusia aneh itu pastilah pemilik gua ini, dan kemungkinan besar perempuan yang mengejek dirinya tanpa munculkan dirinya tadi tak lain adalah sijelek dari Sin ciu yang sedang dicari, semangatnya langsung berkobar kembali... 1645 "Eeeh, bocah muda, apa hubunganmu dengan si nenek jelek itu?" terdengar kakek aneh itu menegur dengan suara yang menyeramkan"Si nenek jelek ? Siapa yang kau maksudkan?" " "Aaaah ....kau si bocah kunyuk tak usah beriagak pilon lagi dihadapanku, ayoh jawab saja terus terang"

"Sebutkan dulu siapa Nenek Jelek itu?" "Heeeh heeeh heeeeh bocah keparat, kau suruh aku si orang tua menyebut namaku??" "Benar" "Hmmm Dengarkan baik baik ....aku si orang tua adalah Pak kek lojin (orang tua dari kutub utara)" "Si orang tua dari kutub utara??" "Benar" "Baru pertama kali ini kudengar nama se aneh itu" gumam Han siong Ki keheranan. "Bagus, bocah bangsat, kau berani mengejek aku?" tiba tiba kakek aneh itu menjadi berang, "ayoh katakan, apa hubunganmu dengan si nenek jelek itu?" "siapa yang kau maksudkan si nenek jelek?" "Monyet, aku segan bersilat lidah terus dengan kau, suruh si jelek dari sin chiu menggelinding keluar" Han siong Ki merasa jantungnya berdebar keras, ternyata apa yang diduganya semula sedikitpun tak salah, pemilik gua ini tak lain tak bukan adalah si jelek dari sin chiu, itulah yang dinamakan susah susah dicari hingga sepatu rusak, akhirnya didapatkan dengan tanpa sengaja. "Tapi .... gua itu panjangnya cuma lima kaki, kecuali diri sendiri dan kakek aneh yang tak diundang, hanya sebuah 1646 lukisan gadis cantik yang tergantung diatas batu granit tersebut, satu satunya penjelasan yang bisa masuk diakal adalah di balik gua itu masih ada gua lain, dan ditinjau dari gaya bicara manusia misterius, kemungkinan besar orang itu adalah sijelek dari sin chiu yang berada dibalik dinding gua itu. Tapi ....apa maksud kedatangan si orang tua dari kutub utara ini? Karena ragu ragu dan ingin tahu, dia lantas menegur: "Mau apa engkau datang kemari? Mau menuntut balas ataukah membayar budi...?" "Bocah busuk. buat apa kau cerewet melulu?" bukan menjawab kakek dari kutub utara itu malah membentak dengan mata melotot. "Lalu ada urusan apa kau datang kemari sambil marah marah dengan muka bengis?" "Tutup mulut busukmu itu kunyuk." teriak kakek aneh itu semakin marah, "kau tidak punya hak untuk berbicara dengan aku, mengerti?" "Kalau begitu, aku harap engkau segera tinggalkan tempat ini dan jangan kembali lagi" usir Han siong Kie sambil memberi tanda agar orang itu keluar dari situ. "Apa? Kau mengusir aku?" "Tutup bacotmu dan segera enyah dari dalam gua ini" "Bagus ....bagus... keparat busuk, apabila aku tidak memandang diatas wajah si nenek jelek itu, sekarang juga akan kubunuh nyawamu, mengerti?"

"Aku tak sudi menerima kebaikanmu itu" Sekalipun diluaran Han siong Kie menjawab demikian, dalam hati kecilnya diam diam merasa keheranan, apa sebenarnya hubungan antara kakek dari kutub utara dengan sijelek dari sin chiu? Kalau dilihat dari tingkah lakunya, sudah 1647 pasti dia bukan datang dengan membawa maksud jelek tapi mengapa mukanya bengis dan kelihatan ganteng sekali Hmmm! Bocah busuk. aku si orang tua paling tidak percaya dengan segala macam tahayul, baik engkau ngotot hendak mengusir aku keluar dari sini, terpaksa akan kulihat sampai dimanakah kepandaian silat yang telah diwariskan sijelek itu kepadamu, lihat serangan" Sambil mendengus dingin, sebuah pukulan segera dilontarkan keatas tubuh Han siong Kie, bukan saja serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, bahkan datangnya sangat aneh dan sama sekali diluar dugaan siapapun jua. Han siong Kie tak berani melayani secara gegabah.. dengan cepat dia menyingkir ke samping dengan gerakan cahaya kilat lintasan banyangan, lalu dengan jurus raja iblis menyembah loteng istana, dia melancarkan pula sebuah serangan balasan. "Tahan.... " tiba tiba si kakek dari kutub utara itu berteriak sambil mundur sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. "Ada urusan apa lagi yang hendak kau tanyakan?" seru sianak muda itu. "Engkau bukan muridnya sinenek jelek itu" "Memangnya aku belum pernah mengaku kalau aku adalah muridnya, kan kau sendiri yang menebak sendiri?" "Lalu siapakah kau?" "Han siong Kie, ketua dari istana Huan mo kiong diwilayah Thian lam...." Mendengar nama itu, dengan cepat si kakek dari kutub utara melayang mundur beberapa langkah kebelakang, wajahnya menunjukkan rasa kaget dan kejutnya yang bukan kepalang. 1648 "Apa....? jadi kau adalah ketua dari perguruan Thian lambun...?" ulang si kakek agak gemetar. "Benar, kenapa?" sikap Han siong Ki masih tetap tenang dan kalem seperti sedia kala. "Ada urutan apa kau datang kemari?" "Maaf, aku tak dapat mengatakannya kepadamu, lebih baik kau saja yang terangkan dulu maksud kedatanganmu kemari" "Tentang soal ini ..... akupun tak dapat memberitahUkan rahasiaku ini kepadamu" "Jikalau begitu keadaan kita adalah sama sama dan kau tak usah bertanya apa apa kepadaku, sedangkan akupun tak akan

menanyakan apa apa kepadamu, setuju" "Tidak... Tidak bisa..." kakek aneh itu goyangkan tangannya berulang kali. "Kenapa tidak bisa?" "sebab aku berhak untuk menanyai maksud kedatanganmu" "Apa yang kau jadikan dasar serta pegangan untuk bertanya kepadaku?" "Pegangan? Aku dasarkan atas hubunganku dengan si nenek jelek itu, kenapa?" "Terangkan dulu apa hubunganmu dengannya?" "Tentang soal ini.... kau tak usah bertanya" "Kalau memang begitu, terpaksa urusan pribadiku tak usah pula kau campuri, mengerti?" Untuk sesaat si kakek dari kutub utara itu agak tertegun, tiba tiba ia membentak keras: "Bocah keparat, kuperintahkan kepadamu untuk segera enyah dari tempat ini" 1649 "Kalau aku tak pergi, apa yang kau perbuat?"jengek Han siong Ki sinis. "Jangan salahkan kalau aku akan bertindak keji kepadamu" "Huuh Ilmu silatmu itu yang kau andalkan untuk mengusir aku dari sini? Aku khawatir kalau kau sudah membuat suatu perhitungan yang salah besar" "Jadi kau tidak percaya? Kalau begitu ayoh buktikan sendiri...." begitu selesai berkata, sepasang telapak tangannya segera didorong kedepan melancarkan serangan dahsyat. Han siong Kie tak ingin memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain, diapun mengankat telapak tangannya dan pelan-pelan didorong kedepan, segulung kabut putih yang amat tebal seketika itu juga memancar kearah depan. "Blaaang...." suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang dalam ruangan gua itu, membuat seluruh permukaan tanah diseputar ruang gua itu tergoncang keras, hancuran batu berguguran bagaikan hujan gerimis, keadaan mengerikan hati. Han siong Kie masih tetap herdiri tegak di tempat semula, sebaliknya si kakek dari kutub utara mundur lima langkah dengan sempoyongan, dengan mundurnya ini maka dia sudah berdiri ditepi mulut gua itu, dalam keadaan begini asal Han siong Kie melancarkan sebuah serangan lagi, niscaya kakek itu berhasil digulungnya sehingga keluar dari tempat itu. Semua rambut dan cambang kakek dari kutub utara berdiri kaku seperti landak, sinar matanya memancarkan cahaya ketakutan, mimpipun dia tak menyangka kalau seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan ternyata memiliki tenaga dalam yang luar biasa sekali. Mendadak .... dari balik gua itu berkumandang kembali

suara aneh yang pernah didengarnya tadi: 1650 "Eeeh..... bocah muda, ada urusan apa engkau datang kedalam guaku ini....?" "Aku datang untuk menjumpai seorang pemuka persilatan yang tersohor namanya dalam dunia kangouw" jawab Han siong Kie dengan sikap yang sangat menghormati. "siapakah yang kau maksudkan?" "Jikalau dugaan boanpwe tidak salah, maka cianpwelah orang yang hendak kutemui itu" "Tahukah engkau siapa kah diriku ini" suara itu balik bertanya. "Akupikir cianpwe tak lain tak bukan adalah sijelek dari sin chiu, bukankah begitu?" seraya berkata dengan sinar matanya yang setajam sembilu anak muda itu menyapu sekejap sekeliling tempat itu, dia berusaha untuk menemukan sumber dari suara tadi. Setelah mencarinya dengan susah payah, akhirnya sianak muda itu berhasil menemukan rahasia dibalik semua kemisteriusan yang mencekam disekitar tempat itu. Apa yang sebenarnya terjadi. Rupanya sepasang mata dari lukisan gadis cantik yang tergantung diatas dinding dapat bergerak kesana kemari dengan bebasnya, lagi pula sinar mata itu memancarkan cahaya yang tajam sekali, ini membuktikan bahwa si pembicara tersebut bersembunyi dibalik lukisan gadis cantik yang tergantung diatas dinding tersebut. Atau dengan perkataan lain, dibalik batu granit yang keras dan kuat itu, sebenarnya terdapat alat rahasia lain yang bisa digunakan untuk menghubungkan ruang bagian luar dengan ruang bagian dalam. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... bocah muda, tebakanmu memang tepat sekali ...." terdengar orang dibalik lukisan itu berseru dengan lantang. 1651 "Kalau toh tebakanku sudah benar, locianpwe dapatkah engkau segera munculkan diri..." "Heehhhh....heehhh... heehhh....kau tak usah terburu napsu, pertama-tama usirlah dulu setan tua itu dari goa ini, kemudian baru kau utara kan maksud kedatanganmu" "Baik, aku terima perintah" Tanpa banyak bicara lagi, Han siong Kie putar badan dan segera bergerak menghampiri Pak kek lejin, si kakek dari kutub utara dengan wajah garang .... Menyaksikan muka bengis dari sang pemuda yang makin lama semakin mendekatinya itu, kakek dari kutub utara sontak berteriak keras: "Nenek jelek. sudah lima tahun lamanya aku menderita kedinginan diatas bukit ini, andaikata hari ini tidak terjadi

longsor salju, selamanya tak akan kutemukan goa saljumu itu, masakah engkau sudah melupakan sama sekali hubungan kita dimasa lampau? Jelek-jelek begini aku toh suamimu" Han siong Kie tertegun dan segera menghentikan gerakan tubuhnya, sekarang dia baru tahu bahwa kedua orang itu adalah sepasang suami istri. Lima tahun sudah si kakek dari kutub utara mencari gua salju ditengah ganasnya cuaca dibukit Ciong-san? Hal ini kedengarannya sukar masuk di akal, lalu apa yang sebenarnya terjadi antara sepasang suami istri yang serba aneh ini?" Sebelum ingatan tersebut sempat melintas didalam benaknya, sin ciu it cho (sijelek dari kota Tiong ciu) telah berkata dengan suara yang dingin sedingin es, agaknya ia tak terpengaruh sama sekali oleh perkataan itu. "Bocah muda, kenapa berhenti? Hemmm .... baik akan kuhitung sampai angka ke lima, jika engkau masih belum mampu untuk mengusirnya keluar dari sini, lebih baik engkaupun berangkat dan pulang saja ke rumah" 1652 Kemudian tanpa menggubris bagaimanakah reaksi dari si anak muda itu, nenek jelek itu mulai menghitung dengan suara lantang. "Satu.... Dua.... Tiga....." Han siong Kie putar otaknya dan berpikir keras, dia merasa pada saat ini ia sangat membutuhkan bantuan dari nenek bertampang jelek ini, selembar nyawa Go siau bi calon istrinya tergantung dari usahanya mendapatkan pil mustika itu. Setelah dirasakan bahwa tiada jalan lain lagi kecuali menuruti perkataan dari nenek jelek itu, akhirnya Han siong Kie menghela napas panjang, hawa sakti si mi sinkangnya disalurkan memenuhi seluruh telapak tangan, kemudian dengan sebuah pukulan kilat dibacoknya tubuh kakek dari kutub utara itu keras keras. Gua itu sempit dan ruangannya tidak luas, dalam keadaan demikian tak mungkin lawan bisa berkelit kesamping untuk menghindarkam diri, selain daripada itu si mi sinkang merupakan suatu ilmu sakti jaman kuno yang tak terkalahkan, kelihayannya sungguh mengejutkan siapapun juga, maka bisa dibayangkan bagaimanakah akibatnya tatkala serangan dahsyat itu dilontarkan kedepan..... "Bocah keparat, kau berani membantu penjahat untuk melakukan pemerasan....."jerit kakek dari kutub utara penasaran. Tapi sebelum perkataan itu selesai diutarakan keluar, deruan angin pukulan yang memekikkan telinga telah menyambar datang dengan dahsyatnya, dengan sempoyongan kakek itu tergentar mundur beberapa langkah ke belakang, itupun belum sanggup berdiri tegak. maka dia mundur lagi beberapa tindak. Han siong Kie tidak berhenti sampai disitu saja, begitu

serangan yang pertama berhasil memaksa mundur kakek dari kutub utara, dia segera lancarkan kembali serangan yang 1653 kedua, dan kembali kakek itu terdesak mundur kebelakang ............. Akhirnya dengan pukulan yang ketiga...... yaa, cukup tiga kali saja, kakek dari kutub utara telah dipaksa sehingga harus keluar dari mulut gua salju .... Han-siong Ki cukup mengetahui kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki kakek dari kutub utara, maka sekalipun tubuhnya terlempar keluar dari gua itu, tak nanti dia akan terbanting mati, maka begitu berhasil dengan serangannya, tanpa banyak bicara lagi dia putar badannya untuk masuk kembali kedalam gua. Siapa tahu baru saja bergerak. seseorang telah membentak dari belakang. "Jangan bergerak" Han siong Kie tarik napas dingin, mimpipun tak disangka olehnya kalau sijelek dari kota Tiong ciu telah berdiri tepat dibelakang tubuhnya...... "Katakanlah apa maksudmu datang kemari" suara nenek jelek kembali bergema. Han siong Ki termenung sebentar, kemudian sahutnya: "Aku hendak mohon sebutir pil si mia kim wan untuk menyelamatkan jiwa seseorang" "Apa kau bilang? coba ulangi sekali lagi" "Aku mohon sudilah kiranya locianpwee menghadiahkan sebiji obat si mia- kim wan kepadaku, karena jiwa seorang temanku terancam dan perlu diobati dengan pil itu" "Haaaahhh.... haaahhh.... haaahh...." nenek jelek dari kota Tiong ciu ini segera terbahak-bahak "bocah.. wahai bocah muda, enak benar kalau ngomong, tahukah engkau bahwa selama hidup aku hanya membuat tiga biji obat si mia kim wan? dan diantara tiga biji obat pil itu, tahukah kamu bahwa 1654 dua biji diantaranya telah kupakai? Heeeehhh... heeehhh....heeehhh.... bocah dungu, bayangkan sendiri, mungkinkah aku serahkan obat yang tinggal sebiji itu kepadamu?" Tertegun Han siong Kie mendengar perkataan itu, hatinya dingin separuh, sesaat lamanya dia termangu untuk kemudian bisiknya kembali: "Jadi...jadi locianpwe tak akan memberikan obat itu kepadaku. ?" "Tentu saja" Han siong Kie semakin termangu, tapi ingatan lain dengan cepat melintas didalam benaknya: "Tidak Tidak.... Bagaimanapun juga jiwa Go siau-bi harus ditolong, apapun yang bakal terjadi, aku harus mendapatkan

obat si mia kim-wan tersebut untuk menyelamatkan jiwanya..." Berpikir sampai disitu, dengan suara lantang dia berkata kembali: "Aku bersedia menukar obat itu dengan syarat apapun, terserah kehendak hatimu" "Dengan syarat apapun?" "Benar" "sekalipun harus mengorbankan selembar jiwamu sendiri?" nenek jelek itu menegaskan. "Benar Walaupun dengan taruhan nyawakupun" "Jadi kau sudah bulatkan tekad untuk mendapatkan obat itu, walau dengan cara apapun dan apapun yang terjadi?" "Benar Kau sudah tahu itu lebih bagus lagi.." "Kalau begitu aku ingin tahu, obat itu akan kau gunakan untuk apa?" kembali nenek jelek bertanya. 1655 "Aku hendak menyelamatkan jiwa seseorang" "siapakah orang itu? Apa hubungannya orang itu denganmu?" "Dia adalah bakal istriku" Mendengar ucapan tersebut, sinenek jelek dari Tiong ciu segera tertawa dingin tiada hentinya. "Heeeehhh... heeeehhh... heeeeehhh... kalau engkau harus korbankan selembar jiwamu... untuk mendapatkan sebutir obat si mia kim wan, lalu apa arti hidup bagi calon istrimu itu kendatipun oleh bantuan obat tersebut dia akan hidup kembali?" Bergidik hati Han siong Kie, tiba-tiba saja tanpa diketahui apa sebabnya, tahu tahu sekujur badannya menggigil keras, dia mulai berpikir: "Benarkah dia menghendaki selembar jiwaku sebagai ganti dari obat mustikanya itu?" Tapi sekarang, dia sudah terlanjur memberikan kesanggupannya, tentu saja disesali juga tak ada gunanya maka dengan suara yang berterus terang pemuda itu berkata lagi "Arti dan makna dari suatu kehidupan bukanlah ditentukan oleh suatu kematian dari orang lain" "Jadi kalau begitu, engkau bersedia untuk menukar selembar nyawamu itu dengan obat mustika si mia kim wan?" "Benar. Cuma saja...." "Kenapa?" "Oleh karena masih terlalu banyak persoalan yang harus kukerjakan pada saat ini, maka setahun kemudian janji tersebut baru aku penuhi..." 1656 "Kalau begitu datanglah setahun lagi, saat engkau dapat

memenuhi janjimu itu, pil si mia kim wan pasti akan kuberikan kepadamu" Mendengar perkataan itu Han siong Kie jadi naik darah, hawa amarahnya yang berkobar didalam dada terasa sukar dikendalikan lagi, dengan suatu gerakan yang sangat cepat dia putar badannya, tapi apa yang kemudian terlihat dihadapan matanya membuat si anak muda ini mau tak mau menjerit saking kagetnya. Tetapi didepan matanya berdirilah seorang nenek yang sudah tua, tapi tampang nenek itu jeleknya luar biasa, demikian jeleknya tampang nenek itu sehingga menggidikkan hati siapapun yang memandangnya, mungkin jauh lebih jelek dari tampang siluman yang terjelekpun. -ooo0dw0oooBAB 91 DIATAS Wajah sinenek yang penuh keriput, terlihatlah tonjolan-tonjolan daging hidup yang besar, merah kehitam hitaman dan bernanah, panca inderanya sukar ditemukan diatas tonjolan daging hidup yang mengerikan itu, rambutnya telah beruban dan terurai sepanjang dada, hanya sepasang matanya yang tetap utuh dan memancarkan cahaya tajam, mungkin itulah satu-satunya indera yang masih utuh. Dengan sinar mata yang tajam setajam sembilu nenek jelek dari sin ciu menatap wajah Han siong Kie lekat-lekat, lama.... lama sekali dia baru menegur: "Jelekkah aku wahai bocah muda?" -ooo0dw0oooJilid 44 1657 HAN SIONG KI tertegun menyusul kemudian diapun mengangguk. "Yaa... Cianpwe jelek sekali, cuma ......" "Cuma kenapa?" "Jelek atau tampannya wajah seseorang tidak dapat menandakan indah atau buruknya watak seseorang, ada yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan tapi mempunyai hati yang busuk seperti ular berbisa, tapi ada yang berwajah jelek namun hatinya mulia dan arif bijaksana..." "Oooh... jadi kau maksudkan wajah yang jelek belum tentu mempunyai jiwa yang busuk dan wajah yang cantik belum terjamin jiwanya baik?" "Begitulah yang boanpwe maksudkan" pemuda itu mengangguk tanda membenarkan. "Kalau begitu, baikkah hatiku?" "Tentang soal ini .... maafkanlah daku, boanpwe tak dapat memberikan penilaian-nya, sebab sampai detik ini boanpwe masih merasa asing sekali dengan watak serta tindak tanduk cianpwe" "Haaaahhh ... haaahhh... haaahhh..." nenek jelek itu terbahak bahak kegelian "bocah muda, kau benar benar

sangat menarik, kau benar-benar menarik sekali" Dengan tertawanya si nenek itu, maka tampaklah tonjolan daging hidup yang memenuhi seluruh wajahnya itu ikut mengejang dan mengerut secara tidak beraturan, ini menyebabkan wajahnya kelihatan semakin mengerikan hati siapapun yang memandangnya. Tidak terkecuali pula Han siong Kie yang biasanya pemberani itu, diam diam bulu kuduknya pada bangun berdiri karena ngeri. 1658 "Eeeh nenek jelek. sebetulnya engkau tahu atau tidak....jawab Kau tahu aturan atau tidak?" ditengah gelak tertawa yang amat nyaring, kakek dari kutub utara berjalan masuk kedalam gua itu dengan berang. "setan tua" "nenek jelek dari sin-ciu balas membentak "kau tak usah banyak bacot lagi, ayoh kembalikan nyawa dari putriku". "Nenek jelek sialan, putrimu apakah bukan putriku juga.... enak benar kalau bicara..... " "Tutup mulut" mendadak nenek itu membentak dengan suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi disiang hari belong, "sebelum kau temukan kembali Hong ji, selama hidup kau tak usah datang kemari untuk berjumpa lagi dengan aku" "Tapi setiap hari setiap saat aku selalu mencari jejaknya tanpa berhenti, apakah aku cuma berpeluk tangan belaka?" "Hmmm, katanya hendak membawa putrimu mencari pengalaman dalam dunia persilatan, tapi akhirnya..... Hmmm Akhirnya Hong ji ikut lenyap didunia yang begini luas" "Nenek jelek. baik watak maupun tingkah laku Hong ji tak ubahnya seperti engkau, itulah salahnya kalau engkau terlalu memanjakan dirinya sehingga dia keras kepala dan tinggi hati, Hmmm setelah terjadi peristiwa semacam ini, apakah engkau tidak merasa bahwa engkaupun mempunyai tanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini? Kenapa kau hanya menyalahkan aku seorang..." Tampaknya nenek jelek dari Sin ciu sudah tak dapat menahan amarahnya lagi, sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah, segera bentaknya lagi dengan lantang: "setan tua, enyah kau dari sini Ayoh cepat.... enyah sejauh jauhnya dari hadapanku" Han siong Kie yang menyaksikan percekcokan suami istri itu tepat dihadapan matanya, diam diam merasa geli dan ingin 1659 tertawa, dia merasa kedua orang kakek dan nenek itu memang terhitung manusia paling aneh didunia ini, dari pembicaraan mereka diapun dapat mengetahui bahwa pangkal percekcokan itu sebenarnya tak lain adalah hilangnya putri mereka .....

Dalam pada itu, kakek dari kutub utara mulai menunjukkan kegarangannya, ia tak mau menunjukkan kelemahannya terus menerus, maka ketika diusir oleh nenek jelek itu, dengan suara yang tak kalah keras nyadiapun berteriak: "Nenek jelek. kenapa kau bersembunyi terus dalam gua saljumu ini macam kura kura kesepian? Kenapa kau tidak ikut terjun kedalam dunia persilatan untuk mencari jejaknya?" "Hmm, apa urusannya dengan aku? Toh kau yang membawa dia berkelana kedalam dunia persilatan?" "Tapi ..... tapi dia kan anak perempuan kita berdua? Apakah engkau tidak merasa bertanggung jawab pula atas lenyapnya putri kita ini?" "sudah, kau tak usah banyak bicara lagi, ayoh cepat enyah dari hadapanku" hardik nenek jelek sambil menahan geramnya. "Tidak Aku tak akan pergi Aku sudah memutuskan untuk tetap berdiam disini" Si Nenek jelek dari Sin siu mendengus penuh kegusaran, secara beruntun dia lancarkan dua buah pukulan dahsyat kedepan, dalam kedua buah serangannya itu dia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya, dapat dibayangkan betapa dahsyat dan mengerikannya ancaman tersebut. Deruan angin pukulan bagaikan gulungan ombak ditengah samudra yang tertimpa angin puyuh menggulung kedepan dan menyapu tubuh kakek tersebut. 1660 Rupanya si kakek dari kutub utara menyadari akan kedahsyatan angin pukulan tersebut, dengan gemas dia mendepakkan kakinya keatas tanah, kemudian cepat cepat kabur keluar dari gua itu. Ketika Han siong Ki menyaksikan semua peristiwa tersebut, tiba tiba satu ingatan bagus melintas dalam benaknya, kepada si nenek jelek dari Sin-ciu segera serunya: "Locianpwe, boanpwe mempunyai satu usul yang sangat bagus sekali, dan mungkin usul tersebut dapat mengatasi kesulitan yang sedang kita hadapi!" "Apakah usulmu itu? Coba kau terangkan kepadaku terlebih dahulu asal bagus boleh saja ku pertimbangkan lagi!" "Boanpwe bersedia untuk menggunakan segala kemampuan dan pikiran yang kupunyai untuk berusaha menemukan kembali jejak putri cianpwe yang hilang tak berbekas itu! "Dan kau hendak menggunakan usulmu itu sebagai prasyarat untuk mendapatkan pil Si-mia kim-wan?" "Yaa, boanpwe memang mempunyai maksud untuk berbuat demikian, apakah locianpwe dapat menyetujuinya?" "Apakah engkau yakin dapat menemukan kembali putriku yang hilang?" bukannya menjawab, sinenek jelek itu malahan

balik bertanya, "Sulit untuk dikatakan, tapi boanpwe berjanji akan mengusahakannya dengan segenap kemampuan dan kekuatan yang kumiliki!" "Huuuh......Cuma omong kosong belaka, apa gunanya? Siapa tahu setelah obat si-mia-kim-wan tersebut kuberikan kepadamu, lantas engkau ingkar janji dan tidak memenuhi syarat tersebut..... 1661 Ucapan tersebut dirasakan Han-siong Kie sebagai suata penghinaan, dia merasa tersinggung, dengan mata melotot dan muka berubah serunya agak mendongkol; Locianpwe dengan perkataan semacam itu bukankah sama artinya engkau telah memandang rendah boanpwe? Jelekjelek begini boanpwe adalah seorang ketua dari suata perguruan besar, sebagai ketua dari suatu perguruan, tak nanti boanpwe ingkar jinji apalagi menjilat ludah yang telah boanpwe sudah keluar'" "Dan lantas......? Kau anggap aku dapat memenuhi keinginanmu itu dengan begitu saja?" nenek jelek dari Sia-ciu bertanya setengah mengejek, senyum lirih tersungging diujung bibirnya. Lama-lama berang juga Han-siong Kie dibuat nya, merah padam selembar wajahnya, dengan mata melotot dan muka berubah teriaknya: "Mau menyetujui atau tidak aku tidak mau tahu sebab itu adalah hak dari locianpwe sendiri, tapi ada satu hal yang hendak kuterangkan kepadamu, yakni bagaimanapun juga pil mustika Si mia kim wan itu harus kudapatkan, apapun yang terjadi dan apapun yang harus kukorbankan, pil itu pasti akan kuambil untuk menyelamatkan jiwa seseorang" "Bocah muda, jadi engkau hendak menggunakan kekerasan untuk merampas obat itu?" Nenek jelek dari sin ciu menegur dengan sinar mata setajam sembilu. "Hmm ...Jika aku gagal mendapatkan obat itu dengan cara yang baik, terpaksa aku harus mendapatkannya lewat kekerasan, camkan saja kata kataku ini" kata Han siong Kie dengan angkuh, kekerasan hatinya tercermin jelas diatas wajahnya. 1662 "Haaaahhh...haaaahhhh... haaahhh... yakinkah kau bocah, bahwa apa yang kau cita citakan itu dapat tercapai?" "sekarang urusan telah berkembang menjadi begini, mau tak mau aku harus melakukannya" Nenek jelek itu mencibir sinis. "Jangan terlampau yakin dengan kemampuan tenaga dalam yang kau miliki bocah muda, sebab belum tentu

kepandaian yang kau miliki itu bisa menunjang keinginanmu" "Boanpwe sama sekali tidak bermaksud demikian" Sekali lagi nenek jelek dari sin ciu menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... haaahhh... haaahhh... baiklah anak muda, aku bersedia menghadiahkan obat mustika si mia kim wan tersebut kepadamu, sedangkan mengenai persoalan putriku, asal engkau banyak menaruh perhatian selama berada dalam dunia persilatan, itu sudah lebih dari cukup. Jadi kau tak usah menganggapnya sebagai syarat dari persoalan obat mustika itu.... mengerti?" Kejadian ini sungguh diluar dugaan Han siong Ki, mimpipun dia tak mengira kalau kejadian tersebut akan berlangsung jadi begini, ya Hakekatnya tabiat dari nenek jelek itu memang anehnya bukan kepalang. Akhirnya setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya, berkatalah pemuda itu dengan suara lembut: "Kalau memang begitu, boanpwe mengucapkan banyak banyak terima kasih lebih dulu atas kebaikan locianpwe yang telah menghadiahkan obat mustika itu kepadaku, sedang mengenai soal pencarian terhadap jejak putrimu, karena boanpwe telah terlanjur berjanji, maka janji itu tak akan kuingkari kembali, aku pasti akan berusaha sekuat mungkin untuk menemukan jejaknya. Baik masih hidup atau telah mati, 1663 suatu ketika aku pasti akan datang lagi kesini untuk memberikan pertanggungan jawabku kepada cianpwe" Nenek jelek dari sin ciu mengangguk berulang kali. . "Aku akan menerima maksud baikmu itu dengan senang hati" katanya. "Kalau memang locianpwe telah menyetujuinya, mohon tanya bagaimanakah tampang dan ciri khas putrimu itu? berapakah usianya tahun ini? Apakah kau bisa menerangkannya kepadaku?" Nenek jelek dari sin ciu berpaling dan memandang sekejap ke arah lukisan gadis cantik yang tergantung diatas dinding itu, kemudian sambil menudingnya dia berkata: "Itulah dia orangnya Engkau boleh memperhatikannya sendiri dengan seksama" Mengikuti arah yang ditujuk, Han siong Ki berpaling tanpa sadar, tapi setelah menyaksikan raut wajah cantik gadis yang tergantung diatas dinding dia malahan tertegun. "Heran .... sungguh mengherankan" demikian dia berpikir, "tampang ibunya jelek sekali bagaikan iblis, tapi putri yang dilahirkan memiliki wajah yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, aaai ....begitulah besarnya kekuasaan takdir, apapun yang dikehendakinya akan segera terjadi pula didunia ini" Maka setelah termenung sebentar, pemuda itupun

bertanya: "Dialah putrimu?" "Benar Lukisan ini dibuat lima tahun berselang, waktu itu dia masih menemani aku untuk melewati hari hari yang kosong itu dengan penuh kegembiraan, dia bernama Ting Hong, ketika lenyap sepuluh tahun berselang usianya baru enam belas, jadi tahun ini dia sudah genap berusia dua puluh enam tahun" 1664 "Boanpwe akan mengingat ingatnya selalu di dalam hati" Han siong Kie berjanji.. Nenek jelek dari sin ciu mengangguk, dari sakunya dia ambil keluar sebuah botol porselen kecil, kemudian sambil diberikan kepada Han siong Kie, ujarnya: "Nah, ambillah, didalam botol itu berisi sebutir obat mustika si mia kim-wan yang kau butuhkan itu" Dengan tangan agak gemetar karena menahan emosi Han siong Kie menerima pemberian botol itu, sambil menerimanya diam-diam diapUn berpikir dihati: "Aaaai... akhirnya adik Bi ketolongan, jiwanya tak perlu dirisaukan lagi....." Sementara si anak muda itu masih melamun, nenek jelek dari siu ciu telah ulapkan tangannya: "Bocah muda disini sudah tak ada urusan lagi, dan sekarang engkau boleh segera pergi dari sini." Buru-buru Han siong kie memberi hormat. "Kalau begitu Boanpwe ucapkan banyak terima kasih atas pemberian dari locianpwe, dan boanpwe mohon diri lebih dahulu" Setelah menjura maka berangkatlah anak muda itu meninggalkan gua tersebut. Setelah obat mustika yang dibutuhkan berhasil diperoleh, anak muda ini tergopoh-gopoh melakukan perjalanannya kembali ke tebing si sin gan, dalam keadaan demikian diamdiam dia mengeluh perjalanan yang terlampau jauh, andai kata dia punya sayap tentu dengan terbang di angkasa, perjalanan bisa ditempuh dengan jauh lebih cepat lagi. Dari batas waktu tujuh hari yarg tersedia, kini tinggal tiga hari saja, atau dengan perkataan lain dalam tiga hari itu dia sudah harus tiba di tebing si sin gan, kalau tidak maka selembar nyawa Go siau bi akan terancam mara bahaya, make 1665 dari itu setelah turun dari bukit Ciong san yang penuh dengan salju, berangkatlah anak muda itu melakukan perjalanannya dengan kecepatan paling tinggi. Diam-diam dia berdoa didalam hati, semoga luka yang diderita Go siau bi tidak mengalami perubahan apa apa dalam ketujuh hari yang sempit itu, semoga kejadian diluar dugaan bisa dihindari dan semuanya bisa berlangsung dengan aman dan tenteram.

Setelah melakukan perjalanan sehari semalam, akhirnya sampailah pemuda itu di tempat mana jenazah Thio sau-kun dikebumikan. Dari tempat kejauhan, ia saksikan didepan kuburan itu berdiri beberapa sosok bayangan manusia, karena masih terlampau jauh, maka sulitlah untuk diketahui siapa gerangan manusia manusia yang berkumpul di sekitar tempat itu. Tak terkirakan rasa kaget dan kejut Han siong Ki setelah menjumpai bayangan-bayangan tersebut. "Siapa mereka?" demikianlah dia lantas berpikir "siapa yang berhenti dikuburan Thia sau kun? jangan jangan mereka adalah kawanan jago dari perkumpulan Thian- che kau....." Karena berpikiran demikian, tanpa sadar gerakan tubuhnya kian lama kian bertambah perlahan. Sementara pemuda itu masih ragu ragu untuk melanjutkan perjalanannya kedepan mendadak sesosok bayangan manusia bagaikan sambaran kilat meluncur turun tepat dihadapan pemuda itu. "Tecu mengunjuk hormat buat ciangbunjin" orang itu segera memberi hormat sambil menyapa. Kiranya, orang itu adalah siluman hitam seng Khe-ki. 1666 "Tak usah banyak adat" sahut anak muda itu sambil mengebaskan ujung bajunya: "eeh... bukankah kalian kutugaskan ke bukit si sin gan? Kenapa datang kemari...." "Tecu berdua telah berkunjung ke bukit Si sin-gan tersebut" jawab siluman hitam dengan hormat. Sementara itu Han siong Kie telah menyaksikan pula kehadiran orang yang kehilangan sukma ditempat itu maka dia ulapkan tangannya untuk mengundurkan siluman hitam seng Khe-ki, setelah itu dihampirinya perempuan misterius itu, lalu sapanya dengan suara agak menggigil: "cianpwe..." Orang yang kehilangan sukma beserta putrinya memang terhitung manusia misterius yang sukar diikuti jejaknya, tapi bagi Han siong Kie boleh dibilang terlalu banyak sudah budi kebaikan yang diterimanya dari mereka, maka rasa hormatnya terhadap kedua orang itupun jauh melebihi rasa hormatnya kepada siapapun. "Nak..." orang yang kehilangan sukma menyahut dengan suara lirih, kaku dan berat sekali, suara tersebut seakan-akan gumaman orang yang lagi mengigau, terasa begitu berat dan sukar untuk membuka mulut. Yaa ....itulah tandanya orang yang kesedihan, kesedihan yang kelewat batas memang membuat orang segan untuk berbicara, kendatipun buka suara, maka nadanya juga kaku dan berat sekali. Tapi apa yang disedihkan perempuan misterius ini? Apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi? Han siong Ki melirik sekejap kearah orang yang ada

maksud yang bersandar dalam rangkulan orang yang kehilangan sukma, untuk pertama kalinya dia menyaksikan raut wajahnya yang cantik, yaa, gadis itu memang cantik jelita ibaratnya bidadari dari kahyangan, bahkan kecantikannya jauh melebih kecantikan Tonghong Hui, maupun Go siau bi. 1667 "Nak. engkaukah yang mengebumikan jenazah Kun-ji ditempat ini?" serentetan suara teguran kembali berkumandang. Menyinggung soal "Kun-ji", Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar keras, badannya ikut gemetar, orang yang kehilangan sukma juga menganggap Thio sau kun sebagai Kun-ji? Apa gerangan hubungan mereka berdua .....? Sekalipun dalam hati kecilnya dia menaruh rasa curiga, akan tetapi pemuda itu tidak mendesak lebih jauh, diapun mengangguk. "Benar, akulah yang mengebumikan adik Kun disini" "Adakah sesuatu benda yang ia serahkan kepadamu?" kembali orang yang kehilangan sukma bertanya. "Ada" jawab Han siong Kie semakin terperanjat, "dia menyerahkan sebuah bungkusan kecil kepadaku, tapi... tapi.... dari mana cianpwe bisa tahu?" Orang yang kehilangan sukma tidak menjawab pertanyaan itu, dia menghadap ke arah kuburan dari Thio sau kun, kemudian gumamnya dengan suara yang lirih: "Anak Kun, beristirahatlah dengan tenang, engkau telah mengerahkan segenap kemampuanmu untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. arwah ayahmu yang ada di alam baka tentu akan menyambut kehadiranmu dengan senyuman dikulum." Mendengar gumaman tersebut Han siong Kie semakin curiga, dengan suara penuh emosi teriaknya: "Locianpwee, sebenarnya siapakah engkau?" Orang yang kehilangan sukma tetap tidak menanggapi pertanyaannya itu, malahan dia berkata: "Nak. bongkarlah kuburan tersebut" "Bongkar kuburan?" 1668 "Yaa, bongkar kuburan dari anak Kun!" "Tapi..........tapi. ....mau.......mau apa kau bongkar kuburan ini?" "Untuk memenuhi apa yang diharapkan oleh adik perempuanmu!" jawab perempuan misterius itu lirih. Han-siong Kie semakin kebingungan, untuk sesaat dia berdiri termangu-mangu seperti orang bodoh ditatapnya wajah orang yang kehilangan sukma dengan pandangan tidak mengerti, selang lama sekali baru serunya lagi dengan lirih: "Adik perempuanku? Siapakah dia?"

Pelan-pelan orang yang kehilangan sukma mengalihkan pandangan matanya keatas jenasah dari Orang yang ada maksud, kemudian sahutnya dengan sedih. "Dialah adikmu!" Hampir saja Han-siong Kie tidak percaya bahwa apa yang didengarnya barusan adalah kenyataan. Orang yang ada maksud adalah adik perempuannya? Padahal perempuan itu adalah putrinya Orang yang kehilangan sukma, jadi kalau begitu apa hubungan Orang yang kehilangan sukma dengan diri sendiri....? Suatu kejadian yang membingungkan, brenat-benar kejadian yang tak dapat masuk diakal Atau mungkin dalam sedihnya Orang yang kehilangan sukma telah berbicara seadanya? Bukankah diwaktu waktu Orang yang kehilangan sukma juga menganggap dirinya sebagai putranya........... Yaa, pasti begitu! Lantaran dia telah dianggap sebagai putra sendiri oleh Orang yang kehilangan sukma, maka diapun menyebut orang yang ada maksud sebagai adik perempuanya, dan kejadian ini memang masuk diakal. 1669 Sekalipun dalam hatinya ia telah berpikir demikian, toh rasa ingin tahunya berkecamuk juga dalam benaknya, "Cianpwe maksudkan perempuan itu adalah adik perempuan boanpwe?" kembali tanyanya "Yaa, dia adalah adikmu!" "Dan cianpwe adalah ibunya?" desak anak muda itu lebih jauh dengan perasaan makin curiga. "Benar aku adalah ibunya!"' 'Ibu kandung maksudku?" "Yaa, ibu kandungnya?" "Kalau memang begitu, kenapa...." Tapi sebelum Han siong Kie menyelesaikan kata katanya, orang yang kehilangan sukma telah menukas lebih dulu: "Nak. jangan kau pikirkan persoalan yang lain sekarang mari kita kebumikan dulu jenazahnya" "Apakah jenazahnya harus dikubur bersama dengan jenazahnya adik Kun" "Yaa, harus" "Boanpwe benar benar merasa tidak habis mengerti" Dengan amat sedihnya orang yang kehilangan sukma menghela napas panjang, katanya kemudian dengan menahan kepedihan hatinya. "Mereka adalah sepasang sejoli yang amat serasi, tapi secara beruntun harus mengalami nasib yang malang dan keadaan yang menyedihkan, aai... apa salahnya kalau kita kebumikan mereka dalam satu liang yang sama setelah kedua duanya meninggal?" Dengan sedih akhirnya Han siong Kie mengangguk. dua

titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dia lantas 1670 memanggil sepasang siluman hitam putih untuk membantu membongkar kuburan dari Thio sau kun. Ketika jenasah Thio sau kun muncul kembali dihadapan mereka, Han siong Kie tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, air mata yang berlinang makin membasahi pipinya. "Oooh.... anak Kun" terdengar orang yang kehilangan sukma mengeluh, tubuhnya sempoyongan hampir jatuh, untung dia masih dapat mempertahankan diri, kalau tidak.... entahlah bagaimana jadinya. Ketika akhirnya jenasah telah dikebumikan dan tanah diuruk kembali, maka diatas gundukan tanah baru itupun tertancap sebuah batu nisan yang mengukirkan beberapa patah kata: "Disinilah disemayankan jenasah dari Thio saukun dan Han siong Hiang" "Han siong Hiang?" bisik Han siong Ki dengan tubuh menggigil. Hampir saja ia tak dapat membendung perasaan hatinya, dengan rasa kaget dan hampir tak percaya ditatapnya tulisan diatas batu nisan itu tanpa berkedip.. "Han siong Hiang" itulah nama yang hampir tak jauh berbeda dengan nama sendiri, benarkah orang yang ada maksud adalah adik kandungnya? Rasa sedih, kaget heran dan termangu.... berkecamuk jadi satu didalam benannya, dia tak tahu harus mempercayainya atau tidak? Tapi... tapi... paman guruku si tangan naga beracun Thio Lin tak pernah membicarakan soal adik perempuanku itu, kalau dia memang adikku mengapa paman guru tak pernah mengungkapnya?". kembali anak muda itu berpikir keras. Tiba tiba orang yang kehilangan sukma berpaling sambil menatap Wajah Han siong Kie tanpa berkedip ujarnya: 1671 "Nak. tahukah engkau siapakah pembunuh yang telah menghabisi nyawa kedua orang bocah yang malang itu?" "siapa" bisik Han siong Kie dengan hati bergetar keras, "Aku hanya mengetahui bahwa adik Kun mati di bunuh oleh utusan khusus dari perkumpulan Thian che kau...." "Bukan Dia bukan dibunuh oleh mereka" "Bukan?" "Yaa bukan, kalau ingin mengetahui pembunuh yang sebenarnya, maka seharusnya akulah orangnya.. Akulah pembunuh yang telah menyebabkan sepasang bocah itu menemui ajalnya, akulah pembunuhnya ....." "Cianpwe kau jangan terlampau emosi, beristirahatlah dulu agar kesegaran pulih kembali" "Nak, aku tidak menjadi gila karena pikiranku menjadi tak

waras, akupun tidak menjadi kalap karena peristiwa yang tragis ini. Tapi pada hakekatnya akulah pembunuh yang sebenarnya yang mengakibatkan kematian mereka berdua, karena rencanaku yang kurang cermat, karena aku tidak melakukan tugas perlindungan yang ketat, maka akibatnya mereka jadi korban..... akhirnya mereka harus mati dengan sia-sia...." Begitu sedih dan pedihnya perasaan orang yang kehilangan sukma waktu itu, sehingga akhirnya ketika ia telah menyelesaikan kata-katanya itu, ia menangis tersedu sedu. Sementata itu Han siong Kie masih berdiri termangu, pikirannya pada waktu itu masih penuh diliputi oleh suatu tanda tanya besar, benarkah Han siong Hiang adalah adik kandungnya? Tapi ada satu hal yang dapat dirasakan olehnya, yakni antara dia dengan orang yang kehilangan sukma pasti mempunyai suatu hubungan yang istimewa, hanya hubungan apakah itu? Dia tak berani menduga apalagi merabanya secara 1672 gegabah, sebab segala sesuatunya masih kabur dan tidak dipahami olehnya. Lama.... lama sekali... akhirnya orang yang kehilangan sukma dapat mengendalikan perasaan sedihnya yang berlebihan itu, katanya kemudian dengan lirih: "Nak. ada suatu hal hendak kuberitahukan kepadamu, Go siau bi telah lenyap tak berbekas" Menyinggung soal Go siau bi, tiba tiba saja Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar keras, perkawinannya dengan Go siau bi adalah merupakan hasil karya dari orang yang kehilangan sukma, sungguh tak disangka bencana selalu tidak berjalan sendirian, peristiwa tragis yang tak terdugapun kembali terjadi. Teringat akan diri Go siau bi, tanpa terasa si anak muda itupun terbayang pula diri Buyung Thay, bukankah gadis Go ada bersama sama perempuan cantik berbaju merah itu? Dia percaya dengan kepandaian silat yang dimiliki perempuan baju merah itu, tak nanti bisa terjadi bencana sebesar itu, padahal Go siau bi mempunyai kesempatan hidup selama tujuh hari saja, jaraknya dari hari ini tinggal sehari setengah, bila dia tidak mati lantaran peristiwa yang diluar dugaan, toh sama saja gadis itu juga akan tewas bila tak diberi obat mustika simia kim wan. Berpikir sampai disini, ia jadi amat sedih, dengan hati yang perih ujarnya: "Cianpwe, tahukah engkau adik Bi saat ini berada dimana?" Orang yang kehilangan sukma termenung sejenak. kemudian sahutnya dengan lirih: "Kemungkinan besar dia sudah terjatuh ke tangan orang orang dari perkumpulan Thian che kau"

1673 "Lagi lagi perbuatan dari orang orang perkumpulan Thian che kau" teriak pemuda itu sambil menggertak gigi, "Aaai ..... tapi.... diapun tak bisa hidup beberapa hari lagi" "Tak dapat hidup beberapa hari lagi? Kenapa..?" Maka Han siong Ki segera mengisahkan bagaimana Go siau bi terluka dan bagaimana pula jauh jauh dia berangkat ke bukit Ciong san untuk mencarikan obat mustika Si-aiia-kimwan untuk menyambung nyawanya..... Selesai mendengar keteraagan tersebut, dengan suara gemetar Orang yang kehilangan sukma segera berkata: "Nak, kalau begitu dia lebih banyak bahayanya daripada selamat, waah.. bagaimana baiknya sekarang?" "Aku bersumpah akan menuntut balas atas hutang berdarah ini seratus kali lebih hebat daripada waktu kuterima......" "Benar nak, memang sudah tiba saatnya bagimu untuk membuat segala perhitungan!" Tiba-tiba Han-siong Kie jatuhkan diri berlutut dihadapan Orang yang kehilangan sukma, kemudian katanya: "Locianpwe. aku ingin tahu siapakah musuh besarku yang sebenarnya? Aku ingin tahu siapakah pembunuh keji yarg telah membantai dua ratus jiwa keluarga Han dan keluarga Thio pada lima belas tahun, berselang.... beritahulah kepadaku cianpwe, aku akan membunuh musuh besarku itu, akan kucingcarg tubuhnya jadi berkeping-kepng" Bangunlah dulu nak, akan kuberitahukan segala sesuatunya itu kepadamu..........!" "Tidak! Boanpwe tak akan bangkit sebelum hari ini locianpwe memberitahukan nama pembunuh terkutuk itu kepadaku!" 1674 "Bangunlah dahulu nak....Aku telah bersiap sedia menceritakan segala sesuatunya itu kepadamu Setelah memperoleh janji dari Orang yang kehilangan sukma, Han-siong Kie pun bangkit berdiri, tapi air mata telah mengucur keluar dengan derasnya membasahi seluruh pipi dan badannya. Sudah lama ia nantikan saat seperti ini, dan diapun tahu bahwa Orang yang kehilangan sukma yang merupakan perempuan misterius itu sangat mengetahui semua persoalan yang sedang dihadapinya, tapi selama ini selalu mengelak memberi keterangan, tingkah lakunya selalu serba misterius dan tak bisa ditangkap ujung pangkalnya, maka ketika saat ini perempuan tersebut secara sukarela hendak membongkar rahasia tersebut kepadanya maka tak terkirakan rasa girangnya menghadapi kenyataan tersebut. Tiba-tiba Orang yang kehilangan sukma menatap wajah

pemuda itu dengan sinar mata yang tajam, kemudian dengan wajah serius dan bersungguh-sungguh katanya: "Nak, serahkan dulu benda yang diberikan anak Kun kepadamu itu padaku, setelah kuperiksa isi benda itu maka semuanya akan kubeberkan kepadamu....." Mendengar permintaan tersebut, Han siong Kie merasa serba susah, bukannya dia hendak menampik permintaan dari orang yang kehilangan sukma tapi yang sebenarnya Thio sau kun telah mengorbankan jiwanya demi bungkusan tersebut, ini menunjukkan betapa pentingnya benda itu. Dan disaat ia menjelang kematiannya telah berpesan agar benda itu diserahkan kepada ibunya bahkan meminta kepadanya untuk melindungi benda itu walau dengan jiwa ragapun, atau dengan perkataan lain benda tersebut tak dapat dihilangkan, tentu saja dia tak ingin melakukan segala macam tindak perbuatan yang bisa menyebabkan sukmanya dialam baka menjadi tak tenang ....... 1675 Untuk sesaat dia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang musti diucapkan kepada perempuan itu. "Nak kenapa kau?" ketika ditunggunya namun pemuda itu tidak melakukan gerakan apapun, orang yang kehilangan sukma pun menegur dengan suara keheranan. "Ooh, tidak apa apa.... tidak apa apa... cuma saja... ehmm, cuma saja ..." "Cuma saja kenapa?" "Sebelum kematiannya tiba, adik Kun telah berpesan kepadaku agar menyerahkan benda ini kepada ibuku sekalipun boanpwe tidak tahu benda apakah sebenarnya yang dibungkus ini, tapi ......... boanpwe sendiri pun tak ingin mengingkari janjiku sendiri yang telah diucapkan didepan pusaranya, maka dari itu.... maka dari itu harap locianpwe suka memaklumi keadaanku" "Oooh.... begitukah? Tapi... aku rasa diperlihatkan sekejap kepadakupun tak ada salahnya bukan?" Han siong Kie hanya bisa berdiri dengan wajah minta maaf, untuk sesaat dia benar benar tak tahu apa yang musti dilakukan...... "Nak, apakah engkau merasa tidak berlega hati untuk memperlihatkannya kepadaku?" akhirnya orang yang kebilangan sukma berkata lagi. Merah padam selembar wajah Han siong Ki karena jengah, ia jadi gelagapan dibuatnya. "Boanpwe percaya seratus persen kepada diri cianpwe, cuma... cuma dalam hal ini menyangkut satu janji, maka dari itu.... aku rasa.. aku rasa .. Orang yang kehilangan sukma segera manggut-manggut. selanya: "Tindakanmu memang benar nak, kalau begitu ayohlah sekarang juga mari kita Berangkat!"

1676 "Berangkat.. Berangkat kemana? "Kita akan berkunjung kebenteng maut!" "Ke Benteng maut?" pemuda itu mengulangi. Orang yang kehilangan sukma hanya mengangguk. -ooo0dw0oooBab 91 HAN SIONG KIE merasa agak tercengang dan diluar dugaan setelah mendengar perkataan itu, serunya kemudian dengan keheranan: "Cianpwe, bukankah engkau telah berjanji kepada boanpwe untuk memberitahukan segala sesuatunya kepadaku?" "Benar, aku memang telah berjanji tapi kita harus berkunjung dahulu ke benteng maut, disanalah akan kuberitahukan segala sesuatunya itu kepadamu!" "Kenapa?" "Tentu saja dikarenakan ada alasan alasan tertentu!" "Tapi boanpwe ingin berkunjung lebih dahulu ke tebing Sisingan,....aku pikir....." Rupanya orang yang kehilangan sukma dapat memahami perasaan Han-siong-Kie pada saat ini. cepat dia goyangkan tangannya berulang kali. "Nak. engkau tak usah pergi kesana lagi, sebab tempat itu sudah berubah jadi puing puing yang berserakan, andaikata Go siau bi telah mati, tubuhnya juga sudah hancur menjadi abu, sebaliknya jika ia masih hidup, pergi kesitupun tak ada gunanya, karena sekalipun engkau pergi kesana juga tak akan 1677 berjumpa dengannya" Dengan sedih Han siong Kie mengangguk, diapun mengalihkan pembicaraan ke soal lain. "Cianpwe, benarkah Han siong Hiang adalah adik perempuan kandungku.?" "Benar kalian adalah saudara kandung" "Lalu..... dia.... sebenarnya dia mati ditangan siapa?" Orang yang kehilangaa sukma mengeluh penuh kesedihan, ia tidak menjawab sebaliknya malah berkata demikian: "Jangan kau tanyakan pada saat ini, sesampainya di benteng maut, semua rahasia ini pasti akan kuberitahukan kepadmu" Tapi, mengapakah orang yang kehilangan sukma bersikeras hendak pergi ke benteng maut lebih dahulu sebelum membongkar semua rahasia dan semua kejadian yang sebenarnya? Pertanyaan ini sukar dijawab, sebab pada hakekatnya masih merupakan suatu teka teki, suatu rahasia besar yang tak terjawab oleh siapapun. Tiba-tiba Han siong Kie teringat oleh larangan yang ditetapkan pemilik benteng maut, dia melarang setiap orang asing memasuki benteng tersebut secara sembarangan, itu

berarti kurang leluasa bila dia membawa serta siluman hitam dan putih dalam perjalanannya kali ini. Karenanya, setelah termenung dan berpikir sebentar, akhirnya dari dalam sakunya dia ambil keluar tanda pengenal yang diberikan pengemis dari selatan kepadanya itu, kemudian sambil diserahkan kepada sepasang siluman, pesannya: "Kalian berdua dengan membawa tanda pengenal ini berangkatlah ke markas besar kay pang dan temuilah si pengemis dari selatan, sampaikan kepadanya bahwa aku minta tolong untuk mencarikan jejak seseorang, orang itu 1678 bernama Ting Hong usianya diantara dua puluh enam, dua puluh tujuh tahunan, dia adalah seorang perempuan..." "Engkau hendak minta bantuan pihak kaypang untuk mencari jejak seseorang?" sela orang yang kehilangan sukma secara tiba tiba. Pemuda itu mengangguk. "Benar, anak buah kay pang tersebar luas sampai dimana mana, mencari orang bukan pekerjaan yang terlampau susah bagi mereka" "siapakah Ting Hong itu? Perempuan macam apakah dia?" orang yang kehilangan sukma mendesak lebih jauh. Maka Han siong Kie pun menceritakan kembali bagaimana dia minta obat mustika si mia kim-wan dari si nenek jelek dari sin ciu, dan bagaimana pula dia telah menyanggupi si nenek jelek tersebut untuk mencarikan jejak putrinya Setelah mendengar keterangan itu, orang yang kehilangan sukma baru menganggukkan kepalanya berulang kali tanda mengerti. Dengan penuh rasa hormat siluman hitam Seng Keh khi menerima tanda kepercayaan dari tiang lo perkumpulan kaypang itu, kemudian tanyanya dengan suara lirih: "Apakah ciangbunjin masih ada petunjuk lain?" "setelah menyelesaikan tugas yang kubebankan itu, dari markas Kay pang kalian berdua boleh menunggu kedatanganku di sekitar benteng maut" "Terima perintah" "selain daripada itu, serahkan kitab pusaka Tay boan yokpit kip tersebut kepadaku" Dengan sangat hati-hati siluman putih Hong Ing ing mengeluarkan bungkusan kecil dari sakunya kemudian diangsurkan kepada anak muda itu dengan hormat. 1679 Setelah menerima kitab itu dan menyimpan pula dengan hati-hati pemuda itupun berkata lagi: "Nah, sekarang kalian boleh berangkat lebih dahulu" "Baik" sepasang siluman itu mengiakan dengan cepat, setelah memberi hormat berangkatlah mereka tinggalkan

tempat itu. Menanti bayangan punggung dari sepasang siluman hitam dan putih sudah lenyap dari pandangan, orang yang kehilangan sukma baru berkata dengan suara serak: "Nak, sekarang kitapun harus segera berangkat " "Baiklah" Sebelum meninggalkan tempat itu sadar atau tidak sekali lagi kedua orang itu mengalihkan pandangan matanya keatas gundukan tanah baru, setelah memberi hormat untuk terakhir kalinya, merekapun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan secepat kilat melakukan perjalanan menembusi jalan raya yang lenggang. Suatu hari, ketika sang, surya baru memancarkan sinarnya, benteng maut telah berada didepan mata. Menyentuh kembali pemandangan lama, tanpa sadar Han siong Kie alihkan sinar matanya ke atas batu cadas dimana ia berkenalan dan mengangkat tali bersaudaraan dengan Tong hong Hui, masih mendingan kalau dia tidak berpaling, begitu menyaksikan apa yang tertera dihadapannya, hampir saja dia menjerit kaget. Diatas puncak batu cadas itu telah bertambah dengan sebuah gundukan tanah berbatu yang sangat mirip dengan sebuah kuburan, di tepi kuburan tadi berdirilah manusia aneh berambut panjang. Han sing Kie merasa tidak terlampau asing dengan manusia aneh berambut panjang itu, karena dia bukan lain adalah siau suheng dari Tonghong l-Hui ..... 1680 Rupanya orang yang kehilangan sukma juga mempunyai suatu perasaan yang tidak enak, tiba-tiba ia berpaling sambil menegur: "Nak, apa yang telah terjadi?" "orang yang berdiri diatas puncak batu cadas itu tak lain adalah Siau susiok dari boanpwe" jawab pemuda itu lirih. Orang yang kehilangan sukma mengalihkan sorot matanya keatas puncak bukit itu, kemudian dengan tubuh gemetar keras sahutnya: "Yaaa benar, dia adalah ahli waris paling muda dari Tengkorak maut, tapi..... mau apa dia berada di situ...?" "Biar boanpwe kesana untuk memeriksa nya" Tidak menunggu jawaban dari perempuan misterius itu lagi, dengan suatu gerakan yang sangat cepat anak muda itu melayang kedepan mendaki batu cadas tersebut. Ketika tubuhnya hampir mencapai puncak tiba tiba manusia aneh berambut panjang itu memutar badannya sambil siap melancarkan sebuah pukulan..... "siau susiok tahan Aku yang datang" cepat-cepat anak muda itu berseru cemas. Manusia aneh berambut panjang itu menurunkan kembali tangannya, tapi sinar matanya yang bengis dan penuh hawa

napsu membunuh itu menatap diatas wajah Han siong Kie tanpa berkedip. begitu menggidikkan dan mengerikannya tatapan tersebut membuat siapapun merasa bahwa tatapan tadi penuh dengan perasaan dendam, gusar dan benci.... Dengan perasaan tercengang dan tidak habis mengerti, Han siong Ki mundur satu langkah ke belakang. Tiba tiba .....yaa begitu tiba tiba rasanya, ketika sinar matanya terbentur dengan serangkaian tulisan yang tertera didepan gundukan tanah berbatu itu, hampir saja ia menjerit lengking. Apa gerangan yang tertera disana? 1681 Didepan gundukan tanah berbatu itu, diatas sebuah batu nisan terteralah beberapa huruf yang berbunyi demikian: "Disinilah disemayankan putriku sayang Tong hong Hui" Keenam huruf tersebut bagaikan enam bilah pisau tajam yang bersama sama menghujam keatas ulu hatinya, seketika itu juga ia merasa denyutan nadinya seolah olah telah berhenti beredar, jantung pun ikut berhenti, sekujur badannya telah terasa jadi kaku dan membeku, pandangan matanya berkunang kunang, seluruh jagad terasa berputar kencang ...... "Adik Hui ........" Hanya dua patah kata itu yang sempat diucapkan, tiba tiba ia muntah darah kental, tubuhnya jadi sempoyongan dan tahu tahu dengan lemas ia sudah terpelanting dan roboh tak sadarkan diri didepan gundukan tanah berbatu itu. Ketika ia sadar kembali untuk kedua kalinya, ditemuinya dia sedang berbaring dalam pelukan orang yang kehilangan sukma, cepat pemuda itu meronta dan bangun berdiri Dilihatnya manusia aneh berambut panjang itu masih berdiri disampingnya dengan sepasang mata yang bengis dan penuh hawa napsu membunuh, seakan akan tubuhnya tak pernah bergeser dari tempat kedudukannya semula. Kematian dari Tonghong-Hui telah menghancur lumatkan perasaan dan hatinya. Semua perasaan cinta, semua perasaan sayang yang pernah ia limpahkan kepada gadis itu, sekarang ikut terkubur bersama tubuhnya yang telah tak bernyawa. "oooh... adik Hui....adik Hui sayang..."demikian gumamnya seorang diri, "begitu tegakah engkau tinggalkan aku secara diam diam...? Mengapa tidak kau kabarkan lebih dulu kepadaku bahwa engkau akan pergi jauh....? Pergi meninggalkan aku untuk selama lamanya..?" 1682 Air mata bagaikan bendungan yang meluap mengucur keluar tiada hentinya dengan derasnya. Ia merasa dirinya telah mencapai ujung dari kehidupan seorang manusia, dunia kenyataan telah tiada berarti lagi

baginya, dunia nyata sudah tidak mendatangkan kegairahan apapun bagi dirinya.... Tragedi yang pernah diramalkan orang yang kehilangan sukma bila hubungan mereka dilanjutkan kini sudah terbukti nyata, akhirnya peristiwa yang tragis itu tak dapat dihindari, ia harus menelan semua penderitaan dan siksaan tersebut dengan begitu saja. "Siau susiok. kenapa dia bisa mati? Apa yang menyebabkan kematiannya itu .....?" serunya kemudian dengan suara lantang. Manusia aneh berambut panjang itu tidak menjawab, dia hanya berdiri dengan mata melotot besar. "siau susiok" sekali lagi Han siong Kie berteriak "dia .... " Orang yang kehilangan sukma yang selama ini mendampingi terus di sampingnya segera berkata dengan lirih: "Nak. tak ada gunanya engkau bertanya kepadanya, sebab dia bisu dan tak mungkin bisa menjawab pertanyaanmu itu" Sekarang Han siong Kie baru teringat bahwa manusia aneh berambut panjang itu adalah seorang yang bisu, baru saja dia hendak bertanya dengan menggunakan kode tangan ..... "Plok.... Plok....." tiba tiba manusia aneh berambut panjang itu ayunkan tangannya dan secara beruntun melepaskan dua buah tamparan keras yang membuat Han siong Kie mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, darah kental berhamburan keluar dari ujung bibirnya. 1683 Menyaksikan adegan tersebut, orang yang kehilangan sukma berseru tertahan karena kaget. Han siong Kie sendiri berdiri kaku ditempat membiarkan pipinya digaplok berulang kali oleh manusia berambut panjang itu, dia tak tahu menghindar, tak mengerti rasa sakit seakan akan semua tubuh dan perasaannya sudah menjadi kaku dan kesemutan, seakan akan ia sudah tidak mempunyai reaksi lagi terhadap semua kejadian yang berada didalam ini. Apa yang ada dalam hati dan perasaannya sekarang adalah kesedihan, kepedihan dan perasaan menyesal yang tebal. "Adik Hui... oooh adik Hui" kembali dia mengeluh, "akulah yang telah menyebabkan kematianmu, kesemuanya ini akulah yang bersalah... oooh.... adik Hui" "Plokk" kembali sebuah tamparan nyaring bersarang diatas wajahnya membuat tubuh anak muda itu sempoyongan seperti mau ambruk. darah kental dalam jumlah yang besar meleleh keluar dari ujung bibirnya yang terkatup rapat. "siau susiok.... aku... aku harap engkau dapat membinasakan diriku.... oooh siau susiok. bunuhlah aku... agar aku dapat menyusul adik Hui dialam baka." pinta Han siong Ki dengan wajah yang amat mengenaskan. Manusia aneh berambut panjang itu tidak menunjukkan

reaksi apa apa, dengan sikap yang tetap berang dia mengambil keluar sepucuk surat dari dalam sakunya, kemudian dilemparkan ke hadapan Han siong Ki dengan sikap yang kasar sekali. Serta merta Han siong Ki menyambut surat itu, mula mula dia pejamkan matanya untuk menenangkan perasaan hatinya yang bergolak. setelah itu dengan tangan gemetar dia baru membuka sampul surat tersebut. Terlihatlah tulisan yang tertera diatas kertas itu ditulis dengan darah kental yang amat nyata. 1684 "oooh darah Darah Tulisan darah dari adik Hui yaaa, pastilah surat darah darinya." Pemuda itu sempoyongan, akhirnya jatuh terduduk diatas tanah. Tulisan tulisan berdarah itu terasa kian lama kian mengembang jadi amat luas dalam benaknya, begitu luasnya sehingga berubah jadi sebuah lautan darah yang sangat luas, wajah Tonghong Hui yang pucat dan lusuh seolah-olah muncul dihadapan matanya.. Pemuda itu berusaha menangkapnya, tapi dia hanya menangkap tempat kosong. Dengan sekuat tenaga ia menjerit dan memanggil namanya, tapi bagaikan sebuah patung arca dia tidak bereaksi, tidak melakukau suatu tindakan balasanpun. Bayangan semu akhirnya lenyap dari pandangan mata, lapat lapat diapun mulai mengenali kembali tulisan-tulisan darah yang tertera diatas kertas tersebut. Terbacalah tulisan itu berbunyi demikian: "Aku tak tahu harus menyebut kau sebagai engkoh Ki ataukah sebagai keponakan muridku? Dikala kau membaca surat berdarah ku ini, aku telah sampai didunia yang lain, aku tinggalkan dunia yang ramai ini dengan hati serta perasaan yang kosong, karena aku tidak memiliki apa apa, tidak berhasil mempunyai apa apa, karena apa yang kumiliki telah kuserahkan semua kepadamu. Tanpa kau, kehidupanku dialam ini terasa hambar dan tak ada artinya. tapi...... kenyataan yang keji telah menciptakan suatu jurang pemisah yang begitu lebar, yang begitu dalam sehingga tak mungkin bagi kita untuk menyeberanginya, walau sepanjang masapun hanya kematian merupakan pelepasan bagiku dari kemelut dan kenyataan yang serba pahit serta getir ini. Apakah yang masih tersisa dalam hati kita masing masing? suatu perasaan. cinta yang dosakah? Atau peristiwa cinta yang terkutuk ? 1685 Dengan penuh kepedihan ia merintih, matanya terpenjam rapat rapat sedang mulutnya bergumam tiada hentinya. "Cinta yang berdosa? Ataukah cinta yang terkutuk.?" Tapi mungkin juga semuanya tidak benar, karena cinta

kasih mereka yang suci murni justru terhalang oleh segala bentuk adat istiadat yang sudah berlaku semenjak dahulu kala. Pelan pelan orang yang kehilangan sukma menepuk bahunya, kemudian dengan nada berat dan tertekan ujarnya: "Nak. tenangkan hatimu. kobarkan kembali semangatmu, karena segala sesuatunya pasti akan terjadi perobahan, tidak selalu manusia itu sengsara, setelah gelap tentu terbitlah terang, ingatlah nak bahwa dunia selalu berputar." Han siong Kie manggut-mang gut dengan mulut membungkam, pelan pelan ia membuka mata lagi, kemudian dibacanya surat itu lebih jauh: "Impian yang telah hilang, selamanya tak mungkin bisa didapatkan kembali semasa hidup, kita tak dapat hidup bersama. setelah mati, kita tak dapat dikubur dalam seliang" "oooh ..... betapa kejamnya kenyataan yang ada didunia ini, masih adakah kekejaman dan kebengisan lain yang terdapat didunia ini ? Aku tahu engkau tak salah, tapi akupUn tak salah, kalau ingin mencari kambing hitamnya maka kesalahan tersebut hanya bisa dilimpahkan pada takdir yang telah mengatur segala galanya. Setelah aku mati, jenasahku telah kutitipkan kepada siau suko agar dikebumikan di atas batu cadas dimana untuk pertama kalinya kita bertemu, dimana kita menjalin tali persaudaraan, dan anggaplah hal ini sebagai suatu akhir dari permulaanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1686 Bila mati tanpa mengetahui segala sesuatunya maka segala sesuatunya akan sirna dan lenyap jadi abu, tapi bila setelah mati aku bisa tahu, maka sukmaku akan mendampingi kau untuk selamanya, karena setelah pelepasan tiada adat yang bisa mengikat diriku lagi, tiada peraturan yang bisa merintangi niatku lagi, tiada kekuatan yang akan mampu untuk memisahkan aku daru sisimu. Selamat tinggal sayang, selamat tinggal untuk selamalamanya. Terimalah salam mesra, salam paling hangat disertai peluk ciumku yang terakhir hanya untukmu seorang. "Tulisan terakhir dari Hui" Tatkala pemuda itu selesai membaca surat itu, dengan lemas ia melepaskan genggamannya atas surat itu terhembus oleh angin gunung yang kencang surat itu terhempas di atas batu kemudian terbang ke bawah dan terjatuh di atas sungai, lenyap tertelan ombak besar... "oooh... adik Hui... adik Hui... tunggulah aku, aku segera akan menyusul dirimu" jerit Han siong Kie dengan suara yang amat memilukan hati, saking kalut dan sedihnya, tiba-tiba pemuda itu mengayunkan telapak tangannya dan langsung dihantamkan ke atas ubun-ubun sendiri..

Akan tetapi, sebelum serangan tersebut mencapai sasarannya, mendadak ada sebuah tangan lain yang menangkap gerakan tangannya itu sehingga pemuda tersebut tak sanggup melanjutkan gerakannya untuk menghabisi nyawa sendiri "Han siong Kie, benarkah engkau dengan tindakan tololmu ini? Benarkah engkau harus menghabisi nyawamu pada saat seperti ini? Ketahuilah nak. tindakanmu ini tak dapat diampuni, aku ingin bertanya kepadamu, jika engkau mati konyol lantas siapakah yang akan membalaskan dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra? Apakah engkau 1687 mempunyai muka untuk berjumpa dengan arwah ayahmu dialam baka? Thio sau kun, Han siong Hiang apakah bisa mati meram menyaksikan tingkah lakunya yang tolol dan tidak bisa dipertanggung jawabkan itu?" Mendengar teguran tersebut, seperti kepalanya dihantam dengan martil seberat ribuan kati, seketika itu juga Han siong Kie merasakan hatinya bergetar keras, diapun sadar kembali dari rasa sedihnya yang melampaui batas itu. Ketika dilihatnya pemuda itu telah sadar kembali dari kepedihan hatinya, orang yang kehilangan sukmapun melepaskan cengkeramannya atas lengan anak muda itu, kembali ujarnya: "Nak. tidakkah engkau merasa bahwa menghabisi nyawa sendiri lantaran urusan muda-mudi adalah suatu perbuatan paling memalukan yang tak bisa dipertanggung jawabkan? Apalagi dia adalah bibi gurumu sendiri..." Han siong Kie mundur lagi beberapa langkah dengan sempoyongan, untuk kesekian kalinya anak muda itu muntah darah kental. Pelan pelan manusia aneh berambut panjang itu memutar badannya, dua titik air mata sempat mengucur keluar membasai pipinya yang telah berkeriput. Yaa.... peristiwa ini memang merupakan suatu tragedi yang amat memilukan hati, siapa yang mengharapkan terjadinya peristiwa semacam ini? Dari kejadian ini dapat pula dibayangkan bagaimanakah masa depan Han siong Ki setelah peristiwa ini, kehidupannya pasti akan kosong, hampa dan sama sekali tak ada artinya, karena dia telah kehilangan kekasihnya, semua kasih sayang, semua perasaan cintanya ikut terkubur bersama matinya Tonghong Hui, dia telah kehilangan pegangan hidupnya yang paling berarti ...... 1688 Sementara suasana diliputi kesedihan dan kemurungan, tiba tiba dari dalam benteng maut meluncur keluar bom udara, kemudian meledak di angkasa dan menimbulkan jilatan

api yang berwarna biru. Menyaksikan hal itu, manusia aneh berambut panjang itu berkaok kaok aneh, secepat sambaran kilat ia segera tinggalkan tempat itu dam kabur kembali ke arah benteng maut. orang yang kehilangan sukma pun menjerit kaget. "Aduuuh celaka" demikian serunya, "didalam benteng maut telah terjadi musibah besar" Tak terkirakan rasa kaget Han siong Kie setelah mendengar perkataan itu, pikirannya yang semula masih melayang tak menentu segera terhimpun kembali menjadi satu. "Apa? Terjadi musibah besar dalam benteng maut?" teriaknya penuh rasa kaget. "Benar nak, ayoh kita segera berangkat, jilatan api warna biru yang meledak diangkasa itu adalah tanda khusus dari perkumpulan Thian che-kau yang mengartikan bahwa tugas yang dibebankan kepada mereka telah selesai dikerjakan, entah peristiwa besar apa yang sudah berlangsung dalam benteng itu." "Hmmm..... Lagi lagi ulah dari Thian che kau" teriak Han siong Kie sambil menahan geramnya.. "Nak, kita harus cepat cepat berangkat kesana" Serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, dari atas dinding benteng melayang turun dua sosok bayangan manusia dan mereka menggeletak didepan kaki manusia aneh berambut panjang itu. Orang yang kehilangan sukma tidak membuang banyak waktu lagi, dia melejit lebih dahulu meluncur kebawah, sementara Han siong Ki sendiri untuk sementara harus 1689 mengesampingkan dulu rasa sedihnya diapun menyusul dari belakang...... Dua orang kakek berbaju hijau menggeletak diatas tanah, salah seorang diantaranya sudah terhajar oleh manusia aneh berambut panjang itu sehingga kepalanya hancur dan isi benaknya berceceran diatas tanah sambil merintih tiada hentinya. Sepasang mata manusia aneh berambut panjang itu memancarkan sinar merah yang mengerikan, sayang dia seorang bisu, ada kesulitanpun sukar diutarakan, tak mungkin mencari berita dari mulutnya. Dengan suatu gerakan yang hampir bersamaan, Orang yang kehilangan sukma dan Han siong Kie mencapai ditempat tujuan dengan cepatnya. Melihat kemunculan kedua orang itu, manusia aneh berambut panjang itu segera berkaok kaok sambil menuding kakek yang terluka dan menggeletak diatas tanah itu, kemudian menuding mulutnya, dan menuding pula telinga sendiri, maksudnya dia menyuruh Han siong Kie menanyai

orang itu dan dia akan ikut mendengarkannya dari samping. Orang yang kehilangan sukma segera memahami maksud dari manusia aneh itu, kepada kakek yang menggeletak diatas tanah segera tegurnya: "Kun kang liong (naga dari sungai), besar amat nyalimu sehingga kalian berdua berani mencari gara gara di benteng maut. Hmm, rupanya engkau sudah makan nyali beruang empedu macan tutul" Ketika asal usulnya diketahui orang, kakek itu tampak sangat terperanjat sehingga sukma serasa melayang meninggalkan raganya, dengan ketakutan serunya: "sia... sia... siapakah kau.?" 1690 "Hmmm Kau tak usah bertanya siapakah aku" tukas orang kehilangan sukma dengan dingin " cukup terangkan saja kepadaku, kalian telah menjual nyawa bagi siapa sehingga begitu berani mencari gara gara didalam benteng maut" Kun kang liong tidak segera menjawab, ia termenung sebentar lalu baru katanya: "saudara ku telah mati, akupun enggan untuk hidup seorang diri, sudah Kau tak usah banyak bertanya, tak nanti aku akan menjawab pertanyaanmu. Hmm, mau turun tangan ayolah cepat turun tangan, pokoknya sebentar lagi benteng maut bakal lenyap dari muka bumi bagaikan asap yang membuyar diangkasa" Manusia aneh berambut panjang itu memang tak dapat berbicara, tapi telinganya berfungsi secara normal, ketika mendengar jawaban tersebut, dia jadi berang, telapak tangannya segera diayun kebawah siap membinasakan orang itu. . Dengan cepat orang yang kehilangan sukma menghalangi niatnya itu, kembali dia berkata: "Kun kung liong, berhargakah jiwamu kau jual bagi Thian che kaucu? Tidakkah engkau merasa bahwa perbuatanmu itu kelewat tolol?" "Aaah .... kamu ini bawel amat, mau bunuh mau cincang ayolah segera dikerjakan, apa gunanya banyak ngebacot yang tidak ada gunanya?" "Aku tidak akan membinasakan dirimu, hanya ilmu silatmu saja yang kupunahkan, setelah itu akan kutotok jalan darah Im hiat mu, akan kubiarkan engkau hidup tersiksa hingga akhir jaman nanti" Mendengar ancaman itu, Kun king liong menggigil karena ketakutan, yaa Pada hakekatnya ancaman itu cukup untuk menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya... 1691 "sebenarnya engkau bersedia menjawab tidak?" sekali lagi orang yang kehilangan sukma mengancam.

"Tidak" Kun king lioug tetap melotot dengan gigihnya. Sementara perdebatan berlangsung makin sengit, tiba tiba dari arah pintu benteng berkumandang suara gemerincing yang sangat nyaring, menyusul kemudian pintu gerbang itu terpentang lebar dan puluhan sosok bayangan manusia berhamburan keluar dengan cepatnya. Manusia aneh berambut panjang itu berkaok kaok aneh, dia segera melayang keudara dan menyambar kebalik dinding benteng dengan cepatnya. "Aduh celaka...." teriak orang yang kehilangan sukma dengan hati terperanjat. Belum habis dia menjerit, dari balik semak belukar ditepi sungai telah bermunculan puluhan sosok bayangan manusia. Han siong Kle saking kagetnya untuk sementara waktu berdiri tertegun, ia tidak habis mengerti apa gerangan yang sebenarnya telah berlangsung disana. Sementara si anak muda itu masih tertegun, orang yang kehilangan sukma telah mengayunkan tangannya menghajar Kun kung liong hingga terjebur kedalam sungai, kepada anak muda itu teriaknya: "Nak. usahakanlah sekuat tenaga untuk membendung orang orang itu, jangan lepaskan barang seorangpun diantaranya mereka, bunuh setiap orang yang kau jumpai" Dalam keadaan seperti ini, Han siong Kie tak sempat untuk menanyakan alasannya lagi, dia sendiripun dapat merasakan betapa serius dan gawatnya situasi yang dihadapinya sekarang, dengan suatu lompatan yang cepat ia melayang ke atas jembatan batu dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. 1692 Jembatan batu itu separuh diantaranya tenggelam dibalik air sungai yang sedang pasang naik, dan jembatan itu pula merupakan satu satunya jalan penghubung dari benteng maut kedunia luar, oleh karena tempatnya amat sempit dan cuma bisa dilalui oleh seorang saja, maka dengan hadirnya Han siong Ki menyumbat jembatan batu itu, maka boleh dibilang posisinya benar kuat sekali. Ditengah bentakan nyaring orang yang kehilangan sukma telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan orang orang yang baru keluar dari benteng maut itu. Han siong Kie berpaling dan memandang kebelakang apa yang kemudian terpampang dihadapan matanya membuat ia merasa jantungnya berdetak sangat keras saking kagetnya, seketika itu juga mengertilah sianak muda itu apa gerangan yang telah terjadi? Dalam pada itu dua sosok bayangan manusia telah berlarian menuju kehadapannya, dan kedua orang itu tak lain adalah Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas yang pernah ditemuinya. Dengan kemunculan

dua orang ini, maka sudah jelas lagi duduknya persoalan, jelas semua gembong gembong iblis yang disekap didalam rumah batu yang berada dalam benteng maut telah terlepas semua. Padahal sebagaimana diketahui alat rahasia yang melengkapi benteng maut banyak sukar di hitung, dan lagi disanapun sudah diatur sebuah barisan sik wu khi tin (barisan aneh rumah batu) rasanya dalam mengandalkan kepandaian yang dimiliki dua bersaudara Kun kang liong yang telah mampus semua itu belum tentu bisa memecahkannya, lalu siapakah yang telah membebaskan semua tahanan tersebut? Menurut tuduhan dari orang yang kehilangan sukma, dua bersaudara Kun kang liong adalah menjual nyawa bagi Thian che kau dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa semua rencana dan siasat busuk tersebut adalah basil pemikiran dari Thian che kaucu, atau dengan perkataan lain gembong iblis itu 1693 besar sekali hasratnya hendak membasmi benteng maut sehingga ambisinya untuk merajai seluruh dunia persilatan dapat terwujud ..........Belum habis ingatan tadi melintas dalam benaknya, dari atas tepi pantai sudah muncul beberapa sosok bayangan manusia yang menerjang keatas jembatan batu itu dengan kecepatan luar biasa. Im yang siang sat berada dipaling depan, pada saat itu mereka sudah berada kurang lebih dua kaki dihadapan Han siong Kie. Untuk sesaat suasana disekitar jembatan batu menjadi tegang dan amat gawat sekali, setiap saat suatu pertarungan sengit yang mengerikan bisa terjadi. "Eeeh... manusia berwajah dingin, kenapa kau bisa berada disini? Mau apa kamu datang mari?" "Dan apa pula yang sedang kalian berdua lakukan?" Han siong Ki balik bertanya dengan suara ketus. Sebelum malaikat perempuan itu memberikan jawabannya, bayangan-bayangan manusia yang datang dari tepi pantai itu sudah tiba dihadapan Han siong Kie, maka tak menggubris tanya jawabnya dengan malaikat hawa dingin lagi dia putar badan sambil melancarkan sebuah pukulan maha dahsyat yang mengerikan sekali. Sebelum bertugas disana, ia telah mendapat pesan dari orang yang kehilangan sukma untuk bertindak keji, maka dalam serangan serangan yang dia lancarkan sekarang, semua pukulan dilepaskan dengan kekuatan yang penuh, sama sekali tidak bersifat sungkan sungkan. Ditengah jeritan ngeri yang menyayatkan hati, tiga orang yang berjalan dipaling depan segera terhajar oleh serangan maut itu sehingga tercebur kedalam sungai dengan aliran air yang amat deras itu, tentu saja nyawa mereka tak ada yang ketolongan lagi, ini menyebabkan kawanan jago yang berada dibelakangnya jadi bergidik dan ketakutan setengah mati,

1694 bagaikan sukmanya ikut melayang tinggalkan raganya orang orang itu hanya berdiri tertegun diatas jembatan batu itu tanpa melakukan suatu gerakan apapun jua. Yang sat si malaikat hawa panas Ko su khi yang menyaksikan semua adegan itu jadi tercengang, segera tegurnya dengan suara lantang: "Eeeh.... bocah muda, bagaimana sih anak ini? Bukankah orang orang itu adalah sobat baik kita dari perkumpulan Thian che kau? Kenapa kau bunuh mereka dengan cara sekeji itu?" Hawa napsu membunuh seketika itu juga menyelimuti seluruh wajah Han siong Kie, ia mendengus dingin. "Kalau mereka benar benar adalah orang Thian che kau, itu berarti mereka lebih lebih harus dibunuh lagi" "Eeeh...eeeh.... lucu amat kau bocah muda, bukankah kau memusuhi tengkorak maut? Kenapa sekarang kok malahan membantu pihak Tengkorak maut untuk membantu manusia manusia macam mereka, sebab Benteng maut tak akan lenyap dari dunia ini, Benteng maut selamanya akan tetap berdiri kokoh dalam dunia persilatan" "Manusia bermuka dingin " dengan suara berat malaikat hawa dingin Mo siu ing menegur, "mengingat tempo hari kau pernah membantu kami, tak ingin kami suami istri berdua memusuhi engkau..." "Aku juga pernah menerima budi pertolongan dari gurumu Hun si mo ong, kalau ingin membicarakan soal hutang budi maka kita sudah impas, siapapun tidak berhutang kepada siapa, jadi kaupun tak usah mempersoalkan lagi tentang hutang budi atau tidak" tukas Han siong Kie dengan suara lantang. Mula mula Malaikat hawa dingin Mo siu ing agak terperanjat sehabis mendengar ucapan tersebut, untuk selanjutnya dengan suara berang dia membentak. 1695 "Baik, kalau memang begitu maafkanlah bila aku malaikat hawa dingin terpaksa akan berbuat salah kepadamu" Ditengah bentakan yang maha dahsyat, pertarungan tak bisa dihindari lagi, jeritan jeritan kesakitan yang menyayat hati mencabik kesunyian disekitar tempat itu, benteng maut betul betul sudah diliputi awan pembantaian yang menggidikan hati. Pemilik benteng maut maupun manusia aneh berambut panjang secara beruntun terjun pula ke dalam gelanggang pertarungan dan bertempur melawan kawanan gembong iblis yang terlepas dari kurungan itu. Sebagian besar gembong gembong iblis yang disekap dalam benteng maut adalah kawanan jago dunia persilatan yang memiliki ilmu silat sangat lihay, kebanyakan mereka tertangkap dikala melakukan penyelidikan terhadap benteng

yang serba misterius itu, bila mereka harus bertanding seorang lawan seorang, tentu saja tak seorangpun yang bisa menandingi kelihayan dari Tengkorak maut, tapi lantaran orang orang itu menyerang secara berbareng, maka secara otomatis keadaannya juga jauh berbeda. Kawanan jago lihay dari perkumpulan Thian che kau yang pada mulanya masih berdiri tertegun diatas jembatan batu, pada saat itu bersama-sama membentak keras, kemudian bagaikan gulungan air bah mereka menyerbu kedepan ...... "Lihat serangan" Suatu bentakan keras menggelegar diangkasa, Malaikat hawa dingin Mo siu ing dengan suatu gerakan yang sangat cepat menerjang maju kedepan dan melepaskan sebuah pukulan yang maha dahsyat kearah badan Han siong Kie. Si anak muda she Han sendiri telah menyadari bahwa pertempuran yang berlangsung hari ini besar sekali pengaruhnya terhadap keadaan dimasa mendatang, apalagi jumlah musuh jauh lebih besar daripada jumlah jago jago dari 1696 pihaknya, ini berarti mati hidupnya benteng maut juga tergantung dari hasil pertarungan kali ini. Mempertimbangkan untung ruginya bertarung secara kekerasan, akhirnya pemuda ini mengambil keputusan untuk menyimpan tenaga sebisa mungkin untuk menjaga segala kemungkinan diakhir pertarungan tersebut. Karena berpendapat demikian, ketika pukulan-pukulan musuh yang amat keras itu meluncur keatas tubuhnya, dengan gerakan cepat dia melejit kesamping, setelah terlepas dari ancaman dahsyat itu, dia baru membalikkan tubuhnya sambil melepaskan sebuah serangan balasan. Angin pukulan yang menggulung ke depan bagaikan amukan angin puyuh, secara beruntun malaikat hawa dingin mundur tiga langkah lebar ke arah belakang. Sementara itu jago jago lihay dari Thian che- kau telah tiba dibelakang tubuh Han siong Kie, pukulan pukulan yang tak ampun sudah dilontarkan secara beruntun. Menghadapi keadaan semacam ini, Han siong Kie mendengus dingin, dia lepaskan sebuah pukulan untuk memukul mundur malaikat hawa dingin, kemudian sambil memutar badan, jari jari tangan saktinya diayunkan secara beruntun...... Ilmu jari Tong kim ci memang amat dahsyat, dalam radius lima kaki, emas atau batu cadas yang terkena seranganpun akan hancur berkeping, apalagi tubuh manusia?? -ooo0dw0oooJilid 45 KETIKA desingan angin tajam menyambar ke depan, serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema susul

1697 menyusul, tujuh orang jago lihay yang maju secara berbareng itu tak seorangpun yang dapat lolos dalam keadaan selamat, semuanya mati dengan dada berlubang dan tercebur kedalam sungai..... Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas jadi naik pitam, sepasang telapak tangan mereka dilontarkan secara bersama, arah yang diancampun merupakan tubuh Han siong Ki. Sejak berhasil meyakinkan ilmu sakti si mi sin kang, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki Han siong Kie telah mencapai puncak kesempurnaan, Hun si mo ong guru dari sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas yang tersohor karena kelihaiannya saja masih kalah setingkat, apalagi kedua orang muridnya ? Dalam suatu benturan keras yang kemudian terjadi, dua malaikat hawa dingin dan panas itu terdorong hingga mundur bebarapa langkah kebelakang dengan sempoyongan. Dipihak lain, beberapa orang gembong iblis sudah tewas ditangan pemilik benteng maut, tapi situasi pertarungan yang berkobar ditempat itu sudah meningkat makin sengit. Orang yang kehilangan sukma harus bertarung dengan satu lawan tiga, tapi ia masih mampu untuk mempertahankan diri guna mengatasi serangan-serangan musuh. Lain keadaannya dengan manusia aneh berambut panjang, untuk menghadapi kerubutan dari empat orang kakek berambut merah, ia nampak sedikit kewalahan, posisinya amat terdesak dan berbahaya sekali keadaannya. Sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas merupakan jago jago lihay yang selalu mengunggulkan kepandaian sendiri, mula mula mereka berkeyakinan bahwa benteng maut dapat dikalahkan dengan tenaga gabungan mereka, siapa tahu meskipun mereka sudah bekerja sama, 1698 untuk mengalahkan seorang pemuda ingusan saja tak becus, lama kelamaan berkobarlah sifat ganas dalam hati mereka. Ditengah bentakan nyaring, sepasang malaikat itu maju bersama sambil melancarkan serangan-serangan dahsyat. -ooo0dw0oooBAB 92 JURUS serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu betul betul mengerikan sekali, bukan saja tenaganya bagaikan ambruknya sebuah bukit karang, bahkan kecepatannya jauh melebihi kecepatan petir .... Sepuluh gebrakan kemudian, mereka berhasil mengimbangi kelihayan musuhnya dan memaksa suatu pertarungan jarak jauh yang seimbang dan sama kuat, rupanya pertempuran itu tak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Disaat yang amat tegang dan gawat, dari tepi pantai

kembali berkelebat datang sesosok bayangan manusia, dengan suatu gerakan yang amat cepat ia menampilkan diri dari tepi pantai dan langsung menyerbu keatas jembatan batu. Han siong Kie coba melirik sekejap kearah bayangan manusia itu, akan tetapi bila diketahuinya siapa gerangan orang itu, tercekatlah hatinya rasa kaget menyebabkan jantungnya berdetak lebih cepat dari keadaan semula. Rupanya orang yang baru saja munculkan diri ini tak lain adalah Hun si Mo ong, guru dari Im yang siang sat sepasang malaikat hawa dingin dan hawa panas. Sebagaimana diketahui, Hun si Mo ong telah menjabat kedudukan komandan pelindung hukum dari perkumpulan Thian che kau, pada hakekatnya dia bersedia menerima jabatan itu adalah lantaran dia hendak memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghancurkan benteng maut, 1699 tentu saja selain membayar kembali semua penghinaan yang pernah diterimanya serta berusaha menolong kedua orang muridnya yakni malaikat hawa dingin dan malaikat hawa panas dari kurungan. Setelah Hun si Mo ong munculkan diri, secara beruntun kawanan jago dari Thian che kau munculkan diri pula dari tempat persembunyiannya, itu berarti besar kemudian Thian che kaucu pasti akan muncul juga ditempat kejadian. Sontak Im yang siang sat merasa semangatnya berkobar kembali ketika menyaksikan kemunculan gurunya disitu, secara beruntun mereka lancarkan serangkaian pukulan yang mematikan untuk mendesak musuhnya, membuat Han siong Kie terdesak mundur sejauh delapan depa dari mulut jembatan batu itu. Han siong Kie terperanjat, dia tahu andaikata Hun si mo ong dibiarkan menyeberangi jembatan batu itu, kemungkinan besar situasi dalam gelanggang pertarungan akan terjadi perubahan besar. Kuatir kalau keadaan yang tak diinginkan itu sampai terjadi, cepat cepat dia menghimpun tenaga sakti si mi sinkangnya mencapai sepuluh bagian, lalu dilancarkannya sebuah pukulan dahsyat ke muka. Segulung kabut putih yang sangat tebal segera berhembus keluar menggulung ke atas tubuh Im yang siang sat, suara gemuruh yang menyertai serangan tersebut amat memekikkan telinga. Im yang siang sat cukup mengetahui kelihayan musuhnya itu tapi mereka enggan menghindar dengan begitu saja, disambutnya ancaman yang menyembur tiba itu dengan keras "Blang" suatu benturan keras tak bisa dihindari lagi, sambil mendengus tertahan, kedua orang malaikat hawa panas dan dingin itu mundur satu kaki jauhnya dari tempat semula dengan langkah sempoyongan

1700 Sementara itu, Hun si mo ong telah tiba dimulut masuk jembatan batu itu........ Han siong Ki tidak dapat membiarkan musuhnya meneruskan perjalanan, dia membentak keras, lalu dengan melepaskan pukulan dahsyat dengan ilmu Si mi sinkang lagi, segulung asap putih yang sangat tebal seketika itu juga menggulung keatas tubuh Hun si mo ong. Agaknya gembong iblis yang berpredikat Raja iblis pengacau jagad ini cukup mengetahui kelihayannya tenaga sin kang tersebut, dia tak berani menyambutnya dengan keras lawan keras, cepat tubuhnya berkelit kesamping dan mundur delapan depa dari tempat semula. Menggunakan kesempatan yang amat baik itulah, Han siong Ki segera melompat kembali ke tempat kedudukannya semula, serangan kedua menyusul kemudian dilancarkan kembali kedepan. Kali ini Hun si mo ong tidak menghindar lagi, sambil mengikik tertawa seram, telapak tangannya segera disilangkan didepan dada, kemudian ditangkisnya ancaman itu dengan keras lawan keras. Han siong Ki mengejek sinis, tenaga serangannya cepat ditambah dengan dua bagian lagi ...... "Blaaang" suatu benturan dahsyat yang memekikkan telinga menggelegar diangkasa, air sungai menggulung tinggi sampai melewati batas batas jembatan batu, saking kerasnya benturan yang terjadi, tubuh Hun si mo ong mencelat setinggi beberapa kaki dan terlempar dari batas batas jembatan batu itu. Untunglah ilmu silat yang dimiliki gembong iblis tua ini cukup lihay, menggunakan kesempatan itu badannya berputar satu lingkaran di angkasa, lalu seperti seekor burung raksasa yang aneh, dia melayang kembali keatas jemhatan batu itu. 1701 Han siong Ki mendengus dingin, dua kali serangannya yang gagal membuat anak muda ini semakin penasaran, maka serangan ketiga yang jauh lebih dahsyat pun dilontarkan kembali kedepan .... Tapi disaat terakhir sebelum Han siong Ki melontarkan serangannya yang ketiga itu, dua gulung angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya menggulung tiba juga dari belakang punggungnya . "Blaaang . " ditengah benturan yang memekikkan telinga, seseorang mendengus tertahan. Termakan oleh tenaga sakti yang maha dahsyat itu, tubuh Hun si mo ong terpental sejauh dua kaki lebih dan nyaris tercebur kedalam sungai, sebaliknya Han siong Ki sendiripun terhajar telak oleh dua buah pukulan yang menggulung tiba

dari arah belakang. Memang tubuhnya terlindung oleh tenaga sakti, tapi tenaga serangan yang menyergap tubuhnya itu lebih kuat dan berat daripada ambruknya sebuah bukit Thay san, dengan sempoyongan badannya mundur beberapa langkah kebelakang, tak tahan lagi dia mendengus tertahan, golakan darah dalam dadanya bergelora keras, hampir saja ia muntah darah kental. Tentu saja kedua orang penyergapnya tak lain adalah Im yang siang sat. Sementara itu, sepasang malaikat hawa dingin dan panas pun diam diam merasakan hatinya bergidik keras, bagaimanapun juga belum pernah mereka jumpai seorang manusia yang mampu menerima serangan gabungan mereka tanpa roboh, tapi sekarang. Han siong Ki mampu untuk menerima serangan dahsyat tadi dengan gemilang, dari sini dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya itu betul betul sudah mencapai puncak kesempurnaan. 1702 Adapun maksud dan tujuan im yang siang sat melepaskan sergapan kilatnya tadi, adalah agar guru mereka Hun si Mo ong bisa menyeberangi jembatan batu itu dan menyerbu kedalam benteng maut, maka gagal dengan serangan yang pertama, ia susulkan kembali dengan serangan serangan berikutnya. Hun si mo ong sendiripun merasa penasaran sekali, sambil berpekik nyaring, tubuhnya berputar seperti ayunan dan sekali lagi menerkam kedepan. Rasa cemas dan gelisah mulai menyelimuti hati Han siong Ki, betapa tidak? Dari depan maupun belakang dia harus menghadapi gempuran demi gempuran dari musuhnya, masih mendingan kalau mereka cuma jago jago silat biasa, tapi kenyataan sekarang, orang orang itu adalah kawanan jago dari golongan hek to yang mempunyai ilmu silat amat lihay, sudah tentu kejadian ini merupakan suatu tugas yang amat berat baginya. Padahal sebagaimanapun juga sudah diketahui, orang yang kehilangan sukma telah berpesan kepadanya agar mempertahankan mulut masuk di atas jembatan batu itu, bagaimanapun yang akan terjadi tentu saja dia harus mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempertahankan tempat itu, jangan toh membiarkan mereka lewat, menginjak dimulut jembatanpun tak akan diperkenankan olehnya. Maka diapun mendengus penuh kegusaran, tubuhnya berputar secepat kilat sambil menerkam Im yang siang sat sepasang malaikat yang ada dibelakang tubuhnya, telapak tangan kanan menyerang dengan ilmu sakti si mi sinkang, sementara tangan kirinya menyerang dengan ilmu jari Tong

kim ci. Kedua macam kepandaian tersebut sama sama merupakan ilmu maha sakti yang tiada tandingannya didunia ini, bisa 1703 dibayangkan betapa dahsyatnya bila kedua macam ilmu yang maha sakti tersebut dilancarkan secara berbareng ...... Ketika hawa serangan yang dilancarkan sepasang malaikat membentur dengan ilmu sakti si-mi sinkang, terjadilah suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga, tubuh sepasang malaikat itu sama sama tergetar mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan, dan hampir bersamaan waktunya dengan ilmu Tong kim ci yang maha dahsyat meluncur tiba pula dengan kecepatan luar biasa. Menghadapi ancaman yang sangat menggetarkan hati itu, malaikat hawa dingin Mo siu ing miringkan tubuhnya kesamping kanan, dengan membawa desingan tajam, angin serangan itu menyambar lewat dari sisi badannya, sebaliknya Malaikat hawa panas Ko su khi mau menghindar namun tak sempat lagi, tak ampun lengannya tersambar oleh angin serangan itu hingga tembus dan berlubang. Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata, begitu angin pukulan dan angin jari sudah dilontarkan kedepan, tanpa menantikan bagaimanakah hasil dari serangannya itu, Han siong Kie memutar badannya setengah lingkaran- kemudian dengan menggunakan tenaganya sebesar dua belas bagian, sepasang telapak tangannya dibacok kemuka dengan kecepatan yang luar biasa. Memang, serangan itu dilakukan satu lebih dahulu dan yang lain agak belakangan, tapi kerja sama serta ketepatannya bukan kepalang. Angin pukulan yang dilancarkan sambil memutar badan itu dengan tepat sekali menyongsong tubuh Hu si mo ong yang sedang melangkah naik ke atas jembatan batu itu. Kabut putih yang tebal dan membawa tenaga tekanan besar menggulung ke depan dengan hebatnya, untuk kesekian kalinya Hun si mo ong tergetar mundur ke belakang oleh benturan tersebut. 1704 Menggunakan kesempatan itu, Han siong Kie memperbaiki juga posisinya yang sudah makin mendesak itu dengan demikian ia berhasil merebut kembali tempat kedudukannya yang jauh lebih menguntungkan. Dipihak lain... sudah hampir dua puluh sosok lebih mayat manusia yang berserakan diatas tanah, itu berarti mereka mereka yang masih bisa mempertahankan diri dan berecmpur seru adalah kawanan jago persilatan yang memiliki ilmu silat agak tinggi, itupun jumlahnya masih mencapai tiga puluh orang lebih, tampak-tampaknya mereka telah bulatkan tekad

untuk menghancurkan benteng maut dari muka bumi. Pemilik benteng maut masih bertarung terus dengan sengitnya, tentu saja setelah mengalami pengerubutan yang berlangsung secara beruntun, tenaga serangannya saat ini tidak segencar dan sedahsyat pertama kali turun tangan tadi. Posisi orang yang kehilangan sukma yang sedang dikerubuti oleh delapan orang jago lihay juga tidak begitu menyenangkan keadaannya, dari keadaan yang terpampang didepan mata, dapat diketahui bahwa perempuan misterius itu hanya bisa mempertahankan diri belaka, itupun tak akan berlangsung terlampau lama. Manusia aneh berambut panjang sendiri sudah bermandikan darah segar, posisinya sangat terdesak dan gawat sekali, tampaknya setiap saat kemungkinan besar jiwanya bakal terancam. Tiba tiba sesosok bayangan hijau melayang keluar dari balik pantai berpasir, dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah tiba dibelakang tubuh Hun si mo ong. Han siong Kie menengadah, tapi ketika sinar matanya terbentur dengan wajah orang itu, seketika itu juga peredaran darah dalam tubuhnya menggelora keras, hawa napsu membunuh yang sangat tebal seketika menyelimuti seluruh wajahnya. 1705 Siapakah pendatang itu? Dia tak lain adalah Ketua dari pekumpulan Thian che kau, Yu Pia-lam adanya. Thio sau kun Han siong Hiang secara beruntun telah menemui ajalnya di tangan orang ini, bagaimanapun juga dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra ini harus dituntut balas. Sementara itu Hun si mo ong dan Thlan che kaucu telah berunding sebentar, setelah itu diiringi bentakan nyaring, kedua orang itu berbareng maju ke depan sambil melancarkan serangkaian serangan berantai. Tak terkirakan rasa gusar Han siong Kie melihat terkaman dari gembong gembong iblis itu, dengan suara lantang dia segera membentak: "Yu Pia lam, hari ini aku bersumpah akan mencincang tubuhmu sehingga hancur menjadi berkeping keping" "Heeehhhh... heehhh... heeehhhh... " Yu Pia-lam ketua dari perkumpulan Thian che kau itu tertawa seram, " bocah keparat wahai bocah keparat, lebih baik janganlah bermimpi indah ditengah hari bolong, tak nanti apa yang kau harapkan itu bisa tercapai" Dalam sekejap mata, dua orang itu sudah berada dua kakijauhnya dihadapan si anak muda itu. Han siong Ki menggigit bibir, dengan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dia lancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan.

Menyaksikan tibanya ancaman yang maha dahsyat itu, Hun si mo ong dan ketua perkumpulan Thian che kau menghentikan gerakan tubuh mereka, menyusul kemudian telapak tangan mereka saling menempel diatas punggung, diiringi gelak tertawa seram, Hun si mo ong melontarkan sepasang telapak tangannya pelan pelan kemuka....... 1706 Ketika serangan musuh dilepaskan, Han siong Ki segera merasakan sesuatu yang tidak beres, tapi sebelum ingatan lain melintas dalam benaknya, dirasakannya ada gulungan angin pukulan yang maha dahsyat menyapu kedepan dan menerjang dadanya dengan kekuatan yang sukar dilukiskan dengan kata kata....... suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga segera menggema diangkasa dan menggetarkan jembatan batu itu. Han siong Ki tak kuat menahan serangan yang tak terkirakan lihaynya itu, dengan sempoyongan dia mundur satu kaki lebih dari kedudukannya semula, noda darah meleleh keluar dan membasahi ujung bibirnya. Tak menunggu sianak muda itu telah berhasil dipaksa mundur, Hun si mo ong dari Thian che kau cupun melangkah naik keatas tepi benteng maut dengan tenangnya. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kiranya Thian che kaucu dan Hun si mo ong telah menggunakan suatu kepandaian maha sakti yang dinamakan ilmu Tau ti coan kang (menyalurkan tenaga sakti ketubuh orang) itu berarti mereka telah menggabungkan dua gulung tenaga yang ada ditubuh mereka untuk melepaskan sebuah pukulan. Tak heran kalau Han siong Ki yang bakal menderita kerugian besar didalam keadaan seperti ini. sekalipun demikian Han siong Ki juga terhitung seorang jago muda yang luar biasa dahsyatnya, karena didunia dewasa ini mungkin tak akan ditemui orang kedua yang sanggup menyambut serangan gabungan yang dilancarkan Hun si mo ong dan Thian che kaucu secara berbareng. Han siong Ki merasakan sepasang matanya berubah menjadi merah membara, otot hijau disekujur badannya pada menonjol keluar semua, tak terkirakan rasa dendam dan gusarnya pemuda itu menghadapi kelicikan musuhnya, sambil 1707 membentak keras dia maju kemuka dan menerjang ke tubuh Thian che kaucu.... Menghadapi tubrukan maut itu, Thian che kaucu tak sudi melayaninya, dengan suatu gerakan yang enteng dia berkelit dua kaki dari tempat kedudukannya semula, lalu ujarnya kepada Hun si mo-ong: "Pelindung hukum, kuserahkan bocah keparat ini kepada kalian guru dan murid" selesai berkata, dia lantas berkelebat

pergi dan menerjang kearah gelanggang pertarungan yang lain. sementara Hun si mo ong sendiri, karena kuatir pemuda itu keburu kabur ketempat lain, serta merta tubuhnya menerjang kedepan dan menghadang jalan perginya, serangan demi serangan segera dilancarkan secara berantai...... Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa panas dan dingin tidak berdiam diri belaka, gurunya menyerang merekapun ikut menerjang kemuka sambil melancarkan serangan pula.... Dengan terjadinya perubahan ini, maka penghadangan dimulut masUk jembatan batupun mengalami perubahan besar, dengan tersingkirnya Han siong Ki dari situ, kawanan jago lihay dari perkumpulan Thian che kau menyerbu tiba dalam jumlah besar. suasana dalam gelanggang seketika itu juga terjadi perubahan besar, situasi dalam gelanggang pertarunganpun berubah semakin tegang, gawat dan mengerikan. Langit dan bumi terasa berbalik, jeritan setan dan teriakan malaikat seakan akan bermunculan dari empat penjuru. Han siong Ki sudah menyerupai orang kalap. dibawah serangan serangan gencar yang kesemuanya tertuju keatas tubuhnya, dia perlakukan perlahan, secara ketat, bahkan berhasil merebut posisi diatas angin dan balas mendesak Hun 1708 si mo-ong sehingga tak mampu melepaskan serangan serangan balasan. sepasang hawa dingin dan panas saling berpandangan sekejap. kemudian mereka memperketat seranganserangannya sehingga untuk sesaat anak muda itu berhasil dipaksa terdesak hebat. Dipihak lain, ketika Thian che kaucu terjun pula kedalam gelanggang, orang yang kehilangan sukma segera membentak keras, secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai yang memaksa mundur delapan orang jago lihay yang mengerubutinya, kemudian ia tinggalkan musuh musuhnya itu untuk menyongsong kedatangan Thian che kaucu. "Yu Pia lam" teriaknya penuh rasa geram "saat kematianmu sudah berada diambang pintu" "Perempuan rendah yang tak tahu malu, jika hari ini pun kaucu tidak berhasil menghancur lumatkan tubuhmu jadi berkeping keping, aku bersumpah tidak akan hidup sebagai manusia" Kedua orang itupun segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru, kedua belah pihak sama sama mengerahkan jurus serangan mautnya untuk merobohkan lawan, baik Thian che kaucu maupun orang yang kehilangan sukma sama sama mempunyai niat yang sangat besar untuk

membinasakan lawannya. sementara itu, Han siong Ki yang sedang bertarung sengit diam diam termenung juga memikirkan keadaan yang terbentang dihadapan matanya, dia tahu jika Thian che kaucu terjun kedalam gelanggang maka situasi pihaknya pasti akan berubah jadi amat berbahaya, atau dengan perkataan lain bila ia tidak berhasil merobohkan kawanan jago yang hadir dalam gelanggang dewasa ini, niscaya benteng maut akan terbasmi dan betul betul akan lenyap dari muka bumi. 1709 Berpikir demikian, hawa sakti si mi sinkang yang maha dahsyat itu segera disalurkan keseluruh badan, kemudian dengan dicairkan dalam jurus jurus serangan yang menggunakan taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat ditambah pula dengan imbangan gerak badan lintasan cahaya bayangan kilat, secara beruntun dia lancarkan serangkaian pukulan berantai yang mendesak musuhnya secara bertubi tubi. Penggabungan dari beberapa macam ilmu silat yang maha dahsyat itu otomatis membangkitkan pula tenaga tekanan yang semakin dahsyat, sekalipun keadaan Han siong Ki sudah jauh lebih lemah akibat pertarungan pertarungan sebelumnya, tapi demi selamatkan keadaan benteng maut yang terancam bahaya maut, terpaksa dia kerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk melangsungkan pertarungan adu jiwa yang benar benar menggidikkan hati. Taktik "menggetar" dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat adalah suatu sistim pertarungan dimana dengan menggunakan tenaga untuk memukul tenaga, dalam kenyataannya, menggetar balik kekuatan musuh adalah suatu sistim pertarungan yang sangat menguntungkan, tentu saja seandainya kekuatan yang dimiliki pihak lawan jauh dibawah kekuatannya. sebaliknya bila tenaga dalam yang dimiliki musuhnya jauh lebih dahsyat, atau lebih tinggi beberapa kali lipat, maka penggunaan taktik tersebut bisa mengakibatkan hasil yang sebaliknya. Demikian, ketika Han siong Kie merubah taktik serangannya, Hun si mo ong segera merasakan gelagat yang tidak menguntungkan mereka bertiga jadi kagetnya bukan kepalang. sementara suatu taktik baru belum berhasil ditemukan, mendadak.... "Blaang" suatu benturan keras diiringi jerit kesakitan yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian, si Malaikat hawa panas Ke su khi terhajar sampai mencelat 1710 sejauh dua kaki lebih dari tempat semula, untuk sementara waktu ia terjungkal ditanah dan tak mampu bangkit kembali. Selang sesaat kemudian, menyusul juga malaikat hawa

dingin Mo siu ing termakan oleh sebuah pukulan, dia muntah darah dan badannya meucelat sejauh delapan depa. Dengan hilangnya dua orang jago lihay itu, dengan sendirinya Han siong Kie merasa daya tekanan yang menghimpit dirinya semakin ringan, sekarang anak muda itu dapat memusatkan semua perhatiannya untuk menghadapi Hun si mo ong seorang. Tiga gebrakan kemudian, Hun si mo ong termakan juga oleh sebuah pukulan dahsyat sehingga muntah darah kental, dengan sempoyongan badannya mundur beberapa langkah kebelakang. Kendati begitu, Keadaaa Han siong Kie sendiripun kurang begitu menggembirakan, akibat dari serangkaian pertarungan yang berat dan penuh memakan tenaga, anak muda itu merasakan hawa darah didalam tubuhnya bergolak keras, napas nya sedikit tersengkal. Sementara suasana mencapai puncak ketegangan, tiba-tiba dari tepi pantai daratan sebarang sana terlihatlah bayangan manusia bergerak dengan kacau balau, menyusul kemudian terdengar pula suara beradunya senjata dan deruan angin pukulan rupanya disanapun sedang berlangsung suatu pertarungan yang amat seru. Menyusul kemudian, muncul beberapa sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat berlarian menuju ke arah gelanggang pertarungan yang sedang berlangsung didepan benteng. Dalam keadaan yang serba gawat dan serba tidak menguntungkan ini, Han siong Kie sudah memikirkan persoalan yang lain lagi, sekarang dia cuma tahu membunuh... membunuh... dan membunuh, seakan akan pemuda yang 1711 bermuka dingin itu sudah berubah menjadi seorang manusia yang haus akan darah. Dengan suatu gerakan yang dahsyat seperti banteng terluka, dia menerjang kesana menyerbu kemari dengan gagahnya. Serentetan suara jeritan kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, manusia aneh berambut panjang itu muntah darah sambil mundur kebelakang dengan sempoyongan"siau susiok. menyingkirlah kesamping" teriak Han siong Kie sambil menahan geramnya. Diantara suara bentakan yang memekikkan telinga, jeritan demi jeritan yang menyayatkan hati berkumandang saling susul menyusul, tiga orang kakek berambut merah yang mengerubuti manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu sudah tergelepar diatas tanah dengan kepala pecah dan isi benak yang bercampur dengan darah tercecer di atas permukaan tanah..

Han siong Ki sudah semakin kalap. sekarang dia bukan mirip banteng terluka lagi tapi lebih mirip seekor harimau gila, selesai membinasakan tiga orang kakek berambut merah itu, badannya berputar kencang seperti roda kereta, kebetulan sekali tiga sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan cepatnya, tanpa mengenali siapa gerangan raut wajah para pendatangnya, sentilan jari maut digetarkan secara berulang kali. Hamburan darah segar bermuncratan kemana mana sebelum ketiga sosok bayangan manusia itu sempat melakukan suatu gerak penyerangan, mereka sudah menggeletak ditanah dalam keadaan tak bernyawa. Dua kali gebrakan maut yang menghasilkan kematian kematian yang tak terduga ini seketika menimbulkan kehebohan dalam gelanggang pertarungan, semua orang 1712 merasakan hatinya bergidik dan peluh dingin memb asai tubuhnya karena ngeri. Dalam pada itu posisi orang yang kehilangan sukma sudah kepayahan sekali, dibawah serangkaian pukulan dan serangan dari Thian che kaucu yang gencar dan hebat, ia terdesak mundur berulang kali, makin lama keadaannya tampak semakin gawat dan berbahaya. "Yu Pia lam, serahkan nyawamu" bentak Han siong Kie dengan suara keras bagaikan meledek. Mengikuti berkumandangnya bentakan tersebut tiga buah pukulan dahsyat dilancarkan secara beruntun. Thian che kaucu mendengus dingin, dia cepat-cepat melejit sambil melompat mundur sejauh satu kaki lebih, tubuhnya berputar satu lingkaran, setelah berubah posisi, dengan suatu gerakan yang lincah dan manis ia berhasil menghindari ketiga buah pukulan dahsyat yang mengerikan hati itu. Waktu itu keadaan dari orang yang kehilaagan sukma sudah sangat payah, tubuhnya serasa tak sanggup berdiri tegak lagi, dengan agak sempoyongan teriaknya nyaring: "Nak, bangsat ini jangan kau lepaskan, karena dia...." Tapi sebelum menyelesaikan kata-katanya, segulung angin pukulan yang sangat aneh dan berwarna putih bening seperti pualam telah menggulung datang dan mengancam tubuh orang yang kehilangan sukma. Menyaksikan pukulan yang sangat dahsyat itu Han siong Kie merasa amat terperanjat dia kenali ilmu tersebut sebagai ilmu Hua goan sin khi yang paling diandalkan oleh Thian che kaucu, tentu saja orang yang kehilangan sukma tak akan mampu menahan serangan yang amat dahsyat tersebut. Dalam gugup dan gelisahnya, dia membentak keras, sepuluh jari tangannya dilontarkan kedepan menyerang dengan ilmu Tong kim ci yang brutal, tampaklah sepuluh

1713 gulung desingan angin jari yang tajam sekali berbarengan waktunya meluncur kemuka dan menyerang sekujur badan Thian che kaucu. Dua kali jeritan kesakitan berkumandang hampir bersamaan waktunya ...... Orang yang kehilangan sukma terhajar telak oleh pukulan Hua-goan sin-khi yang dilancarkan Thian che kaucu itu sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dan tak sanggup untuk bangkit kembali. . Sedangkan Thian che kaucu sendiri terhajar pula oleh desingan angin jari dari Han siong Ki sehingga tergetar mundur sejauh dua kaki lebih dari posisinya semula. Sebagaimana diketahui, ilmu jari Tong kim ci merupakan suatu ilmu jari yang kuat dan tajamnya luar biasa, tapi anehnya meski Thian che kaucu termakan oleh serangan tersebut toh badannya tetap tegap dan tak sampai roboh, kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu peristiwa yang mengerikan. Dengan satu loncatan secepat kilat Han siong Ki bergerak kedepan dan menghampiri orang yang kehilangan sukma yang menggeletak diatas tanah itu. Terlalu banyak hutang budi yang ia terima dari perempuan misterius ini, lagipula hubungan mereka sudah lebih akrab daripada hubungan antara ibu dan anak, tidak heran kalau ia jadi sangat gelisah ketika dilihatnya perempuan itu terluka. Sementara pemuda itu masih gelisah, tiba tiba terdengar seruan nyaring berkumandang disisinya: "Menghunjuk hormat buat ciangbunjin" "Saudara cilik engkoh tuamu sudah datang" Dengan cepat Han siong Ki berpaling, dilihatnya Hek pek siang yau sepasang siluman hitam dan putih, Lam kay 1714 sipengemis dari selatan diiringi empat orang pengemis tua yang lain telah berdiri dihadapannya. Buru buru serunya kepada Hek pek siang yau: "Jangan lepaskan Thian che kaucu dari sini" Sepasang siluman itu mengiakan, mereka lantas menerjang kearah Thian che kaucu dengan dahsyatnya. Setelah gembong iblis itu terhadang, Han siong Kie baru mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan pengemis dari selatan, sapanya: "Engkoh tua, kenapa engkaupun bisa muncul ditempat ini?" "Aku dengar dari sepasang siluman yang mengatakan engkau lagi berangkat menuju benteng maut". sahut pengemis dari selatan sambil mengetukkan toyanya ketanah, "kebetulan sekali seorang muridku melaporkan bahwa pihak Thian che kau dengan memimpin ratusan orang jago lihaynya hendak menyerbu benteng maut, maka aku sipengemis tua

dengan memimpin delapan puluh orang muridku siang malam berangkat kesini untuk memberi bantuan, kau tidak apa apa bukan?" "Engkoh tua, terimakasih banyak atas perhatianmu ini" seru Han siong Kie kemudian dengan terharu, "mari kita selesaikan dahulu persoalan yang ada didepan mata, kemudian baru.." "saudara cilik, pihak kay pang kami lebih banyak menerima budi kebaikan darimu daripada apa yang bisa kami lakukan terhadap kalian, jangan kau ucapkan kata kata seperti itu" Berbicara sampai disitu, dia lantas memberi tanda kepada keempat orang pengemis yang lain, kemudian mereka bersama sama terjun kedalam gelanggang pertarungan. Setelah pengemis pengemis itu bertarung, orang yang kehilangan sukma baru berkata dengan suara lirih: 1715 "Nak. Aku.... aku tak akan sampai mati, jangan kau urusi diriku lebih dulu, bantulah sucoumu dan tolonglah dia dari ancaman bahaya maut." Untuk sesaat Han siong Kie berdiri tertegun, akhirnya dia putar badan dan menerjang kembali kearah kawanan jago yang mengerubuti pemilik Benteng maut.... Sementara itu sudah ada puluhan orang jago lihay dari Thian che kau yang telah terjun ke dalam gelanggang mengerubuti kakek pemilik benteng maut itu .... Han siong Kiejadi marah sekali, dengan mata merah membara karena penuh kegusaran, ia turun tangan secara keji, siapa berani menghalangi perjalannya berarti mati, siapa berani menyentuhnya berarti mampus. Dalam waktu singkat jeritan jeritan ngeri diiringi bentakan bentakan nyaring berkumandang memenuhi seluruh angkasa. Gulungan angin pukulan, benturan senjata tajam menciptakan serangkaian pamandangan yang mengerikan sekali, suasana jadi kacau untuk sesaat percikan darah dan bergelimpangan mayat telah bertumpuk bagaikan sebukit kecil. Entah berapa lama, pertarungan sengit itu berlangsung, tapi yang pasti sedikit demi sedikit posisi pihak Thian che kau mulai keteter dan terdesak hebat, banyak sudah anak buah mereka yang tewas dalam keadaan mengerikan. Tiba tiba terdengar ledakan keras ditengah udara menyusul kemudian mengepul asap putih yang amat tebal. Begitu mendengar suara ledakan, bayangan manusia bersimpang siur lari dengan kalut, kawanan jago dari perkumpulan Thian che kau itu berbareng mengundurkan diri ke arah jembatan batu lalu melarikan diri terbiri birit. Dalam sekejap mata tujuh delapan bagian dari jago jago Thian che kau itu sudah kabur tak berbekas, yang tertinggal 1716

hanyalah mayat mayat manusia yang menumpuk semakin banyak. Angin puyuh hujan badai telah berakhir, suasana disekitar benteng maut telah menjadi hening kembali, tapi didepan bangunan angker itu mayat telah menumpuk bagaikan sebuah bukit, darah mengalir dengan derasnya bagaikan sebuah sungai kecil. Pemilik benteng maut tidak mengucapkan sepatah katapun, ketika musuh-musuhnya telah melarikan diri dia cuma menengadah sambil tertawa seram, kemudian dengan langkah cepat berjalan masuk kedalam benteng. Manusia aneh berambut panjang yang terluka, kini bekerja keras membereskan mayat mayat itu dari depan pelataran benteng maut dan membuang semua mayat mayat itu ke dalam sungai. Dipihak lain, Hek pek siang yau sedang menghampiri Han siong Kie, lalu setelah memberi hormat katanya: "Tecu tidak dapat menyelesaikan apa yang ciangbunjin perintahkan, Thian che kaucu berhasil melarikan diri dari sini, silahkan ciangbunjin menjatuhkan hukuman kepada tecu berdua" "Itu bukan kesalahan kalian, sana, bantulah membersihkan pelataran tempat ini dari mayat-mayat tersebut" "Terima kasih atas kemurahan ciangbunjin" Sepasang siluman itu segera mengundurkan diri dan membantu manusia aneh berambut panjang untuk menyingkirkan mayat mayat dari sekitar tempat itu ......... "Saudara cilik" tiba tiba terdengar pengemis dari selatan berseru dengan terburu buru "aku ingin mohon diri lebih dahulu" "Kenapa? Masa engkoh tua akan..." 1717 "Dipantai seberang sana masih terdapat anak murid dari pihak kay pang kami, aku harus menengok keadaan mereka lebih dulu, selain daripada itu engkoh tuamu juga tahu akan larangan dari benteng maut, aku rasa tetap tinggal disini malahan terasa kurang begitu leluasa" "Tapi... jauh jauh engkoh tua berangkat kemari untuk memberi bantuan, bagaimanapun juga aku merasa amat berterima kasih sekali dengan bantuanmu itu" "Aaaah... tak usah kau ucapkan kata kata seperti itu, bila dikemudian hari engkau butuhkan bantuan dari Kay pang, harap kirim kabar saja kepada kami, tanggung kami akan sebera datang membantu dirimu" "Terimakasih banyak atas kebaikan engkoh tua" "oooh... saudara cilik, bukankah engkau sedang mencari seorang perempuan yang bernama Ting Hong? Aku telah menurunkan perintah kepada seluruh anak muridku untuk mencari jejak orang itu di seluruh pelosok jagad, aku yakin tak

lama kemudian pasti akan datang kabar gembira" "Terima kasih atas bantuan engkoh tua" "Aaah, kamu ini sukanya kok berterima kasih melulu...? Haaaahhh... haaahhh... haaaaaahhhh... selamat tinggal" "selamat tinggal" Begitulah, dengan membawa serta empat orang pengemis tua itu, berangkatlah pengemis dari selatan menuju ke pantai seberang. Dengan penuh rasa berterima kasih Han siong Kie memandang hingga bayangan punggung pengemis dari selatan lenyap dari pandangan, kemudian ia baru menghampiri orang yang kehilangan sukma sambil tegurnya dengan suara gelisah: "Cianpwe, bagaimana keadaan lukamu..." 1718 "Tidak terlalu membahayakan nak. aku telah menelan obat luka yang mujarab dari perguruan" Sembari berkata dengan sempoyongan orang yang kehilangan sukma bangkit berdiri memandang darah yang berceceran membasahi per muiaan tanah, perempuan misterius itu kembal; berkata, "Aaaaai...... Yu Pia-lam, Yu Pia-Iam...... rencanamu memang betul-betul keji dan tak berperi kemanusiaan!" Han-siong Ki mengerutkan dahinya "Sampai sekarang aku masih tidak habis mengerti, kenapa manusia-manusia busuk semacam siluman kerbau siluman kuda itu dapat terlepas semua dan dalam penjara mereka?" katanya. "Dua bersaudara Kun-kang-liong yang telah mampus itu adalah dua orang hiangcu dari perkumpulan Thian-che-kau yang sangat pandai ilmu berenang dalam air" demikian orang yang kehilangan sukma menerangkan, "rupanya Thian-che kaucu cukup menguasai semua alat jebakan dan barisan pertahanan yang berada dalam benteng maut ini. maka dia siapkan kedua orang itu untuk menyelam kedalam sungai dan menyelundup masuk kedalam benteng lewat belakang, setelah berhasil memasuki benteng itu barulah mereka diperintahkan untuk melepaskan gembong-gembong iblis yang disekap disana, agar mereka bisa membantu serangan yang yang datang dari luar untuk menumpas benteng itu dari muka bumi......." "Tapi....darimana Yu Pia-lam bisa menguasahi semua perangkap dan barisan yang terdapat dalam benteng maut?" "Tentang soal ini, aku rasa engkau akan segera mengetahuinya begitu kau telah berjumpa dengan sucou mu, nanti!" 1719 Kembali suatu teka-teki, Han-siong Kie memikirnya dengan

perasaan tidak habis mengerti. Sementara dia masih melamun, Orang yang kehilangan sukma telah berkata.kembali: "Nak, perintahkan Hek-pek-siang-yau untuk menunggu kita diluar benteng ini!" Han-siong Kie mengangguk dan segera menyampaikan perintahnya kepada dua orang siluman tersebut. Hek-pek-siang-yau menerima perintah dan segera menyeberangi sungai itu dan menunggu ketuanya dipantai seberang. Sementara itu, manusia aneh berambut panjang telah masuk kedalam benteng begitu selesai membersihkan pelataran benteng maut dari gelimpangan mayat-mayat yang tertumpuk...... Maka setelah Hek-pek-siang-yau mengundurkan diri, Orang yang kehilangan sukma pun berkata dengan emosi: "Nak, ada satu persoalan herjdak kutanyakan kepadamu, aku harap engkau bersedia menjawab sejujurnya!" "Katakanlah, asal bisa kujawab tentu akan ku katakan sejujurnya!" "Apakah sampai detik ini engkau masih membenci ibumu?" "Yaa!" jawab pemuda itu setelah termenung sejenak, "Aku memang membencinya, dan kenyataan ini tak akan kusangkal!" "Apakah engkau tak dapat memaafkan semua, kesalahan yang pernah dilakukannya?" "Aku rasa dalam soal ini kesalahannya sudah tak bisa dimaafkan lagi!" 1720 Terbayang kembali pelbagai macam tindakan dan perbuatan dari ibunya si Siang-go cantik Ong Cui-ing dimasa lampau, tiba-tiba pemuda itu merasa matanya jadi merah dan nyaris air mata jatuh bercucuran, rasa sedih, benci dan pelbagai perasaan lain berkecamuk dalam benaknya. Mendengar jawaban itu, orang yang kehilangan sukma menghela napas sedih, kembali ujarnya: "Nak, seandainya perbuatan ibumu menikah lagi dengan Thian-che kaucu adalah lantaran dia mempunyai kesulitan yang mau tak mau harus berbuat demikian, selain itu diapun tak pernah ternoda kesucian badannya, apakah engkau juga tetap akan............" "Jadi..... jadi cianpwe mengetahui semua tentang persoalan itu?" bisik Han-siong-Kie dengan wajah kaget bercampur tercengang, "Yaa, aku mengetahui segala sesuatunya dengan teramat jelas!" "Menurut apa yang boanpwe ketahui, Thian che kaucu adalah seorang laki-laki impotent yang sudah tak mampu berfungsi sebagai seorang laki laki sejati, dus berarti ibuku tak

akan ternoda ditangannya, dan aku percaya akan hal ini. Tapi.........kendatipun demikian, ini bukan berarti bahwa semua perbuatan sinting, perbuatau biadap dan tidak mengenal aturannya bisa kuampuni dengan begitu saja, bagaimanapun ia tega membunuh anaknya sendiri, tega berbuat keji terhadap putranya sendiri, apakah perbuatan terkutuk semacam ini juga pantas diampuni?" "Nak, bagaimanakah seandainya perbuatannya itu dilakukan oleh karena keadaan yang memaksa." "Yaa, bagaimanapun bencinya Han-siong Kie terhadap ibunya, toh diantara mereka masih tersisa sedikit hubungan batin. Si anak muda itu memang sangat membenci setiap perbuatan ibunya yapg dia anggap sabagai suatu perbuatan 1721 terkutuk meski demikian diapun selalu berharap agar bisa terjadi suatu kejadian diluar dugaan, yang dapat merubah segala sesuatu pandangannya itu. Siapakah yang tidak mengharapkan mempunyai seorang ibu yang baik, seorang ibu yang bijaksana. Demikian pula keadaannya dengan Han siong Ki kendati dia mempunyai seorang ibu yang berada dalam pandangannya jahat toh dihati kecilnya dia selalu berharap bahwa apa yang telah terjadi itu bukan suatu kenyataan, ia selalu berharap bahwa apa yang diketahuinya sekarang hanya pandangan yang keliru, pada kenyataannya dia mempunyai seorang ibu yang baik dan bijaksana. Maka sewaktu mendengar pertanyaan tersebut dengan agak emosi diapun menjawab: "Kalau memang semua perbuatan itu dilakukan karena terpaksa, boanpwe butuh bukti yang nyata, asal bukti itu bisa kuterima dengan jalan pemikiranku, tentu saja aku dapat menerimanya ... " "Tentu saja segala sesuatunya akan disertai dengan bukti yang nyata" jawab orang yang kehilangan sukma. Seraya berkata pelan pelan dia melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya. Apa yang kemudian terlihat, membuat Han siong Ki menjerit kaget lalu secara beruntun mundur beberapa langkah dengan sempoyongan sekujur badannya menggigil keras. -ooo0dw0oooBAB 93 HAN SIONG KIE hampir saja tidak percaya dengan apa yang terpapar didepan matanya, dia mengira dirinya sedang 1722 bermimpi, sebab hanya dalam alam impianlah apa yang dilihatnya sekarang bisa terjadi. Tapi sang surya memancarkan sinarnya keseluruh jagad, gulungan ombak ditepi sungai menggelora dengan derasnya,

semuanya adalah kenyataan semuanya sudah terpapar dihadapan matanya secara nyata dan tak mungkin bisa dibantah lagi. Orang yang berdiri tepat dihadapanoya sekarang, bukan lain adalah ibu kandungnya, si siang go cantik ong cui ing. Ia pernah membenci perempuan ini hingga merasuk ke tulang sumsumnya, bahkan hampir saja membinasakan dirinya, diapun pernah mencaci maki perempuan ini sebagai seorang perempuan berhati bisa, berhati sejahat kala yang paling beracun ....... Tapi sekarang, kenyataan telah berbicara lain, orang yang kehilangan sukma yang selama ini selalu dihormati dan disegani malahan dianggapnya sebagai pengganti dari orang tuanya, ternyata bukan lain adalah ibunya yang pernah dibenci, dimaki dan dikutuk. Padahal sudah terlalu banyak budi yang dilepaskan orang yang kehilangan sukma kepadanya. Ia merasa keadaan semacam ini seharusnya dapat ia ketahui semenjak dulu, tentu saja seandainya ia mau memikirkan serta memperhatikannya dengan seksama, sebab semua perbuatan maupun perkataannya telah menunjukkan siapakah dia, meski hanya secara lapat lapat. "oooh.... ibu Anakmu benar benar tidak berbakti..." Akhirnya pemuda itu menjerit dan lari ke depan kemudian jatuhkan diri berlutut dihadapan ibunya. "oooh... ibu, ananda tidak tahu kalau engkau sangat menderita, bukannya memaklumi keadaanmu, aku malahan..." 1723 Ibu dan anakpun saling berpelukan dan menangis tersedu sedu. Kejadian seperti ini sungguh mengharukan sekali, jarang sekali di dunia ini berlangsung adegan sepedih ini, yaa... siapapun yang berada disana waktu itu tentu akan ikut mengucurkan air matanya.. Lama... lama sekali, akhirnya si siang go cantik ong cui ing berhenti menangis, katanya dengan pedih: "Nak. dapatkah engkau memberi maaf kepada ibumu? Bersediakah engkau memaafkan semua perbuatan yang pernah kulakukan selama ini.?" "oooh ibu" jawab Han siong Ki dengan sesenggukan, "sudah sepantasnya kalau... engkaulah yang memberi ampun atas ketidakbaktianku terhadap ibu..." si siang go cantik oong cui ing kembali menghela napas. "Aku tahu nak, bahwa engkau mempunyai banyak perkataan yang hendak dibicarakan dengan ku, ada banyak persoalan yang mencurigai hatimu yang ingin kau tanyakan kepadaku, dan sekaranglah saatnya untuk menggali semua rahasia itu, inilah saatnya untuk menerangkan semua persoalan kepadamu, hanya saja sebelum itu kita harus

menjumpai sucoumu lebih dahulu" "Serahkanlah benda yang diberikan anak Kun itu kepadaku nak" sela perempuan itu cepat. Buru buru Han siong Kia merogoh sakunya dan mengambil keluar benda kecil yang diserahkan Thio sau kun menjelang ajalnya itu, kemudian dengan sangat hati hati diangsurkan bungkusan misterius itu kepada ibunya. "lbu, benda inilah yang diberikan adik Kun kepadaku" Dengan tangan gemetar si siang go cantik ong cui ing membuka bungkusan itu, setelah memeriksanya sekejap. benda itu segera dibungkusnya kembali. 1724 "Anak Kun telah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan besar bagi perguruannya, sekalipun harus mati, dia dapat mati dengan mata yang meram...." bisiknya dengan pedih. Han siong Kie memandang ibunya dengan wajah termangu karena keheranan, tentu saja ia tak mengerti apa gerangan yang telah terjadi, meski begitu diapun tidak berhasrat untuk membuka mulutnya menimbrung, sebab dia tahu sebelum berjumpa dengan sucounya, tak nanti ibunya akan memberitahukan sesuatu apapun kepadanya. Tapi... mengapa mereka harus berjumpa dulu dengan sucou sebelum ibunya bersedia memberi keterangan? Dia bingung dan benar benar merasa tidak habis mengerti. Apalagi ketika sorot matanya terbentur dengan lengan ibunya yang kutung akibat membebaskan jalan darah yang tertotok. dia merasakan hatinya amat sakit, sedih dan menyesal. Sekarang, ia baru dapat meresapi apakah arti pengorbanan seorang ibu terhadap putranya, sekarang ia baru tahu betapa agungnya pengorbanan seorang ibu bagi anaknya Padahal beberapa waktu sebelumnya dia masih membenci bahkan mengutuk ibunya benarkah perbuatannya itu? seharusnyakah seorang anak bersikap demikian terhadap ibunya? sementara dia masih termenung, ong cui ing telah berbisik, "Ayolah nak. ikutilah aku masuk kedalam benteng" Ibu dan anakpun melanjutkan perjalanannya memasuki pintu benteng yang gelap dan serba menyeramkan itu. Belum sampai beberapa langkah mereka berjalan, ketika bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian manusia aneh berambut panjang itu tahu tahu sudah menghadang dihadapan mereka. "siau sute" seru ci siang go cantik ong cui ing dengan perasaan sedih. 1725 Mula mula manusia aneh berambut panjang itu mengawasi dua orang tamunya dengan sinar mata yang tajam dan menggidikkan hati, tapi kemudian setelah mundur dua langkah

lebar, titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Siang-go cantik Ong Cui-ing segera angsurkan bungkusan kertas itu kepada adik seperguruannya, kemudian berkata : "Sute, tolong engkau suka mengabarkan kepada suhu dia orang tua, katakanlah bahwa muridnya yang tak becus Cui-ing mohon bertemu!" Manusia aneh barambut panjang itu menyambut angsuran bungkusan kertas itu, kemudian putar badan dan berlalu dari sana........... Selang sesaat kemudian, manusia aneh berambut panjang itu muncul kembali, ia memberi tanda kode tangan kepada dua orang rekannya, kemudian pelan-pelan bergeser dari situ dan berlalu. Han siong-Kie berdua juga tidak banyak berbicara lagi, dia berjalan mengikuti dibelakang ibunya menuju ke ruangan belakang dari bangunan benteng tersebut. Rumah-ramah batu yang pernah digunakan untuk mengurung kawanan jago silat baik dari golongan putih maupun golongan hitam yang datang melakukan penyelidikan, kini berada dalam keadaan kosong melompong tanpa penghuni, keadaan ini mendatangkan suatu perasaan yang aneh dan seram bagi siapapun yang melihatnya. Apalagi ketika Han-siong Kie membayangkan kembali pengalamannya ketika berapa kali berkunjung kebenteng maut, perasaan hatinya semakin murung dan pedih...... Ketika, untuk pertama kalinya dia berkunjung ke sana, sebelum masuk ke dalam benteng, tubuhnya sudah terhajar sehingga mencelat dan tercebur ke dalam sungai, untung 1726 ditolong oleh Go-Siau-bi dan dayangnya sehingga lolos dari bahaya maut. Ketika berkunjung untuk kedua kalinya, dia datang atas nama ahli waris dari Mo-tiong-ci-mo dengan nama samaran Malaikat penyakitan, tapi akhirnya gagal dan tertawan, untung ditolong o-leh Tong Hong-hui kemudian dibebaskan jalan darahnya oleh ibunya yang untuk itu harus mengorbankan pula sebuah lengannya. Ketika berkunjung untuk ketiga kalinya, ia telah berbasil menguasahi ilmu sakti Si-mi sinkang waktu itu besar sekali hasratnya untuk membalaskan dendam bagi kematian keluarganya, tak tahu nya orang yang dikira musuh besarnya ternyata tak lain adalah guru dari ayah dan ibunya...... Dan sekarang, dia berkunjung untuk ke empat kalinya, dan saat ini semua teka teki yang membingungkan hatinya akan segera terang. Tapi keadaannya pada saat ini sudah berbeda jauh, Tonghong-Hui telah meninggal dunia orang yang ada maksud, yang ternyata adalah adiknya juga sudah meninggal dunia sedang Go siau bi, sampai kini masih belum ketahuan

nasibnya......... berpikir kesemuanya itu, tak kuasa lagi dia mengucurkan air mata kesedihan. Apa yang dialaminya selama ini dirasakan bagaikan sebuah impian yang menakutkan dan mengerikan hatinya, tapi impian tersebut belum juga berakhir, dan ia harus mengalami selanjutnya....... bagaimanakah akhir ceritanya? Tak seorangpun yang bisa memecahkan persoalan itu . Diruang tamu belakang benteng, Pemilik benteng maut duduk bersandar dikursi kebesarannya dengan mata terpenjam, manusia yang misterius dan disegani banyak orang ini tampak jauh lebih layu, tua dan penuh keriput. "suhu" dengan hormat bercampur terharu si siang go cantik ong cui ing jatuhkan diri berlutut dihadapannya. 1727 "sucou, cucu murid menghunjuk hormat untukmu" Han siong Ki ikut berlutut pula sambil memberi hormat. Dengan sinar mata yang tajam bagaikan sembilu pemilik benteng maut mengawasi wajah ibu dan anak itu lekat lekat, akhirnya sinar mata yang tajam itu berhenti diatas wajah Han siong Ki. Kerutan wajah yang tua dan penuh keriput itu berkejang terus seperti sedang mengendalikan emosi dihatinya, lalu dengan suara dalam ujarnya: "Anak Ki, angkat kepalamu" Han siong Ki menurut dan mengangkat kepalanya, tapi menjumpai raut wajah sucounya yang keren dan berwibawa itu, bergidik juga hatinya sehingga bulu kuduknya pada bangun berdiri, badannya gemetar dan merinding. Sementara sianak muda itu masih termenung, Pemilik benteng maut telah berkata lagi dengan keren: "Anak Ki, bukanlah engkau dan sukohmu berangkat barsama meninggalkan benteng ini? Apa sebabnya kalian berpisah ditengah jalan?" Mendengar perkataan itu Han siong Ki merasakan sekujur badannya gemetar keras, seakan akan ada sebilah pisau tajam yang menusuk diatas mulut lukanya membuat pemuda itu melongo, gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Dari pertanyaan yang diajukan kakek itu, jelaslah sudah bahwa pemilik benteng maut masih belum mengetahui hubungan diantara dia dengan Tonghong Hui, tentu saja tak mungkin baginya untuk mengakuinya secara terus terang, tapi untuk berbohong tentu saja ia tak berani, maka pemuda itu hanya membungkam dalam seribu basa. "Ayo bicara " kembali pemilik benteng maut membentak. Han siong Ki merasakan sekujur badannya bergetar keras, hampir saja air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya, 1728 dia ingin menangis sepuas-puasnya tapi ia tak dapat berbuat

demikian, maka kepalanya ditundukkun rendah rendah, ia tak berani beradu pandangan lagi dengan sorot mata kakek gurunya yang tajam itu. Tiba tiba nada suara pemilik benteng maut berubah jauh lebih lembut lagi kembali ia berkata: "sejak kecil bibi Hui mu sudah kehilangan ibunya, dia sudah terlalu biasa hidup dimanja sehingga wataknya agak tinggi hati dan mau menangnya sendiri, apakah engkau cekcok dengan bibimu?" "Tidak..." sahut Han siong Kie dengan perasaan seperti diris-iris dengan pisau. "Lalu apa sebabnya kalian berpisah?" "Tentang soal ini... " "Tak usah ragu ragu, katakan saja secara berterus terang" "Bee.... bee... begini ceritanya, setelah meninggalkan benteng, sewaktu aku lagi mengejar seseorang kutinggalkan dia sendirian, tapi ketika aku kembali lagi kesana, sukoh telah lenyap tak berbekas" "Benarkah kejadiannya adalah demikian?" "Benar" Hari siong Kie terpaksa harus mengeraskan hatinya untuk mengakuinya. Dengan loyo pemilik benteng maut bersandar diatas kursinya, kemudian dengan sedih ia berkata: "Tiga hari berselang, ia kembali ke benteng seorang diri. setelah menangis setengah harian didepan jenasah ibunya, tiba tiba dia menghantam ubun ubun sendiri dan bunuh diri........" Berbicara sampai disini, ia sudah sesenggukan menahan isak tangisnya maka pembicaraanpun segera berhenti. 1729 Han siong Kie menjerit keras, setelah muntah-muntah darah segar, tubuhnya terjengkang ke belakang dan jatuh tak sadarkan diri. Entah berapa lama sudah lewat, ketika ia sadar kembali suasana disekitar tempat itu sudah berubah, ia tidak berada didalam ruangan lagi melainkan menggeletak diatas batu karang diluar pintu benteng disampingnya duduklah ibunya yang basah oleh air mata, Cepat pemuda itu merangkak bangun, serunya, "Oooh.....,..ibu, ananda tidak becus...?" "Nak, terangkanlah hatimu, segala sesuatunya telah berlalu......tenangkanlah hatimu!" "Dimanakah sucou?" "Karena kematian bibi Hui mu, sucou merasa amat sedih sekali, karena sejak kematian nenek gurumu ia telah melimpahkan segenap kasih sayangnya kepada putrinya, tidak heran kalau kematian yang menimpa bibi Hui mu dirasakan olehnya sebagai suatu pukulan batin yang amat besar.,...." Ibu, sekalipun aku harus mati seratus kali juga tak dapat

membayar hutang ini...." Nak, engkau jangan terlampau emosi, telah kuberitahukan semua kejadian yang sebenarnya kepada dia orang tua, dan ia telah memaafkan dirimu.. "Ibu, sekalipun sucou dapat memaafkan ananda, tapi ananda tak dapat memaafkan diri sendiri bisik Han-siong Ki dengan air mata yang bercucuran semakin deras. "Sudahlah, engkau tak usah mengucapkan kata kata bodoh seperti itu, sebab kalau ingin mencari siapa yang salah, maka akulah orangnya, sudah sepatutnya bila kuberitahukan segala sesuatunya itu kepadamu sedari dulu, tapi.....aaai, itupun terbentur oleh peraturan perguruan yang terlalu ketat!" 1730 "Peraturan perguruan?" "Ya, peraturan perguruan!" "Ananda tidak paham dengan ucapan ibu!" Dengan penuh kasih sayang si Siang-go cantik Ong Cui-ing membelai rambut anaknya lalu berkata dengan lembut: "Nak, suocumu telah memberi ijin kepada ibu untuk menceritakan semua kejadian ini kepadamu... "Ooooh...ibu, ananda sudah amat lama sekali menunggu datangnya saat seperti ini!" jawab Han siong Ki penuh emosi, air matanya berderai membasai pipinya. Setelah termenung beberapa saat lamanya, si-Siang-go cantik Ong Cui-ing pun mulai bercerita: "Nak, peraturan perguruan dari benteng maut sangat ketat, ilmu silat dari perguruan kami tidak akan diwariskan kepada siapapun termasuk kepada anaknya sendiri, sebelum mendapat persetujuan dari pemilik benteng, selain itu dilarang pula menyiarkan semua kegiatan dan kejadian yang berlangsung didalam benteng, barang siapa melanggar peraturan ini maka dia akan dijatuhi hukuman mati" "oooh... apakah peraturan itu tidak terlampau kelewat batas..." bisik Han siong Ki sambil menarik napas dingin. "Nak, engkau tak boleh memberi penilaian dengan begitu saja, dengarkan dulu perkataanku. oleh sebab itulah orang persilatan cuma tahu bahwa didunia ini terdapat sebuah benteng yang bernama benteng maut, tapi tak seorangpun yang tahu siapakah pemilik benteng itu dan berapa orang anak muridnya........" Meskipun agak bingung dan tidak begitu mengerti, namun Han siong Ki mengangguk juga. Terdengar si Siang go cantik melanjutkan kembali kata katanya: 1731 "Setiap anggota benteng maut, bila telah tamat belajar silat maka mereka akan meninggalkan benteng untuk hidup di keluarga masing masing, tapi tiap tahun bulan delapan masing masing anggota benteng akan berkumpul selama satu bulan

didalam benteng sambil memperbincangkan kemajuan yang berhasil mereka capai disamping mendapat pula tambahan ilmu ilmu baru dari gurunya. Begitulah, pada bulan delapan dua puluh tahun berselang kamipun berkumpul semua didalam benteng maut, waktu itu bibi guru mu belum lahir, dalam benteng kecuali nenek gurumu hanya siau susiok mu seorang yang mendampingi. Tapi satu peristiwa yang mengerikan dan serba misteriuspun berlangsung dalam pertemuan itu." Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan semangatnya berkobar kembali, dia segera memusatkan seluruh perhatiannya untuk mendengarkan cerita ibunya dengan lebih seksama. setelah tarik napas panjang, ong cui ing melanjutkan kisahnya lebih jauh: "Pada saat itulah tiba tiba nenek gurumu ditotok jalan darahnya oleh sejenis ilmu totokan khusus yang sangat aneh sehingga menyebabkan kejernihan otaknya terganggu." "siapakah yang melakukan perbuatan itu?" seru Han siong Kie dengan perasaan kaget, "siapakah yang berilmu selihay itu sehingga dapat menyusup ke dalam benteng maut..." "Masih mendingan kalau cuma begitu saja, ma lahan orang itupun mencuri juga kitab pusaka ilmu silat Kui-kok-cian-su yang merupakan pusaka dari perguruan kami!" "Oooh......" pemuda itu berseru tertahan. "Tak terkirakan rasa gusar kakek gurumu waktu itu, beliau segera menitahkan toa-supekmu, ayahmu, aku dan Thio susiokmu berempat untuk menyelidiki peristiwa ini sampai jelas dalam tiga tahun.............." "Bagaimana akhir dari pencarian itu?" 1732 "Tiga tahun sudah lewat, tapi empat orang bersaudara seperguruan tidak bernasil memecahkan teka-teki itu" "Waaah......peristiwa itu kan jadi suatu teka-teki yang semakin membingungkan hati?" "Dengarkan dulu perkataanku, waktu itu kebetulan sekali nenek gurumu meninggalkan dunia setelah melahirkan, kakek gurumu merasa sedih sekali, setelah membalsem jenasah nenek gurumu dengan obat anti pembusukan, beliaupun menyimpannya didalam sebuah kamar rahasia dalam benteng, sucou mu bersumpah tak akan meninggalkan benteng sejak itu, dia akan mendampingi jenasah istrinya sampai akhir tua disamping merawat bayinya, dan bayi itu tak lain adalah bibi gurumu Tonghong Hui..........." Han-siong Ki mengeluh dengan penuh penderitaan, dia mengerang seperti orang kesakitan. "Begitulah" kata Ong Cui-ing "karena sedang tertimpa kesedihan maka dengan suara keras sucou mu memerintahkan kami empat kakak bsradik seperguruan untuk melanjutkan penyelidikan itu, jika dalam dua tahun kami

belum berhasil juga menemukan pembunuh yang melakukan perbuatan keji itu, maka kami tak usah kembali kebenteng, semua hubungan perguruanpun ikut terputus dengan begitu saja.. "Dua tahun kemudian, apakah sucou benar-benar telah turun tangan membinasakan ayah dan susiok sekalian?" Hansiong Ki bsrtanya deagan suara agak gemetar. "Tidak, sucoumu sebelum masuk kedalam benteng maut mempunyai sebuah julukan dalam dunia persilatan, orang persilatan waktu itu menyebutnya sebagai Hau-thian-it-koay, dari sini bisa diketahui bahwa wataknya aneh sekali, Aaaai..........padahal apa yang dikatakan waktu itu cuma katakata dikala sedang marah, sungguh tak disangka kejadian itu harus diakhiri dengan malapetaka yang jauh lebih besar... " 1733 Han siong Ki merasakan peredaran darah dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, jantungpun ikut berdebar dengan kerasnya: Selapis rasa sedih murung, benci dan penasaran menyelimuti wajah siang go cantik ong Cui ing yang lembut, sambil menggertak gigi katanya lebih jauh: "Tak nyana bajingan keparat yang terkutuk itu sudah menyaru sebagai sucou mu dan turun tangan keji untuk membantai keluarga Han serta keluarga Thio, aku rasa apa yang terjadi ketika itu sudah disampaikan Thio susiok kepadamu. Kebetulan hari itu aku ada urusan tak ada dirumah, ketika aku sampai dirumah, semua anggota perkampungan telah dibantai orang secara keji dengan seorang manusiapun tak ada yang dibiarkan hidup sekalipun Thio sau kun juga sudah senin kemis berbahaya sekali nyawanya. " "Siapakah pembunuh keji itu?" teriak Han siong Ki dengan suara gemetar, sinar mata yang menggidikkan hati memancar keluar dari matanya. Siang go cantik ong cui ing tidak menjawab pertanyaan itu, dia berkata lebih jauh: "Sungguh kasihan susiokmu si tangan naga beracun Thio Lin, dia selalu beranggapan bahwa sucoumu yang melakukan kesemuanya ini, tak sepatah kata menyesalpun yang dia ucapkan, bahkan akhirnyapun bunuh diri untuk mewujudkan kata kata gurunya..." Han siong Ki mundur dengan sempoyongan, hampir saja dia tak mampu berdiri tegak.sekarang ia baru mengerti kenapa sesaat menghembuskan napasnya yang penghabisan, Thio susioknya selalu berkata bahwa apa yang terjadi merupakan perintah dari gurunya, sekarang diapun baru mengerti kenapa susioknya melarang mayat mayat mereka 1734

dikubur kedalam tanah, rupanya sampai saat yang terakhirpun ia masih belum tahu latar belakang dari peristiwa berdarah itu. Sesaat lamanya, sianak muda itu termangu mangu dan tak tahu apa yang musti diperbuatnya. "sangat kebetulan sekali" demikianlah siang go cantik ong cui ing melanjutkan kembali ceritanya "tiba-tiba toa supekmu datang kerumah secara tak terduga, dia menasehati aku agar ikuti dia untuk berdiam sementara waktu di perkampungan Sim-keh-ceng, oleh karena pada waktu itu aku sedang mengandung adikmu Han-siong Hiang, disamping Thio Saukun yang keadaannya senin kemis sangat membahayakan keselamatannya, maka dalam keadaan sedih, kalut dan tidak berketentuan kusanggupi keinginan nya itu......." Ketika berbicara sampai disini, rasa kesal dan gemasnya semakin tebal menyelimuti wajahnya, ia berhenti untuk bertukar napas sejenak, kemudian sambungnya lebih jauh: "Sejak awal terjadi peristiwa berdarah itu, aku sudah merasa yakin bahwa semua tindak kekejian tersebut bukan hasil perbuatan dari sucou mu, sebab pertama meski wataknya aneh dan tak bisa diraba dengan perasaan kita, pada hakekatnya dia tidak kejam, tak mungkin ia gunakan perbuatan yang kejam dan brutal itu untuk menghadapi anak murid beserta keluarganya, kedua ia sudah bersum pah tak akan meninggalkan benteng walau satu langkah pun, ketiga seandainya pembunuhan brutal itu benar-benar dilakukan olehnya tidak nanti dia akan meninggalkan lambang tengkorak mautnya diatas dinding ruangan....." "Lalu siapakah pembunuh keji yang sebetulnya itu....." Siang-go Cantik Ong-Cui-ing tidak menjawab pertanyaan itu, tapi dia melanjutkan kembali kata-katanya: "Tak lama kemudian, toa supekmu meminang aku, dia mohon agar aku bersedia menikah dengan nya......" 1735 "Apa? Toa supek yang meminang ibu?" Han siong-Kie tercengang bercampur tidak habis mengerti. Perempuan itu mengangguk, "Yaaa, toa supekmu! Dan kusanggupi permintaan itu, secara lapat lapat aku mempunyai suatu perasaan yang aneh sekali, seolah-olah aku merasa bahwa aku dapat menemukan pembunuh brutal yang sebenarnya itu......" "Tapi......tapi.....bukankah ibu menikah lagi dengan......" "Nak, kau maksudkan Yu Pia lam.....? "tukas Siang-go cantik Ong Cui ing sambil tertawa pedih. "Yaa, bukankah ibu kawin lagi dengan Yu Pia lam?" "Yu Pia- am tak lain adalah toa supekmu itu!" Han siong Kie terperana, dia mundur selangkah dengan wajah tercengang dan perasaan tidak habis mengerti. "oooh... bukankah Toa supek berasal dari marga Sim..." kembali dia berguman.

"Itu cuma nama samarannya belaka, yang benar dia pribadi tak lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam, ketika menggunakan nama samaran belajar silat dalam benteng maut, sebenarnya tak lain karena ia sedang melaksanakan suatu rencana busuk yang amat keji dan teramat brutal ....." "oooh......" "Membunuh ibu guru, mencuri kitab pusaka Kui kok kiam su, menyaru sebagai suhu melakukan pembantaian keji terhadap anggota keluarga Han dan Thio bukan lain adalah perbuatannya semua Dialah pembunuh keji yang terkutuk itu" Seketika itu juga Han siong Kie merasakan darah yang beredar dalam tubuhnya mengalir semakin cepat, matanya jadi merah membara, otot otot hijau pada menongol keluar 1736 semua, dari sini dapat diketahui betapa gusar dan bencinya anak muda itu. "Yu Pia lam... wahai Yu Pia lam ... nantikanlah saat pembalasanku...." teriaknya sambil melepaskan sebuah pukulan ke udara kosong. "Perkumpulan Thian che kau... haaahhh.... haaahh.... haahh.... tunggu saja kalian semua, jika aku Han siong Kie tak dapat mencincang tubuhmu sehingga hancur berkepingkeping, bila aku membiarkan ada manusia yang hidup lagi d idalam perkumpulan Thian che kau, aku Han siong Kie bersumpah tak akan menjadi manusia lagi" Siang go cantik ong cui ing yang berada disisinya buru buru menghiburnya dengan kata kata lembut: "Nak. tenangkan dulu hatimu, dengarkan dulu kisahku sampai selesai..." Setelah pemuda itu bisa menenangkan perasaannya, perempuan itupun meneruskan kembali penuturannya : "Sejak kuketahui asal usulnya yang sebenarnya itu, dalam hati aku merasa semakin yakin bahwa apa yang kupikirkan tak bakal salah lagi, cuma sayang tidak berhasil kudapatkan bukti bukti yang nyata, apalagi suhu memerintahkan agar benda mustika yang dicuri orang harus ditemukan kembali, sebab itulah selama belasan tahun kemudian aku hidup bagaikan seseorang yang kehilangan sukma, sambil menahan semua penghinaan dan penderitaan aku melanjutkan terus hidupku. selama ini Yu Pia Lam sendiri selalu menganggap Thio sau kun sebagai dirimu, karena itulah aku tidak ingin bila asal usulmu yang sebenarnya sampai ketahuan orang, sebab bila rahasia ini sampai diketahui orang, maka akibatnya benar benar sukar dilukiskan dengan kata-kata..." "Oleh karena itu maka ibu tak mau mengakui diriku sebagai putramu lagi.....?" 1737 "Benar nak. aku kuatir bila rahasia itu ketahuan maka

jiwamu terancam bahaya, maka aku lebih baik tidak mengakuinya daripada engkau terbunuh ditangannya. Untunglah akhirnya kau berhasil memiliki kepandaian silat yang sangat lihay, sehingga pembalasan dendam atas permusuhan yang dalamnya melebihi samudra ini berhasil juga kita tuntut" Ibu..... -ooo0dw0oooJilid 46 "TAHUKAH engkau nak, mengapa Yu Pia Lam menyusup ke dalam perguruan benteng maut dan belajar silat disana?" "Tentang persoalan ini, ananda sudah pernah mendengarnya" "Ooooh.... engkau sudah tahu?" "Yaa, ananda berhasil mengetahui hal ini dari keterangan yang diberikan oleh Hun si mo ong, dia bilang gurunya Yu Pia lam bernama Huan yu it koay Manusia paling aneh diseluruh jagad ingin merajai dunia ini, tapi dalam suatu pertarungan oleh sutay sang cou ouyang Beng dia kena dihantam sampai menjadi cacad, maka dari itu dia hendak membalas dendam atas sakit hati ini." "Yaa, memang begitulah kejadiannya nak" selang sesaat kemudian, si anak muda itu kembali bertanya: "ibu, kematian dari adik Kun dan adik Hiang" Menyinggung kembali soal tersebut, siang go cantik ong cui ing menunjukkan wajah yang sedih dan air matapun tanpa 1738 terasa mengucur keluar membasahi pipinya, dengan agak sesenggukan dia berkata: "sau kun mendapat perintahku untuk memasuki ruang rahasia dari Yu Pia lam guna melakukan pemeriksaan yang seksama, akhirnya dari dalam kamar rahasianya itu dia berhasil mendapatkan kembali kitab pusaka Kui kok cim su tersebut, sayang operasi ini kurang cermat dimana jejaknya akhirnya ketahuan, diapun dikejar kejar kemudian terbunuh. Dengan gagalnya operasi dari sau kun maka keadaanku dan adik Hiang mu juga terancam bahaya maut, akhirnya Han siong Hiang tertimpa pula bencana dan menemui ajalnya.....nah, begitulah nak, demikianlah kejadian yang telah kami alami sampai saat terakhir" Han siong Ki berdiri sambil menggertak gigi menahan pergolakan emosi dalam hatinya, lama sekali dia membungkam dalam seribu bahasa sebelum kemudian katanya: "ibu, ananda ingin mohon diri lebih dahulu" "Apa yang hendak kau lakukan...?" tegur perempuan itu dengan perasaan cemas. "ibu, hutang darah harus bayar dengan darah, hutang nyawa bayar dengan nyawa, sekarang juga akan kutuntut kembali hutang darah dan hutang nyawa itu dari tangannya"

"Cukupkah kekuatanmu seorang. Yakinkah engkau akan berhasil dengan kekuatan seorang diri?" "Cukup, lebih dari cukup Toh Hek pek siang-yau sepasang siluman itu akan menyertaiku dalam perjalanan ini" "Nak, ingatlah selalu, jangan menilai terlalu rendah kekuatan dari pihak Thian che kau" "Ananda mengerti, dan ananda akan berusaha menghadapi mereka dengan sebaik mungkin" "Sebelum melakukan sesuatu rencana, terlebih dulu susunlah siasatmu dengan sebaik mungkin, karena melakukan 1739 tindakan secara sembrono tanpa diimbangi dengan rencana yang matang, bukanlah ciri dari seorang laki laki pintar" "Ananda mengerti, dan ananda akan selalu memperhatikan nasehat dari nasehat ibu ini" "Untuk membalaskan dendam bagi keluarga, dendam bagi suami dan hutang nyawa bagi kematian anak perlukah aku ikut serta dalam usaha pembalasan dendam ini?" kembali si siang go cantik ong cui ing bertanya dengan suara lirih. "Tidak ibu tidak usah ikut serta sepantasnya kalau ibu tinggal.disamping sucou dan merawat dia orang tua, sebab bagai manapun juga kekuatan siau susiok seorang tak mungkin bisa mengurusi seluruh benteng yang amat luas itu, andaikata pihak Thian che kau serta gembong gembong iblis yang lolos dari jaring itu melakukan penyerbuan lagi ke benteng maut, bukankah benteng maut akan terancam kehancuran total ditangan orang orang itu?" "Tentang soal ini..." "oooh... ibu, apakah engkau tidak bersedia mengabulkan keinginan ananda untuk membalas dendam berdarah ini seorang diri ....? Bu, kabulkanlah keinginanku ini" Untuk sesaat si siang go cantik ong cui ing merasa ragu ragu dan sukar mengambil keputusan tapi akhirnya dia toh mengangguk juga. "Baiklah nak. pergilah seorang diri ibu hanya bisa bantu berdoa bagi kesuksesanmu, semoga usahamu untuk membuat perhitungan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa rintangan apa apa, selesai dengan tugasmu itu cepatlah kembali ke benteng maut dan temui aku ...." "Tentu saja ibu, bila usahaku untuk membalas dendam telah berhasil, ananda pasti akan pulang kemari dan akan kulayani ibu sepanjang tahun" "Nak. aku kuatir...." 1740 "Kenapa ibu?" "Aaaah .....tidak apa apa, pergilah cepat ibu sudah menerima rasa baktimu itu meski baru terwujud dalam keinginan"

Rasa benci dan semangatnya ingin membalas dendam berkobar di dada Han siong Kie, meski berat rasanya untuk perpisahan tersebut, akan tetapi bagaimanapun juga membalas dendam adalah suatu tugas yang berat dan harus segera dilaksanakan. Dengan berat hati, pemuda itupun berpamitan kepada ibunya dan berangkat meninggalkan benteng maut. Sekarang, semua duduknya perkara sudah dibikin jelas, dia tak perlu melakukan penyelidikan lagi secara samar samar tanpa tujuan tertentu, sekarang ia sudah mempunyai sasaran yang pasti, meski terlampau banyak kesedihan dan kemurungan yang membebani pikiran maupun perasaannya, akan tetapi untuk sementara waktu dia dapat mengesampingkan kesemuanya itu dari dalam pikirannya. Setelah menyeberangi jembatan batu, pemandangan pertama yang menyentuh matanya adalah gundukan tanah pekuburan dari Tonghong Hui yang berada dipuncak batuan cadas. Untuk kesekian kalinya ia merasa hatinya terluka, hatinya terasa amat sakit seakan akan darah bercucuran tiada hentinya. Dia melompat naik keatas puncak batuan cadas itu, lari kehadapan kuburan Tonghong Hui dan menggunakan cucuran air matanya serta bisikan hatinya sebagai sesaji dalam upacara sembahyang itu Lama... lama sekali.... ketika tiba tiba serentetan suara teguran berkumandang memecahkan kesunyian: "Tecu berdua menghunjuk hormat buat ciangbunjin" 1741 Hek pek siang you sepasang siluman hitam.putih munculkan diri dibelakang tubuhnya dan berdiri menanti di sampingnya. Han siong Kie menengadah dan memandang dua orang anak buahnya itu sekejap. akhirnya setelah menghela napas panjang katanya dengan lirih: "Marilah kita pergi ...." Dia ulapkan tangannya dan bergerak lebih dahulu menuruni bukit batuan cadas tersebut -ooo0dw0oooBAB 94 BENTENG MAUT sudah semakin jauh ditinggalkan, tanah pegunungan terbentang didepan mata, sementara Han siong Kie bertiga melakukan perjalanan cepat, tiba tiba terdengar suara teguran yang merdu berkumandang dari kejauhan: "Titi ...... sungguh payah sekali aku mencari jejakmu" Bersamaan dengan berkumandangnya ucapan itu, seorang nyonya cantik berbaju merah telah muncul dihadapan mereka. Siapakah dia? Tak lain tak bukan adalah ratu tawon Buyung Thay adanya. Kemunculan Buyung Tay yang amat tiba tiba ini sama

sekali diluar dugaan Han siong Kie, dia tak menyangka kalau perempuan cantik itu akan munculkan diri dalam keadaan seperti ini. Hek pek siang you yang berdiri dibela kang ketuanya segera berbisik pula dengan suaru lirih: "Dia benar benar amat cantik, bagaikan bidadari yang baru dari khayangan" "Yaaa, dia memang cantik jelita bak bidadari, tak kusangka kalau didunia ini terdapat perempuan secantik itu" 1742 Han siong Ki rada tertegun, akhirnya dia maju menyongsong kedatangannya dengan tergopoh-gopoh, ucapnya: "Cici, bukankah hari itu kau ada dibukit si sin gan..." "Yaa adikku" sahut Buyung Thay dengan wajah menyesal "pertama tama aku hendak minta maaf dulu kepadamu, sebab aku tak dapat menyelesaikan tugas yang kau bebankan padaku..." Paras muka Han siong Ki tiba tiba saja berubah sangat hebat. "Apakah Go siau bi telah..." "Aaai... dia sudah lenyap tak berbekas. Aku tak tahu sekarang dia berada dimana?" "Apa? jejaknya sudah lenyap tak membekas...." "Betul, dia sudah lenyap secara misterius, hilang lenyap dengan begitu saja" "Aaah ..... mana mungkin? Bukankah isi perut nya terluka parah, lagipula selembar jiwanya terancam bahaya maut" Buyung Thay menghela napas sedih. "Aaaai .....dua hari setelah engkau pergi, aku merasa sangat kelaparan, perutku begitu laparnya sehingga ingin pergi ke belakang untuk mencari sedikit makanan guna menangsal perutku yang lapar, hanya setengah perminum teh aku pergi, tapi sewaktu aku kembali lagi ke dalam kamar, ternyata ia sudah tak ada dalam kamarnya lagi" Han siong Kie menyeka keringat dingin yang membasahi jidatnya, kembali serunya: "Dengan mengandalkan obat Ci goan wan yang kau berikan itu, jiwanya masih bisa bertahan selama tujuh hari lagi, tapi setelah jejaknya lenyap dengan begitu saja, bukankah berarti bahwa keselamatan jiwanya jauh lebih membahayakan daripada selamat.? Aaaah... bagaimana sebaiknya sekarang?" 1743 "Menurut penglihatanku, belum tentu jiwa nona Go terancam oleh mara bahaya" "Dengan dasar apakah engkau bisa berkata demikian?" "Siapa tahu kalau orang yang menculiknya itu bisa menyelamatkan selembar jiwanya?" Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan hawa amarahnya

meluap dari dalam dadanya, otot otot hijau pada menongol semua karena mengendalikan napsu marah yang memuncak. sorot matanya tajam menggidikkan hati, dengan suara yang dingin dan menyeramkan segera teriaknya "Cepat kau katakan, sebenarnya siapa yang telah menculik pergi nona Go...?" "Jangan marah-marah dulu, coba kau periksalah isi surat ini, tentunya setelah membaca surat tersebut akan kau ketahui pula siapakah pelaku dari penculikan ini" seraya berkata Buyung Thay iantas mengangsurkan secarik kertas surat kedepan. Dengan tergopoh gopoh Han siong Kie menyambar surat itu, lalu dibacanya dengan cepat. Maka terbacalah isi surat tersebut kira kira berbunyi demikian: "Surat ini tertuju buat manusia muka dingin Han siong Ki: Dalam sepuluh hari kunantikan kedatanganmu diatas tebing Kiu ci gan, jangan lupa membawa serta kitab sarung tangan Hud jiu po pit untuk menebus nyawa istrimu Go siau bi. selewatnya balas waktu itu tak akan dilayani. Dibawah surat itu tiada tanda nama, akan tetapi dilukis sebiji uang kuno. selesai membaca surat tersebut, Han siong Ki segera mengerutkan dahinya rapat rapat, tegurnya kemudian: "Cici ..... tahukah engkau dimanakah letaknya tebing Kiu ci gan yang dimaksudkan itu?" 1744 "Tebing Kiu ci gan letaknya diatas sebuah bukit yang terjal, kurang lebih lima puluh li dibelakang Lian huan tan" "Tahukah engkau uang kuno tersebut lambang dari jago silat manakah dalam dunia persilatan ini?" "Tentang soal itu... rasanya selama ini belum pernah kudengar orang membicarakannya" "Aku tahu" Tiba tiba saja ucapan tersebut muncul dari belakang, suaranya ketus, dingin dan menggidikkan hati. Ketika semua orang berpaling maka terlihatlah seorang nyonya berkerudung sudah berada kurang lebih tiga kaki dibelakang mereka berada. Han siong Ki ingin menggerakan bibirnya untuk menegur, tapi nyonya berkerudung itu sudah menggoyangkan tangannya dengan cepat. "Pemilik uang kuno tersebut adalah seorang yang bernama Tong po lo sat iblis perempuan uang kuno, dia adalah seorang jago lihay pada enam puluh tahun berselang yang pernah menggetarkan seluruh dunia persilatan karena kelihayannya" "oooh.... maksudmu manusia yang bernama Tong po lo sat itu adalah seorang perempuan?" pemuda itu bertanya sambil pura pura berlagak tidak kenal dengan perempuan berkerudung ini. "Yaa benar, dia memang seorang perempuan Nak.

sekarang kau harus segera berangkat ketebing Kiu ci gan, sebab persoalan itu merupakan persoalan yang sangat penting bagimu" Buyung Thay yang mendengar pembicaraan tersebut segera berkerut kening, kepada perempuan berkerudung itu segera tegurnya: "Sebenarnya siapakah engkau?" 1745 "Aku? Manusia yang kehilangan sukma Pernah mendengar namaku ini " "oooh... jadi kaulah orang yang kehilangan sukma" Buyung Thay terperana. "Yaa betul" Kiranya sejak pemunculan perempuan berkerudung itu Han siong Ki sudah tahu bahwa perempuan itu tak lain adalah ibunya, si siang go cantik ong cui ing, sebetulnya dia mau menegur, akan tetapi lantaran ibunya telah menggoyangkan tangannya, terpaksa dia harus membungkam terus sambil berlagak pilon. Demikianlah, setelah mengakui identitasnya, dengan sorot mata yang tajam orang yang kehilangan sukma menatap tajam wajah Buyung Thay, lalu tegurnya kembali dengan dingin "Bukankah engkau adalah Hong ho si Ratu Tawon?" Menyinggung soal julukan yang paling dibencinya itu, paras muka Buyung Thay berubah hebat, hawa napsu membunuhnya seketika berkobar dan menyelimuti wajahnya, selama ini dia mempunyai satu peraturan yang selalu dipegangnya dengan teguh, yakni barang siapa berani menyinggung nama julukan "Ratu Tawon" tersebut dihadapannya, maka dia pasti akan membinasakan orang itu. Tentu saja mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa orang yang kehilangan sukma itu pada hakekatnya tak lain adalah ibu kandung dari Han siong Ki. Dengan suara setengah menjerit Buyung Thay segera berteriak lengking: "orang yang kehilangan sukma, aku akan membunuh kau. Bersiap siaplah menantikan saat kematianmu" "Engkau hendak membunuh aku? Hmmm... hmmm... aku kuatir kalau kekuatan yang kau miliki masih belum mampu untuk mewujudkan apa yang kau kehendaki" 1746 "Hmmm... Kau berani menghina aku? Baik, jika tidak percaya akan kubuktikan sekarang juga" Sambil berteriak, dengan garangnya Buyung Thay bergerak maju siap melakukan tubrukan. Han siong Kie tidak ambil diam, begitu perempuan itu bergerak, cepat diapun bargerak menghadang dihadapannya, kepada Buyung Thay segera katanya dengan keras. "cici Kau

tak boleh berbuat demikian" "Kenapa? Itulah peraturanku yang selalu kupegang dengan teguh" sahut Buyung Thay dengan suara dingin, "adikku, kecuali terhadapmu, aku tak bisa melanggar peraturanku ini lagi" "Aku mohon kepadamu agar untuk kali ini berilah pengecualian kepadanya, janganlah kau tarik panjang persoalan ini, tentunya kau mau bukan?" "Apa hubungan orang ini dengan dirimu? coba kau terangkan dulu kepadaku....." "Tentang soal ini .....tentang soal ini .....aku rasa, ada baiknya kalau..." "Buyung Thay kau tak perlu menanyakan soal itu" tiba tiba orang yang kehilangan sukma menyela, "aku hanya ingin memperingatkan dirimu, aku harap engkau jangan memutar otak dan menyusun rencana terhadap bocah yang masih bersih ini, ketahuilah berbicara dari usiamu, dia sudah pantas untuk menjadi anakmu sendiri!" Ucapan semacam itu segera diterima oleh Buyung Thay sebagai suatu penghinaan, paras mukanya seketika itu juga berubah jadi hijau membesi, ia betul-betul merasa tersinggung oleh ucapan tersebut, dengan setengah geram teriaknya: "Orang yang kehilangan sukma, bila aku tak berhasil membinasakan dirimu, aku bersumpah tak akan hidup jadi manusia!" 1747 Sesosok bayangan merah berkelebat lewat disamping Hansiong Ki, lalu sebuah pukulan gencar dilontarkan untuk membacok tubuh orang yang kehilangan sukma. "Blaaang......!" suatu ledakan dahsyat yang menggetarkan sukma menggelegar di udara. Termakan oleh tenaga benturan yang sangat kuat itu, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur satu langkah lebar. Buyung Thay mendengus dingin, untuk kedua kalinya kembali ia menerjang kemuka sambil melancarkan serangan dahsyat. Orang yang kehilangan sukma bertindak tenang, sepasang telapak tangannya segera diayunkan saling bertolak belakang, dalam gesekan yang aneh itu segera muncullah segulung desingan angin tajam yang aneh sekali sifatnya, begitu serangan dahsyat yang dilancarkan Buyung Thay hampir mengena ditubuhnya, tahu-tahu saja semua hawa pukulan yang berkekuatan dahsyat itu hilang lenyap dengan begitu saja. Kejadian ini seketika itu juga membuat Buyung Thay merasa tak terkirakan rasa kagetnya, cepat-cepat dia meloncat mundur beberapa depa ke belakang, lalu merogoh sakunya dan menyiapkan segenggam jarum Toh-bun-ciam

yang amat berbisa. Han-siong Kie cukup mengetahui sampai dimanakah kelihayan dari jarum-jarum Toh-hun-ciam tersebut, sebelum Buyung Thay sempat melancarkan serangannya, ia segera membentak keras: "Buyung Thay, aku melarang engkau untuk turun tangan lebih lanjut! ayoh segera hentikan perbuatanmu itu!" 1748 "Han-siong Kie! Apa yang kau andalkan sehingga berani menghalangi tindakanku ini?" Buyung Thay balas menegur sambil melirik sekejap kearah pemuda itu. Menghadapi pertanyaan semacam ini Han siong Ki terbungkam, betapa tidak? Apa yang musti dia jawab menghadapi pertanyaan semacam ini? Apa yang dia andaikan sehingga melarang perempuan itu untuk turun tangan lebih jauh? Tapi .... bagaimanapun juga orang yang kehilangan sukma ada1ah ibunya, tentu saja ia tak bisa berpeluk tangan belaka membiarkan mereka saling bergebrak. Maka setelah termenung dan berpikir sesaat, akhirnya dia bulatkan tekad sambil sahutnya dengan lantang: "Aku tidak mengandaikan apa apa, pokoknya aku melarang engkau untuk bertempur lebih jauh" "Hmm Dia itu apa mu, kok engkau demikian ngototnya melarang aku untuk bertempur lebih jauh..." "Aaah, soal ini lebih baik tak usah kau ketahui, pokoknya cukup asal kau tidak bertempur lagi" "Kalau engkau tak mau menerangkan, terpaksa kaupun tak usah mencampuri pula urusan pribadiku" Han siong Ki jadi agak mendongkol, tiba tiba tlia bergerak maju kedepan, sambil berdiri dengan bertolak pinggang katanya tegas tegas. "Aku sudah ambil keputusan untuk mencampuri urusan ini, mau apa kau...?" "Heeeehhh.... Heehhh.. heeeehhhh... mampukah engkau untuk mencampuri urusanku?" "Kalau engkau tidak percaya, apa salahnya kalau di coba sendiri untuk pembuktiannya?" "Han siong Kie" teriak Buyung Thay dengan gemasnya, "jangan kau anggap aku tak berani melawan kamu" 1749 "Kau tak usah banyak bicara lagil" sela pemuda itu dengan cepat, "pokoknya bila engkau berani menyerang dengan jarum toh hun ciam itu, segera kubacok dirimu sampai mampus" Selama percekcokan itu berlangsung, orang yang kehilangan sukma hanya berdiri di tempat tanpa bergerak ataupun berbicara, rupanya dia memang sengaja hendak membiarkan Han siong Kie ribut sendiri dengan diri Buyung Thay. Sementara itu Hek pek siang yau telah bergerak maju pula

ke depan, didalam pandangan mereka cuma Han siong Kie seorang yang dipuja dan disanjung, maka sewaktu dilihatnya ketua mereka sedang cekcok dengan orang lain, maka satu dari kiri yang lain dari kanan serentak mengepung Buyung Thay dari kedua belah sisinya, mereka telah menghimpun tenaga pukulan nya setiap saat serangan dahsyat dapat dilontarkan ke luar. Untuk sesaat, suasana disekitar gelanggang jadi tegang dan serius, seakan akan suatu bom waktu yang dinantikan saat meledaknya. Berada dalam keadaan begini, akhirnya Buyung Thay yang tak dapat mengendalikan perasaannya sambil menggigit bibir, titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dengan mendongkol segera teriaknya keras keras: "Han siong Kie, kau manusia yang tak tahu budi, andaikata tiada aku, sekarang engkau sudah menjadi setan di alam baka, sungguh tak kusangka engkau setega itu bersikap demikian kepadaku" Paras muka Han siong Kie berubah, rasa menyesal segera timbul dari dasar hati kecilnya, tapi keadaannya sekarang sudah ibaratnya orang yang berada dipunggung harimau, mau turun susah tetap disana juga sungkan, untuk sesaat dia tak tahu apa yang musti dilakukannya . 1750 Yaa, memang seandainya Buyung Thay tidak menolongnya sebanyak dua kali, tak nanti ia bisa hidup sampai hari ini, apalagi membalas dendam bagi kematian keluarga-nya. "Nak, jadi.... jadi.... dia pernah menye-lamatkan jiwamu sebanyak dua kali?" tanya orang yang kehilangan sukma dengan suara gemetar. "Yaa, dia sudah dua kali menolong jiwaku" Mendengar pengakuan tersebut, orang yang kehilangan sukma meghela napas panjang. "Aaaai... nak, semoga engkau bisa baik baik menjaga diri, aku akan pergi lebih dulu" katanya kemudian sehabis berkata, sekali menjejakkan kakinya keatas tanah, tubuhnya segera melayang beberapa kakijauhnya dari tempat semula, kemudian ia meneruskan perjalanannya menuju ke benteng maut. Sesudah bayangan tubuh orang yang kehilangan sukma lenyap dari pandangan mata, dengan suara sedih bercampur kesal Buyung Thay baru berkata kepada Han siong Kie: "sebenarnya siapakah dia?" Untuk sesaat Han siong Kie merasa agak sangsi, tapi akhirnya dia mengakui juga: "Dia adalah ibuku" "Apa? Jadi perempuan yang mengaku bernama orang yang kehilangan sukma adalah ibumu?" seru Buyung Thay dengan paras muka berubah hebat. "Yaa, benar Dia adalah ibu kandungku" sekali lagi si anak

muda itu mengangguk. "Mengapa tidak kau akui semenjak tadi ? Adikku, mengapa tidak kau katakan sedari tadi?" "Sebab ibuku tak ingin orang lain mengetahui asal usulnya yang sebenarnya" 1751 "Tapi sekarang, engkau toh sudah mengungkapnya dihadapanku?" "Yaa, karena aku tak ingin mengelabuhi dirimu" jawab Han siong Ki sambil tertawa jengah, Ucapan yang lembut dan penuh perasaan pancaran kasih ini segera melunakkan kembali sikap Buyung Thay, ia berkata lagi dengan suara yang lirih dan nada amat sedih: "Dia telah melarang hubunganmu denganku, itu berarti tak boleh berhubungan lagi sejak kini" Han siong Ki cuma mengangguk mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Buyung Thay sedikitpun tidak mengendorkan kesempatan itu, kembali ia bertanya lebih jauh: "Bagaimana maksudmu sendiri? Apakah engkau juga akan memutuskan hubungan kita sampai disini saja?" "Ehmm, bagaimana maksudmu?" "Aku berharap agar hubungan diantara kita berdua masih dapat berlangsung seperti sedia kala" Tak terkirakan rasa terhibur yang dialami Buyung Thay saat ini, sepanjang hidupnya belum pernah ia rasakan bagaimanakah rasanya bercinta yang sebenarnya dan dimasa masa menjelang setengah umur tiba tiba saja dia telah berjumpa dengan Han siong Ki, dan hatinya benar benar terpikat olehnya, meskipun dia tahu bahwa pelimpahan rasa cintanya ini tidak akan mendatangkan hasil apa apa, tapi ia tak dapat menguasahi diri, ia merasa cintanya yang meluapluap, sukar untuk dikendalikan apalagi dibendung lagi. Sebaliknya bagi Han siong Ki sendiri, kendatipun semua sikap baiknya itu hanya didasari oleh rasa hutang budi belaka, toh kecantikan perempuan setengah umur itu cukup memikat hatinya, sebagai seorang manusia dengan berbagai titik kelemahannya, tentu saja ia tak dapat mengendalikan titik 1752 kelemahannya itu, tidak terkecuali pula diri si anak muda itu sendiri Setelah suasana hening untuk sesaat lamanya, Buyung Thay lantas menuding kearah Hek-pek-siang yau yang berdiri dikedua belah sisinya, diapun bertanya: "siapakah kedua orang ini?" "Dia adalah anak buah perguruan kami, shen Khe ki serta Hong ing ing, mereka berdua adalah suami istri" "Hmmm... yang lelaki tampan yang perempuan cantik,

mereka memang suatu pasangan yang amat ideal" Sudah tentu dia tak akan meayangka kalau sepasang suami istri yang berada dihadapannya sekarang, bukan lain adalah Hek pek siang yau sepasang gembong iblis yang bikin hati kawanan jago baik dari golongan hitam maupun putih tergetar pada puluhan tahun berselang. Selama ini sikap Hek pek siang yau hanya menghormat dan menyanjung kepada Han siong Ki seorang, bahkan sikap itu melebihi sikap seorang pelayan terhadap majikannya, sebaliknya kepada kawanan jago persilatan lainnya, dia selalu menjaga gengsi maupun kedudukan sendiri, oleh sebab itulah mereka selama ini hanya membungkam terus dalam seribu bahasa. Suasana setelah hening sejenak. akhirnya dipecahkan oleh Han siong Kie dengan ulapan tangannya: "Ayoh kita berangkat" "Engkau akan segera berangkat untuk memenuhi janji di bukit Kiu ci san?" tanya Buyung Thay. "Tentu saja pergi kesitu, memangnya kau anggap aku hendak pergi kemana lagi?" "Memangnya engkau membawa barang itu sekarang?" "Barang apa?" 1753 "Kitab pusaka sarung tangan l-Hud jiu po pit yang dituntut oleh pihak lawan" Sebagaimana telah diketahui, sarung tangan Hud jiu po pit sudah disembunyikan oleh Han siong Kie didalam sebuah gua karang dalam lembah kematian, jangan toh barang itu sudah tak ada lagi, sekalipun ada didalam sakunya, belum tentu dia benar benar akan mempertimbangkan untuk menggunakannya sebagai barang pertukaran dengan nyawa Go siau bi. Maka ketika mendengar pertanyaan tersebut, cepat dia menggeleng. "Tidak. aku tidak membawa barang itu" sahutnya. "Akan tetapi... bukankah... bukankah pemilik uang kuno Tong po lo sat menghendaki..." Han siong Ki mendengus dingin, sebelum ucapan itu sempat diselesaikan, dia telah menukas: "Kalau toh dia berani membegal Go siau bi dan dibawanya kabur, memangnya kau anggap aku bersedia melepaskan orang itu dengan begitu saja....? Hmm, jangan bermimpi di siang hari bolong" Agaknya dia menggunakan mati hidupnya Go siau bi untuk memaksa kau guna menyerahkan benda tersebut, apa yang hendak kau lakukan pada waktu itu." "Soal ini lebih baik jangan kita bicarakan, kita rundingkan lagi setelah tiba pada saatnya saja" Maka berangkatlah keempat orang itu melanjutkan perjalanannya menuju ke tebing Kiu ci-san.

Berada ditengah jalan, tiba tiba Buyung Thay berkata begini: "Adikku, apakah engkau sudah berhasil mendapatkan obat mustika si mi-kim wan tersebut?" "Yaa, sudah kudapatkan" 1754 "Benar engkau telah berhasil menemukan jejak dari si jelek dari sin ciu itu?" "Tentu saja telah kutemukan, kalau tidak dari mana aku bisa mendapatkan pil mustika si mia kim wan ini?" "Aaaai .... sungguh tak kusangka kalau Go siau bi bakal menjumpai kejadian diluar dugaan, adikku, cici benar benar merasa tidak tenteram hatiku setelah mengetahui kejadian ini" "Peristiwa ini toh terjadinya diluar dugaan, Aku rasa cici sendiripun tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri, aku rasa persoalan paling penting yang harus kita bicarakan saat ini adalah bagaimana caranya menyelamatkan selembar jiwanya dari kesulitan. Aaaai.... sampai sekarang aku masih tidak habis mengerti, apa sebabnya si pemilik uang kuno Tong po lo sat menggunakan nyawa Go siau- bi sebagai sandera untuk memaksa aku menyerahkan kitab pusaka Hud jiu popit itu, kejadian semacam ini benar benar bikin pikiranku jadi pusing dan tidak habis berpikir" "Yaa.... siapa tahu kalau dibalik kesemuanya ini masih terdapat hal hal lain yang patut dicurigai?" sela Buyung Thay sambil anggukkan kepalanya berulang kali. Perjalanan ditempuh dengan cepatnya, meskipun bukit terjal dan jalan tebing yang harus mereka lalui, akan tetapi bagi beberapa orang jagoan yang berilmu tinggi ini, keadaan alam semacam itu masih belum cukup untuk menyulitkan mereka. Bukit Kiu Ci san ..... Bukit itu adalah sebuah bukit karang yang tinggi, tegak lurus, suram dan gersang, sedemikian gersangnya tempat itu sehingga boleh dibilang tetumbuhan tak mungkin bisa tumbuh disitu. Bukit itu dipandang dari kejauhan persis seperti bukit yang terjadi karena tumpukan beberapa potong batu aneh, sehingga kelihatannya bagaikan sebuah pagoda besi yang tinggi dan angker. 1755 Oleh sebab diatas bukit itu terdapat sembilan buah putaran yang menyerupai gangsingan yang kian kepuncak kian mengecil maka bukit itu dinamakan bukit Kiu ci san. Lohor itu, empat sosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa telah tiba didepan tebing batu karang itu. Keempat orang itu bukan lain adalah Han siong Kie, Buyung Thay dan Hek pek siang yau.

Memandang tebing karang yang berbentuk aneh dan menjulang tinggi ke angkasa, keempat orang itu diam diam bergidik juga rasanya, karena keadaan medan yang harus mereka hadapi memang mengerikan sekali. Setelah memperhatikan sejenak keadaan alam yang harus dihadapinya, Han siong Kipun berkata: "Biar aku naik seorang diri, kalian semua tunggu saja dibawah tebing ini...." "Aku akan mengiringi dirimu naik keatas tebing" sela Buyung Thay dengan cepat. "Jangan Untuk sementara waktu kita masih belum mengetahui apa maksud serta tujuan Tong-po-lo-sat dengan perbuatannya itu, lebih baik biar aku naik seorang diri saja" "Adikku, biarlah cici mengikuti kau, bila kita berjalan berduaan maka masing masing dapat saling tolong menolong bila harus menghadapi keadaan yang berbahaya" "Aaah, aku pikir lebih baik aku berangkat sendirian saja, toh dalam surat peringatan yang mereka tinggalkan hanya mengundang kehadiran aku seorang?" "Tapi... tapi adikku, aku merasa sangat tidak berlega hati...." "Aaah Tenangkan saja hatimu cici, Manusia yang bernama Tong po lo sat toh bukan seorang jagoan super sakti yang 1756 mempunyai tiga buah kepala dan enam buah lengan? Legakan saja hatimu, percayalah aku masih sanggup untuk menghadapinya" "Heehhh..... heehhh.... heehhh.. .." suara tertawa dingin yang menyeramkan tiba tiba saja berkumandang di angkasa. Empat orang jago lihay itu mencoba untuk memeriksa keadaan sekeliling tempat itu, namun tiada jejak apapun yang berhasil ditemukan, padahal gelak tertawa seram itu berasal dari suatu tempat yang dekat sekali letaknya dengan tempat mereka berada. Waktu itu, mereka berempat berdiri dihadapan sebuah bukit karang yang gersang dan luas, hutan memang ada tapi jaraknya kurang lebih sepuluh kaki dari situ, jadi tak mungkin suara tertawa dingin tadi berasal dari balik hutan tersebut, lalu... darimanakah asal suara tertawa dingin itu Sementara mereka masih kebingungan untuk mencari, sumber dari tertawa dingin itu seseorang telah berkata pula dengan nada yang menyeramkan: "Heehhh... heehhhh... heeehhh... Tong po lo-sat memang bukan seorang manusia yang terdiri dari tiga kepala enam lengan, sebaliknya engkau manusia bermuka dingin juga belum tentu merupakan seorang manusia yang luar biasa" Ucapan itu sangat dingin bagaikan salju, sekilas pendengaran sepertinya berasal dari tempat yang jauh, tapi setelah didengarkan lagi seakan-akan berasal dari tempat

yang dekat, sekalipun mereka berempat memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna, toh tidak berhasil juga untuk menemukan sumber dari suara tadi. Tapi ada satu hal yang sudah pasti, yakni si pembicara tersebut apabila bukan Tong po lo sat pribadi, niscaya dia adalah anak murid atau para penjaganya. Han siong Ki segera mendengus dingin. 1757 "Hmmm siapa kau? Kalau memang seorang pemberani, semestinya segera menampilkan diri untuk berhadapan dengan aku, perbuatanmu macam begitu apakah tidak terlalu memalukan?" ejeknya. "Manusia bermuka dingin, bukankah engkau datang kemari untuk memenuhi janji?" "Yaa, aku memang datang untuk memenuhi janji" "Huuh... Katanya saja seorang ketua dari Suatu perguruan besar, tak tahunya pergi datang masih butuh pengawal pribadi untuk mengiringinya, ketahuilah wahai manusia bermuka dingin, tebing Kiu ci san ini hanya mengijinkan engkau seorang untuk mendakinya" Bagi Han siong Kie, perkataan itu masih tak seberapa menusuk pendengaran, tapi bagi pendengaran Buyung Thay, hal itu merupakan suatu ucapan yang penuh bernadakan sindiran, paras mukanya kontan berubah. "Tebing Kiu ci san toh bukan telaga naga sarang harimau, memangnya ada siapa yang sanggup menghalangi keinginan aku Buyung Thay?" "Kalau memang merasa mampu, kenapa tidak coba coba untuk mendakinya sendiri?" Buyung Thay mendengus penuh kegusaran, dia melejit ke udara lalu dengan kecepatan luar biasa meluncur ke atas tebing batu karang itu ....... "cici, jangan.. " cegah Han slong Kie setengah berteriak. Tapi sudah terlambat, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir Buyung Thay sudah menghampiri dinding batu karang itu dan meluncur naik keatas. Tiba tiba belum berapa kaki si ratu tawon itu berlalu, ketika secara tiba tiba dia mendengus tertahan, kemudian disusul 1758 badannya yang sedang melambung rontok dan meluncur jatuh kebawah. Tak terkirakan rasa kaget Han siong Kie menyaksikan kejadian tersebut, cepat tubuhnya melayang ke tengah udara, setelah berjumpalitan satu lingkaran busur, ia menukik ke bawah dan menyambar tubuh Buyung Thay yang terlempar ke bawah itu. . Menanti mereka sudah kembali ke tempat semula dan memeriksa keadaan luka yang dideritanya, bergidiklah dua

orang jago lihay itu. Ternyata diatas jidat Buyung Thay yang putih dan lembut itu, kini sudah bertambah dengan sebuah bayangan merah bekas tersambar uang kuno. Dengan suatu lejitan Buyung Thay melompat turun dari rangkulan Han siong Kie, paras mukanya agak berubah hebat, ia berdiri termenung tanpa mengetahui apa yang musti dilakukan. "cici, engkau tidak apa apa bukan?" tanya Han siong Kie kemudian dengan nada kuatir. "Aku tidak apa apa, luka yang kuderitapun hanya luka kulit luar saja yang tidak penting" Sementara mereka berdua masih bercakap cakap. suara tadi kembali telah berkumandang: "Apa yang barusan kalian alami adalah sebuah peringatan, jika berani ngotot melakukan penyerbuan keatas tebing ini, maka uang kuno kami bukan melecetkan kulit belaka, tapi akan langsung menembusi batok kepala kalian...." Dengan gemas, mendongkol bercampur jengkel Buyung Thay mendengus. "Hmmm.. Melukai orang dengan cara main sergap. kau terhitung manusia gagah macam apa?" jengeknya. 1759 Siluman putih Hong Ing ing yang selama ini hanya membungkam, tiba tiba, berbisik dengan suara lirih: "ciang bunjin, tecu sudah berhasil menemukan rahasia dibalik kemisteriusan lawan" "Oya? Coba katakanlah...." "Bukit karang ini pasti kosong tengahnya, bila dinding karang dibikin lubang lubang pengintaian lalu orangnya bersembunyi dalam lambung bukit dan mengintip keluar, bukankah mereka dapat menyaksikan semua gerak gerik kita dengan jelas sekali? Bukan saja kita tak tahu jejak meraka, justru merekalah yang mengontrol gerak gerik kita, hanya dengan alasan beginilah suara yang mereka pancarkan dari dalam seolah olah berkumandang dari kejauhan tapi kita mendengar seperti datangnya dari tempat yang dekat sekali." Han siong Ki mengangguk berulang kali. "Yaa, dugaan ini memang masuk diakal, aku mengerti sudah sekarang.. aku mengerti sudah sekarang" "Manusia bermuka dingin" suara tadi kembali berkumandang memenuhi seluruh udara "sekarang engkau boleh melakukan perjalanan mendaki ke atas bukit" Kali ini Han siong Ki benar benar pasang telinga memperhatikannya dengan seksama, betul juga, suara itu berasal dari lambung bukit karang tersebut, dan jaraknya dari hadapannya kurang lebih lima kaki tingginya dari permukaan tanah. Dengan suara dingin serunya: "saudara, tanpa sebab tanpa musabab engkau telah

menggunakan cara yang keji untuk melukai rekan perjalananku, perbuatan itu menunjukkan bahwa engkau tak tahu sopan santun, maka sebagai peringatan, rasakanlah kelihayanku ini" Ditengah bentakan tersebut, tubuhnya meluncur naik tegak lurus dengan permukaan tanah berbareng itu juga tangannya 1760 diayun kedepan, berpuluh puluh desingan angin tajam segera berhamburan keempat penjuru. llmu jari Tong kim ci adalah suatu kepandaian sakti yang sanggup menembusi batu karang dari jarak lima kaki, apalagi dalam serangannya ini Han siong Ki telah menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan tersebut. "Criiit Criiiit...?" desingan tajam menderu deru, batu dan pasir berhamhuran kemana mana, dari atas dinding batu karang segera muncullah beberapa buah lubang kecil. Jeritan kaget segera berkumandang dari dalam lambung batu karang tersebut, rupanya serangan itu sama sekali tak diduga olehnya. Han siong Ki tidak menghentikan gerakan tubuhnya, kembali dia melejit dan melayang naik keatas lingkaran bukit yang pertama. Yang dimaksudkan lingkaran bukit disini adalah garis garis lekukan yang alamiah, yang terdapat diatas dinding karang, karena bentuknya seperti lingkaran-lingkaran yang teratur maka sejauh memandang dari bawah, bentuk itu kelihatan indah sekali. Dari kaki bukit sampai kepuncak bukit itu semuanya terdapat sembilan buah lingkaran yang teratur. Han siong Ki tidak bergerak mengikuti lingkaran lingkaran tersebut badannya langsung meluncur keatas dengan gaya tegak lurus, dalam waktu singkat lingkaran demi lingkaran telah dilewati dengan begitu saja sehingga tibalah pemuda itu diatas puncak tebing. Diantara batuan karang yang berbentuk aneh, duduklah seorang nenek berambut putih bagaikan salju, sepasang matanya terpejam rapat, terhadap kedatangan Han siong Ki itu bukan saja menggubris, membuka matanyapun tidak. 1761 Sebenarnya Han siong Ki datang kesana dengan hati diliputi kegusaran, tapi sekarang dia kurang begitu leluasa untuk mengumbar hawa amarahnya itu, maka dengan suara dingin tegurnya: "Apakah locianpwe yang bernama Tong po lo-sat?" "Benar" jawab nenek tua itu meski dengan sepasang mata yang tetap terpejam. "Aku Han siong Kie telah datang untuk memenuhi janji"

Heeehhh... heeehhh... heeehhh... rupanya engkau adalah seorang pemuda yang dapat dipercaya" jengek Tong po lo sat dengan suara yang dingin. Kemarahan yang semula dapat terkendali, seketika itu juga berkobar kembali sehabis mendengar perkataan itu, pemuda itu mendengus dingin. "Hmmm .. Hanya disebabkan sepasang sarung pusaka Hud jiu popit, tak nyana cianpwe begitu sudi menggunakan cara yang rendah dan tak tahu malu untuk membelenggu seorang gadis yang menderita luka parah dan hampir mati... Hmm... hmm... apakah engkau tidak takut bahwa perbuatanmu itu akan ditertawakan oleh orang persilatan?" "Apa yang kau katakan?" teriak Tong po lo sat penuh kemarahan. Sepasang matanya yang terpejam, tiba tiba saja melotot besar, dua sorot mata yang tajam bagaikan sembilu mengawasi musuhnya tak berkedip. di atas wajahnya yang penuh berkeriput terseliplah rasa kaget, tercengang dan marah. Ditatap orang dengan ketajaman mata yang melebihi sembilu itu, Han siong Ki mundur selangkah dengan hati bergidik, pikirnya: 1762 "Hebat amat tenaga dalam yang dimiliki nenek tua ini, aku tak boleh pandang enteng manusia semacam ini..." Dengan suara yang tegas dan berat diapun berseru: "Locianpwe, bagaimanapun juga engkau toh seorang manusia yang punya nama dalam dunia persilatan, apakah engkau tidak merasa bahwa apa yang telah kau lakukan itu adalah suatu perbuatan yang sangat memalukan..." "Bocah muda, apakah engkau dapat menerangkan perkataanmu itu jauh lebih jelas lagi?" -ooo0dw0oooBAB 95 "CIANPWE, apakah engkau hendak pungkiri apa yang telah kau lakukan?" tegur Han siong Kie. "Hey bocah muda, makin bicara kau semakin melantur, coba kau katakan dulu apa yang kuhendaki atas kedatanganmu kemari..." "Bukankah lantaran kitab pusaka Hud-jiupo-pit?" sambung Han siong Kie dengan nada setengah mengejek. "Yaa betul, lantaran kitab pusaka sepasang sarung tangan Hud jiu popit" "Maka itu kau menyandera dulu calon istriku, kemudian baru paksa orang untuk memenuhi keinginanmu, bukan begitu?" Tiba tiba saja Tong -po lo sat meloncat bangun dari atas tanah, dengan penuh kemarahan dia membentak keras: "Siapa yang telah menyandera bakal istrimu? Ayoh katakan

siapa yang sudah main sandera?" 1763 "Hmmm Kau tak usah berlagak pilon lagi, bukankah calon istriku Go Siau bi yang sedang terluka parah kau bawa kabur?" "omong kosong" "Kok omong kosong? Memangnya locianpwe ingin menyangkal perbuatan yang telah kau lakukan sendiri?" "Eeeh... anak muda, sebenarnya apa maksud dari perkataanmu itu?" Hawa napsu membunuh sudah menyelimuti seluruh wajah Han siong Ki, segera teriaknya dengan geram: "Apabila Go siau bi terancam bahaya atau sampai cidera, Kiu ci san ini segera akan kuratakan dengan tanah" "Anak muda, kalau bicara jangan sok tekebur dengan dasar apa engkau berani berkata demikian?" "Hmmm....Jadi kau anggap aku lagi menuduh kau secara sembarangan? lihat nih, ayoh baca sendiri" Sambil berkata sianak muda itu segera melemparkan surat peringatan yang masih disimpan dalam sakunya itu kehadapan sinenek. Tong po lo sat menyambut surat peringatan itu tapi setelah dibaca isi suratnya, sontak saja paras mukanya berubah, alis matanya yang putih melentik, dengan dahi yang berkerut keras: "cunji.... cunji....cunji..." Gemerincingnya suara rantai yaag berhubungan dengan besi berkumandang memecahkan kebeningan, sebuah pintu batu yang tingginya beberapa kaki pelan-pelan bergeser kesamping dan muncul lah sebuab gua yang cukup besar. Sesosok bayangan manusia menerobos keluar dari gua itu, dia adalah seorang gadis belasan tahun yang punya potongan cakep juga. 1764 Agak berdebar jantung Han-sioag Ki menyaksikan semua peralatan yang ada disitu, rupa-rupanya tebing Kiu-ci-gan bukan sembaraugan tempat biasa terbukti dipasangnya pelbagai alat perlengkapan disitu. Gadis belasan tahun itu memakai baju hitam dengan gaun hitam, mantel kulitnya juga hitam pekat dengan kulit badan yang putih bersih memberikan suatu persesuaian yang indah menawan hati. "Suhu, ada urusan apa memanggil diriku?"' gadis itu bertanya dengan suara manja. "Hmm......! Coba kau baca sendiri isi surat ini!" kata gurunya sambil mendengus. Gadis baju hitam itu menyambut! surat tersebut, kemudian dibaca dengan teliti, tiba-tiba ia berteriak: "Suhu ini kan bukan tulisan tecu, darimana tecu bisa tahu dengan apa yang tertulis dalam surat ini?"

Mendengar jawaban muridnya, sekarang Tong-po lo-sat yang gantian tertawa dingin, dia lantas berpaling kearah Hansiong Ki dan ditatapnya peniudaritu lekat-lekat, kemudian tegurnya rada berang" "Eeeh.........anak muda, terus terang saja katakan, sebetulnya kau lagi bermain gila apaan dengan diriku? Ayoh, sebutkan saja masih ada per mainan busuk apa yang sudah kau siapkan untuk mempermainkan diriku......." Nenek itu geram, Han-siong Ki tak kalah mangkelnya, dengan jengkel dia berteriak: "Permainan busuk? Huu........ kukatakan terus terang kepadamu, justru akulah yang ingin bertanya kepada cianpwe, permainan setan apa yang sedang kau siapkan terhadapku?" "Manusia bermuka dingin!" akhirnya nona ba ju hitam itu menyela, "kuakui memang surat peringatan telah 1765 kutinggalkan disitu, kuakui juga bahwa diatas pembaringan kulihat seorang gadis berbaring disitu, tapi setelah meninggalkan surat peringatan itu aku segera pergi dari sana, lagi pula surat peringatan yang sekarang kau tunjukkan kepada kami bukanlah surat peringatan yang kubuat, jadi aku harap kau jangan salah menaruh kesalahan paham kepada kami" Han siong Ki jadi sangsi, dari sangsi timbullah kecurigaan, mungkinkah ada orang lain yang telah menculik Go siau bi? Benarkah ada orang yang sengaja menukar surat peringatan itu dengan surat peringatan lain? Dunia bukan sedaun kelor, mungkinkah kejadian yang serba kebetulan itu betul betul bisa terjadi? "Tapi kalau dibilang tak percaya, sikap Tong po lo sat dan muridnya begitu bersungguh sungguh, rasa rasanya tak mungkin kalau mereka cuma bermain sandiwara belaka untuk menipunya..." Sementara dia masih termenung, nona berbaju hitam itu sudah berkata lagi: "Dalam surat peringatan tersebut, aku hanya menulis agar dalam sepuluh hari kau bersedia datang kebukit Kiu ci san untuk merundingkan sesuatu, soal lain sama sekali tak pernah kusinggung" Mendengar perkataan itu, Han siong Ki merasa semakin gelisah, andaikata Go siau bi benar benar ditangkap orang lain, dengan tubuhnya yang terluka parah dan jiwanya terancam bahaya maut, akibatnya itu benar benar sukar dibayangkan dengan kata kata. Maka sesudah termenung sebentar, dengan nada yang berat dan bersungguh sungguh ucapnya. "Apa yang cianpwe katakan barusan, bisakah dipertanggungjawabkan kebenarannya?"

1766 "Aaaah ..... mau percaya atau tidak terserah padamu sendiri, kalau mau percaya yaa syukurlah, kalau tidak aku juga tidak apa apa" Untuk sesaat Han siong Ki berdiri termangu, akhirnya sesudah termenung sejenak katanya: "Kalau begitu, aku hendak mohon diri lebih dahulu" Selesai berkata dia lantas putar badan dan siap berlalu dari tempat itu "Eeeh... eeehh... tunggu sebentar" Tong po lo-sat berteriak lantang. "Apakah locianpwe masih ingin mengucapkan sesuatu lagi kepada diriku" tanya sang pemuda sambil berhenti. "Tentu saja, kuperintahkan anak muridku untuk menyampaikan undangan kepadamu, sudah tentu ada urusan yang hendak dibicarakan, kalau tidak buat apa kuundang kehadiranmu?" "Kalau memang begitu, cepat katakan" "Darimana engkau dapatkan kitab pusaka Hud jiu popit yang tak bernilai harganya itu?" "Aku rasa, aku tidak mempunyai keharusan untuk menjawab pertanyaan yang kau ajukan itu" Paras muka Tong po lo sat berubah hebat, mukanya yang penuh berkeriput itu berkerut kerut, teriaknya: "Bocah muda, kuanjurkan kepadamu, lebih baik berbicaralah terus terang, sebab keterus teranganmu justru akan memberikan keuntungan bagi dirimu sendiri" Sejak awal kedatangannya tadi, Han siong Kie sudah berusaha menahan rasa mangkelnya dihati, tapi selama ini tiada tempat penyaluran untuk melepaskan kemangkelannya itu, dan sekarang pihak musuh telah mengakui meninggalkan 1767 surat peringatan tapi menyangkal telah menyandera Go siau bi, meski demikian jelas mereka telah akui bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan kitab pusaka Hud jiu popit, bila persoalan demi persoalan dirangkai menjadi satu maka bisa ditarik kesimpulan bahwa penyangkalan musuh atas hilangnya Go siau bi tak dapat dipercaya. Maka pemuda itupun mendengus dingin.. "Hmmm.... andaikata aku tak mau bicara, lantas apa yang akan kau lakukan terhadap diriku?" "Hmm... aku kuatir kalau keinginanmu itu tak bisa terkabulkan dengan begitu saja" "Aaah ....belum tentu" Paras muka Tong pa lo sat berubah hebat, dengan mata yang bersinar tajam dia lantas membentak keras: "Cunji, tangkap orang itu" Nona berbaju hitam itu mengiakan, berbareng dengan seruan tersebut, tubuhnya secepat kilat menerjang ke muka

sambil melancarkan sebuah cengkeraman ke tubuh Han siong Kie, hebat dan dahsyat cengkeraman itu bahkan disertai gerak serangan yang aneh. Tersikap jaga Han siong Kie menghadapi cengkeraman kilat dari musuhnya, dengan gerakan tubuh Cahaya kilat lintasan bayangan, secepat sukma gentayangan dia menyingkir ke samping... "Aaah...?" tiba tiba terdengar seruan kaget, tiba tiba gadis berbaju hitam menghentikan serangannya. Tapi pada waktu itu Han siong Kie telah melepaskan serangannya, hembusan angin dahsyat bagaikan gulungan ombak di samudra meluncur kedepan dan tampaknya sesaat lagi akan menghantam diatas dada sinona berbaju hitam itu. 1768 Untunglah disaat yang kritis itu, tiba tiba meluncur datang gulungan pukulan dari samping yang mana segera menumbuk angin pukulan dari Han siong Ki sehingga miring kesamping. "Gerakan tubuh cahaya kilat lintasan bayangan ", bisik nona berbaju hitam itu kaget bercampur tercengang. Suatu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han siong Ki, agak heran juga pemuda ini sebab nona berbaju hitam itu ternyata bisa mengetahui nama serta asal usul gerakan tubuhnya. Paras muka Tongpo lo sat juga beberapa kali mengalami perubahan, selang sesaat kemudian ia baru berkata: "Han siong Ki, engkau harus bicara terus terang dihadapanku, kalau tidak maka jangan harap kau bisa tinggalkan tebing Kiu-ci san dalam keadaan selamat" Han siong Ki termasuk seorang pemuda yang angkuh dan tinggi hati, tentu saja ia tak senang mendengar ucapan semacam itu, serta merta dia mendengus dingin. "Hmmm Locianpwe, bukankah tujuanmu adalah untuk mendapatkan kitab pusaka Hud-jiu po pit?" "Benar selain itu.. " "Bagus" Tukas anak muda itu cepat, "akupun hendak memberitahukan kepadamu secara berterus terang, jangan toh kitab pusaka Hud jiu po pit sudah tidak berada disakuku lagi, kendatipun masih ada ditanganku, tak nanti akan kuserahkan kepadamu dengan begitu saja" "Aku tak ingin mempersoalkan tetek bengek, aku hanya ingin tahu dari mana kau peroleh kitab pusaka Hud jiu po pit tersebut mengerti?" "Maaf, sekarang aku tak mempunyai banyak waktu untuk menjawab pertanyaanmu itu, jika tak ada urusan lagi, maaf 1769 Aku hendak mohon diri lebih dahulu" selesai berkata dia lantas putar badan dan siap berlalu dari tempat itu... Tapi beberapa langkah kemudian, terasalah bayangan

manusia menyambar lewat, tahu tahu Tong po lo sat telah menghadang dihadapannya. "Heeehhh.... heeehhh... heeeehhh... sebelum berbicara, jangan harap kau bisa lolos dari tempat ini dengan begitu saja" Han siong Kie jadi berang, ia mendengus dingin. "Tong po lo sat" teriaknya marah marah, "bila meninjau dalam soal usia maka sepantasnya kalau kusebut dirimu sebagai cianpwe, janganlah kau anggap aku akan menyudahi persoalan pada saat ini sampai disinisaja... huuuh, terbukti akhirnya bahwa penculikan itu dilakukan oleh guru dan murid kalian berdua, Hmmm...." Sebelum pemuda itu sempat menyelesaikan kata-katanya, mendadak terdengar nona berbaju hitam itu berseru keras: "Suhu, ada orang menyerbu ke atas tebing kita" "Macam apakah orang orang itu...?" "Seorang laki laki dua orang perempuan, mereka semua adalah pengiring orang ini, sekarang mereka sudah berhasil mencapai tingkat lingkaran kedua" "Hajar mereka sesuai dengan peraturan kita" perintah nenek itu dengan tegas. Nona berbaju hitam itu tidak banyak bicara lagi, dia lantas menyusup masuk kedalam liang gua tadi, jelas bukit Kiu ci san tersebut terdiri dari ruangan ruangan rahasia yang saling berhubungan dari atas sampai ke bawah. Pelbagai ingatan lantas berkecamuk dalam benak Han siong Kie, ia merasa bahwa bukit Kiu ci san kemungkinan besar telah disiapkan alat-alat jebakan yang serba lihay, berbicara 1770 soal ilmu silat, terang dengan kemampuan Buyung Thay serta Hek pek siang yau yang termasuk jago jago tangguh dalam dunia persilatan, mereka tak gampang dikalahkan, tapi bagaimanakah seandainya diserang dengan menggunakan alat rahasia... Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kuatir, akhirnya diapun membentak keras: "Lihat serangan" Segulung hawa pukulan yang dahsyat bagaikan ambruknya sebuah bukit Thay san, dengan cepatnya menggulung ke muka dan meluruk sekujur badan Tong po lo sat. Nenek berkeriput itu tidak gentar, menghadapi serangan musuh yang dahsyat itu, cepat dia putar sepasang telapak tangannya dengan gerakan aneh, talu dengan cepat dibabatkan kedepan. Ketika angin serangan dari Han siong Ki yang maha dahsyat itu saling bertemu dengan pukulan aneh si nenek. tahu tahu saja kekuatan serangan pemnda itu lenyap dengan begitu saja. Kejadian ini segera mengejutkan hati Han siong Ki, setelah tertegun sejenak, tiba tiba ia menghimpun tenaga dalamnya

sebesar sepuluh bagian, lalu dengan ilmu Si mi Sinkang yang maha dahsyat, ia pancarkan segumpal asap berwarna putih untuk menghantam lawan. Tong po lo sat cukup mengenal kelihayan serangan itu, cepat cepat badannya bergerak kesamping untuk menghindar... Menggunakan kesempatan itu, Han siong Ki melayang mundur beberapa kaki kebelakang, setibanya ditepi tebing ia coba melongok kebawah... Betul juga, tampaklah sesosok bayangan merah, sesosok bayangan hitam dan sesosok bayangan putih sedang bergerak menuju keatas puncak bukit itu, Hal ini mencemaskan hati 1771 pemuda itu, dengan menghimpun tenaga dalamnya cepat ia berteriak keras: "Hey, kalian cepat mundur" Tapi baru saja teriakan tersebut berkumandang, tampaklah sesosok bayangan putih meluncur jatuh ke bawah tebing bagaikan burung yang kena bidikan. Melihat itu, dia lantas menjerit dalam hati kecilnya: "Aduuuh celaka, siluman putih pasti sudah kena disergap... waah, entah bagaimanakah nasibnya?" Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, serentetan bayangan telapak tangan yang disertai tenaga tekanan yang dahsyat tahu tahu sudah menggulung tiba dengan hebatnya dalam keadaan demikian, buru buru ia kabur sejauh bebertapa kaki ke belakang. Paras muka Tong po lo sat dingin menyeramkan hawa napsu membunuh secara lapat lapat menyelimuti wajahnya, kembali ia membentak nyaring: "Han siong Kie, benarkah kau bersikeras tak mau menjelaskan asal mula kitab pusaka Hud jiu popit itu kau dapatkan?" "Tidak" sahut Han siong Kie ketus, hawa napsu membunuh telah menyelimuti juga wajahnya. "Hmmm, baiklah.... kalau kau tak mau berbicara, maka akulah yang akan memaksa engkau untuk mengucapkannya keluar" Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, secepat sambaran kilat sepasang tangannya melancarkan cengkeraman maut ke depan, didalam cengkeramannya itu telah disertakan juga dengan jurus-jurus serangan yang ganas dan aneh. Dalam waktu singkat, Han siong Kie merasakan semua jalan darah penting di sekujur badannya seolah-olah sudah terjatuh dibawah pengaruh cengkeraman lawan, ini 1772 menyebabkan hatinya jadi bergidik, cepat cepat sepasang telapak tangannya berputar lantas menyapu kedepan, dia

gunakan sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo cianghoat untuk mengunci semua titik kelemahannya serta membendung pukulan pukulan musuh yang tertuju kearah badannya... Tong po lo sat mengerahkan segenap kekuatannya untuk mencengkeram pemuda itu, siapa tahu serangan demi serangannya menemui kegagalan total semua, dalam keadaan demikian, nenek tua inipun merasa kagetnya luar biasa, ia sadar bahwa dirinya telah berjumpa dengan seorang musuh yang amat tangguh. Tiba tiba ia membentak keras, serangannya mengalami perubahan, dari serangan mencengkeram sekarang berubah menjadi sebuah pukulan, dan dia langsung menghantam wajah lawan sementara tangan yang lain menjotos dada. Sekalipun ancaman itu terhitung suatu ancaman yang berbahaya, tapi sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat memang terhitung suatu sistim pertahanan yang kuat sekali. "Blaaaang... Blaaang..." benturan demi benturan berkumandang susul menyusul, ketika empat telapak saling bertemu, kedua belah pihak sama sama tergetar mundar selangkah kebelakang. Menggunakan kesempatan sewaktu mundur, Han siong Ki segera menggunakan jurus Mo mo ko-ciat (raja iblis menyembah loteng istana) melancarkan serangan kilat kedepan. Tong po lo sat tak mau mengalah dengan begitu saja, diapun menggunakan jurus Lioa huan-hou ki (naga melingkar harimau berbaring) untuk melangsungkan suatu pertarungan keras lawan keras. 1773 Dengan demikian, suatu pertarungan yang amat sengitpun tak dapat dihindari, kedua belah pihak sama sama menggunakan jurus serangan dari suatu ilmu sakti dalam dunia persilatan untuk saling merobohkan"Blang Blaang" benturan demi benturan berlangsung tiada hentinya, kedua belah pihak saling melakukan benturan kekerasan sebanyak sembilan kali dalam sekejap mata, oleh benturan tersebut masing masing pihak tergetar mundur ke belakang. Dalam berlangsungnya pertarungan itu, serentetan jeritan ngeri yang amat lengking berkumandang lagi dari arah bawah, jaraknya tidak terlalu jauh dari puncak tebing tersebut. Mendengar jeritan itu, Han siong Kie merasa sangat terperanjat, ia tahu kemungkinan besar Buyung Thay dan Hek pek siang yau sudah terancam mara bahaya. Menguatirkan keselamatan rekan rekannya itu, hawa napsu membunuh semakin berkobar di dalam dada pemuda itu, hawa murninya dihimpun semakin dahsyat, sepasang telapak

tangannya segera didorong kemuka dan kabut putih yang tebal pun cepat menggulung keluar dengan hebatnya. Ternyata didalam gemas dan jengkelnya barusan, pemuda itu sudah mengerahkan tenaga sakti si mi sinkangnya mencapai dua belas bagian. Tong po lo sat sudah pernah merasakan kelihayan dari ilmu pukulan tersebut, cepat diapun menghimpun tenaga dalamnya sekuat tenaga untuk menerima datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan. Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga tak bisa dihindari lagi, Tong po lo sat mendengus tertahan, dengan percikan darah menodai ujung bibirnya, dia mundur satu kaki kebelakang. 1774 Apa yang dikuatirkan Han siong Ki pada saat ini adalah keselamatan jiwa Buyung Thay bertiga, begitu serangan mautnya berhasil melukai nenek tua itu, dia lantas putar badan dan melompat ke tepi tebing... Siapa sangka baru saja badannya mencelat ke udara tiba tiba ia merasakan munculnya gulungan angin berpusing yang mencengkeram sepasang kakinya... Padahal waktu itu dia berada dalam keadaan tidak siap, serta merta badannya termakan oleh tenaga berpusing itu sehingga tubuhnya mencelat jauh beberapa kaki keudara. "Aduhhh celaka...." jeritnya tertahan. Dengan mengerahkan segenap kemam-puannya, dia berusaha menyelamatkan diri ditengah udara... Tapi sebelum banyak yang bisa dilakukan, desingan angin jari telah menyambar datang dari samping dan "Blaang" jalan darah Han siong Ki tertotok telak, tubuhnya seketika itu juga roboh dan terjungkal keatas tanah. Ketika tubuhnya mencium permukaan tanah berbatu itu, tiba tiba tempat dimana ia terjatuh itu terbukalah sebuah celah yang besar, maka tubuhnyapun segera terguling masuk lewat celah celah tadi dan jatuh kedalam sebuah ruang batu. Keras sekali bantingan itu, ia merasakan matanya jadi berkunang kunang dan dadanya bergolak keras, tulang belulangnya terasa amat sakit seperti mau patah, andaikata jalan dlarahnya tidak tertotok dia benar benar pingin merintih kesakitan. Ruang batu itu besar dan luas, sebuah mutiara yang memancarkan cahaya tajam menerangi seluruh ruangan dengan terangnya. Disudut ruangan sana berbaring pula tiga sosok badan, mereka adalah Buyung Thay serta Hek pek siang yau, kenyataan tersebut membuat perasaan pemuda kita tercekat, 1775 mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa mereka

berempat akan bersamaan terjatuh ketangan lawan. Sementara dia masih melamun, Tong po lo sat pelan pelan berjalan masuk lewat sebuah pintu rahasia, dibelakangnya mengikuti pula si nona berbaju hitam itu. Han siong Ki amat berang, matanya terasa jadi merah berapi api, tapi..... apa gunanya marah? Toh badannya sama sekali tak bisa berkutik. Setelah berada dihadapan Han siong Ki, secara beruntun Tong po lo sat menotok pula empat buah jalan darah yang lain sebelum membebaskan totokan jalan darah yang pertama, dengan demikian Han siong Ki cuma merasakan sekujur badannya jadi lemas tak bertenaga, kecuali itu dia sudah dapat berbicara lagi. "Nah, Han siong Ki sekarang mau kau katakan tidak dari mana kitab pusaka Hud jiu po pit itu kau dapatkan?" bentak si nenek kemudian dengan suara garang. "Tong po lo sat" teriak Han siong Ki pula sambil menggigit bibir, "menyesal sekali manusia macam kau juga bisa hidup setua ini. Huuuuh, perbuatanmu benar benar terkutuk, kau licik dan tak bernyali... perbuatanmu barusan cuma perbuatan dari bangsa kurcaci" "Heeehhh... heeehhh... heeehhhh... anak muda, kalau kejadian ini berlangsung enam puluh tahun berselang, batok kepala kamu berempat sudah hancur berantakan semenjak tadi, mendingan hawa amarahku sekarang sudah jauh berkurang. Nah, lebih baik jawab saja pertanyaanku dengan jujur. Darimana kau pelajari gerakan cahaya kilat lintasan bayangan itu? siapa yang mewariskan ilmu itu kepadamu?" Kembali Han siong Kie merasakan hatinya bergerak, sebenarnya apakah tujuan lawan? Jangan-jangan.. 1776 Berpikir sampai disitu, dengan suara dingin segera sahutnya: "Ilmu itu aku dapatkan dari Leng ku siangjin kenapa? Apa ada yang kurang beres?" Paras muka Tong po lo sat berubah hebat, secara beruntun dia mundur beberapa langkah, kemudian dengan agak dipengaruhi emosi serunya tertahan: "Apa? Leng Ku siangjin?" "Yaa, benar Leng ku siangjin?" "Apakah kau adalah ahli warisnya?" "Boleh dibilang begitu" "Apa maksudmu dengan perkataan itu?" "Menurut aturan, dia orang tua mempunyai hubungan sebagai guru dan murid dengan diriku" Raut wajah Tong po lo sat mengejang keras, sekujur badannya menggigil, nenek tua itu betul-betul dipengaruhi oleh emosi, tanyanya dengan suara agak gemetar: "sekarang dia berada dimana?" Dari pengaruh emosi yang mempengaruhi lawannya itu,

sedikit banyak Han siong Kie sudah bisa memahami beberapa bagian duduk perkara yang sebenarnya, maka nada pembicaraannya juga ikut berubah jadi lebih halus dan lembut. "Aku harus mengetahui lebih dahulu apa hubungan cianpwe dengan dirinya" "Tentang soal ini, lebih baik tak usah kau tanyakan" "Kalau memang begitu maafkanlah daku, aku tak dapat memberitahukan soal itu kepadamu" Untuk sesaat Tong po lo sat berdiri termangu-mangu, tapi akhirnya dia baru berkata dengan suara sedih: "Kami adalah suami istri" "Suami istri.....?" 1777 "Yaaa suami istri..." Han siong Ki begitu terperanjatnya sampai untuk beberapa saat dia hanya bisa berdiri melongo, kalau begitu bukankah itu berarti bahwa Tong po lo sat bukan lain adalah ibu gurunya sendiri? Jadi kalau begitu tujuannya mencari tahu asal usul kitab pusaka Hud jiu po pit dan asal usul ilmu silatnya adalah untuk masalah itu. Sementara si anak muda itu masih termenung, nenek tua itu telah berkata lagi: "Nah, sekarang dapat kau terangkan kepadaku, sekarang dia berada dimana?" "Dia.... dia orang tua, sudah berpulang ke alam baka semenjak enam puluh tahun berselang." Sekujur badan Tong po lo sat bergoncang keras hampir saja roboh terkapar ketanah. "Dia....dia sudah mati?" bisiknya dengan suara yang gemetar. "Yaa, dia sudah berpulang kealam baka" "Aaah, kamu omong kosong Coba kutanya berapa usiamu tahun ini? Mana mungkin..." "Secara kebetulan boanpwee mempunyai jodoh dengan beliau, tanpa sengaja kitab pusaka peninggalannya telah berhasil kutemukan" Setelah mendengar penjelasan itu, Tong po lo-sat baru mengayunkan telapak tangannya, dengan ilmu totokan udara kosong dia menotok bebas jalan darah Han siong Ki. Begitu mendapat kebebasan, serta merta sianak muda itu melompat bangun, kemudian sambil menjura dalam dalam dihadapan si nenek itu, ujarnya dengan penuh rasa hormat: "Boanpwe menghunjuk hormat buat subo" "sudahlah, tak usah banyak adat lagi Cepat kau ceritakan pengalamanmu itu kepadaku" 1778 Maka berceritalah Han siong Ki tentang penemuan aneh yang dialaminya didalam hutan, bagaimana ia mendapat bantuan tenaga dalam dari se ekor kura kura ajaib, kemudian bagaimana dia belajar silat lagi dibawa bimbingan Mo mo ci

mo... Selesai mendengar kisah tersebut, dengan air mata bercucuran dan suara sesunggukan Tong po losat berkata begini: -ooo0dw0oooJilid 47 Berbicara sampai disini, sorot matanya lantas menyapu sekejap wajah Buyung Thay bertiga, kemudian dengan dahi berkerut serunya: "suci, apakah mereka bertiga telah..." Agak merah wajah sinona baju hitam itu sehabis mendengar teguran tersebut, sahutnya dengan cepat: "Aaah... jalan darah mereka hanya tertotok, mereka bertiga adalah..." "Yang berbaju merah itu bernama Buyung Thay, dia dengan aku adalah kakak beradik, sedang dua orang lainnya adalah adalah anak buahku, yang laki laki bernama seng Khe ki, sedang yang perempuan bernama Hong Ing ing, mereka adalah suami istri" "ooooohh..." Dengan cepat diapun turun tangan untuk membebaskan jalan darah mereka bertiga yang tertotok. Begitu jalan darahnya ditepuk bebas, Buyung Thay dan Hek pek siang yau segera melompat bangun, tapi ketika sinar mata 1779 mereka menyapu sekejap ruangan batu itu, sikap mereka agak tertegun. Han siong Ki tak ingin rekan rekannya kebingungan, maka diapun menerangkan kejadian yang telah berlangsung, sekalian memperkenalkan mereka bertiga kepada nona tersebut. Begitulah, setelah saling berkenalan, sinona berbaju hitam itupun berkata: "Maafkaniah kekasaran siau moay, yang telah membuat kalian bertiga sedikit menderita " "Aaah....tidak berani" cepat cepat Hek pek siang yau menyahut dengan suara merendah. Sedangkan Buyung Thay tetap membungkam, rupanya dia masih merasa rada penasaran dengan kejadian barusan, Tapi lantaran memandang wajah Han siong Ki, maka diapun cuma tersenyum belaka. Selanjutnya sinona berbaju hitam itupun berkata lagi: "Berbicara tentang ilmu silat, sudah pasti siaumoay bukan tandingan dari salah seorang diantara kalian bertiga, tapi oleh karena aku telah mengandalkan posisi yang lebih menguntungkan serta melancarkan sergapan dikala kalian bertiga tak siap sedia, maka jadilah kalian bertiga kena kuselomoti. Padahal berbicara sesungguhnya, bukit Kiu ci san ini mulai dari kaki bukit sampai puncak bukit boleh dibilang sudah dilengkapi dengan lorong lorong melingkar yang ada dibawah tanah, tiap tiap selisih jarak satu kaki tentu ada

sebuah lubang pengintaian kecil, bila kita melepaskan senjata rahasia Kim-che-pi-auw dari lubang lubang diatas dinding tersebut, maka boleh dibilang serangan kami ini tak pernah meleset, tapi kenyataannya kalian bertiga bisa mencapai tingkat petunjuk, dari sini dapatlah diketahui bahwa ilmu silat yang kalian miliki memang betul-betul terhitung luar biasa!" 1780 Han-siong-Ki tidak begitu menaruh perhatian terhadap pembicaraan yang sedang berlangsung, sebab dia masih menguatirkan keselamatan jiwa dari Go-Siau-bi. Perkawinannya dengan Go-Siau-bi boleh dibilang adalah hasil karya dari ibunya, maka apabila Go-Siau-bi sampai mengalami sesuatu musibah yang berada diluar dugaan, bukan saja dia tak dapat mempertanggung jawabkan persoalan ini ter hadap ibunya, sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar, ternyata ia tak mampu melindungi keselamatan jiwa seorang perempuan, apabila kejadian ini sampai tersiar didunia persilatan, sudah pasti kejadian tersebut akan sangat mempengaruhi nama baiknya. Apalagi selain itu. perasaan halusnya juga tidak mengijinkan dia untuk berpeluk tangan belaka. Maka dengan perasaan gelisah, ujarnya kepada si nona berbaju hitam itu: 'Suci, bagaimana dengan bakal istriku Go Siau bi...... "Sute, masa engkau masih belum percaya dengan ucapanku?" tukas nona berbaju hitam itu dengan wajah sungguh-sungguh. "Bukannya aku tidak percaya, tapi justru siaute ingin bertanya kepada diri suci, ketika engkau sedang meninggalkan surat peringatan itu, apakah kau temukan sesuatu pertanda yang mencurigakan hati?" "Kejadian ini betul-betul merupakan suatu peristiwa yang tidak untung, dan rupanya orang, yang melakukan penculikan itu memang sengaja hendak manfaatkan kesempatan yang sangat baik itu, yaa...... memang terjadinya peristiwa ini terlampau kebetulan!" "Padahal engkau tahu suci, Go Siau bi sudah menderita luka dalam yang sangat parah, aku kuatir bila tidak cepat diobati maka akibatnya ......, aaaai!" 1781 Sebagai akhir dari perkataannya, pemuda itu menghela napas panjang. Buyung Thay yang selama ini hanya membungkam terus tiba-tiba menyela pelan dari samping "Adik Ki selama engkau melakukan tugas itu, apakah kau temukan jejak dari orang orang yang patut dicurigai? Atau mungkin ada orang lain yang mengetahui rencana kerjamu itu lebih dahulu?"

Han siong Ki termenung juga beberapa saat lamanya, tapi karena tidak berhasil menemukan sesuatu jawaban yang memuaskan hati akhirnya dia mohon pamit. "suci" katanya "tolong sampaikan kepada subo bahwa kami akan mohon diri" -ooo0dw0oooBAB 96 si Nona berbaju hitam Ko Goan cun mengernyitkan alis matanya, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia masuk kepintu rahasia, tapi selang sesaat kemudian ia telah munculkan diri "sute" katanya kemudian "pada saat ini perasaan suhu sedang murung dan tidak senang hati, dia segan menjumpai dirimu lagi, maka kalian boleh segera turun gunung, Akupun telah melapor kepada suhu untuk ikut serta diri sute untuk terjun kedalam dunia persilatan dan membantu menemukan kembali jejak bakal istrimu" "Aaah... mana aku berani merepotkan suci untuk ikut ikutan berkeliaran kesana kemari?" buru-buru Han siong Ki berseru.. 1782 "Asal mula terjadinya peristiwa ini adalah lantaran ulahku, maka akupun merasa ikut bertanggung jawab dalam masalah ini, harap sute jangan menampik lebih jauh" Han-siong Ki termenung sebentar, akhirnya diapun berseru: "Kalau memang demikian, ayolah kita segera berangkat!" Berangkatlah mereka berlima meninggalkan ruang batu itu menuruni bukit tersebut. Bagi Hek-pek-siang-yau, mereka hanya tahu menghormati dan menuruti perintah Han-siong Ki maka kedua orang itu tidak rerasa kesal, berbeda dengan Han-siong Ki, Buyung Thay serta Ku Goan-cu yang terlibat dalam peristiwa itu perasaan mereka sangat dan murung sekali, Go Siau-bi telah lenyap tak berbekas, jejaknya sama sekali tidak ketahuan, sekalipun mereka sedang berusaha untuk melakukan pencarian, tapi tak tahu kemana harus mencarinya. Orang yang meninggalkan surat peringatan itu rupanya mempunyai dua tujuan kesatu meminjam golok untuk membunuh orang, bila siasat itu tidak mendatangkan hasil mereka dapat menyandera untuk memaksakan tuntutan mereka, tapi apakah tujuan mereka sebenarnya amatlah sulit untuk diduga mulai sekarang, dan kemungkinan yang paling besar adalah soa "Dendam" Kebetulan sekali, kejadian itu berbarengan dengan peristiwa Ko Goan-cun yang meninggalkan surat perjanjian, meski rada kebetulan sifatnya toh kenyataannya memang demikian. Maka, satu-satunya penyesalan yang dapat dikatakan pada saat ini adalah kemungkinan orang tersebut sudah lama

melakukan pengintaian, dan melibat ada kesempatan baik yang tersedia, dia segera memanfaatkannya dengan sebaikbaiknya. 1783 Ditengah perjalanan, tiba-tiba Ko Goan-can menuding kemuka seraya serunya dengan merdu; "Coba lihatlah kedepan sana, bila kita bergerak menuju ke barat, maka sepuluh li kemudian akan sampailah kita diwiiayah Lian-huan-tau!" Ucapan tersebut serta merta mengobarkan api dendam, api benci yang berkecamuk didada Han-Siong Ki, dia lantas teringat kembali semua sakit hati yang terjalin antara dia dengan orang-orang Thian-che-kau. Rupa-rupanya anak muda itu tak dapat mengendalikau perasaannya lagi, sambil berhenti berlari serunya: "Tunggu sebentar!" Dengan terperanjat beberapa orang itu menghentikan gerak tubuh mereka masing-masing. "Adikku, ada apa?" Buyung Thay bertanya dengan dahi berkerut karena heran. "Aku minta engkau dan suci bersedia untuk berangkat setindak lebih duluan" "Kenapa? Mau apa kau?" "Aku hendak menyatroni Lian huan tau" Nona baju hitam Ko Goan cun masih belum mengetahui tentang dendam kesumat yang terjalin antara Han-siong Ki dengan Thian che kaucu. Mendengar ucapan tersebut dia jadi tercengang: "Mau menyatroni Lian huan tau? Markas besar perkumpulan Thian che kau yang termashur itu." "Yaa betul" "Kenapa? ada urusan apa antara kau dengan mereka?" 1784 "Akan kubantai semua orang Thian che kau, akan kucuci bersih Lian huan tau dengan darah mereka" "Apakah engkau mempunyai dendam dengan orang orang Thian che kau?" Ko Goan cun bertanya lagi dengan tertegun. "Yaa dendam kami lebih tinggi dari langit, lebih dalam dari samudra " "Adikku, kalau memang demikian ayoh kita berangkat bersama sama" seru Buyung Thay dengan paras muka berubah hebat. "Tidak kalian tak boleh ikut" "Kenapa?" "Dalam soal pembalasan dendam, aku tak ingin meminjam tenaga orang lain untuk melakukannya " "Tapi kau harus tahu adikku, kawanan jago yang dimiliki Thian che kau tak terhitung banyaknya, alat alat rahasia yang mereka miliki pun berlapis-lapis, sekalipun mengandalkan

kekuatanmu dan kedua orang anak buahmu belum tentu..." "Apa yang musti kutakuti?" tukas pemuda itu cepat. "Adikku, adik Ko adalah sucimu dan akupun kau sebut sebagai cici, masakah kau masih menganggap kami semua adalah orang orang asing? Bila kau ingin membunuh Yu Pia lam, kami tak akan ikut serta membonceng kebolehanmu, tapi untuk menghancurkan perkumpulan Thian che kau untuk membuatkan pembalasan dan menegakkan keadilan bagi perkumpulan perkumpulan dalam dunia persilatan, kami merasa punya hak untuk ikut serta, masa engkau masih menolak harapan kami ini?" "Huuuh..... besar amat omongnya, memang dianggap gampang untuk melakukan apa yang baru diucapkan itu?" seorang menimpali dengan suara yang dingin 1785 Menyusul ucapan yang dingin yang kaku itu, dari balik hutan kurang lebih lima kaki ditempat mereka berada muncullah seorang laki-laki setengah baya yang berjenggot panjang. Berubah hebat paras muka Buyung Thay sesudah mengetahui siapa gerangan yang datang, hawa nafsu membunuhnya seketika itu juga menyelimuti seluruh wajahrya. "Oooh..... Tamu berjenggot indah Huan Kang!" seru Hansiong Ki pula dengan suara tertahan. Sebagaimana pernah diketahui, oleh karena si Tamu berjenggot indah Huan Kang gagal untuk mendapatkan cinta kasih dari Buyung Thay, ia telah melimpahkan segala kemarahannya kepada Han siong Ki, bahkan untuk itu dia telah menggunakan ilmu "Kuay-ciang-cong-to" Telapak tangan kilat sembunyi golok untuk melukai pemuda itu. Maka dikala musuh bebuyutan saling bertemu muka, merah membaralah sepasang mata Han-siong Ki dibuatnya, dia lantas mendengus dingin. "Hmmm... ! Orang she-Huan kembali kita bertemu muka, tentunya engkau masih belum lupa bukan dengan hutang piutang kita dimasa lalu?" Dengan gemas bercampur mendongkol si Tamu berjenggot indah Huan-Kang melotot sekejap kearah Buyung-Tnay, kemudian ia baru berpaling ke arah Han-siong-Ki seraya katanya: Tentu saja aku tak akan melupakannya setiap saat aku selalu menantikan datangnya petunjuk dari kamu sekalian!" "Kalau meinang demikian, bagus sekali!" Han siong-Ki bergerak maju kedepan. "Tunggu sebentar.....!" tiba-tiba si tamu berjenggot putih kembali berseru. 1786

"Perkataan apa lagi yang hendak kau ucapkan?" Sorot mata si tamu berjenggot indah Huan-Kang sekali lagi menatap wajah Buyung Thay, Kemudian dengan suara yang dingin kembali dia berkata: "Han-siong-Ki sejak dulu sampai sekarang perempuan cantik adalah pembawa bencana, kau akan runyam sekali dibuatnya oleh kegemaranmu sendiri....." Oleh perkataan yang tak diketahui ujung pangkalnya ini, Han-sioag-Kie merasakan hatinya bergetar keras. "Huan-Kang, apa maksudmu dengan perkataan itu....?" diapun menegur dengan nyaring. "Heeehhh.....heeeehhh..........heeehhh bukankah teman perempuanmu telah lenyap tak membekas?" ejek si tamu berjanggut indah Huan Kong sambil tertawa seram "Heehhh.......hehhhh.........heehhh.. .. Jangan panik dulu ciangbunjin, bukankah teman perempuanmu itu bemarua Go Siau-bi?" gelak tertawa yang tersungging diujung bibir orang itu makin sadis. Han-siong Ki merasakan debaran jantungnya berdetak keras, demikian pula dengan Buyung Thay serta Ko Goan-cun. wajah mereka segera menunjukan sikap yang tegang. "Dirimana kau bisa tahu?!" Han-siong Ki membentak penuh emosi sambil melangkah setindak kedepan "Hmn.....! Tentu saja aku tahu, bahkan mungkin satusatunya orang yang mengetahui duduknya peristiwa itu dengan jelas! "Sees........sekarang .......sekarang dia ada dimana? suara Han-siong Ki rada gemetar. '"Kau hendak menerima kembali mayatnya?'' Huan Kang balik bertanya dengan wajah sinis. 1787 Ucapan tersebut seakan akan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong, dengan badan gemetar keras Han-siong Ki mundur sempoyongan sejauh beberapa langkah, hampir saja dia jatuh pingsan saking kagetnya, sebab bila didengar dari nada ucapan tersebut, jelas menunjukan bahwa Go Siau bi sudah tiada lagi. "Huan Kang, teraigkan perkataanmu sejelas-jelasnya!" teriak Buyung Thay marah. "Haaahhh.....haahh....,.haahh......tentu saja harus diterangkan sejelas-jelasnya" sahut Tamu berjenggot indah Huan Kang sambil tertawa dingin tiada hentinya "kalau tidak demikian lantas buat apa kutampilkan diri disini?" "Ayoh cepat katakan, siapa yang telah melakukan perbuatan keji itu?" teriak Han-siong Ki sambil menggigit bibir menahan emosi. "Semestinya orang itu sudah bisa kau duga sendiri." "Siapa?" "Seorang perempuan yang ingin mengangkangi dirimu,

seorang perempuan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan!" Suatu ingatan segera melintas dalam benak Han siong Ki, dengan nada agak gemetar tanyanya lagi: "Siapakah orang itu? Sinar mata si Tamu berjenggot indah Huan Kang yang sinis pelan pelan dialihkan ke tubuh Buyung Thay lalu dengan suara menghina katanya dengan tajam: "Ratu tawon, sekarang sudah tiba waktunya bagimu untuk memberikan pertanggungan jawab kepada kekasihmu itu" Sekujur badan Han siong Ki bergetar keras, hampir meledak dadanya saking mendongkolnya . 1788 Paras muka Buyung Thay sendiripun telah berubah jadi hijau membesi, teriaknya penuh kebencian "Huan Kang, jika kau tidak kubunuh, aku bersumpah tak akan hidup sebagai seorang manusia" ditengah satu bentakan keras, tubuhnya yang ramping mendadak melompat keudara, kemudian dengan garangnya menerkam diri si Tamu berjenggot indah Huan Kang yang berada dihadapannya... "Berhenti kamu" Suatu bentakan nyaring kembali menggelegar di udara, berbareng dengan suara bentakan itu, segulung angin pukulan yang keras bagaikan tindihan bukit karang melanda kedepan. Waktu itu Buyung Thay sedang melambung di udara, termakan oleh tenaga pukulan yang sangat kuat itu, badannya tergetar keras dan merosot kembali ketanah, malah dengan sempoyongan perempuan itu harus mundur beberapa langkah lagi sebelum akhirnya dapat berdiri tegak. Hawa napsu membunuh yang tak terkirakan tebalnya menyelimuti wajah Han siong Ki, ditatapnya wajah Buyung Thay lekat lekat, lalu menggertak gigi menahan emosi teriaknya: "Sungguh tak kusangka kalau dibilik wajahmu yang begitu cantik bak bidadari dari kahyangan, sebetulnya memiliki hati yang lebih keji daripada racunnya kalajengking" Si nona baju hitam Ko Goan cun juga berubah wajah oleh perubahan situasi itu. Hek pek siang yau bergerak cepat, tanpa mengucapkan sepatah katapun satu dari kiri yang lain dari kanan segera mengancam Buyung Thay dengan bengisnya. Setelah terjadi perubahan besar dalam arena tersebut, si Tamu berjenggot indah Huan Kang juga tidak banyak bicara lagi, diam diam ia ngeloyor pergi dari sana lalu kabur kedalam hutan. 1789 Tak terlukiskan rasa gusar yang berkobar didada Buyung Thay, mukanya sebentar jadi hijau sebentar kemudian jadi merah, matanya yang berapi-api hampir melotot keluar,

sekujur badannya gemetar keras menahan emosi yang makin meluap. Dengan tatapan mata yang tajam Han-siong-Kie menatap sekejap wajah Hek-pek-siang-yau dan Ko-Goan cun, kemudian dengan suara yang keras ibaratnya guntur yang membelah bumi, ia berseru "Mundurlah kalian bertiga...." Hawa napsu membunuh yang begitu tebalnya menyelimuti wajah pemuda ini, membuat siapapun yang memandangnya merasakan hatinya bergidik, tanpa berani membantah ketiga orang itu lantas mundur satu kaki kebelakang. Selangkah demi selangkah Han-siong-Kie maju ke muka mendekati Buyung-Thay, lalu ujarnya dengan suara tajam; "Buyung-Thay aku hendak membunuh kau! Bersiap-siaplah untuk menerima kematianmu itu... Dengan tubuh bergetar keras Buyung-Thay mundur satu langkah, kemudian katanya dengan nada gemetar: "Kau......kau.....jadi kau percaya dengan perataannya?" Han-siong-Kie tidak segera menjawab, otaknya berputar keras untuk memikirkan masalah tersebut, pada hakekatnya peristiwa lenyapnya Go-Siau bi merupakan suatu kejadian yang mencurigakan bukankah Buyung-Thay telah menawarkan diri untuk melindungi keselamatan gadis itu? Kalau ditinjau dari kepandaian silat yang dimilikinya, rasanya tak mungkin kalau sampai terjadi peristiwa ini, apalagi suatu peristiwa yang terjadinya sangat kebetulan......sudah tentu lain ceritanja kalau dibalik kesemuanya itu terdapat suatu kesengajaan. Maka setelah berpikir sekian waktu, dengan wa jah yang tetap kaku anak muda itu membentak. 1790 "Hmm.......penjelasan apalagi yang harus kuberikan kepadamu? Kalau tidak kupercayai perkataannya, memangnya aku harus percaya dengan perkataanmu?" Rupanya Buyung-Thay cukup menyadari betapa tidak menguntungkannya posisinya saat itu, perhatiannya segera dialihkan kembali ke muka, tiba tiba ia berteriak: "Huan-Kang, kau bangsat terkutuk......serahkan selembar jiwa anjingmu.......!" Menyusul teriakan tersebut, tubuhnya melambung ke udara kemudian secepat sambaran kilat meluncur ke dalam hutan untuk mengejar jejak laki laki tadi. Han siong Kie tidak menyangka kalau perempuan cantik itu akan mengambil tindakan untuk kabur dari situ, untuk sesaat ia tak sempat melakukan penghadangan, maka tubuhnya lantas melejit dan menyusul pula dibelakangnya. Dalam sekejap mata, Buyung Thay sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula, sedang jauh didepannya tampak pula sesosok bayangan manusia sedang kabur terbirit birit.

Han siong Kie tak ingin musuhnya teriepas dengan begitu saja, dia mengumpulkan hawa murninya lalu seenteng asap secepat kilat pemuda itu melakukan pengejaran ketat dari belakang. Dalam waktu singkat, mereka telah menembusi hutan itu dan tiba diluar hutan yang lebih lapang tanahnya. Dalam pada itu selisih jarak antara Buyung Thay dengan Huan Kang pun kian lama kian bertambah dekat sehingga akhirnya jarak mereka tinggal lima kaki... "Huan Kang Bangsat berhenti pengecut! Berhenti kau....ayoh serahkan jiwa anjingmu itu kepadaku" Buyung Thay kembali mencaci maki penuh kebencian. 1791 Tapi si Tamu berjenggot indah Huan Kang sama sekali tidak memberi tanggapan bahkan menggubrispun tidak, seakan akan dia tak pernah mendengar seruan tersebut, larinya malahan diperkencang. Habislah kesabaran Buyung Thay menghadapi musuh yang amat dibencinya itu, segenggam jarum toh hun ciam segera disiapkan, kemudian dengan sistim penyambitan yang luar biasa dia tebarkan jarum jarum maut tersebut kedepan. Jerit kesakitan segera berkumandang diudara, si Tamu berjenggot indah Huan Kang maju beberapa langkah dengan sempoyongan, kemudian roboh terjungkal diatas tanah. Melihat musuhnya sudah roboh, Buyung Thay menerjang makin dekat, ia tak sudi memberi kesempatan hidup bagi lawannya, sambil melakukan tubrukan kilat telapak tangannya segera diayun kebawah.... "Tahan." bentak Han siong Ki. Sayang bentakan itu terlambat dengan diiringi suatu benturan yang keras, batok kepala si Tamu berjenggot indah Huan Kang kena dihantam sampai hancur berantakan, darah dan isi otak segera bertebaran kemana mana. "Buyung Thay, kau benar benar keji " geram Han siong Ki sambil menahan rasa dongkolnya. "Han siong Ki, kau..." "Hmmm memangnya kau anggap aku bodoh? Kau anggap aku tidak mengenal tipu muslihatmu?" "Heeehhh... heehhh.... heeehhhh... membunuh untuk menghilangkan bukti, memangnya kau anggap dengan perbuatanmu itu maka aku percaya dengan obrolan? Hhmm, jangan berpikir terlampau kekanak kanakan" Buyung Thay tidak berbicara, ia menggigit bibir sambil membungkam dalam seribu basa, air mata bercucuran 1792 membasahi pipinya yang lembut dan putih, tubuhnya gemetar keras menahan emosi yang meluap-luap. mengenaskan sekali keadaannya.

"Buyung Thay" kembali Han siong Ki mernbentak keras, "setelah Huan Kang kau bunuh, sekarang tibalah pada giliranmu untuk menerima kematian.... ayo, bersiap siaplah untuk menghadapinya " Begitu kata kata tersebut berakhir, diiringi bentakan nyaring sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan. "Blaang..." jerit kesakitan menggema di angkasa, Buyung Thay termakan oleh pukulan itu dengan telak, darah kental berhamburan dari mulutnya, sedang tubuhnya yang mungil mencelat sejauh satu kaki lebih dari tempat semula. Oleh peristiwa yang tak terduga ini, Han siong Kie malahan berdiri tertegun, mimpipun ia tak menyangka kalau Buyung Thay sama sekali tidak memberi perlawanan terhadap serangannya itu. Buyung Thay sendiri bangkit berdiri dengan sempoyongan, meski isi perutnya sudah terluka namun ia berusaha untuk menahan diri, ditatapnya pemuda itu dengan pandangan benci dan sedih, lalu makinya dengan penuh rasa gemas. "Han siong Keng, kau adalah makhluk berdarah dingin Kau adalah makhluk yang tidak berperasaan" "Hmm.... perduli apapun yang hendak kau ucapkan, pokoknya aku tak bisa mengampuni nyawamu dengan begitu saja, ini hari aku akan mencabut jiwamu" seru Han siong Kie keras, hawa napsu membunuhnya masih jelas menyelimuti wajahnya. "Han siong Ki, anggaplah mataku memang buta, anggaplah aku Buyung Thay memang seorang bernasib jelek sehingga bisa berkenalan dengan manusia macam kau" 1793 Han siong Ki melangkah maju tiga tindak ke depan, diapun berseru dengan suara lantang: "Hmm Aku juga menyesal sekali, kenapa semenjak dulu masih percaya dengan perkataan perkataan manis dari kau si perempuan cantik berhati ular". Sambil menggigit bibirnya menahan emosi, Buyung Thay sedikit merintih, darah kental kembali bercucuran membasahi ujung bibirnya. Sikap maupun mimik wajahnya waktu itu sungguh mengenaskan sekali, membuat siapapun orang melihatnya ikut beriba hati. Tapi Han siong Kie sudah tidak tertarik lagi oleh sikap mengenaskan itu, diapun tidak mempunyai rasa kasihan atau sayang terhadap perempuan cantik tersebut, apa yang dia pikirkan sekarang adalah rasa benci, rasa dendam yang berkobar kobar, apa yang ada sekarang cuma hawa napsu membunuh yang sangat tebal. Tiba tiba telapak tangannya diayunkan ketengah ndara, lalu ujarnya dengan keras: "Perempuan siluman berhati kejam, hutang darah dibayar

darah, hutang nyawa bayar nyawa, kalau tidak terlalu penasaran rasanya bila sekarang juga kurenggut nyawamu" Begitu kata kata terakhir diucapkan keluar, diiringi bentakan nyaring sebuah pukulan maha dahsyat telah dilepaskan kedepan membacok tubuh lawannya... "Tunggu sebentar" serentetan bentakan nyaring menggelegar diudara, menyusul suara bentakan itu, segulung hawa pukulan yang kuat bagaikan gulungan ombak ditengah samudra menyapu datang dari arah samping, kekuatan tersebut membuat serangan dari Han siong Ki itu tertumbuk hingga miring kesamping.. 1794 Ternyata orang yang barusan melancarkan serangan itu tak lain adalah Ko Goan cun. Rupanya Buyung Thay sangat tersinggung perasaannya oleh sikap Han siong Ki yang begitu mendesak. dari sedihnya dia menjadi nekad, tiba tiba telapak tangannya diayun keudara lalu teriaknya menahan geram yang berkobar kobar "Han siong Ki, mari kita adu nyawa dan mati bersama" Dalam genggamannya ia sudah disiapkan berpuluh-puluh batang jarum Toh hun ciam, seandainya jarum jarum itu sampai disemburkan ke angkasa, niscaya setiap jago yang hadir disekitar arena akan termakan oleh serangan tersebut. Dengan kaget dan perasaan yang ngeri Han siong Ki mundur beberapa langkah ke belakang.. "Kau berani bertindak sekeji itu?" teriaknya menahan geram yang makin menjadi. "Kenapa tidak berani?" Buyung Thay balas menggertak sambil menggigit bibir. Hek pek siang yau, sepasang silumen hitam dan putih sudah bersiap siaga melakukan terkaman, tapi kedua orang itu tak berani bertindak secara gegabah, sebab sebelum Han siong Ki menurunkan perintahnya, mereka berdua harus tunduk di bawah perintah ketuanya. Ko Goan cun sendiri, ketika menyaksikan adegan tersebut segera serunya dengan penuh emosi: "Enci Buyung, kalau ada persoalan marilah kita bahas secara baik baik, kenapa harus terburu nafsu dan mengikuti angkara murka yang berkobar dihati? Tenangkan dulu hatimu cici, mari kita bersama sama memecahkan persoalan ini dengan otak dingin" Buyung Thay menghela napas panjang, pelan pelan dia turunkan kembali tangannya. 1795 "Han siong Ki" ia berkata kemudian dengan rasa sedih dan perasaan yang tersayat sayat, "untuk kali ini baiklah kutelan semua sikap kasarmu itu tanpa membalas, yaa. semoga saja dikemudian hari kau tak akan menyesal dengan sikapmu itu...

selamat tinggal dan sampai jumpa lagi lain kesempatan" Begitu selesai berkata, dia lantas menjejakkan kakinya ditanah dan melayang pergi dari situ. Bayangan merah tampak berkelebat lewat, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan yang lebat. Han siong Ki hanya bisa berdiri termangu mangu tanpa mengerti apa yang harus dilakukan, untuk sesaat dia hanya bisa mematung dengan mulut membungkam dalam seribu basa. si nona baju hitam Ko Goan cun mengernyitkan pula sepasang alis matanya, ujarnya kemudian: "sute, tidak pantas kalau engkau bersikap sekasar itu terhadap seorang perempuan, sekalipun dia bersalah misalnya, tidak perlukah kau bersikap seolah-olah hendak membunuhnya, bagai manapun juga duduknya persoalan tali belum jelas Berilah kesempatan baginya untuk membela diri, rasanya tidak ada salahnya bukan?" "Huuh... Apa yang harus kuragukan lagi tentang perbuatan kejinya itu? Kenapa pula orang itu harus diberi kesempatan untuk membela diri? Percuma, hanya membuang waktu waktu belaka" tukas Han siong Ki ketus, sementara sorot matanya memandang kejauhan tanpa berkedip. "Sute Sebelum kau mendapat bukti yang nyata yang menunjukkan bahwa seseorang benar-benar melakukan kesalahan, janganlah kau lontarkan tuduhan itu, selidiki dulu duduknya persoalan sampai menjadi jelas, siapa tahu kalau penilaianmu sekarang adalah penilaian yang keliru" 1796 "Dengan dasar apa suci dapat mengatakan kalau aku mungkin keliru..?" Ko Gan cun menghela napas panjang. "Aaaai... Terus terang saja kukatakan, semenjak awal kemunculan laki-laki tadi, aku sudah merasakan sesuatu perasaan yang aneh, aku lihat dibalik sorot mata orang she Huan itu seakan akan memancarkan rasa cemburu yang amat tebal, lagi pula mukanya licik dan sangat mirip dengan seorang manusia berbahaya yang banyak tipu muslihatnya, siapa tahu kalau laki-laki she Huan itu memang sengaja..." Meskipun nona baju hitam itu tidak melanjutkan katakatanya, tapi Han siong Kie sudah memahami apa yang hendak dia katakan, kontan saja perasaannya bergetar keras. "Benar juga ucapan tersebut" demikian pikirnya dihati, "sepanjang pengetahuanku si tamu berjenggot indah Huan Kang selalu mengejar Buyung Thay agar mau menerima cintanya, tapi Buyung Thay selalu menolak pernyataan cintanya itu, siapa tahu karena gagal mendapatkan cinta maka timbul rasa benci dihatinya dan menggunakan sifat fitnahan ini untuk mencelakai jiwanya....? Tapi... aaai, Buyung Thay kan

bisa membela diri dan membantah tuduhan tersebut? Kenapa ia harus membunuh orang she Huan tersebut? Bukankah membunuh orang itu sama juga artinya melenyapkan saksi sebagai tindakan untuk menutupi kejahatan yang telah dilakukannya ?" Berpikir sampai disini, pemuda itupun menggeleng. "Aku rasa tak mungkin" katanya, "dia jelas mempunyai kesempatan untuk membantah dan membela diri sendiri? Tapi ia tidak berbuat demikian, ia malah membunuh Huan Kang untuk menutupi perbuatannya " "Tapi.. sute, mungkin juga serangan keji itu dia lancarkan lantaran hatinya sedang marah dan diliputi rasa benci, 1797 kadangkala bila seseorang sudah mata gelap, tindakan apapun bisa dilakukan." Han siong Ki menggelengkan kepalanya berulang kali. "suci, pikiran dan perasaanku sedang kalut, janganlah kita bicarakan persoalan ini lebih dulu, kalau hendak mempersoalkan kembali masalah itu, kita toh bisa membicarakannya lain saat" pintanya, "dan lagi, sekalipun kau banyak bicara, aku toh tak akan melepaskannya dengan begitu saja." Tapi Ko Goan cun tidak berhenti sampai disitu saja, ia berkata lebih jauh: "selain daripada itu, andaikata Go siau-bi benar benar telah mati, lalu dimanakah jenasahnya? Kenapa tidak kau tanyakan persoalan ini hingga menjadi jelas?" Han siong Ki mnghentak hentakkan kakinya ke tanah. "Benar.. ucapan itu memang benar, sialan Kenapa aku tak bisa berpikir sampai kesitu? Kenapa persoalan ini tidak kutanyakan kepadanya?" dengan penuh rasa menyesal kembali dia menghela napas. "Lalu.. apa yang musti kita lakukan sekarang?" nona ita bertanya kemudian"Apa lagi...? Tentu saja menyatroni Lian huan tau dan kita sikat orang orang Thian che kau" "Kalau memang begitu, apa yang harus kita tunggu lagi? Ayoh berangkat...." Maka berangkatlah keempat orang itu menuju ke arah barat dengan kecepatan penuh. Han siong Ki betul betul merasa pikirannya kalut dan tak tenteram, pemuda itu merasa seakan akan sedang kehilangan sesuatu, rasa sedih yang terjadi dengan tiba tiba ini membuat otaknya jadi berat dan matanya berkunang kunang. 1798 Sekarang ia baru merasakan apa artinya hidup, bagaimana sengsaranya hidup dan apa yang dimaksudkan dengan romantikanya orang hidup Satu satunya orang yang paling dikasihi Tonghong-Hui

telah mati, mati karena adat, berkorban demi cinta kasihnya yang tak akan kesampaian. Sedang Go siau bi, orang yang tak dicintai, tapi mau tak mau harus dicintai sekarang sudah mati juga. Dari sana diapun lantas teringat pula akan kematian gurunya Mo tiong ci mo, kematian dari Thio sau-kun, kematian dari adiknya Han siong Hiang. Kematian... yaaa kematian memang tak bisa dipisah pisahkan dengan manusia hidup, kematian bisa terjadi setiap saat dan setiap saat waktu walau ada dimanapun jua. Jarak sejauh sepuluh li, dalam waktu singkat telah ditempuh, Lian huan tau, Markas besar perkumpulan Thian che- kau telah berada didepan mata mereka. Han siong Ki mengulapkan tangannya mencegah rekan rekannya melanjutkan perjalanan memasuki lembah tersebut, lalu kepada Hek pek siang yau pesannya: "Berjaga-jagalah dimulut lembah ini, jangan biarkan seorang manusiapun lolos dari sini dalam keadaan selamat" "Terima perintah" dua orang siluman itu mengiakanTiba tiba siluman hitam seng Khe ki berkata dari samping. "ciangbunjin, tecu ada satu permintaan yang hendak kuajukan kepadamu, apakah ciangbunjin bersedia mengabulkannya?" "Apa permintaan itu? Katakan" 1799 "sekarang, Hun-si mo ong telah menjadi kepala pelindung hukum dari perkumpulan Thian che kau dan iblis tua itu mempunyai ikatan dendam berdarah dengan perguruan tecu." "Oooh... aku mengerti, tak usah kuawatir, orang itu pasti tak akan kubunuh, dia tentu akan kuserahkan kepada kalian berdua" sela si anak muda itu cepat. "Terima kasih ciangbunjin" Dalam keadaan seperti ini, yang tinggal dalam benak Han siong Kie sekarang hanyalah kobaran api dendam yang menyala nyata, semua kesedihan dan kemurungan yang semula menyelimuti hatinya, kini sudah lenyap tak berbekas. Maka setelah diawasinya sekeliling mulut lembah itu dengan tatapan mata tajam, ujarnya kepada Ko Goan cun "Suci, harap kaupun bersedia menantikan kedatanganku diluar lembah saja" "Tapi...sute...." si nona berbaju hitam itu kelihatan agak keberatan. "Jangan membantah lagi suci" tukas pemuda itu cepat, "harap kau dapat memaklumi kesulitan yang kuhadapi, ketahuilah suci, aku telah bersumpah akan membalas dendam dengan tanganku sendiri, aku tak ingin orang lain membantu usahaku ini" "Tapi.... sute, Lian hun tau adalah suatu lembah yang sangat berbahaya, setiap langkah yang keliru dapat

mengakibatkan datangnya bencana " "lbu telah menghadiahkan peta lembah tersebut kepadaku, dan lagi akupun sudah berpengalaman sebanyak dua kali masuk keluar dalam lembah ini, aku yakin lembah tersebut masih belum dapat menyesatkan diriku" "Tapi kau musti tahu sute, jago jago yang tergabung dalam perkumpulan Thian ce kau tak terhitung jumlahnya, lagipula 1800 ilmu silat yang mereka miliki rata rata sangat lihay, aku kuatir dengan kekuatan sute seorang..." "Huuh... kalau cuma manusia sebangsa kurcaci kurcaci itu masih belum kupandang sebelah matapun, suci tak usah kuatir Lihat saja kemampuanku untuk menyikat habis mereka" "Sute, Jadi kau telah bersikeras untuk menempuh bahaya dengan kekuatanmu seorang diri?" "Yaa suci, sebab inilah yang kuharap harapkan selama ini dan harapan tersebut tak akan kusia siakan setelah kesempatan yang kutunggu tunggu itu telah tiba" Ko Goan cun termenung sebentar, akhirnyapun dengan perasaan apa boleh buat dia mengangguk. "Baiklah Kalau toh hal ini sudah merupakan keputusanmu, aku tak bisa memaksanya lebih jauh, aku hanya dapat mengucapkan kepadamu semoga kau sukses dan dapat membalaskan dendam kesumatmu. Berangkatlah sekarang" Han siong Ki tidak banyak bicara lagi, dia lantas menggerakkan badannya dan menyerbu kedalam mulut lembah..... "Berhenti? Bangsat dari mana yang begitu berani memasuki lembah kami." serentetan bentakan nyaring menggelegar di angkasa. Berbareng dengan menggelegarnya bentakan itu, beberapa sosok bayangan manusia munculkan diri dari balik bebatuan dan menghadang jalan pergi pemuda itu. Han siong Ki tidak berkata apa apa, mengucapkan sesuatupun tidak, ia malah tancap gas menyerbu ke dalam lembah tersebut dengan lebih gencar, jari tangan dan telapak tangannya diayun berbareng melepaskan serangan-serangan yang mematikan. 1801 Jerit kesakitan yang memilukan hati barkumandang memenuhi seluruh lembah tersebut, cukup dalam beberapa kali bentrokan saja, lima sosok mayat telah menggelepar didepan lembah itu. Han siong Ki tertawa dingin, selesai membinasakan musuhnya, dia melanjutkan perjalanan menyerbu lebih dalam lagi... Desingan tajam yang berkumandang karena ujung baju tersampok angin kembali menggema di angkasa, tiga sosok

bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa menyerbu datang, mereka adalah tiga orang kakek berbaju hitam... Menyaksikan kedatangan lawan, Han siong Ki berhenti bergerak, lalu dengan pandangan mata yang bengis danpenuh pancaran sinar membunuh ia menatap musuhnya bergantian. Tampaknya salah seorang diantara ketiga orang kakek itupun mengenali siapa musuhnya, terdengar ia menjerit kaget: "Haahhh.....manusia bermuka dingin" Tanpa banyak bicara dia lantas putar badan dan kabur terbirit birit ke dalam lembah, sementara dua orang kakek yang tertinggal berdiri mematung ditempat semula dengan wajah menunjukkan rasa ketakutan yang menghebat. "serahkan saja kedua orang itu kepada tecu, ciangbunjin" seruan nyaring berkumandang. Dua sosok bayangan hitam meluncur tiba, menyusul kemudian dua kali jeritan kesakitan berkumandang diangkasa, tahu tahu diatas tanah telah bertambah dengan dua sosok mayat yang hancur berlumuran darah, tentu saja serangan tersebut dilancarkan oleh Hek pek siang yau. Melihat kelihayan ilmu silat yang dipunyai siltuman hitam putih itu, Ko Goan cUn si nona baju hitam itu merasa terkejut. Sebagaimana telah diketahui, oleh karena Hek pek Siang yau pernah makan Bak ci yang berusia seribu tahun, maka dia 1802 menjadi awet muda dan sepintas lalu usianya kelihatan seperti baru dua puluh tahunan, padahal kalau dihitung yang sebenarnya maka usia mereka berdua sudah mencapai tujuh puluh tahun lebih. Sejak wajah mereka pulih kembali menjadi wajah aslinya dalam telaga beracun dilembah hitam, orang persilatan boleh dibilang sedikit sekali yang mengetahui muda mudi yang gagah dan cantik itu sebetulnya tak lain adalah sepasang siluman hitam putih yang kesohor itu. Sementara suasana telah menjadi hening kembali, tiba tiba terdengar suara tertawa cekikikan berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul suara tersebut muncullah seorang nona cantik jelita yang berusia dua puluh tahunan, ia mengenakan baju berwarna hijau pupus. Ketika Han siong Ki memandang wajah gadis itu untuk pertama kalinya, tiba tiba saja ia berseru kaget lalu mundur satu langkah tanpa disadarinya..... Ia merasa potongan wajah nona itu sangat dikenal olehnya, hanya dia lupa nona itu pernah ditemuinya dimana? -ooo0dw0oooBAB 97 WALAUPUN gadis itu dikenal olehnya, kendatipun tak di ingat lagi wajah tersebut pernah ditemuinya dimana, namun anak muda itu segan untuk berpikir lebih jauh, sebab sebagai seorang jago dibawah pimpinan perkumpulan Thian che kau,

itu sama pula artinya dengan nona itu adalah musuh besar yang harus dihadapinya. Sementara itu, si nona baju hijau telah memandang sekejap mayat yang menggelepar ditanah itu lalu seolah olah tak pernah menemui kejadian apapun ia tersenyum kepada Han siong Ki. 1803 "Jadi engkau toh yang disebut orang sebagai Manusia bermuka dingin....?" tegurnya. "Ehmm...iya" "Hui.. Betul-betul bukan nama kosong belaka, tampaknya kau memang seorang manusia berdarah dingin...." Han siong Ki segan untuk membantah lebih lama dengan lawannya, dia lantas mendengus, tenaga serangannya disiapkan dan pemuda itu siap untuk menerjang kedalam lembah.... "Tunggu sebentar" tiba tiba si nona baju hijau itu membentak. Ketika ujung bajunya dikebaskan kedepan segulung hawa pukulan yang kuat dan keras segera menggulung kedepan saking keras dan kuatnya serangan itu membuat Han siong Ki tak sanggup berdiri tegak dan mundur beberapa langkah kebelakang dengan sempoyongan. "Hebat betul kepandaian silat yang dimiliki perempuan ini, tampaknya dia tak boleh dianggap enteng" Sementara pemuda itu masih melamun, gadis tersebut telah menegur dengan suara yang merdu: "Manusia bermuka dingin, mau apa engkau datang kewilayah Lian huan tau ini?" "Membantai manusia" jawaban dari Han siong Ki itu bukan saja dingin dan kaku, bahkan tak sedap didengar. "oooh... sungguh besar amat kata-katamu, siapa yang hendak kau bantai?" "Semua anggota perkumpulan Thian che kau mulai dari kaucunya sampai keroco-keroconya adalah sasaran dari pembantaianku kali ini" 1804 Tiba tiba terdengar siluman putih Hong Ing ing menggunakan ilmu menyampaikan suaranya berbisik kepada Han siong Ki: "Lapor ciangbunjin, nona berbaju hijau itu merupakan salah satu diantara jago jago yang lolos dari kurungan benteng maut beberapa hari berselang, ilmu silatnya cukup tangguh" Han siong Ki anggukkan kepalanya tanda mengerti. Waktu itu, si nona baju hijau kembali berkata sambil tertawa cekikikan dengan suara yang merdu: "Manusia bermuka dingin, kenapa tidak kau tanyakan kepada nonamu siapakah aku ini?"

"Hmm Segan aku untuk menanyakan persoalan persoalan seperti itu, pokoknya setiap anggota perkumpulan Thian che kau jangan harap bisa lolos dari tanganku dalam keadaan selamat" "Waduuh... waduh... kalau bagitu nonamu juga termasuk salah seorang yang hendak kau bunuh?" "Tentu saja" Paras muka si nona baju hijau itu kontan berubah hebat, serunya dengan nada geram: "Jangan terlalu tekebur lebih dulu wahai manusia bermuka dingin, hmmm... Sebelum impian dapat terwujud, lebih dahulu cobalah untuk mendobrak pertahananku" Han siong Kie mendengus dingin, sebagai seorang pemuda yang keras kepala dan tak sudi tunduk kepada orang lain, tentu saja ia agak tersinggung oleh tantangan musuhnya. Maka tanpa banyak berbicara, telapak tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah bacokan maut dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. 1805 Nona berbaju hijau itu sama sekali tak gentar, telapak tangannya diayun pula kedepan untuk menangkis datangnya ancaman itu dengan keras lawan keras. "Blaaang...." suatu benturan kekerasan tak bisa dihindari lagi, dengan sempoyongan nona berbaju hijau itu mundur selangkah ke belakang, tapi pemuda itupun ikut mundur kebelakang, kejadian ini kontan saja membuat Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar keras, cepat pikirnya didalam hati. "sungguh teramat sempurna tenaga dalam yang dimiliki gadis ini, tak kunyana diapun berilmu sehebat ini" Makin berpikir hatinya merasa semakin penasaran, akhirnya tenaga si mi sinkang yang maha dahsyatpun dihimpun kedalam tubuhnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun sepasang telapak tangannya didorong kemuka untuk melepaskan sebuah pukulan. Kabut putih yang sangat tebal menyelimuti seluruh angkasa, ngeri juga nona berbaju hijau itu menghadapi serangan dahsyat tersebut, tapi ia tak mau mundur dengan begitu saja, maka ditangkisnya ancaman tadi dengan keras lawan keras.. Benturan keras kembali bergelegar diangkasa, ditengah benturan itu kedengaran seseorang mendengus tertahan, menyusul kemudian nona baju hijau itu terdorong mundur sejauh delapan langkah lebih, dua gumpal darah kental mengucur keluar membasahi ujung bibirnya. Penyerbuan yang dilakukan Han siong Ki saat ini boleh dibilang dilaksanakan dengan membawa rasa dendam dan benci yang luar biasa, bayangkan saja apakah ia suka memberi ampun kepada musuhnya dengan begitu saja?

Begitu tubrukan dilancarkan, sebuah pukulan yang maha dahsyat dengan kecepatan bagaikan kilat langsung dihantamkan keatas wajah musuhnya. 1806 Si nona baju hijau itu melejit sambil menghindar kesamping, gerakan tubuhnya enteng dan lincah, kecepatan geraknya juga cukup menggetarkan hati orang. Meleset dengan serangannya yang pertama, Han siong Ki segera menghardik dengan suara dingin: "Jangan berkelit melulu, coba rasain lagi sebuah pukulanku ini, bila kau tidak mampu itulah berarti nasibmu masih terlampau mujur untuk suatu kematian" Desakan demi desakan yang dilakukan pemuda itu akhirnya membangkitkan juga hawa amarah dihati si nona baju hijau, mukanya berubah hebat, sepasang matanya berapi-api, serunya dengan geram: "Wahai manusia bermuka dingin, jika aku Cui-hoa siancu Ting Hong jeri kepadamu, sepanjang masa aku tak nanti akan menggunakan marga Ting lagi..." Sebenarnya Han siong Ki sudah menyiapkan sebuah pukulan yang luar biasa dahsyatnya, akan tetapi setelah mendengar nama yang diperkenalkan nona itu, mendadak sontak saja ia tarik kembali tangannya mentah mentah, serunya dengan hati bergetar: "Jadi kau yang bernama Ting Hong?" sementara dalam hatinya ia berpikir kembali: "Tak heran kalau aku merasa kenal sekali dengan wajahnya, rupanya dia tak lain adalah gadis yang dilukis dalam dinding gua salju dibukit ciong san..." Dalampada itu si nona baju hijau itu telah menyahut: "Yaa benar, ada apa?" "Kalau begitu kau adalah putrinya sijelek dari sin ciu?" Kali ini paras muka Cui hoa siancu Ting Hong berubah sangat hebat, setengah tercengang dia berseru: "Eeeh ....darimana kau bisa tahu kalau si Jelek dari sin ciu adalah ibuku" 1807 Tapi sebelum Han siong Ki memberikan jawabannya, tiba tiba dari kejauhan muncul tiga sosok bayangan manusia, dengan kecepatan luar biasa ketiga sosok bayangan itu meluncur datang... Han siong Ki menengadah, begitu tahu siapa yang datang, paras mukanya berubah, kepada Hek pek siang yau segera katanya: "Itu dia, orang yang kalian cari cari sudah datang, hadapilah dia dengan kekuatan kamu berdua. biar anak muridnya itu aku yang basmi" Ucapan si anak muda itu memang tak salah, sebab yang datang tak lain adalah Hun si mo ong dan im yang siang sat.

Sepasang siluman hitam putih tidak menyia-nyiakan kesempatan itu lagi, mereka melompat ke muka dengan gerakan yang lincah lalu menghadang jalan pergi HHun si mo ong, teriaknya hampir berbareng: "Bajingan tua, serahkan jiwa anjingmu" Hun si mo ong tertawa seram. "Heehhh.... heehhh.... heeehhh....bocah busuk, apa yang kau teriakkan macam setan menjerit?" Tanpa banyak bicara lagi dia memandang sekeliling gelanggang, lalu berpaling pula keatas wajah Han siong Ki. Sementara itu, Cui hoa siancu Ting Hong hanya berdiri termangu mangu, disatu pihak ia sudah terpikat oleh kegagahan dan ketampanan Han siong Ki, dilain pihak diapun merasa agak ragu ragu oleh sikap pemuda itu, benarkah dia mempunyai hubungan yang intim dengan ibunya? "Hun si mo ong" kedengaran siluman hitam seng Keh ki sedang membentak dengan marah, "bersiap siaplah menghadapi kematianmu, sisa sisa anak murid Thian it bun khusus datang kemari untuk membuat perhitungan dengan kau" 1808 Pucat pias wajah Hun si mo ong karena kaget, dengan hati yang ketakutan ia mundur selangkah lebar ke belakang. Hek pek siang yau berdiri kaku dengan wajah diliputi rasa dendam dan benci yang menyala nyala, napsu membunuh menyelimuti wajahnya dengan tebal, mereka berdua telah bersiap siaga melakukan penyerbuan kedepan.. Im yang siang sat, sepasang malaikat hawa dingin dan panas ikut maju kemuka untuk membantu gurunya, tapi Ko Goan cun atau si nona baju hitam itu sudah bergeser ke kiri menghadang jalan pergi Yang sat (malaikat hawa panas) Ko su khi sedangkan Han siong ki menghadang jalan lewat dari Im sat (malaikat hawa dingin) Mo siu ing. Suatu pertarungan sengit tak terhindar lagi, semua pihak sama sama mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk bertempur dan saling merobohkan musuhnya. Hek pek siang yau bertujuan membalas dendam membalas sakit hati atas dibasminya partai Thian it bun, perguruan mereka dimasa lalu, bisa dibayangkan bagaimana nekad dan gencarnya serangan demi serangan yang mereka lancarkan dengan penuh rasa dendam itu, untuk sesaat keadaan mereka masih seimbang. Hun si mo ong memang terhitung juga seorang tokoh silat berilmu tinggi, sekalipun dikerubuti dua orang musuh lihay sekaligus, ternyata posisinya masih mantap dan perlawanannya cukup gigih. Keadaan Ko Goan cun melawan Yang sat Ko su khi juga seimbang, untuk sesaat susah untuk menemukan siapa yang lebih unggul diantara mereka berdua...

Hanya Im yang Mo siu ing yang kewalahan menghadapi serangan serangan Han siong Ki yang gencar, hanya cukup didalam tiga gebrakan saja ia sudah didesak sehingga tak mampu melancarkan serangan balasan. 1809 Cui hoa siancu Ting Hong yang menganggur di samping arena, beberapa kali kelihatannya hendak turun tangan, tapi setiap kali pula dia batalkan niatnya itu... Mendadak terdengar jeritan ngeri yang mengerikan berkumandang memecahkan kesunyian, tubuh dari malaikat hawa dingin Mo siu ing tampak terlempar kebelakang sejauh satu kaki dengan sempoyongan, rupanya ia sudah kena terhajar oleh tenaga pukulan si mi sin kang dari Han siong Ki sehingga muntah darah, keadaannya sedikit tampak payah. "Malaikat hawa dingin" Han siong Ki berteriak sambil menggigit bibir menahan geramnya, "masih ingat bukan dengan apa yang pernah kuucapkan tempo hari? Bila kita berjumpa muka lagi, maka kau akan kubunuh?" "Manusia bermuka dingin, jangan harap apa yang kau inginkan itu bisa terwujut" teriak malaikat hawa dingin Mo siu ing dengan sinar mata memancarkan rasa benci yang hebat. Sembari berkata tubuhnya melejit sambil menerkam ke depan menyerang Han siong Ki, sepasang telapak tangannya menyapu ke angkasa menciptakan selapis bayangan cakar yang tebal, dengan hebatnya bayangan cakar itu mengurung disekitar batok kepala lawan. Ilmu cengkeram yang dimiliki malaikat hawa dingin Mo siu ing terhitung ilmu nomor satu dalam dunia persilatan, diapun terhitung jago nomor wahid dalam ilmu jenis yang sama, bisa kita bayangkan betapa mengerikannya serangan yang dilancarkan dengan tekad itu, kontan Han siong Ki terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih. Dipihak lain pertarungan antara Ko Goan cun melawan malaikat hawa panas masih berlangsung dengan serunya, menang kalah untuk sesaat sukar untuk ditentukan. Pertarungan mati matian antara Hek pek siang yau melawan HHun si Mo ong juga berlangsung amat seru, 1810 tampaknya untuk sesaat siapa unggul siapa kalah belum dapat ditentukan. Hawa napsu membunuh yang berkobar dihati Han siong Kie makin memuncak. tujuannya memasuki Lian huan tau itu untuk menuntut balas, tentu saja ia merasa segan untuk membuang banyak waktu disini, maka sesudah berpikir sebentar akhirnya ia membentak. ilmu pukulan Mo mo ciang hoat dilancarkan berbarengan waktunya, jurus jurus mautpun menggulung keluar susul menyusul. Kalau juga pukulan pukulan biasa masih mendingan,

ternyata dalam serangan tersebut pemuda itu telah sertakan juga hawa sakti si mi sinkang yang dahsyat, jangankan baru malaikat hawa dingin Mo siu ing, sekalipun gurunya Hun si moong juga tak akan tahan. Tak ampun lagi, satu pukulan keras bersarang telak dibadan si malaikat hawa dingin, membuat lawannya segera mencelat ke belakang. Oleh jeritan kesakitan dari malaikat bahwa dingin itu, malaikat hawa panas Ko su khi menjadi amat terkejut, konsentrasinya otomatis menjadi buyar. Syarat terutama yang harus diperhatikan kawanan jago dalam suatu pertarungan adalah konsentrasi yang sempurna, apalagi dengan kekuatan yang seimbang, seseorang lebih lebih harus memperhatikan benar benar setiap ancaman musuhnya. Karenanya, ketika malaikat hawa panas Kosu khi pecah perhatiannya, Ko Goan cun segera manfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik baiknya, ilmu pukulan Hui huan pat ciang secepat sambaran kilat dilancarkan secara gencar. "Blaaang" ditengah benturan keras, Malaikat hawa panas Ko su khi mendengus tertahan sambil muntah darah kental tubuhnya secara beruntun mundur belasan kaki ke belakang. 1811 Waktu itu pertarungan antara Hek pek siang-yau melawan Hun si mo ong telah mencapai pada puncaknya, makin bertarung suasana makin tegang dan mara bahaya semakin besar mengancam tiba, pertarungan sesengit ini belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan ratusan tahun belakangan ini. Han siong Ki sendiri sehabis menyarangkan sebuah pukulannya ditubuh lawan, ia lantas melejit dan memburu ke hadapan malaikat hawa dingin Mo siu ing, telapak tangannya diangkat ke udara siap melancarkan sebuah pukulan maut... Padahal keadaan si malaikat hawa dingin Mo siu ing waktu itu sudah kepayahan apalagi setelah isi perutnya terluka parah, menghadapi ancaman yang sudah berada didepan mata itu ia cuma bisa pejamkan mata sambil menantikan datangnya saat kematian. Tiba tiba.... ketika serangan sudah hampir mencapai pada sasarannya, Han siong Ki menarik kembali serangannya itu, gelengkan kepala, menghela napas panjang dan putar badan masuk ke dalam lembah. Sebagaimana diketahui, Han siong Ki bisa berhasil menguasahi ilmu si mi sinkang, kesemuanya itu adalah berkat sarung tangan Hud jiu po pit yang diberikan malaikat hawa dingin kepadanya, meskipun benda itu dimenangkan olehnya dalam Suatu pertarungan, tapi kebaikannya itu tak dapat terhapus dengan begitu saja, maka ia merasa tak tega untuk melancarkan serangan maut yang bisa mengakibatkan kematian bagi orang itu.

Baru beberapa langkah Han siong Ki berjalan, ketika secara mendadak sesosok bayangan manusia menghadang jalan perginya . "Manusia bermuka dingin berhenti kau" bentaknya. Han siong Ki berhenti sambil menengadah, ternyata orang yang menghadang jalan perginya itu bukan lain adalah cui hoa siancu Ting Hong. 1812 "oya, hampir saja aku melupakan orang ini" demikianlah pikirnya "bagaimanapun jua, aku harus mengucapkan si Jelek dari sin ciu juga bisa terwujud" Tapi sebelum anak muda itu mengucapkan sesuatu Cui hoa Ting Hong siancu telah berkata lebih dulu: "Manusia muka dingin, engkau kenal dengan ibuku?" "Benar... bukan saja kenal bahkan akupun masih mempunyai sebuah janji dengan ibumu" "Masih mempunyai sebuah janji? janji apakah itu? apa kau bisa memberitahukan padaku?" "Tentu saja aku telah berjanji kepada ibumu untuk menemukan kau, kemudian membawa kamu pulang kerumah" "Aku tidak percaya" teriak Cui hoa siancu Ting Hong dengan paras muka berubah hebat. "Engkau tidak percaya dengan apa yang kukatakan barusan?" pemuda itu menegaskan. "Tentu saja aku tidak percaya, kenapa harus kupercayai perkataanmu itu dengan begitu saja?" "Tahukah engkau? Karena berusaha untuk menemukan kembali jejakmu, ayahmu sudah lima tahun lamanya berkelana dalam dunia persilatan, bahkan ibu dan ayahmu cekcok dan tidak akur lantaran kau..." "Aaaah, masa iya?" "Terserah mau percaya atau tidak, pokoknya aku sudah mengatakan apa yang sebenarnya, dan untuk mewujudkan janjiku itu, terpaksa aku harus menghantar kau pulang kerumah ibumu" "Mengapa kau bisa mempunyai janji dengan ibuku?", "Karena aku pernah memperoleh sebutir pil si mia Kim wan dari ibumu maka..." 1813 "Maka engkau melakukan pencarian ini baginya?" Ting Hong menyela sambil mencibirkan bibirnya. "Yaa, apa yang nona katakan memang benar" "Tapi sayang sekali sekarang aku masih belum bisa pulang kerumah... dan lagi akupun tak ingin pulang" "Kenapa?" "Sudah sepuluh tahun lamanya aku disekap dalam rumah batu di benteng maut, Thian che kau lah yang telah menolong aku terlepas dari kurungan, maka dewasa ini aku harus

membayar dulu hutang budi ini kepadanya, selain daripada itu, semua rekan rekan senasib yang pernah disekap dalam benteng maut mempunyai suatu tujuan yang sama..." "Apakah tujuan kalian yang semua?" Han siong Ki ingin tahu dan bertanya agak tercengang. "Tujuan kami adalah menghancurkan Benteng maut dan membumi ratakan bangunan itu dengan tanah" Berdebar jantung Han siong Ki setelah mendengar perkataan itu, mimpipun ia tak mengira kalau kawanan gembong iblis yang berhasil terlepas dari benteng maut telah dipergunakan tenaganya oleh Thian che kaucu demi keuntungan pribadinya. Sekarang, Benteng maut dijaga oleh ibunya, sucounya dan siau susioknya, maka berbicara soal pertahanan rasanya tak akan sampai menjadi satu masalah yang pelik, cuma dengan adanya rencana musuh yang bisa gawat, otomatis gerakan itu akan sangat mempengaruhi rencananya sendiri untuk melakukan pembalasan dendam. "Benteng maut selamanya tetap akan jaya, benteng maut selamanya tetap akan berdiri kokoh dalam dunia persilatan, jangan harap apa yang kalian rencanakan bisa terwujud" serunya kemudian dengan suara dingin. 1814 "Huuuh... jangan bermimpi" Ting Hong mendesis dengan nada penuh penghinaan. Paras muka Han siong Ki berubah jadi serius, katanya lagi: "orang she Ting, terus terang kuberitahukan kepadamu, and ikata aku tidak terikat oleh janjiku sendiri dengan ibumu, maka sekarang engkaupun tak akan lolos dari suatu kematian" "Manusia bermuka dingin" Ting Hong berteriak dengan paras muka berubah hebat, " kau terlampau tekebur, ingin masuk lebih jauh ke dalam lembah ini, kau harus berusaha mengalahkan aku lebih dahulu" Han siong Ki tahu keadaan sudah meruncing, diapun cepat mengambil keputusan. "sekarang, masalah membalas dendam jauh lebih penting dari persoalan lainnya, kenapa tidak kusingkirkan dia lebih dahulu? sehabis membalas dendam ia baru kutangkap untuk dikirim kembali ke gua salju dibukit Ciong san..." Karena berpikir begini, diapun membentak dengan suara keras: "Ayoh menyingkir kau" "Tunggu sebentar..." gadis itu kembali berseru dengan suara lantang. "Apa yang hendak kau katakan lagi?" "Kau membutuhkan obat si mia kim wan dari ibuku untuk apa?" "Untuk apa ....? Tentu saja untuk menolong jiwa seseorang" sahut pemuda itu. "Manusia macam apakah yang hendak kau tolong?"

Han siong Ki sedikit tercengang selain kurang sabar, tapi sahutnya jugs dengan jujur: "Dia adalah seorang gadis yang bernama Go siau bi Enmm, sudah cukup jelas?" "Go siau-bi namanya?" 1815 "Yaa benar, ada apa?" "Kalau begitu obat tersebut sudah tidak ada gunanya lagi baginya, obat tersebut bisa kau kembalikan kepada ibuku" "Kenapa.." Han siong Ki bertanya dengan hati yang amat terperanjat "Kau kenal dengan gadis itu?" "Ehmmm, benar" "sekarang ia berada dimana?" "Kau ingin tahu?" "Yaa, aku ingin tahu" suara Han siong Kie lcedengaran sedikit gemetar karena emosi. Cui hoa siancu Ting bong termenung dan berpikir lagi beberapa saat lamanya, kemudian diapun bertanya lagi: "sebenarnya dia itu apa mu?" "Dia adalah calon isteriku" Sekali lagi paras muka Ting Hong berubah hebat, tapi sebelum dara itu berbicara lagi, Han siong Kie dengan perasaan tak sabar telah mendesak lebih jauh: "Harap kau suka beritahu kepadaku, bagaimanakah keadaannya dewasa ini? Tentunya kau tidak merasa keberatan bukan?" "Beritahu kepadamu sih boleh-boleh saja, hanya..." "Hanya kenapa?" "Tentu saja ada syaratnya" Menurut pengakuan si tamu berjenggot indah Huan Kang menjelang saat kematiannya, Go siau bi telah tewas ditangan ratu tawon Buyung Thay, tapi sekarang Ting Hong telah mengucapkan kata-kata semacam itu, tak heran kalau Han siong Ki merasa kaget bercampur tercengang, untuk sesaat dia tak tahu bagaimana baiknya. 1816 Tapi akhirnya diapun berkata: "Apakah syaratmu? Cepatlah katakan keluar" Ting Hong tidak langsung menjawab, ia tampak termenung beberapa saat lamanya, kemudian tertawa misterius. "Kabar tentang gadis she Go itu bisa saja kuberitahukan kepadamu sekarang juga, sedang soal syaratnya lebih baik dibicarakan lain kali saja, asal kau ingat saja selalu bahwa kau masih berhutang sebuah syarat kepadaku itu sudah lebih dari cukup," Han siong Ki sudah tak sabar untuk menunggu lebih jauh, ia mendesak lebih jauh: "Baik, akan kuingat selalu syaratmu itu, Nah sekarang katakanlah jejak gadis itu kepadaku"

"Sekarang Go siau bi berada dalam cengkeraman orang orang Thian che kau..." "ooooh... jadi dia belum mati?" Rasa kaget yang dialami Han siong Ki waktu itu benar benar sukar dilukiskan dengan kata kata, suaranya sampai kedengaran agak gemetar. "Yaa, dia belum mati oleh karena itulah seperti telah kukatakan tadi, obat si mia kim wan sudah tak berguna lagi baginya" "Tapi.... tapi... hal ini tak mungkin terjadi, dia.... dia.... mana mungkin belum mati?" "Apa?Jadi kau sangat berharap agar dia cepat-cepat masuk keliang kubur...?" "Bukan begitu maksudku, sewaktu kami berpisah tempo hari, jiwanya hanya bisa hidup sepuluh hari lagi, itupun berkat kemanjuran obat ci-goan wan dan sekarang..." "Waah....kalau soal itu aku kurang begitu tahu, tapi pokoknya sampai sekarang dia masih hidup dan aku rasa asal 1817 dia masih hidupkan beres? Kenapa musti persoalkan urusan tetek bengek lainnya?" kata Ting Hong dengan suaranya yang merdu seperti burung nuri yang lagi berkicau dipagi hari. Setelah mendengar perkataan itu, Han siong Ki baru sadar dari lamunannya, sekarang ia baru merasa bahwa Buyung Thay kena difitnah, bahkan terfitnah secara keji, dia pasti akan menanggung rasa penasaran yang hebat akibat perbuatannya... Diam-diam pemuda itu mulai menyesal, dia tak menyangka kalau si Tamu-berjenggot-indah Huan Kang begitu kejamnya, lantaran gagal soal bercinta ternyata dia begitu tega untuk melaksanakan siasat sekeji dan sebusuk itu.... diam-diam ia merasa bergidik sendiri, rupanya rasa cemburu bisa mendatangkan rasa benci yang menyala-nyala, dan Huan Kang merupakan satu bukti yang paling jelas. Helaan napas panjang berkumandang memecahkan kesunyian, Buyung Thay pernah menolong jiwanya sampai dia kali, tapi sekarang, karena Kecerobohannya ia telah bentrok dengan perempuan itu, malahan nyaris jiwanya akan dicabut olehnya, berbicara sesungguhnya, peristiwa itu cukup mendatangkan pukulan batin yang tak terkirakan besarnya untuk perempuan itu. "Aaai..........aku telah bersalah padanya, aku telah bersikap terlampau kasar kepadanya...." tanpa disadari pemuda itu bergumam sendiri dengan suara yang lirih. -ooo0dw0oooJilid 48 "EEEH...... kau telah berbuat salah kepada siapa?" Cui hoa siancu Ting Hong bertanya dengan wajah tertegun. 1818

"Aku rasa aku tidak mempunyai keharusan untuk menjawab pertanyaanmu itu" tukas pemuda itu ketus. Sehabis berkata, dia lantas menggerakkan tubuhnya siap berlalu dari sana.... "Eeeh....tunggu sebentar manusia muka dingin" teriak Ting Hong lagi sambil mengayunkan telapak tangannya, "nonamu masih bertugas disini, maka sebagai musuh kita harus beradu kepandaian lebih dulu sebelum berlalu dari sini" "Bagus, kalau begitu sambutlah seranganku ini" Diiringi bentakan keras yang memekikkan telinga, secara beruntun Han siong Ki melancarkan tiga buah serangan berantai. Tenaga pukulan yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak ditengah samudra seperti gelombang dahsyat yang menghanyut-kan melanda keluar susul menyusul, oleh tekanan yang maha dahsyat itu, Ting Hong terdesak sampai mundur delapan langkah ke belakang. Begitu gadis itu terdesak mundur, maka terbukalah sebuah jalan lewat bagi pemuda itu, Han siong Ki tidak menyia nyiakan kesempatan baik itu, dengan gerakan tubuh seperti sukma gentayangan tahu tahu dia sudah menyelinap masuk kedalam lembah. Menyaksikan anak muka itu menyusup ke dalam lembah, sekulum senyuman aneh yang sukar dilukiskan apa artinya tersungging diujung bibir nona itu, kemudian sambil membentak keras dia segera melakukan pengejaran dari belakang. Sementara itu, empat orang kakek telah munculkan diri dari balik lembah dan menghadang jalan pergi anak muda itu. Sejak kehadirannya di lembah Lian huan tau, napsu membunuh yang berkobar didada Han siong Ki sudah tak terkendalikan lagi, apalagi mengingat dendam kesumatnya yang luar biasa, maka begitu jalan perginya dihadang oleh 1819 empat orang kakek kekar tanpa mengucapkan sepatah katapun dia lantas menerjang kedepan dan langsung menumbuk musuh musuhnya. Ditengah desingan suara suitan yang memekikkan telinga, ilmu jari Tong Kim ci telah dilancarkan secara beruntun Bentakan demi bentakan nyaring menggelegar memenuhi angkasa, ke empat orang kakek itu masing masing melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke depan, kekuatannya ibarat gulungan ombak dahsyat yang menghantam tepian pantai, hebat sekali kekuatannya. Jerit kesakitan tiba tiba berkumandang memecahkan kesunyian, percikan darah berhamburan kemana mana. salah seorang diantara empat penyerang itu tahu-tahu sudah termakan tusukan jari tangan yang maha dahsyat itu hingga dadanya berlubang hingga tembus kepunggung, dengan cucuran darah yang amat deras badannya tersungkur ketanah

untuk tidak bangun selama lamanya. Han siong Ki sendiri, walaupun serangannya berhasil mematikan salah seorang musuhnya, tapi oleh desakan tenaga pukulan yang maha dahsyat dari lawan-lawannya itu, dia kena dipaksa untuk melayang turun kembali keatas permukaan tanah. Hanya selisih waktu beberapa detik saja, deruan ujung baju tersampok angin kembali berkumandang memecahkan kesunyian, beberapa sosok bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa melayang masuk kedalam lembah dan serentak mengurung Han siong Ki ditengah gelanggang. Tiba tiba dari luar lembah secara lapat-lapat terdengar pula jerit kesakitan yang mengerikan. Han siong Ki tahu, itulah jeritan dari Hun si mo ong atau dengan perkataan lain Hok pek siang yau telah berhasil mewujudkan cita citanya untuk membuat perhitungan atas kematian saudara dalam perguruannya . 1820 Waktu itu Cui hoa sian cu Ting Hong telah mengejar tiba pula ditepi arena, dia berdiri bersama-sama dengan kawanan jago dari perkumpulan Thian che kau lainnya. Apa yang diduga Han siong Ki ternyata memang benar, Hun si mo ong telah tewas ditangan Hek pek siang yau berdua. Begitu musuh besar perguruannya berhasil dibunuh dan dendam kesumat yang tertanam dihati mereka selama banyak tahun berhasil dituntut balas, sepasang siluman hitam putih itu berlutut ditanah menghadap ke selatan, lalu dengan suaranya yang lirih mereka berdoa: "oooh.... suhu, arwahmu dialam baka tentunya dapat menyaksikan apa yang baru terjadi disini, tecu telah berhasil membunuh musuh besar kita yang terakhir..." Selesai berdoa mereka lantas bangkit berdiri, sekarang sinar mata mereka yang bengis dialihkan keatas wajah Im yang siang sat (sepasang malaikat hawa panas dan dingin) yang sedang memeluk jenasah gurunya sambil menangis tersedu sedu. Tapi sebelum kedua orang siluman itu melancarkan serangannya yang mematikan, sinona baju hitam Ko Goan cun sudah maju kemuka sambil katanya kepada kedua orang itu: "Lepaskanlah muridnya, kasihan ke dua orang itu" Ko Goan cun sebagaimana diketahui adalah kakak seperguruan dari Han siong Ki, maka bagaimanapun juga sepasang siluman hitam putih menaruh tiga bagian rasa hormat dan segan kepadanya. Karenanya, ketika mendengar perkataan itu siluman putih Hong Ing ing lantas bertanya dengan suara keheranan: " Kenapa?" "seandainya sepasang siluman itu pantas diberi kematian,

semenjak tadi ciangbunjin kalian sudah turun tangan terhadap 1821 mereka, tapi buktinya ia tidak berniat untuk melakukannya, bukankah itu berarti bahwa ciangbunjin kalian tidak berniat dengan jiwa mereka berdua?" Padahal seperti telah diketahui Han siong Ki melepaskan malaikat hawa dingin, hal itu disebabkan karena ada hubungannya dengan sarung tangan Hud jiu popit. Walau demikian, siluman putih Hong ing ing mengangguk juga selesai mendengar perkataan itu, diapun mundur dua langkah kebelakang. Im yang siang sat yang terluka parah pelan pelan bangkit berdiri, dengan bersusah payah dan menggunakan segenap kemampuan yang dimilikinya mereka berusaha untuk bangkit dan menggotong jenasah guru mereka Hun si mo ong.... "Tunggu sebentar" tiba tiba serentetan suara bentakan menggelegar diangkasa, menyusul bentakan nyaring itu, sesosok bayangan putih dengan kecepatan luar biasa melayang masuk kedalam arena. orang itu tak lain adalah Buyung Thay. Dengan tatapan mata yang sangat tajam Buyung Thay memandang sekejap wajah Malaikat hawa dingin dan panas, kemudian ucapnya dengan suara yang lirih: "Serahkan jenasah itu kepadaku" Tindakan dari Buyung Thay ini sangat mengejutkan dan mencengangkan hati semua orang yang hadir disekitar arena, betapa tidak? Setelah berlalu dari tempat itu ternyata ia muncul secara tiba-tiba dan tujuannya tak lain adalah untuk mengambil jenasah dari Hun si mo-ong, siapa yang tak heran dengan kejadian ini? "Mengapa jenasah guruku harus kuserahkan kepadamu?" kata malaikat hawa panas Ko su khi sambil menggigit bibir. 1822 "sebab itulah keinginan gurumu selama masih hidupnya, dan aku hanya ingin mewujudkan apa yang dikehendaki gurumu" -ooo0dw0oooBAB 98 "KEINGINAN guru kami semasa hidupnya?" sepasang malaikan hawa dingin dan panas bertanya keheranan. "Yaa benar, semasa dia masih hidup pernah berpesan kepadaku, agar jenasahnya bila ia telah mati nanti bisa dikubur menjadi satu dengan kerangka mendiang guruku" "oooh .... jadi kalau begitu mendiang gurumu adalah Toh hun sian ci si dewi cantik pencabut nyawa?" . "Yaa betul" "Apakah jenasah guru kami akan kau bawa pergi sekarang

juga." kedua orang malaikat itu bertanya lagi agak ragu. "sekarang aku masih ada urusan yang harus diselesaikan lebih dahulu, lebih baik kalian berdua saja yang memboyong jenasah guru kalian itu menuju bukit Pek in hong dibukit Ciong san, tunggu aku disana. selesai urusan pribadiku, aku akan segera menyusul kesana" Malaikat hawa panas Ko su-khi dan malaikat hawa dingin Mo siu ing mengangguk lirih, tanpa berbicara lagi berangkatlah mereka meninggalkan tempat itu. Belum jauh dua orang itu berlalu, dari balik lembah kembali bermunculan puluhan sosok bayangan manusia, dengan kecepatan yang luar biasa mereka menerjang kedepan dan menyebarkan diri membentuk posisi mengepung. Sepasang siluman hitam dan putih saling berpandangan sekejap. cepat mereka menyongsong kedatangan orang orang 1823 itu, sebagaimana telah diketahui, kedua orang itu mendapat perintah dari Han siong Ki untuk mempertahankan mulut lembah dan tidak membiarkan seorang manusiapun orang hendak kabur, lolos dalam arena.. Jerit-jeritan kesakitan berkumandang silih berganti, terjangan terjangan yang dilakukan kedua orang siluman itu sebera mendatangkan hasil yang mengenaskan. Sementara pertarungan berkobar dengan dahsyatnya tiba tiba Ko Goan cun menghampiri Buyung Thay yang masih berdiri disana, lalu katanya dengan lirih: "Enci Buyung, siau moay atas nama suteku mohon maaf yang sebesar besarnya kepadamu" "Minta maaf? Dalam soal apa dia minta maaf kepadaku?" tanya perempuan cantik itu. "Go siau bi sudah ada kabar beritanya, ternyata nona itu belum mati, ia masih hidup didunia ini" "ooooh .....jadi Go siau bi sudah ada kabar beritanya dan ia masih hidup?" "Yaa benar, dan cui hoa siansu Ting Honglah yang mengungkapkan kejadian ini kepada adik seperguruanku, katanya Go siau bi berada dalam cengkeraman orang orang Thian che kau" Sehabis mendengar perkataan itu, Buyung Thay tertawa penuh kepedihan. "Ia tak akan menyalahkan dia sebab tertawannya Go siau bi oleh musuh masih berada dalam tanggung jawabku" "Aku tak menyangka kalau perbuatan dari orang orang Thian che kau begitu rendah, hina dan tak tahu malunya..." kata Ko Goan cun sambil menahan geramnya. Buyung Thay tidak berucap sesuatu, mendadak seperti lagi diburu urusan penting, serunya agak terburu buru: 1824

"Maaf, aku harus pergi sekarang, selamat tinggal" Sekali menjejakan kakinya ke tanah, ia lantas kabur dari tempat itu dengan gerakan cepat. Dalam pada itu, sepasang siluman hitam putih sudah melancarkan pukulan pukulan yang mematikan untuk menumpas musuh musuhnya, dalam waktu singkat kawanan jago lihay dari Thian che-kau itu sudah diobrak abrik sampai tercerai berai, jerit kesakitan yang memilukan hati berkumandang saling menyusul membuat siapapUn yang mendengar merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Bagaimana dengan Han siong Ki? Kiranya ia sudah dihadang oleh belasan orang jago lihay dilorong lembah tersebut. Masih mendingan kalau kawanan jago yang melakukan pengepungan cuma kawanan jago biasa, kali ini Han siong Ki dikurung oleh jago jago lihay yang sebagian besar adalah para bekas tawanan yang berhasil melepaskan diri dari sekapan benteng maut, rasanya bisa kita bayangkan sendiri betapa hebatnya ilmu silat yang mereka miliki. Tujuan Han siong Ki menyatroni lembah Lian huan tau memang untuk mencuci lembah tersebut dengan darah, iapun segan untuk banyak bicara, begitu saling bertemu, serangan serangan mautpun lantas dilancarkan. Tampak pemuda itu sedang mendengus dingin, hawa murninya dihimpun menjadi satu dalam tubuhnya, kemudian "Weeeesss" dia bacok tiga orang kakek yang muncul dari hadapannya. Bersamaan waktunya ketika Han siong Ki melancarkan bacokan kedepan diantara kawanan jago lihay yang mengepung dari belakang, tiba tiba menyambar datang dua bilah pedang tajam yang menusuk kepunggungnya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. 1825 Padahal waktu itu Han siong Ki sedang melancarkan serangan dengan tenaga penuh, merasakan tibanya hawa pedang yang mengurung sekujur tubuhnya, sadarlah pemuda kita bahwa sipenyerang itu berilmu tinggi, sebab ia dapat merasakannya dari hawa pedang yang se akan akan menyayat tubuhnya. Dalam keadaan demikian, untuk berpaling sambil menangkis jelas sudah tak sempat lagi, dalam kaget dan marahnya, serangannya diperketat berbareng itu juga badannya menerkam maju kedepan. Si mi sinkang memang betul betul merupakan suatu ilmu pukulan yang maha dahsyat, ternyata tak seorangpun yang sanggup untuk menghadapi serangan tersebut. Tiga jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, tiga orang kakek itu terhajar telak sehingga tubuhnya mencelat sejauh dua kaki lebih dari

posisinya semula. Han siong Ki sendiri langsung melayang turun di posisi dimana ketiga orang kakek itu semula berdiri, ia putar badan secepat kilat, sementara dua bilah pedang yang menyergap tiba itu seperti bayangan yang menempel dibadan mengejar terus dengan ketatnya, dalam keadaan begini cepat cepat sebuah pukulan dilancarkan.. Hawa serangan yang kuat seperti gulungan ombak disamudra menyapu kedepan, ketika membentur dua bilah pedang tersebut seketika menimbulkan suara dentingan nyaring... Dua orang laki laki setengah baya yang melancarkan sergapan itu merasakan tangannya bergetar keras, hampir saja cekalan pada gagang pedang itu terlepas, secara beruntun dia mundur beberapa langkah dengan sempoyongan, wajahnya menunjukkan rasa kaget dan ketakutan. 1826 Sementara dua orang laki laki bersenjatakan pedang itu masih berdiri tertegun dengan hati yang berdebar keras, Han siong Ki telah manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik baiknya, ia menerkam ke muka seperti harimau terluka. Hebat sekali tubrukannya itu, kecepatan gerak tubuhnya boleh diibaratkan sukma gentayangan yang melintas lewat. Jerit kaget menggema memecahkan kesunyian, sebelum mengetahui apa yang terjadi, dua orang laki-laki setengah baya itu sudah kena tertotok jalan darah matinya, tanpa mendengus lagi mereka terkapar ditanah dan tewas seketika itu juga, sedang kedua belah pedang mereka tahu-tahu sudah berpindah tangan. Belum pernah terjadi dalam dunia persilatan dewasa ini bahwa ada orang bisa melancarkan serangan dengan cara sehebat itu, kontan saja semua jago silat yang hadir disana pada tertegun dengan perasaan takut bercampur ngeri. Han siong Ki menatap ke tujuh pria dan satu wanita yang berada dihadapannya dengan pandangan yang tajam dan menggidikkan, lalu sepasang pedang yang berhasil dirampas dari musuhnya itu tiba-tiba dilontarkan kemuka hampir bersamaan waktunya. Dahsyat sekali tenaga sambitan itu, bukan saja kekuatannya luar biasa, kecepatannya juga mengerikan. Dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang memecahkan kesunyian, dua orang diantaranya tujuh laki-laki seorang perempuan itu kena ditembusi ulu hatinya oleh sambitan pedang itu, tubuh mereka segara terjungkal ke tanah dengan darah bercucuran, saking kerasnya tenaga sambitan itu, bukan saja pedang pedang itu sudah tembus keluar dari punggung mereka, bahkan pedang tersebut masih mempunyai kekuatan untuk meluncur kedepan

menancap diatas dinding karang dan tembus hingga tinggal gaggng pedangnya belaka. 1827 Lima orang jago lainnya jadi keder dan melarikan diri terbirit-birit keluar lembah, mereka ngeri sekali menghadapi musuhnya yang teramat lihay itu. Selama yang lain ribut-ribut, cuma Ting Hong seorang yang tetap berdiam diri, ia tidak mencoba untuk kabur juga tidak melakukan perlawanan seakan akan kejadian yang baru berlangsung dihadapan matanya sama sekali tidak berhubungan dengan dirinya. Han siong Ki melirik sekejap kearahnya, pemuda itupun tidak berbicara apa apa, dia putar badan dan melanjutkan perjalanannya menuju kelembah Lian huantau. Tiba-tiba dari arah belakang berkumandang suara jeritan ngeri yang susul menyusul, jelas lima orang jago lihay yang kabur keluar lembah itu sudah kena dibunuh orang. Tanpa berpalingpun Han siong Ki tahu siapa yang melakukan perbuatan itu, ia perkencang larinya menuju kedepan. Hanya ada satu tujuan baginya pada saat ini, yakni menemukan Thian che kaucu Yu Pia lam, serta melakukan pembalasan dendam atas sakit hatinya selama ini. Sepanjang perjalanan menembusi lembah itu, ia tidak temukan hadangan, malah sesosok bayangan manusiapun tidak nampak lagi. Selang sesaat kemudian, sampailah pemuda itu didepan serentetan bangunan megah yang berpotongan seperti istana. Kalau ditinjau dari betapa megah dan kokohnya bangunan istana tersebut, dapat diduga bahwa tempat itu kemungkinan besar adalah letak markas besar dari perkumpulan Thian che kau. Tapi ada satu hal yang kelihatan janggal dan aneh sekali, ternyata suasana disekeliling bangunan istana itu sunyi senyap tak nampak sesosok bayangan manusiapunTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1828 Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh angkasa, terasalah betapa seram dan ngerinya keadaan disitu.. Markas besar perkumpulan Thian che kau yang tersohor ternyata berada dalam keadaan kosong tanpa penghuni, peristiwa ini benar benar merupakan suatu kejadian yang aneh dan tak masuk diakal. Dengan perasaan sangsi Han siong Ki memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian sekali menjejak kakinya diatas permukaan tanah, dia melayang masuk keatas pelataran diujung undak undakkan batu didepan pintu gerbang itu Sementara sianak muda itu masih celingukan kesana kemari .... mendadak terdengar seseorang berseru dengan

suara lantang: "Manusia bermuka dingin telah tiba" Menyusul seruan itu, pintu gerbang berwarna merah yang penuh dengan ukiran indah itu pelan-pelan bergeser kesamping dan terpentang lebar-lebar... Dengan terbukanya pintu gerbang tersebut Han siong Ki dapat menyaksikan pula semua pemandangan yang terbentang didepan matanya, apa yang kemudian terlihat membuat darah panas ditubuh anak muda itu mendidih, matanya jadi melotot besar dan kegusarannya memuncak. Yu Pia lam ketua dari perkumpulan Thian che kau itu duduk dengan agungnya dikursi kebesaran, dibelakang tubuhnya berdirilah empat orang laki-laki dan empat orang perempuan, kedua belah sisi kursi kebesaran itu berderet pula kursi kursi yang ditempati kurang lebih tiga puluh orang jagoan lihay. Yu Pia lam masih duduk dikursi utamanya dengan kain kerudung hijau menutupi wajahnya, hanya sepasang matanya yang tajam nampak dari luar, itupun memancarkan cahaya hijau yang menggidikan hati. "Yu Pia lam Bajingan keparat, bangsat terkutuk. menggelinding keluar kau dari situ" teriak Han siong Ki dengan 1829 wajah merah padam dan mata melotot besar. suasana dalam ruangan itu tetap bening dan sepi, tiada jawaban yang kedengaran. Suasana dalam ruangan itu tetap hening dan sepi, tiada jawaban yang kedengaran. Habislah kesabaran Han siong Ki, dia melayang masuk kedalam ruangan, lalu sambil menuding kearah Thian che kaucu itu teriaknya dengan penuh rasa geram: "Yu Pia lam tahukah engkau siapakah aku ini?" "Heeehhh..... heeebhh.... heeehhh... putra-nya Han Si wi, bukankah begitu " sahut Thian che kaucu dengan seram. Menyinggung nama ayahnya, kemarahan dan rasa dendam yang berkecamuk didalam dada Han siong Ki makin menjadi, kembali dia berteriak dengan penuh kebencian: "Yu Pia lam, ini hari aku akan membuat darahmu setetes demi setetes mengalir keluar sampai habis, kemudian tubuhmu akan kucincang menjadi berkeping keping dan menghancurkannya hingga musnah" "Woouw, besar amat bacotmu itu Bocah keparat, jangan sok bicara besar, pikir dulu dengan otakmu, sanggupkah engkau melakukan kesemuanya itu." "Hmmm... jika tak percaya, kenapa tidak mencobanya sendiri?" "Manusia bermuka dingin Simpan dulu semua sikap tekeburmu itu, sebelum kematianmu menjelang tiba, teriebih dahulu akan kupersilahkan engkau untuk berjumpa dengan seseorang" Dia lantas bertepuk tangan, dari sudut ruangan sebelah

kanan segera terbuka sebuah pintu rahasia, dari balik pintu rahasia itu tampaklah seorang perempuan duduk terikat diatas sebuah kursi, gadis itu sedang menatap kearah depan dengan padangan kaku. 1830 "Adik Bi" Han siong Ki segera berteriak dengan penuh perasaan emosi. Yaa, gadis yang terikat diatas kursi itu tak lain adalah Go siau bi yang telah lenyap selama banyak waktu belakangan ini. Tanpa banyak berbicara lagi, dengan suatu gerakan secepat kilat Han siong Ki menerjang maju kedepan, jari tangannya segera bergerak cepat mematahkan semua tali yang membelenggu tubuh gadis itu serunya lagi dengan penuh rasa emosi: "Adik Bi, kau tentunya sangat menderita bukan?" Tapi sebelum kata kata itu selesai diucapkan, tiba tiba dengan suatu gerakan yang cepat dan tepat Go siau bi melancarkan sebuah serangan kilat ke atas jalan darahnya. Mimpipun Han siong Ki tak menyangka kalau Go siau bi secara tiba tiba melancarkan sebuah totokan kilat keatas tubuhnya, ingatan kedua belum sempat melintas lewat, beberapa buah jalan darahnya sudah tertotok, dan tak ampun tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas tanah. Dua orang laki laki bertubuh kekar segera munculkan diri, satu dari kiri yang lain dari kanan segera meringkus tubuhnya menelikung badannya sehingga ia betul betul tak dapat berkutik lagi. Setelah anak muda itu dapat diringkus, Go siau bi menyeka raut wajahnya, samaran orang itu segera terhapus sehingga tampaklah wajah aslinya, ternyata dia tak lain adalah seorang perempuan muda yang genit dan berparas jalang. Pihak lawan ternyata menggunakan seorang perempuan muda yang menyamar sebagai Go siau bi untuk memancing Han siong Ki masuk perangkap. peristiwa ini boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang sama sekali tak terduga sebelumnya. 1831 Kini si anak mula itu sudah tak dapat berkutik lagi, nasibnya telah jatuh ditangan lawan, sekalipun Han siong Ki merasa teramat gusar sehingga matanya melotot besar dan mukanya berubah jadi merah membara, tapi apa gunanya? sekalipun dia marah marah juga tak mungkin bisa merubah kenyataan yang telah terbentang didepan mata. Dua orang laki laki kekar itu dengan mencengkeram tubuh Han siong Ki segera menggusurnya ke ruang tengah. Thian che kaucu Yu Pia lam segera bangkit berdiri, kepada anak buahnya yang duduk disekelilingnya ia berkata: "Pun kaucu hendak membicarakan soal persengketaan

pribadi dengan sahabat she Han ini, harap kalian semua suka mengundurkan diri untuk sementara waktu" Para jago yang duduk dikedua belah sisinya itu sama sama bangkit berdiri dan siap mengundurkan diri dari situ. "Lapor kaucu" tiba tita seseorarg berkata "hamba ada beberapa patah kata ingin diucapkan keluar lebih dahulu" Orang yang barusan berbicara itu adalah salah seorang dari ketiga orang Tongcu yang hadir di sana,Tok kun si Dewa racun Yu hua. "Yu tongcu, apa yang hendak kau sampaikan? Katakan saja berterus terang " Yu Pia lam menanggapi. "Tentunya kaucu tidak akan menghancurkan dirinya bukan?" "Maksudmu?" "Menurut pendapat hamba yang bodoh, sepantasnya kalau kaucu pertimbangkan pula kedudukannya dewasa ini Kemungkinan besar hal ini akan mendatangkan keuntungan besar bagi rencana kaucu sendiri" "Ehmm.. akan kupertimbangkan baik baik usulmu itu, asal memang demikian, tentu saja bisa kuputuskan nanti" 1832 "selain daripada itu" ujar Yu Hua lagi dengan perlahan, "lebih baik kaucu pertahankan pula seluruh kepandaian silat yang dimilikinya itu, tentunya kaucu tak keberatan bukan?" "Mempertahankan kepandaian silatnya..." tiba-tiba sekujur badan Thian che kaucu bergetar keras. "Yaa benar, pertahankan segenap kepandaian silatnya yang dimilikinya Atau mungkin kaucu keberatan?" "Yu Tongcu" ujar Thian che kaucu Yu Pia lam dengan wajah bersungguh sungguh, "sudah kau bayangkan bagaimana akibatnya andaikata dia sampai terlepas dari tangan kita?" "sudah hamba pikirkan persoalan ini matang matang, dani hamba cukup mengetahui akibatnya" "Mungkinkah itu?" "sudah hamba pikirkan, Asal orang ini bisa kita gunakan tenaganya untuk berpihak kepada kita, maka kedudukan tertinggi bagi umat persilatan yang kita idam idamkan selama ini dengan gampangnya bisa kita raih dan kita miliki untuk selamanya" "Haaahhh... haaahhh... haaahhh apakah Yu Tongcu tidak merasa bahwa jalan pikiranmu itu terlampau kekanak kanakan?" tiba tiba Yu Pia- lam tertawa tergelak dengan kerasnya, "bagaimanapunjuga dia toh masih merupakan seorang ciangbunjin dari perguruan Thian lam, lagipula antara dia dengan aku...." Berbicara sampai disini, tiba tiba ia tutup mulutnya dan membungkam, tentu saja ia tak dapat mengumumkan soal sengketa berdarahnya dengan Han siong Ki sehingga semua

orang persilatan mengetahui rahasia ini dan sama sama mengutuknya. sementara itu, si dewa racun Yu Hua kembali telah berkata dengan suara perlahan: 1833 "Kaucu, hamba berharap bila kau sudah selesai memeriksanya, maka kaucu bersedia untuk serahkan orang itu kepada hamba, biar hambalah yang menaklukan dirinya" "Apakah Yu Tongcu mempunyai kemampuan untuk menaklukkan dirinya?" Yu Pia lam masih agak ragu. "Kaucu Tampaknya engkau telah melupakan kemahiran yang paling hamba andalkan" Seakan akan baru saja menyadari akan sesuatu, tiba tiba Thian che kaucu menengadah dan tertawa terbahak bahak. "Haaaahhh.... haaahh... haaahhh... bagus, bagus kecuali Yu tongcu yang boleh tetap tinggal disini, harap saudara saudara yang lain mengundurkan diri untuk sementara waktu" Baru saja ucapan tersebut selesai diucapkan tiba tiba dari depan pintu muncul seorang laki laki berbaju ringkas yang masuk dengan langkah tergesa gesa, sesampainya dihadapan Yu Pia lam, orang itu berlutut dan berkata nyaring: "Tecu ada berita yang hendak dilaporkan" "Cepat katakan." "Diluar lembah Lian huan tau telah kedatangan musuh sebanyak lima ratus orang lebih, kekuatan itu terdiri dari jago jago pelbagai partai dan perkumpulan, mereka dipimpin oleh pengemis dari selatan, tiang lo perkumpulan pengemis" Walaupun jalan darah Han siong Ki masih tertotok pada waktu itu, namun kesadarannva tidak hilang, setiap patah kata tersebut dapat ia dengar dengan amat nyata. Ketika Dewa racun Yu Hua mengucapkan kata-katanya tadi, ia merasa hatinya ngeri bercampur seram, ia cukup mengetahui keahlian si makhluk racun tua itu dalam menggunakan bahan bahan beracunnya, sebagai seorang yang cerdik diapun dapat menarik kesimpulan dari makna ucapan yang diutarakannya tadi, rupanya ia hendak menggunakan pengaruh obat racun tertentu untuk 1834 menghilangkan daya akal dan kesadarannya, lalu setelah ia kehilangan kesadaran dan pikirannya, maka tenaganya akan dipergunakan pihak Thian che kau untuk mewujudkan citacitanya. Seandainya hal itu sampai terjadi, keadaan tersebut boleh dibilang betul-betul mengerikanDan sekarang pengemis dari selatan telah menghimpun semua kekuatan dari perkumpulan dan partai partai persilatan yang pernah merasakan kekejaman Thian che-kau untuk melakukan pertarungan berdarah dengan Thian che kau, padahal ia sendiri sedang berada ditangan musuh, diam diam iapun merasa seram atas akibat yang mungkin akan dialami

engkoh tuanya... Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, terdengar Thian che kaucu menengadah dan tertawa latah. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... lengan belalang ingin menahan putaran roda pedati.... Huuh betul betul sekawanan manusia yang tak tahu diri, saudara saudara sekalian Ayohlah masing masing menempatkan diri pada posisinya masing masing, tumpas semua bangsat yang berani bikin gara gara di lembah Lian huan tau itu dan menguburnya semua disini" "Terima perintah" suara sahutan yang keras dan gemuruh bagaikan guntur yang menggelegar diangkasa berkumandang dalam ruangan itu, serentak kawanan jago itu bangkit dan mengundurkan diri dari ruangan tersebut untuk melakukan penghadanganSekarang, didalam ruangan tinggal Thian che kaucu beserta ke delapan orang pelayan laki perempuannya, si Dewa racun Yu Hua, perempuan jalang yang menyaru sebagai Go siau bi, Han siong Ki serta dua orang laki-laki kekar yang meng cengkeram tubuhnya. Gagal melakukan pembalasan dendam, sekarang malahan terjatuh ketangan musuh, saking gelisah dan tidak tenangnya 1835 Han siong Ki muntah muntah darah segar dengan mata melotot dan wajah merah padam karena menahan garamnya ia berteriak: "Yu Pia lam, sekalipun semasa hidup aku tak dapat melahap dagingmu, setelah mati aku pasti akan merengut nyawa anjingmu" "Haaaahhh... haaahhhh... haaahh... Han-siong Ki, segala sesuatunya telah terlambat, apa gunanya kau berteriak teriak macam anjing budukan yang lagi menyalak?" Berbicara sampai disitu dia lantas berpaling, kemudian serunya dengan lantang: "Bawa orang itu kemari" Nyonya muda yang berwajah jalang itu mengiakan dan masuk kedalam pintu rahasia tersebut, tak selang beberapa saat kemudian dia telah muncul dengan membawa seorang gadis yang berpakaian tak karuan, berambut kacau dan bermata pudar. Gadis itu tak lain adalah Go siau bi yang dicemaskan dan dikuatirkan keselamatan jiwanya selama ini. Seketika itujuga Han siong Ki merasakan hatinya bagaikan disayat sayat dengan golok. hampir saja dia jatuh tak sadarkan diri Sementara itu, ketua perkumpulan Thian che- kau Yu Pia lam kembali memperdengarkan suara gelak tertawa seramnya yang memekikkan telinga, suara itu nyaring seperti auman serigala kelaparan, sungguh bikin hati orang jadi mengkirik. Setelah puas tertawa seram, dia baru berkata dengan nada yang menggidikkan hati:

"Han siong Ki... Mumpung pikiran dan kesadaranmu masih utuh dan segar bugar, maka kaucumu ingin berterus terang kepadamu, ketahuilah tidak lama kemudian Yu Tongcu akan memberi sebutir obat yang dibuat secara khusus untukmu, dan sejak itulah engkau dan gadis she Go itu anak buah 1836 perkumpulan kami yang paling setia dan paling bisa diandalkan, kalian berdua masih tetap dapat bersatu sebagai suami istri, tapi kekuatan tenaga dalam yang kalian miliki akan membuat perkumpulan kami ibaratnya harimau tumbuh sayap. sejak kini dunia persilatan akan berada ditanganku, dan kekuatan kami tak akan terkalahkan untuk selamanya..." Setelah jalan darahnya kena ditotok, Han siong Ki sama sekali tak mampu untuk menghimpun kembali segenap tenaga dalamnya, meski begitu telinganya dapat mendengar dan mulutnya dapat berbicara. Betapa geram dan marahnya dia sehabis mendengar perkataan itu, giginya sampai bergemrerutukan menahan rasa bencinya yang meluap luap. "Yu Pia lam" dia berteriak dengan suara yang keras dan nyaring, "tutup mulut anjingmu Kalau aku tak sampai mati..." "Haaahhh.... haaahhh.... haaaahhh... jangan khawatir, kau tak bakat mati Kaucumutak nanti sampai merenggut nyawamu... dengarkan baik-baik oleh karena hubunganmu yang sangat erat dengan perkumpulan Thian lam, tak lama lagi perguruan tersebut akan masuk kedalam organisasi perkumpulan kami, dan engkau akan menjadi pembantu yang paling setia untuk menumpas setiap orang yang berani memusuhi diriku, selain daripada itu, kau pun akan membantu untuk meratakan benteng maut dengan tanah, membunuh sucoumu, susiokmu dan haaahhhh... haaahhh..." Semakin berbicara ia merasa semakin bangga sehingga akhirnya gelak tertawa yang dia perdengarkan itu penuh dengan perasaan latah, bangga gembira dan kejam. Yaa, pada hakekatnya peristiwa semacam itu memang terlampau menakutkan, setelah kehilangan pikiran dan kesadarannya maka pemuda itu akan berubah menjadi sebuah boneka tak bernyawa belaka, setiap perintah dan kata kata orang akan dituruti dengan begitu saja, bukan saja dapat 1837 melakukan semua perbuatan yang tak diinginkannya, bahkan diapun tak akan mengenali kembali mana sanak mana keluarga... "Yu Pia lam kau lebih busuk dari seekor binatang, kau tidak berperikemanusiaan, kau bajingan terkutuk..." Saking dipengaruhi oleh golakan emosi yang meluap luap. si anak muda itu tak sanggup mempertahankan diri lagi, sekali lagi muntah darah kental.

Sepanjang kejadian itu berlangsung, Go siau bi hanya berdiri kaku seperti orang bodoh, terhadap semua peristiwa yang berlangsung dihadapannya, bukan saja ia tidak memberikan reaksi apa apa, malahan seakan akan ia tidak merasa bahwa ada sesuatu kejadian tak beres yang sedang berlangsung dihadapannya. Betapa gembiranya Thian che kaucu menghadapi kejadian itu, ia menengadah lalu tertawa terbahak bahak. Seorang musuh bebuyutan yang selalu mengancam keselamatan jiwanya, seorang jago lihay yang berilmu tinggi sebentar lagi akan menjadi seorang boneka yang akan setia sampai mati kepadanya, betapapun juga, kejadian ini pasti akan menggembirakan hatinya. Ia tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki Han siong Ki amat dahsyat, sekali akal pikirannya terpengaruh oleh obat bius sehingga melupakan segala galanya, maka pemuda itu akan merupakan salah sebuah senjatanya yang paling ampuh untuk membantai musuh musuhnya. Ditambah pula Yu Pia lam memang berambisi untuk menguasahi seluruh jagad dan mengangkat dia sendiri menjadi kaisarnya, dengan dimilikinya senjata-senjata ampuh tersebut, maka tak usah di ragukan lagi tak lama kemudian cita citanya akan dapat terwujud. 1838 Sementara itu, laki laki yang memberi laporan tadi menyerbu masuk kedalam ruangan lagi dengan terbirit birit, dengan napas yang tersengka1 sengkal terdengar ia berseru: "Laa.....laapor....kaucu....." "Ada urusan apa?" Thian che kaucu Yu Pia- lam bertanya dengan nada rada segan. "Didalam lembah telah bermunculan dua orang perempuan berkerudung yang amat misterius, tampaknya kedua orang itu hapal sekali dengan semua perlengkapan serta alat alat jebakan yang berada didalam lembah ini mereka sudah menghancurkan tiga buah alat jebakan dan menerjang lewat dua buah pos penjagaan. "Aaah.... ada kejadian seperti itu?" Thian che kaucu berteriak sambil menggebrak meja "kurang ajar, biarpun kaucu pergi lakukan pemeriksaan sendiri. .." Dia lantas berpaling dan teriaknya: "Yu Tongcu" "Hamba berada disini" "Pemuda ini kuserahkan kepadamu dan harap engkau segera turun tangan, berapa lama yang dibutuhkan sampai obat tersebut mulai bereaksi dan menunjukkan hasilnya?" si Dewa racun Yu Hua membungkuk diri memberi hormat, sahutnya dengan lirih: "Kurang lebih setengah jam" "Bagus Menggunakan kesempatan yang ada sekarang, kuperintahkan kepadamu untuk segera turun tangan dan

robahlah pemuda tersebut menjadi seseorang yang berguna bagiku" "Hamba terima perintah Akan hamba laksanakan semuanya itu dengan sebaik-baiknya....." Thian che kaucu pun tidak banyak berbicara lagi, buru buru ia bangkit berdiri dan menuju ke ruangan luar, delapan orang laki-laki dan perempuan serta 1839 laki-laki yang pemberi laporan tadi ikut beranjak dan berlalu mengikuti di belakang ketuanya. Sepeninggal orang-orang itu, si dewa racun Yu Hua segera ulapkan tangannya seraya berkata: "Gusur orang itu menuju ruang rahasia nomor dua" Han siong Ki benar-benar merasa gusar sekali, matanya melotot besar sekali, mukanya merah padam hingga otot otot hijaunya pada menongol keluar, sayang jalan darahnya sudah tertotok sehingga walaupun dia tahu bahwa jiwaya terancam bahaya maut, toh tiada suatu perlawananpun yang bisa dilakukan, kendatipun demikian ia merasa tak rela membiarkan dirinya dipergunakan orang, ia merasa daripada tenaga dan kepandaian silatnya dipergunakan musuhnya untuk berbuat jahat, lebih baik kalau ia mati saja. Ya a, pada hakekatnya memang kematianlah yang dapat menghentikan semua siksaan, semua penderitaan yang dirasakan oleh manusia yang hidup didunia ini. Ia tak mau menjadi seorang penjagal, seorang penjagal yang membunuh rekan-rekan persilatan Ia tak mau nama baik perguruan Thian lam pay hancur dan musnah ditangannya Iapun tak mau membiarkan tenaganya dipergunakan untuk menghancurkan benteng maut, membantai sanak keluarga sendiri... Tapi, apa yang bisa dia harapkan kecuali berdoa kepada Yang Kuasa, agar dia yang maha besar dapat membantunya dan membebaskannya dari segala pederitaan serta semua percobaan hidup, sungguh sungguh suatu peritiwa yang menakutkan sekali. Tapi, kematian baginya dewasa ini merupakan suatu perbuatan yang teramat sukar untuk dilaksanakanSebab masih begitu banyak urusan, masih begitu banyak tugas yang belum diselesaikan, ia merasa jika harus mati 1840 sebelum tugas tugas pentingnya diselesaikan, maka dia akan mati dengan hati yang tak rela, dia akan mati dengan mata tak meram. Selang sesaat kemudian, ia dan Go siau bi telah dibawa masuk ke dalam sebuah ruang kecil yang begitu rapat sehingga hampir tak ada angin yang berhembus masuk ke sana. "Harap kalian bertiga suka mengundurkan diri dari sini"

kata si Dewa Racun Yu Hua kemudian setelah kedua orang tawanan tersebut dibaringkan dalam ruangan itu. Dua orang laki laki kekar dan perempuan berwajah jalang itu segera bungkukkan badannya memberi hormat, lalu mengundurkan diri dari ruang rahasia tersebut. Han siong Ki dan Go siau bi diletakkan diatas sebuah pembaringan kayu dalam ruangan itu. Setelah menutup pintu rahasia itu, pelan pelangi Dewa racun Yu i-Hua berjalan menghampiri pembaringan kayu dimana Han siong Ki dan Go siau bi berbaring. "Yu Hua" Han siong Ki segera membentak penuh kegusaran, "engkau berani melakukan perbuatan yang keji, buas dan tidak berperi kemanusiaan ini?" Si Dewa racun Yu Hua tertawa misterius, tiba-tiba ia lancarkan sebuah serangan yang menotok jalan darah ditubuh kedua orang itu Sesudah kena totokan tersebut, Han siong Ki seketika itu juga merasakan peredaran darah dalam tubuhnya berjalan lancar, hawa murni yang semula terasa tersumbatpun kini telah berjalan lancar kembali, kontan dia melompat turun dari atas pembaringan dan sekali hantam dia bacok dada si Dewa racun Yu Hua... "Engkoh Ki ... kau.... jangan dihantam...." jeritan kaget bergema diudara. 1841 Sayang terlambat. "Blaaang" sebuah pukulan yang keras telah bersarang didada Yu Hua, diiringi jerit kesakitan yang keras, darah kental muntah keluar dari mulutnya, tubuh si Dewa racun Yu Hua mencelat kebelakang dan tersungkur ditanah. Setelah melepaskan serangannya, Han siong Ki baru menyadari bahwa kejadian yang baru dihadapinya sedikit aneh, tapi untuk membatalkan kembali serangannya jelas tak mungkin maka.. akibatnya bersaranglah pukulan itu didada lawan dengan telak. "Engkoh Ki...dia... dia bermaksud baik kepadamu" Han siong Ki berpaling, ia lihat Go siau bi sudah menggelinding ke lantai dari atas pembaringan, ketika itu dia sedang berusaha untuk bang berdiri, tapi baru setengah jalan tubuhnya kembali roboh terjungkal ke atas tanah. "Adik Bi, kau...." dengan penuh kegelisahan Han siong Ki memburu kedepan dan membopong gadis itu dari tanah dengan sikap yang sangat hati hati. "Lepaskan aku Tolonglah dia lebih dahulu..." Untuk sesaat Han siong Ki merasakan pikirannya kalut dan tak karuan, dengan kebingungan ia baringkan kembali Go siau bi keatas pembaringan, kemudian menghampiri si dewa racun Yu Hua yang masih terkapar diatas tanah itu.... Tapi sebelum ditolong, si Dewa racun Yu Hua sudah

bangkit berdiri dengan sempoyongan, dia mengeluarkan beberapa biji obat dan segera ditelannya, kemudian katanya dengan lirih: "Mari kita tinggalkan tempat ini" "Tinggalkan tempat ini....?" dengan hati kaget, heran hampir tak percaya han siong Ki berseru tertahan, sebab bagaimanapun juga peristiwa ini betul-betul diluar dugaannya. 1842 "Yaa, mari kita segera tinggalkan tempat ini" Dewa racun Yu Hua menegaskan kembali kata katanya. "Sebenarnya apa maksudmu?" "Meskipun aku Yu Hua disebut orang sebagai dewa racun, tapi aku masih dapat membedakan mana budi dan mana dendam. Tatkala berada ditelaga racun lembah hitam tempo hari, kau telah selamatkan selembar jiwaku, maka hari ini aku pun menolong engkau lolos dari cengkeraman musuh, dengan perbuatanku ini berarti aku telah membayar hutang budi tersebut, sejak kini kita berdua sama sama tidak berhutang budi, semuanya telah impas" Terharu sekali hati Han siong Ki setelah mendengar perkataan Utu, dia merasa bahwa si dewa racun Yu Hua meski berasal dari golongan kaum sesat, namun ia tidak melupakan jiwa dan semangat seorang umat persilatan yang sejati. Sekarang ia baru mengetahui maksud hati yang sebenarnya dari orang ini, diapun baru paham apa sebabnya si dewa racun Yu Hua mengajukan usul tadi kepada ketuanya, ternyata dibalik batu ada udangnya, ia memang mempunyai maksud maksud tertentu dibalik rencananya itu. Dengan perasaan terharu bercampur terima kasih dia lantas maju kedepan dan memberi hormat katanya penuh nada penyesalan"Maafkanlah kekasaran dan kegegabahanku tadi sehingga tindakanku itu sudah melukai diri anda, harap kau suka memaklumi keadaan tersebut dan bersedia memaafkannya" "Engkau terlalu merendah, apa gunanya kaupikirkan urusan sekecil itu? Luka sekecil ini tak nanti sampai mengakibatkan kematianku" "Meski demikian, aku merasa tidak tenteram dan berdosa oleh perbuatanku ini" 1843 Si Dewa racun Yu Hua tak ingin membicarakan persoalan itu sampai berlarut-larut, tiba tiba diaalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya: "Jalan darah nona Go yang tertotok berlangsung terlampau lama aku rasa untuk sesaat peredaran darahnya belum bisa pulih kembali seperti sedia kala, ada baiknya kalau kalian berdua cepat-cepat tinggalkan tempat ini..." "Bila engkau lepaskan kami pergi, Yu Pia lam tentu tak

akan melepaskan dirimu dengan begitu saja, bagaimana tanggung jawabmu nanti dihadapannya?" Han siong Ki bertanya agak khawatir. si Dewa racun Yu Hua tertawa getir. "Sudah lama aku berniat untuk meninggalkan tempat ini, dan aku rasa inilah kesempatan yang paling baik bagiku untuk mewujutkan keinginanku itu" Sehabis berkata dia lantas membuka pintu rahasia tersebut dan menyelinap keluar, sesaat kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata. Menyaksikan semua yang terjadi Han siong Ki berdiri termangu mangu, lama sekali ia baru berpaling kearah Go siau bi seraya ujarnya: "Adik Bi, kau sudah tidak apa bukan ....?" "Engkoh Ki, aku tak apa apa" jawab Go siau bi lirih, "membalas dendam adalah urusan yang sangat penting, jangan kau perdulikan aku lebih dulu, laksanakan tugas beratmu itu" "Apa maksudmu..? Kenapa aku tak boleh mengurusi engkau ....? Adik bi, sebenarnya apa yang telah terjadi?" "Aku ....mungkin...mungkin aku tak sanggup untuk hidup lebih lanjut" "Apa ..... Kau....kau...." 1844 "sejak di tawan dan dibawa kemari, setiap hari aku harus minum sebutir Thian tay wan untuk menyambung hidupku, dan sekarang...." Han siong Ki segera tertawa ringan, walaupun gadis itu tidak melanjutkan kata katanya namun ia cukup memahami apa yang dimaksudkan, dari sakunya dia mengambil keluar obat si mia kim-wan pemberian dari sin ciu it cho tersebut, lalu katanya dengan lembut: "Adik Bi, telanlah obat ini" "Apaan itu? obat apa?" "si mia kim wan.. obat paling mujarab didunia ini" "ooooh ...." Go siau bi berseru tertahan, ditatapnya wajah Han siong Ki dengan sinar mata yang lembut, dia bangkit dari pembaringannya dan menerima obat itu lalu dimasukkan kedalam mulutnya, tak terkirakan rasa hangat dan mesra yang timbul dari dasar hatinya. Sekali lagi Han siong Ki menutup kembali pintu ruang rahasia itu, kata katanya dengan perlahan. "Adik Bi, biar kubantu menyalurkan hawa murni kedalam tubuhmu, daya kerja obat itu tentunya akan lebih cepat menyebar keseluruh bagian tubuhmu." Tiba tiba ....Go siau bi menjerit keras, tubuhnya menggelinding diatas pembaringan seperti orang sekarat. Menyaksikan kejadian itu, Han siong Ki merasa amat kaget, cepat dia memburu kemuka dan membopong tubuhnya, tapi paras muka gadis itu sudah berubah jadi hijau membesi, bibirnya terkatup rapat, matapun terpejam rapat rapat. Kejadian tersebut segera menggetarkan hati pemuda kita,

pikirnya: "Jangan jangan obat si mia kim wan yang kudapatkan adalah obat yang palsu? Tapi... hal ini mana mungkin bisa terjadi? Rasanya tidak ada kepentingan bagi siJelek dari sin ciu untuk memberikan sebutir obat palsu kepadaku.... tapi, kalau 1845 bukan palsu kenapa setelah minum obat itu Go siau bi menunjukkan perubahan yang mengerikan??" setelah termenung sebentar, dia berpikir lebih jauh: "Hmmm .... Andai kata terbukti nanti bahwa obat si mia kim wan yang kudapatkan adalah obat yang paisu.. pertama Ting Hong yang akan kubunuh, kemudian akan kuobrak abrik gua saiju di bukit Ciong san untuk membalas sakit hati ini ...." Berpikir sampai disini dengan hati yang kebat kebit dia lantas memeriksa denyutan jantung dari gadis itu .... Tapi apa yang ditemuinya? Napas Go siau bi telah berhenti, denyutan nadinya telah berhenti juga. Gadis itu telah menghembuskan napasnya yang terakhir. Yaa, selembar nyawa gadis itu ternyata telah direnggut oleh sebutir pil si mia kim wan yang dianggap sementara orang sebagai obat yang paling mujarab didunia itu.... Bagaikan disambar geledek ditengah hari bolong, Han siong Ki merasakan sekujur badannya mengejang keras, mukanya pucat pias, dengan sedih serunya: "Adik Bi.... oooh, adik Bi... akulah yang telah mencelakai jiwamu ....." -ooo0dw0oooBAB 99 DIPELUKNYA jenasah Go siau bi erat-erat, lama sekali pemuda itu berdiri kaku dalam ruangan tersebut, untuk sesaat dia seperti kehilangan semua kesadarannya, ia merasa pikirannya kosong melompong, tiada sesuatu apapun yang tertinggal dalam benaknya. Go siau bi ternyata meninggal dunia ditangannya, mimpipun ia tak pernah menyangka sampai ke situ. 1846 Setelah berapa lama sudah lewat,.. tiba tiba dari luar ruangan rahasia terdengar suara beberapa kali ketukan lirih. Bagaikan dipagut ular berbisa, Han siong Ki segera sadar kembali dari lamunannya, ia baru teringat bahwa dirinya masih berada dalam sarang naga gua harimau, diapun teringat kembali akan Thian che kaucu musuh besarnya, yang mati tak mungkin hidup kembali, kenapa dia tidak berusaha untuk membalas dendam lebih dahulu? Akhirnya diapun membaringkan tubuh Go siau bi diatas pembaringan kayu itu, gumamnya lirih: "Adik Bi, maafkanlah daku, setelah membalas dendam, aku pasti akan membawa engkau tinggalkan lembah ini, akan

kucari-kan tempat yang indah sebagai tempat peristirahatanmu yang terakhir" Selesai berdoa, ia baru putar badan dan membuka pintu rahasia tersebut... "Kraaak." tiba tiba dari luar pintu terdengar seseorang menjerit lengking, sesosok bayangan manusia mundur kebelakang dengan langkah sempoyongan, Dengan tatapan yang tajam Han siong Ki menengadah, ia segera temukan bahwa orang yang mengetuk pintu itu tak lain adalah perempuan muda bermuka jalang yang pernah menyaru sebagai Go siau bi dan melancarkan sergapan kilat yang mengakibatkan dirinya tertotok itu, kontan saja hawa amarahnya menerjang sampai dibenak, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, karena ulah perempuan jalang itu hampir saja selembar jiwanya melayang. Rupanya perempuan muda itupun menyadari bahwa orang yang berada di hadapannya sekarang bukan Dewa racun Yu Hua seperti yang diduganya semula, melainkan musuhnya yang disegani, dengan penuh ketakutan perempuan itu mundur beberapa langkah kebelakang, serunya dengan nada tergagap: 1847 "Kau.... kau... kau tidak mampus.? Di... dimana Yu.... Yu Tongcu..." "Aaah kamu perempuan sialan, tak usah banyak ngebacot" teriak Han siong Ki sambil melompat kehadapan perempuan itu, "rasain dulu sebuah bacokanku ini sebelum menanyakan soal lain. ." Segulung angin pukulan sangat keras meluncur ke depan, perempuan jalang itu tak sangguc menghindarkan diri lagi, dadanya sebera kena diterjang dengan telak.... diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, perempuan itu mencelat kebelakang dan tewas dalam keadaan yang mengerikan. Han siong Ki tidak memeriksa keadaan musuhnya lagi, begitu perempuan tersebut kena dihajar diapun meloncat keluar dari ruangan rahasia itu untuk mencari mangsa baru. Ketika ia keluar dari ruang utama, dari arah depan muncul belasan sosok bayangan manusia yang memapaki jalan perginya, mereka datang rupanya karena mendengar suara gaduh disana. Rasa benci Han siong Ki terhadap musuh musuhnya betul betul sudah merasuk sampai ketulang sumsum, dalam keadaan demikian ia sama sekali tak sudi untuk buang waktu hanya untuk meneliti siapa yang datang, begitu menyaksikan munculnya belasan sosok bayangan manusia, tenaga murni si mi sinkang yang dimilikinya segera dihimpun sampai dua belas bagian besarnya, kemudian dilontarkan kearah mana datangnya bayangan bayangan manusia itu. Gulungan gelombang hawa udara berwarna putih melanda

kearah depan dengan dahsyatnya, ketika saling membentur dengan tubuh manusia manusia itu, sebera terdengarlah suatu benturan kekerasan yang memekikkan telinga, menyusul kemudian jeritan jeritan ngeri yang cukup mendirikan bulu roma berkumandang saling bersahutan, dalam sekejap mata diatas tanah telah membujur dua belas sosok mayat. 1848 Hanya dalam satu gebrakan saja, anak muda itu sanggup membinasakan dua belas orang jago lihay dari perkumpulan Thian che kau, kekuatan tenaga dalam sedahsyat itu boleh dibilang belum pernah dijumpai dalam kolong langit dewasa ini. Pembantaian tersebut baru saja berlangsung, dari kejauhan kembali terdengar suara ujung baju tersampek angin berkumandang tiba. Kembali ada belasan sosok bayangan manusia melayang datang dengan kecepatan tinggi. Kali ini yang datang adalah Thian che kaucu Yu Pia lam, dia datang bersama-sama ke delapan orang kacung laki laki dan dayang dayang kecilnya... Baru saja melayang turun kedalam ruangan itu, Thian che kaucu telah menjerit kaget, dia mengira Han siong Ki sudah menjadi kalap setelah dicekoki obat racun dari si Dewa racun Yu Hua, dan saking kalapnya maka ia telah melakukan pembunuhan secara besar besaran tanpa pilih bulu lagi... "Yu Tongcu, dimana kau?" segera teriaknya dengan suara lantang. Namun suasana disekitar tempat itu tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, tiada jawaban yang kedengaran. Merah membara sepasang mata Han siong Ki berhadapan dengan musub besar yang dibencinya, hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya benar benar sangat tebal, ia melototi terus wajah Thian che kaucu tanpa berkedip..... dari sorot matanya yang buas, rasanya kalau bisa pemuda itu hendak menelan musuhnya bulat bulat. Lama kelamaan Thian che kaucu merasakan juga keadaan yang tidak beres, dengan nada menyelidik teriaknya: "Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan terhadap kami semua?" 1849 "Heeehhh... heeehhh... heeehhhh... Yu Pia lam"" jawab Han siong Ki sambil tertawa dingin "akan kuhancur lumatkan tubuhmu jadi berkeping-keping." Menggidikkan hati suaranya, membuat ketua dari perkumpulan Thian che kau itu tanpa sadar berdiri dengan hati bergidik, bulu romannya pada bangun berdiri Tapi dengan cepat pula Thian che kaucu menyadari bahwa suatu perubahan yang tak terduga telah berlangsung disitu, cepat dia ulapkan tangannya sambil berseru:

"Geledah sekeliling tempat ini" Delapan orang bocah laki laki dan perempuan itu segera mencabut keluar pedang masing masing dan serentak menerjang kedalam ruangan untuk melakukan pemeriksaan. Setelah kedelapan orang anak buahnya menyebarkan diri, Thian che kaucu Yu Pia lam baru menyeringai dan tertawa seram, ia maju menyongsong kedatangan Han siong Ki, dalam waktu singkat sepasang telapak tangannya telah berubah jadi putih bening seperti susu, rupanya jagoan lihay dari perkumpulan Thian che kau ini telah mengerahkan ilmu Hua goan sin khi yang paling diandalkan itu untuk melakukan perlawananWaktu itu, Han siongKi memang sudah diliputi oleh rasa benci dan gusar yang luar biasa, akan tetapi ia tak berani bertindak gegabah, ilmu Si mi sinkang yang dimilikipun menjadi satu siap siap melakukan perlawananMakin lama selisih jarak atara kedua belah pihak telah semakin dekat dari tiga kaki sekarang sudah diperpendek sehingga akhirnya tinggal delapan depa belaka. "Lihat serangan" tiba tiba Yu Pia lam membentak keras. Mengikuti dengusan seram yang memekikkan telinga itu, serentetan cahaya merah keemas emasan yang bercampur 1850 baur diantara gulungan angin puyuh yang maha dahsyat segera menyapu ke tubuh Han siong Ki. Si anak muda itu semakin tak berani gegabah, cepat cepat sepasang telapak tangannya diayun ke depan, kabut putih yang tebal dan tajam dengan cepat menyambar pula ke depan menyongsong tibanya ancaman musuh yang maha dahsyat itu. "Blaaang" suatu ledakan keras yang memekikkan telinga menggelegar diangkasa, dalam benturan itu kedua belah pihak sama sama tergetar mundur beberapa langkah, hanya untuk Thian che kaucu dia mundur tiga langkah lebih banyak ketimbang si anak muda itu. Begitu terdorong mundur, dengan cepat Han siong Ki menerjang maju lagi dengan kecepatan luar biasa, dalam waktu singkat dia sudah lancarkan sembilan buah pukulan berantai yang kesemuanya disertai tenaga pukulan yang lebih hebat dari amukan angin topan. Thian che kaucu harus berkelit kesana kemari untuk melepaskan diri dari serangkaian pukulan musuh yang datang secara bertubi tubi itu, setiap kali ada kesempatan, diapun melepaskan pukulan pukulan balasan. Pertarungan yang amat sengit dan maha seru pun segera berlangsung, belum pernah dalam dunia persilatan terjadi pertarungan seramai ini. Dalam waktu singkat, kedua belah pihak sudah saling menyerang sebanyak tiga puluh gebrakan lebih, dalam

pertarungan adu jiwa dan adu tenaga, ini, untuk sementara waktu siapa menang siapa kalah masih sukar untuk ditentukan. Tiba tiba... Jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang susul menyusul, jeritan tersebut semuanya berlangsung dari dalam ruangan. 1851 Tercekatlah hati Thian che kaucu mendengar jeritan tersebut, segera pikirnya. "Apa yang telah terjadi? Jangan jangan didalam ruanganpun terdapat musuh yang tersembunyi? Kalau tidak, mengapa anak buahku pada menjerit kesakitan?" Thian che kaucu keheranan, maka Han siong Ki lebih lebih tercengang lagi, ketika meninggalkan tempat itu, kecuali mayat Go siau bi yang masih ada didalam ruang rahasia, sepanjang jalan menuju ke ruangan tersebut boleh dibilang ia tidak melihat ada seorang manusiapun, lalu dari mana munculnya manusia d idalam ruangan belakang? sesuatu kejadian yang sangat aneh "Blaaaaang Blaaaaaang" bersosok-sosok bayangan manusia terlempar keluar dari ruangan itu dan tergelepar diatas tanah tanpa berkutik lagi. Jumlah tubuh tubuh yang kaku menjadi mayat itu tidak banyak pun tidak sedikit, jumlahnya persis delapan sosok. Dalam sekejap mata delapan orang bocah laki laki dan bocah perempuan itu sudah tewas ditangan orang tanpa berhasil melakukan suatu perlawanan yang berarti, kejadian ini bukan saja sangat aneh, andaikata tiada kenyataan mungkin orang tak akan mempercayainya dengan begitu saja. Thian che kaucu berteriak kalap. secara beruntun dia lancarkan tiga buah pukulan paling dahsyat untuk memaksa Han siong Ki terdesak mundur beberapa langkah kebelakang, begitu musuhnya mundur dia lantas manfaatkan kesempatan yang sangat baik itu untuk melejit ke udara dan menerobos masuk kedalam ruangan-.. "Yu Pia lam sekalipun engkau punya sayappun jangan harap bisa lolos dari tanganku" Sambil berteriak, Han siong Ki segera melakukan pengejaran dengan ilmu gerakan tubuh cahaya kilat lintasan 1852 bayangan, secepat sambaran kilat ia hadang jalan pergi gembong iblis itu. "Blaaaaang" ditengah benturan keras, dengusan tertahan berkumandang memecah-kan kesunyian, Thian che kaucu kena dihajar kembali sehingga terpental dan melayang balik ke posisinya semula. Suatu pertarungan sengitpun tak bisa dihindari lagi, kedua belah pihak sama sama menggunakan segenap kekuatan dan

segenap kemampuan yang dimilikinya untuk saling merobohkan dan saling membunuh. Pertarungan sengit semacam ini jauh lebih dahsyat dan ramai dari pertarungan apapun yang pernah terjadi selama ini dalam dunia persilatan, andaikata ada orang yang mengikuti jalanya pertarungan ini, niscaya mereka akan bergidik dan berdiri dengan mata terbelalak. Akhirnya dengusan kesakitan berkumandang juga memecahkan kesunyian, dengan sempoyongan Thian che kaucu mundur kebelakang, sebagian besar kain kerudung penutup mukanya sudah berubah jadi merah karena pancaran darah kental. Puluhan sosok bayangan manusia tiba tiba muncul dari empat penjuru, sebelum tiba ditempat sasaran, serangkaian senjata rahasia yang amat ketat berhamburan diangkasa dan mengurung sekujur badan Han siong Ki. Han siong Ki memutar sepasang telapak tangannya satu lingkaran didepan dada lalu didorong kemuka dengan sepenuh tenaga. Termakan oleh tenaga pukulan yang sangat kuat itu, seluruh senjata rahasia yang menyergap datang itu terpencar dan bercerai berai kesana ke mari ada yang meluncur balik kepada pemiliknya ada pula yang malah menyerang rekan rekannya sendiri.. 1853 Ditengah kekalutan yang makin menjadi, Thian che kaucu Yu Pia lam tak mau menyia-nyiakan kesempatan baik itu, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun dia menghimpun tenaga Hua goan sin-khi yang maha dahsyat itu, kemudian melancarkan sergapan kilat dari samping. Ketika itu Han siong Ki sedang menghadapi serangan senjata rahasia yang amat gencar, merasakan datangnya ancaman tersebut, dalam gugupnya cepat dia menangkis sebisanya... Tapi akibatnya dari tangkisan yang tanpa disertai dengan persiapan matang itu mengakibatkan kerugian dipihak pemuda itu, ditengah dengusan tertahan, Han siong Ki mundur delapan langkah kebelakang dengan langkah sempoyongan. Bayangan manusia melintas datang dari empat penjuru, dalam waktu singkat Han siong Ki sudah terkurung lagi ditengah kurungan lawan. Mengira musuhnya sudah, terhadang jalan perginya, Thian che kaucu sekali lagi melompat ke udara dan menerjang masuk ke dalam ruang belakang. Han siong Ki meraung keras bagaikan harimau terluka, dengan menghimpun tenaga dalamnya hingga mencapai dua belas bagian, tiba tiba dia melancarkan serangan dengan jurus Mo gwe lian goan (api setan membakar tanah rerumputan). Selapis bayangan telapak tangan yang amat rapat, seperti

awan yang melayang diangkasa segera menyelimuti sekeliling tempat itu, diantara amukan angin puyuh yang menyapu kian kemari, bayangan manusia yang mengurung disekitar tempat itu segera tercerai berai tak karuanBegitu berhasil memukul mundur musuhnya, Han siong Ki segera menjejakkan sepasang kakinya keatas tanah lalu melompat keluar dari kepungan musuh, dengan kecepatan paling tinggi dia mengejar pula dibelakang Thian che kaucu masuk keruang belakang. 1854 Tapi ketika ia tiba diruangan itu, apa yang terbentang didepan matanya membuat sianak muda itu tertegun, ternyata pada saat itu Thian che kaucu sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru melawan perempuan berkerudung. Sekilas pandang, pemuda itu merasa bahwa perempuan berkerudung itu mempunyai potongan badan yang sangat dikenal olehnya, hanya untuk sesaat ia tak dapat menduga potongan badan siapakah itu, tapi yang pasti dia adalah salah seorang diantara dua orang perempuan berkerudung yang dilaporkan mata mata Thian che kau tadi. Dan tak bisa diragukan lagi, perempuan berkerudung ini juga yang telah membinasakan delapan orang bocah laki dan perempuan itu... -ooo0dw0oooJilid 49 BISA ditarik kesimpulan pula bahwa perempuan ini pasti bukan perempuan sembarangan, karena dari ilmu silatnya bagitu tinggi dan keberaniannya untuk menyatroni lembah Lian huan tau yang kesohor sebagai sarang naga gua harimau itu, tak mungkin orang biasa berani melakukannya. Puluhan orang jago lihai yang kena hantam sampai tercerai berai diluar ruangan tadi kini sudah berkerumun masuk ke pintu ruangan. Han siong Ki bertindak tidak sungkan-sungkan lagi, kesepuluh jari tangannya bekerja cepat, desingan angin tajam berdesingan disisi telinga belasan buah serangan maut disebar luaskan keempat penjuru. 1855 Jerit ngeri sekali lagi berkumandang susul menyusul, lima orang jago lihay yang datang lebih dahulu segera kena terhajar sampai dadanya berlubang tembus sampai ke punggung, mereka pada tergelepar diatas genangan darah tanpa bernyawa lagi. Menyaksikan kematian rekan rekannya yang begitu mengerikan, sisanya yang lain jadi ketakutan setengah mati, dengan perasaan amat takut mereka mundur sejauh dua kaki lebih dan tak berani maju lebib kedepan lagi.

"Bocah keparat, bajingan cilik, rupanya kau mamang sudah bosan hidup lebih lama lagi." Ditengah bentakan yang amat keras, Thian- che kaucu putar badannya sambil melancarkan serangan dahsyat, angin pukulan yang amat kencang segera meluncur kedepan menghajar tubuh si anak muda itu. Han siong Ki segera putar badannya secepat kilat, kemundian secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai... Hampir bersamaan waktunya, manusia berkerudung itupun melancarkan sebuah serangan dahsyat ke tubuh Thian che kaucu, tiga pihak sama-sama melancarkan serangan secepat kilat, waktunyapun boleh dibilang hampir bersamaan. Selihay-lihay tenaga dalam yang dimiliki Thian che kaucu, setelah digencet oleh musuhnya dari kedua arah yang berlawanan, ia kewalahan juga dibuatnya. "Blaang" diiringi dengusan tertahan, Thian che kaucu mundur dengan sempoyongan ke sudut dinding ruangan. Dengan pendangan matanya yang jeli, Han siong Ki menatap tajam perempuan berudung itu, lalu tegurnya: "Saudara, engkau adalah jagoan lihay dari mana?" 1856 "Tentang soal ini lebih baik kau tak usah banyak bertanya" sahut si perempuan berkerudung itu dingin. "Kalau demikian adanya, aku minta agar engkau segera mengundurkan diri dari ruangan ini" "Andaikata aku menolak" perempuan berkerudung itu berseru secara tiba-tiba. Han siong Ki berpikir sejenak. sebelum akhirnya menjawab: "Aku tak ingin menghalangi segala perbuatan yang hendak kau lakukan tapi aku minta agar engkau jangan mencampuri urusanku ini" "Mencampuri urusanmu..? Tahukah engkau persoalan apa aku datang kemari?" "Aku tak ingin tahu karena urusan apa kau datang kemari, pokoknya yang pasti aku tidak ingin urusanku dengan Yu Pia lam dicampuri oleh pihak ketiga" Perempuan berkerudung itu segera tertawa dingin. "Heeheeheh kalau aku sih segan untuk mencampuri urusan macam begitu, bila kau punya kepandaian untuk membereskan jiwa anjingnya, aku malah merasa gembira sekali karena dengan begitu aku tidak usah membuang tenaga dengan percuma" Pelan-pelan Han siong Ki mengalihkan sorot matanya keatas tubuh Thian che kaucu, kemudian dengan nada suara penuh mengandung hawa napsu membunuh yang hebat ia berseru: "Yu Pia lam, kalau aku tak mati maka engkaulah yang harus mampus, lihatlah seranganku ini"

Ditengah bentakan keras yang memekikkan telinga, telapak tangannya dilontarkan seperti bayangan, dia langsung mengurung sekujur badan Thian che kaucu dan menghajar batok kepalanya. 1857 Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, Thian che kaucu tertawa seram, segenap tenaga sakti Huan goan Kin ki yang dimilikinya dihimpun menjadi satu untuk menyambut datangnya ancaman tadi.. Dalam keadaan tak sempat untuk menyerang dengan si mi sinkangnya dalam tenaga penuh Han siong Ki kena dipaksa mundur lima depa kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman maut yang mengerikan itu . Bentakan-bentakan keras kembali menggelegar diudara, para jago yang sudah mengincar semenjak tadi dari luar ruangan sekarang serentak menyerbu masuk kedalam ruangan dengan hebatnya. Tiba-tiba perempuan berkerudung itu melejit keudara lalu menyumbat didepan pintu ruangan, sekaligus dia lancarkan tiga buah serangan berantai untuk memaksa kawanan jago itu terdesak sampai turun kembali dari undak-undakan batu. Segenap pikiran maupun perhatian Han siong Ki ketika itu sudah dipusatkan menjadi satu untuk membuat perhitungan berdarah, dalam keadaan demikian ia tak sempat untuk memecahkan perhatiannya untuk mengurusi yang lain, dengan begitu tindakan yang diambil perempuan berkerudung tersebut justru malah sangat membantu dirinya. Bentakan nyaring sekali lagi menggelegar diudara, sekali lagi Han siong Ki dan Thian che kaucu terlibat dalam suatu pertarungan mati-matian yang amat seru. Deruan angin kencang, bacokan yang menggelegar bagaikan guntur membuat seluruh ruangan diamuk oleh angin topan yang kencang, bukan saja meja dan kursi beterbangan diangkasa, bumipun seakan-akan ikut bergoncang terpengaruh tenaga serangan itu. Rupanya kedua belah pihakpUn sama-sama menyadari bahwa pertarungan tersebut tidak akan berakhir sebelum salah satu pihak roboh dalam keadaan tak bernyawa, sedang 1858 bagi Thian che kaucu, pertarungan ini bukan saja merupakan pertarungan yang mempertahankan jiwanya, tapi mempertaruhkan keutuhan Thian che kau, bila dia kalah dalam pertarungan itu berarti Thian che kau juga akan musnah untuk selamanya dari muka bumi. oleh sebab itulah dalam melakukan pertarungan itu kedua belah pihak samasama menggunakan jurus serangan. yang terkeji, untuk mengancam bagian bagian tubuh yang terpenting dibadan musuh..

Ditengah ketegangan yang mencekam seluruh ruangan, tiba-tiba dari arah pintu ruangan berkumandang suara gelak tertawa aneh yang menyeramkan disusul kemudian muncullah dua orang manusias aneh bermuka seram seperti setan dengan perawakan tubuh tinggi kurus persis seperti sebatang bambu, mereka mengenakan jubah hijau sepanjang lutut dan jubah kuning yang longgar. Tatkala menyaksikan kemunculan dua orang itu manusia berkerudung tersebut tampak agak bergemetar tubuhnya karena kaget, dengan suara yang dingin diapun berseru: "Huuh... sungguh tak disangka Bok sik Ji-kek (dua tamu sakti kayu dan batu) yang termashur namanya dimana-mana, ternyata bersedia menjadi kaki tangannya perkumpulan Thianchekau peristiwa ini betul-betul merupakan suatu kejadian yang luar biasa, tindakan kalian takut bahwa perbuatan memalukan seperti itu akan ditertawakan oleh rekan-rekan sesama dunia persilatan? Mendengar teguran tersebut, untuk sesaat lamanya sepasang tamu sakti kayu dan batu itu berdiri tertegun, mereka tak mampu mengucapkan sepatan kata pun. Selang sesaat kemudian, si tamu kayu sakti baru melototkan sepasang matanya yang aneh dan menatap musuhnya dengan sinar mata buas. dengan nada suaranya yang serak seperti genta bobrok itu dia menghardik keraskeras: 1859 "Dari pengetahuanmu yang begitu luas sehingga dapat mengenali siapakah kami berdua, dapat kuduga bahwa kamu pastilah bukan seorang manusia yang tidak bernama....." "Tepat sekali perkataanmu itu, justru aku adalah seorang manusia yang tidak bernama!" tukas manusia berkerudung hitam itu dengan suaranya yang tajam. Tamu batu sakti membereskan, ikatan pinggang pada jubah kucingnya, lalu dengan suara yang tak kalah paraunya diapun berseru aneh: "Jadi kalau begitu, engkau berasal satu aliran dengan simuka dingin ini?" "Boleh dibilang memang begitulah,'" "Bagus,...bagus......! Kalau begitu, kau sudah ditentukan untuk mampus!" Serentetan gulungan angin serangan berhawa dingin yang merasuk ketulang tiba-tiba meluncur kemuka dan menggulung keatas tubuh perempuan berkerudung itu. Rupanya si perempuan berkerudung itu cukup mengetahui betapa lihaynya serangan lawan, cepat ujung bajunya dikebaskan kesamping, seketika itu juga angin dingin itu disapu hingga lenyap tak berbekas, kehebatannya ini bukan saja membuat sepasang tamu kayu dan batu sakti jadi melongo, kawanan jago lihay yang berada disekitar tempat itupun sama-sama tertegun dibuatnya.

"Saudara berdua, kuanjurkan kepada kalian berdua agar cepat-cepat menarik diri dari persoalan ini, mumpung keadaan masih belum terlambat.." kembali perempuan berkerudung itu berkata. Heeeehhh.......heeehhh.......heehhh .... besar amat bacotmu perempuan rendah" teriak dua orang manusia aneh itu dengan berang "jangan kau anggap sepasang tamu sakti 1860 bisa dipermainkan si enaknya, Hmm! Kami berdua bukan manusia yang suka dipermainkan........" Diiringi suara bentakan yang amat nyaring, Bok si-ji-kek atau sepasang tamu batu dan kayu sakti menerjang maju kemuka, mereka serentak lancarkan serangan yang b;rtubitubi, semua serangan yang dipergunakan merupakan jurusjurus ampuh yang jarang ditemui di kolong langit dewasa ini, dalam keadaan demikian, sedikit meleng saja bisa mengakibatkan suatu kematian yang mengerikan. Tapi ilmu silat yang dimiliki perempuan berkerudung itupun bukan kepandaian sembarangan, maka kedua belah pibakpun segera terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru. Dalam pada itu, suasana dalam ruanganpun tak kalah serunya......,pertarungan antara Han siong Ki melawan Thianchekaucu sudah berlangsung mencapai seratus jurus lebih, dibawah serangan-serangan yang gencar, Thian-che kaucu mulai tunjukkan tanda-tanda kalah, ia didesak sedemikian hebatnya sehingga posisinya bukan saja sangat tidak menguntungkan bahkan terancam mara bahaya.... Han-siong Ki sendiri, begitu mendapat angin untuk meneler lawannya, serentak dia lancarkan serangkaian serangan yang ganas dan dahsyat. Tiba-tiba terdengar jeritan kaget berkumandang memecahkan kesunyian, ketika semua orang berpaling, maka tampaklah kain kerudung yang dikenakan Thian-che-kaucu sudah tersambar hingga terlepas, segera tampaklah seraut wajah lima puluh tahunan yang sinis tapi gagah. "Haaah....?! Bukankah dia adalah Sim Si-kiat?" tiba-tiba sepasang tamu batu dan kayu sakti berteriak keras menyusul kemudian mereka tarik kembali serangannya dan melompat mundur kebelakang. 1861 Dengan mundurnya kedua orang itu, si perempuan berkerudung itupun menarik kembali serangannya sambil mundur, katanya: "Kalian berdua tak usah heran atau tercengang, pada hakekatnya Sim Si-kiat itu sebenarnya, adalah Yu Pia lam dan Yu Pia lam adalah sim si kiat, dua orang itu meski berbeda nama tapi orangnya sama, hm, memangnya baru tahu sekarang ?"

"Dia.. dia toh murid kepala dari Tengkorak maut?" tamu kayu sakti berseru dengan mata melotot. "Murid kepala apa?. Lebih tepat kalau dikatakan sebagai murid murtad dari benteng maut" "Aah. hal ini... mana mungkin bisa terjadi" "Kenapa tak mungkin terjadi? Untuk mencapai apa yang diharapkan ia memang gunakan segala macam tipu muslihat yang keji untuk melakukannya mengganti nama menyusup ke perguruan orang, memangnya kau anggap dia adalah seorang yang alim ?" "Dan..kau mengetahui semua ?" "Tentu saja Kalian berdua tersekap dalam benteng maut lantaran dalam hal ilmu silat kamu berdua tak bisa menandingi kelihayan pemilik benteng maut tapi Yu Pia lam, bangsat ini menyelamatkan kamu berdua serta jago-jago silat lainnya adalah karena ingin mewujudkan ambisinya untuk memusnahkan benteng maut dari muka bumi, dia gunakan kekuatan yang kalian miliki untuk memusuhi musuh besarnya, dia hendak menjadi kaisar dalam dunia persilatan, bila kalian semua mau dibohongi olehnya dan ditipu mentah-mentah olehnya, maka itu berarti kalian semualah orang-orang goblok" 1862 Mendengar semua ucapan tersebut sak-kek-si tamu batu sakti saling berpandangan sekejap dengan Bok-kek si tamu kayu sakti, kemudian ujarnya dengan lirih: "Toako, kalau memang demikian kenyataannya, buat apa kita tetap berada disini ? Ayoh pergi " Si tamu kayu sakti manggut-manggut dan mereka berdua pun segera mengundurkan diri dan berlalu dari sana. Belasan orang jago-jago lihay dari perkumpulan Thian che kau yang ada disekitar tempat itu sama-sama berdiri kaku seperti patung arca, sejak menjadi anggota perkumpulan, baru pertama kali ini mereka saksikan raut wajah asli dari kaucu mereka, tentu saja tentang perkataan dari perempuan berkerudung itu mereka merasa setengah paham setengah tidak. Sementara itu suara pertarungan yang amat seru dan suara bentakan-bentakan nyaring berkumandang semakin dekat, jelas ada orang yang telah berhasil menjebolkan pertahanan yang berlapis-lapis dalam lembah tersebut dan semakin mendekati markas tersebut. Setelah mencopot kain kerudung hitam yang menutupi wajah Yu Pia lam, sambil menggertak gigi menahan rasa bencinya Han siong Ki berkata: "Yu Pia lam, dua ratus lembar jiwa keluarga Han telah kau bantai dengan cara yang paling licik, paling keji dan paling jahat, hutang darah yang bertumpuk-tumpuk ini harus kau tebus dengan darah dari anggota-anggota perkumpulan Thian

che kau" Pada saat ini, keadaan Thian che kaucu ibaratnya gendewa yang sudah ditarik hingga tegang, keadaan yang kritis itu memaksa gembong iblis tersebut secara beruntun mundur beberapa langkah kebelakang, sekarang punggungnya sudah menempel disisi dinding ruangan, boleh dibilang ia sudah terdesak dan tak ada jalan untuk kabur lagi. 1863 Ditengah bentakan yang ama nyaring.. Thian che kaucu menerkam kemuka dengan kalap. sepasang telapak tangannya melancarkan bacokan kedua arah yang berlawanan, terhadap ancaman yang membayangi tubuhnya itu bukan saja ia tidak menyingkir, memandang pun tidak. Pertarungan semacam ini tak ubahnya seperti pertarungan adu jiwa, jelas tujuannya adalah untuk memaksa musuhnya sama-sama luka parah. Tindakannya yang nekad ini sama sekali di luar dugaan Han siong Ki, malah waktu untuk memilih mana yang baik pun tak sempat lagi. "Duuuk Duuk." dua kali benturan nyaring menggelegar diangkasa, menyusul kemudian dua kali dengusan kesakitan menggema memecahkan keheningan. Han siong Ki muntah darah segar, dengan sempoyongan dia mundur sejauh satu kaki lebih, badannya terasa gontai kesana kemari. Demikian pula keadaannya dengan Thian che kaucu, punggungnya menempel diatas dinding ruangan, darah segar segumpal demi segumpal muntah terus dengan derasnya, muka yang menyeringai tampak mengerikan sehingga ibaratnya setan iblis. Suara pertarungan yang berlangsung diluar ruangan kedengaran semakin ramai, beratus-ratus sosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa menerjang masuk kedalam markas. Demikian keras dan ramainya suara itu, seakan-akan hendak memberitahukan kepada seluruh jagad bahwa hari kiamat bagi Thian che kaucu sudah menjelang tiba. Diantara kerlipan cahaya api beberapa puluh sosok bayangan manusia sudah mulai menyerang kedalam ruangan itu. 1864 Perempuan berkerudung itu membentak berulang kali, dengan ketatnya ia menjaga pintu ruangan tersebut. Setelah terjadi benturan kekerasan tadi, Han siong Ki beristirahat sebentar untuk mengatur napas, kemudian selangkah demi selangkah ia maju menghampri Thian che kaucu yang masih menempel diatas dinding ruangan itu. "Sreet sreet.." setiap langkah kaki dari anak muda itu

seakan-akan mendatangkan perasaan seram yang mencekam perasaan setiap orang. Thian che kaucu sendiri dengan tubuh menempel diatas dinding pelan-pelan mulai bergeser kesamping. "Hati- hati Bangsat itu hendak melarikan diri" Peringatan itu berasal dari perempuan berkerudung itu, sementara dia berseru, sepasang telapak tangannya bergerak kesana kemari menghadang setiap jago yang berusaha menerjang masuk kedalam ruangan itu... Mendengar suara peringatan itu, Han siong Ki merasa terkejut, dengan cepat dia melompat ke depan, tangan kanannya secepat sambaran kilat melancarkan sebuah serangan untuk mencekal tubuh lawannya.. Tiba-tiba di atas dinding ruangan muncul sebuah celah, menyusul kemudian Thian che kaucu dengan cekatan menyusup ke dalam celah didinding tadi untuk melarikan diri. Cengkeraman dari Han siang Ki menyambar kemuka, dengan tepat sekali ia berhasil mencengkeram lengan kiri lawan. Merasakan lengan kirinya kena dicengkeram Thian che kaucu berusaha meronta dengan sekuat tenaga tapi tak berhasil, sementara celah-celah yang membuka diatas dinding mulai merapat. 1865 Han siong Ki membetot dengan sekuat tenaga dengan dengusan kesakitan terdengar menggema dari balik celahcelah ruangan, percikan darah kental segera berhamburan kemana-mana, tahu-tahu ditangannya telah berhasil mencengkeram sebuah kutungan lengan yang masih mengucurkan darah kental, sedang Thian che kaucu sendiri menggunakan kesempatan itu melarikan diri kedalam ruangan rahasia. Jeritan-jeritan kaget sementara itu menggema diluar ruangan, keras sekali suaranya, mewarnai suasana hiruk pikuk yang kian menjadi. Dengan gemas Han siong Ki membanting kutungan lengan itu keatas tanah, lalu dengan sekuat tenaga melancarkan sebuah pukulan dahsyat keatas dinding ruangan yang penuh dengan noda darah itu. "Blaang " benturan yang keras menggoncangkan seluruh ruangan itu, debu dan pasir berguguran dari atas dinding...banyak atap yang berjatuhan ketanah, tapi dinding itu tetap utuh seperti sedia kala, kiranya dinding tadi terbuat dari baja yang kuat sekali, kecuali menimbulkan suara beruntun keras yang memekikkan telinga. hampir boleh di bilang dinding itu utuh dan tidak rusak.. Han siong Ki semakin gusar, matanya jadi merah padam karena merahnya, ia merasa berat hati membiarkan musuhnya kabur dengan begitu saja, karena itu sepasang telapak

tangannya kembali diayunkan kedepan. Sementara itu belasan sosok bayangan manusia kembali sudah menerjang masuk kedalam ruangan. Tiba-tiba Han siong Ki putar badan dengan cepatnya, dengan menghimpun tenaga penuh, telapak tangannya segera diayun ke sana melancarkan sebuah bacokan kilat. "Blaang" jerit kesakitan kembali berkumandang memecahkan kesunyian, dua sosok bayangan manusia 1866 mencelat ke belakang dan terkapar ditanah dalam keadaan tak bernyawa. Menyaksikan keganasan musuhnya, jago-jago lainnya jadi jeri dan ketakutan, mereka sama-sama mengundurkan diri dari ruangan dan berusaha untuk menjauhkan diri dari lawannya. Sekali lagi Han siong Ki putar badannya, dia berusaha menemukan tombol-tombol rahasia di atas dinding untuk membuka pintu rahasia tersebut. "Tak usah buang waktu dengan percuma sahabat" kata perempuan berkerudung itu tiba-tiba, "ia sudah pergi jauh, sekalipun tombol rahasianya kau temukan juga tak akan berhasil untuk menyusul dirinya" Pelan-pelan Han siong Ki memutar badan. "siapakah engkau sahabat? " tegurnya. "Kita hanya bertemu secara kebetulan, sebentar lagipun akan berpisah kembali, buat apa kau tanyakan soal nama? Daripada buang waktu hanya untuk menanyakan nama orang lain, kenapa tidak kau tolong nona yang sedang ketimpa kemalangan itu lebih dahulu" "Kau... kau... darimana kau tahu ?" "Tentu saja aku tahu " jawab perempuan berkerudung itu singkat. Sekujur badan Han siong Ki menggigil menahan emosi, sambil menggigit bibir, ujarnya dengan penuh kebencian "Dia telah tewas" "Apa ? Go siau bi telah mati" "Yaa, jenasahnya sampai sekarang masih berbaring didalam ruang rahasia dibelakang sana" 1867 "Kenapa mati? Aku yang mengakibatkan kematiannya?" kelihatan sekali kalau perempuan berkerudung itu merasa terkejut sehingga suarapun kedengaran agak gemetar. "obat si mia kim wan yang kudapatkan ternyata palsu." "Siapa yang mengatakan bahwa obat Si mi kim wan itu palsu?" tiba-tiba dari belakang meja sembahyang ditengah ruangan itu berkumandang suara seseorang. Menyusul ucapan tersebut, muncullah seorang nona berbaju hijau maju ke depan dengan langkah lemah gemulai.

Nona berbaju hijau itu bukan lain adalah Cui hoa siancu si dewi cantik bunga cui, Ting Hong adanya. Menyaksikan kemunculan si nona itu, dengan sorot mata yang mengandung cahaya buas Han siong Ki menatap wajahnya tajam-tajam, lalu teriaknya dengan suara menyeramkan "Ting Hong, aku hendak membunuh engkau" "Membunuh aku? Kenapa ? " paras muka Cui hoa siancu Ting Hong tampak sedikit berubah. "Engkau akan kubunuh lebih dulu, lalu akan kucari ibumu untuk membikin perhitungan" "Membuat perhitungan ? Perhitungan apa ?" "Ia telah menggunakan obat mustika si mia kim wan yang palsu untuk membunuh orang." "siapa yang telah terbunuh?" kembali nona itu bertanya.. "Calon istriku..." "Aaah masa ia benar-benar telah mati?" "Memangnya kau anggap aku cuma lagi membohongi dirimu...?" "siapa yang telah mati?" kembali seseorang perempuan berkerudung munculkan diri dengan tergesa-gesa. 1868 Pertarungan yang berlangsung diluar ruangan masih tetap berlangsung, hanya kali ini suara pertarungan itu tidak sesengit pertarungan yang berlangsung sebelumnya. -ooo0dw0oooBAB 100 HAN SIONG KI mengalihkan sinar matanya keatas wajah perempuan berkerudung yang baru saja munculkan diri itu, dia hendak mengucapkan sesuatu tapi segera dibatalkan, karena perempuan itu telah melepaskan sendiri kain kerudungnya. Apa yang diduga pemuda itu memang tidak keliru, dia bukan lain adalah kakak seperguruannya Ko Goan cun. "siapa yang telah mati?" sekali lagi Ko Goan cun bertanya. "Go siau bi" "Aaaah... masa Go siau bi benar-benar sudah mati?" Cui Hua siancu Ting Hong yang berada disampingnya tibatiba tertawa misterius. "Andaikata ia belum mati bagaimana?" katanya kemudian Begitu pertanyaan tersebut diutarakan ke luar serentak semua orang berdiri tertegun, siapa yang bisa menghidupkan kembali orang yang telah mati? Bukankah pertanyaan itu adalah suatu pertanyaan yang terlampau aneh..? Han siong Ki segera, mendengus dingin. "Hmm. Mati hidup seorang manusia bukan permainan kanak-kanak, aku tidak biasa untuk mengguraukan persoalan seperti itu" Senyuman yang semula menghiasi wajah Cui Hoa siancu sekali lenyap pula tak berbekas

1869 "Manusia bermuka dingin" katanya pula: "kalau engkau kurang percaya bagaimana kalau sekarang juga kita pergi bersama-sama untuk membuktikan kebenaran dari ucapanku ?" "Sutee ayo cepat membawa jalan buat kami". sela Ko Goan cunpula dengan cepat, "siapa tahu kalau...." Dengan perasaan apa boleh buat, Han siong Ki mengangguk. dia lantas berjalan lebih dahulu menuju ke ruang belakang, dan sesaat kemudian sudah tiba didalam ruangan rahasia mayat Go siau-bi masih membujur diatas pembaringan kayu itu. Cui Hoa siancu Ting Hong segera maju beberapa langkah ke depan, dipegangnya nadi Go siau Bi kemudian diperiksanya dengan seksama kemudian dengan wajah bersungguhsungguh ia berkata: "Manusia bermuka dingin, bila lewat setengah jam lagi, dia Akan benar-benar mati, bahkan kali ini dia mati ditanganmu sendiri.." "Jadi...jadi dia belum mati sekarang ?" Perasaan Han siong Ki pada waktu itu yaa kaget yaa girang, saking terharunya sampai perkataanpun jadi tergagap. "oleh karena obat si mia kim wan mempunyai daya kerja yang terlampau dahsyat, maka barang siapa menelan obat tersebut maka seluruh peredaran darahnya akan menjadi beku dan pernapasannya berhenti dalam keadaan begini maka seseorang yang memiliki tenaga dalam cukup sempurna harus membantunya seketika itu juga untuk melumerkan daya kerja obat tadi, andai kata terlambat setengah jam saja maka jiwanya tidak akan tertolong lagi, coba bayangkan sendiri, seandainya sampai terjadi peristiwa seperti ini, siapakah yang harus kau tuntut?." 1870 Sekarang Han Siong Ki baru menyesali sikap cerobohnya yang mengakibatkan terjadinya peristiwa semacam ini, seandainya ia minta keterangan yang sejelas-jelasnya ketika minta obat mujarab itu mungkin tak akan sampai terjadi peristiwa seperti ini, untung sekarang berjumpa dengan Ting Hong. coba kalau tidak ? Bukankah nyawa Go siau bi akan melayang dengan penasaran Teringat sampai ke soal itu, diam-diam anak muda itu merasa bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri. Dengan perasaan yang masih sangsi, pelan-pelan dia menghampiri anak dara itu, kemudian diperiksanya denyut jantung yang semula sudah berhenti itu.. Betul juga Ternyata keempat anggota badannya masih hangat, denyutan nadipun masih berjalan seperti sedia kala meski hanya denyutan yang lirih.

Secepat kilat Cui Hoa siancu Ting Hong menotok beberapa buah jalan darah penting ditubuh Go siau bi, kemudian telapak tangan kanannya ditempelkan pada jalan darah Thian to hiat, sementara telapak tangan kirinya ditempelkan pada jalan darah Meh keng hiat, hawa murninya yang cukup sempurna sedikit-sedikit di salurkan ke dalam tubuh Go siau bi yang masih menggeletak itu... Seperminum teh kemudian, dengusan napas Go siau bi kedengaran semakin keras, paras mukanya juga makin bertambah semu merah, sebaliknya Ting Hong mulai kepayahan, keringat bercucuran membasahi seluruh badannya, pucat pias wajahnya, bahkan sekujur badannya tampak sedikit gemetaranMenyaksikan kesemuanya itu dari sisi arena Han siong Ki merasa berterima kasih bercampur menyesal. Tiba-tiba Ting Hong membuyarkan telapak tangannya, lalu kepada Han siong Ki ujarnya: 1871 "Bantulah dia dengan menyalurkan hawa murnimu lewat jalan darah mia bun hiat, maka kesehatan tubuhnya segera akan pulih kembali seperti sedia kala" sembari berkata dia lantas bangkit berdiri Han siong Ki menjura sambil mengucapkan rasa terima kasihnya, katanya lebih jauh: "Karena kurang teliti dan berbuat sedikit ceroboh, hampir saja kusalahi diri nona, untuk bantuanmu sebelum dan sesudahnya kuucapkan banyak-banyak terima kasih" Dengan membelalakkan sepasang matanya yang jeli, bening dan besar itu cui Hoa siancu Ting Hong mengawasi beberapa kejap wajah Han siong Ki yang tampan dengan wajah termangu dalam waktu yang amat singkat itu perubahan terjadi diatas wajahnya, lalu ujarnya dengan suara lirih: "Aaah.... engkau terlalu banyak adat" Seraya berkata diapun bangkit berdiri dan putar badan meninggalkan ruang rahasia tersebut. Sebagaimana telah dikatakan tadi, maka sepeninggalnya Ting Hong, Han siong Ki segera menempelkan telapak tangan kananya diatas jalan darah Mia bun hiat di tubuh Go siau bi, hawa murninya disalurkan segulung demi segulung untuk membantu dara itu. Tak selang berapa lama kemudian, Go siau bi telah menarik napas panjang, dia mambuka matanya kembali. Melihat gadis itu sudah membuka matanya, kembaii Han siong Ki menarik pula telapak tangannya, dengan penuh kegembiraan dia berseru: "Adik Bi, engkau sudah sehat kembali bukan?" Go siau bi melompat bangun dari pembaringannya, ia menyapu sekejap sekeliling ruangan itu dengan pandangan

1872 kaget, kemudian serunya dengan lirih: "Dimanakah aku berada saat ini?" "Engkau masih tetap berada dalam markas besar perkumpulan Thian che kau" Dengan biji matanya yang jeli Go siau bi menatap sekejap semua orang yang berada dalam ruangan itu, dan Han siong Ki segera memperkenalkan mereka kepadanya, tapi ketika akan memperkenalkan perempuan berkerudung itu, dia jadi malu sendiri sebab sampai sekarang dia sendiripun tak tahu siapakah dia, cuma tahu kalau perempuan misterius itu juga datang kesitu untuk menyatroni orang-orang Thian che kau. Tampaknya perempuan berkerudung itupun cukup menyadari akan keadaan tersebut, sambil tertawa ringan segera ujarnya: "Nona Go, kuucapkan selamat kepadamu karena terlepas dari kematian, hidupmu di kemudian hari pasti akan diberkahi banyak rejeki. Walaupun Thian che kaucu lolos dengan membawa luka yang cukup parah, akan tetapi tidak sedikit anak buahnya yang masih melakukan perlawanan dengan tangguh, aku rasa kita harus segera pergi untuk menyelesaikan persoalan ini.." Meskipun separuh kata yang pertama ditujukan kepada Go siau bi, tapi jelaslah sudah bahwa kata-kata yang terakhir tidak lain ditujukan diri Han siong Ki. Dengan pandangan sangsi Han siong Ki memandang sekejap kearah perempuan berkerudung itu, lalu dengan benak yang dipenuhi oleh teka teki yang tak terjawab, dia ulapkan tangannya. "kalau memang begitu, ayo kita segera berangkat" . Maka berangkatlah beberapa orang itu meninggalkan ruang rahsia tersebut. ketika mencapai tanah lapang diluar ruang tengah, disana terlihat betapa banyaknya bayangan manusia 1873 yang bersimpang siur, mayat terkapar disana sini, bahkan suara pertarungan masih terdengar di tempat yang agak jauh. Ketika Han siong Ki munculkan dirinya, beberapa sosok bayangan manusia segera memburu kedepan... "saudara cilik" "Han sauhiap" "siau sicu" Di tengah suara panggilan yang hiruk pikuk, si Pengemis dari selatan, si padri dari utara, si dewa berjalan dalam tanah dan beberapa orang kakek yang tak diketahui namanya bermunculan disitu dan mengerumuni Han siong Ki bagaikan lagi mengerumuni seorang tokoh persilatan saja. Dengan sikap yang merendah Han siong Ki memberi hormat satu demi satu kepada beberapa orang itu

Dalam pembicaraan itulah diketahui bahwa Pengemis dari selatan adalah pemimpin dalam operasi kali ini diapun menerangkan bahwa kawanan jago yang bergabung dalam beberapa perkumpulan dan partai persilatan yang pernah merasakan kekejian Thian che kau telah bersatu padu untuk bersama-sama mendobrak kelaliman dan kekejaman orangorang perkumpulan Thian che kau. Tentu saja seandainya tiada Han siong Ki beberapa orang yang secara kebetulan bertindak sebagai panglima pembuka jalan bagi mereka, kemungkinan besar yang diselenggarakan Pengemis dari selatan kali ini lebih banyak gagalnya daripada mendapat sukses besar. "omitohud" terdengar padri dari utara berseru memuji keagungan sang Budha, "sausicu perkumpulan Thian che kau berambisi besar, mereka bukan saja mencelakai nyawa sesama umat persilatan, bahkan bercita-cita merajai seluruh kolong langit. Maka ketika semua partai dan perkumpulan ketika mendengar rencana ini segera bersatu padu melakukan 1874 operasi seperti apa yang kemudian terjadi pada hari ini, kalau ingin tahu rahasia kesuksesan kami kali ini, maka boleh dibilang Buyung li-siculah yang paling berjasa bagi kami" "Buyung li-sicu? siapakah dia?" Han siong Ki bertanya dengan hati terkejut. Dewa berjalan dalam tanah yang gemuk lagi cebol sehingga mirip badan yang membengkak itu sebera tertawa cekikikan. "Hiih... hiiih... hiih... masa kau tak tahu? Dia kan yang paling cantik didunia ini..." "Maksudmu Buyung Thay? " si anak muda itu coba menegaskan ucapan rekannya itu. "Betul Betul saudara cilik, kau memang lihay, sekali tebak lantas mengenalinya" "See... sebenarnya apa..apa yang terjadi?" anak muda itu gelagapan. Pengemis dari selatan mengetukkan tongkat tah kau pang (tongkat penggebuk anjing) nya ketanah kemudian sahutnya dengan wajah bersungguh-sungguh. "saudara cilik, seandainya rekan Buyung tak melukiskan peta lembah ini lebih dulu sehingga menerangkan semua jebakan dan kekuatan yang ada dalam lembah ini kepada kita, kemudian menyusun pula rencana yang matang untuk mengimbangi kerja sama antara gerakanmu dengan gerakan kami, coba bayangkan sendiri memangnya didunia ini terdapat kejadian yang begini kebetulannya sehingga semuanya bisa berlangsung hampir bersamaan waktunya? selain dari itu kendatipun aku sipeminta-minta tua sudah bosan hidup tidak.. nanti akan kubawa pula rekan-rekan sekumpulanku untuk datang kemari cuma untuk menghantar nyawa masing

masing? Haahh.. haaahh... saudara cilik jangan kau anggap saudara tuamu sudah sinting, dan otaknya miring" 1875 Sekarang Han siong Ki baru memahami duduk perkara yang sebenarnya, dengan adanya kejadian ini maka rasa menyesalnya terhadap Buyung Thay juga semakin bertambah mendalam, mimpipun dia tak menyangka kalau Buyung Thay adalah seorang perempuan yang baik dengan maksud hati yang sangat mulia. Maka dengan penuh perasaan cemas diapun bertanya: "Engkoh tua, saat ini Buyung Thay berada dimana.?" "oooh... dia..?" Tapi sebelum pengemis dari selatan sempat menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba perempuan berkerudung itu menyela dari samping: "kalau ingin bercakap-cakap lebih baik di samping nanti saja, sekarang lembah Liau huan tan sudah dimusnahkan dan tujuan kalianpun sudah tercapai, aku rasa lebih baik cepatcepatlah mengundurkan diri dari tempat ini" Mendengar ucapan tersebut, serentak semua orang yang ada dalam arena amat terperanjat. "Sungguhkah perkataanmu itu?" pengemis dari selatan segera bertanya dengan mengernyitkan alis matanya. "Mau percaya atau tidak terserah pada kalian sendiri, pokoknya aku hanya dapat memperingatkan demikian saja." Han siong Ki lantas mengalihkan sorot matanya memandang rekan-rekannya yang berada dalam ruangan tersebut, lalu katanya: "Lebih baik kalian semua mengundurkan diri terlebih dahulu dari lembah ini" "Bagaimana dengan engkau?" Go siau bi bertanya dengan alis matanya berkernyit. "Sebelum menemukan kembali Yu Pia lam aku bersumpah tak akan meninggalkan lembah ini." 1876 "Heh... heeh... heehh Yu Pia lam sudah berada di luar lembah sejak tadi, apa yang hendak kau nantikan lagi di tempat ini?" ejek perempuan berkerudung itu sambil tawa dingin. "Tapi, tapi lengannya sudah kutung dan luka cukup parah, mana mungkin dia bisa.." Tapi sebelum ucapan Han siong Ki itu sempat diselesaikan, perempuan berkerudung itu sudah berkata lagi: "Memangnya kau anggap didalam lorong rahasia tersebut tak ada orang yang siap menolong nyawanya? " . Seketika itu juga Han siong Ki terbungkam, tapi rasa gusar dan dendamnya tidak mereda karena itu, ia merasa walaupun harus terbang ke langit atau masuk kebumi, dia bersumpah

tak akan melepaskan musuh besarnya dengan begitu saja. "Aaaah... kalau ku analisa perkataan dari perempuan berkerudung ini, jangan-jangan dia tahu kemana kaburnva bangsat itu..." ingatan tersebut tiba-tiba saja melintas dalam benaknya. Berpikir demikian dengan suara dalam diapun bertanya: "Nona, apakah engkau tahu kemana perginya Yu Pia lam setelah melarikan diri dari tempat ini?" Perempuan berkerudung itu segera tertawa dingin. "Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh Han siong Ki engkau sebut aku sebagai nona, apakah kau sudah tahu kalau aku bukanlah seorang perempuan yang pernah menikah?" Mendengar sindiran tersebut merah padamlah selembar wajah anak muda itu saking jengahnya, untuk sesaat dia tak tahu bagaimana harus menanggapi perkataan tersebut.. Seakan-akan sedang menyindir lawan berbicaranya, perempuan berkerudung itu kembali berkata.. 1877 "Han siong Ki, sebut saja kau dan aku secara langsung, bukankah sebutan itu jauh lebih enak kedengarannya daripada sebutan nona atau sebutan lainnya" Han siong Ki semakin tergagap lagi setelah mendengar sindiran tersebut, tapi setelah termenung sebentar akhirnya sambil tebalkan mukanya dia berkata.. "Apakah engkau tahu kemana larinya Thian che kaucu setelah kabur dari sini ?" "Tahu" "Bersediakah engkau menerangkan rahasia tersebut kepadaku?" kembali pemuda itu berkata. "Tentu saja boleh, cuma kita harus mengundurkan diri lebih dahulu dari lembah lian huan tau ini?" Setelah perempuan tersebut berkata demikian maka dengan perasaan apa boleh buat Han siong Ki mengangguk. "Baiklah kalau memang begitu" katanya.. Kepada pengemis dari selatan serta kawanan jago lainnya yang berkumpul disana dia berseru. " Engkoh tua, saudara sekalian, ayolah kita bersama-sama mengundurkan diri lebih dulu dari sini." Dibawah komando pengemis dari selatan, maka semua jago persilatan yang menyerbu masuk ke lembah Liau huan tau dari pelbagai arah itupun sama-sama berkumpul untuk kemudian bergerak menuju keluar lembah. Setelah semua jago berangkat, Han siong Ki berpaling ke arah Cui hoa siancu seraya ajaknya pula: "Nona Ting, mari kita melakukan perjalanan bersama-sama, tidak keberatan bukan?" "Tentu saja " sahut nona Ting Hong. 1878

Kata-kata "tentu saja" itu kedengarannya agak menyolok. ini membuat perasaan Han siong Ki sedikit bergerak. Tapi dia tidak mempersoalkan lebih jauh menyusul dibelakang pengemis dari selatan beserta rombongan, berangkatlah mereka menuju ke luar lembah. Setelah menempuh perjalanan beberapa li, tiba-tiba dengan kuping berkerut Han siong Ki berpaling kepada Go siau bi sekalian, ujarnya: "suci, adik bi kalian berangkatlah satu langkah lebih dulu, nantikan aku diluar lembah" "sute apa yang hendak kau lakukan lagi ?" "Kalian berangkat sajalah keluar lembah, aku cuma pergi sebentar saja, sejenak pasti sudah menyusul kamu semua " Tidak menanti jawaban lagi dia lantas putar badan dan balik menuju kearah markas besar perkumpulan besar perkumpulan Thian che kau, ternyata telah menemukan bahwa perempuan berkerudung yang misterius itu tidak turut serta bersama mereka, maka karena rasa tercengang dan ingin tahunya diapun berangkat kembali menuju ke markas untuk mengetahui apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi. Belum lagi Han siong Ki berjalan balik menuju ke markas, tiba-tiba dihadapan matanya nun jauh didepan sana terbiaslah selapis cahaya api yang berkobar dengan hebatnya hingga menjulang tinggi ke angkasa, jalan didepan sana telah terjadi kebakaran hebat. Menyaksikan apa yang terbentang didepan matanya, pemuda itu lantas teringat dengan ucapan dari perempuan berkerudung sebelum mereka berlalu tadi, segera pikirnya: "Jangan-jangan kobaran api yang mengakibatkan terjadinya kebakaran itu adalah hasil dari perbuatannya ? Tapi.." 1879 Belum habis ingatan tersebut melintas ketika dilihatnya anak buah perkumpulan Thian che kau sedang melarikan diri terbirit-birit kesana kemari, rupanya kebakaran yang terjadi secara tiba-tiba itu telah memaksa kawanan jago dari Thian che kau yang semula pada menyembunyikan diri terpaksa harus munculkan diri guna menyelamatkan jiwa masingmasing . Dengan kilatan mata yang buas Han siong Ki memandang sekejap suasana kebakaran yang sedang berlangsung dihadapan matanya itu, kemudian sambil membentak ia menerkam ke muka, setiap jago musuh yang dijumpainya segera dibantai secara keji hanya dalam waktu singkat berpuluh-puluh sosok mayat telah tergelepar di tanah. Tapi aneh sekali, sepanjang perjalanannya berjalan balik ke markas, bayangan tubuh dari perempuan berkerudung itu tetap lenyap tak membekas, jangan ditemukan, malahan

bayangannya pun tidak. Dalam sekejap mata seluruh bangunan markas besar perkumpulan Thian che kau yang megah dan anggun itu sudah dimakan jago merah, kebakaran yang kian hebat menghabiskan semua barang yang berada ditempat itu. Perkumpulan terbesar dan termegah di kolong langit dewasa ini, telah musnah oleh kebakaran yang maha besar, agaknya perkumpulan itu memang sudah ditakdirkan musnah menjadi abu. Oleh karena Han siong Ki tidak berhasil menemukan apa yang dicari, terpaksa dia balik keluar lembah dengan kecepatan kilat.. Hebat sekali kebakaran yang sedang berlangsung waktu itu, asap hitam sampai membumbung keangkasa dan menyelimuti semua lembah tersebut hingga suasana jadi gelap.. 1880 Waktu itu semua jago sedang menantikan kemunculannya dengan hati yang cemas, ketika akhirnya Han siong Ki munculkan diri, semua orang menjadi amat gembira, diantaranya tentu saja Go siau bi yang paling senang melihat kemunculan anak muda itu. Mulut lembah Lian huan tau telah berubah menjadi bukit mayat lautan darah, tak usah diragukan lagi itulah akibat dari perintah yang diturunkan Han siong Ki kepada sepasang siluman hitam putih... Cepat si anak muda itu maju menghampiri pengemis dari selatan dan memberi hormat kepadanya sesampai dia disana, ujarnya kemudian dengan perlahan. "Engkoh tua, bukankah tempo hari aku pernah berpesan kepadamu agar mencarikan jejak seorang perempuan yang bernama Ting Hong?" "Sekarang kutarik kembali permohonan tersebut" "Kenapa ?" pengemis tua yang merupakan tianglo dari perkumpulan kay pang ini bertanya keheranan. "Sebab gadis yang kucari itu kini telah kutemukan jejaknya. , . " seraya berkata sorot matanya lantas memandang sekeliling tempat itu untuk menemukan jejak Ting Hong, tapi aneh sekali, ternyata jejak Cui hoa siancu Ting Hong juga tidak berada disana, hal ini membuat hatinya diam-diam merasa sangat gelisah, andaikata Ting Hong pergi dan tak kembali lagi, kemana dia harus mencari kembali jejak dara itu? Dan bagaimana pula pertanggungan jawabnya terhadap siJelek dari sinciu? sebab bagaimana pun dia telah berjanji sendiri kepada perempuan itu bagaimanapun yang terjadi nona itu harus dihantar sampai kehadapan ibunya. Sementara si anak muda itu masih melamun si dewa yang berjalan dalam tanah telah tertawa cekikikan sambil menepuk bahu Han siong Ki ujarnya:

1881 "Siau lote, maafkanlah aku pun tidak bisa menemani engkau terlalu lama disini, aku hendak pergi duluan yaaa" "Loko apakah sampai sekarang engkau masih berdiam dalam gudang arak dibawah tanah itu?" sapa Han siong Ki juga sambil tertawa tergelak menahan gelinya. "Heeh heeh heeh betul, aku masih ada disitu Han siau lote, bila ada urusan mau cari aku, datang saja kerumahku dan sekali panggil pasti aku akan segera munculkan diri" Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling sambil ulapkan tangannya kepada si pengemis dari selatan katanya: "Pengemis tua, bila kau punya kegembiraan untuk berkunjung kerumah.. jangan lupa membawa beberapa ekor ayam panggang, kita berpesta pora disana sampai mabok beberapa hari setuiu bukan?" Ketika kata-kata yang terakhir itu di ucapkan keluar, tubuhnya sudah berada beberapa kaki jauhnya dari tempat semula. Sepeninggal si cebol yang suka berjalan di bawah tanah itu, dengan alis mata yang berkernyit, pengemis dari selatan baru menatap pemuda kita katanya: "Saudara cilik, aku dengar Thian che kaucu berhasil melarikan diri dari cengkeramanmu? " "Ya, dia berhasil kabur Maaf, semuanya itu adalah salahku yang terlalu gegabah sehingga dia berhasil kabur lewat jalan rahasia, meski demikian..." "Kenapa?" "Perempuan berkerudung yang misterius itu telah berjanji akan memberitahukan kemana kaburnya bangsat tua tersebut" "Apakah engkau perlukan kekuatan dari pihak Kaypang kami untuk bantu melakukan penggeledahan? " 1882 "Aku rasa hal ini tak perlu dilakukan lagi, terima kasih banyak atas kesediaanmu?" "Kalau memang engkau tidak membutuhkan bantuan dari kami semua lagi, baiklah kalau begitu biar aku si pengemis tua mempersilahkan rekan-rekan sealiran kita untuk berangkat dan kembali ke rumahnya masing-masing" "Memang ada baiknya sahabat sekalian kembali ke rumahnya masing-masing, sebab perkumpulan Thian Che kau telah berhasil kita tumpas, markas besarnya yang megah juga telah terbakar jadi abu, semoga tak lama kemudian partaipartai dan perkumpulan-perkumpulan yang pernah tertindas dimasa lalu, sekarang bisa tumbuh dan berdiri kembali" "saudara cilik", pengemis dari selatan lantas menyela, "aku rasa aku si pengemis tua juga harus pulang ke markas lebih dulu, eeeh.... Iya, aku hampir lupa Kapan kau undang aku

semua untuk minum arak kegiranganmu??" Mendengar pertanyaan tersebut, Go siau bi yang berada disisinya jadi malu sekali, dengan wajah merah padam dia tundukkan kepalanya rendah-rendah. Han siong Ki sendiri segera tertawa getir. "Engkoh tua" sahutnya "asal dendam kesumat yang siaute tuntut sudah berhasil mendapat penyelesaian, pasti akan kukirim orang untuk mengundang kehadiran kalian semua." "Haah... haah.. haaah... baik-baiklah, kalau begitu sampai jumpa di lain waktu" Maka berangkatlah Pengemis dari selatan memimpin rombongan jago-jago silatnya meninggalkan tempat itu. Suatu pertarungan yang menggetarkan langit dan bumipun berakhir sampai disitu, suasana disekeliling mulut lembah pulih kembali dalam keheningan. Sekarang, disana hanya tinggal Han siong Ki, sepasang siluman hitam putih, Ko Goan cun dan Go siau bi lima orang.. 1883 Ko Goan cun yang selama ini hanya berdiam diri belaka, tiba-tiba berkata dengan nada berat hati: "sute, sekarang adik Bi sudah sehat kembali dan terlepas dari segala ancaman mara bahaya, itu berarti aku harus mohon pamit, bila dikemudian hari ada kesempatan, harap engkau suka berkunjung ke tebing Kiu ci san untuk bermain" Han siong Ki mengangguk dengan sedih: "Lantaran persoalan dari adik Bi, aku membuat suci harus berlarian kesana kemari dengan susah payah, kejadian ini benar-benar membuat hatiku tak enak. suci, aku tak bisa mengatakan lain kepadamu kecuali rasa terima kasihku ynng amat besar atas kebaikanmu. Dikemudian hari bila ada kesempatan aku pasti akan mengunjungi subo" Setelah itu Ko Goan cun juga menyampaikan beberapa pesan kepada Go Siau bi, setelah itu baru berpisah dan berangkat kembali ke bukit Kiu cu san. Menanti bayangan punggung dari Ko Goan cun pun ikut lenyap dari pandangan mata, Go siau bi baru berkata: "Engkoh Ki, bukankah engkau sedang mencari diri Cui Hoa siancu Ting Hong?" Mula-mula Han siong Ki agak tertegun, menyusul kemudian diapun mengangguk. "Yaa benar Bagaimanapun juga, perempuan itu kucari sampai dapat, sebab ketika aku memohon obat mustika si mia kim wan dari ibunya tempo hari, aku telah berjanji kepada si Jelek dari sin ciu untuk menemukan kembali putrinya dan menghantar kembali ke gua salju di bukit Ciong san" "Engkoh Ki" katanya kembali. "aku lihat persoalan ini bukankah suatu persoalan yang sederhana..." "Heh....apa maksudmu dengan perkataanmu..." pemuda itu berseru dengan wajah keherananTiraikasih

Website http://kangzusi.com/ 1884 "Aku lihat dia sudah jatuh cinta kepadamu dalam pandangan yang pertama . " Mendengar jawaban tersebut, Han siong Ki segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak: "Haaah... haaaah... haaah... adik Bi, engkau memang pandai sekali bergurau" "Tidak Aku sama sekali tidak bergurau, dan aku harap engkau mengakui bahwa seorang gadis sering kali jauh lebih lihay dalam soal pengamatan terhadap gerak gerik seseorang daripada seorang pria, mau percaya atau tidak terserah pada dirimu sendiri, tuh dia berada disana, cepatlah pergi kesana untuk menemukannya." Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Go siau bi tersebut, Han siong Ki segera berpaling. betul juga tak jauh dari hadapannya terdapat sebatang pohon besar dan dibalik pohon itu secaca lapat-lapat tampak sesosok bayangan merah berdiri disana, maka tanpa berpikir panjang lagi dia lantas menghampiri batang pohon tersebut. Sedikitpun tidak salah, dibelakang pohon benar-benar berdiri seorang gadis dan gadis itu bukan lain adalah Cui hoa siancu si dewi Cantik bunga Cui, Ting Hong adanya. Sekali melompat Han siong Ki telah tiba dihadapannya, tapi ketika menyaksikan mimik wajahnya pada waktu itu, seketika itu juga Han siong Ki berdiri tertegun dengan perasaan amat terkejut. Ternyata wajah gadis ini sudah basah oleh noda air mata, kiranya ia bersembunyi disitu karena sedang menangis terisak dengan amat sedihnya... "Nona Ting" diapun menyapa. Ting Hong menyeka air matanya dan berpaling. 1885 "Aku tahu engkau datang untuk menyeret aku pulang, aku tahu engkau hendak membawa aku pergi menghadap ayah dan ibuku.. bukankah begitu.. ?" bisiknya dengan pedih. Han siong Ki tertawa jengah: "Nona Ting, apakah kau tega membiarkan ayah dan ibumu setiap hari merindukan dan memikirkan dirimu. Apakah engkau tidak kasihan melihat penderitaan mereka berdua.. ?" "Tentang soal itu aku tahu.." "Kalau sudah tahu, hal ini jauh lebih baik lagi" tukas Han siong Ki cepat. Tapi Ting Hong segera gelengkan kepalanya berulang kali. "Jangan keburu bersenang hati lebih dahulu" katanya " Wahai manusia bermuka dingin, tentunya kau belum melupakan tentang sebuah persoalan yang pernah kau sanggupi bukan" "sebuah persoalan yang pernah ku sanggupi? Persoalan

apakah itu?" Han siong Ki makin tertegun. "Tentu kau masih ingat bukan, sewaktu hendak masuk kelembah Lian huan tau, engkau telah berjanji akan memenuhi sebuah syarat yang kuminta, tentunya kau tidak berusaha untuk mengingkari janji yang telah kau katakan sendiri bukan" "ooooh... kiranya soal itu Tentu saja... tentu saja aku tak akan mengingkari janji yang pernah kuucapkan nona Ting segera katakanlah apa permintaanmu itu, asal permintaan tersebut bisa kulakukan pasti akan kupenuhi dengan segera". "Dan pasti kau akan melaksanakan dengan segera?" Ting Hong segera menegaskan. "soal ini.. tentu saja" 1886 "Permintaan apapun?", gadis itu sekali lagi menegaskan kata-katanya.. Suatu firasat melintas dalam benak Han siong Ki, tapi saat ini keadaan ibaratnya nasi yang telah menjadi bubur, terpaksa dengan keraskan hatinya dia mengiakan: "Tentu saja.. " Sekulum senyum yang manis dan hangat seindah bunga mawar yang mekar di musim semi tersungging diujung bibirnya, sambil tersenyum malu-malu tiba-tiba gadis itu bertanya. "Han siong Ki, cintakah engkau kepadaku?" Ucapan yang blak-blakan dan langsung itu menyinggung ke tujuan ini seketika itu juga membuat Han siong Ki berdiri terbelalak dengan mulut melongo, untuk sesaat lamanya dia tak mampu berkata-kata: Akhirnya setelah gelagapan sendiri setengah harian lamanya, dia baru mampu bertanya: "Nona... apa... apakah itulah permintaanmu.. ? Apakah itulah syarat yang kau ajukan?" "Jangan kau persoalkan tentang masalah ini, katakan saja kepadaku, cintakah engkau kepadaku ?" "Tentang soal ini.." "Tidak cinta ? sedikitpun tidak mencintaiku . ?" nona itu mendesak lebih jauh. Han siong Ki tertawa getir: "Aku telah dijodohkan ibuku dengan seorang gadis, selain daripada itu akupun.." "Kan masih ada seorang gadis yang betul-betul kau cintai dengan setulus hatimu yang bernama Tonghong Hui. tapi kemudian ia telah mati bukan.. ?" sambung Ting Hong cepat. Paras muka Han siong Ki berubah hebat, secara beruntun dia mundur tiga langkah kebelakang. 1887 Perasaan anak muda itu betul-betul kaget bercampur tercengang, dia tidak habis mengerti kenapa Cui hoa siancu Ting Hong bisa mengetahui dengan begitu jelas bahwa

hatinya benar-benar sangat mencintai Tonghong Hui, bahkan mengetahui pula bahwa Tonghong Hui telah mati, padahal perkenalannya dengan gadis itu baru berlangsung tidak sampai setengah harian lamanya. Sementara dia masih melamun, Ting Hong telah melanjutkan kembali kata-katanya: "Meskipun secara resmi Go Siau bi adalah istrimu yang sah, tapi aku tahu bahwa engkau sama sekali tidak mencintainya dengan hati yang bersungguh-sungguh" Han siong Ki semakin kaget bercampur tercengang sehabis mendengar perkataan itu, sekali lagi dia mundur satu langkah lebar, kebelakang, teriaknya dengan penasaran: "siapa yang bilang kalau aku tidak mencintai istrinya ?" -ooo0dw0oooBAB 101 "ENGKAU mencintainya karena berdasarkan peraturan, kau cinta karena ingin menjadi anak yang berbakti ingin mengikuti, adat karena dia sudah menjadi calon istrimu lagipula ibumu yang menjodohkan, maka terpaksa untuk menjaga nama kau mengawininya, bukankah begitu Hmmm bila kau menyangkal itu berarti bahwa engkau sedang menipu dirimu sendiri" Setiap patah kata yang diucapkan Ting Hong, seakan-akan pukulan martil yang menghajar hati Han siong Ki, tak kuasa lagi peluh dingin membasahi sekujur badannya. "Kau.. kau, berdasarkan apa engkau berani mengatakannya begitu?" serunya kemudian tergagap. 1888 "Apa yang kudasarkan? Tentu saja aku berbicara berdasarkan kenyataan" "Nona Ting, katakan saja terus terang, apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya mengucapkan kata-kata seperti itu?" "Maksud dan tujuanku..? Tentu saja aku dapat berbicara demikian karena aku cinta kepadamu." Keterusterangan dan keberanian gadis itu bicara secara blak-blakan membuat Han siong Ki jadi tersipu dan menjadi malu sendiri. Cui hoa siancu Ting Hong, bukannya seorang gadis yang tidak cantik, potongan badannya juga tidak kalah dengan potongan badan dari Go siau bi, akan tetapi kecantikan wajah seseorang bukanlah merupakan faktor terpenting bagi suatu cinta, apalagi Han siong Ki adalah seorang pemuda yang angkuh dan tinggi hati, setelah semua perasaan cinta kasihnya dilimpahkan kepada Tonghong-Hui, ia merasa bahwa sepanjang hidupnya sekarang tak mungkin akan mencintai gadis lain- walau gadis itu memiliki kecantikan bak bidadari dari kahyangan. Buyung Thay, perempuan paling cantik di kolong langit untuk masa itupun tidak berhasil menundukkan hati anak

muda ini, apalagi hanya seorang gadis muda seperti Ting Hong, tentu saja pengharapannya itu tak akan menghasilkan apa-apa. "Engkau cinta kepadaku?" akhirnya sianak muda itu kembali bertanya dengan lirih: "Yaa, aku cinta kepadamu" "Tapi, apakah nona Ting mengetahui bagaimanakah jalan pikiranmu pada saat ini?" "Bukankah engkau tak akan mencintaiku?" ucap Ting Hong sambil mencibirkan bibirnya. 1889 "Tepat sekali perkataan dari nona Ting" "oooh..kalau cuma perkataan itu sih tak menjadi soal, toh aku mempunyai hak untuk mengajukan satu permintaan dan engkau telah menyanggupinya, sekarang Go siau bi sudah kembali kesisimu dengan aman. aku rasa tentunya engkau tidak akan mengingkari janji yang telah kau ucapkan sendiri bukan?" Tercekatlah hati Han siong Ki setelah mendengar perkataan itu, Ia tahu tak mungkin baginya untuk menghindari kejadian tersebut, maka dengan sikap apa boleh buat dia berkata: "Nona Ting, apakah kau menggunakan hal ini sebagai pertukaran syarat dengans diriku" "Mungkin juga begitu, mungkin juga tidak. kau harus mengatakannya lebih dahulu, apakah janji yang pernah kau ucapkan tempo hari sampai sekarang masih berlaku?" "setiap patah kata yang diucapkan oleh seorang laki-laki sejati tak akan diingkari kembali, tentu saja setiap patah kata yang kuucapkan tetap berlaku" "Bagus..." seru Ting Hong kemudian, "wahai Han siong Ki, kau anggap aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu?" Pertanyaan yang balik diajukan kepada anak muda itu kontan membuat Han siong Ki tertegun, bagaimanapun juga ia tak berhasil untuk menebak jitu maksud dan tujuan yang sebenarnya dari lawannya ini. Sementara itu Ting Hong masih menengadah sambil tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya: "Haaahh... haaahh.. haaahhh... Han siong Ki legakanlah hatimu, Aku Ting Hong masih belum termasuk seorang perempuan tak tahu malu yang mengemis cinta kepadamu. " "Aku tahu cinta antara muda mud Harus berkembang secara alami harus muncul dari hati yang jujur, cinta tak akan 1890 mungkin diperoleh dari suatu pemaksaan atau suatu pengemisan yang memalukan." "Bila seorang mengerti apa anti cinta yang sebenarnya, maka dia tak akan memilih cara semacam itu untuk mendapatkan cintanya."

"Cinta semacam itu hanya akan mendatangkan penderitaan dan siksaan belaka daripada suatu kebahagiaan dan aku rasa aku tak sudi mendapatkan cinta yang penuh dengan siksaan dan penderitaan semacam itu.." "Aaaai.. sungguh tak kusangka nona Ting adalah seorang gadis yang berpandangan luas, kalau begitupun aku dapat berlega hati" kata Han siong Ki kemudian sambil menghembuskan napas panjang "Aku tidak menerima ucapan semacam itu, terimalah kembali kata-kata sanjungan itu" "Baik kalau begitu, harap nona Ting segera mengajukan syaratmu, sebab aku tak dapat menunggu dirimu terlalu lama lagi" Sementara pembicaraan antara mereka berdua masih berlangsung, diam-diam tanpa menimbulkan jejak suarapun, tampak sesosok bayangan manusia menyusup keluar dari tempat persembunyiannya dan berlalu dari sana. "siapakah orang itu? Tak seorangpun yang tahu" Dalam pada itu Ting Hong telah berkata dengan wajah yang bersungguh-sungguh: "syarat yang hendak kuajukan sebenarnya kurang begitu menyenangkan bagimu, tapi.. yaaa apa boleh buat?" "Tak usah berputar-putar lagi, apapun syaratmu itu ayolah cepat utarakan secara terus terang." "Aku minta engkau bersedia menghapuskan janjimu dengan ibuku, sanggup bukan?" 1891 "Kenapa?" Han siong Ki bertanya dengan wajah tercengang dan perasaan tidak habis mengerti: "sebab sampai detik ini aku masih belum suka berjumpa muka dengannya, akupun belum ingin pulang kembali ke rumahku digunung salju yang sepi dan jauh dari keramaian dunia" Han siong Ki sebera menolak sambil gelengkan kepalanya. "Tidak. aku tak bisa penuhi kehendakmu itu" Paras muka Ting Hong seketika itu juga berubah hebat, serunya dengan suara yang dingini "Ingatlah baik-baik manusia she Han, apa yang kuajukan sekarang merupakan sebuah syarat yang harus kau penuhi, bukankah telah kau katakan tadi bahwa perkataan yang telah diucapkan oleh seorang laki-laki sejati untuk selamanya tak dapat dirubah kemnbali, apakah engkau menyesal dengan janjimu?" "Justru karena aku tak ingin mengingkari janji, justru karena aku harus memegang teguh ucapan dari seorang lakilaki, maka aku tak dapat mengingkari janjiku kepada ibumu" -ooo0dw0oooJilid 50 "AKU tidak ambil perduli, segala janjimu terhadadap ibuku,

pokoknya kau harus terima syaratku titik" "Maaf nona Ting, bila permintaan lain yang kau ajukan kepadaku, tentu akan kulakukan dengan senang hati, tapi dalam soal ini aku benar-benar tak dapat memenuhi 1892 keinginanmu, aku tetap akan memegang teguh janjiku terhadap ibumu" . "Jadi engkau bersikeras akan menghantar aku pulang kegua salju dibukit Ciong-san?" "Tentu saja" "Andaikata aku bilang tidak mau? Lantas apa yang hepdak kau lakukan?" "Maaf nona, engkau tak dapat mengajukan pilihan lain, demi memenuhi janji terhadap ibumu, terpaksa aku harus menyalahi engkau. bila kau tetap membangkang, maka aku akan menggunakan kekerasan. " "Ooooh.... jadi engkau hendak menawan diriku dan menghantarnya pulang ke rumah?" "Yaaa" jawab Han siong Ki dengan suara yang dingin dan tak sedap didengar, "andaikata nona Ting tetap keras kepala dam tak mau pulang sendiri ke gua salju, siapa tahu kalau terpaksa aku harus menggunakan cara tersebut untuk mencapai tujuanku?" Paras muka Ting Bong berubah hebat, dengan gusar dia lantas berteriak keras: "Han siong Ki, kau jangan sok jagoan, ketahuilah pemaksaan yang berlarut-larut bisa membuat orang jadi nekad" "Aku tidak sok jagoan nona, akupun tidak memaksa dirimu terlalu berlebihan, aku hanya herbuat seperti apa yang harus kulakukan" "sudahlah, kau tak usah mengajukan alasan yang dibuatbuat" tukas si nona kemudian, " lebih baik masing masing menempuh jalannya sendiri-sendiri dan anggaplah hal ini sebagai suatu pertukaran syarat" "Maaf nona, sebagaimana telah kukatakan tadi permintaan dari nona tak dapat kupenuhi" 1893 "Hmm". Ditengah dengusan yang amat dingin, tiba tiba Ting Hong menjejakkan kakinya ke tanah, kemudian melambung ke udara dan melayang menuju kedalam hutan. Gerakannya ini boleh dibilang cepat sekali bagaikan sambaran kilat, sayang meskipun nona itu cepat, ternyata Han siong Ki bergerak lebih cepat lagi, cukup dalam sekali kelebatan saja tahu-tahu ia sudah menghadang dihadapannya. "Han siong Ki engkau sungguh sungguh hendak mengajak aku bertempur...?" teriak Ting Hong dengan marah.

"Bilamana hal itu merupakan suatu keharusan, maka aku tak akan membantahnya" "Kalau memang begitu sekarang juga lakukanlah, tak usah kau tunggu sampai tiba saat yang kau maksudkan sebagai suatu keharusan" Ditengah bentakan yang amat nyaring, telapak tangannya segera diayun kedepan melancarkan sebuah serangan kilat ke tubuh Han siong Ki. Sepintas lalu serangan tersebut tampaknya amat sederhana dan sangat biasa, tapi justru dibalik kesederhanaan tersebut tersimpanlah pelbagai perubahan yang luar biasa sejak ia melepaskan serangan sampai bayangan telapak tangannya hampir menyentuh ditubuh lawan, secara beruntun dia telah mengganti dengan tiga macam jurus serangan yang berbeda. Ting Hong, gadis cantik itu memang luar biasa, begitu dia mangatakan hendak menyerang lantas melancarkan serangan, kejadian semacam ini sungguh berada diluar dugaan orang. Sedikit banyak Han siong Ki msmpunyai pikiran segan untuk melangsungkan pertarungan dengan gadis itu, maka menghadapi serangan yang bertubi tubi itu secara beruntun dia mundur tiga langkah kebelakang. 1894 Gagal dengan serangannya yang pertama, Ting Hong segera merubah jurus serangannya, sekali lagi dia menyergap diri Han siong Ki dengan serangan-serangannya yang cepat bagaikan sambaran kilat. Han siong Ki mainkan sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo ciang hoat, dia mengunci seluruh bagian tubuhnya yang penting hingga terhindar dari serangah lawan, dalam keadaan demikian meskipun jurus serangan dari Ting Hong termasuk suatu gerak serangan yang aneh dan luar biasa, tapi semua serangan itu tak satupun yang berhasil mencapai sasarannya, melihat kenyataab tersebut dara itu baru terkesiap. buru-buru ia robah kembali serangannya. Dikala Ting Hong sedang merubah jurus serangannya untuk memperketat posisi sendiri, tiba-tiba Han siong Ki menerobos maju ke depan sambil melancarkan serangan denganjurus Moong kou ciat (raja iblis menyembah loteng istana) jurus ini merupakan salah satu jurus serangan yang paling ampuh diantara tiga jurus serangan terampuh dalam ilmu Mo mo ciang hoat, malahan kalau dihitung-hitung maka jurus serangan inilah serangan terampuh diantara tiga jurus serangan lainnya.. "Blaaaang" suatu benturan kekerasan tak dapat dihindari lagi, ditengah dengusan tertahan tubuh Ting Hong mencelat sejauh delapan depa lebih dariposisinya semula. "Nona Ting" dengan dahi berkerut Han siong Ki segera menegur "kuanjurkan kepadamu lebih baik dengarkan saja semua nasehatku, mari lah ikut aku dan kita pulang kegua salju

dibukit Ciong-san untuk berkumpul kembali dengan orang tuan u!" "Tidak!" jawab Ting Hong dengan tegas, jelas sekali hatinya sedang marah, terbukti dari bibitnya yang digigit kencang-kencang. 1895 "Baiklah nona Ting" kata Han-siong Ki kembali "kalau toh engkau tak mau mendengarkan nasehatku, terpaksa aku harus menggunakan kekerasan untuk menghadapi dirimu!" Dengan satu gerakan yang amat cepat sianak muda itu menerkam mangsanya, sepasang jari tangannya yang dipentangkan lebar seperti kaitan ba ja yang sangat kuat mengcengkeram pergelangan tangan musuh dengan cepat, gerak serangan ini mendadak, cepat dan tepat. Ting Hong sendiri bukanlah seorang manusia sembarangan, dengan suatu gerakan yang sebat dia tarik pergelangan tangannya kebelakang, begitu terhindar dari cengkeram tersebut, telapak tangan' nya berbalik kedepan dan secara beruntun inelan carkau tiga buah serangan berantai. Han-siong Ki rnemang memiliki banyak sekali jurus-jurus serangan mematikan yang luar biasa dahsyatnya, tapi pemuda itu tak berani mengguna kannya secara gegabah, sebab ia kuatir kalau serangannya yang teramat dahsyat itu bisa msngaki batkan musuhnya terluka. Pada hakekatnya andiikata ia tidak didesak terus sehingga terpaksa harus turun tangan, pemuda itu merasa segan untuk turun tangan, tentu saja melukai gadis itu lebih-lebih tak mungkin akan dilakukan olehnya... Tapi bila ia tidak mengeluarkan jurus-jurus serangannya yang mematikan, untuk sesaat gadis itu pun tak mampu mengapa-apakan musuhnya, keadaan semacam ini membawa anak muda itu menjadi serba susah... Demikianlah, ketika Ting Hong secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai, Han siong Ki terdesak hebat sehingga tanpa bisa dicegah lagi dia mundur bebsrapa langkah untuk menghindarkan diri Begitu si anak muda itu mundur, Ting Hong segera manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, dia melompat keudara dan berusaha melarikan diri dari situ. 1896 "Nona Ting, kau tak dapat pergi, percuma usahamu untuk kabur dari sini" bentak Han siong Ki dengan dingin. Sekali lagi dia menjejakkan kakinya keatas tanah dan berkelebat kedepan untuk menghadang jalan perginya. "Han siong Ki, engkau terlalu mendesak diriku, ketahuilah binatang yang terpojokpun akan melawan, apalagi manusia." bentak Ting Hong dengan geramnya. "Weeeessss" sebuah pukulan yang bertenaga amat besar

segara dilontarkun kedepan untuk menghajar dada Han siong Ki. Sianak muda itu tahu bahwa gadis itu berusaha untuk melarikan diri dari cengkeramannya, maka dengan cepat hawa si mi sikangnya dikerahkan untuk melindungi seluruh badan-.. "Blaaaang" diiringi jeritan kaget, pukulan tersebut bersarang telak pada sasarannya. Serangan yang dilancarkan Ting Hong itu dengan tepat menghantam diatas dada Han siong Ki, walaupun dia mengandalkan hawa saktinya untuk melindungi badan toh serangan tersebut cakup membuat hawa darah didalam dadanya bsrgolak keras, matanya terasa berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski demikian, diapun berhasil pula mencengkeramkan pergelangan tangan kanan Ting Hong yang digunakan untuk melancarkan serangan itu., "Lepaskan aku!" teriak nona itu dengan geram bercampur mendongkol. "Maaf" aku tak dapat memenuhi harapanmu itu Ting Hong meronta dengan sekuat tenaga, tapi tidak berhasil melepaskan diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad, telapak tangan kirinya tiba tiba diayunkan ke depan menghajar tubuh musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja itu. Han siong Ki menyingkir ke samping dengan cekatan, cengkeramannya pada pergelangan tangan musuh segera diperketat. 1897 Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus tertahan, tangannya segera terkulai kembali_ke bawah, sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci, marah dan mendendam, demikian mendalamnya rasa benci nona itu hingga cukup membuat orang yang memandangnya jadi ikut bergidik. Tampaknya dari kenekatan dan kekerasan kepala nona itu, ia lebih rela dirinya mati dari pada pulang ke rumah... Tapi mengapa ia sampai bersikap demikian? Suatu misteri yang rasanya sukar untuk mendapatkan jawabannya! Han-siong Ki tak mau pusing-pusing memikirkan persoalan itu, dengan suatu gerakan cepat dia totok jalan darah gadis itu, kemudian ia putar badannya herdak memanggil sepasang siluman hitam putih...... Sebelum sesuatu tindakan dilakukan, tiba-tiba terdengar serentetan suara yang amat menyeramkan berkumandang datang: "Manusia bermuka dingin, apa yang hendak kau lakukan?" Mengikuti berkumandangnya ucapan tersebut kurang-lebih dari arah tiga kaki dihadapannya muncullah sesosok bayangan marusia yang bergerak sangat enteng seperti sukma gentayangan. Menyaksikan kemunculan bayangan manusia itu berdebarlah jantung Han-siong Ki saking ngerinya, dia

mengamati orang itu dengan lebih seksama lagi...... Ternyata orang itu adalah seorang laki laki tampan berbaju putih yang telah berusia tiga puluh-tahunan, meskipun tampan wajahnya, sayang diantara alis matanya tampak terlintas suatu sikap yang licik dan bengis, sehingga terasa kurang sedap dipandang mata. Setibanya di tengah arena, laki-laki berbaju putih itu memandang sekejap kearah Ting Hong yang menggeletak 1898 ditanah dengan jalan darah tertotok itu, kemudian dengan hawa membunuh yang menghiasi wajahnya tebal-tebal, ia berkata seram: "Lepaskan orang itu!" "Hmmm! Siapa engkau?" tegur Han-siong Ki tak kalah ketusnya. Laki-laki itu tidak menjawab, sebaliknya mengulangi kembali kata-katanya: "Aku memerintahkan kepadamu untuk segera melepaskan dirinya!" "Huuuh......dengan dasar apa engkau memerintah diriku untuk lepaskan dirinya?" "Dengan dasar apa.? Heehh... heeehhh... heeehhh... tahukah engkau bahwa dia adalah kekasihku?" Mendengar pengakuan tersebut Han siong Ki merasakan hatinya bergetar keras: "Ting Hong adalah kekasihmu?" ia menegaskan. "Yaa, benar" "sayang seribu kali sayang, ia tak dapat kuserahkan kepadamu dengan begitu saja" "Apa yang siap kau lakukan terhadap dirinya.?" teriak laki laki berbaju putih itu sambil maju tiga langkah lebar kedepan. "Dia hendak kuserahkan kembali pada ibunya" Untuk sesaat laki-laki berbaju putih itu terkejut, tapi hanya sejenak. la segera tertawa dingin. "Heeehhh... heeehhh... heeehhh.... omong kosong, ayoh sebetulnya dia akan kau lepaskan tidak?" "Tidak" 1899 "Bangsat, kalau begitu engkau memang sudah bosan hidup". Diiringi bentakan nyaring, laki-laki berbaju putih itu menerjang maju kemuka dan serangan tersebut cukup membuat hawa didalam dadanya bergolak keras, matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling, meski demikian, diapun berhasil pula mencengkeramkan pergelangan tangan kanan Ting Hong yang digunakan untuk melancarkan serangan. "Lepaskan aku" teriak nona itu dengan gemas bercampur

mendongkol. "Maaf, aku tak dapat memenuhi harapanmu" Ting Hong meronta dengan sekuat tenaga, ia tidak berhasil melepaskan diri dari cengkeraman itu, akhirnya dia jadi nekad, telapak tangannya tiba-tiba diayunkan ke depan menghajar musuh yang cuma terpaut beberapa inci saja. Han siong Ki menyingkir ke samping dengan cekatan, cengkeramannya pada pergelangan tangan musuh segera diperketat. Oleh gencetan yang sangat kuat itu, Ting Hong mendengus tertahan, tangannya segera tertarik kembali ke bawah, sementara tatapan matanya penuh memancarkan rasa benci, marah, dengan cepatnya bagaikan kilatan cahaya tahu tahu ia sudah berada dihadapan Han siong Ki dan segera melancarkan sebuah totokan kilat kemuka. Waktu itu, Han siong-Ki sedang mencengkeram jalan darah penting dipergelangan tangan Ting Hong, tentu saja ia tak dapat berkelit, telapak tangan kirinya segera diputar satu lingkaran kemudian dengan menggunakan jurus serangan yang tak kalah ganasnya dia balik membacok pergelangan tangannya... 1900 Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat dan berat, laki laki baju putih itu merasa terkesiap. cepat ia menarik kembali serangannya sambil mundur tiga langkah ke belakang. Sementara itu, dua sosok bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa telah melayang masuk kedalam arena pertarungan.. Siapakah mereka? Dua orang itu tak lain adalah Hek pek siang yau sepasang siluman hitam dan putih. Melihat kehadiran dua orang pembantunya, Han siong Ki segera merentangkan sepasang tangannya dan melemparkan tubuh Ting Hong kearah siluman putih Hong-ing ing. "Jaga dia baik-baik" perintahnya. "lindungi dia jangan sampai kena direbut lawan" Siluman putih Hong Ing ing mengiakan, dengan cekatan dia maju kedepan untuk menyambutnya . Tampaknya lelaki baju putih itu merasa ada kesempatan baik untuk merebut kembali pacarnya dari tangan musuh, tiba tiba ia menerjang kemuka dengan kecepatan yang luar biasa, tangannya seperti kuku garuda segera menyambar tubuh Ting Hong yang masih melayang ditengah udara itu.... "Bangsat keparat Kau tak usah mencoba bermain gila dihadapanku, enyah kamu dari sini" siluman hitam seng Keh ki membentak keras. Diiringi suatu bentakan yang amat nyaring, dia melancarkan sebuah cukulan yang sangat hebat dari sisi arena.

"Blaaang" ditengah benturan yang sangat keras, laki laki berbaju putih itu terpental kembali ketempatnya semula, sementara siluman putih Hong Ing ing telah menyambar dan menerima tubuh Ting Hong yang dilontarkan ke arahnya itu. 1901 Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dengan muka merah membara ia berseru sambil menggigit bibir... "Han siong Ki, kau manusia keparat Aku bersumpah tak akan hidup berdampingan denganmu, aku akan menggunakan segala daya upaya untuk mencabut nyawa anjingmu." "Heeehhh.... heeehhhh... heeeehhh..." Han siong Ki ketawa dingin tiada hentinya, dengan wajah yang tetap dingin dan kaku ia berkata lebih jauh: "saudara, aku harap engkau bersedia menjawab dengan sejujurnya, benarkah dia adalah kekasihmu?" "siapa yang menyangkal kalau dia bukan kekasihku?, Tentu saja dia adalah pacarku yang sebenarnya" "Kalau toh memang begitu, aku rasa engkau pasti mempunyai nama bukan? Katakanlah dulu siapa namamu?" "Hhmmm .Aku merasa tidak mempunyai keharusan untuk menyebutkan namaku padamu" "Kalau toh engkau segan untuk menyebutkan namamu, aku harap engkau tinggalkan tempat ini.. saja" "Boleh saja kalau menginginkan aku pergi dari sini, tapi dia harus kau lepaskan lebih dulu" "Bukankah kau adalah kekasihnya? Kenapa tidak kau cari dirinya dirumah ibunya? Kalau hendak menemui dirinya lagi, silahkan saja mendatangi gua salju dibukit Ciong san" "Tidak Tidak bisa Dia tak dapat pergi dengan begitu saja" Lama kelamaan Han siong Ki dibuat jengkel juga oleh keketusan musuhnya, kontan ia mendengus dingin"HHmm saudara, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan? Katakan saja berterus terang" Laki laki berbaju putih itu tidak langsung menjawab, ia cabut keluar sebilah pedang pendek yang memancarkan 1902 cahaya berkilat, kemudian ketika senjata itu digetarkan maka tampaklah kilatan cahaya pedang yang mengembang sampai sepanjang tiga depa. "Kau tak usah banyak ngebacot lagi, ayoh Kita bereskan saja persoalan ini dengan kekerasan" demikian teriaknya. "Huuuh Dengan mengandalkan kepandaianmu itu, kau hendak menantang aku untuk berduel?" "Kenapa? Memangnya kau anggap aku tak sanggup untuk menandingi kepandaianmu?" "Heeehhh...heeehhh...heeehhh... aku kuatir kalau engkau masih belum berhak untuk bermain denganku" Tak terkirakan rasa gusar laki laki berbaju putih itu, dia

merasa ucapan tersebut merupakan suatu penghinaan baginya, sambil membentak nyaring, pedang pendeknya segera digetarkan semakin kencang, hingga kini cahaya tajam yang memancar keluar mencapai sejauh lima depa... Siluman hitam seng Keh ki tak ingin ketuanya menghadapi sendiri pertarungan itu, dia cepat maju ke muka seraya berseru: "Ciangbunjin, harap engkau suka mundur kebelakang, serahkan saja orang ini kepada tecu" Laki laki berbaju putih itu semakin gusar, ia mendengus dingin, pedangnya diputar semakin kencang menciptakan selapis hawa pedang yang tajam dan mengerikan untuk mengurung sekujur badan siluman hitam itu. Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri cukup mengetahui lihaynya ancaman tersebut, cepat badannya mengigos delapan depa kesamping, begitu terlepas dari ancaman cahaya pedang musuh........... Sreet! Sreeet! Secara beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai. 1903 Laki-laki berbaju putih itu segera menarik kernbali serangannya, tiba-tiba dia mengayunkan tangannya kedepan, pedang pendek itu segera terlepas dari cekatannya menembusi hawa pukulan siluman hitam yang sangat kuat dan langsung mengancam kearah dadanya. Tindakan ini boleh dibilang luar biasa sekali, bukan saja serangan dilancarkan secara tiba-tiba bahkan kehebatannya tak terkirakan, dalam keada an demikian, sekalipun ilmu silat yang dimiliki siluman hitam jauh lebih lihaypun sulit rasanya untuk menghindarkan diri dari sergapan kilat yang terduga ini....... "Criiiing........!" tiba-tiba terdengar suara gemerincingan nyaring menggema diangkasa. Cahaya pedang tersebut setelah membentuk gerakan satu setengah lingkaran busur segera meluncur kembali ke tangan laki-laki baju putih itu. Kiranya Han-siong Ki sudah was-was dan memperhatikannya dengan seksama, begitu ia saksikan betapa lihaynya ilmu pedang lawan yang disertai dengan tenaga dalam yang dahsyat itu, maka dikala laki-laki tersebut melontarkan pedang pendeknya melakukan sergapan maut, secepat kilat diapun melancarkan sebuah serangan jari tangan yang tajam. Untung serangan tersebut bersarang telak diujung pedang itu, sehingga pada detik yang terakhir ia berhasil menyampok jatuh pedang itu dan menyelamatkan jiwa rekannya. Siluman hitam Seng Keh-ki sendiri, kendatipun berhasil lolos dari ancaman bahaya maut, tak urung peluh dingin sempat mengucur juga memba sahi seluruh tubuhnya.

Dia ingin maju lagi ke depan, tapi Han-siong Ki segera ulapkan tangannya seraya berkata: 1904 "Kau mundur saja ke belakang, biar aku yang membereskan sendiri orang ini" Dengan wajah tersipu sipu, siluman hitam segera mengundurkan diri dari tempat itu. Laki laki berbaju putih itu sendiri memandang sekejap kearah Han siong Ki dengau pandangan terperanjat, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun ia menerjang ke muka sambil melepaskan serangkaian serangan yang maha hebat. Waktu itu, Han siong Ki benar-benar sudah diliputi hawa amarah yang menyala-nyala, hawa sakti si mi sinkang nya disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, kemudian dibabatnya ke tubuh lawan yang kebetulan sedang menerjang tiba itu. Kabut putih yang amat tebal sebera menggulung-gulung bagaikan permainan ombak di samudra, seseorang tampak mendengus tertahan, menyusul kemudian laki-laki berbaju putih itu terlempar sejauh dua kaki lebih ke belakang. Pada saat yang bersamaan ketika laki-laki berbaju putih itu mencelat ke belakang, tampaklah sekilas cahaya putih yang menyilaukan mata meluncur ke muka dan mengancam dada Han siong Ki. Kiranya sewaktu laki-laki berbaju putih itu melancarkan tubrukan kemuka tadi, sekalian diapun melontarkan pula pedang terbangnya untuk melukai lawan. Padahal waktu itu Han siong Ki sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk melancarkan serangan, tak terkirakan rasa kagetnya menyaksikan munculnya kilatan cahaya pedang yang tahu-tahu sudah muncul dihadapan matanya, dalam keadaan begini, sekuat tenaga ia membuang tububnya kesamping... Sayang terlambat, tiba-tiba ia merasa kesakitan yang luar biasa hingga merasuk kedalam tulang, ternyata lengan kirinya sudah kena ditembusi oleh pedang terbang itu hingga terluka, darah mengucur keluar dengan derasnya...... 1905 Cepat cepat ia totok beberapa buah jalan darahnya untuk menghentikan aliran darah tersebut. Pedang terbang itu sendiri, oleh karena pada pangkal gagangnya terikat oleh seuntai rantai yang kuat, maka begitu berhasil mengenai sasarannya, cepat pedang tersebut ditarik kambali kebelakang. Luka dalam yang ditarik laki-laki berbaju putih itu tidak terlampau parah, terbukti dia lantas melompat bangun dan berusaha melarikan diri dari situ. Han siong Ki merasa penasaran sekali, apalagi setelah terluka, hawa napsu membunuhnya makin menyelimuti

wajahnya, dengan gerakan cahaya kilat lintasan bayangan dia menyusup ke depan dan menghadang jalan pergi orang itu kemudian secara beruntun ia lancarkan lima buah serangan berantai yang rata rata bertenaga penuh. Bukan saja serangan tersebut cepatnya luar biasa, bahkan disertai juga tenaga dalam sebesar dua belas bagian, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut. Selihay lihaynya laki laki berbaju putih itu, mana mungkin dia sanggup menghadapi lima buah serangan berantai itu, jerit kesakitan berkumandang memecahkan kesunyian, sambil muntah muntah darah kental, tubuhnya terpental kurang lebih tiga kaki jauhnya dari tempat semula dan tak sanggup bangkit kembali. Hawa napsu membunuh dari Han siong Ki tidak karena kejadian itu lantas padam. begitu musuhnya roboh ia menerjang maju lebih ke depan sskali lagi telapak tangannya diayun kebawah untuk melancarkan sebuah serangan yang mematikan. Seandainya serangan tersebut bersarang telak di tubuh orang itu, tak ampun lagi laki laki berbaju putih itu pasti akan terhajar sampai hancur dan remuk berkeping-keping...... 1906 Untunglah disaat yang amat kritis itulah tiba tiba dari arah samping muncul segulung angin pukulan maha dahsyat yang langsung menggulung ke tubuh Han siong-Ki. Merasakan betapa beratnya ancaman itu, anak muda itu segera menarik kembali serangannya sambil mundur dengan hati terkejut. Ketika penyergap itu diamati dengan lebih seksama lagi, maka terlihatlah bahwa orang yang barusan melancarkan serangan itu bukan lain adalah, perempuan berkerudung yang misterius itu. Kemunculan si perempuan berkerudung yang tepat menghalangi niatnya untuk melukai pemuda berbaju putih itu, sungguh jauh diluar dugaan Han siong Ki, untuk sesaat pemuda itu tertegun. "Eeh sebenarnya apa maksudmu menghalangi niatku untuk menghajar mampus bangsat itu....?" teriak pemuda itu kemudian dengan kemarahan yang belum mereda. "Hmmmm" perempuan berkerudung itu mendengus dingin, "bukankah engkau pernah menerima kebaikan dari Ting Hong maupun ibunya? Mengapa kau hendak membinasakan kekasihnya sekarang? Tidakkah engkau merasa bahwa tindakanmu itu ibaratnya air susu yarg dibalas dengaa air tuba..?" Mendengar perkataan itu, Han siong Ki jadi amat terkejut, tanpa disadari ia mundur satu langkah lebar ke belakang. Tepat sekali ucapan tersebut Bagaimanapun juga ia memang tak pantas membinasakan laki laki berbaju putih itu, sebab diantara mereka tak pernah terikat sengketa atau

perselisihan yang harus diakhiri dengan suatu pertumpahan darah. Untuk sesaat lamanya anak muda itu termenung dan tak tahu apa yang harus dilakukan... mendadak ia seperti merasakan kehilangan sesuatu, dengan mata yang tajam iapun celingukan kesana kemari seperti mencari seseorang, 1907 agaknya ia tidak temukan diri Go siau bi ada bersama mereka, maka diapun berseru. "Eeeh.. aneh benar, kemana ia telah pergi? Kenapa tidak nampak batang hidungnya?" "siapa yang kau cari....? Go siau-bi maksudmu?" sela perempuan berkerudung itu "Yaa, dia... dia ada dimana?". "Dia telah pergi" "Apa? Dia telah pergi..?" kata Han siong Ki dengan perasaan tak karuan, saking kagetnya sampai nada suaranya juga kedengaran agak gemetar.... "Ya, dia sudah pergi Maafkanlah daku, aku telah berusaha dengan sepenuh tenaga untuk menghalangi kepergiannya, tapi sayang... usahaku itu gagal. akhirnya aku tetap tidak berhasil untuk menahan dirinya agar jangan pergi" "Kemana ia telah pergi?" "Siapa yang tahu?" Han-siong Ki jadi panik sekali, dia segera menjejakkan kakinya siap meninggalkan tempat itu..... "Ciangbunjin tunggu sebentar!" tiba tiba siluman hitam Seng Keh-ki memanggil dengan hormat, dia lantas menghampiri ketua perguruannya. "Ada urusan apa?" tanya pemuda itu sambil menghentikan gerakan tubuhnya. "Tecu telah menemukan surat yang ditinggalkan nona Go, barap ciangburjin suka memeriksanya lebih dulu!" Seraya berkata dia lantas mengangsurkan sepucuk surat ketangan ketuanya. 1908 Tampaknya Han-siong Ki sudah mendapat firasat jelek, ia tahu ada suatu kejadian yang luar biasa dan tak diinginkan terjadi, tanpa sadar sekujur badannya menggigil keras, jantungnyapun ikut berdebar kencarg, peluh sebesar kacang kedelai membasahi seluruh kening dan tubuhnya........ Dari tangan siluman hitam disambutnya selembar kain potongan yang penuh dengan tulisan, tampaknya kain itu sengaja dirobek dari bajunya sebagai pengganti kertas. Tulisan diatas kain itu ditulis dari arang, ini menunjukkan betapa kalut dan bingungnya pikiran Go Siau-bi ketika menyusun kalimat dan menulisnya dikain tersebut. Memegang kain yang penuh berisikan tulisan itu Han-siong

Ki tak dapat menahan emosinya, tangan yang memegang kain itu tampak sedikit menggigil. Untuk sesaat pemuda itu memejamkan matanya ketika perasaan dan pikirannya telah menjadi tenang kembali, ia baru membuka matanya dan membaca surat tersebut..... -ooo0dw0oooBab 102 TERBACALAH surai itu berbunyi demikian; "Engkoh Ki yang kusayangi; Bila kau sedang membaca surat ini, maka aku sudah jauh berada disisimu, maafkanlah kepergianku yang kulakukan secara diam-diam ini aku tak ingin pergi sepengetahuanmu, maafkanlah aku karena aku pergi tanpa pamit! Selama hayat masih dikandung badan, aku akan tetap mencintaimu, semua kasih sayangku padamu akan kusimpan terus dihati sampai akhirnya kubawa kembali ke liang kubur. 1909 Ketahuilah engkoh Ki, aku amat mencintai dirimu baik semasa masih hidup maupun setelah aku mati nanti, cintaku kepadamu tak akan padam tak akan sirna karena alasan apapun jua. Aku tahu, cinta adalah suatu pengorbanan, cinta yarg suci dan murni bukanlah membutuhkan suatu pembalasan yang setimpal, atau dengan perkataan lain, aku tak akan menggubris apakah engkau mencintai aku atau tidak, tapi yang pasti aku amat mencintaimu, inilah cintaku yang pertama, juga cintaku yang terakhir kalinya, semua kasih sayangku telah kupersembahkan hanya untuk mu seorang. Sampai sekarang, walaupun antara kau dan aku belum pernah melakukan hubungan sebagai suami istri, tapi diatas kertas aku telah menjadi istrimu yang sah, maka sampai matipun aku tetap akan menjadi setannya keluarga Han. Perkawinan kita adalah suatu kekeliruan yang besar, aku rasa dalam hal ini ergkaupun tak akan menyangkal. Setiap apa yang pernah dikatakan nona Ting, cinta antara seorang laki-laki terhadap seorang pe rempuan harus tumbuh secara siam. harus muncul dari dasar hati yang dalam, cinta tak dapat di peroleh dari suatu penekanan, suatu paksaan atau mengemis dari orang lain. Aku cukup memahami arti dari ucapan itu, akupun dapat menarik kesimpulan dari perkataan itu bahwa cinta yang didapat dari mengemis atau suatu pernaksaan adalah cinta yang palsu, cinta yang tidak sungguh-sungguh, bukan kebahagiaan yang akhirnya akan di peroleh melainkan suatu siksaan, suatu penderitaan sepanjang hidup. Setelah memahami keadaan yang sebenarnya, ma ka kuputuskan untuk pergi meninggalkan kau! Engkoh Ki! Aku tahu engkau akan bersedih hati, kau akan merasa tertekan jiwanya, sebab engkau adalah seorang yang

berhati panas meski diluafan wajahmu tampak selalu dingin. 1910 Tapi.....yaa, aku minta kau tak usah terlalu menyalahkan dirimu sendiri, aku pergi karena maksud hatiku sendiri, sebab dengan demikian pc rasaan kita berdua akan mendapat ketenteraman dan ketenangan. Berat rasanya kutinggalkan dirimu, tapi kau tak usah kuatir, dimanapun aku berada sejak kini, hatiku selalu hanya untukmu, pikiran dan perasaanku akan selalu mendampingi dirimu. Semoga kau bahagia selalu. Salam penuh kerinduan dari, Adik Siau-bi. Bagaikan seseorang yang tercebur kedaiam gudang es yang sangat dingin, Han-siong Ki merasakan sekujur badannya jadi beku dan kaku, mu kanya puoat pias seperti mayat, untuk sesaat lama mya ia tak tahu api yang musti dilakukan. Mimpipun ia tak menyangka kalau pembicaraannya dengan Ting Hong belum lama berselang mengakibatkan kepergian Go Siau bi tanpa pamit Tiba-tiba pandangan matanya jadi gelap tubuh nya jadi sempoyongan dan hampir saja roboh ke-tanah, untuk pertama kalinya ia merasakan suatu kekosongan, untuk pertama kalinya ia merasa kesepian dan hidup yang tak berarti, semua siksaan dan penderitaan dalam hatinya membuat pemuda itu tanpa terasa merintih...... Tonghong Hui, gadis yang disayang dan dicintai dengan segenap jiwa raganya telah mati! Go Siau-bi, bakal istrinya yang selalu terbuai diantara permainan, hidup yang serba menyedihkan kini telah pergi! Sekuat tenaga ia menarik narik rambut sendiri, darah mengucur keluar dari sela sela jari tangannya, tampaknya pemuda itu hendak menggunakan siksaan badan untuk mengurangi rasa siksaan yang dialami batinnya. 1911 Sepasang siluman hitam putih hanya bisa memandang tingkah laku ketuanya dengan wajah tertegun, mereka tak berani memberi komentar, apalagi menghiburnya dengan kata-kata yang manis. Ting Hong terkapar dengan jalan darah tertotok, sedangkan laki laki berbaju putih itu berbaring tak sadarkan diri karena isi perutnya yang terluka parah, terhadap adegan yang sedang berlangsung didepan matanya tentu saja mereka tidak merasa apa-apa. Akhirnya perempuan berkerudung itulah yang maju beberapa langkah ke muka, lalu berkata dengan suara yang berat dan dalam: "Han siong Ki Ingat baik-baik, perpisahanmu ini hanya suatu perpisahan untuk sementara waktu saja, bukan suatu

perpisahan karena kematian, kenapa engkau musti berkeluh kesah seperti seorang manusia yang tak bersemangat? Memangnya dikemudian hari kau tak bisa mencari dirinya lagi? Memangnya.. di kemudian hari engkau sudah tak punya kesempatan untuk bertemu lagi dengannya? Kau harus ingat, apa yang harus kau lakukan lebih dahulu pada saat ini" Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong ucapan tersebut segera menyadarkan kembali si anak muda itu dari lamunannya. Dengan sekujur badan bergetar keras, Han siong Ki memandang sekejap kearah perempuan berkerudung itu dengan pandangan penuh berterima kasih, setelah memberi hormat kepadanya iapun berkata: "Bukankaht engkau pernah berjanji kepadaku akan memberitahukan kemana kaburnya Thian che kaucu?" "Yaa betul" sahut perempuan berkerudung itu sambil mengangguk, "tapi sebelum kau pergi mencari gembong iblis itu ditempat persembunyiannya, terlebih dahulu engkau harus selesaikan dahulu masalah yang sedang kau hadapi sekarang" 1912 Han siong Ki segera mengalihkan perhatiannya ke atas wajah siluman hitam seng Keh ki dan siluman putih Hong mg ing, lalu ujarnya, dengan suara tegas: "Aku sebagai ciang bun jin bersedia memberi ijin kepada kalian berdua untuk mengundurkan diri dari perguruan Thian lam pay" Mendengar perkataan itu, sekujur badan siluman putih maupun siluman hitam bergetar keras, cepat-cepat mereka jatuhkan diri berlutut keatas tanah. "oh.... ciang bunjin" rengek mereka berbareng "dosa dan kesalahan apakah yang telah tecu lakukan, sehingga engkau begitu tega mengusir kami berdua dari perguruan?" "Kalian berdua telah salah artikan maksud hatiku, ayoh bangunlah lebih dulu" "Harap ciang bunjin bersedia memberi penjelasan lebih dulu sebelum tecu berdua bangun berdiri" Dengan pandangan yang tajam Han siong Ki mengawasi kedua orang anak buahnya itu, kemudian sepatah demi sepatah kata dia berkata: "Kalian berdua adalah sisa anak murid Thian it-bun yang masih hidup di dunia hingga saat ini, apakah kalian berdua tiada berniat untuk membangun kembali perguruanmu serta membalas budi kebaikan yang pernah kalian terima dari gurumu dimasa lalu?" Agak kaget kedua orang itu ketika mendengar perkataan tersebut, dengan suara gemetar siluman hitam lantas berkata: "Tecu suami istri bersumpah untuk mengikuti ciangbunjin sepanjang masa, tecu tak ingin mengingkari sumpah yang telah tecu ucapkan sendiri"

"Tapi aku kan memberi ijin khusus kepada kalian berdua untuk meninggalkan perguruan?" 1913 "Tecu berdua tidak berani, tecu berdua tetap ingin mendampingi diri cianbunjin" "Bagaimana kalau kataku barusan merupakan suatu perintah? Apakah kalian berdua juga ingin membangkang perintahku?" "Tentang soal ini... tentang soal ini..." untuk sesaat siluman putih maupun siluman hitam jadi tergagap, mereka tak taliu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu. "Ayoh bangun" sekali lagi Han siong Ki memerintahkan kedua orang itu untuk bangkit. Kali ini dua orang siluman tersebut tak berani membangkang, merekapun bangkit berdiri. Setelah kedua orang itu berdiri, dengan wajah yang keren dan bersungguh sungguh Han siong Ki berkata lagi: "Sekarang dengarkan baik baik perkataanku, bawalah Ting Hong dan hantar dia ke gua salju dibukit ciong san, serahkan gadis ini kepada ibunya si Jelek dari Sin Ciu, katakan kepadanya bahwa aku telah menepati janjinya dengan menghantar putrinya, katakan juga bahwa perbuatanku ini sebagai tanda balas budi atas hadiah obat mustikanya. Selesai melaksanakan tugas tersebut, kalian berdua boleh pergi sesuka hati kalian dan kalian pun tak usah datang menjumpai diriku lagi" Sepasang siluman hitam dan putih segera menunjukkan wajah keberatan, malah siluman putih Hong Ing ing segera berkata dengan kepala tertunduk: "ciangbunjin, harap engkau bersedia untuk menarik kembali perintahmu, tecu bersedia mendampingi ciangbunjin sampai akhir masa" Walaupun dihati kecilnya Han siong Ki merasa sangat terharu, namun diluaran ia tetap bersikap dingin dan hambar.. 1914 "Tidak" tampiknya "setiap patah kata yang telah kuucapkan, selamanya tak akan ku ubah kembali" Ucapan tersebut membuat sepasang siluman salting berpandangan beberapa kejap, akhirnya siluman hitampun berkata pula dengan nada yang sangat menghormat. "Tecu berdua bersedia turut perintah, namun tecupun mempunyai satu permintaan, apakah ciangbunjin bersedia untuk mengabulkannya?" "Apakah permintaan kalian itu? Coba kalian katakan secara berterus terang" "Ijinkanlah kami untuk menyebut ciangbunjin sebagai tuan majikan sebagaimana sebutan kami dahulu, dan sebutan tersebut rasanya tak mungkin bisa tecu rubah lagi selama tecu

berdua masih hidup didunia ini" Han siong Ki benar benar merasa sangat terharu dengan penuh luapan emosi sahutnya: "Baiklah, aku tahu betapa besarnya cinta kasih kalian berdua kepadaku, rasanya kurang baik bila kutampik juga permintaan kalian ini, anggaplah kukabulkan keinginan kalian itu" "Terima kasih banyak atas kebijaksanaan tuan majikan" Dua orang siluman itu berseru dengan gembira. "sudahlah, kalian tak usah membuang banyak waktu lagi, Nah sekarang berangkatlah" "Selamat tinggal tuan majikan" sekali lagi dua orang siluman itu memberi hormat, kemudian baru bangkit berdiri. siluman putih Hong Ing ing pun segera menyambar tubuh Cui hoa siancu Ting Hong, dan kedua orang itu pun berangkat menuju ke gua salju dibukit Ciong san. 1915 setelah bayangan tubuh mereka hilang dari pandangan, perempuan berkerudung itu baru menuding kearah laki laki berbaju putih itu seraya ucapnya: "Engkau tahu siapakah orang ini?" "Tidak tahu" dengan kebingungan Han siong Ki gelengkan kepalanya berulang kali. "Dia adalah cucu muridnya Huan yu- it koay (manusia paling aneh dari seluruh jagad) yang bernama Ciong pin" "Jadi dia adalah ahli waris dari Thian che kau cu Yu Pia lam?" seru Han siong Ki kemudian dengan wajah berubah hebat. "Benar" si anak muda itu segera mendengus dingin, selangkah demi selangkah ia maju ke depan menghampiri orang itu... Mimpipun ia tak menyangka kalau laki-laki berbaju putih itu tak lain adalah muridnya Yu Pia lam. "Eeh....eehh nanti dulu, apa yang hendak kau lakukan?" Perempuan berkerudung itu segera meng hadang jalan perginya . Dengan napsu membunuh yang berkobar kobar sahut Hansiong Ki dengan nada menyeramkan. "Aku hendak membinasakan dahulu bangsat ini" "Tidak.. Tidak bisa.. orang ini tak boleh kau bunuh..." "Kenapa?". "Pertama, dia adalah pacarnya Ting Hong, engkau tak boleh merusak masa depan seorang perempuan. Kedua, meskipun Yu pia lam mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan dirimu, tapi tiada ikatan dendam apa apa dengan dirinya, menurut apa yang kuketahui, ia belum pernah melakukan sesuatu gerakan dalam perkumpulan Thian che

1916 kau, diapun tak pernah membantu kaum penjahat melakukan kejahatan, selama ini dia hanya berada disamping Huan yu it koay, jarang sekali munculkan diri didalam dunia persilatan." "Dengan pandangan terperanjat Han siong Ki mengawasi perempuan berkerudung itu, ia benar-benar heran dan tercengang atas usulnya...... siapakah dia sebenarnya? Mengapa ia begitu paham dan mengusahi tentang semua persoalan tersebut? sebenarnya dia adalah seorang kawan atau lawan? Mengapa ia selalu membantu dirinya? sekalipun demikian, rasa bencinya terhadap Yu Pia lam maupun anak buahnya sudah boleh dibilang merasuk ke tulang sum-sum, dia tak ingin melepaskan setiap orang yang mempunyai hubungan dengan Yu Pia lam. Maka dengan suara dingin ia berseru: "Tidak Bagaimanapun juga dia harus kubunuh" Kedengarannya perempuan berkerudung itupun dibuat gusar oleh kekerasan hati pemuda itu, serunya pula: "Han siong Ki, kini perkumpulan Thian che kau sudah hancur dan porak poranda, yang masih tersisa tinggal gembong penjahatnya Yu Pia lam seorang, jika engkau hendak melakukan pembasmian maka sepatutnya iblis itulah yang kau bunuh. Pepatah kuno pernah berkata begini, dosa dari guru janganlah dituntut pada sang murid, apakah engkau sudah lupa bahwa siJelek dari sin ciu telah menghadiahkan obat mustika kepadamu, sedang Ting Hong telah menyembuhkan pula luka yang diderita Go siau bi, sekalipun engkau tidak memberi muka kepada orang she Ciong ini, sepantasnya kalau kau ingat jasa pacarnya..." "Baik,...baiklah.... dia kulepaskan" sahut Han siong Ki kemudian dengan perasaan apa boleh buat. 1917 "sampai detik ini, dia masih belum tahu dengan segala perubahan yang telah terjadi dalam lembah Lian huan tan, jika engkau hendak mencari Yu Pia lam maka dialah petunjuk jalan yang paling tepat bagimu..." "Dia? Dia bersedia menjadi penunjuk jalan ku untuk mencari gurunya?" "Tentu saja kalau terang terangan dia akan menolak, maksudku kuntitlah dia secara diam diam dari belakang, maka akhirnya engkau akan dibawa kesarang gurunya" "ooooh... kiranya begitulah maksudmu hm..... sekarang aku sudah mengerti" "Nah kalau sudah mengerti, bersembunyilah lebih dulu untuk sementara waktu, akan kubangunkan dia" Han siong Ki mengangguk. dia lantas melayang pergi beberapa kaki jauhnya dari tempat semula, dan

menyembunyikan diri. setelah si anak muda itu baik baik menyembunyikan diri, perempuan berkerudung itu baru menotok beberapa buah jalan darah penting di tubuh laki laki berbaju putih itu, diiringi suara rintihan lirih, laki laki berbaju putih itu sadar kembali dari pingsannya. Perempuan berkerudung itu lantas mengambil keluar dua butir pil yang segera diserahkan kepadanya seraya berpesan: "sekarang jangan bergerak lebih dulu, salurkan hawa murnimu dan sembuhkan lebih dahulu luka yang kau derita" Dengan pandangan berterima kasih bercampur curiga dan takut laki laki berbaju putih itu mengerling sekejap kearah perempuan berkerudung itu, kemudian ia meronta bangun dan mulai menyalurkan hawa murninya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya itu. 1918 Kurang lebih setengah jam kemudian, laki-laki berbaju putih itu sudah menyembuhkan luka yang dideritanya, sambil bangkit berdiri dia lantas menjura dalam-dalam. "Terima kasih banyak atas budi pertolongan anda yang tak terkirakan besarnya ini" "Tak usah banyak adat" tukas perempuan berkerudung itu dengan nada yang dingin. "Bolehkah aku tahu siapa namamu?" "Aku rasa soal nama bukanlah suatu soal yang penting, lebih baik tak usah kau tanyakan" Untuk sesaat laki laki berbaju putih itu tertegun, tapi selang sesaat kemudian diapun berkata lagi: "Tolong tanya..." "Engkau ingin mengetahui jejak dari Cui hoa siancu Ting Hong?" tukas perempuan berkerudung itu. "Yaa, benar" . "Gadis itu dapat kau temukan kembali, digua salju bukit Ciong san Dan ada satu hal dapat kuberitahukan kepadamu, sampai kini ia tetap aman dan sehat wal-afiiat tanpa kekurangan sesuatu apapun" Dengan gemas dan penuh kebencian laki laki berbaju putih itu berseru lagi: "Hutang piutang ini pasti akan kutagih kepada manusia bermuka dingin, walau apapun resikonya" . "Soal balas membalas adalah urusanmu sendiri, sekarang engkau boleh pergi" Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi, perempuan berkerudung itu segera putar badan dan berlalu lebih dulu dari sana. 1919 Untuk sesaat lamanya laki-laki berbaju putih itu berdiri termangu, tapi akhirnya diapun menggerakkan tubuhnya dan berlalu dari sana.

Han siong Ki yang sudah bersiap sedia sajak tadi dari tempat persembunyiannya, diam diam mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan menguntit dibelakang laki laki berbaju putih itu. Ketika fajar telah menyingsing keesokan harinya, sampailah mereka didepan sebuah lembah yang amat sunyi, laki laki berbaju putih itu segera menggerakkan tubuhnya, dalam beberapa kali kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik mulut lembah tersebut. Menyaksikan hal itu, Han siong Ki lantas berpikir didalam hati kecilnya "Aaah.... kemungkinan besar disinilah tempat persembunyian dari Huan-yu it-koay, entah Thian che kaucu Yu Pia lam juga berada disini atau tidak?." sementara berpikir sampai disitu, dia lantas melanjutkan langkahnya masuk kedepan... Tiba tiba dari arah depan sana berhembus datang bau busuk mayat yang tajam dan memuakkan bikin siapapun yang mencium bau tersebut menjadi muak dan ingin muntah. serta merta sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya bau busuk itu, tetapi apa yang kemudian terlihat membuat sekujur badannya menggigil keras, bulu kuduknya pada bangun berdiri. Dimulut lembah tersebut, tergantunglah sebuah papan kayu yang dipantekkan diatas sebatang pohon besar, diatas kayu tersebut terteralah beberapa huruf yang ditulis dengan huruf yang sangat besar: "BARANG SIAPA BERANI MASUK KE LEMBAH INI....MAMPUS " 1920 Kalau cuma papan nama mendingan, yang lebih ngeri lagi ternyata pada batang-batang pohon yang tumbuh disekitar tempat itu, masing-masing tergantunglah sosok mayat, dan jumlah mayat tersebut semua ada delapan sosok. semua mayat tadi sudah membusuk dan hancur hingga menyiarkan bau busuk yang luar biasa, ditengah lorong lembah berserakan pula tulang-tulang kerangka manusia yang tak terhitung jumlahnya . Bila ditinjau dari dandanan serta pakaian yang dikenakan mayat mayat yang bergelantungan diatas dahan dahan pohon itu, dapat diketahui bahwa mereka semua adalah murid murid Buddha, alias orang yang beribadah.... Tapi.... kenapa para padri itu bisa mati semua dimulut lembah dalam keadaan mengerikan. Jika dikatakan HHuan yu it koay manusia paling aneh dari kolong jagad benar benar bersembunyi dalam lembahi ini, maka tak bisa diragukan lagi pembunuh keji yang telah menghabisi nyawa orang-orang itu adalah anak muridnya gembong iblis tua tersebut.

sementara dia masih termenung, tiba tiba dari arah depan berkumandang suara ujung baju tersampok angin menyusul kemudian muncullah belasan sosok bayangan manusia.. Dengan perasaan kaget bercampur tercengang Han siong Ki berpaling ke samping, ternyata yang datang adalah belasan orang hwesio yang semuanya bersenjata sekop. tongkat penggebuk harimau dan sebangsa sian cang yang rata rata merupakan senjata berat. Begitu sampai ditempat tujuan, para hwesio itu dengan wajah penuh kegusaran segera menyebarkan diri mengambil posisi yang menguntungkan dan mengepung Han siong Ki ditengah arena. 1921 Begitu pengepungan telah siap salah seorang padri tua bersenjata sian cang yang ada diantara rombongan padri itu segera mengerakkan senjatanya seraya membentak: "Ayoh maju dan serang" Belasan senjata berat itu diiringi desingan angin serangan yang maha dahsyat segera menyapu ke depan dan mengurung sekujur badan sianak muda itu. Disergap dan diserang tanpa mengetahui sebab musababnya ini kontan membangkitkan hawa amarah didada Han siong Ki, dengan jurus Yan cu coan in (burung walet menerobos ke awan) secepat sambaran kilat dia menerobos ke angkasa, setelah bersalto setengah lingkaran busur dia melayang turun kembali dua kaki jauhnya dari tempat semula dari situ secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai. Angin puyuh yang maha dahsyat dengan kekuatan yang luar biasa segera menggulung ke depan, termakan oleh serangan yang sangat kuat itu belasan orang padri tersebut terhajar ampai roboh terjengkang ke sana kemari, senjata tajam saling berbenturan menimbulkan uara gemerincigan yang nyaring, malah ada dua senjata sekop yang saling bentrok satu sama lainnya menyebabkan kedua macam senjata tersebut terlepas dari cekalannya dan mencelat ke tengah udara. Cukup dalam sekali bentrokan, kawanan padri itu sudah kena terhajar sampai mundur dengan sempoyongan, kejadian ini tentu saja mendatangkan perasaan ngeri dan bergidik bagi orang orang itu... Han siong Ki merasa mendongkol sekali dengan kejadian itu, sepasang alis matanya berkernyit dengan penuh kemarahan dia lantas menegur: "Eeeeh.... apa-apaan kalian ini? Memang-nya aku salah apa dengan kalian? Mengapa tanpa menerangkan sebab 1922 musababnya, tanpa membedakan mana yang putih dan mana

yang hitam segera melancarkan serangan dengan begitu saja? Ayoh kasih jawaban yang sejelas jelasnya" Padri tua yang rupanya sebagai pemimpin rombongan segera menghentakkan toya bajanya keras-keras ke tanah, lalu dengan suara yang tak kalah nyaringnya dia menyahut: " Karena apa....? Kami datang kemari hendak membalaskan dendam bagi kematian anak murid perguruan kami yang mengerikan ini, kenapa kau masih juga berlagak pilon? Kawan kawan... ayoh maju dan serang bangsat cilik ini" Diiringi suara bentakan yang amat nyaring, serentak kawanan padri itu maju ke muka sambil melancarkan serangan serangan mautnya. Kejadian ini semakin membangkitkan hawa awarah dalam dada Han siong Ki, dia berpikir: "Sialan hwesio hwesio berangasan ini... memangnya aku yang bunuh anak murid perguruanmu? Kurang ajar entah mereka adalah anak murid dari gereja siau lim si atau bukan....:.?" Berpikir demikian, dia lantas menggunakan jurus Mo gan Bu tee(api iblis menghanguskan bumi) Yang disertai tenaga si mi sinkang sebesar delapan bagian untuk melakukan perlawanan. Angin puyuh yang luar biasa hebatnya seketika itu juga menggulung ke muka dan menyapu seluruh jagat. Dengusan tertahan terdengar memecahkan keheningan, sekali lagi kawanan padri itu terhajar sampai mundur ke belakang dengan sempoyongan untung tak ada yang terluka. Melihat kenekatan musuh-musuhnya itu, Han siong Ki segera membentak dengan suara dingini 1923 "Apakah kalian semua adalah hwesio hwesio dari gereja siau lim si?" "Benar" "Apakah toa hwesio juga mengatahui siapakah" "Aku tidak mau ambil tahu siapakah diri sicu, kami hanya ingin menuntut keadilan darimu, apa salahnya anak murid perguruan kami, sehingga mereka kau bunuh secara keji dimulut lembah ini?" sehabis mendengar perkataan itu, Han siong Ki baru merasa serba salah... dalam keadaan demikian mau marah segan mau tertawa pun tak bisa, ternyata hwesio hwesio itu sudah menganggap dirinya sebagai anggota dari lembah tersebut. "Toa hwesio Kalau persoalan itu kau tanyakan kepadaku, maka aku sendiri harus bertanya pula kepada siapa?" serunya kemudian agak mendongkol bercampur jengkel. sekarang gantian para hwesio itulah yang berdiri tertegun tanpa mampu berkata kata. Hwesio tua itu agak tertegun, tapi selang sesaat kemudian dia balik bertanya: "Apakah sicu bukan anggota dari

lembah ini?" "Aku toh tak pernah mengakui bahwa aku termasuk salah satu penghuni dari lembah ini?" "kalau memang begitu, kenapa sicu datang kemari.." sebelum Han siong Ki sempat memberikan jawabannya, tiba tiba terdengarlah suara pujian kepada sang Buddha berkumandang datang dari tempat kejauhan: "omintohud" seorang padri tua yang alis matanya telah memutih semua dengan suatu gerakan yang enteng melayang masuk kedalam gelanggang. Menyaksikan kemunculan si hwesio tua itu, serentak para padri lainnya .membungkukkan diri memberi hormat: 1924 Menyusul kemudian datang kembali lima puluhan orang hwesio hwesio dari gereja siau lim si, serentak mereka munculkan diri dan mengambil posisi mengurung mulut lembah tersebut. Ternyata hwesio tua beralis mata putih itu tak lain adalah Liau sian taysu adanya. sebagaimana diketahui, Liau-siau taysu pernah bertemu muka dengan Han siong Ki dimasa lalu, maka sewaktu mereka saling berjumpa muka, padri tua itu segera berdiri tertegun, menyusul kemudian sambil merangkap tangannya memberi hormat dia berkata: "Han sicu, baik baikkah engkau selama berpisah, Terimalah salam hormat dari lolap" "Tak usah banyak adat taysu, baik baikkah engkau?" cepat Cepat Han siong Ki balas memberi hormat. "sicu, ada urusan apa engkau datang mengunjungi lembah Thian ciat kok ini?" Liau sian taysu bertanya kemudian. Mendengar sebutan nama lembah itu, si anak muda itupun segera berpikir dihati: "oooooh... kiranya lembah ini bernama Thian ciat kok. baru sekarang aku tahu namanya." Maka diapun menjawab: "Aku ada urusan penting datang kemari untuk berjumpa dengan pemilik lembah ini" "oooh... jadi sicu mengetahui siapakah pemilik dari lembah ini?" hwesio tua itu bertanya lagi "Jadi taysu sendiri tidak tahu?" "Lolap tidak tahu" "kalau memang tidak tahu siapakah pemilik lembah ini, kenapa taysu membawa begitu banyak anak muridmu datang kemari " 1925 "Aaai... beberapa waktu berselang, anak murid kami datang ke sekitar tempat ini untuk mencari beberapa macam bahan obat yang digunakan untuk membuat sejenis obat tertentu, rupanya tanpa sengaja mereka telah memasuki lembah ini

yang mengakibatkan mereka semua dibunuh orang secara keji dan mayat mayat mereka digantung ditempat ini, untunglah salah seorang anggauta kami berhasil melepaskan diri dari ancaman maut tersebut, dari laporan yang kami terima itulah maka kami berangkat kemari untuk..." "Untuk membuat perhitungan maksud taysu?" tukas Hansiong Ki dengan cepat. "omitohud Membuat perhitungan tak berani kami lakukan, adapun kedatangan lolap yang sebenarnya adalah menyelidiki duduknya perkara ini sampai jelas, kemudian baru mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya" Geli juga Han siong Ki sehabis mendengar penuturan itu, sudah jelas kedatangan mereka adalah untuk membuat perhitungan, tapi nyatanya mereka tak mau mengakuinya secara terus terang. Rupanya demi untuk mempertahankan nama baik perguruan mereka, terpaksa kawanan padri ini mengucapkan kata kata yang bohong. Kalau dibilang kedatangan mereka bukan untuk membuat perhitungan, lalu apa sebabnya belasan orang padri itu melancarkan serangan kepadanya tanpa membedakan lebih dahulu mana yang putih dan mana yang hitam? Bukankah kesemuanya itu membuktikan bahwa keinginan mereka untuk membuat perhitungan besar sekali? Tapi ia tidak membongkar kebohongan orang, sambil tersenyum dia malah bertanya lagi: "jadi taysu benar-benar tidak tahu siapakah pemilik yang sebenarnya dari lembah Thian ciat kok ini?" "omintohud... sebagai orang yang beribadah lolap tidak biasa bicara bohong" 1926 "Apakah taysu bersedia untuk mengetahui siapa gerangan manusia yang menjadi pemilik lembah ini" "Apakah sicu mengetahuinya?" Liau sian taysu malahan balik bertanya. "Tentu saja mengetahuinya, kalau tidak tak nanti kuucapkan kata kata seperti itu" "kalau memang begitu, harap sicu bersedia untuk memberitahukan kepada lolap sekalian" "Pemilik dari lembah ini sebenarnya tidak lain adalah Huan yu it koay, manusia paling aneh dikolong jagat yang pernah dihajar sampai cacad oleh pemilik benteng maut dimasa lalu" "Apa? Kau maksudkan si manusia aneh dari kolong jagad yang sangat lihay itu?" "Yaa, benar" Paras muka Liau sian taysu seketika itu juga berubah hebat, bagaimanapun juga Huan yu it koay termasuk seorang jago lihay angkatan tua yang berilmu tinggi, dan diapun terhitung gembong iblis termashur dan terhebat yang pernah dijumpainya dalam dunia persilatan, tak aneh kalau hatinya

merasa amat terkejut. sementara itu Han siong Ki telah melanjutkan kembali kata katanya: "Ahli waris dari Huan yu it koay bukan lain adalah Thian che kaucu Yu Pia lam" setelah perkataan tersebut diutarakan keluar, semua padri gereja siau lim si mulai dari Liau-sian taysu sampai anggota yang terkemuka lainnya sama sama menunjukkan perasaan yang kaget bercampur ngeri.. Bagaimanapun juga perkumpulan, Thian che kau merupakan perkumpulan paling besar di dunia persilatan dewasa ini, bukan saja kekuasaannya jauh melebihi perguruan dan perkumpulan lainnya, kekuatan merekapun jauh lebih dahsyat dari gabungan beberapa buah perguruanTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 1927 Tentu saja para padri ini belum tahu kalau perkumpulan Thian che kau sudah terbasmi dan musnah dari muka bumi, sebab kenyataan tersebut belum sampai tersiar luas, kalau tidak. mungkin mereka akan menunjukkan pula pandangan yang lain. Dengan perasaan kaget bercampur ngeri Liau sian taysu mundur dua langkah lebar ke belakang, serunya setengah percaya setengah tidak: "Sicu, sungguhkah perkataanmu itu?" "Hmmm Aku rasa aku tidak mempunyai kepentingan untuk membohongi kalian semua" sahut Han siong Ki ketus. Paras muka kawanan padri itu betul betul mengalami perubahan yang teramat hebat, jelas nama besar musuhnya telah membuat hati mereka jadi keder, sebab ia tahu dengan mengandalkan kekuatan yang dimilikinya sekarang, meski dibantu oleh puluhan orang anak muridnya, namun kekuatan mereka masih belum sanggup untuk melawan kedahsyatan perkumpulan Thian che kau. Tentu saja sebagai seorang pemuda yang cerdik Han siong Ki dapat meraba perasaan dari padri tua itu, maka diapun mengalihkan pokok pembicaraannya kesoal lain. "Kedatangan taysu memang kebetulan sekali, dengan demikian akupun tak usah repot repot harus berangkat sendiri kebukit siong san untuk mencari diri taysu" "Ada urusan apa sicu hendak mencari diri kami?" Liau siau taysu segera bertanya dengan perasaan bergetar keras. "Belum lama berselang, aku telah mengadakan janji bahwa dalam satu tahun mendatang aku pasti akan berkunjung sendiri kekuil kalian untuk membereskan satu peristiwa..." "suatu peristiwa?" "Yaa, soal tercurinya kitab pusaka Tay-boan yopit-kip milik gereja siau limsi" 1928 "Pinceng siap mendengarkan penjelasan sicu dengan seksama, silahkan kau utarakan apa yang hendak dibicarakan" seru Liau sian taysu kemudian dengan wajah yang

dipengaruhi emosi. Paras muka Han siong Ki segera berubah jadi serius sekali, ujarnya dengan suara dalam: "Sebagaimana telah taysu ketahui sendiri, dimasa yang lalu istana Huan mo kiong kami dimana terletak pusat pemerintahan pergu-ruan Thian lam bun kami dikuasahi oleh Tee kun Wi Ik beng, bangsat itu bukan saja berani berkhianat kepada perguruan dan menjadi murid yang durhaka, ternyata ia pernah mencatut pula nama besar mendiang guru kami Mo tiong ci mo untuk membunuh penjaga loteng penyimpan kitab digereja siau lim si serta mencuri lari kitab pusaka Tay boan yok pit kip. Untunglah Thian maha pengasih. akhirnya penghianat perguruan wi Ik beng berhasil kami ringkus dan dijatuhi hukuman mati..." "omitohud...." "Dan kitab pusaka yang dicuri itu berhasil kami temukan dalam saku penghianat tersebut, maka sudah selayaknya kalau kitab itu kami kembalikan kepada gereja siau lim si..." Seraya berkata pemuda itu lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengambil keluar kitab pusaka Tay boan yokpit kip itu, kemudian diangsurkan kedepan sambil menambahkan: "Bagaimanapun juga, penjaga loteng penyimpan kitab telah dibunuh oleh penghianat perguruan kami, maka dalam peristiwa ini cayhe menantikan pendapat dari partai taysu" Liau sian taysu dengan wajah yang terharu dan tangan agak menggigil menerima kitab pusaka itu lalu di simpannya dengan hati hati di dalam sakunya. Ketika dilihatnya padri itu sama sekali tidak memeriksa isi kitab tersebut, pemuda itu lantas berseru kembali: 1929 "Taysu, sudah selayaknya kalau kitab itu kau periksa lebih dulu isinya, siapa tahu kalau isinya palsu?" "omitohud.... sicu sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar tak mungkin akan mengakali orang dengan permainan busuk. lolap percaya penuh dengan apa yang sicu katakan" "Lalu bagaimana dengan penyelesaian tentang kisah pembunuhan atas penjaga kuil kalian?" "Kalau toh biang keladi dari terjadinya peristiwa ini sudah dihukum sesuai dengan peraturan perguruan, otomatis persoalan itu pun kami sudahi sampai disini saja" Mendengar jawaban itu, Han siong Ki segera menjura dalam dalam. "Terima kasih banyak ku ucapkan atas kebesaran hati taysu" -ooo0dw0oooJilid 51 BAB 103 "OMINTOHUD, sicu terlampau merendah, lolap tidak berani menerimanya....." seru Liau sian taysu sambil merangkap

tangannya didepan dada dan memberi hormat.. setelah urusan yang pokok menjadi beres, Han siong Ki baru mengalihkan sinar matanya memandang tulisan papan kayu didepan lembah tersebut. "Barang siapa berani masuk kelembah ini......... mampus" Mengulangi kembali kata-kata tersebut, pemuda kita mendengus dingin, kepada rombongan para taysu diapun bertanya: 1930 "Taysu, apakah kalian semua masih berhasrat untuk memasuki lembah ini?" "Tentu saja". sahut Liau sian taysu dengan wajah serius "dendam berdarah atas kematian beberapa orang anak murid perguruan kami tak bisa dibiarkan dengan begitu saja". "Aku ada sepatah kata yang sebenarnya tidak pantas untuk diutarakan keluar, tapi mau tak mau terpaksa harus kukatakan juga, harap taysu setelah mendengar perkataanku itu jangan menjadi marah atau merasa kurang senang hati!" "Katakan saja! Sekalipun kata-kata yang kurang sedap didengar, kami tak akan tersinggungf" "Taysu! Terus terang saja kukatakan kepadamu, meskipun Taysu membawa anak murid yang cukup banyak dalam usaha mencari balas atas ke matian anak muridmu, tapi aku kuatir kemampuan kalian masih belum sanggup antuk mengatasi kelihayan dari Huan-yu-it-koay beserta anak muridnya , bukan saja lorten yang berjatuhan akan semakin banyak, aku kuatir kalau tujuan kalian belum tentu bisa tercapai seperti apa yang diharapkan semula !" Pada hakekatnya apa yang diucapkan pemudat itu adalah suatu kenyataan yang tak terbantahkan sebab dengan mengandalkan kepandaian yangdimE liki beberapa orang padri itu, mereka masih belum mampu untuk melakukan pembalasan dendam terhadap Huan-yu-it-koay yang merupakan jago lihay nomor wahid diniasa lampau serta Thian-che kaucu-Yu-Pia-lam yang merupakan manusia paling kuat masa itu. Walaupun demikian, ucapan tersebut cukup menimbulkan kehebohan diantara kawanan padri yang hadir ditempat itu, suara gumaman segera terdengar dimana-mana. Bagaimana juga, sedikit banyak manusia itu tetap serakah dan suka akan nama baik, tentu saja tujuan Han siorg-Ki dengan perkataannya itu adalah menganjurkan kepada pihak 1931 siau-limpay agar sedikit tabu diri dan tidak mencari penyakit buat diri sendiri. Selain dari pada itu, diapun tak ingin ada orang lain yang turut serta dalam rencana pembalasan dendamnya sebab wataknya yang tinggi bati dan keras kepala tak bisa menerima

bantuan orang lain ter hadap segala tindak tanduknya. Paras muka Liau-sian-taysu pelan-pelan terjadi pula perubahan yang cukup besar, tampaknya ia sedang menghadapi suatu pemilihan yang cukup berat dalam masalah itu. Melihat keraguan orang, Han-siong-Ki segera berkata lagi: "Aku rasa jalan yang terbaik bagi Taysu sekalian saat ini adalah membereskan dahulu lelayon dari anak murid perguruan taysu yang terbunuh agar jenasah tersebut tidak sampai mengalami penderitaan lebih jauh....." Liau-sian taysu segera mengangguk berulang kali. "Ehmm....ucapan dari sicu memang benar sekali baiklah, akan kulakukan sekarang juga!" Kepada para padri lainnya dia lantas berseru: "Kumpulkan mayat-mayat itu dan bakar dengan api........i!" "Omintohud......!" Diantara suara pujian kepada Sang Baddha, seorang padri bermuka keren segera maju ke muka, melewati papan peringatan itu dan menghampiri sesosok mayat yang tergantung diatas dahan pohon. Tapi sebelum ia sempat menghampiri mayat tersebut dan melepaskannya dari atas dahan, tiba-tiba terdengirlah jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, suara tersebut tinggi melengking dan mengerikan sekali, membuat semua jago yang hadir disekitar tempat itu sama-sama tersentak kaget. 1932 Ternyata padri berwajah keren yang maju ke muka tadi sudah tergelepar di tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi. Apa yang menyebabkan kematian dari padri itu? Bukan saja semua orang yang hadir dalam gelang gang tidak mengetahuinya, bahkan menyaksikanpun tidak. Semua padri dari gereja Siau-Lim-si itu jadi tertegun saking kaget dan takutnya, mereka berdiri terbelalak ditempat semula seperti sebuah patung, bergerakpun tidak. Liau-sian taysu segera mengebaskan ujung jubah nya! kemudian menjejakkan kakinya ke tanah dan siap menubruk kearah mana padri itu tergelepar mati.... "Tunggu sebentar taysu!" seru Han siong Ki se cara tibatiba dengan suara lantang. Berbareng dengan berkumandangnya seruan tersebut, segulung desingan angin pukulan yang sangat, kuat segera meluncur ke depan dan memaksa Liau-sian-taysu terpaksa harus melayang kemba Ii ke atas tanah dan membatalkan niatnya untuk melayang maju lebih jauh. "sicu, mengapa kau halangi niat lolap untuk memeriksa keadaan muridku itu?" Liau sian taysu sebera menegur dengan wajah kurang senang hati. "Apakah taysu tidak melihat bahwa dibalik kejadian ini ada

hal hal yang kurang beres?" "Apa....? Ada hal hal yang kurang beres dibalik kejadian ini? Tentang soal ini.." "Ketahuilah taysu, disekitar mulut lembah tersebut jelas sudah disebar sejenis racun yang sangat kuat dan ganas, keganasan racun tersebut tak bisa dilawan dengan andalkan kekuatan tenaga dalam yang dimiliki seseorang, walaupun tenaga lwekang yang dimiliki sudah mencapai tingkatan yang paling tinggi" 1933 Mendengar penjelasan tersebut, kawanan padri itu bersama sama tarik napas panjang, andaikata disekitar mulut lembah tersebut benar benar sudah disebar racun yang sangat jahat, maka kendatipun jumlah mereka lebih banyak juga tak ada gunanya, sebab akhirnya toh tetap akan mati semua. Air muka Liau sian taysu berubah jadi merah padam seperti wajah seorang bayi, setelah mengejang sejenak, wajahnya, ia berseru dengan nada terperanjat: "Apa....? Ada racun di sekitar mulut lembah ini..?" "Yaa... benar dan aku yakin seyakin yakinnya kecuali disekitar mulut lembah memang sudah dipasang racun jahat, setiap penyergapan yang dilakukan oleh orang lain tak mungkin dapat mengelabuhi sepasang mataku ini...." Untuk sesaat Liau sian Taysu jadi terbungkam dalam seribu bahasa, ia tak tahu apa yang musti dikatakan. sementara itu, Han siong Ki telah berkata lagi: "Bagaimana kalau aku saja yang membantu taysu sekalian untuk mengumpulkan mayat-mayat itu?" "Apakah sicu tidak takut oleh ganasnya racun jahat yang tersebar di mulut lembah?" tanya Liau-sian taysu penuh diliputi perasaan emosi. "Tentang soal ini tak usah taysu risaukan, cayhe yakin bahwa racun jahat itu masih belum bisa mengapa ngapakan diriku" "ooooh....betapa berterima kasihnya kami semua atas bantuan dari sicu ini . " "Taysu tak perlu berkata demikian lagi, yang penting sekarang adalah perintahkan semua anak muridmu agar segera mengundurkan diri dari sekitar tempat itu" 1934 Liau sian taysu pun tidak banyak berbicara lagi, dia segera turunkan perintah dan kawanan padri itupun serentak mengundurkan diri sejauh tiga kaki ke belakang. sekarang sinar mata dan perhatian semua orang telah tertuju diatas tubuh Han siong Ki, semua orang ingin menyaksikan dengan cara apakah pemuda itu akan menurunkan mayat mayat rekan mereka. sejak mengalami peristiwa ditelaga racun dalam lembah

hitam, boleh dibilang Han siong Ki telah memiliki suatu daya kemampuan yang luar biasa untuk melawan ganasnya racun dari jenis apapun juga.. Maka setelah kawanan padri dari gereja siau- lim si itu pada mengundurkan diri, diapun lantas menyelinap ke arah papan peringatan itu dan menghampiri mayat yang berada dipaling depan itu dengan langkah lebar. sedikitpun tak salah, dia sama sekali tidak merasakan sesuatu tanda tanda yang aneh, hanya bau busuk karena rusaknya mayat itu menyebabkan pemuda kita terpaksa harus tahan napas. Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, ia telah menemukan cara yang paling tepat untuk mengumpulkan mayat mayat tersebut tanpa harus memegang secara langsung semua mayat yang telah hancur dan membusuk itu. Dari tangan kirinya segera diayun ke depan melancarkan sebuah desingan angin jari yang tajam, begitu tali yang mengikat mayat itu putus, telapak tangan kanannya segera diayun ke depan, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera menyambar mayat itu dan membawanya melayang jauh lima kaki keluar mulut lembah, dimana seorang padri sudah siap menyambut tibanya jenasah tersebut. "omintohud....." Menyaksikan kelihayan dari anak muda itu, serentak kawanan padri dari gereja siau lim pay itu sama sama berseru memuji keagungan Buddha. 1935 Mendadak serentetan suara dingin yang menyeramkan berkumandang dari samping, menyusul kemudian muncullah empat sosok bayangan hitam dengan gerakan cepat. Han siong Ki sama sekali tidak menggubris atas tibanya keempat sosok bayangan manusia itu. Jari tangan serta telapak tangannya masih tetap bekerja cepat melepaskan mayat mayat itu dari tiang penggantungan dan mengirimnya keluar dari mulut lembah tersebut. "Berhenti...." Tiba-tiba empat orang manusia berbaju hitam itu membentak keras, serentak mereka menyebarkan diri ke empat penjuru dan mengepung Han siong Ki rapat rapat. sementara peristiwa itu berlangsung, para padri dari gereja siau lim si yang berada diluar lembah sama sama berdiri terbelalak dengan mata melotot sebesar kelereng, semua perhatian mereka sama sama tertuju ke arena untuk menyaksikan perkembangan lebih jauh. sekarang, Han siong Ki telah berpaling, ia memandang sekejap wajah ke empat orang laki laki berbaju hitam itu dengan sinar mata yang amat buas, kemudian tegurnya dengan ketus: "Apakah Yu Pia-lam si bangsat tua itu sudah pulang kembali kedalan lembah ini?.." Mendengar teguran tersebut, mendadak sontak air muka

keempat orang manusia berbaju hitam itu berubah hebat, dengan ketakutan bercampur perasaan ngeri masing masing mundur satu langkah lebar ke belakang, kemudian salah seorang diantaranya segera berseru: "Jadi.... jadi...... engkau adalah.. Leng binjin si manusia bermuka dingin?". "Yaa benar" Dari tanya jawab yang barusan berlangsung ini, Han siong Ki dapat segera membuktikan bahwa apa yang diucapkan 1936 perempuan berkerudung kepadanya bukan kata kata yang bohong, sudah pasti dalam lembah inilah Huan- yu- it- koay menyembunyikan diri sementara si anak muda itu masih melamun, serentetan bentakan nyaring telah menggelegar memecahkan kesunyian. "Ayoh serbu...." Empat orang laki-laki berbaju hitam itu serentak bergerak maju kedepan melancarkan serangkaian serangan berantai bukan saja serangan mere ka ganas dan hebat, bahkan jurus serangan yang dipakai merupakan jurus jurus serangan maut yang jarang ditemui dalam dunia. Hebat sekali serangan gabungan yang dilancarkan keempat orang ini, semua jalan keluar bagi Han-siong-Ki bukan saja tertutup semua, bahkan sama sekali tiada peluang baginya untuk menghin dar ataupun berkelit ke samping. Han-siong-Ki mendengus dingin, dengan jurus Mo-hweIiau-goan (api iblis membakar padang rumput) yang disertai tenaga dalam sebesar sepuluh bagian ia lancarkan sebuah pukulan dahsyat ke muka..... Hembusan angin puyuh yang luar biasa kuatnya menghambur keempat penjuru, sedemikian kuatnya serangan tersebut membuat empat orang laki laki berbaju hitam itu terdesak hingga mundur beberapa langkah ke arah belakang...... Disaat empat orang laki-laki itu terdesak mundur kebelakang, Han-siong Ki telah melancarkan serangan untuk kedua kalinya, dan kali ini yang diserang adalah dua orang diantaranya. Dalam serangan kali ini, dia telah menggunakan tenaga sakti Si-mi-sinkangnya sebesar sepuluh bagian. 1937 Jeritan ngeri segara berkumandang memecahkan keheningan, dua sosok bayangan manusia terpental hingga keluar dari mulut lembah tersebut. Melihat kelihayan musuhnya, dua orang manu sia baju hitam lainnya jadi ketakutan setengah mati, serasa sukma melayang tinggalkan raganya, mereka putar badan dan melarikan diri terbirit-birit kedalam lembah tersebut............

"Bangsat keparat! Memangnya kalian anggap bisa lolos dari cengkeramanku? Huuh, mau lari kemana?" Beberapa desingan angin jari yang tajam mengikuti suara bentakan tersebut segera menyambar kedepan dan mengancam tubuh dua orang musuhnya........... Ternyata ilmu silat yang dimiliki dua orang manusia baju hitam itu tidak lemah, ketika mendengar suara desingan angin tajam menyambar dari sisi telinganya, masing masing lantas menyingkir kesamping untuk menghindarkan diri dan ternyata ancaman yang tertuju kebagian dada mereka itu berhasil dihindari... Akan tetapi justru karena mereka harus melepaskan diri dari ancaman musuh, kesempatan yang sangat baik itu telah dimanfaatkan Han siong Ki dengan sebaik baiknya. Dengan suatu gerakan yang jangat cepat bagaikan sambaran kilat, dia menerobos maju kedepan dan menghadang dihadapan kedua orang itu, serangan jari tangannya sekali lagi melancarkan ancaman kesamping kiri maupun kesamping kanan. selihay lihaynya ilmu silat yang dimiliki manusia berbaju hitam itu, dalam keadaan demikian tak mungkin lagi bagi mereka untuk menghindarkan diri dari ancaman yang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat itu. Dua kali jeritan ngeri sekali lagi berkumandang memecahkan kesunyian dengan dada yang hancur dan 1938 berlubang karena tertembus oleh serangan tersebut, mereka terkapar ditanah dengan darah kental mengucur keluar bagaikan air ledeng.... Begitu selesai membereskan kedua orang lawannya, Han siong Ki segera melompat kembali ke tempatnya semula, sebagaimana cara yang telah di lakukan tadi, dalam waktu singkat ia telah melepaskan semua mayat padri dari siau- lim si yang tergantung diatas dahan itu dan mengirimnya keluar lembah. Akhirnya diapun berseru dengan suara lantang: "Taysu, selamat tinggal dan sampai jumpa lagi dilain kesempatan". sekali melompat, ia telah melambung di angkasa, lalu dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur masuk kedalam lembah. seperti juga namanya, lembah Thian-ciat kok memang benar benar sebuah lembah yang teramat gersang, setelah lima puluh kaki memasuki lembah tersebut, boleh dibilang tanahnya semakin gersang, bukan saja tak ada pepohonan atau rerumputan yang tumbuh disitu, kiri kanan lorong lembah itu merupakan dinding tebih karang yang tingginya mencapai ribuan kaki, luas lembah tersebut hanya puluhan kaki, tapi semuanya terdiri dari batu batu karang yang besar, keras dan tajamnya melebihi tajamnya sebilah golok.

Bagi Han siong Ki yang memiliki ilmu meringankan tubuh amat sempurna, sedang yang terdiri dari batuan karang yang tajam itu bukan halangan yang berarti baginya untuk melanjutkan perjalanan, dengan gerakan yang cepat ia menerobos terus kedalam lembah tersebut. sementara perjalanan masih dilanjutkan, tiba-tiba dari arah depan muncul sesosok bayangan manusia yang sedang melayang berlawanan arah dan menyongsong kehadapannya. 1939 sekilas pandangan saja, Han siong Ki segera mengenali orang itu sebagai pacarnya Ting Hong atau laki laki berbaju putih Ciong pin adanya. Agaknya si laki laki berbaju putih Ciong pin juga sudah melihat jelas siapa lawannnya, ia berseru kaget dan segera menghentikan gerakan tubuhnya, kemudian setelah merasa yakin bahwa orang itu tak lain adalah musuh besarnya, dtngan hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya dan mata yang memancarkan sinar kebencian, dia berteriak keras: "Manusia bermuka dingin, sungguh tak kusangka engkau berani berkunjung kemari" "Heeehhh....heehhh... heehhh.... seharusnya engkau dapat menduga akan kehadiranku disini" jawab Han siong Ki dengan suara yang dingin dan kaku... "Han-siong-Ki" kembali ciong Pin berteriak dengan geram, "aku hendak mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping, bukan saja engkau berani melukai guruku, berani pula menghancur binas akan perkumpulan Thian Che kau..." "Tutup mulutmu Bukan itu saja yang hendak kulakukan, akupun hendak mencuci lembah Thian ciat kok ini dengan darah-darah panas dari kamu sekalian" "Manusia bermuka dingin Kau mungkin lagi mengigau, mungkin kau sedang bermimpi disiang hari bolong....." Jerit manusia berbaju putih Ciong Pin makin geram "Hmmin,..! Boleh saja kalau kau tidak percaya, nantikan saja tanggal mainnya! Huuuh, seandainya aku tidak memandang diatas wajah Ting Hong. mungkin engkaupun akan ikut kubunuh, hmm! Bila kau cerdik dan tahu diri....." "Tutup mulut anjingmu bangsat! Kau tidak membunuh aku, tapi justru aku hendak membunnuh engkati!" Begitu selesai berteriak, sepasang telapak tangan nya segera diayunkan ke depan, yang satu langsung mengancam 1940 keatas wajah, sementara yang la in membacok ke arah dada, bukan saja serangannya amat dahsyat tak boleh dianggap enteng, ternyata tenaga serangan yang disertakan dalam pukulan itupun kuat sekali. Han siong Ki tertawa sinis, telapak tangan kirinya segera bergetar membuat satu lingkaran busur untuk memunahkan

serangan lawan, samentara telapak tangan kanannya pada saat yang bersama an melepaskan sebuah bacokan ke muka. Dengan cekatan Ciong Pin berkelit tiga depa kesamping, sskali lagi sepasang telapak tangannya melancarkan serangan yang jauh lebih dahsyat ke muka. Seketika itu juga, berkobarlah suatu pertempuran yang amat sengit diatas batu cadas tersebut, kedua belah pihak sama-sama menggunakan segenap kepandaian yang dimilikinya untuk cepat me nyelesaikan pertarungan tersebut...,..... Sekejap mata kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa, namun keadaan masih t e tap seimbang alias sama kuat. Apa yang dipikirkan dan dituju oleh Han-siong Ki pada saat ini hanyalah menemukan Yu Pia-lam serta menuntut balas atas dendam kesumat se dalam lautan yang telah berlangsung belasan tahun tamasya, tentu saja ia tak sabar untuk melayani pertarungan itu, tapi iapun tak bisa berbual lain kecuali melayani terus serangan-serangan mu surinya. Lain halnya dengan Ciong Pin atau laki-laki berbaju putih itu, boleh dibilang ia sudah nekad dan berniat adu jiwa, otomatis serangan-serangan yang dilancarkan rata rata gencar dan mengerikan. "Ciong Pin" akhirnya habislah kesabaran Han siong Ki, dia segera membentak nyaring "jadi engkau sungguh sungguh dingin mampus?" 1941 "Manusia bermuka dingin Kau tak usah banyak bacot lagi, pokoknya selama kau hidup aku tak sudi hidup berdampingan barsamamu diatas bumi yang sama" sesabar sabarnya Han siong Ki akhirnya habis juga semua kesabaran tersebut, sambil membentak keras secara beruntun dia lancarkan sembilan buah serangan berantai... Kesembilan buah serangan tersebut, bukan saja dilancarkan dalam waktu yang bersamaan, bahkan arah yang ditujupun merupakan sembilan bagian tubuh yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, bukan saja secepat sambaran kilat bahkan kekuatannya ibarat gunung karang yang tiba tiba longsor kebawah, betul betul mengerikan... Begitu kesembilan buah serangan berantai itu dilepas, Ciong pin mendengus tertahan dan tubuh nya mencelat jauh kebelakang sambil muntah muntah darah segar... Han siong Ki segera bergerak kemuka dan mencengkeram tubuhnya erat erat, kemudian sambil dijejalkan diantara celahcelah dua buah batu karang yang besar teriaknya: "Ciong pin, gurumu pernah membantai seluruh anggota perkumpulan kami, aku mempunyai dendam sedalam lautan dengan dirinya, ketahuilah bahwa apapun yang terjadi, dendam sakit hati ini pasti akan kubalas. Dan kepadamu,

karena aku masih memandang di atas wajah Ting Hong maka untuk kesekian kalinya ku ampuni selembar jiwamu, sekarang aku hanya akan menotok jalan darahmu saja, besok jalan darah itu akan bebas dengan sendirinya, Nah. saat itu berangkatlah ke gua salju dibukit Ciong san untuk berjumpa dengan kekasihmu. Tapi kau harus ingat, jika lain kali engkau masih juga memusuhi aku yang bersedia melepaskan engkau dengan begitu saja" Selesai berkata,. secara beruntun dia lancarkan beberapa buah totokan di udara kosong, lalu melanjutkan perjalanannya bergerak maju kedepan. Setelah menyeberangi hutan batu 1942 karang yang runcing, didepan situ terbentanglah sebuah jalan lembab, yang datar dan halus, tapi segera pula ia tiba diujung lembah tersebut. Pada dasar lembah tersebut, tampaklah sebuah mulut gua yang gelap gulita ternga-nga diatas karang. Dengari pandangan mata yang tajam Han-siong Ki memandang sekejap mulut gua itu, lalu menerjang ke muka dengan kecepatan luar biasa....... "Siapa disitu?" bersamaan dengan suara beatak an itu, tampaklah sesosok bayangan manusia munculkan diri dari mulut gua. Sambil melambung ketengah 'jJara Han-siong Ki segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke atas batok kepala orang itu. Jeritan ngeri yang menyayat hati menggema memecahkan kesunyian, sebelum orang itu -empat melihat jelas raut wajah si penyerangnya, tahu-tahu serangan tersebut sudah bersarang telak diatas dadanya yang mengakibatkan selembar jiwa nya segera melayang tinggalkan raga...... Begitu musuhnya bithasil dibereskan, Han-si-ong-Ki melanjutkan kembali gerakan tubuhnya menerjang masuk kedalam gua....... Beberapa sosok bayiagaa min usia kembili ber munculan dari balik gua tersebut. Seluruh air muka Han-siong-Ki diliputi oleh hawa napsu membunuh yang sangat hebat, dengan menghimpun tenaga Si-mi-sinkangnya mencapai dua belas bagian, sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan menyongsong kedatangan beberapa orang itu. Hembusan angin puyuh yang tak terkirakan hebatnya langsung menerjang kedalaru gua itu, je rit kesakitan segera berkumandang memecahkan keheningan, beberapa sosok 1943 bayangan manusia yang baru saja munculkan diri dari balik gua itu terhantam kembali oleh serangan tersebut hingga ter pental kembali kedalam.

Han-siong-Ki tidak membuang waktu lagi, dia langsung menerobos masuk kedalam gua Lorong gua itu lebarnya cuma dua kaki le bih. pada dinding gua berserakan batu batu mutiara yang menyiarkan cahaya tajam, tampaklah jslas ada tujuh sosok mayat yang telah terkapar di atas lantai goa itu, jelas mayat-mayat itu adalah hasil termakan oleh Pukulan Han siong Ki yang maha dahsyat itu. Kurang lebih lima kaki diluar tumpukan mayat tadi merupakan sebuah ruang batu yang amat lebar, meski masih agak jauh, tapi sekilas pandangan dapat teriibat betapa mewah dan megahnya isi ruangan tersebut. Ketika itu seorang manusia lengan tunggal sedang berjalan keluar dari ruang batu itu dengan langkah tergesa gesa. Berjumpa dengan orang itu, kontan sepasang mata Hansiong Ki berubah jadi merah berapi api, rasa benci dan rasa dendam membuat peredaran darah dalam tubuhnya berjalan dengan lebih cepat dari keadaan normal, napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti dada dan benaknya, ia lantas tertawa seram. "Haaaahhh... haaahhh... haaahhh... Yu Pia-lam Bajingan tua Tentunya kau tak menyangka bukan bahwa aku bakal munculkan diri ditempat ini?" orang yang baru saja munculkan diri itu memang Thian-che kaucu Yu Pia lam adanya, diapun sedang berdiri dengan wajah mengejang keras, matanya memancarkan cahaya tajam yang penuh mengandung rasa benci yang menyala nyala, keadaannya pada waku itu cukup membuat hati orang jadi bergidik. 1944 "Manusia muka dingin" teriaknya penuh kebencian, "bila kaucumu tidak dapat mencincang tubuhmu menjadi berkeping keping, lalu menghancur lumatkanmujadi abu, sukar rasanya untuk menghilangkan rasa benciku terhadapmu" "Yu Pia lam" Han-siong Ki segera berteriak pula: " lebih baik tutup saja mulut anjingmu, kalau ingin mengucapkan kata kata semacam itu, lebih baik ucapkan saja pada penitisanmu yang akan datang" "Bocah keparat, kau berani memasuki lembah ini sama artinya pula bahwa engkau sudah mendaftarkan diri kepada raja akhirat." "Bangsat tua, tak usah banyak ngebacot lagi serahkanlah jiwa anjingmu itu" Ditengah bentakah nyaring, Han siong Ki segera menggerakkan tubuhnya menerjang ke arah pintu ruangan dimana Yu Pia lam sedang berdiri dengan seramnya... "Criiiing...... tiba-tiba terdengar suara dentingan nyaring berkumandang dalam lorong gua itu, menyusul kemudian pemandangan disekitar tempat itu jadi gelap, kiranya jalan

maju dalam lorong itu sudah tertutup oleh selapis pintu baja yang sangat kuat, untung Hari-siong Ki dapat mengerem gerakari tubuhnya dengan jitu kalau tidak niscaya tubuh nya akan saling bertumbukan dengan pintu baja tersebut. "Criiiing.......!'sekali lagi terdengar suara dengan nyaring berkumandang dari arah belakang, Han-siong Ki bukan anak kemarin sore, dari dentingan yang terjadi dengan cepat ia menjadi paham akan apa yang telah terjadi. Dengar perasaan yang bergetar keras dia berpaling kebelakang. Benar juga, pintu masuk kedalam gua itu tertutup juga oleh selapis pintu baja yang kuat. 1945 Dengan tertutupnya kedua belah samping gua itu oleh lapisan baja yang kuat, maka sama pula artinya bahwa ia sudah terjebak disitu dan menjadi burung didalam sangkar Rasa mendongkol bercampur jengkel hampir saja meledakkan benaknya, dengan penuh kegusaran sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke-depan dan dihajarnya pintu baja itu kuat-kuat....... "Blaaaang......!" hanya benturan keras yang terjadi, tenaga pantulao yang dihasilkan oleh serangan tersebut segera menggetarkan tubuhnya yang membuat sianak muda itu mundur tiga langkah ke belakang dengan sempoyongan. Pada saat itulah, tiba-tiba kedua belah pintu baja itu pelanpelan mulai bergeser ketengah ruangan dengan membawa bunyi gemerutukan yang sangat nyaring. Menyaksikan bergesernya pintu-pintu baja itu, terkejutlah Han siong Ki dibuatnya, dia tahu jika kedua buah pintu baja itu sampai merapat satu sama lainnya, niscaya tubuhnya akan tergencet sehingga hancur menjadi gumpalan daging. Dalam gugup dan gelisahnya dia lantas menggerakkan tangannya untuk mendorong pintu baja itu agar jangan bergeser kedepan lebih jauh, sayang usahanya itu tidak mendatangkan hasil apa-apa. Sekarang, jiwanya benar benar diujung tanduk, bila kedua belah pintu baja itu sudah merapat, berarti jiwanya akan ikut melayang pula meninggalkan raganya. Mimpipun ia tak menyangka kalau didalam gua tersebut telah disiapkan alat jebakan yang tak terkirakan lihay dan ganasnya. Berbicara soal kepandaian silat, pada hakekat nya tenaga dalam yaog dimiliki Thian-che kaucu Yu-Pia-lam sudah kalah tingkat bila dibandingkan dengan kepandaiannya, apalagi setelah sebuah lengannya dikutunginya ketika berada dipintu 1946 rahasia dalam markas besar perkumpulan Thian-che kau dilembah Lian-huan-tau, boleh dibilang kepandaian silat

mereka selisih semakin jauh, atau dengan perkataan lain dalam setiap pertarungan yang bakal terjadi, ia selalu berada dipihak yang kalah. Apa mau dikata ternyata apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan, ternyata Han. siong-Ki yang malahan berada didalam cengkeraman tangan malaikat elmaut. Dalam keadaan terdorong oleh kobaran api benci dan dendam serta keinginannya untuk melanjutkan hidup, Han siong Ki sambil melengkungkan tubuhnya untuk menahan gerak ma ju pintu baja tersebut, sepasang telapak tangan nya ditempelkan lekat lekat diatas permukaan pintu besi itus dan segenap tenaga dalamnya telah disalurkan untuk menahan gerak maju pintu tadi. Untuk sesaat gerak maju pintu baja itu berhasil ia tahan sehirgga tidak bergerak lagi. Tapi, gerak maju pintu besi yang berada dibe-lakang tubuhnya malahan menekan maju semakin kencang... Mati hidupnya sekarang tinggal ditentukan dalam deti-detik itu juga..,. Tiba-tiba Han siong Ki miringkan tubuhnya ke-samping, kemudian sepasang telapak tangannya direntangkan ke kiri dan ke kanan, masing-masing menahan sebuah pintu besi yang sedang bergeser itu. Bisa dibayangkan betapa besarnya daya penggerak dari kedua belah pintu baja yang digerakkan oleh mesin itu? geseran pintu meski bergerak lambat tapi sedikit demi sedikit maju terus ke depan. baja itu sudah merapat, berarti jiwanya akan ikut melayang pula meninggalkan raganya. Sekarang Han siong Ki telah mengerahkan tenaga sakti si mi sinkangnya mencapai puncak kesempurnaan, dengan 1947 sekuat tenaga ia menahan geseran pintu besi yang semakin merapat itu. Demikian besarnya tenaga yang harus dikeluarkan pemuda itu untuk menahan geseran pintu, tampaklah semua otot otot hijau diatas keningnya pada menonjol keluar, peluh sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya. Ia tahu cara semacam ini bukan cara yang baik untuk mengatasi ancaman tersebut, sebab makin lama tenaga dalamnya akan semakin melemah, suatu saat kekuatan itu menjadi lemah, tak bisa dihindari lagi tubuhnya pasti akan tergencet hingga menjadi gumpalan daging gepeng. Mendadak....dari atas pintu baja itu terbuka sebuah lubang sebesar kepalan, menyusul kemudian terdengarlah suara gelak tertawa yang penuh rasa bangga, tekebur dan mengerikan berkumandang keluar dari balik lubang tersebut, tentu sajasianak muda itu tahu siapa gerangan yang sedang tertawa itu. "Haaaahh.... haaahh.... haaahbh... bocah keparat,

bagaimana rasanya sekarang?" dia mengejek. "sanggupkah engkau bertahan satu jam lagi? Haaahh.... haaahhh... haaahhh.... dalam saju jam kemudian, engkau dapat merasakan bagaimana nikmat-nya seorang yang digerumuti oleh perasaan seram karena kematian semakin menjelang datang, haaahhh.... haaahhh... haaaahhh... silahkan engkau mencicipi bagaimanakah rasanya badan yang dipencet oleh dua plat besi" Han siong Ki benar benar gusar sekali mendengar ejekan tersebut, saking terpengaruhnya oleh emosi, serta merta daya tahannya menjadi kendor dan pintu baja itupun bergeser setengah depa lagi kearah depan. Buru-buru dia pusatkan kembali semua perhatian dan kekuatannya untuk menahan gerak maju pintu baja itu dengan mati-matian. 1948 Tiba tiba sebilah pedang menerobos masuk lewat lubang kecil itu dan segera menempel diatas pinggang Han siong ki. "Bocah keparat" ujarnya lagi "misalkan saja pedang ini kutusukkan dua inci lebih kedepan, coba terkalah apa akibatnya? Haaahhh .....haaahhh... haaaahhh... darah pelan pelan akan mengalir keluar dan nyawamu pelan pelan akan ikut lenyap pula dari ragamu" sambil menggigit bibir Han siong Ki mendengus, kemudian muntah darah segar, sementara pintu tersebut bergeser lagi dua inci lebih kedepan. "Bodah keparat" sekali lagi Yu Pia lam berkata dengan juaranya yang mengerikan, "aku tak dapat membiarkan engkau mati dengan begitu cepatnya, sebab itu terlalu keenakan bagimu, sekalipun pintu baja itu tak bisa menggencet tubuhmu sampai mati, aku akan membiarkan engkau mati kelaparan disini, aku akan suruh kau mati kehausan dan pelan pelan menemui ajalnya, haaahh..... haaaahhh... haaaahhh" Tenaga tekanan dari kedua belah pintu itu terasa semakin lama semakin berat menggencet tubuhnya. Han siong Ki merasa bahwa tenaga murninya nulai banyak yang hilang, kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling, pandangan matanya berkunang kunang dan badannya mulai menjadi sesak. Habislah sudah.. ia merasa dirinya selangkah demi selangkah makin mendekati kematian, nyawa pun setetes demi setetes mendekati kemnusnahan. Apakah aku Han siong Ki harus mati dengan membawa rasa dendam yang tidak terbalaskan? "Tidak" Ia menjerit sekeras-kerasnya, entah dari mana datangnya sesuatu kekuatan yang maha besar, tiba-tiba ia berhasil

1949 mendorong mundur pintu besi itu sejauh hampir satu depa lebih. Tapi keadaan tersebut hanya berlangsung sebentar saja, sebab sesaat kemudian hawa murninya kembali semakin merosot hebat, pelan pelan pintu baja itu merapat kembali ke tengah... Air mata bercampur darah mengembang dan bercucuran membasahi matanya, rasa gusar, benci, dendam serta aneka perasaan lainnya berkecamuk menjadi satu dalam benaknya membuat pemuda itu berubah jadi setengah kalap ..... Kecuali terjadi suatu peristiwa yang diluar dugaan, rasanya pemuda itu memang sudah tiada harapan untuk hidup lagi didunia ini. Tulang belulang berserakan dalam perkampungan keluarga Han... Demi membalas dendam bagi keluarganya, membalas dendam bagi perguruannya, ibunya dengan menanggung malu telah kawin lagi dengan Thian che kaucu Yu Pia lam, kemudian menyebut dirinya sebagai orang yang kehilangan sukma, dari sini dapat ditarik kesimpulan betapa sengsara dan tersiksanya perempuan itu. Maka suatu tenaga kekuatan yang entah dari mana datangnya sekali lagi berhasil mendorong mundur pintu baja itu beberapa depa ke belakang. Tenaga si mi sinkang telah disalurkan hingga mencapai pada puncaknya, asap putih menyelimuti seluruh badannya, setiap kali perasaannya bergolak. asap putih itu pun mengalami pergolakan yang dahsyat, bisa dibayangkan betapa besarnya tenaga tekanan yang kemudian terjadi di tempat itu, terutama disuatu ruang sempit yang kecil sekali, otomatis pergolakan tenaga tekanan itu menimbulkan suatu kekuatan yang luar biasa. "Blaaang..." akhirnya dinding karang disekitar tempat itu tak sanggup menahan pergolakan tenaga tekanan yang 1950 dihasilkan dari tenaga sinkang itu.... diiringi suara gemuruh yang keras, dinding itu melar retak dan berguguran hingga timbullah sebuah celah lekukan yang cukup dalam pada dinding karang tadi. Mimpipun Han siong Ki tak menyangka kalau dia bakal menjumpai suatu keajaiban dalam keadaan demikian, sementara itu seruan kaget berkumandang pula dari balik lubang di atas pintu baja tersebut... secepat kitat Han siong Ki menarik kembali sepasang telapak tangannya, kemudian bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya, dia melompat masuk ke dalam celah diatas dinding yang baru saja ambruk itu.... Pelan pelan pintu baja itu merapat ketengah, sisa hancuran batu yang gugur ke tengah ruangan seketika digencet hingga

hancur menjadi pupur halus. Benar benar suatu keajaibanlah yang telah menyelamatkan Han siong Ki dari tangan malaikat elmaut, andaikata dinding karang itu tidak ambrol, niscaya habislah sudah riwayat anak muda itu. "Kreeek... Kreeek dengan cepat kedua belah pintu baja itu bergeser kembali kebelakang dan kemudian lenyap dari pandangan, yang tersisa ditengah lorong gua itu hanya setumpuk bubuk kapur yang lembut. Thian che kaucu Yu Pia lam munculkan diri dari tempat persembunyiannya dan menghampiri hancuran kapur itu, setelah memeriksa sekejap sekitar tempat itu, tiba tiba ia berseru tertahan: "Eeeeh..... aneh benar Memangnya dia belum mati?" "Hmmm..Jika aku mati, itu namanya Thian tidak adil dan setanlah yang akan berpesta pora" seseorang menyahut dengan suara yang menyeramkan. 1951 Mendengar seruan tersebut, Yu Pia-lam jadi ketakutan setengah mati, hingga sukmapun serasa melayang tinggalkan raganya, buru buru dia kabur ke belakang, sayang terlambat, tahu tahu lengan tunggal-nya sudah dicengkeram erat erat. Dengan demikian, maka kedua orang itupun saling berhadapan muka. Han siong Ki dengan sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati menatap musuhnya lekat-lekat, membuat Yu Pia lamjadi ketakutan setengah mati, sekujur badannya,mengejang keras. "Heehhh.... heehhh... heehhh....Yu Pia lam, tentunya mimpipun kau tak menyangka bukan?" "Bocah keparat, kaucumu..." Tapi sebelum ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba tiba .... "Plok" sebuah gaplokan telah bersarang telak diatas pipi Yu Pia-lam membuat wajahnya jadi sembab merah. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh..." gelak tertawa itu begitu mengerikan, begitu mendebarkan hati, membuat siapapun merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, karena dibalik suara tertawa itu terseliplah hawa napsu membunuh yang amat tebal. Yu Pia lam memang seorang jagoan yang lihay, tak urung pucat pias juga wajahnya karena seram. Tiba tiba Han siong Ki menarik kembali suara tertawanya, dengan nada yang mengerikan dia berteriak: "Yu Pia lam, tentunya kau tak menyangka bukan akan menjumpai keadaan seperti ini?" sekuat tenaga Yu Pia lam berusaha meronta dan melepaskan diri dari cengkeraman musuh, tapi Han siong Ki mencengkeram lengannya erat-erat, bahkan kelima jari

1952 tangannya sudah menembusi kulit tubuhnya, darah kental bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh bajunya. Gembong iblis itu kesakitan setengah mati, mukanya berubah jadi pucat kehijau hijauan, serunya dengan penuh kebencian: "Bocah bangsat, bajingan keparat sungguh menyesal aku bersikap ceroboh dimasa lalu, coba kubabat rumput sampai se akar-akarnya, niscaya kau sudah mampus sedari dulu." "Yu Pia lam, bangsat terkutuk, itulah kalau di namakan Thian masih maha adil...." Tiba tiba pemuda itu mendengus tertahan, tubuhnya mencelat sejauh satu kaki lebih sambil muntah darah segar.... -ooo0dw0oooBAB 104 TERNYATA ketika Han siong Ki dibuat marah sehingga perhatiannya agak bercabang, Yu Pia lam telah manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik baiknya, sebuah tendangan kilat yang bersarang telak diatas pusarnya membuat pemuda itu terhantam sampai mencelat. Karena kena disergap secara tiba tiba, otomatis cengkeraman Han siong Ki atas lengannya juga terlepas, cepat Yu Pia lam melompat mundur ke belakang dan kabur kedalam ruang batu... Tak terkirakan rasa gusar Han siong Ki menghadapi keadaan ini, sambil menggigit bibir dia lantas melompat bangun dan mengejar dari belakangnya... Yu Pia lam cepat menghentikan gerakan tubuhnya sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat dengan lengan tunggalnya. 1953 "Blaaang. .." sekali lagi Han siong Ki termakan oleh pukulan tersebut hingga jatuh terjengkang ke tanah. Yu Pia lam tertawa seram, sekarang ia putar badan sambil balik melancarkan tubrukan kilat. sambil menggigit bibir Han siong Ki melompat bangun, kesepuluh jari tangannya diayun ke depan melancarkan serangan dengan ilmu Tong kim ci. Ditengah jerit kesakitan, lengan tungga Yu Pia Lam yang tinggal satu satunya itu sudah kena dilubangi oleh serangan jari itu hingga terluka parah, gembong iblis itu terdorong mundur beberapa langkah dengan sempoyongan. Dengan sekuat tenaga Han siong Ki menghimpun kembali sisa kekuatan yang dimilikinya, kemudian sebuah pukulan dahsyat sekali lagi dilontarkan kedepan. Hembusan angin kencang menerbangkan meja dan kursi, Yu Pia- lam yang termakan oleh pukulan itu segera terpental sehingga badannya menempel diatas dinding ruangan.

Han siong Ki menerjang semakin dekat, tangannya langsung mencengkeram lengan tunggal orang, sementara tangan yang lain mencekik lehernya... pelan pelan cekikan itu semakin kencang, rupanya dia hendak mempraktekkan sistim gencetan pintu besi yang baru dialaminya itu untuk menyiksa musuhnya... Yu Pia lam betul betul sudah tak dapat berkutik lagi, paras mukanya jadi hijau jadi semu merah, sepasang matanya melotot keluar, mulutnya terpentang lebar lebar, lidahnya mengejang keras dan badannya menggigil... Nyawanya makin lama makin mendekat jurang kesirnaan... makin lama gerakannya makin lirih.. daa akhirnya sama sekali terhenti. 1954 Dalam kekalutan yang mendekati kalap. Han siong Ki masih mencekik terus leher musuhnya yang telah binasa itu keras keras.... "Kraaak..." tiba tiba darah kental memancar keluar menodai sekujur badannya. Ternyata batok kepala Yu Pia lam telah tercekik hingga patah jadi dua dan menggelinding ke samping. Untuk kesekian kalinya Han siong Ki menengadah, tertawa terbahak bahak dengan seramnya. suara tertawa itu penuh dengan nada bencidan dendam... seperti orang kalap yang sedang tertawa. Tentu saja keadaan semacam ini tampaknya mengerikan sekali bahkan sedikit kelihatan kejam, tapi Han-siong Ki tidak merasakannya sama sekali, bahkan masih juga tertawa tiada hentinya. Akhirnya cengkeramannya dilepaskan juga, mayat Yu Pia lam yang tanpa kepala itupun roboh, terkulai ditanah... Han siong Ki menyepak mayat itu dengan bencinya, setelah itu dengati wajah penuh napsu membunuh dia menerobos masuk kedalam ruangan yang lain. Dalam ruangan itu ditemuinya seorang kakek berambut perak berbaring dengan tenangnya diatas sebuah pembaringan. Han siong Ki tahu siapakah kakek itu, maka sambil bergeser kedepan menghampiri pembaringan tersebut, bentaknya dengan suara kaku dan sedingin es: "Huan yu it koay, engkaulah biang keladi dari semua peristiwa berdarah ini dan sekarang sudah tiba saatnya bagimu untuk memberi pertanggungan jawab" Tapi aneh sekali, suasana tetap hening dan kakek itu sama sekali tidak menjawab. 1955 Han siong Ki segera melancarkan sebuah pukulan untuk mendorong tubuh kakek itu hingga terguling jatuh dari

pembaringannya, tampaklah sekarang noda darah yang membasahi sekitar pembaringan tersebut. Melihat itu Han siong Ki merasa kaget, ia maju semakin dekat dan memeriksanya lebih seksama, sekarang ia baru menemukan bahwa Huan yu it koay memang telah tewas, terbukti dari ujung jari tangan kirinya yang menancap diatas jalan darah tay yang hiatnya itu. Rupanya setelah mengetahui bahwa apa yang dicita citakan selama ini telah menemui kegagalan total, gembong iblis itu segera mengambil keputusan untuk menghabisi nyawa sendiri. Sebenarnya manusia aneh ini boleh dibilang lumpuh sebagian tubuhnya, baik lengan kanan, kaki kanan maupun badan bagian kanannya tak dapat bergerak sama sekali, inilah hasil ganjaran dari ouwyang Beng, pemilik benteng maut angkatan pertama dalam pertarungannya dimasa lalu. Dan sekarang menjelang cita citanya yang setinggi langit hampir berhasil dicapai, tiba tiba semua rencananya gagal total dan gembong iblis itupun terpaksa harus menyelesaikan sisa hidupnya. Untuk sesaat lamanya Han siong Ki berdiri termangumangu, akhirnya dia keluar dari ruangan itu, menghampiri jenasah Yu Pia lam, merobek secarik kain untuk membungkus batok kepalanya itu dan berlalulah dari gua tadi. Dendam berdarah yang membebani pikirannya selama ini, telah berhasil dituntut balas, pemuda itu merasakan suatu keringanan.. suatu perasaan segar yang belum pernah dialaminya selama ini, namun diapun merasakan suatu kekosongan yang aneh. Dengan membawa batok kepala Yu Pia lam, ia keluar dari lembah tersebut, ditengah jalan ia saksikan ciong pin yang tertotok jalan darahnya masih menggeletak diantara jepitan 1956 batu cadas, rupanya sebelum esok pagi menjelang tiba, jalan darah itu tak mungkin akan bebas dengan sendirinya. sekejap kemudian sampailah pemuda itu diluar lembah. Dari tempat kejauhan ia saksikan asap tebal membumbung tinggi ke angkasa, rupanya para padri dari gereja siau lim si sedang membakar mayat-mayat rekan mereka yang terbunuh. sementara dia masih melamun, tiba tiba terdengar seseorang berseru dengan lirih: "Han siong Ki, kuucapkan selamat atas keberhasilanmu membalas dendam kesumat tersebut" Bukan saja suara itu sangat dikenal olehnya, lamat-lamat menusuk pendengaran. Dengan perasaan kaget Han siong Ki berpaling, ternyata orang itu adalah perempuan berkerudung yang misterius itu, teringat kembali akan bantuan yang telah diberikannya selama ini, cepat pemuda itu maju memberi hormat seraya berkata: "Untuk semua budi kebaikan dan bantuanmu, sebelumnya

kuucapkan banyak banyak terima kasih" "Tak usah" Aneh, aneh benar Kali ini ternyata suara perempuan itu berubah sama sekali. Han siong Ki termenung sebentar, akhirnya dengan penuh emosi dia berseru: "Jadi kau... kau.... kau adalah..." "Yaa, aku adalah seorang perempuan yang tak tahu malu" jawab perempuan berkerudung itu dengan sedih. sambil berkata, pelan-pelan dia melepas-kan kain kerudung mukanya sehingga tampaklah raut wajahnya yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan. Dia bukan lain adalah Ratu tawon Buyung Thay yang telah pergi karena mendongkol kepada pemuda kita. 1957 sekali lagi Han siong Ki maju ke depan memberi hormat. "cici" bisiknya "harap engkau bersedia memaafkan kekerasanku dimasa lalu" "Engkau masih bersedia menyebut aku sebagai cicimu?" tanya Buyung Thay dengan suara yang mengenaskan. "Tentu saja, kenapa tidak?" Rupanya selama ini Buyung Thay telah merobah cara berdandan dan nada suaranya, ditambah lagi dia mengenakan kain berke-rudung hitam, tak aneh kalau Han siong Ki segera tidak mengenalnya kembali. sekarang ia tidak bersikap misterius lagi, segala sesuatunya berubah kembali menjadi sederhana dan biasa tanpa sesuatu yang aneh, ia pernah kawin dengan Thian che kaucu, tentu saja terhadap keadaan dalam lembah Lian huan tau menguasahinya penuh. sekarang sekulum senyuman sedih telah tersungging diujung bibirnya, membuat wajahnya yang cantik tampak semakin mengenaskan. Walaupun senyuman tersebut mengenas-kan hati dan membuat hati orang jadi pilu, tapi justru kesemuanya itu menambah kecantikan wajahnya, makin mempersonakan hati, membuat orang makin terpikat kepadanya. Tanpa sadar Han siong Ki merasakan jantungnya berdebar keras, berdebar keras karena tergoda oleh daya tarik perempuan itu. "Adikku, semoga semenjak sekarang walau berada diujung langitpun hati kita berdua dapat selalu berdampingan.." Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja Han siong Ki merasakan sesuatu kesedihan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia merasa hatinya jadi pedih dan sepasang matanya ikut berubah jadi merah... 1958 Buyung Thay tertawa getir. "Adikku, asal dalam hatimu dapat selalu menerima

kehadiranku, itu sudah lebih dari cukup," "Tidak cici, aku..." "Ada apa?" "Aku... aku cinta padamu" Paras muka Buyung Thay berubah hebat, tampaknya ia sedang dipengaruhi oleh emosi, tapi hanya sejenak kemudian telah pulih kembali jadi tenang dan hampa kembali. "Adikku, aku tak bisa menerima pernyataan itu, aku tak dapat menerima limpahan cinta kasihmu" katanya dengan sedih. "Kenapa?" tanya Han siong Ki dengan suara keras. "sudah lupakah engkau dengan nasehat dari ibumu?" Han siong Ki merasakan hatinya bergetar keras, rasa bergidik tiba tiba saja muncul dari dasar hatinya, ia merasa seakan akan mendengar kembali perkataan dari ibunya: "... Ratu tawon... membuat semua pemuda yang ada dalam dunia tergila gila kepada-nya.... bagaimanapun cantik dan menariknya perempuan itu, ia telah berusia empat puluh tahun" Yaa benar, Buyung Thay memang pandai merawat wajahnya, ia memang kelihatan masih berusia dua puluh tahunan walaupun usianya sudah mencapai empat puluhan tahun, dengan usia sebesar itu pada hakekatnya ia lebih pantas menjadi ibunya Han siong ki dari pada menjadi kekasihnya. Selama ini Han siong Ki selalu tak berani mengakui bahwa ia cinta kepadanya, sebab ia tahu cinta kasih semacam ini tak mungkin dapat terwujud, akan tetapi sekarang... tiba tiba 1959 pemuda itu merasa bahwa ia mencintai perempuan itu, suatu daya tekanan perasaan cinta yang meluap-luap membuat ia berani mengungkapkan perasaan yang dirahasiakan selama ini secara terus terang. "Adikku, apakah engkau akan selalu mengatakan bahwa engkau mencintai aku?" Suara itu begitu lembut, begitu halus, seakan akan tersembunyi daya rangsang dan daya pikat yang luar biasa besarnya. Han siong Ki segera mengalihkan sinar matanya ke atas wajah Buyung Thay yang cantik Jelita itu, kembali bisiknya: "Aku cinta padamu" "Sayang kesemuanya itu sudah terlambat adikku" jawaban dari Buyung Thay itu begitu tenang dan kalemnya. "Kenapa?" "Perkataan tersebut pernah kau ucapkan, tapi sekarang telah tak terbantahkan semua oleh keadaan-" "Aku tidak mengerti dengan perkataan itu" "Ketika kita baru saja berkenalan tempo hari, kita berdua sama sama pernah mengatakan tentang soal "cinta", dan cinta

pada waktu itu adalah cinta yang sesungguhnya, cinta yang masih suci bersih tanpa ternoda oleh apapun jua, tapi kenyataan telah membuat engkau mencurigai watakku, engkaupun mencurigai perasaan cintaku. cinta ibaratnya mata manusia, mata tersebut tak dapat kemasukan sebiji pasirpun, kecurigaan merupakan selapis awan hitam yang menutupi kesucian cinta tersebut..." "Tapi itu semuakan sudah berlalu? Kenapa musti kau singgung singgung kembali?" "Justru oleh karena kejadian itu sudah lewat, maka aku lebih suka mempertahankan kenangan kita dimasa lalu dari 1960 pada membuat kenangan baru yang belum tentu hangat, lagi pula akupun sudah memahami arti kata dari cinta yang sesungguhnya, sering kali suatu persahabatan yang akrab bisa menangkan suatu perpaduan, suatu perkawinan yang belum tentu akan mendatangkan kebahagiaan" "Oooh .....cici, apakah engkau tak dapat merubah pendirianmu lagi?" pinta Han siong Ki dengan sedih. "Yaa, pikiranku sudah tetap dan tak mungkin bisa dirubah lagi" "Aaaai..... kalau memang demikian, akupun tak dapat memaksa lebih jauh, aku hanya bisa berdoa kepadamu semoga engkau dapat menjaga diri baik-baik, semoga lain kesempatan kita bisa berjumpa kembali" Dengan membawa perasaan sedih yang tak terkirakan Han siong Ki putar badan dan berlalu dari situ. Ketika Han siong Ki telah pergi, air mata yang semenjak tadi sudah mengembang dimata Buyung Thay, tidak terbendung lagi akhirnya bercucuranlah air matanya. "Ooooh... adikku sayang, tahukah engkau bahwa akupun mencintaimu, mungkin cintaku padamu jauh melebihi cintamu kepadaku, tapi sayang kita tak dapat bersatu, pernikahan belum tentu dapat memberikan kebahagiaan bagi kita berdua." Setelah bayangan punggung dari Han siong Ki lenyap dari pandangan, pelan pelan ia baru beranjak dan berlalu tinggalkan tempat itu. sementara itu Han siong Ki yang pergi meninggalkan Buyung Thay, tiba tiba merasakan hatinya begitu sepi begitu hampa dan kosong. Dalam hati ia selalu berpikir, apa yang bisa diperoleh seseorang sepanjang sejarah hidup,nya? 1961 Tonghong Hui telah mati? Go siau-bi telah pergi tanpa pamit. Dan sekarang Buyung Thay meninggalkan dirinya. Untuk pertama kalinya ia merasa hidupnya begitu sepi,

begitu sendiri tanpa sanak tanpa saudara, merasa bagaikan baru sadar dari sebuah impian, rasa mesrah, pahit, getir, kecewa, kosong, kehampaan semuanya berkecamuk menjadi satu dalam benaknya. --ooo0dw0ooo-Beberapa hari kemudian, tibalah si anak muda itu dibenteng maut. Pertama tama ia berkunjung dahulu keatas batu cadas ditepi sungai, berziarah di depan kuburan Tonghong-Hui. Hancur lembut rasanya perasaan Han siong Ki pada waktu itu, dengan perasaan kalut dia mendaki bukit batu cadas tersebut. Berdiri kaku didepan kuburan tersebut, air matanya jatuh berlinang membasahi wajahnya, dia merasa semua tumpukan harapannya telah musnah semua perasaannya ikut lenyap, lenyap bersama lewatnya sang waktu. Ia termenung dan makin lama semakin murung. Tonghong-Hui telah menyaru sebagai seorang pengemis kecil, dimana mereka telah angkat saudara dan hidup dengan penuh kegembiraan. Kemudian penyaruan Tonghong-Hui ketahuan rahasianya, maka pertama kalinya ia mencintai seorang perempuan, seluruh cinta kasihnya telah ia persembahkan kepadanya. 1962 Tapi akhirnya, bagaikan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong, kenyataan membuktikan bahwa Tonghong-Hui adalah bibi gurunya. Kenyataan yang keji, kenyataan yang tak berperasaan telah mencabik cabik impian indah yang penuh kemesrahan- . Adat istidat yang kokoh telah memusnah cinta kasih mereka... Maka Tonghong Huipun mengorbankan diri sering kali ia merasa gelak tertawanya dan suara pembicaraannya seakan akan berada dihadapan matanya, tapi setiap kali ia membuka matanya kembali, semuanya itu lenyap dengan begitu saja hingga tak berbekas. Diapun teringat kembali sumpah setia-nya... sekalipun hidup tak dapat berdampingan, setelah mati dia ingin dikuburkan dalam satu liang. "Yaaa.. benar, kecuali kematian, hidupnya akan selalu dirundung kesedihan... karena ia sudah terjepit dalam kepedihan yang tiada habisnya. Tapi... mungkinkah ia mencari mati? Mungkinkah suatu kematian akan menyelesaikan semua kesulitan yang sedang dihadapinya. Tiba tiba ia teringat kembati nasehat dari ibunya: Beliau pernah berkata bahwa ketidak berbaktian ada tiga, tiada keturunan merupakan ketidak berbaktian yang terutama.. Entah berapa lama dia berdiri melamun, hingga akhirnya sapaan yang halus dan ramah menyadarkan kembali si anak

muda itu dari lamunannya. "Nak, engkau telah kembali?" Dengan perasaan kaget Han siong Ki menengadah, tahutahu ibunya sudah berdiri dihadapan mukanya. Dengan rasa sedih dan murung yang amat sangat, pertemuannya kembali dengan ibunya membuat si anak muda itu tak sanggup mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba ia 1963 mendekap ibunya dan menangis tersedu sedu seperti anak kecil. Padahal jelek-jelek begitu Han siong Ki adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar, walaupun demikian berada dihadapan ibunya ia nampak begitu lemah dan sama sekali tak mampu berbuat apa apa.. "Nak. tak usah menangis lagi" bisik ibunya dengan suara yang amat lembut, "aku cukup mengetahui betapa besarnya penderitaan yang kau alami selama ini, tapi aaaai ..." Han siong Ki segera berhenti menangis, dengan suara cukup lantang dia berkata: "ibu, ananda telah berhasil membalas dendam sakit hati kita yang dalamnya bagaikan lautan itu" "Kau... kau... kau berhasil membalas dendam?" si siang- go cantik ong Cui Ing terselimut oleh golakan perasaan yang sangat hebat. "Yaaa... ananda telah berhasil membalas dendam, dalam bungkusan kain inilah berisikan batok kepala dari Thian che kaucu Yu Pia lam, musuh besar kita" Berkata sampai disitu maka secara ringkas pemuda itupun menceritakan kisah pemba-lasan dendam yang telah dialaminya selama ini. Dengan air mata bercucuran kerena terharu si siang- go cantik ong cui ing berkata: "Nak, bila arwah ayah dan Thio susiokmu dapat menyaksikan kesemuanya ini di alam baka maka mereka akan beristirahat dengan senyum di kulum" "lbu" kata Han siong Ki kemudian, "bagaimanapun juga Yu Pia lam adalah murid murtad dari Perguruan benteng maut, perlukah kita laporkan kejadian ini kepada sucou?." "Tak usah" 1964 "Tidak usah? Kenapa?" "sejak mengalami musibah yang datang secara beruntun, sucoumu telah mengambil keputusan untuk mengasingkan diri selama lamanya, sejak kini benteng maut sudah ditutup, beliau tak ingin mencampuri urusan dunia luar lagi, maka aku rasa engkau pun tak perlu masuk ke dalam benteng untuk memberi laporan" "Kalau bagitu bagaimana kalau kita pulang saja ke perkampungan keluarga Han?"

"Aku sudah pergi ke sana tempo hari, tempat itu sudah kuperbaiki, dan tulang tulang yang berserakanpun sudah kukubur semua..." "lbu, perlukah kita gunakan batok kepala dari bangsat ini untuk bersembahyang kepada arwah ayah dan anggota keluarga lainnya?" "Tentu saja harus" "Kalau begitu bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?" "Ayolah, mari kita berangkat sekarang juga... oya, bagaimana dengan keadaan Go Siau bi?" Mendengar pertanyaan itu, paras muka Han siong Ki berubah sangat hebat, sahutnya kemudian"Ananda telah berhasil mendapatkan obat mustika si mia kim wan untuk menyembuh-kan luka-lukanya, tapi..... tapi..." "Tapi kenapa?" tukas si siang go cantik ong cui ing kurang sabaran lagi. "Dia.... dia telah pergi" "Dia telah pergi?" 1965 "sebenarnya apa yang telah terjadi?" tiba tiba siang go cantik ong cui ing mengguncang- guncangkan tubuh Han siong Ki dengan penuh perasaan emosi. Terpaksa Han siong Ki harus memberitakan Go siau bi yang telah pergi tanpa pamit serta isi surat yang ditinggalkan untuknya itu... selesai mendengar kisah tersebut, siang go ong cui ing pun berkata: "Nak. bagaimanapun juga engkau harus mencari dirinya sampai ketemu, sebab diatas kertas dia sudah menjadi istrimu, dia sudah menjadi menantunya keluarga Han, bagaimanapun juga dia tak bisa kau biarkan dia luntanglantung sendirian dalam dunia persilatan, ingatlah bahwa dia sudah tak punya rumah lagi" "Tapi ibu.. dunia begini luas, kemana aku harus mencarinya...." "Jadi engkau ada maksud hendak meninggalkan dirinya nak?" perempuan itu menegur dengan wajah kurang senang. "ooh tidak... tidak... ananda sama sekali tidak mempunyai maksud untuk berbuat begitu" jawab Han siong Ki dengan ketakutan. . "Aaaai... akupun berharap agar engkau jangan mempunyai pikiran demikian, ingatlah baik-baik perkataanku Bagaimanapun juga, engkau harus mencarinya sampai ketemu dan lakukan pernikahan dengannya, jika engkau tidak menuruti perkataanku itu, berarti bahwa engkau lebih suka menjadi anak yang tak berbakti" "Ananda tak berani melupakan peringatan dari ibu Bagaimanapun juga ananda pasti akan berusaha untuk melaksanakan perintah ibu dengan sebaik-baiknya"

"Baik, kalau begitu sekarang juga mari kita berangkat" Menyinggung soal rumah, ibu dan anak dua orang itu kembali merasakan kepedihan yang bukan kepalang. 1966 Hari itu juga berangkatlah mereka mening-galkan benteng maut menuju perkampunga keluarga Hansepanjang jalan tiada kejadian apapun yang di alami, beberapa hari kemudian, sampailah mereka ditempat tujuan. setelah masuk pintu gerbang suasana yang mengharukan serta keadaan bangunan yang tak terawat sudah tidak nampak lagi, meski tulang belulang juga telah dibereskan, namun keheningan dan suasana sepi yang mencekam serasa mendatangkan suatu perasaan yang benar-benar tak sedap. "Nak" ucap ong cui ing kemudian- "kerangka dari semua anggota keluargamu telah kukubur menjadi satu dalam hutan dibelakang perkampungan, serta Thio susiokmu berada dalam satu kuburan yang terpisah dan bila dikemudian hari ada kesempatan, pindahkanlah kuburan adikmu dan adik seperguruanmu Thio sau-kun kemari, jangan lupa pesanku ini" "Yaa ibu" selang sesaat kemudian mereka sudah berada di ruang tengah, tapi pemandangan yang terbentang di depan mata membuat Han siong Ki merasakan hatinya terperanjat. Kiranya ditengah ruangan telah berjajar dua buah peti mati, yang satu telah disegel sedangkan yang lain setengah terbuka, jelas peti itu adalah sebuah peti mati yang kosong. Paras muka si siang- go cantik ong cui ing tampak berubah hebat, sambil menunjuk ke arah peti mati yang ada disebelah kanan ujarnya dengan sedih. "Itulah lelayon dari ayahmu" Tak terkirakan rasa sedih Han siong Ki mendengar perkataan itu, dalam keadaan demikian ia tak sempat menanyakan tentang soal peti mati kosong lagi, sambil berlutut di depan peti mati ayahnya, pemuda itu menangis tersedu sedu. Lama .... lama sekali.... ia baru bangkit berdiri sambil membesut air matanya. 1967 "lbu... bukankah engkau mengatakan bahwa kerangka Thio susiok telah dikebumi-kan diperkampungan belakang? Lalu apa gunanya peti mati yang kosong ini" "Soal itu kita bicarakan nanti saja" tukas ibunya dengan cepat "sekarang sulutlah lilin dan hio, kemudian bersembahyanglah untuk arwah ayahmu" Meskipun agak keheranan bercampur curiga, toh Han siong Ki menurut juga perkataan ibunya, dia lantas pasang hio dan menyulut lilin, menyajikan batok kepala Yu Pia lam didepan peti mati ayahnya, lalu bersama sama ibunya dengan air mata bercucuran mereka berlutut dan bersembah-yang dengan hikmat.

selesai bersembahyang, kembali Han siong Ki menanyakan soal peti mati kosong itu. si siang go cantik ong cui ing duduk dengan angkernya diatas kursi kebesaran- dia perintahkan Han siong Ki untuk berdiri tepat dihadapannya, kemudian dengan suara berat ujarnya: "Nak, walaupun ibu sudah kawin lagi dengan orang lain, akan tetapi sampai sekurang aku masih tetap suci bersih, belum pernah kunodai nama baik keluarga Han kita..." "lbu tentang soal ini ananda sudah tahu, kejadian yang sudah lewat buat apa kita singgung kembali?" seru Han siong Ki dengan wajah ketakutanParas muka siang go cantik ong cui ing berubah jadi hijau membesi, tapi nada suaranya masih tetap tenang dan kalem, sambungnya lebih jauh: "sekalipun aku tetap suci bersih tanpa noda, tapi bagaimanapun juga nama baikku tetap ternoda..." Ketika mendengar sampai disitu, suatu firasat tak enak melintas dalam benak Han siong Ki, cepat dia berseru dengan ketakutan: 1968 "oooh...ibu, jangan kau berkata demikian, keadaanlah yang memaksa engkau orang tua berbuat demikian" "Memang demikianlah keadaannya nak. ketika aku menggunakan nama samaran orang yang kehilangan sukma, dapatkah engkau mencamkan makna serta arti yang sebenarnya dari ucapan itu?" "Nak, ingatlah baik-baik pesanku, cari Go siau bi sampai ketemu, kemudian kawini dia dan carikan keturunan bagi keluarga Han kita..." "ibu, kau..." "Nak. perasaan ibumu sakarang sudah amat tenang Nah, selamat tinggal, semoga engkau baik-baik menjaga diri.." selesai mengucapkan kata kata tersebut, mendadak sekujur badan si siang- go cantik ong cui ing bergetar keras, kemudian matanya terpejam untuk selama lamanya. Han siong Ki merasa terkejut bercampur takut, ia merasa sukmanya seolah-olah telah melayang tinggalkan raganya, dengan cepat ia menubruk ibunya, sayang sedetik sebelumnya perempuan itu telah memutuskan denyutan jantungnya dengan tenaga dalamnya yang lihay. Menyaksikan kematian ibunya, Han siong Ki hanya bisa berdiri mematung tanpa bergerak barang sedikitpunjua, lama... lama sekali ia baru menangis tersedu-sedu. Malam telah menjelang, Tapi Han siong Ki masih duduk termenung didepan jenasah ayah dan ibunya. Ketika fajar telah menyingsing, ia baru masukkan tubuh ibunya kedalam peti mati yang kosong itu, kemudian dikubur dalam seliang dengan kerangka ayahnya.

seratus hari kemudian setelah kematian ibunya, Han-siong Ki mulai melaksanakan pesan ibunya untuk mencari jejak Go siau bi. 1969 setahun.... dua tahun.... lima tahun..... ketika mencapai dua belas tahun lamanya sejak pencarian dimulai, akhirnya pada suatu ketika sianak muda itu berhasil menemukan jejak Go siau bi dibekas reruntuhan perkumpulan keluarga Go dibukit si sin gan. Dengan pelbagai penjelasan yang berbelit belit serta bujukannya yang amat berat, akhirnya Go siau bi berhasil dilemaskan kembali hatinya. Dan sejak itulah mereka hidup bersama hingga akhir tua. TAMAT

Anda mungkin juga menyukai